FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA PROGRAM STUDI BROADCASTING Nama NIM Judul
: : :
Bilbiografi
:
Putri Widya Afriany 44105010-060 Analisis Proses Peliputan Wartawan Infotainment “OBSESI” di Global TV dalam Konteks Kode Etik (Periode Maret-April 2009) 5 Bab+147 Halaman+17 Referensi+5 Lampiran+Biografi ABSTRAKSI
Televisi merupakan media yang paling diminati oleh publik, paling memberikan pengaruh besar pada khalayak. Tayangan infotainment yang merupakan gabungan informasi dan hiburan, hadir karena struktur industri penyiaran, integrasi vertical an horizontal industri media, tekanan pencapaian ekonomi, dan munculnya pekerja media yang memiliki keterikatan, maksud keterikatan kesemuanya saling memiliki hubungan namun tidak benar-benar memahami atau mengerti tentang apa saja yang boleh dan apa tidak boleh, seperti yang diatur oleh KEJ sehingga terjadi banyak pelanggaran dalam prakteknya. Salah satu tayangan infotainment yang disiarkan stasiun televisi swasta adalah “OBSESI”. “OBSESI” merupakan program infotainment yang bernaung dibawah departemen news, hadir setiap Senin sampai Jumat dengan durasi 60 menit. Hal itulah yang membuat penulis tertarik untuk menganalisis proses peliputan wartawan infotainment “OBSESI” dalam konteks kode etik MaretApril 2009. Metode yang penulis gunakan adalah metode analisis data. Analisis data adalah proses mencari, menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan dilapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain dengan menggunakan kategorisasi objektivitas pemberitaan pers. Narasumber penulis adalah Produser Eksekutif, Produser, Koordinator liputan, Reporter, Kameramen, Koordinator Editor. Hasil analisis ini menunjukkan pada saat proses peliputan, wartawan infotainment “OBSESI” berani untuk mengambil resiko dalam menyelesaikan tugasnya. Sering kali untuk mendapatkan berita, reporter juga dengan kameramen infotainment “OBSESI” menggunakan cara-cara yang bertentangan dengan etika profesi kewartawanan seperti melakukan canded camera (pengambilan gambar seacara sembunyi – sembunyi tanpa diketahui oleh narasumber) pada proses peliputan Pinkan Mambo di pengadilan agama Jakarta Selatan, menerima amplop pada peliputan di lokasi syuting Abdel dan Temon dan membuat narasumber merasa terdesak seperti kasus VJ Marissa yang menghantam kamera tim “OBSESI”. Disini penulis menyarankan agar kedepannya, koordinator liputan lebih mengawasi pola kerja tim liputan di lapangan dan tim “OBSESI” tetap berpegangan pada kode etik jurnalistik yang ada.
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan banyak kesempatan dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” Analisis Proses Peliputan Wartawan Infotainment “OBSESI” di Global TV dalam Konteks Kode Etik (Periode Maret- April 2009)”. Skripsi ini disusun guna melengkapi salah satu prasyarat dalam memperoleh gelar Strata 1 (S1) Ilmu Komunikasi. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah banyak membimbing serta membantu penulis, baik yang bersifat moril maupun materil. Dengan demikian pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dra. Diah Wardhani, M.Si selaku pembimbing skripsi sekaligus Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana 2. H.Asmawi & Suryati (my lovely parents), adik-adikku tersayang (Muhamad Gustyas Putra & Nunni Annisa Putri). 3. Ponco Budi Sulistyo,S.Sos,M.Comn (Kaprodi Broadcasting) dan Feni Fasta, SE, M.Si (Sekprodi) serta para Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi, khususnya bidang studi broadcasting Universitas Mercu Buana. 4. Seluruh karyawan tata usaha universitas Mercu Buana. 5. Produser Eksekutif Divisi News Global TV (Herik Kurniawan), Produser OBSESI (Youmi Alafghani), koordinator liputan OBSESI (Ismawaty dan Bunda Ipet) serta para reporter dan kameramen, tim produksi OBSESI Global TV.
ii
6. Indra Hasta Pratama yang telah mendukung dan selalu mensupoort selama ini. 7. Keluarga besarku (mama H.Saroh, Phey, Ka Ella, Ka Hera, Robby, Dinna, Bang Farid, Bang Qinoy, keluarga mama& papa) 8. Fidya Mulia Sari alias Vedeee yang membantu, mendukung dan mensuport. 9. Sahabat-sahabatku (Denny, Erdo, Ochin, Fauzan, Diaz, Edwin, Dian, Dwie) terima kasih atas segala bentuk bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis 10. Keluarga besar Brother and Sister Orange media 11. Team wara –wiri (, Poetri, Rifky, Tyas , Bandrex, Ayit Tuning, Krisna, Intan, Hannes, Wigi, Ceany, Zbew, Bhodonk, Elsya Aulia, Panji, Reza, Maul, Anya, Rini, Oumie, Ophie Upil, Bisma, Bapaou, Wawo, Lia, Paul, Pandu, Engkong, Mahatir). 12. Teman-teman seperjuangan Fikom 2005, (Qibul, Eka, Pipit, Ferdinand, Zack, Lolo, Awaluddin, Thomas, Zaki, Kisut, Abi, Kiting, Evi, Grace, Ayu, Ninda, Antie, Lina, Angie, Zulfa, Isni, Hanny, Inyonk, Alam, Bang Ipoer, Yoga, dll maaf yang tidak kesebut) 13. Teman-teman 101 (Gadis, Rian dan Wahyu D’masive, Bunda Racing Team, Team Basket 101, Deassy, Sarah). Teman-teman Sadoed (Hardian, Dwi, Hanifan Dewi, febri, Andhika, Yolanda, Dian, Cindy, Moa, Reza, Audit, Bayu, Riyan) 14. Semua pihak yang tidak tersebutkan namanya satu persatu. Jakarta, Februari 2009 Penulis
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ...............................................................................................
i
KATA PENGANTAR..................................................................................
ii
DAFTAR ISI ................................................................................................
v
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah......................................................
1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................
7
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................
8
1.4 Signifikansi Penelitian ........................................................
8
1.4.1 Signifikansi Akademis ...............................................
8
1.4.2 Signifikansi Praktis ....................................................
8
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massa..............................................................
9
2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa...................................
9
2.1.2 Karakteristik Komunikasi Massa ...............................
11
2.1.3 Fungsi Komunikasi Massa .........................................
19
2.1.4 Isi Pesan Komunikasi Massa .....................................
28
2.1.5 Efek Komunikasi Massa ............................................
29
2.2 Televisi Sebagai Media Massa............................................
30
iv
BAB III
2.2.1 Pengertian Televisi.....................................................
31
2.2.2 Karakteristik Media Televisi......................................
33
2.2.3 Fungsi Media Televisi................................................
35
2.2.4 Program Televisi ........................................................
37
2.3 Pengertian Program Televisi...............................................
39
2.3.1 Pengertian Program Televisi......................................
39
2.3.2 Jenis-jenis program Televisi ......................................
40
2.4 Program Infotainment .........................................................
42
2.4.1 Pengertian Infotainment.............................................
43
2.4.2 Kode Etik Jurnalistik ................................................
44
2.4.3 Karakteristik Infotainment .........................................
52
2.4.4 Jenis-jenis Program Infotainment ..............................
52
2.5 Proses Peliputan program Televisi......................................
53
2.5.1 Pengertian Peliputan ..................................................
54
2.5.2 Tahap-tahap Proses Peliputan ....................................
55
2.5.3 Pihak Yang Terlibat Dalam proses Peliputan ............
57
2.6 Teori Gate Keeper dan Teori Agenda Setting.....................
58
2.6.1 Teori Gate Keeper (Palang Pintu)..............................
58
2.6.2 Teori Agenda Setting .................................................
61
METODOLOGI 3.1 Tipe / Sifat Penelitian..........................................................
65
3.2 Metode Penelitian ...............................................................
67
v
BAB IV
3.3 Teknik Pengumpulan Data ................................................
68
3.3.1 Data Primer ...............................................................
69
3.3.2 Data Sekunder ...........................................................
70
3.4 Narasumber ........................................................................
70
3.5 Definisi Konsep Dan Operasional Kategorisasi ...............
72
3.6 Fokus Penelitian ................................................................
73
3.7 Tehnik Analisis Data .........................................................
75
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Global TV .............................................
80
4.1.1 Sekilas Sejarah Global TV ........................................
80
4.1.2 Gedung Global TV ...................................................
81
4.1.3 Visi Dan Misi Global TV ..........................................
83
4.1.4 Logo Global TV ........................................................
84
4.1.5 Target Pemirsa Global TV .......................................
85
4.1.6 Manajemen Global TV ..............................................
85
4.1.7 Struktur Globa TV ....................................................
86
4.1.8 Program Global TV ...................................................
87
4.1.9 Jangkauan Siaran Global TV ....................................
88
4.2 Hasil penelitian ..................................................................
92
4.2.1 Program Acara OBSESI ...........................................
93
4.2.1.1 Format Acara OBSESI ..................................
96
4.2.2 Tahapan Proses Program Infotainment OBSESI ......
98
vi
4.2.1.1 Pra Produksi ..................................................
98
4.2.2.2 Proses Peliputan Dan Produksi .................... 114 4.2.2.3 Tahapan Paska Produksi ............................... 126 4.3
Catatan Hasil Observasi Penelitian .................................... 130 4.3.1 Jadwal Peliputan ....................................................... 130
4.4 Pembahasan ........................................................................ 134 4.4.1 Keterkaitan Kasus Pelanggaran Kode Etik dengan Kode Etik Jurnalistik dan Kategorisasi Objektivitas Pemberitaan .......................................... 142
BAB V
PENUTUP 5.1 Kesimpulan ........................................................................... 146 5.2 Saran .................................................................................... 148
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN BIOGRAFI
vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Zaman terus berubah, dan semua orang mengatakan media komunikasi massa laksana lampu penerang kehidupan. Tanpa ada media massa seperti koran, radio, dan televisi, hidup menjadi gelap, masyarakat mungkin menjadi buta terhadap perkembangan di sekelilingnya dan juga perubahan dunia luas. Dengan adanya media massa, masyarakat dunia bisa mengetahui perubahan dan perkembangan zaman. Media massa mempunyai empat fungsi dalam kehidupan masyarakat dan bangsa. Pertama, menghimpun dan menyebarkan informasi bagi khalayak masyarakat. Kedua, memberikan pendidikan bagi khalayak masyarakat. Berbagai informasi yang disiarkan di surat kabar dan media elektronik mengandung nilai– nilai edukatif. Ketiga, sebagai media hibur bagi khalayak masyarakat dari membaca berita-berita di koran dan majalah, masyarakat merasa terhibur karena didalam berita itu mengandung nilai–nilai entertain. Keempat, menjadi alat kontrol sosial dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dalam istilahnya, keberadaan media (pers) dianggap sebagai “kekuatan keempat” (The Fourth State) dalam sistem politik kenegaraan, setelah legislatif, eksekutif, dan yudikatif.1 Kebutuhan manusia akan informasi sama halnya dengan informasi sama halnya dengan kebutuhan manusia akan sandang, pangan, dan papan. Dan itu 1
Zaennudin.H.M, The Journalist, Prestasi Pustaka, 2007, Jakarta, hal 4-5.
1
2
ditunjang dengan keberadaan media itu sendiri dan merupakan perkembangan teknologi yang membuat manusia sangat haus akan teknologi. Dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah, buku dan sebagainya), televisi tampaknya mempunyai sifat istimewa. Televisi merupakan sumber citra dan pesan tersebar yang sangat besar dalam sejarah dan ini telah menjadi yang terpenting bagi lingkungan simbol masyarakat. Televisi merupakan sistem bercerita yang tersentralisasi. Ini dapat saja yang berbentuk sinetron, iklan komersial, berita dan program lainnya yang di siarkan dari ruang produksi, terkendali, dan disebarluaskan melalui transmiter kesetiap rumah yang memiliki televisi.karenanya, televisi menjadi sangat penting dalam berbagai studi tentang media. Sebab, televisi memiliki kemampuan untuk mengkonstruk wancana hingga ideologi setiap orang. Televisi merupakan media yang paling diminati oleh publik dan paling memberikan pengaruh besar pada khalayak. Karena televisi memiliki tiga kekuatan media sekaligus. Dua kekuatan pertama adalah kemampuan menampilkan gambar hidup bergerak dan suara untuk mendalami kekuatan gambar. Sementara kekuatan suara, membimbing khalayak pada suatu situasi batin tertentu yang dapat lebih mendekatkan khalayak yang bersangkutan pada program yang tengah di sajikan. Sementara, kekuatan lainnya adalah penggunaan frekuensi milik publik. Dengan menggunakan frekuensi, publik tidak memiliki kekuatan lain saat godaan menonton televisi datang menghampirinya. Dengan kekuatan itu pula, media televisi di mungkinkan untuk melakukan berbagi pola interaksi langsung dengan
3
khalayaknya. Televisi adalah industri muda yang lahir dalam suasana kacau, saat masa transisi (reformasi) bergulir. Jadi televisi muncul tanpa adanya desain tertentu yang dapat membingkai ke arah mana dan format yang di kehendaki.2 Bila kita mau sedikit cermat mengamati tayangan program televisi, terutama acara televisi yang menyajikan berbagai ragam hiburan, seperti kuis, reality show, berita, Infotainment dan lainnya. Bila kita merujuk pada latar belakang historis munculnya konsep Infotainment, maka seharusnya acara sejenis yang ditayangkan di Indonesia bermakna, informasi yang di kemas dalam membentuk menghibur, anehnya makna Infotainment yang terjadi di televisi Indonesia adalah informasi tentang hiburan. Sisi hiburannya dijadikan substansi untuk disampaikan kepada masyarakat. Sejauh isi hiburannya dapat di pertanggungjawabkan dan memang benar-benar menghibur sebenarnya tidak menjadi masalah. Justru masalah semakin parah karena pengertian hiburan pun sudah mengalami distorsi dan penyimpangan makna yang sangat mendalam, sebagai contoh, apakah perkawinan sirih Aldi Taher dan Dewi Persik merupakan informasi yang berkualitas bagi publik? Atau apakah katrine Wilson mempunyai hubungan khusus dengan pangeran cendana ? Bila jawaban keduanya Iya, berarti ada logika yang tidak beres dengan kognisi sosial atau logika yang berkembang dalam industri televisi, dan memang logika industri berbeda dengan logika sosial. Infotainment muncul sebagai reaksi kalangan pelaku industri media atas perubahan perilaku pembaca dan pemirsa media yang memasukkan selebriti,
2
Iswandi Syahputra, Jurnalistik Infotainment, Pilar Media, 2006, yogyakarta, hal 70-72
4
hiburan,
kriminal,
bahkan
paranormal,
dalam
standar jurnalistik.
Dalam
Infotainment, di kemaslah drama, humant interest dan sensasi tokoh-tokoh dalam satu suguhan berita. Yang kemudian berkembang adalah berita yang cenderung sensasional dan lebih berorientasi pada pribadi dan selebritis. Para ahli komunikasi dan media menyebut Infotainment sebagi soft jurnalism, jenis jurnalisme yang menawarkan berita-berita sensasional, lebih personal, dengan selebriti sebagai perhatian liputannya. Infotainment menjual informasi yang di pertimbangkan memenuhi selera pasar sehingga kerap kali meniggalkan kaidah penting jurnalisme atas nama pembohongan publik. Tayangan Infotainment yang merupakan gabungan informasi dan hiburan, muncul karena struktur industri penyiaran, integrasi vertikal dan horizontal industri media, tekanan pencapaian ekonomi, dan munculnya pekerja media yang memiliki keterikatan namun minimnya pemahaman kode etik jurnalistik.3 Persoalan etika, moral pendidikan dampak kekerasan dan efek psikologis bukan menjadi pertimbangan utama dalam memproduksi sebuah program televisi. Pertumbuhan di Indonesia, terbukti sangat digemari penonton televisi walaupun mengundang pro dan kontra, terutama soal etika peliputan dan proses yang dianggap terlalu dalam memasuki kehidupan para narasumbernya. Infotaintment merupakan sebuah acara kemasan acara televisi yang mengubah informasi menjadi hiburan dan hiburan menjadi informasi. Pola program tayangan yang diproduksi oleh sebuah Production House (PH) yang memproduksi
3
Ibid, hal 67-69
5
berbagai jenis program tayangan televisi. Banyaknya Production House semakin mewarnai program televisi, sekaligus menegaskan televisi sebagai media massa elektronik yang menjanjikan selain acara Infotainment. Produksi lain dari Production House adalah sinetron dan reality show. Salah satu tayangan Infotainment yang disiarkan stasiun televisi swasta adalah “Obsesi”. Infotainment Obsesi adalah sebuah acara yang menarik yang di produksi dan sekaligus ditayangkan oleh Global TV setiap hari Senin sampai Jum’at pada pukul 09.00 WIB pagi hari disiarkan melalui berbagai macam mekanisme dari sisi produksi. Daya tarik acara ini adalah penayanganya yang dilakukan setiap hari yang mengangkat sisi kehidupan selebritis berupa fenomena sosial, gaya hidup, dan hal-hal yang tabu di masyarakat. Program tayangan Infotainment OBSESI berbeda dengan program Infotainment lainnya, karena memiliki jam tayang setiap hari, program Infotainment yang menyajikan informasi seputar selebritis Indonesia. Sajian ini dikemas secara menarik, aktual, heboh. Infotainment ini adalah jembatan bagi pemirsa yang hobi mengikuti perkembangan artis idolanya. Oleh karena itu menjadi kekuatan Infotainment Obsesi, pola kerja Infotainment bersejarah dengan pola kerja umumnya jurnalis, semestinya ada urutan main, atau kode etik yang melandasi pekerjaan mereka. Kaidah atau akidah atau apapun namanya, bukan dimaksudkan untuk pengekangan, melainkan justru untuk memperjelas sebatas mana koridor yang bisa dilalui serta mana pula yang tidak bisa terabas.
6
Dalam kehidupan Pers sekarang, Kode Etik Wartawan Indonesia lebih dikenal dengan sebutan Kode Etik Jurnalistik (KEJ). KEJ merupakan landasan moral profesi dan rambu-rambu atau kaidah penuntun sekaligus pemberi arah kepada Wartawan tentang apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya dihindari dalam tugas-tugas Jurnalistik. Sebagai kode perilaku, acuan ini memberikan batasan kepada Wartawan tentang baik buruk dan layak tidaknya sebuah berita. Kode Etik Jurnalistik bersifat personal dan otonom. Artinya kode etik jurnalistik dibuat dari, oleh, untuk Wartawan yang tergabung dalam suatu organisasi profesi, kemudian melaksanakannya. Selain KPI yang mempunyai fungsi dalam suatu penyiaran, Persatuan Wartawan Indonesia juga mendapatkan keluhan dari masyarakat ataupun dari narasumber yang ingin diliput beritanya tentang sepak terjang kru Infotainment yang cenderung menerabas Kode Etik Jurnalistik, yang biasanya diterapkan media cetak yang mapan. ”Menggedor-gedor” mobil narasumber, mengumpat, mencuri visualisasi dan pernyataan narasumber, yang sama saja maknanya mencundangi atau memantati Kode Etik Jurnalistik. Sebagai contoh, ada beberapa peristiwa yang menyangkut hal tersebut, seperti Parto yang seorang komedian mengacungkan pistol ketika ia merasa terdesak oleh pertanyaan sebagai pekerja Infotainment, artis Bella Shapira yang marah-marah ketika ditanyai oleh seorang wartawan, apakah ia seorang wanita panggilan atau bukan, dan yang terakhir adalah peristiwa Sarah Ashari yang melempar sebuah aspak ke wartawan yang sedang mewawancarai dia.
7
Dari sinilah kode etik didalam jurnalistik diterapkan demi menjaga dan saling menghargai dari seorang wartawan yang menjalankan tugasnya didunia hiburan khususnya. Kode etik jurnalistik sangat diperlukan karena itu diharuskan bagi para wartawan untuk memahami kode etik tersebut agar wartawan Indonesia bisa menjaga moral-moral dan etika-etika yang diketahuinya sebagai profesi pedomen operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta keprofesionalisme kerja wartawan Indonesia. Maka dari itulah kemerdekaan pers menjamin kemerdekaan berpendapat, berekspresi dan pers adalah hak asasi manusia yang dilindungi oleh Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945. 4 Atas dasar itulah penulis mengangkat judul ”Analisis Proses Peliputan Wartawan Infotainment OBSESI di Global TV dalam Konteks Kode Etik (Periode Maret sampai April 2009)”. Penulis memilih periode Maret sampai April 2009, karena pada periode tersebut banyak berita-berita selebritis yang mengandung unsur sensasional, misalnya kasus dari VJ Marissa dan perceraian Dewi Sandra dengan Glen Fredly serta lain-lain.
1.2 Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu : Bagaimana Analisis proses peliputan wartawan Infotainment Obsesi Global TV dalam konteks kode etik periode Maret-April 2009?
4
Potret Pers Ineonesia, 2005, Selebritis dan Jurnalisme Infotainment. Oleh Ignatius Haryanto (LPSS) Penelitian di Lembaga Studi Pembangunan, Jakarta.
8
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka tujuan diadakannya penelitian ini diharapkan untuk mendapatkan jawaban yang lebih jelas. Untuk mengetahui Analisis Proses Peliputan Wartawan Infotainment Obsesi di Global TV dalam Konteks Kode Etik Periode Maret-April 2009 ?
1.4 Signifikansi Penelitian 1.4.1
Signifikan Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam perkembangan ilmu komunikasi bahwa dalam media televisi terdapat suatu proses produkai serta menambah pengerahuan dalam dunia pertelevisian yang merupakan bagian dari komunikasi massa untuk menambah informasi khususnya dalam ilmu jurnalistik. Menganalisis dan membenarkan teori yang telah ada dengan prakteknya. Sebagai kelengkapan referensi dan sebagai perbandingan bagi studi-studi lainnya.
1.4.2
Signifikan Praktis Diharapkan dapat memberikan masukan kepada stasiun televisi dalam membuat acara Infotainment yang merupakan sumber informasi dan menjadi gaya hidup masyarakat. Khususnya masukan tentang teknik peliputan sesuai kode etik sehingga dapat menghasilkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya oleh masyarakat.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunikasi Massa 2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa Ketika seseorang mendengar radio siaran, membaca koran, atau menonton televisi atau film, sebenarnya ia sedang berhadapan dengan media massa, dimana pesan media itu secara langsung atau tidak langsung tengah mempengaruhinya. Gambaran ini mencerminkan bahwa komunikasi massa, dengan berbagai bentuknya, senantiasa menerpa manusia, dan manusia senantiasa menerpakan dirinya kepada media massa. Aneka pesan melalui media massa (koran, majalah, radio siaran, televisi, film, dan media on line/internet), dengan sajian berbagai peristiwa yang memiliki nilai berita ringan maupun berita tinggi, mencerminkan proses komunikasi massa yang selalu ada dalam kehidupan manusia.5 Pengertian komunikasi massa sangat dipengaruhi oleh kemampuan media massa untuk membuat produksi massal dan untuk menjangkau khalayak dalam jumlah besar. Yang dimaksudkan dengan Komunikasi Massa (mass communication) adalah komunikasi melalui media massa singkatan dari komunikasi media massa (mass media communication).6 Definisi komunikasi massa menurut Bittner (Rakhmat, 2003: 188), yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada 5
Lukiati Komala Siti Karlinah, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Edisi Revisi, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007. Hal 1 6 Onong Uchjana Effendy, Televisi Siaran Teori dan Praktek, Mandar Maju, 1993, Bandung, hal 13
9
10
sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people). Media komunikasi yang termasuk media massa adalah: radio siaran dan televisi, keduanya sebagai media elektronik: surat kabar dan majalah sebagai media cetak: serta media film. Film sebagai media massa adalah film bioskop. Definisi komunikasi massa yang lebih diperinci dikemukakan oleh Gerbner (1967), yaitu “mass communication is the tehnologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial societis“. Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Rakhmat, 2003: 188). Komunikasi massa merupakan salah satu proses komunikasi yang berlangsung pada peringkat masyarakat luas, yang identifikasinya ditentukan oleh ciri khas institutionalnya (gabungan antara tujuan, organisasi, dan kegiatan sebenarnya). Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan harus oleh lembaga dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri. Menyimak berbagai definisi komunikasi massa yang dikemukakan para ahli komunikasi, Rakhmat merangkum definisi-definisi komunikasi massa tersebut menjadi: “ komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak ataupun elektronik
11
sehingga pesan yang sama dapat diterma secara serentak dan sesaat (Rakhmat, 2003: 189).7 2.1.2. Karakteristik Komunikasi Massa Definisi-definisi komunikasi massa secara prinsip mengandung suatu makna yang sama, bahkan antara satu definisi dengan definisi lainnya dapat dianggap saling melengkapi. Oleh karena itu, komunikasi massa berbeda dengan komunikasi antarpesona dan komunikasi kelompok. Namun melalui definisi-definisi itu pula kita dapat mengetahui karakteristik komunikasi massa antara lain: a) Komunikator Terlembagakan Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Komunikasi massa menggunakan media massa yang merupakan lembaga, yaitu suatu institusi atau organisasi. Oleh karena itu, komunikatornya melembaga atau dalam bahasa asingnya disebut institutionalized communicator atau organized communicator. Komunikator pada komunikasi massa, misalnya wartawan surat kabar atau penyiar televisi, dikarenakan media yang ia gunakan adalah suatu lembaga maka dalam menyebarluaskan pesan komunikasinya ia harus bertindak atas nama lembaga, harus sejalan dengan kebijaksanaannya (policy) surat kabar atau televisi yang diwakilinya dan ia tidak mempunyai kebebasan individual. Sebagai konsekuensi dari sifat komunikator yang melembaga itu, maka peranannya ditunjang oleh orang-orang lain. Tulisan seorang wartawan surat
7
Lukiati Komala Siti Karlinah,Op.cit hal 3-6
12
kabar, misalnya, tidak mungkin dapat dibaca khalayak apabila tidak didukung oleh pekerjaan redaktur pelaksana (managing editor), juru tata letak (lay out man), koraktor, dan lain-lain. Sedangkan wajah dan suara penyiar televisi tak mungkin terlahat dan terdengar bila tidak ditunjang oleh pekerjaan pengarah acara, juru kamera, juru suara, dan lain-lainnya. Berdasarkan hal tersebut, maka komunikator pada komunikasi massa dinamakan juga komunikator kolektif (colletive communicator), karena tersebarnya pesan komunikasi massa merupakan hasil kerja sama sejumlah kerabat kerja, karena sifatnya kolektif, maka komunikator itu mutlak harus mempunyai ketrampilan yang tinggi dalam bidangnya masing-masing agar berjalan sempurna. b) Pesan pada Komunikasi Massa Bersifat Umum Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Jadi pesan yang disebarkan bersifat umum (publis), karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Namun tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat dalam media massa, karena pesan tersebut sering kali diproses, distandarisasi, dan selalu diperbanyak. Pesan itu juga harus merupakan suatu produk dan komoditi yang mempunyai nilai tukar, serta acuan simbolik yang mengandung nilai kegunaan. Media massa akan menyiarkan berita mengenai
13
seorang Menteri yang meresmikan sebuah proyek pembangunan tetapi tidak akan menyiarkan berita seorang Menteri yang menyelenggarakan khitanan puteranya. c) Komunikannya Anonim dan Heterogen Pada komunikasi antarpersona, komunikator akan mengenal komunikannya dan mengetahui identitasnya. Sedangkan dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikannya (anonim) karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping itu, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor: usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama, dan tingkat ekonomi. Heterogenitas khalayak seperti itulah yang menjadi kesulitan seorang komunikator dalam menyebarkan pesannya melalui media massa, karena setiap individu dari khalayak itu menghendaki agar keinginannya dipenuhi. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat acara “ Seputar Indonesia “ yang ditayangkan RCTI dan ditonton oleh jutaan, bahkan puluhan juta pemirsa di Indonesia yang tersebar di berbagai kota. Mereka terdiri dari wanita dan pria; remaja, dewasa dan orang tua; agama Islam, Kristen, Katholik, Hindu, dan Budha; pendidikan akhir SMP, SMU, Akademi dan Perguruan Tinggi; etnik Sunda, Jawa, Minangkabau, Batak, Dayak, dan lain-lainnya.
14
Berdasarkan ciri heterogenitas komunikan diatas, maka komunikator yang menangani atau yang menggunakan media massa harus melakukan perencanaan yang matang, sehingga pesan yang disebarkannya benar-benar komunikatif, yakni “received“ dan “accepted“ dalam suatu kali penyiaran. d) Media Komunikasi Massa Menimbulkan Keserampakan Ciri lain dari media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserampakan (simultaneaty) pada pihak khalayak dalam menerima pesanpesan yang disebarkan. Hal inilah yang menjadikan kelebihan pada komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya, karena jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Effendi (1981) mengartikan keserempakan media massa itu sebagai keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah. Sebagai contoh: acara “Indonesian Idol“ yang ditayangkan RCTI ditonton oleh jutaan pemirsa, mereka secara serempak pada waktu yang sama menonton acara tersebut, padahal mereka berada di berbagai tempat di seluruh Indonesia. Jadi komunikasi massa mencakup kontak secara serentak antara satu pengirim dengan banyak penerima, menciptakan pengaruh luas dalam waktu singkat, dan menimbulkan respons seketika dari banyak orang secara serentak. Meskipun demikian cara demikian belum menjamin adanya
15
uniformitas pengaruh, namun terbukti respons yang lahir justru cenderung kurang beraneka ragam dibanding jika penyebaran informasi dilakukan secara lambat dan merambat dari satu orang ke orang lain. e) Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan Salah satu prinsip komunikasi adalah bahwa komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan (Mulyana, 2000: 99). Dimensi isi menunjukkan muatan atau isi komunikasi, yaitu apa yang dikatakan, sedangkan
dimensi
hubungan
menunjukkan
bagaimana
cara
mengatakannya, yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu. Dalam komunikasi antarpersona yang diutamakan adalah unsur hubungan, karena
selain
saling
mengenal
antarpelaku
komunikasi,
maka
komunikasinya semakin efektif. Sedangkan dalam komunikasi massa, komunikator tidak harus saling mengenal dengan komunikannya. Yang penting bagaimana seorang komunikator menyusun pesan secara sistematis, baik, sesuai dengan jenis medianya, agar komunikannya bisa memahami isi pesan tersebut. Hal itulah yang menyebabkan mengapa perlu ada cara penulisan lead untuk media cetak, lead untuk media elektronik (radio maupun televisi), cara menulis artikel yang baik, dan seterusnya. Jadi, semua itu yang menunjukkan pentingnya unsur isi dalam komunikasi massa.
16
f) Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah Berbeda dengan komunikasi antarpersona (interpersonal communication) yang berlangsung dua arah (two way traffic way communication). Komunikasi massa berlangsung satu arah (one way communication). Ini berarti tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator, dan hal inilah kelemahan dari ciri komunikasi massa yang bersifat satu arah, karena komunikasinya melalui media massa, maka komunikator tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan
dialog
sebagaimana
penjelasan
Rakhmat
halnya
terjadi
dalam
komunikasi
bukunya
“Psikologi
antarpersona. Menurut
(1996)
dalam
Komunikasi“ yang membandingkan sistem komunikasi massa dengan komunikasi
antarpersona
dalam
hal
pengendalian
arus
informasi.
Mengendalikan arus informasi berarti mengatur jalannya pembicaraan yang disampaikan dan yang diterima (Rakhmat, 2003: 190). Dengan kata lain, wartawan sebagai komunikator tidak mengetahui tanggapan para pembacanya terhadap pesan atau berita yang disiarkannya itu. Demikian pula, penyiar radio, penyiar televisi, atau sutradara film yang tidak mengetahui tanggapan khalayak yang dijadikan sasarannya. Sebagai konsekuensinya dari situasi komunikasi tersebut komunikator pada komunikasi massa harus melakukan perencanaan dan persiapan sedemikian
17
rupa, sehingga pesan yang disampaikan kepada komunikan harus komunikatif pada satu kali penyiaran. Dengan demikian, pesan komunikasi selain harus jelas dapat dibaca kalau salurannya media cetak, dan jelas didengar bila salurannya media elektronik, juga dapat dipahami maknanya seraya tidak bertentangan dengan kebudayaan komunikan yang menjadi sasaran komunikasi. Dilihat dari hal diatas, tampak jelas dalam komunikasi antarpersona, komunikator dan komunikan saling mengendalikan arus informasi. Sedangkan dalam komunikasi massa tidak terjadi pengendalian arus informasi, dan hal inilah yang menekankan bahwa komunikasi massa itu bersifat satu arah (one way communication). g) Stimulasi Alat Indra Terbatas Ciri komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap salah satu kelemahannya, adalah stimulasi alat indra yang terbatas. Pada komunikasi antarpersona yang bersifat tatap muka, maka seluruh alat indra pelaku komunikasi , komunikator, dan komunikan, dapat digunakan secara maksimal. Kedua belah pihak dapat melihat atau pun mendengar secara langsung. Sedangkan dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra tergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat, pada radio siaran dan rekaman audiotif, khalayak hanya bisa mendengar, sedangkan pada media televisi dan film, khalayak hanya bisa menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.
18
h) Umpan Balik Tertunda (Delayed) dan Tidak Langsung (Indirect) Komponan umpan balik atau yang lebih dikenal dengan sebutan feedback merupakan faktor penting dalam proses komunikasi antarpersona, komunikasi
kelompok,
dan
komunikasi
massa,
karena
efektivitas
komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan. Umpan balik pada komunikasi antarpersona bersifat langsung (direct), karena umpan balik itu sebagai respons yang mempunyai volume yang tidak terbatas. Contohnya, bila penulis memberikan kuliah secara tatap muka, penulis akan memperhatikan bukan saja ucapan penulis itu, tetapi juga kedipan mata, gerak bibir, posisi tubuh, intonasi suara, dan gerakan lainnya. Sedangkan dalam komunikasi massa, umpan balik bersifat tidak langsung (indirect) dan tertunda (delayed), karena komunikator komunikasi massa tidak dapat dengan segera mengetahui bagaimana reaksi khalayak terhadap pesan yang disampaikan. Tanggapan khalayak bisa diterima lewat telepon, email, atau surat pembaca. Proses penyampaian feedback lewat telepon, email, atau pun surat pembaca itu mengambarkan feedback komunikasi massa bersifat tidak langsung (indirect), sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk menggunakan telepon, menulis surat pembaca, dan mengirim email
19
menunjukkan bahwa feedback komunikasi massa bersifat tertunda (delayed).8 2.1.3. Fungsi Komunikasi Massa Para pakar mengemukakan tentang sejumlah fungsi komunikasi, walaupun dalam setiap fungsi terdapat persamaan dan perbedaan pendapat. Fungsi komunikasi menurut Dominick (2001) terdiri dari surveillance (pengawasan), intrepretation (penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai), dan entertainment (hiburan). 1) Surveillance (Pengawasan) Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama: warning or beware surveillance (pengawasan peringatan); instrumental surveillance (pengawasan instrumental). Fungsi
pengawasan
peringatan
terjadi
ketika
media
massa
menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung merapi, kondisi yang memprihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer. Peringatan ini dengan serta merta dapat menjadi ancaman. Walaupun demikian banyak informasi yang menjadi peringatan atau ancaman serius bagi masyarakat yang diberitakan oleh media massa, banyak pula orang yang tidak mengetahui tentang ancaman itu. Fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam
8
Lukiati Komala Siti Karlinah,Ibid hal 6-12
20
kehidupan sehari-hari. Berita tentang film apa yang sedang dimainkan di bioskop, berita harga-harga saham di bursa efek, produk-produk baru, ideide tentang mode, resep masakan, dan lain-lainnya, adalah contoh pengawasan instrumental. 2) Interpretation (Penafsiran) Fungsi penafsiran hampir sama dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya mengambil fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat dan ditayangkan. Contoh penafsiran media dapat dilihat pada halaman tajuk rencana (editorial) surat kabar. Penafsiran ini berbentuk komentar dan opini yang ditujukan kepada khalayak pembaca, serta dilengkapi perspektif (sudut pandang) terhadap berita yang disajikan pada halaman lainnya. Penafsiran tidak terbatas pada tajuk rencana, rubrik artikel yang disajikan pun memberikan analisis kasus di belakang peristiwa yang menjadi berita utama, misalnya tentang kebijakan Pemerintah. Tujuan dari penafsiran itu sendiri adalah untuk mengajak dan membahasnya lebih lanjut dalam komunikasi antarpersonal atau komunikasi kelompok. 3) Linkage (Keterkaitan) Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (keterkaitan) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.
21
Contoh linkage (keterkaitan) adalah kasus Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang sebelumnya menjabat Menko Polkam dalam jajaran Kabinet Gotong Royong Presiden Megawati Soekarnoputri. Ketika Dia jarang diajak rapat kabinet dan kemudian mengundurkan diri, maka tayangan beritanya di televisi, radio, dan surat kabar telah menaikkan pamor Partai Demokrat yang mencalonkan SBY sebagai Presiden. Kemudian dalam Pemilu 2004, perolehan suara Partai Demokrat mencuat dan mengalahkan partai-partai besar sebelumnya. Masyarakat yang tersebar telah dipertalikan oleh media massa untuk memilih Partai Demokrat. Kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan sama tetapi terpisah secara geografis dipertalikan atau dihubungkan oleh media massa. 4) Transmission Of Values (Penyebaran Nilai-Nilai) Fungsi penyebaran nilai disebut juga sosialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu kepada cara, dimana individu mengikuti perilaku dan nilai kelompoknya. Media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar, dan dibaca. Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang mereka harapkan, dengan kata lain media mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan harapan untuk menirunya. Sebagai contoh, banyaknya tayangan kekerasan di stasiun televisi dapat membentuk bagi generasi muda yang menontonnya, yang membuat mereka
22
berpikir bahwa metode kekerasan adalah wajar dalam memecahkan persoalan hidup. 5) Entertainment (Hiburan) Hampir semua media massa menjalankan fungsi hiburan. Televisi adalah media massa yang mengutamakan sajian hiburan, karena hampir tiga perempat bentuk siaran televisi setiap hari merupakan tayangan hiburan. Siaran langsung olah raga yang ditayangkan televisi dan media massa telah meningkatkan jumlah penonton yang menyaksikan olah raga. Fungsi dari media massa sebagaai fungsi menghibur tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan membaca beritaberita ringan atau melihat tayangan hiburan di televisi dapat membuat pikiran khalayak segar kembali.9 Menurut Effendy (1993) mengemukakan fungsi komunikasi massa secara umum adalah: 1) Fungsi Informasi Fungsi memberikan informasi diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar, dan pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingannya. Khalayak media massa berlangganan surat kabar, majalah, mendengarkan radio siaran atau menonton televisi karena mereka ingin mendapatkan
9
Ibid hal 14-17
23
informasi tentang peristiwa yang terjadi di muka bumi, gagasan atau pikiran orang lain, apa yang dilakukan, diucapkan atau dilihat orang lain. 2) Fungsi Pendidikan Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya (mass education), karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku kepada pemirsa atau pembaca. Media massa melakukannya melalui drama, cerita, diskusi, dan artikel. Contohnya, dalam televisi swasta ada acara pendidikan bagi ibu dan balita yang dipandu oleh orang-orang yang berkompeten dalam bidang-bidangnya yang berkaitan dengan pendidikan anak-anak. Dalam situasi ini, nilai-nilai yang harus dianut oleh masyarakat, tidak diungkapkan secara langsung, tetapi divisualisasikan dengan contoh-contoh tentang bagaimana mendidik anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, apa makanan yang layak, bagaimana cara berkomunikasi yang baik dengan anak balita, dan sebagainya. 3) Fungsi Mempengaruhi Fungsi mempengaruhi dari media massa terdapat pada tajuk/editorial, features, iklan, artikel, dan sebagainya. Khalayak dapat terpengaruh oleh iklan-iklan yang ditayangkan televisi ataupau surat kabar.
24
Contoh dalam hal ini, dalam media cetak surat kabar, fungsi mempengaruhi dapat dilihat didalam ruang atau kolom khusus, iklan atau artikel yang disusun sedemikian rupa sehingga tidak terlihat sebagai suatu artikel yang isinya mempromosikan suatu produk. Artikel tersebut biasanya memuat tentang produk makanan atau produk elektronik yang baru. Khalayak terpengaruh oleh pesan-pesan dalam tulisan tersebut sehingga tanpa sadar khalayak melakukan tindakan sesuai dengan yang diinginkan oleh media itu.10 Menurut De Vito dalam bukunya Komunikasi Antar Manusia (1996), ada tiga masalah pokok yang harus diperhatikan dalam memahami fungsi-fungsi media massa. Pertama, setiap kali kita menghidupkan pesawat televisi, radio siaran maupun membaca surat kabar, kita melakukannya karena alasan tertentu yang unik. Kedua, komunikasi menjalankan fungsi yang berbeda bagi setiap pemirsa secara individual. Program televisi yang sama dapat menghibur satu orang, mendidik yang lain, mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang. Ketiga, fungsi yang dijalankan komunikasi massa bagi sembarang orang yang berbeda dari satu waktu ke waktu yang lain. Produk rekaman tertentu bisa dirasakan sebagai penghibur pada satu saat, tetapi pada saat yang lain rekaman tersebut dirasakan sebagai olah sosialisasi atau alat pemersatu. Selanjutnya De Vito (19960) menyebutkan fungsi komunikasi massa secara khusus, adalah:
10
Lukiati Komala Siti Karlinah, Ibid hal 18-19
25
1.
Fungsi Meyakinkan (to persuade) Fungsi meyakinkan atau persuasi bisa datang dalam bentuk: a)
Mengukuhkan atau Memperkuat Sikap, Kepercayaan atau Nilai Seseorang Usaha untuk melakukan persuasi, kita pusatkan pada upaya mengubah atau memperkuat sikap atau kepercayaan khalayak agar mereka bertindak dengan cara tertentu. Media dengan semua sumber daya dan kekuatan yang ada, tidak terkecuali, lebih sering mengukuhkan atau membuat kepercayaan, sikap, nilai dan opini khalayak menjadi kuat. Sebagai contoh, orang yang religius akan tertarik mendengarkan pesan-pesan yang sesuai dengan keyakinan mereka dan akan lebih kuat dalam meyakini kepercayaannya. Komunikasi yang dikira dapat mengubah sikap, seringkali hanya merupakan pengukuhan terhadap sikap yang sudah ada.
b) Mengubah Sikap, Kepercayaan atau Nilai Seseorang Media akan mengubah orang yang tidak memihak pada suatu masalah tertentu. Sebagai contoh, perubahan pada perilaku membeli kertas tisu mungkin sangat dipengaruhi oleh media, padahal kertas tisu tidaklah begitu penting bagi kita. c) Menggerakkan Seseorang untuk Melakukan Sesuatu Dilihat dari sudut pengiklan (advertiser), fungsi terpenting media massa adalah menggerakkan (activating) konsumen untuk mengambil tindakan. Media berusaha mengajak pembaca atau pemirsa untuk membeli dan menggunakan produk merek tertentu, setelah suatu sikap dibentuk atau suatu pola perilaku dimantapkan, media berfungsi menyalurkan ke arah tertentu. Sebagai contoh,
26
setelah pola membayarkan Rp. 10.000,- untuk sebotol parfum merek tertentu dimantapkan, media dapat dengan mudah mengarahkan perilaku ini kepada merek lainnya yang berharga lebih mahal. d) Memperkenalkan Etika atau Menawarkan Sistem Nilai Tertentu Menawarkan Etika adalah fungsi dari media massa yang mengunkapkan secara terbuka adanya penyimpangan tertentu dari suatu norma yang berlaku. Sebagai contoh, skandal penyuapan anggota MPR, Al Amin dengan DPRD Pulau Bintan, media merangsang masyarakat untuk mengubah situasi. Mereka menyajikan etik kolektif kepada pembaca dan pemirsa. 2.
Fungsi Menganugrahkan Status Penganugrahan status (status conferal) trejadi apabila berita yang disebarluaskan melaporkan kegiatan individu-individu tertentu sehingga prestise (gengsi) meraka meningkat. Sebagai ontoh, Harian Ekonomi Bisnis Indonesia menyajikan rubrik profil dan views pengusaha di halaman depan, sehingga menaikkan gensi mereka sebagai pengusaha. Dengan memfokuskan kekuatan media massa pada orang-orang tertentu, masyarakat menganugrahkan kepada orang-orang tersebut suatu status publik yang tinggi. Kegiatan ini dalam dunia public relations disebut publicity (publisitas).
3.
Fungsi Membius (Narcotization) Salah satu fungsi media massa yang paling menarik dan paling dilupakan adalah fungsi membiusnya (narcotization). Media menyajikan informasi tentang sesuatu, penerima percaya bahwa tindakan tertentu harus diambil. Sebagai akibatnya,
27
pemirsa atau penerima terbius ke dalam keadaan pasif, seakan-akan berada dalam pengaruh narkotik. Sebagai contoh , televisi menayangkan tentang kematian mantan Presiden RI ke-2, Soeharto. Media membuat tayangan sedemikian rupa sehingga pemirsa seolah-olah terbius oleh tayangan tersebut. Seluruh masyarakat Indonesia tercurah perhatiannya pada prosesi pemakaman beliau. Akhirnya, pemirsa sadar bahwa mereka sudah terbius atau sudah tak berdaya dengan berita-berita tentang kematian beliau. 4.
Fungsi Menciptakan Rasa Kebersatuan Fungsi komunikasi massa yang tidak disadari oleh pemirsa atau pembaca adalah kemampuannya untuk membuat pemirsa atau pembaca menjadi anggota suatu kelompok. Sebagai contoh, seseorang yang sedang sendirian kesepian di rumah yang besar, menonton televisi. Acara yang ditayangkan televisi membuat orang tersebut merasa menjadi anngota keluarga, karena merasa terhibur dan menyatu dengan acara tersebut.
5.
Fungsi Privatisasi Privatisasi adalah kecenderungan bagi seseorang untuk menarik diri dari kelompok sosial dan mengucilkan diri ke dalam dunianya sendiri. Sebagai contoh, berita yang gencar tentang perang, inflasi, kejahatan, dan pengangguran membuat sebagian orang merasa putus asa sehinga mereka menarik diri ke dalam dunia mereka sendiri.11
11
Lukiati Komala Siti Karlinah,Ibid 20-24
28
2.1.4. Isi Pesan Komunikasi Massa Pesan yang disebarkan melalui media massa bersifat umum (publis) dan terbuka, karena pesan itu ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum bukan ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Pesan komunikasi dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Namun tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi disekeliling masyarakat dapat dimuat dalam media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apa pun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik bagi sebagian besar komunikan. Dengan demikian, kriteria pesan yang penting dan menarik itu harus mempunyai ukuran tersendiri, yaitu untuk sebagian besar komunikan. Ada peristiwa yang mempunyai kategori penting, tetapi hanya penting bagi sekelompok orang. Oleh karena itu, peristiwa tersebut tidak dapat disampaikan melalui media massa, misalnya, berita pemilihan Lurah di Kelurahan Sukapada Kotamadya Bandung, dapat dianggap memenuhi kriteria penting bagi masyarakat setempat, tetapi tidak penting bagi masyarakat Kotamadya Bandung, apalagi Jawa Barat. Dengan demikian, peristiwa pemilihan Lurah itu tidak layak dimuat atau diinformasikan media massa yang ada di Bandung. Lain halnya jika pemilihan Lurah Sukapada itu mengandung sesuatu yang khas, unik, dan dapat menarik perhatian orang banyak, maka peristiwa itu dapat dimuat dalam surat kabar atau ditayangkan televisi atau juga disiarkan radio siaran.12
12
Lukiati Komala Siti Karlinah,Ibid hal 7-8
29
2.1.5. Efek Komunikasi Massa Penelitian tentang efek, sekarang ini, mungkin akan tetap dilengkapi dengan sejumlah konsep, model, dan metode, karena sulit untuk mempertimbangkan efek yang belum diterima secara luas dalam suatu teori yang ada. Banyak upaya yang dilakukan untuk meneliti berbagai efek yang diperkirakan bisa timbul. Kadar besar kecilnya perhatian pun cenderung mengalami perubahan. Diperkirakan perhatian lebih besar juga akan diberikan pada efek kognitif saluran media massa, dan pada efek struktural terhadap distribusi pengetahuan dalam masyarakat. Perhatian yang lebih besar akan diberikan pada sejumlah faktor yang berkaitan dengan pemberian perhatian, terutama motivasi, pengetahuan terlebih dahulu, dan minat/kepentingan. Komunikasi massa merupakan sejenis kekuatan sosial yang dapat menggerakan proses sosial ke arah suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Efek atau hasil yang dapat dicapai oleh komunikasi yang dilaksanakan melalui berbagai media (lisan, tulisan, visual/audiovisual) perlu dikaji melalui metode tertentu yang bersifat analisis psikologi dan analisis sosial. Analisis psikologi adalah kekuatan sosial yang merupakan hasil kerja dan berkaitan dengan watak serta kodrat manusia. Sedangkan analisis sosial adalah peristiwa sosial yang terjadi akibat komunikasi massa dengan penggunann media massa yang sangat unik serta kompleks. Sebelumnya dijelaskan, bahwa pada umumnya kita lebih tertarik kepada apa yang dilakukan media pada kita daripada apa yang kita lakukan pada media massa. Menurut Donald K. Robert mengungkapkan, ada yang berangggapan bahwa “ Efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa ”. Karena
30
fokusnya pesan, maka efek harus berkaitan dengan pesan yang disampaikan media massa. Dalam proses komunikasi, pesan dalam media massa tersebut dapat menerpa seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Steven M. Chaffe, efek media massa dapat dilihat dari tiga pendekatan. Pendekatan pertama, efek media massa yang berkaitan dengan pesan atau media itu sendiri. Pendekatan kedua, dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa yang berupa perubahan sikap, perasaan dan perilaku atau dengan istilah lain dikenal sebagai perubahan kognitif, afektif, dan behavioral. Pendekatan ketiga, observasi terhadap khalayak (individu, kelompok, organisasi, masyarakat atau bangsa) yang dikenai efek komunikasi massa.13
2.2. Televisi Sebagai Media Massa Yang dimaksudkan dengan televisi di sini ialah televisi siaran (television broadcast) yang merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yakni: berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan, dan komunikannya heterogen.14
13 14
Lukiati Komala Siti Karlinah Ibid hal 49-50 Opcit hal 1
31
2.2.1. Pengertian Televisi Televisi merupakan paduan audio dari segi penyiarannya (Broadcast) dan video dari segi gambar bergeraknya (moving images). Istilah televisi terdiri dari perkataan “ tele “ yang berarti jauh dan “ visi ” (vision) yang berati penglihatan. Segi “ jauh “-nya ditransmisikan dengan prinsip radio, yaitu penangkapan isyarat-isyarat (signals) dalam bentuk programa. Sedangkan segi “ penglihatan “-nya dtransmisikan dengan prinsipprinsip kamera sehingga menjadi gambar, baik dalam bentuk gambar hidup atau bergerak (moving picture), maupun gambar diam (still picture). Jelasnya isyarat televisi (television signals) terdiri dari dua bagian yang terpadu, yaitu saluran suara yang termodulasikan secara frekuensi (frequency modulated sound channel) dan saluran video (video channel). Ada lima metode penyampaian program televisi yang telah dikembangkan, yaitu: 1. Over the air reception of network and local station program. Kualitas gambar yang masih kuno ditingkatkan dengan High Density Television (HDTV). 2. Cable. Program disampaikan melalui satelit ke sistem kabel lokal, kemudian didistribusikan ke rumah-rumah dengan kabel di bawah tanah atau dengan tambahan kabel, sistem cable standard dibakukan tahun 1990-an. 3. Digital code. Ini bagian dari information super highway. Dahulu sistem kabel lokal dan telepon untuk pelanggan dalam jumlah besar menggunakan kabel kuno. Sekarang diganti dengan kabel serat optik yang ditanam di bawah tanah
32
tetapi memiliki kapasitas lebih tinggi. Sistem ini memungkinkan terjadinya komunikasi televisi dua arah. 4. Wireless cable. Sejumlah sistem kabel menyampaikan program bagi pelanggan yang menggunakan transmisi microwave (gelombang pendek) meskipun kabel ini di bawah tanah. 5. Direct Broadcast Satellite (DBS). Program-program ditransmisikan oleh satelit langsung dengan menggunakan antena parabola.15 Produser televisi siaran sebagai petugas yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan suatu produksi siaran tidak boleh hanya memperhatikan segi audionya saja atau segi videonya saja, melainkan harus kedua-duanya. Sebagai contoh, pada acara sandiwara atau pagelaran show, kedua faktor tersebut , yaitu audio dan video, sama kadar pentingnya. Kalau hanya suaranya saja yang terdengar atau hanya gambarnya saja yang tampak. Para pemirsa tidak akan merasa puas. Terjadinya proses pentransmisian oleh pemancar televisi ke pesawat-pesawat televisi dalam jarak jauh yang mengandung faktor-faktor yang sifatnya audial dan visual itu, disebabkan proses elektronik. Karena televisi merupakan media massa elektronik, maka segala sesuatu yang sampai kepada para pemirsa serba sekilas, dalam arti kata bahwa apa yang muncul pada pesawat televisi tak dapat dikaji ulang, berbeda dengan pesan-pesan pada media cetak. Oleh karena itu, pengarah acara (program director) stasiun televisi siaran bertanggung jawab atas pelaksanaan penyiaran acara harus
15
Ibid Onong Uchjana Effendy, hal 134-135
33
berupaya sedemikian rupa, sehingga acara yang tampil pada layar televisi jelas sejelasjelasnya dalam sekilas lihat dan sekilas dengar.16
2.2.2. Karakteristik Media Televisi a) Audiovisual Televisi memiliki kelebihan daripada mdia massa yang lain, yaitu dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audiovisual). Jadi, apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata-kata, musik, dan efek suara, maka khalayak televisi dapat mendengar dan melihat gambar yang bergerak. Namun, tidak berarti gambar lebih penting daripada kata-kata, karena keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis. Sebagai contoh, dalam acara wawancara udara (interview on the air), kadang-kadang sumber atau orang yang diwawancara (interviewer) sedang menjawab pertanyaan, namun gambar yang terlihat adalah pihak lain yang tidak sedang berbicara. Hal ini termasuk bentuk ketidakharmonisan antara kata-kata dan gambar pada televisi siaran. b) Berpikir dalam Gambar Pihak yang bertanggung jawab atas kelancaran acara televisi adalah pengarah acara. Bila ia membuat naskah acara atau membaca naskah acara, ia harus berpikir dalam gambar (think in picture). Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar. Pertama, visualisasi, yaitu menerjemahkan
kata-kata yang
mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Dalam proses
16
Op. Cit Onong Uchjana Effendy, hal 137-140
34
visualisasi, pengarah acara harus berusaha menunjukkan objek-objek tertentu menjadi gambar yang jelas dan menyajikannya sedemikian rupa, sehingga mengandung suatu makna. Kedua, penggambaran (picturization), yaitu kegiatan merangkai gambar individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu. Dalam proses
penggambaran
ada
gerakan-gerakan
kamera
tertentu
yang
dapat
menghasilkan gambar sangat besar (big close up), gambar diambil jarak dekat (close up), dan lain-lain. Perpindahan dari satu gambar ke gambar lainnya juga bermacam-macam, bisa secara menyamping (panning), dari atas ke bawah atau sebaliknya (tilting), dan sebagainya. c)
Pengoperasian Lebih Kompleks Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi siaran lebih kompleks dan lebih banyak melibatkan orang. Misalnya, untuk menayangkanacara siaran berita yang dibawakan dua orang pembaca berita saja dapat melibatkan 10 orang. Mereka terdiri dari produser, pengarah acara, pengarah teknik, pengarah studio, pemandu gambar, dua atau tiga juru kamera, juru video, juru audio, juru suara, dan lain-lainnya. Peralatan yang digunakan pun lebih banyak dan untuk mengoperasikannya lebih
rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang termpil dan terlatih. Oleh karena itu, media televisi lebih mahal daripada surat kabar, majalah, dan radio siaran.17
17
Ibid Onong Uchjana Effendy, hal 137-140
35
2.2.3. Fungsi Media Televisi Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa yang lain (surat kabar, majalah, dan radio siaran), yaitu fungsi penerangan, fungsi pendidikan, dan fungsi hiburan. a.
Fungsi penerangan (the information function) Siaran televisi sejak pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat, yaitu pada tahun 1946 di New York, Amerika Serikat ketika Sidang Umumu PBB sudah melakukan penerangan dalam bentuk pemberitaan mengenai sidang yang amat penting seusai Perang Dunia II. Masyarakat menganggap televisi sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang amat memuaskan. Hal ini disebabkan oleh dua faktor yang terdapat pada media massa audio visual itu, yaitu faktor immediacy dan faktor realism. Immediacy mencakup pengertian langsung dan dekat. Peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsa saat peristiwa itu berlangsung. Sebagai contoh, pemirsa akan dapat melihat wajah seorang penjaga gawang lebih jelas saat menonton sepak bola di televisi daripada mereka sendiri menonton langsung di tribun sebagai penonton. Realism mengandung makna kenyataan. Berarti stasiun televisi menyiarkan informasinya secara audial dan visual dengan perantaraan mikrofon dan kamera apa adanya sesuai kenyataan, jadi pemirsa melihat sendiri dan mendengar sendiri. Misalnya, pemirsa melihat sendiri wajah Presiden dan mendengar sendiri suaranya.
36
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai sarana penerangan stasiun televisi, selain menyiarkan informasi dalam bentuk siaran pandangan mata, atau berita yang dibacakan penyiar, dilengkapi gambar-gambar yang sudah tentu faktual, diskusi panel, ceramah, komentar, dan lain-lain, yang kesemuanya realistis. b. Fungsi Pendidikan (the educational function) Sebagai media komunikasi massa televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara simultan. Sesuai dengan makna pendidikan, yaitu meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat, stasiun televisi menyiarkan acara-acara tertentu secara teratur, misalnya pelajaran bahasa, matematika, elektronika, dan lain-lain. Stasiun televisi juga menyiarkan berbagai acara yang secara implisit mengandung pendidikan. Acara-acara tersebut merupakan sandiwara, fragmen, ceramah, film, dan sebagainya. Semua acara itu dinamakan Educational Television (ETV), yaitu acara pendidikan yang disisipkan ke dalam siaran yang sifatnya umum (pendidikan informal). Fungsi pendidikan di televisi ditingkatkan lagi, sehingga menjadi sarana pendidikan formal jarak jauh. Televisi siaran ini disebut Instructional Television (ITV). ITV berbeda dengan ETV, ITV merupakan stasiun penyiaran
yang
sepenuhnya
dan
keseluruhannya
menyiarkan
acarapendidikan, yang secara terorganisasikan ditujukan khusus kepada para
37
pelajar atau mahasiswa, dan yang kepadanya dikirimkan terlebih dahulu bahan-bahan pelajarannya. c.
Fungsi Hiburan Di seluruh dunia, terutama yang masyarakatnya bersifat agraris, fungsi hiburan yang melekat pada televisi siaran tampaknya dominan. Sebagian besar dari alokasi waktu masa siaran diisi oleh acara-acara hiburan. Hal ini dapat dimengerti, karena pada layar televisi dapat ditampilkan gambar hidup beserta suaranya bagaikan kenyataan, dan dapat dinikmati di rumah oleh seluruh keluarga, serta dapat dinikmati oleh khalayak yang tidak mengerti bahasa asing atau bahkan yang tuna aksara.18
2.2.4. Program Televisi Media televisi tumbuh dan berkembang sebagai adik kandung media radio dan film. Televisi juga mengambil unsur dramaturgi yang terdapat dalam media teater. Bahkan dominasi dialog pada setiap pengadeganan nyaris mengadopsi seni pentas atau radio. Media televisi memang sangat menjanjikan untuk dapat meniti berbagai disiplin ilmu: komunikasi, sosiologi, kultur, elektronika, dan sebagainya. Media televisi dituntut dapat memenuhi kehendak penonton yang heterogen, karena itu pemrograman acara menjadi solusi pendekatan program yang variatif. Seorang programmer harus sangat memahami bahwa program acara harus laku dijual sebanyak mungkin. Namun jika programmer tahu persis siapa yang akan
18
Ibid Onong Uchjana Effendy, hal 137
38
menontonnya, maka acara programnya pasti akan dipilihkan sesuai dengan yang diminati penonton. Setiap stasiun televisi mempunyai ciri/warna program siaran masing-masing. Setiap stasiun televisi mempunyai polcy atau kebijakan sendiri-sendiri terhadap sasaran penontonnya. Ada stasiun yang mengabdi pada pelayanan publik, ada pula yang lebih menekankan pada kreativitas program buatan sendiri sehingga warna siarannya benarbenar datang dari manjemen perusahaan. Secara teoritis, stasiun televisi berharap bahwa program acaranya akan ditonton terus menerus sepanjang hari, dari awal hingga akhir siaran. Oleh karena itu, masingmasing dari stasiun televisi berusaha menarik simpati penonton. Simpati itu bisa berwujud dalam program andalan, promo-promo yang menarik, dan identitas stasiun televisi itu gampang diingat, misalnya RCTI, SCTV, Indosiar, Global TV dan lainnnya. Program-program acara yang ditempatkan dengan tepat dipastikan akan ditonton oleh penonton dengan segmentasi tertentu. Contohnya: a. Anak-anak prasekolah pada waktu pagi hari atau sore hari b. Acara untuk ibu-ibu, misalnya senam
ibu-ibu, memasak, mengatur rumah
tangga, bisa ditempatkan pada pagi hari hingga tengah hari c. Program cartoon (kartun) ditempatkan pada sore hari hingga awal malam, karena program ini bisa untuk acara keluarga dan mengingat animasi tidak saja disenangi anak-anak, tetapi juga disenangi orang dewasa dan orang tua.19
19
R.M. Soenarto, Progama Televisi, Dari Penyusunan Sampai Pengaruh Siaran, FFTV-IKJ Press, Jakarta Pusat, 2007, Prolog
39
2.3. Pengertian Program Televisi Sadar atau tidak, setiap orang selaku penonton televisi menetahui yang disebut programa televisi. Ketika seorang anak menanyakan kepada orangtuanya, “ pak, acaranya nanti malam apa? Apa betul acara Naruto diganti Siaran Langsung dari Istana Merdeka? “, sesungguhnya anak itu tahu bahwa yang dimaksudkan dengan acara adalah program siaran atau programa siaran. Menurut kamus WJS Purwodarminto, pengertian program adalah acara, sementara kamus Webster International volume 2 lebih merinci, yaitu program adalah suatu jadwal (schedule) atau perencanaan untuk ditindaklanjuti dengan penyusunan “ butir “ siaran yang berlangsung sepanjang siaran itu berada di udara. Secara teknis penyiaran televisi, program televisi (television programming) diartikan sebagai penjadwalan atau perencanaan siaran televisi dari hari ke hari (horizontal programming) dan dari jam ke jam (vertical programming) setiap harinya. Program adalah susunan suatu acara dalam sehari. Media televisi hanya mengistilahkan programming atau pemrograman. Menjadwalkan program siaran tidak semudah yang dibayangka, mengingat penata program harus jeli memperhatikan apa yang disenangi penonton, kapan penonton biasa duduk di depan pesawat televisi, karena itu untuk menyusun program siaran diperlukan sistem pemrograman siaran.20
20
Op. Cit hal 31, hal 1-2
40
2.3.2. Jenis-jenis Program Televisi Di Indonesia, program siaran akan mengisi siarannya sepanjang rata-rata 18 samapai 24 jam setiapa harinya. Program siaran terdiri dari berbagai macam produksi siaran pendukung program. Produksi itu bisa dibuat sendiri oleh stasiun televisi bersangkutan (inhouse production) atau dibeli/disewa dari luar , seperti dari production house atau distributor film asing. Oleh karena itu, programmer harus terlebih dahulu merencanakan pola siaran, karena dari pola itu dapat diketahui dan ditentukan jenisjenis programnya. Jenis-jenis program televisi, antara lain: 1) Program untuk anak-anak Program acara yang formatnya hiburan dan pendidikan, berbau non dramatik bahannya bisa didapat dari keadaan nyata, bisa mengenai alam semesta, budaya, ilmu pengetahuan dan kesenian. 2) Program untuk orang dewasa Program yang di tayangkan biasanya yang berbau drama, yang berisi cerita fiksi. Istilah ini disebut juga sinetron. Format cerita dari sinetron yaitu: sinetron drama modern, sinetron drama legenda, sinetron drama komedi, sinetron drama sanduran, cerita pendek. 3) Program berita Penamaan program yang didasarkan isinya, ciri-ciri program berita adalah: aktual, disusun menurut kaidah jurnalistik, beritanya disampaikan berimbang
41
dan disiarkan dalam kesempatan pertama, formatnya seperti talk program (siaran kata), Interview, news and Comentary, dan magazine. 4) Program musik Program siaran musik adalah salah satu cara yang luwes, fleksibel. Dapat di tempatkan dimana saja, bisa pagi, bisa sore,bisa pula malam hari. Terlebih lagiyang berformat klips video atau fragmentasi musik yang dapat dijadikan acara sisipan menjelang acara berita, acara khusus, atau saat menunggu acara selanjutnya. 5) Program Infotainment Program siaran infotainment (dari infotainment/ gabungan antara “infotainment” dan “entertainment”) termasuk program siaran format baru yang berisi informasi promosi dagang dunia hiburan, yang dibuat sangat ringan, menghibur, menarik. Termasuk di dalamnya adalah pengemasan yang menyertakan bahan animasi dan trik. Maju mundurnya perusahaan jasa penyiaran televisi ada pada pemrogaman acara. Secara bisnis program itu bisa dijual. Bagi perusahaan televisi swasta, hasil penjualan program dapat menghasilkan pemasukan keuntungan. Sedangkan untuk televisi non-komersial, seperti televisi pendidikan, televisi komunitas, televisi publik akan mendapatkan kuntungan berupa investasi peradaban masyarakat, tambahan wawasan berbagai hal, dan dapat mempercepat kepandaian seseorang, karena programprogramnya sama sekali tidak mengutamakan promosi pihak lain. Dalam tayangan televisi non-komersial macam itu, isi programnya banyak mengetengahkan pendidikan
42
informal, wawasan sosial budaya yang sangat diperlukan masyarakat, kesehatan, ilmu pengetahuan, dan semua yang berhubungan dengan peningkatan harkat hidup masyarakat. Sistem pemrogaman akan menyentuh juga penggunaan perangkat operasional siaran, kecanggihan perangkat teknik, serta jangkauan siaran. Misalnya, perangkat peralatan yang sederhana dengan jangkauan siaran terbatas selingkup lokal pasti akan berbeda dibandingkan dengan penggunaan perangkat peralatan yang lebih canggih dan berjangkauan siaran yang dipersiapkan untuk nasional. Dari saran penyiaran tersebut akan dapat diartikan kejelasan sasaran yang akan dicapai atas program yang ditayangkan, yaitu masyarakat terbatas (lokal) atau masyarakat luas (nasional/internasional).21
2.4. Program Infotainment Di media massa, khususnya televisi, banyak bermunculan jurnalistik gosip dengan label program infotainment. Nama-namanya pun unik-unik, misalnya, Cek & Ricek, Kroscek, Insert, Kabar-kbari, Hot-Shot, Silet, Info Selebritis, Kasak-kusuk, Bibir Plus, dan KISS. Hampir semua stasiun televisi menyangkan acara ini setiap hari. Dan setiap harinya pula, setiap satu stasiun televisi menayangkan satu hingga dua program infotainment.22
21
Soenarto,RM, programa Televisi, Dari penyusunan sampai Pengaruh Siaran¸ jakarta, FFTV-IKJ press, 2007, hal 59 22 Zaenuddin. H.M, The Journalist, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2007. Hal 160
43
2.4.1. Pengertian Infotainment Program siaran infotainment (dari: infotainment-gabungan antara informasi dan entertainment) termasuk program siaran format baru yang berisi informasi promosi dagang dunia hiburan, yang dibuat sangat ringan, menghibur, dan menarik. Termasuk didalamnya adalah pengemasan yang menyertakan bahan animasi atau trik. Konsep infotainment awalnya berasal dari John Hopkins University (JHU), Baltimore, Amerika Serikat. Universitas tersebut memiliki jaringan organisasi internasional yang bergerak dalam misi kemanusiaan meningkatkan kesejahteraan umat manusia melalui berbagai aspek kesehatan. Misi kemanusiaan JHU di bidang kesehatan didukung
oleh
Center
of
Communication
Program
(CCP)
yang
bertugas
mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan guna mengubah perilaku kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, pakar komunikasi ( termasuk di dalamnya Everet M. Rogers, ahli komunikasi pembangunan) di CCP merumuskan berbagai metode penyampaian pesan-pesan kesehatan yang secara efektif dapat mengubah perilaku positif, salah satu konsep yang dihasilkan adalah infotainment. Ide dasar konsep infotanment berawal dari asumsi informasi. Kendati dibutuhkan oleh masyarakat, namun tidak diterima begitu saja, apalagi untuk merubah sikap negatif menjadi sikap positif manusia. Pilihannya dengan menyusupkan entertainment (hiburan) agar menarik perhatian masyarakat di tengah-tengah penyampaian information (informasi). Dari hal inilah muncul istilah infotainment, yaitu kemasan acara yang bersifat informatif namun di bungkus dan disisipi dengan hiburan
44
untuk menarik perhatian khalayak sehingga informasi sebagai pesan utamanya dapat diterima. Infotainment muncul sebagai reaksi kalangan pelaku industri media atas perubahan perilaku pembaca dan pemirsa media massa yang memasukkan selebriti, hiburan, kriminal, bahkan paranormal, dalam standar jurnalistik. Dalam infotainment, dikemaslah drama, human interest, dan sensasi tokoh-tokoh yang cenderung sensasional dan lebih berorientasi pada pribadi dan selebriti. Tayangan infotainment yang merupakan gabungan informasi dan hiburan, muncul karena struktur industri penyiaran, integrasi vertikal dan horizontal industri media, tekanan pencapaian ekonomi, dan munculnya pekerja media yang memiliki keterikatan namun minim pemahaman kode etik jurnalistik (KEJ).23 Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperolh informasi yang benar, wartawan indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik Tahun 2006: 2.4.2 Kode Etik Jurnalistik Dalam menjalankan tugasnya, wartawan selain dibatasi oleh ketentuan hukum, seperti Undang-Undang Pers
Nomor 40 Tahun 1999, juga harus berpegang teguh
kepada kode etik jurnalistik. Tujuannya adalah supaya wartawan bertanggung jawab dalam menjalankan profesinya, yaitu mencari dan menyaiarkan informasi.
23
Op. Cit Soenarto,RM , hal 62
45
Apa kode etik jurnalistik itu? Sekarang ada beberapa definisi yang berkembang mengenai kode etik jurnalistik. Misalnya ada yang mengatakan bahwa kode etik jurnalistik adalah himpunan etika profesi kewartawanan (pasal 1 ayat (14)UU No 40 Tahun 1999). Definisi lain ialah kode etik jurnalis televisi Indonesia, yaitu pedoman perilaku jurnalis televisi dalam menjalankan profesinya (pasal 1 kode etik jurnalistik televisi Indonesia). Dari definisi-definisi itu terlihat bahwa kode etik jurnalistik terkait dengan organisasi wartawan dank ode etik jurnalistik hanya mengikat wartawan yang menjadi anggota oraganisasi wartawan yang bersangkutan. Di Indonesia saat ini banyak organisasi wartawan. Karena itu, kode etik jurnalistik juga berbagai macam, antara lain kode etik jurnalistik Indonesia, kode etik wartawan Indonesia, dank ode etik Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban, dan peranannya, pers menghormati hak asasi setiap orang, karena pers dituntut professional dan terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat. Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan public dan menegakkan integritas serta profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik Tahun 2006 :
46
Pasal 1 Wartawan Indonesia bersikap Independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beretikad buruk. Penafsiran : a. independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani tanpa campur tangan , paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers. b. Akurat berarti dipercaya benar sesuai dengan keadaan objektif ketika peristiwa terjadi c. Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara. d. Tidak beretikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan semata-mata untuk meninmbulkan kerugian pihak lain.
Pasal 2 Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beretikad buruk. Penafsiran Cara-cara profesional adalah a. Menunjukkan identitas diri kepada narasmber b. Menghormati hak privasi c. Tidak menyuap
47
d. Menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya e. Rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara, dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditmpilkan secara berimbang. f. Menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar, foto, suara. g. Tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai karya sendiri. h. Penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita investigasi bagi kepentingan publik.
Pasal 3
Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah. Penafsiran a.
Menguji informasi berarti melakukan check dan recheck tentang kebenaran informasi itu.
b.
Berimbang adalah memberikan ruang dan waktu pemberitaan kepada masing-masing pihak secara proposional.
48
c.
Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal ini berbeda dengan opini interpretative, yaitu pendapat yang berupa interpretasi wartawan atas fakta.
d.
Asas praduga atak bersalah adalah prinsip tidak menghakimi seseorang. Pasal 4
Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul. Penafsiran a. Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh wartawan sebagai hal yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi. b. Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja dengan niat buruk. c. Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan. d. Cabul berarti penggamabaran tingkah laku secara erotis dengan foto, gambar, suara, grafis atau tulisan yang semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi.
Pasal 5 Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan. Penafsiran
49
a.
Identitas adalah semua data dan informasi yang menyangkut diri seseorang yang memudahkan orang lain untuk melacak.
b.
Anak adalah seorang yang berusia kurang dari 16 tahun dan belum menikah. Pasal 6
Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap. Penafsiran a. Menyalahgunakan profesi adalah segala tindakan yang mengambil keuntungan pribadi atas informasi yang diperoleh saat bertugas sebelum informasi tersebut menjadi pengetahuan umum. b. Suap adalah segala pemikiran dalam bentuk uang, benda atau fasilitas dari pihak lain yang mempengaruhi indenpendensi.
Pasal 7 Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi nara sumberyang tidak bersedia di ketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan “off the record” sesuai dengan kesepakatan. Penafsiran a.
Hak tolak
adalah hak untuk tidak mengungkapkan identitas dan
keberadaan narasumber demi keamanan narasumber dan keluarganya. b.
Embargo adalah penundaan pemuatan atau penyiaran berita sesuai dengan permintaan narasumber.
50
c.
Informasi latar belakang adalah segala informasi atau data dari narasumber yang disiarkna atau diberitakan tanpa menyebutkan narasumbernya.
d.
“Of The Record” adalah segala informasi atau data dari narasumber yang tidak boleh disiarkan atau diberitakan.
Pasal 8 Wartawan Indoneasia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasasr perbedaan suku, ras warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat yang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani. Penafsiran a. Prasangka adalah anggapan yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum mengetahui secara jelas. b. Diskriminasi adalah pembedaan perlakukan.
Pasal 9 Wartawan Indonesia menghormati hak nara sumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik. Penafsiran a. Menghormati hak narasumber adalah sikap menahan diri dan berhati-hati.
51
b. Kehidupan pribadi adalah segala segi kehidupan seseorang dan keluarganya selain yang terkait dengan kepentingan public
Pasal 10 Wartawan Indonesia segera mencabut , meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat
disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca,
pendengar, dan atau pemirsa. Penafsiran a. Segera berarti tindakan dalam waktu secepat mungkin, baik karena ada maupun todak ada teguran dari pihak luar. b. Permintaan maaf disampaikan apabila kesalahan terkait dengan sustansi pokok. Pasal 11 Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional. Penafsiran a. Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya. b. Haka koreksi adalah hak setiap orang untuk membetulkan kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang
52
orang lain. Proposional berarti setara dengan bagian berita yang perlu diperbaiki. 24
2.4.3. Karakteristik Infotainment Karakteristik infotainment di televisi, yaitu: Program acaranya menyajikan informasi aktual atau rangkuman informasi dari satu periode waktu tertentu (kilas balik) dari peristiwa yang terjadi didalam dan luar negeri, dan yang menambah wawasan pemirsanya. a. Program acaranya ditayangkan secara berulang kali atau regular pada slot tetap. b. Program acaranya menyajikan informasi tetapi dikemas dalam bentuk hiburan. c. Program acaranya termasuk informasi ringan seputar selebritis, misalnya tentang profil selebritis. Selebritis disini bukan hanya terbatas pada hiburan, namun juga meliputi tokoh-tokoh lainnya dari dunia olah raga, politikus, dan sebagainya.25
2.4.4. Jenis-jenis Program Infotainment Kata ‘infotainment’ berasal dari dua kata yaitu information yang berarti informasi dan entertainment yang berarti hiburan, namun infotainment bukanlah berita hiburan atau berita yang memberikan hiburan. Infotainment adalah berita yang menyajikan informasi mengenai kehidupan orang-orang yang dikenal masyarakat (celebrity), dan karena sebagian besar dari mereka bekerja pada industri hiburan seperti pemain film/sinetron, penyanyi, dan sebagainya maka berita mengenai mereka disebut 24
Iswandi Syahputra, Jurnalistik Infotainment” Kancah baru Jurnalistik dalam Industri Televisi” hal 223-229 25 Ibid . Hal 65
53
juga dengan infotainment. Infotainment adalah salah satu bentuk berita keras karena memuat informasi yang harus segera ditayangkan. Program berita reguler terkadang menampilkan berita mengenai kehidupan selebritis yang biasanya disajikan pada segmen akhir suatu program berita. Namun dewasa ini infotainment disajikan dalam program berita sendiri yang terpisah dan khusus menampilkan berita-berita mengenai selebritis. Program siaran infotainment termasuk program siaran format baru yang berisi informasi promosi dagang dunia hiburan, yang dibuat sangat ringan, menghibur, dan menarik. Termasuk di dalamnya adalah pengemasan yang menyertakan bahan animasi atau trik.26
2.5. Proses Peliputan Program Televisi Bagian lain dari proses produksi program televisi adalah meliput sebuah peristiwa atau masalah sebagai bahan untuk menulis berita. liputan ini bisa peristiwa, misalnya pertandingan sepak bola, bencana alam, kecelakaan, kebakaran, kerusuhan, dan sebagainya dalam bentuk wawancara dan mendatangi sumber berita atau mendatangi tempat kejadian.27 Meliput berita merupakan kegiatan wartawan atau reporter untuk mencari informasi dengan jalan mendatangi tempat kejadian dan berinteraksi melalui wawancara dengan sumber berita.
26
RM Soenarto, Programa Televisi, Dari Penyusunan Sampai Pengaruh Siaran, FFTV-IKJ PRESS, 2007, hal 62 27 Husnun N Djuraid, Panduan Menulis Berita, UMM Press, 2006, hal 129.
54
2.5.1. Pengertian Peliputan Kerja redaksi media cetak atau elektronik umumnya didahului oleh rapat perencanaan berita. Isi rapat membicarakan tentang rencana berita-berita yang akan diliput dan disajikan. Liputan adalah dimana reporter dan kameramen bekerja sama untuk mendapatkan suatu informasi atau berita yang aktual fakta. Sebelum mereka meliput biasanya selalu membuat rencana liputan. Langkah-langkah rencana liputan yaitu mulailah dengan membaca media cetak terutama surat-surat kabar edisi terbaru, dengarkan juga siaran berita di radio dan ditayangkan di televisi simaklah beritaberitanya. Ada beberapa jenis liputan, antara lainnya: 1) Liputan
berjadwal
(berdasarkan
agenda
yang
sudah
diketahui
sebelumnya, contoh: undangan). 2) Liputan berdasarkan Wish List (daftar keinginan yang menugaskan). 3) Liputan menurut wilayah kerja dan tanggung jawab (biasanya koresponden). 4) Liputan Penugasan Khusus (bisa berupa investigasi atau laporan khusus yang lainnya). 5) Liputan dadakan (bila ada bencana alam dan sebagainya) Dari situ kemungkinan besar akan muncul gagasan-gagasan baru untuk melakukan peliputan baik untuk memperoleh berita pertama atau primer ataupun berupa pengembangan alias berita lanjutan. Dengan rencana liputan berita itu, pekerjaan
55
reporter menjadi pasti terarah dan tidak ada lagi waktu atau tenaga yang terbuang siasia.28
2.5.2. Tahap-tahap Proses Peliputan Kerja redaksi media cetak maupun elektronik umumnya didahului oleh rapat perencanaan berita. Rapat ini diikuti oleh jajaran redaksi mulai dari pemimpin redaksi, redaktur pelaksana, para redaktur, dan reporter. Isi rapat ini membicarakan tentang rencana berita-berita yang akan diliput dan ditayangkan ke publik. Dengan adanya rapat perencanaan liputan ini, berita-berita yang akan mengisi suatu program televisi bisa dipersiapkan lebih awal, lebih matang, dan lebih berkualitas. Dalam proses peliputan, wartawan atau reporter adalah yang paling penting. Setiap wartawan atau reporter dianjurkan membuat rencana peliputan sebelum turun ke lapangan. Rencana peliputan sangat penting, karena acapkali wartawan atau reporter yang menjalani pekerjaannya dengan “kepala kosong”, dalam arti tidak tahu dan bingung hendak meliput peristiwa apa atau mau wawancara dengan siapa. Setiap wartawan atau reporter juga harus mempunyai bahan liputan untuk diolah menjadi berita. Ada beberapa sumber bahan untuk liputan, yaitu dari lokasi terjadinya suatu peristiwa, wawancara dengan sumber-sumber berita utama dan pihak-pihak terkait, dari press release atau pernyataan tertulis tentang sesuatu masalah yang disampaikan seseorang, sekelompok orang, organisasi sosial, atau sebuah lembaga
28
Ibid RM Soenarto, Hal 62
56
pemerintah dan swasta, dan yang terakhir dapat diperoleh dari polling pendapat yang bisa berupa survei ataupun angket.29
Ada beberapa hal yang juga harus diperhatikan wartawan atau reporter sebelum melakukan liputan, yaitu: Pra Produksi 1) Wartawan atau reporter harus meminta surat penugasan yang berisi uraian apa yang harus ia lakukan secara rinci. 2) Harus melakukan sebuah riset kecil atau bertanya bila informasinya belum jelas. 3) Melakukan koordinasi dengan juru kamera.
Setelah itu, saat melakukan liputan harus melakukan beberapa hal, yaitu: 1) Melakukan tugas liputan dengan cermat dan memegang mikrofon dengan baik dan terarah agar suara narasumber jelas tertangkap. 2) Setelah itu putar ulang hasil rekaman liputan dengan teliti dan cermat. 3) Bandingkan hasil itu dengan catatan yang anda buat selama liputan. 4) Dan yang terakhir, putuskan bagian mana yang hendak dijadikan lead. Setelah wartawan atau reporter melakukan peliputan, hal yang harus dilakukan adalah: 1) Tanya kepada Produser, berapa panjang alokasi beritanya. 2) Berdasarkan alokasi waktu (60 atau 90 detik), maka buatlah bahan berita termasuk soundbitenya yang mana yang hendak ditampilkan atau ditayangkan.
29
Zaenuddin H.M, The Journalist, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2007, hal 73-76
57
3) Dampingi editor atau produser ketika mereka melakukan editing materi berita yang anda liput.30
2.5.3. Pihak yang Terlibat dalam Proses Peliputan a. Koordinator Liputan Koordinator Liputan (KL) sering disebut juga dengan Koordinator Reportase (KR), yang bertugas mengkoordinir wartawan dan mengatur tugastugas liputan para wartawan atau reporter. Koordinator Liputan merupakan komando pelipuatan yang membawahi para wartawan atau reporter. Sebagai komando atau koordinator, tentu saja Koordinator Liputan harus tahu jumlah reporter atau wartawan dengan segala kemampuan dan karakternya. Tegasnya, urusan kewartawanan dan masalah peliputan sepenuhnya menjadi wewenang dan tanggung jawab Koordinator Liputan.31 b. Juru Kamera Juru Kamera adalah seseorang yang mengambil gambar wartawan atau reporter saat meliput sumber berita secara audio dan visual. Perkembangan teknologi yang cepat dalam pengiriman gambar dan suara (electronic newsgathering techniques) mengharuskan juru kamera untuk bekerja lebih cepat pula, ia harus secara cepat berangkat ke lokasi liputan, mengumpulkan gambar di lapangan.
30 31
Op.Cit RM. Soenarto hal 48 Ibid hal 49
58
Juru Kamera dan reporter harus bekerja sama sebagai satu tim kerja. Juru kamera harus memastikan semua shot (gambar) yang dibutuhkan untuk penyampaian laporan berita dan keterbatasan kamera agar ia dapat bekerja secara efektif.32 c. Wartawan atau Reporter Wartawan atau reporter dapat disebut profesi multi: peneliti, penulis cerita, dan editor. Disebut peneliti, karena dia harus mengumpulkan berbagai ragam informasi (observasi, wawancara, riset dokumentasi) di lapangan maupun dibalik meja agar memiliki informasi yang cukup dan sekaligus valid untuk menulis berita (cerita). Dalam meliput suatu berita wartawan atau reporter harus memegang prinsip kode etik jurnalistik untuk sistem pencarian berita atau informasi.
2.6 Teori Gate Keeper dan Teori Agenda Setting 2.6.1. Teori Gate Keeper ( Palang Pintu) Konsep gate keeper sering digunakan dalam studi-studi proses komunikasi massa terutama dalam kaitannya dengan setiap tindakan didalam sebuah organisasi media yang melibatkan pekerjaan memilih atau menolak bahan-bahan publikasi. Konsep gate keeper berasal dari karya Kurt Lewin bahwa informasi selalu mengalir sepanjang saluran-saluran tertentu yang memiliki wilayah
32
Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, Ramdina Prakarsa, 2005, hal 69-71
59
berpintu (gate keeper). Dimana pengambilan keputusan itu dilaksanakan, baik yang sesuai dengan peraturan-peraturan tertentu maupun yang di tentukan secara pribadi oleh para penjaga pintu (gate keeper), tentang apakah informasi akan di ijinkan masuk lewat salurannya sendiri.33 Dengan pengertian bahwa konsep yang pelakunya di sebut gate keeper yang bertugas untuk menjaga arus pesn yang datang dari sumber, untuk di lanjutkan kepada penerima. Studi tentang gate keeper dapat dijadikan prioritas bagi infotainment agar berita yang masuk dan tersaji kepada khalayak tidak mengalir begitu saja tanpa suatu proses penyeleksian berita. Studi tentang gate keeper adalah studi tentang seleksi berita yang dilakukan di dalam organisasi media yang memiliki peran kunci dalam menilai dan menyeleksi berita-berita yang masuk. Fokus gate keeper berasumsi bahwa setiap individu atau wartawan infotainment memiliki nilai pribadi, sikap, dan pilihan yang dapat membantu mereka memutuskan berita apa yang pada akhirnya layak disampaikan kepada penonton.34 Dennis McQuail dan Sven Windahl mengatakan bahwa tindakan gate keeping yang paling penting terjadi di dalam organisasi internal pemberitaan, dan bahwa prosesnya dapat dibagi dalam dua tahap, memperoleh dan mengolah data berita.35 Dengan demikian gate keeping teori berfokus pada cara berlaku pada suatu media dalam melakukan filttering dan modify dari informasi yang akan 33 Dennis McQuail dan Sven Windahl alih Bahasa Putu Laxman Pendit, Model-Model Komunikasi, Uni Primas, Jakarta 1985, hal 110 34 Iswandi Syahputra, Jurnalistik Infotainment, Kancah Baru Jurnalistik Dalam Industri Televisi, Pilar Media 2006, hal 114 35 Dennis McQuail dan Sven Windahl alih Bahasa Putu Laxman Pendit, Model-Model Komunikasi, OP.Cit hal 114
60
dimuat. Jika melihat penjabaran Lewin, terdapat dua cara yang di terapakan. Pertama adalah cara yang di lakukan oleh seorang produser pelaksana dan para Editor berdasarkan keahlian dan kreatifitas, dan yang kedua adalah berdasarkan kondisi media yang dalam hal ini mekanisme yang diterapakan perusahaan media. Maka kaitannya dengan penelitian ini adalah bagaimana proses pesan atau informasi yang disampaikan oleh infotainment Obsesi hingga dapat sampai di terima oleh penontonnya yang dimulai dari perencanaan ide melalui rapat redaksi yang mencangkup rapat proyeksi dan rapat evaluasi, peliputan atau pencarian bahan berita yaitu dengan mengontak melalui telepon dan mewawancarai narasumber, menulis naskah, timecode, penyeleksian, dan penyutingan, hingga sampai dalam proses editing hingga tahap siap ditayangkan.
S1
M1
S2
M2
S3
M3
Keterangan : S
: Sumber
M
: Pesan
R
: Penerima
PALANG PINTU
MA
R1
MB
R2
MC
R3
61
Dari bagan di atas dapat dilihat bahwa sumber atau nara sumber berita memberikan pesan berupa informasi kepada gate keeper atau palang pintu yang kemudian diolah secara selektif dengan penuh kreatifitas sehingga pesan yang diterima oleh gate keeper tadi menjadi suatu informasi yang menarik bagi konsumen media dan penerima. Aspek yang terpenting bahwa pesan-pesan (M1, M2, M3) yang diterima oleh palang pintu dari berbagai sumber yang berbeda (S1, S2, S3). Jadi salah satu fungsi palang pintu adalah menyeleksi pesan-pesan yang akan dikomunikasikan. Palang pintu secara selektif menyampaikan sejumlah pesan (MA, MB, MC) ke penerima yang berbeda-beda (R1, R2, R3) karena aspek yang terpenting yang perlu di perhatikan mengenai proses ini, adalah pesan-pesan yang diterima oleh palang pintu (M1, M2, M3) tidaklah sama dengan pesan-pesan yang dikirim oleh palang pintu (MA, MB, MC).36
2.6.2 Teori Agenda Setting Dalam penelitian ini juga dapat menggunakan teori menyusun agenda (agenda setting), menurut McCombs dan Shaw model agenda setting dengan menyatakan asumsi, dasar bahwa membentuk persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting. Dengan teknik pemilihan dan penonjolan media, memberiakn cues tentang mana Issue yang lebih penting. Model agenda setting
36
Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima, Profesional Books, 1997, hal 530
62
mengasumsikan adanya hubungan positif antara penilaian yang diberkan media pada suatu persoalan dengan perhatian yang diberikan khalayak persoalan itu.37
Gambar Model Agenda Setting
Variabel
Variabel Antara
Variabel Effek
Media Masa - Panjang
Variabel Effek Lanjutan
- Sifat Stimulus
- Pengenalan
- Persepsi
- Penonjolan - Sifat Khalayak
- Salience
- Aksi
- Konflik
- Prioritas
Pada model agenda setting di atas dapat dilihat bagaimana pada waktu media massa mengkoding berbagai isi media dan menyusun dengan merangking isi itu berdasarkan panjang, yaitu waktu dan ruang, penonjolan dan konflik (cara penyajian
bahan).
Selanjutnya
mengukur
agenda
masyarakat
dengan
menganalisis self report khalayak. Menghitung topik-topik penting menurut khalayak, merangkainya dan mengkorealisasikannya dengan rangking isi media tersebut.
Menganalisis
kondisi
antara
(contingent
condition)
yang
mempengaruhi proses agenda setting dengan meneliti sifat-sifat stimulus dan karakter khalayak.
37
Drs. Jalaluddin Rakhmat. M.SC, Metode Penelitian Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1994, hal 68
63
Sifat-sifat stimulus menunjukan karakteristik isu termasuk jarak isu yaitu, apakah isu itu langsung atau tidak dialami individu, lama terpaan yaitu apakah isu itu baru muncul atau mulai pudar, kedekatan geografis yaitu apakah isu itu bertingkat lokal atau nasional, dan sumber yaitu apakah yang disajikan pada media yang kredibel atau yang tidak kredibel. Sifat-sifat khalayak menunjukkan
variabel-variabel
psikososial,
termasuk
data
demografi,
keanggotaan dalam sistem sosial, kebutuhan, sikap, diskusi interpersonal, dan terpaan media. Agenda masyarakat dapat diteliti dari segi apa yang dipikirkan orang (interpersonal), apa yang dibicarakan orang dengan orang lain (interpersonal), dan apa yang mereka anggap sedang menjadi pembicaraan orang ramai (comunity salience). Efek terdiri dari efek langsung dan efek lanjutan (subsequent effect). Efek langsung berkaitan dengan issues, apakah isu itu ada atau tidak ada dalam agenda khalayak (pengenalan), dari semua isu, mana yang paling dianggap paling penting menurut khalayak (salience), bagaimana isu itu dirangking media (prioritas). Efek lanjutan berupa persepsi (pengetahuan tentang peristiwa tertentu) atau tindakan.38 Dalam kaitannya dengan penelitian penulis adalah bagaimana infotainment Obsesi dapat membuat penontonnya lebih memperhatikan setiap isi pesan yang menyusun kerangka teknis yang tetap mengacu pada kode etik
38
Ibid Drs. Jalaluddin Rakhmat, hal 69
64
jurnalistik infotainmrnt. Informasi maupun tokoh artis dan selebritis yang disampaikan pada saat penanyangan program tersebut.
65
BAB III METODOLOGI 3.1 Tipe/ Sifat Penelitian Sifat penelitian yanng akan di gunakan bersifat Deskriptif yaitu memberikan gambaran/ penjabaran tentang kondisi empiris objek penelitian
berdasarkan
karakteristik yang dimiliki.39 Penelitian tersebut yang bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik, populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual.40 Penelitian Deskriptif ini di tujukan untuk : 1. Mengumpulkan Informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada. 2. Mengidentifikasikan masalah 3. Membuat perbandingan Evaluasi 4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. Menurut Mohamad Nazir metode Deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun kelas peristiwa pada masa sekarang. 41
39 40
Setiawan, Bambang, Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta, UT, 1995, hal 9 Isac dan Micheal, Terjemahan Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi , 1999, hal 2
65
66
Menurut Bogdan dan Taylor mengenai metode kualitatif seperti yang di kutip oleh Lexy J. Moeloeng adalah : Metode kualitatif sebagai prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dengan perilaku yang diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu/organisasi kedalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandang sebagai bagian dari sesuatu kebutuhan. Dalam penelitian ini menggunakan data kualitatif yang digunakan tidak menggunakan angka-angka tapi dalam bentuk kategorikal. Variabel kualitatif adalah variabel yang menyatakan kualitas tertentu suatu data yang diamati dalam melakukan penelitian. Sejalan dengan definisi tersebut David Williams (1995) menulis bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah. Jelas definisi ini memberi gambaran bahwa peneliti kualitatif mengutamakan latar alamiah, metode alamiah, dan dilakukan oleh orang yang mempunyai perhatian alamiah.42
41 42
Nazir, Moh, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983, hal 63 Moleong, Lexy. J, Metode Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, hal 4
67
3.2. Metode Penelitian Proses Peliputan Wartawan Obsesi Merupakan rangkaian dari suatu tindakan yang dilakukan untuk menyajikan suatu progaram tayangan mengenai kupasan para selebritis. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus, studi kasus adalah metode riset yang menggunakan berbagai sumber data (sebanyak mungkin data) yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan, dan manjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis. Pendekatan kualitatif metode penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan wawancara secara mendalam kepada key informan yang dalam penelitian ini adalah produser, koordinator liputan, dan reporter kemudian akan diberikan beberapa pertanyaan yang sudah disiapkan oleh penulis, tentunya pertanyaan berhubungan dengan topik penelitian. Wawancara yang dilakukan format wawancara
yang tidak berstuktur,
wawancara seperti ini memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab dan mengeluarkan isi hatinya. Key informan biasanya terdiri atas mereka yang terpilih saja karena sifatnya yang khas. Biasanya mereka memiliki pengetahuan dan mendalami situasi, dan mereka lebih mengetahui informasi yang diperlukan. Robert K.Yin (2000:18) memberikan batasan mengenai metode studi kasus sebagai riset yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana
68
batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak jelas,dan di mana multisumber bukti dimanfaatkan. Menurut Mulyana (2001:201), studi kasus periset berupaya secara seksama dan dengan berbagai cara mengkaji sejumlah besar variable mengenai suatu kasus khusus. Ciri-ciri : a. Partikularistik. Artinya studi kasus terfokus pada situasi, peristiwa, program atau fenomena tertentu. b. Deskriptif. Hasil metode akhir ini adalah deskripsi detail dari topik yang diteliti. c. Heuristik. Metode studi kasus membantu khalayak memahami apa yang sedang diteliti. Interpretasi baru, perspektif baru, makna baru merupakan tujuan dari studi kasus. d. Induktif. Studi kasus berangkat dari fakta-fakta di lapangan, kemudian menyimpulkan kedalam tataran konsep atau teori.43
3.3 Teknik Pengumpulan Data Guna mendukung keperluan untuk menganalisa mekanisme keredaksian di Obsesi, penulis membutuhkan data-data yang mendukung, baik berasal dari dalam
43
Rachmat Kriyantono. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Kencana Prenada Media Group. 2006. Hal 6667
69
maupun dari luar perusahaan. Dalam pengumpuilan data, penulis melakukan dua macam pendekatan, antara lain : 3.3.1 Data Primer a. Yaitu data yang diperoleh langsung dari pengumpulan informasi-informasi mengenai mekanisme keredaksian. Informasi yang di maksud adalah menyangkut dalam segala informasi. b. Wawancara mendalam ( indepht interview) yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan keredaksian yang menangani program acara Obsesi. Wawancara di lakukan dengan tidak terstruktur, maksudnya adalah kebebasan peneliti untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat dikembangkan lebih jauh berdasarkan narasumber, maka akan dihasilkan data yang terinci dan lebih mendalam untuk dianalisa. c. Observasi, yaitu berguna untuk menjelaskan, memberikan gejala yang terjadi, setelah meneliti, mencatat dan menganalisis, mengumpulkan hal peristiwa yang terjadi. Sedangkan mekanisme observasi ada tiga tahapan yaitu: 1. Observasi Deskriftif, peneliti pada saat memasuki situasi sosial tertentu sebagai objek penelitian belum membawa masalah yang akan diteliti, maka peneliti melakukan penjelajahan umum, menyeluruh, melakukan deskriftif terhadap semua yang dilihat, didengar, dan dirasakan. 2. Observasi terfokus, pada tahap ini peneliti melakukan analisis data yang mendapatkan kesimpulan yang belum sempurna.
70
3. Observasi terseleksi, pada tahap ini peneliti telah menguraikan fokus yang ditemukan sehingga datanya lebih rinci, dan telah mendapatkan pemahaman yang mendalam.
3.3.2 Data Sekunder Peneliti juga memperileh data-data pelengkap guna melancarkan proses penelitian. Data sekunder dilakukan melalui studi kepustakaan untuk mendapatkan informasi dan literatur-literatur yang berhubungan dengan judul, dokumen-dokumen dari buku-buku, internet, majalah, karya tulis, dan bentuk lainnya yang memungkinkan untuk melengkapi data-data dalam penulisan.
3.4
Nara Sumber (Key Informan) Menurut
Lexy
J.
Moleong,”
Informan
adalah
orang
yang
dimanfaatkan untuk memberi informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.44 Dengan demikian key Informan atau nara sumber adalah orang yang dianggap penulis paling mampu dalam memberikan informasi yang berkaitan dengan penelitian. Orang yang berperan besar dan bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan keredaksian Obsesi, serta berkaitan langsung dengan proses peliputan wartawan Obsesi. Dan ini berarti, Key
44
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1990, hal 90.
71
Informan haruslah memiliki kompetensi dan kapabilitas untuk memberikan informasi yang terkait. Sesuai dengan masalah penelitian ini yang paling dianggap tepat untuk disebut sebagai Key Informan (orang yang memahami) adalah: 1. Herik Kurniawan sebagai Produser Eksekutif
Divisi News
Global TV. Bertugas bertanggung jawab penuh seluruh kegiatan pengkoordinasian suatu program divisi news. 2. Youmi Alafghani sebagai Produser infotainment OBSESI Global TV. Bertugas bertanggung jawab program dari pelaksanaan pra produksi, produksi dan paskaproduksi. 3. Ismawaty Wijaya sebagai Koordinator Liputan Infotainment OBSESI bertugas mengatur dan memberikan tugas peliputan bagi para bawahan (reporter dan kameramen). 4. Adriana
Bustami
sebagai
Reporter.
Bertugas
mencari,
menanyakan kepada narasumber atau menjadi interviewer, bertanya sesuai dengan daftar pertanyaan yang dibuat sendiri sesuai dengan tema liputan. 5. Dolly Indra sebagai Juru kamera. Bertugas orang yang menggambil gambar saat liputan atau ada suatu berita biasanya bekerjasama dengan reporter.
72
6. Firman
Ismayanto
sebagai
Koordinator
Editor.
Bertugas
mengarahkan editor sesuai dengan keinginan dari produser dan lebih bertanggung jawab kepada editor lainnya.
3.5 Definisi Konsep Untuk pelaksanaan penelitian ini berbagai konsep atau istilah perlu diperjelas definisi konsepnya adalah : 1.
Proses peliputan adalah meliput merupakan bagian dari proses produksi, kegiatan wartawan atau reporter untuk mencari informasi dengan jalan mendatangi tempat kejadian dan berinteraksi melalui wawancara dengan narasumber.
Biasanya
sebelum
meliput
umumnya
didahului
oleh
perencanaan (Pra Produksi), barulah wartawan dan kameramen meliput sesuai dengan apa yang diharapkan (Produksi) dan tahap akhir (paskaproduksi). 2.
Proses pra produksi adalah merencanakan tema liputan melalui rapat redaksi, rapat ini menyangkut rapat proyeksi dan rapat evaluasi.
3.
Proses Produksi tahap puncak pelaksanaan produksi dengan melibatkan semua kerabat kerja produksi yang telah direncanakan sebelumnya dan melakukan persiapan baik yang bersifat teknis maupun non teknis seperti mengecek ulang jadwal kegiatan, memeriksa seluruh fasilitas perlengkapan, artis pendukung setelah semua siap maka dilakukan shooting atau peliputan.
73
4.
Proses paska produksi, adalah dimana tahp akhir byang memiliki tiga bagian editing offline, editing online, dan mixing.
5.
Tayangan infotainment Obsesi adalah program tayangan infotainment yang berbeda dengan program infotainment lainnya, karena Obsesi mempunyai rubrikasi setiap harinya dan tayangan infotainment yang berisi berita-berita tentang para artis atau orang terkenal yang menjadi perbincangan masyarakat luas.
6.
Kode Etik adalah dalam konteks kode etik jurnalistik dimana adalah himpunan etika profesi kewartawanan (Pasal 1 Ayat (14) UU NO 40 Tahun 1999), dalam menjalankan tugasnya wartawan selain dibatasi oleh hukum, seperti Undang-undang Pers Nomor 40 Tahun 1999, juga harus berpegang kepada kode etik jurnalistik Tahun 2006. Tujuannya adalah supaya wartawan bertanggung jawab dalam menjalankan profesinya, yaitu mencari dan menyiarkan berita.
3.6
Fokus Penelitian Fokus penelitian terletak pada proses peliputan wartawan infotainment
Obsesi
di
Global
TV
yang
menyangkut
bidang
keredaksionalan yang berkaitan dengan tahap- tahap proses peliputan wartawan Obsesi. Untuk memperjelas arah penelitian dari proses peliputan oleh wartawan atau dapat juga disebut sebagai pekerja infotainment Obsesi,
74
maka fokus penelitian didasarkan pada proses produksi yang dibagi dalam beberapa tahap, yaitu: 1. Pra Produksi Merencanakan bahan berita melalui rapat redaksi, yaitu pada rapat yang mencangkup rapat proyeksi dan rapat evaluasi, rapat ini di rencanakan berbagai macam topik yang akan diberikan pada edisi selanjutnya. Peliputan atau pencarian bahan berita dan persiapannya, yaitu pada tahap ini reporter dan kameramen mencari bahan berita dilapangan yakni dengan mewawancarai narasumber. 2. Produksi, yang terdiri dari : -
Time code, pada tahap ini reporter diwajibkan menyusun hasil berita yang di dapat dilapangan dengan memberikan kode waktu pada setiap statement (pernyataan) nara sumber kedalam tulisan untuk dijadikan berita.
-
Rekaman gambar yang direkam melalui pita kaset yang bersifat tidak langsung yang berisi hasil dari peliputan dilapangan.
3. Paska produksi -
Publication and Following-up Stories dilakukan memberitahukan adanya tahapan perkembangan masyarakat yang berubah melalui pemberitaan.
75
3.7 Teknik Analisis Data Langkah-langkah yang akan dilaksanakan penulis untuk menganalisis data yang diperoleh adalah melalui triangulasi data yaitu : 1. Mengumpulkan data dan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara observasi dan dokumentasi. 2. Masing-masing data dan informasi tersebut digabungkan secara sistematis dengan mendeskripsikan secara kualitatif untuk mencari hubungan antara jawaban dengan pertanyaan penelitian. 3. Uraian dari hubungan tersebut merupakan jawaban dari masalah penelitian. Teknik analisis data, analisis data adalah proses mencari, menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan dilapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Miles and Huberman (1984), mengemukakan analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah pengumpulan data selesai dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang di wawancari setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan
76
melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel.45 Kategorisasi yang sesuai dengan peneliian ini yaitu, kategorisasi objektivitas pemberitaan. Kategorisasi yang dibuat adalah sebagai berikut: A. Akurasi pemberitaan, yaitu kejujuran dalam pemberitaan meliputi: 1. Kesesuaian judul dengan isi berita. Ini menyangkut aspek relevansi, yaitu apakah kalimat judul utama (bukan subjudul) merupakan bagian dari kalimat yang sama pada isi berita atau kutipan yang jelasjelas ada dalam isi berita. Dengan demikian ada dua kategori: a. Sesuai, yaitu bila judul merupakan bagian dari kalimat yang sama pada isi berita atau kutipan yang jelas-jelas ada dalam isi berita. b. Tidak sesuai, bila judul bukan merupakan bagian dari kalimat yang sama pada isi berita atau bukan pada kutipan yang jelasjelas ada dalam isi berita. 2. Pencantuman waktu terjadinya suatu peristiwa. Ini untuk melihat akurasi fakta atau opini. Terdapat dua kategorisasi : a. Mencantumkan waktu, yaitu bila berita mencantumkan waktu, bisa tanggal, kata-kata atau pernyataan tentang waktu atau keduanya sekaligus. 45
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, CV ALFABETA, Bandung, 2008
77
b. Tidak
mencantumkan
waktu,
yaitu
bila
berita
tidak
mencantumkan waktu, bisa tanggal, kata-kata atau pernyataan tentang waktu atau keduanya sekaligus. 3. Penggunaan data pendukung atau kelengkapan informasi atas kejadian yang ditampilkan, anatara lain menggunakan table, statistik, foto, ilustrasi gambar, dan lainnya. Ada dua kategorisasi : a. Ada data pendukung, yaitu bila berita dilengkapi salah satu data pendukung, seperti table, statistik, foto, ilustrasi gambar, buku, UU, dan lainnya. b. Tidak ada data pendukung, yaitu bila berita tidak dilengkapi salah satu satu pendukung, seperti table statistik, foto,ilustrasi gambar, buku,UU, dan lain-lainnya. 4. Faktualitas berita, yaitu menyangkut ada tidaknya percampuran fakta dengan opini wartawan yang menulis berita. Ada dua kategorisasi, yaitu : a. Ada pencampuran fakta dan opini, yaitu bila dalam berita terdapat kata-kata opinionative, seperti tampaknya, diperkirakan, seakan-akan, terkesan-kesannya, seolah, agaknya, diperkirakan, diramalkan, kontroversi, mengejutkan, manuver, sayangnya, dan kata-kata opinionative lainnya.
78
b. Tidak ada pencampuran fakta dan opini, yaitu bila dalam berita tidak
terdapat
kata-kata
opinonative,
seperti
tampaknya,
diperkirakan, seakan-akan, terkesan-kesannya, seolah, agaknya, diperkirakan, diramalkan, kontroversi, mengejutkan, manuver, sayangnya, dan kata-kata opinionative lainnya. B. Validitas keabsahan pemberitaan : 1. Atribusi, yaitu pencantuman sumber berita secara jelas (baik identitas maupun dalam upaya konfirmasi atau cek dan recek). Ada dua kategori, yaitu : a. Sumber berita jelas, jika dalam berita dicantumkan identitas sumber berita seperti nama, pekerjaan atau sesuatu yang memungkinkan untuk dikonfirmasi. b. Sumber berita tidak jelas, jika dalam berita tidak dicantumkan identitas sumber berita seperti nama, pekerjaan atau sesuatu yang memungkinkan untuk dikonfirmasi. 2. Kompetensi pihak yang dijadikan sumber berita, apakah berasal dari apa yang dilihat sendiri oleh wartawan atau dari sumber berita yang menguasai persoalan atau hanya sekadar kedekatannya dengan media yang bersangkutan atau karena jabatannya.
79
a. Wartawan, bila peristiwa yang diberitakan merupakan hasil pengamatan
wartawan
sendiri
secara
langsung,
yaitu
mengungkap informasi sesuai dengan apa yang dilihat, didengar, dan diketahui oleh wartawan itu sendiri. b. Pelaku langsung, bila peristiwa yang diberitakan merupakan hasil wawancara wartawan dengan sumber berita yang mengalami langsung peristiwa tersebut. Misalnya saksi mata, korban atau orang yang terlibatlangsung dengan peristiwa itu sendiri atau berada dilokasi saat peristiwa berlangsung. c. Bukan pelaku langsung, bila peristiwa yang diberitakan merupakan hasil wawancara wartawan
dengan sumber berita
yang tidak mengalami langsung peristiwa tersebut. Hanya karena jabatan atau memiliki akses informasi lalu menjadi sumber berita. Misalnya petugas humas, juru bicara, dan lainnya yang tidak berada dilokasi saat peristiwa terjadi.46
46
Rachmat Kriyantono. Riset Komunikasi. Op.cit 2006.hal 244-247
80
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Global TV47 4.1.1 Sekilas Sejarah GLOBAL TV ( PT.Global Informasi Bermutu ) PT Global Informasi Bermutu didirikan pada tanggal 22 Maret 1999 di Jakarta, dengan Akta Pendirian No. 14 dan mendapatkan Ijin Prinsip Pendirian Lembaga Penyiaran Televisi Swasta No: 801/MP/PM/199 yang dikeluarkan oleh Menteri Penerangan RI, tertanggal 25 Oktober 1999. Setelah selama beberapa waktu melakukan siaran percobaan, akhirnya pada tanggal 8 Oktober 2002 Global TV resmi siaran sebagai stasiun TV swasta dengan pangsa pasar anak muda. Pada awalnya, Global TV merupakan broadcaster dari program musik MTV selama 24 jam. Pada tahun yang sama Global TV memiliki 6 (enam) stasiun relay yaitu Jakarta, Medan, Bandung, Semarang, Surabaya dan Yogyakarta. Global TV juga memiliki mendapatkan alokasi frekuensi untuk 7 (tujuh) kota yaitu Denpasar, Samarinda, Pontianak, Makassar, Palembang, Manado dan Banjarmasin. Pada tahun 2003, Global TV mendapatkan tamahan alokasi frekuensi untuk 5 (lima) kota yaitu Pekanbaru, Padang, Jambi, Lampung dan Jayapura. Mulai pada tanggal 15 Januari 2005 Global TV melakukan perubahan format siaran menjadi 12 jam ( Progam MTV ) dan 12 jam ( Program Global TV ) serta melebarkan target pasar menjadi anak muda dan keluarga muda ( ABC, 13-34, M/F ).
47
Dokumen Company Profile Global TV
80
81
Pada tahun 2006, Global TV kembali melebarkan pangsa pasar dengan menambah pangsa pasar anak-anak melalui penayangan program Nickelodeon. Target market melebar menjadi anak-anak, anak muda dan keluarga muda (ABCD, 05-34, M/F). Pada tahun yang sama, Global TV telah memiliki stasiun relay sebanyak 18 yang menjangkau 143 kota dan 110 juta pemirsa. Saat ini,
Global TV dimiliki oleh
Bimantara secara tidak langsung melalui PT Media Nusantara Citra atau biasa disebut juga MNC. Dengan rincian Pemegang saham sebagai berikut : 1. Media Nusantara Citra
: 99.99 %
2. Infokom Elektrindo
: 0.01 %
Pada tahun 2008 Global TV kembali melakukan perubahan dengan mengganti logo dan memberi slogan yakni ``Global TV untuk Keluarga Indonesia``. Diharapkan dengan perubahan ini, Global TV dapat menjadi televisi pilihan yang ditonton oleh keluarga di seluruh Indonesia.
4.1.2 Gedung Global TV Global TV memang belum memiliki gedung pribadi, maka seluruh pekerjaan dan pengoperasian dilakukan pada 4 (empat) tempat yang berbeda, yaitu: 1. News Division Plaza Kebun sirih lanati 2. P2/07 jalan kebun sirih kav. 17-19 jakarta 10340 Telepon : (6221-)3918108, (6221) 23567600, Fax : (6221) 3921440.
82
Dimana gedung ini merupakan news room dari MNC Group, yang terdiri dari Global TV, TPI, dan TV kabel Sun TV. 2. Komplek RCTI Jl. Raya perjuangan Kebon Jeruk, Jakarta, Indonesia. Phone
: 021-5360601
Fax
: 021-5360602 Gedung ini merupakan tempat pemancar dan tempat on air untuk semua
program acara yang dibuat oleh Global TV, serta tempat para karyawan khusus on air dan karyawan technikal berada. 3. Studio Guet (Studio) Jl. Raya Perdatam No. 17-19 Pancoran, Jakarta, Indonesia. Phone
: 021-7995327
Fax
: 021-7995327
Di tempat ini terdapat dua buah Studio. Studio pertama disebut Studio A yang digunaakan untuk program-program acara Global TV yang berskala lebih besar (misal: Auo), Studio kedua disebut studio B, ukurannya lebih kecil dari Studio A yang sering digunakan untuk program acara Global TV seperti Promo, Casting, dan sebagainya. Diruang ini juga terdapat ruang untuk manajemen khusus crew Studio dari mulai Cameramen, Lightingman, sampai Audioman.
83
4. Ariobimo Sentral Jalan Rasuna Said Kav 5 blok x-2 Dimana gedung ini merupakan kantor HRD, R&D, Marcating Communication, dimana gedung ini juga dapat dilakukan sebagai produksi dalam studio. 4.1.3 Visi dan Misi Global TV a. VISI Global TV Sebagai satu-satunya media televisi yang menjadi sumer inspirasi, informasi dan hiuran bagi anak-anak, anak muda dan keluarga muda serta pemirsa berjiwa muda (young at heart) yang mengerti serta memahami keinginan dan kebutuhan pemirsa yang sekaligus menjadi media terekfektif bagi agencies dan pemasang iklan.
b. MISI Global TV Sebagai media untuk menyalurkan energi, dinamika dan proses kreatif keluarga muda dan yang berjiwa muda dengan memadukan tatanan perkembangan informasi dan hiburan yang berlandaskan etika dan budaya bangsa Indonesia melalui tayangan program yang mencakup kebutuhan informasi, pendidikan dan hiburan yang sesuai dengan target segmen utama pemirsa.
84
4.1.4 Logo Global TV
Filosofi logo baru Global TV adalah sebagai berikut: (Lambang bola dengan huruf ”G” ) Bentuk bola 3 dimensi ini selain melambangkan ”bola dunia” juga melambangkan ”fleksibilitas” Global TV sebagai stasiun televisi nasional yang mampu memberikan beragam sajian spesial terlengkap untuk setiap anggota keluarga Indonesia. Letak huruf ”G” yang berada di tengah dan menyatu dengan bola melambangkan posisi Global TV dengan visi dan misi strategis dalam menemani pemirsa lewat setiap program yang ditayangkan. (Huruf GlobalTV) Penulisan kata ”globaltv” dengan huruf kecil, memberikan sentuhan baru pada Global TV sebagai stasiun televisi yang ramah dan bersahabat. Penulisan “tv” yang dipertebal disamping kata “global” memberikan kesan kuat dan kokoh. Sedangkan warna biru yang menyatu dengan bola dunia G melambangkan Global TV suatu perusahaan yang kompak dan solid.
85
4.1.5 Target Pemirsa Global TV Target pemirsa Global TV adalah SES ABC dengan usia 05-39 tahun, Male/Female. 4.1.6 Manajemen Global TV Global TV merupakan perusahaan yang dimiliki oleh Bimantara dan Bhakti Investama. Global TV berada dibawah naungan PT. Media Nusantara Citra (MNC). Berikut jajaran komisaris dan direksi Global TV terdiri dari: Board of Commissioners President commissioner
: Bambang Hary Iswanto Tanoesoedibjo
Commissioner
: Bambang Rudijanto Tanoesoedibjo
Commissioner
: Sutanto Hartono
Commisioner
: Budi Rustanto
Board of Directors President Director
: Daniel Tatang Hartono
Vice President Director
: Satya Ganeswara
Director
: Ella Kartika
Sales, marketing & Program Directo : Agus Sjafrudin Finance Director
: Satya Ganeswara
News Director
: Siane Indriani
Operational Director
: Budi Irawan Djalal
86
Struktur Organisasi Global TV
87
4.1.8 Program Global TV Berikut ini adalah program-program yang ada pada Gloal TV, yaitu: a. Musik Progam musik merupakan tayangan MTV yaitu MTV Ampuh, MTV Total Reguest, MTV Musik Banget, MTV Pimp My Ride, b. News Progam news Global TV antara lain, Global Malam, Sorot, Berita Global, Kilas Global, Global Siang, Benang Merah, c. Infotainment Progam infotaiment meliputi Obsesi, Obsesi Pagi, Genie. d. Feature Progam feature Global TV yaitu Sekitar Kita, Saksi Mata. a. Reality Show Progam reality show Global TV antara lain, MTV Rumah Gue, Be A Man. b. Animation Progam animation merupakan progam kartun untuk anak-anak dan remaja yaitu One Piece, Inuyasha.
88
c. Sport Progam sport merupakan progam olah raga yang ditayangkan langsung atau tidak yaitu A1, F1. d. Sinetron e. Movie Progam Movie merupakan program film-film luar negeri yaitu BIG Movie. f. TV Magazine Program majalah televisi ini merupakan dengan rubrik-rubrik yang beragam antara lain Mototrax, Autovaganza, MTV Whats Up. g. Komedi Program komedi di Global TV antara lain: Abdel dan Temon, Check in Check out, KPK (Komedi Pasar Komplek).
4.1.9
Jangkauan Siaran Global TV
Jangkauan Siaran Global TV mencakup beberapa kota yakni: 1. AMBON: Channel (UHF): TBA Power (KWH): 1 (by June 2008) 2. BALIKPAPAN: Channel (UHF): TBA Power (KWH): 2,5 (by June 2008)
89
3. BANDA ACEH: Channel (UHF): TBA Power (KWH): 2,5 (by June 2008) 4. BANDUNG: Channel (UHF): 46 Power (KWH): 10 Covered Cities/ Region: Sumedang, Purwakarta, Bandung, Kodya Bandung, Cianjur 5. BANJARMASIN: Channel (UHF): 38 Power (KWH): 1 Covered Cities/ Region: Kodya Banjarmasin, Kab Martapura/Banjar, Kab Pelangkasi/Tn.laut, Kab Marahaban/ Barito Kuala 6. BATAM: Channel (UHF): 35 Power (KWH): 5 7. BENGKULU: Channel (UHF): TBA Power (KWH): 2,5 (by June 2008) 8. CIREBON: Channel (UHF): 33 Power (KWH): 1 (Temporary) 9. DENPASAR: Channel (UHF): 47 Power (KWH): 10 Covered Cities/ Region: Kab Jembrana, Kab Tabanan, Kab Badung, Kab Gianyar, Kab.Klungkung, Kab Bangli, Kab Karang Asem, Banyuwangi, Gianyar
90
10. GARUT: Channel (UHF): 41 Power (KWH): 5 11. JAKARTA: Channel (UHF): 51 Power (KWH): 2 x 60 12. JAMBI: Channel (UHF): 31 Power (KWH): 1 13. JAYAPURA: Channel (UHF): 36 Power (KWH): 1 14. JEMBER: Channel (UHF): 23 Power (KWH): 5 15. JOGJAKARTA: Channel (UHF): 36 Power (KWH): 20 16. KENDIRI: Channel (UHF): 25 Power (KWH): 5 17. KENDARI: Channel (UHF): TBA Power (KWH): 1 (by June 2008) 18. KUPANG: Channel (UHF): TBA Power (KWH): 2,5 (by June 2008) 19. LAMPUNG: Channel (UHF): 38 Power (KWH): 1 20. MAKASAR: Channel (UHF): 43 Power (KWH): 20
91
21. MALANG: Channel (UHF): 30 Power (KWH): 2,5 22. MANADO: Channel (UHF): 28 Power (KWH): 5 23. MATARAM: Channel (UHF): 26 Power (KWH): 2 24. MEDAN: Channel (UHF): 31 Power (KWH): 20 25. PADANG: Channel (UHF): 37 Power (KWH): 1 26. PALANGKARAYA: Channel (UHF): TBA Power (KWH): 1 (by June 2008) 27. PALEMBANG: Channel (UHF): 36 Power (KWH): 20 28. PALU: Channel (UHF): TBA Power (KWH): 1 (by June 2008) 29. PANGKAL PINANG: Channel (UHF): TBA Power (KWH): 1 (by June 2008) 30. PEKANBARU: Channel (UHF): 36 Power (KWH): 1 31. PONTIANAK: Channel (UHF): 33 Power (KWH): 1
92
32. PURWOKERTO: Channel (UHF): 33 Power (KWH): 10 33. SAMARINDA: Channel (UHF): 41 Power (KWH): 1 34. SEMARANG: Channel (UHF): 37 Power (KWH): 20 35. SUKABUMI: Channel (UHF): 22 Power (KWH): 1 36. SUMEDANG: Channel (UHF): 23 Power (KWH): 1 37. TEGAL: Channel (UHF): 22 Power (KWH): 10
4.2 Hasil Penelitian Pada bab ini penulis akan menguraikan hasil penelitian mengenai Analisis Proses Peliputan Wartawan “OBSESI” di Global TV dalam Konteks Kode Etik Periode Maret-April 2009. Data-data tersebut penulis peroleh dari Observasi yang dimana penulis melakukan liputan bersama reporter serta kameramen dan melalui wawancara mendalam (Indepths Interview) dengan narasumber Youmi Alafghani selaku Produser dari program acara Infotainment “OBSESI”, Ismawati Wijaya selaku Koordinator Liputan dari program acara Infotainment “OBSESI”, Manager Produser dari program acara Infotainment “OBSESI” Herik Kurniawan yang
93
mewakili Pimpinan Redaksi, Reporter Infotainment “OBSESI” Adriana Bustami, Kameramen “OBSESI” Dolly Indra, dan Firman Ismayanto selaku Koordinator Editor di Global TV. Penulis melakukan penelitian di stasiun televisi swasta Global TV yang beralamat di Plaza Kebon Sirih Lt. 2 P2/07-08, Jl. Kebon Sirih Kav. 17-19 Jakarta, serta pengumpulan data-data pendukung dari “OBSESI” Global TV. Pengertian
proses peliputan wartawan Infotainment pada program
“OBSESI” di Global TV adalah suatu aspek dinamis,
setiap wartawan
Infotainment memiliki nilai pribadi, sikap, pilihan yang dapat membantu mereka memutuskan berita apa yang pada akhirnya layak disampaikan kepada penonton Infotainment “OBSESI”. Penulis melakukan analisa data hasil penelitian mengenai “ Analisis Proses Peliputan Wartawan Infotainment “OBSESI” di Global TV dalam konteks Kode Etik. Periode Maret-April 2009.
4.2.1
Program Acara OBSESI (Obrolan Seputar Selebritis) Program acara “OBSESI” (Obrolan Seputar Selebritis) merupakan salah
satu program Infotainment yang di produksi oleh divisi departemen news Global TV. “OBSESI” telah diproduksi sejak Januari 2005, program ini merupakan suatu acara Infotainment yang berisi berita-berita tentang para artis atau orang terkenal yang menjadi perbincangan masyarakat luas.
94
Menurut Yaomi Alafghani, Produser “OBSESI” dalam wawancara dengan penulis, “OBSESI” hadir sebagai pilot project di departemen news.48 “Bahwa Global TV pada saat on air pertama kali 15 Januari 2005, itu kita tidak memiliki program Infotainment, maka dari itu digagaslah program “OBSESI” yang untuk pertama kalinya di Indonesia diproduksi langsung oleh departemen news. Itulah yang membeda “OBSESI” dengan program Infotainment lain. kaidah-kaidah yang di pakai lebih banyak ke genre news yah..,termasuk dari segi tata bahasanya .. kalau dilihat kita sama sekali tidak menjudge salah satu pihak kemudian bahasanya juga tidak bisa mendayu-dayu seperti yang Infotainment lain.” Masih berdasarkan hasil wawancara dengan produser Obsesi, Youmi Alafghani, nama Obsesi dapat terealisasikan melalui pertimbangan sebagai berikut: “Nama “OBSESI” dipilih pasti karena belum ada Infotainment yang namanya “OBSESI” pastinya ya kan. Kita mencari nama juga melihat kalau nama program tersebut sudah ada di TV lain, kita tidak diperbolehkan menggunakan nama tersebut,ini adalah alasan etis, dan juga kebanggan. Nah waktu itu ada omongomongan, diskusi di tim redaksi ketemulah nama “OBSESI” yang waktu itu intinya adalah informasi seputar selebriti terkini atau obrolan seputar selebriti terkini. Dari namanya udah ketauan, ya kan..? Ini adalah berbicara tentang para pesohor tanah air. Selebriti yang dimaksud itu adalah public figure bisa siapa saja,baik olahragawan, politisi, presenter dan sebagainya yang dikena loleh publiklah”. Pada perkembangannya, pembawa acara atau presenter acara ini telah mengalami beberapa pergantian, nama-nama seperti Dewi Kumala, Adrian Bustami, Tedy Tamasya, dan Intan Herlita adalah presenter yang saat ini bergantian membawakan program “OBSESI”. Selain itu program ini, telah diminati oleh masyarakat baik itu dari kalangan masyarakat bawah sampai petinggi sehingga mampu memperoleh rating
48
Hasil Wawancara Dengan Youmi Alafghani (Produser “OBSESI”), Jumat 24 April 2009
95
yang cukup yakni 0.9/7.8 pada April 2009, “OBSESI” di week involvementnya mencapai 17.96 %, dimana artinya dari total durasi yang 60 menit rata-rata audience yang menonton program ini adalah sekitar 10 menit 47 detik. Hal ini membuktikan tayangan yang dibawah divisi news ini menjadi tayangan striping, yakni sebuah tayangan yang hadir sertiap hari, dari hari senin-jumat, disiarkan pada pukul 09.00-10.00. Youmi Alafghani Produser “OBSESI” juga mengungkapkan, beberapa faktor yang menyebabkan program ini masih bertahan hingga saat ini. Salah satunya adalah keikutsertaan produser yang terlibat langsung dalam proses produksi “Obsesi”.49 “Saya bertanggung jawab secara keselurahan dari on air program di Infotainment yang berada di Global TV. Kebetulan memangdi Global TV ada beberapa program Infotainment selain OBSESI, yaitu Kilas Selebriti, Genie dan juga SELEBRITAS.yang tayang diGlobal TV maupun MNC News. Saya bertanggung jawab mulai dari pra produksi sampai pasca produksi. Pada program “Obsesi”produser juga turut serta dalam pemilihan gambar apa da berita apa yang akan di angkat dan akan ditayangkan pada setiap episodenya. Produser juga memberikan arahan serta masukan kepada reporter sebelum dan sesudah melakukan liputan, masukan tersebut dapat bersifat sharing dan mendukung.
49
Hasil Wawancara Youmi Alafghani, Produser “OBSESI”, Jumat, 24 April 2009
96
4.2.1.1 Format Acara “OBSESI” Adapun format acara “OBSESI” sendiri adalah: 1.
Jenis dari format “OBSESI” dalam bentuk isi yakni, disetiap episodenya, “OBSESI” menyuguhkan berita-berita tentang artis maupun orang yang terkenal oleh masyarakat luas (publik figur), diselingi dengan gosip-gosip khas Infotainment yang berbeda kemasannya dengan infotainment lainnya. a. Talk show pada program acara “OBSESI” adalah berbincang-bincang antara host dan bintang tamu walaupun cukup jarang didatangkan dan sering kali bintang tamu hanya di lakukan melalui telewicara (line by phone). b. INTIM, yakni seorang presenter “OBSESI” mendatangi tempat atau lokasi
artis
pada
saat
melakukan
kegiatan
sehari-hari
seperti
merelaksasikan dirinya di spa salon, ataupun saat fitness, dan artis atau narasumbernya pun memberikan tipsnya tersebut kepada khalayak atau penonton “OBSESI”. c. Kuis Interaktif dilakukan disetiap pertengahan acara yaitu dengan cara mengetik sms, yang pertanyaannya diberikan oleh host atau presenter, dan pemenangnya akan ditayangkan pada hari esoknya melalui televisi pada saat on air.
97
2.
Program “OBSESI” bersifat komersil dan hiburan. Komersil disini berarti bahwa program tersebut diperuntukkan bagi keuntungan perusahaan, dengan ditawarkan kepada pemasang iklan. Sedangkan hiburan berarti program ini mengandung unsur entertain yang tujuan utamanya adalah menghibur audien yang menyaksikan program.
3.
Program “OBSESI” hadir setiap Senin-Jumat dengan durasi 60 menit, yakni dari pukul 09.00 sampai 10.00 pagi. Program ini terbagi kedalam enam segemen. Isi segment disesuaikan dengan nilai berita. Kabar informasi yang memiliki nilai berita paling tinggi akan ditempatkan disegment awal, kemudian segmen berikutnya dengan nilai berita lebih rendah dan seterusnya.. sedangkan segment yang berisi INTIM menjadi segment penutup/ terakhir. Namun segment INTIM hanya ditayangkan seminggu sekali dalam “OBSESI” .
4.
Program acara “OBSESI” hadir dalam format indoor/didalam studio dengan menggunakan red screen. Lokasi studio berada di News Division Plaza Kebun Sirih lantai 2. P2/07 Jalan Kebun Sirih kav. 17-19 Jakarta 10340 Telepon: (6221-) 3918108, (6221) 23567600,
Fax: (6221)
3921440. 5.
Target Audiens Target Audiens dari acara ini adalah umum dan keluarga. Dengan SES golongan A-C.
98
4.2.2 Tahapan Proses Program Infotainment “OBSESI” Penulis memperoleh data dari hasil observasi dan wawancara secara mendalam bahwa dalam melakukan proses peliputan terdapat beberapa tahap yang harus dilalui, yakni : 4.2.2.1 Pra Produksi Tahap pra produksi menjadi sangat penting karena pada tahap ini, awal dari sukses atau tidaknya program, sehingga harus dilakukan secara rinci dan baik proses pembuatan berita pada “OBSESI” (Obrolan Seputar Selebriti) dimulai dari rapat redaksi, yang merupakan “nilai jantung” operasional media pemberitaan. Rapat redaksi merupakan kegiatan rutin yang dilakukan setiap siang hari pukul 12.00 WIB sampai selesai, rapat ini dipimpin oleh pimpinan redaksi dan di wakili oleh produser, juga di hadiri oleh reporter, juru kamera, koordinator liputan, koordinator kamera, produser dan redaktur lainnya. Dalam rapat redaksi mereka dapat mengajukan ide-ide topik liputan. Ide-ide topik liputan yang mereka berikan berasal dari browsing internet, undangan liputan dari pihak luar, konferensi pers, hasil pengamatan pribadi, serta masukan dari informan. Rapat redaksi ini penting untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas isi berita. Pada rapat redaksi dibicarakan hal- hal sebagai berikut: a. Pencarian Ide atau Sumber Informasi Berita Ide-ide topik liputan selain produser yang menentukan reporter serta kordinator liputan juga bisa memberikan ide atau topik peliputan, yang didapatkan
99
dari berbagai macam sumber, hal tersebut seperti di ungkapkan oleh Youmi Alafghani selaku produser dari program “Obsesi”. Youmi Alafghani selaku Produser “OBSESI” menjelaskan:50 “Siapapun!.. terlibat semuanya, misalnya gini saat reporter mengajukan masukan? Reporter: ” mba.., aku punya ide gimana kalau, kita misalnya kaya kemarin gitu, KorLip: “ ayo kita hubungi Rima Melati atau misalnya, tante Ida Kusumaatau meliput artis-artis tua yang yang masih kelihatan cantik.. Atau kameramen “mba kemaren itu pas ..., waktu peliputan Saskia Adya Mecca ada tato di kakinya mba ternyata”,oh yah ayo kita kumpulin artis-artis yang punya tatto, nah dari itu, dari bawah dari atas bisa,semuanya terlibat untuk untuk menentukan rubrik apa. Nah misalnya, mba.., kayanya yang bosan deh kita liputan orang pacaran mulu, sekali-kali dunk misalnya yang makan-makan. okeh, kamu punya artis siapa? ... mba ini, biasanya soal seperrti ini kita sangat mengandalkan kemampuan lobby teman-teman reporter ataupun koordinator liputan..”
Sumber – sumber ide tersebut dapat berasal dari : a. Informasi dari reporter lain Seorang reporter harus menjalin hubungan yang baik dengan sesama reporter, karena dengan adanya hubungan yang baik, informasi menenai narasumber lebih mudah di dapat. b. Undangan atau Fax Undangan atau fax yang masuk ke ruang redaksi, biasanya berasal dari artis yang mengadakan acara wartawan.
Hal ini
dan ingin agar acaranya tersebut diliput, oleh
memudahkan reporter “OBSESI” untuk mendapatkan
berita karena adanya faktor kejelasan tentang tempat dan waktu peliputan. 50
Ibid Hasil Wawancara Produser “OBSESI”
100
c. Hubungan telepon yang rutin Koordinator liputan melakukan hubungan telepon yang rutin kepada orangorang tertentu yang di anggap perlu. Hal itu perlu dilakukan untuk menjaga perkembangan terbaru sebuah berita yang dinilai penting bagi pemirsa. Selain koordinator liputan, reporter juga melakukan hal yang sama, reporter melakukan hubungan telepon yang rutin kepada para narasumber, tidak hanya saat ingin wawancara saja tetapi juga untuk mengetahui perkembangan terbaru dari para artis, serta guna menjaga hubungan baik dengan narasumber. d. Internet Internet merupakan salah satu perkembangan teknologi, yang mendorong evaluasi jurnalisme, melalui internet dapat lebih mudah mendapatkan/mencari bahan riset. Internet merupakan alat bantu yang sangat penting untuk melengkapi bahan berita dan data-data yang sudah ada mengenai narasumber. e. Berita dari Infotainment lain. Berita-berita dari Infotainment lain juga dapat di jadikan masukan untuk mengamati berita-berita apa saja yang tengah marak diminati masyarakat dan dapat dikonfirmasi guna dijadikan bahan liputan agar diketahui kebenarannya. Dalam rapat redaksi ada beberapa tujuan yang ingin dicapai yaitu, mengkoordinasikan kebijakan redaksi dan liputan,
menjaga kelancaran
komunikasi antara staf redaksi, memecahkan masalah yang timbul sedini mungkin (potensi hambatan teknis dalam peliputan, keterbatasan sarana atau
101
alat untuk peliputan, keamanan dalam peliputan yang tetap menggunakan SOP dan mematuhi peraturan kode etik jurnalistik Infotainment), dan menghasilkan liputan yang berkualitas. Dari rapat redaksi ini, ditentukan topik yang mau diliput, sekaligus di tunjuk reporter dan juru kamera yang harus meliputnya. Dalam pembahasan yang lebih rinci, dibahas juga angle (sudut pandang) yang dipilih dari topik liputan bersangkutan, serta narasumber yang harus diwawancarai. Untuk kelengkapan data, staf riset bisa diminta mencari data tambahan guna menyempurnakan hasil liputan nantinya. Dalam rapat redaksi, setelah mendapatkan ide topik apa yang akan diliput maka tahap selanjutnya adalah perencanaan ide topik liputan,
seperti yang
diapaparka dibawah ini : b. Perencanaan Strategi Dalam Liputan Strategi dalam liputan berita pada dasarnya di bagi menjadi dua tahap, Planning (Perencanaan) dan Management (Pelaksanaan). Planning (Perencanaan) dan Management (Pelaksanaan) didasarkan dan disesuaikan atas kasus atau tema yang akan diliput. Sebelum melaksanakan peliputan, tim redaksi infotainment “OBSESI” yang terdiri dari tim liputan dan tim produksi melakukan beberapa perencanaan strategi, di mulai dengan :
102
1.
Pembagian Tugas Liputan Pembagian
tugas
liputan
dilakukan
oleh
produser
yang
berkoordinasi dengan koordinator liputan.Hal itu dilakukan untuk menempatkan reporter sumber-sumber berita, yang akan dituju. Setelah produser dan koordinator liputan melakukan koordinasi, koordinasi berikutnya dilakukan koordinator liputan dengan reporter. Koordinator liputan mengarahkan reporter dan kameramen ke temapat dimana mereka di tugaskan. 2.
Pencarian Data atau Sumber Informasi Setelah pembagian tugas liputan, tahap selanjutnya dilakukan pencarian data atau sumber informasi. Pencarian data atau sumber tersebut dilaksanakan oleh koordinator liputan, reporter dan kameramen. Sumber informasi yang dibutuhkan dapat di peroleh dari : a. Reporter Lain Pertukaran informasi yang dilakukan oleh sesama reporter biasa dilakukan guna mendapatkan berita yang diinginkan. Pertukaran informasi itu disebut Kloning. b. Undangan atau Fax Informasi yang satu ini didapatkan karena “Oknum” lembaga atau organisasi tertentu mengadakan kegiatan dan ingin kegiatannya
103
tersebut diliput oleh pers. Biasanya dalam kegiatan itumemiliki unsur kepentingan didalamnya. c. Hubungan Telepon Hubungan telepon dilakukan ketika ada informasi baru dan perlu konfirmasi secepatnya. Baik itu dengan narasumber atau sumber berita maupun reporter dan kameramen yang sedang bertugas dilapangan. d. Internet Internet digunakan untuk melengkapi informasi yang tidak didapatkan dilapangan. Juga sebagai informasi awal ketika reporter akan ditugaskan dilapangan. Sehingga pada saat dilapangan reporter sudah tahu apa yang harus dilakukan dan dituju guna mendapatkan informasi yang tepat. e. Media Cetak atau Tabloid Media cetak atau tabloid juga digunakan koordinator liputan untuk menjadi sumber informasi berita yang akan diliput guna mencari data dari informasi untuk konfirmasi kebenarannya. 3.
Persiapan Tim Liputan Yang harus dipersiapkan reporter sebelum berangkat liputan ke lapangan
adalah, mencari informasi mengenai berita apa yang diliput. Reporter mempersiapkan materi liputan dari browsing internet dan di print untuk dipelajari.
104
Adriana Bustami selaku reporter “Obsesi” menjelaskan :51 “Persiapan Perencanaan itu awalnya ... tau terlebih dahulu latar belakang artis siapa nih yang mau di wawancara, misalnya Fery Maryadi, browsing dulu di internet cari tau kasusnya dia apa, terus di print lalu kita pelajarin, jadi pas disana kita sudah tau apa yang kita tanyam, apa yang akan kita angkat.”
Namun persiapan yang dilakukan oleh reporter tidah hanya itu saja, persiapan fisik yang kuat juga merupakan hal penting yang perlu disiapkan. Hal itu kembali di jelaskan oleh Adriana Bustami reporter sekaligus presenter dari “OBSESI” :52 “ Persiapan lain yah sarapan dulu, sebelum berangkat liputan jangan sampai pingsan”. Reporter mempersiapkan materi dan mempelajarinya, juru kamera atau kameramen mempersiapkan peralatan atau equipment. Disini kameramen meminjam peralatan kepada departemen logistik, kemudian kameramen mengecek peralatan, sebab kameramenlah yang bertanggung jawab penuh atas peralatan di lapangan. Tahap ini merupakan tahap matang persiapannnya untuk mencegah kendala yang mungkin terjadi pada saat liputan, sehingga harus memeriksa pada peralatan liputan harus dilakukan dengan sangat rinci. Dolly Indra selaku Kameramen “OBSESI” menjelaskan:53
“Tanya ke Korlip sebelumnya hari peliputan, besok liputan jam berapa biasanya sudah dapat callingan, jika pagi harinya Korlip tidak ada lihat di dinding atau 51
Hasil wawancara Adriana Bustami Reporter “OBSESI”, Rabu, 29 april 2009 Hasil wawancara penulis dengan Adriana Bustami, Rabu, 29 April 2009 53 Hasil Wawancara Dolly Indra (Kameramen “OBSESI”), sabtu 02 Mei 2009 52
105
list liputan biasanya jalan dengan reporter siapa, ke mana, reporter mencari bahan di internet, biasanya bareng dengan reporter, nah kameramen koordinasi yah bincang-bincang dengan reporter kita mau liputan apa, dimana, bahas tentang apa, atau temanya apa, yah bis itu ambil peralatan di departemen logistik, berangkat ke lokasi.” Satu tim liputan yang sederhana (simple crew) dalam proses peliputan program “OBSESI” terdiri dari : Man Power : a. Satu Reporter c. Satu Kameramen Equipment : a. Camera : 1 Camera PD170 : 2 Baterai : 2 Kaset mini DV : 1 Monopot atau Tripot b.Lighting : 1 Lighting kamera+baterai kamera c. Audio : 1 mixer, 1 wireless, atau 1 clip on
5. Menentukan Sudut Pandang Berita Menetukan sudut pandang berita berkaitan dengan bagaimana menempatkan posisi berita. Dimana hal ini berhubungan dengan sisi mana berita itu yang ingin atau akan di angkat. Setelah menentukan sudut pandang berita yang akan di angkat, hal berikutnya yang dilakukan adalah : a. Daftar Pertanyaan Daftar pertanyaan dibuat berdasarkan hal-hal yang akan di angkat. b. Narasumber
106
Menentukan narasumber merupakan unsur yang penting untuk memperoleh informasi yang tepat. c. Sudut Pengambilan Gambar Sudut pengembilan gambar adalah daftar stock shoot gambar yang akan diambil saat di lapangan. Karena dalam media televisi, visual merupakan hal terpenting untuk memaparkan hal-hal yang ingin diinformasikan, begitupun dengan berita. Pada tahap ini, terdapat proses merencanakan program mulai dari rapat redaksi. Dalam rapat redaksi para redaktur “OBSESI” melakukan tiga hal, yaitu evaluasi, proyeksi, dan eksekusi seluruh persoalan. Mengevaluasi berarti menilai secara menyeluruh apa yang telah dilakukan pada episode lalu, melihat kebelakang untuk memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan oleh para reporter dan kameramen bahkan kesalahan yang juga dilakukan para atasan, agar kesalahan tersebut tidak terulang lagi pada proyeksi, mereka melakukan dan membuat rancangan, perencanaan untuk episode yang akan datang agar lebih baik lagi pemberitaannya serta isi dari konten
berita sehingga informasi yang
disampaikan menarik, juga agar rating yang tinggi dapat dipertahankan. Pada rapat proyeksi ini yang wajib hadir adalah coordinator liputan dan tim produksi yang bertugas. “OBSESI” menekankan pada reporter dan kameramen agar dalam mencari, dan mendapatkan berita tetap berpegangan teguh pada peraturan yang
107
dibuat oleh kantor sesuai SOP (Standart Operasional Procedur) serta kode etik jurnalistik Infotainment. Hal yang terakhir dilakukan dalam rapat redaksi Infotainment “OBSESI” adalah mengeksekusi semua permasalahan dari awal pra produksi, isi konten berita, sampai pasca produksi. Dimana menyelesaikan segala permasalahan yang ada agar tidak sampai terulang lagi, juga merencanakan isi berita pada episode yang akan datang supaya lebih baik lagi. Di bawah ini merupakan hasil partisipasi aktif penulis dalam analisa proses peliputan pada hari Jum’at, tanggal 10 Juli 2009. tim redaksi “OBSESI” mengadakan rapat redaksi yang dihadiri oleh : 1. Yadi ( Wakil Pimpinan Redaksi ) 2. Youmi Alafghani ( Produser “OBSESI”) 3. Iis Ismawanty (Koordinator Liputan) 4. Diana (Presenter dan Reporter) 5. Ade (Tim Produksi dan Reporter) 6. Abjad (Tim Produksi ) Rapat redaksi pada hari itu dibuka oleh Youmi Alafghani selaku produser dan memberi intruksi kepada reporer Adriana Bustami untuk menulis menjadi notulen dalam rapat redaksi tersebut. Rapat redaksi pada hari ini
108
membicarakan beberapa tema agenda dalam rapat redaksi pada hari itu mengenai hal-hal berikut : 1. Tema Liputan Curhat tentang Lusi Rahmawaty (dengan sebutan nama OASIS), tim produksi meminta atau mengusulkan kepada produser dan wakil pimpinan redaksi, agar mengganti nama tersebut tetapi dengan format yang sama.. Artis-artis yang akan diliput untuk episode minggu depan :Vira Yuniar, Danty Rukmana, Krisna Mukti. 2. Tema INTIM oleh Tedy Tamasya Artis-artis untuk minggu kedepan berikutnya yaitu, Vega Empat Mata, Lil.is Karlina, Pepi Jenggot, Dara “The Virgin”. Sehari bersama dengan Tedy Tamasya, yang akan meliput dan mengintip mereka selama
sehari
penuh.
bumper
INTIM
sendiri,
tapi
masih
dipertimbangkan disesuaikan dengan stock (stock belum terlalu banyak). Diingatkan untuk tim produksi oleh produser untuk hari jumat ada segmennya Tedy. 3. Menentukan Tema Besar a. Menentukan Tim Liputan
109
1. Sumber Daya Manusia yang dimiliki oleh “OBSESI” saat ini terdiri dari tujuh (7) cameramen dan delapan (8) reporter. Dalam dalam lima (5) tim setiap harinya. Satu tim terdiri dari satu reporter, satu cameramen dan satu driver. Biasanya satu tim bertugas selama delapan jam, namun waktu tugas tersebut bersifat fleksibel, waktu yang fleksibel disini berarti jam tugas tim liputan dapat melebihi waktu yang seharusnya (8 jam), terlebih lagi jika mendapatkan berita atau peristiwa yang “Urgent” atau peristiwa tersebut di anggap penting atau memang peristiwa yang penting. 2. Mesin VTR Preview, yang berfungsi untuk melihat kembali hasil liputan untuk dibuat naskah, dan timecode. Tetapi dalam ruang news Global TV hanya memiliki satu mesin VTR Preview, jadi mereka harus bergantian satu sama lain antara tim infotainment dan tim news, pada saat menggunakan mesin VTR tersebut. 3. Kamera yang dimiliki oleh tim redaksi “OBSESI” berjumlah lima (5) buah. Namun tidak semua kamera berfungsi dengan baik. Pada kamera nomor lima (5) terdapat kerusakan. Hal tersebut berpengaruh pada saat peliputan press conference Vira Yuniar. Pakaian yang dikenakan oleh Vira Yuniar berubah, warna ungu berubah menjadi warna hijau, sehingga gamabar
110
yang dihasilkan tidak maksimal. Jadi diusulkan kepada koordinator
liputan
untuk
menghubungi
koordinator
kameramen guna memberikan masukan kepada departemen peralatan agar memperbaiki kamera atau membeli kamera baru, sebagai pengganti kamera nomor (5) lima. Selain itu, koordinator liputan juga mengingatkan kepada cameramen bahwa didalam script ada data (informasi yang berkenaan dengan berita), Stock Shoot (stok gambar), dan juga timecode (kode yang menunjukan waktu, menit, detik dari lamanya suatu gambar yang direkam). b. Menentukan Tim Liputan Proyeksi dilakukan untuk yang tim malam untuk tema Indepht, yang bertugas liputan malam hari, yaitu, Wahyu, Desi, Meni, dan Ade. Tema Indepht disini berarti tema khusus yang membutuhkan “hunting” (mencari informasi berita tanpa adanya konfirmasi kepada narasumber), pada umumnya adalah skandal. Pada pagi harinya Youmi, Yantiq untuk OnAir Kisah Selebriti juga Genie. Menentukan tim OnAir, presenter Intan herlita cuti hamil pada akhir juli, Dewi Kumala Konsen pada program mata angin, yang masuk Adriana Bustami dengan Merry Putri.
111
Wardrobe, sudah ada perubahan ke arah yang lebih baik. Cipta, orang yang biasa mengatur wardrobe dimutasikan dari news karena menikah dengan sesama karyawan Global TV. c. Materi Liputan a. Reguler, yaitu sudah lumayan disini berarti materi - materi dan segala kelengkapan siaran dapat di “handle” (ditangani oleh tim produksi yang bertugas), sehingga tidak ada yang “missed” (kurang atau materi tidak lengkap). b. Build In, yaitu, materi liputan yang saat ini sedang bekerja sama dengan Indovision, ada 13 artis yang harus kita wawancari, artis sudah dipilh oleh pihak Indovision, tetapi sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pihak Indovision jangan sampai tidak dipenuhi, Indovision juga bekerjasama dengan tabloid Genie. Dalam pengambilan gambar koordinasi dengan klien, cameramen mengambil gambar sesuai dengan permintaan klien. 4. Liputan Khusus, adalah liputan yang dilakukan ketika terdapat event atau acara, kasus dan skandal tertentu. Biasanya bersifat rahasia, seperti liputan Manohara. Hunting khusus, yaitu, hunting dimana ada sebuah kasus atau investigasi yang nilai beritanya tinggi dan menarik bagi khalayak dan hanya “OBSESI” yang memiliki berita tersebut.
112
Segmen INTIM, segmen akhir pekan setiap hari Ju’mat saja yang di bawakan oleh Tedy Tamasya. 5. Keluhan Tim Produksi Keluhan tim produksi yang diungkapkan pada rapat redaksi ini antara lain: a. Tim produksi akhir-akhir ini bekerja cukup keras, dikarenakan
beberapa
orang
tim
yang
cuti,
mengundurkan diri, dll, dengan itu koordinator liputan menjadwalkan liburan untuk memberikan semangat baru bagi tim infotainment dengan mengajak mereka renang di the jungle. b. Uang pulsa dari bulan Maret sampai Juli belum keluar. c. Tidak ada script, karena tidak adanya reporter hanya cameramen saja, paling tidak di script ada data tersebut, tidak perlu naskah besar jadi tapi paling tidak ada timecode. d.
Waktu gambar Vira Yuniar Greeness karena persoalan kamera yang nomor lima itu.
e. Cameramen yang freelance kasihan nasibnya mereka tidak
dapat
uang
jika
beritanya
belum
tayang,
113
diharapkan kepada produser lebih diperhatikan nasib anak-anak freelance. 6. Keluhan Koordinator Liputan Tidak hanya tim produksi yang mempunyai keluhan, koordinator liputan yang sebagai ‘supir liputan’ juga mempunyai hal yang ingin disampaikan kepada para tim produksi. Sebagai informasi disampaikan bagi tim yang mau cuti diharapkan tidak dadakan dalam memberikan konfirmasinya. Jika akan cuti diharapkan untuk berkoordinasi terlebih dahulu dengan koordinator liputan. Begitupun dengan absensi, agar lebih diperhatikan lagi. Kepada tim dihimbau jika telah selesai melaksanakan liputan, diharapkan untuk mengisi absen yang tersedia lebih dahulu. Rapat redaksi ini dilakukan pada tanggal 10 Juli 2009, setiap hari Jum’at, pukul 13.00 WIB sampai selesai, rapat diakhiri oleh produser Youmi Alafghani dengan membacakan kesimpulan dari hasil rapat dan ia pun mengingatkan kembali kepada tim produksi untuk tetap menekankan agar berpegang teguh kepada peraturan Undang-Undang Jurnalistik dan kode etik jurnalistik, juga peraturan yang ada pada perusahaan. Youmi juga memberikan instruksi kepada koordinator liputan, Iis Ismawaty yang pada saat itu ikut dalam rapat, agar mengopi semua yang di tulis dari hasil rapat untuk di berikan atau di
114
tempel pada dinding informasi bagi tim produksi yang pada saat itu tidak ikut rapat redaksi, karena sedang bertugas meliput. Rapat-rapat yang diadakan oleh tim redaksi “OBSESI” baik itu rapat redaksi, proyeksi, dan rapat evaluasi, biasanya bersifat informal.
Hal itu
dikarenakan keterbatasan waktu yang dimiliki oleh tim redaksi. Untuk itu tim menggunakan memo atau alat komunikasi seperti telepon atau via email, agar saling berkomunikasi antara tim pagi dengan malam, guna berkoordinasi mengenai hasil liputan dan bahan untuk On Air.
4.2.2.2 Proses Peliputan dan Produksi Proses peliputan dan produksi, merupakan tahap paling penting. Karena disinilah awal terbentuknya sebuah berita. Tahap ini berpengaruh pada tahaptahap selanjutnya. Pada tahap ini “OBSESI” mempunyai tiga sesi setiap harinya dalam melakukan peliputan, dan koordinator liputan membagi para tim liputan untuk mendapatkan informasi berita menjadi tiga strategi. Pertama, wawancara eksklusif yaitu wawancara yang dilakukan setelah membuat perjanjian antara reporter dan narasumber, dimana tempat sudah di tentukan oleh narasumber. Kedua, Hunting yaitu mencari, menunggu berita dari pagi sampai malam bahkan sampai pagi lagi. Ketiga, Press Release merupakan pencarian berita, berita didapatkan dari undangan yang berasal dari narasumber jika ada acara, serta melalui fax, atau email. Waktu liputan dibagi menjadi tiga yaitu, pagi, siang,
115
malam, dari tiga sesi masing – masing per sesi waktu liputan, terdiri dari lima tim liputan. Dimulai pagi hari pukul 10.00 WIB lima tim berangkat liputan pada tempat atau lokasi yang berbeda sesuai intruksi atau penugasan dari koordinator liputan, siang hari pukul 14.00 WIB, dan malam hari pukul 17.00 WIB. Pada waktu malam hari tim liputan melakukan sistem Hunting. Hunting merupakan menunggu narasumber di tempat dengan waktu yang sangat panjang, reporter dan kameramen wajib sampai di kantor pada pukul 09.00 WIB pagi hari setiap harinya, kecuali jika mereka bebas tugas atau sedang mendapatkan libur. Pada tahap ini tim liputan “OBSESI” yang terdiri dari reporter, kameramen dan yang dibantu oleh driver, melakukan peliputan di lapangan sesuai dengan tempat plotingan (tempat penugasan yang diberikan oleh koordinator liputan). Lokasi peliputan yang diberikan korlip kepada reporter dan kameramen terkadang berbeda. Seperti yang di ungkapan reporter “OBSESI” Adriana pada saat di wawancari oleh penulis.54 “Yang jelas kita ketempat yang di tuju yang ada diplotingan itu, sebelum kita ke sana, kita sudah punya nomer contact nya lebih enak, kita bisa telepon dulu tanya gimananih, tanya jadi tidak nanti sidangnya, ke nomer telepon pengacaranya, kesidang ini,,,gitu...tapi kalau sudah kita kesana kan, nah kalau untuk janji-janji gitu, mendingan kita telepon lagi untuk kroscek, misalnya artis ngomong seperti itu, berarti kita bisa menentukan just timenya dan juga lebih enak dan kalau bisa nih, kita datang sebelum artis itu datang. Dan sampai sana biasanya ketemu dengan reporter lainnya, kita bisa discuss juga bersama team lain tentang berita yang akan kita ambil tersebut”.
54
Ibid Adriana Bustami
116
Dari hasil wawancara di atas dapat dilihat bahwa tim liputan berusaha datang lebih awal untuk menghimpun informasi dilokasi peliputan, karena dengan datang lebih awal dapat mempersiapkan diri untuk melakukan wawancara dan juga tidak ketinggalan informasi. Selain itu, kameramen juga dapat menentukan sudut pengambilan gambar yang bagus untuk narasumber dan mempersiapkan kamera agar tidak ada gangguan sebelum wawancara di mulai. Dengan datang lebih awal reporter dapat mempersiapkan diri jika dalam acara liputan ternyata ada suatu kejadian yang tidak direncanakan dan dapat di jadikan suatu berita. Sampai dilokasi peliputan, reporter tidak langsung mewawancari narasumber tetapi harus ada konfirmasinya terlebih dahulu kepada narasumber atau koordinator artis.
Dalam melaksanakan tugas, seorang reporter harus
menjalin hubungan baik dengan sesama reporter di stasiun televisi lain, maupun para wartawan lain, narasumber artis atau tokoh masyarakat. Hal itu dilakukan untuk mempermudah, mendapatkan dan menggali informasi dari reporter stasiun televisi lain jika ada perkembangan terbaru pada saat dilapangan. Reporter OBSESI dalam membuat sudut pandang isi pemberitaan berbeda dengan reporter stasiun televisi lain. Seperti apa yang di katakan oleh Reporter “OBSESI” Diana:55 “Kita cari angle lain, biasanya sih gitue, biasanya kita wawancara dengan reporter lain dari perkata yang sama tapi kita ambil angle, narasi yang berbeda, jadi gak terlalu sama. Tapi kalau kasus-kasus besar gak mungkin, kaya kasus Ananda Mikola sama kaya kasus Marcella kita cari anglenya dimana sih dia, kalau dia ko, saat sidang tampil cantik terus? Apa didalam ngapain, nah itu kan
55
Hasil wawancara Adriana Bustami, reporter “OBSESI”, Rabu 29 april 2009
117
salah satu angle yang berbeda juga gitu kan pintar-pintar para otak-otak genius dibalik Infotainment itu”.
Pada saat menunggu berita atau saat peliputan dilokasi, ada kalanya para reporter berbincang-bincang guna bertukar informasi.
Gambar para reporter yang sedang bertukar informasi di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan saat menunggu sidang Pertama Fery Maryadi, 29 April 2009
Seperti apa yang dikatakan Reporter “OBSESI” berikut : “ Oh itu pernah, pasti bosanlah apalagi kalau sudah nunggu di POLDA gitu atau di PN, udah gitu mending kalau ada, kalau ada enak, kalau tidak ada kesal juga yah cuman kalau buat menghibur tuh dengan adanya teman-teman reporter lain yang di sana, kita juga bisa bertukar informasi, kita juga bisa mengklik gosip baru di situ dengan orang-orang kita ngomong-ngomong dengan tau satu sama lain, tukar informasi yah”. Pada tahap pelaksanaan segala hal yang dilakukan merupakan strategi reporter dan kameramen. Seperti yang dimulai dengan persiapan pelaksanaan wawancara, menentukan angle pengambilan gambar dilokasi. Lalu koordinasi antara reporter dan kameramen untuk stock shoot gambar, dimana dalam pelaksanaan kameramen merekam bagian penting lebih lama. Kemudian merekam
118
lokasi tempat peliputan, serta gambar-gambar pelengkap berita untuk disimpan di stock shoot di tape library. Reporter saat di lokasi liputan , berinteraksi dengan para repoter lain dari berbagai macam kalangan wartawan, ada wartawan dari majalah, surat kabar, internet, dan stasiun lain, juga kordinator manager unit produksi artis yang ada pada saat lokasi syuting. Juru kamera atau kameramen dalam pelaksanaan mengambil stock shoot gambar, dari berbagai angle sudut pandang artisnya, crew produksinya, gambar orang-orang penting yang hadir dalam suatu acara tempat liputan,gambar orang-orang terekat dari narasumber tersebut, lokasi syutingnya, sebagai pelengkap berita. Gambar-gambar tersebut memang nantinya tidak semua ditayangkan setelah proses editing, namun gambar-gambar tersebut di simpan di tape Library dalam ruang editing stock shoot dan di beri label judul liputan, nomor kaset kemudian dimasukkan kedalam data dikomputer yang akan mempermudah proses pencarian apabila kaset-kaset tersebut ingin di gunakan. Apabila ada berita lain tentang narasumber yang sama dapat di gunakan sebagai pelengkap suatu beritanya. Pada saat adanya konferensi pers para wartawan, reporter “OBSESI” dan kameramen hanya memberikan pertanyaan yang sesuai dengan tema liputan yang
119
sesuai dengan penugasan. Kameramen Infotainment “OBSESI” Dolly Indra mengatakan:56 “Yah mengambil gambar, misalkan seperti kemarin saat kita on location abdel&temon dimana reporter menunggu saat konferensi pers, kameramen saya sendiri sibuk mengambil gambar, tapi sesuai yah sama tema kita.jadi menunggu waktu yang tepat untuk wawancara narasumber untuk stay kameranya”.
Gambar di onlocation Abdel dan Temon, 28 April 2009. Saat Dolly kameramen “OBSESI” shoot pemain baru yang sedang latihan akting untuk take pertama
Dalam tahap pelaksanaan ini, strategi yang dilakukan oleh reporter dalam melakukan wawancara kepada narasumber, yakni, melakukan lobby atau pendekatan diri kepada narasumber tersebut. Namun untuk mendapatkan berita yang narasumbernya sulit untuk ditemui dan di mintai statement (pernyataan) sangat dibutuhkan kesabaran, keuletan, serta strategi sendiri untuk mendapatkan berita. Reporter “OBSESI” berusaha menampilkan taktik yang ramah terhadap narasumber dimulai dari membicarakan hal yang ringan terlebih dahulu. Setelah 56
Hasil Wawancara Dolly Indra (Kameramen “OBSESI”), sabtu 02 Mei 2009
120
narasumber merasa nyaman, barulah menggali informasi yang dituju tetapi reporter “OBSESI” juga tidak akan memaksa dan menghormati hak narasumber tersebut, jika narasumber tidak ingin berbicara lebih jauh “OBSESI” memang menerapkan agar menjaga hubungan baik dengan narasumbernya. Seperti yang dikemukakan oleh Reporter “OBSESI” Diana:57 “Yah itu pertama kita harus melobby, sebenarnya yah itu yang paling penting, kita harus ngomong buat si narasumber tuh merasa nyaman dengan kita, kalau narasumber berasa nyaman kan, kapanpun anytime dia mau di wawancara, pastikan juga dia akan mau gitu, itu satu. Dengan menjalin komunikasi yang baik, misalnya kalau dia rayakan natal yah kita kasih ucapan natal itu juga kan sebuah keinginan dari kita untuk mendekatkan diri dari dia jadi kalau ketemu lagi jadi mudah dan say hello gitu”.
Gambar Reporter “OBSESI” Adriana bustami pada saat wawancara Rima Melati dan Ida Kusuma Saat launcing Film Bebek Belur di resto sindangreret (press relase) 29 April 2009 Pukul 14.30 WIB Dalam melakukan liputan, reporter harus menghimpun data sebanyak mungkin saat melakukan wawancara. Lebih baik kelebihan informasi dari pada kekurangan informasi. Seorang reporter juga harus mempersiapkan kemungkinan 57
Hasil wawancara Adriana Bustami, reporter “OBSESI”, Rabu 29 april 2009
121
untuk memperoleh topik berita lainnya. Reporter dan kameramen “OBSESI” juga dilatih untuk cepat tanggap jika suatu liputan ternyata juga hadir narasumber lain yang dapat di jadikan sebuah berita. Untuk mendapatkan berita dari narasumber yang tidak ingin ditemui maka Koordinator liputan “OBSESI” menerapkan kepada tim liputan “OBSESI” untuk reportase yang bersifat investigasi yang disebut dengan sistem Hunting, yaitu pencarian narasumber tanpa melakukan janji terlebih dahulu sebelumnya dengan nara sumber tersebut. Sistem Hunting ini memang lebih banyak mengalami kendala dan menghabiskan waktu karena tidak adanya ketidakpastian, juga mengenai keberadaan narasumber, serta belum tentu narasumber tersebut mau untuk di wawancara. Sistem Hunting biasanya dilakukan biasanya ke rumah narasumber, ke lokasi shooting atau pun tempat tempat dimana narasumber tersebut di ketahui keberadaannya. Biasanya Hunting dilakukan untuk kasus narasumber yang sedang mengalami atau menghadapi masalah pribadi yang cukup besar sehingga sulit untuk ditemui dan diwawancara. Pada periode bulan Maret 2009, sistem hunting dilakukan reporter “OBSESI” untuk memperoleh berita antara lain mengenai kasus penceraian Dewi Sandra dan Glen. Hunting dilakukan di rumah Dewi Sandra Jalan Grinting No.3 Kebayoran Baru, dan rumah orangtua Glen di Ciruende, serta studio Dewi Sandra di Jalan hidup baru Fatmawati. Sistem Hunting dilakukan karena para artis tersebut sangat sulit ditemui sehingga koordianator liputan berusaha keras
122
memperkerjakan tim liputan untuk mendapatkan berita guna mengkonfirmasi kebenaran berita tersebut. Kordinator
Liputan
“OBSESI”
Iswanty
Wijaya,
mengungkapkan
pendapatnya tentang hal tersebut.:58 “Melanggar kode etik, engga yah, artinya bahwa kita tau tentang tanggung jawab kita di lapangan atas kode etik itu kan ...., mengikuti bagi orang-orang yang istilahnya ..., liputan itu beresiko dari sisi apa, kaya SARA, mengandung unsur SARA, konsekuensi tidak ada unsur SARA yah dan dari atitude wartawan kita selalu bina itu. Jika dalam kasus VJ Marissa itu gimana mba? Bukankah itu wartawan dari Global TV? Owh itu narasumbernya pasti, karena kita kan sudah melloby ke dia, dan kita tidak pernah memaksa dia untuk ngomong tapi narasumber itu sendiri yang memposisikan dirinya itu tidak bagus kepada wartawan itu, jadi itu yang melakukan pelanggaran kode etik bukan kita, tapi si narasumber nya”. Dari pernyataan tersebut, dapat tersirat bahwa untuk melakukan proses liputan tidak mudah dilakukan dan harus mempunyai taktik atau strategi tersendiri untuk menghadapi hambatan-hambatan yang ada maupun hambatan yang berasal dari dalam atau hambatan dari luar redaksi “OBSESI”. Pada kasus VJ Marissa yang berlokasi di Mega Kuningan 12 April 2009 pukul 13.00 WIB, dimana dia mungkin merasa tertekan oleh keberadaan 7 (tujuh) kamera, salah satunya terdapat kamera wartawan “Obsesi” yang pada saat itu terus menshoot ke arah dia dan mendesak dengan berbagai pertanyaan, berkaitan hubungan dia dengan teman prianya yang terlihat dekat (Pasal 2 Kode Etik Jurnalistik Tahun 2006).
58
Hasil wawancara Iswanty Wijaya (KorLip “OBSESI”), Minggu, 26 April 2009
123
Tim liputan saat melakukan sistem Hunting pada di depan rumah narasumber menunggu depan pagar sampai narasumber keluar untuk mau diwawancara dan hingga mendapatkan pernyataan dari narasumber. Pada saat melakukan sistem Hunting penulis dan tim liputan “OBSESI” melakukan sistem Hunting tanggal 20 April 2009 mulai pukul 10.00 WIB pagi hari sampai malam hari. Hunting dilakukan di lokasi pengadilan agama Jakarta Selatan, yang beralamat di komplek pamulang permai 1 blok ax 23 no 11 (Jalan Permai Raya 7 Pamulang), berkaitan dengan gosip perceraian Pingkan Mambo. Dolly dan Adriana
melakukan
peliputan
dengan
prosedur
yang
benar
dengan
mengkonfirmasi terlebih dahulu kepada pihak pengadilan agama Jakata Selatan apakah nama Pinkan Mambo telah ada didaftar gugatan cerai pengadilan agama Jakarta Selatan, tetapi pihak pengadilan agama Jakarta Selatan tidak memberikan pernyataan dan terlihat menutupi kasus Pinkan Mambo. Adriana melaporkan kepada koordinator liputan melalui telepon ganggam bahwa Pinkan Mambo belum mengajukan gugatan cerai, tetapi koordinator liputan “Obsesi” tidak mempercayai pernyataan dari pihak pengadilan agama, koordinator liputan tidak ingin tau akan hal tersebut. Dengan berbagai strategi dan ide, Dolly serta Adriana Bustami membuat rencana untuk mendapatkan informasi tentang gugatan cerai Pinkan Mambo. Dolly selaku kameramen “OBSESI” pada saat itu melakukan candid kamera yaitu mengambil gambar secara diam-diam tanpa diketahui oleh pihak pengadilan agama Jakarta Selatan, tepatnya didepan pintu ruang panitra
124
sekitar pukul 12.00 WIB ketika Adriana Bustami bertanya kepada salah satu anggota panitra yang saat itu bertugas (Pasal 9 KEJ Tahun 2006). Begitu juga pernyataan dari manager produser Herik kurniawan yang mewakili pimpinan redaksi untuk memberikan jawaban wawancara kepada penulis, sebagai berikut:59
“Panduan diberikan pada produksi tentang bagaimana mereka harus memilih berita, membuat berita, menyusun rundown, dan memastikan hal-hal yang dilarang tidak dilanggar”. Isi Panduan yang diberikan sebagai berikut: 1. Tampilan Onair a. OBB b. Virtual c. Presenter 2. Konsep Membuat Berita a. Mengedepankan berita yang teraktual b. Mengedepankan berita yang menenarik c. Membuat berita-berita by design d. Lebih mengharu biru e. Lebih menghibur 3. Konsep Pengemasan berita yang berbeda. a. Teknik penulisan berita yang berbeda b. Teknik editing yang lain c. Pemilihan musik yang tersendiri. Dalam hal ini tim liputan Infotainment “OBSESI” dapat dikatakan telah melanggar SOP dan Kode etik Jurnalistik, liputan yang di lakukan berbeda kenyataannya dengan apa yang telah ada. Dalam mengatasi hambatan dengan narasumber. Caranya adalah tetap menjaga hubungan baik melalui telepon, email, komunikasi yang baik dan tetap memegang teguh kode etik jurnalistik untuk 59
Hasil wawancara Herik Kurniawan (Manager Produser), Rabu, 29 April 2009
125
melaksanakan, melakukan liputan. Apabila dalam sistem Hunting narasumber tidak dapat di temui dan menolak untuk di wawancara, reporter “OBSESI” mempunyai strategi sendiri dalam menghadapi hambatan –hambatan yang ada, berkoordinasi dengan atasan lebih baik di bandingkan harus melakukan perbuatan yang tidak baik atau mengundang SARA. Pada hari Senin tanggal 13 Juli 2009, penulis melakukan observasi bersama tim liputan “OBSESI” yakni, reporter bernama Abjad Nowo dan Andi selaku kameramen. Tim berangkat ke pengadilan negeri Jakarta Utara, Tanjung Priok. Liputan ini merupakan liputan hunting (menunggu berita). Tim meliput persidangan kasus Dewi Persik dan mantan managernya Asep Komarudin. Pada saat meliput, salah satu tim liputan dari media lain tidak mendapatkan gambar, kemudian tim liputan “OBSESI” dengan tim media lain melakukan Kloning. Kloning disini adalah pertukaran informasi biasanya berupa moment penting yang direkam (audiovisual). Setelah melakukan di pengadilan negeri Jakarta Utara, tim liputan “OBSESI” berangkat ke Crown Plaza Hotel, Semanggi untuk meliput konferensi pers penyanyi pendatang baru yang bernama Frazz, dimana albumnya di garap langsung oleh Andre Hehanusa yang berjudul ‘antara gak tau diri dan pede’, dalam konferensi pers tersebut para wartawan dapat makan siang minum gratis secara cuma-cuma dan tas jinjing yang berisi kaset, pembuatan video klip, poster serta kaos. Disini tim liputan melakukan proses peliputan mengikuti prosedur yang ada. Maksud dari prosedur yang ada adalah mengikuti rangkaian kegiatan konferensi pers. Pertama, Abjad sebagai reporter dan Andy sebagai
126
kameramen “OBSESI” melakukan pengisian buku tamu yang ada, kemudian memberikan kartu nama sebagai bukti jika mereka adalah wartawan infotainment “OBSESI” dari Global TV kepada pihak panitia konferensi pers yang menyelenggarakan acara tersebut. Kedua, Abjad dan Andy tegur sapa dengan para wartawan lain dan mencari tempat duduk yang masih kosong yang telah disediakan oleh panitia konferensi pers. Ketiga, Abjad, Andy dan juga penulis memakan makanan yang telah disediakan oleh pihak panitia konferensi pers. Selanjutnya adalah wawancara/interview berupa sesi tanya jawab antara Andre Frazz dan para wartawan internet serta tulis, setelah itu baru pihak wartawan televisi infotainment, setelah mendapatkan beberapa statement dan informasi yang cukup, tim liputan “OBSESI” kembali kekantor.
4.2.2.3
Tahap Paska Produksi
Dalam tahap paska produksi ini, dilakukan publication and following Up Stories, dimana tahapan perkembangan masyarakat dari pemberitaan. Disini dilakukan proses paska produksi, dimana reporter serta kameramen setelah melakukan liputan dan berita sudah ada saatnya kembali ke kantor. Mereka harus membuat narasi yang didasarkan atas hasil liputannya, juga membuat timecode pada pita kaset hasil rekaman gambar tersebut. Adriana mengemukakan:
Bustami
mengemukakan
selaku
reporter
“OBSESI”
127
“Yang jelas kita balik ke kantor untuk preview, pertama-tama, preview apa sih yang kita ambil dan kita angkat dan kameramen ambil dari gambar itu kita tau nanti kita mau ambil apa. Gambarnya gimana kira-kira angle yang diambil kameramen itu jangan sampai narasinya beda. Lalu di kaset kita tulis berita itu disatu buku berita Infotainment kalu di Global tuh ada satu buku khusus nomernomer, tanggal, siapa yang ngeliput dan isi liputannya apa kan kalau Infotainment itu beritanya countinity yah jadi pasti gambar-gambar nya itu bisa dipakai lagi untuk kedepannya,Dari situ kita time code , kira –kira statement apa saja nih yang mau dipake dan diambil narasinya, satu paket biasanya, paling lama tiga sampai empat menit lah yah jadi biasanya ambil statement yang menurut kita penting-penting gitu, kira-kira tiga atau empat statement, setelah itu baru bikin narasi. Produser baca dan bisanya produser mengecek ulang lagi statementnya dilihat lagi apa, siapa tau, atau produsernya bilang anglenya bagus yang ini, itu bisa dirubah tergantung produser, gitu”. Dalam proses paska produksi ini reporter dan kameramen sudah membuat naskah, voice over, dan timecode. Penulis mengamati dalam menganalisis dan mengikuti proses paska produksi, pembuatan naskah dan timecode, dilakukan untuk mempermudahkan proses editing atau penyuntingan gambar, yang akan dibacakan sebagai narasi dalam berita nanti pada saat on air. Pada tim kerja program Infotainment “OBSESI”, selain meliput reporter juga merangkap sebagai VO (Voice Over), yang akan dibacakan sebagai narasi dalam berita. Pada tahap editing dalam paska produksi yang ikut berperan editing hanya editor, produser ataupun Ass. Produser, karena dalam program “OBSESI” ini, tidak ada tim kreatif khusus, dimana produser dan tim pekerjanyalah yang harus
128
menja di kreatif bahkan sampai driver nya pun, seperti apa yang di katakan oleh Youmi Alafghani selaku produser “OBSESI” :60 “Tim Kreatif....? semua harus jadi Kreatif. Wahhaa..haha... yah itu semuanya harus kreatif dari semua lini, dari ..., jangankan reporter dan kameramen yah, dari Driver nya pun harus kreatif, misalnya acara artis jam dua misalnya disini macet total, bagaimana caranya, Driver harus mencari jalan tikus juga, itu kreatif...,kalau di news tidak ada itu, itu...., itu bedanya makanya mungkin Infotainment di tempat lain, misalnya Insert, kalau Putri lihat kan tampilannya sangat berbeda sekali saat OnAir, karena memang ada khusus menjadi tim kreatif pada saat OnAir, sementara kita disini saya dan teman-teman ditim produksi, di tim produser menangani semua-muanya, dari mulai persiapkan materinya..., dari mulai persiapan OnAirnya, mengarahkan gaya akan presenter karena memang dinews tidak ada tim kreatif, semua yaitulah budaya-budaya news yang rasanya agak beda”. Proses editing terdiri dari beberapa tahap, yakni : A. Off line Editing (cut to cut), dimana tahap ini melakukan proses penyuntingan gambar dan suara dengan memotong serta menambahakan (insert), materi yang dibutuhkan. B. On line Editing (Master Edit), yaitu dimana tahap proses editing lebih detail, meliputi pemberian title, serta memberikan efek gambar, framing. Dan lain-lain. C. Dubbing, mixing, griding, juga pengisian suara VO (Voice Over) atau suara narasi, biasanya proses memasukkan efek suara serta backsound maupun voice over, biasanya dubbing voice over didahulukan terlebih dulu sebelum mixing.
60
Op’Cit Youmi Alafghani
129
Dalam proses editing pada Infotainment “OBSESI” juga mengikuti pedoman yang terdapat dalam Kode Etik dimana, seperti yang diungkapkan oleh Koordinator Editor Firman Ismayanto sebagai berikut: “ Gambar yang tidak layak tidak bisa di terangkan dalam kata-kata misalnya ada artis yang seronok itu diatasi dengan blurr gambar, korban pembunuhan ada darah nya itu dibuat hitam putih atau diblur. Yang layak yang tidak mengundang SARA saja yah yang penting”. Setelah melakukan semua dan seluruh VT (Video Tape), berita-berita informasi tersebut telah matang dan siap untuk ditayangkan, maka akan diserahkan ke master control untuk ditayangkan pada saat Onair shooting program acara Infotainment berlangsung. Dalam tahap paska produksi ini, tahap penayangan merupakan tahap akhir atau tahap finishing. Setelah melalui proses pengeditan, gambar, dan naskahnaskah yang telah selesai di proses kemudian akan ditayangkan sebagai Video Tape (VT) di sela-sela pembicaraan Oleh Presenter, presenter pada program iniberganti-ganti sesuai dengan jadwal siarannya, yang terdiri dari Intan Erlita, Dewi Kumala, Tedy Tamasya, dan Adriana Bustami yang juga sebagai reporter “OBSESI” juga berperan sebagai presenter. Shooting pembawa acara atau presenter dilakukan secara langsung (live), dari studio News gedung Menara Kebun Sirih Podium dua Jakarta Pusat. Dalam menentukan materi berita yang akan di tayangkan setiap episodenya, produser bertanggung jawab besar dan berkoordinasi dengan staf produksi dalam
130
studio, serta presenter untuk menentukan gerakan juga berita mana yang sedang hangat di bicarakan atau mempunyai nilai berita yang besar untuk ditayangkan, dan berita mana yang bersifat ringan untuk dapat di tunda penayangannya. Youmi Alafghani, selaku produser “OBSESI” mengemukakan mengenai proses penentuan berita seperti apa yang layak ditayangkan :61 “ Pastinya yah seperti tadi, kembali ke Manohara, putri ditanya, Manohara siapa sih? Kalau mungkin Manohara ikut casting, terus kemudian main sinetron beritanya mungkin tidak masuk kesegmen satu, ya.. kan...?tapi ketika ada kasus seperti Manohara ya kan? Yang melibatkan dua negara, ada yang menyangkut kemanusiaan ya kan, ada affair nya, ada tragedi nya, ada dramatiknya, maka itu yang kita akan kita utama kan, itu berarti menurut kita layak untuk diperjuangkan untuk dapat berita sekslusif, bahkan kalau perlu kita ke malaysia. Kemudian di lihat dulu dari artisnya, siapa? Tamara Belesky misalnya omong bohong yah biarin ajayang omong kan Tamara. kenapa sih kalau libur dirumah aja? Kita gak punya duit misalnya Tamara mong seperti itu...., kalau Youmi yang omong yah pantas yah..kan? dilihat dari kelas artis-artisnya kan, dilihat dari segi isi beritanya, dilihat dari siapa kita tetap perhitungkan, misalnya maaf nih.. misalnya ada sinetron pendatang baru muncul di “OBSESI” Profil, gak mungkin, saya yakin gak mungkin,! Kecuali memang ....,pendatang baru....,kalau dia punya sesuatu yang wah..., kaya Vidy Aliano misalnya kan, Siapa sih yang gak tertarik dengan Afgan , kalau dilihat dari kelas jauh dilihat dengan Glen kan, misalnya kita lihat dari persentasinya juga, kita anggap layak juga, banyak pertimbangan, ada banyak artis juga yang cakep tapi gak terkenal dan gak ada nilai beritanya, misalnya Cuma untuk lewat doang atau tapi kalau ada artis tua yang masuk rumah sakit, tentu kita pilih yang seperti ini” Berita-berita yang akan ditayangkan didasari oleh faktor-faktor seperti seberapa kuat nilai beritanya, dari kelas artisnya, isi dari beritanya sepenting apa, memiliki suatu yang dapat menarik masyarakat atau penonton, dan yang saat itu sedang hangat atau di bicarakan dan diminati oleh masyarakat.
61
Hasil wawancara Produser “OBSESI” Youmi Alafghani, Jumat, 24 April 2009
131
4.3
Catatan Hasil Observasi Penelitian Hasil penelitian diatas, selain didasarkan wawancara mendalam (indepth
interview) juga dari hasil observasi penulis. Berikut catatan hasil observasi yang dilakukan guna menguatkan hasil penelitian yang telah dijabarkan diatas.
4.3.1 Jadwal Peliputan SCHEDULE LIPUTAN INFOTAIMENT HARI TANGGAL
: RABU : 18 MARET
JAM
LIPUTAN
LOKASI
REPORTER
CAMERAMEN
14:00
Idola cilik preskonf / ada winda soal kegemukan.
The fountain atrium, grand Indonesia lt 3a,
Diana / putri/tito
Aman
HARI
: KAMIS
TANGGAL
: 19 MARET
JAM
LIPUTAN
LOKASI
REPORTER
CAMERAMEN
14:00
Soundtrack kambing jantan (piyu padi) / tys baru mulai jam 4
Planet hollywood
widi/putri
TITO
HARI
: MINGGU
TANGGAL
: 22 MARET 2009
JAM Malam:
LIPUTAN
LOKASI
REPORTER
CAMERAMEN
132
17:00
Hunt dewi sandra
Jl grinting n0 3
dyang
Topan
18:00
Hunt glen + bokapnya glen
Jl cirendeu
wanto
Ridho
HARI
: SENIN
TANGGAL
: 23 MARET 2009
JAM
LIPUTAN
LOKASI
REPORTER
CAMERAMEN
08:00
Cek lagi rmh Sandra dewi
Jl grinting no 3 keb baru
Ade
Dharma
09:00
Cek rumah glen fredlly
Perum bali view, cirende. Dkt rmh tora
Aisyah / anggun ank magang
novandi
10:00
Cek pn selatan dg humas ttg gugatan cerai glen atas dewi sandra
Pn selatan
Aisyah / anggun ank magang
novandi
PAGI
HARI
: SELASA
TANGGAL
: 24 MARET 2009
JAM
LIPUTAN
LOKASI
10.00
Hunt rumah ferry maryadi / belum ada penampakan
Jl kecapi 5 no Wanto/ putri 34 rt 6 rw 5 kec jagkarsa
Omc
Jl mangun sarkoro no 4, dkt mesjid sunda kelapa
Ridho
Lanjut dwi ria latifa (kuasa hukumnya ferry maryadi)
HARI
: SELASA
TANGGAL
: 31 MARET 2009
REPORTER
Deval
CAMERAMEN
133
JAM
LIPUTAN
LOKASI
REPORTER
CAMERAMEN
07:00
Dewi persik, pingkan
Kendari /aman
Nizar
Omc
HARI
: RABU
TANGGAL
: 01 APRIL 2009
JAM
LIPUTAN
LOKASI
REPORTER
CAMERAMEN
10:00
Sid ferry irawan
Pa selatan
Abjad
omc
Lanjut
Hunt ferri maryadi plg umroh/ hunt
Riki
novan
HARI
: KAMIS
TANGGAL
: 02 APRIL 2009
JAM
LIPUTAN
LOKASI
REPORTER
CAMERAMEN
09:00
Sid glen fredly vs dewi Sandra/ cm ada pengacara
Pn selatan
Rifa
dharma
Hunt glen fredly
Di studio
HARI
: Minggu
TANGGAL
: 12 APRIL 2009
JAM
LIPUTAN
13.00
VJ.Marissa
LOKASI Mega Kuningan
HARI
: Senin
TANGGAL
: 20 APRIL 2009
REPORTER
CAMERAMEN
Rifa
Handy
134
JAM
LIPUTAN
LOKASI
REPORTER
CAMERAMEN
10.00
Hun.Pingkan Mambo
PN Jakarta Selatan
Diana
Dolly
HARI : SELASA TANGGAL: 28 APRIL 2009 JAM
LIPUTAN
LOKASI
REPORTER
CAMERAMEN
13.00
Abdel & Temon
Lokasi Syuting
Diana
Dolly
HARI : SELASA TANGGAL: 29 APRIL 2009 JAM
LIPUTAN
LOKASI
REPORTER
CAMERAMEN
14.30
PressRelase FILM Bebek Belur
Resto Sidang Reret
Diana
Dito
135
4.4
Pembahasan Penulis melaksanakan wawancara mendalam yang dilakukan di kantor
ruang redaksi news Global TV dan observasi dengan mengikuti perjalanan liputan, guna menghimpun semua data-data yang ada, maka pada pembahasan ini, penulis akan membahas hasil dari penelitian berdasarkan kerangka pemikiran serta teori-teori yang digunakan, sehingga penulis dapat menjawab permasalahan yang ada. Televisi sebagai media yang paling diminati oleh publik dan paling memberikan pengaruh besar pada khalayak, memiliki tiga kekuatan media sekaligus, dua kekuatan pertama adalah kemampuan menampilkan gambar hidup bergerak dan suara untuk mendalami kekuatan gambar. Sementara kekuatan suara, membimbing khalayak pada situasi batin tertentu yang dapat lebih mendekatkan khalayak yang bersangkutan pada program yang tengah disajikan. Sementara kekuatan
lainnya
adalah
penggunaan
frekuensi
milik
publik.
Dengan
menggunakan frekuensi, publik tidak memiliki kekuatan lain saat godaan menonton
televisi
datang
menghampirinya.
Kekuatan
itu
pula,
yang
memungkinkan media televisi untuk melakukan berbagai pola interaksi langsung dengan khalayaknya. Jika dilihat fungsi televisi sama dengan fungsi media massa yang lain (surat kabar, majalah, dan radio siaran), yaitu: a. Fungsi Penerangan ( The Information Function) b. Fungsi Pendidikan (The Education Function), dan
136
c. Fungsi Hiburan Dalam memproduksi suatu program acara, pihak stasiun televisi melakukan berbagai macam pertimbangan dan kebijakan tersendiri. Hal tersebut dikarenakan adanya beberapa faktor yang menjadi penentu dan faktor bisnis yang mendominasi. “OBSESI” bukan satu-satunya Infotainment yang ada di stasiun Global TV dan juga bukan Infotainment satu-satunya di televisi, namun “OBSESI” merupakan in-house dari stasiun Global TV yang bernaung di bawah divisi departemen news, “OBSESI” juga berasal dari pembentukan atau embrio yang berbeda dari Infotainment lainnya, dimana reporter ikut dalam membuat script, dan “OBSESI” coba membuat berita yang hari ini terjadi sehingga dapat di tayangkan pada hari ini juga/On air. Penulis mengamati langkah-langkah produksi Infotainment “OBSESI” yang dilakukan oleh tim adalah sebagai berikut: a. Dari perencanaan yaitu dimana menemukan ide dari tema apa saja yang akan diliput. b. Selanjutnya proses peliputan yang diberikan atau dikoordinasikan oleh Korlip yang di tindaklanjuti atau dilaksanakan oleh para tim “OBSESI”, yakni reporter dan kameramen. c. Mengangkat bukan hanya kasus tetapi apa yang ada pada publik figur dan kalangan selebritis.
137
Tim produksi merupakan sebuah organisasi yang kecil, walaupun demikian perlu adanya suatu pedoman teguh kepada kode etik jurnalistik untuk melakukan pengaturan demi kelancaran program “OBSESI”. “OBSESI” memiliki dua korlip yang dimana mereka saling berkoordinasi, dan
membagi (5) lima tim liputan seharinya, setiap timnya terdiri dari
kameramen, reporter dan supir. Mengenai teknik pemberitaan yang telah penulis amati dimana reporter dan kameramen, mencari berita dilapangan, penulis melihat bahwa reporter “OBSESI” dan kameramen terkadang melakukan pelanggaran demi mendapatkan berita. Contohnya pada saat melakukan liputan dilokasi Abdel & Temon, di akhir dari peliputan, manager unit sitcom Abdel & Temon memberikan amplop kepada kameramen “OBSESI” dan diterima oleh kameramen tersebut. Dalam hal ini dapat dikatakan tim liputan “OBSESI” pada saat itu, termasuk ke dalam kategori wartawan amplop dan dapat dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan yang ada pada perusahaan maupun yang terdapat dalam kode etik. Juga pada saat hunting di pengadilan agama Jakarta Selatan berkaitan dengan kasus perceraian Pinkan Mambo, Dolly selaku kameramen “OBSESI” pada saat itu melakukan candid camera yaitu mengambil gambar secara diam-diam tanpa diketahui oleh pihak pengadilan agama Jakarta Selatan, tepatnya didepan pintu ruang panitra sekitar pukul 12.00 WIB ketika Adriana Bustami bertanya kepada salah satu anggota panitra yang saat itu bertugas. Hal itu merupakan pelanggaran kode etik, karena reporter dan kameramen sudah memasuki privasi dan mengambil gambar tanpa
138
seizin petugas pengadilan agama Jakarta Selatan. Demi mendapatkan berita dan bertanggung jawab akan tugasnya mereka melakukan pelanggaran kode etik jurnalistik. Begitupun pada kasus VJ Marissa yang mengahantam kamera dari wartawan infotainment “OBSESI”. Kejadian tersebut berlokasi di Mega Kuningan, pada tanggal 12 April 2009 pukul 13.00 WIB, saat itu VJ Marissa merasa tertekan oleh keberadaan 7 (tujuh) kamera dari berbagai infotainment yang terus menshoot ke arah dia dan mendesak dengan berbagai pertanyaan, berkaitan hubungan dia dengan teman prianya yang terlihat dekat. Hal itu sudah dikatakan pelanggaran kode etik jurnalistik karena membuat seseorang merasa terdesak dan tidak menghormati kehidupan pribadinya. Dalam hal ini tim liputan Infotainment “OBSESI” telah melanggar kode etik jurnalistik yang telah ditetapkan oleh Wartawan Indonesia yang terdapat pada pasal-pasal berikut ini: Pasal 2 Wartawan Indonesia menempuh cara-cara profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik. Penafsiran: Cara-cara profesional adalah a. Menunjukkan identitas diri kepada narasmber b. Menghormati hak privasi c. Tidak menyuap d. Menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya c. Rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara, dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditmpilkan secara berimbang.
139
d. Menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar, foto, suara. e. Tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai karya sendiri. a. Penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita investigasi bagi kepentingan publik. Pasal 6 Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap. Penafsiran : a. Menyalahgunakan profesi adalah segala tindakan yang mengambil keuntungan pribadi atas informasi yang diperoleh saat bertugas sebelum informasi tersebut menjadi pengetahuan umum. b. Suap adalah segala pemikiran dalam bentuk uang, benda atau fasilitas dari pihak lain yang mempengaruhi indenpendensi.
Pasal 7 Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia di ketahui identitasnya maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan “off the record” sesuai dengan kesepakatan. Penafsiran : a. Hak tolak adalah hak untuk tidak mengungkapkanidentitas dan keberadaan nara sumber demi keamanan narasumber dan keluarganya. b. Embargo adalah penundaan pemuatan atau penyiaran berita sesuai dengan permintaan narasumber. c. Informasi latar belakang adalah segala informasiatau data dari narasumber yang disiarkan atau diberitakan tanpa menyebutkan narasumbernya. d. “Off the record” adalah segala informasi atau data dari narasumber yang tidak boleh disiarkan atau di beritakan.
Pasal 8 Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, bahasa, serta tidak merendahkan martabat orang lemah miskin, sakit, cacat jiwa, atau cacat jasmani. Penafsiran : a. Prasangka adalah anggapan yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum mengetahui secata jelas. b. Diskriminasi adalah pembedaan perlakukan.
140
Pasal 9 Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik. Penafsiran : a. Menghormati hak narasumber adalah sikap menahan diri dan berhati-hati. b. Kehidupan pribadi adalah segi kehidupan seseorang dan keluarganya selain yang terkait dengan kepentingan umum. Pasal-pasal ini merupakan pasal yang dapat di katakan telah dilanggar oleh tim liputan Infotainment “OBSESI”, pada kasus VJ Marissa dan Pingkan Mambo, dalam proses pencarian bahan berita maupun gambar atas perintah dari produser atau Koordinator liputan maupun inisiatif sendiri. Manager Produksi, Herik Kurniawan (selaku mewakili Pimpinan Redaksi), mengungkapkan sanksi yang diberikan kepada timnya jika melakukan pelanggaran, seperti yang di kutip penulis dari hasil wawancara berikut : “Apabila ada salah satu dari pekerja wartawan kami melanggar kaidah-kaidah Jurnalistik Infotainment, dan peraturan kantor apa yang telah kita sepakati maka akan dapat sanksi seperti:” a. Kesalahan pertama… dipanggil, dimintai keterangan, bila salah diberi peringantan keras. b. Kesalahan kedua……….. diberi SP 1 c. Kesalahan ketiga ………..diberi SP 2 d. Kesalahan keempat…… diberi SP 4 (pemecatan) Namun tidak semua kameramen dan reporter di “OBSESI” melakukan hal tersebut, pada saat peliputan 29 April 2009, press release film bebek belur yang berlokasi di resto sindangreret, panitia acara film tersebut membagikan amplop kepada wartawan yang meliput, tetapi pada saat itu kameramen “OBSESI” tidak menerimanya. Dia menyarankan kepada reporter agar uang tersebut diberikan kepada supir yang pada saat itu mengendarai dan mengantar liputan.
141
Setelah reporter serta kameramen telah mendapatkan semua berita atau informasi yang dibutuhkan, mereka kembali ke kantor, kemudian memulangkan peralatan liputan kepada departemen logistik dan langsung menuliskan ke buku biro yang terdapat atau terletak di ruang redaksi, hal selanjutnya mereka membuat timecode untuk naskah, dimana mereka mengambil beberapa statement yang di anggap penting, berdurasi sekitar dua sampai tiga menit. Bahan-bahan berita yang telah dibuat naskah oleh reporter di cek-recek oleh produser untuk lebih sempurna dan dikemas lebih menarik. Tahap berikutnya adalah, timecode reporter diolah menjadi naskah berita yang kemudian dicari angle seperti apa yang akan di naikkan atau ditayangkan. Penulis mengamati, bahasa yang digunakan oleh tim “OBSESI” merupakan bahasa yang mudah di cerna dan sedikit glamour, tetapi tidak dengan nada yang mendayu-dayu atau dapat dikatakan lebih ke apa adanya, serta lebih berpedoman kepada kaidah-kaidah kode etik jurnalistik. Selanjutnya adalah tahapan terakhir, yaitu tahap paska produksi atau dapat di sebut tahap editing. Disini berita diseleksi atau diedit. Menyunting gambar dan suara serta memberikan sedikit efek. Efek yang diberikan pada saat editing adalah efek yang sangat sederhana. Hal tersebut dikarenakan, program infotainment “OBSESI” merupakan Sehingga
memiliki
(Packaging) program.
program keterbatasan
Striping yang hadir Senin sampai Jumat. waktu
dalam
melakukan
pengemasan
142
Penulis mengamati proses penyeleksian dan penyuntingan atau editing yang dilakukan Infotainment “OBSESI” yaitu dilakukan berdasarkan Standart Operasional Prosedur (SOP), dan dalam
tahap akhir ini produser yang
bertanggung jawab dan bertugas memilih serta menentukan bahan-bahan berita yang akan disiarkan. Produser dalam Infotainment “OBSESI” bertanggung jawab atas setiap isi maupun konten juga menyeleksi, mengkoreksi setiap naskah, tema, gambar, sampai memberikan arahan koreografer presenter pada saat siaran berlangsung dalam studio, hingga bertanggung jawab pada apa isi konten Infotainment “OBSESI” tersebut dikarenakan tidak ada yang namanya tim kreatif dalam divisi berita Infotainment “OBSESI”. Setelah melakukan tahap editing dari penyuntingan bahan berita dan gambar, proses selanjutnya yang harus dilakukan adalah print to tape yang kemudian dilihat atau preview, yang hasilnya akan di kontrol terlebih dahulu kemudian akan ditayangkan nantinya oleh Global TV yang akan disajikan dan dinikmati oleh penonton setia. Pada penelitian ini penulis menggunakan dua teori, yaitu teori gatekeeper dan teori Agenda Setting. Pada proses liputan yang berkaitan dengan teori gatekeeper adalah produser. Dimana produser merupakan orang yang sangat berpengaruh dalam aspek proses peliputan sampai dengan tahap akhir paska produksi. Untuk melengkapi proses peliputan guna lebih berpedoman kepada kode etik jurnalistik, maka penulis memadukan teori Agenda Setting dalam proses peliputan agar dapat lebih menyeleksi berita atau informasi yang diperoleh
143
reporter dan kameramen. Dimana produser yang berperan penting untuk menentukan dan menyeleksi berita yang masuk. Kasus ini terkait dengan kategorisasi objektivitas pemberitaan pada kasus ini terkait dengan akurasi pemberitaan, khususnya di wilayah faktualisasi berita sebab yang amplop, tersebut dapat membuat wartawan menambahkan opini pribadi kedalam berita atau informasi.
4.3.1 Keterkaitan Kasus Pelanggaran Kode Etik dengan Kode Etik Jurnalistik dan Kategorisasi Objektivitas Pemberitaan Kasus pelanggaran yang dilakukan oleh wartawan infotainment dapat dianalisa melalui kode etik dan kategorisasi objektivitas pemberitaan berikut : c. Kasus dalam lokasi liputan Abdel & Temon Tanggal 28 April 2009 Pada saat melakukan liputan Abdel & Temon launching versi baru di akhir liputan, manager unit Abdel & Temon memberikan amplop kepada cameramen OBSESI dan diterima oleh cameramen tersebut. Hal ini termasuk dalam wartawan amplop yang dapat dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan Pasal 6 Kode Etik Jurnalistik tahun 2006 yang berbunyi, “Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap”, dipoin dua dalam penafsiran, “suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang, benda atau fasilitas dari pihak lain yang mempengaruhi independensi”.
Kasus ini terkait dengan kategorisasi
akurasi khususnya di wilayah faktualitas berita, sebab uang dari amplop
144
tersebut dapat membuat wartawan menambahkan opini pribadi kedalam berita atau informasi.
d. Kasus hunting ke Pengadilan Agama Jakarta Selatan dalam kasus gugatan cerai pingkan mambo Tanggal 21 April 2009 Pada kasus penceraian Pingkan Mambo, Dolly selaku cameramen OBSESI pada saat itu melakukan pengambilan gambar secara diam-diam tanpa diketahui oleh pihak pengadilan agama Jakarta Selatan, tepatnya didepan pintu panitra sekitar pukul 12.00 WIB ketika Adriana Bustami bertanya kepada salah satu anggota panitra yang saat itu bertugas. Hal ini merupakan pelanggaran kode etik, karena reporter dan cameramen sudah memasuki ruang privasi dan mengambil gambar tanpa seizin petugas pengadilan agama Jakarta Selatan. Kasus ini masuk dalam pasal 9 kode etik jurnalistik tahun 2006 yang berbunyi “Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan umum”. Kasus ini berkaitan dengan kategorisasi kompetensi pihak yang dijadikan sumber berita dengan kategorisasi bukan pelaku langsung karena melalui akses informasi anggota panitra untuk mendapatkan berita melalui canded camera.
145
e. Kasus VJ. Marissa yang menghantam kamera infotainment OBSESI Tanggal 12 April 2009 lokasi Mega Kuningan. Pada kasus ini, VJ Marissa merasa tertekan oleh keberadaan tujuh kamera dari berbagai infotainment yang terus menshoot kearah dia dan mendesak dengan berbagai pertanyaan, berkaitan hubungan dia dengan teman prianya yang terlihat dekat. Dalam kasus ini tim OBSESI melanggar Pasal 2 pada KEJ Tahun 2006 yang berbunyi, “Wartawan Indonesia menempuh cara-cara professional dalam melakukan tugas jurnalistik”. Pada penafsiran maksud dari cara-cara professional adalah “menunjukan identitas diri kepada narasumber, menghormati hak privasi”. Kasus ini berkaitan dengan kategorisasi faktualitas berita, kategorisasi ada pencampuran fakta dan opini, karena tidak ada konfirmasi terlebih dahulu dari VJ Marissa, tim liputan ingin membuat berita tentang VJ.Marissa karena merasa terdesak jadi VJ Marissa Melakukan hantaman tersebut.
146
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 1. Infotainment “OBSESI” adalah sebuah program entertainment news yang berada di bawah naungan departemen news. Hadir setiap hari dari Senin sampai Jumat, pukul 09.00-10.00 pagi. Program “OBSESI” dipegang oleh 1 (satu) produser yakni, Youmi AlAfghani dan 2 (dua) orang korlip yaitu, Ismawati Wijaya dan Ipet. Saat ini, “OBSESI” memiliki beberapa presenter yang bergantian dalam membawakan program tersebut. Presenter-presenter tersebut terdiri dari Adrian Bustami, Tedy Tamasya, Merry Putri dan Intan Herlita (pada akhir bulan Juli 2009 akan cuti).
Selain menyuguhkan informasi mengenai selebritas,
“OBSESI” juga memiliki format talk show, intim dan kuis interaktif. 2. “OBSESI” memiliki beberapa tahapan proses program. Pertama adalah pra produksi, dimana terdapat pencarian ide atau sumber informasi berita dan perencanaan strategi dalam liputan. Pada pencarian ide, sumber-sumber ide dapat berasal dari informasi dari reporter lain, undangan atau fax, hubungan telepon yang rutin, internet dan berita dari infotainment lain. Sedangkan pada perencanaan strategi, tim liputan dan tim produksi melakukan berbagai hal berikut: pembagian tugas, pencarian data atau sumber informasi, persiapan liputan dan menentukan sudut pandang berita. Pada tahap proses peliputan dan
146
147
produksi ditemukan beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh tim liputan “OBSESI”. Berikut bentuk-bentuk pelanggaran tersebut, pada peliputan kasus Pinkan Mambo di pengadilan agama Jakarta Selatan berkaitan dengan kabar gugatan cerainya, kameramen “OBSESI” melakukan canded camera guna mendapatkan informasi mengenai kebenaran berita. Kemudian pada peliputan VJ Marissa di Mega Kuningan. Saat itu tim ingin melakukan konfirmasi mengenai kabar kedekatannya dengan seorang pria. Namun karena merasa tersudutkan, VJ Marissa menghantam kamera tim “OBSESI’ dengan tangannya. Begitupun saat meliput di lokasi syuting Abdel dan Temon, tim liputan “OBSESI’ menerima amplop yang diberikan oleh manajer unit dari pihak Multivision selaku production house yang memproduksi sitkom tersebut. Halhal yang dilakukan tim liputan diatas melanggar beberapa pasal yang terdapat pada kode etik jurnalistik yakni, pasal 2, pasal 6,pasal 7, pasal 8 dan pasal 9. 3. Terakhir adalah tahap paska produksi. Pada tahap ini dilakukan proses editing yang terdiri dari off line editing, on line editing, dubbing, mixing dan griding. Serta tahap finishing yang berupa penayangan/on air. 4. Proses Peliputan dan produksi pada dasarnya pada setiap pelaksanaan produksi suatu program acara pasti ada suatu kendala atau hambatan yang tidak terduga, dimana hambatan yang dialami pada saat liputan wartawan Infotainment sangat beresiko. Sering kali untuk mendapatkan berita, reporter Infotainment juga dengan kameramen Infotainment menggunakan cara-cara yang bertentangan dengan etika profesi kewartawanan.
148
5.2 Saran Sebagai bahan masukan, penulis akan mengungkapkan beberapa hal yang terkait dengan proses peliputan wartawan infotainment “OBSESI” yang dikaitkan dengan konteks kode etik, yaitu: 1. Agar tim “OBSESI” menambah camera, memperbaiki atau mengganti salah satu camera yang rusak. 2. Agar tim “OBSESI” menambah jumlah VTR untuk memperlancar pembuatan script. 3. Agar tim “OBSESI” lebih rutin dalam mengadakan rapat redaksi tiap minggunya supaya koordinasi tidak putus.
DAFTAR PUSTAKA Adji, Oemar Seno, Mass Media dan Hukum, Erlangga, 19763, Jakarta, 1973 Atmadji Soemarkidjo, Teknik PEnulisan Naskah BErita Televisi, 6 Maret 2007 Dra. Luktiati Komala, M.si, Dra. Siti Karlinah, M.Si, KOmunikasi Massa Suatu Pengantar, Edisi Revisi, SImbiosa Rekatama Media, Bandung, 2007 Garin Nugroho, Fenomena Tukul, KOMPAS, 11 Maret 2007. Husnun N. Djuraid, Panduan Menulis Berita, UMM Press, 2006 Isac dan Michael, Terjemahan Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, 1999. Moleong, LExy, J, Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1990. Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, Ramdina Prakarsa, 1983 Nazir, Moh, Metode Penelitian, Ghalia Indonesa, Jakarta, 1983 Peter Herford, So You Want To Run a TV Station, Media Development Loan Fund, New York, 2000 Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, Televisi Siaran Teori dan Praktek, Mandar Maju, 1993, Bandung, 1993
2
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,2007
Robert K. Yin, Studi Kasus (Desan dan Metode), terjemahan M. Djuazi MUrdzakir, PT. Raja Grasindo Persada, Jakarta, 2000 Setiawan, Bambang, Metode Penelitian KOmunikasi, Jakarta, UT, 1995 Seonarto, RM, program Televisi, Dari Penyusunan sampai Pengaruh Siaran. FFTVIKJ press, Jakarta, 2007 Zaennudin.H.M, The Journalist, Prestasi Pustaka, 2007, Jakarta, 2007 Jakarta, 2007
Sumber lain : www.pintu.com, Media Selebriti Indonesia, Nuraini Juliastuti. www.global.tv.co.id Minggu, 8 Maret 2009
3
! ))
"
# $
%
* ,- # + )
# & ' (
+ . / $ #
, + 0
+ # # 1 2 $
" 3
%
)
$ . # 0& 4 2 1 ' # ( ( $ ' - 1 0& - ( # 02 - # ' % 6
# $ 5 5
,
! !
,
,
,
7 +
) )
)
/ !
1 $
+ + / # 1 $
+
+
8
)
) )
!
" +
) ) 9
) ) %
)
) %
% )
"
! + ! )
!
7 8 * ) . $ $ & ; ) +
! + ! )
!
)
)
!
)
%
+ +
)
) :%
0 %
# $ # *
. $ $ . 0. $ $ -
# . ( *
# & & & 0. $ $ .
$ ' %
+
"
# & & 2 0# & & &
)
6
!
"
)!
%
3
0
)
9
<
. $ $ '
! )
%
8
%
%
) +
9
+
=%
? % 5 * ! > *
%
!
) %
)
8
+
<
+
) >
9
)
)
<
8 )
!
!
% . $ $ '
. $ $ 1
) . $ $ &
! ), 6
!
+
+
+
@
% )
) )
) !
)
%!
+
+
. $ $ -
% !
. $ $ (
8
9
%
) <. $ $ (
<
%
) <. $ $ '
8
)
)
)
)
8
)
) )
)
)
) 3
)
A%
6
8
)
%
) )
% % % . $ $ -
)
) %
) )
)
# $ # <)
$ ' %
$ ' % +
)! <
0 ! +
) *
*
! *
2 !
A
)
))
A%
)
% , ) +
% +
+
,
% , 8 )
) % %
+ * *
%
%
) " )
. $ $ - 0. $ $ 1 . $ $ &
%
%
) . $ $ &