STRATEGI PELIPUTAN LAPORAN INVESTIGASI PADA MAJALAH POPULAR (Studi Kasus Pada Rubrik “Liputan Malam” Edisi MEI 2007)
Disusun Oleh: NAMA
: I NYOMAN NGURAH S.G
NIM
: 04100-036
JURUSAN : JURNALISTIK
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Jenjang Pendidikan Strata Satu (S1) Program Studi Jurnalistik
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
2007
2
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI
Judul
: Strategi Peliputan Laporan Investigasi Pada Majalah Popular (Studi Kasus Pada Rubrik “Liputan Malam” Edisi Mei 2007)
Nama
: I Nyoman Ngurah Sanjaya Gargitha
NIM
: 04100-036
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Jurusan
: Jurnalistik
Mengetahui,
Pembimbing I,
Pembimbing II,
( Nurprapti W. Widyastuti., S.Sos, M.Si )
iii
( Ponco B Sulistyo., M.Comm )
3
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA
TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI
Nama
: I Nyoman Ngurah Sanjaya Gargitha
NIM
: 04100-036
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Judul Skripsi
: Strategi Peliputan Laporan Investigasi Pada Majalah Popular (Studi Kasus Pada Rubrik “Liputan Malam” Edisi Mei 2007) Jakarta, September 2007
Ketua Sidang Nama : A. Rachman., MM, M.Si
(………………………...)
Penguji Ahli Nama : Marhaeni F. Kurniawati., S.Sos, M.Si
(………………………...)
Pembimbing I Nama : Nurprapti W. Widyastuti., S.Sos, M.Si
(………………………...)
Pembimbing II Nama : Ponco B Sulistyo., M.Comm
(………………………...)
iv
4
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI
Nama
: I Nyoman Ngurah Sanjaya Gargitha
NIM
: 04100-036
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Judul Skripsi
: Strategi Peliputan Laporan Investigasi Pada Majalah Popular (Studi Kasus Pada Rubrik “Liputan Malam” Edisi Mei 2007)
Jakarta, September 2007
Disetujui dan Diterima Oleh: Pembimbing I,
Pembimbing II,
( Nurprapti W. Widyastuti., S.Sos, M.Si )
( Ponco B Sulistyo., M.Comm )
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi,
Ketua Bidang Studi Jurnalistik,
( Dra. Diah Wardhani., M.Si )
( Drs. Riswandi., M.Si ) v
5
ABSTRAKSI
Nama
: I Nyoman Ngurah Sanjaya Gargitha
NIM
: 04100-036
Judul
: Strategi Peliputan Laporan Investigasi pada Majalah Popular (Studi kasus pada Rubrik “Liputan Malam” Edisi Mei 2007)
Bibliograf (1969-2003) Halaman xii + 98 Halaman, 22 lampiran Berita merupakan suatu informasi yang sudah menjadi suatu kebutuhan oleh setiap manusia, Dan salah satu strategi yang dilakukan oleh seorang Jurnalis untuk mendapatkan suatu berita adalah dengan melakukan Laporan Investigatif. Dimana, Wartawan berusaha untuk mengangkat berita yang masih dianggap tabu dimata masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi apa yang dipakai oleh wartawan Majalah Popular dalam melakukan Laporan Investigasi rubrik Liputan Malam Laporan investigatif adalah alat kerja jurnalistik sebagai teknik dalam mencari berita. Umumnya teknik laporan investigatif adalah penggalian yang bersifat mengusut dari satu ujung informasi yang diperoreh seorang wartawan, ditelusuri hingga tuntas ke ujung lain, dimana informasi tersebut menyajikan berita yang lengkap sehingga tidak membingungkan dan menimbulkan tanda tanya bagi pembaca. Penulis menggunakan metodologi deskriptif yang hanya ingin memberikan gambaran atau memaparkan mengenai laporan investigatif yang dilakukan Majalah Popular. Dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam atau Indepth Interview, dengan beberapa nara sumber yaitu Bapak Buyung Pramunsyie sebagai Pemimpin Redaksi sekaligus Wartawan yang bertugas melakukan Liputan Malam di Majalah Popular, dan Bapak P.Suryo.R selaku Redaktur Pelaksana Majalah Popular. Hasil penelitian ini menguraikan kegiatan investigasi yang dilakukan oleh wartawan Majalah Popular yaitu Conception, Feasibility Study, Go-no-go Decesion, Base Building,Planning, Original Research, Reevaluation, Filling the Gaps,Final Evaluation, Writing & Rewriting, Publication and Follow-up Stories dan evaluation. Hasil penelitian yang didapat adalah dari kegiatan investigatif yang dilakukan Majalah Popular, hanya 1-5 langkah investigasi yang dilakukan pada saat perencanaan sebelum melakukan liputan di lapangan, langkah investigasi 6-8 dilakukan pada saat peliputan di lapangan. Dan langkah 9-10 dilakukan setelah
vi
6
dilakukan peliputan di lapangan. Sedangkan langkah 11 tidak digunakan dalam investigasi karena hasil liputan tersebut tidak dilanjutkan untuk edisi lainnya.
vii
7
KATA PENGANTAR
Puji Syukur tidak lupa saya panjatkan kepada IDA SHANG HYANG WIDHI
WACA
karena
atas
Rahmat
dan
Karunia-Nyalah
penulis
dapat
menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Skripsi ini disusun sebagai prasyarat dalam memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Komunikasi Bidang Studi Jurnalistik Program S1 Universitas Mercu Buana Jakarta dengan judul: Strategi Peliputan Laporan Investigasi pada Majalah Popular pada Rubrik “Liputan Malam” Edisi Mei 2007. Dalam menyusun skripsi ini, diuraikan mengenai kegiatan atau aktivitas investigasi yang dilakukan oleh Majalah Popular. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun. Pada proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bimbingan dan bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Ibu Nurprapti W. Widyastuti, S.Sos, M.Si, sebagai pembimbing pertama. 2. Bapak Ponco B Sulistyo, M.Comm, sebagai pembimbing kedua. 3. Bapak Drs. Riswandi, M.Si, sebagai Kepala Bidang Jurusan Jurnalistik 4. Seluruh Dosen Pengajar Fakultas Ilmu Komunikasi, khususnya Bidang Studi Jurnalistik Mercu Buana. 5. Pihak Tata Usaha Fakltas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana. viii
8
6. Bapak Buyung Pramunsyie, sebagai Peminpin Redaksi, Penanggung Jawab, dan Wartawan Majalah Popular. Terima kasih atas waktu yang telah diberikan kepada penulis dan semua bantuannya dalam memberikan data-data untuk melengkapi skripsi ini. 7. Bapak P.Suryo R, sebagai Redaktur Pelaksana Majalah Popular. Terima kasih atas waktu yang telah diberikan kepada penulis dan bantuannya dalam memberikan data-data dalam melengkapi skripsi ini. 8. Ibu Tety S Chairul, sebagai Sekretaris Redaksi Majalah Popular. 9. Ibu Lusi Dyah P, sebagai Personalia dan Umum. 10. Kedua Orangtuaku, Bpk I.Ketut Gargitha Cakra (Alm), Ibu Luh Gede Sumiasning yang telah memberikan spirit dan ketulusan do’anya kepada penulis. 11. Kakak dan Adikku, Putu, Made, Ayu, dan Arya, yang selalu memberikan motivasi dan dukungan penuh kepada penulis. 12. Ninu beserta keluarga, yang selalu memberikan masukan-masukan, pengertiannya, dan bantuannya kepada penulis, sehingga terselesaikannya skripsi ini. 13. Sahabatku, Camil Shady, Ivan (Ps), Budi(Ps), Ichal (Ps), Ipank’s, Boni, yang banyak memberikan dukungan dan bantuannya serta kerjasamanya kepada penulis. 14. Rekan-rekan angkatan 2000-2004, Tile, Boyzonk, Jody, Away, Daud, Anjas, A’a, Raymon, Ipur, dan lain-lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu ix
9
persatu dari Humas, Periklanan, dan Jurnalistik. Terima kasih atas dukungan dan bantuannya. 15. Teman-teman dari Planet Surf, Titan, Irfan, Tengku, Denis, Ari, Afi, Takur, Fahmi, Ian, Dado, dan lain-lain yang penulis tidak sebutkan satu persatu. 16. Anggota Mr.Bind, Ama, dan Yudi, Terima kasih atas support yang telah diberikan. 17. Semua Pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis atas semua bantuannya baik secara materil atau pun spiritual.
Jakarta, Agustus 2007
Penulis
x
10
DAFTAR ISI
PERSEMBAHAN…………………………………………………………………ii LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI..................................................iii ABSTRAKSI………………………………………………………………………vi KATA PENGANTAR…………………………………………………………….viii DAFTAR ISI………………………………………………………………………xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………………….1 1.2 Perumusan Masalah…………………………………………………...9 1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………...10 1.4 Signifikansi Penelitian………………………………………………...10 1.4.1
Signifikansi Akademis……………………………………..10
1.4.2
Signifikansi Praktis………………………………………...10
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Komunikasi…………………………………………………………….11 2.1.1 Definisi Komunikasi…………………………………………11 2.1.2 Tujuan, Fungsi dan Teknik Komunikasi……………………..14 2.1.3 Proses Komunikasi…………………………………………...15 2.1 Komunikasi Massa……………………………………………………..17 2.1.1 Karakteristik Komunikasi Massa…………………………….19 2.1.2 Fungsi Komunikasi Massa…………………………………...20 xi
11
2.2 Media Massa………………………………………………………….....20 2.2.1 Media Cetak…………………………………………………...21 2.2.2 Majalah……………………………………………………......22 2.3 Strategi Media…………………………………………………………...25 2.4 Berita………………………………………………………………….....26 2.4.1 Nilai Berita………………………………………………….....29 2.4.2 Unsur-Unsur Kelengkapan Berita…………………………......31 2.4.3 Unsur-Unsur Berita……………………………………………33 2.5 Karangan Khas (Feature)……………………………………………......35 2.6 Laporan Investigasi…………………………………………………........37 2.6.1 Macam-Macam Investigasi…………………………………….44 2.7 Strategi Peliputan Laporan Investigasi…………………………………..45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian…………………………………………………………...49 3.2 Metode Penelitian………………………………………………………..50 3.3 Nara Sumber / Key Informan………………………………………….....52 3.4 Teknik Pengumpulan Data……………………………………………....52 3.4.1 Data Primer………………………………………………….....53 3.4.2 Data Sekunder………………………………………………….53 3.5 Definisi Konsep………………………………………………………….53 3.6 Fokus Penelitian………………………………………………………….54 3.7 Teknik Analisa Data……………………………………………………..55 xii
12
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian……………………………………..56 4.1.1 Lahirnya Gagasan dan Sejarah………………………………...56 4.1.2 Isi Majalah Popular…………………………………………….60 4.1.3 Struktur Organisasi Majalah Popular…………………………..65 4.1.4 Alur Berita……………………………………………………..67 4.1.5 Flow of News…………………………………………………..69 4.2 Hasil Penelitian…………………………………………………………..70 4.3 Pembahasan……….…………………………………………………......91 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan………………………………………………………………98 5.2 Saran-Saran……………………………………………………………..100 5.2.1 Saran Akademis………………………………………………100 5.2.2 Saran Praktis………………………………………………….100 DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................103 BIODATA………………………………………………………………………….105 LAMPIRAN……………………………………………………………………….106
xiii
13
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk menjadi manusia yang bersosialisasi perlu adanya interaksi dan komunikasi, baik secara langsung ataupun melalui Media massa. Media massa merupakan sarana dalam menyalurkan ilmu dan informasi yang berupa berita, maupun artikel. Media massa berasal dari bahasa Inggris, yaitu mass Media of communication disingkat menjadi Mass Media. Disebut Media massa karena adanya karakter massa yang dimiliki Media, dimana karakter massa digolongkan berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan. Media massa merupakan saluran yang dipakai oleh jurnalis atau komunikasi massa. tujuan utama menggunakan Media massa ialah memanfaatkan kemampuan teknik dari Media, sehingga dapat mencapai pembaca, pendengar atau penonton secara teoritis dalam jumlah yang tidak terhingga pada saat yang sama. 1 Media massa disebut juga sebagai Media jurnalistik dan merupakan alat bantu utama dalam proses komunikasi massa. Selain itu Media massa dalam wujud surat kabar, majalah, buku, siaran radio, dan siaran televisi merupakan sarana penghubung dengan masyarakat.
1
Dr. Phil. Astrid. S. Susanto. Komunikasi Massa. Bina cipta, Bandung 1982, hal. 65
1
2 14
Media massa dibagi dua menurut sifatnya. Media massa tercetak dan Media massa elektronik. Media massa tercetak terdiri dari koran, majalah, tabloid, leapfit, brosur dan lain-lain. Sedangkan Media massa elektronik terdiri dari telivisi, radio, internet dan lain-lain. Secara umum, Media cetak maupun elektronik memiliki fungsi yang sama yaitu, menyiarkan informasi, mendidik, menghibur dan mempengaruhi. Kenyataan tersebut mendorong banyak pihak, terutama pengusaha atau pemilik uang yang memanfaatkan peluang sebagai peluang bisnis. Dengan menjalankan usaha penerbitan Media cetak seperti surat kabar, tabloid, majalah dan lain-lain. Dalam situasi masyarakat seperti sekarang ini, majalah mulai tumbuh dengan membuka iklan dan rubrik yang lain dari majalah lainnya sebagai daya tarik. Dimana Media tersebut tidak peduli apakah isi Media tersebut bermutu atau tidak, karena yang terpenting mengundang konsumen untuk mengikutinya. Dalam perkembangannya yang cukup pesat, baik dalam bentuk ukuran, maupun popularitas membuat sirkulasi majalah meningkat cepat. Implikasinya, lebih banyak majalah terjual, lebih banyak pula perusahaan tertarik untuk mengiklankan produknya lewat majalah itu. Pada gilirannya hal itu dapat berpengaruh pada upaya penyediaan hal-hal khusus untuk iklan. Seperti kita lihat akhir-akhir ini Media massa cetak khususnya, seperti majalah sudah menjamur. Berbagai segmentasi diangkat untuk menarik minat pembeli. Masing-masing mencari segmen dan menyuguhkan isi berita yang
3 15
diangkat sesuai dengan segmentasi yang dipilih. Beraneka majalah dapat kita jumpai. Ada majalah remaja, majalah wanita dewasa, majalah untuk lelaki, majalah olah raga, kesehatan, bisnis, politik dan lain-lain. Banyak Media cetak yang menyuguhkan berbagai macam informasi dikemas dalam bentuk majalah, Media tersebut hadir berkala yaitu bulanan, tengah bulanan, atau mingguan. Isinya mengenai berbagai liputan jurnalistik seperti artikel yang disesuaikan berdasarkan khalayak sasaran. Sedangkan Rhenald Kasali mengklasifikasi pembaca majalah menurut segmen-segmen demografis. Misalnya majalah anak-anak, remaja, pria, wanita dewasa dan majalah pria dewasa. 2 Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menyimpulkan majalah adalah Media cetak yang terbit secara teratur atau berperiodik, dihadirkan untuk memenuhi kebutuhan pembaca yang tersegmentasi secara demografis. Misalnya, majalah bulanan popular, yaitu majalah pria dewasa. Majalah merupakan Media cetak yang dijilid dengan dijahit kawat atau dilem dan menggunakan sampul. Isinya mengenai liputan jurnalistik atau sastra artikel, cerita, puisi, gambar, ilustrasi atau foto. Dilihat dari sasarannya, majalah dibagi dua yaitu umum dan khusus. Yang dimaksud majalah umum yaitu majalah yang ditujukan untuk umum/semua khalayak. Sedangkan maksud khusus disini ada dua versi. Pertama majalah
2
Rhenald Kasali, Manajemen Periklanan, Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Pustaka Utama Grafiti. Jakarta. 1992, hal. 111
4 16
khusus untuk kepentingan golongan tertentu (majalah internal) seperti majalah kampus dan majalah instansi tertentu. Dan maksud dari majalah khusus yang kedua adalah majalah yang sasarannya dilihat dari kepentingan profesi atau persamaan usia. Seperti majalah Trubus, majalah Kartini, majalah Gadis, dan majalah yang akan diteliti, majalah Popular. Mencoba tampil beda dari sekian banyak majalah yang sudah ada di pasar, para pebisnis Media mulai menyajikan barita-berita yang dianggap akan mencuri minat pembaca berita. Salah satunya, berita seputar kehidupan malam yang diyakini diminati para eksekutif muda yang membutuhkan hiburan. Hal inilah yang dilakukan pengelola Majalah Popular untuk menghadirkan nuansa yang berbeda dari majalah-majalah lain kepada pembaca dengan menyajikan rubrik “Liputan Malam”. Tujuannya tetap untuk mendapatkan minat pembaca. Majalah ini mengklaim dari sebagai Media infotainment khusus untuk pria dewasa. Penulis memilih Majalah Popular dikarenakan Majalah Popular lebih banyak melakukan Laporan Investigasi dalam liputannya, tidak seperti Majalah khusus pria lainnya. Contohnya pada Majalah FHM yang lebih menonjolkan fotofoto syur, lebih banyak melakukan wawancara dengan para modelnya, dan katakata yang ditampilkan lebih seronok. Berbeda dengan Majalah Popular yang tidak terlalu seronok dalam penyusunan kata-kata, serta gambar-gambar yang ditampilkan tidak terlalu vulgar.
17 5
Selain itu menurut penulis, laporan investigasi sangat menarik untuk dibahas, karena dalam melakukan peliputan investigasi diperlukan suatu strategi untuk mendapatkan informasi. Strategi yang dilakukan untuk melakukan liputan investigasi itu bermacam-macam dan mempunyai tingkat kesulitan yang berbedabeda pula. Investigasi juga salah satu cara yang paling sering digunakan oleh wartawan dalam menggali informasi dan data-data yang bersifat rahasia atau fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat dan dapat mengupas secara detail tanpa mengurangi sifat kerahasiaannya. Laporan investigasi inilah yang di pakai oleh Majalah Popular dalam mengangkat rubrik Liputan Malam dan Liputan Khusus. Majalah Popular diterbitkan PT. Nitra Indrya Harsa bersama Jakarta Media Communication dengan surat izin usaha penerbitan pers (SIUPP) No. 252/SK/MEMPEN/SIUPP/P.1/1988. Majalah Popular, merupakan majalah sport dan entertaintment yang terbit di Ibu Kota sebulan sekali, dijilid, dan ditujukan untuk pria dewasa yang umurnya 20 tahun keatas. Isi Majalah Popular juga sama seperti pada Media cetak umumnya. Dibagi menjadi dua bidang pekerjaan, yaitu bidang redaksi dan perusahaan. Menurut pengamatan penulis, setiap kali terbit Media ini membuat berbagai macam rubrik tetap maupun tidak tetap, antara lain rubrik wajah, sport, wawancara, hilight, mimpi bersama, film, liputan khusus, aksen dan lain
18 6
sebagainya. Salah satu rubrik tetap yang menarik perhatian penulis adalah Liputan Malam. Rubrik Liputan Malam menyajikan gaya hidup para eksekutif muda, selebritis, pekerja yang dekat dengan dunia glamour dan berperilaku tidak sesuai dengan kebudayaan orang timur, misalnya pesta seks, pesta narkotika dan obatobatan, transaksi gadis-gadis seksi dan sebagainya. Liputan malam pada Majalah Popular adalah hiburan yang dikhususkan untuk pria dewasa yang umurnya 20 tahun ke atas. Pria dewasa dalam hal ini para eksekutif muda yang diyakini pengelola Majalah Popular perlu hiburan untuk melepaskan ketegangan akibat kesibukan di kantor atau butuh sesuatu yang menyenangkan bagi mereka. Liputan yang pernah disajikan dalam Liputan Malam antara lain kehidupan malam, lifestyle seseorang di kafe-kafe, diskotik, atau massage parlour. Penulisan dikemas dalam bentuk feature sehingga menarik dan enak untuk dibaca. Redaktur Liputan Malam Majalah Popular Buyung Pramunsyie menjelaskan Liputan Malam rubrik andalan Majalah Popular. Berdasarkan permintaan pembaca melalui surat pembaca, maillist di internet, dan via telepon, pengelola majalah mengetahui pembaca sangat menyukai informasi seperti itu. Untuk menambah daya tarik isi dan mempertahankan minat pembaca, redaksi majalah popular punya srategi. Antara lain, menyajikan tema-tema baru dan penampilannya diberi ilustrasi. Umpamanya kalau menulis kehidupan
19 7
striptease gambar penari separuh bugil dibuat blur. Selanjutnya, ilustrasi dibuat suasana seperti malam. Biasanya hal-hal yang berkaitan dengan sumber berita dan tempat, misalnya hotel, diskotik dan café, diberi inisial. Hasilnya , liputan dibuat dalam bentuk penulisan berita feature yang diramu sedemikian rupa sehingga enak untuk dibaca dan dapat memenuhi keingintahuan pembaca. Berdasarkan hal tersebut, penulis menyimpulkan liputan malam merupakan rubrik yang dipilih dan ditonjolkan redaksi Majalah Popular demi mempertahankan atau mendongkrak oplah penjualan. Menurut Buyung Pramunsyie, pembaca tertarik dan berminat untuk membeli dan membaca Majalah Popular, salah satunya karena rubrik Liputan Malam. Penyajian Liputan Malam merupakan keistimewaan bagi redaksi Majalah Popular. Melalui rubrik ini suatu peristiwa yang dekat dengan sumber berita digali dan dikupas secara lengkap dan mendalam sehingga pembaca mengetahui hal-hal yang tidak pernah atau belum diungkap Media lain. Pada bulan Mei majalah Popular mengeluarkan edisi oriental dengan liputan malamnya berjudul “MANDI ALA NIPPON” , menurut Bapak Buyung, respon yang di dapat dari pembaca cukup banyak dan oplahnya tergolong lumayan tinggi, sebab banyak pembaca yang menanyakan dimana lokasi Mandi ala Nippon itu berada. Dan untuk mengetahui respon tersebut dapat dilihat melalui indikasi dari pembaca yang dirandom dari maillist yang ada di internet.
20 8
Untuk oplahnya sendiri barang yang return ke bagian produksi sebesar 15% terbilang bagus. 3 Dengan mengetahui hal tersebut, maka penulis lebih tertarik untuk meneliti strategi liputan pada edisi Mei 2007 dengan judul Liputan Malam “Mandi ala Nippon”. Karena dengan banyaknya respon yang didapat dari khalayak pembaca dapat membuktikan bahwa liputan tersebut banyak diminati oleh pembaca. Dan tujuan mengapa penulis mengambil langkah Investigasi adalah karena Investigasi merupakan salah satu cara yang paling sering dipakai oleh seorang wartawan dalam mencari suatu informasi dan data-data yang bersifat rahasia, dimana, dibutuhkan keahlian seorang wartawan dalam mendekati nara sumber maupun si perantara. Liputan “Mandi ala Nippon” adalah liputan tentang sebuah layanan di club Jakarta yang menawarkan mandi ala Jepang. Dimana kegiatan mandi ini seperti mandi pada umumnya yang dilakukan oleh orang-orang Jepang, yaitu dengan menggunakan kursi untuk duduk (jongkok) untuk orang yang ingin mandi atau dimandikan. Bedanya adalah kegiatan mandi ini ditemani oleh seorang wanita cantik, yang berbusana atau memakai underwear saja atau bahkan tanpa busana sama sekali. Dan dalam kegiatan mandi ini tamu diperlakukan dengan kombinasi seperti baby dan orang dewasa.
3
Wawancara dengan Bapak Buyung Pramunsyie selaku Pemimpin Redaksi Majalah Popular. Pada Kamis, 26 Juli 2007.
21 9
Dengan demikian kita dapat mengetahui mengapa banyak pembaca tertarik untuk mengetahui kegiatan “Mandi ala Nippon” ini, yaitu mereka tertarik untuk melakukan kegiatan tersebut karena selain tubuh terasa segar dan menikmati mandi bersama wanita cantik, para pelanggan pun bisa menyalurkan hasrat birahi mereka. Dan tarif yang dikenakan pun termasuk standart seperti pada club-club malam yang menyajikan kegiatan serupa, namun tarif tersebut tidak akan menjadi suatu masalah bagi para “petualang-petualang” yang suka dengan inovasi-inovasi terbaru, serta sensasi-sensasi yang tidak akan di dapatkan di tempat lain. Untuk mendapatkan nara sumber, wartawan yang ditugaskan untuk meliput, kembali meluncurkan sejumlah strategi. Apa saja langkah-langkah yang dilakukan wartawan Majalah Popular dalam berstrategi demi mendapatkan nara sumber untuk menghasilkan liputan “Mandi ala Nippon”?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis melakukan penelitian dan memberi judul penelitian, “STRATEGI PELIPUTAN LAPORAN INVESTIGASI PADA MAJALAH POPULAR PADA RUBRIK “LIPUTAN MALAM EDISI MEI 2007”.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Strategi Peliputan Laporan Investigasi Rubrik “Liputan Malam” edisi Mei 2007 di Majalah Popular?”.
10 22
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah untuk mengetahui strategi peliputan laporan investigasi pada Majalah Popular.
1.4 Signifikansi Penelitian 1.4.1 Signifikansi Akademis Menambah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang studi komunikasi mengenai Laporan Investigasi yang dilakukan oleh suatu organisasi atau perusahaan. Secara akademis penelitian ini sebagai penerapan dan pengembangan Ilmu Komunikasi, khususnya ilmu jurnalistik yaitu tentang strategi peliputan Laporan Investigasi pada Majalah Popular. Penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi para peneliti lain.
1.4.2 Signifikansi Praktis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan evaluasi bagi Majalah Popular dalam melakukan Laporan Investigasi.
23
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi Komunikasi
merupakan
aktivitas
dasar
manusia.
Dengan
berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain, tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi. Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara si pengirim dengan si penerima, pesan untuk mengubah tingkah laku. Proses komunikasi merupakan proses yang timbal balik, karena si pengirim dan si penerima saling mempengaruhi satu sama lain. Adapun konsep dasar komunikasi adalah: source, message, channel, receiver dan feedback. 4 Dalam komunikasi, inti hakikinya harus mengandung kesamaan makna atau kesamaan pengertian. Jika tidak ada kesamaan pengertian diantara mereka yang terlibat dalam komunikasi maka tidak ada komunikasi. Komunikasi tidak lagi merupakan upaya agar seseorang tahu, tetapi juga agar ia melakukan sesuatu atau melaksanakan kegiatan tertentu, dan sasarannya pun tidak lagi satu orang tetapi sejumlah orang yang tidak terbatas jumlahnya. Komunikasi itu dapat terjadi pada suatu lingkungan tertentu yang mempunyai struktur, karakteristik, serta fungsi tertentu, yang mungkin berpengaruh kepada proses komunikasi. Dimana suatu komunikasi dapat berjalan 4
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi,Bumi Aksara, 2004, hal 4
11
24 12
dengan baik apabila sekitarnya timbul saling pengertian, yaitu kedua belah pihak komunikator dan komunikan dapat saling memahami. Hal ini tidak berarti kedua belah pihak harus menyetujui suatu gagasan tersebut, yang terpenting adalah kedua belah pihak sama-sama memahami gagasan tersebut. Komunikasi dalam pengertian umum dapat dilihat dari dua segi, yaitu pengertian secara etimologis dan terminologis. Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa latin yang mempunyai tiga arti, yaitu ; communicatio , yang berarti pemberitahuan, pemberian, pertukaran informasi dimana
sang
komunikator
mengharapkan
respon
atau
jawaban
dari
komunikannya. Communis disini artinya adalah sama, dalam arti kata sama dalam maknanya yang bersifat umum atau bersama-sama mengenai suatu hal, pesan atau informasi. Communicare yang berarti berunding, berpartisipasi, berdialog atau bermusyawarah. Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian diatas jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, di mana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia. Karena itu , komunikasi yang dimaksud disini adalah komunikasi manusia atau dalam bahasa asing human communication, yang sering pula disebut komunikasi sosial atau social communication. 5
5
Onong Uchjana Effendy. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002. .hal. 2
13 25
Dari pengertian diatas, komunikasi yang dibahas di sini tidak termasuk komunikasi hewan (komunikasi antar hewan), komunikasi transcendental (komunikasi yang bersifat “gaib”, termasuk komunikasi dengan Tuhan), dan komunikasi fisik (komunikasi yang menghubungkan tempat yang satu dengan yang lain) . Pengertian komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy, adalah: 6 “Teknik dan proses komunikasi adalah suatu cara atau seni dalam menyampaikan pesan dua arah atau timbal balik yang dilakukan komunikator sehingga menimbulkan dampak tertentu bagi komunikan”. Untuk memahami pengertian komunikasi Harold Laswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society, Laswell mengatakan bahwa cara yang terbaik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?. Lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni: 1. Komunikator (communicator, source, sender) 2. Pesan (message) 3. Media (channel, media) 4. Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) 5. Efek (effect, impact, influence)
6
Rosady Ruslan. Praktik dan Solusi PR Dalam Situasi Krisis dan Pemulihan Citra. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal 24
26 14
Jadi berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melaui media yang menimbulkan efek tertentu. 7
2.1.2 Tujuan, Fungsi dan Teknik Komunikasi Komunikasi dapat di klasifikasikan menurut tujuan, fungsi dan teknik yang dilakukan. Setiap komunikasi mempunyai tujuan yang berbeda sesuai dengan maksud komunikasi itu dilakukan. Komunikasi bertujuan untuk: 1. Mengubah sikap (to change the attitude) 2. Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion) 3. Mengubah perilaku (to change the behavior) 4. Mengubah masyarakat (to change the society) Senada dengan tujuannya, komunikasi berfungsi sebagai berikut: 1. Menginformasikan (to inform) 2. Mendidik (to educate) 3. Menghibur (to entertain) 4. Mempengaruhi (to influence) Sedangkan teknik komunikasi diklasifikasikan menjadi 6 bagian, yaitu: 1. Komunikasi informatif (informative communication): cara mengemukakan Informasi 7
Onong Uchjana Effendy. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, .hal. 10
27 15
2. Komunikasi persuasif (persuasive communication): cara membujuk 3. Komunikasi pervasif (pervasive communication) 4. Komunikasi koersif (coercive communication) 5. Komunikasi instruktif (instructive communication): cara memberi perintah 6. Komunikasi manusiawi (human relations): hubungan antar sesama manusia 8
2.1.3
Proses Komunikasi Menurut Harold Laswell, dalam bahasa komunikasi ada beberapa
komponen yang menjadi persyaratan terjadinya komunikasi, komponen tersebut adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Komunikator Pesan Komunikan Media
5. Efek
: orang yang menyampaikan pesan. : pernyataan yang didukung oleh lambang. : orang yang menerima pesan. : sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya. : dampak sebagai pengaruh dari pesan.s
Teknik berkomunikasi adalah cara atau “seni” penyampaian suatu pesan yang dilakukan seorang komunikator sedemikian rupa, sehingga menimbulkan dampak tertentu pada komunikan. Pesan yang disampaikan komunikator adalah pernyataan sebagai paduan pemikiran dan perasaan, dapat berupa ide, informasi, keluhan, keyakinan, imbauan, anjuran, dan sebagainya. 9
8 9
Ibid .hal. 6-8 Ibid .hal. 6
28 16
Proses komunikasi terbagi atas dua tahap, yaitu secara primer dan sekunder. Proses komunikasi secara primer merupakan proses penyampaian pikiran melaui pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang atau symbol sebagai media. Lambang dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan sebagainya yang secara langsung dapat “menerjemahkan” pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. Dalam proses komunikasi secara primer yang terjadi adalah komunikasi antarpersona (interpersonal communication) dimana komunikator menyandi suatu pesan lalu menyampaikannya kepada komunikan dan kemudian komunikan mengawasandi pesan tersebut (komunikator menjadi encoder dan komunikan menjadi decoder). Sedangkan komunikasi antarpersona karena situasinya tatap muka maka tanggapan komunikan dapat segera diketahui. Kemudian ada suatu proses interpretasi decode pesan yang telah berubah menjadi encode ditangkap sesuai dengan bidang pengalaman (field of experience) dan kerangka referensinya (frame of reference). Siklus proses komunikasi tersebut akan memberi umpan balik atau reaksi, baik bersifat positif ataupun negatif. Demikianlah proses komunikasi terjadi. Adapun proses komunikasi secara sekunder merupakan proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang (symbol) sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua karena
29 17
komunikan (sebagai sasaran) berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Media kedua yang biasanya dipakai oleh komunikator antara lain surat, telepon, radio, televisi, surat kabar, majalah dan internet. Pentingnya peranan media, yakni media sekunder dalam komunikasi disebabkan oleh efisiensinya dalam mencapai komunikan proses komunikasi secara sekunder menggunakan media yang diklasifikasikan sebagai media massa (mass media) dan non-massa (non mass-media).
2.2 Komunikasi Massa Sejalan
dengan
perkembangan
teknologi
komunikasi,
media
komunikasi massa semakin canggih dan kompleks, serta memiliki kekuatan yang lebih dari masa-masa sebelumnya, terutama dalam hal menjangkau komunikan. Komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu. Menurut
Bittner
komunikasi
massa
adalah
pesan
yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akber di lapangan luas
30 18
yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. 10 Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran dan televisi , keduanya dikenal sebagai media elektronik; surat kabar dan majalah, keduanya disebut sebagai media cetak; serta media film. Film sebagai media komunikasi massa adalah film bioskop. Wright mengemukakan definisinya sebagai berikut 11 : “This new form can be distinguished from older types by the following major characteristics: it is directed toward relatively large, heterogenous, and anonymous audiences; messages are transmitted publicly, often-times to reach most audience members simultaneously, and are transient in character; the communicator tends to be, or to operate within, a complex organization thet may involve great expense”. Definisi komunikasi massa yang dikemukakan Wright ini nampaknya merupakan definisi yang lengkap, yang dapat menggambarkan karakteristik komunikasi massa secara jelas. Menurut Wright, bentuk baru komunikasi dapat dibedakan dari corak-corak yang lama karena memiliki karakteristik utama sebagai berikut: diarahkan pada khalayak yang relatif besar, heterogen, dan anonim; pesan disampaikan secara terbuka, seringkali dapat mencapai kecenderungan berada atau bergerak dalam organisasi yang kompleks yang melibatkan
biaya
besar.
Definisi
Wright
mengemukakan
karakteristik
komunikan secara khusus, yakni, anonim dan heterogen. Ia juga menyebutkan
10
Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya. Komunikasi Massa, Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya. Bandung, 2005. hal.3 11 Ibid, hal. 5
31 19
pesan diterima komunikan secara serentak (simultan) pada waktu yang sama, serta sekilas (khusus untuk media elektronik, seperti siaran radio dan televisi). Dimana,
anonim
merupakan
suatu
proses
komunikasi,
yang
komunikatornya tidak mengenal komunikan karena komunikasinya mengunakan media dan tidak tatap muka. Sedangkan disebut heterogen karena komunikan tediri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda suku, dan dapat di kelompokkan. 2.2.1 Karakteristik Komunikasi Massa Karakteristik komunikasi massa berbeda dengan komunikasi lainnya, seperti komunikasi antarpersona dan komunikasi kelompok. Perbedaan itu meliputi komponen-komponen yang terlibat di dalamnya, juga proses berlangsungnya komunikasi tersebut. Adapun karakteristik komunikasi massa sebagai berikut: 12 1. Komunikator terlembaga 2. Pesan bersifat umum 3. Komunikannya anonim dan heterogen 4. Media massa menimbulkan keserenpakan 5. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan 6. Komunikasi massa bersifat satu arah 7. Stimulasi alat indra “terbatas” 8. Umpan balik tertunda (Delayed) 12
Ibid, hal. 7-12
32 20
2.2.2 Fungsi Komunikasi Massa Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat menurut Dominick, yaitu sebagai berikut: 13 1. Surveillance (pengawasan) 2. Interpretation (penafsiran) 3. Linkage (pertalian) 4. Transmission of values (penyebaran nilai-nilai) 5. Entertainment (hiburan)
2.3 Media Massa Media massa merupakan sarana dalam menyalurkan ilmu dan informasi yang berupa berita, maupun artikel. Media massa mempunyai beberapa karakteristik, antara lain sebagai berikut: 14 1. Bersifat melembaga. Pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi. 2. Bersifat satu arah. Komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima, dan jika terjadi reaksi atau umpan balik biasanya memerlukan waktu dan tertunda.
13
Ibid, hal 15-18 Hafied Cangara Manajemen. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT. Raja Grasindo Persada. Jakarta, 1998. hal.134-135. 14
33 21
3. Meluas dan serempak. Dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak karena ia memiliki kecepatan. 4. Memakai peralatan teknis atau mekanis seperti radio, televisi, surat kabar dan semacamnya. Dalam hal ini termasuk Majalah Popular. 5. Bersifat terbuka. Pesannya dapat diterima oleh siapa dan dimana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin dan suku bangsa. Media massa menurut sifatnya dibagi menjadi dua, media massa tercetak terdiri dari koran, majalah, tabloid, leaflet, brosur dan lain-lain. Sedangkan media massa elektronik terdiri dari televisi, radio, internet dan lainlain.
2.3.1 Media Cetak Salah satu bentuk media massa adalah media cetak. Menurut Budi Santoso media cetak memiliki beberapa karakteristik yang tidak bisa ditandingi oleh media elektronik seperti televisi. Beberapa diantara karakteristik tersebut: 15 1. Membaca merangsang orang untuk berinteraksi dengan aktif berfikir dan mencerna secara reflektif, sehingga lebih berpeluang membuka dialog dengan pembaca atau masyarakat konsumennya disamping memungkinkan untuk mengulas permasalahan secara mendalam dan lebih spesifik. 2. Media cetak, baik koran, tabloid dan majalah relatif lebih jelas siapa masyarakat konsumennya. Sedangkan media elektronik seringkali sulit 15
Budi Santoso. Kompas 16 Mei 1996.
34 22
mengukur dan mengetahui siapa konsumen mereka. Dengan kata lain, target audience media cetak lebih jelas. 3. Kritik sosial yang disampaikan melalui media cetak akan lebih berbobot atau lebih efektif karena diulas secara lebih mendalam dan bisa menampung sebanyak mungkin opini pengamat serta aspirasi masyarakat umumnya. 4. Media cetak lebih bersifat fleksibel, mudah dibawa kemana-mana, bisa disimpan atau dikliping, bisa dibaca kapan saja serta tidak terikat waktu. 5. Dalam hal penyajian iklan, walaupun media cetak dalam banyak hal kalah menarik dan atraktif dibandingkan media elektronik, segi lain bisa disampaikan secara lebih informative, lengkap dan spesifik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen.
2.3.2 Majalah Salah satu wujud media cetak adalah majalah. Berdirinya majalah untuk pertama kalinya di Indonesia yaitu pada 1904, di terbitkan oleh Boedi Oetomo dengan nama Retno Doemilah dalam bahasa Melayu-Jawa. Majalah lahir karena di dorong oleh gagasan kemerdekaan, sehingga menimbulkan kesadaran baru di kalangan para pemimpinnya akan kebutuhan untuk menyebarkan suara merdeka secara lebih luas. 16
16
Kurniawan Junaedhie. Rahasia Dapur Majalah Di Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, 1995. hal. 2.
35 23
Menurut Dja’far H. Assegaff, majalah adalah publikasi berkala yang memuat artikel-artikel dari berbagai penulis.17 Jadi, majalah merupakan terbitan berkala yang berisi artikel dari berbagai penulis. Ronald E. Wolseley menjelaskan, “magazine is a periodical that contains a miscellaneous collection of articles, stories, poems, and picture directed at the general reading public of special material directed at a group having a particular hobby, interest of profession or a particular age group”. 18 Dari pendapat atau definisi tersebut penulis memahami, majalah merupakan terbitan berkala yang isinya mengenai berbagai macam seperti artikel, cerita, puisi dan gambar-gambar. Berdasarkan sasaran majalahnya dibagi dua, yaitu majalah umum dan khusus yang dilihat dari persamaan kegemaran, kepentingan, profesi, atau kelompok usia tertentu. Adapun kelebihan dan kekurangan majalah dari media cetak lainnya sebagai berikut: a. Kelebihan Majalah 1. Menjangkau segmen pasar tertentu yang spesifik dan terspesialisasi secara demografis atau geografis. 2. Terpercaya.
17
Dja’far H. Assegaff, Jurnalistik Masa Kini Pengantar Kepraktekan Wartawan. Ghalia Indonesia, Jakarta. 1983, hal. 127. 18 Ronald E. Wolseley, Understanding Magazine, The Iowa State University Press. Iowa. 1969, hal. 442
36 24
3. Kualitas reproduksi sangat bagus, hasil visual bagus karena dicetak di kertas yang bermutu. Majalah menggunakan kertas glossi berwarna, sedangkan Koran hanya menggunakan kertas biasa. 4. Masa edar sangat panjang dan bisa dikoleksi. Pembaca ganda banyak. Masa edarnya bisa mingguan, bulanan dan lain-lain. 5. Dapat digunakan sebagai media Humas dan sales promotion. Umumnya media cetak internal di buat dalam bentuk majalah. b. Kekurangan Majalah 1. Biaya produksi lebih mahal, karena mutu kertas lebih baik, berwarna, secara fisik lebih tebal dibandingkan Koran. 2. Produksi lebih lamban, karena isi majalah lebih bervariasi sesuai segmentasinya. Isinya disertai dengan gambar-gambar pendukung atau foto. 3. Waktu edar sangat lamban, sehingga majalah tidak ada yang berupa harian. 4. Harga jual lebih mahal dari Koran, media cetak koran atau tabloid. Biasanya Koran di jual paling murah Rp. 2500, tabloid sekitar Rp. 7500. sedangkan Majalah Popular berbarga Rp. 34.000. 19
19
Fandy Tjiptono. Strategi Pemasaran. Penerbit Andi Yogyakarta. 1997, hal. 243
25 37
2.4 Strategi Media Stretegi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Namun untuk mencapai tujuan tersebut strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah, tetapi harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. 20 Istilah strategi berasal dari bahasa Yunani “strategia” yang berarti kepemimpinan (leadership). Strategi adalah keseluruhan tindakan yang ditempuh organisasi untuk mencapai sasarannya atau dengan kata lain strategi merupakan pengelolaan yang memungkinkan satu perusahaan mencapai sasaran. Hal ini juga berlaku untuk perusahaan media, sehingga ke bidang redaksi. Strategi organisasi/perusahaan menjadi ke individu atau wartawan. Pada awalnya strategi yang dijalankan untuk kepentingan perusahaan dan ditentukan oleh perusahaan. Namun untuk mencapai sasaran yang diharapkan ditugaskan kepada individu atau wartawan yang terpilih untuk bertugas. Di lapangan wartawan diperbolehkan menggunakan strateginya sendiri atau strategi yang ditentukan oleh perusahaan. Dimana strategi media merupakan pemecahan dari sasaran media. 21 Pernyataan strategi media menggambarkan dengan rinci arah dan tujuan dari media yang bertujuan menyampaikan pesan atau informasi yang tidak diketahui
20
Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A. Dinamika Komunikasi. PT. Rosdakarya, Bandung. 1986. hal.29 21 Jim Surmaek. Media Planning, 1985, diterjemahkan oleh Sofyan Cikmat. Perencanaan Media, seri Pemasaran & Promosi. PT. Elek Media Komputindo. Jakarta, 1991. hal. 137.
38 26
oleh khalayak melalui media, agar khalayak mengerti dengan jelas maksud yang ingin disampaikan oleh media.
2.5 Berita Komunikasi di kalangan pengelola media/redaksi merupakan tindakan untuk mendapatkan berita dari nara sumber. Dengan berita yang disajikan pengelola media berkomunikasi dengan pembacanya. Sampai saat ini masih sulit untuk menguraikan secara jelas definisi berita. Para sarjana publisistik maupun jurnalistik sekalipun belum mampu merumuskan definisi berita secara pasti. Ilmuwan, penulis dan pakar komunikasi memberikan definisi berita beraneka ragam. Berita menurut Dean M. Lyle Spencer adalah suatu kenyataan atau ide yang benar dapat menarik perhatian sebagaian besar dari pembaca. Bagi Willard C. Bleyer berita adalah sesuatu yang termasa (baru) yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar. Karena itu dapat menarik atau mempunyai makna pembaca surat kabar atau karena ia menarik pembaca tersebut. Sedangkan William S. Maulsby mendefinisikan berita sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi yang dapat menarik perhatian pembaca surat kabar yang memuat berita tersebut. Definisi-definisi ini sejalan dengan Eric C. Hepwood
39 27
yang menyatakan berita adalah laporan pertama dari kejadian yang penting yang menarik perhatian umum. 22 Definisi lain menurut Mitchell V Charnley seperti dikutip Onong Uchjana Effendy adalah laporan mengenai fakta atau opini yang mengandung hal menarik atau penting atau keduanya, bagi sejumlah besar penduduk. 23 Di Indonesia keragaman yang sama dalam mendefinisikan berita juga terjadi. Beberapa pakar jurnalistik mencoba mendefinisikan berita dengan bahasanya masing-masing. Dja’far H. Assegaff mendefinisikan berita sebagai laporan tentang fakta atau ide yang termasa (baru), yang dipilih oleh staf redaksi (suatu harian) untuk disiarkan yang dapat menarik perhatian pembaca, entah karena pentingnya, atau akibatnya, entah pula karena ia mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi dan ketegangan. J. B. Wahyudi menyebutkan berita sebagai laporan tentang peristiwa atau pendapat yang memiliki nilai yang penting dan menarik bagi sebagian khalayak, masih baru dan dipublikasikan secara luas melalui media massa periodic. Peristiwa atau pendapat tidak akan menjadi berita bila tidak dipublikasikan melalui media massa periodik.
22
Drs. Muslimin, M.Si & Drs. Totok Djuroto, M.Si. Teknik Mencari dan Menulis Berita, Petunjuk Praktis untuk Wartawan. Effar & Dahara Prize. Semarang, 1999. hal. 5-7. 23 Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. PT. Rosdakarya, Bandung. 1993. hal. 253.
28 40
Sedangkan Amak Syariffudin menyatakan, berita adalah suatu laporan kejadian yang ditimbulkan sebagai bahan yang menarik perhatian publik mass media. Suatu berita menurut Amak Syariffudin paling tidak harus memenuhi dua syarat yaitu: 1. Faktanya tidak boleh diputar sedemikian rupa sehingga kebenaran tinggal sebagian saja. 2. Berita itu harus menceritakan segala aspek secara lengkap. Berdasarkan definisi-definisi di atas, penulis menyimpulkan berita adalah suatu kenyataan atau ide yang benar yang dapat menarik perhatian pembaca dan dipublikasikan secara luas melalui media massa periodik yang dipilih oleh staf redaksi untuk disiarkan karena pentingnya, akibatnya atau karena mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi dan ketegangan dimana faktanya tidak boleh diputar sedemikian rupa, selain itu berita harus menceritakan segala aspek secara lengkap. Dari definisi berita di atas, penulis dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan berita. Penulis juga memahami tidak semua berita dapat dikatakan mempunyai nilai. Untuk menjadi bernilai, berita harus memenuhi beberapa faktor.
41 29
2.5.1 Nilai Berita Menurut Abdul Muis, ada empat faktor utama yang menentukan nilai berita (News Values) 24 , adapun faktor-faktor tersebut sebagai berikut: 1. Kesegaran Peristiwa, biasa disebut aktualitas (timeliness). Dalam publisitik pers dikenal pengertian aktualitas objektif dan aktualitas subjektif. Aktualitas objektif berarti kejadian yang bersangkutan memang baru saja muncul. Sedangkan aktualitas subjektif adalah baru bagi orang-orang tertentu. 2. Kedekatan kejadian dari pembaca (proximity, proksimitas). Pembaca lebih tertarik pada kejadian kecil yang dekat padanya dari pada kejadian yang lebih penting tetapi bermil-mil jauhnya dari tempat tinggalnya. Asas proksimitas adalah kejadian kecil yang dekat pada khalayak (audience) lebih penting daripada kejadian besar yang jauh dari khalayak. Menurut Bruce Westley, arti kedekatan tidak hanya bersifat fisik atau geografis melainkan juga bersifat psikologis, budaya dan sosiologis. Misalnya pembaca terdorong untuk membaca tentang apa yang dekat padanya dalam segala segi, tidak karena dekat secara fisik. Jadi, jarak menurut ruang semata tidaklah begitu penting bagi pembaca.
24
Prof. Dr. H. A Muis, SH. Jurnalistik Hukum dan Komunikasi Massa. Menjangkau Era Cybercommunication Millenium ketiga. PT. Dharu Anuttama, 1999. Hal. 42-46.
30 42
Kini banyak literatur jurnalistik mengetengahkan beberapa teori proksimitas antara lain: proksimitas cultural, proksimitas psikologis dan proksimitas sosiologis. Proksimitas muncul karena pembaca secara individual melakukan identifikasi dengan orang-orang atau tempat-tempat yang mempengaruhi pembaca pada suatu kejadian. Terlepas dari jauh dekatnya kejadian yang bersangkutan. Dewasa ini konsep proksimitas telah dipengaruhi oleh era globalisasi komunikasi dan era cybercommunication. 3. Penonjolan kejadian atau keutamaan pelaku berita (prominence) Misalnya, peristiwa pemerkosaan seorang selebritis muda Faisal terhadap seorang wanita muda. 4. Sifat penting suatu kejadian (significance) Misalnya, temuan-temuan ilmiah. Temuan di bidang pengobatan atau kedokteran dan sebagainya. Penemuan itu mempunyai arti penting bagi keselamatan manusia atau masyarakat luas. Dari keempat faktor yang menentukan nilai berita (News Value) di atas, menurut penulis yang paling mendekati subjek dalam penelitian ini adalah faktor penentu nilai berita kedua yaitu “Kedekatan Kejadian dari Pembaca (proximity, proksimitas).”
31 43
2.5.2 Unsur-Unsur Kelengkapan Berita Untuk memuat berita yang mempunyai nilai, suatu berita haruslah lengkap dan jelas sehingga pembaca tidak bingung dan bertanya-tanya setelah membaca berita tersebut. Adapun unsur-unsur kelengkapan berita dalam literatur ditemukan rumusan 5W+1H. Dengan rumusan ini seorang wartawan akan mudah menyusun berita yang lengkap 25 . Adapun rumusan tersebut sebagai berikut: W= What (apa) W= Who (siapa) W= Where (dimana) W= When (kapan/apabila) W= Why (mengapa) H= How (bagaimana) a. Unsur “What” (apa) Apa?. Suatu pertanyaan yang menghendaki jawaban mengenai sesuatu hal atau peristiwayang sudah/sedang/akan terjadi dan sebagainya, tetapi bukan manusia. Pertanyaan apa bisa berupa mengharapkan jawaban mengenai suatu benda atau binatang, sesuatu hal, kelengkapan fakta, keterangan, kepastian fakta. b. Unsur “Who” (siapa)
25
Drs. A. M. Hoeta Soehoet. Dasar-Dasar Jurnalistik. Yayasan Kampus tercinta IISIP Jakarta, 2003. Hal. 59-67.
32 44
Siapa?. Unsur pertanyaan yang mengharapkan jawaban mengenai sesuatu atau sesama manusia. Pertanyaan siapa berbentuk mengharapkan jawaban mengenai nama orang yang dimaksud, nama orang yang mengalami peristiwa tersebut, nama orang yang terkena musibah akibat suatu peristiwa, nama orang tua dari seseorang, dan lain-lain. c. Unsur “Where” (dimana) Dimana?.
Pertanyaan
ini
mengharapkan
jawaban
mengenai
tempat
peristiwa/kejadian. d. Unsur “When” (kapan/apabila) Apabila atau kapan?. Suatu pertanyaan yang menghendaki jawaban mengenai waktu peristiwa/kejadian. e. Unsur “Why” (mengapa/kenapa) Mengapa atau kenapa?. Suatu pertanyaan yang menghendaki jawaban sebab terjadinya suatu hal/peristiwa. f. Unsur “How” (bagaimana) Bagaimana?. Pertanyaan ini mengharapkan jawaban mengenai proses terjadinya sebab yang mengakibatkan sesuatu peristiwa, proses berlangsung peristiwa tersebut dan akibat dari peristiwa tersebut.
33 45
2.5.3
Unsur-Unsur Berita Penulis sudah menjabarkan bahwa berita harus menarik perhatian
pembaca. Jika berita tidak menarik perhatian pembaca maka berita tidak akan dibaca. Bila tidak dibaca maka komunikasi tidak terjadi. Oleh
karena
itu
untuk
menarik
perhatian
pembaca
perlu
memperhatikan unsur-unsur berita. Adapun unsur-unsur berita sebagai berikut: 1. Berita haruslah termasa atau baru Unsur baru atau termasa merupakan unsur yang terpenting bagi sebuah berita. Berita baru yang masih hangat akan menarik perhatian pembaca daripada berita yang sudah agak lama atau berita yang sudah basi. Baru atau termasa dimaksudkan bagi pembaca dalam arti relatif, yakni bahwa pembaca untuk pertama kalinya mengetahui adanya fakta baru. 2. Jarak (dekat jauhnya) lingkungan yang terkena oleh berita. Jarak terjadinya suatu berita dengan tempat dipublisr mempunyai arti penting. Suatu berita tentang kejadian di Jakarta akan menarik perhatian pembaca di Jakarta. Tetapi belum tentu dapat menarik perhatian pembaca di Ambon. 3. Penting (ternama) tidaknya orang yang diberitakan Segi penting atau terkenal tidaknya seseorang, mempunyai pengaruh terhadap nama itu. Charles Adana dalam ungkapan klasiknya menyebutkan “apabila anjing menggigit orang itu bukan berita, akan tetapi apabila orang yang menggigit anjing baru berita, dan itu juga terletak siapa orang yang digigit anjing itu.”
46 34
4. Keluarbiasaan (keanehan) Sesuatu yang aneh dan luar biasa selalu menarik perhatian orang. Matahari yang terbit di ufuk timur dan tenggelam di ufuk barat tidaklah menarik perhatian orang, tetapi apabila matahari tiba-tiba terbit dari ufuk barat dan tenggelam di ufuk timur maka ia akan menarik perhatian orang karena kejadian itu merupakan sesuatu yang aneh dan luar biasa. 5. Akibat yang mungkin ditimbulkan oleh berita Dalam hubungan manusia yang egosentris, maka sesuatu yang langsung akan memberikan akibat kepada dirinya akan menarik perhatiannya. 6. Ketegangan yang ditimbulkan oleh berita Berita-berita kejahatan yang misterius, yang akan menimbulkan ketegangan kepada pembaca untuk mengetahui akhirnya atau keterangan lebih lanjut maka pembaca dirangsang oleh rasa ketegangan. 7. Pertentangan (konflik) yang terlihat dalam berita Pertentangan antara satu dengan lainnya selalu menarik perhatian pembaca. 8. Seks yang ada dalam pemberitaan Sejak Adam, seks selalu memainkan peranan. Seks selalu merupakan berita yang menarik. Jadi, nyata unsur seks menambah nilai berita dan menarik pembaca. 9. Kemajuan-kemajuan yang diberitakan
35 47
Manusia senang dengan kemajuan. Tidak hanya kemajuan dalam keluarga akan tetapi juga kemajuan dalam ilmu pengetahuan, pengobatan atau penjelajahan angkasa. Semuanya menarik pembaca. 10. Emosi yang ditimbulkan oleh berita Manusia sebagai makhluk sangat dipengaruhi pula oleh emosi. Diantara emosi itu adalah simpati. Simpati yang ditimbulkan oleh sesuatu berita selalu manarik pembaca. 11. Humor yang ada dalam berita Humor merupakan unsur berita yang penting, yang juga selalu menarik pembaca.
2.6 Karangan Khas (Feature) Karangan khas atau dalam bahasa inggris disebut feature, diartikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi karangan khas dan disingkat karkhas. Istilah ini disepakati oleh para ahli jurnalistik. Masing-masing ahli memberikan rumusan sendiri tentang kata feature. Bahkan feature merupakan kata yang paling banyak mempunyai arti dalam kamus kewartawanan. Berikut ini beberapa arti kata feature (karkhas): 26 1. Secara umum, arti kata feature (karkhas) meliputi satu daftar panjang tentang berbagai bahan, mulai dari komik sampai tulisan yang disebut kolom, yang
26
Drs. Andi Baso Mappatoto, M. A. Teknik Penulisan Feature (Karangan-Khas). PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1999. hal.2-3
48 36
tidak digolongkan dalam berita lempang. Artinya secara khusus adalah tulisan yang semata-mata berdasarkan daya pikat manusiawi (human interest) yang tidak terlalu terikat pada tata penulisan baku yang kaku seperti yang berlaku dalam berita lempang. 2. Suatu artikel atau karangan yang lebih ringan atau lebih umum tentang daya pikat manusiawi atau gaya hidup ketimbang berita lempang yang ditulis dari peristiwa yang masih hangat. 3. Karangan yang melukiskan suatu pernyataandengan lebih terperinci sehingga apa yang dilaporkan menjadi hidup dan tergambar dalam imajinasi pembaca. 4. Feature (karkhas) adalah artikel yang kreatif, kadang-kadang subyektif, yang dirancang terutama untuk menghibur dan memberitahu pembaca tentang peristiwa, situasi atau aspek kehidupan. Dari empat arti tersebut, penulis memahami feature (karkhas) merupakan: a. Artikel atau karangan. b. Gaya pengutaraannya ringan sedemikian rupa sehingga laporannya hidup dan mengendap dalam imajinasi pembaca. c. Isinya tentang daya pikat manusiawi ataupun gaya hidup. d. Karya dalam bentuk karangan sebagai wujud kreatifitas penulis. e. Kadang-kadang karangan tersebut menampilkan subyektifitas penulis yang kemudian tercermin dalam pemaparannya berupa hasil pemahaman atau tafsiran terhadap bahan karangan.
37 49
f. Karangan bertujuan untuk memberitahu dan menghibur.
Wolseley dan Campbell di dalam Exploring Journalism yang dikutip Dja’far Assegaff, menyebutkan ada enam jenis karangan khas, yakni: 27 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Karangan khas yang bersifat insani (human interest feature) Karangan khas yang bersifat sejarah Karangan khas biografi/tokoh Karangan khas perjalanan/travelog Karangan khas yang bersifat mengajar keahlian “how to do it” Karangan khas yang bersifat ilmiah
2.7 Laporan Investigasi Apa yang dimaksud dengan investigasi?. Investigasi dalam hal ini adalah pencarian berita secara mendalam dengan teknik investigasi tertentu. Investigasi dalam bahasa Inggris adalah “investigate”. Yang artinya menyelidiki atau mengusut. Dalam penulisan berita dikenal istilah Investigative reporting yaitu teknik mencari dan melaporkan suatu berita dengan cara pengusutan. 28 Atmakusumah dalam tulisannya mengenai laporan penyelidikan (investigative reporting) sebagai bahan pelajaran di lembaga pers Dr. Soetomo Jakarta, seperti dikutip Septiawan Santana K, menganalisis kata reportase investigasi dengan makna dari bahasa latin. Reporting berasal dari kata Reportase,
27
Dja’far Assegaff. Dja’far H. Assegaff, Jurnalistik Masa Kini Pengantar Kepraktekan Wartawan. Ghalia Indonesia, Jakarta. 1983. hal. 56 28 Dja’far H. Assegaff, Jurnalistik Masa Kini Pengantar Kepraktekan Wartawan. Ghalia Indonesia, Jakarta. 1983. hal. 87
50 38
yang berarti “membawa pulang sesuatu dari tempat lain”. Dalam hal ini melaporkan kejadian dari satu tempat dimana telah terjadi sesuatu. Sedangkan investigasi berasal dari bahasa latin Vestigum, yang berarti “jejak kaki”. Ini menyiratkan berbagai bukti yang telah menjadi suatu fakta berbentuk data dan keterangan dari satu peristiwa. 29 Secara harfiah bila digabungkan Reportase Investigasi adalah membawa pulang hasil penyelidikan yang di dapat dari mengikuti potonganpotongan informasi, yang diistilahkan dengan jejak kaki (foot prints). Ullmann dan Honeymann dalam The Reporter’s Handbook menyebutkan Investigative Reporting adalah reportase atau kerja menghasilkan produk dsan inisiatif yang menyangkut hal-hal penting dari banyak orang atau organisasi. 30 Mitchell V. Charnley yang menulis buku “Reporting” dikutip Dja’far Assegaff, menyatakan laporan investigatif adalah alat dari wartawan yang bertanggung jawab untuk membuat laporan pemberitaan yang bersifat mendalam (indepth news). Katanya, “Investigative reporting is reporting in depth to present to the public important information that has significant bearing on public welfare-has always been a favorite tool of responsible newsman”. Penulis memahami kutipan ini sebagai laporan investigasi adalah laporan yang bersifat
29
Septiawan Santana K. Jurnalisme Investigasi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta, 1983. hal. 127 Ibid, hal. 127
30
51 39
mendalam untuk disajikan kepada publik mengenai informasi penting yang mempunyai makna di dalam kesejahteraan publik. Juga ditegaskan Charnley bahwa laporan investigasi senantiasa menjadi alat favorit bagi wartawan yang bertanggung jawab dalam teknik mencari berita. Ia tidak pula dapat dilepaskan dari tanggung jawab seorang wartawan, yakni menjunjung tinggi prinsip jurnalistik dan etika jurnalistik, obyektif tidak memihak dan mengabdi kepada kepentingan umum. 31 Jadi jelas bahwa laporan investigasi merupakan alat kerja jurnalistik sebagai teknik dalam mencari berita. Umumnya teknik laporan investigatif adalah penggalian yang bersifat mengusut dari satu ujung informasi yang diperoreh seorang wartawan, ditelusuri hingga tuntas ke ujung lain, dimana informasi tersebut menyajikan berita yang lengkap sehingga tidak membingungkan dan menimbulkan tanda tanya bagi pembaca. Jurnalisme investigasi bukan hanya menyampaikan dugaan adanya persoalan dan pelanggaran, melainkan juga merupakan kegiatan memproduksi pembuktian konklusif dan melaporkannya secara jelas dan simple. John Ullman dalam The Reporter’s Handbook menyatakan seorang wartawan yang menulis laporan investigasi tidak hanya cukup melakukan check dan re-check untuk menguji kebenaran suatu fakta. Pekerjaan wartawan investigasi bukan hanya mencatat jawaban dari who, when, where, what, why, dan
31
Dja’far Assegaff. Jurnalistik Masa Kini Pengantar Kepraktekan Wartawan. Ghalia Indonesia, Jakarta. 1983. hal. 88
40 52
how. Jurnalisme investigasi lebih mengarahkan kegiatannya kepada bagaimana sesuatu itu bekerja, how to do find out how things works 32 Teknik laporan investigasi sebenarnya haruslah dikuasai semua wartawan demi meningkatkan mutu berita. Teknik laporan investigasi akan sangat berharga juka dilaksanakan wartawan yang sudah mengenal prinsip-prinsip utama di dalam reporting dan etika jurnalistik. Dua bentuk umum kerja jurnalisme investigative, yakni: 1. Terkait dengan pekerjaan menginvestigasi dokumen-dokumen publik (the paper trails). 2. Berbagai aspek dari investigating individuals, yaitu penyelidikan terhadap subyek-subyek individu yang terkait dengan permasalahan (the people trails). Kedua bidang umum reportase investigasi itu diistilahkan dengan paper trails dan people trails. 33 Andreas Harsono dalam makalah untuk pelatihan Investigative Reporting oleh tabloid mahasiswa Bulak Sumur, Universitas Gajah Mada Yogyakarta dan dikutip Septiawan Santana K, mengidentifikasikan ciri kerja liputan investigative. Antara lain: 34 1. Riset dan reportase yang mendalam dan berjangka waktu panjang untuk membuktikan kebenaran atau kesalahan hipotesis.
32
Septiawan Santana K. Jurnalisme Investigasi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta, 1983. hal. 107 Ibid, hal.108 34 Ibid, hal 114-115. 33
41 53
2. Paper trail (pencarian jejak dokumen) yang berupa upaya pelacakan dukomen publik maupun pribadi untuk mencari kebenaran-kebenaran untuk mendukung hipotesis. 3. Wawancara mendalam dan pihak-pihak yang terkait dengan investigasi, baik para pemain langsung maupun mereka yang bisa memberikan background terhadap topik investigasi. 4. Pemakaian metode penyelidikan polisi dan peralatan anti kriminalitas. Metode ini termasuk melakukan penyamaran. Sedangkan alat-alat yang digunakan bisa termasuk kamera tersembunyi atau alat-alat komunikasi elektronik untuk merekam pembicaraan pihak-pihak yang dianggap tahu persoalan tersebut. Ini memang mirip kerja detektif. Sebagai kunci pegangan dalam melakukan investigasi, wartawan yang melakukan investigasi memegang pedoman kerja investigasi yang ditunjukkan David Spark dalam Investigative Reporting, a study technique, oxford “preface”, seperti dikutip Septiawan Santana K. Pedoman tersebut antara lain: 35 1. Temukanlah fakta-fakta dari satu isu. Jangan masuk ke dalam komentar para pembicara. 2. Mudahkanlah berbagai konsep yang sulit. Jangan terjebak dengan penulisan yang rumit. 3. Jangan dipengaruhi oleh pandangan nara sumber utama. Carilah sumber lain dengan sudut pandang yang lain. 35
Septiawan Santana K. Jurnalisme Investigasi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta, 1983. hal 186
42 54
4. Bicaralah ke berbagai orang yang relevan yang harus ditemukan. 5. Jawablah pertanyaan-pertanyaan secara sederhana dan mudah yang bisa membuka subyek yang hendak diinvestigasi. 6. Jangan mengambil segala sesuatu dan segala orang melalui nilai-nilai mereka. 7. Ingatlah bahwa setiap orang, setiap organisasi dan setiap kejadian memiliki sejarah yang mempengaruhi peristiwa itu terjadi. Ada baiknya setelah mempunyai 7 pedoman dalam melakukan investigasi, wartawan investigasi memperhatikan beberapa tips yang dikutip MV Kamath dalam Profesional Journalism, dari Charnley yang kemudian dikutip Septiawan Santana K. Beberapa tips bagi wartawan investigasi dari editor kota, the Detroit Free Press antara lain: 36 1. Jangan terlalu memperhatikan sasaran dari nara sumber. Tidak setiap informasi dari nara sumber investigasi dapat dipakai setiap acuan. 2. Memberikan dukungan penuh untuk pekerja investigasi yang dilakukan oleh staf anda. Bantuan mengecek catatan atau bantuan asisten kerap dibutuhkan. 3. Memegang teguh minat dan antusiasme dan menetapkan fokus pada persoalan yang tengah diselidiki.
36
Septiawan Santana K. Jurnalisme Investigasi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta, 1983. hal 187
43 55
Charnley dalam bukunya Reporting yang dikutip Dja’far Asegaff, menyebutkan 12 pegangan dari Detroit Free Press mengenai laporan investigasi, yaitu: 37 1. Jangan mengabaikan suatu tip pemberitaan yang diberikan oleh seseorang. 2. Berikan kepada wartawan yang melakukan laporan investigasi dukungan penuh dari staf lainnya. 3. Berikan semangat dan dorongan dalam pekerjaan yang sedang dilakukan. 4. Tetap bekerja dalam batas-batas hukum. 5. Jangan menjadi polisi. Dalam mendekati nara sumber walaupun cara kerjanya hampir sama dengan detektif, tetapi dalam mendekati nara sumber tidak dengan cara menginterogasi. 6. Anda harus berkonsentrasi dan memilih arah yang anda tekuni. 7. Jangan takut untuk memutuskan untuk tidak meneruskan pengusutan. 8. Jangan takut untuk memulai menyiarkan beritanya. 9. Anda harus mengikuti jalan pikiran yang positif (positive-thinking). 10. Anda harus menerangkan apa yang telah anda kerjakan dan ke mana arah yang akan anda ikuti. 11. Buatlah perencanaan lebih dahulu sebelum anda memulai dengan laporan investigasi.
37
Dja’far Asegaff. Jurnalistik Masa Kini Pengantar Kepraktekan Wartawan. Ghalia Indonesia, Jakarta. 1983. hal 88-89
44 56
12. Anda harus gigih. Pekerjaan investigasi merupakan pekerjaan yang sulit dengan menghendaki suatu kegigihan, dan anda tidak harus berhenti jika sudah memperoleh bahan.
2.7.1 Macam-Macam Investigaasi Saat praktik jurnalistik investigasi menjadi matang, beberapa bentuk telah muncul saat ini. Ada tiga bentuk utama, antara lain: 38 1. Reportase Investigasi Orisinal Reportase investigasi orisinal melibatkan si reporter sendiri yang membuka dan mendokumentasikan kegiatan yang sebelumnya tidak diketahui publik. 2. Reportase Investigasi Interpretatif Bentuk kedua reportase investigative adalah reportase interpretative, yang sering melibatkan kegigihan yang sama dengan reportase orisinal, tetapi dengan interpretasi dimana temuannya membawa audiens ke jenjang pemahaman lain. Reportase interpretative berkembang sebagai hasil pemikiran cermat, analisis, sekaligus pengejaran fakta-fakta secara baru yang lengkap yang menyajikan pemahaman publik yang mendalam.
38
Bill Kovach & Tom Rosenstiel. Sembilan elemen jurnalisme, apa yang harus diketahui wartawan dan yang diharapkan publik. Pantau 2003, hal. 147-151.
57 45
3. Reportase mengenai Investigasi Kategori investigasi ketiga adalah reportase mengenai investigasi. Reportase ini merupakan perkembangan yang lebih baru dan kini makin lazim dilakukan. Dalam kasus ini reportase berkembang dari penemuan atau bocoran informasi dari sebuah investigasi resmi yang sudah dijalankan atau sedang disiapkan pihak lain, biasanya agen pemerintah.
2.8 Strategi Peliputan Laporan Investigasi Sebagai penunjang dalam melakukan investigative reporting juga diperlukan langkah-langkah dalam melakukan kerja investigasi. Seorang wartawan investigasi dari Ohana juga teoritis di Ohio State University, melalui bukunya Investigative Reporting and Editing. Paul N. Williams menjelaskan 11 langkah-langkah investigative reporting, terdiri dari: 39 1. Conception (Konsep awal dalam melakukan langkah investigasi) Pencarian berbagai ide/gagasan yang menurut Williams merupakan proses yang unending, tak pernah henti atau usai dicari. Berbagai ide atau gagasan itu bisa didapat melalui: a. Saran seseorang b. Menyimak berbagai nara sumber c. Membaca d. Memanfaatkan potongan berita 39
Septiawan Santana K. Jurnalisme Investigasi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta, 1983. hal 159-170
58 46
e. Mengembangkan sudut pandang lain dari peristiwa berita f. Observasi langsung 2. Feasibility Study (Kemungkinan yang akan terjadi) Mengukur kemampuan dan berbagai yang diperlukan. Upaya studi wartawan menganalisis kemungkinan-kemungkinan yang akan dan harus dihadapi. Beberapa hal yang harus dipelajari wartawan sebelum memulai peliputan investigasi: a. Berbagai halangan yang harus diatasi atau hal-hal yang perlu disiapkan. Misalnya, apakah nara sumber bersedia berbicara tentang subyek yang hendak diinvestigasi? b. Orang-orang yang diperlukan. c. Kemungkinan adanya tekanan terhadap madia tempat si wartawan bekerja. d. Menjaga kerahasiaan investigasi dari media lain. 3. Go-No-Go Decision (Liputan di lanjutkan atau tidak) Merupakan pengukuran terhadap hasil investigasi yang akan dilakukan. Adanya langkah menghitung kesalahan investigasi dengan istilah “MinimumMaksimum”. Minimum thinking adalah pendeteksian hasil minimal yang akan di dapat dari target utama penyelidikan yang dilakukan selama liputan. Sedangkan maksimum thinking merujuk kepada pencapaian target utama dari upaya menginvestigasi subyek-subyek yang hendak dijadikan isu-isu pemberitaan.
59 47
4. Base Building (Dasar Pijakan) Berkaitan dengan upaya wartawan untuk mencari dasar pijakan dalam menganalisis kasus. Williams menyatakan to understand how something works, it is necessary to learn how it’s supposed to work. Untuk memahami bagaimana sesuatu terjadi adalah penting mempelajari bagaimana sesuatu itu bisa terjadi. 5. Planning (Perencanaan peliputan di lapangan) Berkaitan dengan kerja pengumpulan, penyusunan dan pemilihan orang yang akan melaksanakan tugas-tugas tertentu. a. Pengumpulan dan penyusunan informasi Proses
pengecekan
dengan
upaya
cross-referenced
(menyilang-
referensikan), seluruh dokumen dan catatan wawancara dengan berbagai topik yang relevan. b. Pembagian tugas Tugas-tugas meliput, pengerjaan, peliputan, penyimpanan, penulisan, copy-editing, fotografi, grafik, pengecekan akurasi dan penuduhanpenuduhan (libel) yang dilaporkan. 6. Original Research (Penelitian orisinil/awal) Maksudnya kerja pelarian data, penggalian bahan, menembus rintangan, yang umumnya terdiri dari dua kerja penelusuran, yakni: a. Penelusuran paper trails b. Penelusuran people trails.
60 48
7. Reevaluation (Pengkajian) Langkah mengevaluasi kembali segala hal yang telah dikerjakan dan didapat. 8. Filling the Gaps (Menutupi penelitian yang belum terdata) Mengupayakan menutupi beberapa bagian bahan yang masih belum terdata. Kerja peliputan diarahkan kepada kegiatan people trails yang bersifat wawancara kunci dan penelusuran paper trails untuk berbagai dokumen tambahan. 9. Final Evaluation (Evaluasi akhir) Tahap
evaluasi
disini,
pekerja
mengukur
hasil
investigasi
dengan
kemungkinan buruk atau negatif. Yang terpenting mengevaluasi keakurasian pihak-pihak yang hendak dilaporkan di dalam standar jurnalistik. 10. Writing & Rewriting (Penulisan hasil investigasi) Pekerja menulis hasil investigasi menjadi laporan investigasi. 11. Publication and Follow-up Stories (Menerbitkan kelanjutan dari investigasi). Penyelesaian dari pihak-pihak yang terekspos, misalnya pemberitaan ditunggu masyarakat. pada sisi inilah jurnalisme memegang peranan sebagai penjaga moral masyarakat. Maksudnya jurnalisme bukan sekedar membuka aib masyarakat,
melainkan
hendak
memberitahukan
adanya
perkembangan masyarakat yang berubah melalui pemberitaan.
tahapan
61
BAB III METODOLOGI
3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. 40 Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif tipe deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
41
Dimana data atau
informasi yang diperoleh atau dikumpulkan tidak berbentuk angka, tetapi dalam bentuk kata, kalimat, pernyataan, dan konsep. 42
40
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. PT. Remadja Rosdakarya, Bandung. 2004. hal.6 41 Moh. Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal. 54 42 J. Vrendenbergt, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. PT. Gramedia, Jakarta. 1978. hal.3
49
50 62
Penelitian deskriptif bertujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. 43 Tipe penelitian deskriptif ini terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat mengungkapkan fakta, dimana hasil penelitian tersebut menekankan pada pemberian gambaran secara obyektif mengenai keadaan yang sebenarnya dari obyek yang diteliti.
3.2 Metode Penelitian Metode yang akan digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian studi kasus. Metode tersebut digunakan karena peneliti menganggap bahwa cara tersebut dapat memberikan penjelasan yang menyeluruh dan mendalam atas permasalahan yang diteliti. Secara umum, studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila peneliti memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan bilamana focus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata. 44
43 44
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Rosdakarya, Bandung, hal. 22 Robert K. Yin, Studi Kasus: Desain dan Metode. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. hal. 1
63 51
Studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan status fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas di atas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum. 45 Studi kasus lebih dikehendaki untuk melacak peristiwa-peristiwa kontemporer, bila peristiwa-peristiwa yang relevan tidak dapat dimanipulasi. Karena itu studi kasus mendasarkan diri pada teknik-teknik yang sama dengan kelaziman yang ada pada strategi historis, tetapi dengan menambahkan dua sumber bukti yang biasanya tidak termasuk dalam penelitian para sejarahwan, yaitu observasi dan wawancara sistematik. 46 Pengertian dari metode penelitian studi kasus itu sendiri adalah penelitian yang mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial, individu, kelompok, lembaga atau masyarakat. Dimana penelitian studi kasus berusaha menelaah sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti.47
45
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal. 57 Robert K. Yin, Studi Kasus (Desain dan Metode), Grafindo Persada, Jakarta, hal. 13 47 Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, Rajawali Pers, Yogyakarta, hal. 22-23 46
64 52
3.3 Nara Sumber (Key Informan) Key informan merupakan nara sumber dari penelitian. Adapun nara sumber dari penelitian ini adalah: 1. Bapak Buyung Pramunsyie, beliau adalah Pemimpin Redaksi di Majalah Popular. Dimana beliau bertanggung jawab untuk mengeluarkan berita/isi Majalah Popular, dan juga memberikan bimbingan kepada wartawan yang akan meliput. 2. Wartawan yang meliput, yaitu Bapak Buyung Pramunsyie. Beliaulah yang mencari tentang adanya berita tersebut sekaligus meliput serta menulisnya, dan meskipun Bapak Buyung Pramunsyie menjabat sebagai Pemred, beliau juga terkadang ikut turun ke lapangan untuk meliput, di karenakan beliau masih mempunyai jiwa dan semangat jurnalistik yang tinggi. 3. Bapak P. Suryo R, beliau adalah Redaktur Pelaksana. Dimana beliau memberikan ide atau gagasan sebagai tema atau judul dalam Liputan Malam. Dan beliau juga yang menugaskan wartawan yang akan meliput, baik itu Liputan Malam, Liputan Khusus maupun liputan harian.
3.4 Teknik Pengumpulan Data Menggunakan cara Indepth Interview, elemen dasar penelitian adalah data yang menjamin kemajuan maupun pengembangan dari penelitian. Dalam memperoleh pengumpulan data, penulis menggunakan dua tahap, yaitu:
65 53
3.4.1. Data Primer Data yang diambil secara langsung dari nara sumber dengan melakukan wawancara mendalam (indepth news). Dalam penelitian nara sumber yang dimaksud adalah Pemimpin Redaksi serta Wartawan yang meliput dan menulis 3.4.2. Data Sekunder Peneliti juga memperoleh data penelitian melalui pengumpulan datadata tertulis dari berbagai bentuk cetakan, berupa buku, karya tulis dan bentuk tulisan lain yang memungkinkan untuk melengkapi data-data dalam penulisan dan penelitian
3.5 Definisi Konsep 1. Strategi Peliputan Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Namun untuk mencapai tujuan tersebut strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah, tetapi harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Strategi peliputan merupakan langkah-langkah yang diterapkan dalam pengelolaan berita. Dimana dalam mendapatkan berita tersebut digunakan rencana
yang
cermat
mengenai
kegiatan
untuk
mencapai
sasaran
66 54
khusus/keseluruhan tindakan-tindakan yang ditempuh oleh wartawan saat mencari berita. 2. Laporan Investigasi Sebuah reportase, sebuah kerja menghasilkan produk dan inisiatif, yang menyangkut hal-hal penting dari banyak orang atau organisasi yang sengaja merahasiakannya. 3. Rubrik Rubrik merupakan kolom yang memuat suatu pernyataan atau pendapat mengenai sesuatu hal atau fenomena yang terjadi. 4. Liputan Malam Liputan malam merupakan rubrik yang menyajikan gaya hidup para eksekutif muda, selebritis, pekerja yang dekat dengan dunia glamour dan berperilaku tidak sesuai dengan kebudayaan orang timur, misalnya pesta seks, pesta narkotika dan obat-obatan, transaksi gadis-gadis seksi dan sebagainya.
3.6 Fokus Penelitian 3.6.1. Perencanaan 1. Conception (Konsep awal dalam melakukan langkah investigasi) 2. Feasibility Study (Kemungkinan yang akan terjadi) 3. Go-No-Go Decision (Liputan di lanjutkan atau tidak) 4. Base Building (Dasar Pijakan) 5. Planning (Perencanaan peliputan di lapangan)
67 55
3.6.2. Riset dan Pengumpulan Data 1. Original Research (Penelitian orisinil/awal) 2. Reevaluation (Pengkajian) 3. Filling The Gaps ((Menutupi penelitian yang belum terdata) 3.6.3. Penilaian 1.
Writing & Rewriting (Penulisan hasil investigasi)
2. Publication and Follow-up Stories (Menerbitkan kelanjutan dari investigasi). 3.6.4. Evaluasi 1. Evaluasi pasca publikasi
3.7 Teknik Analisis Data Tujuan analisis di dalam penelitian adalah menyempitkan dan membatasi penemuan-penemuan hingga menjadi data yang teratur serta tersusun dan lebih berarti. Proses analisis merupakan usaha untuk menemukan jawaban atas pertanyaan perihal objek penelitian. 48 Dalam mencapai tujuan penelitian maka teknik yang digunakan adalah mendeskripsikan dan menganalisis data yang diperoleh secara kualitatif.
48
Saroso Wirodiharjo. Pokok-pokok Tata Niaga Pembangunan. Jakarta, 1964. hal. 226. dalam Marzuki Metodelogi Riset. BPFE-UI, Yogyakarta, 2000, hal. 87.
68
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian 4.1.1 Lahirnya Gagasan dan Sejarah Perusahaan Fenomena masyarakat modern telah melahirkan suatu komunitas baru yakni professional dan eksekutif muda di kalangan pebisnis dengan segala atribut yang disandangnya. Sebagai golongan yang senantiasa bergaul dengan ketatnya persaingan dunia usaha, tidaklah mengherankan apabila ketegangan psikologik mereka cendrung tinggi, kondisi tersebut menuntut suatu bentuk self mechanism defense relaksasi, baik dalam bentuk olahraga maupun hiburan (entertainment). Dengan gaya hidup yang khas tersebut, maka dipandang perlu untuk memberikan perlayanan informasi yang menghadirkan nuansa olahraga dan hiburan yang mengidentifikasikan diri sebagai media massa khas eksekutif muda. Melalui cara pandang dan peluang tersebut, PT. Nitra Indrya Harsa tertanggal 25 Mei 1987 bersama Jakarta Media Communication mengajukan surat permohonan yang bernomor 03/NIH/PU/87 kepada Menteri Penerangan Republik Indonesia selaku otoritas pers nasional berupa pemberian izin penerbitan majalah bulananan yang disesuaikan dengan gaya hidup kaum eksekutif muda. Akhirnya, setelah lebih dari satu semester diendapkan pada Direktorat Jenderal Pembinaan dan Grafika Departemen Penerangan Republik Indonesia,
56
57 69
dikeluarkan keputusan bernomor 252/SK/MemPen/D.I/1988 untuk Majalah Popular kepada PT. NITRA INDRYA HARSA dengan komposisi awal pengelolaan yang terdiri dari : ¾
Pemimpin Umum
: Heriyadi H. Sobiran
¾
Pemimpin Redaksi
: Buyung Pramunsyie
¾
Pemimpin Perusahaan
: Heriyadi H. Sobiran
Mengenai pencetaknya, Majalah Popular dicetak PT. Dian Rakyat yang berada di kawasan industri Pulo Gadung Jalan Rawa Gelam 1/4 Jakarta Timur. Nomor perdana Majalah Popular terbit pada tanggal 18 Februari 1988 menggunakan teknik cetak full offset. Majalah bulanan ini membawa konsep baru tentang isi. Artinya selain memperhatikan bentuk tulisan juga menekankan pada jumlah gambar, fotografi, ilustrasi gambar, tata letak, tata warna dan jenis kertas yang dipakai. Hingga tahunan terbitan 1991, tiras Majalah Popular masih dibawah angka yang diharapkan. Hal ini karena penyajian informasi mengenai olahraga dan hiburan tidak tergarap secara khusus sesuai dengan segmentasi pasar. Kondisi ini mengakibatkan jajaran redaksi Majalah Popular melakuka perubahan konsep dari olahraga yang umum sifatnya kepada olahraga renang dalam bentuk fashion stylish yakni swimsuit dimana perubahan konsep ini merupakan tonggak awal pematangan Majalah Popular dalam rangka menajamkan segmentasi (diawali edisi nomor 38 Maret 1991).
70 58
Pengembangan Majalah Popular kian tampak pada spesialisasi sebagai majalah olahraga dan hiburan khas eksekutif muda. Hal ini nampak dengan penampilan rubrik-rubrik yang selain memberikan bentuk relaksasi juga berupaya memberikan presentasi dunia eksekutif itu sendiri. Tercatat sejumlah rubrik seperti, Liputan Khusus, Sekse dan Mimpi Bersama telah menyeimbangkan porsi rubrik swimsuit dengan pelaporan mendalam di kalangan selebritis dan eksekutif muda. Segmentasi pembaca majalah tampak khas, yakni laki-laki dewasa (20-45 tahun), professional dan eksekutif muda, dan nerpenghasilan diatas satu juta rupiah perbulan. Komunitas terbesar dari pembaca Popular adalah pebisnis muda dan dinamis, progresif dan akrab dengan perkembangan teknologo modern. Tingkat pendidikan yang relatif tinggi dengan status social ekonomi mapan telah meletakan majalah ini tetap eksis meski krisis moneter menerpa. Dalam perjalanannya, Majalah Popular tidak lah senantiasa berada dalam jalur keemasan. Sebagai konsekuensi dari bagian informasi yang kerap sulit di bedakan antara seni dan pornografi, maka beberapa kali pihak redaksi menerima kritik dari berbagai kalangan. Puncak dari kritik justru bukan dari pemerintah melalui Departemen Penerangan Republik Indonesia, melainkan dari masyarakat yang menggugat pihak majalah sebagai agen penyebar pornografi dlam kasus sampul muka edisi 135/Mei 1999 yang menampilkan foto model Sophia latjuba, dimana kasus ini sempat disidangkan di pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
71 59
Pada awal berdirinya, Majalah Popular diarahkan pada pangsa pasar pengamat pemerhati olahraga serta penikmat hiburan secara umum. Namun sejak tahun 1991, pihak manajemen dan redaksi melakukan reposisi melalui spesifikasi dari acuan majalah olahraga dalam tampilan soft sensual, matang, eksklusif, artistik dan futuristik. Pada setiap edisinya Majalah Popular terbit dengan sajian 152 halaman, berupa gambar, iklan dan tulisan, termasuk sampul muka dan belakang. Terbit periodik sebulan sekali, setiap tanggal 25 atau paling lambat tanggal 30. Mengenai bentuk fisik Majalah Popular sekarang adalah : a. Nama Majalah
: POPULAR
b. Penerbit
: PT. Nitra Indrya Harsa
c. Alamat Redaksi
: Sanggraha Pelita Jaya, JL Jagorawi Lebak Bulus, Jakarta
Selatan, 12440, Telepon 7502908, 7508308,
7502901-4, Faksimili 7653907, Telex 47501-ANSA IA. d. Bank
: PT. Bank Mandiri (Persero), Cabang Jakarta Mal Pondok Indah AC 101.05.0080065608.
e. Rekening Distribusi
: PT. Nitra Indrya Harsa, Cabang Pondok Indah, ACC2373008826.
f. Percetakan
: PT. Dian Rakyat
g. Hompage
: http://www. Popular-maj.com
h. E-mail
:
[email protected]
60 72
i. Ukuran Majalah •
Ukuran
: 21,5 cm x 27,5 cm
•
Cover
: Kertas art paper 190 gr
•
Isi
: mad code 85 gr
j. Jumlah Halaman
: 150, jika Edisi Khusus bisa mencapai 200 halaman
k. Waktu Terbit
: Sebulan Sekali setiap tanggal 25, paling lambat tanggal 30
l. Sirkulasi
: Seluruh Indonesia
m. Oplah
: 7.500
n. Motto
: Entertainment for men
4.1.2 Isi Majalah Popular Pada bagian ini penulis akan menganalisa isi dari Majalah Popular : a. Aksen Bahasan mengenai mode yang tengah trend atau prediksi untuk waktu mendatang dalam bentuk foto ilustrasi dan teks feature b. Lepas Feature atau karangan khas yang disertai foto ilustrasi mengenai aktivitas selebriti dalam atau luar negeri dengan kegiatan hiburan yang bernuansa olahraga dan entertainment.
73 61
c. Mimpi bersama Feature tentang figure yang mengupas kehidupannya dengan penekanan human interest. Secara umum, rubrik ini tidak membahas tokoh dalam kapasitasnya dengan profesinya, melainkan dengan pendekatan orang kebanyakan. d. film Artikel yang membahas seputar dunia film secara mendalam, meliputi pembuatan, pekerja film, dan cerita-cerita gosip pemain pada film yang akan ditayangkan di bioskop, TV dan VCD. e. Sekse Artikel mengenai kesehatan reproduksi yang dipandu oleh ahli-ahli yang berpengalaman dalam bidang seksologi dalam rangka memperbaiki kualitas hubungan suami istri. f. Otomotif Artikel mengenai spesifikasi, kehandalan, serta profil eksekutif pengguna jenis otomotif tertentu. Disini biasanya dibahas dilengkapi dengan foto-foto yang didapat dari internet. g. Sport Artikel yang membahas figur atau atlet yang berprestasi dibidangnya h. Hilight Tulisan yang menampilkan berbagai macam masalah atu topic dan dihubungkan dengan gosip atau isu yang berkembang di kalangan masyarakat. Tulisan ini biasanya melihat dari sudut pandang yang berbeda.
74 62
i. Lelaki Feauture yang bersifat profil seorang lelaki yang menjadi public figure. Atau menonjol prestasinya pada saat bulan diterbitkannya majalah. j. Stress Release Feature yang membahas kiat-kiat untuk menghadapi suatu masalah yang biasa dihadapi sehari-hari. Biasanya berkaitan dengan masalah seksual yang bersifat aktual, atau masalah yang paling hangat. k. Plesir Artikel mengenai tempat-tempat indah dan eksotis di penjuru dunia. l. Liputan Malam Investigasi Reporting
tentang kehidupan malam di kota-kota besar yang
mengungkap prilaku seksual diluar batas-batas kewajaran dan menarik untuk diungkap kepermukaan. m. Wawancara Profil tokoh public yang diangkat dalam bentuk tanya jawab utuh seputar profesi dan kehidupannya. n. Wajah Rubrik yang menjadi andalan dan ciri khas Popular dalam memikat pembaca, menampilkan foto-foto model dalam busana swimsuit atau Sporty dengan tema sensual dan
natural dilengkapi tulisan menarik mengenai model tersebut.
Dimana salah satu foto terbaik dalam rubrik Wajah ditampilkan di cover.
63 75
o. Musik Artikel yang membahas tentang trend, prediksi, aliran musik dan figure musisi dunia berlevel internasional. biasanya terdapat selebriti dunia dan berbagai macam aliran yang tengah naik daun, atau yang sedang dikenal masyarakat. p. Liputan khusus Berbentuk Laporan investigasi tentang prilaku penyimpangan seksual yang diangkat dari kalangan-kalangan atas. Hal-hal yang sulit dipercaya oleh orang awam diceritakan dengan tulisan khas Popular, dilengkapi dengan pendapat para pakar dan orang yang terkait dengan masalah yang diangkat. q. Clubbing Sesuai dengan namanya, rubrik ini berisi tentang tulisan feature yang mengangkat tempat-tempat clubbing yang akrab dengan penikmat hiburan malam, yang biasa disebut night life society oleh Popular. Disini dibahas hal-hal menarik seputar diskotik, café dan tempat sejenisnya. r. Rubrik Tetap 1. Memo
: Pengantar dari redaksi dalam setiap isinya, berisi kegiatan internal redaksi, kebijakan redaksi mengenai isu tertentu, dan berguna sebagai penghubung yang bersifat emosional antara redaksi dengan pembaca.
2. Forum
: Berisi surat pembaca yang biasanya menanyakan sesuatu hal kepada redaksi.
76 64
3. Rekomendasi film
: Ringkasan cerita atau film yang siap ditayangkan di bioskop.
4. Rekomendasi VCD
: Ringkasan cerita mengenai film yang beredar dalam bentuk VCD.
5. Astropop
: Ramalan bintang dengan melibatkan ekonomi and cinta.
6. Selebriti
: Feature yang bersifat profil artis tertentu yang sedang naik daun atau yang sesuai dengan tema yang telah ditentukan. Dilengkapi dengan foto.
7. Blitz
: Feature yang bersifat profil tentang selebriti dunia, mengupas hal-hal menarik yang terkait dengan kehidupannya.
8. Party jokes
: Humor-humor segar yang berkaitan dengan masalah seks.
9. Rekomendasi musik : Analisis mengenai album musik yang akan beredar dipasaran. 10. Event
: Kegiatan-kegiatan atau acara yang diliput redaksi selama sebulan.
11. Info produk
: Tulisan mengenai berbagai macam barang dan jasa yang sesuai dengan perkembangan teknologi serta dibutuhkan oleh masayarakat.
77 65
12. Orbit
: Feature profil seorang bintang yang baru naik kepermukaan dan diprediksi akan berkiprah didunia film atau musik.
4.1.3 Struktur Organisasi Majalah Popular PT Nitra Indrya Harsa selaku perusahaan yang berorientasi pada profit menerapkan filosofi bahwa kekuatan manajemen harus dibangun dari bawah. Dengan demikian seluruh karyawan punya kesempatan sama untuk maju dan menduduki jabatan-jabatan puncak bila dipandangnya mampu. Kerena itu struktur organisasinya berbentuk garis dan staf. Jadi pelimpahan wewenang berlangsung secara vertikal dan bawahan hanya menerima perintah dari satu atasan saja. Kemudian untuk membantu kelancaran kerja diperbantukan seorang pejabat atau lebih yang berfungsi sebagai advisor. Namun mereka tidak mempunyai wewenang komando sama sekali. Pada usianya yang kelimabelas, selain telah mengalami suatu proses pertumbuhan dan pengembangan diri, juga telah melalui proses restrukturisasi kepemimpinan yang telah membawa Popular sebagai trend setter komunitas eksekutif muda. Berikut ini adalah bagan struktur organisasi/tanggung jawab PT Nitre Indrya Harsa, komposisi pengelola Majalah Popular terdiri dari : 1. Pemimpin Umum
: Heriyadi H sobiran
2. Pemimpin Perusahaan
: Heriyadi H sobiran
78 66
3. Pemimpin Redaksi
: Buyung Pramunsyie
4. Sekretaris Redaksi
: Tety S Chairul
5. Redaktur Pelaksana
: P. Suryo R.
6. Korektor
: Tety S
7. Redaktur Tata Rupa
: Siswanto
8. Produksi
: Mukhlis SH.
9. Desain Grafis
: Bagus NFS
10. Redaktur bidang
: Suhendra
11. Reporter
: Faisal Rahim, Adisty
12. Pengarah gaya
: Diana KD.
13. Fotografer
: Freelancer
14. Keuangan & HRD
: Dwi Ratna Andayani
15. General Ledger & Tax
: Emilia Yanthi
16. Akunting & Kasir
: Else Indriyati
17. Marketing
: Sutaningdyah
18. Iklan
: Betty B, Nurwati, IndriE.
19. Promosi/IT
: Terry S.
20. Personalia & umum
: Lusi Dyah P.
21. Kurir
: Inen Aliandi
22. Pengemudi
: H. Dede Aliandi, Dartam, Eddy Raup Nanang, Miftahuddin.
79 67
23. Ob
: Oman S.
4.1.4 Alur Berita Alur berita pada Majalah Popular terdiri dari : 1. Rapat Perencanaan Rapat perencanaan, dilaksanakan sebulan sekali, tiap hari senin pukul 10.00 dipimpin oleh Pemred, dapat diwakili oleh Redpel jika Pemred berhalangan hadir. Rapat ini merencanakan topik yang akan dimunculkan. 2. Rapat Koordinasi Rapat koordinasi, dilaksanakan seminggu sekali, tiap hari senin pukul 10.00 dipimpin oleh Redpel. Rapat ini berfungsi mengkoordinasi tugastugas yang akan diberikan, disini akan dibahas kendala liputan. 3. Penugasan Setelah rapat redaksi, dilakukan penugasan bagi reporter untuk meliput topik yang sudah ditentukan. Disini terjadi koordinasi area redaksi, biasanya para reporter membuat janji terlebih dahulu via telepon dengan nara sumber. Setelah sepakat, baru peliputan dilaksanakan, biasanya bersama fotografer untuk dokumentasi. 4. Penulisan Setelah meliput, Reporter mengolahnya menjadi sebuah tulisan naskah feature, atau menyusunnya dalam bentuk hasil transkip wawancara. Kemudian diserahkan kepada editor untuk diedit.
80 68
5. Editing Semua naskah yang dibuat masuk kedalam proses editing yang dikerjakan oleh editor. Disini editor mengoreksi kesalahan-kesalahan pada tulisan, jika kurang jelas editor akan menanyakan hal tersebut kepada repoter yang menulisnya. Kemudian naskah yang sudah diedit dikirim kebagian lay out untuk diatur tata letaknya. 6. Lay Out Pada bagian ini naskah yang masuk sudah dilengkapi foto pendukung. Alur foto berasal dari fotografer kemudian diserahkan kebagian produksi untuk di scan, baru masuk kebagian lay out. Bagian lay out menata letak foto-foto dengan naskah yang ada sehingga menarik dan sesuai dengan ketentuan rubrik yang ada. Bagian ini juga menyertakan desain grafis bila diperlukan. 7. Percetakan Setelah mengalami proses tata letak, naskah dikirim ke percetakan PT. Dian Rakyat untuk dicetak sesuai dengan jumlah yang sudah ditentukan. Disini percetakan tidak bertanggung jawab akan apa-apa saja yang dimuat dalam Majalah Popular. Setelah dicetak majalah siap untuk diedarkan kekalangan umum dan sampailah di tangan masyarakat.
81 69
4.1.5 Flow Of News Dari alur berita yang dilakukan Majalah Popular, berikut digambarkan alur berita dengan berbentuk bagan
FLOW OF NEWS
Rapat Redaksi
Penugasan
Penulisan
Editing
Lay out
Percetakan
82 70
4.2 Hasil Penelitian Pada bagian ini, merupakan uraian penulis mengenai hasil penelitian dan analisa penelitian. Data-data yang diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam (indepth interview) dengan nara sumber Buyung Pramunsyie selaku Pemimpin Redaksi dan sekaligus sebagai wartawan Majalah Popular yang meliput ‘Mandi ala Nippon’, dan P. Suryo R selaku Pemimpin Redaktur Majalah Popular. Serta pengumpulan data-data pendunkung mengenai strategi peliputan mandi ala Nippon pada Majalah Popular edisi Mei 2007. Analisis data dilakukan dengan cara mendeskripsikan investigasi dalam peliputan mandi ala Nippon. Menurut Bapak Buyung Pramunsyie selaku Pemimpin Redaksi di Majalah Popular mengatakan bahwa: “Investigatif itu menggali materi berita, untuk suatu tujuan tertentu, dalam hal ini kebutuhan jurnalistik. Teknisnya kita menyamar tidak diketahui bahwa kita seorang jurnalis untuk kepentingan jurnalis tapi kita menyamar sebagai orang yang bukan wartawan.” Sedangkan bagi Bapak R.Suryo Invvestigasi merupakan sebuah reportase yang sifatnya dirahasiakan. “Sebuah reportase, atau sebuah kerja yang menghasilkan suatu produk dan inisiatif, yang menyangkut hal-hal penting, yang sifatnya dirahasiakan dari banyak orang atau organisasi yang sengaja marahasiakannya.”
Seperti yang sudah dijelaskan dalam bab sebelumnya, liputan investigasi menurut Mitchell V. Charnley yang menulis buku “Reporting” dikutip Dja’far Assegaff, menyatakan laporan investigasi adalah alat dari wartawan yang bertanggung jawab untuk membuat laporan pemberitaan yang
83 71
bersifat mendalam (indepth news). Katanya, “Laporan investigasi is reporting in depth to present to the public important information that has significant bearing on public welfare-has always been a favorite tool of responsible newsman”. Penulis memahami kutipan ini sebagai laporan investigasi adalah laporan yang bersifat mendalam untuk disajikan kepada publik mengenai informasi yang penting dan mempunyai makna dalam kesejahteraan publik. Juga ditegaskan Charnley bahwa laporan investigasi senantiasa menjadi alat favorit bagi wartawan yang bertanggung jawab dalam teknik mencari berita. Ia tidak pula dapat dilepaskan dari tanggung jawab seorang wartawan, yakni menjunjung tinggi prinsip jurnalistik dan etika jurnalistik, obyektif tidak memihak dan mengabdi kepada kepentingan umum. 49 Atas dasar ingin menjadi majalah yang berbeda dengan majalah lainnya, maka Majalah Popular mencoba membuat sebuah rubrik yang isinya berbeda dan belum pernah dijumpai pada media lain sebelumnya. Berawal dari ide Bapak Mujiman (alm), mantan Pemimpin Redaksi dan seorang penulis dengan nama julukan “Niker Pertiwi” diambil dari nama putrinya. Didasarkan oleh kejelian beliau terhadap fenomena-fenomena yang ada tentang seputar kehidupan malam, maka timbul inisiatif untuk mengangkat tentang fenomena tersebut ke dalam sebuah rubrik dengan gaya tulisan feature dan rubrik tersebut diberi nama “Liputan Malam”.
49
Dja’far Assegaff. Op. Cit. hal. 88
84 72
Buyung Pramunsyie, Pemimpin Redaksi Majalah Popular dalam wawancara dengan penulis pada hari Kamis tanggal 26 juli 2007 pukul 10.00 WIB, di ruang rapat kantor Majalah Popular, menyatakan: “Tujuan dari Liputan Malam agar Majalah Popular tampil beda dengan media massa lainnya, khususnya majalah. Seperti yang kita tahu sejak tahun 1992 awal dari adanya Liputan Malam, karena menyadari belum ada yang menyajikan liputan seperti Liputan Malam, maka Majalah Popular sebagai majalah entertainment mencoba menampilkan isi yang bebeda dengan meliput kehidupan orang di tempat hiburan malam yang ada, seperti diskotik, Café, Night Club, tempat pemijatan (Massage parl out). Porsi ini belum terangkat di media, padahal porsi ini sebagai hiburan dalam bahasa internet disebut dengan kreatifitas”.
Yang menjadi keistimewaan dari Liputan Malam dari rubrik lainnya adalah karena liputan malam merupakan rubrik yang berisikan tentang seputar kehidupan malam dimana sebelumnya tidak pernah ada di media lainnya. Oleh karena itu jika dilakukan poling pada Majalah Popular liputan malam berada pada rating tiga besar. Berikut penjelasan Buyung Pramunsyie: “Bila didefinisikan secara harfiah Liputan Malam adalah sebuah hiburan yang dikhususkan untuk pria dewasa yang umurnya 20 tahun keatas. Pria dewasa dalam hal ini eksekutif muda perlu hiburan untuk melepaskan ketegangan akibat kesibukan di kantor atau bisnis. Liputan Malam merupakan bagian dari hal tersebut yang meliput hal-hal yang bersifat entertainment yang menyenangkan bagi pria, seperti meliput kehidupan para eksekutif muda atau lifestyle seseorang di café-café, diskotik, massage parl out dan penulisan dalam bentuk feature sehingga menarik dan enak dibaca”. Rubrik liputan malam merupakan rubrik andalan selain liputan khusus dan cover pada Majalah Popular. Untuk menambah daya tarik isi ditampilkan
85 73
tema-tema yang baru, penampilan diberi ilustrasi. Misalnya gambar streaptease, penari separuh bugil dibuat blur, selanjutnya suasana dibuat seperti malam. Bisanya hal-hal yang berkaitan dengan sumber berita, tempat misalnya hotel, diskotik, dan café diberi inisial. Itu dilakukan untuk menjaga hubungan baik antara Majalah Popular dengan nara sumber agar menumbuhkan rasa kepercayaan, sehingga bila ada peliputan di lokasi yang berbeda image Popular telah dikenal dengan baik. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menyusun konsep sebelum melakukan investigasi 4.2.1 Perencanaan 4.2.1.1 Conception Pada tahap ini merupakan tahap awal dari suatu proses penentuan tema. Pada tahap ini dibicarakan mengenai proses penentuan tema pada sebuah edisi dan penugasan pada wartawan untuk melakukan peliputan yang telah ditentukan. Bapak R.Suryo menjelaskan proses penentuan tema: “Setiap habis deadline, kita meeting seluruh redaksi. Sehari sebelumnya kita telah memberitahukan kepada seluruh anggota redaksi bahwa besok kita meeting untuk edisi mendatang. Nah, di dalam meeting setiap wartawan punya ide dan bisanya ide tersebut didapat dari pembaca yang telah kita kenal. Selanjutnya dirangkum, dikumpulkan dan dievaluasi. Setelah dievaluasi dan disetujui oleh pemimpin redaksi, kemudian ide tersebut diserahkan kepada wartawan untuk dilakukan peliputan.”
86 74
Hal tersebut juga ditambahkan oleh Buyung Pramunsyie bahwa sebelum melakukan peliputan sudah ada pembagian tugas, berikut pernyataannya: “Jadi yang dilakukan adalah ehm,,itu berkaitan erat dengan penulisan, jadi ketika kita mau turun itu sudah dibagi, lo,,misalnya bagian, misalnya bagian menulis tentang besok ini parung vista, jadi di sekitar parung vista itu ternyata sekarang sudah ada hotel sih,,semakin bertebaran tuh kan, kehidupan malam, sudah dibagi,lo,,em,,wawancara Invetigasi dengan cewe jalanannya,lo,,bagian hotel yang sudah eem,, kelihatan megah sekarang ini, ah,,lo sebagai orang yang wawancara dengan pemakainya, user nya, jadi itu berkaitan dengan itu, nanti sesudah di meja ketika di kantor kita susun lagi, lo itu nulis misalnya bagian wanita jalannya dibagian mana, di tengah di depan atau di belakang nah itu menyangkut teknis juga, jadi ketika kita mengeditnya juga gak terlalu anu, gak terlalu lama gak terlalu ribet.”
Disini penulis memahami, dalam menentukan tema untuk setiap edisi mendatang dilakukan rapat terlebih dahulu yang diketuai oleh Pemimpin Redaksi dan dihadiri oleh seluruh anggota redaksi. Dimana di dalam rapat semua anggota rapat mengeluarkan ide-ide tema yang bisanya mendapat masukan dari luar.
4.2.1.2 Feasibility Study Untuk megantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi maka, wartawan harus bisa berlagak dan bersosialisasi dengan si nara sumber untuk mendapatkan informasi yang di inginkan. Berikut penjelasan Buyung Pramunsyie: “Ya,,yang di konsep kita itu biasanya berlagak sebagai orang yang Eemm,,yang membutuhkan mereka, dalam hal ini kan kehidupan malam, atau user nya, pemakainya. Terus pertanyaan-pertanyaan itu tidak seperti kita sedang wawancara kita melakukannya enjoy aja sebagaimana, sebagai pelanggan aja itu kalau urusan dalam hal-hal perempuan”.
87 75
Penjelasan Buyung Pramunsyie tersebut ditambahkan oleh P.Suryo yang menyatakan bahwa sebelum melakukan liputan dilapangan, dilakukan meeting dengan tim peliputan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi : “Kita meeting dengan pemred, tim wartawan dan saya untuk membahas pembagian penugasan, siapa-siapa saja yang akan terlibat di peliputan dan kemungkinan-kemungkinan apa saja yang akan terjadi pada saat peliputan nanti.”
Menurut Bapak Buyung Pramunsyie, minimnya informasi yang di dapatkan dari nara sumber, membuat wartawan harus mencari dari nara sumber yang lain: “ehm,,kendalanya mereka minim memberikan informasi, minim sekali,,kita antisipasi dengan cari yang lain, misalnya satu orang memberikan informasi satu, kalau kita dapat sepuluh orang kan kita dapat sepuluh, sebanyak mungkin”.
Dari hasil yang didapat, kembali dipertanyakan haruskah investigasi dilanjutkan, sedangkan jika dilanjutkan dibutuhkan waktu yang cukup banyak karena dibatasi oleh deadline. Berikut penjelasan Buyung Pramunsyie: “Kendalanya waktu, kita kan di batasi oleh deadline sebenarnya banyak materi yang bisa di cari tapi kan waktunya sempit, kita kan punya waktu hanya setengah bulan, itu tidak di lakukan setiap hari,waktu yang tersisa kan hanya setengah bulan, tapi di lakukan malam-malam apa gitu,,,misalkan malam weekend dana kadang-kadang kurang, setiap liputan kita di danai berapa, tapi tidak disebutkan berapa”.
Dari
penjelasan
tersebut,
penulis
memahami
bahwa
untuk
mengantisipasi segala kemungkinan-kemungkinan yang akan dialami, diperlukan
88 76
suatu sosialisasi dan penyamaran, yang bertujuan agar informasi yang dituju dapat maksimal. Perlu diadakannya suatu meeting, yang bertujuan untuk membahas kemungkinan-kemungkinan apa saja yang akan terjadi pada saat peliputan nanti, sampai dengan menjadi sebuah rubrik yang siap untuk di publikasikan, sehingga wartawan yang meliput sudah mengantisipasi segala kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, termasuk sedikitnya informasi yang diberikan oleh nara sumber dan waktu untuk proses dari peliputan sampai kebagian produksi perlu direncanakan dengan benar-benar matang.
4.2.1.3 Go-No-Go Decision Setelah mengetahui kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi ketika ingin melakukan liputan, maka dalam langkah selanjutnya dapat diketahui bahwa liputan tersebut dilanjutkan atau tidak dilanjutkan. Ada macam-macam hal yang perlu diperhatikan dalam melanjutkan atau tidak peliputan yang akan dilakukan, dan
menurut Bapak Buyung Pramunsyie salah satunya adalah
keamanan si wartawan, berikut penjelasannya: “Keamanan, keamanan kita suka terancam jangan ketahuan wartawan nya kita ngak usah terusin besok lagi, temanya tetap ngak mundur besok lagi atau nyari area yang lebih save lagi, dengan orang yang beda yang misalnya ada ancaman udah selesai”. Biasanya bila keamanan si wartawan sudah terancam, maka informasi yang didapat akan tidak maksimal. Oleh sebab itu strategi penyamaran sangat penting dilakukan untuk peliputan investigasi.
77 89
Bapak Buyung Pramunsyie menambahkan: “Ya,,untuk memudahkan masalah pengerjaan pertama untuk dibagi-bagi, terus kalau ketika konsep bahwa kalau kita menyamar sebagai orangorang biasa yang bukan wartawan, yaitu untuk memudahkan Investigasi, kalau dia tau kita wartawan, orang takut semua”. Dari penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa faktor keamanan adalah hal yang sangat dipertimbangkan untuk melanjutkan atau tidak dilanjutkannya investigasi. Karena tidak semua nara sumber ingin di ketahui kisah kehidupan malamnya. Oleh sebab itu, biasanya seorang wartawan dalam melakukan investigasi melakukan penyamaran. Dimana dalam penyamaran tersebut wartawan tidak bertindak sebagai dirinya, melainkan bertindak sebagai pelanggan. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan informasi yang diinginkan.
4.2.1.4 Base building Usai mempertimbangkan untuk melanjutkan peliputan investigasi, maka untuk berikutnya adalah berkaitan dengan upaya wartawan untuk mencari dasar pijakan dalam menganalisis sebuah kasus, yang berhubungan dengan berbagai pemikiran, pandangan, yang belum diketahui. Maka wartawan harus lebih teliti dalam mencari dasar pijakan. Dalam melakukan Investigasi agar wartawan dapat mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya, diperlukan kewaspadaan yang tinggi sebab ada
90 78
sebagian orang yang tidak ingin di publikasikan ke media. Berikut penuturan dari Bapak Buyung Pramunsyie: “Sebelumnya kita mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya, melalui orang-orang di sekitar lokasi peliputan seperti pihak manager bisa saja tukang parkirnya, banyak yang bahaya itu, kalau liputan malam itu kan mafia kita enggak sembarangan ada yang enggak suka sama wartawan, karena kisahnya tidak ingin di publikasikan”. Untuk mencari sebuah informasi yang diinginkan, jika nara sumber tidak ingin kisahnya dipublikasikan, maka dibutuhkan pendapat dari orang yang benar-benar mengetahui fenomena yang terjadi, atau berada di lokasi tersebut. Jadi bisa mempelajari bagaimana sesuatu itu bisa terjadi, dan informasi yang di dapat sudah menjadi suatu keseluruhan kisah dari fenomena yang terjadi.
4.2.1.5 Planning Jika sudah mengetahui siapa-siapa saja yang akan di wawancara pada saat peliputan nanti, langkah selanjutnya masuk ke perencanaan yang berkaitan dengan kerja pengumpulan, penyusunan, dan pemilihan orang yang akan melaksanakan peliputan. Menurut Buyung Pramunsyie, dalam penyusunan informasi, hal yang sangat penting di dalam memenuhi jawaban-jawaban dari fenomena yang akan di investigasi adalah 5w+1h. Berikut penjelasannya: “Ya itu lah,,kayak wartawan itu kan 5w+1H itu harus terjawab, itu kelihatannya confensional tapi itu sebenarnya itu anu,,sangat penting, yang penting Apa, Di mana, Siapa, Kapan,,itu kelihatannya ya,,kalau di ilmu ya,,tapi itu penting, penting sekali itu”.
91 79
Dan untuk mekanisme penyusunan informasi yang akan dilakukan, buyung pramunsyie memberitahukan, dibutuhkan dana yang cukup besar untuk entertaint dan untuk tips informan: “ya,,kita harus ada dana, dananya harus besar itu, yang pertama untuk entertaint kedua untuk tips informan, misalnya tips pelaku yang tidak langsung berhubungan, jadi misalnya kita menginginkan seoramg pelacur Inves Event, kita wawancara sama orang yang kerja di situ misalnya dengan pegawainya atau tukang sapunya, atau germonya, itu tips itu, harus kasih tips enggak mungkin enggak kasih, biasanya informasi dari sana lebih bagus karena sehari-hari dia ada di situ”. Tips yang diberikan kepada informan dapat berguna untuk kelanjutan kerjasama dengan pihak wartawan, dalam hal ini informasi apa saja yang bisa berguna untuk kelancaran investigasi. Dalam perencanaan peliputan, penyusunan informasi yang akan dilakukan harus terjawab 5w+1H, sedangkan untuk mendapatkan informasi tersebut pihak Majalah Popular harus sudah menyediakan anggaran untuk pelaksanaan peliputan nantinya, diantaranya tips untuk informan yang berkerja di lokasi tersebut dan si nara sumber yang berkaitan langsung.. Sedangkan menurut P.Suryo, untuk menentukan siapa wartawan yang akan meliput Liputan Malam, dibutuhkan seorang yang sudah mengenal kondisi di lapangan dan sudah mengenal si perantara, dengan maksud untuk menekan biaya pengeluaran : “Untuk penugasan liputan malam, sebetulnya maunya di rooling ke semua wartawan, tetapi dimana-mana di kantor selalu terjadi hal-hal yang alami, seperti dana ehm,,masalah seperti ini sering sekali terjadi, ya,,solusinya kita menekan biaya pengeluaran se minimalis mungkin, dan untuk liputan mandi ala Nippon itu di lakukan oleh bapak Buyung, karena beliau sendiri memang sudah mengenal dengan si perantara dan sudah mengetahui kondisinya di lapangan”.
92 80
Dari penjelasan tersebut, penulis memahami bahwa Liputan Malam merupakan rubrik yang menceritakan sesuatu kegiatan seseorang di tempat hiburan malam dan tidak dipublikasikan, maka peliputan ini dilakukan dengan cara investigasi. Sehubungan dengan itu, redaksi pelaksana Majalah Popular mengatakan bahwa sebenarnya ingin me-rolling penugasannya kepada semua wartawan, namun kenyatannya sering terjadi hal yang alami di kantor. Dalam penugasan Liputan Malam banyak dilakukan oleh Buyung Pramunsyie, disamping itu Buyung Pramunsyie merupakan pemimpin redaksi pada Majalah Popular.
4.2.2 Riset Dan Pengumpulan Data 4.2.2.1 Original Research 4.2.2.1.1 Langkah-Langkah Peliputan di Lapangan Dalam peliputan ‘Mandi ala Nippon’ dilakukan dengan cara investigasi. Ada beberapa langkah yang dijalankan oleh Buyung Pramunsyie: 1. Buyung Pramunsyie, yang mempunyai pergaulan malam mendapatkan informasi dari teman-teman jalan malamnya saat sedang berkumpul tentang adanya kabar aktifitas malam yang dilakukan oleh para eksekutif muda untuk relaxasi dan sekaligus melampiaskan hasrat mereka setelah bekerja seharian.
93 81
2. Buyung mendatangi
club malam di kawasan Kota, untuk mengecek
kebenaran. 3. Setelah mengetahui adanya kebenaran tentang fenomena tersebut, maka Buyung mengeluarkan ide tersebut saat rapat redaksi untuk dijadikan sebagai bahan tulisan berita untuk rubrik Liputan Malam. 4. Dari Rapat redaksi disetujuinya ide peliputan ‘Mandi ala Nippon’, dan penugasan diserahkan kepada Buyung. 5. Pertimbangan penugasan antara lain karena ide tersebut adalah ide dari Buyung. Dimana tradisi dalam Popular, orang yang mengeluarkan ide lebih mengetahui bagaimana cara untuk mendapatkan berita. Disamping itu, Buyung merupakan wartawan yang sudah mengenal dunia malam, dan ia pula yang lebih banyak meliput untuk hal serupa. Buyung juga telah dikenal oleh orang-orang ditempat hiburan malam dan mereka percaya kepada Buyung karena mereka juga mengetahui porsi Majalah Popular seperti apa, jadi nara sumber tidak harus khawatir karena identitas mereka tidak disebutkan. 6. Diakui Buyung, mengapa ia berani meliput liputan malam mandi ala nippon karena ia sudah mengenal sang pialang. Menurutnya sangat sulit bila peliputan investigasi dilakukan tanpa mengenal salah satu dari nara sumber, walaupun Ia telah merahasiakan identitas aslinya karena nara sumber sangat sulit membuka mulut. Dalam mandi ala Nippon ini, sang
94 82
pialang yang telah dikenal Buyung, sebelumnya juga telah menjadi nara sumber untuk majalah Popular. 7. Ketika mendapat tugas meliput mandi ala Nippon, ia langsung menghubungi pialang melalui via telepon untuk membuat janji bertemu. Namun pertemuan tidak dapat langsung dilakukan. 8. Setelah beberapa hari tidak mendapat jawaban yang pasti dari pialang untuk bertemu, maka Buyung berusaha terus mengejar dengan menghubunginya via telepon. Disamping itu, ia mempersiapkan tulisan untuk rubrik lainnya dan mempersiapkan cadangan tulisan rubrik liputan malam. 9. Setelah mendapat jawaban dari pialang untuk bertemu, pialang tidak langsung membuka mulut, pialang baru mau membuka mulut setelah pertemuan ketiga. Pada pertemuan pertama dan kedua, pialang hanya mengajak Buyung berkumpul dengan teman – teman lainnya di sebuah tempat hiburan malam. 10. Pada pertemuan ketiga Buyung diajak ke lokasi mandi ala Nippon yang merupakan lokasi peristiwa. Di Club itu pialang menceritakan sebuah aktifitas para pelacur-pelacur tersebut. Diawali latar belakang mereka, tujuan mereka, siapa mereka, dan berapa bayarannya. Informasi dari pialang cukup lengkap untuk dijadikan sebagai bahan tulisan. 11. Setelah mendapat informasi dari pialang, Buyung mendekati nara sumber melalui perantara pialang. Percakapan antara Buyung dan nara sumber
95 83
diawali dengan pembicaraan bersifat umum seperti aktifitas sehari-hari dari nara sumber. Dan informasi tersebut dijadikan sebagai pelengkap bahan tulisan. Setelah terjalin keakraban diantara keduanya, topik pembicaraan diganti ke arah yang lebih serius ke arah menggunakan jasa dari nara sumber yang akan berlanjut pada tempat dan waktu yang disepakati bersama. Dalam hal ini nara sumber tidak tahu mereka sedang diinvestigasi. Karena pada saat itu wartawan menyamar sebagai lelaki pengunjung Club. Peliputan dengan cara menggunakan jasa nara sumber ini dilakukan untuk mengetahui fenomena ini terjadi, dan juga pembuktian kebenaran informasi dari pialang. 12. Setelah mendapatkan informasi yang lengkap dari pialang, Buyung mengucapkan terima kasih. Tidak ada pembayaran untuk yang didapat. Wartawan Popular cukup membayarnya dengan menjaga kepercayaan dari nara sumber walaupun sedang tidak dalam peliputan.
Dibutuhkan perjuangan dan sedikit kendala dalam mengungkap “Mandi Ala Nippon”. Peliputan secara investigasi akan mudah dilakukan jika antara wartawan dengan nara sumber telah saling mengenal. Tetapi sebaliknya, akan sangat sulit jika wartawan tidak mengenal nara sumber dan lingkungan mereka.
96 84
4.2.2.1.2 Strategi Peliputan Dalam hal ini strategi peliputan sangat dibutuhkan dalam upaya peliputan investigasi. Bagaimanapun usaha strategi peliputan akan gagal jika tidak dilakukan dengan pendekatan pribadi. Dalam hal ini strategi peliputan dalam majalah Popular sebelum terjun ke lapangan untuk melakukan peliputan yaitu dengan memperluas pergaulan dengan orang – orang yang berkecimpung di tempat – tempat hiburan malam. Menjaga kepercayaan dan nama baik dari nara sumber, menjaga image Popular di kalangan duni hiburan malam. Namun strategi yang digunakan majalah Popular saat melakukan peliputan investigasi antara lain : 1. Merahasiakan identitas yang sebenarnya yaitu tidak mengaku sebagai wartawan. Pada saat melakukan peliputan di lapangan wartawan bertindak sebagai pengunjung Club seperti pria dewasa lainnya. 2. Melakukan penyamaran sebagai lelaki pengunjung Club Pada saat melakukan peliputan di Club tersebut, wartawan berpenampilan layaknya
lelaki
pengunjung
Club
yang
terlihat
trendy
dan
tidak
mencerminkan penampilan seorang wartawan. 3. Bertindak sebagai konsumen Untuk melihat fenomena ini terjadi dari wanita-wanita penghibur yang bertindak sebagai pelaku “Mandi Ala Nippon“, maka wartawan menggunakan jasa dari pelaku. Hal ini dilakukan untuk membuktikan kebenaran informasi
97 85
dari pialang. Informasi yang didapat dengan cara ini dapat memperdalam tulisan. Ada yang mengatakan bahwa wartawan tidak boleh berbohong. Dalam kasus ini, saat akan melakukan peliputan di lapangan, wartawan dapat dikatakan berbohong Karena ia merahasiakan identitas dengan menyamar sebagai lelaki pengunjung Club dan bertindak sebagai konsumen. Menurut John C. Merrill dari Lousiana State University, tactics should be situational and relative. The tactics of news-gathering should fit the particular case. In one case a reporter may have to promise a source anonymity, whereas in anotherthere is not need. Closely related to ethics, such tactics must be flexible, and the reporter must think of success and consequences. Should a reporter ever lie to get his story ? Yes. Should a reporter ever promise a source that he or she can see the story before publication ? Yes. Tactics must be varied so as to reflect the importance of particular story. Important ends do indeed justify or warrant extreme means. Good journalism know that. Dalam suatu kasus mungkin wartawan harus berjanji untuk menyembunyikan identitas nara sumber, dimana di lain pihak hal itu tidak boleh dilakukan karena berhubungan erat dengan etika jurnalistik. Namun bolehkah wartawan berbohong untuk mendapatkan berita ? Jawabannnya Ya, boleh. Apakah wartawan harus berjanji kepada nara sumber untuk memperlihatkan hasil liputan sebelum di publikasikan ? Jawabannya Ya boleh.
98 86
Taktik harus bervariasi agar mencerminkan pentingnya suatu berita. Yang terpenting di dalam hal ini, wartawan tidak boleh berbohong dalam menyajikan berita. Wartawan yang baik mengetahui hal tersebut.
4.2.2.2 Reevaluation Setelah segala tindak investigasi dilaksanakan, dan mendapat banyak masukan data dan informasi sebelum melangkah ketahap selanjutnya, diadakan kegiatan mengevaluasi kembali segala hal yang telah dikerjakan dan didapat. Menurut Bapak Buyung Pramunsyie perlu untuk diadakannya evaluasi dari hasil pengumpulan data, dengan mekanismenya melalui meeting dengan yang melakukan peliputan di lapangan, untuk pembahasan materinya: “Ya,sebelum di tulis di lakukan evaluasi terlebih dahulu”. “Discus aja dengan meeting, dengan seluruh yang di lapangan, biasanya yang tulisannya kan saya, tulisan saya seperti ini, ada enggak materinya, bisa di isi enggak”. Jadi usai hasil pengumpulan data dan informasi dilakukan, maka untuk langkah selanjutnya perlu diadakannya pengevaluasian dari hasil tersebut, yang bertujuan agar dapat diisi dengan materi-materi, yang berguna untuk penambahan informasi dari beberapa sudut pandang.
4.2.2.3 Filling The Gaps Jika tahap evaluasi hasil pengumpulan data sudah dilakukan, dan kalau ada informasi yang belum terdata maka diperlukan langkah kerja peliputan yang
99 87
diarahkan kepada kegiatan wawancara dengan sumber-sumber terkait, serta penelusuran yang bersifat materi. Agar informasi yang di dapat bisa tercukupi maka, menurut Buyung Pramunsyie perlu dilakukannya peliputan investigasi lagi, yang mengarah pada wawancara dengan nara sumber yang lain. Berikut penjelasannya: “Ya..terjun ke lapangan lagi, dengan nara sumber yang berbeda,, tujuannya agar lebih variatif lagi, tapi garis besar dari hasil wawancara dengan nara sumber yang pertama jangan dihilangin”. Suatu informasi yang di dapat dilapangan, terkadang masih dianggap kurang memenuhi dari apa yang diinginkan,
oleh sebab itu dibutuhkan
investigasi melalui nara sumber yang berbeda namun masih terkait dengan tema yang akan diangkat, bisa saja dengan materi-materi seperti dokumen-dokumen, Koran, dan lain-lain.
4.2.3 Final Evaluation Untuk evaluasi, Bapak Buyung Pramunsyie menegaskan ada evaluasi, sebagai bentuk dari keseluruhan isi majalah: “Ada,,ada sebagai suatu anu,,keseluruhan isi majalah”. Pernyataan Bapak Buyung Pramunsyie tersebut ditambahkan oleh Bapak P.Suryo yang menyatakan bahwa untuk evaluasi memang ada, dengan tujuan agar hasil liputan yang telah di dapat sudah di ubah hingga menjadi rubrik yang siap di publikasikan:
100 88
“Untuk evaluasi ada, sebab untuk setiap hasil tulisan yang telah di dapat, harus sudah benar-benar layak untuk di publikasikan,,ehm,,,jadi sudah menjadi sebuah rubrik”. Agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan penulisan, diperlukan suatu mekanisme evalusi melalui rapat, dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan lagi untuk rubrik yang selanjutnya, seperti yang di ungkapkan Bapak Buyung Pramunsyie: “Ya,,rapat, ini koq tulisan-tulisan kayak begini, kesalahan-kesalahan yang telah di lakukan kita cari solusinya bersama-sama, agar untuk edisi selanjutnya tidak terjadi lagi”. Hal tersebut
juga ditegaskan oleh Bapak P.Suryo, bahwa untuk
mengetahui keselahan-kesalahan dalam penulisan, pengeditan dilakukan melalui meeting evaluasi: “Mekanismenya ya,,biasanya di setiap liputan pasti ada kesalahankesalahan di dalam penulisan atau pengejaan kalimat, nah,,dari situ kita koreksi lagi apa-apa saja yang sudah kita lakukan, apa itu kesalahan dari pengeditan atau hasil liputan si wartawan yang masih terlalu baku, nah,,dari meeting evaluasi itu kita bisa mengetahuinya”. Sebelum rubrik di publikasikan, selanjutnya
diperlukan evaluasi
tentang hasil dari pengumpulan data, evaluasi ini menyangkut tentang kesalahankesalahan dalam kalimat penulisan seperti lokasi peliputan, identitas nara sumber, ilustrasi gambar, dan kalimat-kalimat yang dianggap tidak perlu. Untuk kesalahan di bagian produksi juga pernah terjadi, seperti pencetakan warna yang terkadang tidak sesuai dengan yang tidak diinginkan, dan jumlah produksi yang masih kurang dari target yang telah ditentukan, sedangkan
101 89
bagian produksi sudah dikejar deadline. Jadi evaluasi bisa sangat berguna untuk pelajaran kedepannya nanti
4.2.4 Penilaian 4.2.4.1 Writing & Rewriting Setelah mendapatkan keterangan yang sangat lengkap dan akurat, wartawan langsung menuangkannya dalam tulisan feature. Dalam penulisan, wartawan berusaha untuk menggambarkan peristiwa tersebut secara kronologis kepada pembaca. Seolah-olah dalam tulisan tersebut peristiwa itu sedang berlangsung dan terjadi pada malam hari. Dalam penulisan hasil Investigasi, Buyung menggunakan teknik penulisan pop, features, dan tidak kasar. Karena lebih menggambarkan situasi yang dialami saat Investigasi, tetapi tidak vulgar dan tetap mengikuti kode etik jurnalistik. Berikut penuturan Buyung Pramunsyie: “pop, features ya, terus tidak kasar, tidak menggambarkan orang yang sedang berhubungan, itu kan orang bisa berfikir sendiri, terus mengikuti kode etik jurnalistik seperti penulisan nama tidak disebut, alamat tidak disebutkan, dan penulisan secara keseluruhan pop ringan tidak jorok, tidak vulgar”. Sedangkan
untuk
pengambilan
gambar,
Buyung
pramunsyie
menegaskan tidak melakukan pengambilan gambar, hanya ilustrasi saja. Hal tersebut di lakukan untuk menghindari dari tuntutan pihak lain yang merasa dirugikan, karena gambarnya dianggap melecehkan:
102 90
“Enggak, kalau gambar enggak, ilustrasi aja, rekayasa, bahaya karena kita pernah mau di tuntut kita motret di suatu tempat tetapi atasnya ada nama makanan free in charge kita enggak nyebut itu free in charge enggak ada hubungannya sama sekali, mereka komplain ke kita, jadi sejak itu kita bikin ilustrasi saja”. Tulisan Liputan Malam ditulis dalam bentuk feature (karangan khas), seperti yang telah penulis jelaskan pada bab sebelumnya. Feature adalah artikel yang kreatif kadang-kadang subyektif, yang dirancang terutama untuk menghibur dan memberitahu pembaca tentang peristiwa, situasi atau aspek kehidupan. 50 Berita yang ditulis harus sesuai dengan fakta yang didapatkan dilapangan. Dalam penulisan walaupun berbentuk feature tetapi harus sesuai prosedur yang ada yaitu 5W+1H. Pada bab sebelumnya juga telah dijelaskan ada enam jenis karangan khas, namun salah satunya adalah “karangan yang bersifat insani (human interest feature). Karangan khas jenis inilah yang digunakan oleh Majalah Popular dalam menulis Liputan Malam. Penulisan ditulis sedemikian rupa sehingga menarik dan enak untuk dibaca dan dapat memenuhi keingintahuan pembaca. Biasanya hal-hal yang berkaitan dengan sumber berita, tempat misalnya hotel, diskotik, Café diberi inisial. Setelah tulisan selesai diberi judul, kemudian diserahkan kepada Redaksi Pelaksana editor. Editor kemudian akan menyunting tulisan tersebut. Apakah tulisan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, dan sesuai dengan fakta yang ada, tidak menggunakan istilah-istilah ataupun adanya salah 50
Drs. Andi Baso. Mappatoto. Op. Cit, hal. 2-3
103 91
pengetikan dan apakah judul sudah menarik sehingga tulisan enak untuk dibaca dan pembaca mengerti apa yang disampaikan oleh wartawan sehingga tulisan siap untuk dicetak dan diterbitkan bersama rubrik lainnya berupa majalah.
4.2.4.2 Publication and Follow-up Stories Pelaporan berita investigasi biasanya tidak hanya muncul di dalam satu kali penerbitan atau siaran pemberitaan. Namun untuk liputan Investigasi yang ada di Majalah Popular tidak dilakukan follow-up, karena menurut Bapak Buyung pramunsyie tulisannya tidak bersambung dan temanya selalu berbedabeda, berikut penjelasannya: “Tidak,ehm…tidak dilakukan follow up, karena tulisannya kan tidak bersambung, dan tiap edisi temanyakan berbeda-beda meskipun responnya bagus kita tidak akan mem follow up lagi”. Jadi follow-up stories hanya dilakukan bila, tema yang diambil berlanjut jalan ceritanya, namun di Liputan Malam Majalah Popular tidak dilakukan hal tersebut, karena yang diangkat di Liputan Malam ini bersifat suatu kejadian yang fenomena.
4.3 Pembahasan Setelah menghimpun semua data-data yang ada, penulis mencoba menganalisa semua data-data tersebut sehingga dapat terjawab permasalahan yang ada.
104 92
Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya menurut Mitchell V. Charnley yang menulis buku “Reporting” dikutip Dja’far Assegaff, laporan investigasi adalah alat dari wartawan yang bertanggung jawab untuk membuat laporan pemberitaan yang bersifat mendalam (In depth News). Katanya, “Laporan investigasi is reporting in depth to present to the public important information that has significant bearing on public welfare-has always been a favorite tool of responsible newsman”. Penulis memahami kutipan ini sebagai laporan investigasi adalah laporan yang bersifat mendalam untuk disajikan kepada publik mengenai informasi penting yang mempunyai makna di dalam kesejahteraan publik. Hal ini juga ditegaskan Charnley bahwa laporan investigasi senantiasa menjadi alat favorit bagi wartawan yang bertanggung jawab dalam mencari berita. Ia tidak pula dapat dilepaskan dari tanggung jawab seorang wartawan, yakni menjunjung tinggi prinsip jurnalistik dan etika jurnalistik, objektif, tidak memihak dan mengabdi kepada kepentingan umum. 51 Seperti yang disebutkan oleh definisi diatas, bahwa investigasi merupakan alat favorit bagi wartawan yang bertanggung jawab dalam mencari berita yang bersifat mendalam (in depth news), maka yang diperlukan oleh seorang reporter adalah kemampuan mereka menjadikan investigasi sebagai alat kerja wartawan dalam mendekati nara sumber sekaligus untuk mendapatkan berita dari nara sumber untuk mengungkap peristiwa yang sebenarnya.
51
Dja’far Assegaff. Op. Cit. hal. 88
105 93
Tidak mudah untuk mendapatkan berita yang ditutup-tutupi karena terlebih berita tersebut merupakan peristiwa yang agak menyimpang dari budaya timur seperti kegiatan pesta seks, pesta narkotika dan obat-obatan, transaksi gadis-gadis seksi dan sebagainya. Disini wartawan harus bekerja keras untuk mengungkapkan peristiwa tersebut. Penelitian ini difokuskan pada strategi peliputan rubrik laporan investigasi mandi ala Nippon. Berita tentang seputar kehidupan malam para eksekutif muda yang ingin melepaskan lelah dan sekaligus dapat menyalurkan hasrat mereka di dalam sebuah club-club malam belum pernah diungkap sebelumnya oleh media lain, khususnya media cetak majalah. Untuk itu dibutuhkan investigasi dalam peliputan. Dalam penentuan tema pihak redaksi Majalah Popular, dilakukan dengan cara mengumpulkan semua ide dari anggota redaksi. Ide yang terpilih melalui
pertimbangan-pertimbangan.
Antara
lain
karena
tema
tersebut
mengandung faktor nilai berita “kedekatan kejadian dari pembaca (proksimity, proksimitas)”. Seperti yang telah penulis jelaskan bahwa sasaran pembaca dari Majalah Popular adalah pria dewasa yang membutuhkan hiburan malam dan bisa dikatakan dunia malam bagi para pria dewasa tersebut bukan hal asing lagi. Sehingga faktor kedekatan peristiwa dengan pembaca akan menarik perhatian mereka.
106 94
Selain itu pertimbangan penentuan tema karena adanya salah satu unsur berita dalam tema tersebut, yaitu terdapatnya unsur seks, unsur berita haruslah termasa/baru, unsur jarak dan unsur pertentangan/konflik dalam pemberitaan. Seperti yang telah dijelaskan penulis, rubrik liputan malam merupakan rubrik yang berisikan berita tentang seputar kehidupan malam di tempat hiburan dengan para pelaku yang melakukan aktifitas dari perkenalan hingga berlarut ke ranjang, hal ini dalam konteks ‘Mandi ala Nippon’, namun tidak semuanya berlaku untuk tulisan Liputan Malam lainnya. Persiapan sebelum terjun ke lapangan tidak sama halnya dengan wartawan berita pada umumnya. Wartawan Popular tidak harus membawa perlengkapan seperti buku, pulpen, tape recorder dan kamera dalam melakukan peliputan untuk rubrik liputan malam dan mandi ala Nippon. Reporter cukup melakukan investigasi dengan mengunjungi lokasi kejadian. Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penulisan, Wartawan ingin memberitahukan kepada pembaca tentang fenomena kehidupan malam para eksekutif muda dan club-club malam yang melakukan penyimpangan untuk mendapatkan kesenangan. Walaupun tidak adanya persiapan alat Bantu kerja wartawan seperti pulpen, buku, kamera, tape recorder, tetapi Buyung mempersiapkan beberapa langkah investigasi sebelum terjun ke lapangan.
107 95
Sebelas langkah kegiatan Laporan investigasi menurut Paul N. Williams yang digunakan Buyung reporter liputan malam ‘Mandi ala Nippon’, antara lain yaitu: 1. Conception (Konsep awal dalam melakukan langkah investigasi) Pencarian ide untuk mandi ala Nippon didapati dari seorang teman reporter. Dalam hal ini orang tersebut merupakan nara sumber dari peristiwa tersebut. 2. Feasibility Study (Kemungkinan yang akan terjadi) Reporter mengukur kemampuan dan berbagai hal yang diperlukan. Seperti harus siap menghadapi kendala yang akan didapatkan dan reporter harus bisa mencari solusi untuk mengatasi kendala tersebut. Wartawan juga harus menjaga hubungan baik dengan nara sumber dan menjaga kerahasiaan identitas asli nara sumber dari media lain atau siapa pun. 3. Go-No-Go Decision (Liputan di lanjutkan atau tidak) Merupakan pengukuran terhadap hasil investigasi yang dilakukan. Keputusan dari kantor Majalah Popular liputan akan dilanjutkan atau tidak. Wartawan harus bisa menargetkan berita yang akan didapat dari nara sumber. Apakah peliputan mendapat hasil yang maksimal, apabila tidak maka wartawan harus mencari nara sumber lainnya untuk mendukung berita sehingga berita tersebut dapat mencapai hasil maksimal. Dalam hal ini untuk mencapai hasil yang maksimal, wartawan Majalah Popular mewawancarai dua orang nara sumber yaitu sang pengguna jasa dan terapis.
108 96
4. Base Building (Dasar Pijakan) Berkaitan dengan upaya wartawan untuk mencari dasar pijakan dalam menganalisis kasus, wartawan harus paham bagaimana seseuatu bisa terjadi. Hal utama yang harus diketahui wartawan Majalah Popular dalam meliput ‘Mandi ala Nippon’ adalah wartawan harus mengetahui bagaimana fenomena mandi ala Nippon bisa terjadi, apa yang melatarbelakangi fenomena tersebut. 5. Planning (Perencanaan peliputan di lapangan) Proses ini berkaitan dengan kerja pengumpulan, penyusunan dan pemilihan orang yang akan melaksanakan tugas peliputan. Pengumpulan informasi dalam hal ini, Majalah Popular melakukannya pada rapat redaksi dan pada rapat redaksi itu juga dilakukan pembagian tugas. Hanya 1-6 langkah investigasi yang dilakukan pada saat liputan di lapangan, dan 7-10 langkah investigasi dilakukan setelah peliputan di lapangan. Sedangkan 11 langkah tidak digunakan dalam investigasi ‘Mandi ala Nippon’ karena investigasi ini hanya diterbitkan pada Majalah Popular edisi Mei 2007 dan tidak dilanjutkan untuk edisi lainnya. Seperti yang dijelaskan penulis, untuk pendekatan dengan nara sumber dilakukan pendekatan sebelumnya untuk menimbulkan rasa kepercayaan nara sumber kepada wartawan, sehingga nara sumber tidak enggan untuk membuka mulut. Dalam peliputan di lapangan, strategi yang digunakan pada saat peliputan di lapangan antara lain dengan menyembunyikan identitas yang
109 97
sebenarnya, menyamar sebagai pengguna jasa dari club yang menawarkan refleksi. Semua strategi tersebut dijalankan untuk mengungkap fenomena tersebut. Strategi peliputan mandi ala Nippon merupakan proses pencarian berita dimulai dari pencarian dan pengolahan tulisan ke dalam feature, penentuan judul yang kemudian diserahkan kepada Pemimpin Redaksi yang juga bertindak sebagai editor. Setelah dalam tahap editing atau penyuntingan, disini editor mengkoreksi tulisan feature yang tetap menggunakan 5W+1H, apakah adanya salah pengetikan atau ejaan. Kemudian tulisan yang telah diedit dikirim ke bagian lay out untuk pengaturan tata letak. Setelah ada persetuuan dari redakitur pelaksana untuk tata letak dan semua rubrik telah terkumpul maka semua naskah siap untuk dicetak.
110
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Dari perolehan data melalui hasil wawancara untuk penelitian ini, penulis menyimpulkan wartawan Majalah Popular melaksanakan strategi peliputan untuk menulis feature Mandi ala Nippon pada Majalah Popular edisi Mei 2007. Dalam peliputan di lapangan wartawan menggunakan cara investigasi. Ini sangat diperlukan dalam mengungkap berita seputar dunia hiburan malam khususnya untuk peliputan ‘Mandi ala Nippon’. Dengan demikian, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Wartawan menjalankan kegiatan Laporan Investigasi melalui perencanaan, riset dan pengumpulan data, penilaian dan evaluasi. 2. Pada tahap perencanaan, Popular melakukan lima tahap perencanaan sebelum melakukan investigasi di lapangan. Adapun kelima tahap tersebut adalah pertama conception, pada tahap ini dilakukan meeting dengan para redaksi untuk menentukan tema dan penugasan wartawan. Kedua, feasibility study, dilakukan wartawan Majalah Popular melalui rapat dengan Pemred, tim Wartawan, dan Redaktur Pelaksana, dengan tujuan mencari kemungkinankemungkinan yang akan terjadi pada saat peliputan nanti. Ketiga, Go-No-Go 98
111 99
Decision langkah ini meliputi faktor keamanan si wartawan yang perlu diperhatikan, sebagai bahan pertimbangan ubtuk melanjutkan atau tidak investigasi terebut. Keempat, Base Building, tahap ini merupakan pencarian informasi melalui pendapat-pendapat misalnya dari pihak manager club, tukang parkir, dan tidak sembarang orang. Kelima, planning, unsur 5w+1H harus terjawab, dalam mendapatkan informasi Majalah Popular melakukan pemberian tips kepada informan, dan penugasan liputan malam berdasarkan orang yang sudah mengetahui situasi di lapangan. 3. Pada tahap riset dan pengumpulan data, Popular juga mempunyai tahap-tahap dalam melakukan riset dan pengumpulan data. Original Research, dilakukan dengan kerja pencarian data melalui perantara dan nara sumber. Reevaluation, Pada Majalah Popular data yang di dapat, diperhitungkan kembali apakah bisa di isi dengan materi-materi yang terkait di bidangnya atau tidak. Filling The Gaps, kegiatan investigasi yang dilakukan untuk menutupi bahan-bahan yang belum terdata, dalam hal ini dengan nara sumber yang berbeda. 4. Pada tahap evaluasi dilakukan dengan cara pengevaluasian tahap akhir sebelum dipublikasikan, dengan tujuan bisa mengetahui kesalahan-kesalahan apa yang sudah dilakukan, agar tidak terjadi lagi untuk edisi selanjutnya. 5. Pada tahap penilaian, ada beberapa tahap dalam melakukan penilaian. Writing and Rewriting, pada bagian ini ditulis dalam bentuk feature (karangan khas). Publication and Follow-Stories, pada Majalah Popular tidak dilakukan Follow-up, sebab tema yang diambil tidak bersambung.
112 100
6. Dalam peliputan ‘Mandi ala Nippon’, Majalah Popular melakukan langkahlangkah kegiatan investigasi menurut Paul N. Williams. Namun dari kesebelas langkah tersebut, langkah ke-1 sampai langkah ke-5 digunakan Majalah Popular pada saat perencanaan sebelum melakukan peliputan. Langkah ke-6 sampai dengan langkah ke-8 dilakukan oleh wartawan Majalah Popular pada saat melakukan peliputan ‘Mandi ala Nippon’ di lapangan. Langkah ke-9 sampai langkah ke-10 dilakukan setelah peliputan di lapangan yaitu di kantor Majalah Popular. Sedangkan langkah ke-11 tidak digunakan dalam melakukan peliputan ‘Mandi ala Nippon’, karena investigasi ini tidak berlanjut pada edisi selanjutnya.
5.2 Saran-saran Dari kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan saran yang berupa saran akademis dan saran praktis. 5.2.1 Saran Akademis Bagi Mahasiswa Jurnalistik bahwa aktivitas Laporan Investigasi sangat berpengaruh sekali untuk menggali suatu informasi dari nara sumber,. Dimana, informasi tersebut bersifat rahasia dan penting. Jadi penyamaran saat melakukan tugas peliputan perlu dilakukan hal ini disebabkan, hal ini disebabkan jika nara sumber mengetahui identitas si Wartawan maka akan sulit untuk mendapatkan informasi atau data-data yang diperlukan.
113 101
5.2.2. Saran Praktis 1. Sebagai salah satu faktor penting
untuk mendapatkan informasi di saat
melakukan Laporan Investigasi, dibutuhkan suartu perencanaan yang benarbenar sudah diperhitungkan segala sesuatunya. Menurut saya Laporan Investigasi itu merupakan strategi yang paling efektif untuk mencari informasi yang bersifat rahasia, namun diperlukan tingkat kejelian yang sangat tinggi dari wartawan yang melakukan peliputan dalam hal mencari nara sumber, mendekati nara sumber, sebab jika tidak, selain bisa gagal dalam mendapatkan informasi yang diinginkan, maka keamanan dari si wartawan yang meliput ikut terancam. 2. Karena dengan adanya strategi peliputan investigasi tersebut, maka berhasil atau tidaknya investigasi yang dilakukan, sangat ditentukan oleh kinerja wartawan yang melakukan peliputan. Laporan investigasi sangat vital sekali keberadaannya di dalam suatu kegiatan pencarian informasi yang di anggap tidak perlu diketahui oleh banyak orang. 3. Tetapi, untuk mncapai suatu keberhasilan Laporan Investigasi, dibutuhkan faktor-faktor
pendukung
diantaranya dana yang mencukupi, sosialisasi
dengan perantara-perantara yang selalu harus terjalin dengan baik, dan tim kerja yang professional. Menurut pengamatan saya, Strategi Peliputan Laporan Investigasi yang dilakukan di Majalah Popular sangat efektif dalam perencanaannya dan dalam mendapatkan informasi di lapangan, karena wartawan yang melakukan
114 102
peliputan Laporan Investigasi tersebut bisa membuat hubungan antara perantara dengan si wartawan berjalan dengan baik, hal ini berdampak bagus untuk kinerja wartawan. Namun ada yang perlu digaris bawahi bahwa, permasalahan yang bersifat alami dalam menentukan penugasan peliputan Laporan Investigasi, perlu diselesaikan diantaranya masalah dana, karena hal semacam ini akan berdampak langsung dalam perencanaan kinerja selanjutnya, sehingga wartawan Majalah Popular lainnya kurang mendapat ilmu di bidang tersebut. Oleh karena itu, penulis menyarankan kepada Pemimpin Redaksi Majalah Popular: 1. Seharusnya dilakukan pergantian tugas yang melakukan peliputan Laporan Investigasi. 2. Memang faktor dana yang dibatasi membuat tidak dilakukannya perputaran tugas peliputan (rolling), namun sebaiknya wartawan lainnya diberikan arahan-arahan yang mendasar terlebih dahulu, tentang peliputan Investigasi di lapangan. 3.
Wartawan lainnya di ajak mengikuti tugas peliputan investigasi dilapangan, hal ini bertujuan agar wartawan tersebut bisa bersosialisai dengan lingkungan termasuk dengan perantara
4. Jadi, jika si wartawan tetap liputan malam, dalam hal ini Buyung Pramunsyie tidak bisa melakukan peliputan investigasi, maka bisa digantikan dengan wartawan lainnya, dengan ketentuan tidak menambah dana dari yang sebelumnya sudah ditetapkan.
115 103
DAFTAR PUSTAKA
Cangara, Hafied. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada. Ardianto, Elvinaro dan Erdinaya, Lukiati Komala. 2005. Komunikasi Massa, Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Asegaff, Dja’far. 1983. Jurnalistik Masa Kini Pengantar Kepraktekan Wartawan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Effendy, Onong Uchjana. 1986. Dinamika Komunikasi. Bandung: Rosdakarya. Junaedhie, Kurniawan. 1995. Rahasia Dapur Majalah Di Indonesia. Jakarta: PT. Garamedia Pustaka Utama. Kovach, Bill & Rosenstiel, Tom. 2003. Sembilan elemen jurnalisme, apa yang harus diketahui wartawan dan yang diharapkan publik. Pantau. Mappatoto, Andi Baso. 1999. Teknik Penulisan Feature (Karangan-Khas). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Muhammad, Arni. 2004. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Akasara. Muis, H. A. 1999. Jurnalistik Hukum dan Komunikasi Massa. Menjangkau Era Cybercommunication Millenium ketiga. PT. Dharu Anuttama. Muslimin & Djuroto, Totok. 1999. Teknik Mencari dan Menulis Berita, Petunjuk Praktis untuk Wartawan. Semarang: Effar & Dahara Prize. Ruslan, Rosady. Praktik dan Solusi PR Dalam Situasi Krisis dan Pemulihan Citra. Jakarta: Ghalia Indonesia.
116 104
Santana K, Septiawan. 1983. Jurnalisme Investigasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Santoso, Budi. Kompas 16 Mei 1996. Soehoet, A. M. Hoeta. 2003. Dasar-Dasar Jurnalistik. Jakarta: Yayasan Kampus tercinta IISIP. Sumanto. 1990. Metodologi Penelitian Sosial & Pendidikan. Jakarta: Andi Offset. Surmaek, Jim. Media Planning, 1985, diterjemahkan oleh Sofyan Cikmat. 1991. Perencanaan Media, seri Pemasaran & Promosi. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Susanto, Phil. Astrid. S. 1982. Komunikasi Massa. Bandung: Bina Cipta. Wolseley, Ronald E. 1969. Understanding Magazine. Iowa: The Iowa State University Press.
Sumber Lain: WWW. Google November 2005 Wawancara dengan Pemimpin Redaksi merangkap sebagai Wartawan yang meliput Laporan Investigasi Rubrik Liputan Malam pada Majalah Popular, Bapak Buyung Pramunsyie. Wawancara dengan Redaktur Pelaksana Majalah Popular, Bapak P. Suryo. R.
117
BIODATA
Nama
: I Nyoman Ngurah Sanjaya Gargitha
Tempat/Tanggal Lahir
: Jakarta, 18 November 1982
Alamat
: Cengkareng Indah Blok CD No.31 RT 004/014 Kelurahan Kapuk, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat, 11720
Telepon
: 0818767404/ 021-5412781
Pendidikan
: TK Nusantara, Jelambar-Grogol, Jakarta Barat SDN 02 Pagi, Cengkareng, Jakarta Barat SMP Kesatuan, Basmol Raya, Jakarta Barat SMUN 96, Cengkareng, Jakarta Barat
Agama
: Hindu
Anak
: Ke-3 dari 4 bersaudara
118
PEDOMAN WAWANCARA
Pemimpin Redaksi Sekaligus Merangkap Sebagai Wartawan Investigatif Reporting Majalah POPULAR (Bpk. Buyung Pramunsyie) 1. Menurut Bapak, apakah definisi dari investigatif reporting? 2. Apakah pengertian dari rubrik Liputan Malam? 3. Apa tujuan dari rubrik liputan malam? 4. Apa saja yang dilakukan untuk menyusun konsep sebelum melakukan investigasi? 5. Mengapa konsep tersebut digunakan? 6. Studi apa saja yang dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada saat proses peliputan Investigasi?,dan mohon jelaskan satu-persatu!. 7. Apa saja yang menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk melanjutkan atau tidak melanjutkan liputan Investigasi tersebut?, mohon jelaskan satu-persatu pertimbangan tersebut!. 8. Sejauh ini, bagaimana pandangan pembaca mengenai rubrik investigatif reporting yang ada di Majalah Popular? 9. Bagaimana menentukan dasar pijakan atau landasan bagi pelaksanaan peliputan Investigasi tersebut? 10. Hal penting apa saja yang melandasi perencanaan peliputan? 11. Bagaimana mekanisme perencanaan tersebut dilakukan?
119
12. Untuk melaksanakan kegiatan investigatif reporting, siapa saja yang terlibat?, dan jelaskan tugas dari masing-masing orang yang terlibat dalam kegiatan tersebut? 13. Bagaimana metode dalam mengumpulkan data atau dalam melakukan peliputan di lapangan?, dan jelaskan tahap-tahap proses peliputan di lapangan? 14. Ketika anda meliput anda berkerja dengan tim atau perorangan?, alasannya? 15. Bagaimana anda mengenal dan mendekati nara sumber?, 16. Apakah anda menggunakan perantara untuk bisa lebih dekat dengan nara sumber?, jika ya,mengapa anda menggunakan perantara? 17. Bagaimana jika anda tidak mengenal si perantara, apakah ada kemungkinan anda bertidak sebagai pelanggan dalam melakukan investigasi reporting? 18. Pembicaraan seperti apa yang anda lakukan dalam mendekati nara sumber? 19. Kendala apa saja yang di hadapi dalam menggali nara sumber?, dan bagaimana anda menghadapi kendala tersebut? 20. Apakah dilakukan pengambilan gambar?, 21. Biasanya dalam melakukan suatu kegiatan ada suatu kendala, apa saja kendalakendala yang dialami ketika melakukan investigatif reporting?,jelaskan! 22. Apakah di lakukan evaluasi hasil pengumpulan data atau peliputan di lapangan tersebut?, 23. Bagaimana mekanisme evaluasi peliputan tersebut? 24. Apa saja yang dilakukan jika ternyata hasil pengumpulan data atau peliputan dilapangan masih belum memadai?
120
25. Apa saja yang di lakukan jika ternyata hasil pengumpulan data atau peliputan di lapangan masih belum memadai? 26. Teknik penulisan yang bagaimana, yang di lakukan untuk menceritakan hasil liputan? 27. Bagaimana mekanisme publikasi hasil tulisan atau liputan? 28. Apakah anda follow up dari liputan Investigasi yang telah di muat?, 29. Apakah ada evaluasi setelah memperoleh informasi dan data di lapangan? 30. Bagaimana mekanisme evaluasinya? 31. Bagimana langkah selanjutnya setelah melakukan evaluasi? 32. Di gunakan untuk apa saja hasil dari evaluasi tersebut?
Redaktur Pelaksana Majalah Popular (P. Suryo R.) 1. Menurut Bapak, apakah definisi dari investigatif reporting? 2. Apa saja yang dilakukan untuk menyusun konsep sebelum melakukan investigasi? 3. Bagaimana proses penentuan tema disetiap edisi? 4. Apakah semua anggota redaksi terlibat dalam pelontaran ide tema? 5. Bagaimana cara menentukan penugasan wartawan yang akan meliput Liputan Malam, khususnya Mandi Ala Nippon? 6. Apakah ada evaluasi setelah memperoleh informasi dan data di lapangan? 7. Bagaimana mekanisme evaluasinya? 8. Bagimana langkah selanjutnya setelah melakukan evaluasi?
121
Hasil Transkip Wawancara
Hasil Wawancara dengan Pepimpin Redaksi Sekaligus Merangkap Sebagai Wartawan Investigatif Reporting Majalah POPULAR yaitu Bpk. Buyung Pramunsyie pada hari Kamis Tanggal 26 Juli 2007. Pertanyaan
: Menurut Bapak, apakah definisi dari investigatif reporting?
Jawaban
: Eh… ya investigatif itu menggali materi berita, eh… untuk suatu tujuan tertentu. Jadi ketika kita datang ke suatu tempat itu tujuannya jelas, misalnya kita mau menggali masalah pelacur-pelacur Rusia, yang kita sebut pelacur Rusia gitu,,,jadi menggali suatu materi tertentu, untuk tujuan tertentu ya,,dalam hal ini kebutuhan jurnalistik. Teknisnya kita menyamar tidak diketahui bahwa kita seorang jurnalis untuk kepentingan jurnalis tapi kita menyamar sebagai orang Ee,,yang bukan wartawan
Pertanyaan
: Apakah pengertian dari rubrik liputan malam?
Jawaban
: Bila didefinisikan secara harfiah Liputan Malam adalah sebuah hiburan yang dikhususkan untuk pria dewasa yang umurnya 20 tahun keatas. Pria dewasa dalam hal ini eksekutif muda perlu hiburan untuk melepaskan ketegangan akibat kesibukan di kantor atau bisnis. Liputan Malam merupakan bagian dari hal tersebut yang meliput halhal yang bersifat entertainment yang menyenangkan bagi pria, seperti meliput kehidupan para eksekutif muda atau lifestyle seseorang di
122
café-café, diskotik, massage parl out dan penulisan dalam bentuk feature sehingga menarik dan enak dibaca. Pertanyaan
: Apa tujuan dari rubrk liputan malam?
Jawaban
: Tujuan dari Liputan Malam agar Majalah Popular tampil beda dengan media massa lainnya, khususnya majalah. Seperti yang kita tahu sejak tahun 1992 awal dari adanya Liputan Malam, karena menyadari belum ada yang menyajikan liputan seperti Liputan Malam, maka Majalah Popular sebagai majalah entertainment mencoba menampilkan isi yang bebeda dengan meliput kehidupan orang di tempat hiburan malam yang ada, seperti diskotik, Café, Night Club, tempat pemijatan (Massage parl out). Porsi ini belum terangkat di media, padahal porsi ini sebagai hiburan dalam bahasa internet disebut dengan kreatifitas.
Pertanyaan
: Apa saja yang di lakukan untuk menyusun konsep sebelum melakukan Investigasi?
Jawaban
: Jadi yang dilakukan adalah ehm,,itu berkaitan erat dengan penulisan, jadi ketika kita mau turun itu sudah dibagi, lo,,misalnya bagian, misalnya bagian menulis tentang besok ini parung vista, jadi di sekitar parung vista itu ternyata sekarang sudah ada hotel sih,,semakin bertebaran
tuh
kan,
kehidupan
malam,
sudah
dibagi,
lo,,em,,wawancara Invetigasi dengan cewe jalanannya, lo,,bagian hotel yang sudah eem,, kelihatan megah sekarang ini, ah,,lo sebagai orang
123
yang wawancara dengan pemakainya, user nya, jadi itu berkaitan dengan itu, nanti sesudah di meja ketika di kantor kita susun lagi, lo itu nulis misalnya bagian wanita jalannya dibagian mana, di tengah di depan atau di belakang nah itu menyangkut teknis juga, jadi ketika kita mengeditnya juga gak terlalu anu, gak terlalu lama gak terlalu ribet. Pertanyan
: Mengapa konsep tersebut di gunakan?
Jawaban
: Ya,,untuk memudahkan masalah pengerjaan pertama untuk dibagibagi terus kalau ketika konsep bahwa kalau kita menyamar sebagai orang-orang biasa yang bukan wartawan, yaitu untuk memudahkan Investigasi, kalau dia tau kita wartawan, orang takut semua
Pertanyaan
: Studi apa saja yang dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinankemungkinan yang akan terjadi pada saat proses peliputan investigasi? Dan mohon jelaskan satu-persatu.
Jawaban
: Ya,,yang di konsep kita itu biasanya berlagak sebagai orang yang Eemm,,yang membutuhkan mereka, dalam hal ini kan kehidupan malam, atau user nya, pemakainya. Terus pertanyaan-pertanyaan itu tidak seperti kita sedang wawancara kita melakukannya enjoy aja sebagaimana, sebagai pelanggan aja itu kalau urusan dalam hal-hal perempuan tapi kan itu di Popular, aku dulu juga pernah nulis features tentang orang-orang di bawah garis kemiskinan itu waktu aku di jembatan lima itu ngontrak
124
Pertanyaan
: Apa saja yang menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk melanjutkan atau tidak melanjutkan liputan investigasi tersebut?,mohon jelaskan satu-persatu pertimbangan tersebut!.
Jawaban
: keamanan, keamanan kita suka terancam jangan ketahuan wartawan nya kita ngak usah terusin besok lagi, temanya tetap ngak mundur besok lagi atau nyari area yang lebih save lagi, dengan orang yang beda yang misalnya ada ancaman udah selesai
Pertanyaan
: Sejauh ini, bagaimana pandangan pembaca menganai rublik investigatif reporting yang ada di majalah popular?
Jawaban
: ya di liputan khusus, liputan malam itu kalau poling tinggi itu jadi Satu-satunya majalah lelaki di Indonesia baik yang lokal, maupun free in charge yang ada liputan Investigasi benar-benar pure features, kalau ini kan enggak , Investigasi. Kalau poling bagus,,jadi wajah cover, liputan khusus, liputan malam, terus sekse itu masuk paling tinggi. Responnya itu seperti,,ehm apa yang anda sukai dari rubrik ini dan apa yang anda tidak sukai dari rubrik ini, itu kalau semua rubrik di sebutin
Pertanyaan
: Bagaimana menentukan dasar pijakan atau landasan bagi pelaksanaan peliputan Investigasi tersebut?
Jawaban
: Sebelumnya kita mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya, melalui orang-orang di sekitar lokasi peliputan seperti pihak manager bisa saja tukang parkirnya, banyak yang bahaya itu, kalau liputan
125
malam itu kan mafia kita enggak sembarangan ada yang enggak suka sama wartawan, karena kisahnya tidak ingin di publikasikan Pertanyaan
: Hal penting apa saja yang melandasi perencanaan peliputan?
Jawaban
: Ya itu lah,,kayak wartawan itu kan 5w+1H itu harus terjawab, itu kelihatannya confensional tapi itu sebenarnya itu anu,,sangat penting, yang penting Apa, Di mana, Siapa, Kapan,,itu kelihatannya ya,,kalau di ilmu ya,,tapi itu penting, penting sekali itu kan anu tuh,,seluruh dunia kan, ya kan namanya aja dari bahasa Inggris kan,,
Pertanyaan
: Bagaimana mekanisme perencanaan tersebut di lakukan?
Jawaban
: Ya,,kita harus ada dana, dananya harus besar itu, yang pertama untuk entertaint kedua untuk tips informan, misalnya tips pelaku yang tidak langsung berhubungan, jadi misalnya kita menginginkan seoramg pelacur Inves Event, kita wawancara sama orang yang kerja di situ misalnya dengan pegawainya atau tukang sapunya, atau germonya, itu tips itu, harus kasih tips enggak mungkin enggak kasih, biasanya informasi dari sana lebih bagus karena sehari-hari dia ada di situ
Pertanyaan
: Untuk melaksanakan kegiatan investigatif reporting, siapa saja yang terlibat?, dan jelaskan tugas dari masing-masing orang yang terlibat dalam kegiatan tersebut?
Jawaban
: Tim wartawan yang di tunjuk tapi umumnya di sini sendiri, kecuali yang perempuan tidak digunakan, tapi pernah digunakan sebagai pemancing, jadi ketika saya ke Bandung cewe-cewe mall Bandung
126
gimana gitu,,wartawan itu masih gadis, saya suruh dia menyamar aja, jadi salah satu diantara mereka, jadi mereka dia tugasnya bukan menyelidiki cewe-cewe mall, tapi dia ngobrol dengan orang yang menawar dia, jadi user nya Pertanyaan
: Bagaimana metode dalam mengumpulkan data atau dalam melakukan peliputan di lapangan?, dan jelaskan tahap-tahap proses peliputan di lapangan?
Jawaban
: Ya itu tadi, kita berpura-pura sebagai pemakai, kalau misalnya kurang informasi tanya sama pegawai, prosesnya melalui pendekatan
Pertanyaan
: Ketika anda meliput anda berkerja dengan tim atau perorangan?, alasannya?
Jawaban
: Dengan tim, beranggotakan 2 orang wartawan semua, aku terjun juga,
aku
nyebut
diriku
wartawan,
tujtuannya
ehm,,untuk
memudahkan kinerjanya saja Pertanyaan
: Bagaimana anda mengenal dan mendekati nara sumber?
Jawaban
: Dengan menyamar sebagai mereka juga, sepadan dengan mereka kalau mereka tamu kita tamu, dengan pegawai, tukang sapu, banyak informasi dari mereka
Pertanyaan
: Apakah anda menggunakan jasa perantara untuk bisa lebih dekat dengan nara sumber?, jika ya mengapa anda menggunakan perantara?
127
Jawaban
: Kita itu kan tidak menulis dari satu sisi misalnya pelacur, tapi kehidupan mereka kita gali, kita tidak mungkin menggali dari dia, dari temannya atau apa, alasannya biar kita tidak di ketahui identitas kita
Pertanyaan
: Bagaimana jika anda tidak mengenal si perantara?, apakah
ada
kemungkinan anda bertindak sebagai pelanggan dalam malakukan investigasi reporting? Jawaban
: Ya,,kita menyamar sebagai pemakai, ehm, dari situ kita bisa mendapatkan informasi dari si nara sumber
Pertanyaan
: Pembicaraan seperti apa yang anda lakukan dalam mendekati nara sumber?
Jawaban
: Pembicaraan yang lebih bersifat pendekatan, sehingga tidak menimbulkan kecurigaan kepada si wartawan
Pertanyaan
: Kendala apa saja yang di hadapi dalam menggali nara sumber?, dan bagaimana anda menghadapi kendala tersebut?
Jawaban
: Ehm,,kendalanya mereka minim memberikan informasi, minim sekali,,kita antisipasi dengan cari yang lain, misalnya satu orang memberikan informasi satu, kalau kita dapat sepuluh orang kan kita dapat sepuluh, sebanyak mungkin
Pertanyaan
: Apakah di lakukan pengambilan gambar?
Jawaban
: Enggak, kalau gambar enggak, ilustrasi aja, rekayasa, bahaya karena kita pernah mau di tuntut kita motret di suatu tempat tetapi atasnya ada nama makanan free in charge kita enggak nyebut itu free in charge
128
enggak ada hubungannya sama sekali, mereka komplain ke kita, jadi sejak itu kita bikin ilustrasi saja Pertanyaan
: Biasanya dalam melakukan suatu kegiatan ada suatu kendala, apa saja kendala-kendala yang dialami ketika melakukan investigatif reporting?, jelaskan!
Jawaban
: Kendalanya waktu, kita kan di batasi oleh deadline sebenarnya banyak materi yang bisa di cari tapi kan waktunya sempit, kita kan punya waktu hanya setengah bulan, itu tidak di lakukan setiap hari,waktu yang tersisa kan hanya setengah bulan, tapi di lakukan malam-malam apa gitu,,,misalkan malam weekend dana kadangkadang kurang, setiap liputan kita di danai berapa, tapi tidak disebutkan berapa
Pertanyaan
:Apakah di lakukan evaluasi hasil pengumpulan data atau peliputan di lapangan tersebut?,
Jawaban
: Ya,sebelum di tulis di lakukan evaluasi terlebih dahulu
Pertanyaan
: Bagaimana mekanisme evaluasi peliputan tersebut?
Jawaban
: Discus aja dengan meeting, dengan seluruh
yang di lapangan,
biasanya yang tulisannya kan saya, tulisan saya seperti ini, ada enggak materinya, bisa di isi enggak Pertanyaan
: Apa saja yang dilakukan jika ternyata hasil pengumpulan data atau peliputan dilapangan masih belum memadai?
129
Jawaban
: Ya..terjun ke lapangan lagi, dengan nara sumber yang berbeda,, tujuannya agar lebih variatif lagi, tapi garis besar dari hasil wawancara dengan nara sumber yang pertama jangan dihilangin
Pertanyaan
: Teknik penulisan yang bagaimana, yang dilakukan untuk menceritakan hasil liputan?
Jawaban
: Pop, features ya, terus tidak kasar, tidak menggambarkan orang yang sedang berhubungan, itu kan orang bisa berfikir sendiri, terus mengikuti kode etik jurnalistik seperti penulisan nama tidak disebut, alamat tidak disebutkan, dan penulisan secara keseluruhan pop ringan tidak jorok, tidak vulgar
Pertanyaan
: Bagaimana mekanisme publikasi hasil tulisan atau peliputan?
Jawaban
: Ya biasa kayak di redaksi jadi di kumpulkan,di bawah saya ada yang mengumpulkan,edit, terus ke korektor lalu ke saya lagi baru di serahkan
Pertanyaan
: Apakah anda follow up dari liputan investigasi yang telah di muat?
Jawaban
: Tidak,ehm,,tidak dilakukan follow up,karena tulisannya kan tidak bersambung, dan tiap edisi temanyakan berbeda-beda meskipun responnya bagus kita tidak akan mem follow up lagi
Pertanyaan
: Apakah ada evaluasi pasca publikasi atau pasca dimuatnya hasil liputan tersebut?
Jawaban
: Ada,,ada sebagai suatu anu,,keseluruhan isi majalah
Pertanyaan
: Bagaimana mekanisme evaluasi?
130
Jawaban
: Ya,,rapat, ini koq tulisan-tulisan kayak begini, kesalahan-kesalahan yang telah di lakukan kita cari solusinya bersama-sama, agar untuk edisi selanjutnya tidak terjadi lagi
Pertanyaan
: Bagaimana langkah selanjutnya setelah melakukan evaluasi?
Jawaban
: Itu kan masalah industri, kepenjualan itu kan,,sudah dimuat,kita lakukan evaluasi,langkah selanjutnya kalau kurang berbobot kita buat yang berbobot lagi, tapi dalam tema yang lain lagi
Pertanyaan
: Digunakan untuk apa saja hasil dari evaluasi tersebut?
Jawaban
: Perbaikan aja, perbaikan tulisan tapi hasil yang sudah di publikasikan tidak bisa diperbaiki selanjutnya untuk liputan selanjutnya bisa di perbaiki, jadi pada saat evaluasi ini bentuknya sudah jadi,,
Hasil Wawancara dengan Redaktur Pelaksana yaitu Bpk. P. Suryo R. Pada Hari Kamis Tanggal 26 Juli 2007. Pertanyaan
: Menurut Bapak, apakah definisi investigatif reporting?
Jawaban
: Sebuah reportase, atau sebuah kerja yang menghasilkan ehm,,,suatu produk dan inisiatif, yang menyangkut hal-hal penting, yang sifatnya dirahasiakan dari banyak orang atau organisasi yang sengaja merahasiakannya.
Pertanyaan
: Apa saja yang dilakukan untuk menyusun kosep sebelum melakukan investigasi?
131
Jawaban
: Kita meeting dengan pemred, tim wartawan dan saya untuk membahas pembagian penugasan, siapa-siapa saja yang akan terlibat di peliputan dan kemungkinan-kemungkinan apa saja yang akan terjadi pada saat peliputan nanti
Pertanyaan
: Bagaimana proses penentuan tema di setiap edisi?
Jawaban
: “Setiap habis deadline, kita meeting seluruh redaksi. Sehari sebelumnya kita telah memberitahukan kepada seluruh anggota redaksi bahwa besok kita meeting untuk edisi mendatang. Nah, di dalam meeting setiap wartawan punya ide dan bisanya ide tersebut didapat dari pembaca yang telah kita kenal. Selanjutnya dirangkum, dikumpulkan dan dievaluasi. Setelah dievaluasi dan disetujui oleh pemimpin redaksi, kemudian ide tersebut diserahkan kepada wartawan untuk dilakukan peliputan.”.
Pertanyaan
: Apakah semua anggota redaksi terlibat dalam pelontaran ide tema?
Jawaban
: Ya. Dari redaktur pelaksana sampai reporter ikut melontarkan ide kepada pemimpin redaksi.
Pertanyaan
: Bagaimana cara menentukan penugasan wartawan yang akan meliput liputan malam khususnya “Mandi ala Nippon”?
Jawaban
: Untuk penugasan liputan malam, sebetulnya maunya di rooling ke semua wartawan, tetapi dimana-mana di kantor selalu terjadi hal-hal yang alami, seperti dana ehm,,masalah seperti ini sering sekali terjadi, ya,,solusinya kita menekan biaya pengeluaran se minimalis mungkin,
132
dan untuk liputan mandi ala Nippon itu di lakukan oleh bapak Buyung, karena beliau sendiri memang sudah mengenal dengan si perantara dan sudah mengetahui kondisinya di lapangan Pertanyaan
: Apakah ada evaluasi pasca publikasi atau pasca dimuatnya hasil liputan tersebut?
Jawaban
: Untuk evaluasi ada, sebab untuk setiap hasil tulisan yang telah di dapat, harus sudah benar-benar layak untuk di publikasikan,,ehm,,,jadi sudah menjadi sebuah rubrik
Pertanyaan
: Bagaimana mekanisme evaluasinya?
Jawaban
: Mekanismenya ya,,biasanya di setiap liputan pasti ada kesalahankesalahan di dalam penulisan atau pengejaan kalimat, nah,,dari situ kita koreksi lagi apa-apa saja yang sudah kita lakukan, apa itu kesalahan dari pengeditan atau hasil liputan si wartawan yang masih terlalu baku, nah,,dari meeting evaluasi itu kita bisa mengetahuinya
Pertanyaan
: Bagaimana langkah selanjutnya setelah melakukan evaluasi?
Jawaban
: kita serahkan ke bagian produksi, dan bagian produksi yang akan mengolah untuk planning kedepannya