1
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PROGRAM STRATA 1 BROADCASTING KOMUNIKASI
ABSTRAKSI Ferri Yulianto (04103108) Tindakan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) terhadap program tayangan seks di Televisi (Studi kasus penayangan film Farewell My Love di O’Channel)
Sejak di sahkannya Undangundang No.32 tahun 2002 terjadi perubahan fundamental dalam pengelolaan sistem penyiaran di Indonesia. Perubahan paling mendasar dalam semangat UU tersebut adalah adanya limited transfer of authority dari pengelolaan penyiaran yang selama ini merupakan hak ekslusif pemerintah kepada sebuah badan independent regulatory body bernama Komisi Penyiaran Indonesia. Berdasarkan pengamatan KPI, materi seks secara vulgar seperti, adegan ciuman, secara eksplisit maupun implisit dan adegan hubungan seks secara eksplisit maupun implisit (terutama dalam film impor), penonjolan anggota tubuh perempuan (terutama dada,pantat,paha), muatan tayangan tersebut bahkan kadang hadir pada jam anakanak dan remaja masih lazim menonton (sebelum pukul 22.00). Seperti terlihat dalam kasus penayangan film Farewell My Love yang disiarkan oleh O’Channel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tindakan Komisi Penyiaran Indonesia terhadap program tayangan seks di televisi. Tipe penelitiannya adalah deskriptif dengan metode studi kasus. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan tehnik pengumpulan data primernya wawancara mendalam dan sekundernya rekaman dari KPI yang berisi tentang pelanggaran film Farewell My Love, selain itu juga menggunakan tinjauan pustaka yang dapat menjadikan referensi dalam penelitian ini Hasil penelitian didapatkan bahwa tindakan komisi penyiaran Indonesia hanya memberikan sanksi berupa teguran tertulis terhadap stasiun O’Channel. Itu disebabkan peraturan yang dimiliki (P3SPS) KPI pada masa periode 20032006 masih ditinjau ulang oleh MA (Judicial Review), namun saat periode saat ini peraturan itu sudah disahkan oleh MA, jadi apabila nanti terjadi pelanggaran yang sama seperti kasus O’Channel sudah bisa diberikan sanksi administratif berupa denda.
4
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur ke hadirat ALLAH swt, karena hanya atas limpahan rahmat, berkah dan hidayahNyalah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan semampu penulis. Banyaknya cobaan dan halangan namum tetap semangat akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam melakukan magang serta menyusun laporan ini penulis banyak sekali dibantu oleh berbagai pihak. Dan dalam kesempatan yang baik ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. Ibu Feny Fasta, M.Si selaku dosen pembimbing I atas kesediaannya memberikan waktu untuk konsultasinya dan masukanmasukan yang berharga, sehingga skripsi ini bisa berjalan dengan baik dan semestinya. Terima kasih juga atas dukungan, semangat, koreksi dan kritik yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Heri Budianto, M.Si selaku dosen pembimbing II atas kesediaan waktu dan konsultasinya, walaupun agak sulit untuk ketemu tetapi bapak tetap menyediakan waktu untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terima kasih atas ketelitian bapak serta masukannya, sehingga penulis bisa lebih melengkapi dan memperbaiki skripsi ini agar menjadi lebih baik. 3. Bpk. Drs. Riswandi selaku Ketua Bidang studi broadcasting Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana 4. Seluruh dosen broadcasting, khususnya Bpk. Ponco Budi Sulistyo, S.Sos, M.Comm atas masukan dan bantuannya.
5
5. Keluarga tercinta, Bapak dan ibu, terima kasih atas doa dan dukungan yang sangat berarti sekali sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. 6. Cintaku, christanti diah werdiningrum, terima kasih atas semua doa, dukungan dan kasih sayang yang telah engkau berikan sehingga skripsiku ini terselesaikan. 7. Ibu Fetty Fajriati selaku komisioner Komisi Penyiaran Indonesia bagian isi siaran yang sudah memberikan waktunya untuk melakukan wawancara. 8. Mba Rizki selaku sekretaris ahli ibu fatty yang telah banyak membantu dalam pengumpulan datadata yang diperlukan untuk melengkapi skripsi ini. 9. Seluruh staff dan karyawan FIKOM, terutama mas ervan, ibenk dan lain lain. Terima kasih atas bantuannya. 10. Keluarga besar broadcasting 03, mas andik, bayu, yoris, cristian, stevanus, black, ivo, ryan, ajie, dipa, asenk, haekal, iboy, om nurman, farhan, tomy, dani, nita, dania, wiwin, risma, anti, citra, rahma,DW, wulan, rista,obi, ikhsan, ojan, gita,bahrul, ipul, ade, yayat, kiko, senang bisa kenal kalian semua, walapun kadang nyebelin. Terima kasih atas dukungan dan kebersamaan kalian. 11. Keluarga besar pedang bintang, bang haris bayurini, dido, glend, widya, monce, andre. Thanks atas semua support yang kalian berikan selama ini. 12. Semua pihak yang telah banyak membantu dan tidak bisa disebutkan satu persatu. Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu peneliti menerima segala, saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi dunia broadcasting dan subyek penelitian, sekaligus dapat menjadi inspirasi dan wawasan bagi semua orang yang membacanya maupun bagi peneliti sendiri. Jakarta, 13 Maret 2008
peneliti
6
DAFTAR ISI
JUDUL ABSTRAK …………………………………………………………………… i KATA PENGANTAR……………………………………………………....... ii LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ……………………………………..... iii LEMBAR LULUS SIDANG SKRIPSI ……………………………………… iv LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI ………………………... v DAFTAR ISI …………………………………………………………………. vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………………………………………………….... 1 1.2 Perumusan Masalah ……………………………………………… 6 1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………… 6 1.4 Signifikansi Penelitian …………………………………………… 6 1.4.1 Akademis ………………………………………………… 7 1.4.2 Praktis ……………………………………………………. 7
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pengertian Komunikasi …………………………………………... 8 2.1.1 Model Komunikasi ……………………………………….. 9 2.2 Komunikasi Massa ……………………………………………….. 10 2.2.1 Karakteristik Komunikasi Massa ……………………….... 12 2.2.2 Fungsi Komunikasi Massa ……………………………….. 13 2.2.3 Proses Komunikasi Massa ………………………………. 15
7
2.3 Media Massa ……………………………………………………... 15 2.3.1 Karakteristik Media Massa ………………………………. 16 2.3.2 Fungsi Media Massa ……………………………………... 17 2.3.3 Unsur Pokok Media Massa ………………………………. 19 2.4 Televisi …………………………………………………………… 22 2.4.1 Perkembangan Dunia Pertelevisian ………………………. 22 2.4.2 Fungsi dan Peran Televisi ………………………………... 23 2.5 Program Siaran Televisi…………………………………………... 28 2.6 Tayangan Seks …………………………………………………… 31 2.7 Unsur Seks ……………………………………………………….. 33 2.8 Fungsi, Tugas dan Wewenang Komisi Penyiaran Indonesia …….. 36 2.9 Peraturan Pemerintah Tentang Penyiaran Indonesia……………… 38 2.9.1 Ketentuan Standar Program dengan Isi Siaran……………. 39 2.9.2 Tentang Kesopanan, Kepantasaan dan Kesusilaan ………. 39
BAB III METODE 3.1 Sifat Penelitian …………………………………………………… 43 3.2 Metode Penelitian ………………………………………………... 44 3.3 Key Informan …………………………………………………….. 45 3.4 Tehnik Pengumpulan Data ………………………………………. 45 3.5 Fokus Penelitian …………………………………………………. 45 3.6 Rencana Analisis ………………………………………………… 45 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komisi Penyiaran Indonesia ……………………………………... 47 4.1.1 Dasar Pembentukan ……………………………………… 47
8
4.1.2 Visi dan Misi …………………………………………….. 49 4.1.3 Fungsi, Tugas dan Wewenang …………………………... 49 4.1.4 Kelembagaan……………………………………………... 51 4.2. Hasil dan Pembahasan …………………………………………… 52 4.2.1 Kesesuaian Standar ………………………………………. 52 4.2.2 Analisa Data………………………………………………. 59
BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan………………………………………………………. 67 5.2 Saran …………………………………………………………….. 68
DAFTAR PUSTAKA BIODATA LAMPIRAN
9
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Dewasa ini pengaruh media Massa (cetak dan non cetak) sangat
menentukan para pembaca dan penontonnya. Hal ini, menjadi persoalan yang sangat mendasar sekali untuk perkembangan generasi selanjutnya, karena media merupakan sarana yang sangat mudah sekali untuk mempengaruhi tingkah laku dan sikap kita pada umumnya. Banyaknya pengaruh serta prilaku luar yang disiarkan maupun di publikasikan oleh media tanpa saringan atau filter, dan hal ini membuat terkikisnya nilainilaiatau normanorma yang berlaku didalam wilayah tertentu. Menyebut media penyiaran (broadcasting), maka yang dimaksud adalah media televisi dan radio, yaitu media komunikasi massa yang menggunakan spectrum elektronik (frekuensi) dalam menyampaikan informasi dalam bentuk gabungan gambar dan suara atau suara saja. 1 Pengaruh media dapat menembus publik umum, karena itu media sering kali disalahkan sebagai kaki tangan untuk mempengaruhi publik atas perilaku anti sosial. Menghadapi kritik tersebut media seharusnya berusaha untuk lebih memperhatikan halhal yang dapat merusak prilaku seseorang yaitu dengan membuat beberapa acuan dan aturan yang membuat media menjadi lebih berkembang dan lebih baik.
1
Ashadi Siregar, Menyikapi Media Penyiaran LP3Y, Yogyakarta,2001,hal.3
10
Proses demokrasi di Indonesia menempatkan publik sebagai pengendali utama ranah penyiaran, karena ferkuensi adalah milik publik dan sifatnya terbatas maka penggunaannya harus sebesarbesarnya untuk kepentingan publik. Sebesarbesarnya bagi kepentingan publik artinya adalah media penyiaran harus menjalankan fungsi sebagai pelayan informasi yang sehat dan informasi tersebut terdiri dari macammacam bentuk mulai dari berita, hiburan, ilmu pengetahuan dll. Sejak di sahkannya Undangundang No.32 tahun 2002 terjadi perubahan fundamental dalam pengelolaan sistem penyiaran di Indonesia. Perubahan paling mendasar dalam semangat UU tersebut adalah adanya limited transfer of authority dari pengelolaan penyiaran yang selama ini merupakan hak ekslusif pemerintah kepada sebuah badan independent regulatory body bernama Komisi Penyiaran Indonesia. UndangUndang Penyiaran No.32 tahun 2002 2 merupakan dasar utama bagi pembentukan Komisi Penyiaran Televisi (KPI), semangatnya adalah pengelolaan sistem penyiaran yang merupakan ranah publik harus dikuasai oleh semua badan independen yang bebas dari campur tangan pemodal manapun kepentingan kekuasaan. Komisi Penyiaran Indonesia menerima banyak keluhan dari masyarakat, bahwa akhirakhir ini televisi semakin berani menampilkan materi seks secara vulgar dalam program komedi, sinetron, pertunjukan musik, klip video musik, talk show, variety show, film dan dokumenter. Berdasarkan pengamatan KPI, materi seks tampil secara vulgar dalam berbagai program komedi yang ditayangkan pada malam hari, seperti program 2
www.kpi.go.id
11
Komedi Nakal (Trans TV) atau Komedi Tengah Malam (Lativi). Di sisi lain, programprogram komedi yang ditayangkan pada jam keluarga lazim menonton (sebelum pukul 22.00), seperti Chating (TPI) atau Bajaj Baru Bajuri dan Extravaganza (Trans TV) juga lazim menyajikan humorhumor berasosiasi seks yang hanya pantas disaksikan khalayak dewasa. Begitu juga kehidupan malam yang sangat kental dengan nuansa seksdisajikan secara terbuka dan vulgar dalam programprogram features seperti Fenomena (TransTV) dan Saksi Mata (Global TV). Sejumlah stasiun bahkan memiliki programprogram yang secara khusus berpusat pada eksploitasitubuh perempuan, seperti Di Balik Lensa (AnTV) atau The Scene (Lativi).Acara musik seperti Sang Bintang (SCTV) dan berbagai klip video yangbanyak ditayangkan Global TV dan OChannel juga lazim menyajikan artisberpakaian minim, dengan gaya sensual dan menonjolkan seks. Berdasarkan pengamatan KPI, materi seks secara vulgar seperti, adegan ciuman, secara eksplisit maupun implisit dan adegan hubungan seks secara eksplisit maupun implisit (terutama dalam film impor), penonjolan anggota tubuh perempuan (terutama dada,pantat,paha), muatan tayangan tersebut bahkan kadang hadir pada jam anakanak dan remaja masih lazim menonton (sebelum pukul 22.00) 3 . KPI juga mengingatkan bahwa saat ini stasiun televisi nasional dapat menjangkau puluhan juta penonton di Indonesia yang memiliki latar belakang budaya sangat beragam, dan karenanya stasiun televisi tidak pantas untuk menggunakan standard masyarakat metropolitan karena Jakarta merupakan contoh sebagai rujukan nilai program. 3
www.kpi.go.id
12
Selain itu, KPI juga meminta setiap lembaga penyiaran menyerahkan dulu berbagai materi siaran yang mengandung muatan seks ke Lembaga Sensor Film, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia, yaitu UU No. 32 Tahun 2002 pasal 47. KPI akan memberikan sanksi lebih lanjut atas pelanggaran P3SPS tersebut. Bila ada lembaga penyiaran yang berkeras menyajikan materi yang merugikan kepentingan publik, KPI akan meninjau kembali kepantasan lembaga tersebut untuk memperoleh Izin Penyelenggaraan Penyiaran. Kamis, 15 februari 2007 pukul 20.10 WIB, tayangan TV O’Channel dijakarta mengejutkan banyak pihak. Malam itu O’Channel tengah menyiarkan film berjudul Farewell My Love dalam Movie Mania yang ditayangkan mulai pukul 19.3021.30 WIB. Tibatiba ditengah film yang bercerita tentang drama percintaan ini muncul adegan pelanggaran berat yang tak sepantasnya muncul, terlebih dalam waktu tayang non dewasa. Diawali adegan percumbuan dengan latar belakang kolam renang, dalam film itu terdapat adegan wanita berbalut baju renang yang secara eksplisit bertelanjang dada. Program tayangan film Farewell My Love yang di tayangan oleh stasiun TV O’Channel merupakan salah satu bentuk contoh kasus pelanggaran terhadap peraturan dan pedoman perilaku penyiaran dan standar program siaran (P3SPS) 4 . Isi media yang kurang edukatif tersebut muncul dalam bentuk isi kekerasan, seks, dan misteri. Tayangan kekerasan, seks, dan misteri sudah menjadi primadona industri media massa di Indonesia. Media yang seharusnya menjadi sarana informasi bagi masyarakat untuk menabah pengetahuan baik luar maupun didalam, justru sebaliknya. 4
www.kpi.go.id
13
Kendatipun perolehan rating adalah sesuatu yang dibutuhkan bagi stasiun televisi untuk bertahan dalam kompetisi lembaga penyiaran yang sangat ketat di Indonesia saat ini, lembaga penyiaran tetap tidak dibenarkan untuk mengeksploitasi selera rendah dalam rangka memperoleh keuntungan finansial. Media terkadang mengabaikan peraturan yang berlaku dalam menyiarkan programprogramnya, terutama aturan yang di keluarkan KPI. Hal ini disebabkan karena media hanya mencari keuntungan semata, sehingga media tidak memperdulikan lagi apakah programprogram tersebut (terutama yang berisi kandungan seks yang berdampak buruk atau baik bagi para konsumennya) Sebelumnya KPI juga telah mengingatkan bahwa setiap lembaga penyiaran menyerahkan dulu berbagai materi siaran yang mengandung muatan seks ke lembaga sensor film. Sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku di Indonesia, yaitu UU No.32 Tahun 2002 Tentang Standar Program Siaran yang masuk kedalam pasal 19 dan pasal 27 tentang pelanggaran dan pembatasan program siaran seks dan pemberitaan manusia telanjang. Kehadiran programprogram tersebut menunjukan bahwa stasiunstasiun televisi O’Channel secara berkelanjutan melanggar Undangundang No.32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran dan Pedoman Prilaku PenyiaranStandar Program Siaran (P3SPS) 5 yang sudah dinyatakan berlaku sejak Agustus 2004. P3SPS berisikan rangkaian ketetapan tentang batasanbatasan mengenai apa yang diperbolehkan dan atau tidak diperbolehkan dalam program siaran. P3SPS wajib ditaati semua lembaga penyiaran di Indonesia.
5
www.kpi.go.id
14
Demikian cukup jelas, bahwa program tayangan film Farewell My Love yang ditayangkan oleh stasiun O’Channel melanggar UU Penyiaran No.32 Tahun 2002 tentang penyiaran dan P3SPS. Hal tersebut diatas membuat peneliti sangat ingin sekali melihat bagaimana tindakan dari Komisi Penyiaran Indonesia terhadap maraknya program tayangan seks yang sudah sangat dikeluhkan oleh masyarakat akan program tayangan tersebut.
1.2
Perumusan Masalah Berangkat dari banyaknya keluhan yang di terima KPI dari masyarkat
tentang banyaknya program tayangan yang bermuatan seks di televisi peneliti dapat merusmuskan masalah, yakni: “Bagaimana tindakan KPI dalam menyikapi program tayangan film Farewell My Love di O’Channel”
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini
adalah Untuk mengetahui tindakan seperti apa yang dilakukan KPI dalam menyikapi film Farewell My Love yang di siarkan oleh stasiun penyiaran O Channel
1.4.
Signifikansi Penelitian Hasil yang akan diperoleh dari penelitian mengenai tindakan KPI pada
stasiun televisi adalah:
15
1.4.1 Signifikansi Akademis. Untuk memberikan sumbangan pemikiran pada bidang ilmu komunikasi khususnya di bidang broadcasting (penyiaran) tentang bagaimana tindakan KPI terhadap program tayangan seks di televisi.
1.4.2 Signifikansi Praktis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat bagi KPI dari masyarakat dan terutama industri televisi khususnya O Channel
16
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN
2.1.
Pengertian Komunikasi. Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari
kata Latin communis yang berarti “sama “, communico, communication, atau communicare yang berati “membuat sama” (to take common) 6 . Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asalusul kata komunikasi, yang merupakan akar dari katakata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi adalah sesuatu yang menyangkut pertukaran pendapat atau perasaan. Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin ‘communi’ yang berarti ‘common’ (umum) atau (shared). Kata komunikasi termasuk dalam kelompok communion (kelompok orang yang hidup), communism (paham atau ideologi yang hendak menghapus hak milik perorangan dan menggantikannya dengan hak milik bersama yang dikontrol oleh Negara), community (paguyuban) 7 . Komunikasi
merupakan
suatu
proses
mengenai
pembentukan,
penyampaian, penerimaan dan pengalahan pesan sebagai bentuk produk utama dari komunikasi. Manusia belum dikatakan berkomunikasi jika satu sama lain belum memahami pesan yang disampaikan, karena komunikasi adalah menciptakan pengertian berbagi. Sebagai sebuah ilmu, komunikasi adalah pengetahuan tentang peristiwa yang diperoleh melalui suatu penelitian tentang sistem, proses dan pengaruhnya
6 7
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya, Bandung 2000, hal.41 Alan Berker, Improve your communication skill, Elex Media Komputindo,Jakarta 2004
17
yang dilakukan secara rasional dan sistematik, serta kebenarannya dapat di uji dan di generalisasikan.
2.1.1 Model Komunikasi Model komunikasi yang diperkenalkan oleh bapak komunikasi, Harold Lasswell adalah yang dianggap oleh pakar komunikasi sebagai salah satu teori komunikasi yang paling awal dalam perkembangan teori komunikasi. Lasswell menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect (siapa mengatakan apa melalui saluran apa kepada siapa dan efek apa) 8 Jadi dalam berkomunikasi selalu melibatkan pelaku komunikasi yaitu komunikator (source), sehingga pihak yang menyampaikan pesan dan komunikan (receiver), sebagai pihak yang menerima pesan. Komunikator pesan (message) kepada komunikan secara langsung atau melalui media saluran atau media (channel) dan menimbulkan efek atau dampak. Setelah Lasswell memperkenalkan model komunikasinya di tahun 1948, tahun 1949 Claude Shannon dan Werren Weaver memperkenalkan teori mereka melalui buku The Mathematical Theory of Communication. Model komunikasi ini sering disebut sebagai model sistematis atau model teori informasi itu mungkin adalah model pengaruhnya paling kuat atas model dan teori lain. Inilah model komunikasi yang mereka perkenalkan: 9
8
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Citra Aditya Bakti, Bandung 2003 hal. 253 9 Ibid. hal. 138
18
Information Source Message
Trans mitter
message
Signal
Destination
Received Signal Message Noise Source
Model Shannon dan Weaver ini menyoroti problem penyampaian pesan berdasarkan tingkat kecermatan. Shannon dan Weaver mengasumsikan bahwa sumber informasi menghasilkan suatu pesan untuk dikonsumsikan dari seperangakat pesan yang dimungkinkan. Pemacar (transmitter) mengubah pesan menjadi suatu sinyal yang sesuai dengan saluran yang digunakan. Saluran atau channel adalah medium yang mengirim sinyal dari transmitter ke receiver atau penerima. Teoritoeri komunikasi kemudian berkembang sejak tahun 1950an, ini berkaitan dengan media massa yang semakin canggih sehingga dampaknya semakin kuat dan luas.
2.2.
Komunikasi Massa. Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa yang
ditujukan kepada sejumlah khalayak yang besar. Proses komunikasi massa melibatkan aspekaspek komunikasi intra pribadi, komunikasi antar pribadi dan komunikasi organisasi. Komunikasi massa pada umumnya memfokuskan perhatiannya pada halhal yang menyangkut struktur media, hubungan media
19
dengan masyarakat, hubungan antara media dan khalayak, aspekaspek dari komunikasi massa, serta dampak atau hasil komunikasi massa terhadap individu 10 . Komunikasi massa melibatkan banyak komunikator, berlangsung melalui sistem bermedia dengan jarak fisik yang rendah (artinya jauh), memungkinkan penggunaan satu atau dua saluran indrawi (pengeliatan, pendengaran), dan biasanya tidak memungkinkan umpan balik 11 Komunikasi massa merupakan salah satu tingkatan proses komunikasi. Pada tingkatan ini kegiatan komunikasi ditujukan kepada masyarakat luas. Komunikasi massa dilakukan langsung melalui media massa seperti radio, majalah surat kabar dan TV. Sifat isi pesan yang di sampaikan dalam komunikasi menyangkut orang banyak, tidak bersifat pribadi. Pesanpesan bersifat umum dan disampaikan secara tepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik), menurut Bittner (1980:10) definisi komunikasi massa adalah Mass Communication is Message Communicated a Mass Medium to a Large Number of People. 12 (komunikasi massa adalah pesan yang disampaikan melalui media massa kepada khalayak). Konsep komunikasi massa itu sendiri pada satu sisi mengandung pengertian suatu proses dimana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari, digunakan, dan dikonsumsi oleh audiens. Media merupakan organsasi yang menebarkan informasi yang berupa produk budaya atau pesan yang mencerminkan budaya dalam masyarakat. Oleh
10
Sasa Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta2002 hal 1.26 Ibid, hal.71 12 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Remaja Rodakarya, Bandung 2004, hal.188 11
20
karenanya, sebagaimana dengan politik atau ekonomi, media merupakan sistem tersendiri yang merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang lebih luas. Menurut Defluer dan Dennis dalam bukunya “Understanding Mass Communication “(1985), Komunikasi Massa adalah suatu proses dalam mana komunikatorkomunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesanpesan secara luas dan terus menerus menciptakan maknamakna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan berbedabeda dengan berbagai melalui cara. 13
2.2.1 Karakteristik Komunikasi Massa Secara konsepsional karakteristik dari Komunikasi Massa diantaranya 14 : 1. Komunikasi melalui media massa pada dasarnya di tujukan ke khalayak yang luas, heterogen, anonym, tersebar, serta tidak mengenal batas geografis kultural. 2. Bentuk kegiatan komunikasi bersifat umum, bukan perorangan atau pribadi 3. Pola penyampaian pesan berjalan secara cepat dan mampu menjangkau khalayak luas, bahkan mungkin tidak terbatas baik secara geografis maupun kultural. 4. Penyampaian pesan cenderung berjalan satu arah, umpan balik atau tanggapan dari pihak penerima (khalayak) lazimnya tertunda. 5. Kegiatan komunikasi dilakukan secara terencana, terjadwal, dan terorganisir. 6. Penyampaian pesan dilakukan secara berkala, tidak bersifat temporer. 13 14
Ibid, hal 73 Sasa Djuarsa Sndjaja, Ph.D.Op Cit. Hal 7.5
21
2.2.2 Fungsi Komunikasi Massa Menurut Lasswell dan Wright (1975) 15 komunikasi massa memiliki beberapa fungsi diantaranya adalah: 1. Pengawasan Lingkungan Menunjuk pada fungsi pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadiankejadian dalam lingkungan, baik diluar maupun didalam masyarakat. Fungsi ini berhubungan dengan apa yang disebut handling of news 2. Korelasi Meliputi fungsi interpretasi pesan yang menyangkut lingkungan dan tingkah laku tertentu dalam mereaksi kejadiankejadian. Untuk sebagian, fungsi ini di identifikasikan sebagai fungsi ediotorial dan propaganda. 3. Tranmisi Menunjuk pada fungsi mengkomunikasikan informasi, nilainilai dan normanorma sosial budaya dari satu generasi ke generasi yang lain atau dari anggotaanggota suatu masyarakat kepada pendatang baru. Fungsi ini di identifikasikan sebagai fungsi pendidikan. 4. Hiburan Menunjuk pada kegiatankegiatan komunikasi yang dimaksudkan untuk memberikan hiburan tanpa mengharapkan tanpa efekefek tertentu. Sementara itu fungsi komunikasi massa terhadap individu menurut Becker (1985): 1. Pengawasan atau pencarian informasi
15
Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, Grasindo, Jakarta 2000,hal.10
22
Dengan mengetahui segala informasi yang ada akan dapat membantu seseorang dalam berbuat sesuatu, mengambil keputusan dan memiliki kepercayaan dalam perilakunya. 2. Mengembangkan konsep diri Dapat membandingkan dan mempertentangkan segala informasi yang didapatkan itu, akhirnya akan membantu dalam mengambil keputusan atau berbuat secara professional sesuai dengan pekerjaannya 3. Fasilitas dalam hubungan sosial Media massa selalu menyediakan topiktopik yang dapat menjadi pembicaraan hangat dalam setiap pergaulan kita dengan orang lain 4. Substitusi dalam hubungan sosial Dalam hubungan pergaulan dengan teman yang lain maka kita kan terlibat secara psikologis dengan hubungan akrab tersebut. Aspekapek psikologis dalam hubungan sosial ini sering kita dapatkan atau temuin dalam isi pesan media massa. 5. Membantu melegakan emosi Membantu kita dalam mencapai suasana menyenangkan, memberi hiburan, melepaskan emosi, atau membuat kita tertawa dan bergembira. 6. Sarana pelarian dari ketegangan dan keterasingan. Dengan membaca koran, mendengarkan radio, atau menonton televisi, kita akan dapat melupakan segala ketegangan dan keterasingan. 7. Sebagai bagian dari kehidupan rutin atau rutinitas Seiap pagi kita tidak lupa untuk meluangkan waktu dalam membaca koran, sore dan malam hari kita akan selalu menonton filmfilm atau ceritacerita
23
tertentu di televisi. Hadirnya berbagai media massa ini telah menambah rutinitas dalam kehidupan.
2.2.3 Proses Komunikasi Massa Proses komunikasi diawali dengan komunikator menyampaikan pesan dan diakhiri dengan komunikan yang menerima. Sebagai suatu proses, komunikasi tidak mempunyai titik awal dan titik akhir, proses komunikasi berlangsung dalam keadaan dinamika, berkelanjutan, berubahubah, on going tanpa starting point atau stopping. Proses komunikasi massa dapat dibahas dengan model SMCRE, atau dapat mengikuti formula Harold D.Lasswell, Who Says What in Which Channel to Whom with What Effect (siapa mengatakan apa melalui saluran apa kepada siapa dan efek apa) 16 , dalam hal ini dititikberatkan pada bagaimana media komunikasi itu mencapai dan mempengaruhi khalayak. Model ini mengikuti formula CRE, pusat perhatian kita ditujukan kepada arus komunikasi massa, dimulai dari pesan pesan yang disampaikan melalui media massa sampai pada tanggapan atau efek dari anggota dari mass audien
2.3
Media Massa Dengan menyebut media massa penyiaran (broadcasting), maka yang
dimaksud adalah televisi dan radio, yaitu media komunikasi massa yang menggunakan spektrum elektronik (frekuensi) dalam menyampaikan informasi dan dalam bentuk gabungan gambar dan suara atau suara saja. Akhirnya saat ini
16
Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, Grasindo, Jakarta 2000,hal.20
24
media massa penyiaran saat ini mempunyai posisi yang signifikan dalam kehidupan masyarakat. 17 Media massa adalah suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melewati media cetak atau elektronik sehingga pesan informasi yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. 18 Pengertian media massa secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok: media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak antara lain meliputi surat kabar majalah dan bulletin. Sedangkan media massa elektronik mencakup media audio (suara) seperti radio, dan media audio visual (suara dan gambar) yaitu televisi dan film.
2.3.1 Karakteristik Media Massa Komunikasi melalui media massa pada dasarnya ditujukan ke khalayak yang luas, heterogen, anonim, serta tidak mengenal batas geografiskultural. Bentuk kegiatan komunikasi melalui media massa bersifat umum bukan perorangan atau pribadi. Isi pesan menyangkut kepentingan orang banyak, bukan perorangan atau pribadi. Media massa merupakan sebuah alat untuk memperlancar proses komunikasi, didalam media massa terdapat beberapa karakteristik diantaranya adalah:
17
Ashadi Siregar, Menyikapi Media Penyiaran LP3Y, Yogyakarta,2001,hal.3 Mc Luhan, 1964; Bittner, 1980; 10, Wright, 1985; 27; Susanto, Para Pakar Komunikasi, 1980; 2 NCSS, 2002. 18
25
1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada saat penyajian informasi. 2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalau terjadi reaksi dan umpan balik biasanya memerlukan waktu dan tertunda. 3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak karena ia memiliki kecepatan, bergerak secara luas dan simultan, dimana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama 4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar dan semacamnya.
2.3.2 Fungsi Media Massa Peran media massa lebih kuat lagi, karena pada masyarakat modern perolehan infomasi dan hiburan didapatkan melalui media massa. Peran media massa sebagai suatu institusi penting dalam masyarakat semakin meningkat. Menurut Dennis McQuail, media memiliki fungsi penting antara lain: 19 1. Media merupakan industri yang berubah dan berkembang yang menciptakan lapangan kerja, barang dan jasa serta menghidupkan industri lain yang terkait, media juga merupakan industri tersendiri yang memiliki peraturan dan normanorma yang menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat dan industri sosial lainnya. Dilain pihak industri media diatur oleh masyarakat. 19
Dennis Mc.Quail, Teori Komunikasi Massa, Erlangga, 1997, hal.3
26
2. Media massa merupakan sumber kekuatan, alat kontrol, manajemen dan inovasi dalam masyarakat yang tepat didaya gunakan sebagai pengganti atau sumber lainnya. 3. Media merupakan lokasi (forum) yang semakin berperan untuk menampilkan peristiwaperistiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun internasional. 4. Media sering kali berperan sebagai wahana pengembangan bentuk seni dan symbol, tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara, model, gaya hidup dan normanorma. 5. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambar dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media menyuguhkan nilainilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.
Menurut Lasswell 20 , fungsi media ada tiga yang dapat diaplikasiakan dalam media massa. Pertama, pengawasan sosial (social surveillance). Fungsi ini menunjukan pada upaya penyebaran informasi dan interpretasi yang obyektif mengenai berbagai peristiwa yang terjadi didalam dan diluar lingkungan sosial dengan tujuan kontrol sosial agar tidak terjadi halhal yang tidak di inginkan. Kedua, korelasi sosial. Fungsi ini merajut pada upaya pemberitahuan interpretasi dan informasi yang menghubungkan satu kelompok dengan kelompok sosial lainnya atau satu pandangan dengan pandangan yang lain bertujuan mencapai konsensus.
20
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Ilmu Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta 1999 hal.188
27
Ketiga, sosialisasi. Fungsi ini merajut pada upaya pewarisan nilainilai demi satu generasi ke generasi lainnya atau satu kelompok ke kelompok lainnya. Tiga fungsi media tersebut menurut Lasswell sejalan dengan peran dari media massa itu sendiri, yang didalamnya terdapat berbagai macam penyebaran informasi untuk disampaikan oleh semua khalayak. Ada juga yang mengatakan bahwa fungsi media massa itu adalah industri yang memiliki peraturan dan normanorma yang berlaku yang menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat, dan media massa juga merupakan sumber kekuatan, alat kontrol, managemen, dan inovasi dalam masyarakat yang dapat digunakan sebagai pengganti kekuatan. Melihat dari kedua fungsi tersebut, memungkinkan akan adanya perubahan dalam media massa penyiaran kita yang telah jauh keluar dari fungsinya dan hanya mementingkan keuntungan semata saja.
2.3.3 Unsur Pokok Media Massa Kegiatan komunikasi melalui media massa dilakukan secara terencana, terjadwal, dan terorganisir. Komunikator pada media massa bekerja melalui aturan organisasi dan pembagian kerja yang jelas, identitas yang dibawakan bukan identitas pribadi tetapi organisasi atau kelompok. Penyerapan pesan melalui media massa dilakukan secara berkala, tidak bersifat temporer. Isi pesan yang disampaikan media massa dapat mencakup berbagai aspek kehidupan manusia, baik yang bersifat informatif, edukatif dan
28
hiburan. Masyarakat akan membaca dan menikmati media massa jika di media massa terdapat unsur pokok yaitu: 21 1. Novelty (sesuatu yang baru) Sesuatu yang ‘baru’ merupakan unsur terpenting dalam suatu pesan media khalayak akan tertarik untuk menonton suatu program TV, mendengarkan radio dan membaca surat kabar/majalah apabila isi pesannya dipandang mengungkapkan sesuatu hal yang baru atau belum diketahui. 2. Jarak (dekat atau jauh) Jarak terjadinya suatu peristiwa dengan tempat dipublikasikannya peristiwa itu, mempunyai arti penting. Khalayak akan tertarik untuk mengetahui halhal yang berhubungan langsung dengan kepentingan, kehidupan dan lingkungan. 3. Popularitas Peliputan tokoh penting, organisasi/kelompok, tempat dan waktu yang paling penting dan terkenal akan menarik perhatian khalayak. Suatu perampokan akan menjadi berita besar dan menarik perhatian khalayak bila terjadi di rumah seorang menteri. Khalayak akan mencari berita tentang perkembangan mengenai kasus selebriti. 4. Pertentangan Halhal yang mengungkapkan pertentangan baik dalam bentuk kekerasan ataupun menyangkut perbedaan pendapat dan nilai biasanya disukai oleh khalayak. Sebagai contoh perbedaan pendapat tentang perlunya pemilihan presiden secara langsung akan menarik perhatian khalayak.
21
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Ilmu Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta 1999, hal.169
29
5. Humor Manusia pada umumnya tertarik dengan halhal lucu yang menyenangkan. Oleh karena itu, bentukbentuk penyampaian pesan yang bersifat humor disenangi khalayak. 6. Seks dan Keindahan Salah satu sifat manusia adalah menyenangi unsur seks dan keindahan, sehingga kedua unsur tersebut bersifat universal. Karena unsur seks dan keindahan bersifat universal dan menarik perhatian khalayak, maka media massa sering kali menonjolkan kedua unsur ini. 7. Emosi Halhal yang berkaitan menyentuh kebutuhan dasar manusia, sering kali meninbulkan emosi dan simpati khalayak. Kebutuhan dasar manusia mencakup kebutuhan fisik (sandang, pangan dan papan), rasa aman, sosial, harga diri dan aktualisasi diri. Peristiwaperistiwa yang menyentuh kebutuhan dasar tersebut akan menimbulkan emosi sekaligus simpati khalayak, seperti bencana banjir, korban perang Amerika Serikat versus Irak dan sebagainya. 8. Nostalgia Pengertian nostalgia disini adalah menunjuk pada halhal yang mengungkapkan pengalaman dimasa lalu. Misalnya orang yang lahir 1940an akan menyukai lagulagu terkenal pada tahun 1960an. 9. Human Interest Setiap orang pada dasarnya ingin mengetahui segala peristiwa atau hal yang menyangkut kehidupan orang lain. Gambar tentang kehidupan orang
30
ini dapat dikemas dalam bentuk berita, feature, boigrafi dan berbagai bentuk secara deskriptif lainnya.
2.4
Televisi
2.4.1 Perkembangan Dunia Pertelevisian Secara umum, perkembangan pertelevisian di dunia sudah mulai berkembangan sejak tahun 1884 di jerman yang diprakarsai oleh Paul Nipkow. Perkembangan dunia pertelevisian merupakan perkembangan medium kedua setelah dunia surat kabar dan radio berkembang secara spesifik dan lebih maju. Nipkow menemukan alat yang kemudian diberi nama Jantra Nipkow atau Nipkow Sheibe. Penemuan tersebut melahirkan electrische teleskop atau televise elektris. 22 Televisi mempunyai definisi yaitu sebuah alat penangkap siaran bergambar. Televisi berasal dari kata tele dan vision, yang mempunyai arti masingmasing yaitu tele yang artinya jauh dan vision artinya tampak. Jadi televisi berarti melihat dari jarak jauh. Dengan peristiwa globalisasi di bidang informasi ini, kejadian yang di alami di daratan eropa atau amerika, pada saat yang sama dapat pula diketahui di negaranegara lain dan sebaliknya, melalui bantuan satelit yang mampu memultipancarkan siarannya keberbagai penjuru dunia tanpa ada hambatan geografis yang berarti. Televisi merupakan media yang dapat memberikan kepada khalayak penonton apa yang disebut Simulated Experience, yaitu pengalaman yang didapat ketika melihat sesuatu yang belum pernah dilihat sebelumnya, seperti berjumpa
22
Deddy Iskandar Muda, Jernalistik Televisi, 2003, hal.4
31
dengan seseorang yang sebelumnya belum pernah ia jumpai atau datang ke suatu tempat yang belum pernah dikunjungi. Di Indonesia sendiri, dunia pertelevisian mulai berkembang sejak tahun 1961. Ketika itu pemerintah Indonesia memutuskan untuk memasukan proyek media massa televisi kedalam proyek pembangunan Asian Games IV di bawah koordinasi urusan proyek Asean Games IV, kemudian dengan berjalannya waktu pada tanggal 17 agustus 1962, TVRI mulai mengadakan siaran percobaan dengan acara HUT Proklamasi Kemerdekaan Indonesia XVII dari halaman Istana Merdeka Jakarta, dengan pemancar cadangan berkekuatan 100 watt dan pada tanggal 24 agustus 1962, TVRI mengudara untuk pertama kalinya dengan acara siaran langsung upacara pembukaan Asian Games IV dari stadion Gelora Bung Karno. Mulai dari saat itu dunia pertelevisian di Indonesia mulai menunjukan kinerjanya. Dengan adanya dukungan dari pemerintah dan pihak swasta, kemudian memacu para intelektual muda yang concern di bidang penyiaran untuk membuat televisitelevisi swasta sebagaimana yang saat ini bermunculan.
2.4.2. Fungsi dan Peran Televisi Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bisa bersifat politis bisa pula informatif, hiburan dan pendidikan atau bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut. Televisi menciptakan suasana tertentu yaitu para pemirsanya dapat melihat sambil duduk santai tahap kesengajaan untuk menyaksikan. Penyampaian isi pesan seolaholah langsung antara komunikator
32
dan komunikan. Informasi yang disampaikan oleh televisi, akan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual. 23 Sama halnya seperti media massa lain, televisi juga memimiliki beberapa kelebihan dan kekurangan sendiri. Keunggulan televisi dapat dilihat dari sisi progmatis yaitu: (1) Menyangkut isi dan bentuk, media televisi meskipun direkayasa mampu membedakan fakta dan fiksi, realistis dan tidak terbatas. (2) Memiliki khalayak yang tetap, memerlukan keterlibatan tanpa perhatian sepenuhnya, dan intim. (3) Memiliki tokoh berwatak, sementara media lain hanya memiliki bintang yang direkayasa. 24 Televisi pada pokoknya mempunyai tiga fungsi, yakni fungsi penerangan, pendidikan dan hiburan. 25 1. Fungsi Penerangan ( The Information Function) Televisi merupakan media yang mampu menyiarkan informasi yang amat memuaskan. Hal ini di sebabkan dua factor yang terdapat didalamnya, yaitu: “Immediacy” dan “Realism”. Immediacy mencakup pengertian langsung dan dekat. Peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh para pemirsa pada saat peristiwa itu berlangsung, seolaholah mereka berada ditempat peristiwa itu terjadi. Sedangkan Realism mengandung makna kenyataan, dimana televisi menyiarkan informasi secara audio visual sesuai dengan fakta. Dalam melaksanakan fungsinya sebagai sarana penerangan stasiun televisi, selain menyiarkan informasi dalam bentuk siaran pandangan mata 23
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa sebuah Analisis Media Televisi. Rineka Cipta, 1996.hal
6 24 25
A.Alatas fahmi: Bersama Televisi Merendah Wajah Bangsa, YPKMD. Jakarta, 1997, hal 3032 Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi.Citra Aditya Bakti, Bandung, hal.24
33
atau bentuk berita yang dibacakan penyiar, dilengkapi gambargambarnya sudah tentu faktual. 2. Fungsi Pendidikan (The Education function) Sebagai media massa, televisi merupakan sarana yang paling ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara simultan. Sesuia dengan pendidikan, yakni meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat, televisi menyiarkan acaraacara tertentu secara implisit mengandung pendidikan seperti film, kuis dan sebagainya yang disebut Education Television (ETV), yaitu acara pendidikan yang disisipkan ke dalam siaran yang sifatnya umum. Karena keampuhannya itulah, maka fungsi pendidikan yang dikandung televisi ditingkatkan lagi, sehingga dinamakan sarana pendidikan jarak jauh yang disebut Instruction Television (ITV) 26 3. Fungsi Hiburan (The Entertainment Function) Fungsi hiburan yang melekat pada televisi siaran sangat dominant. Sebagian besar dari alokasi waktu masa siaran diisi oleh acaraacara hiburan. Hal ini dapat dimengerti karena pada layar televisi dapat ditampilkan gambar hidup serta suara bagaikan kenyataan, dan dapat dinikmati sekalipun oleh khalayak yang tidak mengerti bahasa asing.
Dalam perkembangan televisi, setelah komunikasi elektronik melalui media televisi itu dipadukan dengan computer yang berkembang pula secara luar biasa, sehingga menjadi komunikasi (communication), maka semakin terasa oleh
26
Ibid hal 26
34
masyarakat efeknya, baik dalam bentuk efek kognitif, efek afektif maupun efek konotatif (efek behavioral). Secara khusus dalam hal ini perkembanganya, televisi mempunyai pengaruh baik dalam kehidupan masyarakat diantaranya membuka pemahaman pemirsanya untuk mengakses, mengenal dan mengetahui informasiinformasi baru dan aktual yang terus berkembang, serta mengajarkan nilainilai yang penting, dan pelajaran mengenai kehidupan bagi semua pemirsanya, baik anak kecil, remaja, dewasa maupun orang tua. Dengan perkembangan yang semakin pesat, arus globalisasi yang semakin tajam serta didukung pula dengan persaingan persaingan dunia pertelevisian yang semakin besar, dunia pertelevisian di Indonesia saat ini sering kali mengalami dilematis antara idelisme dengan komersialitas. Sebagai sebuah industri besar, para insan pertelevisian terkadang mengenyampingkan nilainilai moral demi mengejar rating 27 . Dalam dewasa ini, media massa penyiaran kita memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam membentuk persepsi dan prilaku masyarakat. Namun pada kenyataanya dunia pertelevisian kita saat ini telah bergeser kearah industri yang menggiurkan, itu sebabnya perancang program dari pihak stasiun televisi lebih mengabaikan fungsi dasar dari televisi itu sendiri yaitu sarana pendidikan, informasi dan hiburan. Kini televisi telah menjadi industri yang hanya melihat dari segala sesuatu dari sisi keuntungan belaka, rating pun dijadikan pedoman dalam merencanakan setiap programnya yang akan ditayangkan. Akibatnya banyak program tayangan
27
http://replubika.co.id/koran_detail.asp?id=234256_id=16
35
yang muncul sebetulnya kurang pantas dipertontonkan untuk masyarakat kita yang kental akan budaya timurnya. Televisi bukan sekedar merupakan hiburan belaka, melainkan mengandung informasi yang mengkondisikan pemirsa untuk menjadi konsumtif, materialistis, dan cenderung menyederhanakan masalah yang merupakan realitas seharihari yang sebenarnya sulit untuk dipecahkan tanpa usaha yang sungguh sungguh. Tanpa mengesampingkan nilai idealis dan komersil, fungsi media massa (televisi) sedikitnya digolongkan ke dalam 6 aspek, yaitu diantaranya 28 . 1.Menyampaikan Fakta (the fact) Media massa (televisi) menyediakan fasilitas arus informasi dari kedua belah pihak. Satu sisi mencerminkan kebutuhan dan keinginan pengirim (iklan, propaganda, dll) dan di satu sisi lain kebutuhann dan harapan penerima (berita, laporan, dll) 2. Menyajikan Opini dan Analisis (opinion and analysis) Pada laporan berita, reporter melakukan opini orangorang luar, analisis berita dilakukan oleh staf redaktur khusus (kolom, editorial, dll) 3. Melakukan Investigasi Fungsi ini adalah yang paling sulit dilakukan, tetapi jika berhasil nilai beritanya akan sangat berbobot. Untuk melakukan hal tersebut, diperlukan kecanggihan dan staf berpengalaman serta memiliki intensif dengan para ahli dan ilmuwan yang membutuhkan waktu tahunan.
28
Ibid,Deddy Iskandar Muda.hal 10
36
4. Hiburan Sajian pers dan media massa (televisi) kadangkadang berfungsi sekaligus menghibur, mendidik, dan memberikan informasi. 5. Kontrol Fungsi ini dapat dimanfaatkan oleh media kepada pemerintah dan juga sebaliknya. 6. Analisis dan Kebijakan (policy analysis) Fungsi ini merupakan kecendrungan untuk menyoroti kebijakan yang diterapkan pemerintah, kemudian dianalisis oleh media tersebut dengan memberi solusi alternatif.
Televisi telah menjadi salah satu fenomena yang mengiringi perkembangan peradaban kehidupan manusia dalam kurun waktu hamper satu abad. Kehadirannya malah telah membentuk cakrawala baru dalam peradaban kehidupan manusia saat ini dan di masa yang akan datang. Dengan perkembangannya teknologi komunikasi, dunia kini dirasakan semakin sempit, karena dalam beberapa saat saja kita dapat berhubungan dengan yang lain, walaupun kita di belahan bumi yang berbeda, sehingga rasanya kita berada di dalam suatu tempat di dunia, suatu masyarakat dunia.
2.5
Program Siaran Televisi Program siaran acara televisi pada umumnya di produksi oleh stasiun
televisi yang bersangkutan. Ada juga yang membeli atau dipesan dari suatu production company atau production house, bahkan cara ini dianggap lebih menguntungkan kedua belah pihak. Stasiun televisi dapat memilih program yang
37
menarik dan memiliki nilai jual kepada pemasang iklan, sementara perusahaan produksi acara televisi dapat meraih keuntungan dari produksinya. Programprogram acara yang biasanya dibeli dari production house diantaranya adalah sinetron, kuis dan beberapa acara hiburan lainnya. Cara seperti memang menguntungkan bagi stasiun televisi tersebut karena semuanya dapat dilakukan berdasarkan pertimbanganpertimbangan bisnis yaitu untung rugi. Berbagai jenis program acara televisi jumlahnya sangat banyak dan jenisnya, yaitu: 1. Program Informasi (news) Program informasi adalah sebagal jenis siaran yang tujuannya untuk memberi tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak. Daya tarik program ini adalah informasi. Program informasi dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu berita keras (hardnews) dan berita lunak (softnews). Berita keras yaitu segala informasi penting dan menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang harus segera diketahui oleh khalayak. Sedangkan berita lunak adalah segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam namun tidak bersifat harus segera disiarkan. Salah satu contohnya adalah infotainment yang menginformasikan berita tentang gossipgosip artis dan orang terkenal. 2. Program Hiburan (non news) Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audien dan dibagi kedalam beberapa bentuk jenis program yaitu:
38
a. Drama, yaitu pertunjukan yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa tokoh yang diperankan oleh pemain (artis) yang melibatkan konflik dan emosi. Program televisi yang termasuk dalam program drama adalah sinema elektronik (sinetron) dan film. b. Permainan atau game show, merupakan bentuk program yang melibatkan sejumlah orang baik secara individu ataupun kelompok (team) yang saling bersaing untuk mendapatkan sesuatu, dengan cara menjawab pertanyaan atau memenangkan sesuatu dalam bentuk permainan. Program permainan biasanya membutuhkan biaya produksi yang relative rendah namun dapat menjadi acara televise yang sangat digemari. Program ini dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu kuis (quiz show), ketangkasan dan reality show. c. Musik, program musik dapat ditampilkan dalam dua format yaitu video klip atau konser. Program musik berupa konser dapat dilakukan dilapangan terbuka (outdoor) ataupun didalam studio (indoor). Program musik di televisi saat ini sangat ditentukan dengan kemampuan artis menarik audien, tidak saja dari kualitas suara
tetapi
juga
berdasarkan
bagaimana
mengemas
penampilannya agar menjadi menjadi lebih menarik. d. Pertunjukan, adalah siaran yang menampilkan satu atau banyak pemain yang berada diatas panggung yang menunjukan kemampuannya kepada sejumlah orang atau hanya kepada audien
39
televisi. Pertunjukan ini dapat berupa lawak, sulap dan juga pertunjukan lain seperti ketoprak, wayang dan sebagainya. e. Sport, adalah siaran yang isinya tentang olah raga baik itu siaran langsung atau tidak.
Berbagai jenis program siaran tersebut bukanlah mutlak yang harus ada semuanya. Acaraacara tersebut sangat tergantung dari kepentingan masing masing stasiun televisi yang bersangkutan. Karena dalam penentuan jenis program yang akan tayang biasanya juga harus dipertimbangkan dari sisi visi dan misi stasiun televisi tersebut. Beberapa stasiun televisi saat ini memang lebih condong menayangkan programprogram yang lebih menguntungkan, hal ini tidak bisa dipungkiri karena apabila sebuah stasiun televisi mampu menayangkan program acara yang dapat menarik banyak pemirsa, maka dengan sendirinya pemasang iklan akan datang. Dan hal inilah yang dibutuhkan guna memperpanjang hidup sebuah stasiun televisi.
2.6
Tayangan Seks Seks bisa juga disebut jenis kelamin, merupakan penyikapan atau
pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara bilogis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Alatalat kelamin tidak dipertukarkan antara alat biologis yang melekat pada manusia lakilaki dan perempuan, secara permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan bilogis atau sering dikatakan
40
sebagai ketentuan tuhan (kodrat) 29 . Hubungan seks mempunyai arti hubungan kelamin sebagai salah satu bentuk penyaluran dorongan seksual Di tengah aura publik memerangai pornografi, tayangan berbau seks tetap tenang melenggang di televisi, disebut berbau seks karena isi tayangan seks itu dominan menupas renikrenik kehidupan seks belaka. Realitas maraknya tayangan vulgar dan meseum dunia seks itu merupakan resultan dari hebatnya tekanan pasar terhadap industri televisi. Televisi selaku institusi kapitalis terdesak tuntutan pasar pemirsa dan pasar pengiklan. Biasanya, tuntutan tersebut tak berkisar jauh dari tuntutan pemberitaan kritis, berani, obyektif dan aktual. Disamping itu, penonton menginginkan tayangan yang mengedepankan sisi hiburan dan sensasi berbau air mata, darah, serta sperma. Tuntutan kedua berupa tekanan terhadap industri televisi untuk mampu menyerap sebanyak mungkin khalayak pemirsa/penonton. Sayangnya televisi memilih “jalan sperma” sebagai mata dan televisi kian agresif meniti pematang seks sebagai rute cepat merenggut pemirsa. Pada tayangan seks keseluruhan nilai tubuh dioperasionalkan oleh “intelektual tayangan” 30 dengan menonjolkan tiga sisi utama. Yakni, body appearance atau tampilan badan. Caranya, menonjolkan usia sebagai sarana memancing sensualitas. Kedua, produser acara mengungkapumbar prilaku badan ketika mengclose up habis perangakat tubuh yang memancarkan daya seksualitas tinggi dan yang terakhir mengandalkan gerakan tubuh.
29
Sugihastuti dan Siti Hariti Sastriyani, Glosarium Seks dan Gender, Carasvati Book, Yogyakarta, 2007, hal.211 30 Teguh Imawan, Ketua Komunitas Media Literacy for TV (Kamelia TV)
41
Dalam bahasa kamera televisi, seluruh perangkat tayangan berbahan dasar perempuan itu diracik, disusun, dikontruksi, dan disistematisasikan secara utuh agar mampu memikat pemirsa. Teknisnya, frameframe layar kaca tak beringsut jauh dari zona cabul (paha, pinggul, pantat, pinggang, pusar, maupun payudara). Semua itu masih dibalut pose sandar badan, liken berjalan, variasi tatapan mata, model gerakan bibir, serta suara erangan, rintihan, dan derai tawa. Kuatnya kepentingan finansial dan gampangnya teknis pembuatan acara seks, tak ayal televisi menjadi etalase meriah yang menjajakan komodifikasi hasrat. Hakikatnya, tayangan seks merupakan kekerasan visual layar kepada pemirsa.
2.7
Unsur Seks Seksualitas berasal dari kata sixis yang berarti jenis kelamin, kata sexus
sendiri berasal dari kata “ secore” yang berarti memotong, membagi atau memisahkan. Dengan demikian menurut pengertiannya kata seks berarti halhal yang membagi mahluk hidup kedalam kedua jenis, jenis yang satu pria dan yang kedua perempuan. 31 Seks istilah lakilaki dan perempuan menunjukan jenis seks berdasarkan alat kelamin dan menunjukan jenis seks berdasakan aspekaspek biologis. Salah satu sifat manusia adalah menyenangi unsure seks dan keindahan, sehingga kedua unsur tersebut bersifat universal dan menarik perhatian khalayak, maka terkadang media merasa sering sekali menonjolkan kedua unsur ini.
31
Anton Koneng. Menyikapi Seksualitas. Jakarta hal 1
42
Perdebatan masalah seksualitas, sensualitas, erotik dan porno menjadi wacana yang sangat menarik akhirakhir ini. Kendati bukan msalah baru namun masaalahnya sudah mencuat seakan tema ini tak akan berakhir seperti tayangan, iklansabun yang seronok, video klip artis yang selalu menantan, VCD, hidden camera, dan yang terakhir mengenai artis dangdut yang dianggap terlalu memamerkan pantat dan dada seperti goyang inul daratista dan goyang patah patah milik annisa bahar. Sejak dulu seks adalah tematema kehidupan yang tak pernah habis dibicarakan dan menarik semua orang. Hal ini disebabkan karena seks selain menjadi kebutuhan semua orang, seks dan objeknya cenderung tertutup oleh bingkaibingkai agama, tradisi dan moral masyarakat itu sendiri. 32 Seks, gender dan seksualitas adalah tiga istilah yang dalam penggunaannya sering mengalami tumpang tindih dan bahkan tidak tepat, ketiganya membicarakan tentang jenis kelamin, lakilaki dan perempuan namun dalam penggunaannya ada beberapa penekanan yang berbeda antara kata satu dengan kata lainnya. Seks lebih diutamakan pada keadaan anatomi manusia yang memberikan identitas kepada seseorang. Seseorang yang memiliki anatomi penis adalah lakilaki, sedangkan yang memiliki anatomi vagina disebut perempuan. Jadi seks adalah berhubungan dengan reproduksi, perbedaan anatomi dan reaksi fisik namun sekaligus lebih dari itu semua. Sementara itu seks menurut pengertian BKKBN 33 : seks adalah jenis kelamin. Berbicara tentang seks tidak lain berbicara: · Sistem atau proses kejadian manusia secara biologis, misalnya terjadi kehamilan. 32 33
Burhan Bungin.Kontruksi social tknologi telematika dan perayaan seks dimedia massa.hal 149 Soenartokamto, Pengantar sosiologi.Jakarta: Lembaga Penerbit Universitas Indonesia.
43
· Dapatnya juga menyangkut aktivitas seksualitas senhingga memungkinkan terjadinya kehamilan. · Karakteristik dari jenis kelamin lakilaki dan perempuan. Sementara Moore dan Sionclair mengungkapkan bahwa seks mengacu kepada perbedaan secara biologis antara lakilaki dengan perempuan, hasil dari perbedaan kromosom yang dimilki oleh embrio berkaitan dengan sifat alamiah seks (Soemardjo jurnal perempuan), berpendapat bahwa seks terdapat pada tumbuhan, binatang, dan manusia. Seksi itu baik, sehat dan wajar asal memenuhi fungsi pokoknya yakni menghasilkan keturunan, pengembangbiakan hidup. Sementara itu fungsi seks adalah melanjutkan keturunan, seperti dikatakan diatas, sedangkan kesenangan atau kenikmatan adalah akibat atau hasil Dario fungsi pokoknya. Seksualitas memiliki makna yang lebih luas bagi mencakup tidak hanya seks, tapin denger perbedaan antara seksualitas dan seks terletas pada orientasinya jika seks berorientasi social, maka seksualitas dapat mencakup orientasi fisik, emosi, sikap, bahkan moral dan normanorma sosial. Menurut definisi seksualitas adalah pandangan atau citra terhadap kejantanan dan kewanitaan seseorang terkait dengan perasaan, sikap dan tingkah laku dan cirriciri fisiknya yang berlaku seharusnya dimiliki oleh jenis kelamin seks tertentu. Seksualitas 34 adalah mengenai perilaku seksualitas, perilaku feminism dan maskulinj peran gender dan interaksi gender. Wagner mengungkapkan bahwa makna seksualitas adalah bagaimana suatu masyarakat memberikan arti atau makan terhadap halhal seksualitas yang secara nyata ada dimasyarakat. Misalnya
34
Ibid
44
dengan siapa orang boleh berhubungan seks, kapan harus seks, apa yang harus dilakukan secara seksualitas, mengapa orang harus melakukan halhal seksualitas, apa yang pantas dan tak pantas dibicarakan dan dengan siapa pembicaraan tentang seksualitas bukan sekedar mengenai masalah pribadi dan hanya bersifat individual smata lebih lanjut lagi. Menurut Sadli, seksualitas juga berkaitan denga kontruksi sosial suatu masyarakat dari perspektif psikologis seksualitas adalah interaksi kompleks antara faktor biologis internalisasi nilai dan perubahan, serta kebebasan memilih. Seksualitas hendaknya tidak dipahami sebagai aktivitas fisik saja, melainkan seksualitas merupakan implimentasi sebuah kontruksi sosial mengingat seksualitas adalah konsep nilai orientasi dan perilaku berkaitan dengan seks, sehingga bila dalam sebuah masyarakat, perempuan dikontruksikan secara sosial sebagai pihak yang pasif dalam seksualitas, maka bila ada seseorang yang berperilaku agresif dianggap telah melakukan perilaku penyimpangan.
2.8
Fungsi, Tugas, dan Wewenang Komisi Penyiaran Indonesia Melalui ketentuanketentuan yang tercantum dalam UU No.32 tahun 2002
tentang penyiaran, maka KPI ditetapkan memiliki tugas, kewajiban, fungsi dan wewenang dalam pemahaman lebih lanjut dapat dikelompokan kedalam kegiatan kegiatan : a. Regulasi dan Pengaturan b. Pengawasan c. Pengembangan Sedangkan tugas dan kewajiban KPI adalah:
45
a. Menjamin masyarakat untuk memperoleh informasi yang layak dan benar sesuai dengan hak asasi manusia b. Ikut membantu pengaturan infrastruktur bidang penyiaran c. Ikut membangun iklim persaingan yang sehat antara lembaga penyiaran dan industri terkait d. Memelihara tatanan informasi nasional yang adil, merata dan seimbang e. Menampung, meneliti dan menindaklanjuti aduan, sanggahan, serta kritik dan apresiasi masyarakat f. Menyusun perencanaan pengembangan sumber daya manusia yang menjamin profesionalitas dibidang penyiaran Berkaitan dengan tugas dan kewajiban tersebut, KPI mempunyai wewenang sebagai berikut: a. Menetapkan standar program siaran b. Menyusun peraturan dan menetapkan pedoman prilaku siaran c. Mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman perilaku penyiaran dan standar program siaran d. Memberikan sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta standar program siaran e. Melakukan koordinasi atau kerjasama dengan pemerintah, lembaga penyiaran dan masyarakat
Fungsi KPI sebagai lembaga perwujudan partisipasi masyarakat dalam penyiaran adalah mewadahi aspirasi dan mewakili kepentingan masyarakat di Indonesia. KPI juga menjadi semacam akses yang menjembatani kepentingan masyarakat dengan institusi pemerintah dan lembaga penyiaran (Radio, dan TV
46
baik swasta, publik, komunitas, maupun berlangganan). KPI wajib mengusahakan agar tercipta suatu sistem penyiaran nasional yang memberikan kepastian hukum, tatanan serta keteraturan berdasarkan atas kebersamaan dan keadilan.
2.9
Peraturan Pemerintah Tentang Penyiaran Indonesia Sejak disahkannya UndangUndang No.32 tahun 2002 terjadi perubahan
fundamental dalam pengelolaan sistem penyiaran di Indonesia. Perubahan paling mendasar dalam semangat UU tersebut adalah adanya limited transfer of authority dari pengelolaan penyiaran yang selama ini merupakan hak eksklusif pemerintah kepada sebuah badan pengatur independent (Independent Regulatory Body) bernama Komisi Penyiaran Indonesia. Independen dimaksudkan untuk mempertegas bahwa pengelolaan sistem penyiaran yang merupakan ranah publik harus dikelola oleh sebuah badan yang bebas dari intervensi modal maupun kepentingan kekuasaan, berbeda dengan sistem penyiaran waktu itu, yang hanya digunakan untuk mendukung hegemoni rezim terhadap publik dalam penguasaan wacana strategis, tapi juga untuk mengambil keuntungan dalam kolaborasi antar elit penguasa dan pengusaha. Hukum sebagai instansi pertama yang diharapkan mengontrol media, belum berjalan semestinya. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang berfungsi mewadahi aspirasi serta mewakili masyarakat akan penyiaran bahkan kalah gertak dengan stasiunstasiun televisi, bahkan sampai saat ini program tayangan yang mengandung unsur seks itu belum juga berkurang 35 .
35
www.kpi.go.id
47
Media terkadang mengabaikan peraturan yang berlaku dalam menyiarkan programprogramnya, terutama aturan yang di keluarkan KPI. Hal ini disebabkan karena media hanya mencari keuntungan semata, sehingga media tidak memperdulikan lagi apakah programprogram tersebut (terutama yang berisi kandungan seks yang berdampak buruk atau baik bagi para konsumennya).
2.8.1 Ketentuan Standar Program Dengan Isi Siaran. Sebagaimana diamanatkan UU Penyiaran 2002 dan P3SPS, lembaga penyiaran wajib mengklasifikasi setiap program yang disiarkan sesuai dengan golongan umur khalayak yang pantas menyaksikan program tersebut. Sesuai dengan kodratnya, lembaga penyiaran dapat menjangkau secara langsung khalayak secara beragam baik dalam usia, latar belakang, ekonomi, budaya, agama, dan keyakinan. Karena itu lembaga penyiaran harus senantiasa berhatihati agar isi siaran yang dipancarkan tidak merugikan, menimbulkan efek negatif, atau bertentangan dan menyinggung nilainilai dasar yang dimiliki beragam kelompok khalayak tersebut.
2.8.2 Tentang Kesopanan, Kepantasan, dan Kesusilaan P3SPS berisikan rangakaian ketetapan tentang batasanbatasan mengenai apa yang diperbolehkan dan atau tidak diperbolehkan dalam program siaran.P3 SPS wajib di taati semua lembaga penyiaran di Indonesia, dalam penelitian ini menyangkut dalam Bab IV tentang kesopanan, kepantasan, dan kesusilaan pada bagian kedua mengenai Seks.
48
Tabel.2.8.1 Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Nomor 03 Tahun 2007 Tentang Standar Program Siaran Pasal Pasal 18
Pasal 19
Pasal 20
Pasal 21
Pasal 22
Aspek Tayangan Deskripsi Pelanggaran dan 1. Lembaga penyiaran televisi dilarang menampilkan Pembatasan program siaran adegan yang secara jelas didasarkan atas hasrat seksual Seks 2. Lembaga penyiaran televisi dibatasi menyajikan adegan dalam konteks kasih sayang dalam keluarga dan persahabatan termasuk didalamnya: mencium rambut, mencium pipi, mencium kening/dahi, mencium tangan dan sungkem. Pelanggaran dan 1. Lembaga penyiaran televisi dilarang menyajikan Pembatasan program siaran adegan yang menggambarkan aktivitas hubungan seks, Seks atau diasosiasikan dengan aktivitas hubungan seks atau adegan yang mengesankan berlangsungnya kegiatan hubungan seks secara eksplisit dan vulgar. 2. Lembaga penyiaran televisi dilarang menyiarkan suara suara atau bunyibunyi yang mengesankan berlangsungnya kegiatan hubungan seks 3. Lembaga penyiaran televisi dilarang menyajikan percakapan, adegan, atau animasi yang menggambarkan rangkaian aktivitas kea rah hubungan seks. 4. Lembaga penyiaran televisi dilarang menyajikan adegan yang menggambarkan hubungan seks antar hewan secara vulgar atau antara manusia dan hewan. 5. Lembaga penyiaran televisi dilarang menyajikan program yang memuat pembenaran bagi berlangsungnya hubungan seks diluar nikah Pemberitaan Pemerkosaan 1. Lembaga penyiaran televisi dilarang menyajikan adegan perkosaan atau pemaksaan seksual, atau dengan adegan yang menggambarkan upaya ke arah pemerkosaan dan pemaksaan seksual secara eksplisit dan vulgar. 2. Lembaga penyiaran televisi dilarang menyajikan program yang isinya memuat pembenaran bagi terjadinya pemerkosaan atau yang menggambarkan perkosaan sebagai bukan kejahatan serius. Muatan Seks dalam Lagu 1. Lembaga penyiaran televisi dilarang menyiarkan lagu dan Klip Video dan klip video berisikan lirik bermuatan seks, baik secara eksplisit maupun implisit. 2. Lembaga penyiaran dilarang menyiarkan adegan tarian dan atau lirik yang dapat dikategorikan sensual, menonjolkan seks, membangkitkan hasrat seksual atau memberi kesan hubungan seks. 3. Lembaga penyiaran dilarang menyiarkan program, adegan dan atau lirik yang dapat dipandang merendahkan perempuan menjadi obyek seks. 4. lembaga penyiaran dilarang menampilkan tayangan yang menjadikan anakanak remaja sebagai obyek seks, termasuk didalamnya adalah adegan yang menampilkan anakanak dan remaja berpakaian minim, bergaya dan menonjolkan bagian tubuh tertentu atau melakukan gerakan yang lazim diasosiasikan dengan daya tarik seksual Pemberitaan Masturbasi 1. Lembaga penyiaran televisi dilarang menyajikan adegan berlangsungnya masturbasi dan materi siaran (misalnya suara) yang mengesankan berlangsungnya
49
Pasal 23
Pemberitaan Seks Dialog
Pasal 24
Pemberitaan Perilaku Seks Menyimpang
Pasal 25
Pemberitaan Pekerja Seks Komersial
Pasal 26
Pemberitaan Homoseksualitas dan Lesbian
masturbasi. 1. Program yang berisikan pembicaraan atau pembahasan mengenai masalah seks harus disajikan secara santun, hatihati dan ilmiah 2. Program pendidikan seks untuk remaja yang bertujuan membantu remaja memahami kesehatan reproduksi harus dilakukan dengan cara yang serasi dengan perkembangan remaja. 3. Pembawa acara bertanggung jawab menjaga agar acara itu tidak menjadi pembicaraan mesum. 4. lembaga penyiaran dilarang menyajikan program siaran dimana penyiar dan pembicara tamu atau penelpon berbicara tentang pengalaman seks secara eksplisit dan rinci 1. Lembaga penyiaran dapat menyiarkan program yang membahas atau bertemakan sebagai perilaku seksual menyimpang dalam masyarakat, seperti: a. hubungan seks antara orang dewasa dan anak anak/remaja b. hubungan seks sesame anakanak atau remaja dibawah umur c. hubungan seks sedarah d. hubungan seks manusia dengan hewan e. hubungan seks yang menggunakan kekerasan f. hubungan seks berkelompok g. hubungan seks dengan alat 2. Dalam menyajikan program berisikan materi tentang perilaku seks menyimpang tersebut, lembaga penyiaran harus memperhatikan ketentuanketentuan sebagai berikut: a. lembaga penyiaran tidak boleh menyajikan program yang mengandung pembenaran terhadap perilaku seksual penyimpang tersebut. b. kecuali program berita, program yang mengandung muatan cerita atau pembahasan tentang perilaku seksual menyimpang hanya dapat disiarkan pukul 22.0003.00 sesuai dengan waktu stasiun penyiaran yang menayangkan 1. Lembaga penyiaran dapat menyiarkan program yang memberitakan, membahas, atau mengandung muatan cerita tentang pekerja seks komersial dengan ketentuan sebagai berikut: a. program tersebut tidak boleh mempromosikan dan mendorong agar pelacuran dapat diterima secara luas oleh masyarakat b. dalam program factual, wajah, dan identitas pekerja seks komersial harus disamarkan; c. kecuali program berita, program yang membahas atau mengandung muatan cerita tentang pekerja seks komersial hanya boleh disiarkan pukul 22.0003.00 sesuai dengan waktu stasiun penyiaran yang menyiarkan. 1. Lembaga penyiaran dapat menyiarkan program yang memberitakan atau mengandung muatan cerita tentang homoseksualitas dengan ketentuan sebagai berikut; a. program tersebut tidak boleh mempromosikan dan menggambarkan bahwa homoseksualitas dan lesbian adalah suatu kelaziman b. kecuali program berita, program yang membahas atau
50
Pasal 27
Pemberitaan Manusia Telanjang
mengandung muatan cerita tentang homoseksualitas dan lesbian hanya boleh ditayangan pukul 22.0003.00 sesuai dengan waktu stasiun siaran yang menayangkan. 1. Lembaga penyiaran televisi dilarang menyiarkan gambar manusia telanjang atau mengesankan telanjang, baik bergerak atau diam. 2. Tampilan/gambar manusia telanjang atau berkesan telanjang yang hadir dalam konteks berita tertentu, harus disamarkan. 3. Lembaga penyiaran televisi dilarang menyajikan tayangan yang mengeksploitasi (misalnya dengan pengambilan gambar close up) bagianbagian tubuh yang lazim dianggap membangkitkan birahi, seperti paha, pantat, payudara, dan alat kelamin pria maupun wanita.
51
BAB III METODOLOGI
3.1.
Sifat Penelitian. Sifat penelitan yang digunakan untuk mencapai tujuan dari penelitian ini
adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang 36 . Penelitian yang bersifat deskriptif, bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifatsifat individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara gejala dan gejala lain dalam masyarakat 37 .
3.2.
Metode Penelitian. Pada penelitian ini menggunakan metode study kasus dari Robert K.Yin
(2004) 38 . Yin mendefinisikan study kasus sebagai inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batasbatas antara fenomena dan konteks tidak tampak dengan jelas dan dimana multi sumber terbukti dimanfaatkan. Definisi ini tidak hanya membantu kita untuk memahami studi kasus secara jelas, melainkan juga untuk membedakan dari strategistrategi lainnya.
36
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia 1985, hal 6465 Koentjaraningrat, MetodeMetode Penelitian Masyarakat, Gramedia Pustaka 1991, hal 29. 38 Robert K Yin, Studi Kasus (desain dan metode), Manajemen PT. Raja Grafindo Persada 2006,hal.1 37
52
Dalam studi kasus ini, ada empat jenis kualitas penelitian yang harus dimaksimalkan, yaitu: 1. Validasi konstruk, yang menetapkan ukuran operasional yang benar untuk konsep yang akan diteliti. 2. Validasi internal, menetapkan hubungan kausal dimana kondisikondisi tertentu memperlihatkan guna mengarah kondisikondisi lain sebagaimana dibedakan dari hubungan semu. 3. Validasi internal, menetapkan dimana temuan penelitian dapat divisualisasikan 4. Reabilitas, menunjukan bahwa pelaksanaan atau penelitian seperti prosedur pengumpulan data dapat di interpretasikan dengan hasil yang sama. Karakteristik umum penelitian berperan sebagai latar untuk memikirkan desain yang spesifik bagi studi kasus, keempat tipe desainnya adalah: 1. Desain tunggal holistik 2. Desain tunggal terjalin 3. Desain multi kasus holistik 4. Desain multi kasus terjalin Desain yang digunakan dalam studi kasus ini adalah desain tunggal terjalin (embedded). Menurut Yin (1994:96), desain tunggal terjalin digunakan apabila ada beberapa hasil proyekproyek perorangan dalam program tersebut. Ini dapat dipakai untuk meneliti Komisi Penyiaran Indonesia sebagai badan hukum yang mengatur segala bentuk dari proses siaran dan penayangan program oleh stasiun penyiaran televisi.
53
3.3.
Key Informan. Sebagai sumber kunci dari penelitian ini adalah orangorang yang berada
dalam Komisi Penyiaran Indonesia di bidang pengawasan isi siaran, yaitu: Ibu Fetty Fajriaty
3.4.
Tehnik Pengumpulan Data. Data pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.
1. Data Primer Data Primer dalam penelitian ini adalah melakukan wawancara mendalam (indepth interview) yang dilakukan terhadap key informan 2. Data Sekunder Data sekunder yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah rekaman dari KPI yang berisi tentang pelanggaran film Farewell My Love, selain itu juga menggunakan tinjauan pustaka yang dapat menjadikan referensi dalam penelitian ini
3.5.
Fokus Penelitian. Penelitian terfokus pada tindakan Komisi Penyiaran Indonesia terkait
kasus penayangan film Farewell My Love yang ditayangkan oleh stasiun penyiaran O Channel pada tanggal 15 Februari 2007 jam 20.30
3.6.
Rencana Analisis. Analisis data merupakan suatu rencana yang akan dilakukan dalam
penelitian ini. Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan di interpretasikan. Selain itu analisis data kualitatif dapat
54
diartikan sebagai upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan darta, mengorganisasi data, memilahmilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. 39 Berdasarkan data yang diperoleh dengan wawancara mendalam dengan nara sumber, maka penelitian ini akan dideskripsikan dan dijabarkan secara kualitatif yang sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui tindakan apa yang dilakukan Komisi Penyiaran Indonesia terhadap program tayangan film Farewell My Love di O’Channel. Untuk hasil yang akurat dan data yang lengkap maka digunakan juga metode Triangulasi guna menguji kesesuaian antara ucapan dan tindakan informan. Triangulasi adalah tehnik keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang laindiluar data itu untuk keperluan pengercekan atau sebagai pembanding terhadap data. 40
39 40
Lexy J.Moleong.Penelitian Kualitatif.2004.PT Remaja Rosdakarya.Bandung.Hal 48 Ibid. hal 178
55
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Komisi Penyiaran Indonesia
4.1.1. Dasar Pembentukan Undangundang Penyiaran Nomor 32 tahun 2002, merupakan dasar utama bagi pembentukan Komisi Penyiaran Indonesia. Semangatnya adalah pengelolaan sistem penyiaran yang merupakan ranah publik harus dikelola oleh sebuah badan hukum yang bebas dari campur tangan pemodal maupun kepentingan kekuasaan. Dalam Undangundang Penyiaran sebelumnya, yaitu Undangundang No.24 Tahun 1997 pasal 7 dinyatakan “ Penyiaran dikuasai oleh Negara yang pembinaan dan pengendaliannya dilakukan oleh pemerintah.” Faktanya, hal tersebut telah menjadikan Pemerintah Orde Baru memperalat ranah penyiaran sebagai alat penguasaan wacana publik demi melanggengkan kepentingan kekuasaan serta mengambil keuntungan ekonomi dengan berkolaborasi dengan segelintir pengusaha. Akibatnya, kedaulatan publik dipinggirkan. Undangundang Nomor 32 Tahun 2002 tentang penyiaran juga lahir dengan semangat untuk menguatkan entitas lokal dalam otonomi daerah dengan pemberlakuan siaran berjaringan. Dalam sistem siaran berjaringan, setiap lembaga penyiaran yang ingin menyelenggarakan siarannya disuatu daerah harus memiliki stasiun lokal atau berjaringan dengan lembaga penyiaran lokal yang ada di daerah.
56
Hal ini untuk menjamin tidak terjadinya sentralisasi dan monopoli informasi. Selain itu, pemberlakuan sistem siaran berjaringan juga dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi daerah dan menjamin hak sosialbudaya masyarakat lokal. Proses demokrasi di Indonesia menempatkan publik sebagai pengendali utama ranah penyiaran, karena ferkuensi adalah milik publik dan sifatnya terbatas maka penggunaannya harus sebesarbesarnya untuk kepentingan publik. Sebesar besarnya bagi kepentingan publik artinya adalah media penyiaran harus menjalankan fungsi sebagai pelayan informasi yang sehat dan informasi tersebut terdiri dari macammacam bentuk mulai dari berita, hiburan, ilmu pengetahuan dll. Dasar dari fungsi pelayanan informasi yang sehat adalah seperti tertuang dalam Undangundang Penyiaran Nomor 32 tahun 2002 yaitu Diversity of Content (prinsip keberagaman isi) dan Diversity of Ownership (prinsip keberagaman kepemilikan). Prinsip keberagaman isi adalah tersedianya informasi yang beragam bagi publik baik jenis maupun isi program. Sedangkan prinsip keberagaman kepemilikan adalah jaminan bahwa kepemilikan media massa yang ada di Indonesia tidak terpusat dan dimonopoli oleh segelintir orang atau lembaga saja. Prinsip ini juga menjamin iklim persaingan yang sehat antar pengelola media massa dan dunia penyiaran Indonesia, kedua prinsip tersebut menjadi landasan setiap kebijakan yang dirumuskan oleh KPI.
57
4.1.2 Visi dan Misi Komisi Penyiaran Indonesia Komisi Penyiaran Indonesia mempunyai Visi yaitu;” Sesuia dengan amanat Undangundang No 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, KPI dibentuk untuk menciptakan sistem penyiaran nasional yang dimanfaatkan sebasarbesarnya bagi kesejahteraan dan kepentingan masyarakat serta industri penyiaran Indonesia. Sedangkan Misinya adalah “membangun dan memelihara tatanan informasi nasional yang adil, merata dan seimbang melalui penciptaan infrastruktur yang tertib dan teratur, serta arus informasi yang harmonis antara pusat dan daerah, antar wilayah di Indonesia, juga antara Indonesia dan dunia internasional.
4.1.3 Fungsi, Tugas, dan Wewenang KPI Menurut Undangundang No.32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, KPI memilki fungsi, wewenang, tugas, dan kewajiban, yang dapat dikelompokan ke dalam tiga hal, yakni: Regulasi atau Pengaturan; Pengawasan; dan pengembangan. Pada pasal 8 Undangundang No.32 Tahun 2002 tentang Penyiaran menyebutkan bahwa KPI berfungsi mewadahi aspirasi serta kepentingan masyarakat akan penyiaran. Eksistensi KPI adalah bagian dari wujud peran serta masyarakat dalam hal penyiaran, baik sebagai wadah aspirasi maupun mewakili kepentingan masyarakat (UU Penyiaran, pasal 8 ayat 1). Legitimasi politik bagi posisi KPI dalam kehidupan kenegaraan berikutnya secara tegas diatur oleh UU Penyiaran sebagai lembaga negara independen yang mengatur halhal mengenai penyiaran (UU Penyiaran, pasal 7 ayat 2). Secara konseptual posisi ini mendudukkan KPI sebagai lembaga kuasai negara atau dalam istilah lain juga biasa dikenal dengan Auxilarry State Institution.
58
Dalam rangka menjalankan fungsinya KPI memiliki kewenangan (otoritas) menyusun dan mengawasi berbagai peraturan penyiaran yang menghubungkan antara lembaga penyiaran, pemerintah dan masyarakat. Pengaturan ini mencakup semua daur proses kegiatan penyiaran, mulai dari tahap pendirian, operasionalisasi, pertanggungjawaban dan evaluasi. Dalam melakukan kesemua ini, KPI berkoordinasi dengan pemerintah dan lembaga negara lainnya, karena spektrum pengaturannya yang saling berkaitan. Ini misalnya terkait dengan kewenangan yudisial dan yustisial karena terjadinya pelanggaran yang oleh UU Penyiaran dikategorikan sebagai tindak pidana. Selain itu, KPI juga berhubungan dengan masyarakat dalam menampung dan menindaklanjuti segenap bentuk apresiasi masyarakat terhadap lembaga penyiaran maupun terhadap dunia penyiaran pada umumnya. Berikut ini adalah kewenangan, tugas dan kewajiban KPI dalam rangka melakukan pengaturan penyiaran 41 .
Tabel. 4.1.1 Wewenang, Tugas dan Kewajiban KPI
Wewenang
41
1. Menetapkan standar program siaran 2. Menyusun peraturan dan menetapkan pedoman perilaku penyiaran (diusulkan oleh asosiasi/masyarakat penyiaran kepada KPI) 3. Mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta standar program siaran 4. Memberikan sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta standar program siaran 5. Melakukan koordinasi dan/atau kerjasama dengan Pemerintah, lembaga penyiaran, dan masyarakat
www.kpi.go.id
59
Tugas dan Kewajiban
1. Menjamin masyarakat untuk memperoleh informasi yang layak dan benar sesuai dengan hak asasi manusia 2. Ikut membantu pengaturan infrastruktur bidang penyiaran 3. Ikut membangun iklim persaingan yang sehat antarlembaga penyiaran dan industri terkait 4. Memelihara tatanan informasi nasional yang adil, merata, dan seimbang 5. Menampung, meneliti, dan menindaklanjuti aduan, sanggahan, serta kritik dan apresiasi masyarakat terhadap penyelenggaraan penyiaran 6. Menyusun perencanaan pengembangan sumber daya manusia yang menjamin profesionalitas di bidang penyiaran
4.1.4 Kelembagaan Komisi penyiaran Indonesia Pusat (KPIP) beranggotakan sembilan orang yang dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dan secara administrasi ditetapkan Presiden Republik Indonesia. Anggota KPIP berasal dari usulan masyarakat dan diseleksi oleh DPR RI melalui uji kepatutan dan kelayakan yang dilakukan secara terbuka. Masa jabatan anggota KPIP dibatasai selama tiga tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan. Lembaga KPIP terdiri dari atas seorang ketua, seorang wakil ketua, dan tujuh orang anggota. Jabatan ketua dan wakil ketua dipilih dari dan oleh anggota. Kesembilan anggota tersebut, sesuai dengan keputusan KPIP, dibagi kedalam bidangbidang kerja yang mencerminkan pelaksanaan tugas dan kewajiban KPI. Setiap keputusan KPIP adalah keputusan bersama seluruh anggota. Keputusan tersebut dihasilkan melalui rapat pleno anggota KPIP, namun ini tidak mengurangi hak dari setiap anggota untuk mengemukakan pendapatnya secara terbuka kepada publik sebelum KPIP menerbitkan keputusan resmi.
60
KPIP bertanggung jawab kepada Presiden dengan titik berat pada aspek administrasi dan keuangan serta menyampaikan laporan kepada DPR dengan titik berat pada pelaksanaan fungsi, wewenang, tugas dan kewajiban KPI sebagaimana diamanatkan oleh UU No.32 tentang penyiaran. Dalam melaksanakan tugasnya, KPI dibantu oleh sebuah sekretariat yang dibiayai oleh Negara. Keanggotaan secretariat saat ini diisi oleh pegawai birokrasi yang diambil dari lembagalembaga pemerintah. Selain itu, KPI juga dapat dibantu oleh tenaga ahli yang direkrut sesuai dengan kebutuhan, sedangkan untuk pendanaan, alokasi anggaran KPIP berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
4.2.
Hasil dan Pembahasan
4.2.1 Kesesuaian Standar Program tayangan film Farewell My Love yang ditayangan oleh stasiun O Channel pada tanggal 15 Februari pukul 20,30 telah terbukti melakukan pelanggaran berat pada ketentuan standar program siaran itu disebabkan adanya beberapa tayangan atau cuplikan gambar ada yang tidak sesuai dengan P3SPS, adapun cuplikan tayangan tersebut dapat dilihat dibawah ini sebagai berikut : Gambar 4.2.1. Cuplikan adegan hubungan seks di kolam renang
61
Selain gambar tersebut ada juga gambar yang sangat jelas sekali, yang menunjukan gambar telanjang, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar dibawah ini. Gambar 4.2.2 Cuplikan adegan telanjang
Mengikuti program tayangan film lepas yang berjudul “Farewell My Love” yang disiarkan pada tanggal 15 Februari 2007, didapatkan datadata yang disesuaikan dengan ketentuan standar program siaran sebagai berikut: · Pelanggaran atas pasal 19 mengenai pelanggaran dan pembatasan program siaran seks. Menyajikan adegan yang menggambarkan aktivitas hubungan seks, atau diasosiasikan dengan hubungan seks atau adegan yang mengesankan berlangsungnya kegiatan hubungan seks, baik secara eksplisit dan vulgar. “Dimalam yang gelap dengan cahaya purnama, Karpov kembali ke rumah. Sambil menikmati suasana malam di pinggir kolam renang…… hey, tolong ambilkan bir itu. Kemudian perempuan itu menghampiri Karpov dengan tanpa busana “ · Pelanggaran pasal 27 yang menjelaskan tentang pemberitaan manusia telanjang. Menyiarkan gambar manusia telanjang atau mengesankan telanjang, baik bergerak atau diam.
62
“Sepanjang adegan didalam kolam renang terlihat jelas bahwa adanya gambar manusia lakilaki dan perempuan yang sedang berenang sambil melakukan hubungan seks” Dalam pelanggaran atas pasal 19 terlihat jelas bahwa adegan tersebut merupakan suatu pelanggran terhadap ketentuan, seperti terlihat dalam tabel 4.2.1 dalam cuplikan film itu tergambar bahwa adanya adegan hubungan seks dikolam renang. Dan dalam pelanggaran pasal 27 terlihat jelas adanyan adegan telanjang dalam film tersebut. Seharusnya dalam sebuah tayangan film, adegan seperti itu tidak semestinya ditampilkan sepenuhnya karena bisa mengakibatkan pengaruh yang besar terhapap penonton. Adegan telanjang dan hubungan seks menyimpang merupakan bagian dari visual image yang ada, sebab dalam film tersebut tidak terdapat sensor internal yang dilakukan oleh industri penyiaran tersebut. Terlihat jelas dalam gambar itu dua orang perempuan bertelanjang bulat tanpa dibalut oleh pakaian dan didalam kolam renang terdapat seorang lakilaki yang sedang menikmati minuman dengan ditemani seorang perempuan dengan bercumbu dalam kolam renang serta melakukan hubungan sesama jenis (lesbian). Bila minuman yang dinikmati itu berlebihan akan dapat menimbulkan gangguan mental organik (GMO), yaitu gangguan dalam fungsi berfikir, merasakan, dan berperilaku 42 . Perubahan berperilaku yang tergambar dalam visual image dalam film ini adalah penyimpangan seks sesama jenis (lesbian) Hubungan cinta sejenis antara perempuan pertama kali berasal dari Yunani kuno. Banyak riset dan tulisan tentang seksualitas lesbian, yang menimbulkan perdebatan mengenai kendali perempuan terhadap kehidupan seksual mereka,
42
www.wikipedia Indonesia.com
63
keluwesan seksualitas perempuan, definisi ulang akan kenikmatan seksual dan pemaparan stereotype seksualitas yang negatiif. Homoseksualitas perempuan yang kemudian menjadi lebih tampak digambarkan sebagai kondisi medis. Dalam Three Eessays on the Theory of Sexuality (1995), Sigmund Freud berpendapat bahwa Homoseksualitas perempuan adalah inverse atau invert dan menurutnya invert perempuan memiliki karakteristik lakilaki. Freud berpegang pada gagasan “third sex” (jenis kelamin ketiga) yang dipopulerkan oleh Magnus Hirschfield dan yang lainlain 43 . Seks memang purba dan klasik, karena itu merupakan bagian dari peradaban manusia. Maka ia kerap berubah kemasan, tergantung dari hasil kontruksi budaya yang kerap lahir dari persetubuhan kepentingan, otak dan jamari pekerja media dalam sebuah peradaban yang sedang berlangsung. Namun, meski berubah kemasan, muatan ini tetap sama seks, dengan berbagai kekentalan untuk kepentingan. Jika hanya mengeksploitasi untuk kepentingan para berhala rating, maka seks bisa mengalami pengikisan esensi, dapat berubah menjadi komoditas yang menyesatkan. Seperti Pendapat Zaitunah Subhan (2005) yang menguatkan bahwa seks memang telah lama dipahami tidak hanya sekedar menjadi peristiwa bagi pemenuhan kebutuhan biologisfisik manusia. Namun pada aspek lain, telah didefinisikan sebagai pembangkit imajinasi seks dan alat penjual produk. Sejalan dengan maraknya tayangantayangan yang mengekspoitasi seks dalam bentuk komoditas audio visual, tanggapan pun muncul beragam. Pihak pekerja media televisi, tentu akan lebih memilih untuk mengatakan bahwa tayangan semacam itu justru sebagai bentuk apresiasi atas minat yang 43
http://en.wikipedia.org/
64
berkembang dalam masyrakat atau kami hanya menawarkan, semua tergantung dari pemirsa. Hal senada juga terungkap oleh pemikiran kelompok Frankfurt School tentang komoditas didalam wacana kapitalisme adalah penciptaan ilusi (illusion) dan manipulasi (manipulation), sebagai cara untuk mendominasi selera masyarakat. Salah satu bentuk ilusi dan manipulasi yang menonjol adalah penggunaan efekefek “sensualitas” berupa penggunaan tubuh dan organorgan tubuh perempuan atau representasinya didalam berbagai wujud komoditi. Sensualitas disini dijadikan sebagai sebuah kendaraan ekonomi, dalam rangka menciptakan keterpesonaan (fascination) dan hysteria massa (mass hysteria) yang dapat mendorong aktivitas ekonomi (Piliang dalam Ashadi: 2000). Pemirsa sendiri terbelah, ada yang kritis dan ada yang awam. Sehingga efeknya pun bisa bervariasi. Sedangkan para kritikus media, yang pandangaanya tersebar dalam bentuk berbagai saluran media, bisa disimpulkan beranggapan bahwa fenomena semacam ini boleh ada tapi tidak boleh menjamur begitu saja tanpa ada pertimbangan dan filter yang layak. Masyrakat kita masih banyak yang pasif, sehingga perlu ada yang mengawal tayangantayangan yang memiliki unsur seks agar tidak berdampak kepada sesaknya pikiran tunastunas generasi yang disiapkan untuk membangun bangsa, hanya dengan hal yang esekesek saja. Hal yang telah diperingatkan oleh Sigmund Freud (Fathan: 2004), energi seksual merupakan unsur kekuatan yang sangat besar dalam diri manusia. Unsur ini dapat menguasai, mengarahkan dan menundukan seluruh potensi manusia.
65
Seorang anggota Komisi 1 DPR RI bernama Dedi Djamaluddin Malik M.Si, mengemukakan, bahwa adegan seks atau eksploitasi naluri manusia telah lama diakui sebagai penyebab kasus penyimpangan seksual, mulai dari pemerkosaan dengan segala varian, seks bebas dikalangan remaja hingga VCD porno amatir. Tayangan seks berperan dalam mereduksi nilainilai hubungan pernikahan. (Putra Watch, 2005) Menurut Jacques lacan, didalam Discourse and Social Change, ‘citra’ (image) baik verbal atau visual (foto, majalah, televisi, video, film) mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan hasrat bagi orang yang akan melihat. Dalam hal ini, ‘citra tubuh perempuan’ memainkan peranan. (Piliang dalam Ashadi: 2000). Meski ditayangakan pada waktu prime time yakni pukul 20,30 program seperti film Farewell My Love tetap saja menuai kekhawatiran, karena sekilas saja, banyak dari kita bisa menangkap langsung kentalnya unsur seks baik secara implisit maupun eksplisit. Kombinasi antara seksologi dan psikoanalisis ini akhirnya memilki dampak kuat pada nada umum sebagian besar produksiproduksi budaya lesbian. Contoh yang nyata adalah novel The Well of Lenoliness karya Radclyffe Hall terbitan 1928 yang menyebutkan para seksologis itu serta istilah invert, yang kemudian jarang digunakan lagi. Interpretasi Freud akan perilaku lesbian sejak itu ditolak oleh sebagian besar psikiatris dan cendekiawan, meskipun riset biologis belakangan ini sekarang menghasilkan penemuanpenemuan yang mungkin memperkuat pengertian third sex yang digunakan Hirschfeld untuk menyebut ketertarikan sesama jenis.
66
Penggambaran seksi jadi sangat lengkap dengan pengambilan gambar medium close up atau zoom anatomy yang memfokuskan pada payudara secara silih berganti atau bersamaan disetiap scene. Tehniktehnik ‘close up’ atau ‘zoom anatomy’ yang ditawarkan oleh teknologi media, sebagaimana dikatakan Jean boudrilliard didalam “The Ecliptic of Sex” telah memungkinkan bagi setiap orang untuk melihat gambargambar detail anatomy atau organ tubuh dalam skala yang diperbesar, yang menciptakan semacam pornografi yang melampau (Hyper Pornography). (Subhan: 2005, hlm 80). Gambar adegan telanjang dan hubungan seks yang terdapat film itu merupakan suatu keterangan simbolis yang menerangkan bahwa cerita dalam film farewell my love terdapat unsur seks. Padahal dalam Farewell My Love adalah cerita yang menceritakan tentang drama percintaan. Citra ini merupakan skenario dari seorang pembuat film agar film tersebut mendapat respon bahwa dalam setiap cerita film ada sebuah scene yang berbau seks agar film itu tidak bosan untuk dinikmati oleh penonton. Kendatipun perolehan rating adalah sesuatu yang dibutuhkan bagi stasiun televisi untuk bertahan dalam kompetisi lembaga penyiaran yang sangat ketat di Indonesia saat ini, lembaga penyiaran tetap tidak dibenarkan untuk mengeksploitasi selera rendah dalam rangka memperoleh keuntungan finansial. Tujuan yang kedua adalah untuk melihat seberapa besar respon khalayak terhadap program acara film lepas yang ditayangkan oleh stasiun tersebut pada jam yang bersamaan oleh stasiun lain yang samasama menayangkan film lepas.
67
Dalam hal ini tugas dari seorang programmer dari stasiun televisi itu di tuntut untuk bisa melihat bagaimana yang harus dilakukan untuk mengambil hati penonton agar tetap menonton program acara mereka. Maka dari itu di terdapat jalan pintas yang ambil oleh stasiun itu yaitu dengan menampilkan adegan yang seharusnya mendapatkan sensor internal dari stasiun televisi tersebut
4.2.2. Analisa Data Berdasarkan metode Triangulasi, penulis mencoba untuk membandingkan data yang ada dengan pengamatan langsung, maka dapat digambarkan beberapa hal mendasar, yaitu sebagai berikut: Malam itu, O’Channel tengah menyiarkan film berjudul Farewell My Love dalam program movie mania yang ditayangkan mulai pukul 19.3021.30 wib. Tibatiba, di tengah film yang berkisah tentang drama percintaan ini muncul adegan pelanggaran berat yang tak sepantasnya muncul, terlebih dalam waktu tayang non dewasa. Diawali adegan percumbuan dengan latar belakang kolam renang, dalam film itu terdapat adegan berbaju renang yang secara eksplisit bertelanjang dada. Hasil dari wawancara itu meliputi bahwa tayangan tersebut telah melakukan pelanggaran berat dan mengabaikan P3SPS mengenai pasal 19 dan 27 tentang pelanggaran dan pembatasan program siaran seks dan pemberitaan manusia telanjang. Seperti yang di unugkapkan oleh ibu Fetty Fajriati ”Jenis dan bentuk pelanggaraan nya adalah pengabaian P3SPS dan merupakan pelanggaran berat karena menyangkut pasal 19 tentang pelanggaran dan pembatasan program siaran seks dan pasal 27 tentang pemberitaan manusia telanjang.
68
Iya benar, karena telah mengabaikan pedoman perilaku penyiaran dan standar program siaran (P3SPS) serta ketentuan pidana terkait pelanggaran isi siaran dalam UU penyiaran 2002”
Dalam wawancara dengan anggota KPI yang bernama ibu Fetty Fajriati itu dilaksanakan pada tanggal 18 Januari 2008 pukul 14.00 WIB, beliau mengatakan bahwa tayangan tersebut merupakan pengawasan yang dilakukan oleh anggota KPI periode sebelumnya, dan untuk melakukan tindakan KPI saat itu belum bisa melakukan tindakan karena pada periode sebelumnya P3SPS yang ada waktu itu masih dalam judicial review (ditinjau ulang) oleh MA, itu disebabkan P3SPS belum mendapatkan pengakuan dari industri penyiaran di Indonesia. Seperti yang di ungkapkan oleh ibu Fetty Fajriati “Dalam kasus ini adalah kasus yang ditangani oleh kepengurusan KPI periode 20032006 sebelumnya dan untuk memberikan sanksi administratif dalam bentuk denda itu belum bisa dilakukan karena P3SPS itu masih dalam proses hukum (judicial review).
Sebelum melakukan tindakan KPI Pusat mengaji terlebih dahulu tayangan ini dan memanggil pimpinan O’Chanel untuk meminta penjelasan. Berdasarkan pertemuan itu, KPI menindaklanjuti dengan mengirimkan surat teguran keras kepada stasiun televisi O’Chanel. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Fetty Fajriaty dalam wawancaranya: “Sebelum melakukan tindakan KPI pusat mengkaji tayangan Farewell My Love dan memanggil pimpinan O’ channel untuk meminta penjelasan. Berdasarkan pertemuan itu, KPI menindaklanjutinya dengan mengirimkan surat teguran keras kepada stasiun televisi O’ channel”
Dalam suratnya KPI, meminta O’Chanel untuk tidak mengulangi kembali kekeliruan mendasar. KPI pusat juga menyayangkan bahwa O’chanel telah mengabaikan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran P3SPS serta ketentuan pidana terkait pelanggaran isi siaran dalam UU Penyiaran 2002.
69
Kasus O’Channel ini berkembang ke arah pelanggaran pidana dibidang penyiaran. Berdasarkan laporan masyarakat, Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) mabes polri meminta KPI pusat untuk menyediakan rekaman sebagai alat bukti, selain itu, polri juga mengundang saksi ahli dari KPI pusat untuk dimintai keterangan terhadap kasus ini. Anggota KPI Pusat 20032008, Ade Armando yang ditugaskan mewakili KPI pusat dalam kasus ini menyatakan bahwa langkah yang ditempuh oleh KPI ini merupakan bukti keseriusan KPI untuk menindaklanjuti nota kesepahaman antara KPI sebagai wakil publik dan polri pada waktu sebelumnya untuk membenahi isi siaran televisi. Sebagai contoh, ade merujuk pada sanksi denda yang dijatuhkan FCC (Federal Communication Commission) di Amerika Serikat pada tahun 2004 kepada stasiun televise CBS sebesar $550 ribu dalam kasus insiden live musik janet Jackson dalam jeda acara siaran Super Bowl. Dalam siaran langsung itu, payudara janet Jackson sempat terekspose jelas tanpa pelindung selama beberapa detik. Meski CBS menajukan banding karena merasa tidak ada unsur kesengajaan, FCC tetap menganggap CBA harus bertanggung jawab. Disamping itu juga dalam kasus ini LSF adalah pihak yang secara hukum berwenang untuk menyensor film ini sebelum ditayangkan. Walapun KPI tidak berhak untuk melakukan penyensoran tetapi KPI memiliki kewenangan untuk meminta kepada setiap industri penyiaran untuk melakukan sensor internal. Seperti yabg di ungkapkan oleh ibi Fetty Fajriati “KPI tidak melakukan sensor, yang melakukan sensor itu adalah LSF (lembaga sensor film) yang dibentuk oleh presiden berdasarkan Undangundang No: 8 tahun 1992. Tetapi KPI bisa menyuruh industri televisi untuk melakukan sensor internal.”
70
Namun sayang dalam kasus ini KPI hanya bisa melakukan teguran saja dan tidak bisa memberikan sanksi administratif terkait pelanggaran isi siaran dalam UU Penyiaran 2002, karena pada masa periode 20032006 P3SPS yang ada waktu masih belum semua industri penyiaran menyetujui semua peraturan yang ada didalam P3SPS dan P3SPS masih dalam tinjau ulang oleh MA Tetapi saat ini P3SPS yang baru telah disetujui oleh MA dan industri penyiaran itu sendiri, dan dengan sendirinya apabila terjadi kasus yang sama sudah bisa diberikan sanksi admistratif dan mengacu dengan beberapa pasal dalam P3SPS dan KUHP. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Fetty Fajriaty dalam wawancaranya, sebagai berikut: “Dalam kasus ini adalah kasus yang ditangani oleh kepengurusan KPI periode 2003 2006 sebelumnya dan untuk memberikan sanksi administratif dalam bentuk denda itu belum bisa dilakukan karena P3SPS itu masih dalam proses hukum (judicial review). Tetapi sekarang ini sudah ada P3SPS yang baru, dan apabila ada kasus yang sama seperti ini sudah bisa di berikan sanksi berupa denda. Karena KPI bekerja sama dengan pihak kepolisian dalam memberikan sanksi dengan mengacu dalam KUHP dan P3SPS yang telah disepakati oleh semua stakeholder (masyarakat, industri penyiaran, LSM dll)”
Dalam kasus ini akhirnya KPI meminta O’Chanel untuk meminta maaf secara terbuka dan memberikan penjelasan yang memadai kepada publik serta serius membenahi muatan siarannya agar sesuai dengan ketentuan yang ada. Tabel 4.2.1 Permintaan Maaf O’Channel
71
Sayangnya, permintaan maaf yang ditayangkan secara screen on dilayar televisi O’Channel ini disiarkan pada waktu yang kurang tepat, setidaknya untuk dapat diketahui publik luas. Permintaan maaf itu disiarkan pada pukul 23.00 WIB, selama 13 detik, dan hanya sekali saja. Tentu saja ini tidak seimbang dengan waktu kejadian yang terjadi pada waktu tayang prime time yakni pukul 20.10 WIB. Disamping itu O’Channel juga berjanji untuk hentikan tayangan bermasalahnya. Dalam janjinya O’Channel akan menghentikan semua program program yang tidak sesuai dengan P3SPS yang dikeluarkan oleh KPI, pernyataan tersebut diungkapkan oleh Direktur Utama O’Channel Soetikno Soedarjo.
Terhitung mulai September 2006, PT Omni Intivision (OChannel) berjanji akan menghentikan semua programprogram tayangan yang tidak sesuai dengan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) yang dikeluarkan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Pernyataan tersebut, diungkapkan oleh Direktur Utama OChannel, Soetikno Soedarjo, dalam surat tanggapannya atas siaran pers KPI Pusat pada (16/8). Dalam siaran pers yang dikeluarkan sebelumnya tersebut (16/8), dinyatakan, KPI Pusat meminta secara tegas kepada OChannel untuk menghentikan program bernuansa cabul di stasiun televisinya. Pasalnya, jika mereka tidak menghentikan tayangantayangan yang bertentangan dengan P3 dan SPS, kemungkinan KPI Pusat akan mempertimbangkan untuk tidak memberikan Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP) yang sedang dijalani oleh OChannel.
Selain itu, dalam suratnya, OChannel juga menyatakan permohonan maafnya kepada KPI Pusat atas tayangan bermasalah pada TVnya, yang ketika sebelum dikeluarkan surat tanggapan ini, masih tayang. Menurut OChannel, tidak ada maksud untuk mengabaikan saransaran yang diberikan KPI terkait dengan program tayangannya. Selain itu, kedepan, OChannel juga berjanji akan melakukan pengawasan secara internal terhadap programprogram tayangannya.
72
Dengan demikian cukup jelas sudah, bahwa KPI pada masa periode 2003 2006 yang menangani kasus Farewell My Love yang ditayangkan oleh O’Channel tidak bisa berbuat banyak sebab dalam masa itu peraturan yang dimiliki KPI (P3SPS) masih dalam judicial review oleh MA, hanya teguran yang bisa dilakukan oleh KPI dan meminta kepada pihak stasiun penyiaran yang menyiarkan untuk meminta maaf kepada publik. Namun tidak untuk KPI yang sekarang, sebab P3SPS yang ada saat ini sudah di setujui oleh MA dan industri penyiaran. Apabila terjadi pelanggaran yang sama KPI sudah bisa melakukan tindakan, bukan hanya surat teguran melainkan memberikan sanksi administratif apabila terbukti melakukan pelanggaran dan pengabaian P3SPS. Belajar dari kasus ini, isi peraturan serta penegakan aturan main isi siaran televisi sudah sewajarnya memang tidak mengenal keteledoran. Kasus O’Chanel untuk kesekian kalinya menambah daftar panjang buruk pelanggaran P3SPS dan ketentuan isi siaran dalam UU Penyiaran 2002. Selain itu juga Komisi Penyiaran (KPI) meminta stasiunstasiun televisi nasional untuk tidak lagi menyiarkan program tayangan yang menyajikan materi seks secara terbuka dan vulgar, termasuk materi yang melecehkan perempuan dan menampilkan rekonstruksi adeganperkosaan. Dalam surat yang dikirimkan pada 30/09/2005, KPI mengingatkan seluruh stasiun televisi agar menghormati tatanan norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat Indonesia yang menganggap seks sebagai sesuatu yang sakral dan suci dan tidak pantas untuk dieksploitasi secara terbuka bagi publik.
73
KPI juga mengingatkan bahwa stasiun televisi tidak boleh melecehkan perempuan dan mengeksploitasi kekerasan seksual untuk meningkatkan daya jual program mereka. Dengan demikian, KPI meminta semua stasiun televisi untuk mengevaluasi kembali isi program dan meniadakan tampilan seks dalam beragam bentuk yang vulgar dan berselera rendah. Untuk itu, KPI meminta agar semua stasiuntelevisi kembali mempelajari dan mematuhi Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 SPS) yang telah diluncurkan sejak Agustus 2004 lalu dan, sesuai dengan UU Penyiaran 2002, wajib diikuti oleh setiap lembaga penyiaran di Indonesia. Selain itu, KPI juga meminta setiap lembaga penyiaran menyerahkan duluberbagai materi siaran yang mengandung muatan seks ke Lembaga Sensor Film, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia, yaitu UU No. 32 Tahun 2002 pasal 47. KPI akan melakukan pemantauan yang lebih seksama terhadap tayangantayangan yang dikeluhkan masyarakat tersebut. Bila di waktumendatang, pemantauan KPI menunjukkan bahwa muatan serupa masih terus tampil dalam tayangan televisi, KPI akan memberikan sanksi lebih lanjut atas pelanggaran P3SPS tersebut. Bila ada lembaga penyiaran yang berkerasmenyajikan materi yang merugikan kepentingan publik, KPI akan meninjau kembali kepantasan lembaga tersebut untukmemperoleh Izin PenyelenggaraanPenyiaran. Seharusnya dalam kasus ini ketegasan dari KPI sengat dibutuhkan demi melingdungi publik serta mendorong televise sebagai alat untuk mencerdaskan kehidupan masyarakat, layaknya kaca cermin, perilaku masyarakat dan isi siaran televise menggambarkan satu sama lain, karena isi siaran televise adlah miniatur kebudayaan masyarakat kita.
74
Human error memang selalu bisa terjadi, namun ini tidak dapat ditolerir lagi mengingat dampak isi siaran televisi yang sangat kuat dan luas dalam membentuk perilaku pemirsa. Hukum tidak mengenal keteledoran.
75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.
Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian tentang “Tindakan Komisi Penyiaran
Indonesia Terhadap Program Tayangan Seks di Televisi “yang telah dijelaskan secara lengkap pada Bab IV, maka peneliti dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Komisi Penyiaran Indonesia hanya memberikan tindakan dalam bentuk teguran tertulis kepada stasiun O’Channel terkait kasus penayangan film Farewell My Love 2. Komisi Penyiaran Indonesia pada masa periode 20032006 sudah membawa kasus ini ke Mabes Polri, sebab dalam kasus tersebut berkembang ke arah pelanggaran pidana di bidang penyiaran dan bisa dikenakan sanksi administratif. Tetapi sangat disayangkan peraturan yang dimiliki KPI (P3SPS) pada masa periode itu masih dalam proses judicial review oleh Mahkamah Agung, oleh karena itu KPI tidak bisa memberikan sanksi administratif kepada stasiun yang menayangan program tayangan tersebut, dengan kata lain tidak ada ketegesan dari KPI. Namun tidak untuk KPI pada masa periode sekarang, sebab peraturan yang dimiliki oleh KPI (P3SPS) saat ini sudah disahkan oleh MA. Apabila suatu hari terjadi pelanggaran yang sama dan mengarah kedalam pidana dibidang penyiaran, maka KPI sudah bisa memberikan sanksi administratif yang sesuai dengan peraturan KPI.
76
5.2
Saran Sedangkan saran yang dapat diberikan peneliti dari apa yang dilihat
berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan adalah: 1. Komisi Penyiaran Indonesia harus berani dalam memberikan tindakan kepada semua industri televisi yang melanggar peraturan dan ketentuan yang dimiliki oleh KPI. 2. Untuk stasiun televisi yang mempunyai program tayangan movie mania harus bisa lebih memperhatikan dan menjadikan P3SPS sebagai acuan serta pedoman dalam menayangkan setiap program acara, dan jangan sampai keteledoran atau human eror menjadi alasan klasik dalam setiap pelanggaran yang terjadi saat ini.
77
Daftar Pustaka Ashadi Siregar, Menyikapi Media Penyiaran LP3Y, Yogyakarta, 2001. Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2000. Alan Berker, Improve your communication skill, Jakarta, Elex Media Komputindo 2004 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung, Citra Aditya Bakti 2003 Sasa Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, Jakarta, Universitas Terbuka 2002 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Bandung, Remaja Rodakarya 2004 Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, Jakarta, Grasindo 2000 Mc Luhan, 1964; Bittner, 1980; 10, Wright, 1985; 27; Susanto, Para Pakar Komunikasi, 1980; 2 NCSS, 2002. Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta Universitas Terbuka 1999 Dennis Mc.Quail, Teori Komunikasi Massa, Erlangga, Yogyakarta 1997 Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi, Jakarta 2003 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi. Rineka Cipta, 1996 A.Alatas fahmi: Bersama Televisi Merendah Wajah Bangsa, YPKMD. Jakarta, 1997, hal 3032 Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung, Citra Aditya Bakti 2002 Sugihastuti dan Siti Hariti Sastriyani, Glosarium Seks dan Gender, Yogyakarta, Carasvati Book 2007 78
Teguh Imawan, Ketua Komunitas Media Literacy for TV (Kamelia TV) Moh. Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia 1985, Koentjaraningrat, MetodeMetode Penelitian Masyarakat, Gramedia Pustaka 1991 Robert K Yin, Studi Kasus (desain dan metode), Manajemen PT. Raja Grafindo Persada 2006 Eriyanto, Analisis Framing, Yogyakarta, LKis, 2002 www.kpi.go.id Http://replubika.co.id/koran_detail.asp?id=234256_id=16
79
DRAF WAWANCARA 1. Kapan Komisi Penyiaran Indonesia ini didirikan? 2. Apa tugas dari KPI? 3. Lalu apa fungsi dan kewajiban dari KPI? 4. Bagaimana KPI menjalankan tugas, fungsi dan kewajibannya? 5. Pada tanggal 15 Februari yang lalu, O Channel menayangkan film yang berjudul Farewell My Love. Menurut KPI apakah film tersebut melanggar? 6. Apa jenis dan bentuk pelanggaran nya? Kemudian melanggar pasal berapa? 7. Film tersebut melanggar dalam pasal 42 dan 50 tentang hubungan seks dan adegan telanjang, apakah sebelumnya film tersebut belum diserahkan ke lembaga sensor lebih dulu? 8. Bagaimana tindakan dari KPI? 9. KPI memberikan sanksi administratif dalam bentuk apa? 10.Apa saja jenis sanksi administratif yang diberikan? 11.Kapan dan dimana teguran tertulis itu diberikan? 12.Selain teguran tertulis, apakah KPI memberikan sanksi yang lain? 13.Bagaimana KPI menyikapi makin maraknya tayangan seks di televisi? 14.Apa pengaruh P3SPS dalam program tayangan di televisi? 15.Apakah selama ini KPI melakukan tindakan serta memberikan sanksi berdasarkan atas keluhan dari masyarakat saja?
80
Apa tugas dari KPI? Jawaban : menurut Undangundang No 32 tahun 2004 Tentang Penyiaran, KPI memiliki fungsi, wewenang, tugas dan kewajiban, yang dapat dikelompokan ke dalam tiga hal, yakni: regulasi atau pengaturan; pengawasan; dan pengembangan. Tugas KPI adalah memilihara tatanan informasi nasional yang adil dan seimbang dan menampung, meneliti, dan menindaklanjuti aduan, sanggahan, serta kritik dan apresiasi masyarakat terhadap penyelenggaraan penyiaran. Lalu apa fungsi dan kewajiban KPI? Jawaban : Fungsi KPI adalah menetapkan standar program siaran, menyusun peraturan dan menetapkan pedoman perilaku penyiaran, mengawasi peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta standar program siaran, memberikan sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan pedoman perilkau penyiaran serta standar pedoman siaran dan melakukan koordinasi atau kerjasama dengan pemerintah, lembaga penyiaran dan masyarakat. Sedangkan kewajiban KPI adalah menjamin masyarakat untuk memperoleh yang layak dan benar sesuia dengan hak asasi manusia, ikut membantu pengaturan infrastruktur bidang penyiaran, ikut membangun iklim persaingan yang sehat antara lembaga penyiaran dan industri terkait. Bagaimana KPI menjalankan tugas, fungsi dan kewajibannya? Jawaban: Pada masa awal kerjanya di tahun 2004, KPIP membagi pelaksanaan tugas dan kewajiban menjadi sembilan bidang. Secara khusus, posisi Ketua dan Wakil Ketua lebih difokuskan pada pengaturan kelembagaan. Sedangkan ketujuh anggota KPI lainnya menangani bidang masingmasing yakni : Bidang Bisnis dan Industri, Bidang Hubungan dan Permasalahan KPID, Bidang Perizinan, Bidang Pemantauan Pedoman dan Standar Program Siaran, Bidang Teknologi, Frekuensi dan Sistem Jaringan, Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Peran Serta Masyarakat dan Bidang Hukum dan Sanksi. Dalam perjalanannya, pada Mei 2005 KPIP menyederhanakan kesembilan bidang tersebut menjadi tiga bidang yang secara kelembagaan dikoordinasikan oleh ketua dan wakil ketua. Ini dilakukan agar pengelolaan core business KPIP dapat dilaksanakan lebih sistematis. Ketiga bidang tersebut adalah: Bidang Pengelolaan Struktur Sistem Penyiaran Indonesia, Bidang Pengawasan Isi Siaran dan Bidang Kelembagaan. Pada tanggal 15 Februari 2007, O channel menayangkan film yang berjudul Farewell My Love. Menurut KPI apakah Film tersebut melanggar? Jawaban: Iya benar, karena telah mengabaikan pedoman perilaku penyiaran dan standar program siaran (P3SPS) serta ketentuan pidana terkait pelanggaran isi siaran dalam UU penyiaran 2002 Apa jenis dan bentuk pelanggaran nya? Kemudian melanggar pasal berapa? Jawaban: Jenis dan bentuk pelanggaraan nya adalah pengabaian P3SPS dan merupakan pelanggaran berat karena menyangkut pasal 19 tentang pelanggaran
81
dan pembatasan program siaran seks dan pasal 27 tentang pemberitaan manusia telanjang.
Bagaimana tindakan dari KPI? Jawaban: Sebelum melakukan tindakan KPI pusat mengkaji tayangan farewell my love dan memanggil pimpinan O’ channel untuk meminta penjelasan. Berdasarkan pertemuan itu, KPI menindaklanjutinya dengan mengirimkan surat teguran keras kepada stasiun televisi O’ channel. Kapan dan dimana teguran tertulis itu di berikan? Jawaban: Yang pasti pemberian teguran itu dilakukan di Jakarta dan pemberian sanksi itu berdasarkan dari atas pengkajian tayangan film tersebut. Setelah itu baru bisa di berikan surat teguran.
Selain sanksi administratif apakah KPI memberikan sanksi yang lain? Jawaban: Dalam kasus ini adalah kasus yang ditangani oleh kepengurusan KPI periode 20032006 dan untuk memberikan sanksi administratif dalam bentuk denda itu belum bisa dilakukan karena P3SPS itu masih dalam proses hukum (judicial review). Tetapi sekarang ini sudah ada P3SPS yang baru, dan apabila ada kasus yang sama seperti ini sudah bisa di berikan sanksi berupa denda. Karena KPI bekerja sama dengan pihak kepolisian dalam memberikan sanksi dengan mengacu dalam KUHP dan P3SPS yang telah disepakati oleh semua stakeholder (masyarakat, industri penyiaran, LSM dll) Bagaimana bisa lulus sensor? Apakah sebelumnya film tersebut belum diserahkan ke lembaga sensor lebih dulu? Jawaban: KPI tidak melakukan sensor, yang melakukan sensor itu adalah LSF (lembaga sensor film) yang dibentuk oleh presiden berdasarkan Undangundang No: 8 tahun 1992. Tetapi KPI bisa menyuruh industri televisi untuk melakukan sensor internal. Bagaimana KPI menyikapi makin maraknya tayangan seks di televisi? Jawaban: KPI hanya melihat apa saja yang terjadi dengan suatu industri televisi dalam sebuah program acaranya, apabila nanti terjadi sebuah pelanggaran bisa langsung di sesuaikan dengan P3SPS yang telah di sepakati bersama oleh industri televisi. Apakah selama ini KPI melakukan tindakan serta memberikan sanksi berdasarkan atas keluhan masyarakat saja? Jawaban: iya, tetapi teguran tidak berdasarkan keluhan masyarakat. Tapi kalau memberikan sanksi harus ada peran dari masyarakat, karena dilihat dari siapa yang dirugikan atas penayangan film tersebut.
82
Rabu, 6 September 2007 OChannel Berjanji Hentikan Tayangan Bermasalahnya Terhitung mulai September 2006, PT Omni Intivision (OChannel) berjanji akan menghentikan semua programprogram tayangan yang tidak sesuai dengan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) yang dikeluarkan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Pernyataan tersebut, diungkapkan oleh Direktur Utama OChannel, Soetikno Soedarjo, dalam surat tanggapannya atas siaran pers KPI Pusat pada (16/8). Dalam siaran pers yang dikeluarkan sebelumnya tersebut (16/8), dinyatakan, KPI Pusat meminta secara tegas kepada OChannel untuk menghentikan program bernuansa cabul di stasiun televisinya. Pasalnya, jika mereka tidak menghentikan tayangantayangan yang bertentangan dengan P3 dan SPS, kemungkinan KPI Pusat akan mempertimbangkan untuk tidak memberikan Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP) yang sedang dijalani oleh OChannel. Selain itu, dalam suratnya, OChannel juga menyatakan permohonan maafnya kepada KPI Pusat atas tayangan bermasalah pada TVnya, yang ketika sebelum dikeluarkan surat tanggapan ini, masih tayang. Menurut OChannel, tidak ada maksud untuk mengabaikan saransaran yang diberikan KPI terkait dengan program tayangannya. Selain itu, kedepan, OChannel juga berjanji akan melakukan pengawasan secara internal terhadap programprogram tayangannya.
83
85