793/PGSD
USULAN PENELITIAN HIBAH BERSAING
PENGEMBANGAN MATERI DAN MODEL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI-NILAI LOKAL YANG BERORIENTASI TEKNOHUMANISTIK BERBANTUAN MODUL KOOPERATIF BAGI SISWA SEKOLAH DASAR
UNDIKSHA MARET, 2015
i
DAFTAR ISI SAMPUL DEPAN LEMBAR PENGESAHAN DAFTAR ISI……………………………………………………………………… RINGKASAN……………………………………………………………………… BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………… 1.1 Latar belakang…………………………………………………………….. 1.2 Tujuan Khusus Penelitian………………………………………………...... 1.3 Urgensi Penelitian………………………………………………………..... 1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………………
i ii 1 1 2 2 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………….. 2.1 Konsep Dasar Pendidikan Karakter............................................................... 2.2 Substansi dan Model Pendidikan Karakter................................................... 2.3 Peta Jalan Penelitian......................................................................................
7 7 9 12
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………………….
16
BAB IV BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN………………………………. a. Biaya Penelitian…………………………………………………………. b. Jadwal Pelaksanaan Penelitian…………………………………………..
20 20 20
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… LAMPIRAN – LAMPIRAN……………………………………………………..
22 25
i
RINGKASAN Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah: terwujudnya materi dan model pendidikan karakter berbasis nilai-nilai local bali yang berorientasi teknohumanistik, sehingga dapat menunjang terwujudnya integrasi kebangsaan dan harmoni bernegara. Secara khusus, penelitian ini bertujuan (target) untuk: menggali dan memformulasikan konsep-konsep dasar dan generalisasi pokok pendidikan karakter berbasis nilai-nilai local bali yang berorientasi teknohumanistik, (2) mengembangkan model pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran PKn bagi siswa SD, (3) mengembangkan model pendidikan karakter yang berorientasi kooperatif yang praktis dan aplikatif bagi siswa SD, dan (4) mengembangkan buku pedoman pendidikan karakter berbasis nilai-nilai local bali yang berorientasi teknohumanistik bagi guru SD. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan ala Akker dan Plomp yang diintegrasikan dengan model Borg dan Gall, dalam konstruk penelitian pendidikan. Penelitian ini akan dilakukan di Provinsi Bali, dengan melibatkan siswa dan guru SD yang tersebar di 8 kabupaten dan 1 kota madya, yang penetapannya dilakukan secara stratified area random sampling. Instrumen yang digunakan terdiri dari: lembar observasi, pedoman wawancara, kuisioner terbuka dan tertutup, tes hasil belajar, tes pemahaman dan keterampilan multikultur, dan core appraisal respons (CAR) dari Kirschenbaum. Penelitian ini akan dilakukan selama 3 tahun, yaitu dari tahun 2016 – 2018. Produk tahun pertama (2016) adalah: draft materi dan model pendidikan karakter berbasis nilai-nilai local bali yang berorientasi teknohumanistik, dan artikel ilmiah yang terbit di jurnal terakreditasi. Produk tahun kedua (2017) adalah: (1) materi pendidikan karakter berbasis nilai-nilai lokal bali yang berorientasi teknohumanistik, (2) model pembelajaran pendidikan karakter, (3) modul kooperatif pendidikan karakter sekolah dasar, dan (4) artikel ilmiah yang terbit di jurnal/bulletin internasional. Produk tahun ketiga (2018) adalah: (1) materi pendidikan karakter berbasis nilai-nilai lokal bali yang berorientasi teknohumanistik, (2) model pembelajaran pendidikan karakter, (3) modul kooperatif pendidikan karakter untuk siswa sekolah dasar, (4) perangkat pendidikan karakter (silabus dan rencana pembelajaran) yang praktis dan aplikatif untuk siswa SD, dan (5) artikel ilmiah yang terbit di jurnal/bulletin internasional. Kata kunci: pendidikan karakter, nilai lokal bali, teknohumanistik, PKn sekolah dasar
ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Globalisasi telah meretas berbagai hegemoni dan identitas kebangsaan setiap Negara-bangsa tanpa terkecuali Indonesia. Sejalan dengan generalisasi tersebut, setiap bangsa dituntut untuk senantiasa siap berkompetisi dalam dinamika masyarakat global yang teramat dinamis. Modalitas utama kompetisi di era global adalah “kekuatan karakter kebangsaan” yang diusung oleh masing-masing negara. Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan dunia. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang diambilnya. Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal 1 UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafaskan nilai-nilai luhur bangsa serta agama yang dianutnya. Melalui pendidikan karakter sebuah bangsa akan mampu melahirkan manusiamanusia yang berkarakter kebangsaan sesuai dengan nilai-nilai dasar budaya dan idiologi Negara yang dianutnya. Hal ini semakin penting saat ini, karena pada dasarnya tujuan akhir dari pendidikan adalah terbentuknya kecerdasan yang berkarakter pada setiap insane yang menjalaninya. Hanya melalui pendidikan karakter ala Indonesia dengan balutan nilai-nilai multikulturlah, bangsa Indonesia akan mampu melakoni kompetisi di era global. Disisi lain, berbagai persoalan kebangsaan yang saat ini mengemuka, mulai dari carut marutnya hokum, korupsi, perilaku asusila para legislator, sampai pada abrasi nilainilai nasionalisme keindonesiaan, menjadikan pendidikan karakter semakin strategis dan telah menjadi kebutuhan yang tidak bias ditawar lagi bagi keajegan pilar-pilar keiIndonesiaan. Melalui pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak bangsa akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan pembangunan karakter ke-Indonesiaan. 1
1.2 Tujuan Khusus Penelitian Fokus dan tujuan pokok dari penelitian ini adalah: terwujudnya materi dan model pendidikan karakter berbasis nilai-nilai lokal yang berorientasi teknohumanistik, sehingga dapat menunjang terwujudnya integrasi kebangsaan dan harmoni bernegara. Secara rinci, tujuan dari penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Menidentifikasi dan memformulasikan konsep-konsep dasar dan generalisasi pokok
pendidikan
karakter
berbasis
nilai-nilai
local
yang
berorientasi
teknohumanistik bagi siswa sekolah dasar. 2) Mengembangkan
model
pendidikan
karakter
yang
terintegrasi
dalam
pembelajaran PKn secara holistik yang relevan untuk siswa sekolah dasar. 3) Mengembangkan modul pendidikan karakter berbasis nilai-nilai local dan berorientasi kooperatif yang praktis dan aplikatif bagi siswa sekolah dasar. 4) Mengembangkan buku pedoman pendidikan karakter berbasis nilai-nilai local yang berorientasi teknohumanistik bagi guru sekolah dasar. 5) Mengembangkan perangkat pendidikan karakter (silabus, rencana pembelajaran, dan
instrument
penilaian)
berbasis
nilai-nilai
local
dan
berorientasi
teknohumanistik yang relevan, valid, dan praktis bagi siswa sekolah dasar. 1.3 Urgensi (Keutamaan) Penelitian Bangsa Indonesia saat ini tengah dihadapkan pada pertarungan menemukan dan memperkuat jati diri di tengah-tengah pergulatan kompetisi masyarakat global. Hal disebabkan karena dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia telah menunjukkan adanya degradasi atau demoralisasi dalam pembentukan karakter dan kepribadian Indonesia. Degradasi nilai-nilai dan moral kebangsaan, sebagai inti atau core values dari pembentukan karakter manusia Indonesia, tersebut tidak saja terjadi di kalangan masyarakat awam tetapi juga sudah merambah ke kepribadian para profesional, tokoh masyarakat, para terpelajar, para pendidik, elit politik, bahkan hingga para pemimpin bangsa dan negara, yang semestinya mereka-mereka mampu menjadi model ketauladanan bagi masyarakat Indonesia secara umum. Merupakan sebuah kewajaran, bilamana banyak penilaian masyarakat dunia yang menyatakan bahwa Indonesia adalah negara terkorup di dunia dan birokrasi pemerintahan paling buruk kedua di dunia. Belum lagi, banyak fakta lainnya yang menunjukkan bahwa degradasi nilai-nilai dan moral kebangsaan itu telah terjadi dari tingkat akar rumput sampai tataran sufra struktur pemerintahan. Berbagai pengingkaran terhadap karakter 2
kebangsaan telah menghiasi kehidupan kita sebagai sebuah bangsa yang bermoral dan berkarakter kekeluargaan, mulai dari maraknya kasus narkoba, pertikaian bersenjata antar kelompok massa, kekerasan terhadap anak dan perempuan, pornografi dan pornoaksi yang makin vulgar ditunjukkan oleh kalangan muda hingga elit politik, hubungan seks bebas yang makin menjangkiti kalangan siswa dan mahasiswa, kasus mafia hukum dan peradilan, gerakan terorisme oleh salah satu kelompok masyarakat Indonesia sendiri, kasus money politik dalam pemilukada dan pemilu legislatif, pencemaran dan kehancuran lingkungan ekologis, kompetisi antar kepentingan yang makin tajam dan tidak fair, kasus penggusuran kelompok miskin di kota-kota besar, dan sulitnya menumbuhkan kepercayaan terhadap kejujuran masyarakat adalah sedikit contoh kecil dari gunung es degradasi nilai-nilai ke-Indonesiaan dan moral kebangsaan telah terjadi dalam kehidupan bangsa ini. Proses degradasi nilai dan moral kebangsaan pada tataran kehidupan berbangsa selama ini, telah mengalami proses yang lama, sehingga memunculkan karakter manusia Indonesia yang cenderung memiliki nilai-nilai yang mengagungkan dan mengukur keberhasilan seseorang dari aspek kebendaan semata-mata. Jika pembudayaan nilai-nilai menyimpang tersebut pada dasarnya juga adalah hasil proses pendidikan (karena pembudayaan tidak bisa dilepaskan dari pendidikan), maka dapat dikatakan pula bahwa ada yang salah dalam proses pendidikan nasional kita, sehingga menstimuli lahirnya generasi masyarakat yang kurang berkarakter ke-Indonesiaan. Pendidikan nasional dengan segala pirantinya, ditengarai kurang berbasis pada pendidikan karakter ke-Indonesiaan, karena terkesan lebih menonjolkan pendidikan yang takabur pada keunggulan berpikir logika kognitif semata-mata. Fakta empiris ini sejalan dengan apa yang dikedepankan oleh Roosevelt yang menyatakan bahwa: “to educate a person in mind and not in morals is to educate a menace to society” (Megawangi, 2010). Berangkat dari rasionalitas dan fakta empiris tersebut, maka pengembangan materi dan pelaksanaan pendidikan karakter sangat penting dan mendesak dilakukan dalam konstelasi praktek pendidikan nasional. Pendidikan karakter dipandang sebagai jalan keluar dari kemelut moral kebangsaan yang berkepanjangan yang saat ini tengah dihadapi oleh Bangsa Indonesia. Secara legalitas-formil, konstitusi Indonesia telah mengamanatkan pentingnya pendidikan karakter, sebagaimana yang dinegasikan dalam pasal 31 ayat 3 yaitu “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang 3
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang”. Fakta yuridis ini telah dipertegas dan dioperasionalkan melalui UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang didalamnya secara empiris ditegaskan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah: mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis dan bertanggungjawab. Menyadari demikian urgen dan strategisnya pendidikan karakter bagi perbaikan moralitas bangsa dan kehidupan bernegara kita, maka lembaga pendidikan, khususnya pendidikan dasar harus mampu ambil bagian secara proporsional dalam memikul tanggungjawab tersebut. Hal ini penting, mengingat peletakan fondasi moralitas kebangsaan seseorang dimulai pada jenjang sekolah dasar (SD), sebagai pintu pertama dan utama seseorang mengenal pendidikan secara formal. Bilamana pada jenjang ini, proses pendidikan tidak mampu mengnatrakan seorang siswa untuk mampu membangun kediriannya secara individu dan kelompok, terutama bagaimana mereka menginternalisasi nilai-nilai budaya dan karakter idiologis bangsanya, maka pada jenjang yang lebih tinggi akan muncul persoalan baru, yang jauh lebih kompleks. Bertalian dengan kajian empiris tersebut, maka penelitian ini akan difokuskan pada pengembangan materi dan model pendidikan karakter yang berbasis nilai-nilai local dan berorientasi spiritual. Hal ini adalah sesuatu yang baru, mengingat sepanjang pengetahuan peneliti, belum ada materi pendidikan karakter dan model pendidikan karakter yang ditetapkan dan diberlakukan secara nasional dan berkelanjutan. Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia, baru sebatas menganjurkan dan memberikan contoh nilai-nilai materi dasar yang bias dikembangkan atau ditindaklanjuti oleh satuan pendidikan dalam pelaksanaan pendidikan karakter. Untuk itu, masih terbuka ruang yang luas bagi pengembangan materi dan model pendidikan karakter yang relevan, valid, dan praktis bagi siswa sekolah dasar (SD). Kalangan psikologi menyatakan bahwa pendidikan karakter sebaiknya diberikan sejak usia kanak-kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age), karena usia ini terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Hal ini diperkuat dengan temuan penelitain pendahuluan 4
bahwa: (1) sekitar 49.5% variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20.5% sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua (Dantes, 2009). Berdasarkan rasional akademis tersebut, maka pendidikan karakter secara formal semestinya dimulai sejak jenjang Sekolah Dasar, karena dalam struktur kelembagaan pendidikan nasional, sekolah dasar adalah pintu pertama siswa mengenai pendidikan formal. Berdasarkan fakta dan rasional di atas, maka penelitian ini akan menjadi entry point bagi terbangunnya materi pendidikan karakter dan model pendidikan karakter yang bersandar pada keluhuran nilai-nilai lokal masyarakat Indonesia, sehingga hasilnya nanti dapat dijadikan sebagai salah satu alternative dan model contoh pendidikan karakter bagi sekolah dasar di seluruh Indonesia, khususnya dalam mengeliminasi persoalan-persoalan besar kebangsaan, yang bersentuhan langsung dengan moralitas warga Negara dan karakter ke-Indonesiaan. Produk dari penelitian ini, nantinya dapat dijadikan sebagai alternative dalam mengatasi kebuntuan akademis dan politis pembangunan moralitas kebangsaan dan perbaikan nilai-nilai kemanusiaan Indonesia melalui praktek pendidikan formal. Dengan latar instruksional sekolah dasar (SD), penelitian ini akan menghasilkan materi pendidikan karakter berbasis nilai-nilai local, dan model pembelajaran pendidikan karakter yang benar-benar bernilai manfaat bagi upaya mengatasi persoalan degradasi dan abrasi moralitas kebangsaan. Model pendidikan karakter yang dikembangkan dalam penelitian ini, nantinya diharapkan mampu membangun kesadaran transendental siswa SD yang terejawantahkan dalam perilaku yang konstruktif berdasarkan konteks kehidupan dan nilai budaya lokal, sehingga mereka akan terbentuk sebagai manusia Indonesia yang emiliki kesadaran global, namun mampu bertindak sesuai konteks lokal. 1.4 Manfaat Penelitian Nilai strategis lain dari kebermanfataan penelitian ini bahwa siswa sekolah dasar secara psikologis adalah manusia yang berada pada tahap “operasional kongkrit”, dengan cirri utama, bahwa mereka akan mampu memahami dan melakukan sesuatu dengan baik dan benar, bilamana kepadanya diberikan kesempatan untuk “menyentuh, merasakan, melakoni, dan dimodelkan”, sehingga materi dan model pendidikan karakter yang relevan untuk siswa sekolah dasar, logikanya juga mengacu pada konsep tersebut. Bertalian dengan hal itu, maka secara rinci manfaat dari penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut.
5
1) Bagi Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah RI, temuan dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan atau alternative model kurikulum (standar isi, standar kompetensi, dan kompetensi dasar) pendidikan karakter bagi siswa sekolah dasar, sehingga memudahkan dalam pembangunan karakter kebangsaan dan menyelesaikan berbagai permasalahan kebangsaan, terutama phenomena degradasi moral dan carut marutnya nilai acuan nasional yang marak terjadi dewasa ini. 2) Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten/kota, khususnya Dinas Pendidikan, temuan penelitian ini akan menjadi solusi strategis bagi kebutuhan konsep dan model pendidikan karakter yang relevan, valid, dan praktis dikembangkan di daerahnya masing-masing, khususnya bagi jenjang pendidikan sekolah dasar, mengingat sampai saat ini, belum ada acuan materi dan model pendidikan karakter yang dapat diacu atau dipedomani, sehingga model yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat mempercepat proses pembangunan karakter kebangsaan melalui lembaga pendidikan formal di daerahnya masing-masing. 3) Bagi sekolah, khususnya sekolah dasar, temuan penelitian ini akan menjadi acuan dan pedoman yang sangat relevan dalam mengembangkan program-program pendidikan karakter, sesuai dengan nilai-nilai local unggulan yang berkembang dan dianut oleh masyarakat lingkungan sekolah, sehingga produk penelitian ini memiliki nilai akselerasi yang cukup tinggi bagi pemberdayaan sekolah sebagai pemegang otoritas pengembangan kurikulum di era otonomi saat ini. 4) Bagi lembaga pendidikan dan tenaga kependidikan (LPTK), temuan penelitian ini sangat bermanfaat dalam rangka pengembangan dan inovasi kurikulum program pendidikan guru sekolah dasar (PGSD), sehingga secara dini calon-calon guru sekolah dasar tersebut telah memahami dan memahiri bagaimana orientasi materi dan model pendidikan karakter yang mesti dikembangkan pada saat mana nanti mereka telah menjadi guru di sekolah dasar. Hal ini penting, mengingat selama ini isi kurikulum PGSD belum mengacu secara tegas dan jelas terkait dengan pentingnya pendidikan karakter bagi mahasiswa calon guru tersebut. 5) Model pendidikan karakter berbasis nilai-nilai local dan berorientasi teknohumanisti yang diintegrasikan dengan pengembangan modul kooperatif sebagai produk dari penelitian ini, dapat mempercepat penyelesaian isu-isu nasional yang bersentuhan dengan masalah abrasi nilai-nilai kebangsaan dan menipisnya benteng moral kenegaran yang menggejala di berbagai daerah saat ini, khususnya dikalangan 6
generasi muda. Disisi lain, model ini dapat dijadikan sebagai acuan atau pemotivasi sekolah dasar di berbagai daerah dalam mengembangkan model pendidikan karakter sesuai dengan nilai-nilai local unggulan di daerahnya masing-masing. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Pendidikan Karakter Pendidikan karakter memiliki peran penting untuk membangun karakter seseorang. Bukan saja saat ini sejak 2500 tahun yang lalu, Socrates telah berkata bahwa tujuan paling mendasar dari pendidikan adalah untuk membuat seseorang menjadi good and smart. Dalam sejarah Islam, sekitar 1500 tahun yang lalu Muhammad SAW, Sang Nabi terakhir dalam ajaran Islam, juga menegaskan bahwa misi utamanya dalam mendidik manusia adalah untuk mengupayakan pembentukan karakter yang baik (good character) dimana ajaran pertamanya adalan kejujuran (al-amien) serta bagaimana dapat membangun karakter yang baik tersebut maka saat itu pula telah di ajar bahwa manusia harus senantiasa mampu belajar (iqra) apakah belajar dari ayat-ayat yang tertulis maupun ayat-ayat yang tidak tertulis. Tokoh pendidikan Barat yang mendunia seperti Klipatrick, Lickona, Brooks dan Goble seakan menggemakan kembali gaung yang disuarakan Socrates bahwa moral, akhlak atau karakter adalah tujuan yang tak terhindarkan dari dunia pendidikan. Begitu juga dengan Marthin Luther King Jr. menyetujui pemikiran tersebut dengan mengatakan, “Intelligence plus character, that is the true aim of education”. Kecerdasan plus karakter, itulah tujuan yang benar dari pendidikan. Pakar pendidikan Indonesia, Fuad Hasan (2001), dengan tesis bahwa: pendidikan adalah pembudayaan. Menurutnya, pendidikan bermuara pada pengalihan nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial (transmission of cultural values and social norms). Sementara Mardiatmadja menyebut pendidikan karakter sebagai ruh pendidikan dalam memanusiakan manusia. Konsep berpikir para tokoh pendidikan di atas, menunjukkan bahwa pendidikan sebagai nilai universal berkehidupan memiliki tujuan pokok yang disepakati di setiap jaman, pada setiap kawasan, dan dalam semua pemikiran. Dengan bahasa sederhana, tujuan yang disepakati itu adalah merubah manusia menjadi lebih baik dalam pengetahun, sikap dan keterampilan. Tak dapat dipungkiri, bahwa sekolah memiliki pengaruh dan dampak terhadap pembentukan karakter siswa, baik disengaja maupun tidak. Kenyataan ini menjadi entry point untuk menyatakan bahwa sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melakukan pendidikan moral dan pembentukan karakter. Hal ini bukanlah 7
sebatas kewajiban, melainkan harus menjadi skala prioritas dalam keseluruhan program pendidikan di lingkungan dan semua jenjang pendidikan di Indonesia. Sejalan dengan pendidikan karakter, phenomena pengasuhan dalam keluarga (parenting) sekarang ini, banyak yang sudah menyalahi peran utama keluarga sebagai media sosialisasi utama yang mengenalkan nilai-nilai dan norma-norma kehidupan kepada anak. Bermunculannya tempat penitipan anak (child care) misalnya, menunjukkan banyak keluarga yang sudah kehilangan waktu untuk mengasuh dan mendidik anakanaknya. Howard (Megawangi, 2010), menyatakan bahwa: sekalipun perdebatan seputar tujuan pendidikan tidak pernah berakhir, namun upaya mempersiapkan generasi baru dari warga negara merupakan suatu tujuan yang telah disepakati. Kewarganegaraan ini mempunyai dua dimensi politik dan sosial, yang keduanya menyatu dan terlibat dengan isu-isu moral. Tidaklah mungkin meninggalkan isu-isu moral ini di luar jangkauan sekolah. Sebagai konsekuensinya, pendidikan moral haruslah menjadi salah satu dari dua tujuan umum pedidikan; yang tujuan lainnya adalah mengajarkan kecerdasan dan kecakapan akademik (teaching academic content and skills). Secara konseptual, pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang juga disebut sebagai the golden rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut. Menurut para ahli psikolog, beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah: cinta kepada Tuhan dan ciptaann-Nya (alam dengan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan cinta persatuan. Pendapat lain mengatakan bahwa karakter dasar manusia terdiri dari: dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur, tanggung jawab; kewarganegaraan, ketulusan, berani, tekun, disiplin, visioner, adil, dan punya integritas. Penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah atau dikampus harus berpijak kepada nilai-nilai karakter dasar, yang selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau lebih tinggi (yang bersifat tidak absolut atau bersifat relatif) sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekolah itu sendiri. Berdasarkan grand design yang dikembangkan Kemendiknas (2010), secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) 8
dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development) , Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development). Hersh, et. al. (1980), menyatakan ada enam pendekatan yang banyak digunakan untuk melaksanakan dan mengembangan pendidikan karakter, yaitu: pendekatan pengembangan rasional, pendekatan pertimbangan, pendekatan klarifikasi nilai, pendekatan pengembangan moral kognitif, dan pendekatan perilaku sosial. Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. 2.2 Substansi dan Model-Model Pendidikan Karakter Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif. Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. Keberhasilan dalam menyelenggarakan dan menanamkan nilai-nilai kehidupan melalui pendidikan karakter dapat pula dipengaruhi oleh cara atau pendekatan yang dipergunakan dalam menyampaikan. Menurut Suparno, dkk. (2002:42-44), ada empat model pendekatan penyampaian pendidikan karakter yang bias dikembangkan oleh guru di kelas, yaitu: (1) Model sebagai Mata Pelajaran Tersendiri (monolitik) Dalam model pendekatan ini, pendidikan karakter dianggap sebagai mata pelajaran tersendiri. Oleh karena itu, pendidikan karakter memiliki kedudukan yang sama dan diperlakukan sama seperti pelajaran atau bidang studi lain. Dalam hal ini, guru bidang 9
studi pendidikan karakter harus mempersiapkan dan mengembangkan kurikulum, mengembangkan silabus, membuat Rancangan Proses Pembelajaran (RPP), metodologi pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Konsekuensinya pendidikan karakter harus dirancangkan dalam jadwal pelajaran secara terstruktur. Kelebihan dari pendekatan ini antara lain materi yang disampaikan menjadi lebih terencana matang/terfokus, materi yang telah disampaikan lebih terukur. Sedangkan kelemahan pendekatan ini adalah sangat tergantung pada tuntutan kurikulum, kemudian penanaman nilai-nilai tersebut seolah-olah hanya menjadi tanggung jawab satu orang guru semata, demikian pula dampak yang muncul pendidikan karakter hanya menyentuh aspek kognitif, tidak menyentuh internalisasi nilai tersebut. (2) Model Terintegrasi dalam Semua Bidang Studi Pendekatan yang kedua dalam menyampaikan pendidikan karakter adalah disampaikan secara terintegrasi dalam setiap bidang pelajaran, dan oleh karena itu menjadi tanggunmg jawab semua guru (Washington, et.all, 2008). Dalam konteks ini setiap guru dapat memilih materi pendidikan karakter yang sesuai dengan tema atau pokok bahasan bidang studi. Melalui model terintegrasi ini maka setiap guru adalah pengajar pendidikan karakter tanpa kecuali. Keunggulan model terintegrasi pada setiap bidang studi antara lain setiap guru ikut bertanggung jawab akan penanaman nilai-nilai hidup kepada semua siswa, di samping itu pemahaman akan nilai-nilai pendidikan karakter cenderung tidak bersifat informatif-kognitif, melainkan bersifat aplikatif sesuai dengan konteks pada setiap bidang studi. Dampaknya siswa akan lebih terbiasa dengan nilai-nilai yang sudah diterapkan dalam berbagai seting. Sisi kelemahannya adalah pemahaman dan persepsi tentang nilai yang akan ditanamkan harus jelas dan sama bagi semua guru. Namun, menjamin kesamaan bagi setiap guru adalah hal yang tidak mudah, hal ini mengingat latar belakang setiap guru yang berbeda-beda. Di samping itu, jika terjadi perbedaan penafsiran nilai-nilai di antara guru sendiri akan menjadikan siswa justru bingung. (3) Model di Luar Pengajaran Penanaman nilai-nilai pendidikan karakter dapat juga ditanamkan di luar kegiatan pembelajaran formal. Pendekatan ini lebih mengutamakan pengolahan dan penanaman nilai melalui suatu kegiatan untuk dibahas dan kemudian dibahas nilai-nilai hidupnya. Model kegiatan demikian dapat dilaksanakan oleh guru sekolah yang diberi tugas tersebut 10
atau dipercayakan kepada lembaga lain untuk melaksanakannya. Kelebihan pendekatan ini adalah siswa akan mendapatkan pengalaman secara langsung dan konkrit. Kelemahannya adalah tidak ada dalam struktur yang tetap dalam kerangka pendidikan dan pengajaran di sekolah, sehingga akan membutuhkan waktu yang lebih lama dan biaya yang lebih banyak. (4) Model Gabungan Model gabungan adalah menggabungkan antara model terintegrasi dan model di luar pelajaran secara bersama. Model ini dapat dilaksanakan dalam kerja sama dengan tim baik oleh guru maupun dalam kerja sama dengan pihak luar sekolah. Kelebihan model ini adalah semua guru terlibat, di samping itu guru dapat belajar dari pihak luar untuk mengembangkan diri dan siswa. Siswa menerima informasi tentang nilai-nilai sekaligus juga diperkuat dengan pengalaman melalui kegiatankegiatan yang terencana dengan baik. Mengingat pendidikan karakter merupakan salah satu fungsi dari pendidikan nasional, maka sepatutnya pendidikan karakter ada pada setiap materi pelajaran. Berdasarkan rasional di atas, maka pendekatan secara terintegrasi merupakan pendekatan minimal yang harus dilaksanakan semua tenaga pendidik sesuai dengan konteks tugas masing-masing di sekolah, termasuk dalam hal ini adalah konselor sekolah. Namun, bukan berati bahwa pendekatan yang paling sesuai adalah dengan model integratif. Pendekatan gabungan tentu akan lebih baik lagi karena siswa bukan hanya mendapatkan informasi semata melainkan juga siswa menggali nilai-nilai pendidikan karakter melalui kegiatan secara kontekstual sehingga penghayatan siswa lebih mendalam dan tentu saja lebih menggembirakan siswa. Dari perspektif ini maka konselor sekolah dituntut untuk dapat menyampaikan informasi serta mengajak dan memberikan penghayatan secara langsung tentang berbagai informasi nilai-nilai karakter. Menelisik empat model pendekatan pendidikan karakter tersebut di atas, maka secara akademis dan dari sudut kepentingan pembangunan karakter kebangsaan siswa, yang paling ideal dikembangkan adalah model Gabungan yaitu pendidikan karater terintegrasi ke dalam mata pelajaran namun di luar pelajaran pun di laksanakan, namun bagaimana guru dapat memiliki pemahaman dahkan keterampilan pendidikan karakter itu terintegrasi apabila tidak di berikan secara khusus bagaimana model pembelajaran pendidikan karakter tersebut, sebelum mereka menjadi guru. Pendidikan karakter hendaknya mencakup aspek pembentukan kepribadian yang memuat dimensi nilai-nilai kebajikan universal dan kesadaran kultural di mana norma-norma kehidupan itu tumbuh 11
dan berkembang. Ringkasnya, pendidikan karakter mampu membuat kesadaran transendental individu mampu terejawantah dalam perilaku yang konstruktif berdasarkan konteks kehidupan di mana ia berada: Memiliki kesadaran global, namun mampu bertindak sesuai konteks lokal. 2.3 Peta Jalan Penelitian Buchori (2001), dalam salah satu tesisnya menegaskan bahwa: pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan (Lasmawan, 2009). Sementara Dantes (2009), menegasikan konsep pendidikan karakter sebagai kewajiban moral sekolah untuk menjadi medium yang efektif bagi berkembang dan terbangunnya kesadaran secara mandiri siswa dalam meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Penelitian yang dilakukan oleh Narta (2009), tentang analisis nilai dasar pendidikan karakter pada siswa sekolah dasar, menyimpulkan bahwa: diperlukan minimal tiga komponen karakter yang baik bagi siswa pada level operasional kongkrit, yaitu: (1) pengetahuan dasar tentang moral, (2) penguatan dan pemandirian emosi tentang moral, dan (3) perilaku-perilaku moral. Selanjutnya disimpulkan pula bahwa: dimensi-dimensi yang termasuk dalam pengetahuan tentang moral yang akan mengisi ranah kognitif adalah kesadaran moral, pengetahuan tentang nilai-nilai moral, penentuan sudut pandang, logika moral, keberanian mengambil sikap, dan pengenalan diri. Sementara Dantes (2009) menyimpulkan bahwa pendidikan karakter di sekolah dasar, khususnya mengenai pembentukan emosi moralitas pada siswa hendaknya ditekankan pada penguatan aspek emosi peserta didik agar nantinya bisa menjadi manusia berkarakter. Selanjutnya dikatakan pula bahwa, penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan oleh peserta didik, yaitu kesadaran akan jati diri, percaya diri, kepekaan terhadap orang lain, cinta kebenaran, pengendalian diri, dan kerendahan hati. Kaji petik yang dilakukan oleh Sudiatmaka (2008) tentang komponen dasar pendidikan karakter menyimpulkan bahwa untuk memahami apa yang mendorong
12
seseorang dalam melakukan perbuatan yang baik, dapat dilihat dari perspektif kompetensi, keinginan, dan kebiasaan orang tersebut dalam kesehariannya. Berdasarkan beberapa temuan penelitian pendahuluan dan penegasian konsep oleh beberapa tokoh pendidikan di atas, maka penelitian ini pada dasarnya dimaksudkan untuk merekonstruksi dan menggali gagasan pokok pendidikan karakter yang relevan dikembangkan untuk siswa sekolah dasar, sehingga nantinya akan dapat diformulasikan secara utuh candraan materi pendidikan karakter yang terstruktur dan sistematis. Disisi lain, penelitian ini juga akan diarahkan pada upaya pengembangan model penghampiran dan penyajian materi pendidikan karakter yang sesuai dengan tingkat kematangan psikologis siswa sekolah dasar, yang rata-rata berada pada level “operasional kongkrit” menurut pembagian perkembangan kematangan psikologis Piaget. Hal ini penting, karena pengembangan karakter siswa seharusnya membawa mereka ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata, sesuai dengan realitas yang dialaminya sehari-hari. Untuk sampai ke praksis tersebut, maka, ada satu peristiwa batin yang amat penting yang harus terjadi dalam diri siswa, yaitu munculnya keinginan yang sangat kuat untuk mengamalkan nilai-nilai panutan yang diyakininya, baik pada tataran konatif maupun afektif. Pengembangan materi dan model pendidikan karakter pada penelitian ini akan dipolakan secara sistematis, dimulai dari pengenalan nilai secara kognitif, langkah memahami dan menghayati nilai secara afektif, dan langkah pembentukan tekad secara konatif, sehingga siswa nantinya dapat terbiasa dengan realitas materi dan iklim pembelajaran pendidikan karakter yang bersandar pada keagungan nilai-nilai local masyarakatnya. Artinya, bahwa model yang akan dikembangkan dan menjadi produk penelitian ini dapat memfasilitasi siswa untuk menguasai kompetensi moralitas, membangun feeling moral pada dirinya, dan mampu melakukan perilaku-perilaku moral sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsanya, dengan tetap memberikan ruang pada pemikiran, sikap, dan perilaku global sebagaimana yang dituntut oleh dinamika jaman saat ini. Pendidikan karakter yang dikembangkan dalam penelitian ini, secara akademis akan diintegrasikan dengan pembelajaran PKn, karena berdasarkan pengalaman beberapa Negara, pendidikan karakter pada dasarnya diarahkan pada pembentukan karakter warga negara yang baik dan berwawasan universal. Disisi lain, secara politis akademis, pembentukan karakter warga negara yang baik tidak bisa dilepaskan dari kajian
13
pendidikan kewarganegaraan itu sendiri. Secara diagramatis, langkah-langkah pokok yang akan dilakukan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Status Kegiatan
PENGEMBANGAN MATERI DAN MODEL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI-NILAI LOKAL DAN TEKNOHUMANISTIK
ANALISIS KEBUTUHAN DAN PENGEMBANGAN MODEL Identifikasi, analisis, dan formulasi konsep pokok materi pendidikan karakter Analisis kebutuhan pendidikan karakter bagi siswa sekolah dasar
S
P
Indikator Capaian Kegiatan
A √
√
Profil dan schema kebutuhan pendidikan karakter bagi siswa sekolah dasar Profil psikologis siswa sekolah dasar dan parameter keluasan dan kedalaman materi pendidikan karakter Draft I model materi dan model pembelajaran pendidikan karakter berbasis nilai local dan berorientasi teknohumanistik Draft I standar Isi (SI), Standar Kompetensi (SK), dan Kompetensi Dasar (KD) Pendidikan Karakter yang relevan bagi siswa sekolah dasar Draft I model silabus, rencana pembelajaran, dan instrument penilaian pendidikan karakter Draft I modul pendidikan karakter berbasis nilai local dan berorientasi teknohumanistik
Model pendidikan karakter yang relevan bagi siswa sekolah dasar
√
Model pengorganisasian materi pendidikan karakter
√
Perangkat pembelajaran dan penilaian pendidikan karakter
√
Modul pendidikan karakter berbasis nilai local dan berorientasi teknohumanistik APLIKASI MODEL MATERI DAN MODEL PEMBELAJARAN Uji pakar draf model materi dan model pembelajaran pendidikan karakter untuk siswa sekolah dasar
√
√
Draft II model materi dan model pembelajaran pendidikan karakter berbasis nilai local dan berorientasi teknohumanistik
Eksperimentasi model dalam skala terbatas (2 SD di setiap kabupaten/kota)
√
Revisi model dan validasi oleh praktisi (guru inti di setiap kabupaten/kota)
√
Pengembangan pola desiminasi dan difusi model hasil penelitian
√
Draft III model materi dan model pembelajaran pendidikan karakter berbasis nilai local dan berorientasi teknohumanistik Draft IV model materi dan model pembelajaran pendidikan karakter berbasis nilai local dan berorientasi teknohumanistik Prosedur Operasional Standar pelaksanaan pendidikan karakter tingkat kabupaten/kota
EKSPERIMENTASI DAN DESIMINASI MODEL HASIL PENGEMBANGAN
√
Penerapan model materi dan model 14
Model materi dan model
pembelajaran pendidikan karakter
Sosialisasi perangkat pembelajaran pendidikan karakter kepada semua guru sekolah dasar
√
Desiminasi model kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/kota
√
Pendampingan oleh tim peneliti secara institusional (melembaga)
√
√
Pengembangan Jejaring Pendidikan Karakter di Provinsi Bali
pembelajaran pendidikan karakter berbasis nilai local dan berorientasi teknohumanistik yang valid dan praktis untuk digunakan di SD Model Perangkat pembelajaran pendidikan karakter berbasis nilai local dan berorientasi teknohumanistik yang siap pakai. Pola Kerjasama Institusional antara Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dengan Undiksha (institusi tim peneliti) Efektivitas pelaksanaan model materi dan model pembelajaran pendidikan karakter berbasis nilai local dan berorientasi teknohumanistik Jejaring kerjasama antara pemerintah daerah kabupaten/kota dengan perguruan tinggi (Undiksha) institusi asal tim peneliti
Keterangan: S = sudah dilaksanakan P = sedang dilaksanakan A = Akan dilaksanakan Model
pendidikan
karakter
berbasis
nilai-nilai
local
dan
berorientasi
teknohumanistik yang dikembangkan dalam penelitian ini lebih bersandar pada bagaimana dalam proses pendidikan karakter bagi siswa sekolah dasar, terakomodir secara integralistik dan holistic nilai-nilai budaya, nilai social, dan nilai agama dalam sajian materi di kelas, dengan mengakomodasi kepentingan kompetisi global yang dicirikan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEKS). Melalui struktur dan pola seperti itu, maka kita akan memperoleh manusia-manusia Indonesia yang kompeten dalam penguasaan dan internalisasi nilai-nilai budaya bangsa dan berwawasan global, dalam balutan unsure-unsur teknologi yang membumi. Dengan demikian, maka pendidikan karakter yang kita laksanakan akan mempolakan siswa untuk menguasai konsepsi dan maknawi moralitas kebangsaan, memiliki emosi moral tentang bangsanya, mampu melakukan perilaku-perilaku sesuai dengan tatanan moral masyarakatnya, dengan tetap menguasai teknologi yang mengglobal. Potret manusia seperti inilah yang mestinya dituju dalam pendidikan karakter. Model
pendidikan
karakter
berbasis
nilai-nilai
local
dan
berorientasi
teknohumanistik yang dikembangkan dalam penelitian ini, secara umum mempertautkan 15
5 (lima) dimensi secara holistic, yaitu: (1) content integration, yakni mengintegrasikan berbagai nilai budaya dan kelompok masyarakat untuk mengilustrasikan konsep mendasar,
generalisasi dan teori dalam mata pelajaran PKn, (2) the knowledge
construction proses, yakni membawa siswa untuk memahami implikasi nilai-nilai budaya ke dalam sebuah mata pelajaran (disiplin keilmuan), (3) an equity paedagogy, yakni menyesuaikan model pembelajaran dengan cara belajar siswa dalam rangka memfasilitasi capaian tentang moralitas, emosi moral, dan perilaku bermoral dalam bermasyarakat, (4) prejudice reduction, yakni mengidentifikasi karakteristik nilai-nilai yang dianut siswa dan menentukan model pembelajarannya yang sesuai dengan kebutuhan belajarnya, dan (5) participant training, yakni melatih siswa untuk terbiasa dan akrab (familiar) terhadap nilai-nilai local bangsanya dalam konstruk dinamika globalisasi. Secara diagramatik, alur pengembangan
pendidikan
karakter
berbasis
nilai-nilai
local
dan
berorientasi
teknohumanistik ini dapat dijabarkan sebagai berikut.
BAB III. METODE PENELITIAN Fokus utama dari penelitian ini adalah pengembangan materi dan model pendidikan karakter berbasis nilai-nilai lokal yang berorientasi teknohumanistik bagi siswa sekolah dasar (SD). Berdasarkan rasional tersebut, maka penelitian ini menggunakan desain penelitian pengembangan tipe “Prototipycal Studies” (Akker, 1999) 16
dan Plomp (2001). Hal penting yang perlu diperhatikan dalam penelitian pengembangan adalah kualitas perangkat pembelajaran (produk) yang dihasilkan. Plomp (2001), memberikan kriteria kualitas sebuah produk dikatakan baik, bilamana telah memenuhi unsur : valid (merefleksikan pengetahuan state-of-the-art dan konsistensi internal), mempunyai nilai tambah (added value), praktis, dan efektif. Pada konteks penelitian pengembangan, Plomp (2001), menyatakan bahwa pelaksanaan penelitian pengembangan meliputi tiga fase yaitu: fase analisis hulu-hilir (front-end analysis), fase pengembangan prototipe (prototyping phase), dan fase penilaian (assessment phase) atau evaluasi sumatif. Bertalian dengan fokus masalah penelitian ini yakni : mengembangkan model (materi dan model pembelajaran) pendidikan karakter berbasis nilai-nilai lokal yang berorientasi teknohumanistik yang relevan bagi siswa sekolah dasar (SD), maka mekanisme atau tahapan dari penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut. TAHUN I (2016)
KEGIATAN Front-end Analysis: Studi Pustaka
Studi Lapangan
TUJUAN
METODE
1. Mengidentifikasi kompetensi dasar pendidikan karakter yang relevan dengan kurikulum 2006 2. Mengidentifikasi sumber belajar, model pembelajaran, model dan alat penilaian, dan tindak lanjut pendidikan karakter bagi siswa SD. 3. Menganalisis dan mendeskrifsikan standar isi (SI), standar kompetensi (SK), dan kompetensi dasar (KD) pendidikan karakter berbasis nilai lokal yang berorientasi teknohumanistik.
Studi Pustaka Studi Lapangan
1. Standar Isi, Standar
2.
3.
Mengidentifikasi: 1. Karakteristik siswa 2. Fenomena didaktik siswa 3. Karakteristik Guru 4. Kebutuhan belajar siswa 5. Lingkungan sosial siswa/sekolah
1. Angket 2. Wawancara
Expert Judgment
Analisis data hasil studi pustaka dan studi lapangan
Panel Group Discussion
Verifikasi
Melakukan verifikasi blueprint
Seminar (diperkirakan 75 orang)
17
HASIL/LUARAN
1. 2. 3. 4.
Kompetensi, dan Kompetensi Dasar Pendidikan Karakter berbasis nilai lokal. Draft materi pokok dan model pembelajaran pendidikan multikultur berbasis nilai lokal yang berorientasi teknohumanistik. Prototyfe model pendidikan karakter berbasis nilai lokal yang relevan dengan kebutuhan pendidikan moral siswa sekolah dasar. Masalah moral sosial aktual Karakteristik siswa Karakteristik guru Kebutuhan dan lingkungan belajar siswa
Blueprint tentang materi pokok dan model pembelajaran pendidikan multikultur berbasis nilai lokal yang berorientasi teknohumanistik sekolah dasar Draft model dan perangkat pembelajaran pendidikan karakter berbasis nilai lokal yang berorientasi
II (2017)
teknohumanistik. Model pendidikan karakter berbasis nilai-nilai lokal yang berorientasi teknohumanistik sekolah dasar (Draft I)
Mengembangkan model pendidikan karakter berbasis nilai-nilai lokal yang berorientasi teknohumanistik
Kerja Laboratorium
Menguji kesesuaian Model dengan karakteristik siswa, kebenaran konsep, kesesuaian dengan Kurikulum 2006, pendekatan proses, dan keterbacaan
Diskusi
Merevisi dan mereformulasi model dan perangkat pembelajaran
Mendapatkan model pendidikan karakter berbasis nilai-nilai lokal yang berorientasi teknohumanistik yang berkualitas, valid, dan praktis.
Kerja Laboratorium
Uji coba awal Model dan Perangkat pembelajaran (untuk beberapa satuan materi) Merevisi model pendidikan karakter berbasis nilai-nilai lokal yang berorientasi teknohumanistik beserta perangkat pembelajarannya yang berkualitas, valid, dan praktis Uji coba I Pengimplementasian model pendidikan karakter berbasis nilai-nilai lokal yang berorientasi teknohumanistik beserta perangkat pembelajarannya yang berkualitas, valid, dan praktis di 2 Kabupaten (4 Sekolah Dasar) Merevisi dan mereformulasi model pendidikan karakter berbasis nilai-nilai lokal yang berorientasi teknohumanistik beserta perangkat pembelajarannya yang berkualitas, valid, dan praktis Uji coba II Model pendidikan
Mengembangkan model pendidikan karakter berbasis nilai-nilai lokal yang berorientasi teknohumanistik (evaluasi formatif)
Studi kasus
Mendapatkan model pendidikan karakter berbasis nilai-nilai lokal yang berorientasi teknohumanistik beserta perangkat pembelajarannya yang berkualitas, valid, dan praktis
Kerja laboratorium
Mengembangkan model pendidikan karakter berbasis nilai-nilai lokal yang berorientasi teknohumanistik beserta perangkat pembelajarannya yang berkualitas, valid, dan praktis (Evaluasi formatif I)
Studi kasus
Model pendidikan karakter berbasis nilai-nilai lokal yang berorientasi teknohumanistik beserta perangkat pembelajarannya yang berkualitas, valid, dan praktis
Model pendidikan karakter berbasis nilai-nilai lokal yang berorientasi teknohumanistik beserta perangkat pembelajarannya yang berkualitas, valid, dan praktis yang berkualitas, valid, dan praktis (Evaluasi formatif II)
Kerja laboratorium
Model pendidikan karakter berbasis nilai-nilai lokal yang berorientasi teknohumanistik beserta perangkat pembelajarannya yang berkualitas, valid, dan praktis (Draft IV)
Mengembangkan model pendidikan karakter berbasis
Studi kasus
Model pendidikan karakter berbasis nilai-nilai lokal
Fase Pengembangan dan Penilaian (Validasi) Mengembangkan SI, SK, KD, dan model pendidikan karakter berbasis nilai lokal yang berorientasi teknohumanistik Validasi oleh fakar
18
Model pendidikan karakter berbasis nilai-nilai lokal yang berorientasi teknohumanistik sekolah dasar yang teruji melalui validasi fakar (expertjudgement) Model pendidikan karakter berbasis nilai-nilai lokal yang berorientasi teknohumanistik yang berkualitas, valid, dan praktis (Draf II) Model pendidikan karakter berbasis nilai-nilai lokal yang berorientasi teknohumanistik yang berkualitas, valid, dan praktis. Model pendidikan karakter berbasis nilai-nilai lokal yang berorientasi teknohumanistik beserta perangkat pembelajarannya yang berkualitas, valid, dan praktis (Draft III)
karakter berbasis nilai-nilai lokal yang berorientasi teknohumanistik beserta perangkat pembelajarannya yang berkualitas, valid, dan praktis Menganalisis hasil uji coba II
nilai-nilai lokal yang berorientasi teknohumanistik beserta perangkat pembelajarannya yang berkualitas, valid, dan praktis (Evaluasi formatif III)
Melakukan pengkajian model pendidikan karakter berbasis nilai-nilai lokal yang berorientasi teknohumanistik beserta perangkat pembelajarannya yang berkualitas, valid, dan praktis
Kerja Laboratorium
Mereformulasi model pendidikan karakter berbasis nilai-nilai lokal yang berorientasi teknohumanistik beserta perangkat pembelajarannya yang berkualitas, valid, dan praktis Fase Penilaian: Implementasi model pendidikan karakter berbasis nilai-nilai lokal yang berorientasi teknohumanistik beserta perangkat pembelajarannya yang berkualitas, valid, dan praktis pada 18 SD di Provinsi Bali
Menyempurnakan model pendidikan karakter berbasis nilai-nilai lokal yang berorientasi teknohumanistik beserta perangkat pembelajarannya yang berkualitas, valid, dan praktis
Kerja Laboratorium
Mengetahui efektivitas model pendidikan karakter berbasis nilai-nilai lokal yang berorientasi teknohumanistik beserta perangkat pembelajarannya yang berkualitas, valid, dan praktis yang berkualitas, valid, dan praktis (Evaluasi normative)
Eksperimen
Efektivitas model pendidikan karakter berbasis nilai-nilai lokal yang berorientasi teknohumanistik beserta perangkat pembelajarannya yang berkualitas, valid, dan praktis
Menganalisis hasil Implementasi (Eksperimen)
Melakukan pengkajian terhadap model dan perangkatnya
Kerja laboratorium
Mereformulasi model dan perangkat pembelajaran
Menyempurnakan model dan perangkat pembelajaran agar lebih berkualitas
Kerja laboratorium
Seminar yang dihadiri oleh guruguru SD se-Provinsi Bali (100 orang)
Diseminasi hasil penelitian
Seminar
Efektivitas model pendidikan karakter berbasis nilai-nilai lokal yang berorientasi teknohumanistik beserta perangkat pembelajarannya yang berkualitas, valid, dan praktis Model pendidikan karakter berbasis nilai-nilai lokal yang berorientasi teknohumanistik beserta perangkat pembelajarannya yang berkualitas, valid, dan praktis (siap dideseminasi) Guru mempunyai wawasan atau pengetahuan tentang model pendidikan karakter berbasis nilai-nilai lokal yang berorientasi teknohumanistik beserta perangkat pembelajarannya yang berkualitas, valid, dan praktis
19
yang berorientasi teknohumanistik beserta perangkat pembelajarannya yang berkualitas, valid, dan praktis
Model pendidikan karakter berbasis nilai-nilai lokal yang berorientasi teknohumanistik beserta perangkat pembelajarannya yang berkualitas, valid, dan praktis Model pendidikan karakter berbasis nilai-nilai lokal yang berorientasi teknohumanistik beserta perangkat pembelajarannya yang berkualitas, valid, dan praktis
BAB IV. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN 4.1 Biaya Penelitian Proposal biaya yang diajukan untuk pelaksanaan penelitian ini selama 2 (dua) tahun kedepan, dapat dirinci sebagai berikut. No.
Jenis Pengeluaran Tahun I (2016) Rp. 22.500.000 Rp. 30.000.000
1 2
Gaji dan Upah Bahan Habis Pakai dan Peralatan 3 Perjalanan 4 Lain-lain: publikasi, seminar, laporan Jumlah Total 4.2 Jadwal Penelitian
Biaya yang Diusulkan Tahun II (2017) Tahun III (2018) Rp. 22.500.000 Rp. 22.500.000 Rp. 30.000.000 Rp. 30.000.000
Rp 11.250.000 Rp. 11.250.000
Rp 11.250.000 Rp. 11.250.000
Rp 11.250.000 Rp. 11.250.000
Rp.75.000.000
Rp. 75.000.000
Rp. 75.000.000
Tahun I (2016) No
Satuan Kegiatan
Jadwal Pelaksanaan Tahun 2016/Bulan 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
15
Pengembangan instrumen penelitian Uji coba dan validasi instrumen Pengurusan ijin penelitian Rapat koordinasi tim peneliti Studi kepustakaan (library research) Studi lapangan (pengumpulan data) Analisis data penelitian Perumusan draft awal model Uji pakar (expert judgement) model Panel group discussion Revisi model awal Penyusunan draft laporan penelitian Seminar draf hasil penelitian Revisi laporan penelitian
5
6
7
8
9
X
X X
X
X
X
X
X
10
11
X X X X X
X X X X X X X
Penyusunan dan penerbitan artikel
X 20
16
ilmiah di jurnal terakreditasi Penggandaan dan pengumpulan laporan akhir penelitian
X
Tahun II (2017) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Satuan Kegiatan
Jadwal Pelaksanaan Tahun 2017/Bulan 3 4 5 6 7 8 9 10 11 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
Rapat koordinasi tim peneliti Studi lapangan (pengumpulan data) Analisis data penelitian Studi laboratorium (validasi model) Formulasi dan revisi model (draft I) Uji coba I model Revisi model Expert Judgement model Panel group discussion Formulasi dan revisi model Uji coba II model Analisis data penelitian Penyusunan draft laporan penelitian Seminar draft hasil penelitian Revisi laporan akhir penelitian Penyusunan dan penerbitan artikel ilmiah hasil di jurnal internasional Penggandaan dan pengumpulan laporan penelitian ke Jakarta
X
Tahun III (2018) NO. 1 2 3 4
5 6 7 8
9
Satuan Kegiatan 4 X
Rapat koordinasi tim peneliti Validasi draft II model X oleh pakar Revisi model Eksperimentasi model dan perangkat pembelajaran Pengumpulan data penelitian Analisis Data Penelitian Penyusunan draft laporan akhir penelitian Monitoring dan Evaluasi oleh tim pusat/lembaga penelitian Seminar draft laporan akhir penelitian
5
Jadwal Pelaksanaan Tahun 2017/Bulan 6 7 8 9 10
X X
X
X
X
X
X
X
X X
X X X
X 21
11
10 11 12 13
14
Revisi draft laporan akhir penelitian Seminar hasil penelitian terpusat di Jakarta Penyusunan artikel ilmiah Penggandaan dan pengiriman laporan akhir tahun ke-3 Penerbitan artikel ilmiah di Juranl Internasional
X X X
X X
X
DAFTAR PUSTAKA Agustian, Ary Ginanjar (2001), Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan melalui Emotional dan Spiritual Quotient (ESQ), Jakarta, Penerbit Arga. Antonov. Mikhail. 2002, The Russsian National Character and Western Idividualism. (Translate by Maria Gousseva), the original in Russian: http//prada.ru/main/2002/08/26 /46204. html. Alberta Education. (2005). The Heart of Matter: Character and Citizenship Education in Alberta School. Alberta: Alberta Education, Learning and Teaching Resources Branching, Minister of Education Berkowitz, Marvin W. dan Bier, Mellinda C. (2005). What Works in Character Education: A Research-driven Guide for Educators. Washington: Character Education Partnership Berkowitz, M.W., Battistich, V.A., Bier, M.C. 2008. “What Works in Character Education: What IsKnown and What Needs to Be Known”. Handbook of Moral and Character Education. Pages 414-431. New York: Tailor andFrancis. Brooks,B.D. and F.G.Goble. The Case for Character Education: The Role of the Buchori, M. (2001). Pendidikan Antisipatoris. Yogyakarta: Kanisius. Character Education Partnership. (2003). Character Education Quality Standards. Washington: Character Education Partnership Cholisin. (2004). “Konsolidasi Demokrasi Melalui Pengembangan Karakter Kewarganegaraan,” Jurnal Civics, Vol. 1, No. 1, Juni, pp. 14-28 Curriculum Corporation. (2003). The Values Education Study: Final Report. Victoria: Australian Government Dept. of Education, Science and Training. Cronbach, lee J. 1977.Educational Psychology (3rd edition). New York: Harcourt Brace Javanovich, Inc. Dantes, Nyoman. (2009). Pengembangan materi dan model pendidikan multikultur dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. (laporan penelitian). Singaraja: Lembaga Penelitian Undiksha. DeVos, George A. 1968. National Character. Dalam Sills, David L (editor). International Encyclopedia of the Social Sciences, New York: The Macmillan Company and the Free Press, v.11 & 12, hal. 14 – 19. Dewey, J. (1910). How We Think. tersedia di: www.spartan.ac.brocku.ca/ ~lward/dewey/dewey1910.html [diakses tanggal 10 Juni 2002].
22
Halstead, J. Mark dan Taylor, Monica J. (2000). “Learning and Teaching about Values: A Review of Recent Research.” Cambridge Journal of Education. Vol. 30 No.2, pp. 169-202. Kardiman, Yuyus. 2008. Membangun Kembali Karakter Bangsa Melalui Situs-situs Kewarganegaraan: Studi Fenomenologi terhadap Pelatihan Manajemen Qalbu, Pelatihan Emotional Spiritual Quotient dan Majelis Taklim di Bandung (tesis), Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama . Jakarta Khatchatrian, Gaiane. 2003, My Thoughts about National Character. Kaliningrad. Koesoema A, Doni (2007), Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, Jakarta, Grasindo. Kerr, D. (1999). “Citizenship Education in the Curriculum: An International Review,” The School Field. Vol. 10, No. 3-4 Kirschenbaum, Howard. (2000).”From Values Clarification to Character Education: A Personal Journey.” The Journal of Humanistic Counseling, Education and Development. Vol. 39, No. 1, September, pp. 4-20 Lickona, Thomas. (1991). Educating for Character: How Our schools can teach respect and responsibility. New York: Bantam Books Lasmawan, Wayan. (2009). Pengembangan domain social-budaya dalam pendidikan multikultur di sekolah dasar. (laporan penelitian). SIngaraja: Lembaga Penelitian Undiksha. Lickona, T. (1992), Educating for Character, How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. Bantam Books, New York. Megawangi,R. (1999). Membiarkan Berbeda? Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender, Bandung, Pustaka Mizan Megawangi, R. (2004), Pendidikan karakter, Bandung, Pustaka Mizan. Morgenthau, Hans. J. 1963, Politics Among Nations: The Strugge for Power and Peace. (third Edition). New York: Alfred A Knopf. Narta, Aryanta Made. (2009). Studi analisis elaborasi pendidikan karakter dalam pembelajaran PKn di sekolah dasar. (laporan penelitian). Singaraja: Lembaga Penelitian Undiksha. National Conference on Character Building. 2000, The Need For Character Education. Jakarta: Internasional Education Foundation bekerjasama dengan DEPDIKNAS, BKKBN, DEPAG, UNDP, dan sejumlah LSM di Jakarta. Q-Annes, Bambang dan Hambali, Adang. 2008, Pendidikan Karakter Berbasis Al’quran: Simbiosa Rekatama Media, Bandung. Sapriya (2007), Persfektif Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Karakter menurut para Ahli, Bandung. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Samsuri. (2004). “Civic Virtues dalam Pendidikan Moral dan Kewarganegaraan di Indonesia Era Orde Baru” Jurnal Civics, Vol. 1, No. 2, Desember. Samsuri. (2007). “Civic Education Berbasis Pendidikan Moral di China.” Acta Civicus, Vol. 1 No. 1, Oktober. Sudiatmaka, Ketut. 2008. Identifikasi factor-faktor penghambat pengembangan pendidikan karakter dalam konteks persekolahan di era otonomi di Kabupaten Buleleng. Laporan Penelitian. Singaraja: Lembaga Penelitian Undiksha. 23
Suparno, Paul, Moerti Yoedho K., Detty Titisari, St. Kartono. 2002. Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas, Ditjen Dikdasmen. Washington, E. Y., Clark, M.A. and Dixon, A.L. 2008. “Everyone in School Should Be Involved” Preservice Counselors’ Perceptions of Democracy and the Connections Between Character Education and Democratic Citizenship Education”. Journal of Research in Character Education, 6(2), pp. 63–80. Winataputra, Udin S (2001), Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Sistematik Pendidikan Demokrasi: Studi Kajian Konseptual dalam Konteks Pendidikan IPS, Bandung, Sekolah Pasca Sarjana Universitas. Williams, Mary M. (2000). “Models of Character Education: Perspectives and Developmental Issues.” The Journal of Humanistic Counseling, Education and Development. Vol. 39, No. 1, September, pp. 32-40
24
LAMPIRAN – LAMPIRAN Lampiran 1: Justifikasi Anggaran Biaya Penelitian 1 HONOR OUTPUT KEGIATAN Item Honor
Volume
Satuan
Honor/Jam (Rp)
Total (Rp)
1. Honor Ketua
750
OB
15.000
11.250.000
2. Honor Anggota 1
500
OB
15.000
7.500.000
3. Pencacah Data
500
OB
7.500
3.750.000
Sub Total (Rp)
22.500.000
2. BELANJA BAHAN Item Bahan
Volume
Satuan
Harga Satuan (Rp)
Total (Rp)
1. Kertas F4
53
Buah
40.000
2.120.000
2. Kertas A4
54
Buah
40.000
2.052.000
3. Kertas folio bergaris 4. Kertas CD/ Buram
10
Buah
100.000
1.000.000
10
Rim
25.000
250.000
5. Kertas manila
20
Lembar
15.000
300.000
6. Stapler Max HD10 7. Isi Staples
25
Buah
33.000
825.000
20
Buah
15.000
300.000
8. Binder Clip no 105 9. Spidol Besar
40
Buah
30.000
1.200.000
5
Buah
76.000
380.000
10. Memory handycam sony 11. Toner Laser Jet 78A 12. Catridge PG 810 Black 13. Catridge PG 811 Colour 14. Flashdisk
2
Buah
175.000
350.000
2
Buah
950.000
1.900.000
3
Buah
231.000
693.000
2
Buah
500.000
735.000
2
Buah
500.000
1.000.000
15.CD RW
3
Kotak
150.000
450.000
16.Kaset kosong
4
Buah
25.000
100.000
25
17.Teka Ordenar
9
Buah
25.000
Sub Total (Rp)
4. PERJALANAN Item Bahan
225.000 30.000.000
Volume Satuan
Harga Satuan (Rp)
Total (Rp)
Pengurusan ijin penelitian
4
Kegiatan
250.000
1.000.000
Transportasi pakar pendidikan nilai dan wawasan kebangsaan
12
Kegiatan
250.000
3.000.000
Transportasi group discussion
10
Kegiatan
150.000
1.500.000
Transportasi dan Lumsum tim peneliti ke 4 kecamatan
36
Kegiatan
100.000
3.600.000
Biaya penerbitan artikel ilmiah di Jurnal Terakreditasi
1
Paket
1.500.000
1.500.000
Transportasi lokal tim peneliti
26
Kegiatan
25.000
650.000
TOTAL
11.250.000
LAIN- LAIN Item Bahan
Volume
Satuan
Harga Satuan (Rp)
Total (Rp)
Surat menyurat dan dokumentasi untuk koordinasi pelaksanaan penelitian
1
Paket
2.000.000
2.000.000
Biaya pulsa untuk komunikasi tim peneliti dan administrasi penelitian
10
Bulan
200.000
2.000.000
26
Biaya pengiriman laporan akhir penelitian
1
Paket
1500.000
1.500.000
Biaya penerbitan artikel di jurnal terakreditasi
1
Kegiatan
1.250.000
1.250.000
Sewa Internet
100
Jam
10.000
1.000.000
Senari
1
Kegiatan
1.500.000
1.500.000
Administrasi
1
Kegiatan
2.000.000
2.000.000
Sub Total (Rp)
11.250.000
Total Pengeluaran Dalam Satu Tahun (Rp)
75.000.000
27
Lampiran 2: Dukungan Sarana dan Prasarana Penelitian 1. Laboratorium: Penelitian ini akan menggunakan laboratorium Fakultas Ilmu Sosial Undiksha, untuk pengujian material penelitian, termasuk simulasi pengembangan model dan pengujian model pembelajaran. Melalui pelibatan secara dini laboran Fakultas Ilmu Sosial ini, tampaknya pelaksanaan penelitian ini dapat terlaksana dengan baik, dilihat dari objektivitas dan ketersediaan pendukung pelaksanaannya. 2. Peralatan Utama Penelitian: Untuk pelaksanaan penelitian ini, Tim Peneliti akan melibatkan 2 orang mahasiswa Program S1 di Fakultas Ilmu Sosial Undiksha untuk bertindak sebagai pencacah data (fieldworker). Untuk kepentingan tersebut, Tim Peneliti akan melatihkan cara-cara penggalian data yang diperlukan selama berlangsungnya penelitian. Selain itu, untuk kepentingan pelaksanaan penelitian ini, Tim Peneliti juga telah memiliki beberapa instrumen pendukung utama, yaitu: No. 1 2 3 4 5
Nama Alat Personal Computer P-4 Notebook/Laptop Tape Recorder Sony Direct Projector authomatic DVD Multy-System
6
Mono-Digital library
Spesifikasi Alat Pentium-4 Intel Toshiba P-4 MultyAplier Tipe-N3315 Double Rw. DPA/Onboards-CH6 Builtup NCSS-SE LibraryLimited-Ed. P-4 MonoAccess-P21.
28
Jumlah Unit 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 850 eks. Buku tentang pendidikan karakter dan idiologi 127 eks. Jurnal dalam dan luar negeri 72 eks. Majalah tentang model pembelajaran IPS dan multikultur. 3 buah monoskrip tentang modelmodel pembelajaran