Kode 351 / Kesehatan Masyarakat
USULAN PENELITIAN HIBAH BERSAING
MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UNTUK PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) BERBASIS MEDIA SOSIAL ONLINE UNTUK MUNURUNKAN ANGKA KESAKITAN DEMAM BERDARAH DENGUE
TIM PENGUSUL dr. Zaenal Sugiyanto,M.Kes (NIDN.0610076501) Tiara Fani,SKM (NIDN.063018901)
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG OKTOBER, 2014
i
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii DAFTAR ISI-----------------------------------------------------------------------------iii RINGKASAN------------------------------------------------------------------------------iv BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1 A.
LATAR BELAKANG .............................................................................. 1
B.
Urgensi/Keutamaan penelitian ................................................................. 4
C.
Temuan atau Inovasi ............................................................................... 5
D.
Penerapannya ............................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................6 A.
Definisi Demam berdarah Dengue. ......................................................... 6
B.
Diagnosis DBD ......................................................................................... 6
D.
Epidemiologi DBD ................................................................................. 10
E.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ................................................. 12
F. MEDIA SOSIAL........................................................................................ 14 BAB III. METODE PENELITIAN…………………………………………….14. DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… ...21 BAB. IV BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN………………………… 27 LAMPIRAN…………………………………………………………………….29
iii
Ringkasan Pencegahan Demam Berdarah belum bisa dilakukan dengan vaksin karena belum tersedia. Satu-satunya cara mencegah penularan penyakit ini adalah memutus rantai penularan dengan memberantas vektor atau nyamuk penularnya (Aedes Aegypti).Di Indonesia, kendala utama program adalah partisipasi masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN) masih rendah. Keberhasilan kegiatan PSN dapat diukur dengan meningkatnya angka bebas jentik (ABJ) yang diperoleh dari pemeriksaan jentik secara berkala (PJB). Untuk menjaga suatu daerah pemukiman aman dari ancaman penyakit DBD maka ABJ harus dipertahankan ≥95 sampai waktu tak tertentu.. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas model pencegahan demam berdarah dengue untuk menurunkan angka kejadian penyakit demam berdarah dengue, khususnya di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang. Keluaran kegiatan penelitian ini yaitu sebuah model upaya penurunan angka kejadian penyakit demam berdarah dengue melalui pengembangan teknologi yang sering mereka gunakan seperti: SMS, Blackberry Messenger dan Twitter yang dapat dimanfaatkan untuk upaya pemberdayaan masyarakat berupa reminder, mengirim pesan kesehatan, bahkan bias dikembangkan untuk system kewaspadaan dini terhadap kasus DBD. Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Sasaran penelitian ini masyarakat dan anak sekolah di wilayah Kecamatan Ngaliyan. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 tahap (tahun). Pada tahap 1 (tahun ke-1) telah dilakukan. Penelitian tahap 2 (tahun ke-2) menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan pendekatan penelitian Quasi Experiment (penelitian eksperimen semu) dengan rancangan Non Randomized One Group Pretest- Posttest Design, untuk mengetahui perbedaan yang terjadi antara sebelum dan setelah adanya penerapan model dengan kegiatan meliputi : membuat software media sosial berbasis online, uji coba model, mengidentifikasi kekurangan model, memperbaiki kekurangan model, memeriksa jentik nyamuk (ABJ) sebagai data awal, penerapan model baru yang telah diperbaiki, pemeriksaan jentik nyamuk (ABJ) setelah penerapan model baru, diuji efektifitas program. Hasil penelitian tahun pertama semua puskesmas dan kelurahan menyatakan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang dilakukan oleh kader bersama masyarakat melalui kegiatan jumat bersih dengan cara 3M Plus (menutup , menguras dan menimbun barang bekas serta tidak menggantung pakaian bekas dan melakukan kegiatan survei jentik yang dilakukan oleh kader jumantik serta melakukan kegiatan fogging (penyemprotan nyamuk) jika didapatkan ada 3 – 4 kasus demam berdarah. Semua puskesmas dan kelurahan menyatakan partisipasi masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN) masih rendah dan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) belum serempak dan tidak bisa rutin seminggu sekali masih serta masih terdapat warga yang tidak mau diperiksa jentik nyamuk dirumahnya. Semua Sekolah Dasar Negeri menyatakan memiliki jaringan internet yang online dari jam 07.00 - 14.00 dan memiliki email serta operator mempunyai facebooks dan Semua puskesmas menyatakan memiliki jaringan internet online dari jam 07.00 – 13,30 dan memiliki email serta Semua masyarakat menyatakan memiliki handphone , sebagian kecil memiliki facebooks dan email. Telah dibuat prototipe model
iv
pemberdayaan masyarakat untuk pemberantasn sarang nyamuk (PSN) berbasis media sosial online . Saran diperlukan penelitian tahun kedua untuk uji coba prototipe model pemberdayaan masyarakat untuk pemberantasn sarang nyamuk (PSN) berbasis media sosial online untuk menilai efektifitas model .
v
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dengue dianggap penyakit yang ditularkan nyamuk yang paling umum dan paling penting virus di dunia saat ini. Ada sekitar 2,5 miliar orang berisiko untuk tertular virus dengue, dan sampai 50 juta – 100 juta terinfeksi dan 22.000 atau 2,5% kematian setiap tahunnya, yang sebagian besar adalah anak-anak. (WHO, 2004) Lebih dari 100 negara tropis dan subtropis pernah mengalami letusan demam berdarah dengue. Sementara itu lebih kurang 500.000 kasus tiap tahun dirawat di rumah sakit karena sindrom demam berdarah dengue/dengue syok dengan sekitar 10% diantaranya meninggal dunia. (Guzman MG and Gustavo K,2001)
Tahun 2007 CFR DBD di
Indonesia sebesar 1% dengan IR 71,78/100.000 penduduk dan pada tahun 2008 CFR DBD sebesar 0,86% dengan IR 60,02/100.000 penduduk. (WHO, 2004) Sebenarnya vaksin untuk mencegah DBD maupun obat terhadap virus penyebabnya belum tersedia. Satu-satunya cara mencegah penularan penyakit ini adalah memutus rantai penularan dengan memberantas vektor atau nyamuk penularnya (Aedes Aegypti). Nyamuk ini tersebar di rumah , sekolah, maupun tempat-tempat umum lainnya. Di Indonesia pada umumnya pengendalian nyamuk penular (vektor) DBD masih mengalami kendala. Kendala utama adalah partisipasi masyarakat dalam pembrantasan sarang nyamuk (PSN) masih rendah. Keberhasilan kegiatan PSN dapat diukur dengan meningkatnya angka bebas jentik (ABJ) yang diperoleh dari pemeriksaan jentik secara berkala (PJB). Untuk menjaga suatu daerah pemukiman aman dari ancaman penyakit DBD maka ABJ harus dipertahankan sampai waktu tak tertentu. Untuk itu diperlukan kegiatan PSN yang berkesinambungan, dan PSN ini merupakan program pemerintah yang paling diandalkan daripada insektisida yang berupa pangasapan (fogging) dengan Malathion
dan penaburan Abate Temephos. Sebab kedua cara
penanggulangan dengan menggunakan zat kimia ini belum memberikan hasil yang optimal, dalam arti tidak dapat menaikkan ABJ riil sama atau lebih
1
besar dari 95. Padahal nilai ABJ yang kurang dari 95 berarti virus dengue masih mempunyai peluang menular (Depkes RI, 1995). (Sitorus dan Ambarita, 2004).) TPA rumah tangga yang paling banyak ditemukan jentik atau pupa Aedes aegypti adalah TPA rumah tangga yang berasal dari bahan dasar logam. Jenis TPA rumah tangga yang paling banyak ditemukan jentik atau
pupa Aedes aegypti adalah TPA jenis tempayan. Jenis TPA yang
ditemukan positif jentik Aedes aegypti yang berada di dalam atau di luar rumah ada 3 yaitu drum, bak mandi, dan ember plastik (Sitorus dan Ambarita, 2004. Pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M secara berkesinambungan belum bisa dilaksanakan karena partisipasi masyarakat yang masih rendah. Untuk itu diperlukan upaya pencarian model pembrantasan yang efektif yang bisa diterapkan khususnya di Semarang dan umumnya di Indonesia. Handphone sudah menjadi kebutuhan utama masyarakat Indonesia. Sampai awal tahun 2013, jumlah pengguna telepon seluler di Indonesia diperkirakan mencapai 100 juta, sementara jumlah kartu SIM telepon seluler yang beredar di negara ini ditaksir sekitar 250 juta unit (Kompas, 28/3/2013). Sedangkan pengguna telepon seluler di Indonesia yang memakai layanan teknologi 3G mencapai sekitar 20 persen dari total pemilik ponsel di Indonesia. Sedangkan berdasarkan data yang dihimpun oleh Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI), hingga akhir 2011 lalu jumlah pelanggan selular Indonesia jauh lebih besar ketimbang jumlah penduduk Indonesia. Jika dibandingkan antara jumlah pengguna ponsel di Indonesia yang mencapai 250 juta, dengan jumlah penduduk yang hanya 240 juta, Indonesia memiliki penetrasi seluler sebesar 110 persen. Angka tersebut disebabkan karena tidak sedikit penduduk Indonesia yang memiliki dua jenis telepon genggam untuk berkomunikasi, GSM dan CDMA. Tren ini tentu saja sangat mungkin untuk dimanfaatkan sebagai media penyebarluasan informasi, reminder, bahkan untuk mendapatkan report kasus di Masyarakat. Di Philipina sudah diaplikasikan pelaporan kasus ibu hamil dari petugas kesehatan di desa ke pelayanan kesehatan terdekat dengan menggunakan SMS, serta reminder untuk pemeriksaan ibu hamil. Hal ini
2
ditempuh karena sekarang hampir semua masyarakat menggunakan handphone dan selalu di tangan (on hand). Hal serupa dilakukan oleh Program EMAS USAID untuk maternal health di beberapa proyek percontohan di Jawa Tengah. Seiring dengan penggunaan teknologi komunikasi berupa smartphone dan tablet, terjadi peningkatan yang signifikan dalam penggunaan social media. Media sosial adalah media yang memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, membuat jaringan personal online, membuat nyata jaringan online mereka diketahui oleh orang lain, masyarakat umum, maupun organisasi, dalam suatu dialog, berbagi pesan, mencampur berbagai hal, dan membuat media. Sosial media dapat berupa pesan di message board dan forum, weblogs, wikis (tipe dari website yang memungkinkan pengguna untuk mengedit dan membuat halaman), situs video dan foto, musik, situs campuran, situs berita social dimana pengguna dapat melakukan penilaian terhadap artikel, meninggalkan komentar dan debat, social bookmarking dan tagging, microblogs, atau kombinasi dari banyak hal. (Collin et al., 2010; Lenhart & Madden, 2007; Lefebvre, 2009). Media social yang paling popular di Indonesia adalah Facebook, Youtube, Twitter, Google+ dan Whatsapps. Pada bulan Januari 2012, pengguna Facebook di Indonesia mencapai 51.515.480 orang. Indonesia menjadi negara dengan pengguna Facebook terbanyak keempat di bawah Amerika Serikat, Brasil dan India tercatat mulai dari tahun 2012 lalu. Hal ini mendorong peneliti untuk menfaatkan handphone dan social media untuk media pemberdayaan masyarakat dalam upaya pencegahan DBD. Berdasarkan data yang pernah dirilis oleh APJII atau Jasa Internet Indonesia menyebutkan angka 63 juta untuk pengguna internet di Indonesia. Sementara berdasarkan data yang dilansir oleh www.internetworldstats.com menyebutkan angka 55 juta pengguna internet di Indonesia pada tahun 2012.
3
Penggunaan media sosial yang besar ini dapat dimanfaatkan untuk melakukan upaya sosialisasi program dan pemberdayaan masyarakat secara serempak seperti pemberantasan sarang nyamuk. Peneliti ini akan melakukan kegiatan selama dua tahun. Pada tahun pertama akan dilakukan Pemeriksaan jentik nyamuk (ABJ) di masing-masing rumah sebagai data awal. Kemudian akan dilakukan identifikasi
upaya
(model) yang telah dilakukan masyarakat, sekolah dan puskesmas dalam memberantas
penyakit demam
berdarah
dengue dengan melihat
kelemahan/kekurangan upaya (model) yang telah dilakukan masyarakat, sekolah dan puskesmas dalam memberantas penyakit demam berdarah dengue. Pada akhir penelitian tahap 1 akan dibuat model baru yang cocok untuk
memberantas
penyakit
demam
berdarah
dengue dengan
memanfaatkan media sosial. Pada tahun kedua, akan dilakukan uji coba model baru untuk memberantas penyakit demam berdarah dengue dengan mengidentifikasi kelemahan/kekurangan model , kemudian memperbaiki kelemahan/kekurangan
model dan pemeriksaan jentik nyamuk (ABJ) di
masing-masing rumah sebagai data awal. Eksperimen akan dilakukan dengan menerapan model baru yang telah diperbaiki. Untuk menguji efektifitas model maka akan dilakukan pemeriksaan jentik nyamuk (ABJ) di masingmasing rumah setelah penerapan model baru dan disimpulkan efektifitas program B. Urgensi/Keutamaan penelitian 1. Kasus Demam berdarah menyerang semua propinsi di Indonesia dan setiap tahun
selalu
ada terutama
musim hujan serta potensial
menyebabkan wabah. 2. Penyakit
Demam Berdarah sering menimbulkan kematian terutama
yang mengalami DSS (Dengue Syok Syndrom). 3. Belum ada obat
atau
vaksin
berdarah.
4
untuk mengobati
penyakit demam
4. Selama ini berbagai upaya pemberdayaan masyarakat banyak menemui kendala terutama terkait dengan peran serta masyarakat yang rendah. Media sosial dinilai mempunyai kemungkinan besar untuk dimanfaatkan sebagai sarana untuk meningkatkan peran serta masyarakat tersebut.
C. Temuan atau Inovasi Penemuan model pemberantasan demam berdarah dengue di Kota Semarang dengan memanfaatkan sosial media untuk meningkatkan peran serta masyarakat. D. Penerapannya Model ini akan diterapkan pada masyarakat dengan tingkat penggunaan gadget dan social media yang tinggi. Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang dinilai tepat karena lokasi ini banyak terdapat perumahan yang dihuni oleh golongan menengah. Partisipasi untuk melakukan pemantauan jentik berkala di daerah semacam ini rendah sehingga perlu upaya inovatif dengan memanfaatkan teknologi.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Demam berdarah Dengue. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu dari banyak penyakit yang
disebabkan oleh virus yang ditandai dengan demam dan
disertai dengan perdarahan. Penyabab DBD adalah virus dengue, yang termasuk dalam group B arthopode borne virus (arboviruses). Akibat yang ditimbulkan oleh infeksi virus dapat bervariasi, mulai dari tanpa gejala (silent dengue infection) hingga yang paling berat yaitu Dengue Syock Syndrome (DSS). DBD merupakan salah satu manifestasi berat dari infeksi berat dari infeksi virus dengue. Secara klinis DBD dibedakan atas empat derajat : 1. Derajat 1. : demam disertai gejala tidak khas 2. Derajat 2 : tanda derajat 1 disertai perdarahan spontan di kulit dan / atau perdarahan ditempat lain. 3. Derajat 3 : ditemukan kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan nadi cepat dan halus, tekanan nadi menurun atau hipotensi disertai kulit yang dingin dan lembab, penderita menjadi gelisah 4. Derajat 4 : renjatan berat dengan nadi yang tak teraba dan tekanan darah tak terukur B. Diagnosis DBD Demam Berdarah Dengue (DBD). Ini termasuk demam akut, manifestasi perdarahan, jumlah platelet rendah (100.000 / mm3 atau kurang), dan bukti obyektif dari kebocoran plasma akibat peningkatan permeabilitas vaskuler.(WHO,2007) DBD perdarahan dapat berupa petechaie, epistaksis, ecchymosis, perdarahan gingiva atau gastrointestinal dan hypermenorrhea. (
Gould EA, Solomon T, 2008),
C. Penularan DBD Terdapat tiga faktor yang memegang peran pada penularan infeksi dengue, yaitu manusia, virus dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan
6
kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty. Yang berada di dalam dan disekitar rumah. Nyamuk aedes tersebut dapat menularkan virus dengue kepada manusia baik secara langsung yaitu setelah menggigit orang yang sedang mengalami viremia, maupun secara tidak langsung setelah melalui masa inkubasi dalam tubuhnya selama 8 – 10 hari (extrinsic incubation period). Pada manusia diperlukan waktu 4-6 hari (intrinsic incubation period) sebelum menjadi sakit setelah virus ke dalam tubuh .Pada nyamuk sekali virus masuk ke dalam dan dapat berkembang biak di dalam tubuhnya, maka nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya. Sedangkan pada manusia, penularan hanya dapat terjadi pada saat tubuh dalam keadaan viremia yaitu antara 3-5 hari. 1.
Faktor yang mempengaruhi timbul Faktor-faktor yang mempengaruhi Timbulnya Wabah. (DepKes RI, 1995) a. Herd Immunity yang rendah Yang dimaksud dengan herd immunity atau kekebalan masyarakat di sini adanya daya tahan masyarakat terhadap penyebaran penyakit infeksi. Dengan demikian jika kekebalan masyarakat rendah, maka masyarakat mudah terserang penyakit. Sementara itu apabila jumlah penderita meningkat dengan pesat maka timbullah keadaan wabah. Akan tetapi dapat pula terjadi kasus penurunan kekebalan sebagian besar anggota masyarakat. Hal ini disebabkan oleh : 1) Bila sebagian dari anggota masyarakat tidak kebal lagi 2) Bila anggota masyarakat yang tidak memiliki kekebalan berkelompok pada suatu daerah tertentu , sehingga kelompok tersebut akan mudah terkena penyakit. 3) Tingginya kesempatan orang-orang yang tidak kebal untuk nerkontak satu
sama lainnya . Timbulnya wabah disini ialah
7
karena orang yan kebal tidak lagi berfungsi sebagai persai (pelindung) bagi yang tidak kebal. b. Patogenisiti Yang dimaksud dengan patogenisiti adalah kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada pejamu sehingga timbul penyakit.
Secara
umum
disebutkan
bahwa
semakin
besar
kemampuan kuman menimbulkan penyakit, maka semakin besar pula kemungkinan penyakit tersebut menjadi wabah. c. Lingkungan yang buruk Yang dimaksud dengan kondisi lingkungan disini adalah seluruh
kondisi
yang
terdapat
disekitar
organism
tetapi
mempengaruhi kehidupan dan ataupun perkembangan organisme tersebut. Berubahnya lingkungan menjadi buruk pada dasarnya karena ekosistem yang telah ada tidak mampu lagi menyerap perubahan yang terjadi. Dalam keadaan seperti ini akan timbul banyak masalah, salah satu diantaranya adalah mendorong timbulnya wabah. Secara umum lingkungan dibedakan atas tiga macam, yaitu : lingkungan fisik, biologis dan lingkungan sosial. 2. Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) Dalam
makalahnya
yang
berjudul
Epidemiologi
dan
penangulangan penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia saat ini , Tomas Suroso dan Ali Imran Umar pada dasarnya upaya pengendalian nyamuk tersebut, yaitu dengan pembrantasan sarang nyamuk (PSN), sebab pada dasarnya pembrantasan nyamuk dewasa harus disertai dengan pembasmian jentik (larva) Aedes Aegypti, karena jentik akan menjadi nyamuk dewasa dalam bebapa hari. Selama masih ada nyamuk dewasa dan dan orang yang mengidap virusnya akan terjadi penularan ulang. Jentik ini dapat diberantas dengan meniadakan tempat perindukannya sehingga nyamuk tidak berkesempatan berkembang biak.
8
Karena Aedes Agypti berkembang biak di air bersih tergenang yang tidak langsung berhubungan dengan tanah., maka PSN ini terdiri dari : a. Menguras bak mandi, jamban dan tempat penampungan air lainnya sekurang-kurangnya seminggu sekali (karena perkembangan dari telur sampai nyamuk 7-10 hari. b. Menutup rapat tempat penampungan air (misalnya : tempayan,drum) sehingga nyamuk tidak bisa masuk. c. Membersihkan pekarangan atau halaman dari kaleng , botol, ban bekas, tempurung , dan barang lain yang dapat menampung air agar tidak menjadi sarang nyamuk. d. Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung misalnya, secara berkala. e. Mencegah atau mengeringkan air yang tergenang di atap atau talang f. Menutup lubang pohon atau bamboo dengan tanah. g. Membubuhi garam dapur pada air perangkap semut. Disamping cara diatas, untuk mencegah penyakit DBD biasanya dikombinasikan dengan pemeliharaan ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa dan memeriksa jentik secara berkala. Cara inilah kemudian dikenal dengan metode “3M Plus”, yaitu menutup , menguras, menimbun, plus beberapa langkah yang telah disebutkan. 22(Van der Schaar HM, 2008) Menurut Thomas Suroso dan I Made Djaja keberhasilan Kegiatan PSN upaya pendukung seperti : a. Mengadakan
penyuluhan
kepada
masyarakat
luas
yang
berkesinambungan , dan yang diintensifkan selama satu bulan yaitu pada waktu pelaksanaan kampanye PSN.
9
b. Karena usaha PSN sebenarnya sejalan dengan kampanye ketertiban, kebersihan dan keindahan (K3) yang juga menjadi program pemerintah, maka perlu mengintegrasikan PSN ke dalam kampanye K3. c. Mengadakan program penyediaan air bersih (PAB) disertai usaha pemeliharaan kebersihannya. d. Mengintegrasikan usaha PSN ke dalam program Usaha Kesehatan Sekolah(UKS)dan Peningkatan Kesehatan Lingkungan (PKL) dengan menambahkan kegiatan pemeriksaan jentik saat kunjungan puskesmas ke sekolah, tempat-tempat umum dan rumah-rumah. e. Penanggulangan fokus, yaitu kunjungan ke rumah kasus DBD untuk penyuluhan (disertai pemeriksaan jentik) di rumah kasus dan rumah-rumah sekitarnya. D. Epidemiologi DBD Vektor penyakit ini adalah virus Aedes aegygti yang banyak terdapat di perkotaan, dan
Aedes albopictus di pedesaan. Penyebaran penyakit DBD
pada dasarnya bukan saja terjadi secara geografis akan tetapi juga secara vertical. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa belakangan banyak dilaporkan kasus pada usia dini( masa bayi) dan usia dewasa yang disertai syok. Sebelumnya DBD belum pernah dilaporkan sebagai penyebab kematian. Akan tetapi setelah ditemukan kasus DBD yang sisertai syok di Filipina pada tahun 1953 maka penyakit ini kemudian merupakan penyakit yang ditakuti karena banyak menimbulkan kematian. Bagi para praktisi yang terlibat langsung dalam penanggulangan penyakit ini,masih sering timbul pertanyaan. Banyak penderita dengan keadaan klinis yang berat dapat disembuhkan dengan cara sederhana,akan tetapi sebaliknya penderita yang dikategorikan ringan dapat berkembang menjadi berat.
10
Teori klasik secondary heterologous dari Helstead yang menjelaskan terjadinya penyakit DBD melalui jalur teori imunologi sampai sekarang masih tetap dianut. Sebagian besar (80%) kasus DBD di Indonesia terjadi pada anak usia di bawah 15 th, namun proporsi kasus yang terjadi pada orang dewasa kemudian cenderung meningkat.
Hasil penelitian terdahulu
menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan perubahan beberapa gambaran klinis DBD pada anak selama kurun waktu sepuluh tahun sejak 1975, juga terjadi pergeseran usia penderita kearah yang lebih tua. Sementara itu musim penularan DBD berkaitan dengan musim hujan. Peningkatan insiden wabah DBD nampaknya terjadi setiap lebih kurang 5 tahun.
Jumlah penderita DBD meningkat antara bulan September sampai
pebruari yang mencapai puncaknya pada pada bulan januari. Di daerah urban penduduk padat puncak penderita ialah bulan juni/juli bertepatan dengan awal musim kemarau . Sedangkan menurut Soroso , kepadatan nyamuk Aedes Aegypti akan meningkat pada waktu musim hujan , dimana terdapat banyak genangan air bersih yang dapat menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Dengue dianggap penyakit yang ditularkan nyamuk yang paling umum dan paling penting virus di dunia saat ini. Baru-baru ini, penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan utama masyarakat internasional. Ada sekitar 2,5 miliar orang berisiko untuk tertular virus dengue, dan sampai 50 juta infeksi dan 22.000 kematian setiap tahunnya, yang sebagian besar adalah anak-anak.1 Virus dengue (DENV) adalah arbovirus yang menyebabkan demam berdarah (DF), demam berdarah dengue (DBD) dan demam berdarah shock syndrome (DSS) pada manusia.Virus dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes betina, terutama Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Ada banyak karakteristik yang membuat Aedes vektor sangat efisien untuk transmisi virus, termasuk makan dan kebiasaan hidup. Nyamuk Aedes adalah menggigit siang hari dan yang lebih disukai adalah darah manusia dan mampu menggigit beberapa orang selama satu makan darah. Nyamuk Aedes terdapat banyak di perkotaan dan berkembang biak di perairan stagnan ditemukan dalam wadah, seperti ban bekas, kaleng dan sampah lainnya.
11
Distribusi dan kejadian DENV telah meningkat 30 kali lipat dalam 50 tahun terakhir karena distribusi nyamuk meningkat, urbanisasi meningkat, kondisi hidup yang buruk dengan kontrol nyamuk yang tidak memadai dan perjalanan meningkat (WHO 2007 ), Guzman dan Kouri 2001). Virus dengue ditularkan dan lazim di negara-negara tropis dan subtropis di seluruh dunia dan karena karakteristik reproduksi dari vektor nyamuk itu sendiri. E. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Pemberdayaan masyarakat adalah upaya memampukan masyarakat Pengembangan masyarakat adalah kegiatan menghidupkan tenaga masyarakat agar mampu dan mau mengatasi masalahnya sendiri secara swadaya sebatas kemampuannya. Langkah-langkah dari pengembangan masyarakat ini meliputi: 1. pendekatan tingkat desa, 2. survei diri (community self survey, CSS) 3. perencanaan 4. pelaksanaan dan penilaian 5. pemantapan dan pembinaan. Sejalan dengan langkah-langkah strategi pendekatan edukatif, beberapa kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam pemberdayaan masyarakat adalahsebagai berikut. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat Penyuluhan kepada masyarakat dilakukan dengan melibatkan tokohtokoh formal maupun informal yang ada, tentang maksud dan tujuan program yang akan dilaksanakan. Menunjukkan manfaat dari program itu bagi kepentingan mereka baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Menunjukkan ke-percayaan dari penyelenggara program terhadap kemampuan masyarakat yang
12
diharapkan mau berperan serta di dalamnya. Sejauh mungkin, memberi kesan bahwa mereka bukan sebagai objek dalam pekerjaan itu, melainkan sebagai subjek. Mengenal dan menentukan masalah melalui survei diri Memberi kesempatan kepada masyarakat untuk mengenal dan menentukan masalah yang secara nyata mereka rasakan melalui kegiatan survei diri, untuk kemudiah merencanakan, melaksanakan, serta menilai kegiatan dari upaya penanggulangan/pemecahannya. Mengupayakan agar masalah pembuangan tinja dan limbah cair muncul sebagai masalah yang perlu segera ditanggulangi, bukan semata-mata dari sisi pan-dang provider, melainkan juga dari sisi pandang atau atas dasar pe-mahaman dan kesadaran dari masyarakat. Membentuk dan memanfaatkan organisasi masyarakat Membentuk dan memanfaatkan organisasi masyarakat yang terdiri dari berbagai unsur yang ada di masyarakat, yang diharapkan dapat menjadi rekan penyelenggara program sejak dari tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan evaluasi atau pemeliharaannya. Mengikut-sertakan mereka dalam setiap langkah kegiatan program sesuai dengan jadwal waktu yang telah ditetapkan. Menjelaskan secara transparan kepada mereka mengenai pengelolaan sumber dana serta sarana yang dilakukan. Mendidik kader kesehatan Program peningkatan sanitasi pembuangan tinja dan limbah cair di suatu daerah dilaksanakan secara terus-menerus, untuk waktu yang tidak terbatas. Oleh karena itu, kader kesehatan sukarela dari daerah setempat yang dididik
oleh
petugas
kesehatan
diharapkan
dapat
berperan
dalam
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, serta pemeliharaan pada penanggulangan masalah-masalah selanjutnya. Membuat studi banding ke daerah percontohan (pilot project)
13
Untuk menanamkan keyakinan pada masyarakat tentang kebenaran pernyataan dari penyelenggaraan program, program itu harus dilaksanakan pada suatu daerah percontohan dalam lingkup daerah yang tidak terlalu luas. Program di daerah percontohan itu dilaksanakan secara intensif, terpantau, dan terkendali sehingga dapat berhasil dengan baik. Pelaksanaan program serta hasilnya di daerah tersebut akan dilihat dan dijadikan acuan atau contoh bagi kelompok masyarakat lain di se-kitarnya. Memberikan bimbingan administratif dan teknis Petugas kesehatan lingkungan harus memantau pelaksanaan kegiatan masyarakat dalam upaya penyehatan pembuangan tinja dan limbah cair, baik yang menyangkut kegiatan pengelolaan administratif maupun teknis. Memberikan bimbingan administratif dan teknis secukupnya kepada mereka. Memberikan dana perangsang (stimulan) Pemberian dana stimulan atau subsidi kepada masyarakat untuk menangani masalah pembuangan tinja dan limbah cair akan membangkitkan semangat masyarakat untuk berinisiatif dan berperan aktif dalam penanganan masalah yang ada. Telah terbukti di banyak daerah, bahwa dengan jumlah dana stimulan yang relatif kecil dapat menarik dana dari masyarakat yang relatif jauh lebih besar.
F. MEDIA SOSIAL Media social adalah media yang memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, membuat jaringan personal online, membuat nyata jaringan online mereka diketahui oleh orang lain, masyarakat umum, maupun organisasi, dalam suatu dialog, berbagi pesan, mencampur berbagai hal, dan membuat media. Sosial media dapat berupa pesan di message board dan forum, weblogs, wikis (tipe dari website yang memungkinkan pengguna untuk mengedit dan membuat halaman), situs video dan foto, musik, situs campuran, situs berita social dimana pengguna dapat melakukan penilaian
14
terhadap artikel, meninggalkan komentar dan debat, social bookmarking dan tagging, microblogs, atau kombinasi dari banyak hal. (Collin et al., 2010; Lenhart & Madden, 2007; Lefebvre, 2009).
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan menggunakan pendekatan penelitian Quasi Experiment (penelitian eksperimen semu) dengan rancangan Non Randomized One Group Pretest- Posttest Design, untuk mengetahui perbedaan yang terjadi antara sebelum dan setelah adanya penerapan model. 3.2 Langkah Penelitian Tahun Kedua Kegiatannya meliputi : a. Membuat software media sosial berbasis online b. Uji coba model baru untuk menurunkan angka
penyakit
demam berdarah dengue. c. Maengidentifikasi kelemahan/kekurangan model yang diterapkan d. Memperbaiki kelemahan/kekurangan model e. Pemeriksaan jentik nyamuk (ABJ) di masing-masing rumah sebagai data awal f. Penerapan model baru yang telah diperbaiki . g. Pemeriksaan jentik nyamuk (ABJ) di masing-masing rumah setelah penerapan model baru h. Dibandingkan hasil ABJ sebelum ada Kader DBD dengan ABJ sesudah ada Kader DBD i. Disimpulkan efektifitas program
15
3.3 Metode yang Digunakan KERANGKA KONSEP
Pelayanan Kesehatan : -Pengobatan -Perawatan
Perilaku :
Lingkungan : sarang nyamuk
-Pengetahuan
Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD), ABJ (Angka Bebas Jentik
-Sikap -Praktik PSN -Larvasida -Menggantung pakaian
-Memelihara ikan
-Pakaian panjang
jentik
-Adanya barangbarang bekas.
-Obat anti nyamuk
pengusir
-Kepadatan nyamuk
air
-Mobilitas penduduk
-Tidur siang
-Tanaman nyamuk
-Genangan jernik(container)
Genetik -Daya tahan -Gizi
-Frekuensi fogging
16
Model Faktor-faktor yang mempengaruhi
Pemberdayaan
Tingkat
masyarakat untuk
Peran
Berdarah Dengue (DBD) di Kota
pemberantasan
12
Semarang , didanai Balitbang Kota
sarang
menceg
Semarang tahun 2011
berbasis
media
Syok
Hasil penelitian :
sosial
online
pada
Hasil Penelitian :
1. Ada pengaruh adanya barang –
untuk menurunkan
berdasa
1. (96,0%) guru mempunyai pengetahuan yang baik .
barang
angka
kesakitan
parame
dengan
demam
berdarah
Immun
prevalensi DBD di Kota Semarang
dengue
tahun
dengan p=0,014 dengan Probabilitas
2014
Analisis Perilaku Guru dalam pelaksanaan pembrantasan sarang nyamuk Demam berdarah di sekolah tahun 2007 (Studi Kasus di SD Wilayah Kerja Puskesmas Tambak Aji Kota Semarang) Di danai oleh Departemen Pendidikan Propinsi Jateng
2. (80%) guru mempunyai sikap yang baik 3. (98%) guru mempunyai praktik yang baik. 4. Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan praktik.
Prevalensi
bekas
Demam
berserakan
Tempat Penampungan air
atau
nyamuk
93,4%, 2. Ada pengaruh pemberian anti larvasida
pada
Peran
Tempat Peran
ekstrak
Penampungan Air dengan prevalensi 3.4. Proses penelitian
alpha)
manggis
untuk
larvasida
jentik
nyamuk
Aedes
Aegypti
tahun
DBD di Kota Semarang dengan Prevalensi
0,032
dengan
probabilitas 68% 2014
(phylla linn)
menceg Syok pada
berdasa
parame
Immun alpha)
17
4. Proses penelitian pada Tiap Tahapan Pelaksanaan Penelitian
Identifikasi faktorfaktor yang mempengar hi angka kesakitan DBD
Upaya –upaya yang telah dilakukan untuk menurunkan angka DBD
Kendala-kendala yang timbul dalam upaya menurunkan angka kesakitan DBD
Identifikasi Media sosial online yang sering digunakan masyarakat
Kelebihan Rumusan model pemberdaya an masyarakat untuk pembrantasa n sarang nyamuk berbasis media sosial online untuk menurunkan angka kesakitan DBD (rancangan software)
18
Uji coba Tahap 1 model (Uji coba software)
Kelemahan
Uji Ta mo
3.5. Instrumen Penelitian Focus group Discussion (FGD) untuk Kepala Sekolah, Kepala desa, Tokoh masyarakat dan kader. Wawancara mendalam dan kuesener kepada masyarakat.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO, Dengue haemorrhagic fever: diagnosis, treatment, prevention and control, 2nd edition. Geneva, 2007: World Health Organization. 2. Sumarmo Poerwo Soedarmo. , Masalah Demam Berdarah Dengue di Indonesia. (1998) Dalam: Sri Rejeki H. 3. WHO, Panduan Lengkap Pencegahan dan Pengendalian
Dengue dan
Demam Berdarah , Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004. 4. Guzman MG and Gustavo K, Dengue: an update. The Lancet. 2 (2001): 33-42. 5. Halstead S , Dengue. Lancet. 370, 2007 : 1644-1652. 6. Gavin Screaton , Protein Membran Prekursor (PRM) , Imperial College London, 2010 7. Rico-Hesse R, Harrison L, Nisalak A, Vaugh DW, Kalayanarooj S, Green S, Rothman AL and Ennis FA, Molecular evolution of dengue type 2 virus in Thailand. American Journal of Tropical Medicine and Hygiene 58, (2007) : 96-101. 8. McBride WJH and Bielefeldt-Ohmann H,
Dengue viral infections;
pathogenesis and epidemiology. Microbes and Infection. 2, 2000 :10411050 9. Sujan Shresta , Manosa Binding Lectin (MBL), Walter Reed Army Institut Penelitian dan University of Copenhagen, Denmark, Science Daily 2011 10. Chaturvedi UC, Agarwal R, Elbishbishi EA and Mustafa AS, Cytokine cascade in
dengue hemorrhagic fever: implications for pathogenesis.
FEMS Immunology and Medical Microbiology. 28 , 2000 : 183-188. 11. Abbas AK, Lichtman AH and Pillai S, Cellular and Molecular Immunology. 6th Ed. Saunders Elsevier, 2007 12. Lei Huan Yao et al, Immunopathogenesis of Dengue Hemorrhagic fever , American Journal of Infectious Disease , 2008
20
13. Restrepo BN, Ramirez RE, Arboleda M, Alvarez G, Ospina M, Diaz FJ, Serum Levels of Cytokines in Two Ethnic Groups with Dengue Virus Infection. American Journal of Tropical Medicine and Hygiene. 79(5), 2007 : 673-677. 14. Dominique L. Piché, Immunopathogenesis of Dengue Hemorrhagic Fever, Journal of Young Investigators, 2009 15. Raghupathy R, Chaturvedi UC, Al-Sayer H, Elbishbishi EA, Agarwal R, Nagar R, Kapoor S, Misra A, Mathur A, Nusrat H, Azizieh F, Khan MAY and Mustafa AS. Elevated levels of IL-8 in dengue hemorrhagic fever. Journal of Medical Virology. 56 (3) 1998 : 280-285. 16. (Ashley St John, Duke-NUS Graduate Medical Schoolin Singapura) 17. Gould EA, Solomon T, "Pathogenic flaviviruses". The Lancet 371 (9611), 2008 : 500–9. doi:10.1016/S0140-6736(08)60238-X. PMID 18262042. Dominique L.P, Immunopathogenesis of the Dengue Hemorrhagic Fever, Journal of Young Invertigator,Mount Allison University, Volume 9 2009. 18. Word Health Organization (WHO), Panduan Lengkap Pencegahan dan Pengendalian Dengue & Demam
Berdarah Dengue. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2004 19. Thomas Suroso dan Ali Imron Umar , Epidemiologi dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue , 1998 20. DepKes RI,
Petunjuk
Teknis Pembinaan Pelaksanaan PSN DBD di
Sekolah (Bagi Tim Pembina UKS , Jakarta 1995 21. Van der Schaar HM, Wilschut JC and Smit JM, Role of antibodies in controlling dengue virus infection. Immunobiology. 10, 2008 : 1018. 22. Heinz FX, Stiasny K and Allison SL, The entry machinery of flaviviruses. Archives of Virology Supplementum 18, 2004 :133–137. 25 23. Charnsilpa W, Takhampunya R, Endy T, Mammen M, Libraty D and Ubol S,
Nitric oxide radical suppresses replication of wild-type dengue 2
viruses in vitro. Journal of Medical Virology. 77(1), 2005 : 89-95.
21
24. Rothman et al, Immunology and Immunopathogenesis of Dengue Disease, Academic Press, San Diego 2003 , 60 : 397-419 25. Khanam S, Etemad B, Khanna N and Swaminathan S,
Induction of
neutralizing antibodies specific to dengue virus serotypes 2 and 4 by a bivalent antigen composed of linked envelope domains III of these two serotypes. American Journal of Tropical Medicine and Hygiene. 74(2), 2006 : 266-277. 26. Normile D (2007) Tropical diseases. Hunt for dengue vaccine heats up as the disease burden grows. Science .317:1494-1495 27. Halstead, S,
Neutralization and antibody-dependent enhancement of
dengue viruses. Adv. Virus Res.60, 2003 : 421-467. 28. Martina BE, Koraka P, Osterhaus AD, Dengue Virus Pathogenesis: an Integrated View". Clin. Microbiol. 2009 Rev. 22 (4): 564–81. 29. Johnson AJ and Roehrig JT, New mouse model for dengue virus vaccine testing. Journal of Virology 73, 1998 :783-786. 30. Gubler DJ and Kuno G, eds, Dengue and dengue haemorrhagic fever. New York: CAB International, 1997 :175-98. 31. Kathy S. Wang, David A. Frank, and Jerome Ritz. Blood, Vol 95 No. 10 pp. 3183:3190 "Interleukin-2 enhances the response of natural killer cells to interleukin-12 through up-regulation of the interleukin-12 receptor and STAT4". 32. Baeyens, KJ et al. (1999)
Jan Vilaek and Tae H. Lee, Tumor Necrosis
Factor, The American Society for Biochemistry and Molecular Biology, Inc.Printed in U.S.A.No. 12, 1991 , pp. 7313-7316 33. Jan Vilaek and Tae H. Lee (1991) , Tumor Necrosis Factor, Vol. 266, No. 12, Issue of April 25, 1991 pp. 7313-7316,1991 The Journal Biological Chemistry 34. Shigeo Koyasu and Kazuyo Moro, Type 2 innate immune responses and the natural helper cell, Immunology 132, 2011, 475-481
22
35. Loems Ziegler-Heitbrock, et al, Nomenclature of monocytes and dendritic cells in blood, The American Society of Hematology Volume 116 , 2010 36. James Whitehorn and Jeremy Farrar, Dengue , British Medical Bulletin , Oxford University Press , 2010; 95: 161–173 37. Duke Medicine News and Communications, Duke-NUS Researchers Identify New Cell that Attacks Dengue Virus, May 2011. 38. Kobporn Boonnak, Kaitlyn M. Dambach, Gina C. Donofrio Boonrat Tassaneetrithep,1,3 and Mary A. Marovich, Cell Type Specificity and Host Genetic Polymorphisms Influence Antibody-Dependent Enhancement of Dengue Virus Infection, Journal of
virology 2011, 85(4):1671. DOI:
10.1128/JVI.00220-10 39. Intergovermental Panel on Climate Change, Insiden Demam Berdarah Dengue di Indonesia , 1996 40. Edson Marchiori et al, Pulmonary hemorrhage syndrome associated with dengue fever, High-resolution computed tomography findings a case report, Orphanet Journal of Rare Diseases 2009, 4:8 doi:10.1186/1750-1172-4-8 41. Jarman Richard, Factor Influencing Dengue virus Isolation by C6/36 Cell Culture and
Masquito Inoculation of Nested PCR
Positive Clinical,
American Society of Microbiology, 2009 42. Collin, P., Rahilly, K., Third, A., & Richardson, I. (2010). Literature review: Benefits of social networking services. Sydney, Australia: CRC for Young People, Technology and Wellbeing. 43. Lefebvre C. (2009). Integrating cell phones and mobile technologies into public
health
practice:
A
social
marketing perspective.
Health
Communication Practice, 10(4), 490–494. 44. Lenhart, A., & Madden, M. (2007) Social networking websites and teens: An overview. Washington, DC: Pew Internet & American Life Project. Retrieved
from
http://www.pewinternet.org/Reports/2007/Social-
Networking-Websites-and-Teens.aspx
23
45. Dwi Andi Susanto. Jumlah pengguna Facebook di Indonesia menyusut. http://www.merdeka.com/teknologi/jumlah-pengguna-facebook-diindonesia-menyusut.html. Diakses tanggal 31 Mei 2013 46. Operator
Optimalkan
Teknologi
3G.
http://tekno.kompas.com/read/2013/05/27/03081059/operator.optimalkan.t eknologi.3g 47. Jumlah
Pengguna
Internet
di
Indonesia
dan
Dunia
(2013)
http://artikelbahasaindonesia.org/artikel-pendidikan/jumlah-penggunainternet-di-indonesia-dan-dunia-2013/
48. Indonesia, Surga Industri Seluler. http://mizan.com/news_det/indonesiasurga-industri-seluler.html.
24
BAB 4 BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
4.1 Ringkasan Anggaran Biaya yang Diajukan Setiap Tahun
No
JENIS PENGELUARAN
Biaya yang Diusulkan (Rp) Tahun I
Tahun II
1
Gaji dan upah
21.500.000
14.500.000
2
Bahan habis pakai dan peralatan
26.730.000
34.400.000
3
Perjalanan
17.000.000
17.000.000
4
Lain-lain: publikasi, seminar, laporan, lainnya
8.350.000
8.350.000
73.550.000
74.250.000
sebutkan Jumlah
25
26
4.2 Jadwal Penelitian No
Jenis Kegiatan
Tahun I
Tahun II
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 1
Perijinan
2
Koordinasi kegiatan
3
Identifikasi faktor –faktor yang mempengaruhi
4
Identifikasi
upaya yang telah
dilakukan 5
Identifikasi kendala-kendala
6
Identifikasi
media sosial
yang
dipakai masyarakat 7
Rumusan model
8
Membuat rancangan software
9
Penghitungan ABJ
10
Uji coba Software
11
Perbaikan Software
12
Uji coba Software
13
Penerapan model Pemberdayaan masyarakat berbasis media online
14
Laporan
27
4 5
6
7
Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Penelitian
1.
Honor
Honor
Honor/Jam
Waktu
Minggu
(Rp)
(Jam/Minggu)
Ketua
25.000
8
Anggota 1
25.000
Anggota 2
25.000
Tahun I
Tahun II
42
8.500.000
8.500.000
8
35
7.000.000
6.000.000
8
30
6.000.000
Sub Total 2.
Honor per Tahun (Rp)
21.500.000
14.500.000
Peralatan Penunjang
Material
Justifikasi
Kuantitas
Harga SatuanHarga Peralatan Penunjang (Rp)
Pemakaian Sewa Sound Sistem 12 kali
(Rp) 1 set
450.000
Tahun I 5.400.000
Program Software Sewa LCD
9.570.000 12 kali
HandPhone Android Sewa kursi
12 kali
Modem
1 set
250.000
2 set
3.500.000
50 buah
5.000
4 buah
275.000
Sewa meja
12 kali
10 buah
10.000
Sewa Laptop
1 kali
5 bulan
200.000
Sewa alat perekam
1 kali
4 bulan
200.000
20
100.000
Kartu
Tahun II
Perdana 1 kali
3.000.000 7.000.000 3.000.000 1.100.000 1.200.000 1.000.000 800.000 2.000.000
internet
Sub Total 3.
13.400.000
Bahan Habis Pakai 28
20.670.000
Material
Justifikasi
Kuantitas
Harga Satuan Biaya per Tahun (Rp)
Pemakaian
(Rp)
Tahun I
Tahun II 3.600.000
Beli pulsa telepon 3 kali
12
100.000
3.600.000
Beli kertas
1 kali
20 rim
30.000
600.000
Konsumsi
12 kali
50 orang
10.000
6.000.000
Beli ATK
1 kali
6 set
150.000
750.000
750.000
Beli senter
1 kali
30 buah
60.000
180.000
180.000
Beli batu baterai
1 kali
20 pak
10.000
200.000
200.000
Beli flashdisk
1 kali
3 buah
100.000
300.000
300.000
Beli CD
1 kali
1 pak
150.000
150.000
150.000
Beli disk cleaner
1 kali
3 buah
50.000
150.000
150.000
Beli tinta hitam
1 kali
3 pak
150.000
450.000
450.000
Beli tinta berwarna
1 kali
3 pak
150.000
450.000
450.000
Fotocopi
2 kegiatan
3.000 lbr
150
900.000
900.000
Sub Total
13.330.000
600.000 6.000.000
13.730.000
2. Perjalanan Material
Justifikasi
Kuantitas
Harga Satuan Biaya per Tahun (Rp)
Perjalanan Peneliti Tugu
1dari Perijinan, muda
Ngaliyan
(Rp)
Tahun I
Tahun II
20 kali
50.000
1.000.000
1.000.000
20 kali
50.000
1.000.000
1.000.000
20 kali
50.000
1.000.000
1.000.000
ke koordinasi, FGD, wawancara
Peneliti Tugu
2 Muda
Ngaliyan
dari Perijinan, ke koordinasi, FGD, wawancara
Peneliti Tugu
2 Muda
Ngaliyan
dari Perijinan, ke koordinasi, FGD, wawancara
29
Mahasiswa
Survei
60 kali
50.000
Jentik tahap 100 kali
3.000.000
50.000
5.000.000
1 Mahasiswa
Survei
60 kali
50.000
Jentik
100 kali
50.000
3.000.000 5.000.000
Tahap 2 Mahasiswa
wawancara
60 kali
50.000
3.000.000
Masyarakat
Rapat
10 x 20 orang
25.000
5.000.000
koordinasi,
2 x 20 orang
25.000
3.000.000
1.000.000
FGD Sub Total
17.000.000
17.000.000
3. Lain-lain Kegiatan
Justifikasi
Kuantitas
Harga Satuan Biaya per Tahun (Rp) (Rp)
Penyusunan
Tahun I
Tahun II
dan 1 kegiatan
1 kali
1.500.000
1.500.000 1.500.000
Analisis data
1 kegiatan
1 kali
1.500.000
Seminar
1 kegiatan
1 kali
1.500,000
1.500,000 1.500,000
Publikasi
1 kegiatan
1 kali
1.000.000
1.000.000 1.000.000
Bahan pustaka
1 kegiatan
1 kali
500.000
500.000
500.000
Dokumentasi
1 kegiatan
1 kali
200.000
200.000
200.000
penggandaan laporan
Souvenir
untuk 1 kegiatan
30 orang
1.500.000
50.000
1.500.000
65.000
650.000
1.500.000
1.500.000
responden Souvenir kecamatan
untuk 1 kegiatan
10 buah
650.000
dan
kelurahan Sub Total
TOTAL
8.350.000
ANGGARAN
YANG
DIPERLUKAN
30
SETIAP Tahun I
8.350.000
Tahun II
TAHUN (Rp)
73.550.000
74.250.000
TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN SELURUH 147.800.000 TAHUN (Rp)
(Seratus Empat Puluh Tujuh Juta Delapan Ratus Ribu Rupiah Rupiah)
31
Lampiran 2. Dukungan Sarana dan Prasarana Penelitian
Alat yang Dibutuhkan Dalam Penelitian ini adalah : 1.
LCD
2.
Ruang Pertemuan
3.
Meja dan Kursi
4.
Sound System
5.
Laptop
6.
Handphone
7.
Modem
8.
Pulsa
9.
Software
Cara mendapatkan : sistem sewa , membeli dan membuat program
Bahan yang Dibutuhkan dalam Penelitian ini adalah : 1. Kuesioner 2. Alat Tulis Kantor (ATK) 3. Senter dan batu baterai Cara mendapatkan : beli
32
Sumber Daya yang tersedia di Perguruan Tinggi Pengusul adalah : 1. Banyak Mahasiswa yang berkompeten dan bersedia untuk melaksanakan pendampingan PSN dan monitoring
Masyarakat 1. Memiliki Handphone atau komputer yang bisa digunakan untuk SMS , email , twitter
Lampiran 3. Susunan organisasi tim peneliti dan pembagian tugas
No
Nama/NIDN
Instansi
Bidang
Alokasi
Asal
Ilmu
Waktu
Uraian Tugas
(jam/minggu) 1
dr.
Zaenal Progdi
Sugiyanto,
D3RMIK
M.Kes/
Fak
0610076501
UDINUS
Kedokteran 8
-Mengurus Perijinan
dan
-Berkoordinasi
Kes Kesehatan
dengan
pihak kecamatan dan Dinas
Masyarakat
Pendidikan Kecematan dan Dinas Kesehatan -Mengkoordinasi
kegiatan
Survei jentik - Identifikasi sistem -Rancangan Sistem -Mengkoordinir penelitian -Mengkoordinasi uji coba sistem -Mengkoordinasi FGD 2
Tiara Fani SKM/ Progdi
Kesehatan
063018901
Masyarakat
D3RMIK
33
8
-Berkoordinasi Kepala
dengan
desa dan Kepala
UDINUS
(Epidemiol
Sekolah
ogi)
-Memimpin survei jentik -Mengkoordinasi pengambilan (wawancara) -Memimpin FGD
3
Programmer
Progdi
Komputer
Teknik
-Membuat program - Uji coba sistem
Informatika
34
proses data
Lampiran 4. Biodata ketua dan anggota BIODATA ANGGOTA PENELITI
A. Identitas Diri
1
Nama Lengkap (dengan gelar)
dr. Zaenal,Sugiyanto,M.Kes
L
2
Jenis Kelamin
L
3
Jabatan Fungsional
Lektor
4
NPP/NIK/Identitas lainnya
0686.11.1997.115
5
NIDN
0610076501
6
Tempat dan Tanggal Lahir
Semarang 10 Juli 1965
7
Alamat Rumah
Jl.Candi Mutiara Timur IV/1359 Smg
8
Nomor Telepon/Faks/ HP
08122820192
9
Alamat Kantor
F. Kesehatan UDINUS Jl. Nakula I No.511 Semarang
10
Nomor Telepon/Faks
024 – 3549948
11
Alamat e-mail
[email protected]
12
Lulusan yang Telah Dihasilkan
S-1= 67 orang; S-2= Orang; S-3= Orang
13
Mata Kuliah yg Diampu
1.Ilmu Penyakit Menular 2. Vaksin dan Imunisasi 3. Manajemen Logistik 4. Patologi Penyakit 5. Ilmu Penyakit dan laboratorium
35
B. Riwayat Pendidikan
Nama Perguruan Tinggi
S-1
S-2
S-3
Universitas Diponegoro
Universitas Diponegoro
Universita
Diponegor Bidang Ilmu
Kedokteran Umum
Megister
Ilmu
Kesehatan Kedoktera
Masyarakat Tahun Masuk
1984
2001
2011
Tahun Lulus
1991
2006
Judul Skripsi/ Tesis/Disertasi
Retardasi intra uterin
Analisis Perilaku Dokter dalam mengisi kelengkapan dokumen rekam medis rawat inap
2.7. Nama Pembimbing
dr.
Sholeh
Khosim, dr. Harbandinah,SKM
DSAK
/ Promotor
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir
No.
Tahun
Pendanaan
Judul Penelitian
Sumber*
Jml
(Juta
Rp) 1
2005
Studi Manula
Kualitatif (Studi
Kebugaran Departemen Kasus
36
Panti Pendidikan
7.500.000
Wreda Kota Semarang Tahun Propinsi 2005) (Didanai oleh Departemen Jateng Pendidikan Nasional Propinsi Jateng )
2
2007
Analisis Perilaku Guru dalam Departemen
9.000.00
pelaksanaan pembrantasan sarang Pendidikan nyamuk
Demam
berdarah
di Propinsi
sekolah tahun 2007 (Studi Kasus Jateng di SD Wilayah Kerja Puskesmas Tambak Aji Kota Semarang) Di danai
oleh
Departemen
Pendidikan Propinsi Jateng 3
2010
Analisis Praktikun Pendidikan Dirjend
9.500.000
Kesehatan Reproduksi Remaja Pendidikan oleh
Guru
Konseling
Bimbingan Pada
SMP
dan Tinggi yang
berbasis Agama di Kota APDM Semarang (Didanai Dikti)
4
2011
Faktor-faktor
yang Balitbang
mempengaruhi Prevalensi Dengue Semarang
Tingkat Kota
Demam (DBD)
Berdarah Semarang di
Kota
, didanai Balitbang
Kota Semarang .
37
49.500.000
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir
No.
Tahun
Judul Pengabdian Kepada Masyarakat
Pendanaan Sumber*
1
2009
Penyuluhan Dalam
Bahaya
Rangka
Puskesmas Ngablak
Jml (Juta Rp)
Merokok Puskesmas
Rp.
Pencanangan Ngablak
1.500.000
Bebas Asap
Rokok 2
2010
Revitalisasi
Usaha
Kesehatan UDINUS
Sekolah (UKS) di Wilayah Puskesmas
Karang
Kerja Dinas Malang Pendidikan
Kecamatan Mijen Kota Semarang 3
2011
, Rp. 2.000.000
Kecamatan
IBM Calon Tenaga Kerja Indonesia UDINUS (TKI) Ke Negara yang Endemis Flu A H1N1
38
Rp. 2.500.000
E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal Dalam 5 Tahun Terakhir
No.
Tahun
Judul Artikel Ilmiah
1.
2009
Analisis
Perilaku
Pelaksanaan
Volume/
Nama Jurnal
Nomor Guru
Pembrantasan
dalam Vol
8
, VISIKES
sarang Nomer 1
nyamuk Demam Berdarah di Sekolah Tahun 2009 ( Studi Kasus di SD Wilayah Kerja Puskesmas Tambakaji Kota Semarang 2.
2012
Analisis Kepuasan Pasien Terhadap Vol
12
, VISIKES
Mutu Pelayanan di TPPRJ di Rumah Nomer 1 Sakit Bhakti
Wiratama Semarang
periode Tahun 2011
F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada Pertemuan / Seminar Ilmiah Dalam 5 Tahun Terakhir
No
Nama Seminar
Pertemuan
Ilmiah
/ Judul
Artikel Waktu
Ilmiah
G. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir
39
Tempat
dan
No
Judul Buku
Tahun
Jumlah
Penerbit
Halaman
H. Pengalaman Perolehan HKI Dalam 5 – 10 Tahun Terakhir
No.
Judul/Tema HKI
Tahun
Jenis
Nomor P/ID
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya Dalam 5 Tahun Terakhir
No.
Judul/Tema/Jenis
Tahun
Tempat
Respons
Penerapan
Masyarakat
Penyusunan Naskah Perda 2009
Kota
Baik
Penanggulangan
Semarang
Rekayasa Sosial Lainnya yang Telah Diterapkan 1
Demam
Berdarah 2
Penyusunan naskah Perda 2010
Kota
Penanggulangan HIV/AIDS
Semarang
Baik
Kota Semarang 3
Penyusunan
Kegiatan 2011
Kota
Penanggulangan Tb Paru
Semarang
40
Baik
41
Anggota Peneliti BIODATA ANGGOTA
a. Identitas Diri
42
43
44
45
46