4
TINJAUAN PUSTAKA Taman Rumah Tuntutan zaman menyebabkan pembangunan seringkali meningkat pesat guna mewadahi berbagai dinamika bangsa, seperti perkembangan penduduk, ekonomi, komunikasi, teknologi dan transportasi. Pada sektor pemukiman hal ini berpengaruh dengan meningkatnya pembangunan unit rumah tinggal. Rekreasi merupakan sebuah kebutuhan dasar manusia dimana seseorang pada suatu waktu dan tempat melakukan sebuah kegiatan yang dapat menghasilkan kebaharuan jasmani maupun rohani. Dewasa ini meningkatnya kebutuhan manusia akan rekreasi berbanding lurus dengan meningkatnya tuntutan hidup. Kurangnya waktu luang untuk rekreasi yang diakibatkan jam kerja yang intensif untuk memenuhi kebutuhan dapat menyebabkan kejenuhan. Selain itu akses dan biaya yang cukup tinggi menjadikan rekreasi sulit dilakukan bagi beberapa pihak. Dalam hal ini taman rumah menjadi aset penting bagi individu dalam pemenuhan kebutuhan rekreasi. Pengadaan taman merupakan solusi efektif untuk rekreasi dimana akses yang mudah dan biaya yang minim menjadi salah satu kelebihannya. Dengan menciptakan taman rumah berbasis estetika, seseorang dapat melakukan rekreasi visual yang mengembalikan keadaan tubuh dan jiwa menjadi rileks. Taman rumah menurut UU RI No. 4 Tahun 1992, merupakan daerah pembinaan keluarga terdiri dari daerah hijau yang terdapat di daerah sekitar rumah tinggal. Taman rumah tinggal sendiri dibentuk oleh komponen tapak dan komponen taman. Komponen tapak merupakan suatu area untuk mendirikan bangunan. Peraturan tata guna lahan mengatur keharmonisan pemanfaaatan lahan untuk menciptakan rasio lahan terbangun dan tidak terbangun yang disebut dengan intensitas penutupan lahan. Klasifikasi lingkungan perumahan dan permukiman yang diatur dalam PERMENPERA No. 11/PERMEN/M/2008 (KEMENPERA, 2008) berdasarkan intensitas penutupan lahan, dibedakan atas: a. rumah taman, dengan KDB lebih kecil dari 30%, b. rumah renggang, dengan KDB 30% - 50%, c. rumah deret, dengan KDB 50% - 70%.
5
Luas bangunan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hunian standar yang umum dipasarkan pada perumahan modern tidak bertingkat dengan luas 45 m2 dan luas tanah 120 m2 yang dapat menampung 1 kk terkecil terdiri dari 4 orang (ayah + ibu + 2 anak). Taman yang digunakan dalam penelitian merupakan taman depan rumah dengan luas 20 m2. Komponen taman dikelompokkan menjadi dua, yaitu material lunak (soft material) dan material keras (hard material). Material lunak terdiri dari tanaman, dan elemen air. Material keras terdiri dari perkerasan, pagar dan tembok pembatas. Masing-masing komponen berperan besar dalam pembangunan suatu taman rumah tinggal. Dalam usaha menerapkan konsep hemat energi, elemenelemen taman rumah dalam penelitian ini disesuaikan dengan kriteria hemat energi. Desain Ekologis Konsep hemat energi merupakan respon dari perubahan lingkungan secara global berupa degradasi lingkungan yang disebabkan karena menipisnya sumberdaya alam akibat eksploitasi. Krisis tersebut memicu para aktivis untuk menciptakan gerakan pembangunan yang ramah lingkungan disebut sebagai konsep berkelanjutan. Dalam mencapai kondisi berkelanjutan muncul pendekatan baru dalam desain, yaitu desain ekologis. Desain ekologis merupakan bentuk desain yang meminimalkan dampak yang merusak lingkungan dengan mengintegrasikannya
pada
lingkungan
hidup.
Gerakan
desain
ekologis
selanjutnya diikuti oleh green architecture, sustainable agriculture, ecological engineering, dan gerakan lainnya. Sedikit berbeda dengan praktek desain secara umum yang berfokus pada hasil atau produk yang diciptakan, desain ekologis mencakup komponen, fungsi, proses, hingga efek yang dihasilkan dan pengaruhnya terhadap perubahan lingkungan (Yeang, 2006). Desain ekologis tidak menyarankan penggunaan sel surya atau teknologi lainnya untuk menyelesaikan krisis energi. Sebaliknya desain ekologi menganjurkan untuk meminimalisir penggunaan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui diperbaharui. Karena inti dari krisis ini adalah energi sehingga desain ekologis berperan dalam mengatur aliran energi.
6
Panel surya dan teknologi lainnya yang menggunakan energi tambahan memang dapat mengurangi dampak dari perubahan lingkungan, akan tetapi begitu asupan energi tambahan habis atau dihentikan alat-alat itu tidak lagi berfungsi. Desain ekologis menjaga aliran energi dalam sebuah ekosistem, sehingga energi tersebut
berasal
dan
kembali
kepada
ekosistem
tersebut.
Isu nyata pemanasan global yang berdampak langsung pada keseharian manusia adalah perubahan iklim. Karena itu aplikasi dari desain ekologis banyak mengacu pada permasalahan tersebut seperti yang juga akan dibahas dalam penelitian ini. Pendekatan desain ekologis yang berupaya mempertahankan ekosistem diterapkan dengan melibatkan alam dalam proses desain dalam penelitian ini. Proses desain sendiri menururt Bell (2004) meliputi tahap survey, analisis, desain yang terintregiritas secara rasional. Hasil dari proses desain diharapkan memberi solusi dari keadaan tapak dan kebutuhan pengguna, juga alternatif dari solusi tersebut. Dalam penelitian ini dilakukan tahapan proses desain yang serupa hanya saja terdapat beberapa modifikasi dalam pelaksanaannya. Secara garis besar desain dipengaruhi oleh dua aspek ,antara lain aspek rasional berupa inventarisasi, analisis, program pembangunan, dan konstruksi. Juga aspek intuitif berupa seni dari penataan bermacam bentuk, apresiasi estetika, dan lainnya (Booth, 1983). Tetapi kebanyakan desain menitikberatkan pada aspek inventarisasi dimana fungsi fisik lebih diperhatikan merujuk pada metode form follow function, hal ini mengakibatkan fungsi estetika sering dikesampingkan. Desain juga mencakup komposisi elemen-elemen menjadi penataan visual yang baik. Tahap dasar dari proses desain bertujuan untuk mengidentifikasi polapola yang ditemukan dalam tapak, kemudian menggubahnya menjadi produk kreatif dalam solusi desain. Pola-pola ini mungkin saja berhubungan dengan fungsi dari tapak tersebut sehingga terbentuk hubungan antara kedua aspek. Dengan menyadari relasi antara aspek rasional dan aspek intuitif, serta menjaga keseimbangan antara keduanya dapat dihasilkan desain yang tidak hanya fungsional tetapi juga estetis. Umumnya desain ekologis dianggap tidak memperhatikan aspek estetika sehingga kurang dapat diterima oleh publik secara luas karena desain yang
7
dihasilkan berkesan liar dan berantakan (Yeang, 2006). Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa desain ekologis yang secara fungsional baik dapat menunjukan kualitas estetika yang baik pula. Hal ini diperkuat oleh pandangan Cowan dan Sim (2007) bahwa dengan menempatkan ekologi sebagai latar belakang desain, diciptakan cara-cara khusus untuk meminimalkan energi dan penggunaan bahan, mengurangi polusi, melestarikan habitat dan meningkatkan kualitas komunitas, kesehatan, dan keindahan. Konsep Hemat Energi Dalam unit lanskap rumah, konsep hemat energi merupakan solusi terbaik dalam menangani isu global warming. Dengan melakukan hal ini pemakaian alat elektronik yang berfungsi untuk memberi kenyamanan dapat dikurangi. Konsep hemat energi merupakan salah satu gaya hidup yang mengacu pada alam dan berusaha mengurangi pemakaian sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui. Salah satu metode penghematan energi pada unit lanskap rumah adalah dengan menata taman dan tapak rumah tinggal sehingga memberi kenyamanan bagi rumah baik pada musim kemarau maupun musim hujan (Reed, 2010). Konsep hemat energi dapat digolongkan menjadi tiga tingkat yakni, konsep hemat energi tingkat rendah (C1), konsep hemat energi tingkat sedang (C2), dan konsep hemat energi tingkat tinggi (C3). Komponen utama unit lanskap rumah dan persentasenya dalam mendukung konsep hemat energi terdiri dari, komponen tanaman (48,3%), komponen air (24,4%), komponen bangunan (10,9%), komponen tapak (10,7%), dan komponen perkerasan (5,8%) (Kurniawaty, 2011; dan Kurniawaty, Gunawan, dan Surjokusumo, 2012). Komponen tapak dan komponen bangunan tidak berpengaruh langsung terhadap desain taman rumah tinggal, maka kriteria dari komponen ini akan diasumsikan sama untuk ketiga tapak. Komponen tanaman, komponen air dan komponen perkerasan merupakan elemen pembentuk taman rumah tinggal. Pemilihan jenis elemen pada penelitian akan sesuai dengan kriteria konsep hemat energi. Variabel elemen-elemen ini selanjutnya akan dijabarkan pada Tabel 1. Konsep hemat energi tingkat rendah mencakup kombinasi komponen dan variabel tanaman bernilai skor rendah, dengan perbandingan intensitas penutupan
8
lahan dengan perbandingan antara koefisien dasar bangunan (KDB) dan koefisien dasar hijau sebesar (KDH) 60%:40%. Selain itu bukaan pada komponen bangunan dari konsep ini relatif kecil. Kriteria desain tergolong rendah dan penggunaan material yang kurang mendukung. Tabel 1. Variabel komponen hemat energi Elemen pembentuk
Variabel
Kriteria
Tanaman
Kerapatan tajuk Jumlah tanaman Jarak dari bangunan Tata letak tanaman
Air
C1 Kerapatan tajuk rendah <25% 1 pohon pelindung <2m
C2 Kerapatan tajuk tinggi 25%-75% 2 pohon pelindung 3m
C3 Kerapatan tajuk tinggi 75% 3 pohon pelindung 4m
Hanya halaman depan atau belakang
Hanya halaman depan atau belakang, atau di halaman depan dan belakang Pohon kecil 36m Air statis atau air mengalir
Di halaman depan dan belakang dan atau halaman samping
Jenis tanaman
Perdu 1,5-3m
Air mancur Air statis
Tidak ada elemen air
Pohon sedang 6 – 15 m Air terjun atau air mancur
Air terjun Air mengalir Perkerasan
Perkerasan
Jenis Jenis Jenis perkerasan perkerasan perkerasan porositas porositas porositas rendah sedang tinggi Pagar/dinding Masif dan Agak rapat Renggang pembatas solid berongga berongga Sumber: Kurniawaty, 2011; dan Kurniawaty, Gunawan, dan Surjokusumo, 2012
Konsep hemat energi tingkat sedang ditandai dengan kriteria tanaman berskor sedang dan
terdapat komponen air (water feature) yang membantu
modifikasi iklim. Perbandingan intensitas penutupan lahan dengan perbandingan antara koefisien dasar bangunan (KDB) dan koefisien dasar hijau sebesar (KDH) 50%:50%. Variabel utama dari bangunan yaitu bukaan dari konsep ini sudah lebih
9
lebar dengan komponen desain dan material yang sudah relatif mendukung tujuan penghematan energi. Konsep hemat energi tingkat tertinggi secara umum diduga komponen tanaman sebagai komponen prioritas dengan nilai kriteria optimum. Perbandingan intensitas penutupan lahan dengan perbandingan antara koefisien dasar bangunan (KDB) dan koefisien dasar hijau sebesar (KDH) 40%:60%, dilengkapi komponen air (water feature) sebagai stabilator suhu dengan variabel mancur (jets). Komponen-komponen pembentuk taman ini juga ditunjang dengan penataan taman dan tapak rumah tinggal untuk menciptakan taman rumah tinggal dengan konsep hemat energi.
Komposisi Tatanan atau susunan kumpulan elemen yang teratur guna memenuhi kebutuhan manusia secara psikologis disebut sebagai komposisi. Komposisi secara tidak langsung berpengaruh pada aspek estetika. Desain yang
baik
ditunjang oleh komposisi yang baik. Secara sadar, komposisi diterapkan dalam desain untuk mencapai estetika sejalan dengan penerapan fungsi dan penataan spasial dari konsep desain. Untuk mempermudah pengaturan komposisi, diperoleh dua hukum dalam mencapai arsitektur yang harmonis (Simonds, 2006), yaitu : a. the law of the same, keharmonisan arsitektur didapatkan melalui komposisi struktur dengan pengulangan yang sama terhadap elemen, bentuk ataupun ruang, b. the law of the similiar, keharmonisan arsitektur didapatkan melalui komposisi struktur dengan pengulangan yang mirip tetapi lebih bervariasi terhadap elemen, bentuk ataupun ruang. Menururt Bell (2004) pembentukan komposisi sebaiknya berdasarkan prinsip dasar desain dan komposisi bentuk. Beberapa prinsip desain yang digunakan antara lain adalah unity (kesatuan), harmony (keselarasan), dan interest. Unity menggabungkan elemen-elemen desain menjadi sebuah kesatuan. Secara keseluruhan terdapat kolerasi pada prinsip desain ini yang hasilkan dengan menyatukan variasi elemen-elemen. Prinsip harmony membangun kemiripan antara masing-masing elemen desain dengan keadaan disekitarnya. Harmony juga
10
membangun sebuah hubungan diantara elemennnya sehingga terdapat hubungan yang kuat secara keseluruhan. Prinsip interest bukan prinsip dasar yang sering digunakan dalam desain, tetapi prinsip ini punya pengaruh nyata dalam penataan yang berhubungan dengan aspek estetika. Interest melibatkan variasi bentuk, ukuran, warna, arah, juga pergerakan yang menciptakan perasaan ketertarikan. Komposisi bentuk berupa elemen dasar seperti titik, garis, ruang, bentuk yang dalam hal ini direpresentasikan sebagai elemen-elemen taman. Selanjutnya penggabungan dari prinsip dasar dan elemen dasar dipengaruhi oleh beberapa variabel antara lain ukuran, posisi, warna, tekstur yang juga merupakan bagian dari elemen desain (Bell, 2004). Dalam penelitian ini variabel komposisi yang paling berpengaruh adalah posisi. Aturan komposisi yang digunakan mengikuti komposisi menurut Reid (1993) yang merupakan penggabungan dari beberapa prinsip desain, antara lain : 1. Unity, komposisi ini menggunakan prinsip unity sebagai dasar sehingga dapat terlihat kesatuan dalam penataannya. Prinsip interest dapat terlihat dari irama yang dihasilkan oleh elemen, namun hubungan yang diciptakan tidak terlalu kuat sehingga prinsip harmony mempunyai keterlibatan yang rendah. 2. Harmony, dalam komposisi ini keharmonisan dapat terlihat dari hubungan yang kuat antar elemen. Prinsip interest juga terlihat dari posisi masingmasing elemen yang variatif. Secara keseluruhan komposisi ini tidak menunjukan kesatuan karena kurangnya korelasi antar masing-masing elemen. 3. Unity and harmony, hubungan antar elemen kuat dalam komposisi ini dengan digunakannya prinsip harmony, dan keterlibatan prinsip unity menciptakan korelasi yang kuat. Prinsip interest mempunyai pengaruh yang rendah karena kurangnya variasi dalam komposisi ini. Dalam sebuah desain mungkin akan diikuti dua atau lebih prinsip desain untuk menonjolkan prinsip desain utama. Prinsip-prinsip desain itu antara lain rhytm (irama), emphasis (kontras), repitition (pengulangan), dan balance (keseimbangan). Elemen desain selain garis dan bentuk diusahakan setara atau
11
sama pada semua komposisi sehingga mengurangi variabel baru yang akan mempengaruhi peilaian kualitas estetika. Dalam proses desain taman rumah berbasis konsep hemat energi, desain dapat diciptakan dengan mengkomposisikan elemen-elemen pembentuk taman rumah yang berkaitan dengan konsep energi dengan mengikuti kaedah yang berlaku sehingga didapatkan taman rumah yang estetis.
Evaluasi Estetika Lanskap Umumnya dalam estetika dilibatkan sebuah obyek, yang kemudian dapat dirasakan melalui panca indera menjadi sebuah pengalaman subjektif atau persepsi. Lebih dari 87% dari sensor perasa manusia adalah penglihatan, maka umumnya sebuah persepsi lahir dari penglihatan. Kecenderungan seseorang menilai suatu lanskap juga dinilai dari visualisasi lanskap tersebut, hal ini dapat diwakili menggunakan foto atau simulasi yang mampu menggambarkan kondisi sebenarnya (Daniel dan Boster 1976). Estetika dan persepsi saling berkaitan dan jarang dapat diukur secara kuantitas. Dasar pemikiran pendekatan evaluasi adalah bahwa orang-orang terlatih dapat melakukan penilaian estetika lanskap yang berharga dan dapat diterima secara umum. Lingkungan suatu tempat dapat dibaca deskripsinya dari karakteristik tempat tersebut dan persepsi indera manusia. Berdasarkan hal itu dapat dilakukan suatu metode yang melibatkan sejumlah faktor yang mungkin mempengaruhi variasi kualitas lanskap, skala untuk mengukur faktor tersebut dan mengembangkan suatu sistem pembobotan untuk menentukan bermacam-macam penekanan pada faktor yang berbeda. Evaluasi estetika lanskap merupakan kegiatan untuk mengetahui kualitas estetika suatu lanskap. Pendugaan keindahan pemandangan dapat diduga melalui suatu perspesi manusia terhadap suatu lanskap dengan menerapkan metode Scenic Beauty Estimation (SBE) yang dikemukakan oleh Daniel dan Boster (1976). Scenic Beauty Estimation Methode merupakan metode yang menyediakan ukuran kuantatif mengenai suatu hal yang disukai keindahannya sebagai sebuah alternatif dalam sistem manajemen lanskap alam. SBE memperlihatkan sebagai sebuah metode yang efisien dan obyektif untuk menduga keindahan dari suatu lanskap.
12
Kepuasaan estetika adalah sebuah reaksi spontan terhadap lanskap. Jika dikaitkan dengan unit rumah tinggal, dengan memperlihatkan lingkungan berkakteristik baik pada rumah tinggal dapat meningkatkan kepuasan hidup pengguna atau dapat dilakukan perbaikan tergantung dari tingkat kepuasan pengguna tersebut. Oleh karena itu desainer dapat melakukan evaluasi dari sikap dan pilihan masyarakat dengan menilai komponen lanskap yang dianggap penting. Hal ini kemudian akan memberikan masukan kepada proses dan pengambilan keputusan desain.