4
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Perancangan Taman Menurut Booth (1983), kegiatan perancangan ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan manusia, dimana bertujuan agar fleksibel dan dapat mengakomodasi sarana kuno dengan yang baru. Perancangan merupakan kombinasi ilmu dan seni yang berfokus pada penggabungan manusia dengan aktivitas di ruang luar. Sedangkan Simonds (1983), mengemukakan bahwa perancangan adalah proses kreatif yang mengintegrasikan aspek teknologi, sosial, ekonomi dan biologi serta aspek psikologis dan fisik yang ditimbulkan dari bentuk, bahan, warna dan ruang, tekstur dan kualitas lainnya yang merupakan hasil pemikiran yang saling berhubungan. Perancangan ini ditujukan pada penggunaan volume ruang. Selanjutnya Simonds dan Starke (1986) menjelaskan bahwa desain ruang dapat memberikan dampak yang berbeda pada fisik, psikologis dan fisiologis manusia. Fisik berkaitan erat dengan hubungan ukuran skala manusia dan bentuk lingkungan. Kebutuhan fisiologis manusia dipengaruhi oleh ketersediaan makanan, udara, air dan hal-hal yang memberikan kenyamanan. Pengaruh fisiologis tergantung pada pengorganisasian ruang, misalnya gerakan, keriangan, keberanian, ketegasan, keheningan dan perenungan. Sedangkan menurut Laurie (1986), perancangan pertamanan merupakan suatu proses melalui mana kualitas-kualitas khusus dicurahkan pada ruang-ruang dragmatis rencana tapaknya dan merupakan tingkatan lain atas mana arsitektur pertamanan dapat dibahas ataupun dikritik. Taman merupakan ruang-ruang dengan penggunaan yang terbatas dan bentukan yang fleksibel, dikembangkan dengan sedikit konstruksi, digunakan untuk relaksasi sampai menikmati pemandangan, merenung, meditasi, tidur, bermimpi, bercinta, bersosialisasi yang tidak ramai dan permainan bebas. Ruang ini mempunyai intensitas terbatas dan tidak spesifik (Eckbo, 1964). Material perancangan taman menurut Crowe (1981) yaitu land form, plant material, water, sculpture forms, garden boundaries dan ground pattern. Land form adalah bentukan lahan alami yang merupakan sebuah pondasi bagi setiap lanskap. Material tanaman atau plant material merupakan salah satu media untuk
5
berkreasi dalam merancang suatu taman, selain itu juga dapat memperbaiki iklim mikro. Elemen air berguna menciptakan keseimbangan lingkungan serta memberikan kesejukan. Sculpture form adalah salah satu bentuk seni, biasanya berupa suatu patung atau pahatan yang terbuat dari batu dan berfungsi untuk menghias taman dan sculpture ini telah ada sejak zaman Romawi. Garden boundaries salah satu elemen penting dalam suatu taman yang berfungsi untuk membatasi area taman dengan area sekitarnya, biasanya berupa pagar yang terbuat dari kayu, beton, besi atau berupa ha-ha wall atau dengan elemen air. Ground pattern adalah pola yang diterapkan untuk penutup tanah, berupa material tanaman seperti rumput atau yang terbuat dari perkerasan yaitu pola paving.
II.1.1. Elemen Taman Dalam lanskap terdapat dua jenis elemen lanskap, yaitu elemen lanskap mayor dan elemen lanskap minor. Elemen lanskap mayor terdiri dari bentuk alam seperti topografi, pegunungan, lembah sungai dan kekuatan alam seperti angin, suhu, curah hujan yang relatif sulit diubah oleh manusia. Sedangkan yang disebut elemen minor adalah elemen yang masih dapat dimodifikasi atau diubah oleh manusia, seperti bukit, anak sungai dan hutan-hutan kecil. Perubahan yang dilakukan secara garis besar dapat menimbulkan beberapa efek, diantaranya melestarikan, merusak, mengubah dan memberi penekanan. Secara umum elemen lanskap dibagi menjadi soft materials dan hard materials. Karakter tapak yang menarik harus dipertahankan atau diciptakan, sehingga semua elemen yang banyak bervariasi dapat menjadi satu kesatuan yang harmonis (Simonds, 2006).
II.1.2. Elemen Desain Menurut Hakim (2006), persepsi visual tentang ruang dan massa terdiri dari empat unsur utama (elemen desain), yaitu garis, bentuk, warna dan tekstur. Karakteristik dari tiap unsur dapat diintegrasikan ke dalam komposisi visual, walaupun satu atau lebih unsur-unsur dapat mendominasi. Kemudian, Simonds (1983) menambahkan perancangan ditekankan pada penggunaan volume dan ruang. Setiap volume dan ruang memiliki bentuk, tekstur, ukuran, bahan, warna
6
dan kualitas lain. Semuanya dapat mengekspresikan dan mengakomodasikan fungsi-fungsi yang ingin dicapai dengan baik. Booth
(1983)
menyatakan
bahwa
elemen-elemen
desain
harus
dikordinasikan untuk memunculkan aspek-aspek positif dari masing-masing elemen, sementara secara bersamaan mengurangi kualitas-kualitas lemahnya. Setiap elemen-elemen disain saling mempengaruhi.
II.1.2. Prinsip Desain Reid (1993) menyatakan bahwa perancangan lanskap suatu kawasan harus mengikuti prinsip-prinsip desain. Penerapan prinsip-prinsip desain di dalam perancangan berguna untuk menghasilkan karya lanskap yang fungsional, estetik dan berkelanjutan. Menurut Ingels (2003), ada enam prinsip desain yang digunakan dalam seni murni maupun aplikasi pada abad ini, keenam prinsip desain tersebut adalah: 1. Balance (Keseimbangan) Keseimbangan adalah sesuatu yang baik untuk dilihat. Secara fisik kita merasakan ketidaknyamanan saat kita tidak seimbang. Ada tiga tipe keseimbangan yaitu simetrik, asimetrik dan proksimal. Keseimbangan simetrik adalah keseimbangan yang ada pada taman-taman formal, satu sisi merupakan pencerminan dari sisi lainnya. Keseimbangan asimetrik adalah keseimbangan yang informal, komposisi satu sisi dengan sisi lainnya sama, hanya saja berbeda dalam penggunaan materialnya. Sedangkan
keseimbangan
proksimal
memiliki
kesamaan
dengan
keseimbangan asimetrik, hanya saja pendistribusiannya lebih jauh dan dalam. 2. Focal point Focal point adalah prinsip desain yang memiliki posisi penglihatan yang kuat dan dominan dalam suatu komposisi lanskap. Focal point dapat dibentuk dari tanaman, perkerasan, elemen arsitektural, warna, tekstur atau kombinasi dari semuanya.
7
3. Simplicity (Kesederhanaan) Sama seperti prinsip desain keseimbangan, kesederhanaan akan membuat perasaan yang lebih nyaman dalam suatu lanskap. Kompleksitas tidak selalu menjadi lawan dari kesederhanaan tergantung bagaimana desain lanskap itu difokuskan. 4. Ritme Saat dimana pengulangan dengan standar interval yang berpola tertentu maka ritme akan terbentuk. Dalam desain lanskap, interval biasanya terukur dalam suatu ruang suatu interval tertentu dan terpola secara terukur dalam pola ruang. 5. Proporsi Proporsi difokuskan dengan hubungan ukuran antar pola-pola dalam suatu lanskap. Proporsi termasuk bentukan hubungan vertical dan horizontal yang ada dalam spasial. 6. Unity Unity adalah penyatuan dari bagian-bagian yang terpisah yang berperan untuk mengkreasikan keseluruhan dari desain.
II.2. Rekreasi Menurut Gold (1980), rekreasi adalah apa yang terjadi dalam hubungan dengan kepuasan diri yang diperoleh melalui pengalaman. Rekreasi juga dapat diartikan sebagai segala kegiatan yang dilakukan seseorang untuk dapat menyegarkan kembali sifat mentalnya serta dapat bermanfaat. Rekreasi biasanya dihubungkan dengan pemilihan berbagai aktivitas oleh individu atau kelompok baik yang bersifat aktif maupun pasif. Rekreasi aktif dimana kegiatan rekreasi lebih didominasi pada manfaat fisik daripada mental. sedangkan untuk rekreasi pasif adalah rekreasi yang lebih berorientasi manfaat mental daripada fisik. Aktivitas rekreasi terjadi pada beberapa tingkatan umur manusia, aktivitas rekreasi juga merupakan kegiatan yang ditentukan oleh waktu, kondisi, sikap manusia dan lingkungan.
8
II.3. Urban Waterfront II.3.1. Definisi dan Fungsi Waterfront Waterfront merupakan penerapan konsep tepian air (laut, sungai, danau, muara) sebagai halaman depan, dimana tepian air tersebut dipandang sebagai bagian lingkungan yang harus dipelihara, bukan halaman belakang yang dipandang sebagai tempat pembuangan (Nugroho, 2000). Waterfront sungai atau kanal di dalam kota disamping berfungsi sebagai kawasan saluran utama pengendali banjir dan saluran pembuangan limbah air kotor bagi penduduknya, juga memiliki fungsi sebagai ruang publik yang dapat menampung kegiatan interaksi sosial masyarakat, kegiatan ekonomi rakyat dan tempat
rekreasi
budaya
(Anonim,
2010).
Sedangkan
Simonds
(2006)
menambahkan, lakeshore dan waterfront menjadi fokus dari perkembangan publik, pusat perhatian dan kebanggaan banyak kota. Fungsi dari waterfront kota merupakan keterkaitan antara kebutuhan dan karakteristik sebuah kota dan memiliki rentetan perkembangan yang sama. Pada awal perkembangan kota, waterfront memiliki fungsi basis perdagangan, perkapalan/transportasi, pemancingan dan pertahanan. Rekreasi sering dianggap sebagai kebutuhan tambahan dan seringkali waterfront dianggap dengan sendirinya menyediakan ruang terbuka dan rekreasi yang cukup untuk penduduk kota (Anonim, 2010).
II.3.2. Pengklasifikasian Waterfront Berdasarkan tipe proyeknya dapat dibedakan menjadi 3 jenis , yaitu: 1. Konservasi, penataan waterfront kuno atau lama yang masih ada sampai saat ini dan menjaganya agar tetap dinikmati oleh masyarakat. 2. Redevelopment adalah upaya menghidupkan kembali fungsi-fungsi waterfront lama yang sampai saat ini masih digunakan untuk kepentingan masyarakat dengan mengubah atau membangun kembali fasilitas-fasilitas yang ada. 3. Development adalah usaha menciptakan waterfront yang memenuhi kebutuhan kota saat ini dan masa depan dengan cara mereklamasi pantai.
9
Sedangkan berdasarkan fungsinya, waterfront dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu: 1. Mixed-used waterfront adalah waterfront yang merupakan kombinasi dari perumahan, perkantoran, restoran, pasar, rumah sakit dan / atau tempat-tempat kebudayaan. 2. Recreational waterfront adalah semua kawasan waterfront yang menyediakan sarana-sarana dan prasarana untuk kegiatan rekreasi, seperti taman, arena bermain, tempat pemancingan dan fasilitas untuk kapal persiar. 3. Residential waterfront adalah perumahan, apartemen dan resort yang dibangun di pinggir perairan. 4. Working
waterfront
adalah
tempat-tempat
penangkapan
ikan
komersial, reparasi kapal pesiar, industri berat dan fungsi-fungsi pelabuhan (Anonim, 2010)
II.3.3. Karakter Visual Waterfront Waterfront sering dikatakan memiliki kualitas visual yang tinggi. Kualitas visual tersebut dicapai melalui bentuk, tekstur dan fitur spesial waterfront, berupa permukaan air yang luas. Walaupun ada beberapa latar yang standar untuk sebuah waterfront, tetapi setiap latar pasti memiliki karakter visual berbeda. Hal ini ditentukan oleh bermacam-macam elemen fisik yang membentuk sebuah waterfront dan respon sang pengamat terhadap elemen-elemen tersebut (Anonim, 2010). 1.
Bentuk Secara konseptual, lanskap terbuat dari pinggiran dan ruang. Pinggiran
memberikan bentuk pada apa yang dilihat mata manusia dengan memberikan batas spasial. Dalam hal ini, dapat dianggap tidak ada pembatas yang lebih jelas daripada perbatasan antara pertemuan air dan daratan. 2. Tekstur Waterfront biasanya memiliki tekstur visual yang kaya. Hal ini diproduksi oleh variasi permukaan material yang digunakan untuk
10
membangun fasilitas-fasilitas di waterfront, dan keadaan cuaca yang menyebabkan perubahan tekstur sehingga perbedaan banguna baru dan lama menjadi terlihat. Material-material seperti kayu, granit dan bata memiliki tekstur yang lebih kaya dan kasar daripada besi dan kaca. 3.
Vegetasi Vegetasi juga dapat menjadi sebuah fitur dalam mempengaruhi
karakter visual sebuah waterfront. Secara umum, tumbuhan-tumbuhan memperhalus tampilan visual. 4.
Focal Point Kualitas visual sebuah waterfront juga dapat ditingkatkan dengan
kehadiran elemen khas yang hanya bisa ditemukan di sepanjang pinggiran air. Elemen-elemen seperti kapal-kapal fery, marina, fasilitas perbaikan kapal
dan
fasilitas
penunjang
kegiatan
perairan
lainnya,
dapat
menstimulasi ketertarikan pengunjung karena kejarangan pemandangan yang ditemukan di kota. elemen-elemen ini seringkali dijadikan sebagai focal point dari karakter visual sebuah waterfront. Sedangkan dari segi aktivitasnya, Munandar (2009) menjelaskan bahwa dalam perancangan waterfront development terdapat aktivitas sosial (budaya) yang menjadi elemen penting dan tidak dimiliki oleh kawasan lain, seperti floating market, festival perahu, laying-layang dan gondola.
II.4. Perancangan Waterfront Park Wren (1983) dan Toree (1989) menambahkan, perancangan tepian air mempunyai dua aspek penting yang mendasari keputusan-keputusan serta solusi rancangan yang dihasilkan. Kedua aspek tersebut adalah faktor geografis serta konteks
perkotaan.
Aspek-aspek
dasar
perancangan
konsep
waterfront
development adalah: 1. Faktor Geografis, merupakan faktor yang menyangkut geografis kawasan dan akan menentukan jenis serta pola penggunaanya. Termasuk di dalam hal ini adalah kondisi perairan, yaitu dari segi jenis (laut, sungai, dst), dimensi, konfigurasi, pasang-surut, serta
11
kualitas airnya. Sehingga untuk aspek ini dapat kelompokan sebagai berikut: a. Kondisi lahan, yaitu ukuran, konfigurasi, daya dukung tanah, serta kepemilikannya. b. Iklim, yaitu menyangkut jenis musim, temperature, angin dan curah hujan. 2. Konteks perkotaan (Urban context) adalah faktor-faktor yang nantinya akan memberikan ciri khas tersendiri bagi kota yang bersangkutan serta menentukan hubungan antara kawasan waterfront yang dikembangkan dengan bagian kota terkait. Termasuk dalam aspek ini adalah: a. Pemakai, yaitu mereka yang tinggal, bekerja atau berwisata di kawasan waterfront atau sekedar merasa memiliki kawasan tersebut sebagai sarana publik b. Khasanah sejarah dan budaya, yaitu situs atau bangunan bersejarah yang perlu ditentukan arah pengembangannya, misalnya restorasi, renovasi atau penggunaan adaptif serta bagian tradisi yang perlu dilestarikan. c. Pencapaian dan sirkulasi, yaitu akses dari dan menuju tapak serta pengaturan sirkulasi di dalamnya. d. Karakter visual, yaitu hal-hal yang akan memberi ciri yang membedakan satu kawasan waterfront dengan lainnya. Sedangkan menurut Munandar (2009), dalam pengolah kawasan tepian air, beberapa elemen dapat diberikan penekanan dengan memberikan solusi desain yang spesifik, yang membedakan dengan olahan kawasan lainnya atau yang dapat memberikan kesan mendalam sehingga selalu dikenang oleh pengunjungnya. Di antara elemen-elemen penting dalam perancangan waterfront development adalah: a.
Pesisir Kawasan tanah atau pesisir yang landai atau datar dan langsung
berbatasan dengan air. Merupakan tempat berjemur atau duduk-duduk dibawah keteduhan pohon (kelapa atau jenis pohon pantai lainnya) sambil menikmati pemandangan perairan.
12
b.
Promenade/Esplanade Perkerasan di kawasan tepian air untuk berjalan-jalan atau berkendara
(sepeda
atau
kendara
tidak
bermotor
lainnya)
sambil
menikmati
pemandangan perairan. Bila permukaan perkerasan hanya sedikit di atas permukiman air disebut promenade, sedangkan perkerasan yang diangkat jauh lebih tinggi dari permukaan seperti balkon, disebut esplanade. Pada beberapa tempat dari promenade dapat dibuat tangga turun ke air, yang disebut tangga pemandian atau baptismal steps. c.
Dermaga Tempat bersandar kapal/perahu yang sekaligus berfungsi sebagai jalan di
atas air untuk menghubungkan daratan dengan kapal atau perahu. Pada masa kini dermaga dapat diolah sebagai elemen arsitektural dalam penataan kawasan tepian air dan diperluas fungsinya antara lain sebagai tempat berjemur. d.
Jembatan Penghubung antara dua bagian daratan yang terpotong oleh sungai atau
kanal. Jembatan adalah elemen yang sangat popular guna mengekspresikan misi arsitektural tertentu, misalnya tradisional atau high-tech, sehingga sering tampil sebagai sebuah sculpture. Banyak jembatan yang kemudian menjdi Lengaran (Landmark) bagi kawasanya, misalnya Golden Gate di San Fransisco atau Tower Bridge di London. e.
Pulau buatan/bangunan air Bangunan atau pulau yang dibuat atau dibangun di atas air sekitar
daratan, untuk menguatkan kehadiran unsur air di kawasan tersebut. Bangunan atau pulau ini bisa terpisah sama sekali dari daratan, bisa juga dihubungkan dengan jembatan yang merupakan satu kesatuan perancangan. f.
Ruang terbuka (urban space) Berupa taman atau plaza yang dirangkaikan dalam satu jalinan ruang
dengan kawasan tepian air. Contoh klasik dari rangkaian urban space di kawasan tepian air adalah Piazza de La Signoria yang dihubungkan dengan ponte Veccnio, di Firenze serta Piazza San Marco dengan Grand Canal, di Venezia.
13
g.
Aktivitas Guna mendukung penataan fisik yang ada, perlu dirancang kegiatan
untuk meramaikan atau memberi ciri khas pada kawasan pertemuan antara daratan dan perairan. Floating market misalnya, adalah kegiatan tradisional yang dapat ditampilkan untuk menambah daya tarik suatu kawasan waterfront, sedang festival market place adalah contoh paduan aktivitas (hiburan dan perbelanjaan) jenis kegiatan yang bisa ditampilkan secara berkala, misalnya festival perahu/gondola atau layang-layang.
Gambar 2. Contoh Suasana di Dermaga (Sumber : Time Saver Standard for Landscape Arcitecture) II.5. Riverfront Park II.5.1. Lanskap Riparian Lanskap tepi sungai mengkaji sistem ekologi daerah sungai dan dataran banjir dari perspektif ekologi lanskap. Pola tata ruang khusus vegetasi tepi sungai dilihat sebagai akibat dari, dan kontrol pada proses-proses ekologi, geomorfologi dan hidrologi yang beroperasi di sepanjang sungai. Lanskap tepi sungai juga sangat dipengaruhi oleh perkembangan sumber daya air dan penggunaan lahan terkait Wilayah tepi sungai adalah lingkungan unik karena posisi mereka dalam lanskap, yaitu daerah ecotones dimana area peralihan antara zona terestrial dan perairan serta koridors seluruh area. Lingkungan riparian melayani fungsi beragam dan memiliki nilai yang berbeda tergantung pada pengaturan fisik, biologis dan budaya. Perbedaan nilai sering menyebabkan kerusakan beberapa nilai untuk kepentingan lain
14
II.5.2. Pedoman Desain Area Tepi Sungai Menurut
Mclaren (2000), pedoman desain terdiri dari empat bagian,
antara lain: a.
General, pedoman ini mencakup masalah-masalah berskala besar atau
unsur-unsur yang umum dan untuk dimasukkan dalam pengembangan semua, seperti arah sinar matahari, angin, temperature, view, karakter, public safety dan akses, pelayanan dan tempat parkir. b.
Site
features
and
infrastructure,
pedoman
ini
mencakup
pengembangan tapak baik untuk keperluan publik maupun private seperti shelter dan struktur lain bukan bangunan, contohnya gerbang/pintu masuk, jalan, pusat pertemuan/node, signage/papan informasi, shelter, pemecah angin, vegetasi, pencahayaan, tempat duduk, site furniture, river edge conditions, bollards dan bumper rails, dll. c.
Building.
pedoman
yang
mengatur
bangunan
atau
struktur
dimaksudkan untuk digunakan atau hunian pada properti publik atau private. seperti orientasi, karakter, setbacks, masa bangunan, dsb. d.
Daerah pusat masyarakat, pedoman catatan ketentuan untuk area
lebih intens digunakan masyarakat.