ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING DALAM INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2009-2013 Tania Octavianty1, Herawati2, Ethika3 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta Email :
[email protected]
Abstract This study aimed to analyze the factors that may affect underpricing, which is the size, underwriters, offer, total assets, and insiders. The samples in this study using purposive sampling method that produces a sample of 67 companies that conduct an initial public offering (IPO) 2009-2013. The results showed that partially variable size and underwriters significant effect on the level of underpricing, while offer, total assets and insiders does not significantly influence the level of underpricing. The results showed that simultaneously size, underwriters, offer, total assets and Insiders of simultaneously can be used to analyze the level underpricing in the IPO. Keywords: Underpricing, Size, Underwriters, Offer, Total Asets, Insiders
debt to equty ratio (DER) yang terlalu
Pendahuluan Dengan semakin berkembangnya perekonomian
akan
selanjutnya adalah mambayar bunga dan
untuk
angsuran pinjaman yang harus dibayar oleh
membiayai segala kebutuhan perusahaan.
perusahaan. Peningkatan modal tersebut
Ada dua cara pembiayaan tersebut yaitu
dapat dilakukan dengan cara penerbitan
perolehan melalui hutang dan peningkatan
saham baru untuk dijual kemasyarakat,
modal. Pembiayaan melalui hutang bisa
dalam
diperoleh
ditentukan oleh emiten dan underwriter.
semakin
maka
perusahaan
besar, lalu yang menjadi pertimbangan
membutuhkan
dengan
cara
dana
melakukan
melakukan
Investor
pinjaman dari bank, atau penerbitan notes
mengetahui harga yang ditawarkan, dan
payable atau bond payable (obligasi).
mereka bisa memesan melalui perusahaan
Dengan cara pembiayaan ini perusahaan
sekuritas atau broker. (Sulistiawan dan
dapat berinvestasi dengan keterbatasan
Arni, 2004)
namun
sering
kali
hutang
membebani perusahaan, dikarnakan nilai
pada
awal
Akuntansi, Program S1, Jurusan Akuntansi, Universitas Bung Hatta Padang Tetap, Jurusan Akuntansi, Universitas Bung Hatta Padang 3 Dosen Tetap, Jurusan Akuntansi, Universitas Bung Hatta Padang 2 Dosen
membeli,
sudah
Jika harga saham pada saat IPO
_________________________________________________________________________________________ 1 Mahasiswa
ingin
harga
pinjaman dengan pihak ketiga, misalnya
ekuitas,
yang
penjualannya
pembukaan
lebih
rendah
dibandingkan dengan harga penutupan
penawaran yang tinggi akan menurunkan
pada hari pertama di pasar sekunder, maka
tingkat
akan terjadi fenomena underpricing, yang
sebelumnya yang dilakukan oleh Hasan
dimana harga rendah pada saat penawaran
dan
dipasar
yang
Agustian (2013), menunjukan hasil bahwa
mengalami
ukuran penawaran berpengaruh signifikan
Sebaliknya,
terhadap underpricing IPO.
perdana.
melakukan
IPO
fenomena
Perusahaan sering
underpricing.
apabila harga saat pembukaan IPO lebih
underpricing.
Waisman
Pada
(2010),
Underwriter
Junaeni
sebagai
penjamin
emisi
pada saat penutupan pada hari pertama di
membantu perusahaan dalam melakukan
pasar sekunder, maka fenomena ini disebut
penawaran saham perdananya di bursa
overpricing. (Kristiantari, 2012).
efek. Menurut Tambunan (2013) Proses
yang melakukan IPO, dari
perusahaan
penawaran
fungsi
dan
tinggi dibandingkan dengan harga saham
Pada tahun 2013 ada 31 perusahaan
memiliki
penelitian
saham
membutuhkan
yang
tersebut
underwriter
sangat
sangat untuk
yang IPO tersebut ada yang mengalami
menentukan harga penawaran saham pada
underpricing, ada Sekitar 27 perusahaan
saat IPO. Pihak calon emiten tentu
yang mengalami underpricing pada saat
berharap sahamnya dapat dijual dengan
IPO atau sekitar 77,4% dari penawaran
harga
yang dilakukan pada saat IPO. Sedangkan
underwriter berkeinginan saham dapat
7
22,6%
terserap oleh investor publik. Tetapi
perusahaan tidak mengalami underpricing,
dengan adanya asimetri informasi antara
dikarenakan harga pembukaan pada saat
calon emiten dan underwriter, dikarnakan
IPO lebih tinggi dari pada harga penutupan
informasi lebih yang didapat underwriter
di pasar sekunder. (www.idx.co.id)
mengenai bursa efek, akan menyebabkan
perusahaan
atau
Menurut (2010)
sekitar
Hasan
ukuran
dan
Waisman
penawaran
dapat
setinggi
underpricing. berani
mungkin,
Jadi
mematok
sedangkan
underwriter
hanya
harga
rendah
menggambarkan jumlah dari penawaran
dibandingkan nilai wajarnya guna untuk
pada
mengurangi pembelian saham yang tidak
saat
IPO.
Perusahaan
yang
melakukan penawaran dengan ukuran yang
laku terjual.
besar
mempermudah
saham tidak laku terjual, underwriter akan
memperkenalkan
membeli saham tersebut karena adanya
akan
underwriter
lebih dalam
perusahaan ke publik, karena ukuran
penjaminan
Alasannya, apabila seluruh
full
commitment
yang
2
mewajibkan underwriter membeli sisa
rendahnya
saham yang tidak laku terjual. Untuk itu,
underpricing. Penelitian yang dilakukan
pihak underwriter akan berusaha menekan
oleh Wulandari dan Haryanto (2011),
harga semurah mungkin, meskipun tidak
Hasan dan Waisman (2010) menunjukan
selamanya
hasil
demikian,
karena
semakin
kemungkinan
bahwa
persentase
terjadi
saham
yang
pengaruh
yang
tinggi dana yang berhasil didapat, semakin
ditawarkan
tinggi pula underwriting fee. Tambunan
signifikan terhadap underpricing IPO.
(2013) pada penelitian sebelumnya yang
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
pernah dilakukan oleh Kristiantari (2013),
Triani dan Nikmah (2006) menunjukan
Junaeni dan Agustian (2013), Johnson
hasil sebaliknya yaitu persentase saham
(2010),
yang
Triani
dan
Nikmah
(2006),
menunjukan bahwa reputasi underwriter memiliki
yang
ditawarkan
tidak
berpengaruh
signifikan terhadap underpricing IPO.
signifikan
Perusahaan pada saat go public
terhadap underpricing IPO. Sedangkan
juga dapat dilihat dari total aset yang
penelitian dari Irawati (2009), Yolana dan
dimiliki perusahaan sebelum melakukan
Martani
(2005)
bahwa
IPO, perusahaan dengan total aset yang
reputasi
underwriter
tidak
memiliki
besar tentu saja akan lebih menyakinkan
signifikan
terhadap
investor untuk menanamkan modalnya
pengaruh
pengaruh
memiliki
akan
menunjukan
yang
underpricing IPO.
pada perusahaan tersebut. Menurut Hasan
Menurut Wulandari dan Haryanto
dan Waisman (2010) perusahaan yang
(2011), apabila semakin besar persentase
memiliki
saham yang ditawarkan kepada masyarakat
melakukan IPO akan berpengaruh terhadap
maka
akan
kinerja perusahaan dimasa yang akan
semakin kecil, dan pada akhirnya akan
datang. Karena memiliki tingkat resiko
menurunkan tingkat underpricing juga.
yang besar juga bagi investor yang akan
Triani
dalam
menanamkan modalnya. Tambunan (2013)
bahwa
menyatakan bahwa, bagi investor yang
tingkat
dan
penelitiannya
ketidakpastiannya
Nikmah
(2006)
mengemukakan
total
sedikit
akan
memiliki pengaruh yang negatif signifikan
mencermati
terhadap
permodalan dan pemegang saham sebuah
return.
Dikarnakan
saham
sebelum
persentase saham yang yang ditawarkan
initial
membeli
aset
kiranya
perubahan
sebelum
perlu
komposisi
semakin tinggi persentase saham yang
perusahaan
dan
sesudah
ditawarkan, akan menyebabkan semakin
melakukan IPO. Penelitian yang dilakukan
3
Kristiantari (2013), Triani dan Nikmah
berpengaruh
(2006), Yolana dan Martani (2005), Irawati
underpricing IPO.
(2009) menunjukan hasil bahwa total aset berpengaruh
signifikan
signifikan
terhadap
Penelitian mengenai underpricing
terhadap
pada saat IPO telah banyak dilakukan oleh
underpricing. Sedangkan penelitian yang
peneliti sebelumnya, baik diluar negeri
pernah dilakukan oleh Sulistio (2005) dan
maupun didalam negeri. Dikarnakan masih
penelitian Wulandari dan Haryanto (2011)
banyak
menunjukan hasil penelitian bahwa total
konsisten,
aset tidak berpengaruh signifikan terhadap
penelitian yang pernah dilakukan oleh para
underpricing.
peneliti sebelumnya. Oleh karena itu,
Persentase kepemilikan saham yang
hasil
peneliti
penelitian
peneliti
yang
ingin
termotivasi
untuk
belum
melakukan
melakukan
dimiliki oleh keluarga atau manager juga
penelitian yang berdasarkan latar belakang
dapat mempengaruhi tingkat underpricing,
diatas, maka peneliti melakukan penelitian
karena dengan semakin banyaknya saham
dengan
yang dilepas ke masyarakat, tentu akan
FAKTOR
membuat perbedaan proporsi kepemilikan
UNDERPRICING
saham pada suatu perusahaan. Menurut
PUBLIC
Junaeni dan Agustian (2013) persentase
PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR
kepemilikan saham para pemilik lama
PADA BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
menjadi sinyal yang berharga yang dapat
PERIODE 2009-2013”.
mencerminkan
nilai
saham dari pemilik lama yang ditunjukan penawaran
investor
luar
saham
adalah
baru
kepada
sinyal
negatif.
Sebaliknya, semakin tinggi persentase saham yang ditahan oleh pemilik lama, merupakan sinyal positif bagi pasar. Hasil penelitian dilakukan
sebelumnya oleh
Hasan
yang dan
pernah Waisman
(2010), Sulistio (2005) menunjukan hasil bahwa persentase
“ANALISIS
YANG
FAKTOR-
MEMPENGARUHI DALAM
OFFERING
INITIAL
(IPO)
PADA
perusahaan.
Penurunan dalam proporsi kepemilikan
oleh
judul
kepemilikan saham
Teori dan Pengembangan Hipotesis Underpricing Menurut underpricing
Kristiantari adalah
harga
(2012) penawaran
dipasar perdana lebih rendah dibandingkan dengan harga penutupan di pasar sekunder yang diperdagangkan di Bursa Efek. Sedangkan overpricing merupakan kondisi dimana harga penawaran perdana lebih tinggi daripada harga penutupan di pasar sekunder.
Menurut
Puspita
(2011)
4
fenomena
underpricing
tidak
menguntungkan bagi perusahaan yang
pada saat IPO. (Junaeni dan Agustian, 2013)
melakukan go public, karena dana yang
Ukuran penawaran dapat digunakan
diperoleh perusahaan atau emiten tidak
sebagai proceeds. Proceeds menunjukan
maksimal,
aliran
tetapi
di
lain
pihak
menguntungkan para investor. Fenomena
kas
masuk
yang
besar
pada
perusahaan saat IPO. Semakin besar dapat
proceeds akan menyebabkan Semakin
asymetric
tinggi ukuran penawaran yang dilakukan
telah
dan akan menurunkan tingkat underpricing
dikemukakan oleh Rock (1986), Baron
pada saat IPO, atau dapat disebut juga
(1986), Beatty dan Ritter (1986), lalu
memiliki pengaruh yang negatif terhadap
signaling theory yang dikemukakan oleh
underpricing. Seperti penelitian Hasan dan
Michaely dan Shaw (1994), Su dan
Waisman (2010), Junaeni dan Agustian
Fleisher (1997). Kedua teori tersebut dapat
(2013) yang telah membuktikan bahwa
menjelaskan
fenomena
ukuran penawaran berpengaruh signifikan
underpricing pada saat penawaran perdana.
terhadap underpricing. Berdasarkan hal ini
Underpricing pada umumnya terjadi pada
diajukan hipotesis sebagai berikut.
saham yang nilai sahamnya lebih rendah
H1 : Ukuran Penawaran berpengaruh
terjadi
underpricing
karena
information
adanya
theory
yang
terjadinya
pada saat penawaran awal di pasar
signifikan terhadap underpricing
perdana. Penjamin Emisi (Underwriter) Underwriter atau penjamin emisi
Ukuran Penawaran Menurut Hasan dan Waisman (2010) Ukuran
penawaran
adalah
adalah
orang
yang
menangani
emisi
jumlah
perdana suatu perusahaan agar penawaran
penawaran awal pada saat IPO. Jumlah
perdana tersebut berjalan dengan sukses,
penawaran tersebut tidak mengukur dari
dikarnakan calon emiten tidak dapat
besarnya perusahaan. Ukuran penawaran
menjual
sama dengan harga penawaran dikalikan
masyarakat
dengan total saham yang terjual. Pada saat
2006).
melakukan penawaran saham akan terdapat
sendiri
sahamnya
kepada
secara langsung. (Samsul,
Underwriter
yang
memiliki
aliran kas masuk dari proceeds. Proceeds
reputasi yang tinggi akan lebih mempunyai
menunjukan besarnya aliran penawaran
kepercayaan diri terhadap kesuksesan IPO.
5
Dengan
demikian
underwriter
yang
ditawarkan adalah harga rata-rata batas
memiliki reputasi tinggi lebih berani
paling rendah dan tinggi dari penawaran
memberikan harga yang tinggi sebagai
saat IPO. (Hasan dan Waisman, 2010).
konsekuensi dari kualitas penjaminannya,
Persentase
penawaran
saham
sehingga tingkat underpricing pun rendah.
mencerminkan
Kristiantari
semakin
masyarakat yang tertarik pada perusahaan
tingginya reputasi underwriter maka akan
tersebut. Dengan persentase penawaran
semakin rendah kemungkinan terjadinya
yang besar maka tingkat ketidakpastiannya
underpricing
akan semakin kecil, dan akhirnya akan
(2012)
Dengan
atau
berpengaruh
dapat
disebut
negatif
terhadap
underpricing.
menurunkan
seberapa
tingkat
banyak
underpricing.
Wulandari dan Haryanto (2011) Jika
Hasan
dan
Waisman
(2010),
semakin
tinggi
tingkat
persentase
Kristiantari (2013), Junaeni dan Agustian
penawaran saham yang terjadi maka akan
(2013), Sulistio (2005), Johnson (2010),
semakin rendah tingkat underpricing pada
Triani
saat IPO. Hasan dan Waisman (2010),
dan
Nikmah
(2006),
telah
membuktikan bahwa reputasi underwriter
Wulandari
memiliki
signifikan
penelitiannya telah membuktikan bahwa
sedangkan
persentase penawaran saham berpengaruh
terhadap
pengaruh
yang
underpricing,
dan
Haryanto
penelitian Irawati (2009), Yolana dan
signifikan
Martani (2005), menunjukan hasil bahwa
sedangkan penelitian Triani dan Nikmah
reputasi pengaruh
underwriter yang
tidak
memiliki
(2006),
signifikan
terhadap
persentase
terhadap
(2011),
menunjukan penawaran
underpricing,
hasil saham
underpricing IPO. Berdasarkan hal ini
berpengaruh
signifikan
diajukan hipotesis sebagai berikut.
underpricing.
H2 :
Underwriter berpengaruh signifi-
diajukan hipotesis sebagai berikut.
kan terhadap Underpricing
H3 :
Berdasarkan
Persentase
bahwa
Penawaran
tidak terhadap hal
ini
Saham
berpengaruh signifikan terhadap Persentase Penawaran Saham
Underpricing
Persentase penawaran adalah saham yang ditawarkan kepada publik dibagi dengan
jumlah
saham
yang
Total Aset
beredar
Aset adalah total semua aset lancar
dikalikan seratus persen. Saham yang
ditambah dengan total aset tidak lancar
6
yang dimiliki perusahaan. Aset sama juga dengan
sumber-sumber
daya
Persentase Kepemilikan Saham
yang
Menurut Hasan dan Waisman (2010)
mengandung nilai ekonomis yang dimiliki
Persentase
(atau
tingkat kepemilikan yang dipertahankan
dikuasai
oleh)
perusahaan
dan
kepemilikan
pemegang
saham
saham
digunakan untuk menghasilkan arus kas
oleh
dimasa datang. (Tambunan, 2013). Total
pemegang
aset dapat diukur dengan melihat jumlah
mempertahankan saham yang dimilikinya,
aset yang dimiliki perusahaan sebelum
berarti perusahaan memberikan sinyal
melakukan IPO. (Hasan dan Waisman,
yang positif terhadap pasar. (Junaeni dan
2010).
Agustian, 2013)
saham
lama.
adalah
lama
Jika tetap
Perusahaan yang memiliki total
Persentase kepemilikan saham yang
aset yang besar akan membuat investor
dimiliki pemegang saham lama tentunya
lebih
akan
percaya
dalam
menanamkan
sangat
mempengaruhi
penilaian
modalnya pada perusahaan tersebut. Aset
publik atas perusahaan tersebut. Bagi
yang dimiliki perusahaan mencerminkan
perusahaan yang memiliki kualitas baik,
besar atau kecilnya perusahaan tersebut
tentu saja pemilik saham lama perusahaan
Semakin besar perusahaan tersebut maka
tersebut
akan
tingkat
saham yang dimilikinya. Jika semakin
underpricing. Penelitian yang dilakukan
tinggi persentase kepemilikan saham oleh
Kristiantari (2013), Triani dan Nikmah
pemilik lama, maka akan semakin rendah
(2006), Yolana dan Martani (2005), Irawati
tingkat underpricing yang terjadi pada saat
(2009) menunjukan hasil bahwa total aset
IPO. Hasan dan Waisman (2010), Sulistio
berpengaruh
terhadap
(2005) membuktikan bahwa persentase
underpricing. Sedangkan penelitian yang
kepemilikan saham memiliki pengaruh
pernah dilakukan oleh Sulistio (2005) dan
signifikan
penelitian Wulandari dan Haryanto (2011)
Berdasarkan hal ini diajukan hipotesis
menunjukan hasil penelitian bahwa total
sebagai berikut.
aset tidak berpengaruh signifikan terhadap
H5 :
semakin
rendahnya
signifikan
akan mempertahankan proporsi
terhadap
underpricing.
Persentase Kepemilikan Saham
underpricing. Berdasarkan hal ini diajukan
berpengaruh signifikan terhadap
hipotesis sebagai berikut.
Underpricing
H4 : Total Aset berpengaruh signifikan terhadap Underpricing
7
menggunakan harga penawaran dikalikan
Metodologi Penelitian ini mengambil populasi
dengan
jumlah
saham
yang
terjual.
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di
Underwriter atau penjamin emisi adalah
Bursa
orang yang menangani emisi perdana suatu
Efek
Indonesia
(BEI)
dengan
mengambil sampel perusahaan yang go
perusahaan
public periode 2009-2013, dengan kriteria
tersebut
sampel saham perusahaan yang mengalami
dikarnakan calon emiten tidak dapat
underpricing, yaitu perusahan yang harga
menjual
penawaran saham pada saat IPO lebih
masyarakat
rendah dibandingkan dengan harga saat
2006).
penutupan dipasar sekunder pada hari
emisi (underwriter) menggunakan variabel
pertama.
sampel
dummy. Penentuan penjamin emisi yang
adalah purposive sampling. Setelah data
memiliki reputasi yang tinggi digunakan
dikelompokkan
skala 1, dan 0 untuk penjamin emisi yang
Teknik
pengambilan
maka
diperoleh
67
agar
penawaran
perdana
dengan
sukses,
berjalan
sendiri
sahamnya
kepada
secara langsung. (Samsul,
Pengukuran
tidak
Jenis data yang digunakan adalah data
Persentase penawaran adalah saham yang
sekunder.
ditawarkan kepada publik lalu dibagi adalah
harga
dengan
jumlah
reputasi
penjamin
perusahaan yang sesuai dengan kriteria.
Underpricing
memiliki
variabel
saham
yang
yang
tinggi.
beredar
penawaran dipasar perdana lebih rendah
dikalikan seratus persen. Saham yang
dibandingkan dengan harga penutupan
ditawarkan adalah harga rata-rata batas
pada hari pertama dipasar sekunder.
paling rendah dan tinggi dari penawaran
(Kristiantari, 2012). Underpricing pada
saat IPO. (Hasan dan Waisman, 2010).
saat IPO dapat diukur dengan harga
Aset adalah total semua aset lancar
penutupan
dikurangi
ditambah dengan aset tidak lancar yang
dengan harga penawaran perdana lalu
dimiliki perusahaan. Aset sama juga
dibagi dengan harga penawaran perdana.
dengan
Menurut Hasan dan Waisman (2010)
mengandung nilai ekonomis yang dimiliki
Ukuran
(atau
dihari
pertama
penawaran
adalah
jumlah
sumber-sumber
dikuasai
oleh)
daya
perusahaan
yang
dan
penawaran awal pada saat IPO. Jumlah
digunakan untuk menghasilkan arus kas
penawaran tersebut tidak mengukur dari
dimasa datang. (Tambunan, 2013). Total
besarnya perusahaan. Variabel ukuran
aset diproksikan dengan menggunakan
penawaran
logaritma
dapat
diproksikan
natural
dari
total
aktiva
8
perusahaan pada periode terakhir sebelum perusahaan
Menurut
Dalam penelitian ini metode analisis
Hasan dan Waisman (2010) Persentase
data yang digunakan adalah statistik
kepemilikan
deskriptif, uji outlier, uji asumsi klasik (uji
kepemilikan
melakukan
saham yang
IPO.
Hasil dan Pembahasan
adalah
tingkat
dipertahankan
oleh
normalitas,
uji
multikolinieritas,
uji
pemegang saham lama. Jika pemegang
heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi),
saham lama tetap mempertahankan saham
uji R2, uji F, dan uji t. Dalam pengujian
yang
hipotesis penulis menggunakan analisis
dimilikinya,
berarti
perusahaan
memberikan sinyal yang positif terhadap
regresi linier berganda.
pasar. Variabel ini diukur dengan melihat
Setelah melakukan uji asumsi klasik
berapa proporsi saham yang dimiliki
yang terdiri dari uji normalitas, uji
pemegang saham lama setelah IPO.
multikolinieritas, uji heteroskedastisitas,
Model regresi yang digunakan dalam
dan uji autokorelasi. Dapat disimpulkan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
tidak terdapat masalah asumsi klasik
UP = a + b1SIZE + b2UWR + b3OFFER + b4ASSET + b5INSIDER + e
dalam penelitian ini.
Keterangan : a b1-b5 UP SIZE UWR OFFER ASSET INSIDER e Metode
menunjukkan nilai F adalah sebesar 23,002
: Konstanta : Koefisien Regresi : Underpricing : Ukuran Penawaran : Underwriter : Persentase Penawaran : Total Aset : Persentase Kepemilikan : Error analisis yang digunakan
adalah regresi linier berganda. Sebelum dilakukannya
analisis
regresi
linier
berganda terlebih dahulu dilakukan uji asumsi
klasik
normalitas,
uji
yang
terdiri
atas
uji
multikolinieritas,
uji
heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.
Hasil Uji kelayakan model (uji F)
dengan probabilitas 0,000, karena nilai probabilitas lebih kecil dibandingkan nilai alpha 0,05, maka model regresi dapat digunakan
untuk
menganalisa
underpricing
saham
pada
Berdasarkan
pengolahan
saat data
tingkat IPO. yang
dilakukan untuk koefisisen determinasi (R2), nilai adjusted R2 adalah sebesar 0,625 atau
62,5%.
Oleh
karena
itu
dapat
disimpulkan bahwa variabel independen yang diteliti mampu menjelaskan atau mempengaruhi variabel dependen sebesar 62,5%. Hasil pengujian hipotesis dapat dilahat dari tabael 1 dibawah ini :
9
mempengaruhi tingkat underpricing saham
Tabel 1 Hasil Pengujian Hipotesis Variabel Independen Ukuran penawaran Underwriter Persentase Penawaran Saham Total Aset Persentase Kepemilikan Saham
pada saat IPO secara individual.
Koef. Regresi
Nilai t
Prob
Α
0,778
9,456
0,000
0,05
-0,182
-2,164
0,034
0,05
-0,124
-1,529
0,132
0,05
0,023
0,259
0,797
0,05
-0,126
-1,620
0,110
0,05
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa dua
data yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa
variabel
ukuran
penawaran
memiliki nilai koefisien regresi positif dengan nilai 0,778 dan nilai probabilitas
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS16.0
ada
Berdasarkan pada hasil analisis
variabel
0,000 (lebih kecil dari 0,05). Variabel underwriter
berpengaruh
signifikan
terhadap tingkat underpricing, hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitasnya adalah
yang
sebesar 0,034 dengan memiliki koefisien
digunakan kedalam model regresi memiliki
regresi bertanda negatif dengan nilai -
pengaruh signifikan, hal ini dapat dilihat
0,182. Hasil
dari
menunjukan
probabilitas
independen
dari variabel ukuran penawaran adalah
signifikansi
ukuran
yang diperoleh tersebut bahwa
nilai
probabilitas
penawaran atau X1 sebesar 0,000 dan
sebesar 0,034 < alpha 0,05. Sedangkan
underwriter atau X2 sebesar 0,034. Kedua
variabel persentase penawaran saham tidak
variabel independen tersebut memiliki nilai
berpengaruh
dibawah 0,05. Sedangkan ketiga variabel
underpricing. hal ini dapat dilihat dari nilai
independen lainnya yang digunakan juga
probabilitasnya sebesar 0,132 yang lebih
dalam
memiliki
besar dari 0,05, dengan nilai koefisien
pengaruh signifikan, hal ini dapat dilihat
regresi yang bertanda negatif sebesar -
dari probabilitas signifikansi persentase
1,529. Variabel total aset memiliki angka
penawaran saham atau X3 sebesar 0,132,
probabilitas sebesar 0,797 yang berarti
total aset atau X4 sebesar 0,797 dan
lebih besar dari nilai alpha 0,05 dengan
persentase kepemilikan saham atau X5
koefisien regresi yang bertanda positif
sebesar 0,110. Ketiga variabel independen
sebesar
tersebut nilainya diatas 0,05. Oleh karena
kepemilikan
itu dapat disimpulkan bahwa hanya ukuran
signifikan lebih besar dari nilai alpha 0,05
penawaran dan underwriter yang dapat
yaitu sebesar 0,110 dengan koefisien
model
regresi
tidak
signifikan
0,259.
Variabel
saham
terhadap
persentase
memiliki
nilai
regresi bertanda negatif yaitu sebesar -
10
1,620, yang artinya bahwa persentase
mencerminkan pengaruhnya terhadap
penawaran saham, total aset dan persentase
tingkat underpricing.
kepemilikan
saham
tidak
memiliki
4. Ditemukan bahwa total aset tidak
pengaruh terhadap tingkat underpricing
berpengaruh
saham pada saat IPO.
tingkat
signifikan
terhadap
underpricing,
hal
ini
dikarnakan total aset yang besar belum Kesimpulan
dapat
Berdasarkan
pada
analisis
dan
hasil
penelitian
yang
penawaran perdana. 5. Ditemukan
merupakan
penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ditemukan bahwa ukuran penawaran
tingkat
signifikan
underpricing,
bahwa
persentase
kepemilikan saham tidak berpengaruh
pemecahan masalah yang diajukan dalam
berpengaruh
tingkat
underpricing suatu perusahaan saat
pembahasan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
mempengaruhi
signifikan
terhadap
underpricing,
hal
semakin
terhadap
tingkat
ini
dikarnakan
besarnya
persentase
kepemilikan saham yang dipertahankan
dikarenakan
oleh
ukuran penawaran pada saat IPO dapat
pemilik
lama
belum
dapat
mempengaruhi tingkat underpricing
menentukan tinggi atau rendahnya
saham pada saat IPO.
tingkat underpricing suatu perusahaan. 2. Ditemukan
bahwa
berpengaruh tingkat
underwriter
signifikan
underpricing,
Saran
terhadap dikarnakan
Sesuai
dengan
keterbatasan
penelitian peneliti mengajukan saran yang
dengan semakin tingginya reputasi
dapat memberikan manfaat positif bagi :
underwriter
1.
rendahnya
dapat
menyebabkan
kemungkinan
terjadinya
untuk
underpricing pada suatu perusahaan. 3. Ditemukan
bahwa
Peneliti dimasa mendatang disarankan memperpanjang
observasi
persentase
data
yang
periode digunakan,
dengan menggunakan waktu observasi
penawaran saham tidak berpengaruh
data
signifikan
terhadap
mengatasi kekurangan jumlah sampel
underpricing,
hal
ini
tingkat dikarnakan
banyaknya masyarakat yang tertarik pada perusahaan tersebut belum dapat
lebih
dari
5
tahun
untuk
dalam penelitian. 2.
Diharapkan untuk peneliti selanjutnya untuk dapat menambah variabel lain
11
yang
mungkin
terhadap
lebih
berpengaruh
underpricing.
seperti
profitabilitas, financial laverage, umur perusahaan, dan jenis industri. Daftar Pustaka Baron, D.P. 1982. A Model of The Demand for Investment Bank Advising and Distribution Services for New Issues. Journal of Finance. Vol. 45. Beatty, R. P. and J. R. Ritter. 1986. Investment Banking, Reputation and The Underpricing of Initial Offerings. Journal of Financial Economics. Vol. 15. P 213-232. Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gumanti, Tatang Ari dan Nafisah Alkaf. 2011. Underpricing dalam Penawaran Perdana dan Penawaran Saham Susulan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol. 8. No. 1. Hasan, Iftekhar and Maya Waisman. 2010. Going Public: An Empirical Investigation of U.S Bound Israeli IPOs. New York University Salomon Center and Wiley Periodicals, inc.
Harga Saham IPO Perusahaan yang Terdaftar di BEI. Jurnal. Junaeni, Irawati dan Rendi Agustian. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Saham pada Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering di BEI. Jurnal Ilmiah WIDYA. Vol. 1, No. 1. Kristiantari, I Dewa Ayu. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Saham pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia. Tesis. Universitas Udayana. Kristiantari, I Dewa Ayu. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Saham pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika. Vol. 2, No. 2. Michaely, Roni and Wayne H. Shaw. 1994. The Pricing of Initial Public Offerings: Test of Advese Selection and Signaling Theories. The Review of Financial Studies Summer. Vol. 7. No. 2. P 279-319. Reilly, Frank. K and Keith. C. Brown. 2012. Invesment Analisis and Portfolio Management. USA: South Western Lenguage Learning.
Irawati, Sarma Uli. 2009. Analisis Pengaruh Informasi Akuntansi dan Non Akuntansi Terhadap Initial Return pada Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Universitas Gunadarma.
Rock, K. 1986. Why New Issues are Underpriced. Journal of Financial Economics. Vol. 15. P 187-212.
Johnson. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing
Sekaran, Uma. 2011. Research Methods for Business, A Skill Building Approach. John Wiley and Sons, inc
Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Surabaya: Erlangga.
12
Siregar, Sofyan. 2013. Metoda Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Penerbit Kencana Su, Dongwei and Belton M. Fleisher. 1997. An Empirical Investigation of Underpricing in Chinese IPOs. http://www.ssrn.com. Sulistiawan, Dedhy dan Felizia Arni R. 2004. Fenomena Penawaran Perdana Saham di Indonesia. Unitas. Vol.12, No. 1 Sulistio, Helen. 2005. Pengaruh Informasi Akuntansi dan Non Akuntansi Terhadap Initial Return. Seminar Nasional Akuntansi VIII. Solo. Tambunan, Andi Porman. 2013. Analisis Saham Pasar Perdana (IPO). Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Triani, Apriliani dan Nikmah. 2006. Reputasi Penjamin Emisi, Reputasi Auditor, Persentase Penjamin Emisi, Ukuran Perusahaan dan Fenomena Underpricing. Seminar Nasional Akuntansi IX. Padang. Undang – undang Republik Indonesia No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. Wulandari, Afifah dan Mulyo Haryanto. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing pada Penawaran Umum Perdana (IPO). Jurnal. Yolana, Chastina dan Dwi Martani. 2005. Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Fenomena Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di BEJ tahun 19942001. Seminar Nasional Akuntansi VIII. Solo. www.ebursa.co.id www.idx.co.id
13