PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH, TINGKAT SUKU BUNGA SBI DAN INDEKS DOW JONES TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BEI (Periode Januari 2009 sampai Maret 2015)
Meza Desrani Y.P, Yunilma1, Herawati2 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta E-mail:
[email protected]
Abstract Composite Stock Price Index (CSPI) is a combination the stock prices from all entities recorded in the IDX. There are several factors that could affect CSPI of which is the inflation, exchange rate, SBI interest rate and Dow Jones Industrial Average. This study aims to prove empirically the effect of the inflation, the rupiah exchange rate, the SBI interest rate and the Dow Jones Industrial Average upon the Composite Stock Price Index. Used data in this study is the time series data monthly over period of January 2009 to March 2015 is as many as 75 data. The data analyzed with method of multiple linear regression. The result of study showing is simultaneously the inflation, the rupiah exchange rate, the SBI interest rate and the Dow Jones Industrial Average affect the Composite Stock Price Index. While in partial only inflation not affect the Composite Stock Price Index.
Keyword: inflations, rupiah exchange rate, SBI interest rate, Dow Jones Industrial Average
cukup berpengaruh dalam mendorong
PENDAHULUAN Pasar modal (capital market) merupakan wadah yang digunakan penjual
dan
perekonomian
di
Indonesia.
untuk
Sebelum bertransaksi di pasar
bertransaksi secara tidak langsung
modal biasanya para investor akan
dengan
melihat
risiko
pembeli
pertumbuhan
untung
dan
rugi,
pergerakan
harga
saham
merupakan alternatif lain bagi investor
gabungan di Bursa Efek Indonesia
untuk berinvestasi, serta sarana yang
(BEI), karena Bursa Efek Indonesia 1
akan memberikan informasi yang
ukur yang bisa digunakan invertor
lengkap dan dibutuhkan oleh investor.
sebelum mereka berinvestasi di pasar
Informasi
modal, bukan berarti mereka terbebas
Indeks
yang diberikan
Harga
Saham
berupa
Gabungan
dari resiko kerugian investasi.
(IHSG) yang merupakan gabungan harga-harga
saham
dari
seluruh
perusahaan yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia.
Indeks
Harga
tersebut
Dengan Saham
calon
adanya
Gabungan
investor
akan
memperhatikan keadaan harga-harga saham apakah sedang mengalami
Harga
Saham
Gabungan di Indonesia pada tahun 2015
mengalami
fluktuasi
yang
sangat tajam, bergerak naik di awal tahun sempat
dari
Januari-Maret
mencapai
level
IHSG tertinggi
sepanjang sejarahnya yaitu berada di 5.524,036.
Sepanjang
investor dalam meramalkan kondisi ekonomi makro di masa depan, akan sangat
berguna
keputusan
dalam
membuat
investasi
yang
menguntungkan (Tandelilin, 2010). Penelitian
ini
merupakan
modifikasi dari penelitian Krisna dan
peningkatan atau sebaliknya. Indeks
Oleh sebab itu, kemampuan
April-
September 2015 IHSG terus menurun dan mencapai trend bearish, IHSG sempat terjun bebas dan menyentuh
Wirawati
(2013)
yang
berjudul
Pengaruh Inflasi, nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga SBI pada Indeks Harga Saham Gabungan di BEI periode Januari 2008 sampai Agustus 2012 dengan penelitian Ernayani (2015) tentang Pengaruh Kurs Dollar, Indeks Dow Jones dan Tingkat Suku Bunga SBI terhadapa IHSG periode Januari 2005 sampai Januari 2015. Judul yang diangkat dalam penelitian
4.033,587
September
Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Tingkat
2015. Karena pada saat itu sebagian
Suku Bunga SBI dan Indeks Dow
besar bursa di dunia juga cenderung
Jones terhadap Indeks Harga Saham
melemah (Handoko, 2016).
Gabungan di Bursa Efek Indonesia”.
pada
akhir
Panggraito (2014) walaupun
ini
adalah
“Pengaruh
level terendahnya yaitu mencapai
Pengamatan dilakukan selama periode Januari 2009 sampai Maret 2015.
indeks harga saham merupakan tolak
2
LANDASAN TEORI
satu
tahun,
seperti
saham
dan
Signaling Theory
obligasi. Sedangkan tempat dimana terjadinya jual-beli sekuritas disebut
Signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang
bagaimana
memandang
manajemen
prospek
Teori
ini
perusahaan.
mengungkapkan
bahwa investor dapat membedakan antara perusahaan yang memiliki nilai tinggi
dengan
perusahaan
yang
dengan bursa (Tandelilin, 2010). Efek yang
diperdagangkan
di
bursa
diantaranya yaitu saham, obligasi, surat berharga komersial dan kontrak berjangka. Di Indonesia tempat jualbeli sekuritas dinamai Bursa Efek Indonesia (BEI), disinilah para calon investor akan melihat pergerakan Indeks
Harga
Saham
Gabungan
(IHSG) dari waktu ke waktu.
memiliki nilai rendah. Perusahaan yang
profitable
memberi
Dornbusch (2008) menyatakan
signal
tentang perusahaan yang relatif tidak
inflasi
adalah
mudah mengalami kebangkrutan dan
dalam harga-harga dan tingkat harga
bentuk lain dari financial distress, di
adalah akumulasi dari inflasi-inflasi
banding perusahaan yang kurang
terdahulu.
profitable. Optimisme akan prospek
(2012) inflasi dapat didefinisikan
yang lebih baik di masa depan ini
sebagai suatu proses kenaikan harga-
akan ditunjukkan dengan peningkatan
harga yang berlaku dalam suatu
harga saham.
perekonomian dari suatu periode ke
Dan
tingkat
menurut
perubahan
Sukirno
periode lainnya. Badan Pusat Statistik Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana
dengan
membutuhkan
dana
pihan dengan
yang cara
memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan
sebagai
memperjualbelikan
pasar
untuk
sekuritas
yang
menyebutkan bahwa inflasi adalah kecenderungan naiknya harga barang dan
jasa
pada
umumnya
yang
berlangsung secara terus menerus. Jika inflasi meningkat, maka harga barang dan jasa di dalam negeri mengalami kenaikan. Naiknya harga barang
dan
jasa
tersebut
umumnya memiliki umur lebih dari
3
menyebabkan turunnya nilai mata
Serikat dibutuhkan 13.000 rupiah
uang.
Indonesia. Nilai tukar/kurs antara dua
Tingkat suku bunga (interest
negara adalah tingkat harga yang
rate) merupakan rasio pengembalian
disepakati penduduk kedua negara
sejumlah investasi sebagai bentuk
untuk saling melakukan perdagangan.
dari imbalan, besarnya tingkat suku
Nilai
bunga
tukar/kurs
dapat
dibedakan
tergantung
dari
menjadi dua yaitu kurs nominal dan
kemampuan
kurs riil. Kurs nominal (nominal
pengembalian kepada kreditur. Di
exchange rate) adalah harga relatif
Indonesia tingkat suku bunga bank
dari mata uang dua negara, sedangkan
sentral diproksikan dalam tingkat
kurs riil (real exchange rate) adalah
suku bunga SBI (Husnan, 2005).
harga
relatif
diantara
dua
dari
barang-barang
Suku bunga yang tinggi akan meningkatkan keinginan masyarakat
menyatakan tingkat dimana kita bisa
untuk menabung di bank sehingga
memperdagangkan
barang-barang
jumlah dana di perbankan akan
dari suatu negara untuk barang-
meningkat, namun suku bunga yang
barang dari negara lain (Mankiw,
tinggi
2006).
terhadap
menurut
Kurs
memberikan
riil
Dan
negara.
debitur
tingkat
Dornbusch
juga
berdampak
produksi
negatif
dalam
negeri
(2008) nilai tukar atau kurs adalah
karena akan meningkatkan biaya yang
perbandingan nilai atau harga antara
dikeluarkan
dua mata uang yang berbeda.
sehingga mengakibatkan menurunnya
Sukirno (2012) mendefinisikan kurs valuta asing sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan,
yaitu
banyaknya rupiah yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Misalkan kurs yang menunjukkan bahwa US$1.00 sama dengan Rp 13.000 berarti untuk memperoleh satu dollar Amerika
kegiatan
oleh
dunia
produksi
dalam
usaha
negeri
(Pohan, 2008). Bank
Indonesia
(2016)
menyatakan BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Sertifikat
Bank
Indonesia
menurut Surat Edaran Bank Indonesia
4
No.8/13/DPM tentang Penerbitan SBI
investor untuk memasuki pasar modal
melalui Lelang adalah surat berharga
suatu negara.
dalam
mata
uang
yang
Hasil penelitian Eun dan Shim
diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI)
tahun 1989 dalam Haryogo (2013)
sebagai
menyatakan
pengakuan
berjangka
pendek.
rupiah
atas
hutang
Tujuan
bahwa
pasar
modal
dari
Amerika terutama Dow Jones adalah
penerbitan SBI adalah untuk menjaga
pasar modal yang paling berpengaruh,
kestabilitasan moneter yaitu Bank
sehingga
Indonesia memiliki kewajiban atas
Amerika akan dapat mempengaruhi
kestabilan nilai rupiah.
pasar modal lainnya yang lebih kecil.
Dow Jones Industrial Average (DJIA) atau lebih dikenal dengan
perubahan pasar modal
Pengaruh Inflasi terhadap IHSG
sebutan Indeks Dow jones merupakan
Hasil penelitian Kewal (2012)
salah satu dari tiga indeks saham
menemukan bahwa tingkat inflasi
tertua di Amerika Serikat yang berada
tidak
dalam New York Stock Exchange
signifikan
terhadap
(NYSE). DJIA menyajikan rata-rata,
penelitian
Krisna
bukan
DJIA
(2013) menemukan bahwa secara
menggunakan 30 saham yang blue
simultan dan parsial variabel tingkat
chip, yaitu saham yang mempunyai
inflasi
kualitas
signifikan
nilai
tinggi
indeks.
dengan
reputasi
memiliki
pengaruh IHSG. dan
berpengaruh terhadap
yang Hasil
Wirawati
positif indeks
dan harga
earning dan dividend yang baik
saham gabungan. Hasil penelitian
(Jogiyanto,2013).
Astuti (2013) menemukan bahwa
Samsul (2008) menyatakan
inflasi tidak berpengaruh signifikan
bahwa pergerakan indeks di pasar
dan
modal di suatu negara dipengaruhi
Sedangkan
hasil
oleh indeks-indeks pasar modal dunia.
Panggraito
(2014)
Hal
juga bahwa tingkat inflasi tidak
ini
disebabkan
oleh
aliran
negatif
perdagangan antar negara, karena
berpengaruh
adanya
IHSG
kebebasan
dalam
aliran
informasi dan deregulasi peraturan
di
terhadap penelitian
dari
menyimpulkan
terhadap Bursa
IHSG.
Efek
pergerakan Indonesia
periode 2009 – 2013. Berdasarkan
pasar modal sehingga memudahkan
5
hasil riset di atas maka dirumuskan
H2:
hipotesis sebagai berikut:
berpengaruh terhadap IHSG.
H1:
Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI
Inflasi berpengaruh terhadap
IHSG.
Nilai
Tukar
Rupiah
terhadap IHSG
Pengaruh
Nilai
Tukar
menemukan
terhadap IHSG Hasil penelitian Kewal (2012) menemukan
Hasil penelitian Kewal (2012)
Rupiah
bahwa
kurs
bahwa
tingkat
suku
bunga tidak memiliki pengaruh yang
rupiah
signifikan
terhadap
berpengaruh negatif dan signifikan
penelitian
Krisna
terhadap
IHSG.
penelitian
(2013) menemukan bahwa secara
Krisna
dan
(2013)
simultan variabel tingkat suku bunga
Hasil Wirawati
IHSG. dan
Wirawati
menemukan bahwa secara simultan
SBI
dan
rupiah
signifikan terhadap IHSG di BEI
berpengaruh positif dan signifikan
sedangkan secara parsial tingkat suku
terhadap
bunga
parsial
nilai
IHSG.
tukar
Hasil
penelitian
berpengaruh
Hasil
SBI
tidak
positif
dan
berpengaruh
Astuti (2013) menemukan bahwa
signifikan terhadap IHSG di BEI
nilai
periode Januari 2008 sampai Agustus
tukar
rupiah
berpengaruh
signifikan dan negatif terhadap IHSG. Hasil Panggraito
penelitian
dari
(2014)
juga
2012. Hasil penelitian Astuti (2013) menemukan
bahwa
tingkat
suku
menyimpulkan bahwa kurs valuta
bunga SBI berpengaruh positif dan
asing berpengaruh negatif terhadap
signifikan
pergerakan IHSG di Bursa Efek
penelitian
Indonesia periode 2009 – 2013. Hasil
menemukan bahwa suku bunga SBI
penelitian
tidak
Ernayani
(2015)
terhadap
IHSG.
Panggraito
berpengaruh
Hasil (2014)
terhadap
menemukan bahwa secara simultan
pergerakan IHSG di BEI periode
variabel
berpengaruh
2009-2013. Namun hasil penelitian
terhadap IHSG, sedangkan secara
Ernayani (2015) tingkat suku bunga
parsial variabel kurs dollar tidak
SBI berpengaruh negatif terhadap
berpengaruh
IHSG.
IHSG. Berdasarkan hasil riset di atas
Berdasarkan hasil riset di atas dapat
maka dirumuskan hipotesis sebagai
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
berikut:
kurs
dollar
terhadap
6
H3:
Tingkat
Suku
Bunga
SBI
Data dan Sumber Data
berpengaruh terhadap IHSG. Pengaruh
Indeks
Dow
Data yang digunakan dalam Jones
berupa time series bulanan Indeks
terhadap IHSG Hasil
penelitian ini adalah data sekunder
penelitian
yang
Harga Saham Gabungan, inflasi, nilai
Ernayani
(2015)
tukar rupiah, tingkat suku bunga SBI
menyimpulkan bahwa indeks Dow
dan Indeks Dow Jones selama periode
Jones berpengaruh positif terhadap
Januari 2009 sampai Maret 2015, data
IHSG. Ini dilatarbelakangi karena
sekunder adalah data yang telah
Amerika Serikat merupakan negara
dipublikasikan.
tujuan
diperoleh
dilakukan
oleh
ekspor
utama
Indonesia
(www.bi.go.id). Sedangkan
hasil
penelitian
bahwa Indeks Dow Jones secara berpengaruh
terhadap IHSG.
indeks
website
Bank
signifikan
Hasil penelitian
Yahoo Finance. Variabel
dan
IHSG Indeks
Harga
Saham
Jones
Gabungan (IHSG) merupakan indeks
berpengaruh positif terhadap IHSG.
yang dikeluarkan oleh Bursa efek
Berdasarkan hasil riset diatas maka
Indonesia (BEI) setiap hari. Data
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
IHSG dalam penelitian ini diperoleh
H4:
dari www.finance.yahoo.com, dimana
Indeks
Dow
Penelitian
Pengukuran
Panggraito (2014) juga menemukan bahwa
melalui
data
Indonesia, Statistik Indonesia dan
dari Haryogo (2013) menyimpulkan
parsial
Sumber
Dow
Jones
berpengaruh terhadap IHSG.
data yang diambil adalah closing price bulanan dalam periode Januari
METODE PENELITIAN
2009 sampai Maret 2015. Satuan
Objek Penelitian
pengukuran
Objek dalam penelitian ini adalah
pergerakan
Indeks
Harga
Saham
Gabungan
(IHSG)
yang
dalam
IHSG
adalah
rupiah. Inflasi
terdapat di Bursa Efek Indonesia
Inflasi adalah naiknya harga-
selama periode Januari 2009 sampai
harga barang-barang secara terus
Maret 2015.
menerus dari periode satu ke periode 7
lainnya. Inflasi diukur dengan indeks
Indeks Dow Jones
harga konsumen (IHK). Data yang
Indeks Dow Jones adalah
diambil adalah data bulanan dalam
indeks saham tertua di Amerika dan
periode Januari 2009 sampai Maret
merupakan satu di antara tiga indeks
2015 yang diperoleh dari bps.go.id.
yang utama di Amerika Serikat dan
Satuan pengukuran dalam inflasi
terdapat 30 perusahaan besar yang
adalah persen.
terkemuka
di
Amerika
Serikat.
Indeks ini juga digunakan
Nilai Tukar Rupiah Nilai Tukar Rupiah atau kurs
untuk mengukur kinerja bursa saham
adalah nilai tukar mata uang rupiah
Amerika. Data yang diambil adalah
terhadap dollar Amerika Serikat. Kurs
closing price bulanan dalam periode
yang digunakan adalah nilai tengah
Januari 2009 sampai Maret 2015 yang
rupiah
diperoleh
terhadap
dollar
Amerika
dari
finance.yahoo.com.
Serikat yang dikeluarkan oleh Bank
Satuan pengukuran dalam Indeks
Indonesia. Data yang diambil adalah
Dow Jones adalah dollar.
nilai kurs tengah akhir bulan dalam periode Januari 2009 sampai Maret
HASIL DAN PEMBAHASAN
2015 yang diperoleh dari bi.go.id.
Statistik Deskriptif Data
Satuan pengukuran nilai tukar rupiah Tujuan utama dari statistik
adalah rupiah.
deskriptif
Tingkat Suku Bunga SBI Tingkat
Suku
Bunga
SBI
adalah tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk menjaga kestabilan perekonomian. Tingkat suku bunga disajikan dalam bentuk presentase dan data yang diambil adalah data bulanan dalam periode Januari 2009 sampai Maret 2015 yang diperoleh dari bi.go.id.
adalah
untuk
melihat
gambaran umum dari data yang digunakan
dalam
penelitian
ini.
Variabel-variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah Indeks Harga Saham Gabungan, inflasi, nilai tukar rupiah, tingkat suku bunga SBI dan Indeks Dow Jones. Hasil perhitungan satistik pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut:
satuan pengukuran dalam tingkat suku bunga adalah persen.
8
Tabel 1 Statistik Deskriptif
maksimum
1,72
dengan
standar deviasi 0,16.
Var N Min Maks IHSG 75 0,44 1,94 Inflasi 75 -0,36 3,29 Kurs 75 1,13 1,72 SBI 75 3,82 9,93 DJIA 75 0,73 1,86 Sumber: Hasil Olahan SPSS
Ratarata 1,33 0,45 1,33 6,33 1,33
4. Tingkat suku bunga SBI (X3) memiliki
nilai
rata-rata
minimum sebesar 6,33 dengan nilai
3,82
maksimum
serta 9,93
nilai dengan
standar deviasi 1,20. 5. Indeks Dow Jones atau DJIA
Dari hasil perhitungan di atas pengamatan
(X4) memiliki nilai sebesar
selama 75 bulan dimulai dari Januari
rata-rata 1,33 dengan nilai
2009 sampai dengan Maret 2015.
minimum
Setelah
maksimum
dapat
dilihat
jumlah
dilakukan
penyesuaian
serta
1,86
nilai
dengan
standar deviasi 0,29.
pengukuran variabel IHSG, kurs dan DJIA dengan variabel inflasi dan suku
Uji Asumsi Klasik
bunga SBI maka dari tabel di atas
a.
Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk
dapat disimpulkan: 1. Indeks
0,73
Harga
Saham
mengetahui apakah data penelitian
Gabungan (Y) memiliki nilai
berdistribusi
rata-rata sebesar 1,33 dengan
berdistribusi normal. Uji normalitas
nilai terendah 0,44 serta nilai
dalam penelitian ini menggunakan
tertinggi 1,94 dengan standar
One
deviasi 0,38.
Test.
2. Inflasi (X1) memiliki nilai rata-rata sebesar 0,45 dengan nilai minimum 0,36 serta nilai maksimum
3,29
dengan
standar deviasi 0,59. 3. Nilai
tukar
memiliki
rupiah nilai
(X2)
rata-rata
Sample
normal
atau
tidak
Kolmogorov-Smirnov
Tabel 2 Hasil Uji Normalitas Asym.sig.(2Variabel tailed) IHSG 0,308 Inflasi 0,361 Kurs 0,669 SBI 0,669 DJIA 0,570 Sumber: Hasil Olahan SPSS
Ket Normal Normal Normal Normal Normal
sebesar rata-rata 0,45 dengan nilai minimum 1,13 serta nilai
9
Variabel
yang
dikatakan
regresi. Ini terbukti dari nilai VIF <10
normal adalah variabel yang nilai sig
yang terdiri dari variabel inflasi
> α 0,05. Variabel yang berdistribusi
sebesar 1,029, nilai tukar rupiah
normal yaitu Indeks Harga saham
sebesar 2,664, tingkat suku bunga
Gabungan
nilai
SBI sebesar 1,849 dan Indeks Dow
0,308,
Jones sebesar 2,280. Sedangkan nilai
variabel inflasi sebesar 0,361 dan
tolerance > 0,1 yang terlihat dari
Indeks Dow Jones sebesar 0,570.
variabel inflasi 0,972, nilai tukar
Variabel kurs dan dan tingkat suku
rupiah 0,375, tingkat suku bunga SBI
bunga SBI sebesar 0,669.
0,541 serta Indeks Dow Jones sebesar
b.
Uji Multikoliearitas
0,439. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
Uji multikolinearitas meru-
dalam model regresi tidak ditemukan
dengan
signifikansinya
sebesar
pakan uji yang dilakukan untuk
korelasi antar variabel independen.
melihat apakah pada model regresi
c.
ditemukan
adanya
korelasi
Uji Heteroskedastisitas
antar
Uji
heteroskedastisitas
variabel independen (Ghozali, 2013).
bertujuan
Model regresi yang baik nilai VIF
dalam
<10 dan nilai tolerance > 0,1. Berikut
ketidaksamaan variance dari residual
hasil uji multikolinearitas:
satu pengamatan ke pengamatan yang
Tabel 3 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Tol
lain
model
(Ghozali,
tidaknya
VIF
Ket tidak ada Inflasi 0.972 1.029 korelasi tidak ada Kurs 0.375 2.664 korelasi tidak ada SBI 0.541 1.849 korelasi tidak ada DJIA 0.439 2.280 korelasi Sumber: Hasil Olahan SPSS
untuk
menguji
apakah
regresi
terjadi
2013).
Ada
heteroskedastisitas
atau pada
penelitian ini dapat digambarkan dengan grafik scatterplots. Gambar 1 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Dari hasil uji multikolinearitas diketahui
bahwa
nilai
VIF
dan
tolerance dari ke empat variabel independen memenuhi syarat model Sumber: Hasil Olahan SPSS 10
Dari
hasil
gambar
1
3. Nilai D-W antara -2 sampai 2
menunjukkan bahwa grafik tersebar
berarti tidak ada autokorelasi.
secara acak dan tidak membentuk
Berikut hasil uji autokorelasi melalui
pola tertentu. Data tersebar di atas dan
uji Durbin-Waston:
di bawah angka 0 pada sumbu Y,
Tabel 4 Uji Autokorelasi
tidak berkumpul pada satu tempat dan tidak membentuk pola tertentu. Hal ini membuktikan bahwa tidak adanya gejala
heteroskedastisitas
dalam
model regresi yang digunakan. Model regresi
yang
baik
adalah
DurbinWatson
Kesimpulan tidak terjadi 0.62 autokorelasi Sumber: Hasil Olahan SPSS
yang
Hasil uji autokorelasi dapat
homoskedastisitas atau tidak terjadi
dilihat
heteroskedastisitas (Ghozali, 2013).
memperlihatkan nilai Durbin-Waston
d.
sebesar 0,620. Jika dimasukkan ke
Uji Autokorelasi Uji
autokorelasi
dari
table
4
yang
bertujuan
dalam kriteria maka hasil nilai D-W
untuk menguji apakah dalam regresi
berada di antara -2 sampai 2. Jadi,
linear ada korelasi antara kesalahan
dapat
pengganggu pada periode t dengan
regresi linear, koefisien regresi bebas
kesalahan pengganggu pada periode t-
dari autokorelasi.
1 (sebelumnya) (Ghozali,2013).
Pengujian Hipotesis
Pada penelitian ini uji yang digunakan untuk melihat ada atau
a.
disimpulkan
bahwa
dalam
Uji (R-square) Uji
ini
dilakukan
untuk
tidaknya autokorelasi adalah dengan
melihat beberapa proporsi variasi dari
menggunakan
Durbin-Waston.
variabel independen bisa menjelaskan
(2010)
kriteria
variabel dependen. Nilai koefisien
untuk metode Durbin-Waston adalah:
determinasi adalah antara 0 dan 1
Menurut
uji
Santoso
1. Nilai D-W besar atau diatas 2 berarti
ada
autokorelasi
negatif.
(Ghozali, 2013). Hasil uji R-square dapat dilihat pada tabel berikut ini:
2. Nilai D-W kurang dari -2 berarti
ada
autokorelasi
positif.
11
Tabel 5 Hasil Uji (R-square) Model
R
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
R Square
independen
atau
penjelas
secara
individual dalam menerangkan variasi 1
0,978
a
0,957
variabel dependen (Ghozali, 2013).
Sumber: Hasil Olahan SPSS
Alpha yang digunakan dalam uji t-
b.
Uji F-Simultan
statistik adalah alpha 5% atau alpha
Uji simultan F menunjukkan
0,05. Tabel 7 Hasil Uji t-Statistik
apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama dependen
terhadap
variabel
terikat
(Ghozali,
atau
2013). Alpha yang digunakan dalam uji F-Simultan adalah alpha 5% atau alpha 0,05. Tabel 6 Hasil Uji F-Simultan
Variabel
T
Sig.
(Const)
5,31
0,000
Inflasi
0,28
0,777 Ditolak
kurs
-6,33
0,000 Diterima
SBI
-2,50
0,014 Diterima
DJIA
28,70
0,000 Diterima
Ket
Sumber: Hasil Olahan SPSS Dari tabel 7 maka rumus
F
Sig. 0,000a
393,104
Sumber: Hasil Olahan SPSS Uji F-simultan menghasilkan
regresi yang dihasilkan adalah: Y= 5,318 + 0,284X1 - 6,332X2 2,508X3+ 28,707X4 KESIMPULAN
nilai F hitung sebesar 393,104 dengan
Setelah melakukan analisis
tingkat signifikansi 0,000, karena
dan pengujian hipotesis mengenai
tingkat signifikansinya kecil dari
pengaruh inflasi, nilai tukar rupiah,
alpha 0,05 maka dapat disimpulkan
tingkat suku bunga SBI dan Indeks
bahwa variabel inflasi, nilai tukar
Dow Jones terhadap Indeks Harga
rupiah, tingkat suku bunga SBI dan
Saham Gabungan dimana hasil dan
DJIA
pembahasan yang digunakan sesuai
secara
bersama-sama
berpengaruh tehadap IHSG.
dengan
c.
dilakukan dengan analisis regresi
Uji t-Statistik
tujuan
hipotesis
yang
12
linear berganda, maka dapat ditarik
lebih sempurna untuk melengkapi
kesimpulan sebagai berikut:
hasil penelitian ini.
1. Secara
simultan
variabel
Saran
inflasi, nilai tukar rupiah,
Di harapkan untuk peneliti ke
tingkat suku bunga SBI dan
depan untuk menambah faktor-faktor
Indeks
Jones
yang mempengaruhi Indeks Harga
berpengaruh terhadap Indeks
Saham Gabungan selain variabel
Harga Saham Gabungan.
inflasi, nilai tukar rupiah, tingkat suku
Dow
2. Secara parsial inflasi tidak
bunga SBI dan Indeks Dow Jones,
berpengaruh terhadap Indeks
agar penelitian ini dapat berkembang.
Harga Saham Gabungan. 3. Secara rupiah
parsial
nilai
berpengaruh
tukar negatif
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. 4. Secara parsial tingkat suku bunga
SBI
berpengaruh
DAFTAR PUSTAKA Astuti, Ria., 2013. Analisis Penagruh Tingkat Suku Bunga (SBI), Nilai Tukar (kurs) Rupiah, Inflasi dan Indeks Bursa Internasional Terhadap IHSG. Diponegoro Journal of Social and Politic of Science : 1-8.
negatif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. 5. Secara parsial Indeks Dow Jones
berpengaruh
positif
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.
Ernayani, Rifenti., 2015. Pengaruh Kurs Dollar, Indeks Dow Jones dan Tingkat Suku Bunga SBI terhadap IHSG. Jurnal Sain Terapan No.2 vol.1 Gozhali, Imam., 2013. Analisis Multivariate Program SPSS. BP UNDIP : Semarang
Keterbatasan Penelitian Kelemahan dan kekurangan dalam penelitian ini adalah masih banyak
faktor-faktor
yang
mempengaruhi Indeks Harga Saham
Handoko, Mulyadi., 2016. Outlook IHSG tahun 2016. http://steptrader.com/2016/01/03/outlo ok-ihsg-tahun-2016/. Diakses tanggal 8 Maret 2016.
Gabungan yang belum diteliti dalam penelitian ini. Oleh
karena itu,
diperlukan penelitian lebih lanjut dan mendalam dengan data dan model
Haryogo, Ardy., 2013. Pengaruh Nilai Tukar dan Indeks Dow Jones Terhadap Composite Indeks di Bursa
13
Efek Indonesia. Jurnal finesta No.1 vol.1 : 1-6. Jogiyanto., 2013. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. BPFE UGM :Yogyakarta. Kewal,
Suramaya Suci., 2012. Penagaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs dan Pertumbuhan PDB Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Jurnal Economia No. 1 vol 8.
Krisna, AA Gde Aditya dan Ni Gusti Putu Wirawati., 2013. Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bungan SBI pada Indeks Harga Saham Gabungan di BEI. Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. No. 3 vol 2 : 421435. Panggraito, Indra Galis dkk., 2014. Analisis Pengaruh Makro Ekonomi dalam Negeri dan Indeks Harga Saham Luar Negeri Terhadap pergerakan IHSG. Performance No.2 vol 20.
Sukirno, Sadono.,2012. Makro Ekonomi Teori Pengantar. PT. RajaGrafindo Persada: Jakarta. Anonymous.,
Statistik Indonesia 2015. Badan Pusat Statistik.
Husnan, Suad., 2005. Dasar-Dasar Teori Portofolio Dan Analisis Sekuritas. Edisi Empat.UPP AMP YKPN : Yogyakarta. Pohan, Aulia., 2008. Potret Kebijakan Moneter. Edisi Pertama. PT. RajaGrafindo Persada : Jakarta. Jogiyanto., 2013. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. BPFE UGM :Yogyakarta. Samsul, Muhammad., 2008. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio.Airlangga : Jakarta.
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama. Kanisius: Yogyakarta. Bringham, Eugene F dan Houston Joel F., 2009. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi Sepuluh. Salemba Empat : Jakarta. Dornbusch, R.,Fisher, S and Richard Starz., 2008. Makro Ekonomi. Salemba Empat : Jakarta.
14