PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
STUDI EKSPLORATIF TENTANG KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS GURU HONORER SEKOLAH NEGERI DI KABUPATEN BANTUL
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun Oleh: Fitria 119114106
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN MOTTO
Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya (Matius 21:22). Modal dasar meneliti adalah teliti (Supratiknya). Jika engkau tidak sanggup menahan lelahnya belajar, maka engkau harus menanggung pahitnya kebodohan.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN Karya ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus Kedua orangtuaku Kakak, mbak, adik Saudara-saudaraku Sahabat-sahabatku Universitas Sanata Dharma Fakultas Psikologi Dosen pembimbing akademik Dosen pembimbing skripsi Semua pihak yang telah mendukung dan memberikan bantuan dengan caranya masing-masing
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
STUDI EKSPLORATIF TENTANG KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS GURU HONORER SEKOLAH NEGERI DI KABUPATEN BANTUL Fitria
ABSTRAK
Penelitian survei ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul. Kemudian tingkat kesejahteraan psikologis itu juga dieksplorasi berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan status pernikahan. Subjek penelitian merupakan sampel guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul yang tersebar di 13 Kecamatan dengan jumlah 193 guru honorer. Pengambilan data dilakukan dengan skala kesejahteraan psikologis. Dalam skala tersebut juga terdapat sejumlah pertanyaan terkait data demografis yang akan diteliti. Uji validitas, reliabilitas, dan daya diskriminasi skala kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah negeri memperoleh 60 item valid, koefisien reliabilitas alpha Cronbach sebesar 0,937, serta delta Ferguson sebesar 0,988. Metode analisis data adalah statistik deskriptif, uji beda, dan uji korelasi. Hasil analisis data menyebutkan bahwa tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul adalah tinggi (M=191,74 > M=150), tidak ada perbedaan tingkat kesejahteraan psikologis antara guru honorer laki-laki dengan perempuan (Z= -1,710, p=0,087), tidak ada hubungan tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah negeri dengan usia (r= -0,044, p=0,46), tidak ada hubungan tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer dengan tingkat pendidikan (r= -0,043, p=0,554), serta tidak ada perbedaan tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer dilihat berdasarkan status pernikahan (chi-square= 0,348, p= 0,987). Kata kunci: kesejahteraan psikologis, guru honorer sekolah negeri, jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status pernikahan.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
EXPLORATIVE STUDY ABOUT PSYCHOLOGICAL WELL-BEING OF NOT-OFFICIALLY-CONFIRMED TEACHERS OF PUBLIC SCHOOLS IN BANTUL Fitria
ABSTRACT
This survey research aims to know the level of psychological well-being of not-officiallyconfirmed teachers of public schools in Bantul. Then, the level of psychological well-being is explored based on teachers gender, age, level of education, and marriage status. The subjects of this research are 193 not-officially-confirmed teachers in 13 sub districts in Bantul. The data were obtained by using psychological well-being scale. On that scale, there is also number of related questions about demographic data that will be examined. The test result of validity, reliability, and discrimination of psychological well-being scale got 60 valid items, 0,937 coefficient alpha Cronbach, and 0,988 delta Ferguson. The methodes of this research were statistic descriptive, different test, and correlation test. The results showed that the level of psychological well-being of not-officially-confirmed teachers of public schools in Bantul has high (M= 191,74>M=150), there was no difference in level of psychological well-being between men and women (Z= -1,710, p=0,087), there was no correlation between psychological well-being on not-officially-confirmed teachers and age (r= -0,044, p=0,46), there was no correlation between psychological well-being on not-officially-confirmed teachers and level of education (r= -0,043, p=0,554), there was also no difference in level of psychological well-being of not-officially-confirmed teachers based on marriage status (chi-square=0,348, p=0,987). Keywords: psychological well-being , not-officially-confirmed teacher of public school, gender, age, level of education, marriage status.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: Studi Eksploratif Tentang Kesejahteraan Psikologis Guru Honorer Sekolah Negeri di Kabupaten Bantul. Penulis menyadari bawa proses penyusunan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan, bantuan, serta dukungan yang sangat berharga dari semua pihak yang membantu. Oleh karena itu, pada kesempatan ini perkenankan penulis untuk mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orangtua, yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis. 2. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 3. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, M.Si selaku Kepala Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma. 4. Ibu Debri Pristinella, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Akademik Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 5. Prof. A. Supratiknya, Ph. D atas bimbingannya dalam proses penyusunan skripsi. 6. Sekolah-sekolah negeri yang telah membantu penelitian ini. 7. Sahabat kampus (dhika, sunya, vhirlis, nizam, rintan) atas bantuan dan motivasinya. 8. Anak-anak professor (rintan, vania, maria rae, pika, opek, ria, tara, dedew, tama, pakdhe, mbak lala) atas bantuan dan kebersamaan selama ini. Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, oleh sebab itu saya mohon maaf atas kesalahan ataupun kelalaian yang telah saya perbuat baik sikap, tutur kata maupun tulisan. Saya menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya tulisan ini. Akhir kata saya ucapkan terimakasih.
Yogyakarta, 4 Juli 2016 Penulis x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ....................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .............................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................
iii
HALAM MOTTO .........................................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................
v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................
vi
ABSTRAK ....................................................................................................
vii
ABSTRACT ....................................................................................................
viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................
ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................
x
DAFTAR ISI .................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL .........................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................
1
B. Rumusan Masalah .............................................................................
8
C. Tujuan Penelitian ..............................................................................
9
D. Mannfaat Penelitian ..........................................................................
10
1. Manfaat Teoritis ..........................................................................
10
2. Manfaat Praktis ...........................................................................
10
3. Manfaat Kebijakan ......................................................................
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................
11
A. Guru ..................................................................................................
11
1. Pengertian Guru ..........................................................................
11
2. Peran dan Tanggungjawab Guru .................................................
12
3. Status Kepegawaian Guru ...........................................................
13
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Guru PNS ..............................................................................
14
b. Guru Honorer Sekolah Negeri ..............................................
16
B. Kesejahteraan Psikologis ..................................................................
17
1. Pengertian Kesejahteraan Psikologis ..........................................
17
2. Aspek-Aspek Ksejaheraan Psikologis ........................................
19
3. Pengukuran Kesejahteraan Psikologis ........................................
22
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Psikologis ...
24
a. Jenis Kelamin ..................................................................
25
b. Usia .................................................................................
25
c. Tingkat Pendidikan .........................................................
26
d. Status Pernikahan ............................................................
27
C. Dinamika Kesejahteraan Psikologis Guru Honorer Sekolah Negeri
28
BAB III METODE PENELITIAN ...............................................................
31
A. Jenis dan Desain Penelitian ...............................................................
31
B. Identifikasi Variabel Penelitian .........................................................
31
C. Definisi Operasional Variabel ...........................................................
32
1. Variabel Independen ...................................................................
32
2. Variabel Dependen ......................................................................
33
D. Populasi dan Sampel .........................................................................
35
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................
39
F. Pertanggungjawaban Mutu Alat Pengumpul Data ............................
41
i.
Variabel Independen ..................................................................
41
ii. Variabel Dependen ....................................................................
42
1. Validitas Skala Kesejahteraan Psikologis .....................
42
2. Seleksi Item Skala Kesejahteraan Psikologis ................
43
3. Bentuk Final Skala Kesejahteraan Psikologis ...............
44
4. Reliabilitas Final Skala Kesejahteraan Psikologis ........
45
5. Daya Diskriminasi Skala Kesejahteraan Psikologis ......
46
G. Teknik Analisis Data .........................................................................
47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..............................
48
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian...............................................
48
B. Statistik Deskriptif Data Penelitian ...................................................
51
C. Analisis Data untuk Menjawab pertanyaan Penelitian .....................
52
D. Pembahasan .......................................................................................
55
BAB V PENUTUP .......................................................................................
60
A. Kesimpulan .......................................................................................
60
B. Keterbatasan Penelitian .....................................................................
61
C. Saran .................................................................................................
62
DAFTAR ACUAN .......................................................................................
63
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...........................................................................
67
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel 1. Sebaran Guru Honorer Sekolah Negeri di Kabupaten Bantul yang Menjadi Sampel Penelitian Berdasarkan Kecamatan, Sekolah, dan Jenis Kelamin ................................................................................................
37
Tabel 2. Blue Print Skala Kesejahteraan Psikologis Sebelum Uji Coba ......
40
Tabel 3. Penskoran Skala Kesejahteraan Psikologis .....................................
41
Tabel 4. Blue Print Skala Kesejahteraan Psikologis Setelah Seleksi Item ...
45
Tabel 5. Jadwal Pengambilan Data Penelitian ..............................................
49
Tabel 6. Data Deskriptif Variabel Independen .............................................
51
Tabel 7. Statistik Deskriptif Kesejahteraan Psikologis .................................
51
Tabel 8. Uji One Sample T-test Kesejahteraan Psikologis ...........................
52
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Dinamika Kesejahteraan Psikologis Guru Honorer Sekolah Negeri ............................................................................................................
xv
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skala Kesejahteraan Psikologis untuk Uji Coba ......................
67
Lampiran 2. Skala Kesejahteraan Psikologis untuk Penelitian .....................
81
Lampiran 3. Statistik Deskriptif Jenis Kelamin, Usia, Tingkat Pendidikan, dan Status Pernikahan, Statistik Deskriptif Kesejahteraan Psikologis, Uji Asumsi, Analisis Mann Whitney U, Korelasi Spearman, Kruskal-Wallis..................
91
Lampiran 4. Bukti Surat-Surat Penelitian .....................................................
97
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dalam proses pendidikan peran guru sangatlah penting. Peranan seorang guru di sekolah tidak hanya menerangkan, melatih, memberi ceramah, tetapi juga mendesain materi pelajaran, memberi pekerjaan rumah bagi siswa, mengevaluasi prestasi siswa, dan mengatur kedisiplinan. Selain itu, guru harus menyimpan catatan pribadi muridnya, mengatur kelas, menciptakan pengalaman belajar, berkomunikasi dengan orang tua, dan membimbing siswa (Djiwandono, 2006). Guru berperan penting, tetapi tak sedikit yang status kepegawaiannya tak tetap dengan penghasilan kurang layak. Status guru honorer berbeda kondisi dengan para guru yang telah diangkat statusnya menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Selain kenaikan gaji pokok, pemerintah juga memberikan gaji bulan ke-13 bagi PNS dan pensiunan. Pemerintah juga akan menaikkan uang makan bagi TNI/ Polri dan PNS. Untuk TNI/ Polri uang makan naik dari Rp 35.000,00 per hari menjadi Rp 40.000,00 per hari. Sedangkan untuk PNS, uang makan dari Rp 15.000,00 menjadi Rp 20.000,00. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun menyatakan, selama lima tahun terakhir gaji PNS dan TNI/ Polri telah naik dari Rp 674.000,00 menjadi Rp 1.721.000,00 (Ichwan, 2010). Bahkan PNS yang berstatus guru misalnya, selain mendapatkan kenaikan gaji setiap tahunnya, mereka juga mendapatkan tunjangan perbaikan kesejahteraan bagi mereka yang sudah lolos sertifikasi.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
Berdasarkan data yang terdapat di Disdikpora DIY, guru tidak tetap atau pegawai tidak tetap (GTT/ PTT) dari jenjang TK hingga SMA tahun 2011 di 5 Kabupaten/ Kota berjumlah 20.021 orang dengan rincian sebagai berikut : 4.987 guru TK, 6.963 guru SD, 3.211 guru SMP, 2.379 guru SMA dan 2.481 guru SMK. Dari hasil wawancara yang sudah dilakukan pada 15 sekolah di salah satu Kabupaten di DIY didapatkan hasil bahwa mayoritas guru tidak tetap (GTT) di Kabupaten tersebut berjenis kelamin perempuan dengan status pernikahan yang variatif. Penghasilan guru honorer atau guru tidak tetap/ pegawai tidak tetap (GTT/ PTT) di DIY diakui kurang mencukupi. Kondisi ini terutama terjadi karena minimnya insentif atau tunjangan yang diterima (Fanani, 2012). Rata-rata guru honorer di Indonesia digaji Rp300.000,00 sampai Rp500.000,00 per bulan. Bahkan, masih ada guru honorer yang bergaji Rp150.000,00 per bulan (Rusdiana & Fahmi, 2015). Meski diberikan insentif, guru honorer seringkali dihadapkan pada situasi yang sulit untuk memenuhi syarat memperoleh tunjangan. Salah satunya adalah pada kuota jam mengajar yang menentukan insentif apa yang akan diterima. Guru honorer masih menghadapi situasi memprihatinkan karena perhatian pemerintah masih minim. Bahkan banyak kasus guru honorer khususnya di jenjang TK dan SD yang bahkan seperti bekerja tanpa dibayar (Fanani, 2012). Potret nyata kehidupan guru tidak tetap (GTT) dapat dilihat berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada beberapa guru tidak tetap (GTT) di salah satu Kabupaten di DIY. Seorang guru honorer SMK dengan jenis kelamin perempuan dan belum menikah, mengatakan bahwa ia terkendala dengan kurangnya gaji yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
didapat serta banyaknya tugas yang diberikan oleh guru-guru senior (guru tetap). Subjek mengatakan bahwa guru senior kurang berkompeten dalam membuat laporan administrasi sekolah. Di sekolah tersebut subjek juga merangkap tugasnya menjadi kepala bagian Tata Usaha (TU) serta bagian IT (Information and Technology), dan dari usahanya tersebut subjek mendapat gaji Rp 800.000,00 per bulan. Nasib ini tidak jauh berbeda dengan guru honorer di salah satu SD di salah satu Kabupaten di DIY dengan jenis kelamin laki-laki dan belum menikah yang juga merasa terkendala dengan minimnya gaji yang diberikan. Nasib yang lebih memprihatinkan lagi dirasakan oleh guru lukis di salah satu SD yang lain. Saat awal sebagai guru tidak tetap (GTT) pada tahun 2006 ia digaji Rp 150.000,00 per bulan. Meski begitu, ia tidak patah semangat. Adanya niat untuk memajukan pendidikan dan bermanfaat bagi orang banyak membuatnya bertahan hingga sekarang, terlebih ia sudah menikah dan mempunyai anak. Kini ia berpenghasilan Rp 2.000.000,00 per bulan dari hasil mengajar di 9 TK dan 3 SD. Persoalan yang dihadapi oleh guru khususnya yang berstatus tidak tetap ialah kurang ada perhatian dari pemerintah dalam hal ekonomi. Di sisi lain, masalah guru honorer juga terkait dengan status sosial yang tidak jelas, dipandang sebelah mata oleh rekan kerja yang berstatus guru tetap, kurangnya kesempatan mengembangkan pengetahuan atau keterampilan, kurang disertakan dalam pengambilan keputusan atau kebijakan sekolah, jauhnya harapan akan potensi kenaikan jabatan, mudah diberhentikan dari sekolah, kurangnya tingkat dukungan atau pertolongan dari atasan, serta adanya beban kerja yang berat (Yudha.S., 2001). Persoalan-persoalan yang ada, terutama persoalan yang berhubungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
dengan perekonomian guru inilah yang memberikan dampak terhadap sisi psikologis guru. Di satu sisi mereka dituntut memajukan pendidikan di Negara ini. Namun disisi lain, walaupun memang bukan segala-galanya, imbalan yang mereka terima kecil. Meskipun demikian, hasil wawancara dengan seorang guru honorer berjenis kelamin laki-laki dan berstatus belum menikah menunjukkan bahwa ia merasa nyaman menjadi guru dan tidak mempermasalahkan pendapatannya. Subjek mengatakan bahwa ia merasa bahagia menjadi guru yang membantu anak didiknya menjadi manusia yang cerdas. Subjek tidak menjadikan penghasilan guru honorer sebagai penghasilan pokok, karena ia mempunyai usaha lain dan saat ini berpenghasilan Rp 1.000.000,00 per bulan. Hal serupa juga dirasakan oleh salah satu guru TK berjenis kelamin perempuan dan sudah menikah. Dalam satu bulan ia mendapatkan gaji Rp 150.000,00. Namun, ia tidak merasa bermasalah dengan pendapatan yang ia dapat, karena menurutnya menjadi seorang guru mampu meningkatkan status sosial di masyarakat. Berdasarkan uraian yang sudah dipaparkan, kesejahteraan guru honorer jauh lebih buruk dari guru PNS. Meski begitu, tidak semua guru honorer merasa tidak bahagia. Mengapa demikian? Ternyata, kebahagiaan tidak selalu diartikan dengan terpenuhinya segala kebutuhan individu. Kahneman et al (1999) menuliskan bahwa terdapat dua macam perspektif besar dalam wellbeing atau kesejahteraan yaitu hedonis dan eudaimonis. Pandangan hedonis yang menjadi konsep kesejahteraan subjektif (subjective well-being) menekankan kesejahteraan sebagai adanya dampak positif dan tidak adanya dampak negatif (Kahneman et.al., 1999). Sedangkan, pandangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
eudaimonis yang menjadi dasar konsep kesejahteraan psikologis (psychological well-being)
menekankan
pada
usaha
untuk
menjadi
unggul
dengan
memaksimalkan potensi yang dimiliki (Ryan, Huta & Deci, 2008). Berdasarkan pemahaman tersebut, guru honorer yang bersandar pada pandangan hedonis mungkin akan merasa tidak bahagia dengan adanya gaji yang kecil. Sedangkan guru honorer yang bersandar pada pandangan eudaimonis tidak selalu merasa tidak bahagia meskipun gaji yang diterima kecil. Dalam penelitian ini, konsep kesejahteraan psikologis (psychological well-being) Ryff dipilih sebagai dasar teori karena konsep ini lebih menekankan pada pengembangan dan kesadaran diri yang dimiliki seseorang dan tidak semata-mata berbicara mengenai pencapaian kenikmatan seperti dalam konsep subjective well-being. Ryff (1995) menyatakan kesejahteraan psikologis (psychological wellbeing) adalah suatu kondisi seseorang yang bukan hanya bebas dari tekanan atau masalah-masalah mental saja, tetapi kondisi seseorang yang mempunyai kemampuan penerimaan diri (self-acceptance), pertumbuhan pribadi (personal growth), memiliki tujuan (purpose in life), memiliki kualitas hubungan positif dengan orang lain (positive relationship with others), kemampuan mengatur lingkungannya secara efektif (environmental mastery), dan kemampuan untuk menentukan tindakan sendiri (autonomy). Ryff dan Singer (1996); (Ryff dalam Tenggara, dkk, 2008), melihat kesejahteraan psikologis dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, kelas sosial, latar belakang budaya, dan fungsi fisik. Ryff (dalam Putri dan Suryadi, 2007) juga mengatakan bahwa individu dengan tingkat penghasilan tinggi, status menikah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
dan mempunyai dukungan sosial tinggi akan memiliki kesejahteraan psikologis yang lebih tinggi. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tergugah untuk meneliti lebih lanjut mengenai bagaimana sebenarnya kesejahteraan psikologis guru honorer kendati gaji yang diterima kecil. Penelitian mengenai kesejahteraan psikologis guru honorer sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh Setiawan dan koleganya (2014) dari Universitas Negeri Semarang yang meneliti mengenai “Psychological Well-Being pada Guru Honorer Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang”. Penelitian lain mengenai “Psychological Well-Being pada Guru juga pernah dilakukan oleh Sumule Ruth Priscilla dan Taganing Ni Made (2008) yang meneliti mengenai “Psychological Well-Being pada Guru di Yayasan PESAT Nabire, Papua”, yaitu sebuah yayasan yang terletak diwilayah pedalaman Papua. Kedua penelitian terkait kesejahteraan psikologis guru honorer tersebut hanya mengungkap taraf kesejahteraan psikologis (hanya berfokus mengukur kesejahteraan psikologis berdasarkan aspek-aspek kesejahteraan psikologis). Pada penelitian yang pertama peneliti hanya menggunakan subjek guru honorer sekolah dasar yang tersebar di satu Kecamatan. Kemudian pada penelitian yang kedua peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif serta menemukan faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis terkait dengan spiritualitas, pengalaman masa lalu, dan dukungan sosial. Selain kedua penelitian yang sudah dilakukan, banyak penelitian tentang psychological well-being yang dikaitkan dengan religiusitas seperti koping
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
religius dan kebahagiaan psikologis pada lanjut usia (Rachmawati, F., Nashori, F), hubungan religiusitas dengan kesejahteraan psikologis pada lanjut usia (Rajawane, I., Chairani, L). Kemudian dari segi subjek, banyak penelitian tentang psychological wellbeing yang mengambil subjek lansia seperti gambaran kesejahteraan psikologis selebriti menjelang lanjut usia: studi pada penyanyi wanita era 60-an (Putri, A., Suryadi, D), studi mengenai kesejahteraan psikologis lansia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Ciparay Bandung (Nurlailiwangi, E., Coralia, F., Verawati), koping religius dan kebahagiaan psikologis pada lanjut usia (Rachmawati, F., Nashori, F), hubungan religiusitas dengan kesejahteraan psikologis pada lanjut usia (Rajawane. I., Chairani, L). Hasil dari penelitianpenelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara religiusitas dengan kesejahteraan psikologis pada subjek lansia. Meskipun sudah ada penelitian sebelumnya yang menggambarkan mengenai kesejahteraan psikologis guru honorer, akan tetapi penelitian sebelumnya hanya mengungkap taraf kesejahteraan psikologis dengan hanya menggunakan subjek guru honorer pada jenjang SD yang tersebar di satu Kecamatan. Selain itu banyak penelitian kesejahteraan psikologis yang dikaitkan dengan religiusitas dan menggunakan subjek lansia. Oleh karena itu, penelitian ini menjadi penting karena penelitian yang sudah ada sebatas mengungkap taraf kesejahteraan psikologis guru honorer dengan menggunakan cakupan subjek yang lebih kecil, serta banyak penelitian yang mengaitkan kesejahteraan psikologis dan religiusitas dengan menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
subjek lansia. Sedangkan, penelitian ini ditujukan pada guru honorer sekolah negeri dengan melihat kondisi psychological well-being yang beragam yang terutama dipengaruhi oleh aneka faktor demografis (jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan status pernikahan). Penelitian ini secara khusus lebih mengeksplorasi faktor-faktor demografis yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah negeri pada semua jenjang sekolah (SD, SMP, SMA/K) yang tersebar di beberapa Kecamatan di Kabupaten Bantul. Peneliti memilih lokasi atau subjek penelitian di Kabupaten Bantul dikarenakan dekat dengan tempat tinggal peneliti, sehingga peneliti cukup tahu akan lokasi sekolah yang menjadi sampel penelitian. Selain itu, di Kabupaten Bantul terdapat banyak guru dengan status honorer yang mengajar pada jenjang SD, SMP, maupun SMA/ SMK. Maka penelitian ini akan menyumbang atau lebih melihat pada psychological well-being dilihat berdasarkan perbedaan aneka faktor demografis guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan status pernikahan.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka yang ingin diketahui dari penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
2.
Bagaimana perbedaan tingkat kesejahteraan psikologis antara guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan?
3.
Bagaimana hubungan antara kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul dengan usia?
4.
Bagaimana hubungan antara kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul dengan tingkat pendidikan?
5.
Bagaimana perbedaan tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul dilihat berdasarkan status pernikahan (belum menikah, menikah tanpa anak, menikah dengan memiliki 1 anak, menikah dengan memiliki 2 anak, serta menikah dengan memiliki lebih dari 2 anak)?
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul, dengan mempertimbangkan perbedaan dalam hal sejumlah faktor demografis diantara mereka, meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan status pernikahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumber informasi, bahan referensi, pengembangan ilmu pengetahuan khususnya psikologi pendidikan, klinis, maupun kesehatan mental serta menjadi dasar bagi penelitian yang terkait dengan kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah negeri. 2. Manfaat Praktis Bagi pemerintah, yakni mempertimbangkan kesejahteraan yang mengacu pada perasaan adil terhadap kesesuaian imbalan yang diterima atas kinerja yang dilakukan. 3. Manfaat Kebijakan Perlu ditinjau ulang tentang kebijakan yang mengatur tentang masa kerja dan sistem pengangkatan pegawai tetap, seperti halnya yang berlaku di dalam peraturan menteri tenaga kerja (Permenaker) No.2/ tahun 1993, yang membahas mengenai kejelasan status tenaga kerja kontrak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Di bab ini peneliti akan menguraikan seluk-beluk guru di sekolah negeri meliputi pengertian, peran dan tanggungjawab, status kepegawaian beserta jaminan kesejahteraannya, serta seluk-beluk kesejahteraan psikologis meliputi pengertian,
aspek-aspek,
pengukuran,
dan
faktor-faktor
yang
mungkin
mempengaruhinya. Bab ini akan ditutup dengan kerangka konseptual berisi uraian tentang kemungkinan perbedaan status kepegawaian dan sejumlah faktor demografis guru berpengaruh dengan perbedaan taraf kesejahteraan psikologis para guru. A. Guru Sistem pendidikan kita mengenal pembedaan sekolah negeri dan sekolah swasta. Penelitian ini akan fokus pada guru sekolah negeri. 1. Pengertian Guru Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal (TK), pendidikan dasar (SD), pendidikan menengah pertama (SMP), dan pendidikan menengah atas/ kejuruan (SMA/ SMK) (Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 pasal 1; Sukmadinata, Syaodih, 2009). Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh panutan dan identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya yang rela menyumbangkan sebagian besar
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
waktunya untuk berbagi ilmu kepada semua anak didiknya bahkan kepada seluruh lapisan masyarakat (Mulyasa, 2007; Rimang, 2011). 2. Peran dan Tanggungjawab Guru Peranan seorang guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, membimbing, dan melatih. Sebagai pendidik guru diharapkan mampu mengembangkan potensi dan kepribadian peserta didik, memberikan keteladanan, serta menciptakan suasana pendidikan yang kondusif. Sebagai pengajar guru berperan untuk merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang mendidik serta menilai proses dan hasil pembelajaran. Peran guru sebagai pembimbing berarti mendorong berkembangnya perilaku positif dalam pembelajaran dan membimbing peserta didik memecahkan masalah dalam pembelajaran. Kemudian peranan guru sebagai pelatih adalah melatih keterampilan yang diperlukan dalam pembelajaran serta membiasakan peserta didik berperilaku positif dalam pembelajaran (Ditjen Dikti P2TK, 2004). Peran seorang guru tersebut juga disesuaikan dengan jenjang sekolah (SD, SMP, SMA/ SMK). Pada jenjang SD dimana sebagian besar anak SD masih dalam tahap perkembangan operasional konkrit, maka pengajaran guru kelas di SD harus sekonkret mungkin dan benar-benar dialami. Misalnya pelajaran ilmu sosial, sebaiknya meliputi karya wisata, mengundang ahli, bermain peran, dan berdiskusi. Pada jenjang sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas atau kejuruan (SMP dan SMA/ SMK) dimana siswa sudah berada pada usia remaja, guru kelas maupun guru bidang studi berperan dalam mendorong perkembangan kognitif dengan membantu remaja yang sedang belajar berpikir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
abstrak untuk mengembangkan penemuan baru dan memperkaya kemampuan intelektualnya. Kemudian dalam mendorong perkembangan sosioemosional siswa, guru dapat membantu siswa menjadi sadar akan diri mereka sendiri dan mendorong mengembangkan sifat, perasaan, dan motivasi (Djiwandono, 2006). Pada penelitian ini akan berfokus pada guru di semua jenjang sekolah (SD, SMP, SMA/ SMK). Tanggungjawab yang harus dimiliki oleh semua guru yaitu mampu menghayati perilaku dan etika yang sesuai dengan moral Pancasila dan mengamalkannya dalam pergaulan hidup sehari-hari. Seorang guru di sekolah harus menguasai cara belajar-mengajar yang efektif, mampu mengembangkan kurikulum, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran yang efektif, menjadi model bagi peserta didik, memberikan nasehat, melaksanakan evaluasi hasil belajar, dan mengembangkan peserta didik. Seorang guru di masyarakat harus turut serta mensukseskan pembangunan, harus kompeten dalam membimbing, mengabdi dan melayani masyarakat. Dalam bidang keilmuan, seorang guru harus turut serta memajukan ilmu, terutama yang menjadi spesifikasinya, dengan melaksanakan penelitian dan pengembangan (Mulyasa, 2007). Dengan demikian, peran dan tanggungjawab seorang guru kiranya cukup berat. 3. Status Kepegawaian Guru Status kepegawaian pada sistem pendidikan kita digolongkan menjadi beberapa golongan, namun peneliti hanya fokus pada guru-guru honorer Non APBN/APBD yang berada di sekolah negeri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
Pada dasarnya pemerintah menggolongkan guru menjadi beberapa golongan, yaitu Guru PNS, Guru Tetap, Guru Honorer APBN/APBD, Guru Honorer Non APBN/APBD. Guru PNS (Pegawai Negeri Sipil) adalah guru yang telah memenuhi syarat, diangkat menjadi PNS oleh pejabat yang berwenang, dan diserahi tugas serta digaji berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku (Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999). Disisi lain, pengertian guru tetap menurut Undang-Undang tentang Guru tahun 2005 adalah guru tetap yang diangkat oleh BHP atau badan hukum lainnya yang menyelenggarakan satuan pendidikan berdasarkan perjanjian kerja. Kemudian untuk istilah guru honorer dibedakan menjadi dua yaitu guru honorer APBN/APBD yang diangkat melalui SK dan ketetapan gaji langsung dari Menteri terkait melalui dana APBN. Sedangkan guru honorer Non APBN/APBD yaitu pegawai tidak tetap yang bekerja dan mengabdikan hidupnya menjadi aparatur pemerintah yang pembiayaan gajinya tidak didanai oleh APBN/APBD tetapi dibayar berdasarkan keikhlasan para pegawai negeri yang dibantunya ataupun dana operasional instansi tersebut yang besar pembayarannya tidak menentu dan relatif lebih kecil dari standar upah minimum baik regional ataupun Kabupaten/ Kota (Padmawati, 2010). a. Guru PNS Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999, pasal 1 berbunyi “Pegawai negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, di angkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku”. Berdasarkan pasal 1 Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 tersebut, guru PNS (Pegawai Negeri Sipil) adalah guru yang telah memenuhi syarat, diangkat menjadi PNS oleh pejabat yang berwenang, dan diserahi tugas serta digaji berdasarkan pada Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. Menurut Undang-Undang Nomor 14 Pasal 14 Ayat 1 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru PNS berhak memperoleh penghasilan (gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi setara dengan satu kali gaji pokok bagi guru yang telah memiliki sertifikat pendidik) dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai. Di Indonesia penghasilan guru PNS dapat digambarkan dengan rincian sebagai berikut: guru PNS golongan III/a (S-1 dan S-1+profesi) memperoleh gaji pokok mulai Rp 2.456.700 per bulan, tunjangan jabatan umum sebesar Rp 180.000- Rp 185.000, tunjangan jabatan fungsional sebesar Rp 286.000- Rp 725.000, tunjangan pangan Rp 8.047 per kg beras, tunjangan profesi guru sebesar satu kali gaji pokok, tunjangan keluarga, tunjangan pajak (keringanan pajak), serta tunjangan kesejahteraan daerah (tergantung daerah). Dengan demikian penghasilan total per bulan seorang guru PNS golongan III/a belum menikah berkisar sebesar Rp 3.000.000- Rp 3.500.000, bahkan jika sudah bersertifikat pendidik maka besarnya berkisar Rp 5.500.000Rp 6.000.000 (“Guru, Agen Perubahan”, 2015). Guru PNS juga mendapatkan jaminan kesehatan (BPJS). Selain itu, bagi yang sudah pensiun berhak mendapatkan uang pensiun yang pelaksanaannya diatur oleh Undang-Undang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
(Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999, pasal 32). Dengan demikian, jaminan kesejahteraan guru PNS kiranya layak. b. Guru Honorer Sekolah Negeri Guru honorer sekolah negeri adalah guru yang belum berstatus tetap, mengajar di sekolah negeri, mengabdi atas kehendak sendiri yang dilegalisasi dengan surat keputusan dari kepala sekolah, tidak memiliki tunjangan dan hak untuk diangkat menjadi kepala sekolah atau wakil kepala sekolah, masa kerjanya tidak menentu, serta menerima honorarium atau gaji berdasarkan pada kuota jam mengajar atau berdasar pada kemampuan sekolah tempat mereka mengajar. Selain itu, terdapat berbagai pertimbangan terkait gaji bagi guru honorer yang menjadi wali kelas, pembina ekstra kurikuler, tim IT (Information and Technology) sekolah, dan jabatan lainnya dalam koridor pendidikan (Djamarah, dalam Supradewi, R., & Rohmatun; Mansyurpribadi, 2009; Mulyasa, 2006; Suciptoardi, 2010). Berdasarkan data di lapangan, guru honorer SD pada sekolah negeri di salah satu Kabupaten di DIY memiliki rata-rata tugas mengajar selama 4-6 jam per hari dengan gaji Rp 10.000,00 per hari. Di beberapa SD yang lain, gaji guru honorer berasal dari 20% dana BOS yang kemudian dibagi rata untuk guru honorer yang ada di sekolah tersebut (Rp 250.000,00 per bulan untuk masingmasing guru). Sehingga pendapatan guru honorer SD pada sekolah negeri berkisar sebesar Rp 250.000,00 per bulan. Sementara itu untuk guru honorer sekolah negeri pada tingkat menengah pertama dan menengah atas atau kejuruan memiliki kuota mengajar sekitar 6-12 jam, serta digaji antara Rp 30.000,00- Rp 40.000,00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
per jam. Sehingga pendapatan rata-rata guru honorer sekolah negeri pada tingkat menengah pertama dan menengah atas atau kejuruan berkisar sebesar Rp 180.000,00- Rp 480.000,00 per bulan. Selain mendapatkan gaji yang didasarkan pada kuota jam mengajar ataupun berdasar pada kemampuan sekolah, guru honorer sekolah negeri tidak mendapatkan tambahan tunjangan kesejahteraan seperti guru PNS. Dengan demikian, ada perbedaan mencolok atau kontras antara guru PNS dan guru honorer sekolah negeri dalam hal kesejahteraan finansial. Dalam hal ini guru honorer sekolah negeri kalah secara ekonomi dibandingkan guru PNS. Meskipun jaminan kesejahteraan guru honorer jauh lebih rendah, masih ada guru honorer yang mengaku sejahtera. Fenomena tersebut menimbulkan suatu pertanyaan mengenai apakah yang sebenarnya dimaksud dengan kesejahteraan.
B. Kesejahteraan Psikologis 1. Pengertian Kesejahteraan Psikologis Kesejahteraan merupakan suatu keadaan subjektif yang baik, termasuk kebahagiaan, self-esteem, dan kepuasan dalam hidup (Corsini, dalam Iriani, F., & Ninawati, 2005). Kahneman et.al (1999) menuliskan bahwa terdapat 2 perspektif besar dalam kesejahteraan yaitu perspektif hedonis dan eudaimonis. Pandangan hedonis mendefinisikan kesejahteraan sebagai adanya dampak positif dan tidak adanya dampak negatif (Kahneman et.al., 1999). Dalam psikologi, perspektif hedonis menjadi dasar bagi konsep kesejahteraan subjektif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
(subjective well-being) yang dalam pengukurannya mencakup dua elemen yaitu afektif (keberadaan afek positif dan ketidakberadaan afek negatif) dan kognitif (kepuasan hidup secara global) (Lucas, Diener & Suh, dalam Carmelo, dkk, 2009). Kesejahteraan subjektif ini memiliki tujuan untuk mengejar kebahagiaan dan kesenangan. Sedangkan, pandangan eudaimonis tentang kesejahteraan menekankan pada usaha untuk menjadi unggul dengan memaksimalkan potensi yang dimiliki (Ryan, Huta & Deci, 2008). Perspektif eudaimonis menjadi dasar konsep kesejahteraan psikologis (psychological well-being). Penelitian ini akan fokus pada kesejahteraan psikologis (psychological well-being) sebagaimana dirumuskan oleh Ryff (1989) sebagai konstruk atau variabel pokok. Ryff (1998, 1995) mendefinisikan kesejahteraan merupakan pengembangan dari potensi yang sesungguhnya ada pada diri seseorang. Dalam hal ini, kebahagiaan atau kesejahteraan psikologis (psychological well-being) bukanlah tujuan utama yang ingin dicapai seseorang, akan tetapi merupakan hasil atas kehidupan yang baik dengan mengembangkan potensi yang ada (Ryff & Keyes, 1995; Ryff & Singer, 1998). Kesejahteraan psikologis adalah gabungan dari teori Maslow tentang aktualisasi diri (self actualization), teori Rogers tentang orang yang berfungsi secara penuh (fully functioning person), teori Allport tentang konsep kedewasaan (maturity), teori Jung tentang individuasi (individuation), teori Jahoda tentang kesehatan mental, dan teori Erikson tentang tugas perkembangan (Ryff dikutip oleh Sugianto, 2000; Ryff & Keyes, 1995). Pengertian kesejahteraan psikologis yang didasarkan pada konsep-konsep tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
bukanlah sekedar bebas dari sakit tapi kondisi dimana individu mampu merealisasikan potensi dirinya secara berkesinambungan, mampu menerima diri apa adanya, mampu menjalin hubungan yang hangat dengan orang lain, memiliki kemandirian, memiliki arti hidup, serta mampu mengontrol lingkungan (Ryff & Singer, dalam Tenggara, dkk, 2008). Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pada intinya kesejahteraan psikologis adalah bagaimana seseorang menjalani kehidupannya secara berkualitas dengan mengembangkan potensi yang dimiliki dan memiliki penilaian positif terhadap segala kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidupnya. Kesejahteraan psikologis yang dimiliki individu berkaitan erat dengan bagaimana cara individu menerima diri, berhubungan dengan orang lain, menguasai lingkungan, memiliki tujuan dalam hidup, pertumbuhan pribadi, serta otonomi. 2. Aspek-Aspek Kesejahteraan Psikologis Aspek-aspek kesejahteraan psikologis mengacu pada teori Ryff (dalam Tenggara, dkk, 2008) meliputi 6 aspek, yaitu : a. Penerimaan Diri (Self-Acceptance) Penerimaan diri (self-acceptance) merupakan sikap positif terhadap diri sendiri dan merupakan ciri penting dari kesejahteraan psikologis. Penerimaan diri merupakan inti dari kondisi well-being yang dicirikan dengan aktualisasi dan dapat berfungsi secara optimal, kedewasaan serta penerimaan terhadap diri dan kehidupan yang sudah dilewatinya. Individu yang memiliki skor tinggi pada aspek ini menunjukkan adanya sikap positif terhadap diri sendiri, mengakui dan menerima berbagai aspek diri termasuk kualitas baik dan buruk, dan merasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
positif tentang kehidupan yang telah dijalani. Skor rendah menunjukkan individu merasa tidak puas dengan dirinya, merasa kecewa terhadap kehidupan yang dijalani, mengalami kesukaran karena sejumlah kualitas pribadi dan ingin menjadi orang yang berbeda dari dirinya saat ini. b. Hubungan Positif dengan Orang Lain (Positive Relations with Others) Hubungan positif dengan orang lain (positive relations with others) dapat dioperasionalkan ke dalam tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam membina kehangatan dan hubungan saling percaya dengan orang lain, mempunyai empati yang kuat, mampu mencintai secara mendalam dan bersahabat. Skor tinggi menunjukkan bahwa individu mempunyai hubungan yang hangat, memuaskan dan saling percaya dengan orang lain, memperhatikan kesejahteraan orang lain, mampu melakukan empati yang kuat, afeksi, dan hubungan yang bersifat timbal balik. Skor rendah menunjukkan bahwa individu hanya mempunyai sedikit hubungan yang dekat dan saling percaya dengan orang lain, kurang terbuka dan kurang memperhatikan orang lain, merasa terasing, dan frustrasi dalam hubungan interpersonal, tidak bersedia menyesuaikan diri untuk mempertahankan suatu hubungan yang penting dengan orang lain. c. Otonomi (Autonomy) Otonomi menekankan pada kemampuan individu untuk mengarahkan diri sendiri, kemandirian, dan kemampuan mengatur tingkah laku. Individu dengan skor tinggi menunjukkan kemampuan mengarahkan diri dan mandiri, mampu menghadapi tekanan sosial, mengatur tingkah laku sendiri dan mengevaluasi diri dengan standar pribadi. Sedangkan skor rendah menunjukkan bahwa individu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
bergantung pada penilaian orang lain dalam membuat keputusan, serta menyesuaikan diri terhadap tekanan sosial dalam berpikir dan bertingkah laku. d. Penguasaan Lingkungan (Environmental Mastery) Penguasaan lingkungan adalah kemampuan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kondisi fisiknya. Kemampuan ini dipengaruhi oleh kedewasaan seseorang khususnya kemampuan seseorang untuk memanipulasi dan mengontrol lingkungan yang kompleks melalui aktivitas mental dan fisik. Dalam aspek penguasaan lingkungan, skor tinggi menunjukkan kemampuan mengatur lingkungan,
mengontrol
berbagai
kegiatan
eksternal
yang
kompleks,
menggunakan kesempatan-kesempatan yang ada secara efektif, mampu memilih atau menciptakan konteks yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan dan nilainilai pribadi. Sedangkan skor rendah menunjukkan bahwa individu mengalami kesulitan dalam mengatur aktivitas sehari-hari, merasa tidak mampu mengubah atau meningkatkan konteks di sekitar, tidak waspada akan kesempatankesempatan yang ada di lingkungan, dan kurang mempunyai kontrol terhadap dunia luar. e. Tujuan Hidup (Purpose in Life) Tujuan hidup dapat dioperasionalkan dalam tinggi rendahnya pemahaman individu akan tujuan dan arah hidupnya. Skor tinggi menunjukkan individu yang mempunyai tujuan dan arah hidup, merasakan adanya arti dalam hidup dimasa kini dan masa lampau. Sedangkan skor rendah menunjukkan bahwa individu kurang mempunyai arti hidup, tujuan, arah hidup, memiliki cita-cita yang tidak jelas, serta tidak melihat adanya tujuan dari kehidupan masa lampau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
f. Pertumbuhan Pribadi (Personal Growth) Pertumbuhan pribadi dapat dioperasionalkan dalam tinggi rendahnya kemampuan seseorang untuk mengembangkan potensi diri secara berkelanjutan dan lebih menekankan pada cara memandang diri dan merealisasikan potensi dalam diri. Skor tinggi menunjukkan bahwa individu merasakan adanya pengembangan potensi diri yang berkelanjutan, terbuka terhadap pengalaman baru, menyadari potensi diri, dan dapat melihat kemajuan diri dari waktu ke waktu. Sedangkan skor rendah menunjukkan individu tidak merasakan adanya kemajuan dan pengembangan potensi diri dari waktu ke waktu, merasa jenuh dan tidak
tertarik
dengan
kehidupan,
serta
merasa
tidak
mampu
untuk
mengembangkan sikap atau tingkah laku baru. Dalam penelitian ini, dimensionalitas alat ukur tidak diperiksa secara empiris. 3. Pengukuran Kesejahteraan Psikologis Ryff (1989) mengelaborasi konsep psychological well-being sebagai konstruk psikologis yang tersusun atas 6 aspek yaitu penerimaan diri (selfacceptance), hubungan positif dengan orang lain (positive relations with others), otonomi (autonomy), penguasaan lingkungan (environmental mastery), tujuan hidup (purpose in life), serta pertumbuhan pribadi (personal growth). Konstruk psychological well-being dengan 6 aspek tersebut kemudian disusun menjadi enam sub skala yang menyusun psychological well-being scale (PWBS). PWBS merupakan skala multidimensional dengan dimensi yang saling berkorelasi sehingga dalam penggunaannya tidak terpisah-pisah antar aspeknya, tetapi sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
6 aspek yang saling berkaitan (Ryff & Keyes 1995). Dalam penggunaannya, PWBS dapat diterapkan pada orang dewasa dari segala usia baik laki-laki maupun perempuan (Ryff, 1989). Sebelum kemunculan PWBS, banyak jenis-jenis inventori kepribadian yang mengukur kesejahteraan psikologis, seperti Affect Balance Scale (ABS), The Life Satisfaction Index (LSI), The Self Esteem Scale (SE), The Revised Philadelphia Geriatric Center Moral Scale (MS), Locus of Control Scale (LEVP, LEVI, LEVC), serta The Self-Rating Depression Scale (SDS). Akan tetapi, beberapa skala psikologis tersebut tidak menggambarkan kebahagiaan seperti yang dimaksud oleh perspektif eudaimonia. PWBS merupakan jenis inventori kepribadian dengan instrumen berupa self-report items atau item pelaporan-diri. Subjek dituntut melaporkan atau mengungkapkan keadaan dirinya, dan harus memberikan jawaban sejujur mungkin dengan cara menuliskan pada lembar kerja atau lembar jawab. Berdasarkan format item dan bentuk skala, PWBS merupakan suatu skala Likert dengan format item berupa pernyataan atau kalimat yang dilengkapi dengan skala penilaian yang berisi enam pilihan jawaban. Enam pilihan jawaban tersebut terdiri dari STS (Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak Setuju), ATS (Agak Tidak Setuju), AS (Agak Setuju), S (Setuju), dan SS (Sangat Setuju). Keenam pilihan jawaban tersebut memiliki penilaian yang berbeda pada dua tipe item yakni favorable dan unfavorable. Pada item favorable, STS bernilai 1, TS bernilai 2, ATS bernilai 3, AS bernilai 4, S bernilai 5, dan SS bernilai 6. Sedangkan pada item unfavorable,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
berlaku sebaliknya dimana STS bernilai 6, TS bernilai 5, ATS bernilai 4, AS bernilai 3, S bernilai 2, dan SS bernilai 1 (Ryff, 1989; Ryff & Keyes 1995). Setelah didapatkan skor dari masing-masing item, PWBS kemudian diinterpretasikan dengan cara melihat skot total PWBS. Skor total PWBS kemudian dibagi dalam enam sub skala tersebut. Akan tetapi PWBS tidak memiliki norma yang baku mengenai tinggi rendahnya skor yang didapatkan subjek, sehingga PWBS menggunakan analisis distribusi data yang dimiliki sebagai patokan apakah skor yang didapatkan subjek tinggi ataukah rendah. Penggunaan distribusi dapat menggunakan dua cara yakni menggunakan kuartil maupun menggunakan standar deviasi. Pada awalnya PWBS terdiri dari 120 item dengan 20 item pada tiap aspeknya (Ryff, 1989). Kemudian PWBS memiliki 3 versi alternatif lain yaitu 84 item dengan 14 item per aspek, 54 item dengan 9 item per aspek, dan 18 item dengan 3 item per aspek (Ryff, 2013; Ryff & Keyes 1995). PWBS memiliki kualitas psikometrik yang baik, khususnya dalam versi 84 item dengan 14 item per aspek. Hal tersebut terlihat dari nilai reliabilitasnya, yakni 0,91 pada penerimaan diri (self-acceptance), 0,88 pada hubungan positif dengan orang lain (positive relations with others), 0,83 pada otonomi (autonomy), 0,86 pada penguasaan lingkungan (environmental mastery), 0,88 pada tujuan hidup (purpose in life), dan 0,85 pada pertumbuhan pribadi (personal growth). 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan Psikologis Taraf kesejahteraan psikologis dipengaruhi oleh banyak faktor, namun peneliti hanya fokus pada faktor-faktor demografis karena tujuan dari penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
ini adalah untuk melihat tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah negeri dengan mempertimbangkan perbedaaan dalam hal sejumlah faktor demografis, meliputi: a. Jenis kelamin Jenis kelamin (dalam bahasa inggris : sex) adalah perbedaan biologis dan fisiologis antara pria dan wanita dengan perbedaan yang menyolok pada perbedaan anatomi tentang sistem reproduksi dari pria dan wanita (Dayakishi & Yuniardi, dalam Damayanti & Harti, 2013). Ryff dan Singer (dalam Tenggara, dkk, 2008), mengungkap bahwa jenis kelamin berpengaruh terhadap adanya perbedaan tingkat kesejahteraan psikologis. Faktor ini menunjukkan perbedaan yang signifikan pada aspek hubungan positif dengan orang lain dan dimensi pertumbuhan pribadi. Dari keseluruhan perbandingan usia (usia 25-39; usia 40-59; usia 60-74), wanita menunjukkan angka kesejahteraan psikologis yang lebih tinggi daripada pria. Sementara keempat aspek kesejahteraan psikologis lainnya tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (Ryff; Ryff & Singer, dalam Tenggara, dkk, 2008). Pada dasarnya jenis kelamin dibagi menjadi 2 (laki-laki dan perempuan). Dalam penelitian ini jenis kelamin didapatkan dari pengakuan masing-masing subjek. Jenis kelamin laki-laki diberi angka 1 dan jenis kelamin perempuan diberi angka 2. b. Usia Ryff dan Singer (dalam Tenggara, dkk, 2008) menemukan bahwa kesejahteraan psikologis dipengaruhi oleh faktor usia. Berdasarkan data yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh (Ryff; Ryff & Singer, dalam Tenggara, dkk, 2008), penguasaan lingkungan dan otonomi menunjukkan peningkatan seiring dengan pertambahan usia (usia 25-39; usia 40-59; usia 6074). Sedangkan tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi secara jelas menunjukkan penurunan seiring dengan bertambahnya usia. Selain itu, aspek penerimaan diri, hubungan yang positif dengan orang lain secara signifikan bervariasi berdasarkan usia. Dalam penelitian ini usia dianalisis beradasarkan usia masing-masing subjek yang tertulis pada kolom identitas diri yang sudah tersedia pada skala. c. Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan adalah lamanya tahun yang diikuti dalam pendidikan formal, baik dari sekolah negeri, swasta, maupun sekolah keagamaan yang sederajat (Pradono, J dan Sulistyowati, 2014). Menurut Ryff dan Singer (dalam Tenggara, dkk, 2008) tingkat pendidikan juga merupakan faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis. Hasil penelitian Wisconsin Longitudinal Study (WLS) pada tahun 1957 menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan psikologis meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan seseorang (Ryff dan Singer, dalam Tenggara, dkk, 2008). Tingginya tingkat pendidikan seseorang menunjukkan bahwa individu memiliki faktor pengaman (misalnya: uang, ilmu, dan keahlian) dalam menghadapi masalah, tekanan dan tantangan. Dalam penelitian ini, tingkat pendidikan dihitung dengan jumlah tahun normatif dalam menempuh pendidikan sekolah. Misalnya SD (6 tahun), SMP (9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
tahun), SMA (12 tahun), D1 (13 tahun), D2 (14 tahun), D3 (15 tahun), S1 (16 tahun), S2 (18 tahun). d. Status pernikahan Menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dikatakan pekawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri, dengan tujuan utama untuk membentuk rumah tangga (keluarga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Status pernikahan menjadi salah satu faktor yang berpengaruh besar bagi kesejahteraan psikologis (Ryff, 2013). Status pernikahan menjadi prediktor yang baik terhadap penerimaan diri dan tujuan hidup (Ryff, 1989). Shapiro dan Keyes (dalam Ryff, 2013) menemukan bahwa perempuan yang bercerai dan tidak menikah menunjukkan tingkat kesejahteraan psikologis yang rendah dibanding perempuan yang menikah. Namun, Marks dan Lambert (dalam Ryff, 2013) menemukan bahwa perempuan yang tidak menikah menunjukkan skor yang lebih tinggi pada dimensi otonomi dan pertumbuhan pribadi dibandingkan dengan perempuan yang menikah. Status pernikahan didapatkan dari pengakuan masing-masing subjek yang tertulis pada kolom identitas diri dalam skala kesejahteraan psikologis. Subjek dengan status belum menikah diberi angka 1, menikah tanpa anak diberi angka 2, menikah dengan memiliki 1 anak diberi angka 3, menikah dengan memiliki 2 anak diberi angka 4, serta menikah dengan memiliki lebih dari 2 anak diberi angka 5. Dalam penelitian ini status janda dan duda tidak diikutkan sebagai subjek penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
Dalam penelitian ini, kesejahteraan psikologis guru-guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul akan diteliti dengan mempertimbangkan sejumlah faktor demografis tersebut.
C. Dinamika Kesejahteraan Psikologis Guru Honorer Sekolah Negeri Guru mengajar baik di sekolah negeri maupun sekolah swasta. Di sekolah negeri, guru diklasifikasikan menjadi dua meliputi guru PNS dan guru honorer. Penetapan status guru PNS dan guru honorer secara teknis oleh pemerintah dalam bidang pendidikan berpengaruh terhadap hasil finansial yang berbeda. Meskipun guru PNS dan guru honorer memiliki kesamaan tugas untuk menciptakan prestasi akademik anak didiknya, akan tetapi tingkat penghasilan guru PNS lebih pasti dan nominalnya lebih tinggi dari pada guru honorer. Walau demikian, tidak semua guru honorer merasa tidak bahagia. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai apakah yang sebenarnya dimaksud dengan kebahagiaan? Ternyata, konsep kebahagiaan yang disebut kesejahteraan psikologis (psychological well-being) adalah bagaimana seseorang menjalani kehidupannya secara berkualitas dengan mengembangkan potensi yang dimiliki dan memiliki penilaian positif terhadap segala kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidupnya. Kesejahteraan psikologis yang dimiliki individu berkaitan erat dengan bagaimana cara individu menerima diri, berhubungan dengan orang lain, menguasai lingkungan, memiliki tujuan hidup, pertumbuhan pribadi, serta otonomi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
Maka, meskipun guru honorer berbeda gaji dengan guru yang sudah PNS tetapi tidak harus tidak bahagia. Ryff dan Singer (dalam Tenggara, dkk, 2008) melihat kesejahteraan psikologis dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berdasarkan data yang didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh (Ryff; Ryff & Singer, dalam Tenggara, dkk, 2008), penguasaan lingkungan dan otonomi menunjukkan peningkatan seiring dengan pertambahan usia. Tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi, secara jelas menunjukkan penurunan seiring dengan bertambahnya usia. Faktor jenis kelamin juga menunjukkan perbedaan yang signifikan pada aspek hubungan positif dengan orang lain dan pertumbuhan pribadi. Wanita menunjukkan angka kesejahteraan psikologis yang lebih tinggi daripada pria. Selain itu, Ryff (1989) mengatakan bahwa status pernikahan menjadi prediktor yang baik terhadap penerimaan diri dan tujuan hidup. Sementara itu, Ryff & Singer (dalam Tenggara, dkk, 2008) juga menemukan bahwa kesejahteraan psikologis meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan seseorang. Dengan mempertimbangkan aspek-aspek kesejahteraan psikologis, menjadi jelas bahwa gaji bukan satu-satunya penentu kesejahteraan. Pemenuhan masing-masing aspek antara lain terkait dengan aneka faktor demografis seperti jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status perkawinan, dan lain sebagainya. Maka, menarik untuk meneliti tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer di sekolah negeri dengan mempertimbangkan perbedaaan dalam hal sejumlah faktor demografis tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
GURU sekolah negeri
Berdasarkan status kepegawaiannya
GURU Honorer
GURU PNS
Status tidak tetap
Adanya beban kerja yang berat
Gaji berdasarkan kuota jam mengajar dan kemampuan sekolah.
Kesejahteraan Psikologis
Hubungan positif dengan orang lain
Otonomi
Tidak sejahtera
Penerimaan diri
Tujuan hidup
Faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis : - Usia - Jenis kelamin - Status pernikahan - Tingkat pendidikan
Pertumbuhan pribadi
Penguasaan lingkungan
Sejahtera a
Guru honorer belum tentu merasa tidak sejahtera walaupun kesejahteraan guru honorer jauh lebih buruk dari PNS
Gambar. 1 Bagan Dinamika Kesejahteraaan Psikologis Guru Honorer Sekolah Negeri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1
31
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survei. Penelitian survei (survey research) adalah salah satu pendekatan dalam desain penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan memperoleh informasi tentang satu atau lebih kelompok orang terkait karakteristik, pendapat, sikap, atau pengalaman mereka, dengan cara mengajukan pertanyaan atau pernyataan kepada mereka dan menabulasikan jawaban yang mereka berikan (Leedy & Ormrod, dalam Supratiknya, 2015). Penelitian ini akan melihat tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul dengan mempertimbangkan perbedaan dalam hal sejumlah faktor demografis diantara mereka, meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan status pernikahan.
B. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel Independen
: Faktor-faktor demografis meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status pernikahan.
Variabel dependen
: Kesejahteraan Psikologis
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
C. Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Independen dalam penelitian ini terdiri dari sejumlah faktor demografis yang meliputi : a. Jenis kelamin Dalam penelitian ini jenis kelamin didapatkan dari pengakuan masing-masing subjek yang tertulis pada kolom identitas diri dalam alat pengumpul data variabel dependen. Jenis kelamin laki-laki diberi angka 1 dan jenis kelamin perempuan diberi angka 2. Bilangan tersebut dipakai sebagai label dan tidak memiliki nilai numerik. b. Usia Dalam penelitian ini data usia dianalisis berdasarkan usia masingmasing subjek yang tertulis pada kolom identitas diri yang sudah tersedia pada skala kesejahteraan psikologis. c. Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan dihitung dengan jumlah tahun normatif dalam menempuh pendidikan sekolah. Misalnya SD (6 tahun), SMP (9 tahun), SMA (12 tahun), D1 (13 tahun), D2 (14 tahun), D3 (15 tahun), S1 (16 tahun), S2 (18 tahun). d. Status pernikahan Status pernikahan didapatkan dari pengakuan masing-masing subjek yang tertulis pada kolom identitas diri dalam alat pengumpul data variabel dependen. Subjek dengan status belum menikah diberi angka 1, menikah tanpa anak diberi angka 2, menikah dengan memiliki 1 anak diberi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
angka 3, menikah dengan memiliki 2 anak diberi angka 4, serta menikah dengan memiliki lebih dari 2 anak diberi angka 5. Bilangan tersebut dipakai sebagai label dan tidak memiliki nilai numerik. Dalam penelitian ini status janda dan duda tidak diikutkan sebagai subjek penelitian. Selain itu, pada kenyataannya tidak ditemukan status janda maupun duda pada subjek yang menjadi sampel penelitian. Data demografis (jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan status pernikahan) akan dikumpulkan dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan di kolom identitas diri yang tercantum pada alat pengumpul data variabel dependen. 2.
Variabel dependen kesejahteraan psikologis adalah bagaimana seseorang menjalani kehidupannya secara berkualitas dan memiliki penilaian positif terhadap segala kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidupnya meliputi 6 komponen yaitu penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi sebagaimana dikemukakan oleh Caroll Ryff. Skala kesejahteraan psikologis dalam penelitian ini memiliki enam aspek yaitu: a. Penerimaan diri Penerimaan diri merupakan sikap positif terhadap diri sendiri, mengakui dan menerima berbagai aspek diri termasuk kualitas baik dan buruk, dan merasa positif tentang kehidupan yang telah dijalani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
b. Hubungan positif dengan orang lain Hubungan positif dengan orang lain merupakan kemampuan seseorang dalam membina kehangatan dan hubungan saling percaya dengan orang lain, mempunyai empati yang kuat, mampu mencintai secara mendalam dan bersahabat. c. Otonomi Otonomi merupakan kemampuan individu untuk mengarahkan diri dan mandiri, mampu menghadapi tekanan sosial, mengatur tingkah laku sendiri dan mengevaluasi diri dengan standar pribadi. d. Penguasaan lingkungan Penguasaan lingkungan adalah kemampuan mengatur lingkungan, mengontrol berbagai kegiatan eksternal yang kompleks, menggunakan kesempatan-kesempatan yang ada secara efektif, serta mampu memilih atau menciptakan konteks yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai pribadi. e. Tujuan hidup Tujuan hidup merupakan pemahaman individu akan adanya tujuan dan arah hidup, merasakan adanya arti hidup dimasa kini dan masa lampau. f. Pertumbuhan pribadi Pertumbuhan
pribadi
merupakan
kemampuan
seseorang
untuk
mengembangkan potensi diri yang berkelanjutan, terbuka terhadap pengalaman baru, menyadari potensi diri, dan dapat melihat kemajuan diri dari waktu ke waktu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
Kesejahteraan psikologis akan diukur dengan menggunakan skala kesejahteraan psikologis. Skor total pada skala menunjukkan tinggi rendahnya tingkat kesejahteraaan psikologis subjek. Semakin tinggi skor total yang diperoleh, semakin tinggi tingkat kesejahteraan psikologisnya, dan begitu sebaliknya. Dalam penelitian ini dimensionalitas alat ukur variabel dependen kesejahteraan psikologis tidak diperiksa secara empiris.
D. Populasi dan Sampel Subjek dalam penelitian ini adalah guru honorer sekolah negeri yang bekerja di sekolah-sekolah negeri di Kabupaten Bantul. Peneliti memilih lokasi Kabupaten Bantul dikarenakan dekat dengan tempat tinggal peneliti, sehingga peneliti cukup tahu akan lokasi sekolah yang menjadi sampel penelitian. Selain itu, di Kabupaten Bantul terdapat banyak guru dengan status honorer yang mengajar pada jenjang SD, SMP, maupun SMA/ SMK. Adapun populasi guru honorer sekolah negeri yang tersebar di 17 Kecamatan di Kabupaten Bantul berjumlah 1691 guru dengan rincian sebagai berikut: 1061 guru SD di 281 SD negeri, 179 guru SMP di 47 SMP negeri, 451 guru SMA/SMK di 32 SMA/SMK negeri. Jumlah tersebut merupakan gabungan dari guru honorer yang dibiayai APBN/APBD dan guru honorer yang tidak dibiayai APBN/APBD. Sedangkan dalam penelitian ini lebih berfokus pada guru honorer sekolah negeri yang tidak dibiayai APBN/APBD. Subjek diperoleh dengan menggunakan metode nonrandom sample, yaitu anggota
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
sampel dipilih berdasarkan kemudahan atau ketersediaan untuk mengaksesnya (Creswell, Supratiknya, 2015). Dalam pengambilan sampel, peneliti tidak mengambil semua sampel dari sebaran yang ada di 17 area Kecamatan di Kabupaten Bantul dikarenakan tempat yang terlalu jauh. Dalam pengambilan sampel juga akan mempertimbangkan stratifikasi yang terdapat dalam populasi (Supratiknya, 2015). Stratifikasi adalah pengelompokan anggota populasi berdasarkan karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, tingkat pendidikan,
dan
sebagainya.
Dalam
pengambilan
sampel
dengan
memperhatikan stratifikasi peneliti memilih anggota sampel dengan memperhatikan keterwakilan aneka karakteristik spesifik tertentu yang terdapat di dalam populasi, dengan atau tanpa memperhatikan proporsinya di dalam populasi. Adapun kriteria subjek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memiliki status sebagai guru honorer non APBN/ APBD yang mengajar di Sekolah Negeri. 2. Latar belakang Pendidikan kurang dari (<) S1 (SMA, D1, D2, D3), S1, lebih dari (>) S1 (S2). 3. Guru honorer yang mengajar di Sekolah Negeri pada semua jenjang sekolah (SD, SMP, SMA/ SMK). 4. Guru honorer dengan status pernikahan belum menikah, menikah tanpa anak, menikah dengan memiliki 1 anak, menikah dengan memiliki 2 anak, serta menikah dengan memiliki lebih dari 2 anak. Dalam penelitian ini status janda dan duda tidak diikutkan sebagai subjek penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
5. Guru honorer yang telah menjalani masa kerja lebih dari atau sama dengan 2 bulan, karena diharapkan guru telah mengetahui situasi kerja yang dihadapi sehingga dapat mengerti lebih jelas situasi yang dihadapi dalam pekerjaannya. Berdasarkan 17 Kecamatan yang ada di Kabupaten Bantul, peneliti akan mengambil sampel dari 13 Kecamatan yaitu Bantul, Sewon, Kasihan, Pajangan, Pandak, Srandakan, Sanden, Kretek, Bambanglipuro, Pundong, Imogiri, Jetis, dan Pleret. Besarnya sampel guru honorer sekolah negeri yang mengikuti survei yaitu sebanyak 222 yang terdiri dari laki-laki dan perempuan serta terbagi dalam 3 jenjang sekolah (SD, SMP, SMA/ SMK) dengan sebaran sebagai berikut : Tabel 1. Sebaran Guru Honorer Sekolah Negeri di Kabupaten Bantul yang menjadi Sampel Penelitian Berdasarkan Kecamatan, Sekolah, dan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Guru Honorer No. Kecamatan Nama Sekolah Jumlah Laki-laki Perempuan 1. Bantul SD 1 Palbapang 3 9 12 SD Tegaldowo SMP 3 Bantul SMA 2 Bantul 2. Sewon SD Bakalan 5 14 19 SD Cepit SMP 1 Sewon SMP 2 Sewon 3. Kasihan SD Kalangan 17 12 29 SMP 2 Kasihan SMP 1 Kasihan SMK 2 Kasihan 4. Pajangan SD Guwo 2 10 12 SMP 1 Pajangan SMP 2 Pajangan SMP 3 Pajangan SMA 1 Pajangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
No.
Kecamatan
5.
Pandak
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Nama Sekolah
SD 1 Pandak SD 2 Wijirejo SMP 1 Pandak SMP 2 Pandak SMP 3 Pandak SMK 1 Pandak Srandakan SMP 1 Srandakan SMP 2 Srandakan SMA 1 Srandakan Sanden SD 1 Sanden SMP 1 Sanden SMK 1 Sanden Kretek SD 1 Kretek SD 2 Kretek SMP 1 Kretek SMA 1 Kretek Bambanglipuro SD Kaligondang SD Grogol SMP 1 Bambanglipuro SMP 2 Bambanglipuro SMA 1 Bambanglipuro Pundong SD Kategan SMP 1 Pundong SMK 1 Pundong Imogiri SD N Imogiri SD 3 Imogiri SMP 1 Imogiri SMA 1 Imogiri Jetis SD Bakulan SMP 1 Jetis SMP 2 Jetis SMA 1 Jetis Pleret SMP 1 Pleret SMK 1 Pleret Jumlah 17 SD, 21 SMP, 7 SMA, dan 5 SMK
Jenis Kelamin Guru Honorer Laki-laki Perempuan 9 20
Jumlah 29
1
9
10
7
12
19
3
11
14
4
9
13
5
14
19
3
18
21
5
11
16
7
2
9
71
151
222
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
E. Teknik Pengumpulan Data Data
tentang
variabel
independen
dikumpulkan
dengan
cara
memberikan sejumlah pertanyaan terkait dengan data demografis meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan status pernikahan. Sejumlah pertanyaan terkait dengan data demografis tersebut tertulis dalam kolom identitas diri yang tercantum pada alat pengumpul data variabel dependen. Data
tentang
variabel
dependen
dikumpulkan
dengan
Skala
Kesejahteraan Psikologis. Skala ini disusun oleh peneliti berdasarkan teori kesejahteraan psikologis yang dikembangkan oleh Carol. D. Ryff. Item skala kesejahteraan psikologis ini disusun berdasarkan enam aspek yaitu penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup,dan pertumbuhan pribadi. Dalam penelitian ini, dimensionalitas alat ukur tidak diperiksa secara empiris. Berdasarkan aspek-aspek tersebut di atas maka disusunlah skala kesejahteraan psikologis yang terdiri dari 84 item baik yang bersifat favorable maupun unfavorable. Metode yang digunakan dalam penyusunan skala kesejahteraan psikologis adalah model skala Likert, yakni subjek menyatakan kesetujuan-ketidaksetujuan terhadap pernyataan yang terkait dengan keadaan dirinya dalam sebuah kontinum (Supratiknya, 2014). Setiap butir item memberikan kemungkinan jawaban SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
Untuk menyusun skala kesejahteraan psikologis perlu dibuat tabel spesifikasi/ blue-print terlebih dahulu. Berikut ini adalah tabel spesifikasi/ blue-print skala kesejahteraan psikologis sebelum uji coba: Tabel 2. Blue Print Skala Kesejahteraan Psikologis Sebelum Uji Coba Komponen item No. Aspek Jumlah Favorable Unfavorable 1.
2.
Penerimaan diri
8, 24, 25, 29, 19, 33, 43, 46, 34, 65, 67
49, 73, 82
Hubungan
1, 27, 37, 51, 12, 15, 21, 23,
positif dengan
60, 68, 79
39, 47, 74
Persentase
14
16,67 %
14
16,67 %
14
16,67 %
14
16,67 %
14
16,67 %
14
16,67 %
84
100 %
orang lain 3.
4.
5.
6.
Otonomi
10, 14, 28, 59, 3, 20, 31, 44, 63, 66, 69
53, 75, 83
Penguasaan
9, 17, 38, 57, 13, 22, 30, 32,
Lingkungan
62, 70, 80
Tujuan Hidup
36, 55, 76
5, 6, 7, 26, 35, 4, 18, 45, 54, 61, 71
58, 77, 84
Pertumbuhan
16, 40, 41, 52, 2, 11, 42, 48,
Pribadi
64, 72, 81
Total
42
50, 56, 78 42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
Setelah membuat spesifikasi skala, berikut ini merupakan penskoran skala kesejahteraan psikologis menurut model Likert: Tabel 3. Penskoran Skala Kesjahteraan Psikologis Jawaban
Pernyataan
Favorable
Unfavorable
Sangat Setuju
4
1
Setuju
3
2
Tidak Setuju
2
3
Sangat Tidak Setuju
1
4
Uji coba skala kesejahteraan psikologis dilakukan di SMK Negeri 3 Kasihan Bantul, SMP Negeri 2 Bantul, SMP Negeri 2 Imogiri Bantul, SD 1 Bantul, SD Negeri 1 Sewon Bantul, SD Kembang Putihan Guwosari Pajangan Bantul, SD Negeri 1 Wijirejo Pandak Bantul, SD Negeri 1 Srandakan Bantul, SD Mangiran Srandakan Bantul, SD Negeri 2 Srandakan Bantul, SD 2 Sanden Bantul, SD 1 Pundong Bantul, SD Jejeran Pleret Bantul pada tanggal 5, 6, 7, 8, dan 9 April 2016 dengan melibatkan 60 guru honorer.
F. Pertanggungjawaban Mutu Alat Pengumpul Data Alat pengumpul data variabel independen berupa sejumlah pertanyaan terkait data demografis yang akan diteliti yaitu meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan status pernikahan. Pertanyaan tentang jenis kelamin disajikan dengan pilihan yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Untuk data usia, subjek mengisikan usia sesuai dengan usia masing-masing subjek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
Pertanyaan tentang tingkat pendidikan juga diisi sesuai dengan tingkat pendidikan subjek. Sedangkan terkait dengan status pernikahan disajikan dengan 5 pilihan yaitu belum menikah, menikah tanpa anak, menikah dengan memiliki 1 anak, menikah dengan memiliki 2 anak, menikah dengan memiliki lebih dari 2 anak. Sejumlah pertanyaan untuk mengumpulkan data variabel independen tersebut telah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dengan tujuan apakah sejumlah pertanyaan terkait data demografis yang disusun dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi sesuai dengan kenyataan terkait data demografis yang dimiliki masing-masing subjek. Diasumsikan, subjek menjawab dengan benar sehingga jawaban subjek terkait variabel-variabel tersebut valid dan reliabel. Pertanggungjawaban mutu alat pengumpul data variabel dependen meliputi validitas skala kesejahteraan psikologis, seleksi item skala kesejahteraan psikologis, bentuk final skala kesejahteraan psikologis, uji reliabilitas final skala kesejahteraan psikologis, dan daya diskriminasi skala kesejahteraan psikologis. 1. Validitas Skala Kesejahteraan Psikologis Validitas adalah kualitas esensial yang menunjukkan sejauh mana suatu tes sungguh-sungguh mengukur atribut psikologis yang hendak diukur (Supratiknya, 2014). Pengujian validitas alat ukur ini dilakukan dengan menggunakan jenis evidensi terkait isi tes (dalam pengertian lama, jenis evidensi ini dikaitkan dengan validitas isi). Evidensi ini bisa diperoleh melalui analisis logis atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
empiris terhadap seberapa memadai isi tes mewakili ranah isi serta seberapa relevan ranah isi tersebut sesuai dengan interpretasi skor tes yang dimaksudkan. Isi tes mengacu pada tema-tema, pilihan kata, serta format atau bentuk item, tugas, atau pertanyaan yang digunakan dalam tes. Evidensi terkait isi ini juga bisa berupa penilaian pakar atau ahli terhadap kesesuaian antara bagian-bagian tes dan konstruk yang diukur (Supratiknya, 2014). Dalam penelitian ini evidensi terkait isi diperoleh dengan cara mengkonsultasikan item yang telah disusun kepada dosen pembimbing dengan tujuan apakah item-item yang telah disusun telah mencakup isi objek yang hendak diukur. Selain itu, validitas alat ukur ini juga dilakukan dengan menggunakan jenis evidensi terkait proses respon yang diberikan oleh subjek. Dalam mengerjakan skala kesejahteraan psikologis ini, diasumsikan subjek menjawab setiap pertanyaan sesuai dengan apa yang ada pada diri subjek. 2. Seleksi Item Skala Kesejahteraan Psikologis Setelah melakukan validasi dan melakukan uji coba skala, selanjutnya adalah menganalisis item. Analisis item terhadap item-item skala yang telah dibuat perlu dilakukan karena kualitas skala pengukuran psikologis sangat ditentukan oleh kualitas item-item yang ada di dalamnya. Tujuan analisis item adalah memilih item-item yang akan membentuk skala yang bersifat homogen dan memiliki daya diskriminasi yang baik. Seleksi item pada skala yang akan digunakan dalam penelitian ini memakai parameter daya diskriminasi item. Daya diskriminasi item yaitu kemampuan sebuah item memicu cara menjawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
yang berbeda pada diri subjek atau testi dengan tipe yang memang berlainan (Supratiknya, 2014). Pengujian daya diskriminasi dilakukan dengan memeriksa korelasi antara masing-masing item dengan skor total skala itu sendiri. Perhitungan ini akan menghasilkan koefisien korelasi antara skor item dan skor total tes (rit). Jenis korelasi yang akan digunakan adalah korelasi product-moment Pearson (r). Cara ini cocok untuk diterapkan pada multi-point items atau item-item yang memiliki alternatif jawaban ganda dalam arti lebih dari dua. Perhitungannya akan menggunakan corrected item-total correlation melalui sub menu scale pada pilihan Reliability Analysis Statistical Product and Service Solution (SPSS). Berdasarkan perhitungan tersebut, makin tinggi korelasi antara skor item dan skor total skala, makin baik item yang bersangkutan. Item-item yang berkorelasi negatif atau berkorelasi positif namun rendah dengan skor total akan disingkirkan. Adapun kriteria item yang layak dipertahankan adalah semua item yang berkorelasi lebih besar dari atau sama dengan (≥) 0,20 dengan skor total (Supratiknya, 2014). 3. Bentuk Final Skala Kesejahteraan Psikologis Setelah dilakukan penyeleksian item terdapat 4 item favorable dan 11 item unfavorable yang gugur. Akan tetapi karena jumlah item pada masingmasing aspek tidak seimbang, maka dipilih beberapa item yang memiliki skor lebih rendah dibanding item yang lain untuk digugurkan. Sehingga dapat dilihat struktur atau sebaran item yang baik sehingga dapat digunakan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
penelitian. Berikut ini adalah blue print final skala kesejahteraan psikologis setelah seleksi item: Tabel 4. Blue Print Skala Kesejahteraan Psikologis Setelah Seleksi Item Komponen item No. Aspek Jumlah Favorable Unfavorable 1.
2.
3.
4.
Penerimaan diri
5, 17, 18, 22
12, 26, 34, 37, 40, 58
Hubungan positif
1, 20, 29, 41, 10, 14, 16, 38
dengan orang lain
45, 57
Otonomi
7, 9, 21, 48, 3, 13, 24, 35, 50
59
Penguasaan
6, 30, 43, 47, 15, 23, 25, 28,
Lingkungan
51
5.
Tujuan Hidup
6.
Pertumbuhan Pribadi
54
4, 19, 27, 46, 11, 36, 44, 55, 52
60
31, 32, 42, 2, 8, 33, 39, 49, 53
Total
56
30
30
Persentase
10
16,67 %
10
16,67 %
10
16,67 %
10
16,67 %
10
16,67 %
10
16,67 %
60
100 %
4. Reliabilitas Final Skala Kesejahteraan Psikologis Reliabilitas adalah konsistensi hasil pengukuran jika prosedur pengetesannya dilakukan secara berulangkali terhadap suatu populasi individu atau kelompok (Supratiknya, 2014). Dalam aplikasinya, reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx’) yang angkanya berada pada rentang 0 sampai dengan 1,00. Koefisien reliabilitas yang dipandang memuaskan adalah lebih besar dari atau sama dengan (≥) 0,70 (Kline, dalam Supratiknya 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
Pengujian reliabilitas pada alat ukur ini akan menggunakan pendekatan konsistensi internal. Dalam pendekatan konsistensi internal prosedurnya cukup didasarkan pada hasil satu kali pengadministrasian tes (Supratiknya, 2014). Reliabilitas tesnya sendiri selanjutnya dapat diestimasi dengan teknik koefisien reliabilitas alpha Cronbach (α) (Supratiknya, 2014). Dalam perhitungannya akan menggunakan Model Alpha Reliability Analysis melalui sub menu scale pada pilihan Reliability Analysis SPSS. Pada penelitian ini, besarnya α adalah 0,937. Dengan demikian skala ini dapat dikatakan memuaskan untuk mengukur kesejahteraan psikologis. 5. Daya Diskriminasi Skala Kesejahteraan Psikologis Daya diskriminasi alat ukur adalah sejauh mana tes secara keseluruhan memiliki daya diskriminasi yang baik. Salah satu statistik yang direkomendasikan untuk memeriksa daya diskriminasi tes adalah koefisien diskriminasi yang disebut Ferguson’s delta (δ). Koefisien diskriminasi menunjukkan seberapa cermat dan konsisten sebuah tes menjenjangkan testi dalam hal atribut psikologis yang diukur. Tes yang berdaya diskriminasi baik lazimnya memiliki delta Ferguson lebih besar dari atau sama dengan (≥) 0,90. Bisa dirumuskan secara umum bahwa δ = 0 jika seluruh subjek mencapai skor yang sama (tidak terjadi diskriminasi), dan δ = 1 jika terjadi distribusi skor yang bersifat rektangular (terjadi diskriminasi yang sempurna, yaitu pembedaan antara subjek yang mencapai skor dibawah skor batas tertentu dan mereka yang mencapai skor di atas skor batas). Dengan kata lain, makin δ mendekati 1 maka makin baik daya diskriminasi tes (Supratiknya, 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
Daya diskriminasi tes/ penghitungan delta Ferguson δ = (n+1) (N2 - ∑fi2) / nN2 = (60+1) (1932 – 1022) / 60.1932 = 61. (37249 – 1022) / 60. 37249 = 2209847 / 2234940 = 0,988 Besarnya koefisien delta Ferguson skala kesejahteraan psikologis adalah 0,988. Dengan demikian skala ini memiliki daya diskriminasi tes yang baik.
G. Teknik Analisis Data Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti pertanyaan penelitian yang telah dituliskan pada bab sebelumnya. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul akan digunakan statistik deskriptif. Untuk mengetahui perbedaan tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul dilihat berdasarkan jenis kelamin dan status pernikahan akan digunakan uji beda. Sedangkan untuk mengetahui hubungan antara kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul dengan usia dan tingkat pendidikan akan digunakan uji korelasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122
48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian Sebelum
melakukan
penelitian,
peneliti
mempersiapkan
skala
kesejahteraan psikologis dan mengurus perizinan untuk melakukan penelitian di sekolah-sekolah negeri di Kabupaten Bantul. Proses perizinan dimulai dengan membuat surat permohonan izin dari Fakultas yang kemudian dibawa ke Biro Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah DIY yang berada di Komplek Kepatihan Danurejo Yogyakarta. Setelah mendapatkan surat izin dari Sekretariat Daerah DIY, peneliti memberikan surat tembusan ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY, Dekan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, serta mengurus perijinan di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Bantul. Kemudian, setelah mendapat surat ijin dari BAPPEDA Bantul, peneliti memberikan tembusan surat izin dari BAPPEDA Bantul kepada Bupati Bantul, Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Bantul, Kepala Dinas Pendidikan Menengah dan Non Formal Kabupaten Bantul, Kepala Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul, Kepala UPT Pengelola Pendidikan Dasar di 13 Kecamatan yang menjadi sampel penelitian (Bambanglipuro, Pandak, Jetis, Kretek, Sewon, Pajangan, Sanden, Srandakan, Pundong, Imogiri, Pleret, Kasihan, dan Bantul), serta ke SMA/SMK, SMP, dan SD Negeri di Kabupaten Bantul yang menjadi tempat pengambilan sampel penelitian.
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
Pengambilan data dilakukan berdasarkan kondisi guru honorer di sekolah. Sebagian guru bersedia mengisi kuesioner secara langsung pada saat peneliti memberikan kuesioner, akan tetapi terdapat pula guru yang tidak bisa mengisi secara langsung dikarenakan banyaknya aktivitas di sekolah. Secara keseluruhan, peneliti membagikan 222 eksemplar. Jumlah skala penelitian terisi yang memenuhi syarat adalah 193, sehingga hanya data dari 193 responden inilah yang akan dianalisis. Pengambilan data penelitian dilakukan sejak tanggal 11 April hingga 3 Mei 2015. Berikut ini adalah jadwal pengambilan data penelitian dan data demografis subjek penelitian yang ada dalam kuesioner: Tabel 5. Jadwal Pengambilan Data Penelitian Hari ke 1.
2. 3.
4.
5. 6.
Hari dan tanggal Senin, 11 April 2016
Lokasi
- SD Tegaldowo Bantul - SD Kalangan Kasihan Bantul - SD Guwo Pajangan Bantul Selasa, 12 April 2016 - SD 1 Palbapang Bantul Rabu, 13 April 2016 - SD Cepit Sewon Bantul - SD Bakalan Sewon Bantul - SD Grogol Bambanglipuro Bantul - SD Bakulan Jetis Bantul - SMP 2 Pajangan Bantul Kamis, 14 April 2016 - SD Kaligondang Bambanglipuro Bantul - SD 1 Pandak Bantul Jumat, 15 April 2016 - SD 1 Sanden Bantul Sabtu, 16 April 2016 - SD Negeri 3 Imogiri Bantul - SD Kategan Pundong Bantul - SD 2 Kretek Bantul - SD 2 Wijirejo Pandak Bantul - SMP 1 Pajangan Bantul
Keterangan Menyebar kuesioner
Menyebar kuesioner Menyebar kuesioner
Menyebar kuesioner
Menyebar kuesioner Menyebar kuesioner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
Hari ke 7. 8.
9. 10.
11. 12. 13. 14.
Hari dan tanggal
Lokasi
Senin, 18 April 2016 Selasa, 19 April 2016 Rabu, 20 April 2016 Kamis, 21 April 2016 Jumat, 22 April 2016 Sabtu, 23 April 2016 Senin, 25 April 2016 Selasa, 26 April 2016 -
15. 16. 17. 18.
19.
20.
Rabu, 27 April 2016
Kamis, 28 April 2016 Jumat, 29 April 2016 Sabtu, 30 April 2016 Senin, 2 Mei 2016 -
Selasa, 3 Mei 2016
-
SD Imogiri Bantul SMP 1 Pundong Bantul SD 1 Kretek Bantul SMP 1 Kretek Bantul SMP 2 Srandakan Bantul SMP 1 Srandakan Bantul SMP 1 Pandak Bantul SMP 3 Pandak Bantul SMA 1 Pajangan Bantul SMK 1 Sanden Bantul SMP 1 Sanden Bantul SMP 3 Bantul Bantul SMP 2 Sewon Bantul SMP 1 Sewon Bantul SMA 1 Srandakan Bantul SMA 1 Jetis Bantul SMP 1 Pleret Bantul SMP 1 Imogiri Bantul SMP 2 Bambanglipuro Bantul SMP 1 Bambanglipuro Bantul SMP 3 Pajangan Bantul SMP 2 Pandak Bantul SMP 1 Jetis Bantul SMA 1 Imogiri Bantul SMK 1 Pandak Bantul SMP 2 Kasihan Bantul SMA 1 Kretek Bantul SMK 2 Kasihan Bantul SMA 1 Bambanglipuro Bantul SMP 1 Kasihan Bantul SMK 1 Pleret Bantul SMK 1 Pundong Bantul SMA 2 Bantul
Keterangan Menyebar kuesioner Menyebar kuesioner
Menyebar kuesioner Menyebar kuesioner
Menyebar kuesioner Menyebar kuesioner Menyebar kuesioner Menyebar kuesioner
Menyebar kuesioner Menyebar kuesioner Menyebar kuesioner Menyebar kuesioner
Menyebar kuesioner
Menyebar kuesioner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
B. Statistik Deskriptif Data Penelitian Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono dalam Duwi Priyatno, 2014). Statistik deskriptif penelitian terangkum dalam tabel berikut : Tabel 6. Data Deskriptif Variabel Independen
Jenis Kelamin Usia Tingkat pendidikan Status Pernikahan
Laki-laki Perempuan
Belum menikah Menikah tanpa anak Menikah dengan memiliki 1 anak Menikah dengan memiliki 2 anak Menikah dengan memiliki lebih dari 2 anak
N 59 134 193
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
22
45
30,14
6,121
193
12
18
15,83
0,840
77 19 49 41 7
Data Deskripsi Variabel Dependen Tabel 7. Statistik Deskriptif Kesejahteraan Psikologis Teoritis
Empiris
-
193
Mean( x )
150
191,74
Minimum(Xmin)
60
158
Maximum(Xmax)
240
234
30
14,584
N
Standart Deviation(σ)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
Berdasarkan hasil pengukuran deskriptif, mean empiris variabel kesejahteraan psikologis lebih besar daripada mean teoritisnya. Hasil ini menunjukkan bahwa guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi. Hasil ini juga didukung dengan hasil uji T yang dilakukan peneliti untuk membandingkan mean empiris dan mean teoritis pada variabel kesejahteraan psikologis. Tabel. 8 Uji One Sample T-test Kesejahteraan Psikologis
Test Value= 150
T Df Sig. (2-tailed) Mean Difference 95% Confidence of The Difference
Lower Upper
Kesejahteraan Psikologis 39.764 192 0,000 41.746 39.68 43.82
Berdasarkan data yang ada, hasil uji T menunjukkan ada perbedaan signifikan antara mean empiris dan mean teoritis. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05, yaitu 0,000. Hasil ini menunjukkan bahwa secara signifikan guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi.
C. Analisis Data untuk Menjawab Pertanyaan Penelitian Sebelum melakukan analisis data untuk menjawab pertanyaan penelitian, perlu dilakukan uji asumsi. Tujuannya adalah melihat bagaimana data tersebut untuk dapat dilakukan analisis yakni dengan teknik statistik parametrik atau non
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
parametrik. Apabila nilai p > 0,05 maka analisis data yang akan dilakukan adalah dengan teknik parametrik, sedangkan nilai p < 0,05 akan dilakukan teknik statistik non parametrik. Uji asumsi pada penelitian ini meliputi uji normalitas, homogenitas varian data, serta uji linearitas. Uji normalitas akan dilihat dengan menggunakan one sample Kolmogorov-Smirnov menggunakan SPSS for windows versi 22. Hasil uji normalitas kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul menunjukkan nilai signifikansi sebesar (p= 0,009). Hasil tersebut menunjukkan bahwa p < 0,05 dan dapat disimpulkan bahwa data tersebut memiliki sebaran data yang tidak normal (tidak terdistribusi normal). Hasil uji asumsi tersebut akan dijabarkan seperti di bawah ini: 1. Bagaimana perbedaan tingkat kesejahteraan psikologis antara guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan? Hasil uji asumsi menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi secara normal (Z= 0,076, p= 0,009) dan tidak homogen (F= 14,949, p= 0,000). Berdasarkan uji asumsi tersebut, maka dilakukan analisis dengan teknik non parametrik Mann Whitney U. Teknik Mann Whitney U digunakan sebagai alternatif pengganti analisis Independent Sample T Test jika data tidak terdistribusi normal. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kesejahteraan psikologis antara guru honorer laki-laki dengan guru honorer perempuan (Z= -1.710, p= 0,087).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
2. Bagaimana hubungan antara kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul dengan usia? Hasil uji asumsi menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi secara normal (Z= 0,076, p= 0,009) dan tidak linear (F= 0,000, p=0,985). Berdasarkan uji asumsi tersebut, maka dilakukan analisis dengan teknik non parametrik Korelasi Spearman. Hasil analisis menunjukkan bahwa kesejahteraan psikologis tidak berhubungan dengan usia (r= -0,044, p= 0,546). 3. Bagaimana hubungan antara kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul dengan tingkat pendidikan? Hasil uji asumsi menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi secara normal (Z= 0,076, p= 0,009) dan tidak linear (F= 0,315, p= 0,575). Berdasarkan uji asumsi tersebut, maka dilakukan analisis dengan teknik non parametrik Korelasi Spearman. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kesejahteraan psikologis dengan tingkat pendidikan (r= -0,043, p= 0,554). 4. Bagaimana perbedaan tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul dilihat berdasarkan status pernikahan (belum menikah, menikah tanpa anak, menikah dengan memiliki 1 anak, menikah dengan memiliki 2 anak, serta menikah dengan memiliki lebih dari 2 anak)? Hasil uji asumsi menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi secara normal (Z= 0,076, p= 0,009) dan tidak homogen (F= 0,110, p= 0,113). Berdasarkan uji asumsi tersebut, maka dilakukan analisis dengan teknik non parametrik Kruskal-Wallis. Uji Kruskal-Wallis ini dapat digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
sebagai alternatif pengganti analisis One Way ANOVA jika data tidak terdistribusi secara normal. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kesejahteraan psikologis yang dilihat berdasarkan status pernikahan (belum menikah, menikah tanpa anak, menikah dengan memiliki 1 anak, menikah dengan memiliki 2 anak, serta menikah dengan memiliki lebih dari 2 anak) (chi-square= 0,348, p= 0,987).
D. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data, dapat diketahui bahwa guru honorer sekolah negeri di Kabupeten Bantul memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi. Selanjutnya, hasil analisis data membuktikan bahwa tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer yang dilihat berdasarkan faktor-faktor demografis seperti jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan status pernikahan terbukti tidak berbeda dan tidak berhubungan secara signifikan. Guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi. Hal ini berarti guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul menjalani kehidupan secara berkualitas dengan mengembangkan potensi yang dimiliki dan memiliki penilaian positif terhadap segala kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidupnya. Maka, meskipun jaminan kesejahteraan guru honorer jauh lebih rendah masih ada guru honorer yang merasa sejahtera.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
Hasil analisis terhadap perbedaan kesejahteraan psikologis ditinjau dari jenis kelamin menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara guru honorer yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Hasil ini bertentangan dengan penelitian Ryff dan Singer (dalam Tenggara, dkk, 2008) yang mengungkap bahwa jenis kelamin berpengaruh terhadap adanya perbedaan tingkat kesejahteraan psikologis secara signifikan pada aspek hubungan positif dengan orang lain dan dimensi pertumbuhan pribadi. Ryff dan Singer (dalam Tenggara, dkk, 2008) mengatakan bahwa wanita menunjukkan angka kesejahteraan psikologis yang lebih tinggi daripada pria. Sementara keempat aspek kesejahteraan psikologis lainnya tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Meskipun demikian, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hutapea Bonar (2011) yang meneliti psychological well-being ditinjau dari jenis kelamin dan menemukan hasil bahwa tidak ada perbedaan di antara perempuan dan laki-laki. Salah satu alasan yang mungkin bahwa psychological well-being lebih rendah pada perempuan dalam hal penguasaan terhadap lingkungan, pertumbuhan pribadi, dan relasi yang positif dengan orang lain, namun sebaliknya terkait tujuan dalam hidup dan penerimaan diri. Hal tersebut membuktikan bahwa beberapa penelitian yang ada, melihat perbedaan
kesejahteraan
psikologis
antara
laki-laki
dan
perempuan
berdasarkan masing-masing aspek kesejahteraan psikologis. Sedangkan, jika dilihat secara keseluruhan (gabungan dari keenam aspek kesejahteraan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
psikologis) ada kemungkinan bahwa tidak terdapat perbedaan kesejahteraan psikologis yang signifikan antara laki-laki dan perempuan. Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kesejahteraan psikologis ditinjau dari usia. Hasil ini bertentangan dengan penelitian (Ryff; Ryff & Singer, dalam Tenggara, dkk, 2008) yang menyatakan bahwa penguasaan lingkungan dan otonomi menunjukkan peningkatan seiring dengan pertambahan usia (usia 25-39; usia 40-59; usia 60-74). Sedangkan tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi secara jelas menunjukkan penurunan seiring dengan bertambahnya usia. Selain itu, aspek penerimaan diri, hubungan yang positif dengan orang lain secara signifikan bervariasi berdasarkan usia. Tidak adanya hubungan antara kesejahteraan psikologis dengan faktor usia ini mungkin dikarenakan faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang bukan berapa usia mereka melainkan bagaimana semangat dan keinginan mereka, serta adanya kesehatan yang mereka miliki, sehingga usia tidak menjadi halangan dalam menjalani kehidupan. Ryff & Singer (1996) mengatakan bahwa tingkat kesejahteraan psikologis meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan seseorang. Tingginya tingkat pendidikan seseorang menunjukkan bahwa individu memiliki faktor pengaman, misalnya uang. Meskipun demikian, hasil analisis terhadap kesejahteraan psikologis ditinjau dari tingkat pendidikan membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kesejahteraan psikologis guru honorer dengan tingkat pendidikan. Guru honorer sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
negeri yang menjadi subjek penelitian memiliki tingkat pendidikan yang variatif (SMA, D3, S1, S2). Dengan variasi tingkat pendidikan tersebut, mereka memiliki penghasilan sebagai guru honorer yang relatif sama dan tergolong rendah. Bahkan, sangat mungkin guru honorer dengan tingkat pendidikan S2 yang mengajar di sekolah dasar akan mendapatkan penghasilan yang sama dengan guru dengan tingkat pendidikan D3 maupun S1. Meskipun demikian, banyak yang mensyukuri penghasilan yang mereka dapat. Hal tersebut diduga dapat terjadi karena hal yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis bukanlah tingkat pendidikan, melainkan bagaimana subjek merasa penghasilannya cukup untuk menghidupi diri sendiri maupun keluarganya walaupun kadang mengalami kesulitan namun subjek bisa mengatur ekonominya dengan baik. Terkait status pernikahan, hasil analisis membuktikan bahwa tidak ada perbedaan kesejahteraan psikologis antara guru honorer dengan status belum menikah, menikah tanpa anak, menikah dengan memiliki 1 anak, menikah dengan memiliki 2 anak, dan menikah dengan memiliki lebih dari 2 anak. Salah satu alasan yang mungkin adalah subjek dengan status lajang (belum menikah) dan masih tinggal bersama dengan keluarga mendapatkan dukungan dari keluarga sehingga bisa berbagi saat menghadapi permasalahan. Tidak hanya berasal dari keluarga, dukungan juga hadir dari teman atau sahabat dekat. Dukungan-dukungan yang dimiliki oleh subjek dengan status lajang ini dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis (Susanti, 2012). Hasil ini tampaknya bersesuaian dengan temuan Marks dan Lambert (dalam Ryff,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
2013) yang menemukan bahwa perempuan yang tidak menikah menunjukkan skor yang lebih tinggi pada dimensi otonomi dan pertumbuhan pribadi dibandingkan dengan perempuan yang menikah. Sementara itu, (Ryff, 1989) menyatakan bahwa pernikahan menjadi prediktor yang baik terhadap penerimaan diri dan tujuan hidup. Shapiro dan Keyes (dalam Ryff, 2013) menemukan bahwa perempuan yang bercerai dan tidak menikah menunjukkan tingkat kesejahteraan psikologis yang rendah dibanding perempuan yang menikah. Kesejahteraan psikologis yang dimiliki oleh subjek yang menikah dan memiliki anak juga sesuai dengan temuan (Lianawati, 2008) yang menemukan bahwa tidak ada perbedaan kesejahteraan psikologis berdasarkan jumlah anak pada kelompok suami maupun istri. Ditemukan pula bahwa kelompok pasutri yang tidak atau belum memiliki anak juga memiliki kesejahteraan psikologis tinggi. Barangkali tidak memiliki anak justru memberi lebih banyak waktu luang bagi para pasutri untuk lebih otonom dan mampu menangani aktivitas tanpa perlu dipusingkan oleh urusan anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul dan dieksplorasi berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan status pernikahan. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul adalah tinggi (M=191,74 > M=150; p=0,000). Ini berarti guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul menjalani kehidupan secara berkualitas dengan mengembangkan potensi yang dimiliki dan memiliki penilaian positif terhadap segala kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidupnya. 2. Tidak ada perbedaan tingkat kesejahteraan psikologis antara guru honorer laki-laki dengan guru honorer perempuan (Z= -1.710, p= 0,087). 3. Tidak ada hubungan tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer dengan usia (r=-0,044, p= 0,546). 4. Tidak ada hubungan tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer dengan tingkat pendidikan (r= -0,043, p= 0,554). 5. Tidak ada perbedaaan tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer dilihat berdasarkan status pernikahan (belum menikah, menikah tanpa anak, menikah
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
dengan memiliki 1 anak, menikah dengan memiliki 2 anak, serta menikah dengan memiliki lebih dari 2 anak) (chi-square= 0,348, p= 0,987).
B. Keterbatasan Penelitian Penelitian kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul memiliki keterbatasan penelitian yakni pengambilan sampel yang hanya menggunakan 13 Kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di Kabupaten Bantul yang mengakibatkan tidak semua sampel guru honorer sekolah negeri yang tersebar pada masing-masing Kecamatan di Kabupaten Bantul terlibat dalam penelitian. Selain itu, dalam penelitian ini anggota sampel dipilih berdasarkan kemudahan atau ketersediaan untuk mengaksesnya sehingga mengakibatkan proporsi antara laki-laki dan perempuan, proporsi tingkatan usia, proporsi tingkat pendidikan (SMA, D3, S1, S2), serta proporsi status pernikahan tidak seimbang. Terkait dengan analisis variabel dependen (kesejahteraan psikologis), dalam penelitian ini dimensionalitas alat ukur tidak diperiksa secara empiris sehingga dalam menganalisis dan melihat hasil kesejahteraan psikologis dilihat secara keseluruhan tanpa menguraikan satu per satu aspek kesejahteraan psikologis. Meskipun merupakan skala multidimensional, akan tetapi aspekaspeknya saling berkorelasi sehingga dalam penggunaannya tidak terpisah-pisah antar aspeknya, tetapi sebagai 6 aspek yang saling berkaitan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, kesimpulan, serta keterbatasan dari penelitian tentang kesejahteraan psikologis guru honorer yang telah dilakukan, maka peneliti mengajukan saran: 1.
Bagi guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul Meskipun jaminan kesejahteraan guru honorer jauh lebih rendah, akan tetapi guru honorer diharapkan tetap menjalani kehidupan secara berkualitas dengan mengembangkan potensi yang dimiliki dan memiliki penilaian positif terhadap segala kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidupnya.
2.
Pemerintah Meskipun hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah negeri tergolong tinggi, tetapi pemerintah diharapkan untuk mempertimbangkan kesejahteraan yang mengacu pada perasaan adil terhadap kesesuaian imbalan yang diterima atas kinerja yang dilakukan oleh guru honorer.
3.
Peneliti selanjutnya Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian dengan topik kesejahteraan psikologis guru honorer, maka penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya. Peneliti lain yang tertarik dengan fenomena kesejahteraan psikologis guru honorer bisa menghubungkan kesejahteraan psikologis guru honorer dengan variabel-variabel lain. Selain itu dari segi subjek, bisa menggunakan subjek guru honorer yang ada di sekolah swasta dengan memperhatikan proporsi faktor demografis guru honorer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
63
DAFTAR ACUAN
Carmelo, V., Gonzalo, H., dkk. (2009). Psychological well-being and health. Contributions of positive psychology. Journal of Clinical and Health Psychology. Vol. 5, 15-27. Damayanti, N., & Harti (2013). Perbedaan jenis kelamin terhadap minat berwirausaha mahasiswa jurusan pendidikan ekonomi universitas negeri Surabaya. Jurnal Unesa. Depdiknas. (2004). Draft Naskah Akademik Sertifikasi Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Jakarta: P2TK Ditjen Dikti. Dikdas. (2016). Data dan Informasi Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul Tahun 2016. Bantul: Dinas Pendidikan Dasar. Djiwandono, S. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo. Duwi, P. (2014). SPSS 22 Pengolah Data Terpraktis. Yogyakarta: Andi Offset. Epita, D., N & Utoyo, S., D. (2013). Hubungan antara psychological well-being dan kepuasan kerja pada pns organisasi pemerintahan di Yogyakarta. Jurnal Universitas Indonesia. Fanani, Z., & Aji, B. (2012). Gaji Sebulan Hanya Cukup Dimakan Seminggu. Kedaulatan Rakyat. Diambil tanggal 20 Maret, 2015, dari http://www.Gaji Sebulan Hanya Cukup Dimakan Seminggu - Kedaulatan Rakyat Online Yogyakarta.htm. Guru, Agen Perubahan Bangsa. (2015). Kompas tanggal 24 November, 2015. Hutapea, Bonar. (2011). Emotional intelegence and psychological well-being pada manusia lanjut usia anggota organisasi berbasis keagamaan di jakarta. Jurnal Insan, Vol. 13(2). Ichwan. (2010). Kenaikan Gaji PNS Tinggal Menunggu PP. Diambil tanggal 12 Mei. 2015, dari https://ichwan15788.wordpress.com/2010/01/08/kenaikangaji-pns-tinggal-menunggu-pp/ . Iriani, F., & Ninawati. (2005). Gambaran kesejahteraan psikologis pada dewasa muda ditinjau dari pola attachment. Jurnal Psikologi, Vol. 3(1). Kahneman, D., E. Diener., & N. Schwarz. (1999). Well-being: the foundations of hedonic psychology. Russel sage Foundation. New York. Lianawati, E. (2008). Kesejahteraan psikologis istri ditinjau dari sikap peran gender pada pasutri muslim. Jurnal Psikologi, Vol.2(1).
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
Mansyurpribadi. (2009). Perlindungan hukum bagi guru. Diambil tanggal 17 Oktober, 2015, dari http://mansyurpribadi.blogspot.com/2009/12/perlindungan-hukum-bagiguru.html). Mulyasa, E. (2006). Menjadi Guru Professional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. (2007). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nurlailiwangi, E., Coralia, F., dkk. (2013). Studi mengenai kesejahteraan psikologis lansia di balai perlindungan sosial tresna werdha (BPSTW) ciparay bandung. Jurnal Psikologi Indonesia, Vol. X(1), 1-6. Padmawati (2010). Kajian yuridis status hukum tenaga guru honorer pemerintah kota surakarta pada dinas pendidikan pemuda dan olahraga kota surakarta menurut undang-undang nomor 43 tahun 1999 tentang pokok-pokok kepegawaian. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Pradono, J., & Sulistyowati, N. (2014). Hubungan antara tingkat pendidikan, pengetahuan tentang kesehatan lingkungan, perilaku hidup sehat dengan status kesehatan. Studi korelasi pada penduduk umur 10-24 tahun di Jakarta pusat. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Vol. 17(1), 89-95. Putri, A., & Suryadi, D. (2007). Gambaran kesejahteraan psikologis selebriti menjelang masa lanjut usia: studi pada penyanyi wanita era 60-an. Arkhe, No. 2, 101-112. Rachmawati, F., & Nashori, F. (2013). Koping religius dan kebahagiaan psikologis pada lanjut usia. Jurnal Psikologika, Vol. 18(2). Rajawane, I., & Chairani, L. Hubungan religiusitas dengan kesejahteraan psikologis pada lanjut usia. Jurnal Psikologi, Hal. 47-60. Rimang, S. (2011). Meraih Predikat Guru dan Dosen Paripurna. Bandung: Alfabeta. Rusdiana, D., & Fahmi, F. (2015). Upah Guru Honorer Akan Sesuai UMK Dapat Tunjangan Juga. Harian Terbit. Diambil tanggal 20 Maret, 2015, dari http://harianterbit.com/hanterhumaniora/read/2015/01/16/16476/0/40/Upa h-Guru-Honorer-Akan-Sesuai-UMK-Dapat-Tunjangan-Juga. Ryan, R.M., Huta, V., & Deci, E.L. (2008). Living well: a self-determination theory perspective on eudaimonia. Journal of Happiness Studies, 9, 139170.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
Ryff, D. Caroll. (1989). Happines is everything, or is it? explorations on the meaning of psychological well-being. Journal of Personality Social Psychology. 56(6), 1069-1081. Ryff, D. Caroll. (1995). Psychological well-being in adult life. Current Directions in Psychological Science, 4(4), 99-104. Ryff, D. Caroll., & Keyes, C.L.M. (1995). The structure of psychological wellbeing revisited. Journal of Personality and Social Psychology, 69, 719727. Ryff, D. Caroll., & Singer, B. (1998). The contours of positive human health. Psychological Inquiry, 9, 1-28. Ryff, D. Caroll. (2013). Psychological well-being revisited: advances in the science and practice of eudaimonia. Psychoter Psychosom, 83, 10-28. Setiawan, H., & Budiningsih, T. (2014). Psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di kecamatan wonotunggal kabupaten batang. Jurnal Psikologi Pendidikan, Vol. 3(1). Suciptoardi. (2010). Pengertian GTT (Guru Tidak Tetap) Sekolah Negeri. Diambil tanggal 17 Oktober, 2015, dari http://suciptoardiwordpress.com/2010/02/17/pengertian-gtt-guru-tidak-tetap-sekolahnegeri). Sugianto, I. R. (2000). Status lajang dan psychological well-being pada pria dan wanita lajang usia 30-40 tahun di Jakarta. Phronesis, Vol. 2(4), 67-76. Sukmadinata, S. (2009). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sumule, R.P., & Taganing, N.M. (2008). Psychological wellbeing pada guru yang bekerja di yayasan pesat nabire. Depok: Fakultas Psikologi Unoversitas Gunadarma. Supradewi, R., & Rohmatun. Hubungan antara stres terhadap masa depan dengan perilaku marah pada guru honorer. Proyeksi, Vol. 6(1), 82-88. Supratiknya, A. (2014). Pengukuran Psikologis. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma. Supratiknya, A. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dalam Psikologi. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
Susanti. (2012). Hubungan harga diri dan psychological well-being pada wanita lajang ditinjau dari bidang pekerjaan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Vol. 1(1). Tenggara, H., Zamralita., dkk. (2008). Kepuasan kerja dan kesejahteraan psikologis karyawan. Phronesis Jurnal Ilmiah Psikologi Industri dan Organisasi, Vol. 10(1), 96-115. Yudha, S. (2001). Perbandingan tingkat kepuasan kerja antara kelompok guru yang berstatus tetap dan kelompok guru yang berstatus honorer. Jurnal Phronesis, Vol.3, No. 5. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Pasal 1 tentang Pegawai Negeri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
LAMPIRAN 1
SKALA KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS SEBELUM UJI COBA
67
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
SKALA PENELITIAN
Disusun oleh: Fitria 119114106
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
PENGANTAR
Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Nama : Fitria Nim
: 119114106
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir/ skripsi, maka saya hendak melaksanakan penelitian terhadap Bapak/ Ibu guru honorer Sekolah Negeri di Kabupaten Bantul. Penelitian ini hanya akan berjalan dengan baik atas bantuan Bapak/ Ibu. Oleh sebab itu, saya memohon kesediaan Bapak/ Ibu untuk mengisi skala berikut dengan cara apa adanya. Hasil jawaban Bapak/ Ibu hanya akan dipergunakan untuk kepentingan penelitian, sehingga jawaban Bapak/ Ibu akan dijamin kerahasiaannya. Apabila ada hal yang kurang dipahami dapat bertanya langsung kepada peneliti. Atas perhatian dan kesediaan Bapak/ Ibu dalam penelitian ini saya ucapkan terimakasih.
Hormat saya,
Fitria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
LEMBAR PERNYATAAN KESEDIAAN UNTUK IKUT PENELITIAN (INFORMED CONSENT)
Setelah membaca penjelasan mengenai penelitian ini, saya bersedia untuk terlibat dalam penelitian ini dengan mengisi kuesioner tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Seluruh jawaban yang saya berikan pada kuesioner ini sungguhsungguh sesuai dengan apa yang saya alami.
Yogyakarta,………………….2016
(
) Nama lengkap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
IDENTITAS DIRI (Identitas Bapak/ Ibu akan dirahasiakan)
Inisial
:
Usia
:
Jenis kelamin
: ( ) Laki-laki
tahun
( ) Perempuan Pendidikan terakhir
:
Status pernikahan
: ( ) Belum menikah ( ) Menikah, tanpa anak ( ) Menikah, dengan 1 anak ( ) Menikah, dengan 2 anak ( ) Menikah, dengan lebih dari 2 anak, yaitu …
Pekerjaan Suami/ Istri : Honorarium sebagai guru honorer
: Rp
perbulan
Penghasilan keluarga
: Rp
perbulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
PETUNJUK PENGISIAN
Skala ini terdiri atas 84 butir pernyataan. 1.
Bacalah setiap pernyataan dengan seksama. Kemudian berikan jawaban Bapak/ Ibu pada lembar jawaban yang sudah disediakan dengan memberikan tanda silang (X) pada kolom yang sudah tersedia, yaitu :
2.
STS
: bila “Sangat Tidak Setuju” dengan pernyataan tersebut
TS
: bila “Tidak Setuju” dengan pernyataan tersebut
S
: bila “Setuju” dengan pernyataan tersebut
SS
: bila “Sangat Setuju” dengan pernyataan tersebut
Bapak /Ibu dimohon mengisi sesuai dengan keadaan yang sebenarbenarnya. Setiap orang memiliki jawaban yang berbeda namun semua jawaban dianggap BENAR dan tidak ada jawaban yang dianggap SALAH. Jawaban yang paling benar adalah jawaban yang sesuai dengan diri Bapak/ Ibu.
3.
Jika Bapak/ Ibu ingin mengganti jawaban, berilah tanda sama dengan (=) pada jawaban yang tidak sesuai lalu berilah tanda (X) pada jawaban yang lebih sesuai dengan diri Bapak/ Ibu.
No. 1.
Pernyataan Saya memiliki arah dan tujuan hidup
STS
TS X
4. Jawablah semua pernyataan, jangan ada yang terlewati.
Pilihan ATS AS
S X
SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
No.
Pernyataan
1.
Saya mudah bergaul dengan orang lain.
2.
Saya merasa sulit membuat perubahan dalam diri saya.
3.
Saya mudah terpengaruh oleh penilaian orang lain.
4.
Saya cenderung pasrah jika yang saya dapatkan tidak sesuai dengan harapan.
5.
Saya merasa puas dengan apa yang telah saya capai.
6.
Saya selalu melaksanakan rencana yang telah saya tentukan untuk diri saya.
7.
Bagi saya hari esok harus lebih baik dari hari ini.
8.
Saya bangga dengan diri saya.
9.
Saya mampu mengatur keuangan dan mengatasi masalahmasalah saya.
10.
Saya tidak menggantungkan hidup saya pada orang lain.
11.
Sudah lama saya tidak berusaha melakukan perbaikan besar dalam hidup.
12.
Lebih baik mengurusi diri sendiri daripada mencampuri urusan orang lain.
13.
Saya merasa telah menyia-nyiakan banyak waktu dengan hal-hal yang tidak bermanfaat.
14.
Saya adalah orang yang memiliki pendirian kuat.
15.
Saya menganggap beberapa teman sebagai musuh.
16.
Saya memiliki banyak potensi.
17.
Saya mampu mengatur pelaksanaan program kerja saya.
18.
Saya merasa tidak ada lagi yang akan saya capai dalam kehidupan saya.
19.
Saya kecewa dengan apa yang telah saya capai dalam hidup.
20.
Saya mudah terpengaruh pendapat orang lain dalam membuat keputusan.
STS
TS
S
SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
No.
Pernyataan
21.
Saya tidak peduli pada teman yang butuh bantuan saya.
22.
Saya merasa sulit mengatur kehidupan saya.
23.
Banyak orang lain hanya ingin mengambil keuntungan dari saya.
24.
Saya menyadari dan menerima kelebihan dan kekurangan yang saya miliki.
25.
Saya menikmati kehidupan yang saya jalani saat ini.
26.
Saya merasa optimis dengan masa depan saya.
27.
Saya sedih melihat orang yang kesusahan.
28.
Saya berani berpendapat meskipun berbeda dengan pendapat orang lain.
29.
Saya tidak malu mengakui kelemahan saya.
30.
Tuntutan hidup sehari-hari sering membuat saya merasa patah semangat.
31.
Selama ini saya hanya melakukan tuntutan orang lain.
32.
Saya sering merasa tak berdaya menghadapi masalah di sekitar saya.
33.
Saya malu dengan kekurangan yang saya miliki.
34.
Saya bersyukur dengan status saya sebagai guru honorer.
35.
Saya memiliki arah dan tujuan hidup.
36.
Saya kesulitan menentukan prioritas.
37.
Saya adalah orang yang peduli terhadap orang-orang di sekitar saya.
38.
Saya mampu memanfaatkan kesempatan secara efektif.
39.
Saya merasa kesulitan untuk bersikap terbuka terhadap orang lain.
40.
Saya belajar tentang berbagai hal setiap waktu.
41.
Saya tertarik dengan kegiatan yang dapat menambah pengetahuan saya.
STS
TS
S
SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
No. 42.
Pernyataan Mempelajari hal baru sering hanya terasa menambah beban.
43.
Saya adalah orang yang lemah.
44.
Saya takut jika pendapat saya berbeda dengan pendapat orang lain.
45.
Saya fokus pada masa sekarang daripada memikirkan masa depan.
46.
Kehidupan yang saya jalani saat ini tidak sesuai dengan impian saya.
47.
Kebanyakan orang memiliki lebih banyak teman daripada saya.
48.
Saya merasa bosan akan kehidupan saya.
49.
Saya sering memandang kehidupan orang lain jauh lebih baik dibanding saya.
50.
Saya takut mendapatkan teguran karena kesalahan dalam melakukan sesuatu.
51.
Saya tidak ragu untuk menyapa orang lain lebih dulu.
52.
Saya bersedia menerima kritik dari orang lain untuk memperbaiki diri saya.
53.
Dari pada kena hukuman, lebih baik merubah pemikiran kita.
54.
Saya pasrah dengan apa yang akan terjadi dalam hidup saya.
55.
Saya sering kesulitan menerima tugas yang tidak sesuai dengan bidang saya.
56.
Saya sering merasa ragu terhadap hasil pekerjaan saya.
57.
Saya biasa mengerjakan hal-hal penting terlebih dulu.
58.
Sulit bagi saya untuk menjawab mengenai visi dan misi dalam hidup saya.
STS
TS
S
SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
No. 59.
Pernyataan Saya bertindak atas keinginan sendiri, tidak didasarkan oleh keinginan orang lain.
60.
Saya merasa memperoleh banyak hal dari persahabatan saya dengan banyak orang.
61.
Masa sekarang dan masa lalu memiliki makna bagi saya.
62.
Saya mampu menyelesaikan setiap tugas yang diberikan kepada saya.
63.
Saya dapat mengontrol emosi dan tindakan meskipun saya sedang tertekan.
64.
Bagi saya, kehidupan adalah proses belajar, berkembang dan tumbuh secara berkelanjutan.
65.
Saya merasa bahagia melihat diri saya sendiri, jika membandingkan dengan teman atau kenalan saya.
66.
Saya lebih senang mengambil keputusan sendiri daripada bergantung pada persetujuan orang lain.
67.
Saya tidak menyesali apapun yang pernah terjadi di masa lalu.
68.
Saya dapat mempercayai teman-teman saya.
69.
Tak masalah jika yang saya anggap penting ternyata dianggap tidak penting oleh orang lain.
70.
Saya mampu menjalani semua kesibukan saya.
71.
Saya senang membuat rencana untuk masa depan saya.
72.
Saya senang bahwa pandangan-pandangan saya bertambah matang dari tahun ke tahun.
73.
Seandainya ada kesempatan, ada banyak hal dalam diri saya yang akan saya ubah.
74.
Saya kesulitan menemukan orang dekat yang bisa mendengarkan saya.
STS
TS
S
SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
No. 75.
Pernyataan Saya khawatir terhadap penilaian orang atas pilihan yang saya buat dalam hidup.
76.
Saya tidak terlalu cocok dengan komunitas di sekitar saya.
77.
Apa yang saya kerjakan sering terasa tidak penting bagi saya.
78.
Saya merasa kurang nyaman berada dalam situasi baru yang menuntut perubahan cara kerja yang sudah menjadi kebiasaan saya.
79.
Saya dapat menjadi pendengar yang baik saat orang lain curhat kepada saya.
80.
Saya mampu membangun gaya hidup sesuai dengan apa yang saya sukai.
81.
Saya memperoleh banyak wawasan yang membuat saya semakin berkembang.
82.
Saya iri dengan kehidupan orang lain.
83.
Saya khawatir akan apa yang orang lain pikirkan tentang diri saya.
84.
Menentukan tujuan bagi diri sendiri terasa hanya buangbuang waktu saja.
**TERIMAKASIH**
STS
TS
S
SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
HASIL RELIABILITAS, DAN DAYA DISKRIMINASI SKALA KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS
soal1 soal2 soal3 soal4 soal5 soal6 soal7 soal8 soal9 soal10 soal11 soal12 soal13 soal14 soal15 soal16 soal17 soal18 soal19 soal20 soal21 soal22 soal23 soal24 soal25 soal26 soal27 soal28 soal29 soal30 soal31
Item-Total Statistics Scale Mean Scale Corrected Cronbach's if Item Variance if Item-Total Alpha if Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted 254.13 246.389 .428 .912 254.55 247.235 .409 .912 254.45 247.201 .357 .913 254.37 251.999 .104 .915 255.05 256.387 -.118 .917 254.35 248.943 .384 .913 253.75 251.953 .110 .915 254.28 248.139 .337 .913 254.42 246.383 .450 .912 254.23 247.707 .363 .913 254.57 247.436 .328 .913 255.68 255.779 -.082 .918 254.62 249.732 .190 .914 254.40 244.922 .598 .911 253.98 246.729 .461 .912 254.37 249.762 .337 .913 254.38 250.410 .345 .913 253.95 246.319 .405 .912 254.15 244.265 .636 .911 254.40 247.532 .370 .913 253.87 245.507 .542 .912 254.40 247.532 .331 .913 254.48 249.339 .274 .913 254.07 247.995 .393 .913 254.12 246.986 .414 .912 254.03 244.846 .553 .911 254.13 247.948 .339 .913 254.27 246.029 .613 .912 254.27 245.860 .415 .912 254.52 249.813 .248 .914 254.23 248.724 .381 .913
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
soal32 soal33 soal34 soal35 soal36 soal37 soal38 soal39 soal40 soal41 soal42 soal43 soal44 soal45 soal46 soal47 soal48 soal49 soal50 soal51 soal52 soal53 soal54 soal55 soal56 soal57 soal58 soal59 soal60 soal61 soal62 soal63 soal64 soal65 soal66 soal67 soal68 soal69 soal70 soal71
254.45 254.27 254.18 254.00 254.50 254.10 254.40 254.82 254.17 253.92 254.23 254.12 254.27 254.63 254.75 254.43 254.22 254.62 254.58 254.02 254.00 255.12 254.58 254.82 254.67 254.15 254.60 254.60 253.97 253.98 254.35 254.42 253.83 254.47 254.87 254.50 254.58 254.43 254.25 254.10
245.133 248.572 249.949 245.390 250.119 249.346 245.532 257.678 246.006 244.688 248.419 246.410 246.504 246.541 248.021 248.284 245.698 248.512 247.840 249.169 247.186 256.749 251.129 254.186 250.395 246.367 248.447 247.295 245.829 244.457 247.960 247.400 246.650 250.321 248.490 251.678 252.586 247.606 247.004 245.854
.562 .379 .272 .550 .349 .312 .519 -.201 .462 .590 .446 .448 .452 .408 .313 .325 .474 .272 .317 .287 .405 -.149 .122 -.011 .228 .463 .388 .310 .376 .608 .386 .389 .474 .240 .262 .122 .073 .454 .441 .548
.912 .913 .913 .912 .913 .913 .912 .917 .912 .911 .912 .912 .912 .912 .913 .913 .912 .913 .913 .913 .912 .916 .915 .915 .914 .912 .913 .913 .913 .911 .913 .913 .912 .914 .914 .914 .915 .912 .912 .912
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
soal72 254.10 244.939 .567 .911 soal73 255.75 260.936 -.426 .918 soal74 254.50 252.220 .107 .914 soal75 254.62 255.054 -.068 .915 soal76 254.37 250.846 .252 .913 soal77 254.30 246.553 .509 .912 soal78 254.53 248.084 .431 .912 soal79 254.10 244.939 .433 .912 soal80 254.53 248.084 .323 .913 soal81 254.18 248.627 .361 .913 soal82 254.07 247.080 .396 .913 soal83 254.43 247.809 .333 .913 soal84 254.07 246.741 .355 .913 Catatan. Warna kuning adalah item-item yang gugur setelah seleksi item dengan rit ≤ 0,20. Warna hijau adalah item yang gugur setelah rit ≤ 0,23. Warna abu-abu adalah item-item yang gugur untuk menyeimbangkan jumlah item pada masingmasing aspek antara item favorable dan unfavorable.
Daya Diskriminasi Skala Kesejahteraan Psikologis/ Penghitungan Delta Ferguson δ = (n+1) (N2 - ∑fi2) / nN2 = (60+1) (1932 – 1022) / 60.1932 = 61. (37249 – 1022) / 60. 37249 = 2209847 / 2234940 = 0,988
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
LAMPIRAN 2
SKALA KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS UNTUK PENELITIAN
81
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
SKALA PENELITIAN
Disusun oleh: Fitria 119114106
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
PENGANTAR
Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Nama : Fitria Nim
: 119114106
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir/ skripsi, maka saya hendak melaksanakan penelitian terhadap Bapak/ Ibu guru honorer Sekolah Negeri di Kabupaten Bantul. Penelitian ini hanya akan berjalan dengan baik atas bantuan Bapak/ Ibu. Oleh sebab itu, saya memohon kesediaan Bapak/ Ibu untuk mengisi skala berikut dengan cara apa adanya. Hasil jawaban Bapak/ Ibu hanya akan dipergunakan untuk kepentingan penelitian, sehingga jawaban Bapak/ Ibu akan dijamin kerahasiaannya. Apabila ada hal yang kurang dipahami dapat bertanya langsung kepada peneliti. Atas perhatian dan kesediaan Bapak/ Ibu dalam penelitian ini saya ucapkan terimakasih.
Hormat saya,
Fitria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
LEMBAR PERNYATAAN KESEDIAAN UNTUK IKUT PENELITIAN (INFORMED CONSENT)
Setelah membaca penjelasan mengenai penelitian ini, saya bersedia untuk terlibat dalam penelitian ini dengan mengisi kuesioner tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Seluruh jawaban yang saya berikan pada kuesioner ini sungguhsungguh sesuai dengan apa yang saya alami.
Yogyakarta,………………….2016
(
) Nama lengkap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
IDENTITAS DIRI (Identitas Bapak/ Ibu akan dirahasiakan)
Inisial
:
Usia
:
Jenis kelamin
: ( ) Laki-laki
tahun
( ) Perempuan Pendidikan terakhir
:
Status pernikahan
: ( ) Belum menikah ( ) Menikah, tanpa anak ( ) Menikah, dengan 1 anak ( ) Menikah, dengan 2 anak ( ) Menikah, dengan lebih dari 2 anak, yaitu …
Pekerjaan Suami/ Istri : Honorarium sebagai guru honorer
: Rp
perbulan
Penghasilan keluarga
: Rp
perbulan
(bagi yang sudah menikah)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
PETUNJUK PENGISIAN
Skala ini terdiri atas 60 butir pernyataan. 1.
Bacalah setiap pernyataan dengan seksama. Kemudian berikan jawaban Bapak/ Ibu pada lembar jawaban yang sudah disediakan dengan memberikan tanda silang (X) pada kolom yang sudah tersedia, yaitu :
2.
STS
: bila “Sangat Tidak Setuju” dengan pernyataan tersebut
TS
: bila “Tidak Setuju” dengan pernyataan tersebut
S
: bila “Setuju” dengan pernyataan tersebut
SS
: bila “Sangat Setuju” dengan pernyataan tersebut
Bapak /Ibu dimohon mengisi sesuai dengan keadaan yang sebenarbenarnya. Setiap orang memiliki jawaban yang berbeda namun semua jawaban dianggap BENAR dan tidak ada jawaban yang dianggap SALAH. Jawaban yang paling benar adalah jawaban yang sesuai dengan diri Bapak/ Ibu.
3.
Jika Bapak/ Ibu ingin mengganti jawaban, berilah tanda sama dengan (=) pada jawaban yang tidak sesuai lalu berilah tanda (X) pada jawaban yang lebih sesuai dengan diri Bapak/ Ibu.
No. 1.
Pernyataan Saya memiliki arah dan tujuan hidup
STS
TS X
4. Jawablah semua pernyataan, jangan ada yang terlewati.
Pilihan ATS AS
S X
SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
No.
Pernyataan
1.
Saya mudah bergaul dengan orang lain.
2.
Saya merasa sulit membuat perubahan dalam diri saya.
3.
Saya mudah terpengaruh oleh penilaian orang lain.
4.
Saya selalu melaksanakan rencana yang telah saya tentukan untuk diri saya.
5.
Saya bangga dengan diri saya.
6.
Saya mampu mengatur keuangan dan mengatasi masalahmasalah saya.
7.
Saya tidak menggantungkan hidup saya pada orang lain.
8.
Sudah lama saya tidak berusaha melakukan perbaikan besar dalam hidup.
9.
Saya adalah orang yang memiliki pendirian kuat.
10.
Saya menganggap beberapa teman sebagai musuh.
11.
Saya merasa tidak ada lagi yang akan saya capai dalam kehidupan saya.
12.
Saya kecewa dengan apa yang telah saya capai dalam hidup.
13.
Saya mudah terpengaruh pendapat orang lain dalam membuat keputusan.
14.
Saya tidak peduli pada teman yang butuh bantuan saya.
15.
Saya merasa sulit mengatur kehidupan saya.
16.
Banyak orang lain hanya ingin mengambil keuntungan dari saya.
17.
Saya menyadari dan menerima kelebihan dan kekurangan yang saya miliki.
18.
Saya menikmati kehidupan yang saya jalani saat ini.
19.
Saya merasa optimis dengan masa depan saya.
20.
Saya sedih melihat orang yang kesusahan.
STS
TS
S
SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
No. 21.
Pernyataan Saya berani berpendapat meskipun berbeda dengan pendapat orang lain.
22.
Saya tidak malu mengakui kelemahan saya.
23.
Tuntutan hidup sehari-hari sering membuat saya merasa patah semangat.
24.
Selama ini saya hanya melakukan tuntutan orang lain.
25.
Saya sering merasa tak berdaya menghadapi masalah di sekitar saya.
26.
Saya malu dengan kekurangan yang saya miliki.
27.
Saya memiliki arah dan tujuan hidup.
28.
Saya kesulitan menentukan prioritas.
29.
Saya adalah orang yang peduli terhadap orang-orang di sekitar saya.
30.
Saya mampu memanfaatkan kesempatan secara efektif.
31.
Saya belajar tentang berbagai hal setiap waktu.
32.
Saya tertarik dengan kegiatan yang dapat menambah pengetahuan saya.
33.
Mempelajari hal baru sering hanya terasa menambah beban.
34.
Saya adalah orang yang lemah.
35.
Saya takut jika pendapat saya berbeda dengan pendapat orang lain.
36.
Saya fokus pada masa sekarang daripada memikirkan masa depan.
37.
Kehidupan yang saya jalani saat ini tidak sesuai dengan impian saya.
38.
Kebanyakan orang memiliki lebih banyak teman daripada saya.
39.
Saya merasa bosan akan kehidupan saya.
STS
TS
S
SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
No. 40.
Pernyataan Saya sering memandang kehidupan orang lain jauh lebih baik dibanding saya.
41.
Saya tidak ragu untuk menyapa orang lain lebih dulu.
42.
Saya bersedia menerima kritik dari orang lain untuk memperbaiki diri saya.
43.
Saya biasa mengerjakan hal-hal penting terlebih dulu.
44.
Sulit bagi saya untuk menjawab mengenai visi dan misi dalam hidup saya.
45.
Saya merasa memperoleh banyak hal dari persahabatan saya dengan banyak orang.
46.
Masa sekarang dan masa lalu memiliki makna bagi saya.
47.
Saya mampu menyelesaikan setiap tugas yang diberikan kepada saya.
48.
Saya dapat mengontrol emosi dan tindakan meskipun saya sedang tertekan.
49.
Bagi saya, kehidupan adalah proses belajar, berkembang dan tumbuh secara berkelanjutan.
50.
Tak masalah jika yang saya anggap penting ternyata dianggap tidak penting oleh orang lain.
51.
Saya mampu menjalani semua kesibukan saya.
52.
Saya senang membuat rencana untuk masa depan saya.
53.
Saya senang bahwa pandangan-pandangan saya bertambah matang dari tahun ke tahun.
54.
Saya tidak terlalu cocok dengan komunitas di sekitar saya.
55.
Apa yang saya kerjakan sering terasa tidak penting bagi saya.
56.
Saya merasa kurang nyaman berada dalam situasi baru yang menuntut perubahan cara kerja yang sudah menjadi kebiasaan saya.
STS
TS
S
SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
No. 57.
Pernyataan Saya dapat menjadi pendengar yang baik saat orang lain curhat kepada saya.
58.
Saya iri dengan kehidupan orang lain.
59.
Saya khawatir akan apa yang orang lain pikirkan tentang diri saya.
60.
Menentukan tujuan bagi diri sendiri terasa hanya buangbuang waktu saja.
**TERIMAKASIH**
STS
TS
S
SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
91
LAMPIRAN 3
Statistik Deskriptif Jenis Kelamin, Usia, Tingkat Pendidikan, dan Status Pernikahan, Statistik Dekriptif Kesejahteraan Psikologis, Uji One Sample T-test, Uji Asumsi, Analisis Mann Whitney U, Korelasi Spearman, Kruskal-Wallis
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
STATISTIK DESKRIPTIF JENIS KELAMIN, PENDIDIKAN, DAN STATUS PERNIKAHAN
USIA,
TIGKAT
Descriptive Statistics Jenis Kelamin Usia Tingkat pendidikan Status Pernikahan
Laki-laki Perempuan
Belum menikah Menikah tanpa anak Menikah dengan memiliki 1 anak Menikah dengan memiliki 2 anak Menikah dengan memiliki lebih dari 2 anak
N 59 134 193
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
22
45
30,14
6,121
193
12
18
15,83
0,840
77 19 49 41 7
STATISTIK DESKRIPTIF KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS Descriptive Statistics N Minimum Maximum Kesejahteraanpsikologis Valid N (listwise)
193 193
158
Mean
234
Std. Deviation
191.75
14.585
One-Sample Statistics N kesejahteraanpsikologis
Mean 193
Std. Deviation
191.75
Std. Error Mean
14.585
1.050
One-Sample Test Test Value = 150 95% Confidence Interval of Mean t kesejahteraanpsikologis
39.764
df
Sig. (2-tailed) 192
.000
Difference 41.746
the Difference Lower 39.68
Upper 43.82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
UJI ASUMSI -
Uji normalitas (Kolmogorov-Smirnov) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test kesejahteraan psikologis
N Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
193 191.75
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
14.585 .076 .076 -.053 .076 .009c
Test Statistic Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. -
Levene’s Test
Uji homogenitas jenis kelamin Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Kesejahter Equal aanpsikolo variances gis assumed Equal variances not assumed
14.94 9
Sig. .000
t
df
95% Confidence Sig. Std. (2- Mean Error Interval of the tailed Differ Differ Difference ) ence ence Lower Upper
2.4 191 97
.013 5.614 2.248 1.179
10.04 9
2.1 84. 87 315
.032 5.614 2.567
10.71 9
.509
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
Uji Linearitas Usia ANOVA Table Sum of Squares KPUSIA * Between USIA Groups
(Combined) 6731.815 Linearity .068 Deviation 6731.746 from Linearity Within Groups 34110.745 Total 40842.560
Mean Square
df
F
Sig.
23 1
292.688 .068
1.450 .000
.094 .985
22
305.988
1.516
.074
169 192
201.839
Uji linearitas Tingkat pendidikan
kptingkatpendidi Between kan * Groups TINGKATPEND IDIKAN
ANOVA Table Sum of Squares (Combined) 206.883 Linearity 67.719 Deviation from 139.164 Linearity
Within Groups Total
40664.464 40871.347
Levene’s test Uji homogenitas status pernikahan Test of Homogeneity of Variances KPPERNIKAHAN Levene Statistic 1.894
df1 4
df2 187
Sig. .113
3 1
Mean Square 68.961 67.719
2
69.582
189 192
215.156
df
F Sig. .321 .811 .315 .575 .323
.724
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
Analisis Mann-Whitney jenis kelamin Test Statisticsa Kesejahteraa npsikologis Mann-Whitney U 3342.000 Wilcoxon W 12387.000 Z -1.710 Asymp. Sig. (2.087 tailed) a. Grouping Variable: jeniskelamin Analisis Spearman usia Correlations USIA Spearman's rho
KPUSIA
USIA
Correlation Coefficient
1.000
-.044
KPUSIA
Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
. 193 -.044 .546 193
.546 193 1.000 . 193
Analisis Spearman Tingkat Pendidikan Correlations TINGKATPE Kptingkatpe NDIDIKAN ndidikan Spearman's rho
TINGKATPENDIDI KAN
Kptingkatpendidikan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
1.000
.043
. 193
.554 193
Correlation Coefficient
.043
1.000
Sig. (2-tailed) N
.554 193
. 193
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
Analisis Kruskal-Wallis Status pernikahan
a,b
Test Statistics
KPPERNIKAHA N Chi-Square Df Asymp. Sig. a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: PERNIKAHAN
.348 4 .987
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
LAMPIRAN 4
BUKTI SURAT-SURAT PENELITIAN
97
97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
鵬 KULTAS PSEKOLOGロ UNIVERSiTAS SANATA DHARMA Paingan,い Иaguwohalo,Depok,Sleman,Telp.883037,883968,886530
No. Hal
: :
Pes.2296 Fax.(0274)886529 Yogyakarta 55282
4TclDlKPlPsilUSD/III/20L6 Izin Penelitian
Kepada
Yth. Gubernur Daerah Istimewa Yogyakafta Kami terangkan dengan sesungguhnya bahwa pembawa surat idi
Nama
NIM
:
: Fitria : 119114106
Adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Untuk memenuhi data skipsi, mahasiswa yang bersangkutan meminta izin untuk melakukan membagikan kuisioner penelitian dengan partisipan Guru Honorer Sekolah Negeri di Kabupaten Bantul. Berkenaan dengan hal di atas, kami sampaikan surat ini sebagai pengantar dalam tugas mahasiswa yang bersangkutan. Kiranya BapaVlbu/Saudara/i dapat memberikan izin,
bantuan atau kerjasama seperlunya. Atas perhatian dan kerja sama BapaVlbu/Saudara/i, kami ucapkan terima kasih.
Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
触 翼覇朧 ぶPSttKO臨 OC目 UNIVERSITAS SANATA DHARMA Paingan,ヽ 4aguwoha可 o,DepOk,Sieman,Telp.883037,883968,886530 Pes.2296 Fax (0274)886529 Yogyakarta 55282
O a N H
47b I D I KP I Psi/USD/III I 2aL6
Izin Penelitian
KOpada Ythi Kepab Bappeda(Badan Pembangunan Daerah) Kabupattn Bantuし Yogyakarta /. Karniterangkan dengan sesungguhnya bahwa pembawa suratini:
Nama
NIM
:日 tna
ニ
:119114106
Adalah FnahaSiswa Fakultas Psiko:ogi Universibs Sanab Dharma′
Yogyakarta.′
Untuk memenuhi data skripsi′ mahasiswa yang bersangkutan merninね izin untuk melakukan membagikan kuisioner penelitian dengan partisipan Curu Honorer Sekolah Negeri di Kabupaten 3antul. Berkenaan dengan hal di atas′
karni sampalkan surat ini sebagai penganbr dalanl tugas
mahasiswa yang bersangkutan. Kiranya Bapak/1bu/Saudara/i dapat memberikan izin′
bantuan atau kttaSama sepenunyat Aね s perhattan dan keria sama Bapak/1bu/saudara′ ′kami ucapkan tenma kasihi
30 Maret 2016
Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
operatorl @yahoo.coilr
PEMERINTAH DAERAH DAERAH IS丁 lMEWA YOGYAKARTA
SEKRETAR:Att DAERAH
Kompleks Kepatihan,Danurelan,Telepon(0274)562811‐
562814(Hunting)
YOGYAKARTA 55213 SURAtt KETERANGAN/1JIN 070/REG/∨ /19/4/2016 Memba ca
S urat
:DE KAN
:30 MARET 2016
Tanqgal Mengrngat
1
No rno r
47C/D/KP/PSi′ USD′ :‖ /2016
Periha
1JIN PENELI丁 :AN/R:SE丁
. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2006, tentang Perizinan bagi Perguruan Tinggi As ng, Lembaga penelrtian dan
Pengembangan Asing, Badan Usaha Asing dan Orang Asrng dalam melakukan Kegitan Penelitian dan pengembangan di lndonesia: 2. PeratLrran Menteri Dalam Negeri Nomor 2O Tahun 2O'1 'l , tentang Pedoman Penelitian dan Pengembangan c1i Lingkungan Kernentrian Dalant Negel dan Pemerinlah Daerah, 3. Peraturan Gubernur Daerah lstinrewa Yogyakarla Nornor 37 Tahun 2008, tentang Rincian Tugas dan FUngsr Satuan Organisast di Lingkungan sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan perwakilan Rakyat Daerah. 4 Peraturan Gubernur Dacrah lslimcwa Yogyakarta Nomor 18 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelayanan perizinan, Rekomendasi Pelaksanaan Sr'irvei, Penelitian, Pendataan, Pengembangan, Pengkajran, dan Studi Lapangan di Daerah Istrmewa yogyakarta. D‖
」INKAN tlntuk meiakukan ke9 atar、
Nama
sし ,Ⅳ o′
lF:TR:A
pene tiar1/pendataan/perlgembangar1/pengkalian/Stud apangari kepadal
NIP/N lll :119114106
Abmat iFAKULTAS PSIKOLOG!,UNIVERSittAS SANAttA DHARMA YOGYAKARTA 」 udu ISttUDI EKSPLORAT:F ttENttANG KESEJAHttERAAN PS:KOLOGIS GURU HONORER SEKOLAH NEGERI DI KABUPAttEN BANTUL Lokas iDINAS PENDIDIKAN,PEMUDA DAN OLAHRAGA DlY ν Vaktu
ll APR:L2016s/dl」 UL1 2016
Dengan Ketentuan l Menyerahkan surat keterangan/り
n suⅣ eヴ pene
lan/pendataan/pengemban9an/pen9kal an/Studi apangan★ )daH Pemenntah Daerah DIY
kepada BupatrWa kota me a u nstitus yang ben″ enang mengeluarkan i n dimaksudi 2 ヽ4e nyera h ka〕 soft copy has pele tannya baik kepada Gし lbernt r Daerah lstime、 ″a Yo9 yakarta lmelaに l B「 o Adnninistrasl Pembangunan Setda DIY da anl cori,I)act disk(CD)lTlaupun n)e ri g t]9gah(口 P Oad)meat」 l wet)ste adbang lo91aprOV 90 d dan merlurllukkarn cetakan asll yang sudah disa lkan daln dibし lbuhl cap institls
3 り 「,lr]l hanya diper9unakan untuk kepettuan iri]la h,dal)perlne9a119 i r]、 ″al b inentaal ketentuarl yan9 bedaktl dilokasi ke9iatani
4 り pene tarl dapat diperpar]lang nlaksinla1 2(dua)ka dengan nlerlurllukkari suratirl kemba sebelur〕 r〕
perpaniangan Rne a ul webste adban9 1o91aprOv 9o di
5 りn
berakh r、 ″aktunya setelah mer)galukan
yang d be向 kan dapat d bata kan sewaktu― waktu apabla pemegang in in tdak memenuhiketentuan yan9 be‖
aku
Dikeluarkan di Yogyaka rta Pada tanggal 1 APRIL 2016
A.n Sekretarrs Daeral-t Asisten Perekonomian dan Pembanounan Ub,
Kepala Biro Admintstrasi Pembangunan
Drs Tn Mu yono、
MM
NIP 196208301989031 006 Tembusan i
ll:ど 顧
喬 〕賊 k早 鉦
冨
馴
:V呂
臥 冷 よ 憚 綻
RTA sEBACtt LAPORA叫
3.DINAS PEND:D:KAN,PEMUDA DAN OLAHRAGA DIY 4.DEKAN,UNiVERSITAS SANAttA DHARMA YOGYAKARttA 5.YANG BERSANGKUTAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI