STRATEGI PENGHIMPUNAN DANA ZAKAT DI SINGAPURA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh : ALI JAYA 1113046000041
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H / 2017 M
DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. IDENTITAS DIRI Nama
: Ali Jaya
Alamat
: Kelapa Dua Gg. K.H Marzuk No. 31 RT. 02/07 Kel. Kagungan Kec/kota Serang, Provinsi-Banten
Email
:
[email protected]
Tempat, Tanggal Lahir
: Serang, 15 Desember 1995
Agama
: Islam
Kewarganegaraan
: Indonesia
B. PENDIDIKAN FORMAL Pendidikan
Nama Lembaga
Kota
Tahun
SD
SDN 19 Serang
Serang
2001-2007
SMP
MTsN 1 Kota Serang
Serang
2007-2010
SMA
MAN 2 Kota Serang
Serang
2010-2013
Tangerang
2013-2017
Perguruan Tinggi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Selatan
C. PENGALAMAN ORGANISASI Lembaga/Institusi
Tahun
Sekretaris OSIS MTsN 1 Kota Serang
2007-2008
Wakil Ketua Remaja Islam Masjid MAN 2 Kota Serang
2010-2012
v
Kepala Bidang Pendidikan dan Keagaamaan OMM
2013-2015
(Organisasi Mahasantri Ma’had) Koordinator Keagamaan HMPS Mua’amalat FSH UIN
2013-2015
Jakarta Ketua Umum LAMDA (Lingkar Alumni MAN 2)
2015-2017
Sekjen Komisariat Dakwah (KOMDA) FSH UIN Jakarta 2015-2016 Koordinator Humas dan Media LiSenSi (Lingkar Studi Ekonomi Islam)
D. LATAR BELAKANG KELUARGA Ayah
: Muhayat
Tempat, Tanggal Lahir
: Serang, 17 Mei 1965
Pendidikan Terakhir
: MA
Ibu
: Farhah
Tempat, Tanggal Lahir
: Serang, 18 September 1968
Pendidikan Terakhir
: MA
vi
2015-2016
ABSTRACT Ali Jaya, 1113046000041, Zakat Fundraising Strategy in Singapore. Sharia Economic Studies Program, Faculty of Economics and Business, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1438 H / 2017 M. This study aims to determine the strategy of accumulating zakat funds in the State of Singapore. Starting from the institutions responsible for the collection of zakat, the strategy of aggregation and the impact of the implementation of the strategy on the accumulation of zakat funds in Singapore. In this study the authors use a qualitative approach, with data collection techniques are descriptive analysis. The data used in this study were obtained from the observation to the place of research, direct interviews to the relevant sources, as well as the collection of documentation as data collection techniques in this study. The results of this study show: First, based on the Administration of the Law of Islamic Law Act (AMLA) section 68 subsection (1) and (2) and subsection 69 (1) of 1968, concentration of activities, authority and all matters relating to the management, The distribution of zakat is carried out under the responsibility of Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS), precisely in the Unit of Strategy of Zakat and Endowments. Second, MUIS in collecting zakat funds using persuasive and technical strategies. Persuasive strategy is with promotions using brochures or advertisements, marketing personnel with shuttle ball, and religious lectures or regular recitation. Technical strategy (marketing), namely Utilization and Development of Technology and Information (on methods of collection), Product Development is about program work program and empowerment scheme. Further Development of Administration, and Human Resource Development (HRD). Third, the impact of the collection strategy occurs on the increase of zakat collection in Singapore each year, and at the level of distribution, so that the positive impact can be felt by the community as well as the availability of religious-social funds, the availability of educational facilities, health, social services and the availability of good means of worship . Keyword: Zakat, Majlis Ugama Islam Singapore, Fundraising Strategy, Singapore,
vii
ABSTRAK Ali Jaya, NIM: 1113046000041, Strategi Penghimpunan Dana Zakat di Singapura. Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1438 H / 2017 M. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi penghimpunan dana zakat di Negara Singapura. Mulai dari lembaga yang bertanggung jawab dalam penghimpunan zakat, strategi penghimpunan serta dampak penerapan strategi terhadap penghimpunan dana zakat di Singapura. Dalam Penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif, dengan teknik pengumpulan data bersifat analisis deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi ketempat penelitian, wawancara langsung kepada narasumber terkait, serta pengumpulan dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukan: Pertama, berdasarkan Administrasi Undang-Undang Hukum Islam (AMLA) Pasal 68 ayat (1) dan (2) dan 69 ayat (1) tahun 1968, pemusatan aktivitas, wewenang dan seluruh hal yang berhubungan dengan pengelolaan, penghimpunan dan pendistribusian zakat dilaksanakan di bawah tanggung jawab Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS), tepatnya di bagian Unit Strategi Zakat dan Wakaf. Kedua, MUIS dalam menghimpun dana zakat menggunakan strategi persuasif dan teknis. Strategi persuasif yaitu dengan promosi-promosi menggunakan brosur atau iklan-iklan, tenaga marketing dengan jemput bola, dan ceramah keagamaan atau pengajian rutin. Strategi teknis (pemasaran), yaitu Pemanfataan dan Pengembangan Teknologi dan Informasi (mengenai metodemetode penghimpunan), Pengembangan Produk yaitu mengenai program-program kerja dan skema pemberdayaan. Selanjutnya Pengembangan Administrasi, dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Ketiga, dampak dari strategi penghimpunan terjadi pada peningkatan koleksi zakat di Singapura setiap tahunnya, dan pada tingkat penyalurannya, sehingga dampak positifnya dapat dirasakan masyarakat juga dalam hal ketersediaannya dana sosial-keagamaan, tersedianya sarana pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial dan tersedianya sarana ibadah yang baik. Keyword : Zakat, Majlis Ugama Islam Singapura, Strategi Penghimpunan, Singapura,
viii
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Program Studi Ekonomi Syariah Konsentrasi Manajemen ZISWAF Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada : 1. Bapak Dr.Phil. Asep Saepudin Jahar, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang penulis hormati dan menjadi guru bagi kita semua. 2. Bapak AM Hasan Ali, MA., selaku ketua Program Studi Muamalat dan Bapak Dr. Abdurrauf, Lc., MA yang selalu memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama menjadi mahasiswa prodi Muamalat. 3. Bapak Dr. H. Moch. Bukhori Muslim, Lc., MA, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan serta membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah membalas budi baik Bapak. 4. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum, para guru dan asatidz yang telah mendidik dan mentransfer ilmunya kepada penulis. 5. Pimpinan dan seluruh staf karyawan bagian Akademik dan Perpustakaan, baik perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum maupun Perpustakaan Utama dalam membantu penulis mencari sumber-sumber yang diperlukan. 6. Haji Dr. K.M Deen, Ph.D selaku ketua Social Trust Fund dan pengurus Majlis Ugama Islam Singapura yang dalam kesibukannya secara ikhlas bersedia menjadi interviewee dalam penelitian ini ix
8. Arif Rahman Taba Abi, selaku Pengurus I-Read Qur’an Centre Singapura yang telah menyedikan tempat dan waktunya untuk menjadi interviewee dalam penelitian ini. 9. Ayahanda Muhayat dan Ibunda Farhah, kupersembahkan skripsi ini untuk kedua orang tuaku yang selalu memberikan do’a, restu dan motivasi untuk terus belajar. Untuk kaka tercinta, Roihatul Jannah dan Tatang Sutisna yang telah membantu baik dari segi moril maupun materil. 10. Saudara se-ideologis yang aktif dalam kajian Lingkar Studi Ekonomi Syariah (LiSenSi), LAMDA UIN Jakarta, Forum Mahasiswa Bidikmisi (FORMABI), Organisasi Mahasantri Ma’had (OMM), Komisariat Dakwah (KomDa) FSH, HMPS Muamalat, dan University Day Out, dimana penulis diberikan ruang untuk terus beraktualisasi dan disini penulis belajar untuk selalu berusaha menjadi manusia yang bermanfaat. 11.
Teman-teman
seperjuangan
UIN
Bersatu,
Muamalat
2013,
KKN
Lagukandama, mahasantri Ma’had Ali Al-Jami’ah dan UICCI – Sulaimaniyyah, serta Mahasiswa PDU MUI Jakarta Selatan, dimana penulis belajar untuk terus memahami arti persaudaraan dan kebersamaan. 12. Semua pihak yang telah membantu penulis baik selama masa pendidikan hingga pengerjaan skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian semua. Akhir kata, penulis berharap Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran dan saran untuk perkembangan dalam pendidikan dan ilmu pengetahuan. Amiin.
x
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………. i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………………… ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN …………………………………………... iii LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………………… iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………………………………………………… v ABSTRACT …………………………………………………………………… vii ABSTRAK ………..…………………………….…………………………….. viii KATA PENGANTAR ……………………………………………………...….. ix DAFTAR ISI …………………………………………………………………… xi DAFTAR TABEL ………………..…………………….…………………..… xiv DAFTAR GRAFIK ……………………………………….…………...….…... xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………………………………………..…….. 1 B. Identifikasi Masalah ……………………………………..………...….. 8 C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……………………………...…. 8 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………...…………..……. 9 E. Review Studi Terdahulu …………………………………….............. 10 F. Metode Penelitian ……………………….…………………………… 12 G. Sistematika Penulisan …………………….…….…………………… 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Strategi Penghimpunan Zakat …………………………….. 16 1. Pengertian Strategi ………………………………………………... 16
xi
2. Strategi Penghimpunan Zakat …………….….…………………… 17 B. Zakat ………………………………………………………………… 19 1. Pengertian Zakat ……………………………………….…………. 19 2. Dasar Hukum Zakat ……………………………...…….………… 23 3. Hikmah dan Manfaat Zakat ………………………………………. 25 4. Syarat-syarat Harta yang wajib di Zakati ……….……………....... 28 5. Golongan yang berhak menerima Zakat …………...………..…… 28 6. Urgensi Lembaga Pengelola Zakat ……….……………………… 35 7. Penghimpunan Zakat ……………………………….…………….. 38 BAB III PROFIL NEGARA SINGAPURA DAN MAJLIS UGAMA ISLAM SINGAPURA A. Gambaran Umum Negara Singapura ……………………………….. 44 B. Sejarah Perkembangan Zakat di Singapura dan Pendirian Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS) ……………….…………… 52 C. Kedudukan dan Peran Majelis Ugama Islam Singapura (Struktur Organisasi, Visi, Misi dan Fungsi MUIS) …………………………… 59 BAB IV ANALISIS PENGHIMPUNAN DANA ZAKAT MAJLIS UGAMA ISLAM SINGAPURA A. Tanggung Jawab dan Wewenang Majlis Ugama Islam Singapura dalam Penghimpunan Zakat di Singapura …………………………………. 65 B. Strategi Penghimpunan Dana Zakat pada Majlis Ugama Islam Singapura…………………………………….…….………...……….. 70
xii
C. Dampak Penerapan Strategi Penghimpunan Dana Zakat Majlis Ugama Islam Singapura …...………..……………………………………...…… 85 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……………………………...…….……….………...….. 98 B. Saran ………………………………….……….……….…..……..…. 99 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………….…………….. 101 LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL Tabel 1 Statistik Penduduk Singapura Berdasarkan Agama …………………....46 Tabel 2 Daftar Masjid Pusat Pungutan Zakat ……………….…...……….……. 83 Tabel 3 Penyaluran Bantuan dan Pembangunan Utama …………..……....…… 96
xiv
DAFTAR GRAFIK Gambar 1 Struktur Majlis Ugama Islam Singapura …………………………... 62 Gambar 2 Struktur Organisasi Unit Strategis Zakat dan Wakaf …………..….. 67 Gambar 3 Grafik Koleksi Zakat Harta dan Zakat Fitrah Tahun 2011-2015 ...... 84 Gambar 4 Grafik Koleksi Zakat Harta dan Zakat Fitrah Tahun 2003-2011 ...... 86 Gambar 5 Grafik Penyaluran Zakat Harta dan Fitrah Tahun 2003-2011 ……... 87
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di tengah-tengah problematika perekonomian, zakat muncul menjadi instrumen pembangunan ekonomi dan pengentasan kemiskinan umat. Zakat memiliki banyak keunggulan dibandingkan instrumen fiskal konvensional yang kini telah ada.1 Banyak pemikiran dan teori yang dikemukakan oleh para ahli dalam rangka menanggulangi masalah kemiskinan. Namun tidak semua teori dapat dipraktekkan dan dapat menanggulangi kemiskinan. Diharapkan dengan pengelolaan zakat yang secara profesional dan pendayagunaan secara produktif mampu memberikan kontribusi bagi penanggulangan kemiskinan. Zakat adalah kadar harta tertentu yang diberikan kepada yang berhak menerimanya, dengan berbagai syarat, semata-mata mencari ridha Allah. Zakat selain berdimensi ibadah ritual, juga memiliki dimensi sebagai amal ibadah sosial yang inklusif. Sebagai praktek yang telah melembaga dalam kehidupan masyarakat muslim, zakat telah mendukung kehidupan ekonomi, sosial dan politik umat Islam. Bahkan dalam konteks Indonesia zakat juga diharapkan menjadi pilar yang dapat menopang kesejahteraan umat dan bangsa. Untuk mewujudkan manfaat zakat yang mampu menjadi pilar ekonomi, sosial, politik, pengelolaan zakat yang profesional menjadi prasyarat utama yang tidak boleh ditinggalkan. Kunci dalam usaha meningkatkan kualitas dan kuantitas
1
Ali Sakti, Analisis Teoritis Ekonomi Islam Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi Modern,( Jakarta : Paradigma & AQSA Publishing, 2007), h.192
1
2
ZISWAF (Zakat, Infaq, Sadaqah dan Wakaf) sebagai dana umat yang produktif dan potensial adalah manajemen. Pengelolaan tidak hanya berhenti pada pendayagunaan untuk usaha-usaha yang bersifat produktif dan perlunya penentuan skala prioritas pemanfaatan, tetapi juga mengharuskan adanya transparansi dan akuntabilitas.2 Penggunaan manajemen dalam penghimpunan zakat bertujuan untuk memastikan tujuan-tujuan amal perbuatan tersebut dapat tercapai. Menurut Sherafat Ali Hashmi pola-pola manajemen yang ada selama ini dapat diimplementasikan dalam pengelolaan ZISWAF. Peran yang utama dalam implementasi ini terletak pada keberadaan lembaga zakat yang profesional. Dengan mengakomodasi prinsip-prinsip manajemen, diharapkan pendayagunaan filantropi Islam ini dapat maksimal. Jadi yang dimaksud pengelolaan zakat berbasis manajemen, bukan hanya berbicara bagaimana memberdayakan dana zakat dari para muzakki untuk tujuan pemberdayaan mustahik. Namun, pengelolaan zakat berbasis manajemen meliputi semua aspek yang terkait dengan pelaksanaan zakat sebagai salah satu pilar agama Islam. Dalam hal ini berkaitan dengan penyampaian ajaran zakat, pengumpulan, penggunaan, pemberdayaan mustahik dan pengawasan zakat.3 Dalam pengelolaan zakat, penghimpunan dan pendistribusian zakat merupakan dua hal yang sama pentingnya. Pengelolaan zakat oleh amil zakat telah dicontohkan sejak zaman Rasulullah SAW. Penghimpunan dan pendistribusian zakat dilakukan secara 2
Ahmad Qodri Abdillah Azizy, Membangun Fondasi Ekonomi Umat Meneropong Prospek Berkembangnya Ekonomi IslaM, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004), h.123 3 Muhammad Hasan, Manajemen Zakat Model Pengelolaan Yang Efektif, (Yogyakarta : Idea Press, 2011), h.7
3
melembaga dan terstruktur dengan baik. Di Indonesia hal itu tercermin dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, dimana dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa lembaga atau organisasi pengelola zakat terdiri dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang dibentuk oleh pemerintah dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk oleh masyarakat dan dikukuhkan serta dibina oleh pemerintah.4 Dalam undang-undang tersebut mengatur dengan cukup terperinci mengenai fungsi, peran dan tanggung jawab Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Kedua jenis lembaga ini juga dinaungi oleh Forum Amil Zakat (FOZ) sebagai institusi yang menaungi segala informasi, ketentuan dan kegiatan lembaga tersebut. Dibentuknya Lembaga pengelola zakat baik disponsori pemerintah (BAZ) maupun yang dikelola masyarakat (LAZ) bagaimanapun telah memberikan kontribusi penting bagi peningkatan peran dan tanggung jawab sosial filantropi Islam di Tanah air. Berbagai inovasi penggalangan, pengelolaan dan pendistribusian dana-dana zakat, infak, dan sedekah telah dilakukan baik oleh BAZIS maupun LAZIS, khususnya yang berada di kota-kota besar.5 Namun, harapan-harapan yang ada tidak akan tercapai apabila Lembaga Amil Zakat tidak memiliki orientasi dalam pemanfaatan dana zakat yang tersedia. Bila kita berbicara mengenai penghimpunan zakat di Indonesia, maka akan terbayang potensi dana zakat yang besar jumlahnya. Jika dibandingkan dengan beberapa negara lain, Indonesia memiliki potensi zakat yang sangat besar dan
4
Hertanto Widodo, Akutansi & Manajemen Keuangan untuk Organisasi Pengelola Zakat, (Bandung: Asy Syamil Press & Grafika, 2001), h.vii 5 Irfan Abu Bakar, dan Chaider S. Bamualim, Filantropi Islam dan Keadilan Sosial, (Jakarta: CSRC UIN Jakarta, 2006), h.133
4
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini dibuktikan dengan beberapa lembaga penelitian yang melakukan survei dan riset mengenai potensi penghimpunan zakat di Indonesia. Rentan tahun 2004-2007 beberapa lembaga me-release potensi zakat Indonesia, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh PIRAC (Public Interest Research and Advocacy Center) potensi zakat sebanyak 9,09 Triliun, selain itu menurut perhitungan FOZ (Forum Zakat) potensinya sebesar 17,5 Triliun. Sedangkan Pusat Budaya dan Bahasa UIN Syarif Hidayatullah bekerjasama dengan The Ford Fondations menyebutkan potensi ZIS di Indonesia mencapai 19,3 Triliun setiap tahunnya. Sedangkan menurut Habib Ahmed melalui lembaga IRTI-IDB mengatakan bahwa potensi zakat tahun 2010 mencapai angka 100 triliyun. Di tahun 2011 Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan ADB (Asian Development Bank) menyebut potensi zakat Indonesia sebesar 217,3 triliun rupiah. Sementara jumlah zakat yang terhimpun oleh BAZNAS pada tahun 2012 sekitar 2,3 triliun rupiah. Selanjutnya potensi zakat Nasional tahun 2016 adalah Rp. 221 Triliun setiap tahunnya.6 Akan tetapi, meski potensi-potensi zakatnya besar, namun realitanya masih jauh dari potensi yang ada dan masih belum terbilang optimal. Menurut Yusuf Wibisono, realisasi penghimpunan zakat tahun 2016 hanya sebesar 2,0 % dari potensi yang ada di Indonesia.7 Terlepas dengan jumlah angka yang berbeda beda, kita dapat berkesimpulan bahwa adanya jurang pemisah antara das sein dan das sollen, antara potensi zakat sangat begitu besar dengan realitas penghimpunan zakat yang 6
Menurut Yusuf Wibisono dalam Seminar Nasional Zakat yang diselenggarakan oleh PUSKAS BAZNAS dan PEBS FEUI, pada 8 Desember 2016 di Universitas Indonesia. 7 Menggunakan potensi zakat 1,7 % dari PDB
5
relatif masih kecil di Indonesia. Hal-hal tersebut disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya karena masih kurangnya kesadaran masyakarat akan zakat, lemahnya regulasi zakat, dan juga kurangnya transparansi lembaga-lembaga zakat yang ada. Apabila melihat di beberapa Negara Asia Tenggara, penghimpunan zakat di Negara-negara tetanggapun sudah mengalami perkembangan yang cukup baik. Contohnya adalah Negara Malaysia. Potensi zakat di Negara Malaysia setiap tahunnya semakin meningkat. Penghimpunan zakat di Negara Malaysia dikelola oleh Pusat Pungutan Zakat (PPZ) yang berada dibawah Majelis Agama Islam Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur (MAIWP), atau dibawah pengawasan langsung Majelis Agama Islam di setiap Negeri bagian yang berjumlah sebanyak 14 buah, dan setiap Majelis Agama Islam mempunyai karyawan dari jawatan Agama Islam.8 Selain di Malaysia, Negara tetangga yang turut aktif dalam institusi zakat yaitu Brunei Darussalam yang dalam hal penghimpunan zakatnya ditangani langsung oleh Majelis Ugama Islam Brunei (MUIB). Brunei Darussalam termasuk ke dalam Negara Muslim, yang terkenal dalam kehidupan sehari-harinya menerapkan syariat Islam. Brunei Darussalam juga merupakan salah satu Negara terkaya di dunia, dengan populasi masyarakat sekitar 400 ribu orang dan pendapatan per kapita 57 ribu dolar AS.9
8
Zaimah, dkk, Makalah “Praktek Zakat dan Wakaf di Negara Malaysia” pada mata kuliah Praktek Zakat dan Wakaf di Negara-Negara Muslim, FSH UIN Jakarta, 2016. 9 Febrianti, Praktek Pengelolaan Zakat di Negara Muslim: Studi Kasus Pada Negara Brunei Darussalam, (Skripsi Mahasiswa Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011)
6
Hal yang serupa dengan Negara Singapura. Pengelolaan zakat di Singapura ditangani langsung oleh Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS), yang dikenal sebagai Dewan Agama Islam Singapura. Singapura merupakan Negara maju di Asia Tenggara, dan juga termasuk satu dari empat Macan Asia bersama Hong Kong, Korea Selatan dan Taiwan. Berbeda dengan Negara Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam, Singapura merupakan Negara sekuler yang memiliki penduduk multirasial, multilingual, dan multi agama. Umat Islam di Negara Singapura merupakan minoritas dibandingkan dengan agama lain. Menurut Shamsiah, muslim di Singapura hanya 15%, dimana mayoritasnya adalah Melayu. Sedangkan agama yang mayoritas adalah Budha, di mana sebagian besar yang beragama Budha adalah orang Cina.10 Akan tetapi, walaupun umat Islam di Singapura merupakan minoritas, namun kesadaran masyarakat Muslim Singapura akan kewajiban membayar zakat sudah mulai tumbuh sejak tahun 1974 dan pada tahun yang sama secara sukarela pengumpulan zakat fitrah secara kolektif diterapkan.11 Penghimpunan Zakat di Singapura berada di bawah wewenang Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS), berdasarkan pada Administrasi Undang-Undang Hukum Islam atau yang disebut Administration of Muslim Law Act (AMLA) yang dikeluarkan oleh parlemen Singapura dan diresmikan pada 25 Agustus 1968. Dalam Undang-Undang (AMLA) tersebut, bahwa di bawah pasal 68 (1), MUIS 10 Shamsiah A. Karim, Contemporary Shari’a Compliance Structuring for the Development and Management of Waqf Assets in Singapore, dalam Kyoto Bulletin of Islamic Area Studies, (Tokyo: Bulletin of Islamic Area Studies) Maret 2010, h.143 11 Kementerian Agama, Modul Penyuluhan Zakat, (Jakarta: Kementerian Agama Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat, 2013), h.43
7
mempunyai kuasa untuk memungut Zakat dan Fitrah mengikut Undang-Undang Islam Singapura. Pada pasal 69 pula, dinyatakan bahwa MUIS, dengan kebenaran Menteri boleh membuat Undang-Undang untuk menangani semua hal yang berkaitan dengan pungutan, hal pentadbiran dan pengagihan Zakat dan Fitrah.12 Walaupun di tengah sistem sekuler dan kondisi muslim minority, Zakat di Singapura terbilang cukup sukses mewujudkan pengembangan zakatnya, muslim di Singapura terus berpacu mengembangkan dan meningkatkan kualitas modal insani, agar mampu bersaing dengan cepatnya kemajuan di Singapura, termasuk dalam pengelolaan zakat secara profesional. Berdasarkan data dari MUIS, terjadi peningkatan jumlah zakat yang dipungut setiap tahun. Pada tahun 2015 zakat yang terkumpul sebesar $35.323.46813 atau setara dengan Rp.470.421.989.403.1514, jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 37,8% dari tahun 2012, di mana pada tahun 2012 zakat yang terkumpul adalah $25,6 juta, sedangkan pada tahun 2013 sebesar $28,4 juta dan tahun 2014 sebesar $31,8 juta.15 Keberhasilan Singapura dalam menghimpun zakatnya merupakan kunci sukses daripada manajemen pengelolaan dan penghimpunan zakat yang diterapkan secara profesional oleh Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS) dan juga peran serta dari masyarakat muslim Singapura.
12
MUIS, Administration of Muslim Law Act (AMLA), (Singapura: Majelis Ugama Islam Singapura) pasal 68 (1) dan 69 tahun 1968 13 14
www.muis.gov.sg/zakat/index.html diakses pada 1 Oktober 2016 pkl. 15.03 WIB
Dihitung berdasarkan kurs dollar ($1) ke rupiah per-Juni 2017 yaitu Rp.13.317 15 MUIS Annual Report, Financial Highligts-Zakat Collection, 2014, h.63
8
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis ingin mengkaji lebih jauh tentang penghimpunan zakat di Negara Singapura, bagaimana bentuk dan strategi yang dilakukan oleh negara Singapura, penelitian ini nantinya akan dituangkan dalam sebuah skripsi yang berjudul: STRATEGI PENGHIMPUNAN DANA ZAKAT DI SINGAPURA B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, berikut ini merupakan identifikasi dari permasalahan yang muncul: 1. Pengelolaan zakat yang profesional menjadi prasyarat utama yang tidak boleh ditinggalkan dalam mewujudkan tujuan dan manfaat zakat. 2. Penghimpunan zakat melalui lembaga merupakan aturan yang harus dilaksanakan sesuai dengan undang-undang yang ada, sebagaimana juga telah dicontohkan sejak zaman Rasulullah. 3. Tingkat realisasi zakat yang ada masih belum sesuai dan optimal dengan potensi zakat yang diterima. 4. Singapura merupakan negara sekuler dan minoritas muslim, hal ini mengharuskan
lembaga
zakat
Singapura
meningkatkan
kinerja
pengelolaan zakatnya. Meskipun pertumbuhan jumlah koleksi zakat yang ada terus meningkat setiap tahunnya. C. Pembatasan dan Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah yang dideskripsikan di atas, tentunya akan sangat luas pembahasannya, untuk mencapai sasaran pembahasan yang jelas, maka dalam penulisan skripsi ini penulis ingin merumuskan
9
pembahasan berkisar tentang bagaimana praktek dan strategi manajemen lembaga zakat di Singapura dalam menghimpun dan mengembangkan zakatnya. Adapun rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana tanggung jawab dan wewenang Majlis Ugama Islam Singapura dalam penghimpunan zakat di Singapura? 2. Bagaimana strategi penghimpunan zakat di Singapura? 3. Bagaimana dampak penerapan strategi terhadap penghimpunan dana zakat di Singapura? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui lembaga apa yang bertanggung jawab mengurusi penghimpunan zakat di Singapura. b. Untuk mengetahui bentuk-bentuk manajemen penghimpunan zakat di Singapura. c. Untuk menganalisa dan melihat bagaimana dampak penerapan strategi terhadap penghimpunan dana zakat di Singapura 2. Manfaat penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan untuk : a. Manfaat Akademisi Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan ilmu bagi civitas akademik pendidikan khususnya tentang pengelolaan dan pemberdayaan zakat di Singapura.
10
b. Manfaat Praktisi Diharapkan penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan bagi penggiat ilmu sosial secara umum dan pengelola zakat khususnya. Penelitian ini juga diharapkan menjadi bahan perbandingan dan perenungan bagi pemerintah maupun pengelola zakat di Indonesia tentang bagaimana suatu Negara yang minoritas muslim dapat mengelola zakatnya dengan baik dan merata, sehingga nantinya dapat diambil sisi positifnya dan diterapkan demi meningkatkan pengelolaan zakat di Indonesia. c. Bagi Masyarakat Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya zakat dalam meningkatkan perekonomian umat dan untuk menghilangkan kesenjangan sosial antara yang berkelebihan harta dan yang kekurangan. E. Review Studi Terdahulu Dalam melakukan penelitian terhadap Analisis Strategi Penghimpunan Dana Zakat di Singapura ini, maka perlu kiranya dilakukan telaah terhadap studistudi yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Hal ini dimaksudkan untuk melihat relevansi dan sumber-sumber yang akan dijadikan rujukan dalam penelitian ini dan sekaligus sebagai upaya menghindari duplikasi terhadap penelitian ini.
11
1
Identitas
Amalia, Kasyful Mahlli (Jurnal Ekonomi tentang Zakat, 2011)
Judul
Potensi dan Peranan Zakat Dalam Mengentaskan Kemiskinan di Kota Medan
Subtansi
Penelitian ini menjelaskan tentang potensi zakat yang ada pada BAZDASU Kota Medan yang berasal dari pemerintahan,
swasta
dan
perbankan.
Dari
hasil
penelitian yang dilakukan, masyarakat sangat setuju pemanfaatan zakat melalui bantuan pinjaman dan modal di sertai pelatihan dan keterampilan yang nantinya akan membantu
perekonomian
masyarakat
dan
menjadi
masyarakat yang mandiri. Perbedaan
Adapun dalam penelitian ini adalah fokus membahas model penghimpunan zakat yang ada di Singapura, bagaimana potensi dan peranan lembaga dalam hal ini Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS), selaku lembaga resmi satu-satunya dalam penghimpunan dana zakat.
2
Identitas
Wahyudin (Skripsi Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi-UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006)
Judul
Manajemen Penghimpunan dan Pendayagunaan Zakat, Infaq, Sedekah (ZIS) dan Wakaf Uang Melalui Teknologi Informasi Pada Lembaga Amil Zakat (LAZ) Portal Infaq)
Subtansi
Penelitiannya membahas tentang sejauh mana konsep
12
Teknologi
Informasi
mempengaruhi
efektifitas
penghimpunan dan pendayagunaan ZISWAF pada LAZ Portalinfaq
3
Perbedaan
Perbedaannya terletak pada objek kajian
Identitas
Zaki Halim Mubarok (Skripsi Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014)
Judul
Strategi Pengelolaan Wakaf Real Estate di Singapura
Subtansi
Penelitian ini menjelaskan tentang model pengelolaan Wakaf
Real
Estate
di
Singapura,
serta
upaya
penerapannya di Negara Indonesia Perbedaan
Objek kajian yang dibahas, yaitu penelitian saya membahas zakat di Singapura. Sedangkan penelitian ini seputar wakaf real estate.
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yakni penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang di alami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
13
2. Jenis Data a. Data Primer Yaitu data utama yang bersumber dari data-data serta informasi yang diperoleh dari sumber data. b. Data Sekunder Yaitu data-data yang bersumber dari penelitian kepustakaan. 3. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan dua sumber data, yaitu: 1) Library
Research
(Penelitian
Kepustakaan),
yaitu
penulis
menggambarkan permasalahan dengan didasari pada data-data yang ada dalam literatur atau dokumen, lalu di analisis lebih lanjut kemudian di ambil suatu kesimpulan 2) Field Research (Penelitian Lapangan), yaitu penelitian langsung terjun kelapangan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan pokok permasalahan dengan menggunakan teknik sebagai berikut : a. Wawancara/interview, hal ini penulis lakukan untuk menggali data penelitian langsung dari sumbernya. Untuk wawancara ini digunakan pedoman wawancara guna mengarahkan permasalahan sesuai dengan kepentingan penelitian b. Studi dokumentasi, dilakukan dengan cara mengumpulkan data berdasarkan penyelidikan dokumen-dokumen atau laporan yang berkaitan dengan masalah penelitian, seperti berkas-berkas, internet, arsip, brosur, majalah, dan lain-lain.
14
4. Teknik Analisis Dalam melakukan analisis data, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan data dan informasi berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh dari lapangan. 5. Pedoman Penulisan Laporan Adapun teknik penulisan skripsi ini, mengacu pada Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. G. Sistematika Penulisan Penulisan dalam penelitian ini disusun dengan sistematika secara berurutan yang terdiri dari lima bab, sebagai berikut : BAB I
: PENDAHULUAN Pada bab ini meliputi latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, kajian terdahulu, metode penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II
: KAJIAN TEORI Pada bab ini akan membahas tinjauan teoritis mengenai strategi manajemen, pengertian dan dasar hukum zakat, macam-macam, tujuan dan hikmah, manajemen zakat, serta urgensi lembaga pengelola zakat.
BAB III
: PROFIL NEGARA SINGAPURA DAN MAJLIS UGAMA ISLAM SINGAPURA (MUIS)
15
Pada bab ini menguraikan tentang gambaran umum Negara Singapuran dan profil MUIS, kondisi agama di Singapura, Sejarah dan Perkembangan Zakat di Negara Singapura dan Pendiri Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS), Kedudukan dan peran Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS), Struktur organisasi Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS). BAB IV
: ANALISIS STRATEGI PENGHIMPUNAN DANA ZAKAT DI SINGAPURA Pada bab ini menjelaskan tentang deskriptif hasil penelitian, berupa analisis.
BAB V
: PENUTUP Bab ini berisi penarikan simpulan dari penelitian yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya, serta saran-saran yang sekiranya
dapat
dijadikan
bahan
pertimbangan
kontribusi pemikiran dan penelitian selanjutnya.
dalam
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Strategi Penghimpunan Zakat 1. Pengertian Strategi Strategi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.16 Sedangkan menurut Malayu S.P Hasibuan strategi pada dasarnya adalah penentuan cara yang harus dilakukan agar memungkinkan memperoleh hasil yang optimal, efektif, dan dalam waktu yang relatif singkat serta tepat menuju tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.17 Adapun yang dimaksud strategi dalam penelitian ini adalah penentuan cara yang dilakukan dalam suatu kegiatan untuk memperoleh hasil yang optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Prinsip-prinsip untuk mensukseskan strategi menurut Hatten, yaitu sebagai berikut:18 1) Strategi haruslah konsisten dengan lingkungannya. 2) Setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi. 3) Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan semua sumber daya dan tak mencerai-beraikan satu dengan yang lainnya. 4) Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang merupakan kekuatannya dan tidak pada titik-titik yang justru adalah kelemahannya.
16
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h.859 17 Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.102 18 J. Salusu, Pengambilan Keputusan Strategi untuk Organisasi Publik dan Organisasi non Profit, (Jakarta: PT. Grasindo, 2003), h.108
16
17
5) Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak terlalu besar. 6) Tanda-tanda dari suksesnya strategi ditampakkan dengan adanya dukungan dari pihak-pihak terkait. 2. Strategi Penghimpunan Zakat Menurut Abu Bakar dan Muhammad, ada empat tahap dalam strategi penghimpunan zakat, yaitu sebagai berikut:19 1) Penentuan segmen dan target Muzakki Penentuan segmen dan target muzakki dimaksudkan untuk memudahkan „amil melaksanakan tugas penghimpunan zakat. „Amil tidak langsung terlibat pada proses pengumpulan zakat tanpa mengetahui peta muzakki secara jelas. Pemetaan potensi zakat dari kalangan muzakki mensyaratkan adanya data dan informasi menyeluruh tentang umat Islam dari aspek sosial, ekonomi, pendidikan, budaya dan geografi. Aspek-aspek tersebut diperlukan karena membantu proses pelaksanaan sosialisasi pemahaman tentang kewajiban zakat dan dampaknya terhadap transformasi sosial ekonomi umat. 2) Penyiapan sumber daya dan sistem operasi Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyiapan sumber daya manusia dan sistem operasi yaitu sebagai berikut: a) Menyusun dan membenahi sumber daya manusia yang memiliki moral dan kompetensi yang tepat.
19
Abu Bakar HM dan Muhammad, Manajemen Orgnisasi Zakat, (Malang: Madani, 2011), h.96
18
b) Memilih pengurus-pengurus organisasi zakat yang memiliki komitmen dan kompetensi untuk mengembangkan organisasi zakat utamanya dalam mengelola dan mensosialisasikan visi dan misi organisasi zakat. c) Membangun sistem dan prosedur yang baik, hal tersebut dapat mendukung terpenuhinya standarisasi operasional dan menghindari penyimpangan, serta membuat dokumentasi dengan baik. d) Mengadakan pelatihan bagi pengurus organisasi zakat 3) Membangun sistem komunikasi Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membangun sistem komunikasi harus menekankan pada pembangunan database, yaitu mereka yang memenuhi kriteria sebagai muzakki utama akan menjadi sasaran kegiatan komunikasi.
Membangun
sistem
komunikasi
permanen
yang
memungkinkan masyarakat mengetahui apa yang dilakukan organisasi zakat secara utuh, dapat dilakukan dengan cara; a) Membuat atau memilih media yang tepat untuk mengkomunikasikan secara efektif dan efisien, seperti buletin organisasi yang lebih representatif dan lengkap agar memuat informasi yang lebih banyak. b) Melakukan proses komunikasi secara tepat dan teratur, seperti komunikasi mingguan dan komunikasi bulanan. c) Melakukan kerjasama media masa, baik dengan koran, radio ataupun stasiun televisi lokal maupun nasional.
19
4) Menyusun dan melakukan sistem pelayanan Menyusun dan melakukan pelayanan dilakukan dengan tetap mengacu pada segmen dan target muzakki utama, sehingga dapat disusun dengan bentuk pelayanan yang lebih tepat untuk mereka. Pelayanan tersebut antara lain; a) Pelayanan secara individu di mana individu yang bersangkutan membayar zakat melalui via ATM. b) Pelayanan melalui layanan jemput bayar zakat B. ZAKAT 1. Pengertian Zakat Ditinjau dari segi bahasa, zakat merupakan isim masdar dari kata zakayazku-zakah, yang berarti berkah, tumbuh, bersih, baik, dan bertambah.20. Sesuatu itu zaka, berarti tumbuh dan berkembang, dan seorang itu zaka, berarti orang itu baik. Zakat menurut istilah agama Islam artinya “kadar harta yang tertentu, yang diberikan kepada yang berhak untuk menerimanya, dengan beberapa syarat”,21 sedangkan dalam kitab Al-Hawi, Al-Mawardi mendefinisikan zakat dengan nama pengambilan tertentu dari harta tertentu, menurut sifat-sifat tertentu, dan untuk diberikan kepada golongan tertentu22.
20
Fakhruddin, Fiqih dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang : 2008), h.13 H. Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam (hukum fiqih lengkap), Cetakan ke-38, (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2005), h.192 22 Ahmad Hadi Yasin, Panduan Zakat Dompet Dhuafa, (Dompet Dhuafa Republika, 2011) h.10 21
20
Sedangkan menurut pendapat yang lain kata zakat mempunyai beberapa arti dari segi bahasa, yaitu al-Barakatu “keberkahan”, an-Namaa “pertumbuhan dan perkembangan”, ath-Thaharatu “kesucian” (Q.S at-Taubah:103), dan ashShalahu “keberesan”, yang mana seperti dijelaskan pada Al-Quran pada surat arRuum: 39. Menurut Didin Hafidhuddin, hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dan pengertian menurut istilah sangat nyata dan erat sekali, yaitu bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang, bertambah, suci, dan baik.23 Pengertian zakat secara istilah menurut sumber yang lain ialah: zakat berarti sejumlah harta yang diwajibkan Allah yang diserahkan kepada orang-orang yang berhak24. Mazhab Maliki mendefinisikan zakat dengan mengeluarkan sebagian harta yang khusus yang telah mencapai nishab kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Mazhab Hanafi mendefiniskan zakat dengan menjadikan sebagian harta yang khusus dari harta yang khusus sebagai milik orang yang khusus, yang ditentukan oleh syariat Allah25. Menurut Mazhab Syafi„i mendefinisikan zakat adalah sebuah ungkapan keluarnya harta atau tubuh sesuai dengan cara khusus. Sedangkan menurut Mazhab Hambali zakat ialah hak yang wajib dikeluarkan dari harta yang khusus untuk kelompok yang khusus pula yang dikelompoknya dijelaskan dalam AlQuran26
23
Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta : Gema Insani Press, 2002) h.7 Yusuf Qaradhawi, Hukum Zakat, (Bogor: Pustaka Lintera Antar Nusa, 1996), h.34-35 25 Nuruddin Mhd. Ali, Zakat dalam Kebijakan Fiskal, (Jakarta: Raja Grafindo, 2006), h.6. 26 Ibid,. 24
21
Artinya :“Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah
pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)”. (Q.S Ar-Rum: 39) Pengertian zakat yang lain adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.27 Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan usaha yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.28 Zakat dalam istilah ekonomi merupakan suatu tindakan pemindahan harta kekayaan dari golongan yang kaya kepada golongan miskin, sedangkan zakat ditinjau dari pendekatan etnis dan pemikiran rasional ekonomis adalah sebagai kebijaksanaan ekonomi yang dapat mengangkat derajat orang-orang miskin, sehingga dampak sosial yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal.29 Zakat adalah standar minimum yang wajib dikeluarkan seorang muslim dengan standar kadar, nisab, haul, dan ketentuan-ketentuan peruntukannya yang ketat. Di dalam sejarah, zakat tidak pernah menjadi alternatif tunggal di dalam menyelesaikan kemiskinan umat, meskipun salah satu tujuannya untuk 27
Undang-Undang tentang Pengelolaan Zakat No. 23 Tahun 2011 Pasal 1 ayat 2. Undang-Undang tentang Pengelolaan Zakat No. 38 Tahun 1999 Pasal 1 ayat 2. 29 Amalia, Kasyful Mahali, Potensi dan Peranan Zakat Dalam Mengentaskan Kemiskinan di Kota Medan, Jurnal Ekonomi tentang Zakat. 2011 28
22
membebaskan umat dari kemiskinan.30 Zakat adalah salah satu sumber keuangan umat dalam rangka memberdayakan umat itu sendiri. Kata zakat merupakan nama dari sesuatu hak Allah yang dikeluarkan seseorang kepada fakir miskin. Dinamakan zakat dikarenakan mengandung harapan untuk mendapatkan berkah, membersihkan dan memupuk jiwa dengan berbagai kebaikan31. Adapun asal makna zakat itu adalah, suci dan berkah yang mana sesuai dengan firman Allah SWT:
Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan32 dan mensucikan33 mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”.(Q.S At-Taubah : 103) Sebanyak 32 Ayat Al-Quran membahas tentang zakat dan zakat yang mana ini dibagi dalam 2 periode yaitu periode Makkah sebanyak 8 ayat (Q.S AlMuzammil: 20 dan Q.S Al-Bayyinah: 5) dan Madinah 24 ayat (Q.S Al-Baqarah: 43 dan Q.S Al-Maidah: 12). Perintah zakat yang diturunkan pada periode Makkah, sebagaimana terdapat dalam kedua ayat tersebut, yang mana itu baru berupa anjuran untuk berbuat baik kepada fakir miskin dan orang-orang yang
30
Kementerian Agama, Membangun Peradapan Zakat, (Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia Direktorat Pemberdayaan Zakat, 2012), h.10. 31 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), Jilid 1, Cetakan ke-1, h.497 32
Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebihlebihan kepada harta benda 33 Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan memperkembangkan harta benda mereka
23
membutuhkan bantuan. Sedangkan yang diturunkan pada masa periode Madinah, merupakan perintah yang telah menjadi mutlak (ilzami).34 2. Dasar Hukum Zakat a. Dasar hukum dari Al-Qur’an
Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan35 dan mensucikan36 mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”. (Q.S At-Taubah : 103)
Artinya : “Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka37 : "Tahanlah tanganmu (dari berperang)38, dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!”. (Q.S An-Nisaa : 77).
Artinya : “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian”. (Q.S Adz-Dzariyat : 19)
34 35
Nuruddin Mhd. Ali, Zakat dalam Kebijakan Fiskal, (Jakarta:Raja Grafindo, 2006), h.25
Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebihlebihan kepada harta benda 36 Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan memperkembangkan harta benda mereka. 37 Orang-orang yang Menampakkan dirinya beriman dan minta izin berperang sebelum ada perintah berperang 38 Artinya pahala turut berperang tidak akan dikurangi sedikitpun
24
b. Dasar hukum dari Hadits Zakat adalah salah satu rukun Islam yang lima, yang merupakan fardlu „ain atas tiap-tiap umat muslim yang telah cukup atau memenuhi syarat-syarat tertentu. Sabda Rasulullah Saw :
للا وإِ ًق ِام ِ شهادةُ انْ ل اِله ِالا للا ُ وانا مُح ام ًدا رس ُْو ُل: اْلسْ ال ُم على خ ْمس ِ ْ ُبنِي صلو ِة وإِيْتآ ِء ا )(متفق عليه. ت وص ْو ِم رمضان ًّ ال ِ الزكو ِة وحِج ْالب ْي Islam itu ditegakkan di atas 5 dasar : 1. Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang hak selain Allah SWT, dan bahwasanya Nabi Muhammad SAW. itu utusan Allah. 2. Mendirikan sholat 5 (lima) waktu. 3. Membayar zakat. 4. Mengerjakan ibadah haji ke Baitullah 5. Berpuasa dalam bulan Ramadhan39 Membayar zakat harus segera tanpa boleh ditunda, karena zakat merupakan suatu hak yang mesti diberikan pada manusia yang membutuhkan dan berhak
menerimanya.
Zakat
merupakan
ibadah
yang
bertujuan
untuk
membersihkan harta, baik harta perdagangan, tanaman, dan lain sebagainya yang telah mencapai satu nishab dan sampai pada haul (satu tahun). c. Dasar Hukum dari Putusan-putusan dan Undang-undang Indonesia 1. Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat 2. Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat 39
H. Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam (hukum fiqih lengkap), (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2005), cetakan ke-38, h.192
25
3. Putusan Mahkamah Konstitusi No.86/PUU-X/2012 4. Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2014 tentang UU Nomor 23 Tahun 2011 5. Intruksi Presiden No. 3 Tahun 2014 3. Hikmah dan Manfaat Zakat Hikmah dan manfaat tersebut antara lain;40 Pertama, sebagai perwujudan keimanan kepada Allah SWT, mensyukuri nikmat-Nya, menumbuhkan akhlak mulia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi, menghilangkan sifat kikir, rakus dan materialistis, menumbuhkan ketenangan hidup, sekaligus membersihkan dan mengembangkan harta yang dimiliki. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam surat At-Taubah ayat 103 dan surat ArRuum ayat 39. Dengan bersyukur, harta dan nikmat yang dimiliki akan semakin bertambah dan berkembang, sebagaimana Firman Allah SWT. dalam surat Ibrahim ayat 7;
Artinya : “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". Kedua, karena zakat merupakan hak mustahik, maka zakat berfungsi untuk menolong, membantu dan membina mereka, terutama fakir miskin, ke arah kehidupan yang kebih baik dan lebih sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak, dapat beribadah kepada Allah SWT, terhindar dari bahaya kekufuran, sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki dan hasad yang 40
Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002) h.10
26
mungkin timbul dari kalangan mereka, ketika mereka melihat orang kaya yang memiliki harta cukup banyak. Zakat sesungguhnya bukanlah sekedar memenuhi kebutuhan para mustahik, terutama fakir miskin, yang bersifat konsumtif dalam waktu sesaat, akan tetapi memberikan kecukupan dan kesejahteraan kepada mereka, dengan cara menghilangkan ataupun memperkecil penyebab kehidupan mereka menjadi miskin menderita.41 Ketiga, sebagai pilar amal bersama (jama‟i) antara orang-orang kaya yang berkecukupan hidupnya dan para mujahid yang seluruh waktunya digunakan untuk berjihad di jalan Allah, yang karena kesibukannya tersebut, ia tidak memiliki waktu dan kesempatan untuk berusaha dan berikhtiar bagi kepentingan nafkah diri dan keluarganya, Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah : 273
Artinya : “(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), Maka Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.” Keempat, sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana yang harus dimiliki umat Islam, seperti sarana ibadah, pendidikan, kesehatan, sosial maupun ekonomi, sekaligus sarana pengembangan 41
Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002) h.11
27
kualitas sumberdaya manusia muslim. Hampir semua ulama sepakat bahwa orang yang menuntut ilmu berhak menerima zakat atas nama golongan fakir dan miskin maupun sabilillah.42 Kelima, untuk memasyaratkan etika bisnis yang benar,43 sebab zakat itu bukanlah membersihkan harta yang kotor, akan tetapi mengeluarkan bagian dari hak orang lain dari harta kita yang kita usahakan dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan Allah SWT yang terdapat dalam surat Al-Baqarah: 267, dan hadits Rasulullah SAW. yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.44 Dalam hadits tersebut Rasulullah SAW. bersabda,
ٍن غُلُوْل ْ َل ع ُ هلل الَ يَقْ َب َ نَ ا َّ إ Artinya : “Allah SWT tidak akan menerima sedekah (zakat) dari harta yang didapat secara tidak sah”. Keenam, dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat merupakan salah satu instrumen pemerataan pendapatan. Dengan zakat yang dikelola dengan baik, dimungkinkan membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan, economic with equality.45 Ketujuh, dorongan ajaran Islam yang begitu kuat kepada orang-orang yang beriman untuk berzakat, berinfak, dan bersedekah menunjukkan bahwa ajaran Islam mendorong umatnya untuk mampu bekerja dan berusaha sehingga memiliki harta kekayaan yang di samping dapat memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya, juga berlomba-lomba menjadi muzakki dan munfik. Zakat yang 42
h.12
43
Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002)
Ibid., Shahih Muslim (Riyadh: Daar el-Salaam, 2000), h.111 45 Ahmad Muflih Saefuddin, Pengelolaan Zakat ditinjau dari Aspek Ekonomi, (Bontang: Badan Dakwah Islamiyyah, LNG, 1989), h.99 44
28
dikelola dengan baik, akan mampu membuka lapangan kerja dan usaha yang luas, sekaligus penguasaan aset-aset oleh umat Islam.46 4. Syarat-syarat harta yang wajib di zakati Terdapat 6 syarat untuk suatu harta kekayaan terkena wajib zakat:47 1) Milik penuh 2) Berkembang 3) Cukup senisab 4) Lebih dari kebutuhan biasa 5) Bebas dari hutang 6) Berlalu setahun (haul)48 5. Golongan yang berhak menerima Zakat
Artinya : “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
46
Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002)
h.15 47
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, h.129 Maksudnya bahwa pemilikan yang berada di tangan si pemilik sudah berlalu masanya dua belas bulan Qomariyah. 48
29
Dari urutan penerima zakat yang disebutkan dalam ayat 60 At-Taubah di atas, penerima zakat dilihat dari penyebabnya dapat dikelompokkan dalam dua kelompok besar, yaitu :49 a) Ketidakmampuan dan Ketidakberdayaan Kelompok atau orang yang masuk dalam kategori ini dapat dibedakan pada dua hal, yaitu: pertama, ketidakmampuan di bidang ekonomi. Yang masuk kelompok ini adalah fakir, miskin, gharim, dan ibnu sabil. Harta zakat diberikan kepada mereka selain riqab untuk mengatasi kesulitan ekonomi yang menerima mereka.
Kedua,
ketidakberdayaan
dalam
wujud
ketidakbebasan
dan
keterbelengguannya untuk mendapatkan hak asasi sebagai manusia, maka riqab diberikan untuk membeli kemerdekaannya. Ini berarti zakat diberikan untuk mengatasi ketidakbebasan dan keterbelengguan mendapatkan haknya sebagai manusia. Karena dalam sejarahnya, budak diperlakukan tidak manusiawi, dapat digauli tanpa nikah dan dapat diperjualbelikan. b) Kemaslahatan Umum Umat Islam Mustahik bagian kedua ini mendapatkan dana zakat bukan karena ketidakmampuan finansial, tapi karena jasa dan tujuannya untuk kepentingan umum umat Islam. Yang masuk dalam kelompok ini adalah amil, muallaf dan fi sabilillah. Amil mendapatkan pendanaan dari harta zakat karena telah melakukan tugasnya sebagai pengelola dana umat Islam. Muallaf mendapatkan pendanaan dari harta zakat karena memberi dukungan kepada umat Islam dan mengantisipasi umat Islam dari tindakan anarkis kelompok yang tidak menyenangi Islam dan 49
Masdar F. Mas‟udi, Fathurrahman Djamil dkk, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS Menuju Efektifitas Pemanfaatan Zakat, Infaq, Sedekah, (Jakarta : Piramedia, 2004), h.19
30
umatnya. Untuk fii sabilillah, dana zakat diperuntukkan untuk pelaksanaan semua kegiatan yang bermuara pada kemaslahatan umat Islam pada umumnya. Pada kelompok kedua ini, alasan pemberian dana zakat tidak dilihat dari keadaan finansial perorangan, tetapi pada jasa atau kegiatannya. Artinya meskipun dilihat dari perorangan yang terlibat di dalamnya tergolong orang yang mampu atau berkecukupan, maka amil dan muallaf tersebut mendapatkan dana zakat sebagai kompensasi dari jasanya. Sedangkan untuk fii sabilillah, dana zakat dapat diberikan kelompok, perorangan atau pun kegiatan-kegiatan untuk kemaslahatan umum umat Islam.50 Zakat yang dikumpulkan oleh lembaga pengelola zakat, harus segera disalurkan kepada para mustahik sebagaimana digambarkan pada surat At-Taubah : 60. Yaitu :51 1) Fakir Yaitu mereka yang tidak mempunyai penghasilan sama sekali, atau memilikinya akan tetapi sangat tidak mencukupi kebutuhan pokok dirinya dan keluarga yang menjadi tanggungannya. Zakat yang disalurkan kepada kelompok ini dapat bersifat konsumtif (untuk memenuhi keperluan konsumsi sehari-harinya) dan dapat pula bersifat produktif (untuk menambah modal usahanya). Dalam kaitan dengan zakat yang bersifat produktif, pemerintah islam diperbolehkan membangun pabrik-pabrik atau perusahaan-perusahaan dari uang zakat untuk kemudian kepemilikan dan keuntungannya bagi kepentingan fakir miskin.
50
Masdar F. Mas‟udi, Fathurrahman Djamil dkk, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS Menuju Efektifitas Pemanfaatan Zakat, Infaq, Sedekah, (Jakarta : Piramedia, 2004), h.20 51 Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002) h.133
31
2) Miskin Miskin adalah orang yang tidak mempunyai harta benda, serba kekurangan. Kalaupun punya penghasilan tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari.52 Menurut mazhab Syafi„i dan Hanafi, orang fakir lebih sengsara dibandingkan dengan orang miskin. Adapun miskin menurut mazhab ini adalah orang yang memiliki pekerjaan atau mampu bekerja, tetapi penghasilannya hanya mampu memenuhi lebih dari sebagian hajat kebutuhannya, tidak mencukupi seluruh hajat hidupnya. Yang dimaksud dengan cukup ialah dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya, dari sisa terbesar umurnya.53 Sedangkan menurut mazhab Hambali orang miskin adalah orang yang memperoleh sebagian besar biaya hidupnya atau setengah dari pekerjaannya atau dari yang lain-lain. Begitupula halnya para ulama modern yang mendefinisikan miskin merupakan mereka yang memiliki taraf kehidupan yang jauh lebih baik dari orang-orang fakir. Karena bisa mendapatkan separuh atau bahkan lebih dari kebutuhan yang diperlukan, sekalipun tidak mencukupi secara sempurna. 3) „Amil (Petugas Zakat) Kelompok ini berhak mendapatkan bagian dari zakat, maksimal 1/8 atau 12.5%, dengan catatan bahwa amil ini memang melakukan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan waktunya sebagian besar atau seluruhnya untuk tugas tersebut. Petugas ini mendapatkan bagian zakat hanyalah sekadarnya saja untuk keperluan administrasi dan konsumsi yang mereka butuhkan. Ada hal penting 52 53
h.280
Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003) Wahbah al-Zuhaily, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005),
32
yang perlu diketahui bahwa amil zakat tidak bertingkat, mulai dari bawah sampai keatas, misalnya mulai dari level RT sampai dengan gubernur atau mungkin juga presiden. Amil zakat hanyalah mereka yang secara langsung mengurus zakat, mencatat dan mengadministrasikannya, menagih zakat pada muzakki, melakukan sosialisasi, dan mendistribusikannya sesuai dengan ketentuan Syariah Islamiyah. 4) Muallaf54 Yaitu kelompok orang yang masih dianggap lemah imannya, karena baru masuk islam. Pada saat sekarang mungkin bagian muallaf ini dapat diberikan kepada lembaga-lembaga dakwah, atau mungkin diberikan kepada lembagalembaga yang biasa melakukan training-training keislaman bagi orang-orang yang baru masuk islam. 5) Riqab (Hamba Sahaya) Artinya bahwa zakat itu digunakan untuk membebaskan hamba sahaya (budak belian) dan menghilangkan segala bentuk perbudakan. Para ulama berpendapat bahwa cara membebaskan perbudakan ini biasanya dilakukan dengan dua hal, yaitu sebagai berikut :55 1. Menolong pembebasan diri hamba mukatib, yaitu budak yang telah membuat kesepakatan dan perjanjian dengan tuannya, bahwa dia sanggup membayar sejumlah harta (misalnya uang) untuk membebaskan dirinya. 2. Seseorang atau kelompok orang dengan uang zakatnya atau petugas zakat dengan uang zakat yang telah terkumpul dari para muzakki, membeli budak atau amah (budak perempuan) untuk kemudian melepaskannya. 54
h.280,
55
Wahbah al-Zuhaily, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005) Ibid,.h.281
33
Tidaklah tepat apabila terdapat TKI yang mempunyai masalah dengan majikannya, kemudian ingin keluar dari lingkungan pekerjaannya dan membutuhkan dana untuk membayar ganti rugi, lalu diberi zakat atas nama firriqab. Mereka berhak dibantu atas nama asnaf fakir miskin atau atas nama asnaf ibnu sabil. 6) Gharimin Kelompok orang yang berutang, yang sama sekali tidak bisa melunasinya. Para ulama membagi kelompok ini pada dua bagian, yaitu kelompok orang yang mempunyai utang untuk kebaikan dan maslahat diri dan keluarganya.dan yang kedua adalah kelompok orang yang mendapatkan berbagai bencana dan musibah, baik pada dirinya maupun hartanya. Dalam sebuah riwayat dikemukakan oleh Imam Mujahid, ia berkata, “Tiga kelompok orang yang termasuk mempunyai utang : orang yang hartanya terbawa banjir, orang yang hartanya musnah terbakar, dan orang yang mempunyai keluarga akan tetapi tidak mempunyai harta sehingga ia berutang untuk menafkahi keluarganya itu.” 7) Fii Sabilillah Pada zaman Rasulullah SAW. golongan ini adalah para sukarelawan perang yang tidak mempunyai gaji yang tetap. Tetapi berdasarkan lafadz sabilillah sebagian ulama membolehkan memberi zakat tersebut untuk membangun masjid, lembaga pendidikan, perpustakaan, pelatihan para da‟i, menerbitkan buku, majalah, brosur, membangun mass media dan lain sebagainya. Fuqaha berbeda pendapat apakah yang dimaksud dengan sabilillah. Ada yang membatasi sabilillah hanya untuk orang-orang yang berjihad di jalan Allah
34
SWT,. Abu Hanifah berpendapat yang dimaksud dengan sabilillah adalah orangorang yang berhaji yang tidak mempunyai nafkah. Tapi pendapat ini tidak benar. Sementara Abu Hanifah berpendapat, yang dimaksud sabilillah adalah semua ibadah untuk mendekatkan diri yang mencakup semua ketaatan dan kebaikan. Pekerjaan yang dilakukan untuk kebaikan Islam dan kaum muslimin perlu dibantu dengan uang zakat. Diantara jajaran sabilillah adalah memberi bagian untuk ulama yang bekerja demi kemaslahatan agama kaum muslimin. Mereka memiliki bagian dalam harta Allah SWT. baik mereka kaya ataupu miskin.56 8) Ibnu Sabil Yaitu orang yang terputus bekalnya dalam perjalanan. Untuk sekarang, di samping para musafir yang mengadakan perjalanan yang dianjurkan agama, seperti melakukan studytour pada objek-objek yang bersejarah dan bermanfaat, pemberian beasiswa atau beasantri bagi mereka yang terputus pendidikannya karena ketiadaan dana. Terdapat beberapa hal yang dibahas oleh para fuqaha yang berkenaan dengan pembagian zakat dan golongan yang berhak menerima zakat dalam beberapa poin berikut. Menurut fuqaha Ahnaf, Malikiyyah, dan Hanabilah, boleh membagikan zakat untuk seluruh golongan yang berhak menerima zakat yang berjumlah delapan. Masing-masing golongan diberi satu bagian zakat bila memang semua golongan ada di tempat pemungutan zakat. Sebagaimana zakat juga boleh dibagikan untuk satu, dua golongan atau lebih. Misalnya hanya dibagi untuk orang-orang fakir saja, untuk fakir miskin saja, miskin dan orang-orang yang punya hutang saja dan seterusnya. 56 Hasan Ayub, Fikih Ibadah : Panduan Lengkap Beribadah Sesuai Sunnah Rasulullah, (Jakarta: Cakra Lintas Media, 2010), h.386
35
Sementara menurut Syafi‟iyyah, tidak ada alternatif dalam pembagian zakat. Menurut mereka wajib dibagikan untuk semua golongan yang berhak mendapatkan zakat jika semuanya ada. Bila tidak ada semuanya maka dibagikan untuk golongan yang ada. Pendapat Syafi‟iyyah ini juga dikemukakan oleh Zuhri dan Dawud. Yang kuat adalah pendapat jumhur yang dikuatkan oleh beberapa dalil. Pembagian zakat dimulai dengan golongan yang terdekat dan yang paling memerlukan.57 Jika delapan golongan atau kelompok tersebut dalam surah At-Taubah ayat 60 itu dikelompokkan lagi, akan terdapat tiga hak dalam zakat. Hak-hak itu adalah (1) hak fakir-miskin, (2) hak masyarakat, dan (3) hak Allah. 58 6. Urgensi Lembaga Pengelolaan Zakat Dalam surah At-Taubah: 60 dikemukakan bahwa salah satu golongan yang berhak menerima zakat (mustahik) adalah orang-orang yang bertugas mengurus urusan zakat. Sedangkan dalam At-Taubah: 103 dijelaskan bahwa zakat itu diambil atau dijemput dari orang-orang yang berkewajiban untuk berzakat (muzakki) untuk kemudian diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya (mustahik). Yang mengambil dan yang menjemput tersebut adalah para petugas („amil). Menurut Imam Qurthubi, „amil adalah orang-orang yang ditugaskan atau diutus oleh imam/pemerintah untuk mengambil, menuliskan, menghitung dan
57
Hasan Ayub, Fikih Ibadah : Panduan Lengkap Beribadah Sesuai Sunnah Rasulullah, (Jakarta: Cakra Lintas Media, 2010), h.387 58 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UI-Press, 2012), h.48
36
mencatatkan zakat yang diambilnya dari para muzakki untuk kemudian diberikan kepada yang berhak menerimanya.59 Rasulullah SAW. pernah mempekerjakan seorang pemuda dari suku As‟ad, yang bernama Ibnu Lutaibah, untuk mengurus urusan zakat Bani Sulaim. Pernah pula mengutus Ali bin Abi Thalib ke Yaman untuk menjadi „amil zakat. Muadz bin Jabal pernah diutus Rasulullah SAW. pergi ke Yaman, di samping bertugas sebagai da‟i, juga mempunyai tugas khusus menjadi „amil zakat. Demikian pula yang dilakukan oleh para khulafaur-rasyidin sesudahnya, mereka selalu mempunyai petugas khusus yang mengatur masalah zakat, baik pengambilan maupun pendistribusiannya. Diambilnya zakat dari muzakki melalui „amil zakat untuk kemudian disalurkan kepada mustahik, menunjukkan kewajiban zakat itu bukanlah semata-mata bersifat amal kariatif (kedermawanan), tetapi juga ia suatu kewajiban yang juga bersifat otoritatif (ijbari).60 Pengelolaan zakat oleh lembaga pengelola zakat, apalagi yang memiliki kekuatan hukum formal, akan memiliki beberapa keuntungan,61 antara lain : Pertama, untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayar zakat. Kedua, untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat apabila berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para muzakki. Ketiga, untuk mencapai efisien dan efektivitas, serta sasaran yang tepat dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat. Keempat, untuk memperlihatkan syiar Islam dalam semangat penyelenggaraan pemerintahan yang 59
Al-Qurthubi, al-Jami’ Li Ahkam al-Qur’an, (Beirut Lebanon: Daar el-Kutub “ilmiyyah, 1413 H/1993 M), Jilid vii-viii, h.112-113 60 Didin Hafiduddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani, 2002), h.125 61 Abduraahman Qadir, Zakat dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), h.85
37
Islami. Sebaliknya, jika zakat diserahkan langsung dari muzakki kepada mustahik, meskipun secara hukum syariah adalah sah, akan tetapi di samping akan terabaikannya hal-hal tersebut di atas, juga hikmah dan fungsi zakat, terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan umat akan sulit diwujudkan. Di Indonesia, pengelolaan zakat diatur berdasarkan Undang-undang No.38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dengan Keputusan Menteri Agama (KMA) No. 581 tahun 1999 tentang Pelaksanaan tugas Undang-Undang No. 38 tahun 1999 dan keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji nomor D/291 tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat. Sebelumnya pada tahun 1997 juga keluar Keputusan Menteri Sosial No. 19 tahun 1998, yang memberi kewenangan kepada masyarakat yang menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin untuk melakukan pengumpulan dana maupun menerima dan menyalurkan zakat, infak, dan sedekah.62 Akan tetapi, undang-undang tersebut diganti dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat. Di dalam Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwa lembaga atau organisasi pengelola zakat terdiri dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang dibentuk oleh pemerintah dan Lembaga Amil Zakat yang dibentuk oleh masyarakat dan dikukuhkan serta dibina oleh pemerintah.63
62
A Muchaddan Fahham, Paradigma Baru Pengelolaan Zakat di Indonesia, dalam Jurnal Kesejahteraan Sosial, Vol. III, No. 19/I/P3DI/Oktober/2011 63 Hertanto Widodo, Akuntansi dan Manajemen Keuangan untuk Organisasi Pengelola Zakat, (Bandung: Asy Syamil Press & Grafika, 2001), h.vii
38
7. Penghimpunan Zakat Untuk memahami penghimpunan atau biasa disebut istilah fundraising kita bisa merujuk terlebih dahulu ke dalam kamus bahasa Inggris. Fundraising di terjemahkan dengan pengumpulan uang. Penghimpunan uang sangat diperlukan untuk membiayai program kerja dan operasional sebuah lembaga. Intinya keberlangsungan hidup
sebuah lembaga
tergantung pada sejauh
mana
penghimpunan dana itu dilakukan. Penghimpunan biasanya dilakukan oleh lembaga-lembaga atau organisasi nirlaba.64 Dalam organisasi perusahaan, untuk menjaga keberlangsungan hidup perusahaan dibutuhkan tim yang handal dalam mengatur perusahaan tersebut. Tim tersebut terkumpul dalam suatu manajemen yang mampu menggerakan seluruh elemen organisasi perusahaan dari operasional, produksi, pengelolaan dan pemasaran. Posisi penghimpunan dalam organisasi nirlaba hampir sama dengan posisi pemasaran dalam organisasi perusahaan. Hanya saja, ada perbedaan mendasar antara penghimpunan dalam organisasi nirlaba dan pemasaran dalam organisasi perusahaan. Penghimpunan
adalah
proses
mempengaruhi
masyarakat
baik
perseorangan sebagai individu atau perwakilan masyarakat maupun lembaga agar menyalurkan dananya kepada sebuah organisasi. Kata mempengaruhi masyarakat mengandung banyak makna;
64
2009), h.11
April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat, (Yogyakarta: Teras,
39
Pertama,
dalam
kalimat
diatas
mempengaruhi
bisa
diartikan
memberitahukan kepada masyarakat tentang seluk-beluk keberadaan organisasi nirlaba. 65 Kedua,
mempengaruhi
dapat
juga
bermakna
mengingatkan
dan
menyadarkan. Artinya mengingatkan kepada para donatur dan calon donatur untuk sadar bahwa dalam harta yang dimilikinya ada sebagian hak fakir miskin yang harus di tunaikannya. Harta yang dimilikinya bukanlah seluruhnya di peroleh dari hasil usahanya secara mandiri. Karena manusia bukanlah lahir sebagai makhluk individu saja, tetapi juga memfungsikan dirinya sebagai makhluk sosial. Sesempurnanya manusia, tidak akan lepas dari berinteraksi dan membutuhkan orang lain. Tidak mungkin, seseorang yang membutuhkan sepotong baju harus mencari biji kapas terlebih dahulu, kemudian menanamnya dalam waktu yang tidak cukup hanya satu dua bulan, bahkan bertahun-tahun hingga tanaman kapas tumbuh dan berbuah. Setelah itu memanennya, memintalnya menjadi benang, dan menenunnya menjadi kain. Itupun belum selesai, masih ada proses mengukur besaran badan agar lebih serasi untuk dijahit menjadi baju agar pas dan enak dikenanakan dan dipandang mata. Sungguh, teramat sangat rumit apabila semuanya dikerjakan sendirian. Dan ini, tidaklah mungkin dikerjakan oleh kita seorang diri. Ternyata kita baru sadar ketika ada orang yang datang kepada kita menawarkan berbagai macam program dan kegiatan untuk membantu kaum dhuafa. Kesadaran yang seperti inilah yang diharapkan oleh lembaga pengelola 65
2009), h.12
April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat, (Yogyakarta: Teras,
40
zakat dalam mengingatkan para donatur dan muzakki. Sehingga penyadaran dengan mengingatkan secara terus menerus menjadikan individu dan masyarakat terpengaruh dengan program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukannya.66 Ketiga, mempengaruhi dalam arti mendorong masyarakat, lembaga dan individu untuk menyerahkan sumbangan dana baik berupa zakat, infak, sedekah dan lain-lain kepada organisasi nirlaba. Lembaga atau organisasi nirlaba dalam melakukan
penghimpunan
juga
mendorong
kepedulian
sosial
dengan
memperlihatkan prestasi kerja atau annual report kepada calon donatur. Sehingga ada kepercayan dari para calon donatur setelah mempertimbangkan segala sesuatunya. Dorongan hati nurani para calon doatur untuk memberikan sumbangan dana kepada lembaga atau organisa zakat ini merupakan upaya penghimpunan dalam upaya penggalian dana untuk keberlangsungan hidup lembaga atau organisasi itu sendiri.67 Keempat, mempengaruhi untuk membujuk para donatur dan muzakki untuk bertransaksi. Pada dasarnya keberhasilan suatu penghimpunan adalah keberhasilan dalam membujuk para donatur untuk memberikan sumbangan dananya kepada organisasi pengelola zakat. Maka tidak ada artinya suatu penghimpunan tanpa adanya transaksi. Kepandaian seseorang dalam membujuk donatur, mestinya tidak bisa dipisahkan dengan kepandaian seseorang dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Jika dengan tulisan saja calon donatur sudah merasa yakin, simpati dan mendukung organisasi pengelola zakat, 66
April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat, (Yogyakarta: Teras,
2009), h.12
67
Ibid., h.13
41
maka akan lebih baik lagi apabila komunikasi tulisan diikuti dengan tindakan silaturahim sehingga terjadi kontak mata dan komunikasi secara lisan. Proses membujuk masyarakat baik dengan lisan maupun tulisan dari memulai memikirkan tema apa yang akan dituliskan dalam sarana (pamflet, spanduk, banner, dan lain-lain) hingga silaturahim untuk saling mempengaruhi berjalan dengan baik. Sehingga terjadi transaksi karena dipengaruhi oleh sikap dan perilaku para „amil dalam membujuk para donatur dan muzakki. Upaya mempengaruhi ini merupakan bagian penting dari upaya penghimpunan.68 Kelima, dalam mengartikan penghimpuanan sebagai proses mempengaruhi masyarakat,
mempengaruhi
juga
dapat
diterjemahkan
sebagai
merayu,
memberikan gambaran tentang bagaimana proses kerja, program dan kegiatan sehingga menyentuh dasar-dasar nurani seseorang. Gambaran-gambaran yang diberikan inilah yang diharapkan bisa mempengaruhi masyarakat sehingga mereka bersedia memberikan sebagian dana yang dimilikinya sebagai sumbangan dana, zakat, infak, maupun sedekah kepada organisasi yang telah merayunya.69 Keenam, mempengaruhi dalam pengertian penghimpunan dimaksudkan untuk memaksa jika diperkenankan. Bagi lembaga atau organisasi pengelola zakat, hal ini bukanlah suatu fitnah, atau kekhawatiran akan menimbulkan keburukan. Tentunya paksaan ini dilakukan dengan ahsan, sebagaimana perintah Allah dalam Al-Qur‟an surat At-Taubah ayat 103. Dalam fundraising zakat sering dipakai juga istilah pengumpulan. Pengumpulan adalah proses, cara, perbuatan mengumpulkan, penghimpunan, dan 68
April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat, (Yogyakarta: Teras,
2009), h.14
69
Ibid., h.15
42
pengarahan.70 Zakat pada prinsipnya sama dengan infaq dan shadaqah. Zakat dan infaq adalah bagian dari shadaqah yaitu harta yang diserahkan untuk kebajikan dengan syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan Allah.71 Adapun maksud dari pengumpulan zakat dalam penelitian ini adalah suatu perbuatan mengumpulkan harta yang diserahkan untuk kebajikan dengan syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan Allah. Pada masa Rasulullah dan sahabat, pelaksanaan zakat dilakukan dengan cara para petugas mengambil zakat dari para muzakki, atau muzakki sendiri secara langsung menyerahkan zakatnya pada Baitul Mal, lalu oleh para petugasnya („amil zakat) didistribusikan kepada para mustahik yang tergabung dalam asnaf tsamaniyah (delapan golongan yang berhak menerima zakat). Pada masa Rasulullah SAW, „amil zakat yang ditugasi adalah Sayyidina Umar bin Khattab RA., di samping Muadz bin Jabal yang diutus ke Yaman. Masalah pengorganisasian pengelolaan zakat, walaupun dalam bentuk organisasi yang sederhana namun pengelolaan zakat pada masa itu dinilai berhasil. Hal ini sangat ditentukan oleh faktor sumber daya manusianya, karena „amil pada waktu itu adalah orang-orang yang amanah, jujur, transparan, dan akuntabel. Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Salim bin Abdillah bin Umar dari ayahnya, bahwa Rasulullah SAW. telah memberikan kepadanya zakat, lalu
70
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h.475 71 Sudirman, Zakat dalam Pusaran, h.16
43
menyuruhnya untuk dikembangkan atau disedekahkan lagi. Salim pun mengelolanya sampai ia mampu memberikan sedekah dari usaha tersebut.72 Sejarah tersebut menjadi tonggak awal bagaimana mengelola zakat sehingga menjadi sesuatu yang produktif dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama pada mustahiknya. Pada zaman dahulu para pengumpul zakat („amil) merupakan orang-orang yang jujur dan terpercaya. Sehingga pengumpulan zakat terkoordinasi dengan baik. Dengan begitu, „amil mempunyai peran sangat penting dalam pengumpulan zakat, dan tidak boleh sembarang orang menjadi „amil zakat melainkan orang tersebut mempunyai sifat jujur, amanah dan terpercaya dan tentunya memahami zakat dengan baik. „Amil adalah orang-orang yang dipilih oleh pemimpin di suatu tempat.
72
h.223-224
Fakhruddin, Fiqih dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang : UIN Malang Press, 2008),
BAB III PROFIL NEGARA SINGAPURA DAN MAJLIS UGAMA ISLAM SINGAPURA (MUIS) A. GAMBARAN UMUM NEGARA SINGAPURA Singapura merupakan salah satu negara kecil di Asia Tenggara yang terletak di ujung Selatan Semenanjung Melayu, dan berbatasan langsung dengan dua negara sekaligus yaitu Johor (Malaysia) di bagian utara dan Kepulauan Riau (Indonesia) di bagian selatan. Negara ini merdeka tanggal 9 Agustus 1965 setelah lama dijajah Inggris (1819-1963). Pada awalnya Singapura merupakan kampung nelayan yang dihuni oleh etnis Melayu. Pasca kemerdekaan, standar kehidupan di negara ini meningkat tajam.74 Negara ini menjadi pusat keuangan terdepan keempat di dunia dan sebuah kota dunia kosmopolitan yang memainkan peran penting dalam perdagangan dan keuangan internasional. Pelabuhan Singapura adalah satu dari lima pelabuhan tersibuk di dunia. Singapura disebut-sebut sebagai negara paling terglobalisasi di dunia dalam Indeks Globalisasi tahun 2006. Economist Intelligence Unit menempatkan Singapura pada peringkat pertama kualitas hidup terbaik di Asia dan kesebelas di dunia. Singapura dikenal sebagai city state (negara kota) yang memiliki cadangan devisa terbesar kesembilan di dunia. Negara ini juga memiliki angkatan bersenjata yang maju. Pertumbuhan ekonomi Singapura adalah yang
74
Mohammad Kosim, Pendidikan Islam di Singapura: Studi Kasus Madrasah al-Juneid alIslamiyah, Jurnal Al-Tahir, No 2 November 2011
44
45
tercepat di dunia dengan pertumbuhan PDB (Pendapatan Domestik Bruto) 17.9% pada pertengahan pertama 2010.75 Singapura adalah Negara kecil yang memiliki penduduk multirasial, multilingual, dan multi agama. Keturunan Cina memegang predikat paling tinggi disusul Melayu, India, Pakistan, dan Arab. Umat Islam merupakan kelompok minoritas dan heterogen yang terdiri dari berbagai etnis yaitu Melayu, Arab, Pakistan, dan India. Orang-orang Melayu merupakan komunitas muslim terbesar di Singapura dan kurang maju dibanding dengan golongan penduduk yang lain di beberapa bidang terutama di bidang ekonomi. Mereka ini paling miskin di antara etnis-etnis yang lain.76 Luas wilayah Singapura saat ini sekitar 7,16 km2 (271,8 mil2). Sedangkan jumlah penduduknya, berdasarkan sensus penduduk tahun 2015 mencapai 5,6 juta jiwa yang terdiri atas etnis Tionghoa (77,3%), etnis Melayu (14,1%), etnis India (7,3%), dan etnis lainnya (1,3%). Etnis Melayu merupakan penduduk asli Singapura yang belakangan semakin tersisih. Mayoritas penduduk Singapura menganut agama Buddha (33,3%), selebihnya adalah penganut agama Kristen (18,3%), Islam (14,7%), Tao (10,9%), Hindu (5,1%) dan penganut agama lainnya (0,7%). Sedangkan sisanya (17.0%) tidak beragama.77 Sejalan dengan pertambahan penduduk, jumlah pemeluk Islam di Singapura kian bertambah setiap waktu. Hal yang sama juga terjadi pada pemeluk agama lainnya, termasuk yang tak beragama, kecuali agama Tao yang mengalami
75
http://id.wikipedia.org/wiki/Singapura, diakses 8 April 2017 pukul 21.15 WIB Ali Kettani, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini, (Jakarta: PT Grafindo Persada), h.222 77 http://www.singstat.gov.sg diakses 8April 2017. Jumlah penduduk berdasar kategori agama tersebut hanya dibatasi pada penduduk berusia 15 tahun ke atas. 76
46
penurunan signifikan. Hal ini terlihat dalam tabel statistik penduduk berdasar agama periode 1980-2015 berikut:78 Tabel 1. Statistik penduduk Singapura berdasarkan agama
Tahun Periode N o
Agama 1980
1990
2000
2010
2015
1
Budha
443.517
647.859
1.060.662
1.032.879
1.725.510
2
Tao
492.044
465.150
212.344
339.149
493.730
3
Islam
258.122
317.937
371.660
457.435
727.870
4
Kristen
165.586
264.881
364.087
569.244
926.380
5
Hindu
58.917
77.789
99.904
157.854
264.680
6
Agama Lain
8.971
11.604
15.879
21.635
117.070
7
Tak Beragama
212.921
293.622
370.094
527.553
834.760
8
Jumlah Total
1.640.078
2.078.842
2.494.630
3.105.748
5.090.000
Pemeluk Islam sebagian besar berasal dari etnis Melayu. Sisanya dari komunitas India dan Pakistan serta sejumlah kecil dari Cina, Arab dan Eurasia. Mayoritas penduduk Muslim Singapura secara tradisional adalah Muslim Sunni yang mengikuti mazhab Syafi'i, ada juga Muslim pengikut mazhab Hanafi serta sedikit Muslim Syiah.79 Masuknya Islam ke Singapura tidak dapat dipisahkan dari proses masuknya Islam ke Asia Tenggara secara umum, karena secara geografis Singapura merupakan salah satu pulau kecil yang terdapat di tanah Semenanjung Melayu. Pada masa awal, Islam yang dikenalkan kepada masyarakat Asia
78
http://www.singstat.gov.sg, diakses 8 April 2017 pukul 21.20 WIB http://www.eramuslim.com/berita/gerakan-dakwah/tak-adakumandang-adzan-di-singapura.htm, diakses 8 April 2017, pukul 21.20 WIB 79
47
Tenggara lebih kental dengan nuansa tasawuf. Karena itu, penyebaran Islam di Singapura juga tidak terlepas dari corak tasawuf ini. Buktinya pengajaran tasawuf ternyata sangat diminati oleh ulama-ulama setempat dan raja-raja Melayu. Kumpulan tarekat sufi terbesar di Singapura yang masih ada sampai sekarang ialah Tariqah 'Alawiyyah yang terdapat di Masjid Ba'alawi. Tarekat ini dipimpin oleh Sayid Hasan bin Muhammad bin Salim al-Attas.80 Sejak awal abad ke-20 warga muslim khususnya keturunan Arab dan India mulai dilibatkan dalam berbagai dewan pekerja Inggris untuk memberi kepercayaan pada mereka. Pada tahun 1905 pemerintah mendirikan Dewan Penyokong Bagi Pemeluk Islam dan Hindu (Moslems and Hindu Endowments Board). Pada perkembangan selanjutnya muncul banyak keluhan yang berkaitan dengan tindakan salah urus di dalam badan tersebut dan menyebabkan dewan ini ditutup sementara pada tahun 1941. Kemudian dewan diaktifkan kembali tahun 1946. Pada tahap awal, tidak ada seorangpun anggota yang berasal dari golongan muslim melainkan dari pejabat pemerintah dan kotapraja sebab muslim dianggap tidak mampu menjalankan tugasnya jika mereka menduduki jabatan di dewan. Umat Islam pun tidak tinggal diam, mereka menuntut haknya sebagai warga negara. Mereka berlomba-lomba untuk menduduki kursi dewan. Akhirnya setelah tahun 1948 diangkatlah dua orang wakil dari komunitas muslim dan dua wakil dari komunitas Hindu.81 Pada tahun 1948 Koloni Mahkota Inggris memilih majelis legislatif dan dewan menteri untuk menjalankan pemerintahan dalam negeri. Perdana Menteri 80
Munzir Hitami, Sejarah Islam Asia Tenggara, (Pekanbaru: Alaf Riau, 2006), h.32 Sharon Siddique, “Posisi Islam di Singapura”, dalam Taufik Abdullah, ed., Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara (Jakarta: LP3ES, 1989), h.397 81
48
pada saat itu adalah Lee Kuan Yew, ia menyadari bahwa Singapura tidak bisa berdiri sendiri setelah merdeka karena harus bertanggung jawab sendiri atas keamanan internasionalnya. Oleh karena itu Lee Kuan Yew, ketua Partai Aksi Rakyat (PAP) memperjuangkan penggabungan antara Singapura dan Malaysia. Akhirnya pada 31 Agustus 1963 Singapura bergabung dengan Malaysia. Selain bertujuan untuk menjaga keamanan internasionalnya, penggabungan tersebut juga untuk menunjukkan kepada muslim tentang prinsip kebebasan dalam beragama dan melindungi kepercayaan mereka. Penggabungan tersebut membuat minoritas muslim di Singapura dapat bergabung dengan rekan-rekannya sesama muslim di Malaysia dan terjadi interaksi, baik agama maupun budaya. Akan tetapi penggabungan tersebut menimbulkan protes dimana-mana, bahkan berlangsung hingga menimbulkan banyak kerusuhan dan mengganggu stabilitas politik negara. Pada tahun 1964 setelah penggabungan tersebut terjadi keributan di Singapura yang menewaskan 22 orang dan melukai 451 orang. Ketegangan dan keresahan sosial-politik tidak hanya terjadi antar kelompok ideologis dan kelompok rasial saja, tetapi juga antara pemerintahan negara bagian Singapura dan pemerintah federasi di Malaysia. Akhirnya pada 9 Agustus 1965 Singapura melepaskan diri dari federasi Malaysia dan mulai berdiri sendiri. Sejak saat itu negara dan bangsa Singapura harus menghadapi sendiri segala tantangan masa depan dan dunia luar yang penuh ketidakpastian.82 Tantangan itulah yang melahirkan sifat dinamis orang-orang Singapura agar menjadi bangsa yang utuh. Semua tantangan itu dihadapi dengan
82
Kardiyat Wiharyanto, Perkembangan Singapur, (Yogyakarta: IKIP Sanata Dharma), h.55
49
bertolak dari kenyataan yang ada dan merupakan faktor tetap bagi pemerintah dalam mengembangkan pola rencana dan tindakan politik, sosial, ekonomi, dan budaya.
Setelah
mencapai
kemerdekaan,
pemimpin
Singapura
tetap
mempertahankan sifat sekulernya. Anggota dari semua agama dan ras akan diperlakukan sama dalam praktek keagamaan.83 Akibat pemisahan tersebut umat muslim khususnya orang Melayu di Singapura secara tiba-tiba juga terpisah dalam ikatan persaudaraan dengan mayoritas muslim di Malaya. Umat muslim Singapura pun semakin minoritas dan mengalami berbagai permasalahan. Permasalahan yang dihadapi umat muslim di Singapura semakin kompleks. Hal itu menyebabkan banyak kerusuhan di dalam negara yang menyebabkan stabilitas politik negara menjadi terganggu. Kondisi muslim di Singapura kurang maju dibanding dengan golongan penduduk yang lain di beberapa bidang. Persentase muslim lulusan universitas hanya 2,7% dari jumlah seluruh lulusan. Jumlah muslim dalam profesi dan jabatan tinggi juga lebih rendah dari rata-rata nasional mereka. Sebagian muslim mempunyai kedudukan tinggi di bidang hukum dan di Universitas. Melihat kondisi yang demikian, pada tahun 1968 pemerintah mendirikan Departemen Urusan Agama Islam, yaitu Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS). Pendirian tersebut berdasar pada Pengaturan Pelaksanaan Hukum Islam AMLA yaitu Administration of Muslim Law Act yang dikeluarkan oleh parlemen Singapura yang diresmikan menjadi Undang-undang pada 25 Agustus 1966. Hal
83 Mohamed Nawab Mohamed Osman, “The Religio Political Activism of Ulama In Singapura”, dalam Niger Philip, ed., Jurnal Indonesia and Malay World, Volume 40, No 116 March 2012, h.11
50
ini mengantarkan negara ini pada tahap baru dalam sejarah perundangan dan administrasi Islam. Struktur dalam lembaga tersebut terdiri dari seorang ketua dan tujuh orang anggota yang diharapkan dapat membela, memperjuangkan hak-hak dan kepentingan muslim Singapura.84 Pada saat pelantikannya tahun 1968, beberapa orang meramalkan peranan hegemoni yang akan dimainkannya dalam pembangunan komunitas muslim di Singapura. Berdirinya MUIS dapat dijelaskan dalam konteks sejarah sebagai hal penting bagi organisasi Islam dalam kelembagaan. Institusi ini merupakan lembaga resmi Islam di Singapura yang mengurus masalah keagamaan dan masyarakat Islam, seperti yang dijelaskan Syed Isa bin Mohamed bin Semait yang sangat diharapkan oleh kelompok muslim Singapura untuk membela hak-hak serta kepentingan masyarakat Melayu dan Islam.85 Lembaga ini adalah pemegang otoritas agama Islam tertinggi di Singapura dan memberi nasihat kepada pemerintah mengenai persoalan-persoalan yang berkaitan dengan Islam.86 Lembaga ini juga mengurusi pengumpulan zakat. Zakat harta (2,5 % dari harta kekayaan, wajib sifatnya) dan zakat fitrah adalah sumbangan wajib tahunan yang dihitung dengan harga eceran beras, yang biasanya sekitar 2,5 dollar Singapura dibayarkan melalui masjid lokal, organisasi muslim, atau diberikan secara pribadi. Setelah berdirinya lembaga ini, semua urusan zakat dipegang olehnya. Lembaga tersebut juga mengambil alih administrasi zakat serta bertanggung jawab untuk 84
Saifullah, Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar),
h.113-114.
85
Arifin Mansurnoor, “Minoritas Islam” dalam Taufik Abdullah, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, jilid 5 (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve), h.463. 86 John L. Esposito, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, jild 5 (Bandung: Mizan), h.175
51
komite fatwa juga menjadi panitia haji. Semua urusan umat Islam Singapura di pegangnya.87 Lembaga ini juga tampil sebagai badan pusat pengaturan pembangunan dan pengelolaan masjid-masjid “generasi baru” ini. Badan ini bertindak sebagai badan yang berwenang dalam berhubungan dengan pemerintah, Housing and Development Board (HDB) dan Pusat Dana Masa Depan atau Central Provident Fund (CPF) yang berkaitan dengan perencanaan masjid-masjid baru, alokasi lahan, serta koordinasi, rancangan bentuk, dan pekerjaan membangun masjidmasjid baru tersebut. Beberapa kegiatan yang akan ditemukan di dalam masjid baru yaitu: taman kanak-kanak, kursus keagamaan, manasik haji, kursus bahasa Arab, pelayanan perpustakaan dan kursus kepemimpinan.88 Pembangunan masjid pada tahap pertama (1975-1980) dibangun enam buah di New Town, dengan biaya seluruhnya $10.985.580. Tiap masjid dilengkapi untuk menampung berbagai kegiatan keagamaan. Masjid tertua adalah masjid Molaka yang diperluas pada 1820. Masjid terbesar yang merupakan monumen nasional sejati di Singapura adalah masjid Sultan dan masjid Chulia. Pada tahap kedua, rencana pembangunan Masjid (1981-1986), dilaksanakan pembangunan 9 buah masjid baru dengan biaya sekitar $ 3 juta setiap masjid.89 Pada saat ini ada sekitar 155 masjid di Singapura. Selain pembangunan masjid juga membangun serangkaian pusat-pusat Islam baru yang modern di sekeliling pulau. 87
Petra Weyland, Moeflich Hasbullah, penyuting, Asia Tenggara Konsentrasi Baru Kebangkitan Islam, (Bandung: Fokus Media), h. 229 88 Wawancara pribadi dengan Haji Dr. K.M Deen, Ph.D, Singapura, 16 Juli 2016 89 Sharon Siddique, Posisi Islam di Singapura, dalam Taufik Abdullah. Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, (Jakarta: LP3ES,1988), h.406
52
B.
SEJARAH
PERKEMBANGAN
ZAKAT
DI SINGAPURA
DAN
PENDIRIAN MAJLIS UGAMA ISLAM SINGAPURA (MUIS) Perkembangan zakat di Singapura sangat dipengaruhi oleh para imigran yang berasal dari Yaman (Tarim-Hadramaut), salah satunya adalah seorang ulama bernama Syed Abu Bakar Taha al-Sagoff. Peran dan kiprahnya bagi perkembangan Islam di Singapura sangat besar. Dialah da’i dan penyebar Islam pertama di Negeri pulau itu. Setelah selesai "nyantri" di Mekkah al-Mukarromah, dia memutuskan pergi ke Singapura pada sekitar 1916 untuk tujuan berdakwah.90 Pada 1927, saat kedatangan kedua kalinya di Negeri itu, Syed Abu Bakar memutuskan menetap untuk mengembangkan Islam. Pertama yang ia lakukan adalah membuka lembaga pendidikan Islam, yakni madrasah Al-Junied. Pengabdiannya pada Islam itu dilakukannya hingga wafat pada tahun 1956. Perkembangan Islam itu terus menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Hingga kini, pemeluk Islam di Singapura tercatat sebanyak 15 persen dari jumlah penduduk keseluruhan (sekitar 725 ribu orang dari 5 juta jumlah penduduk keseluruhan)91. Jumlah demikian menempatkan muslim Singapura, atau lebih dikenal sebagai muslim Melayu, pada urutan kedua setelah etnis Cina 77 persen, dan India 7 persen. Di tengah sistem kehidupan sekuler yang diterapkan pemerintah setempat, muslim Singapura terus berpacu meningkatkan kualitas diri, agar mampu berkompetisi dengan lajunya kemajuan dan zaman. Dimensi perkembangan Islam itu yang cukup menggembirakan, terutama dalam hal manajemen profesionalisme dalam hal pengelolaan zakat, infaq, 90
Mohammad Kosim, Pendidikan Islam di Singapura: Studi Kasus Madrasah al-Juneid alIslamiyah, Jurnal Al-Tahir, t.p dan t.th 91 Berdasarkan sensus penduduk tahun 2015 mencapai 5,6 juta jiwa
53
sedekah, dan wakaf (ZISWAF). Di Singapura, sebagaimana dijelaskan oleh Zalman Putra Ahmad Ali,92 pengelolaan ZISWAF, diperuntukkan bagi pemerataan dan kesejahteraan umat Islam. "Pemberdayaan amanat agama ini tidak akan mencapai target maksimal jika tidak dikelola secara profesional," MUIS sendiri sebagai lembaga tertinggi pemerintah untuk Hal Ehwal Islam93, memang bertanggung jawab dan ikut mengelola langsung pengelolaan ZIS zakat, sehingga dapat mengetahui secara pasti pelaksanaannya. Sistem manajemen profesional yang diterapkan oleh MUIS ini telah diterapkan lebih dari 10 tahun terakhir. Dalam pembayaran ZIS misalnya, dengan cara pergi ketempat penyaluran atau lembaga yang dipercaya. Sejak dua tahun terakhir pembayaran ZIS dapat dilakukan melalui sistem online.94 Pembentukan lembaga keagamaan di Singapura dimulai ketika dibentuk jabatan qadhi (Hakim Agung) yang didasarkan pada Ordonansi Perkawinan Pengikut Muhammad. Mereka hanya diberi wewenang untuk mengurusi soal perkawinan dan perceraian saja, tidak mengurusi masalah pengumpulan denda dan persengkataan harta benda. Menyusul kemudian dibentuklah Dewan Penyokong Bagi Pemeluk Islam dan Hindu (Moslems and Hindu Endowen Board) tahun 1905. Lembaga ini mengurusi masalah-masalah yang muncul dikalangan internal umat Islam dan masalah antar umat agama. Sampai tahun 1948 tidak ada seorang muslimpun yang bekerja atau terlibat di dalam lembaga ini. Dewan in terdiri dari: pengacara umum, tiga orang wakil umat Islam, tiga orang wakil umat 92
Kepala Divisi Pembangunan Agama dan Penelitian, Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS) Kementrian Hal Ehwal Islam setingkat Kementerian Agama di Indonesia 94 Pembayaran melalui sistem online (seperti melalui manajemen bank, i-Zakat berbasis internet, eNets atau e-payment, aplikasi smarthphone, dsb) 93
54
Hindu, satu Persia, dan bendahara umum yang juga bertugas sebagai sekretaris dewan. Kemudian lembaga ini dibubarkan pada tahun 1968, karena tidak mampu mengurusi semua permasalahan umat Islam dan tidak mempunyai kepercayaan dari rakyat muslim. Dalam pengaturan Islam selain Dewan Penyokong Bagi Pemeluk Islam dan Hindu juga didirikan Dewan Penasehat Urusan Muslim. Dewan tersebut didirikan pada tahun 1915. Anggota dari dewan ini diangklat oleh Gubernur R.J Farrer yang merupakan ketua pertama dewan.95 Para wakil dalam dewan ini berasal dari komunitas muslim termasuk keturunan Arab dan India. Ketika R.J Farrer pulang ke kampung halamannya, seorang dokter muslim, Hafizuddin S. Moonshi secara berkala menggantikan Farrer sebagai ketua sejak tahunn 1928.96 Pendirian dewan ini sebagai akibat dari tuntutan muslim. Dewan ini melayani dua tujuan utama yaitu untuk memberikan saran kepada pemerintah tentang urusan yang berkaitan dengan Islam dan memberikan saluran bagi umat Islam untuk menyuarakan keprihatinan mereka terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang berdampak pada Islam.97 Pada saat itu komunitas muslim cenderung membentuk kantong-kantong atau kelompok-kelompok kecil.98 Pada periode ini terjadi perebutan posisi kepemimpinan dalam masyarakat, yang masing-masing kelompok ingin menjadi satu-satunya wakil dari komunitas muslim di dalam pemerintahan dewan dan berbagai badan lain. Adanya kondisi 95
Khoo Kay Kim (ed), Malays / Muslim In Singapore: Selected Readings In History 1819-1965, (Singapore: Pelanduk Publication, 2006), h.168 96 Sharon Siddique, Posisi Islam di Singapura, dalam Taufik Abdullah. Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, (Jakarta: LP3ES,1988), h.168 97 Mohamed Nawab Mohamed Osman, “The Religio Political Activism of Ulama In Singapura”, dalam Niger Philip, ed., Jurnal Indonesia and Malay World, Volume 40, No 116 March 2012, h.2 98 Khoo Kay Kim (ed), Malays / Muslim In Singapore: Selected Readings In History 1819-1965, (Singapore: Pelanduk Publication, 2006), h.168
55
tersebut, dewan menawarkan kepada masyarakat jalan menuju kekuasaan karena kekuasaan merupakan target yang didambakan oleh masyarakat. Hal tersebut yang mengakibatkan pertengkaran kecil dan kecaman yang ditujukan kepada dewan karena tidak suka dengan cara yang ditempuh olehnya. Oleh sebab itu, dewan yang dibentuk untuk menangani urusan muslim yang berkaitan dengan agama tersebut tidak berfungsi secara efektif dan tidak memiliki dukungan dari masyarakat sendiri. Selain itu, dewan ini juga tidak mempunyai kekuasaan yang nyata dalam mengambil keputusan. Dewan ini hanya sebuah badan semi pemerintah dan merupakan boneka dari pemerintah Inggris karena semua aktivitasnya dikendalikan oleh pemerintah Inggris. Akhirnya pada tahun 1941 dewan ini dibubarkan. Perkembangan selanjutnya dewan penasehat urusan muslim yang telah dibubarkan tersebut dihidupkan kembali dengan nama baru yaitu Dewan Penasehat Muslim Singapura (The Muslim Advisori Board) atau disingkat MAB. Dewan ini resmi didirikan kembali pada bulan Oktober 1947 dan berusaha sangat keras untuk tidak menjadi salinan dewan-dewan sebelumnya.99 Pada tahun 1957 juga ditetapkan undang-undang perkawinan yang dikenal dengan Muslims Ordonance. Melalui peraturan perundang ini dibentuk juga Pejabat Pernikahan orang Islam dan Mahkamah Syariah. Kedua lembaga tersebut bertugas mengurusi masalah yang berkaitan dengan perkawinan, keluarga, dan pembagian harta.
99
Khoo Kay Kim (ed), Malays / Muslim In Singapore: Selected Readings In History 1819-1965, (Singapore: Pelanduk Publication, 2006), h.173
56
Terlihat beberapa usaha yang dilakukan oleh pemerintah guna mengurusi masalah umat Islam yaitu dengan didirikannya beberapa organisasi. Pada kenyataannya permasalahan umat muslim tidak semua bisa teratasi. Hal tersebut mendorong pemerintah untuk membuat sebuah kebijakan yang diharapkan mampu mengatasi semua permasalahan yang terjadi di Singapura dengan memberlakukan AMLA. Beberapa anggota AMLA menginginkan peranan lebih aktif dari berbagai organisasi muslim yang sudah ada dalam memilih anggotanya agar menjamin status independen dewan, namun pandangan tersebut ditolak oleh pemerintah. Akhirnya anggota AMLA mengusulkan pembentukan lembaga sosial yang baru yaitu Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS). Usulan tersebut diterima oleh pemerintah dan pada tahun 1968 dibentuklah lembaga tersebut, sebagai suatu badan hukum yang menjadi penasehat Presiden Singapura dalam hal yang berkaitan dengan agama Islam serta mengelola kesejahteraan sosial dan keagamaan muslim di Singapura. Anggota dari lembaga tersebut terdiri dari seorang ketua dan tujuh anggota yang diangkat oleh presiden Singapura berdasarkan rekomendasi Menteri. Para anggota tersebut dipilih dari daftar calon yang diberikan oleh Presiden kepada Majlis yang merupakan orang-orang yang dicalonkan oleh komunitas-komunitas muslim di Singapura. Kelahiran MUIS mendapat dukungan yang kuat dari masyarakat. Lembaga ini membentuk kehidupan keagamaan masyarakat muslim Singapura. Selain itu lembaga ini juga menerapkan prinsip agama di dunia modern dengan
57
menunjukkan nilai-nilai bahwa Islam itu agama yang toleran terhadap zaman dan mempunyai norma yang tidak kaku.100 MUIS diperkenalkan sebagai komponen dari sistem legislatif Singapura berbasis sekuler dua tahun setelah negara itu terpisah dari Malaysia. Peran utama dari majlis adalah untuk melihat kepentingan komunitas muslim Singapura yang tampak beragam. Dewan tersebut bertanggung jawab untuk promosi kegiatan keagamaan, sosial, pendidikan, ekonomi, dan budaya sesuai dengan prinsipprinsip dan tradisi Islam. Termasuk memperluas dan memperdalam pemahaman Islam dalam komunitas muslim Singapura, sekaligus meningkatkan kesejahteraan bangsa. Sebagai badan pemerintah yang mempunyai anggaran dasar rumah tangga yang telah disepakati bersama. Seperti program pengelolaan zakat, wakaf dan pembangunan masjid. Hal itu mempunyai tujuan positif yaitu untuk membentuk kehidupan beragama dan penempatan identitas muslim Singapura.101 Majlis dalam menjalankan tugasnya wajib memenuhi persyaratan ketat dalam urusan keuangan, yaitu harus membuat laporan tahunan mengenai pendapatan, pengeluaran, data properti dan investasi. Laporan tersebut harus melewati pemeriksaan pejabat publik dan kemudian laporan tersebut disahkan. Majlis harus menerbitkan daftar tahunan mengenai wakaf. Selain itu majlis juga harus menyiapkan dan menyerahkan kepada Menteri Pembangunan Masyarakat, perkiraan tentang hal-hal yang berhubungan dengan seluruh pendapatan atau kekayaannya setiap tahun berikutnya. Perkiraan tersebut dapat disetujui dan 100
Khoo Kay Kim (ed), Malays / Muslim In Singapore: Selected Readings In History 1819-1965, (Singapore: Pelanduk Publication, 2006), h.173 101 Mohamad Shamsuri Juhari, Perceptions of Singaporean Malay-Muslim Youth Participating ini Community Outreach Programmes: Capacity Building for Critical Thinking?, thesis The University of Birmingham for the degree of Doctor of Philosophy, 2011, h.145-146
58
diubah oleh Menteri Pembangunan Masyarakat.102 Hal itu karena majlis merupakan lembaga yang dikelola di dalam Kementerian tersebut.103 Pada empat dekade, majlis tersebut telah dikembangkan dan berkembang menjadi lembaga utama masyarakat. Pelajaran dan pengalaman perjalanannya selama 40 tahun, lembaga ini bertekad untuk lebih memperkuat dampak dan kontribusi baik di dalam komunitas muslim maupun di luar komunitas muslim Singapura dengan cara menghormati masa lalu dan membentuk masa depan104. Masa lalu dijadikan sebuah pelajaran untuk membentuk masa depan yang cerah. Untuk mengurusi hal-hal yang berhubungan dengan umat Islam di Singapura, pemerintah negeri singa ini mendirikan Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS) atau Islamic Religious Council of Singapore pada tahun 1968. Wewenang badan resmi milik negara ini meliputi pembinaan dan pengembangan serta pengawasan terhadap masjid-masjid, pendidikan Islam, pernikahan, zakat, haji, kurban, sertifikasi halal, fatwa, dan hal-hal terkait lainnya.105 Kegiatan MUIS dibiayai oleh negara, bahkan para pejabat dan pegawainya, termasuk mufti negara, diangkat oleh Presiden Singapura yang non-Muslim. Dilihat dari jumlah umat Islam yang minoritas serta keberadaan negara Singapura yang sekuler, pendirian MUIS oleh negara merupakan wujud perhatian lebih dari pemerintah Singapura terhadap umat Islam, mengingat lembaga sejenis tidak ada untuk agama lain, meskipun pemeluknya lebih besar dari Islam. Namun
102
M. B Hooker, Islamic Law in South-East Asia (Singapore: Oxford University Press, 1984),
h.114 103 Sharon Siddique, Posisi Islam di Singapura, dalam Taufik Abdullah. Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, (Jakarta: LP3ES,1988), h.402 104 http://www.muis.gov.sg/cms/aboutus/default.aspx. di akses pada 8 April 2017 pukul 08.25 WIB 105 http://www.muis.gov.sg, di akses pada 8 April 2017 pukul 08.25 WIB
59
dari aspek politis, pendirian MUIS dapat dipandang sebagai langkah taktis pemerintah Singapura untuk mengontrol umat Islam dari dalam. Tidak heran jika sebagian aktivis muslim Singapura memandang keberadaan MUIS sebagai explainers of government policies, "para penjelas kebijakan pemerintah". C. KEDUDUKAN DAN PERAN MAJELIS UGAMA ISLAM SINGAPURA (STRUKTUR ORGANISASI, VISI, MISI DAN FUNGSI MUIS) Setelah Singapura merdeka tahun 1965, lembaga-lembaga Muslim bentukan kolonial Inggris diadaptasikan dengan kondisi Singapura merdeka. Di antara lembaga-lembaga baru itu adalah AMLA (The Administration of Muslim Law Act). Lembaga ini dimasukkan ke parlemen pada tanggal 13 Desember 1965, dan menjadi Undang-Undang pada tanggal 25 Agustus 1966. Akta ini memberikan ruang yang fleksibel bagi Dewan Agama Islam, Pengadilan Agama dan Pencatat Perkawinan Islam dalam menetapkan hukum Syari’at.106 Pada tahun 1966 AMLA menyerukan pembentukan MUIS (Majlis Ugama Islam Singapura atau Islamic Religious Council of Singapore) sebagai suatu badan hukum untuk menjadi penasihat Presiden Singapura dalam hal berkaitan dengan agama Islam di Singapura. Pelantikan pertama anggota MUIS dilakukan pada tahun 1968. Bersama dengan Peradilan Syariah dan Pencatat Perkawinan, MUIS merupakan pusat pengaturan kehidupan komunitas Muslim di Singapura. Semua lembaga ini secara administratif berada di bawah Kementerian Pembangunan
106
Salman Syuhada, Sejarah dan Perkembangan Islam di Singapura, artikel diakses pada tanggal 8 April 2017 dari http://www.segenggam-harapan.com/2012/07/sejarah-dan-perkembanganislam-di.html
60
Masyarakat (the Ministry of Community Development). Dimana kementerian ini memiliki seorang Menteri yang juga membidangi urusan Umat Islam.107 Adapun Tugas MUIS disini sama seperti MUI di Indonesia, yaitu sebagai badan pembuat keputusan dan bertanggung jawab dalam perumusan kebijakan dan rencana operasional dalam setiap urusan Keagaman Umat Islam di Singapura. Selain itu tugas mereka mengatur kegiatan Islam di Singapura seperti mengeluarkan sertifikasi halal untuk makan yang menurut ketentuan Islam baik untuk di konsumsi. Melakukan perhitungan waktu shalat di Singapura, menjadi penyelengara pernikahan secara Islam. 1. Struktur Organisasi, Visi dan Misi Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS) Dalam Struktur kepengurusannya, Majlis Ugama Islam (MUIS) memiliki Anggota Dewan yang terdiri dari Presiden MUIS, Mufti Singapura, orang-orang yang direkomendasikan oleh Menteri Urusan Muslim dan orang yang dicalonkan oleh organisasi Muslim. Semua anggota Dewan MUIS diangkat oleh Presiden Singapura. Untuk tahun 2016, yang menjabat sebagai kepala eksekutif MUIS adalah Haji Abdul Razak bin Hassan Maricar, sebagai presiden MUIS adalah Haji Mohammad Alami Musa dan yang menjabat sebagai mufti Singapura adalah Dr. Mohamed bin Fatris Bakaram.108 Dewan MUIS adalah keseluruhan badan pengambil keputusan dan bertanggung jawab untuk perumusan kebijakan dan rencana operasional. Dewan terdiri dari Presiden MUIS, Mufti Singapura, Chief Executive, serta anggota yang 107
Ibid,. Majlis Ugama Islam Singapura, “Management Team”, artikel di akses pada tanggal 8 April 2017 dari http://www.muis.gov.sg/cms/aboutus/management.aspx?id=446 108
61
direkomendasikan oleh Menteri Urusan Muslim dan dicalonkan oleh organisasi Muslim. Semua anggota Dewan diangkat oleh Presiden Republik Singapura. Anggota Dewan MUIS akan menjalani masa jabatan selama tiga tahun efektif. Berikut struktur organisasi MUIS ke-17 periode 7 Agustus 2016 sampai 6 Agustus 2019: President of the MUIS council
: Haji Mohammad Alami Musa
Chief executive of MUIS
: Haji Abdul Rajak bin Hasan Maricar
Mufti of Singapura : Dr. Mohamed Fatris Bakaram Council member
: 1. Hj. Mohammad Alami Musa 2. Hj. Abdul Razak Hassan Maricar 3. Dr. Mohamed Fatris Bakaram 4. Hj. Shafawi Ahmad 5. Hj. Pasuni Maulana 6. Hj. Ali Mohamed 7. Hj. Mohamad Hasbi Hassan 8. Dr. Rufaihah Abdul Jalil 9. Hj. Zainol Abeedin Hussin 10. Hj.Assad Sameer Ahmad Baghir 11. Mr. Moh.Thahirrudin Shadat Kadarisman 12. Hj. Mohammed Faiz Edwin Ignatious M 14. Mr. Farihullah Abdul Wahad Safiullah 15. Ms. Nora Rustham 16. Haji Sallim Abdul Kadir 17. Haji Raja Mohamad Maiden 18. Dr. Abdul Razak Chanbasa 19. Mdm. Tuminah Sapawi 20. Mr. Helmi Thalib 21. Mdm Rahayu Buang
62
22. Mdm Rahayu Mohamad 23. Dr. Syen Harun Taha Alhabsyi 24. Mr. Arjami Salim
Gambar 1. Struktur Majlis Ugama Islam Singapura
Sumber : Majlis Ugama Islam Singapura
Gambar di atas merupakan struktur organisasi dari Majlis Ugama Islam Singapura, yang terdiri dari Dewan MUIS selaku penanggung jawab tertinggi dalam tubuh organisasi MUIS, selanjutnya untuk melaksanakan tugas-tugasnya Dewan MUIS memiliki 6 Direktorat yang memiliki tugas dan tanggung jawab masing masing, yaitu: bagian pengembangan keagamaan, bagian pendidikan ke-
63
Islaman, bagian pengembangan kapasitas dan strategi pengelolaan, bagian pengelolaan asset, bagian pengembangan masjid dan kegiatan sosial, dan bagian pengembangan organisasi. 2. Visi dan Misi Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS) Visi MUIS: Menjadi organisasi yang kuat dan kredibel dalam spiritual dan intelektual, yang didukung secara luas dan efektif dalam menangani isu-isu Islam. Misi MUIS: Bekerjasama dengan masyarakat dalam mengembangkan kehidupan keagamaan dan menjadi lembaga yang terus dinamis. Visi bagi Masyarakat Menjadikan Masyarakat Muslim yang Unggul, Ramah, Menginspirasi dan Menebar Berkah bagi sesama manusia. Prioritas Strategis Mengontrol agenda Islam dalam kehidupan keagamaan dan membentuk identitas Muslim Singapura. Peran MUIS Peran MUIS adalah memfasilitasi kepentingan masyarakat dalam menjalankan keagamaan muslim di Singapura. Dalam hal ini MUIS bertanggung jawab untuk mendakwahkan agama, sosial, pendidikan, ekonomi dan budaya yang sesuai dengan prinsip dan tradisi Islam sebagaimana yang terkandung dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah.
64
Fungsi MUIS Adapun Fungsi utama MUIS adalah sebagai berikut:109 1.Sebagai
administrasi
dalam
pengelolaan
zakat,
zakat,
urusan
pemakaman, sertifikasi halal, dan kegiatan dakwah 2. Sebagai manajeman dalam pembangunan dan pengelolaan Masjid 3. Sebagai administrasi dalam urusan pendidikan Islam, seperti Madrasah, 4.Sebagai
satu-satunya
yang
berhak
mengeluarkan
Fatwa
demi
kemaslahatan umat di Singapura, 5.Penyaluran atau pendistribusian bantuan kepada fakir miskin yang membutuhkan, 6. Penyedia dana hibah untuk pengembangan organisasi Selain enam fungsi di atas, MUIS meliliki fungsi khusus kaitannya dengan pengelolaan zakat yaitu sebagai tim pengawas dalam pengelolaan zakat, adapun fungsi pengawasan (controling) meliputi: 1. Pusat penyimpanan dokumentasi (database) asset zakat 2. Sebagai audit laporan keuangan 3. Menunjuk auditor yang dapat memeriksa laporan zakat 4. Sebagai administrasi dan manajemen asset zakat Dengan memiliki visi dan misi yang jelas, MUIS menjadi satu-satunya organisasi Islam yang menaungi secara langsung aktivitas kehidupan beragama masyarakat muslim Singapura sekaligus menjadi rujukan bagi masyarakat muslim akan setiap fatwa yang di keluarkan terkait permasalahan yang ada. 109
Majlis Ugama Islam Singapura, “Overview” artikel di akses pada tanggal 10 April 2017 dari http://www.muis.gov.sg/cms/aboutus/overview.aspx?id=442
BAB IV ANALISIS STRATEGI PENGHIMPUNAN ZAKAT DI SINGAPURA A. Tanggung Jawab dan Wewenang MUIS dalam Penghimpunan Dana Zakat di Singapura Sebelum Administrasi Undang-Undang Hukum Islam (AMLA) Zakat dan Fitrah 1968 disahkan, orang-orang Islam di Singapura telah mengeluarkan dan memberikan zakat mereka secara personal (khususnya zakat fitrah) dengan memberikan zakat-zakat tersebut kepada individu-individu yang mereka pilih sendiri, karena waktu itu belum ada lembaga yang menjadi wadah atau yang bertanggung jawab dalam hal pengumpulan zakat. Penduduk muslim Singapura biasanya membayar zakat melalui masjidmasjid lokal, organisasi Islam atau diberikan secara pribadi. Secara tradisinya sebelum MUIS berdiri dan terwujudnya pengelolaan zakat yang lebih teratur berdasarkan AMLA tahun 1968, mereka mengeluarkan zakat kepada orang-orang yang berpengaruh dan disegani dalam masyarakat kampung, seperti pegawaipegawai masjid, guru-guru agama, guru-guru Al-Qur‟an, bidan-bidan kampung dan orang-orang tua. Keadaan seperti ini berlangsung secara turun temurun. “Kalau zaman dahulu, pengumpulan zakat belum sama lembaga resmi, tapi orang-orang memberikan dana zakatnya itu langsung kepada orang-orang yang dihormati, orang-orang yang mengajarkan Islam, guru agama, guru ngaji, dsb”115 Setelah disahkannya Administrasi Undang-Undang Hukum Islam pada tanggal 1 Juli 1968, otoritas pengelolaan dan administrasi Zakat di Singapura
115
Wawancara pribadi dengan Haji Dr. K.M Deen, Ph.D, Singapura, 16 Juli 2016
65
66
beralih menjadi di bawah kendali MUIS. Seperti termaktub dalam AMLA, dijelaskan bahwa:116 “…(1) The Majlis shall have power to collect zakat and fitrah payable in Singapore in accordance with the Muslim law. (2) The power under subsection (1) shall not be exercised by the Majlis until a resolution to that effect has been passed by the Majlis and approved by the President of Singapore…”(pasal 68 ayat 1 dan 2) “…The Majlis, with the approval of the Minister, may make rules for and regulate all matters in connection with the collection, administration and distribution of zakat and fitrah…” (pasal 69 ayat 1) Dengan adanya Administrasi Undang-Undang Hukum Islam (AMLA) tahun 1968 tersebut, pemusatan aktivitas dan pembagian zakat dilaksanakan di bawah tanggung jawab Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS). Majlis Ugama Islam adalah pihak yang berwenang menghimpun semua zakat dan Fitrah serta membagi-bagikan kepada yang berhak menerimanya di Negara Singapura berdasarkan keputusan Majlis dan disahkan oleh Presiden Singapura, melalui persetujuan Menteri. Dalam hal ini penghimpunan zakat dilakukan oleh salah satu unit di Pejabat Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS) yaitu Bagian Pengelolaan Aset atau tepatnya bagian Unit Strategis Zakat dan Wakaf Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS), yang bertanggung jawab untuk mengendalikan proses dan pembagian zakat di Negara Singapura. 1. Tugas Unit Strategi Zakat dan Wakaf MUIS Seluruh hal yang berhubungan dengan pengelolaan, penghimpunan dan pendistribusian zakat pertama kali diajukan pada komite zakat, yang kemudian
116
Lihat Administration of Muslim Law Act (AMLA) pasal 68 ayat (1) dan (2) dan 69 ayat (1)
67
nantinya akan direkomendasikan untuk pengambilan keputusan di level manajemen dan anggota dewan MUIS. Unit Strategis Zakat dan Wakaf merupakan prioritas strategis yang mempromosikan pengembangan Komunitas Muslim Singapura dengan berusaha memenuhi kebutuhan sosial dan keagamaannya. Dengan demikian, dalam hal ini Unit Strategis Zakat dan Wakaf MUIS telah menetapkan empat tujuan strategis untuk zakat, yaitu: 1) Untuk membina petugas zakat (amil) yang benar dan bertanggung jawab. 2) Untuk menciptakan infrastruktur dan layanan kelas dunia untuk para pembayar Zakat. 3) Terus-menerus mendidik masyarakat tentang kewajiban dan kebajikan zakat. 4) Membagikan zakat dengan cara yang paling efisien, adil dan transparan seperti yang ditentukan dalam Al-Quran. 2. Struktur organisasi Unit Strategis Zakat dan Wakaf MUIS Gambar 2. Struktur organisasi Unit Strategis Zakat dan Wakaf
68
Gambar di atas merupakan struktur organisasi dari Unit Strategis Zakat dan Wakaf MUIS, yang terdiri dari Komite Fatwa selaku penanggung jawab tertinggi dalam tubuh organisasi Unit Strategis Zakat dan Wakaf MUIS, Kepala Unit Strategis Zakat dan Wakaf, selanjutnya untuk melaksanakan tugas-tugasnya Kepala Unit Strategis Zakat dan Wakaf, memiliki pegawai yang dibawah terdapat Pimpinan atau urusan Amil, dan Petugas Zakat. B. Otoritas Zakat Majlis Ugama Islam Singapura : 117 1) Tanggung Jawab Zakat Komite Zakat dan Fitrah, dipimpin oleh Presiden MUIS, Mufti dan tokoh masyarakat lainnya yang membahas tentang pengumpulan dan penyaluran dana zakat. Komite Fatwa, yang dipimpin oleh Mufti, memberikan panduan untuk semua masalah syari'ah termasuk zakat. 2) Undang-undang dan Anggaran Dasar Di bawah Administrasi Hukum-Hukum Islam (AMLA), di Bagian pasal 68 (1), MUIS memiliki kuasa untuk mengumpulkan Zakat dan Fitrah yang dibayarkan di Singapura sesuai dengan Hukum Islam. Selain itu, Bagian 69 (1) menyatakan bahwa MUIS, dengan persetujuan Menteri, dapat membuat peraturan dan mengatur semua hal yang berkaitan dengan pengumpulan, administrasi dan distribusi Zakat dan Fitrah. 3) Transparansi Transparansi merupakan komponen penting dalam administrasi zakat oleh MUIS. Laporan pengumpulan dan penyaluran dana zakat diaudit oleh auditor
117
MUIS Zakat disbursement Brochure Final, 2011
69
yang berkualitas dan diketahui (diumumkan) setiap tahun kepada Parlemen Singapura. Laporan ini tersedia untuk umum dan dapat ditemukan di MUIS Annual Report (Laporan Tahunan MUIS). 4) Penyaluran yang terjamin dan Adil Zakat harus dicairkan ke 8 asnaf yang merupakan kelompok orang yang berhak menerima zakat. Hal ini sesuai dengan ketentuan Syari'ah dalam Surah AtTaubah ayat 60. Dalam hal ini, MUIS berupaya mengagihkan (menyalurkan) zakat ke delapan asnaf sehingga mereka yang menerima sumbangan zakat adalah penerima yang sah. 5) Sistem Penyaluran Pemberdayaan MUIS memberikan bantuan tambahan di atas banyak skema sosial yang tersedia di tingkat Nasional. Keluarga fakir dan miskin yang memenuhi syarat untuk mendapatkan zakat akan menerima hibah uang bulanan. Selain itu, mereka juga bisa menerima hibah bantuan studi dan voucher atau kupon fidyah. 6) Metode Pembayaran Mudah Ada banyak cara bagi muzakki untuk memenuhi kontribusi Zakat melalui MUIS. Selain pergi ke MUIS, muzakki juga bisa melakukan pembayaran di banyak masjid di Singapura, melalui mesin AXS yang tersebar di seluruh pulau, 24 jam melalui internet via eNets Debit, melalui cek atau angsuran bulanan melalui Giro. 7) Profesional dan Bertanggung Jawab Administrasi pengumpulan zakat dan pendidikan publik dari MUIS mendapat pengakuan internasional atas IS0 9001: 2000 pada tanggal 13 Mei 2008.
70
Selain itu,, MUIS telah mendapatkan penghargaan Singapore Quality Class, People Developer Singapore dan Singapore Service Class. 8) Zakat sebagai Pengurangan Pajak Penghasilan Sejak tahun 2005, MUIS telah memperkenalkan skema penyertaan otomatis IRAS untuk para pembayar zakat yang ingin mengumumkan atau menyatakan kontribusi zakat mereka. Berdasarkan pasal 14 ayat (1) (g) UndangUndang Pajak Penghasilan, kontribusi zakat adalah biaya yang dapat diijinkan dan dapat dikurangkan dari pendapatan kontributor. B. Strategi Penghimpunan Dana Zakat pada Majlis Ugama Islam Singapura Dengan adanya Peraturan Zakat dan Fitrah tahun 1968, pemusatan aktifitas dan pembagian zakat telah dilaksanakan di bawah tanggung jawab Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS). Adapun upaya-upaya yang digunakan MUIS dalam menghimpun dana zakat adalah dengan mengembangkan beberapa strategi yang ada, diantaranya: 1. Strategi Persuasif (Promosi) Strategi promosi yang dilakukan MUIS dalam mempromosikan produkproduknya adalah sebagai berikut: a. Brosur-brosur atau iklan-iklan Dengan adanya brosur-brosur atau iklan-iklan yang menarik dan agamis, masyarakat dengan mudah mengetahui adanya lembaga penghimpunan zakat seperti Unit Strategi Zakat dan Wakaf MUIS dengan produk maupun jasa layanan yang ada. Di setiap masjid pusat pungutan zakat juga
71
disediakan formulir dan brosur, termasuk di dalamnya bagaimana tata cara menghitung jumlah zakat yang perlu dibayarkan. b. Tenaga pemasaran (marketing) dengan sistem antar jemput bola Maksud dari strategi jemput bola ini dengan mendatangi muzakki atau donator ke lingkungan mereka, agar mereka lebih mudah dan tertarik untuk menjadi muzakki atau donator. c. Ceramah keagamaan atau pengajian rutin Dengan diadakannya ceramah keagamaan atau pengajian secara rutin kepada masyarakat yang diadakan setiap hari ahad pekan kedua dan pekan keempat setiap bulan, yang dilaksanakan oleh masjid-masjid yang berada dibawah wewenang Majlis Ugama Islam Singapura, seperti masjid Sultan, masjid Abdul Ghafoor, dan lain sebagainya. Dengan mengundang pembicara dari pengurus masjid seperti Imam-imam maupun dari pengurus Majlis Ugama Islam Singapura, pihak MUIS melakukan sosialisasi produk-produk yang disalurkan. Dan dengan dilakukannya kegiatan ini, masyarakat akan mengetahui produk dan jasa layanan Unit Strategis Zakat dan Wakaf sehingga akan menjadi sumber informasi kepada masyarakat dan juga sebagai penyadaran kepada masyarakat tentang kewajiban zakat. 2. Strategi Teknis (Pemasaran) a. Pemanfataan dan Pengembangan Teknologi Pengembangan teknologi disini berkenaan dengan proses kegiatan penghimpunan dana dan program-program yang telah disusun dan direncanakan
72
yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat melalui pemanfaatan teknologi yang dapat menunjang sistem kerja dan kegiatan-kegiatan lembaga tersebut. MUIS dalam kegiatannya banyak memanfaatkan teknologi untuk menunjang sistem kerja dari organisasi seperti menggunakan alat komunikasi telepon, faxmile, dan menggunakan fasilitas internet untuk mengenalkan program dan lembaga. Selain itu, MUIS membuat program penghimpunan layanan zakat dengan menggunakan teknologi internet banking atau yang dikenal e-nets/epayment, (DBS/POSB iBanking, mBanking), melalui cek, dengan kartu khusus (cash card) yang mendebit jumlah zakat yang akan dibayar (CIMB Clicks), tabungan wadi‟ah dengan sistem audio deduction (OCBC bank) dan melalui gerai-gerai yang tersebar di berbagai masjid di Singapura. 118 Hal ini dilakukan agar pembayaran zakat lebih mudah dan cepat. Semenjak tahun 2000, MUIS telah menerapkan sistem i-Zakat yang berbasis internet. Sistem ini dirancang untuk membantu para Amil dalam proses pemantauan berbagai pusat pengumpulan zakat di Singapura dengan memiliki informasi yang update mengenai jumlah zakat yang telah terkumpul. Sistem ini juga memfasilitasi proses distribusi zakat, dimana semua informasi mengenai para penerima zakat di Singapura telah ditampung. Sistem ini juga dilengkapi dengan kemampuan meng-update informasi mengenai seluruh penduduk muslim di Singapura, sehingga jika terjadi kematian, kelahiran, pemecatan, dan sebagainya, para Amil akan dapat lebih tanggap terhadap kondisi mustahik. Informasi mengenai cara ini juga dilaporkan kepada beberapa institusi lainnya, seperti 118 Kementerian Agama, Modul Penyuluhan Zakat, (Jakarta: Kementerian Agama Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat, 2013), h. 44
73
Kementrian Pengembangan Masyarakat, Pemuda dan Olahraga serta Majelis Pengembangan Masyarakat. Hal ini dilakukan agar jenis bantuan yang diperlukan para mustahik dapat teridentifikasi dengan benar dan tidak terjadi tumpang tindih antara tugas masing-masing instansi.119 Selain itu dalam hal publikasi MUIS juga memanfaatkan berbagai media yang ada untuk menyebarkan informasi mengenai zakat kepada masyarakat muslim, diantaranya melalui media elektronik seperti TV, radio, media cetak seperti majalah, brosur, annual report, newsletter dan media sosial seperti twitter, facebook, website, atau media sosial lainnya. “Aspek teknologi ini yang menjadi acuan bagi MUIS dalam membuat strategi pengembangan teknologi. MUIS akan terus mengikuti perkembangan teknologi saat ini dan tentu pemanfaatannya untuk memudahkan kerja dan kegiatan-kegiatan MUIS, terutama dalam hal penghimpunan zakatnya.”120 b. Pengembangan Produk Maksud Pengembangan Produk disini berkenaan dengan hasil atau layanan keluaran lembaga. Produk bagi lembaga pengelola zakat berarti dalam hal ini adalah program-program lembaga yang telah diluncurkan. Banyak sekali program-program yang baik dan menarik yang telah diluncurkan oleh MUIS diantaranya adalah zakat empower (zakat upaya), zakat progress (zakat maju), zakat uplift (zakat sokongan) yang terintegrasi dengan skema Empowerment Partnership Scheme (EPS), Enhanced Mosque Clusters (EMC), dan Mosque Befrienders Scheme (MBS).
119 Kementerian Agama, Modul Penyuluhan Zakat, (Jakarta: Kementerian Agama Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat, 2013), h. 46 120 Wawancara pribadi dengan Haji Dr. K.M Deen, Ph.D, Singapura, 16 Juli 2016
74
3. Pengembangan Administrasi Pengembangan administrasi yakni berkenaan lembaga pengelola zakat yang mencakup struktur, tujuan, kebijakan, insentif, sistem informasi dan anggaran. MUIS merupakan lembaga yang mempunyai struktur organisasi yang baik dan jelas cara kerjanya, tujuan organisasi yang juga jelas yang terealisasikan dalam kegiatan atau program MUIS.121 Kebijakan organisasi merupakan kombinasi prinsip buttom up dan top down yang artinya kebijakan dibuat dengan menerapkan pola perencanaan kerja partisipatif. Dalam manajemen organisasi MUIS, diperlukan adanya tanggung jawab terkait dengan penghimpunan dana zakat dari masyarakat yang relatif cukup besar. Sehingga
citra
organisasi
yang amanah dan profesional
dapat
dipertanggung jawabkan kepada masyarakat. Untuk memelihara citra organisasi yang amanah dan professional, MUIS telah melaksanakan prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas. Dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas ini MUIS membuka akses kepada muzakki untuk mengetahui mengapa, bagaimana dan apa alasan satu kebijakan dibuat. MUIS juga senantiasa membuat laporan keuangan yang dilakukan perbulan, dan pertahun.122 Dengan adanya pertanggungjawaban manajemen MUIS, maka MUIS dapat bekerja secara optimal dan aspek ini sebagai bahan acuan dalam mengembangkan organisasi kedepan.
121
Pusat Bahasa dan Budaya (PBB) UIN, Revitalisasi Filantropi Islam (Jakarta: Pusat Bahasa dan Budaya UIN, 2005), cct. ke-1, h. 188 122 Ibid,. h. 180
75
4. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) bertujuan mengembangkan sikap, keterampilan, pengharapan, kepercayaan, perilaku para pegawai termasuk pimpinan. Upaya MUIS dalam rangka pengembangan SDM agar berkualitas adalah : 1) Memberikan kesempatan sekolah formal kepada pegawai 2) Memberikan pelatihan-pelatihan baik indoor maupun outdoor 3) Melakukan research dan Studi Banding 4) Menyelenggarakan Seminar dan Gzathering Zakat 1. Metode Penghimpunan Zakat Zakat di Singapura dikumpulkan melalui enam metode, yaitu secara tunai (langsung), melalui fasilitas internet dan internet banking atau yang dikenal e-nets atau e-payment, melalui cek dimana terdapat formulir khusus untuk pembayaran zakat dengan cek, dengan kartu khusus (cash card) yang mendebit jumlah zakat yang akan dibayar, tabungan wadi’ah dan melalui gerai-gerai yang tersebar di berbagai masjid di Singapura.123 1) Zakat ePayment Metode e-payment zakat adalah platform online resmi bagi masyarakat Muslim Singapura untuk memenuhi kewajiban zakat muzakki terhadap MUIS untuk kenyamanan mereka di rumah atau kantor mereka. Sistem ini menggunakan Debit e-Nets dan dapat ditemukan di website Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS), yaitu dengan laman www.zakat.sg/epayment.
123 Kementerian Agama, Modul Penyuluhan Zakat, (Jakarta: Kementerian Agama Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat, 2013), h. 44
76
Metode pembayaran ini sesuai sebagai alternatif teknologi internet cerdas dan bagi muzakki yang mungkin terlalu sibuk secara fisik untuk datang langsung ke pusat pengumpulan zakat MUIS. Serupa dengan metode pembayaran zakat MUIS lainnya, pembayaran zakat yang diterima melalui fasilitas ini akan dihimpun oleh MUIS dan disalurkan ke delapan asnaf sesuai syari'ah.124 MUIS menyediakan kemudahan layanan pembayaran zakat melalui mekanisme online payment atau e-payment dengan bekerja sama dengan pihak perbankan syariah dan konvensional. Dalam metode e-payment ini ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembayaran zakatnya, diantaranya:125 a) Memastikan bahwa kekayaan atau harta kita telah mencapai Haul, Nisab dan bahwa zakat kita jatuh tempo. b) Pastikan memiliki fasilitas Debit eNets (kartu kredit tidak diterima) dan memiliki jumlah saldo bank yang cukup untuk mengurangi jumlah zakat. c) Pastikan jumlah zakat berada dalam batas penarikan (perhari) dengan bank. Jika jumlah zakat melebihi, beberapa pembayaran perlu dilakukan pada hari yang berbeda. d) Pastikan berada pada koneksi internet yang stabil. e) Nonaktifkan pemblokir pop-up selama proses pembayaran. f) Jangan klik fungsi back atau reload / refresh browser atau tutup browser setiap saat selama proses pembayaran. g) Tutup semua jendela browser web lainnya jika proses pembayaran terganggu. 124 125
www.zakat.sg/epayment. Zakat by e-payment brochure MUIS
77
Selain hal-hal di atas seorang muzakki perlu mengetahui juga alur transaksi yang telah berhasil, berikut prosesnya 126; a) Jika User ID dan PIN internet belum masuk, pembayaran zakat belum selesai. b) Pada akhir proses pembayaran, biasanya terdapat di layar transaksi akan menunjukkan bahwa telah disetujui dan pembayaran berhasil. c) Setelah itu penyetor (muzakki) harus mencetak e-Receipt zakat sebagai dokumen pribadi. d) Periksa pernyataan pengambilan bank yang dilakukan MUIS. Transaksi bank harus dicatat jika pembayaran berhasil dilakukan. e) Jika tidak ada transaksi bank yang tercatat setelah pembayaran dilakukan, maka bisa menghubungi MUIS.127 2) Zakat by AXS MUIS memperkenalkan cara pembayaran Zakat terbaru, yaitu melalui mesin AXS. Mesin AXS adalah layanan terminal multi-aplikasi mandiri dan interaktif yang dilengkapi dengan fasilitas pembayaran kartu debit dan kartu kredit. Mesin ini berjalan pada jaringan broadband ADSL berkecepatan tinggi, mesin AXS ini beroperasi 24 jam.128 Mesin AXS memiliki 900 stasiun yang tersebar dan beroperasi di seluruh pulau, jaringan AXS merupakan jaringan terminal transaksional broadband publik terbesar di Singapura. Penempatan strategis mesin AXS yang strategis
126 127
Zakat by e-payment brochure MUIS Untuk mendapatkan bantuan lebih lanjut bisa menghubungi customer service MUIS di
63591199
128
http://www.axs.com.sg/axsNetwork_axsStation.php
78
memastikan jangkauan dan kenyamanannya ke berbagai kelompok demografis pelanggan demografis. Adapun layanan yang tersedia di mesin AXS meliputi: a) Pembayaran tagihan dan denda b) Permohonan NParks BBQ Pit dan perizinan Camping c) Top-up kartu prabayar d) Promosi e) Pemesanan Resort f) E-Services dalam 8 kategori (Pendidikan, Gaya Hidup, Komunitas, Pemerintah, Keuangan, Layanan, Tiket dan Top-up) Saat ini ada dua jenis mesin AXS yang tersebar di Singapura, AXS Station II dan Twin AXS Station. Terlepas dari jenis mesin AXS yang digunakan pelanggan, layanan aplikasi dan navigasinya sama saja. Dengan lebih dari 900 mesin-mesin AXS yang beroperasi di Singapura, maka kini pembayar zakat (muzakki) bisa menunaikan pembayaran Zakat dengan mudah pada setiap tempat dan waktu. Adapun jenis-jenis Zakat yang bisa ditunaikan dalam fasilitas AXS ini adalah ; a) Zakat Uang Simpanan dan Zakat CPF b) Zakat Perniagaan dan Zakat Emas c) Zakat Saham dan Zakat Asuransi d) Zakat Fitrah Cara melakukan pembayaran zakat melalui mesin AXS ini sebenarnya sama seperti melakukan transaksi di mesin-mesin ATM biasanya. Adapun tahapannya pertama, menekan tombol “Community” untuk mulai. Kemudian pilih
79
dan tekan “MUIS” untuk jenis pembayaran Zakat, dan terakhir pilih pembayaran Zakat dan selanjutanya ikuti arahan di layar untuk menyelesaikan pembayaran.129 3) Zakat by Cek Jumlah transaksi yang begitu tinggi yang dilakukan para nasabah menjadi salah satu perhatian khusus pihak bank dalam memberikan layanan perbankan. Berbagai fasilitas dan juga kemudahan diberikan kepada para nasabah dengan harapan beragam transaksi keuangan nasabah dapat berjalan dengan mudah dan lancar. Bank menerapkan sejumlah kemudahan dan juga kenyamanan bagi nasabahnya terkait dengan hal tersebut. Salah satunya dengan memberikan fasilitas cek. Cek merupakan perintah tertulis dari nasabah pada bank untuk menarik dananya dalam jumlah tertentu atas namanya atau yang ditunjuk. Dengan kata lain, cek menjadi surat perintah tanpa syarat dari nasabah pada bank di mana nasabah tersebut menyimpan uangnya. Pembayaran zakat melalui cek sama seperti prosedur cek pada biasanya. Cek harus disilangkan dan dibayarkan ke Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS). Dengan menunjukkan nama, nomor NRIC, nomor kontak dan jenis zakat di bagian belakang cek. Setelah itu mengirimkan cek tersebut ke Unit Strategis Zakat dan Wakaf Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS) Hub Islam Singapura 273 Braddell Road Singapura 579702.
129
http://www.axs.com.sg/axsNetwork_axsStation.php
80
4) Zakat by Giro Zakat dengan Giro adalah cara baru pembayaran zakat. Ini merupakan pembayaran uang muka untuk zakat tahun depan, yang memungkinkan seorang pembayar zakat (muzakki) merencanakan zakatnya pada Tabungan, bisnis, emas dan aset jangka panjang, CPF, investasi saham dan asuransi di rekening biasa. Komisi Fatwa MUIS telah mengeluarkan izin pembayaran zakat dengan Giro. Hal ini didasarkan pada konsep wakalah, yaitu melalui surat perintah yang dikeluarkan nasabah kepada pihak bank tempatnya menabung agar melakukan proses-proses transaksi yang diminta (pembayaran, pemindahbukuan sejumlah dana dari rekening, dan lain sebagainya). Uang muka ini tidak bertentangan dengan konsep periode (Haul) karena zakat bisa dilakukan terlebih dahulu. Sebagaimana yang telah digambarkan dalam sebuah hadits Rasulullah SAW., “Bahwasanya Sayyidina Abbas r.a pernah menanyakan pada baginda Rasulullah saw, tentang mempercepatkan zakatnya sebelum tiba Haulnya, maka Rasulullah saw. memperkenankan perbuatan itu.”130 Adapun cara menghitung dan membayar zakat melalui Giro adalah :131 1) Perlu menentukan atau memperkirakan zakat yang harus dibayar di tahun berikutnya. Misalnya, seorang muzakki memiliki kekayaan sekitar $96.000. Berdasarkan 2,5% tingkat zakat, maka kontribusi zakatnya adalah $2.400 (2,5% x $96.000). 2) Untuk kontribusi Giro bulanan, perlu membagi $2.400 selama periode 12 bulan. Maka, kontribusi rata-ratanya adalah $200.
130 131
H.R Abu Daud, Tarmizi dan Ibnu Majah Lihat brosur MUIS tentang Zakat dengan Giro
81
3) Mengisi formulir Giro dengan deduksi bulanan $200 di rekening bank. Dalam 12 bulan, Anda akan membayar $2.400. Adapun opsi lain yaitu dengan cukup mengisi Zakat Formulir Giro dan mengirimkannya ke alamat kantor Unit Strategi Zakat & Wakaf, Dewan Agama Islam Singapura (MUIS), Hub Islam Singapura. Bagi seorang nasabah (muzakki) yang ingin memberikan lebih dari kontribusi atau jumlah zakat yang jatuh tempo. Maka dapat melakukan pilihan Over-kontribusi, yaitu dengan memilih dua opsi : 1) Untuk diniatkan, bahwa kelebihan jumlah yang ada akan diteruskan untuk pembayaran Zakat di tahun berikutnya. 2) Untuk menyatakan jumlah yang berlebih akan diperlakukan sebagai sumbangan sukarela atau shadaqah. Adapun keuntungan dari pemenuhan pembayaran zakat melaui Giro adalah : a. Kemudahan dan kenyaman pembayaran b. Nasabah dapat mengelola dan merencanakan aset jangka panjang dengan lebih baik. c. Dalam zakat melalui seorang muzakki tidak akan mendapatkan tanda terima kontribusi. Akan tetapi, sebaliknya akan dikirimi laporan rekening pada akhir tahun. d. Membayar zakat pada tabungan CPF tidak akan menjadi halangan. e. Zakat yang disumbangkan akan secara otomatis dikirim ke IRAS untuk pengurangan pajak, yaitu dengan memilih Skema IRAS Auto-Inclusion.
82
5) Secara Tunai dan Langsung Bagi muzakki yang ingin membayar zakatnya secara langsung, bisa menyalurkannya di kantor pusat Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS), geraigerai, atau masjid-masjid yang telah ditunjuk MUIS di setiap wilayah. “Kalau zakat sudah mencapai Nisab maka bisa dibayarkan melalui amil yang ada di daerahnya masing-masing dan amil tersebut akan menyerahkan ke pejabat Unit zakat dan mendapatkan bukti resmi penerimaan uang zakat untuk diberikan kepada pembayar zakat atau muzakki bisa datang sendiri ke pejabat Unit Strategis Zakat MUIS dan membayar langsung zakatnya.”132 Penghimpunan dan pembagian zakat dilaksanakan oleh amil-amil yang dilantik oleh Presiden Singapura. Amil-amil yang melaksanakan penghimpunan dan pembagian zakat dilantik berdasarkan petunjuk yang tertulis dalam Administrasi Undang-Undang Hukum Islam (AMLA) 1968. Sebagian besar amilamil yang dilantik berasal dari kalangan pegawai-pegawai Masjid, yang terdiri dari imam-imam dan bilal-bilal. Selain itu, penghulu-penghulu, ketua-ketua kampung atau organisasi islam, guru-guru agama, dan pegawai instansi keuangan juga dilantik sebagai amil untuk kawasan-kawasan tertentu. Para amil setiap tahunnya akan menerima surat pelantikan dan mereka juga akan diberikan petunjuk yang berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab seorang amil agar supaya melaksanaan tugas dengan lebih efisien, profesional dan bertanggungjawab. Dilihat dari penjelasan di atas amil zakat di Negara Singapura termasuk orang-orang pilihan. Karena ditunjuk dan dilantik langsung oleh Perdana Menteri. Bahkan, mereka mempunyai buku panduan khusus untuk amil zakat sebagai
132
Wawancara pribadi dengan Haji Dr. K.M Deen, Ph.D, Singapura, 16 Juli 2016
83
penyeragaman tugas sehingga nantinya tidak ada yang menyimpang dari tugasnya. Para amil disebar di setiap kawasan yang terdiri dari enam wilayah (kluster) di Singapura, yaitu Barat Laut, Barat Daya, Tengah, Selatan, Tenggara, dan Timur Laut. Tugas amil zakat di Singapura mengumpulkan dan membagikan zakat, yang mana hasil kumpulan uang zakat tidak langsung dibagikan kepada mustahik di daerah tersebut. Namun, sebelum dibagikan uang tersebut dikumpulkan ke MUIS. Setelah MUIS meneliti para pemohon zakat dan mendata mustahik, amil kembali bertugas membagikan zakat sesuai dengan data yang ditentukan. Dengan begitu, lembaga amil zakat terpusat pada Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS). Oleh karena itu di Singapura tidak dapat sembarang orang ataupun instansi membentuk lembaga amil zakat. Terdapat empat puluh dua masjid resmi yang diberi wewenang oleh MUIS untuk mengumpulkan zakat harta sepanjang tahun dan zakat fitrah di bulan Ramadhan. Berikut data masjid yang diberi wewenang oleh MUIS :133 Tabel 2. Daftar masjid pusat pungutan zakat
NO
NAMA MASJID
NO
NAMA MASJID
1
Abdul Hamid Kg Pasiran
22
Darul Aman
2
Ahmad Ibrahim
23
Darul Ghufran
3
Al-Abdul Razak
24
Darul Makmur
4
Al-Amin
25
Darussalam
5
Al-Ansar
26
En-Naeem
6
Al-Falah
27
Hasanah
7
Al-Iman
28
Hj Mohd Salleh (Geylang)
133
Lihat database masjid dalam brosur penyaluran Zakat MUIS
84
8
Al-Istighfar
29
Hj Muhd Salleh (Palmer Rd)
9
Al-Istiqamah
30
10
Alkaff Kg Melayu
31
Hj Rahimabi Kebun Limau Hj. Yusof
11
Alkaff Upp Serangoon
32
12
Al-Khair
33
Jamiyah Ar-Rabitah Kg Siglap
13
Al-Mawaaddah
34
Kassim
14
Al-Mukminin
35
Kg Delta
15
Al-Muttaqin
36
Khalid
16
Al-Taqua
37
Mujahirin
17
An-Nahdhah
38
Mujahidin
18
An-Nur
39
Mydin
19
Ar-Raudhah
40
Petempatan Melayu Sembawang
20
Assyafaah
41
Sallim Mattar
21
Assyakirin
42 Sultan Berkaitan dengan penghimpunan Zakat ini, rata-rata dana Zakat setiap
tahunnya terkumpul berkisar 20-30 juta dolar Singapura. Berdasarkan data MUIS Annual Report, terjadi peningkatan jumlah zakat yang dipungut setiap tahunnya. Gambar 3. Grafik koleksi zakat harta dan zakat fitrah tahun 2011 sampai 2015
Sumber : Annual Report Majlis Ugama Islam Singapura tahun 2015
85
Grafik di atas menunjukkan jumlah zakat (zakat harta dan fitrah) yang dapat dikumpulkan oleh MUIS dalam lima tahun terakhir. Terlihat grafiknya dari tahun 2011-2015 koleksi zakat (zakat harta dan fitrah) selalu mengalami peningkatan. Dari tahun 2011 berjumlah $23,3juta hingga tahun 2015 sebesar $35,3 juta. Maka, jika dirata-ratakan dalam kurun waktu lima tahun tersebut (20112015), penghimpunan dana Zakat di Singapura mencapai angka rata-rata kenaikan sebesar 56,46%. C. Dampak Penerapan Strategi Penghimpunan Zakat MUIS Zakat memainkan peranan besar dalam bidang ekonomi masyarakat Islam di Singapura, terutama dalam membantu membasmi masalah kemiskinan. Dana zakat merupakan sumbangan warga muslim yang langsung membantu menangani kemiskinan dan kebodohan. Sebagian besar aspek penghimpunan yang dilakukan MUIS menggunakan pelayanan berbasis informasi dan teknologi, dana himpunan zakat yang tertarget, dan sinergi program antarlembaga. Sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, bahwa pengurus zakat menggunakan berbagai media untuk menyebarkan informasi mengenai zakat kepada masyarakat muslim melalui TV, radio, majalah, wesbsite, newsletter, laporan lembaga, twitter, facebook, dan sosial media lainnya. Selain itu, kejujuran pengurus zakat di Singapura juga menambah kepercayaan masyarakat karena dana zakat digunakan sesuai amanah. Zakat yang telah dibayarkan secara lengkap dipublikasikan setiap tahun. Zakat di Singapura
86
diperuntukkan bagi upaya pemerataan dan kesejahteraan umat Islam di Singapura. Pemberdayaan amanat agama ini mencapai target maksimal di Singapura karena dikelola secara professional. Berdasarkan data MUIS terjadi peningkatan jumlah zakat yang dipungut setiap tahun. Meski umat Islam di Singapura minoritas yaitu hanya 15 persen, tapi tak menjadikan nilai zakat menurun. Malah sebaliknya, dengan pengurusan yang profesional, sosialisasi yang gencar, dan transparansi dalam pengelolaan, nilai zakat di Singapura terus meningkat setiap tahun. Keberhasilan MUIS dalam menghimpun dana zakat dapat dilihat dari perkembangan grafik di bawah ini. Gambar 4. Grafik koleksi zakat harta dan zakat fitrah tahun 2003 sampai 2011
Sumber: Majlis Ugama Islam Singapura
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa penghimpunan dana Zakat (Zakat Harta dan Fitrah) selama 9 tahun terakhir (2003-2011) mengalami tren grafik yang terus naik atau berjalan positif di setiap tahunnya.
87
Penghimpunan zakat harta mengalami kenaikan sebesar 61,6%. Sedangkan untuk zakat fitrah mengalami kenaikan sebesar 72,2%. Jika dirata-ratakan dalam kurun waktu sembilan tahun tersebut (2003-2011), maka pertumbuhan penghimpunan Zakat (zakat harta dan fitrah) di Singapura mencapai angka ratarata kenaikan sebesar 62,93%. Gambar 5. Grafik penyaluran zakat harta dan zakat fitrah tahun 2003 sampai 2011
Sumber: Majlis Ugama Islam Singapura
Sedangkan dalam segi penyaluran, dapat diliat dalam grafik di atas bahwa selama sembilan tahun terakhir (2003-2011) penyaluran dana zakatnya juga mengalami tren grafik yang terus naik di setiap tahunnya. Jika dirata-ratakan dalam kurun waktu sembilan tahun tersebut (2003-2011), penyaluran dana Zakat di Singapura mencapai angka rata-rata kenaikan sebesar 88,61%. Berdasarkan grafik penghimpunan dan penyaluran di atas, maka hal ini dapat disimpulkan bahwa dengan adanya manajemen strategi zakat yang baik
88
dapat meningkatkan pendapatan zakat yang tinggi sehingga tingkat penyaluran dari hasil penghimpunan zakat pun semakin tinggi dari waktu ke waktu. 1) Model-model Skema Bantuan Zakat di Singapura Penerapan strategi penghimpunan yang baik berdampak pula dengan adanya penyaluran dan pendayagunaan zakat. Pendayagunaan zakat yang dikumpulkan oleh Unit Strategi Zakat dan Wakaf MUIS diarahkan pada programprogram yang memberi manfaat untuk perbaikan kesejahteraan mustahik. Pendayagunaan zakat pada prinsipnya bertujuan untuk meningkatkan status mustahik menjadi muzakki, melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pemberdayaan sosial serta pengembangan ekonomi. Strategi yang digunakan MUIS untuk membagikan kumpulan uang zakat adalah dengan adanya programprogram pilar zakat, skema pendayagunaan dan bantuan-bantuan lain yang diberikan oleh MUIS. 1) Program Pilar Zakat MUIS134 Bantuan Zakat adalah komitmen kuat dari MUIS untuk memastikan golongan fakir dan miskin yang layak mendapat bantuan yang diperlukan agar dapat mengatur masalah keuangan dan sosial dengan lebih baik. MUIS bekerjasama dengan badan-badan nasional dan kelompok swadaya untuk memfasilitasi keluarga-keluarga dalam mencapai kesejahteraan dan kemandirian. Mereka yang yang memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan zakat dapat menerima bantuan tunai bulanan, batuan pendidikan, gharimin dan / atau voucher fidyah. Berikut tiga program pokok MUIS : 134
Lihat Zakat Brochure Disbursement Final MUIS
89
a) Zakat Empower (Zakat Upaya) Program ini difokuskan untuk membantu mereka yang sehat dan berpotensi untuk mandiri melalui program peningkatan keterampilan. Penerima Zakat yang terpilih berpeluang mengikuti Skema Pengupayaan Sepadu (EPS) MUIS. Bentuk bantuan-bantuan yang akan diberikan dalam Skema Pengupayaan Sepadu (EPS), adalah: 1. Bantuan Pelatihan untuk kursus keterampilan 2. Bantuan pendidikan untuk anak-anak seperti uang saku sekolah 3. Program lifeskills seperti keuangan / kursus budgeting, workshops motivasi, manajemen kesehatan, kelas pendidikan Islam. 4. Hibah atau bantuan awal untuk bisnis rumahan b) Zakat Progress (Zakat Maju) Program khusus untuk keperluan perkembangan anak-anak dari keluarga penerima Zakat, agar keluar dari perangkap kemiskinan. Penerima layak mendapatkan satu atau lebih bantuan untuk memastikan pendidikan yang berkelanjutan bagi anak-anak penerima zakat. Adapun bantun-bantuannya berupa: 1. Biaya ujian nasional 2. Program keaksaraan dan berhitung dasar untuk anak-anak 3. Subsidi biaya pendidikan Islam c) Zakat Uplift (Zakat Sokongan) Program ini difokuskan kepada golongan yang menerima bantuan zakat jangka panjang karena lanjut usia, cacat atau mengidap penyakit kronis agar tetap
90
terhubung dalam masyarakat. Mereka layak menerima satu atau lebih bantuan untuk meningkatkan gaya hidup yang sehat dan penuaan aktif: a) Program asas MUIS, membina kerohanian dan keterampilan b) Membeli peralatan dan kebutuhan medis c) Skema pendamping masjid 2) Skema Pendayagunaan Zakat MUIS Selanjutnya Zakat yang dikumpulkan oleh MUIS disalurkan kepada para mustahik melalui tiga skema: 1. Empowerment Partnership Scheme (EPS) Empowerment Partnership Scheme (Skema Pendayagunaan Sepadu) merupakan paket menyeluruh bagi keluarga yang menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Skema ini menyediakan berbagai program pemberdayaan baik dari segi ekonomi, sosial, dan religi yang dikelola oleh seorang professional ahli yang dipilih oleh keluarga itu sendiri. Sejak 2004, MUIS telah memperkenalkan Skema Pengupayaan Sepadu (EPS) untuk membantu lebih banyak penerima zakat mandiri melalui program peningkatan diri yang menyeluruh dan berkesan. Berdasarkan data MUIS, kini 403 dari 610 keluarga telah lulus dari skema EPS dan tidak memerlukan lagi bantuan keuangan MUIS. Hampir $3 juta dana Zakat telah dibelanjakan. Sebanyak 237 keluarga kini mengambil bagian dan berpartisipasi dalam fourth intake of EPS (dana EPS yang keempat) di mana setiap anggota keluarga akan menghadiri kursus seperti peningkatan kemahiran, pendidikan Islam, kemahiran hidup, serta program-program pendidikan untuk anak-anak. Program
91
ini dibiayai penuh oleh dana Zakat. Keluarga akan menerima bantuan bulanan selagi mereka aktif dalam program dua tahun ini. Harapan MUIS agar keluargakeluarga yang telah lulus akan berubah menjadi pemberi Zakat di masa depan. 2. Enhanced Mosque Clusters (EMC) Enhanced Mosque Clusters (Skema Kelompok Masjid) atau dikenal juga dengan skema MUIS Annual Grant for Social Service (MAGRASS) merupakan donasi yang diberikan MUIS setiap tahun kepada organisasi-organisasi kemasyarakatan dan masjid-masjid agar digunakan untuk melaksanakan programprogram yang dapat meningkatkan kemandirian kalangan yang kurang mampu. Di Singapura terdapat 71 Masjid yang sudah terintegrasi dengan MUIS, masjid-masjid ini tersebar di lima kluster (wilayah), yaitu Tenggara, Timur Laut, Barat Laut, Barat Daya dan Tengah. Pada tahun 2007, konsep Kelompok Masjid (EMC) telah diperkenalkan di kelompok Tenggara. Bantuan keuangan dan program dukungan untuk para penerima Zakat kini disediakan melalui EMC. Masjid bekerja sama dengan Dewan Pengembangan Masyarakat (Community Development Councils), pusat pelayanan keluarga dan badan-badan masyarakat yang lain untuk menyediakan program dukungan yang lebih menyeluruh untuk penerima Zakat MUIS. Selain dari bantuan keuangan, perhatian besar juga dilakukan untuk melihat perkembangan spiritual keluarga-keluarga. Program pembelajaran Islam yang sesuai di masjid dapat diidentifikasi dan disesuaikan dengan kebutuhan penerima zakat dan anggota keluarga mereka. Kelas agama mingguan yang sesuai di masjid-masjid telah dikenal pasti dan dipadankan dengan penerima Zakat dan
92
ahli keluarga mereka. Banyak keluarga yang mendapat manfaat dari klinik solat, kelas dasar fardu „ain, program aL.I.V.E. dan pembelajaran Islam berbasis rumah. 2. Mosque Befrienders Scheme Salah satu inisiatif utama kelompok masjid MUIS ialah pembentukan Skema Pendamping Masjid. Para pendamping, bersama dengan Pegawai Pembangunan Sosial (Social Development Offiers/SDO) di masjid memantau kemajuan penerima Zakat melalui kunjungan ke rumah. Pendamping juga mendorong penerima Zakat untuk mengambil tindakan lanjutan berdasarkan rencana individu yang digambar bersama Pegawai Pembangunan Sosial. Usahausaha ini bertujuan untuk membentuk keyakinan diri dan sifat mandiri. Saat ini, skema kelompok masjid dibawah naungan MUIS memiliki sekitar 600 pendamping di setiap masjid-masjid yang tersebar. Melalui dana Zakat, MUIS bekerjasama dengan pekerja sosial yang berpengalaman dan terlatih untuk memberikan pelatihan kepada pendamping agar mereka menjadi lebih efektif terbantu. Melalui skema pendamping ini, MUIS berharap dapat memelihara komunitas Muslim yang lebih peduli dan peka terhadap penderitaan orang-orang yang membutuhkan. Bentuk bantuan kemudian dibagikan menjadi enam kategori, yaitu bantuan finansial, beasiswa, pembayaran hutang, bantuan tanggap darurat, kupon atau voucher makanan, dan program-program peningkatan keterampilan. 3) Bantuan-Bantuan lain yang diberikan oleh MUIS Selain bantuan dalam bentuk skema pemberdayaan di atas, MUIS juga memberikan bantuan keuangan jangka pendek dan jangka panjang untuk kaum
93
Muslim yang miskin dan membutuhkan. Bantuan ini sebagian besar bersifat sementara dan supplementary (tambahan). Bantuan pokok pertama-tama akan didapat dari Dewan Pengembangan Masyarakat (Community Development Councils). Bantuan mencakup bantuan keuangan, bantuan darurat, gharimin dan riqab (hibah pendidikan). 1) Bantuan Keuangan (Asisten Keuangan) MUIS memberikan bantuan keuangan dengan menyalurkan zakat yang dikumpulkannya dari masyarakat Muslim. Zakat didistribusikan ke delapan jenis asnaf (penerima manfaat), diantaranya orang fakir, orang miskin, orang-orang yang berhutang, siswa yang menempuh pendidikan agama, dan lain-lain. Syarat untuk mendapat bantuan keuangan MUIS Zakat adalah Warga Negara Singapura atau Penduduk Tetap. Adapun kategorinya, yaitu: a. Menderita penyakit kronis atau gagal ginjal, dan cacat fisik atau mental b. Memiliki penghasilan yang tidak mencukupi135 c. Kepala keluarga yang sedang dipenjara d. Single parents (janda atau perceraian) yang membutuhkan dukungan finansial Keluarga atau individu dianggap memiliki pendapatan yang tidak mencukupi saat Penghasilan per Kapita bulanan (PCI) kurang dari $ 350. PCI dihitung dengan membagi pendapatan rumah tangga kotor bulanan keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah yang sama (keluarga besar).
135
Pendapatan yang tidak mencukupi saat Penghasilan Per Kapita bulanan (PCI) kurang dari $ 350.
94
Contoh : Pak Yusuf memiliki penghasilan $1750 per bulan. Dia tinggal bersama ibunya, istri (yang tidak bekerja) dan dua orang anaknya. Maka PCI Pak Yusuf adalah $1750 : 5 = $350. Dikarenakan Pak Yusuf memiliki penghasilan perkapita perbulan (PCI) sama dengan $350, maka Pak Yusuf termasuk yang membutuhkan bantuan keuangan Zakat MUIS. Warga negara Muslim Singapura berhak atas skema bantuan Nasional. Apa yang diberikan MUIS kepada penerima zakat dirancang juga untuk melengkapi dan menambah bantuan yang diberikan oleh Badan-Badan Nasional di Singapura. Penerima manfaat potensi Zakat didorong untuk mengeksplorasi skema bantuan keuangan nasional seperti ComCare untuk memastikan bahwa kebutuhan mendesak mereka terpenuhi dengan lebih baik melalui sistem pendukung nasional, dan dalam hal ini MUIS akan melengkapi bantuan tersebut dengan memberikan tambahan dukungan finansial. Adapun Jenis skema bantuan yang tersedia melalui zakat MUIS adalah: 1) Bantuan Keuangan Zakat Bulanan, yaitu bantuan tunai bulanan bagi mereka yang memenuhi syarat 2) Penyelesaian Hutang, yaitu bantuan satu kali untuk tunggakan kebutuhan pokok, seperti tagihan listrik, biaya servis dan pemeliharaan 3) Bantuan Darurat, yaitu diberikan pada saat krisis, ketika terjadi kecelakaan atau musibah seperti bencana alam, kebakaran atau perawatan medis darurat
95
4) Bantuan Penguburan, yaitu pembayaran biaya pemakaman yang terjadi saat meninggalnya penerima Zakat MUIS 5) Hibah Studi, yaitu berupa subsidi biaya-biaya yang berkaitan dengan pendidikan, diantaranya: - Subsidi biaya Pendidikan Islam part-time (paruh waktu) - Subsidi biaya sekolah Madrasah full-time (penuh) - Biaya Ujian Nasional (tingkat PSLE / N / O / A) 6) Kupon atau voucher makanan, yaitu voucher atau kupon untuk membeli barang-barang makanan. Voucher atau kupon tersebut dapat ditukarkan di gerai atau tempat-tempat (masjid) yang disetujui MUIS yang terletak di enam kluster (wilayah). Agar bantuan keuangan MUIS zakat lebih mudah diakses, pemohon yang memenuhi syarat dapat pergi ke Masjid Pembangunan Sosial yang terdekat dengan alamat resmi masjid-masjid yang ada. Bagi masyarakat muslim Singapura, zakat memiliki peran sangat penting dalam kehidupan, dan juga dalam tujuan zakat dan negara yaitu mengentaskan kemiskin dan kebodohan. Hasil dari penghimpunan dana zakat yang ada berfungsi sebagai
sumber
dana
yang
sifatnya
complementary
dan
sustainability
(berkesinambungan) bagi masyarakat muslim dan dapat digunakan untuk membiaya kegiatan keagaman, selain itu dapat membantu dalam membiayai proyek utama di Singapura terutama dalam pengentasan kemiskinan dan kebodohan.
96
Penyaluran zakat yang tepat sasaran bertujuan untuk menyejahterakan masyarakat muslim Singapura, terutama kaum dhuafa. Di Singapura dana penghimpunan zakat yang ada disalurkan kepada beberapa pembangunan pokok. Pembagian bantuan dan objek bisa dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 3. Penyaluran Bantuan dan Pembangunan Utama136
Pemberdayaan sosial dan bantuan bagi fakir dan miskin,
Penyaluran 2015 $17,188,930
Program Keagamaan dan Manajemen Masjid
$5,204,598
Bantuan dan Pemberdayaan Madrasah dan Asatizah
$7,214,109
Pemberdayaan, Manajemen dan Pelatihan Amil
$3,005,872
Bimbingan Agama, Pendidikan Islam dan Keterlibatan
$3,689,792
Bantuan yang berasal dari depalan Asnaf
Pemuda $36,303,301
Total Sumber : Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS)
Dari tabel di atas terlihat penyaluran zakat tahun 2015 sebanyak $36,303,301. Adapun penyaluran zakat terbanyak adalah untuk pemberdayaan sosial dan bantuan bagi fakir dan miskin, yaitu sebanyak $17,188,930 juta atau mencapai 47 %. Kedua untuk bantuan dan pemberdayaan Madrasah dan Asatizah sebanyak $7,214,109 atau 19 %, dan yang ketiga untuk Program Keagamaan dan Manajemen Masjid yaitu sebanyak $5,204,598 atau 14 % dari total penyaluran. Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa, hasil penghimpunan zakat yang baik dapat memberikan dampak yang postif bagi masyarakat muslim di Singapura, diantaranya adalah tersedianya sarana ibadah
136
Bantuan berasal dari Asnaf: Amil, Fisabililah, Muallaf, Miskin, Needy, Riqab, Gharimin, &
Ibnussabil
97
yang baik, tersedianya dana sosial-keagamaan, dan tersedianya sarana pendidikan, kesehatan serta pelayanan sosial. Dengan begitu bahwa mekanisme kerja yang baik, akan mudah untuk mengembangkan sebuah organisasi atau lembaga, namun sebaliknya mekanisme kerja yang tidak baik, akan menjadikan lembaga sulit berkembang bahkan akan terjadi kevakuman kegiatan. Gambaran diatas telah menjawab bahwasanya ketika penghimpunan zakat berada pada amil yang profesional maka hasil pengembalian manfaatnya pun dapat dirasakan luas pada masyarakat muslim yang ada.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian yang telah disajikan pada bab-bab terdahulu mengenai Strategi Penghimpunan Dana
Zakat pada Negara Singapura dapat ditarik sejumlah
kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan Administrasi Undang-Undang Hukum Islam (AMLA) Pasal 68 ayat (1) dan (2) dan 69 ayat (1) tahun 1968, pemusatan aktivitas, wewenang dan seluruh hal yang berhubungan dengan pengelolaan, penghimpunan dan pendistribusian zakat dilaksanakan di bawah tanggung jawab Majlis Ugama Islam Singapura MUIS, tepatnya di bagian Unit Strategi Zakat dan Wakaf. 2. Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS) dalam menghimpun dana zakat menggunakan strategi persuasif dan teknis. Strategi persuasif yaitu dengan promosi-promosi menggunakan brosur atau iklan-iklan, tenaga marketing dengan jemput bola, dan ceramah keagamaan atau pengajian rutin. Sedangkan strategi teknisnya, pertama pemanfataan dan pengembangan teknologi yang mengenai metode-metode penghimpunan (zakat by epayment, zakat by AXS, zakat by cek dan giro, zakat by telepoll). Kedua, pengembangan produk yaitu mengenai program-program kerja dan skema pemberdayaan, termasuk diantaranya zakat empower (zakat upaya), zakat progress (zakat maju), zakat uplift (zakat sokongan) dan skema Empowerment Partnership Scheme (EPS), Enhanced Mosque Clusters
98
99
(EMC), dan Mosque Befrienders Scheme (MBS). Ketiga, pengembangan administrasi, dimana MUIS merupakan lembaga legal formal dan mempunyai otoritas yang kuat di Singapura. dan keempat pengembangan sumber daya manusia (SDM), yang tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas SDM yang ada. 3. Dampak dari strategi penghimpunan dana zakat yang baik memiliki pengaruh positif bagi peningkatan koleksi zakat di Singapura setiap tahunnya. Hal ini berdampak pula pada tingkat penyalurannya. Sehingga zakat di Singapura mampu memberikan ketersediaannya dana sosialkeagamaan, tersedianya sarana pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial dan tersedianya sarana ibadah yang baik, serta tersedianya lapangan pekerjaan bagi masyarakat muslim, Selain itu dalam hal mekanisme kerja yang baik, akan mudah untuk mengembangkan sebuah organisasi atau lembaga, namun sebaliknya mekanisme kerja yang tidak baik, akan menjadikan lembaga sulit berkembang bahkan akan terjadi kevakuman kegiatan. Gambaran diatas telah menjawab bahwasanya ketika penghimpunan zakat berada pada amil yang profesional maka hasil pengembalian manfaatnya pun dapat dirasakan luas pada masyarakat muslim yang ada. B. Saran 1. Sebagai lembaga yang memiliki otoritas penuh dan professional, MUIS harus mampu untuk terus menjaga keyakinan dan kepercayaan masyarakat muslim di Singapura. Kepercayan yang sudah baik harus terus dijaga dan
100
ditingkatkan, supaya berdampak pula pada peningkatan penghimpunan zakat di Singapura. Selain itu terus meningkatkan dan menggencarkan sosialiasi zakat di khalayak umum walaupun berada dalam negara minoritas muslim dan sekuler. Karena hal ini juga merupakan sarana dakwah yang baik. 2. Bagi pemerintah dan juga lembaga-lembaga zakat di Indonesia dapat menerapkan strategi-strategi yang dipakai oleh Majlis Ugama Singapura ini, khususnya dalam penghimpunan Zakat. Walaupun sudah kita ketahui bahwa perzakatan di Indonesia juga telah mengalami peningkatan pengelolaan zakat yang baik. 3. Bagi kalangan Akademisi hendaknya memberikan pemikiran-pemikiran, masukan dan ide-ide yang benilai baik dan cemerlang bagi perkembangan zakat dunia, dan khususnya bagi negara Indonesia, sehingga diharapkan lembaga-lembaga zakat yang ada dapat mencapai visi misi dan tujuannnya. 4. Bagi masyarakat hendaknya untuk selalu mendukung setiap kegiatan atau program-program
dari
lembaga-lembaga
Zakat
dan
memberikan
kepercayaan yang lebih untuk mengelola dana zakat, infak, shadaqah dan juga wakaf.
DAFTAR PUSTAKA Ali, Muhammad Daud. Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf. Jakarta : UIPress, 2012 Ali, Nuruddin Mhd, Zakat dalam Kebijakan Fiskal. Jakarta: Raja Grafindo, 2006 Al-Qurthubi, al-Jami’ Li Ahkam al-Qur’an. Beirut Lebanon: Daar el-Kutub „ilmiyyah, 1413 H/1993 M Al-Zuhaily, Wahbah, Zakat Kajian Berbagai Mazhab. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005 Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Hukum-Hukum Fiqih Islam Tinjauan Antar Mazhab. Semarang : Pustaka Rizki Putra Asqolani, Hafiz Ibnu Hajar, Bulugul Maram. Semarang: Toha Putra Azizy, Ahmad Qodri Abdillah. Membangun Fondasi Ekonomi Umat Meneropong Prospek Berkembangnya Ekonomi Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004 Bakar HM, Abu dan Muhammad, Manajemen Orgnisasi Zakat. Malang: Madani, 2011 Bakar, Irfan Abu, dan Chaider S. Bamualim. Filantropi Islam dan Keadilan Sosial. Jakarta: CSRC UIN Jakarta, 2006 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1989 Esposito, John L, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, jild 5. Bandung: Mizan Fakhruddin, Fiqih dan Manajemen Zakat di Indonesia. Malang : 2008 Hafidhuddin, Didin , Zakat dalam Perekonomian Modern. Jakarta : Gema Insani Press, 2002 Hasanuddin. Manajemen Dakwah. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005
101
102
Hasan, Muhammad. Manajemen Zakat Model Pengelolaan Yang Efektif. Yogyakarta : Idea Press, 2011 Hasibuan, Malayu S.P, Manajemen: Dasar, Pengertian. Jakarta: Bumi Aksara, 2009 Hertanto Widodo, Akuntansi dan Manajemen Keuangan untuk Organisasi Pengelola Zakat. Bandung: Asy Syamil Press & Grafika, 2001 Hitami, Munzir, Sejarah Islam Asia Tenggara. Pekanbaru: Alaf Riau, 2006 Hooker, M. B, Islamic Law in South-East Asia. Singapore: Oxford University Press, 1984 Ibnu Majah. Riyadh: Daar el-Salaam, 2000 Imam al-Baihaqi. Mekkah : Darul Baz, 1994 Kementerian Agama, Membangun Peradapan Zakat. Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia Direktorat Pemberdayaan Zakat, 2012. ________________, Modul Penyuluhan Zakat. Jakarta: Kementerian Agama Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat, 2013. Kettani, Ali, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini. Jakarta: PT Grafindo Persada Khoo Kay Kim (ed), Malays / Muslim In Singapore: Selected Readings In History 1819-1965. Singapore: Pelanduk Publication, 2006 Mansurnoor, Arifin “Minoritas Islam” dalam Taufik Abdullah, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, jilid 5. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve Mas‟udi, Masdar F, Fathurrahman Djamil dkk, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS Menuju Efektifitas Pemanfaatan Zakat, Infaq, Sedekah. Jakarta : Piramedia, 2004 Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003 Purwanto, April, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat. Yogyakarta: Teras, 2009
103
Pusat Bahasa dan Budaya (PBB) UIN, Revitalisasi Filantropi Islam. Jakarta: Pusat Bahasa dan Budaya UIN, 2005. Qadir, Abduraahman, Zakat, dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998. Rasjid, H. Sulaiman , Fiqih Islam (hukum fiqih lengkap). Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2005. Sabiq, Syaikh as-Sayyid, Panduan Zakat menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah,. Bogor: Pustaka Ibnu Katsir, 2005. __________________, Fiqih Sunnah. Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006 Saefuddin, Ahmad Muflih, Pengelolaan Zakat ditinjau dari Aspek Ekonomi. Bontang: Badan Dakwah Islamiyyah, LNG, 1989 Saifullah, Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sakti, Ali. Analisis Teoritis Ekonomi Islam jawaban atas kekacauan ekonomi modern. Jakarta : Paradigma & Aqsa Publishing, 2007. Salusu, J, Pengambilan Keputusan Strategi untuk Organisasi Publik dan Organisasi non Profit. Jakarta: PT. Grasindo, 2003 Semai, Syed Isa, Panduan Ibadah Zakat. Singapura : MUIS Pusat Islam Singapura Shahih Muslim. Riyadh: Daar el-Salaam, 2000. Siddique, Sharon, “Posisi Islam di Singapura”, dalam Taufik Abdullah, ed., Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara. Jakarta: LP3ES, 1989 Widodo, Hertanto. Akutansi & Manajemen Keuangan untuk Organisasi Pengelola Zakat. Bandung: Asy Syamil Press & Grafika, 2001 Weyland, Petra, Moeflich Hasbullah, Asia Tenggara Konsentrasi Baru Kebangkitan Islam. Bandung: Fokus Media Wiharyanto, Kardiyat, Perkembangan Singapur. Yogyakarta: IKIP Sanata Dharma
104
Yasin, Ahmad Hadi, Panduan Zakat Dompet Dhuafa. Jakarta: Dompet Dhuafa Republika, 2011 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat. Bogor: Pustaka Lintera Antar Nusa, 1996
Jurnal dan Skripsi Amalia, Kasyful Mahali, Potensi dan Peranan Zakat Dalam Mengentaskan Kemiskinan di Kota Medan, Jurnal Ekonomi tentang Zakat. 2011 Fahham, A Muchaddan, Paradigma Baru Pengelolaan Zakat di Indonesia, Jurnal Kesejahteraan Sosial, Vol. III, No. 19/I/P3DI/Oktober/2011 Febrianti, Praktek Pengelolaan Zakat di Negara Muslim: Studi Kasus Pada Negara Brunei Darussalam. Skripsi Mahasiswa Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011 Juhari, Mohamad Shamsuri, Perceptions of Singaporean Malay-Muslim Youth Participating ini Community Outreach Programmes: Capacity Building for Critical Thinking?, thesis The University of Birmingham for the degree of Doctor of Philosophy, 2011 Karim, Shamsiah Abdul, “Contemporary Shari‟a Compliance Structuring for the Development and Management of Waqf Assets in Singapore,” Kyoto Bulletin of Islamic Area Studies, (Tokyo: Bulletin of Islamic Area Studies) Maret 2010 Kosim, Mohammad, Pendidikan Islam di Singapura: Studi Kasus Madrasah alJuneid al-Islamiyah, Jurnal Al-Tahir, No 2 November 2011 Osman, Mohamed Nawab Mohamed, “The Religio Political Activism of Ulama In Singapura”, Jurnal Indonesia and Malay World, Volume 40, No 116 March 2012
Internet dan Media Lainnya Website Bank Indonesia, http://www.bi.go.id Website Majlis Ugama Islam Singapura, http://www.muis.gov.sg Website Zakat MUIS, http://www.muis.gov.sg/zakat/index.html http://www.singstat.gov.sg
105
http://www.axs.com.sg/axsNetwork_axsStation.php http://www.eramuslim.com/berita/gerakan-dakwah/tak-adakumandang-adzan-disingapura.htm http://www.segenggam-harapan.com/2012/07/sejarah-dan-perkembanganislamdi.html http://id.wikipedia.org/wiki/Singapura http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/ MUIS Annual Report, Financial Highligts-Zakat Collection 2014 MUIS tentang Zakat dengan Giro MUIS Zakat disbursement Brochure Final, 2011 Zakat Savings Brochure MUIS
Putusan dan Undang-Undang Administration of Muslim Law Act (AMLA), Pasal 68 ayat 1 dan 2 Administration of Muslim Law Act (AMLA), Pasal 69 ayat 1 A Guide to Zakat, Fatwa MUIS Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
LAMPIRAN
FATWA COMMITTEE Dr. Mohamed Fatris Bakaram Ustaz Irwan Hadi Mohd Shuhaimy Ustaz Ali Mohamed Ustaz Firdaus Yahya Ustaz Mohamad Hasbi Hassan Ustaz Kamsari Sanuh Ustaz Murat Md Aris Ustaz Nazirudin Mohd Nasir Shaikh Syed Isa Semait Ustaz Mohammad Hannan Hassan Ustazah Sharifah Farah Aljunied Ustazah Nurul ‘Izzah Khamsani Ustazah Siti Nur Alaniah Abdul Wahid Ustaz Ahmad Haris Suhaimi Ustaz Badrul Fata Muhd Ridwan Ustaz Fathurrahman Dawoed Ustaz Muhammad Ma’az Sallim Ustaz Mohd Kamal Mokhtar Ustaz Mohamed Ali Ustaz Muhammad Hafizh Rapiee Ustaz Muhammad Saiful ‘Adli Ayob Ustaz Mohammed Suhaimi Mohamed Fauzi Ustaz Syed Ahmad Syed Mohd Ustaz Syed Mustafa Syed Ja‘afar Alsagoff
Chairman Secretary Member Member Member Member Associate Member Associate Member Associate Member Associate Member Associate Member Associate Member Associate Member Associate Member Associate Member Associate Member Associate Member Associate Member Associate Member Associate Member Associate Member Associate Member Associate Member Associate Member
POST GRADUATE SCHOLARSHIP COMMITTEE Dr. Mohamed Fatris Bakaram Dr. Albakri Ahmad Assoc Prof. Syed Farid Alatas Assoc Prof. Noor Aisha Abdul Rahman Dr. Rufaihah Bte Abdul Jalil
Chairman Secretary Member Member Member
WAKAF DISBURSEMENT COMMITTEE Hj Raj Mohamad Maiden Hj Abdul Razak Maricar Hj Shafawi Ahmad Hj Syed Haroon Aljunied Nora Rustham Imran Mohamed
Chairman Member Member Member Member Member
INVESTMENT COMMITTEE Hj Asaad Sameer Ahmad Bagharib Mr. Mohd Azam Abd Aziz Hj Abdul Razak Maricar Hj Syed Haroon Aljunied Hj Zainol Abeedin Hussin Dr. Abdul Razak Chanbasha Mr. Sani Hamid
Chairman Secretary Member Member Member Member Member
ZAKAT & FITRAH COMMITTEE Hj Mohd Alami Musa Hj Abdul Razak Maricar Dr. Mohamed Fatris Bakaram Ustaz Pasuni Maulan Mdm Moliah Hashim Ustaz Dr Firdaus Yahya Dr. Rufaihah Abdul Jalil Nora Rustham
Chairman Secretary Member Member Member Member Member Member
JOINT MADRASAH SYSTEM BOARD OF GOVERNERS (BOG) Hj. Abdul Razak Maricar Dr. Mohamed Fatris Bakaram Mr. Razak Mohammed Lazim Ustaz Pasuni Maulana Ustaz Shaikh Hussain Shaik Yacob Mr. Buang Abdul Rashid Mr. Gazali Alistar Hj. Shaikh Mohd Iqbal Ustaz Firdaus Yahya Mr. Abdul Azim Abdul Kadir Mr. Abdullah Ahmad Mr. Abdullah Hussain Ustaz Murat Md. Aris Ustaz Mohd Haniff Hassan Hj. Shafawi Ahmad Mr. Moiz Tyebally
Chairman Member Member Member Member Member Member Member Member Member Member Member Member Member Member Member
Madrasah Aljunied Madrasah Al-Arabiah, & Irsyad Zuhri Madrasah Aljunied & Irsyad Zuhri Madrasah Al-Arabiah Madrasah Al-Arabiah Madrasah Al-Arabiah Madrasah Al-Arabiah Madrasah Aljunied Madrasah Aljunied Madrasah Aljunied Madrasah Aljunied Madrasah Irsyad Zuhri Madrasah Irsyad Zuhri Madrasah Irsyad Zuhri Madrasah Irsyad Zuhri
DOKUMENTASI-DOKUMENTASI
Foto Wawancara dengan Haji Dr. K.M Deen, Ph.D (kiri) dan Penulis (sebelah kanan)
Foto ketika usai wawancara dengan Haji Dr. K.M Deen, Ph.D
Foto Penulis (kiri) bersama Arif Rahman Taba (Tengah) dan Kawan dari Indonesia (kanan)
Foto di Asrama Tahfidz (I-Read Qur’an Centre) Singapura
Foto di Masjid Sultan bersama kawan dari Turki