Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Nop 2015 STIE Putra Perdana Indonesia
Pengaruh laporan Arus Kas Operasional, Modal Kerja, Laba Akuntansi dan
ST IE
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
Size Perusahaan terhadap Return Saham pada Perusahaan Sektor
Pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode Tahun 2005 s.d 2011”. SUBANDRIYO., S.E., M.M (Dosen tetap STIE PPI)
ABSTRACT
The background of this research was to explain the influence of firm fundamental variables on their stock return. In many literatures found that the stock return was influenced by the firm performance. The firm performance can be represented by accounting profit, cash flow, working capital, and firm size. Therefore, this paper purposed to described the relationship of some of firm fundamental variables with the stock return. The objective of this research was to know (1) the influence of accounting profit on stock return, (2) the influence of cash flow on stock return, (3) the influence working capital on stock return, (4) the influence of firm size on stock return, and (5) the influence of accounting profit, cash flow, working capital, and firm size on stock return simultaneously. The design of this research applies documentation and study literature. The object of this study was stock return of listed mining company in JCI. The sample for the study consisted of variables data of accounting profit, cash flow, working capital, and firm size were taken from JCI website. The data being used were quarterly data taken from 2005 to 2011.Data analysis used in this research was descriptive statistic and multiple regressions. The result of this research conclude that (1) cash flow hasn’t influence stock return significantly, but has positive relationship with stock return, (2) working capital hasn’t influence stock return significantly, but has negative relationship with stock return, (3) accounting profit hasn’t influence stock return significantly, but has positive relationship with stock return, (4) firm size has influence JCI with significant and has negative relationship, (5) accounting profit, cash flow, working capital, and firm size simultaneously have influence stock return with significant. Key wards; Cash Flow Operational, Working Capital, Accounting Profit, and Firm Size
InoVasi Volume 12: Nopember 15
Page 734
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia
ST IE
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Pasar modal merupakan sarana untuk mendapatkan dana bagi perusahaan.
Pasar modal juga merupakan wahana berinvestasi bagi pemilik modal dengan biaya murah. Namun ada unsur ketidakpastian hasil investasi dari harga saham di
masa datang membuat investor untuk mempertimbangkan tidak hanya return tetapi juga risikonya. Oleh karena itu, tahapan analisa perlu dilakukan investor sebelum memutuskan untuk membeli, menjual, atau menahan saham untuk mencapai tingkat return saham optimal yang diharapkan (Indriani,2005).
Kinerja perusahaan yang mendapat perhatian utama dari investor dan kreditor
dari laporan keuangan ini seperti arus kas operasional, modal kerja, laba akuntansi
dan size pereusahaan, Laporan arus kas operasional diperlukan oleh investor untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. M. Riyanto (2001:58), menyatakan bahwa ”Modal kerja adalah kelebihan sebagian aktiva lancar atas hutang jangka pendek perusahaan”. Kenaikan modal kerja berarti
aktiva lancar perusahaan semakin baik sehingga hutang jangka pendek perusahaan akan terjamin, dan perusahaan berkembang dengan baik, jika terjadi penurunan modal kerja berarti akan menurunkan aset perusahaan sehingga hutang jangka
pendek perusahaan akan sulit terjamin berarti berkinerja tidak baik. Kenaikan atau
penurunan modal kerja dapat terlihat di neraca perusahaan setiap tahun. Informasi modal kerja positif akan direspon oleh pasar saham untuk menaikkan harga saham
perusahaan sehingga return saham dalam bentuk capital gain ( harga jual saham lebih besar dari harga beli saham) akan meningkat berarti
return saham
meningkat. Laba akuntansi yang dihasilkan oleh perusahaan selama periode
akuntansi yang tersaji dalam laporan laba–rugi perusahaan merupakan sesuatu yang penting bagi investor. Laba akuntansi mengindikasikan perusahaan berkinerja baik karena laba akuntansi sebelum pajak mencerminkan laba dari kegiatan
operasional perusahaan dan meningkatkan cash flows (Samsul, 2006:130). Laba yang diperoleh perusahaan akan dipergunakan untuk memenuhi kewajibannya Inovasi Volume 12: Nopember15
Page 735
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia
kepada pemegang saham biasa sebagai return saham Hanafi dkk.( 2003:180). Jika
ST IE
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
laba akuntansi dari tahun ke tahun semakin besar akan berakibat bertambahnya cash flows sehingga investor akan exciting untuk mendapatkan return saham yang tinggi. Keadaan ini akan direspon positif mempengaruhi kenaikan harga saham
sehingga investor jangka pendek akan memperoleh return saham dalam bentuk capital gain. Jika semakin turun laba akuntansi
berarti perusahaan akan
dipersepsikan tidak prospektif untuk menghasilkan cash flows sehingga investor akan unexciting untuk mendapatkan return saham yang rendah. Dengan demikian
informasi laba akuntansi akan mempengaruhi return saham. Size perusahaan bisa diukur dengan menggunakan total aktiva, penjualan, atau modal dari perusahaan
tersebut (Indriani,2005). Salah satu tolok ukur yang menunjukkan besar kecilnya
perusahaan adalah penjualan dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki penjualan besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap
kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain
itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total asset yang kecil (Indriani:2005).
Dalam penelitian Juliarto (2004) dengan sampel penelitian laporan keuangan
empat puluh enam perusahaan dari tahun 1995 sampai dengan tahun 1996. Sedangkan harga saham yang digunakan tahun 1995 dan 1996. Data yang
digunakan adalah data cross section yang digabungkan selama 2 tahun (pooled
cross section). Data-data terdiri dari: (1) laporan keuangan tahun 1995 dan 1996, (2) harga saham tahun 1995 dan 1996, (3) indeks harga saham gabungan tahun
1995 dan 1996. Variabel indepeden yang digunakan variabel arus kas operasional,
modal kerja, laba akuntansi dan variabel dependen return saham. Hasil
penelitiannya bahwa arus kas dan modal kerja tidak berpengaruh terhadap return saham.
Variabel independen laba akuntansi berpengaruh signifikan terhadap
return saham.
Dalam penelitian Nina dan Suhairi (2006) dengan populasi perusahaan
Inovasi Volume 12: Nopember15
Page 736
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia
manufaktur tekstil dan outomotive yang terdaftar di BEJ tahun 1999-2004 dengan
ST IE
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
metode pengambilan sampel purposive sampling. Hasil penelitiannya bahwa arus kas opreasional tidak berpengaruh terhadap return saham, laba akuntansi
berpengaruh terhadap return saham, Size perusahaan berpengaruh terhadap return saham, varaibel arus kas opreasional, laba akuntansi, Size perusahaan secara bersama-sama berpengaruh terhadap return saham.
Dalam penelitian Ariawati dan Evi (2008 ) variabel independen yang
digunakan arus kas operasional dan laba akuntansi, dengan return saham sebagai
variabel dependen. Data yang digunakan Cross section digabung selama dua tahun (pooled Cross section). Hasil penelitiannya bahwa arus kas operasional dan laba akuntansi mempengaruhi terhadap return saham
Dalam penelitian Ali (1994 ) variabel independen yang digunakan arus kas, modal
kerja dan laba akuntansi, dengan return saham sebagai variabel dependen. Data yang digunakan Cross section digabung selama dua tahun (pooled Cross section). Hasil penelitiannya bahwa modal kerja mempengaruhi terhadap return saham
Salah satu sektor usaha pada klasifikasi industri di Bursa Efek Indonesia adalah
sektor pertambangan. Pertambangan adalah industri yang mengolah sumberdaya
alam dengan mengambil dan memproses bahan tambang untuk menghasilkan
berbagai produk akhir yang dibutuhkan umat manusia, Bahan tambang
digolongkan menjadi tiga: logam seperti emas,tembaga,timah; mineral industri seperti granit, andesit, pasir dan mineral energi seperti batubara,minyak dan gas.
Indonesia adalah salah satu dari 10 negara pemilik deposit pertambangan
terbesar di dunia. Hal ini merupakan suatu keuntungan tersendiri bagi Indonesia, dimana sektor pertambangan menjadi salah satu primadona penerimaan negara.
Telah disadari keberhasilan di sektor pertambangan ini dapat membawa aliran investasi asing yang masuk ke Indonesia meningkat secara signifikan. Oleh karena
itu tidak heran saat ini pemerintah terus berupaya menggenjot sektor pertambangan ini demi untuk meningkatkan penerimaan negara tersebut.
Selama ini saham-saham perusahaan sektor pertambangan ini jarang dikaji oleh
para peneliti, hal ini mungkin disebabkan karena anggapan bahwa sektor ini kurang Inovasi Volume 12: Nopember15
Page 737
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia
menarik dalam hal memberikan return yang diharapkan. Padahal hal tersebut
ST IE
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
belum tentu benar, terutama untuk investasi yang bersifat jangka panjang.
Pembatasan dan Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi permasalahan yang telah dipaparkan
diatas maka penelitian ini fokus mencoba menganalisa faktor Arus Kas Operasional (AK),Modal Kerja (MK),Laba Akuntasi (LA),Size Perusahaan (SP)
terhadap Return saham).Pada perusahaan pertambangan selama tahun 2005 – 2011.
Adanya hubungan antara kinerja keuangan suatu perusahaan pertambangan
yang dipengaruhi beberapa factor antara lain Arus Kas Operasional (AK),Modal
Kerja (MK),Laba Akuntansi (LA),Size Perusahaan (SP) terhadap Return saham),Pada perusahaan pertambangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2005 – 2011.
Pada penelitian ini peneliti mencoba untuk mengkaji “Bagaimana pengaruh
Arus Kas Operasional (AK),Modal Kerja (MK),Laba Akuntansi (LA),Size Perusahaan (SP) terhadap Return saham),pada perusahaan pertambangan selama tahun 2005 – 2011.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh Arus Kas Operasional (AK),Modal Kerja (MK),Laba Akuntansi (LA),Size Perusahaan (SP) terhadap Return saham).Pada perusahaan pertambangan selama tahun 2005 – 2011.
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh Arus Kas Operasional (AK), terhadap Return saham Perusahaan Pertambangan Indonesia.
2. Mengetahui pengaruh Modal Kerja (MK) terhadap Return saham Perusahaan Pertambangan Indonesia.
Inovasi Volume 12: Nopember15
Page 738
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia
3. Mengetahui pengaruh Laba Akuntansi (LA) terhadap Return saham Perusahaan
ST IE
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
Pertambangan Indonesia. 4. Mengetahui pengaruh Size Perusahaan (SP) terhadap Return saham Perusahaan Pertambangan Indonesia.
5. Mengetahui secara bersama-sama pengaruh Arus Kas Operasional (AK),
Modal Kerja (MK),Laba Akuntasi (LA),Size Perusahaan (SP) terhadap Return saham) Perusahaan Pertambangan Indonesia.
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS Return Saham
Return bagi investor dapat berupa: 1) Yield merupakan komponen return yang
mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara priodik dari suatu
investasi; 2) capital gain yaitu selisih antara harga saham pada saat pembelian
dengan harga saham pada saat penjualan. return saham menurut Samsul (2006:292), dengan rumus sebagai berikut :
Ri
( Pt Pt - 1 ) Pt - 1 .................................................(1)
Keterangan: Ri Pt P t-1
= Return saham = Harga saham pada periode t = Harga saham pada periode t-1
Arus Kas Operasional
Laporan arus kas melaporkan arus kas selama periode tertentu dan
diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan
apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar
dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Komponen-komponen arus kas operasi mempunyai hubungan
yang tinggi dengan return saham dan semua koefisien ini mempunyai expected sign. Pembayaran pajak tidak mempunyai koefisien yang signifikan. Pengeluaran Inovasi Volume 12: Nopember15
Page 739
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia
hutang mempunyai koefisien yang positif dan pengeluaran saham istimewa
ST IE
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
mempunyai koefisien negatif. Koefisien untuk dividen adalah positif dan secara statistik signifikan. Penelitian dari koefisien masing-masing komponen arus kas
menunjukkan bahwa arus kas operasi berhubungan kuat dengan return saham dan mempunyai expected sign.
Difinisi arus kas menurut Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan ( PSAK) nomor : 2 paragraf 5 arus kas adalah arus kas masuk dan arus kas keluar dan setara kas, dapat diklasifikasikan menjadi tiga aktivitas yaitu menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Sedangkan laporan arus
kas sendiri adalah informasi tentang arus kas suatu perusahaan yang berguna bagi
para pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam menggunakan arus kas tersebut. Dalam definisi arus kas tersebut
terkandung pengertian tentang aliran kas masuk (cash Inflow) dan kas keluar (cash
outflow), laporan arus kas setara kas (equivalent cash) pada periode tertentu, dengan adanya informasi tersebut dianggap sangat informative karena dapat memberikan informasi tentang arus kas histories suatu perusahaan atau kegiatan usaha sehingga dapat diketahui sumber kas masuk dan sumber kas keluar pada
masa yang lalu. Arus kas operasional dapat mengukur kesehatan suartu
perusahaan, dapat mengukur kenaikan atau penurunan tingkat rasio yang diukur suatu perusahaan.
Arus kas adalah suatu penyajian informasi yang relevan berkaitan penerimaan
uang dan pengeluaran uang dalam kegiatan bisnis selama periode tertentu, berisi
sumber-sumber penghasil uang, penggunaan dan kenaikan atau penurunan kas dari investasi dan kreditor serta sebagai alat ukur likuiditas perusahaan. Kegiatan yang
termasuk dari aliran kas dari aktivitas operasional perusahaan ( cash flow from operating activities) adalah arus kas dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan, kegiatan ini biasanya mencakup kegiatan produksi, pengiriman
barang, pemberian service, dan peristiwa lainnya yang ikut dalam menentukan
laba. Arus kas dari aktivitas operasi pada umumnya disajikan terlebih dahulu, lalu diikuti dengan arus kas dari aktivitas investasi dan pendanaan. Arus kas dari
aktivitas investasi ( cash flow from investing activities) adalah arus kas dari Inovasi Volume 12: Nopember15
Page 740
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia
transaksi yang mempengaruhi investasi dalam aktiva tidak lancar. Sedangkan arus
ST IE
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
kas dari aktivitas pendanaan (cash flow from financing activities) adalah arus kas dari transaksi yang mempengaruhi equitas dan hutang perusahaan. Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan aliran kas, yaitu metode langsung (direct method) dan metode tidak langsung (indirect method). Metode langsung menurut Keiso dkk. (2005:1210), adalah :
The direct method (also called the income statement method) report cash receipts and cash disbursements from activities.The difference between these two amounts is the net cash flow from operating activities. In other words, the direct method deducts from operating cash receipts the operating cash disbursements statement.
Dalam metode langsung jumlah penerimaan kas akan dikurangi dengan
pengeluaran kas secara langsung. Dalam metode ini pada umumnya lebih mudah dan efisien dari pada metode tidak lanagsung. Menurut Keiso dkk. (2005:1211), dua metode yaitu metode langsung dan tidak langsung. Hipotesis ekonomis dari
arus kas operasi meliputi (1) Ketidak relevanan arus kas operasional yang
kebanyakan model mengatakan bahwa cash inflow dan cash outflow yang unexpected dari operasi periode waktu itu akan mempengaruhi harga-harga saham dan pengaruhnya pada arus kas sekarang maupun yang masa yang akan datang; (2) Recurring and non recurring events diteliti oleh Gonedes (1979) yang mengatakan bahwa terdapat reaksi pasar yang berbeda terhadap pengungkapan pendapatan
biasa maupun yang luar biasa. Barnea, Ronen dan Sadan (1976) memberikan bukti bahwa pasar bereaksi terhadap komponen laba yang permanen dan komponen laba
yang bersifat sementara. Lipe (1986) menunjukkan bahwa apakah suatu komponen laba diharapkan terjadi pada masa yang akan datang adalah penting untuk penilaian
surat-surat berharga. Wilson (1986, 1987) mengatakan bahwa kas dari operasi mempunyai kandungan informasi pada laba dan Bernard dan Stober (1989)
mengatakan bahwa hasil Wilson tidak diperoleh pada periode sampelnya. Bowen et
al (1987) mengatakan bahwa kas dari operasi mempunyai tambahan, hubungannya
dengan return saham pada earning. FASB menginginkan perusahaan untuk
mengungkapkan informasi tentang komponen-komponen arus kas investasi, Inovasi Volume 12: Nopember15
Page 741
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia
pendanaan dan opersi. Dengan demikian arus kas dapat menjadikan suatu alat yang
ST IE
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
berguna untuk megevaluasi posisi kas perusahaan dikenal dengan istilah arus kas bebas ( free cash flow) yaitu ukuran kas opersi yang tersedia untuk tujuan perusahaan setelah menyediakan tambahan aktiva tetap yang cukup guna
mempertahankan kapasitas produksi saat ini dan dividen. Perusahaan yang memiliki arus kas bebas akan mampu mendanai pertumbuhan internal, melunasi
hutang, dan menikmati fleksibilitas keuangan. Sedangkan perusahaan yang tidak memiliki arus kas bebas, tidak akan mampu untuk mempertahankan kapasitas produktif saat ini atau membayar dividen kepada pemegang saham. Kakurangan arus kas bebas dapat menjadi petunjuk awal masalah likuiditas. Modal Kerja
Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan atau
dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai
kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Menurut J. Fred Weston dan Eugene F. Brigham (1986:157), ”Modal kerja adalah investasi perusahaan di dalam
aktiva jangka pendek seperti kas,sekuritas (surat–surat berharga), piutang
dagang, dan persediaan. Modal kerja kotor ( Gross working capital ) adalah harta lancar total dari perusahaan. Modal kerja bersih (Net Working Capital ) adalah harta lancar dikurangi hutang lancar”. Menurut Hanafi dkk. (2003:317),
menyatakan bahwa: “harga saham akan dipengaruhi informasi tentang perusahaan ke pasar modal, jika informasi baik akan berakibat harga saham naik, jika informasi negative akan menyebabkan harga saham turun sehingga
return saham menurun”. Dengan demikian pengaruh modal kerja terhadap return saham positif secara signifikan. Ismaya (2006:473), menyatakan bahwa ”Modal kerja adalah modal bersih yang merupakan selisih lebih dari harta
lancar setelah dikurangi utang lancar”. Dari penjelasan diatas dapat dirumuskan sebagai berikut : MK it ALit HLit
.
..................................(2)
Keterangan: MKit = Modal Kerja (net working capital ) perusahaan i pada periode t. Inovasi Volume 12: Nopember15
Page 742
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia
ST IE
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
AL it = Aktiva Lancar perusahaan i pada periode t. HL it = Hutang Lancar perusahaan i periode t. Semakin besar modal kerja akan meningkatkan penjualan karena adanya konsep
perputaran modal kerja. Konsep perputaran modal kerja diperoleh dari Penjualan dibagi modal kerja. Semakin tinggi penjualan akan perakibat meningkatnya profit dengan dimbangi tingkat efisiensi peusahaan. Selain itu semakin tinggi profit maka
akan memperbesar target pembayaran deviden perusahaan. Semakin tinggi dividen perusahaan akan meningkatkan return saham. Laba Akuntansi
Laba akuntansi yang dihasilkan oleh perusahaan selama periode akuntansi yang
tersaji dalam laporan laba – rugi perusahaan merupakan sesuatu yang penting bagi investor. Semakin tinggi laba akuntansi dari waktu kewaktu berarti perusahaan
tersebut akan dipersepsikan oleh investor berkinerja baik karena laba akuntansi
bersih setelah pajak akan meningkatkan cash flow. Keadaan ini akan berakibat
bertambahnya expected cash flow sehingga investor akan exciting untuk mendapatkan return saham yang tinggi. Semakin turun laba akuntansi (rugi) berarti
perusahaan akan dipersepsikan tidak persfektif untuk menghasilkan cash flow sehingga investor akan unexciting untuk mendapatkan return saham yang rendah. Artinya informasi laba akuntansi akan mempengaruhi return saham. Sofyan Syafri Harahap (2006:305) mendefinsikan bahawa laba akuntansi adalah perbedaan antara revenue yang direlisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan
dengan biaya – biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut. Menurut Balkoni, definisi tentang laba itu mengandung lima sifat : 1). Laba Akuntansi didasarkan
pada transaksi yang benar-benar terjadi, yaitu timbulnya hasil dan biaya untuk
mendapatkan hasil tesebut. 2). Laba akuntansi didasarkan pada postulat “periodik” laba itu, artinya merupakan prestasi perusahaan itu pada periode tertentu. 3). Laba
akuntansi didasarkan pada prinsip revenue yang memerlukan batasan tersendiri tentang apa yang termasuk hasil. 4). Laba akuntansi memerlukan perhitungan
terhadap biaya dalam bentuk biaya histories yang dikeluarkan perusahaan untuk Inovasi Volume 12: Nopember15
Page 743
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia
menghasilkan hasil tertentu. 5). Laba akuntansi didasarkan pada prinsip matching
ST IE
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
artinya hasil dikurangi biaya yang diterima/dikeluarkan perusahaan dalam periode tertentu. FASB Statement medifinisikan laba akuntansi (accounting income) sebagai perubahan dalam ekuitas (net asset) dari suatu entity selama satu periode
tertentu yang dilakukan oleh transaksi dan kejadian atau peristiwa yang berasal bukan dari pemilik. Laba akuntansi meningkat berakibat meningkatnya laba per saham.
Inforamsi kinerja keuangan ini selalu direspon positif dan diminati
investor sebagai good news sehingga harga saham cenderung naik berakibat return saham naik. Jika laba akuntansi menurun akan berakibat menurunkan laba per
lembar saham dan tidak diinginkan oleh investor karena return saham menurun (Samsul 2006:131). Size Perusahaan
Ukuran (size) perusahaan bisa diukur dengan menggunakan total aktiva,
penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut. Salah satu tolok ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik
dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding
perusahaan dengan total asset yang kecil (Indriani:2005). Menurut Samsul (2006: 146), bahwa total penjualan suatu perusahaan dapat dipergunakan
untuk mengukur asset turnover. Semakin tinggi penjualan semakin tinggi asset turnover nya karena asset turnover diperoleh dari perbandingan antara
penjualan dibagi dengan total aktiva. Keadaan ini akan memberikan positif
kepada investor, sehingga harga saham akan naik akibatnya capital gain naik. Selain itu semakin tinggi penjualan yang diimbangi dengan efisiensi per usahaan akan semakin tinggi laba kotor.
Inovasi Volume 12: Nopember15
Page 744
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia
Kerangka Pemikiran
ST IE
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
Gambar 2.1. Kerangka Penelitian
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka penelitian diatas diajukan hipotesis–hipotesis alternatif sebagai berikut:
1. H1: Apakah terdapat pengaruh Arus Kas Operasional terhadap Return Saham. 2. H2: Apakah terdapat pengaruh Modal Kerja terhadap Return Saham.
3. H3: Apakah terdapat pengaruh Laba Akuntansi terhadap Return Saham.
4. H4: Apakah terdapat pengaruh Size Perusahaan terhadap Return Saham.
5. H5:Apakah secara bersamaan terdapat pengaruh Arus Kas Operasional, Modal Kerja, Laba Akuntansi, Size Perusahaan terhadap Return Saham.
Inovasi Volume 12: Nopember15
Page 745
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia
METODOLOGI PENELITIAN
ST IE
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
Persamaan Regresi berganda Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui hubungan antara variabel arus
kas operasional, modal kerja, laba akuntansi, dan size perusahaan terhadap return
saham. Pada penelitian ini variabel-variabel bebas (independent variable) yang digunakan adalah variabel arus kas operasional, modal kerja, laba akuntansi, dan
size perusahaan sedangkan variabel terikatnya (dependent variable) adalah return saham. Sehingga dapat dibuat persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + e Dimana : Y = Return saham α = Konstanta β1- β5 = Koefisien regresi X1 = Arus kas operasional X2 = Modal kerja X3 = Laba akuntansi X4 = Size perusahaan e = Disturbance/error Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua laporan keuangan pada emiten sektor
pertambangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2005 - 2011 dan masih tercatat hingga 31 Desember 2011, serta mempunyai laporan keuangan yang berakhir per 31 Desember. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah data
tahunan untuk masing-masing variabel yang dimulai dari tahun 2005 sampai 2011.
Sistem pengambilan sampel yang dilakukan dengan metode non-probability sampling dengan teknik purposive sampling. Sedangkan kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a.
Emiten delisting selama periode 2005-20011 dan tahun buku berakhir tanggal 31 Desember.
b.
Emiten telah menerbitkan dan mempublikasikan laporan keungan auditan dimana didalamnya termasuk laporan arus kas operasional untuk tahun buku 2005-2011.
Inovasi Volume 12: Nopember15
Page 746
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia
Saham emiten aktif diperdagangkan selama tahun 2005-2011.
d.
Emiten yang tidak memiliki laba akuntansi negatif selama periode 2005
ST IE
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
c.
sampai dengan 2011.
e.
Emiten termasuk kategori perusahaan sektor pertambangan berdasarkan
klasifikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum 31 Desember 2005 dan tetap terdaftar sampai tahun 2011
Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan data panel untuk menguji pengaruh variabel arus kas
operasional, modal kerja, laba akuntansi, dan size perusahaaan terhadap return
saham. Penggunaan data panel ini pertama dapat mendalami efek-efek ekonomi yang tidak dapat diperoleh jika menggunakan data deret waktu ataupun data kerat lintang saja. Kedua, karena jumlah data dan observasi yang meningkat,
menghasilkan kenaikan pada derajat kebebasan (degree of freedom) sehingga variasi koefisien menjadi efisien dan koefisien nilai menjadi lebih stabil (Hsiao,
1986). Ketiga, dengan mengakomodasi semua informasi yang terkait dengan
variabel-variabel kerat-lintang maupun deret-waktu, data panel secara substansial
mampu menurunkan masalah omitted-variables; jika menghilangkan variabel yang
relevan. Bersamaan dengan itu, masalah kesalahan spesifikasipun dapat dieliminir. Terdapat tiga cara dalam mengestimasi data panel, pertama Pooled (Ordinary least square, OLS). Kedua,
fixed effect (dummy variable model, DMV). Ketiga,
random effect (error component model, ECM).
Uji Asumsi Klasik
1. Terbebas dari multikolinearitas, variabel-variabel bebas yang digunakan dalam model bukan stokastik dan tidak terdapat hubungan linear satu sama lain (baik antar dua atau lebih variabel bebas). Cara mendeteksi multikolinearitas
adalah dengan cara: Nilai VIF (Variance Influence Factor). Jika nilai VIF > 10,
maka terdapat multikolinearitas antar variabel. Pelanggaran asumsi ini dapat diatasi dengan;
Inovasi Volume 12: Nopember15
Page 747
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia
menghilangkan variabel bebas yang menyebabkan multikolinearitas
2.
menambah atau mengurangi jumlah observasi
ST IE
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
1.
3.
mengubah bentuk data variabel bebas, atau
4.
mengubah spesifikasi model
5.
atau bahkan tidak melakukan apapun seperti yang dikemukakan oleh Blanchard.
2. Terbebas dari heteroskedastis, sehingga error term dalam setiap observasi bersifat bebas, tidak ada korelasi, mempunyai nilai harapan nol dan mempunyai
varians yang sama. Untuk mengetahui apakah model regresi terdapat
heteroskedastisitas atau tidak kita dapat melakukanya denga melakukan uji White
Heteroscedasticity Test (no cross term) dengan hipotesis nol homoskedastis. Kriteria penolakannya adalah apabila probabilitas obs* R2 < α, yaitu cukup bukti untuk mengatakan bahwa model mengalami heteroskedastisitas. Uji laing yang
dapat digunakan untuk mengetahui adanya heterskedastisitas adalah dengan uji grafik, uji park, uji glejser, uji spearman’s, uji rank corelation dan uji langrange.
Untuk menangani masalah ini, dapat dilakukan dengan metode Weighted Least Square/Generalized Least Square, atau mengubah model ke dalam bentuk logaritma.
3. Terbebas dari autokorelasi, sehingga antar residual peubah tidak terdapat
korelasi (biasanya pelanggaran asumsi ini terjadi pada data time series). Jika terdapat autokorelasi akan mengakibatkan estimator menjadi tidak konsisten, tidak bias, tetapi tidak efisien karena interval estimasinya akan melebar sehingga daya
prediksinya menjadi underestimate dan selanjutnya akan menjadikan F-stat yang diperolehnya tidak valid. Pelanggaran ini biasanya terjadi dalam data berbentuk time-series, dan dapat diuji dengan:
Menggunakan statistik Durbin-Watson (DW-Stat). DW-Stat > 2 atau DW-Stat < 2, menunjukkan adanya autokorelasi. Sedangkan, bila DW-Stat mendekati 2, maka dapat dikatakan model tersebut bebas dari autokorelasi.
Inovasi Volume 12: Nopember15
Page 748
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia
Menggunakan Breusch-Godfrey Langrange Multiplier (LM-test) dengan hipotesis
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
nol tidak terdapat autokorelasi. Jika probabilitas obs* R2 < α, maka terbukti tidak terdapat masalah autokorelasi di dalam model tersebut.
Menggunakan correlogram Q-statistics, yaitu dengan memperhatikan nilai autokorelasi dan partil correlation. Jika angka tersebut melebihi 0,5 atau nilai probabilita < 0,1, maka model memiliki masalah autokorelasi. Penanganan masalah
ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode autoregressive (AR), moving average (MA) serta dependent lag. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan membentuk model diferensial. Uji Hipotesis 1.
Uji t-statistik yaitu untuk menguji signifikansi pengaruh variabel bebas satu
per satu atau secara individual terhadap variabel terikat, dengan menganggap
variabel bebas lain tetap, dasar pengambilan keputusan yaitu:jika Ho : β = 0
peubah tidak mempengaruhi secara signifikan dan Ha : β ≠ 0 peubah mempengaruhi secara signifikan. Tolak Ho jika probabilita t-stat lebih kecil dari 0,05 (dengan tingkat kepercayaan 95%, α = 5%).
ST IE
2.
Uji F-statistik yaitu untuk menguji signifikansi pengaruh variabel-variabel bebas secara keseluruhan terhadap variabel terikat, dasar pengambilan
keputusan yaitu :jika Ho : β = 0 peubah tidak mempengaruhi secara
signifikan, Ha : β ≠ 0 peubah mempengaruhi secara signifikan. Tolak Ho
jika probabilita t-stat lebih kecil dari 0,05 (dengan tingkat kepercayaan 95%, α = 5%).
3.
Uji Goodness of Fit, yaitu dengan melihat koefisien determinasi (R2). R2 menunjukkan seberapa besar variasi variabel terikat yang dapat diterangkan
oleh variabel-variabel bebas di dalam model. Semakin besar nilai R2, maka variasi dari variabel terikat semakin dapat diterangkan oleh variabel-variabel
bebas dalam model. Jika menggunakan data time-series, R2 yang diminta
adalah di atas 0,9, sedangkan untuk data cross-section R2 sebaiknya di atas 0,3. Mengingat bahwa R2 sensitif terhadap penambahan variabel bebas (akan selalu meningkatkan R2), maka yang lazim digunakan adalah Adjusted R2.
Inovasi Volume 12: Nopember15
Page 749
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
ST IE
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
Hasil Uji Asumsi Klasik Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah pada model regresi
berganda ditemukan adanya korelasi antara variabel-variabel bebas, yaitu tingkat
arus kas, modal kerja, laba akuntansi, dan Size perisahaan terhadap return saham perusahaan. Model regresi linear berganda yang baik seharusnya tidak terdapat
korelasi antara variabel-variabel bebasnya. Pengujian multikolinearitas dapat
dilakukan dengan cara menghitung besaran VIF (variance inflationary factor). Bila VIF bernilai lebih besar dari angka 10 maka model regresi berganda memiliki gejala multikolinearitas.
Tabel 4.3.
Coefficient Colineaarity Statistic
Variabel
VIF
1/VIF
0,10688
La
9,36
1
0,57989
Mk
1,72
8
0,77017
Ak
1,3
3
Zp
8,67
0,11528
Dari Tabel 4.3. nilai VIF dari masing-masing variabel bebasnya. Tidak ada yang melebihi angka 10. hal ini berarti tidak adanya gejala multikolinearitas model regresi berganda (Ghozali, 2004). Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi linier terdapat korelasi data pada priode data dengan data sebelumnya. Jika terdapat korelasi maka dikatakan memiliki gejala autokorelasi. Untuk menguji ada
atau tidaknya gejala autokorelasi ini maka digunakan wooldridge test karena data yang digunakan adalah data panel. Dasar pengambilan keputusan adalah Inovasi Volume 12: Nopember15
Page 750
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia
H0: tidak ada autokorelasi, Ha: ada autokorelasi. Sedangkan Wooldridge test for 4) =
ST IE
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
autocorrelation in panel data, H0: no first-order autocorrelation, F( 1, 0,608, Prob > F =
0,4792
Hasil diatas menunjukan bahwa Prob>Chi2 lebih besar dari alfa (0,05) sehingga H-0 gagal ditolak. hal ini menandakan tidak ada masalah autokorelasi dalam model yang digunakan (Suwardi, 2011). Uji heteroskedastik
Asumsi penting lain model regresi linear klasik lainnya adalah heterokedastisitas.
Pengujian heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji Breusch-Pagan/Cook-weisberg test for heteroskedasticity.
Dasar pengambilan
keputusan adalah
Tabel 4.4
Hasil Uji Breusch-Pagan/Cook-weisberg test for heteroskedasticity Breusch-Pagan / Cook-Weisberg test for heteroskedasticity
Ho: Constant variance
Variables: fitted values of rt
chi2(1)
=
2.90
Prob > chi2 = 0.0888
Sumber: Data diolah STATA 12
Dari hasil Tersebut terlihat Prov>Chi2 lebih besar dari alfa (t-tabel) sebesar 0,05 sehingga H0 gagal ditolak. Dengan kata lain pada model ini tidak ditemukan masalah heterokedastik (Baum, 2006). Analisa Hasil dan Interpretasi
Persamaan regresi untuk pergerakan Return Saham adalah
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + e
Dengan menggunakan program STATA maka didapatkan koefisien regresi hasil pengolahan data seperti berikut :
Inovasi Volume 12: Nopember15
Page 751
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia
Tabel 4.5.
ST IE
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
Hasil Regresi Menggunakan STATA 12 Number of obs. F( 4,
62
57)
2,78
Prob > F
0,0351
R-squared
0,081
Root MSE
29,373
rt
Coef.
Robust Std. Err
t
P>|t|
[95% Conf. Interval]
ak
1,03E-09
1,32E-09
0,78
0,439
-1,62E-09
3,68E-09
mk
-6,40E-08
1,30E-07
-0,49
0,624
-3,24E-07
1,96E-07
la
5,36E-07
1,80E-07
2,98
0,004
1,76E-07
8,96E-07
zp
-1,39E-07
6,52E-08
-2,13
0,037
-2,70E-07 -8,58E-09
cons
-6,068758
.5189468
-11,69
0,000
-7.107931 -5.029585
Berdasarkan hasil regresi di atas, maka persamaan regresi yang didapatkan adalah Y = - 6,068758 + 1,03E-09X1 – 6,40E-08X2 + 5,36E-07 X3 –1,39E-07X4
Dari persamaan diatas ditemukan dua variabel bebas, yakni variabel modal kerja
(mk) dan ukuran perusahaan (zp) yang memiliki parameter koefisien regresi
bertanda negatif dan dua variabel bebas lainnya, arus kas operasuinaol(ak) dan laba akuntansi (la), memiliki parameter koefisien positif. Hal tersebut bermakna jika
parameter bertanda positif maka setiap perubahan dari variabel bebas akan mengakibatkan perubahan variabel terikat dengan arah yang sama bila variabel bebas lainnya dianggap konstan, begitu juga sebaliknya jika parameter bertanda
negatif maka setiap perubahan dari variabel bebas akan mengakibatkan perubahan variabel terikat dengan arah yang berlawanan. Dengan nilai R-Squared sebesar 0,081 menunjukkan bahwa 8,1 persen variasi return perusahaan tambang dapat
dijelaskan oleh keempat variabel bebas (X1, X2, X3, dan X4) sedangkan 91.9
persen sisanya dapat dijelaskan oleh sebab-sebab yang lainnya. Nilai Konstanta Inovasi Volume 12: Nopember15
Page 752
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia
pada persamaan akhir sebesar - 6,068758 dapat diartikan jika variabel bebas dalam
ST IE
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
model diasumsikan sama dengan nol, secara rata-rata variabel diluar model akan menurunkan return perusahaan tambang sebesar 6,068758 satuan. Uji Hipotesis
Pengambilan keputusan: Jika P-value > 0,05, maka H0 gagal ditolak. Dan Jika P-value < 0,05, maka H0 ditolak. Uji Hipotesis 1
H01: Tingkat arus kas operasional tidak memiliki pengaruh terhadap retur saham Ha1: Tingkat arus kas operasional memiliki pengaruh terhadap return saham
Variabel bebas arus kas (X1) memiliki p-value = 0,439> 0,05. Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel bebas ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel terikat. Karena itu keputusan yang diambil adalah H01 gagal
ditolak. Koefisien regresi sebesar 1,03E-09 menunjukkan bahwa pengaruh arus kas operasional
terhadap retur saham adalah positif. Dapat diartikan setiap
kenaikan 1 persen maka return perusahaan-perusahaan tambang yang menjadi sampel mengalami kenaikan sebesar 1,03E-09 persen. Hasil ini tidak konsisten dengan penelitian Ariawati dan Evi (2008) dan akan tetapi konsisten dengan
penelitian Juliarto (2004). Temuan ini menunjukkan bahwa ketentuan Bapepam
No. Kep. 80 /PM/ 1996 tentang kewajiban perusahaan untuk menyajikan laporan
arus kas operasional belum dimanfaatkan oleh investor dalam pengambilan
keputusan berinvestasi, meskipun arus kas operasional dapat memberikan
penjelasan keberadaan perkembangan kemajuan operasi suatu perusahaan. Arus kas operasional tidak berpengaruh terhadap return saham karena selama tahun 2004-2006 terlihat sebagian perusahaan memiliki arus kas operasional negatif.
Keadaan ini tidak direspon oleh investor sehingga saham-saham perusahaan tidak naik .
Uji Hipotesis 2
H01: Tingkat modal kerja tidak memiliki pengaruh terhadap retur saham Ha1: Tingkat modal kerja memiliki pengaruh terhadap return saham Inovasi Volume 12: Nopember15
Page 753
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia
Variabel bebas modal kerja (X2) memiliki p-value = 0,624 > 0,05. Nilai tersebut
ST IE
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
menunjukkan bahwa variabel bebas ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Karena itu keputusan yang diambil adalah H01 gagal ditolak. Koefisien regresi sebesar -6,40E-08 menunjukkan bahwa pengaruh arus
kas terhadap return saham adalah negatif. Dapat diartikan setiap kenaikan 1 persen
modal kerja maka return perusahaan-perusahaan tambang yang menjadi sampel mengalami penurunan sebesar 6,40E-08 persen. Hasil Penelitian modal kerja
konsisten dengan penelitian Juliarto (2004) karena dalam penelitian Juliarto menggunakan seluruh jenis perusahaan manufaktur yang terdaftar pada BEI akan
tetapi tidak konsisten dengan penelitian Ali dkk (1995) karena penelitian Ali
menggunakan sampel hanya terbatas pada perusahaan textil dan outomotive. Koefisien yang negatif juga sesuai dengan teori. Perusahan dalam industri
pertambangan memiliki asset leverage yang tinggi. Artinya semakin besar fixed asset maka perusahaan semakin baik. Sedangkan modal kerja semakin besar jikalau
current assetnya semakin besar dan berhubungan terbalik dengan fixed asset. Oleh karena itu modal kerja memiliki pengaruh negatuf terhadap return saham perusahaan industri tambang. Uji Hipotesis 3
H01: Tingkat laba akuntansi tidak memiliki pengaruh terhadap retur saham Ha1: Tingkat laba akuntansi memiliki pengaruh terhadap return saham
Variabel bebas laba akuntansi (X3) memiliki p-value = 0,004 < 0,05. Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel bebas ini memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel terikat. Karena itu keputusan yang diambil adalah H01 ditolak. Koefisien regresi sebesar 5,36E-07 menunjukkan bahwa pengaruh laba akuntansi terhadap retur saham adalah positif. Dapat diartikan setiap kenaikan 1 persen laba
akuntansi maka return perusahaan-perusahaan tambang yang menjadi sampel
mengalami kenaikan sebesar 5,36E-07 persen. Arah koefisien yang positif memang sesuai teori karena Semakin tinggi laba akuntansi dari waktu kewaktu berarti
perusahaan tersebut akan dipersepsikan oleh investor berkinerja baik karena laba akuntansi bersih setelah pajak akan meningkatkan cash flow. Keadaan ini akan Inovasi Volume 12: Nopember15
Page 754
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia
berakibat bertambahnya expected cash flow sehingga investor akan exciting untuk
ST IE
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
mendapatkan return saham yang tinggi. hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya seperti Juliarto (2004), Nina dan Suhairi (2006), Ariawati dan Evi (2008) dan Ali (1994). Uji Hipotesis 4
H01: Tingkat size perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap retur saham Ha1: Tingkat size perusahaan memiliki pengaruh terhadap return saham
Variabel bebas size perusahaan (X4) memiliki p-value = 0,037< 0,05. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa variabel bebas ini memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel terikat. Karena itu keputusan yang diambil adalah H01 ditolak. Koefisien regresi sebesar -1,39E-07 menunjukkan bahwa pengaruh size perusahaan
terhadap return saham adalah negatif.Dapat diartikan setiap kenaikan 1 persen size perusahaan maka return perusahaan-perusahaan tambang yang menjadi sampel
mengalami penurunan sebesar 1,39E-07 persen. Hasil penelitan konsisiten dengan penelitian Nina dan Suhairi (2006).
Selain itu hasil ini menggambarkan bahwa para investor tidak hanya melihat
dari output yang dihasilkan sebuah perusahaan tapi juga inputnya yaitu sebarapa
besar asset dan ekuitas. Dengan kata lain investor melihat dari ROA (Return of Asset) dan ROE (Return of Equity). Dalam rasio ROA maupun ROE semakin besar aset ataupun ekuitas (input) yang dimiliki perusahaan akan berpengaruh negatif
terhadap ROA maupun ROE dengan asumsi net income (output) tetap. Sehingga perusahaan besar akan memiliki ROA atau ROE yang lebih kecil dibandingkan
perusahaan dengan size lebih kecil jikalau memiliki net income yang sama. Hal inilah mengapa korelasi negatif antara size perusahaan dengan return saham. Uji F (Uji Simultan):
Dasar Penganbilan ,Jika sig < 0,05, maka H0 ditolak dan Jika sig > 0,05, maka H gagal ditolak. Sedangkan Hipotesanya adalah
H0: Secara bersamaan variabel-variabel arus kas, modal kerja, laba akuntansi, dan size perusahaan tidak mempengaruhi return saham degan signifikan.
Inovasi Volume 12: Nopember15
Page 755
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia
Ha: Secara bersamaan variabel-variabel arus kas, modal kerja, laba akuntansi, dan
ST IE
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
size perusahaan mempengaruhi dengan return saham dengan signifikan. Dalam Uji F menghasilkan Prob. F-stat = 0,0351< α (0,05), sehingga H0 ditolak, artinya ada pengaruh signifikan arus kas, modal kerja, laba akuntansi, dan size perusahaan secara simultan terhadap return saham. Berdasarkan penelitian
sebelumnya, Juliarto (2004), Suhairi (2006), Ariawati (2008) dan Ali (1995), menemukan pengaruh signifikan secara bersama-sama variabel arus kas, laba akuntansi, modal kerja, dan size perusahaan terhadap return saham. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Kesimpulan
Dari penelitian mengenai analisa pengaruh Arus Kas Operasional, Modal Kerja,
Laba Akuntansi dan Size Perusahaan terhadap Return Saham perusahaan sektor pertambangan periode tahun 2005-2011 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1) Secara parsial tidak ada pengaruh Arus Kas Operasional terhadap return saham pada perusahaan sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2011.
2) Secara parsial tidak ada pengaruh Modal Kerja terhadap return saham pada perusahaan sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2011.
3) Secara parsial terdapat pengaruh Laba Akuntansi terhadap return saham
perusahaan sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2011. Hal ini bermakna dengan laba akuntansi yang lebih besar menggambarkan
kinerja perusahaan yang lebih baik. Selain itu juga menggambarkan expected cash flow yang lebih besar.
4) Secara parsial terdapat pengaruh
size perusahaan terhadap return saham
perusahaan sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode
2005-2011.Dimana hal variabel size perusahaan akan berdampak negatif terhadap return perusahaan tambang. Hal ini bermakna bahwa semakin besar
size perusahaan maka semakin kecil tingkat return saham perusahaan tambang.
Inovasi Volume 12: Nopember15
Page 756
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia
Ini menunjukkan bahwa investor lebih melihat rasio (ROA ataupun ROE)
ST IE
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
dibandingkan outputnya saja. 5) Secara bersama-sama ada pengaruh Arus Kas Operasional, Modal Kerja, Laba
Akuntansi, dan Size Perusahaan terhadap return saham perusahaan sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2011.
Implikasi Manajerial
1) Arus Kas Operasional, Modal Kerja, Laba Akuntansi, dan Size Perusahaan secara simultan atau bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap
return saham perusahaan tambang. Untuk itu variabel-variabel tersebut hendaknya mendapatkan perhatian khusus bagi investoruntuk melakukan
pertimbangan dalam menentukan setrategi untuk berinvestasi. Bagi perusahaan, pengambilan kebijakan perusahaan dapat dilakukan secara
hati-hati agar tidak berdampak negatif terhadap return saham perusahaan tambang di pasar modal dan terus mendapatkan kepercayaan oleh investor.
2) Untuk variabel yang secara parsial maka variabel yang berpengaruh secara
signifikan adalah variabel laba akuntansi yang berpengaruh positif terhadap
return saham perusahaan tambang dan variabel size perusahaan yang berpengaruh negatif terhadap return saham perusahaan tambang. Oleh karena
itu laba akuntansi dan size perusahaan hendaknya menjadi indikator yang mendapat perhatian khusus bagi investor perusahaan maupun individu agar keputusan-keputusan strategis investasi yang dibuat bisa maksimal.
Saran Untuk Penelitian Selanjutnya Varians variabel
yang digunakan Arus kas,Modal kerja,Laba Akuntansi,Size
Perusahaan dalam penelitian ini hanya dapat mampu menjelaskan variasi return
saham sebesar 8,1 persen.Masih terdapat 91.9 % yang mana variabel-variabel lainnya yang variansnya menjelaskan return perusahaan tambang. Oleh karena itu dalam penelitian selanjutnya lebih banyak memasukkan variabel lain seperti
variabel fundamental perusahaan lainnya maupun variabel makroekonomi. Pengunaan rasio fundamental sebaiknya tidak hanya melihat outputnya saja
sebagai proxy akan tetapi lebih baik menggunakan rasio perusahaan sebagai proxy. Inovasi Volume 12: Nopember15
Page 757
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia
Hal ini dikarenakan investor tidak hanya melihat outputnya saja tetapi juga
ST IE
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
sebarapa besar input yang dikorbankan untuk menghasilkan output tersebut. DAFTAR PUSTAKA
Agnes Sawir, ”Analisi Kinerja Keuangan dan Perencanaan euangan Perusahaan” PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005, Hal 129-132 Ali. Ashiq and P.F. Pope, 1995.”The Incremental Content of Earnings, Fund Flow and Cash Flows The UK Evidence” Journal of Bussines Finance and Accounting. 22 (1) . pp 19 -30 Anoraga dkk, 2003. ”Pengantar Pasar Modal”. Rineka Cipta, Jakarta.
Burton A. Kolb,1983. Principal of Financial Management, ( Business Publication, Inc, Plano Texas , hlm. 152. FASB, 1987 Statement of Financial Accounting Standart No. 95, November
Febrianto dkk, 2005. Tiga Angka Laba Akuntansi : Mana yang lebih bermakna bagi Investor?. Simposium Nasional Akuntansi VIII ( Solo) : 159-169 Ghozali H. Imam, 2006 “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS UNDIP Semarang
Hastuti,1998. Pengaruh Publikasi Laporan Arus Kas terhadap Volume perdagangan saham perusahaan di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntasni Indonesia Vol. 1 No. 2 (Juli) : 239-254 Ikatan Akuntansi Publik Indonesia, 2006, Pernyatan Standar Akuntansi Keuangan Indriana (2005), Pengaruh Atribut Perusahaan Terhadap Relevanci Laba dan Arus Kas. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol.8 No.3 (September) : 211-234 Ismaya, 2006. “Kamus Akuntansi”. Pustaka Grafindo, hal 473 Juliarto, 2004. Analisis Pengaruh Arus kas, Modal Kerja, Laba Akuntansi Terhadap Return Saham perusahaan Manaufaktur di Bursa Efek Jakarta.: Jurnal Akuntansi dan Auditing, Vol 01.No. O1 Nop
J. Fred Weaton, Eugene F. Bringham (1986), Dasar-dasar Managemen Keuangan. Edisi 7 ( Earlangga, 1986), hal. 157
Keiso Donald E.Jerry J.Weygandt, Terry D.Warfield, 2005. Intermediate Accounting.John Willey sons, Inc, hal 199
Kurniawan, Heribertus dan Nur indiantoro 2000, Analisis Hubungan Antara Arus Kas dari Aktivitas Operasi dan Data Akrual dengan Return Saham : studi empiris pada bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Akuntansi . Vol 2 No. 3 Nina dan Suhairi, 2006.Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Laporan Arus Kas, Laba Akuntansi dan Size Perusahaan terhadap Return Saham. Jurnal Akuntansi , K-AKPM 21 Inovasi Volume 12: Nopember15
Page 758
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia
Riyanto, 2001,”Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan”, BPFE, Yogyakarta, hal 58, .
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
Syamsul Mohamad, 2006, Pasar Modal & Manajemen Portofolio, PT. Gelora Aksara Pertama, Erlangga, Surabaya
Sofyan Syafri Harahap, 2006.Teori Akuntansi Edisi Rivisi , PT. Raja Grafindo Persada, hal 305
ST IE
Yunia Panjaitan dkk (2004) “Analisa Harga Saham, Ukuran Perusahaan, dan Risiko Terhadap Return yang diharapkan investor pada perusahaan-perusahaan saham aktif” Jurnal Bisnis dan Akuntansi . Vol 2 No. 3 Hanafi, Mahduh M dan Halim, Abdul,2003, Analisis Laporan Keuangan, UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Jones, Charles P,2000, investmen Analysis and Management,7 th edition,New York: John Willy and Sons,Inc Bursa Efek Indonesia, http://www.idx.co.id
Inovasi Volume 12: Nopember15
Page 759