STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR DAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS TERHADAP KUALITAS AUDIT Susi Jernih Segara
Dosen Tetap pada STIE Putra Perdana Indonesia
ABSTRACT Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengkaji
bagaimana
pengaruh
auditor
STIE Putra Perdana Indonesia profesionalisme
dan
materialitas
pertimbangan
terhadap
kualitas
audit.
Profesionalisme auditor yang dimaksud adalah tanggung jawab, kepentingan umum, integritas, objektivitas dan independensi, karena perawatan, dan ruang lingkup dan
sifat jasa. Sedangkan pertimbangan materialitas dimaksud di sini adalah adalah besarnya nilai dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dapat dianggap
sebagai salah saji material jika salah saji yang dikenal dapat mempengaruhi keputusan pengguna laporan keuangan.
Objek penelitian adalah auditor dengan posisi senior yang di atas yang bekerja di Kantor Akuntan Publik yang harus terdaftar Institut Indonesia Akuntan Publik (IAPI) dan Otoritas Jasa Keuangan Indonesia (OJK). Penelitian ini memperoleh data
STIE Putra Perdana Indonesia dengan menyebarkan kuesioner dan kemudian menggunakan skala Likert untuk mengukur berat badan responden menjawab. Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah regresi linear parsial, regresi linier berganda dan analisis korelasi Pearson.
Hasil analisis dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan positif
antara profesionalisme auditor terhadap kualitas audit. Adapun pertimbangan materialitas dapat disimpulkan ada pengaruh signifikan positif terhadap kualitas
audit. Hasil tes bersama-sama menunjukkan bahwa dari auditor profesionalisme dan materialitas pertimbangan signifikan berpengaruh positif terhadap dependen kualitas audit variabel. Hasil analisis disimpulkan ada nd positif dan sama arah korelasi
STIE Putra Perdana Indonesia antara auditor profesionalisme dan materialitas pertimbangan.
Key Words: profesionalisme , pertimbangan materialitas audit dan auditor berkualitas
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 986
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
PENDAHULUAN
Dalam menghadapi era globalisasi yang menuju ke arah pasar bebas dan pelaksanaan Asean Free Trade Area (AFTA) terutama di Indonesia, akan mengakibatkan banyaknya akuntan-akuntan luar negeri akan masuk ke Indonesia, kondisi seperti ini akan berpengaruh kepada penurunan lapangan kerja bagi para akuntan Indonesia. Ketatnya persaingan bisnis, perubahan selera konsumen serta
perubahan sosial ekonomi memunculkan berbagai tantangan dan peluang bisnis
STIE Putra Perdana Indonesia Peluang bisnis Kantor Akuntan Publik saat ini sebenarnya cukup besar yang didukung dengan : (1) UU no. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, (2) UU
no. 25 tahun 2007 tentang PMA, (3) UU no.8 tahun1995 tentang Pasar Modal, (4) UU no. 10 tahun 1992 tentang Perbankan, (5) UU no. 3 tahun 2004 tentang BI, (6)
UU no. 19 tahun 2003 tentang BUMN,(7) UU no. 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun, (8) UU no.22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, (9) UU no 31 tahun
2002 tentang Partai Politik, dan (10) UU no 16 tahun 2001 tentang Yayasan, keseluruhan undang- undang tersebut menyatakan bahwa jasa Akuntan Publik diperlukan oleh masyarakat luas untuk mengaudit laporan keuangan.
Tantangan
bisnis Kantor Akuntan Publik terjadi karena jumlah KAP yang beroperasi dengan
STIE Putra Perdana Indonesia keanekaragaman jasa yang ditawarkan semakin bertambah yang mengakibatkan
persaingan semakin ketat (Basri, 2009). Untuk bertahan di tengah persaingan yang
ketat, Kantor Akuntan Publik harus dapat menghimpun klien sebanyak mungkin dan mempertahankan kualitas kerjanya, karena hal itu, Kantor Akuntan Publik akan
semakin canggih dalam pengelolaan biaya dan berusaha memaksimumkan efisiensi pekerjaannya (Gundry, 2007).
Semakin ketatnya persaingan menjadikan banyak Kantor Akuntan Publik menawarkan jasa dengan fee yang rendah walaupun mereka tidak memiliki kompetensi di bidang industri klien dalam hal ini tertentu saja memprihatinkan karena akan berdampak pada kualitas audit yang dihasilkan (Gundry, 2007).
STIE Putra Perdana Indonesia Peningkatan persaingan membuat para Akuntan Publik menjadi lebih sulit untuk berperilaku secara Profesional (Arens et.al, 2014). Jika melihat seluruh persyaratan
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 987
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
yang harus dipenuhi bagi seseorang untuk mendapatkan izin dan kewenangan
melaksanakan profesi Akuntan Publik, seperti persyaratan yang harus dipenuhi dalam pasal 5
hingga pasal 7 Peraturan Menteri Keuangan (PMK) RI No.
17/PMK.01/2008, keberadaan dan kualitas hasil kerja dari Akuntan Publik tidak
perlu diperdebatkan lagi, akan tetapi nyatanya, masih saja terus terjadi tudingan terhadap ketidakprofesionalan dari seorang Akuntan Publik, hal itu terlihat dengan begitu seringnya Menteri Keuangan RI menjatuhkan sanksi peringatan hingga sanksi pembekuan izin Kantor Akuntan Publik (Ricardo Simanjuntak,2009).
STIE Putra Perdana Indonesia Sebenarnya para akuntan asing yang ingin segera masuk ke Indonesia tidak
hanya ingin mengambil lahan-lahan besar, akan tetapi klien-klien menengah dan kecil pun akan didatangi. Para Akuntan Publik di negara tetangga telah bersiap-siap untuk menyerbu pasar Indonesia, ini dapat dimaklumi karena besarnya potensi pasar di Indonesia. Karena itu merupakan hal yang harus diperhatikan oleh Kantor Akuntan Publik besar dan kecil bahkan kantor akuntan kecil perlu lebih serius menyiasatinya, karena pada umumnya memiliki sumber daya dan networking yang terbatas. Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) harus memperhatikan dan
mempersiapkan antisipasi terhadap hal-hal tersebut dengan sebaik-baiknya. IAPI
STIE Putra Perdana Indonesia sebagai organisasi akuntan publik yang independen dan mandiri dengan berbadan
hukum yang diputuskan melalui Rapat Umum Anggota Luar Biasa IAI – Kompartemen Akuntan Publik. Pada tanggal 4 Juni 2007, secara resmi IAPI diterima sebagai anggota asosiasi yang pertama oleh IAI. Pada tanggal 5 Februari
2008, Pemerintah Republik Indonesia melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 mengakui IAPI sebagai organisasi profesi akuntan publik yang berwenang melaksanakan ujian sertifikasi akuntan publik, penyusunan dan
penerbitan standar profesional dan etika akuntan publik, serta menyelenggarakan program pendidikan berkelanjutan bagi seluruh akuntan publik di Indonesia. Menteri Keuangan melalui PPAJP memberikan izin praktik kepada Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik, serta mengawasi mutu jasa yang diberikan oleh KAP.
STIE Putra Perdana Indonesia PPAJP melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Akuntan Publik. Antara
lain dengan melakukan peer review yang penekanannya pada apakah KAP sudah
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 988
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
memiliki dan menerapkan sistem pengendalian mutu. Penilaian laporan keuangan suatu perusahaan melalui pemberian pendapat mengenai kelayakan laporan
keuangan, dituangkan dalam laporan auditor independen (independent auditor report). Pada dasarnya, laporan auditor independen dibuat oleh Akuntan Publik
berdasarkan pemeriksaan yang berpedoman pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK), dan kode etik Akuntan Publik. Seluruh pedoman ini dikeluarkan oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) dan merupakan pedoman untuk semua Akuntan Publik di Indonesia dalam melakukan penugasan profesinya dalam Standar Profesional
STIE Putra Perdana Indonesia Akuntan Publik (SPAP).
Sikap profesionalisme Akuntan Publik sudah menjadi tuntutan jaman, sebab
hanya yang bersikap dan berpandangan profesional yang akan memberikan
kontribusi yang besar baik sebagai suatu entity atau masyarakat. Oleh sebab itu para profesional adalah orang-orang yang memiliki tolak ukur prilaku yang berada di atas rata-rata dari kebanyakan orang lainnya. Tapi pada saat yang bersamaan, Akuntan Publik yang mengaudit laporan keuangan suatu entity dituntut untuk tidak memihak atau independen terhadap kliennya, padahal Akuntan Publik tersebut mendapatkan imbalan (fee) dari kliennya tersebut. Kegagalan Akuntan Publik untuk menjalankan
STIE Putra Perdana Indonesia tugasnya secara independen akan membawa dampak terhadap penurunan
kredibilitas yang merupakan tulang punggung dari setiap hasil karya profesi yang dijalani oleh setiap pekerja profesional.
Gambaran seseorang yang profesional dalam profesi eksternal auditor
dicerminkan dalam lima dimensi oleh Hall R dalam Syahrir (2002 : 7), yaitu : (1)
pengabdian pada profesi, (2) kewajiban sosial, (3) kemandirian, (4) kepercayaan terhadap peraturan profesi, (5) hubungan dengan rekan seprofesi. Eksternal auditor yang memiliki profesionalisme yang tinggi akan memberikan kontribusi yang dapat dipercaya oleh para pengambil keputusan. Untuk memenuhi perannya yang membutuhkan tanggung jawab yang besar, eksternal auditor harus mempunyai
STIE Putra Perdana Indonesia wawasan yang luas dan pengalaman yang memadai sebagai eksternal auditor. Dengan profesionalisme yang baik, seseorang akan mampu melaksanakan tugasnya
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 989
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
meskipun imbalan ekstrinsiknya berkurang, selain itu dengan profesionalisme seorang akan mampu untuk membuat keputusan tanpa tekanan pihak lain, akan
selalu bertukar pikiran dengan rekan sesama profesi, dan selalu beranggapan bahwa
yang paling berwenang untuk menilai pekerjaanya adalah rekan sesama profesi sehingga
dengan
profesionalisme
yang
tinggi
kemampuan
dalam
mempertimbangkan tingkat materialitas suatu laporan keuangan akan semakin baik pula.
STIE Putra Perdana Indonesia Dalam melaksanakan audit, eksternal auditor mengacu pada standar yang telah
ditetapkan dalam Standar Auditing . Salah satu standar yang harus dipenuhi dalam
pekerjaan audit adalah perencanaan audit. Di dalam perencanaan audit dikatakan
bahwa auditor antara lain harus mempertimbangkan berbagai resiko audit dan tingkat materialitas awal untuk tujuan audit
Pertimbangan auditor tentang materialitas adalah suatu masalah kebijakan profesional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor tentang kebutuhan yang beralasan dari laporan keuangan. Definisi materialitas itu sendiri adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang
STIE Putra Perdana Indonesia melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut,
karena adanya penghilangan atau salah saji (Standar Audit No. 320 Tahun 2013 dari IAPI).
Kualitas pekerjaan yang dilaksanakan selama proses audit merupakan suatu
keharusan (Gundry, 2007). Rebele dalam Gundry (2007) menyatakan bahwa walaupun KAP diharapkan dapat menyediakan jasa audit yang berkualitas namun harapan untuk dapat menghasilkan jasa audit yang berkualitas pada akhirnya sangat ditentukan oleh perilaku para auditornya. Malone dalam Gundry (2007) menyatakan bahwa perilaku auditor sebagai anggota tim audit yang bekerja di KAP sangat
STIE Putra Perdana Indonesia menentukan faktor- faktor keberhasilan KAP dalam menjalankan pengauditan yang
berkualitas. Kegagalan auditor untuk menjalankan seluruh tahapan-tahapan audit
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 990
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
telah meningkatkan kemungkinan terjadinya penerbitan opini yang tidak tepat
(Coram, 2003). Kegagalan audit seringkali terjadi disebabkan karena tidak dilakukannya berbagai prosedur audit yang penting (Shapeero, 2003)
Berdasarkan uraian di atas dijelaskan bahwa lingkungan audit dewasa ini menempatkan auditor di bawah profesionalisme auditor yang semakin lama semakin meningkat (DeZoort, 1998;Gundry, 2007) karena adanya kenyataan bahwa profesionalisme auditor berhubungan dengan fee audit dan dengan semakin ketatnya
STIE Putra Perdana Indonesia persaingan KAP dalam usaha menuntaskan sejumlah pekerjaan yang harus diselesaikan dalam waktu yang semakin singkat agar tetap bersaing (Cook dan
Kelly, 1991) akibatnya KAP dihadapkan kepada dilema antara komersialisasi dengan profesionalisme yaitu pergulatan antara menjungjung tinggi etika dan
standar profesional auditing dengan mempertahankan kelayakan ekonomis dari KAP itu sendiri (Pierce dan Sweeney, 2004;Gundry, 2007) yang mengakibatkan
berbagai konsekwensi dari semakin menurunnya tingkat kualitas audit akibat perilaku disfungsional yang disebabkan profesionalisme auditor dan pertimbangan materialitas, oleh karena itu diperlukan penelitian yang lebih mendalam mengenai hal ini agar kita dapat memperbaiki dan menghindarinya (Gundry, 2007)
STIE Putra Perdana Indonesia PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas dan untuk lebih memfokuskan apa yang akan diteliti,
maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah profesionalisme auditor berpengaruh terhadap kualitas audit ? 2. Apakah pertimbangan materialitas berpengaruh terhadap kualitas audi ?
3. Apakah profesionalisme auditor dan pertimbangan materialitas secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit ?
STIE Putra Perdana Indonesia 4. Apakah terdapat hubungan antara profesionalisme auditor dengan pertimbangan materialitas ?
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 991
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
TUJUAN PENELITIAN
a.
Untuk mengetahui pengaruh profesionalisme auditor terhadap kualitas audit.
b.
Untuk mengetahui pengaruh pertimbangan materialitas terhadap kualitas
STIE Putra Perdana Indonesia audit.
c.
Untuk mengetahui pengaruh profesionalisme auditor dan pertimbangan materialitas secara simultan terhadap kualitas audit.
d.
Untuk mengetahui hubungan antara profesionalisme auditor dengan pertimbangan materialitas
KEGUNAAN PENELITIAN
a. Manfaat Akademis Hasil
penelitian
ini
diharapkan
memberikan
sumbangan
ilmiah
bagi
STIE Putra Perdana Indonesia pengembangan ilmu akuntansi, khususnya auditing dan akuntansi keprilakuan melalui pengujian empirik tentang pengaruh profesionalisme auditor dan pertimbangan materialitas terhadap kualitas audit dan dapat dijadikan sebagai
bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti tentang pengaruh profesionalisme auditor dan pertimbangan materialitas terhadap kualitas audit.
b. Manfaat Operasional Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi Kantor Akuntan Publik
(KAP)
agar
dapat
meningkatkan
profesionalisme
auditor
dan
pertimbangan materialitas terhadap kualitas audit.
STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 992
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA
Landasan Teori
PROFESIONALISME AUDITOR
Asal-usul profesional
berasal dari bahasa Yunani, yaitu Prophaiano, yang
berarti menyatakan secara publik, dan dalam bahasa latin disebut profession, dimana
STIE Putra Perdana Indonesia kedua kata ini mengandung pengertian bahwa dalam menjalankan pekerjaannya seseorang harus memenuhi persyaratan tertentu yang dapat dinilai oleh masyarakat
umum (publik) atas suatu pekerjaan tertentu. Bukanlah hal pekerjaan yang mudah menjadikan seseorang menjadi profesional, melainkan semangat dalam melakukan pekerjaan tersebut.
Profesionalisme menurut Arens, et.al (2014 : 57) : Auditor are to remain alret for the possibility of the presence of material misstament whether due to fraud or error throughout the planning and perfomance of an audit. In making judgments about the presence of material misstatements, auditors are responsible for applying
STIE Putra Perdana Indonesia relevant training, knowledge, and experience in making informed decision about the
course of action that are appropriate in the circumstances of the audit engagement. Auditors are responsible for fulfiling their duties diligently and carefully
Profesionalisme menurut Hidayat Nur Wahid dalam Agoes dan Ardana
(2009:122) : Profesionalisme adalah semangat, paradigma, spirit, tingkah laku,
ideologi, pemikiran, gairah untuk terus menerus secara dewasa (mature), secara intelek meningkatkan kualitas profesi mereka.
Pendapat Tait (2006), mendefinisikan profesionalisme sebagai berikut: u
Profesionalism is the ability to demonstrate the qualities and competencies of one's
STIE Putra Perdana Indonesia profession with commitment and skill" artinya : Profesionalisme adalah suatu
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 993
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
kemampuan untuk mendemonstrasikan kualitas dan kompetensi profesi seseorang dengan komitmen dan keahlian.
Pendapat Maister (2007), mengemukakan bahwa : Profesionalisme bukan
sekedar pengetahuan teknologi dan manajemen, tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan.
STIE Putra Perdana Indonesia Internal auditor dikatakan memiliki kemampuan professional apabila dapat
memberikan jaminan atau kepastian bahwa teknis dan latar belakang pendidikan para auditor internal tersebut telah sesuai dengan pemeriksaan yang akan
dilaksanakan, juga haruslah memiliki atau mendapatkan pengetahuan, kecakapan
dari berbagai disiplin ilmu yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab pemeriksaan.
Internal auditor harus mencerminkan keahlian dan ketelitian professional, seperti yang dikemukakan Hiro Tugiman (2009:27), adalah sebagai berikut : Kemampuan profesional merupakan tanggung jawab bagian audit internal dan setiap audit internal. Pimpinan audit internal dalam setiap pemeriksaan haruslah
STIE Putra Perdana Indonesia menugaskan orang-orang secara bersama atau keseluruhan memiliki pengetahuan, kemampuan dari berbagai disiplin ilmu yang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan secara tepat dan pantas.
Pernyataan di atas menunjukan bahwa dalam setiap kegiatan pelaksanaan audit
termasuk penentuan materialitas setiap auditor diwajibkan untuk menggunakan
kemahiran profesional nya. Ini membuktikan bahwa profesionalisme sangat berperan besar dalam kegiatan audit laporan keuangan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa profesionalisme merupakan suatu sikap, tingkah laku, serta kemampuan menunjukan suatu kualitas dan kompetensi sebagai suatu profesi.
STIE Putra Perdana Indonesia Menurut Agoes, Sukrisno (2009:43) bahwa setiap profesi yang memberikan
pelayanan jasa pada masyarakat dari pengetahuan dan keahliannya pada pihak lain
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 994
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
seharusnya memiliki rasa tanggung jawab pada pihak-pihak dipengaruhi oleh jasanya itu. Dan kode etik adalah pedoman bagi para anggota Ikatan Akuntan Indonesia untuk bertugas secara bertanggungjawan dan objektif.
Salah satu misi Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) adalah untuk menyusun dan mengembangkan standar professional dan kode etik profesi akuntan publik yang berkualitas dengan mengacu pada standar internasional. Kode etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan profesionalisme auditor yang harus diterapkan
STIE Putra Perdana Indonesia oleh setiap individu dalam Kantor Akuntan Publik (KAP), baik yang merupakan
jasa professional yang meliputi jasa assurance dan jasa selain assurance seperti yang tercantum dalam standar profesi dan kode etik profesi.
Kode etik profesi merupakan sarana untuk membantu para pelaksana sebagai
seseorang yang professional supaya tidak dapat merusak etika profesi dan sarana
kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi sehingga memungkinkan pengontrolan terhadap pelaksana di lapangan kerja (kalangan sosial).
STIE Putra Perdana Indonesia Setiap bidang profesi tentunya harus memiliki aturan-aturan khusus atau lebih
dikenal dengan istilah “Kode Etik Profesi”. Dalam bidang akuntansi sendiri, salah satu profesi yang ada yaitu Akuntan Publik. Sebenarnya selama ini belum ada
aturan baku yang membahas mengenai kode etik untuk profesi Akuntan Publik. Namun demikian, baru-baru ini salah satu badan yang memiliki fungsi untuk menyusun dan mengembangkan standar profesi dan kode etik profesi akuntan publik yang berkualitas dengan mengacu pada standar internasional yaitu Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) telah mengembangkan dan menetapkan suatu standar profesi dan kode etik profesi yang berkualitas. Kode Etik Profesi Akuntan Publik (Kode Etik) ini terdiri dari dua bagian, yaitu
STIE Putra Perdana Indonesia Bagian A dan Bagian B. Bagian A dari Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar
etika profesi dan memberikan kerangka konseptual untuk penerapan prinsip
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 995
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
tersebut. Bagian B dari Kode Etik ini memberikan ilustrasi mengenai penerapan kerangka konseptual tersebut pada situasi tertentu.
Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus
diterapkan oleh setiap individu dalam kantor akuntan publik (KAP) atau Jaringan KAP, baik yang merupakan anggota IAPI maupun yang bukan merupakan anggota IAPI, yang memberikan jasa profesional yang meliputi jasa assurance dan jasa selain assurance seperti yang tercantum dalam standar profesi dan kode etik profesi.
STIE Putra Perdana Indonesia Untuk tujuan Kode Etik ini, individu tersebut di atas selanjutnya disebut ”Praktisi”.
Anggota IAPI yang tidak berada dalam KAP atau Jaringan KAP dan tidak memberikan jasa profesional seperti tersebut di atas tetap harus mematuhi dan
menerapkan Bagian A dari Kode Etik ini. Suatu KAP atau Jaringan KAP tidak
boleh menetapkan kode etik profesi dengan ketentuan yang lebih ringan daripada ketentuan yang diatur dalam Kode Etik ini.
Setiap Praktisi wajib mematuhi dan menerapkan seluruh prinsip dasar dan aturan etika profesi yang diatur dalam Kode Etik ini, kecuali bila prinsip dasar dan aturan etika profesi yang diatur oleh perundang-undangan, ketentuan hukum, atau
STIE Putra Perdana Indonesia peraturan lainnya yang berlaku ternyata berbeda dari Kode Etik ini. Dalam kondisi tersebut, seluruh prinsip dasar dan aturan etika profesi yang diatur dalam
perundang-undangan, ketentuan hukum, atau peraturan lainnya yang berlaku tersebut wajib dipatuhi, selain tetap mematuhi prinsip dasar dan aturan etika profesi lainnya yang diatur dalam Kode Etik ini.
Prinsip etika akuntan atau kode etik akuntan itu sendiri meliputi delapan butir pernyataan (dalam Ludigdo, 2007). Kedelapan butir pernyataan tersebut merupakan hal-hal yang seharusnya dimiliki oleh seorang akuntan. Delapan butir tersebut terdeskripsikan sebagai berikut : a. Tanggung Jawab profesi
STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 996
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota
harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat.
Sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan
STIE Putra Perdana Indonesia menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.
b. Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi akuntan memegang peran yang penting di masyarakat, dimana
STIE Putra Perdana Indonesia publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam
memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan
institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara. Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi
STIE Putra Perdana Indonesia sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut. Dan semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 997
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
kepercayaan publik. Atas kepercayaan yang diberikan publik kepadanya,
anggota harus secara terus menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi.
c. Integritas Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
STIE Putra Perdana Indonesia Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik
dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya.
Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
STIE Putra Perdana Indonesia d. Objektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang
diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil,
tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau di bawah pengaruh pihak lain. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktik publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi
STIE Putra Perdana Indonesia manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai
seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam kapasitas
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 998
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan, dan pemerintah. Mereka
juga mendidik dan melatih orang orang yang ingin masuk kedalam profesi.
Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara obyektivitas.
e. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi
dan
ketekunan,
serta
mempunyai
kewajiban
untuk
STIE Putra Perdana Indonesia mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir.
Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota
seharusnya tidak menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang tidak mereka miliki. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian
STIE Putra Perdana Indonesia dan pemeliharaan suatu tingkat pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi masing masing atau
menilai apakah pendidikan, pedoman dan pertimbangan yang diperlukan memadai untuk bertanggung jawab yang harus dipenuhinya.
f. Kerahasiaan Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
STIE Putra Perdana Indonesia selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 999
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang
berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai sifat sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan. Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi
STIE Putra Perdana Indonesia tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang
diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir.
g. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi
harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan
STIE Putra Perdana Indonesia masyarakat umum.
h.
Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar
teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of Accountants, badan pengatur, dan pengaturan perundang-
STIE Putra Perdana Indonesia undangan yang relevan.
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1000
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
PERTIMBANGAN MATERIALITAS
Boynton dan Kell (2002:286) dalam bukunya mendefinisikan materialitas sebagai berikut : “The magnitude of an amission or misstatement of accounting information that, in the light of surrounding circumstances, makes it probable that the judgement of reasonable person relying on the information would have been change or influenced by the omission or misstatement”
STIE Putra Perdana Indonesia Definisi lain dari materialitas menurut Arens, et.al (2014:293) mendefinisikan
materialitas sebagai berikut : “the magnitude of an omission or misstatement of
accounting information that, in the light of surrounding circumstances, makes it probable that the judgment of a reasonable person relying on the information would have been changed or influenced by the omission or misstatement”
Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia dalam Standar Audit No. 320 tahun 2013 dari IAPI menyatakan bahwa:
Walaupun kerangka pelaporan keuangan
mungkin membahas materialitas dengan menggunakan istilah yang berbeda-beda, kerangka tersebut secara umum menjelaskan bahwa: 1)
Kesalahan penyajian,
STIE Putra Perdana Indonesia termasuk penghilangan, dianggap material bila salah saji tersebut, secara individual
atau agregat, diperkirakan dapat mempengaruhi keputusan ekonomi yang diambil
berdasarkan laporan keuangan oleh pemakai laporan keuangan tersebut; 2) Pertimbangan tentang materialitas dibuat dengan memperhitungkan berbagai kondisi yang melingkupinya dan dipengaruhi oleh ukuran atau sifat salah saji, atau
kombinasi keduanya; dan 3) Pertimbangan tentang hal-hal yang material bagi
pemakai laporan keuangan didasarkan pada pertimbangan kebutuhan informasi keuangan yang umum yang diperlukan oleh pemakai laporan keuangan sebagai suatu grup. Kemungkinan dampak salah saji terhadap pemakai laporan keuangan individual tertentu, yang kebutuhannya beragam, tidak dipertimbangkan.
STIE Putra Perdana Indonesia Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa materialitas
adalah besaran jumlah nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi,
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1001
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
dimana salah saji dapat dikatakan material jika pengetahuan atas salah saji tersebut dapat mempengaruhi keputusan para pegguna laporan keuangan.
Dalam audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan
bagi klien atau pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan auditan adalah akurat. Auditor tidak dapat memberikan jaminan karena ia tidak memeriksa setiap transaksi yang terjadi dalam tahun yang diaudit dan tidak dapat menentukan apakah semua transaksi yang terjadi telah dicatat, diringkas,
STIE Putra Perdana Indonesia digolongkan, dan dikompilasi secara semestinya ke dalam laporan keuangan. Jika
auditor diharuskan untuk memberikan mengenai keakuratan laporan keuangan, hal ini tidak mungkin dilakukan karena akan memerlukan waktu dan biaya yang jauh
melebihi manfaat yang dihasilkan. Disamping itu tidaklah mungkin seseorang
menyatakan keakuratan laporan keuangan, mengingat bahwa laporan keuangan sendiri berisi pendapat, estimasi, dan pertimbangan dalam proses penyusunannya, yang seringkali pendapat, estimasi dan pertimbangan tersebut tidak tepat atau akurat seratus persen.
Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia dalam SA Seksi 320 tahun 2013,
STIE Putra Perdana Indonesia Dalam perencanaan audit, auditor membuat pertimbangan-pertimbangan tentang ukuran salah saji yang dipandang material. Pertimbangan-pertimbangan tersebut
menyediakan suatu dasar untuk: (a) Menentukan sifat, saat dan luas prosedur penilaian risiko; (b) Mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material; dan (c) Menentukan sifat, saat dan luas prosedur audit selanjutnya.
Langkah – langkah dalam Penentuan Tingkat Materialitas
Menurut
Arens,
et.al
(2014:269)
digunakan
lima
langkah
dalam
mempertimbangkan tingkat materialitas. Lima langkah tersebut adalah :
STIE Putra Perdana Indonesia a. Set materiality for the financial statemen as a whole
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1002
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
Standar audit mensyaratkan auditor untuk menentukan jumlah salah saji
material pada awal penugasan audit yang disebut juga dengan preliminary
judgment about materiality. Disebut sebagai preliminary judgment karena pendapat professional hal ini dapat berubah selama periode penugasan.
b. Determine performance materiality Perfomance materiality didefinisikan sebagai jumlah materialitas yang ditentukan oleh auditor lebih kecil dari preliminary judgement untuk
STIE Putra Perdana Indonesia mengurangi kemungkinan salah saji dan tingkat kesalahan yang tidak
terdeteksi. Menentukan performance materiality ini penting karena auditor telah banyak didukung oleh bukti audit dibandingkan dengan tahap
preliminary judgment. Proses menentukan performance materiality dapat dikatakan sebagai proses alokasi dari preliminary judgment materialitas kepada segmen.
c. Estimate total misstatement in segment Memperkirakan berapa total salah saji material pada segment tertentu atau perkiraan tertentu, dan menentukan apakah tingkat materialitas pada segment
STIE Putra Perdana Indonesia tertentu berada di atas atau di bawah tingkat performance materiality. Ada
kondisi yang memperbolehkan performance materiality melebihi preliminary judgement. Apabila pada salah satu perkiraan tidak ditemukan salah saji ini berarti alokasi performance materiality pada perkiraan tertentu nihil.
d. Estimate the combined misstatement
Pada tahap ini estimasi salah saji atau kesalahan yang tidak terdeteksi pada semua segmen atau perkiraan dikumpulkan dan digunakan metode untuk menentukan tingkat materialitas secara keseluruhan. Banyak kantor akuntan mengembangkan metode dan petunjuk untuk menentukan tingkat materialitas secara keseluruhan.
STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1003
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
e. Compare combined estimate with preliminary or revised judgment about materiality.
Pada tahap ini tingkat materialitas secara keseluruhan dihasilkan dari jumlah
misstatement yang terkumpul yaitu total known misstatement and likely misstatement yang kemudian dibandingkan dengan preliminary or revised judgment about materiality untuk menentukan tingkat materiality secara keseluruhan.
STIE Putra Perdana Indonesia Pertimbangan Awal Tentang Materialitas
Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam
perencanaan auditnya. Penentuan materialitas ini, yang seringkali disebut dengan
materialitas perencanaan, mungkin dapat berbeda dengan tingkat materialitas yang
digunakan pada saat pengambilan kesimpulan audit dan dalam mengevaluasi temuan audit karena keadaan yang melingkupi berubah, informasi tambahan tentang klien dapat diperoleh selama berlangsungnya audit.
Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif.
STIE Putra Perdana Indonesia Pertimbangan kuantitatif berkaitan dengan hubugan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan. Pertimbangan kualitatif berkaitan dengan penyebab salah saji. Suatu salah saji yang secara kuantitatif tidak material dapat secara kualitatif material, karena penyebab yang menimbulkan salah saji tersebut.
Faktor yang Mempengaruhi Pertimbangan Awal Materialitas
Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia dalam SA Seksi 320 tahun 2013, Materialitas yang ditetapkan pada tahap perencanaan audit tidak semena-mena menentukan bahwa salah saji yang tidak dikoreksi, secara individual atau gabungan di bawah materialitas tersebut, akan selalu dievaluasi tidak material. Kondisi-
STIE Putra Perdana Indonesia kondisi yang berkaitan dengan beberapa salah saji dapat menyebabkan auditor
menilai salah saji tersebut sebagai salah saji material walaupun salah saji tersebut
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1004
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
berada di bawah tingkat materialitas. Walaupun tidak praktis untuk merancang prosedur audit untuk mendeteksi salah saji material yang hanya berdasarkan
sifatnya, auditor harus tidak hanya mempertimbangkan ukuran, tetapi juga sifat salah saji yang tidak dikoreksi, dan keadaan keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya salah saji tersebut, pada saat mengevaluasi dampak salah saji tersebut terhadap laporan keuangan.
Menurut Mulyadi (2008) dalam perencanaan audit, auditor harus menetapkan
STIE Putra Perdana Indonesia materialitas pada dua tingkat berikut ini:
a. Tingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor atas kewajaran mencakup laporan keuangan sebagai keseluruhan
b. Tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam mencapai kesimpulan yang menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan.
Faktor yang harus dipertimbangkan dalam melakukan pertimbangan awal tentang materialitas pada setiap tingkat dijelaskan berikut ini:
Materialitas pada tingkat laporan keuangan, auditor menggunakan dua cara
STIE Putra Perdana Indonesia dalam menerapkan materialitas dalam perencanaan audit dan kedua, pada saat
mengevaluasi bukti audit dalam pelaksaaan audit. Pada saat merencanakan audit,
auditor perlu membuat estimasi materialitas karena terdapat hubungan yang terbalik antara jumlah dalam laporan keuangan yang dipandang material oleh auditor dengan jumlah pekerjaan audit yang diperlukan untuk menyatakan kewajaran laporan
keuangan. Oleh karena itu auditor haru mempertimbangkan dengan baik penaksiran materialitas pada tahap perencaan audit. Jika auditor menentukan jumlah rupiah
materialitas terlalu rendah, auditor akan mengkonsumsi waktu dan usaha yang sebenarnya tidak diperlukan. Sebaliknya, jika auditor mnentukan jumlah rupiah materialitas terlalu tinggi, auditor akan mengabaikan salah saji yang signifikan sehingga ia memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian untuk laporan
STIE Putra Perdana Indonesia keuangan yang berisi salah saji material.
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1005
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
Laporan keuangan mengandung salah saji material jika laporan tersebut berisi
kekeliruan atau ketidakberesan yang dampaknya, secara individual atau secara gabungan, sedemikian signifikan sehingga mencegah penyajian secara wajar
laporan keuangan tesebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.
Dalam keadaan ini, salah saji dapat terjadi sebagai akibat penerapan secara keliru prinsip akuntansi berterima umum, penympangan dari fakta, atau penghilang informasi yang diperlukan. Dalam perencanaan audit, auditor harus menyadari bahwa terdapat lebih dari
STIE Putra Perdana Indonesia satu tingkat materialitas yang berkaitan dengan laporan keuangan. Kenyataannya, setiap laporan keuangan dapat memiliki lebih dari satu tingkat materialitas. Untuk
laporan laba-rugi, materialitas dapat dihubungkan dengan total pendapatan, laba
bersih usaha, laba bersih sebelum pajak, atau laba bersih setelah pajak. Untuk neraca, materialitas dapat didasarkan pada total aktiva, aktiva lancar, modal kerja, atau modal saham.
Dalam melakukan pertimbangan awal tentang materialitas, mula-mula auditor menentukan tingkat materialitas gabungan untuk setiap laporan keuangan. Sebagai contoh, auditor dapat menaksir bahwa kekeliruan berjumlah Rp 2 juta untuk laporan
STIE Putra Perdana Indonesia laba-rugi dan Rp 4 juta untuk neraca merupakan kekeliruan material. Dalam
keadaan ini, auditor tidak semestinya menggunakan materialitas neraca dalam perencanaan audit karena jika salah saji neraca yang berjumlah Rp 4 juta juga
berdampak terhadap laporan laba-rugi, sehingga laporan laba-rugi akan salah saji secara material. Untuk mencapai tujuan perencanaan audit, auditor harus menggunakan tingkat salah saji gabungan yang terkecil yang dianggap material
terhadap salah satu laporan keuangan. Dasar pengambilan keputusan ini semestinya digunakan karena laporan keuangan adalah saling berhubungan satu dengan lainnya, banyak prosedur audit berkaitan dengan lebih dari satu laporan keuangan.
Pertimbangan awal auditor tentang materialitas seringkali dibuat enam sampai
STIE Putra Perdana Indonesia dengan Sembilan bulan sebelum tanggal neraca. Oleh karena itu, pertimbangan
tersebut dapat didasarkan atas data laporan keuangan yang dibuat tahunan. Sebagai
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1006
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
alternatif, pertimbangan tersebut dapat didasarkan atas hasil keuangan satu tahun atau lebih yang telah lalu, yang disesuaikan dengan perubahan terkini, sepeti keadaan ekonomi umum dan trend industri.
Sampai dengan saat ini, tidak terdapat panduan resmi yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tentang ukuran kuantitatif materialitas. Berikut ini diberikan contoh beberapa panduan kuantitatif yang digunakan dalam praktik: a. Laporan keuangan dipandang mengandung salah saji material jika terdapat
STIE Putra Perdana Indonesia salah saji 5% sampai 10% dari laba sebelum pajak.
b. Laporan keuangan dipandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji ½% sampai 1% dari total aktiva.
c. Laporan keuangan dipandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji 1% dari pasiva
d. Laporan keuangan dipandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji ½% sampai 1% dari pendapatan bruto
Materialitas pada tingkat saldo akun, Meskipun auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan, namun ia harus melakukan audit
STIE Putra Perdana Indonesia terhadap akun-akun secara individual dalam mengumpulkan bukti audit yang dipakai sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya atas laporan keunagan
auditee. Oleh karena itu, taksiran materialitas yang dibuat pada tahap perencanaan
audit harus dibagi ke akun-akun laporan keuangan secara individual yang akan
diperiksa. Bagian materialitas yang dialokasikan ke akun-akun laporan keuangan
secara individual ini dikenal dengan sebutan salah saji yang dapat diterima (tolerate misstatement) untuk akun tertentu.
Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada tingkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah
STIE Putra Perdana Indonesia saldo akun material. Saldo akun material adalah ukuran saldo akun yang tercatat, sedangkan konsep materialitas berkatidan dengan salah saji yang dapat
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1007
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
mempengaruhi keputusan pemakai informasi keuangan. Saldo suatu akun yang tercatat umumnya mencerminkan batas atas lebih saji (overstatement) dalam akun tersebut. Oleh karena itu, akun dengan saldo yang jauh lebih kecil dibangdingkan
dengan materialitas seringkali disebut sebagai tidak material mengenai risiko lebih
saji. Namun, tidak ada batas jumlah kurang saji dalam suatu akun dengan saldo tercatat yang sangat kecil. Oleh karena itu, harus disadari oleh auditor, bahwa akun yang kelugatannya bersaldo tidak material, dapat berisi kurang saji (understatement) yang melampaui materialitasnya.
STIE Putra Perdana Indonesia Dalam mempertimbangkan materialitas pada tingkat saldo akun, auditor harus
mempertimbakan hubungan antara materialitas tersebut dengan materialitas laporan
keuangan. Pertimbangan ini mengarahkan auditor untuk merencanakan audit guna mendeteksi salah saji yang kemungkinan tidak material secara individual, namun, jika digabungkan dengan salah saji dalam saldo akun yang lain, dapat material terhadap laporan keuangan secara keseluruhan.
Keputusan Mengenai Materialitas
STIE Putra Perdana Indonesia Sebagai konsep, pengaruh materialitas terhadap jenis opini yang diberikan
mudah sekali ditetapkan. Dalam penerapannya, mempertimbangkan materialitas
dalam situasi tertentu bukanlah pekerjaan yang mudah. Tidak ada petunjuk
sederhana dan jelas yang dapat membantu auditor untuk memutuskan apakah sesuatu tidak material, material, atau sangat material.
Terdapat perbedaan dalam menerapkan materialitas untuk memutuskan apakah kegagalan mengikuti prinsip akuntansi yang berlaku umum berdampak material dibandingkan dengan memutuskan apakah pembatasan lingkup berdampak material. Berikut ini adalah pembahasan berkenaan dengan mengambiil keputusan materialitas dalam dua situasi tersebut.
STIE Putra Perdana Indonesia a. Kaitan Dengan Prinsip Akuntansi yang Berterima Umum
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1008
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
Jika seorang auditee tidak menerapkan prinsip akuntansi yang berlaku umum
dengan benar laporan audit dapat wajar tanpa pengecualian, wajar dengan pengecualian, atau tidak wajar, tergantung kepada materialitas dari penyimpangan tersebut. Harus dipertimbangkan beberapa aspek dari materialitas.
Jumlah rupiah dibandingkan terhadap tolak ukur tertentu, Cara yang paling lazim untuk mengukur materialitas, jika seorang klien telah menyimpang dari prinsip akuntansi yang berlaku umum, adalah dengan membandingkan nilai uang dari kesalahan di dalam akun-akun yang bersangkutan terhadap tolak ukur tertentu.
STIE Putra Perdana Indonesia Salah saji kealahan di dalam akun-akun yang bersangkutan terhadap tolak ukur tertentu. Salah saji sebesar Rp20 juta mungkin sangat berarti bagi perusahaan kecil,
tetapi tidak bagi perusahaan besar. Karena itu, salah saji yang terungkap harus
dibandingkan terlebih dahulu terhadap beberapa dasar ukuran sebelum keputusan dapat dibuat mengenai materialitas penyimpangan dari prinsip akuntansi yang
berlaku umum tersebut. Tolak ukur yang lazim digunakan adalah laba bersih, jumlah aktiva lancar dan modal kerja.
Untuk mengevaluasi materialitas keseluruhan, auditor harus mencari semua salah saji individual yang belum diperbaiki, yang bila digabungkan dapat
STIE Putra Perdana Indonesia menimbulkan pengaruh yang cukup berarti terhadap laporan keuangan.
Pada saat membandingkan salah saji potensial dengan tolak ukuru tertentu,
auditor harus mempertimbangkan dengan hati-hati semua akun yang dipengaruhi oleh suatu salah saji.
Daya ukur, nilai uang yang terkandung pada beberapa salah saji tidak dapat diukur secara akurat. Sebagai contoh, keengganan klien untuk mengungkapkan adanya gugatan hukum atau akuisisi perusahaan anak yang baru setelah tanggal penutupan neraca sulit atau malah tdak mungkin, untuk diukur dalam nilai uang. Tingkatan materialitas harus dievaluasi auditor dalam situasi semacam ini
STIE Putra Perdana Indonesia bergantung pada pengaruh dari tidak diungkapkannya penjelasan tersebut untuk membantu keputusan yang dibuat oleh pada pemakai laporan keuangan.
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1009
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
Sifat salah saji, Keputusan para pemakai laporan keuangan dapat pula
dipengaruhi oleh jenis salah saji yang terdapat di dalam laporan keuangan. Salah
saji berikut dapat mempengaruhi keputusan pemakai laporan keuangan, dan
demikian juga akan mempengaruhi pendapat auditor, dengan cara yang berbeda dari salah saji yang lazim terjadi. a. Transaksi-transaksi adalah melanggar hukum. b. Sesuatu pos yang dapat mempengaruhi periode mendatang, meskipun jumlahnya
STIE Putra Perdana Indonesia tidak berarti jika hanya periode sekarang yang diperhitungkan.
c. Sesuatu yang menimbulkan akibat “psikis”.
d. Sesuatu yang dapat menimbulkan konsekuensi penting bila dibandingkan dari segi kewajiban kontrak.
Kaitan Dengan Pembatasan Lingkup Audit
Besar kecilnya salah saji yang mungkin terjadi akibat pembatasan lingkup audit penting untuk diperhatikan dalam menentukan jenis pendapat yang sesuai, yaitu apakah laporan wajar tanpa pengecualian, wajar dengan pengecualian atau pernyataan tidak memberikan pendapat.
STIE Putra Perdana Indonesia Umumnya jauh lebih sulit untuk mengevaluasi materialitas dari salah saji yang
diakibatkan adanya ruang lingkup audit daripada pelanggaran terhadap prinsip akuntansi yang berlaku umum atau penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum
secara tidak konsisten dapat diketahui. Tetapi yang berasal dari pembatasan lingkup audit biasanya harus diukur secara subjektif untuk melihat kemungkinan terjadinya salah saji.
KUALITAS AUDIT
Kualitas audit sulit diukur secara obyektif, sehingga para peneliti sebelumnya menggunakan berbagai dimensi kualitas audit. Laila dan Irawati (2008:4) kualitas
STIE Putra Perdana Indonesia auditor merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh para auditor dalam proses pengauditan. De Angelo dalam Laila dan Irawati, (2008:4) mendefinisikan
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1010
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
kualitas auditor sebagai kemungkinan bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien. Temuan pelanggaran
mengukur kualitas audit berkaitan dengan pengetahuan dan kemampuan auditor,
sedangkan pelaporan pelanggaran bergantung pada dorongan auditor untuk mengungkapkan pelanggaran tersebut.
De Angelo mendefinisikan Kualitas Audit sebagai kemungkinan (joint probability) dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran
STIE Putra Perdana Indonesia yang ada dalam sistem akuntansi kliennya. Kemungkinan dimana auditor akan
menemukan salah saji tergantung pada kualitas pemahaman auditor (Kompetensi) sementara tindakan melaporkan salah saji tergantung pada Independensi auditor (Kusharyanti, 2011).
IAPI menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika
memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Kualitas Audit adalah: a. Meningkatkan pendidikan profesionalnya, b. Mempertahankan Independensi dalam sikap mental,
STIE Putra Perdana Indonesia c. Dalam
melaksanakan
pekerjaan
audit,
menggunakan
kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama,
d. Melakukan perencanaan pekerjaan audit dengan baik,
e. Memahami struktur pengendalian intern klien dengan baik, f. Memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten,
g. Membuat laporan audit yang sesuai dengan kondisi klien atau sesuai dengan hasil temuan.
Menurut Djamil (2007:20) kualitas audit adalah probabilitas seorang auditor atau akuntan pemeriksa menemukan penyelewengan dalam sistem akuntansi suatu unit atau lembaga, kemudian melaporkannya dalam laporan audit.
STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1011
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
Menurut Agoes dan Hoesada (2009: 146) menyatakan bahwa management audit
adalah suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh
manajemen untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis.
Menurut Carcello dalam Halim (2006) mengungkapkan faktor pengalaman, pemahaman industri klien, respon atas kebutuhan klien dan ketaatan pada standar
STIE Putra Perdana Indonesia umum audit adalah factor-faktor penentu kualitas audit.
De Angelo dalam Alim et.al (2006) mendefinisikan kualitas audit sebagai
probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu
pelanggaran
dalam
sistem
akuntansi
kliennya.
Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa KAP yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang kecil.
IAPI menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu. Sawyer’s dalam Pratiwi (2008) mengungkapkan peningkatan kualitas sebuah audit dapat diukur oleh
STIE Putra Perdana Indonesia beberapa hal berikut ini:
a. Terselesaikannya audit di bawah time budget yang telah ditetapkan. Dalam menjalani proses audit yang menjadi salah satu pedoman bagi auditor adalah
time budget yang sebelumnya telah dibuat dan disepakati oleh auditor bersama
dengan klien, time budget dibuat dengan tujuan agar auditor bisa menyelesaikan proses audit di bawah time budget yang telah ditetapkan. Apabila seorang auditor mampu menyelesaikan proses audit tersebut di bawah time budget yang telah ditetapkan, maka hal tersebut menunjukkan bahwa telah tercapainya peningkatan kualitas audit yang dilakukan oleh auditor dalam menghasilkan laporan auditnya.
STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1012
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
b. Menghasilkan temuan dan rekomendasi yang bermanfaat. Tujuan dari sebuah proses audit adalah memberikan opini kepada klien. Untuk mendasari
pemberian opini tersebut auditor harus memperoleh bukti-bukti yang bisa didapat dari klien. Dalam proses pengumpulan bahan bukti, auditor harus
melakukan pengambilan keputusan yang menentukan apakah suatu bahan bukti dapat dijadikan dasar untuk memberikan keputusan. Berikut adalah hubungan antara pengambilan keputusan bahan bukti dengan kualitas yang dapat meyakinkan untuk menghasilkan laporan audit yang berkualitas
STIE Putra Perdana Indonesia berdasarkan proses pengumpulan bukti audit.
STIE Putra Perdana Indonesia Tabel
Proses Pengumpulan Bukti Audit
Audit Evidence Decision Prosedur Audit
Kualitas yang dapat meyakinkan Relevan bukti Kompetensi bukti
i. Independensi pemberi bukti
ii. Efektivitas struktur pengendalian intern Ukuran sampel dan sampel yang dipilih
iii. Pengetahuan yang diperoleh langsung dari Kecukupan auditor i. Ukuran sampel yang memadai iv. Kualifikasi orang-orang yang memberikan ii. Memilihwaktu bagian dari populasi yang layak Ketepatan informasi i. Kapan prosedur pengumpulan bahan bukti v. Tingkat obyektifitas bahan bukti dilakukan
STIE Putra Perdana Indonesia Waktu pelaksanaan
Sumber: Arens et.al (2014)
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1013
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
Bahan bukti auditor dijadikan acuan bagi auditor untuk memberikan opini kepada klien. Mendapatkan temuan dan memberikan rekomendasi yang bermanfaat kepada klien, menjadikan tolok ukur bahwa kualitas audit telah menunjukkan peningkatan.
c. Tercapainya sasaran dan tujuan dari audit. Dapat mengumpulkan temuan dan memberikan rekomendasi yang bermanfaat bagi klien merupakan salah satu
STIE Putra Perdana Indonesia sasaran dan tujuan dari pelaksanaan program audit yang akan dilakukan oleh
auditor. Berdasarkan hal tersebut, peningkatan kualitas audit dapat diukur dengan melihat tercapai atau tidaknya sasaran dan tujuan pelaksanaan program audit yang dilaksanakan oleh auditor.
d. Meningkatnya jumlah permintaan pekerjaan audit. Peningkatan kualitas audit
pada suatu KAP dapat dilihat dari dua hal. Pertama, dari peningkatan laporan audit yang diterbitkan oleh perusahaan yang menggunakan jasa KAP, seandainya terjadi peningkatan laporan audit yang diterbitkan dari suatu KAP maka dapat diketahui bahwa jumlah permintaan audit di KAP tersebut
STIE Putra Perdana Indonesia meningkat, begitu pula sebaliknya. Kedua, dengan mendapatkan informasi dari KAP yang bersangkutan, hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti wawancara dan kuesioner.
Deis dan Giroux dalam Alim, et.al (2006) melakukan penelitian tentang empat
hal dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu (1) lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan (tenure), semakin lama seorang auditor telah melakukan audit pada klien yang sama maka kualitas
audit yang dihasilkan akan semakin rendah, (2) jumlah klien, semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya, (3) kesehatan keuangan
STIE Putra Perdana Indonesia klien, semakin sehat kondisi keuangan klien maka akan ada kecenderungan klien
tersebut untuk menekan auditor agar tidak mengikuti standar, dan (4) review oleh
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1014
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
pihak ketiga, kualitas sudit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak ketiga.
Probabilitas auditor untuk melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam
sistem akuntansi klien tergantung pada independensi auditor. Seorang auditor dituntut untuk dapat menghasilkan kualitas pekerjaan yang tinggi, karena auditor mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan termasuk masyarakat. Tidak hanya
STIE Putra Perdana Indonesia bergantung pada klien saja, auditor merupakan pihak yang mempunyai kualifikasi untuk memeriksa dan menguji apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Indikator kualitas audit yang dikemukakan oleh Harhinto dan Widhi dalam
Elfarini (2007:22-23) yaitu sebagai berikut : (a) melaporkan semua kesalahan klien,
(b) pemahaman terhadap sistem informasi akuntansi klien, (c) komitmen yang kuat dalam menyelesaikan audit, (d) berpedoman pada prinsip auditing dan prinsip akuntansi dalam melakukan pekerjaan lapangan, (e) tidak percaya begitu saja terhadap pernyataan klien, (f) sikap hati-hati dalam pengambilan keputusan.
STIE Putra Perdana Indonesia Auditor dituntut oleh pihak yang berkepentingan dengan perusahaan untuk
memberikan pendapat tentang kewajaran pelaporan keuangan yang disajikan oleh
manajemen perusahaan dan untuk menjalankan kewajibannya ada 3 komponen yang
harus dimiliki oleh auditor yaitu kompetensi (keahlian), independensi dan due professional care. Tetapi dalam menjalankan fungsinya, auditor sering mengalami konflik kepentingan dengan manajemen perusahaan. Manajemen ingin operasi perusahaan atau kinerjanya tampak berhasil, salah satunya tergambar melalui laba yang lebih tinggi dengan maksud untuk menciptakan penghargaan.
Berbagai penelitian tentang kualitas audit pernah dilakukan, salah satunya
STIE Putra Perdana Indonesia oleh Deis dan Giroux dalam Elfarini (2007:21) mereka meneliti faktor penentu kualitas audit di sektor publik dengan menggunakan sampel KAP yang mengaudit
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1015
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
institusi sector publik. Studi ini menganalisis temuan-temuan Quality Control Review. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lama hubungan dengan klien
(audit tenure), jumlah klien, telaah dari rekan auditor (peer review), ukuran dan kesehatan keuangan klien serta jam kerja audit secara signifikan berhubungan
dengan kualitas audit. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas audit adalah pendidikan, struktur audit, kemampuan pengawasan (supervisor), profesionalisme dan beban kerja. Semakin lama audit tenure, kualitas audit akan semakin menurun. Sedangkan kualitas audit akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah
STIE Putra Perdana Indonesia klien, reputasi auditor, kemampuan teknis dan keahlian yang meningkat.
Dalam penelitian yang akan dilakukan kualitas audit seorang auditor diukur
dengan apakah auditor independen tersebut bisa menemukan dan mendeteksi
kesalahan, kecurangan, dan salah saji material dalam laporan keuangan. Laporan keuangan yang sudah diaudit tersebut apakah sudah bisa diterima oleh klien, kreditor, para pemegang saham, masyarakat dan lain sebagainya merupakan indikator kualitas audit seorang auditor independen. Jika laporan keuangan yang
diaudit sudah bisa diterima oleh klien dan para pengguna laporan keuangan maka auditor independen tersebut memiliki kualitas audit yang baik.
STIE Putra Perdana Indonesia PENELITIAN TERDAHULU
Tabel
Penelitian Terdahulu
Peneliti
Variabel
Metodologi
Hasil
Arleen Herawaty
Independen :
Regresi berganda
Mengidentifikasikan
dan Yulius Kurnia
Profesionalisme,
bahwa profesionalisme
Susanto (2008)
pengetahuan
berpengaruh secara
akuntan publik
positif terhadap
dalam mendeteksi
pertimbangan tingkat
kekeliruan, dan
materialitas dalam
STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1016
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
etika profesi
proses audit laporan
Dependen :
keuangan.
Pertimbangan
Semakin tinggi
tingkat
tingkat profesionalisme
materialitas
akuntan publik semakin baik pula pertimbangan tingkat materialitasnya dalam melaksanakan
STIE Putra Perdana Indonesia audit laporan keuangan
Phapruke
Independen:
Ussahawanitchakit Kualitas (2008)
Analisis regresi
Profesionalisme
OLS
memiliki dampak positif
hubungan,
yang signifikan terhadap
profesionalisme,
kualitas audit
lingkungan yang kompetitif, dan fleksibilitas peraturan.
STIE Putra Perdana Indonesia Dependen:
Kualitas audit
Maghfirah Gusti
Independen:
Regresi linier
skeptisme profesional
dan Syahril Ali
Skeptisme
Berganda.
auditor dan ketepatan
(2008)
profesional
pemberian opini auditor
auditor, faktor
oleh akuntan publik
situasi audit,
terdapat hubungan yang
faktor etika,
signifikan.
pengalaman, keahlian audit.
STIE Putra Perdana Indonesia Dependen: Ketepatan
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1017
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
pemberian opini
audit oleh akuntan Publik.
Sri Hasanah
Independen:
Regresi linier
Skeptisme profesional
(2010)
Penerapan Aturan
Berganda
auditor berpengaruh
Etika,
secara signifikan
pengalaman,
terhadap mendeteksi
skeptisme
kecurangan.
STIE Putra Perdana Indonesia profesional auditor.
Dependen:
Mendeteksi kecurangan
Dedwi Haliman
Independen:
Regresi linier
Profesionalisme
Hanggara (2010)
Profesionalisme,
berganda
berpengaruh secara
pengalaman,
signifikan terhadap
independensi
kualitas audit.
Dependen:
STIE Putra Perdana Indonesia Kualitas audit
Andrey Agestino
Independen:
Regresi linier
Batasan waktu audit
(2010)
Kompetensi,
berganda
tidak berpengaruh secara
profesionalisme,
signifikan terhadap
bonus, batasan
kualitas audit.
waktu audit Dependen:
Kualitas audit Hendro Wahyudi
Pengaruh
Regresi linier
A. hasil penelitian
dan Aida Ainul
Profesionalisme
berganda
menunjukan bahwa
Mardiyah (2006)
Auditor Terhadap
pengabdian pada profesi
Tingkat
mempunyai pengaruh
Materialitas
yang signifikan terhadap
STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1018
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
Dalam
tingkat materialitas.
Pemeriksaan
B. kewajiban sosial tidak
Laporan
mempunyai pengaruh
Keuangan
yang signifikan terhadap tingkat materialitas. C. kemandirian mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap
STIE Putra Perdana Indonesia tingkat materialitas D. hasil penelitian
menunjukan bahwa
kepercayaan terhada profesi mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap tingkat materialitas E. hubungan dengan sesama profesi
STIE Putra Perdana Indonesia mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap penentuan tingkat materialitas
Syafina Khairiah
Pengaruh
Regresi linier
Profesionalisme dan
(2009)
Profesionalisme
berganda
pengalaman auditor
dan Pengalaman
BPK perwakilan
Auditor BPK
Sumatera Utara
Perwakilan
berpengaruh simultan
Provinisi
dan parsial terhadap
Sumatera Utara
tingkat materialitas
Terhadap Tingkat
laporan keuangan
Materialitas dalam
pemerintah
STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1019
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
Pemeriksaan Laporan
Keuangan
Pemerintah
Iftitah Anggraini
Profesionalisme
Regresi linier
Pengabdian pada profesi
(2010)
Auditor Eksternal
berganda
dan kemandirian
Terhadap
berpengaruh positif dan
Pertimbangan
signifikan terhadap
Tingkat
pertimbangan tingkat
Materialitas Untuk
materialitas, sedangkan
Tujuan Audit
kewajiban sosial dan
Laporan
keyakinan terhadap
Keuangan Klien
profesi berhubungan
(Studi Empiris
positif dan signifikan
Pada KAP di
terhadap pertimbangan
Wilayah Surabaya
tingkat materialitas.
STIE Putra Perdana Indonesia Pusat dan Timur) Hasan
Pengaruh Dimensi
Regresi linier
Pengabdian pada profesi,
STIE Putra Perdana Indonesia Basri (2011)
Profesionalisme
berganda
kewajiban sosial,
Auditor Terhadap
kebutuhan untuk
Pertimbangan
mandiri, hubungan
Tingkat
dengan sesama profesi
Materialitas
dan keyakinan terhadap
Dalam Proses
peraturan profesi
Pengauditan
berpengaruh terhadap
Laporan
pertimbangan tingkat
Keuangan (studi
materialitasi auditor
empiris pada
kecuali variabel
auditor KAP Kota
kemandirian
STIE Putra Perdana Indonesia Makassar)
Alim, Hapsari,
Pengaruh
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Regresi linier
Hasil analisis ini
Page 1020
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
berganda
Juni 16
dan Purwanti
Kompetensi dan
menjelaskan bahwa
(2007)
Independensi
kompetensi dan
Terhadap Kualitas
independensi
Audit Dengan
berpengaruh signifikan
Etika Auditor
terhadap kualitas audit
Sebagai Variabel
dimana interaksi
Moderasi
independensi dan etika auditor berpengaruh
STIE Putra Perdana Indonesia signifikan terhadap
kualitas audit, sedangkan interaksi kompetensi dan etika auditor tidak
berpengaruh signifikan.
Martini (2010)
Analisis Faktor-
Regresi linier
Berdasarkan hasil
Faktor Yang
berganda
analisis, diperoleh
Mempengaruhi
kesimpulan bahwa
Kualitas Audit
hipotesis 1, 2, 3, 4 dan 5 diterima yaitu bahwa
STIE Putra Perdana Indonesia independensi,
pengalaman kerja, due professional care,
akuntabilitas dan etika auditor berpengaruh
terhadap kualitas audit. Dengan demikian, semakin independensi
auditor, semakin banyak pengalaman kerja, Cindy Laurent
Pengaruh
Regresi linier
Terdapat pengaruh yang
Tjandrawinata
profesionalisme
signifikan antara prinsip
(2013)
auditor terhadap
profesionalisme ruang
STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1021
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
pemahaman
lingkup dan sifat jasa
tingkat
auditor dengan
materialitas dalam
pemahaman tingkat
pemeriksaan
materialitas dalam
laporan keuangan
pemeriksaan laporan
pada kantor
keuangan.
akuntan publik di Surabaya
STIE Putra Perdana Indonesia Restu Agusti dan
Pengaruh
Regresi linier
Pengujian hipotesis
Nastia Putri
kompetensi,
berganda
menunjukkan bahwa
Pertiwi (2013)
independensi dan
variabel Kompetensi,
profesionalisme
Independensi dan
terhadap kualitas
Profesionalisme
audit (studi
memiliki pengaruh
empiris pada
terhadap kualitas audit
kantor akuntan publik se sumatera)
STIE Putra Perdana Indonesia KERANGKA PENELITIAN
Permasalahan penelitian ini dapat digambarkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut:
Kerangka Pemikiran
Profesionalisme Auditor (X1) Kualitas Audit (Y) Pertimbangan Materialitas (X2) PENGEMBANGAN HIPOTESA
STIE Putra Perdana Indonesia Terdapat 4 pengembangan hipotesa yaitu : Ha1:
Profesionalisme auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1022
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
Ha2: Pertimbangan materialitas berpengaruh positif terhadap kualitas audit
Ha3: Profesionalisme auditor dan pertimbangan materialitas berpengaruh positif secara simultan terhadap kualitas audit
Ha4: Terdapat hubungan antara profesionalisme auditor dan pertimbangan materialitas
STIE Putra Perdana Indonesia METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode survei eksplanatory (Imam Gozali, 2010)
survei adalah penelitian dengan cara mengajukan pertanyaan kepada orang- orang atau subjek dan merekam jawaban tersebut kemudian dianalisis secara ktitis. Survei
dilakukan dengan cara mengumpulkan fakta melalui bertanya kepada orang-orang yang
dituju
sebagai
sumber
informasi
tentang
profesionalisme
auditor,
pertimbangan materialitas dan kualitas audit, karena apabila survei tersebut untuk menguraikan karakteristik anggota populasi di lapangan maka jenis survei yang digunakan adalah survei eksplanator yaitu menjelaskan hubungan kausal dan
STIE Putra Perdana Indonesia korelasional antara variabel melalui pengujian hipotesis. Hal ini didasarkan pada
pandangan Imam Ghozali (2010) bahwa : “Apabila untuk data yang sama penelitian
menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis, maka penelitian tersebut tidak lagi dinamakan penelitian deskriptif melainkan penelitian pengujian hipotesis atau penelitian penjelasan (Explanatory reseach)”.
Populasi dan Sampel Penelitian
Uma Sekaran (2010) mengatakan bahwa populasi adalah suatu kelompok dari elemen penelitian dimana elemen adalah unit terkecil yang merupakan sumber data yang diperlukan. Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah auditor senior ke atas
STIE Putra Perdana Indonesia pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta.
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1023
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
Sugiyono (2008) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Indriantoro dan Supomo (2010)
mengatakan bahwa sampel merupakan bagian dari elemen-elemen populasi. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan tujuan (purpose sampling).
Dalam penelitian ini, jumlah
auditor senior ke atas pada Kantor Akuntan Publik besar relatif banyak sehingga berdasarkan waktu dan biaya yang tersedia jumlah tersebut tidak mungkin untuk diteliti secara keseluruhan, dengan demikian dalam penelitian ini diambil sampel
STIE Putra Perdana Indonesia yang dianggap mewakili populasi auditor senior ke atas yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta.
Metode Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data
yang dilakukan secara sistematis dengan prosedur yang telah ditetapkan (Suharsimi,
2010). Jenis data yang dibutuhkan adalah data primer. Data primer merupakan sumber data riset yang diperoleh langsung dari sumber asli atau pihak pertama. Sedangkan data sekunder merupakan sumber data riset yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (Arfan dan Ishak, 2005).
STIE Putra Perdana Indonesia Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari jawaban responden melalui
penyebaran kuesioner kepada auditor senior ke atas pada Kantor Akuntan Publik yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan. Pengumpulan data dilakukan dengan
menyebarkan kuesioner kepada para responden dengan memberikan secara langsung, dan email. Setiap respoden akan diberi satu set kuesioner disertai dengan surat permohonan pengisian kuesioner
Pengukuran Variabel Berdasarkan pada pengertian variabel tersebut, maka dalam penelitian ini menggunakan profesionalisme auditor dan pertimbangan materialitas sebagai
STIE Putra Perdana Indonesia variabel bebas serta variabel tak bebas adalah kualitas audit. Instrumen digunakan
dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari teori untuk
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1024
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi di Indonesia (Cindy Laurent Tjandrawinata, 2013) dan (Alim, dkk, 2007)
Metode Analisis Data
Sebelum melakukan pengujian, peneliti harus terlebih dahulu mengubah atau mentransformasi data jawaban kuesioner responden yang pada awalnya merupakan data ordinal (non parametrik) menjadi data interval (parametrik). Dalam mengubah
STIE Putra Perdana Indonesia data tersebut penulis menggunakan bantuan program Statistical Product and Service Solution 20 (SPSS V. 20)
Data yang dikumpulkan akan dianalisa dengan menggunakan : a. Uji Validitas
b. Uji Reliabilitas
c. Uji Asumsi Klasik : - Uji Normalitas
- Uji Multikolinearitas - Uji Heterokedastisitas d. Analisa Statistik Deskriptif
STIE Putra Perdana Indonesia e. Tehnik Pengujian Hipotesis f. Analisis Faktor
HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Validitas
Pengujian validitas untuk butir-butir pernyataan yang mengukur variabel profesionalisme auditor (X1) dapat diperoleh nilai rhitung melalui nilai corrected item total correlation. Nilai corrected item total correlation untuk pernyataan yang mengukur profesionalisme auditor dari seluruh butir pernyataan lebih besar dari rtabel (corrected item total correlation > rtabel) maka untuk kelima belas butir pernyataan
STIE Putra Perdana Indonesia tersebut sudah valid.
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1025
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
Pengujian validitas untuk butir-butir pernyataan yang mengukur variabel
pertimbangan materialitas (X2), nilai corrected item total correlation dari seluruh
butir pernyataan lebih besar dari rtabel (corrected item total correlation > rtabel) maka untuk keduabelas butir pernyataan tersebut sudah valid.
Pengujian validitas untuk butir-butir pernyataan yang mengukur variabel kualitas audit (Y) dapat diperoleh nilai rhitung melalui nilai corrected item total correlation. Nilai corrected item total correlation untuk seluruh butir pernyataan
STIE Putra Perdana Indonesia yang mengukur kualitas audit lebih besar dari rtabel (corrected item total correlation > rtabel). Maka untuk keempat belas butir pernyataan tersebut sudah valid.
Uji Reliabilitas
Responden menjawab dengan stabil dan konsisten dalam menjawab pertanyaan
mengenai profesionalisme auditor, pertimbangan materialitas dan kualitas audit
Uji Normalitas Berdasarkan grafik didapat hasil bahwa data terdistribusi secara normal
STIE Putra Perdana Indonesia Uji Multikolinearitas
Tidak terjadi multikolinearitas diantara variabel independen
Uji Heterokedastisitas
Tidak terjadi gejala heterokedastisitas
Analisa Statistik Deskriptif
STIE Putra Perdana Indonesia Dari hasil uji statistik deskriptif diketahui bahwa nilai minimum berkisar antara
angka 2 sampai dengan angka 4. Hal ini menunjukkan bahwa untuk beberapa butir InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1026
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
pernyataan, responden memilih jawaban tidak setuju, ragu-ragu, dan setuju. Bertolak belakang dari nilai minimum yang cukup bervariasi, nilai maksimum yang diberikan untuk tiap pernyataan adalah sama, yaitu angka 5 atau sangat setuju.
Selain itu, dapat kita lihat bahwa rata-rata hasil perhitungan atas jawaban dari
butir-butir pernyataan kuesioner adalah diantara 3 dan 4. Hasil yang menunjukkan mean di bawah 4 terdapat pada 3 pernyataan. Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar butir pernyataan dijawab setuju atau sangat setuju oleh para responden.
STIE Putra Perdana Indonesia Pengujian Hipotesis
Ha1 : Berdasarkan hasil uji didapatkan nilai signifikansi untuk variabel
profesionalisme auditor (X1) adalah 0,000 (lebih kecil dari α = 0,05) maka dapat disimpulkan tingkat profesionalisme auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Hasil tersebut mendukung penelitian yang dilakukan oleh Restu dan Nastia (2013) yang melakukan penelitian mengenai Kompetensi, Independensi dan
STIE Putra Perdana Indonesia Profesionalisme terhadap terhadap kualitas audit, dimana dari hasil penelitian
tersebut diperoleh hasil perhitungan koefisien profesionalisme sebesar 0,055 yang
menunjukkan adanya pengaruh positif antara profesionalisme terhadap kualitas audit. Untuk mengetahui perbandingan signifikansi variabel profesionalisme, hasil
uji t diperoleh sebagai berikut : thitung = 2.421 > ttabel = 1.988 atau Ha diterima, Ho ditolak. Untuk variabel profesionalisme yang diproksikan melalui pengabdian
sosial, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi dan hubungan dengan sesama profesi memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.055 satuan yang berarti bahwa profesionalisme yang dimiliki auditor naik satu satuan maka akan meningkatkan kualitas audit sebesar 0.055 satuan. Yang berarti profesionalisme
STIE Putra Perdana Indonesia mempengaruhi kualitas audit.
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1027
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
Ha2 : Nilai signifikansi untuk variabel pertimbangan materialitas (X 2) adalah 0,000 (lebih kecil dari α = 0,05) maka dapat disimpulkan pertimbangan materialitas berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu dimana materialitas mempengaruhi kualitas audit.
Dalam
standar umum yang kedua dikatakan bahwa auditor dalam melaksanakan tugasnya juga harus mempertahankan independensi yang dimilikinya. Auditor tidak boleh dengan mudah dipengaruhi oleh pihak-pihak terkait, auditor harus bisa mempertahankan sikap mental independen karena opini dari auditor bertujuan untuk
STIE Putra Perdana Indonesia menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Jika auditor tersebut tidak independen maka kualitas audit yang dihasilkannya tidak begitu baik.
Ha3 : Kedua variabel independen tersebut juga diuji bersama-sama dan diperoleh nilai signifikansi 0,000 (lebih kecil dari α = 0,05). Hal ini menunjukkan secara bersamaan (simultan) profesionalisme auditor dan pertimbangan materialitas menunjukkan pengaruh yang signifikan dalam menentukan kualitas audit. Hasil ini mendukung hipotesis ketiga (Ha3) dalam penelitian ini. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Cindy, Restu dan Alim, dkk
STIE Putra Perdana Indonesia Ha4 : Dari hasil pengolahan data di atas terlihat bahwa nilai koefisien korelasi (r)
adalah 0,865. Nilai r ini positif, berarti hubungan profesionalisme auditor dengan
pertimbangan materialitas adalah sangat kuat dan searah yang berada pada criteria
0,75 – 0,99: Korelasi sangat kuat, dengan kata lain peningkatan profesionalisme auditor akan diikuti dengan peningkatan dengan pertimbangan materialitas.
Selanjutnya nilai probabilitas yakni Sig. 2-tailed adalah sebesar 0.000<0.05) Dengan demikian H4 diterima. Kesimpulannya: Ada hubungan signifikan profesionalisme auditor dengan pertimbangan materialitas. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Cindy Laurent Tjandrawinata (2013).
STIE Putra Perdana Indonesia Analisis Faktor
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1028
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
Pada analisis sebelumnya telah diperoleh bahwa ada 2 faktor yang terbentuk yaitu : Faktor 1 dan Faktor 2.
Faktor 1 terdiri atas variabel independen: 1. Kepentingan Umum 2. Obyektif dan Mandiri 3. Kehati hatian 4. Ruang Lingkup dan Sifat Jasa
STIE Putra Perdana Indonesia 5. Kesalahan Penyajian
Faktor 2 terdiri atas variabel independen : 1. Tanggung Jawab 2. Integritas 3. Pertimbangan Materialitas 4. Pertimbangan Audit
STIE Putra Perdana Indonesia Hasil dari analisis faktor menghasilkan dua faktor utama yang dapat merangkul ke sembilan dimensi independen variabel yang semuanya mempengaruhi variabel
dependen, yang berasal dari serangkaian uji yang dilakukan atas serangkaian dimensi variabel independen sebagai faktornya.
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN KETERBATASAN
Kesimpulan
STIE Putra Perdana Indonesia Berdasarkan analisis dan hasil pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab
sebelumnya, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji pengaruh
profesionalisme auditor dan pertimbangan materialitas terhadap kualitas audit. InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1029
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
Dalam penelitian ini telah dilakukan beberapa pengujian yaitu statistik deskriptif, uji validitas, uji reliabilitas, uji asumsi klasik, uji F, dan uji t dengan tingkat signifikansi
(α) 0,05. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi linear berganda pada bab sebelumnya dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Profesionalisme auditor berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit, artinya semakin tinggi profesionalisme auditor, maka kualitas audit juga akan semakin tinggi.
STIE Putra Perdana Indonesia 2. Pertimbangan materialitas berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit, artinya semakin tinggi pertimbangan materialitas, maka kualitas audit juga akan semakin tinggi.
3. Pengujian pengaruh profesionalisme auditor dan pertimbangan materialitas, terhadap kualitas audit membuktikan bahwa nilai signifikansi 0,000 (lebih
kecil dari α = 0,05). Hal ini menunjukkan secara bersamaan (simultan) profesionalisme auditor dan pertimbangan materialitas menunjukkan pengaruh yang signifikan dalam menentukan kualitas audit.
4. Profesionalisme materialitas,
auditor
artinya
mempunyai
semakin
tinggi
hubungan
dengan
profesionalisme
pertimbangan auditor,
maka
STIE Putra Perdana Indonesia pertimbangan materialitas juga akan semakin tinggi dikarenakan hubungan yang searah dan positif antara profesionalisme auditor dengan pertimbangan materialitas.
Implikasi Manajerial
1. Profesionalisme seorang auditor merupakan salah satu faktor dapat menghasilkan kualitas audit yang baik dan dapat diterima para pemakai yang berkepentingan.
Profesionalisme
seorang
auditor
dapat
dilihat
dari
independensi, keahlian dan kemahiran profesionalnya. Dengan adanya
STIE Putra Perdana Indonesia profesionalisme yang tinggi dalam diri seorang auditor maka diharapkan
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1030
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
auditor tersebut akan mencurahkan segenap kemahiran profesionalnya dan keahlian yang dimilikinya sehingga menghasilkan audit yang berkualitas.
2. Setiap auditor memang mempunyai pandangan berbeda dengan pertimbangan materialitas karena pada dasarnya pertimbangan materialitas merupakan sifat dari masing-masing auditor tersebut. Namun, diharapkan dengan keahlian,
pengalaman, independensi dan profesionalismenya auditor tersebut juga harus memiliki sikap skeptis dalam mengevaluasi bukti audit sehinggga bisa dengan
STIE Putra Perdana Indonesia mudah dalam menemukan atau mendeteksi kecurangan dan pelanggaran
dalam laporan keuangan klien. Menurut standar etik akuntan publik,
menyiratkan auditor perlu bersikap waspada dan skeptis dalam menjalankan tugas audit. Hal ini tidak terlepas dari pertimbangan risiko yang potensial yang akan dihadapi oleh auditor dan risiko litigasi atau risiko tuntutan atas
kegagalan audit. Dengan demikian, auditor yang memiliki kewaspadaan dan memiliki sikap skeptis dalam melakukan tugasnya dapat mengungkapkan
keadaan perusahaan yang diauditnya secara benar. Adanya sikap tersebut akan memberikan hasil audit yang bermutu.
STIE Putra Perdana Indonesia 3. Dengan diharapkannya semakin meningkatnya profesionalisme auditor dan pertimbangan materialitas dalam diri seorang auditor maka tingkat pendidikan
sangat berperan penting dalam meningkatkan kualitas diri seorang auditor.
Tanpa pendidikan maka kompetensi tidak akan maksimal dan tentunya akan
sulit untuk bertindak profesional dalam segala hal termasuk dalam melakukan pertimbangan materialitas. Sehingga pendidikan dapat dikatakan kunci untuk dapat bertindak profesional
KETERBATASAN PENELITIAN
STIE Putra Perdana Indonesia Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas terbukti bahwa ketiga
hipotesis
yang
diajukan
telah
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
di-uji
kebenarannya,
namun
di
dalam
Page 1031
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
menginterprestasikan hasil penelitian ini masih diperlukan perlu kehati-hatian yang mendalam, hal ini dikarenakan adanya keterbatasan-keterbatasan penelitian tersebut. Keterbatasan-keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut
1. Keterbatasan Variabel yang diteliti. Terdapat bermacam-macam faktor yang mempunyai hubungan dan dapat mempengaruhi besar kecil Kualitas audit, seperti misalnya kepemimpinan, lingkungan kerja dan lainnya, namun dalam penelitian ini hanya dua faktor
STIE Putra Perdana Indonesia saja yang diambil sebagai variabel bebas yaitu variabel profesionalisme auditor dan variable pertimbangan tingkat materialitas.
2. Keterbatasan uji coba instrument
Instrumen penelitian yang dibuat hanya dilakukan sekali uji coba, meskipun berdasarkan perhitungan statistic instrument tersebut valid dan reliable. Oleh karena itu kelemahan instrument yang digunakan masih ada termasuk dalam hal ini uji responden hanya 95 responden.
3. Keterbatasan jumlah responden dan keakurasian jawaban responden
STIE Putra Perdana Indonesia Penelitian ini hanya dilakukan pada auditor senior ke atas, disisi lain jumlah
responden yang diambil sebagai obyek penelitian hanya 95 orang. Selain itu
instrument yang dibuat berupa kuisioner, menghasilkan jawaban yang
dihadapi sangat tergantung kepada kejujuran responden, (a) menghimbau kepada responden untuk menjawab lembar pernyataan tersebut dengan
sejujurnya (b) memberitahukan pada responden bahwa hasil jawaban tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan atau jabatan.
4. Keterbatasan Kemampuan Peneliti itu sendiri. Terdapat bermacam-macam kelemahan dari peneliti sendiri dalam rangka proses pelaksanaan penelitian maupun dalam rangka menyajikan hasil
STIE Putra Perdana Indonesia penelitian, adapun keterbatasan itu meliputi :
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1032
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
a. Keterbatasan Pengetahuan.
Pengetahuan peneliti dalam teoritis yang terkait dengan kinerja auditor
relative masih sangat terbatas, sehingga kemungkinan besar penelitian ini belum menjangkau esensi ketiga variabel tersebut secara mendalam.
Disamping itu peneliti juga masih dalam tahap awal pembelajaran mengenai metodologi penelitian yang baik serta masih dalam proses pembelajaran penggunaan perangkat lunak komputer SPSS, Ver. 20.00.
STIE Putra Perdana Indonesia b. Keterbatasan Waktu.
Peneliti disamping sebagai mahasiswa Program Pascasarjana Magister pada
Universitas Trisakti Jakarta, juga sebagai pegawai, sehingga mempunyai keterbatasan waktu bagi peneliti.
SARAN
Setelah mempertimbangkan kesimpulan dan kelemahan dalam penelitian ini, maka berikut ini akan disampaikan saran-saran yang diharapkan berguna bagi pengguna penelitian ini maupun peneliti selanjutnya, antara lain:
STIE Putra Perdana Indonesia 1. Penelitian selanjutnya dapat memperluas lokasi penelitian serta sampel penelitian agar diperoleh hasil yang lebih akurat. Hal ini juga dilakukan guna
memperoleh hasil penelitian yang lebih representatif untuk mewakili fenomena yang sebenarnya terjadi.
2.
Penelitian-penelitian
selanjutnya
dapat
menggunakan
teknik-teknik
pengumpulan data lainnya yang lebih baik seperti teknik wawancara, agar pengumpulan data lebih akurat.
3. Untuk para auditor diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme, dan
STIE Putra Perdana Indonesia pertimbangan materialitas dalam melaksanakan tanggung jawabnya karena hal
tersebut berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan auditor, sehingga
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1033
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
mampu bersaing dengan auditor lainnya baik dalam negeri maupun luar negeri.
4. Dalam penelitian ini pengukuran kualitas audit hanya ditinjau dari aspek
profesionalisme auditor dan pertimbangan materialitas, sehingga untuk penelitian selanjutnya dapat meninjau dari aspek lainnya seperti judgement auditor dan audit fee.
STIE Putra Perdana Indonesia 5. Penelitian ini menggunakan purposive sampling yang memberikan populasi untuk menjadi sampel penelitian dengan kriteria tertentu agar sesuai dengan
tujuan penelitian. Teknik pemilihan sampel ini memiliki kelemahan yaitu bersifat spesifik sehingga membatasi jumlah sampel dari populasi yang ada.
STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1034
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
DAFTAR PUSTAKA
Alim, Hapsari dan Purwanti, 2006, Pengaruh Profesionalisme dan Independensi
terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi, Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar Andrey, Agestino, 2010, Pengaruh Kompetensi, Profesionalisme, Bonus
Dan
Batasan Waktu Audit Terhadap Kualitas Audit, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta,
STIE Putra Perdana Indonesia Arens, A.A., Elder, R.J, Beasley, M.S., 2014. Auditing and Assurance Services And Integrated Approach, Pearson Education Limited, England
Agoes, Sukrisno dan Ardana, I.C., 2009. Etika Bisnis dan Profesi, Salemba Empat, Jakarta.
Agoes, Sukrisno dan Hoesada, Jan., 2009. Bunga Rampai Auditing, Salemba Empat, Jakarta.
Arfan dan Ishak, 2005, Akuntansi Keperilakuan, Salemba Empat, Jakarta Anggraini,
Ifthitah.,
2010.
Profesionalisme
Auditor
Eksternal
Terhadap
Pertimbangan Tingkat Materialitas Untuk Tujuan Audit Laporan Keuangan Klien Studi Empiris Pada KAP di Wilayah Surabaya Pusat dan Timur.
STIE Putra Perdana Indonesia Anatan, Lina., 2008. Service Excellence : Competing Through. Competitiveness, Bandung, Alfabeta.
Budiono dan Pamungkas, 2009. Pelatihan dan Pengolahan Data dengan. Aplikasi SPSS, Jakarta
Basri, Hasan, 2011. Pengaruh Dimensi Profesionalisme Auditor Terhadap
Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan studi empiris pada auditor KAP Kota Makassar.
Cook dan Kelly, 1991. An International Comparison of Audit Time-Budget Pressures:The United States and New Zealand, Tne Woman CPA Spring 1991;
52,
2;
ABI/INFORM
Research
pg.
25,
STIE Putra Perdana Indonesia http://proquest.umi.com/pqdweb, Accessed February, 2014
Coram, 2003. The effect of Risk of misstatement on the Propensity to Commit
Reduced Audit Quality Acts under Time Budget Pressure, Auditing: A
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1035
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Journal
of
Practice
&
Theory
Vol
Juni 16
19.
No.
1,
http://proquest.umi.com/pqdweb, Accessed February, 2014
Cindy Laurent Tjandrawinata, 2013, Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap
Pemahaman Tingkat Materialitas Dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan Pada
Kantor Akuntan Publik Di Surabaya, Calyptra: Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013) Surabaya Daito, 2009. Pencarian ilmu pendekatan: ontology, epistimologi, aksiologi. Jakarta, Universitas Tarumanagara.
STIE Putra Perdana Indonesia DeZoort, 1998. A review and synthesis of pressure effects research in accounting, Journal
of
Accounting
LiteratureVol.
26,
pg.
28,
58
pgs,
http://proquest.umi.com/pqdweb, Accessed February, 2014
Elfarini, 2007. Pengaruh Kompentensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit”, Universitas Negeri Semarang, Semarang,
Gundry, 2007. Dysfuntional Behaviour In The Modern Audit Environment: The
Effect Of Time budget Pressure And Auditor Personality Type On Reduced Audit Quality Practices, Journal of Accounting, University of Otago, New Zealand. Gozali, Imam., 2010. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi.
STIE Putra Perdana Indonesia Keempat, Penerbit Universitas Diponegoro
Gusti, Magfirah dan Ali, Syahril, 2008. Independen: Skeptisme profesional auditor,
faktor situasi audit, faktor etika, pengalaman, keahlian audit. Dependen: Ketepatan pemberian opini audit oleh akuntan Publik.
Hanggara, 2010. Pengaruh Profesionalisme, Pengalaman, dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Herawaty dan Susanto, 2008. Profesionalisme, Pengetahuan Akuntan Publik Dalam Mendeteksi
Kekeliruan, Etika Profesi
dan Pertimbangan Tingkat
Materialitas. The 2nd National Conference UKWMS Surabaya, 6 September. Hidayat, 2011. Menyusun Skripsi dan Tesis Edisi Revisi, Bandung, Informatika
STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1036
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
Herawaty, Arlen dan Susanto,Y.K, 2008. Independen : Profesionalisme, pengetahuan akuntan publik dalam mendeteksi kekeliruan, dan etika profesi Dependen : Pertimbangan tingkat materialitas
Hasanah, Siti., 2010. Independen: Penerapan Aturan Etika, pengalaman, skeptisme profesional auditor. Dependen: Mendeteksi kecurangan
Ikatan Akuntan Indonesia, 2009. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta. Ikatan Akuntan Indonesia, 2013. Standar Profesional Akuntan Publik, Salemba
STIE Putra Perdana Indonesia Empat, Jakarta.
Indriantoro dan Supomo, 2010. Metodologi Penelitian Bisnis: untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Kesatu, Yogyakarta, BPFE
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), 2013. Standar Profesional Akuntan Publik, Penerbit Salemba Empat, Jakarta
Irwansyah, 2010. Pengaruh Ketaatan Regulasi, Kompetensi dan Independensi Akuntan
Publik
Terhadap
Profesionalisme
Akuntan
Publik
dan
Implikasinya atas Kualitas Audit (Survei pada akuntan public yang menjadi anggota FAPM), Disertasi. Bandung : Program Pascasarjana UNPAD Khairiah, Syafina, 2009. Pengaruh Profesionalisme dan Pengalaman Auditor BPK
STIE Putra Perdana Indonesia Perwakilan Provinisi Sumatera Utara Terhadap Tingkat Materialitas dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah
Laila dan Irawati, 2008. Ketetapan Waktu Pelaporan Keuangan: Tinjauan Atas
Rasio Gearing, Umur dan Komite Audit dengan Kualitas Auditor sebagai Variabel Moderating, Jurnal Akuntansi 1 (September) Hal 1-15.
Ludigdo, 2007. Paradoks Etika Akuntan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar Maister, 2007. True Professionalism, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Martiyani, 2010. “Pengaruh Profesionalisme Auditor dan Kualitas Audit Terhadap Tingkat Materialitas dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan”,
UPN
“Veteran,” Jawa Timur.
STIE Putra Perdana Indonesia Martini, 2010, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit, Fakultas Ekonomi Universitas Budi Luhur, Jakarta
InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1037
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
Nisfusa, 2010. Skeptisme Profesional Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Volume 5 No. 1, Juni 2008.
Pierce dan Sweeney, 2004. “Cost-Quality Conflict in Audit Firms: An Empirical Investigation”. Europan Accounting Review. Vol. 13. No. 1. pp. 415-441.
Pratiwi, 2008. Pengaruh Time budget Pressure terhadap kualitas audit yang terjadi pada kantor akuntan publik. Priyatno, 2009. Mandiri Belajar SPSS Untuk Analisis Data dan Uji Statistik, Mediakom, Jakarta
STIE Putra Perdana Indonesia Priyatno, 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS, Yogyakarta, Mediakom.
Purnamasari, P., 2010. “Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi sebagai
Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan
dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor”. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi X, 2007.
Riduwan dan Kuncoro, 2008, Cara Menggunakan Dan Memaknai Analisis Jalur (Path Analysis), Penerbit: Alfabeta Bandung Rosnidah, 2010. Analisis Dampak Motivasi Dan Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah (Studi
STIE Putra Perdana Indonesia Empiris Pada PemerintahKabupaten Cirebon), Jurnal Akuntansi, Bandung
Restu Agusti dan Nastia Putri Pertiwi, 2013, Pengaruh Kompetensi, Independensi
Dan Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Se Sumatera), Jurnal Ekonomi
Volume 21, Nomor 3
September 2013, Jakarta
Simanjuntak, Ricardo., 2009. Hukum Kontrak: Teknik Perancangan Kontrak Bisnis, cet.2, Jakarta
Setiawan, 2012. kuntansi Keperilakuan: Konsep dan Kajian Empiris Perilaku Akuntan. Semarang, Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Shapeero, 2003. “Underrorting and Premature Sign-off in Public Accounting”. Managerial Auditing Journal”. Vol. 18. No. 6/7. pp. 478-489.
STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1038
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Juni 16
Singgih dan Bawono, 2010. Pengaruh independensi, pengalaman, due professional care dan akuntabilitas terhadap kualitas audit. Simposium Nasional Akuntansi XIII (Oktober), 1-23.
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Keenam, Penerbit CV Alfabeta , Bandung Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Administrasi, CV Alfabeta, Bandung
Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta, PT. Rineka Cipta
STIE Putra Perdana Indonesia Syahrir, 2002. Analisis Hubungan Antara Profesionalisme Akuntan Publik dengan
Kinerja, Kepuasan Kerja, Komitmen, dan Kegiatan Berpindah, Yogyakarta, Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada
Sekaran, Uma., 2010. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis, Edisi Keempat, Jakarta, Penerbit Salemba Empat
Tugiman, Hiro., 2009. Pandangan Baru Internal Auditing, Kanisius, Yogyakarta.
Ussahawanitchakit, 2008. “Relationship Quality, Professionalism, and Audit Quality,” International Journal of Business Strategy Wahyudi, Hendro dan Mardiyah, A.A., 2006. Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Tingkat Materialitas Dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan,
STIE Putra Perdana Indonesia SNA X, Padang.
Wahyudi, H dan Mardiyah, A.A., 2006. Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Tingkat Materialitas Dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan
www.iapi.or.id
STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 13 ; Juni 2016
Page 1039