STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 09
Pengaruh Modal Kerja Netto Terhadap Rasio Rentabilitas PT Supreme Cable Manufacturing & Commerce (SUCACO) Tbk La Ode Muhamad Nafsahu, S.Pd. (Dosen Tetap STIE PPI) Abstraksi
STIE Putra Perdana Indonesia Modal perusahaan pada dasarnya dapat berasal dari pemilik perusahaan (modal sendiri) dan dari para kreditur (modal asing). Sehubungan dengan adanya dua sumber modal tersebut, maka rentabilitas suatu perusahaan (modal sendiri) dapat dihitung dengan dua cara, yaitu 1) perbandingan antara laba usaha dengan seluruh modal yang digunakan (modal sendiri dan modal asing) yang disebut dengan rentabilitas ekonomis dan 2) perbandingan antara laba yang tersedia untuk pemilik perusahaan dengan jumlah modal sendiri yang dimasukkan oleh pemilik perusahaan tersebut, yang disebut rentabilitas modal sendiri atau rentabilitas usaha. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh modal kerja netto terhadap rentabilitas PT Supreme Cable Manufacturing & Commerce (SUCACO) Tbk. Metode penelitaan yang digunakan deskriptif analisis dengan tujuan untuk memberikan gambaran yang jelas secara sistematik, faktual, dan akurat mengenai kinerja PT SUCACO Tbk dalam menggunakan modal kerja pengaruhnya terhadap rentabilitas. Data yang digunakan adalah laporan keuangan PT Sucaco Tbk selama period yang diteliti. Teknis analisis data yang digunakan terdiri dari Analisa Rasio Keuangan dan Uji Statistik regresi sederhana. Berdasarkan analisa, membuktikan Rasio perputaran modal kerja netto (net working capital ratio turnover) selama tahun 2003 sampai dengan 2007 menunjukkan kecenderungan penurunan. Sebaliknya rasio modal kerja netto menunjukkan peningkatan dari tahun 2003 sampai dengan 2007. Rasio laba operasi (Operating profit margin) selama tahun 2003 sampai dengan 2007 memiliki kecendrungan berfluktuasi, sedangkan rasio usaha menunjukan kecenderungan penurunan , dan rasio laba bersih menunjukkan kecendrungan berfluktuasi. Dari hasil uji statistik menunjukkan persamaan regresi Y=3,547+0,0164 X, nilai r = 0,98 yang berarti hubungan antara rasio modal kerja netto terhadap rasio laba usaha (operating profit margin) sangat kuat dan positif, dan nilai koefisien determinasi sebesar 0,010, diman rasio laba usaha dipengaruhi oleh rasio modal kerja netto sebesar 1 %, sisanya sebesar 99 % dipengaruhi oleh faktor lain. Dari hasil hipotensa nilai thitung < nilai ttabel, hal ini membuktikan antara modal kerja netto memiliki tidak berpengaruh secara signifikan.
STIE Putra Perdana Indonesia Kata Kunci : Modal Kerja Netto, Rasio Rentabilitas
STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 2; Nopember 2009
Page 71
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 09
A. Latar Belakang Masalah PT Supreme Cable Manufacturing & Commerce atau disingkat PT SUCACO, merupakan salah satu industri produksi kabel, selalu berusaha untuk mencapai yang terbaik dan kualitas yang tinggi akan hasil produksinya. Namun disisi lain untuk membiayai kegiatan produksi dan operasional dibuthkan modal kerja yang cukup tinggi. Dengan demikian adanya modal kerja yang cukup sangat penting bagi suatu perusahaan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan, sehingga perusahaan tidak mengalami kesulitan atau menghadapi bahaya-bahaya yang mungkin timbul karena adanya kekurangan modal kerja. Modal perusahaan pada dasarnya dapat berasal dari pemilik perusahaan (modal sendiri) dan dari para kreditur (modal asing). Sehubungan dengan adanya dua sumber modal tersebut, maka rentabilitas suatu perusahaan (modal sendiri) dapat dihitung dengan dua cara, yaitu 1) perbandingan antara laba usaha dengan seluruh modal yang digunakan (modal sendiri dan modal asing) yang disebut dengan rentabilitas ekonomis dan 2) perbandingan antara laba yang tersedia untuk pemilik perusahaan dengan jumlah modal sendiri yang dimasukkan oleh pemilik perusahaan tersebut, yang disebut rentabilitas modal sendiri atau rentabilitas usaha. Jumlah keuntungan (laba) yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan atau trend keuntungan yang meningkat merupakan suatu faktor yang sangat penting yang perlu mendapat perhatian penulis di dalam menilai profitability atau rentabilitas suatu perusahaan. Rentabilitas sering digunakan untuk mengukur effisiensi penggunaan modal modal kerja dalam suatu perusahaan dengan memperbandingkan antara laba dengan modal kerja yang digunakan dalam operasi, oleh karena itu keuntungan yang besar tidak menjamin atau bukan merupakan ukuran bahwa perusahaan tersebut rentabel.
STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia B. Tinjauan Teoritis
1. Pengertian Modal Kerja
Pengertian modal kerja menurut Agnes Sawir (2005 : 129) adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan sehari-hari. Menurut J. Fred Weston dan Eugene F. Brigham yang dikutip oleh Agnes Sawir (2005 : 129) ” Modal kerja adalah investasi perusahaan di dalam aktiva jangka pendek seperti kas, sekuritas (surat-surat berharga), piutang dagang, dan persediaan.” Sedangkan menurut Lukas Setia Atmajaya (2006 : 365) yaitu :” Modal kerja adalah item-item pada aktiva lancar, yakni : kas (cash), surat berharga
STIE Putra Perdana Indonesia Page 72
Inovasi Volume 2 ; Nopember 2009
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 09
(inventory). ”Sedangkan modal kerja bersih atau net capital working adalah ” aktiva lancar setelah dikurangi hutang lancar. Hutang lancar terdiri atas : hutang dagang, hutang wesel, hutang jangka pendek berasal dari hutang jangka panjang, gaji terhutang serta pajak terhutang.” Perusahaan memiliki tujuan yang diantaranya yaitu selama melakukan kegiatan operasinya selalu menghasilkan keuntungan tentunya sebelum mendapatkan keuntungan yang dimaksud maka dibutuhkan yang namanya modal kerja. Modal kerja itu sendiri dapat diperoleh dari tiga sumber, yaitu : modal sendiri atau pribadi, modal yang berasal dari keuntungan operasi dan modal dari pihak lain. Pihak lain yang dimaksud yaitu : para pemegang saham, bank dan lain sebagainya
STIE Putra Perdana Indonesia 2. Jenis-Jenis Modal Kerja
Menurut W.B. Taylor yang dikutip oleh Agnes Sawir (2005 : 132) mengenai jeni-jenis modal kerja, dapat digolongkan menjadi dua yaitu : a. Modal kerja yang relatif permanen, yaitu jumlah modal kerja minimal yang harus tetap ada dalam perusahaan dalam melaksanakan operasinya atau sejumlah modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha perusahaan. Modal kerja permanen dibedakan menjadi dua : 1) Modal kerja primer yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinutitas usaha perusahaaan. 2) Modal kerja sekunder yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal. b. Modal kerja yang bersifat variabel yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah tergantung pada perubahan keadaan. Modal kerja variabel ini dapat dibedakan menjadi : 1) Modal kerja musiman yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah menurut fluktuasi musim. 2) Modal kerja siklis yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur. 3) Modal kerja darurat yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat atau mendadak datangnya tidak diketahui sebelumnya misalnya : pemogokan buruh, banjir, perubahan ekonomi secara mendadak.
STIE Putra Perdana Indonesia 3. Pentingnya Modal Kerja dan Manajemen Modal Kerja a. Pentingnya Modal Kerja Modal kerja memiliki nilai urgensitas bagi seluruh perusahaan hal ini dikarenakan modal kerja mempunyai peranan dalam hal kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Tersedianya modal kerja yang cukup akan
STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 2; Nopember 2009
Page 73
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 09
menguntungkan bagi perusahaan, di samping memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis atau efisien juga menghindari perusahaan dari masalah kesulitan keuangan. Hal ini tergantung pada sifat atau tipe aktiva yang dimiliki. Menurut S. Munawir (2008 : 116-117), ada beberapa peranan penting atau keuntungan bagi perusahaan apabila memiliki modal kerja yang cukup, yaitu : 1) Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar. 2) Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya. 3) Menjamin dimiliknya credit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin akan terjadi. 4) Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumennya. 5) Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para langganannya. 6) Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang ataupun jasa yang dibutuhkan.
STIE Putra Perdana Indonesia Sedangkan menurut Sofyan Syafri Harahap (2008 : 288) kenaikan dalam modal kerja terjadi apabila aktiva menurun atau karena kenaikan dalam utang jangka panjang atau modal. Sedangkan penurunan dalam modal kerja timbul akibat aktiva tidak lancar naik atau dibeli atas utang jangka panjang dan modal naik.
STIE Putra Perdana Indonesia b. Manajemen Modal Kerja Bagi perusahaan ketersediaan dana yang cukup merupakan suatu syarat mutlak, agar perusahaan dapat melaksanakan berbagai kegiatan sehari-hari dengan lancar. Dalam hal ini pihak manajemen mempunyai tanggung jawab atas pengambilan keputusan penting mengenai kegiatan dan pendanaan. Semakin tepat penentuan sumber dana dan semakin efisien pengelolaan dana berarti semakin baik bagi perusahaan. Pengertian manajemen modal kerja menurut Agnes Sawir (2005 : 133) adalah ”kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan”. Adapun sasaran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja adalah : 1) Memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga tingkat pengembalian investasi marjinal adalah sama atau lebih besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut.
STIE Putra Perdana Indonesia Page 74
Inovasi Volume 2 ; Nopember 2009
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 09
2) Meminimalkan dalam aktiva jangka panjang biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar. 3) Pengawasan terhadap arus kas dana dalam aktiva lancar dan ketersediaan dana dari sumber utang, sehingga perusahaan selalu dapat memenuhi kewajiban keuangannnya ketika jatuh tempo.
Pada dasarnya tujuan yang ingin dicapai dalam manajemen modal kerja adalah mencari tingkat dari susunan aktiva lancar dan kewajiban lancar yang optimal. Di samping itu masalah pembiayaan aktiva lancar dengan campuran antara kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjang perlu dipertimbangkan oleh pihak manajemen.
STIE Putra Perdana Indonesia 4. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja a.
Sumber Modal Kerja Secara umum sumber modal kerja bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan modal kerja. Idealnya ketika sumber modal kerja berasal dari hasil operasi maka akan dinilai baik namun sebaliknya apabila sumber modal kerja berasal dari hutang maka bisa dikatakan kurang baik karena perusahaan nantinya akan mengalami kesulitan di kemudian hari. Menurut Suad Husnan (2006 : 89) sumber dana atau modal kerja perusahaan berasal dari : 1) Penurunan bersih aktiva, kecuali aktiva tetap dan kas, 2) Penurunan bruto aktiva tetap, 3) Kenaikan bersih kewajiban dan hutang, 4) Penambahan modal sendiri, 5) Dana yang diperoleh dari operasi.
STIE Putra Perdana Indonesia Sedangkan menurut S. Munawir (2008 : 120) sumber-sumber modal kerja dapat berasal dari : 1) Hasil Operasi Perusahaan Adalah jumlah net income yang nampak dalam laporan perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi, jumlah ini menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan. Jadi jumlah modal kerja yang berasal dari modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat dihitung dengan menganalisa laporan perhitungan rugi laba perusahaan tersebut. Dengan adanya keuntungan atau laba dari usaha perusahaan, dan apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik perusahaan maka laba tersebut akan menambah modal perusahaan yang bersangkutan. 2) Keuntungan dari Penjualan Surat-surat Berharga (Investasi Jangka Pendek). Surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek (Marketable Securities atau Effek) adalah salah satu elemen aktiva lancar
STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 2; Nopember 2009
Page 75
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 09
yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga berubah menjadi uang kas. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan surat berharga ini merupakan suatu sumber untuk bertambahnya modal kerja, sebaliknya apabila dalam penjualan tersebut terjadi kerugiaan akan menyebabkan berkurangnya modal kerja.
3) Penjualan Aktiva Tidak Lancar Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi Kas atau Piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar hasil penjualan tersebut.
STIE Putra Perdana Indonesia 4) Penjualan Saham atau Obligasi Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya, di samping itu perusahaan dapat juga mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya. Dari uraian tentang sumber-sumber modal kerja tersebut dapat disimpulkan bahwa modal kerja akan bertambah apabila : 1) Adanya kenaikan sektor modal baik yang berasal dari laba maupun adanya pengeluaran modal saham atau tambahan investasi dari pemilik perusahaan. 2) Ada pengurangan atau penurunan aktiva tetap yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar karena adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi. 3) Ada penambahan hutang jangka panjang baik dalam bentuk obligasi hipotek atau hutang jangka panjang lainnya yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar.
STIE Putra Perdana Indonesia b. Penggunaan Modal Kerja Penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan, tetapi penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Suad Husnan (2006 : 89) penggunaan dana atau modal kerja perusahaan berasal dari : 1) Kenaikan bersih aktiva, kecuali aktiva tetap dan kas, 2) Penambahan bruto aktiva tetap, 3) Penurunan kewajiban dan hutang, 4) Pengurangan modal sendiri, 5) Pembayaran deviden.
STIE Putra Perdana Indonesia Page 76
Inovasi Volume 2 ; Nopember 2009
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 09
Sedangkan menurut S.Munawir (2008 : 127) penggunaan-penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya modal kerja sebagai berikut : 1) Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan, meliputi pembayaran upah, gaji, pembelian bahan atau barang dagangan, supplies kantor dan pembayaran biaya-biaya lainnya. Pembayaran biaya operasi ini akan mengakibatkan terjadinya penjualan atau penghasilan perusahaan yang bersangkutan. Penggunaan aktiva lancar untuk pembayaran biaya operasi ni baru merupakan penggunaan modal kerja kalau jumlah biaya suatu periode lebih besar daripada jumlah penghasilannya (timbul kerugiaan). Besarnya penggunaan modal kerja untuk biaya operasi ini akan dapat ditentukan dengan menganaliasa laporan perhitungan rugi laba perusahaan tersebut, yaitu jumlah kerugiaan netto yang nampak dalam laporang perhitungan rugi laba dikurangi dengan jumlah depresiasi dan amortisasi periode tersebut.
STIE Putra Perdana Indonesia 2)
Kerugiaan-kerugiaan yang diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan surat berharga atau effek maupun kerugiaan yang insidentil lainnya.
3) Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuantujuan tertentu dalam jangka panjang, misalnya Dana Pelunasan Obligasi, Dana Pensiun Pegawai, Dana Expansi ataupun dana-dana lainnya. Adanya pembentukan dana ini berarti adanya perubahan bentuk aktiva dari aktiva lancar menjadi aktiva tetap. 4) Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva tidak lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau timbulnya hutang lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja.
STIE Putra Perdana Indonesia 5) Pembayaran hutang-hutang jangka panjang yang meliputi hutang hipotik, hutang obligasi maupun bentuk hutang jangka panjang lainnya, serta penarikan atau pembelian kembali (untuk sementara maupun untuk seterusnya) saham perusahaan yang beredar, atau adanya penurunan hutang jangka panjang diimbangi berkurangnya aktiva lancar. 6) Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadinya (prive) atau adanya pengambilan bagian keuntungan oleh pemilik dalam perusahaan perseorangan dan persekutuan atau adanya deviden dalam perseroan terbatas. Di samping penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan berkurangnya modal kerja tersebut, ada pula pemakaian aktiva lancar yang tidak merubah jumlahnya baik jumlah modal kerja maupun jumlah aktiva
STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 2; Nopember 2009
Page 77
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 09
lancarnya itu sendiri, yaitu penggunaan modal kerja / aktiva lancar yang hanya menyebabkan atau mengakibatkan berubahnya bentuk aktiva lancar (modal kerja tidak berkurang), misalnya : 1) Pembelian effek (marketable security) secara tunai. 2) Pembelian barang dagangan atau bahan/bahan lainnya secara tunai. Jadi mengeluarkan kas tetapi di pihak lain persediaan bertambah dengan jumlah yang sama, kedua-duanya adalah aktiva lancar. 3) Adanya perubahan dari bentuk piutang yang lain, dari piutang dagang menjadi piutang wesel dan seterusnya. Dengan demikian tetap merupakan satu bagian modal kerja.
STIE Putra Perdana Indonesia 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja
Modal kerja yang cukup sangatlah penting bagi sebuah perusahaan guna membiayai kebutuhan operasional, untuk itu agar dapat merencanakan dan menentukan kebutuhan modal kerja, kita harus tahu faktor-faktor yang mempengaruhi modal kerja. Menurut S. Munawir (2008 : 117-119). Faktor-faktor yang mempengaruhi modal kerja tersebut adalah : a. Sifat atau Tipe dari Perusahaan Modal kerja dari suatu perusahaan jasa relatif akan lebih rendah bila dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja perusahaan industri. Karena untuk perusahaan jasa tidak memerlukan investasi yang besar dalam kas, piutang maupun persediaan. Apabila dibandingkan dalam perusahaan industri harus mengadakan investasi yang cukup besar dalam aktiva lancar agar perusahaannya tidak mengalami kesulitan di dalam operasinya sehari-hari.
STIE Putra Perdana Indonesia b. Waktu yang dibutuhkan untuk Memproduksi atau Memperoleh Barang yang akan dijual Harga Persatuan dari Barang tersebut. Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang tersebut dijual. Makin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau untuk memperoleh barang tersebut makin besar pula modal kerja yang dibutuhkan.
c. Syarat Pembelian Bahan atau Barang Dagangan Syarat pembelian barang dagangan atau bahan dasar yang akan digunakan untuk memproduksi barang sangat mempengaruhi jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Jika syarat kredit yang diterima waktu pembelian menguntungkan, makin sedikit uang yang kas yang harus diinvestasikan dalam persediaan bahan ataupun barang dagangan, sebaliknya bila pembayaran atau bahan atau barang yang dibeli tersebut harus dilakukan dalam jangka waktu pendek maka uang kas yang diperlukan untuk membiayai persediaan semakin besar pula.
STIE Putra Perdana Indonesia d. Syarat Penjualan Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada pembeli akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja yang harus
Page 78
Inovasi Volume 2 ; Nopember 2009
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 09
diinvestasikan dalam sektor piutang. Untuk memperendah dan memperkecil jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam piutang dan untuk memperkecil resiko adanya piutang yang tak dapat ditagih, sebaiknya perusahaan memberikan potongan tunai kepada pembeli. Karena dengan demikian para pembeli akan tertarik untuk segera membayar hutangnya dalam periode diskonto tersebut.
e. Tingkat Perputaran Persediaan Tingkat Perputaran Persediaan (Inventory Turnover), menunjukkan beberapa kali persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli dan dijual kembali. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan tersebut maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan (terutama yang harus diinvestasikan dalam persediaan) semakin rendah.
STIE Putra Perdana Indonesia Untuk dapat mencapai tingkat perputaran yang tinggi, maka harus diadakan perencanaan dan pengawasan persediaan secara teratur dan efisien. Semakin cepat atau semakin tinggi tingkat perputaran akan memperkecil resiko terhadap kerugian yang disebabkan itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan persediaan terhadap persediaan tersebut. a. Faktor Musiman Perusahaan yang dipengaruhi musim memerlukan modal kerja yang maksimum pada saat musim tiba dan hal ini biasanya berlangsung pada periode yang pendek. Modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan barang dagangan akan meningkat dalam bulan-bulan menjelang puncak penjualan. b. Tingkat Perputaran Piutang Piutang yang terkumpul dalam waktu pendek membuat kebutuhan modal kerja makin rendah. Untuk mencapai tingkat piutang yang tinggi diperlukan pengawasan terhadap piutang dan kebijaksanaan yang berhubungan dengan piutang sehingga akan lebih efisien.
STIE Putra Perdana Indonesia c. Volume Penjualan
d. Jumlah rata-rata pengeluaran uang setiap harinya
6. Pengertian Rentabilitas Menurut S.Munawir (2008 : 13) pengertian rentabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu, dimana dengan rentabilitas suatu perusahaan akan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mempergunakan aktivanya secara produktif, yaitu dengan cara memperbandingkan antara laba yang diperoleh dengan aktiva atau modal yang dipergunakan dalam suatu periode tertentu. Laba bagi suatu perusahaan dipandang sebagai ukuran tingkat efisiensi dan efektifitas.
STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 2; Nopember 2009
Page 79
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 09
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2005 : 273) laba akuntansi adalah perbedaan antara revenue yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut. Kemudian menurut Edward dan Belt yang dikutip oleh Sofyan Syafri Harahap (2005 : 286) definisi laba dari current operating adalah kelebihan nilai sekarang dari barang dan jasa yang dijual dengan harga pokoknya. Laba bersih sesudah pajak penghasilan (EAT) merupakan laba operasi (operating expenses) dikurangi dengan laba rugi lain-lain dan pajak penghasilan. Laba bersih (Net Profit) mencerminkan laba yang tersisa bagi pemegang saham, sebagian dari laba bersih ini akan dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk deviden, dan sisanya akan ditanamkan atau diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan untuk pertumbuhan di masa depan. Sisa yang ditanamkan kembali tersebut dipindahkan ke neraca sebagai saldo laba yang ditahan.
STIE Putra Perdana Indonesia 7. Analisa Rasio Keuangan a. Pengertian Rasio Keuangan Arti rasio menurut S. Munawir (2008 : 64) yaitu Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan rasio pembanding yang digunakan sebagai standar. Tidak semua rasio keuangan dikemukakan dalam bab ini, namun hanya rasio keuangan yang berhubungan dengan objek yang diteliti.
STIE Putra Perdana Indonesia b . Jenis-jenis Rasio Keuangan Jenis-jenis rasio yang peneliti gunakan terdiri dari : 1) Rasio Aktivitas Menurut Sofyan Syafri Harahap (2008 : 308) Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lainnya. Jenis rasio aktivitas terdiri dari : a) Rasio Perputaran Aktiva (Total Asset Turnover Ratio) Rasio ini menunjukkan perputaran total aktiva diukur dari volume penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva menciptakan penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik. Untuk menghitung rasio perputaran aktiva digunakan rumus : Rasio Perputaran Aktiva =
Penjualan . Total Aktiva
STIE Putra Perdana Indonesia Page 80
Inovasi Volume 2 ; Nopember 2009
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 09
b) Rasio Perputaran Persediaan (Inventory turn over ratio) Menurut S. Munawir (2008 : 77) Rasio yang mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio ini merupakan indikasi yang cukup populer untuk menilai efisiensi operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan. Semakin tinggi perputaran persediaan, semakin efisien manajemen persediaan. Untuk menghitung rasio perputaran persediaan digunakan rumus : Rasio Perputaran Persediaan =
Harga Pokok Penjualan Rata-rata persediaan barang
STIE Putra Perdana Indonesia c) Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover Ratio) Menurut A.M. Sumanti dan Mia Laksmiwati (2008 : 82) Rasio ini mengukur seberapa besar dari modal kerja dapat memperoleh penjualan. Atau bagaimana penjualan dapat dicapai karena dari penggunaan modal kerja bersih. Semakin tinggi rasio ini semakin efisien, tepat dalam menggunakan modal kerjanya. Untuk menghitung rasio perputaran modal kerja digunakan rumus : Penjualan Netto Rasio Perputaran Modal Kerja
= AL - HL
Rasio yang digunakan dalam penelitian ini hanya rasio perputaran modal kerja sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini.
STIE Putra Perdana Indonesia 2) Rasio Rentabilitas Menurut Sofyan Syafri Harahap (2008 : 304), Rasio Rentabilitas ”Merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui tingkat penjualan yang dicapainya.” Berikut merupakan beberapa rasio yang dipergunakan untuk mengetahui rentabilitas disuatu perusahaan, yaitu : a) Rasio Rentabilitas Modal Sendiri (Rate of Return on Equity /ROE) Rasio rentabiltas modal sendiri adalah rasio laba bersih setelah pajak terhadap modal sendiri yang mengukur tingkat hasil pengembalian investasi kepada para pemegang saham. Rasio rentabilitas modal sendiri dipergunakan sebagai pengukur rentabilitas modal sendiri atau disebut rentabilitas modal usaha.
STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 2; Nopember 2009
Page 81
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 09
Rentabilitas modal sendiri merupakan perbandingan antara jumlah modal yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak. Dengan kata lain rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Untuk menghitung rasio rentabilitas modal sendiri digunakan rumus : EAT Rasio rentabilitas modal Sendiri = Modal Sendiri
STIE Putra Perdana Indonesia b) Rasio Rentabilitas Ekonomis Menurut Agnes Sawir (2005 : 19) pengertian rasio rentabilitas ekonomis adalah salah satu bentuk rasio rentabilitas yang bertujuan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumber dayanya. Untuk menghitung rasio rentabilitas ekonomis digunakan rumus :
EBIT Rasio rentabilitas modal Sendiri = Total Aktiva
STIE Putra Perdana Indonesia c) Rasio Margin Laba Usaha (Operating Income Ratio) Menurut Budi Rahardjo (2001 : 102) pengertian Operating Income Ratio atau Operating Profit Margin ini menunjukkan laba operasi sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan. Untuk menghitung rasio margin laba usaha digunakan rumus : EBIT
Operating Profit Mafrgi =
Net Sales
d) Rasio Usaha (Operating Ratio) Menurut S. Munawir (2008 : 100) pengertian Operating Ratio “ Rasio yang menunjukkan persentase dari hasil penjualan yang telah dipakai untuk biaya operasi. Semakin rendah rasio ini semakin efisien operasional kerja perusahaan”. Untuk menghitung rasio usaha digunakan rumus :
STIE Putra Perdana Indonesia Page 82
Inovasi Volume 2 ; Nopember 2009
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 09
Harga Pokok Penjualan + Biaya Operasi
Rasio Usaha =
Penjualan Bersih
e) Rasio Margin Laba Bersih (Net Profit Marjin Ratio) Menurut Budi Rahardjo (2001 : 105) pengertian Net Profit Margin Ratio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan . Untuk menghitung rasio rentabilitas modal sendiri digunakan rumus : Laba Bersih Setelah Pajak Margin Laba Bersih = Penjualan Bersih
STIE Putra Perdana Indonesia 3) Rasio Modal Kerja Besarnya modal kerja sebuah perusahaan berhubungan dengan berbagai operasional dan finansial. Tanpa modal kerja yang cukup aktivitas bisnis perusahaan dapat terancam. a) Modal Kerja Netto Menurut Budi Rahardjo (2001 : 100) Rasio ini digunakan untuk menghitung likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja (netto), semakin tinggi rasio ini, maka proporsi modal kerja cukup besar. Aktiva Lancar - Kewajiban Lancar Modal Kerja Netto = Jumlah Aktiva
STIE Putra Perdana Indonesia C. Metodologi Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Bagi setiap perusahaan, kinerja keuangan merupakan suatu prestasi yang tercermin dari setiap usaha yang dilakukan berdasarkan keputusan-keputusan yang mayoritas diambil oleh manajer keuangan, walaupun tidak menutup kemungkinan banyak faktor-faktor lain yang ikut mempengaruhinya. Alat yang digunakan oleh pihak manajemen untuk menyampaikan informasi mengenai kondisi atau kinerja perusahaan yaitu dengan menggunakan laporan keuangan. Tetapi laporan keuangan tersebut bersifat historis yang menyajikan data dan informasi yang terjadi di masa lalu, hal ini bisa menimbulkan suatu kesenjangan informasi. Analisa laporan keuangan merupakan alat bantu untuk melakukan analisa terhadap laporan keuangan sehinga dapat menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan untuk menilai kinerja perusahaan, membuat keputusan sesuai dengan kepentingan pemakai laporan keuangan tersebut.
STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 2; Nopember 2009
Page 83
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 09
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan yaitu mengenai ketersediaan dari modal kerja, yang nantinya secara langsung akan berdampak pada rentabilitas perusahaan, atau dengan kata lain bahwa modal kerja akan mempengaruhi rentabilitas dan nantinya akan menunjukkan kinerja keuangan perusahaan.
2. Variabel Penelitian Variabel merupakan segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dalam penelitian yang berupa suatu konsep yang mempunyai variasi nilai. Variabel penelitian ini terdiri dari variabel X sebagai variabel Independen (variabel bebas) yang dalam hal ini diwakili oleh rasio modak kerja netto (net working capital) dan variabel Y sebagai variabel dependen (variabel terikat) dalam hal ini diwakili oleh rasio laba operasi.
STIE Putra Perdana Indonesia 3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini mengunakan studi referensi yang dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jenis – jenis data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah : a. Data sekunder ; yaitu data yang peroleh peneliti dari Bursa Efek Jakarta yang terdiri dari Annual Report dan Prospektus tahun 2005 – 2008. b. Data primer ; yaitu data yang peneliti dapatkan dari Pustaka sebagai acuan atau landasan teori yang berkaitan dengan penelitian, juga sebagai dasar pedoman yang peneliti gunakan untuk menganalisis modal kerja netto dan profitabilitas PT SUCACO Tbk.
STIE Putra Perdana Indonesia Untuk mendukung data dan keterangan – keterangan yang diperlukan guna mendukung penelitian ini digunakan metode pengumpulan adalah penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu suatu cara mengumpulkan data dengan menggunakan literatur serta buku-buku yang berhubungan dengan skripsi yang oleh peneliti, yang berguna sebagai tambahan perbandingan dengan pelaksanaan yang benar-benar terjadi. 4. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif analisi, yaitu dengan memberikan gambaran yang jelas secara sistematik, faktual, dan akurat mengenai kinerja PT SUCACO Tbk dalam menggunakan modal kerja pengaruhnya terhadap rentabilitas. Penelitian dilakukan atas PT SUCACO Tbk. dengan cara melakukan analisa laporan keuangan periode 2005 – 2008 dengan menggunakan dua metode, yaitu : a. Analisa Laporan Keuangan yang digunakan terdiri dari ; Analisa rasio keuangan dan Analisa Trend.
STIE Putra Perdana Indonesia Page 84
Inovasi Volume 2 ; Nopember 2009
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 09
1) Analisa rasio keuangan Menggambarkan rasio – rasio keuangan yang digunakan oleh perusahaanseperti rasio modal kerja netto selama 4 (empat) tahun, yaitu periode 2005-2008, sehingga akan diketahui perkembangannya. Dalam penelitian ini rasio keuangan yang digunakan dalam ini adalah rasio modal kerja netto dan rasio rentabilitas.
2) Analisa Trend Menggambarkan kecendrungan perubahan suatu pos laporan keuangan selama beberapa periode (2005 – 2008) dinyatakan dalam satuan prosentase atas dasar tahun dasar. Dalam analisa trend data yang digunakan untuk mengetahui adanya kecenderungan perubahan adalah rasio modal kerja netto dan rasio rentabilitas.
STIE Putra Perdana Indonesia b. Uji Statistik Teknik analisis data dilakukan dengan uji regresi dan korelasi dengan langkah-langkah sebagai berikut ; 1) Mencari persamaan regresi Υ a bX
Dimana : Y = nilai variabel bebas X = nilai variabel pengaruh Koefisien a dan b dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :
STIE Putra Perdana Indonesia a
b
ΣΥ ΧΥ
2
n ΣΧ
ΣΧ ΣΧΥ ΣΧ
2
2
n( ) ( ) ( ) n( Σ 2 ) - ( ) 2
Sumber : Dr, Sugiyono, 2006,
2) Uji kofiien korelasi Menghitung rxy menggunakan rumus product moment dari Pearson sebagai berikut :
rxy
xy ( x 2 )( y 2 )
STIE Putra Perdana Indonesia Keterangan : rxy : tingkat keterkaitan hubungan
InoVasi Volume 2; Nopember 2009
Page 85
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia x y
Nopember 09
: jumlah skor dalam sebaran variabel x : jumlah skor dalam sebaran variabel y
3) Mencari koefisien determinasi Untuk mengetahui berapa besarnya variansi Y ditentukan oleh variabel X maka dilakukan perhitungan koefisien determinasi. Rumus koefisien determinasi adalah sebagai berikut : KD = r2xy x 100%
STIE Putra Perdana Indonesia Keterangan : KD : koefisien determinasi rxy : koefisien korelasi product moment
4) Uji keberartian koefisien korelasi (uji t) Untuk mengetahui signifikan koefisien korelasi digunakan uji t dengan rumus :
t hitung
r n2 1 r2
Keterangan : thitung : skor signifikan koefisien korelasi r : koefisien korelasi product moment n : banyaknya sampel
STIE Putra Perdana Indonesia 5) Hipotesis statistik : H0 = 0 Hi 0
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut : Terima H0 bila thitung ≤ ttabel Tolak H0 bila thitung ≥ ttabel
Hal ini dilakukan pada taraf signifikan 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) = n – 2. Jika thitung > ttabel maka tolak H0 dan berarti koefisien korelasi signifikan sehingga dapat disimpulkan antara variabel X dan Y terdapat hubungan yang positif. 5. Definisi Operasional
STIE Putra Perdana Indonesia Definisi operasional merupakan pengubahan konsep – konsep yang berupa kerangka dengan kata – kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat
Page 86
Inovasi Volume 2 ; Nopember 2009
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 09
diamati, diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain. Adapun definisi operasional yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut :
1. Analisa Rasio Berikut ini rasio – rasio yang digunakan peneliti sebagai berikut : a. Rasio Aktivitas Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber-sumber dananya. b. Rasio Rentabilitas Rasio ini menggambarkan margin laba yang diperoleh perusahaan dari operasi perusahaan. c. Modal Kerja Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Menurut J. Fred Weston dan Eugene F. Brigham yang dikutip dari Agnes Sawir (2005:129) modal kerja adalah investasi perusahaan di dalam aktiva jangka pendek seperti kas, sekuritas (surat-surat berharga), piutang dagang, dan persediaan. Faktor-faktor Modal Kerja menurut Agnes Sawir (2005 : 134) proses pelaksanaan modal kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : 1) Sifat atau tipe perusahaan 2) Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual serta harga barang tersebut. 3) Syarat pembelian bahan atau barang dagangan. 4) Syarat penjualan 5) Tingkat perputaran persediaan
STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : a. Analisa Rasio Keuangan terdiri dari : 1) Rasio Aktivitas Rasio aktivitas yang digunakan dalam penelitian rasio Perputaran Modal Kerja Netto. 2) Rasio Rentabilitas a) Rentabilitas Modal Sendiri b) Rentabilitas Ekonomis c) Margin Laba Usaha d) Margin Laba Bersih
b. Analisa Trend Menunjukkan kecenderungan atau perkembangan perusahaan selama beberapa periode dengan melihat trend, para pemakai laporan keuangan dapat lebih mudah dalam menarik kesimpulan mengenai kesehatan keuangan perusahaan. Karena garis trend dapat menyingkirkan perbedaan-perbedaan dalam perusahaan dan industri. Analisa trend digunakan untuk mengetahui
STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 2; Nopember 2009
Page 87
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 09
tendensi daripada keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun.
2. Kinerja Perusahaan Adalah suatu hasil yang telah dicapai melalui proses yang berulang dan berkesinambungan dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
D. Analisis dan Pembahasan
STIE Putra Perdana Indonesia 1. Analisis Rasio Analisa rasio keuangan digunakan untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan sebab dalam rasio ini memperlihatkan hubungan antara perkiraan yang ada di dalam neraca dengan laporan laba rugi. Rasio-rasio yang digunakan penulis dalam memecahkan masalah dalam skripsi ini, yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage, dan rasio profitabilitas. Dalam menganalisa rasio ini penulis mengunakan analisa horizontal yaitu membandingkan rasio keuangan beberapa tahun dalam perusahaan itu sendiri. a. Rasio Leverage Rasio leverage yang digunakan dalam penelitian adalah Rasio perputaran modal kerja netto (net working capital). Rasio ini digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menggunakan modal kerja netto yang dimiki untuk memperoleh penjulan netto. Perhitungan terhadap rasio perputaran modal kerja netto selama tahun 2008 s.d 2008 seperti nampak pada tabel berikut ini : Tabel 5 Rasio Perputaran Modal Kerja Netto (Net Working Capital RatioTurnover) Untuk Periode yang berakhir 31 Desember
STIE Putra Perdana Indonesia Keterangan
Rasio Perputaran Modal Kerja Netto
2008
2005
2006
2007
2008
22,45 X
6,46 X
7,18 X
9,74 X
3, 20 X
Sumber data : Data yang telah diolah. Berdasarkan table 5 diatas dengan menggunakan tahun dasar 2008 diketahui dari selama tahun 2008-2008 perputaran modal kerja netto mengalami kecenderungan penurunan. Dengan semakin rendahnya rasio perputaran modal kerja netto dapat disimpulkan kinerja perusahaan menggunakan modal kerja yang dimiliki kurang efektif jika dibandingkan dengan tahun 2005.
STIE Putra Perdana Indonesia Page 88
Inovasi Volume 2 ; Nopember 2009
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 09
b. Rasio Modal Kerja Netto Rasio modal kerja netto digunakan dalama penelitian untuk menghitung tingkat likuiditas total aktiva dan posisi modal kerja (netto) yang dimiliki perusahaan. , semakin tinggi rasio ini, maka proporsi modal kerja cukup besar. Hasil perhitungan terhadap rasio modal kerja netto selama tahun 2008 s.d 2008 adalah sbb : Tabel 6 Rasio Modal Kerja Netto (Net Working Capital Ratio) Untuk Periode yang berakhir 31 Desember
STIE Putra Perdana Indonesia Keterangan
2008
2005
2006
2007
2008
Rasio Modal Kerja Netto
4,68 %
15,79 %
24,40 %
20,5%
54,84 %
Sumber data : Data yang telah diolah.
Berdasarkan table 6 diatas dengan menggunakan tahun dasar 2008 diketahui dari selama tahun 2008-2008 modal kerja netto yang dimiliki perusahaan untuk digunakan memperoleh penjualan/pendapatan mengalami kecenderungan peningkatan. Hal ini dapat disimpulkan kemampuan modal kerja yang dimiki PT SUCACO Tbk sudah cukup baik, atau dengan kata lain PT SUCACO Tbk penempatan aktiva yang dimiliki dari lebih banyak pada aktiva lancar dibandingkan aktiva tidak lancar. c. Rasio Rentabilitas
STIE Putra Perdana Indonesia Rasio rentabilitas akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan. Rasio ini memberikan gambaran tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan. Hasil perhitungan terhadap rasio modal kerja netto selama tahun 2008 s.d 2008 adalah sbb : Tabel 7 Rasio Retabilitas Untuk Periode yang berakhir 31 Desember
Keterangan
2008
2005
2006
2007
2008
Operating Profit Margin
4,73 %
-1,10 %
7,42 %
5,30 %
3,72 %
Rasio Usaha
7,68 %
4,74 %
3,75 %
4,64 %
5,66 %
Net Profit Margin
2,34 %
-1,81 %
4,18 %
3,48 %
2,38 %
Sumber data : Data yang telah diolah
STIE Putra Perdana Indonesia Berdasarkan tabel diatas dapat dilakukan analisis terhadap rasio rentabilitas sbb :
InoVasi Volume 2; Nopember 2009
Page 89
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 09
1) Rasio Laba Operasi (Operating Profit Margin Ratio) Jika rasio laba operasi tahun 2008 dijadikan sebagai tahun dasar dapat diketahui pada tahun 2006 dan 2007 rasio laba operasi mengalami peningkatan. Peningkatan yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2006, yaitu sebesar 2,69 % (7,42 % - 4,73 %), sedangkan pada tahun 2005 dan tahun 2008 terjadi penurunan terhadap rasio laba operasi. Penurunan yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2005, yaitu sebesar -5,83 (4,73 % (1,10). Dari hasil analisis tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2006 dan 2007 PT SUCACO Tbk sudah mampu melakukan efisiensi terhadap Biaya produksi (HPP) dan beban operasional, sedangkan pada tahun 2005 dan 2008 perusahaan belum mampu melakukan effisiensi terhadap Biaya produksi (HPP) dan beban operasional. 2) Rasio Usaha Jika rasio usaha tahun 2008 dijadikan sebagai tahun dasar dapat diketahui pada tahun 2005 s.d 2008 rasio usaha mengalami penurunan. Penurunan yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2006, yaitu sebesar 3,93 (7,68 % - 3,75). Hal ini dapat dismpulkan biaya produksi (HPP) dan beban operasional yang dikeluarkan PT SUCACO Tbk mengalami kecenderungan peningkatan atau dengan kata lain PT SUCACO Tbk belum mampu melakukan effisiensi.
STIE Putra Perdana Indonesia 3) Rasio Laba Bersih (Net Profit Margin) Jika rasio laba bersih tahun 2008 dijadikan sebagai tahun dasar dapat diketahui pada tahun 2006, 2007 dan 2008 rasio laba bersih mengalami peningkatan, sedangkan pada tahun 2005 rasio laba bersih mengalami penurunan. Berdasarkan hasil analisis terhadap rasio laba netto secara umum dapat dikatan selama tahun 2008 s.d tahun 2008 beban luar usaha yang dikeluarkan perusahaan mengalami kecederungan peningkat. Hali ini dapat dilihat perbandingan antara rasio laba operasi dengan laba netto. Seperti Nampak pada rasio laba operasi pada tahun 2006 sebesar 7,42 %, namun rasio laba netto turum menjadi sebesar 4,18.%
STIE Putra Perdana Indonesia 2. Analisia Trend Analisis trend digunakan dalam penelitian ini untuk melihat hubungan antara modal kerja dengan rentabilitas. Hal ini dapat dilihat kecenderungan grafik modal kerja netto dengan rentabilitas. Berikut ini akan disajikan rasio perputaran modal kerja netto, rasio modal kerja netto, dan rasio rentabilitas seperti nampa pada tabel 8 dan gambar grafik 1 berikut ini :
STIE Putra Perdana Indonesia Page 90
Inovasi Volume 2 ; Nopember 2009
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 09
Tabel 8. Rasio Modak Kerja dan Rasio Rentabilitas PT SUCACO Tbk Untuk Periode yang berakhir 31 Desember ( %) TAHUN
Jenis Rasio Keuangan 2005
2008
2005
2008
2007
Rasio Perputaran Modal Kerja Netto
22,45
6,46
7,18
9,74
3,20
Rasio Modal Kerja Netto
4,68
15,79
24,40
20,58
54,84
Operating Profit Magin
4,73
-1,10
7,42
5,30
4,72
Rasio Usaha
7,68
4,74
3,75
4,64
5,66
Net Profit Margin
2,34
-1,81
4,18
3,48
2,38
STIE Putra Perdana Indonesia Sumber : Data yang dilah
GAMBAR
PERSENTASE ( %)
60,00 50,00
Rasio Perputaran Modal Kerja Netto
40,00
Rasio Modal Kerja Netto
30,00
Operating Profit Magin
20,00
Rasio Usaha
10,00
Net Profit Margin
STIE Putra Perdana Indonesia 0,00
-10,00
2003
2004
2005
2006
2007
TAHUN
Sumber : data yang diolah
3. Uji Statistik a.
Analisis Regresi
Teknik analisa yang mencoba menjelaskan bentuk hubungan antara dua variabel disebut analisa regresi. Dalam analisa regresi dihubungkan dalam dua jenis variabel, karena variabel y merupakan variabel tergantung dari variabel x merupakan variabel pengaruh, maka nilai variabel y dapat ditentukan dari harga x, bila variabel itu mempunyai derajat hubungan yang signifikan. Regresi sendiri juga menentukan hubungan fungsional yang diharapkan berlaku untuk populasi berdasarkan sampel yang diambil dari populasi bersangkutan.
STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 2; Nopember 2009
Page 91
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 09
Hubungan yang fungsional dituliskan dalam persamaan matematis (persamaan regresi), variebal pengaruh (x) dan variabel tergantung (y) mempunyai hubungan yang linier jika kedua variabel ditunjukkan oleh persamaan regresi sebagai berikut : y = a + bx Dimana : y = Harga variabel tergantung x = harga variabel pengaruh
STIE Putra Perdana Indonesia a
ΣΥ ΧΥ 2 ΣΧ ΣΧΥ 2 n ΣΧ 2 ΣΧ
n( ) ( ) ( ) n(Σ 2 ) - ( ) 2 Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPP maka, dapat diperoleh model persamaan regresi : Y = 3,547 + 0,0164 X. Dari model persamaan regresi diatas dapat diintepresttasikan sebagai berikut : 1) Nilai konstanta sebesar 3,547 menunjukkan Rasio Laba Operasi (Y), apabila asumsi variabel independen yaitu Rasio Modal Kerja Netto (X) tidak ada atau bernilai sama dengan nol. 2) Koefisien regresi Rasio Modal Kerja Netto (X) sebesar 0,016 menunjukkan setiap perubahan rasio modal kerja netto sebesar 1 akan memberikan pengaruh yang searah terhadap harga saham (Y) sebesar 0,016 dengan asumsi faktor-faktor lainnya tidak berubah. b
STIE Putra Perdana Indonesia b. Analisa Korelasi
Analisa Kolelasi dipergunakan untuk mengetahui hubungan kuat tidaknya antara variabel X dan variabel Y secara bersama-sama. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil seperti nampak pada tabel summary berikut ini, b Model Summary
Change Statistics Model 1
R R Square ,098a ,010
Adjusted Std. Error of R Square R Square the Estimate Change F Change -,321 3,6156 ,010 ,029
df1
df2 1
3
Sig. F Change ,876
a. Predictors: (Constant), Modal Kerja Netto b. Dependent Variable: Operating Profit Margin
Berdasarkan model summary diatas diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar 0,098, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan positif antara kompensasi dengan kepuasan kerja karyawan.
STIE Putra Perdana Indonesia Page 92
Inovasi Volume 2 ; Nopember 2009
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 09
2. Koefisien Determinan
Untuk mengetahui sejauh mana kontribusi motivasi (x) terhadap naik turunnya produktivitas kerja (y) dilakukan perhitungan atas koefisien penentu (coefficient of determination) diperoleh 0,96 %. Dari perhitungan koefisien determinasi diatas, diperoleh nilai KP sebesar 0,96 %, sedangkan sisanya sebesar 99,04 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dibicarakan dalam penelitian ini. Hal ini dapat disimpulkan bahwa operating profit margin ratio dipengaruh oleh rasio modal kerja netto sebesar 0,96 %, sisanya sebesar 99,04% dipengaruhi oleh faktor lain.
STIE Putra Perdana Indonesia 3. Pengujian Hipotesis
Selanjutnya untuk membuktikan hipotesis maka dilakukan uji-t yang formulanya sebagai berikut :
r√n–2
to =
√ 1 – r2
Hasil perhitungan pengujujian hipotesis diperoleh hasil, seperti nampak pada tabel coeffcients sbb : Coefficientsa
Unstandardized Coefficients B Std. Error 3,547 2,829 1,640E-02 ,097
Standardi zed Coefficien ts Beta
STIE Putra Perdana Indonesia Model 1
(Constant) Modal Kerja Netto
,098
t 1,254 ,170
Sig. ,299 ,876
Collinearity Statistics Tolerance VIF 1,000
1,000
a. Dependent Variable: Operating Profit Margin
Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan uji-t, dimana hasil perhitungan yang diperoleh nilai thitung akan dibandingkan dengan nilai ttabel dari t-Disriobution untuk α = 5 %, dengan degree of freedom (df = n-2) dengan pengujian dua sisi, (α/2) = 0,05/2= 0,025, maka diperoleh nilai ttabel distribusi = 2,776, setelah diperoleh ttabel selanjutnya akan dibandingkan dengan thitung. Dari perhitungan dengan menggunakan SPSS Vesi 12 diperoleh thitung sebesar 0,170 hasil pengujian hipotesa ternyata thitung lebih kecil dari pada ttabel, dimana thitung = 0,170 < ttabel 2,776, artinya Ho diditerima dan Ha ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat pengaruh yang significant antar modal kerja netto dengan margin laba operasi (operating profit marjin).
STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 2; Nopember 2009
Page 93
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 09
E. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya peneliti akan memberikan kesimpulan sebagai berikut : a. Dari hasil analisa terhadap rasio keuangan dan trend dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Rasio modal kerja menunjukkan kecenderungan peningatan yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2007. Sebaliknya rasio perputaran modal kerja netto menunjukkan kecenderungan penurunan dari tahun 2008 sampia dengan 2007. 2) Rasio laba usaha (Operating profit margin) selama tahun 2005 dan 2008 menunjukkan kecenderungan peningkatan, sedangkan pada tahun 2008 dan 2008 mengalami kecenderungan penurunan. Rasio usaha pada tahun 2008 mengalami kecenderungan penurunan. Net profit margin ratio pada tahun 2007 mengalami kecenderungan peningkatan, namun tahun 2005 mengalami kecenderungan penurunan. Berdasarkan analisa trend peningkatan rasio modal kerja netto tidak memiliki pengaruh terhadap rasio rentabilitas, namun kenaikan dan penurunan rasio rentabilitas lebih berhubungan dengan rasio perputaran modal kerja netto (working capital turnover).
STIE Putra Perdana Indonesia b. Dari hasil uji statistik menunjukkan persamaan regresi Y=5,939+0,613 X, nilai r sebesar 0,891 yang berarti tidak terdapat hubungan antara rasio modal kerja netto terhadap rasio laba usaha (operating profit margin) dan nilai koefisien determinasi sebesar 0,795, diman rasio laba usaha dipengaruhi oleh rasio modal kerja netto sebesar 79%, sisanya sebesar 21% dipengaruhi oleh factor lain.
STIE Putra Perdana Indonesia c. Dari hasil hipotensa nilai t hitung > nilai t table, hal ini membuktikan antara modal kerja netto memiliki pengaruh secara signifikan. Hal ini dapat dilihat pada kurva distribusi t, dimana t hitung berada di daerah terima.
2. Saran
a. Bagi perusahaan untuk melihat pengaruh rasio modal netto terhadap rentabilitas tidak dapat dijadikan sebagai ukuran, karena hasil penelitian membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara rasio modal kerja netto terhadap rasio laba operasional (operating profit margin). b. Bagi pihak akademisi dan analis keuangan dapat dijadikan sebagai informasi rasio modal kerja netto tidak dapat dijadikan sebagai ukuran untuk menilai kinerja perusahaan. Karena hasil penelitian membuktikan bahwa antara
STIE Putra Perdana Indonesia Page 94
Inovasi Volume 2 ; Nopember 2009
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 09
rasio modal kerja netto terhadap rasio laba operasional tidak memiliki pengaruh yang signifikan.
c. Bagi peneliti selanjutnya, peneliti ini memiliki keterbatasan, diaman sampel penelitian hanya menggunakan satu perusahaan dan parameter yang digunakan hanya menggunakan rasio modal kerja netto sebagai variabel bebas dan rasio laba usaha sebagai variable terikat, sehingga hasil penelitian tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk mengeneralisasi. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk menambah jumlah sampel dan variabel yang digunakan sehingga mampu memberikan onformasi yang lebih akurat.
STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 2; Nopember 2009
Page 95
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 09
DAFTAR PUSTAKA
Atamaja, Drs. Lukas Setia (1999), Manajemen Keuangan edisi revisi. Atmaja, Lukas Setia (2202), Manajemen Keuangan, edisi revisi. Darsono, dan Ashari (2005), Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan, Andi, Yogyakarta. Harahap, Sofyan Syarif (2008), Analisa Kritis atas Laporan Keuangan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Husnan, Suad & Enny Pudjiastuti (2006), Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, Yogyakarta. Ikatan Akuntan Indonesia (2008), Standar Akuntansi Keuangan (SAK), Jakarta Salemba Empat, Jakarta. Munawir S (2008), Analisa Laporan Keuangan, Liberty, Yogyakarta. Raharjo Budi (2005), Laporan Keuangan Perusahaan, Membaca, Memahami dan Menganalisa, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Sawir, Agnes (2005), Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, Jakarta, PT Gramedia Pustaka. Sudjana (1996), Metoda Statistika, Edisi ke, Tarsito, Bandung. Weston J. Fred and Thomas E. Thomas Copeland (1995), Manajemen Keuangan Edisi ke Sembilan, Jakarta. Wild, John J., et. Al. (2005), financial Statement Analysis, Salemba Empat, Jakarta.
STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia Page 96
Inovasi Volume 2 ; Nopember 2009