Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia PELAYANAN PRIMA DI PERGURUAN TINGGI BERBASIS SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI)
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
TONI SUHARA., S.E., M.M (DOSEN TETAP STIE PPI) ABTRAKSI
Dalam era globalisasi ini persaingan di segala bidang menjadi semakin tajam, dan ketat baik dalam hal sarana dan prasarana maupun dalam bidang pelayanan jasa. Kompetisi dalam layanan jasa ini semakin hari semakin kompetitif. Baik itu sektor jasa pelayanan dalam bidang kesehatan, penginapan, tata boga, even organizer, jasa pendidikan dan jasa yang lainnya. Semua ini selalu mengatakan memberikan pelayanan yang sempurna bagi customer-nya. Dalam dunia pendidikan kita tidak bisa lagi hanya bersaing dengan penyelenggara pendidikan di dalam negeri saja, tapi persaingan sudah terjadi dengan penyelenggara pendidikan dari luar. Persaingan itu memicu kompetisi dalam memberikan layanan pendidikan bagi stakesholder yang ada di Indonesia. Agar dunia pendidikan Indonesia tidak tertinggal dari penyelenggara pendidikan dari luar negeri, kita harus meningkatkan pelayanan dalam segala bidang bagi dunia pendidikan.
ST IE
Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah dengan melakukan tinjauan pustaka dan pengamatan lapangan terhadap tingkat kepuasan para pengguna jasa layanan pendidikan . Focus pengamatan pada penyelenggaraan pendidikan pada tingkatan perguruan tinggi yang ada di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Tujuan penulisan ini untuk merepresentasikan tingkat pelayanan perguruan tinggi kepada mahasiswanya. Hal ini akan memberikan dampak positif bagi perkembangan dunia pendidikan tinggi di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
InoVasi Volume 11: April 15
Page 597
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia PELAYANAN PRIMA DI PERGURUAN TINGGI BERBASIS SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI-PT)
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
Latar Belakang Masalah
Kegiatan dalam dunia usaha apapun sekarang sudah dipastikan akan
memberikan pelayanan yang sempurna atau pelayanan prima. Sekarang
tidak lagi mengenal jenis kegiatan usaha tersebut, baik jasa maupun produk, konsumen pasti menginginkan pelayanan yang prima. Secara etimologi kata
pelayanan ini berasal dari kata Inggris (service) dan di Indonesia-kan menjadi pelayanan, yaitu melayani orang atau majikan dalam sebuah kegiatan yang melibatkan lebih dari satu orang.
Kalau kita lihat sejarah, kata pelayanan ini banyak kita jumpai dan dilihat
pada masa kerajaan-kerajaan di dunia. Ada yang menamakan pelayan tersebut sebagai pegawai kerajaan, ada pula yang disebut dengan abdi dalam,
(Indonesia). Mereka-mereka ini tugasnya adalah memberikan pelayanan yang memuaskan kepada tuan dan majikannya dalam hal ini adalah keluarga
ST IE
istana. Tujuan mereka dalam melaksanakan tugas ini berbeda-beda di setiap kerajaan dan daerahnya. Semua ini tergantung dari keinginan sang penguasa sampai sejauh mana seseorang harus melayani kebutuhan sang penguasa.
Sesuai dengan perkembangan zaman, pandangan orang tentang pelayanan bukan lagi semata untuk melayani sang majikan atau keluarga istana, tapi
sudah merupakan keharusan dalam kegiatan dunia usaha modern sekarang
ini. Kalau ingin meraih sukses dalam kegiatan bisnis, harus memperhatikan dengan serius dan hati-hati tentang pelayanan kepada konsumen.
Sedangkan makna dari prima adalah utama, dalam hal ini memberikan yang baik atau kelas satu bagi orang yang dihormati dan disayangi. Apa alasan
kita memberikan yang terbaik kepada seseorang atau kelompok, ini semua didasarkan atas rasa hormat dan kasih sayang kita kepada orang tersebut.
Ibarat orang tua yang selalu memberikan yang terbaik dan utama bagi putra
InoVasi Volume 11: April 15
Page 598
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia dan putrinya. Begipula dalam hal bisnis, kita harus memberikan jasa pelayanan yang baik atau utama bagi setiap pelanggan tanpa ada
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
diskriminasi.
Jika kedua kata tersebut digabungkan menjadi pelayanan prima, bisa kita berikan arti berdasarkan kepentingan dan kegunaan dalam setiap kegiatan.
Seandainya kita bergerak dalam bidang jasa tentu yang dimaksudkan pelayanan prima di sini adalah memberikan pelayanan kelas satu atau
pelayanan sempurna kepada pengguna jasa kita. Tidak memandang suku, bangsa, dan ras, semuanya berhak mendapatkan pelayanan prima sesuai
standar yang berlaku di lingkungan masyarakat di mana kita membuka usaha.
Bertolak dari semakin kuatnya persaingan dalam berbisnis, maka para
pelaku bisnis memandang perlu untuk selalu meningkatkan jasa pelayanan
kepada customer-nya. Hal ini dilakukan agar pemakai jasa yang kita berikan
ST IE
merasa puas dan sesuai dengan janji mutu yang diiklankan. Tidak perduli berapapun biaya iklan dikeluarkan, asalkan pelayanan yang dijanjikan itu
memang memenuhi standar pelayanan dalam sektor jasa yang kita tawarkan. Calon customer akan sangat selektif dalam memilih suatu produk, agar nantinya tidak menemukan kekecewaan.
Bisnis sektor apa saja sekarang yang dituntut adalah pelayanan yang
sempurna, atau dengan istilah kerennya pelayanan prima bagi setiap customer-nya. Dengan cara inilah persaingan bisa dilakukan, tidak bisa lagi
dengan proteksi. Calon pengguna dan pembeli jasa yang ditawarkan sudah memahami betul tentang kualitas dari suatu produk. Mereka lebih cenderung
untuk memilih produk yang berkualitas dan murah serta dengan pelayanan yang sempurna.
InoVasi Volume 11: April 15
Page 599
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia Tidak terkecuali bisnis jasa pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat, bisnis ini sangat sensitive sekali dalam hal pelayanan yang diberikan kepada
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
pengguna jasa jenis ini. Jasa pendidikan ini mulai dari tingkat yang paling rendah sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu, perguruan tinggi.
Pemerintah sebagai pemangku kepentingan dalam melaksanakan amanat
UUD 1945 dalam bidang pendidikan tidak mampu, secara kuantitas
menyediakan pendidikan bagi masyarakatnya, maka swastalah yang memberikan dukungan pada program pemerintah ini.
Peluang ini dikembangkan oleh orang yang berjiwa wirausaha dalam jasa pendidikan, maka berdirilah bermacam-macam jenis lembaga pendidikan
tinggi di Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke. Hal ini diwadahi oleh pemerintah dengan membentuk Koordinator Perguruan Tinggi Swasta
mulai dari Kopertis I – XIII. Lewat lembaga bentukkan pemerintah inilah perguruan tinggi swasta yang ada di Indonesia dibina agar selalu dapat
meningkatkan mutu pendidikan tinggi yang sesuai dengan UU Sisdiknas.
ST IE
Dalam undang-undang ini sudah diatur sedemikian rupa indikator-indikator yang
harus
disediakan
oleh
sebuah
perguruan
tinggi
dalam
menyelenggarakan pendidikan tinggi agar sesuai standar yang sudah ditetapkan.
Pembinaan yang dilakukan oleh Kopertis di seluruh Indonesia ialah menyangkut proses belajar dan mengajar di lembaga pendidikan tinggi
swasta di seluruh Indonesia. Ini adalah bentuk kontrol yang bagus dari
pemerintah terhadap perguruan tinggi swasta, agar masyarakat Indonesia bisa menikmati pendidikan yang bermutu dan standar yang ditetapkan oleh
Kemendikbud RI. Bagi perguruan tinggi swasta yang tidak mengindahkan
kaedah-kaedah yang diberikan oleh Kopertis, maka perguruan tinggi tersebut tidak akan mendapatkan pelayanan administrasi dari Kopertis, dan ini adalah
bentuk kontrol dari pemerintah bagi penyelenggara pendidikan tinggi di Indonesia.
InoVasi Volume 11: April 15
Page 600
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia Sejalan dengan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah lewat Kopertis bagi penyelenggaraan pendidikan tinggi di Indonesia, maka perguruan tinggi
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
swasta harus mengacu kepada aturan tersebut. Dalam hal,ini perguruan
tinggi swasta mau tidak mau harus tunduk kepada aturan tersebut, seperti misalnya perpanjangan izin, beasiswa, dan lain sebagainya.
Kegiatan yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada pelanggan harus siap untuk selalu memperbaharui system pelayanan yang telah ada.
Tujuannya untuk memberikan kepuasan kepada customer agar mendapat pelayanan yang berstandar di setiap produk yang dihasilkan. Berkaca dengan
semakin tingginya tuntutan dari para pelanggan, maka penyedian jasa terutama dalam bidang pendidikan harus selalu siap untuk meningkatkan dan mempebaharui system pelayan jasa yang mereka miliki saat ini.
Kalau kita pelajari sejarah dari munculnya system penjamin mutu perguruan tinggi itu di mulai dari tanggal 18 September 1988, tak kurang dari 14
universitas di Eropa berkumpul di Bologna, Italia (Toni Atyanto Dharko;
ST IE
2011, 1).pertemuan ini membawa dampak yang positif bagi dunia pendidikan yang akan melahirkan suatu keputusan bersama. Munculnya standarisasi perguruan tinggi itu mulai dari Eropa baru nantinya berkembang
ke seluruh dunia. Pertemuan ini menghasilkan Bologna Charter, yang berisikan empat kesepakatan, yakni sebagai berikut: 1. Mempertahankan tradisi kebebasan akademik;
2. Upaya untuk menggabungkan program pengajaran dan aktivitas riset; 3. Upaya untuk memenuhi hak-hak mahasiswa secara maksimal;
4. Melakukan pertukaran dosen dan mahasiswa (Toni Atyanto Dharka; 2011, 20.
Untuk di Negara-negara ASEAN pada tahun 1997, Sekretariat Asean
membentuk ASEAN University Network-Board of Trustees (AUN-BOT) di Yogyakarta. Ada tiga subkomite organisasi, salah satunya adalah AUN for Quality Assurance (AUN-QA) (Toni Atyanto Dharka: 2011, 7).
InoVasi Volume 11: April 15
Tindak
Page 601
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia lanjutnya adalah terbentuknya apa yang disebut dengan Bangkok Accord menghasilkan 7 kesepakatan dasar, yakni:
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
1. Setiap universitas menunjuk Ketua Pelaksana Janiman Mutu (Chief Quality Officer/CQO untuk mengkoordinasikan implementasi dalam meraih tujuan tersebut. CQO dari universitas anggota harus mengadakan pertemuan secara teratur pada workshop yang diprogramkan.
2. Kriteria kualitas dan prosedur rujukan yang dihasilkan dari workshop pertama (antara lain tentang pengajaran dan pembelajaran, riset, pengabdian
pada
masyarakat,
media
pembelajaran,
fasilitas
pembelajaran, rasio mahasiswa-dosen, dan lainnya) diterima semua universitas anggota.
3. Setiap universitas akan mengidentifikasi dan mendorong implementasi good practices penjaminan mutu pendidikan tinggi.
4. Setiap universitas akan melanjutkan kolaborasi dan pertukaran informasi yang saling menguntungkan melalui chanel/komunikasi regular dan berbagai informasi.
ST IE
5. Setiap universitas secara individual dapat mengundang dan menfasilitasi
audit, penilaian, dan review oleh sesama universitas anggota maupun oleh lembaga-lembaga audit internal.
6. Setiap universitas harus bertanggungjawab untuk mengimplementasikan
Bangkok Accord oleh universitas anggota. Berbagai perbedaan atau
perselisihan yang muncul dari implementasi Bangkok Accord akan diselesaikan dengan konsultasi diantara anggota.
7. Setiap universitas harus mencari kesepakatan lebih lanjut dan mendalam
mengenai penjaminan mutu pendidikan tinggi dengan mitra dialog ASEAN.
Hingga saat ini telah dilakukan beberapa kali workshop dari AUNQANet seperti di Universitas Malaysia April 2001, kedua di Oktober 2001 di Universitas Chulalongkorn, Universitas Burapha, dan Kementerian Urusan
Universitas Thailand. Workshop ketiga pada Maret 2002 di Myanmar,
InoVasi Volume 11: April 15
Page 602
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia dengan
tema
Pelaksanaan
Penjamian
Mutu:
Pengajaran
Terbaik,
Pembelajaran Terbaik. Workshop ke empat Oktober 2002 di UGM dan UI
ST IE
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
Jakarta.
InoVasi Volume 11: April 15
Page 603
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia A. Pelayanan Prima dan Manajemen Mutu (SPMI)
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
Secara sederhana, pelayanan prima (service excellence) adalah suatu pelayanan yang terbaik dalam memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan.
Dengan kata lain, pelayanan prima merupakan suatu pelayanan yang memenuhi standar kualitas. Pelayanan yang memenuhi standar kualitas
adalah suatu pelayanan yang sesuai dengan harapan dan kepuasan pelanggan/masyarakat. Tentunya semua ini adalah suatu standar yang sudah
berlaku umum dan sudah disetujui antara pengguna, penyedia, dan pemerintah dalam kegiatan-kegiatan yang melibatkan banyak orang.
Pelayanan prima ini juga berkembang sesuai dengan tuntutan zaman yang bersifat dinamis dengan arti kata tidak statis. Pelayanan yang prima semasa
kerajaan akan berbeda dengan yang dimaksud dengan pelayanan prima yang dituntut dalam zaman yang serba modern sekarang ini. Begitu juga dalam
dunia pendidikan tinggi, mahasiswa zaman sekarang yang serba digital ini
akan menuntut pelayanan yang serba cepat dan akurat. Hal ini tentu akan menuntut para penyelenggara agar selalu meng-up date diri agar sesuai
ST IE
dengan perkembangan zaman dan tuntutan para pengguna jasa pendidikan. Kalau dulu orang kuliah dengan alat yang serba terbatas , tapi sekarang lembaga perguruan tinggi dan dosen harus bisa beradaptasi dengan teknologi agar dapat mengikuti perkembangan zaman.
Menurut Kemendikbud system penjamian mutu pendidikan tinggi (SPM-PT) dari pasal 52 ayat (2) UU.12 Tahun 2012 tentang pendidikan tinggi. Penjamian mutu sebagai mana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:
Penetapan standar pendidikan tinggi;
Pelaksanaan standar pendidikan tinggi;
Evaluasi standar pendidikan tinggi;
Pengendalian standar pendidikan tinggi; dan
Peningkatan standar pendidikan tinggi (Kemendikbud; 2013)
InoVasi Volume 11: April 15
Page 604
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia Tentunya ini sangat berkaitan dengan persaingan dalam dunia bisnis dan jasa yang harus terintegrasi dalam satu system. Bagi sebuah perguruan tinggi
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
baik swasta maupun negeri ini akan menjadi daya tarik apabila dapat
memanfaatkan perkembangan teknologi dan mengimplentasikannya dalam kegiatan belajar dan mengajar di kampus. Hal ini adalah salah satu bentuk
untuk meningkatkan mutu layanan kepada para pengguna jasa pendidikan
dalam hal ini adalah mahasiswa dan pihak terkait lainnya. Hal ini tidak terlepas dari kesiapan semua infrastruktur yang dimiliki oleh sebuah perguruan tinggi agar maksud tersebut tercapai.
Dalam pelayanan prima terdapat dua elemen yang saling berkaitan, yaitu pelayanan dan kualitas. Kedua elemen tersebut sangat penting untuk diperhatikan oleh tenaga pelayanan (penjual, pedagang, pelayan, atau
salesman). Konsep pelayanan prima dapat diterapkan pada berbagai organisasi, instansi pemerintah, ataupun perusahaan bisnis. Ke dua konsep akan saling mendukung dalam terciptanya pelayanan prima tersebut. Seorang pelayan yang akan dipergunakan tenaganya tentu harus dibekali
ST IE
dengan berbagai macam ilmu yang berkaitan dengan jasa pelayanan. Hal ini sangat penting, karena sebagus apapun konsep pelayanan prima yang kita
buat kalau tidak didukung oleh personil yang handal akan sia-sia belaka. Oleh sebab itu sebuah usaha atau perguruan tinggi harus menyiapkan
personil yang yang benar-benar sesuai dengan kualifikasi yang ditentukan. Konsep yang kedua tentunya adalah kualitas, yaitu kualitas layanan yang diberikan atau yang kita jual kepada pelanggan. Kualitas layanan ini juga
mempunyai tingkatan seperti di hotel, ada hotel bintang lima (5) dan sebagainya. Begitu juga di tingkat perguruan tinggi ditandai dengan hasil
akreditasi program studi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi
(BAN-PT) yang mengeluarkan peringkat seperti A, B, C, dan tidak
terakreditasi. Bagi perguruan tinggi yang sudah terakreditasi masyarakat umum akan melihat hasil peringkatnya, hal ini akan berkaitan dengan jasa atau kualitas layanan yang akan didapatnya.
InoVasi Volume 11: April 15
Page 605
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia Perlu
diketahui
bahwa
kemajuan
yang
dicapai
oleh
suatu
organisasi/perusahaan tercermin dari standar pelayanan yang diberikan
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
kepada pelanggannya. Organisasi/perusahaan yang belum maju pada
umumnya kualitas pelayanan yang diberikan di bawah standar minimal.
Pada Organisasi/perusahaan yang sudah berkembang kualitas pelayanan telah memenuhi standar minimal. Sedangkan di Organisasi/perusahaan maju kualitas pelayanan terhadap pelanggannya di atas standar minimal. Jadi bagi
sebuah perguruan tinggi yang akan memberikan layanan prima kepada para mahasiswanya harus melebihi standar pelayanan yang sudah ada agar dapat berkompetisi secara sehat. Semua ini harus ditopang oleh organisasi yang sehat dalam artian mencukupi segala aspek dalam pelayanan prima.
Mutu menurut Goestsch dan Davis (1994: 4) mutu (quality) merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Kalau kita perhatikan dan simak dengan seksama tentang defenisi yang diberikan oleh
ke dua ahli di atas, dapatlah kita simpulkan tentang mutu itu sendiri yaitu
ST IE
sesuatu yang diinginkan seseorang, kelompok atau perusahaan agar dapat
memenuhi harapan yang diharapkan. Seperti halnya dalam pelayanan di perguruan tinggi yang merupakan pelayanan jasa pendidikan yang dijual
kepada masyarakat. Agar kenyataan dan harapan dari pencari pelayanan pendidikan ini sesuai dengan harapannya tentu sebuah institusi atau perguruan tinggi harus memenuhi persyaratan untuk memenuhi target dari para pencari layanan jasa pendidikan.
Dalam memenuhi mutu tersebut tentunya tidak bisa berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu system yang saling berkait antara perencana dengan
pelaksana serta sarana dan prasarana yang memadai untuk mencapai tujuan
tersebut. Pihak lembaga harus menyiapkan segala sesuatunya yang
berhubungan sarana dan prasarana yang sesuai dengan standar dalam pelayanan mutu. Petugas di lapangan juga harus dilatih dengan baik agar mereka dalam memberikan layanan kepada konsumen dengan baik dan
sesuai dengan janji yang diberikan. Agar semua itu tercapai dan sukses tentu
InoVasi Volume 11: April 15
Page 606
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia para petugas tersebut harus yang mempunyai kompetensi dalam bidang tersebut dan mempunyai latar belakang pendidikan yang berkaitan dengan
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
pelayanan prima.
Dalam mencapai manajemen mutu terpadu perlu diperhatikan aspek-aspek berikut:
1. Perhatian pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal; 2. Memiliki obsesi yang tinggi terhadap mutu;
3. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah;
4. Memiliki komitmen jangka panjang; 5. Membutuhkan kerjasama tim;
6. Memperbaiki proses secara berkesinambungan; 7. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan; 8. Memiliki kesatuan tujuan;
9. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan (H.B. Siswanto, 2005, 197).
ST IE
Tentu semua ini berjalan beriringan satu sama lain, tidak boleh ada yang
saling mendahului dalam mencapai target pelayanan prima ini. Semua harus
berjalan sesuai dengan relnya masing-masing dan sesuai dengan proporsinya dalam bidang yang telah ditentukan. Seperti sebuah mobil truk setiap roda
yang ada di sasis mobil saling mendukung dan tidak ada yang saling mendahului sehingga truk tersebut bisa berjalan dengan baik dan sampai ke
tujuan karena semua fungsi yang ada di mobil tersebut berjalan dengan baik. Begitu juga dalam sebuah perguruan tinggi semua itu harus saling
mendukung dan berjalan sesuai dengan porsinya masing-masing tentu akan menghasilkan hasil yang maksimal. Pelayan prima berjalan sesuai harapan dari para mahasiswa atau orangtua
mahasiswa dan semua elemen
masyarakat tentunya perguruan tinggi tersebut akan mendapat kepercayaan dari masyarakat dalam menimba ilmu.
Untuk mencapai semua itu tentu butuh perjuangan dan saling pengertian diantara pemangku kepentingan, tidak saling menonjolkan kepentingan
InoVasi Volume 11: April 15
Page 607
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia masing-masing, tidak saling menjelekkan satu sama lain. Semua itu tentu juga dapat menambah nilai tambah sebuah perguruan tinggi di mata
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
masyarakat pendidikan dan pemerintah. Guna mencapai kepercayaan tersebut lembaga pendidikan tinggi bisa juga mengikuti standar yang telah
ditetapkan oleh pemerintah yaitu Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) yang berlaku untuk perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta di Indonesia saat ini. Juga boleh dikombinasikan dengan
lembaga sejenis seperti ISO atau lembaga-lembaga internasional yang sudah
ST IE
terjamin mutunya.
SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI (SPM-PT)
Mutu
pendidikan
tinggi
adalah
tingkat
kesesuain
antara
penyelenggaraan pendidikan dengan standar pendidikan tinggi yang terdiri atas standar nasional pendidikan tinggi dan standar pendidikan tinggi.
System penjaminan mutu pendidikan tinggi, selanjutnya disingkat
SPMI-PT, merupakan kegiatan sistemik untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.
InoVasi Volume 11: April 15
Page 608
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia
System penjaminan mutu internal, selanjutnya disingkat SPMI, adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan penyelenggaraan
pendidikan
tinggi
secara
berencana
dan
berkelanjutan.
System penjaminan mutu eksternal, selanjutnya disingkat SPME, adalah kegiatan penilaian melalui akreditasi untuk menentukan
kelayakan program studi oleh lembaga akreditasi mandiri dan perguruan tinggi oleh Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Tinggi,
atas dasar kriteria yang mengacu pada standar nasional pendidikan
tinggi (Garis Besar system penjamian mutu internal (SPMI)
ST IE
perguruan tinggi-Dikti; 2013)
Semua yang telah dirancang dengan bagus dan baik bisa berjalan apabila sumber daya manusia yang ada di lembaga tersebut memenuhi kualifikasi
untuk tujuan tersebut. Secanggih apapun rencana tersebut tapi tidak didukung oleh sumber daya manusianya tentu tidak akan berjalan sesuai
dengan harapan. Dalam hal ini sangat berperan adalah top manager-nya dalam menyeleksi sumber daya manusia yang diperlukan. Penyeleksian
harus sesuai standar yang telah ditetapkan agar menghasilkan target yang
InoVasi Volume 11: April 15
Page 609
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia memuaskan. Seperti lembaga pemerintah yang baik dalam perekrutan sumber daya manusianya adalah lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
(KPK), kita sebagai warga Negara Indonesia tentu sangat bangga dengan
kualitas lembaga ini dan sangat mendapat kepercayaan dari masyarakat. Menurut saya kunci utamanya lembaga tersebut mendapat pengakuan dari masyarakat Indonesia karena system perekrutan sumber daya manusianya
mempunyai standar yang tidak boleh dikurangi oleh siapapun. Kalau kita mau mencontoh untuk tingkat perguruan tinggi di Indonesia tentunya kita akan teringat ke Universitas Indonesia, kita semua tahu bagaimana system
perekrutan untuk tenaga dosen dan mahasiswanya sangat ketat sekali dan
standarnya yang mendekati sempurna. Mungkin untuk tingkat internasional
semua orang akan sepakat mengatakan Harvard University adalah perguruan tinggi yang terbaik di tingkat global. Tentunya bagi sebuah perguruan tinggi
di level nasional ingin memberikan layanan yang prima harus mengambil
patokan ke universitas yang yang ada di level nasioanal seperti UI, UGM,
ST IE
ITB dan lain sebagainya.
InoVasi Volume 11: April 15
Page 610
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia Sebagai dasar utamanya dalam mencapai pelayanan yang prima di perguruan tinggi itu tentunya para pemangku kebijakan di perguruan tinggi itu harus
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
mempunyai pemimpin yang visoner. Kalau hal ini terpenuhi akan membawa
angin segar bagi perguruan tinggi tersebut serta mempunyai team work yang solid dan saling mendukung dalam pencapaian pelayanan prima di
perguruan tinggi mereka. Sebagai suatu Negara yang berbudaya timur tentunya seorang pemimpin yang cocok bagi sebuah perguruan tinggi di
Indonesia adalah seorang pemimpin yang kebapakan karena Indonesia
adalah berpahan fathernalistic. Karena budaya di Indonesia itu akan patuh apabila dia mempunyai seorang pemimpin yang kharisma dan bersifat kebapakan yang mengayomi anak buahnya. Faktor psikologisnya adalah seorang anak buah akan merasa tenang bekerja apabila dia merasa yakin bahwa pemimpinya akan melindunginya sebagaimana harapannya dan
seperti seorang bapak melindungi anaknya. Inilah salah satu ciri khas bentuk kepemimpinan yang sebenarnya diinginkan oleh masyarakat Indonesia, tidak
terlepas juga dalam lembaga pendidikan tinggi. Kalau seorang rektor atau
ST IE
ketua atau direktur mempunyai karakter seperti di atas maka para karyawan dan dosennya akan merasa nyaman bekerja dan akan menunjukkan kinerjanya dengan baik.
Teknik Perumusan Standar, perumusan standar menggunakan kata kerja yang dapat diukur dan hindari kata kerja yang tidak dapat diukur. Rumusan standar harus memenuhi unsure: 1. Audience 2. Behavior
3. Competence
4. Degree (Kemedibud; 2013)
Perguruan tinggi adalah sebuah mesin pencetak manusia yang berkualitas
dan berdaya saing yang tinggi, tentunya harus dikelola dengan baik dan
harus mempunyai pemimpin yang visioner. Untuk meraih ini semua juga harus diperhatikan hal yang tak kalah pentingnya adalah kesejahteraan para pemangku kepentingan dalam bidang pendidikan tinggi tersebut. Misalnya
InoVasi Volume 11: April 15
Page 611
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia gaji yang didapat oleh seorang rektor, ketua dan direktur tentu harus lebih memadai agar mereka-mereka ini konsen untuk bekerja dan menghasilkan
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
pemikiran yang berkualitas bagi perguruan tinggi yang dipimpinnya. Begitu juga bagi tenaga dosen dan tenaga administrasinya harus mendapatkan
imbalan yang lebih dari cukup agar mereka semua bisa lebih bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya. Kalau hal ini diabaikan oleh para pemilik atau pemerintah apa yang ingin dicapai tersebut dipastikan hanya
bagus di atas kertas saja. Bagaimana mungkin para pemangku kepentingan
tersebut akan bekerja kalau komponen hidup layak para pekerjanya tidak memenuhi standar yang diharapkan. Kita ambil contoh untuk seorang dosen,
kalau seorang dosen penghasilannya di bawah komponen hidup layak, mana mungkin dia akan bisa fokus dalam mengajar dan meningkatkan ilmunya
karena memikirkan hal yang sangat penting yaitu KHL-nya jauh di bawah standar. Sebagai perbandingan dengan negara tentangga kita Malaysia,
tingkat hidup seorang dosen jauh di atas KHL-nya seorang dosen di
Indonesia, tentu akibatnya kita bisa lihat sekarang Malaysia tingkat
ST IE
pendidikannya jauh di atas negara kita. Kalau kita bernostalgia, di tahun
1960-an negara tetangga kita itu mengimpor guru dan dosen dari Indonesia untuk mengejar ketertinggalan mereka dari Indonesia. Kunci utamanya
menurut hipotesa saya adalah penghargaan pemerintah negara tetangga tersebut terhadap guru sangat positif, baik dari segi materil maupun dari in
material. Bagaimana di Indonesia tentunya sangat berbanding terbalik apa
yang diterima oleh para pejuang tanpa tanda jasa tersebut. Mereka sering diejek dengan sebutan guru Umar Bakri yang tidak punya apa-apa kecuali sepeda kumbang dan tas hitam kulit buaya.
Miris memang apa yang dalami para pejuang pendidikan di Indonesia,
sangat tidak mungkin atau sangat tidak relevan kalau seandainya kita menuntut agar para anak didik mereka melebih seperti yang ada di Malaysia,
karena para pejuang pendidikan itu seperti dibiarkan berjuang dalam memenuhi KHL-nya sendiri. Memang sangat jauh jika kalau kita mencontoh
ke negeri Jepang yang sama-sama mulai dari nol dengan Indonesia di tahun
InoVasi Volume 11: April 15
Page 612
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia 1945. Tapi ada hal yang sangat prinsipil yang ditunjukkan oleh pemimpin tertingginya yaitu Teno Haika saat negaranya di bom atom oleh Amerika
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
Serikat, yang ditanyakan oleh pemimpinnya adalah guru yang tertinggal di
negaranya. Inilah buktinya nyata yang diberikan oleh seorang pemimpin tertinggi kepada tenaga pendidiknya. Bagaimana dengan di Indonesia, kita masih ingat di acara Kick Andy di salah satu stasiun televisi swasta seorang
kepala SDN di suatu daerah mempunyai kerja sampingan sebagai tukang ojek, bahkan ada seorang guru dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan jalan memulung.
Tentunya kita semua yang terlibat dalam dunia pendidikan tidak hanya
berjuang demi kesejahteraan saja, tapi itulah mungkin suatu hal yang sering terlupakan oleh pemerintah maupun bagi pengelola pendidikan. Sebuah
mutu dan layanan prima itu akan muncul apabila nasib para pemangku kepentingan dalam dunia pendidikan atau khususnya di perguruan tinggi
terjamin dan memenuhi KHL-nya seorang dosen yang mungkin kita ambil patokan seperti di negara tetangga, saya akan yakin pelayan prima di
ST IE
perguruan tinggi akan tercapai. Mereka-mereka ini akan bekerja dengan
tenang tanpa memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan kebutuahn hidup
manusia. Seperti teori motivasi yang dikemukakan oleh Abraham H. Maslow sebagai berikut:
1. Kebutuhan fisilogis (sandang, pangan, dan papan) 2. Kebutuhan keamanan (security)
3. Kebutuhan akan teman (sosialisasi) 4. Kebutuhan akan keindahan 5. Aktualisasi diri.
Melihat teori motivasi di atas tentunya kita tidak bisa memungkiri
bagaimana seorang dosen atau tenaga kependidikan akan meningkatkan kebutuhannya ke tingkat ke dua kalau kebutuhan dasar saja dia sulit untuk
mencapainya. Jadi semua itu ibarat kita naik tangga, tentunya harus dimulai dari anak tangga yang terbawah dulu baru meningkat ke anak tangga selanjutnya.
InoVasi Volume 11: April 15
Page 613
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia Sebuah perguruan tinggi ingin memberikan layanan prima kepada konsumennya tentunya yang utama dulunya adalah layanan prima
ke
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
internalnya. Karena kalau internalnya sudah mendapatkan layanan prima tentunya imbasnya bagi perguruan tinggi itu adalah para karyawan dan
dosennya akan memberikan yang prima juga kepada konsumen dari perguruan tinggi tersebut (mahasiswa dan pihak yang berkepentingan lainnya). Disamping itu tentunya adanya sebuah unit yang khusus memantau pelaksanaan mutu terpadu internal tersebut sebagai auditor internal. Auditor
internal ini sangat penting peranannya sebagi penjaga dan pengingat bagi
sebuah perguruan tinggi agar dalam memberikan layanan prima sesuai dengan yang telah direncanakan serta membuatkan instrument yang harus
dijalankan oleh para pelaksana atau operator di lapangan. Kalau semua instrument ini sudah dijalankan dengan baik sesuai standar dan dikontrol
dengan baik akan memberikan hasil yang sempurna. Imbasnya adalah perguruan tinggi itu akan menjadi sebuah perguruan tinggi yang konsekuen dengan janjinya kepada para konsumennya. Dengan begitu perguruan tinggi
ST IE
itu akan dapat bersaing dengan kompetitornya dan tidak akan takut kalah, karena semuanya sudah berjalan sesuai rel dan rencana yang ditetapkan.
Kalau kita lihat hasil IPM Indonesia di level Asia kita sangat jauh
dibandingkan dengan Malaysia yang dulunya mengimpor guru dari kita.
Apalagi kalau kita bandingkan di tingkat global sangat jauh sekali kita tercecer di antara negara-negara di dunia. Begitu juga universitas yang ada di Indonesia baik negeri maupun swasta sangat jauh rengkingnya baik di evel
Asia maupun di tingkat global. Memang apa yang dikemukakan oleh Dikti beberapa yang lalu tentang jumlah Doktor (S3) yang ada di Indonesia sangat
jauh dari idealnya bagi kemajuan sebuah perguruan tinggi. Akibat dari data ini Dikti mencanangkan akan mencetak Doktor (S3) kurang lebih 600
Doktor baru yang bertugas di Indonesia demi mengejar ketertinggalan bangsa ini dari bangsa lain di ASEAN ataupun di Asia. Tapi menurut hemat saya apa yang direncanakan Dikti itu bagus namun belum menyentuh secara adil bagi Magister (S2) yang ada di perguruan tinggi swasta (PTS) karena
InoVasi Volume 11: April 15
Page 614
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia sebarannya tidak merata. Menurut hemat kami lebih banyak dinikmati oleh perguruan tinggi negeri (PTN) terutama PTN yang berada di pulau Jawa.
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
Alangkah lebih bijaksananya Dikti memberikan beasiswa Doktor (S3)
berdasarkan kuota kepada setiap prodi yang sudah terakreditasi oleh BANPT. semisalnya, bagi prodi yang peringkat Akreditasinya C diberikan jatah
dua (2) orang magister yang akan melanjutkan ke jenjang Doktor (S3),
selanjutnya yang berprediket B diberikan kuota empat (4) orang dosen yang
magister untuk melanjutkan ke jenjang Doktoral (S3), dan bagi yang berprediket A diberikan kuota enam (6) dosen Magister untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Doktoral (S3). Hal ini tentunya akan menjadi menarik
bagi semua prodi baik di PTS maupun di PTN untuk meningkatkan peringkat akreditasinya. Kalau suatu saat nantinya akreditasi program studi
di seluruh PTS dan PTN di Indonesia sudah beprediket A saya yakin IPM dan tingkat pendidikan tinggi Indonesia akan selevel dengan negara di
ASEAN bahkan di tingkat Asia atau lebih jauh lagi tingkat global. Tapi sangat disayangkan hal ini mungkin baru berupa angan kami sebagai penulis
ST IE
dan yang mencoba membuka mata hati pemerintah kalau mau mutu perguruan tinggi di Indonesia mengglobal tentu yang tidak kalah penting
adalah mencetak sebanyak mungkin dosen-dosen yang berpendidikan Doktor (S3) di semua PTS dan PTN.
Sejalan dengan hal di atas saya berkeyakinan mutu layanan di perguruan
tinggi di Indonesia baik PTS dan PTN akan berkualitas internasional. Semua
yang terlibat dalam pengelolaan perguruan tinggi mendapat kesempatan untuk meningkatkan jenjang pendidikannya sampai Doktor (S3) dengan skema yang kami usulkan tadi. Unit pengelolaan system penjaminan mutu internal akan mencapai kesempurnaannya karena sumber daya manusia yang mengelolanya berpendidikan Doktor (S3) semua yang hal ini memudahkan bangsa ini untuk mencetak generasi muda yang daya saing global. Tentunya
tidak pungkiri kalau dosen-dosen yang mengajar di perguruan tinggi kita
saat ini mayoritas adalah berpendidikan Magister (S2), tentunya mereka ini mempunyai
keterbatasan
InoVasi Volume 11: April 15
dalam
transformasi
pengetahuan
kepada
Page 615
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia mahasiswanya. Jika seandainya yang mengajar di perguruan tinggi itu semuanya adalah Doktor (S3) alangkah indahnya dan majunya dunia
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
pendidikan Indonesia. Hal ini juga akan mengurangi anak bangsa ini nafsu anak bangsa ini pergi ke luar negeri hanya sekedar mengejar ilmu. Kalau hal
ini selalu terjadi tentunya akan mengurangi devisa negara kita, karena
ketidaktersediaannya pendidikan yang bermutu. Pangkal muasalnya adalah para dosennya sebagian besar adalah berpendidikan Magister (S2), sedangkan di luar negeri berbanding terbalik dengan keadaan yang ada di dalam negeri.
Kembali ke pokok permasalahan tentang pelayanan prima di perguruan
tinggi di Indonesia, hal yang sangat penting adalah bagaimana kita sebagai anak bangsa mengimplementasikan sebuah rencana menjadi sebuah
kenyataan. Rencana sudah tersusun dengan baik tetapi pendukungnya dan sumber daya manusia yang ada jauh dari harapan idealnya. Tentu hal ini
sangat menjadi kendala dalam mencapai goal yang hendak dituju oleh bangsa ini. Rencana sudah ada, unitnya juga sudah dibentuk, tetapi personil
ST IE
yang ada tidak ideal dengan rencana yang ada. Menurut hemat kami alangkah sempurnanya apabila semuanya yang terlibat dan yang menjadi
pendukungnya berpendidikan Doktor (S3) sehingga akan menghasilkan sinergi yang kuat dan hasil yang maksimal. Saya berkeyakinan apabila
pemerintah melalui Dikti dapat merealisasikan untuk menciptakan Doktor
(S3) untuk seluruh dosen yang ada di Indonesia. Kami juga berharap jangan ada diskriminasi antara dosen swasta dan dosen negeri, mereka semua adalah anak bangsa yang ingin menjadikan pendidikan di Indonesia maju dan bertaraf global. Memang bahasa klisenya pemerintah selalu mengatakan tidak ada diskriminasi antara dosen swasta dengan negeri tapi kenyataannya
di lapangan sangat jauh berbeda. Semisalnya kenapa tunjangan sertifikasi
antara guru dengan dosen berbeda, kalau pemerintah menganggap sama tentunya tidak ada dikatomi ini.
Instrument yang mendukung terlaksananya pelayanan prima di perguruan tinggi antara lain adalah adanya unit system pelayan mutu internal dengan
InoVasi Volume 11: April 15
Page 616
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia segala perangkatnya akan berkualitas apabila dikelola oleh para pemangku kepentingan yang berpendidikan Doktor (S3) bahkan oleh seorang Profesor.
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
Tapi ini semua hanya berlaku di PTN yang mapan seperti yang terdapat di pula Jawa, bagaimana dengan daerah di luar Jawa tentu sangat jauh berbeda. Penyusunan instruksi kerja dan perintah kerja dalam SPMI ini tentunya akan
lebih berkualitas apabila dilahirkan oleh orang yang berkualitas dengan kualifikasi S3 (Doktor). Bagi perguruan tinggi swasta yang masih kecil dan belum kuat tentu akan menjadi masalah, terutama SDM yang ada dan juga mungkin sarana dan prasarana serta dana untuk mendukung hal tersebut.
ST IE
Tahapan Membangun SPMI Garis Besar Proses Penyusunan SPMI
Siasat apa yang dapat dilakukan oleh sebuah perguruan tinggi yang ingin memiliki SPMI yang bertaraf nasional, tentunya sangat bergantung dari
kemauan yayasan dan juga rektornya yang visioner. Seharusnya pemerintah memberikan dorongan baik berupa moril maupun materil agar semuanya
berjalan sesuai harapan para mahasiswa yang ingin mendapatkan pelayanan
sempurna dalam menempuh pendidikan di jenjang (S1, S2, dan S3).
Tentunya dengan berjalannya SPMI yang baik dan terkontrol akan
InoVasi Volume 11: April 15
Page 617
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia memberikan dampak positif kepada dunia pendidikan di Indonesia, karena selalu dikontrol oleh SPMI yang ada di setiap perguruan tinggi tersebut.
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
Pemerintah cukup hanya memberikan kemudahan dalam hal menciptakan
dosen-dosen yang sudah Magister (S2) untuk melanjutkan ke jenjang Doktor (S3).
Kesimpulan
1. Dalam menciptakan layanan prima di perguruan tinggi harus mempunyai pemimpin yang visioner.
2. SPMI adalah jalan atau syarat untuk menciptakan pelayanan prima.
3. Harus adanya SDM yang mempunyai kualitas minimal Doktor (S3) sebagai pengelola unit tersebut.
4. Pemerintah melalui Dikti disarankan agar memberikan kesempatan mendapatkan beasiswa Doktor (S3) berdasarkan peringkat akreditasi dari sebuah prodi di perguruan tinggi.
5. Jangan ada diskriminasi antara dosen swasta dengan dosen negeri.
ST IE
6. Biarkan SPMI yang di setiap perguruan tinggi yang ada di Indonesia
mengikuti budaya dari perguruan tinggi tersebut, hal ini akan memperkaya khasanah dunia pendidikan Indonesia.
7. Bagi semua program studi yang ada di Indonesia harus mempunyai SPMI di tingkat prodi yang mengacu ke SPMI di tingkat universitas.
8. Berikanlah KHL yang layak bagi seorang dosen agar si dosen bisa meningkatkan jenjang pendidikannya dan dapat untuk membeli buku dan melakukan riset yang bermutu secara global.
9. Bagi semua perguruan tinggi yang ada di Indonesia agar selalu memperbaiki apa yang sudah dicapai dan selalu ditingkatkan agar dapat menghasilkan anak didik yang berkualitas.
10. Bagi pihak pengelola atau yayasan agar selalu memberikan dukungan kepada universitas, sekolah tinggi, atau akademi/politeknik.
InoVasi Volume 11: April 15
Page 618
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi April 2015 STIE Putra Perdana Indonesia DAFTAR PUSTAKA
Pu ST In tra d IE on P Pu es erd ia an In tra do P a ne e si rda a na
Dharoko, Toni Atyanto, Konsep dan Strategi Inisiasi SISTEM PENJAMINAN
MUTU PERGURUAN TINGGI UNIVERSITAS GADJAH MADA, Gadjah Mada University Press, Yogjakarta, 2011
Gunawan, Johanes, Kebijaksanaan Nasional Sistem Penjamian Mutu Pendidikan Tinggi, Seminar sehari di UNIS Tangerang, 2014
Pramana Gentur Stuapa, J, AUDIT INTERNAL, Kiat Sukses untuk Auditor Mutu Internal, Kontor Jaminan Mutu Universitas Gadjah Mada, Yogjakarta, 2011
Kementerian Pendidikan Nasonal Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, SISTEM PENJAMINAN PENELITIAN PERGURUAN TINGGI, Jakarta
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada,
Kumpulan Materi Pelatihan Sistem Penjaminan Mutu Penelitian Perguruan Tinggi (SPMP-PT) 12 – 13 Oktober 2011, LPPM UGM, 2011
ST IE
Siswanto, H.B, Pengantar Manajemen, Bumi Aksara, Jakarta, 2009
InoVasi Volume 11: April 15
Page 619