Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIFITAS
KOMUNIKASI ORGANISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRASI-
PARTSIPATIF TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI (STUDI DI LINGKUNGAN KAWASAN INDUSTRI CIKUPA KABUPATEN TANGERANG) Oleh : Dede Nuary Sukmayudha., S.E., M.M Dosen Tetap STIE PUTRA PERDANA INDONESIA
STIE Putra Perdana Indonesia Abstrak
Penelitian ini membahas tentang pengaruh budaya organisasi dan gaya kepemimpinan demokratis terhadap efektivitas komunikasi di Kawasan Industri Cikupa Tangerang. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan jenis penelitian eksplanatif-survei.Sedangkan teknik sampling yang digunakan adalah non-probability sampling dengan jenis sampling jenuh, yaitu berjumlah 36 orang.Uji instrumen yang dilakukan adalah 1) Uji Validitas dengan nilai Corrected Item-Total Correlation> 0.200. 2) Uji Reliabilitas dengan nilai Cronbach’s Alpha> 0,60. 3) Uji Normalitas dengan nilai p (Asymp.Sig.)> 0.05. Kemudian dilakukan uji asumsi, antara lain 1) Uji Multikolinieritas dengan melihat korelasi antara variabel independen dengan nilai r (Pearson Correlation)< 0,5. 2) Uji Autokorelasi dengan nilai Durbin-Watson hitung yang terletak diantara nilai dU (Upper Bound) dan 4-dU. 3) Uji Heteroskedastisitas dengan melihat grafik Scatterplot dimana titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Terakhir, dilakukan uji hipotesis yang menghasilkan 1) Nilai R Square sebesar 0,314. 2) Nilai Uji t budaya organisasi terhadap efektivitas komunikasi sebesar 0,232 > 0,05. 3) Nilai Uji t gaya kepemimpinan demokratis terhadap efektivitas komunikasi sebesar 0,008 < 0,05. 4) Nilai Uji F budaya organisasi dan gaya kepemimpinan demokratis terhadap efektivitas komunikasi sebesar 0,002 < 0,05. Dengan demikian, disimpulkan bahwa budaya organisasi dan gaya kepemimpinan demokratis secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap efektivitas komunikasi.
STIE Putra Perdana Indonesia Kata Kunci : Budaya Organisasi, Gaya Kepemimpinan Demokrasi Partsipatif, Efektivitas Komunikasi.
STIE Putra Perdana Indonesia Latar Belakang Proses
komunikasi
merupakan
suatu
kebutuhan
dinamis.Komunikasi
menjawab kebutuhan adaptasi manusia dengan lingkungannya. Beradaptasi bukan InoVasi Volume 9: April 2014
Page 264
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia berarti menyetujui atau mengikuti semua tindakan orang lain, melainkan mencoba memahami alasan di baliknya tanpa kita sendiri tertekan oleh situasi. (Mulyana, 2005: 10)
Laswell (dalam Onong Uchjana Effendy, 2013: 10) mendefinisikan komunikasi
sebagai proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Selanjutnya, menurut Deddy Mulyana (2013: 117), komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para pesertanya (orang-orang yang sedang berkomunikasi). Dalam proses
STIE Putra Perdana Indonesia komunikasi, terdapat banyak faktor yang mempengaruhinya, salah satunya adalah latar belakang budaya individu yang terlibat sebagai komunikator dan komunikan.
Interaksi yang terjalin dalam berkomunikasi dengan latar belakang budaya
yang berbeda, dapat menimbulkan berbagai persoalan, karena interpretasi yang dapat berbeda. Karena itu aspek budaya menjadi dominan dalam menentukan proses komunikasi yang berjalan.
Budaya organisasi oleh Edy Sutrisno (2013: 2),
didefinisikan sebagai perangkat sistem nilai-nilai (values), keyakinan-keyakinan (beliefs), asumsi-asumsi (assumptions), atau norma-norma yang telah lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh para anggota suatu organisasi sebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalah-masalah organisasinya.
STIE Putra Perdana Indonesia Budaya organisasi mengandung ambigu, di satu sisi budaya organisasidapat
membawa dampak yang postif bagi kelangsungan dan masa depan organisasi, namun juga sebaliknya jika tidak dapat dikelola dengan baik dapat berimplikasi negatif bagi organisasi.
Kawasan industri Cikupa, Kabupaten Tangerang merupakan sentra kegiatan
industri nasional yang didiami lebih dari 130 perusahaan, dengan jumlah tenaga kerja lebih 100.000 karyawan. Dengan jumlah tersebut, maka dari sisi budaya organisasi akan terjadi situasi kompleksitas yang tinggi. Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Industri Cikupa Tangerang dengan pertimbangan bahwa dinamika
STIE Putra Perdana Indonesia tenaga kerja dengan berbagai permasalahannya berlangsung pada kawasan ini. Perumusan Masalah
InoVasi Volume 9: April 2014
Page 265
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia Berdasarkan permasalahan yang telah disampaikan sebelumnya, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh budaya organisasi yang terbentuk terhadap efektivitas komunikasi di lingkungan Kawasan industri Cikupa Tangerang?
2. Apakah ada pengaruh gaya kepemimpinan db emokratis terhadap efektifitas komunikasi di lingkungan Kawasan industry Cikupa Tangerang? 3. Apakah ada pengaruh budaya organisasi dan gaya kepemimpinan demokratis terhadap efektifitas komunikasi di lingkungan Kawasan industry Cikupa
STIE Putra Perdana Indonesia Tangerang?
Tinjauan Teoritis
Budaya Organisasi
Pengertian Budaya Organisasi
Andrew Pettigrew (dalam Sobirin, 2009: 125) sebagai orang pertama yang
secara formal menggunakan istilah budaya organisasi, memberikan pengertian budaya organisasi sebagai “The system of such publicly and collectively accepted meanings operating for given group at a given time”yang berarti budaya organisasi adalah sistem makna yang diterima secara terbuka dan kolektif, yang berlaku untuk
STIE Putra Perdana Indonesia waktu tertentu bagi sekelompok orang tertentu. Sistem makna yang dimaksud adalah istilah, bentuk, kategori atau citra yang bisa dengan sendirinya menjelaskan situasi diri sekelompok orang kepada kelompok orang tersebut. Dalam hal ini sistem
makna diharapkan bisa memberi gambaran tentang jati diri (budaya) sebuah
organisasi kepada orang-orang yang bekerja pada organisasi tersebut dan orangorang yang berada di luar organisasi melalui proses pemaknaan terhadap semua aspek kehidupan organisasi. Sama halnya dengan pendapat Ogbonna dan Harris (dalam Sobirin, 2009:
129) yang menyebutkan bahwa budaya organisasi sebagai “ the collective sum of beliefs, values, meaning and assumptions that are shared by a social group and that help to shape the ways in which they respond to each other and to their external
STIE Putra Perdana Indonesia environment”yang berarti budaya adalah keyakinan, tata nilai, makna dan asumsiasumsi yang secara kolektif dibagikan oleh sebuah kelompok sosial guna membantu
mempertegas cara mereka saling berinteraksi dan mempertegas mereka dalam InoVasi Volume 9: April 2014
Page 266
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia merespon
lingkungan.
Artinya,
budaya
terdiri
dari
elemen
idealistik
dan
perilaku.Namun budaya tidak dapat dipahami hanya dari aspek asumsi dasar atau dari sisi perilaku manusia, tetapi keduanya harus dipahami sebagai unsur
pembentuk budaya. Selanjutnya Sutrisno (2013: 2-3) menjelaskan bahwa budaya
organisasi juga disebut budaya perusahaan, yaitu seperangkat nilai-nilai atau normanorma yang telah relatif lama berlakunya, dianut bersama oleh para anggota organisasi (karyawan) sebagai norma perilaku dalam menyelesaikan masalahmasalah organisasi (perusahaan). Budaya organisasi merupakan suatu kekuatan
STIE Putra Perdana Indonesia sosial yang tidak tampak, yang dapat menggerakkan orang-orang dalam suatu organisasi untuk melakukan aktivitas kerja.Secara tidak sadar tiap-tiap orang di dalam suatu organisasi mempelajari budaya yang berlaku di dalam organisasinya.
Lebih lanjut Gibson (dalam Sutrisno, 2013: 28) mengatakan: apalagi bila ia
sebagai orang baru supaya dapat diterima oleh lingkungan tempat bekerja, ia
berusaha mempelajari apa yang dilarang dan apa yang diwajibkan, yang baik dan
buruk, yang benar dan yang salah; dan yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan di dalam organisasi tempat bekerja itu. Jadi, budaya organisasi dapat mempengaruhi cara orang bertingkah laku, cara menggambarkan pekerjaannya, cara bekerja dengan koleganya, dan cara memandang masa depannya dengan
STIE Putra Perdana Indonesia wawasan yang luas yang ditentukan oleh norma, nilai, dan kepercayaan. Karakteristik Budaya Organisasi
Jika terdapat kesamaan visi, nilai-nilai dan keyakinan di antara anggota organisasi dan semakin mendasar, kokoh dan dipegang teguh semua itu oleh para anggota
organisasi, menunjukkan kuatnya budaya (strong culture).Semua terjadi karena budaya tersebut disampaikan secara jelas, disosialisasikan dan diwariskan sehingga semakin
luas
dianut
oleh
banyak
anggota
organisasi.Begitu
sebaliknya,
keberagaman pandangan terhadap visi keyaninan dan nilai-nilai organisasi menunjukkan lemahnya budaya (weak culture).Hal tersebut terjadi karena budaya haya dipahami oleh sekelompok kecil orang sehingga tidak mendasari kegiatan
STIE Putra Perdana Indonesia organisasi. (Sobirin, 2009: 131)
Menurut Robins (1993, dalam Sutrisno, 2013: 26), terdapat sepuluh
karakteristik kunci yang merupakan inti dari budaya organisasi, yaitu, (1) Member InoVasi Volume 9: April 2014
Page 267
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia identity, yaitu identitas anggota dalam organisasi secara keseluruhan, dibandingkan
dengan identitas dalam kelompok kerja atau bidang profesi masing-masing, (2) Group emphasis, yaitu seberapa besar aktivitas kerja bersama lebih ditekankan
dibandingkan kerja individual, (3) People focus, yaitu seberapa jauh keputusan
manajemen yang diambil untuk mempertimbangkan keputusan tersebut terhadap anggota organisasi, (4) Unit integration, yaitu seberapa jauh unit-unit di dalam organisasi dikondisikan untuk beroperasi secara bersama-sama, (5) Control, yaitu seberapa banyak aturan, peraturan, dan pengawasan langsung yang digunakan
STIE Putra Perdana Indonesia untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku karyawan, (6) Risk tolerance, yaitu besarnya dorongan terhadap karyawan untuk lebih agresif, inovatif, dan berani
mengambil resiko, (7) Reward criteria, yaitu seberapa besar imbalan dialokasikan
sesuai dengan kinerja karyawan, dibandingkan alokasi berdasarkan senioritas,
favoritism, atau faktor bukan kinerja lainnya, (8) Conflict tolerance, yaitu seberapa besar karyawan di dorong untuk bersikap terbuka terhadap konflik dan kritik, (9)
Means-ends orientation, yaitu seberapa besar manajemen lebih menekankan pada penyebab atau hasil dibandingkan pada teknik dan proses yang digunakan untuk mengembangkan hasil, (10) Open-sistem focus,yaitu seberapa besar pengawasan organisasi dan respons yang diberikan untuk mengubah lingkungan eksternal.
STIE Putra Perdana Indonesia Manfaat dan Fungsi Budaya Organisasi
Susanto (1997, dalam Sutrisno, 2013: 27), mengemukakan bahwa budaya
suatu perusahaan dapat dimanfaatkan sebagai andalan daya saing suatu
perusahaan dalam menghadapi perubahan dan tantangan. Budaya organisasi juga
dapat dijadikan sebagai rantai pengikat untuk menyamakan persepsi atau arah
pandang anggota organisasi terhadap suatu permasalahan sehingga akan menjadi satu kekuatan untuk mencapai suatu tujuan.
Masih dalam buku yang sama (Sutrisno, 2013: 27-28), Robins (1993) mengemukakan beberapa manfaat budaya organisasi, yaitu, (1) membatasi peran yang membedakan antara organisasi yang satu dengan organisasi lain. Setiap
STIE Putra Perdana Indonesia organisasi mempunyai peran yang berbeda sehingga perlu memiliki akar budaya
yang kuat dalam sistem dan kegiatan yang ada dalam organisasi, (2) menimbulkan rasa memiliki identitas bagi para anggota organisasi. Dengan budaya organisasi yang kuat, anggota organisasi akan merasa memiliki identitas yang merupakan cirri InoVasi Volume 9: April 2014
Page 268
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia khas organisasi, (3) mementingkan tujuan bersama daripada mengutamakan
kepentingan individu, (4) menjaga stabilitas organisasi. Kesatuan komponenkomponen organisasi yang direkatkan oleh pemahaman budaya yang sama akan membuat kondisi organisasi relatif stabil.
Keempat manfaat tersebut menunjukkan bahwa budaya organisasi dapat membentuk perilaku dan tindakan karyawan dalam menjalankan aktivitasnya di dalam organisasi, sehingga nilai-nilai yang ada dalam budaya organisasi perlu
STIE Putra Perdana Indonesia ditanamkan sejak dini pada setiap individu organisasi.Sedangkan dari sisi fungsi,
Robins (2001) (dalam Sutrisno, 2013: 10) membagi budaya organisasi menjadi empat, antara lain, (1) budaya mempunyai suatu peran pembeda. Hal itu berarti bahwa budaya kerja menciptakan pembedaan yang jelas antara suatu organisasi
dengan yang lain, (2) budaya organisasi membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota
organisasi,
(3)
budaya
organisasi
mempermudah
timbul
pertumbuhan komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual, (4) budaya organisasi itu meningkatkan kemantapan sistem sosial.
Anderson dan Kryprianou (1994) mengemukakan bahwa budaya organisasi yang kohesi atau efektif tercermin pada kepercayaan, keterbukaan komunikasi,
STIE Putra Perdana Indonesia kepemimpinan yang mendapat masukan, dan didukung oleh bawahan, pemecahan masalah oleh kelompok, kemandirian kerja, dan pertukaran informasi. Sedangkan
Pastin (1986) mengemukakan budaya yang kuat meletakkan kepercayaankepercayaan, tingkah laku, dan cara melakukan sesuatu, tanpa perlu dipertanyakan
lagi. Karena berakar dalam tradisi, budaya mencerminkan apa yang dilakukan, dan bukan apa yang akan berlaku.
Dengan demikian, fungsi budaya kerja adalah sebagai perekat sosial dalam mempersatukan anggota-anggota dalam mencapai tujuan organisasi berupa ketentuan-ketentuan atau nilai-nilai yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para karyawan.Hal ini dapat berfungsi pula sebagai kontrol atas perilaku karyawan.
STIE Putra Perdana Indonesia (Sutrisno, 2013: 11)
Dimensi-dimensi Budaya Organisasi
InoVasi Volume 9: April 2014
Page 269
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia Hofstede (dalam Sobirin, 2009: 183- 186) membuktikan bahwa budaya
organisasi dapat didekati dengan pendekatan kuantitatif sehingga dapat dipahami
pula dimensi-dimensinya, yaitu, (1) Process Oriented vs. Result Oriented, perhatian organisasi lebih ditujukan pada proses aktivitas yang berjalan selama ini dan sejauh
mana orang-orang yang bekerja pada organisasi tersebut patuh terhadap ketentuanketentuan atau kebijakan yang telah digariskan organisasi. Akibatnya, orang-orang yang bekerja di dalam organisasi cenderung menghindari resiko, tidak antusias dalam pekerjaannya dan menganggap kehidupan sehari-hari organisasi hanyalah
STIE Putra Perdana Indonesia sebuah rutinitas belaka. Kreativitas dan inovasi sulit dikembangkan kecuali mereka
ditunjukkan bahwa organisasi lain telah melakukannya.Result oriented menunjukkan perhatian organisasi lebih kepada hasil kegiatan ketimbang prosesnya sehingga seringkali organisasi tidak memperdulikan bagaimana proses dilakukan tetapi yang penting hasilnya cepat didapat. Perubahan juga menjadi hal yang lumrah dilakukan
sehingga sebagian besar orang merasa terbiasa dengan situasi baru yang tidak mereka
alami
sebelumnya.Mereka
juga
berusaha
secara
maksimal
dan
menganggap setiap hari pasti ada tantangan baru. (2) employeeoriented vs. job oriented. Employee orientedmenggambarkan lingkungan internal organisasi yang dipenuhi oleh para pekerja yang menginginkan agar pihak organisasi terlebih dahulu
STIE Putra Perdana Indonesia memperhatikan kepentingan-kepentingan mereka sebelum berorientasi pada pekerjaan yang harus mereka lakukan. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan
kepentingan para pekerja bukan hanya yang bersangkutan dengan keterlibatan mereka dalam pekerjaan, tetapi semua aspek kehidupan karyawan jika organisasi
menghendaki kinerja mereka membaik (tingkat kesejahteraan).Job oriented beranggapan bahwa para karyawan harus mendahulukan pekerjaan sebelum menuntut
dipenuhinya
kepentingan-kepentingan
mereka.
Dengan
demikian,
karyawan beranggapan bahwa organisasi hanya peduli terhadap apa yang dikerjakan, bukan kepada nasib karyawan dan mereka seolah-olah mendapat tekanan untuk segera menyelesaikan pekerjaan. Karyawan juga tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan organisasi meski keputusan-keputusan tersebut
STIE Putra Perdana Indonesia menyangkut kepentingan karyawan.3) Parochial vs. Professional. Parochial menjelaskan bahwa tingkat kebergantungan karyawan pada atasan dan organisasi
cenderung sangat tinggi.Karyawan merasa bahwa dirinya adalah bagian integral dari InoVasi Volume 9: April 2014
Page 270
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia organisasi dan hubungan terjalin dengan kuat.Akibatnya, baik di dalam maupun di
luar organisasi, perilaku mereka hampir tidak ada bedanya karena telah dipengaruhi
oleh norma-norma yang berlaku dalam organisasi.Dalam professional, karyawan merasa bahwa kehidupan pribadi adalah urusan mereka sendiri sedangkan alasan
sebuah organisasi merekrut mereka adalah semata-mata karena kompetensi dalam melakukan pekerjaan bukan karena latar belakang keluarga atau alasan yang lain. Karyawan merasa diperlakukan secara rasional dan apabila organisasi dianggap tidak lagi memenuhi kebutuhannya, mereka akan dengan sukarela memilih
STIE Putra Perdana Indonesia organisasi lain yang dikira mampu memenuhi kebutuhan tersebut. (4) Open System vs. Close System. Open system menjelaskan bahwa organisasi cenderung tidak menutup diri dari perubahan-perubahan baik yang terjadi pada lingkungan internal
maupun eksternal organisasi. Demikian juga orang-orangnya lebih terbuka dan responsif terhadap usulan perubahan organisasi; lebih terbuka pada pendatang baru
dan orang luar.Closed system menjelaskan organisasi sebagai sebuah mesin (machine organization) yang bekerja mengikuti pola yang sudah ada tanpa banyak
melakukan perubahan.Oleh karena itu, organisasi sulit dalam beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan karyawan menjadi tertutup sehingga hanya orang-orang tertentu saja yang dapat merasa cocok dengan kondisi organisasi yang ada. (5)
STIE Putra Perdana Indonesia Loose Control vs. Tight Control. Dalam loose control, organisasi seolah-olah tidak memiliki alat kendali dan tata aturan formal yang memungkinkan organisasi tersebut
bisa mengendalikan orang-orang yang bekerja di dalamnya.Semuanya dikendalikan
dengan aturan yang serba longgar.Sedangkan tight control cenderung menerapkan aturan-aturan yang ketat dan bahkan dalam batas tertentu cenderung kaku.Dalam hal ini, aturan adalah raja dimana semua aktivitas baik sebelum, selama maupun sesudah
dikerjakan
harus
berdasar
pada
ketentuan
yang
telah
dibuat
sebelumnya.Penyimpangan terhadap aturan sangat tidak dapat ditolerir. (6) Pragmatic vs. Normative. Organisasi yang menerapkan pragmatic,berorientasi kepada konsumen.Bagi organisasi ini, konsumen adalah segalanya.Aturan dan prosedur bisa saja dilanggar jika dianggap menghambat pencapaian hasil dan
STIE Putra Perdana Indonesia pemenuhan kebutuhan konsumen.Dengan demikian, organisasi menganggap nilai manfaat lebih besar dibandingkan kerugiannya maka sebuah tindakan dianggap benar.Berbeda
dengan
InoVasi Volume 9: April 2014
pragmatic,
organisasi
dengan
normative
culture
Page 271
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia menganggap bahwa tugas yang diemban organisasi terhadap dunia luar merupakan bentuk implementasi dari peraturan-peraturan yang tidak boleh dilanggar.Norma dan aturan merupakan sebuah perangkat yang harus dijunjung tinggi oleh semua orang
yang terlibat di dalam kehidupan organisasi.Dengan demikian, organisasi seolaholah mempunyai tanggung jawab moral untuk menjaga aturan-aturan tersebut. Gaya Kepemimpinan Demokratis Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan Menurut Syamsul Arifin (2012: 1), terdapat banyak definisi pemimpin, antara
STIE Putra Perdana Indonesia lain, (1) seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan (khususnya disatu
bidang), sehingga mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya satu atau beberapa tujuan,
(2) seorang yang memimpin dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir, atau mengontrol usaha/upaya orang lain,
atau melalui prestise, kekuasaan atau posisi (pengertian luas). Seorang yang
membimbing, memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas persuasifnya, dan akseptensi (penerimaan) secara sukarela oleh pengikutnya (pengertian sempit) – (oleh Henry Pratt Fairchild), (3) pusat proses kelompok, kepribadian yang berakibat, seni menciptakan kesepakatan, kemampuan mempengaruhi, bentuk bujukan,
STIE Putra Perdana Indonesia hubungan kekuasaan, hasil interaksi, pemisahan peranan, awal struktur, dan lainlain. (Glenn, 1992 menyimpulkan ada 350 definisi)
Masih dalam buku yang sama, Arifin (2012: 3-4) mendefinisikan kepemimpinan dari berbagai sumber, antara lain, (1) kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka
mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Odway Tead), (2) seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan untuk membimbing orang (Howard
H.
Hoyt),
(3)
merupakan
penterjemah
atau
penampilan
dari
khalayak/kelompok (the crowd exponent), (4) wakil atau utusan dari khalayak ramai (the
crowd
representative),
(5)
kepemimpinan
institusional/kelembagaan,
kepemimpinan yang dominan, dan kepemimpinan persuasive (F. C. Barlet), (6)
STIE Putra Perdana Indonesia kepemimpinan konservatif, kepemimpinan radikal, kepemimpinan ilmiah (A. B. Wolfe), (7) kepemimpinan bentuk dominasi didasari kemampuan pribadi, yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu berdasarkan
InoVasi Volume 9: April 2014
Page 272
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia akseptansi/ penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi khusus (informal).
Arah Komunikasi dalam Kepemimpinan
Adapun arah dalam komunikasi yang digunakan oleh para pemimpin dalam menjalankan suatu organisasi, menurut Arifin (2012: 138-139) adalah, (1) Komunikasi ke atas, terjadi apabila pesan yang dikirimkan dari tingkat hierarki yang lebih
rendah
ke
tingkat
yang
lebih
tinggi,
yaitu
dari
bawahan
kepada
STIE Putra Perdana Indonesia atasan.Komunikasi
ini
sangat
penting
untuk
mempertahankan
dan
bagi
pertumbuhan organisasi, (2) komunikasi ke bawah, terjadi apabila pesan yang dikirimkan dari tingkat hierarki yang lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah, yaitu
dari atasan kepada bawahan.Komunikasi ini menjadikan bawahan tidak berkembang
dan hanya menunggu perintah atasan, (3) komunikasi vertikal, merupakan komunikasi yang mengalir dari atas ke bawah dan sebaliknya dari bawah ke atas.Hubungan tersebut bersifat timbal balik antara atasan dengan bawahan, (4)
STIE Putra Perdana Indonesia komunikasi horizontal, merupakan komunikasi yang berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara.
Kepemimpinan Demokratis
Arifin (2012: 89), tipe kepemimpinan dalam suatu organisasi atau kelompok masyarakat dapat digolongkan dalam enam tipe. Tipe pemimpin tersebut antara lain tipe otokratis, tipe militeristis, tipe paternalistis, tipe kharismatis, tipe laissez faire, dan tipe demokratis.
STIE Putra Perdana Indonesia Tipe pemimpin demokratis disebut juga tipe partisipatif, dimana pemimpin
kerap memberikan semangat kepada bawahannya. Mengatakan mereka adalah
bagian dari sistem dan ikut pula dalam proses pengambilan keputusan. Sedangkan InoVasi Volume 9: April 2014
Page 273
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia bawahan menjadi tipe yang suka menerima kepercayaan dan tanggung jawab besar
dengan sikap koorperatif- memiliki semangat kerja kelompok dan moral kerja yang
tinggi pula.Dalam keadaan seperti ini, biasanya bawahan menaruh rasa hormat tinggi kepada pemimpinnya. (Supriyanto, 2007: 25)
Robbins dan Coulter (2002: 460) mendefinisikan gaya kepemimpinan demokratis sebagai pemimpin yang cenderung mengikutsertakan karyawan dalam pengambilan
keputusan,
mendelegasikan
kekuasaan,
mendorong
partisipasi
STIE Putra Perdana Indonesia karyawan dalam menentukan bagaimana metode kerja dan tujuan yang ingin
dicapai, dan memandang umpan balik sebagai suatu kesempatan untuk melatih karyawan. Setiap kali ada permasalahan, pemimpin dengan tipe ini selalu menikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Selain itu, pemimpin juga memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab bawahannya.
Selanjutnya, Robbins dan Coulter merumuskan dimensi gaya kepemimpinan
demokratis, antara lain, (1) mendorong Partisipasi, (2) keputusan dibuat bersama, (3) terbuka terhadap masukan. Selanjutnya dikatakan bahwa seorang pemimpin yang demokratis memiliki ciri-ciri dalam kepemimpinannya sebagai berikut, (1) dalam proses penggerakan bawahan melalui kritik tolak dari pendapat bahwa
STIE Putra Perdana Indonesia manusia adalah makhluk yang termulia, (2) selalu berusaha menyelaraskan
kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentinan dan tujuan pribadi dari para bawahannya, (3) senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya, (4) selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan kerja tim dalam
usaha mencapai tujuan,(4) dengan ikhlas memberikan kebebasan yang seluasluasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian dibandingkan
dan diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi tetap berani untuk berbuat kesalahan yang lain, (5) selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses dari pada dia sendiri, (6) berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai seorang pemimpin, (7) pada kenyataannya tipe kepemimpinan demokratis banyak diterapkan oleh para pemimpinnya di dalam
STIE Putra Perdana Indonesia berbagai organisasi, yang salah satunya adalah dalam bidang pendidikan. Maka, pemimpin di bidang pendidikan diharapkan memiliki tipe kepemimpinan yang sesuai
InoVasi Volume 9: April 2014
Page 274
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia dengan harapan atau tujuan, baik itu harapan dari bawahan atau dari atasan. (Arifin, 2012: 94).
Efektivitas Komunikasi
Pengertian Efektivitas Komunikasi Menurut Suranto AW (2007: 9) komunikasi dikatakan efektif apabila dalam suatu proses komunikasi itu, pesan yang disampaikan seorang komunikator dapat diterima dan dimengerti oleh komunikan, persis seperti yang dikehendaki oleh
STIE Putra Perdana Indonesia komunikator, dengan demikian, dalam komunikasi itu komunikator berhasil menyampaikan pesan yang dimaksudkannya, sedang komunikan berhasil menerima dan memahaminya Selanjutnya, efektifnya sebuah komunikasi adalah jika pesan
yang dikirim memberikan pengaruh terhadap komunikan, artinya bahwa komunikasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik sehingga menimbulkan respon atau
umpan balik dari penerimanya. Seperti contohnya; adanya tindakan, hubungan yang makin baik dan pengaruh pada sikap.Hal ini senada dengan pendapat Everet Rogers dan Lawrence Kincaid (dalam Liliweri, 2007: 228), bahwa komunikasi yang
efektif terjadi jika muncul matual understanding atau komunikasi yang saling memahami. Yang dimaksudkan saling memahami adalah keadaan di mana seseorang dapat memperkirakan bagaimana orang lain memberi makna atas pesan
STIE Putra Perdana Indonesia yang dikirim dan menyandi balik pesan yang diterima. Indikator Efektivitas Komunikasi
Menurut Suranto AW (2005: 104-105), ada beberapa indikator komunikasi efektif, antara lain, (1) pemahaman: kemampuan memahami pesan secara cermat sebagaimana dimaksudkan oleh komunikator. Dalam hal ini komunikasi dikatakan
efektif apabila mampu memahami secara tepat. Sedangkan dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan dengan cermat, (2) kesenangan: apabila proses komunikasi itu selain berhasil menyampaikan informasi, juga dapat berlangsung dalam suasana yang menyenangkan kedua belah pihak. Dengan adanya suasana semacam itu, maka akan timbul kesan yang menarik karena tujuan berkomunikasi
STIE Putra Perdana Indonesia tidaklah sekedar transaksi pesan, akan tetapi dimaksudkan pula untuk saling
interaksi secara menyenangkan guna memupuk hubungan insane, (3) pengaruh
pada sikap: apabila seorang komunikan setelah menerima pesan kemudian InoVasi Volume 9: April 2014
Page 275
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia sikapnya berubah sesuai dengan makna pesan itu, maka komunikasi yang terjadi adalah efektif, dan jika tidak ada perubahan pada sikap seseorang maka komunikasi
tersebut tidaklah efektif. Dalam berbagai situasi kita berusaha untuk mempengaruhi sikap orang lain agar orang tersebut bersikap positif sesuai keinginan kita. Notoatmodjo (2005) berpendapat bahwa sikap merupakan reaksi yang masih
tertutup dan tidak dapat dilihat langsung. (4) hubungan yang semakin baik: bahwa dalam proses komunikasi yang efektif secara tidak sengaja meningkatkan atau membina hubungan baik antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Seringkali jika
STIE Putra Perdana Indonesia orang telah memiliki persepsi yang sama, ada kemiripan karakter, cocok, dengan sendirinya hubungan akan terjadi dengan baik, (5) tindakan: jika kedua belah pihak setelah
berkomunikasi
melakukan
tindakan
sesuai
dengan
pesan
yang
dikomunikasikan. Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa sikap belum tentu
terwujud dalam bentuk tindakan, sebab untuk mewujudkan tindakan perlu faktor lain, yaitu adanya fasilitas atau sarana dan prasarana sebagai mediator agar sikap dapat meningkat menjadi tindakan. Komunikasi efektif mnemiliki ciri-ciri efektivitas menurut Devito (dalam Sugiyo,
2005: 4-6) antara lain, (1) keterbukaan (openness), (2) Empati (Empathy), (3) dukungan (Supportiveness), (4)
rasa positif (Positiveness), (5) kesetaraan
STIE Putra Perdana Indonesia (Equality).
Kerangka Berpikir
Berikut merupakan gambaran mengenai bagaimana pengaruh Budaya
Organisasi dan Gaya Kepemimpinan terhadap Efektivitas Komunikasi:
STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 9: April 2014
Page 276
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia Budaya Organisasi (X1)
1. Process Oriented vs. Result Oriented 2. Employee Oriented vs. Job Oriented 3. Parochial vs. Professional 4. Open System vs. Close System 5. Loose Control vs. Tight Control 6. Pragmatic vs. Normative
Efektivitas Komunikasi (Y) 1. 2. 3. 4.
Pemahaman Kesenangan Pengaruh pada Sikap Perkembangan Hubungan 5. Tindakan
STIE Putra Perdana Indonesia Gaya Kepemimpinan Demokratis (X2)
1. Mendorong Partisipasi Karyawan 2. Keputusan Dibuat Bersama 3. Terbuka Terhadap Masukan
Hipotesis H1 : Ada pengaruh Budaya Organisasi terhadap Efektivitas Komunikasi.
STIE Putra Perdana Indonesia H2
:
Ada
pengaruh
Gaya
Kepemimpinan
Demokratis terhadap Efektivitas Komunikasi.
H3 : Ada pengaruh Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Demokratis Terhadap Efektivitas Komunikasi. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Menurut Sugiyono (2011: 14), metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme.
STIE Putra Perdana Indonesia Dalam positivisme, realitas/gejala/fenomena dipandang sebagai sesuatu yang dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur, dan adanya hubungan sebab
akibat, dimana semua objek penelitian bersifat objektif atau bebas nilai.(Bungin, InoVasi Volume 9: April 2014
Page 277
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia 2013: 40). Lebih lanjut Sugiyono menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada
umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Sedangkan data yang digunakan merupakan data yang dapat diukur, yaitu berupa angka-angka.Sugiyono (2011: 68) juga menjelaskan
STIE Putra Perdana Indonesia bahwa terdapat beberapa bentuk paradigma atau model penelitian kuantitatif, salah satunya
adalah
paradigma
ganda
dengan
dua
variabel.
Paradigma
ini
menggambarkan mengenai adanya dua variabel independen dan satu variabel
dependen, dimana akan dicari seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen tersebut. Populasi dan Sampel
Terdapat dua syarat yang harus dipenuhi dalam prosedur pengambilan sampel, yaitu sampel harus representatif (mewakili), dan besarnya sampel harus memadai.
STIE Putra Perdana Indonesia Sampel yang representatif yaitu apabila ciri-ciri sampel berkaitan dengan tujuan penelitian dan harus sama dengan ciri-ciri populasinya. Bailey (1982) (dalam Ruslan, 2013: 149) mengatakan bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data
dengan statistik, jumlah sampel terkecil adalah 30 subjek/objek.Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam suatu penelitian.Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling dengan jenis sampling dilakukan acak. Dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu dan dana penelitian, serta penelitian ini masih merupakan penelitian awal maka peneliti
STIE Putra Perdana Indonesia hanya menggunakan batas minimum penetapan sampel, dimana pada penelitian ini digunakan sebanyak 36 responden penelitian. InoVasi Volume 9: April 2014
Page 278
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia Operasionalisasi Konsep
Berikut merupakan operasional konsep dari penelitian Pengaruh Budaya
Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Demokratis Terhadap Efektivitas Komunikasi: Variabel
Dimensi
Budaya
Process Oriented vs Result Oriented
Indikator
Organisasi lebih mengutamakan proses dari aktivitas yang berjalan, dibandingkan dengan hasil yang diperoleh. Organisasi selalu mengutamakan kepentingan karyawan sebelum berorientasi kepada pekerjaan yang akan mereka dilakukan. Organisasi membangun hubungan yang kuat dengan karyawan, bukan sekedar hubungan profesional. Organisasi membuka diri pada setiap perubahan, tidak selalu mengikuti pola yang ada. Organisasi memiliki aturan yang longgar, bukan aturan yang bersifat kaku. Prosedur organisasi dapat berubah demi pemenuhan kepentingan konsumen, bukan prosedur yang ketat dan tidak boleh dilanggar.
STIE Putra Perdana Indonesia Organisasi
Employee Oriented vs Job Oriented Parochial vs Professional
Open System vs Close System Loose Control vs Tight Control
STIE Putra Perdana Indonesia Pragmatic Vs Normative
Gaya Kepemimpinan Demokratis
Mendorong Partisipasi Karyawan
Pemimpin membagi tanggung jawab yang berkaitan dengan kegiatan organisasi.
Pemimpin membuat keputusan Keputusan Dibuat yang berkaitan dengan organisasi, Bersama bersama dengan para anggota secara musyawarah. Terbuka Pemimpin memberikan Terhadap kesempatan yang bebas pada
STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 9: April 2014
Page 279
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia Efektivitas
Masukan
anggota dalam menyampaikan saran, kritik, dan pendapat.
Pemahaman
Komunikator menyampaikan pesan dengan cermat.
Komunikasi
Kesenangan
Komunikan mampu memahami pesan secara tepat sesuai maksud komunikator. Proses komunikasi berlangsung dengan menyenangkan sehingga membuat komunikan menjadi tertarik untuk berkomunikasi kembali. Perubahan sikap positif pada komunikan setelah menerima pesan dari komunikator. Proses komunikasi membuat hubungan antara komunikator dan komunikan menjadi semakin erat. Ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang komunikan dalam melakukan pesan komunikator.
STIE Putra Perdana Indonesia Pengaruh Terhadap Sikap Perkembangan Hubungan
Tindakan
STIE Putra Perdana Indonesia Hasil Penelitian
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berikut merupakan distribusi data demografi responden yang diperoleh dari kuesioner guna menjelaskan karakteristik responden: Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (responden) (%) 1 Laki-Laki 17 47.2 2 Perempuan 19 52.8 Total 36 100.0 Sumber: Hasil kuesioner yang diolah dengan SPSS No.
Jenis Kelamin
STIE Putra Perdana Indonesia Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja InoVasi Volume 9: April 2014
Page 280
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia Periode Kerja Frekuensi Persentase Responden (responden) (%) 1 < 1 Tahun 14 38.9 2 1 – 2 Tahun 12 33.3 3 > 2 Tahun 10 27.8 Total 36 100.0 Sumber: Hasil kuesioner yang diolah dengan SPSS No.
Uji Validitas, Reliabilitas dan Normalitas
STIE Putra Perdana Indonesia Uji validitas Variabel Budaya Organisasi
Pernyataan
Perusahaan tempat saya bekerja sangat mengutamakan proses dari suatu aktivitas atau pekerjaan, dibandingkan dengan hasil akhir yang diperoleh. Perusahaan tempat saya bekerja mengutamakan kebutuhan karyawan terlebih dahulu dibandingkan dengan pekerjaan yang harus dilakukan. Hubungan saya dengan perusahaan sangat kuat, bukan sekedar hubungan profesional. Perusahaan tempat saya bekerja sangat terbuka terhadap perubahan, tidak selalu bekerja mengikuti pola yang ada. Perusahaan tempat saya bekerja memiliki peraturan yang longgar, bukan peraturan kaku. Peraturan dalam perusahaan tempat saya bekerja dapat berubah demi pencapaian hasil dan pemenuhan kebutuhan konsumen, bukan peraturan yang harus dijunjung tinggi.
Corrected Item-Total Correlation
Keterangan
0.305
Valid
0.682
Valid
STIE Putra Perdana Indonesia 0.467
Valid
0.497
Valid
0.573
Valid
0.511
Valid
STIE Putra Perdana Indonesia Hasil Uji Validitas Variabel Gaya Kepemimpinan Demokratis
InoVasi Volume 9: April 2014
Page 281
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia Pernyataan
Corrected Item-Total Correlation
Keterangan
0.505
Valid
0.601
Valid
Pemimpin selalu membagi pekerjaan sesuai dengan bidang pekerjaan masing-masing. Dalam menghadapi masalah, pemimpin dan karyawan bersama-sama mencari alternatif solusi guna mendapatkan keputusan yang saling menguntungkan. Pemimpin selalu dengan senang hati menerima saran, kritik dan pendapat yang diberikan oleh karyawan.
STIE Putra Perdana Indonesia 0.543
Valid
Corrected Item-Total Correlation
Keterangan
0.523
Valid
Hasil Uji Validitas Variabel Efektivitas Komunikasi
Pernyataan Setiap karyawan mampu menyampaikan pesannya dengan baik saat berkomunikasi. Saya mampu memahami pesan komunikasi yang disampaikan oleh karyawan lain dengan tepat. Saya selalu tertarik untuk berkomunikasi dengan karyawan lainnya karena hal tersebut sangat menyenangkan. Pesan komunikasi yang saya terima selalu memberikan dampak positif terhadap sikap saya. Komunikasi membuat hubungan saya dengan karyawan lainnya menjadi terbina dengan baik. Saya mampu mengimplementasikan pesan komunikasi karena adanya saluran pelaksanaannya.
STIE Putra Perdana Indonesia 0.688
Valid
0.429
Valid
0.414
Valid
0.412
Valid
STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 9: April 2014
0.599
Valid
Page 282
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia Uji Reliabilitas
Variabel
N
Budaya Organisasi (X1) Gaya Kepemimpinan Demokratis (X2) Efektivitas Komunikasi (Y)
6
Cronbach’s Alpha 0.762
3
0.722
Reliabel
6
0.748
Reliabel
Keterangan Reliabel
STIE Putra Perdana Indonesia Hasil Uji Multikolinieritas
Efektivitas Komunikasi (Y)
Pearson Correlation Sig. (1tailed)
EK BO GKD EK BO GKD EK BO GKD
Budaya Organisasi (X1)
1.000 .388 .532 . .010 .000 36 36 36
.388 1.000 .432 .010 . .004 36 36 36
Gaya Kepemimpinan Demokratis (X2) .532 .432 1.000 .000 .004 . 36 36 36
STIE Putra Perdana Indonesia N
Uji Hipotesis
Pengujian Hipotesis Pertama (X1 Terhadap Y)
Ho : Tidak terdapat pengaruh Budaya Organisasi (X1) terhadap Efektivitas Komunikasi (Y) di Kawasan industri Cikupa Tangerang. Ha :
Terdapat pengaruh Budaya Organisasi (X1) terhadap Efektivitas Komunikasi (Y) di Kawasan industri Cikupa Tangerang.
STIE Putra Perdana Indonesia Hasil Koefisien Korelasi (R) Variabel X1 Model
R
R Square
InoVasi Volume 9: April 2014
Adjusted R
Std. Error of the
Page 283
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia Square
1
.388
.151
Estimate 2.58245
.126
Hasil Uji Test of Significant (Uji t) Variabel X1
Unstandardized Coefficients
Model
Standardize d Coefficients Beta
T
Sig.
STIE Putra Perdana Indonesia (Constant ) 1 BO
B
Std. Error
18.103
2.451
.268
.109
.388
7.387
.000
2.456
.019
Dari hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi Var
X1 dengan X2 adalah sebesar 0.388; koefisien diterminasi 15.1%;analisis regresi Y = 18,103 + 0,268 X1dan uji T 0,019 < 0,05. Dengan demikian, hipotesis pertama yang menyatakan terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap efektivitas komunikasi dapat dibuktikan.
STIE Putra Perdana Indonesia Pengujian Hipotesis Kedua (X2 Terhadap Y)
Ho : Tidak terdapat pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis (X2) terhadap Efektivitas Komunikasi (Y) di Kawasan industri Cikupa Tangerang
Ha : Terdapat pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis (X2) terhadap Efektivitas Komunikasi (Y) di Kawasan industri Cikupa Tangerang
Hasil Koefisien Korelasi (R) Variabel X2 Model 1
R .532
R Square .283
Adjusted R Square .262
Std. Error of the Estimate 2.37297
STIE Putra Perdana Indonesia Hasil Uji Test of Significant (Uji t) Variabel X2 Model
Unstandardized
InoVasi Volume 9: April 2014
Standardize
T
Sig.
Page 284
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia Coefficients
(Constant ) 1 GKD
B
Std. Error
10.116
3.819
1.052
.287
d Coefficients Beta
.532
2.649
.012
3.662
.001
Dari hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi Var X1 dengan X2 adalah sebesar sebesar 0,532; koefisien diterminasi sebesar
STIE Putra Perdana Indonesia 28,3%;analisis regresi Y = 10,116 + 1,052X2dan uji Tdengan melihat nilai t sebesar
3,662 dan signifikan (Sig.) sebesar 0,001. Artinya Sig. hitung < 0,05 yaitu 0,001 < 0,05. Dengan demikian, hipotesis kedua yang menyatakan terdapat pengaruh gaya kepemimpinan demokratis terhadap efektivitas komunikasi dapat dibuktikan. Pengujian Hipotesis ketiga Ho
: Tidak terdapat pengaruh Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Demokratis secara bersama-sama terhadap Efektivitas Komunikasi di Kawasan Industri Cikupa, Tangerang.
Ha
: Terdapat pengaruh Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Demokratis
STIE Putra Perdana Indonesia terhadap Efektivitas Komunikasi di Kawasan Industri Cikupa, Tangerang.
Hasil Koefisien Korelasi (R) Model
R
1
.560
R Square .314
Adjusted R Square .272
Std. Error of the Estimate 2.35627
DurbinWatson 1.761
Hasil Uji Fisher (Uji F) Model
Sum of Squares 83.756 183.216 266.972
Df
Mean Square 41.878 5.552
F
Sig.
STIE Putra Perdana Indonesia 1
Regression Residual Total
InoVasi Volume 9: April 2014
2 33 35
7.543
.002
Page 285
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia Dari hasil pengujian di atas dapat diketahui bahwa koefisien korelasi Var X 1
dan X2 dengan Var Y sebesar 0.560; koefisien diterminasi 0.314 (31%), persamaan
regresi berganda Y = 9,344 + 0,135 X1 + 0,886 X2dan Uji F sebesar 7,543 dan nilai
signifikan (Sig.) sebesar 0,002. Artinya nilai Sig.< 0,05 yaitu 0,002 < 0,05. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh budaya organisasi
dan gaya kepemimpinan demokratis secara bersama-sama terhadap efektivitas komunikasi dapat dibuktikan.
STIE Putra Perdana Indonesia Pembahasan
Dengan melihat hasil uji F di atas, dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan
Ha diterima. Artinya bahwa budaya organisasi (X1) dan gaya kepemimpinan demokratis (X2) secara bersama dapat mempengaruhi efektivitas komunikasi (Y) di kalangan karyawan industri Cikupa Tangerang. Walaupun dalam uji t hipotesis
ketiga menunjukkan hasil yang berbeda, yaitu budaya organisasi (X 1) secara individual masih memiliki pengaruh yang lebih rendah dibandingkan dengan gaya kepemimpinan demokratis. Hal ini menjelaskan bahwa apabila budaya organisasi dipasangkan dengan gaya kepemimpinan demokratis, memiliki nilai pengaruh yang berbeda terhadap efektivitas komunikasi.
STIE Putra Perdana Indonesia Berdasarkan penjelasan di atas, diketahui bahwa tidak semua organisasi
memiliki budaya organisasi karena disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya
adalah adanya angka turn over yang cukup tinggi. Yang dimaksud dengan turn over karyawan adalah pergantian atau pertukaran karyawan antar anak perusahaan
dalam periode tertentu. Hal ini yang terjadi pada kawasan industri Cikupa
Tangerang. Perusahaan mengalami kesulitan dalam membentuk budaya organisasi
karena mobilitas pertukaran karyawan yang cukup tinggi, hal semakin jelas dapat terlihat karena banyak penggunaan tenaga outsourcing di lingkungan industri. Penjelasan ini didukung dengan hasil distribusi frekuensi yang menunjukkan lama bekerja karyawan kurang dari satu tahun sebesar 60%, lama bekerja satu hingga
STIE Putra Perdana Indonesia dua tahun sebesar 20%, dan lama bekerja karyawan lebih dari dua tahun sebesar 20%.
InoVasi Volume 9: April 2014
Page 286
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia Berbeda dengan budaya organisasi, faktor gaya kepemimpinan demokratis
menunjukkan hasil yang lebih tinggi. Dengan berdasarkan pada hasil tabel distribusi
frekuensi dalam pengujian gaya kepemimpinan demokratis, diketahui bahwa para manajer dalam menjalankan kepemimpinannya dengan memberikan kepercayaan kepada para karyawannya untuk bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang diberikan, selalu membuat keputusan bersama-sama dengan karyawan secara musyawarah, serta sangat terbuka terhadap kritik dan saran yang datang dari karyawan guna pengembangan diri maupun perusahaan.
STIE Putra Perdana Indonesia Hasil ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Thomas A. Kayser dan
Arlyn J. Melcher (2010). Hasilnya adalah Harold P. Scott sebagai direktur di Dunhill Container Coorporationmenerapkan gaya demokratis yang bercirikan:adanya
pendelegasian pekerjaan secara merata dan dalam praktiknya melibatkan orangorang yang berminat serta berkompetensi; pencapaian tujuan dengan cara
mendorong interaksi yang tinggi dari bawahannya; adanya pengakuan dan penghargaan atas prestasi yang telah dicapai setiap anggota devisi; peraturan bersifat terbuka demi pencapaian hasil yang lebih baik; dan ia merupakan orang yang antusias, sangat berkomitmen, serta memiliki standar yang baik.
STIE Putra Perdana Indonesia Disamping itu, Syamsul Arifin (2012: 94) dalam buku Leadership – Ilmu dan
Seni Kepemimpinan, menyatakan bahwa pada kenyataannya tipe kepemimpinan
demokratis banyak diterapkan oleh para pemimpinnya di dalam berbagai organisasi,
yang salah satunya adalah dalam bidang pendidikan. Maka, pemimpin di bidang pendidikan diharapkan memiliki tipe kepemimpinan yang sesuai dengan harapan atau tujuan, baik itu harapan dari bawahan atau dari atasan.
Dengan begitu, proses komunikasi antar anggota perusahaan dapat berlangsung secara dua arah sehingga tujuan perusahaan menjadi sangat dengan mudah tercapai.Penyebabnya adalah pemimpin yang mampu secara terbuka menerima opini bawahannya dan memberikan kepercayaan kepada bawahannya
STIE Putra Perdana Indonesia untuk menyelesaikan pekerjaan dengan caranya sendiri namun tetap dilakukan secara bertanggung jawab, maka hasilnya adalah terciptanya suasana komunikasi
yang menyenangkan.Kemudian, melihat pada hasil koefisien determinasi (R2), diketahui bahwa pengaruh budaya organisasi (X1) dan gaya kepemimpinan InoVasi Volume 9: April 2014
Page 287
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia demokratis (X2) terhadap efektivitas komunikasi (Y) adalah sebesar 31,4%. Sisanya
yaitu sebesar 68,6% merupakan faktor lain yang turut mempengaruhi namun tidak
digunakan dalam penelitian ini. Dengan demikian, disimpulkan bahwa faktor
pembentuk efektivitas komunikasi terdiri dari banyak faktor, sehingga dalam penelitian ini yaitu menggunakan unsur budaya organisasi dan gaya kepemimpinan demokratis hanya memberikan persentase 31,4%.
Mengingat pada pendapat dari John Fiske (2012: 1) yang mendefinisikan
STIE Putra Perdana Indonesia komunikasi sebagai salah satu dari aktivitas manusia yang dikenali oleh semua
orang namun sangat sedikit yang dapat mendefinisikannya secara memuaskan. Maka, salah satu faktor pembentuk efektivitas komunikasi yang perlu dikaji terlebih
dahulu adalah latar belakang pihak-pihak yang berkomunikasi.Artinya bahwa pihakpihak yang berkomunikasi perlu memiliki kesamaan makna dalam mengartikan pesan komunikasi.Oleh karenanya, kepekaan seseorang dalam situasi dan kondisi
yang ada, telah banyak menimbulkan kegagalan organisasi karena dikatikan dengan komunikasi yang buruk. (Suranto AW, 2005: 105) Dengan demikian, faktor budaya organisasi dan gaya kepemimpinan demokratis dalam
penelitian
di
kawasan
industri
Cikupa
Tangerang
hanya
mampu
STIE Putra Perdana Indonesia menghasilkan pengaruh sebesar 31,4%. Sisanya adalah berbagai faktor lain yang masih memerlukan kajian lebih lanjut. Simpulan
Sesuai dengan hasil dari uji statistik dan analisis yang telah disajikan pada
bab IV, maka dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil uji hipotesis budaya organisasi (X1) terhadap efektivitas komunikasi (Y), Ho ditolak dan Ha diterima, artinya bahwa terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap efektivitas komunikasi di Kawasan Industri Cikupa Tangerangdengan interval korelasi 0,388 dan koefisien determinasi sebesar
STIE Putra Perdana Indonesia 15,1%.
2. Berdasarkan hasil uji hipotesis gaya kepemimpinan demokratis (X 2) terhadap efektivitas komunikasi (Y), Ho ditolak dan Ha diterima, artinya bahwa terdapat
InoVasi Volume 9: April 2014
Page 288
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia pengaruh gaya kepemimpinan demokratis terhadap efektivitas komunikasi di Kawasan Industri Cikupa Tangerangdengan interval korelasi 0,532 dan koefisien determinasi sebesar 28,3%.
3. Berdasarkan hasil uji hipotesis budaya organisasi (X1) dan gaya kepemimpinan demokratis (X2) terhadap efektivitas komunikasi (Y), Ho ditolak dan Ha diterima, artinya bahwa terdapat pengaruh budaya organisasi dan gaya kepemimpinan demokratis
terhadap
efektivitas
komunikasi
di
kawasan
industri
Cikupa
STIE Putra Perdana Indonesia Tangerangdengan interval korelasi 0,560 dan koefisien determinasi sebesar 31,4%.
Saran
Melihat hasil penelitian dan keterbatasan penelitian, maka disarankan bagi para
peneliti berikutnya adalah sebagai berikut:
1. Adanya penambahan jumlah variabel independen terhadap variabel dependen yang sama, yaitu efektivitas komunikasi. Hal ini didasari kepada ilmu dasar komunikasi itu sendiri, yaitu bahwa menciptakan komunikasi yang efektif perlu memperhatikan beberapa faktor, termasuk didalamnya unsur budaya dan
STIE Putra Perdana Indonesia masalah kepemimpinan. Seperti pada hasil penelitian ini, bahwa pengaruh budaya organisasi dan gaya kepemimpinan demokratis hanya memberikan pengaruh 31,4%, sedangkan sisanya 68,6% adalah pengaruh dari faktor lainnya. Maka perlu diteliti mengenai faktor lain tersebut.
2.
Adanya
penambahan
jumlah
sampel
sehingga
hasil
penelitian
dapat
digeneralisasikan dan mendapatkan kesimpulan yang lebih baik, dimana sampel dapat dipilih berdasarkan kriteria tertentu, bukan sensus.
3. Penelitian ini dikembangkan kembali dengan menggunakan metode ganda, yaitu kuantitatif dan kualitatif. Maka, diharapkan akan menghasilkan pembahasan penelitian yang lebih mendalam dan lebih luas mengenai variabel yang diujikan.
STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 9: April 2014
Page 289
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia DAFTAR PUSTAKA
Anugrah, Dadan dan Winny Kresnowiati. (2008). Komunikasi Antar Budaya: Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: Jala Permata
Arifin, Syamsul. (2012). Leadership: Ilmu dan Seni Kepemimpinan. Jakarta: Mitra Wacana Media (2007). Komunikasi Efektif untuk Mendukung Kinerja Perkantoran. Yogyakarta: UNY Bungin, Burhan. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
STIE Putra Perdana Indonesia Effendy, Onong Uchjana. (2007). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti (2013). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Fiske, John. (2012). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Ghozali, Imam. (2007). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Kayser, Thomas A. dan Arlyn J. Melcher. (2010). Democratic Leadership In A Changing Enviroment: Behavioral And Organizational Consequences. ABI: INFORM Research
STIE Putra Perdana Indonesia Martono, Nanang. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Morissan, dan Andy Corry Wardhany.(2009). Teori Komunikasi. Jakarta: Ghalia Indonesia Mulyana, Deddy. (2005). Komunikasi Efektif: Suatu Pendekatan Lintas Budaya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya (2010). Komunikasi Organisasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Nisfiannoor, Muhammad. (2013). Pendekatan Statistika Modern: Aplikasi dengan Software SPSS dan EViews. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti
STIE Putra Perdana Indonesia Robbins, Stephen P dan Mary Coulter.(2002). Management, 7th Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
InoVasi Volume 9: April 2014
Page 290
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia Satyawati, Ni Made Ria dan I Wayan Suartana.(2014). Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja yang Berdampak pada Kinerja Keuangan (E-Journal Akuntansi Universitas Udayana), vol 6.1, 16 halaman. Tersedia: http://ojs.unud.ac.id/index.php/akuntansi/article/download/7776/5864, diakses pada 20 Oktober 2014
Sobirin, Achmad. (2009). Budaya Organisasi: Pengertian, Makna dan Aplikasinya dalam Kehidupan Organisasi. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPI
STIE Putra Perdana Indonesia Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Supriyanto.(2007). Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: PT INDEKS
Xiaochi, Zhang. (2012). Intercultural HRM (Human Resource Management) Study on “Culture Clash” from Chinese Enterprises Investment in Brazil. Australia: Australian Journal of Bussiness and Management Research
STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 9: April 2014
Page 291
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 9: April 2014
Page 292