STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia Analisis Penetapan Harga Jual Berdasarkan Mark up Terhadap Perkiraan Volume Penjualan Jasa Sewa Gedung Graha Binakarsa Pada PT. Binakarsa Swadaya Sukiranto, SE., M.Ak. (Dosen Tetap STIE PPI) Abstrak Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perhitungan harga jual berdasarkan Mark up yang ditetapkan perusahaan. Selain itu, penulis juga ingin mengetahui seberapa erat hubungan antara penetapan harga jual berdasarkan Mark up terhadap perkiraan volume penjualan jasa sewa gedung Graha Binakarsa pada PT. Binakarsa Swadaya dan faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan volume penjualan yang dicapai perusahaan. Dalam menentukan harga jual, perusahaan menetapkan Mark up sebesar 20 % dari total biaya produksi yang dikeluarkan sehingga rumusnya adalah : Harga Jual = (Biaya Pokok + (20 % x Biaya Pokok)). Untuk mengetahui berapa paket yang dipesan di tahun yang akan datang dengan menggunakan analisis trend sehingga PT. Binakarsa Swadaya dapat mengetahui volume penjualan jasa sewa gedung Graha Binakarsa pada tahun yang akan datang. Untuk menetapkan harga jual berdasarkan Mark up, biasanya dilakukan dengan cara menambahkan persentase tertentu yang merupakan keuntungan perusahaan. Dalam menetapkan harga, perusahaan juga memperhatikan faktor-faktor yang dapat mendorong peningkatan penjualan seperti : peningkatan pelayanan kepada konsumen, promosi penjualan dan sebagainya. Dengan langkah yang dilaksanakan perusahaan, maka diharapkan dapat mendorong pencapaian penjualan secara maksimal. Selain ketepatan dalam menghitung harga jual, perusahaan juga harus mampu menekan biaya-biaya yang dikeluarkan sehingga dapat menekan harga jual produk Adapun cara yang dapat ditempuh perusahaan untuk menekan biaya yang dikeluarkan antara lain: meningkatkan efisiensi pekerjaan, memperpendek rantai distribusi dan sebagainya.
STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia Kata Kunci : Harga Jual, Mark up, Perkiraan Penjualan A.
Latar Belakang Masalah
Dalam teori ekonomi telah mengakui pentingnya peranan kebijakan harga, bila dibandingkan kegiatan pemasaran lainnya. Yang menjadi masalah sekarang adalah resesi dan inflasi di mana penetapan harga biasanya menjadi peranan yang penting sekali. Hal ini disebabkan karena biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan menjadi lebih tinggi untuk memproduksi suatu barang atau jasa. Sehingga diperlukan efisiensi yang dapat menentukan seberapa besar harga yang ditetapkan perusahaan. Sebaliknya, dalam keadaan perekonomian yang sehat dan konsumen merasa cukup mampu, harga kurang penting dibandingkan kegiatan promosi atau perencanaan produk.
STIE Putra Perdana Indonesia Inovasi Volume 3;Mei 2010
Page 85
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia
Setiap perusahaan atau industri memproduksi barang atau jasa dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dan memenuhi kebutuhan konsumen. Di samping itu juga perusahaan berusaha untuk dapat mencapai tingkat penjualan yang menguntungkan dengan memperhatikan faktor persaingan pasar sehingga dapat menjaga eksistensi perusahaan. Salah satu faktor yang dapat digunakan untuk bersaing adalah dengan memperhatikan faktor harga dan kualitas barang atau jasa yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan konsumen cenderung akan memilih barang atau jasa yang bermutu tinggi dengan harga yang relatif lebih rendah Untuk memenuhi kebutuhan konsumen terhadap barang atau jasa dengan berbagai tingkat kualitas, banyak perusahaan memproduksi yang didasarkan atas pesanan. Dalam menentukan harga untuk suatu produk, manajemen perusahaan dihadapkan ke dalam berbagai masalah di antaranya alokasi faktor biaya yang harus dibebankan kepada produk pesanan. Oleh karena itu tugas manajemen untuk dapat merencanakan atau menentukan harga barang pesanan dengan tepat. Harga pasar sebuah produk dipengaruhi oleh biaya faktor produksi tenaga kerja, bahan baku, dan overhead pabrik. Dalam peranannya sebagai penentu alokasi sumber-sumber yang langka, harga menentukan apa yang akan diproduksi dan segmentasi pasar yang akan dibidik dan berapa banyak barang atau jasa yang akan diproduksi. Penetapan harga semakin terasa penting pada masa resesi dan inflasi yang melanda perekonomian nasional selama beberapa tahun terakhir. Kepercayaan konsumen terhadap ekonomi, kemampuan atau daya beli konsumen dan perilaku beli konsumen ditentukan terutama oleh kondisi harga (naik turunnya harga pada saat tertentu). Reaksi terhadap harga atau penetapan harga sering kali memicu timbulnya kritik terhadap sistem perdagangan, terutama sistem perdagangan bebas. Masyarakat menginginkan agar sistem perekonomian seperti ini lebih dibatasi, apalagi negara Indonesia akan memasuki era globalisasi dengan adanya perdagangan bebas di semua bidang. Dalam perusahaan industri harga jual sebuah produk atau jasa merupakan faktor penentu utama permintaan pasar. Harga mempengaruhi posisi persaingan dan bagian atau saham pasar dari perusahaan. Sewajarnya jika harga mempunyai pengaruh yang besar terhadap pendapatan dan laba bersih yang diterima perusahaan. Harga jual sebuah produk juga mempengaruhi program pemasaran yang dijalankan oleh perusahaan. Sekarang ini banyak perusahaan yang menyadari bahwa penetapan harga jual dalam upaya peningkatan volume penjualan sehingga tujuan pencapaian keuntungan yang telah ditetapkan dapat terealisasikan secara maksimal. Untuk menentukan harga jual suatu produk pesanan, kita tidak lepas dari perhitungan biaya pokok produk tersebut. Sehingga dapat menentukan tingkat keuntungan dan meramalkan atau memperkirakan tingkat volume penjualan
STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia Page 86
Inovasi Volume 3;Mei 2010
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia
B. Tinjauan Teoritis 1.
Tinjauan Umum Tentang Akuntansi, Manajemen, dan Akuntansi Manajemen. a. Pengertian Akuntansi
Dalam kehidupan sehari-hari, akuntansi sering disebut dengan “bahasa bisnis“. Namun, istilah yang lebih baik adalah “bahasa dari keputusankeputusan keuangan“. Hal ini dikarenakan banyaknya aspek keuangan yang didasarkan pada akuntansi mulai dari perencanaan keuangan pribadi sampai dengan kegiatan investasi perusahaan. Menurut A. O. Simangunsong (2008 : 3) “Akuntansi adalah pengetahuan tentang pencatatan, pengelompokan, peringkasan, dan penyajian dalam bentuk laporan atas transaksi-transaksi keuangan serta menafsirkan akibat-akibatnya terhadap perusahaan.” Adapun pengertian akuntansi menurut American Accounting Association yang disadur oleh Soemarso S.R. (2007 : 3) “Akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut.” Menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim, dalam “Kamus Istilah Akuntansi ”Akuntansi merupakan kegiatan dan teori pembukuan termasuk praktik, riset, dan pengajaran, termasuk pedoman, prinsip, dan prosedur yang harus diikuti para akuntan dalam melaksanakan tugas mereka.” Dari definisi tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa akuntansi meliputi tugas-tugas : pencatatan (recording), penggolongan (classifying), peringkasan (summarizing), dan penafsiran (interpreting) dalam bentuk laporan keuangan yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia b. Pengertian Manajemen
Menurut Haiman yang disadur oleh Drs. M. Manulang (2007 : 1), “Manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan bersama.” G.R. Terry mengemukakan pengertian tentang manajemen yang sudah disadur oleh Yayat M. Harujito (2006: 3) “Manajemen adalah suatu proses yang berbeda terdiri dari planning, organizing, actuating, dan controlling yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditentukan dengan menggunakan manusia dan sumber daya lainnya.” Dari pengertian tentang manajemen di atas, dapat penulis simpulkan bahwa pengertian tentang manajemen adalah suatu seni dan ilmu tentang proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap sumber daya sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
STIE Putra Perdana Indonesia Inovasi Volume 3;Mei 2010
Page 87
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia c. Pengertian Akuntansi Manajemen
Menurut Kamarudin Ahmad (2005: 5) “Akuntansi Manajemen adalah penerapan teknik-teknik dan konsep yang tepat dalam pengolahan data ekonomi historikal dan yang diproyeksikan dari satuan usaha untuk membantu manajemen dalam penyusunan usaha untuk tujuan-tujuan ekonomi yang rasional dan dalam membuat keputusan pandangan ke arah pencapaian tujuan tersebut.” Sedangkan menurut Henry Simamora (2007: 3) “Akuntansi manajemen merupakan cabang akuntansi yang memasok informasi yang dibutuhkan oleh para manajer guna menentukan bagaimana sumber daya diperoleh dan digunakan dalam setiap jenis bisnis, baik berskala kecil maupun besar.” Dan menurut Lili M. Sadeli dan Bedjo Siswanto “Akuntansi Manajemen adalah jenis akuntansi yang memberikan informasi kepada manajemen untuk membantu pengelolaan suatu perusahaan, pertimbangan dan pengambilan keputusan.” Dari beberapa pengertian akuntansi manajemen di atas, maka dapat disimpulkan bahwa akuntansi manajemen adalah proses pengidentifikasian, pegukuran, penghimpunan, penganalisaan, penyusunan, penafsiran, dan penyampaian informasi yang membantu para manajer dalam mencapai tujuan organisasi.
STIE Putra Perdana Indonesia 2.
Pengertian Harga, Tujuan Penetapan Harga, Penetapan Harga Berdasarkan Mark up. a. Pengertian Harga Berdasarkan pendapat ahli yang memberikan definisi pengertian harga, seperti Alex Nitisemono yang disadur oleh Arif Isnaini (2005 : 87) “Harga adalah suatu nilai barang atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang di mana berdasarkan nilai tersebut seseorang atau perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimiliki oleh pihak lain.” Menurut Buchari Alma (1999: 267) “Harga adalah suatu nilai yang dicapai oleh penjual dan pembeli mengenai suatu barang.” Siswanto Sutoyo mengemukakan pengertian harga yang disadur oleh Arif Isnaini ( 2005 : 88) “Harga adalah nilai tukar barang atau jasa dan berbagai macam manfaat lain yang bersangkutan dengan barang atau jasa.” Dari beberapa pengertian tentang harga di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa harga adalah suatu nilai atau sejumlah uang yang digunakan untuk memperoleh suatu barang yang diinginkan.
STIE Putra Perdana Indonesia b. Tujuan Penetapan Harga Sebelum harga ditetapkan, perusahaan harus menetapkan terlebih dahulu tujuan dari penetapan harga tersebut. Menurut C.M. Lingga Purnama (2006:128) menyatakan bahwa tujuan penetapan harga adalah :
STIE Putra Perdana Indonesia Page 88
Inovasi Volume 3;Mei 2010
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia 1) 2) 3) 4) 5)
Mendapatkan posisi pasar. Mencapai kinerja keuangan. Penentuan posisi produk. Merangsang permintaan. Mempengaruhi persaingan.
Sedangkan menurut Basu Swastha dan Irawan mengemukakan tentang tujuan penetapan harga adalah : 1) Meningkatkan penjualan. 2) Mempertahankan dan memperbaiki market share. 3) Stabilitasi harga. 4) Mencapai target pengembalian investasi. 5) Mencapai laba maksimum dan sebagainya.
(2008:242),
STIE Putra Perdana Indonesia Menurut Philip Kotler yang diIndonesiakan oleh Ancella Anitawati Hermawan (2006: 638-640) tujuan penetapan harga adalah : 1) Kelangsungan hidup. 2) Laba sekarang maksimum. 3) Pendapatan sekarang maksimum. 4) Pertumbuhan penjualan maksimum. 5) Skimming pasar maksimum. 6) Kepemimpinan mutu produk. 7) Tujuan harga lainnya.
Dari beberapa keterangan tersebut di atas tentang tujuan dari penetapan harga dapat disimpulkan bahwa tujuan penetapan harga adalah untuk kelangsungan hidup perusahaan dengan mencapai target pengembalian investasi, memaksimumkan laba, pertumbuhan penjualan, persaingan pasar dan pangsa pasar, penetapan harga dan mutu produk.
STIE Putra Perdana Indonesia c. Penetapan Harga Berdasarkan Mark up 1) Jenis-jenis Penetapan Harga
Dalam memilih strategi penetapan harga, terdapat beberapa metode yang digunakan untuk mendapatkan harga tertentu. Menurut C.M. Lingga Purnama (2006: 133) ada beberapa jenis penetapan harga : a) Penetapan harga berdasarkan mark up. Metode penetapan harga paling mendasar adalah dengan menambahkan mark up standar pada biaya produksi. b) Penentuan harga standar berdasarkan sasaran pengembalian (Return target pricing). Metode penetapan harga yang digunakan untuk menghasilkan tingkat pengembalian investasi yang diinginkan perusahaan. c) Penetapan harga berdasarkan nilai yang dipersepsikan. Metode ini semakin banyak digunakan, karena metode ini melihat
STIE Putra Perdana Indonesia Inovasi Volume 3;Mei 2010
Page 89
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia
persepsi nilai pembeli “bukan biaya penjual” sebagai kunci penetapan harga. Harga ditetapkan untuk menangkap nilai yang dipersepsikan tersebut. d) Penetapan harga nilai. Metode ini menetapkan harga yang cukup rendah untuk penawaran bermutu timggi. Penetapan harga nilai menyatakan bahwa harga harus mewakili suatu penawaran bernilai tinggi bagi konsumen. e) Penetapan harga sesuai harga berlaku. Dalam metode ini, perusahaan kurang memperhatikan biaya atau permintaannya sendiri tetapi berdasarkan harganya terutama pada harga pesaing. f) Penetapan harga berdasarkan penawaran tertutup. Dalam metode ini, perusahaan menentukan harganya berdasarkan perkiraannya tentang bagaimana pesaing akan menentukan harga, bukan berdasarkan hubungan yang baku dengan biaya atau permintaan perusahaan.
STIE Putra Perdana Indonesia 2) Penetapan Harga Jual Berdasarkan Mark up Menurut Griffin dan Ebert (2008:400) “Mark up adalah jumlah yang ditambahkan pada biaya suatu barang agar dapat menjualnya dengan memperoleh laba.” Adapun pengertian mark up menurut L.M. Samryn (2006:306) “Mark up adalah selisih antara harga jual suatu produk atau jasa dengan harga pokoknya.” Henry Simamora (2007:250-256) mengatakan dalam penetapan harga jual yang tepat, terdapat dua metode yang digunakan yaitu: a) Metode Pasar, manajer berpedoman pada pasar eksternal dalam menentukan harga jual. (1) Berdasarkan harga jual. (2) Berdasarkan kompetisi. b) Metode Sasaran Laba, manager berpedoman pada laba yang akan dicapai dalam menentukan harga jual. c) Metode Jumlah biaya + Mark up, semua biaya produksi suatu produk ditambah beban penjualan dan administrasi dimasukan dalam angka biaya yang ditambahkan mark up.
STIE Putra Perdana Indonesia % Mark up =
Laba dikehendaki Jumlah biaya
d) Metode Biaya produk + Mark up, hanya biaya produksi suatu produk (biaya produk) yang dimasukan dalam angka biaya yang terhadapnya mark up ditambahkan.
STIE Putra Perdana Indonesia Page 90
Inovasi Volume 3;Mei 2010
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia % Mark up =
Laba dikehendaki jumlah biaya penj. & ad m. Jumlah biaya produksi
e) Metode Biaya variable + Mark up, hanya biaya variable saja yang disertakan dalam angka biaya yang terhadapnya mark up ditambahkan. % Mark up =
Laba dikehendaki jumlah biaya tetap. Jumlah biaya variabel
STIE Putra Perdana Indonesia 3) Sasaran Biaya Pokok.
Menurut Drs. Basu Swastha (2008: 256) mengemukakan pengertian mark up adalah : “Mark up merupakan jumlah rupiah yang ditambahkan pada biaya dari suatu produk untuk menghasilkan harga jual.” Ada beberapa istilah biaya dalam metode ini, antara lain : a) Biaya tetap total, yaitu elemen-elemen seperti sewa, gaji pimpinan dan pajak kekayaan yang tetap konstan untuk setiap tingkat hasil (output). b) Biaya variable, yaitu biaya yang berubah-ubah disebabkan oleh adanya perubahan jumlah hasil. c) Biaya total, yaitu biaya keseluruhan, meliputi biaya tetap dan biaya variable. d) Biaya marginal, yaitu biaya untuk memproduksi dan menjual tambahan satu unit produk yang terakhir.
STIE Putra Perdana Indonesia Harga Jual = H arga beli Mark up
Sedangkan menurut Philip Kotler, yang diterjemahkan oleh Ancella Anitawati Hermawan, SE, M.B.A. (2006: 648) “Metode penetapan harga paling dasar adalah dengan menambahkan mark up stándar pada biaya produk. Mark up umumnya berdasarkan harga bukan dari biaya yang biasanya pada toko-toko swalayan.”
Harga Mark up
=
Biaya per unit 1 Pengembalian / penjualan yg. diinginkan
Dari beberapa penjelasan di atas tentang metode penetapan harga mark up adalah dengan menambahkan prosentase pada biaya produk, tetapi penentuannya ada yang berdasarkan biaya dan berdasarkan harga jual tergantung dari penggunanya. Pedagang biasanya menggunakan berdasarkan harga jual sedangkan perusahaan industri biasanya menggunakan berdasarkan biaya.
STIE Putra Perdana Indonesia Inovasi Volume 3;Mei 2010
Page 91
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia 3.
Peranan Penting Harga
Suatu perusahaan harus menetapkan harga untuk pertama kalinya yakni ketika: a. Perusahaan tersebut mengembangkan atau memperoleh suatu produk baru. b. Perusahaan tersebut baru pertama kalinya memperkenalkan produk regulernya ke saluran distribusi atau daerah baru. c. Perusahaan akan mengikuti lelang atas suatu kontrak kerja baru. Harga memiliki peran yang sangat penting termasuk dalam pertukaran pemasaran (marketing exchange ). Ada empat tipe dasar dari biaya consumen (consumer cost), yaitu uang, waktu, aktifitas kognitif, dan usaha perilaku. Biaya–biaya atau pengorbanan yang ditambahkan atau dibandingkan dengan nilai atau manfaat produk yang ditawarkan adalah cara mudah untuk mempertimbangkan arti harga bagi konsumen. Di lain pihak, pemasar mengeluarkan biaya–biaya bisnis, misalnya biaya produksi, promosi, distribusi, dan riset pemasaran. Dari biaya–biaya bisnis yang harus dikorbankan ini, pemasar menghitung keuntungan yang dapat di perolehnya. Agar terjadi pertukaran (marketing exchange), harga yang sedia dibayar oleh konsumen harus lebih besar atau sama dengan harga yang sedia dijual oleh pemasar. Berikut ini peranan penting harga dalam pertukaran pemasaran:
STIE Putra Perdana Indonesia Gambar 2.1 Peranan Penting Harga Dalam Pertukaran Pemasaran
STIE Putra Perdana Indonesia CONSUMER COST
BUSINESS COST
Money Time Cognitife actifity Behavior evort
Production Promostion Distribution Marketing Research
+
+
Value
Profit
=
=
Price willing to pay
Price willing to sell
STIE Putra Perdana Indonesia Marketing exchange
(Sumber data “Strategic Marketing Plan”; C.M. Lingga Purnama)
Page 92
Inovasi Volume 3;Mei 2010
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia 4.
Analisis Situasi Penetapan Harga
Analisis penetapan harga meliputi estimasi mengenai kepekaan pasar, produk terhadap harga, penentuan biaya produk, analisis persaingan, dan penilaian terhadap hambatan-hambatan hukum dan etika. a. Kepekaan Pasar Produk Terhadap Harga
Kepekaan ini dapat dilihat pada elastisitas harga yang merupakan persentase perubahan jumlah yang diminta bila harga berubah dibagi dengan presentase perubahan harga. Menurut Nagle yang disadur oleh C.M. Lingga Purnama (2006: 129) dalam bukunya “Strategic Marketing Plan”, mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepekaan harga yaitu : 1) Pengaruh unik-unik. Pembeli kurang peka terhadap harga jika produk tersebut lebih langka. 2) Pengaruh kesadaran atas produk pengganti. Pembeli semakin kurang peka terhadap harga apabila mereka tidak menyadari adanya pengganti. 3) Pengaruh perbandingan yang sulit. Pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika mereka tidak dapat dengan mudah membandingkan barang pengganti. 4) Pengaruh pengeluaran total. Pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika pengeluaran tersebut semakin rendah terhadap total pendapatan. 5) Pengaruh manfaat akhir. Pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika pengeluaran tersebut semakin kecil terhadap biaya total produk akhirnya. 6) Pengaruh biaya yang dibagi. Pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika sebagian biaya ditanggung pihak lain. 7) Pengaruh investasi tertanam. Pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika produk tersebut digunakan bersama dengan aktiva yang telah dibeli sebelumnya. 8) Pengaruh kualitas-harga. Pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika produk tersebut dianggap memiliki kualitas, gengsi, atau eksklusivitas lebih. 9) Pengaruh Persediaan. Pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika mereka tidak dapat menyimpan produk itu.
STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia b.
Penentuan Biaya Produk Menurut C.M. Lingga Purnama (2006:131) ada beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam menganalisis harga yaitu : 1) Penentuan struktur biaya. Yang dianalisis pertama kali adalah strategi biaya produksi dan distribusi produk. Hal ini mencakup penentuan komponen-komponen biaya tetap dan biaya variabel. Juga
STIE Putra Perdana Indonesia Inovasi Volume 3;Mei 2010
Page 93
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia 2)
3)
perla dicari bagian biaya produk yang disebabkan oleh pembelian dari pemasok. Analisis hubungan antara biaya dan volume. Dalam analisis ini, ditentukan sejauh mana volume dan apa yang dihasilkan serta ditribusinya. Analisis keunggulan bersaing. Yaitu menempatkan para pesaing kunci ke dalam kategori biaya produk relatif. Dalam beberapa situasi para analis dapat mengestimasi informasi biaya bersaing dari pengetahuan mengenai tingkat upah, biaya material, fasilitas produksi, dan informasi yang berkaitan. Estimasi dampak pengalaman atas biaya. Pengalaman atau analisis kurva pembelajaran (dengan menggunakan data historis) menunjukkan bahwa biaya dan harga untuk berbagai produk cenderung turun sampai jumlah tertentu setiap kali jumlah unit yang diproduksi menjadi dua kali lipat. Penentuan rentang kendali atas biaya. Pertimbangan-pertimbangan sejauh mana kepemilikan dan pengembangan, kekuatan tawarmenawar dengan pemasok, proses inovasi, dan faktor-faktor lainnya saling terkait dengan analisis kurva pengalaman.
STIE Putra Perdana Indonesia 4)
5)
c.
Analisis Persaingan Dalam menganalisis persaingan, setiap strategi harga pesaing perlu dievaluasi untuk menentukan perusahaan mana yang merupakan pesaing paling langsung, bagaimana perusahaan-perusahaan yang bersaing diposisikan pada basis harga relatif dan sejauh mana harga digunakan sebagai suatu bagian aktif dari strategi pemasaran mereka, sejauh mana keberhasilan strategi harga setiap pemasaran, dan bagaimana reaksi pesaing dapat mengubah strategi harga.
STIE Putra Perdana Indonesia d. Penilaian Terhadap Hambatan-hambatan Hukum dan Etika Yaitu menganalisis situasi penetapan harga yang menyangkut identifikasi terhadap faktor-faktor hukum dan etika yang mungkin mempengaruhi pemilihan suatu strategi harga. Keanekaragaman hukum dan peraturan mempengaruhi tindakan penetapan harga.
5.
Menentukan Harga Akhir dan Adaptasi Harga Metode-metode penetapan harga mempersempit rentang harga yang dipilih oleh perusahaan dalam menentukan harga akhir. Dalam memiliih harga akhir, perusahaan harus mempertimbangkan berbagai faktor tambahan lainnya seperti penetapan harga psikologis, pengaruh elemen bauran pamasaran lainnya pada harga, kebijakan penetapan harga perusahaan, dan dampak harga pada pihakpihak lain.
STIE Putra Perdana Indonesia Page 94
Inovasi Volume 3;Mei 2010
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia
Selain itu strategi adaptasi harga perlu dipertimbangkan karena berperan penting dalam penentuan harga akhir. Hal ini disebabkan karena perusahaan biasanya tidak menetapkan harga tunggal melainkan suatu struktur harga yang mencerminkan perbedaan permintaan dan biaya secara geografis, kebutuhan segmen pasar, waktu pembelian, tingkat pemesanan, dan faktor-faktor lain. Hal ini menyebabkan adanya metode adaptasi harga. Menurut C.M. Lingga Purnama (2006: 136) mengemukakan beberapa metode adaptasi harga yaitu: a.
Diskon dan potongan harga Perusahaan pada umumnya akan memodifikasi harga dasar mereka untuk menghargai tindakan pelanggan seperti bayaran awal, volume pembelian, dan pembelian di luar musim. Penyesuaian ini disebut potongan dan diskon. 1) Diskon tunai. Adalah pengurangan harga untuk pembeli yang segera membayarkan tagihannya. 2) Diskon kuantitas. Adalah pengurangan harga bagi pembeli yang membeli dalam jumlah yang besar. 3) Diskon fungsional. Adalah diskon yang diberikan oleh producen kepada para anggota saluran perdagangan jika mereka melakukan fungsi-fungsi tertentu seperti menjual, menyimpan dan melakukan pencatatan. 4) Diskon musiman. Merupakan pengurangan harga untuk pembeli yang membeli barang atau jasa selama di luar musimnya. 5) Potongan (allowances). Merupakan pengurangan dari daftar harga. Misalnya potongan tukar-tambah adalah pengurangan harga yang diberikan untuk penyerahan barang lama ketika membeli barang baru.
STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia b. Penetapan harga promosi Perusahaan menggunakan berbagai teknik penetapan harga untuk mendorong pembelian awal. Teknik-teknik itu antara lain : 1) Harga pemimpin-rugi (loss-leader pricing). Harga-harga merk tertentu diturunkan untuk memancing datangnya lebih banyak orang. 2) Harga peristiwa khusus (special event pricing). Penjual akan memberikan harga khusus pada musim-musim tertentu untuk menarik lebih banyak pelanggan. 3) Rabat tunai (cash rabates). Pemberian rabat tunai untuk mendorong pelanggan agar membeli produk produsen dalam periode waktu tertentu. 4) Pembiayaan berbunga rendah (low interest financing). Pengganti penurunan harga di mana perusahaan dapat menawarkan pelanggannya pembiayaan bunga yang rendah.
STIE Putra Perdana Indonesia Inovasi Volume 3;Mei 2010
Page 95
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia
5) Syarat pembayaran lebih lama (longer payment terms). Cara di mana penjual memperpanjang pinjaman mereka dalam periode yang lebih lama sehingga memperkecil cicilan bulanan. 6) Diskon psikologis. Yaitu suatu potongan harga pada produk dengan menaikkan harganya lalu diberi potongan harga.
c.
Penetapan harga diskriminasi Perusahaan sering memodifikasi harga dasarnya untuk mengakomodasi perbedaan pelanggan, produk, lokasi, dan lainnya. Penetapan harga diskriminasi memiliki beberapa bentuk: 1) Penetapan harga segmen pelanggan (customer-segment pricing). Pelanggan yang berbeda akan dikenakan harga yang berbeda untuk produk atau jasa yang sama. 2) Penetapan harga bentuk-produk (product-form pricing). Misalnya versi produk yang berbeda dikenakan harga yang berbeda tetapi tidak proporsional dengan biayanya. 3) Penetapan harga citra (image pricing). Beberapa perusahaan menetapkan harga yang berbeda untuk produk yang sama berdasarkan perbedaan citra. 4) Penetapan harga lokasi (location pricing). Produk yang sama dikenakan harga yang berbeda di lokasi yang berbeda, bahkan walaupun biaya penawaran untuk tiap lokasi sama. 5) Penetapan harga waktu (time pricing). Merupakan perbedaan harga yang terjadi karena perbedaan musim, hari atau jam.
STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia 6.
Ramalan Penjualan ( Sales Forecasting )
a. Pengertian Ramalan Penjualan Joel G. Siegel dan Jae K. Shim dalam, "Kamus Istilah Akuntansi” menyebutkan definisi tentang ramalan penjualan (sales forecasting) adalah “Ramalan penjualan adalah proyeksi atau taksiran penjualan di masa datang. Ini merupakan dasar yang digunakan untuk perhitungan seluruh rencana perusahaan dan merupakan anggaran induk (menyeluruh).” Menurut Karhi Nisjar S (2005:210) “Ramalan penjualan merupakan sebuah perkiraan tentang jumlah penjualan yang berhubungan dengan sebuah program pemasaran tertentu dan di mana diasumsikan adanya sebuah kekuatan lainnya berada di luar unit yang melakukan ramalan.” Sedangkan menurut Drs. Basu Swastha dan Drs. Irawan (2008:159) “Ramalan Penjualan adalah tingkat penjualan yang diharapkan dapat dicapai pada masa yang akan datang dengan mendasarkan pada data penjualan riil di masa lampau.” Dari beberapa pengertian di atas, maka ramalan penjualan adalah suatu perkiraan tentang penjualan selama periode masa yang akan datang yakni
STIE Putra Perdana Indonesia Page 96
Inovasi Volume 3;Mei 2010
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia
perkiraan permintaan aktual dan potensial dengan usaha-usaha tertentu yang dilakukan perusahaan. b. Proses – proses penjualan
Menurut Philip Kotler dan Gary Amstrong (1999:219-223) “Dasar Pemasaran (diIndonesiakan oleh Wilhelmus W. Bakowatun)”, memberikan penjelasan tentang langkah-langkah atau tahapan-tahapan dalam proses penjualan adalah : 1) Mencari dan mengkualifikasi calon pembeli 2) Pendekatan pendahuluan 3) Pendekatan 4) Penyajian dan demontrasi 5) Mengatasi keberatan 6) Menutup penjualan 7) Tindak lanjut
STIE Putra Perdana Indonesia Tahap-tahap penjualan menurut Kotler dan Amstrong di atas dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 2.2 Langkah-langkah Pokok Dalam Proses Penjualan Mencari dan mengkualifikasi calon pembeli
Pendekatan
Penyajian dan demonstrasi
STIE Putra Perdana Indonesia Pendahuluan
Pendekatan
Mengatasi
Menutup
Tindak
keberatan
penjualan
lanjut
( Sumber data “ Dasar Pemasaran”; kotler / Amstrong )
Menurut Basu Swastha dan Irawan (2008:410-411) dalam bukunya “Manajemen Pemasaran Modern” mengemukakan tentang tahap-tahap dalam proses penjualan yaitu: 1) Persiapan sebelum penjualan 2) Menentukan lokasi pembeli potensial 3) Pendekatan pendahuluan 4) Melakukan penjualan 5) Pelayanan sesudah menjual
STIE Putra Perdana Indonesia Inovasi Volume 3;Mei 2010
Page 97
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia Gambar 2.3 Tahap-tahap Proses Penjualan Penentuan lokasi pembeli
Persiapan
Penentuan calon pembeli
Penjualan
Kegiatan sesudah penjualan
Perhatian Minat Keinginan Tindakan
STIE Putra Perdana Indonesia ( Sumber data “ Dasar Pemasaran Modern ”; Drs. Basu Swastha )
Sedangkan menurut C.M. Lingga Purnama (2005: 168) mengatakan bahwa proses-proses penjualan adalah sebagai berikut: 1) Memprospek konsumen 2) Membuka hubungan. 3) Menilai prospek 4) Mempresentasikan pesan penjualan 5) Menutup penjualan 6) Melakukan perhitungan
STIE Putra Perdana Indonesia 7.
Penggunaan Metode Mark up Terhadap Volume Penjualan
Penetapan harga barang atau jasa yang efisien sering merupakan masalah yang sulit bagi sebuah perusahaan. Meskipun cara penetapan harga yang dipakai sama bagi semua perusahaan (didasarkan pada biaya, permintaan dan laba) tetapi kombinasi optimal faktor-faktor tersebut berbeda sesuai dengan sifat produknya, pasarnya dan tujuan perusahaan. Jadi, tugas manajer di sini adalah mengembangkan dan menerapkan strategi penetapan harga yang dapat memenuhi keinginan perusahaan pada waktu tertentu. Namun pada umumnya, biaya tidak menentukan harga pokok barang atau jasa. Harga jual produk biasanya terbentuk di pasar sebagai interaksi antara jumlah permintaan dan penawaran di pasar. Dalam hal ini manajemen puncak memerlukan informasi biaya penuh untuk memperhitungkan konsekuensi laba dari setiap alternatif harga jual yang terbentuk di pasar. Penetapan harga berdasarkan mark up bagi perusahaan dipakai untuk menutup biaya overhead atau pabrikasi. Biasanya mark up ini ditentukan dengan presentase dari biaya produk atau harga jualnya. Jika mark up itu ditentukan dari biaya produknya, maka presentase
STIE Putra Perdana Indonesia Page 98
Inovasi Volume 3;Mei 2010
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia
mark up tersebut harus dikalikan dengan biaya produk, kemudian ditambahkan biaya produk. Menurut Mulyadi (2006: 78-83) terdapat 2 pendekatan dalam menentukan harga jual, yaitu : a.
Pendekatan full costing
Apabila pendekatan ini digunakan dalam penentuan biaya produk, harga jual produk harus dapat menutup biaya penuh yang merupakan jumlah biaya produksi dan biaya non produksi ditambah dengan laba yang wajar. Penggunaan pendekatan full costing dalam penentuan harga jual dapat dirumuskan sebagai berikut:
STIE Putra Perdana Indonesia Harga Jual = Biaya produksi Biaya non produksi Laba diharapkan
Jika rumus tersebut dinyatakan dengan cara lain, harga jual sama dengan biaya produksi ditambah dengan mark up ( yang harganya sama dengan biaya non produksi ditambah laba yang diharapkan ). Sehingga harga jual dapat ditentukan sebagai berikut : Harga Jual = Biaya produksi Markup Di mana:
Mark up
=
Biaya non produksi Laba yang diharapkan Biaya produksi
Atau: Biaya non produksi ( Y % x Aktiva Penuh ) Biaya produksi
STIE Putra Perdana Indonesia Mark up
=
b. Pendekatan variable costing
Apabila pendekatan variable costing digunakan dalam penentuan biaya produk, harga jual produk harus dapat menutup taksiran biaya penuh, yang merupakan jumlah biaya variable (biaya produksi tetap dan biaya non produksi tetap) yang akan dikeluarkan ditambah dengan laba yang wajar. Jika pendekatan varable costing diterapkan dalam penentuan harga jual maka rumusnya adalah : Harga Jual = Biaya Variabel Markup Di mana:
STIE Putra Perdana Indonesia Mark up =
Inovasi Volume 3;Mei 2010
Biaya tetap Laba yang diharapkan Biaya var iabel
Page 99
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia Atau:
Mark up
=
Biaya tetap ( Y % x aktiva penuh ) Biaya var iabel
Biasanya para pedagang, seperti pedagang besar dan pengecer lebih banyak menentukan mark up–nya berdasarkan harga jual. Sedangkan produsen (perusahaan industri) yang bergerak di bidang manufaktur dan jasa, cenderung menetapkan mark up–nya berdasarkan biaya. Karena obyek penelitian penulis adalah perusahaan jasa, maka yang menjadi pembahasan adalah penetapan mark up berdasarkan biaya. Dengan mendasarkan pada biaya maka penetapan harga menjadi lebih sederhana dan perusahaan tidak perlu membuat penyesuaian harga terhadap permintaan. Dalam hal ini penulis akan memberikan sedikit gambaran mengenai penetapan harga berdasarkan mark up terhadap perkiraan volume penjualan produk yang dimaksud dengan menghitung biaya-biaya produk per unit produk yang telah ditentukan perusahaan dari tahun ke tahun dan memperkirakan volume penjualan pada tahun yang akan datang.
STIE Putra Perdana Indonesia C. Obyek Penelitian dan Alat Analisis 1. Objek Penelitian Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan PT. Binakarsa Swadaya telah menetapkan harga jual didasari mark up sebesar 20 % dari total biaya yang dikeluarkan. Dalam hal ini biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan berasal dari biaya tenaga kerja langsung dan overhead. Adapun biaya tenaga kerja yang ditetapkan perusahaan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan, maka penulis menyajikan pencapaian penjualan jasa yang dicapai perusahaan selama 5 tahun terakhir:
STIE Putra Perdana Indonesia Tabel 3.1 Data Penjualan Jasa PT. Binakarsa Swadaya Periode 2005 – 2009 (Dalam Ribuan Rupiah)
Jenis Usaha Penyediaan Tenaga Honorer
2005
2006
2007
2008
2009
16.489.455
19.457.557
22.959.917
24.547.319
33.121.650
STIE Putra Perdana Indonesia Sewa Gedung Pihak Lain
Page 100
2.909.904
3.433.687
4.051.750
4.990.000
5.860.435
Inovasi Volume 3;Mei 2010
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia Sewa
Gedung
Graha Binakarsa Jasa Konstruksi Perdagangan
Dan
Lainnya Total Penjualan
1.579.200
2.152.008
2.349.240
2.684.207
3.049.461
1.697.444
2.002.984
2.363.521
2.509.648
3.172.350
1.573.196
1.628.349
2.040.156
5.111.036
3.379.189
24.249.199
28.764.585
33.764.584
39.842.210
48.583.085
( Sumber : Pengolahan Data PT. Binakarsa Swadaya )
STIE Putra Perdana Indonesia Dalam hal ini kapasitas sewa gedung Graha Binakarsa yang ditetapkan perusahaan adalah 40 paket per tahun. Sedangkan harga jual yang ditetapkan perusahaan dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang diikuti dengan peningkatan penjualan yang dicapai perusahaan. Peningkatan penjualan yang dicapai perusahaan tidak terlepas dari berbagai usaha yang telah dilakukan perusahaan antara lain adanya pelayanan yang memuaskan sehingga konsumen merasa puas. Disamping itu perusahaan juga melakukan kegiatan promosi sehingga mendorong peningkatan penjualan jasa yang dicapai perusahaan dari tahun ke tahun. 2. Alat Analisis Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara penetapan harga jual berdasarkan mark up terhadap perkiraan volume penjualan akan dilakukan uji statistik sbb : a.
Analisis Regresi Sederhana ( Simple Regresion Analysis ) Menurut Henry Simamora (2007:167) menjelaskan bahwa: “Analisis regresi sederhana adalah suatu analisis yang hanya memperhitungkan dua variable, yaitu variabel independen (X) dan variabel dependen (Y). Rumus persamaan Regressi yang digunakan adalah :
STIE Putra Perdana Indonesia Y=a+bX
Dari persamaan ini a menunjukkan biaya tetap, dan b merupakan biaya variable. Y adalah variable terikat dan X merupakan variable bebas. Persamaan tadi dikembangkan menjadi : Σ XY = a ΣY + b Σ Y2 ΣY =an+bΣX Di mana:
STIE Putra Perdana Indonesia Y = Nilai variable terkait X = Nilai variable bebas
Inovasi Volume 3;Mei 2010
Page 101
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia a = Biaya tetap per periode waktu b = Biaya variable per ukuran aktivitas n = Banyaknya observasi Σ = Jumlah
Berdasarkan persamaan (1) dan (2) di atas, maka a dan b bisa dicari sebagai berikut: b=
n X .Y X .Y n X 2 ( X ) 2
STIE Putra Perdana Indonesia Y b (X ) n
a=
Selain itu, untuk mengetahui besar kecilnya tingkat kesalahan maka digunakan analisis kesalahan taksiran standar (standard error of estimated) dengan rumus:
Se =
Y 2 aY bXY n2
Atau Se =
(Y Y f )2 n2
STIE Putra Perdana Indonesia b.
Analisis Korelasi Analisis korelasi merupakan alat yang dipakai untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variable. Dalam hal ini penulis akan menggunakan metode Product Moment dengan rumus : r x,y =
n X .Y X . Y
[ n X 2 ( X ) 2 ] . [ n Y 2 ( Y ) 2 ]
Di mana : -
Bila r mempunyai nilai 0 atau mendekati 0 maka hubungan antara kedua variable lemah atau tidak terdapat hubungan sama sekali. Bila r = + 1 atau mendekati + 1, maka hubungan kedua variable positif atau kuat sekali. Bila r = - 1 atau mendekati - 1, maka hubungan kedua variable negatif atau kuat sekali.
STIE Putra Perdana Indonesia -
Page 102
Inovasi Volume 3;Mei 2010
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia
Selain itu juga akan digunakan koefisien determinasi dengan menggunakan rumus: KD = r 2
c.
Uji Hipotesis Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara penetapan harga jual berdasarkan mark up (X) dengan perkiraan volume penjualan (Y) maka akan dilakukan hipótesis dengan menggunakan uji t (t tes). Adapun langkah–langkah yang digunakan yaitu: 1) Merumuskan hipotesis :
STIE Putra Perdana Indonesia Ho: β = Tidak ada hubungan yang erat antara penetapan harga jual berdasarkan mark up (X) terhadap perkiraan volume penjualan jasa sewa gedung (Y) pada PT. Binakarsa Swadaya.
Ha: β = Ada hubungan yang erat antara penetapan harga jual berdasarkan mark up (X) terhadap perkiraan volume penjualan jasa sewa gedung Graha Binakarsa (Y) pada PT. Binakarsa Swadaya.
2) Menentukan nilai kritis pengujian. Dalam hal ini peneliti akan menggunakan tingkat kebebasan 95 % dan tingkat signifikan 5 %. Menentukan nilai tt dengan rumus : b tt = Sb
STIE Putra Perdana Indonesia D. Analisis dan Pembahasan 1.
Analisis Perhitungan Harga Berdasarkan Biaya Pokok Untuk Jasa Sewa Gedung dan Penetapan Mark up Yang Akan Dilakukan Oleh Perusahaan. a.
Perhitungan Penetapan Harga Jual Berdasarkan Mark up
Perhitungan penetapan harga jual berdasarkan biaya-biaya pokok yang dikeluarkan dan mark upnya yang akan dilakukan PT. Binakarsa Swadaya adalah dengan memberikan mark up 20 % pada biaya pokok atas penjualan jasa sewa gedung. Dalam pembahasan ini, perhitungan biaya pokok tahun 2005 sampai 2009 akan disajikan secara detail guna mendukung analisis yang dilakukan peneliti. Dan peneliti hanya akan menyajikan total penjualan jasa sewa gedung Graha Binakarsa yang dicapai perusahaan pada tahun 2005 sampai 2009.
STIE Putra Perdana Indonesia Inovasi Volume 3;Mei 2010
Page 103
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia
Seperti yang sudah dijelaskan pada bab III, bahwa perusahaan melakukan berbagai kegiatan di bidang jasa seperti sewa kendaraan, peralatan, gedung dan lainnya. Dari berbagai jasa yang ditawarkan perusahaan, tentu saja mempunyai biaya pokok yang berbeda-beda. Untuk memperjelas perhitungan biaya-biaya pokok dan harga jual berdasarkan mark up penulis akan menyajikan perhitungan tahun 2005 sampai dengan 2009. Biaya pokok untuk jasa penyewaan gedung dapat dilihat sebagai berikut: Kalkulasi Biaya Pokok Untuk Penjualan Jasa Sewa Gedung Graha Binakarsa Setiap 1 Paket Tahun 2005 (Perhitungan Telah Dibulatkan)
STIE Putra Perdana Indonesia Biaya Tenaga Kerja Langsung ( Direct Labor Cost ) : Pengelola Perlengkapan Lain-lain Jumlah Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rp. 25.000.000 Rp. 10.500.000 Rp. 5.500.000 Rp.41.000.000
Biaya Overhead / Biaya Tidak Langsung : Biaya Variabel : Utilitas ( listrik, telepon dll ) Transportasi Overhead Variabel Lainnya Jumlah biaya overhead variable
Rp. 13.500.000 Rp. 5.000.000 Rp. 6.500.000 Rp.25.000.000
STIE Putra Perdana Indonesia Biaya Tetap : Asuransi Jasa Keamanan Overhead Tetap Lainnya Jumlah biaya overhead tetap
Rp. 6.250.000 Rp. 4.000.000 Rp.17.750.000 Rp.28.000.000
TOTAL BIAYA OVERHEAD TOTAL BIAYA POKOK PRODUKSI
Rp.53.000.000 Rp.94.000.000
Perusahaan telah menetapkan harga jual untuk sewa gedung dengan mark up 20 % dari biaya pokok yang dikeluarkan perusahaan, seperti yang disebutkan pada bab III sebelumnya. Jadi harga jual untuk sewa gedung pada tahun 2005 adalah sebagai berikut : Harga Jual = Biaya Pokok ( 20 % x Biaya Pokok )
STIE Putra Perdana Indonesia = Rp.94.000.000 ( 20 % x Rp.94.000.000 )
Page 104
Inovasi Volume 3;Mei 2010
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia = Rp.94.000.000 Rp18.800.000 = Rp. 112.800.000
Jadi harga jual untuk sewa gedung pada tahun 2005 adalah sebesar Rp.112.800.000 untuk setiap paketnya. Kalkulasi Biaya Pokok Untuk Penjualan Jasa Sewa Gedung Graha Binakarsa Setiap 1 Paket Tahun 2006 (Perhitungan Telah Dibulatkan)
STIE Putra Perdana Indonesia Biaya Tenaga Kerja Langsung ( Direct Labor Cost ) : Pengelola Perlengkapan Lain-lain Jumlah Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rp. 27.500.000 Rp. 11.550.000 Rp. 6.050.000 Rp. 45.100.000
Biaya Overhead / Biaya Tidak Langsung : Biaya Variabel : Utilitas ( listrik, telepon dll ) Transportasi Overhead Variabel Lainnya Jumlah biaya overhead variable
Rp. 14.220.500 Rp. 5.334.500 Rp. 6.575.000 Rp. 26.130.000
Biaya Tetap : Asuransi Jasa Keamanan Overhead Tetap Lainnya Jumlah biaya overhead tetap
Rp. 6.250.000 Rp. 4.000.000 Rp. 18.150.000 Rp. 28.400.000
TOTAL BIAYA OVERHEAD TOTAL BIAYA POKOK PRODUKSI
Rp. 54.530.000 Rp. 99.630.000
STIE Putra Perdana Indonesia Harga Jual = Biaya Pokok ( 20 % x Biaya Pokok )
= Rp.99.630.000 ( 20 % x Rp.99.630.000 ) = Rp.99.630.000 Rp.19.926.000 = Rp. 119.556.000
STIE Putra Perdana Indonesia Jadi harga jual untuk sewa gedung pada tahun 2006 adalah sebesar Rp.119.556.000 untuk setiap paketnya.
Inovasi Volume 3;Mei 2010
Page 105
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia Kalkulasi Biaya Pokok Untuk Penjualan Jasa Sewa Gedung Graha Binakarsa Setiap 1 Paket Tahun 2007 (Perhitungan Telah Dibulatkan)
Biaya Tenaga Kerja Langsung ( Direct Labor Cost ) : Pengelola Rp. 30.250.000 Perlengkapan Rp. 12.705.000 Lain-lain Rp. 6.655.000 Jumlah Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp . 49.610.000 Biaya Overhead / Biaya Tidak Langsung : Biaya Variabel : Utilitas ( listrik, telepon dll ) Transportasi Overhead Variabel Lainnya Jumlah biaya overhead variable Biaya Tetap : Asuransi Jasa Keamanan Overhead Tetap Lainnya Jumlah biaya overhead tetap
STIE Putra Perdana Indonesia TOTAL BIAYA OVERHEAD TOTAL BIAYA POKOK PRODUKSI
Rp. Rp. Rp. Rp.
15.415.250 6.122.000 7.113.325 28.650.575
Rp. Rp. Rp. Rp.
6.775.000 4.500.000 19.225.525 30.500.525
Rp. 59.151.100 Rp.108.761.100
Harga Jual = Biaya Pokok ( 20 % x Biaya Pokok ) = Rp.108.761.100 ( 20 % x Rp.108.761.100 )
STIE Putra Perdana Indonesia = Rp.108.761.100 Rp.21.752.220 = Rp. 130.513.320
Jadi harga jual untuk sewa gedung pada tahun 2007 adalah sebesar Rp.130.513.320 untuk setiap paket. Kalkulasi Biaya Pokok Untuk Penjualan Jasa Sewa Gedung Graha Binakarsa Setiap 1 Paket Tahun 2008 (Perhitungan Telah Dibulatkan)
Biaya Tenaga Kerja Langsung ( Direct Labor Cost ) : Pengelola Rp. 33.275.000 Perlengkapan Rp. 13.975.500 ain-lain Rp. 7.320.500 Jumlah Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 54.571.000
STIE Putra Perdana Indonesia Page 106
Inovasi Volume 3;Mei 2010
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia Biaya Overhead / Biaya Tidak Langsung : Biaya Variabel : Utilitas ( listrik, telepon dll ) Transportasi Overhead Variabel Lainnya Jumlah biaya overhead variable Biaya Tetap : Asuransi Penyusutan Overhead Tetap Lainnya Jumlah biaya overhead tetap
Rp. 14.725.225 Rp. 5.833.300 Rp. 7.212.100 Rp. 27.770.625 Rp. Rp. Rp. Rp.
6.775.000 4.500.000 18.225.325 29.500.325
STIE Putra Perdana Indonesia TOTAL BIAYA OVERHEAD TOTAL BIAYA POKOK PRODUKSI
Rp. 57.270.950 Rp.111.841.950
Harga Jual = Biaya Pokok ( 20 % x Biaya Pokok )
= Rp.111.841.950 ( 20 % x Rp.111.841.950 ) = Rp.111.841.950 Rp.22.368.390 = Rp. 134.210.340
Jadi harga jual untuk sewa gedung pada tahun 2008 adalah sebesar Rp.134.210.340 untuk setiap paketnya.
STIE Putra Perdana Indonesia Kalkulasi Biaya Pokok Untuk Penjualan Jasa Sewa Gedung Graha Binakarsa Setiap 1 Paket Tahun 2009 (Perhitungan Telah Dibulatkan)
Biaya Tenaga Kerja Langsung ( Direct Labor Cost ) : Pengelola Perlengkapan Lain-lain Jumlah Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rp. 36.602.500 Rp. 15.373.050 Rp. 8.052.550 Rp. 60.028.100
Biaya Overhead / Biaya Tidak Langsung : Biaya Variabel : Utilitas ( listrik, telepon dll ) Transportasi Overhead Variabel Lainnya Jumlah biaya overhead variable
Rp. 15.125.550 Rp. 6.125.375 Rp. 7.550.025 Rp. 28.800.950
STIE Putra Perdana Indonesia Inovasi Volume 3;Mei 2010
Page 107
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia Biaya Tetap : Asuransi Jasa Keamanan Overhead Tetap Lainnya Jumlah biaya overhead tetap
Rp. 7.125.000 Rp. 4.725.000 Rp. 18.757.500 Rp. 30.607.500
TOTAL BIAYA OVERHEAD TOTAL BIAYA POKOK PRODUKSI
Rp. 61.408.450 Rp.121.010.350
Harga Jual = Biaya Pokok ( 20 % x Biaya Pokok )
STIE Putra Perdana Indonesia = Rp.121.010.350 ( 20 % x Rp.121010.350 ) = Rp.121.010.350 ( Rp.24.202.070) = Rp. 145.212.420
Jadi harga jual untuk sewa gedung pada tahun 2009 adalah sebesar Rp.146.412.420 untuk setiap paketnya. Dari perhitungan penetapan harga jual berdasarkan mark up yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa harga jual untuk sewa gedung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan karena peningkatan biaya tenaga kerja sebesar dari tahun ke tahun. Berikut ini adalah penyajian total biaya pokok beserta mark up dan harga jual jasa sewa gedung yang dicapai PT. Binakarsa Swadaya.
STIE Putra Perdana Indonesia Tabel 4.1 Data Harga Jual Jasa Sewa Gedung Graha Binakarsa Periode 2005 – 2009 (Rp)
Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Total Biaya Pokok 94.000.000 99.630.000 108.761.100 111.841.950 121.010.350
Mark up 18.800.000 19.926.000 21.752.220 22.368.390 24.202.070
Harga Jual 112.800.000 119.556.000 130.513.320 134.210.340 145.212.420
( Sumber : Pengolahan Data PT. Binakarsa Swadaya )
Walaupun harga jual mengalami kenaikan, tetapi tingkat volume penjualan yang dicapai perusahaan juga mengalami kenaikan. pada tahun 2005, dengan harga jual jasa sewa gedung yang ditetapkan perusahaan adalah sebesar Rp.112.800.000 dengan total penyewaan sebanyak 14 paket. Pada tahun 2006, harga jual sewa gedung naik sebesar 5,99 % menjadi
STIE Putra Perdana Indonesia Page 108
Inovasi Volume 3;Mei 2010
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia
Rp.119.556.000 dengan total penyewaan selama tahun 2006 adalah 18 paket. Pada tahun 2007, harga jual sewa gedung yang ditetapkan perusahaan sebesar Rp.130.513.320 atau naik 9,17 % dari harga jual tahun sebelumnya dengan total penyewaan gedung sebanyak 18 paket. Adapun untuk tahun 2008, perusahaan menetapkan besarnya harga jual sewa gedung sebesar Rp.134.210.340 naik sebesar Rp.3.697.020 atau 2,83 % dari tahun sebelumnya dengan total penyewaan gedung sebanyak 20 paket. Sedangkan untuk tahun 2009, perusahaan telah menetapkan harga jual sewa gedung menjadi Rp.145.212.420 naik Rp.11.002.080 atau 8,20 % dari tahun sebelumnya dengan total penyewaan gedung yang dicapai perusahaan sebanyak 21 paket. Hal ini tentu saja dapat mendorong peningkatan laba kotor yang diperoleh perusahaan dari penyewaan gedung. Berikut ini penulis menyajikan data persentase kenaikan harga jual yang ditetapkan perusahaan :
STIE Putra Perdana Indonesia b.
Analisis Perhitungan Persentase Kenaikan Harga Jual Sewa Gedung
Untuk mengetahui seberapa besar persentase kenaikan harga jual berdasar mark up yang ditetapkan perusahaan secara lebih detail, maka penulis menyajikan perhitungan persentase kenaikan harga jual berdasarkan mark up sebagai berikut :
Perhitungan persentase kenaikan harga jual jasa sewa gedung : Tahun 2006 Kenaikan Harga Jual (Rp)
= Har ga jual
2001
Har ga jual
2000
STIE Putra Perdana Indonesia = Rp.119.556.000
Rp.112.800.000
= Rp.6.756.000
% Kenaikan Harga Jual2006 = =
Kenaikan Har ga x 100 % Har ga Jual Tahun 2000 Rp.6.756.000 x 100 % Rp.112.800.000
= 5,99 % Tahun 2007 Kenaikan Harga Jual (Rp)
= Har ga jual
2002
= Rp.130.513.320
Har ga jual
2001
Rp.119.556.000
STIE Putra Perdana Indonesia = Rp.10.957.320
Inovasi Volume 3;Mei 2010
Page 109
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia % Kenaikan Harga Jual2007 = =
Kenaikan Har ga x 100 % Har ga Jual Tahun 2001 Rp.10.957.320 x 100 % Rp.119.556.000
= 9,17 % Tahun 2008 Kenaikan Harga Jual (Rp)
= Har ga jual
Har ga jual
STIE Putra Perdana Indonesia 2003
= Rp.134.210.340
2002
Rp.130.513.320
= Rp3.697.020
% Kenaikan Harga Jual2008 = =
Kenaikan Har ga x 100 % Har ga Jual Tahun 2002 Rp.3.697.020 x 100 % Rp.130.513.320
= 2,83 % Tahun 2009 Kenaikan Harga Jual (Rp)
= Har ga jual
2004
Har ga jual
2003
STIE Putra Perdana Indonesia = Rp.145.212.420 Rp.134.210.340 = Rp.11.002.080
% Kenaikan Harga Jual2009 = =
Kenaikan Har ga x 100 % Har ga Jual Tahun 2003 Rp.11.002.080 x 100 % Rp.134.210.340
= 8,20 % Dari perhitungan di atas, maka penulis akan menyajikan dalam bentuk tabel berikut :
STIE Putra Perdana Indonesia Page 110
Inovasi Volume 3;Mei 2010
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia Tabel 4.2 Persentase Kanaikan Harga Jual Sewa Gedung Graha Binakarsa Periode 2005 – 2009
Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Harga Jual Sewa Gedung (Rp) 112.800.000 119.556.000 130.513.320 134.210.340 145.212.420
Kenaikan Harga Jual ( Rp.) 6.756.000 10.957.320 3.697.020 11.002.080
Kenaikan Harga Jual ( % ) 5,99 9,17 2,83 8,20
STIE Putra Perdana Indonesia (Sumber: Pengolahan Data PT. Binakarsa Swadaya)
2.
Faktor-faktor Yang Mendorong Peningkatan Volume Penjualan Jasa Sewa Gedung Graha Binakarsa Pada PT. Binakarsa Swadaya
Dilihat dari volume penjualan atas jasa sewa gedung yang telah dicapai dengan perbandingan harga jual yang diberikan perusahaan, ternyata dengan harga jual yang terus meningkat, diikuti pula dengan peningkatan konsumen. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan sewa gedung antara lain sebagai berikut: a. Kondisi gedung (bangunan) Perusahaan senantiasa menjaga kondisi gedung (bangunan) yang disewakan secara berkala sehingga dapat dijamin bahwa gedung yang disewakan tidak membahayakan bagi pengguna. Selain itu gedung yang disewakan juga terletak di tempat yang strategis sehingga mudah dijangkau oleh konsumen (pengguna jasa).
STIE Putra Perdana Indonesia b. Pelayanan yang diberikan perusahaan Perusahaan selalu menjamin untuk memberikan pelayanan yang memuaskan bagi para konsumen, sehingga mendorong konsumen untuk senantiasa memakai jasa yang ditawarkan oleh perusahaan (dalam hal ini sewa gedung). Di samping itu, perusahaan juga berupaya untuk mempersiapkan gedung yang akan disewakan dengan baik, serta melengkapi gedung dengan berbagai fasilitas yang dapat mendukung kesuksesan acara atau kegiatan yang akan dilaksanakan konsumen (pengguna jasa perusahaan). c. Promosi perusahaan Promosi merupakan salah satu upaya yang ditempuh oleh banyak perusahaan dalam rangka untuk memperkenalkan suatu produk dalam bentuk barang ataupun jasa. Tujuan utama dari promosi adalah untuk
STIE Putra Perdana Indonesia Inovasi Volume 3;Mei 2010
Page 111
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia
meningkatkan volume penjualan yang ingin dicapai perusahaan. PT. Binakarsa Swadaya, sebagai salah satu perusahaan jasa yang bergerak di bidang penyewaan, senantiasa melakukan promosi yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa salah satu faktor yang mendorong peningkatan volume penjualan yang dicapai oleh PT. Binakarsa Swadaya adalah kegiatan promosi yang dijalankan secara efektif dan efisien yang pada akhirnya berdampak besar terhadap pencapaian volume penjualan atas jasa yang ditawarkan kepada masyarakat sebagai konsumen.
STIE Putra Perdana Indonesia d. Profesionalisme pegawai (karyawan) Salah satu fakor yang mendukung tercapainya peningkatan volume penjualan jasa sewa gedung yang dicapai PT. Binakarsa Swadaya adalah profesionalisme yang dimiliki pegawai (karyawan). Hal ini dapat dilihat dari ketepatan waktu, mulai dari mempersiapkan fasilitas pendukung hingga kebersihan dan kenyamanan gedung yang disewakan.
3.
Pengaruh Penetapan Harga Berdasarkan Mark up Terhadap Perkiraan Volume Penjualan Jasa Sewa Gedung Graha Binakarsa. a. Analisis Perhitungan Total Penjualan Jasa Sewa Gedung Untuk mengetahui jumlah penjualan jasa atas sewa gedung, maka penulis menyajikan perhitungan total penjualan jasa sewa gedung periode 2005 sampai 2009 sebagai berikut :
STIE Putra Perdana Indonesia Perhitungan total penjualan jasa (sewa gedung ) : Tahun 2005 Total Sewa Gedung 2005 = Kontribusi Sewa
2000
x Har ga jual
2000
x Har ga jual
2001
= 14 x Rp.112.800.000 = Rp.1.579.200.000
Tahun 2006
Total Sewa Gedung 2006 = Kontribusi Sewa
2001
= 18 x Rp.119.556.000 = Rp.2.152.008.000
STIE Putra Perdana Indonesia Page 112
Inovasi Volume 3;Mei 2010
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia Tahun 2007
Total Sewa Gedung 2007 = Kontribusi Sewa
2002
x Har ga jual
2002
x Har ga jual
2003
= 18 x Rp.130.513.320 = Rp.2.349.239.760 Tahun 2008 Total Sewa Gedung 2008 = Kontribusi Sewa
2003
STIE Putra Perdana Indonesia = 20 x Rp.134.210.340 = Rp.2.684.206.800
Tahun 2009
Total Sewa Gedung 2009 = Kontribusi Sewa
2004
x Har ga jual
2004
= 21 x Rp.145.212.420 = Rp.3.049.460.820
Dari perhitungan di atas, maka penulis menyajikan dalam bentuk tabel berikut : Tabel 4.3 Data Volume Penjualan Jasa Sewa Gedung Graha Binakarsa Periode 2005 – 2009 (Kapasitas Sewa 40 Paket / Tahun )
STIE Putra Perdana Indonesia Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Kontribusi Sewa Gedung / Tahun 14 paket 18 paket 18 paket 20 paket 21 paket
Harga Jual Sewa Gedung 112.800.000 119.556.000 130.513.320 134.210.340 145.212.420
Total Penjualan Jasa Sewa Gedung 1.579.200.000 2.152.008.000 2.349.239.760 2.684.206.800 3.049.460.820
( Sumber : Pengolahan Data PT. Binakarsa Swadaya )
Dari data yang disajikan di atas, dapat disimpulkan bahwa kontribusi penjualan jasa sewa gedung dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Sehingga mendorong peningkatan total penjualan yang dicapai perusahaan dan berdampak pada peningkatan laba yang diperoleh perusahaan.
STIE Putra Perdana Indonesia Inovasi Volume 3;Mei 2010
Page 113
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia
b. Analisis Perhitungan Persentase Kontribusi Jasa Sewa Gedung Terhadap Total Penjualan Jasa PT. Binakarsa Swadaya
Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi penjualan jasa sewa gedung terhadap total penjualan jasa yang dicapai PT. Binakarsa Swadaya, maka penulis menyajikan perhitungan persentase kontribusi penjualan jasa sewa gedung untuk periode 2005 sampai 2009 sebagai berikut : Perhitungan persentase jasa sewa gedung : Tahun 2005 Jasa Sewa Gedung 2001 x 100 % % Jasa sewa gedung 2005 = Total Penjualan Jasa 2001
STIE Putra Perdana Indonesia =
Rp.1.579.200.000 x 100 % Rp.24.249.198.799
= 6,51%
Tahun 2006
% Jasa sewa gedung 2006 = =
Jasa Sewa Gedung 2001 x 100 % Total Penjualan Jasa 2001 Rp.2.152.008.000 x 100 % Rp.28.614.054.583
= 7,52 %
STIE Putra Perdana Indonesia Tahun 2007
% Jasa sewa gedung 2007 = =
Jasa Sewa Gedung 2002 x 100 % Total Penjualan Jasa 2002 Rp.2.349.239.760 x 100 % Rp.33.764.584.408
= 6,96 %
Tahun 2008 % Jasa sewa gedung 2008 =
Jasa Sewa Gedung 2003 x 100 % Total Penjualan Jasa 2003 =
Rp.2.684.206.800 x 100 % Rp.39.842.209.602
STIE Putra Perdana Indonesia = 6,74 %
Page 114
Inovasi Volume 3;Mei 2010
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia Tahun 2009
% Jasa sewa gedung 2009 = =
Jasa Sewa Gedung 2004 x 100 % Total Penjualan Jasa 2004 Rp.3.049.460.820 x 100 % Rp.48.583.085.270
= 6,28 % Dari perhitungan di atas, maka penulis menyajikannya dalam tabel
STIE Putra Perdana Indonesia berikut :
Tabel 4.4 Data Persentase Kontribusi Volume Penjualan Jasa Sewa Gedung Graha Binakarsa Periode 2005 – 2009
Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Total Penjualan Jasa (Rp.) 24.249.198.799 28.614.054.583 33.764.584.408 39.842.209.602 48.583.085.270
Jasa Sewa Gedung (Rp.) 1.579.200.000 2.152.008.000 2.349.239.760 2.684.206.800 3.049.460.820
Persentase Jasa Sewa Gedung 6,51 % 7,52 % 6,96 % 6,74 % 6,28 %
(Sumber: Pengolahan Data PT. Binakarsa Swadaya)
STIE Putra Perdana Indonesia c. Analisis Pengaruh Penetapan Harga Jual Berdasarkan Mark up Terhadap Tingkat Volume Penjualan Jasa Sewa Gedung Analisis statistik digunakan untuk mengukur seberapa kuat hubungan antara penetapan harga jual berdasarkan mark up terhadap perkiraan volume penjualan jasa sewa gedung pada PT. Binakarsa Swadaya. Untuk itu, penulis akan menggunakan korelasi dan analisis regresi serta uji hipótesis koefisien regresinya. Dan untuk meramalkan berapa penjualan yang akan dicapai pada masa yang akan datang, serta berapa besar nilai ketelitian terhadap perkiraan tersebut dengan menggunakan analisis regresi dan analisis stándar kesalahan. Data yang penulis pergunakan adalah sebanyak 5 tahun terhitung dari tahun 2005 – 2009. Keterangan: X = Harga Jual Jasa Sewa Gedung Y = Volume Penjualan Jasa Sewa Gedung n = Jumlah Tahun r = Korelasi
STIE Putra Perdana Indonesia Inovasi Volume 3;Mei 2010
Page 115
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia
Berikut ini adalah data harga jual berdasarkan mark up yang telah ditetapkan perusahaan dan total penjualan jasa sewa gedung yang telah dicapai PT. Binakarsa Swadaya selama lima tahun terakhir yaitu periode 2005 sampai dengan 2009 : Tabel 4.5 Data Harga Jual dan Penjualan Jasa Sewa Gedung Graha Binakarsa pada PT. Binakarsa Swadaya Periode 2005 – 2009 (Perhitungan Telah Dibulatkan)
STIE Putra Perdana Indonesia Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Harga Jual (Dalam Ribuan Rp.) (X) 112.800 119.556 130.513 134.210 145.212
Volume Penjualan (Sewa Gedung) (Y) 14 18 18 20 21
(Sumber: Pengolahan Data PT. Binakarsa Swadaya )
1) Analisis Korelasi Analisis korelasi ini untuk mencari seberapa besar hubungan antara penetapan harga jual berdasarkan mark up dengan perkiraan volume penjualannya dan seberapa besar pengaruhnya dengan menggunakan koefisien determinasi. Dari hasil perhitungannya diperoleh r x,y = 0,91 . Sehingga dapat disimpulkan koefisien korelasi antara harga jual dengan volume penjualan jasa (sewa gedung) adalah 0,91, r sebesar ini menunjukan kedua variable tersebut kuat karena mendekati nilai + 1. Sedangkan untuk mencari seberapa besar pengaruhnya adalah dengan menggunakan koefisien determinasi (CD), yaitu:
STIE Putra Perdana Indonesia KD = r 2 = ( 0,91 ) 2 KD = 0,83 atau 83 %
Jadi 0,83 atau 83 % artinya bahwa penetapan harga jual tersebut dapat mempengaruhi volume penjualan sebesar 83 % untuk jasa sewa gedung Graha Binakarsa pada PT. Binakarsa Swadaya.
STIE Putra Perdana Indonesia 2) Analisis Regresi Sederhana Y=a+bX
Page 116
Inovasi Volume 3;Mei 2010
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia b=
n X .Y X .Y n X 2 ( X ) 2
Dengan
menggunakan
rumus
diatas
diperoleh
persamaan
regresinya sebagai berikut: Y = - 6,21 + 0,00019X Jadi setiap penambahan atau pengurangan harga sebesar satu rupiah, akan meningkatkan atau mengurangi penjualan sebesar 0,00019 terhadap volume penjualan jasa sewa gedung pada PT. Binakarsa Swadaya. Untuk menemukan ketepatan persamaan estimasi yang dihasilkan untuk mengestimasi nilai variable dependen dengan metode kuadrat terkecil. Dari hasil perhitungan diperoleh Se = 1,35, maka dapat diketahui bahwa tingkat estimasi kesalahan sebesar 1,35 %, sehingga tingkat ketepatannya adalah sebesar 98,65 %.
STIE Putra Perdana Indonesia 3) Uji Hipotesis
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variable independent (X) yaitu harga jual berpengaruh terhadap variable dependent (Y) yaitu volume penjualan jasa sewa gedung. Seperti yang dikemukakan pada bab II, perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut: H0: β = Tidak ada hubungan yang erat antara penetapan harga jual berdasarkan mark up (X) terhadap perkiraan volume penjualan jasa sewa gedung (Y) pada PT. Binakarsa Swadaya
STIE Putra Perdana Indonesia Ha:β= Ada hubungan yang erat antara penetapan harga jual berdasarkan mark up (X) terhadap perkiraan volume penjualan jasa sewa gedung (Y) pada PT. Binakarsa Swadaya Sedangkan untuk mengetahui nilai kritis dengan tingkat signifikan sebesar 5 %, maka digunakan perhitungan sebagai berikut : t(n-k; α/2 ) = t (5 2; 0,05 / 2) =
t
=
3,182
(3; 0,025)
Menentukan nilai ttest:
STIE Putra Perdana Indonesia Inovasi Volume 3;Mei 2010
Page 117
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia t test =
b Sb
Sb adalah kesalahan standar koefisien regresi diperoleh sebesar 3,8 yang
dapat ditentukan dengan rumus : Keputusan terhadap hipotesis dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai kritis sebagai berikut :
STIE Putra Perdana Indonesia Gambar Kurva Keputusan
Daerah Penolakan H0
Daerah Penerimaan H0
Daerah Penolakan H0
STIE Putra Perdana Indonesia - 3,182
+ 3,182
Karena nilai tt berada di daerah penolakan Ho, maka keputusannya adalah H0 ditolak. Berarti secara statistik nilai b tidak sama dengan nol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penetapan harga berdasarkan mark up mempunyai pengaruh terhadap volume penjualan jasa sewa gedung Graha Binakarsa pada PT. Binakarsa Swadaya.
4. Perkiraan Volume Penjualan Jasa Sewa Gedung Graha Binakarsa Pada PT. Binakarsa Swadaya
memperkirakan pencapaian volume penjualan jasa sewa gedung Graha Binakarsa di masa yang akan datang, maka terlebih dahulu penulis menentukan rumus Analisis Trend yang akan digunakan sebagai berikut : n X .Y X .Y
STIE Putra Perdana Indonesia b=
n X 2 ( X ) 2
Page 118
Inovasi Volume 3;Mei 2010
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia
Berdasarkan rumus diatas diperoleh persamaan regresi Y = 18,2 +1,6X. Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan perkiraan volume penjualan jasa sewa gedung, pada tahun 2005 sebesar 23, tahun 2006 sebesar 24,6, tahun 2007 sebesar 26,2, tahun 2008 sebesar 27,8, tahun 2009 sebesar 29,4 dan tahun 2010 (yang akan datang) sebesar 31. Dari hasil di atas, kita dapat mengetahui perkiraan volume penjualan jasa sewa gedung yang akan datang pada PT. Binakarsa Swadaya, yaitu untuk tahun 2005 = 23 paket, tahun 2006 = 25 paket, tahun 2007 = 26 paket, tahun 2008= 28 paket, tahun 2009 sebanyak 29 paket, serta tahun 2010 sebanyak 31 paket. Untuk mengukur ketelitian dari taksiran atau nilai yang diharapkan pada tingkat volume penjualan ( Y ) tertentu dapat diukur dengan Standard error of estimate, dengan rumus yang digunakan sebagai berikut :
STIE Putra Perdana Indonesia Se =
(Y Y f )2 n2
Dengan menggunakan rumus diatas diperoleh Yf untuk tahun 2005 sebesar 15, tahun 2006 sebesar 16,6 tahun 2007 sebesar 18,2, tahun 2008 sebesar 19,8 dan tahun 2008 sebesar 21,4. Perkiraan standar kesalahan dapat dilakukan analisis dengan menggunakan rumus :
Se =
(Y Y f )2 n2
Besarnya kesalahan standar perkiraan nilai variable dependen (Y) yaitu volume penjualan jasa sewa gedung adalah sebesar Se = 1,03 ( 1,03 % ). Maka dapat disimpulkan bahwa ketepatan atau ketelitian perkiraan nilai variable dependennya yaitu volume penjualan jasa sangat tinggi yaitu sebesar 98,97 %.
STIE Putra Perdana Indonesia E. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan dan hasil yang dikemukakan pada bab keempat, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: a. Pengaruh penetapan harga jual berdasarkan mark up terhadap volume penjualan jasa sewa gedung Graha Binakarsa mempunyai hubungan yang kuat, karena hasil perhitungan korelasinya adalah 0,91 b. Pengaruh penetapan harga jual berdasarkan mark up terhadap volume penjualan jasa sewa gedung Graha Binakarsa adalah sebesar 83 %, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
STIE Putra Perdana Indonesia Inovasi Volume 3;Mei 2010
Page 119
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia
c. Adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi volume penjualan jasa sewa gedung Graha Binakarsa pada PT. Binakarsa Swadaya adalah sebagai berikut : 1) Kondisi gedung (bangunan) Graha Binakarsa yang baik. 2) Pelayanan yang diberikan perusahaan. 3) Promosi penjualan 4) Profesionalisme pegawai (karyawan).
d. Untuk mengetahui berapa paket yang dipesan di tahun yang akan datang, dengan menggunakan analisis regresi dan persamaannya adalah Y = 18,2 + 1,6 U, sehingga PT. Binakarsa Swadaya dapat mengetahui perkiraan penjualan jasa sewa gedung Graha Binakarsa pada tahun 2005 sebanyak 23 paket, 2006 = 25 paket, tahun 2007 = 26 paket, tahun 2008= 28 paket, tahun 2009 sebanyak 29 paket, serta tahun 2010 sebanyak 31 paket.
STIE Putra Perdana Indonesia e. Pengujian terhadap dengan tingkat signifikan 5 % maka t hitung ± 3,182, dan t test nya adalah + 3,8 sehingga nilai t test berada di daerah penolakan H0, maka keputusannya menolak hipotesis nol (H0) yang berarti penetapan harga jual berdasarkan mark up berpengaruh terhadap volume penjualan jasa sewa gedung Graha Binakarsa pada PT. Binakarsa Swadaya. f. Perusahaan telah memberikan harga jual untuk sewa gedung sebesar 20 % dari biaya pokok yang dikeluarkan perusahaan. g. Total biaya pokok dan harga jual untuk sewa gedung Graha Binakarsa dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Tahun 2005 Harga jual sewa adalah Rp.112.800.000, tahun 2006 naik 5,99 % menjadi Rp. 119.556.000, tahun 2007 naik 9,17 % menjadi Rp.130.513.320, tahun 2008 naik 2,83 % menjadi Rp.134.210.340 serta tahun 2009 naik sebesar 8,20 % menjadi Rp. 145.121.420
STIE Putra Perdana Indonesia h. Dalam menilai ketelitian dari perkiraan penjualan digunakan standart error of estimated. Besarnya kesalahan standar perkiraan nilai variable dependen (Y) yaitu volume penjualan jasa sewa gedung Graha Binakarsa adalah 1,03 (1,03%), sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ketepatan atau ketelitian perkiraan perkiraan nilai variable dependen (volume penjualan) sangat tinggi yaitu sebesar 98,97 %.
2. Saran Untuk meningkatkan atau mempertahankan pencapaian volume penjualan jasa sewa gedung Graha Binakarsa, maka perusahaan harus melakukan beberapa upaya yang dapat mendukung usaha perusahaan tersebut. Karena itu, penulis ingin memberikan sumbangan saran yang dapat berguna bagi PT. Binakarsa Swadaya. Adapun saran-saran tersebut sebagai berikut :
STIE Putra Perdana Indonesia Page 120
Inovasi Volume 3;Mei 2010
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia
a. Sebaiknya perusahaan terus mempertahankan pelayanan yang baik (memuaskan) kepada para konsumen sehingga dapat mendukung peningkatan volume penjualan jasa yang diinginkan perusahaan di masa yang akan datang.
b. Selain itu, perusahaan juga harus dapat meningkatkan profesionalisme pegawai (karyawan) melalui pelatihan-pelatihan yang lebih intensif sehingga dapat mendorong peningkatan mutu dan kualitas kinerja karyawan yang pada akhirnya dapat mendukung upaya perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
STIE Putra Perdana Indonesia c. Perusahaan harus mampu menekan biaya-biaya produksi, sehingga penetapan harga jual sewa gedung Graha Binakarsa dapat lebih ditekan. Dengan harga jual yang lebih rendah, maka akan mendorong peningkatan volume penjualan yang dicapai perusahaan sehingga tujuan yang ditetapkan perusahaan dapat dicapai dengan maksimal.
d. Perusahaan harus meningkatkan kegiatan promosi secara efektif dan efisien. Sehingga biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk kegiatan promosi dapat berdampak positif terhadap peningkatan volume penjualan jasa sewa gedung Graha Binakarsa pada khususnya maupun peningkatan penjualan jasa secara keseluruhan pada PT. Binakarsa Swadaya.
e. Seharusnya kedudukan SPI langsung di bawah Direktur Utama sehingga dapat melakukan pengawasan secara independent terhadap kinerja organisasi perusahaan.
STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia Inovasi Volume 3;Mei 2010
Page 121
STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia DAFTAR PUSTAKA
Arif Isnaini. 2005. Model dan Strategi Pemasaran. NTP PRESS. Mataram. Basu Swastha, Drs dan Irawan, Drs. 2008. Manajemen Pasar Modern. Liberty. Yogyakarta. Buchari Alma, Dr. 1999. Pengantar Bisnis. Alfabeta. Bandung. C.M. Lingga Purnama, MM. 2006. Strategic Marketing Plan. PT. Gramedia Pusaka Utama. Jakarta. Griffin,R.W. dan Ebert, R.J. 2008. Bisnis. Edina C. Tarmidzi (Terj.). PT. Indeks. Jakarta. Kamarudin Ahmad. 2005. Akuntansi Manajemen ( Dasar-dasar Konsep Biaya dan Pengambilan Keputusan). PT. Raja Grasindo Persada. Jakarta Karhi Nisjar S., Drs., Ak., MM. 2005. Sistem-sistem Informasi Pemasaran. CV Mandar Maju. Bandung Kotler, Philip. 2006. Manajemen Pemasaran. Ancella Anitawati Hermawan, SE, M.B.A (Terj). Salemba Empat. Jakarta. Kotler & Amstrong. 1999. Dasar Pemasaran. Wilhelmus W. Bakowatun, SE (Terj.). CV. Intermedia. Jakarta. Lili M. Sadeli, Drs dan Bedjo Siswanto, Drs . 2006. Akuntansi Manajemen. Sinar Grafika Offset. Jakarta. Manulang, M. 2007. Dasar-Dasar Manajemen. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Mulyadi. 2006. Akuntansi Manajemen ( Konsep, Manfaat & Rekayasa ). Salemba Empat. Jakarta. Samryn, L.M. 2006. Akuntansi Manajerial. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Siegel, J.G. Dan Shim, J.K. 2005. Kamus Istilah Akuntansi. Gramedia. Jakarta. Simamora, Henry. 2007. Akuntansi Manajemen. (Edisi II). UPP AMP YKPN. Simangunsong, A.O, Drs. 2008. Dasar-dasar Akuntansi Keuangan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Soemarso S.R. 2007. Akuntansi : Suatu Pengantar. Salemba Empat. Jakarta. Sony Koeswara, SM, MSIE. 2006. Pemasaran Industri. Djambatan. Jakarta. Tim Dosen STIE-M. Buku Panduan Skripsi. STIEM Tangerang Press. Tangerang. Yayat M. Harujito. 2006. Dasar-dasar Manajemen. PT. Grasindo. Jakarta
STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia Page 122
Inovasi Volume 3;Mei 2010