PENGARUH PREVENTION COST DAN APPRAISAL COST TERHADAP PRODUK CACAT DAN DAMPAKNYA PADA PENDAPATAN OPERASIONAL PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada PT. Kembang Ratu Panghegar Bandung)
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi
Oleh RULLY ILYASSA RACHMAN 123403082
PROGAM STUDI AKUNTANSI FAKULTASI EKONOMI UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA 2016
ABSTRACT Influence Of Prevention Cost And Appraisal Cost To Product Defects And Impact To Company Operating Income ( A Cast Study at PT. Kembang Ratu Panghegar Bandung) By : Rully Ilyassa Rachman 123403082 Guidance : Dr. H. Dedi Kusmayadi, S.E., M.Si., Ak., CA. H. Usman Mulya Kusumah, S.E., Ak.
The purpose of this study was to describe (1) Correlation among influence Prevention Cost and Appraisal Cost, (2) Correlation among influence Prevention Cost and Appraisal Cost partially and simultaneously to Product Defect, And (3) Correlation among influence Product Defect to company Operating Income. This research used descriptive method with survey approach. Data collection implemented by primary data that obtained directly from subject or PT. Kembang Ratu Panghegar Bandung and secondary data from literature. Results showed : (1) Prevention Cost affect Appraisal Cost unsignificantly, (2) Partially Prevention Cost affect Product Defect significantly, partially Appraisal Cost affect signifcantly to Product Defect, and simultaneously Prevention Cost and Appraisal Cost affect Product Defect significantly. (3) Product Defect affect Operating Income significantly. Keywords: Prevention Cost, Appraisal Cost, Product Defect and Operating Income
ABSTRAK Pengaruh Prevention Cost Dan Appraisal Cost Terhadap Produk Cacat Dan Dampaknya Pada Pendapatan Operasional Perusahaan (Studi Kasus Pada PT. Kembang Ratu Panghegar) Oleh : Rully Ilyassa Rachman 123403082 Dibimbing oleh : Dr. H. Dedi Kusmayadi, S.E., M.Si., Ak., CA. H. Usman Mulya Kusumah, S.E., Ak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar (1) Pengaruh Prevention Cost terhadap Appraisal Cost, (2) Pengaruh Prevention Cost dan Appraisal Cost baik secara parsial dan simultan terhadap Produk cacat, dan (3) Pengaruh dari Produk Cacat terhadap Pendapatan Operasional Perusahaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan survei. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dalam hal ini PT. Kembang Ratu Panghegar Bandung dan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Prevention Cost berpengaruh tidak signifikan terhadap Appraisal Cost, (2) Prevention Cost secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Produk Cacat, sedangkan Appraisal Cost berpengaruh signifikan, sedangkan Prevention Cost dan Appraisal Cost secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Produk Cacat, (3) Produk Cacat berpengaruh signifikan terhadap Pendapantan Operasional Perusahaan. Kata kunci : Prevention Cost, Appraisal Cost, Produk Cacat dan Pendapatan Operasional
1.1.Latar Belakang Penelitian Untuk mencapai produk yang berkualitas, perusahaan harus selalu melakukan pengawasan dan peningkatan terhadap kualitas produknya, sehingga akan diperoleh hasil akhir yang optimal. Kualitas yang meningkat akan mengurangi terjadinya produk rusak sehingga akan meningkatkan laba, karena peningkatan kualitas ini akan mengakibatkan biaya-biaya yang terus menurun dan naiknya pangsa pasar. Kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan kualitas adalah kegiatan yang dilakukan karena mungkin atau telah terdapat kualitas yang\ buruk. Biaya-biaya untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut disebut biaya kualitas. Jadi, biaya kualitas (cost of quality) adalah biaya-biaya yang timbul karena mungkin atau telah terdapat produk yang buruk kualitasnya. Terdapat dua sub kategori dari kegiatan-kegiatan yang terkait dengan kualitas yaitu kegiatan pengendalian dan kegiatan karena kegagalan. Tanpa adanya kualitas produk yang baik, sudah pasti produk tersebut tidak akan laku dipasaran. Tentu saja hal tersebut tidaklah mudah untuk bisa dicapai oleh suatu perusahaan. Untuk itu setiap perusahaan saling berlomba dalam menciptakan strategi dalam memenangkan persaingan. Salah satu cara untuk memenangkan persaingan adalah dengan mempertahankan kualitas produk yang dihasilkan dengan kapasitas produksi yang maksimal, dengan mutu produk yang tepat guna dan dapat memenuhi permintaan konsumen. Sedangkan untuk menghasilkan produk – produk yang berkualitas, perusahaan harus mampu menganalisis biaya kualitas khususnya biaya pencegahan ( prevention cost ) dan biaya penilaian ( appraisal cost ). Untuk dapat terus bersaing dalam dunia usaha PT. Kembang Ratu Panghegar perlu memerlukan perbaikan dan peningkatan kualitas produknya sehingga dapat meningkatkan hasil penjualan produk. Dengan produk yang berkualitas diharapkan dapat meningkatkan hasil penjualan yang nantinya akan berdampak pula pada pendapatan perusahaan. 1.2.Identifiasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis dapat mengidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana prevention cost, appraisal cost, produk cacat serta pendapatan operasional perusahaan pada PT. Kembang Ratu Panghegar. 2. Bagaimana pengaruh prevention cost terhadap appraisal cost pada PT. Kembang Ratu Panghegar. 3. Bagaimana pengaruh prevention cost, dan appraisal cost secara parsial dan secara simultan terhadap produk cacat pada PT. Kembang Ratu Panghegar. 4. Bagaimana pengaruh produk cacat terhadap pendapatan operasional perusahaan pada PT. Kembang Ratu Panghegar. 1.3.Tujuan Penelitian Dari permasalahan yang telah diidentifikasikan di atas, yang merupakan dasar pembahasan peneitian ini, maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui prevention cost, appraisal cost, dan produk cacat serta pendapatan operasional perusahaan pada PT. Kembang Ratu Panghegar 2. Untuk mengetahui pengaruh prevention cost terhadap appraisal cost pada PT. Kembang Ratu Panghegar 3. Untuk mengetahui pengaruh prevention cost dan appraisal cost secara parsial dan secara simultan terhadap produk cacat pada PT. Kembang Ratu Panghegar
4. Untuk mengetahui pengaruh produk cacat terhadap pendapatan operasional perusahaan pada PT. Kembang Ratu Panghegar. 1.4.Kegunaan Hasil Penelitian Penulis melakukan penelitian ini dengan harapan agar penelitian ini dapat berguna bagi pihak lain, diantaranya: 1. Bagi Penulis Sebagai pengetahuan bagaimana menambah wawasan dan memperdalam pengalaman tentang konsep dan teori – teori mengenai masalah yang diteliti. 2. Bagi Perusahaan Diharapkan sebagai bahan evaluasi bagi perusahaan yang bersangkutan dalam mengadakan perbaikan pada bidang yang diteliti. 3. Bagi Pihak Lain Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi yang baik serta dapat menjadi bahan masukan dalam melaksanakan evaluasi terhadap kegiatan yang dilakukan perusahaan, juga menjadi bahan referensi bagi pihak lain yang berkepentingan dan membutuhkannya, sesuai dengan kajian yang dibahas dalam penelitian ini. 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengertian Biaya Kualitas Hansen dan Mowen diterjemahkan oleh Ancella A. Hermawan (2001 : 966) menyatakan bahwa : “Biaya kualitas adalah biaya – biaya yang timbul karena kualitas buruk mungkin dan memang ada”. Definisi mengenai kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kualitas juga menunjukkan empat kategori biaya kualitas yaitu : 1. Biaya pencegahan (Prevention Costs) Menurut Garrison, Noreen dan Brewer (2006 : 83) cara yang paling efektif untuk meminimumkan biaya kualitas tetapi tetap mempertahankan kualitas yang tinggi adalah menghindari masalah yang berkaitan dengan kualitas sedini mungkin”. Inilah tujuan dari biaya pencegahan, biaya pencegahan (prevention cost) berkaitan dengan aktivitas untuk mengurangi jumlah produk atau jasa yang cacat. 2. Biaya Penilaian (Appraisal Cost ) Appraisal cost atau juga disebut biaya penilaian juga termasuk ke kegiatan pengendalian, dan belum ditemukan produk cacat. Garrison, Noreen dan Brewer (2006 : 90) mengemukakan pengertian biaya penilaian sebagai berikut: “Biaya penilaian (Apprasial Costs) yang biasanya disebut sebagai biaya inspeksi (inspection cost) terjadi untuk mengidentifikasikan produk cacat sebelum produk tersebut dikirimkan kepada konsumen”. 3. Biaya Kegagalan Internal (internal failure costs) Biaya kegagalan terjadi pada saat produk tidak dapat memenuhi spesifikasi rancangannya. Biaya kegagalan dapat terjadi baik internal maupun eksternal. Biaya kegagalan internal (internal failure cost) diakibatkan oleh identifikasi cacat selama proses penilaian. Biaya tersebut meliputi sisa bahan, bahan yang ditolak, pengerjaan ulang produk cacat, dan waktu yang terbuang karena masalah kualitas. 4. Biaya Kegagalan Eksternal (External Failure Cost ) External failure cost atau disebut juga biaya kegagalan eksternal adalah biaya yang termasuk ke kegiatan karena kegagalan internal dan eksternal. Jadi pasti
ada barang yang cacat, tapi sudah sampai ke tangan konsumen. Blocher, Chen, dan Lin (2000 : 220) dalam bukunya Manajemen Biaya yang diterjemahkan oleh A.Susty Ambarriani menyatakan bahwa : “Biaya mutu adalah biaya – biaya yang berkaitan dengan pencegahan, pengidentifikasian, perbaikan, dan pembetulan produk yang berkualitas rendah, dan dengan opportunity cost dari hilangya waktu produksi dan penjualan sebagai akibat rendahnya kualitas”. 2.1.2. Pengertian Prevention Cost Gazper (2007:157) mendefinisikan prevention cost yaitu sebagai berikut : “Perencanaan kualitas biaya-biaya yang berkaitan dengan aktivitas perencanaan yang berkualitas secara keseluruhan, termasuk penyiapan prosedur-prosedur yang diperlukan untuk mengkomunikasikan rencana kualitas ke seluruh pihak yang berkepentingan”. Sedangkan menurut Garrison, Noreen dan Brewer (2006:63) dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Manajerial yang diterjemahkan oleh A. Totok Budisantoso mendefinisikan biaya pencegahan yaitu sebagai berikut : “Biaya pencegahan adalah berkaitan dengan aktivitas untuk mengurangi jumlah produk atau jasa yang cacat. Perusahaan akan mengeluarkan biaya yang jauh lebih rendah apabila dapat mencegah terjadinya cacat dibandingkan dengan menemukan dan memperbaiki cacat yang telah terjadi”. 2.1.3. Pengertian Appraisal Cost Menurut Hansen dan Mowen (2007 : 966) mendefinisikan Biaya penilaian merupakan biaya yang muncul untuk menentukan apakah produk atau jasa sesuai dengan kebutuhan pelanggan atau spesifikasi mereka. Termasuk dalam contoh ini adalah inspeksi dan pengujian bahan baku, pengemasan, inspeksi, supervisi aktivitas penilaian, penerimaan produk, penerimaan proses, pengukuran peralatan, dan pengesahan dari pihak luar. Berdasarkan definisi – definisi tersebut diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya penilaian (appraisal cost) merupakan biaya – biaya yang dikeluarkan untuk menentukan apakah produk atau jasa telah memenuhi persyaratan kualitas sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Jadi dengan biaya penilaian diharapkan produk sampai ke tangan konsumen. 2.1.4. Pengertian Produk Cacat Mulyadi (2007:328) mengidentifikasi produk cacat sebagai berikut: “Produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditentukan tetapi dengan mengeluarkan biaya pengerjaan kembali untuk memperbaikinya, produk tersebut secara ekonomis dapat disempurnakan lagi menjadi produk yang lebih baik”. Salah satu tujuan perusahaan dalam kegiatan pengendalian kualitas adalah menekan jumlah produk cacat dan produk rusak sehingga biaya produk yang dikeluarkan tidak terlalu besar dan tidak mengecewakan konsumen. 2.1.5. Pengertian Pendapatan Operasional Pada dasarnya, pengertian pendapatan menurut Ilmu Akuntansi dapat ditelusuri dari dua sudut pandang, yaitu: 1. Konsep Pendapatan yang memusatkan pada arus masuk (inflow) aktiva sebagai hasil dari kegiatan operasi perusahaan. Pendekatan ini menganggap pendapatan sebagai inflow of net asset. 2. Konsep Pendapatan yang memusatkan perhatian kepada penciptaan barang dan jasa serta penyaluran konsumen atau produsen lainnya, jadi pendekatan ini menganggap pendapatan sebagai outflow of good and services.
Sedangkan menurut M. Munandar (2006 : 36) mengidentifikasikan pendapat sebagai berikut : “Pendapatan adalah suatu pertambahan aset yang mengakibatkan bertambahnya Owner’s Equity, tetapi bukan karena penambahan modal dari pemiliknya dan bukan pula merupakan pertambahan aset yang disebabkan karena bertambahnya liabilities”. 2.2. Kerangka Pemikiran Peningkatan kualitas pada perusahaan merupakan kegiatan pokok perusahaan untuk meningkatkan produk yang dihasilkan. Peningkatan kualitas menitikberatkan pada kecocokan dengan kegunaan (fitness for use), kebutuhan konsumen dan mengurangi produk cacat. Produk cacat merupakan produk yang dihasilkan dari proses produksi yang tidak memenuhi standar namun secara ekonomis bisa diperbaiki lebih menguntungkan untuk dijual. Ada beberapa kategori penyebab produk cacat, yaitu Produk cacat yang disebabkan oleh sulitnya pengerjaan, produk cacat yang sifatnya normal dalam perusahaan, produk cacat yang disebabkan kurangnya pengendalian dalam perusahaan. Abdul Halim (2000 : 43). Kedua kategori biaya kualitas ini biaya pencegahan (prevention cost) dan biaya penilaian (appraisal cost) saling mempengaruhi. Pengakuan bahwa kegagalan menghasilkan produk yang berkualitas tinggi akan menimbulkan biaya tinggi. Oleh sebab itu, perusahaan terdorong untuk selalu meningkatkan kualitas produk sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dengan menjadikan produk rusak (zero defect). Peningkatan biaya kualitas khususnya biaya pencegahan dan biaya penilaian akan mengurangi produk dari kerusakan. Hal ini mempunyai arti bahwa jika perusahan meningkatkan biaya pencegahan dan biaya penilaian akan mengurangi produk rusak dan berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan perusahaan. Hansen dan Mowen (2005: 7). Dimana Pendapatan sebagai suatu pertambahan aset yang mengakibatkan bertambahnya Owner’s Equity, tetapi bukan karena penambahan modal dari pemiliknya dan bukan pula merupakan pertambahan aset yang disebabkan karena bertambahnya liabilities. Mundandar (2006 : 38). Untuk mengukur pendapatan suatu perusahaan dapat dilihat dari jumlah dan berapa harga jual per unit untuk suatu produk baik yang cacat maupun produk tidak cacat. Penggolongan biaya kualitas ke dalam beberapa kategori, yaitu biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal dan eksternal adalah sebagai perangkat bagi manajemen atau pihak lain untuk mempermudah melakukan analisis terhadap elemenelemen biaya kualitas baik itu dari segi perilakunya maupun hubungan antar masingmasing elemen dari biaya tersebut serta pengaruhnya terhadap variabel lain di luar biaya kualitas, misalnya dengan tingkat volume penjualan, profitabilitas, dan produktivitas. Keempat golongan biaya kualitas tersebut dapat dikelompokkan lagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu biaya pengendalian (yang terdiri dari biaya pencegahan dan biaya penilaian) dan biaya kegagalan (internal dan eksternal). Semakin besar perusahaan menginvestasikan modalnya pada aktivitas pengendalian, maka semakin kecil biaya kegagalan yang terjadi. Hansen dan Mawen (2005) Meningkatnya biaya pencegahan yang dilakukan oleh perusahaan akan menyebabkan biaya penilaian (Appraisal Cost) yang dikeluarkan juga akan menurun. Hal ini terjadi karena kedua biaya tersebut merupakan suatu kesatuan usaha pengendalian yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas. Usaha pengendalian kualitas yang dilakukan dengan mengeluarkan biaya pencegahan dan biaya penilaian akan menyebabkan berkurangnya kualitas produk yang mengalami kegagalan (cacat) yang dihasilkan sebelum
poduk tersebut di kirim ke kosumen. Menurunnya produk cacat tersebut berarti penurunan biaya produksi karena biaya untuk memperbaiki produk yang cacat (pengerjaan ulang produk cacat) tersebut berkurang. 2.3. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1 : Prevention cost secara parsial tidak berpengaruh terhadap appraisal cost. 2 : Prevention cost secara parsial berpengaruh terhadap produk cacat 3 : Appraisal cost secara parsial tidak berpengaruh terhadap produk cacat 4 : Prevention cost dan Appraisal cost secara simultan berpengaruh terhadap produk cacat. 5 : Produk cacat berpengaruh secara parsial terhadap pendapatan operasional perusahaan. 3.1. Objek Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengambil objek penelitian mengenai permasalahan yang berkenaan dengan prevention cost, appraisal cost, produk cacat di perusahaan terhadap peningkatan pendapatan. 3.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Kembang Ratu Panghegar berdiri pada tahun 2006 yang merupakan gagasan dari Bapak Dede Otang sebagai pemilik modal. Dengan modal awal Rp. 100 juta, Bapak Dede Otang beserta istri membentuk sebuah perusahaan keluarga atau perusahaan perorangan dimana karyawan utamanya dipegang oleh sanak keluarganya sendiri. Pada permulaan awal usahanya PT. Kembang Ratu Panghegar sudah memasarkan produknya ke daerah Priangan Timur disamping memasarkan di daerah Bandung sendiri. Perkembangan PT. Kembang Ratu Panghegar terhitung cepat bersamaan dengan volume penjualan yang semakin meningkat. Seiring berjalannya waktu, melihat potensi dan tuntutan pasar serta untuk memperkuat daya saing PT. Kembang Ratu Panghegar pada tahun 2010 menerbitkan salah satu brand paten produk handbags yang bernama “Tuan Tanoe” yang telah diakui secara kualitas dan inovasi model oleh pasar. Hal ini mendorong perusahaan untuk memasarkan produk ke areal yang lebih luas dan telah tersebar diberbagai kota di Indonesia. 3.2.Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analisis yaitu dengan pendekatan studi kasus. Dimana menurut Muhammad Nazir (2005:54) yang dimaksud dengan Metode Deskriptif Analisis adalah : “Suatu metode yang status kelompok manusia, objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti”. 3.3.Operasional Variabel Operasionalisasi variabel penelitian adalah suatu cara dalam memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan maupun memberikan suatu operasional untuk mengukur dan memperjelas serta mempermudah perolehan dan penyajian data-data yang diperlukan pada masing-masing variabel yang ada dalam judul penelitian. Adapun variabel dalam penelitian ini sebagai berikut :
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Variabel Prevention Cost (X1)
Defisini Operasional Biaya yang terjadi untuk mencegah kerusakan produk yang dihasilkan. Carter dan Usry Alih Bahasa Oleh Krista (2004 : 198)
Appraisal Cost (X2)
Produk Cacat (X3)
Pendapatan (Y)
Kualitas yang terjadi untuk menentukan apakah produk dan jasa sesuai dengan persyaratan-persyaratan kualitas . Carter dan Usry Alih Bahasa Oleh Krista (2004 : 198) Produk yang dihasilkan dari proses produksi yang tidak memenuhi standar namun secara ekonomis bisa diperbaiki lebih menguntungkan untuk dijual. Abdul Halim (2000 : 143)
Pendapatan sebagai suatu pertambahan aset yang mengakibatkan bertambahnya Owner’s Equity, tetapi bukan karena penambahan modal dari pemiliknya dan bukan pula merupakan pertambahan aset yang disebabkan karena bertambahnya
Indikator Ukuran Biaya perencanaan Rupiah kualitas Biaya tinjauan produk baru Biaya pemeliharaan peralatan Biaya pengendalian proses Biaya pelatihan Biaya pengujian Rupiah dan inspeksi (pemeriksaan) Audit Kualitas Peralatan pengujian
Skala Rasio
Produk cacat yang Rupiah disebabkan oleh sulitnya pengerjaan Produk cacat yang sifatnya normal dalam perusahaan Produk cacat yang disebabkan kurangnya pengendalian dalam perusahaan Total Barang Yang Rupiah Terjual
Rasio
Rasio
Rasio
liabilities. M. Munandar (2006 : 38) 3.4.Paradigma Penelitian Dalam menganalisis data yang diperoleh dalam rangka pengujian hipotesis, data tersebuit diolah terlebih dahulu kemudian dianalisis menggunakan metode statistik parametrik untuk menguji hipotesis yang diajukan. Paradigma penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut :
X1 X3
Y ϵ
X2 ϵ
ϵ
Gambar Paradigma Penelitian
Dimana : X1 = Prevention Cost X2 = Appraisal Cost X3 = Produk Cacat Y = Pendapatan ϵ = variabel yang tidak diperhitungkan dalam penelitian ini 3.5.Teknik Analisis Data Untuk menganalisis data yang diperoleh dalam rangka pengujian hipotesis, data tersebut diolah terlebih dahulu kemudian dianalisis dengan pendekatan kuantitatif dengan metode statistik parametrik yaitu dengan menggunakan statistik parametris yang digunakan untuk menguji hipotesis komparasi dan rasio antar interval, dan regresi sederhana yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dan dependen (Sugiyono, 2013) Dalam penelitian ini terdapat empat variabel penelitian, dimana ada tiga variabel bebas (Independent variabel) yaitu Prevention Cost (X1), Appraisal Cost (X2) produk cacat (X3) dan satu variabel terikat (dependent variabel) yaitu Pendapatan Operasional Perusahaan. Dalam pelaksanaan pengujian hipotesis dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga metode analisis yaitu metode regresi sederhana yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari prevention cost terhadap appraisal cost, path analysis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh prevention cost dan appraisal cost terhadap produk cacat dan metode
regresi sederhana untuk mengetahui pengaruh produk cacat terhadap pendapatan operasional perusahaan. Dimana hal ini sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh Retherford (dalam Arikunto, 2010 : 93) yang menyatakan Analisis jalur adalah suatu teknik pengembangan dari regresi linier ganda.Teknik ini digunakan untuk menguji besarnya sumbangan (kontribusi) yang ditunjukkan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal antar variabel X1 X2 terhadap X3 serta dampaknya terhadap Y. “Analisis jalur ialah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang tejadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel tergantung tidak hanya secara langsung tetapi juga secara tidak langsung”. 3.6.Uji Hipotesis 1. Penetapan Hipotesis Operasional Ho1, ρ = 0 : Prevention Cost tidak berpengaruh signifikan terhadap Appraisal Cost Ha1, ρ ≠ 0 : Prevention Cost berpengaruh signifikan terhadap Appraisal Cost Ho2, ρ = 0 : Prevention Cost secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Produk Cacat Ha2, ρ ≠ 0 : Prevention Cost secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Produk Cacat Ho3, ρ = 0 : Appraisal C ost secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Produk Cacat Ha3, ρ ≠ 0 : Appraisal Cost berpengaruh signifikan terhadap Produk Cacat Ho4, ρyX1 = ρyX2 = 0 : Prevention Cost dan Appraisal Cost secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap Produk Cacat Ha4, ρyX1 = ρyX2 ≠ 0 : Prevention Cost dan Appraisal Cost secara silmultan berpengaruh signifikan terhadap Produk Cacat Ho5 = 0 : Tidak terdapat pengaruh secara signifikan produk cacat terhadap pendapatan operasional perusahan. Ha5 ≠ 0 : Terdapat pengaruh secara signifikan produk cacat terhadap pendapatan operasional perusahaan 2. Penetapan Tingkat Signifikansi Taraf signifikansi (α) ditetapkan sebesar 5%, ini berarti kemungkinan kebenaran hasil penarikan kesimpulan mempunyai probabilitas 95%, atau toleransi kemelesetan 5%. Taraf signifikansi ini adalah tingkat yang umum digunakan dalam penelitian sosial karena dianggap cukup ketat untuk mewakili hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. 3. Uji Signifikansi Untuk menguji signifikansi dilakukan dua pengujian yaitu : a. Secara parsial menggunakan uji t b. Secara simultan menggunakan uji F
4. Kaidah keputusan Kaidah keputusan yang digunakan adalah ; a. Tolak H0 jika t < -t ½ α df (n-2) atau t > t ½ α df(n-2) Terima H0 jika -t ½ α df (n-2) < t < t ½ α df(n-2) b. Tolak H0 jika t < -t ½ α df (n-k-1) atau t > t ½ α df (n-k-1) Terima H0 jika -t ½ α df (n-k-1) < t < t ½ α df (n-k-1) c. Tolak H0 jika Fhitung > Ftabel Terima H0 jika Fhitung < Ftabel 5. Penarikan kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian diatas, penulis akan melakukan analisa secara kuantitatif. Dari hasil tersebut akan ditarik kesimpulan, apakah hipotesis yang telah ditetapkan itu diterima atau ditolak. 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Prevention Cost Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa PT. Kembang Ratu Panghegar Bandung pada dasarnya telah mempunyai biaya pencegahan (prevention cost) yang pada intinya merupakan komponen biaya kualitas. PT. Kembang Ratu Panghegar mengalokasikan biaya yang lebih besar pada biaya pencegahan (prevention cost). Karena dengan mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk pencegahan, perusahaan semakin sedikit mengeluarkan biaya yang berkaitan dengan biaya kualitas lainnya. Dengan asumsi tindakan pencegahan yang baik, proses produksi akan berjalan dengan baik sehingga dapat menekan angka kegagalan internal dan eksternal pada akhirnya produk yang dihasilkan berkualitas dan menekan produk cacat. Adapun biaya pencegahan (prevention cost) pada perusahaan ini meliputim, biaya perencanaan kualitas, biaya pemeliharaan peralatan dan pemeliharaan pabrik. 4.1.2. Appraisal Cost Biaya penilaian (appraisal cost) merupakan salah satu komponen biaya kualitas yanjg mempunyai perhatiajn lebih setel;ah biaya pencegahan (prevention cost) karena kedua biaya ini merupakan satu kesatuan usaha pengendalian yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas. Adapun biaya yang termasuk biaya penilaian (appraisal cost) pada perusahaan ini adalah biaya pemilihan bahan baku dan pengawasan proses pada saat produksi sampai pada akhir proses. Pemilihan bahan baku ini dilakukan ketika bahan baku datang. Bagian penerimaan bahan baku di gudang melihat apakah bahan baku tersebut terdapat bahan cacat atau tidak. Apabila terdapat bahan yang cacat maka bahan baku akan dipisahkan dari bahan baku yang lebih baik. Sedangkan pengawasan proses yang dilakukan adalah pengawasan dan inspeksi kualitas proses pada saat produksi sampai pada proses akhir dengan tujuan untuk menentukan produk telah sesuai persyaratan kualitas serta menghindari terjadinya kesalahan produk sampai ke tangan konsumen. 4.1.3. Produk Cacat Setiap produksi yang dilakukan oleh manufaktur tidak dapat dihindari kemungkinan terjadinya produk cacat atau produk rusak yang tentunya tidak sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan perusahaan. Suatu produk yang dihasilkan perusahaan selalu menghasilkan produk sempurna (good unit) juga kemungkinan menghasilkan produk cacat yaitu produk yang tidak diharapkan tetapi pada realitanya produk cacat akan mengiringi produk sempurna. Produk cacat merupakan produk yang dihasilkan dari proses produksi yang tidak memenuhi standar namun secara ekonomis dapat diperbaiki dan lebih menguntungkan untuk dijual.
4.1.4. Pendapatan Operasional Pendapatan operasional adalah pendapatan yang merupakan hasil langsung dari kegiatan yang merupakan kegiatan opersional sebuah perusahaan, mengacu pada pendapat tersebut, maka pendapatan operasional PT. Kembang Ratu Panghegar Bandung adalah pendapatan yang berasal dari kegiatan operasional penjualan produk perusahan 4.2. Pembahasan 4.2.1. Pengaruh Prevention Cost Terhadap Appraisal Cost Pada PT. Kembang Ratu Panghegar Bandung. Dalam perhitungan yang penulis lakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh Prevention Cost terhadap Appraisal Cost dan Untuk mengetahui besarnya pengaruh Prevention Cost terhadap Appraisal Cost dapat diketahui dan dihitung dengan menggunakan SPSS Versi 16. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program statistik, maka diperoleh hasil (lampiran 1 halaman 91) angka Beta sebesar -0,920 menunjukkan korelasi yang kuat dimana hal ini berarti bahwa koefisien korelasi atau hubungan antara Appraisal Cost (X2) dengan Prevention Cost (X1), mempunyai hubungan yang negative artinya ketika ada kenaikan dari preventon cost sebesar 1% maka akan di ikuti dengan penurunan dari appraisal cost sebesar 0,92 % Angka R Square atau koefisien determinasi adalah 0,456 atau 45,6%. Angka ini mengindikasikan bahwa variasi dari variabel Prevention Cost menjelaskan variasi variabel Appraisal Cost sebesar 45,6% dan sisanya 44,4% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini seperti biaya kualitas dan biaya pengendalian lainnya. Untuk mengetahui apakah Prevention Cost secara parsial berpengaruh terhadap Appraisal Cost dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis secara statistic dilakukan dengan menggunakan uji t. Nilai signifikansi sebesar 0.000 menunjukkan bahwa nilai Sig. untuk uji t secara parsial lebih besar dari 0.05 sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Atau jika dilihat nilai thitung sebesar -6,588 (Lampiran 1 Halaman 91). Nilai thitung yang didapat sebesar -6,588 jika dibandingkan dengan dk=n-2=10-2= 8 didapat ttabel sebesar 2,306 (lampiran 4 halaman 94). Jika dibandingkan dengan ttabel maka diperoleh bahwa thitung (-6,588) < ttabel (2,306). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil pengujian statistik yang melihat nilai signifikansi yaitu bahwa Prepvention Cost secara parsial berpengaruh negative tidak signifikan terhadap tingkat Appraisal Cost pada tingkat kepercayaan 95%. Temuan hasil pengujian hipotesis ini memberikan makna bahwa meningkatnya Prevention Cost yang dilakukan oleh perusahaan akan menyebabkan Appraisal Cost yang dikeluarkan perusahaan menurun. 4.2.2. Pengaruh Secara Parsial dan Simultan Prevention Cost dan Appraisal Cost Terhadap Produk Cacat Pada PT. Kembang Ratu Panghegar. Dalam perhitungan yang penulis lakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh Prevention Cost terhadap Produk Cacat dan Untuk mengetahui besarnya pengaruh Prevention Cost terhadap Produk Cacat dapat diketahui dan dihitung dengan menggunakan SPSS Versi 16. Untuk melihat pengaruh secara parsial prevention cost terhadap produk cacat maka bisa dilihat dari nilai koefisien Regresi (Beta) (Lampiran 2 halaman 92) yang diperoleh berdasarkan perhitungan SPSS adalah sebesar -0,666. Beta sebesar -0,666 berada dalam
kategori kuat atau menunjukkan bahwa setiap kenaikan Prevention Cost sebesar 1% maka akan diikuti oleh penurunan Produk Cacat sebesar 0,666 dengan asumsi variabel lain tetap. Sedangkan pengaruh secara parsial Apprisal Cost terhadap Produk Cacat maka dapat dilihat dari nilai Partial yang diperoleh dari hasil perhitungan SPSS versi 16 yaitu sebesar -0,473 termasuk dalam ketegori rendah. Negatifnya nilai partial menunjukkan bahwa pengaruh secara parsial Prevention Cost terhadap Produk Cacat adalah negative (berlawanan arah) artinya bahwa ketika Prevention Cost meningkat maka Produk Cacat akan menurun. Selanjutnya Angka R Square atau koefisien determinasi adalah 0,263 atau 26,3% termasuk dalam kategori kuat yang mengindikasikan bahwa variasi dari variabel Prevention Cost menjelaskan variasi variabel Produk Cacat sebesar 26,3% dan sisanya 73,7% dijelaskan oleh faktor-faktor lain tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. Pengujian hipotesis secara statistik dilakukan dengan menggunakan uji t. Nilai signifikansi sebesar 0.047 menunjukkan bahwa nilai Sig. untuk uji t secara parsial lebih besar dari 0.05 sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Atau jika dilihat nilai nilai thitung sebesar -2,440. Nilai thitung yang didapat sebesar -2,440 jika dibandingkan dengan dk=n2=10-2= 8 didapat ttabel sebesar 2,306 (lampiran 4 halaman 94). Jika dibandingkan dengan ttabel maka diperoleh bahwa thitung (-2,440) < ttabel (2,306). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil pengujian statistik yang melihat nilai signifikansi yaitu bahwa Prevention Cost secara parsial berpengaruh negative terhadap Produk Cacat pada tingkat kepercayaan 95%. Temuan hasil pengujian hipotesis ini memberikan makna bahwa meningkatnya Prevention Cost yang dilakukan oleh perusahaan akan menyebabkan Produk Cacat yang dikeluarkan perusahaan menurun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Blocher, et., all., yang diterjemahkan oleh A. Susty Ambarriani (2000:223) yang menyatakan bahwa dengan mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk pencegahan, perusahaan semakin sedikit mengeluarkan biaya yang berkaitan dengan biaya kegagalan internal dan eksternal. Penghematan sendiri bisa menjadi lebih besar, pada akhirnya terjadi penurunan yang sangat besar dalam biaya kualitas dan kualitas produk akan meningkat. Jadi, apabila kualitas produk meningkat ini berarti produk cacat menurun. Selanjutnya Untuk melihat pengaruh Appraisal Cost terhadap Produk Cacat maka dapat dilihat Sedangkan koefisien Regresi (Beta) yang diperoleh berdasarkan perhitungan SPSS adalah sebesar -0,306. β2 sebesar -0,306 berada dalam kategori rendah yang menunjukkan bahwa setiap kenaikan Apprisal Cost sebesar 1% maka akan diikuti oleh penurunan Produk Cacat sebesar 0,306 dengan asumsi variabel lain tetap. Sedangkan pengaruh secara parsial Apprisal Cost terhadap Produk Cacat maka dapat dilihat dari nilai Partial yang diperoleh dari hasil perhitungan SPSS versi 16 yaitu sebesar -0,287 termasuk dalam kategori rendah. Negatifnya nilai partial menunjukkan bahwa pengaruh secara parsial Appraisal Cost terhadap Produk Cacat adalah negative (berlawanan arah) artinya bahwa ketika Appraisal Cost meningkat maka Produk Cacat akan menurun. Angka R Square atau koefisien determinasi adalah 0,347 atau 34,7%, termasuk dalam kategori rendah. Angka ini mengindikasikan bahwa variasi dari variabel Appraisal Cost menjelaskan variasi variabel Produk Cacat sebesar 34,7% dan sisanya 65,3% dijelaskan oleh faktor-faktor lain tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. Pengujian hipotesis secara statistik dilakukan dengan menggunakan uji t. Nilai signifikansi sebesar 0.023 menunjukkan bahwa nilai Sig. untuk uji t secara parsial lebih
besar dari 0.05 sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Atau jika dilihat nilai nilai thitung sebesar -1,109. Nilai thitung yang didapat sebesar -1,109 jika dibandingkan dengan dk=n2=10-2= 8 didapat ttabel sebesar 2,306 (lampiran 4 halaman 94). Jika dibandingkan dengan ttabel maka diperoleh bahwa thitung (-1,109) < ttabel (2,306). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil pengujian statistik yang melihat nilai signifikansi yaitu bahwa Appraisal Cost secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Produk Cacat pada tingkat kepercayaan 95%. Temuan hasil pengujian hipotesis ini memberikan makna bahwa meningkatnya Appraisal Cost yang dilakukan oleh perusahaan akan menyebabkan Produk Cacat yang dikeluarkan perusahaan menurun. Selanjutnya untuk melihat hubungan Prevention Cost dan Appraisal Cost secara bersama-sama (Simultan) terhadap Produk Cacat maka dapat dilihat dari nilai Konstanta yang diperoleh dari hasil perhitungan SPSS versi 16 (lampiran 2 halaman 92) yaitu sebesar 42.036. Nilai Konstansta sebesar 42.036 menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel indenpenden (X1 =0, X2 =0) maka Produk Cacat sebesar 42.036. β1 sebesar -0.666 menunjukkan bahwa setiap kenaikan Prevention Cost sebesar 1% maka akan diikuti oleh penurunan Produk Cacat sebesar 0.666 dengan asumsi variabel lain tetap. β2 sebesar -0.706 menunjukkan bahwa setiap kenaikan Appraisal Cost sebesar 1% maka akan diikuti oleh penurunan Produk Cacat sebesar 0.706 dengan asumsi variabel lain tetap. Besarnya pengaruh secara simultan Prevention Cost dan Appraisal Cost terhadap produk cacat bisa dilihat dari nilai angka R sebesar 0,611 termasuk dalam kategori kuat (lampiran 2 halaman 92) menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara Produk Cacat (X3) dengan Prevention Cost (X1) dan Appraisal Cost (X2) mempunyai hubungan yang sedang karena lebih besar dari 50% yaitu 61,1 %. Angka R Square atau koefisien determinasi adalah 0,509 atau 50,9% termasuk dalam ketgori sedang. Angka ini mengindikasikan bahwa variasi dari kedua variabel independennya mampu menjelaskan variasi produk cacat sebesar 50,9% dan sisanya 49,1% dijelaskan oleh faktor-faktor lain tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel Prevention Cost dan Appraisal Cost secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh terhadap variabel Produk Cacat. Hasil uji F menunjukkan bahwa nilai Fhitung adalah 34,813 dengan tingkat signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 sehingga Ha diterima dan Ho ditolak, artinya variabel Prevention Cost dan Appraisal Cost secara simultan berpengaruh terhadap Produk Cacat pada tingkat kepercayaan 95%. 4.2.3. Pengaruh Produk Cacat TerhadapPendapatan Operasional Pada PT. Kembang Ratu Panghegar Bandung Setelah mengetahui besarnya pengaruh secara simultan Prevention Cost dan Appraisal Cost terhadap produk cacat maka selanjutnya penulis ingin mengetahui apakah ada pengaruh dari Produk Cacat Terhadap Pendapatan Operasional dan Berapa Besar Pengaruh dari Produk Cacat Terhadap Pendapatan Operasional. Untuk melihat hubungan Produk Cacat terhadap Pendapatan Operasional maka dapat dilihat dari nilai Konstanta yang diperoleh dari hasil perhitungan SPSS versi 16 (lampiran 3 halaman 93) yaitu sebesar 20.069. Nilai Konstansta sebesar 20.069 menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel Produk Cacat (X3 = 0) maka Pendapatan Operasional sebesar 20.069.
Sedangkan koefisien Regresi (B) yang diperoleh berdasarkan perhitungan SPSS adalah sebesar -0,118. β sebesar -0,118 menunjukkan bahwa setiap kenaikan Produk Cacat sebesar 1% maka akan diikuti oleh penurunan Pendapatan Operasional sebesar 0,118. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program statistik, maka diperoleh hasil angka R (lampiran 3 halaman 93) sebesar -0,347 atau berada dalam kategori hubungan yang rendah menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara Produk Cacat (X3) dengan Pendapatan Operasional (Y), mempunyai hubungan yang negative atau berlawan arah karena > 50% yaitu 34,7%. Angka R Square atau koefisien determinasi adalah 0,442 atau 44,2%. Angka ini mengindikasikan bahwa variasi dari variabel Produk Cacat menjelaskan variasi variabel Pendapatan Operasional Perusahaan sebesar 44,2% dan sisanya 45,8% dijelaskan oleh faktor-faktor lain tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. Selanjutnya dari pengujian uji t. Nilai signifikansi sebesar 0.000 menunjukkan bahwa nilai Sig. untuk uji t secara parsial lebih rendah dari 0.05 sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Atau jika dilihat nilai nilai thitung sebesar 2,233. Nilai thitung yang didapat sebesar 2,233 jika dibandingkan dengan dk=n-2=10-2= 8 didapat ttabel sebesar 2,306 (lampiran 4 halaman 94). Jika dibandingkan dengan ttabel maka diperoleh bahwa thitung (2,233) < ttabel (2,306). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil pengujian statistik yang melihat nilai signifikansi yaitu bahwa Produk Cacat secara parsial berpengaruh negative terhadap tingkat Produk Cacat pada tingkat kepercayaan 95%. 5.1.Simpulan Berdasarkan analisis data yang dilakukan terhadap variabel Prevention Cost, Appraisal Cost terhadap Produk Cacat dan dampaknya terhadap pendapatan operasional perusahaan Pada PT. Kembang Ratu Panghegar Bandung. Maka hasil analisis data yang diperoleh dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Perkembangan biaya kualitas yang dikeluarkan Pihak perusahaan yang terdiri dari Prevention Cost dan Appraisal Cost selama tahun 2008 - 2015 meski bersifat fluktuatif namun secara keseluruhan berada dalam kondisi yang baik. Tidak stabilnya biaya yang dikeluarkan oleh pihak perusahaan dikarenakan fluktuatifnya harga bahan baku dan pemerliharaan mesin produksi setiap tahunnya. 2. Dilihat Secara parsial Prevention Cost berpengaruh negative atau berlawanan arah terhadap Appraisal Cost pada PT. Kembang Ratu Panghegar Bandung, artinya ketika Prevention Cost meningkat maka Appraisal Cost menurun. 3. Secara parsial Prevention Cost berpengaruh negative terhadap Produk Cacat atau berlawanan arah artinya ketika Prevention Cost meningkat maka Produk Cacat akan menurun di PT. Kembang Ratu Panghegar Bandung. 4. Secara parsial Aprraisal Cost berpengaruh negative atau berlawanan terhadap Produk Cacat artinya ketika Aprraisal Cost meningkat maka Produk Cacat menurun di PT. Kembang Ratu Panghegar Bandung. 5. Secara simultan dan serempak prevention cost dan appraisal cost secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap produk cacat, yang mengandung arti bahwa jika nilai biaya kualitas yang meliputi biaya Prevention Cost dan Appraisal Cost meningkat maka dapat menekan terjadinya produk cacat yang dihasilkan perusahaan pada PT. Kembang Ratu Panghegar Bandung. 6. Sedangkan produk cacat terhadap pendapatan operasional perusahaan setelah dilakukan penelitian diperoleh keterangan bahwa terhadap pengaruh yang negatif dan rendah dari produk cacat terhadap pendapatan operasional perusahaan PT. Kembang Ratu
Panghegar Bandung yang mengandung arti bahwa penurunan Produk Cacat yang dihasilkan perusahaan berdampak terhadap peningkatan pendapatan operasional pada perusahaan tersebut. 5.2 Saran 1. PT. Kembang Ratu Panghegar Bandung harus memperhatikan Beban Biaya Kualitas yang meliputi Prevention Cost dan Appraisal Cost karena memiliki pengaruh signifikan terhadap Produk Cacat yang dihasilkan perusahaan yang berimplikasi terhadap pendapatan operasional. 2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti dengan variabel-variabel lain diluar variabel penelitian ini agar memperoleh hasil yang lebih bervariatif yang dapat menggambarkan hal-hal apa saja yang dapat berpengaruh terhadap Pendapatan Operasional Perusahaan dan memperpanjang periode untuk memperluas cakupan serta menggunakan metode analisis yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA Abdul Halim. 2000. Sistem Akuntansi Sektor Publik. Jakarta : Salemba Empat Arikunto, Suharsimi. 2010. Metodologi Penelitian. Bandung : Alfabeta. Blocher, dkk. 2000. Manajemen Biaya. Terjemahan A.Susty Ambarriani . Jakarta : RajaGrafindo Carter & Usry. 2004. Akuntasi Biaya Terjemahan Krista. Jakarta : Salemba Medika Don. R. Hansen & Maryanne M. Mowen. 2001. Akuntansi dan Pengendalian = Cost Management : Accounting and Control. Terjemahan Ancella A. Hermawan. Jakarta : Salemba Empat _________________. 2005. Akuntansi Manajemen : management accounting. Terjemahan Fitriasari Dewi. Jakarta : Salemba Empat. __________________. 2007. Akuntansi Manajemen Edisi 7 Buku 2. Jakarta : Salemba Empat Fandi Tjipto dan A. Diana. 2000. Mengenal E-Busimess. Yogyakarta : Andi Garrison, Noreen & Brewer. 2006. Akuntansi Manajerial Terjemahan A. Totok Budisantoso. Jakarta : Metrodata Gaspersz Vincent. 2005. Manajemen Mutu Terpadu. Alihbahasa M.N. Nasution. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka. Hariadi Bambang, 2002. Akuntansi Manajemen Suatu Sudut Pandang. Bandung : Rineka Cipta Hilton, Maher dan Selto. 2003. Cost Management : Strategic for Bussiness Decission 2nd Edition. Mc Graw Hill Higher Education. Horngren & Foster. 2000. Cost Accounting: A Managerial Emphasis. Terjemahan Datar. Jakarta : Salemba Medika Matz & Usry. 2004. Akuntansi biaya (Cost Accounting) Edisi Ke Tiga Belas. Jakarta : Intermediate. M. Munandar. 2006. Pokok-Pokok Intermediate Accounting. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Moh. Nazir. 2005. Metode Penelitian Bogor : Ghalia Indonesia Mulyadi. 2007. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. : Sistem Pelipat Ganda Perusahaan Jakarta : Salemba Empat Rosidah Euis. 2013. Akuntansi Biaya Buku 2. Bandung : Mujahid Press Siregar, Baldric, dkk 2013, Akuntansi Manajemen, Salemba Empat, Jakarta. Sitepu. 1994. Analisis Jalur (Path Analysis) Unit Pelayanan Statistika. Jurusan Statistika. Bandung : F-MIPA Unpad. Sugiama, Gima 2008. Metode Riset Bisnis dan Manajemen. Bandung : Alfabeta Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Administrasi Bisnis. Bandung : Alfabeta ____________2013.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R & D. Bandung : Alfabeta Zaki Baridwan. 2004. Intermediate Accounting. Edisi 8. Jakarta : Rineka Cipta