Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa terhadap Prestasi Belajar pada Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh : Widya Umami 1111101000091
PEMINATAN GIZI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
ii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT Skripsi, September 2015 Widya Umami, NIM : 1111101000091 Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa terhadap Prestasi Belajar pada Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 xvii + 154 halaman + 28 tabel + 2 bagan + 4 lampiran ABSTRAK Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di suatu bangsa. Kunci untuk menyelenggarakan pendidikan adalah proses kegiatan belajar. Puncak kegiatan proses belajar disebut sebagai prestasi belajar. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat didapatkan bahwa prestasi belajar siswa masih kurang baik sebab masih ada siswa yang memiliki nilai dibawah rata-rata kelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh belajar, IMT/U, dan karakteristik siswa terhadap prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015 dengan menggunakan desain studi cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 80 anak yang diambil secara acak. Data penelitian didapatkan dari data primer dengan menggunakan kuesioner, lembar Food Frequency Questionnaire(FFQ), timbangan digital¸ microtoice, serta data sekunder dari nilai rapor dan arsip sekolah. Data dianalisis secara univariat untuk mendeskripsikan masing-masing variabel, bivariat dengan menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar prestasi belajar siswa kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tidak baik, yaitu sebanyak 64 siswa (80%). Berdasarkan hasil bivariat, tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jenis kelamin, dan uang saku dengan prestasi belajar. Sedangkan terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh belajar, IMT/U, pendapatan orangtua, dan konsumsi makanan sumber karbohidrat, hewani, nabati, sayur, dan buah dengan prestasi belajar. Dari hasil penelitian yang diperoleh, saran yang dapat diberikan yaitu sebaiknya pihak sekolah memperhatikan status gizi siswanya dengan mengadakan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan secara rutin serta mengadakan program mengonsumsi sayur dan buah setiap pekannya agar gizi siswa semakin terpenuhi. Kata kunci: prestasi belajar, pola asuh belajar, IMT/U, pendapatan orangtua, konsumsi makanan Daftar bacaan: 148 (1990-2015)
iii
JAKARTA STATE ISLAMIC UNIVERSITY FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH Undergraduate Thesis, September 2015 Widya Umami, NIM: 1111101000091 Relations Pattern of Parenting, IMT/U, and Student Characteristics of the Learning Achievement in Class V and VI Students of Islamic Elementary School 1 Ciputat 2015 xvi + 154 pages + 28 table + 2 charts + 4 attachments
ABSTRACT Education is one of the most important factors in improving the quality of human resources in a nation. The key to implement the education is processes of learning activity. The culmination of the process learning activity is called as a learning achievement. Based on preliminary studies which have conducted in class V and VI of Islamic Elementary School I Ciputat found that student learning achievement is not too good because there are some students who have grades below the average of class. This study aims to determine relations pattern of parenting, IMT/U, and student characteristics of the learning achievement in class V and VI students of Islamic Elementary School I Ciputat 2015 using cross sectional study design.Number of samples in this study were 80 children were taken randomly. The research data obtained from primary data using questionnaires, Food Frequency Questionnaire (FFQ), digital weigher, microtoise, and secondary data from report grades and school records. Data was analyzed by univariate to describe each variable, bivariate with chi square test. The results showed that the majority of learning achievement of students in class V and VI of Islamic Elementary School I Ciputat is not good, that is 64 students (80%). Based on the results of the bivariate,there is no significant relationship between students' perception of school facilities, mother education, mother occupation, gender, and pocket money with learning achievement. However, there is a significant relationship between the pattern of parenting, nutritional status, parents income, and consumption of meal with student learning achievement. From the results which are obtained, the advice could be given, that is the school should has attention to the nutritional status of students by holding weighing and height measurements regularly and conduct programs to consume fruits and vegetables every weekso that the student nutritions can be more fulfilled. Keywords: learning achievement, pattern of parenting, IMT/U, parents income, consumption of meal References: 148 (1990-2015)
iv
v
vi
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama
: Widya Umami
NIM
: 1111101000091
Tempat, Tanggal Lahir
: Cirebon, 31 Mei 1993
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Asri 11 Blok K No.8 RT 04 RW 029 TBA Kelurahan Pengasinan Kecamatan Rawalumbu Bekasi Timur
Telepon
: 087809042341
E-mail
:
[email protected]
PENDIDIKAN
1997-1999
: TK As-Salam
1999-2005
: SDN Margahayu VII
2005-2008
: SMPN 2 Bekasi
2008-2011
: Madrasah Aliyah Negeri 2 Bekasi
2011-sekarang
: Peminatan Gizi, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobil’alamin segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini dengan judul “Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa terhadap Prestasi Belajar pada SiswaKelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat Tahun 2015”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Papa dan Mama tercinta yang senantiasa mendoakan serta kakak-kakak (Fika dan Elsa) yang selalu memberikan semangat bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Dr. Arif Sumantri SKM., M. Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Fajar Ariyanti, SKM,M.Kes,Ph.D, selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat. 4. Ibu Ratri Ciptaningtyas, SKM, MHS selaku pembimbing I dalam penyusunan skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Ibu Raihana Nadra Alkaff, SKM, M. MA selaku pembimbing II yang telah sabar membimbing dan memberikan pengarahan dalam pembuatan skripsi ini.
ix
6. Kepala sekolah Madarasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian di Madarasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat, serta para guru dan staf yang ikut membantu demi kelancaran penelitian. 7. Teman-teman Peminatan Gizi khususnya angkatan 2011 yang selalu memberikan semangat bagi penulis. 8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam pembuatan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kelemahan dan kekurangan dari segi isi maupun bahasanya. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak serta kritik dan saran diperlukan untuk kesempurnaan proposal penelitian ini.
Jakarta, Oktober 2015
Penulis
x
DAFTAR ISI ABSTRAK ............................................................................................................. ii PERNYATAAN PERSETUJUAN.......................... Error! Bookmark not defined. PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI .................... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii DAFTAR ISI ...........................................................................................................x DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1 1.1
Latar Belakang ....................................................................................1
1.2
Rumusan Masalah ...............................................................................6
1.3
Pertanyaan Penelitian ..........................................................................7
1.4
Tujuan Penelitian ................................................................................8
I.
Tujuan Umum .....................................................................................8
II.
Tujuan Khusus ....................................................................................8
1.5
Manfaat Penelitian ............................................................................10
I.
Bagi Peneliti Selanjutnya ..................................................................10
II.
Bagi Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat .....................................10
III.
Bagi Orangtua Siswa ........................................................................11
1.6
Ruang Lingkup .................................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................12 2.1
Prestasi Belajar .................................................................................12
2.1.1
Definisi Prestasi Belajar....................................................................12
2.1.2
Jenis – jenis Belajar ..........................................................................13
2.1.3
Pengukuran dan penilaian Prestasi Belajar .......................................15
2.2
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Prestasi Belajar ..............19
2.2.1
Faktor Internal...................................................................................19
2.2.1.1 Motivasi ............................................................................................19 2.2.1.2 Kesiapan............................................................................................21 2.2.1.3 Karakteristik Siswa ...........................................................................22 a.
Usia Anak .........................................................................................22
b.
Jenis kelamin.....................................................................................24
c.
Uang saku .........................................................................................24
2.2.1.4 IMT/U ...............................................................................................25 2.2.1.5 Intelegensi .........................................................................................27
xi
2.2.2
Faktor Eksternal ................................................................................29
2.2.2.1 Karakteristik Orang Tua ...................................................................29 a.
Pendidikan Ibu ..................................................................................29
b.
Pekerjaan Ibu ....................................................................................31
c.
Pendapatan Orang Tua ......................................................................32
2.2.2.2 Pola Asuh Belajar .............................................................................33 2.2.2.3 Persepsi Siswa terhadap Fasilitas Sekolah........................................35 2.2.2.4 Konsumsi Makanan ..........................................................................36 a.
Kelompok Makanan Sumber Karbohidrat ..........................................38
b.
Makanan Hewani.................................................................................38
c.
Makanan Nabati ..................................................................................41
d.
Sayur....................................................................................................42
e.
Buah ....................................................................................................43
2.3
Kerangka Teori .................................................................................45
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS ..........................................................................................................47 3.1
Kerangka Konsep ..............................................................................47
3.2
Hipotesis ...........................................................................................52
BAB IV METODE PENELITIAN .....................................................................53 2.1
Desain Penelitian ..............................................................................53
2.2
Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................53
2.3
Populasi dan Sampel .........................................................................53
2.3.1
Populasi .............................................................................................53
2.3.2
Sampel ..............................................................................................54
2.3.3
Besar Sampel ....................................................................................54
2.3.4
Teknik Pengumpulan Data................................................................55
2.4
Instrumen Penelitian .........................................................................56
2.5
Pengumpulan Data ............................................................................57
2.5.1
Jenis Data ..........................................................................................57
2.5.2
Alur Pengumpulan Data....................................................................57
2.5.2.1 Variabel Prestasi Belajar ...................................................................57 2.5.2.2 Variabel Pola Asuh Belajar...............................................................57 2.5.2.3 Variabel Persepsi Siswa Terhadap Fasilitas Belajar .........................58 2.5.2.4 Variabel IMT/U ................................................................................59 2.5.2.5 Variabel Pendidikan Ibu ...................................................................59 2.5.2.6 Variabel Pekerjaan Ibu......................................................................60
xii
2.5.2.7 Variabel Pendapatan Orang Tua .......................................................60 2.5.2.8 Variabel Jenis Kelamin .....................................................................60 2.5.2.9 Variabel Uang Saku ..........................................................................60 2.5.2.10 Variabel Konsumsi Makanan............................................................61 2.6
Manajemen Data ...............................................................................61
1.
Editing Data ........................................................................................61
2.
Coding Data ........................................................................................61
3.
Data Structure and Data File..............................................................63
4.
Entry Data ...........................................................................................63
5.
Cleaning Data .....................................................................................63
2.7
Analisis Data .....................................................................................63
BAB V HASIL ......................................................................................................65 5.1
Analisis Univariat .............................................................................65
5.1.1
Distribusi Prestasi Belajar .................................................................65
5.1.2
Distribusi Pola Asuh Belajar.............................................................66
5.1.3
Distribusi Persepsi Siswa terhadap Fasilitas Belajar ........................67
5.1.4
Distribusi IMT/U ..............................................................................67
5.1.5
Distribusi Pendidikan Ibu .................................................................68
5.1.6
Distribusi Pekerjaan Ibu....................................................................68
5.1.7
Distribusi Pendapatan Orangtua .......................................................69
5.1.8
Distribusi Jenis Kelamin ...................................................................69
5.1.9
Distribusi Uang Saku ........................................................................70
5.1.10 Distribusi Konsumsi Makanan..........................................................70 5.2
Analisis Bivariat ...............................................................................73
5.2.1
Hubungan Pola Asuh Belajar dengan Prestasi Belajar .....................73
5.2.2
Hubungan Persepsi Siswa terhadap Fasilitas Sekolah dengan Prestasi Belajar ...............................................................................................74
5.2.3
Hubungan IMT/U dengan Prestasi Belajar .......................................75
5.2.4
Hubungan Pendidikan Ibu dengan Prestasi Belajar ..........................75
5.2.5
Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Prestasi Belajar ............................76
5.2.6
Hubungan Pendapatan Orangtua dengan Prestasi Belajar ................77
5.2.7
Hubungan Jenis Kelamin dengan Prestasi Belajar ...........................77
5.2.8
Hubungan Uang Saku dengan Prestasi Belajar.................................78
5.2.9
Hubungan Konsumsi Makanan Sumber Karbohidrat dengan Prestasi Belajar ...............................................................................................78
5.2.10 Hubungan Konsumsi Makanan Hewani dengan Prestasi Belajar .....79
xiii
5.2.11 Hubungan Konsumsi Makanan Nabati dengan Prestasi Belajar ......80 5.2.12 Hubungan Konsumsi Sayur dengan Prestasi Belajar ........................80 5.2.13 Hubungan Konsumsi Buah dengan Prestasi Belajar.........................81 BAB VI PEMBAHASAN.....................................................................................82 6.1
Keterbatasan Peneliti ........................................................................82
6.2
Prestasi Belajar .................................................................................82
6.3
Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa terhadap Prestasi Belajar ...................................................................85
6.3.1
Hubungan Pola Asuh Belajar dengan Prestasi Belajar .....................85
6.3.2
Hubungan Persepsi Siswa terhadap Fasilitas Sekolah dengan Prestasi Belajar ...............................................................................................89
6.3.3
Hubungan IMT/U dengan Prestasi Belajar .......................................91
6.3.4
Hubungan Pendidikan Ibu dengan Prestasi Belajar ..........................94
6.3.5
Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Prestasi Belajar ............................96
6.3.6
Hubungan Pendapatan Orangtua dengan Prestasi Belajar ................97
6.3.7
Hubungan Jenis kelamin dengan Prestasi Belajar ............................99
6.3.8
Hubungan Uang Saku dengan Prestasi Belajar...............................100
6.3.9
Hubungan Konsumsi Makanan dengan Prestasi Belajar ................102
6.3.9.1 Konsumsi Makanan Sumber Karbohidrat.......................................103 6.3.9.2 Konsumsi Makanan Hewani ...........................................................105 6.3.9.3 Konsumsi Makanan Nabati .............................................................106 6.3.9.4 Konsumsi Sayur ..............................................................................107 6.3.9.5 Konsumsi Buah ...............................................................................108 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................................110 7.1
Simpulan .........................................................................................110
7.2
Saran .............................................................................................
Daftar Pustaka ....................................................................................................114
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1 Definisi Operasional ..................................................................................49 Tabel 5.1 Distribusi Prestasi Belajar Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ....................................................................66 Tabel 5.2 Distribusi Pola Asuh Belajar Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ...................................................67 Tabel 5.3 Distribusi Persepsi Siswa terhadap Fasilitas Sekolah Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ..................................67 Tabel 5.4 Distribusi IMT/U Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ...................................................................................68 Tabel 5.5 Distribusi Pendidikan Ibu Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ....................................................................68 Tabel 5.6 Distribusi Pekerjaan Ibu Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ....................................................................69 Tabel 5.7 Distribusi Pendapatan Orangtua Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ...................................................69 Tabel 5.8 DistribusiJenis Kelamin Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ....................................................................70 Tabel 5.9 Distribusi Uang Saku Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ....................................................................70 Tabel 5.10 Distribusi Konsumsi Makanan Sumber Karbohidrat Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 .............................71 Tabel 5.11Distribusi Konsumsi Makanan Hewani Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ..................................71 Tabel 5.12 Distribusi Konsumsi Makanan Nabati Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ...................................................72 Tabel 5.13Distribusi Konsumsi Sayur Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ....................................................................72 Tabel 5.14Distribusi Konsumsi Buah Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ....................................................................73 Tabel 5.15Distribusi Prestasi Belajar menurut Pola Asuh Belajar Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ......................73
xv
Tabel 5.16Distribusi Prestasi Belajar menurut Persepsi Siswa terhadap Fasilitas Sekolah Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ...........................................................................................................74 Tabel 5.17Distribusi Prestasi Belajar menurut IMT/U Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ..................................75 Tabel 5.18Distribusi Prestasi Belajar menurut Pendidikan Ibu Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 .............................75 Tabel 5.19Distribusi Prestasi Belajar menurut Pekerjaan Ibu Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 .............................76 Tabel 5.20Distribusi Prestasi Belajar menurut Pendapatan Orangtua Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ..................77 Tabel 5.21Distribusi Prestasi Belajar menurut Jenis Kelamin Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 .............................77 Tabel 5.22Distribusi Prestasi Belajar menurut Uang Saku Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ..................................78 Tabel 5.23Distribusi Prestasi Belajar menurut Konsumsi Makanan Sumber Karbohidrat Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ...................................................................................78 Tabel 5.24Distribusi Prestasi Belajar menurut Konsumsi Makanan Hewani Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ........79 Tabel 5.25Distribusi Prestasi Belajar menurut Konsumsi Makanan Nabati Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ........80 Tabel 5.26DistribusiPrestasi Belajar menurut Konsumsi Sayur Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 .............................80 Tabel 5.27Distribusi Prestasi Belajar menurut Konsumsi Buah Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 .............................81
xvi
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan
Halaman
2.1 Kerangka Teori Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa terhadap Prestasi Belajar ..........................................................................46 2.2 Kerangka Konsep Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa terhadap Prestasi Belajar ..........................................................................48
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1. 2. 3. 4.
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4
: Hasil Analisis SPSS : Kuesioner Penelitian : Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner : Daftar Siswa
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pembangunan suatu bangsa salah satunya dapat dilihat pada aspek pendidikan, seperti yang dikatakan Ali (2009) bahwa upaya menuju bangsa Indonesia yang mandiri dan berdaya saing tinggi tidak dapat dilepaskan keterkaitannya dengan program pendidikan. Program pendidikan yang dapat menghasilkan sumber daya manusia pembangunan harus diagendakan secara tepat dan menjadi prioritas dalam program pembangunan nasional. Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan generasi muda yang berkualitas pula. Untuk menghasilkan generasi muda yang berkualitas perlu diberikan pendidikan khususnya pendidikan formal yaitu ditingkat sekolah dasar. Sekolah dasar dikatakan sebagai kegiatan mendasari tiga aspek dasar, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Ketiga aspek ini merupakan dasar atau landasan pendidikan yang paling utama serta sebagai persiapan anak untuk mengikuti pendidikan dijenjang berikutnya. Menurut Depdiknas (2008), penilaian kelompok mata pelajaran untuk Sekolah Dasar dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan Bahasa Indonesia, Matematika, IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), dan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Keberhasilan mutu pendidikan dilihat dari naik atau tidaknya prestasi belajar siswa. Prestasi belajar adalah puncak hasil belajar yang dapat mencerminkan hasil keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan yang telah ditetapkan (Olivia, 2011). Ada dua cara melakukan penilaian
1
2
prestasi belajar, penilaian acuan norma (PAN) yaitu pendekatan penilaian yang membandingkan hasil belajar siswa terhadap hasil dalam kelompoknya dan penilaian acuan patokan (PAP) yaitu penilaian yang membandingkan hasil belajar siswa terhadap suatu patokan yang telah ditetapkan. Ridwan (2008) mengatakan prestasi akademik merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki siswa untuk menerima, menolak, dan menilai informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Namun, prestasi belajar anak Sekolah Dasar dapat dikatakan masih rendah. Data dari Kementerian Pendidikan tahun ajaran 2011/2012 tentang prestasi belajar pada anak Sekolah Dasar di 33 Provinsi se-Indonesia, tercatat ada 824.635 siswa yang mengulang yakni sebanyak 767.134 siswa yang berasal dari sekolah negeri dan 57.501 siswa yang berasal dari sekolah swasta. Dengan kata lain, jumlah siswa sekolah negeri yang mengulang lebih banyak daripada siswa dari sekolah swasta. Sedangkan, Provinsi Banten berada pada peringkat ke sembilan dari 33 Provinsi yang ada di Indonesia dengan jumlah siswa yang mengulang sebanyak 29.802 siswa. Keberhasilan prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal
dan
faktor
eksternal.Faktor-faktor
internal
antara
lainmotivasi,kesiapan, intelegensi, dan lain sebagainya. Faktor ekternal atau faktor yang berasal dari luar diri antara lain pola asuh belajar, keadaan ekonomi keluarga, fasilitas belajar, dan lain-lain (Slameto, 2013).Selain itu, Maulanaputri (2009) mengatakan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar antara lain karakteristik orang tua (pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan), karakteristik siswa (usia, jenis kelamin, uang
3
saku, dan status gizi), serta konsumsi makanan. Berdasarkan uraian tersebut, maka diharapkan bagi para orang tua untuk memperhatikan berbagai faktor tersebut agar mencapai prestasi belajar yang optimal. Jadi, salah satu faktor yang menentukan keberhasilan prestasi belajar yaitu status gizi. Status gizi dapat berhubungan dengan prestasi belajar karena status gizi dapat berhubungan dengan konsentrasi belajar anak. Status gizi akan mempengaruhi tingkat kecerdasan seseorang dan kemampuan seseorang dalam menangkap pelajaran di sekolah, sehingga seseorang yang memiliki status gizi baik akan memiliki daya tangkap yang lebih baik dan dapat memperoleh prestasi yang baik pula di sekolahnya. Sebaliknya, jika seseorang memiliki status gizi yang kurang akan berdampak pada kecerdasan sehingga kurang optimal dalam menangkap pelajaran di sekolah sehingga prestasi belajar kurang baik (Khomsan, 2004). Keadaan status gizi pada anak sekolah dasar di Indonesia cukup memperihatinkan. Data status gizi menurut IMT/U pada anak usia 6-12 tahun menunjukkan bahwa secara nasional prevalensi kekurusan sebesar 12,2 % terdiri dari 4,6 % sangat kurus dan 7,6 % kurus. Prevalensi kekurusan terlihat paling rendah di provinsi Sulawesi Utara yaitu 7,5 % dan paling tinggi di provinsi Kalimantan Selatan yaitu 17,2 % (Kemenkes, 2010).Data Riskesdas menunjukkan bahwa terdapat anak usia sekolah dasar yang prevalensi status gizinya (IMT/U) dengan kategori kurus di atas prevalensi nasional (7,6%) salah satunya berada di wilayah provinsi Banten yaitu sebesar 9,5%. Selain itu, penelitian Anzarkusuma dkk (2014) menunjukkan bahwa status gizi anak sekolah dasar di Kecamatan Rajeg
4
Kabupaten Tangerang menurut IMT/U sebanyak 11,3% anak tergolong sangat kurus dan 6,5% termasuk kurus. Status gizi baik dapat dipenuhi dengan cara mencukupi asupan makanan baik makanansumber karbohidrat, makanan hewani, makanan nabati, sayur dan buah, dan lain-lain. Kementerian Kesehatan (2014) mengatakan bahwa penyebab langsung terjadinya kasus gizi kurang dan gizi buruk salah satunya adalah kurangnya konsumsi makanan. Namun pada kenyataannya konsumsi makanan di Indonesia masih rendah. Pada tahun 2009, konsumsi energi mengalami penurunan dibandingkan tahun 2005. Konsumsi energi masyarakat Indonesia masih di bawah anjuran sekitar 96,4 persen (Ariani, 2010). Kualitas protein dari makanan hewani rata-rata hanya sekitar 25 persen. Idealnya, pangsa protein hewani minimal 50 persen dari total konsumsi protein untuk mencapai kualitas sumberdaya manusia yang baik dan mampu bersaing di era globalisasi (Rachman dkk, 2008). Menurut Riskedas
(2010),
prevalensi
penduduk
di
Provinsi
Banten
yang
mengonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal (<70%) berdasarkan AKG sebesar 34,2% sedangkan konsumsi protein di bawah minimal (<80%) sebesar 31,6%. Selain itu, prevalensi anak usia 7-12 tahun yang mengonsumsi energi dan protein di bawah kebutuhan minimal masingmasing 37,7% dan 28,4%. Data dari Dinas Pendidikan Provinsi Banten (2013) menunjukkan bahwa rata-rata hasil Ujian Nasional siswa sekolah dasar Kota Tangerang Selatan berada pada peringkat ketiga dari delapan Kabupaten/Kota se Provinsi Banten. Depag (2005) dalam Abdurrahim (2011) menyatakan
5
bahwa secara nasional hasil belajar siswa Madrasah lebih rendah dari sekolah umum. Merujuk data dari Kemendikbud (2011) dan pernyataan Depag (2005) yang menunjukkan ada perbedaan prestasi belajar pada siswa sekolah negeri dan swasta, maka peneliti melakukan studi pendahuluan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat dan Sekolah Dasar Islam Terpadu Al Syukro Universal. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Januari tahun 2015 di Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat, dapat diketahui bahwa prestasi belajar siswa kelas V dan VIMadrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat masih kurang. Pada siswa kelas V persentase siswa yang memiliki nilai di bawah rata-rata kelas yakni 45% untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, 42% untuk Matematika, 47% untuk IPA, dan 45% untuk IPS. Sedangkan untuk kelas VI persentase siswa yang memiliki nilai di bawah rata-rata kelas yakni 43% untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, 59% untuk Matematika, 47% untuk IPA, dan 40% untuk IPS. Berbeda dengan gambaran prestasi belajar di sekolah lain yakni Sekolah Dasar Islam Al Syukro,persentase siswa kelas V yang memiliki nilai di bawah rata-rata kelaspada mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan IPS masing-masing sebesar39%, 39%, 42%, dan 42% dan untuk kelas VI masing-masing sebesar 39%, 56%, 26%, dan 34%. Dari studi pendahuluan tersebut, dapat diperoleh prestasi belajar Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat masih kurang sehingga dapat dikatakan sebagai suatu masalah. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul hubungan pola asuh belajar, IMT/U,
6
dan karakteristik siswa terhadap prestasi belajar pada siswa kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015. Prestasi belajar yang kurang pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat lebih banyak dibandingkan dengan siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Al Syukro Universal.Oleh karena itu, peneliti memilih Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat sebagai lokasi penelitian.
1.2
Rumusan Masalah Prestasi belajar siswa Sekolah Dasar masih kurang, hal ini dapat dilihat dari data nasional yang menunjukkan masih banyaknya siswa yang mengulang. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Januari tahun 2015 di Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat, dapat diketahui bahwa prestasi belajar siswa kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat masih kurang, pada siswa kelas V persentase siswa yang memiliki nilai di bawah rata-rata kelas yakni 45% untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, 42% untuk Matematika, 47% untuk IPA, dan 45% untuk IPS. Sedangkan untuk kelas VI persentase siswa yang memiliki nilai di bawah rata-rata kelas yakni 43% untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, 59% untuk Matematika, 47% untuk IPA, dan 40% untuk IPS. Keberhasilan prestasi belajar ditentukan oleh faktor internal dan eksternal. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “hubungan pola asuh belajar, IMT/U, dan karakteristik siswa terhadap prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputattahun 2015”.
7
1.3
Pertanyaan Penelitian 1.
Bagaimana distribusi prestasi belajar siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015?
2.
Bagaimana distribusi pola asuh belajar siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputattahun 2015?
3.
Bagaimana distribusi persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputattahun 2015?
4.
Bagaimana distribusi IMT/U siswa kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015?
5.
Bagaimana distribusi karakteristik orangtuasiswa (pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan orang tua) kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015?
6.
Bagaimana
distribusi
karakteristik
siswa(jenis
kelamin,
uang
saku)kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputattahun 2015? 7.
Bagaimana distribusi konsumsi makanansiswa (makanansumber karbohidrat, makanan hewani, makanan nabati, sayur dan buah)kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015?
8.
Apakah ada hubungan antara pola asuh belajar dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015?
9.
Apakah ada hubungan antara persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015?
8
10. Apakah ada hubungan antara IMT/U dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015? 11. Apakah ada hubungan antara karakteristik orang tua siswa (pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan orang tua) dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015? 12. Apakah ada hubungan antara karakteristik siswa (jenis kelamin, uang saku) dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015? 13. Apakah
ada
hubungan
antara
konsumsi
makanan
siswa
(makanansumber karbohidrat, makanan hewani, makanan nabati, sayur dan buah)dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015?
1.4
Tujuan Penelitian I.
Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola asuh belajar, IMT/U, dan karakteristik siswa terhadap prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.
II.
Tujuan Khusus
1.
Diketahuinya distribusi prestasi belajar siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.
9
2.
Diketahuinya distribusi pola asuh belajar siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.
3.
Diketahuinya
distribusi
persepsi
siswa
terhadap
fasilitas
sekolahkelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015. 4.
Diketahuinya distribusi IMT/Usiswa kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.
5.
Diketahuinya distribusi karakteristik orangtua siswa (pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan orang tua) kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.
6.
Diketahuinya distribusi karakteristik siswa(jenis kelamin, uang saku)kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.
7.
Diketahuinya distribusi konsumsi makanan siswa (makanansumber karbohidrat, makanan hewani, makanan nabati, sayur dan buah) kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.
8.
Diketahuinya hubungan pola asuh belajar siswa dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.
9.
Diketahuinya
hubungan
persepsi
siswa
terhadap
fasilitas
sekolahdengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.
10
10.
Diketahuinya hubungan antara IMT/U dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.
11.
Diketahuinya
hubungan
antara
karakteristik
orangtua
siswa
(pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan orang tua) dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015. 12.
Diketahuinya hubungan karakteristik siswa (jenis kelamin, uang saku) dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.
13.
Diketahuinya
hubungan
antara
konsumsi
makanansiswa
(makanansumber karbohidrat, makanan hewani, makanan nabati, sayur dan buah)dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.
1.5
Manfaat Penelitian I.
Bagi Peneliti Selanjutnya Dapat menambah wawasan terkait hubungan pola asuh belajar, IMT/U, dan karakteristik siswa terhadap prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputattahun 2015 serta sebagai landasan dalam melakukan penelitian selanjutnya.
II.
Bagi Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Diperolehnya informasi tentang prestasi belajar dan hubungan pola asuh belajar, IMT/U, dan karakteristik siswa terhadap prestasi
11
belajar serta dari hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan upaya sekolah dalam meningkatkan prestasi belajar siswanya.
III. Bagi Orangtua Siswa Dapat memberikan informasi kepada para orang tua agar lebih memperhatikan prestasi belajar anak dengan memberikan asupan makan gizi seimbangkarena kebutuhan gizi siswa semakin terpenuhi.
1.6
Ruang Lingkup Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh belajar, IMT/U, dan karakteristik siswa terhadap prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputattahun 2015. Variabel dependen penelitian ini adalah prestasi belajar sedangkan variabel independennya yaitu pola asuh belajar, persepsi siswa terhadap fasilitassekolah, IMT/U, karakteristik orangtua, karakteristik siswa, konsumsi makanansumber karbohidrat, hewani, nabati, sayur, dan buah. Penelitian dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat pada bulan Januari sampai dengan Agustustahun 2015. Responden dalam penelitian ini yaitu siswa sekolah dasar kelas V dan VIMadrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat. Alat ukur pengumpulan data dengan cara pengisian kuesioner,Food Frequency Questionnaire (FFQ) kualitatif, timbangan digital dan mikrotoiceuntuk menimbang berat badan serta mengukur tinggi badan. Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional study dengan uji analisis yaitu uji chi square.
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Prestasi Belajar
2.1.1 Definisi Prestasi Belajar Menurut Slameto (2013), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan instruksional yang menyangkut isi pelajaran dan perilaku yang diharapkan dari siswa (Hawadi, 2001). Sedangkan menurut Olivia (2011), prestasi belajar adalah puncak hasil belajar yang dapat mencerminkan hasil keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Hasil belajar siswa dapat meliputi aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (tingkah laku). Salah satu tes yang dapat melihat pencapaian hasil belajar siswa adalah dengan melakukan tes prestasi belajar, dari tes tersebut akan didapatkan nilai yang dapat dikategorikan menjadi beberapa kelompok nilai, antara lain (Sundari, 2008) : 1. Rendah, jika nilai 0-5 2. Sedang, jika nilai 6-7 3. Tinggi, jika nilai 8-10
12
13
2.1.2 Jenis – jenis Belajar Menurut Slameto (2013), belajar dibedakan ke dalam beberapa jenis antara lain : a.
Belajar bagian (part learning, fractioned learning) Umumnya belajar bagian dilakukan oleh seseorang bila ia dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas atau ekstensif, misalnya mempelajarisajak ataupun gerakan-gerakan motoris seperti bermain silat. Dalam hal ini individu memecah seluruh materi pelajaran menjadi bagian-bagian yang satu sama lain berdiri sendiri. Sebagai lawan dari cara belajar bagian adalah cara belajar keseluruhan atau belajar global.
b.
Belajar dengan wawasan (learning by insight) Menurut Gesalt teori wawasan merupakan proses mereorganisasikan pola-pola tinglah laku yang telah terbentuk menjadi satu tingkah laku yang ada hubungannya dengan penyelesaian suatu persoalan.
c.
Belajar diskriminatif (discriminatif learning) Belajar diskriminatif diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih beberapa sifat situasi/stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku.
d.
Belajar global/keseluruhan (global whole learning) Bahan pelajaran pada jenis belajar ini dipelajari secara keseluruhan berulang sampai pelajar menguasainya,
e.
Belajar insidental (incidental learning)
14
Konsep ini bertentangan dengan anggapan bahwa belajar itu selalu berarah-tujuan (intensional). Sebab dalam belajar insidental pada individu tidak ada sama sekali kehendak untuk belajar. Belajar disebut insidental bila tidak ada instruksi atau petunjuk yang diberikan pada individu mengenai materi belajar yang akan diujikan kelak. f.
Belajar instrumental (instrumental learning) Pada
belajar
instrumental,
reaksi-reaksi
seorang siswa
yang
diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal. Oleh karena itu, cepat atau lambatnya seseorang belajar dapat diatur dengan jalan memberikan penguat (reinforcement)atas dasar tingkattingkat kebutuhan. g.
Belajar intensional (intentional learning) Belajar dalam arah tujuan, merupakan lawan dari belajar insidental.
h.
Belajar laten (latent learning) Dalam belajar laten, perubahan-perubahan tingkah laku yang terlihat tidak terjadi secara segera, dan oleh karena itu disebut laten. Dalam penelitian mengenai ingatan, belajar laten ini diakui memang ada yaitu dalam bentuk belajar insidental.
i.
Belajar mental (mental learning) Perubahan kemungkinan tingkah laku yang terjadi di sini tidak nyata terlihat, melainkan hanya berupa perubahan proses kognitif karena ada bahan yang dipelajari. Ada tidaknya belajar mental ini sangat jelas terlihat pada tugas-tugas sifatnya motoris. Ada yang mengartikan
15
belajar mental sebagai belajar dengan cara melakukan observasi dari tingkah laku orang lain, membayangkan gerakan-gerakan orang lain dan lain-lain. j.
Belajar produktif (productive learning) R. berguis (1964) memberikan arti belajar produktif sebagai belajar dengan
transfer
yang
maksimum.
Belajar
adalah
mengatur
kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi yang lain. Belajar disebut produktif bila individu mampu mentransfer prinsip menyelesaikan satu persoalan dalam situasi ke situasi yang lain. k.
Belajar verbal (verbal learning) Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal dengan melalui latihan dan ingatan.
2.1.3 Pengukuran dan penilaian Prestasi Belajar Pengukuran adalah prosedur penetapan angka-angka dengan cara yang sistematik
untuk
menyatakan
karakteristik
atau
atribut
individu.
Karakteristik atau atribut ini bisa berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Selain itu, akhir-akhir ini dikembangkan kemampuan emosi, yaitu kemampuan mengendalikan emosi yang ikut menentukan kesuksesan seseorang dalam melaksanakan pekerjaan (Rasyid dkk, 2009). Cara paling baik untuk mengukur prestasi anak adalah dengan membandingkan prestasi anak saat ini dengan prestasi sebelumnya. Dengan demikian, anak bisa melihat kemajuan yang dicapai. Dalam hal ini anak
16
berkompetisi dengan dirinya sendiri. Dalam upaya mencapai prestasi yang lebih baik dimasa depan, anak belajar menetapkan target pribadi dan tindakan yang harus dilakukan untuk mencapai target itu (Gunawan, 2005). Prestasi belajar siswa dapat dievaluasi salah satunya dengan cara melakukan penilaian. Seperti yang diungkapkan oleh Rasyid dkk (2009), bahwa evaluasi merupakan suatu proses penetapan nilai tentang kinerja dan hasil belajar siswa berdasarkan informasi yang diperoleh melalui penilaian. Sedangkan penilaian adalah proses pengumpulan informasi atau data yang digunakan untuk membuat keputusan tentang pembelajaran. Pembelajaran yang dimaksud mencakup siswa, kurikulum, program, dan kebijakan. Proses penilaian meliputi pengumpulan bukti-bukti tentang pencapaian belajar siswa. Bukti ini tidak selalu diperoleh melalui tes saja, tetapi juga bisa dikumpulkan melalui pengamatan atau laporan diri(Djaali, H & Pudji, 2008). Ada 2 jenis penilaian belajar yang dapat digunakan yaitu Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP) Arikunto (1992) dalam Fathur (2004): 1.
PAN (Penilaian Acuan Norma) PAN adalah penilaian yang membandingkan hasil belajar siswa
terhadap hasil dalam kelompoknya. Patokan pembanding diambil dari kenyataan-kenyataan yang diperoleh pada saat penilaian itu berlangsung, yaitu hasil belajar siswa yang diukur itu beserta pengolahannya, penilaian ataupun patokan yang terletak diluar hasil-hasil pengukuran kelompok. PAN pada
dasarmya
mempergunakan
kurve
normal
dan
hasil-hasil
17
perhitungannya sebagai dasar penilaiannya. Kurve ini dibentuk dengan mengikutsertakan hasil pengukuran yang diperoleh. Dua kenyataan yang ada di dalam kurve normal yang dipakai untuk membandingkan atau menfsirkan angka yang diperoleh masing-masing siswa ialah angka ratarata (mean) dan angkasimpangan baku (standard deviation), patokan ini bersifat relatif dapat bergeser ke atas atau ke bawah sesuai dengan besarnya dua kenyataan yang diperoleh di dalam kurve itu. Dengan kata lain, patokan itu dapat berubah-ubah dari kurve normal yang satu ke kurve normal yang lain. Jika nilai siswa dalam satu kelompok pada umumnya lebih baik dan menghasilkan angka rata-rata yang lebih tinggi, maka patokan menjadi bergeser ke atas (dinaikkan). Sebaliknya jika hasil ujian kelompok itu pada umumnya merosot, patokannya bergeser ke bawah (diturunkan). Dengan denikian, angka yang sama pada kurve yang berbeda akan mempunyai arti berbeda. Demikian juga, nilai yang sama dihasilkan melalui bangunan dua kurve yang berbeda akan mempunyai arti berbeda. Demikian juga, nilai yang sama dihasilkan melalui bangunan dua kurve yang berbeda akan mempunyai arti umum yang berbeda pula. Rumus yang digunakan pada Penilaian Acuan Norma (PAN) yakni sebagai berikut Livingstone and Zeiky (1982):
Membuat rata-rata (mean):
18
Membuat simpangan baku:
Hasil penilaian berupa kurva normal: Nilai
2.
Skor
A
Lebih besar sama dengan dari (skor rata-rata + 1,5 simpangan baku
B
(Skor rata-rata + 0,5 simpangan baku) sampai (skor rata-rata + 1,5 simpangan baku)
C
(Skor rata-rata - 0,5 simpangan baku) sampai (skor rata-rata + 0,5 simpangan baku)
D
(Skor rata-rata - 1,5 simpangan baku) sampai (skor rata-rata - 0,5 simpangan baku)
E
Lebih kecil sama dengan (skor rata-rata – 1,5 simpangan baku)
PAP (Penilaian Acuan Patokan) PAP pada dasarnya berarti penilaian yang membandingkan hasil
belajar siswa terhadap suatu patokan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengertian ini menunjukkan bahwa sebelum penilaian dilakukan terlebih dahulu harus dipakai patokan yang akan dipakai untuk membandingkan angka-angka hasil pengukuran sehingga hasil penilaian mempunyai arti tertentu. Dengan demikian patokan ini tidak dicari di dalam sekelompok hasil penilaian sebagaimana yang dilakukan pada PAN. Patokan yang telah disepakati terlebih dahulu itu biasanya disebut Tingkat Penguasaan Minimum. Siswa yang dapat mencapai atau bahkan melampaui batas ini dinilai lulus dan bagi yang belum lulus diminta memantapkan lagi kegiatan belajarnya sehingga mencapai batas lulus itu. Kekurangan dalam penggunaan PAP adalah sulitnya menetapkan patoka yang benar-benar tuntas.
19
2.2
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Prestasi Belajar Faktor-faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain motivasi, kesiapan, karakteristik siswa (usia, jenis kelamin, dan uang saku), IMT/U, dan intelegensi. Sedangkan faktor eksternal yaitu karakteristik orangtua (pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan orangtua), pola asuh belajar, persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah, dan konsumsi makanan sumber karbohidrat, hewani, nabati, sayur, dan buah. 2.2.1 Faktor Internal 2.2.1.1 Motivasi Motivasi berasal dari kata move yang artinya “bergerak”. Motivasi adalah sesuatu yang menggerakkan atau mendorong seseorang atau kelompok orang, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu (Irianto, 2005). Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau apa motif yang dimiliki siswa untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan/menunjang belajar. Motif dapat ditanamkan kepada diri
siswa dengan cara memberikan latihan-
latihan/kebiasaan-kebiasaan yang kadang-kadang juga dipngaruhi oleh keadaan lingkungan. Dari uraian di atas jelaslah bahwa motif yang kuat sangat perlu di dalam belajar dan di dalam membentuk motif yang kuat tersebut dapat dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan/kebiasaankebiasaan serta pengaruh lingkungan yang kuat (Slameto, 2013).
20
Motivasi dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu eksternal dan internal. Motivasi ekternal adalah motivasi yang berasal dari luar diri. Sedangkan, motivasi internal adalah motivasi dari dalam diri sendiri (Irianto, 2005). Menurut Habsari (2005), motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu : 1.
Motivasi intrinsik, yaitu bentuk dorongan belajar yang datangnya dari dalam diri seseorang dan tidak perlu rangsangan dari luar. Motivasi intrinsik umumnya terkait dengan adanya bakat dan faktor intelegensi dalam diri siswa. Anak yang berbakat dibidang matematika akan mempunyai dorongan yang tinggi untuk mempelajari ilmu ini tanpa perlu dimotivasi orang lain.meski dorongan ini berasal dari dalam diri anak tetapi setiap anak memiliki kualitas dorongan yang berbeda. Setiap anak dilahirkan dengan bakat dan intelegensi yang berbeda.
2.
Motivasi ekstrinsik adalah dorongan belajar yang datangnya dari luar diri seseorang. Misal, anak belajar dengan tekun karena hadiah yang dijanjikan orang tua. Motivasi ekstrinsik adalah bentuk dorongan belajar untuk prestasi yang diberikan oleh orang lain seperti semangat, pujian dan nasehat guru, orang tua, saudara dan orang yang dicintai. Siswa membutuhkan motivasi belajar yang tinggi dalam menghadapi
setiap tugas sebagai pelajar. Motivasi belajar berpengaruh pada tingkat keberhasilan (Habsari, 2005). Berdasarkan penelitian Hamdu dan Lisa (2011) yang dilakukan di empat Sekolah Dasar dari SD Tarumanagara Kecamatan Tawang Tasikmalaya menunjukkan bahwa terdapat hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar. Uji hipotesis diperoleh besarnya
21
koefisien korelasi (r) yaitu sebesar 0,693 lebih besar dari 0,491 dengan taraf signifikan 1%. Besarnya korelasi ini berada pada rentang 0,600-0,800 dengan tingkat hubungan yang tinggi. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi siswa adalah motivasi. Dengan adanya motivasi, siswa akan belajar lebih keras, ulet, tekun, dan memiliki konsentrasi penuh dalam proses pembelajaran. Dorongan motivasi dalam belajar merupakan salah satu hal yang perlu dibangkitkan dalam upaya pembelajaran di sekolah.
2.2.1.2 Kesiapan Kesiapan fisik dan mental penting untuk belajar. Kesiapan fisik dihubungkan dengan tingkat perkembangan dan status kesehatan fisik, sedangkan kesiapan mental mengacu pada kemampuan kognitif untuk memahami, mengasimilasi, dan menerapkan (Yuningsih dan Yasmin, 2009). Persiapan mental berkaitan dengan sikap psikis dan emosi. Mental siswa yang terganggu seperti pertentangan yang dialami dalam diri, situasi kekecewaan, frustasi, kesedihan yang dirasakan akan berdampak buruk terhadap hasil belajar siswa (Krishnawati dan Yeni, 2010).Menurut Slameto (2013), kesiapan fisik dan mental perlu diperhatikan dalam proses belajar karena jika siswa sudah memiliki kesiapan maka hasil belajarnya akan lebih baik. Kesiapan mental yakni bagaimana pandangan siswa terhadap mata pelajaran juga mempengaruhi dirinya dalam menerima materi pelajaran tersebut. Pandangan tersebut dapat diperoleh siswa melalui orang tua, guru,
22
ataupun lingkungannya. Bila orang tua sangat menekankan siswa untuk memperhatikan pelajaran matematika saja, maka akan membuat anak pada akhirnya mengabaikan dan menyepelekan (menganggap enteng) pelajaran lainnya (Sumiatin dkk, 2010). Menurut penelitian Darso (2010), dapat diketahui bahwa ada pengaruh antara kesiapan mental belajar siswa terhadap prestasi belajar. Kesimpulan dari penelitian tersebut yaitu koefisien untuk variabel kesiapan belajar siswa memiliki hubungan yang erat pada taraf signifikansi α = 0,05.
2.2.1.3 Karakteristik Siswa Karakteristik siswa yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain yaitu usia anak, jenis kelamin, dan uang saku. Berikut penjelasan dari masing-masing karakteristik tersebut. a. Usia Anak Ada dua pengertian mengenai usia yaitu usia kronologis dan usia biologis. Usia kronologis adalah usia menurut kalender, sedangkan usia biologis ditentukan oleh kondisi otak (IKAPI, 2008). Sesuai ketentuan badan kesehatan dunia (WHO), batasan usia anak sekolah adalah 6 sampai 12 tahun. Pada usia tersebut, anak sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cukup penting. Effendy (1997), membagi anak usia sekolah menjadi tiga kelompok, yakni : 1.
Pra remaja (usia 7-12 tahun)
2.
Remaja (13-21 tahun)
3.
Dewasa muda (19-21 tahun)
23
Berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan tersebut, pada usia tersebut anak sangat memerlukan kecukupan gizi (Muaris, 2010). Hal ini disebabkan di usia ini aktivitas anak semakin meningkat sehingga seringkali anak mengalami kurang gizi. Salah
satu
penyebab
kekurangan
gizi
pada
anak
adalah
ketidakcukupan konsumsi makanan dan hal tersebut biasanya disebabkan oleh dua hal. Pertama, anak melupakan waktu makan selama di sekolah maupun setelah berada di rumah. Kedua, biasanya anak sekolah seringkali mengonsumsi makanan berupa jajanan yang secara gizi umumnya berkualitas rendah. Jika kondisi ini tidak segera ditanggulangi akan berdampak pada penurunan prestasi belajar anak (Nadesul, 2007). Dalam hal belajar, anak usia sekolah adalah orang-orang yang tekun. Mereka berusaha keras untuk mengembangkan keterampilan mereka, baik di dalam maupun di luar kelas. Orang tua dapat membantu anak usia sekolah dengan memberi dukungan dan dorongan dalam tugas sekolah mereka. Lewat prestasi mereka, anak-anak usia sekolah mengembangkan rasa percaya diri yang sehat (Lighter, 1999). Usia anak dapat mempengaruhi prestasi anak, dimana usia anak terutama usia 6-8 tahun masih dalam tahap pengenalan tentang proses belajar dan ia masih menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitarnya. Anak usia 6-8 tahun masih suka bermain, namun ia menghendaki prestasi yang baik. Pada usia ini anak biasanya lebih mengandalkan intelegensinya, dimana intelegensi juga mempengaruhi prestasi belajar. Usia anak sangat berperan dalam kematangan dan pembentukan intelegensi. Semakin
24
bertambahnya usia anak intelegensinya akan semakin matang (Maghfuroh, 2014). b.
Jenis kelamin Jenis kelamin adalah istilah yang mengacu pada status biologis
seseorang, terdiri dari tampilan fisik yang membedakan antara pria dan wanita, misalnya struktur genetik, (kromosom seks), hormon seks, organ kelamin interna dan genitalia eksterna (Henderson dan Kathleen, 2001). Secara fisik, laki-laki dan perempuan berbeda ini dapat dilihat dari identitas jenis kelamin, bentuk dan anatomi tubuh serta komposisi kimia dalam tubuh. Perbedaan anatomis biologis dan komposisi kimia dalam tubuh oleh sejumlah ilmuan dianggap berpengaruh pada perkembangan emosional dan kapasitas intelektual masing-masing (Ekawati dan Shinta, 2011). Menurut Bastable (2002), mengemukakan bahwa anak perempuan memperoleh nilai rata-rata yang lebih tinggi dari anak laki-laki, terutama di tingkat sekolah dasar. Hal ini disebabkan karena kinerja skolastik anak perempuan lebih stabil, kurang berfluktuasi dibandingkan dengan kinerja anak laki-laki. c.
Uang saku Orang tua yang memberikan uang saku pada anak biasanya bertujuan
agar anak belajar bagaimana mengelola uang misalnya dengan menabung. Namun, seringkali anak menghabiskan uang sakunya dengan membeli jajanan makanan yang tinggi glukosa tetapi rendah nilai gizinya. Graha (2007) mengatakan bahwa kebiasaan mengonsumsi jajanan makanan seperti
25
permen dan makanan manis lainnya yang mengandung banyak glukosa buatan akan mengganggu konsentrasi anak dalam belajar. Makanan jajanan siswa banyak mengandung bahan yang berbahaya yang dapat menganggu kesehatan. Seperti halnya yang dikatakan olehSutomo dkk (2010), makanan jajanan mengandung bahan kimia berbahaya seperti pewarna makanan untuk membuat warna makanan mencolok sehingga disukai siswa dan bahan pengawet. Selain itu menurut Utomo (2005), siswa yang senang jajan akan terancam kekurangan gizi karena komposisi zat gizi dalam makanan jajanan biasanya tak seimbang, atau malah tak bergizi sama sekali. Berdasarkan penelitian Astuti (2012), dapat diketahui bahwa penggunaan uang saku berpengaruh positif baik secara simultan maupun parsial terhadap prestasi belajar. Umardami (2011) mengkategorikan tiga kategori uang saku anak sekolah antara lain rendah (< Rp 2.000), sedang ( Rp 2.000-Rp 5.000), dan tinggi (> Rp5.000).
2.2.1.4 IMT/U IMT/U adalah salah satu indeks antropometri untuk menilai status gizi secara langsung pada anak usia 5-18 tahun. Kemenkes (2010) membagi IMT/U menjadi lima kategori, antara lain :
26
Tabel 2.1 Status Gizi Berdasarkan IMT/U Kategori
IMT/U
Sangat kurus
<-3 SD
Kurus
-3 SD s/d -2 SD
Normal
-2 SD s/d 1 SD
Gemuk
>1 SD s/d 2 SD
Obesitas
>2 SD
Terdapat dua jenis status gizi, yaitu gizi normal dan gizi salah (malnutrisi). Malnutrisi adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh diet yang tidak tepat atau tidak mencukupi. Manutrisi merupakan kategori penyakit yang mencakup: kekurangan gizi (undernutrition), obesitas dan berat
badan
lebih
(overweight),
serta
kekurangan
nutrien
mikro
(micronutrients deficiency, yang dikenal juga dengan “hidden hunger”) (Ardika, 2014). Siswa dengan SDM yang berkualitas dicirikan sebagai manusia yang cerdas, produktif dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas sekolahnya. Salah satu cara mewujudkannya adalah dengan memenuhi kebutuhan zat gizi agar status gizi siswa normal. Apabila siswa kekurangan gizi akan mengurangi kemampuan dan konsentrasi belajar siswa. Kekurangan zat gizi pada siswa akan berdampak pada aktifitas siswa di sekolah antara lain sluggishness (lesu), mudah letih/lelah, hambatan pertumbuhan, kurang gizi pada masa dewasa, dan penurunan prestasi di sekolah (Masdewi dkk, 2011). Penelitian Sa’adah dkk (2014) yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Guguk malintang Kota Padangpanjang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar. Pada uji analisis chi
27
square, didapatkan p = 0,020 (p < 0,05) untuk status gizi wasting dan p = 0,005 (p < 0,05) untuk status gizi stunting. Selain itu, penelitian Legi (2012) yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Malalayang Kecamatan Malalayang Manado juga menunjukkan adanya hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar siswa dengan nilai p=0,00, nilai tersebut lebih kecil dari α 0,05. Status gizi yang baik dapat terjadi apabila siswa mengonsumsi makanan yang bergizi. Menurut Anwar (2008) dalam Legi (2012) mengatakan bahwa pengaruh makanan terhadap perkembangan otak, apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan dan keadaan ini berlangsung lama akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak, akibatnya otak tidak mampu berfungsi normal. Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan badan terganggu sehingga badan lebih kecil dibandingkan dengan siswa yang normal. Jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi ketidakmatangan dan ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak. Keadaan ini berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak. Anak yang menderita kurang gizi mempunyai Intelligence Quotient (IQ) 11 point lebih rendah dibandingkan rata-rata anak yang tidak kurang gizi. 2.2.1.5 Intelegensi Setiap
manusia
hidup
mempunyai
kemampuan
intelegensi.
Kemampuan intelegensi adalah kemampuan untuk berpikir secara kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang menggunakan logika, misalnya kemampuan menghitung dan menggunakan teknologi. Setiap orang ketika
28
melakukan aktivitas selalu melibatkan intelegensi, walaupun proporsi penggunaan intelegensinya berbeda-beda antara satu pekerjaan dan pekerjaan lainnya (Hutapea dkk, 2008). Menurut Gardner (1993) dalam Nofrianto (2008), kriteria intelegensi meliputi suatu kemampuan seseorang, baik dalam unsur pengetahuan maupun keahlian yang menunjukkan kemahiran dan keterampilan untuk memecahkan persoalan dan kesulitan yang ditemukan dalam hidupnya. Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang mempunyai intelegensi jauh di bawah normal akan sulit diharapkan untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam proses belajar. Namun, intelegensi bukan merupakan satu-satunya faktor penentu keberhasilan belajar seseorang. Intelegensi itu hanya merupakan salah satu faktor dari sekian banyak faktor sebab seseorang yang intelegensinya tinggi tidak akan bisa mencapai prestasi belajar yang baik jika tidak ditunjang faktor-faktor lain yang juga menentukan keberhasilan belajar seperti kemauan, kerajinan, waktu atau kesempatan, dan fasilitas belajar (Hakim, 2005). Hal tersebut juga sejalan dengan pernyataan Slameto (2013) bahwa intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi rendah. Walaupun demikian, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang
29
mempengaruhinya, sedangkan intelegensi adalah satu faktor diantara faktor yang lain. Jika faktor lain itu bersifat menghambat/berpengaruh negatif terhadap belajar, akhirnya siswa gagal dalam belajarnya.Penelitian Budiarta dkk (2014) yang dilakukan di Desa Pengeragoan Kecamatan Perkutatan, hasil analisis diperoleh bahwa kecerdasan intelektual berkontribusi signifikan terhadap prestasi belajar yakni Fhitung=6537,38> Ftabel=4,03. Dari hasil analisis tersebut juga diperoleh bahwa kecerdasan intelektual berkontribusi sebesar 86,49% terhadap prestasi belajar.
2.2.2 Faktor Eksternal 2.2.2.1 Karakteristik Orang Tua Karakteristik adalah sifat-sifat, ciri-ciri, atau hal-hal yang dimiliki elemen-elemen tersebut (Supranto, 2000). Oleh karena itu, dapat dikatakan karakteristik orang tua adalah sifat-sifat, ciri-ciri, atau hal-hal yang dimiliki orang tua siswa. Karakteristik orang tua yang akan dibahas dalam penelitian kali ini adalah pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan orang tua. a.
Pendidikan Ibu Definisi pendidikan dalam UU No, 20 tahun 2003 adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Tingkat pendidikan dibagi menjadi tiga antara lain pendidikan dasar/rendah (SD-SMP/MTs), pendidikan menengah
30
(SMA/SMK),
dan
pendidikan
tinggi
(D3/S1)
(Syafaruddin,
2012).Sednagkan menurut Arikunto kategori pendidikan dibagi menjadi dua yaitu pendidikan rendah (SD/MI-SMP/MTs) dan pendidikan tinggi (SMA/MA-Perguruan Tinggi) Pendidikan orang tua mempengaruhi kebiasan makan anak.Kebiasaan makan merupakan cara individu atau kelompok masyarakat dalam memilih, mengonsumsi dan menggunakan makanan yang tersedia, yang didasari pada latar belakang sosial budaya tempat mereka hidup. Salah satu yang bisa menentukan seseorang dalam memilih makanan yang bergizi adalah tingkat pendidikan seseorang. Sebagaimana yang dikatakan oleh Masdewi, dkk(2011) bahwa tingkat pendidikan ibu yang tinggi tentu saja akan berdampak pula pada baiknya tingkat pengetahuan tentang kebutuhan makan yang baik dan bergizi. Dengan mengonsumsi makanan bergizi maka akan meningkatkan konsentrasi dan prestasi belajar anak. Selain berkaitan dengan pemilihan makanan anak, ibu yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi tentu akan memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi pula. Pengetahuan yang tinggi akan berpengaruh terhadap tindakan ibu dalam membimbing dan memberikan motivasi kepada anaknya untuk belajar sehingga tidak selalu bergantung terhadap guru di sekolah. Orang tua tidak hanya memenuhi kebutuhan anaknya secara materil, tetapi orang tua juga harus memenuhi kebutuhan pendidikan kepada anaknya sejak usia wajib belajar untuk menjadi garis penerus dan memiliki pendidikan yang lebih tinggi daripada pendidikan yang dimiliki oleh orang tua (Reskia dkk, 2014).Berdasarkan penelitian Reskia (2014) yang dilakukan di SDN
31
Inpres 1 Birobuli, menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan prestasi belajar siswa. Dari hasil uji koefisien korelasi didapatkan r hitung > rtabel (0,627>0,404). b.
Pekerjaan Ibu Pekerjaan orang tua terutama ibu terkait dengan tersedianya waktu
dalam mengasuh anak. Anak yang mempunyai orang tua yang bekerja cenderung lebih sedikit mendapat pengasuhan dari orang tuanya. Padahal, pengasuhan anak yang diberikan secara maksimal pada anak akan berdampak pada kecerdasan emosional anak. Anak yang memiliki kecerdasan emosional tinggi cenderung aktif di berbagai aktivitas dan memiliki prestasi belajar yang baik (Arisandi dan Melly, 2007). Faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar yaitu diantaranya keadaan keluarga salah satunya adalah pekerjaan. Ibu yang bekerja mempunyai waktu yang lebih sedikit untuk bersama anaknya dan komunikasi atau interaksi antara orang tua dan anak pun berkurang. Berbeda dengan ibu yang tidak bekerja mempunyai banyak waktu untuk berinteraksi dengan anak dan dapat memberikan bimbingan dengan baik kepada anak dan dapat menerapkan pola asuh yang tepat bagi anaknya (Maghfuroh, 2014). Penelitian Maghfuroh (2014) menemukan bahwa ibu yang bekerja cenderung memberikan lebih sedikit waktu untuk anaknya dalam membimbing dan mengarahkan belajar dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Selain itu, penelitian Puspitasari (2008) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan pola asuh belajar
32
yang secara tidak langsung berhubungan dengan prestasi belajar dengan nilai P value sebesar 0,041. c.
Pendapatan Orang Tua Prestasi belajar siswa didukung oleh status gizi yang baik. Status gizi
baik dicapai salah satunya dipengaruhi oleh perilaku makan yang baik. Perilaku makan yang baik juga dipengaruhi oleh penghasilan orang tua. Pendapatan orang tua yang tinggi secara otomatis membuat daya beli keluarga juga menjadi tinggi sehingga kebutuhan akan makanan yang baik dan bergizi dapat terpenuhi (Masdewi dkk, 2011). Surat Keputusan (SK) Banten menetapkan Upah Minimum Kabupaten (UMK) Banten sebesar Rp 2.710.000. Selain dapat memenuhi kebutuhan makanan, semakin tinggi pendapatan atau keadaan ekonomi keluarga semakin baik fasilitas belajar di rumah dan secara positif mempengaruhi pola asuh belajar siswa. Dengan kata lain, semakin tinggi keluarga menginvestasikan sumberdaya keluarga dalam bentuk mengalokasikan keadaan ekonomi keluarga ke dalam fasilitas belajar anak, maka akan semakin baik pola asuh belajar yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya. Pola asuh belajar yang baik ini diindikasikan oleh keterlibatan orang tua dalam pendampingan dan pengawasan belajar anaknya. Apabila pola asuh baik diberikan kepada anak akan berdampak pada kenaikan prestasi belajarnya (Puspitawati, 2010). Berdasarkan penelitian Widjdati (2013) yang dilakukan di MTs Asyariyah Tegalarum Kecamatan Mragen Kabupaten Demak, menunjukkan bahwa ada pengaruh sosial ekonomi orang tua dalam hal ini penghasilan
33
atau pendapatan terhadap prestasi belajar. Uji hipotesis memperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 (α = 5%) menggambarkan adanya pengaruh positif dan signifikan variabel status sosial ekonomi dalam hal ini penghasilan terhadap prestasi belajar. 2.2.2.2 Pola Asuh Belajar Keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar seorang siswa di sekolah. Pola asuh belajar siswa diberikan kepada keluarga terdekat, yakni orangtua. Pola asuh belajar memegang peranan penting dalam perkembangan belajar anak dan sangat besar pengaruhnya terhadap tinggi rendahnya pencapaian prestasi anak di sekolah. Pola asuh orangtua yang baik mampu meningkatkan prestasi belajar anak (Maghfuroh, 2014). Pada penelitian ini, pola asuh belajar meliputi cara orangtua dalam menentukan waktu belajar anak, memberikan motivasi, mengevaluasi hasil ujian, dan memberikan fasilitas belajar di rumah. Pola asuh adalah pola pengasuhan anak yang berlaku dalam keluarga, yaitu bagaimana orangtua membentuk perilaku generasi berikut sesuai dengan norma dan nilai yang baik dan sesuai dengan kehidupan masyarakat (Hardiwinoto dan Setiabudhi, 2002). Sedangkan pola asuh belajar adalah praktik pengasuhan berupa jenis dan frekuensi kegiatan serta curahan waktu yang diberikan orangtua dalam membimbing, mengarahkan, serta mengawasi kegiatan belajar anak (Puspitasari, 2008). Setiap orangtua, biasanya memiliki pola asuh belajar terhadap anak yang berbeda-beda. Pola asuh ini sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak. Pola asuh
34
juga berpengaruh terhadap keberhasilan keluarga dalam mentransfer dan menanamkan nilai-nilai agama, kebaikan, dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat (Fathi, 2008). Pola asuh belajar yang diberikan oleh orangtua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya seperti acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya,
tidak
menyediakan/melengkapi
alat
belajarnya,
tidak
memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimana kemajuan belajar anaknya, kesulitan yang dialami dalam belajar, dan lainlain dapat menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajarnya. Mungkin anak tersebut sebenarnya pandai tetapi karena cara belajar yang tidak teratur menyebabkan kesukaran-kesukaran menumpuk sehingga mengalami ketertinggalan dalam belajar dan akhirnya malas belajar. Hal tersebut mengakibatkan hasil/nilai yang diharapkan tidak memuaskan bahkan dapat menimbulkan kegagalan dalam studinya (Slameto, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Magfuroh (2014) di SDN 1 Kabalan Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro didapatkan hasil uji korelasi Chi Square dengan taraf signifikan (α) sebesar 0,05, nilai koefisien korelasi 0,742 dan nilai p = 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar anak.
35
2.2.2.3 Persepsi Siswa terhadap FasilitasSekolah Fasilitas belajar yaitu alat-alat yang dapat digunakan dalam rangka memudahkan dan menunjang kegiatan pembelajaran. Faslilitas belajar yang memadai dalam proses belajar mengajar akan mendukung siswa dalam mencapat hasil belajar yang optimal. Rejeki dkk (2013) melakukan penelitian pada anak SD kelas IV se-Kecamatan Kutowinangun dan dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa ada pengaruh antara fasilitas belajar di sekolah terhadap hasil belajar. Rata-rata skor hasil belajar siswa dengan fasilitas belajar di sekolah yang lengkap (80,58) lebih besar daripada rata-rata skor hasil belajar siswa dengan fasilitas belajar di sekolah yang tidak lengkap (69,375). Penelitian Pakpahan (2012) menyatakan ada pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi fasilitas belajar terhadap prestasi belajar. Sama halnya dengan pendapat Slameto (2013) mengatakan bahwa alat pelajaran atau fasilitas sekolah yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju. Namun, kenyataannya saat ini dengan meningkatnya jumlah pelajar yang masuk sekolah maka semakin meningkat pula alat-alat yang dibutuhkan untuk membantu lancarnya proses belajar siswa seperti buku-buku
di
perpustakaan,
laboratorium
atau
media-media
lain.
Kebanyakan sekolah masih kurang memiliki media dalam jumlah maupun kualitasnya.
36
2.2.2.4 Konsumsi Makanan Definisi pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman (Saparinto dan Diana, 2006). Sedangkan definisi makanan menurut Soekarto dalam Rosyidi (2006) adalah produk pangan yang siap hidang atau yang langsung dapat dimakan. Makanan biasanya dihasilkan dari bahan pangan setelah terlebih dahulu diolah atau dimasak. Selain itu menurut Nasution (2003) makanan merupakan kebutuhan manusia yang paling mendasar karena mengandung zat-zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta melakukan berbagai aktivitas. Konsumsi makanan yang cukup khususnya pada anak-anak akan mempengaruhi keadaan gizi yang kemudian berdampak pada prestasi belajar. Namun, saat ini masih terdapat anak-anak yang konsumsi makanannya masih kurang. Hal ini dapat dilihat pada penelitian Syafitri dkk (2009) yang menunjukkan bahwa tingkat konsumsi energi sehari siswa di Lawanggintung 01 Kota Bogor berkisar antara 585-2372 kkal/hari. Rata-rata konsumsi energi sebesar 1595 kkal/hari. Tingkat kecukupan energi siswa rata-rata sebesar 87,0%. Berdasarkan penelitian Maulanaputri (2011) yang dilakukan di sekolah yang mempunyai kelas akselerasi maupun reguler, menunjukkan bahwa konsumsi makanan yakni konsumsi makanan sumber karbohidrat,
37
makanan hewani, makanan nabati, susu, sayur dan buah pada kelas akselerasi lebih tinggi baik dari segi frekuensi maupun jumlah rata-rata konsumsi per satu kali makan. Hal ini juga menunjukkan bahwa konsumsi makanan yang lebih tinggi akan mempengaruhi keadaan siswa dan secara tidak langsung akan berdampak pada prestasi belajar yang lebih baik. Konsumsi makanan atau perilaku makan sangat berpengaruh terhadap status gizi anak dan secara tidak langsung perilaku makan yang baik akan meningkatkan produktivitas dan konsentrasi belajar menjadi lebih baik (Masdewi dkk, 2011). Berdasarkan penelitian Juliasih dan Sri (2013) dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh antara konsumsi makanan terhadap status gizi dengan perolehan nilai signifikan sebesar 0,043 (P value < 0,05). Konsumsi makanan yang akan dibahas pada penelitian kali ini adalah konsumsi makanan sumber karbohidrat, makanan hewani, makanan nabati, sayur dan buah. Pola konsumsi makanan yang baik akan meningkatkan konsentrasi belajar dan kemudian akan meningkatkan prestasi belajar. Pola konsumsi makanan yang baik salah satunya adalah kebiasaan melakukan sarapan. Penelitian Lestari (2012) menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara pola makan khususnya makan pagi dengan kemampuan konsentrasi belajar (p=0,011). Selain itu, penelitian Tusala dkk (2013) yang dilakukan di SD GMIT Kefamemnanu 4 juga menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara kebiasaan makan pagi dengan prestasi siswa dengan nilai p=0,001. Konsumsi makanan yang akan dibahas pada
38
penelitian ini adalah konsumsi makanan sumber karbohidrat, hewani, nabati, sayur, dan buah. a.
Kelompok MakananSumber Karbohidrat Makanan sumber karbohidrat adalah makanan yang dikonsumsi dalam
jumlah paling banyak dibandingkan jenis makanan lain dan mengandung zat tepung sebagai sumber tenaga untuk melaksanakan aktivitas sehari hari. Bahan makanan sumber karbohidratyang sering dikonsumsi penduduk Indonesia adalah beras, jagung, singkong, ubi jalar, sagu, dan beberapa jenis umbi-umbian seperti talas, gayong, dan kentang (Hayati, 2009). Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia. Oleh karena itu, harus tersedia setiap saat apabila diperlukan oleh tubuh (Devi, 2010). Karbohidrat digunakan dalam bentuk gula, bersama dengan oksigen menghasilkan energi dalam satuan kalori. Untuk satu gram karbohidrat dihasilkan sebesar 4 kkal (kilo kalori). Selain sebagai sumber energi, karbohidrat juga berfungsi memberi rasa manis pada makanan (IKAPI, 2010). Jumlah karbohidrat yang dikonsumsi disesuaikan dengan kebutuhan tubuh sebagai sumber energi. Berdasarkan distribusi energi, karbohidrat harus menyumbang sebanyak 5065 persen energi total (Devi, 2010). Sedangkan menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang menganjurkan konsumsi karbohidrat 50-60 persen dari total konsumsi energi atau 3-4 kali dalam sehari (Kemenkes, 2014). b.
Makanan Hewani Secara umum, bahan makanan dapat digolongkan menjadi dua
golongan besar, yaitu bahan makanan hewani dan bahan makanan
39
nabati.Bahan makanan hewani adalah bahan makanan yang berupa atau berasal dari hewan atau produk-produk yang diolah dengan menggunakan bahan dasar asal hewan. konsumsi makanan yang mengandung protein hewani dan nabati dianjurkan sebanyak 2-4 porsi dalam sehari (Kemenkes, 2014). Makanan hewani adalah sumber gizi yang dapat diandalkan untuk mendukung perbaikan gizi masyarakat. Konsumsi makanan hewani yang cukup merupakan syarat penting untuk terpenuhinya kebutuhan gizi tubuh sehari-hari. Makanan hewani mempunyai keunikan yang menyebabkan kelompok makanan ini tergolong sebagai makanan bermutu tinggi. Keunikan tersebut adalah makanan hewani mengandung asam amino esensial yang lengkap, kaya vitamin B12 dan vitamin A, mengandung zat besi heme yang mudah diserap, dan mempunyai nilai cerna protein yang tinggi.Menurut anjuran FAO, konsumsi protein hewani yang ideal bagi penduduk Indonesia adalah 15 g/kapita/hari (Rukmana, 2001). Khomsan (2004) mengatakan bahwa angka kecukupan protein asal ternak yang dianjurkan adalah sekitar 4,5 g/kapita/hari, sementara rata-rata protein total adalah 50 g/kapita/hari. Sedangkan menurut Hardinsyah dkk (2012) mengatakan bahwa proporsi anjuran protein hewani sebesar 25%. Meskipun angka kecukupan protein asal ternak hanya 4,5 g dan kelihatannya kecil, ternyata banyak masyarakat Indonesia yang belum dapat memenuhi angka tersebut. Diperkirakan rata-rata penduduk Indonesia baru dapat mengonsumsi 70% dari angka kecukupan protein hewani. Upayaupaya untuk meningkatkan konsumsi makanan hewani biasanya terkendala
40
oleh alasan ekonomi. Harga produk ternak relatif mahal sehingga beban masyarakat untuk mengonsumsi makanan bergizi semakin berat (Khomsan, 2004). Adapun yang termasuk dalam jenis-jenis makanan hewani adalah (Mayasari, 2007): 1.
Susu, yaitu produk berupa cairan putih yang dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan. Susu mengandung mineral kalsium sangat bermanfaat untuk mencegah osteoporosis (kerapuhan tulang). Membiasakan minum susu sejak usia anak-anak sampai lanjut usia adalah penting untuk menjaga kekuatan tulang. Produk susu yang sering berada dipasaran seperti susu bubuk, susu formula, dan susu kental manis termasuk susu steril yang bebas dari bakteri (Khomsan, 2004).
2.
Ikan, dalam arti sempit adalah semua jenis ikan sungai, ikan danau, ikan rawa-rawa, ikan yang dipelihara di tambak, dilaut dan sebagainya. Termasuk dalam kategori ini adalah hasil-hasil perikanan lainnya yaitu kerang, teripang, telur ikan dan lain-lain.
3.
Daging, yaitu produk yang diperoleh dengan cara pemotongan ternak (mamalia dan unggas). Daging unggas sering disebut white meat. Sedangkan, daging yang lain seperti daging sapi, domba, dan kambing dimasukkan ke dalam kelompok red meat. Di negara-negara Barat, red meat semakin diwaspadai karena kandungan lemak jenuhnya tinggi. Lemak jenuh ini berpotensi menjadi kolesterol di dalam tubuh. Sementara itu, white meat dianggap lebih sehat karena kolesterol dan lemak jenuhnya lebih rendah, terutama bila dimasak dengan
41
membuang kulitnya terlebih dahulu. Pada umumnya, daging mengandung protein 18-20% sehingga diantara berbagai produk hewani asal ternak daging memiliki kandungan protein tertinggi. Daging juga dikenal sebagai sumber zat besi heme yang mudah diserap oleh tubuh (Khomsan, 2004). 4.
Telur, yaitu produk utama dari pemeliharaan ayam petelur, atau produk sampingan pemeliharaan unggas pedaging. Kandungan protein telur adalah 12%, jauh lebih tinggi dibandingkan susu yang hanya mempunyai kandungan protein sebesar 3%. Secara relatif, telur ayam ras mempunyai kadar protein yang hampir sama dengan telur ayam kampung, namun komposisi asam aminonya lebih baik pada telur ayam kampung. Kandungan gizi pada telur sebenarnya berpusat pada kuning telurnya yang tinggi akan kadar protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, dan vitamin A. Selain itu, kolesterol juga tinggi pada bagian kuning telur (Khomsan, 2004).
5.
Produk-produk olahan dari bahan makanan tersebut di atas.
c.
Makanan Nabati Bahan makanan nabati adalah bahan makanan yang berasal dari
tanaman atau produk yang diolah dengan menggunakan bahan dasar asal tanaman. Kemenkes (2014) menganjurkan konsumsi makanan yang mengandung protein nabati sebanyak 2-4 kali dalam sehari. Kebutuhan protein bagi manusia di dalam makanan sehari-hari dapat dipenuhi dari bahan makanan nabati dan hewani. Bahan makananyang termasuk makanan nabati dapat berupa daun, bunga, akar, batang, umbi,
42
buah, biji atau bagian-bagian tanaman lainnya serta kacang-kacangan dan hasil olahannya berupa tahu, tempe, dan oncom. Anjuran sumber protein nabati sama seperti protein hewani menurut PUGS yakni 2-4kali (Ramayulis, 2014). Konsumsi protein nabati bisa menggantikan kebutuhan dari protein nabati, hanya saja porsinya menjadi lebih besar. Perlu diketahui bahwa tidak semua protein nabati bernilai biologis tinggi seperti misalnya pada kacangkacangan. Kacang-kacangan sebagai sumber protein juga mengandung zat penghambat penyerapan zat gizi, untuk itu perlu memprioritaskan konsumsi protein nabati yang bernilai biologis tinggi misalnya tempe. Jika kita mengonsumsi kacang-kacangan atau tahu, disarankan untuk meningkatkan konsumsi buah sebagai sumber vitamin C untuk membantu meningkatkan penyerapan zat mineral zat besi dan kalsium yang terkandung dalam kacang-kacangan (Ramayulis, 2014). d.
Sayur Dalam sayuran yang berwarna hijau terkandung vitamin dan serat.
Dinyatakan pula bahwa lutein, suatu pigmen berwarna kuning yang terdapat pada sayuran berdaun hijau dapat menjaga karotid kitatetap bersih. Pada penelitian yang dilakukan terhadap 480 pria dan wanita yang belum pernah memiliki penyakit jantung, terbukti bahwa orang yang tingkat lutein nya tinggi, memiliki ketebalan arteri lebih dibanding mereka yang tingkat lutein nya rendah. Penemuan tersebut menjelaskan mengapa buah dan sayuran sangat
cocok
untuk
diet
dan
kardiovaskular (Arisandi dkk, 2011).
juga
untuk
melindungi
kesehatan
43
Zat gizi lain yang terkandung di dalam hampir semua jenis sayuran adalah antioksidan, antioksidan adalah senyawa aktif yang ada di dalam mineral, vitamin, karotenoid, dan pilofenol. Perannya melawan radikal bebas akan membantu mencegah tubuh terserang penyakit degeneratif seperti kanker, jantung koroner, dan penuaan dini. Jika dilihat dari piramida makanan (Kemenkes, 2014), konsumsi sayuran yang dianjurkan bagi orang Indonesia adalah 3-4 porsi sehari. Satu porsi sayuran setara dengan satu gelas sayuran dalam keadaan matang. Bahkan dalam buku The Miracle of Enzim, Prof. Hiromi menyarankan untuk mengonsumsi sayuran sebanyak 85% dari konsumsi sehari-hari (Rizki, 2013). e.
Buah Buah merupakan bahan makanan yang mengandung banyak vitamin
dan mineral yang diperlukan tubuh. Sangat banyak manfaat buah bagi kesehatan tubuh terutama bagi anak-anak yang masih dalam proses pertumbuhan dan membutuhkan nutrisi yang cukup. Para ahli memberikan anjuran dalam hal mengonsumsi buah yakni sebagai berikut (Waluyo, 2010): 1.
Makanlah paling sedikit lima porsi buah-buahan setiap hari
2.
Pilih bermacam-macam buah, bervariasi setiap harinya
3.
Pilih buah yang masih segar, bukan yang dijual secara kalengan
4.
Selain dikonsumsi dalam menu makanan sehari-hari, buah dapat dikonsumsi dalam bentuk minuman jus
5.
Untuk mendapatkan antioksidan sebanyak-banyaknya pilih buah yang berwarna terang
44
Ukuran porsi buah dalam tumpeng gizi seimbang lebih sedikit dari sayuran, yaitu 3-4 porsi untuk sayur dan 2-3 porsi untuk buah. Besar porsi untuk jenis sayur adalah 100 g sedangkan besar porsi buah berbeda. Anjuran konsumsi buah adalah dalam keadaan utuh atau jus buah tanpa disaring dan tanpa ditambah gula serta susu kental manis. Buah juga dapat dicampurkan dalam pengolahan makanan selingan.
45
2.3
Kerangka Teori Kerangka teori dalam penelitian ini disusun berdasarkan kesimpulan dari beberapa tinjauan pustaka yang ada, bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar terdiri dari faktor internalyaitu motivasi, kesiapan, karakteristik siswa (usia, jenis kelamin, uang saku), IMT/U, dan intelegensi. Sedangkanfaktor eksternal yaitu pola asuh belajar,persepsi
terhadap
fasilitas
sekolah,
karakteristik
orangtua
(pendidikanibu, pekerjaanibu, dan pendapatan orangtua), dan konsumsi makanan (makanan sumber karbohidrat, hewani, nabati, sayur, dan buah). Salah satu bagian dari gizi adalah status gizi, dimana status gizi sangatberpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan otak, yang mana perkembangan otak sangat mempengaruhi prestasi seorang anak. Masalah gizi kurang pada anak berpengaruh negatif terhadap perkembangan fisik, mental, produktifitas pencapaian hasil pendidikan dan fungsi pertahanan tubuh terhambat. Anak yang mengalami gizi kurang ini akan lesu sehingga menurunkan daya konsentrasi dan tidak bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Dengan demikian prestasi anak menjadi minim dan tidak dapat mengikuti perkembangan (Jumarni dkk, 2012). Kerangka teori dapat dilihat dalam bagan 2.1 sebagai berikut.
46
Faktor internal
Karakteristik siswa Usia Jenis kelamin
Motivasi Kesiapan
Faktor eksternal
Karakteristik orangtua Pendidikan ibu Pekerjaan ibu Pendapatan orangtua
Uang saku
Pola asuh belajar Persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah
Konsumsi makanan Makanan sumber karbohidrat Makanan hewani Makanan nabati Sayur dan buah
Intelegensi
IMT/U
Prestasi belajar
Bagan 2.1 Kerangka Teori Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa terhadap Prestasi Belajar
Adaptasi Slameto (2013), Pahlevi (2012) dan Sorhaindo (2008)
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS
3.1
Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan penyederhanaan dari kerangka teori. Variabel
dependen dalam penelitian kali ini adalah prestasi belajar. Sedangkan variabel independennya yaitu yakni pola asuh belajar, persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah, IMT/U, karakteristik orangtua (pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan orangtua), karakteristik siswa (jenis kelamin dan uang saku), serta konsumsi makanan (makanan sumber karbohidrat, hewani, nabati, sayur, dan buah). Pada penelitian ini variabel usia, kesiapan mental, motivasi dan intelegensi tidak diteliti. Usia responden dalam penelitian ini dalam kategori yang sama atau homogen, sedangkan untuk variabel kesiapan mental dan intelegensi tidak diteliti karena keterbatasan peneliti. Intelegensi diukur menggunakan tes khusus yang tidak dikuasai peneliti.Variabel motivasi juga tidak diteliti sebab motivasi siswa dapat diukur melalui observasi langsung secara hati-hati dan membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu,
kerangka
konsep
yang
dipilih
47
peneliti
adalah
sebagai
berikut.
48
Faktor internal 1. Karakteristik siswa Jenis kelamin Uang saku 2. Konsumsi makanan Makanan sumber karbohidrat Makanan hewani Makanan nabati Sayur Buah 3. IMT/U Prestasi belajar
Faktor eksternal 1. Karakteristik orangtua Pendidikan ibu Pekerjaan ibu Pendapatan orangtua 2. Pola asuh belajar 3. Persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa terhadap Prestasi Belajar
49
Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Konsumsi Makanan Dan Faktor Lainnya Dengan Prestasi Belajar
Variabel
Definisi operasional
Cara ukur
Alat ukur
Hasil ukur
Skala ukur
Variabel Dependen Prestasi belajar
Nilai rata-rata ± SD siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia, IPA, IPS, dan Matematika.
Menelaah data sekunder
Data sekunder pihak sekolah
dari
1. Kurang, jika nilai ≤ 73 2. Baik, jika nilai 74-79 3. Sangat baik, jika nilai ≥ 80
Ordinal
Variabel Independen Pola asuh belajar
Cara orang tua mendidik siswa dalam hal menentukan waktu belajar siswa, memberikan motivasi, mengevaluasi hasil ujian, dan memberikan fasilitas belajar di rumah.
Diisi sendiri oleh responden
Kuesioner
1. Tidak baik, jika skor < 66,7 % 2. Baik, jika skor ≥ 66,7%
Ordinal
Persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah
Persepsi siswa terhadap keadaan alat-alat yang disediakan sekolah untuk mendukung kegiatan belajar mengajar
Diisi sendiri oleh responden
Kuesioner
1. Tidak baik, jika skor < 60% 2. Baik, jika skor ≥ 60%
Ordinal
IMT/U
Indeks massa tubuh yang didapatkan berdasarkan IMT/U
Pengukuran antropometri
Timbangan digital dan microtoice
1. Malnutrisi 2. Normal
Ordinal
50
Variabel
Definisi operasional
Cara ukur
Alat ukur
Hasil ukur
Skala ukur
Pendidikan ibu
Jenjang pendidikan formal terakhir ibu siswa
Menelaah data sekunder
Data sekunder pihak sekolah
dari
1. Pendidikan rendah (SD/MI-SMP/MTs) 2. Pendidikan tinggi (SMA/MAPerguruan Tinggi) (Arikunto, 2005)
Ordinal
Pekerjaan ibu
Kegiatan ibu siswa sehari-hari
Menelaah data sekunder
Data sekunder pihak sekolah
dari
1. Bekerja 2. Tidak bekerja
Ordinal
Pendapatan orangtua
Jumlah uang yang diterima orang tua siswa selama satu bulan bekerja
Diisi sendiri oleh orangtua responden
Kuesioner
1. Rendah (
Ordinal
Jenis kelamin
Status gender yang dibedakan berdasarkan penampilan
Diisi sendiri oleh responden
Kuesioner
1. Laki laki 2. Perempuan
Nominal
Uang saku
Jumlah uang yang dihabiskan siswa dalam satu hari untuk membeli makanan
Diisi sendiri oleh responden
Kuesioner
1. Rendah, jika < mean 2. Tinggi, jika ≥ mean
Ordinal
Konsumsi makanansumb er karbohidrat
Jumlah frekuensi kelompok makanansumber karbohidratyang dimakan dalam sehari
Wawancara
FFQkualitatif
1. Tidak baik, jika konsumsi kelompok makanan sumber karbohidrat< 3 atau > 4 kali sehari 2. Baik, jika konsumsi kelompok makanansumber karbohidrat3-4 kali sehari (Kemenkes, 2014)
Ordinal
51
Variabel
Definisi operasional
Cara ukur
Alat ukur
Hasil ukur
Skala ukur
Konsumsi makanan hewani
Jumlah frekuensi makanan hewani yang dimakan dalam sehari
Wawancara
FFQkualitatif
1. Tidak baik, jika konsumsi makanan hewani < 2 atau > 4 kali sehari 2. Baik, jika konsumsi makanan hewani 2-4 kali sehari(Kemenkes, 2014)
Ordinal
Konsumsi makanan nabati
Jumlah frekuensi makanan nabati yang dimakan dalam sehari
Wawancara
FFQkualitatif
1. Tidak baik, jika konsumsi makanan nabati < 2 atau > 4 kali sehari 2. Baik, jika konsumsi makanan nabati 24 kali sehari (Kemenkes, 2014)
Ordinal
Konsumsi sayur
Jumlah frekuensi sayur dimakan dalam sehari
yang
Wawancara
FFQkualitatif
1. Tidak baik, jika konsumsi sayur < 3 atau > 4 kali sehari 2. Baik, jika konsumsi sayur 3-4kali sehari (Kemenkes, 2014)
Ordinal
Konsumsi buah
Jumlah frekuensi buah dimakan dalam sehari
yang
Wawancara
FFQkualitatif
1. Tidak baik, jika konsumsi buah < 2 atau > 3 kali sehari 2. Baik, jika buah 2-3 kali sehari(Kemenkes, 2014)
Ordinal
52
3.2
Hipotesis 1.
Ada hubungan antara pola asuh belajar siswa dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.
2.
Ada hubungan antara persepsi siswa terhadap fasilitas sekolahdengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.
3.
Ada hubungan antara IMT/U dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.
4.
Ada hubungan antara karakteristik orangtua (pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan orangtua)siswa dengan prestasi belajar pada siswa kelas V dan VIMadrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.
5.
Ada hubungan antara karakteristik siswa (jenis kelamin, uang saku) dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.
6.
Ada
hubungan
antara
konsumsi
makanan
(makanansumber
karbohidrat, makanan hewani, makanan nabati, sayur dan buah) dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.
BAB IV METODE PENELITIAN
2.1
Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross
sectional study, yaitu mempelajari variabel dependen (prestasi belajar) dan variabel independen antara lain pola asuh belajar, persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah,IMT/U, karakteristik orangtua siswa (pendidikanibu, pekerjaanibu, dan pendapatanorangtua), karakteritik siswa (jenis kelamin, uang saku), dan konsumsi makanan(makanansumber karbohidrat, makanan hewani, makanan nabati, sayur dan buah). Penelitian dilakukan dalam waktu yang bersamaan untuk mengetahui hubungan pola asuh belajar, IMT/U, dan karakteristik siswa terhadap prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.
2.2
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat pada
bulan Januari sampai dengan Agustus 2015.
2.3
Populasi dan Sampel
2.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V dan VIdi Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat.
53
54
2.3.2 Sampel Sampel dalam penelitian ini diambil dari siswa kelas V dan VI di Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat. Alasan pemilihan sampel yaitu siswakelas V dan VI yakni karena pada usia tersebut siswa sudah cukup besar dan mampu mengingat apa saja makanan yang dimakannya dalam sehari ketika pengambilan data konsumsi makanan. 2.3.3 Besar Sampel Variabel
P1
P2
P prestasi belajar baik
Sumber
Pola asuh belajar
0%
60 %
94%
Wandini (2008)
Persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah
76,5 %
35,6 %
81%
Wandini (2008)
IMT/U
63,3 %
25 %
69%
Jenis kelamin
21,4 %
8,3 %
85%
Uang saku
7,8 %
1,6 %
Pendidikan ibu
33,9 %
Pekerjaan ibu
Sampel 11 29
Jumarni dkk (2012) Puspitasari (2008)
33
34%
Faizah (2012)
14
67,9 %
50%
Septiani (2012)
17,8 %
11,8 %
50%
Puspitasari (2008)
54
Pendapatan orang tua
36,8 %
2,63 %
18%
Darmadi (2006)
11
Konsumsi makanan
34,1 %
18,8 %
41%
Saniarto (2013)
33
44
73
Rumus menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus uji hipotesis beda dua proporsi Lemeshow dalam WHO (1991), yaitu sebagai berikut : (
√
(
) (
Keterangan : n
= besar sampel
√ )2
(
)
(
)2
55
Z -α/2
= nilai Z pada derajat kepercayaan 1-α/2 atau derajat kepercayaan α
pada uji dua sisi (two tail), yaitu sebesar 5% = 1,96 Z
= nilai Z pada kekuatan uji 1-β, yaitu sebesar 80% = 0,84
P
= proporsi rata – rata = (P1-P )/2
P
= proporsi siswa dengan konsumsi makan baik (34,1%) yang prestasi
belajarnya baik P
= proporsi siswa dengan konsumsi makan tidak baik(18,8%) yang
prestasi belajarnya baik n = 73
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode simple random
sampling.Berdasarkan
hasil
perhitungan,
didapatkan
jumlah
sampelminimal adalah 77siswa.Pada penelitian ini, sampel yang digunakan sebanyak 80 siswa. 2.3.4 Teknik Pengumpulan Data Langkah pertama teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah peneliti meminta data absensi siswa kepada pihak sekolah untuk dijadikan kerangka
sampel.
Kerangka
sampel
tersebut
kemudian
dijadikan
alat
pengumpulan data dengan cara mengurutkan nama siswa sesuai abjad, memisahkan satu per satu nama dari absen dan melakukan random sampai beberapa kali sesuai jumlah sampel yang diinginkan. Berikut skema teknik pengumpulan data.
56 Pengambilan absen siswa kelas V dan VI
Mengurutkan nama siswa sesuai abjad
Memisahkan satu per satu nama dari absen
Melakukan random sesuai jumlah sampel
Gambar 4.1 Gambar Teknik Pengambilan Sampel 2.4
Instrumen Penelitian Instrumen adalah alat ukur yang digunakan dalam pengumpulan data
(Muninjaya, 2003). Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi sejumlah pertanyaan mengenai jenis kelamin, uang saku, pola asuh belajar, dan pendapatan orangtua. Sedangkan instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah yaitu kuesioner dan wawancara informal, IMT/U menggunakan microtoiseuntuk mengukur tinggi badan dan timbangan digital untuk mengukur berat badan, serta datafrekuensi konsumsi makanan(makanan sumber karbohidrat, hewani, nabati, sayur, dan buah) dikumpulkan dengan menggunakan lembar Food Frequency Questionnaire(FFQ) kualitatif.Selain itu, untuk variabel prestasi belajar, pekerjaan, dan pendidikan ibu menggunakan data sekunder yang tersedia di sekolah.
57
2.5
Pengumpulan Data
2.5.1 Jenis Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder.Pengumpulan data primer dilakukan untuk variabel pola asuh belajar,persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah, IMT/U, pendapatan orangtua, jenis kelamin, uang saku,dan konsumsi makanan (makanan sumber karbohidrat, hewani, nabati, sayur, dan buah). Sedangkan pengumpulan data sekunder yakni data prestasi belajar, pendidikan dan pekerjaan ibu diperoleh dari data yang tersedia di sekolah. Sebelum melakukan pengumpulan data primer, peneliti melakukan uji coba kuesioner terlebih dahulu pada populasi yang berbeda. 2.5.2 Alur Pengumpulan Data 2.5.2.1 Variabel Prestasi Belajar Instrumen yang digunakan untuk variabel prestasi belajar yaitu nilai rapor responden satu semester. Cara ukur pada variabel ini yaitu dengan pengambilan data sekunder tentang nilai rapor siswa yang terdapat di sekolah. Hasil ukur yang didapatkan adalah data mengenai hasil belajar siswa per satu semester. 2.5.2.2 Variabel Pola Asuh Belajar Instrumen yang digunakan untuk variabel pola asuh belajar yaitu data primer berupa kuesioner yang terletak pada bagian faktor eksternal. Cara ukur pada variabel ini yaitu pengisian kuesioner pada masing-masing responden. Kuesioner pola asuh belajar sebelumnya pernah digunakan oleh Puspitasari (2008) yang terdiri dari 20 item pertanyaan. Hasil ukur yang didapatkan adalah pola asuh belajar yang diberikan kepada responden.
58
Kuesioner Pola Asuh Belajar
Pertanyaan
r hitung
r tabel
Validitas (r hitung > r Tabel)
1
0.509
0,361
Valid
2
0,399
0,361
Valid
3
0,371
0,361
Valid
4
0,448
0,361
Valid
5
0,439
0,361
Valid
6
0,362
0,361
Valid
7
0,612
0,361
Valid
8
0,511
0,361
Valid
9
0,625
0,361
Valid
10
0,448
0,361
Valid
11
0,411
0,361
Valid
12
0,369
0,361
Valid
13
0,369
0,361
Valid
14
0,502
0,361
Valid
15
0,432
0,361
Valid
16
0,366
0,361
Valid
17
0,425
0,361
Valid
18
0,412
0,361
Valid
19
0,364
0,361
Valid
20
0,366
0,361
Valid
Cronbach α
Reliabilitas (cronbach α> r tabel)
0,711
Reliabel
2.5.2.3 Variabel Persepsi Siswa Terhadap Fasilitas Belajar Instrumen yang digunakan untuk variabel persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah yaitu skala likert yang terdiri dari 7 item pernyataan persepsi siswa dengan skor jawaban 1-5 dan wawancara informal. Cara ukur pada variabel ini yaitu pengisian angket dan wawancara responden. Hasil ukur yang didapatkan
59
adalah persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah yang dibedakan persepsi baik dan persepsi tidak baik. Angket Persepsi Fasilitas Belajar
Pertanyaan
r hitung
r tabel
Validitas (r hitung > r Tabel)
1
0.635
0,444
Valid
2
0,604
0,444
Valid
3
0,535
0,444
Valid
4
0,473
0,444
Valid
5
0,498
0,444
Valid
6
0,683
0,444
Valid
7
0,632
0,444
Valid
Cronbach α
Reliabilitas (cronbach α> r tabel)
0,768
Reliabel
2.5.2.4 Variabel IMT/U Instrumen yang digunakan untuk variabel IMT/U yaitu timbangan digital dan microtoise. Cara ukur pada variabel ini yaitu pengukuran antropometri berupa berat badan dan tinggi badan pada masing-masing responden. Hasil ukur yang didapatkan adalah IMT/U siswa. 2.5.2.5 Variabel Pendidikan Ibu Instrumen yang digunakan untuk variabel pendidikan ibu yaitu data sekunder yang tersedia di sekolah. Cara ukur pada variabel ini yaitu dengan pengambilan data sekunder mengenai pendidikan ibu yang terdapat di sekolah. Hasil ukur yang didapatkan adalah jenjang pendidikan terakhir ibu siswa.
60
2.5.2.6 Variabel Pekerjaan Ibu Instrumen yang digunakan untuk variabel pekerjaan ibu yaitu data sekunder yang tersedia di sekolah. Cara ukur pada variabel ini yaitu dengan pengambilan data sekunder mengenai pekerjaan ibu yang terdapat di sekolah. Hasil ukur yang didapatkan adalah pekerjaan ibu siswa. 2.5.2.7 Variabel Pendapatan Orang Tua Instrumen yang digunakan untuk variabel pendapatan orang tua yaitu data primerberupa kuesioner. Cara ukur pada variabel ini yaitu dengan pengisian kuesionerterhadap masing-masing responden yang sebelumnya kuesioner tersebut dibawa pulang untuk ditanyakan kepada orangtua masing-masing. Hasil ukur yang didapatkan adalah tingkat pendapatan orang tua dalam sebulan. 2.5.2.8 Variabel Jenis Kelamin Instrumen yang digunakan untuk variabel jenis kelamin yaitu kuesioner yang terletak pada bagian faktor karakteristik siswa. Cara ukur pada variabel ini yaitu pengisian kuesioner pada masing-masing responden. Hasil ukur yang didapatkan adalah jenis kelamin siswa yang dibedakan laki-laki dan perempuan. 2.5.2.9 Variabel Uang Saku Instrumen yang digunakan untuk variabel uang saku yaitu kuesioner yang terletak pada bagian faktor karakteristik siswa. Cara ukur pada variabel ini yaitu pengisian kuesioner pada masing-masing responden. Hasil ukur yang didapatkan adalah jumlah uang saku siswa dalam sehari yang digunakan siswa untuk membeli makanan.
61
2.5.2.10
Variabel Konsumsi Makanan
Instrumen yang digunakan untuk variabel konsumsi makanan yaitu lembar Food Frequency Questionnaire(FFQ)kualitatifyang bersumber dari Supariasa dkk (2012). Cara ukur pada variabel ini yaitu dengan melakukan wawancara langsung tentang frekuensi konsumsi makanansumber karbohidrat, makanan hewani, makanan nabati, serta sayur dan buah dalam sehari ataupun semingguterakhir pada masing-masing responden. Wawancara dilakukan untuk mengetahui frekuensi konsumsi makananresponden. Hasil ukur yang didapatkan adalah data konsumsi makanansumber karbohidrat, hewani, nabati, sayur, dan buah siswa.
2.6
Manajemen Data Setelah mengumpulkan data, kemudian dilakukan manajemen data sehingga
menjadi sumber yang dapat digunakan untuk menjawab tujuan penelitian. manajemen
data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan program
komputer.Langkah-langkah manajemen data yakni sebagai berikut : 1.
Editing Data Proses ini yaitu memeriksa atau mengecek kesalahan dalam mengisi kuesioner dan memastikan data yang diperoleh telah lengkap atau belum.
2.
Coding Data Setelah proses editing kemudian melakukan pengkodean pada jawaban dari
setiap
pertanyaan
terhadap
setiap
variabel
sebelum
diolah
menggunakan komputer, pengkodean berfungsi untuk memudahkan dalam mnganalisa data. Pengkodean dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
62
a. Prestasi belajar, diberi kode 1 =kurang jika nilai ≤ 73, 2 = baik jika nilai 74-79, 3 = sangat baik jika nilai ≥ 80. b. Pola asuh belajar, diberi kode 1 = tidak baik, jika skor < 66,7%, 2 = baik, jika skor ≥ 66,7%. c. Persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah, diberi kode 1 = tidak baik jika skor < 60%, 2 = baik jika skor ≥ 60%. d. IMT/U, diberi kode 1 = malnutrisi, 2 = normal. e. Pendidikan ibu, diberi kode 1 = pendidikan rendah (SD/MI - SMP/MTs), 2 = pendidikan tinggi (SMA/MA - Perguruan Tinggi). f. Pekerjaan ibu, diberi kode 1 = bekerja, 2 = tidak bekerja. g. Pendapatan orangtua, diberi kode 1 = rendah (< Rp 2.710.000), dan 2 = tinggi (≥ Rp 2.710.000). h. Jenis kelamin, kode 1 = laki-laki dan 2 = perempuan. i. Uang saku, kode 1 = rendah, jika <mean, 2 = tinggi, jika ≥ mean. j. Konsumsi kelompok makanansumber karbohidrat, diberi kode 1 = tidak baik, jika konsumsi makanansumber karbohidrat< 3 atau >4 kali sehari, 2 = baik, jika konsumsi kelompok makanansumber karbohidrat 3-4 kali sehari. k. Konsumsi makanan hewani, diberi kode 1 = tidak baik, jika konsumsi makanan hewani < 2 atau > 4 kali sehari, dan 2 =baik, jika konsumsi makanan hewani 2-4 kali sehari. l. Konsumsi makanan nabati, diberi kode 1 = tidak baik, jika konsumsi makanan nabati < 2 atau > 4kali dalam sehari, dan 2 =baik, jika konsumsi makanan nabati 2-4kali dalam sehari.
63
m. Konsumsi sayur, diberi kode 1 = tidak baik, jika konsumsi sayur < 3 atau > 4 kali sehari, dan 2 = baik, jika konsumsi sayur 3-4 kali sehari. n. Konsumsi buah, diberi kode 1 =tidak baik, jika konsumsi buah < 2 atau > 3 kali sehari, dan 2 = baik, jika konsumsi buah 2-3kali sehari. 3.
Data Structure and Data File Membuat struktur data dan file data yaitu membuat template sesuai dengan format kuesioner.
4.
Entry Data Proses ini adalah memasukkan data dari kuesioner ke perangkat lunak komputer agar data dapat diolah.
5.
Cleaning Data Proses terakhir dilakukan pengecekan kembali dan memeriksa kesalahan pada data yang sudah dimasukkan ke dalam perangkat lunak agar sesuai dengan data kuesioner yang telah dikumpulkan.
2.7
Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat
dan analisis bivariat.
1.
Analisis Univariat Analisis univariat merupakan rangkaian statistik untuk mendeskripsikan dan
menggambarkan semua variabel, baik variabel dependen yaitu prestasi belajar maupun variabel independen yaknipola asuh belajar,persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah,IMT/U, karakteristik orangtua (pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan orangtua), karakteristik siswa(jenis kelamin, uang saku), dan
64
konsumsi makanan (makanan sumber karbohidrat, hewani, nabati, sayur, dan buah). 2.
Analisis Bivariat Analisis bivariat berfungsi untuk melihat kemungkinan adanya hubungan
yang bermakna antara variabel dependen yaitu prestasi belajar dan variabel independen
yaitu
pola
asuh
belajar,persepsi
siswa
terhadap
fasilitas
sekolah,IMT/U, karakteristik orangtua (pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan orangtua), karakteristik siswa(jenis kelamin, uang saku), dan konsumsi makanan (makanan sumber karbohidrat, hewani, nabati, sayur, dan buah). Analisis bivariat ini menggunakan uji chi square : X2 = ∑
(
)
DF = (k-1)(b-1) Keterangan : X2 = chi square O = nilai observasi E = nilai ekspektasi K = jumlah kolom B = jumlah baris Pada penelitian ini, peneliti tidak menggunakan rumus tersebut. Peneliti mengolah data penelitian menggunakan perangkat lunak. Pada uji chi square akan diperoleh nilai p, tingkat kemaknaan yang digunakan sebesar 0,05. Penelitian antara variabel dependen dan variabel independen dikatakan bermakna bila nilai p ≤ 0,05. Sebaliknya, penelitian antara variabel dependen dan variabel independen dikatakan tidak bermakna bila nilai p > 0,05.
BAB V HASIL
5.1
Analisis Univariat
5.1.1 Distribusi Prestasi Belajar Pada penelitian ini, prestasi belajar diperoleh dari perhitungan rata-rata dan simpangan baku. Berikut perhitungan prestasi belajar dilihat dari rata-rata dan simpangan baku:
Membuat rata-rata (mean):
Membuat simpangan baku:
Hasil penilaian berupa kurva normal: Nilai
Skor
A (sangat kurang baik)
< 68
B (kurang baik)
68 - 73
C (cukup baik)
74–79
D (baik)
80 – 85 ≥ 86
E (sangat baik)
65
66
Berdasarkan perhitungan di atas, prestasi belajar sangat kurang baik apabila nilai < 86, kurang baik jika 68-73, cukup baik jika 74-79, baik jika 80-85, dan sangat baik jika ≥ 86. Namun, karena alasan statistik makan prestasi belajar dibagi menjadi tiga kategori yaitu kurang, baik, dan sangat baik. Prestasi belajar dikatakan kurang jika nilai ≤ 73, baik jika nilai 74-79, dan sangat baik jika nilai ≥ 80. Distribusi prestasi belajar dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut. Tabel 5.1 Distribusi Prestasi Belajar Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 Prestasi belajar
Frekuensi
Persentase (%)
Kurang
42
52,5
Baik
22
27,5
Sangat baik
16
20,0
Total
80
100
Berdasarkan tabel 5.1 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa memiliki prestasi belajar kurang yaitu sebanyak 42siswa atau 52,5%. 5.1.2 Distribusi Pola Asuh Belajar Pada penelitian ini, pola asuh belajar siswa dibagi menjadi dua, yakni tidak baik dan baik. Pola asuh belajar tidak baik jika skor < 66,7% dan baik jika skor ≥ 66,7%. Skor pola asuh belajar didapatkan dari 20 item pernyataan menggunakan instrumen skala likert 1-5 yang kemudian jawabannya dijumlahkan. Distribusi pola asuh belajar dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut.
67
Tabel 5.2 Distribusi Pola Asuh Belajar Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 Pola asuh belajar
Frekuensi
Persentase (%)
Tidak baik
19
23.8
Baik
61
76.2
Total
80
100
Berdasarkan tabel 5.2 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa memiliki pola asuh belajar yang baik yakni sebanyak 61 siswa atau 76,2%. 5.1.3 Distribusi Persepsi Siswa terhadap Fasilitas Belajar Persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah dibagi menjadi dua, yaitu tidak baik dan baik. Persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah tidak baik jika skor < 60% dan baik jika skor ≥ 60%. Skor persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah didapatkan dari 7 item pernyataan menggunakan instrumen skala likert yang kemudian skor jawabannya dijumlahkan. Distribusi persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut. Tabel 5.3 Distribusi Persepsi Siswa terhadap Fasilitas Sekolah Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 Persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah
Frekuensi
Persentase (%)
Tidak baik
29
36,2
Baik
51
63,8
Total
80
100
Berdasarkan tabel 5.3 di atas, diketahui sebagian besar siswa memiliki persepsi baik terhadap fasilitas belajar di sekolah yaitu 51 siswa atau 63,8%. 5.1.4 Distribusi IMT/U Pada penelitian ini, kategori IMT/U dibagi menjadi dua, yaitu malnutrisi dan normal. DistribusiIMT/U dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut.
68
Tabel 5.4 Distribusi IMT/U Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 IMT/U
Frekuensi
Persentase (%)
Malnutrisi
34
42,5
Normal
46
57,5
Total
80
100
Berdasarkan tabel 5.4, diketahui bahwa sebagian besar siswa memiliki IMT/U normal yaitu sebanyak 46 siswa atau 57,5%. 5.1.5 Distribusi Pendidikan Ibu Pendidikan ibu dalam penelitian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pendidikan rendah (SD/SMP/SMA) dan pendidikan tinggi (Diploma, Sarjana, Magister, Doktor, dan Spesialis). Distribusi pendidikan ibu dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut. Tabel 5.5 Distribusi Pendidikan Ibu Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 Pendidikan ibu
Frekuensi
Persentase (%)
Rendah
15
18,8
Tinggi
65
81,2
Total
80
100
Berdasarkan tabel 5.5 di atas, diketahui bahwa sebagian besar ibu siswa memiliki pendidikan tinggi sebanyak 65 siswa atau 81,2%. 5.1.6 Distribusi Pekerjaan Ibu Variabel pekerjaan ibu pada penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu tidak bekerja dan bekerja. Distribusi pekerjaan ibu dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut.
69
Tabel 5.6 Distribusi Pekerjaan Ibu Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 Pekerjaan ibu
Frekuensi
Persentase (%)
Bekerja
21
26,2
Tidak bekerja
59
73,8
Total
80
100
Berdasarkan tabel 5.6 di atas, diketahui bahwa sebagian besar siswa memiliki ibu yang tidak bekerja yakni sebanyak 59 siswa atau 73,8%. 5.1.7 Distribusi Pendapatan Orangtua Pada penelitian ini, pendapatan orangtua dibagi menjadi dua kelompok, yakni rendah dan tinggi. Untuk kategori rendah jika pendapatan orangtua siswa < Rp 2.710.000 dan tinggi jika ≥ Rp 2.710.000. Distribusi pendapatan orangtua dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut. Tabel 5.7 Distribusi Pendapatan Orangtua Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 Pendapatan orangtua
Frekuensi
Persentase (%)
Rendah
37
46,2
Tinggi
43
53,8
Total
80
100
Berdasarkan tabel 5.7 di atas, diketahui sebagian besar siswa memiliki orangtua dengan pendapatan tinggi yaitu sebanyak 43 siswa atau 53,8%. 5.1.8 Distribusi Jenis Kelamin Jenis kelamin dibedakan menjadi dua, yaitu laki-laki dan perempuan. Distribusi jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut.
70
Tabel 5.8 Distribusi Jenis Kelamin Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 Jenis kelamin
Frekuensi
Persentase (%)
Laki-laki
42
52,5
Perempuan
38
47,5
Total
80
100
Berdasarkan tabel 5.8 di atas, diketahui lebih banyak siswa yang berjenis kelamin laki-laki yakni sebanyak 42 siswa atau 52,5%. 5.1.9 Distribusi Uang Saku Variabel uang saku pada penelitian ini adalah jumlah uang saku sehari yang dihabiskan siswa dalam membeli makanan. Uang saku dikatakan rendah jika < mean dan tinggi jika ≥ mean. Distribusi uang saku dapat dilihat pada tabel 5.9 berikut. Tabel 5.9 DistribusiUang Saku Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 Uang saku
Frekuensi
Persentase (%)
Rendah
21
26,2
Tinggi
59
73,8
Total
80
100
Berdasarkan tabel 5.9 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa memiliki uang saku yang tinggi yaitu sebanyak 59 siswa atau 73,8%. 5.1.10 Distribusi Konsumsi Makanan a.
Konsumsi makanan sumber karbohidrat Variabel konsumsi makanan sumber karbohidratdibagi menjadi dua
kelompok yaitu tidak baik dan baik. Konsumsi tidak baik jika < 3 atau > 4 kali sehari dan baik jika konsumsi makanan sumber karbohidrat 3-4 kali sehari.
71
Distribusi konsumsi makanan sumber karbohidrat dapat dilihat pada tabel 5.10 berikut. Tabel 5.10 Distribusi Konsumsi MakananSumber KarbohidratSiswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 Konsumsi makanan Frekuensi Persentase (%) sumber karbohidrat Tidak baik
63
78,8
Baik
17
21,2
Total
80
100
Berdasarkan tabel 5.10 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa memiliki konsumsi makanan sumber karbohidrattidak baik yaitu sebanyak 63 siswa atau 78,8%. Sebanyak 57 siswa atau 71,3% memiliki konsumsi makanan sumber karbohidrat berlebih, sedangkan 6 siswa atau 7,5% memiliki konsumsi makanan sumber karbohidratkurang. b.
Konsumsi makanan hewani Konsumsi makanan hewani dibagi menjadi dua kategori, yaitu tidak baik
dan baik. Konsumsi makanan hewani tidak baik jika < 2 atau > 4 kali sehari dan baik jika 2-4 kali sehari. Distribusi konsumsi makanan hewani dapat dilihat pada tabel 5.11 berikut. Tabel 5.11 Distribusi Konsumsi Makanan Hewani Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 Konsumsi makanan hewani
Frekuensi
Persentase (%)
Tidak baik Baik
64 16
80,0 20,0
Total
80
100
Berdasarkan tabel 5.11 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa memiliki konsumsi makanan hewani tidak baik yakni sebanyak 64 siswa atau 80,0%.
72
c.
Konsumsi makanan nabati Pada penelitian ini, konsumsi makanan nabati dibagi menjadi dua, yakni
tidak baik dan baik. Konsumsi dikatakan tidak baik jika < 2 atau > 4 kali sehari dan baik jika 2-4 kali sehari. Distribusi konsumsi makanan nabati dapat dilihat pada tabel 5.12 berikut. Tabel 5.12 Distribusi Konsumsi Makanan Nabati Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 Konsumsi makanan nabati
Frekuensi
Persentase (%)
Tidak baik
60
75,0
Baik
20
25,0
Total
80
100
Berdasarkan tabel 5.12 di atas, dapat diketahui bahwa siswa dengan konsumsi makanan nabati tidak baik lebih banyak yakni 60 siswa atau 75,0%. d.
Konsumsi sayur Konsumsi sayur pada penelitian ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu tidak
baik dan baik. Konsumsi sayur dikatakan tidak baik jika konsumsi sayur < 3 atau > 4 kali sehari dan baik jika 3-4 kali sehari. Distribusi konsumsi sayur dapat dilihat pada tabel 5.13 berikut. Tabel 5.13 DistribusiKonsumsi Sayur Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 Konsumsi sayur
Frekuensi
Persentase (%)
Tidak baik
59
73,8
Baik
21
26,2
Total
80
100
Berdasarkan tabel 5.13 di atas, sebagian besar siswa yaitu 59 siswa atau 73,8% memiliki konsumsi sayur tidak baik.
73
e.
Konsumsi buah Variabel konsumsi buah dibagi menjadi dua kelompok, yakni tidak baik dan
baik. Konsumsi buah siswa dikatakan tidak baik jika < 2 atau > 3 kali dalam sehari dan baik jika 2-3 kali dalam sehari. Distribusi konsumsi sayur siswa kelas V dan VI dapat dilihat pada tabel 5.14 berikut. Tabel 5.14 Distribusi Konsumsi Buah Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 Konsumsi buah
Frekuensi
Persentase (%)
Tidak baik
58
72,5
Baik
22
27,5
Total
80
100
Berdasarkan tabel 5.14, diketahui bahwa siswa yang mempunyai konsumsi buah tidak baik lebih banyak yakni 58 siswa atau 72,5%
5.2
Analisis Bivariat
5.2.1 Hubungan Pola Asuh Belajar dengan Prestasi Belajar Distribusi prestasi belajar siswa menurut pola asuh belajar dapat dilihat pada tabel 5.15 berikut. Tabel 5.15 Distribusi Prestasi Belajar Menurut Pola Asuh Belajar Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 Prestasi belajar Pola asuh belajar
Kurang
Baik
Total
Sangat baik
P value
n
%
n
%
n
%
n
%
Tidak baik
5
26,3
6
31,6
8
42,1
19
100
Baik
37
60,7
16
26,2
8
13,1
61
100
Total
42
52,5
22
27,5
16
20,0
80
100
0,009
74
Hasil penelitian antara pola asuh belajar siswa dengan prestasi belajar menunjukkan bahwa ada sebanyak 8 (42,1%) siswa dengan pola asuh belajar tidak baik memiliki prestasi belajar sangat baik. Sedangkan siswa dengan pola asuh belajar yang baik, ada 8 siswa (13,1%) yang memiliki prestasi belajar sangat baik. Hasil uji statistik diperoleh P value sebesar 0,009, artinya pada α 5% ada hubungan yang signifikan antara prestasi belajar dengan pola asuh belajar siswa. 5.2.2 Hubungan Persepsi Siswa terhadap Fasilitas Sekolah dengan Prestasi Belajar Distribusi prestasi belajar siswa menurut persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah dapat dilihat pada tabel 5.16 berikut. Tabel 5.16 DistribusiPrestasi Belajar Menurut Persepsi Siswa terhadap Fasilitas Sekolah Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 Prestasi belajar
Persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah
n
%
n
%
n
%
n
%
Tidak baik
14
48,3
9
31,0
6
20,7
29
100
Baik
28
54,9
13
25,5
10
19,6
51
100
Total
42
52,5
22
27,5
16
20,0
80
100
Total Kurang
Baik
P value
Sangat baik
0,830
Hasil analisis hubungan antara persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah dengan prestasi belajar diperoleh bahwa ada sebanyak 6 (20,7%) siswa dengan persepsi tidak baik mempunyai prestasi belajar yang sangat baik. Sementara siswa dengan persepsi baik yang mempunyai prestasi belajar sangat baik sebanyak 10 (19,6%) siswa. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh P value sebesar 0,830, artinya pada α 5% tidak ada hubungan yang signifikan antara prestasi belajar dengan persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah.
75
5.2.3 Hubungan IMT/U dengan Prestasi Belajar Tabel 5.17 Distribusi Prestasi Belajar Menurut IMT/U Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 Prestasi belajar Kurang
IMT/U
Baik
Total
Sangat baik
P value
n
%
n
%
n
%
n
%
Malnutrisi
20
58,8
12
35,3
2
5,9
34
100
Normal
22
47,8
10
21,7
14
30,4
46
100
Total
42
52,5
22
27,5
16
20,0
80
100
0,022
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat2siswa (5,9%) dengan IMT/Umalnutrisi yang memiliki prestasi belajar sangat baik. Sedangkan pada siswa dengan IMT/U normal yang memiliki prestasi belajar sangat baik sebanyak 14 siswa (30,4%). Dari hasil uji statistik didapatkan P value sebesar 0,022, artinya pada α 5% ada hubungan yang signifikan antara IMT/U dengan prestasi belajar. 5.2.4 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Prestasi Belajar Tabel 5.18 Distribusi Prestasi Belajar Menurut Pendidikan Ibu Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 Prestasi belajar Kurang
Pendidikan ibu
Pendidikan rendah Pendidikan tinggi Total
Total
Baik
P value
Sangat baik
n
%
n
%
n
%
n
%
7
46,7
5
33,3
3
20,0
15
100
35
53,8
17
26,2
13
20,0
65
100
42
52,5
22
27,5
16
20,0
80
100
0,840
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan pendidikan ibu rendah yang prestasi belajarnya sangat baik sebanyak 3 (20,0%) siswa, sedangkan siswa dengan pendidikan ibu tinggi yang prestasi belajarnya sangat baik sebanyak 13 (20,0%) siswa. Berdasarkan perhitungan statistik diperoleh P valuesebesar
76
0,840artinya pada α % tidak ada hubungan yang signifikan antara prestasi belajar dengan pendidikan ibu. 5.2.5 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Prestasi Belajar Tabel 5.19 Distribusi Prestasi Belajar Menurut Pekerjaan Ibu Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 Prestasi belajar Kurang
Pekerjaan ibu
Baik
Total
Sangat baik
P value
n
%
n
%
n
%
n
%
Bekerja
12
57,1
5
23,8
4
19,0
21
100
Tidak bekerja
30
50,8
17
28,8
12
20,3
59
100
Total
42
52,5
22
27,5
16
20,0
80
100
0,873
Hasil analisis hubungan antara pekerjaan ibu dengan prestasi belajar diketahui bahwa siswa dengan ibu yang bekerja yang prestasi belajarnya sangat baik sebanyak 4siswa (19%), sedangkan siswa dengan ibu tidak bekerja yang prestasi belajarnya sangat baik sebanyak 12 siswa (20,3%). Dari hasil statistik didapatkan bahwa siswa yang prestasi belajarnya kurang jumlahnya banyak pada ibu yang tidak bekerja. Hal ini terjadi kemungkinan diakibatkan karena ibu yang bekerja dan tidak bekerja sama-sama tidak memberikan bimbingan belajar kepada siswa atau waktu yang diberikan untuk memberi bimbingan belajar antara ibu yang bekerja dan tidak bekerja tidak jauh berbeda. Berdasarkan perhitungan statistik didapatkan nilai P value sebesar 0,873, artinya pada α 5 % tidak ada hubungan yang signifikan antara prestasi belajar dengan pekerjaan ibu.
77
5.2.6 Hubungan Pendapatan Orangtua dengan Prestasi Belajar Tabel 5.20 Distribusi Prestasi Belajar Menurut Pendapatan Orangtua Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 Prestasi belajar Pendapatan orangtua
Kurang
Baik
Total
Sangat baik
P value
n
%
n
%
n
%
n
%
Rendah
25
67,6
10
27,0
2
5,4
37
100
Tinggi
17
39,5
12
27,9
14
32,6
43
100
Total
42
52,5
22
27,5
16
20,0
80
100
0,006
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan pendapatan orangtua rendah yang memiliki prestasi belajar sangat baik sebanyak 2 (5,4%), sedangkan siswa dengan pendapatan orangtua tinggi sebanyak 14 (32,6%). Berdasarkan hasil perhitungan statistik didapatkan P valuesebesar 0,006, artinya pada α 5 % ada hubungan yang signifikan antara prestasi belajar dengan pendapatan orangtua siswa. 5.2.7 Hubungan Jenis Kelamin dengan Prestasi Belajar Tabel 5.21 Distribusi Prestasi Belajar Menurut Jenis Kelamin Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 Prestasi belajar Kurang
Jenis kelamin
Baik
Total
Sangat baik
P value
n
%
n
%
n
%
n
%
Laki-laki
21
50,0
15
35,7
6
14,3
42
100
Perempuan
21
55,3
7
18,4
10
26,3
38
100
Total
42
52,5
22
27,5
16
20,0
80
100
0,156
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa laki-laki yang prestasi belajarnya sangat baik yaitu sebanyak 6 (14,3%), sedangkan siswa siswa perempuan sebanyak 10 (26,3%) siswa. Berdasarkan perhitungan statistik
78
didapatkan P value sebesar 0,156, artinya pada α 5 % tidak ada hubungan yang signifikan antara prestasi belajar dengan jenis kelamin. 5.2.8 Hubungan Uang Saku dengan Prestasi Belajar Tabel 5.22 Distribusi Prestasi Belajar Menurut Uang Saku Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 Prestasi belajar Kurang
Uang skau
Baik
Total
Sangat baik
P value
n
%
n
%
n
%
n
%
Rendah
12
57,1
5
23,8
4
19,0
21
100
Tinggi
30
50,8
17
28,8
12
20,3
59
100
Total
42
52,5
22
27,5
16
20,0
80
100
0,873
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan uang saku rendah yang prestasi belajarnya sangat baik sebanyak 4 (19,0%) siswa. Sedangkan siswa dengan uang saku tinggi yang prestasi belajarnya sangat baik sebanyak 12 (20,3%) siswa. Berdasarkan perhitungan statistik didapatkan P value sebesar 0,873, artinya pada α 5% tidak ada hubungan yang signifikan antara uang saku dengan prestasi belajar siswa. 5.2.9 Hubungan Konsumsi Makanan Sumber Karbohidrat dengan Prestasi Belajar Tabel 5.23 Distribusi Prestasi Belajar Menurut Konsumsi Makanan Sumber KarbohidratSiswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 Prestasi belajar
Konsumsi makanan sumber karbohidrat
n
%
n
%
n
%
n
%
Tidak baik
38
60,3
20
31,7
5
7,9
63
100
Baik
4
23,5
2
11,8
11
64,7
17
100
Total
42
52,5
22
27,5
16
20,0
80
100
Kurang
Baik
Total
Sangat baik
P value
0,000
Hasil analisis hubungan antara konsumsi makanan sumber karbohidrat dengan prestasi belajar diperoleh bahwa ada sebanyak 5 (7,9%) siswa dengan
79
konsumsi makanan sumber karbohidrat tidak baik yang prestasi belajarnya sangat baik. Sedangkan siswa dengan konsumsi makanan sumber karbohidrat baik yang prestasi belajarnya sangat baik sebanyak 11 (64,7%) siswaHasil uji statistik diperoleh P valuesebesar 0,000, maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara prestasi belajar dengan konsumsi makanan sumber karbohidrat siswa. 5.2.10
Hubungan Konsumsi Makanan Hewani dengan Prestasi Belajar
Tabel 5.24 Distribusi Prestasi Belajar Menurut Konsumsi Makanan Hewani Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 Prestasi belajar
Konsumsi makanan hewani
n
%
n
%
n
%
n
%
Tidak baik
39
60,9
19
29,7
6
9,4
64
100
Baik
3
18,8
3
18,8
10
62,5
16
100
Total
42
52,5
22
27,5
16
20,0
80
100
Kurang
Baik
Total
Sangat baik
P value
0,000
Hasil analisis hubungan antara konsumsi makanan hewani dengan prestasi belajar diperoleh bahwa ada sebanyak 6 (9,4%) siswa dengan konsumsi makanan tidak baik yang prestasi belajarnya sangat baik. Sedangkan siswa dengan konsumsi makanan baik yang prestasi belajarnya sangat baik sebanyak 10 (62,5%). Hasil uji statistik diperoleh P value sebesar 0,000, maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara prestasi belajar dengan konsumsi makanan hewani siswa.
80
5.2.11
Hubungan Konsumsi Makanan Nabati dengan Prestasi Belajar
Tabel 5.25 Distribusi Prestasi Belajar Menurut Konsumsi Makanan Nabati Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 Prestasi belajar
Konsumsi makanan nabati
n
%
n
%
n
%
n
%
Tidak baik
38
63,3
18
30,0
4
6,7
60
100
Baik
4
20,0
4
20,0
12
60,0
20
100
Total
42
52,5
22
27,5
16
20,0
80
100
Kurang
Baik
Total
Sangat baik
P value
0,000
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 4 (6,7%) siswa dengan konsumsi makanan nabati tidak baik memiliki prestasi sangat baik. Sedangkan siswa dengan konsumsi makanan nabati baik yang prestasi belajarnya sangat baik sebanyak 12 (60,0%). Hasil uji statistik diperoleh P value sebesar 0,000, artinya pada α 5% dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara prestasi belajar dengan konsumsi makanan nabati siswa. 5.2.12
Hubungan Konsumsi Sayur dengan Prestasi Belajar
Tabel 5.26 DistribusiPrestasi Belajar Menurut Konsumsi Sayur Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 Prestasi belajar Konsumsi sayur
Kurang
Total
Baik
P value
Sangat baik
n
%
n
%
n
%
n
%
Tidak baik
37
62,7
18
30,5
4
6,8
59
100
Baik
5
23,8
4
19,0
12
57,1
21
100
Total
42
52,5
22
27,5
16
20,0
80
100
0,000
Hasil analisis hubungan antara konsumsi sayur dengan prestasi belajar diperoleh bahwa ada sebanyak 4 (6,8%) siswa dengan konsumsi sayur tidak baik yang prestasi belajarnya sangat baik. Sedangkan siswa dengan konsumsi sayur baik yang prestasi belajarnya sangat baik sebanyak 12 (57,1%).Hasil uji
81
statistikdiperoleh P value sebesar 0,000, artinya pada α 5% ada hubungan yang signifikan antara prestasi belajar dengan konsumsi sayur siswa. 5.2.13
Hubungan Konsumsi Buah dengan Prestasi Belajar
Tabel 5.27 Distribusi Prestasi Belajar Menurut Konsumsi Buah Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 Prestasi belajar Kurang
Konsumsi buah
Baik
Total
Sangat baik
P value
n
%
n
%
n
%
n
%
Tidak baik
36
62,1
18
31,0
4
6,9
58
100
Baik
6
27,3
4
18,2
12
54,5
22
100
Total
42
52,5
22
27,5
16
20,0
80
100
0,000
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 4 (6,9%) siswa dengan konsumsi buah tidak baik memiliki prestasi belajar sangatbaik. Sedangkan siswa dengan konsumsi makanan baik yang prestasi belajarnya sangat baik sebanyak 12 (54,5%). Berdasarkan perhitungan statistik didapatkan P value sebesar 0,000, artinya pada α 5% ada hubungan yang signifikan antara prestasi belajar dengan konsumsi buah siswa.
BAB VI PEMBAHASAN
6.1
Keterbatasan Peneliti
1.
Pada penelitian ini, prestasi belajar yang diteliti adalah prestasi belajar akademik sehingga tidak bisa melihat hubungan dengan prestasi non akademik siswa.
2.
Lokasi penelitian hanya di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat sehingga tidak dapat digeneralisasi dengan sekolah lain karena memiliki karakter pendidikan yang berbeda.
6.2
Prestasi Belajar Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia di suatu bangsa. Pendidikan adalah segala daya upaya dan semua usaha untuk membuat masyarakat dapat mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, berkepribadian, memiliki kecerdasan, berakhlak manusia, serta memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara (Rini, 2013). Kunci terselenggaranya pendidikan adalah dengan adanya proses kegiatan belajar. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan
82
83
pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik (Slameto, 2013). Puncak kegiatan proses belajar disebut sebagai prestasi belajar. Seperti yang dikatakan oleh Olivia (2011), prestasi belajar adalah puncak hasil belajar yang dapat mencerminkan hasil keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Ridwan (2008) prestasi akademik merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki siswa untuk menerima, menolak, dan menilai informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi akademik siswa biasanya dinyatakan dalam bentuk angka atau simbol tertentu, orang lain atau siswa sendiri akan dapat mengetahui sejauh mana prestasi akademik yang telah dicapai (Suryabrata, 2006). Dengan kata lain, prestasi akademik merupakan bentuk lain untuk menilai penguasaan siswa dalam proses belajar yang dituangkan dalam di dalam nilai rapor. Pada penelitian ini, prestasi belajar dilihat dari nilai rapor semester genap yang diambil dari nilai rata-rata pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan IPS yang kemudian dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas. Menurut Depdiknas (2008), penilaian kelompok mata pelajaran untuk SD dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan Bahasa Indonesia, Matematika, IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), dan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Arikunto (1992) dalam Fathur (2004) mengatakan bahwa ada dua indikator penilaian yaitu penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP). Penilaian acuan norma (PAN) adalah pendekatan penilaian yang membandingkan hasil pengukuran seseorang dengan hasil pengukuran yang diperoleh orang-orang dalam kelompoknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar nilai
84
rata-rata siswa masih di bawah nilai rata-rata kelas, sebanyak 48 siswa atau 60% memiliki prestasi belajar tidak baik dan sebanyak 32 siswa atau 40% memiliki prestasi belajar baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Maghfuroh (2014) yang menunjukkan bahwa hampir setengah siswa (48,6%) memiliki prestasi belajar kurang dan ada 3 siswa (8,6%) memiliki prestasi belajar amat kurang. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Legi (2012) yang menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki prestasi belajar yang baik. Perbedaan tersebut dikarenakan sampel dalam penelitian ini terdiri dari 3 kelas serta penelitian sebelumnya dilakukan pada Sekolah Dasar Negeri sehingga mempunyai karakteristik yang berbeda. Ada banyak faktor yang mempengaruhi atau menentukan keberhasilan belajar. Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar dapat dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal (Thursan, 2000). Faktor internal adalah faktor yang terdapat di dalam diri individu itu sendiri seperti status gizi. Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar individu yang bersangkutan, seperti pola asuh belajar siswa, fasilitas sekolah, karakteristik orangtua, dan konsumsi makanan. Jadi, dalam menyelenggarakan pendidikan perlu adanya kegiatan belajar sebagai aktivitas usaha mengembangkan potensi peserta didik. Hasil kegiatan belajar dapat dilihat dari prestasi belajar. Oleh karena itu, dalam meningkatkan prestasi belajar siswa peneliti menyarankan kepada pihak orangtua maupun sekolah untukmengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar agar dapat dilakukan intervensi sehingga siswa memenuhi standar prestasi yang
85
ditetapkan oleh sekolah.Prestasi belajar pada penelitian ini menggunakan prestasi akademik, maka diharapkan peneliti selanjutnya untuk meneliti mengenai prestasi non akademik.
6.3 Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa terhadap Prestasi Belajar 6.3.1 Hubungan Pola Asuh Belajar dengan Prestasi Belajar Pada penelitian ini, sebagian besar siswa memiliki pola asuh belajar yang baik yaitu sebanyak 61 siswa atau 76,2%. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh belajar siswa dengan prestasi belajar. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rahmawati dkk (2014) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan pola asuh belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa. Penelititan Rahmawati (2014) menemukan bahwa pola asuh belajar memegang peranan penting dalam perkembangan belajar siswa dan sangat besar pengaruhnya terhadap tinggi rendahnya pencapaian prestasi belajar siswa di sekolah. Pola asuh belajar yang baik mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Pitriyanti (2011) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara pola asuh dengan prestasi belajar siswa. Hal ini dikarenakan penelitian Pitriyanti (2011) dilakukan pada siswa Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) sedangkan penelitian ini pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri. Perbedaan pola asuh belajar secara tidak langsung akan mempengaruhi kebiasaan-kebiasaan siswa, baik di rumah maupun di sekolah. Orangtua yang membiasakan anak untuk selalu belajar di rumah akan berpengaruh terhadap hasil
86
belajar siswa di sekolah. Kebiasaan belajar berhubungan positif dengan prestasi belajar, yaitu semakin baik kebiasaan belajar siswa maka akan semakin baik nilai prestasi belajarnya. Nurhidayah (2008) juga mengatakan bahwa orangtua yang membimbing siswa mengerjakan pekerjaan rumah, membacakan buku-buku tertentu kepada mereka dan memainkan permainan yang berhubungan dengan pendidikan cenderung memiliki siswa yang lebih berprestasi di sekolah. Pola asuh belajar yang baik akan berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Slameto (2013) bahwa cara orangtua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya. Sebaliknya, pola asuh belajar yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya seperti acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan/melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimana kemajuan belajar anaknya, kesulitan yang dialami dalam belajar, dan lain-lain dapat menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajarnya. Menurut Hardiwinoto dan Setiaabudhi (2002), pola asuh adalah pola pengasuhan siswa yang berlaku dalam keluarga, yaitu bagaimana keluarga membentuk perilaku generasi berikut sesuai dengan norma dan nilai yang baik dan sesuai dengan kehidupan masyarakat. Pola asuh belajar dalam penelitian ini meliputi menentukan waktu belajar siswa, memberikan motivasi kepada siswa, mengevaluasi hasil ujian, dan memberikan fasilitas belajar di rumah. Agar anak dapat belajar dengan efektif, orangtua sebaiknya membuat jadwal yang baik sebagaimana yang diungkapkan oleh Slameto (2010) antara lain
87
memperhitungkan waktu setiap hari untuk keperluan tidur, belajar, makan, mandi, olahraga, bermain, dan lain-lain. Selain itu, Slameto (2010) juga mengatakan sebaiknya orangtua juga memperhatikan dan menentukan waktu-waktu yang tersedia setiap hari, merencanakan penggunaan belajar itu dengan cara menetapkan jenis-jenis mata pelajarannya dan urutan-urutan yang harus dipelajari, memperhatikan waktu-waktu mana yang dapat dipergunakan untuk belajar dengan hasil terbaik, serta berhemat dengan waktu yang artinya setiap siswa jangan raguragu untuk memulai pekerjaan termasuk belajar. Motivasi yaitu dorongan untuk melakukan sesuatu sehingga kebutuhan terpenuhi. Motivasi bisa berasal dari dalam diri dan dari luar individu salah satunya berasal dari orangtua (Sumiatin, 2010). Dalam mendukung prestasi belajar yang baik, perlu adanya motivasi atau dorongan dari orangtua. Astuti dkk (2013) mengatakan bahwa salah satu upaya untuk memberikan motivasi siswa adalah dengan menciptakan situasi dan kondisi yang nyaman dan tenang untuk menarik minat siswa agar dapat belajar dengan baik, sehingga memudahkan siswa dalam belajar. Untuk dapat membuat siswa dapat berminat dalam belajarnya maka orangtua bersama-sama dengan sekolah harus memberikan nasihat serta dorongan untuk belajar. Kegiatan mengevaluasi hasil belajar siswa penting dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan siswa dalam belajar. Mardapi (2000) menyatakan tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan ada dua. Pertama, untuk mengetahui perkembangan yang dialami siswa setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Kedua, yaitu untuk mengukur dan menilai efektivitas mengajar dan berbagai metode mengajar yang telah
88
diterapkan atau dilaksanakan oleh pendidik serta kegiatan belajar yang dilaksanakan oleh siswa. Aspek lain yang perlu diperhatikan agar prestasi belajar anak optimal yakni menyediakan fasilitas belajar di rumah. Fasilitas belajar yaitu alat-alat yang dapat digunakan dalam rangka memudahkan dan menunjang kegiatan pembelajaran. Aunurrahman (2011) dalam Rejeki dkk (2011) menyatakan bahwa sarana dan prasarana pembelajaran merupakan faktor yang turut memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju (Slameto, 2010). Kurang lengkapnya buku-buku yang diperlukan menyebabkan siswa malas belajar serta menghalanginya untuk belajar lebih baik, karena siswa tidak bisa belajar dengan sungguh-sungguh apabila buku-buku yang diperlukan sebagai alat penunjang tidak lengkap atau tidak ada. Alat tulis seperti pensil, pena, buku tulis, dan lainnya wajib dimiliki oleh siswa untuk menunjang kelancaran belajar itu sendiri (Nasution dkk, 2005). Dari hasil penelitian dapat dikatakan bahwa siswa dengan pola asuh belajar baik prestasi belajarnya juga baik, dan sebaliknya siswa dengan pola asuh tidak baik prestasi belajarnya tidak baik. Oleh karena itu, diharapkan bagi orangtua siswa untuk mempertahankan pola asuh belajar yang sudah baik dengan terus memberikan bimbingan, arahan, motivasi pada saat anak belajar di rumah, serta melengkapi fasilitas belajar anak.
89
6.3.2 Hubungan Persepsi Siswa terhadap Fasilitas Sekolah dengan Prestasi Belajar Pada penelitian ini persepsi yang ingin dilihat adalah persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah. Instrumen yang digunakan adalahskala likert yang terdiri dari 7 item pernyataan persepsi siswa dengan skor jawaban 1-5. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar siswa memiliki persepsi baik terhadap fasilitas belajar di sekolah yaitu 51 siswa atau 63,8%. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap fasilitas belajar dengan prestasi belajar siswa. Persepsi adalah pandangan orang tentang kenyataan. Persepsi merupakan suatu proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan dilakukan yaitu dengan inderanya, yaitu indera penglihatan, pendengaran, peraba, dan penciuman (Slameto, 2010). Berdasarkan observasi, fasilitas belajar di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat dapat dikatakan lengkap dilihat dari tersedianya ruang kelas, ruang olahraga, perpustakaan, meja belajar, dan lain sebagainya. Sebagaimana Febriani (2013) menyatakan bahwa standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran antara lain ruang belajar/kelas, tempat berolahraga, meja belajar, perpustakaan, laboratorium, komputer, tempat buku-buku pelajaran dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa sebagian besar siswa memiliki persepsi baik terhadap fasilitas belajar di sekolah.
90
Namun, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan diketahui bahwa walaupun fasilitas sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat termasuk lengkap akan tetapi pemanfaatan beberapa fasilitas sekolah ada yang tidak sesuai dengan fungsinya. Seperti fasilitas laboratorium komputer yang jarang digunakan dan perpustakaan yang beralih fungsi sebagai pengganti ruang belajar mengajar. Hal tersebut yang menyebabkan meskipun sebagian persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah baiklebih banyak yang prestasi belajarnya tidak baik. Selain itu, kuesioner juga menjadi keterbatasan penelitian.Berikut kutipan dari hasil wawancara tentang pemanfaatan fasilitas sekolah : “Jarang ke lab komputer kak, terus kalau ada pelajaran komputer guru komputernya suruh masing-masing kelompok harus bawa laptop. Kalau perpusnya suka dijadiin kelas..” Fasilitas belajar di sekolah merupakan aspek penting dalam kegiatan belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Slameto (2013) bahwa alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan. Fasilitas belajar yang lengkap dan memadai akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju. Mengusahakan fasilitas belajar yang baik dan lengkap perlu agar guru dapat mengajar dengan baik sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan baik serta dapat belajar dengan baik pula. Namun, selain fasilitas belajar yang baik ada faktor lain yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sebagaimana yang dikatakan Wanhari
91
(2010) bahwa sarana atau fasilitas belajar yang baik saja tidak cukup untuk meningkatkan prestasi belajar siswa karena siswa umumnya tertarik untuk belajar hanya pada saat itu saja, tapi setelah pembelajaran di kelas dengan sarana yang baik dan menarik usai, siswa akan kembali kurang termotivasi. Oleh karena itu, guru juga perlu mengembangkan metode mengajar yang membuat siswa aktif. Metode yang dikembangkan juga harus mempertimbangkan keadaan siswa. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiyono (2014) bahwa ada pengaruh antara persepsi fasilitas belajar terhadap hasil belajar siswa. Hal ini dikarenakan perbedaan karakteristik sampel, penelitian Wiyono (2014) dilakukan pada siswa SMP. Berdasarkan hasil penelitian tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki persepsi baik terhadap fasilitas sekolah maupun persepsi tidak baik terhadap fasilitas sekolah. Persepsi bisa bersifat subjektif tergantung pengalaman dari masing-masing siswa sehingga apabila siswa mempunyai pandangan negatif terhadap sesuatu akan berdampak pada persepsi yang dihasilkan, dan sebaliknya. Oleh karena itu, diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti faktor-faktor eksternal lain yang berhubungan dengan prestasi belajar.
6.3.3 Hubungan IMT/U dengan Prestasi Belajar Status gizi langsung dapat diukur dengan melihat berat badan dan tinggi badan siswa (Creasoft, 2010).Pada penelitian ini, status gizi ditentukan dengan menggunakan indeks antropometri IMT/U. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mempunyai IMT/U normal sebanyak 46 siswa atau (57,5%).
92
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ristiana (2009) yang menunjukkan bahwa sebagian besar siswa berstatus status gizi normal (94,4%) dan sisanya berstatus gizi lebih (2,25%), kurang (2,25%), dan buruk (1,1%). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara IMT/U dengan prestasi belajar. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nadharatunna’im dan Afrida (2014) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara IMT/U dengan prestasi belajar. Hal yang sama juga dikemukakan pada hasil penelitian Udu (2014) yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara IMT/U dengan prestasi siswa. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Annas (2011) dan penelitian Agustini dkk (2013) bahwa tidak terbukti secara signifikan adanya hubungan antara IMT/U dengan prestasi belajar siswa. Hal ini karena subyek penelitian Annas (2011) dilakukan pada siswa MTs, sedangkan pada penelitian Agustini dkk (2013) dilakukan pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri sehingga terdapat perbedaan karakteristik sampel penelitian. Status gizi merupakan faktor penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Siswa yang kekurangan gizi akan mengurangi kemampuan dan konsentrasi belajar siswa. Kekurangan zat gizi pada siswa akan berdampak pada aktifitas siswa di sekolah antara lain sluggishness (lesu), mudah letih/lelah, hambatan pertumbuhan, kurang gizi pada masa dewasa, dan penurunan prestasi di sekolah (Masdewi dkk, 2011). Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan badan terganggu sehingga badan lebih kecil dibandingkan dengan siswa yang normal. Jumlah sel dalam otak berkurang dan
93
terjadi ketidakmatangan dan ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak. Keadaan ini berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak. Anak yang menderita kurang gizi mempunyai Intelligence Quotient (IQ) 11 point lebih rendah dibandingkan rata-rata anak yang tidak kurang gizi. Selain itu, pada penelitian ini siswa dengan IMT/U normal memiliki prestasi belajar baik lebih banyak dibandingkan siswa dengan IMT/Umalnutrisi. Status gizi anak sekolah yang baik akan menghasilkan derajat kesehatan yang baik dan tingkat kecerdasan yang baik pula. Sebaliknya, status gizi yang buruk menghasilkan derajat kesehatan yang buruk, mudah terserang penyakit, dan tingkat kecerdasan yang kurang sehingga prestasi anak di sekolah juga kurang (Devi, 2012). Selain itu menurut Khomsan (2004), status gizi akan mempengaruhi tingkat kecerdasan seseorang dan kemampuan seseorang dalam menangkap pelajaran di sekolah, sehingga seseorang yang memiliki status gizi baik akan memiliki daya tangkap yang lebih baik dan dapat memperoleh prestasi yang baik pula di sekolahnya. Sebaliknya, jika seseorang memiliki status gizi yang kurang akan berdampak pada kecerdasan sehingga kurang optimal dalam menangkap pelajaran di sekolah sehingga prestasi belajar kurang baik. Sedangkan untuk siswa yang memiliki status gizi lebih juga dapat menurunkan prestasi belajar. Hal ini dikarenakan siswa dengan gizi lebih akan mengalami masalah sosial dan psikologis. Siswa dengan gizi lebih bahkan obesitas berat lebih banyak absen di sekolah karena merasa malu atau jelek. Selain itu, anak dengan gizi lebih juga memiliki masalah konkret seperti keseimbangan tubuh yang kurang, tidak lincah, mudah terjatuh, mudah mengantuk, sulit berkonsentrasi sehingga prestasi belajar kurang baik (Adriana, 2006).
94
Hasil penelitian menunjukkan siswa dengan IMT/U normal prestasi belajarnya baik, dan sebaliknya siswa dengan IMT/U malnutrisi prestasi belajarnya tidak baik.Oleh karena itu, sebaiknya pihak sekolah melakukan upaya untuk memperhatikan status gizi siswanya dengan mengadakan kegiatan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan secara rutin agar status gizi siswa dapat dipantau.
6.3.4 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Prestasi Belajar Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar ibu siswa memiliki pendidikan menengah yakni sebanyak 42 siswa atau 52,5%. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan prestasi belajar siswa. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2014) diperoleh hasil ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini dikarenakan perbedaan karakteristik sampel yaitu penelitian Wulandari (2014) dilakukan pada Sekolah Dasar Negeri dan subjek penelitian tersebut hanya pada siswa kelas V. Ibu memiliki peran yang lebih besar dalam prestasi belajar siswa di bandingkan dengan ayah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Indriani (2008), untuk mewujudkan pendidikan yang baik dalam keluarga maka ibu mempunyai peranan yang lebih dari pada ayah. Dapat dipahami bahwa dari kecil seorang siswa lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berkomunikasi dengan ibu dalam kehidupan sehari-hari. Kesempatan ini adalah peluang terbesar bagi seorang ibu untuk membimbing siswa dengan pola asuh yang sesuai untuk diterapkan dalam keluarganya serta upaya ibu untuk mencerdaskan siswa
95
sehingga berdampak positif bagi perkembangan siswa yang pada akhirnya dapat berprestasi di sekolah. Oleh karena itu, penelitian ini untuk mengetahui hubungan pendidikan ibu dengan prestasi belajar siswa. Menurut Zahara (1995) dalam Reskia dkk (2014), keberhasilan pendidikan seorang siswa terutama yang menyangkut pencapaian prestasi belajar yang baik dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah bagaimana cara ibu mengarahkan cara belajar siswa. Cara ibu membimbing dan mengarahkan siswa dalam belajar sangat penting sebab ibu merupakan pusat pendidikan pertama dan utama bagi seorang siswa. Ibu merupakan proses penentu dalam keberhasilan belajar. Pendidikan yang diberikan ibu merupakan dasar dan sangat menentukan perkembangan siswa selanjutnya (Reskia dkk, 2014). Oleh karena itu, keterkaitan ibu dalam mendidik siswa sangatlah penting dan ibu pun seharusnya memiliki pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat mendidik siswa secara optimal. Namun, belum tentu ibu dengan pendidikan tinggi memberikan bimbingan belajar kepada siswa. Widjdati (2013) mengatakan bahwa walaupun kedudukan sosial ibu (pendidikan ibu) tinggi, tetapi apabila mereka itu tidak memperhatikan pendidikan anaknya hal itu juga akan berpengaruh terhadap perkembangan sosial siswa. Pernyataan tersebut dapat dipahami karena kedudukan sosial ibu yang tinggi adapula yang kurang memperhatikan pendidikan siswa karena kesibukan sehingga menomorduakan siswa tersebut. Sementara ada ibu yang pendidikannya rendah tetapi sangat mementingkan pendidikan yang baik dan memadai bagi siswa agar mereka dapat memperbaiki kedudukan sosialnya. Pendidikan ibu yang tinggi belum tentu membimbing siswa belajar sehingga prestasi belajar pada siswa dengan ibu pendidikan tinggi maupun dasar atau
96
menengah sama. Hal ini karena keberhasilan prestasi belajar anak belum pada tingkat pendidikan ibu namun pada kesadaran dalam mementingkan pendidikan anaknya. Oleh karena itu, diharapkan ibu lebih memprioritaskan pendidikan siswa di rumah.
6.3.5 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Prestasi Belajar Pada penelitian ini, pekerjaan ibu menggunakan instrumen kuesioner yang diisi oleh masing-masing ibu responden. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar siswa memiliki ibu yang tidak bekerja yakni sebanyak 59 siswa atau 73,8%. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan prestasi belajar antara siswa yang memiliki ibu dengan tidak bekerja sebanyak 23 siswa (39%) maupun siswa dengan ibu yang bekerja baik itu sebagai buruh (0%), wiraswasta/swasta sebanyak 6 siswa (42,9%) atau PNS/TNI/POLRI sebanyak 3 siswa (60%). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan prestasi belajar siswa. Diketahui pula perbandingan rasio antara siswa yang prestasi belajar tidak baik ataupun baik jumlahnya sama, baik itu pada ibu yang tidak bekerja maupun yang bekerja. Hal ini sejalan dengan penelitian Saniarto (2013) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan prestasi belajar. Alasan ditelitinya pekerjaan ibu karena berkaitan dengan cara ibu membimbing siswa dalam belajar. Sementara pada penelitian Purwindarini dkk (2014) menemukan bahwa keterlibatan ayah dalam pengasuhan memiliki pengaruh sangat kecil untuk menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.
97
Keterlibatan ayah dalam pengasuhan tidak selalu menjadikan siswa mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi. Sedangkan cara ibu mengasuh dengan kehangatan dan emosi positif dapat berdampak baik dalam perkembangan intelektual anak. Ibu yang bekerja tetap bisa meningkatkan prestasi belajar anak. Hal ini dikarenakan seorang ibu yang bekerja bukan penghalang untuk memberikan bimbingan dan motivasi kepada anaknya untuk belajar. Sebagaimana yang dikatakan Rezky (2010), ibu yang bekerja dan ingin meniti karier tetap bisa memberi perhatiannya kepada siswa dan tetap bisa melaksanakan fungsinya sebagai ibu dengan baik dengan cara menekankan kualitas untuk memberikan perhatian dan kasih sayang, bukan pada kuantitasnya. Begitu pula sebaliknya, ibu yang tidak bekerja belum tentu memberikan waktu bimbingan untuk belajar kepada anaknya. Prestasi belajar pada siswa yang ibunya bekerja maupun tidak bekerja tidak jauh berbeda. Hal ini dapat terjadi kemungkinan karena ibu yang bekerja maupun tidak bekerja sama-sama berpeluang untuk tidak memberikan bimbingan belajar kepada siswa. Oleh karena itu, diharapkan kepada ibu untuk memberikan jadwal rutin dalam memberikan bimbingan agar meningkatkan prestasi belajar siswa.
6.3.6 Hubungan Pendapatan Orangtua dengan Prestasi Belajar Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar siswa memiliki orangtua dengan pendapatan tinggi yaitu sebanyak 43 siswa atau 53,8%. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara prestasi belajar dengan pendapatan orangtua siswa. Sejalan dengan penelitian Widjdati (2013)
98
yang menunjukkan bahwa pendapatan orangtua memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar dengan P value 0,000. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ardi (2013) di Sekolah Dasar Negeri 23 Pontianak yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pendapatan orangtua terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini dikarenakan sampel pada penelitian Ardi (2013) terdiri dari kelas 4, 5, dan 6. Selain itu, terdapat perbedaan karakteristik responden penelitian, yang mana penelitian tersebut dilakukan pada Sekolah Dasar Negeri. Abdulsyani (2007) mengatakan status sosial ekonomi adalah salah satunya berhubungan dengan pendapatan. Gerungan (1991) dalam Widjdati (2013) mengemukakan bahwa status sosial ekonomi orangtua tentulah mempunyai peranan terhadap perkembangan siswa, bahwa dengan adanya perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi siswa di dalam keluarganya lebih luas, akan mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan berbagai macam kecakapan yang tidak dapat berkembang apabila tidak ada alat-alatnya. Sama halnya pendapat yang dikatakan Florence (2008) dalam Saniarto (2013) bahwa orangtua dengan pendapatan yang tinggi berhubungan dengan prestasi siswa yang tinggi pula. Sedangkan pendapatan orangtua yang rendah berkaitan dengan kurangnyapenyediaan fasilitas belajar di rumah, pengetahuan tentang gizi, daya beli makanan sehat dan bergizi seimbang yang berakibat pada rendahnya kualitas makanan yang dimakan siswa dan prestasi belajar siswa. Status ekonomi orangtua merupakan faktor pendukung keberhasilan proses belajar, sebab menurut Widjdati (2013) dengan keadaan ekonomi orangtua yang cukup, siswa akan dengan mudah mengikuti proses belajar pada saat di sekolah,
99
karena semua sarana dan prasarana pendukung dari proses pembelajaran dapat terpenuhi oleh orangtuanya. Sebaliknya, ketika status sosial ekonomi orangtua rendah maka anak akan mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran dalam di sekolah, karena sarana dan prasarana pendukung dari proses pembelajaran tidak terpenuhi oleh orangtuanya. Selain itu, Fitriani (2010) menyatakan bahwa kelompok yang mempunyai status sosial ekonomi rendah, kurang menekankan pentingnya pencapaian pendidikan yang lebih tinggi. Kurangnya penekanan mengenai pendidikan yang lebih tinggi, mempengaruhi motivasi belajar anak. Anak akan cenderung memiliki motivasi belajar rendah karena semua kebutuhan untuk kepentingan belajar baik di sekolah maupun di rumah tidak terpenuhi oleh orangtuanya, sehingga anak menjadi tidak memiliki semangat dalam belajar. Dari hasil penelitian,pendapatan orangtua yang tinggi maka prestasi belajar siswa baik, dan sebaliknya pendapatan orangtua yang rendah maka prestasi belajar siswa tidak baik. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan pendapatan keluarga dalam mengoptimalkan prestasi belajar anak.
6.3.7 Hubungan Jenis kelamin dengan Prestasi Belajar Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa siswa laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan siswa perempuan yaitu sebanyak 42 siswa atau 52,5%. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan prestasi belajar siswa. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistiana dkk (2013) yang menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh gender terhadap prestasi belajar.
100
Berbeda dengan pendapat Friedman (2008) dalam Muthoharoh dkk (2014), siswa laki-laki mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam prestasi akademik sedangkan siswa perempuan lebih mahir dalam mengerjakan tugas-tugas membaca dan menulis. Perempuan dideskripsikan sebagai makhluk yang emosional, berwatak pengasuh, mudah menyerah, komunikatif, mudah bergaul, dan lemah dalam ilmu matematika, subjektif, pasif, dan mudah dipengaruhi. Sedangkan laki-laki dideskripsikan sebagai makhluk yang rasional, mandiri, agresif, dominan, berorientasi pada prestasi, dan aktif. Menurut Gallagher dalam Muthoharoh dkk (2014) menyatakan bahwa meskipun laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dalam perkembangan fisik, emosional, dan intelektual, namun sebenarnya tidak ada bukti yang berhubungan antara perbedaan fisik dengan kemampuan intelektual. Prestasi akademik tidak dapat dijelaskan melalui perbedaan biologis. Faktor sosial dan kultural merupakan alasan utama yang menyebabkan terdapat perbedaan gender dalam prestasi akademik. Faktor-faktor tersebut meliputi familiaritas terhadap mata pelajaran, persepsi terhadap mata pelajaran khusus, gaya penampilan lakilaki dan perempuan serta perlakuan guru. Dengan demikian, tidak terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa laki-laki dan siswa perempuan. Siswa perempuan bisa memiliki prestasi belajar baik tergantung pada kebiasaan belajar siswa tersebut.
6.3.8 Hubungan Uang Saku dengan Prestasi Belajar Pada penelitian ini, variabel uang saku menggunakan instrumen berupa kuesioner yang diisi pada masing-masing responden. Uang saku pada penelitian
101
ini adalah uang yang dihabiskan siswa untuk membeli makanan dalam sehari, dengan kata lain uang saku tersebut berkaitan dengan asupan jajan siswa. Uang saku dikatakan tinggi jika ≥ Rp 10.000 dan rendah jika < Rp 10.000. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa memiliki uang saku yang tinggi yaitu sebanyak 59 siswa atau 73,80%. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara uang saku dengan prestasi belajar siswa yang memiliki P value sebesar 1,000.Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Napsiah (2012), hasil penelitian diperoleh ada pengaruh positif yang signifikan antara uang saku terhadap prestasi belajar. Hal ini dikarenakan karakteristik subjek penelitian Napsiah (2012) terdiri dari siswa SMPIT. Selain itu, uang saku yang dimaksud dalam penelitian ini bukan hanya uang saku yang dihabiskan untuk membeli makanan dalam sehari namun uang saku yang dimaksud adalah uang yang digunakan untuk mendukung proses belajar siswa seperti transportasi ke sekolah. Pemberian uang saku pada siswa dapat mempengaruhi kebiasaan jajan siswa di sekolah. Siswa yang memiliki uang saku tinggi akan meningkatkan frekuensi siswa untuk jajan dibandingkan pada siswa dengan uang saku rendah. Hal ini sejalan dengan pendapat Anzarkusuma dkk (2014) bahwa uang saku yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi frekuensi jajan siswa. Frekuensi jajan siwa yang tinggi menyebabkan anak lebih suka jajan daripada belajar di rumah. Uang saku yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi makanan apa yang dimakan dan frekuensinya (Anzarkusuma dkk, 2014). Penelitian Sulistyanto (2005) dalam Febriani (2013) yang dilakukan di dua sekolah dasar pun menemukan bahwa asupan jajan siswa berkontribusi terhadap asupan makanan
102
siswa sehari-hari. Makanan jajanan siswa banyak mengandung bahan yang berbahaya yang dapat menganggu kesehatan. Seperti halnya yang dikatakan olehSutomo dkk (2010), makanan jajanan mengandung bahan kimia berbahaya seperti pewarna makanan untuk membuat warna makanan mencolok sehingga disukai siswa dan bahan pengawet. Selain itu menurut Utomo (2005), siswa yang senang jajan akan terancam kekurangan gizi karena komposisi zat gizi dalam makanan jajanan biasanya tak seimbang, atau malah tak bergizi sama sekali. Namun walaupun hasil penelitian uang saku siswa sebagian besar tinggi, siswa juga banyak yang membawa bekal makanan dari rumah. Membawa bekal dari rumah lebih baik karena lebih aman dan mempunyai nilai gizi dibandingkan dengan jajan. Menurut Nuraini (2007) membawa bekal yang dimasak sendiri lebih terjamin keamanannya dibanding anak jajan langsung di sekolah. Jadi, tidak terlihat adanya perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan uang saku tinggi maupun siswa dengan uang saku rendah. Uang saku yang tinggi dapat menyebabkan anak lebih menyukai jajan dibandingkan dengan belajar sehingga siswa dengan uang saku rendah juga dapat memiliki prestasi belajar yang baik. Untuk mencegah anak kekurangan gizi akibat konsumsi makanan jajanan yang tidak mengandung zat gizi, diharapkan kepada orangtua untuk membawa bekal sehat untuk siswa dan tidak lupa melengkapinya dengan sayur dan buah.
6.3.9 Hubungan Konsumsi Makanan dengan Prestasi Belajar Pada penelitian ini, konsumsi makanan yang diteliti meliputi konsumsi makanan sumber karbohidrat, konsumsi makanan hewani, konsumsi makanan
103
nabati, konsumsi sayur, dan konsumsi buah. Instrumen yang digunakan pada pengambilan data konsumsi makanan adalah lembar FFQ kualitatif. Hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Effendi (2008), pola makan yang seharusnya kita konsumsi dikenal dengan istilah B3 (bergizi, beragam, dan berimbang). Istilah B3 yang dimaksud adalah konsumsi makanan yang berasal dari makanan sumber karbohidrat, lauk hewani, lauk nabati, sayur, dan buah. Menurut Masdewi dkk (2011) mengatakan konsumsi makanan atau perilaku makan sangat berpengaruh terhadap status gizi anak dan secara tidak langsung perilaku makan yang baik akan meningkatkan produktivitas dan konsentrasi belajar menjadi lebih baik. Selain itu, Kasdu (2004) mengemukakan bahwa perkembangan anak berkaitan dengan pertumbuhan otak, sedangkan faktor utama yang mempengaruhinya adalah gizi atau nutrisi yang didapatnya. Jika ini berlangsung dalam waktu yang lama, anak yang kekurangan gizi menyebabkan tingkat intelektual mereka menurun 10-15 IQ point dengan risiko tidak mampu mengadopsi ilmu pengetahuan. Anak yang kekurangan gizi dalam waktu yang lama menyebabkan penurunan jumlah sel otak sebesar 15-20%. 6.3.9.1 Konsumsi Makanan Sumber Karbohidrat Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar siswa memiliki konsumsi makanan sumber karbohidrat yang tidak baik yaitu sebanyak 63 siswa (78,8%). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara konsumsi makanan sumber karbohidrat dengan prestasi belajar. Hasil ini sejalan dengan penelitian Wardoyo dkk (2013) yang menunjukkan adanya hubungan signifikan antara asupan karbohidrat dengan daya konsentrasi belajar dan secara tidak langsung mempengaruhi prestasi belajar.
104
Hasil penelitian diketahui dari konsumsi makanan sumber karbohidrat yang tidak baik, sebanyak 57 siswa (71,3%) memiliki konsumsi berlebih dan sebanyak 6 siswa (7,5%) memiliki konsumsi kurang. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa lebih banyak yang memiliki konsumsi makanan sumber karbohidrat berlebih dibandingkan dengan konsumsi kurang karena berdasarkan hasil penelitian mengenai pendapatan orangtua, siswa dengan orangtua yang memilki pendapatan tinggi lebih banyak dibandingkan dengan pendapatan yang rendah sehingga cenderung tidak kesulitan dalam hal ketersediaan makanan. Hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Depkes RI (2008), faktor ekonomi keluarga turut menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik dari segi kualitas maupun jumlah makanan. Hal ini berkaitan dengan kemampuan daya beli makanan yang berperan untuk memperbaiki status gizi. Terpenuhinya keanekaragaman bahan makanan dan kecukupan jumlahnya dapat berperan dalam mencapai status gizi yang baik. Pada penelitian ini, siswa yang memiliki konsumsi makanan sumber karbohidrat yang tidak baik cenderung memiliki prestasi belajar yang tidak baik. Makanan sumber karbohidrat dibutuhkan sebagai energi dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Siswa yang kurang memenuhi kecukupan zat gizi secara tidak langsung berdampak pada aktivitas mereka dalam belajar. Kebutuhan zat gizi siswa penting untuk diperhatikan sebab defisiensi gizi pada usia sekolah dapat menyebabkan anak menjadi lemah dan cepat lelah dan berakibat meningkatnya angka absensi serta mengalami kesulitan dalam konsentrasi belajar sehingga menurunkan prestasi belajar (Masdewi dkk, 2011).
105
6.3.9.2 Konsumsi Makanan Hewani Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar siswa memiliki konsumsi makanan hewani tidak baik yaitu sebanyak 64 siswa (80%). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsumsi makanan hewani dengan prestasi belajar. Hasil ini sejalan dengan penelitian Nasution (2003) yang menemukan bahwa ada hubungan antara konsumsi makanan hewani dengan status gizi yang secara tidak langsung mempengaruhi prestasi belajar. Dari hasil penelitian, sebagian besar siswa memiliki konsumsi makanan hewani tidak baik terdiri dari 60 siswa (75%) memilki konsumsi berlebih dan 4 siswa (5%) memiliki konsumsi kurang. Banyaknya siswa yang mengonsumsi makanan hewani secara berlebih dikarenakan keadaan ekonomi keluarga siswa yang tergolong baik sehingga walaupun makanan hewani merupakan jenis makanan yang mahal tidak menjadikan faktor penghambat dalam pemenuhan konsumsi makanan hewani. Santi dkk (2012) juga mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan orangtua maka semakin baik status gizi siswa, uang mempunyai efek terhadap makanan. Makin banyak mempunyai uang berarti semakin baik makanan yang diperolehnya sehingga dapat dikatakan ada hubungan yang kuat antara kemakmuran keluarga dengan ketersediaan makanan dan keadaan gizi. Makanan hewani mengandung zat gizi protein yang dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan khususnya pada siswa. Selain itu, protein juga berfungsi sebagai nutrisi otak sehingga berdampak pada prestasi belajar. Dalam keadaan normal, sistem saraf pusat hanya dapat menggunakan glukosa sebagai sumber energi. Dalam proses absorbsi, glukosa diabsorbsi secara aktif menggunakan alat
106
angkut protein dan energi sehingga jika kecukupan protein kurang maka proses pengangkutan glukosa sebagai nutrisi otak akan terganggu yang menyebabkan otak mengalami kekurangan glukosa dan mempengaruhi daya konsentrasi serta prestasi belajar. 6.3.9.3 Konsumsi Makanan Nabati Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar siswa memiliki konsumsi makanan nabati tidak baik yaitu sebanyak 60 siswa (75%). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsumsi makanan nabati dengan prestasi belajar. Hasil ini sejalan dengan penelitian Wardoyo dkk (2013) yang menunjukkan adanya hubungan signifikan antara asupan protein nabati dengan daya konsentrasi belajar dan secara tidak langsung mempengaruhi prestasi belajar. Walaupun
kandungan
gizi
pada
makanan
nabati
lebih
rendah
dibandingkan dengan makanan hewani, namun pemenuhan kecukupan makanan nabati tetap harus terpenuhi. Sebagaimana yang dikatakan oleh Matayane dkk (2014), sebaiknya setiap orang perlu mengonsumsi makanan sumber protein dalam jumlah yang cukup baik itu hewani maupun nabati sebab kekurangan protein akan berdampak terhadap pertumbuhan yang kurang baik, daya tahan tubuh menurun, lebih rentan terhadap penyakit, serta daya kreativitas dan daya kerja menurun serta secara tidak langsung mempengaruhi prestasi belajar. Diketahui pula siswa yang memiliki konsumsi makanan nabati tidak baik mempunyai prestasi belajar tidak baik lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki konsumsi makanan nabati baik. Dengan demikian, pemenuhan zat gizi yang berasal dari makanan nabati merupakan faktor yang berdampak pada
107
prestasi belajar. Kasdu (2004) mengatakan bahwa makanan nabati mengandung zat gizi protein dan protein mengandung asam amino yang berfungsi dalam tumbuh kembang otak. Asam amino dibutuhkan untuk pembentukan sarung mielin dan untuk pembentukan neurotransmitter, yaitu senyawa kimia penghantar impuls saraf (asam amino glisin, glutamat, dan tritopan). Biosintesis protein dalam otak tergantung pada supan asam amino dalam makanan baik itu bahan makanan hewani maupun nabati. Sumber protein nabati yang memiliki nilai biologi tinggi adalah kedelai, termasuk bahan makanan dari olahan kedelai. 6.3.9.4 Konsumsi Sayur Pada penelitian ini, sebagian besar siswa memiliki konsumsi sayur yang tidak baik yaitu sebanyak 59 siswa (73,8%). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsumsi sayur dengan prestasi belajar. Berbeda dengan penelitian Saniarto dkk (2013) yang menunjukkan tidak terdapat hubungan antara pola makan sayur dengan prestasi belajar anak. Hal ini disebabkan karena penelitian Saniarto dkk (2013) dilakukan pada anak stunting sehingga terdapat perbedaan karakteristik sampel penelitian. Jenis sayuran yang kurang dikonsumsi oleh banyak siswa adalah sayuran yang berwarna hijau seperti bayam, kacang panjang, kangkung, selada, dan lainnya. Jenis sayuran yang kurang dikonsumsi siswa tersebut selain mengandung serat yang berlimpah juga banyak mengandung vitamin yang dibutuhkan tubuh. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ayu (2015) bahwa sayuran hijau mempunyai nutrisi yang paling lengkap dibandingkan dengan kelompok sayuran hijau lainnya. Ellis (2010) mengatakan bahwa sayuran terutama yang berwarna hijau mempunyai kandungan gizi yang luar biasa, seperti bayam yang mengandung zat
108
besi dan asam folat dalam jumlah besar. Asam folat berfungsi sebagai makanan otak dan diperlukan untuk pengeluaran tenaga dan pembentukan sel darah merah. Fe juga sangat berperan penting di dalam meningkatkan kerja otak. Jika kebutuhan zat besi dan senyawa folat kurang, maka metabolisme otak bisa terganggu. Akibatnya, enzim-enzim yang dipakai untuk memperlancar kerja otak juga berkurang. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memiliki konsumsi sayur tidak baik mempunyai prestasi belajar tidak baik lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki konsumsi sayur baik.Sitompul (2014) mengemukakan bahwa anak harus banyak mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin agar terhindar dari kekurangan gizi yang akan mengganggu kecerdasan serta gangguan perilaku sosial. Sebagai contoh, anak yang kurang mengonsumsi sayur akan mengalami defisiensi zat besi dan mengakibatkan anemia serta berpengaruh terhadap prestasi belajar. Seperti yang dikatakan oleh Arisman (2006) bahwa faktor yang menyebabkan asupan zat besi tidak adekuat dimana makanan yang berasal dari buah dan sayuran hijau tidak dikonsumsi secara cukup. Almatsier (2002) mengemukakan bahwa defisiensi besi berpengaruh luas terhadap kemampuan belajar dan produktivitas kerja. 6.3.9.5 Konsumsi Buah Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar siswa memiliki konsumsi buah yang tidak baik yaitu sebanyak 58 siswa (72,5%). Berdasarkan analisis bivariat, terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi buah dengan prestasi belajar. Hasil ini sejalan dengan penelitian Aritonang dkk (2004) yang
109
menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsumsi makanan yaitu termasuk konsumsi buah dengan prestasi belajar. Kecukupan konsumsi buah siswa sehari-hari tidak kalah pentingnya dengan sayur, konsumsi buah yang cukup juga perlu untuk melengkapi kebutuhan gizi, buah-buahan merupakan sumber vitamin (terutama vitamin C dan karoten atau provitamin A) dan mineral (seperti zat kalsium, fosfor, dan mineral lain) dalam jumlah kecil. Selain itu, pada penelitian ini diketahui pula siswa yang memiliki konsumsi buah tidak baik mempunyai prestasi belajar tidak baik lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki konsumsi buah baik. Hal ini sesuai dengan penelitian Sifusdottir et.al (2006) dalam Saniarto (2013) menemukan bahwa mengonsumsi sayur dan buah cukup berkaitan dengan prestasi belajar yang baik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa konsumsi makanan siswa baik maka prestasi belajarnya juga akan baik, dan sebaliknya. Untuk melengkapi kebutuhan gizi, maka siswa perlu mengonsumsi makanan nabati, sayur, dan buah yang banyak mengandung vitamin dan mineral. Pada penelitian ini konsumsi makanan nabati, sayur, dan buah siswa masih kurang, oleh karena itu diharapkan pihak sekolah untuk mengadakan program mengonsumsi makanan nabati, sayur, dan buah setiap pekannya agar siswa terbiasa serta gizi siswa semakin terpenuhi. Orangtua siswa bisa mendukung program sekolah dengan menyediakan bekal makanan sehat yang menarik sehingga di sukai siswa dan tampilan bekal makanan tidak membosankan.
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1
Simpulan
1.
Sebagian besar siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat memiliki prestasi belajar yang kurang yaitu sebanyak 42 siswa atau 52,5%.
2.
Sebagian besar siswa memiliki pola asuh belajar yang baik, yaitu sebanyak 61 siswa atau 76,2%.
3.
Sebagian besar siswa memiliki persepsi baik terhadap fasilitas belajar di sekolah, yaitu sebanyak 51 siswa atau 63,8%.
4.
Sebagian besar siswa memiliki IMT/U normal, yaitu sebanyak 46 siswa atau 57,5%.
5.
Distribusi karakteristik orangtua siswa a.
Sebagian besar ibu siswa memiliki pendidikan tinggi, yaitu sebanyak 65 siswa atau 81,2%.
b. Sebagian besar siswa memiliki ibu yang tidak bekerja yakni sebanyak 59 siswa atau 73,8%. c. Sebagian besar siswa memiliki orangtua dengan pendapatan tinggi, yaitu sebanyak 43 siswa atau 53,8%. 6.
Distribusi karakteristik siswa a. Sebagian besar siswa berjenis kelamin laki-laki, yakni sebanyak 42 siswa atau 52,5%.
110
111
b. Sebagian besar siswa memiliki uang saku yang tinggi, yaitu sebanyak 59 siswa atau 73,8%. 7.
Distribusi konsumsi makanan a. Sebagian besar siswa memiliki konsumsi makanan sumber karbohidrat tidak baik, yaitu sebanyak 63 siswa atau 78,8%. b. Sebagian besar siswa memiliki konsumsi makanan hewani tidak baik, yaitu sebanyak 64 siswa atau 80,0%. c. Sebagian besar siswa memiliki konsumsi makanan nabati tidak baik, yaitu sebanyak 60 siswa atau 75,0%. d. Sebagian besar siswa memiliki konsumsi sayur tidak baik, yaitu sebanyak 59 siswa atau 73,8%. e. Sebagian besar siswa memiliki konsumsi buah tidak baik, yaitu sebanyak 58 siswa atau 72,5%.
8.
Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh belajar siswa dengan prestasi belajar.
9.
Tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah dengan prestasi belajar.
10.
Ada hubungan yang signifikan antara IMT/U dengan prestasi belajar.
11.
Hubungan karakteristik orangtua siswa dengan prestasi belajar a. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan prestasi belajar. b. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan prestasi belajar.
112
c. Ada hubungan yang signifikan antara pendapatan orangtua siswa dengan prestasi belajar. 12.
Hubungan karakteristik siswa dengan prestasi belajar a. Tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan prestasi belajar. b. Tidak ada hubungan yang signifikan antara uang saku dengan prestasi belajar.
13.
Hubungan konsumsi makanan dengan prestasi belajar a. Ada hubungan yang signifikan antara konsumsi makanan sumber karbohidrat dengan prestasi belajar. b. Ada hubungan yang signifikan antara konsumsi makanan hewani dengan prestasi belajar. c. Ada hubungan yang signifikan antara konsumsi makanan nabati dengan prestasi belajar. d. Ada hubungan yang signifikan antara konsumsi sayur dengan prestasi belajar. e. Ada hubungan yang signifikan antara konsumsi buah dengan prestasi belajar.
7.2
Saran
1.
Bagi Orangtua Siswa Mempertahankan pola asuh belajar yang sudah baik dengan terus
memberikan bimbingan, arahan, motivasi pada saat anak belajar di rumah, serta melengkapi fasilitas belajar anak. Selain itu, orangtua dapat mendukung program sekolah yakni pekan konsumsi makanan nabati, sayur, dan buah dengan cara
113
menyiapkan bekal makanan sehat yang menarik sehingga disukai siswa dan tampilan bekal makanan tidak membosankan. 2.
Bagi Sekolah Sebaiknya pihak sekolah melakukan upaya untuk memperhatikan status gizi
siswanya dengan mengadakan kegiatan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan secara rutin agar status gizi siswa dapat dipantau. Selain itu, perlu juga diadakan program mengonsumsi makanan nabati, sayur,dan buah setiap pekannya agar siswa terbiasa dalam mengonsumsi makanan nabati, sayur dan buah serta gizi siswa semakin terpenuhi. 3.
Bagi Peneliti Selanjutnya Sebaiknya menambahkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi
belajar sebagai variabel penelitian selain faktor-faktor yang telah diteliti pada penelitian ini. Prestasi belajar pada penelitian ini menggunakan prestasi akademik, maka diharapkan peneliti selanjutnya untuk meneliti mengenai prestasi non akademik.
114
Daftar Pustaka Abdulsyani. (2007). Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta: PT Bumi Aksara Abdurrahim. (2011). Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Proyek untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa pada Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Di Madrasah Aliyah Kota Bima. Tesis. Depok: Universitas Pendidikan Indonesia Adika et al. (2014). Edisi VIII, Tahun I - Majalah Kesehatan Muslim. Yogyakarta: Pustaka Muslim Agustini, Creisye Cynthia et al. (2013). Hubungan antara Status Gizi dengan Prestasi Belajar Anak Kelas 4 dan 5 Sekolah Dasar di Kelurahan Maasing Kecamatan Tuminting Kota Manado. Jurnal Poltekkes Kemenkes Manado Ali, Mohammad. (2009). Pendidikan untuk Pembangunan Nasional. Jakarta: Grasindo Almatsier, Sunita. (2002). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Ambarini, & Yekti Hartati Effendi. (2008). Menu Sehari-Hari untuk Sebulan Golongan Darah B. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Andriana, Elga. (2010). Tanya Jawab Problema Anak Usia Dini. Yogyakarta: Kanisius Anggota IKAPI. (2008). Gaya Hidup Penghambat Alzheimer. Jakarta: Gramedia _____________. (2010). Health Secret of Pepino. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Annas, Mohamad. (2011). Hubungan Kesegaran Jasmani, Hemoglobin, Status Gizi, dan Makan Pagi terhadap Prestasi Belajar. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia, Volume 1. Edisi 2 Anzarkusuma, et al. (2014). Status Gizi Berdasarkan Pola Makan Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Rajeg Tangerang. Indonesian Journal of Human Nutrition, Vol. 1 No. 2 :135-148 Ardi, Sadam. (2013). Pengaruh Sosial Ekonomi Orangtua Siswa terhadap Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Negeri 23 Pontianak Timur Kota Pontianak. Skripsi. Universitas Tanjungpura Ariani, Mewa. (2010). Analisis Konsumsi Pangan Tingkat Masyarakat Mendukung Pencapaian Diversifikasi Pangan. Jurnal Gizi Indon, 33(1): 2028 Arikunto, Suharsimi. (2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Arisandi, Riza et al. (2007). Analisis Persepsi Anak Terhadap Gaya Pengasuhan Orang tua, Kecerdasan Emosional, Aktivitas Dan Prestasi Belajar Siswa Kelas Xi Di Sma Negeri 3 Sukabumi
115
Arisandi, Yohana et al. (2011). Pengaruh Makanan terhadap Kesehatan. Jakarta: Eska Medika Arisman, M. B. (2006). Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta: EGC Aritonang, Evawany et al. (2004). Pola Konsumsi Pangan, Hubungannya dengan Status Gizi dan Prestasi Belajar pada Pelajar SD di Daerah Endemik Gaki Desa Kuta Dame Kecamatan Kerajaan Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara. Skripsi. Universitas Sumatera Utara Aryani, Dian et al. (2014). Perbedaan Konsumsi Cairan, Besaran Energi Minuman, dan Berat Jenis Urine pada Murid Kelas 4-5 Sekolah Dasar Negeri Sudimara 8 dan Sekolah Dasar Swasta Yadika 3 Ciledug. Artikel Universitas Esa Unggul Astuti, Dewi et al. (2013). Analisis Peran Orangtua dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMK Muhammadiyah Pontianak. Skripsi. Pontianak: Universitas Pontianak Atosokhi, Antonius et al. (2003). Relasi Dengan Sesama Character Building II. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Ayu, Nectaria. (2015). Green Smoothies: Super Healthy & Healing Drink. Jakarta: Fmedia Bastable, Susan B. (2002). Nurse as Education Principles of Teaching and Learning. Jakarta: EGC Budiarta, I Wayan et al. (2014). Hubungan antara Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Inteektual dengan Prestasi Belajar IPA Kelas V Desa Pengeragoan. E-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 2 No. 1 Chan, Levi Aditya. (2008). Panduan Wirausaha Roti Modern. Jakarta: AgroMedia Pustaka Chatib, Munif. (2009). Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences Di Indonesia. Bandung: Penerbit Kaifa Darmadi, Hamid. (2006). Korelasi antara Status Sosial Ekonomi Orangtua dengan Kualitas Pembelajaran di Sekolah. Jurnal STKIP Pontianak, Vol 25 No. 1 Darso. (2010). Kesiapan Belajar Siswa dan Interaksi Belajar Mengajar terhadap Prestasi Belajar. Artikel Invotec, Volume VII No. 2 Depdiknas. (2008). Rancangan Penelitian Hasil Belajar. Jakarta: Depdiknas Devi, Nirmala. (2010). Nutrition and Food: Gizi untuk Keluarga. Jakarta: Buku Kompas Disnakertrans Banten. SK Gubernur Penetapan Upah Minimum Banten Tahun 2015 Djaali, H et al. (2008). Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo
116
Effendy, Nasrul. (1997). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, E/2. Jakarta : EGC Ekawati, Aminah dan Shinta Wulandari. (2011). Perbedaan Jenis Kelamin terhadap Kemampuan Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika (Studi Kasus Sekolah Dasar). Jurnal Socioscientia Univ Borneo Tarakan, Vol. 3 No. 1 Ellis, Lioni. (2010). Berpacu Melawan Usia-Rahasia Awet Muda tanpa Obat dan Kosmetika. Yogyakarta: ANDI Eriyanto. (2007). Teknik Sampling Analisis Opini Publik. Yogyakarta: LKS Eryanto, Henry et al. (2013). Pengaruh Modal Biaya, Tingkat Pendidikan Orang Tua, dan Tingkat Pendapatan Orang Tua terhadap Prestasi Akademik pada Mahawsiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta. Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis, Vol.1 No.1 Faizah, Siti Noor. (2012). Hubungan antara Kebiasaan Sarapan Pagi dan Kebiasaan Jajan dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar di SDN Banyuanyar III Surakarta. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta Fathi, Bunda. (2008). Mendidik Anak dengan Al Quran. Oasis. Jakarta: Grasindo Febriani. (2014). Hubungan Fasilitas Belajar dengan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN 80/1 Muara Bulian. Thesis. Jambi: Universitas Jambi Fitriani, Lina Dewi. (2010). Kontribusi Status Sosial Ekonomi Keluarga dan Penyesuaian Sosial terhadap Prestasi Belajar Siswa. Skripsi.Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Graha, Chairinniza. (2007). Keberhasilan Anak ditangan Orang Tua. Jakarta : PT Elex Media Komputindo Gunawan, Adi W. (2005). Apakah IQ Anak Bisa ditingkatkan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Habsari, Sri. (2005). Bimbingan dan Konseling SMA. Jakarta: PT Grasindo Hakim, Thursan. (2000). Belajar secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara _____________. (2005). Belajar secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara Hamdu, Ghullam et al. (2011). Pengaruh Motivasi Belajar Siswa terhadap Prestasi Belajar IPA di Sekolah Dasar (Studi Kasus terhadap Siswa Kelas IV SDN Tarumanagara Kecamatan Tawang Tasikmalaya). Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 12 No. 1 Hardinsyah, et al. (2012). Kecukupan Energi, Protein, Lemak, dan Karbohidrat. Departemen Gizi, FK UI Hardywinoto, &Tony Setiabudhi. (2002). Anak Unggul Berotak Prima. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
117
Harun, Fathur Rahman. (2004). Penilaian dalam Pendidikan. Skripsi Universitas Sumatera Utara Hastono, Susanto Priyo. (2007). Analisis Data Kesehatan. Depok: FKM UI Hayati, Aslis Wirda. (2009). Buku Saku Gizi Bayi. Jakarta: EGC Henderson, Christine dan Kathleen Jones. (2001). Essential Midwifery. Jakarta: EGC Hutapea, Parulian et al. (2008). Kompetensi Plus: Teori, Desain, dan Kasus Penerapan untuk HR serta Organisasi yang Dinamis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Indriani, Fitriyah. (2008). Pola Asuh Orangtua terhadap Anak Berprestasi di Sekolah. Skripsi. Malang: UIN Malang Irianto, Anton. (2005). Kunci Sukses yang Tak Pernah Gagal. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Juliasih, Dimar Retno et al. (2013). Pengaruh Konsumsi Pangan terhadap Status Gizi Anak Jalanan pada Komunitas Sanggar Alang-alang di Kawasan Joyoboyo Surabaya. E-Journal Boga, Vol. 2 No. 1, 190-197 Jumarni, et al. (2012). Hubungan Status Gizi dan Kebiasaan Sarapan Pagi dengan Prestasi Belajar Anak SDN 1 Pasangkayu Kecamatan Pasangkayu Kabupaten Mamuju Utara. Jurnal FKM Unismuh Palu, Vol.2 No.1 Kasdu, Dini. (2004). Anak Cerdas. Jakarta: Puspa Swara Kemenkes. (2010). Laporan Riset Kesehatan Dasar ________. (2010). Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak ________. (2014). Pedoman Gizi Seimbang 2014. Diakses pada tanggal 25 November 2014 pukul 07.48 WIB http://gizi.depkes.go.id/pgs-2014-2 Khomsan, Ali. (2004). Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta: Grasindo Krishnawati, Naniek dan Yeni Suryani. (2010). Bahan Dasar untuk Pelayanan Konseling pada Satuan Pendidikan Menengah Jilid III. Jakarta: Gramedia Widiarsana Legi, Nonce Nova. (2012). Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Negeri Malalayang Kecamatan Malalayang. Jurnal Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado, Vo. 4 No. 1 Lestari, Dian Yuliartha. (2012). Hubungan antara Makan Pagi dengan Kemampuan Konsentrasi Belajar Anak Usia Sekolah Dasar. Jurnal Universitas Muhammadiyah Malang Lighter, Dawn. (1999). 50 Cara Efektif Menanamkan Tingkah Laku Positif pada Anak. Yogyakarta: Kanisius
118
Maghfuroh, Lilis. (2014). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Anak SDN 1 Kabalan Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Stikes Muhla, Vol.02 No. 18 Mardapi, Djemari. (2000). Evaluasi Pendidikan. Makalah. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta Mariza, Yuni Yanti. (2012). Hubungan antara Kebiasaan Sarapan dan Kebiasaan Jajan dengan Status Gizi pada Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Tesis. Semarang: Universitas Diponeegoro Masdewi, et al. (2011). Korelasi Perilaku Makan Dan Status Gizi Terhadap Prestasi Belajar Siswa Program Akselerasi Di SMP. Jurnal Teknologi dan Kejuruan, Vol. 34 No. 2 Matayane, Shanon et al. (2014). Hubungan antara Asupan Protein dan Zat Besi dengan Kadar Hemoglobin Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Jurnal eBiomedik, Vol. 2 No. 3 Maulanaputri, Ossiriadewi. (2011). Pengaruh Konsumsi, Status Gizi, dan Aktivitas Sehari-Hari dengan Prestasi Belajar Murid Akselerasi SD Islam PB Sudirman Jakarta. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor Mayasari, Nura. (2007). Memilih Makanan Halal. Jakarta: Quantum Media Minatun, Sri. (2011). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV Dan V MI Negeri Cempaka Putih Ciputat Tumur Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Moeljanto, Rini Damayanti et al. (2002). Khasiat dan Manfaat Susu Kambing. Depok: Agromedia Pustaka Muaris, Hindah. (2010). 30 Menu Bekal Sekolah Anak Ala Bento. Jakarta: Gramedia Muninjaya, A.A. Gde. (2003). Langkah-langkah Praktis Penyusunan Proposal dan Publikasi Ilmiah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Muthoharoh, Umi et al. (2014). Hubungan gender terhadap hasil belajar matematika pada siswa SMP Nadesul, Hendrawan. (2007). Membesarkan Bayi Jadi Anak Pintar-Panduan Bagi Ibu. Jakarta: Buku Kompas Nadharatunna’im dan Afrida. (2014). Status Gizi dan Peran Orangtua dengan Prestasi Belajar Murid Kelas V dan VI. Journal of Pediatric Nursing, 1(3), 154-159 Napsiah. (2012). Pengaruh Uang Saku terhadap Hasil Belajar Siswa di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Ass-Assykriyah Cipondoh Kota Tangerang. Skripsi. Universitas Islam Syekh Yusuf
119
Nasution, M. Yusuf. (2003). Konsumsi Pangan Hewani dan Status Gizi Siswa SD Negeri 105349 Lubuk Pakan Deli Serdang. Jurnal Pendidikan Science, Vol. 27 No. 3 Nasution, Thamrin dan Nurhalijah. (2005). Peranan Orangtua Meningkatkan Prestasi Belajar Anak. Jakarta: Gunung Mulia
dalam
Nofrianto, Sulung. (2008). The Golden Teacher. Depok: PT Lingkar Pena Kreativa Nugrasanti, Renni. (2006). Locus of Control dan Prokastinasi Akademik Mahasiswa. Jurnal Provitae, Vol. 2 No. 1 Nuraini, Henny. (2007). Memilih dan Membuat Jajanan Anak yang Sehat dan Halal. Jakarta: QultumMedia Nurhidayah, Siti. (2008). Pengaruh Ibu Bekerja dan Peranan Ayah dalam Coparenting terhadap Prestasi Belajar Anak. Jurnal Soul, Vol. 1 No. 2 Olivia, Femi. (2011). Tools for Study Skills. Jakarta: Gramedia Pahlevi, A. E. (2012). Determinan Status Gizi pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 7 No. 2, hal 122-126 Pakpahan, Haryadi. (2012). Pengaruh Fasilitas dan Lingkungan Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa Di SMK Raksana 2 Medan Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. Medan: Universitas Medan Pitriyanti. (2011). Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Prestasi Belajar pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Kabupaten Bungo Jambi. Skripsi. Padang: Universitas Andalas Purwindarini, Sertina Septi. (2014). Pengaruh Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan terhadap Prestasi Belajar Anak Usia Sekolah. Journal Development And Clinical Psychology, Vol. 3 No. 1 Puspitasari, Fika. (2008). Pengaruh Faktor Individu, Keluarga, dan Sekolah terhadap Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor Puspitawati, Herien. (2010). Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Pola Asuh Belajar Siswa Sekolah Dasar Dan Menengah Pertama. Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kons, Vol. 3 No. 1 Rachman, Handewi P.S, & Mewa Ariani. (2008). Penganekaragaman Konsumsi Pangan Di Indonesia: Permasalahan Dan Implikasi Untuk Kebijakan Dan Program. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Vol. 6 No. 2 Rahmawati, Fitria et al. (2014). Hubungan antara Pola Asuh Orangtua dan Kebiasaan Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa SD Kelas IV Semester Genap di Kecamatan Melaya-Jembrana.E-journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 2 No. 1
120
Rahmawati, Stefhani Ridha. (2008). Sukses Wawancara Kerja. Jakarta: Transmedia Pustaka Rajab, Wahyudin. (2009). Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC Ramayulis, Rita. (2014). Slim is Easy. Jakarta: Penebar Plus Rasyid, Harun et al. (2009). Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV Wacana Prima Rejeki, Apriliana et al. 2013. “Pengaruh Fasilitas Belajar dan Kinerja Guru terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas IV SD Se-Kecamatan Kutowinangun”. Skripsi Universitas Sebelas Maret Surakarta Reni Akbar-Hawadi. (2004). Akselerasi: A-Z Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia Reskia, Sri et al. (2014). Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Siswa di SDN Inpres 1 Birobuli. Elementary School of Education E-Journal, Vol. 2 No. 2 Rezky. (2010). Be A Smart Parent. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher Ridwan. (2008). Kegiatan belajar terhadap prestasi yang dicapai. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2015 pukul 20.48 WIB Ridwan202.wordpress.com Rini, Yuli Sectio. (2013). Pendidikan: Hakekat, Tujuan, dan Proses. Artikel UNY Ristiana. Siska. (2009). Hubungan Pengetahuan, Sikap, Tindakan Sarapan dengan Status Gizi dan Indeks Prestasi Anak Sekolah Dasar di SD Negeri No. 101853 Bingkawan Kecamatan Sibolangit. Skripsi. Universitas Sumatera Utara Rizki, Farah. (2013). The Miracle of Vegetables. Jakarta: AgroMedia Pustaka Rooijakkers, Ad. (1990). Mengajar dengan Sukses Cetakan Ke-7. Jakarta: PT Gramedia. Rosyidi, Djalal. (2006). Macam-Macam Makanan Tradisional yang Terbuat dari Hasil Ternak yang Beredar di Kota Malang. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Vol. 1 No. 1 Rukmana, Rahmat. (2001). Yoghurt dan Karamel Susu. Yogyakarta: Kanisius Sa’adah, Rosita Hayatus et al. (2014). Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Negeri 01 Guguk Malintang Kota Padangpanjang. Jurnal Kesehatan Andalas, 3(3) Saniarto, Febrian et al. (2013). Pola Makan, Status Sosial Ekonomi Keluarga dan Prestasi Belajar pada Anak Stunting Usia 9-12 Tahun Di Kemijen Semarang Timur. Tesis. Searang: Universitas Diponegoro Santi, Debby Yurike, et al. (2012). Hubungan antara Kondisi Sosial Ekonomi dan Higiene Sanitasi Lingkungan dengan Status Gizi Anak Usia 2-5 Tahun di
121
Kecamatan Seginim Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2012. Jurnal Penelitian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Vol. 1 No.2 Saparinto, Cahyo, & Diana Hidayati. (2006). Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta: Kanisius Saraswati, Mila, & Ida Widaningsih. (2008). Be Smart Ilmu Pengetahuan Sosial (Geografi, Sejarah, Sosiologi, Ekonomi). Bandung: Grafindo Media Pratama Septiani, Seala. 2012. Hubungan Status Gizi (Indeks TB/U) dan Faktor Lainnya dengan Prestasi Belajar Siswa SDN Cinere 2. Skripsi. Universitas Indonesia Sitompul, Ewa Molika. (2014). Teknik Rahasia Ibu Menangani Penyakit Anak Sehari-Hari. Jakarta: Arena Kids Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta ______. (2013). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta Sorhaindo, Annik et al. (2006). What is The Relationship Between Child Nutrition and School Outcomes?. Wider Benefits of Learning Research Report No. 18 Subiono, Hadi Setyo,&Zaeni. (2011). Kondisi Fisik dan Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia, Vol. 1 No. 1 Sulistiana, Sriyono, &Nurhidayati. (2013). Pengaruh Gender, Gaya Belajar, dan Reinforcement Guru terhadap Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas XI SMA Negeri se Kabupaten Purworejo Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Universitas Muhammadiyah Purworejo, Vol. 3 No. 2 Sumiatin, Titik et al. (2010). Hubungan antara Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa di SDN Genaharjo 01 Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban. Jurnal Penelitian Poltekkes Depkes Surabaya, Vol. 8 No. 1 Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC Sundari, Nenden. (2008). Perbandingan Prestasi Belajar antara Siswa Sekolah Dasar Unggulan dan Siswa Sekolah Dasar Non-Unggulan Di Kabupaten Serang. Jurnal Pendidikan Dasar, No. 8 Supranto, J. (2000). Statistik: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga Suryabrata, Sumadi. (2001). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sutomo, Budi et al. (2010). Menu Sehat Alami untuk Batita dan Balita. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka Syafaruddin. (2012). Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat. Medan: Perdana Publishing Syafitri, Yunita et al. 2009. “Kebiasaan Jajan Siswa Sekolah Dasar”. Jurnal Gizi dan Pangan 4(3): 167-175
122
Syah, M. (2010). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Tarwotjo, C. Soejoeti. (1998). Dasar-Dasar Gizi Kuliner. Jakarta: Grasindo Tusala, et al. (2013). Kebiasaan Makan Pagi, Status Gizi dan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Gereja Masehi Injili Timor (GMIT) Kefamenanu 4, Nusa Tenggara Timur. Jurnal Universitas Respati Yogyakarta Udu, Waode Sitti Asfiah. (2014). Hubungan antara Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar. Skripsi. FK UHO Ulya, Uly. (2012). Pengaruh Minat Belajar dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas IV dan V Riyadlotul Ulum Kunir Kecamatan Dempet Kabupaten Demak Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Umardami, Mawi Rizki. (2011). Kebiasaan Jajan, Aktivitas Fisik, Status Gizi dan Kesehatan Serta Hubungannya dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar di Kota Bogor. Skripsi. Bogor:Institut Pertanian Bogor Utami, et al. (2013). Pengaruh Tingkat Pembelajaran dan Tingkat Pendapatan Orang Tua terhadap Hasil Belajar. Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Untan Utomo, Tatag T. A. (2005). Mencegah dan Mengatasi Krisis Anak. Jakarta: Grasindo Waluyo, Srikandi. (2010). Rahasia Awet Muda : Mind-Body-Spirit. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Wandini, Kartika. (2008). Pengaruh Pola Asuh Belajar, Lingkungan Pembelajaran, Motivasi Belajar dan Potensi Akademik terhadap Prestasi Akademik Siswa Sekolah Dasar. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor Wanhari. (2010). Pengaruh Persepsi Siswa tentang Ketersediaan Sarana dan Prasarana dalam Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar PAI. Skripsi. STAIN Salatiga Wardoyo, Hanum Aprilia et al. (2013). Hubungan Makan Pagi dan Tingkat Konsumsi Zat Gizi dengan Daya Konsentrasi Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Media Gizi Indonesia, Vol. 9 No. 1: 49-53 Widjdati, Yusri. (2013). Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Ilmiah Pendidikan Geografi Widyarini, Nilam M. M. (2009). Seri Psikologi Populer: Membangun Hubungan Antar Manusia. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Wiyono, Tulus. (2014). Pengaruh Persepsi tentang Fasilitas Belajar dan Motivasi Berprestasi Peserta Didik terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Bumijawa Kabupaten Tegal. Tesis. Institut Agama Islam Negeri Walisongo World Health Organization. (1991). Sample Size Determination In Health Studies
123
Yuningsih, Yuyun dan Yasmin Asih. (2009). Proses Keperawatan: Aplikasi Model Konseptual, Ed 4. Jakarta: EGC
145
Lampiran
146
LAMPIRAN 1 Hasil Analisis SPSS 1. Analisis Univariat kategori prestasi Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
kurang
42
52.5
52.5
52.5
baik
22
27.5
27.5
80.0
sangat baik
16
20.0
20.0
100.0
Total
80
100.0
100.0
pola asuh belajar Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak baik
19
23.8
23.8
23.8
Baik
61
76.2
76.2
100.0
Total
80
100.0
100.0
persepsi fasilitas responden Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak baik
29
36.2
36.2
36.2
Baik
51
63.8
63.8
100.0
Total
80
100.0
100.0
IMT/U siswa Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Malnutrisi
34
42.5
42.5
42.5
Normal
46
57.5
57.5
100.0
Total
80
100.0
100.0
pendidikan ibu Frequency Valid pendidikan rendah
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
15
18.8
18.8
18.8
pendidikan tinggi
65
81.2
81.2
100.0
Total
80
100.0
100.0
147
pekerjaan ibu Frequency Valid
Valid Percent
Percent
Cumulative Percent
Bekerja
21
26.2
26.2
26.2
tidak bekerja
59
73.8
73.8
100.0
Total
80
100.0
100.0
pendapatan orang tua Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
rendah
37
46.2
46.2
46.2
tinggi
43
53.8
53.8
100.0
Total
80
100.0
100.0
jenis kelamin Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
laki-laki
42
52.5
52.5
52.5
perempuan
38
47.5
47.5
100.0
Total
80
100.0
100.0
uang saku Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
rendah
21
26.2
26.2
26.2
tinggi
59
73.8
73.8
100.0
Total
80
100.0
100.0
konsumsi makanan sumber karbohidrat Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak baik
63
78.8
78.8
78.8
Baik
17
21.2
21.2
100.0
Total
80
100.0
100.0
148
konsumsi makanan hewani Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak baik
64
80.0
80.0
80.0
Baik
16
20.0
20.0
100.0
Total
80
100.0
100.0
konsumsi makanan nabati Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak baik
60
75.0
75.0
75.0
Baik
20
25.0
25.0
100.0
Total
80
100.0
100.0
konsumsi sayur Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak baik
59
73.8
73.8
73.8
Baik
21
26.2
26.2
100.0
Total
80
100.0
100.0
konsumsi buah Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak baik
58
72.5
72.5
72.5
Baik
22
27.5
27.5
100.0
Total
80
100.0
100.0
149
2. Analisis Bivariat kategori pola asuh belajar siswa * kategori prestasi Crosstabulation kategori prestasi kurang kategori pola tidak baik asuh belajar siswa baik
% within kategori pola asuh belajar siswa % within kategori pola asuh belajar siswa
Total
6
8
19
26.3%
31.6%
42.1%
100.0%
37
16
8
61
60.7%
26.2%
13.1%
100.0%
42
22
16
80
52.5%
27.5%
20.0%
100.0%
Count % within kategori pola asuh belajar siswa
sangat baik
5
Count
Total
Baik
Count
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
Df a
9.493 9.084 9.264
2 2 1
.009 .011 .002
80
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,80. kategori skor fb responden * kategori prestasi Crosstabulation kategori prestasi kurang kategori skor tidak baik fb responden baik
Count % within kategori skor fb responden
Total
29
48.3%
31.0%
20.7%
100.0%
28
13
10
51
54.9%
25.5%
19.6%
100.0%
42
22
16
80
52.5%
27.5%
20.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
Df a
.372 .371 .175
Total
6
Count % within kategori skor fb responden
sangat baik 9
Count % within kategori skor fb responden
Baik 14
2 2 1
80
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,80.
.830 .831 .676
150
IMT/U siswa * kategori prestasi Crosstabulation kategori prestasi kurang IMT/U siswa Malnutrisi
Count % within IMT/U siswa
normal Total
Total
12
2
34
58.8%
35.3%
5.9%
100.0%
22
10
14
46
47.8%
21.7%
30.4%
100.0%
42
22
16
80
52.5%
27.5%
20.0%
100.0%
Count % within IMT/U siswa
sangat baik
20
Count % within IMT/U siswa
baik
Chi-Square Tests Value a
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
Df
7.649 8.595 3.939
2 2 1
.022 .014 .047
80
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,80. pendidikan ibu * kategori prestasi Crosstabulation kategori prestasi kurang pendidikan ibu pendidikan rendah
Count % within pendidikan ibu
pendidikan tinggi
Count % within pendidikan ibu
Total
Count % within pendidikan ibu
baik 5
3
15
46.7%
33.3%
20.0%
100.0%
35
17
13
65
53.8%
26.2%
20.0%
100.0%
42
22
16
80
52.5%
27.5%
20.0%
100.0%
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
Df a
.348 .341 .100
2 2 1
80
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,00.
Total
7
Chi-Square Tests Value
sangat baik
.840 .843 .752
151
pekerjaan ibu * kategori prestasi Crosstabulation kategori prestasi kurang pekerjaan ibu
Bekerja
Count % within pekerjaan ibu
Tidak bekerja Total
Total
4
21
57.1%
23.8%
19.0%
100.0%
30
17
12
59
50.8%
28.8%
20.3%
100.0%
Count % within pekerjaan ibu
sangat baik 5
Count % within pekerjaan ibu
baik
12
42
22
16
80
52.5%
27.5%
20.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value a
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
Df
.271 .273 .142
2 2 1
.873 .872 .706
80
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,20. pendapatan orang tua * kategori prestasi Crosstabulation kategori prestasi kurang pendapatan orang Rendah Count tua % within pendapatan orang tua Tinggi
Count % within pendapatan orang tua
Total
Count % within pendapatan orang tua
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
a
10.314 11.389 9.656
2 2 1
80
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,40.
Total
10
2
37
67.6%
27.0%
5.4%
100.0%
17
12
14
43
39.5%
27.9%
32.6%
100.0%
42
22
16
80
52.5%
27.5%
20.0%
100.0%
Asymp. Sig. (2sided)
Df
sangat baik
25
Chi-Square Tests Value
baik
.006 .003 .002
152
jenis kelamin responden * kategori prestasi Crosstabulation kategori prestasi kurang jenis kelamin responden
laki-laki
Count % within jenis kelamin responden
perempuan Count % within jenis kelamin responden Total
Count % within jenis kelamin responden
baik
sangat baik
Total
21
15
6
42
50.0%
35.7%
14.3%
100.0%
21
7
10
38
55.3%
18.4%
26.3%
100.0%
42
22
16
80
52.5%
27.5%
20.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
Df a
3.718 3.787 .146
2 2 1
.156 .151 .703
80
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,60. kategori uang saku * kategori prestasi Crosstabulation kategori prestasi kurang kategori uang saku
rendah Count % within kategori uang saku tinggi
Count % within kategori uang saku
Total
Count % within kategori uang saku
baik 5
4
21
57.1%
23.8%
19.0%
100.0%
30
17
12
59
50.8%
28.8%
20.3%
100.0%
42
22
16
80
52.5%
27.5%
20.0%
100.0%
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
Df a
.271 .273 .142
Total
12
Chi-Square Tests Value
sangat baik
2 2 1
80
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,20.
.873 .872 .706
153
kategori konsumsi makanan sumber karbo * kategori prestasi Crosstabulation kategori prestasi kurang kategori konsumsi sumber karbo
tidak baik Count % within kategori konsumsi makanan sumber karbo baik
Total
Count % within kategori konsumsi makanan sumber karbo
sangat baik
Total
38
20
5
63
60.3%
31.7%
7.9%
100.0%
4
2
11
17
23.5%
11.8%
64.7%
100.0%
42
22
16
80
52.5%
27.5%
20.0%
100.0%
Count % within kategori konsumsi makanan sumber karbo
baik
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
Df a
26.967 23.064 18.683
2 2 1
.000 .000 .000
80
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,40. kategori konsumsi makanan hewani * kategori prestasi Crosstabulation kategori prestasi kurang kategori konsumsi makanan hewani
tidak baik Count % within kategori konsumsi makanan hewani Baik
Count % within kategori konsumsi makanan hewani
Total
Count % within kategori konsumsi makanan hewani
baik
sangat baik
Total
39
19
6
64
60.9%
29.7%
9.4%
100.0%
3
3
10
16
18.8%
18.8%
62.5%
100.0%
42
22
16
80
52.5%
27.5%
20.0%
100.0%
154
Chi-Square Tests Value a
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df
22.959 19.754 18.539
2 2 1
.000 .000 .000
80
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,20. kategori konsumsi makanan nabati * kategori prestasi Crosstabulation kategori prestasi kurang kategori tidak baik Count konsumsi % within kategori konsumsi makanan nabati makanan nabati Baik
Total
Total
4
60
63.3%
30.0%
6.7%
100.0%
4
4
12
20
20.0%
20.0%
60.0%
100.0%
42
22
16
80
52.5%
27.5%
20.0%
100.0%
Count % within kategori konsumsi makanan nabati
sangat baik 18
Count % within kategori konsumsi makanan nabati
baik
38
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df a
27.244 24.699 22.347
2 2 1
.000 .000 .000
80
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,00. kategori konsumsi sayur * kategori prestasi Crosstabulation kategori prestasi kurang kategori konsumsi sayur
tidak baik Count % within kategori konsumsi sayur baik
Count % within kategori konsumsi sayur
Total
Count % within kategori konsumsi sayur
baik
sangat baik
Total
37
18
4
59
62.7%
30.5%
6.8%
100.0%
5
4
12
21
23.8%
19.0%
57.1%
100.0%
42
22
16
80
52.5%
27.5%
20.0%
100.0%
155
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df a
24.846 22.586 19.676
2 2 1
.000 .000 .000
80
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,20. kategori konsumsi buah * kategori prestasi Crosstabulation kategori prestasi kurang kategori konsumsi tidak baik buah Baik
Count % within kategori konsumsi buah
Total
58
62.1%
31.0%
6.9%
100.0%
6
4
12
22
27.3%
18.2%
54.5%
100.0%
42
22
16
80
52.5%
27.5%
20.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df a
22.743 20.800 17.285
2 2 1
80
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,40.
Total
4
Count % within kategori konsumsi buah
sangat baik 18
Count % within kategori konsumsi buah
baik
36
.000 .000 .000
156
LAMPIRAN 2 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN POLA ASUH BELAJAR, IMT/U, DAN KARAKTERISTIK SISWATERHADAP PRESTASIBELAJAR PADA SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI ICIPUTAT TAHUN 2015
Assalamu’alaikum Wr. Wb Saya Widya Umami mahasiswi Peminatan Gizi, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sedang mengadakan penelitian untuk skripsi mengenai, “Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa terhadap Prestasi Belajar pada Anak MI Negeri Ciputat Tahun 2015”. Oleh karena itu, saya mohon bantuan adikadik untuk mengisi kuesioner ini dengan lengkap dan sesuai dengan keadaan sebenarnya. Atas bantuan adik-adik saya ucapkan terima kasih. Petunjuk pengisian kuesioner : Isilah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan melingkari pada jawaban yang sesuai. Tanggal wawancara :
No Responden : Diisi oleh peneliti
Karakteristik Siswa 1.
Nama
2.
No telepon
3.
Jenis kelamin
1. 2.
Laki-laki Perempuan
(
)
4.
Kelas
1. 2.
V VI
(
)
157
5.
(
Uang saku
)
IMT/U
6.
7.
Berat badan
Tinggi badan
BB 1 = BB 2 = BB 3 =
kg kg kg
TB 1 = TB 2 = TB 3 =
cm cm cm
Karakteristik Orang Tua
8.
Pendapatan orang tua
1. 2.
Kurang dari Rp 2.710.000 Lebih dari Rp 2.710.000
(
)
Isilah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan melingkari pada jawaban yang sesuai. Pola asuh belajar No.
1.
2.
3.
4.
5.
Pertanyaan
Pilihan jawaban
Bagaimana cara menentukan waktu belajar kamu di rumah?
a. tidak usah belajar di rumah b. kapan saja jika ada waktu c. ada waktu khusus untuk belajar
Berapa lama waktu belajar kamu di rumah?
a. < 1 jam b. 1-2 jam c. >2 jam
Berapa kali dalam sehari kamu mengulang pelajaran dari sekolah?
a. tidak pernah b. 1 kali c. > 1 kali
Apakah orang tua kamu menemani kamu belajar di rumah?
a. tidak b. kadang-kadang c. ya, selalu
Bagaimana cara orang tua kamu membimbing kamu belajar?
a. memaksa b. hanya menemani (diam saja) c. aktif membantu mengulang pelajaran
Diisi peneliti
(
)
(
)
(
)
(
)
(
)
158
Apa yang dilakukan orang tua kamu selama kamu belajar? 6.
7.
Apabila orang tua kamu sedang sibuk dengan pekerjaannya, apakah kamu dapat bertanya mengenai pelajaran yang kamu tidak mengerti?
a. tidak b. kadang-kadang c. ya
Apa yang dilakukan orang tua kamu jika kamu kesulitan memahami pelajaran?
a. diam saja b. menyuruh saya membaca buku lagi c. membantu saya memahami pelajaran a. memarahi saya b. menyuruh saya bertanya pada orang lain (kakak, guru les, saudara) c. menjelaskan lagi dengan penuh kesabaran
8.
Apabila kamu tetap kesulitan memahami pelajaran padahal orang tua kamu sudah menjelaskan, apa yang mereka lakukan? 9.
Siapa yang membantu/mengawasi kamu mengerjakan tugas atau PR di rumah? 10.
Mengapa mereka membantu atau mengawasi kamu belajar? 11.
Apa yang dilakukan orang tua kamu jika kamu sudah selesai mengerjakan tugas/PR? 12.
Apa yang dilakukan orang tua kamu jika mengetahui kamu akan ada ulangan? 13.
a. benar-benar meninggalkan saya belajar sendirian b. meninggalkan saya belajar sendirian namun tetap mengawasi c. menemani hingga saya selesai belajar
a. tidak ada b. oranglain (kakak, guru les, saudara) c. orang tua
a. hanya sekadar mengawasi saja b. agar tugas/PR lebih cepat selesai c. agar dapat mengkoreksi jawaban saya jika salah
a. diam saja b. bertanya apakah saya mengalami kesulitan dalam mengerjakannya c. memuji saya
a. diam saja b. menyuruh saya belajar c. menyuruh dan membantu saya belajar
(
)
(
)
(
)
(
)
(
)
(
)
(
)
(
)
159
Apakah orang tua kamu memeriksa hasil ulangan kamu? 14.
Apa yang orang tua kamu lakukan jika menerima rapor? 15.
Sarana dan fasilitas apa saja yang orang tua kamu sediakan di rumah? 16.
17.
18.
19.
20.
a. tidak pernah b. kadang-kadang c. ya, selalu
a. hanya melihatnya saja tanpa memberi tanggapan b. memarahi saya jika hasil prestasi belajar saya jelek c. mengevaluasi keseluruhan hasil prestasi belajar saya di sekolah
a. tidak ada sarana dan fasilitas belajar yang disediakan b. hanya beberapa dari poin c (sebutkan ....................................) c. alat tulis, buku pelajaran, meja belajar, ruang belajar, komputer
Dimanakah tempat kamu biasa belajar di rumah?
a. dimana saja b. ruang keluarga c. ruang khusus belajar
Berapa jumlah buku pelajaran yang disediakan orang tua kamu di rumah?
a. tidak ada b. 1 buah c. > 1 buah
Bagaimana reaksi orangtua kamu jika kamu mendapatkan nilai ulangan yang rendah?
a. diam saja b. memarahi saya c. menyuruh saya belajar lebih giat lagi
Apakah orangtua kamu puas dengan hasil belajar kamu?
a. tidak pernah puas b. kadang-kadang c. ya, selalu
(
)
(
)
(
)
(
)
(
)
(
)
(
)
160
LEMBAR ANGKET PERSEPSI SISWA TERHADAP FASILITAS SEKOLAH
Pentunjuk pengisian : Isilah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan memberi tanda ceklis () pada jawaban yang sesuai. No
Fasilitas sekolah
1.
Meja belajar
2.
Ruang kelas
3.
Perpustakaan
4.
Laboratorium
5.
Ruang olahraga
6.
Komputer
7.
Buku-buku pelajaran
1 (tidak baik)
2 (kurang baik)
3 (cukup baik)
4 (baik)
5 (sangat baik)
LEMBAR FOOD FREQUENCY QUESTIONNAIRE Bahan Makanan
1x/hr
Makanan sumber karbohidrat Nasi Nasi tim Bubur beras Nasi jagung Kentang Singkong Roti putih Kraker
2x/hr
3x/hr
4x/hr
13x/mgg
46x/mgg
Tidak pernah
161
Bahan Makanan Mie basah Mie kering Bihun Panganhewani Daging sapi Daging ayam Hati sapi Babat sapi Usus sapi Telur ayam kampung Telur ayam negeri Telur bebek Ikan segar
Ikan asin Ikan teri Udang basah Keju Bakso daging Susu sapi Susu kambing Susu kerbau Susu kental manis
1x/hr
2x/hr
3x/hr
4x/hr
13x/mgg
46x/mgg
Tidak pernah
162
Bahan Makanan Yoghurt Tepung susu Skim Pangan nabati Kacang hijau Kacang kedelai Kacang merah Kacang tanah Terkelupas Oncom Tahu Tempe Sayuran Daun bawang Daun kacang panjang Jamur segar Oyong
Kangkung Ketimun Tomat Kol Bayam Buncis Daun singkong
1x/hr
2x/hr
3x/hr
4x/hr
13x/mgg
46x/mgg
Tidak pernah
163
Bahan Makanan Daun pepaya Kembang kol Labu air Sawi Seledri Selada Taoge Terong Wortel Buah-buahan Alpukat Apel Anggur Belimbing Jambu biji Jambu air Jambo bol Duku Durian Jeruk manis Kedondong Mangga Nanas
1x/hr
2x/hr
3x/hr
4x/hr
13x/mgg
46x/mgg
Tidak pernah
164
Bahan Makanan
1x/hr
Nangka masak Pepaya Pisang ambon Pisang raja sereh Salak Sawo Sirsak Semangka Lainnya... Sosis Kornet Otak-otak Siomay Chiki Kue cubit Cimol Cilok Sumber : Supariasa dkk (2012)
2x/hr
3x/hr
4x/hr
13x/mgg
46x/mgg
Tidak pernah
165
LAMPIRAN 3 Uji Validitas Dan Reliabilitas
A. Kuesioner pola asuh belajar Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if Deleted Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
bagaimana cara menetukan waktu belajar
45.73
19.306
.509
.682
berapa lama waktu belajar dirumah
46.30
19.734
.399
.698
berapa kali mengulang pelajaran dr sekolah
46.07
20.547
.371
.706
apakah orang tua kamu menemani kamu belajar dirumah
46.20
19.338
.448
.686
bagaimana cara ortu membimbing belajar
45.57
19.426
.439
.687
apa yang dilakukan ortu selama kamu belajar
45.67
20.230
.362
.703
apabila ortu kamu sedang sibuk, apakah dpt bertanya ttg pelajaran
45.97
18.102
.612
.666
apa yang diklakukan ortu jika ada kesulitan belajar
45.60
21.076
.371
.713
apabila masih ttp kesulitan belajar, apa yg otru lakukan
45.70
19.597
.625
.702
siapa yg membantu tugas dirumah
45.70
18.493
.448
.681
mengapa mereka membantu mengawasi belajar dirumah
45.80
20.510
.411
.711
apa yg dilakukan ortu jika selesai mengerjakan PR
46.33
19.816
.369
.701
apa yg dilakukan ortu jika kamu akan ulangan
45.90
19.748
.369
.693
apa ortu memeriksa hasil ulangan
45.93
20.754
.502
.706
apa yg ortu lakukan jika menerima rapor
45.50
20.466
.432
.704
sarana dan fasilitas apa yg disediakan dirumah
45.47
20.257
.366
.703
dimana tempat belajar kamu dirumah
46.17
20.006
.425
.725
brp jumlah buku pelajaran dirumah
45.53
22.120
.412
.731
166
bagaimana reaksi ortu jika mendapat nilai rendah
45.40
20.524
.364
.702
apakah ortu puas dgn hasil belajar kamu
45.90
20.162
.366
.696
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.711
20
R tabel = 0,361 Valid r hasil > r tabel Jadi, angket dinyatakan valid dan reliabel B. Angket persepsi siswa terhadap fasilitas belajar sekolah Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
meja belajar
21.15
17.082
.635
.711
ruang kelas
21.40
17.516
.604
.718
perpustakaan
21.55
17.313
.535
.729
Laboratorium
22.55
17.734
.473
.776
ruang olahraga
21.25
21.039
.498
.813
Komputer
21.45
15.629
.683
.693
buku pelajaran
20.95
17.103
.632
.711
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.768
7
R tabel = 0,444 Valid r hasil > r tabel Jadi, angket dinyatakan valid dan reliabel
167
LAMPIRAN 4 DAFTAR SISWA KELAS VI A WALI KELAS : BU MIDAH NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
NAMA ABGHI HAFIZHAN SHULHAN AFDAL AHMAD SAHI ALIFIA QISTI ARSILAWATI ATHAYA ZAHRANI FIRDAUS AUDIA DAFINA AZHAR AULIYA GHANI DEA INDAH NABILA DIZZA AISYAH SYAPRI EGIANA ELSA RAHMAWATI FATIMAH AZZAHRA FERI HUSNIL FURTADHO IFKI KHAERUNNISA IKHSANUL FIKRI INTAN TANZILU RAHMAH ISNAINI NURFAJRIANTI JULIA APRIANI PUTRI KARINIA JUANTIKA LISA KHAERUNNISA M. AFIF FAUZI M. ALFIANSYAH M. FADLY AL AKBAR M. FARHAN FADILLAH M. IMAM NAJIB M. IZZUDIN AL-GHOZALI M. NAZRIL DZAKWAN M. RAZDAN HAFIZ ZAELANI NAZIRA APRILIA ROSYADI NINDYA HANIFA MEINAR NURFAUZIAH RICKY RINALDI RUZICA SEVILLA RAHMA SEKAR AYU OKTAVIANI SELVI SETIA RAHIM SHINTA DESTIANA VIO ALVIONITA VITRI NUR CAHYANI YUSUF BAHTIAR ZAHRATUL JANNAH ZAIM NURRABBANI MUHAMMAD SYAHRUL MUBAROK
KET.
168