PENINGKATAN MINAT BACA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SDN PAMULANG PERMAI KELAS V (Penelitian Tindakan Kelas)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Sarjana Pendidikan
DisusunOleh : SRI AZIARTIYA NIM 109018300018
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
PENINGKATAN MINAT BACA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SDN PAMULANG PERMAI KELAS V
Sri Aziartiya Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Kependidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat minat baca siswa kelas V sebelum dan sesudah menerapkan pembelajaran berbasis masalah pada bidang studi Bahasa Indonesia di SDN Pamulang Permai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK dilaksanakan sebagai upaya untuk mengetahui permasalahan yang muncul di dalam kelas. Metode ini dilakukan dengan empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Keempat tahap tersebut merupakan siklus yang berlangsung secara berulang dan dilakukan dengan langkah-langkah yang sama dan difokuskan pada pembelajaran diskusi sebagai cara untuk meningkatkan minat baca melalui PBL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat minat baca siswa melalui PBL mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat melalui siklus/pertemuan yang telah dilakukan. Pada siklus I hasil tes pembelajaran menggunakan PBL untuk hasil tertinggi 82 dan hasil terendah 62 dengan rata-rata 69,1 %. Siswa yang mendapat nilai di bawah KKM ada 14 orang, siswa yang mendapat nilai standar KKM ada 2 orang, dan siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 24 orang. Sedangkan pada siklus II hasil tes pembelajaran menggunakan PBL untuk hasil tertinggi 85 dan hasil terendah 75 dengan rata-rata 79,15 % atau mengalami peningkatan sebesar 10,05 %. Bahkan semua nilai siswa sudah di atas KKM yang ditentukan oleh peneliti yaitu 65. Siswa yang mendapat nilai 75 ada 12 orang, siswa yang mendapat nilai 80 ada 18 orang, siswa yang mendapat nilai 82 ada 8 orang, dan siswa yang mendapat nilai 85 ada 2 orang. Kata-kata kunci: Pembelajaran berbasis masalah, penilaian tindakan kelas, dan minat membaca
i
IMPROVEMENT OF INTEREST BASED LEARNING READ THROUGH THE SUBJECT MATTER IN INDONESIAN SDN PAMULANG PERMAI CLASS V
Sri Aziartiya Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Kependidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Abstrak
The purpose of this study was to determine the reading level of fifth grade students before and after applying problem-based learning in the field of Indonesian studies in SDN Pamulang Permai . The method used in this study is the method of Classroom Action Research ( CAR). PTK implemented in an attempt to find out the problems that arise in the classroom . This method is done with four stages , namely planning , implementation , observation , and reflection . The fourth stage is a cycle that takes place repeatedly and performed with the same steps and discussions focused on learning as a way to increase reading through PBL . The results showed that the level of students' interest through PBL has increased . This increase can be seen through cycles / meetings that have been conducted . In the first cycle of learning test results using PBL to the highest 82 and lowest 62 results with an average of 69.1 % . Students who scored below 14 KKM there , students who scored 2 standard there KKM , and students who scored above KKM 24 people . While in the second cycle of learning test results using PBL to the highest 85 and lowest 75 results with an average 79.15 % or an increase of 10.05 % . In fact all of the students have above KKM determined by researchers at 65 . Students who scored 75 there were 12 people , students who scored 80 there were 18 people , 82 students who scored 8 people , and students who scored 85 No. 2 Key words : problem -based learning , assessment class action , and interest in reading
ii
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirahiim.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi
yang
berjudul
“Peningkatan
Minat
Baca
Melalui
Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SDN Pamulang Permai Kelas V”. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad saw., beserta keluarga, sahabat, serta pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat guna meraih gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur alhamdulillah penulis hanturkan atas kelancaran dan kemudahan yang telah Allah SWT berikan. Selain itu penulis ingin mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada: 1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dra. Nurlena Rifa’i MA, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phill., selaku Ketua Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Fauzan,MA selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
5. Nafia Wafiqni, M.Pd dan Dra. Hindun, M.Pd selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia menyediakan waktunya untuk memberikan motivasi, bimbingan, dan arahan salama menyusun skripsi. 6. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 7. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta (Armini Baskar dan Tarmizi Nurdin) yang telah memberikan dukungan terbaiknya, kasih sayang, perhatian, dan doa setulus hati kepada penulis. Tanpa doa dan pengorbanan kalian penulis tak akan pernah bisa menjadi apa-apa. 8. Abang-Abangku tercinta (Suhardini, Harlis Kurniawan, Badrudin, dan Nazarudin, M.Hum) yang selalu memberikan nasihat, semangat, dan dukungan baik moral maupun material serta doa yang tiada hentinya kepada penulis. 9. Kepala Sekolah SDN Pamulang Permai, Bapak Arsin, yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis serta semua guru SDN Pamulang Permai
yang telah banyak membantu penulis dalam
melaksanakan penelitian. 10. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah khususnya angkatan 2009 kelas A. Terima kasih atas semua kenangan, susah, dan senang yang pernah terjadi selama kuliah. 11. Sahabat-Sahabatku tercinta Adjeng Nindya dan Ayu Fathonah yang telah memberikan banyak motivasi, serta semua teman-temanku lainnya terima kasih atas kesetiaan kalian semua yang masih setia menemani penulis dalam keadaan senang maupun susah, yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dorongan dan semangat serta bantuan selama penyusunan skripsi ini.
iv
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya. Amiin Yaa Rabbal ‘Alamiin
Jakarta, 3 Januari 2014
Sri Aziartiya
v
DAFTAR ISI ABSTRAK
....................................................................................................... i
ABSTRACT ....................................................................................................... ii KATA PENGANTAR
............................................................................... iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................ ..................6 C. Batasan Masalah ....................................................................................... 6 D. Rumusan Masalah .................................................................. ...................7 E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7 F. Kegunaan Penelitian .............................................................. ...................7 BAB II : KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Minat ......................................................................................... ............... 9 1. Pengertian Minat ................................................................. ............... 9 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat .......................... .............. 10 3. Cara Menumbuhkan Minat ................................................................ 10 4. Aspek-Aspek Minat ........................................................................... 11 B. Membaca .................................................................................................. 13 1. Pengertian Membaca .......................................................................... 13 2. Tujuan Membaca ................................................................................ 14 3. Perkembangan Membaca ................................................................... 16 C. Minat Baca .............................................................................................. 16 1. Pengertian Minat Baca ....................................................................... 16 a. Perbedaan Minat Baca, Kebiasaan Membaca, dan Budaya Baca ....................................................................................................... 17 b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Baca ....................................................................................................... 18
vi
D. Pembelajaran Berbasis Masalah ............................................................. 20 1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah ..................................... 20 2. Ciri-Ciri PBL .................................................................................... 21 3. Langkah-Langkah PBL ..................................................................... 22 4. Manfaat PBL .................................................................................... 25 E. Penelitian Tindakan Kelas ...................................................................... 27 F. Hasil Penelitian yang relevan ................................................................. 29 G. Kerangka Berpikir .................................................................................. 31 H. Hipotesis Tindakan ................................................................................. 32 BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 33 B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ............................. 33 C. Subjek Penelitian ……………………................................................... 35 D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ............................................ 35 E. Tahapan Intervensi Tindakan ................................................................ 35 F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ......................................... 45 G. Data dan Sumber Data .......................................................................... 46 H. Instrumen Pengumpulan Data .............................................................. 46 I. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 47 J. Analisis Data dan Interpretasi Data ..................................................... 48 K. Pengembangan Perencanaan Tindakan ................................................ 49 BAB IV : DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sekolah ................................................................... 50 B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ........................................................... 58 C. Pembahasan Hasil Temuan Penelitian ................................................. 93 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ......................................................................................... 95 B. Saran ................................................................................................... 96 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………...... 97 LAMPIRAN RIWAYAT PENULIS
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup seorang diri. Ia membutuhkan kehadiran sesamanya dalam kehidupan ini. Kebutuhan tersebut hanya bisa terealisasi jika ada komunikasi di antara mereka. Alat untuk berkomunikasi itu adalah bahasa.1 Begitu juga halnya dengan bangsa Indonesia. Bangsa kita mempunyai banyak sekali bahasa daerah dengan ciri khasnya sendiri. Hanya saja para pendiri Negara Indonesia sudah membuat kesepakatan sejak tahun 1928 di saat mendeklarasikan Sumpah Pemuda mengenai bahasa persatuan yang kelak akan digunakan oleh Negara Indonesia yang merdeka, yaitu bahasa Indonesia. Karena itu, sejak disahkannya Undang-Undang Dasar 1945, bahasa Indonesia secara resmi digunakan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Didalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan kebangsaan; (2) lambang identitas nasional; (3) alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya; serta (4) alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia.2 Sementara itu dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan; (2) bahasa pengantar3 resmi di lembaga-lembaga pendidikan; (3) bahasa resmi dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan; dan (4) bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi.4 1
Abdul Chaer. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta, 1998. h.1. Arifin Zaenal dkk. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: CV Akamedia Pressindo. 1995. .h. 9-10. 3 Redaksi Sinar Grafika. UU Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional). 2003 Bab VII Bahasa Pengantar Pasal 33 ayat 1. Sinar Grafika. 2007. h. 17. 4 Lamuddin Finoza. Komposisi Bahasa Indonesia . Diksi Insan Mulia. 2009. h.4. 2
1
2
Ternyata bahasa Indonesia juga digunakan dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi sehingga perkembangannya harus dipelajari lebih dalam. Itu sebabnya sejak lama pelajaran Bahasa Indonesia selalu dimasukkan dalam salah satu pelajaran wajib di sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Pembelajaran bahasa Indonesia harus mencakup empat keterampilan berbahasa yaitu keterampilan membaca, keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis secara terpadu.5 Sayangnya, Indonesia ternyata merupakan salah satu negara berkembang dengan minat baca masyarakatnya yang masih rendah. Situasi tersebut dapat dilihat dari beberapa hasil survei sebagaimana dimuat pada tulisan Siswati berjudul “Minat Membaca Pada Mahasiswa” dalam Jurnal Psikologi Undip Vol. 8, No.2, Oktober 2010. Di antaranya survei Internasional Associations for Evaluation of Educational Achievement (IAEEA) pada tahun 1992 menyebutkan kemampuan membaca murid-murid sekolah dasar kelas IV Indonesia berada pada urutan ke-29 dari 30 negara di dunia, berada satu tingkat di atas Venezuella. Riset International Association for Evaluation of Educational Achievement (IAEEA) tahun 1996 menginformasikan bahwa kemampuan membaca siswa usia 9-14 tahun Indonesia berada pada urutan ke-41 dari 49 negara yang disurvei. Data Bank Dunia tahun 1998 menginformasikan pula kebiasaan membaca anak-anak Indonesia berada pada level paling rendah (nilai 51,7). Nilai tersebut di bawah Filipina (52,6), Thailand (65,1), dan Singapura (74,0). Tahun 1998-2001 hasil suvei IAEEA dari 35 negara, menginformasikan kemampuan baca siswa Indonesia berada pada urutan yang terakhir. Publikasi IAEEA tanggal 28 November 2007 tentang minat baca dari empat puluh satu negara menginformasikan kemampuan membaca siswa Indonesia selevel dengan negara belahan bagian selatan bersama Selandia Baru dan Afrika Selatan. Sedangkan BPS tahun 2006 mempublikasikan, membaca bagi masyarakat Indonesia belum dijadikan sebagai sumber untuk mendapatkan informasi.
Masyarakat
lebih
memilih
menonton
televisi
mendengarkan radio (40,3%) daripada membaca (23,5%). 5
Siti Sahara dkk. Keterampilan Berbahasa Indonesia. FITK Prss. 2009. h.1
(85,9%)
dan
3
Menurut Ketua Center for Social Marketing (CSM), Yanti Sugarda, berdasarkan studi lima tahunan yang dikeluarkan oleh Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) pada tahun 2006, yang melibatkan siswa sekolah dasar (SD), hanya menempatkan Indonesia pada posisi 36 dari 40 negara yang dijadikan sampel penelitian. Posisi Indonesia itu lebih baik dari Qatar, Kuwait, Maroko, dan Afrika Selatan. Kompas (Kamis, 18 Juni 2009) menyatakan bahwa budaya baca masyarakat Indonesia menempati posisi terendah dari 52 negara di kawasan Asia Timur berdasarkan data yang dilansir Organisasi Pengembangan Kerjasama Ekonomi (OECD), kata Kepala Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya Arini. Saat berbicara dalam seminar “Libraries and Democracy” yang digelar Perpustakaan Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya bersama Goethe-Institut Indonesien dan Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia (ISIPII) di Surabaya, Rabu, dia mengatakan, OECD juga mencatat 34,5 persen masyarakat Indonesia masih buta huruf. Fakta-fakta di atas sangat memprihatinkan bukan? Bagaimana tidak, minat baca bangsa kita ternyata paling rendah di ASEAN dan paling rendah dari 52 negara di kawasan Asia Timur, padahal masalah minat membaca merupakan persoalan yang penting dalam dunia pendidikan. Menurut Wigfield dan Guthrie6 (1997), anak-anak SD yang memiliki minat membaca tinggi akan berprestasi tinggi di sekolah. Sebaliknya, anak-anak SD yang memiliki minat membaca rendah akan rendah pula prestasi belajarnya. Pertanyaannya kemudian, apa yang salah dalam dunia pendidikan di Indonesia sehingga tidak dapat meningkatkan minat baca peserta didik? Mungkin benar pendapat Amir7 yang mengatakan bahwa pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) sudah dianggap tradisional dan perlu diubah. Pasalnya, pendekatan yang teacher centered, dimana proses belajar mengajar berpusat pada pendidik dengan penekanan pada peliputan dan 6
Wigfield dan Guthrie dalam Soejanto Sandjaja. Pengaruh Keterlibatan Orangtua terhadap Minat Membaca Anak Ditinjau dari Pendekatan Stres Lingkungan. 7 M. Taufiq Amir. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. 2009. h. 3-6.
4
penyebaran materi, sementara siswa kurang aktif, sudah tidak memadai untuk tuntutan era pengetahuan ini. Belakangan ini, semakin banyak pengelola institusi yang menyadari perlunya pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (learner centered). Pasalnya, para siswa membutuhkan pendekatan yang dapat memberikan bekal kompetensi, pengetahuan, dan serangkaian kecakapan yang mereka butuhkan seperti kecakapan berpikir, kecakapan interpersonal, serta kecakapan beradaptasi dengan baik. Adapun gambaran dari perbedaan teacher centered dan learner centered, menurut Amir (2009: 3-6), adalah sebagai berikut.
Teacher Centered
Learner Centered
Berpusat pada pengajar. Pengetahuan
Berpusat pada siswa.
dipindahkan
dari Siswa membangun pengetahuan.
pengajar ke siswa. Siswa menerima informasi secara Siswa terlibat secara aktif. pasif. Belajar dan penilaian adalah hal -Belajar dan penilaian adalah hal yang terpisah.
sangat terkait. -Budaya belajar adalah kooperatif, kolaboratif, dan saling mendukung.
Penekanan pada pengetahuan di Penekanan pada penguasaan dan luar konteks aplikasinya.
penggunaan pengetahuan yang merefleksikan isi baru dan lama serta
menyelesaikan
masalah
konteks kehidupan nyata. Pengajar
perannya
sebagai Pengajar sebagai pendorong dan
pemberi informasi dan penilai.
pemberi fasilitas pembelajaran.
Fokus pada satu bidang disiplin.
-Pengajar dan siswa
5
mengevaluasi pembelajaran bersama-sama. -Pendekatan
pada
integrasi
antardisiplin.
Dari perbedaan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa pendekatan yang berpusat pada pendidik itu memang punya banyak kelemahan, di antaranya kurangnya kecenderungan siswa untuk tetap belajar8. Meskipun kita tahu persis bahwa para pendidik dan siswa sangat familiar dengan paradigma tradisional di mana kita mengidentifikasi isi materi yang akan kita pelajari. Kita menggunakan isi materi itu dalam proses belajar, tugas bacaan, menghadirkan audiovisual atau kombinasinya. Sementara itu, pendekatan yang berpusat pada siswa, kelihatannya mampu menutupi kelemahan-kelemahan tadi. Salah satu metode yang banyak diadopsi untuk menunjang pendekatan pembelajaran learning centered dan yang memberdayakan pembelajaran adalah metode pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning. Dalam Rusman9, Moffit mengatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran. Ada tiga hal penting yang penulis simpulkan dari paparan di atas. Pertama, Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional dan bahasa persatuan. Kedua, rendahnya minat baca siswa SD/MI. Ketiga, ada hipotesis yang menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan minat baca siswa SD/MI. Hal ini disebabkan PBM merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari
8
Hamzah B. Uno. Perencanaan Pembelajaran. Bumi Aksara. 2010. h. 21. Rusman. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa. 2007. h. 241. 9
6
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian
yang
berjudul
MELALUI
PEMBELAJARAN
PENINGKATAN
BERBASIS
MASALAH
MINAT
BACA
PADA
MATA
PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SDN PAMULANG PERMAI KELAS V.
B. Identifikasi Masalah Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi, diantaranya sebagai berikut. 1. Sebagian besar siswa menganggap mata pelajaran Bahasa Indonesia sangat membosankan. 2. Adanya fakta yang menunjukkan rendahnya minat baca anak Indonesia. 3. Monotonnya pembelajaran Bahasa Indonesia dengan metode yang kurang mendorong kemampuan membaca anak sehingga berdampak pada kurangnya minat baca siswa.
C. Batasan Masalah Dalam penelitian ini penulis akan membatasi masalah dalam 4 fokus yang saling berkaitan. 1. Minat baca yang dimaksud ialah memberikan dorongan atau kekuatan kepada anak untuk merasa tertarik dan senang terhadap aktivitas membaca, sehingga mereka melakukan aktivitas membaca tersebut dengan kemauan sendiri. 2. Pembelajaran berbasis masalah yang dimaksud yakni salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang tingkat berpikir siswa, sehingga siswa diharapkan dapat terlibat dalam proses pembelajaran yang mengharuskannya untuk mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan memecahkan masalah. 3. Bidang Studi Bahasa Indonesia yang dimaksud ialah materi wacana inspiratif dengan Standar Kompetensi “Membaca: Memahami teks dengan membaca
7
sekilas, membaca memindai, dan membaca cerita anak” dan Kompetensi Dasar “Menemukan informasi secara cepat dari berbagai teks khusus (kamus, buku petunjuk telepon, jadwal perjalanan, daftar susunan acara, daftar menu, dll) yang dilakukan melalui membaca memindai”. 4. Siswa yang dimaksud adalah siswa-siswi kelas V SDN Pamulang Permai Semester Ganjil Tahun Ajaran 2013/2014. Keempat poin tersebut dapat diuraikan menjadi sebagai berikut. Minat bersifat fundamental dalam membentuk kebiasaan atau kegemaran seseorang terhadap sesuatu. Karena itu, kebiasaan atau kegemaran membaca sangat bergantung dengan minat baca seseorang. Sementara itu, rendahnya minat baca di kalangan siswa berkaitan erat dengan metode pengajaran yang dipakai di kelas. Metode pembelajaran berbasis masalah dirasa tepat untuk meningkatkan minat baca siswa karena melalui metode ini siswa dipicu untuk membaca lebih banyak dan mencari sumber bacaan yang sesuai dengan tema yang diberikan. Dengan demikian aplikasi penerapan metode pembelajaran berbasis masalah ini akan sangat cocok dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
D. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peningkatan minat baca melalui pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SDN Pamulang Permai kelas V?
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan peningkatan minat baca siswa kelas V melalui penerapan pembelajaran berbasis masalah pada bidang studi Bahasa Indonesia di SDN Pamulang Permai Kelas V.
F. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat bagi beberapa pihak. Pertama, manfaat bagi siswa. Penelitian ini akan memperkenalkan kepada siswa
8
sebuah pendekatan pembelajaran baru yang dapat memberikan bekal kompetensi, pengetahuan, dan serangkaian kecakapan yang mereka butuhkan seperti kecakapan berpikir, kecakapan interpersonal, serta kecakapan beradaptasi dengan baik. Kedua, manfaat bagi guru. Penelitian ini akan memberikan beberapa manfaat sebagai berikut. 1. Memberikan inspirasi kegiatan menyenangkan yang dapat dilakukan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. 2. Membuktikan pencapaian keterampilan berbahasa membaca yang dapat dicapai dengan model pembelajaran berbasis masalah. 3. Meningkatkan efektivitas pembelajaran bahasa Indonesia. Ketiga, manfaat bagi sekolah. Sekolah akan mempunyai lulusan yang berprestasi disebabkan tingginya minat baca mereka.
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN
A. Deskripsi Teoretik 1. Pengertian Minat Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesi1, minat yaitu kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hurlock2 mengartikan minat sebagai sumber motivasi yang akan mengarahkan seseorang pada apa yang akan mereka lakukan bila diberi kebebasan untuk memilihnya. Sementara itu, Meichati3 mengartikan minat adalah perhatian yang kuat, intensif dan menguasai individu secara mendalam untuk tekun melalukan suatu aktivitas. Pendapat lain diungkapkan oleh Crow and Crow yang menyatakan bahwa minat erat hubungannya dengan daya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda atau bisa juga sebagai pengalaman efektif yang dipengaruhi oleh kegiatan itu sendiri 4. Winkel menyatakan bahwa minat adalah kecenderungan yang agak menetap dam subjek merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu serta merasa senang berkecimpung dalam bidang tersebut5. Dengan kata lain, minat dapat menjadi sebab kegiatan dan sebab partisipasi dalam kegiatan itu. Minat erat hubungannya dengan dorongan (drive), motif, dan reaksi emosional Menurut H.C. Witherington yang dikutip Suharsimi Arikunto, minat adalah kesadaran seseorang terhadap suatu objek, suatu masalah atau situasi yang
1
Tim Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia ( edisi ketiga ). Jakarta : Balai Pustaka. 2001. h.1 Elizabeth B. Hurlock. Perkembangan Anak jilid 2. Jakarta: Erlangga. 1999. h. 114. 3 Meichati dalam Soejanto Sandjaja. Pengaruh Keterlibatan Orangtua terhadap Minat Membaca Anak Ditinjau dari Pendekatan Stres Lingkungan. (jurnal no. 8 tahun 2011). 4 Crow and Crow dalam Wijaya Kusumah. Apakah Minat Itu. (http://edukasi. kompasiana.com/2009/12/16/ apakah-minat-itu yang diakses tanggal 6 Desember 2012 pukul 19.30 WIB). 5 Dwi Sunar Prasetyono. Rahasia Mengajarkan Gemar Membaca pada Anak Sejak Dini. Jakarta: Think. 2008. h. 51. 2
9
10
mengandung kaitan dengan dirinya. Tanpa kesadaran seseorang pada suatu obyek, maka individu tidak akan pernah mempunyai minat terhadap sesuatu. Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan seseorang untuk memilih dan melakukan aktivitas dibandingkan aktivitas yang lain karena ada perhatian, rasa senang, dan pengalaman. Jadi, seseorang dikatakan berminat apabila pada dirinya ada kecenderungan untuk memilih dan melakukan sesuatu dibandingkan dengan hal lainnya disebabkan adanya perhatian, rasa senang, dan pengalaman.
a. Cara Menumbuhkan Minat Minat bisa ditumbuhkan dengan cara-cara tertentu. Slameto6, mengutip pernyataan Tanner & Tanner, menyarankan agar para guru selalu menumbuhkan minat-minat baru siswa dengan cara sebagai berikut. 1). Memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu. 2). Menguraikan manfaat bagi siswa di masa yang akan datang. 3). Ada hubungan antara pelajaran dan kehidupan yang nyata. 4). Usaha ini terutama sekali akan berhasil jika pelajaran dapat dikaitkan langsung dengan tematik kehidupan siswa-siswa pada saat itu. 5). Setidak-tidaknya sekolah itu dapat memberikan ruang gerak yang lebih luas daripada yang ada sekarang demi kepentingan minat siswa. 6). Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat giat belajar. 7). Dengan bantuan yang dipelajari itu, siswa dapat mencapai tujuan-tujuan tertentu. 8). Pelajaran itu memberikan kesempatan bagi peran serta atau rasa keterlibatan bagi siswa.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat
6
Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : PT. Bina Aksara. 1988.
11
Menurut Crow and Crow yang dikutip oleh Robert Gague7, ada tiga faktor yang menimbulkan minat yaitu faktor yang ditimbulkan dari dalam diri sendiri, faktor motif sosial, dan faktor emosional. Faktof-faktor yang menimbulkan minat dapat digolongkan sebagai berikut. 1). Faktor kebutuhan dari dalam. Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan. 2). Faktor motif sosial. Timbulnya minat dalam diri seseorang dapat didorong oleh motif sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari lingkungan dimana ia berada. 3). Faktor emosional. Faktor yang merupakan ukuran intensitas seseorang dalam menaruh perhatian terdapat suatu kegiatan/objek tertentu. Sementara itu, Sujanto8 mengatakan bahwa minat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut. 1). Pengetahuan. Untuk mengetahui minat pada diri seseorang maka sangat diperlukan adanya pengetahuan atau informasi tentang kegiatan atau objek yang diminatinya. 2). Pengamatan, yaitu proses mengenal dunia luar dengan menggunakan indra. 3). Tanggapan, yaitu gambaran pengamatan yang ditinggal di kesadaran sesudah mengamati. 4). Persepsi, yaitu menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. 5). Sikap, yaitu kesadaran diri manusia yang menggerakkan untuk bertindak dan menyertai manusia dalam menanggapi objek.
c. Aspek-aspek Minat 7
Robert Gague. Prinsip-prinsip Belajar untuk Pengajaran di Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional. 1988. 8 Sujanto. Faktor-Faktor dan Aspek-Aspek Minat (http://www.psychologymania.com yang diakses tanggal 6 Desember 2012 pukul 19.40 WIB).
12
Minat adalah sebuah aspek psikologis yang dipengaruhi oleh pengalaman afektif yang berasal dari minat itu sendiri. Aspek-aspek minat dijelaskan oleh 9
Pintrich dan Schunk10 sebagai berikut.
1. Sikap umum terhadap aktivitas yaitu perasaan suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju dengan aktivitas, umumnya terhadap sikap positif atau menyukai aktivitas. 2. Kesadaran spesifik untuk menyukai aktivitas yaitu memutuskan untuk menyukai suatu aktivitas atau objek. 3. Merasa senang dengan aktivitas yaitu individu merasa senang dengan segala hal yang berhubungan dengan aktivitas yang diminatinya. 4. Aktivitas tersebut mempunyai arti atau penting bagi individu. 5. Adanya minat instrinsik dalam isi aktivitas yaitu emosi yang menyenangkan yang berpusat pada aktivitas itu sendiri. 6. Berpartisipasi dalam aktivitas yaitu individu memilih atau berpartisipasi dalam aktivitas. Sementara itu, Hurlock11 mengatakan bahwa aspek minat terdiri dari aspek kognitif dan aspek afektif. Pertama, aspek kognitif berupa konsep positif terhadap suatu objek dan berpusat pada manfaat dari objek tersebut. Kedua, aspek afektif tampak dalam rasa suka atau tidak senang dan kepuasan pribadi terhadap objek tersebut. Silvia12 memaparkan beberapa aspek minat sebagai berikut. 1. Keingintahuan. Keingintahuan siswa terhadap kegiatan belajar suatu mata pelajaran ialah keinginan siswa untuk lebih mengenal mata pelajaran tersebut. Keingintahuan tersebut mendorong siswa untuk mencari tahu informasi dan pengalaman baru tentang mata pelajaran tersebut yang belum siswa ketahui. 2. Keterbukaan terhadap pengalaman.
9
Pintrich dan Schunk dalam Soejanto Sandjaja. Pengaruh Keterlibatan Orangtua terhadap Minat Membaca Anak Ditinjau dari Pendekatan Stres Lingkungan. (jurnal no.2 tahun 2012). 10 Elizabeth B. Hurlock. Perkembangan Anak jilid 2, Jakarta: Erlangga. 1999. h. 116. 12 Silvia, P. J. Exploring the Psychology of Interest. New York: Oxford University. 2006. h. 4.
13
Keterbukaan terhadap pengalaman belajar ialah siswa berpandangan terbuka terhadap pengalaman dan ide baru yang belum diketahuinya. Keterbukaan terhadap pengalaman yang dimiliki siswa, antara lain diwujudkan dalam bentuk keinginan untuk mempelajari mata pelajaran tertentu secara lebih lanjut. 3. Dorongan mencari sensasi. Dorongan mencari sensasi pada kegiatan belajar ialah siswa terlibat pada pengalaman belajar yang lebih bervariasi. Siswa yang memiliki dorongan mencari sensasi yang tinggi, berani meluangkan waktu yang lebih untuk terlibat pada kegiatan tersebut. Siswa juga berani mengambil resiko secara fisik dan sosial untuk mengikuti pengalaman baru tersebut. 4. Kecenderungan bosan. Kecenderungan bosan dalam belajar ialah siswa tetap menampilkan kemampuan terbaik meskipun sedang mengalami kebosanan. Siswa tetap memperhatikan materi yang diajarkan, mengerjakan tugas dengan baik, dan mempertahankan konsentrasinya dalam mengikuti kegiatan belajar. 5. Keluasan minat. Keluasan minat dalam belajar adalah siswa mencari pengalaman yang bervariasi dan tidak hanya mempelajari materi yang disukainya saja. Siswa yang memiliki keluasan minat belajar akan mempelajari dengan sungguh-sungguh semua materi yang berkaitan dengan mata pelajaran yang disukainya.
2. Pengertian Membaca Menurut Nurjamal13, pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membina siswa agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif dalam menjalani kehidupan. Jadi, suatu proses pendidikan dan pembelajaran dikatakan berhasil apabila para peserta didik memperoleh perubahan ke arah yang lebih baik dalam penambahan pengetahuan, perubahan penguasaan keterampilan, dan perubahan positif menuju pendewasaan sikap perilaku. Demikian
juga
dengan
pembelajaran
bahasa.
Pendidikan
atau
pembelajaran bahasa harus mampu meningkatkan kemampuan siswa yang 13
Nurjamal dkk. Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Alfabeta. 2011. h. 2.
14
meliputi ketiga aspek utama ranah pendidikan, yaitu meningkatkan pengetahuan bahasa-berbahasa, meningkatkan keterampilan berbahasa, dan membangun sikap positif serta santun berbahasa. Membaca itu termasuk salah satu dari keempat keterampilan berbahasa yang meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek keterampilan berbahasa ini pada kenyataannya berkaitan erat satu sama lain. Artinya, aspek yang satu berhubungan erat dan memerlukan keterlibatan aspek yang lain. Karena hubungan yang sangat erat itulah, maka keempat aspek keterampilan berbahasa itu lazim disebut catur tunggal keterampilan berbahasa atau empat serangkai keterampilan berbahasa. Keterampilan membaca merupakan keterampilan-keterampilan dasar bagi siswa yang harus dikuasai untuk dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Membaca merupakan proses yang tidak saja melibatkan kegiatan melihat, mengeja huruf saja, namun suatu proses memahami, mengingat dan menganalisa makna atau arti apa yang terkandung dalam bacaan yang sedang dibaca. Membaca, sebagaimana ditulis Cahyani14, adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Selain itu, membaca dapat pula diartikan sebagai suatu metode yang kita pergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan kadang-kadang dengan orang lain, yaitu mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambanglambang tertulis. Juel15 mengartikan bahwa membaca adalah proses untuk mengenal kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan. Hasil akhir dari proses membaca adalah seseorang mampu membuat intisari dari bacaan.
a. Tujuan Membaca Agus Warseno16 mengatakan bahwa pada umumnya kita mulai belajar membaca pada usia 5-6 tahun, yaitu pada saat duduk di taman kanak-kanak atau 14
Cahyani, dkk. Keterampilan Berbahasa Indonesia di SD. Bandung UPI Press. 2007. h. 98. Juel dalam Soejanto Sandjaja. Pengaruh Keterlibatan Orangtua terhadap Minat Membaca Anak Ditinjau dari Pendekatan Stres Lingkungan. (jurnal no.2 tahun 2012). 15
15
sekolah dasar. Keterampilan berbahasa membaca sangat dibutuhkan untuk dapat memahami isi suatu wacana. Secara umum tujuan membaca diklasifikasikan menjadi sebagai berikut. (a) Mendapatkan informasi umum dari teks. (b) Mendapatkan informasi khusus dari teks. (c) Membaca untuk kesenangan. Sementara itu, menurut Cahyani17, tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, dan memahami makna bacaan. Nurjamal18 mengatakan bahwa membaca dan menyimak merupakan aktivitas kunci untuk memperoleh dan menguasai informasi. Semakin banyak informasi kita simak dan baca, semakin banyak informasi yang kita kuasai. Dengan banyak menyimak dan membaca yang berarti kita akan mengetahui dan menguasai informasi, maka akan memudahkan kita untuk berbicara dan atau menulis. Tarigan19 menyatakan bahwa seorang siswa dapat dikatakan mampu dalam membaca, jika memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut. a) Memahami maksud penulis. b) Memahami dasar tulisan. c) Dapat menilai penyajian penulis. d) Dapat menerapkan prinsip-prinsip kritis pada bacaan sehari-hari. Apabila ketentuan-ketentuan ini belum dipenuhi dan belum terserap oleh siswa dapat dikatakan bahwa pelajaran bahasa Indonesia khususnya membaca dianggap tidak berhasil. Sementara itu, menurut Nurjamal seseorang dikatakan terampil membaca jika dia mampu dengan benar, akurat, dan lengkap untuk menyerap, menangkap, dan menguasai informasi dari suatu bacaan, apakah itu suratkabar, majalah, atau buku.
16
Agus Warseno dan Ratih Kumorojati. Super Learning, Diva Press. 2011. h. 32. Cahyani. Keterampilan Berbahasa Indonesia di SD. Bandung : UPI Press. 2007. h. 99. 18 Nurjamal dkk. Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Alfabeta. 2011. h. 4. 19 Tarigan dalam Hesti Rosita. ―Pengelolaan Peningkatan Minat Baca Siswa”, (Jurnal Ilmiah Manajemen Pendidikan, Vol 2, No 2, November 2008). 17
16
b. Perkembangan Membaca Cahyani20 mengatakan bahwa ada beberapa fase perkembangan membaca. Adapun rincian penjelasannya adalah sebagai berikut. 1). Fase pramembaca (3-6 tahun). Anak-anak mengenal huruf serta mempelajari perbedaan huruf dan angka. Kebanyakan anak akan mengenal nama jika ditulis. 2). Fase ke-1 (7-8 tahun), kelas dua sekolah dasar. Anak-anak memperoleh pengetahuan tentang huruf, suku kata, dan kata sederhana melalui cerita. 3). Fase ke-2 (9-10 tahun), kelas 3 dan 4 SD. Anak-anak dapat menganalisis katakata yang tidak diketahuinya dengan menggunakan pola tulisan. 4). Fase ke-3, kelas 4 SD sampai kelas 2 SMP. Anak-anak dapat memahami bacaan. 5). Fase ke-4, kelas 3 SMP sampai SMA. Anak-anak mampu menyimpulkan dan mengenal maksud penulis dalam bacaan. 6). Fase ke-5, tingkat perguruan tinggi dan seterusnya. Orang dewasa dapat mengintegrasikan hal-hal yang dibaca dan menanggapi materi bacaan secara kritis.
3. Pengertian Minat Baca Berdasarkan definisi dari minat dan membaca di atas, barulah kita dapat menyimpulkan apa itu minat baca. Melling Simanjuntak dalam Jurnal Visi Pustaka Vol. 13 No. 3 Desember 2011 menyatakan bahwa minat
baca adalah keinginan membaca
atas dorongan dari dalam diri sendiri. Minat baca membatasi maknanya sendiri pada “voluntary reading.” Sukarela. Membaca demi membaca. Secara operasional Lilawati21 mengartikan minat membaca anak adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehingga mengarahkan anak untuk membaca dengan kemauannya sendiri. Aspek minat membaca meliputi kesenangan membaca, 20
Cahyani. Keterampilan Berbahasa Indonesia di SD. Bandung : UPI Press. 2007. h.101. Lilawati dalam Soejanto Sandjaja. Pengaruh Keterlibatan Orangtua terhadap Minat Membaca Anak Ditinjau dari Pendekatan Stres Lingkungan. (jurnal no.2 tahun 2012). 21
17
kesadaran akan manfaat membaca, frekuensi membaca dan jumlah buku bacaan yang pernah dibaca oleh anak. Berdasar pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa minat membaca adalah kekuatan yang mendorong anak untuk memperhatikan, merasa tertarik dan senang terhadap aktivitas membaca sehingga mereka mau melakukan aktivitas membaca dengan kemauan sendiri. Aspek minat membaca meliputi kesenangan membaca, frekuensi membaca dan kesadaran akan manfaat membaca. Minat membaca perlu ditanamkan dan ditumbuhkan sejak anak masih kecil sebab minat membaca pada anak tidak akan terbentuk dengan sendirinya, tetapi sangat dipengaruhi oleh stimulasi yang diperoleh dari lingkungan anak. Keluarga merupakan lingkungan paling awal dan dominan dalam menanamkan, menumbuhkan dan membina minat membaca anak. Orang tua perlu menanamkan kesadaran akan pentingnya membaca dalam kehidupan anak, setelah itu baru guru di sekolah, teman sebaya dan masyarakat.
a. Perbedaan Minat Baca, Kebiasaan Membaca, dan Budaya Baca Minat baca (reading interest) tidak sama dengan kebiasaan membaca (reading habits) dan berbeda pula dari budaya baca (reading culture).22 Secara sederhana, minat baca adalah potensi untuk membaca secara suka-rela. Kebiasaan membaca adalah kegiatan beinteraksi dengan bahan bacaan secara teratur atau berulang. Minat baca akan menjadi kebiasaan membaca jika tersedia bahan bacaan yang sesuai untuk dibaca dan ada cukup waktu untuk membaca. Pada kebiasaan membaca, motifnya bukan lagi hanya untuk mendapat pengalaman emosional yang mengasyikkan tetapi juga untuk mendapat informasi atau pengetahuan baru. Motif yang terakhir ini dipicu oleh faktor eksternal yang sifatnya memaksa. Misalnya, memaksa orang untuk membaca supaya sukses dalam pendidikannya. Kebiasaan membaca motifnya bisa dua. Satu, pengalaman mengasyikkan dari membaca itu sendiri, reading for reading. Dua, pengetahuan dan pembelajaran untuk memenuhi tuntutan pendidikan, tuntutan pekerjaan, 22
Melling Simanjuntak dalam Jurnal Visi Pustaka Vol. 13 No. 3 Desember 2011.
18
tuntutan hidup. Salah satu dari yang terakhir ini bisa lebih dominan dari yang lain. Jika motif dominannya adalah untuk pemenuhan tuntutan pendidikan, maka kebiasaan membaca akan berkurang drastis kuantitasnya sesaat setelah tamat sekolah atau ujian skripsi. Jika motif dominannya adalah pemenuhan kesenangan, tuntutan pekerjaan dan tuntutan hidup, maka kebiasaan membaca akan berlanjut seumur hidup dan menjadi budaya. Faktor luar tidak lagi bersifat memaksa (compulsory) melainkan bersifat mengimbau (pseudo-compulsary) seperti misalnya professional reading. Dengan kata lain, minat baca, kebiasaan membaca, dan budaya baca adalah tiga fase yang berbeda namun berkesinambungan secara difusif dalam kronologi hidup manusia. Minat baca ibarat bibit yang jika ditanam pada lahan yang tepat akan tumbuh menjadi kebiasaan membaca dan pada waktunya akan berbuahkan budaya baca. Sebagai bibit, minat baca harus ditanam dan dipelihara agar tumbuh menjadi minat baca.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Baca Mulyani23 berpendapat bahwa tingkat perkembangan seseorang yang paling menguntungkan untuk pengembangan minat membaca adalah pada masa peka, yaitu sekitar usia 5 sampai 6 tahun. Kemudian minat membaca ini akan berkembang sampai dengan masa remaja. Minat membaca pertama kali harus ditanamkan melalui pendidikan dan kebiasaan keluarga pada masa peka tersebut. Anak usia 5 sampai 6 tahun senang sekali mendengarkan cerita. Mula-mula mereka tertarik bukan pada isi ceritanya, tetapi pada kenikmatan yang diperoleh dalam kedekatannya dengan orang tua. Ketika duduk bersama atau duduk di pangkuan orang tua, anak merasakan adanya kasih sayang dan kelembutan. Suasana yang menyenangkan dan didukung oleh buku cerita yang penuh gambar-gambar indah akan membuat anak menjadi tertarik dan senang menikmati cerita dari buku. Melalui proses imitasi, anak akan suka menirukan aktivitas 23
Mulyati dalam Soejanto Sandjaja. Pengaruh Keterlibatan Orangtua terhadap Minat Membaca Anak Ditinjau dari Pendekatan Stres Lingkungan. (jurnal no.2 tahun 2012).
19
membacakan cerita yang dilakukan oleh orang tuanya. Peniruan ini akan semakin diulang bila anak juga sering melihat orang tua melakukan aktivitas membaca. Anak akan meniru gaya dan tingkah laku orang tua dalam membaca. Kemudian setelah anak mampu membaca sendiri, maka ia akan senang sekali mempraktekkan kemampuan membacanya dengan membaca sendiri bukubuku yang tersedia di rumah. Kemauan untuk membaca buku atas inisiatif diri sendiri ini adalah awal tumbuhnya minat membaca anak. Perkembangan selanjutnya dari minat membaca ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Bimo Walgito dalam Pengantar Psikologi Umum, menjelaskan bahwa timbulnya minat itu dikarenakan adanya perasaan senang atau ada rasa ketertarikan terhadap objek yang dilihat, rasa suka dan terikat pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh, minat dalam diri seseorang dapat diungkapkan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa seseorang cenderung lebih menyukai suatu hal daripada hal yang lainnya, dan minat dapat dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas tertentu. Dari beberapa penelitian yang dirangkum oleh Hidi24, ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat membaca. 1). Karakteristik teks (bacaan). Pada banyak penelitian karakteristik bacaan akan membuat aktivitas membaca menjadi lebih menarik. Karakteristik teks yang kemungkinan berkaitan dengan minat yang tinggi antara lain menurut Schraw dkk. adalah mudah dipahami, teks yang padat, ada penggambaran yang terkesan hidup, melibatkan pembacanya, menimbulkan berbagai reaksi emosi dan membutuhkan pengetahuan sebelumnya. Wade dkk. menambahkan unsur yang lain yaitu pemahaman, keberbaruan, ada nilai atau kepentingan untuk melakukan aktivitas membaca. 2). Pengubahan aspek tertentu pada lingkungan pembelajaran. Unsur ini berkaitan dengan cara teks disajikan, materi yang digunakan untuk mengajarkannya dan regulasi diri dari pembacanya. Penelitian memberikan saran, agar teks lebih menarik dan mudah diingat maka dibuat bagian-bagian yang 24
Hidi dalam Siswati. ―Minat Membaca Pada Mahasiswa‖, (Jurnal Psikologi Undip Vol. 8, No.2, Oktober 2010).
20
saling berkaitan. Jadi ada manipulasi teks yang mengubah konteks saat aktivitas membaca terjadi. Selain itu, minat dapat dirangsang dengan menyajikan materi pendidikan yang lebih bermakna, menantang, dan sesuai dengan konteks pribadi atau kombinasi dari ketiganya. Cara lain yang dapat mempengaruhi minat membaca adalah dengan melakukan regulasi diri yaitu membuat tugas yang dihadapi menjadi lebih menarik dan mengembangkan minat individual pada aktivitas yang sebelumnya tidak menarik. Misalnya, seseorang yang menjadi siswa pertama kali, tidak semuanya mempunyai minat untuk membaca. Minat tersebut dapat ditumbuhkan dengan cara meregulasi diri yaitu menumbuhkan minat membaca karena adanya tuntutan untuk menghargai aktivitas tersebut agar lebih berhasil menjalani pendidikan di perguruan tinggi.
4. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah Pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran25. Ibrahim dan Nur dalam Rusman26 mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. Dalam Rusman27, Moffit mengatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis
25
Model Pembelajaran Problem Based Learning ( http://www.sekolahdasar.net/2011/10/modelpembelajaran-problem-based yang diakses tanggal 12 Desember 2012 pukul 20.00 WIB). 26 Rusman. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa. 2007. h. 241. 27 Ibid.
21
dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran.
a. Ciri-Ciri PBL Menurut Barrows28, model pembelajaran berbasis masalah memiliki sejumlah karateristik yang membedakannya dengan model pembelajaran yang lainnya yaitu 1) pembelajaran bersifat student centered, 2) pembelajaran terjadi pada kelompok-kelompok kecil, 3) guru berperan sebagai fasilitator dan moderator,
4)
masalah
menjadi
fokus
dan
merupakan
sarana
untuk
mengembangkan keterampilan problem solving, 5) informasi-informasi baru diperoleh dari belajar mandiri (self directed learning). Amir29 mengatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah memiliki ciriciri sebagai berikut. 1). Pembelajaran dimulai dengan mendesain masalah. 2). Biasanya masalah memiliki konteks dengan dunia nyata. 3). Siswa secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka. 4). Siswa mempelajari dan mencari sendiri materi yang terkait dengan masalah, dan melaporkan solusi dari masalah. 5).Pendidik lebih banyak memfasilitasi. 6).Pendidik merancang sebuah masalah, memberikan indikasi-indikasi tentang sumber bacaan tambahan serta berbagai arahan dan saran yang diperlukan saat siswa menjalankan proses. Selanjutnya Heller mengemukakan bahwa keberhasilan pendekatan PBL tergantung pada dua faktor, yaitu: (1) jenis masalah yang dikonfrontasikan kepada siswa yaitu masalah yang menuntut pemecahan berdasarkan PBL, serta (2) formasi dan kebermanfaatan fungsi kelompok kooperatif untuk memaksimalkan aktivitas dan partisipasi siswa secara keseluruhan. 28
Barrows dalam Soejanto Sandjaja. Pengaruh Keterlibatan Orangtua terhadap Minat Membaca Anak Ditinjau dari Pendekatan Stres Lingkungan. (jurnal no.2 tahun 2012). 29 M. Taufiq Amir. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. 2009. h. 12.
22
b. Tujuh Langkah Proses Pembelajaran Berbasis Masalah Proses pembelajaran berbasis masalah, menurut Amir30, akan dapat dijalankan bila pengajar siap dengan segala perangkat yang diperlukan (masalah, formulir pelengkap, dan lain-lain). Siswa pun harus sudah memahami prosesnya, dan telah membentuk kelompok-kelompok kecil. Umumnya, setiap kelompok menjalankan proses yang sering dikenal dengan proses 7 langkah. Langkah 1 : Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas. Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam masalah. Langkah pertama ini dapat dikatakan tahap yang membuat setiap peserta berangkat dari cara memandang yang sama atas istilah-istilah atau konsep yang ada dalam masalah. Langkah 2 : Merumuskan masalah. Fenomena yang ada dalam menuntut penjelasan hubungan-hubungan apa yang terjadi di antara fenomena itu. Kadang-kadang ada hubungan yang masih belum nyata antara fenomenanya, atau ada yang sub-sub masalah yang harus diperjelas dahulu. Langkah 3 : Menganalisis masalah. Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki anggota tentang masalah. Terjadi diskusi yang membahas informasi faktual (yang tercantum pada masalah), dan juga informasi yang ada dalam pikiran anggota. Brainstorming (curah gagasan) dilakukan dalam tahap ini. Anggota kelompok mendapatkan kesempatan melatih bagaimana menjelaskan, melihat alternatif atau hipotesis yang terkait dengan masalah. Langkah 4 : Menata gagasan Anda dan secara sistematis menganalisisnya dengan dalam. Bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama lain, dikelompokkan mana yang saling menunjang, mana yang bertentangan, dan
30
M. Taufiq Amir. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. 2009. h. 24-26.
23
sebagainya. Analisis adalah upaya memilah-memilah sesuatu menjadi bagianbagian yang membentuknya. Langkah 5 : Memformulasikan tujuan pembelajaran. Kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok sudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang, dan mana yang masih belum jelas. Tujuan pembelajaran akan dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat. Inilah yang akan menjadi dasar gagasan yang akan dibuat laporan. Tujuan pembelajaran ini juga yang dibuat menjadi dasar penugasan-penugasan individu di setiap kelompok. Langkah 6 : Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (di luar diskusi kelompok). Saat ini kelompok sudah tahu informasi apa yang tidak dimiliki, dan sudah punya tujuan pembelajaran. Kini saatnya mereka harus mencari informasi tambahan itu, dan menentukan di mana hendak dicarinya. Mereka mengatur jadwal, menentukan sumber informasi. Setiap anggota harus mampu belajar sendiri dengan efektif untuk tahapan ini, agar mendapatkan informasi yang relevan, seperti menentukan kata kunci dalam pemilihan, memperkirakan topik, penulis, publikasi dari sumber pembelajaran. Siswa harus memilih, meringkas sumber pembelajaran itu dengan kalimatnya sendiri, dan mintalah menulis sumbernya dengan jelas. Keaktifan setiap anggota harus terbukti dengan laporan yang harus disampaikan oleh setiap individu/subkelompok yang bertanggung jawab atas setiap tujuan pembelajaran. Laporan ini harus disampaikan dan dibahas di pertemuan kelompok berikutnya (langkah 7). Langkah 7 : Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru, dan membuat laporan untuk guru/kelas Dari laporan-laporan individu/subkelompok, dipresentasikan di hadapan anggota kelompok lain, lalu kelompok akan mendapatkan informasi-informasi baru. Anggota yang mendengar laporan haruslah kritis tentang laporan yang disajikan (laporan diketik, dan diserahkan ke setiap anggota). Kadang-kadang
24
laporan-laporan yang dibuat menghasilkan pertanyaan-pertanyaan baru yang harus disikapi oleh kelompok. Pada langkah 7 ini kelompok sudah dapat
membuat
sintesis;
menghubungkannya dan mengombinasikan hal-hal yang relevan. Sebagian bagus tidaknya aktivitas pembelajaran berbasis masalah kelompok akan sangat ditentukan pada tahap ini (untuk kondisi kelas-kelas yang ada di Indonesia, umumnya proses ini harus terjadi di luar kelas). Di tahap ini, keterampilan yang dibutuhkan adalah bagaimana meringkas, mendiskusikan, dan meninjau ulang hasil diskusi untuk nantinya disajikan dalam bentuk paper/makalah. Di sinilah kemampuan menulis (komunikasi tertulis) dan kemudian mempresentasikan (komunikasi lisan) sangat dibutuhkan dan sekaligus dikembangkan. Ketujuh langkah ini dapat berlangsung dalam beberapa pertemuan kelompok. Tergantung kondisi dan konteks yang ada pada setiap kelas, ada yang menjalankannya dengan 3 atau 4 pertemuan. Untuk tiga kali pertemuan, kira-kira pembagiannya seperti berikut. Pertemuan I : (langkah 1 – 5) di kelas, dengan difasilitasi pendidik. Pertemuan II : (langkah 6 – 7) di luar kelas, siswa mandiri/berkelompok. Pertemuan III : Presentasi laporan kelompok dan diskusi kelas. Sebelum diskusi didahului dengan pengklarifikasian pekerjaan siswa oleh pendidik. Dalam bentuk diagram ketujuh langkah dan tiga pertemuan di atas terlihat pada gambar berikut.
25
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Pertemuan 3
(Langkah 1-5)
(Langkah 6-7)
1. Mengklarifikasi
6. Mencari informasi
PRESENTASI
masalah dan konsep.
tambahan dari berbagai
DISKUSI
2. Merumuskan masalah.
sumber.
PENILAIAN
3. Menganalisis masalah.
7. Mensintesis dan
4. Menata gagasan secara
menguji informasi baru.
dan
sistematis. 5. Menentukan TUJUAN PEMBELAJARAN
c. Manfaat Pembelajaran Berbasis Masalah Amir31 menjelaskan bahwa ada beberapa manfaat dari pembelajaran berbasis masalah. Adapun rincian penjelasannya adalah sebagai berikut. 1). Menjadi lebih ingat dan meningkat pemahamannya atas materi ajar.
31
Ibid h. 26-29.
26
Mengapa bisa lebih ingat dan paham? Kedua hal ini ada kaitannya. Kalau pengetahuan itu didapatkan lebih dekat dengan konteks praktiknya, maka kita akan lebih ingat. Inilah yang menjelaskan, mengapa kita, kalau berada di dekat ATM, selalu lebih mudah mengingat nomor PIN kita, ketimbang kita tidak berada di sekitar ATM. Pemahaman juga begitu. Dengan konteks yang dekat, dan sekaligus melakukan deep learning (karena banyak mengajukan pertanyaan menyelidik) bukan surface learning (yang sekadar hapal saja), maka siswa akan lebih memahami materi. 2). Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan. Banyak kritik pada dunia pendidikan kita, bahwa apa yang diajarkan di kelas-kelas sama sekali jauh dari apa yang terjadi di dunia praktik. Pembelajaran berbasis masalah yang baik mencoba menutupi kesenjangan ini. Dengan kemampuan pendidik membangun masalah yang sarat dengan konteks praktik, siswa bisa ―merasakan― lebih baik konteks operasinya di lapangan. 3). Mendorong untuk berpikir. Dengan proses yang mendorong siswa untuk mempertanyakan, kritis, reflektif, maka manfaat ini bisa berpeluang terjadi. Siswa dianjurkan untuk tidak terburu-buru menyimpulkan, mencoba menemukan landasan atas argumennya, dan fakta-fakta yang mendukung alasan. Nalar siswa dilatih, dan kemampuan berpikir ditingkatkan. Tidak sekadar tahu, tapi juga dipikirkan. 4). Membangun kerja tim, kepemimpinan, dan keterampilan sosial. Karena dikerjakan dalam kelompok-kelompok kecil, maka pembelajaran berbasis masalah yang baik dapat mendorong terjadinya pengembangan kecakapan kerja tim dan kecakapan sosial. Siswa diharapkan memahami perannya dalam kelompok, menerima pandangan orang lain, bisa memberikan pengertian bahkan untuk orang-orang yang barangkali tidak mereka senangi. Keterampilan yang sering disebut bagian dari ―soft skills― ini, seperti juga hubungan interpersonal dapat mereka kembangkan. Dalam hal tertentu, pengalaman kepemimpinan juga dapat dirasakan. Mereka mempertimbangkan strategi, memutuskan, dan persuasif dengan orang lain. 5). Membangun kecakapan belajar (life-long learning skills).
27
Siswa perlu dibiasakan untuk mampu belajar terus-menerus, karena ilmu dan keterampilan yang mereka butuhkan nanti akan terus berkembang, apa pun bidang pekerjaannya. Jadi, mereka harus mengembangkan bagaimana kemampuan untuk belajar (learn how to learn). Bahkan dalam beberapa pilihan karier, seseorang harus sangat independen. Dengan struktur masalah yang agak mengembang,
merumuskannya,
serta
dengan
tuntutan
mencari
sendiri
pengetahuan yang relevan akan melatih mereka untuk manfaat ini. 6). Memotivasi siswa. Motivasi siswa, terlepas dari apa pun metode yang kita gunakan, selalu menjadi tantangan kita. Dengan pembelajaran berbasis masalah, kita punya peluang untuk membangkitkan minat dari dalam diri siswa, karena kita menciptakan masalah dengan konteks pekerjaan. Dengan masalah yang menantang,
mereka—walaupun
tidak
semua—merasa
bergairah
untuk
menyelesaikannya. Tetapi tentu saja, sebagian di antara mereka akan ada yang justru merasa kebingungan dan menjadi kehilangan minat. Di sini peran pendidik menjadi sangat menentukan.
5. Penilaian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas atau Classroom Action Research, menurut Kunandar32, yaitu penelitian tindakan yang dilakukan oleh pendidik sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau di sekolah tempat dia mengajar atau bersamasama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan, mengamati, dan merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan tertentu dalam suatu siklus. Kunandar mengatakan
bahwa tujuan utama PTK adalah
untuk
memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di kelas dan meningkatkan kegiatan nyata guru dalam kegiatan pengembangan profesinya33. Dengan kata lain, tugas 32 33
Kunandar. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rajawali Press. 2010. h. 44-45. Lihat juga Suharsimi Arikunto. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. 2009. h. 108.
28
PTK adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara berkesinambungan sehingga meningkatkan mutu hasil instruksional; mengembangkan keterampilan guru; meningkatkan relevansi; meningkatkan efisiensi; pengolahan instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru. PTK menggambarkan sebagai suatu proses yang dinamis meliputi aspek perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang merupakan langkah berurutan dalam satu siklus atau daur yang berhubungan dengan siklus berikutnya. Akar pelaksanaan PTK digambarkan dalam bentuk spiral tindakan (adaptasi Hopkins, 1993) sebagai berikut.
Suharsimi Arikunto34 secara jelas memaparkan rincian keempat aspek dari PTK tersebut. Adapun penjelasan ringkasnya adalah sebagai berikut. Pertama, perencanaan tindakan. Dalam tahap ini peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian. Peneliti membuat rencana dan
skenario
pembelajaran yang akan disajikan dalam materi penelitian. Kedua, pelaksanaan tindakan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan rencana dan skenario pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Ketiga, observasi. Observasi atau pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berlangsung. Observasi
dimaksudkan
sebagai
kegiatan
mengamati,
mengenali,
dan
mendokumentasikan semua gejala dan indiator dari proses, hasil tindakan terencana maupun efek sampingnya35.
34 35
Ibid h. 75-80. Nasution. Metode Research (Penelitian Ilmiah), Jakarta: Bumi Aksara. 2011. h. 107.
29
Selanjutnya aspek yang keempat adalah refleksi. Kegiatan refleksi dilakukan ketika peneliti sudah selesai melakukan tindakan. Hasil dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis untuk mengetahui apakah kegiatan yang dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan.
B. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian mengenai pengaruh pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning terhadap minat baca siswa SD/MI sepengetahuan penulis belum ada. Akan tetapi, ada beberapa penelitian yang relevan, yaitu penelitian mengenai pembelajaran berbasis masalah atau penelitian mengenai minat baca. Berikut ini adalah beberapa judul penelitian yang relevan tersebut. 1. Penerapan Pengajaran Kontekstual Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA Laboratotium Singaraja oleh
I Gusti Agung Nyoman
Setiawan, Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas MIPA Undiksha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan interaksi siswa dalam mengikuti pelajaran dan hasil belajar biologi bagi siswa kelas X2 SMA Laboratorium Undiksha. Adapun perbedaan penelitian I Gusti Agung Nyoman Sertiawan dengan skripsi ini adalah pada jenjang tingkat pendidikan dan mata pelajarannya. I Gusti Agung Nyoman Setiawan meneliti pada jenjang SMA sedangkan skripsi ini pada jenjang SD/MI. I Gusti Agung Nyoman Setiawan meneliti pada mata pelajaran Biologi sedangkan skripsi ini pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. 2. Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar Teori Akuntansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi Undiksha oleh Ni Made Suci, Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ilmu Sosial Undiksha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan kooperatif 1) meningkatkan aktivitas (partisipan) mahasiswa dalam KBM, 2) meningkatkan hasil belajar mata kuliah teori akuntansi, 3) mendapat respon yang positif dari mahasiswa karena pembelajaran menjadi lebih bermakna.
30
Adapun perbedaan penelitian Ni Made Suci dengan skripsi ini adalah pada Variabel36, tingkat jenjang pendidikan, dan mata pelajarannya. Variabel Ni Made Suci pada Hasil Belajar sedangkan skripsi ini pada Minat Baca. Ni Made Suci menerapkannya pada Mahasiswa sedangkan skripsi ini pada siswa SD/MI. Ni Made Suci menerapkannya pada mata pelajaran Akuntansi sedangkan skripsi ini pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. 3. Pengaruh Keterlibatan Orangtua terhadap Minat Membaca Anak Ditinjau dari Pendekatan Stres Lingkungan oleh Soejanto Sandjaja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga miskin yang mendapat dukungan sosial, mereka dapat mengatasi stres keluarga dan mau terlibat untuk menolong anak dalam membaca sehingga minat membaca anak juga meningkat. Adapun perbedaan penelitian Soejanto Sandjaja dengan skripsi ini adalah pada variabelnya. Soejanto melihat pada sisi keterlibatan orang tua dalam minat membaca anak, sedangkan skripsi ini melihat pengaruh pembelajaran berbasis masalah pada minat baca. 4. Minat Membaca pada Mahasiswa oleh Siswati, Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan mempunyai kebiasaan membaca yang lebih didominasi jenis bacaan novel. Kebiasaan bermain game online dan melihat TV mampu menghalangi minat membaca mahasiswa. Adapun perbedaan penelitian Siswati dengan skripsi ini adalah pada jenjang tingkat pendidikan dan lokasi penelitian. Siswati menerapkan pada Mahasiswa, sedangkan skripsi ini pada siswa SD/MI. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi dari Universitas Diponegoro, sedangkan skripsi ini dilakukan oleh mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah. 5. Metode Penelitian Peer Teaching dan Problem Based Learning untuk Memotivasi Sosialisasi dalam Kelas (Pada Pembelajaran Statistika) oleh Dina Mellita, Dosen Universitas Bina Darma Palembang. Hasil penelitian menunjukkan
36
Anas Sudijono. Pengantar Statistik Pendidikan, PT. Raja Grafindo, 2010. h. 36. Sementara itu, menurut Sugiyono dalam buku Statistik untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta. 2011. h. 2.
31
bahwa mahasiswa memiliki perhatian positif terhadap metode ini dan distribusi nilai untuk pelajaran statistika ini meningkat dari semester sebelumnya. Adapun perbedaan penelitian Dina Melita dengan skripsi ini adalah pada variabelnya, jika dina menggunakan pembelajaran berbasis masalah untuk memotivasi sosialisasi dalam kelas, pada skripsi ini menggunakan pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan minat baca siswa. Dan pada mata pelajarannya pun berbeda, penelitian Dina pada pelajaran statistika sedangkan skripsi ini pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
C. Kerangka Berpikir Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan minat baca masyarakatnya yang masih rendah. Situasi tersebut dapat dilihat dari beberapa hasil survei sebagaimana dimuat pada tulisan Siswati berjudul ―Minat Membaca Pada Mahasiswa‖ dalam Jurnal Psikologi Undip Vol. 8, No.2, Oktober 2010. Di antaranya survei Internasional Associations for Evaluation of Educational Achievement (IAEEA) pada tahun 1992 menyebutkan kemampuan membaca murid-murid sekolah dasar kelas IV Indonesia berada pada urutan ke-29 dari 30 negara di dunia, berada satu tingkat di atas Venezuella. Riset International Association for Evaluation of Educational Achievement (IAEEA) tahun 1996 menginformasikan bahwa kemampuan membaca siswa usia 9-14 tahun Indonesia berada pada urutan ke-41 dari 49 negara yang disurvei. Karena itu, penulis berupaya menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dalam rangka mengatasi rendahnya minat baca siswa kelas V SD/MI pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dengan demikian, diharapkan kelak mata pelajaran Bahasa Indonesia akan menjadi mata pelajaran yang menyenangkan, tidak membosankan sebagaimana anggapan kebanyakan siswa saat ini. Jika siswa sudah menyenangi mata pelajaran ini, tidak mustahil minat baca mereka akan meningkat.
32
D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian di atas, hipotesis tindakannya adalah jika penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan minat baca dalam dua siklus pembelajaran bahasa Indonesia, maka peningkatan minat baca dianggap berhasil.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sementara itu, menurut Sugiyono1, metode penelitian pendidikan adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.
A. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pamulang Permai, Jl. Bougenvile VII, Komplek Pamulang Permai, Ciputat, Tangerang Selatan. Penelitian dilakukan sejak bulan September 2013 sampai bulan Oktober 2013. Adapun pengambilan data dilakukan pada Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014, tepatnya bulan September 2013.
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas atau classroom action research, menurut Kunandar2, yaitu penelitian tindakan yang dilakukan oleh pendidik sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau di sekolah tempat dia mengajar atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan, mengamati, dan merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan tertentu dalam suatu siklus. Penelitian tindakan termasuk penelitian kualitatif walaupun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif. Penelitian tindakan berbeda dengan 1 2
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan , Bandung : Alfabeta. 2009. h. 6. Kunandar. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rajawali Press. 2010. h. 44.
33
34
penelitian formal, yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan membangun teori yang bersifat umum (general). Penelitian tindakan lebih bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi (dijadikan bersifat umum). Namun demikian hasil penelitian tindakan dapat saja diterapkan oleh orang lain yang mempunyai latar yang mirip dengan yang dimiliki peneliti. Dalam PTK, siklus merupakan ciri khas yang membedakannya dari penelitian jenis lain, karena itu siklus harus dilaksanakan secara benar. Siklus pada hakikatnya adalah rangkaian “riset-aksi-riset-aksi- …” yang tidak ada dalam penelitian biasa. Dalam penelitian biasa hanya terdapat satu riset dan satu aksi kemudian disimpulkan. Dalam PTK hasil yang belum baik masih ada kesempatan untuk diperbaiki lagi sampai berhasil. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus untuk melihat peningkatan minat baca siswa dalam mengikuti mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui pembelajaran berbasis masalah. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap pengamatan atau observasi, dan tahap refleksi. Satu siklus terdiri dari 2 pertemuan. Adapun rincian tahap dalam satu siklus sebagaimana dikatakan Kunandar3 adalah sebagai berikut. 1. Tahap Perencanaan Tahap ini adalah tahap persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan PTK. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut. a. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa. b. Membuat rencana pelaksana pembelajaran. c. Membuat media pembelajaran dalam rangka implementasi PTK. d. Uraikan alternatif-alternatif solusi yang akan dicobakan dalam rangka pemecahan masalah. e. Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK. f. Menyusun alat evaluasi pembelajaran. 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan 3
Kunandar. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rajawali Press. 2010. h. 129-130.
35
Pelaksanaan tindakan yaitu deskripsi tindakan yang akan dilakukan, skenario kerja tindakan perbaikan yang akan dikerjakan, dan prosedur tindakan yang akan diterapkan. 3. Tahap Pengamatan atau Observasi Pengamatan atau observasi adalah prosedur perekaman data mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan yang dirancang. Penggunaan instrumen yang telah disiapkan sebelumnya perlu diungkap secara rinci dan lugas, termasuk cara perekamannya. 4. Tahap Analisis dan Refleksi Tahap ini berupa uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang dilaksanakan, serta kriteria dan rencana bagi tindakan siklus berikutnya.
C. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswa Kelas V SDN Pamulang Permai, Jl. Bougenvile VII, Komplek Pamulang Permai, Ciputat, Tangerang Selatan. Adapun jumlah siswa tersebut sebanyak 40 orang yang terdiri dari 22 siswa perempuan dan 18 siswa laki-laki. Subjek penelitian yang dipilih adalah keseluruhan populasi siswa pada kelas tersebut.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian Penelitian tindakan kelas menuntut kehadiran peneliti karena pengamatan dan pengumpulan data dilakukan dalam situasi yang sebenarnya. Dalam penelitian tindakan kelas ini, pihak yang melakukan tindakan adalah peneliti sendiri dengan didampingi oleh kolaborator yakni guru Bahasa Indonesia.
E. Tahapan Intervensi Tindakan Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, peneliti terlebih dahulu menyusun tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam melakukan intervensi tindakan di kelas. Tahapan-tahapan tersebut mengikuti tahapan-tahapan yang ada dalam sebuah siklus PTK.
36
Akan tetapi, sebelum memasuki tahapan yang terdapat dalam siklus PTK, peneliti melakukan kegiatan prasiklus. Kegiatan ini berupa pengajuan angket untuk mengetahui tingkat minat baca siswa. Penyusunan pertanyaan dalam angket ini berdasarkan pendapat Bimo Walgito dalam Pengantar Psikologi Umum yang menjelaskan bahwa timbulnya minat itu dikarenakan adanya perasaan senang atau ada rasa ketertarikan terhadap objek yang dilihat, rasa suka dan terikat pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh, minat dalam diri seseorang dapat diungkapkan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa seseorang cenderung lebih menyukai suatu hal daripada hal yang lainnya, dan minat dapat dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas tertentu.4. Bentuk angket yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat minat membaca siswa yaitu berupa pernyataan dengan jawaban SS-S-KS-TS. Angket disebar 2 kali, yaitu angket pertama berisi 40 butir pernyataan lalu disebarkan kepada siswa, setelah itu dilakukan uji validitas. Dari uji validitas tersebut didapat 29 butir pernyataan yang dapat digunakan penelitian dalam menyebarkan angket ke-2.
Contoh Angket : No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
4
Pernyataan SS Membaca lebih menyenangkan daripada berlibur. Saya lebih tertarik membaca buku pelajaran daripada novel Buku cerita petualangan selalu membuat saya penasaran. Saat saya membaca, saya merasa ikut serta dalam cerita tersebut. Saya merasa senang ketika menyelesaikan membaca buku bacaan. Saya lebih tertarik ketika membaca buku drama. Saya suka membaca kumpulan puisi Chairil Anwar. Setiap minggu saya selalu pergi ke toko buku. Saya lebih sering menghabiskan waktu untuk membaca buku yang saya miliki.
S
KS
TS
Dwi Sunar Prasetyono. Rahasia Mengajarkan Gemar Membaca pada Anak Sejak Dini. Jakarta: Think. 2008. h. 51-52.
37
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Saya suka menabung untuk membeli buku bacaan. Setiap minggu pasti saya sudah membaca sebuah buku cerita petualangan. Saya suka bertukar buku bacaan dengan teman. Setiap buku koleksi saya selalu saya beri label nama dan sampul plastik. Saya lebih suka membaca daripada bermain. Saya lebih cenderung membaca daripada menonton televisi setiap malamnya. Saya lebih suka dibelikan buku bacaan daripada mainan. Saya lebih suka menghabiskan waktu dengan membaca buku daripada tidur. Saya lebih suka membaca buku pelajaran daripada novel. Membaca buku cerita lebih menyenangkan daripada menulis cerita. Buku dongeng lebih saya sukai karena kisahnya selalu memberikan nasihat yang baik. Membaca buku saat santai lebih saya sukai daripada menonton tv. Saya lebih suka mengoleksi buku bacaan daripada mainan Saya membaca selama 180 menit dalam sehari. Saya lebih suka merawat koleksi buku bacaan daripada merawat mainan. Saya suka membaca kumpulan cerpen dan puisi di internet. Saya senang bergabung dengan kelompok membaca Saya lebih senang pergi ke toko buku daripada ke mall. Saya sering meminjam buku di perpustakaan sekolah. Saya sering ikut pembacaan cerpen di FLP (Forum Lingkar Pena).
Keterangan : SS = sangat setuju S = setuju KS = kurang setuju TS = tidak setuju
38
Dalam penelitian ini tindakan pembelajaran yang akan dilakukan peneliti dibagi dalam beberapa siklus.
1. Tahap Perencanaan Pertama, peneliti bersama guru berkolaborasi menentukan masalah yang akan diajukan kepada siswa. Masalah ini harus berhubungan dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang dianggap menyulitkan siswa untuk memahami materi yang disampaikan guru. Kemudian diketahui bahwa siswa-siswa sangat lemah dalam hal memahami teks bacaan. Kelemahan ini disebabkan rendahnya minat baca siswa saat mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia. Padahal, menurut Wigfield dan Guthrie5, anak-anak SD yang memiliki minat membaca rendah akan rendah pula prestasi belajarnya. Karena itu, standar kompetensi yang dipilih adalah standar kompetensi Membaca dengan rincian “memahami teks dengan membaca sekilas, membaca memindai, dan membaca cerita anak”. Adapun kompetensi dasar yang dipilih adalah “menemukan informasi secara cepat dari berbagai teks khusus (kamus, buku petunjuk telepon, jadwal perjalanan, daftar susunan acara, daftar menu, dll.) yang dilakukan melalui membaca memindai”. Menurut Umri Nuraini dkk6, membaca memindai adalah membaca yang dilakukan secara cepat. Tujuan membaca memindai adalah untuk memahami isi bacaan dengan cepat. Jadi, meskipun dilakukan secara cepat, pembaca memindai tetap harus memahami isi bacaan. Membaca memindai sering digunakan untuk membaca kamus, jadwal perjalanan, daftar nomor telepon, daftar isi, indeks, daftar susunan acara, daftar menu, ensiklopedia, dan tulisan berjalan pada layar televisi. Karena itu, indikator yang diharapkan adalah sebagai berikut. a. Siswa dapat membaca teks dengan cepat.
5
Wigfield dan Guthrie dalam Soejanto Sandjaja. Pengaruh Keterlibatan Orangtua terhadap Minat Membaca Anak Ditinjau dari Pendekatan Stres Lingkungan. (jurnal no.2 tahun 2012). 6 Umri Nur’aini dkk. Bahasa Indonesia untuk SD Kelas 5. Jakarta: Pusat Perbukuan. 2008. h. 109.
39
b. Siswa dapat menemukan kata-kata penting dalam wacana dengan menggunakan kamus. c. Siswa dapat menyampaikan kembali informasi yang didapat melalui membaca memindai. Kedua, setelah mengetahui masalah yang akan disampaikan kepada siswa, peneliti bersama guru menyiapkan alternatif-alternatif solusi yang akan dicobakan dalam rangka pemecahan masalah. Alternatif-alternatif itu diwujudkan dalam bentuk permainan kelompok yang bertujuan membangkitkan minat baca siswa. Adapun alternatif-alternatif tersebut adalah sebagai berikut. a. Permainan membaca cepat7 dengan menentukan batas waktu tertentu. Permainan ini bertujuan melatih siswa untuk membaca cepat. Membaca cepat sangat diperlukan saat siswa hendak mengerjakan soal-soal berbentuk wacana. Akan tetapi, penilaian atas permainan ini bukan hanya kecepatan membaca, melainkan juga intonasi dan pelafalan kalimat yang tepat. b. Permainan mencari harta karun, yaitu permainan mencari gagasan utama, definisi sebuah kata, kata berimbuhan, kata sifat, kata ganti, dan hal penting lainnya dalam wacana. Permainan ini bertujuan melatih siswa untuk memahami teks bacaan, mengingat kembali apa yang dibaca, dan mencatat halhal penting dalam bacaan. Permainan ini bermanfaat saat siswa menjawab pertanyaan berdasarkan wacana yang dibaca. c. Permainan mengisi Teka-Teki Silang, yaitu permainan mencari kata yang tepat sesuai dengan kalimat yang rumpang. Permainan ini bertujuan melatih siswa mengasah kemampuan berbahasa dengan memahami konteks kalimat. Permainan ini berguna bagi siswa untuk memahami makna tersirat (gramatikal) maupun tersurat (leksikal) dalam sebuah wacana. Dalam kaitannya dengan minat, beberapa permainan di atas bertujuan untuk menghidupkan faktor-faktor personal yang dapat menimbulkan minat baca siswa. Adapun faktor-faktor personal yang akan dihidupkan adalah kemampuan
7
Tentang kendala dan cara membaca cepat bisa dilihat di Soedarsono. Sistem Membaca Cepat dan Efektif, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2001
40
membaca, inteligensi (kecerdasan), sikap, dan kebutuhan psikologis (merasa dihargai). Ketiga, peneliti dan guru menentukan rencana kerja penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan.
Tabel 1. Rencana Kerja Penelitian Tindakan Kelas
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Kegiatan
Bulan Desember
September
Oktober
November
Desember
Penyusunan proposal Pelaksanaan siklus 1 Pelaksanaan siklus 2 Tabulasi dan analisis data Penyusunan laporan PTK Seminar hasil PTK Perbaikan laporan PTK Penjilidan 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan Peneliti bersama guru berkolaborasi dalam melaksanakan pembelajaran yang telah direncanakan, sekaligus melakukan pengamatan baik pada aktivitas siswa maupun aktivitas guru. Adapun pelaksanaan tindakan awal dalam tahap ini adalah sebagai berikut. a. Guru memaparkan secara singkat perihal wacana, bagaimana “memahami wacana, mencari gagasan utama dan informasi penting dari sebuah wacana, serta membaca cepat sebuah wacana” yang selama ini menjadi masalah bagi siswa. b. Peneliti memberikan tugas berdasarkan pemaparan singkat yang sudah diberikannya. Tugasnya berupa permainan kelompok, yaitu Permainan
41
Membaca Cepat, Permainan Mencari Harta Karun, dan Permainan Mengisi Teka-Teki Silang (TTS). c. Peneliti dan guru membagi siswa-siswa di kelas ke dalam beberapa kelompok. d Setiap kelompok mendapat sebuah wacana (siklus 1) dan kamus (siklus 2) yang sama dengan kelompok lainnya. Pada siklus pertama diberikan wacana yang berisi kisah sukses seorang tokoh yang bersifat inspiratif. Tema ini sengaja dipilih untuk membangkitkan minat baca siswa. Pada siklus kedua diberikan beberapa halaman kamus yang nanti akan ditanyakan beberapa definisi istilah di dalamnya. Hal ini dalam upaya membiasakan peserta didik membaca kamus. e. Setiap kelompok menentukan siapa pembaca wacana dalam Permainan Membaca Cepat, siapa pencari harta karun dalam Permainan Mencari Harta Karun, dan siapa pemain TTS dalam Permainan Mengisi TTS. f. Peneliti dan guru memberi waktu untuk tiap kelompok mempersiapkan diri. Pada pertemuan-pertemuan berikutnya baru diadakan permainan-permainan tersebut.
3. Tahap Pengamatan atau Observasi Tindakan pada tahap pengamatan didominasi oleh data-data hasil pengukuran terhadap respons siswa, menggunakan berbagai instrumen yang telah disiapkan. Penggunaan instrumen yang telah disiapkan sebelumnya perlu diungkap secara rinci dan lugas, termasuk cara perekamannya. Peneliti bersama guru berkolaborasi dalam mencatat semua kejadian yang terjadi selama proses pembelajaran untuk digunakan sebagai sumber dan pengolahan data. Perwakilan setiap kelompok yang berjumlah tiga orang maju ke depan secara bergiliran dalam ajang Permainan Membaca Cepat. Pertama-rama seorang perwakilan kelompok pertama membacakan wacana (siklus 1) dan beberapa halaman kamus (siklus 2) dalam waktu lima menit. Peneliti dan guru mencatat sampai mana teks bacaan yang dibaca dalam waktu lima menit tadi. Selain itu, peneliti dan guru juga mencatat ketepatan intonasi, kejelasan ucapan atau pelafalan, ketenangan membaca, dan penguasaan
42
bacaan. Mereka juga mencatat siapa saja yang aktif mengikuti pembacaan wacana tadi. Kemudian seorang anggota kelompok lainnya menjadi pembicara dalam ajang Permainan Mencari Harta Karun. Setiap kelompok memaparkan hal-hal penting yang ditemukan dalam wacana yang mereka baca, seperti gagasan utama, definisi istilah, kata berimbuhan, kata sifat, kata ganti, dan hal penting lainnya. Setelah itu kelompok peserta mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan bagian-bagian penting tersebut dan kelompok presentasi wajib menjawabnya dengan benar. Pemenang permainan ini adalah mereka yang paling banyak memaparkan hal-hal penting yang ditemukan dalam wacana serta mampu menjawab berbagai pertanyaan peserta diskusi dengan benar. Sementara itu, peneliti dan guru mencatat ketepatan hal-hal penting yang dipaparkan kelompok presentasi. Mereka juga mencatat tanya jawab yang terjadi, kerja sama anggota kelompok, serta keterlibatan siswa lain dalam diskusi tersebut. Pada akhirnya perwakilan setiap kelompok yang terdiri dari tiga orang tadi mengikuti ajang Permainan Mengisi TTS. Peneliti dan guru memberikan beberapa lembar TTS kosong yang berisi soal yang harus dijawab perwakilan kelompok dalam waktu lima menit. Mereka yang paling cepat mengisi TTS dalam jumlah banyak dengan benar akan ditetapkan sebagai pemenang. Sementara itu, peneliti dan guru mencatat kecepatan dan ketepatan siswa dalam mengisi TTS. Kelompok tercepat berhak dinilai lebih dahulu hasil pekerjaannya. Kemudian diikuti kelompok-kelompok lainnya sesuai urutan. Kecepatan dan ketepatan mengisi TTS ini berguna untuk membangkitkan insting bahasa siswa dalam memahami makna gramatikal, yaitu makna yang sesuai dengan konteks kalimat, pada sebuah wacana. Lembar observasi siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
No I
Kegiatan Siswa yang Diamati KEGIATAN PENDAHULUAN 1. Memberikan respon terhadap pertanyaan atau instruksi yang diberikan
Skor 1 2
3
4
5
43
II A
B.
C
III
oleh guru. 2. Memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN Eksplorasi 1. Ikut serta secara aktif dalam proses penyelesaian masalah bersama-sama dengan guru. 2. Mengikuti instruksi-instruksi yang diberikan oleh guru Elaborasi 1. Aktif bekerja dalam kelompok. 2. Partisipasi siswa dalam memberi masukan dan saran ketika melakukan kegiatan penyelesaian masalah dalam kelompoknya. 3. Kerja sama antar siswa dalam kelompok ketika menyajikan dan melaporkan hasil karya atau diskusinya. 4. Memberikan tanggapan dan respon terhadap penyajian hasil karya kelompok lainnya. Konfirmasi 1. Partisipasi siswa pada kegiatan koreksi, refleksi, dan evaluasi terhadap hasil penyelesaian masalah yang telah dilakukan. KEGIATAN PENUTUP 1. Keikutsertaan siswa dalam proses penarikan kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Adapun tahap pengamatan selanjutnya ialah pengamatan/pengukuran
terhadap aktivitas guru/peneliti dalam mengajar. Lembar observasi guru dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
No
Kegiatan Guru yang Diamati
I
KEGIATAN PENDAHULUAN 1. Persiapan ruang, alat, dan media pembelajaran. 2. Memeriksa kesiapan siswa untuk belajar.
Skor 1 2
3
4
5
44
II A
B
C.
3. Kegiatan appersepsi yang dilakukan. 4. Menyampaikan tujuan pembelajaran. KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN Penguasaan Terhadap Materi Pelajaran 1. Penguasaan materi yang diajarkan. 2. Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan sebelum pemberian materi pelajaran. 3. Penjelasan materi pelajaran kepada siswa secara rinci. 4. Mengaitkan materi pelajaran dengan realitas kehidupan. 5. Pengajuan masalah aktual dan terkini kepada siswa. Penggunaan Model, Pendekatan, Metode, dan Strategi Pembelajaran 1. Melaksanakan pembelajaran secara runtut sesuai dengan RPP yang telah dibuat. 2. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan lokasi waktu yang direncanakan. 3. Kesesuaian penerapan model PBM dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan. 4. Melakukan pendekatan pembelajaran yang melibatkan keaktifan dan partisipasi siswa. 5. Ketepatan penggunaan metode dan strategi pembelajaran dengan model pembelajaran yang diterapkan. Penguasaan / Pengelolaan Kelas 1. Pengkondisian siswa untuk belajar secara rapi dan tertib baik dalam bentuk kelompok maupun individual. 2. Memacu siswa untuk belajar secara berkelompok. 3. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa melalui interaksi guru, siswa, dan sumber belajar. 4. Membimbing dan membantu siswa dalam bersikap cermat dan kritis sehingga dapat memahami konsep
45
D
III
yang dipelajari. 5. Pemberian respon dan feedback terhadap partisipasi aktif siswa. Penilaian Proses dan Hasil Belajar 1. Memantau kemajuan belajar perindikator pencapaian. 2. Melakukan penilaian akhir berdasarkan kompetensi yang telah dilakukan. 3. Ketepatan penggunaan alat evaluasi dengan indikator dan kompetensi yang hendak dicapai. KEGIATAN PENUTUP 1. Melakukan refleksi atau penarikan kesimpulan dengan melibatkan siswa. 2. Pemberian motivasi kepada siswa untuk mempersiapkan diri atas pertemuan pembelajaran selanjutnya.
4. Tahap Analisis dan Refleksi Tahap ini berupa uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang dilaksanakan, serta kriteria dan rencana bagi tindakan siklus berikutnya. Peneliti menggunakan data yang telah terkumpul untuk mendapatkan gambaran tentang hasil tindakan yang telah dilakukan. Data tersebut kemudian dipadukan dan dianalisis. Setiap akhir pembelajaran tatap muka dilakukan penilaian formatif. Setiap akhir siklus besar dilakukan penilaian akhir siklus. Di setiap akhir siklus baik siklus kecil maupun siklus besar, peneliti dan guru melakukan diskusi untuk mengevaluasi proses pembelajaran yang telah dilakukan serta untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pada setiap pembelajaran sehingga bisa diperbaiki pada siklus selanjutnya.
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan Peneliti mengharapkan minat baca siswa meningkat dengan membaca jenis wacana yang inspiratif, mengikuti permainan antar kelompok yang merangsang jiwa siswa untuk berkompetisi, dan merasakan pembelajaran yang
46
menyenangkan. Minat baca ini dapat terindikasi dalam peran aktif siswa pada kegiatan permainan secara keseluruhan, terutama dalam kerja sama kelompok, berdiskusi, bertanya dan menjawab pertanyaan, serta menyelesaikan tugas dengan cepat dan tepat. Minat baca juga terindikasi dalam hasil tes siswa pada setiap akhir siklus yang terus meningkat.
G. Data dan Sumber Data 1. Data Data yang akan digunakan pada penelitian ini berupa hal-hal berikut. a. Data tes awal, yaitu angket tentang minat baca siswa. b.Data tentang aktivitas siswa merupakan hasil pengamatan pada saat dilaksanakan tindakan, diambil dengan menggunakan lembar observasi pada setiap siklus. c. Data tentang aktivitas guru yang merupakan hasil pengamatan pada saat dilaksanakan tindakan. d. Data lapangan, yaitu mencatat seluruh perubahan dalam proses kegiatan belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas. e. Data hasil belajar siswa, merupakan hasil ulangan harian kepada seluruh siswa pada setiap akhir siklus dan tes akhir belajar diakhir penelitian. f. Dokumentasi aktivitas siswa.
2. Sumber Data Sumber data pada penelitian ini adalah siswa, guru, dan peneliti yang bertindak sebagai pelaksana penelitian.
H. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen pengumpulan data terdiri dari hal-hal berikut ini. 1. Angket untuk mengetahui minat baca siswa. 2. Lembar observasi pengamatan tingkah laku siswa setiap siklus. 3. Lembar observasi pengamatan guru setiap siklus. 4. Lembar tes akhir setiap siklus setelah menggunakan PBM.
47
5. Dokumentasi hasil data lapangan.
I. Teknik Pengumpulan Data Data yang akurat bisa diperoleh jika proses pengumpulan data tersebut dipersiapkan dengan matang. Dalam penelitian akan dipergunakan beberapa tata cara untuk mengumpulkan data selama proses penelitian. 1. Observasi. Cara ini digunakan peneliti agar data yang diinginkan dapat diperoleh sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti partisipatif. Peneliti partisipatif maksudnya ialah peneliti yang terlibat secara langsung dan bersifat aktif dalam turut serta mengumpulkan data yang diinginkan. Peneliti
kadang-kadang
mengarahkan
objek
yang
diteliti
untuk
melaksanakan tindakan yang mengarah pada data yang ingin diperoleh oleh peneliti. Observasi aktivitas kelas dilaksanakan oleh peneliti ketika mengajar di kelas dengan menggunakan metode Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran. Selain itu, untuk mengatasi kejenuhan siswa, materi diajarkan dengan beraneka permainan yang menyenangkan siswa. Penyajian materi dengan gaya menyenangkan ini merupakan upaya meningkatkan minat baca siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia yang selama ini dikenal membosankan mereka. Dengan demikian, siswa menjadi tertarik dan mengikuti pelajaran dengan rasa senang. 2. Angket. Subjek penelitian ini adalan guru atau peneliti yang langsung mengajar, sedangkan objeknya adalah siswa di kelas yang mendapatkan pengajaran di kelas. Pengumpulan data dengan angket ini dilakukan peneliti sebelum dan pada saat pembelajaran berlangsung. Angket ini langsung diberikan kepada siswa untuk diisi. Tujuan pembagian angket ini adalah untuk mengetahui seberapa besar minat
48
membaca siswa kelas V sebelum dan sesudah penerapan pembelajaran berbasis masalah dalam proses pembelajaran 3. Dokumentasi. Peneliti dapat memperoleh data siswa dan sekolah dari dokumen sekolah tersebut. Peneliti bisa meminta dari sekolah supaya hasil dari data yang diperoleh peneliti benar-benar valid dan relevan dengan keadaan yang sebenarnya.
J. Analisis Data dan Interpretasi Data Analisis data merupakan salah satu langkah penting untuk memperoleh temuan-temuan hasil riset (penelitian).8 Dari penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa data yang terkumpul terdiri dari hasil observasi aktivitas siswa sebagai indikator keaktifan siswa, hasil observasi aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran berbasis masalah menggunakan permainan dan hasil belajar yang berupa nilai tes setiap akhir siklus sebagai indikator pemahaman siswa terhadap konsep yang disampaikan. Adapun langkah-langkah pengolahan data yang terkumpul dari setiap siklus adalah sebagai berikut. a.
Menganalisis data hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan setiap siklus dengan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang hanya menggunakan paparan sederhana.
b.
Menentukan rata-rata dari seluruh siswa yang mengikuti tes. 1) Penskoran terhadap siswa ketika menceritakan kembali isi wacana inspiratif. 2) Ketika menyimpulkan cerita dan apabila bagus diberi nilai 80 dengan rumus : Total Skor : Jumlah Skor yang Didapat Siswa Jumlah Aspek Penilaian
3) Tingkat keberhasilan siswa berdasarkan skor tes yang diperoleh ditetapkan dalam nilai dengan menggunakan rumus; 8
Mohammad Ali, Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan Penelitian, Bandung: Pustaka Cendikia Utama. 2010. h. 321.
49
Nilai Akhir (NA) = Jumlah Skor yang didapat siswa Skor Maksimum
X 100
Selanjutnya dihitung nilai rata-rata, rumus yang digunakan; Nilai rata-rata (x) = Jumlah Skor Seluruhya Jumlah Seluruh Siswa
Berdasarkan perolehan nilai, tingkat keberhasilan belajar siswa ditetapkan seperti dalam tabel berikut9.
Tabel 2 : Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa Nilai Siswa
Kategori Prestasi Belajar
81-100%
Sangat Baik
61-80%
Baik
41-60%
Cukup
21-40%
Kurang
K. Pengembangan Perencanaan Tindakan Dalam penelitian ini, jika siklus dinilai sudah ada peningkatan minat membaca siswa, maka penelitian akan dihentikan. Mengenai tindak lanjutnya, akan diserahkan kepada guru yang bersangkutan untuk terus mengembangkan teknik ini dalam perencanaan tindakan selanjutnya.
9
Tabel tingkat keberhasilan belajar siswa ini berdasarkan penjelasan Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin Abdul Jabar dalam Evaluasi Program Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara. 2007. h. 18.
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan 1. Profil Sekolah Lokasi SDN Pamulang Permai terletak di Jl. Bougenville VII Blok A.43 Perumahan Pamulang Permai, Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang Tangerang Selatan. Menurut Bapak Drs. Arsin selaku Kepala SDN Pamulang Permai, SD ini berdiri pada tahun 1990. Sekolah yang mulai dirintis tahun 1990 ini memiliki visi yaitu terciptanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, beriman dan berakhlak Mulia. Pada awalnya SDN Pamulang Permai merupakan bagian (kelas jauh) dari SDN Pamulang 3 yang terletak di Jl. Raya Pamulang. Namun seiring dengan berjalannya waktu dan meningkatnya jumlah siswa dari tahun ke tahun, SDN Pamulang 3 terbagi menjadi dua yakni SDN Pamulang 3 itu sendiri dan SDN Pamulang Permai sebagai sekolah kedua. SDN Pamulang Permai berdiri dengan 4 bangunan utama, yakni 3 ruang kelas (kelas 1, 2, 3) dan 1 ruang kantor guru. Kemudian dari tahun ke tahun siswa peminat SDN Pamulang Permai semakin bertambah. Karena bertambahnya siswa itu SDN Pamulang Permai mulai mengalami renovasi bangunan sejak tahun 1996 hingga kini pada tahun 2013 ruang kelas SDN Pamulang Permai telah mencapai 10 ruang kelas, 1 ruang kantor guru, 1 ruang laboratorium komputer, 1 mushala, 1 ruang seni musik dan 2 toilet siswa. SDN Pamulang Permai kini menjadi sekolah inti gugus tiga (03) Kelurahan Pamulang Barat – Kecamatan Pamulang.
a. Data Sekolah 1.
Nama Sekolah
: SDN Pamulang Permai
2.
Status Sekolah
: Negeri
3.
NSS
: 101280309015
4.
NPSN
: 20604502
5.
Akreditasi
:A
50
51
6.
Alamat Sekolah
: Jl. Bougenville VII Blok A 43 Kel.
Pamulang
Barat
–
Kec.
Pamulang Telp. (021) 7497356 Kode Pos 14517 7.
Tahun Pendirian/Operasional
: 1990
8.
Wilayah Sekolah
: Perkotaan
9.
Jarak Sekolah ke UPTD
: 1 km
10.
Gugus Sekolah
: 03 (tiga)
11.
Jenis Gugus Sekolah
: Sekolah Inti
12.
Status Tanah
: Pemerintah
13.
Hak Tanah
: Hak Pakai
14.
Luas Tanah Seluruhnya
15.
Luas Tanah yang Tersedia
: 2400 m2 : 2400 m2
b. Visi, Misi, dan Tujuan 1).Visi Terciptanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang Berkualitas, Beriman dan Berakhlak Mulia.
2). Misi Menanamkan sikap disiplin Menciptakan peserta didik yang kreatif, mandiri dan bertanggung jawab Menumbuhkan minat belajar siswa untuk meraih prestasi Mewujudkan peserta didik yang berwawasan Keimanan dan Ketakwaan Mewujudkan kepribadian siswa yang berbudi pekerti luhur
3). Tujuan Sekolah a). Tujuan Umum
Peserta didik disiplin baik di sekolah maupun di lingkungannya, sehingga
mampu memanfaatkan dan menghargai pentingnya waktu dan peraturan yang diketahuinya.
52
Dengan tingkat kedisiplinan yang tinggi peserta didik menjadi terampil,
kreatif dan mandiri dalam mengembangkan sistem pembelajaran di sekolah maupun pembelajaran karya wisata (outing class) yang berwawasan lingkungan.
Peseta didik yang kreatif dan mandiri dapat menumbuhkan kualitas sdm dan
prestasi.
Kualitas SDM yang memadai harus diimbangi oleh kekuatan keimanan dan
ketakwaan.
Keseimbangan kekuatan sdm dan imtak peserta didik dapat mewujudkan sikap
peserta didik yang berbudi luhur dan solidaritas sehingga dapat menciptakan kekuatan rasa persaudaraan dan kekeluargaan.
b). Tujuan Khusus 4 Tahunan
Meningkatkan nilai KKM pada setiap tahun pembelajaran, prestasi siswa dan
nilai UASBN sebesar 2,4 point mata pelajaran matematika dari 4,5 pada tahun 2010 menjadi 6,9 pada tahun 2014 dan 2,8 point mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPA dari 4,8 pada tahun 2010 menjadi 7,6 pada tahun 2014, berdasarkan target sekolah pada akhir tahun.
Siswa dapat membaca, memahami, dan mengamalkan kitab suci sesuai
dengan ajaran agama yang dianutnya.
Siswa menguasai dan lancar berbahasa Arab pada kelas V dan VI sesuai
dengan target kurikulum.
Siswa dapat memahami CALISTUNG pada tingkat kelas II (Dua).
Potensi akademik dan non akademik yang dimiliki siswa dapat berkembang
secara optimal.
Siswa terampil dalam melakukan salah satu cabang olahraga, dan terampil
memainkan salah satu alat musik.
Membangun Ruang UKS dan Sanggar Pramuka.
Mengadakan penghijauan dan kantin sehat menuju sekolah sehat.
Tersedianya sarana olahraga dan kesenian yang memadai.
Tersedianya sarana komputer sebanyak 20 unit lengkap.
53
Mengupayakan proses KBM lebih baik dalam menaikan nilai KKM dan
meminimalisir angka siswa mengulang dari 8% sampai dengan 2% dan angka putus sekolah 0%.
Meningkatnya prestasi siswa bidang kesenian dan olahraga sampai tingkat
Kota Tangerang Selatan dan Propinsi Banten.
Meningkatnya prestasi siswa bidang akademik sampai tingkat Kota Tangerang
Selatan
Terpenuhinya seragam sekolah untuk siswa dari keluarga kurang mampu.
Mengupayakan peran serta aktif komite sekolah dan menyusun tata tertib
komite melalui AD dan ART Komite Sekolah. c. Guru dan Tenaga Kependidikan
N O
MATA PELAJARAN
KL S
JML ROMBE L
1
Pendidikan Agama Islam (untuk sekolah umum)
2
Pendidikan Kewarganegaraa n (PKn)
1 2 3 4 5 6 1
2 2 2 2 2 2 2
2
2
3
2
4
2
5
2
6
2
NAMA GURU PENGAMPU Ida Djubaedah, S.Pd. I Ida Djubaedah, S.Pd. I Ida Djubaedah, S.Pd. I Ida Djubaedah, S.Pd. I Ida Djubaedah, S.Pd. I Ida Djubaedah, S.Pd. I a. Wiwit Roslina, S.Pd. I b. Aniqotul Milah, S.Pd a. Ninik Fitriyanti, S.Pd b. Farhah Nurmilah, S.Pd. I a. Aas Suhastini, S.Pd. SD b. Neneng Ernawati, S.Pd a. Munsi, S.Pd b. Sanin Sofian, S.Pd a. Siti Aisyah, S.Pd b. Sugeng, S.Pd a. Ramli Syarifudin, S.Pd b. Hj. Risyanti Wardah,
TAHUN PEND. MULAI TERAK MENGAJA HIR R S1 2010 S1 2010 S1 2010 S1 2010 S1 2010 S1 2010 S1 2011 S1 2007 S1 S1
2007 2004
S1 S1
2008 2008
S1 S1 S1 S1 S1 S2
2001 2011 2008 2011 1991 2004
54
3
4
5
Bahasa Indonesia
Matematika
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
1
2
2
2
3
2
4
2
5
2
6
2
1
2
2
2
3
2
4
2
5
2
6
2
1
2
2
2
3
2
M.Si a. Wiwit Roslina, S.Pd. I b. Aniqotul Milah, S.Pd a. Ninik Fitriyanti, S.Pd b. Farhah Nurmilah, S.Pd. I a. Aas Suhastini, S.Pd. SD b. Neneng Ernawati, S.Pd a. Munsi, S.Pd b. Sanin Sofian, S.Pd a. Siti Aisyah, S.Pd b. Sugeng, S.Pd a. Ramli Syarifudin, S.Pd b. Hj. Risyanti Wardah, M.Si a. Wiwit Roslina, S.Pd. I b. Aniqotul Milah, S.Pd a. Ninik Fitriyanti, S.Pd b. Farhah Nurmilah, S.Pd. I a. Aas Suhastini, S.Pd. SD b. Neneng Ernawati, S.Pd a. Munsi, S.Pd b. Sanin Sofian, S.Pd a. Siti Aisyah, S.Pd b. Sugeng, S.Pd a. Ramli Syarifudin, S.Pd b. Hj. Risyanti Wardah, M.Si a. Wiwit Roslina, S.Pd. I b. Aniqotul Milah, S.Pd a. Ninik Fitriyanti, S.Pd b. Farhah Nurmilah, S.Pd. I a. Aas Suhastini, S.Pd. SD b. Neneng Ernawati,
S1 S1
2011 2007
S1 S1
2007 2004
S1 S1
2008 2008
S1 S1 S1 S1 S1 S2
2001 2011 2008 2011 1991 2004
S1 S1
2011 2007
S1 S1
2007 2004
S1 S1
2008 2008
S1 S1 S1 S1 S1 S1
2001 2011 2008 2011 1991 2004
S1 S1
2011 2007
S1 S1
2007 2004
S1 S1
2008 2008
55
6
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
7
Seni Budaya dan Keterampilan (SBK)
8
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.
4
2
5
2
6
2
1
2
2
2
3
2
4
2
5
2
6
2
1 2 3 4 5 6 1
2 2 2 2 2 2 2
2
2
3
2
4
2
5
2
6
2
S.Pd a. Munsi, S.Pd b. Sanin Sofian, S.Pd a. Siti Aisyah, S.Pd b. Sugeng, S.Pd a. Ramli Syarifudin, S.Pd b. Hj. Risyanti Wardah, M.Si a. Wiwit Roslina, S.Pd. I b. Aniqotul Milah, S.Pd a. Ninik Fitriyanti, S.Pd b. Farhah Nurmilah, S.Pd. I a. Aas Suhastini, S.Pd. SD b. Neneng Ernawati, S.Pd a. Munsi, S.Pd b. Sanin Sofian, S.Pd a. Siti Aisyah, S.Pd b. Sugeng, S.Pd a. Ramli Syarifudin, S.Pd b. Hj. Risyanti Wardah, M.Si Masni, S.Pd Masni, S.Pd Masni, S.Pd Masni, S.Pd Masni, S.Pd Masni, S.Pd Usep Ajat Sudrajat, S.Pd Usep Ajat Sudrajat, S.Pd Usep Ajat Sudrajat, S.Pd Usep Ajat Sudrajat, S.Pd Usep Ajat Sudrajat, S.Pd Usep Ajat Sudrajat, S.Pd
S1 S1 S1 S1 S1 S1
2001 2011 2008 2011 1991 2004
S1 S1
2011 2007
S1 S1
2007 2004
S1 S1
2008 2008
S1 S1 S1 S1 S1 S1
2001 2011 2008 2011 1991 2004
S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
2009 2009 2009 2009 2009 2009 1993
S1
1993
S1
1993
S1
1993
S1
1993
S1
1993
56
9
Bahasa Inggris
10
TIK
11
BP/BTQ
1
2
2
2
3
2
4
2
5
2
6
2
1
2
2
2
3
2
4 5 6 1 2 3 4 5 6
2 2 2 2 2 2 2 2 2
Ikhwan S. El Jandara, SS Ikhwan S. El Jandara, SS Ikhwan S. El Jandara, SS Ikhwan S. El Jandara, SS Ikhwan S. El Jandara, SS Ikhwan S. El Jandara, SS Fadlun Khairuman Syah Fadlun Khairuman Syah Fadlun Khairuman Syah Sofi Apriyanti, S. Kom Sofi Apriyanti, S. Kom Sofi Apriyanti, S. Kom Abdul Muslim, S.Pd. I Abdul Muslim, S.Pd. I Abdul Muslim, S.Pd. I Abdul Muslim, S.Pd. I Abdul Muslim, S.Pd. I Abdul Muslim, S.Pd. I
S1
2010
S1
2010
S1
2010
S1
2010
S1
2010
S1
2010 2010 2010 2010
S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010
d.Keadaan Siswa Uraian
AKHIR BULAN LALU MASUK BULAN INI KELUAR BULAN INI AKHIR BULAN INI
I Bag. L P 63 52
II Bag. L P 41 48
III Bag. L P 47 58
IV Bag. L P 55 50
V Bag. L P 31 66
VI Bag. L P 52 40
Jumlah Bag. L P 289 314
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
63
52
41
48
47
58
55
50
31
66
52
40
289
314
57
JUMLAH SEMUA USIA >= 6 Tahun USIA 7 Tahun USIA 8 Tahun USIA 9 Tahun USIA 10 Tahun USIA 11 Tahun USIA 12 Tahun USIA >= 13 Tahun Keluarga Mampu Keluarga Sedang Keluarga Tidak Mampu Drop Out Bulan ini CEK KONTRO L
115
89
105
105
97
92
603
63
52
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
63
52
115
-
-
31
39
-
-
-
-
-
-
-
-
31
39
70
-
-
10
9
41
50
-
-
-
-
-
-
51
59
110
-
-
-
-
6
8
42
51
-
-
-
-
58
49
107
-
-
-
-
-
-
3
9
20
22
-
-
23
31
54
-
-
-
-
-
-
-
-
11
40
35
38
46
78
124
-
-
-
-
-
-
-
-
-
4
17
2
17
6
23
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0
21
7
5
7
11
9
13
7
9
13
9
5
68
48
116
35
41
33
35
33
45
36
40
20
48
37
33
192
242
436
7
4
3
6
3
4
6
3
2
5
6
2
27
24
51
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
63
52
41
48
47
58
55
50
31
66
52
40
603
No 1 2 3 4 5
Sarana Pendukung Masjid/musholla Perpustakaan Lapangan Olahraga Alat-alat Kesenian Alat-alat Keterampilan Laboratorium MIPA Laboratorium Komp
e.Sarana dan Prasarana No 1 2 3 4 5 6 7
Sarana Pendukung Pramuka Palang Merah Pengajian Siswa/ Lembaga Dakwah Siswa Bulletin/ Majalah Sekolah Seni Musik Seni Lukis/ Kaligrafi Olahraga (termasuk beladiri)
Ket √ √ √
6 7
Ket √ √ √ √ √ √
58
Nama Perkakas
Kursi tamu Meja anak didik Kursi anak didik Meja guru Kursi guru Lemari Rak buku Papan tulis
Kondisi Baik Rusak Ringan 1 set 1 set 100 bh. 100 bh. 103 bh. 100 bh. 10 bh. 3 bh. 10 bh. 3 bh. 4 bh. 2 bh. 5 bh. 2 bh. 5 bh. 2 bh.
Berat 1 set 20 bh. 33 bh. 3 bh. 3 bh. 4 bh. 3 bh. 3 bh.
Kebutuhan Jumlah Seharusnya
Kurang
2 set 220 bh. 230 bh. 16 bh. 16 bh. 10 bh. 10 bh. 10 bh.
1 set 20 bh. 20 bh. 5 bh. 5 bh. 5 bh. -bh. -bh.
3 set 350 bh. 350 bh. 15 bh. 15 bh. 15 bh. 10 bh. 10 bh.
2. Penelitian Pendahuluan Sebelum kegiatan penelitian dilakukan, peneliti terlebih dahulu meminta izin Kepala Sekolah SDN Pamulang Permai untuk melakukan penelitian. Peneliti juga menemui wali kelas V untuk meminta izin melakukan penelitian di kelas tersebut. Pada tanggal 24 September 2013 peneliti mulai melakukan observasi. Observasi yang dilakukan peneliti adalah untuk mengetahui silabus dan materi yang digunakan guru bahasa Indonesia kelas lima (wali kelas) sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan proses penelitian di SDN Pamulang Permai. Selain itu, peneliti berdiskusi dengan wali kelas V yang mengajar bahasa Indonesia dengan tujuan untuk mengetahui gambaran kegiatan pembelajaran yang biasa dilakukan dan untuk mengetahui permasalahan atau kendala yang dihadapi dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas tersebut. Kegiatan observasi diawali dengan mengamati proses pembelajaran di kelas V. Guru kelas V memberikan kesempatan pada peneliti untuk mengamati proses pembelajaran di kelas V. Pada pertemuan pertama peneliti mulai mengamati proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas tersebut. Pada kegiatan observasi ini peneliti melihat kurangnya persiapan belajar yang dilakukan oleh siswa pada saat pembelajaran bahasa Indonesia akan dimulai. Hal ini ditandai dengan masih banyaknya siswa yang kurang disiplin. Mereka berada di luar kelas saat menunggu datangnya wali kelas. Ketika guru akan memulai pelajaran, terlihat hanya sebagian orang siswa yang sudah siap untuk
59
belajar, sedangkan yang lain masih ada yang bercanda dan berbicara dengan temannya. Ketika proses pembelajaran bahasa Indonesia dimulai, masih ada beberapa siswa yang berbicara dengan teman sebangkunya dan ada yang diam saja. Proses pembelajaran yang berlangsung dalam kelas tersebut terlihat pasif. Hal ini ditunjukkan saat siswa tidak langsung menjawab apabila ditanya oleh guru, hanya beberapa orang siswa yang mau menjawab. Hasil dari belajar bahasa Indonesia siswa tergolong cukup baik. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah adalah nilai 65 untuk kelas V SDN Pamulang Permai. Sebagian siswa sudah mencapai nilai yang sudah ditetapkan oleh sekolah, akan tetapi masih ada beberapa siswa yang belum mencapai hasil yang ditetapkan oleh sekolah. Siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran bahasa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan beberapa orang siswa yang tidak memperhatikan guru ketika guru menjelaskan materi, sehingga masih ada siswa yang bertanya mengenai materi pelajaran yang tadi sudah disampaikan oleh guru. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, diketahui bahwa pada kegiatan pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah dan penugasan, khususnya pada keterampilan membaca. Pengajaran hanya berpusat pada guru (teacher centre), sehingga siswa tidak diberikan kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri dan memecahkan masalah. Selain itu guru dalam mengajar tidak menghubungkan materi pelajaran dengan konteks kehidupan sehari-hari. Pada saat guru memberikan ceramah siswa tidak fokus untuk memperhatikan apa yang disampaikan guru. Pada saat guru memberikan latihan membaca memindai, siswa masih kebingungan untuk menentukan tema serta siswa masih kesulitan untuk menceritakan kembali wacana yang telah mereka baca. Banyak siswa yang masih bertanya bagaimana cara menentukan tema dan menceritakan kembali apa yang telah mereka baca. Dengan keadaan seperti ini, peneliti melihat bahwa metode yang dipergunakan guru dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia kurang tepat, khususnya pada keterampilan
60
membaca dengan materi membaca memindai di SDN Pamulang Permai, sehingga hasil yang diharapkan guru belum tercapai. Kegiatan selanjutnya, peneliti berdiskusi dengan guru bahasa Indonesia kelas V untuk mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun sebelumnya agar disesuaikan dengan kondisi kelas yang ada. Dengan demikian, diharapkan peneliti dapat melaksanakan setiap tindakan pembelajaran dengan efektif. Kemudian peneliti menerapkan materi membaca memindai melalui permainan kepada siswa yang ada di dalam kelas.
3. Kegiatan Prasiklus Kegiatan Prasiklus yang dilakukan peneliti sebelum melakukan proses pembelajaran menggunakan pembelajaran berbasis masalah adalah dengan menyebarkan angket kepada semua siswa yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat minat membaca siswa. Angket tersebut disebarkan kepada siswa-siswi kelas V SDN Pamulang Permai. Angket yang disebar peneliti kepada siswa-siswi kelas V SDN Pamulang Permai tersebut ada 2 tahap. Pertama, angket berisi 40 butir pernyataan berisi pernyataan tentang seberapa besar minat membaca mereka. Instrumen Angket Minat Baca
No Pernyataan SS 1 Membaca lebih menyenangkan daripada berlibur. 2 Membaca buku selalu menambah pengetahuan saya. 3 Saya lebih tertarik membaca buku pelajaran daripada novel 4 Buku cerita petualangan selalu membuat saya penasaran. 5 Saya senang membaca buku tentang persahabatan. 6 Saat di toko buku, saya lebih tertarik pada komik daripada yang lainnya. 7 Saat saya membaca, saya merasa ikut serta dalam cerita tersebut.
S
KS
TS
61
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
30
Saya merasa senang ketika menyelesaikan membaca buku bacaan. Saya lebih tertarik ketika membaca buku drama. Saya suka membaca kumpulan puisi Chairil Anwar. Saya selalu membaca buku setiap malam. Saya suka membaca buku walaupun itu milik kakak. Saya lebih senang membaca cerita daripada menulis karangan. Setiap minggu saya selalu pergi ke toko buku. Saya lebih sering menghabiskan waktu untuk membaca buku yang saya miliki. Saya suka menabung untuk membeli buku bacaan. Saya merasa senang, jika dapat membaca habis buku bacaan dalam waktu cepat. Setiap minggu pasti saya sudah membaca sebuah buku cerita petualangan. Saya suka bertukar buku bacaan dengan teman. Setiap buku koleksi saya selalu saya beri label nama dan sampul plastik. Saya lebih suka membaca daripada bermain. Saya lebih cenderung membaca daripada menonton televisi setiap malamnya. Saya lebih suka dibelikan buku bacaan daripada mainan. Saya lebih suka menghabiskan waktu dengan membaca buku daripada tidur. Membaca buku cerita petualangan lebih saya sukai daripada membaca buku pelajaran. Saya lebih suka membaca buku di rumah daripada di perpustakaan. Saya lebih suka membaca buku pelajaran daripada novel. Membaca buku cerita lebih menyenangkan daripada menulis cerita. Buku dongeng lebih saya sukai karena kisahnya selalu memberikan nasihat yang baik. Membaca buku saat santai lebih saya sukai daripada menonton tv.
62
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Saya lebih suka mengoleksi buku bacaan daripada mainan Saya membaca selama 180 menit dalam sehari. Saya lebih suka merawat koleksi buku bacaan daripada merawat mainan. Saya suka membaca kumpulan cerpen dan puisi di internet. Saya senang bergabung dengan kelompok membaca. Saya lebih senang pergi ke toko buku daripada ke mall. Saya sering meminjam buku di perpustakaan sekolah. Saya sering ikut pembacaan cerpen di FLP Saya selalu juara dalam lomba membaca cerpen. Saya juga selalu ikut kejuaraan membaca puisi.
Keterangan : SS = sangat setuju S = setuju KS = kurang setuju TS = tidak setuju Setelah peneliti menyebarkan angket pertama kepada siswa-siswi kelas V SDN Pamulang Permai, maka angket tersebut dihitung dan dilakukan Uji Validitas untuk mengetahui butir pernyataan mana saja yang dianggap valid dengan menggunakan program SPSS. Tabel hasil perhitungan angket pertama dapat dilihat pada lampiran. Data hasil perhitungan angket menggunakan SPSS, salah satunya dapat dilihat sebagai berikut. Correlations
X
Pearson Correlation
X
Y
1
.687**
Sig. (2-tailed) N
.000 40
40
63
Y
Pearson .687** 1 Correlation Sig. (2-tailed) .000 N 40 40 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Jika hasil perhitungan angket yang didapat sesuai dengan Rtabel, maka dapat dikatakan bahwa data yang diperoleh valid dan dapat digunakan untuk data penelitian selanjutnya. Rtabel untuk n = 40 yaitu 0.304. Dari tabel SPSS di atas ditemukan bahwa salah satu butir item pernyataan pada angket valid karena hasil yang diperoleh yaitu sebesar 0.687 (68.7 %). Sementara itu, dari 40 butir item angket pertama hanya ada 29 butir item angket yang dianggap valid dengan menggunakan perhitungan SPSS. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Pernyataan Membaca lebih menyenangkan daripada berlibur. Saya lebih tertarik membaca buku pelajaran daripada novel Buku cerita petualangan selalu membuat saya penasaran. Saat saya membaca, saya merasa ikut serta dalam cerita tersebut. Saya merasa senang ketika menyelesaikan membaca buku bacaan. Saya lebih tertarik ketika membaca buku drama. Saya suka membaca kumpulan puisi Chairil Anwar. Setiap minggu saya selalu pergi ke toko buku. Saya lebih sering menghabiskan waktu untuk membaca buku yang saya miliki. Saya suka menabung untuk membeli buku bacaan. Setiap minggu pasti saya sudah membaca sebuah buku cerita petualangan. Saya suka bertukar buku bacaan dengan teman. Setiap buku koleksi saya selalu saya beri label nama dan sampul plastik. Saya lebih suka membaca daripada bermain. Saya lebih cenderung membaca daripada menonton televisi setiap malamnya.
SS
S
KS
TS
64
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Saya lebih suka dibelikan buku bacaan daripada mainan. Saya lebih suka menghabiskan waktu dengan membaca buku daripada tidur. Saya lebih suka membaca buku pelajaran daripada novel. Membaca buku cerita lebih menyenangkan daripada menulis cerita. Buku dongeng lebih saya sukai karena kisahnya selalu memberikan nasihat yang baik. Membaca buku saat santai lebih saya sukai daripada menonton tv. Saya lebih suka mengoleksi buku bacaan daripada mainan Saya membaca selama 180 menit dalam sehari. Saya lebih suka merawat koleksi buku bacaan daripada merawat mainan. Saya suka membaca kumpulan cerpen dan puisi di internet. Saya senang bergabung dengan kelompok membaca Saya lebih senang pergi ke toko buku daripada ke mall. Saya sering meminjam buku di perpustakaan sekolah. Saya sering ikut pembacaan cerpen di FLP
Keterangan : SS = sangat setuju S = setuju KS = kurang setuju TS = tidak setuju Dari 29 butir item yang sudah valid, peneliti menyebarkan angket kedua kepada siswa kelas V SDN Pamulang Permai dengan hasil perhitungan sebagai berikut. REKAPITULASI HASIL ANGKET MINAT MEMBACA SISWA No Pernyataan Angket
Jumlah Opsi Jawaban
Persentase ( % )
SS
SS
S
KS
TS
S
KS
TS
65
1
23
11
5
1
57,5
27,5
12,5
2,5
2
20
14
2
3
50
35
5
7,5
3
11
16
9
4
27,5
40
22,5
10
4
8
18
10
4
20
45
25
10
5
22
12
3
3
55
30
7,5
7,5
6
5
7
13
15
12,5
17,5
32,5
37,5
7
5
16
10
9
12,5
40
25
22,5
8
13
15
8
4
37,5
20
10
10
9
19
13
4
4
47,5
32,5
10
10
10
22
9
4
4
55
22,5
10
10
11
6
10
13
11
15
25
32,5
27,5
12
11
16
8
5
27,5
40
20
12,5
13
23
10
5
2
57,5
25
12,5
5
14
23
10
4
3
57,5
25
10
7,5
15
15
14
9
2
37,5
35
22,5
5
16
21
14
4
1
52,5
35
2,5
2,5
17
22
11
4
3
55
27,5
7,5
7,5
18
18
11
7
4
45
27,5
17,5
10
19
15
12
8
5
37,5
30
20
12,5
20
20
10
7
3
50
25
17,5
7,5
66
21
14
16
7
3
35
40
17,5
7,5
22
21
13
3
3
52,5
32,5
7,5
7,5
23
12
12
10
6
30
30
25
15
24
21
11
6
2
52,5
27,5
15
5
25
13
17
5
5
32,5
42,5
12,5
12,5
26
19
11
7
3
47,5
27,5
17,5
7,5
27
17
11
11
1
42,5
27,5
27,5
25
28
8
17
9
6
20
42,5
22,5
15
29
9
10
10
10
22,5
25
25
25
JUMLAH
456
367
205
129
1140 917,5 502,5 322,5
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa minat membaca pada siswa kelas V SDN Pamulang Permai masih kurang. Sebanyak 57,5 persen siswa berpendapat bahwa membaca lebih menyenangkan daripada berlibur, 55 persen siswa merasa senang ketika menyelesaikan membaca buku bacaan, 55 persen siswa suka menabung untuk membeli buku bacaan, 55 persen siswa lebih suka menghabiskan waktu dengan membaca buku daripada tidur. Setiap anak memiliki minat membaca pada dirinya, hanya saja mereka kurang mengembangkan minat membaca mereka sehingga menjadi malas membaca. Untuk mengembangkan minat membaca yang ada pada diri mereka, maka peneliti akan menggunakan pembelajaran berbasis masalah sebagai salah satu cara meningkatkan minat membaca mereka.
4. Tindakan Pembelajaran Siklus I
67
Tindakan pembelajaran siklus I merupakan tindakan awal yang sangat penting. Hal ini dikarenakan analisis dari hasil tindakan pembelajaran akan dijadikan sebagai refleksi bagi peneliti pada tindakan pembelajaran selanjutnya. Kegiatan pada siklus I dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan, yakni tanggal 24 September sampai 04 Oktober 2013. Setiap pertemuan berdurasi selama 2x35 menit (2 Jam Pelajaran). Adapun tahapan pada siklus I adalah sebagai berikut.
a. Tahap Perencanaan Perencanaan dalam setiap siklus disusun untuk perbaikan pembelajaran. Tahap perencanaan ini dimulai dengan menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) bahasa Indonesia dengan kompetensi dasar (KD). Instrumen dibuat sendiri oleh peneliti yang terdiri dari lembar observasi siswa, lembar observasi guru, dan soal tes. Perangkat lain yang perlu disiapkan adalah media pembelajaran dan metode yang tepat digunakan dalam pembelajaran. Metode itu adalah pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah digunakan peneliti karena dianggap sebagai metode yang dapat menunjang kelancaran pelaksanaan pembelajaran. Lembar soal tes akhir siklus I dibuat untuk mengetahui perkembangan kemampuan membaca memindai bahasa Indonesia siswa. Lembar observasi digunakan untuk mencatat aspek-aspek aktivitas yang terjadi di kelas, baik aktivitas peneliti maupun aktivitas kelompok siswa. Tujuannya untuk melihat tingkat keefektifan proses pembelajaran membaca memindai wacana inspiratif melalui sebuah permainan. Pada siklus I ini peneliti ingin mengetahui apakah pembelajaran dengan menggunakan PBL dapat meningkatkan minat membaca siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Sedangkan target yang ingin dicapai pada siklus I ini yaitu siswa mampu membaca teks dengan cepat, memahami informasi yang terdapat
pada
wacana,
menemukan
kata-kata
penting
dalam
wacana,
menggunakan kamus, dan menyampaikan kembali informasi yang didapat melalui membaca memindai.
68
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan pembelajaran siklus I dilaksanakan dalam dua pertemuan dengan alokasi
waktu
(2x35
menit)
tiap
pertemuannya.
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran siklus I dapat dilihat pada lampiran 3. 1) Pertemuan pertama (Selasa, 24 September 2013). Pertemuan pertama berlangsung selama 2x35 menit (2 jam pelajaran) yang dimulai dari pukul 07.30 sampai dengan 09.00 WIB, dan pokok bahasan yang disampaikan adalah Pengertian Wacana. Kegiatan ini diawali dengan membuka kegiatan pembelajaran dan apersepsi. Pada pertemuan pertama ini seluruh siswa yang berjumlah 40 orang hadir. Guru mata pelajaran bahasa Indonesia selaku wali kelas hadir sebagai observer untuk mengamati dan memberikan penilaian terhadap aktivitas siswa per kelompok. Sementara itu, ada guru lain yang bertugas melakukan kegiatan belajar mengajar. Peneliti melakukan penilaian terhadap guru tersebut ketika proses pembelajaran berlangsung, kemudian dicatat pada lembar observasi. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan selanjutnya. Kegiatan pembelajaran selanjutnya adalah guru yang bukan observer tadi menyampaikan tujuan pembelajaran. Kemudian guru memberikan materi yang sesuai dengan topik pembelajaran, yaitu menjelaskan pengertian wacana, bagaimana cara membaca cepat dengan baik dan benar, memberikan penjelasan kembali mengenai membaca cepat dan membaca memindai sebuah wacana dengan tepat. Sementara itu siswa memperhatikan pembelajaran
yang
disampaikan guru. Setelah itu peneliti membagi siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang telah ditentukan sebelumnya dan sudah didiskusikan dengan guru wali kelas V yang mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia. Peneliti membagi siswa menjadi 8 kelompok dari 40 orang siswa, masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang siswa. Metode pembagian kelompok peneliti menggunakan kertas kecil berisi nomor kelompok, setelah itu perwakilan setiap kelompok maju ke depan
69
kelas untuk mengambil kertas tersebut. Setiap kelompok mendapatkan satu wacana inspiratif dengan judul yang sama. Setelah siswa duduk berkelompok, siswa diberi kesempatan untuk memilih ketua kelompok dan memberi nama kelompoknya masing-masing. Masing-masing kelompok mendapatkan sebuah wacana yang sama dengan judul “Anak Tukang Becak Jadi Dokter“. Setelah itu peneliti meminta setiap kelompok membaca cepat wacana tersebut, dan peneliti menilai beberapa aspek dari membaca cepat tersebut. Setelah itu peneliti membuat sebuah permainan yang dinamakan Mencari Harta Karun, dimana masing-masing kelompok diminta untuk menemukan kata-kata penting dalam wacana tersebut, menemukan kata benda, kata kerja, kata ganti, dan kata berimbuhan dalam wacana tersebut. Selama siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh peneliti, guru bersama peneliti berkeliling memantau aktivitas kelompok siswa dari satu kelompok ke kelompok lain untuk memberikan pengarahan jika ada kelompok yang kurang mengerti. Sebagian besar kelompok terlihat belum kompak dalam bekerja sama. Siswa yang pandai atau ketua kelompok mendominasi kegiatan diskusi, sedangkan siswa yang kurang pandai cenderung diam dan tidak mengikuti apa yang dilakukan anggota kelompok yang lain. Siswa yang kurang pandai juga terlihat segan untuk bertanya pada siswa yang pandai, sebaliknya siswa yang pandai kurang peka dengan kesulitan yang dialami temannya. Bila siswa mengalami kesulitan atau ada yang hendak ditanyakan, siswa langsung bertanya kepada peneliti tanpa harus mendiskusikan terlebih dahulu dengan teman kelompoknya. Lebih kurang 5 menit sebelum jam pelajaran habis sebagian besar siswa telah menyelesaikan tugas bersama kelompoknya. Lalu peneliti meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Karena waktu pelajaran sudah habis, peneliti menginformasikan kepada siswa untuk pertemuan selanjutnya dan kemudian peneliti mengumumkan hasil diskusi kelompok mana yang paling bagus dengan tujuan agar pertemuan selanjutnya siswa semangat dalam mengerjakan tugas kelompok dan mempresentasikannya.
70
2) Pertemuan kedua (Jumat, 27 September 2013). Pertemuan kedua berlangsung selama 2x35 menit (2 jam pelajaran) yang dimulai dari pukul 07.30 sampai dengan 09.00 WIB, dan kegiatan yang dilaksanakan adalah tes kemampuan membaca memindai sebuah wacana dan menjawab pertanyaan dari wacana tersebut yang dilaksanakan dalam siklus I. Tes pada pertemuan kedua juga dilakukan dalam bentuk permainan. Peneliti membagi siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang telah ditentukan sebelumnya dan sudah didiskusikan dengan guru wali kelas V yang mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia. Peneliti membagi siswa menjadi 8 kelompok dari 40 orang siswa, masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang siswa. Metode pembagian kelompok peneliti menggunakan kertas kecil berisi nomor kelompok, setelah itu perwakilan setiap kelompok maju ke depan kelas untuk mengambil kertas tersebut. Setiap kelompok mendapatkan satu wacana inspiratif dengan judul yang sama. Perwakilan setiap kelompok yang berjumlah tiga orang maju ke depan secara bergiliran dalam ajang Permainan Membaca Cepat. Pertama-rama seorang perwakilan kelompok pertama membacakan wacana dengan judul “Anak Tukang Becak Jadi Dokter“ dalam waktu lima menit. Peneliti dan guru mencatat sampai mana teks bacaan yang dibaca dalam waktu lima menit tadi. Selain itu, peneliti dan guru juga mencatat ketepatan intonasi, kejelasan ucapan atau pelafalan, ketenangan membaca, dan penguasaan bacaan. Mereka juga mencatat siapa saja yang aktif mengikuti pembacaan wacana tadi. Kemudian seorang anggota kelompok lainnya menjadi pembicara dalam ajang Permainan Mencari Harta Karun. Setiap kelompok memaparkan hal-hal penting yang ditemukan dalam wacana yang mereka baca, seperti gagasan utama, definisi istilah, kata berimbuhan, kata sifat, kata ganti, dan hal penting lainnya. Setelah itu kelompok peserta mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan bagian-bagian penting tersebut dan kelompok presentasi wajib menjawabnya dengan benar.
71
Peneliti dan guru mencatat ketepatan hal-hal penting yang dipaparkan kelompok presentasi. Mereka juga mencatat tanya jawab yang terjadi, kerja sama anggota kelompok, serta keterlibatan siswa lain dalam diskusi tersebut. Berdasarkan pengamatan peneliti, terlihat bahwa peserta yang bertanya jawab lebih banyak dari pertemuan sebelumnya. Hanya saja peserta yang bertanya jawab masih didominasi oleh peserta pada pertemuan sebelumnya. Siswa yang pandai atau ketua kelompok masih mendominasi kegiatan diskusi, sedangkan siswa yang kurang pandai cenderung diam dan tidak mengikuti apa yang dilakukan anggota kelompok yang lain. Sebagian besar kelompok masih terlihat belum kompak dalam bekerja sama. Karena waktu pelajaran sudah habis, peneliti mengumumkan hasil diskusi kelompok mana yang paling bagus dengan tujuan agar pertemuan selanjutnya siswa semangat dalam mengerjakan tugas kelompok dan mempresentasikannya.
c. Tahap Observasi Tahap observasi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian pada setiap kegiatan pembelajaran. Tahap observasi dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan. 1) Hasil observasi aktivitas siswa. Hasil observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran pada pertemuan pertama dan kedua ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3: Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I No I
II A
Kegiatan Siswa yang Diamati KEGIATAN PENDAHULUAN 1. Memberikan respon terhadap pertanyaan atau instruksi yang diberikan oleh guru. 2. Memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru. KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN Eksplorasi
Skor 1 2
3 V
V
4
5
72
B.
C
III
1. Ikut serta secara aktif dalam proses penyelesaian masalah bersama-sama dengan guru. 2. Mengikuti instruksi-instruksi yang diberikan oleh guru Elaborasi 1. Aktif bekerja dalam kelompok. 2. Partisipasi siswa dalam memberi masukan dan saran ketika melakukan kegiatan penyelesaian masalah dalam kelompoknya. 3. Kerja sama antarsiswa dalam kelompok ketika menyajikan dan melaporkan hasil karya atau diskusinya. 4. Memberikan tanggapan dan respon terhadap penyajian hasil karya kelompok lainnya. Konfirmasi 1. Partisipasi siswa pada kegiatan koreksi, refleksi, dan evaluasi terhadap hasil penyelesaian masalah yang telah dilakukan. KEGIATAN PENUTUP 1. Keikutsertaan siswa dalam proses penarikan kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
V
V
V V
V
V
V
V
Hasil observasi aktivitas pembelajaran siswa pada siklus I ini kurang baik, rata-rata masuk dalam skor 2. Kegiatan berkumpul dengan kelompoknya termasuk cukup, yakni dengan skor 3. Ketika pembelajaran sudah disampaikan oleh guru dan guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya hal apa yang belum dimengerti, siswa kurang antusias dalam bertanya. Jadi, kegiatan bertanya siswa masih kurang baik, yakni dengan skor 2. Respon yang diberikan siswa terhadap pertanyaan atau instruksi yang diberikan oleh guru sudah cukup baik, yakni skor 3. 2) Hasil observasi aktivitas guru. Hasil aktivitas guru dalam proses pembelajaran pada pertemuan pertama ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.
73
Tabel 4: Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus 1 No
Kegiatan Guru yang Diamati
Skor 1
I
II A
B
KEGIATAN PENDAHULUAN 1. Persiapan ruang, alat, dan media pembelajaran. 2. Memeriksa kesiapan siswa untuk belajar. 3. Kegiatan appersepsi yang dilakukan. 4. Menyampaikan tujuan pembelajaran. KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN Penguasaan Terhadap Materi Pelajaran 1. Penguasaan materi yang diajarkan. 2. Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan sebelum pemberian materi pelajaran. 3. Penjelasan materi pelajaran kepada siswa secara rinci. 4. Mengaitkan materi pelajaran dengan realitas kehidupan. 5. Pengajuan masalah aktual dan terkini kepada siswa. Penggunaan Model, Pendekatan, Metode, dan Strategi Pembelajaran 1. Melaksanakan pembelajaran secara runtut sesuai dengan RPP yang telah dibuat. 2. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan lokasi waktu yang direncanakan. 3. Kesesuaian penerapan model PBM dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan. 4. Melakukan pendekatan pembelajaran yang melibatkan keaktifan dan partisipasi siswa. 5. Ketepatan penggunaan metode dan
2
3
V V V
V
V V
V
V V
V
V
V
V
4
5
74
strategi pembelajaran dengan model pembelajaran yang diterapkan. C.
D
III
Penguasaan / Pengelolaan Kelas 1. Pengkondisian siswa untuk belajar secara rapi dan tertib baik dalam bentuk kelompok maupun individual. 2. Memacu siswa untuk belajar secara berkelompok. 3. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa melalui interaksi guru, siswa, dan sumber belajar. 4. Membimbing dan membantu siswa dalam bersikap cermat dan kritis sehingga dapat memahami konsep yang dipelajari. 5. Pemberian respon dan feedback terhadap partisipasi aktif siswa. Penilaian Proses dan Hasil Belajar 1. Memantau kemajuan belajar perindikator pencapaian. 2. Melakukan penilaian akhir berdasarkan kompetensi yang telah dilakukan. 3. Ketepatan penggunaan alat evaluasi dengan indikator dan kompetensi yang hendak dicapai. KEGIATAN PENUTUP 1. Melakukan refleksi atau penarikan kesimpulan dengan melibatkan siswa. 2. Pemberian motivasi kepada siswa untuk mempersiapkan diri atas pertemuan pembelajaran selanjutnya.
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Hasil observasi aktivitas guru pada siklus 1 ini cukup baik, tetapi pada kegiatan menyampaikan tujuan pembelajaran guru tidak menjelaskan lebih rinci atau detail, sehingga kegiatan guru menyampaikan tujuan pembelajaran ini baru dikatakan cukup, yakni skor 3. Sementara itu kegiatan guru pada saat menyampaikan materi tentang membaca cepat dan membaca memindai sebuah wacana masih kurang (skor 2), karena pada saat menjelaskan volume suara dalam penyampaian materi kurang jelas sampai ke barisan belakang.
75
Hasil dari penerapan PBL pada siklus I dapat dilihat dari nilai hasil kerja siswa pada pertemuan pertama, sebagai berikut.
Tabel 5: Hasil Tes Kerja Siswa Siklus I No Nama 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36 37
Ugro Rizky Rayhan Salsabila Pinka Kiara Nisrina Amar Ladisa Bisyara Selfa Tiara Asri Haikal Bagus Alghi Teguh Fairuz Siti Zein Clarissa Ratu Nabila Rachel Cyintia Zidan Naufal Kholid Keyla Reza Syalsabila Syibran Rio Rachel N Nashwa Fery Mutiara
KKM (Kriteria Kelulusan Minimal) 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65
Jumlah Nilai 65 65 64 64 62 64 82 62 68 64 68 72 80 64 68 64 67 64 68 63 63 64 80 68 74 76 64 80 78 68 64 70 70 70 72 78 70
76
38 39 40
Fatimah Ardelia Akbar JUMLAH Rata-Rata
65 65 65 2767 : 40
68 72 80 = 2767 = 69,175
Dari Tabel 5 didapat rata-rata hasil tesnya adalah 69,1 dengan nilai terendahnya 62 dan nilai tertingginya 82. Siswa yang mendapat nilai di bawah KKM ada 14 orang, siswa yang mendapat nilai standar KKM ada 2 orang, dan siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 24 orang.
Tabel Rekapitulasi Nilai PBL Siklus I
No 1 2 3 4 5
Nilai 62 – 66 67 – 71 72 – 76 77 – 81 82 – 86 Jumlah
Jumlah siswa 16 12 5 6 1 40
Persen (%) 40 30 12,5 15 2,5 100
Grafik Tes Siklus I 40 35 30
62 – 66
25
67 – 71
20
72 – 76
15
77 – 81
10
82 – 86
5 0
d. Tahap Refleksi Berdasarkan hasil observasi dari seluruh kelompok pada saat proses pembelajaran siklus I didapatkan kenyataan bahwa rata-rata aktivitas kelompok
77
siswa masih kurang dalam bekerja sama dengan anggota kelompoknya masingmasing, kualitas menjelaskan kembali hasil diskusinya masih kurang, kualitas memimpin diskusi masih kurang, keaktifan bertanya dan menjawab masih kurang. Adapun kegagalan yang terjadi pada siklus 1 ini adalah sebagai berikut. 1) Kurang membangkitkan minat. 2) Siswa kurang fokus terhadap materi yang diajarkan. 3) Sebagian siswa belum mengerjakan tugas. 4) Kurangnya kerja sama di antara siswa-siswa, siswa-guru. 5) Kurangnya penjelasan terhadap tugas yang diajarkan. 6) Penguasaan konsep siswa mengenai materi masih rendah. Hal-hal itulah yang perlu diperhatikan sebagai bahan perbaikan pada siklus II. Pembelajaran masih harus dilanjutkan karena baru dua kelompok yang sudah dapat dikatakan baik aktivitasnya. Sedangkan kelompok lain masih perlu lebih diperhatikan agar aktivitas pada siklus II menjadi lebih baik lagi. Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus 1, maka pada siklus 2 perlu dibuat pengembangan perencanaan yang lebih baik berdasarkan hasil refleksi dari siklus 1.
5. Tindakan Pembelajaran Siklus II a. Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan siklus II ini secara garis besar sama dengan pertemuan pertama yaitu menyiapkan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP), menyiapkan materi ajar, menyiapkan soal, menyiapkan lembar observasi peneliti guru dan siswa, dan keperluan pembelajaran lainnya. Berdasarkan hasil refleksi dari siklus I, pada siklus II ini pengembangan perencanaan difokuskan pada proses pembelajaran yang harus lebih diarahkan, yakni guru akan memberikan arahan yang lebih detail tentang cara membaca cepat sebuah wacana dengan baik serta cara menemukan informasi yang terdapat dalam wacana. Pengaturan waktu harus lebih optimal seperti alokasi waktu untuk mengerjakan tugas adalah 35 menit agar siswa dapat menyelesaikan secara maksimal. Guru pun lebih tegas dalam mengkondisikan kelas, memberikan
78
pengarahan secara detail dan menciptakan suasana pembelajaran yang santai tapi serius serta memberikan penghargaan kepada kelompok siswa yang mampu mempresentasikan hasil diskusinya dengan baik dan siswa yang turut aktif dalam proses diskusi agar siswa lebih termotivasi. Selain itu posisi duduk setiap kelompok diubah supaya suasana kelas menjadi tidak membosankan namun masih tetap dengan anggota kelompoknya masing-masing. Materi yang akan dibahas pada siklus ini berbeda dengan siklus I yakni membaca cepat sebuah kamus, khususnya halaman yang memuat istilah pada pelajaran bahasa Indonesia, dengan menggunakan sebuah permainan yaitu Mencari Harta Karun dan TTS (Teka-Teki Silang). Permainan ini dilakukan dengan menggunakan metode diskusi dan penugasan. Indikator keberhasilan yang diharapkan adalah siswa mampu membaca cepat sebuah kamus, mampu menemukan informasi mengenai istilah pada pelajaran bahasa Indonesia dengan tepat, serta mampu menemukan arti dari istilah-istilah pada pelajaran bahasa Indonesia tersebut. Target pada siklus II ini adalah siswa semakin baik dalam meningkatkan minat membaca menggunakan pembelajaran berbasis masalah dan hasil tes kemampuan membaca sebuah wacana bahasa Indonesia semakin meningkat dibandingkan dengan siklus I. Dengan kata lain, sesuai dengan target pencapaian penelitian ini yakni di atas Kriteria Kelulusan Minimal yang ditentukan > 65.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan pembelajaran siklus II dilaksanakan dalam dua pertemuan dengan alokasi waktu 2x35 menit tiap pertemuannya. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus II dapat dilihat pada lampiran 3. 1) Pertemuan ketiga (Selasa, 1 Oktober 2013). Pertemuan ketiga di siklus II berlangsung selama 2x35 menit (2 jam pelajaran) yang dimulai dari pukul 07.30 sampai dengan 09.00 WIB, dan pokok bahasan yang disampaikan adalah Pengertian Wacana. Kegiatan ini diawali dengan membuka kegiatan pembelajaran dan apersepsi. Pada pertemuan ketiga ini seluruh siswa yang berjumlah 40 orang hadir. Guru mata pelajaran bahasa
79
Indonesia selaku wali kelas hadir sebagai observer untuk mengamati dan memberikan penilaian terhadap aktivitas siswa perkelompok. Sementara itu, ada guru lain yang bertugas melakukan kegiatan belajar mengajar. Peneliti melakukan penilaian terhadap guru tersebut ketika proses pembelajaran berlangsung, kemudian dicatat pada lembar observasi. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan selanjutnya. Kegiatan pembelajaran selanjutnya adalah guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Kemudian guru memberikan materi yang sesuai dengan topik pembelajaran, yaitu menjelaskan pengertian wacana, bagaimana cara membaca cepat dengan baik dan benar, memberikan penjelasan bagaimana cara menemukan informasi secara cepat dan tepat sebuah kamus. Sementara itu siswa memperhatikan pembelajaran yang disampaikan guru. Peneliti kemudian membagi siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang telah ditentukan sebelumnya dan sudah didiskusikan dengan guru wali kelas V yang mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia. Peneliti membagi siswa menjadi 8 kelompok dari 40 orang siswa, masingmasing kelompok terdiri dari 5 orang siswa. Metode pembagian kelompok peneliti menggunakan kertas kecil berisi nomor kelompok, setelah itu perwakilan setiap kelompok maju ke depan kelas untuk mengambil kertas tersebut. Setiap kelompok mendapatkan sebuah daftar istilah pada pelajaran bahasa Indonesia dan sebuah kamus. Daftar istilah tersebut terdiri dari 15 istilah yang belum diketahui apa artinya seperti yang tertera dalam kamus. Setelah siswa duduk berkelompok, siswa diberi kesempatan untuk memilih ketua kelompok dan memberi nama kelompoknya masing-masing. Masing-masing kelompok mendapatkan sebuah daftar istilah pada pelajaran bahasa Indonesia dan sebuah kamus. Setelah itu peneliti membuat sebuah permainan yang dinamakan Mencari Harta Karun, dimana masing-masing kelompok diminta untuk menemukan arti dari 15 istilah yang ada dengan bantuan kamus. Kerja sama dan kecepatan adalah poin penting dalam permainan ini. Selama siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh peneliti, guru bersama peneliti berkeliling memantau aktivitas kelompok siswa dari satu
80
kelompok ke kelompok lain untuk memberikan pengarahan jika ada kelompok yang kurang mengerti. Guru bersama peneliti juga menilai kerja sama dan kecepatan yang ada pada setiap kelompok. Sebagian besar kelompok terlihat sudah kompak dalam bekerja sama. Ada siswa yang bertugas membacakan daftar istilah yang ada. Ada siswa yang bertugas mencari arti istilah di dalam kamus. Ada juga siswa yang mencatat arti dari istilah-istilah tersebut serta pada halaman berapa istilah itu ada di kamus. Akan tetapi, ada juga kelompok yang belum bisa bekerja sama dan mengandalkan beberapa orang saja. Hampir setiap kelompok membutuhkan waktu 25 menit untuk menemukan arti dari istilah-istilah yang ada dengan bantuan kamus. Lalu peneliti mencatat kelompok mana yang terlebih dahulu menyelesaikan tugasnya. Berdasarkan catatan tersebut, peneliti membuat nomor urut untuk kegiatan presentasi. Setiap kelompok berkesempatan melakukan presentasi atas hasil kerja mereka menemukan arti dari daftar istilah yang ada. Kelompok lain mendengarkan dan melihat kamus untuk mengecek kebenaran apa yang disampaikan kelompok yang melakukan presentasi. Saat kelompok presentasi sudah menyelesaikan presentasinya, kelompok lain mulai bertanya perihal arti dari istilah yang ada, halaman di kamus tempat terdapatnya arti dari istilah yang ada, cara menggunakan kamus, dan atau mengungkapkan kritik atas kesalahan dari kelompok presentasi. Akan tetapi kritik itu harus berdasarkan data dari kamus, bukan hanya mengada-ada saja. 2) Pertemuan keempat (Jumat, 04 Oktober 2013). Pertemuan keempat di siklus II berlangsung selama 2x35 menit (2 jam pelajaran) yang dimulai dari pukul 07.30 sampai dengan 09.00 WIB. Pada pertemuan ini siswa tidak dibagi ke dalam kelompok karena akan dilaksanakan tes akhir siklus II. Tes ini berbentuk permainan Teka Teki Silang (TTS) berjumlah 20 soal dan permainan Mencari Harta Karun yaitu mencari 10 istilah sastra di sebuah wacana tentang karya sastra. Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui keefektifan penggunaan metode pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
81
Peneliti dan guru memberikan wacana sastra dan beberapa lembar TTS kosong yang berisi soal yang harus dijawab setiap siswa dalam waktu 35 menit. Mereka yang paling cepat mengisi TTS dalam jumlah banyak dengan benar akan ditetapkan sebagai pemenang. Sementara itu, peneliti dan guru mencatat kecepatan dan ketepatan siswa dalam mengisi TTS. Siswa tercepat berhak dinilai lebih dahulu hasil pekerjaannya. Kemudian diikuti siswa-siswa lainnya sesuai urutan. Kecepatan dan ketepatan mengisi TTS ini berguna untuk membangkitkan insting bahasa siswa dalam memahami makna gramatikal, yaitu makna yang sesuai dengan konteks kalimat pada sebuah wacana. Dari 40 orang siswa yang mengikuti pembelajaran, ternyata hampir semua siswa mampu menjawab pertanyaan dan tugas yang diberikan oleh guru, terkait dengan mengisi TTS dan Mencari Harta Karun. Sebagian besar siswa mampu menemukan kata yang tepat untuk mengisi TTS dan menemukan istilah-istilah yang berhubungan dengan bidang sastra. Hal ini merupakan suatu kemajuan bahwa siswa sudah mampu menemukan jawaban yang tepat untuk sebuah definisi pada soal TTS dan dalam mengenali istilah-istilah yang berhubungan dengan bidang sastra. Selama
proses
pembelajaran
berlangsung,
peneliti
dan
observer
memberikan penilaian terhadap pembelajaran yang telah berlangsung dan menyimpulkan apa yang telah dilaksanakan. Kemudian peneliti dan observer memberi saran agar pada pertemuan selanjutnya siswa lebih mahir lagi dalam membaca cepat serta lebih tepat lagi menemukan informasi dari berbagai wacana yang mereka baca.
c. Tahap Observasi Tahap observasi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian pada setiap kegiatan pembelajaran. Tahap observasi dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan. Tindakan pembelajaran siklus II ini dapat dikatakan sudah baik, karena dari pertemuan ketiga pembelajaran sudah berjalan dengan tertib dan lancar, sudah tampak terlihat keaktifan siswa dalam mengemukakan pendapatnya. Sudah
82
mulai tercipta suasana kerja sama yang baik antara anggota kelompok dibandingkan pembelajaran sebelumnya. Semangat siswa untuk menjadi yang terbaik di antara siswa lainnya terlihat lebih meningkat dibandingkan siklus I. Pada siklus II keberanian siswa dalam menjelaskan tugas yang dikerjakan secara berkelompok lebih baik, mereka lebih bisa mengontrol teman-temannya dan proses diskusi mengalami banyak pengingkatan. Jadi pada siklus II ini siswa mulai terbiasa dengan pembelajaran membaca cepat, mereka jadi semakin paham bagaimana cara membaca cepat dengan baik, dan menemukan informasi yang tepat dalam sebuah wacana. Walaupun tentunya masih ada kekurangan-kekurangan yang terjadi. 1) Hasil observasi aktivitas siswa. Hasil observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran pada pertemuan ketiga siklus II ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 6: Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II No
Kegiatan Siswa yang Diamati
I
KEGIATAN PENDAHULUAN 1. Memberikan respon terhadap pertanyaan atau instruksi yang diberikan oleh guru. 2. Memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru. KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN Eksplorasi 1. Ikut serta secara aktif dalam proses penyelesaian masalah bersama-sama dengan guru. 2. Mengikuti instruksiinstruksi yang diberikan oleh guru. Elaborasi 1. Aktif bekerja dalam kelompok. 2. Partisipasi siswa dalam
1
II A
B.
Skor 2
3
4
V
V
V
V
V V
5
83
C
III
memberi masukan dan saran ketika melakukan kegiatan penyelesaian masalah dalam kelompoknya. 3. Kerja sama antar siswa dalam kelompok ketika menyajikan dan melaporkan hasil karya atau diskusinya. 4. Memberikan tanggapan dan respon terhadap penyajian hasil karya kelompok lainnya. Konfirmasi 1. Partisipasi siswa pada kegiatan koreksi, refleksi, dan evaluasi terhadap hasil penyelesaian masalah yang telah dilakukan. KEGIATAN PENUTUP 1. Keikutsertaan siswa dalam proses penarikan kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
V
V
V
V
Aktivitas pada lembar observasi siswa pada siklus II ini sudah baik dan sudah banyak mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya. Setiap kegiatan siswa sudah tergolong sangat baik. Hasil observasi aktivitas pembelajaran siswa pada siklus II diperoleh hasil yang baik, rata-rata masuk dalam skor 3. Respon terhadap pertanyaan atau instruksi yang diberikan oleh guru termasuk sangat baik, yakni dengan skor 4. Siswa ikut serta secara aktif dalam proses penyelesaian masalah bersama-sama guru dengan sangat baik, yakni dengan skor 4. Keaktifan siswa bekerja secara berkelompok baik, yakni dengan skor 3. Partisipasi siswa dalam memberi masukan dan saran ketika melakukan kegiatan penyelesaian masalah dalam kelompoknya sangat baik, yakni dengan skor 4. Kerja sama antar siswa dalam kelompok ketika menyajikan dan melaporkan hasil karya atau diskusinya bisa dibilang baik, yakni dengan skor 3. Partisipasi siswa pada kegiatan koreksi, refleksi, dan evaluasi terhadap hasil penyelesaian masalah yang telah dilakukan juga baik, yakni dengan skor 3. 2) Hasil observasi aktivitas guru.
84
Hasil observasi aktivitas guru dalam proses pembelajaran pada pertemuan ketiga siklus II ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 7: Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus II No
Kegiatan Guru yang Diamati
I
KEGIATAN PENDAHULUAN 1. Persiapan ruang, alat, dan media pembelajaran. 2. Memeriksa kesiapan siswa untuk belajar. 3. Kegiatan appersepsi yang dilakukan. 4. Menyampaikan tujuan pembelajaran. KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN Penguasaan terhadap Materi Pelajaran 1. Penguasaan materi yang diajarkan. 2. Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan sebelum pemberian materi pelajaran. 3. Penjelasan materi pelajaran kepada siswa secara rinci. 4. Mengaitkan materi pelajaran dengan realitas kehidupan. 5. Pengajuan masalah aktual dan terkini kepada siswa. Penggunaan Model, Pendekatan, Metode, dan Strategi Pembelajaran 1. Melaksanakan pembelajaran secara runtut sesuai dengan RPP yang telah dibuat. 2. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan lokasi waktu yang direncanakan. 3. Kesesuaian penerapan model PBM dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan. 4. Melakukan pendekatan
II A
B
Skor 1 2
3
4 V V V V
V
V
V V V
V
V V
V
5
85
C.
D
III
pembelajaran yang melibatkan keaktifan dan partisipasi siswa. 5. Ketepatan penggunaan metode dan strategi pembelajaran dengan model pembelajaran yang diterapkan. Penguasaan / Pengelolaan Kelas 1. Pengkondisian siswa untuk belajar secara rapi dan tertib baik dalam bentuk kelompok maupun individual. 2. Memacu siswa untuk belajar secara berkelompok. 3. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa melalui interaksi guru, siswa, dan sumber belajar. 4. Membimbing dan membantu siswa dalam bersikap cermat dan kritis sehingga dapat memahami konsep yang dipelajari. 5. Pemberian respon dan feedback terhadap partisipasi aktif siswa. Penilaian Proses dan Hasil Belajar 1. Memantau kemajuan belajar perindikator pencapaian. 2. Melakukan penilaian akhir berdasarkan kompetensi yang telah dilakukan. 3. Ketepatan penggunaan alat evaluasi dengan indikator dan kompetensi yang hendak dicapai. KEGIATAN PENUTUP 1. Melakukan refleksi atau penarikan kesimpulan dengan melibatkan siswa. 2. Pemberian motivasi kepada siswa untuk mempersiapkan diri atas pertemuan pembelajaran selanjutnya.
V
V
V V
V
V
V V
V
V
V
Aktivitas pembelajaran pada lembar observasi aktiviatas guru pada siklus II ini sudah baik, banyak peningkatan dari setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru atau peneliti. Kegiatan peneliti sudah bisa dikatakan sangat baik.
86
Hasil dari penerapan PBL pada siklus II dapat dilihat dari nilai tes hasil kerja siswa, sebagai berikut.
Tabel 8: Hasil Tes Kerja Siswa Siklus II No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36 37 38
Nama Ugro Rizky Rayhan Salsabila Pinka Kiara Nisrina Amar Ladisa Bisyara Selfa Tiara Asri Haikal Bagus Alghi Teguh Fairuz Siti Zein Clarissa Ratu Nabila Rachel Cyintia Zidan Naufal Kholid Keyla Reza Syalsabila Syibran Rio Rachel N Nashwa fery Mutiara Fatimah
KKM 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65
Jumlah Nilai 75 75 75 75 80 80 82 80 80 80 85 82 80 80 75 80 75 75 80 82 82 82 80 80 75 75 75 80 80 80 82 80 80 82 82 80 85 80
87
39 40
Ardelia Akbar JUMLAH Rata-Rata
65 65 3166 : 40
75 75 = 3166 = 79,15
Dari Tabel 8 didapat rata-rata hasil tesnya adalah 79,15 dengan nilai terendahnya 75 dan nilai tertingginya 85. Semua nilai siswa sudah di atas KKM yang ditentukan oleh peneliti yaitu 65. Siswa yang mendapat nilai 75 ada 12 orang, siswa yang mendapat nilai 80 ada 18 orang, siswa yang mendapat nilai 82 ada 8 orang, dan siswa yang mendapat nilai 85 ada 2 orang. Dari tabel nilai siklus II sudah terlihat banyak peningkatan dibanding dengan siklus I. Pada siklus II ini siswa sudah tidak ada yang mendapatkan nilai di bawah KKM yang ditentukan peneliti.
Tabel Rekapitulasi Nilai PBL Siklus 2 No 1 2 3
Nilai 71-75 76-80 81-86 JUMLAH
Jumlah siswa 12 18 10 40
Persen (%) 30 45 25 100
Grafik Tes Akhir Siklus 2 45 40 35 30 25 20 15 10
5 0
d. Tahap Refleksi
71-75 76-80 81-86
88
Dalam proses pelaksanaan pembelajaran membaca cepat dan membaca memindai sebuah wacana yang digunakan oleh guru pada setiap tindakan telah sesuai yaitu meningkatkan minat membaca siswa menggunakan pembelajaran berbasis masalah, walaupun dalam pelaksanaannya masih terdapat kekurangan. Akan tetapi hal tersebut dapat diatasi pada tindakan pembelajaran selanjutnya dengan adanya refleksi pada setiap akhir pembelajaran. Berdasarkan pengamatan selama proses pembelajaran dilaksanakan melalui lembar observasi hasilnya sudah baik dalam meningkatkan minat membaca siswa menggunakan pembelajaran berbasis masalah. Hasil tes kemampuan membaca menggunakan pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran bahasa Indonesia siklus II sudah menunjukkan hasil yang baik. Rata-rata nilai tes membaca sebuah wacana pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa mengalami peningkatan dari 69,1 menjadi 79,15 dan peningkatannya sebesar 10,05.
6. Kegiatan Pascasiklus Kegiatan pascasiklus yang dilakukan peneliti sesudah melakukan proses pembelajaran menggunakan pembelajaran berbasis masalah adalah dengan menyebarkan angket kepada semua siswa yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat minat membaca siswa. Angket tersebut disebarkan kepada siswa-siswi kelas V SDN Pamulang Permai. Peneliti menyebarkan angket pascasiklus kepada siswa kelas V SDN Pamulang Permai dengan hasil perhitungan sebagai berikut.
REKAPITULASI HASIL ANGKET MINAT MEMBACA SISWA (Jumlah Opsi Jawaban) No 1
Pernyataan Membaca lebih menyenangkan daripada berlibur.
SS 34
S 1
KS 2
TS 3
2
Saya lebih tertarik membaca buku pelajaran daripada novel
29
3
5
3
89
3
22
4
10
4
23
7
4
6
32
2
2
4
6
Buku cerita petualangan selalu membuat saya penasaran. Saat saya membaca, saya merasa ikut serta dalam cerita tersebut. Saya merasa senang ketika menyelesaikan membaca buku bacaan. Saya lebih tertarik ketika membaca buku drama.
15
1
20
4
7
Saya suka membaca kumpulan puisi Chairil Anwar.
25
2
3
10
8
Setiap minggu saya selalu pergi ke toko buku.
25
5
3
7
9
Saya lebih sering menghabiskan waktu untuk membaca buku yang saya miliki. Saya suka menabung untuk membeli buku bacaan.
23
3
10
4
32
1
5
2
Setiap minggu pasti saya sudah membaca sebuah buku cerita petualangan. Saya suka bertukar buku bacaan dengan teman.
26
4
3
7
21
3
10
6
Setiap buku koleksi saya selalu saya beri label nama dan sampul plastik. Saya lebih suka membaca daripada bermain.
33
2
3
2
29
3
4
4
Saya lebih cenderung membaca daripada menonton televisi setiap malamnya. Saya lebih suka dibelikan buku bacaan daripada mainan. Saya lebih suka menghabiskan waktu dengan membaca buku daripada tidur. Saya lebih suka membaca buku pelajaran daripada novel. Membaca buku cerita lebih menyenangkan daripada menulis cerita. Buku dongeng lebih saya sukai karena kisahnya selalu memberikan nasihat yang baik. Membaca buku saat santai lebih saya sukai daripada menonton tv. Saya lebih suka mengoleksi buku bacaan daripada mainan Saya membaca selama 180 menit dalam sehari.
25
5
9
1
31
3
2
4
32
1
1
6
28
3
7
2
27
6
1
6
28
2
1
9
29
1
8
2
31
4
3
2
22
4
12
2
31
5
3
1
24
6
2
8
26
Saya lebih suka merawat koleksi buku bacaan daripada merawat mainan. Saya suka membaca kumpulan cerpen dan puisi di internet. Saya senang bergabung dengan kelompok membaca
23
3
10
4
27
Saya lebih senang pergi ke toko buku daripada ke
27
2
1
10
4 5
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
90
28 29
mall. Saya sering meminjam buku di perpustakaan sekolah. Saya sering ikut pembacaan cerpen di FLP
27
5
7
1
19
2
15
4
Adapun persentase dari hasil rekapitulasi angket minat baca pascasiklus adalah sebagai berikut.
REKAPITULASI HASIL ANGKET MINAT MEMBACA SISWA (Persentase) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Pernyataan Membaca lebih menyenangkan daripada berlibur. Saya lebih tertarik membaca buku pelajaran daripada novel Buku cerita petualangan selalu membuat saya penasaran. Saat saya membaca, saya merasa ikut serta dalam cerita tersebut. Saya merasa senang ketika menyelesaikan membaca buku bacaan. Saya lebih tertarik ketika membaca buku drama. Saya suka membaca kumpulan puisi Chairil Anwar. Setiap minggu saya selalu pergi ke toko buku. Saya lebih sering menghabiskan waktu untuk membaca buku yang saya miliki. Saya suka menabung untuk membeli buku bacaan. Setiap minggu pasti saya sudah membaca sebuah buku cerita petualangan. Saya suka bertukar buku bacaan dengan teman. Setiap buku koleksi saya selalu saya beri label nama dan sampul plastik. Saya lebih suka membaca daripada bermain. Saya lebih cenderung membaca daripada menonton televisi setiap malamnya. Saya lebih suka dibelikan buku bacaan daripada mainan. Saya lebih suka menghabiskan waktu dengan membaca buku daripada tidur. Saya lebih suka membaca buku pelajaran daripada novel.
SS 85 72
S 3 7
KS 5 14
TS 7 7
55
10
25
10
57
17
10
16
80
5
5
10
37 62 62 57
3 5 14 8
50 8 7 25
10 25 17 10
80 65
1 10
14 8
5 17
52 82
7 5
25 8
16 5
72 62
8 13
10 22
10 3
77
8
5
10
80
3
3
14
70
7
20
3
91
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Membaca buku cerita lebih menyenangkan daripada menulis cerita. Buku dongeng lebih saya sukai karena kisahnya selalu memberikan nasihat yang baik. Membaca buku saat santai lebih saya sukai daripada menonton tv. Saya lebih suka mengoleksi buku bacaan daripada mainan Saya membaca selama 180 menit dalam sehari. Saya lebih suka merawat koleksi buku bacaan daripada merawat mainan. Saya suka membaca kumpulan cerpen dan puisi di internet. Saya senang bergabung dengan kelompok membaca Saya lebih senang pergi ke toko buku daripada ke mall. Saya sering meminjam buku di perpustakaan sekolah. Saya sering ikut pembacaan cerpen di FLP
67
15
3
15
70
5
3
22
72
3
20
5
77
10
8
5
55 77
10 13
30 7
5 3
60
15
5
20
57 67
8 5
25 3
10 25
67
13
17
3
47
5
38
10
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan minat baca pada siswa kelas V SDN Pamulang Permai. Sebanyak 85 persen siswa berpendapat bahwa membaca lebih menyenangkan daripada berlibur (meningkat 27,5 persen dari 57,5 persen pada angket prasiklus), 80 persen siswa merasa senang ketika menyelesaikan membaca buku bacaan (meningkat 25 persen dari 55 persen pada angket prasiklus), 80 persen siswa suka menabung untuk membeli buku bacaan (meningkat 25 persen dari 55 persen pada angket prasiklus), 80 persen siswa lebih suka menghabiskan waktu dengan membaca buku daripada tidur (meningkat 25 persen dari 55 persen pada angket prasiklus).
B. Analisis Data Tahap analisis dimulai dengan membaca keseluruhan data yang didapat, di antaranya sebagai berikut. 1. Data hasil tes membaca menggunakan pembelajaran berbasis masalah setiap akhir siklus. Dari hasil analisis diperoleh data mengenai minat membaca sebuah wacana dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah, tingkat minat
92
membaca sebuah wacana pada mata pelajaran bahasa Indonesia, dan rata-rata tingkat minat membaca sebuah wacana dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut.
Tabel 9: Rekapitulasi Membaca Siswa Menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah Pembelajaran Hasil Tes Pembelajaran Membaca Menggunakan Membaca Sebuah Pembelajaran Berbasis Masalah Wacana Siklus I Siklus II Tingkat tertinggi 82 85 Tingkat terendah 62 75 Rata-rata tingkat 69,1 79,15 Hasil tes membaca siswa menggunakan pembelajaran berbasis masalah dalam penelitian ini adalah jika siswa mendapatkan nilai keseluruhan di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu sebesar 65 yang ditentukan oleh peneliti, maka penelitian dihentikan. Dilihat dari persentase, tingkat minat membaca siswa menggunakan pembelajaran berbasis masalah mengalami peningkatan mulai dari siklus I sampai siklus II. Dari siklus I sebesar 69,1 dan mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 10,05 menjadi 79,15. Persentase minat membaca siswa menggunakan pembelajaran berbasis masalah dapat dikonversikan dalam grafik berikut ini. 90 80
70 60 50 40 30 20 10 0
Tingkat tertinggi Tingkat terendah Rata-rata tingkat
93
2. Lembar observasi. Setiap melaksanakan tindakan pembelajaran, peneliti didampingi oleh observer. Observer tersebut adalah wali kelas sekaligus guru mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas V B yang diberikan lembar observasi yang berfungsi sebagai alat pengamatan untuk mengetahui dan mengukur kemampuan peneliti sebagai guru yang menerapkan inovasi pembelajaran. Kemudian observasi pun dilakukan kepada siswa untuk mengetahui dan mengukur aktivitas kelompok siswa yang dilakukan oleh peneliti dan observer. Lembar observasi juga digunakan untuk menganalisis dan merefleksikan setiap siklus tindakan pembelajaran.
C. Pembahasan Temuan Penelitian Peningkatan minat membaca menggunakan pembelajaran berbasis masalah dalam proses belajar dapat meningkatkan minat membaca siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggabungkan permainan di dalam pembelajarannya. Peningkatan minat membaca sebuah wacana menggunakan pembelajaran berbasis masalah dalam kegiatan belajar-mengajar pada pokok bahasan membaca cepat dan membaca memindai dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah dapat memberikan pengalaman baru kepada siswa dalam belajar bahasa Indonesia. Proses pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa, saling bekerja sama, membaca cepat, menemukan informasi dalam wacana tersebut, dan mempresentasikan hasil kerja kelompok membuat pelajaran lebih berkesan serta berbeda dari sebelumnya. Pengaruh pembelajaran berbasis masalah untuk minat membaca siswa dalam materi membaca cepat dan membaca memindai pada mata pelajaran bahasa Indonesia sangat berpengaruh. Hal ini dapat terbukti dengan hasil tes kemampuan membaca cepat dan membaca memindai sebuah wacana menggunakan pembelajaran berbasis masalah yang selalu meningkat mulai dari skor rata-rata 69,1 pada siklus I dan 79,15 pada siklus II.
94
Penggunaan pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan minat membaca siswa dalam kegiatan belajar-mengajar dapat meningkatkan aktivitas kelompok siswa. Hal ini terbukti dengan meningkatnya aktivitas siswa mulai dari siklus I ke siklus II yang diukur melalui lembar observasi aktivitas siswa dan hasil tes setiap siklus. Berdasarkan hasil tes kemampuan membaca cepat dan membaca memindai menggunakan pembelajaran berbasis masalah, pada siklus II di atas dapat diketahui kondisi akhir kemampuan membaca cepat dan membaca memindai menggunakan pembelajaran berbasis masalah. Hasilnya adalah bahwa semua siswa telah mencapai KKM yang ditentukan oleh peneliti yakni 65.
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Minat baca melalui pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SDN Pamulang Permai kelas V mengalami peningkatan. Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil angket minat membaca yang dilakukan sebelum dan sesudah penerapan pembelajaran berbasis masalah. Dari data hasil penghitungan angket dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan minat baca pada siswa kelas V SDN Pamulang Permai. Sebanyak 85 persen siswa berpendapat bahwa membaca lebih menyenangkan daripada berlibur (meningkat 27,5 persen dari 57,5 persen pada angket prasiklus), 80 persen siswa merasa senang ketika menyelesaikan membaca buku bacaan (meningkat 25 persen dari 55 persen pada angket prasiklus), 80 persen siswa suka menabung untuk membeli buku bacaan (meningkat 25 persen dari 55 persen pada angket prasiklus), 80 persen siswa lebih suka menghabiskan waktu dengan membaca buku daripada tidur (meningkat 25 persen dari 55 persen pada angket prasiklus). Berdasarkan hasil observasi aktivitas pembelajaran siswa pada siklus II diperoleh hasil yang baik, rata-rata masuk dalam skor 3. Respon terhadap pertanyaan atau instruksi yang diberikan oleh guru termasuk sangat baik, yakni dengan skor 4. Siswa ikut serta secara aktif dalam proses penyelesaian masalah bersama-sama guru dengan sangat baik, yakni dengan skor 4. Keaktifan siswa bekerja secara berkelompok baik, yakni dengan skor 3. Partisipasi siswa dalam memberi masukan dan saran ketika melakukan kegiatan penyelesaian masalah dalam kelompoknya sangat baik, yakni dengan skor 4. Kerja sama antar siswa dalam kelompok ketika menyajikan dan melaporkan hasil karya atau diskusinya bisa dibilang baik, yakni dengan skor 3. Partisipasi siswa pada kegiatan koreksi, refleksi, dan evaluasi terhadap hasil penyelesaian masalah yang telah dilakukan juga baik, yakni dengan skor 3.
95
96
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang diberikan adalah sebagai berikut. 1. Guru bahasa Indonesia dianjurkan untuk menggunakan metode PBL dalam proses belajar dan mengajar karena PBL terbukti dapat meningkatkan minat
membaca
siswa,
meningkatkan
kerja
sama
siswa,
serta
meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar dan mengajar. 2. Kreativitas guru untuk menciptakan permainan yang berhubungan dengan pembelajaran sangat penting saat menerapkan metode PBL. Karena itu, guru harus lebih kreatif dalam mengajar.
97
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M. Taufik. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. 2009. Arikunto, Suharsimi dkk. Prosedur Penelitian, Jakarta : Bumi Aksara. 1993. ______________. Penilaian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. 2009. Cahyani, dkk. Keterampilan Berbahasa Indonesia di SD. Bandung UPI Press. 2007. Chaer, Abdul. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta 1998. Finoza, Lamuddin. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Dkisi Insan Mulia. 2009. Gague, Robert. Prinsip-prinsip Belajar untuk Pengajaran di Sekolah. Surabaya : Usaha Nasional. 1988. Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan Anak Jlid 2. Jakarta: Erlangga. 1999. Lestari, Indah Ayu dkk. Effect of Learning Motivation, Learning Interest, and Adversity
Quotient
Accounting
Students
Learning
in
Academic
Achievement (Case Study Prodi S1 Accounting Faculty of Economics in One Private Universities in Jakarta). Jakarta: Universitas Gunadarma. 2010. Kawan Pustaka, Redaksi. UUD 1945 dan Perubahannya. Depok: Kawan Pustaka. 2006. Kompas, Kamis, 18 Juni 2009. Kunandar. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rajawali Press. 2010. Nasution, S. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara. 2011. Nuraini, Umri dkk. Bahasa Indonesia untuk SD Kelas 5. Jakarta: Pusat Perbukuan. 2008. Nurjamal, dkk. Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Alfabeta. 2011.
98
Prasetyono, Dwi Sunar. Rahasia Mengajarkan Gemar Membaca pada Anak Sejak Dini. Jakarta: Think. 2008. Rusman. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa. 2007. Sahara, Siti dkk. Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta: UIN Jakarta. 2009. Sevilla. dkk. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Indonesia Press. 2006. Silvia, P. J. Exploring the Psychology of Interest. New York: Oxford University. 2006. Sinar Grafika, Redaksi (Penghimpun). UU Sisdiknas 2003. Jakarta: Sinar Grafika. 2007. Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : PT. Bina Aksara. 1988. Soedarso. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia. 2001. Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2010. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 2009. _________. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. 2011. Sutrisno Hadi. Metodologi Reseach III, Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM. 1990. Tim Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi ketiga). Jakarta: Balai Pustaka. 2001. Uno, Hamzah. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. 2010. Warseno, Agus dkk. Super Learning. Yogyakarta: Diva Press. 2011. Yupitriani,
Hafidah.
Peningkatan
Hasil
Belajar
Kimia
Siswa
dengan
Mengoptimalkan Gaya Belajar Melalui Model Pembelajaran TGT (Team Games Tournaments). Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2009. Zaenal, Arifin dkk. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: CV Akademika Pressindo. 1995.
99
Sumber internet http://edukasi. kompasiana.com/2009/12/16/ apakah-minat-itu http://www.sekolahdasar.net/2011/10/model-pembelajaran-problem-based. http://www.psychologymania.com.
Jurnal ilmiah Jurnal Psikologi Undip Vol. 8, No.2, Oktober 2010. Jurnal Visi Pustaka Vol. 13 No. 3 Desember 2011.
Jurnal Tekno-Pedagogi Vol. 1 No. 1 Maret 2011 : 14-24 ISSN 2088-205X Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Tingkat Pendidikan : SD Kelas/Semester
: V/Genap
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Standar Kompetensi: 7. Membaca Memahami teks dengan membaca sekilas, membaca memindai, dan membaca cerita anak.
Kompetensi Dasar: 7.2 Menemukan informasi secara cepat dari berbagai teks khusus (buku petunjuk telepon, jadwal perjalanan, daftar susunan acara, daftar menu, dan lain-lain) yang dilakukan melalui membaca memindai.
Indikator: 1. Menemukan secara cepat dan tepat informasi yang diperlukan. 2. Menjelaskan informasi dalam bentuk uraian. Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines), Rasa hormat dan perhatian ( respect ), Tekun ( diligence ), Tanggung jawab ( responsibility ) Berani ( courage ) dan Ketulusan ( Honesty )
Alokasi Waktu: … x 1 jam pelajaran
A. Tujuan Pembelajaran Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, siswa mampu: 1. Menemukan secara cepat dan tepat informasi yang diperlukan. 2. Menjelaskan jadwal perjalanan yang telah dibaca dalam bentuk uraian.
B. Materi Pembelajaran Jadwal perjalanan
C. Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Tanya jawab 3. Diskusi 4. Penugasan
D. Langkah-Langkah Kegiatan I.
Kegiatan Pendahuluan Guru memberikan pengantar tentang materi yang akan diajarkan
II. Kegiatan Inti 1. Guru menjelaskan tentang cara membaca memindai. 2. Guru memberikan contoh jadwal perjalanan sarana transportasi. 3. Siswa mengamati dan merespon penjelasan guru 4. Siswa menanyakan materi yang belum dipahami 5. Siswa menjelaskan informasi yang telah dibaca dalam bentuk uraian. III. Kegiatan Penutup 1. Guru memberi tugas rumah berupa tugas kelompok maupun tugas individu. 2. Siswa membuat kesimpulan, catatan, rangkuman, dan mengerjakan soal evaluasi. 3. Tindak lanjut berupa perbaikan dan pengayaan.
E. Sumber Belajar 1. Jadwal perjalanan 2. Buku paket Bahasa Indonesia kelas 5 3. PUEYD 4. TBBBI 5. KBBI
F. Penilaian Hasil Belajar
Tes tertulis Bentuk instrumen
: Mendengarkan, berbicara, membaca, menulis
(pilihan ganda, isian, uraian).
Uji praktik
Mengetahui,
Kepala Sekolah
Guru Kelas/Mapel
_________________ NIP.
NIP.
Lembar Observasi untuk Siswa Siswa yang Tidak Terlibat Aktif dalam PBM
SISWA
KEGIATAN 1
Ugro Rizky Rayhan Salsabila Pinka Kiara Nisrina Amar Ladisa Bisyara Selfa Tiara Asri Haikal Bagus Alghi Teguh Fairuz Siti Zein Clarissa Ratu Nabila Rachel Cyintia
2
3
PERSENTASE 4
5
6
Zidan Naufal Kholid Keyla Reza Syalsabila Syibran Rio Rachel N Nashwa Fery Mutiara Fatimah Ardelia Akbar
Keterangan : 1. Mengantuk 2. Mengerjakan tugas lain 3. Berisik 4. Keluar masuk kelas 5. Mengganggu siswa lain
Lembar Pengamatan Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran
Nama Sekolah
: ……………………………………..
Tahun Pelajaran
: ……………………………………..
Kelas/Semester
: ……………………………………...
Pokok Bahasan
: ……………………………………...
Siklus Ke
: ……………………………………..
NAMA
MINAT
SISWA
4
1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5.
3
2
1
PERHATIAN
PARTISIPASI
PRESENTASI
4
4
4
3
2
1
3
2
1
3
2
1
1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5.
Keterangan : SB : Sangat Baik ; SKOR 4, B : Baik ; SKOR 3, C
: Cukup ; SKOR 2,
K
: Kurang ; SKOR 1
Lembar Pengamatan Proses Belajar Mengajar Responden Guru
Nama Sekolah
: ……………………………..
Tahun Ajaran
: ……………………………..
Kelas/Semester
: ……………………………..
Pokok Bahasan
: ……………………………..
Siklus Ke
: ……………………………..
NO
KEGIATAN
1.
Apersepsi
2.
Penjelasan Materi
3.
Penjelasan metode pembelajaran
4.
Teknik pembagian kelompok
5.
Penguasaan kelas
6.
Penggunaan media
7.
Suara
8.
Pengelolaan kegiatan diskusi
9.
Bimbingan kepada kelompok
10.
Pengelolaan kegiatan diskusi
11.
Pemberian pertanyaan atau kuis
12.
Kemampuan melakukan evaluasi
13.
Memberikan penghargaan
4
3
2
1
individu atau kelompok 14.
Menentukan nilai individu dan kelompok
15.
Menyimpulkan materi pembelajaran
16.
Menutup pembelajaran
Keterangan : SB : Sangat Baik (4), B : Baik (3), C : Cukup (2), K : Kurang (1)
Panduan Wawancara Responden Siswa
Nama Sekolah
: ……………………..
Tahun Pelajaran
: ……………………..
Kelas/Semester
: ……………………..
1. Bagaimana menurut pendapatmu tentang pembelajaran yang baru kalian ikuti! 2. Apakah kalian senang dengan pembelajaran yang baru kalian ikuti? Mengapa? 3. Bagaimana menurut pendapatmu tentang cara guru menerangkan atau menjelaskan materi pelajaran? Jelaskan! 4. Bagaimana tes atau evaluasi yang dilakukan guru? Jelaskan! 5. Apakah kalian dapat memahami materi pelajaran yang baru kalian ikuti? Jelaskan!
Catatan : Pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara disesuaikan dengan masalah dalam penelitian tindakan kelas.
Daftar Hal Penting yang Ditemukan
Nama Sekolah
: ……………………………………..
Tahun Pelajaran
: ……………………………………..
Kelas/Semester
: ……………………………………...
Pokok Bahasan
: ……………………………………...
Siklus Ke
: ……………………………………..
Kelompok
: ..........................................................
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Hal Penting
Keterangan
Daftar Pertanyaan TTS Siklus I
Nama Sekolah
: ……………………………………..
Tahun Pelajaran
: ……………………………………..
Kelas/Semester
: ……………………………………...
Pokok Bahasan
: ……………………………………...
Siklus Ke
: ……………………………………..
Kelompok
: ..........................................................
Mendatar 1. orang yang (mengetahui secara jelas atau menjadi sumber) informasi 2. hasil melucu, tindak (perkataan) yang lucu 3. segala sesuatu yang dilaporkan; berita 4. cara seseorang atau sekelompok orang dalam suatu masyarakat bahasa mengucapkan bunyi bahasa 5. lagu kalimat; ketepatan penyajian tinggi rendah nada 6. Hal-hal yang berhubungan dengan watak. 7. waktu berhenti sebentar. 8. Sambutan terhadap ucapan (kritik atau komentar).
Menurun 9. Bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan kaya makna. 10. Pendapat (usul, ujaran, cita-cita) yang dikemukakan untuk dipertimbangkan. 11. Cerita yang lahir berdasarkan khayalan semata atau bersifat imajinatif. 12. Hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan; sesuatu yang benarbenar terjadi. 13. hasil pemikiran 14. tempat perhentian bus. 15.
cerita yang menggambarkan watak dan budi manusia yang pelakunya
diperankan oleh binatang (berisi pendidikan moral atau budi pekerti) 16. makanan kecil.
6 9
X
12
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
10
I
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
5
X
8
X
X
X
X
14
X
1
16
X
4
15
2
X
X
X
13
X
X
X
X
X
X
X
X
X
7
X
X
X
X
X
X
X
X
3
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
11
Jawaban TTS Mendatar 1. orang yang (mengetahui secara jelas atau menjadi sumber) informasi (Jawab: Narasumber) 2. hasil melucu, tindak (perkataan) yang lucu (Jawab: 3. segala sesuatu yang dilaporkan; berita (Jawab:
Lelucon)
Laporan)
4. cara seseorang atau sekelompok orang dalam suatu masyarakat bahasa mengucapkan bunyi bahasa (Jawab:
Lafal)
5. lagu kalimat; ketepatan penyajian tinggi rendah nada (Jawab: Intonasi) 6. Hal-hal yang berhubungan dengan watak. (Jawab: 7. waktu berhenti sebentar. (Jawab:
Perwatakan)
Jeda)
8. Sambutan terhadap ucapan (kritik atau komentar). (Jawab:
Tanggapan)
Menurun 9. Bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan kaya makna. (Jawab:
Puisi)
10. Pendapat (usul, ujaran, cita-cita) yang dikemukakan untuk dipertimbangkan. (Jawab:
Saran)
11. Cerita yang lahir berdasarkan khayalan semata atau bersifat imajinatif. (Jawab:
Dongeng)
12. Hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan; sesuatu yang benarbenar terjadi. (Jawab:
Fakta)
13. hasil pemikiran (Jawab:
Gagasan)
14. tempat perhentian bus. (Jawab: 15.
Halte)
cerita yang menggambarkan watak dan budi manusia yang pelakunya
diperankan oleh binatang (berisi pendidikan moral atau budi pekerti) (Jawab: Fabel) 16. makanan kecil. (Jawab:
Kudapan)
6 9
P
E
R
W
A
T
A
K
A
N
U
X
F12
X
X
X
X
X
X
X
I
X
A
X
X
X
X
X
X
X
X
X
D11
S
X
K
X
X
X
X
X
X
X
X
X
O
I
X
X
X
X
N
5
10
I
N
T
O
N
A
S
X
8
A
N
G
G
A
P
A
N
X
X
G
X
X
H14
X
1
A
R
A
S
U
M
B
E
X
X
A
K16 X
4
L
A
F15
A
L
X
X
N
2
L
E
L
U
C
O
N
A
X
X
X
X
G
X
X
T
D
X
X
X
B
X
G13
X
X
E
A
X
X
7
J
E
D
A
X
X
X
P
X
X
X
L
X
G
X
X
3
L
A
P
O
R
A
N
A
X
X
X
N
X
X
X
X
X
S
X
X
X
X
X
X
X
X
X
A
X
X
X
X
X
X
X
X
X
N
T
N
R
Lembar Pengamatan Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Membaca Cepat
Nama Sekolah
: ……………………………………..
Tahun Pelajaran
: ……………………………………..
Kelas/Semester
: ……………………………………...
Pokok Bahasan
: ……………………………………...
Siklus Ke
: ……………………………………..
Kelompok
: ..........................................................
NO KEGIATAN 1.
4
3
2
1
Ketepatan pemilihan perwakilan kelompok
2
Pembukaan
3
Kecepatan membaca
4.
Ketepatan intonasi
5.
Kejelasan ucapan
6.
Ketenangan membaca
7.
Penguasaan bacaan
8.
Pemahaman bacaan
Keterangan : SB : Sangat Baik ( 4 ), B : Baik ( 3 ), C : Cukup ( 2 ), K : Kurang (1)
Lembar Pengamatan Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Mencari Harta Karun Nama Sekolah
: ……………………………………..
Tahun Pelajaran
: ……………………………………..
Kelas/Semester
: ……………………………………...
Pokok Bahasan
: ……………………………………...
Siklus Ke
: ……………………………………..
Kelompok
: ..........................................................
NO KEGIATAN 1.
Pembukaan kelompok
2.
Pembacaan hasil kerja
3.
Ketepatan pemilihan hal
4
3
2
1
penting 4.
Banyaknya hal penting yang ditemukan
5.
Penguasaan bacaan
6.
Pemahaman bacaan
7.
Ketepatan menjawab pertanyaan
8.
Ketenangan menjawab pertanyaan
9.
Kerja sama antar anggota
10.
Pembagian tugas anggota kelompok
11.
Keaktifan anggota dalam diskusi
Keterangan : SB : Sangat Baik ( 4 ), B : Baik ( 3 ), C : Cukup ( 2 ), K : Kurang (1)
Lembar Pengamatan Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Mengisi Teka-Teki Silang
Nama Sekolah
: ……………………………………..
Tahun Pelajaran
: ……………………………………..
Kelas/Semester
: ……………………………………...
Pokok Bahasan
: ……………………………………...
Siklus Ke
: ……………………………………..
Kelompok
: ..........................................................
NO KEGIATAN 1.
4
3
2
1
Ketepatan pemilihan perwakilan kelompok
2.
Kecepatan pemahaman kalimat
3.
Kecepatan mengisi soal
4.
Ketepatan jawaban
5.
Percaya diri
6.
Kerja sama anggota kelompok
7.
Banyaknya soal TTS
8.
Ketenangan
Keterangan : SB : Sangat Baik ( 4 ), B : Baik ( 3 ), C : Cukup ( 2 ), K : Kurang (1)
Anak Tukang Becak Jadi Dokter YOGYAKARTA, RIMANEWS - Siapa bilang pengayuh becak tak bisa melahirkan seorang dokter? Buktinya Suyatno, seorang pengayuh becak di Yogyakarta, berhasil menyekolahkan anaknya hingga lulus dokter dari UGM. Perjuangannya membuktikan tidak ada kerja keras yang sia-sia. "Anak saya, Agung Bhaktiyar masuk Fakultas Kedokteran UGM tahun 2005 lulus dilantik jadi dokter pada pertengahan tahun 2011," kata Suyatno saat tampil di hadapan ribuan orangtua mahasiswa baru UGM di Gedung Graha Sabha Pramana (GSP), Bulaksumur, Yogyakarta, Kamis (8/9/2011). Pria 63 tahun itu layak berbangga sang putera meraih gelar sarjana kedokteran dari salah satu universitas ternama, tanpa harus banyak mengeluarkan biaya. Maklum, anaknya mendapat beasiswa saat kuliah di Fakultas Kedokteran. Menurut Suyatno, Agung adalah anak bungsu dari empat saudara yang satu-satunya kuliah. Sedang tiga kakaknya, setelah lulus sekolah menengah langsung bekerja. Agung sebelumnya merupakan lulusan SMA 6 Yogyakarta. Setelah dilantik menjadi dokter, Agung menjadi dokter magang di rumah sakit di Wates Kulonprogo. "Dia selama sekolah baik saat SMA maupun kuliah juga tidak macam-macam dan tidak banyak meminta kepada orangtua. Karena tahu kalau orangtuanya tidak punya uang," lanjut Suyatno. Suyatno sehari-harinya bekerja menjadi pengayuh becak sejak tahun 1975. Dia biasanya mangkal di sekitar Hotel Santika di Jalan Sudirman Yogyakarta. Bersama istri dan anaknya, Suyatno tinggal di kawasan Ledok Kali Code di Kampung Terban, Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta. Saniyem, istrinya bekerja sebagai pengumpul barang rongsokan. Dari menarik becak, dia mendapat penghasilan sekitar Rp 20-30 ribu per hari. "Ini anugerah bagi keluarga kami dan kami sekeluarga bangga. Alhamdulilah selama dia kuliah dapat beasiswa terus," ucap Suyatno yang masih akan terus bertahan di bawah terik matahari Yogya dengan becaknya. Menyumbangkan seorang dokter pada Ibu Pertiwi mungkin sebelumnya tak pernah dibayangkan Suyatno. Namun dengan kemauan kuat anak dan dukungan keluarga membuktikan segala hal bisa terjadi atas kehendak Yang Maha Kuasa.(rimanews.com)
Daftar Istilah Pelajaran Bahasa Indonesia
No.
Istilah
Arti Istilah
Halaman Kamus
1
alur
2
cerita
3
deskripsi
4
dialog
5
dwilingga
6
dwipurwa
7
ekspresi
8
fabel
9
lafal
10
gagasan
11
komentar
12
intonasi
13
narasumber
14
surat
15
topik
Daftar Pertanyaan TTS Siklus 2
Nama Sekolah
: ……………………………………..
Tahun Pelajaran
: ……………………………………..
Kelas/Semester
: ……………………………………...
Pokok Bahasan
: ……………………………………...
Siklus Ke
: ……………………………………..
Kelompok
: ..........................................................
Mendatar 1. Keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. 2. Pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terperinci. 3. Karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih. 4. Pilihan kata yang tepat dan selaras; untuk mengungkapkan gagasan sehingga memperoleh efek tertentu. 5. Cerita yang lahir berdasarkan khayalan semata atau bersifat imajinatif.
Menurun 6. Hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan; sesuatu yang benar-benar terjadi. 7. Bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan kaya makna. 8. Pendapat (usul, ujaran, cita-cita) yang dikemukakan untuk dipertimbangkan. 9. Sesuatu yang disimpulkan, hasil menyimpulkan; kesimpulan. 10. Sambutan terhadap ucapan (kritik atau komentar).
X
1
10
X
X
X
X
X
2
X
X
6
X
X
X
X
X
X
X
X
3
X
X
X
X
X
X
4
X
X
X
X
X
X X
X
X
X
X
X
9
X
X
7
8
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
5
X
X
X
X
X
Jawaban TTS Siklus 2 Mendatar 1.Berita : Keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. 2.Deskripsi : Pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terperinci. 3.Dialog : Karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih. 4.Diksi : Pilihan kata yang tepat dan selaras; untuk mengungkapkan gagasan sehingga memperoleh efek tertentu. 5.Dongeng : Cerita yang lahir berdasarkan khayalan semata atau bersifat imajinatif.
Menurun 6.Fakta : Hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan; sesuatu yang benar-benar terjadi. 7.Puisi : Bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan kaya makna. 8.Saran : Pendapat (usul, ujaran, cita-cita) yang dikemukakan untuk dipertimbangkan. 9.Simpulan : Sesuatu yang disimpulkan, hasil menyimpulkan; kesimpulan. 10.Tanggapan : Sambutan terhadap ucapan (kritik atau komentar).
X
1
B
E
R
I
T10
A
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
A
2
E
S9
K
R
I
P7
S8
I
X
X
F6
X
X
N
X
X
I
X
X
X
U
A
X
3
D
I
A
L
O
G
X
X
M
X
X
X
I
R
X
4
D
I
K
S
I
G
X
X
P
X
X
X
S
A
X
X
X
T
X
X
A
X
X
U
X
X
X
I
N
X
X
X
A
X
X
P
X
X
L
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
A
X
X
A
X
X
X
X
X
X
X
X
X
5
O
N
G
E
N
G
X
X
X
X
X
D
D
Daftar Istilah Sastra Siklus 2
No.
Istilah
Arti Istilah
Halaman Kamus
1
alur
2
drama
3
tema
4
latar
5
perwatakan
6
amanat
7
bait
8
puisi
9
protagonis
10
antagonis
{ I
I
Uji Referensi 'l pENINGKATAI\ Selwuh referensiyang digunakandalampe,nulisanskripsi yang berjudul MINAT BACA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SDN PAMT]LAI\G PERMAI KELAS V " ProgramStudiKI JurusanPGMI yangdisusunoleh Sri AnarttyadenganNIM. 10901830018 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah druji olehdosenpenrbimbingpadatanggal Januari2014. kebenarannya Jakafia,O3Januai201'4
I DosenPe,nrbimbing
Nafia Wafiqni,M. Pd NIP : 198110032009122004
l2t5 200912200r
v
1 UJI REFERENST
Nama : Sri Aziartiya II{IM: 109018300018
Judul Skripsi : PeningkatanMinat Baca Melalui PembelajaranBerbasisMasalahPada Mata Pelajaran BahasaIndonesiaDi SDN PamulangPermai Kelas V.
No
Judul Buku
Pengarang
Penerbit, cetakan & tahun
Halaman Nomor Paraf Skripsi Footnote Pembimbing I
I
2
a J
4
5
I
TNa Bahasa Chaer,Abdul Jakarta: Praktis Bahasa Rineka Indonesia Cipta, Edisi Revisi Cet.Ke1. 1998 I Cermat Zaenal, Akapres, Berbahasa Arifur dan Cet. Ke-l, Indonesia untuk Amran Tasai 1995 PerzuruanTineei I UU SISDIKNAS Redaksi Sinar ( Sistem SinarGrafika Grafika, Pendidikan Cet.Ke-4, Nasional) 2003 2007 Komposisi Finoza, Diksi Insan I BahasaIndonesia Lamuddin Mulia, Revisi Empat Cet.Kexvlll. 2010 Keterampilan Sahara, Siti FITK Press, 2 Berbahasa dkk Cet. Ke-3, Indonesia 2009
n
I
+ 2
J
+ +
4
+ 5
(
q
q +
.}v I
6
7
8
9
Amir, Inovasi Taufiq Pendidikan Melalui Problem BasedLearning Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajardi Era Pengetahuan Perencanaan Pembelajaran
M. Kencana
Hamzah Uno
Anak Jilid2
6,33
Prenada Media Group, Cet. Ke-l, 2009
B Bunri
Seri Manajemen Rusman SekolahBermutu Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Kamus Besar Tim BahasaIndonesia Penyusun ( edisiketiga)
1 0 Perkembangan
3,21
+4 5
Aksara, Cet. Ke-6,2010 Raja 5 , 2 0 PT. Grafindo Perkasa, Edisi Kedua Cet. Ke- 6, 2013
9 Balai Pustaka,Cet. Ke-l Edisi Ketiea.2001 9,12 Hurlock, B. Erlangg4 Cet.Ke-5, Elizabeth 1999 Dwi Sunar Think.2008 9 Prasetyono
l 1 Rahasia Mengajarkan GemarMembaca pada Anak Sejak Dini l 2 SuperLearning Warsenol Agus dan Ratih Kumoroiati 13 Langkah Mudah Kunandar Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan ProfesiGuru t 4 Penelitian Arikunto, TindakanKelas Suharsimi.
Diva Press, I 4 Cet.Ke-1, 20ll Rajawali Press, Cet. Ke-5,2010
Bumi Aksara.
27
8
7,30
+4 I
+ 10
11, 12, 13,18 t4
+ ,f +
q +
20
-4
r
{
JJ
+ 27
(
34
(
+ il
vi
.
KEMENTERIAN AGAMA UINJAKARTA "f,:riftt FtrK ,?.;1f,'l i -\f,I!-.lLJ
No. Dokumen : Tgl.Terbit : No.Revisi: :
FORM(FR)
J!. tr. H. Juade No ss Ciputat15412tndonesia
Hal
FITK-FR-AI(D-OB5 1 Maret2010 01 . . t.. . .
PERMOHONAN SKRIPSI SURATBIMBINGAN Nonror Lampiran Perihal
: Istimewa : SatuberkasProposal : BimbinganSkripsi
.lakarta.I I Februari2013
KepadaYth. I(a. SubbagAkademik& I(emahasiswaan FakultasIlmu TarbiyahdanKeguruan di Tempat
Assalamu'alaikumwr. wb. Yangbertandatangandi bawahini Nama Sri Aziartiya NIM 10901 83000I 8 Jurusan/Prodi KI-PGMI Semester VIII (delapan) permohonan Denganini mengajukan suratbimbinganskripsi.sebagaisalah programS-l (Stratal) UIN Syarif Hidayatullah satusyaratmenyelesaikan Jakarta. Adapunjudul skripsiyangdiajukanadalah: PeningkatanMinat Baca SiswaMelalui Pembelajaran.BerbasisMasalah Pada Mata Pelajaran BahasaIndonesiaSDN PamulangPermai KelasV. DosenPembimbing Skripsjyangdiusulkanl \ qfor$ t Owi , PembimbingI : Ua$th
Pembimbingllffi Sebagaibahanpefiimbangan sayalampirkanproposal. Demikianpermohonanini sayasampaikan, atasperhatiannya diucapkan terimakasih. Wassalamu'alaikum wr. wb.
Pemohon^
,,l\tr)q n\\
Sri Aziartiya NIM.109018300018 Tembusan: l. DosenPenasehat Akademik
v I
r@; irrrni
i$.u:
DEPARTEMEN AGAMA UINJAKARTA FITK
FORM(FR)
Jl. lr. H. Juanda No 95 CiDutat 15412 lndonesia
No.Dokumen : FITK-FR-AKD-081 Tgl.Terbit : 5Januari2009 No. Revisi: Hal
:
00
1t1
SKRIPSI SURATBIMBINGAN Nomor : Un.Ot/F.l/KM.O1.3/. 23.2/.?..e1) L a m p .: . . . . . . . . . . . . . . . Hal : BimbinganSkripsi
Jakart425 Februari2013
KepadaYth. Nafia Wafiqni, M.Pd PembimbingSkripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayafullah Jakarta. A ssalamu'al aikum wr.wb. Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing VII (materi/teknis)penulisanskripsi mahasiswa:
Nama
Sri Aziartiya
NIM
1 0 9 0 1 8 3 0 080 1
Jurusan
KI-PGMI
Semester
VIII ( Delapan)
JudulSkripsi
PeningkatanMinat Baca Melalui PembelajaranBerbasis Masalah Pada Mata Pelajaran .BahasaIndoiesia di SDN PamulangPermaiKelasV
pada tanggal 18 februari Judul tersebuttelah disetujui oleh Jurusanyang bersangkutan 2013, abstraksi/outlineterlampir. Saudaradapatmelakukanperubahanredaksionalpada judul tersebut. Apabila perubahansubstansialdianggap perlu, mohon pembimbing menghubungi Jurusanterlebihdahulu. Bimbingan skripsi ini diharapkanselesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapat suratperpanjangan. diperpanjangselama6 (enarn)bulanberikutnyatanpa kami ucapkanterimakasih. Atas perhatiandankerja samaSaudara, Wassalamu' alaikum wr.w b.
Tembusan: 1. DekanFITK ybs. 2. Mahasiswa
r I
I
DEPARTEMENAGAMA
,ffi,,
UINJAKARTA
iSD-r
li'#r""*"
No.Dokumen : FITK-FR-AKD-081 Tgl.Terbit : 5Januari20Og No.Revisi: : 00 Hal 1t1
FORM(FR)
.,s412 r. ssciputat tnclonesia
SURATBIMBINGAN SKRIPSI Nomor : Lamp. : Hal : BimbinganSkripsi
Jakarta,25 Februari2013
Kepada Yth. Hindun, M.Pd Pembimbing Skripsi Fakultas thn'u faiUiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Assalamu' al aikum wr.w b. Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing I/Il (materi/teknis)penulisanskripsi mahasiswa:
Nama
Sri Aziartiya
NIM
1 0 9 0 1 8 3 0 080 1
Jurusan
KI-PGMI
Semester
VIII ( Delapan)
JudulSkripsi
Peningkitan Minat Baca Melalui Pembelajaran Berbasis Masalalf Pada lWdta Pelajaran tsahasa Indonesia di SDN PamulangPermaiKelasV
Judul tersebuttelah disetujui oleh Jurusanyang bersangkutanpada tanggal 18 februari 2013, abstraksiloutlineterlampir. Saudaradapatmelakukanperubahanredaksionalpada judul tersebut. Apabila perubahansubstansialdianggap perlu, mohon pembimbing rneirghubungi Jurusanterlebihdahulu. Bimbingan skripsi ini diharapkanselesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapat diperpanjangselama6(enarn)bulanberikutnyatanpasuratperpanjangan AtasperhatiandankerjasamaSaudara, kamiucapkanterimakasih. Wassal amu' alqilrum wr. w b.
idikanIslam
Zakaia,
19560s30 I Tembusan: l. DekanFITK 2. Mahasiswaybs.
M. Phit
1002f
T t
. PEMERINTAH SELATAN KOTATANGERANG DINASPENDIDIKAN PAMULANG KECAMATAN UPTPENDIDIKAN
PERMAI SEKOLAHDASARNEGERIPAMULANG SURATKETERANGAN TETAHMEIAKUI(ANPENEUTIAN Nomor: a2t.2lO56 | SD-PP N I 20L3
Yangbertandatangandibawahini : Nama Drs.ARlilil 196608051988031 015 NIP Pangkat/Gol Ruang Pembina,lV/a KepalaSekolah Jabatan : bahwaMahasiswa dengansesungguhnya Denganinimenyatakan Srl Azlartiya Nama 1090183(x)018 NIM Fakuhas TarbiyahDanllmu Keguruan Fakuhas K I- P GMI Jurusan : Vlll(Delapan) Semester penulisan Bahwanamatersebutdiatasbenartelah melakukanpenelitianuntuk menyelesaikan skripsi. apabiladikemudianhari ternyata Demikiansuratpernyataanini sayabuat dengansesungguhnya, mestinya. ini tidakbenarakandiperbaikisebagaimana isisuratpernyataan
Pamulangl5 oFtob€c3ot3
1988031 015
RIWAYAT PENULIS
SRI AZIARTIYA dilahirkan di Jakarta pada tanggal 13 September 1991 dari ayah yang bernama Tarmizi Nurdin dan ibu bernama Armini Baskar. Ia merupakan anak bungsu dari lima bersaudara, sekaligus menjadi satu-satunya anak wanita di antara empat saudara lelakinya. Pendidikan Sri Aziartiya ditempuh di Jakarta. Ia menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di MI Jauharottun Naqiyyah Cawang pada tahun 2003. Kemudian menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMPN 14 Jakarta pada tahun 2006. Setelah itu ia menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Muhammadiyah 4 Jakarta pada tahun 2009. Setelah tamat SMA, ia kuliah di Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Impian terbesar dalam hidup Sri Aziartiya adalah menjadi seorang Guru yang profesional. Menjadi guru merupakan cita-citanya sejak kecil, terinspirasi dari sang ibu yang juga seorang guru selama 30 tahunan. Inspirasinya bertambah tatkala seorang kakaknya juga menjadi pengajar di Universitas Indonesia. Oleh karena itu, ketika perkuliahannya memasuki semester akhir, ia sudah mulai mengajar di beberapa tempat. Ia pernah mengajar sebagai guru bimbingan belajar Primagama selama tiga bulan, mengajar les privat untuk beberapa siswa SD di rumahnya sampai sekarang, menjadi guru di Madrasah Ibtidaiyah (MI) alAmin Karpus Kramatjati sebagai Wali Kelas 2 sampai sekarang, dan menjadi guru di TPA/TQA di Najahuttholibin selama enam bulan sampai sekarang.