PENINGKATAN PEMAHAMAN BACAAN CERITA ANAK TERJEMAHAN MELALUI TEKNIK PETA PIKIRAN (MIND MAP) PADA SISWA KELAS VII TAHUN PELAJARAN 2011-2012 (PTK di MTs. Annajah Petukangan)
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh Gita Desi Lestari NIM: 107013002740
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M
ABSTRAK Penelitian berjudul “Peningkatan Pemahaman Bacaan Cerita Anak Terjemahan Melalui Teknik Peta Pikiran Pada Siswa Kelas VII Tahun Pelajaran 2011-2012 (PTK di MTs. Annajah Petukangan)”. Skripsi, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syahid Jakarta, September 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses dan hasil pembelajaran pada materi cerita anak terjemahan melalui penerapan teknik peta pikiran di kelas VII MTs. Annajah Petukangan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2011, yang bertempat di MTs. Annajah Petukangan, Jl. Ciledug Raya Petukangan Selatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan sampel berjumlah 32 siswa kelas VII-1, yang diajarkan adalah cerita anak terjemahan dengan menerapkan teknik peta pikiran. Instrumen yang digunakan berupa tes berbentuk pilihan ganda dan esai; dengan 10 butir soal pilihan ganda, dan 5 soal esai. Skor tiap soal pilihan ganda sebesar 10 dengan jumlah total 100; sedangkan total skor esai sebesar 100. Cara penghitungan, yaitu jumlah skor pilihan ganda ditambah jumlah skor esai dibagi 2. Selain itu, instrumen lain yang digunakan adalah RPP, catatan lapangan, jurnal siswa, wawancara, angket, kuesioner, form pengamatan siswa terhadap guru, dan foto, sebagai instrumen pendukung. Teknik peta pikiran yang belum pernah digunakan pada pembelajaran di MTs. Annajah Petukangan, mengharuskan peneliti dan guru mengajarkan dan memberitahukan terlebih dahulu cara membuat dan menerapkan teknik peta pikiran tersebut dalam memahami cerita anak terjemahan. Walaupun pengetahuan siswa terbatas dalam membuat dan menerapkan teknik ini, namun dari perhitungan hasil penelitian dengan menggunakan uji-t menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Hasil PTK menunjukkan bahwa penerapan teknik peta pikiran ini dapat mempermudah siswa dalam memahami bacaan cerita anak terjemahan. Hal tersebut terbukti dari nilai t hitung > t tabel, yaitu 9,54 > 1,66, yang berarti hipotesis penelitian dapat diterima.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbilalamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah berikan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabatnya, dan para pengikutnya sampai akhir zaman. Adapun penulisan skripsi ini diajukan untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak menerima saran, petunjuk, bimbingan, dan masukkan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak, khususnya kepada: 1. Ibu Nurlena Rifa’i, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Mahmudah Fitriyah, M.Pd. sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang selalu mengarahkan dan pemberi semangat. 3. Ibu Rosida Erowati, M.Hum. sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan ilmunya kepada penulis. 4. Ibu Dra. Hindun, M.Pd., sebagai penasehat akademik yang telah memberikan motivasi dan dukungannya. 5. Bapak Drs. E. Kusnadi, Bapak Aria, M.Pd., Bapak Dr. Alek Abdullah, M.Pd., Bapak Makyun Subuki, M.Hum., Ibu Elvi Susanti, M.Pd., Ibu Dra. Siti Sahara, Bapak Dona Aji Karunia Putra, M.A., dan Ibu Nuryani, M.A., sebagai dosen yang telah memberikan ilmunya selama mengajar dan memberikan nasihat kepada penulis, serta Bapak Sapri yang selalu memotivasi dan membantu penulis selama kuliah. 6. Bapak Drs. Sam’unal Ghozi, sebagai Kepala MTs. Annajah Petukangan; Bapak M. Guntur, S.Pd., sebagai guru bidang studi; dan segenap guru serta karyawan tata usaha MTs. Annajah Petukangan, terima kasih atas bantuannya dalam pengumpulan data penelitian pada skripsi ini. 7. Dosen-dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosen-dosen di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.
ii
8. Pimpinan dan staf perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 9. Ayahandaku, Ujang Nopendy, dan Ibunda tercinta, Suratmi, yang selalu menyayangi aku sedari kecil, yang tak pernah berhenti berdoa untukku, semoga aku bisa memberikan yang terbaik untuk orangtuaku tercinta. 10. Untuk abang-abangku, Yarfa, Yarfu, dan adik kecilku yang manis, Althifani, terima kasih atas motivasi dan saran-saran serta senyum dan canda tawanya. 11. Teristimewa, Buya Bonang, K’Ida, K’Anggita, K’Anggun, dan seluruh keluarga besar ASC, yang tak pernah lelah mengajariku banyak hal, yang tak berhenti berdoa untukku, dan yang selalu memberikan yang terbaik untukku. 12. Tercinta untuk Andi Awaluddin sebagai orang yang istimewa dalam hidup penulis. Orang yang selalu mendampingi penulis dalam suka dan duka, baik moril maupun materil. 13. Teman-teman seperjuanganku, Eti Kurniati, Durrah Nafisah, Inayah Setiani, Mirna Ferdiyawati, Fajar Fitri Rahayu, Nurul Syaefitri, dan seluruh sahabatku di PBSI terutama angkatan 2007 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terima kasih atas saran dan informasi yang telah diberikan, serta terima kasih telah menjadi teman ketika suka dan duka selama proses perkuliahan dan proses penyelesaian skripsi ini, dan terima kasih telah menjadi teman terbaik di kampus UIN ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran demi kesempurnaannya. Hanya kepada Allah jualah penulis berserah diri, semoga yang penulis amalkan mendapat ridho-Nya. Amin ya robbal alamin. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat bagi para pembaca, semua pihak yang memerlukan, dan khususnya kepada penulis sebagai calon guru. Hasil skripsi ini yang merupakan skripsi penelitian tindakan kelas, diharapkan dapat digunakan sebagai tindak lanjut untuk membantu perkembangan bahasa dan sastra di Indonesia. Jakarta,
September 2011
Penulis,
Gita Desi Lestari
iii
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ............................................................................................................. i KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii DAFTAR GRAFIK ............................................................................................. ix DAFTAR BAGAN .................................................................................................x DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..............................................................
1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................
5
C. Pembatasan Masalah................…………………………………
5
D. Perumusan Masalah ...................………………………………..
5
E. Tujuan Penelitian…….....................................………………….
5
F. Manfaat Penelitian..........……………………………………......
6
ACUAN TEORETIS A. Hakikat Membaca ..........................................…………………..
7
1. Pengertian dan Tujuan Membaca..........................................
7
2. Aspek Membaca....................................................................
8
B. Hakikat Cerita ............................................................................. 11 C. Hakikat Peta Pikiran (Mind Map) ..…......................................... 15 D. Peningkatan Pemahaman Bacaan Cerita Anak Terjemahan Melalui Teknik Peta Pikiran ………………................................ 18 E. Bahasan Hasil-hasil Penelitian yang Relevan ............................... 19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ...………………………………. 21 1. Tempat Penelitian …………..............…………………….. 21 2. Waktu Penelitian ……..…..............……………….……..... 21 iv
B. Populasi dan Sampel……................................................……… 21 1. Populasi ..............…………..............……………………... 21 2. Sampel ..............…………..............……..………………... 21 C. Metode Penelitian ……..........................................……………. 22 D. Instrumen Pengumpulan Data ….....…………………………… 23 1. Wawancara ..............…………..............………………….. 23 2. Observasi dan Catatan Lapangan ..............………….......... 23 3. Tes Hasil Belajar Siswa ..............…………..............……... 24 4. Angket (Kuesioner) ..............…………..............…….......... 24 5. Jurnal Siswa ..............…………..............………………..... 24 6. Dokumentasi ..............…………..............……………….... 24 E. Teknik Pengumpulan Data …................……………………….. 24 F. Teknik Analisis Data …........…………………………………... 25 G. Analisa Uji Coba Instrumen/Validitas Alat Ukur ..……………. 25 H. Hipotesis Tindakan …...............................................………….. 26
BAB IV
DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI ANALISIS, DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Pengamatan ………………………………….... 28 1. Gambaran Sekolah/Madrasah ..................................……….. 28 a. Profil MTs. Annajah Petukangan …………………….... 28 b. Sejarah Berdirinya MTs. Annajah…………………….... 29 c. Visi dan Misi MTs. Annajah .................................…….. 30 d. Data Fisik Sekolah ..................................………............. 30 e. Sarana dan Prasarana ..................................………......... 31 f. Struktur Organisasi MTs. Annajah .................................. 33 g. Tugas dan Wewenang ..................................………....... 34 2. Deskripsi Intervensi Tindakan (sebuah deskripsi catatan lapangan)………………………………………...… 35 a. Observasi Awal……………………………………....… 35 b. Keadaan MTs. Annajah Petukangan saat Penelitian....… 37 c. Perencanaan Tindakan Penelitian ……………………… 40
v
3. Tindakan Pembelajaran Siklus I ……...………………....… 41 a. Pertemuan Pertama ……………………………..........… 41 1. Tahap Perencanaan ……………………………....…. 41 2. Tahap Pelaksanaan ……………………………....….. 41 b. Pertemuan Kedua ……………………………............… 44 1. Tahap Perencanaan ……………………………........ 44 2. Tahap Pelaksanaan ……………………………......... 45 c. Tahap Observasi ……………………………..............… 46 d. Tahap Refleksi …………………………….................… 50 4. Tindakan Pembelajaran Siklus II ……………………….… 50 a. Tahap Perencanaan ……………………………..........… 50 b. Tahap Pelaksanaan …………………………….............. 51 c. Tahap Observasi ……………………………..............… 52 d. Tahap Refleksi ….............…………………………....… 59 B. Pemeriksaan Keabsahan Data ……....…………………………. 70 C. Analisis Data …………...……………………………………… 71 1. Data Hasil Kuesioner ……………………………............… 71 2. Analisis Hasil Tes Siklus ..........................……………….… 75 3. Menghitung Nilai t (analisa komparatif siklus I dan II) …... 77 D. Interpretasi Hasil Analisis ………………………..……………. 81 E. Pembahasan Temuan Penelitian……………………………..… 81 1. Berdasarkan Pengamatan Lapangan ……………………..... 81 2. Berdasarkan Hasil Wawancara …..............................…....… 83
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……………………..…………………………….. 84 B. Saran-Saran …………..……………………………………….. 84
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 86 LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1
Indeks Tingkat Kesukaran Soal ..........................................................26
Tabel 4.1 Jumlah Bangunan dan Fasilitas MTs. Annajah Petukangan ...............32 Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana MTs. Annajah Petukangan ...............................32 Tabel 4.3 Sarana Olahraga ..................................................................................33 Tabel 4.4 Sarana Ibadah ......................................................................................33 Tabel 4.5 Daftar Guru dan Karyawan MTs. Annajah Petukanga .......................39 Tabel 4.6 Pengamatan Tingkah Laku Siswa dalam Pembelajaran Siklus I ........47 Tabel 4.7 Perolehan Nilai Siswa dalam Memahami Bacaan...............................48 Tabel 4.8 Tingkat Pemahaman Siswa .................................................................49 Tabel 4.9 Perbandingan Hasil Pengamatan Tingkah Laku Siswa dalam Pembelajaran .......................................................................................53 Tabel 4.10 Perolehan Nilai Posttest Siswa dalam Memahami Bacaan ................54 Tabel 4.11 Tingkat Pemahaman Siswa ................................................................56 Tabel 4.12 Form Pengamatan Siswa Terhadap Guru (pertemuan I) .....................60 Tabel 4.13 Form Pengamatan Siswa Terhadap Guru (pertemuan II)....................61 Tabel 4.14 Form Pengamatan Siswa Terhadap Guru (siklus II) ..........................63 Tabel 4.15 Jurnal Siswa (pertemuan I) ..................................................................64 Tabel 4.16 Jurnal Siswa (pertemuan II) ...............................................................65 Tabel 4.17 Jurnal Siswa (siklus II) ........................................................................67 Tabel 4.18 Angket Siswa.......................................................................................68 Tabel 4.19 Data Kuesioner Siswa Terhadap Pengajaran Bahasa Indonesia .........71 Tabel 4.20 Data Hasil Kuesioner Siswa Terhadap Peta Pikiran ...........................73 Tabel 4.21 Perolehan Nilai Tes Siswa dalam Memahami Bacaan ........................75 Tabel 4.22 Tingkat Pemahaman Siswa ................................................................76 Tabel 4.23 Distribusi Komparatif Siklus I (X1) dan Siklus II (X2) .......................77
vii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Contoh Peta Pikiran “Liburanku” ................................................... 16 Gambar 2.2 Contoh Peta Pikiran “Target Tahunan dan Harian” ........................ 17 Gambar 2.3 Contoh Peta Pikiran “Belajar Bahasa Asing” ................................. 17 Gambar 4.1 MTs. Annajah Petukangan .............................................................. 38 Gambar 4.2 Guru Melakukan Apersepsi ............................................................. 42 Gambar 4.3 Kondisi Siswa dalam Menjawab Soal Pretest................................. 42 Gambar 4.4 Guru Menjelaskan Materi Cerita Anak Terjemahan ....................... 44 Gambar 4.5 Suasana Siswa dalam Menjawab Soal Posttest Siklus I ................. 46 Gambar 4.6 Suasana Siswa dalam Menjawab Soal Posttest Siklus II ................ 52
viii
DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 4.1 Hasil Pretest Siswa Kelas VII-1 . .................................................... 56 Grafik 4.2 Hasil Posttest Siklus I Siswa Kelas VII-1 ...................................... 57 Grafik 4.3 Hasil Posttest Siklus II Siswa Kelas VII-1 ..................................... 57 Grafik 4.4 Perbandingan Nilai Posttest Siklus I dan Siklus II ......................... 58
ix
DAFTAR BAGAN Halaman Bagan 2.1 Aspek Membaca (Tarigan, 2008:14) ................................................ 9 Bagan 2.2 Membaca (Tarigan, 2008:14) ............................................................ 9 Bagan 2.3 Genre Sastra (Jakob Sumardjo, dkk., 1991:18) .............................. 12 Bagan 3.1 Siklus Kegiatan PTK (Suharsimi Arikunto, dkk., 2010:74) ............ 23 Bagan 4.1 Struktur Organisasi MTs. Annajah ................................................. 33
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Surat Pengajuan Proposal Skripsi
Lampiran 2.
Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 3.
Surat Keterangan
Lampiran 4.
Peta Pikiran (Mind Map) Tindakan Penelitian
Lampiran 5.
Surat Izin Observasi
Lampiran 6.
Surat Izin Penelitian
Lampiran 7.
Surat Kesediaan Kolaborasi
Lampiran 8.
Pemetaan Standar Isi
Lampiran 9.
Silabus
Lampiran 10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Pertemuan I, Pretest) Lampiran 11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Pertemuan II, Posttest) Lampiran 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus II, Posttest) Lampiran 13. Materi Ajar Cerita Anak Terjemahan Lampiran 14. Bahan Cerita Anak Terjemahan “Pippi Menemukan Selepung” Lampiran 15. Soal Pretest Pertemuan I Lampiran 16. Bahan Cerita Anak Terjemahan “Lotta” Lampiran 17. Soal Posttest Pertemuan II Lampiran 18. Bahan Cerita Anak Terjemahan “Tukang Solder dan Hantu” Lampiran 19. Soal Posttest Siklus II Lampiran 20. Kesesuaian Soal dengan Indikator Lampiran 21. Soal Pravalidasi Lampiran 22. Distribusi Validasi Soal Lampiran 23. Standar Nilai KKM Lampiran 24. Profil Sekolah MTs. Annajah Lampiran 25. Daftar Nama Siswa VII-1 Lampiran 26. Catatan Lapangan (Ceklist) Lampiran 27. Catatan Lapangan (Deskripsi) Lampiran 28. Pengamatan Tingkah Laku Siswa dalam Pembelajaran Lampiran 29. Form Pengamatan Siswa Terhadap Guru Lampiran 30. Jurnal Siswa
xi
Lampiran 31. Angket Siswa Lampiran 32. Kuesioner Siswa Lampiran 33. Pedoman Wawancara Guru Lampiran 34. Pedoman Wawancara Siswa Lampiran 35. Perolehan Nilai Tes Siswa dalam Memahami Bacaan Lampiran 36. Tabel Distribusi t Lampiran 37. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
xii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia dalam peranannya sebagai bahasa pemersatu dan bahasa ilmu, berfungsi sebagai bahasa pendukung ilmu pengetahuan yang dapat meningkatkan pembangunan nasional terutama di bidang pendidikan. Dalam dunia pendidikan, bahasa Indonesia juga dijadikan salah satu mata pelajaran wajib yang menjadi tolok ukur dalam kelulusan siswa di lembaga pendidikan (sekolah). Di lembaga pendidikan (sekolah), bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan belajar mengajar. Secara umum, kemampuan berbahasa memiliki empat aspek keterampilan yang harus dimiliki serta dikuasai oleh siswa. Empat keterampilan tersebut adalah keterampilan
mendengarkan,
berbicara,
membaca,
dan
menulis.
Empat
keterampilan inilah yang akhirnya menjadi dasar bagi pembuatan kurikulum pendidikan di Indonesia. Dari empat keterampilan berbahasa, keterampilan membaca merupakan salah satu aspek yang sering dilakukan dalam kegiatan pembelajaran, terutama di sekolah. Hal ini kerap kali ditemukan di berbagai proses pembelajaran di sekolah. Keterampilan membaca haruslah diberikan perhatian khusus oleh pihak pendidik di sekolah, karena dalam kegiatan pembelajaran bidang apapun kegiatan membaca tidak dapat dilepaskan. Namun terkait dengan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah khususnya, aspek atau kegiatan membaca sering dianggap membosankan atau menjemukan siswa dan bahkan tak jarang bagi guru itu sendiri. Hal ini dapat dilihat ketika proses pembelajaran sedang berlangsung, yang tentu saja dapat berdampak pada rendahnya kesukaan atau kegemaran siswa dalam membaca. Menurut hasil studi yang dilakukan oleh Book and Reading Development (1992) dan dilaporkan oleh Bank Dunia, bahwa kebiasaan membaca belum terjadi pada siswa SD dan SLTP. Masduki (dalam Depdikbud, 1997:36) juga mengungkapkan bahwa hasil survei tim International Association for the Evaluation of Education Assessment (IAEA) pada tahun yang sama, yakni 1992 tentang kemampuan membaca siswa Indonesia terungkap bahwa (1) siswa SD 36,1% (peringkat 26
1
2
dari 27 negara) yang disurvei, (2) siswa SMP 51,7% (di bawah negara Hongkong 75,5%, Singapura 74,0%, Thailand 68,1%, dan Filipina 52,6%).1 Selain itu, menurut Organization Economic Cooperation and Development (OECD) pada tahun 2003, dari 40 negara, kemampuan membaca anak Indonesia berada pada tingkat terbawah. Tiga besar teratas diduduki Finlandia, Korea, dan Kanada. Pada tahun 2006-2007, hasil pengukuran OECD juga menyatakan bahwa Finlandia merupakan negara berkemampuan membaca tertinggi di dunia dengan skor 534,09, sedangkan Indonesia hanya memperoleh skor 381,59.2 Hal ini tentu saja menjadi perbandingan yang memprihatinkan bagi kemampuan membaca di Indonesia. Temuan survei dan hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa pembelajaran membaca masih belum dilakukan secara maksimal di sekolah, sehingga kemampuan membaca siswa juga menjadi rendah. Rendahnya kemampuan membaca dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Secara umum, faktor internal berawal dari keengganan siswa untuk membaca dikarenakan perasaan malas dan kurang menariknya buku yang dibaca siswa, walaupun isi bacaan tersebut sangat bagus. Selain itu, pengetahuan kebahasaan yang sempit, keinginan membaca yang kecil, dan minat membaca yang rendah akan menjadi faktor penghambat.3 Selain itu, faktor eksternal yang sering kali turut membuat siswa enggan membaca adalah faktor lingkungan sekitar, orang-orang di sekitar, bahan bacaan, dan lain sebagainya. Jika di sekolah, faktor eksternal yang sering berpengaruh dalam menghambat proses membaca siswa adalah guru, teman, dan bahan bacaan yang kurang memadai. Hal ini akan sangat mempengaruhi keadaan siswa untuk ingin membaca. Keadaan guru yang kurang memotivasi siswa dalam membaca, teman sekolah yang malas membaca, dan ketersediaan buku yang kurang memadai dapat membuat siswa menjadi bosan, dan tidak ingin membaca. Sebagai seorang guru, sudah sepatutnya dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menggairahkan bagi siswa. Jika siswa merasa nyaman, 1
Mufari, Penelitian Membaca; Revisi, terdapat di http://bit.ly/mnO98X, diakses Jumat 01 Juli 2011, pukul 21:30. 2 Triani Retno, Quantum Reading For Kids; Agar Anak Gila Membaca, (Jakarta: Luxima Metro Media, 2010), cet. ke-1, hlm. 12-13. 3 Iwuk P, A Guide For Reading Comprehension; Panduan Memahami Bacaan, (Yogyakarta: Citra Aji Parama, 2007), cet. ke-1, hlm. 14.
3
senang, dan bergairah dalam belajar, maka dengan sendirinya siswa akan mencari tahu dan bersemangat untuk membaca buku serta bahan-bahan lainnya yang mendukung proses pembelajaran. Jiwa dan rasa ingin tahu siswa akan meningkat dan siswa akan menjadi gemar dalam membaca. Menjadikan siswa gemar membaca, senang belajar, dan rajin serta mampu menemukan manfaat dari setiap kegiatan pembelajaran adalah impian bagi tiap guru. Demikian halnya bagi siswa, mampu menguasai materi pembelajaran atau dapat menangkap penjelasan yang diberikan oleh guru, serta dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik juga merupakan harapan bagi tiap siswa. Namun harapan itu sering kali kandas, yang terbukti dari keadaan siswa di kelas yang kerap kali merasa kesulitan ketika diberi pertanyaan yang terkait dengan materi pembelajaran. Contohnya dalam pembelajaran membaca, setelah membaca satu wacana dan siswa ditanya oleh guru tentang apa yang ia baca, siswa tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut. Selain itu, ketika siswa diminta untuk menentukan tema dari sebuah bacaan, menyimpulkan pokok-pokok isi bacaan, meringkas bacaan, maupun ketika diminta memberikan pendapat serta tanggapan terhadap isi sebuah bacaan, siswa juga tidak mampu melakukannya. Hal ini tentu saja membuat guru berpikir, apa yang salah dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan. Seharusnya, setelah membaca bahan bacaan, siswa dapat melakukan dan menjawab semua pertanyaan yang berkaitan dengan sumber bacaan, tetapi pada kenyataannya siswa tidak dapat melakukan hal tersebut. Semua ini akan berpengaruh terhadap tingkat pemahaman bacaan siswa. Untuk itu agar dapat meningkatkan pemahaman bacaan siswa, serta dapat membuat siswa gemar dan tertarik untuk membaca, guru harus mencoba berbagai macam cara yang kiranya dapat membantu proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Banyak teknik, metode, dan strategi yang dapat digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran, khususnya pembelajaran yang berkaitan dengan tingkat pemahaman bacaan siswa. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah teknik peta pikiran (mind map) yang dipopulerkan oleh Tony Buzan.4 Teknik peta 4
Mind Map adalah alat pikir organisasional. Mind map merupakan sebuah cara memetakan pikiran yang dipopulerkan oleh Tony Buzan. Di Indonesia, istilah mind map di kenal juga dengan peta pikiran. Untuk itu, dalam skripsi ini, istilah yang digunakan adalah istilah dalam bahasa Indonesia yaitu Peta Pikiran.
4
pikiran menekankan pada visualisasi suatu ide dalam bentuk kata-kata, gambar, warna, dan garis. Teknik ini memungkinkan satu ide atau satu topik tersaji pada satu halaman. Hal ini dapat meningkatkan pemahaman bacaan siswa, membuat siswa lebih kreatif, dapat menghemat waktu belajar, dan dapat membuat siswa lebih tertarik dan lebih terlibat langsung dengan kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, senada dengan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dalam kegiatan proses pembelajaran membaca khususnya di kelas VII MTs. Annajah Petukangan, dengan mencoba menggunakan teknik peta pikiran (mind map). Pemilihan materi yang dilakukan peneliti, yaitu cerita anak terjemahan. Materi ini dipilih selain mengikuti kurikulum yang ada, tetapi juga sebagai bahan atau materi yang akan membuat siswa dapat mengenal lebih jauh budaya, kebiasaan, dan kesamaankesamaan lain yang terdapat pada cerita anak terjemahan dengan kehidupan nyata siswa. Cerita terjemahan yang dipilih adalah cerita yang berasal dari Eropa. Hal ini dilakukan karena perkembangan sastra di Eropa dapat dikatakan lebih maju jika dibandingkan dengan negara-negara di sekitar Indonesia atau negara Asia. Selain itu di salah satu bagian negara Eropa, ada sebuah negara yang terkenal dengan penulis buku anak-anak yang telah memperbaharui sastra anak-anak di dunia. Negara tersebut adalah negara Swedia. Di negara Swedia, penulis buku anak-anak yang terkenal adalah Astrid Lindgren. Karena alasan inilah maka materi cerita anak terjemahan yang dipilih yaitu cerita terjemahan yang ditulis oleh pengarang bernama Astrid Lindgren. Selain cerita terjemahan dari pengarang Astrid Lindgren, bahan cerita terjemahan lain akan dipilih dari buku paket siswa.
5
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang muncul dalam penelitian, sebagai berikut: 1. Siswa dan guru kurang termotivasi serta bosan untuk membaca 2. Siswa pasif dalam proses pembelajaran 3. Siswa malas membaca khususnya cerita anak terjemahan 4. Efektivitas pembelajaran membaca mengalami hambatan 5. Kemampuan membaca siswa rendah 6. Hasil belajar dan tingkat pemahaman bacaan siswa rendah
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah ada di atas, maka perlu adanya batasan sebagai fokus penelitian. Oleh karena itu, peneliti membatasi masalah yang akan diteliti sebagai berikut: ”Peningkatan pemahaman bacaan cerita anak terjemahan melalui teknik peta pikiran”. Cerita anak terjemahan yang akan digunakan dan dibaca siswa adalah cerita-cerita sederhana dan biasa ada dalam buku paket dan juga yang terbit di toko buku. Proses pembelajaran difokuskan pada aspek kognitif siswa dengan melaksanakan pretest dan postest.
D. Perumusan Masalah Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah: “Bagaimana peningkatan pemahaman bacaan cerita anak terjemahan siswa dengan menerapkan teknik peta pikiran?”
E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kualitas pemahaman bacaan cerita anak terjemahan siswa dengan menggunakan teknik peta pikiran.
6
F. Manfaat Penelitian 1. Teoretis: a.
Memberikan pengetahuan dasar tentang apa itu teknik peta pikiran, bagaimana cara membuat peta pikiran, dan apa manfaat dari teknik peta pikiran pada siswa selama proses penelitian tindakan kelas.
b.
Menjadi masukan serta alternatif untuk mengelola dan meningkatkan strategi belajar mengajar serta mutu pengajaran guru, terutama dalam mengajarkan cerita anak terjemahan kepada siswa, serta menjadi salah satu alternatif cara belajar bagi guru dan siswa.
c.
Mengembangkan pemahaman teoritik tentang peta pikiran dalam pembelajaran membaca cerita anak terjemahan para peneliti, guru, dan orang yang berkepentingan dalam bidang ini.
2. Praktis: a. Menjadi sarana untuk berlatih, belajar, serta menambah wawasan khususnya pada bidang ilmu bahasa dan sastra Indonesia bagi siswa dan guru di sekolah. b. Memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan kemampuan dan keterampilan meneliti berdasarkan bidang yang diteliti bagi peneliti. c. Menjembatani penelitian lain tentang peta pikiran bagi mahasiswa jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.
8
BAB II ACUAN TEORETIS
A. Hakikat Membaca 1. Pengertian dan Tujuan Membaca Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis. Membaca merupakan aktivitas yang dapat membuat seseorang mengetahui berbagai hal yang ada di muka bumi. Membaca dapat membuka wawasan dan menambah ilmu pengetahuan pembacanya. Definisi atau pengertian membaca menurut Henry Guntur Tarigan adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui kata-kata/bahasa tulis.1 Adapun menurut Alek membaca ialah proses memahami pesan tertulis yang menggunakan bahasa tertentu yang disampaikan oleh penulis kepada pembacanya.2 Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses memahami bacaan yang dilakukan oleh pembaca dalam rangka memperoleh dan mengerti pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, menyakup isi, memahami makna bacaan.3 Namun membaca bagi sebagian orang memiliki tujuan yang berbeda-beda, hal ini dikarenakan perbedaan pengalaman, pengetahuan, minat, dan kebutuhan akan sesuatu. Dalam dunia pendidikan (sekolah), tujuan membaca dipengaruhi oleh materi pelajaran, guru, dan rasa ingin tahu siswa. Tujuan membaca dari tiap individu dalam suatu kelompok ditentukan oleh pengalaman, kecerdasan, minat, pengetahuan bahasa (pemerolehan kosakata), dan kebutuhan dari kelompok tersebut. Secara umum, tujuan dari membaca adalah sebagai berikut: a. b. c. d.
Memperoleh informasi Menambah wawasan ilmu pengetahuan Mengisi waktu luang (hiburan, hobi, dsb) Sebagai prestise dalam kelas sosial 1
Henry Guntur Tarigan. Membaca; Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008), cet. ke-1 revisi, hlm. 7. 2 Alek A. dan Achmad H.P. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana, 2010), cet. ke-1, hlm. 75. 3 Tarigan, Op.cit., hlm. 9.
7
8
Perbedaan kelas dan status sosial, membuat tiap orang (siswa) memiliki tujuan yang berbeda-beda dalam membaca. Adapun tujuan membaca secara khusus, adalah untuk: 1. Menemukan ide atau gagasan utama sebuah bacaan 2. Memperoleh fakta atau perincian akan sesuatu 3. Mengetahui urutan, susunan, dan organisasi dari suatu bacaan 4. Menyimpulkan atau refrensi 5. Menilai atau evaluasi 6. Mengelompokkan (klasifikasi) 7. Membandingkan sesuatu yang bertentangan.
Dengan diketahuinya tujuan umum dan khusus dalam membaca, dapat diketahui pula bahwa tujuan utama seseorang dalam membaca adalah untuk mencari, memperoleh, memahami, dan membandingkan informasi, baik menyangkup isi maupun maksud serta makna dari bacaan.
2. Aspek Membaca Membaca sebagai suatu keterampilan, memiliki dua aspek yakni: a.
aspek keterampilan yang bersifat mekanis. Aspek ini menyangkup pengenalan bentuk huruf, pengenalan unsur linguistik (fonem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain), pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi, kecepatan membaca ke taraf lambat.
b.
aspek keterampilan yang bersifat pemahaman. Aspek ini menyangkup memahami pengertian sederhana, memahami makna, evaluasi atau penilaian, kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan. Jika dalam bentuk bagan, maka akan seperti ini:
8 Bagan 2.1 Aspek Membaca (Tarigan, 2008:14)
1. Pengenalan bentuk huruf Keterampilan mekanis (urutan lebih rendah)
2. Pengenalan unsur linguistik 3. Pengenalan hubungan bunyi dan huruf 4. Kecepatan membaca: lambat
Aspek-aspek membaca
1. Pemahaman pengertian sederhana Keterampilan pemahaman (urutan lebih tinggi)
2. Pemahaman makna 3. Evaluasi/penilaian 4. Kecepatan membaca: fleksibel
Pada aspek keterampilan mekanis, aktivitas yang paling sesuai adalah membaca nyaring dan membaca bersuara. Sedangkan untuk keterampilan pemahaman, aktifitas yang paling tepat adalah membaca dalam hati. Adapun membaca dalam hati dapat dibagi atas membaca ekstensif dan membaca intensif. Gambaran lebih jelas mengenai jenis membaca ini dapat dilihat pada bagan berikut ini. Bagan 2.2 Membaca (Tarigan, 2008:14)
Membaca nyaring Membaca
Membaca Ekstensif
Membaca survei Membaca sekilas Membaca dangkal Membaca teliti
Membaca dalam hati
Membaca telaah isi Membaca Intensif
Membaca pemahaman Membaca kritis Membaca ide-ide Membaca bahasa
Membaca telaah bahasa
9
Membaca sastra
108
Kedua bagan di atas menjelaskan bahwa membaca bukan hanya sekedar aktifitas membaca, akan tetapi memiliki berbagai macam aspek yang melatarbelakangi dan mengklasifikasikan kegiatan membaca tersebut. Selain kedua aspek dan jenis membaca di atas, menurut tingkatannya membaca terbagi menjadi dua, yaitu membaca permulaan dan pemahaman membaca (reading comprehension). Membaca permulaan biasa dilakukan pada masa kanak-kanak, yaitu pada masa pembinaan, dan penguasaan kosakata dalam bacaan. Sedangkan pemahaman membaca baru terjadi ketika seseorang telah menguasai kosakata dan mulai mencari maksud serta makna dari sebuah bacaan. Pemahaman membaca adalah bentuk kegiatan membaca yang dilakukan untuk memperoleh informasi akan sesuatu dan menjadikannya sebagai sebuah pemahaman baru bagi diri pembaca untuk dapat lebih mengerti dan memahami akan sesuatu. Dengan membaca, seorang pembaca akan menemukan sesuatu yang menjadi sebuah ide atau pengetahuan akan sesuatu. Proses pemahaman suatu bacaan adalah menemukan hubungan dari tiap ide pokok yang ada dengan ilmu lain atau dengan kehidupan sehari-hari. Menurut Achdiah (dalam Alek dan Achmad H.P., 2010), proses dalam memahami bacaan digolongkan dalam tiga jenjang, yaitu jenjang pertama, membaca secara harfiah, adalah membaca hanya memahami sesuatu sebagaimana adanya. Jenjang kedua, yaitu membaca antarbaris. Pada jenjang ini pembaca menarik kesimpulan dari apa yang telah ia baca. Jenjang ketiga, yaitu membaca lintas baris, yang melibatkan kemampuan aplikasi dan evaluasi.4 Dari kegiatan membaca pemahaman inilah maka akan muncul pemahaman bacaan. “Pemahaman bacaan merupakan strategi membaca yang bertujuan memberikan penilaian terhadap karya tulis yang melibatkan diri pada bacaan dan membuat analisis yang tepat. Untuk membuat analisis yang tepat diperlukan kemampuan aplikasi dan evaluasi.” 5 Dengan kata lain, pemahaman bacaan adalah proses membaca yang melibatkan si pembaca dalam menggunakan kemampuannya untuk menganalisis, menilai, menginterpretasi, serta membandingkan suatu konsep atau ide dari sebuah bacaan. Hal ini dilakukan agar pembaca tersebut
4 5
Alek, A. dan Achmad H.P., Op.cit., hlm. 79-80. ibid. hlm. 81.
118
memperoleh pemahaman yang lebih baik dan lebih matang serta kritis akan sesuatu. Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dikatakan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan oleh pembaca untuk mendapatkan informasi, pesan, dan ilmu pengetahuan dalam rangka menambah dan meningkatkan pemahaman pembaca itu sendiri. Untuk memperoleh pesan yang ada pada sebuah bacaan bergantung dari pemahaman tiap orang. Kemampuan pemahaman membaca adalah bagaimana seseorang dapat memahami dengan baik apa pesan yang disampaikan dalam suatu bacaan, sehingga informasi yang diserap dapat diungkapkan kembali dengan tepat, baik secara lisan maupun secara tulisan serta dalam tindakan.
B. Hakikat Cerita Cerita adalah tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian, dsb). Cerita merupakan karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman, atau penderitaan orang baik yang sungguh-sungguh terjadi maupun yang hanya rekaan belaka.6 Cerita di dalam karya sastra, penyajiannya tentang „apa yang terjadi‟ dan „mengapa terjadi‟ merupakan unsur yang penting. Peristiwa-peristiwa di dalam karya sastra dipengaruhi oleh pranata sosial, kekuatan sejarah berskala besar (berbagai macam revolusi sosial), dan bahkan kekuatan di luar kemampuan kontrol manusia (misalnya bencana alam banjir, atau wabah penyakit).7 Cerita menurut Forster (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005) adalah sebuah narasi berbagai kejadian yang sengaja disusun berdasarkan urutan waktu. Sedangkan Kenny (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005) mengartikan cerita sebagai peristiwa-peristiwa yang terjadi berdasarkan urutan waktu yang disajikan dalam sebuah karya fiksi.8 Dalam sebuah karya fiksi, cerita merupakan aspek yang amat esensial. Ia memiliki peranan sentral, di mana dari awal hingga akhir karya yang ditemui
263. 73.
6
Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2008), cet. ke-4, hlm.
7
B. Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), cet. ke-2, hlm. 72-
8
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005), cet. ke-5, hlm. 91.
128
adalah cerita. Tanpa cerita, eksistensi sebuah karya fiksi tidak akan terwujud. Karya fiksi berupa cerita, khususnya cerita pendek yang juga merupakan bagian dari karya sastra dapat dilihat posisinya pada bagan berikut. Bagan 2.3 Genre Sastra (Jakob Sumardjo, dkk., 1991:18)
Sastra
Sastra Non-Imajinatif: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Sastra Imajinatif
Esei Kritik Biografi Otobiografi Sejarah Memoar Catatan Harian Surat-surat
Puisi: 1. Epik 2. Lirik 3. Dramatik Fiksi: 1. Novel 2. Cerita Pendek 3. Novelet Prosa
Drama Prosa 1. 2. 3. 4.
Drama
Komedi Tragedi Melodrama Tragedi-komedi
Drama Puisi
Dari bagan di atas dapat dilihat bahwa cerita pendek merupakan bagian dari karya sastra imajinatif berbentuk prosa, di mana cerita yang diangkat merupakan fiksi semata. Cerita pendek adalah cerita berbentuk prosa yang relatif pendek. Cerita pendek atau cerpen, cenderung padat dan langsung pada tujuannya, dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novela, novelet, dan novel. Secara umum perbedaan dari keempat karya fiksi tersebut terletak pada panjangnya kata yang digunakan. Pada cerita pendek, kata yang digunakan berkisar antara 1500 sampai 15.000 kata, novela antara 20.000 sampai 25.000 kata, novelet antara 30.000 sampai 50.000 kata, dan novel sekitar 70.000 sampai
138
400.000 kata.9 Cerita pendek, memiliki unsur-unsur struktur yang tidak jauh berbeda dengan cerita-rekaan (fiksi) lainnya. Adapun unsur struktur cerita-rekaan (fiksi) yaitu alur, penokohan/perwatakan, latar, pusat pengisahan (point of view), dan gaya bahasa.10 Selain adanya unsur struktur cerita tersebut, penggunaan kata yang singkat pada cerita pendek juga dapat membuat cerita menjadi sukses. Cerita atau materi isi dalam cerpen mencakup humor, petualangan, misteri, drama, detektif, kajian psikologis tokoh, dan sebagainya. Cerita pendek merupakan cerita dari sebuah situasi yang digambarkan singkat yang dengan cepat tiba pada tujuannya. Cerita pendek identik dengan cerita untuk anak-anak, walaupun pada kenyataannya cerita pendek juga ada yang untuk orang dewasa. Cerita pendek untuk anak-anak biasanya bertema tentang persahabatan, pertolongan, detektif, kegembiraan, dan lain sebagainya. Penggolongan cerita anak jika dilihat menurut tingkat umur dan taraf lingkungan sekolah, maka dapat digariskan sebagai berikut: 1. Anak-anak prasekolah dan Taman Kanak-kanak 2. Para pembaca taraf pemula sampai dengan kelas tiga Sekolah Dasar 3. Pembaca yang duduk di bangku kelas empat sampai dengan kelas enam sekolah dasar 4. Pembaca berusia remaja11 Pembagian ini ditinjau dari taraf perkembangan intelektual dan mental si pembaca.
Namun,
pembagian
ini
memiliki
kelemahan
yaitu
sulitnya
menggolongkan jenis cerita anak menurut batas-batas jelas dan tegas karena perkembangan dan kematangan jiwa serta pikiran pada setiap anak berbeda-beda. Hal ini tidak hanya ditentukan oleh pendidikan semata, akan tetapi juga ditentukan oleh bakat, pembawaan, kemampuan daya tanggap, pengalaman, dan fasilitas ruang lingkup hidup si anak. Marion van Horne (dalam Wimanjaya K. Liotohe, 1991) membedakan cerita anak menjadi:
9
Furqonul Aziez dkk., Menganalisis Fiksi; Sebuah Pengantar, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), cet. ke-1, hlm. 33. 10 Mursal Esten, Kesusastraan; Pengantar Teori & Sejarah, (Bandung: Angkasa, 2000), cet. ke-10, hlm. 25-26. 11 Wimanjaya K. Liotohe, Petunjuk Praktis Mengarang Cerita Anak-anak, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), hlm. 22.
8 14
a. Fantasi atau karangan khayal b. Realistic Fiction atau cerita khayal yang mengandung unsur kenyataan c. Biografi atau riwayat hidup d. Religious stories atau cerita-cerita agama Sedangkan
untuk
lebih
sederhana,
Wimanjaya
K.
Liotohe
telah
menggolongkan cerita anak-anak menjadi tiga; yang pertama, cerita-cerita fiktif, di mana di dalamnya termasuk dongeng umum, fabel, sage, legenda, dan mitos. Kedua, yaitu cerita-cerita nonfiktif, di mana cerita jenis ini tidak mengandung unsur khayalan, melainkan berpegang teguh pada kenyataan. Contohnya seperti biografi atau riwayat hidup, kisah perjalanan, petualangan, kejadian sehari-hari dan riwayat hidup orang-orang besar atau pahlawan. Pada cerita jenis ini, anakanak disuguhi masalah hidup yang nyata, seperti gelombang kesulitan hidup, kegagalan, atau tragedi sekalipun. Yang ketiga, yaitu cerita-cerita informatif. Pada cerita jenis informatif, anak-anak disuguhi tentang unsur-unsur yang mengandung informasi atau unsur penerangan. Misalnya pada buku “Darahku buat Valentina” karangan Wimanjaya K. Liotohe, yang mengisahkan pengalaman gadis kecil yang ditimpa celaka dan mengharukan, tetapi di dalamnya terjalin pengetahuan tentang seluk-beluk jenis darah, syarat-syarat donor darah, dan serba penerangan tentang transfusi darah. Contoh lain seperti “Tono Beternak Kodok” karya A. Suroto, “Garam Bola” dan “Bau Harum di Malam Hari” karya Ris Therik, dan lain sebagainya.12 Selain pengelompokkan jenis-jenis cerita anak di atas, cerita anak juga dapat dikelompokkan berdasarkan asal atau tempat cerita anak tersebut dibuat. Adapun pengelompokkan tersebut yaitu, pengelompokkan cerita anak lokal (dalam negeri) dan cerita anak internasional (luar negeri). Cerita anak lokal (dalam negeri) adalah cerita anak yang dibuat oleh pengarang dalam negeri atau oleh pengarang yang masih satu lokasi atau satu wilayah (negara) dengan pembacanya. Sedangkan cerita anak internasional (luar negeri), merupakan cerita anak yang ditulis oleh pengarang dari wilayah (negara) yang berbeda dengan pembacanya. Cerita anak yang ditulis oleh pengarang dari luar wilayah (berbeda negara) dengan pembaca, biasanya akan diterjemahkan ke dalam bahasa yang digunakan di wilayah atau 12
ibid, hlm. 23-24.
8 15
negara pembaca tersebut. Oleh karena itu, timbullah istilah cerita anak terjemahan. Di Indonesia, cerita anak terjemahan merupakan cerita anak dari luar negeri yang ditulis dalam bahasa di luar bahasa Indonesia, lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Cerita anak terjemahan sangat baik untuk dipelajari bagi anak-anak, karena selain menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang apa yang dibaca, secara tidak langsung anak-anak juga akan dapat mengetahui kebiasaan, budaya, dan adat istiadat dari negara tempat asal cerita anak terjemahan tersebut berada.
C. Hakikat Peta Pikiran (Mind Map) Peta pikiran adalah sebuah teknik yang dipopulerkan oleh Tony Buzan pada tahun 1970-an. Pada salah satu buku Tony Buzan, Michael Michalko berpendapat bahwa peta pikiran adalah alternatif pemikiran keseluruhan otak terhadap pemikiran linier. Peta pikiran menggapai ke segala arah dan menangkap berbagai pikiran dari segala sudut. Sedangkan menurut Tony Buzan sendiri, peta pikiran adalah suatu teknis grafis yang memungkinkan kita untuk mengeksplorasi seluruh kemampuan otak kita untuk keperluan berpikir dan belajar.13 Peta pikiran merupakan teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk suatu kesan yang lebih dalam.14 Dengan kata lain, peta pikiran merupakan teknik memetakan konsep atau teknik mencatat informasi yang disesuaikan dengan cara otak memproses informasi yang memfungsikan otak kanan dan otak kiri secara sinergis (bersamaan dan saling melengkapi) sehingga informasi lebih banyak dan lebih mudah diingat. Teknik peta pikiran adalah teknik mencatat yang sangat baik dan sangat membantu kita dalam mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan pemahaman terhadap materi, membantu mengorganisasi materi, serta memberikan wawasan baru. Peta pikiran berbentuk suatu gambar keseluruhan dari suatu topik. Gagasan utama diletakkan di tengah-tengah halaman dan sering dilengkapi dengan 13
Sutanto Windura. Mind Map: Langkah Demi Langkah, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2010), cet. ke-4, hlm. 16. 14 Femi Olivia. Visual Mapping, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2010), cet. ke-1, hlm. 3.
8 16
lingkaran, persegi, atau bentuk-bentuk lain. Dari gagasan utama, ditambahkan cabang-cabang untuk setiap point atau gagasan utama. Jumlahnya bervariasi tergantung dari jumlah gagasan atau segmen, serta hal-hal yang berkaitan dengan gagasan utama. Tiap-tiap cabang dikembangkan untuk detail dengan menuliskan kata kunci atau frase dan dapat pula berupa singkatan. Sedangkan simbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi dapat ditambahkan untuk menambatkan ingatan yang lebih baik. Untuk itu, peta pemikiran terbaik adalah peta pemikiran yang warna-warni dan menggunakan banyak gambar dan simbol; biasanya tampak seperti karya seni.15 Contoh dari peta pikiran adalah sebagai berikut. Gambar 2.1 Contoh Peta Pikiran “Liburanku”
15
22:16.
PKAB, Peta Konsep, terdapat di http://bit.ly/laC1xT, diakses Kamis, 07 April 2011, pukul
178
Gambar 2.2 Contoh Peta Pikiran “Target Tahunan dan Harian”
Gambar 2.3 Contoh Peta Pikiran “Belajar Bahasa Asing”
Dari beberapa contoh peta pikiran di atas, dapat terlihat bahwa peta pikiran bukan hanya dapat digunakan untuk membantu proses belajar di sekolah akan
8 18
tetapi juga dapat digunakan dalam berbagai hal, yaitu merancang liburan (gambar 2.1), target tahunan dan harian (gambar 2.2), serta belajar bahasa asing (gambar 2.3). Peta pikiran yang merupakan kegiatan atau penelaahan pemahaman dengan cara menvisualisasikan ide dengan gambar, garis, dan warna adalah teknik yang sangat efektif dan efisien untuk digunakan. Teknik peta pikiran merupakan alternatif baru untuk kegiatan belajar-mengajar, di mana pada proses pelaksanaannya siswa dihadapkan pada sebuah ide atau suatu teks bacaan untuk kemudian membuat sebuah peta atau bagan atau gambar apapun yang dapat membuatnya lebih mudah untuk mengingat dan memahami apa yang telah dibaca. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dan memperkuat ingatan siswa terhadap sesuatu serta mempermudah siswa untuk melihat pilihan-pilihan (alternatif) terhadap suatu masalah. Jadi, secara umum peta pikiran tidak hanya dapat dilakukan pada kegiatan pembelajaran, akan tetapi pada semua hal termasuk kegiatan sehari-hari.
D. Peningkatan Pemahaman Bacaan Cerita Anak Terjemahan melalui Teknik Peta Pikiran Setiap pengajaran pastilah menggunakan suatu cara, baik berupa metode, strategi, maupun teknik. Teknik adalah suatu cara yang digunakan untuk mempermudah sesuatu. Teknik peta pikiran adalah cara memetakan pikiran dalam bentuk simbol, gambar, kata-kata dan lain sebagainya. Selain itu, dalam penggunaan teknik peta pikiran sangat disarankan untuk menggunakan warna dan variasi gambar. Peta pikiran merupakan teknik praktis yang menitikberatkan siswa sebagai subjek pengajaran. Dengan menerapkan teknik peta pikiran diharapkan siswa dapat lebih aktif dan kreatif dalam kegiatan membaca sehingga kegiatan membaca dapat membuat pemahaman siswa lebih meningkat. Peningkatan pemahaman bacaan yang ingin dicapai dalam penggunaan teknik peta pikiran ini dapat diukur dari mampu atau tidaknya siswa membuat peta pikiran dari apa yang telah ia baca dan menjelaskan kembali apa yang telah ia baca sesuai dengan pemahaman yang ia dapat dengan peta pikiran yang telah dibuatnya, serta mampu tidaknya siswa menjawab pertanyaan yang diberikan sesuai dengan pemahaman
198
siswa terhadap isi bahan bacaan. Keberhasilan penerapan teknik peta pikiran untuk meningkatkan pemahaman bacaan siswa dalam membaca suatu teks bacaan khususnya cerita anak terjemahan, bergantung pada kemauan dan kreativitas siswa dalam membuat peta pikiran tersebut.
E. Bahasan Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Penggunaan peta pikiran (mind map) sudah banyak ditemukan dalam penelitian di bidang lain, terutama dalam proses pembelajaran. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Alfi Sapitri dalam skripsinya yang berjudul “Peningkatan Aktivitas Belaj ar Siswa Dengan Penggunaan Strategi Belajar Mind Map (Peta Pikiran) Pada Siswa Kelas VII Semester II SMP Swasta Taman Pendidikan Islam Medan T.P. 2009/2010.”16 Penelitian yang dilakukan Alfi menekankan pada bagaimana peta pikiran dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh Alfi merupakan hasil yang baik, karena dalam hasil tersebut siswa mengalami peningkatan dalam aktivitas belajarnya. Selain penelitian Alfi, ada penelitian serupa yang dilakukan oleh Dwi Fajarwati Febriani yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Naratif Melalui Strategi Peta Pikiran (Mind Mapping) Siswa Kelas X SMA Kertanegara Malang.”17 Dalam penelitian Dwi terbukti bahwa dengan penggunakan strategi peta pikiran, kemampuan siswa dalam menulis naratif menjadi meningkat, dari hasil belajar sebesar 6,32 % menjadi 11,13 %. Ini merupakan hal yang sangat baik dalam proses pembelajaran. Selain dua penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan peta pikiran sebagai strategi, ada penelitian yang menggunakan peta pikiran sebagai metode, yaitu penelitian Novira Sagitta Pangemanan dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Argumentasi Siswa Kelas X SMA Avicenna Kabupaten Jombang dengan
16
Alfi Sapitri, Abstrak Skripsi: Pen ingka tan Akt iv ita s Be laj a r S i s wa Den gan Penggunaan Strategi Belajar Mind Map (Peta Pikiran) Pada Siswa Kelas VII Semester II SMP Swasta Taman Pendidikan Islam Medan T.P. 2009/2010, terdapat di http://bit.ly/m1BVFR, diakses Minggu, 19 Juni 2011, pukul 14:15. 17 Dwi Fajarwati Febriani, Abstrak Skripsi: Peningkatan Kemampuan Menulis Naratif Melalui Strategi Peta Pikiran (Mind Mapping) Siswa Kelas X SMA Kertanegara Malang, terdapat di http://bit.ly/lzj8sM, diakses Minggu, 19 Juni 2011, pukul 15:08.
208
Menggunakan Metode Mind Mapping.”18 Pada penelitian Novira, terdapat hasil yang memuaskan karena pada penelitiannya terbukti bahwa dengan metode peta pikiran terdapat peningkatan yang cukup signifikan di setiap siklus yang telah dilakukan untuk pembelajaran menulis argumentasi. Selain ketiga penelitian di atas, ada juga penelitian yang dilakukan oleh Sariful Lazi yang berjudul “Peningkatan Apresiasi Puisi Dengan Media Mind Mapping Pada Siswa Kelas VIII Tahun Pelajaran 2010-2011 (PTK di MTs. Muhammadiyah Ciputat).”19 Pada penelitian Sariful Lazi, terdapat hasil yang cukup memuaskan karena pada penelitiannya terbukti bahwa dengan media mind mapping dapat meningkatkan kemampuan apresiasi puisi, yaitu dengan nilai KKM 72, mendapat hasil rata-rata pretest 29,1 menjadi 76,1 pada hasil rata-rata posttest. Hal ini memang menunjukkan peningkatan yang signifikan dan cukup memuaskan. Dengan adanya hasil-hasil penelitian di atas, dapat diketahui dan dilihat perbandingan dari tiap penggunaan serta penerapan peta pikiran. Maka dari keempat penelitian skripsi yang telah ada, perbedaan yang paling mendasar dengan penelitian skripsi ini adalah dua skripsi di atas menempatkan peta pikiran sebagai strategi pembelajaran, satu penelitian menempatkan peta pikiran sebagai metode pembelajaran, dan satu penelitian lagi menempatkan peta pikiran sebagai media pembelajaran. Sedangkan pada skripsi ini, peta pikiran diterapkan sebagai teknik yang membantu guru dan siswa dalam proses pembelajaran, khususnya untuk meningkatkan pemahaman bacaan cerita anak terjemahan.
18
Novira Sagitta Pangemanan, Abstrak Skripsi: Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Argumentasi Siswa Kelas X SMA Avicenna Kabupaten Jombang dengan Menggunakan Metode Mind Mapping terdapat di http://bit.ly/kf4kzE, diakses Minggu, 19 juni 2011, pukul 14:46. 19 Sariful Lazi, Abstrak Skripsi: Peningkatan Apresiasi Puisi Dengan Media Mind Mapping Pada Siswa Kelas VIII Tahun Pelajaran 2010-2011 (PTK di MTs. Muhammadiyah Ciputat). Terdapat di perpustakaan FITK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian yang peneliti tetapkan adalah MTs. Annajah, Jl. Ciledug Raya Petukangan Selatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: a. Lokasi penelitian mudah dijangkau sehingga dipandang oleh peneliti lebih efisien dari segi biaya, waktu, maupun pelaksanaannya. b. Data-data yang diperlukan tersedia. c. Bentuk pengabdian peneliti sebagai mahasiswi yang pernah PPKT di sekolah tersebut. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama 2 (dua) bulan, yaitu dari bulan Juli 2011 sampai Agustus 2011.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Sugiyono (2002:57): “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”1 Populasi dalam penelitian ini adalah siswa MTs. Annajah Petukangan. 2. Sampel Sampel adalah “sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.”2 Kedudukan sampel sangat penting sebagai wakil karakter dari populasi, karena sampel dapat memberikan kontribusi data dan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Peneliti secara sengaja menentukan sampel penelitian karena tidak semua siswa dapat diteliti. Sampel dipilih berdasarkan keterkaitannya terhadap objek
1 2
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 90. Ibid, hlm. 91.
21
22
penelitian. Oleh karena tidak semua siswa pada satu semester mendapat pengajaran memahami teks bacaan dan materi cerita anak terjemahan, maka sampel penelitian ini adalah siswa yang dalam materi pelajarannya terdapat materi memahami teks bacaan, yaitu siswa kelas VII khususnya VII-1.
C. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK) dengan pola kolaboratif. Pola kolaboratif adalah pola di mana inisiatif untuk melaksanakan PTK tidak dari guru, akan tetapi dari pihak luar yang berkeinginan untuk meneliti dan memecahkan masalah pembelajaran.3 PTK pada pola ini dirancang oleh suatu tim yang terdiri atas guru, kepala sekolah, dan peneliti atau observer. Posisi atau fungsi dari guru adalah sebagai pelaksana dari apa yang telah dirancang bersama, sedangkan peneliti sebagai pengamat. Pada proses PTK, data yang diperoleh merupakan hasil dari melaksanakan beberapa siklus. Pada tiap siklus, terdiri dari empat tahap yaitu: (1) perencanaan (planning), dalam tahap ini peneliti merencanakan dan merumuskan pertanyaan apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan akan dilakukan; (2) tindakan (acting), yaitu tindakan atau pelaksanaan yang terrencana; (3) pengamatan (observing), yakni kegiatan pengamatan yang dilakukan peneliti bersamaan dengan tindakan penelitian; (4) refleksi (reflection), yaitu tahap terakhir dalam satu siklus yang merupakan proses implementasi untuk mengulang kembali apa yang telah dilakukan atau dipelajari. Keempat tahap tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
3
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana, 2010), cet. ke-2, hlm. 59.
32
Permasalahan
Perencanaan Tindakan I
Pelaksanaan Tindakan I
Refleksi I
Pengamatan/ Pengumpulan Data I
Perencanaan Tindakan II
Pelaksanaan Tindakan II
Siklus I
Permasalahan Baru hasil refleksi
Siklus II
Pengamatan/ Pengumpulan Data II
Refleksi II
Apabila masalah belum terselesaikan
Dilanjutkan ke siklus berikutnya
Bagan 3.1 Siklus Kegiatan PTK (Suharsimi Arikunto, dkk., 2010:74)
Data yang didapat dari pelakasanaan tiap siklus diolah sedemikian rupa kemudian dideskripsikan sehingga didapatkan gambaran jelas dari kegiatan pembelajaran memahami bacaan di sekolah.
D. Instrumen Pengumpulan Data Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa instrumen, yaitu: 1. Wawancara Wawancara adalah suatu percakapan yang bertujuan, untuk itu pada instrumen wawancara ini peneliti akan mewawancarai salah satu siswa dan guru mata pelajaran yang terlibat dalam penelitian. Wawancara ini dilakukan
untuk
mengetahui
perkembangan
serta
proses
kegiatan
pembelajaran membaca di kelas, baik sebelum diterapkannya teknik peta pikiran maupun sesudah diterapkannya teknik tersebut. 2. Observasi dan catatan lapangan Observasi adalah upaya untuk merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan berlangsung. Observasi yang peneliti lakukan
23
42 24
dengan menggunakan catatan lapangan untuk mengetahui aktivitas belajar mengajar siswa tanpa dan dengan menerapkan teknik peta pikiran. 3. Tes hasil belajar siswa Tes hasil belajar dilakukan dengan memberikan soal esai sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) diberikannya perlakuan (treatment). Tes ini diberikan untuk mengukur dan mengetahui kemampuan serta tingkat pemahaman siswa terhadap bacaan yang mereka baca. 4. Angket (kuesioner) Angket merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Angket ini digunakan untuk mengetahui respon siswa (responden) terhadap penerapan teknik peta pikiran. Angket ini memiliki 5 alternatif jawaban yang dapat siswa (responden) pilih, yaitu: sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Angket (kuesioner) dilakukan secara tertutup di dalam kelas. 5. Jurnal Siswa Jurnal siswa dibuat untuk mengetahui pendapat siswa tentang proses pembelajaran yang telah berlangsung, termasuk tingkat kesulitan dan kuantitas dari materi yang diberikan pada pretest dan posttest. 6. Dokumentasi Dokumentasi dilakukan ketika kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Dokumentasi ini merupakan data yang berupa gambar atau foto kegiatan pembelajaran.
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan cara yang akan digunakan untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan cara tes dan nontes. Cara tes berupa soal uraian yang di dalamnya mengenai penerapan teknik peta pikiran dan proses kegiatan belajar mengajar. Tes ini dilakukan untuk mengetahui penguasaan konsep dan pemahaman siswa. Sedangkan cara nontes dilakukan dengan wawancara, angket, dan jurnal siswa. Data yang diperoleh dari nontes ini berupa hasil wawancara, angket (kuesioner), dan jurnal siswa pada tiap akhir
52 25
siklus, serta respon siswa terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan. Selain itu, peneliti juga menggunakan teknik observasi berupa penelitian tindakan kelas. Sedangkan metode penulisan merujuk pada buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
F. Teknik Analisis Data Teknik Analisis data pada penelitian ini menggunakan tabel distribusi frekuensi dari total jawaban setiap pertanyaan pada lembar angket (kuesioner) dengan lima alternatif jawaban: sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Adapun rumus untuk mengetahui presentase yang didapat untuk masing-masing kategori, yakni:
F P=
X 100% N
Keterangan: P : Presentase F : Frekuensi N : Number of Cases
G. Analisa Uji Coba Instrumen/Validitas Alat Ukur Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Validitas merupakan syarat yang terpenting dalam suatu evaluasi. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi, dan sebaliknya.4 Penelitian ini menggunakan validitas isi agar dapat mengetahui apakah soalsoal yang disusun sesuai materi yang ditetapkan. Untuk mengetahui tinggi rendahnya atau valid tidaknya instrumen yang akan diteliti maka akan digunakan perhitungan taraf kesukaran soal. Perhitungan taraf kesukaran ini dilakukan untuk mengetahui taraf/level kesukaran tiap butir soal. Soal yang baik/valid adalah soal yang tidak terlalu
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), hlm. 211.
62 26
mudah dan juga tidak terlalu sukar. Artinya, derajat kesukaran masing-masing item tersebut adalah sedang atau cukup. Angka indeks kesukaran item itu dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut5:
U+L TK =
Np P=
T
N
Keterangan: TK
= P = angka indeks kesukaran item
U
= banyaknya siswa yang tergolong pandai menjawab benar pada soal tersebut
L
= banyaknya siswa yang kurang menjawab benar pada soal tersebut
U+L = Np = banyaknya testee yang menjawab betul pada butir soal tersebut T = N = jumlah seluruh testee
Tabel 3.1 Indeks Tingkat Kesukaran Soal Banyaknya P
Interpretasi
Kurang dari 0,25
Sukar
0,25 - 0,75
Sedang
Lebih dari 0,75
Mudah
H. Hipotesis Tindakan Dalam sebuah penelitian, hipotesis merupakan dugaan sementara yang dibuat berdasarkan data dan fakta. Hipotesis seringkali perlu dirumuskan dalam suatu penelitian, untuk itu peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: Ho: Tidak terdapat perbedaan peningkatan pemahaman bacaan yang signifikan antara nilai posttest dan nilai pretest siswa dalam bacaan cerita anak terjemahan dengan teknik peta pikiran. Ho = t. hitung ≤ t. tabel
5
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2008), cet. ke-4, hlm. 432-433.
72 27
H1: Terdapat perbedaan peningkatan pemahaman bacaan yang signifikan antara nilai posttest dan nilai pretest siswa dalam bacaan cerita anak terjemahan dengan teknik peta pikiran. H1 = t. hitung ≥ t. tabel X1 –X2
t=
(n1-1) S1 + (n2-1) S2 dengan
S √¹/n1 – ¹/n2
S =
n1 + n2 - 2
Pengujian signifikansi pada penelitian ini adalah pada taraf
α=
0,05.
28
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI ANALISIS, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan 1. Gambaran Sekolah/Madrasah a. Profil MTs. Annajah Petukangan 1. Nama Madrasah
: MTs. Annajah
2. Nama Kepala Madrasah
: Drs. Sam’unal Ghozi
3. Nomor Statistik
: 212317110063
4. Status Madrasah
: Swasta
5. Status Akreditasi
: Terakreditasi A
6. Alamat
: Jl. Ciledug Raya Rt.001/04
Kelurahan
: Petukangan Selatan
Kecamatan
: Pesanggrahan
Kotamadya
: Jakarta Selatan
Propinsi
: DKI Jakarta
No. Telp/Fax
: 021-7374045
Kode Pos
: 12270
7. Tahun Berdiri
: 1974
8. Status Tanah
: Wakaf
a. Luas Tanah
: 2887 m²
b. Luas Bangunan
: 2032 m²
9. Penyelenggaraan Ujian Nasional
: Mandiri/Penyelenggara
10. Kurikulum
: KTSP
11. Website
: www.annajah-jkt.com
(Data lebih lengkap, lihat lampiran 24)
28
29
b. Sejarah Berdirinya MTs. Annajah MTs. Annajah adalah sebuah nama yang dicetuskan oleh beberapa pengurus Yayasan Kesejahteraan Masyarkat Islam (YKMI). Nama MTs. Annajah ini telah melewati beberapa tahap perubahan. Pertama kali, nama MTs. Annajah adalah Madrasah Raudhatul Athfaal yang didirikan atas prakarsa KH. Abdillah Amin (Alm) dan tokoh masyarakat sekitar Petukangan pada tahun 1960. Madrasah ini adalah suatu lembaga pendidikan dasar dan menengah yang bersifat agamis. Pada tahun 1964, Madrasah Raudhatul Athfaal ini berganti nama lagi menjadi Madrasah Daarun Najah yang berpusat di Kelurahan Petukangan. Pada tahun 1974 ada keinginan beberapa pengurus YKMI, yakni KH. Abdillah Amin (Alm), Drs. H. Komaruzzaman (Alm), Drs. H. Abdul Manaf (Alm), Drs. Hafidz Dasuki, MA., H. Syatin (Alm), H. Kosim (Alm), dan Drs. Arsyad Siagian, untuk mendirikan pondok pesantren Darunnajah di Kelurahan Ulujami. Keinginan ini dalam rangka untuk menampung para siswa dari Daarun Najah Petukangan yang merupakan embrio/cikal bakal santri pondok pesantren Darunnajah Ulujami, yang ada saat ini. Dengan seiring waktu, perkembangan selanjutnya terjadi pada tanggal 1 April 1985 dengan Akte Notaris R. Soerojo Wongsowidjoyo, S.H. no. 21 tertanggal 12 April 1985, berdirilah Yayasan Annajah yang berdomisili di Kelurahan Petukangan Selatan Jakarta. Berdirinya Yayasan Annajah ini, merupakan kelanjutan dari Yayasan Kesehjahteraan Masyarakat Islam (YKMI). Selain itu, dengan adanya dualisme nama Darunnajah Ulujami dan Daarun Najah Petukangan, maka pada tanggal 1 Muharram 1427 H bertepatan 31 Januari 2006 M, diadakan rapat pengurus yayasan dan para kepala sekolah yang berada di bawah naungan yayasan Annajah serta tokoh masyarakat sekitar petukangan. Rapat ini membahas tentang perubahan nama lembaga pendidikan Daarun Najah Petukangan menjadi Annajah Petukangan. Sejak saat itulah MTs. Annajah Petukangan mulai dikenal.
29
30
c. Visi dan Misi Madrasah 1. Visi Unggul dalam iman dan taqwa, kompetitif dalam ilmu dan teknologi. 2. Misi a) Membentuk siswa yang unggul dalam iman dan taqwa b) Membentuk siswa yang berbudaya islami dan berakhlakul karimah c) Membentuk siswa yang disiplin, kreatif, dan inovatif d) Membentuk siswa yang berkualitas dan mampu bersaing dalam ilmu dan teknologi.
d. Data Fisik Sekolah 1. Data Siswa tahun ajaran 2010/2011: Jenis Kelamin Laki-Laki
Kelas VII 76
Kelas VIII 58
Kelas IX 56
Jumlah 190
Perempuan
72
69
69
210
Jumlah
148
127
125
400
2. Data Siswa tahun ajaran 2011/2012, sampai tanggal 28 Juli 2011: Jenis Kelamin
Kelas VII
Kelas VIII
Kelas IX
Jumlah
Laki-Laki
79
74
57
208
Perempuan
84
72
69
225
Jumlah
163
146
126
433
3. Jumlah Rombongan Belajar
: Kelas VII
= 5 kelas,
Kelas VIII
= 4 kelas,
Kelas IX
= 4 kelas
4. Jumlah Ruang
: 23 ruang
5. Jumlah Guru
: 25 orang
6. Jumlah Tata Usaha
: 3 orang
7. Pelaksanaan KBM
: Senin-jum’at (07.00-15.00 WIB)
8. Jumlah Siswa Lulusan Tahun 2010/2011
: Lulus = 125 siswa, Tidak lulus = 0 siswa
30
31
9. Jumlah siswa naik kelas
: Kelas VII = 146 siswa, Kelas VIII = 126 siswa
10. Jumlah siswa tidak naik kelas : Kelas VII= 11. Jumlah siswa masuk
: 161 siswa
12. Jumlah siswa keluar
: 125 siswa
2 siswa, Kelas VIII = 1 siswa
e. Sarana dan Prasarana Dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa, maka diperlukan sarana dan prasarana yang lengkap serta bermutu, khususnya untuk menunjang aktivitas pembelajaran siswa. Oleh karena itu, pimpinan MTs. Annajah dalam hal ini telah berupaya semaksimal mungkin menyiapkan: 1. Ruang Belajar (kelas) MTs. Annajah memiliki 12 ruang kelas 2. Laboratorium MTs. Annajah memiliki 3 ruang laboratorium, yaitu laboratorium bahasa (di MA. Annajah), laboratorium komputer, dan laboratorium fisika. Ketiga laboratorium tersebut digunakan oleh para siswa untuk melakukan praktik belajar. 3. Lapangan Olahraga Lapangan olahraga yang berada di lingkungan MTs. Annajah berfungsi sebagai lapangan basket, futsal, voli dan badminton. 4. Aula Basement Aula yang terdapat di basement sekolah ini mempunyai multifungsi, di antaranya: sebagai tempat shalat, sebagai tempat kegiatan-kegiatan sekolah, dsb. 5. Perpustakaan Salah satu sarana yang berada di lingkungan MTs. Annajah ini adalah perpustakaan. Walaupun perpustakaan ini bergabung dengan MA. Annajah, akan tetapi kegunaannya bagi penunjang pembelajaran sangatlah penting. Untuk data lebih lengkap, berikut tabelnya:
32
Tabel 4.1 Jumlah Bangunan dan Fasilitas Belajar No. 1. 2. 3. 4. 5.
6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Jenis Fasilitas Ruang Kelas Ruang Kepala Sekolah Ruang Guru Ruang Tata Usaha Ruang Laboratorium a. Komputer b. Fisika c. Bahasa Ruang Perpustakaan Ruang BP/BK Ruang UKS Ruang Serba Guna/Aula Rumah Dinas Ruang Osis Toilet Guru Toilet Siswa Kantin Asrama
Jumlah 12 1 1 1
Luas (m²) 784.8 31.2 62.4 31.2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 10 1 1
62.4 62.4 62.4 93.6 31.2 6 225 6
Keterangan
6 124.8
Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana MTs. Annajah Petukangan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Jenis Fasilitas Komputer Kantor Komputer Siswa Printer Scan Nilai Audio Visual Mesin Fax Meja Guru Meja TU Meja dan kursi Siswa Filling Kabinet LCD/OHP Kendaraan Operasional AC
Jumlah 3 24 2 1 1 1 24 3 480 3 13 1 18
32
Keterangan
33
Tabel 4.3 Sarana Olahraga No. 1. 2. 3. 4. 5.
Jenis Olahraga
Jumlah
Lapangan Voli Lapangan Basket Lapangan Futsal Lapangan Badminton Tennis Meja
Keterangan
1 1 1 1 1 Tabel 4.4 Sarana Ibadah
No. 1. 2. 3. 4. 5.
Jenis Fasilitas
Jumlah/Ukuran
Masjid Tempat Wudhu Mukena Sajadah Karpet
Keterangan
14 x 16 6x2 15 15 14 x 16
f. Struktur Organisasi MTs. Annajah
Ketua Yayasan Annajah Kepala/Wakil Kepala Madrasah
Tata Usaha
Wali Murid
Wali Kelas
Pembina OSIS
Pembina Pramuka
Dewan Guru
Siswa/i Bagan 4.1 Struktur Organisasi MTs. Annajah 33
Pembina PMR
34
g. Tugas dan Wewenang 1. Pengurus/Komite Yayasan a. Mengawasi kinerja kepala madrasah b. Menerima laporan tahunan c. Memeriksa laporan tahunan 2. Kepala Madrasah a. Mengawasi jalannya pendaftaran dan penyeleksian siswa/i baru b. Mengawasi kegiatan belajar mengajar (KBM) c. Mengawasi kegiatan administrasi d. Mengawasi perkembangan sekolah/madrasah melalui laporan-laporan yang diterima dan mengambil keputusan bila diperlukan e. Merumuskan tujuan dan menentukan kebijaksanaan secara menyeluruh f. Bertanggung jawab atas jalannya instansi pendidikan tersebut secara keseluruhan, termasuk kinerja guru dalam mengajar 3. Wakil Kepala Madrasah a. Bertanggung jawab atas KBM dan kurikulum pendidikan b. Bertanggung jawab dalam bidang kesiswaan dan membawahi panitia penerimaan siswa/i baru c. Bertanggung jawab dalam bidang keuangan, termasuk pembayaran biaya pendaftaran, SPP, dan biaya pendidikan lainnya. 4. Tata Usaha a. Bertanggung jawab untuk pembayaran SPP siswa b. Bertanggung jawab untuk meminta, memanggil, dan membuat surat teguran apabila ada siswa yang terlambat dalam administrasi keuangannya c. Bertanggung jawab untuk mengurus data/berkas-berkas siswa/i d. Bertanggung jawab atas seluruh keperluan administrasi baik keuangan maupun data/berkas siswa. 5. Wali Kelas a. Bertanggung jawab untuk mengawasi tingkah laku dan kebiasaan siswa/i selama di sekolah/madrasah
34
35
b. Bertanggung jawab untuk mengurus penilaian pada rapor yang diterima dari setiap guru mata pelajaran c. Membentuk petugas kelas 6. Guru a. Bertanggung jawab untuk memberikan materi pelajaran kepada siswa b. Memberikan hasil penilaian mata pelajaran setiap siswa dan diserahkan kepada wali kelas c. Membuat soal ulangan (ulangan harian, UTS, dan UAS) 7. Pembina Osis a. Bertanggung jawab atas kegiatan ekstrakulikuler siswa di sekolah b. Mengawasi kegiatan ekstrakulikuler siswa di sekolah 8. Siswa/i Mematuhi seluruh peraturan dan tata tertib dari sekolah selama menjadi siswa/i di sekolah tersebut.
2. Deskripsi Intervensi Tindakan (Sebuah Deskripsi Catatan Lapangan) a. Observasi Awal Pada tahap observasi awal, tepatnya tanggal 28 juli 2011, setelah meminta izin dan menyerahkan surat izin penelitian kepada Kepala MTs. Annajah, peneliti mewawancarai guru bidang studi bahasa Indonesia yang bernama M. Guntur, S.Pd.. Dalam wawancara tersebut, peneliti juga meminta kesanggupan guru untuk menjadi rekan peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini. Guru bersedia menjadi rekan dalam penelitian dengan catatan bahwa semua materi, instrumen, dan halhal yang berkaitan dengan penelitian, disiapkan oleh peneliti dan diberitahu minimal satu hari sebelum pelaksanaan/sebelum diujicobakan kepada siswa. Setelah melakukan wawancara dengan guru bahasa Indonesia, peneliti juga melihat keadaan sekolah dan kelas, khususnya kelas tujuh. Atas pertimbangan dari guru bahasa Indonesia, beliau menyarankan untuk melakukan penelitian di VII-1 karena kebetulan kelas tersebut adalah kelas binaan beliau. Selain alasan tersebut, kelas VII-1 adalah kelas yang cenderung lebih pasif dalam bertanya dan mengemukakan pendapat, lebih berisik, dan lebih sulit diatur jika dibandingkan
36
kelas lain. Akan tetapi, kelas VII-1 adalah kelas unggulan, dan secara pemahaman untuk menangkap materi, kelas ini lebih baik dari kelas lain. Untuk itu, karena peneliti merasa tertantang untuk dapat mengendalikan dan tertarik untuk melihat lebih jauh keadaan siswa-siswi kelas VII-1 tersebut, maka peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian di kelas VII-1. Peneliti pun melakukan pengamatan lebih dalam di kelas VII-1. Adapun hasil pengamatan tersebut dapat peneliti simpulkan sebagai berikut. 1. Kegiatan belajar mengajar di kelas sebenarnya cukup teratur, namun ketika guru baru masuk dan jam pelajaran sudah hampir selesai, siswa-siswi di kelas mulai ribut dan asik mengobrol. Selain itu, ketika guru sedang mengajar/menjelaskan materi, hanya beberapa orang saja yang terlihat memperhatikan penjelasan guru dengan serius, yang lainnya terlihat tidak fokus, mengantuk, menggambar-gambar di kertas, bermain-main dengan pulpen, dan mengobrol dengan teman sebangku. 2. Ketika guru memberikan tugas untuk dikerjakan, banyak siswa yang mengobrol dan melihat pekerjaan temannya. Ketika peneliti bertanya, mereka menjawab tidak mengerti, malas, dsb. Kebanyakan mereka yang melihat dan menyalin pekerjaan temannya adalah siswa laki-laki. 3. Metode yang digunakan guru di kelas sudah cukup bervariasi. Ada yang menggunakan metode diskusi kelompok, tanya jawab, praktik lapangan, dan tentu saja yang paling dominan digunakan oleh guru adalah metode ceramah. Namun, berdasarkan pengamatan peneliti, masih jarang sekali guru yang menggunakan alat bantu seperti in focus, alat peraga, dan alat, media, atau teknik pembelajaran lain selain yang peneliti sebutkan di atas padahal di kelas sudah tersedia sarana tersebut. 4. Siswa sering dengan sengaja terlambat masuk kelas ketika pergantian jam pelajaran. Selain itu, siswa juga sering sekali meminta izin ke kamar mandi ketika sedang dalam proses belajar secara bergantian. Setelah peneliti bertanya pada siswa-siswi yang meminta izin ke kamar mandi, mereka menjawab dengan alasan bosan berada di kelas terus menerus, mengantuk, ingin menghirup udara segar, dll. Begitu banyak alasan yang mereka
37
kemukakan, namun hanya sedikit yang mengatakan bahwa mereka ke kamar mandi karena memang ingin buang air kecil.
Pada observasi hari kedua, yaitu hari Jumat tanggal 29 Juli 2011, peneliti melakukan uji coba soal posttest kepada siswa-siswi kelas 8 untuk mengetahui validitas soal. Soal posttest tersebut terdiri dari pilihan ganda dan esai. Hasil posttest siswa kelas 8 ternyata cukup memuaskan. Soal-soal posttest yang diujicobakan tersebut dibuat oleh guru dan peneliti, sesuai dengan kompetensi yang ada. Namun, untuk soal pilihan ganda, ada beberapa yang tidak valid. Kebanyakan siswa lemah dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang coraknya menentukan tema, amanat, alur, kebudayaan atau latar cerita, dsb. Selain itu, mereka sering kali keliru/terkecoh dengan jawaban yang mirip-mirip. Soal-soal yang valid dan yang tidak valid kemudian dipisahkan, dan soal yang valid peneliti berikan kepada siswa kelas VII-1 dalam proses pembelajaran pada pertemuan kedua. Pembahasan untuk masalah validitas soal akan dibahas tersendiri pada subbab ―Pemeriksaan Keabsahan Data‖.
b. Keadaan MTs. Annajah Saat Penelitian MTs. Annajah mendapatkan akreditasi ―A‖ pada tahun 2010. Dari segi fasilitas, MTs. ini mempunyai fasilitas yang cukup lengkap. Pada saat penelitian, MTs. Annajah sedang melakukan sedikit renovasi. Renovasi ini terjadi pada beberapa ruangan, seperti ruangan yang awalnya merupakan ruang guru di lantai 2, menjadi ruang kelas siswa VIII-1. Lalu ruang guru berpindah ke ruang UKS, yang cukup luas. Selain itu, ruangan yang biasa digunakan untuk makan siang guru pada lantai dasar, diubah fungsi menjadi ruang UKS dan ruang BP/BK. Ruang BP/BK awalnya satu ruangan dengan ruang wakil kepala sekolah di lantai 3. Adapun perubahan lain yakni jumlah kelas yang ada tahun lalu, yaitu 4 kelas untuk masing-masing tingkatan. Namun pada saat ini, kelas VII mengalami peningkatan menjadi 5 kelas. Hal inilah yang menyebabkan ruang guru berpindah tempat, dan juga menunjukkan bahwa MTs. Annajah terus berkembang serta menunjukkan kompetensinya sebagai lembaga pendidikan.
38
Selain perubahan-perubahan yang terjadi, MTs. Annajah juga sedang melakukan persiapan-persiapan untuk dapat menjadi sekolah standar nasional dan memiliki kelas dwibahasa. Persiapan yang dilakukan yakni dengan membuat para pengajar atau guru menjadi lebih profesional dan lebih berkompeten dengan dapat menggunakan dua bahasa. Untuk persiapan akan hal tersebut, sekolah mengadakan semacam kursus bahasa Inggris untuk guru pada sore hari selama kurang lebih satu jam per hari. Untuk kelas unggulan, sebenarnya MTs. Annajah sudah menerapkannya, hanya saja masih penerapan standar, yakni pada tiap tingkatan, kelas unggulan adalah kelas pertama seperti VII-1 (dilihat dari nilai hasil akhir ujian SD atau nilai NEM, dsb), VIII-1 (dilihat dari prestasi hasil belajar yang diperoleh saat kelas VII), dan kelas IX-1 (dilihat dari prestasi hasil belajar yang diperoleh saat kelas VIII). Lokasi MTs. Annajah ini berada di pinggir jalan raya, dan masih dalam satu lingkungan dengan MA. Annajah, hanya berbeda gedung. Jadi, kedua gedung tersebut berada di sebelah kanan dan kiri lapangan sekolah. MTs. Annajah ini termasuk sekolah yang cukup bersih, dan terlihat saat peneliti melakukan penelitian di sekolah tersebut.
Gambar 4.1 MTs. Annajah Petukangan
39
Adapun data guru dan karyawan MTs. Annajah adalah sebagai berikut. Tabel 4.5 Daftar Guru dan Karyawan MTs. Annajah Petukangan No
Nama
L/P
Kualifikasi
Bid.Studi/Jabatan
Pendidikan Terakhir
1.
Drs. Sam’unal Ghozi
L
S1. IAIN
Kepala Sekolah
2.
Hadromi, S,Ag.
L
S1. IAIN
Wakil Kepala Sekolah
3.
Drs. Basyaruddin Rasid,
L
S1. UMJ
IPS, PPKN, BP (wali kelas)
4.
Drs. Nurali
L
S1. IAIN
Qurdis, Aqidah, Fiqih (wali kelas)
5.
Yunita Titi Wahyuni, S.Pd.
P
S1. UHAMKA
IPA (wali kelas)
6.
Ahmad Fauzi, S.Pd.
L
S1. UHAMKA
Bahasa Indonesia (wali kelas)
7.
Drs. Bukhori
L
S1. IAIN
Bahasa Indonesia (wali kelas)
8.
M. Zuhri, S.Ag.
L
S1. IAIN
Bahasa Arab (wali kelas)
9.
Imawati, S.Pd.
P
S1. UHAMKA
Matematika (wali kelas)
10. Ulfah Shihah, S.Pd.
P
S1. UIN
IPS, BP (wali kelas)
11. Suryadi, S.Thi
L
S1. UIN
Qurdis, Fiqih, Sharaf (wali kelas)
12. Yenni Sunarsih
P
BA. IKIP
Matematika, IPA (wali kelas)
13. Lutfiah, S.Pd.
P
S1. IAIN
Seni Budaya, SKI (wali kelas)
14. Asep Djakamaya
L
D2. IKIP
PENJAS (wali kelas)
15. M. Guntur, S.Pd.
L
S1. UHAMKA
Bahasa Indonesia (wali kelas)
16. H. Moh. Yamin, BA.
L
S1. IAIN
Bahasa Inggris
17. H. Sukiman HR, S.Pd.
L
S1. UT
Matematika
18. Drs. H. Ashari, MM
L
SL. IKIP
SKI
19. Dra. Titin Rahmawati
P
S1. IAIN
Qurdis, Fiqih, seni budaya,
20. Abdul Hamid, S.Pd.
L
S1. IKIP
IPS
21. Yuniati, S.Pd.
P
S1. IKIP
Bahasa Inggris
22. M. Mauluddin, S.Pd.
L
S1. PURNAMA
PPKN, SKI
23. Ilfa Rianti, S.Pd.
P
S1. UMY
Bahasa Inggris
24. Arfan Fitriyadi, S.Pd.
L
S1. UIN
IPA
25. Widiasti Rahayu, S.Pd.
P
S1. UHAMKA
IPA
26. M. Ikhlas, HR. S.Pd.
L
S1. UHAMKA
IPA
27. Mardawi, S.Pd.
L
S1. NIDA
TU. Keuangan
40
28. Maudi
L
PGA
TU. Administrasi
29
L
S1.
Perpustakawan
30. Cecep Nasuki
L
SMP
Keamanan
31. Ansori
L
SMA
Karyawan
32. Fauzi
L
SMP
Karyawan
33. Agus Supriyadi
L
SD
Karyawan
34. Jamal
L
SMK
Keamanan
35. Mimin
P
SMEA
Juru Masak
Fajar Al-Munawir
Dari tabel di atas, dapat diketahui jumlah guru sebanyak 26 orang hampir seluruhnya telah berpendidikan sarjana (S1). Hal ini menunjukkan bahwa MTs. Annajah Petukangan memiliki komitmen dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Madrasah dengan mempekerjakan orang-orang yang memiliki kompetensi.
c. Perencanaan Tindakan Penelitian Sebelum melakukan tindakan pembelajaran, peneliti telah melakukan persiapan-persiapan, dan perencanaan secara umum, yakni peneliti dan guru menyusun sebuah rancangan pembelajaran, mulai dari membuat pemetaan standar isi, menganalisa KTSP materi cerita anak terjemahan, merancang silabus, RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran), menyiapkan materi ajar berupa peta pikiran cerita anak terjemahan, beserta instrumen-instrumen penting dalam penelitian, seperti mencari dan menentukan bahan cerita yang akan diberikan, membuat soal pretest dan posttest, serta menyiapkan form-form pengamatan yang dibutuhkan dalam penelitian. Setelah semua siap, peneliti melaporkannya kepada dosen pembimbing skripsi untuk mendapatkan persetujuan kelayakan instrumen. Setelah semua instrumen selesai, peneliti dan guru bidang studi menentukan waktu pelaksanaan tindakan di kelas. Oleh karena penelitian ini dilakukan ketika bulan Ramadhan, maka waktu yang ada setiap masuk kelas per jamnya hanya 25 menit. Singkatnya waktu di kelas berpengaruh terhadap penentuan waktu penelitian. Akan tetapi, bahasa Indonesia pada kelas yang peneliti teliti, yaitu
41
VII-1, mendapat 3 jam pelajaran secara berturut-turut pada hari Selasa dan Kamis, sehingga peneliti dapat menggunakan waktu tersebut untuk penelitian.
3. Tindakan Pembelajaran Siklus I a. Pertemuan Pertama 1) Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan ini, peneliti dan guru telah memiliki rencanarencana seperti yang tertuang pada rencana pelaksanaan pembelajaran yakni: guru akan memberikan bahan bacaan cerita anak terjemahan pada siswa, lalu memberikan soal pretest. Rencana selanjutnya, setelah siswa menyelesaikan soal pretest, guru akan menyampaikan materi cerita anak terjemahan, teknik peta pikiran, berserta contoh-contohnya. Guru akan menyampaikan materi tersebut dalam bentuk powerpoint dengan menggunakan in focus. Lalu setelah selesai penyampaian materi, guru akan memberikan tugas rumah untuk membaca cerita anak terjemahan baru, dan membuat peta pikirannya sesuai dengan cara yang telah diajarkan. Selesai memberi tugas, guru menyimpulkan materi pembelajaran, dan peneliti membagikan form-form serta lembaran-lembaran, seperti jurnal siswa, form pengamatan siswa terhadap guru, dsb. Lalu guru menutup pelajaran.
2) Tahap Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan ini, penelitian merealisasikan apa yang telah direncanakan pada tahap perencanaan. Pelaksanaan tindakan di kelas dilaksanakan pada Kamis, 4 Agustus 2011, pukul 10.50 sampai 11.15. Sebelumnya guru bidang studi bahasa Indonesia memperkenalkan peneliti kepada seluruh siswa kelas VII1. Kedatangan peneliti ke kelas tersebut mendapatkan respon positif dari siswa. Mereka dapat diajak bekerja sama dalam proses penelitian. Sebelum masuk pada inti pelajaran, guru mengabsensi siswa. Setelah itu diketahui bahwa semua siswa (32 orang) hadir dalam kelas tersebut. Selesai mengabsen siswa dan memperkenalkan peneliti, pelajaran pun dimulai. Pelajaran dimulai oleh guru dengan melakukan apersepsi berupa menanyakan pengalaman siswa dalam membaca cerita anak terjemahan. Suasana kelas saat itu terdengar cukup gaduh sebab banyak siswa yang ingin menjawab
42
pertanyaan dari guru. Guru menunjuk beberapa siswa secara bergantian. Siswasiswa tersebut cukup cerdas menjawab pertanyaan dari guru. Mereka menceritakan secara singkat pengalaman mereka masing-masing dalam membaca cerita anak terjemahan. Kebanyakan dari mereka suka membaca cerpen dan komik, tetapi ada juga beberapa siswa yang suka membaca novel.
Gambar 4.2 Guru melakukan apersepsi Setelah pertanyaan guru tentang pengalaman membaca cerita dan kegaduhan mereda, guru melanjutkan dengan memberi sebuah bahan bacaan berjudul ―Pippi Menemukan Selepung‖ beserta soal pretest-nya. Soal pretest tersebut berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan bahan bacaan cerita yang diberikan guru. Kondisi para siswa terlihat bermalas-malasan untuk membaca, kurang mengerti, dan masih banyak yang melihat hasil kerja temannya untuk menjawab soal ini.
Gambar 4.3 Kondisi siswa dalam menjawab soal pretest
43
Dalam waktu sekitar lima belas menit siswa menyelesaikan bacaan dan soal pretest. Siswa mengumpulkan lembar jawaban kepada guru. Dan tidak lama setelah siswa mengumpulkan lembar jawaban, bel pergantian pelajaran pun berbunyi, pelajaran pun berakhir. Pukul 11.40-12.30 guru dan peneliti kembali masuk ke dalam kelas VII-1. Siswa masih banyak yang berada di luar kelas dan asik ribut sendiri. Guru dan peneliti pun menyiapkan peralatan seperti in focus, layar, dan juga laptop. Setelah selesai menyiapkan keperluan pembelajaran, dan siswa sudah berada di kelas dengan tenang, guru memulai pelajaran kembali. Guru menanyakan tentang bagaimana bahan bacaan dan soal pretest yang tadi diberikan. Siswa pun menjawab ―seru..!‖, ―kebanyakan..!‖, ―bingung!‖, dll. Guru kembali mengkondisikan siswa dan memberi pengertian serta komentar. Setelah itu, guru menanyakan tentang peta pikiran. Ketika guru bertanya tentang peta pikiran (mind map), banyak siswa yang bingung dan tidak mengerti apa itu peta pikiran. Namun, ada satu orang yang telah mengetahui apa itu peta pikiran, ia adalah M. Rizky Kozo. Kozo menjawab bahwa peta pikiran itu membuat gambar tentang suatu ide. Guru pun memberikan apresiasi tepuk tangan dan memuji Kozo karena pengetahuannya. Setelah jawaban Kozo tersebut, guru memulai penjelasan tentang apa itu peta pikiran, bagaimana cara membuatnya, dan memberikan contoh-contohnya. Siswa terlihat sangat antusias dan bersemangat. Suasana kelas pun menjadi sangat tenang. Selama guru menjelaskan secara perlahan, guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menyatakan pendapat. Selesai guru menjelaskan peta pikiran, guru langsung menjelaskan tentang materi cerita anak terjemahan dengan menggunakan peta pikiran. Hal ini dilakukan sekaligus untuk langsung memberi contoh kepada siswa dalam membuat peta pikiran. Selain itu, guru juga menjelaskan tentang bagaimana cara memahami bahan bacaan cerita dengan peta pikiran. Guru memberi contoh membuat peta pikiran dari bahan bacaan cerita ―Pippi Menemukan Selepung‖ yang tadi menjadi bahan pretest. Penjelasan guru tentang peta pikiran cerita ―Pippi Menemukan Selepung‖ ini, membuat siswa sedikit gaduh. Hal ini dikarenakan ketika guru membuat dan menjelaskan peta pikiran tersebut, siswa melakukan perbandingan akan jawabannya dengan penjelasan guru. Banyak siswa yang sedikit berteriak
44
―yaaahh..!!!‖, dan ada juga yang berteriak ―yes..!!‖. Tapi dapat terlihat bahwa mereka semua gembira dan senang dengan pembelajaran hari ini. Akhirnya guru kembali meminta siswa untuk tidak gaduh dan melanjutkan penjelasan, siswa pun kembali tenang.
Gambar 4.4 Guru menjelaskan materi cerita anak terjemahan
Setelah selesai menjelaskan dan memberi kesempatan siswa bertanya, guru langsung menugaskan siswa mempelajari kembali peta pikiran yang baru saja diajarkan dan sekaligus memberi tugas untuk pertemuan selanjutnya, yakni membaca cerita anak terjemahan berjudul ―Lotta‖ dan meminta mereka untuk membuat peta pikiran dari cerita tersebut. Pada saat guru menjelaskan tentang tugas untuk pertemuan selanjutnya, peneliti membagikan form observasi siswa terhadap guru dan jurnal siswa. Bel pun berbunyi bersamaan dengan selesainya pembagian selembaran tersebut. Akan tetapi, proses terakhir terlupakan, guru belum menyimpulkan hasil pembelajaran.
b. Pertemuan Kedua 1) Tahap Perencanaan Pada pertemuan kedua, perencanaan yang telah peneliti dan guru buat adalah: pertama kali ketika masuk kelas, guru akan menanyakan tugas rumah dan kesulitan siswa dalam membuat peta pikiran. Setelah itu, guru akan meminta beberapa siswa untuk menjelaskan peta pikiran milik mereka secara bergantian.
45
Jika sudah selesai, guru meminta seluruh siswa untuk mengerjakan soal posttest. Setelah mengerjakan soal posttest, guru akan memberikan kesimpulan, dan komentar yang berkaitan dengan materi cerita anak terjemahan dan peta pikiran. Setelah itu, peneliti akan memberikan form-form serta lembaran-lembaran, seperti jurnal siswa, form pengamatan siswa terhadap guru, angket, kuesioner, dsb. Lalu guru menutup pelajaran.
2) Tahap Pelaksanaan Pertemuan kedua dilaksanakan pada Selasa, 9 Agustus 2011, pukul 10.5012.05, setelah para siswa selesai istirahat pertama. Suasana cuaca di luar terlihat cerah. Guru mengkondisikan siswa dan memberikan jeda waktu kepada siswa untuk merelaksasi diri. Siswa yang hadir tetap seperti pada pertemuan pertama yakni 32 siswa. Setelah beberapa menit mengkondisikan siswa, dan terlihat sudah lebih tenang, guru memulai kembali pembelajaran. Guru menanyakan tugas untuk membuat peta pikiran dari cerita ―Lotta‖, dan guru juga menanyakan kesulitan siswa dalam membuat peta pikiran, ternyata hanya beberapa siswa yang memiliki kesulitan, dan yang lainnya tidak memiliki kesulitan yang berarti. Pada intinya, para siswa masih kaku dengan teknik peta pikiran, dan mereka perlu banyak berlatih menggunakan teknik tersebut agar lebih terbiasa dan mahir. Setelah memastikan bahwa semua siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru, guru menugaskan beberapa orang siswa untuk menjelaskan peta pikiran yang telah dibuat sebelumnya. Siswa yang maju untuk menjelaskan peta pikiran yang telah dibuat, adalah Alvira, Nurul, Ihsan, Nanda, Ayu, Rian, dan Rizka. Mereka menjelaskan peta pikiran milik mereka secara bergantian dengan sangat baik, suasana kelas terasa hening tiap kali ada siswa yang maju, dan ketika selesai menjelaskan, suasana kelas sedikit ramai karena tepuk-tangan siswa. Ada beberapa siswa yang membuat peta pikiran dengan bagus, yaitu Rizka dan Nurul. Karena hasil peta pikiran mereka yang bagus, maka guru memberikan sebuah apresiasi positif kepada Rizka dan Nurul dengan beberapa pujian sekaligus memberi motivasi kepada siswa-siswi yang lain. Dari bagaimana cara siswa menjelaskan peta pikiran milik mereka, dapat dilihat bahwa siswa dapat lebih memahami apa yang ia baca. Karena dengan poin-
46
poin yang siswa buat dalam bentuk peta pikiran, siswa dapat lebih mudah mengingat unsur dan hal-hal lain dalam cerita. Setelah para siswa yang ditunjuk selesai maju dan menjelaskan peta pikiran mereka, kemudian guru memberikan soal posttest yang telah disiapkan. Soal tersebut berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan bahan bacaan cerita ―Lotta‖. Kondisi siswa saat menjawab soal posttest terasa lebih tenang dibandingkan saat mereka menjawab soal pretest.
Gambar 4.5 Suasana siswa dalam menjawab soal posttest siklus I
Setelah
selesai
mengerjakan
soal
posttest,
secara
singkat
guru
menyimpulkan hasil pembelajaran, sementara peneliti membagikan form pengamatan siswa terhadap guru, jurnal siswa beserta angket dan kuesioner. Dengan begitu tahapan pelaksanaan tindakan di kelas VII-1 telah dituntaskan.
c. Tahap Observasi Pada tahap observasi ini, peneliti melakukan pengamatan (observasi) untuk melihat, mengamati, dan mencatat hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang paling peneliti perhatikan adalah masalah keaktifan dan interaksi siswa dengan guru di dalam kelas. Adapun hasil pengamatan yang diperoleh peneliti melalui lembar observasi pada pertemuan pertama dan kedua adalah sebagai berikut.
47
Tabel 4.6 Pengamatan Tingkah Laku Siswa Dalam Pembelajaran Siklus I No
Aspek yang diamati
Pertemuan I
Pertemuan II
1.
Siswa menghormati guru ketika guru baru masuk kelas
70
85
2.
Siswa memperhatikan penjelasan guru
70
85
3.
Siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran
80
85
4.
Siswa mengajukan pertanyaan
60
80
5.
Siswa memberikan pendapat
55
75
6.
Siswa menjawab pertanyaan guru
70
80
7.
Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan tahapan yang telah dijelaskan
70
85
8.
Siswa bersikap baik, tidak gaduh, dan tidak mengobrol sendiri
65
80
9.
Siswa mengulang dan mengevaluasi materi pembelajaran
55
75
10.
Siswa mengikuti proses pembelajaran sampai akhir dan ikut membuat kesimpulan
70
85
665
815
Jumlah
Total skor = Jumlah Skor yang diperoleh
Total skor = Jumlah Skor yang diperoleh
Jumlah Aspek
Jumlah Aspek
= 665 = 66,5
= 815 = 81,5
10
10
Keterangan: Skala penilaian aspek yang dinilai: 80 — 100 = Baik 60 — 79 = Cukup 10 — 59 = Kurang
47
48
Skala penilaian jumlah rata-rata: 80 — 100 = Tingkat kemampuan tinggi 60 — 79 = Tingkat kemampuan sedang 10 — 59 = Tingkat kemampuan rendah
Pada tabel 4.6 di atas, terlihat bahwa dari sepuluh aspek atau aktivitas siswa yang peneliti amati selama proses pembelajaran, diperoleh rata-rata 66,5 dengan kategori siswa berprestasi pada tingkat sedang di pertemuan pertama, dan rata-rata 81,5 dengan kategori siswa berprestasi pada tingkat tinggi di pertemuan kedua. Dengan demikian, terjadi peningkatan yang lebih baik pada tingkah laku siswa, walaupun masih ada beberapa yang kurang. Data lain yang peneliti peroleh pada pertemuan awal ini adalah nilai hasil di pertemuan pertama (pretest) dan kedua (posttest). Nilai hasil pada pretest dan posttest ini, merupakan perbandingan untuk melihat hasil belajar siswa pada siklus I. Berikut tabel hasil nilai siswa.
Tabel 4.7 Perolehan Nilai Siswa dalam Memahami Bacaan Kode Siswa 1
Nama Siswa
Pretest
Posttest
Akmal Husein Al Jufri
50
77,5
2
Aldo Meylano
30
70
3
Alvira Shania Vanka
75
80
4
Ayu Oktariani
80
95
5
Chitra Resdiana Awaliyah
65
80
6
Fadhilah Nurul Lestari
70
85
7
Fahmi Rafif Tiansyah
45
70
8
Faktar Afrian
55
75,5
9
Febbry Aisyah Eka M
45
70,5
10
Ganielka
70
85
11
Ihsan Rabbani Ryadi
40
75,5
12
Indah Nur Fitriyanti
55
80
13
Indra Gunawan Suwarno
45
77,5
14
Iqbal Zainal Muttaqin
30
70,5
49
15
Jasmin Nar Torik
65
85
16
Kaysha Velentina Islami
65
75,5
17
M. Fany Arrafiansyah
50
90
18
M. Ridwan Afandi
65
65
19
M. Rizky Kozo
75
70,5
20
M. Daffa Rizqi Saifullah
20
90
21
M. Dhika Ramadhan
35
70,5
22
M. Rian Al-Hafizd
40
75
23
Nadiyatul Fadhilah
45
77,5
24
Nanda Putri Maulida
70
85,5
25
Nugraha Ramadhan
35
70
26
Rahmat Adha Abdillah
40
75
27
Resa Wantika Utami
60
80
28
Rizka Maulida
70
85
29
Sevi Suryani
75
85,5
30
Siti Aisyah
70
80,5
31
Thalita Syahla
65
77,5
32
Vina Alvionita
70
80
Jumlah skor
1770
2510
Jumlah rata-rata keseluruhan
55,3
78,4
Berdasarkan tabel nilai di atas, dapat dilihat bahwa tingkat penguasaan dan pemahaman siswa terhadap bacaan masih terbilang rendah pada pretest, dan mengalami peningkatan pada posttest. Adapun lebih sederhana, untuk nilai siswa tertinggi, terendah, dan rata-rata kelas, dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.8 Tingkat Pemahaman Siswa Tingkat Pemahaman
Pretest
Posttest
Nilai Terendah Siswa
20
65
Nilai Tertinggi Siswa
80
95
Rata-rata Nilai Siswa
55,3
78,4
50
Dengan melihat hasil tabel di atas, maka data yang diperoleh pada nilai siswa di pertemuan pertama masih kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan sekolah yakni 75 (KKM lihat lampiran 23), sedangkan nilai posttest di pertemuan kedua, perolehan nilai rata-rata sudah mencapai nilai KKM. Namun, karena masih adanya siswa yang belum mencapai nilai KKM, yakni sekitar 8 orang atau 25%, maka peneliti akan melanjutkan penelitian ke siklus berikutnya. Hal ini dilakukan untuk dapat melihat, memperbaiki, dan meningkatkan kekurangan-kekurangan yang ada pada pertemuan pertama dan kedua di siklus I ini, termasuk hasil belajar siswa berkenaan dengan tingkat pemahaman bacaan tersebut.
d. Tahap Refleksi Setelah melakukan penelitian mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan sampai diketahui nilai hasil tes siswa, maka dapat diketahui pula bahwa masih banyak kekurangan yang terjadi pada siklus I ini. Seperti adanya beberapa siswa, yakni sekitar 25% siswa yang belum mencapai nilai KKM. Selain itu, masih kurang terfokusnya kegiatan pembelajaran seperti aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung, kurangnya perhatian siswa terhadap guru, dsb. Hal ini tentu saja menuntut peneliti untuk melakukan perbaikan dan penelitian lebih lanjut ke siklus II. Adapun yang menjadi tolok ukur dan perbandingan peneliti pada siklus II nantinya adalah hasil nilai pertemuan pertama (pretest) di siklus I dengan hasil nilai di siklus II, apakah terjadi peningkatan atau tidak.
4. Tindakan Pembelajaran Siklus II a. Tahap Perencanaan Perencanaan yang dilakukan untuk melaksanakan siklus II ini, peneliti dan guru kembali mempersiapkan RPP, bahan cerita, soal posttest, form pengamatan siswa terhadap guru, jurnal siswa, angket, kuesioner, dsb. Adapun bahan cerita dan soal posttest, dirancang dan dibuat oleh guru dan peneliti berdasarkan buku paket. Sedangkan untuk perencanaan ketika masuk kelas, guru akan menjelaskan kepada siswa tentang tujuan pengulangan pembelajaran ini. Siswa akan diberitahu bahwa nilai pada pertemuan sebelumnya kurang memuaskan, maka harus
51
diadakan tes ulang. Setelah pemberitahuan hal tersebut, guru akan mengulang dan mengingatkan sedikit tentang peta pikiran dan cerita anak terjemahan. Setelah itu, guru akan memberikan bahan bacaan baru berjudul ―Tukang Solder dan Hantu (Cerita dari Spanyol)‖, disertai dengan tugas membuat peta pikiran dari cerita tersebut dan juga mengerjakan soal posttest. Setelah seluruh siswa mengerjakan soal posttest dan peta pikiran, guru akan meminta beberapa siswa untuk menjelaskan tentang peta pikiran milik siswa tersebut, dan memberi kesimpulan serta komentar dari kegiatan pembelajaran. Setelah selesai kegiatan tersebut, peneliti akan membagikan lembar pengamatan siswa terhadap guru, jurnal siswa, angket, dan kuesioner, sedangkan guru akan menutup kegiatan pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini dilakukan pada hari Selasa, tanggal 16 Agustus 2011, pukul 10.50-11.15. Pembelajaran dimulai dengan guru masuk kelas dan menanyakan kabar siswa. Setelah menanyakan kabar siswa, guru pun memberitahukan akan keadaan kurang tuntasnya hasil belajar siswa pada pertemuan sebelumnya. Siswa pun berteriak menyatakan tidak mau, malas, dsb, akan tetapi guru memberikan pengertian, dan juga menstimulus dengan mengatakan akan memasukkan hasil tes kali ini ke dalam nilai bahasa Indonesia. Siswa pun diam dan menyatakan setuju. Lalu guru bertanya tentang materi cerita anak terjemahan serta apa itu peta pikiran. Banyak siswa yang mencoba menjawab pertanyaan tersebut, dan guru pun menunjuk para siswa untuk menjawab secara bergantian. Setelah selesai, guru menjelaskan pengertian dari peta pikiran dan juga apa maksud dari cerita anak terjemahan. Setelah selesai sesi menjelaskan, guru dan peneliti membagikan bahan bacaan cerita anak terjemahan berjudul ―Tukang Solder dan Hantu (Cerita dari Spanyol)‖, disertai dengan soal posttest-nya. Pada sesi ini, siswa diminta untuk membaca cerita anak terjemahan tersebut, lalu membuat peta pikiran dari cerita, dan menjawab soal posttest-nya. Bel tanda pergantian pelajaran pun berbunyi. Pukul 11.40-12.30, guru dan peneliti masuk kelas kembali dan menanyakan hasil pekerjaan siswa.
52
Gambar 4.6 Suasana siswa dalam menjawab soal posttest siklus II
Setelah siswa selesai membaca, mengerjakan, dan menjawab tugas yang diberikan guru, guru mengambil hasil kerja siswa secara acak, lalu meminta siswa tersebut untuk menjelaskan peta pikiran miliknya. Siswa yang maju ke depan adalah Kaysha. Ia menjelaskan peta pikirannya dengan malu, tetapi cukup baik. Selanjutnya yang maju ke depan adalah Kozo, Riawan, Thalita, dst. Mereka semua maju secara bergantian. Setelah kurang lebih 8 siswa maju ke depan, guru akhirnya memberikan komentar dan apresiasi kepada para siswa yang maju ke depan. Guru memberi pujian dan tepuk tangan, siswa pun ikut bertepuk tangan. Selain itu, guru juga mengevaluasi dan menyimpulkan pembelajaran materi cerita anak dan bahan bacaan tersebut. Setelah selesainya guru mengevaluasi, peneliti membagikan lembar pengamatan siswa terhadap guru, jurnal siswa, angket dan kuesioner. Setelah selesai semua, guru menutup pelajaran, dan kegiatan pembelajaran pun selesai.
c. Tahap Observasi Pada tahap observasi ini, peneliti kembali meneliti, mengamati, dan memperhatikan, serta mencatat hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Seperti pada siklus I, peneliti lebih mengamati aktivitas dan interaksi guru dan siswa selama proses pembelajaran. Adapun tabel hasil pengamatan dan sekaligus perbandingan yang peneliti peroleh melalui lembar pengamatan siswa dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.
53
Tabel 4.9 Perbandingan Hasil Pengamatan Tingkah Laku Siswa Dalam Pembelajaran No
SIKLUS I
Aspek yang diamati
Pertemuan I
Pertemuan II
SIKLUS II
1.
Siswa menghormati guru ketika guru baru masuk kelas
70
85
85
2.
Siswa memperhatikan penjelasan guru
70
85
90
3.
Siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran
80
85
90
4.
Siswa mengajukan pertanyaan
60
80
80
5.
Siswa memberikan pendapat
55
75
75
6.
Siswa menjawab pertanyaan guru
70
80
85
7.
Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan tahapan yang telah dijelaskan
70
85
90
8.
Siswa bersikap baik, tidak gaduh, dan tidak mengobrol sendiri
65
80
85
9.
Siswa mengulang dan mengevaluasi materi pembelajaran
55
75
80
10.
Siswa mengikuti proses pembelajaran sampai akhir dan ikut membuat kesimpulan
70
85
85
665
815
845
Jumlah
Total skor pertemuan I = Jumlah Skor yang diperoleh = 665 = 66,5 Jumlah Aspek
10
Total skor pertemuan II = Jumlah Skor yang diperoleh = 815 = 81,5 Jumlah Aspek
10
Total skor siklus II = Jumlah Skor yang diperoleh = 845 = 84,5 Jumlah Aspek
10
53
54
Keterangan: Skala penilaian aspek yang dinilai: 80 — 100 = Baik 60 — 79 = Cukup 10 — 59 = Kurang
Skala penilaian jumlah rata-rata: 80 — 100 = Tingkat kemampuan tinggi 60 — 79 = Tingkat kemampuan sedang 10 — 59 = Tingkat kemampuan rendah
Pada tabel 4.9 di atas, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan yang lebih baik antara tingkah laku siswa di pertemuan I, II, dengan di siklus II. Adapun dari 10 aspek yang diamati, diperoleh rata-rata 66,5 dengan kategori siswa berprestasi pada tingkat sedang di pertemuan pertama, rata-rata 81,5 dengan kategori siswa berprestasi pada tingkat tinggi di pertemuan kedua, dan rata-rata 84,5 dengan kategori siswa berprestasi pada tingkat tinggi di siklus kedua. Dengan demikian, peningkatan yang terjadi dapat dikatakan memuaskan, karena siswa sudah lebih banyak memperhatikan dan fokus pada kegiatan pembelajaran. Selain data pengamatan di atas, peneliti juga melakukan pengolahan data, di antaranya menghitung nilai rata-rata hasil belajar berupa pretest, posttest I, dan posttest II, serta mengolah data kualitatif berupa angket, kuesioner, jurnal siswa, serta hasil wawancara. Adapun perbandingan nilai hasil belajar siswa pada posttest I dan II, sebagai berikut. Tabel 4.10 Perolehan Nilai Posttest Siswa dalam Memahami Bacaan Kode Siswa 1 2 3 4 5 6
Nama Siswa Akmal Husein Al Jufri Aldo Meylano Alvira Shania Vanka Ayu Oktariani Chitra Resdiana Awaliyah Fadhilah Nurul Lestari
Posttest I 77,5 70 80 95 80 85
Posttest II 72,5 90 80 90 87,5 82,5
55
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Fahmi Rafif Tiansyah Faktar Afrian Febbry Aisyah Eka M Ganielka Ihsan Rabbani Ryadi Indah Nur Fitriyanti Indra Gunawan Suwarno Iqbal Zainal Muttaqin Jasmin Nar Torik Kaysha Velentina Islami M. Fany Arrafiansyah M. Ridwan Afandi M. Rizky Kozo M. Daffa Rizqi Saifullah M. Dhika Ramadhan M. Rian Al-Hafizd Nadiyatul Fadhilah Nanda Putri Maulida Nugraha Ramadhan Rahmat Adha Abdillah Resa Wantika Utami Rizka Maulida Sevi Suryani Siti Aisyah Thalita Syahla Vina Alvionita Jumlah skor Jumlah rata-rata keseluruhan
70 75,5 70,5 85 75,5 80 77,5 70,5 85 75,5 90 65 70,5 90 70,5 75 77,5 85,5 70 75 80 85 85,5 80,5 77,5 80 2510 78,4
75 80 80 87,5 90 82,5 87,5 80 80 90 90 97,5 95 72,5 85 85 75 85 85 77,5 92,5 85 82,5 85 90 82,5 2700 84,4
Berdasarkan tabel nilai posttest di atas, dapat dilihat bahwa tingkat penguasaan dan pemahaman siswa terhadap bacaan mengalami peningkatan pada posttest I dan II. Untuk nilai siswa tertinggi, terendah, dan rata-rata kelas, dapat dilihat pada tabel berikut.
56
Tabel 4.11 Tingkat Pemahaman Siswa Tingkat Pemahaman
Posttest I
Posttest II
Nilai Terendah Siswa
65
72,5
Nilai Tertinggi Siswa
95
97,5
Rata-rata Nilai Siswa
78,4
84,4
Dengan melihat hasil tabel di atas, diketahui bahwa perbandingan nilai ratarata posttest I dan II telah mengalami peningkatan. Dari nilai terendah 65 menjadi 72,5, dari nilai tertinggi 95 menjadi 97,5, dan dari nilai rata-rata 78,4 menjadi 84,4. Peningkatan ini sangatlah memuaskan, karena hal ini menunjukkan bahwa penerapan teknik peta pikiran dapat dikatakan efektif untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap bacaan. Secara garis besar, gambaran hasil pretest, posttest I, dan posttest II, dapat dijelaskan sebagai berikut. Hasil Pretest 100
Nilai
80
Nilai Pretest
60 40
Mean
20
Nilai KKM
0
Kode siswa
Grafik 4.1 Hasil pretest siswa kelas VII-1 Pada grafik di atas terdapat tiga jenis garis, garis biru adalah nilai pretest, garis merah muda sebagai mean/nilai rata-rata, sedangkan garis kuning adalah nilai standar KKM, yakni 75. Dari grafik di atas kita mendapatkan informasi bahwa hasil pretest sangatlah tidak memuaskan karena masih banyak nilai yang berada di bawah garis standar KKM. Ini berarti pembelajaran harus lebih ditingkatkan supaya dapat melebihi KKM. Hasil di atas dapat dibandingkan dengan nilai posttest di bawah ini.
56
57
Hasil Posttest Siklus I 100 80
Nilai Posttest Siklus I
60
Nilai
Mean
40 Nilai KKM
20 0 Kode siswa
Grafik 4.2 Hasil posttest siklus I siswa kelas VII-1 Pada grafik di atas terdapat tiga jenis garis, garis biru adalah nilai posttest siklus I, garis merah muda sebagai mean/nilai rata-rata, sedangkan garis kuning adalah nilai standar KKM, yakni 75. Dari grafik di atas kita mendapatkan informasi bahwa hasil posttest siklus I sudah mengalami peningkatan, akan tetapi masih ada 8 orang atau 25% siswa yang memiliki nilai di bawah nilai standar KKM. Sedangkan gambaran grafik posttest siklus II sebagai berikut. Hasil Posttest Siklus II 120
Nilai siswa
100 80
Nilai Posttest Siklus II
60
Mean
40
KKM
20 0
Kode siswa
Grafik 4.3 Hasil posttest siklus II siswa kelas VII-1
Pada grafik di atas, garis biru menunjukkan nilai posttest siklus II, garis merah muda (pink) menunjukkan nilai rata-rata dari posttest siklus II, sedangkan garis kuning menunjukkan standar KKM (75). Dengan demikian, dari grafik di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata hasil posttest siklus II telah melampaui
58
standar nilai KKM, walaupun masih ada siswa yang nilainya sama dengan standar nilai KKM yakni 75. Dari ketiga grafik di atas, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan yang cukup baik pada nilai tes siswa. Selain itu, dari grafik di atas didapat informasi bahwa penerapan teknik peta pikiran cukup membantu siswa dalam memahami bacaan cerita anak terjemahan. Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan serta peningkatan nilai posttest siswa, akan digambarkan melalui grafik di bawah ini. Perbandingan Posttest Siklus I dan Siklus II 100 Nilai Posttest Siklus II
50 Kode siswa
0
Nilai Posttest Siklus I
Grafik 4.4 Perbandingan nilai posttest siklus I dan siklus II Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang cukup baik antara nilai posttest siklus I dan posttest siklus II. Pada nilai posttest siklus I dan II, ada beberapa nilai yang terlihat berdekatan dan bahkan sama, hal ini menunjukkan bahwa ada siswa yang memperoleh nilai posttest sama atau berbeda sedikit dengan nilai posttest sebelumnya. Selain itu, grafik di atas juga menunjukkan bahwa penerapan teknik peta pikiran mempunyai kontribusi yang positif dalam peningkatan pemahaman bacaan cerita anak terjemahan siswa kelas VII-1 MTs. Annajah Petukangan, terbukti dari grafik yang menunjukkan perubahan nilai hampir 100%. Setelah melihat hasil beberapa grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan pada pemahaman bacaan cerita anak terjemahan siswa setelah diterapkannya teknik peta pikiran. Untuk penjelasan tentang peningkatan ini, akan dibahas tersendiri pada subbab ―Analisis Data‖.
59
d. Tahap Refleksi Berikut hasil refleksi dari tindakan: 1) Secara garis besar tujuan penerapan teknik peta pikiran adalah untuk memudahkan siswa dalam mengingat dan memahami, serta mengurutkan informasi data yang ada pada pikiran mereka. Hal ini dilakukan agar pikiran siswa-siswi tidak kacau balau, tidak terpecah-pecah dalam memahami apa yang telah dibaca, untuk itulah digunakan teknik peta pikiran, dengan harapan mereka dapat lebih memahami bacaan dan pemahaman bacaan mereka juga dapat meningkat. 2) Terjadi perubahan konsepsi siswa terhadap cara memahami bacaan. Pengetahuan mereka selama ini dalam membaca cerita anak terjemahan hanya sekadar membaca sampai tuntas, tetapi tidak tahu apa yang dibaca. Namun setelah diajarkan cara agar mudah mengingat dan memahami bacaan dengan teknik peta pikiran, siswa dapat dengan lebih baik mengingat dan memahami apa yang telah dibaca. 3) Penggunaan teknik peta pikiran yang ditampilkan dengan bantuan in focus, sangat membantu proses pembelajaran yang terjadi. Proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien. Selain itu, guru tidak perlu lagi terlalu banyak menulis di papan tulis. Penggunaan teknik peta pikiran melalui media in focus juga membuat peta pikiran semakin menarik, selain karena berwarna, juga dapat bersuara/berbunyi. Hal ini membuat siswa lebih tertarik dan memperhatikan penjelasan guru dengan lebih bersemangat. 4) Beberapa siswa terlihat sedikit kesulitan dalam membuat peta pikiran, hal ini mungkin disebabkan karena bervariasinya gaya belajar pada beberapa siswa. Selain itu, teknik peta pikiran masih sangat asing bagi siswa. Dalam belajar, siswa banyak mengandalkan catatan, buku paket, dan lembar kerja siswa (LKS). Wajar saja jika para siswa merasa sedikit kesulitan dalam membuat dan menuangkan pikirannya menjadi beberapa konsep yang dibuat menjadi peta pikiran. 5) Berikut ini analisis form pengamatan siswa terhadap guru.
59
60
Tabel 4.12 Form Pengamatan Siswa terhadap Guru (Pertemuan I) No.
Jumlah Jawaban Ya Tidak
Aktivitas Guru
Persentase Jawaban Ya Tidak
1.
Sebelum memulai pelajaran guru menanyakan kabar siswa
12
20
37,5%
62,5%
2.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
30
2
93,8%
6,2%
3.
Guru menanyakan pengalaman siswa dalam membaca cerita
27
5
84,4%
15,6%
4.
Guru memberikan bahan bacaan sebuah cerita anak terjemahan berjudul ―Pippi Menemukan Selepung‖
32
0
100%
0%
5.
Guru meminta siswa mengerjakan soal yang berkaitan dengan cerita yang telah dibaca
32
0
100%
0%
6.
Guru mengenalkan dan menjelaskan konsep dan hal-hal yang berkaitan dengan cerita anak terjemahan dengan membuat peta pikirannya juga
31
1
96,9%
3,1%
7.
Guru menjelaskan secara singkat tentang peta pikiran dan cara membuatnya
31
1
96,9%
3,1%
8.
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapat
29
3
90,6%
9,4%
9.
Guru memberikan tugas rumah membaca cerita terjemahan baru berjudul ―Lotta‖ dan membuat peta pikiran dari cerita tersebut
30
2
93,8%
6,2%
10.
Guru menyimpulkan materi pembelajaran
28
4
87,5%
12,5%
11.
Guru menutup pelajaran dengan baik
30
2
93,8%
6,2%
Pada poin pertama, sebelum memulai pelajaran guru menanyakan kabar siswa mendapat respon sebesar 37,5%. Hal ini karena ketika baru masuk dan guru menanyakan kabar, masih banyak siswa yang mengobrol dan asik main sendiri,
60
61
sehingga tidak memperhatikan guru dan dianggap guru tidak menanyakan kabar mereka. Poin kedua, guru menyampaikan tujuan pembelajaran sebesar 93,8%. Poin ketiga, guru menanyakan pengalaman siswa dalam membaca cerita mendapat respon 84,4%. Poin keempat dan kelima, guru memberikan bahan bacaan sebuah cerita anak terjemahan berjudul ―Pippi Menemukan Selepung‖ dan guru meminta siswa mengerjakan soal yang berkaitan dengan cerita yang telah dibaca mendapat respon 100%. Poin keenam dan ketujuh, guru mengenalkan dan menjelaskan konsep dan hal-hal yang berkaitan dengan cerita anak terjemahan dengan membuat peta pikirannya serta menjelaskan secara singkat tentang peta pikiran dan cara membuatnya mendapat respon 96,9%. Poin kedelapan, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapat mendapat 90,6%. Poin kesembilan, sepuluh, dan sebelas, guru memberikan tugas rumah membaca cerita terjemahan baru berjudul ―Lotta‖ dan membuat peta pikiran dari cerita, guru menyimpulkan materi pembelajaran, guru menutup pelajaran dengan baik, mendapat respon 93,8%. Dari tabel di atas terdapat 2 poin yang mendapatkan respon penuh dari siswa, yaitu guru memberikan bahan bacaan sebuah cerita anak terjemahan berjudul ―Pippi Menemukan Selepung‖ dan guru meminta siswa mengerjakan soal yang berkaitan dengan cerita yang telah dibaca.
Tabel 4.13 Form Pengamatan Siswa terhadap Guru (Pertemuan II) No 1.
Aktivitas Guru Guru menanyakan kesulitan siswa membuat peta
Jumlah jawaban Ya Tidak
Persentase Jawaban Ya Tidak
22
10
68,8% 31,2%
32
0
100%
0%
32
0
100%
0%
pikiran dari cerita pada pertemuan sebelumnya Guru menugaskan untuk membaca cerita anak
2.
terjemahan baru dan meminta siswa membuat peta pikirannya
3.
Guru memberikan soal posttest yang sesuai dengan bahan bacaan yang telah diberikan
62
Guru menugaskan salah satu dari siswa untuk 4.
mendeskripsikan cerita anak terjemahan dari peta
32
0
100%
0%
30
2
93,8%
6,2%
pikiran yang telah dibuat 5.
Guru mengevaluasi dan membahas hasil pekerjaan siswa bersama-sama
6.
Guru menyimpulkan materi.
31
1
96,9%
3,1%
7.
Guru menutup pelajaran dengan baik
31
1
96,9%
3,1%
Pada poin pertama, guru menanyakan kesulitan siswa membuat peta pikiran dari cerita pada pertemuan sebelumnya mendapat respon sebesar 68,8%. Poin kedua, ketiga, dan keempat, yaitu guru menugaskan untuk membaca cerita anak terjemahan baru dan meminta siswa membuat peta pikirannya, lalu guru memberikan soal posttest yang sesuai dengan bahan bacaan yang telah diberikan, dan guru menugaskan salah satu dari siswa untuk mendeskripsikan cerita anak terjemahan dari peta pikiran yang telah dibuat, mendapat respon 100%. Poin kelima, guru mengevaluasi serta membahas hasil pekerjaan siswa bersama-sama, mendapat respon 93,8%. Poin keenam dan ketujuh, yaitu guru menyimpulkan materi, serta menutup pelajaran dengan baik mendapat respon 96,9%. Dari tabel di atas, terdapat 3 poin yang mendapatkan respon penuh dari siswa, yaitu guru menugaskan untuk membaca cerita anak terjemahan baru dan meminta siswa membuat peta pikirannya, lalu guru memberikan soal posttest yang sesuai dengan bahan bacaan yang telah diberikan, dan guru menugaskan salah satu dari siswa untuk mendeskripsikan cerita anak terjemahan dari peta pikiran yang telah dibuat. Pada tabel di pertemuan kedua ini, dapat terlihat bahwa guru sudah melakukan kegiatan pembelajaran dengan lebih baik, dan siswa pun sudah lebih banyak memperhatikan guru. Akan tetapi, masih ada beberapa kegiatan yang masih kurang mendapatkan respon dari siswa, seperti ketika guru baru masuk dan
63
menanyakan kesulitan siswa dalam membuat peta pikiran dari cerita pada pertemuan sebelumnya, dan ketika guru mengevaluasi serta membahas hasil pekerjaan siswa secara bersama-sama.
Tabel 4.14 Form Pengamatan Siswa terhadap Guru (siklus II) No 1.
2.
Aktivitas Guru Guru memberikan salam dan menanyakan kabar
Jumlah jawaban Ya Tidak
Persentase Jawaban Ya Tidak
32
0
100%
0%
31
1
96,9%
3,1%
32
0
100%
0%
32
0
100%
0%
32
0
100%
0%
31
1
96,9%
3,1%
siswa Guru mengulang dan mengingatkan materi cerita anak terjemahan dan peta pikiran Guru memberi bahan bacaan cerita anak
3.
terjemahan baru berjudul ―Tukang Solder dan Hantu‖
4.
5.
6.
Guru memberikan soal posttest yang sesuai dengan bahan bacaan yang telah diberikan Guru menugaskan siswa untuk membuat peta pikiran dari cerita yang telah dibaca Guru mengevaluasi dan membahas hasil pekerjaan siswa bersama-sama
7.
Guru menyimpulkan materi.
31
1
96,9%
3,1%
8.
Guru menutup pelajaran dengan baik
32
0
100%
0%
Pada poin pertama, ketiga, keempat, kelima, dan kedelapan, guru memberi salam dan menanyakan kabar siswa, guru memberi bahan cerita anak terjemahan baru berjudul ―Tukang Solder dan Hantu‖, guru memberikan soal posttest yang sesuai dengan bacaaan yang telah diberikan, dan guru menugaskan siswa untuk membuat peta pikiran dari cerita yang telah dibaca, serta guru menutup pelajaran dengan baik, mendapat respon 100%. Sedangkan pada poin kedua, keenam, dan
64
ketujuh, guru mengulang dan mengingatkan materi cerita anak terjemahan dan peta pikiran, guru mengevaluasi dan membahas hasil pekerjaan siswa bersamasama, dan guru menyimpulkan materi, mendapat respon 96,9%. Pada tabel di siklus II ini, dapat terlihat bahwa guru sudah melakukan kegiatan pembelajaran dengan sangat baik dan semaksimal mungkin. Siswa pun sudah lebih banyak memperhatikan guru dan proses pembelajaran. 6) Berdasarkan jurnal siswa: Tabel 4.15 JURNAL SISWA (Pertemuan I) No 1
2
3
4
5
Pertanyaan Bahan bacaan yang diberikan: Bahan pengajaran cerita anak terjemahan yang diberikan: Cerita anak terjemahan yang dipilih sebagai bahan pengajaran: Cara guru mengajarkan materi cerita anak terjemahan: Dalam mengajarkan materi cerita anak terjemahan, guru kelihatan:
A Terlalu banyak/4/ 12,5%
Opsi Jawaban/Jumlah/Persentase B C Banyak/10/ 31,2%
Cukup/18/ 56,3%
Kurang/0/0%
Terlalu sulit/ 2/6,2%
Sulit/13/ 40,7%
Mudah/16/ 50%
Sangat mudah/1/ 3,1%
Sangat menarik/9/ 28,1%
Menarik/18/ 56,3%
Kurang menarik/4/ 12,5%
Membosanka n/1/3,1%
Baik sekali/ 10/31,3%
Baik/17/ 53,1%
Cukup/5/ 15,6%
Perlu ditingkatkan/ 0/0%
Sangat bersemangat/ 10/31,3%
Bersemangat/ 22/68,7%
Kurang semangat/0/ 0%
Terpaksa/0/ 0%
Sulit/11/ 34,4%
Mudah/19/ 59,4%
6
Peta pikiran yang diajarkan hari ini:
Terlalu sulit/ 0/0%
7
Bagaimana kesanmu tentang pembelajaran hari ini?
Sangat Menyenangk menyenangka an/25/78,1% n/5/15,6%
Sangat mudah/2/ 6,2% Kurang Sangat menyenangka membosanka n/ 2/6,3% n/0/0%
Poin pertama, bahan bacaan yang diberikan mendapat respon 12,5% menjawab terlalu banyak, 31,2% menjawab banyak, 56,3% menjawab cukup, dan 0% menjawab kurang. Poin kedua, bahan pengajaran cerita anak terjemahan yang diberikan mendapatkan respon dari siswa 6,3% menjawab terlalu sulit, 40,6% siswa menjawab sulit, 50% siswa menjawab mudah, dan 3,1% siswa menjawab sangat mudah.
D
65
Poin ketiga, cerita anak terjemahan yang dipilih sebagai bahan pengajaran mendapatkan respon dari siswa, 28,1% siswa menjawab sangat menarik, 56,3% siswa menjawab menarik, 12,5% kurang menarik, dan 3,1% menjawab membosankan. Poin keempat, cara guru mengajarkan materi cerita anak terjemahan mendapatkan respon, 31,3% baik sekali, 53,1% baik, 15,6% cukup, dan 0% perlu ditingkatkan. Poin kelima, dalam mengajarkan materi cerita anak terjemahan, guru kelihatan sangat bersemangat mendapat respon 31,3% siswa, bersemangat mendapat respon 68,7%, sedangkan pada opsi kurang bersemangat dan terpaksa tidak mendapatkan respon jawaban atau 0%. Poin keenam, peta pikiran yang diajarkan hari ini terlalu sulit mendapatkan respon 0%, sulit 34,4%, mudah 59,4%, sangat mudah 6,2% Poin ketujuh, bagaimana kesan tentang pembelajaran hari ini, sangat menyenangkan
mendapat respon 15,6%, menyenangkan 78,1%,
kurang
menyenangkan 6,3%, sedangkan opsi jawaban sangat membosankan tidak mendapatkan respon atau 0%. Dari jurnal siswa di atas, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar cerita anak terjemahan yang diberikan sudah cukup bagi siswa, tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. Sebagian besar siswa menyatakan mudah dalam memahami materi pembelajaran, dan para siswa juga berpendapat bahwa cerita yang diberikan menarik. Selain itu di mata siswa, cara guru mengajarkan materi cerita anak terjemahan sudah baik dan terlihat bersemangat. Untuk pengajaran teknik peta pikiran, sebagian besar siswa merasa mudah. Sedangkan untuk penerapan teknik peta pikiran pada pembelajaran, dirasakan menyenangkan oleh sebagian besar siswa. Tabel 4.16 JURNAL SISWA (Pertemuan II)
1
Bahan bacaan yang diberikan:
Opsi Jawaban/Jumlah/Persentase A B C D Terlalu banyak Banyak/9/ Cukup/21/ Kurang/0/0% /2/6,3 % 28,1% 65,6%
2
Bahan pengajaran cerita
Terlalu sulit/
No
Pertanyaan
Sulit/1/3,1%
Mudah/28/
Sangat mudah
66
anak terjemahan yang diberikan:
1/3,1%
3
Cerita anak terjemahan yang dipilih sebagai bahan pengajaran:
Sangat menarik/9/ 28,1%
Menarik/20/ 62,6%
Kurang menarik/3/ 9,3%
4
Setelah belajar membuat peta pikiran saya merasa......dalam belajar.
Tambah Sulit /1/3,1%
Sulit/1/3,1%
Mudah/28/ 87,5%
Sangat Mudah /2/6,3%
5
Setelah belajar dengan teknik peta pikiran pemahaman saya terhadap bahan bacaan:
Sangat meningkat/4/ 12,5%
Meningkat/ 23/71,9%
Biasa Saja /4/12,5%
Tidak Tahu/1 /3,1%
Bagaimana kesanmu tentang pembelajaran hari ini?
Sangat
Kurang menyenangkan/
Sangat
6
1/3,1%
0/0%
menyenangkan/
8/25%
87,5%
Menyenangkan /23/71,9%
/2/6,3%
Membosankan/
0/0%
membosankan/
Poin pertama, bahan bacaan yang diberikan pada posttest dengan opsi jawaban sangat terlalu banyak mendapatkan respon 6,3% siswa, banyak 28,1%, cukup 65,6%, serta kurang 0%. Poin kedua, bahan pengajaran cerita anak terjemahan yang diberikan dengan opsi jawaban terlalu sulit 3,1%, sulit 3,1%, mudah 87,5%, dan sangat mudah 6,3%. Poin ketiga, cerita anak terjemahan yang dipilih sebagai bahan pengajaran sangat menarik 28,1%, menarik 62,5%, kurang menarik 9,3%, membosankan 0%. Poin keempat, setelah belajar membuat peta pikiran saya merasa sangat sulit dalam belajar mendapat respon 3,1%, sulit dalam belajar 3,1%, mudah dalam belajar 87,5%, sangat mudah dalam belajar 6,3%. Poin kelima, setelah belajar dengan teknik peta pikiran pemahaman saya terhadap bahan bacaan sangat meningkat mendapat respon 12,5%, meningkat 71,9%, biasa
saja 12,5%, tidak tahu 3,1%. Poin keenam, kesan siswa terhadap pembelajaran sangat menyenangkan mendapat respon 25%, menyenangkan 71,9%, kurang menyenangkan 3,1%, dan membosankan 0%. Dari jurnal siswa pada pertemuan kedua di atas, dapat diketahui bahwa bahan bacaan yang diberikan termasuk cukup, mudah, dan menarik bagi siswa. Sedangkan untuk penerapan teknik peta pikiran, bagi siswa juga sudah dapat
67
mempermudah siswa dalam belajar. Selain itu, penerapan teknik peta pikiran juga dirasakan dapat meningkatkan pemahaman siswa. Sedangkan kesan siswa terhadap pembelajaran dirasakan menyenangkan.
Tabel 4.17 JURNAL SISWA (siklus II) No
Pertanyaan
Opsi Jawaban/Jumlah/Persentase A B C D Terlalu Banyak/3/ Cukup/29/ Kurang/0/0% banyak/0/0% 9,3% 90,7%
1
Bahan bacaan yang diberikan:
2
Bahan pengajaran cerita anak terjemahan yang diberikan:
Terlalu sulit/ 0/0%
Sulit/2/6,3%
Mudah/25/ 78,1%
Sangat mudah /5/15,6%
3
Cerita anak terjemahan yang dipilih sebagai bahan pengajaran:
Sangat menarik/10/ 31,3%
Menarik/22/ 68,7%
Kurang menarik/0/ 0%
Membosankan /0/0%
4
Setelah belajar membuat peta pikiran saya merasa......dalam belajar.
Tambah Sulit /0/0%
Sulit/0/0%
Mudah/27/ 84,4%
Sangat Mudah /5/15,6%
5
Setelah belajar dengan teknik peta pikiran pemahaman saya terhadap bahan bacaan:
Sangat meningkat/6/ 18,8%
Meningkat/ 23/71,9%
Biasa Saja /3/9,3%
Tidak Tahu/0 /0%
6
Bagaimana kesanmu tentang pembelajaran hari ini?
Sangat Menyenangk menyenangka an/22/68,7% n/10/31,3%
Kurang Sangat menyenangka membosankan n/0/0% /0/0%
Poin pertama, bahan bacaan yang diberikan pada siklus II dengan opsi jawaban sangat terlalu banyak mendapatkan respon 0% siswa, banyak 9,3%, cukup 90,7%, serta kurang 0%. Poin kedua, bahan pengajaran cerita anak terjemahan yang diberikan dengan opsi jawaban terlalu sulit 0%, sulit 6,3%, mudah 78,1%, dan sangat mudah 15,6%. Poin ketiga, cerita anak terjemahan yang dipilih sebagai bahan pengajaran sangat menarik 31,3%, menarik 68,7%, kurang menarik dan membosankan 0%. Poin keempat, setelah belajar membuat peta pikiran saya merasa sangat sulit dalam belajar mendapat respon 0%, sulit dalam belajar 0%, mudah dalam belajar 84,4%, sangat mudah dalam belajar 15,6%.
68
Poin kelima, setelah belajar dengan teknik peta pikiran pemahaman saya terhadap bahan bacaan sangat meningkat mendapat respon 18,8%, meningkat 71,9%, biasa saja 9,3%, tidak tahu 0%. Poin keenam, kesan siswa terhadap pembelajaran sangat menyenangkan mendapat respon 31,3%, menyenangkan 68,7%, kurang menyenangkan dan membosankan 0%. Dari jurnal siswa pada siklus II ini, dapat diketahui bahwa bahan bacaan yang diberikan termasuk cukup, tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. Selain itu, bahan pengajaran cerita yang diberikan juga mudah dan menarik bagi siswa. Penerapan teknik peta pikiran bagi siswa juga dirasa dapat mempermudah siswa dalam belajar. Selain itu, penerapan teknik peta pikiran juga dirasakan dapat meningkatkan pemahaman siswa. Sedangkan kesan siswa terhadap pembelajaran dirasakan menyenangkan. 7) Berdasarkan angket siswa: Tabel 4.18 Angket Siswa No
Pertanyaan
Jumlah jawaban Ya Tidak
Persentase jawaban Ya Tidak
1.
Apakah kalian pernah mengenal tentang peta pikiran (mind map) yang kemarin diajarkan?
1
31
3,1%
96,6%
2.
Apakah pembelajaran yang kita lakukan kemarin menyenangkan?
32
0
100%
0%
3.
Apakah setelah menggunakan peta pikiran membuat kalian mudah memahami bacaan khususnya cerita anak terjemahan?
32
0
100%
0%
4.
Apakah dengan menggunakan peta pikiran memudahkan kalian dalam mengungkapkan apa yang telah kalian pahami?
32
0
100%
0%
5.
Apakah setelah menggunakan peta pikiran kalian lebih mudah memahami materi cerita anak terjemahan dan contoh ceritanya?
32
0
100%
0%
6.
Apakah kalian setuju menggunakan peta pikiran sebagai teknik belajar?
31
1
96,9%
3,1%
7.
Apakah peta pikiran cocok untuk pelajaran cerita anak terjemahan?
31
1
96,9%
3,1%
69
Poin pertama, siswa sudah mengetahui atau mengenal apa itu peta pikiran sebesar 3,1% dan belum mengetahui sebesar 96,6%. Poin kedua sampai kelima mendapat respon 100%, yaitu siswa merasakan bahwa pembelajaran yang dilakukan kemarin menyenangkan, lalu siswa juga merasakan bahwa setelah menggunakan peta pikiran membuat mereka mudah memahami bacaan khususnya cerita anak terjemahan, selain itu dengan menggunakan peta pikiran memudahkan mereka dalam mengungkapkan apa yang telah mereka pahami, dan setelah menggunakan peta pikiran mereka lebih mudah memahami materi cerita anak terjemahan berserta contoh ceritanya. Poin keenam dan ketujuh, siswa menyatakan setuju menggunakan peta pikiran sebagai teknik belajar, dan berpendapat bahwa peta pikiran cocok untuk pelajaran cerita anak terjemahan sebesar 96,6%. Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa siswa menyukai pembelajaran cerita anak terjemahan dengan menggunakan teknik peta pikiran, dan mereka juga merasakan bahwa dengan peta pikiran belajar menjadi lebih mudah dan lebih mudah untuk dipahami.
8) Hasil refleksi terakhir, jika dilihat dari hasil analisis secara kuantitatif, kemampuan siswa dalam memahami cerita anak terjemahan tercermin dalam skor yang dicapai, sedangkan secara kualitatif tercermin dari jurnal dan angket siswa. Skor rata-rata kelas yang dicapai pada saat siklus I adalah 55,3. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat pemahaman siswa terhadap bacaan cerita anak terjemahan sebelum pembelajaran, masih kurang. Sedangkan kemampuan pemahaman siswa dalam memahami bacaan cerita anak terjemahan setelah dilaksanakan pembelajaran siklus II menunjukkan skor ratarata 84,4. Dengan nilai KKM yang ditentukan sekolah 75, ini menandakan bahwa kemampuan pemahaman siswa dalam memahami bacaan cerita anak terjemahan dapat dikatakan sudah lebih baik dan meningkat, jika dibandingkan hasil siklus I. Maka, tidak ada alasan bagi peneliti untuk melanjutkan penelitian ke siklus ketiga, karena nilai akhir pada siklus II sudah melebihi nilai KKM, dan hampir semua siswa berhasil melampaui standar KKM.
70
B. Pemeriksaan Keabsahan Data Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini menggunakan beberapa instrumen pengumpulan data, di antaranya wawancara, observasi, jurnal siswa, tes hasil belajar, kuesioner, angket, dan dokumentasi. Semua instrumen ini digunakan dalam rangka untuk mengetahui tingkat pemahaman bacaan siswa melalui teknik peta pikiran seperti yang telah diuraikan di subbab sebelumnya. Adapun pelaksanaan dan penggunaan instrumen dilakukan secara bertahap sesuai dengan rencana kegiatan dan pelaksanaan pembelajaran. Untuk pemeriksaan keabsahaan data yang dilakukan pada tahap observasi awal dalam rangka mengetahui validitas soal posttest (telah dibahas pada subbab sebelumnya), yaitu dengan cara mengujikan soal kepada kelas VIII-1 yang berjumlah 15 soal pilihan ganda. Dari keseluruhan jumlah siswa kelas VIII-1, yang dapat diambil datanya sekitar 30 siswa. Hasil yang telah dikerjakan kemudian diolah untuk mengetahui validitas soal. Soal yang telah valid, akan diujikan kembali pada kelas VII-1 sedangkan yang tidak valid akan dibuang. Cara menentukan validitas soal menggunakan rumus taraf kesukaran soal dari du Bois. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut. Np P = N Keterangan: P
= taraf kesukaran soal
Np = Jumlah testee yang menjawab benar N = Jumlah keseluruhan testee Persentase yang digunakan adalah, jika P < 30%, atau P > 80% maka dinyatakan tidak valid. Sebaliknya, jika 30% > P < 80% maka soal dinyatakan valid. Setelah melakukan validasi soal dengan rumus du Bois tersebut, diketahui bahwa 10 dari 15 soal pilihan ganda, telah valid. Kemudian soal-soal yang valid tersebut disusun sebagai soal posttest. Validasi soal ada pada lampiran (lampiran 21 dan 22). Untuk soal esai dibuat oleh guru dan peneliti. Setelah itu, soal esai tersebut dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk dinyatakan layak sebagai soal esai pada posttest.
70
71
C. Analisis Data 1. Data Hasil Kuesioner Tabel 4.19 Data Hasil Kuesioner Siswa Terhadap Pengajaran Bahasa Indonesia No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pertanyaan Bahasa Indonesia adalah salah satu pelajaran favorit saya Saya menyukai pelajaran Bahasa Indonesia pada materi tentang cerita anak terjemahan Metode pembelajaran ceramah membuat saya cenderung tidak semangat belajar dan bosan Penggunaan metode ceramah di kelas membuat pemahaman belajar saya rendah Saya menyukai penerapan teknik peta pikiran (Mind Map) dalam pembelajaran di kelas Teknik peta pikiran dapat meningkatkan kemampuan saya dalam menganalisis unsur-unsur cerita anak terjemahan Penerapan teknik peta pikiran mempermudah saya mengingat dan memahami cerita anak terjemahan Dengan penerapan teknik peta pikiran saya tertantang dan yakin bisa membuat peta pikiran dari sebuah cerita untuk membantu memahami cerita tersebut Suasana belajar di kelas menjadi lebih kondusif dan menyenangkan dengan penerapan teknik peta pikiran
SS Jml %
S Jml
Pilihan Jawaban R TS % Jml % Jml %
STS Jml %
10
31,3
17
53,1
5
15,6
0
0
0
0
6
18,8
21
65,6
3
9,4
2
6,2
0
0
4
12,5
18
56,2
7
21,9
3
9,4
0
0
3
9,4
18
56,2
10
31,3
1
3,1
0
0
10
31,3
19
59,4
3
9,4
0
0
0
0
12
37,5
19
59,4
1
3,1
0
0
0
0
10
31,3
21
65,6
1
3,1
0
0
0
0
10
31,3
22
68,7
0
0
0
0
0
0
10
31,3
18
56,2
4
12,5
0
0
0
0
71
72
10.
Penerapan teknik peta pikiran membuat saya lebih kreatif
14
43,8
17
53,1
1
3,1
0
0
0
Poin pertama, bahasa Indonesia adalah salah satu pelajaran favorit siswa mendapat respon 31,3% untuk siswa yang menjawab sangat setuju, 53,1% menjawab setuju, 15,6% menjawab ragu, 0% menjawab tidak setuju, dan 0% untuk jawaban sangat tidak setuju. Poin kedua, siswa yang menyukai pelajaran Bahasa Indonesia pada materi tentang cerita anak terjemahan menjawab sangat setuju 18,8%, setuju 65,6%, ragu 9,4%, tidak setuju 6,2%, dan sangat tidak setuju 0%. Poin ketiga, siswa yang merasa sangat setuju kalau metode pembelajaran ceramah membuat dirinya cenderung tidak semangat belajar dan bosan ada 12,5%, yang merasa setuju 56,2%, yang ragu 21,9%, tidak setuju 9,4%, sangat tidak setuju 0%. Poin keempat, penggunaan metode ceramah di kelas membuat pemahaman belajar siswa rendah mendapat respon sangat setuju 9,4%, setuju 56,2%, ragu 31,3%, tidak setuju 3,1%, sangat tidak setuju 0%. Poin kelima, siswa menyukai penerapan teknik peta pikiran (mind map) dalam pembelajaran di kelas mendapat respon sangat setuju 31,3%, setuju 56,2%, ragu 9,4%, tidak setuju 3,1%, dan sangat tidak setuju 0%. Poin keenam, teknik peta pikiran dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menganalisis unsur-unsur cerita anak terjemahan mendapat respon sangat setuju 37,5%, setuju 59,4%, ragu 3,1%, tidak setuju dan sangat tidak setuju 0%. Poin ketujuh, penerapan teknik peta pikiran mempermudah siswa mengingat dan memahami cerita anak terjemahan mendapat respon sangat setuju 31,3%, setuju 65,6%, ragu 3,1%, tidak setuju dan sangat tidak setuju 0%. Poin kedelapan, dengan penerapan teknik peta pikiran siswa tertantang dan yakin bisa membuat peta pikiran dari sebuah cerita untuk membantu memahami cerita tersebut mendapat respon sangat setuju 31,3%, setuju 68,7%, ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju 0%.
0
73
Poin kesembilan, suasana belajar di kelas menjadi lebih kondusif dan menyenangkan dengan penerapan teknik peta pikiran mendapat respon sangat setuju 31,3%, setuju 56,2%, ragu 12,5%, tidak setuju dan sangat tidak setuju 0%. Poin kesepuluh, penerapan teknik peta pikiran membuat siswa lebih kreatif mendapat repon sangat setuju 43,8%, setuju 53,1%, ragu 3,1%, tidak setuju dan sangat tidak setuju 0%. Dari tabel kuesioner di atas, dapat diketahui bahwa hampir sebagian besar siswa menyukai pelajaran bahasa Indonesia dan materi cerita anak terjemahan. Sebagian besar siswa juga menyatakan setuju bahwa metode ceramah membuat tidak semangat belajar dan bosan, selain itu siswa juga menyatakan setuju jika metode ceramah dikatakan membuat pemahaman bacaan mereka rendah. Hampir sebagian besar siswa menyukai penerapan teknik peta pikiran di kelas, siswa juga menyatakan setuju bahwa teknik peta pikiran dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam menganalisis unsur-unsur cerita anak terjemahan, selain itu teknik peta pikiran juga membantu mereka dalam mengingat dan memahami cerita. Siswa juga merasa tertantang untuk membuat peta pikiran dari cerita. Menurut siswa, kondisi kelas juga menjadi lebih kondusif dan menyenangkan dengan diterapkannya peta pikiran, dan bagi siswa, peta pikiran membuat mereka lebih kreatif. Tabel 4.20 Data Hasil Kuesioner Siswa Terhadap Peta Pikiran No
Pertanyaan
1.
Ya
Kurang Jml %
Tidak Jml %
Jml
%
Apakah Anda menyukai teknik pembelajaran peta pikiran (Mind Map)?
29
90,6
3
9,4
0
0
2.
Apakah teknik pembelajaran peta pikiran cocok diterapkan pada materi cerita anak terjemahan?
30
93,8
2
6,2
0
0
3.
Apakah Anda merasa kesulitan belajar dengan teknik peta pikiran?
1
3,1
1
3,1
30
93,8
4.
Apakah teknik pembelajaran peta pikiran ini membuat Anda semangat dalam mempelajari Bahasa Indonesia, khususnya materi tentang cerita anak terjemahan?
30
93,8
2
6,2
0
0
74
5.
Apakah Anda merasa jenuh dengan teknik pembelajaran peta pikiran ini?
1
3,1
1
3,1
30
93,8
6.
Apakah dengan teknik pembelajaran peta pikiran dapat membuat Anda bisa menjelaskan kembali materi yang telah dipelajari?
31
96,9
1
3,1
0
0
7.
Apakah Anda aktif dalam mengikuti tahapan pembelajaran peta pikiran?
29
90,6
3
9,4
0
0
30
93,8
2
6,2
0
0
30
93,8
2
6,2
0
0
31
96,9
1
3,1
0
0
8.
9.
10.
Apakah Anda memahami materi dengan baik setelah menggunakan teknik pembelajaran peta pikiran? Apakah teknik pembelajaran peta pikiran mempengaruhi tingkat pemahaman Anda? Apakah teknik pembelajaran peta pikiran dirasakan dapat meningkatkan hasil belajar Anda pada mata pelajaran Bahasa Indonesia?
Poin pertama, siswa yang menyukai teknik pembelajaran peta pikiran sebanyak 90,6%, kurang 9,4%, tidak suka 0%. Poin kedua, siswa yang menyatakan bahwa peta pikiran cocok diterapkan pada materi cerita anak terjemahan sebanyak 93,8%, kurang 6,2%, tidak 0%. Poin ketiga, siswa yang merasa kesulitan belajar dengan teknik peta pikiran 3,1%, kurang 3,1%, tidak 93,8%. Poin keempat, siswa yang menyatakan bahwa teknik peta pikiran membuat semangat dalam belajar bahasa Indonesia, khusunya cerita anak terjemahan sebanyak 93,87%, kurang 6,2%, tidak 0%. Poin kelima, siswa yang merasa jenuh dengan teknik pembelajaran peta pikiran sebanyak 3,1%, kurang 3,1%, tidak 93,8%. Poin keenam, siswa yang menyatakan dengan teknik peta pikiran dapat membuatnya bisa menjelaskan kembali materi yang telah dipelajari sebanyak 96,9%, kurang 3,1%, tidak 0%. Poin ketujuh, siswa yang aktif dalam mengikuti tahapan pembelajaran peta pikiran sebanyak 90,6%, kurang 9,4%, tidak 0%. Poin kedelapan, siswa yang merasa dapat memahami materi dengan baik setelah menggunakan teknik pembelajaran peta pikiran sebanyak 93,8%, kurang 6,2%, tidak 0%.
75
Poin kesembilan, siswa yang merasa teknik peta pikiran mempengaruhi tingkat pemahaman mereka ada 93,8%, kurang 6,2%, tidak 0%. Poin kesepuluh, teknik peta pikiran dirasakan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia, mendapat respon sebanyak 96,9%, kurang 3,1%, tidak 0%. Dari tabel kuesioner di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa menyukai teknik peta pikiran, dan bagi mereka teknik peta pikiran cocok untuk digunakan dalam pembelajaran cerita anak terjemahan. Selain itu, para siswa juga merasa semangat dengan teknik pembelajaran peta pikiran, mereka tidak merasa jenuh, dan teknik peta pikiran dapat membantu mereka dalam menjelaskan kembali materi pelajaran. Teknik peta pikiran juga membantu siswa dalam memahami materi dengan lebih baik, dan siswa juga merasakan bahwa teknik peta pikiran tersebut dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar mereka.
2. Analisis Hasil Tes Siklus Tabel 4.21 Perolehan Nilai Tes Siswa dalam Memahami Bacaan Kode Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Nama Siswa Akmal Husein Al Jufri Aldo Meylano Alvira Shania Vanka Ayu Oktariani Chitra Resdiana Awaliyah Fadhilah Nurul Lestari Fahmi Rafif Tiansyah Faktar Afrian Febbry Aisyah Eka M Ganielka Ihsan Rabbani Ryadi Indah Nur Fitriyanti Indra Gunawan Suwarno Iqbal Zainal Muttaqin Jasmin Nar Torik Kaysha Velentina Islami
Pretest 50 30 75 80 65 70 45 55 45 70 40 55 45 30 65 65
Posttest I 77,5 70 80 95 80 85 70 75,5 70,5 85 75,5 80 77,5 70,5 85 75,5
Posttest II 72,5 90 80 90 87,5 82,5 75 80 80 87,5 90 82,5 87,5 80 80 90
76
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
M. Fany Arrafiansyah M. Ridwan Afandi M. Rizky Kozo M. Daffa Rizqi Saifullah M. Dhika Ramadhan M. Rian Al-Hafizd Nadiyatul Fadhilah Nanda Putri Maulida Nugraha Ramadhan Rahmat Adha Abdillah Resa Wantika Utami Rizka Maulida Sevi Suryani Siti Aisyah Thalita Syahla Vina Alvionita Jumlah skor Jumlah rata-rata keseluruhan
50 65 75 20 35 40 45 70 35 40 60 70 75 70 65 70 1770 55,3
90 65 70,5 90 70,5 75 77,5 85,5 70 75 80 85 85,5 80,5 77,5 80 2510 78,4
90 97,5 95 72,5 85 85 75 85 85 77,5 92,5 85 82,5 85 90 82,5 2700 84,4
Berdasarkan tabel nilai di atas, dapat dilihat bahwa tingkat penguasaan dan pemahaman siswa terhadap bacaan masih terbilang rendah pada pretest, dan mengalami peningkatan pada posttest I dan II. Adapun lebih sederhana, untuk nilai siswa tertinggi, terendah, dan rata-rata kelas, dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.22 Tingkat Pemahaman Siswa Perolehan Nilai Pertemuan I (pretest)
Perolehan Nilai Pertemuan II (posttest I)
Perolehan Nilai Siklus II (posttest II)
Nilai Terendah Siswa
20
65
72,5
Nilai Tertinggi Siswa
80
95
97,5
Rata-rata Nilai Siswa
55,3
78,4
84,4
Tingkat Pemahaman
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada pretest mencapai 80 dan nilai terendah 20. Sedangkan pada posttest siklus I, nilai tertinggi mencapai 95 dan nilai terendah 65. Pada siklus II, nilai posttest siklus II tertinggi mencapai 97,5 dan terendah 72,5. Dari data tersebut terlihat sangat jelas
77
perbedaan yang terjadi pada tiap siswa. Contohnya Daffa yang memperoleh nilai terendah pada pretest, yakni 20 meningkat menjadi 72,5 saat posttest siklus II, berarti selisihnya 52,5 dari hasil tes pada pretest. Peningkatan yang lain, Dhika yang mendapat 35 pada pretest, menjadi 70,5 pada posttest siklus I, dan 85 pada posttest siklus II. Lalu Aldo, yang mendapat 30 pada pretest, menjadi 70 pada posttest siklus I, dan 90 pada posttest siklus II. Serta Iqbal, yang mendapat 30 pada pretest, menjadi 70,5 pada posttest siklus I, dan 80 pada posttest siklus II. Dari perbedaan dan peningkatan nilai yang terjadi, dapat diketahui bahwa dari seluruh siswa (32 orang) yang mengikuti pembelajaran dan mengerjakan soal posttest di siklus II, hampir seluruhnya yakni 93,8% telah berada dan melampaui nilai standar KKM. Hanya 2 orang yang masih berada di bawah standar nilai KKM, yakni 72,5. Hasil ini membuktikan bahwa teknik peta pikiran dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap bacaan.
3. Menghitung Nilai t (analisa komparatif siklus I dan II) Tabel 4.23 Distribusi Komparatif Siklus I (X1) dan Siklus II (X2) Kode Siswa 1
X1
X2
X1²
50
72,5
2500
5256,25
2
30
90
900
8100
3
75
80
5625
6400
4
80
90
6400
8100
5
65
87,5
4225
7656,25
6
70
82,5
4900
6806,25
7
45
75
2025
5625
8
55
80
3025
6400
9
45
80
2025
6400
10
70
87,5
4900
7656,25
11
40
90
1600
8100
12
55
82,5
3025
6806,25
13
45
87,5
2025
7656,25
X2²
78
14
30
80
900
6400
15
65
80
4225
6400
16
65
90
4225
8100
17
50
90
2500
8100
18
65
97,5
4225
9506,25
19
75
95
5625
9025
20
20
72,5
400
5256,25
21
35
85
1225
7225
22
40
85
1600
7225
23
45
75
2025
5625
24
70
85
4900
7225
25
35
85
1225
7225
26
40
77,5
1600
6006,25
27
60
92,5
3600
8556,25
28
70
85
4900
7225
29
75
82,5
5625
6806,25
30
70
85
4900
7225
31
65
90
4225
8100
32
70
82,5
4900
6806,25
∑
1770
2700
106000
Diketahui: N1 = 32 N2 = 32 Menghitung nilai rata-rata siklus I (X1) X1 = ∑ X1 N1 = 1770 32 = 55,3
229000
79
Menghitung nilai rata-rata siklus II (X2) X2 = ∑ X2 N2 = 2700 32 = 84,4 Menghitung derajat kebebasan (db) Db = N1 + N2 - 2 = 32 + 32 - 2 = 64 – 2 = 62
Menghitung standar deviasi siklus I (S1) data dependen S1² = N1 ∑X1² - (∑X1)²
n1 (n1 - 1) = 32 (106000) – (1770)² 32 (32-1) = 3392000 – 3132900 32 (31) = 259100 992 = 261,2 Menghitung standar deviasi siklus II (S2) data dependen S2² = N2 ∑X2² - (∑X2)²
n2 (n2 - 1) = 32 (229000) – (2700)² 32 (32-1) = 7328000 – 7290000 32 (30) = 38000 992 = 38,3
80
Menghitung standar deviasi gabungan (S) untuk data dependen (n1 - 1) S1² + (n2 - 1) S2²
S=
n1 + n2 - 2 S=
(32-1) 261,2 + (32-1) 38,3 32 + 32 - 2
S=
(31) 261,2 + (31) 38,3 64 – 2
S = 8097,2 + 1187,3 62 S = 9284,5 62 S = 149,75
= 12,2
Menghitung nilai t hitung data dependen
t=
X1 - X2 (¹/n1) + (¹/n2)
S
55,3 – 84,4
t=
12,2 (¹/32) + (¹/32) –29,1
t=
12,2 (0,03125) + (0,03125)
t = –29,1 12,2 0,0625
t=
–29,1 12,2 (0,25)
t = –29,1 = – 9,54 3,05
t tabel untuk db 62 = 1,66 t
> t table
– 9,54 > 1,66
81
D. Interpretasi Hasil Analisis Dari hasil analisis pada subbab ―Analisis Data‖ menghitung nilai t, diketahui bahwa: t hitung = – 9,54 t tabel
= 1,66 (untuk db = 62 dan α = 5%)
Maka, jika dibandingkan akan menjadi: t hitung > t tabel 9,54
> 1,66
Berdasarkan hasil perbandingan tersebut maka hipotesis penelitian (Ho) ditolak. Dengan demikian ―terdapat perbedaan peningkatan pemahaman bacaan yang signifikan antara nilai siklus II dan nilai siklus I siswa dalam bacaan cerita anak terjemahan melalui teknik peta pikiran.‖ (nilai minus menandakan nilai siklus II relatif lebih tinggi dari nilai siklus I, atau dengan kata lain nilai siklus I berbeda jauh jika dibandingkan dengan nilai siklus II). Hal ini berarti, penerapan teknik peta pikiran mempunyai kontribusi positif bagi peningkatan pemahaman siswa dalam memahami bacaan cerita anak terjemahan.
E. Pembahasan Temuan Penelitian 1. Berdasarkan Pengamatan Lapangan Dari hasil pengamatan lapangan yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa teknik peta pikiran masih sangat asing bagi siswa MTs. Annajah Petukangan. Hal ini cenderung disebabkan karena siswa hanya mempelajari apa yang diberikan guru, atau hanya belajar dari apa yang ada pada buku paket, buku catatan, serta lembar kerja siswa (LKS). Oleh karena itu, kreatifitas dan cara berpikir siswa dalam menangani atau mencari ide tentang sesuatu menjadi lebih lambat, dan pengetahuan mereka pun menjadi sangat dangkal. Selain itu, hal ini juga disebabkan karena kebiasaan menerima apa yang diberikan guru tanpa mencoba untuk mencari tahu terlebih dahulu. Contoh sederhana, ketika guru menanyakan unsur-unsur cerita, hampir seluruh siswa membuka buku
81
82
paket atau LKS. Seharusnya, siswa sudah dapat berinisiatif untuk mempelajari hal tersebut terlebih dahulu sebelum guru menjelaskannya di dalam kelas. Selain itu, seharusnya siswa tidak hanya mempelajari materi atau mata pelajaran sekolah saja. Siswa juga harus membaca atau mempelajari pengetahuan lain selain pelajaran sekolah. Hal ini tentu saja dalam rangka menambah wawasan siswa itu sendiri. Teknik peta pikiran seperti yang telah dijelaskan pada bab yang terdahulu dapat membantu siswa untuk menambah wawasan dan kreatifitas mereka. Teknik peta pikiran berfungsi untuk memvisualisasikan suatu ide dengan lebih singkat, efektif dan efisien. Otak manusia tidaklah mungkin dapat mengingat dan memahami seluruh peristiwa atau kejadian yang dialami dan dilihat, untuk itu diperlukan suatu teknik yang dapat memudahkan manusia untuk merangkum
seluruh
peristiwa
atau
kejadian
tersebut.
Peta
pikiran
mempermudah seseorang akan hal itu. Selain itu, peta pikiran juga membantu dan mempermudah seseorang dalam mengkonsep, mengingat, dan memahami apa yang telah dibaca dan dialami. Dapat dilihat dalam penelitian tindakan kelas ini ketika siswa kelas VII MTs. Annajah diajarkan peta pikiran, kemudian ditugaskan untuk membaca sebuah bahan bacaan dan menjelaskan kembali apa yang telah dibaca dengan membuat peta pikiran dari bahan bacaan tersebut, sebagian besar siswa dapat mengerjakan dan menjelaskannya dengan sangat baik. Walaupun peta pikiran yang dibuat siswa masih sangat sederhana, namun aktivitas ini sudah membantu para siswa untuk dapat berkembang dan keluar dari rutinitas mereka dalam belajar. Kesederhanaan peta pikiran yang dibuat siswa, dikarenakan belum terbiasanya siswa dalam membuat peta pikiran tersebut. Seandainya para siswa sering dilatih untuk membuat peta pikiran dari apa yang mereka baca atau mereka pikirkan, tentu saja peta pikiran yang mereka buat akan jauh lebih baik. Jika dilihat dari hasil nilai siswa pada siklus II, dapat diketahui bahwa pemahaman siswa terhadap bacaan yang dibaca, jauh lebih meningkat dibandingkan dengan hasil nilai pada siklus I. Hal ini juga menunjukkan bahwa dengan teknik peta pikiran, siswa dapat lebih mudah memahami apa yang mereka baca.
83
2. Berdasarkan Hasil Wawancara Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan bersama guru bahasa Indonesia dan siswa kelas VII-1, diketahui bahwa peta pikiran belum pernah digunakan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia. Pada awalnya guru bahasa Indonesia tidak yakin bahwa peta pikiran ini adalah teknik yang cocok dalam mengajarkan cerita anak terjemahan, namun guru tersebut merasa patut untuk mencobanya. Setelah diadakannya penelitian ini, guru bahasa Indonesia tersebut menyatakan bahwa ternyata peta pikiran dapat digunakan sebagai teknik mengajar dan belajar yang efektif dan efisien, termasuk dalam materi cerita anak terjemahan. Bagi siswa sendiri, peta pikiran masih sangat asing karena jarang dilihat dan digunakan guru dalam proses pembelajaran. Siswa belum pernah diajarkan sebelumnya bagaimana membuat teknik tersebut, apalagi jika digunakan untuk belajar. Namun, setelah diadakannya penelitian ini siswa mengetahui kegunaan dan manfaat dari peta pikiran, di antaranya dapat memudahkan mereka dalam mengingat, mengungkapkan pikiran, dan dalam memahami sebuah bacaaan. Selain itu, penerapan teknik peta pikiran ini juga dianggap menarik dan dapat menciptakan suasana yang kondusif bagi siswa.
83 70
85
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang dilakukan di MTs. Annajah Petukangan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat peningkatan pemahaman bacaan cerita anak terjemahan pada siswa kelas VII MTs. Annajah Petukangan. Hal ini terukur dari hasil analisis yang menujukkan bahwa nilai t hitung = 9,54 dan t tabel = 1,66 yang berarti nilai t hitung lebih besar dari pada t tabel, sehingga dapat dikatakan, “terdapat perbedaan peningkatan pemahaman bacaan yang signifikan antara nilai siklus I (pretest) dan nilai siklus II (posttest) siswa dalam bacaan cerita anak terjemahan melalui teknik peta pikiran”. 2. Hasil pembelajaran cerita anak terjemahan melalui teknik peta pikiran pada siswa kelas VII MTs. Annajah Petukangan dapat dikatakan memuaskan. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai siklus I dan siklus II, dengan nilai rata-rata siklus I = 55,3 dan nilai siklus II = 84,4, sedangkan nilai KKM sebesar 75. Dengan demikian, nilai siklus II sudah melampaui nilai siklus I dan juga nilai KKM. Namun, walaupun dalam hasil tes pembelajaran dapat dirasakan memuaskan, tetapi pada proses penelitian terdapat beberapa kendala yang dihadapi, di antaranya kurang familiarnya teknik peta pikiran yang dipakai dan diajarkan kepada siswa dalam pembelajaran materi cerita anak terjemahan. Hal ini menyebabkan siswa sedikit bingung dan lambat untuk merespon kegiatan pembelajaran.
B. Saran-saran Berdasarkan temuan penilitan di lapangan, maka perlu penulis sampaikan beberapa saran, yaitu: 1. Sebelum mengajarkan teknik peta pikiran dalam pembelajaran, pastikan terlebih dahulu bahwa siswa telah mengetahui dan menggunakan teknik peta pikiran. Hal ini dilakukan agar kegiatan pembelajaran tidak terhambat.
84
85
2. Dalam pelaksanaan pembelajaran khususnya cerita anak terjemahan, guru harus memastikan bahwa siswa menyukai cerita terjemahan, agar mereka mau dan bersemangat untuk membaca bahan bacaan cerita terjemahan tersebut. Selain itu, guru juga harus benar-benar memperhatikan alokasi waktu
yang
tersedia,
kemampuan
intelektual,
pemahaman,
dan
keterampilan serta tingkat kreativitas siswa. Karena berdasarkan penelitian yang dilakukan, alokasi waktu yang diperlukan dengan teknik peta pikiran ini cukup panjang, sehingga penelitian ini mengalami keterbatasan dalam pelaksanaan di lapangan.
85
85
DAFTAR PUSTAKA
REFERENSI BUKU Abdullah, Alek dan Achmad H.P. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Jakarta: Kencana, 2010. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010. Arikunto, Suharsimi dkk. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, 2010. Aziez, Furqonul dan Abdul Hasim. Menganalisis Fiksi; Sebuah Pengantar, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010. Buzan, Tony. Buku Pintar Mind Map, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010. , Buku Pintar Mind Map untuk Anak, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008. Djiwandono, Sri Esti Wuryani. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Grasindo, 2008. Esten, Mursal. Kesusastraan; Pengantar Teori & Sejarah, Bandung: Angkasa, 2000. Lindgren, Astrid. Lotta, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007. Liotohe, Wimanjaya K. Petunjuk Praktis Mengarang Cerita Anak-anak, Jakarta: Balai Pustaka, 1991. Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005. Olivia, Femi. Visual Mapping; Memaksimalkan Otak Kiri dan Kanan dengan Pemetaan Visual, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2010. P. Iwuk. A Guide For Reading Comprehension; Panduan Memahami Bacaan, Yogyakarta: Citra Aji Parama, 2007. Pardjimin. Bahasa Indonesia; SMP Kelas VII Semester Kedua, Bogor: Yudhistira, 2007. Rahmanto B. Metode Pengajaran Sastra, Yogyakarta: Kanisius, 1992. Retno, Triani. Quantum Reading For Kids; Agar Anak Gila Baca, Jakarta: Luxima Metro Media, 2010. Sanjaya, Wina. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Kencana, 2010.
86 86
85 87
Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta, 2010. Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. Apresiasi Kesusastraan, Jakarta: Gramedia, 1991. Tampubolon. Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca Pada Anak, Bandung: Angkasa, 1993. Tarigan, Henry Guntur. Membaca; Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung: Angkasa, 2008. Trianto, Agus. Pasti Bisa Pembahasan Tuntas Kompetensi Bahasa Indonesia untuk SMP dan MTs Kelas VII, Jakarta: Esis-Erlangga, 2007. Windura, Sutanto. Mind Map: Langkah Demi Langkah, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2010.
REFERENSI ONLINE Mufari, Penelitian Membaca; Revisi, terdapat di http://bit.ly/mnO98X, diakses Jum’at 01 Juli 2011, pukul 21:30. PKAB, Peta Konsep, terdapat di http://bit.ly/laC1xT, diakses Kamis, 07 April 2011, pukul 22:16.
SKRIPSI Alfi Sapitri, Abstrak Skripsi: Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Dengan Penggunaan Strategi Belajar Mind Map (Peta Pikiran) Pada Siswa Kelas VII Semester II SMP Swasta Taman Pendidikan Islam Medan T.P. 2009/2010, terdapat di http://bit.ly/m1BVFR, diakses Minggu, 19 Juni 2011, pukul 14:15. Dwi Fajarwati Febriani, Abstrak Skripsi: Peningkatan Kemampuan Menulis Naratif Melalui Strategi Peta Pikiran (Mind Mapping) Siswa Kelas X SMA Kertanegara Malang, terdapat di http://bit.ly/lzj8sM, diakses Minggu, 19 Juni 2011, pukul 15:08. Novira Sagitta Pangemanan, Abstrak Skripsi: Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Argumentasi Siswa Kelas X SMA Avicenna Kabupaten Jombang dengan
Menggunakan
Metode
Mind
Mapping
terdapat
http://bit.ly/kf4kzE, diakses Minggu, 19 juni 2011, pukul 14:46.
87
di
85 88
Sariful Lazi, Abstrak Skripsi: Peningkatan Apresiasi Puisi Dengan Media Mind Mapping Pada Siswa Kelas VIII Tahun Pelajaran 2010-2011 (PTK di MTs. Muhammadiyah Ciputat). Terdapat di perpustakaan FITK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
88
LEMBAR PENGESAHAN UJI REFRENSI Nama
GITA DESI LESTARI
NIM
r0708402740
Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Program Studi Bahasa Indonesia Judul
Peningkatan Pemahaman Bacaan Cerita Anak Terjemahan
Melalui Teknik Peta Pikiran (Mind Map) Pembimbing
Rosida Erowati, M.Hum.
No
Agus Trianto, Pasti Bisq Pembchasan Tuntas Kompetensi Bahasa 1
Indonesia untuk SMP dan MTs Kelas VII, Jakarta: Esis-Erlangga,Z\AT. 2.
Alek Abdullah dan Achmad HP., Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, J akarta: Kencana,
Pe$imbing
M An
2A L 0.
-z
a
Astrid Lindgren, Lotta, Iakarta: Gramedia Pustaka l-ltama, 2007.
4.
B. Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra, Yogyakarta: Kanisius, 1992.
5.
Paraf
Judul Buku/Refrensi
z 4
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fil$i, Yogyakarta: Gajah
\
r F
/
Mada University Press, 20A5. 6.
W
Femi Olivia, Visual Mapping; Memalrsimalkan Otak Ktrt dan Kanan dengan Pemetaan Visual, Jakafta: Elex Media Komputindo,2010.
7.
Furqonul Aziez dan Abdul Hasim, Menganalisis Fiksi; Sebuah
4
Pengantar, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010. Henry Guntur Tarigan, Membaca; Sebagai Suatu Keterampilan 8.
Berbahas a, Bandung: Angkasa, 2008.
Iwuk
P,
A Guide For Reading Comprehension; Panduan Memahami
9.
Bacaan, Yogyakarta : Cii.r:a
Aji
Parama, 2007
.
Jakob Sumardjo dan Saini K.M., Apresiasi Kesusastraan,Iakarlta: 10.
Gramedia, 1991.
)
z
v-
il
L,{ursal Esten, Kesusaslrctan: Pengiantar Teori & Seiarah, Bandung:
W 4W
)
Angkasa, 2000.
Pardjimin, Bahasa Indonesia; SMP Kelas VII Semester Kedua, Bogor: 12.
Yudhistira, 2A07. Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Iakarta: Gramedia, 13.
2008.
t4. 15.
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, Jakarta:
Grasindo,2008.
4W
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasl, Bandung: Alfabeta, 2010. Suharsimi Arikunto, Pro
se
dur
P enelitian; Suatu P endekatan
Pralctik,
\
16.
z-
Jakarta: PT Rineka Cipta,2010.
Suharsimi Arikunto, dl
1
Aksara,2010. Sutanto Windur4 ]{ind Map: Langkah Demi Langkah, Jakartta: Elex
18.
Media Komputindo, 20i 0. Tampubolon, Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca Pada 19.
Anak, Bandung: Angkasa, 1993. 20.
Tony Buzan, Buku Pintar Mind Map, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama,20l0. Tony Buzan, Buku Pintar Mind Map untuk Anak, Jakarta: Gramedia
21
)
Pustaka Utama, 2008. 22.
n,
Triani Retno, Quantum Reading For Kids; Agar Anak Gila Bac(t,
/
Jakarta: Luxima Metro Media. 2010.
23.
Wimanjaya K Liotohe, Petunjuk Prahis Mengarang Cerita Anak-anak, Jakarta: Balai Pustaka- 1991.
24,
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Kencana, 2010.
Mufari, 25.
P e n e I i tian Me mb ac a ; Rev
diakses .Ium'at
is
0l Juli 201 I , pukul
i, terdapat dt http : //b it. Iy/mnO 9 8X, 2
07 April 2011, pukul 22:16.
k rilp
I :30.
PKAB, Petct Konsep, terdapat di http.//bit.ly/laCIxT, 26.
#W &
diakses Kamis,
-w
A1fi Sapitri" Abstrak Skripsi: Peningkatan Akf i,-itas Belajar
Siswa Dengan Penggunaan Strategi Belajar Mind Mttp (Peta 27.
Pikiran) Pada Siswa Kelas VII Semester II SMP Su,asta Taman Pendidikan Islam Medan T.P. 2009/20l0,terdapat di
http://bit.ly/mlBVFR, diakses Minggu, 19 Juni 2011, pukul 14:15.
Dwi Fajarwati Febriani, Abstrak Skripsi: Peningka{an Kemampuan 28.
Menulis Naratif Melalui Strategi Peta Pikiran (Mind Mapping) Siswa Kelas X SMA Kertanegara Malang, terdapat di hxp://bit.ly/lzj8sM, diakses Minggu, 19 Juni 2011, pukul 15:08.
Novira Sagitta Pangemanan, Abstrak Skripsi: Peningkntan Kemampuan Menulis Karangan Argumentasi Siswa Kelas X SMA Avicenna 29. Kabupaten Jombang dengan Menggunaknn Metode Mind Mapping terdapat di
http://bit.ly/ffikzE, diakses Minggu,
19
juni z}lI,pukul
14:46.
Sariful Lazi, Abstrak Slrripsi: Peningkatan Apresiasi Puisi Dengan Media Mind Mapping Pada Siswa Kelas VIII Tchun Pelajaran 201030.
2011 (PTK di MTs. Muhammadiyah Ciputat). Terdapat di perpustakaan
UIN Jakarta
Jakarta,
I
3
Septemb er
20ll
Rosida ErowatiM.Hum. NrP. 19771030 200801 2009
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4 PETA PIKIRAN (MIND MAP) TINDAKAN 2. Rencana Tindakan
1. pra observasi
-
Wawancara guru & siswa Observasi kelas Validasi posttest ke kelas 8 Mengolah hasil validasi posttest
3. Pelaksanaan Tindakan
4. Observasi Tindakan
- Analisa KTSP. - Merancang RPP & instrumen - Merancang soal pretest & posttest
- Mengolah data - Analisis data
Pertemuan kedua
Pertemuan Pertama Keg. Awal
Keg. Akhir
Keg. Awal Keg. Akhir
Guru
Keg. Inti
Guru
Peneliti - Observasi guru dan siswa - Membagikan bahan bacaan dan soal Pre test
Guru - Memberi tugas rumah; membaca cerita terjemahan Lotta, dan membuat peta pikiran dari cerita tersebut - Menyimpulkan materi - Menugaskan siswa mengisi jurnal siswa, form observasi guru
- Menjelaskan apa itu cerita dan unsurunsur cerita - Menjelaskan dengan singkat peta pikiran dan cara membuatnya
Peneliti
Peneliti
- Membagikan contoh peta pikiran - Membagikan jurnal siswa, form observasi siswa dan guru, serta form aktivitas siswa - Membuat catatan lapangan - Dokumentasi foto
Guru
- Mengambil kembali jurnal siswa, form observasi guru, dan form aktivitas siswa
- Menanyakan kesulitan siswa membuat peta pikiran - Meminta siswa mengerjakan soal posttest
- Menyimpulkan hasil penelitian
- Meminta salah satu siswa untuk menjelaskan peta pikiran yang telah dibuat - Menanggapi penjelasan siswa - Membahas sekilas hasil pekerjaan siswa
Peneliti - Membuat catatan lapangan - Dokumentasi foto
Peneliti - Catatan lapangan - Dokumentasi foto - Membagikan jurnal siswa, form aktivitas siswa, form oservasi siswa, dan angket siswa
Pertemuan ketiga
Keg. Awal Keg. Inti
- Menjelaskan tujuan pembelajaran - Meminta siswa membaca dan mengerjakan soal posttest II
Guru Guru
Guru - Menjelaskan tujuan pembelajaran
Keg. Inti
Peneliti - Membuat catatan lapangan - Dokumentasi foto
Guru - Meminta salah satu siswa untuk menjelaskan peta pikiran yang telah dibuat - Menanggapi penjelasan siswa - Membahas sekilas hasil pekerjaan siswa
- Refleksi
Guru - Menyimpulkan
- Catatan lapangan - Dokumentasi foto - Membagikan jurnal siswa, form aktivitas siswa, form oservasi siswa, dan angket siswa
Simpulan & Rekomendasi
Peneliti - Mengambil kembali jurnal siswa, form observasi guru,form aktivitas siswa, dan angket siswa
Peneliti
Keg. Akhir Peneliti
- Refleksi - Menyimpulkan pembelajaran - Menugaskan siswa mengisi jurnal siswa, form observasi guru, angket siswa
pembelajaran - Menugaskan siswa mengisi jurnal siswa, form observasi guru, angket siswa
- Mengambil kembali jurnal siswa, form observasi guru,form aktivitas siswa, dan angket siswa
5. Refleksi tindakan
- Analisa hasil penelitian - Merancang siklus jika belum mencapai KKM
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8 PEMETAAN STANDAR ISI BAHASA INDONESIA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Mata Pelajaran Kelas/Semester
: Bahasa dan Sastra Indonesia : VII / 1 (satu)
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
7. Memahami isi berbagai teks bacaan sastra dengan membaca
7.1 Membaca buku cerita anak terjemahan dan menganalisis unsurunsurnya
THP C.5
Indikator Mampu membaca buku cerita anak terjemahan. Mampu membahas unsurunsur dalam cerita anak terjemahan. Mampu mengungkapkan pikiran dan imajinasi berkenaan dengan pelaku peristiwa atau latar dari cerita yang dibaca.
THP C.3 C.3 C.5
Materi Pokok/ Pembelajaran Cerita anak terjemahan
Ruang Lingkup *) 1
2 √
3
4
5
6
7
dst
Alokasi Waktu 4 x 40'
Lampiran 9
Lampiran 10
Pertemuan I (Pretest)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah
: MTs. Annajah
Mata Pelajaran
: Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/Semester
: VII / 1
Alokasi Waktu
: 2 x 40 Menit
Tahun Pelajaran
: 2011 / 2012
A. Standar Kompetensi: Membaca Mampu membaca dan memahami berbagai teks bacaan sastra: membaca dan mendiskusikan isi puisi, membaca dan mengomentari buku cerita anak, membaca dan mengomentari kumpulan dongeng, dan membaca dan mendiskusikan isi buku cerita anak dan cerita anak terjemahan.
B. Kompetensi Dasar Membaca buku cerita anak terjemahan dan menganalisis unsur-unsurnya
C. Indikator 1. Mampu menemukan tema, latar, perwatakan, dan nilai dalam cerita anak terjemahan disertai dengan bukti yang mendukung 2. Mampu mengungkapkan pikiran dan imajinasi berkenaan dengan pelaku peristiwa atau latar dari cerita yang dibaca 3. Mampu mengaitkan isi buku cerita dengan kehidupan siswa
D. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat menganalisis unsur-unsur di dalam buku cerita anak terjemahan dan mengaitkannya dengan kehidupan nyata.
E. Materi Pembelajaran 1. Pengertian cerita
Cerita adalah tuturan yg membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian, dsb), cerita juga merupakan karangan yg menuturkan perbuatan, pengalaman, atau penderitaan orang, kejadian, dsb (baik yg sungguhsungguh terjadi maupun yg hanya rekaan belaka atau imajinasi).
2. Unsur-unsur dalam cerita Menjelaskan unsur-unsur cerita seperti; a. Tema, yaitu ide sebuah cerita b. Tokoh, yaitu peran/orang yang ada dalam cerita c. Alur, yaitu urutan peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita (jalan cerita) d. Latar, yaitu tempat, ruang, dan waktu di mana cerita tersebut berlangsung e. Perwatakana, yaitu watak atau sifat yang ada pada tokoh dalam cerita f. Amanat, yaitu pesan yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca g. dan lain-lain.
3. Pengertian peta pikiran (Mind Map) Peta pikiran adalah kegiatan atau penelaahan pemahaman dengan cara menvisualisasikan ide dengan gambar, garis, dan warna. Peta pikiran digunakan untuk meringkas ide-ide menjadi simbol-simbol yang saling terkait. Langkahlangkah pembuatan Mind Map yang pertama adalah menyediakan kertas kosong, lalu memberi atau membuat ide sentral dengan menggunakan gambar atau foto yang menarik. Setelah memberi ide sentral di tengah-tengah kertas, lalu beri cabang-cabang
utama
dengan
dihubungkan
ke
ide
sentral.
Dengan
menghubungkan dan mengaitkan ide sentral dengan cabang utama, akan lebih mudah untuk mengerti dan mengingat. Selain itu gunakan warna, dan garis yang menarik. Setelah diletakkan garis, maka buat kata kunci untuk tiap garis dan terakhir gunakan gambar di tiap garis tersebut. Dan buat cabang-cabang seterusnya sesuai keinginan dan keperluan.
4. Cara membuat peta pikiran a. Sediakan selembar kertas polos ukuran A4 (atau folio/A3) b. Lalu buat pusat peta pikiran atau sentral ide, dan usahakan dalam bentuk gambar.
c. Setelah menggambar ide pertama, buat cabang utama yang berkaitan dengan ide utama. d. Setelah membuat cabang utama, buatlah cabang lagi dari tiap cabang utama, seperti ranting-ranting pohon. e. Buatlah terus ranting-ranting tersebut menjadi cabang-cabang/alternatifalternatif dari ide utama. (usahakan dalam bentuk gambar, simbol, dsb) buat semenarik mungkin dengan penuh warna. f. Jika sudah merasa cukup, maka peta pikiran pun selesai dibuat. Contoh peta pikiran sebagai berikut.
F. Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Diskusi 3. Tanya Jawab 4. Penugasan
G. Alat dan Sumber Pembelajaran - Buku pelajaran bahasa Indonesia - Buku cerita anak terjemahan
H. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Awal * Guru memberikan salam dan menanyakan kabar siswa * Guru menjelaskan tujuan pembelajaran hari ini * Guru memberikan bahan bacaan dan soal pretest 2. Kegiatan Inti * Guru menjelaskan apa itu cerita dan unsur-unsur apa saja yang ada dalam sebuah cerita dengan menggunakan peta pikiran * Guru menjelaskan secara singkat tentang apa itu peta pikiran * Guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang telah dijelaskan 3. Kegiatan Akhir * Guru memberi tugas rumah kepada siswa; membaca cerita anak terjemahan “Lotta”, dan meminta siswa untuk membuat peta pikiran dari cerita tesebut * Guru dan siswa melakukan refleksi dan mengambil kesimpulan tentang pelajaran hari ini * Guru menutup kegiatan pembelajaran
I. Penilaian * Jenis tagihan: - Tugas individu * Teknik Penilaian: - Penugasan dengan tes tertulis * Bentuk Penilaian: - Tes uraian * Soal / Instrumen:
Tes uraian 1. Apakah tema dari cerita Pippi Menemukan Selepung! (1 point) 2. Sebutkan unsur-unsur cerita; tokoh, latar, dan urutan peristiwa (alur) dari cerita Pippi Menemukan Selepung! (2 point) 3. Apakah amanat yang kalian dapatkan dari cerita Pippi Menemukan Selepung? (2 point) 4. Sebutkan sifat atau watak yang dimiliki oleh tokoh Pippi? (1 point) 5. Bagaimanakah suasana atau keadaan yang terdapat dalam cerita Pippi Menemukan Selepung? (2 Point) 6. Apakah Kalian pernah mengalami kejadian yang sama dengan peristiwa atau kejadian yang terdapat dalam cerita? Jika iya, jelaskan seperti apa. (2 point) Perhitungan nilai akhir dalam skala 0 – 100 adalah sebagai berikut: Perolehan Skor Nilai akhir =
x Skor ideal (100) = ... Skor Maksimum (10)
a. Pemilihan Teknik Pembelajaran (Teknik Peta Pikiran/Mind Map) Analisis Tujuan Pembelajaran
Jenis Media Yang Dipilih
Aktivitas Siswa
Siswa dapat menganalisis unsur- reading activities, siswa Buku unsur di dalam buku cerita anak membaca terjemahan dan mengaitkannya anak
buku
Hal
ini
dilakukan
mengembangkan berpikir,
lalu cerita anak terjemah- bacaan
unsur-unsur an, teknik yang digu- sudah
untuk yang ada dalam cerita nakan
peta
pikiran tersedia,
kemampuan tersebut, setelah itu siswa dalam rangka mening- untuk peta
menganalisa,
dan menganalisis
meningkatkan pemahaman siswa mengaitkannya terhadap bacaan.
bahasa Buku dan
cerita Indonesia dan buku bahan
terjemahan,
dengan kehidupan nyata mereka. mencari
paket
Sifat Pengadaan
dan katkan
pemahaman pikiran
dengan bacaan siswa
kehidupan nyata mereka.
dibuat
b. Isi Program Media (Teknik Peta Pikiran/Mind Map) Indikator Keberhasilan Melalui Media Menemukan unsur- Baik, siswa dapat unsur dalam buku
menemukan dan
cerita anak
menganalisis unsur-unsur unsur dalam buku
terjemahan dan
dalam buku cerita anak
cerita anak terjemahan buku cerita
keterkaitannya
terjemahan serta
serta mengaitkan
anak
dalam kehidupan
mengaitkan dengan
dengan kehidupan
terjemahan
nyata siswa
kehidupan nyata mereka
nyata
Judul
Rincian Materi
Referensi
Durasi
Menemukan dan
Buku pelajaran
2 x 40
menganalisis unsur-
bahasa
menit
Indonesia dan
Jakarta, ........................ 2011 Mengetahui, Guru Bahasa Indonesia
M. Guntur, S.Pd
Guru Praktikan/Peneliti
Gita Desi Lestari
Lampiran 11
Pertemuan II (Posttest)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah
: MTs. Annajah
Mata Pelajaran
: Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/Semester
: VII / 1
Alokasi Waktu
: 2 x 40 Menit
Tahun Pelajaran
: 2011 / 2012
A. Standar Kompetensi: Membaca Mampu membaca dan memahami berbagai teks bacaan sastra: membaca dan mendiskusikan isi puisi, membaca dan mengomentari buku cerita anak, membaca dan mengomentari kumpulan dongeng, dan membaca dan mendiskusikan isi buku cerita anak dan cerita anak terjemahan.
B. Kompetensi Dasar Membaca buku cerita anak terjemahan dan menganalisis unsur-unsurnya
C. Indikator 1. Mampu menemukan tema, latar, perwatakan, dan nilai dalam cerita anak terjemahan disertai dengan bukti yang mendukung 2. Mampu mengungkapkan pikiran dan imajinasi berkenaan dengan pelaku peristiwa atau latar dari cerita yang dibaca 3. Mampu mengaitkan isi buku cerita dengan kehidupan siswa
D. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat menganalisis unsur-unsur di dalam buku cerita anak terjemahan dan mengaitkannya dengan kehidupan nyata, serta membuat peta pikiran (Mind Map) dari bahan yang telah dibaca.
E. Materi Pembelajaran Membaca cerita anak terjemahan dan membuat peta pikiran dari cerita tersebut.
F. Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Diskusi 3. Tanya Jawab 4. Penugasan
G. Alat dan Sumber Pembelajaran - Buku pelajaran bahasa Indonesia - Buku cerita anak terjemahan
H. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Awal * Guru memberikan salam dan menanyakan kabar siswa * Guru menanyakan kesulitan dalam membuat peta pikiran dari cerita “Lotta” * Guru meminta siswa mengerjakan soal posttest 2. Kegiatan Inti * Siswa mengerjakan soal posttest * Guru meminta beberapa siswa untuk maju secara bergantian, untuk menjelaskan peta pikiran yang telah dibuat. * Guru memberikan tanggapan serta apresiasi untuk siswa yang telah maju ke depan. * Siswa dan guru mengevaluasi hasil pekerjaan siswa dan membahasnya secara bersama-sama 3. Kegiatan Akhir * Guru dan siswa melakukan refleksi dan mengambil kesimpulan tentang pelajaran hari ini * Guru meminta siswa mengisi form-form yang dibagikan peneliti * Guru menutup kegiatan pembelajaran
I. Penilaian * Jenis tagihan: - Tugas individu * Teknik Penilaian:
- Penugasan dengan tes tertulis * Bentuk Penilaian: - Tes uraian * Soal / Instrumen: Tes uraian 1. Apakah tema dari cerita anak terjemahan yang telah Anda baca! (skor 2) 2. Tentukan dan sebutkan unsur-unsur yang ada dalam cerita anak terjemahan tersebut! (skor 2) 3. Apakah Anda pernah mengalami kejadian yang sama dengan peristiwa atau kejadian yang terdapat dalam cerita? Jika ia, jelaskan seperti apa. (skor 2) 4. Apakah amanat yang Anda dapat dari cerita tersebut? (skor 2) 5. Bagaimanakah latar dan budaya yang terdapat dalam cerita tersebut? (skor 2) Perhitungan nilai akhir dalam skala 0 – 100 adalah sebagai berikut: Perolehan Skor Nilai akhir =
x Skor ideal (100) = ... Skor Maksimum (10)
a. Pemilihan Teknik Pembelajaran (Teknik Peta Pemikiran/Mind Map)
Analisis Tujuan Pembelajaran
Aktivitas Siswa
Siswa dapat menganalisis unsur- reading
activities,
Jenis Media Yang
Sifat
Dipilih
Pengadaan
siswa Buku
paket
unsur di dalam buku cerita anak membaca buku cerita anak Indonesia terjemahan
dan
ini
dilakukan
mengembangkan berpikir,
untuk dalam
yang
cerita
kemampuan setelah
menganalisa,
itu
dan menganalisis
meningkatkan pemahaman siswa mengaitkannya terhadap bacaan.
dan
buku bahan
mengaitkannya terjemahan, lalu mencari cerita anak terjemah-an, bacaan
dengan kehidupan nyata mereka. unsur-unsur Hal
dan
bahasa Buku
ada teknik yang digu-nakan sudah
tersebut, peta pemikiran dalam tersedia, siswa rangka
mening-katkan untuk peta
dan pemahaman dengan siswa
kehidupan nyata mereka.
bacaan pemikiran dibuat
b. Isi Program Media (Teknik Peta Pemikiran/Mind Map)
Judul
Indikator Keberhasilan Melalui Media
Rincian Materi
Referensi
Durasi
Menemukan unsur-
Baik, siswa dapat
Menemukan dan
Buku pelajaran
2 x 40
unsur dalam buku
menemukan dan
menganalisis unsur-
bahasa
menit
cerita anak
menganalisis unsur-unsur
unsur dalam buku cerita Indonesia dan
terjemahan dan
dalam buku cerita anak
anak terjemahan serta
buku cerita anak
keterkaitannya dalam terjemahan serta
mengaitkan dengan
terjemahan
kehidupan nyata
mengaitkan dengan
kehidupan nyata
siswa
kehidupan nyata mereka
Jakarta, ........................ 2011 Mengetahui, Guru Bahasa Indonesia
Guru Praktikan/peneliti
M. Guntur, S.Pd.
Gita Desi Lestari
Lampiran 12
Siklus II (Posttest)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah
: MTs. Annajah
Mata Pelajaran
: Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/Semester
: VII / 1
Alokasi Waktu
: 2 x 40 Menit
Tahun Pelajaran
: 2011 / 2012
A. Standar Kompetensi: Membaca Mampu membaca dan memahami berbagai teks bacaan sastra: membaca dan mendiskusikan isi puisi, membaca dan mengomentari buku cerita anak, membaca dan mengomentari kumpulan dongeng, dan membaca dan mendiskusikan isi buku cerita anak dan cerita anak terjemahan.
B. Kompetensi Dasar Membaca buku cerita anak terjemahan dan menganalisis unsur-unsurnya
C. Indikator 1. Mampu menemukan tema, latar, perwatakan, dan nilai dalam cerita anak terjemahan disertai dengan bukti yang mendukung 2. Mampu mengungkapkan pikiran dan imajinasi berkenaan dengan pelaku peristiwa atau latar dari cerita yang dibaca 3. Mampu mengaitkan isi buku cerita dengan kehidupan siswa
D. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat menganalisis unsur-unsur di dalam buku cerita anak terjemahan dan mengaitkannya dengan kehidupan nyata, serta membuat peta pikiran (Mind Map) dari bahan yang telah dibaca.
E. Materi Pembelajaran Membaca cerita anak terjemahan dan membuat peta pikiran dari cerita tersebut.
F. Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Diskusi 3. Tanya Jawab 4. Penugasan
G. Alat dan Sumber Pembelajaran - Buku pelajaran bahasa Indonesia - Buku cerita anak terjemahan
H. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Awal * Guru memberikan salam dan menanyakan kabar siswa * Guru mengulang atau mengingatkan tentang materi cerita anak terjemahan dan teknik peta pikiran * Guru memberi bahan bacaan baru dan meminta siswa untuk membuat peta pikiran dari cerita tersebut serta mengerjakan soal posttest 2. Kegiatan Inti * Siswa membaca cerita anak terjemahan * Siswa membuat peta pikiran dari cerita yang telah dibaca * Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru * Siswa dan guru mengevaluasi hasil pekerjaan siswa dan membahasnya secara bersama-sama 3. Kegiatan Akhir * Guru dan siswa melakukan refleksi dan mengambil kesimpulan tentang pelajaran hari ini * Siswa mengisi lembar-lembar form penilaian yang diberikan guru * Guru menutup kegiatan pembelajaran
I. Penilaian * Jenis tagihan: - Tugas individu
* Teknik Penilaian: - Penugasan dengan tes tertulis * Bentuk Penilaian: - Tes pilihan ganda dan uraian * Soal / Instrumen: Terlampir Perhitungan nilai akhir dalam skala 0 – 100 adalah sebagai berikut: Perolehan Skor (10) Nilai Soal Uraian = x Skor ideal (100) = 100 Skor Maksimum (10)
Nilai Soal Pilihan Ganda = 100 (tiap nomor memiliki skor 10)
Perolehan Skor PG + Skor Uraian Nilai akhir =
= 100 2
a. Pemilihan Teknik Pembelajaran (Teknik Peta Pikiran/Mind Map) Analisis Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menganalisis unsur- reading unsur
di
terjemahan
dalam dan
cerita
Jenis Media Yang Sifat Dipilih Pengadaan
Aktivitas Siswa activities,
siswa Buku paket bahasa Buku
dan
anak membaca buku cerita anak Indonesia dan cerita bahan
mengaitkannya terjemahan,
lalu
mencari anak terjemahan, tek- bacaan
dengan kehidupan nyata mereka. unsur-unsur yang ada dalam nik yang digunakan sudah Hal
ini
dilakukan
mengembangkan berpikir,
untuk cerita
tersebut,
setelah
itu peta pikiran dalam tersedia,
kemampuan siswa menganalisis, membuat rangka meningkatkan untuk peta
menganalisa,
dan peta pikiran, dan mengaitkan- pemahaman
meningkatkan pemahaman siswa nya dengan kehidupan nyata siswa terhadap bacaan.
mereka.
bacaan pikiran dibuat
b. Isi Program Media (Teknik Peta Pikiran/Mind Map) Judul
Indikator Keberhasilan Melalui Media
Rincian Materi
Referensi
Durasi
Menemukan unsur-
Baik, siswa dapat menemukan
Menemukan dan
Buku pelajaran
2 x 40
unsur dalam cerita
dan menganalisis unsur-unsur
menganalisis unsur-
bahasa
menit
anak terjemahan dan
dalam cerita anak terjemahan
unsur dalam cerita
Indonesia dan
keterkaitannya dalam serta mengaitkan dengan
anak terjemahan serta buku cerita
kehidupan nyata
mengaitkan dengan
anak
kehidupan nyata
terjemahan
kehidupan nyata mereka
siswa
Jakarta, ........................ 2011 Mengetahui, Guru Bahasa Indonesia
Guru Praktikan/Peneliti
M. Guntur, S.Pd
Gita Desi Lestari
MEMBACA CERITA ANAK TERJEMAHAN Bahasa Indonesia
Oleh: Gita Desi Lestari
PETA PIKIRAN (MIND MAP) Adalah sistem penyimpanan, penarikan data, dan akses yang luar biasa untuk perpustakaan raksasa yang sebenarnya ada dalam otak Anda yang menakjubkan. (Tony Buzan, 2010; 12)
Peta pikiran membantu kita untuk: • Merencanakan sesuatu • Menjadi lebih kreatif • Menghemat waktu
• Menyelesaikan masalah • Memusatkan perhatian • Mengingat dengan lebih baik • Belajar lebih cepat dan efisien
Peta pikiran membantu kita belajar, menyusun, dan menyimpan sebanyak mungkin informasi yang kita inginkan.
CARA MEMBUAT PETA PIKIRAN 1.
Tulis di tengah-tengah kertas putih polos tentang ide/topik utama yang Anda inginkan/bisa juga masalah yang ingin Anda pecahkan/tantangan utama yang Anda hadapi. (sentral utama)
2.
Buatlah cabang-cabang dari sentral utama dengan membuat topik-topik terkait (masukkan hal-hal/unsur-unsur/alternatif-alternatif terkait dengan ide/topik sentral utama.
3.
Buatlah ranting dari cabang topik itu. Buat dari hal/unsur yang paling dekat/mempengaruhi, hingga yang terjauh/kurang mempengaruhi. Ranting cabang dapat juga berupa alternatif-alternatif untuk mencapai cabang dan sentral utama.
CONTOH PETA PIKIRAN “Jadwal Keluarga”
CONTOH PETA PIKIRAN “Liburan Sekolah”
CONTOH PETA PIKIRAN “Membereskan Kamar”
CONTOH PETA PIKIRAN “Cerita Kapten Gagah Berani”
Karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman, atau penderitaan orang, kejadian, dsb (baik yang sungguhsungguh terjadi maupun yang hanya rekaan belaka)
CERITA
TEMA
LATAR
Tema: “Nama Selepung” Petualangan
Alur: maju
Tokoh: Pippi, Thomas, Annika, Nilsson, anak-anak, gadis penjual, penjual besi, dokter, dan dua wanita.
Pippi Menemukan Selepung
Latar: Di dapur rumah, jalan, Toko, Klinik, dll.
Amanat/Pesan:
Rasa ingin tahu yang besar dan diikuti dengan usaha yang kuat, akan membuahkan hasil yang maksimal.
Lampiran 14 PIPPI MENEMUKAN SELEPUNG
Suatu pagi, seperti biasanya Thomas dan Annika memasuki dapur rumah Pippi sambil berlarilari. “Selamat pagi!” seru mereka. Tapi, jawaban sama sekali tak terdengar. Pippi duduk di tengah meja dapur sambil menggendong Tuan Nilsson, monyet kecil yang tinggal bersama anak perempuan itu. Pippi tampak tersenyum bahagia. “Selamat pagi,” kata Thomas dan Annika sekali lagi. “Bayangkan,” kata Pippi setengah melamun, “bayangkan, bahwa aku yang menemukannya! Justru aku, dan bukan orang lain!” “Kau menemukan apa?” tanya Thomas dan Annika serempak. Mereka sama sekali tidak merasa heran bahwa Pippi menemukan sesuatu karena itu sudah biasa. Tapi, mereka ingin tahu, apa yang ditemukan teman mereka itu. “Apa sih yang kau temukan, Pippi?” “Kata baru,” kata Pippi. Dipandangya Thomas dan Annika dengan sikap bahagia. “Kata yang sama sekali baru!” “Kata yang mana?” tanya Thomas. “Kata yang indah sekali,” kata Pippi. “jarang kudengar nkata sebagus itu.” “Katakan dong,” Kata Annika. “Selepung!” kata Pippi bangga. “Selepung?” tanya Thomas. “Apa artinya?” “Itulah yang tidak kuketahui,” kata Pippi. “Satu-satunya yang kuketahui, artinya bukan sapu model baru.” Thomas dan Annika berpikir-pikir sejenak. “Tapi, jika kau tidak tahu artinya, kata itu sama sekali tidak ada gunanya,” kata Annika kemudian. “Memang, dan itulah yang menyebalkan hatiku,” kata Pippi. “Siapakah sebetulnya yang mula-mula menemukan arti segala kata-kata?” tanya Thomas. “Mungkin sekelompok profesor yang tua-tua,” kata Pippi. “Dan, mereka itu benar-benar aneh. Kata-kata apa saja yang telah mereka ciptakan. Ember, paku, tali, dan macam-macam lagi! Tidak ada yang mengerti, dari mana kata-kata itu mereka peroleh. Tapi, selepung, yang benar-benar kata yang bagus sekali, tidak mereka ciptakan. Untung akau sekarang menemukannya. Dan, aku pasti akan berhasil mengetahui artinya.” Ia berpikir sebentar. “Selepung, mungkinkah itu nama ujung tiang bendera yang dicat dengan warna biru?” tanyanya menimbang-nimbang. “Mana ada tiang bendera yang dicat biru,” kata Annika “Ya, memang, kau benar. Kalau begitu aku benar-benar tidak tahu. Atau mungkin itu bunyi yang terdengar apabila kita berjalan mengarungi lumpur, lalu ada lumpur naik lewat jari-jari kaki?
Kita coba saja, bagaimana kedengarannya: Annika berjalan dalam lumpur. Kedengaran bunyi selepung enak sekali.” Pippi menggeleng. “Tidak, tidak kena. Mestinya dikatakan: kedengaran bunyi kecepuk yang enak sekali.” Pippi menjambak-jambak rambutnya. “Makin dipikir, makin misterius saja jadinya. Tapi apa pun juga artinya, aku pasti akan berhasil mengetahuinya. Mungkin itu barang yang bisa dibeli di toko! Yuk, kita pergi menemukannya.” Thomas tidak berkeberatan, begitu pula Annika. Pippi menghampiri kopernya yang penuh berisi uang emas. “Selepung,” katanya pada diri sendiri. “Kedengarannya seperti barang mahal. Sebaiknya aku berbekal sekeping uang emas.” Pippi mengambil sekeping uang emas, lalu mengantonginya. Tuan Nilsson meloncat ke bahu Pippi, lalu bertengger di situ, seperti biasanya. Kemudian, Pippi mengangkat kuda, menurunkannya dari beranda. “Ini urusan mendesak, jadi kita naik kuda,” kata Pippi pada Thomas dan Annika. “Kalau kita tidak buru-buru, jangan-jangan nanti tidak ada lagi selepung yang tersisa. Aku takkan heran apabila Pak Walikota yang membeli selepung terakhir.” Kuda yang ditumpangi Pippi bersama Thomas dan Annika lari menderap, menyusuri jalan di kota kecil itu. Bunyinya nyaring di atas batu-batu pelapis jalan. Anak-anak mendengar bunyi derap kuda itu berlari-lari menghampiri. Semua gembira karena semua orang senang sekali dengan Pippi. “Mau ke mana, Pippi?” seru anak-anak. “Aku hendak membeli selepung,” kata Pippi sambil menghentikan kudanya. “Enakkah itu?” tanya seorang anak laki-laki. “Tentu saja!” jawab Pippi sambil menjilati bibirrnya. “Enak sekali! Setidak-tidaknya begitulah kedengarannya.” Di depan sebuah toko yang menjual kue-kue, ia meloncat turun dari punggung kuda, lalu membantu Thomas dan Annika turun. Kemudian, mereka bersama-sama masuk ke dalam toko. “Aku ingin membeli selepung satu bungkus,” kata Pippi. “Tapi, minta yang garing, ya!” “Selepung,” kata gadis ramah yang melayani. Dari suaranya, ketahuan bahwa ia berpikir-pikir. “Rasanya, kami tidak menjual barang itu.” “Mana mungkin,” balas Pippi. “Toko-toko bermutu, semua pasti menjualnya.” “Memang, tapi saat ini kebetulan sedang habis,” kata gadis penjual itu. Ia tidak tahu apa-apa tentang “selepung”, tapi ia tidak mau mengatakan, toko tempatnya bekerja tidak selengkap tokotoko bermutu lainnya.
“O, jadi kemarin masih ada?” seru Pippi bersemangat. “Tolong beri tahukan, seperti apa rupa selepung itu. Seumur hidupku, aku belum pernah melihatnya. Apakah bergaris-garis merah?” Muka gadis itu menjadi merah padam. “Aku juga tidak tahu apa itu!” katanya kemudian. “Pokoknya, kami tidak menjualnya.” Dengan kecewa, Pippi melangkah ke luar. “Kalau begitu, aku harus terus,” katanya. “Aku belum mau pulang jika belum mendapat selepung.” Toko yang dimasuki berikutnya menjual barang-barang dari besi. Seorang penjual membungkuk dengan sopan, memberi hormat pada anak-anak yang masuk. “Aku ingin membeli selepung,” kata Pippi pada orang laki-laki itu. “Tapi, mutunya harus yang paling baik, yang bisa dipakai menggebuk singa sampai mati. Penjual itu menampakkan tampak cerdik. “Kita lihat saja sebentar,” katanya sambil menggaruk-garuk bagian belakang telinganya. Ia mengambil sebuah alat penggaruk berukuran kecil yang terbuat dari besi lalu menyodorkan benda itu pada Pippi. “Inikah di barangnya?” tanyanya. Pippi memandangnya dengan sebal. “Barang ini, oleh para profesor diberi nama penggaruk,” kata Pippi. “Tapi, kebetulan, selepung yang kuinginkan. Anda jangan mencoba-coba hendak membohongi anak kecil yang tidak bersalah, ya!” Penjual itu tertawa. “Sayang, barang seperti yang kau inginkan itu tidak kami jual,” katanya. “Coba saja kau tanyakan di toko yang menjual barang-barang keperluan menjahit di pojok jalan sana.” “Menjahit,” kata Pippi sambil menggerutu pada Thomas dan Annika, ketika mereka sudah berada di luar lagi. “Di toko itu, pasti tidak ada. Itu aku tahu pasti.” Selama beberapa saat, tampangnya tampak sedih sekali. Tapi, kemudian cerah kembali. “Mungkin juga selepung itu nama penyakit,” katanya. “Yuk, kita tanyakan pada Pak Dokter.” Annika tahu di mana tempat tinggal pak dokter. Ia pernah ke sana, ketika harus disuntik cacar. Pippi membunyikan bel yang terdapat di pintu masuk. Seorang juru rawat datang membukakan pintu. “Pak Dokter ada?” tanya Pippi. “Ini urusan gawat, penyakit yang luar biasanya bertanya.” “Masuklah, lewat pintu sini,” kata juru rawat. Anak-anak masuk ke dalam ruangan yang ditunjukkan. Mereka melihat Pak Dokter duduk menghadapi meja tulisnya. Pippi langsung datang mendekat. Ia memejamkan mata sambil menjulurkan lidah.
“Kau sakit apa?” tanya Pak Dokter. Pippi membuka matanya kembali, sedangkan lidahnya ditarik mundur ke dalam mulut. “Kurasa aku kena selepung,” katanya. “Soalnya, seluruh badanku gatal-gatal. Dan, mataku terpejam sama sekali apabila aku tidur. Kadang-kadang aku cegukan. Dan, hari Minggu lalu, aku benar-benar tidak enak badan setelah makan sepiring semir sepatu dengan susu. Nafsu makanku baik sekali. Tapi, percuma saja karena makanan sering salah masuk. Pastinya aku ini kena selepung. Apakah itu menular, Pak?” Pak Dokter memperhatikan wajah Pippi yang segar bugar. Kemudian, ia berkata, “Menurutku, kau lebih sehat daripada anak-anak lain pada umumnya. Aku yakin kau tidak sakit selepung.” Pippi mencengkeram lengan Pak Dokter. “Tapi, kalau begitu ada penyakit yang namanya selepung, Pak?” “Tidak,” jawab Pak Dokter. “Tidak ada penyakit yang namanya begitu. Tapi, kalaupun ada, kurasa kau takkan dihinggapi.” Tampang Pippi suram sekali kelihatannya. Ia memberi hormat pada Pak Dokter, diikuti oleh Thomas dan Annika. Kemudian, mereka kembali ke kuda yang menunggu dekat pagar di depan rumah. Tidak jauh dari situ ada rumah yang tinggi, bertingkat tiga. Salah satu jendelanya di tingkat paling atas terbuka. Pippi menuding ke arah jendela itu. “Aku takkan heran apabila selepung itu ada disana,” katanya. “Sebentar, aku akan memanjat ke atas untuk memeriksa.” Dengan cekatan ia memanjat ke atas, lewat talang air. Ketika sudah sampai ke tempat yang sama tingginya dengan jendela yang terbuka, tanpa berpikir dua kali ia meloncat, lalu berpegangan pada ambang jendela itu. Ia menarik tubuhnya ke atas, lalu menjengukkan kepala ke dalam lewat jendela yang terbuka. Dua orang wanita sedang duduk-duduk di depan jendela itu. Mereka sedang asyik mengobrol. Tidaklah mengherankan jika mereka tercengang ketika tahu-tahu ada kepala berambut merah muncul dari arah bawah. Apalagi, ketika kepala itu bertanya dengan sopan, “Aku ingin tahu apakah di sini ada selepung.” Kedua wanita itu menjerit-jerit karena kaget. “Astaga! Apa katamu, Nak? Apakah ia lepas dari kurungan?” “Justru itulah yang ingin ku ketahui,” kata Pippi. “Aduh, jangan-jangan dia ada di bawah tempat tidur,” kata wanita yang satu. “Menggigitkah dia?” “Mungkin sekali,” kata Pippi. “Rasa-rasanya, ia bertaring hebat!”
Kedua wanita itu saling berpegangan karena ketakutan. Sementara itu, Pippi memandang ke sekeliling kamar dengan penuh minta. Tapi, akhirnya ia berkata lagi dengan sedih, “Tidak, di sini, bahkan kumis selepung pun tidak ada. Maaf, jika aku mengganggu tadi! Aku cuma ingin bertanya saja karena kebetulan lewat.” Ia turun lagi ke jalan, lewat talang air. “Menyedihkan,” katanya pada Thomas dan Annika. “Di kota ini, sama sekali tidak ada selepung. Kita pulang saja lagi ke rumah.” Mereka naik kuda kembali, menuju rumah. Kemudian, ketika meloncat turun di depan beranda Pondok Serbaneka, nyaris saja terinjak oleh Thomas seekor kumbang kecil yang sedang merangkak di jalan pasir. “Awas! Hati-hati, ada kumbang disitu!” seru Pippi. Ketiga anak itu berjongkok, memperhatikan binatang itu. Tubuhnya kecil sekali. Sayapnya hijau, berkilau, seperti terbuat dari logam. “Bagusnya kumbang kecil ini,” kata Annika. “Jenis apa ini, ya?” “Bukan kumbang bintik,” kata Thomas. “Kumbang kotoran juga bukan,” kata Annika. “Dan kumbang tanduk juga bukan. Kumbang apa, ya?” Tahu-tahu wajah Pippi nampak berseri-seri. Ia tersenyum senang. “Aku tahu,” katanya. “Ini selepung.” “Kau tahu pasti?” tanya Thomas. “Kau tidak percaya bahwa aku bisa mengenali selepung begitu aku melihatnya?” kata Pippi. “Pernahkah kau, selama hidupmu, melihat yang begini persis dengan kata „selepung‟?” Pippi mengangkat kumbang kecil itu dengan hati-hati sekali, dan memindahkannya ke tempat di mana binatang itu tidak mungkin terinjak. “Selepungku yang manis,” kata Pippi dengan suara lembut. “Dari semula, sudah kuketahui bahwa akhirnya aku pasti menemukanmu. Tapi, aneh juga, ya! Kita keluyuran ke mana-mana di kota mencari selepung, ternyata, akhirnya, kita temukan di sini, di depan Pondok Serbaneka.”
(Astrid Lindgren, Pippi di Negeri Taka-Tuka)
Lampiran 15 SOAL PRETEST MEMBACA CERITA ANAK TERJEMAHAN Petunjuk! 1. Bacalah cerita anak terjemahan berikut dengan fokus! 2. Kerjakan soal yang telah diberikan dengan teliti! 3. Kerjakan dalam waktu 20 menit! Soal uraian 1. Apakah tema dari cerita Pippi Menemukan Selepung! (1 point) 2. Sebutkan unsur-unsur cerita; tokoh, latar, dan urutan peristiwa (alur) dari cerita Pippi Menemukan Selepung! (2 point) 3. Apakah amanat yang kalian dapatkan dari cerita Pippi Menemukan Selepung? (2 point) 4. Sebutkan sifat atau watak yang dimiliki oleh tokoh Pippi? (1 point) 5. Bagaimanakah suasana atau keadaan yang terdapat dalam cerita Pippi Menemukan Selepung? (2 Point) 6. Apakah Kalian pernah mengalami kejadian yang sama dengan peristiwa atau kejadian yang terdapat dalam cerita? Jika iya, jelaskan seperti apa. (2 point) Nb: Cerita terlampir ~SELAMAT MENGERJAKAN~
Lampiran 16
Lampiran 17
Soal Posttest (pertemuan II) Nama : Kelas : Jenis Kelamin : L / P Bacaan untuk soal nomor 1 s.d. 3! (1) Jonas, Maria, Lotta, Ibu, dan Ayah tinggal dalam sebuah rumah kuning, di sebuah kota kecil di Swedia. Swedia letaknya di bagian utara Eropa. Di sana terdapat empat musim: musim semi, panas, gugur, dan dingin. (2) Setiap pagi Jonas dan Maria ke sekolah, dan Ayah ke kantor. Hanya Ibu dan Lotta yang tinggal di rumah. “Aku senang aku punya Lotta,” kata Ibu. “Kalau tidak, aku akan sendirian di rumah.” (3) “Ya, untung ada aku,” kata Lotta. “Kalau Ibu tak punya aku, Ibu akan sendirian di rumah, dan aku akan kasihan pada Ibu.” Tetapi kini Lotta tidak mengatakan hal itu, karena dia sedang marah sekali. Dia hanya duduk cemberut. Mukanya kelihatan galak. Ia berpikir dan mengumpat dalam dirinya, “Akanku balas Jonas dan Maria. Mereka telah memukul Bamsieku.” (4) Ibu berpura-pura tidak memperhatikan tingkah Lotta. Suasana di dapur saat itu terasa hangat. Sinar matahari masuk melalui jendela, dan mulai menghilangkan embun yang ada. Di atas meja terdapat cangkir Lotta yang berisi cokelat panas dan masih mengepul. Lotta tidak menyentuh coklat itu sedikit pun. Dia membelai Bamsienya dan berkata; “Kasihan Kau Bamsie! Awas nanti, Jonas dan Maria akan kubalas, tenang saja.” Lotta kembali berdiam diri duduk di kursi meja makan dengan kesal.
1. Latar waktu pada cerita tersebut terjadi pada pagi hari, hal ini dibuktikan pada bagian... A. (1) B. (2) C. (3) D. (4) 2. Konflik batin pada kutipan cerita tersebut terdapat pada bagian …. A. (1) dan (2) B. (2) dan (3) C. (3) dan (4) D. (4) dan (1) 3. Amanat yang terdapat pada cerita tersebut adalah …. A. jangan berbicara kasar kepada orang tua B. dengan saudara harus saling menyayangi C. tidak boleh ada dendam pada sesama D. jangan mengeluhkan apa yang telah ditakdirkan Tuhan Perhatikan kedua kutipan cerita berikut! Kutipan 1 Maria pun mengangguk. Di perjalanan pulang, Maria berpikir, Lotta telah salah menilai Anna. Anna itu sepupu yang ramah. Selain itu, rambut pirangnya yang di kepang sangat manis. Walaupun ia adalah anak perempuan yang kuat dalam berkelahi.
Kutipan 2 Aku paling sebal kalau adikku bertanyatanya terus. Padahal aku sedang berkonsentrasi belajar. “Maria, jawab dong, kalau adikmu Tanya!” seru Ibu. Selalu itu teriakan Ibu, jika aku tidak menggubris pertanyaan adikku Lotta.
4. Perbedaan karakteristik kedua kutipan cerita tersebut adalah … Kutipan 1 Kutipan 2 A Tokoh yang terlihat banyak Tokoh yang terlihat dua B Sudut pandang diaan Sudut pandang akuan C Latar tidak jelas Latar jelas D Amanat tersurat Amanat tersirat
Bacaan untuk soal nomor 5 dan 6! (1) Jonas berlari-lari mengelilingi meja makan dengan membawa secangkir coklat karena dikerja-kejar oleh Lotta. (2) Tiba-tiba Anna masuk ke ruang makan dan tertabrak oleh Jonas. (3) Makanan yang dibawa jonas pun tumpah mengenai baju kesayangan Anna yang sedang ia pakai. (4) Anna seolah-olah tidak percaya, dan Jonas pun juga kaget dengan kejadian itu. (5) Perasaan sedih dan malu menjadi satu. (6) Akhirnya Jonas mengakui kesalahannya dan meminta maaf.
5. Bukti nilai moral terdapat pada kalimat …. A. (3) B. (4) C. (5)
D. (6)
6. Watak tokoh Jonas pada kutipan cerita tersebut adalah …. A. Pemalu C. Berjiwa besar B. Sombong D. Angkuh Bacaan untuk soal nomor 7 dan 8! …. (1) Maiken (2) Lotta
: :
(3) Lotta (4) Maiken (5) Lotta
: : :
“Astaga Jonas! Kau sedang apa?” teriaknya sambil meremas-remas tangannya. “Sedang berenang,” Lotta tertawa. (Setelah itu Maiken ingin tahu, siapa yang lupa mematikan keran. “Aku” “Tapi kenapa kau bisa sampai lupa?” tanya maiken (menarik nafas panjang) “Karena ini hari sialku,” katanya. (Maiken mengeringkan Lantai dan membuatkan coklat panas untuk Jonas dan Lotta.
7. Suasana yang tergambar dalam kutipan cerita tersebut adalah …. A. Mengecewakan C. Menggembirakan B. Menyedihkan D. Mengherankan 8. Latar tempat kutipan drama tersebut adalah …. A. Sekolah B. Kantin C. Rumah
D. Taman
Bacaan untuk no. 9-11! Seperti teman-temannya yang lain, sebenarnya Maria ingin sekali memberi hadiah untuk Totte, tetapi ia tidak enak hati meminta uang pada ibunya. Apalagi, ibu hanya diam ketika ia menyodorkan undangan pesta ulang tahun Totte kemarin. Saat itu, ibu sedang duduk-duduk di taman sambil memandangi matahari yang mulai tenggelam. Diamnya ibu, pertanda ibu belum punya uang untuk membeli hadiah. Maria sadar, jika ayah belum kembali dari tempatnya bekerja selama beberapa hari ia, ibu, dan saudara-saudaranya memang harus hidup hemat. ”Ah masa iya aku tak bisa memberi hadiah untuk Totte?” gumam Maria seraya bangkit dari tempat tidur pembaringan. Ia beranjak menuju meja belajarnya. Dimatikannya lampu tidurnya dan digantinya dengan lampu belajar. Ia mengambil secarik kertas, pensil, dan spidol warna-warni. Tangannya mulai mencorat-coret. Kini, ada senyum menghiasi bibirnya, “Besok pagi, aku sudah punya hadiah untuk Totte.”
9. Konflik yang terdapat pada kutipan cerpen tersebut adalah ... A. Teman-teman Maria semua memberi hadiah pada Totte. B. Maria ingin meminta uang pada ibu, tapi tidak sampai hati mengungkapkannya. C. Selama ayah masih pergi bekerja, Maria harus hidup berhemat. D. Kepuasan Maria sudah memiliki hadiah untuk Totte.
10. Amanat yang terdapat pada cerpen tersebut adalah ... A. Jangan menyusahkan orang tua hanya karena ingin memberi hadiah teman! B. Usahakan selalu memberi hadiah kepada teman orang tua! C. Temanilah ibumu saat duduk-duduk di beranda! D. Matikan lampu jika sudah tidak diperlukan!
Soal Esai SOAL POSTTEST MEMBACA CERITA ANAK TERJEMAHAN Petunjuk! 1. 2. 3. 4.
Bacalah cerita anak terjemahan berikut dengan fokus! Buat peta pikiran dari cerita yang telah dibaca, sesuai dengan yang telah diajarkan! Kerjakan soal yang telah diberikan dengan teliti! Kerjakan dalam waktu 20 menit!
Soal uraian 1. Apakah tema dari cerita Lotta! (1 point) 2. Sebutkan unsur-unsur cerita; tokoh, latar, dan urutan peristiwa (alur) dari cerita Lotta! (2 point) 3. Apakah amanat yang kalian dapatkan dari cerita Lotta? (2 point) 4. Sebutkan sifat atau watak yang dimiliki oleh tokoh Lotta? (1 point) 5. Bagaimanakah suasana atau keadaan yang terdapat dalam cerita Lotta? (2 Point) 6. Apakah Kalian pernah mengalami kejadian yang sama dengan peristiwa atau kejadian yang terdapat dalam cerita? Jika iya, jelaskan seperti apa. (2 point) Nb: Cerita terlampir ~SELAMAT MENGERJAKAN~
Lampiran 18 Tukang Solder dan Hantu (Cerita dari Spanyol)
Di suatu dataran yang luas dekat Kota Toledo ada sebuah puri berwarna kelabu. Bertahun-tahun puri itu kosong. Tidak ada orang yang berani menempatinya. Kata orang dengan berbisik-bisik, di dalam puri itu ada hantu. Hantu itu menakutkan semua orang yang masuk ke dalam puri. Semua orang yang pernah masuk ke dalamnya pada waktu petang hari, keesokan harinya ditemukan sudah menjadi mayat. Oleh sebab itulah puri itu selalu kosong. Setiap malam di dalam ruang-ruang yang besar selalu terdengar suara orang mengeluh, merintih, dan meratap. Juga suara orang yang menanggung kesakitan dan kesedihan yang sangat berat. Pada malam Ramadhan, yang disebut malam semua orang suci, tampak cahaya samar-samar di cerobong asap. Cahaya itu hidup-mati, hidup-mati, hidup-mati, tampak di langit hitam kelam. Orangorang pandai dan petualang-petualang telah mencoba mengusir hantu itu. Akan tetapi, pada pagi hari mereka mati kaku di atas kursi duduk mereka. Pada suatu hari dalam bulan Ramadhan datanglah di desa seorang tukang solder. Ia seorang yang lucu dan periang. Namanya Esteban. Selagi ia menambal panci, cerek, belanga, dan lainlainnya, didengar cerita-cerita hantu di dalam puri itu. “Nanti pada malam bulan Ramadhan, pada malam semua orang suci, akan tampak cahaya hidup-mati, hidupmati keluar dari cerobong asap puri itu,” cerita ibu-ibu sambil menunggu panci, belanga, dan cereknya yang ditambal. “Kalau Esteban mau, dapat engkau pergi ke dekat puri untuk mendengarkan suara ratap tangis dan keluh kesah di dalamnya.” “Kalau aku mau? Kalau aku berani? Ibu-ibu, aku mau dan aku berani tidur di dalam puri itu pada malam hari. Senang hati akan kutemui roh yang kesepian itu.” “Tahukah engkau Esteban? Orang yang dapat mengusir hantu itu akan mendapatkan hadiah seribu real, mata uang emas?” “Ha, seribu real mata uang emas? Aku mau dan sanggup mengusir hantu itu! Tetapi aku seorang yang suka makan dan suka minum. Aku ingin disediakan kayu bakar untuk berdiang, daging lembu tiga kilo, dua botol anggur yang lezat, selusin telur ayam dan panci penggorengan!” Ibu-ibu di desa itu pun senang mendengar kesanggupan Esteban itu. Mereka dengan senang hati menyediakan apa yang diminta oleh Esteban. Ketika malam tiba, barang-barang itu diangkut dengan keledai. Orang-orang itu tidak mengantarkan sampai pintu
gerbang. Mereka hanya berani melihat dari jauh. Malam gelap gulita. Angin dingin bertiup perlahan-lahan. Hujan gerimis menambah suasana menakutkan. Esteban menambatkan keledai pada sebatang pohon. Semua persediaannya diangkut ke dalam puri. Di dalam sangat gelap. Kelelawar berterbangan. Segera ditimbunnya kayu bakar di perapian, lalu dinyalakannya. Cahaya api kemerah-merahan membuat suasana agak menyenangkan dan hawa dingin dapat diatasi. Esteban lalu duduk di kursi di depan perapian. “Nah, inilah caranya agar tidak kedinginan dan tidak dihinggapi rasa takut!” katanya. Disayatnya daging lalu ditaruhnya di atas penggorengan. Baunya sedap. Suara gemercik daging terbakar di atas lapisan lemak sangat menyenangkan. Baru saja ia hendak mengangkat botol untuk mereguk anggur, keluarlah suara dari cerobong asap. “Aduh, tolonglah aku! Aduh, tolonglah aku!” Esteban dengan tenang mereguk anggur dari botol. Kemudian botol itu diletakkannya di sampingnya. Gerutunya “Itu baru sambutan yang kurang menggembirakan, kawan!” Dibalikbaliknya daging dalam penggorengan agar rata masaknya. “Namun masih cukup baik sambutan itu bagi orang yang separuh hidupnya biasa mendengarkan ringkik keledai,” gerutunya lagi. “Aduh, tolonglah aku! Aduh, tolonglah aku!” terdengar lagi suara itu. Esteban mengangkat daging dari penggorengan, ditaruhnya di atas kertas berwarna kuning agar menjadi kering. Lalu ditebar-tebarkannya garam dan merica di atas daging itu. Lalu dipecahkannya telur di atas penggorengan. Diguncangguncangkannya penggorengan itu agar lapisan telur merata di permukaan penggorengan. Pada waktu itu datanglah suara dari cerobong asap. “Awas, di bawah! Aku akan jatuh!” Esteban dengan tenangnya menyahut. “Baik! Baik! Janganlah jatuh di penggorengan!” “Gedebrak!” Di atas lantai terletak kaki seorang laki-laki dewasa memakai celana dari korduroi. Esteban dengan tenangnya makan daging goreng dan telur goreng, lalu mereguk beberapa teguk anggur lezat dari botol. Angin menderu-deru di luar puri, jendela-jendela dihempas-hempaskan oleh hujan dan angin. Lalau ada suara lagi. “Awas! Awas, aku jatuh!” Awas, Aku jatuh!” “Gedebruk!” Di lantai terletak kaki kedua, sekarang sebelah kiri. Esteban mengangkat kaki kanan dan kiri itu, lalu diletakkannya di samping kursinya. Bergaya seperi kaki orang sedang tidur. Ditambahnya kayu bakar pada perapian. Disayatnya daging lagi, beberapa sayat digorengnya. Kemudian digorengnya lagi dua butir telur. Terdengar suara seram dan ngeri. “Aduh! Aduh! Awas, aku jatuh! Awas, aku jatuh!” Sekarang suara itu makin
keras. “Jatuhlah!” kata Esteban, “Tapi jangan jatuh di panci penggorengan dan jangan sampai menumpahkan telur gorengku!” “Gedebrak, gedebruk, gedebrak!” di atas lantai terletak tubuh manusia. Berkemeja biru dan memakai jas dari korduroi. Esteban dengan lahapnya menyantap dua telur goreng. Minum anggur seteguk, lalu diangkatnya tubuh manusia itu, ditaruhnya di samping kursinya. Berdekatan dengan kedua belah kaki yang jatuh terlebih dahulu. Lalu ia menggoreng daging lagi. Garam dan merica sudah disediakan. Tiba-tiba terdengar suara lagi, lebih keras dan lebih seram. “Awas, awas! Aku jatuh. Aku jatuh!”. “Nah, barangkali sekarang giliran kepalanya!” pikir Esteban. Benar juga. Setelah suara gedebrak gedebruk, terletak di lantai satu kepala manusia. Berambut gondrong, berjambang, berkumis, dan berjenggot lebat. Mata hitamnya bersinar. Dengan tenang Esteban mengangkat kepala itu, lalu diletakkannya di sebelah atas badan yang jatuh terdahulu. Dengan tiba-tiba, bagian-bagian badan manusia itu bersatu kembali dan berdirilah seseorang di depan Esteban. Esteban melihatnya dengan tenang. “Selamat malam!” seru Esteban. “Engkau mau telur goreng atau daging goreng?” “Tidak! Aku tidak mau apa-apa!” jawab hantu itu. “Aku hanya ingin bicara kepadamu. Sekarang dan di tempat ini! Engkau adalah satu-satunya orang yang berhasil menolong aku. Engkaulah yang membuat badanku utuh kembali. Orang-orang lain sudah mati ketakutan sebelum anggota-anggota badanku lengkap.” “Karena mereka tidak mau membawa bekal makan, minum, dan kayu bakar seperti aku!” jawab Esteban. Lalu bersiap-siap meletakkan panci penggorengan di atas api. “Tunggulah sebentar,” kata hantu. “Kalau engkau mau menolongku lagi, engkau akan dapat menolong jiwaku dan akan memudahkan aku dalam perjalanan ke dunia orang perang yang sudah mati.” “Ya, apalagi yang dapat kukerjakan untukmu?” “Di luar, di bawah pohon cemara, aku telah menyembunyikan harta. Tiga koper uang logam. Yang satu berisi uang tembaga, yang kedua berisi uang perak, dan yang ketiga berisi uang emas. Aku curi koperkoper itu dari beberapa pencuri lain. Kubawa lari ke mari dan kusembunyikan di sana, tetapi mereka dapat menemukan aku. Aku dibunuh mereka, badanku dipotongpotong. Tetapi mereka tidak dapat menemukan harta itu. Ikutlah aku sekarang. Galilah harta itu. Aku ingin menebus dosaku. Barangkali dapat meringankan hukuman di akhirat. Mata uang tembaga itu kau serahkan kepada pak lurah untuk membangun masjid. Mata uang perak kau serahkan kepada yang berwajib untuk
dibagikan kepada fakir miskin dan mata uang emas itu adalah hakmu karena telah menolongku.” Esteban setuju. Ia bersama hantu menuju halaman. Di luar terdengar keledai meringkik, ketika sampai di bawah pohon cemara hantu berkata, “Galilah!” “Galilah sendiri!” jawab Esteban. Hantu pun mulai menggali dan dalam waktu sebentar saja koper-koper berisi harta karun itu sudah berada di muka mereka berdua. “Nah, maukah engkau berjanji mengerjakan apa yang aku minta?” “Ya, aku berjanji!” “Lepaskanlah semua pakaianku dari badanku!” Esteban melakukan apa yang diminta oleh hantu. Lenyaplah hantu itu tidak berbekas. Yang tinggal hanyalah pakaiannya yang sudah compang-camping. Hantu itu rupanya telah memperoleh apa yang diinginkan, yaitu keringanan hukuman atas dosa-dosanya. Ketiga koper itu pun diangkat Esteban ke dalam puri. Mereka mengira Esteban sudah mati kaku di atas kursinya di depan perapian. Ketika mereka masuk ditemukan Esteban sedang menggoreng daging. “Engkau masih hidup Esteban. Selamatlah.” “Ya, kalian melihat sendiri! Kayu bakar, bahan makanan, serta minuman itulah yang membuat aku tidak takut.” Katanya kemudian, “Sekarang antarkan aku ke rumah pemilik puri ini. Aku ingin segera menerima upahku. Seribu real emas!” “Engkau benarbenar telah mengusir hantu itu?” “Ya, ya! Tengoklah di halaman. Di sana ada pakaian yang ditinggalkannya. Hantu tidak akan kembali lagi.” Di depan orangorang desa yang masih keheran-heranan itu, dinaikkannya tiga koper berisi uang itu ke atas punggung keledai. Hari itu adalah hari yang paling menyenangkan bagi Esteban, tukang solder itu. Pertama, ia menerima hadiah seribu real uang emas dari pemilik puri. Ia telah berhasil mengusir hantu dari dalam puri. Kedua, dapat bertemu dengan pak lurah yang sanggup menerima uang sekoper untuk digunakan pembiayaan pembangunan masjid. Ketiga, ia dapat bertemu dengan yang berwajib, yang sanggup, membagi-bagikan uang logam perak kepada fakir miskin. Selanjutnya dengan uang hadiah dari pemilik puri dan uang hadiah dari hantu yang ditolongnya itu, Esteban dapat hidup seperti raja. Tidak usah lagi berusaha payah menambal panci, belanga, dan cerek. Walaupun begitu, ia tidak akan menolak untuk mengerjakannya apabila diperlukan sebab ia tetap orang yang sederhana.
Siklus II (Posttest)
Lampiran 19 Nama Kelas
: : SOAL PILIHAN GANDA
Bacaan untuk soal nomor 1 s.d. 3! (1) “Nanti pada malam bulan Ramadhan, pada malam semua orang suci, akan tampak cahaya hidup-mati, hidup-mati keluar dari cerobong asap puri itu,” cerita ibu-ibu sambil menunggu panci, belanga, dan cereknya yang ditambal. (2) “Kalau Esteban mau, dapat engkau pergi ke dekat puri untuk mendengarkan suara ratap tangis dan keluh kesah di dalamnya.” (3) “Kalau aku mau? Kalau aku berani? Ibu-ibu, aku mau dan aku berani tidur di dalam puri itu pada malam hari. Senang hati akan kutemui roh yang kesepian itu.” (4) “Tahukah engkau Esteban? Orang yang dapat mengusir hantu itu akan mendapatkan hadiah seribu real, mata uang emas?” (5) “Ha, seribu real mata uang emas? Aku mau dan sanggup mengusir hantu itu! Tetapi aku seorang yang suka makan dan suka minum. Aku ingin disediakan kayu bakar untuk berdiang, daging lembu tiga kilo, dua botol anggur yang lezat, selusin telur ayam dan panci penggorengan!” Ibu-ibu di desa itu pun senang mendengar kesanggupan Esteban itu.
1. Karakter atau watak tokoh Esteban yang ditunjukkan dalam kutipan cerita di atas yaitu... A. Lemah C. Berani B. Sombong D. Penakut 2. Kalimat yang menunjukkan bahwa Esteban adalah orang yang berani terdapat pada bagian …. A. (1) C. (3) B. (2) D. (4) 3. Amanat yang terdapat pada cerita tersebut adalah …. A. jangan berbicara kasar ibu-ibu B. jangan mudah percaya akan cerita orang C. kita harus berani dan percaya diri selagi kita mampu dan sanggup akan pekerjaan yang akan kita lakukan D. jangan mengeluhkan apa yang telah ditakdirkan Tuhan Perhatikan kedua kutipan cerita berikut, untuk soal nomor 4-5! Kutipan 1 “Awas, di bawah! Aku akan jatuh!” Esteban dengan tenangnya menyahut. “Baik! Baik! Janganlah jatuh di penggorengan!” “Gedebrak!” Di atas lantai terletak kaki seorang laki-laki dewasa memakai celana dari korduroi.
Kutipan 2 “Aduh! Aduh! Awas, aku jatuh! Awas, aku jatuh!” Sekarang suara itu makin keras. “Jatuhlah!” kata Esteban, “Tapi jangan jatuh di panci penggorengan dan jangan sampai menumpahkan telur gorengku!” “Gedebrak, gedebruk, gedebrak!” di atas lantai terletak tubuh manusia.
4. Dari dua kutipan di atas, dapat diketahui bahwa situasi saat itu adalah... A. Ribut B. Tenang C. Santai D. Sepi 5. Dari dua kutipan di atas, dapat diketahui bahwa kegiatan yang sedang dilakukan Esteban adalah... A. Mencangkul B. Naik Pohon C. Makan Roti D. Goreng Telur Bacaan untuk soal nomor 6 dan 10! 1. Hantu: “Kalau engkau mau menolongku lagi, engkau akan dapat menolong jiwaku dan akan memudahkan aku dalam perjalanan ke dunia orang perang yang sudah mati.” 2. Esteban: “Ya, apalagi yang dapat kukerjakan untukmu?” 3. Hantu: “Di luar, di bawah pohon cemara, aku telah menyembunyikan harta. Tiga koper uang logam. Yang satu berisi uang tembaga, yang kedua berisi uang perak, dan yang ketiga berisi uang emas. Aku curi koper-koper itu dari beberapa pencuri lain. Kubawa lari ke mari dan kusembunyikan di sana, tetapi mereka dapat menemukan aku. Aku dibunuh mereka, badanku dipotong-potong. Tetapi mereka tidak dapat menemukan harta itu. Ikutlah aku sekarang. Galilah harta itu. Aku ingin menebus dosaku. Barangkali dapat meringankan hukuman di akhirat. Mata uang tembaga itu kau serahkan kepada pak lurah untuk membangun masjid. Mata uang perak kau serahkan kepada yang berwajib untuk dibagikan kepada fakir miskin dan mata uang emas itu adalah hakmu karena telah menolongku.” Esteban setuju. Ia bersama hantu menuju halaman. Di luar terdengar keledai meringkik, ketika sampai di bawah pohon cemara hantu berkata, “Galilah!” 4. Esteban: “Galilah sendiri!” jawab Esteban. Hantu pun mulai menggali dan dalam waktu sebentar saja koper-koper berisi harta karun itu sudah berada di muka mereka berdua. 5. Hantu: “Nah, maukah engkau berjanji mengerjakan apa yang aku minta?” 6. Esteban: “Ya, aku berjanji!”
6. Bukti nilai moral terdapat pada kalimat …. A. (1) B. (4) C. (3)
D. (5)
7. Watak tokoh Hantu pada kutipan cerita tersebut adalah …. A. Pemalu C. Pelit B. Sombong D. Dermawan 8. Latar yang ditunjukkan pada kutipan di atas adalah.... A. Lapangan B. Halaman C. Pasar D. Sekolah
9. Pesan atau amanat yang disampaikan pada kutipan di atas adalah... A. Jadilah orang yang baik C. Jadilah orang yang malas B. Jadilah orang yang suka meolong D. Jadilah orang yang serakah 10. Suasana yang tergambar dalam kutipan cerita tersebut adalah …. A. Mengecewakan C. Menegangkan B. Menggembirakan D. Mengharukan
Lampiran 20
Kesesuaian Soal dengan Indikator (RPP Pretest) Indikator Soal 1. Mampu menemukan tema, 1. Apakah tema dari cerita Pippi Menemukan latar, tokoh/ perwatakan, Selepung? dan nilai amanat dalam 2. Sebutkan unsur-unsur cerita; tokoh, latar, dan cerita anak terjemahan urutan peristiwa (alur) dari cerita Pippi disertai bukti yang Menemukan Selepung! mendukung. 3. Apakah amanat yang kalian dapatkan dari cerita Pippi Menemukan Selepung? 2. Mampu mengungkapkan 4. Sebutkan sifat atau watak yang dimiliki oleh tokoh pikiran dan imajinasi Pippi? berkenaan dengan pelaku 5. Bagaimanakah suasana atau keadaan yang terdapat peristiwa atau latar dari dalam cerita Pippi Menemukan Selepung? cerita yang dibaca 3. Mampu mengaitkan isi buku cerita dengan kehidupan siswa
6. Apakah Kalian pernah mengalami kejadian yang sama dengan peristiwa atau kejadian yang terdapat dalam cerita? Jika iya, jelaskan seperti apa.
Point 1 2 2 1 2
2
Kesesuaian Soal dengan Indikator (RPP Posttest) Indikator 1. Mampu menemukan tema, latar, tokoh/ perwatakan, dan nilai amanat dalam cerita anak terjemahan disertai bukti yang mendukung. 2. Mampu mengungkapkan pikiran dan imajinasi berkenaan dengan pelaku peristiwa atau latar dari cerita yang dibaca 3. Mampu mengaitkan isi buku cerita dengan kehidupan siswa
Soal 1. Apakah tema dari cerita Lotta? 2. Sebutkan unsur-unsur cerita; tokoh, latar, dan urutan peristiwa (alur) dari cerita Lotta! 3. Apakah amanat yang kalian dapatkan dari cerita Lotta?
Point 1 2 2
4. Sebutkan sifat atau watak yang dimiliki oleh tokoh Lotta?
1
5. Bagaimanakah suasana atau keadaan yang terdapat dalam cerita Lotta?
2
6. Apakah Kalian pernah mengalami kejadian yang sama dengan peristiwa atau kejadian yang terdapat dalam cerita? Jika iya, jelaskan seperti apa.
2
Kesesuaian Soal dengan Indikator (RPP Siklus II Posttest) Indikator Soal 1. Mampu menemukan tema, 1. Apakah tema dari cerita Tukang Solder dan Hantu! latar, tokoh/ perwatakan, Dan Bagaimana pendapatmu tentang cerita dan nilai amanat dalam tersebut? cerita anak terjemahan 2. Sebutkan unsur-unsur cerita; tokoh, latar, dan disertai bukti yang urutan peristiwa (alur) dari cerita Tukang Solder mendukung. dan Hantu! 3. Sebutkan hal-hal yang kamu teladani dari crita terjemahan Tukang Solder dan Hantu?
Point 1
3 1
2. Mampu mengungkapkan pikiran dan imajinasi berkenaan dengan pelaku peristiwa atau latar dari cerita yang dibaca
4. Sebutkan sifat atau watak yang dimiliki oleh tokoh Esteban?
1
5. Bagaimanakah suasana atau keadaan yang terdapat dalam cerita tersebut, dan apa yang kamu lakukan bila kamu menjadi tukang solder?
2
3. Mampu mengaitkan isi buku cerita dengan kehidupan siswa
6. Apakah di daerahmu juga ada daerah yang berhantu? Bila ada, bagaimanakah komentar masyarakat sekitar terhadap hal ini? Dan bagaimana pendapatmu tentang masyarakat yang begitu mempercayai dan ketakutan pada hantu?
2
Lampiran 21
Soal Posttest (Pra validasi) Nama : Kelas : Jenis Kelamin: L / P Bacaan untuk soal nomor 1 s.d. 3! (1) Jonas, Maria, Lotta, Ibu, dan Ayah tinggal dalam sebuah rumah kuning, di sebuah kota kecil di Swedia. Swedia letaknya di bagian utara Eropa. Di sana terdapat empat musim: musim semi, panas, gugur, dan dingin. (2) Setiap pagi Jonas dan Maria ke sekolah, dan Ayah ke kantor. Hanya Ibu dan Lotta yang tinggal di rumah. “Aku senang aku punya Lotta,” kata Ibu. “Kalau tidak, aku akan sendirian di rumah.” (3) “Ya, untung ada aku,” kata Lotta. “Kalau Ibu tak punya aku, Ibu akan sendirian di rumah, dan aku akan kasihan pada Ibu.” Tetapi kini Lotta tidak mengatakan hal itu, karena dia sedang marah sekali. Dia hanya duduk cemberut. Mukanya kelihatan galak. Ia berpikir dan mengumpat dalam dirinya, “Akanku balas Jonas dan Maria. Mereka telah memukul Bamsieku.” (4) Ibu berpura-pura tidak memperhatikan tingkah Lotta. Suasana di dapur saat itu terasa hangat. Sinar matahari masuk melalui jendela, dan mulai menghilangkan embun yang ada. Di atas meja terdapat cangkir Lotta yang berisi cokelat panas dan masih mengepul. Lotta tidak menyentuh coklat itu sedikit pun. Dia membelai Bamsienya dan berkata; “Kasihan Kau Bamsie! Awas nanti, Jonas dan Maria akan kubalas, tenang saja.” Lotta kembali berdiam diri duduk di kursi meja makan dengan kesal.
1. Latar waktu pada cerita tersebut terjadi pada pagi hari, hal ini dibuktikan pada bagian... A. (1) B. (2) C. (3) D. (4) 2. Konflik batin pada kutipan cerita tersebut terdapat pada bagian …. A. (1) dan (2) B. (2) dan (3) C. (3) dan (4) D. (4) dan (1) 3. Amanat yang terdapat pada cerita tersebut adalah …. A. jangan berbicara kasar kepada orang tua B. dengan saudara harus saling menyayangi C. tidak boleh ada dendam pada sesama D. jangan mengeluhkan apa yang telah ditakdirkan Tuhan Perhatikan Kutipan Berikut untuk soal 4-5! (1) "Apakah peranku bagimu, silumankah aku?" tak ada jawabmu, hanya angin berdesir di sekeliling kita. (2) Bulan pucat tak bisa menyembunyikan senyumanmu demi melihat kerutan di dahiku. (3) Biarlah menjadi rahasia alam akan apa yang kita rasakan ini. (4) Jangan lagi memaknainya, menanyakannya atau mengharapkannya esok hari. 4. Bukti bahwa kutipan cerpen tersebut berlatar malam hari terdapat pada nomor …. A. (1) B. (2) C. (3) D.(4) 5. Perasaan yang tergambar dari kutipan di atas adalah A. Sedih B. Gembira C. Kecewa D. Bahagia Perhatikan kedua kutipan cerita berikut! Kutipan 1 Maria pun mengangguk. Di perjalanan pulang, Maria berpikir, Lotta telah salah menilai Anna. Anna itu sepupu yang ramah. Selain itu, rambut pirangnya yang di kepang sangat manis. Walaupun ia adalah anak perempuan yang kuat dalam berkelahi.
Kutipan 2 Aku paling sebal kalau adikku bertanya-tanya terus. Padahal aku sedang berkonsentrasi belajar. “Maria, jawab dong, kalau adikmu Tanya!” seru Ibu. Selalu itu teriakan Ibu, jika aku tidak menggubris pertanyaan adikku Lotta.
6. Perbedaan karakteristik kedua kutipan cerita tersebut adalah … Kutipan 1 Kutipan 2 A Tokoh yang terlihat banyak Tokoh yang terlihat dua B Sudut pandang diaan Sudut pandang akuan C Latar tidak jelas Latar jelas D Amanat tersurat Amanat tersirat Bacaan untuk soal nomor 7 dan 8! (1) Jonas berlari-lari mengelilingi meja makan dengan membawa secangkir coklat karena dikerja-kejar oleh Lotta. (2) Tiba-tiba Anna masuk ke ruang makan dan tertabrak oleh Jonas. (3) Makanan yang dibawa jonas pun tumpah mengenai baju kesayangan Anna yang sedang ia pakai. (4) Anna seolah-olah tidak percaya, dan Jonas pun juga kaget dengan kejadian itu. (5) Perasaan sedih dan malu menjadi satu. (6) Akhirnya
7. Bukti nilai moral terdapat pada kalimat …. Jonas mengakui kesalahannya dan meminta maaf. A. (3) B. (4) C. (5)
D. (6)
7. Watak tokoh Jonas pada kutipan cerita tersebut adalah …. A. Pemalu C. Berjiwa besar B. Sombong D. Angkuh 8. Latar yang terdapat pada bacaan di atas adalah …. A. Rumah C. Halaman B. Kamar Tidur D. Ruang Makan Bacaan untuk soal nomor 9 dan 10! …. (1) Maiken (2) Lotta
: :
(3) Lotta (4) Maiken (5) Lotta
: : :
“Astaga Jonas! Kau sedang apa?” teriaknya sambil meremas-remas tangannya. “Sedang berenang,” Lotta tertawa. (Setelah itu Maiken ingin tahu, siapa yang lupa mematikan keran. “Aku” “Tapi kenapa kau bisa sampai lupa?” tanya maiken (menarik nafas panjang) “Karena ini hari sialku,” katanya. (Maiken mengeringkan Lantai dan membuatkan coklat panas untuk Jonas dan Lotta.
9. Suasana yang tergambar dalam kutipan cerita tersebut adalah …. A. Mengecewakan C. Menggembirakan B. Menyedihkan D. Mengherankan 10. Latar tempat kutipan drama tersebut adalah …. A. Sekolah B. Kantin C. Rumah
D. Taman
Bacaan untuk no. 11-12! Seperti teman-temannya yang lain, sebenarnya Maria ingin sekali memberi hadiah untuk Totte, tetapi ia tidak enak hati meminta uang pada ibunya. Apalagi, ibu hanya diam ketika ia menyodorkan undangan pesta ulang tahun Totte kemarin. Saat itu, ibu sedang duduk-duduk di taman sambil memandangi matahari yang mulai tenggelam. Diamnya ibu, pertanda ibu belum punya uang untuk membeli hadiah. Maria sadar, jika ayah belum kembali dari tempatnya bekerja selama beberapa hari ia, ibu, dan saudara-saudaranya memang harus hidup hemat. ”Ah masa iya aku tak bisa memberi hadiah untuk Totte?” gumam Maria seraya bangkit dari tempat tidur pembaringan. Ia beranjak menuju meja belajarnya. Dimatikannya lampu tidurnya dan digantinya dengan lampu belajar. Ia mengambil secarik kertas, pensil, dan spidol warna-warni. Tangannya mulai mencorat-coret. Kini, ada senyum menghiasi bibirnya, “Besok pagi, aku sudah punya hadiah untuk Totte.”
11. Konflik yang terdapat pada kutipan cerpen tersebut adalah ... A. Teman-teman Maria semua memberi hadiah pada Totte. B. Maria ingin meminta uang pada ibu, tapi tidak sampai hati mengungkapkannya. C. Selama ayah masih pergi bekerja, Maria harus hidup berhemat. D. Kepuasan Maria sudah memiliki hadiah untuk Totte. 12. Amanat yang terdapat pada cerpen tersebut adalah ... A. Jangan menyusahkan orang tua hanya karena ingin memberi hadiah teman! B. Usahakan selalu memberi hadiah kepada teman orang tua! C. Temanilah ibumu saat duduk-duduk di beranda! D. Matikan lampu jika sudah tidak diperlukan! Bacaan untuk soal nomor 13 s.d. 14! (1) Teman-teman Fajar bersorak gembira. (2) Daffa terkulai lemas karena layanglayangnya putus. (3) Senja pun tiba. (4) Ketika terdengar suara adzan, anak-anak mulai membubarkan diri untuk pergi ke masjid. (5) Berita kemenangan Fajar atas Daffa semakin menambah keyakinan anak-anak desa itu bahwa layang-layang milik Fajar memang sakti. (6) Fajar menjadi semakin tinggi hati. 13. Bukti nilai agama terdapat pada kalimat bertanda nomor .... A. (1) C. (4) B. (3) D. (6) 14. Watak tokoh Fajar dalam kutipan tersebut adalah .... A. periang C. santun B. congkak D. Ramah Perhatikan Kutipan Berikut! Ku tak mungkin jatuh cinta kan? Tidak sekarang, tidak denganmu. Pesonamu menjeratku tapi aku tak kan membiarkan diriku jatuh cinta kepadamu. Tak kan pernah kupercaya segala tuturmu kepadaku, dan ku akan selalu menganggap bohong apa pun yang kau ucapkan kepadaku sejak itu, termasuk yang itu ... yang dua kali kau sampaikan padaku. Sampai kapan pun kau merayuku, aku tak akan pernah lagi percaya padamu. Kebohongankebohonganmu telah merusak cintaku. 15. Bukti bahwa watak tokoh kamu pembohong dapat diketahui melalui …. A. Tingkah laku tokoh kamu C. Dialog tokoh kamu B. Tingkah laku tokoh aku D. Dialog tokoh aku
Kunci Jawaban Soal Pra Validasi: 1. 2. 3. 4. 5.
D C C D C
6. B 7. C 8. D 9. D 10. C
11. B 12. A 13. C 14. B 15. D
Lampiran 22 DISTRIBUSI VALIDASI SOAL No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Ahmad Faruq Ahmad Ruslan Al-Mujaddidi Alda Zafira Febiasty Amalia Budiasih Pratiwi Andika Wicaksono Andita Hinlarasti Anggita Saraswati Arlita Intania Anjani Ayu Yuhanah Bunga Syahira Chintya Rifyaningrum Esa Sufani Faizah Ulfa Ivan Maulana Gemilang Kusumaning Tri Budi Laila Qodriyah Lulu Nur Azizah Martha Kenia Kusuma Muhammad Fathin Nabiha Nadira Sekar Lintang
1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0
2 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1
3 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1
4 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0
5 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0
6 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1
7 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1
No. Soal 8 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0
9 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1
10 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0
11 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1
12 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1
13 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1
14 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
15 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0
Jumlah Benar 7 9 8 5 6 10 9 6 7 11 5 7 9 6 3 5 7 9 3 11 8
Nilai 4,67 6 5,33 3,33 4 6,67 6 4 4,67 7,33 3,33 4,67 6 4 2 3,33 4,67 6 2 7,33 5,33
22 23 24 25 26 27 28 29 30
Najma Nabila Noor Hidayati Nur Septiani Achmad Nuru Sakinah Nurul Azizah Rahmaina Riva Annisa Ronaldo Adhi Perdana Syifa Dwi Chasanah Triana Larasati Jumlah Tingkat Kesukaran Interpretasi Persentase (%) Keterangan
1 0 1 1 0 0 0 1 0 17
1 0 0 0 1 0 0 1 1 16
1 1 1 0 1 1 0 1 1 18
0 0 1 0 0 0 0 0 0 6
0 0 0 0 0 0 0 0 0 7
1 0 1 0 0 0 0 1 1 15
0 1 0 1 0 0 0 0 1 17
1 0 0 0 0 1 1 0 0 17
1 1 0 1 0 0 0 1 0 16
1 0 1 0 0 1 1 1 1 16
1 0 0 0 1 1 0 0 0 15
1 0 0 0 1 1 0 0 1 17
0 0 0 1 0 0 0 0 0 7
0 1 0 0 0 0 0 0 0 7
0 0 0 0 0 1 0 0 0 7
0,57
0,53
0,6
0,2
0,23
0,5
0,57
0,57
0,53
0,53
0,5
0,57
0,23
0,23
0,23
Se 56, 67 V
Se 53, 33 V
Se
Su
Se
20
V
TV
Se 56, 67 V
Se 56, 67 V
Se 53, 33 V
Se 53, 33 V
Se
60
Su 23, 3 TV
Se 56, 67 V
Su Su 23, 23, 3 3 TV TV
Su 23, 3 TV
Catatan: * Nilai
= Jumlah benar (15) x 2 : 3 = 10
* Tingkat Kesukaran = Jumlah : 30 = 10 *Persentase
= Jumlah (30) : 32 x100 = 100
* Interpretasi
= Se = Sedang Su = Sukar
50 V
50 V
9 4 5 4 4 6 2 6 6
6 2,67 3,33 2,67 2,67 4 1,3 4 4
Lampiran 23
KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL MTs. ANNAJAH PETUKANGAN JAKARTA SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012 Mata Pelajaran Kelas Semester
: Bahasa Dan Sastra Indonesia : VII (Tujuh) : I (Satu) KRITERIA KETUNTASAN MINIMUM (KKM)
No. STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR
INDIKATOR 1
Mampu membaca dan 7 memahami berbagai teks bacaan sastra: membaca dan mendiskusikan isi puisi, membaca dan mengomentari buku cerita anak, membaca dan mengomentari kumpulan dongeng, dan membaca dan mendiskusikan isi buku cerita anak dan cerita anak terjemahan
Kriteria Ketuntasan Minimum
KD
SK
74
75
75
375
75
75
3
80
75
75
85
75
76
63
84
75
74
66
87
75
76
62
85
75
326 421 375
Membaca buku cerita anak Mampu menemukan tema, latar, perwatakan, terjemahan dan dan nilai dalam cerita anak terjemahan 70 menganalisis unsurdisertai dengan bukti yang mendukung unsurnya Mampu mengungkapkan pikiran dan imajinasi berkenaan dengan pelaku peristiwa 65 atau latar dari cerita yang dibaca Mampu mengaitkan isi buku cerita dengan kehidupan siswa Mengomentari buku cerita Mampu menentukan unsur/bagian buku yang dibaca cerita yang akan dikomentari Mampu mengomentari cerita dengan alasan yang logis dan bahasa yang santun
R
2
Mapel
75
Lampiran 24 Profil MTs. Annajah Petukangan
Nama Madrasah
: MTs. Annajah
Nama Kepala Madrasah
: Drs. Sam’unal Ghozi
Nomor Statistik
: 212317110063
Status Madrasah
: Swasta
Status Akreditasi
: Terakreditasi A
Alamat
: Jl. Ciledug Raya Rt.001/04
Kelurahan
: Petukangan Selatan
Kecamatan
: Pesanggrahan
Kotamadya
: Jakarta Selatan
Propinsi
: DKI Jakarta
No. Telp/Fax
: 021-7374045
Kode Pos
: 12270
Tahun Berdiri
: 1974
Status Tanah
: Wakaf
Luas Tanah
: 2887 m²
Luas Bangunan
: 2032 m²
Penyelenggaraan Ujian Nasional
: Mandiri/Penyelenggara
Kurikulum
: KTSP
Website
: www.annajah-jkt.com
Lampiran 25 DAFTAR NAMA SISWA KELAS VII-1 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Nama Siswa Akmal Husein Al Jufri Aldo Meylano Alvira Shania Vanka Ayu Oktariani Chitra Resdiana Awaliyah Fadhilah Nurul Lestari Fahmi Rafif Tiansyah Faktar Afrian Febbry Aisyah Eka M Ganielka Ihsan Rabbani Ryadi Indah Nur Fitriyanti Indra Gunawan Suwarno Iqbal Zainal Muttaqin Jasmin Nar Torik Kaysha Velentina Islami M. Fany Arrafiansyah M. Ridwan Afandi M. Rizky Kozo M. Daffa Rizqi Saifullah M. Dhika Ramadhan M. Rian Al-Hafizd Nadiyatul Fadhilah Nanda Putri Maulida Nugraha Ramadhan Rahmat Adha Abdillah Resa Wantika Utami Rizka Maulida Sevi Suryani Siti Aisyah Thalita Syahla Vina Alvionita
Lampiran 26 CATATAN LAPANGAN No
Kegiatan
1.
Melakukan apersepsi
2.
Memberikan bahan bacaan cerita anak terjemahan
3.
Memberikan soal pretest
4.
Menjelaskan materi cerita dan unsurunsurnya dengan peta pikiran
5.
Menjelaskan peta pikiran (mind map)
6.
Mengajarkan membuat peta pikiran
7.
Menyimpulkan materi
8.
Memberi tugas membuat peta pikiran dari cerita yang telah dibaca.
9.
Memberi jurnal Siswa
10.
Memberi form pengamatan Siswa terhadap guru
11.
Menutup pelajaran
Evaluasi proses:
Keterangan Tercapai Tidak tercapai
CATATAN LAPANGAN No
Kegiatan
1.
Menanyakan kabar siswa
2.
Memberikan penjelasan tentang tes ulang yang akan diadakan kembali
3. 4.
Mengingatkan dan mengulang sedikit tentang materi cerita terjemhan dan teknik peta pikiran Memberikan bahan bacaan cerita anak terjemahan baru dan menugaskan siswa membuat peta pikiran dari cerita yang dibaca
5.
Memberikan soal posttest
6.
Meminta salah satu siswa untuk menjelaskan peta pikiran yang telah di buat
7.
Memberikan refleksi dan menyimpulkan materi
8.
Memberi jurnal Siswa
9.
Memberi form pengamatan Siswa terhadap guru
10. Memberi Angket Siswa 11. Memberi Lembar Kuesioner 12. Menutup pelajaran
Evaluasi proses:
Keterangan Tercapai
Tidak tercapai
Lampiran 27 CATATAN LAPANGAN (DESKRIPSI) Nama Guru Waktu Materi Hari, tanggal
: : : :
Waktu
Kegiatan .
Lampiran 28 PENGAMATAN TINGKAH LAKU SISWA DALAM PEMBELAJARAN No
Aspek yang diamati
1.
Siswa menghormati guru ketika guru baru masuk kelas
2.
Siswa memperhatikan penjelasan guru
3.
Siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran
4.
Siswa mengajukan pertanyaan
5.
Siswa memberikan pendapat
6.
Siswa menjawab pertanyaan guru
7.
Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan tahapan yang telah dijelaskan
8.
Siswa bersikap baik, tidak gaduh, dan tidak mengobrol sendiri
9.
Siswa mengulang dan mengevaluasi materi pembelajaran
10.
Siswa mengikuti proses pembelajaran sampai akhir dan ikut membuat kesimpulan
Baik
Jakarta, Peneliti,
Gita Desi Lestari
Kriteria Cukup Kurang
2011
Lampiran 29
Form Pengamatan Siswa Terhadap Guru (Pertemuan Pertama) Petunjuk Berilah tanda ceklist pada jawaban yang sesuai dengan pengalaman dan pengamatan Anda! No.
Aktivitas Guru
1.
Sebelum memulai pelajaran guru menanyakan kabar siswa
2.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
3.
Guru menanyakan pengalaman siswa dalam membaca cerita
4.
Guru memberikan bahan bacaan sebuah cerita anak terjemahan
5.
Guru meminta siswa mengerjakan soal yang yang berkaitan dengan cerita yang telah dibaca
6.
Guru mengenalkan dan menjelaskan konsep atau hal-hal yang berkaitan dengan cerita anak terjemahan dengan menggunakan peta pikiran
7.
Guru menjelaskan secara singkat tentang peta pikiran dan cara membuatnya
8.
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan pendapat
9.
Guru memberikan tugas rumah membuat peta pikiran dari cerita yang telah dibaca
10.
Guru menyimpulkan materi pembelajaran
11.
Guru menutup pelajaran dengan baik
Catatan:
Jumlah jawaban Ya Tidak
Lampiran 30 JURNAL SISWA (Pertemuan Pertama)
Petunjuk Berilah tanda silang pada keterangan yang sesuai dengan pengamatan dan pengalaman Anda!
1. Bahan bacaaan yang diberikan: A. Terlalu Banyak
B. Banyak
C. Cukup
D. Kurang
2. Bahan pengajaran cerita anak terjemahan yang diberikan: A. Terlalu Sulit
B. Sulit
C. Mudah
D. Sangat Mudah
3. Cerita anak terjemahan yang dipilih sebagai bahan pengajaran: A. Sangat Menarik
B. Menarik
C. Kurang Menarik
D. Membosankan
4. Cara guru mengajarkan materi cerita anak terjemahan: A. Baik Sekali
B. Baik
C. Cukup
D. Perlu ditingkatkan
5. Dalam mengajarkan materi cerita anak terjemahan, guru kelihatan: A. Sangat Bersemangat
C. Kurang Bersemangat
B. Bersemangat
D. Terpaksa
6. Peta pikiran yang diajarkan hari ini: A. Terlalu Sulit
B. Sulit
C. Mudah
D. Sangat Mudah
7. Bagaimana kesanmu tentang pembelajaran hari ini? A. Sangat Menyenangkan
C. Kurang Menyenangkan
B. Menyenangkan
D. Sangat Membosankan
Lampiran 31 ANGKET SISWA
Petunjuk Berilah tanda ceklist pada jawaban yang sesuai dengan pengalaman dan pengamatan Anda!
No
Pertanyaan
Jumlah Jawaban Ya
1.
Apakah kalian pernah mengenal tentang peta pikiran (mind map) yang kemarin diajarkan?
2.
Apakah pembelajaran yang kita lakukan kemarin menyenangkan?
3.
Apakah setelah menggunakan peta pikiran membuat kalian mudah memahami bacaan khususnya cerita anak terjemahan?
4.
Apakah dengan menggunakan peta pikiran memudahkan kalian dalam mengungkapkan apa yang telah kalian pahami?
5.
Apakah setelah menggunakan peta pikiran kalian lebih mudah memahami materi cerita anak terjemahan dan contoh ceritanya?
6.
Apakah kalian setuju menggunakan peta pikiran sebagai teknik belajar?
7.
Apakah peta pikiran cocok untuk pelajaran cerita anak terjemahan?
Tidak
Ket
Lampiran 32 LEMBAR KUESIONER
A. Petunjuk Pengisian 1. Isilah identitas Anda di tempat yang telah disediakan 2. Berilah tanda cheklist (√ ) pada kolom 1 dan kolom 2 3. Isilah sesuai dengan pengamatan serta pengalaman Anda 4. Jawaban tidak mempengaruhi nilai raport Anda 5. Atas bantuan dan perhatian Anda, saya ucapkan terima kasih. B. Identitas Siswa/Responden
No
Jenis kelamin
: L / P (coret yang tidak perlu)
Kelas
: .............. Pilihan Jawaban
Pertanyaan SS
1.
Bahasa Indonesia adalah salah satu pelajaran favorit saya
2.
Saya menyukai pelajaran Bahasa Indonesia pada materi tentang cerita anak terjemahan
3.
Metode pembelajaran ceramah membuat saya cenderung tidak semangat belajar dan bosan
4.
Penggunaan metode ceramah di kelas membuat pemahaman belajar saya rendah
Saya menyukai penerapan teknik peta pikiran (Mind Map) dalam pembelajaran di kelas Teknik peta pikiran dapat meningkatkan 6. kemampuan saya dalam menganalisis unsur-unsur cerita anak terjemahan Penerapan teknik peta pikiran mempermudah saya 7. mengingat dan memahami cerita anak terjemahan Dengan penerapan teknik peta pikiran saya tertantang dan yakin bisa membuat peta pemikiran 8. dari sebuah cerita untuk membantu memahami cerita tersebut Suasana belajar di kelas menjadi lebih kondusif 9. dan menyenangkan dengan penerapan teknik peta pikiran Penerapan teknik peta pikiran membuat saya lebih 10. kreatif 5.
S
R
TS
STS
No
Pertanyaan
1.
Apakah Anda menyukai teknik pembelajaran peta pikiran (Mind Map)?
2.
Apakah teknik pembelajaran peta pikiran cocok diterapkan pada materi cerita anak terjemahan?
3.
Apakah Anda merasa kesulitan belajar dengan teknik peta pikiran?
4.
Apakah teknik pembelajaran peta pikiran ini membuat Anda semangat dalam mempelajari Bahasa Indonesia, khususnya materi tentang cerita anak terjemahan?
5.
Apakah Anda merasa jenuh dengan teknik pembelajaran peta pikiran ini?
6.
Apakah dengan teknik pembelajaran peta pikiran dapat membuat Anda bisa menjelaskan kembali materi yang telah dipelajari?
7.
Apakah Anda aktif dalam mengikuti tahapan pembelajaran peta pikiran?
8.
Apakah Anda memahami materi dengan baik setelah menggunakan teknik pembelajaran peta pikiran?
9.
Apakah teknik pembelajaran peta pikiran mempengaruhi tingkat pemahaman Anda?
Apakah teknik pembelajaran peta pikiran dirasakan 10. dapat meningkatkan hasil belajar Anda pada mata pelajaran Bahasa Indonesia?
Ya
Kurang
Tidak
Lampiran 33 WAWANCARA GURU (Wawancara Awal) Tujuan
: Memperoleh informasi mengenai pembelajaran Bahasa Indonesia
Bentuk Wawancara
: Bebas
Waktu
:
Tempat
: MTs. Annajah Petukangan
Objek Wawancara
: Guru Bahasa Indonesia Kelas VII
SubjekWawancara
: Peneliti/Penulis
Pertanyaan: 1. Bapak mengajar Bahasa Indonesia di kelas berapa? Dan sudah berapa lama mengajar di sekolah ini? 2. Persiapan seperti apa yang Bapak persiapkan ketika ingin mengajar? 3. Metode belajar apa yang biasa Bapak gunakan saat mengajar di kelas? 4. Bagaimana cara Bapak memberikan motivasi belajar kepada siswa? 5. Apakah siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari materi tentang cerita anak terjemahan? 6. Menurut Bapak, apa yang menyebabkan siswa kesulitan dalam mempelajari materi tersebut? 7. Bagaimana interaksi guru dan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung? 8. Apakah pada saat siswa mengalami kesulitan belajar di kelas, siswa tersebut bertanya kepada Bapak (guru)? 9. Apakah Bapak tahu teknik pembelajaran peta pikiran (Mind Map), dan apakah Bapak pernah menggunakan teknik pembelajaran peta pikiran tersebut dalam mengajar di kelas? 10. Bagaimana jika dalam pembelajaran cerita anak terjemahan, teknik yang digunakan adalah teknik peta pikiran?
Guru/Narasumber
Jakarta, Peneliti
M. Guntur, S.Pd.
Gita Desi Lestari
2011
WAWANCARA GURU (Wawancara Akhir) Tujuan
: Memperoleh informasi mengenai pembelajaran Bahasa Indonesia
Bentuk Wawancara
: Bebas
Waktu
:
Tempat
: MTs. Annajah Petukangan
Objek Wawancara
: Guru Bahasa Indonesia Kelas VII
SubjekWawancara
: Peneliti/Penulis
Pertanyaan: 1. Menurut Bapak, apakah teknik peta pikiran cocok sebagai teknik mengajar bahasa Indonesia khususnya cerita anak terjemahan? 2. Apakah kekurangan dari teknik peta pikiran yang telah diterapkan dalam pembelajaran cerita anak terjemahan? 3. Apa kelebihan dari teknik peta pikiran yang telah diterapkan dalam pembelajaran cerita anak terjemahan? 4. Apakah penerapan teknik peta pikiran berpengaruh positif bagi keaktifan siswa dalam belajar? 5. Apakah peta pikiran memudahkan dan membantu Bapak dalam menjelaskan konsep cerita anak terjemahan? 6. Menurut Bapak, apakah penerapan teknik peta pikiran meningkatkan minat baca siswa? 7. Apakah penerapan teknik peta pikiran meningkatkan pemahaman bacaan siswa? 8. Kendala apa yang Bapak hadapi dalam menerapkan teknik peta pikiran pada materi cerita anak terjemahan? 9. Bagaimana tanggapan Bapak terhadap penerapan teknik peta pikiran dalam materi cerita anak terjemahan?
Guru/Narasumber
Jakarta, Peneliti
M. Guntur, S.Pd.
Gita Desi Lestari
2011
Lampiran 34 WAWANCARA SISWA Tujuan
: Memperoleh informasi mengenai pembelajaran Bahasa Indonesia
Bentuk Wawancara
: Bebas
Waktu
:
Tempat
: MTs. Annajah Petukangan
Objek Wawancara
: Siswa Kelas VII
SubjekWawancara
: Peneliti/Penulis
Pertanyaan: 1. Siapa nama Anda dan duduk di kelas Berapa? 2. Apakah Anda menyukai pelajaran Bahasa Indonesia? 3. Bagaimana dengan nilai Bahasa Indonesia Anda di raport waktu kenaikan kelas kemarin? 4. Usaha apa yang Anda lakukan untuk tetap mempertahankan atau meningkatkan nilai tersebut? 5. Biasanya, bagaimana cara guru Bahasa Indonesia Anda mengajar di kelas? 6. Bagaimana tanggapan Anda tentang cara mengajar guru Bahasa Indonesia Anda? 7. Materi apa yang paling Anda sukai dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia? 8. Materi apa saja yang paling Anda anggap sulit dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia? 9. Bagaimana cara guru Anda mengajar saat menjelaskan materi-materi tersebut? 10. Apakah langkah atau cara mengajar guru tersebut membantu Anda? 11. Apakah Anda mengetahui teknik peta pikiran (Mind Map)?
Siswa/Narasumber
Jakarta, Peneliti
...............................
Gita Desi Lestari
2011
Lampiran 35 Perolehan Nilai Tes Siswa dalam Memahami Bacaan Kode Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Nama Siswa Akmal Husein Al Jufri Aldo Meylano Alvira Shania Vanka Ayu Oktariani Chitra Resdiana Awaliyah Fadhilah Nurul Lestari Fahmi Rafif Tiansyah Faktar Afrian Febbry Aisyah Eka M Ganielka Ihsan Rabbani Ryadi Indah Nur Fitriyanti Indra Gunawan Suwarno Iqbal Zainal Muttaqin Jasmin Nar Torik Kaysha Velentina Islami M. Fany Arrafiansyah M. Ridwan Afandi M. Rizky Kozo M. Daffa Rizqi Saifullah M. Dhika Ramadhan M. Rian Al-Hafizd Nadiyatul Fadhilah Nanda Putri Maulida Nugraha Ramadhan Rahmat Adha Abdillah Resa Wantika Utami Rizka Maulida Sevi Suryani Siti Aisyah Thalita Syahla Vina Alvionita
Pretest 50 30 75 80 65 70 45 55 45 70 40 55 45 30 65 65 50 65 75 20 35 40 45 70 35 40 60 70 75 70 65 70
Posttest I 77,5 70 80 95 80 85 70 75,5 70,5 85 75,5 80 77,5 70,5 85 75,5 90 65 70,5 90 70,5 75 77,5 85,5 70 75 80 85 85,5 80,5 77,5 80
Posttest II 72,5 90 80 90 87,5 82,5 75 80 80 87,5 90 82,5 87,5 80 80 90 90 97,5 95 72,5 85 85 75 85 85 77,5 92,5 85 82,5 85 90 82,5
Lampiran 36
Tabel Titik Kritis Distribusi t α df 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77
0.1
3.077684 1.885618 1.637744 1.533206 1.475884 1.439756 1.414924 1.396815 1.383029 1.372184 1.363430 1.356217 1.350171 1.345030 1.340606 1.336757 1.333379 1.330391 1.327728 1.325341 1.323188 1.321237 1.319460 1.317836 1.316345 1.314972 1.313703 1.312527 1.311434 1.310415 1.309464 1.308573 1.307737 1.306952 1.306212 1.305514 1.304854 1.304230 1.303639 1.303077 1.302543 1.302035 1.301552 1.301090 1.300649 1.300228 1.299825 1.299439 1.299069 1.298714 1.298373 1.298045 1.297730 1.297426 1.297134 1.296853 1.296581 1.296319 1.296066 1.295821 1.295585 1.295356 1.295134 1.294920 1.294712 1.294511 1.294315 1.294126 1.293942 1.293763 1.293589 1.293421 1.293256 1.293097 1.292941 1.292790 1.292643
0.05
0.025
6.313752 2.919986 2.353363 2.131847 2.015048 1.943180 1.894579 1.859548 1.833113 1.812461 1.795885 1.782288 1.770933 1.761310 1.753050 1.745884 1.739607 1.734064 1.729133 1.724718 1.720743 1.717144 1.713872 1.710882 1.708141 1.705618 1.703288 1.701131 1.699127 1.697261 1.695519 1.693889 1.692360 1.690924 1.689572 1.688298 1.687094 1.685954 1.684875 1.683851 1.682878 1.681952 1.681071 1.680230 1.679427 1.678660 1.677927 1.677224 1.676551 1.675905 1.675285 1.674689 1.674116 1.673565 1.673034 1.672522 1.672029 1.671553 1.671093 1.670649 1.670219 1.669804 1.669402 1.669013 1.668636 1.668271 1.667916 1.667572 1.667239 1.666914 1.666600 1.666294 1.665996 1.665707 1.665425 1.665151 1.664885
12.706205 4.302653 3.182446 2.776445 2.570582 2.446912 2.364624 2.306004 2.262157 2.228139 2.200985 2.178813 2.160369 2.144787 2.131450 2.119905 2.109816 2.100922 2.093024 2.085963 2.079614 2.073873 2.068658 2.063899 2.059539 2.055529 2.051831 2.048407 2.045230 2.042272 2.039513 2.036933 2.034515 2.032245 2.030108 2.028094 2.026192 2.024394 2.022691 2.021075 2.019541 2.018082 2.016692 2.015368 2.014103 2.012896 2.011741 2.010635 2.009575 2.008559 2.007584 2.006647 2.005746 2.004879 2.004045 2.003241 2.002465 2.001717 2.000995 2.000298 1.999624 1.998972 1.998341 1.997730 1.997138 1.996564 1.996008 1.995469 1.994945 1.994437 1.993943 1.993464 1.992997 1.992543 1.992102 1.991673 1.991254
0.01 31.820516 6.964557 4.540703 3.746947 3.364930 3.142668 2.997952 2.896459 2.821438 2.763769 2.718079 2.680998 2.650309 2.624494 2.602480 2.583487 2.566934 2.552380 2.539483 2.527977 2.517648 2.508325 2.499867 2.492159 2.485107 2.478630 2.472660 2.467140 2.462021 2.457262 2.452824 2.448678 2.444794 2.441150 2.437723 2.434494 2.431447 2.428568 2.425841 2.423257 2.420803 2.418470 2.416250 2.414134 2.412116 2.410188 2.408345 2.406581 2.404892 2.403272 2.401718 2.400225 2.398790 2.397410 2.396081 2.394801 2.393568 2.392377 2.391229 2.390119 2.389047 2.388011 2.387008 2.386037 2.385097 2.384186 2.383302 2.382446 2.381615 2.380807 2.380024 2.379262 2.378522 2.377802 2.377102 2.376420 2.375757
0.005 63.656741 9.924843 5.840909 4.604095 4.032143 3.707428 3.499483 3.355387 3.249836 3.169273 3.105807 3.054540 3.012276 2.976843 2.946713 2.920782 2.898231 2.878440 2.860935 2.845340 2.831360 2.818756 2.807336 2.796940 2.787436 2.778715 2.770683 2.763262 2.756386 2.749996 2.744042 2.738481 2.733277 2.728394 2.723806 2.719485 2.715409 2.711558 2.707913 2.704459 2.701181 2.698066 2.695102 2.692278 2.689585 2.687013 2.684556 2.682204 2.679952 2.677793 2.675722 2.673734 2.671823 2.669985 2.668216 2.666512 2.664870 2.663287 2.661759 2.660283 2.658857 2.657479 2.656145 2.654854 2.653604 2.652394 2.651220 2.650081 2.648977 2.647905 2.646863 2.645852 2.644869 2.643913 2.642983 2.642078 2.641198
0.0025
0.001
127.321336 14.089047 7.453319 5.597568 4.773341 4.316827 4.029337 3.832519 3.689662 3.581406 3.496614 3.428444 3.372468 3.325696 3.286039 3.251993 3.222450 3.196574 3.173725 3.153401 3.135206 3.118824 3.103997 3.090514 3.078199 3.066909 3.056520 3.046929 3.038047 3.029798 3.022118 3.014949 3.008242 3.001954 2.996047 2.990487 2.985244 2.980293 2.975609 2.971171 2.966961 2.962962 2.959157 2.955534 2.952079 2.948781 2.945630 2.942616 2.939730 2.936964 2.934311 2.931765 2.929318 2.926965 2.924701 2.922521 2.920420 2.918394 2.916440 2.914553 2.912729 2.910967 2.909262 2.907613 2.906015 2.904468 2.902968 2.901514 2.900103 2.898734 2.897404 2.896113 2.894857 2.893637 2.892450 2.891295 2.890171
318.308839 22.327125 10.214532 7.173182 5.893430 5.207626 4.785290 4.500791 4.296806 4.143700 4.024701 3.929633 3.851982 3.787390 3.732834 3.686155 3.645767 3.610485 3.579400 3.551808 3.527154 3.504992 3.484964 3.466777 3.450189 3.434997 3.421034 3.408155 3.396240 3.385185 3.374899 3.365306 3.356337 3.347934 3.340045 3.332624 3.325631 3.319030 3.312788 3.306878 3.301273 3.295951 3.290890 3.286072 3.281480 3.277098 3.272912 3.268910 3.265079 3.261409 3.257890 3.254512 3.251268 3.248149 3.245149 3.242261 3.239478 3.236795 3.234207 3.231709 3.229296 3.226964 3.224709 3.222527 3.220414 3.218368 3.216386 3.214463 3.212599 3.210789 3.209032 3.207326 3.205668 3.204056 3.202489 3.200964 3.199480
Copyright © 2008 Deny Kurniawan FORUM STATISTIKA - http://ineddeni.wordpress.com R Development Core Team (2008). R: A language and environment for statistical computing. R Foundation for Statistical Computing, Vienna, Austria. ISBN 3-900051-07-0, URL http://www.R-project.org
Lampiran 37