Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris, Efektivitas Komite Audit, Konsentrasi Kepemilikan, Financial Distress, dan Assets in Place Terhadap Pengungkapan Sukarela ( Voluntary Disclosure ) Dalam Laporan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014)
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Nova Yulianti NIM: 1112082000012
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M
Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris, Efektivitas Komite Audit, Konsentrasi Kepemilikan, Financial Distress, dan Assets in Place Terhadap Pengungkapan Sukarela ( Voluntary Disclosure ) Dalam Laporan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014)
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Nova Yulianti NIM: 1112082000012
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI 1. Nama Lengkap 2. Tempat, Tanggal Lahir 3. Alamat
4. Telepon 5. Email II.
: Nova Yulianti : Padang, 23 November 1993 : Pondok Indah Permai Blok G/1 Kel. Dadok Tunggul Hitam Kec. Koto Tangah Padang, Sumatera Barat : 082221170414 :
[email protected]
PENDIDIKAN 1. TK Sandy Putra 2. SD Kartika 1-11 Padang 3. SDN 20 Tunggul Hitam Padang 4. Pondok Pesantren Thawalib Padang 5. Madrasah Aliyah Negeri 2 Padang 6. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Akuntansi)
Tahun 2000-2001 Tahun 2001-2004 Tahun 2004-2006 Tahun 2006-2009 Tahun 2009-2012 Tahun 2012- 2016
III.
PENGALAMAN ORGANISASI 1. Divisi bahasa OSIS Pondok Pesantren Thawalib Padang periode 20082009 2. Divisi Dana Usaha Mandiri HMJ Akuntansi Periode 2013-2014
IV.
LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah : Dr.H. Nurasa MA 2. Ibu : Yusmeili 3. Alamat : Pondok Indah Permai Blok G/1 Kel. Dadok Tunggul Hitam Kec. Koto Tangah Padang, Sumatera Barat 4. Anak ke- dari : 2 dari 3 bersaudara
vi
COMMITTEE EFFECTIVENES, OWNERSHIP CONCENTRATION, FINANCIAL DISTRESS AND ASSETS IN PLACE ON VOLUNTARY DISCLOSURE IN THE ANNUAL REPORTS ABSTRACT This research purpose is to find the effect of composition of board commissioners, audit committee effectiveness, ownership concentration, financial distress and assets in place on voluntary disclosure. This research using secondary data as a sample of 83 banking companies listed Indonesia Stock Exchange on period 2012-2014 with purposive sampling method. Variables on this research are be measured by multiple regression analysis. Result of this research find that audit committee effectiveness has significant effect positively voluntary disclosure while composition of board of commissioners, ownership concentration, financial distress and assets in place didn’t have significant effect on voluntary disclosure in the annual report. Keywords : Voluntary Disclosure, Composition of Board Commissioners, Audit Committee Effectiveness, Ownership Concentration, Financial Distress and Assets in Place.
vii
PENGARUH KOMPOSISI DEWAN KOMISARIS, EFEKTIVITAS KOMITE AUDIT, KONSENTRASI KEPEMILIKAN, FINANCIAl DISTRESS DAN ASSETS IN PLACE TERHADAP PENGUNGKAPAN SUKARELA (VOLUNTARY DISCLOSURE) DALAM LAPORAN TAHUNAN
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh komposisi dewan komisaris, efektivitas komite audit, konsentrasi kepemilikan, financial distress dan assets in place terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan sampel 83 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014 yang diperoleh dengan menggunakan metode purposive sampling. Variabel dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa efektivitas komite audit berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure), sedangkan komposisi dewan komisaris, konsentrasi kepemilikan, finacial distress dan assets in place tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) dalam laporan tahunan. Kata Kunci : Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure), Komposisi Dewan Komisaris, Efektivitas Komite Audit, Konsentrasi Kepemilikan, Financial Distress dan Assets in Place.
viii
KATA PENGANTAR Assalmu’alaikum Wr. Wb Alhamdulillahirabbil’alamin, Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris, Efektivitas Komite Audit, Konsentrasi Kepemilikan, Financial Distress, dan Assets in Place terhadap Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure)” dengan lancar. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. teladan bagi insan di muka bumi. Penulis sangat bersyukur atas selesainya penyusunan skripsi ini. Disamping itu, penulis juga menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih sangat jauh dari nilai sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu, kiranya pembaca dapat memaklumi kelemahan dan kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Skripsi ini merupakan tugas yang diselesaikan sebagai syarat guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu tersusunnya skripsi ini terutama kepada: 1.
Kedua orang tua (Papa dan Mama) yang telah memberikan kasih sayang, motivasi, doa serta dukungan finansial yang tiada hentinya kepada penulis.
2.
Kak Iya dan ii yang selalu memberikan semangat,dukungan, keceriaan dan senantiasa menghibur penulis.
3.
Bapak Dr.Arief Mufraini,Lc.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Ibu Yessi Fitri,SE,M.Si.,Ak.,CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5.
Bapak Hepi Prayudiawan,SE.,MM.,Ak.,CA selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. ix
6.
Bapak Drs. Abdul Hamid Cebba, MBA.,Ak.,CPA selaku penasehat akademik penulis.
7.
Bapak Prof. Dr. Azzam Jassin MBA selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu, serta memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
8.
Ibu Nur Wachidah Yulianti, SE, MS, Ak selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktu, serta dengan sabar memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
9.
Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat luas kepada penulis selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.
10. Seluruh Staff Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain. 11. Sahabat dan keluarga di kampus (GAAP) yaitu Anin, Desi, Haifa, Laila, Lidiyna, Muti, Naya, Opi, Rini dan Tasya yang selalu memberikan semangat, keceriaan, dukungan dan doa kepada penulis. 12. Teman seperjuangan di KKN Parahita (Adit, Akbar, Anas, Daeng, Dinan, Eja, Irfan, Rista, Tasya) yang telah memberikan semangat dan motivasi serta bersama- sama berjuang bersama penulis. 13. Seluruh teman Akuntansi 2012 (khususnya Akuntansi A dan Kelas Konsentrasi Audit) yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis. 14. Kosan Rizqia ( Kak Mela, Kak Halimah, Kak Ida, Kak Uroh, Indy, Mala, Gigi, Sita, Andi, Tidy, Dani dan Elsi) yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.
x
Dalam menyusun skripsi ini, penulis telah berusaha untuk semaksimal mungkin memberikan yang terbaik. Namun, penulis sadar bahwa skripsi ini masih perlu banyak saran dan masukan yang membangun dari para pembaca. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca. Amiiin. Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 9 Juni 2016
Nova Yulianti
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ..........................
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ..........................................
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ...................
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................
vi
ABSTRACT .................................................................................................. vii ABSTRAK ....................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................
x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xii DAFTAR TABEL ........................................................................................ xv DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian .........................................................
1
B. Perumusan Masalah .................................................................. 10 C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 11 D. Manfaat Penelitian .................................................................... 11 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Literatur ..................................................................... 13 1. Teori Terkait Pengungkapan Sukarela ................................. 13 2. Pengungkapan dalam Laporan Tahunan .............................. 18 3. Komposisi Dewan Komisaris ............................................... 36 4. Efektivitas Komite Audit ..................................................... 38 5. Konsentrasi Kepemilikan ..................................................... 41 xii
6. Financial Distress ................................................................ 43 7. Assets in Place...................................................................... 46 B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ............. 47 1. Komposisi Dewan Komisaris dengan Pengungkapan Sukarela ................................................................................ 47 2. Efektivitas Komite Audit dengan Pengungkapan Sukarela ................................................................................ 48 3. Konsentrasi Kepemilikan dengan Pengungkapan Sukarela ................................................................................ 49 4. Financial Distress dengan Pengungkapan Sukarela ............ 50 5. Assets in Place dengan Pengungkapan Sukarela ................. 51 6. Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris, Efektivitas Komite Audit, Konsentrasi Kepemilikan, Financial Distress dan Assets in Place Secara Simultan Terhadap Pengungkapan Sukarela ....................................................... 52 C. Penelitian Sebelumnya .............................................................. 53 D. Kerangka Pemikiran ................................................................. 59 E. Hipotesis ................................................................................... 61 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 62 B. Metode Penentuan Sampel........................................................ 62 C. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 64 D. Metode Analisis Data................................................................ 64 1. Statistik Deskriptif ............................................................... 65 2. Uji Asumsi Klasik ................................................................ 65 a. Uji Normalitas ................................................................. 65 b. Uji Multikolinieritas ........................................................ 66 c. Uji Heteroskedastisitas .................................................... 67 d. Uji Autokorelasi .............................................................. 68 3. Koefisien Determinasi (R²) .................................................. 68 4. Analisis Regresi ................................................................... 69 5. Uji Statistik .......................................................................... 70 xiii
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) .................................... 70 b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) .................. 71 E. Operasional Variabel Penelitian ............................................... 71 1. Variabel Dependen (Pengungkapan Sukarela)..................... 72 2. Variabel Independen ............................................................ 73 a. Komposisi Dewan Komisaris .......................................... 74 b. Efektivitas Komite Audit................................................. 75 c. Konsentrasi Kepemilikan ................................................ 75 d. Financial Distress ........................................................... 76 e. Assets in Place ................................................................. 77 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................. 79 1. Deskripsi Objek Penelitian ................................................... 79 2. Deskripsi Sampel Penelitian ................................................ 79 B. Analisis dan Pembahasan.......................................................... 82 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ................................................ 82 2. Hasil Uji Asumsi Klasik ...................................................... 85 a. Uji Normalitas ................................................................. 85 b. Uji Multikolinieritas ........................................................ 88 c. Uji Heteroskedastisitas .................................................... 90 d. Uji Autokorelasi .............................................................. 92 3. Koefisien Determinasi (R²) .................................................. 92 4. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan .................................. 93 a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) .................................... 93 b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) .................. 94 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................... 99 B. Saran ......................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 102 LAMPIRAN
.............................................................................................. 108 xiv
DAFTAR TABEL No. Tabel 2.1 3.1 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 4.13
Keterangan Halaman Penelitian Sebelumnya .............................................................. 54 Operasional Variabel .................................................................. 78 Proses Seleksi Sampel ................................................................ 80 Daftar Nama Perusahaan Sampel ............................................... 81 Hasil Statistik Deskriptif ........................................................... 83 Hasil Uji Normalitas .................................................................. 88 Hasil Uji Multikolinieritas ......................................................... 89 Ringkasan Hasil Uji Multikolinieritas ....................................... 89 Hasil Uji Heteroskedastisitas ..................................................... 91 Ringkasan Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................... 91 Hasil Uji Autokorelasi................................................................ 92 Hasil Uji Koefisien Determinasi ................................................ 93 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ..................................... 94 Hasil Uji Statistik t ..................................................................... 95 Ringkasan Hasil Penelitian ........................................................ 98
xv
DAFTAR GAMBAR No.Gambar
Keterangan
Halaman
2.1
Skema Kerangka Pemikiran ................................................. 60
4.1
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Histogram ................... 86
4.2
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot .............. 87
xvi
DAFTAR LAMPIRAN No.
Keterangan
Halaman
1
Nama Perusahaan Perbankan .................................................... 109
2
Indeks Pengungkapan Sukarela ................................................ 110
3
Daftar Pertanyaan Efektivitas Komite Audit ............................ 112
4
Hasil Pengungkapan Sukarela .................................................. 117
5
Hasil Perhitungan Komposisi Dewan Komisaris ...................... 119
6
Hasil Perhitungan Efektivitas Komite Audit ........................... 120
7
Hasil Perhitungan Konsentrasi Kepemilikan ........................... 121
8
Hasil Perhitungan Financial Distress ...................................... 122
9
Hasil Perhitungan Assets in Place ............................................ 124
10
Hasil Output SPSS ................................................................... 127
xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan diwajibkan untuk menyampaikan laporan tahunan. Laporan yang disampaikan kepada Bapepam dapat berupa laporan keuangan maupun laporan tahunan. Laporan keuangan terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas serta catatan atas laporan keuangan. Sedangkan laporan tahunan adalah laporan yang diterbitkan setahun sekali, berisi data keuangan (laporan keuangan) dan informasi non-keuangan (Sudarmadji dan Sularto,2007:1). Berdasarkan pedoman pengungkapan yang diterbitkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam–LK) melalui peraturan No. X.K.6 tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik terdapat 161 poin laporan tahunan yang wajib diungkapkan perusahaan termasuk di dalamnya adalah laporan keuangan yang telah diaudit. Selain itu, Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor: KEP-431/BL/2012
dinyatakan
bahwa
terdapat
sembilan
kategori
pengungkapan lain seperti gambaran umum perusahaan, ikhtisar data keuangan, laporan dewan komisaris, laporan dewan direksi, profil perusahaan, analisa dan pembahasan manajemen, tata kelola perusahaan, tanggung jawab sosial perusahaan serta tanggung jawab dewan komisaris dan direksi. 1
Menurut Darrough (1993) dalam Almilia dan Retrinasari (2007:1) pengungkapan dalam laporan tahunan ada dua yaitu pengungkapan wajib (mandatory
disclosure)
dan
pengungkapan
sukarela
(voluntary
disclosure). Pengungkapan wajib adalah pengungkapan yang disyaratkan oleh standar akuntansi dan peraturan yang berlaku, sedangkan pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang bebas dilakukan manajemen perusahaan untuk memberikan informasi akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang relevan untuk pengambilan keputusan para pemakai laporan tahunan. Pengungkapan dibuat dalam laporan tahunan melalui kalimat penjelasan maupun catatan yang menyertainya. Pengungkapan laporan tahunan merupakan sebuah isu tata kelola perusahaan yang dihadapi oleh negara-negara di Asia termasuk Indonesia. Perusahaan publik di Asia cenderung memiliki kualitas pengungkapan dan transparansi yang rendah sebagai akibat dari lemahnya struktur tata kelola yang ada (Claessens & Fan, 2002). Pengungkapan sukarela merupakan salah satu cara meningkatkan kredibilitas pelaporan keuangan perusahaan dan untuk membantu investor dalam memahami strategi bisnis perusahaan (Healy, Palepu, 1993). Menurut Financial Accounting Standard Board, laporan yang paling terkini menyokong pandangan bahwa perusahaan bisa mencapai keuntungan dalam pasar modal dengan mempertinggi pengungkapan mereka secara sukarela. Laporan ini meliputi tuntutan bagaimana 2
perusahaan bisa menggambarkan dan menjelaskan investasi potensial mereka kepada investor, dimana para investor tersebut menuntut informasi yang mendetail dan berkala, sedangkan tingkat pengungkapan sukarela hanya meningkat pada negara dengan pasar yang telah maju dan baru muncul (Frederick & Gary, 2010: 176). Pertimbangan manajemen untuk mengungkapkan informasi secara sukarela dipengaruhi oleh faktor biaya dan manfaat. Manajemen akan mengungkapkan informasi secara sukarela jika manfaat yang diperoleh lebih besar daripada biayanya. Manfaat utama yang diperoleh perusahaan dari pengungkapan sukarela adalah biaya modal yang rendah (Elliot, Robert K. Dan Jacobson, Peter D, 1994). Pentingnya pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan untuk membantu para investor melihat nilai lebih dari perusahaan serta melihat transparannya perusahaan dalam mengungkapkan hal-hal di luar pengungkapan
wajib.
Perusahaan
yang
kurang
transparan
akan
menyebabkan terjadinya asimetri informasi antara manajer sebagai agen dengan pemilik yang dalam hal ini merupakan pemegang saham/investor, dimana manajemen memiliki informasi lebih banyak dan akurat daripada pemegang saham. Basari (2013) mengemukakan dalam tulisannya pada salah satu situs berita online mengenai masalah keterbukaan informasi PKPU PT Davomas Abadi Tbk yang dipertanyakan, dimana pemegang saham mayoritas PT Davomas Abadi Tbk menengarai ada keanehan dalam 3
penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) yang pernah dijalani perseroan. Pemegang saham mayoritas PT Davomas Abadi Tbk mencurigai PKPU direkayasa, karena data internal menjelaskan permasalah hutang tersebut berupa bonus karyawan yang belum dibayar namun disamping itu dibawa juga nama kreditur lain yaitu PT Aneka Surya Agro atas hutang tersebut. Tidak ada klarifikasi, rincian atau penjelasan mengenai bagaimana utang kepada PT Aneka Surya Agro timbul. Dalam penjelasannya juga disampaikan Basari (2013) bahwa perusahaan publik diwajibkan untuk mengumumkan kepada masyarakat atas
setiap
informasi
material
mengenai
peristiwa
yang
dapat
memengaruhi harga surat berharga atau keputusan para investor. Informasi-informasi material mengenai peristiwa tersebut bisa diungkapkan di luar informasi laporan keuangan, yaitu berupa informasi pendukung mengenai kondisi perusahaan seperti pemaparan peristiwa penting perusahaan baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif oleh manajemen, penjelasan rincian jumlah biaya yang dibelanjakan untuk karyawan, atau pemaparan elemen laporan yang diperbandingkan lebih dari tiga tahun, untuk menganalisis lebih rinci perbandingan informasi keuangan per periode. Karena informasi tentang peristiwa sangat diperlukan penjelasannya diluar laporan keuangan sebagai pemahaman yang cukup mengenai kondisi perusahaan periode yang terkait.
4
Pengungkapan sukarela pada laporan tahunan perusahaan dapat memberikan informasi-informasi tentang keberlangsungan perusahaan yang
lebih transparan. Hal ini akan berpengaruh terhadap nilai
perusahaan di mata investor yang dapat memengaruhi
harga saham
perusahaan. Pengungkapan sukarela dipengaruhi oleh penerapan good corporate governance akuntabilitas
yang akan mewujudkan transparansi
dan
perusahaan. Penerapan corporate governance yang baik
dapat mengurangi adanya asimetri informasi karena perusahaan akan memberikan lebih banyak informasi yang dapat mengurangi asimetri informasi tersebut. Informasi yang diberikan akan ditunjukan dalam tingkat pengungkapan, semakin baik penerapan corporate governance maka akan banyak pula informasi yang diungkapkan oleh perusahaan. Dalam penelitian ini corporate governance diproksikan dengan komposisi dewan komisaris dan efektivitas komite audit. Penelitian yang dilakukan oleh Khaldoon (2015:1) dinyatakan bahwa ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap pengungkapan sukarela sedangkan komisaris independen dan struktur kepemilikan berpengaruh negatif terhadap tingkat pengungkapan sukarela. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Evi dan Rosa (2014:389) menyatakan bahwa komite audit berpengaruh positif terhadap pengungkapan sukarela perusahaan. Nugrahadi (2008) menemukan bahwa komposisi dewan komisaris independen, kepemilikan saham manajerial dan kepemilikan saham 5
blockholder tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap indeks pengungkapan sukarela. Kepemilikan blockholder adalah persentase saham yang dimiliki oleh pemegang saham dari luar perusahaan di atas lima persen. Berbeda dengan Nugrahadi (2008), Hadi dan Sabeni (2002) menghasilkan bukti
bahwa komposisi
dewan komisaris, ukuran
perusahaan, operasi perusahaan, dan jenis industri berpengaruh secara signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela. Hal ini disebabkan luas pengungkapan sukarela antara perusahaan yang satu dengan yang lain berbeda-beda. Perbedaan ini dikarenakan oleh masing-masing industri juga berbeda-beda. Perbedaan luas pengungkapan sukarela menurut Hardiningsih (2008) dalam Wahyuni Wijayanti (2013:3) dapat dipengaruhi oleh karakteristik perusahaan seperti budaya perusahaan, bidang usaha, proses produksi, pasar, sumber daya dan lain-lain. Struktur meliputi ukuran (size) perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban. Kinerja
(performance)
meliputi
likuiditas
perusahaan
dan
laba
(profitabilitas). Pendekatan pasar meliputi faktor-faktor kualitatif seperti tipe industri, tipe auditor dan status perusahaan. Menurut Ho dan Wong (2001:139) independensi komite audit juga menjadi penentu luas pengungkapan sukarela di Hong Kong. Di samping itu komisaris independen juga berpengaruh, semakin besar proporsi komisaris independen maka tingkat pengawasan manajerial akan semakin
6
efektif dan kemudian perusahaan lebih banyak melakukan pengungkapan sukarela (Eng dan Mak, 2003:325). Selanjutnya penelitian mengenai pengaruh konsentrasi kepemilikan terhadap pengungkapan sukarela dijelaskan dalam penelitian yang dilakukan oleh Nuryaman (2009:89) yang menyatakan bahwa konsentrasi kepemilikan signifikan positif berpengaruh terhadap pengungkapan sukarel. Berbeda dengan Nuryaman (2009:89), Mohamed dan Ehab (2014:67) menyatakan bahwa konsentrasi kepemilikan signifikan negatif terhadap pengungkapan sukarela, hasil ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Javad et al. (2014:767) yang menyatakan bahwa konsentrasi kepemilikan signifikan negatif terhadap pengungkapan sukarela. Fatemeh dan Mansour (2014:423) juga menyatakan bahwa konsentrasi kepemilikan tidak memiliki korelasi terhadap pengungkapan sukarela. Dalam teori signalling dinyatakan bahwa perusahaan yang sehat cenderung lebih banyak mengungkapkan informasi daripada perusahaan yang mengalami financial distress. Jadi perusahaan yang mengalami financial distress cenderung lebih sedikit mengungkapkan informasi. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hanifa dan Cooke (2002) menunjukan bahwa profitabilitas dan indikator good news dan bad news berhubungan dengan tingkat pengungkapan sukarela. Perusahaan yang memiliki good news dapat ditandai dengan perolehan
laba
tinggi
maupun
profitabilitas
yang
tinggi
akan 7
mengungkapkan lebih banyak informasi tambahan yang bersifat nonmandatory guna menunjukan kinerja perusahaan yang baik. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Omar dan Simon (2011) dalam Anggi Nurfadillah (2012:32) dikatakan bahwa karakteristik aset perusahaan (assets in place) menjadi
salah satu faktor yang penting dalam
menentukan nilai perusahaan (firm value). Penelitian mengenai pengaruh karakteristik aset perusahaan (assets in place) terhadap pengungkapan sukarela dilakukan oleh Hossain dan Reaz (2007) dalam Anggi Nurfadillah (2012:32) yang melaporkan bukti empiris mengenai tingkat sukarela yang dilakukan oleh 38 perusahaan dan bank di India. Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris menunjukan bahwa karakteristik aset perusahaan (asset in place) berpengaruh positif dan signifikan dalam menjelaskan tingkat pengungkapan sukarela perusahaan. Assets
in
place
secara
sistematis
memengaruhi
tingkat
pengungkapan sukarela di Amerika Serikat, oleh karena itu assets in place menjadi penting dalam menentukan tingkat pengungkapan sukarela. Perusahaan dengan persentase aset tetap yang lebih tinggi akan memiliki agency cost yang lebih rendah, karena akan lebih sulit bagi manajemen perusahaan
untuk
melakukan
penyalahgunaan
dalam
pelaporan
keuangannya (opportunis) terkait aset tetap, karena adanya definisi yang jelas bagi aset tetap (Butler et al, 2002). Pengungkapan
sukarela
menarik
untuk
diteliti
karena
pengungkapan ini dapat mengurangi kesenjangan asimetri informasi 8
antara perusahaan dan pasar yang memfasilitasi perdagangan sahamnya (Godfrey,2010:438). Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya maka peneliti akan melakukan penelitian mengenai pengaruh komposisi dewan komisaris, komite audit, konsentrasi kepemilikan, financial distress, dan assets in place terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Penelitian ini merupakan gabungan dari penelitian-penelitian terdahulu. Berdasarkan uraian di atas, maka menarik bagi peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris, Efektivitas Komite Audit, Konsentrasi Kepemilikan, Financial Distress, dan Assets in Place Terhadap Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure) Dalam Laporan Tahunan (Studi Empiris pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014)”. Penelitian ini merupakan gabungan
dari penelitian-penelitian
sebelumnya mengenai voluntary disclosure. Adapun perbedaannya dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah: 1.
Penelitian ini menggunakan laporan tahunan dengan
periode dari
tahun 2012-2014. Penelitian-penelitian sebelumnya hanya sampai tahun 2013. 2.
Penelitian ini menggunakan variabel efektivitas komite audit yang diukur menggunakan skor dari segi aktivitas, size dan kompetensi. Penelitian sebelumnya hanya meihat proporsi, ukuran dan keberadaan komite audit. 9
3.
Penelitian ini menggunakan laporan tahunan perusahaan perbankan. Penelitian-penelitian sebelumnya menggunakan laporan tahunan perusahaan manufaktur.
4.
Penelitian ini menggunakan assets in place yang belum banyak diteliti di Indonesia.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Apakah komposisi dewan komisaris berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)?
2.
Apakah efektivitas
komite audit berpengaruh secara signifikan
terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)? 3.
Apakah konsentrasi kepemilikan berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)?
4.
Apakah financial distress berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)?
5.
Apakah assets in place berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)?
6.
Apakah komposisi dewan komisaris, efektivitas komite audit, konsentrasi kepemilikan, financial distress dan assets in place berpengaruh secara simultan terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)?
10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut: a. Pengaruh komposisi dewan komisaris terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). b. Pengaruh efektivitas komite audit terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). c. Pengaruh konsentrasi kepemilikan terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). d. Pengaruh financial distress terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). e. Pengaruh assets in place
terhadap pengungkapan sukarela
(voluntary disclosure). f. Pengaruh secara simultan dari komposisi dewan komisaris, efektivitas komite audit, konsentrasi kepemilikan, financial distress dan assets in place terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : a.
Ilmu Pengetahuan Penelitian ini berguna untuk memberikan wawasan dalam ilmu pengetahuan khususnya bidang akuntansi. Hasil penelitian 11
juga
diharapkan
memperluas
dan
memperkuat
penelitian
sebelumnya. b.
Perusahaan Penelitian ini diharapkan mampu untuk meningkatkan aspek pengungkapan laporan tahunan perusahaan khususnya pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) agar akuntabilitas publik dan transparansi dapat tercapai.
c.
Investor Penelitian ini dapat menambah informasi bagi investor sebagai alat bantu pengambilan keputusan investasi di pasar modal.
d. Pemerintah Penelitian ini diharapkan mampu mendorong pemerintah memperluas item pengungkapan dalam laporan tahunan serta membuat regulasi atau standar akan pengungkapan sukarela agar bisa meminimalisir adanya pengungkapan sukarela yang berbedabeda dalam laporan tahunan.
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Literatur 1.
Teori Terkait Pengungkapan Sukarela a. Teori Keagenan (Agency Problem) Teori yang digunakan adalah Teori Keagenan (Agency Theory). Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan agensi sebagai suatu kontrak di bawah satu atau lebih principal yang melibatkan agent untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agent. Principal maupun agent diasumsikan sebagai orang ekonomi rasional dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi. Principal mendelegasikan pembuatan keputusan mengenai perusahaan kepada manajer atau agent. Tujuan utama teori keagenan (agency theory) adalah untuk menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang melakukan hubungan kontrak dapat mendesain kontrak yang tujuannya untuk meminimalisasi cost sebagai dampak adanya informasi yang tidak simetris dan kondisi ketidakpastian. Pada teori agensi, information gap yang terjadi pada berbagai perusahaan dikarenakan pihak manajer setiap hari berinteraksi langsung dengan kegiatan perusahaan, sehingga 13
pihak manajer sangat mengetahui kondisi dalam perusahaan dengan demikian pihak manajer mempunyai informasi yang sangat lengkap tentang perusahaan yang dikelolanya. Sedangkan pemilik
perusahaan
hanya
mengandalkan
laporan
yang
diberikan oleh pihak manajemen, karena pemilik perusahaan tidak berinteraksi secara langsung pada kegiatan perusahaan. Sebagai pemilik perusahaan hanya memiliki sebagian atau lebih sedikit informasi dibanding manajer perusahaan. Karena kurangnya informasi oleh pemegang saham maka perusahaan dituntut untuk transparansi dalam mengungkapkan informasi pada laporan tahunan yaitu salah satu caranya dengan melakukan pengungkapan sukarela. Pengungkapan
sukarela
adalah
pengungkapan
yang
disampaikan di luar pengungkapan wajib. Perusahaan yang melakukan pengungkapan sukarela berarti telah melakukan salah satu dari prinsip good corporate governance yaitu transparency
(keterbukaan
informasi).
Dengan
adanya
pengungkapan sukarela pemegang saham dapat mengetahui informasi-informasi tambahan yang relevan dalam pengambilan keputusan. Godfrey et al (2010) membagi biaya keagenan dalam tiga jenis biaya yaitu:
14
1) Biaya monitoring Biaya yang ditujukan untuk mengawasi perilaku agen. Prinsipal melakukan pengukuran, pengamatan dan pengendalian atas perilaku agen. 2) Biaya perikatan (Bonding Cost) Biaya yang dikeluarkan oleh agen dalam rangka mematuhi dan mengimplementasikan mekanisme kontrak yang menjamin bahwa agen akan bertindak sejalan dengan kepentingan prinsipal. 3) Residual Loss Biaya yang masih dapat timbul ketika tindakan yang dilakukan
agen
berbeda
dengan
apa
yang
seharusnya dilakukan untuk memenuhi kepentingan prinsipal walaupun biaya terkait pengawasan dan perikatan sudah dilakukan. Masalah keagenan terjadi apabila konflik kepentingan yang terjadi antara prinsipal dan agen menyebabkan kerugian pada sisi prinsipal. Secara teori, masalah keagenan dapat dieliminasi dengan kontrak lengkap yang menjelaskan sikapsikap yang perlu diambil setiap pihak pada kondisi tertentu di masa depan (Chrisman et al.,2012). Selain menggunakan kontrak tersebut,
masalah
keagenan
dapat
dieliminasi
dengan
membentuk pihak independen untuk melakukan pengawasan. 15
Pembentukan
pihak
independen
yang
melakukan
pengawasan efektif terhadap manajemen inilah yang menjadi dasar pembentukan struktur tata kelola perusahaan. Struktur tata kelola yang efektif akan meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas pengungkapan informasi perusahaan dan menjadi salah satu mekanisme untuk mengatasi masalah agensi (Sun et al., 2012). b. Teori Sinyal (Signalling Theory) Pengungkapan
sukarela
adalah
pengungkapan
yang
dilakukan perusahaan di luar apa yang diwajibkan oleh standar akuntansi atau peraturan badan pengawas. Menurut Suwardjono (2008) teori sinyal (signalling theory) melandasi pengungkapan sukarela.
Teori
sinyal
menjelaskan
bahwa
manajemen
perusahaan sebagai agen, memiliki dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan kepada pihak eksternal. Dorongan tersebut
disebabkan
adanya
asimetri
informasi
atau
ketidakseimbangan penguasaan informasi antara agen dengan prinsipal (konflik keagenan). Dalam teori ini, pengungkapan informasi sukarela yang dilakukan perusahaan merupakan sinyal bagi pasar. Sinyal positif yang diberikan oleh perusahaan diharapkan akan mendapat respon yang positif dari investor dan pasar. Ketika suatu perusahaan melakukan pengungkapan yang lebih sedikit 16
maka pasar menginterpretasikan hal tersebut sebagai “bad news signal”. Teori ini menyatakan bahwa manajer suatu perusahaan akan berusaha untuk mengungkapkan informasi private yang dimilikinya
sebanyak-banyaknya
untuk
mengurangi
ketidakakuratan pasar dalam menilai perusahaannya. Menurut Amalia (2005) hal ini biasanya dilakukan manajer ketika manajer
merasa
perusahaannya
dinilai
terlalu
rendah
(undervalued). Oleh karena itu, perusahaan perlu untuk mengungkapkan informasi keuangan dan non-keuangan secara sukarela agar dapat menjadi good signal bagi perusahaan. c. Stakeholder Theory Dalam sebuah perusahaan memiliki berbagai macam stakeholder. Perspektif dasar dalam teori ini adalah bahwa tingkat kepentingan stakeholder yang beragam mempengaruhi operasi dan pelaporan yang dilakukan perusahaan (Agustina, 2012). Pihak yang termasuk sebagai stakeholder adalah para pemegang saham (investor), pemasok (supplier), pelanggan (customer), karyawan (employee), pemerintah (government) dan masyarakat publik. Dalam teori ini terdapat dua perspektif . yang pertama adalah perspektif yang berpusat pada perusahaan (OrganizationCentered
Perspective).
Perspektif
ini
muncul
karena
beragamnya stakeholder yang berhubungan dengan perusahaan 17
memiliki kepentingan yang berbeda-beda dan tidak semuanya dapat dipenuhi oleh perusahaan. Berdasarkan pandangan tersebut, penting bagi perusahaan untuk memberikan perlakuan yang sama dan perusahaan harus mampu mengidentifikasi kelompok stakeholder yang memiliki peranan penting serta mengelola hubungan yang baik dengan kelompok tersebut.
Salah satu
caranya
adalah melalui
pengungkapan sukarela. Persepektif yang kedua adalah perspektif yang berdasar prinsip-prinsip akuntabilitas (accountability perspective). Dalam perspektif ini, perusahaan harus memperhatikan hak seluruh stakeholder yang dianggap memiliki peranan penting terhadap perusahaan. Jadi, dalam perspektif ini pengungkapan sukarela merupakan bentuk pertanggungjawaban perusahaan terhadap seluruh stakeholder. 2.
Pengungkapan Dalam Laporan Tahunan a.
Pengertian Pengungkapan Laporan tahunan merupakan elemen signifikan dalam keseluruhan proses pengungkapan karena merupakan sumber informasi perusahaan yang tersebar secara umum (Todd & Sherman,1991). Laporan tahunan adalah laporan yang dterbitkan setahun sekali berisi data keuangan dan informasi non-keuangan. Laporan tahunan dijadikan sebagai pertanggungjawaban atas 18
kinerja manajemen dan digunakan bagi para pemegang saham atau investor dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan UU Pasar Modal No. 8 tahun 1995 Bab X Pasal 86, Perusahaan Publik wajib menyampaikan laporan secara berkala kepada Bapepam-LK dan mengumumkan laporan tersebut kepada masyarakat. Laporan tersebut terdiri dari laporan tahunan atau laporan berkala untuk periode berakhir tertentu dan laporan keuangan yang telah disusun sesuai dengan peraturan yang berlaku umum. Bapepem
menambahkan
item-item
yang
wajib
diungkapkan dalam laporan tahunan dimana pada peraturan sebelumnya (Peraturan Nomor VIII.G.2 tahun 1996) belum diwajibkan yaitu laporan dewan komisaris, laporan direksi, profil perusahaan, tata kelola perusahaan dan tanggung jawab direksi atas laporan keuangan Dalam ketentuan umum dan isi laporan tahunan yang dibuat Bapepam disebutkan bahwa laporan tahunan wajib memuat ikhtisar data keuangan penting, laporan dewan komisaris, laporan dewan direksi, profil perusahaan, analisis dan pembahasan manajemen, tata kelola perusahaan, tanggung jawab direksi atas laporan keuangan dan laporan keuangan yang telah diaudit.
19
Pengungkapan berarti penyampaian (release) informasi. Para akuntan cenderung menggunakan kata ini dalam pengertian yang agak lebih terbatas, yaitu penyampaian informasi keuangan tentang suatu perusahaan di dalam laporan keuangan, biasanya laporan tahunan. Menurut Lopez & Rodrigues (2007) dalam Jason Effendi (2014) menjelaskan bahwa pengungkapan merupakan sebuah fungsi kompleks dari beberapa landasan; bergantung kepada baik faktor spesifik perusahaan (internal) maupun eksternal yang terkait dengan konteks lingkungan perusahaan yang di dalamnya termasuk budaya, sistem hukum dan latar belakang institusi. Menurut Stolowy & Lebas (2004) dalam Jason Effendi (2014) pemangku kepentingan perusahaan mengharapkan pengungkapan informasi mengenai operasi perusahaan untuk mendapatkan pengertian yang lebih jelas yang akan menjadi dasar pengambilan keputusan mereka. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengungkapan adalah penyampaian informasi baik informasi mengenai internal perusahaan maupun eksternal perusahaan yang digunakan sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan bagi para pemakai laporan keuangan maupun laporan tahunan.
20
Menurut Hendriksen dan Breda (2002:432) ada tiga konsep pengungkapan, yaitu : 1) Pengungkapan memadai (adequate
disclosure),
yaitu pengungkapan minimum disyaratkan oleh peraturan yang berlaku, di mana informasi dan angka-angka disajikan dalam laporan tahunan dapat diinterpretasikan oleh investor dan para pihak yang berkepentingan. 2) Pengungkapan wajar (fair disclosure), secara tidak langsung
menyiratkan
suatu
etika,
yaitu
memberikan perlakuan yang sama kepada semua pemakai
laporan
informasi
yang
keuangan handal
untuk
sehingga
menerima tidak
ada
ketimpangan informasi antar para pembaca. 3) Pengungkapan
lengkap
(full
disclosure),
menyangkut penyajian informasi yang relevan. Bagi sebagian orang pengungkapan lengkap berarti penyajian informasi secara berlimpah sehingga tidak
tepat.
Menurut
mereka
terlalu
banyak
informasi akan membahayakan karena penyajian rinci
dan
mengaburkan
yang
tidak
informasi
penting yang
justru
signifikan
akan dan
21
membuat laporan keuangan sulit ditafsir oleh para penggunanya. b. Peran Pengungkapan dalan Laporan Keuangan Menurut Healy dan Palepu (2001), hubungan antara manajemen dan investor menghasilkan dua permasalahan yaitu information problem dan agency problem. Information problem atau yang sering disebut dengan asymmetri information adalah perbedaan informasi antara manajemen dan investor yang mendorong munculnya konflik antara kedua pihak tersebut. Menurut Oktoviana (2009) dalam Wulandari (2015), Agency Problem adalah konsekuensi dari tidak berperan aktifnya investor dalam pengelolaan perusahaan. Adanya pengungkapan informasi dalam laporan keuangan dapat menyelesaikan dua permasalahan tersebut. 1) Menurut Healy dan Palepu (2001), terdapat tiga langkah penting yang dapat dilakukan oleh manajemen untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan untuk mengatasi information problem tersebut. a) Mengoptimalkan kontrak antara manajemen dan investor. b) Membuat
kebijakan
yang
mengatur
tentang
pengungkapan berbagai informasi yang harus dilakukan oleh perusahaan. 22
c) Mengoptimalkan fungsi dari intermediaries, seperti analis
keuangan
dan
lembaga
pemeringkat.
Keberadaan intermediaries tersebut diharapkan menjadi kontrol atas pengungkapan informasi yang dilakukan oleh perusahaan. 2) Agency Problem Dalam mengatasi agency problem tersebut, pelaporan keuangan memiliki peran yang sangat penting. Terdapat tiga langkah untuk meningkatkan pelaporan keuangan, yaitu: a) Mengoptimalkan
kontrak
antara
manajemen
perusahaan dan investor. Salah satu cara untuk mengoptimalkan perusahaan
kontrak
dengan
antara
investor
manajemen
adalah
dengan
perjanjian kompensasi. b) Mengoptimalkan fungsi dewan komisaris Dewan komisaris berfungsi sebagai pihak yang mewakili kepentingan para pemilik modal. Fungsi utama dari dewan komisaris adalah mensupervisi kinerja yang dilakukan oleh manajemen perusahaan dalam mengelola perusahaan. Supervisi efektif yang dilakukan dewan komisaris, diharapkan mampu untuk mencegah terjadinya agency problem. 23
c) Mengoptimalkan keberadaan intermediaries Information intermediaries seperti analis keuangan dan lembaga pemeringkat dapat meningkatkan kualitas pengungkapan informasi yang dilakukan manajemen perusahaan. Hal ini disebabkan karena intermediaries merupakan pihak luar yang dapat memberikan penilaian yang objektif terhadap kondisi dan kinerja perusahaan. c.
Tujuan Pengungkapan Menurut Belkoui dan Riahi (2006:338) tujuan dari pengungkapan adalah sebagai berikut: 1) Untuk menguraikan hal-hal yang diakui dan memberikan pengukuran yang relevan atas hal-hal tersebut di luar pengukuran yang digunakan dalam laporan keuangan. 2) Untuk menguraikan hal-hal yang diakui dan untuk memberikan pengukuran yang bermanfaat bagi hal-hal tersebut. 3) Untuk memberikan informasi yang akan membantu investor dan kreditor menilai risiko dan potensial dari halhal yang diakui dan tidak diakui. 4) Untuk memberikan informasi penting yang memungkinkan pengguna laporan keuangan melakukan perbandingan dalam satu tahun dan di antara beberapa tahun. 24
5) Untuk memberikan informasi mengenai arus kas masuk atau arus kas keluar di masa depan. 6) Untuk membantu para investor menilai pengembalian dari investasi mereka. d. Manfaat Pengungkapan Menurut Soemarso (2003) dalam Adhika Nirmalasari (2012:13) pengungkapan laporan tahunan oleh perusahaan bermanfaat untuk: 1) Kepentingan perusahaan, yaitu dapat diperolehnya biaya modal
yang
lebih
rendah
yang
bekaitan
dengan
berkurangnya risiko informasi bagi investor dan kreditur yang menyebabkan investor dan kreditur bersedia membeli sekuritas dengan harga tinggi. 2) Investor,
yaitu
dapat
mengurangi
risiko
kesalahan
pembuatan keputusan investasi sehingga investor menjadi lebih percaya kepada perusahaan yang berakibat ada naiknya harga sekuritas perusahaan. 3) Kepentingan Nasional, yaitu dengan diperolehnya biaya modal
yang
lebih
rendah
oleh
perusahaan,
maka
pertumbuhan ekonomi akan meningkat dan kesempatan kerja akan meluas, sehingga pada akhirnya standar kehidupan secara nasional akan meningkat pula. Dengan berkurangnya risiko informasi yang dihadapi investor, 25
pasar modal juga dapat menjadi liquid. Likuiditas pasar modal ini diperlukan oleh perekonomian nasional karena dapat membantu alokasi modal secara efektif. e.
Jenis Pengungkapan Meek, et al (1995) dalam Hardiningsih (2008:67) menyatakan pengungkapan dalam laporan tahunan terdiri dari dua jenis antara lain: 1) Pengungkapan Wajib (mandatory disclosure) Pengungkapan wajib adalah pengungkapan informasi yang diwajibkan dalam laporan tahunan perusahaan yang diwajibkan dan diatur oleh suatu peraturan pasar modal. 2) Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan informasi melebihi yang diwajibkan karena dipandang relevan dengan kebutuhan pemakai laporan keuangan.
f.
Pengungkapan Sukarela Pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan yang tidak diwajibkan peraturan, dimana perusahaan bebas memilih jenis informasi yang akan diungkapkan yang sekiranya dapat mendukung dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak berkepentingan dengan laporan keuangan perusahaan. Manajer memiliki informasi yang lebih baik daripada pihak luar mengenai performa perusahaan mereka saat ini dan ke 26
depannya. Beberapa kajian menunjukan
bahwa manajer
berinisiatif untuk mengungkap informasi seperti itu secara sukarela (Frederick & Gary, 2010: 176). Keuntungan dari pengungkapan sukarela menyangkut biaya transaksi yang lebih rendah dalam perdagangan sekuritas perusahaan, bunga yang lebih tinggi dari analis keuangan dan investor, meningkatkan likuiditas saham dan biaya modal yang lebih rendah. Menurut Frederick & Gerhard (1999: 291) pengungkapan keuangan yang disediakan oleh entitas bagi pembaca luar negeri mungkin melebihi atau jauh lebih sedikit dari kewajiban pengungkapan yang disyaratkan. Perusahaan umumnya akan melakukan pengungkapan melebihi kewajiban pengungkapan minimal jika mereka merasa pengungkapan semacam itu akan menurunkan biaya modalnya atau jika mereka tidak ingin ketinggalan praktik-praktik pengungkapan yang kompetitif. Sebaliknya, perusahaan akan mengungkapkan lebih sedikit jika mereka merasa pengungkapan keuangan akan menampakan informasi rahasia kepada para pesaing atau menampakan sisi buruk perusahaan di depan berbagai pihak-pihak misalnya, keengganan perusahaan-perusahaan Jepang untuk menyediakan pengungkapan segmental karena takut dituduh melakukan praktik perdagangan yang tidak adil. 27
Kumar, Wilder & Stocks (2008) dalam Hossain & Hammami
(2009)
menjelaskan
pengungkapan
sukarela
merupakan pengungkapan poin selain laporan keuangan. Eng dan Mak (2003) menyatakan bahwa pengungkapan sukarela dapat dinilai berdasarkan jumlah item pengungkapan tidak wajib yang terdapat pada segmen analisis dan pembahasan manajemen pada laporan tahunan. Sedangkan Healy & Palepu (2001) menyatakan pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan lebih informatif atas dasar inisiatif manajemen. Luas pengungkapan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu yang dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi, sosial dan budaya suatu negara, teknologi informasi, kepemilikan perusahaan dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang. Henderson et al. (2004) menyatakan pengungkapan sukarela dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Traditional Voluntary Disclosure yaitu informasi yang diungkapkan adalah informasi yang berkaitan dengan kinerja ekonomi dari sebuah perusahaan dan keputusan mengenai aktivitas operasi, investasi dan pembiayaan perusahaan. 2) Non-Traditional Voluntary Disclosure yaitu informasi yang diberikan berkaitan dengan interaksi perusahaan dengan lingkungan fisik dan sosial. 28
Menurut
Adhariani
(2004),
keuntungan
yang
diperoleh perusahaan ketika melakukan pengungkapan sukarela adalah biaya modal yang rendah dan pemahaman atas risiko investasi. Sementara biaya pengungkapan sukarela berupa seluruh pengorbanan secara langsung maupun tidak langsung yang dihadapi perusahaan ketika melakukan pengungkapan sukarela. Biaya pengungkapan sukarela dibagi menjadi 2 (dua), yaitu: 1) Biaya langsung Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan yang berkaitan langsung dengan pengembangan dan penyajian infomasi. Biaya-biaya tersebut meliputi biaya pengumpulan, biaya pemrosesan, dan biaya penyajian informasi. 2) Biaya tidak langsung Biaya yang timbul akibat pengungkapan atau tidak diungkapkannya informasi. Biaya jenis ini meliputi biaya legitimasi dan proprietary cost (biaya competitive disadvantage dan biaya politik). Biaya legitimasi
timbul
akibat
dari
pengungkapan
informasi yang tidak mencukupi atau pengungkapan informasi yang menyesatkan. Biaya kompetisi timbul sebagai akibat diungkapkannya informasi 29
tambahan oleh perusahaan justru akan digunakan oleh kompetitor untuk melakukan positioning, sehingga melemahkan posisi perusahaan yang melakukan disclosure. Sementara biaya politik timbul
karena
pengungkapan
yang
dilakukan
perusahaan akan memicu ditetapkannya peraturan pemerintah yang baru. Pengungkapan
dapat
mengurangi
kesenjangan
asimetri informasi antara perusahaan dan pasar yang memfasilitasi perdagangan sahamnya. Respon dari pasar akan kurangnya pengungkapan secara penuh juga menjadi penyebab pentingnya pengungkapan sukarela dilakukan, karena ketika investor kehilangan kepercayaan dari laporan keuangan
perusahaan
maka
dampak
yang
dialami
perusahaan akan sangat buruk. Contohnya adalah kejatuhan perusahaan Enron di Amerika Serikat yang melakukan manipulasi laporan keuangan dan tidak memberikan informasi
secara
lengkap
di
laporan
keuangannya
khususnya mengenai utang yang tidak diungkapkan seluruhnya sehingga menyebabkan penurunan nilai rating investasi perusahaan (Godfrey, 2010:438). Beberapa studi mengenai pengungkapan sukarela berasumsi bahwa perusahaan memiliki informasi yang 30
superior untuk para investor terhadap ekspektasi kinerja masa depan perusahaan. Berikut beberapa motif yang mendasari perusahaan melakukan pengungkapan sukarela dalam laporan keuangan berdasarkan studi empiris (Healy dan Palepu, 2001): 1) Capital Market Transaction Hypothesis Menurut Healy dan Palepu (1993), motif pertama yang
memengaruhi
perusahaan
melakukan
pengungkapan sukarela adalah rencana perusahaan dalam menerbitkan surat utang, saham maupun instrumen keuangan lainnya. Myers dan Maljuf (1986) berpendapat bahwa tantangan utama yang dihadapi manajemen adalah timbulnya asimetri informasi yang dapat mengurangi kepercayaan investor. Ketika hal tersebut terjadi, maka biaya atas pendanaan eksternal akan meningkat. Hal ini yang memotivasi perusahaan dalam melakukan pengungkapan sukarela sehingga dapat mengurangi asimetri informasi yang terjadi sehingga pada akhirnya mampu mengurangi pendanaan eksternal. 2) Corporate Control Contest Hypothesis Motif kedua yang memotivasi perusahaan dalam melakukan pengungkapan sukarela karena adanya 31
penyerahan tanggung jawab dalam pengelolaan perusahaan, dewan komisaris dan para pemilik modal menyerahkan tanggung jawab atas kinerja saham perusahaan kepada manajer. Wanner dan Weinsbach (1988) membuktikan bahwa pergantian chief
executive
officer
(CEO)
berhubungan
terhadap buruknya kinerja saham perusahaan. Harga saham yang rendah juga berhubungan dengan adanya
kemungkinan pengambilalihan
pengelolaan perusahaan oleh pihak lain yang berakibat
pada
pengambilalihan
pergantian pengelolaan
CEO.
Risiko
perusahaan
ini
menjadi pemicu manajemen dalam melakukan pengungkapan sukarela. 3) Stock Compensation Hypothesis Terdapat dua alasan dari sudut pandang yang berbeda yang memotivasi manajer melakukan pengungkapan sukarela, yaitu: a) Sudut pandang manajer sebagai pihak yang berniat untuk melakukan jual beli saham yang diperolehnya. Adanya larangan insider trading
yang
semakin
diperketat,
32
memotivasi
manajer
untuk
melakukan
pengungkapan sukarela. b) Sudut pandang manajer sebagai pemegang saham perusahaan. Dalam hal ini manajer akan meningkatkan pengungkapan sukarela dengan maksud menurunkan biaya kontrak terkait dengan kompensasi saham yang diberikan
kepada
karyawan
baru.
Kompensasi saham merupakan salah satu alternatif kompensasi yang menarik bagi manajer dan karyawan ketika harga saham ditentukan benar-benar mencerminkan nilai perusahaan. 4) Litigation Cost Hypothesis Terdapat dua hal yang memengaruhi keputusan manajemen dalam melakukan pengungkapan dari aspek hukum. Pengaruh pertama adalah ketika hukum atau peraturan yang berlaku menuntut perusahaan untuk melakukan pengungkapan pada tingkat
dan
waktu
yang
tepat.
Manajer
meningkatkan pengungkapannya dengan maksud untuk menurunkan risiko terkena tuntutan hukum, karena ketika adanya informasi negatif munculnya 33
kerugian terhadap beberapa pihak yang pada akhirnya meningkatkan risiko perusahaan terkena masalah hukum. Pengaruh
kedua
menurunkan
yaitu
aspek
kecenderungan
hukum
justru
manajer
untuk
melakukan pengungkapan sukarela. Hal ini terjadi karena ketika sebuah perusahaan yakin bahwa perusahaan
tidak
melakukan
kesalahan
yang
disengaja, termasuk dalam pengungkapan informasi kepada stakeholder dan perusahaan yakin bahwa sistem
hukum
dapat
membedakan
kesalahan
manajemen yang benar-benar disengaja dengan yang tidak disengaja. 5) Management Talent Signalling Hypothesis Truman (1986) menyatakan bahwa manajer dengan kemampuan yang baik memiliki kecenderungan untuk
mengungkapkan
peramalan
perusahaan
dengan
sukarela.
melakukan
pengungkapan
pendapatan
Ketika
sukarela
manajer terutama
peramalan pendapatan di masa datang, maka investor akan menginterpretasikan bahwa manajer memiliki strategi dalam menghadapi perubahan di
34
masa mendatang. Pada akhirnya hal tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan. 6) Proprietary Cost Hypothesis Hasil
dari
penelitian-penelitian
sebelumnya
menyatakan bahwa perusahaan memiliki insentif untuk tidak mengungkapkan suatu informasi jika informasi tersebut dianggap akan membahayakan posisi persaingannya. Teori ini dikaji lebih jauh oleh Verrechia (2001), proprietary cost hypothesis mengasumsikan
bahwa
tidak
ada
konflik
kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Sebagai hasilnya hipotesis ini memprediksikan bahwa pengungkapan sukarela akan selalu kredibel. Penelitian
Hayes
dan
Lundholm
(1996)
membuktikan bahwa perusahaan-perusahaan yang tingkat kinerjanya relatif sama dengan bidang industri yang sama cenderung akan mengungkapkan lebih
sedikit
informasi
dibanding
dengan
perusahaan yang bergerak dalam industri yang berbeda jenis. Jadi pengungkapan sukarela adalah pengungkapan di luar pengungkapan wajib dan pengungkapan ini disajikan secara sukarela oleh manajemen terkait informasi yang 35
dapat berguna bagi para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. 3.
Komposisi Dewan Komisaris Berdasarkan UU Perseroan Terbatas No.40 Tahun 2007 menyatakan bahwa dewan komisaris terdiri atas satu orang atau lebih. Forum for Corporate Governance Indonesia (FCGI, 2000), dewan komisaris merupakan salah satu unsur terpenting dari corporate governance yang memiliki tanggung jawab menjamin pelaksanaan strategi perusahaan berjalan sesuai tujuan, mengawasi manajemen
dalam
mengelola
perusahaan
serta
mewajibkan
terlaksananya akuntabilitas. Berdasarkan pedoman Good Corporate Governance di Indonesia tahun 2010, komposisi atau jumlah komisaris independen tidak ditentukan dalam jumlah tertentu namun demikian jumlah atau komposisi komisaris independen harus dapat menjamin agar mekanisme pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Adapun kriteria yang ditetapkan yaitu salah satu dari komisaris independen harus mempunyai latar belakang akuntansi atau keuangan. Meskipun Pedoman Good Corporate Governance tidak menentukan
jumlah
komisaris
independen,
dalam
Peraturan
Bapepam-LK, emiten atau perusahaan publik wajib memiliki sekurang-kurangnya satu orang komisaris independen sedangkan 36
Bursa Efek Indonesia mewajibkan sekurang-kurangnya 30% dari dewan komisaris adalah komisaris independen. Kriteria komisaris independen secara rinci diatur dalam peraturan Bapepam-LK yaitu: a.
Berasal dari luar emiten atau Perusahaan Publik.
b.
Tidak mempunyai saham emiten atau Perusahaan Publik baik lansung maupun tidak langsung.
c.
Tidak mempunyai hubungan Afiliasi dengan Komisaris, Direksi dan Pemegang Saham Utama Emiten atau Perusahaan Publik.
d.
Tidak mempunyai hubungan usaha dengan emiten atau Perusahaan Publik baik langsung maupun tidak langsung. Tugas dewan komisaris dalam kaitannya dengan laporan
keuangan adalah mengawasi manajemen dalam membuat laporan keuangan sehingga laporan keuangan dibuat dengan keadaan yang sebenarnya dan tidak menguntungkan pihak tertentu saja. Luo He et al. (2008) menemukan bahwa independensi board merupakan pencegah yang paling efektif agar laporan keuangan tidak mengalami penyimpangan (fraud). Sun et al. (2012) menemukan bahwa semakin tingginya jumlah board independen, perusahaan cenderung mengungkapkan pengendalian internalnya pada laporan audit. Dengan demikian, peluang manajemen untuk menutupi kecurangan yang dilakukan akan semakin kecil.
37
4.
Efektivitas Komite Audit Berdasarkan Peraturan Bapepam-LK No. IX.I.5, Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsi Dewan Komisaris. KNKG (2006) menyatakan bahwa Komite Audit dibentuk untuk membantu Dewan Komisaris dalam memastikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, struktur pengendalian internal perusahaan dengan baik, pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilakukan sesuai dengan standar audit yang berlaku, serta melakukan tindak lanjut atas temuan hasil audit yang dilaksanakan manajemen. Selain itu Komite Audit juga terlibat dalam pemrosesan calon auditor eksternal beserta imbalan jasanya untuk kemudian disampaikan kepala Dewan Komisaris. Berdasarkan Peraturan Bapepam-LK No. IX.I.5, dalam menjalankan fungsinya, Komite Audit memiliki tugas dan tanggung jawab antara lain sebagai berikut: a.
Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan seperti laporan keuangan, proyeksi, dan laporan lainnya terkait dengan informasi keuangan perusahaan.
38
b.
Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan.
c.
Memberikan
rekomendasi
kepada
Dewan
Komisaris
mengenai penunjukan Akuntan yang didasarkan pada independensi, ruang lingkup penugasan dan fee untuk disampaikan kepada RUPS. d.
Melakukan penelaahan atas pelaksanaan tindak lanjut pemeriksaan oleh Auditor Internal dan pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas temuan Auditor Internal.
e.
Melakukan
penelaahan
terhadap
aktivitas
pelaksanaan
manajemen risiko yang dilakukan oleh direksi. f.
Menelaah pengaduan yang berkaitan dengan proses akuntansi dan pelaporan keuangan, dan manajemen risiko Emiten dan Perusahaan Publik.
g.
Menelaah dan memberikan saran kepada Dewan Komisaris terkait dengan potensi adanya benturan kepentingan.
h.
Menjaga
kerahasiaan
dokumen,
data
dan
informasi
perusahaan. Adapun wewenang Komite Audit dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
39
a.
Mengakses dokumen, data dan informasi perusahaan tentang karyawan, dana, aset, sumber daya perusahaan yang diperlukan.
b.
Berkomunikasi langsung atau tidak langsung dengan karyawan, dan pihak yang menjalankan fungsi internal dan eksternal audit serta manajemen risiko.
c.
Melibatkan pihak independen di luar anggota Komite Audit yang diperlukan untuk membantu pelaksanaan tugasnya (jika diperlukan).
d.
Melakukan kewenangan lain yang diberikan oleh Dewan Komisaris. Hermawan (2009) menilai efektivitas komite audit melalui
tiga aspek, yaitu aktivitas, jumlah anggota dan kompetensi. Aspek aktivitas komite audit menilai sejauh mana tanggung jawab komite audit dalam mengevaluasi kontrol internal, penunjukan auditor eksternal, mengkaji laporan keuangan, evaluasi terhadap kondisi legal perusahaan, serta penyusunan laporan komite audit atas pengungkapan. Aspek aktivitas komite audit juga menilai sejauh mana komite audit mengevaluasi lingkup, akurasi, efektivitas biaya, independensi, serta objektivitas auditor eksternal. Selain itu, penilaian mengenai jumlah pertemuan dan kehadiran anggota komite audit juga merupakan bagian dari aspek aktivitas. Aspek jumlah anggota menilai ukuran komite audit dengan melihat jumlah 40
anggota komite. Aspek kompetensi komite audit menilai apakah anggota komite audit memiliki latar belakang akuntansi serta umur dari anggota komite audit. 5.
Konsentrasi Kepemilikan Concentration
yaitu
kategori
perusahaan
yang
kepemilikannya terkonsentrasi pada satu pihak (blockholder) dan dispersion yaitu kategori perusahaan yang kepemilikannya tersebar. La Porta et al. (1999) dalam Arifin (2003) menyatakan bahwa mereka menduga di negara-negara berkembang perusahaan dengan kepemilikan yang terkonsentrasi akan lebih besar porsinya dibandingkan dengan yang kepemilikannya menyebar. Ini terjadi karena pada negara yang sedang berkembang, perlindungan terhadap pemegang saham minoritas masih rendah sehingga menghambat niat investor kecil untuk membeli saham. Sinta
dan
Ahmar
(2011)
menyebutkan
konsentrasi
kepemikan akan memberikan insentif kepada pemegang saham untuk memonitor tindakan manajemen agar sesuai dengan kepentingan pemilik. Oleh karena itu, konsentrasi kepemilikan memberikan manfaat berupa kontrol terhadap manajemen. Namun, konsentrasi kepemilikan juga dapat menimbulkan potensi kerugian bagi perusahaan karena menurunkan nilai perusahaan. Kepemilikan saham dikatakan terkonsentrasi jika sebagian besar saham dimiliki oleh sebagian kecil individu atau kelompok, 41
sehingga pemegang saham tersebut memiliki jumlah saham yang relatif dominan dibandingkan dengan yang lainnya (Dallas, 2004). Konsentrasi kepemilikan dapat menjadi mekanisme internal pendisiplinan manajemen sebagai salah satu mekanisme yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas monitoring, karena dengan kepemilikan yang besar menjadikan pemegang saham memiliki
akses
informasi
yang
cukup
signifikan
untuk
mengimbangi keuntungan informasional yang dimiliki manajemen (Hubert dan Langhe, 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Dang dan Wang dalam Javad et al. (2014:770) menunjukan
bahwa adanya hubungan
terbalik antara konsentrasi kepemilikan dan risiko dari perusahaan yang sehat terhadap pengungkapan sukarela. Penelitian yang juga dilakukan oleh Haiyan et al. (2011:39) menyatakan bahwa konsentrasi
kepemilikan
dan
risiko
asimetri
informasi
memperlemah konsentrasi kepemilikan. 6. Financial Distress Mekanisme perusahaan dalam menerbitkan surat utang, merupakan alternatif pendanaan yang dipilih perusahaan. Berutang bisa menyebabkan perusahaan bangkrut ketika perusahaan tidak dapat mengelola utangnya dengan baik. Kondisi financial distress terjadi sebelum perusahaan mengalami kebangkrutan, dengan kata lain perusahaan tidak mampu membayar kewajiban-kewajiban 42
yang telah jatuh tempo. Istilah umum untuk menggambarkan situasi tersebut adalah kebangkrutan, kegagalan, ketidakmampuan melunasi utang, dan default. Default berarti suatu perusahaan melanggar perjanjian dengan kreditur dan dapat menyebabkan tindakan hukum. Menurut Platt (2002), financial distress adalah tahap penurunan kondisi keuangan yang dialami oleh suatu perusahaan, yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Almalia dan Kristijadi (2003) menyatakan bahwa perusahaan yang mengalami financial distress adalah perusahaan yang selama beberapa tahun mengalami laba bersih operasi (net operation income ) negatif dan selama lebih dari satu tahun tidak melakukan pembayaran dividen. Menurut Rodoni dan Ali (2010:171) financial distress pada dasarnya sukar untuk didefinisikan secara tepat. Hal ini disebabkan oleh bermacam-macam kejatuhan perusahaan pada saat financial distress. Peristiwa kejatuhan perusahaan yang disebabkan financial distress hampir tidak ada akhirnya, seperti berikut ini: terjadinya pengurangan dividen, penutupan perusahaan, kerugian-kerugian, pemecatan, pengunduran diri direksi dan jatuhnya harga saham. Rodoni dan Ali (2010;171) menyatakan bahwa financial distress dapat diartikan sebagai berikut:
43
a.
Jika beberapa tahun perusahaan mengalami laba bersih operasi (net operating income) negatif, digunakan oleh Holfer (1980) dan Whitaker (1999).
b.
Adanya pemberhentian tenaga kerja atau menghilangkan pembayaran dividen, digunakan oleh Lau (1987) dan Hill, et al (1996).
c.
Arus kas hasil operasi perusahaan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban perusahaan, digunakan oleh Karen Wruck (1990).
d.
Rendahnya Interest Coverage Ratio, atau EBIITDA negatif, digunakan oleh Asquith et al (1991) dan Pindando et al (2006).
e.
Perubahan harga ekuitas atau EBIT negatif, digunakan oleh Jhon et al (1992) dalam Platt (2004).
f.
Stock-based insolvency yaitu kekayaan bersih negatif dan nilai aset kurang dari nilai utang dan flo-based insolvency yaitu arus kas yang berjalan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban, digunakan oleh Altman (1993).
g.
Beberapa tahun mengalami laba bersih operasi (Net Operating Income Negatif) dan selama lebih dari stu tahun tidak melakukan pembayaran dividen, digunakan oleh Almilia dan Kristijadi (2003).
44
h.
Perusahaan mengalami delisted akibat laba bersih dan nilai buku ekuitas negatif berturut-turut, serta perusahaan tersebut telah dimerger, digunakan oleh Almilia (2004).
i.
Perusahaan yang selama dua tahun berturut-turut mengalami laba bersih (net income) negatif dan nilai buku ekuitas negatif, digunakan oleh Almilia (2006). Menurut Damodaran (1997) dalam Hasymi (2007),
kesulitan keuangan (financial distress) dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal perusahaan. a.
Faktor Internal Merupakan faktor dan kondisi yang timbul dari dalam perusahaan yang bersifat mikro ekonomi. Faktor internal dapat berupa : 1) Kesulitan arus kas 2) Besarnya jumlah utang 3) Kerugian dalam kegiatan operasional perusahaan selama beberapa tahun
b.
Faktor eksternal Merupakan faktor-faktor di luar perusahaan yang bersifat makro ekonomi yang memengaruhi secara langsung terhadap financial distress perusahaan. Faktor eksternal financial distress perusahaan dapat berupa kenaikan tingkat bunga pinjaman. 45
7.
Assets in Place Karakteristik aset perusahaan (assets in place) merupakan pengalokasian jumlah aset tetap dari total keseluruhan aset yang dimiliki perusahaan. Jeanjean dam Stolowy (2009) menyatakan assets in place dinyatakan secara independen sebagai kesempatan investasi masa depan perusahaan dan pilihan pertumbuhan yang dinyatakan dengan keputusan investasi masa depan perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Omar dan Simon (2011) menyatakan bahwa karakteristik aset perusahan (assets in place) menjadi salah satu faktor yang penting dalam menentukan nilai perusahaan (firm value). Omar dan Simon (2011) juga menyatakan bahwa berdasarkan teori agensi (agency theory), perusahaan dengan proporsi kepemilikan assets in place yang besar memiliki peluang yang lebih kecil untuk mentransfer kekayaan dari kreditur (debtholders) kepada pemegang saham (shareholders). Penelitian mengenai pengaruh karakteristik aset perusahaan (assets in place) terhadap pengungkapan sukarela dilakukan oleh Hossain dan Reaz (2007) yang melaporkan bukti empiris mengenai tingkat pengungkapan sukarela yang dilakukan oleh 38 perusahaan dan bank di India. Hasil penelitian Hossain dan Reaz (2007) memberikan bukti empiris yang menunjukan bahwa karakteristik aset perusahaan (assets in place) berpengaruh positif dan signifikan dalam menjelaskan tingkat pengungkapan sukarela perusahaan. 46
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Hossain dan Hammami (2009) yang menguji secara empiris tentang faktor-faktor yang menentukan (determinant) pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan dengan sampel 25 perusahaan yang listing di Doha Securities Market (DSM) pada tahun 2007. Hasil penelitian ini adalah karakteristik aset perusahaan (assets in place) berpengaruh positif dan signifikan dalam menjelaskan tingkat pengungkapan sukarela. B.
Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis Hipotesis merupakan dugaan sementara atas suatu hubungan, sebab akibat dari kinerja variabel yang perlu dibuktikan kebenarannya (Hamid,2012:26). Perumusan hipotesis pada penelitian ini berdasarkan teori dan penelitian-penelitian terdahulu yang bertujuan untuk menguji pengaruh komposisi dewan komisaris, efektivitas komite audit, konsentkepemilikan, financial distress dan assets in place terhadap pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan. 1.
Komposisi dewan komisaris dengan Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure) Pada penelitian yang dilakukan oleh Arcay dan Vazquez (2005) menemukan bukti empiris penunjukan dewan komisaris yang independen memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pengungkapan sukarela perusahaan. Selanjutnya Cheng dan Courtenay (2006) menemukan bahwa perusahaan yang 47
memiliki dewan komisaris independen yang lebih besar memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pengungkapan sukarela dibandingkan dengan perusahaan dengan komposisi dewan komisaris yang seimbang. Iaad et al.(2014) juga menyatakan bahwa ukuran dewan pada perusahaan mempunyai hubungan positif terhadap pengungkapan sukarela. Hossain dan Reaz (2007) mendapatkan bukti empiris bahwa komposisi dewan komisaris yang independen tidak signifikan dalam menjelaskan tingkat pengungkapan sukarela. Nuryaman (2009) menyatakan bahwa komposisi dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela. Komposisi dewan komisaris menunjukan arah hubungan positif dengan pengungkapan sukarela, tetapi tidak signifikan. Khaldoon (2015) menyatakan bahwa dewan komisaris independen signifikan negatif terhadap pengungkapan sukarela. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha₁
:Komposisi dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure).
2.
Efektivitas Komite Audit dengan Pengungkapan Sukarela Chen dan Jaggi (2000) meneliti pengaruh keberadaan komite audit yang independen dengan kebijakan pengungkapan sukarela dalam laporan keuangan perusahaan menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara independensi 48
audit dengan tingkat pengungkapan sukarela perusahaan. Chen dan Jaggi (2000) menyatakan independensi komite audit dapat meningkatkan aktivitas monitoring board yang akan berguna untuk meningkatkan transparansi perusahaan dalam laporan keuangan. Ho dan Wong (2001) menggunakan keberadaan komite audit untuk melihat hubungannya dengan pengungkapan sukarela perusahaan. Dengan menggunakan index disclosure untuk menentukan tingkat pengungkapan sukarela perusahaan, hasilnya adalah keberadaan komite audit secara signifikan dan positif memengaruhi tingkat pengungkapan sukarela perusahaan. Evi dan Rosa (2014) juga menyatakan bahwa komite audit independen dan frekuensi pertemuan komite audit memiliki signifikan
positif
berpengaruh
pada
tingkat
pengungkapan
sukarela. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Hermawan (2009) yang menggunakan skor efektivitas komite audit dalam menilai pengaruhnya terhadap kualitas laba perusahaan, dan seperti halnya dewan komisaris. Ha₂
:Efektivitas komite audit berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure).
3.
Konsentrasi Kepemilikan dengan Pengungkapan Sukarela Sejumlah penelitian menemukan bahwa pengungkapan sukarela dianggap mampu meningkatkan transparansi laporan keuangan dan mengurangi asimetri informasi (Verrecchia, 2001). 49
Sinta dan Ahmar (2011) menyebutkan konsentrasi kepemikan akan memberikan insentif kepada pemegang saham untuk memonitor tindakan manajemen agar sesuai dengan kepentingan pemilik. Jadi dapat disimpulkan bahwa konsentrasi kepemilikan yang cenderung terjadi pada negara-negara berkembang akan mampu memonitor manajemen dalam memberikan informasi pada pengungkapan sukarela. Mohamed dan Ehab (2014:67) menyatakan bahwa konsentrasi kepemilikan signifikan negatif terhadap pengungkapan sukarela, hasil ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Javad et al. (2014:767) yang menyatakan bahwa konsentrasi kepemilikan signifikan negatif terhadap pengungkapan sukarela. Fatemeh dan Mansour (2014:423) juga menyatakan bahwa konsentrasi
kepemilikan
tidak
memiliki
korelasi
terhadap
pengungkapan sukarela. Nuryaman (2009:89) yang menyatakan bahwa konsentrasi kepemilikan signifikan positif berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela Dengan demikian hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha₃
:Konsentrasi
kepemilikan
berpengaruh
terhadap
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). 4.
Financial Distress dengan Pengungkapan Sukarela Kondisi
financial
distress
suatu
perusahaan
yang
dicerminkan dengan laba bersih negatif perusahaan yang 50
diharapkan berhubungan dengan luasnya pengungkapan sukarela. Hal ini didasarkan bahwa secara financial, perusahaan yang kuat akan mengungkapkan informasi yang lebih dibandingkan dengan perusahaan yang lemah. Beberapa penelitian termasuk penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2009) mengungkapkan bahwa financial distress tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela, selanjutnya Evi dan Rosa (2014) juga mengungkapkan bahwa status financial distress secara negatif berkaitan dengan pengungkapan sukarela. Penelitian yang dilakukan oleh Immanuel (2015) mengungkapkan bahwa financial distress berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan informasi sukarela. Namun dalam beberapa penelitian yang lain dikatakan bahwa distress firm akan mengeluarkan pengungkapan sukarela lebih rendah dari pada healthy firms. Dari pernyataan di atas maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut: Ha₄
:Kondisi
financial
distress
berpengaruh
terhadap
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). 5.
Assets in Place dengan Pengungkapan Sukarela. Penelitian yang dilakukan oleh Hossain dan Reaz (2007) melaporkan bukti empiris bahwa karakteristik aset perusahaan (assets
in
place)
pengungkapan
signifikan
suarela
dalam
perusahaan.
menjelaskan Penelitian
tingkat
selanjutnya
dilakukan oleh Hossain dan Hammami (2009) yang menghasilkan 51
karakteristik aset (assets in place) signifikan dalam menjelaskan tingkat pengungkapan sukarela. Ho dan Wong (2001) memasukkan variabel karakteristik aset perusahaan (assets in place) sebagai variabel kontrol dalam menjelaskan tingkat pengungkapan sukarela. Menurut Hossain (2008) bahwa assets in place tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan sukarela pada bank di India. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha₅
:Karakteristik Asset (assets in place) berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure).
6.
Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris, Efektivitas Komite Audit, Konsentrasi Kepemilikan, Financial Distress dan Assets in Place Secara Simultan terhadap Pengungkapan Sukarela. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui apakah semua variabel independen yaitu komposisi dewan komisaris, efektivitas komite audit, konsentrasi kepemilikan, financial distress dan assets in place secara simultan atau bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu pengungkapan sukarela, sehingga diajukan hipotesis sebagai berikut: Ha6
: Komposisi dewan komisaris, efektivitas komite audit, konsentrasi kepemilikan, financial distress dan assets in place berpengaruh secara simultan terhadap pengungkapan sukarela. 52
C.
Penelitian Sebelumnya Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik yang berhubungan dengan penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut.
53
No 1.
2.
Nama Peneliti (tahun) Khaldoon Albitar (2015)
Iaad I.S. Mustafa Sartawi, Riyad M. Hindawi, Ruba Bsoul & Ala’eddin Jamil Ali (2014)
Tabel 2.1 Penelitian-penelitian Terdahulu Variabel Variabel Dependen Independen Voluntary Firms characteristic, disclosure governance attributes
Judul Penelitian Firms characteristics, governance attributes and corporate voluntary disclosure : a study of Jordanian listed companies
Board composition, Voluntary firms characteristic, disclosure and voluntary disclosure: the case of Jordanian firms listed on the Amman Stock Exchange Bersambung pada halaman selanjutnya
a.
b.
Board composition and firms characteristics
a.
Hasil Penelitian Ukuran perusahaan, leverage, umur perusahaan, profitabilitas, likuiditas, ukuran dewan, dan ukuran komite audit signifikan positif terhadap pengungkapan sukarela Direktur independen dan struktur kepemilikan signifikan negatif dengan tingkat pengungkapan sukarela Perusahaan asuransi cenderung mengungkapkan pengungkapan secara sukarela daripada jenis perusahaan lainnya.
54
No
Nama Peneliti (tahun)
Judul Penelitian
Tabel 2.1 (lanjutan ) Variabel Variabel Dependen Independen b.
3.
Javad Dashti, Mohammad Mehdi Salehi & Sariush Mohammadi Zanjirani (2014)
The impact of ownership concentration on the level of voluntary disclosure of information in Tehran Stock Exchange Firms
Voluntary disclosure
Ownership concentraion
a.
b.
Hasil Penelitian Dewan direksi asing signifikan positif terhadap pengungkapan sukarela dan dewan direksi yang lebih tua berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sukarela. Jumlah persentase sebesar 95% signifikansi kepemilikan dari tiga pemegang saham utama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan sukarela. Ukuran perusahaan, leverage keuangan, produksi properti dan jumlah persentase kepemilikan tiga pemegang saham utama memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap pengungkapan sukarela.
Bersambung pada halaman selanjutnya 55
No 4.
5.
Nama Peneliti (tahun) Evi Gantyowati & Rosa Lenna Nugraheni (2014)
Mohamed A.K. Basuony & Ehab K.A. Mohammed (2014)
Judul Penelitian The impact of financial distress and corporate governace structures on the level of voluntary disclosure within annual reports of firms (case study of Non-financial firms in Indonesia over period of 20092011) Board composition, ownership concentration and voluntary internet disclosure by MSM-listed companies
Tabel 2.1 (lanjutan ) Variabel Variabel Dependen Independen Voluntary Financial distress disclosure status and corporate governance structures
a.
b.
Voluntary internet Board composition disclosure and ownership concentration
a.
b.
Hasil Penelitian Independensi komite audit dan frekuensi pertemuan komite audit memiliki dampak positif yang signifikan pada tingkat pengungkapan sukarela. Status financial distress berhubungan negatif dengan tingkat pengungkapan di berbagai tingkat signifikansi.
Hasil mengungkapkan bahwa konsentrasi kepemilikan memiliki pengaruh negatif pada internet financial disclosure. Profitabilitas perusahaan secara signifikan berdampak pada internet financial disclosure.
Bersambung pada halaman selanjutnya 56
No 6.
Nama Peneliti (tahun) Haiyan Jiang, Ahsan Habib & Baiding Hu (2011)
Judul Penelitian Ownership concentration, voluntary disclosures and information asymmetry in New Zealand
Tabel 2.1 (lanjutan ) Variabel Variabel Dependen Independen Information Ownership concentration and asymmetry voluntary disclosures
a.
b.
7.
Nuryaman (2009)
Pengaruh konsentrasi kepemilikan, ukuran perusahaan dan mekanisme corporate governance terhadap pengungkapan sukarela
Pengungkapan sukarela
Konsentrasi kepemilikan, ukuran perusahaan dan mekanisme corporate governace
a.
b.
Hasil Penelitian Hasil menunjukan bahwa konsentrasi kepemilikan signifikan positif berhubungan dengan bidask spread (proxy asimetri informasi). Pengungkapan sukarela secara signifikan dilemahkan oleh risiko asimetri informasi yang terkait dengan konsentrasi kepemilikan. Konsentrasi kepemilikan signifikan positif berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela Ukuran perusahaan signifikan positif berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela
Bersambung pada halaman selanjutnya 57
No
Nama Peneliti (tahun)
Judul Penelitian
Tabel 2.1 (lanjutan) Variabel Variabel Dependen Independen c.
d.
8.
Mohammed Hossain (2008)
The extent of disclosure in annual reports of banking comapanies: the case of India
Voluntary disclosure
Size, profitability, board composition , market discipline, age, complexity of business and assets in place
a.
b.
Hasil Penelitian dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela Kualitas audit secara signifikan dan positif berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela Ukuran perusahaan, profitabilitas, komposisi dewan dan market discipline signifikan terhadap pengungkapan sukarela. Umur, kompleksitas perusahaan dan assets in place tidak signifikan terhadap pengungkapan sukarela.
Sumber : Diolah dari berbagai referensi
58
D.
Kerangka Pemikiran Hamid (2012:25) mengungkapkan bahwa kerangka pemikiran merupakan sintesa dan serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat disajikan dalam bentuk bagan, deskripsi kualitatif, dan atau gabungan dari keduanya. Ada beberapa masalah yang terdapat dalam penelitian ini di antaranya adalah komposisi dewan komisaris, efektivitas komite audit, konsentrasi kepemilikan, financial distress dan assets in place yang diduga dapat memengaruhi manajemen dalam mengungkapkan informasi secara sukarela pada laporan tahunan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat digambarkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
59
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Adanya asimetri informasi antara investor (prinsipal) dan manajemen (agen) sehingga menimbulkan agency conflict
Basis Teori : agency theory,signalling theory and stakeholder theory
Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris, Efektivitas Komite Audit, Konsentrasi Kepemilikan, Financial Distress dan Assets in Place Terhadap Pengungkapan Sukarela
Variabel Independen
Variabel Dependen
Komposisi Dewan Komisaris (X1) Efektivitas Komite Audit (X2)
Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure) (Y)
Konsentrasi Kepemilikan (X3) Financial Distress (X4) Assets in Place (X5)
Metode Analisis : Regresi Berganda
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran 60
E.
Hipotesis Ha₁ :Komposisi dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Ha₂ :Efektivitas komite audit berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Ha₃ :Konsentrasi kepemilikan berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Ha₄ :Financial distress berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Ha₅ :Assets in place berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Ha6 : Komposisi dewan komisaris, efektivitas komite audit, konsentrasi kepemilikan, financial distress dan assets in place berpengaruh secara simultan terhadap pengungkapan sukarela.
61
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh komposisi dewan komisaris, efektivitas komite audit, konsentrasi kepemilikan, financial distress dan assets in place pada pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan dengan populasi perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2012, 2013, dan 2014. Jenis data yang dikumpulkan mencakup data laporan tahunan selama periode penelitian yaitu 2012 sampai 2014. B. Metode Penentuan Sampel Penelitian ini dilakukan dengan mengamati seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode observasi 2012 sampai 2014. Peneliti mengumpulkan data dari laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan. Sampel pada penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI selama periode tahun 20122014. Metode yang digunakan peneliti dalam pemilihan sampel penelitian adalah purposive sampling dengan teknik berdasarkan pertimbangan (judgement) yang merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu. Teknik penarikan sampel purposive ini dilakukan dengan cara memilih sampel dari sutu populasi berdasarkan pada informasi yang tersedia (Sarwono dan Suhayati 2010:50). Metode purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatives sesuai dengan 62
kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria sampel yang akan digunakan adalah sebagai beriikut: 1. Perusahaan listing atau terdaftar di BEI dari awal periode pengamatan dan tidak delisting sampai akhir periode pengamatan. 2. Perusahaan perbankan yang terdaftar secara berturut-turut di Bursa Efek Indonesia selama periode 2012-2014 3. Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI yang laporan keuangannya telah diaudit dan menyediakan informasi keuangan lengkap. 4. Laporan tahunan perusahaan perbankan menggunakan bahasa Indonesia dalam pelaporan keuangannya dan mata uang rupiah dalam pelaporan unit moneternya Pengambilan sampel pada periode 2012-2014 dilakukan karena peneliti ingin memperoleh informasi terkini mengenai keterkaitan antara komposisi dewan komisaris, efektivitas komite audit, konsentrasi kepemilikan,
financial distress dan assets in place
terhadap
pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan suatu perusahaan. Laporan tahunan menjadi salah satu sumber informasi bagi keputusan investor dalam menginvestasikan dananya melalui pasar saham. Keputusan investasi ini biasanya dipengaruhi oleh ketersediaan informasi akuntansi pada laporan keuangan perusahaan dan informasi non keuangan dalam laporan tahunan perusahaan.
63
C. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder, yaitu annual report untuk tahun 2012, 2013, dan 2014. Annual report digunakan karena pada annual report terdapat sumber informasi yang dilaporkan oleh perusahaan yang penting dan bermanfaat bagi stakeholder dalam pengambilan keputusan dengan tujuan untuk mengurangi adanya asimetri informasi. Untuk metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah content analysis, yaitu suatu metode pengumpulan data penelitian melalui teknik observasi dan analisis terhadap isi atau pesan dari suatu dokumen. Tujuan content analysis adalah melakukan identifikasi terhadap karakteristik atau informasi spesifik yang terdapat pada suatu dokumen
untuk
menghasilkan
deskripsi
obyektif
dan
sistematik
(Indriantoro dalam Istanti, 2009). Content analysis dilakukan dengan cara membaca laporan tahunan setiap perusahaan sampel dan memberi kode informasi yang terkandung di dalamnya. D. Metode Analisis Data Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi yang perhitungannya menggunakan SPSS versi 22. Regresi digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Analisis regresi ada 2 jenis, yaitu regresi linier sederhana dan regresi linier berganda. Penelitian ini menggunakan regresi linier berganda karena variabel independen yang digunakan lebih 64
dari satu variabel. Metode analisis regresi berganda yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi statistik deskriptif, uji asumsi klasik, uji hipotesis dan uji statistik. 1. Statistik Deskriptif Ghozali
(2013:19)
menyatakan
bahwa
statistik
deskriptif
memberikan gambaran suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi). Statistik deskriptif biasanya digunakan untuk menggambarkan profil data sampel sebelum memanfaatkan teknik analisis statistik yang berfungsi untuk menguji hipotesis. 2. Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik digunakan untuk menguji apakah persamaan regresi yang telah ditentukan merupakan persamaan yang dapat menghasilkan estimasi yang tidak bias. Uji asumsi klasik ini terdiri dari: a.
Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali,2013:160). Model regresi yang baik adalah distribusi datanya normal atau mendekati normal. Uji F dan uji t
65
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Grafik histogram untuk membandingkan data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2013:161). Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis grafik histogram, normal probability plot, dan analisis statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov Z (1-Sample KS). Jika nilai Kolmogorov-Smirnov memiliki tingkat signifikan di atas α > 0,05 berarti regresi memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2013:165). b.
Uji Multikolinieritas Multikolinieritas adalah suatu kondisi yang menunjukan satu atau lebih variabel independen terdapat korelasi dengan variabel independen lainnya. Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik 66
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabelvariabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen
yang
nilai
korelasi
antar
sesama
variabel
independen sama dengan nol (Ghozali, 2013:105) Adanya multikolinieritas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Batas dari nilai tolerance adalah 0,01 dan batas VIF adalah 10. Apabila nilai tolerance di bawah 0,01 atau nilai VIF di atas 10 maka terjadi multikolinieritas (Ghozali, 2013:106). c.
Uji heteroskedastisitas Heteroskedastisitas merupakan suatu varian pengganggu yang tidak mempunyai varian yang sama untuk setiap observasi, sehingga mengakibatkan penaksiran regresi yang tidak efisien. Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas
dan
jika
berbeda
disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas Kebanyakan
data
crossection
(Ghozali,2013:139).
mengandung
situasi 67
heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran baik ukuran kecil, sedang maupun besar. d.
Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi (Ghozali, 2013:110). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari suatu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena “gangguan” pada seseorang individu/kelompok cenderung memengaruhi “gangguan” pada individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya.
3. Koefisien Determinasi (R²) Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen yang menjelaskan variabel-variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu 68
berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crosssection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan. Kelemahan mendasar dalam menggunakan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan dalam model. Apabila satu variabel independen ditambah, R² akan meningkat tanpa mempedulikan apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan nilai adjusted R² untuk mengevaluasi model regresi. Nilai adjusted R² mampu naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan dalam model regresi. Seperti halnya koefisien determinasi (R²), nilai adjusted R² juga berkisar antara nol dan satu. Apabila mendekati nilai 1 berarti semakin kuat kemampuan variabel
independen
dalam
menjelaskan
variabel
dependennya
(Ghozali, 2013:97). 4. Analisis Regresi Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi berganda (multiple regression). Model regresi berganda umumnya digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu persamaan linier. 69
Analisis regresi berganda merupakan eksistensi dari modal regresi dalam analisis bivariate yang umumnya digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan atas lima variabel dengan menggunakan rumus persamaan matematis seperti di bawah ini: Y = α + β₁X₁ + β₂X₂ + β₃X₃ + β₄X₄ + β₅X₅ + ɛ Dimana: Y = Pengungkapan Sukarela (voluntary disclosure) α
= Konstanta (tetap)
β₁-β₅ = Koefisien variabel independen, apabila nilai β positif maka akan terjadi kenaikan pada variabel dependen (Y), jika nilai β negatif akan terjadi penurunan pada variabel dependen (Y) X₁ = Komposisi dewan komisaris X₂ = Efektivitas komite audit X₃ = Konsentrasi kepemilikan X₄ = Financial distress X₅ = Assets in place ɛ
= Kesalahan baku/error
5. Uji Statistik a.
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel independen
atau
bebas
yang
dimasukkan
dalam
model 70
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan bahwa apabila nilai signifikansi > 0,05 maka Ha ditolak, sedangkan apabila nilai signifikansi < 0,05 maka Ha diterima (Ghozali,2013:98). b.
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independensecara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dpenden yang diuji pada tingkat signifkansi 0,05 (Ghozali,2013:99). Kriteria pengambilan keputusan dilakukan dengan tingkat signifikansi 5%. Hipotesis Ha diterima jika tingkat signifikansi < 5% (kurang dari 0,05) dan hipotesis Ha ditolak apabila tingkat signifikansi > 5% (Ghozali, 2013:98)
E. Operasional Variabel Penelitian Data dalam penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Berikut ini akan diuraikan definisi mengenai variabel yang digunakan beserta dengan dimensi, operasional, indikator dan skala pengukurannya.
71
1. Variabel dependen (terikat) Variabel dependen merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti. Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi variabel independen (Indriantoro dan Supomo, 2002:63). Dalam penelitian ini, peneliti mengambil voluntary disclosure (VD) sebagai variabel dependen. Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan di luar pengungkapan wajib dan pengungkapan ini disajikan secara sukarela oleh manajemen terkait informasi yang dapat berguna bagi para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Indikator luas pengungkapan sukarela berupa indeks voluntary disclosure, yang merupakan rasio antara jumlah item informasi yang seharusnya diungkapkan. Makin besar indeks voluntary disclosure berarti semakin luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan. Pembuatan daftar item pengungkapan didasarkan pada item yang pernah dilakukan oleh penelitian sebelumnya, yaitu Hossain dan Reaz (2007), Sehar et al (2013) dan Barros et al (2013) dan telah disesuaikan dengan Peraturan No. KEP-431/BL/2012. Informasi yang diungkapkan dibagi menjadi 8 kategori utama yaitu: a. Corporate Strategy b. Corporate Governance c. Financial Performance 72
d. Risk Management e. Accounting Policy Review f. Key Non-Financial Statistics g. Corporate Sosial Responsibility h. Others Pengukurannya dengan menggunakan indeks artinya sebuah item diberi skor 1 jika diungkapkan dan skor 0 jika tidak diungkapkan. Perhitungan untuk mencari angka indeks ditentukan dengan formulasi sebagai berikut: 𝛴𝑄
Indeks = 𝛴 𝑆 × 100% Dimana: Q = jumlah item indeks voluntary disclosure yang diungkapkan S = total indeks voluntary disclosure yang seharusnya diungkapkan Semakin banyak item yang diungkapkan oleh perusahaan semakin tinggi skor indeks pengungkapan perusahaan tersebut. Nilai indeks pengungkapan yang tinggi menunjukan bahwa perusahaan tersebut melakukan
praktek
pengungkapan
yang
lebih
komprehensif
dibandingkan dengan perusahaan yang lain (Almilia dan Retrinasari, 2007). 2. Variabel Independen (Bebas) Variabel independen adalah variabel yang memengaruhi variabel terikat, baik secara positif maupun secara negatif. Jika terdapat variabel dependen maka variabel independen juga harus hadir, dan di setiap unit 73
kenaikan dalam variabel independen maka akan terdapat pula kenaikan atau penurunan dalam variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini, variabel independen terdiri dari komposisi dewan komisaris, efektivitas komite audit, konsentrasi kepemilikan, financial distress dan assets in place. Tujuan peneliti adalah untuk menjelaskan dan memprediksi apakah komposisi dewan komisaris, efektivitas komite audit, konsentrasi kepemilikan, financial distress dan assets in place memengaruhi atau tidak memengaruhi voluntary disclosure laporan tahunan suatu perusahaan. Variabel independen dapat secara umum dipaparkan sebagai berikut: a.
Komposisi Dewan Komisaris Komposisi dewan komisaris didefinisikan sebagai sebuah gabungan atau isi dari dewan komisaris yang berada di perusahaan. Komposisi dari dewan komisaris meliputi tentang banyaknya dewan komisaris independen. Independen ini sendiri merupakan sebuah komposisi dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan (eksternal). Komposisi dewan komisaris diukur dengan rumus sebagai berikut: Keberadaan Dewan Komisaris Independen =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠
74
b.
Efektivitas Komite Audit Efektivitas komite audit digunakan metode checklist yang disusun oleh Hermawan (2009) dan dihitung berdasarkan nilai yang diperoleh dari daftar pertanyaan (checklist) yang disusun berdasarkan karakteristik yang mencakup aktivitas, size, serta kompetensi komite audit. Seluruh sampel dihitung nilai skornya, termasuk yang tidak ada datanya. Efektivitas komite audit dihitung dengan rumus berikut. Efektivitas komite audit =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛
Untuk setiap pertanyaan penilaian akan terdiri dari tiga kemungkinan, yaitu Good, Fair dan Poor, atau dua kemungkinan Good dan Poor. Untuk menguji kehandalan dari pertanyaanpertanyaan yang digunakan dalam checklist, dilakukan pengujian cronbach alpha atas hasil yang diperoleh. c.
Konsentrasi Kepemilikan Kepemilikan saham yang terkonsentrasi adalah suatu kondisi dimana sebagian besar saham dimiliki oleh sebagian kecil individu/kelompok sehingga individu atau kelompok tersebut memiliki jumlah saham relatif dominan dibandingkan dengan pemegang saham lainnya. Konsentrasi kepemilikan suatu perusahaan diukur dengan menggunakan persentasi kepemilikan terbesar
pada
perusahaan
(sesuai
dengan
rumus
yang 75
dikembangkan oleh ICMD dalam Taman dan Nugraha (2010)) yang menjadi sampel penelitian dengan rumus sebagai berikut: Konsentrasi Kepemilikan = d.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 (𝑑𝑙𝑚 𝑙𝑏𝑟 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑅𝑝) 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛 (𝑑𝑙𝑚 𝑙𝑏𝑟 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑅𝑝)
X 100%
Financial Distress Financial distress adalah tahap penurunan kondisi keuangan yang dialami oleh suatu perusahaan, yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Financial distress terjadi saat perusahaan mempunyai laba bersih negatif beberapa tahun. Almalia dan Kristijadi (2003) menyatakan bahwa perusahaan yang mengalami financial distress adalah perusahaan yang selama beberapa tahun mengalami laba bersih operasi (net operation income ) negatif dan selama lebih dari satu tahun tidak melakukan pembayaran dividen. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan perbankan sehingga untuk pengukuran financial
distress 𝑁𝑃𝐿 =
Peraturan
Bank
digunakan
rumus
sebagai
berikut:
𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑥 100% 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
Indonesia
(PBI)
No.13/1/PBI/2011
menyatakan penilaian Non Performing Loan (NPL) digolongkan menjadi dua kategori yaitu kategori 1 untuk NPL yang lebih dari 5% (tidak sehat) dan kategori 0 untuk NPL yang kurang dari 5% (sehat).
76
e. Assets in place Assets in place adalah kebijakan investasi perusahaan pada saat ini yang digunakan untuk menghasilkan arus kas saat ini. Shammari (2008) mengambil assets in place sebagai determinan tingkat pengungkapan sukarela, dan mengukurnya dengan membagi total aset tetap perusahaan dengan total aset perusahan secara keseluruhan. Serupa dengan penelitian sebelumnya, Hossain dan Hammami (2009) yang juga menggunakan assets in place untuk mengetahui perbedaan tingkat pengungkapan sukarela, menghitung assets in place dengan membagi total aset tetap dibagi dengan total aset perusahaan secara keseluruhan. Selanjutnya, Omar dan Simon (2011) menghitung nilai assets in place dengan membagi book value of fixed assets dengan book value of total assets. Dalam penelitian ini assets in place diukur dengan rumus: Assets in place =
𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 –𝑎𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑢𝑠𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡
Berdasarkan penjelasan di atas, maka operasional variabel penelitian dapat disajikan dalam tabel 3.1 di bawah ini:
77
Variabel Pengungkapan sukarela laporan tahunan (Y) (Sumber : Nuryaman (2009)) Komposisi dewan komisaris (X1) (Sumber: Hossain dan Reaz (2007)) Efektivitas komite audit (X2) (Sumber: Hermawan (2009)) Konsentrasi kepemilikan (X3) (Sumber: Nuryaman (2009)) Financial Distress (X4)
Tabel 3.1 Operasional Variabel Indikator
𝛴𝑄
Skala
Indeks = 𝛴 𝑆 × 100%
Rasio
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠
Rasio
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛
Rasio
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑇𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛
𝑁𝑃𝐿 =
Rasio
𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑥 100% 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 Rasio
(Sumber: Kurniasari (2013)) Assets in place (X5)
NPL >5% (tidak sehat) = 1 dan NPL <5% (sehat) = 0 Assets in place= (Aset tetap-akumulasi penyusustan aset )/total aset
Rasio
(Sumber: Hossain dan Reaz (2007 Sumber: Data diolah dari berbagai referensi
78
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Deskripsi Objek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai tahun 2012-2014. Perusahaan perbankan tersebut telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan selama periode penelitian tersebut tidak keluar dari Bursa Efek Indonesia atau mengalami delisting. Peneliti memilih perbankan karena untuk menghindari industrial effect yaitu resiko industri yang berbeda antara sektor industri yang satu dengan yang lain. Periode pengamatan dalam penelitian ini adalah 3 tahun yaitu 2012, 2013 dan 2014. Peneliti menggunakan tahun pengamatan tersebut dikarenakan tahun 2012 Peraturan Bapepam Nomor Kep-134/BL/2006 telah
disempurnakan
dengan
Peraturan
Bapepam
Nomor
Kep-
431/BL/2012 tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik. 2. Deskripsi Sampel Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga periode pengamatan dan pemilihan sampel dari populasi menggunakan teknik purposive sampling yang merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu. Metode purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel 79
yang representatives sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria sampel yang akan digunakan adalah sebagai beriikut: a. Perusahaan listing atau terdaftar di BEI dari awal periode pengamatan dan tidak delisting sampai akhir periode pengamatan. b. Perusahaan perbankan yang terdaftar secara berturut-turut di Bursa Efek Indonesia selama periode 2012-2014 c. Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI yang menyediakan informasi yang lengkap. d. Laporan tahunan perusahaan perbankan menggunakan bahasa Indonesia dalam pelaporan keuangannya dan mata uang rupiah dalam pelaporan unit moneternya.
No 1 2 3 4
Tabel 4.1 Proses Seleksi Sampel Pelanggaran Kriteria Kriteria Total perusahaan perbankan yang listing di BEI 2012-2014 Perusahaan perbankan yang terdaftar secara berturut-turut di Bursa Efek (5) Indonesia selama periode 2012-2014 Perusahaan perbankan yang (2) menyediakan informasi yang lengkap Laporan keuangan menggunakan bahasa Indonesia dan mata uang rupiah dalam pelaporan keuangannya Jumlah sampel yang memenuhi kriteria Tahun pengamatan Jumlah Jumlah data outlier Jumlah sampel penelitian
Jumlah 40 35 33 33 33 3 99 (16) 83
80
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa total perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI berjumlah 40. Namun, berdasarkan hasil seleksi sampel hanya ada 33 perusahaan perbankan yang masuk dalam kriteria sampel. Periode pengamatan yang diambil oleh peneliti adalah 3 (tiga) tahun, yaitu tahun 2012, 2013 dan 2014. Jadi, total sampel yang diteliti sebanyak 99 data laporan tahunan perusahaan perbankan, selanjutnya dikarenakan adanya data outlier maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 83 data laporan tahunan perusahaan perbankan. Outlier adalah kasus atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk ekstrim baik untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi (Ghozali,2013). Dari proses seleksi sampel tersebut diperoleh perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Tabel 4.2 menyajikan daftar nama perusahaan perbankan yang menjadi sampel pada penelitian ini. Tabel 4.2 Daftar Nama Perusahaan Sampel No
Daftar Bank
1 Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk 2 Bank MNC International Tbk 3 Bank Capital Indonesia Tbk 4 Bank Central Asia 5 Bank Bukopin Tbk 6 Bank Mestika Dharma Tbk 7 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 8 Bank Nusantara Parahyangan Tbk 9 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 10 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Bersambung pada halaman berikutnya
Kode AGRO BABP BACA BBCA BBKP BBMD BBNI BBNP BBRI BBTN
81
Tabel 4.2 (lanjutan) 11 Bank Mutiara Tbk 12 Bank Danamon Indonesia Tbk 13 Bank Pundi Indonesia Tbk 14 Bank Ina Perdana Tbk 15 Bank Jabar Banten Tbk 16 Bank QNB Indonesia Tbk 17 Bank Maspion Indonesia Tbk 18 Bank Mandiri (Persero) Tbk 19 Bank CIMB Niaga Tbk 20 Bank Internasional Indonesia Tbk 21 Bank Permata Tbk 22 Bank Sinar Mas Tbk 23 Bank of India Indonesia Tbk 24 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 25 Bank Victoria International Tbk 26 Bank Mayapada International Tbk 27 Bank Windu Kentjana International Tbk 28 Bank Mega Tbk 29 Bank OCBC NISP Tbk 30 Bank Nationalnobu Tbk 31 Bank Pan Indonesia Tbk 32 Bank Panin Syariah Tbk 33 Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk Sumber : Data diolah
BCIC BDMN BEKS BINA BJBR BKSW BMAS BMRI BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BTPN BVIC MAYA MCOR MEGA NISP NOBU PNBN PNBS SDRA
B. Analisis dan Pembahasan Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini diuji dengan model regresi berganda. Tujuannya adalah memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai pengaruh variabel independen (komposisi dewan komisaris, efektivitas komite audit, konsentrasi kepemilikan, financial distress
dan
assets in place ) terhadap variabel dependen yaitu pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif Uji data statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, 82
maksimum, minimum, sum, range kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2013). Tabel 4.3 menggambarkan statistik deskriptif seluruh variabel dalam penelitian ini yang meliputi nilai minimum, maksimum, mean (rata-rata) dan standar deviasi. Nilai minimum menggambarkan nilai paling kecil yang diperoleh dari hasil pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan terhadap perusahaan sampel. Nilai maksimum menggambarkan nilai paling besar yang diperoleh dari hasil pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan, sedangkan mean (rata-rata) menunjukan nilai ratarata dari masing-masing variabel. Berikut ini adalah gambaran statistik deskriptif perusahaan sampel secara keseluruhan.
N 83 83 83 83 83 83
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Minimum Maximum Mean ,38 ,78 ,5976 ,30 ,75 ,5683 ,33 ,97 ,7853 ,22 1,00 ,6221 0 1 ,02 ,001 ,026 ,01108
VD KDK KA KK FD AIP Valid N 83 (listwise) Sumber : Data diolah (Output SPSS 22)
Std. Deviation ,09318 ,10350 ,14395 ,21157 ,154 ,005513
Tabel 4.2 di atas merupakan hasil statistik deskriptif dari data-data yang dikumpulkan
yang
menunjukan
bahwa
variabel
dependen
yaitu
pengungkapan sukarela atau voluntary disclosure (VD) memiliki nilai minimum sebesar 0,38 yang diperoleh dari Bank Maspion Indonesia Tbk dan Bank Panin Syariah Tbk pada tahun 2012 sedangkan nilai 83
maksimumnya sebesar 0,78 diperoleh dari Bank Internasional Indonesia Tbk pada tahun 2012, 2013 dan 2014. Nilai rata-rata pengungkapan sukarela sebesar 0,5976. Hal ini menunjukan rata-rata perusahaan perbankan mengungkapkan 24 item pengungkapan yang dipenuhi perusahaan dari jumlah semua item yang mungkin dipenuhi perusahaan yaitu 40 item dan standar deviasinya adalah sebesar 0,09318. Variabel komposisi dewan komisaris (KDK) menunjukan nilai minimum sebesar 0,30 yang diperoleh dari Bank Tabungan Negara Tbk pada tahun 2012 dan nilai maksimum sebesar 0,75 diperoleh dari Bank Victoria Internasional Tbk pada tahun 2012, 2013 dan 2014. Hal ini berarti dalam perusahaan sampel paling kecil ada sebesar 30% dari total jumlah dewan komisaris dan paling besar aadalah sebesar 75% dari total dewan komisaris. Rata-rata variabel komposisi dewan komisaris adalah sebesar 0,5683. Hal ini berarti rata-rata komposisi dewan komisaris independen di sektor perbankan telah memenuhi ketentuan mengenai dewan komisaris independen diatur dalam Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta No:Kep-305/BEJ/07-2004 Tentang Pencatatan Saham dan Efek bersifat Ekuitas Selain Saham yang Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat. Berdasarkan peraturan tersebut, perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia harus memiliki dewan komisaris independen yang jumlahnya sekurang-kurangnya 30% dari seluruh jumlah anggota dewan komisaris. sedangkan standar deviasinya adalah sebesar 0,10350.
84
Variabel efektivitas komite audit (KA) memiliki nilai minimum sebesar 0,33 yang diperoleh dari Bank of India Indonesia Tbk pada tahun 2012, 2013 dan 2014 sedangkan nilai maksimum sebesar 0,97 yang diperoleh dari Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Nilai rata-rata efektivitas komite audit sebesar 0,7853 dan standar deviasinya sebesar 0,14395. Variabel konsentrasi kepemilikan (KK) memiliki nilai minimum sebesar 0,22 yang diperoleh dari Bank Mayapada International Tbk pada tahun 2013 dan 2014 sedangkan nilai maksimum sebesar 1,00 diperoleh dari Bank Mutiara Tbk tahun 2012,2013 dan 2014. Nilai rata-rata konsentrasi kepemilikan adalah sebesar 0,6221dan standar deviasi sebesar 0,21157. Variabel financial distress (FD) memiliki nilai rata-rata sebesar 0,02 dan standar deviasi sebesar 0,154. Variabel assets in place (AIP) memiliki nilai minimum sebesar 0,001 yang diperoleh dari Bank Ina Perdana Tbk pada tahun 2013 sedangkan nilai maksimum sebesar 0,026 yang diperoleh dari Bank Capital Indonesia Tbk pada tahun 2012. Nilai rata-rata assets in place adalah sebesar 0,01108 dan standar deviasi sebesar 0,005513. 2. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji variabel pengganggu atau residual dalam model regresi mempunyai distribusi normal atau tidak. Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data 85
observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Hasil uji normalitas berdasarkan grafik histogram disajikan pada gambar berikut ini. Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Histogram
Uji yang kedua menggunakan uji pengganggu yang terdistribusi secara normal. Normal Probability Plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data yang sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari data distribusi normal. Gambar 4.1 merupakan hasil uji normal probability plot sebagai berikut.
86
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot
Pada grafik normal plot terlihat titik menyebar disekitar garis diagonal. Dengan memperhatikan grafik ini, dapat dikatakan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas sehingga layak untuk digunakan. Uji normalitas selanjutnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistic non-parametrik One-Sample Kolmogorof-Smirnof Test. Nilai signifikansi dari residual yang terdistribusi secara normal adalah jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) dalam uji One-Sample Kolmogorof-Smirnof Test lebih besar dari α = 0,05. Uji normalitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.4
87
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas (One-Sample Kolmogorof-Smirnof Test) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 83 Norm Mean ,0000000 al Std. Deviation ,07428122 Para meter sa,b Most Absolute ,073 Extre Positive ,073 me Negative -,057 Differ ences Test Statistic ,073 Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance. Sumber : Data Diolah (output SPSS 22) Tabel di atas menunjukan hasil perhitungan dengan menggunakan uji One-Sample Kolmogorof-Smirnof Test yang memiliki probabilitas tingkat signifikansi di atas kepercayaan α = 0,05 yaitu 0,200. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi normal. b. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik yaitu model regresi yang tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya
88
Variance Inflation Factor (VIF) dalam Collinearity Statistics. Hasil uji multikolinieritas terdapat pada tabel 4.5 berikut ini. Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinieritas
Model 1 (Constant) KDK KA KK FD AIP
Coefficientsa Collinearity Statistics Tolerance VIF ,853 ,891 ,829 ,898 ,969
1,172 1,122 1,206 1,113 1,032
a. Dependent Variable: VD Sumber : Data Diolah (output SPSS 22) Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolinieritas yang masih dapat ditolerir. Sebagai misal nilai tolerance = 0,10 sama dengan tingkat kolinieritas 0,95. (Ghozali,2013). Selanjutnya dengan melihat nilai VIF, jika tidak terdapat nilai VIF yang lebih dari 10 menunjukan bahwa antar variabel independen dalam model regresi tidak terdapat multikolinieritas. Tabel berikut ini menunjukan ringkasan dari hasil uji multikolinieritas. Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Uji Multikolinieritas Collinearity Statistics Variabel Independen Kesimpulan Tolerance VIF 1,172 Komposisi Dewan Komisaris 0,853 Tidak ada multikolinieritas 1,122 EfektivitasKomite Audit 0,891 Tidak ada multikolinieritas 1,206 Konsentrasi Kepemilikan 0,829 Tidak ada multikolinieritas 1,113 Financial Distress 0,898 Tidak ada multikolinieritas 1,032 Assets in Place 0,969 Tidak ada multikolinieritas Sumber : Data Diolah
89
Berdasarkan pada tabel di atas, terlihat bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10. Selanjutnya hasil perhitungan VIF juga menunjukan hal yang sama yaitu tidak ada satupun variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih besar dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk melihat apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain (Ghozali, 2013:139).. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Kebanyakan data crossection mengandung situasi yang heteroskedastisitas karena data ini menghimpun berbagai data yang memiliki semua ukuran baik kecil, sedang, maupun besar Dalam penelitian ini uji heteroskedastisitas yang digunakan adalah uji Glejser. Uji Glejser dilakukan untuk meregresi nilai absolute residual terhadap variabel independen. Jika nilai signifikansi antar variabel independen dengan absolute residualnya lebih dari tingkat signifikansi 0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
90
Tabel 4.7 Uji Glejser Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta t 1(Constant) ,073 ,050 1,468 KDK -,021 ,047 -,053 -,442 KA -,026 ,033 -,094 -,795 KK ,031 ,023 ,164 1,340 FD -,003 ,031 -,010 -,082 AIP ,141 ,830 ,019 ,170 a. Dependent Variable: ABS_RES Sumber : Data Diolah (output SPSS 22)
Sig. ,146 ,660 ,429 ,184 ,935 ,866
Jika variabel independen secara signifikan mempengaruhi variabel dependen dengan tingkat kepercayaan di bawah 5% berarti ada indikasi terjadinya heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil Uji Glejser dapt dilihat pada tabel 4.8 berikut ini. Tabel 4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel Independen Sig Keterangan Komposisi Dewan Komisaris 0,660 Tidak ada heteroskedastisitas EfektivitasKomite Audit 0,429 Tidak ada heteroskedastisitas Konsentrasi Kepemilikan 0,184 Tidak ada heteroskedastisitas Financial Distress 0,935 Tidak ada heteroskedastisitas Assets in Place 0,866 Tidak ada heteroskedastisitas Sumber : Data Diolah Hasil perhitungan heteroskedastisitas dengan menggunakan Uji Glejser pada tabel mengindikasikan nilai probabilitas signifikansinya di atas 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan tidak terdapat adanya heteroskedastisitas.
91
d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan apakah dalam model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi atau tidak terjadi autokorelasi. Uji autokorelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Durbin-Watson. Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini. Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb R Adjusted R Std. Error of Model R Square Square the Estimate a 1 ,604 ,365 ,323 ,07666 a. Predictors: (Constant), AIP, FD, KA, KDK, KK b. Dependent Variable: VD Sumber : Data Diolah (output SPSS 22)
DurbinWatson 1,962
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai DU adalah 1,772 sementara nilai DW adalah 1,962 lebih besar dari batas DU dan kurang dari (4 – DU) / (4 - 1,772) = 2,228. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi positif atau negatif. 3. Uji Koefisien Determinasi Uji koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi antara 0 dan 1. Apabila nilai koefisien determinasi mendekati satu, maka variabel independen memberikan
hampir
semua
informasi
yang
dibutuhkan
dalam 92
memprediksi variabel dependen.Koefisien determinasi (Adjusted R Square) dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini. Tabel 4.10 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb R Adjusted R Std. Error of the Model R Square Square Estimate a 1 ,604 ,365 ,323 ,07666 a. Predictors: (Constant), AIP, AKT, FD, KDK, KK, KA Sumber : Data Diolah (output SPSS 22) Hasil regresi memiliki nilai Adjusted R Square sebesar 0,323 atau 32,3%. Variabel dependen pengungkapan sukarela (VD) dapat dijelaskan secara signifikan oleh variasi variabel independen. Variabel independen tersebut adalah komposisi dewan komisaris, efektivitas komite audit, konsentrasi kepemilikian, financial distress dan assets in place, sedangkan sisanya 67,7% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diamati dalam penelitian ini. 4. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji F menunjukkan semua variabel independen yang ada dalam model regresi mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Apabila nilai signifikansi < 0,05 maka Ha diterima. Nilai F diturunkan dari tabel ANOVA yang dapat dilihat pada tabel 4.11 di bawah ini.
93
Tabel 4.11 Hasil Uji Signifikansi Simultan ANOVAa Sum of Mean Model Squares df Square F 1 Regression ,260 5 ,052 8,835 Residual ,452 77 ,006 Total ,712 82 a. Dependent Variable: VD b. Predictors: (Constant), AIP, FD, KA, KDK, KK Sumber : Data Diolah (output SPSS 22)
Sig. ,000b
Berdasarkan tabel 4.11 dapat diperoleh F hitung sebesar 8,835 yang mana lebih besar dari F tabel (2,21). Hasil uji signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, berarti komposisi dewan komisaris, efektivitas komite audit, konsentrasi kepemilikan, financial distress dan assets in place secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sukarela. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi dewan komisaris, efektivitas komite audit, konsentrasi kepemilikan, financial distress, dan
assets
in
place
berpengaruh
secara
simultan
terhadap
pengungkapan sukarela. b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t digunakan untuk mengetahui pengaruh antara masing-masing variabel independen untuk menjelaskan variabelvariabel dependen dengan tingkat signifikansi 5% atau 0,05. Apabila nilai probabilitas < 0,05 maka koefisien regresi signifikan dan Ha diterima. Apabila nilai probabilitas lebih dari 0,05 maka koefisien regresi tidak signifikan dan Ha ditolak.
94
Tabel 4.12 Hasil Uji Statistik t Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta 1 (Constant) ,349 ,094 KDK -,083 ,089 -,092 KA ,366 ,062 ,566 KK ,051 ,044 ,117 FD ,015 ,058 ,025 AIP -2,236 1,560 -,132 a. Dependent Variable: VD Sumber : Data Diolah (output SPSS 22)
t 3,715 -,936 5,882 1,170 ,265 -1,433
Sig. ,000 ,352 ,000 ,245 ,792 ,156
Pada tabel 4.12 terlihat bahwa ada empat variabel independen yaitu komposisi dewan komisaris, konsentrasi kepemilikan, financial distress dan
assets
in
place
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan (variabel dependen) yaitu sebesar 0,352, 0,245 , 0,792 dan 0,156 (karena lebih besar daripada tingkat signifikansi 5%). Variabel independen efektivitas komite audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel pengungkapan sukarela, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 (lebih kecil dari tingkat signifikansi 5%). Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai hasil dari tabel 4.12 1) Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris (KDK) terhadap Pengungkapan Sukarela (VD) Komposisi dewan komisaris yang dilambangkan dengan KDK berdasarkan tabel mempunyai nilai t sebesar -0,936 dan tingkat signifikansi sebesar 0,352 atau lebih besar dari 0,05. Hal ini 95
menyimpulkan bahwa secara parsial variabel komposisi dewan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perushaaan perbankan. Hipotesis 1 dalam penelitian ini ditolak. 2) Pengaruh
Efektivitas
Komite
Audit
(KA)
terhadap
Pengungkapan Sukarela (VD) Efektivitas komite audit yang diukur dengan perusahaan yang memenuhi 11 item yang terdiri dari aktivitas, size dan kompetensi. Efektivitas komite audit mempunyai nilai t sebesar 5,882 dan tingkat signifikansi sebesar 0,000 atau lebih kecil dari 0,05. Hal ini menyimpulkan bahwa secara parsial variabel efektivitas komite audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan perbankan. Hipotesis 2 dalam penelitian ini diterima. 3) Pengaruh
Konsentrasi
Kepemilikan
(KK)
terhadap
Pengungkapan Sukarela (VD) Konsentrasi kepemilikan berdasarkan tabel mempunyai nilai t sebesar 1,170 dan tingkat signifikan sebesar 0,245 atau lebih besar dari 0,05. Hal ini menyimpulkan bahwa secara parsial variabel konsentrasi kepemilikan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan perbankan. Hipotesis 3 dalam penelitian ini ditolak.
96
4) Pengaruh Financial Distress (FD) terhadap Pengungkapan Sukarela (VD) Financial Distress yang diukur dengan pendekatan risk-based bank rating dengan melihat faktor-faktor penilaian yang terdiri dari profil risiko (risk profile). Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah rasio Non Performing Loan (NPL) yang mewakili risiko kredit. Financial distress berdasarkan tabel mempunyai nilai t sebesar 0,265 dan tingkat signifikansi sebesar 0,792 atau lebih besar dari 0,05. Hal ini menyimpulkan bahwa secara parsial variabel financial distress tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan perbankan. Hipotesis 4 dalam penelitian ini ditolak. 5) Pengaruh Assets in Place (AIP) terhadap Pengungkapan sukarela (VD) Assets in place atau dilambangkan dengan AIP berdasarkan tabel mempunyai nilai t sebesar -1,433 dan tingkat signifikansi sebesar 0,156 atau lebih besar dari 0,05. Hal ini menyimpulkan bahwa secara parsial variabel assets in place tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan perbankan. Hipotesis 5 dalam penelitian ini ditolak. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda pada tabel 4.12 maka persamaan regresi adalah sebagai berikut: VD = 0,349–0,083KDK+0,366KA+0,051KK+0,015FD–2,236AIP+ɛ 97
No 1 2 3 4 5
Tabel 4.13 Ringkasan Hasil Penelitian Variabel Hasil Komposisi Dewan Komisaris Berpengaruh Tidak Signifikan Efektivitas Komite Audit Berpengaruh dan Signifikan Konsentrasi Kepemilikan Berpengaruh Tidak Signifikan Financial Distress Berpengaruh Tidak Signifikan Assets in Place Berpengaruh Tidak Signifikan
98
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini menguji mengenai pengaruh komposisi dewan komisaris, efektivitas komite audit, konsentrasi kepemilikan, financial distress dan assets in pplace terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) dalam laporan tahunan perusahaan perbankan tahun 2012 sampai 2014. Analisis pengaruh yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan program Statistical Package for Social Science (SPSS) Ver. 22. Data sampel yang digunakan sebanyak 83 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2012 sampai 2014. Hasil pengujian dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.
Komposisi dewan komisaris berpengaruh tidak signifikan terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) dalam laporan tahunan perusahaan perbankan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hossain dan Reaz (2007), Nuryaman (2009) dan Khaldoon (2015).
2.
Efektivitas komite audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) dalam laporan tahunan perusahaan perbankan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
99
yang dilakukan oleh Chen dan Jaggi (2000), Ho dan Wong (2001) serta Evi dan Rosa (2014). 3.
Konsentrasi kepemilikan berpengaruh tidak signifikan terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) dalam laporan tahunan perusahaan perbankan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Javad (2014), Mohammed dan Ehab (2014) serta Fatemeh dan Mansour (2014).
4.
Financial
distress
berpengaruh
tidak
signifikan
terhadap
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) dalam laporan tahunan perusahaan perbankan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2009). 5.
Assets in place berpengaruh tidak signnifikan terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) dalam laporan tahunan perusahaan perbankan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hossain (2008).
B. Saran Penelitian mengenai pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) di masa mendatang diharapkan dapat mempertimbangkan saran beikut ini: 1.
Penelitian selanjutnya agar menggunakan jenis perusahaan yang berbeda sebagai pembanding dan menggunakan periode penelitian lebih dari 3 tahun agar hasil penelitian lebih akurat.
100
2.
Penelitian selanjutnya dapat menggunakan variabel lain seperti struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas, karakteristik perusahaan serta umur perusahaan.
3.
Penelitian
selanjutnya
menggunakan
item-item
pengungkapan
sukarela yang terbaru dan berlaku untuk perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia (BEI).
101
DAFTAR PUSTAKA Adhariani, Desi, ”Tingkat Keluasan Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan dan Hubungannya dengan Current Earning Respont Coefficient (ERC)”, Tesis Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004. Albitar Ghassan Khaldoon,”Firm Characteristic, Governance Attributes and Corporate Voluntary Disclosure: A Study of Jordanian Listed Companies”,International Business Research, Vol. 8 No. 3, 2015. Almilia, Luciana Spica dan Kristijadi, “Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ”, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol.7 No.2, 2003. Almilia, Luciana Spica dan Ikka Retrinasari,”Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ”, Proceeding Seminar Nasional FE Universitas Trisakti, Jakarta, 2007. Amalia, Dessy, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure) pada Laporan Tahunan Perusahaan”, Jurnal Akuntansi Pemerintah, Vol. 1 No. 2, 2005. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal No. Kep – 06/PM/2000 tentang Perubahan Peraturan Nomor VIII G 7 Tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan, Jakarta,2000. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor KEP643/BL/2012 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, Jakarta,2012. Barros, P, Carlos, Boubaker Sabri, Hamrouni Amal, “Corporate Governance and Voluntary Disclosure In France”, The Journal of Applied Business Research, Vol. 29 No. 2, 2013. Basari, M, Taukiful, “Sengketa Utang:Keterbukaan Informasi PKPU Davomas sDipertanyakan”, diakses pada tanggal 26 Februari 2016 pukul 09.15. Belkoui, dan Ahmed Riahi,”Teori Akuntansi”,Edisi Kelima, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2006. 102
Cheng, Eugene C.M, dan Courtenay, Stephen M, “Board Composition, Regulation Regime and Voluntary Disclosure”, The International Journal of Accounting,Vol. 41,2006. Chen, J.P Chen dan Jaggi, Bikki, ”Association Between Independent NonExecutive Directors, Family Control and Financial disclosures in Hong Kong”, Journal of Accounting and Public Policy”Vol.19, 2000. Choi,
D.S. Frederick, dan Mueller, G. Gerhard,”Akuntansi Internasional”,Buku Satu, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 1999.
Choi, Frederick dan Gary, Meek,”Akuntansi Internasional”,Buku 1 Edisi 6, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2010. Chrisman, J.J., Chua, J.H., Steier, L.P., Wright, M., McKnee, D.N.,”An Agency Theoretic Analysis of Value Creation Through Management Buy-Outs of Family Firms”,Journal of Family Business Strategy, Vol. 3, 2012. Claessens, S., Djankov, S., Fan, J., & Lang, L,” Disentangling the Incentive and Entrenchmrnt Effect of Large Shareholding”, Jurnal of Finance, Vol. 57 No. 6, 2002. Dallas, George,”Governance and Risk. Analytical Hand books for Investors, Managers, Directors and Stakeholders”,McGraw Hill,New York,2004. Darrough, M.N.,”Disclosure Policy and Competition:Cournot Bertrand”,The Accounting Review, Vol. 68 No. 3, 1993.
vs
Dashti Javad, Mohammad M.S., dan Sariush Mohammadi Zanjirani,”The Impact of Ownership Concentration on The Level of Voluntary Disclosure of Information in Tehran Stock Exchange Firms”,Indian Journal of Fundamental and Applied Life Sciences, Vol. 4, 2014. Elliot, R.K dan Jacobson, P.D,”Costs and Benefits of Business Information Disclosure”, Accounting Horizonz, Vol. 8 No. 4, 1994. Eng, L.L., Mak, Y.T.,”Corporate Governance and Voluntary Disclosure”, Journal of Accounting and Public Policy, Vol. 22 No. 4, 2003. Fatemeh, S.N., dan Mansour Garkar,”Correlation Between Ownership Concentration, Voluntary Disclosure, and Information Asymmetry in Companies Listed on the Stock Exchange”, Kuwait Chapter of 103
Arabian Journal of Business and Management Review, Vol. 4 No. 1, 2014. Gantyowati Evi dan Nugraheni Lenna Rossa,”The Impact of Financial Distress Status and Corporate Governance Structures on the Level of Voluntary Disclosure within Annual Reports of Firms”, Journal of Modern Accounting and Auditing, Vol. 10 No. 4, 2014. Ghozali, Imam,”Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21”,Edisi 7 Cetakan VII, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2013. Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, & Scott Holmes,”Accounting Theory”, 7th Ed. John Wiley & Sons, Inc, 2010. Hadi,N.dan A.Sabeni, “Analysis of Factors Affecting The Extent of Voluntary Disclosure in The Annual Report of Public Company Firms in Jakarta Stock Exchange,” Jurnal Maksi Vol.1, 2002. Hamid, Abdul,”Panduan Penulisan Skripsi”,Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta, 2012. Haniffa, R.M dan Cooke, T.E.,”Culture, Corporate Governance and Disclosure in Malaysian Corporation”, Presented at the Asian AAA World Conference in Singapore, Vol. 38 No. 3, 2002. Hardiningsih, Pancawati,”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Voluntary Disclosure Laporan Tahunan Perusahaan”, Jurnal Bisnis dan Ekonomi Vol. 15 No. 1, 2008. Haely, M.P dan Krishna G. Palepu,”Information Asymmetry, Corporate Disclosure and The Capital Market: a review of the empirical disclosure literature”, Journal of Accounting and Economics, Vol. 31, 2001. Healy, P.M., dan Palepu, K.G.,”The Effect of Firms Financial Disclosure Strategies on Stock Prices”, Accounting Horizons, Vol. 7 No. 1, 1993. Henderson, Scott, Graham Pearson, dan Kate Harris,”Financial Accounting Theory”, Pearson Education Australia, Australia, 2004. Hendriksen, Eldon dan Michael Van Breda,”Teori Akunting”,Edisi Kelima, Penerbit Interaksara, Jakarta, 2002.
104
Hermawan, Ancella, A., “Pengaruh Efektivitas Dewan Komisaris dan Komite Audit, Kepemilikan Keluarga, dan Peran Monitoring Bank Terhadap Kandungan Informasi Laba”, Disertasi Universitas Indonesia, 2009. Hossain, M dan Hammami, H.,”Voluntary Disclosure in the Annual Reports of an Emerging Country, the case of Qatar”, Advances in Accounting Incoporating Advances in International Accounting, 2009. Hossain, M dan Reaz, M.,”Determinants and Characteristics of Voluntary Disclosure by Indian Banking Companies”,Corporate Social Responsibility and Environment Management, Vol. 14 No. 5, 2007. Ho, S.M., dan Wong, K.S,”A Study of a Relationship Between Corporate Governance Structures and The Extent of Voluntary Disclosure”,Journal of International Accounting, Auditing and Taxation, Vol. 10, 2001. Hubert, Ooghe and Tine De Langhe,”The Anglo-American versus the Continental European Corporate Governance Model: Empirical Evidence of Board Composition in Belgium”, European Business Review,Vol.14 No.6, 2002. Indriantoro, Nur dan Bambang Supamo,”Metodologi Bisnis”,BPEE,Yogyakarta, 2002.
Penelitian
Istanti, Sri Layla Wahyu,”Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sukarela Modal Intelektual (Tesis)”, Program Pasca SarjanaUniversitas Diponegoro, 2009. Jeanjean, Thomas dan Stolowy, Herve,”Determinants of Boardmembers Financial Expertise Empirical Evidence from France”,The International Journal of Accounting, Vol. 44, 2009. Jensen, Michael C. dan William H. Meckling,”Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership”, Journal of Financial Economics, Vol. 3, 1976. Jiang, Haiyan., Habib, Ahsan dan Hu Baiding,”Ownership Concentration, Voluntary Disclosure and Information Asymmetry in New Zealand”,The British Accounting Review,Vol. 43, 2011. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal-LK Nomor: KEP431/BL/2012 Tanggal 1 Agustus 2012. La Porta, R., Lopez-de-Silanes, F., Shleifer, A., & Vishny, R.,”Corporate Ownership Around the World”, Journal of Finance, Vol. 54, 1999. 105
Mohamed, A.K, Basuony, Ehab, K.A. Mohamed,”Board Composition, Ownership Concentration, And Voluntary Internet Disclosure By MSM-Listed Companies”,Corporate Board: Role, Duties & Composition, Vol. 10 No. 1, 2014. Nuryaman,”Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Sukarela”,Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 6 No. 1, 2009. Omar, Bilal. dan Simon, Jo,”Corporate Aggregate Disclosure Practices in Jordan”,Advances in Accounting, Incorporating advances in International Accounting, Vol. 27, 2011. Rodoni, Ahmad dan Ali, Herni,”Manajemen Keuangan, Edisi pertama”, Mitra Wacana Media, Jakarta,2010. Sarwono, Jonathan dan Ely Suhayati,”Riset Akuntansi Menggunakan SPSS”,Edisi 1, Graha Ilmu: Yogyakarta, 2010. Sehar, Najm-Ul, Bilal dan Tufail Sumaira,”Determinants of Voluntary Disclosure in Annual Report: A Case Study of Pakistan”, Academy of Business and Scientific Research, Vol. 2 No. 2, 2013. Shinta,N.P, dan Ahmar, N, “ Eksplorasi Struktur Kepemilikan Saham Publik di Indonesia Tahun 2004-2008”,The Indonesian Accounting Review,Vol.1 No. 2, 2011. Soemarso, S.R, “Akuntansi Suatu Pengantar”,Buku Dua, Salemba Empat, Jakarta, 2003. Sudarmadji, Ardi Murdoko dan Lana Sularto,”Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage dan Tipe Kepemilikan Perusahaan Terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan”, Jurnal Fakultas Ekonomi, Vol 2, 2007. Sun, Y., Yi, Y., Lin, B,”Board Independence, Internal Information Environment and Voluntary Disclosure of Auditor’s Reports on Internal Control”, China Journal of Accounting Research, Vol. 5, 2012. Suwardjono, Teori Akuntansi : Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Edisi Ketiga, BPFE Yogyakarta, 2008. Stolowy, H., dan Lebas, M.J.,”Financial Accounting and Reporting: A Global 106
Perspective”,Thomson Learning, London, 2004. Taman, Abdullah dan Billy Agung Nugroho, “Determinan Kualitas Implementasi Corporate Governance Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2004-2008”,Jurnal Universitas Negeri Yogyakarta, 2010. Todd, R dan Sherman, R.,”International Financial Statement Analysis In F.D.S Choi (Ed)”,Handbook of International Accounting, New York: Wiley Chapter 9, 1991. Undang-undang Republik Indonesia tentang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007. Verrenchia, R.E.,”Essays on Disclosure”, Journal of Accounting and Economics, Vol. 32, 2001. Wijaya, Ari,”Mekanisme Corporate Governance Pada Perusahaan Yang Mengalami Permasalahan Keuangan (Financially Distressed Firms)” Universitas Pembangunan Veteran Jakarta.
107
LAMPIRAN 1
108
Lampiran 1 Nama Perusahaan Perbankan No
Daftar Bank
1 Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk 2 Bank MNC International Tbk 3 Bank Capital Indonesia Tbk 4 Bank Central Asia 5 Bank Bukopin Tbk 6 Bank Mestika Dharma Tbk 7 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 8 Bank Nusantara Parahyangan Tbk 9 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 10 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 11 Bank Mutiara Tbk 12 Bank Danamon Indonesia Tbk 13 Bank Pundi Indonesia Tbk 14 Bank Ina Perdana Tbk 15 Bank Jabar Banten Tbk 16 Bank QNB Indonesia Tbk 17 Bank Maspion Indonesia Tbk 18 Bank Mandiri (Persero) Tbk 19 Bank CIMB Niaga Tbk 20 Bank Internasional Indonesia Tbk 21 Bank Permata Tbk 22 Bank Sinar Mas Tbk 23 Bank of India Indonesia Tbk 24 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 25 Bank Victoria International Tbk 26 Bank Mayapada International Tbk 27 Bank Windu Kentjana International Tbk 28 Bank Mega Tbk 29 Bank OCBC NISP Tbk 30 Bank Nationalnobu Tbk 31 Bank Pan Indonesia Tbk 32 Bank Panin Syariah Tbk 33 Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk Sumber : Data Diolah
109
Kode AGRO BABP BACA BBCA BBKP BBMD BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BINA BJBR BKSW BMAS BMRI BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BTPN BVIC MAYA MCOR MEGA NISP NOBU PNBN PNBS SDRA
Lampiran 2 Cheklist Pengungkapan Adaptasi dari Chekclist Hossain dan Reaz (2007), Sehar et al. (2013) dan Barros et al (2013) Berdasarkan Penyesuaian dari Peraturan Bapepam Nomor KEP-431/BL/2012 A. Corporate strategy Management's objectives and strategies/statement of corporate goals or 1 objectives (a) Future strategy, information of future expansion (capital expenditures)/ 2 general development of business (a) B. Corporate Governance 3 Are the independent directors well defined? (a) 4 Directors’ engagement/directorship of other companies (a) 5 Duration of belonging to the company (c) 6 Number of shareholders belonging to the board of directors (c) 7 Details of CEO’s contact address (a) 8 Picture of all directors/board of directors (a) C. Financial Performance 9 Brief discussion and analysis of a bank’s financial position (b) 10 Qualitative forecast of earnings (c) 11 Risk-weighted assets (ATMR) (a) 12 Total liquid assets to assets ratio (a) 13 Cost-to-income ratio (a) 14 Loan to deposit ratio (LDR) (a) 15 Dividend per share (b) D. Risk Management 16 Information on risk management committee (b) 17 Information on risk management structure (a) 18 Information on credit risk management structure (a) 19 Narrative discussions on risk assets, risk measurement and monitoring (b) 20 Quantitative information on gross loan positions (a) 21 Information on assets–liability management committee (b) 22 Disclosure of credit rating system/process (b) 23 General descriptions of market risk segments (a) 24 Maturity information about deposits and other liabilities (a) E. Accounting Policy Review 25 Discussion on accounting policy (a) 26 Disclosure of accounting standards uses for its accounts (a) F. Key Non-Financial Statistics 27 Age of key employee (a) 28 Number of employees by sex (c) Bersambung ke halaman berikutnya 110
Lampiran 2 (lanjutan) 29 Details of branch location (a) 30 Number of branch (a) 31 Information on ATM (a) 31 Location of ATM and their address (a) 33 List of top five shareholders of the bank (a) G. Corporate Social Disclosure 34 Information on donations to charitable organizations (b) 35 Information on social banking activities/banking for the society (a) H. Others 36 Online banking facilities (a) 37 Information on credit card business (a) 38 Information on welfare of employees (a) 39 Graphical presentation of performance indicators (b) 40 Related party disclosure (b) Keterangan : (a). Hossain dan Reaz (2007) (b). Sehar et al (2013) (c). Barros et al (2013)
111
Lampiran 3 Daftar Pertanyaan Skoring Efektifitas Komite Audit Penilaian dikembangkan Oleh Hermawan ( 2009 ) BAGIAN I AKTIVITAS 1. Apakah komite audit mengevaluasi internal control p perusahaan Jika komite audit mengevaluasi internal kontrol maka bernilai 3 "good", jika tidak maka bernilai 1 "poor". 2. Apakah komite audit mengusulkan auditor eksternal Jika komite audit mengusulkan auditor eksternal perusahaan, maka bernilai 3 "good", jika tidak maka bernilai 1 "poor". 3. Apakah komite audit melakukan review atas laporan keuangan Jika komite audit mereview laporan keuangan perusahaan, maka bernilai 3 "good", jika tidak maka bernilai 1 "poor". 4. Apakah komite audit mereview masalah legal perusahaan Jika komite audit mereview masalah legal perusahaan, maka bernilai 3 "good", jika tidak maka bernilai 1 "poor". 5. Apakah komite audit menyusun laporan komite audit Jika komite audit menyusun laporan komite audit perusahaan, maka bernilai 3 "good", jika tidak maka bernilai 1 "poor". 6. Jumlah rapat dewan komite audit Jika rapat komite audit dalam setahun lebih dari 6 kali, maka perusahaan bernilai 3 "good", jika rapat diadakan antara 3-6 kali maka perusahaan bernilai 2 "fair", jika kurang dari 3 maka bernilai 1 "poor". 7. Tingkat kehadiran komite audit dalam rapatnya Jika tingkat kehadiran rapat anggota komite audit adalah 80% maka perusahaan bernilai 3 "good", jika tingkat kehadiran diantara 70%-80% maka perusahaan bernilai 2 "fair", jika kurang dari 70% maka perusahaan bernilai 1 "poor". Bersambung ke halaman berikutnya 112
Good
Fair
Poor
Lampiran 3 (lanjutan) BAGIAN I AKTIVITAS 8. Apakah Komite audit membahas hal berikut dalam laporan komite audit:
Good
Fair
Poor
Good
Fair
Poor
Good
Fair
Poor
a. Ruang lingkup komite audit ( 1 jika ada dan 0 jika tidak ada ) b. Keakuratan laporan keuangan ( 1 jika ada dan 0 jika tidak ada ) c. Cost-effectiveness ( 1 jika ada dan 0 jika tidak ada ) d. Independensi komite audit ( 1 jika ada dan 0 jika tidak ada ) e. Objektifitas komite audit ( 1 jika ada dan 0 jika tidak ada ) Jika skor kelima pertanyaan diatas adalah 5, maka perusahaan berilai 3 "good", jika nol atau tidak ada yang terpenuhi maka bernilai 1 "poor", jika kurang dari 5 bernilai 2 "fair". BAGIAN II JUMLAH ( SIZE ) 9. Jumlah Komite Audit Perusahaan Jika jumlah komite audit perusahaan >3 maka perusahaan bernilai 3 "good", jika jumlahnya diantara 2-3 maka bernilai 2 "fair", jika kurang dari 2 maka bernilai 1 "poor". BAGIAN III KOMPETENSI 10. Jumlah anggota komite audit yang memiliki latar belakang akuntansi Jika >1 anggota komite audit yang memiliki latar belakang akuntansi, maka perusahaan bernilai 3 "good", jika hanya 1 yang memiliki latar belakang akuntansi maka perusahaan bernilai 2 "fair", jika tidak ada anggota yang memiliki latar belakang akuntansi maka perusahaan bernilai 1 "poor". 11. Umur setiap anggota komite audit ( 0 jika tidak terdapat info) Jika rata-rata umur anggota komite audit >40 tahun, maka perusahaan bernilai 3 "good", jika rata-rata umur komite auditnya antara 30-40 tahun, maka bernilai 2 "fair", jika kurang dari 30 tahun maka bernilai 1 "poor". 113
Kriteria Penetapan Nilai untuk Masing-masing Pertanyaan pada Scoring Efektivitas Komite Audit Berdasarkan Penelitian Hermawan (2009) A. Aktivitas Komite Audit Pelaksanaan tanggung jawab komite audit. Tanggung jawab komite audit tersebut merupakan tanggung jawab yang telah ditetapkan oleh BEI dan Bapepam-LK, yaitu: 1 Evaluasi komite audit atas pengendalian internal perusahaan. 2 Pengajuan usulan auditor eksternal dalam proses penunjukkan auditor eksternal. 3 Penelaahan atas laporan keuangan perusahaan. 4 Evaluasi atas kepatuhan perusahaan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. 5 Menyiapkan laporan komite audit yang lengkap untuk pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan. Kriteria penelitian untuk setiap poin tanggung jawab komite audit. Good : apabila terdapat informasi bahwa komite audit telah melaksanakan tugas dan tanggung jawab tersebut. Poor : apabila tidak terdapat informasi bahwa komite audit telah melaksanakan tugas dan tanggung jawab tersebut. 6 Jumlah rapat komite audit yang diakukan dalam satu tahun. Dengan semakin banyak rapat yang dilakukan oleh komite audit untuk keperluan pembahasan hal-hal yang terkait dengan tugas komite audit, maka komite audit dapat menjalankan tugasnya dengan lebih efektif, terutama dalam menelaah laporan keuangan. Kriteria penilaian: Good : apabila jumlah rapat yang diadakan oleh komite audit lebih dari 6 (enam) kali dalam setahun. Fair : apabila jumlah rapat yang diadakan oleh komite audit sebanyak 4 (empat) hingga 6 (enam) kali dalam setahun. Poor : apabila jumlah rapat yang diadakan oleh komite audit kurang dari 4 (empat) kali dalam setahun atau perusahaan tidak memberikan informasi. 7 Tingkat kehadiran dari anggota komite audit dalam rapat yang diadakan komite audit selama setahun. Tingkat kehadiran ini menggambarkan keaktifan komite audit dalam menjalankan tanggung jawabnya di perusahaan. Kriteria penilaian: Good : apabila rata-rata tingkat kehadiran anggota komite audit pada rapat yang diadakan oleh komite audit lebih dari 80%. Fair : apabila rata-rata tingkat kehadiran anggota komite audit pada rapat yang diadakan oleh komite audit 70%-80%. Poor : apabila rata-rata tingkat kehadiran anggota komite audit pada rapat yang diadakan oleh komite audit kurang dari 70% atau perusahaan tidak memberikan informasi. 8 Komite audit mengevaluasi scope, akurasi, efektivitas biaya, independensi dan objektifitas auditor eksternal. Salah satu fungsi 114
komite audit adalah memastikan bahwa auditor eksternal telah melakukan proses audit secara memadai. Kriteria penilaian: Good : apabila komite audit telah melakukan evaluasi terhadap seluruh faktor dari auditor eksternal. Fair : apabila komite audit hanya melakukan evaluasi terhadap sebagian faktor dari auditor eksternal. Poor : apabila komite audit tidak melakukan evaluasi terhadap seluruh faktor dari auditor eksternal atau perusahaan tidak memberikan informasi pada laporan tahunannya. B. Jumlah Anggota Komite Audit 9 Jumlah anggota dari komite audit. Menurut ketentuan BEI dan Bapepam-LK, jumlah anggota komite audit minimal 3 orang. Semakin banyak jumlah anggota komite audit, maka semakin efektif tugas yang dapat dijalankan oleh komite audit. Kriteria penilaian: Good : apabila jumlah anggota komite audit lebih dari 3 orang. Fair : apabila jumlah anggota komite audit adalah 3 orang. Poor : apabila jumlah anggota komite audit kurang dari 3 orang. C. Kompetensi Komite Audit 10 Jumlah proporsi anggota komite audit yang memiliki latar belakang pengetahuan di bidang akuntansi. Dengan dimilikinya pengetahuan di bidang akuntansi tersbeut, diharapkan komite audit dapat menjalankan tugasnya dalam mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan dengan sangat baik dan efektif. Kriteria penilaian: Good : apabila anggota komite audit yang memiliki latar belakang pendidikan atau pengetahuan di bidang akuntansi lebih dari 1 orang. Fair : apabila anggota komite audit yang memiliki latar belakang pendidikan atau pengetahuan di bidang akuntansi sebanyak 1 orang. Poor : apabila tidak ada anggota komite audit yang memiliki latar belakang pendidikan atau pengetahuan di bidang akuntansi atau perusahaan tidak memberikan informasi. 11 Rata-rata umur anggota komite audit. Hal ini berhubungan dengan pengalaman dan kemampuan setiap anggota komite audit. Semakin tua seorang anggota komite audit, diharapkan anggota tersebut memiliki pengalaman dan kemampuan yang lebih baik dalam menjalankan tugasnya. Kriteria penilaian: Good : apabila rata-rata umur anggota komite audit diatas 40 tahun. Fair : apabila rata-rata umur anggota komite audit antara 30-40 tahun. Poor : apabila rata-rata umur anggota komite audit dibawah 30 tahun.
115
LAMPIRAN 2
116
Lampiran 4 Hasil Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure) No Daftar Bank Kode 2012 1 Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk AGRO 0,475 2 Bank MNC International Tbk BABP 0,6 3 Bank Capital Indonesia Tbk BACA 0,5 4 Bank Central Asia BBCA 0,625 5 Bank Bukopin Tbk BBKP 0,65 6 Bank Mestika Dharma Tbk BBMD 0,475 7 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk BBNI 0,625 8 Bank Nusantara Parahyangan Tbk BBNP 0,575 9 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk BBRI 0,6 10 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk BBTN 0,675 11 Bank Mutiara Tbk BCIC 0,6 12 Bank Danamon Indonesia Tbk BDMN 0,75 13 Bank Pundi Indonesia Tbk BEKS 14 Bank Ina Perdana Tbk BINA 0,475 15 Bank Jabar Banten Tbk BJBR 0,6 16 Bank QNB Indonesia Tbk BKSW 0,5 17 Bank Maspion Indonesia Tbk BMAS 0,375 18 Bank Mandiri (Persero) Tbk BMRI 0,6 19 Bank CIMB Niaga Tbk BNGA 0,775 20 Bank Internasional Indonesia Tbk BNII 0,75 21 Bank Permata Tbk BNLI 0,65 Bersambung pada halaman selanjutnya 117
2013 0,575 0,525 0,5 0,6 0,65 0,475 0,7 0,6 0,65 0,65 0,625 0,725 0,55 0,65 0,5 0,475 0,725 0,775 0,775 0,675
2014 0,55 0,5 0,675 0,625 0,6 0,7 0,6 0,65 0,7 0,475 0,65 0,525 0,575 0,725 0,575 0,675
No Daftar Bank 22 Bank Sinar Mas Tbk 23 Bank of India Indonesia Tbk 24 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 25 Bank Victoria International Tbk 26 Bank Mayapada International Tbk 27 Bank Windu Kentjana International Tbk 28 Bank Mega Tbk 29 Bank OCBC NISP Tbk 30 Bank Nationalnobu Tbk 31 Bank Pan Indonesia Tbk 32 Bank Panin Syariah Tbk 33 Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk Sumber : Data Diolah
Lampiran 4 (lanjutan) Kode BSIM BSWD BTPN BVIC MAYA MCOR MEGA NISP NOBU PNBN PNBS SDRA
118
2012 0,55 0,6 0,55 0,675 0,55 0,675 0,375 0,525
2013 0,675 0,525 0,575 0,6 0,425 0,525 0,7 0,55 0,675 0,525 0,525
2014 0,675 0,575 0,65 0,425 0,7 0,55 0,675 0,525 0,525
Lampiran 5 Hasil Perhitungan Komposisi Dewan Komisaris No
Daftar Bank
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk Bank MNC International Tbk Bank Capital Indonesia Tbk Bank Central Asia Bank Bukopin Tbk Bank Mestika Dharma Tbk Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Bank Nusantara Parahyangan Tbk Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Bank Mutiara Tbk Bank Danamon Indonesia Tbk Bank Pundi Indonesia Tbk Bank Ina Perdana Tbk Bank Jabar Banten Tbk Bank QNB Indonesia Tbk Bank Maspion Indonesia Tbk Bank Mandiri (Persero) Tbk Bank CIMB Niaga Tbk Bank Internasional Indonesia Tbk Bank Permata Tbk Bank Sinar Mas Tbk Bank of India Indonesia Tbk Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk Bank Victoria International Tbk Bank Mayapada International Tbk Bank Windu Kentjana International Tbk Bank Mega Tbk Bank OCBC NISP Tbk Bank Nationalnobu Tbk Bank Pan Indonesia Tbk Bank Panin Syariah Tbk Bank Woori Saudara Indonesia 1906 33 Tbk Sumber : Data Diolah 119
Kode
2012
2013
2014
AGRO BABP BACA BBCA BBKP BBMD BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BINA BJBR BKSW BMAS BMRI BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BTPN BVIC MAYA MCOR MEGA NISP NOBU PNBN PNBS
0,5 0,75 0,667 0,6 0,4 0,5 0,571 0,5 0,375 0,3 0,667 0,5 0,667 0,667 0,5 0,333 0,6 0,5 0,571 0,556 0,5 0,75 0,5 0,5 0,667 0,5 0,667
0,5 0,5 0,667 0,6 0,6 0,5 0,571 0,5 0,5 0,333 0,667 0,5 0,667 0,667 0,5 0,667 0,571 0,5 0,5 0,5 0,6 0,5 0,75 0,6 0,667 0,5 0,667 0,5 0,667
0,6 0,667 0,6 0,5 0,5 0,5 0,5 0,714 0,5 0,667 0,571 0,5 0,667 0,714 0,5 0,5 0,667 0,333 0,75 0,6 0,5 0,667 0,6 0,667
SDRA
0,667 0,667
0,75
Lampiran 6 Hasil Perhitungan Efektifitas Komite Audit No Daftar Bank Kode 2012 1 Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk AGRO 0,697 2 Bank MNC International Tbk BABP 0,939 3 Bank Capital Indonesia Tbk BACA 0,727 4 Bank Central Asia BBCA 0,667 5 Bank Bukopin Tbk BBKP 0,879 6 Bank Mestika Dharma Tbk BBMD 0,636 7 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk BBNI 0,97 8 Bank Nusantara Parahyangan Tbk BBNP 0,758 9 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk BBRI 0,818 10 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk BBTN 0,879 11 Bank Mutiara Tbk BCIC 0,848 12 Bank Danamon Indonesia Tbk BDMN 0,848 13 Bank Pundi Indonesia Tbk BEKS 14 Bank Ina Perdana Tbk BINA 0,636 15 Bank Jabar Banten Tbk BJBR 0,909 16 Bank QNB Indonesia Tbk BKSW 0,697 17 Bank Maspion Indonesia Tbk BMAS 0,364 18 Bank Mandiri (Persero) Tbk BMRI 0,606 19 Bank CIMB Niaga Tbk BNGA 0,879 20 Bank Internasional Indonesia Tbk BNII 0,818 21 Bank Permata Tbk BNLI 0,818 22 Bank Sinar Mas Tbk BSIM 23 Bank of India Indonesia Tbk BSWD Bank Tabungan Pensiunan Nasional 24 Tbk BTPN 0,909 25 Bank Victoria International Tbk BVIC 0,667 26 Bank Mayapada International Tbk MAYA Bank Windu Kentjana International 27 Tbk MCOR 0,485 28 Bank Mega Tbk MEGA 29 Bank OCBC NISP Tbk NISP 0,939 30 Bank Nationalnobu Tbk NOBU 0,515 31 Bank Pan Indonesia Tbk PNBN 0,909 32 Bank Panin Syariah Tbk PNBS 0,576 Bank Woori Saudara Indonesia 1906 33 Tbk SDRA 0,818 Sumber : Data Diolah 120
2013 0,727 0,879 0,758 0,909 0,879 0,576 0,97 0,879 0,818 0,818 0,636 0,848 0,667 0,939 0,667 0,606 0,636 0,939 0,879 0,879 0,333
2014 0,788 0,758 0,909 0,727 0,818 0,97 0,939 0,909 0,788 0,636 0,909 0,848 0,636 0,758 0,879 0,879 0,788 -
0,939 0,879 0,879
0,909 0,848 0,758
0,515 0,939 0,727 0,848 0,515
0,97 0,879 0,879 0,576
0,818
0,818
Lampiran 7 Hasil Perhitungan Konsentrasi Kepemilikan No
Daftar Bank
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk Bank MNC International Tbk Bank Capital Indonesia Tbk Bank Central Asia Bank Bukopin Tbk Bank Mestika Dharma Tbk Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Bank Nusantara Parahyangan Tbk Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Bank Mutiara Tbk Bank Danamon Indonesia Tbk Bank Pundi Indonesia Tbk Bank Ina Perdana Tbk Bank Jabar Banten Tbk Bank QNB Indonesia Tbk Bank Maspion Indonesia Tbk Bank Mandiri (Persero) Tbk Bank CIMB Niaga Tbk Bank Internasional Indonesia Tbk Bank Permata Tbk Bank Sinar Mas Tbk Bank of India Indonesia Tbk Bank Tabungan Pensiunan Nasional 24 Tbk 25 Bank Victoria International Tbk 26 Bank Mayapada International Tbk Bank Windu Kentjana International 27 Tbk 28 Bank Mega Tbk 29 Bank OCBC NISP Tbk 30 Bank Nationalnobu Tbk 31 Bank Pan Indonesia Tbk 32 Bank Panin Syariah Tbk Bank Woori Saudara Indonesia 1906 33 Tbk Sumber : Data Diolah 121
Kode
2012
2013
2014
AGRO BABP BACA BBCA BBKP BBMD BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BINA BJBR BKSW BMAS BMRI BNGA BNII BNLI BSIM BSWD
0,798 0,699 0,388 0,504 0,393 0,999 0,588 0,603 0,568 0,614 1 0,674 0,99 0,383 0,696 0,846 0,6 0,969 0,835 0,447 -
0,804 0,699 0,388 0,508 0,371 0,894 0,588 0,662 0,568 0,601 1 0,674 0,802 0,383 0,696 0,677 0,6 0,969 0,848 0,447 0,76
0,804 0,459 0,508 0,402 0,894 0,588 0,662 0,568 0,601 0,038 0,383 0,826 0,677 0,6 0,969 0,447 0,534 -
BTPN 0,579 0,41 0,4 BVIC 0,349 0,347 0,394 MAYA 0,224 0,224 MCOR MEGA NISP NOBU PNBN PNBS
0,668 0,667 0,851 0,851 0,851 0,503 0,241 0,232 0,459 0,46 0,46 1 1 0,521
SDRA
0,529 0,529
0,72
Lampiran 8 Hasil Perhitungan Financial Distress No
Daftar Bank
Kode
1 Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk 2 Bank MNC International Tbk 3 Bank Capital Indonesia Tbk 4 Bank Central Asia 5 Bank Bukopin Tbk 6 Bank Mestika Dharma Tbk 7 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 8 Bank Nusantara Parahyangan Tbk 9 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 10 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 11 Bank Mutiara Tbk 12 Bank Danamon Indonesia Tbk 13 Bank Pundi Indonesia Tbk 14 Bank Ina Perdana Tbk 15 Bank Jabar Banten Tbk 16 Bank QNB Indonesia Tbk 17 Bank Maspion Indonesia Tbk 18 Bank Mandiri (Persero) Tbk 19 Bank CIMB Niaga Tbk Bersambung pada halaman selanjutnya
AGRO BABP BACA BBCA BBKP BBMD BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BINA BJBR BKSW BMAS BMRI BNGA
122
2012 3,68% 5,78% 2,11% 0,38% 2,23% 2,28% 2,81% 0,97% 1,78% 4,22% 3,90% 2,62% 0,36% 2,07% 0,73% 0,24% 1,74% 2,73%
NPL 1 (Tidak Sehat) = > 5% NPL 0 (Sehat) = < 5% 2013 2014 0 2,27% 0 3,68% 1 4,88% 0 0 0,37% 0 0,34% 0 0,44% 0 0,60% 0 2,43% 0 2,77% 0 2,16% 0 2,16% 0 2,17% 0 1,96% 0 0,92% 0 1,86% 0 1,55% 0 1,69% 0 4,05% 0 4,01% 0 12,28% 1 0 2,03% 0 0 0,38% 0 0,80% 0 2,83% 0 4,15% 0 0,23% 0 0,31% 0 0,61% 0 0,71% 0 1,60% 0 1,66% 0 3,34% 0 4,95%
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Lampiran 8 (lanjutan) No
Daftar Bank
20 Bank Internasional Indonesia Tbk 21 Bank Permata Tbk 22 Bank Sinar Mas Tbk 23 Bank of India Indonesia Tbk 24 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 25 Bank Victoria International Tbk 26 Bank Mayapada International Tbk 27 Bank Windu Kentjana International Tbk 28 Bank Mega Tbk 29 Bank OCBC NISP Tbk 30 Bank Nationalnobu Tbk 31 Bank Pan Indonesia Tbk 32 Bank Panin Syariah Tbk 33 Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk Sumber : Data Diolah
Kode BNII BNLI BSIM BSWD BTPN BVIC MAYA MCOR MEGA NISP NOBU PNBN PNBS SDRA
123
2012 1,70% 1,37% 0,58% 2,30% 1,98% 0,91% 0% 1,69% 1,70% 0,65%
NPL 1 (Tidak Sehat) = > 5% NPL 0 (Sehat) = < 5% 2013 2014 0 2,11% 0 0 1,04% 0 1,70% 3,00% 1,60% 0 0 0,67% 0 0,70% 0 0,70% 0 3,52% 1,04% 0 1,46% 0 1,69% 0 0 0,73% 0 1,30% 0 0% 0 0% 0 3,56% 0 4,36% 0 1,80% 0 1,74% 0 0,48% 0 2,51%
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Lampiran 9 Hasil Perhitungan Assets in Place No
Daftar Bank
1 Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk 2 Bank MNC International Tbk 3 Bank Capital Indonesia Tbk 4 Bank Central Asia 5 Bank Bukopin Tbk 6 Bank Mestika Dharma Tbk 7 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 8 Bank Nusantara Parahyangan Tbk 9 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 10 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 11 Bank Mutiara Tbk 12 Bank Danamon Indonesia Tbk 13 Bank Pundi Indonesia Tbk 14 Bank Ina Perdana Tbk 15 Bank Jabar Banten Tbk 16 Bank QNB Indonesia Tbk 17 Bank Maspion Indonesia Tbk 18 Bank Mandiri (Persero) Tbk 19 Bank CIMB Niaga Tbk 20 Bank Internasional Indonesia Tbk Bersambung pada halaman selanjutnya
Kode
2012
2013
2014
AGRO BABP BACA BBCA BBKP BBMD BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BINA BJBR BKSW BMAS BMRI BNGA BNII
0,002593 0,008511 0,026288 0,014537 0,008755 0,012798 0,013734 0,004385 0,005086 0,014164 0,012786 0,013452 0,002402 0,010374 0,025471 0,020488 0,011017 0,008411 0,008797
0,005633 0,004345 0,023425 0,015079 0,010833 0,013747 0,01426 0,003558 0,006344 0,011609 0,014633 0,011937 0,001264 0,009852 0,010068 0,016752 0,010429 0,009448 0,007887
0,007804 0,019389 0,015957 0,011533 0,012975 0,014936 0,003268 0,007379 0,010295 0,000523 0,013778 0,005501 0,018647 0,010443 0,010658 -
124
No Daftar Bank 21 Bank Permata Tbk 22 Bank Sinar Mas Tbk 23 Bank of India Indonesia Tbk 24 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 25 Bank Victoria International Tbk 26 Bank Mayapada International Tbk 27 Bank Windu Kentjana International Tbk 28 Bank Mega Tbk 29 Bank OCBC NISP Tbk 30 Bank Nationalnobu Tbk 31 Bank Pan Indonesia Tbk 32 Bank Panin Syariah Tbk 33 Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk Sumber : Data Diolah
Lampiran 9 (lanjutan) Kode 2012 BNLI 0,005685 BSIM BSWD BTPN 0,010923 BVIC 0,013752 MAYA MCOR 0,017693 MEGA NISP 0,010128 NOBU 0,001671 PNBN 0,01421 PNBS 0,011568 SDRA 0,017296
125
2013 0,006932 0,005581 0,010839 0,012045 0,023038 0,013967 0,008593 0,003698 0,014878 0,007039 0,0181
2014 0,006093 0,027473 0,009728 0,010658 0,015965 0,009572 0,00509 0,014497 0,00481 0,01903
LAMPIRAN 3
126
Hasil Output SPSS A. Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
VD
83
,38
,78
,5976
,09318
KDK
83
,30
,75
,5683
,10350
KA
83
,33
,97
,7853
,14395
KK
83
,22
1,00
,6221
,21157
FD
83
0
1
,02
,154
AIP
83
,001
,026
,01108
,005513
Valid N (listwise)
83
B. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Hasil Uji Normalitas Menggunakan Histogram
127
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot
Hasil Uji Normalitas (One-Sample Kolmogorof-Smirnof Test) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 83 Normal Mean ,0000000 Parametersa,b Std. Deviation ,07428122 Most Extreme Absolute ,073 Differences Positive ,073 Negative -,057 Test Statistic ,073 Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance. 2.
Uji Multikolinieritas Coefficientsa
Model 1
Collinearity Statistics Tolerance VIF (Constant)
KDK KA KK FD AIP a. Dependent Variable: VD
,853 ,891 ,829 ,898 ,969
128
1,172 1,122 1,206 1,113 1,032
3.
Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa Standardized Coefficients
Unstandardized Coefficients Model
B
Std. Error
1(Constant)
Beta
,073
,050
KDK
-,021
,047
KA
-,026
KK
t
Sig.
1,468
,146
-,053
-,442
,660
,033
-,094
-,795
,429
,031
,023
,164
1,340
,184
FD
-,003
,031
-,010
-,082
,935
AIP
,141
,830
,019
,170
,866
a. Dependent Variable: ABS_RES
4.
Uji Autokorelasi Model Summaryb
Model
R
1
,604a
R Square
Adjusted R Square
,365
Std. Error of the Estimate
,323
Durbin-Watson
,07666
1,962
a. Predictors: (Constant), AIP, FD, KA, KDK, KK
C. Uji Hipotesis 1. Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb Adjusted R Model R R Square Square 1 ,604a ,365 ,323 a. Predictors: (Constant), AIP, FD, KA, KDK, KK
Std. Error of the Estimate ,07666
2.
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ANOVA Sum of Model Squares df Mean Square 1Regression ,260 5 ,052 Residual Total
,452 ,712
77 82
a. Dependent Variable: VD b. Predictors: (Constant), AIP, FD, KA, KDK, KK
129
,006
F
Sig. ,00 8,835 0b
3.
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta 1 (Constant) ,349 ,094 KDK -,083 ,089 -,092 KA ,366 ,062 ,566 KK ,051 ,044 ,117 FD ,015 ,058 ,025 AIP -2,236 1,560 -,132 a. Dependent Variable : VD
130
t 3,715 -,936 5,882 1,170 ,265 -1,433
Sig. ,000 ,352 ,000 ,245 ,792 ,156
vi