PENGARUH UKURAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK, PENGUNGKAPAN AUDITOR LAIN DALAM LAPORAN AUDITOR, DAN UKURAN KOMITE AUDIT TERHADAP MISSTATEMENT DALAM LAPORAN KEUANGAN AUDITAN (Studi Empiris pada Perusahaan Non-Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Chandra Raenaldi NIM: 1111082000071
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI 1.
Nama Lengkap
: Chandra Raenaldi
2.
Tempat, Tanggal Lahir
: Tangerang, 05 Juni 1994
3.
Alamat
: Jl. Cicentang RT 002/01 No.40, Kelurahan Rawabuntu, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan
4.
Telepon
: 089636202507
5.
Email
:
[email protected]
II. PENDIDIKAN 1.
SD Negeri 2 Rawabuntu
Tahun 1999-2005
2.
SMP Negeri 7 Tangerang Selatan
Tahun 2005-2008
3.
SMK Negeri 1 Tangerang Selatan
Tahun 2008-2011
4.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2011-2015
III. PENGALAMAN ORGANISASI 1. Pojok Bursa Fakultas Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2013-2015 IV. LATAR BELAKANG KELUARGA 1.
Ayah
: Tolka Arifin
2.
Tempat, Tanggal Lahir
: Solo, 21 Maret 1953
3.
Ibu
: Mimi Ngatminah
4.
Tempat, Tanggal Lahir
: Solo, 20 Maret 1960
vi
ABSTRACT The Effects of Audit Firm Size, Disclosure of Other Auditors in the Auditor Reports, and Audit Committee Size on Misstatement in the Audited Financial Reports The purpose of this study is to examine the effects of audit firm size, disclosure of other auditors in the auditor reports, and audit committee size on misstatement in the audited financial reports that are indicated as a form of financial reporting and audit failures on non financial listed companies in Indonesia. In addition, this study also added two control variables, firm size and firm complexity. Data for this study were obtained from the financial reports of non financial listed companies in Indonesia Stock Exchange from the period of 20082012 with a total population of 1.767 non financial companies. Based on method purposive sampling, research sample total is 64 financial statements with 32 financial statements subsequently restated and 32 financial statements as matched sample. A matched sample comprising non restating companies is formed using match-pair procedures where misstated and non misstated companies are matched by fiscal year, industry sector, and firm size. Hypothesis in this research are tested by logistic regression. Result of this research indicates that audit firm size effects significantly on misstatement in the audited financial reports. This evidence suggests that smaller accounting firms do not enforce the correct application of financial accounting standard (SAK) to the same extent as large accounting firms, the resulting in more misstatements on client audited financial reports and implying lower quality audit outcomes by small accounting firms. On the other hand two another variables, disclosure of other auditors in the auditor reports and audit committee size found don‘t effects significantly on misstatement in the audited financial reports. Keywords
: Audit firm size, disclosure of other auditors in the auditor reports, audit committee size, financial report misstatements, agency problems.
vii
ABSTRAK Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik, Pengungkapan Auditor Lain dalam Laporan Auditor, dan Ukuran Komite Audit Terhadap Misstatement dalam Laporan Keuangan Auditan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh ukuran kantor akuntan publik, pengungkapan auditor lain dalam laporan auditor, dan ukuran komite audit terhadap misstatement dalam laporan keuangan auditan yang diindikasikan sebagai bentuk kegagalan pelaporan keuangan dan kegagalan audit pada perusahaan go public non keuangan di Indonesia. Disamping itu, penelitian ini juga menggunakan dua variabel kontrol, yaitu ukuran perusahaan dan kompleksitas perusahaan. Data untuk penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan perusahaan go public non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu 2008-2012 dengan total populasi sebesar 1.767 perusahaan non keuangan. Berdasarkan metode purposive sampling, total sampel penelitian ini adalah 64 laporan keuangan dengan 32 laporan keuangan yang disajikan kembali tahun selanjutnya dan 32 sampel pembanding. Sampel pembanding yang terdiri dari perusahaan yang tidak melakukan penyajian kembali dibentuk menggunakan match-pair procedures yang mana perusahaan yang melakukan dan tidak melakukan misstatement dicocokan berdasarkan tahun fiskal, sektor industri, dan ukuran perusahaan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap misstatement dalam laporan keuangan auditan. Hal ini menunjukkan bahwa kantor akuntan publik kecil tidak mengaplikasikan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) secara benar pada tingkat yang sama dengan kantor akuntan publik besar, yang menyebabkan lebih banyak misstatement pada laporan keuangan auditan klien dan menyiratkan bahwa kualitas audit yang dihasilkan oleh kantor akuntan publik kecil lebih rendah. Sedangkan dua variabel lain yaitu pengungkapan auditor lain dalam laporan auditor dan ukuran komite audit ditemukan tidak berpengaruh signifikan terhadap misstatement dalam laporan keuangan auditan. Kata kunci
: ukuran kantor akuntan publik, pengungkapan auditor lain dalam laporan auditor, ukuran komite audit, misstatement laporan keuangan, masalah agensi.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Segala puji bagi Allah SWT, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik, Pengungkapan Auditor Lain dalam Laporan Auditor, dan Ukuran Komite Audit Terhadap Misstatement dalam Laporan Keuangan Auditan” dengan baik. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman, yang telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada: 1. Kedua orangtua penulis, Bapak Arifin dan Ibu Mimi, yang selalu mencurahkan perhatian, cinta dan sayang, dukungan serta doa yang tertuju untukku. 2. Kakak-kakakku Nurul, Dini, Dina dan Dita yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan untuk kesuksesan penulis. 3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini LC., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak. CA., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas ilmu yang telah Bapak berikan selama ini. 5. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas saran yang diberikan selama proses penulisan skripsi.
ix
6. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis. 7. Sella, Fitria, Mumu, Oji, dan Bonita yang telah menemani penulis selama masa perkuliahan, terima kasih atas semangat dan keceriaan kalian. 8. Akuntansi C UIN 2011, terima kasih atas memori empat tahun kita bersamasama menghadapi kehidupan kampus yang penuh warna. Semoga kita semua mencapai kesuksesan di masa depan. 9. Seluruh teman-temanku UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2011, terima kasih atas doa, semangat dan dukungan yang diberikan kepada penulis selama ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Mei 2015
Chandra Raenaldi
x
DAFTAR ISI
Halaman Judul .......................................................................................................i Lembar Pengesahan Skripsi ............................................................................... ii Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ........................................................ iii Lembar Pengesahan Ujian Skripsi .....................................................................iv Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ...................................................... v Daftar Riwayat Hidup .........................................................................................vi Abstract ................................................................................................................ vii Abstrak ............................................................................................................... viii Kata Pengantar ....................................................................................................ix Daftar Isi ...............................................................................................................xi Daftar Tabel .......................................................................................................xiv Daftar Gambar .................................................................................................... xv Daftar Lampiran ................................................................................................xvi BAB I
PENDAHULUAN .......................................................................... 1 A. Latar Belakang .......................................................................... 2 B. Perumusan Masalah................................................................... 9 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 10 1. Tujuan Penelitian ................................................................ 10 2. Manfaat Penelitian .............................................................. 10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 12 A. Tinjauan Literatur ................................................................... 12 1. Teori Keagenan (Agency Theory) ...................................... 12 2. Misstatement ...................................................................... 14 3. Ukuran Kantor Akuntan Publik ......................................... 17 4. Pengungkapan Auditor Lain dalam Laporan Audit ........... 22 5. Komite Audit ..................................................................... 24 6. Ukuran Perusahaan ............................................................ 29 7. Kompleksitas Perusahaan .................................................. 30 xi
B. Penelitian Sebelumnya ........................................................... 30 C. Kerangka Berpikir .................................................................. 34 D. Hipotesis ................................................................................. 35 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 40 A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................... 40 B. Metode Penentuan Sampel ..................................................... 40 C. Metode Pengumpulan Data .................................................... 41 D. Metode Analisis Data ............................................................. 42 1. Definisi Regresi Logistik ................................................... 42 2. Tahapan Regresi Logistik .................................................. 43 E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ...................................... 47 1. Variabel Dependen ............................................................ 47 2. Variabel Independen .......................................................... 48 3. Variabel Kontrol ................................................................ 50
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 52 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ........................... 52 1. Deskripsi Objek Penelitian ............................................... 52 2. Deskripsi Sampel Penelitian............................................. 54 B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian .......................................... 55
BAB V
PENUTUP.................................................................................... 68 A. Kesimpulan............................................................................. 68 B. Saran ....................................................................................... 69
Daftar Pustaka .................................................................................................... 71 Lampiran ............................................................................................................. 77
xii
DAFTAR TABEL No
Keterangan
Halaman
1.1
Kasus Kesalahan Penyajian Laporan Keuangan di Dunia ........................ 2
2.1
Kinerja Big 4 ............................................................................................. 18
2.2
Jumlah KAP Menurut Jumlah Partner 2010-2014 .................................... 19
2.3
Kinerja KAP di Indonesia Tahun 2013 ..................................................... 20
2.4
Penelitian Sebelumnya .............................................................................. 31
3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian ......................................................... 51
4.1
Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria ................................................. 53
4.2
Sampel Penelitian ...................................................................................... 54
4.3
Distribusi Sampel Berdasarkan Sektor Industri ........................................ 55
4.4
Statistik Deskriptif .................................................................................... 56
4.5
Menilai Keseluruhan Model ...................................................................... 58
4.6
Koefisien Determinasi ............................................................................... 59
4.7
Kelayakan Model Regresi ......................................................................... 59
4.8
Matriks Klasifikasi .................................................................................... 60
4.9
Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik ........................................................ 61
xiii
DAFTAR GAMBAR No
Keterangan
Halaman
2.1
Skema Kerangka Penelitian ...................................................................... 34
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No
Keterangan
Halaman
1.
Data Sampel .............................................................................................. 75
2.
Hasil Output SPSS .................................................................................... 84
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan sumber informasi bagi pihak internal perusahaan maupun pihak eksternal perusahaan. Karena laporan keuangan merupakan catatan atau ringkasan transaksi yang telah dilakukan perusahaan dalam satu periode akuntansi, maka laporan keuangan juga berfungsi sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan untuk memberikan informasi bagi pengguna laporan keuangan, baik internal maupun eksternal. Ketika informasi keuangan didasarkan pada laporan keuangan auditan, pengguna laporan keuangan dapat memperoleh persepsi mengenai keandalan laporan keuangan tersebut (Weele, 2011). Namun, ketika opini wajar tanpa pengecualian yang telah diterbitkan keliru, investor mungkin mendasarkan keputusan mereka pada informasi yang tidak dapat diandalkan, yang menyebabkan pengambilan keputusan yang tidak tepat (Flanagan dkk., 2008 dalam Weele, 2011). Laporan keuangan harus memenuhi karakteristik kualitatif sehingga dapat menyediakan informasi yang tepat dalam pengambilan keputusan oleh pengguna laporan keuangan (Wulandari & Budiartha, 2014). Berbagai kasus misstatement pada laporan keuangan auditan dapat menjadi gambaran tentang kualitas dari suatu laporan keuangan. Apabila laporan keuangan yang telah diterbitkan tidak memenuhi persyaratan dan terdapat salah saji yang material, maka perusahaan harus mengoreksi laporan keuangannya, koreksi ini
1
disebut dengan restatement (Flanagan dkk., 2008 dalam Weele, 2011). Restatement adalah penyajian kembali laporan keuangan ketika kesalahan material ditemukan dalam laporan keuangan yang diterbitkan sebelumnya. Ketika kesalahan seperti itu ditemukan, menandakan secara jelas bahwa laporan keuangan sebelumnya tidak kredibel dan relatif berkualitas rendah (Anderson & Yohn, 2002). Isu-isu terkait ketidaktepatan penyajian dalam laporan keuangan terjadi di berbagai negara. Kesalahan penyajian (misstatement) dapat disebabkan oleh manajemen perusahaan itu sendiri (baik secara disengaja atau tidak disengaja), kerjasama antara manajemen dan auditor untuk melakukan fraud, atau bahkan karena kesalahan auditor dalam mengaudit sehingga misstatement tidak terdeteksi. Kasus-kasus akuntansi yang berhubungan dengan adanya kesalahan penyajian (misstatement) dalam laporan keuangan auditan dapat dilihat di tabel 1.1. Tabel 1.1 Kasus Kesalahan Penyajian Laporan Keuangan di Dunia
No
Nama Perusahaan
Kasus
1
Waste Pada Februari 1998 perusahaan melakukan restatement untuk Management laporan keuangan mereka tahun 1992-1996 dan tiga kuartal Inc. (2008) pertama tahun 1997 yang telah diaudit oleh Arthur Andersen dan melaporkan bahwa terjadi misstatement pada laba tahuntahun tersebut sebesar $1,7 milyar. Perusahaan dan auditor terkena denda atas kasus ini. 2 Enron Pada 8 November 2001, Enron mengumumkan akan (2001) melakukan restatement untuk laporan keuangan mereka tahun 1997-2001 yang diaudit oleh Arthur Andersen dikarenakan terjadinya misstatement pada shareholders equity sebesar 1,2 milyar dan beberapa penyesuaian lain pada laporan laba rugi dan neraca serta menyembunyikan hutang perusahaan. Bersambung pada halaman selanjutnya
2
Tabel 1.1 (lanjutan) 3
WorldCom (2002)
Pada 25 Juni 2002, WorldCom mengumumkan bahwa perusahaan menggelembungkan laba pada tahun 2001 dan kuartal pertama 2002 sebesar $3,8 milyar dengan mengklasifikasikannya sebagai pengeluaran modal daripada sebagai pengeluaran beban yang mana saat itu diaudit oleh Arthur Andersen. Perusahaan dan auditor terkena sanksi denda atas kasus ini. 4 Kimia Pada tanggal 3 Oktober 2002, laporan keuangan Kimia Farma Farma disajikan kembali karena terdapat misstatement dalam (2002) laporan keuangan, yang mengakibatkan overstated pada laba bersih untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001 sebesar Rp32,7 miliar yang merupakan 2,3% dari penjualan dan 24,7% dari laba bersih. Partner KAP HTM dikenakan denda atas resiko audit yang tidak berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT Kimia Farma. 5 Freddie Mac Pada Juni 2003, perusahaan melaporkan bahwa terdapat (2003) misstated earnings pada tahun 2000-2002 dengan total nilai $5 milyar. 6 Great River Overstatement atas penyajian akun penjualan dan piutang Indonesia dalam Llaporan keuangan per 31 Desember 2003 dan (2005) penambahan aktiva tetap perseroan, khususnya yang terkait dengan penggunaan dana hasil emisi obligasi, yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Akuntan Publik yang mengaudit Great River dibekukan izinnya selama dua tahun. 7 American Pada 31 Mei 2005 perusahaan melakukan restatement atas Insurance laporan keuangan tahun 2004 yang diaudit oleh PwC, Group dikarenakan adanya penggelembungan laba sebesar $1,32 (2005) milyar. Perusahaan dan auditor terkena sanksi denda atas hal tersebut. 8 Lehman Perusahaan menyembunyikan hutang sebesar $50 milyar dan Brothers melaporkannya sebagai sales. Lehman Brothers bangkrut dan (2008) PwC dikenai sanksi denda karena membantu manajemen menutupi hal tersebut. 9 Satyam Perusahaan membesar-besarkan laba selama bertahun-tahun Computer dan meningkatkan neracanya hingga mencapai $1 milyar. (2009) PwC India sebagai auditor Satyam turut dikenakan sanksi denda. Sumber: dari berbagai sumber Banyaknya kasus terkait kesalahan auditor dalam menjalankan perannya, baik disengaja (Waste Management Inc., Enron dan Lehman Brothers) maupun
3
karena tidak terdeteksi oleh auditor (Kimia Farma, Satyam dan AIG) telah mengikis kepercayaan publik terhadap perusahaan-perusahaan dan kantor akuntan publik yang mengaudit mereka. Semua skandal tersebut disertai dengan penyajian kembali laporan keuangan yang mana sebelumnya telah disetujui dan dipublikasikan (Gertsen dkk., 2009). Padahal, auditor adalah pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak prinsipal (yaitu pemegang saham, terutama publik sebagai salah satu partisipan aktif dalam pasar modal) dengan pihak agen, yaitu manajer sebagai pengelola keuangan perusahaan (Rossieta & Wibowo, 2009). Respon investor maupun pemerintah terhadap kasus-kasus akuntansi pada tabel 1.1 menunjukkan bahwa profesi auditor memang keahlian dan kepercayaan, dimana masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan. Apabila terdapat kesalahan penyajian dalam laporan keuangan yang dapat merugikan investor, tidak hanya perusahaan yang akan dituntut namun juga auditor yang mengaudit laporan keuangan tersebut. Hal ini dikarenakan profesi auditor bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan, dengan menyatakan pendapat apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, sehingga pengguna laporan keuangan memperoleh informasi laporan keuangan yang andal sebagai dasar pengambilan keputusan (IAASB, 2013). Sebagai dasar untuk menyatakan pendapat auditor, International Standard of Auditing (ISA) mengharuskan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai
4
bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari salah saji material, baik karena kecurangan atau kesalahan. Secara umum, salah saji, termasuk kelalaian, dianggap material jika secara individu atau secara agregat, kemungkinan dapat mempengaruhi keputusan pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan. (IAASB, 2013). Penelitian sebelumnya memberikan bukti bahwa auditor beresiko untuk merusak reputasinya apabila terkait dengan laporan keuangan restatement. Palmrose & Scholz (2000) menyatakan bahwa restatement memberikan pengakuan eksplisit atas kelalaian atau salah saji yang material dalam laporan keuangan yang disajikan kembali. Jadi tidak mengherankan apabila penyajian kembali menimbulkan kekhawatiran tidak hanya tentang kualitas laporan keuangan, tetapi juga kualitas pelayanan yang diberikan oleh auditor independen. Hal ini disebabkan auditor dianggap ikut bertanggung jawab karena membiarkan perusahaan untuk menerbitkan laporan keuangan yang salah saji material (Francis & Michas, 2013). Salah satu karakteristik auditor yang dianggap berpengaruh terhadap kemungkinan adanya misstatement dalam laporan keuangan auditan adalah ukuran kantor akuntan publik. Ukuran kantor akuntan publik besar dianggap lebih independen yang memungkinkan mereka untuk tahan terhadap perilaku oportunistik manajemen (DeAngelo, 1981 dalam Dehkordi dan Makarem, 2011). Karena dibandingkan dengan kantor akuntan publik kecil, auditor besar memiliki kekuatan negosiasi yang lebih baik, mereka cenderung lebih mampu membatasi manajemen laba. Namun, terdapat pendapat bahwa kantor akuntan publik
5
berukuran besar atau biasanya disebut dengan Big 4, tidak menjamin laporan keuangan yang diaudit tidak mengandung kesalahan yang material (Nindita & Siregar, 2012). Francis & Yu (2013) menemukan bahwa semakin besar ukuran kantor akuntan publik, maka kemungkinan terjadinya restatement dikarenakan adanya misstatement dalam laporan keuangan auditan akan semakin rendah karena kantor akuntan publik besar dianggap memiliki pengalaman dan keahlian lebih tinggi akan industri klien. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Kusuma & Rohman (2014) tidak ditemukan adanya pengaruh yang signifikan antara ukuran kantor akuntan publik dan misstatement. Selain ukuran kantor akuntan publik, pengungkapan auditor lain dalam laporan audit juga dianggap berpengaruh terhadap kemungkinan laporan keuangan disajikan kembali. Terdapat keprihatinan mengenai audit laporan keuangan yang dilaksanakan oleh kelompok auditor, yang mana terdiri atas auditor utama atau auditor holding (induk perusahaan) dan auditor komponen. Jika auditor utama menganggap pekerjaan auditor lain berhubungan dengan kemungkinan salah saji material dalam laporan keuangan, auditor utama akan mengungkapkan pekerjaan auditor lain dalam laporan keuangan, sebagai sarana untuk mengurangi potensi kewajiban hukum masa depan jika terjadi audit failure (Harris dkk., 2014). Beberapa penelitian (Harris dkk., 2014 dan Czerney dkk., 2014) menemukan bahwa pengungkapan auditor lain dalam laporan keuangan berpengaruh negatif terhadap misstatement. Dalam Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) seksi 543, diterangkan bahwa auditor utama dapat melakukan pemisahan tanggung jawab atas audit yang
6
dilakukan
dengan
audit
yang
dilaksanakan
oleh
auditor
lain
dengan
mengungkapkan pekerjaan auditor lain dalam laporan audit. Hal ini berbeda dengan yang tercantum dalam International Standard on Auditing (ISA) 600, mengenai Special Considerations—Audits of Group Financial Statements (Including the Work of Component Auditors), yang menyatakan bahwa tanggung jawab laporan auditor terletak pada auditor utama dan laporan auditor tidak boleh mengacu pada pekerjaan auditor komponen. Pengadopsian ISA secara penuh oleh Indonesia serta telah diterapkannya standar ini sejak 1 Januari 2013, dianggap kurang tepat oleh beberapa pihak. Eldes (2013) yang dikutip dari akuntanonline.com menganggap bahwa dengan pengadopsian ISA 600 di Indonesia, hal ini dapat menyebabkan monopoli terselubung dan bahkan bisa dianggap tidak sesuai kode etik profesi, karena tidak mempercayai hasil perkerjaan teman. Namun, standar lama juga memungkinkan adanya penghindaran tanggung jawab atas pekerjaan auditor lain dengan hanya mengacu pada pekerjaan auditor lain dalam opini audit pada laporan keuangan konsolidasi (Carson dkk., 2014). Dengan adanya perbedaan pendapat mengenai penerapan ISA 600 yang tidak memperbolehkan pengungkapan auditor lain, mendorong penulis untuk ingin mengetahui apakah standar lama (SA 543), yang diterapkan sebelum tahun 2013 memiliki kemungkinan lebih tinggi bagi seorang auditor untuk mengalami audit failure dikarenakan oleh kinerja auditor lain yang kurang berkualitas. Karena, dalam ISA 600, kualitas grup audit (lebih dari satu auditor yang mengaudit satu perusahaan) dianggap lebih baik dengan adanya pemusatan
7
tanggung jawab oleh auditor utama yang menyebabkan auditor utama bertanggung jawab dalam pengarahan, pengawasan dan kinerja perikatan grup audit sesuai dengan standar profesi, persyaratan hukum dan peraturan yang berlaku, dan apakah laporan auditor yang dikeluarkan sesuai dengan situasi yang ada. Sebagai salah satu partisipan dalam governance perusahaan, tidak hanya atribut-atribut auditor yang dianggap berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan perusahaan, tetapi banyak faktor-faktor lain. Salah satu faktor yang dianggap berpengaruh adalah komite audit. Bedasarkan teori keagenan, konflik kepentingan antara agen dan prinsipal disebabkan karena prinsipal tidak mempunyai informasi yang cukup tentang kegiatan agen, yang dapat mendorong agen menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada prinsipal. Dengan adanya komite audit, maka aktivitas manajemen dapat dipantau tanpa adanya intervensi dari pihak manapun karena komite audit bersifat independen (Kusumo & Meiranto, 2014). Untuk dapat melakukan tugas dan tanggung jawab komite audit dengan baik, komite audit harus memiliki anggota yang cukup. Jumlah yang terlalu besar akan cenderung kurang fokus dan kurangnya partisipasi (Treskawati, 2014) sedangkan apabila komite audit terlalu kecil maka fungsi pengawasan akan menjadi tidak maksimal karena kekurangan sumberdaya untuk pendistribusian tugas-tugas komite audit (Kusumo & Meiranto, 2014). Menurut Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.1.5:KEP-643/BL/2012, anggota komite audit paling
8
sedikit terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang berasal dari komisaris independen dan pihak dari luar emiten atau perusahaan publik. Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, mendorong penulis untuk meneliti pengaruh ketiga variabel tersebut terhadap misstatement pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah perusahaan non-keuangan go public di Bursa Efek Indonesia (BEI), dan terdaftar selama periode 2008-2012. Pemilihan jenis industri non-keuangan bertujuan untuk menghindari adanya resiko bisnis yang mungkin terjadi pada industri keuangan. Penelitian ini diberi judul “Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik, Pengungkapan Auditor Lain dalam Laporan Auditor, dan Ukuran Komite Audit terhadap Misstatement dalam Laporan Keuangan Auditan”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, permasalahan dirumuskan dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah ukuran kantor akuntan publik berpengaruh terhadap misstatement pada laporan keuangan auditan? 2. Apakah pengungkapan auditor lain dalam laporan auditor berpengaruh terhadap misstatement pada laporan keuangan auditan? 3. Apakah ukuran komite audit berpengaruh terhadap misstatement pada laporan keuangan auditan.
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut: a. Pengaruh ukuran kantor akuntan publik terhadap misstatement dalam laporan keuangan auditan. b. Pengaruh pengungkapan auditor lain dalam laporan auditor terhadap misstatement dalam laporan keuangan auditan. c. Pengaruh ukuran komite audit terhadap misstatement dalam laporan keuangan auditan. 2. Manfaat Penelitian a. Kontribusi Teoritis 1) Mahasiswa Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk menambah ilmu pengetahuan. 2) Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang atribut-atribut auditor serta komite audit dan hubungannya dengan kualitas laporan keuangan auditan serta menambah pengetahuan akuntansi khususnya audit dengan memberikan bukti empiris tentang faktor-faktor
yang
mempengaruhi misstatement. 3) Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.
10
4) Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta menambah referensi mengenai misstatement. b. Kontribusi Praktis 1) Auditor dan Kantor Akuntan Publik (KAP), sebagai tinjauan yang diharapkan dapat menjadi informasi. 2) Perusahaan atau pengguna jasa KAP, diharapkan dapat bermanfaat dalam mengetahui apa saja yang mempengaruhi misstatement. 3) Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), sebagai tambahan infornasi yang dapat bermanfaat untuk dijadikan salah satu tinjauan dalam menilai apakah ukuran KAP, pengungkapan auditor lain dalam laporan auditor, dan ukuran komite audit berpengaruh terhadap misstatement dalam laporan keuangan auditan.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan merupakan salah satu bentuk dari game theory, suatu model kontraktual antara dua orang (pihak) atau lebih, yang menjelaskan hubungan antara agent (manajemen suatu usaha) dengan principal (pemilik usaha). Menurut Yushita (2010) hubungan antara prinsipal dan agent dapat mengarah
pada
kondisi
ketidakseimbangan
informasi
(asymmetrical
information) karena agent berada pada posisi yang memiliki informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan prinsipal. Sedangkan Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak di mana satu orang atau lebih (prinsipal) melibatkan orang lain (agen) untuk mengambil tindakan atas nama prinsipal yang melibatkan delegasi dari beberapa otoritas pengambilan keputusan kepada agen. Asumsi umum dalam teori ekonomi menyatakan bahwa jika individu bersikap rasional, mereka akan bertindak sesuai kepentingan mereka. Namun, walaupun manajemen seharusnya membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal, di beberapa keadaan mereka akan membuat keputusan untuk memaksimalkan kekayaan mereka, bukan kekayaan prinsipal (Drever dkk., 2007). Sedangkan Jensen (2000), menyatakan bahwa permasalahan keagenan (agency problem) berasal dari konflik kepentingan yang umum untuk hampir
12
semua aktivitas kooperatif antara individu-individu, apakah mereka terjadi atau tidak terjadi dengan cara hirarkis oleh analogi principal-agent. Menurut Jensen (2000), perhatian besar ditujukan untuk mengembangkan teori agensi telah mengakibatkan dua pendekatan, yang kita sebut sebagai "positive theory of agency” dan literatur "principal-agent". Meskipun keduanya berbeda dalam banyak hal, keduanya menganggap bahwa dalam setiap hubungan kontrak total biaya agensi diminimalkan. Literatur principalagent umumnya matematis dan berorientasi non-empiris, sedangkan literatur positive theory of agency umumnya tidak matematis dan berorientasi empiris. Prinsipal memberikan kepercayaan dan bisa memastikan bahwa manajemen akan membuat keputusan yang optimal hanya jika insentif yang diberikan sesuai dan hanya jika manajemen terawasi. Akan tetapi, antara para pihak yang berkepentingan tersebut tidak jarang terjadi benturan kepentingan (conflict
of
interest),
masing-masing
pihak
ingin
memaksimalkan
kepentingannya (Arifah, 2012). Ada kemungkinan agen menyalahgunakan kepercayaan dari pemilik untuk mengambil keuntungan pribadi (moral hazard). Jensen & Meckling (1976) dalam Drever dkk. (2007) menyatakan bahwa dalam agency relationship dibutuhkan beberapa mekanisme untuk memonitor keputusan yang dilakukan manajemen, dimana hal ini akan menyebabkan agency costs, yaitu monitoring costs, bonding costs, dan residual loss. Monitoring costs termasuk diantaranya biaya dalam menyiapkan laporan keuangan dan biaya auditor independen untuk memastikan ketepatan
13
pelaporan keuangan, bonding costs merupakan biaya yang ditangung oleh agent untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agent akan bertindak untuk kepentingan prinsipal. Sedangkan residual loss merupakan pengorbanan yang berupa berkurangnya kemakmuran prinsipal sebagai akibat dari perbedaan keputusan agen dan keputusan prinsipal. Namun, Gavious (2007) mengatakan bahwa masalah keagenan dalam konteks auditor bersumber pada mekanisme kelembagaan antara auditor dan manajemen. Hal ini dikarenakan auditor dibayar oleh manajemen namun bekerja
untuk
kepentingan
pemilik.
Dengan
harapan
memperoleh
perpanjangan perikatan dengan klien, maka auditor terkadang harus mengurangi tingkat independensi dengan tujuan memenuhi beberapa keinginan klien. Mekanisme kelembagaan ini menimbulkan ketergantungan auditor kepada klien. Solusi lain adalah dengan memberi insentif kepada manajer berupa saham perusahaan. Dengan pemberian insentif semacam itu, manajer juga merupakan pemilik perusahaan dan dengan demikian mempunyai rasa memiliki pada perusahaan sehingga tercipta keselarasan preferensi antara prinsipal dan agen. 2. Misstatement Menurut International Auditing and Assurance Standards Board (2013): ―Misstatement adalah perbedaan antara jumlah, klasifikasi, penyajian, atau pengungkapan dalam laporan keuangan yang diterbitkan dan jumlah, klasifikasi, penyajian, atau pengungkapan yang sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.” Misstatement material dalam laporan keuangan yang mengarah pada restatement dapat disebabkan oleh insentif pribadi manajemen untuk
14
mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga saham atau kekeliruan yang dibuat oleh manajemen (Flanagan dkk., 2008 dalam Weele, 2011). Misstatement dapat timbul dari kekeliruan ataupun kecurangan. Faktor yang membedakan antara kekeliruan ataupun kecurangan dapat dilihat apakah tindakan yang mendasari hal tersebut disengaja ataupun tidak disengaja (IAASB, 2013). Dalam ISA 450 mengenai Evaluation of Misstatements Identified during the Audit, misstatement dapat berasal dari: a. Sebuah ketidaktelitian dalam pengumpulan atau pengolahan data yang menjadi sumber penyusunan laporan keuangan; b. Kelalaian atas jumlah atau pengungkapan; c. Estimasi akuntansi yang salah yang timbul dari kecerobohan atau kesalahan interpretasi fakta; d. Pertimbangan manajemen mengenai estimasi akuntansi yang auditor anggap tidak masuk akal atau pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi yang auditor anggap tidak pantas. Sedangkan misstatement yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan, menurut IAASB (2013) yang tercantum dalam ISA 240 dapat menyangkut tindakan seperti yang disajikan berikut ini: a. Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan
15
b. Representasi yang salah dalam atau penghilangan dari laporan keuangan peristiwa, transaksi, atau informasi signifikan c. Salah penerapan secara sengaja prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan. Misstatement dapat diidentifikasi baik oleh auditor maupun perusahaan itu sendiri. Menurut Weele (2011), perusahaan dapat menemukan salah saji dalam
laporan
keuangan
mereka
dengan
memanfaatkan
prosedur
pengendalian internal dan audit internal. Contoh prosedur pengendalian internal yang dapat dimanfaatkan adalah review kebijakan, period-end closing processes, pattern recognition dan analisis data. Sementara itu, auditor eksternal, yang pastinya sudah dilengkapi dengan berbagai prosedur dan teknik dapat menjalankan proses pemeriksaan sedemikian rupa sehingga jika salah saji lolos dari penyaringan akuntan internal, salah saji tersebut dapat terdeksi dalam proses audit sehingga laporan keuangan auditan (audited financial statement) benar-benar bisa memberikan keyakinan yang cukup mengenai deteksi salah-saji material, termasuk salah-saji yang bersumber dari kesalahan semata (erroneous). Risiko terjadinya misstatement yang material dalam laporan keuangan umumnya lebih besar jika saldo akun dan golongan transaksi berisi estimasi akuntansi, dibandingkan dengan jika saldo akun dan golongan transaksi berisi data yang bersifat faktual. Hal ini karena adanya subjektivitas bawaan yang terkandung dalam estimasi peristiwa yang akan datang yang terdapat dalam setiap estimasi akuntansi. Misalnya estimasi mengenai: keusangan
16
sediaan, tidak tertagihnya piutang, dan kewajiban garansi, adalah tergantung tidak hanya pada peristiwa yang terjadi di masa depan yang tidak dapat diperkirakan, namun juga tergantung pada salah saji yang mungkin timbul karena penggunaan data yang tidak cukup atau tidak semestinya, atau karena salah penggunaan data yang semestinya (IAI, 2011). Dalam PSAK 25 (Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan), kesalahan (misstatement) dapat timbul dalam pengakuan, pengukuran, penyajian atau pengungkapan unsur-unsur laporan keuangan. Laporan keuangan tidak sesuai dengan SAK jika mengandung kesalahan material atau tidak material yang disengaja untuk mencapai suatu penyajian laporan posisi keuangan, kinerja keuangan atau arus kas tertentu. Potensi kesalahan periode berjalan yang ditemukan pada periode itu dikoreksi sebelum laporan keuangan diterbitkan. Namun, kesalahan material yang kadangkala tidak ditemukan sampai suatu periode kemudian, dan kesalahan periode lalu dikoreksi pada informasi komparatif sajian pada laporan keuangan periode selanjutnya, hal ini disebut dengan restatement. 3.
Ukuran Kantor Akuntan Publik Kantor Akuntan Publik, yang disingkat KAP, adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan perundang-undangan dan mendapatkan izin usaha berdasar Undang Undang Nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik. KAP dapat berbentuk usaha perseorangan, persekutuan perdata, firma, atau bentuk usaha lain yang sesuai dengan karakteristik profesi Akuntan Publik.
17
Pada tahun 2015, terdapat 510 KAP yang terdaftar di Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Ukuran kantor akuntan publik merupakan ukuran yang digunakan untuk menentukan besar kecilnya suatu kantor akuntan publik. Dalam banyak literatur, ukuran kantor akuntan publik dikatakan besar apabila berafiliasi dengan Big 4 sedangkan ukuran kantor akuntan publik dikatakan menengah dan kecil apabila tidak berafiliasi dengan Big 4. Big 4 merupakan 4 KAP internasional dengan pendapatan tertinggi dan pada tahun 2014, pendapatan KAP Big 4 mencapai $120,3 Milyar dan memiliki kantor di lebih dari 150 negara. Tabel 2.1 Kinerja Big 4 Nama KAP Deloitte Touche Tohmatsu PricewaterhouseCoopers Ernst & Young KPMG International
Karyawan 210.400 195.433 190.000 162.031
Pendapatan (Milyar US$) Global Asia Pasifik 34,200 4,800 33,952 5,454 27,427 2,949 24,820 3,860
Sumber : dari berbagai sumber Berbeda dengan pengukuran KAP berdasarkan afiliasinya dengan big 4 dan non Big 4, menurut Mustofa (2014) ukuran kantor akuntan publik di Indonesia dapat dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan jumlah partner dalam kantor akuntan publik. KAP kecil adalah KAP yang memiliki 1-3 partner, KAP menengah memiliki 4-9 partner, sedangkan lebih dari 10 partner merupakan KAP besar.
18
Tabel 2.2 Jumlah KAP Menurut Jumlah Partner 2010 -2014
KAP besar (≧ 10 partner) KAP menengah (4-9 partner) KAP kecil (1-3 partner) Sumber : Mustofa (2014)
2010 4 20 478
2011 2012 2013 6 8 10 24 25 30 474 442 449
2014 10 36 427
KAP kecil dengan 1-3 partner biasanya belum memiliki fungsi kontrol manajemen yang maksimal. Tiga partner tersebut semuanya akan mengurusi masalah operasional dan belum ada partner khusus bidang internal manajemen yaitu keuangan, SDM, dan TI. Untuk KAP menengah dengan 4-9 partner biasanya memiliki kontrol manajemen yang sudah lebih baik asalkan merger yang dilakukan benarbenar sesuai standar. Partner fungsional dapaat berbagi tugas dengan baik, bahkan risk management, quality control, dan TI mungkin sudah ada. Sementara KAP dengan partner lebih dari 10, fungsi-fungsi kontrol manajemen akan semakin baik. Bahkan KAP dapat memiliki partner khusus yang membidangi pelatihan internal dan riset. Mereka adalah ahli standar professional atau resource person yang andal sebagai tempat bertanya di kantor dan partner-partner spesialis lain untuk pengembangan pasar sesuai dengan pengembangan industri. Apabila pengukuran ukuran KAP menggunakan ukuran KAP menurut Mustofa (2014) maka KAP yang berafiliasi dengan Big 4 bukan merupakan 4 kantor akuntan publik terbesar di Indonesia. KAP Hendrawinata Eddy & Siddharta (Kreston International) merupakan KAP dengan jumlah partner terbanyak tahun 2015, dengan 25 orang partner. Sedangkan KAP Big 4 yaitu 19
Purwantono, Suherman & Surja (PwC); Osman Bing Satrio & Eny (Deloitte); Tanudiredja, Wibisana & Rekan (EY) dan Siddharta Widjaja & Rekan (KPMG) masing masing memiliki partner sebanyak 20, 18, 24, dan 19 orang partner pada tahun 2015. Banyak proksi lain yang dapat digunakan untuk mengukur ukuran KAP selain Big 4 dan non Big 4 serta jumlah partner. Proksi lain diantaranya adalah total fee audit, jumlah karyawan (Cheng dkk., 2013), jumlah klien (Francis & Yu, 2013), atau kombinasi diantara proksi-proksi tersebut (Choi, 2010; Nindita & Siregar 2012; Bae & Lee, 2013). Tabel 2.3 Kinerja KAP di Indonesia Tahun 2013 Nama KAP
Pendapatan
Jumlah Tenaga Klien Kerja
Tanudiredja, Wibisana & Rekan
Rp677.677.704.000
1204
751
Purwantono, Suherman & Surja
Rp623.156.721.251
1739
644
Osman Bing Satrio & Eny
Rp306.972.327.000
1026
674
Siddharta & Widjaja
Rp248.970.580.000
560
429
Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan
Rp105.567.311.377
1063
328
Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto
Rp74.398.633.537
842
350
Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan
Rp66.501.644.185
853
-
Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny
Rp56.490.558.987
759
261
Hendrawinata Eddy & Siddharta
Rp39.638.433.643
583
200
Sumber : PPAJP KAP yang berafiliasi dengan Big 4 merupakan KAP dengan pendapatan tertinggi dan juga KAP dengan jumlah tenaga kerja terbanyak di Indonesia. Sedangkan dalam hal jumlah klien, 483 emiten yang listing di Bursa Efek
20
Indonesia hanya diaudit oleh 55 KAP dari 489 KAP yang terdaftar pada tahun 2013. 415 emiten atau setara dengan 85,92% diaudit oleh 20 KAP dan KAP Big 4 mengaudit 194 perusahaan publik pada tahun 2013 atau setara dengan 40,16% dimana EY mengaudit sebanyak 103 emiten, Deloitte 46 emiten, PwC sebanyak 32 emiten, dan KPMG sebanyak 13 emiten. KAP besar diyakini melakukan audit lebih berkualitas dibandingkan dengan KAP kecil (DeAngelo, 1981; Brooks dkk., 2012; Bae & Lee, 2013). KAP besar dianggap lebih independen yang memungkinkan mereka untuk tahan terhadap perilaku oportunistik manajemen (DeAngelo, 1981) dalam (Dehkordi dan Makarem, 2011). Karena dibandingkan dengan KAP kecil, KAP Big 4 umumnya memiliki reputasi yang tinggi dalam lingkungan bisnis, sehingga akan berusaha untuk mempertahankan independensi mereka dengan memberikan audit yang lebih berkualitas (Salim & Rahayu, 2013). Hal serupa juga diungkapkan Francis & Yu (2013), yang berpendapat bahwa audit yang dilakukan oleh KAP kecil akan memiliki kualitas yang lebih rendah dikarenakan membiarkan klien mereka untuk lebih memiliki kebebasan untuk melakukan tindakan manajemen laba. Sedangkan Juan dkk. (2013) mengungkapkan KAP besar lebih memiliki keunggulan atas independensi dan kompetensi dalam auditnya, sehingga lebih menjamin kualitas audit yang lebih tinggi. Kualitas audit yang lebih tinggi menandakan bahwa laporan keuangan yang diaudit akan lebih dipercaya oleh pengguna laporan keuangan.
21
4. Pengungkapan Auditor Lain dalam Laporan Audit Merupakan hal yang biasa bagi perusahaan untuk memiliki lebih dari satu kantor akuntan publik pada perikatan audit yang sama (PCAOB 2011 dalam Harris, 2013). Skenario ini terjadi pada perikatan audit yang melibatkan beberapa komponen laporan keuangan di mana satu atau lebih komponen diaudit oleh satu atau lebih kantor akuntan publik lainnya. Dalam standar lama (SA seksi 543), terdapat dua keputusan bagi auditor utama atau auditor holding (induk perusahaan) mengenai pekerjaan kantor akuntan publik lain, yaitu mengacu kepada pekerjaan akuntan publik lain tersebut, atau tidak mengacu pekerjaan kantor akuntan publik yang mengaudit komponen perusahaan tersebut. Biasanya, auditor utama tidak mengacu ke audit yang dilakukan oleh auditor lain bila: a.
Bagian audit dilaksanakan oleh auditor independen lain yang merupakan kantor akuntan asosiasi atau koresponden dan yang pekerjaannya dapat diterima oleh auditor utama berdasarkan pengetahuannya mengenai standar profesional dan kompetensi kantor auditor lain tersebut; atau
b.
Auditor lain ditunjuk oleh auditor utama dan pekerjaan auditor lain dilakukan di bawah bimbingan dan pengawasan auditor utama; atau
c.
Auditor utama, baik ia memilih auditor lain atau tidak, mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk meyakinkan dirinya mengenai audit yang dilakukan oleh auditor lain dan memperoleh keyakinan mengenai kewajaran akun-akun yang akan dicantumkan dalam
22
laporan keuangan yang diberi pendapat oleh auditor utama tersebut; atau d.
Bagian laporan keuangan yang diaudit oleh auditor lain tidak material dibandingkan dengan laporan keuangan yang dicakup oleh pendapat auditor utama.
Sedangkan auditor utama dapat memutuskan untuk mengacu ke audit yang dilakukan oleh auditor lain apabila dalam beberapa hal, mungkin tidak praktis bagi auditor utama bila melakukan review terhadap pekerjaan auditor lain atau menggunakan prosedur lain yang dalam pertimbangannya perlu untuk memperoleh keyakinan mengenai audit yang dilakukan oleh auditor lain. Di samping itu, jika suatu komponen laporan keuangan yang diaudit oleh auditor lain material dalam hubungannya dengan laporan keuangan secara keseluruhan, tanpa memperhatikan pertimbangan lainnya, auditor utama dapat memutuskan untuk mengacu ke audit yang dilakukan oleh auditor lain di dalam laporannya. Jika auditor utama memutuskan akan mengacu ke audit yang dilakukan oleh auditor lain, laporannya harus menunjukkan dengan jelas pembagian tanggung jawab antara bagian laporan keuangan yang dicakup oleh auditnya sendiri dan yang dicakup oleh audit yang dilaksanakan oleh auditor lain, baik dalam paragraf pengantar, paragraf lingkup audit, dan paragraf pendapat. Laporan tersebut harus menjelaskan pentingnya bagian laporan keuangan yang diaudit oleh auditor lain. Hal ini dapat dilakukan dengan menyatakan jumlah rupiah atau persentase satu atau lebih hal-hal berikut ini: jumlah
23
keseluruhan aktiva, jumlah keseluruhan pendapatan, atau kriteria lainnya, tergantung atas hal yang paling jelas menunjukkan bagian laporan keuangan yang diaudit oleh auditor lain (IAPI, 2011). Sedangkan menurut IAASB (2013), yang tercantum dalam ISA 600, auditor utama tidak diperbolehkan untuk mengacu pada pekerjaan auditor lain, dan harus bertanggung jawab atas laporan auditor yang diterbitkannya. 5.
Komite Audit Komite audit pada dasarnya adalah pihak internal yang mengawasi kinerja agen. Dalam menerapkan good corporate governance, perusahaan membentuk komite audit independen yang termasuk dalam lingkungan internal perusahaan. Komite audit dimaksudkan agar pihak manajemen tidak mengungkapkan informasi yang dianggap dapat membuat pemakai laporan keuangan mengambil keputusan yang salah. Keberadaan komite audit diharapkan mampu memberikan perlindungan bagi investor dan calon investor dalam melakukan pengambilan keputusan investasi mereka. Komite audit juga diharapkan dapat membantu tugas dewan komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap manajemen. Pengawasan yang
dilakukan termasuk terhadap kualitas dari laporan keuangan yang
diungkapkan oleh perusahaan. Apabila komite audit kompeten dan independen, kemungkinan terjadinya kualitas laporan keuangan yang rendah dapat dikurangi (Zang dkk., 2013). Tidak hanya itu saja, komite audit juga berfungsi
sebagai
jembatan
penghubung
antara
perusahaan
yang
24
bersangkutan dengan auditor eksternal sehingga proses audit dapat diawasi oleh komite audit. Menurut peraturan yang dikeluarkan Bapepam-LK, anggota komite audit paling sedikit terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang berasal dari komisaris independen dan pihak dari luar emiten atau perusahaan publik, diketuai oleh komisaris independen dan masa tugas anggota komite audit tidak boleh lebih lama dari masa jabatan dewan komisaris sebagaimana diatur dalam anggaran dasar dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu periode berikutnya. Dalam menjalankan tugasnya komite audit harus memiliki kompetensi agar dapat mengawasi manajemen dengan maksimal. Oleh karena itu, di syaratkan bahwa minimal salah satu anggota komite audit haruslah memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan. Dalam pedoman pembentukan komite audit yang efektif yang disusun oleh Komite Nasional Good Corporate Governance (2002) tujuan dibentuknya komite audit antara lain : a.
Pelaporan keuangan Komite audit melaksanakan pengawasan independen atas proses laporan keuangan dan audit ekstern.
b.
Manajemen resiko dan kontrol Komite Audit memberikan pengawasan independen atas proses risiko dan kontrol.
c.
Corporate governance
25
Komite audit melaksanakan pengawasan independen atas proses tata kelola perusahaan. Seperti diatur dalam KEP-643/BL/2012 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, persyaratan keanggotaan komite audit antara lain: a. Wajib memiliki integritas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan, pengalaman sesuai dengan bidang pekerjaannya, serta mampu berkomunikasi dengan baik; b. Wajib memahami laporan keuangan, bisnis perusahaan khususnya yang terkait dengan layanan jasa atau kegiatan usaha emiten atau perusahaan publik, proses audit, manajemen risiko, dan peraturan perundang-undangan
di
bidang
pasar
modal
serta
peraturan
perundang-undangan terkait lainnya; c. Wajib mematuhi kode etik komite audit yang ditetapkan oleh emiten atau perusahaan publik; d. Bersedia meningkatkan kompetensi secara terus menerus melalui pendidikan dan pelatihan; e. Wajib memiliki paling kurang satu anggota yang berlatar belakang pendidikan dan keahlian di bidang akuntansi dan/atau keuangan; f. Bukan merupakan orang dalam kantor akuntan publik, kantor konsultan hukum, kantor jasa penilai publik atau pihak lain yang memberi jasa assurance, jasa non-assurance, jasa penilai dan/atau
26
jasa konsultasi lain kepada emiten atau perusahaan publik yang bersangkutan dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir; g. Bukan merupakan orang yang bekerja atau mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin, mengendalikan, atau mengawasi kegiatan emiten atau perusahaan publik tersebut dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir kecuali komisaris independen; h. Tidak mempunyai saham langsung maupun tidak langsung pada emiten atau perusahaan publik; i. Dalam hal anggota komite audit memperoleh saham emiten atau perusahaan publik baik langsung maupun tidak langsung akibat suatu peristiwa hukum, maka saham tersebut wajib dialihkan kepada pihak lain dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan setelah diperolehnya saham tersebut. j. Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan anggota dewan komisaris, anggota direksi, atau pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik tersebut; dan k. Tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha emiten atau perusahaan publik tersebut. Sedangkan dalam menjalankan fungsinya, komite audit memiliki tugas dan tanggung jawab antara lain sebagai berikut: a. Melakukan
penelaahan
atas
informasi
keuangan
yang
akan
dikeluarkan emiten atau perusahaan publik kepada publik dan/atau
27
pihak otoritas antara lain laporan keuangan, proyeksi, dan laporan lainnya terkait dengan informasi keuangan emiten atau perusahaan publik; b. Melakukan
penelaahan
atas
ketaatan
terhadap
peraturan
perundangundangan yang berhubungan dengan kegiatan emiten atau perusahaan publik; c. Memberikan pendapat independen dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara manajemen dan akuntan atas jasa yang diberikannya; d. Memberikan rekomendasi kepada dewan komisaris mengenai penunjukan akuntan yang didasarkan pada independensi, ruang lingkup penugasan, dan fee; e. Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal dan mengawasi pelaksanaan tindak lanjut oleh direksi atas temuan auditor internal; f. Melakukan penelaahan terhadap aktivitas pelaksanaan manajemen risiko yang dilakukan oleh direksi, jika emiten atau perusahaan publik tidak memiliki fungsi pemantau risiko di bawah dewan komisaris; g. Menelaah pengaduan yang berkaitan dengan proses akuntansi dan pelaporan keuangan emiten atau perusahaan publik; h. Menelaah dan memberikan saran kepada dewan komisaris terkait dengan adanya potensi benturan kepentingan emiten atau perusahaan publik; dan
28
i. Menjaga kerahasiaan dokumen, data dan informasi emiten atau perusahaan publik. Kemudian dalam melaksanakan tugasnya, seperti yang tercantum dalam KEP-643/BL/2012 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, komite audit mempunyai wewenang sebagai berikut: a. Mengakses dokumen, data, dan informasi emiten atau perusahaan publik tentang karyawan, dana, aset, dan sumber daya perusahaan yang diperlukan; b. Berkomunikasi langsung dengan karyawan, termasuk direksi dan pihak yang menjalankan fungsi audit internal, manajemen risiko, dan akuntan terkait tugas dan tanggung jawab komite audit; c. Melibatkan pihak independen di luar anggota komite audit yang diperlukan untuk membantu pelaksanaan tugasnya (jika diperlukan); dan d. Melakukan kewenangan lain yang diberikan oleh dewan komisaris. 6. Ukuran Perusahaan Klien Ukuran perusahaan merupakan besar atau luasnya suatu perusahaan dan merupakan suatu indikator
yang dapat menunjukkan kondisi atau
karakteristik suatu perusahaan. Ukuran perusahaan dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu besar atau kecil perusahaan tersebut. Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam berbagai proksi antara lain aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar (Warnida, 2011 dalam Azizah & Aniskyurlillah, 2014). Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal
29
yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan dikenal dalam masyarakat. Dari ketiga variabel ini, nilai aktiva relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai kapitalisasi pasar dan penjualan dalam mengukur ukuran perusahaan. 7. Kompleksitas Perusahaan Klien Kompleksitas
perusahaan
merupakan
akibat
dari
pembentukan
departemen dan pembagian pekerjaan yang memiliki fokus terhadap jumlah unit yang berbeda. Ketergantungan yang semakin kompleks terjadi apabila organisasi dengan berbagai jenis atau jumlah pekerjaan dan unit menimbulkan masalah manajerial dan organisasi yang lebih rumit. Kompleksitas operasi sebuah perusahaan bergantung pada jumlah dan lokasi unit operasinya (cabang) serta diversifikasi jalur produk dan pasarnya (Ariyani & Budiartha, 2014)
B. Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat di dalam tabel 2.4 pada halaman selanjutnya.
30
Tabel 2.4 Penelitian Sebelumnya Metodologi Penelitian No
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Persamaan
Hasil Penelitian
Perbedaan
1
Zhang Juan, Huang Zhizong, Shen Yanzhi, Xie Wenli (2011)
Does Corporate Governance Affect Restatement of Financial Reporting? Evidence From China
Variabel ukuran KAP menggunakan variabel dummy
Obyek penelitian, serta penelitian ini meneliti dampak variabel yang ada terhadap restatement apabila ada campur tangan CEO dalam memilih board members.
Ukuran KAP berpengaruh negatif signifikan terhadap terjadinya restatement pada laporan keuangan.
2
Nina Pertiwi (2012)
Hubungan antara Performa Komite Audit dengan Earnings Quality
Variabel ukuran komite audit dan proksi earnings quality menggunakan restatement
Tahun penelitian, tidak terdapatnya variabel ukuran KAP dan pengungkapan auditor lain
Tidak ditemukannya pengaruh yang signifikan antara ukuran komite audit dengan restatement.
Berlanjut ke halaman berikutnya
31
Tabel 2.4 (Lanjutan) Metodologi Penelitian No
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Persamaan
Perbedaan
Hasil Penelitian
3
M. Kathleen Harris, Thomas C. Omer, & Paul Tanyi (2013)
The Voluntary Disclosure of a Component Auditor in the Independent Auditor‟s Report and Financial Reporting Quality
Variabel pengungkapan auditor lain dalam laporan auditor
Obyek penelitian, serta penelitian ini menggunakan misstatement dan accrual quality sebagai proksi kualitas pelaporan keuangan, sedangkan penulis hanya menggunakan misstatement.
Pengungkapan auditor lain dalam laporan auditor berhubungan dengan rendahnya kualitas pelaporan keuangan (lebih mungkin untuk terjadi misstatement dalam laporan keuangan).
4
Ridho Widi Kusumo, Meiranto (2014)
Analisis Pengaruh Karakteristik Corporate Governance Terhadap Keterjadian Restatement
Variabel ukuran komite audit, penggunaan regresi logistic
Obyek penelitian menggunakan seluruh perusahaan di BEI
Ukuran komite audit tidak berpengaruh terhadap misstatement pada laporan keuangan auditan.
Berlanjut ke halaman berikutnya
32
Tabel 2.4 (Lanjutan) Metodologi Penelitian No
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
5
Keith Czerney, Jaime J. Does Explanatory Schmidt, Anne M. Language in Unqualified Thompson (2014) Audit Reports Indicate Increased Financial Misstatement Risk
6
Bayu Indra Kusuma, Abdul Rohman (2014)
Analisis Mekanisme Corporate Governance Terhadap Probabilitas Terjadinya Earnings Restatement.
Hasil Penelitian
Persamaan
Perbedaan
Variabel division of responsibility yang menggunakan pengukuran pengungkapan auditor lain
Obyek penelitian, serta peneltian ini menggunakan seluruh explanatory language sebagai variabel independen
Adanya division of responsibility (yang ditandai dengan pengungkapan auditor lain) berpengaruh signifikan dengan resiko misstatement.
Variabel ukuran kantor akuntan publik, penggunaan regresi logistik
Tahun penelitian, tidak terdapatnya variabel internal corporate governance.
Tidak adanya pengaruh negatif yang signifikan antara ukuran kantor akuntan publik dengan restatement.
33
C. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir ini merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat di dalam gambar 2.1.
Adanya Kasus-kasus Akuntansi yang dilakukan baik oleh Perusahaan maupun Auditor
Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kasus-kasus Akuntansi yang Berdampak pada Terjadinya Misstatement
Basis Teori
Variabel Independen
Variabel Dependen
Ukuran Kantor Akuntan Publik (X1) Misstatement dalam Laporan Keuangan Auditan (Y)
Pengungkapan Auditor Lain dalam Laporan Auditor (X2)
Ukuran Komite Audit (X3)
- Ukuran Perusahaan - Kompleksitas Perusahaan
Berlanjut ke halaman berikutnya
34
Gambar 2.1 (Lanjutan)
Model Regresi Logistik
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis 1. Ukuran kantor akuntan publik dengan misstatement dalam laporan keuangan auditan Auditor mempunyai peranan penting dalam menjembatani antara kepentingan investor dan kepentingan perusahaan sebagai pemakai dan penyedia laporan keuangan. Data-data perusahaan akan lebih mudah dipercaya oleh investor dan pemakai laporan keuangan lainnya, apabila laporan keuangan yang mencerminkan kinerja dan kondisi keuangan perusahaan telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. Peran auditor diperlukan untuk mencegah diterbitkannya laporan keuangan yang menyesatkan. Dengan menggunakan laporan keuangan yang telah diaudit, pengguna laporan keuangan dapat memperoleh persepsi mengenai keandalan laporan keuangan tersebut (Weele, 2011)
35
Terdapat bukti empiris yang mendukung bahwa kantor akuntan publik memberikan audit yang lebih berkualitas sehingga menurunkan kemungkinan terjadinya misstatement dalam laporan keuangan. Kantor akuntan publik besar dianggap lebih independen yang memungkinkan mereka untuk tahan terhadap perilaku oportunistik manajemen (DeAngelo, 1981) dalam (Dehkordi dan Makarem, 2011).
Francis & Yu (2013)
menemukan bahwa semakin besar ukuran kantor akuntan publik, maka kemungkinan terjadinya misstatement akan semakin rendah karena kantor akuntan publik besar dianggap memiliki pengalaman dan keahlian lebih tinggi akan industri klien. Hasil yang serupa juga ditemukan oleh Juan dkk., (2011) serta Lobo & Zhao (2013), dimana ukuran kantor akuntan publik berpengaruh negatif terhadap kemungkinan terjadinya misstatement dalam laporan keuangan auditan. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Kusuma & Rohman (2014), tidak ditemukan adanya pengaruh yang signifikan antara ukuran kantor akuntan publik dengan misstatement. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1
= ukuran kantor akuntan publik berpengaruh secara signifikan terhadap misstatement dalam laporan keuangan auditan.
36
2. Pengungkapan
auditor
lain
dalam
laporan
auditor
dengan
misstatement dalam laporan keuangan auditan Pengungkapan auditor lain dalam laporan keuangan berarti auditor utama memutuskan untuk tidak memikul tanggung jawab atas pekerjaan auditor lain dan harus menunjukkan secara jelas pembagian tanggung jawab antara auditor utama dan auditor lain dalam menyatakan pendapatnya atas laporan keuangan. Dengan adanya pengungkapan ini, tanpa memperhatikan keputusan
auditor utama, auditor lain tetap
bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaannya dan atas laporannya. Dalam beberapa hal, mungkin tidak praktis bagi auditor utama bila melakukan review terhadap pekerjaan auditor lain atau menggunakan prosedur lain yang dalam pertimbangannya perlu untuk memperoleh keyakinan mengenai audit yang dilakukan oleh auditor lain. Di samping itu, jika suatu komponen laporan keuangan yang diaudit oleh auditor lain material dalam hubungannya dengan laporan keuangan secara keseluruhan, menurut Harris dkk. (2013) auditor utama akan memilih untuk mengungkapkan auditor lain dalam laporan auditor untuk menghindari adanya kemungkinan misstatement pada laporan keuangan auditan, sehingga auditor utama dapat terhindar dari kemungkinan terjadinya kewajiban hukum di masa depan. Beberapa penelitian (Harris dkk., 2014 dan Czerney dkk., 2014) menemukan bahwa pengungkapan auditor lain dalam laporan keuangan berpengaruh negatif terhadap misstatement. Yang mana dalam prakteknya,
37
untuk menghindari kemungkinan adanya misstatement pada laporan keuangan yang telah diaudit, apabila auditor utama tidak merasa yakin akan kualitas audit yang dihasilkan auditor lain, ia akan memilih mengungkapkan auditor lain dalam laporan auditor. Oleh karena itu, hal ini menyebabkan hipotesis berikut: H2
= pengungkapan auditor lain dalam laporan auditor berpengaruh secara
signifikan
terhadap
misstatement
pada
laporan
keuangan auditan. 3. Ukuran komite audit dengan misstatement dalam laporan keuangan auditan Sebagai salah satu partisipan dalam proses governance perusahaan, Bapepam-LK mewajibkan komite audit memiliki paling sedikit terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang berasal dari komisaris independen dan pihak dari luar emiten atau perusahaan publik. Menurut Zhang dkk. (2007), anggota
komite audit memiliki peran penting untuk memantau
pengendalian internal dan untuk memahami berbagai masalah keuangan dan operasional yang dapat timbul. Beberapa penelitian menemukan hubungan antara ukuran komite audit dengan misstatement dalam laporan keuangan auditan. Carcello dkk. (2011) menemukan bahwa terdapat hubungan antara ukuran komite audit dengan keterjadian restatement. Hasil yang serupa juga terdapat pada penelitian Lin dkk. (2006), yang menemukan bahwa ukuran komite audit berhubungan negatif dengan misstatement pada laporan keuangan auditan.
38
Sedangkan Pertiwi (2012) dan Kusumo & Meiranto (2014) tidak menemukan hubungan yang signifikan diantara keduanya. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H3
= ukuran komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap misstatement dalam laporan keuangan auditan.
39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Sifat penelitian ini adalah kuantitatif dimana dilakukan dengan cara mengkuantifikasi data-data penelitian sehingga menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam analisis. Sedangkan jenis penelitian ini adalah kausal komparatif dimana merupakan jenis penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat atara dua variabel atau lebih. Penelitian ini akan menguji dan memberikan bukti empiris mengenai pengaruh variabel independen, yaitu ukuran KAP, pengungkapan auditor lain dalam laporan auditor, dan ukuran komite audit terhadap variabel dependen, yaitu misstatement dalam laporan keuangan auditan.
B. Metode Penentuan Sampel Sampel adalah meneliti sebagian dari elemen-elemen populasi. Sampel pada penelitian ini adalah perusahaan non-keuangan yang listing di BEI pada tahun 2008-2012. Metode pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan purposive sampling method, yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria penentuan sampel adalah sebagai berikut :
40
1. Sampel merupakan perusahaan go public non keuangan yang melakukan restatement pada laporan keuangan untuk periode tahun buku yang berakhir 2008-2012. (t+1) 2. Sampel perusahaan restatement yang telah dipilih melalui tahap pertama kemudian dipilih kembali. Restatement yang disebabkan oleh peraturan perundangan, penerapan suatu standar akuntansi keuangan, stock split, dan restatement lainnya yang tidak dibuat untuk memperbaiki kesalahan akan dieliminasi. 3. Setelah melalui tahap ke-3, sampel dipilih kembali berdasarkan ketersediaan data variabel independen yang akan diujikan. 4. Sampel kemudian dipasangkan dengan perusahaan yang tidak melakukan restatement berdasarkan tahun fiskal, sektor industri, dan firm size. Perusahaan dalam industri non-keuangan yang digunakan dalam penelitian ini mencakup beberapa kelompok industri berdasarkan klasifikasi industri dari BEI. Beberapa kelompok industri yang termasuk dalam jenis industri nonkeuangan antara lain: agriculture; mining; basic industry and chemicals; miscellaneous industry; consumer goods industry; property, real estate and building construction; infrastructure, utilities and transportation; trade, services and investement.
C. Metode Pengumpulan Data Data yang diperoleh untuk digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung
41
melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data dalam penelitian ini didapatkan melalui website Bursa Efek Indonesia (idx.co.id) dengan mengambil data financial report perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pencarian misstatement pada laporan keuangan auditan dicari dengan melihat laporan keuangan perusahaan tahun selanjutnya dengan kata kunci seperti: penyajian kembali, disajikan kembali, penerbitan kembali, restate, dan restatement. Selain itu peneliti juga melakukan penelitian kepustakaan dengan memperoleh data yang berkaitan dengan pembahasan yang sedang diteliti melalui berbagai literatur seperti buku dan jurnal, baik jurnal asing maupun tidak.
D. Metode Analisis Data Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik (logistic regression) dengan bantuan SPSS. Alasan penggunaan alat analisis regresi logistik (logistic regression) adalah karena variabel dependen bersifat dummy. Sedangkan pendekatan keilmuan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan ilmu statistik dengan uji statistik non parametrik. Statistik non parametrik adalah statistik yang dapat digunakan dengan mengabaikan segala asumsi yang melandasi metode statistik parametrik, terutama yang berkaitan dengan distribusi normal (Gibbons & Chakraborti, 2003). 1. Definisi Regresi Logistik Regresi logistik adalah bentuk khusus dimana variabel dependennya terbagi menjadi dua bagian atau kelompok (biner). Walaupun formulanya
42
dapat saja lebih dari dua kelompok. Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk mencari persamaan regresi jika variabel dependennya merupakan variabel yang berbentuk skala. Regresi logistik binari digunakan untuk menemukan persamaan regresi dimana variabel dependennya bertipe kategorial dua pilihan seperti: ya atau tidak, atau lebih dari dua pilihan seperti: tidak setuju, setuju, sangat setuju. 2. Tahapan Regresi Logistik Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi logistik (logistic regression) adalah statistik deskriptif dan pengujian hipotesis penelitian, adapun penjelasannya diuraikan dalam paragraf dibawah ini (Ghozali, 2013): a. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi (standard deviation), dan maksimum-minimum. Mean digunakan untuk memperkirakan besar ratarata populasi yang diperkirakan dari sampel. Standar deviasi digunakan untuk menilai dispersi rata-rata dari sampel. Maksimum-minimum digunakan untuk melihat nilai minimum dan maksimum dari populasi. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat gambaran keseluruhan dari sampel yang berhasil dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian.
43
b. Pengujian Hipotesis Penelitian Estimasi parameter menggunakan Maximum Likehood Estimation (MLE). Ho = b1 = b2 = b3 = ... = bi = 0 Ho ≠ b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ ... ≠ bi ≠ 0 Hipotesis nol menyatakan bahwa variabel independen (x) tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel respon yang diperhatikan (dalam populasi). Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan ɑ = 5%. Nilai ɑ dinyatakan sebagai besarnya tingkat kesalahan yang dapat ditolerir. Umumnya, untuk ilmu sosial, termasuk ekonomi dan keuangan, besarnya a adalah 5%. Kaidah pengambilan keputusan adalah: a.
Jika nilai probabilitas (sig.) < a = 5% maka hipotesis alternatif didukung.
b.
Jika nilai probabilitas (sig.) > a = 5% maka hipotesis alternatif tidak didukung.
1) Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Langkah pertama adalah menilai overall model fit terhadap data. Beberapa test statistik diberikan untuk menilai hal ini. Hipotesis untuk menilai model fit adalah: H0
: Model yang dihipotesiskan fit dengan data
HA
: Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
Dari hipotesis ini kita tidak akan menolak hipotesis nol agar model fit dengan data. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi
44
likelihood. Likelihood L dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL. Penurunan likelihood (-2LL) menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data. 2) Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) Cox dan Snell‘s R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R2 pada multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1 (satu) sehingga sulit diinterpretasikan. Nagelkerke‘s R square merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan Snell untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu). Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox dan Snell‘s R dengan nilai maksimumnya. Nilai Nagelkerke‘s R dapat diinterpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression. Nilai yang kecil
berarti
kemampuan
variabel-variabel
independen
dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. 3) Menguji Kelayakan Model Regresi Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow‘s Goodness of Fit Test. Hosmer and Lemeshow‘s Goodness of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai
45
dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow‘s Goodness of Fit Test sama dengan atau kurang dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow‘s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya. 4) Matriks Klasifikasi Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan terjadinya misstatement dalam laporan keuangan auditan di perusahaan. 5) Model Regresi Logistik yang Terbentuk Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik (logistic regression), yaitu dengan melihat pengaruh ukuran kantor akuntan publik, pengungkapan auditor lain dalam laporan auditor dan ukuran komite audit terhadap misstatement dalam laporan keuangan auditan serta menggunakan dua variabel kontrol, yaitu ukuran perusahaan dan kompleksitas perusahaan. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
46
RESTATE = a + ß1 KAPSIZE + ß2 COMPONENT+ ß3 KASIZE + ß4 LnTA + ß5 SEGMEN + є dimana: RESTATE
= restatement pada laporan keuangan tahun selanjutnya
a
= konstanta
ß1,2
= koefisien variabel
KAPSIZE
= ukuran kantor akuntan publik
COMPONENT
= pengungkapan auditor lain dalam laporan audit
KASIZE
= jumlah anggota komite audit
LnTA
= logaritma natural total asset
SEGMEN
= jumlah segmen usaha perusahaan
є
= error
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian Variabel dependen dalam penelitian ini adalah misstatement dalam laporan keuangan auditan, variabel independennya adalah ukuran kantor akuntan publik, pengungkapan auditor lain dalam laporan auditor dan ukuran komite audit, serta variabel kontrolnya adalah ukuran perusahaan dan kompleksitas perusahaan. Pengukuran dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut: 1.
Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah misstatement pada laporan keuangan auditan yang diukur dengan melihat penyajian kembali
47
(restatement) laporan keuangan karena adanya suatu kesalahan saji yang material dimana perusahaan menyajikan ulang dan menginformasikan kepada investor bahwa laporan keuangan yang sudah dibuat tidak valid atau tidak berlaku lagi pada periode selanjutnya. Restatement yang disebabkan oleh peraturan perundangan, penerapan suatu standar akuntansi keuangan, stock split, dan restatement lainnya yang tidak dibuat untuk memperbaiki kesalahan akan dieliminasi. Menggunakan
restatement
sebagai
proksi
misstatement
banyak
digunakan dalam penelitian audit (Wang dkk, 2014, Harris dkk, 2013, Beardsley dkk, 2014, Lobo & Zhao, 2014 dan Czerney dkk, 2014). Variabel misstatement pada laporan keuangan auditan menggunakan variabel dummy. Jika terjadi restatement laporan keuangan periode ini (dapat dilihat pada laporan keuangan periode selanjutnya) maka diberikan nilai 1, sedangkan jika laporan keuangan tidak di restatement, maka diberikan nilai 0. 2.
Variabel Independen a. Ukuran kantor akuntan publik Ukuran kantor akuntan publik dalam penelitian ini merupakan besar kecilnya kantor akuntan publik yang dibedakan dalam dua kelompok, yaitu kantor akuntan publik yang berafiliasi dengan big four dan kantor akuntan publik yang tidak berafiliasi dengan big four. Variabel ukuran kantor akuntan publik menggunakan variabel dummy. Jika sebuah perusahaan diaudit oleh kantor akuntan publik big four maka
48
diberikan nilai 1. Sedangkan jika sebuah perusahaan diaudit oleh kantor akuntan publik non big four, maka diberikan nilai 0. b. Pengungkapan auditor lain dalam laporan auditor Pengungkapan auditor lain dalam laporan auditor adalah keadaan dimana auditor utama memutuskan untuk tidak memikul tanggung jawab atas pekerjaan auditor lain dan menunjukkan secara jelas pembagian tanggung jawab antara auditor utama dan auditor lain dalam menyatakan pendapatnya atas laporan keuangan. Pengungkapan ini dapat diketahui dengan melihat kalimat “kami tidak mengaudit” dan “diaudit oleh auditor lain” pada laporan auditor. Variabel ini menggunakan variabel dummy. Jika terdapat pengungkapan auditor lain dalam laporan auditor maka diberikan nilai 1. Sedangkan jika tidak ada pengungkapan, maka diberikan nilai 0 (Harris dkk., 2013). c. Ukuran komite audit Ukuran komite audit adalah total keseluruhan anggota komite audit dalam perusahaan Persyaratan keanggotaan komite audit dalam peraturan Badan Pengawas Pasar Modal nomor: KEP-643/BL/2012 Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja
tentang
Komite Audit,
perusahaan diwajibkan memiliki anggota komite audit paling sedikit terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang berasal dari komisaris independen dan pihak dari luar emiten atau perusahaan publik.
49
3.
Variabel Kontrol a. Ukuran perusahaan klien Ukuran perusahaan klien merupakan besarnya ukuran sebuah perusahaan yang diukur berdasarkan total aset. Semakin besar total aset sebuah perusahaan mengindikasikan bahwa ukuran perusahaan tersebut besar,
sebaliknya
semakin
kecil
total
aset
sebuah
perusahaan
mengindikasikan bahwa ukuran perusahaan tersebut kecil. Menurut Harris dkk. (2013) Audit failure di ekspektasi meningkat dengan semakin besarnya aset sebuah perusahaan. Banyak penelitian menggunakan ukuran perusahaan klien sebagai variabel kontrol dalam penelitian mengenai misstatement (Juan dkk., 2011; Harris, dkk., 2013; Czerney, dkk., 2014; Kusumo & Meiranto, 2014; Beardsley dkk., 2014). Variabel ukuran perusahaan klien dalam penelitian ini dihitung dengan melakukan logaritma natural (ln) atas total aset perusahaan. b. Kompleksitas perusahaan klien Kompleksitas perusahaan klien merupakan jumlah segmen usaha dalam perusahaan. Kompleksitas perusahaan dianggap berpengaruh terhadap kualitas pelaporan keuangan yang rendah (Harris dkk., 2013). Harris dkk., (2013) dan Beardsley dkk., (2014) menggunakan jumlah segmen usaha sebagai variabel kontrol dalam penelitian mereka mengenai misstatement. Pengukuran variabel ini dihitung dengan jumlah segmen usaha perusahaan klien yang material.
50
Variabel dan skala pengukuran yang terdapat dalam penelitian disajikan secara ringkas dalam Tabel 3.1. Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian No
Variabel
Jenis Variabel Dependen
1
Misstatement (Czerney dkk., 2014)
2
Ukuran KAP (Juan dkk., 2011)
3
Pengungkapan Independen Auditor Lain dalam Laporan Auditor (Harris dkk., 2013)
4
Ukuran Komite Independen Audit (Kusumo dan Meiranto, 2014) Ukuran Kontrol Perusahaan Klien (Juan dkk., 2011; Harris dkk., 2013; Czerney dkk., 2014) Kompleksitas Kontrol Perusahaan Klien (Harris dkk., 2013)
5
6
Independen
Indikator Variabel dummy, diberikan nilai 1 jika perusahaan melakukan restatement pada tahun selanjutnya, nilai 0 jika sebaliknya Variabel dummy, diberikan nilai 1 jika perusahaan di audit oleh KAP Big 4, nilai 0 jika tidak di audit KAP Big 4 Variabel dummy, jika auditor mengungkapkan auditor lain di dalam laporan audit maka diberikan nilai 1, jika tidak mengungkapkan maka diberikan nilai 0 Total keseluruhan anggota komite audit
Skala Pengukuran Nominal
Nominal
Nominal
Rasio
Logaritma natural aset perusahaan
Rasio
Total segmen usaha perusahaan
Rasio
51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1) Deskripsi Objek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan non keuangan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai tahun 2008-2012. Industri non keuangan dipilih untuk menghindari adanya industrial effect pada perusahaan perbankan (Kusuma & Rohman, 2014). Fokus penelitian ini adalah ingin melihat pengaruh ukuran KAP, pegungkapan auditor lain dalam laporan auditor, dan ukuran komite audit terhadap misstatement dalam laporan keuangan auditan pada perusahaan non keuangan. Alasan penggunaan data 5 tahun mulai tahun 2008 s.d. 2012 karena pengukuran variabel dependen yaitu restatement laporan keuangan tidak banyak dilakukan oleh perusahaan. Data untuk variabel dependen membutuhkan data dari tahun selanjutnya, sehingga penelitian ini juga menggunakan data tahun 2013 yang digunakan untuk mengetahui misstatement pada laporan keuangan auditan tahun 2012. Tabel 4.1 pada halaman selanjutnya menyajikan tahapan seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
52
Tabel 4.1 Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria
2008
Tahun 2009 2010
Jumlah perusahaan non keuangan yang listing di BEI 329 329 Perusahaan yang tidak melakukan restatement sesuai dengan kriteria yang ditetapkan (320) (321) Perusahaan yang melakukan restatement 9 8 Perusahaan yang melakukan restatement dengan opini selain unqualified atau data tidak tersedia (2) (4) Jumlah perusahaan yang melakukan restatement yang digunakan 7 4 Sampel kontrol perusahaan yang tidak melakukan restatement 7 4 Jumlah 14 8 Akumulasi Sumber: IDX Fact Book 2009-2013, data telah diolah
350
2011
2012
367
392
(344) (356) (385) 6
11
7
(1)
(1)
(1)
5
10
6
5 10
10 20
6 12
64
Jumlah perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008-2012 berkisar antara 329-392 perusahaan. Perusahaan yang tidak melakukan restatement atau melakukan restatement tetapi tidak sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada tahun 2008-2012 sebanyak masing-masing 320, 322, 343, 356, dan 385 perusahaan. Sehingga perusahaan non keuangan yang melakukan restatement adalah sebanyak 41 perusahaan dalam 5 tahun penelitian. Perusahaan restatement yang tidak sesuai kriteria sebanyak 9 perusahaan. Sehingga perusahaan yang melakukan restatement yang dapat digunakan sebanyak 32 sampel, ditambah dengan sampel kontrol perusahaan yang tidak melakukan restatement
53
sebanyak 32 perusahaan. Total pengamatan yang dijadikan sampel penelitian ini adalah sebanyak 64 pengamatan dalam 5 tahun penelitian. 2) Deskripsi Sampel Penelitian Dalam penelitian ini sampel dipilih dengan metode purposive sampling dengan menggunakan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Sampel dipilih bagi perusahaan yang melakukan restatement pada satu tahun setelahnya. Selain mengambil sampel dari perusahaan yang melakukan restatement, peneliti juga mengambil perusahaan yang tidak melakukan restatement sebagai sampel penanding. Sampel penanding dipilih berdasarkan firm size, tahun fiskal, dan sektor industri. Ringkasan sampel penelitian disajikan dalam Tabel 4.2. Tabel 4.2 Sampel Penelitian
Industri Mining Basic Industry & Chemicals Miscellaneous Industry Consumer Goods Industry Property, Real Estate & Building Construction Infrastructure, Utilities & Transportation Trade, Service, & Investment
Tahun 2010 2011 2012 1 1 1 4 1 2 2 -
2008 2 1 -
2009 2 -
1
-
1
-
-
3 7
2 4
3 5
1 2 10
1 1 6
Total Perusahaan Restatement Total Perusahaan yang Tidak Melakukan Restatement Total Perusahaan Sampel Sumber : IDX Fact Book 2009-2013, data telah diolah
32 32 64
54
Pada Tabel 4.3 di bawah ini dapat dilihat bahwa sampel yang terpilih tersebar secara acak dan hampir tersebar merata pada 7 sektor industri. Perusahaan yang paling banyak berasal dari sektor trade, service, and investment yaitu sebanyak 22 sampel atau sekitar 34,37%. Tabel 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Sektor Industri Industri
Restate
Non Total % Restatement 7 14 21,87 6 12 18,75 2 4 6,25 2 4 6,25
Mining 7 Basic Industry & Chemicals 6 Miscellaneous Industry 2 Consumer Goods Industry 2 Property, Real Estate & Building Construction 2 Infrastructure, Utilities & Transportation 2 Trade, Service, & Investment 11 TOTAL 32 Sumber: IDX Fact Book 2009-2013, data telah diolah
2
4
6,25
2 11 32
4 22 64
6,25 34,37 100
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi logistik (logistic regression). Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai pengaruh variabel independen (ukuran KAP, pengungkapan auditor lain, dan ukuran komite audit) terhadap variabel dependen yaitu misstatement dalam laporan keuangan auditan. 1) Hasil Uji Statistik Deskriptif Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diperoleh sebanyak 64 data yang berasal dari 5 tahun periode penelitian (2008-2012).
55
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif N
Minimum
RESTATE 64 KAPSIZE 64 COMPONENT 64 KASIZE 64 LnTA 64 SEGMEN 64 Valid N 64 (listwise) Sumber : Output SPSS
,0 ,0 ,0 2,0 23,22 1,0
Maximum 1,0 1,0 1,0 5,0 31,88 5,0
Mean ,500 ,484 ,250 3,188 27,908 2,422
Std. Deviation ,5040 ,5037 ,4364 ,5876 2,2035 1,0955
Tabel 4.4 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian. Berdasarkan Tabel diatas, hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap misstatement (RESTATE) menunjukkan nilai minimum sebesar 0, nilai maksimum sebesar 1 dengan rata-rata sebesar 0,5 dan standar deviasi 0,5040. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap ukuran KAP (KAPSIZE) menunjukkan nilai minimum sebesar 0, nilai maksimum sebesar 1 dengan rata-rata sebesar 0,484 dan standar deviasi 0,5037. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap pengungkapan auditor lain dalam laporan auditor (COMPONENT) menunjukkan nilai minimum sebesar 0, nilai maksimum sebesar 1 dengan rata-rata sebesar 0,250 dan standar deviasi 0,4364. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap ukuran komite audit (KASIZE) menunjukkan nilai minimum sebesar 2, nilai maksimum sebesar 5 dengan rata-rata sebesar 3,188 dan standar deviasi 0,5876.
56
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap variabel kontrol ukuran perusahaan klien (LnTA) menunjukkan nilai minimum sebesar 23,22, nilai maksimum sebesar 31,88 dengan rata-rata sebesar 27,9083 dan standar deviasi 2,2035. Sedangkan variabel kontrol lain yaitu kompleksitas perusahaan klien (SEGMEN) menunjukkan nilai minimum sebesar 1, nilai maksimum sebesar 5 dengan rata-rata sebesar 2,422 dan standar deviasi 1,0955. Variabel ukuran komite audit, ukuran perusahaan klien, dan kompleksitas manajemen yang menggunakan skala pengukuran rasio, memiliki nilai rata-rata lebih besar dari nilai standar deviasi. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas data dari variabel tersebut cukup baik, karena nilai rata-rata yang lebih besar dari nilai standar deviasinya mengidentifikasikan bahwa standar error dari variabel tersebut kecil. Sedangkan untuk variabel misstatement, ukuran KAP, dan pengungkapan auditor lain yang menggunakan skala pengukuran nominal, nilai rata-rata dan standar deviasi tidak tepat digunakan sebagai alat analisis kualitas data, karena kode angka yang digunakan dalam skala pengukuran nominal hanya berfungsi sebagai label kategori semata tanpa nilai intrinsik dan tidak memiliki arti apa-apa (Ghozali, 2013). 2) Hasil Uji Hipotesis Penelitian Karena variabel dependen bersifat dummy (melakukan restatement dan tidak melakukan restatement), maka pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik. Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi logistik dapat dijelaskan sebagai berikut (Ghozali, 2013):
57
a. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number=0) dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL) pada akhir (Block Number=1). Nilai -2LL awal adalah sebesar 88,723. Setelah dimasukkan tiga variabel independen dan dua variabel kontrol, maka nilai -2LL akhir mengalami penurunan menjadi 77,081. Penurunan Likelihood (-2LL) ini menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data. Tabel 4.5 Menilai Keseluruhan Model Iteration
-2 Log likeliho od
Coefficients Constant
1 77,239 -1,456 77,081 -2,020 Step 2 1 3 77,081 -2,062 4 77,081 -2,062 Initial -2 Log Likelihood: 88,723 Sumber : output SPSS
KAP COMPONENT KA LnTA SEGMEN SIZE SIZE -1,378 ,376 -,494 ,094 ,404 -1,585 ,416 -,563 ,122 ,451 -1,595 ,418 -,566 ,124 ,452 -1,595 ,418 -,566 ,124 ,452
b. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R. Square) Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0,222 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 22,2%, sedangkan sisanya sebesar 77,8% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian, seperti tenur audit, audit office diversity, audit fee, audit effort, audit partner quality, independensi komite audit, tenur komite
58
audit, karakteristik komisaris independen, dan kepemilikan saham institusional. Tabel 4.6 Koefisien Determinasi Step 1
-2 Log Cox & Snell likelihood R Square a 77,081 ,166
Nagelkerke R Square ,222
Sumber: output SPSS c. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow‘s Goodness of Fit Test. Pengujian menunjukkan nilai Chisquare sebesar 14,687 dengan signifikansi (p) sebesar 0,066. Berdasarkan hasil tersebut, karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka model dapat disimpulkan mampu memprediksi nilai observasinya. Tabel 4.7 Kelayakan Model Regresi Step Chi-square Df 1 14,687 8 Sumber: output SPSS
Sig. ,066
d. Hasil Matriks Klasifikasi Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan misstatement dalam laporan keuangan auditan yang dilakukan oleh perusahaan.
59
Tabel 4.8 Matriks Klasifikasi Observed
Step 1
RESTATE
Predicted RESTATE Percentage Correct ,0 1,0 ,0
1,0 Overall Percentage Sumber: output SPSS Kekuatan
prediksi
dari
23
9
71,9
11
21
65,6 68,8
model
regresi
untuk
memprediksi
kemungkinan perusahaan melakukan restatement adalah sebesar 65,6%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model regresi yang digunakan, terdapat sebanyak 21 perusahaan yang diprediksi akan melakukan restatement dari total 32 perusahaan yang melakukan restatement. Kekuatan prediksi model perusahaan yang tidak melakukan restatement adalah sebesar 71,9%, yang berarti bahwa dengan model regresi yang digunakan ada sebanyak 23 perusahaan yang diprediksi tidak melakukan restatement dari total 32 perusahaan yang tidak melakukan restatement. e. Hasil Uji Regresi Logistik Model regresi logistik yang terbentuk disajikan pada tabel pada halaman selanjutnya.
60
Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik
KAPSIZE COMPONENT Step KASIZE 1 LnTA SEGMEN Constant Sumber: output SPSS
B -1,595 ,418 -,566
S.E. ,692 ,685 ,512
Wald 5,315 ,372 1,225
,124 ,452 -2,062
,164 ,282 4,467
,570 2,578 ,213
df 1 1 1
Sig. ,021 ,542 ,268
Exp(B) ,203 1,519 ,568
1 1 1
,450 ,108 ,644
1,132 1,572 ,127
Hasil pengujian terhadap koefisien regresi menghasilkan model berikut ini: RESTATE = -2,062 – 1,595 KAPSIZE + 0,418 COMPONENT – 0,566 KASIZE + 0,124 LnTA + 0,452 SEGMEN Berdasarkan
pengujian
regresi
logistik
(logistic
regression)
sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, interpretasi hasil disajikan dalam dua bagian. Bagian pertama membahas hasil dari hipotesis penelitian yaitu pengaruh ukuran KAP terhadap misstatement dalam laporan keuangan auditan (H1), pengaruh pengungkapan auditor lain dalam laporan auditor terhadap misstatement dalam laporan keuangan auditan (H2), pengaruh ukuran komite audit terhadap misstatement dalam laporan keuangan auditan (H3). Sedangkan bagian kedua membahas hasil pengujian dari variabel kontrol. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
61
1) Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian a) Pengaruh Ukuran KAP (KAPSIZE) terhadap Misstatement dalam Laporan Keuangan Auditan (RESTATE) Variabel KAPSIZE menunjukkan koefisien regresi negatif sebesar 1,595 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,021, lebih kecil dari a = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih kecil dari a = 5% maka hipotesis ke-1 berhasil didukung. Sedangkan berdasarkan nilai odds ratio, probabilitas perusahaan yang diaudit oleh KAP Big 4 mengalami misstatement adalah sebesar 0,203 dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh KAP selain Big 4. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa ukuran KAP berpengaruh terhadap misstatement dalam laporan keuangan auditan.
Hasil
penelitian
ini
mendukung
hasil
penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan oleh Juan dkk (2011) dan Francis & Michas (2013). KAP besar dianggap memiliki kualitas audit yag lebih tinggi daripada KAP kecil karena memiliki pengalaman dan keahlian yang lebih tinggi (Francis, & Michas, 2013). Jika auditor di KAP besar memiliki keahlian yang lebih baik, maka dapat diasumsikan klien
mereka
kemungkinan
akan
mengaplikasikan
standar
akuntansi dengan benar dan akan memiliki lebih sedikit misstatement pada laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya.
62
DeAngelo (1981) dalam Juan dkk., (2011) menemukan bahwa KAP besar akan lebih independen karena mereka fokus akan reputasi mereka. Apabila sebuah laporan keuangan yang telah diaudit dilakukan restatement, maka hal tersebut akan dianggap sebagai audit failure, yang akan mempengaruhi reputasi KAP tersebut (Gertsen dkk., 2006). Disamping itu, keempat KAP Big 4 masing-masing memiliki tenaga profesional lebih dari 400 staf (PPAJP per tahun 2013). Ketersediaan tenaga profesional akan menghindari resiko double job yang diterima auditor. Hasil pengujian yang menghasilkan arah pengaruh negatif menunjukkan bahwa perusahaan yang telah menggunakan jasa KAP Big 4 memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk melakukan restatement pada tahun selanjutnya. Adanya faktor expertise KAP menyebabkan perusahaan akan lebih memilih KAP Big 4 untuk meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata pelaku pasar modal. b) Pengaruh Pengungkapan Auditor Lain dalam Laporan Auditor (COMPONENT) terhadap Misstatement dalam Laporan Keuangan Auditan (RESTATE) Variabel COMPONENT menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 0,418 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,542, lebih besar dari a = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih besar dari a = 5% maka hipotesis ke-2 tidak berhasil didukung. Penelitian
63
ini tidak berhasil membuktikan bahwa ukuran KAP berpengaruh terhadap misstatement dalam laporan keuangan auditan. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Harris dkk. (2013) dan Czerney dkk. (2014). Sedangkan berdasarkan nilai odds ratio, probabilitas perusahaan yang di dalam laporan auditnya terdapat pengungkapan auditor lain mengalami misstatement adalah sebesar 1,519 kali dibandingkan dengan perusahaan yang di dalam laporan auditnya tidak terdapat pengungkapan auditor lain. Tidak didukungnya hipotesis yang diuji menandakan bahwa standar lama (SA 543), yang diterapkan sebelum tahun 2013 tidak memiliki kemungkinan lebih tinggi bagi seorang auditor untuk mengalami audit failure dikarenakan oleh kinerja auditor lain yang kurang berkualitas. Sehingga dalam hal audit failure yang ditandai dengan adanya misstatement dalam laporan keuangan auditan, ISA 600, kualitas grup audit (lebih dari satu auditor yang mengaudit satu perusahaan) tidak dianggap lebih baik dengan adanya pemusatan tanggung jawab oleh auditor utama. c) Pengaruh Ukuran Komite Audit (KASIZE) terhadap Misstatement dalam Laporan Keuangan Auditan (RESTATE) Variabel KASIZE menunjukkan koefisien regresi negatif sebesar 0,566 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,268, lebih besar dari a = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih besar dari a
64
= 5% maka hipotesis ke-3 tidak berhasil didukung. Penelitian ini tidak
berhasil
membuktikan
bahwa
ukuran
komite
audit
berpengaruh terhadap misstatement dalam laporan keuangan auditan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Pertiwi (2012) dan Kusumo & Meiranto (2014). Namun bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lin dkk. (2006). Sedangkan berdasarkan nilai odds ratio, setiap penambahan satu anggota dalam komite audit berarti probabilitas terjadinya misstatement adalah sebesar 0,568 atau mengalami penurunan probabilitas. Tidak didukungnya hipotesis yang diuji karena perusahaan yang menjadi sampel rata-rata telah memiliki anggota komite audit dengan jumlah paling sedikit 3 orang yang seluruhnya adalah anggota independen dimana salah satu anggota merupakan komisaris independen, sesuai dengan peraturan Bapepam-LK Nomor: KEP-643/BL/2012 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. 2) Hasil Pegujian Variabel Kontrol a) Pengaruh Ukuran Perusahaan (LnTA) terhadap Misstatement dalam Laporan Keuangan Auditan (RESTATE) Variabel kontrol LnTA menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 0,124 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,450, lebih besar dari a = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih besar dari a
65
= 5% maka ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap misstatement dalam laporan keuangan auditan. Sedangkan berdasarkan nilai odds ratio, setiap penambahan satu unit dalam ukuran perusahaan probabilitas terjadinya misstatement adalah sebesar 1,132 kali atau mengalami peningkatan probabilitas. Tidak ditemukannya pengaruh yang signifikan kemungkinan dikarenakan perusahaan kecil maupun perusahaan besar tidak memiliki perbedaan baik dalam kualitas pelaporan keuangan maupun kualitas audit mereka. b) Pengaruh
Kompleksitas
Perusahaan
(SEGMEN)
terhadap
Misstatement dalam Laporan Keuangan Auditan (RESTATE) Variabel kontrol SEGMEN menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 0,452 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,108, lebih besar dari a = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih besar dari a = 5% maka kompleksitas perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap misstatement dalam laporan keuangan auditan. Sedangkan berdasarkan nilai odds ratio, setiap penambahan satu unit dalam kompleksitas perusahaan probabilitas terjadinya misstatement
adalah
sebesar
1,572
kali
atau
mengalami
peningkatan probabilitas. Tidak ditemukannya pengaruh yang signifikan kemungkinan dikarenakan semakin kompleks suatu pencatatan akuntansi dalam
66
perusahaan tidak menjamin akuntan ataupun auditor untuk menghasilkan laporan keuangan dan audit yang kurang berkualitas.
67
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini meneliti tentang pengaruh ukuran KAP, pengungkapan auditor lain dalam laporan auditor, dan ukuran komite audit terhadap misstatement dalam laporan keuangan auditan. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik dengan program Statistical Package for Social Science (SPSS) Ver. 21. Data sampel perusahaan sebanyak 64 sampel perusahaan non keuangan go public yang terdaftar di BEI selama periode 2008-2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap misstatement dalam laporan keuangan auditan. Hal ini menunjukkan bahwa kantor akuntan publik kecil tidak mengaplikasikan SAK secara benar pada tingkat yang sama dengan kantor akuntan publik besar, yang menyebabkan lebih banyak misstatement pada laporan keuangan auditan klien dan menyiratkan bahwa kualitas audit yang dihasilkan oleh kantor akuntan publik kecil lebih rendah. Sedangkan pengungkapan auditor lain dalam laporan auditor dan ukuran komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap misstatement dalam laporan keuangan auditan. Hasil pengujian hipotesis pada bagian sebelumnya dapat diringkas sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa ukuran KAP secara statistik berpengaruh terhadap misstatement dalam laporan keuangan auditan selama 5 tahun pengamatan (2008-2012).
68
2. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa pengungkapan auditor lain dalam laporan auditor secara statistik tidak berpengaruh terhadap misstatement dalam laporan keuangan auditan selama 5 tahun pengamatan (2008-2012) 3. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa ukuran komite audit secara statistik tidak berpengaruh terhadap misstatement dalam laporan keuangan auditan selama 5 tahun pengamatan (2008-2012).
B. Saran Penelitian mengenai misstatement dalam laporan keuangan auditan dimasa yang akan datang diharapkan mampu memberikan hasil penelitian yang lebih berkualitas, dengan mempertimbangkan saran dibawah ini: 1. Penelitian selanjutnya mungkin dapat mempertimbangkan penggunaan seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI sebagai populasi penelitian. 2. Pengukuran terhadap variabel misstatement pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan tidak hanya restatement, tetapi juga dapat menggunakan reissuance laporan keuangan sebagai proksi misstatement. 3. Pengukuran variabel misstatement pada penelitian selanjutnya tidak hanya menggunakan restatement satu tahun selanjutnya, tetapi juga restatement dua atau tiga tahun selanjutnya karena misstatement pada tahun penelitian memiliki kemungkinan untuk terdeteksi pada dua atau tiga tahun selanjutnya.
69
4. Pengukuran terhadap variabel ukuran KAP pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan alternatif proksi lain, seperti menggunakan total fee audit, jumlah partner, jumlah karyawan, atau kombinasi antar proksi tersebut. 5. Menambah variabel komite audit, misalnya frekuensi rapat, independensi komite audit, serta keahlian komite audit.
70
DAFTAR PUSTAKA ________. ―ISA 600 Tak Berdampak Terjadinya Monopoli Audit‖, Diakses melalui: http://akuntanonline.com/showdetail.php?mod=art&id=318&t=IS A%20600%20Tak%20Berdampak%20Terjadi%20Monopoli%20Audit&k at=Auditing, pada tanggal 10 Januari 2015. ________. ―Menteri Keuangan Membekukan Akuntan Publik Justinus Aditya Sidharta‖, Diakses melalui: http://www.hukumonline.com/berita/baca /hol16017/menteri-keuangan-membekukan-akuntan-publik-justinusaditya-sidharta, pada tanggal 20 Mei 2015 ________. ―Securities Exchange Act Form 8-K No. 1-13159‖, Diakses melalui:http://www.sec.gov/Archives/edgar/data/1024401/000095012901 503835 /h91831e8-k.txt, pada tanggal 20 Mei 2015 ________. ―Securities Exchange Act Release No,4444‖, Diakses melalui: https://www.sec.gov/litigation/admin/34-44444.htm, pada tanggal 20 Mei 2015 ________. ―Siaran Pers Badan Pengawas Pasar Modal‖, Diakses melalui: http://www.bapepam.go.id/old/old/news/Des2002/PR_27_12_20 02.PDF, pada tanggal 4 Mei 2015 ________. ―The 10 Worst Corporate Accounting Scandals of All Time‖, Diakses melalui: http://www.accounting-degree.org/scandals/, pada tanggal 20 Mei 2015. Anderson, Kirsten L., and Teri Lombardi Yohn. "The Effect of 10K Restatements on Firm Value, Information Asymmetries, and Investors' Reliance on Earnings", Information Asymmetries and Investors' Reliance on Earnings, 2002. Arifah, Dista Amalia. “Praktik Teori Agensi pada Entitas Publik dan Non Publik”, Prestasi, Vol.9, No.1, 2012. Ariyani, Ni Nyoman Trisna Dewi. “Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Kompleksitas Operasi Perusahaan, dan Reputasi KAP terhadap Audit Report Lag pada Perusahaan Manufaktur” E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 2014. Azizah, Rizki, Indah Anisykurillah. “Pengaruh Ukuran Perusahaan. Debt Default, dan Kondisi Keuangan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern”, Accounting Analysis Journal, 2014.
71
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal Nomor 643 Tahun 2012 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Bae, S. Gil dan Jae Eun Lee. “Does Audit Firm Size Matter? The Effect of Audit Firm Size Measured by Audit Firm Revenues, Number of Offices, and Professional Headcounts on Audit Quality and Audit Fees”, Working paper. School of Business, Korea & Hongik University, 2013. Beardsley, Erik L., Nathan C. Goldman, dan Thomas C. Omer. "Is Audit Office Industry Diversity Associated with Client Misstatements? Evidence from Tax and Non-Tax Accounts." Working Paper, 2014. Blankley, Alan I., David N. Hurtt, dan Jason E. MacGregor. “Evaluating the Effect of Abnormal Audit Fees on Future Restatements”, Current Issues in Auditing, Vol. 7 Issue 1, p15-p21, 2013. Carcello, Joseph V., dkk. "CEO Involvement in Selecting Board Members, Audit Committee Effectiveness, and Restatements", Contemporary Accounting Research 28.2, hal 396-430, 2011. Carson, Elizabeth, Roger Simnett, Greg Trompeter, dan Anna Vanstraelen. “The Impact of Group Audit Arrangements on Audit Pricing and Audit Quality”. Working paper, 2014. Cheng, Yu-Shu, Yahn-Shir Chen, dan Yu-Cheng Chen. “Direct and Mediating Effects of Auditor Quality on Auditor Size and Performance”, International Business Research, Vol.6, No.11, 2013. Choi, Jong-Hag dkk. “Audit Office Size, Audit Quality and Audit Pricing‖, Auditing: A Journal of Practice & Theory. Vol. 23 No.1, 2010. Czerney, Keith, Jaime J. Schmidt, dan Anne M. Thompson. “Does Auditor Explanatory Language in Unqualified Audit Reports Indicate Increased Financial Misstatement Risk?”, The Accounting Review, Vol. 89, No. 6, hal. 2115-2149, 2014. DeAngelo, Linda Elizabeth. “Audit Size and Audit Quality”, Journal of Accounting and Economics, Vol.3, hal. 183-199, 1981. Dehkordi, Hassan Farajzadeh, Naser Makarem. “The Effect of Size and Type of Auditor on Audit Quality”, International Research Journal of Finance and Economics, Vol.80, hal. 121-137, 2011. Deloitte Touche Tohmatsu. ―Deloitte Global Report 2014‖, 2014.
72
Drever, Margaret, Partricia Stanton dan Susan McGowan. “Contemporary Issues in Accounting‖. Milton: John Wiley & Sons Australia, 2007. Ernst & Young Global Limited. ―EY Global Review‖, 2014. Ferguson, Andrew, Jere R. Francis, and Donald J. Stokes. "The Effects of Firmwide and Office-level Industry Expertise on Audit Pricing." The Accounting Review 78.2: 429-448, 2003. Francis, Jere R. dan Paul N. Michas. “The Contagion Effect of Low-Quality Audits”, The Accounting Review, Vol. 88, No. 2 (March 2013) pp. 521552, 2013. Francis, Jere R., Paul N. Michas, dan Michael D. Yu. "Office Size of Big 4 Auditors and Client Restatements", Contemporary Accounting Research 30.4: 1626-1661, 2013. Gavious, Ilanit. “Alternative Perspectives to Deal with Auditors' Agency Problem”, Critical Perspectives on Accounting : an International Journal for Social and Organizational Accountability, Vol. 18, No. 4, hal. 451-467, 2007. Gertsen, F. H., van Riel, C., dan Berens, G. “Avoiding Reputation Damage in Financial Restatements", Long Range Planning, 39(4), 429-456, 2006. Ghozali, Imam. “SPSS 21 Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”. Semarang : BP Universitas Diponegoro, 2013. Gibbons, Dickinson Jean, Subhabrata Chakraborti. “Nonparametric Statistical Interference”, New York : Marcell Dekker Inc, 2003. Goldstein, Matthew. “Ernst & Young in Settlement Over Lehman Brothers” Diakses melalui: http://www.nytimes.com/2015/04/16/business/dealbook /ernst-young-in-settlement-over-lehman-brothers.html , tanggal 20 Mei 2015. Grant,
Paul. ―PwC Settes AIG Lawsuit‖, Diakses melalui: http://www.accountancyage.com/aa/news/1748934/pwc-settles-aig-lawsuit, pada tanggal 20 Mei 2015.
Harris, M.K., T.C. Omer, dan P. Tanyi. “The Disclosure of a Component Auditor in the Independent Auditor's Report and Financial Reporting Quality”, Working paper, diakses di SSRN: http://ssrn.com/abstract=2346888, pada tanggal 12 Desember 2014.
73
Ikatan Akuntan Indonesia. “Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan:, Jakarta: IAI, 2011. Institut Akuntan Publik Indonesia. ―Standar Profesional Akuntan Publik‖, Jakarta: IAPI, 2011. International Auditing and Assurance Standards Board. “Handbook of International Quality Control, Auditing, Review, Other Assurance, and Related Services Pronouncements”, 2013 edition, International Federation of Accountants, United States of America, 2013. Jensen, Michael C., William H. Meckling. “Theory of the Firm: Managerial Behaviour, Agency Costs and Ownership Structure”, Journal of Financial Economics, Vol.3, No.4, hal. 305-360, 1976. Jensen, Michael. “A Theory of the Firm: Governance, Residual Claims and Organizational Forms‖, USA: Harvard University Press, 2000. Jickling, Mark. “Accounting and Management Problems at Freddie Mac”, Congressional Research Service, 2005. Juan, Z., Zhizhong H., Yanzhi, S., & Wenli, X. “Does Coporate Governance Affect Restatement of Financial Reporting? Evidence From China.” Nankai Business Review International, 2(3), 289-302. Komite Nasional Good Corporate Governance. “Pedoman Pembentukan Komite Audit yang Efektif”. 2002. KPMG International Cooperative. ―KPMG International Transparency Report 2014‖, 2014. Kusuma, Bayu Indra dan Abdul Rohman. “Analisis Mekanisme Corporate Governance terhadap Probabilitas Terjadinya Earnings Restatement”, Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 3, No.4, 2014. Kusumo, Ridho Widi, Meiranto. “Analisis Pengaruh Karakteristik Corporate Governance terhadap Keterjadian Restatement‖ Diponegoro Journal of Accounting, Vol.3, No.3, 2014. Lin, Jerry W., June F. Li, and Joon S. Yang. "The Effect of Audit Committee Performance on Earnings Quality." Managerial Auditing Journal 21.9, hal. 921-933, 2006. Lobo, Gerald J., dan Yuping Zhao. "Relation Between Audit Effort and Financial Report Misstatements: Evidence from Quarterly and Annual Restatements." The Accounting Review 88.4: 1385-1412, 2013.
74
Lyke, Bob, Mark Jickling. “WorldCom: The Accounting Scandal”, Congressional Research Service, 2002. Mustofa. Manajemen Modern Bisnis Kantor Publik, Jakarta: Kompas, 2014. Nindita, Chairunnissa dan Sylvia Veronica Siregar. “Analisis Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik terhadap Kualitas Audit di Indonesia”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 14, No. 2, hal. 91-104. 2012. Palmrose, Z. V., dan Scholz, S. “Restated Financial Statements and Auditor Litigation”. Working paper, available at SSRN 248455, 2000. Pertiwi, Nina. “Hubungan antara Performa Komite Audit dengan Earnings Quality”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Vol. 1, No.1, 2012. Press Release Bapepam tentang Kasus PT. Great River Indonesia tanggal 23 Nopember 2005. PricewaterhouseCoopers. ―PwC Global Annual Review 2014”, 2014. Rossieta, Hilda dan Arie Wibowo. “Faktor-Faktor Determinasi Kualitas Audit – Suatu Studi dengan Pendekatan Earnings Surprise Benchmark”, Simposium Nasional Akuntansi XII, Palembang. Salim, Apriyeni, Sri Rahayu. “Pengaruh Opini Audit, Ukuran KAP, Pergantian Manajemen, dan Financial Distress terhadap Auditor Switching‖, Working Paper. Universitas Telkom. 2013. Tobing, Sorta. “Kasus ‗India Enron‘ Mulai Diadili”. Koran Tempo, 3 Nopember 2010. Treskawati, Pamella. “Hubungan Karakteristik Komite Audit terhadap Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Vol.3 No.2, 2014 Wang, Yanyan, Lisheng Yu, dan Yuping Zhao. “The Association between AuditPartner Quality and Engagement Quality: Evidence from Financial Report Misstatements‖, Auditing: A Journal of Practice and Theory, forthcoming, 2014. Weele, Marjolein L. van der. “Restatement Announcements: The Effect of Audit Quality on the Market Reaction”, Master thesis, Tilburg University, 2011.
75
Wulandari, N. P. Yani, Dan I Ketut Budiartha. “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Komite Audit, Komisaris Independen dan Dewan Direksi terhadap Integritas Laporan Keuangan‖ E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 7.3: 574-586, 2014. Yushita, Amanita Novi, „Earnings Management dalam Hubungan Keagenan”, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. 8, No.1, 2013. Zang, Yoonseok, Jae Bum Kim, Benjamin Segal dan Dan Segal. “The Triangular Relationship Between Audit Committee Characteristics, Audit Inputs, and Financial Reporting Quality‖, Singapore Management University Research School of Accountancy, 8, 2013. Zhang Y., Zhou J. and Zhou N., “Audit Committee Quality, Auditor Independence and Internal Control Weakness.” Journal of Accounting and Public Policy 26: 300-327, 2007.
76
LAMPIRAN
77
LAMPIRAN 1 DATA SAMPEL
78
Daftar Nama Perusahaan Sampel Perusahaan Restatement Nama Perusahaan
Kode
Matched Sample Nomor JASICA 2008
Asahimas Flat Glass Tbk. Bekasi Asri Pemula Tbk. Bakrie & Brothers Tbk. Bumi Resources Tbk. Central Omega Resources Multipolar Corporation Tbk.
AMFG BAPA BNBR BUMI DKFT MLPL
32 61 98 21 23 98
Ancora Indonesia Resources Tbk.
OKAS
91
Kode
Nomor JASICA
Trias Sentosa Tbk. Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk. United Tractors Tbk. Bayan Resources Tbk. Petrosea Tbk. Global Mediacom Tbk. Millenium Pharmacon International Tbk.
TRST RBMS UNTR BYAN PTRO BMTR
35 61 91 21 23 98
SDPC
91
Elnusa Tbk. Indo Tambangraya Megah Tbk. Jasuindo Tiga Perkasa Tbk. Island Concepts Indonesia Tbk.
ELSA ITMG JTPE ICON
22 21 95 94
Metrodata Electronics Tbk.
MTDL
97
Nama Perusahaan
2009 Apexindo Pratama Duta Tbk. Bumi Resources Tbk. Indonesia Paradise Property Tbk. Pelita Sejahtera Abadi Tbk.
APEX BUMI INPP PSAB
22 21 94 94 2010
Centrin Online Tbk.
CENT
97
79
Perusahaan Restatement Nama Perusahaan
Kode
Matched Sample Nomor Nama Perusahaan JASICA 61 Pakuwon Jati Tbk. 97 Grahamas Citrawisata Tbk. 22 Harum Energy Tbk. 91 Ancora Indonesia Resources Tbk. 2011
Intiland Development Tbk. Dyviacom Intrabumi Tbk. Elnusa Tbk. AGIS Tbk.
DILD DNET ELSA TMPI
ABM Investama Tbk. Berau Coal Energy Tbk. Citra Tubindo Tbk. Duta Pertiwi Nusantara Tbk. XL Axiata Tbk. Intanwijaya Internasional Tbk. Kimia Farma Tbk. Kertas Basuki Rachmat Tbk. AGIS Tbk. Ultrajaya Milk Industry & Trading Co. Tbk.
ABMM BRAU CTBN DPNS EXCL INCI KAEF KBRI TMPI
98 21 33 34 73 34 53 38 91
ULTJ
51
PWON GMCW HRUM OKAS
Nomor JASICA 61 94 21 91
Global Mediacom Tbk. Borneo Lumbung Tbk. Alumindo Light Metal Industry Tbk. Indo Acidatama Tbk. Indosat Tbk. Eterindo Wahanatama Tbk. Indofarma (Persero) Tbk. Pelat Timah Nusantara Tbk. Astra Graphia Tbk.
BMTR BORN ALMI SRSN ISAT ETWA INAF NIKL ASGR
98 21 33 34 73 34 53 33 97
Multi Bintang Indonesia Tbk.
MLBI
51
Surya Esa Perkasa Tbk. Intanwijaya Internasional Tbk.
ESSA INCI
22 34
Kode
2012 Ratu Prabu Energi Tbk. Duta Pertiwi Nusantara Tbk.
ARTI DPNS
22 34
80
Perusahaan Restatement
Matched Sample
Eratex Djaja Tbk.
ERTX
Nomor JASICA 43
Island Concepts Indonesia Tbk. Indo-Rama Syntethics Tbk. Sarana Menara Nusantara Tbk.
ICON INDR TOWR
94 43 75
Nama Perusahaan
Kode
81
Nama Perusahaan
Kode
Nusantara Inti Corpora Indonesia Tbk. Pembangunan Graha Lestari Indah Tbk. Polychem Indonesia Tbk. Indika Energy Tbk.
UNIT
Nomor JASICA 43
PGLI ADMG INDY
94 43 75
Daftar Nama Perusahaan yang Tereliminasi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Perusahaan
Kode INCI PAFI APLI ARGO TBLA MIRA CKRA APLI MYRX
Intanwijaya Internasional Tbk. Panasia Filament Inti Tbk. Asiaplast Industries Tbk. Argo Pantes Tbk. Tunas Baru Lampung Tbk. Mitra Rajasa Tbk. Citra Kebun Raya Agri Tbk. Asiaplast Industries Tbk. Hanson International Tbk.
82
Tahun Misstatement 2008 2008 2009 2009 2009 2009 2010 2011 2012
Hasil Variabel SAMPEL
RESTATE
KAPSIZE
COMPONENT
KASIZE
ASET
LnTA
SEGMEN
AMFG 2008
1
1
0
3
Rp
1.993.033.000.000
28,32067871
2
BAPA 2008
1
1
0
3
Rp
127.212.980.516
25,56912853
2
BNBR 2008
1
0
1
3
Rp
25.417.965.773.000
30,86647735
3
BYAN 2008
0
1
0
3
Rp
6.747.195.000.000
29,54014798
2
BUMI 2008
1
0
1
4
Rp
58.253.000.000.000
31,69581671
4
DKFT 2008
1
0
0
3
Rp
21.188.351.961
23,77671743
1
BMTR 2008
0
1
1
3
Rp
13.720.366.000.000
30,24990241
4
MLPL 2008
1
0
1
3
Rp
11.402.498.000.000
30,06485357
3
OKAS 2008
1
0
0
3
Rp
643.583.742.684
27,19031799
3
PTRO 2008
0
1
0
3
Rp
1.952.034.600.000
28,29989333
3
RBMS 2008
0
0
0
3
Rp
118.304.745.665
25,49652972
1
SDPC 2008
0
0
0
3
Rp
308.658.000.000
26,4554997
3
TRST 2008
0
1
1
3
Rp
2.158.865.645.281
28,40060404
1
UNTR 2008
0
1
0
3
Rp
22.847.721.000.000
30,75987249
3
APEX 2009
1
1
0
3
Rp
4.833.349.180.200
29,20656076
2
BUMI 2009
1
0
0
3
Rp
69.907.000.000.000
31,8781869
4
ELSA 2009
0
1
0
5
Rp
4.210.421.000.000
29,06858376
5
ICON 2009
0
0
0
3
Rp
12.158.564.323
23,22129964
1
INPP 2009
1
0
0
3
Rp
126.568.056.547
25,564046
3
ITMG 2009
0
1
0
3
Rp
11.266.567.400.000
30,05286082
2
83
SAMPEL
RESTATE
KAPSIZE
COMPONENT
KASIZE
ASET
LnTA
SEGMEN
JTPE 2009
0
0
0
3
Rp
160.266.226.837
25,80010219
2
PSAB 2009
1
0
0
3
Rp
15.081.493.962
23,43673426
4
CENT 2010
1
1
1
3
Rp
327.559.624.538
26,51493594
2
DILD 2010
1
0
1
4
Rp
4.599.239.260.454
29,15691203
3
DNET 2010
1
0
0
3
Rp
16.639.792.726
23,53506282
3
ELSA 2010
1
1
0
5
Rp
3.695.249.000.000
28,93806906
3
GMCW 2010
0
0
0
4
Rp
15.414.799.933
23,45859392
2
HRUM 2010
0
1
0
2
Rp
3.470.174.000.000
28,87522585
2
MTDL 2010
0
1
1
3
Rp
945.242.001.932
27,57470682
2
OKAS 2010
0
1
0
4
Rp
1.287.118.000.000
27,88342673
3
PWON 2010
0
1
1
3
Rp
3.937.325.624.000
29,00152283
3
TMPI 2010
1
0
0
3
Rp
1.347.009.705.056
27,92890822
3
ABMM 2011
1
1
0
3
Rp
9.883.000.000.000
29,92183723
3
ALMI 2011
0
0
0
3
Rp
1.791.523.164.727
28,2140873
1
ASGR 2011
0
1
0
3
Rp
1.126.055.000.000
27,74974149
2
BMTR 2011
0
1
1
3
Rp
15.111.603.000.000
30,34648398
3
BORN 2011
0
1
0
3
Rp
15.373.809.000.000
30,36368646
1
BRAU 2011
1
1
0
3
Rp
18.673.000.000.000
30,55809975
1
CTBN 2011
1
1
1
3
Rp
2.233.000.000.000
28,43436709
5
DPNS 2011
1
0
1
3
Rp
172.322.620.690
25,87263426
2
84
SAMPEL
RESTATE
KAPSIZE
COMPONENT
KASIZE
ASET
LnTA
SEGMEN
ETWA 2011
0
0
0
3
Rp
620.709.552.075
27,1541291
2
EXCL 2011
1
1
0
3
Rp
31.170.654.000.000
31,07049819
1
INAF 2011
0
0
0
5
Rp
1.114.901.669.774
27,73978733
2
INCI 2011
1
0
0
3
Rp
125.184.677.577
25,5530559
1
ISAT 2011
0
1
0
5
Rp
52.172.311.000.000
31,58557303
3
KAEF 2011
1
0
0
3
Rp
1.794.399.675.018
28,21569164
3
KBRI 2011
1
0
0
3
Rp
744.581.030.849
27,33608752
1
MLBI 2011
0
1
0
3
Rp
1.220.813.000.000
27,83053815
1
NIKL 2011
0
1
0
4
Rp
921.277.510.000
27,54902714
2
SRSN 2011
0
0
0
3
Rp
361.182.183.000
26,61264833
4
TMPI 2011
1
0
0
3
Rp
1.265.816.392.124
27,8667384
3
ULTJ 2011
1
0
0
3
Rp
2.180.516.519.057
28,4105829
2
ADMG 2012
0
1
0
3
Rp
5.790.766.805.820
29,38728583
3
ARTI 2012
1
0
0
2
Rp
1.415.764.642.407
27,97869088
3
DPNS 2012
1
0
1
3
Rp
184.533.123.832
25,94109482
2
ESSA 2012
0
1
0
3
Rp
782.777.738.980
27,38611463
1
ERTX 2012
1
0
1
3
Rp
433.414.911.900
26,79496133
2
ICON 2012
1
0
0
4
Rp
83.363.453.861
25,14647585
4
INCI 2012
0
0
0
3
Rp
132.278.839.079
25,60817795
1
INDR 2012
1
1
1
3
Rp
6.642.450.247.530
29,52450202
5
INDY 2012
0
1
1
3
Rp
22.698.043.421.520
30,75329984
3
85
SAMPEL
RESTATE
KAPSIZE
COMPONENT
KASIZE
PGLI 2012
0
0
0
3
Rp
45.302.057.800
24,53661829
1
TOWR 2012
1
1
0
3
Rp
13.573.560.000.000
30,2391449
2
UNIT 2012
0
0
0
3
Rp
379.900.742.389
26,66317585
1
86
ASET
LnTA
SEGMEN
LAMPIRAN 2 HASIL OUTPUT SPSS
87
Descriptives Descriptive Statistics Minimum Maximum
N RESTATE KAPSIZE VOLUNTARY KASIZE LnTA SEGMEN Valid N (listwise)
64 64 64 64 64 64 64
,0 ,0 ,0 2,0 23,22 1,0
1,0 1,0 1,0 5,0 31,88 5,0
Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Casesa N Included in Analysis Selected Cases Missing Cases Total Unselected Cases Total
Percent 64 100,0 0 64 0 64
,0 100,0 ,0 100,0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Dependent Variable Encoding Original Internal Value Value ,0 0 1,0 1
88
Mean ,500 ,484 ,250 3,188 27,908 2,422
Std. Deviation ,5040 ,5037 ,4364 ,5876 2,2035 1,0955
Categorical Variables Codings Frequenc Parameter y coding (1) 48 ,000 VOLUNTA ,0 RY 1,0 16 1,000 ,0 33 ,000 KAPSIZE 1,0 31 1,000
Block 0: Beginning Block Iteration Historya,b,c Iteration -2 Log Coefficient likelihood s Constant Step 0 1 88,723 ,000 a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 88,723 c. Estimation terminated at iteration number 1 because parameter estimates changed by less than ,001. Classification Tablea,b Observed Predicted RESTATE Percentage Correct ,0 1,0 ,0 0 32 ,0 RESTATE Step 0 1,0 0 32 100,0 Overall Percentage 50,0 a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500
Step 0 Constant
Variables in the Equation B S.E. Wald Df ,000 ,250 ,000 1
89
Sig. Exp(B) 1,000 1,000
Variables not in the Equation Score df KAPSIZE 5,067 1 COMPONENT 1,333 1 Variables KASIZE ,736 1 Step 0 LnTA ,004 1 SEGMEN 2,976 1 Overall Statistics 10,921 5
Sig. ,024 ,248 ,391 ,949 ,185 ,053
Block 1: Method = Enter Iteration
Step 1
Iteration Historya,b,c,d Coefficients Constant KAPSIZE COMPONE KASIZE NT
-2 Log likelihood
LnTA
1 2
77,239 77,081
-1,456 -2,020
-1,378 -1,585
,376 ,416
-,494 -,563
,094 ,122
3 4
77,081 77,081
-2,062 -2,062
-1,595 -1,595
,418 ,418
-,566 -,566
,124 ,124
Iteration Historya,b,c,d Iteration
Step 1
Coefficients SEGMEN 1 2 3 4
,404 ,451 ,452 ,452
a. Method: Enter b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 88,723 d. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001. Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Df Sig. Step 11,642 5 ,040 Step 1 Block 11,642 5 ,040 Model 11,642 5 ,040
90
Step 1
Model Summary -2 Log Cox & Snell Nagelkerke R likelihood R Square Square a 77,081 ,166 ,222
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001. Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig. 1 14,687 8 ,066
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test RESTATE = ,0 RESTATE = 1,0 Total Observed Expected Observed Expected 1 4 4,848 2 1,152 6 2 4 4,471 2 1,529 6 3 2 4,136 4 1,864 6 4 6 3,797 0 2,203 6 5 4 3,450 2 2,550 6 Step 1 6 4 3,095 2 2,905 6 7 5 2,527 1 3,473 6 8 1 2,003 5 3,997 6 9 1 1,722 5 4,278 6 10 1 1,951 9 8,049 10 Classification Tablea Observed Predicted RESTATE Percentage Correct ,0 1,0 23 9 71,9 RESTAT ,0 Step 1 E 1,0 11 21 65,6 Overall Percentage 68,8 a. The cut value is ,500
91
Variables in the Equation B S.E. Wald
Step 1a
df
Sig.
Exp(B)
KAPSIZE COMPONENT KASIZE
-1,595 ,418 -,566
,692 ,685 ,512
5,315 ,372 1,225
1 1 1
,021 ,542 ,268
,203 1,519 ,568
LnTA SEGMEN Constant
,124 ,452 -2,062
,164 ,282 4,467
,570 2,578 ,213
1 1 1
,450 ,108 ,644
1,132 1,572 ,127
a. Variable(s) entered on step 1: KAPSIZE, COMPONENT, KASIZE, LnTA, SEGMEN. Correlation Matrix Constant KAPSIZE COMPONE KASIZE NT Constant KAPSIZE COMPONENT Step 1 KASIZE LnTA SEGMEN
1,000 ,514 ,075 -,299 -,933 ,140
,514 1,000 -,027 -,018 -,585 ,012
,075 -,027 1,000 ,159 -,127 -,259
-,299 -,018 ,159 1,000 -,030 -,279
LnTA -,933 -,585 -,127 -,030 1,000 -,176
Correlation Matrix SEGMEN
Step 1
Constant KAPSIZE COMPONENT KASIZE LnTA SEGMEN
,140 ,012 -,259 -,279 -,176 1,000
92
93