PENGARUH MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN DEBT DEFAULT TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 - 2012)
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Ropikoh Susanti Nasution NIM: 109082000020
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI 1. Nama Lengkap
: Ropikoh Susanti Nasution
2. Tempat Tanggal Lahir : Padang Sidempuan, 11 November 1990 3. Alamat
: Jln. H. Naba III RT 02 / 09 No 17 kel. Karang timur kec. Karang tengah , Ciledug-Tangerang
4. Telepon
: 085695097550
5. Email
:
[email protected]
II. PENDIDIKAN 1.
SDN Peninggilan 5
Tahun 1997-2003
2.
Mts Jamiyyah Islamiyyah
Tahun 2003-2006
3.
SMA Negeri 12 Tangerang
Tahun 2006-2009
4.
S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2009-2014
III. PENGALAMAN ORGANISASI 1. Divisi konsumsi Dekorasi dan Dokumentasi pada Program Pengenalan Studi (ProPeSa) 2010 2. Divisi konsumsi pada Kuliah Kerja Nyata Esoclean 2013
vi
IV. SEMINAR DAN WORKSHOP 1. Talkshow Pemberantasan Korupsi bersama KPK yang diselenggarakan BEMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 9 September 2009. 2. Seminar Nasional “Peran Asuransi Dalam Era Globalisasi”, 20 Mei 2010. 3. Seminar di Badan Kebijakan Fiskal, Kementrian Keuangan RI, 4 Mei 2012. 4. “Auditing Days” yang diselenggarakan HMJ Akuntansi, 6-7 November 2012.
V.
LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah
: Abdul Cholil Nasution
2. Tempat Tgl Lahir
: Padang Sidempuan, 05 juni 1965
3. Ibu
: Agustina Gultom
4. Alamat
: Jln. H. Naba III RT 02 / 09 No 17 kel. Karang timur kec. Karang tengah, Ciledug – Banten
5. Telepon
: 081390345921
6. Anak ke
: 1 dari 3 bersaudara
vii
ABSTRACT The Effects of Bankruptcy Prediction Model, Company’s Growth and Debt Default on The Acceptance of Going Concern Audit Opinion This research purposes to check the effects of effects of bankruptcy prediction model, company’s growth and debt default on the acceptance of going concern audit opinion. This research used sample of manufacturing industry which is listed in Indonesian Stock Exchange during 2008-2012 period. The number of manufacturing industries that were became in this study were 15 companies with 5 year observation. Based on method purposive sampling, research sample total is 75 financial statements. Data analysis in this study used binary logistic regression analysis. The result showed that bankruptcy prediction model variables have significant potitive by 0,006 < 0,05 effect on the acceptance of going concern audit opinion, debt default variables have significant positive by 0,001 < 0,05 effect on the acceptance of going concern audit opinion, while campany’s growth no significant by 0,820 > 0,05 effect on the acceptance of going concern audit opinion.
Keyword
: bankruptcy prediction model, company’s growth, debt default, going concern audit opinion.
viii
ABSTRAK Pengaruh Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan dan Debt Default terhadap Penerimaan opini audit Going Concern Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh model prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan dan debt default terhadap penerimaan opini going concern. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2012. Jumlah perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel penelitian ini adalah 15 perusahaan dengan pengamatan selama 5 tahun. Berdasarkan metode purposive sampling, total sampel penelitian adalah 75 laporan keuangan. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik biner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel model prediksi kebangkrutan berpengaruh signifikan sebesar 0,006 < 0,05 terhadap penerimaan opini audit going concern, debt default berpengaruh signifikan sebesar 0,001 < 0,05 terhadap penerimaan opini audit going concern, sedangkan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan sebesar 0,820 > 0,05 terhadap penerimaan opini audit going concern.
Kata Kunci : model prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan, debt default, opini audit going concern.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Segala puji bagi Allah SWT, Al-Wahhab Yang Maha Penganugerah, yang telah memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman, yang telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terimakasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada: 1.
Ayahanda Abdul Cholil Nasution dan Ibunda Agustina Gultom, juga Adikku tersayang Ridwan dan Intan yang selalu mencurahkan perhatian, cinta dan sayang, dukungan serta doa tiada henti yang tertuju hanya untuk ananda, semoga semakin hari ananda semakin mampu membuat bangga ayah dan ibunda.
2.
Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Ibu Dr. Rini, M.Si., C.A selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus dosen Pembimbing Skiripsi 1 yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan pengarahan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih atas ilmu yang telah Ibu berikan selama ini.
x
4.
Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5.
Ibu Reskino, SE., M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis. Terimakasih atas semua saran yang Ibu berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.
6.
Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
7.
Sahabat-sahabat terbaik di Akuntansi A 2009, khususnya Rizka, Tri, Ai, kiki, Efi, Vivi, Mawar, yang pernah tergabung dalam genk of shinethink.
8.
Seluruh sahabat di jurusan Akuntansi Angkatan 2009, kelas A sampai dengan E.
9.
Seluruh sahabat di Fakultas Ekonomi, jurusan Manajemen dan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan.
10. Seluruh sahabat terbaik di Kuliah Kerja Nyata Esoclean UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 11. Seluruh sahabat SMA Dicki, Eis, Nurul, Fajar, Ryan, Muslim,
atas
dukungan, doa dan semangat selama ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Jakarta, Agustus 2014
Ropikoh Susanti Nasution
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................................... iii LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ................................................................ iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ v ABSTRACT .......................................................................................................................... vii ABSTRAK .......................................................................................................................... viii KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ix DAFTAR ISI ....................................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ............................................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1 A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 9 C. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 9 D. Manfaat Penelitian ................................................................................................. 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................... 11 A. Landasan Teori ....................................................................................................... 11 1. Teori Signalling................................................................................................. 11 xii
2. Definisi Audit ................................................................................................... 12 3. Tujuan Audit .................................................................................................... 13 4. Jenis Audit ........................................................................................................ 14 5. Standar Audit ................................................................................................... 15 6. Kebangkrutan ................................................................................................... 17 7. Model Kebangkrutan ........................................................................................ 18 8. Pertumbuhan Perusahaan ................................................................................. 23 9. Debt Default ..................................................................................................... 25 10. Opini Audit ...................................................................................................... 27 11. Jenis-jenis Opini Audit ..................................................................................... 28 12. Going Concern ................................................................................................. 31 13. Opini Audit Going Concern ............................................................................. 32 14. Manfaat Informasi Going Concern .................................................................. 33 15. Tanggung Jawab Auditor Terhadap Going Concern ....................................... 34 B. Hasil Penelitian Sebelumnya .................................................................................. 38 C. Kerangka Pemikiran ............................................................................................... 45 D. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ........................................... 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................................ 49 A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................................... 49 B. Metode Penentuan Sampel ..................................................................................... 49 C. Metode Pengumpulan Data .................................................................................... 50 D. Metode Analisis dan Uji Hipotesis ........................................................................ 51 1. Statistik Deskriptif ........................................................................................... 52 xiii
2. Regresi Logistik ............................................................................................... 52 3. Menguji Keseluruhan Model (overall model fit) ............................................. 52 4. Koefisien Determinasi (nagelkerke R Squere) .................................................. 53 5. Menguji Kelayakan Model Regresi .................................................................. 53 6. Matriks Klasifikasi ........................................................................................... 54 7. Model Regresi Logistik yang Terbentuk .......................................................... 54 E. Operasional Variabel Penelitian ............................................................................. 55 1. Variabel Tidak Terikat ..................................................................................... 55 a. Model Prediksi Kebangkrutan .................................................................... 55 b. Pertumbuhan Perusahaan ........................................................................... 58 c. Debt Default ............................................................................................... 59 2. Variabel Terikat ............................................................................................... 59 BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 60 A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................................. 60 1. Deskripsi Objek Penelitian .......................................................................... 60 2. Deskripsi Sampel Penelitian ...................................................................... 62 B. Hasil Uji Analisis Data penelitian ..................................................................... 63 1. Analisis Deskriptif ...................................................................................... 64 2. Hasil Uji Hipotesis ...................................................................................... 65 a. Hasil Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ............................... 65 3. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Negelkerke R Square) ............................ 67 4. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi ........................................................... 67 5. Hasil Matriks Klasifikasi............................................................................. 68 xiv
6. Hasil Uji Regresi Logistik ........................................................................... 69 C. Pembahasan ...................................................................................................... 70 BAB V PENUTUP .............................................................................................................. 75 A. Kesimpulan ....................................................................................................... 75 B. Implikasi ............................................................................................................ 76 C. saran ................................................................................................................. 77 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 78 LAMPIRAN-LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
No.
Keterangan
2.1
Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ................................................................. 38
4.1
Tahapan Seleksi Sampel Dengan Kriteria................................................... 61
4.2
Sampel Penelitian ........................................................................................ 62
4.3
Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Usaha ............................................... 63
4.4
Statistik Deskriptif ...................................................................................... 64
4.5
Hasil Uji Keseluruhan Model (Overall Model fit) ...................................... 65
4.7
Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) ........................... 67
4.8
Hasil Uji Kelayakan Model Regresi ........................................................... 67
4.9
Hasil Matriks Klasifikasi............................................................................. 68
4.10
Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik .......................................................... 69
4.11
Ringkasan Hasil Hipotesis .......................................................................... 71
Halaman
xvi
DAFTAR GAMBAR
No.
Keterangan
Halaman
2.1
Skema Kerangka Pemikiran………………………………... 45
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Belum lama ini bisnis diguncang dengan sebuah krisis keuangan yang cukup besar. Krisis keuangan global akan berpengaruh terhadap krisis keuangan suatu negara. Apabila suatu negara terjadi krisis, maka hal tersebut akan memberikan pengaruh besar terhadap pertumbuhan perusahaan di negara tersebut. Kemerosotan suatu perusahaan dapat dilihat dari kinerja keuangan tersebut. Hal ini akan membawa dampak buruk terhadap kelangsungan hidup entitas bisnis tersebut. Informasi mengenai kondisi perusahaan, dalam hal mengenai kelangsungan hidup entitas bisnis merupakan suatu informasi yang diperlukan untuk mengetahui apakah suatu perusahaan masih layak untuk beroperasi atau tidak dalam waktu yang tidak terbatas. Hal itu berarti kelangsungan hidup perusahaan merupakan pertimbangan bagi para investor untuk mengambil keputusan apakah akan menanamkan modalnya atau tidak. Kondisi keungan dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan (Kurniati, 2012). Laporan keuangan merupakan salah satu sarana yang fundamental bagi emiten dalam mengkomunikasikan kinerja kepada pihak luar, terutama investor. Penilaian investor terhadap laporan keuangan emiten akan menentukan pengambilan kebijakan investasi (Akiko, 2013). Dan laporan keuangan yang disusun oleh manajemen pun tidak lepas dari adanya
1
kepentingan beberapa pihak. Contohnya adalah manajemen perusahaan itu sendiri. Untuk itu dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan principal dengan agen. Pihak ketiga ini berfungsi untuk memonitor perilaku manajer (agen) apakah sudah bertindak sesuai dengan keinginan principal. Auditor adalah pihak ketiga yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak principal dengan pihak manajemen dalam mengelola keuangan perusahaan. Auditor bertugas untuk memberikan pendapat atau opini atas tingkat kewajaran laporan keuangan yang sudah dibuat oleh manajemen perusahaan. Informasi yang diperoleh dan diolah lalu diterbitkan oleh auditor dalam bentuk opini audit menjadi sumber informasi baik oleh prinsipal maupun oleh investor yang akan menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Jenisjenis pendapat auditor (opini audit) adalah pendapat wajar tanpa pengecualian, pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan, pendapat wajar dengan pengecualian, pendapat tidak wajar dan tidak memberi pendapat. Auditor dalam memberikan opini bukanlah hal yang mudah (Kurniati, 2012). Apalagi jika terdapat kesangsian terhadap kelangsungan hidup (going concern)
perusahaan. Auditor harus mempunyai keberanian dalam
mengeluarkan opini going concern , karena akan berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat. Perusahaan yang mendapat opini going concern cenderung akan cepat bangkrut karena banyak investor yang membatalkan investasi.
2
Sektor industri yang dianggap mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah industri manufaktur. Pada akhir tahun 2007, krisis ekonomi yang terjadi masih menyisakan sedikit permasalahan yang membuat pertumbuhan sektor ini bergerak lambat permasalahan tersebut dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dipengaruhi oleh iklim usaha yang belum kondusif, penguasaan teknologi yang masih lemah, dan kualitas sumber daya manusia masih belum memadai, sedangkan faktor eksternal muncul dari para pesaing di pasar internasional yang menawarkan produk sejenis. Semua perusahaan manufaktur di Indonesia dalam era globalisasi selayaknya berusaha untuk memproduksi barang yang berkualitas tinggi dengan biaya rendah dalam rangka meningkatkan daya saing, baik di pasar domestik maupun di pasar global. Masalah timbul ketika banyak terjadi kesalahan opini (audit failures) yang dibuat oleh auditor menyangkut opini going concern (Mayangsari, 2003). Beberapa penyebabnya antara lain; pertama, masalah self- fulfilling prophecy yang mengakibatkan auditor enggan mengungkapkan status going concern yang muncul ketika auditor khawatir bahwa opini going concern yang dikeluarkan dapat mempercepat kegagalan perusahaan yang bermasalah (Venuti, 2007). Meskipun demikian, opini going concern harus diungkapkan dengan harapan dapat segera mempercepat upaya penyelamatan perusahaan yang bermasalah.
3
Masalah kedua yang menyebabkan kegagalan audit (audit failures) adalah tidak terdapatnya prosedur penetapan
status going concern yang
terstruktur (Dyah, 2011). Meskipun sudah ada panduan yang jelas mengenai pemberian opini going concern, pada kenyataannya auditor sangat susah dalam memberikan opini going concern (Dyah, 2011). Beberapa hal yang memicu masalah going concern pada tahun tersebut umumnya adalah perusahaan-perusahaan memiliki rasio hutang terhadap modal yang tinggi, saldo hutang jangka pendek dalam jumlah besarnya yang segera jatuh tempo, mengalami penurunan modal (capital deficiency) yang signifikan, kerugian keuangan (financial losses) yang disebabkan karena kerugian nilai tukar, menanggung beban keuangan, kerugian operasional dan tidak adanya action yang dijelaskan dari pihak manajemen. Penelitian mengenai kebangkrutan perusahaan diawali dari analisis rasio keuangan karena laporan keuangan lazimnya berisi informasi penting mengenai kondisi dan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Sektor perusahaan yang diragukan kelangsungan usahanya, cenderung akan diberikan opini audit going concern oleh auditor. Namun, ketetapan pemberian opini tersebut tentu harus diuji apakah perusahaan tersebut memang layak menerima opini audit going concern, atau sebaliknya auditor gagal memprediksi kelangsungan usaha perusahaan klien yang ternyata benar-benar berpotensi untuk bangkrut. Munculnya kasus perusahaan yang bangkrut dalam bisnis sering dikaitkan dengan kegagalan auditor. Bangkrutnya perusahaan energi Enron
4
merupakan salah satu contoh terjadinya kegagalan bisnis di Amerika. Hal ini terjadi karena adanya skandal akuntansi yang melibatkan pihak manajemen dan auditor eksternal. Arthur Andersaden dipersalahkan sebagai penyebab terjadinya kebangkrutan Enron dan divonis pihak pengadilan karena melakukan mark-up pendapat dan menyembunyikan hutang lewat business partnership.
Akhirnya
KAP
Andersen
ditutup
disamping
harus
mempertanggungjawabkan tindakannya secara hukum, (uwi, 2009). Kasus Enron, Worldcom, Xerox, Merck dan sebagainya sangat memukul profesi akuntan publik. Hal ini dapat dipahami karena auditor merupakan pihak yang paling rentan tanggung jawabnya dalam menilai kewajaran laporan keuangan perusahaan. Selain itu auditor juga bertanggung jawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan satuan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) dalam periode waktu yang pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan audit. Tidak hanya di Amerika, di Indonesia terjadi kasus yang hampir serupa. Kasus BLBI yang terungkap pada tahun 2000 merugikan negara lebih dari 138 triliyun rupiah. Selain itu masih ada lagi kasus Bank Global yang terungkap pada tahun 2004. (Supriyanto, 2008:1). Selanjutnya ada beberapa perusahaan yang berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) akan dihapus pencatatan saham apabila Perusahaan Tercatat mengalami sekurangkurangnya satu kondisi, atau peristiwa, yang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha perusahaan (going concern) Terdapat
5
tujuh perusahaan yang telah di delisting pada tahun 2009 antara lain, PT Singer Indonesia Tbk (SING), PT Courts Indonesia Tbk (MACO), PT Jasa Angkasa Semesta Tbk (JASS), PT Sara Lee Body Care Indonesia Tbk (PROD), PT Tunas Alfin Tbk (TALF), PT Bukaka Teknik Utama Tbk (BUKK), PT Sekar Bumi Tbk (SKBM). Pada 2010 BEI tercatat tidak melakukan delisting, namun pada periode 2011-2013 terdapat 13 perusahaan yang kembali di delising yakni, PT New Century Development Tbk (PTRA), PT Aqua Golden Mississippi Tbk (AQUA), PT Dynaplast Tbk (DYNA), PT Anta Express Tour and Travel Sevice Tbk (ANTA), PT Alfa Retailindo Tbk (ALFA), PT Katarina Utama Tbk (RINA), PT Suryainti Permata Tbk (SIIP), PT Surya Intrindo Makmur Tbk (SIMM), PT Surabaya Agung Industri Pulp dan Kertas Tbk (SAIP), PT Indo Setu Bara Resaources Tbk (CPDW), PT Amsteloco Indonesia Tbk (INCF), PT Panasia Filamen Inti Tbk (PAFI) dan yang terakhir PT Panca Wirasakti Tbk (PWSI), (Nurfitriani, 2013). Belkaoui (2006) dalam Kurniati, 2012 menyatakan going concern adalah suatu dalil yang menyatakan bahwa entitas bisnis akan melanjutkan operasinya cukup lama untuk merealisasikan proyek, komitmen dan aktivitasnya yang berkelanjutan. Dasar tersebut memberi gambaran bahwa suatu entitas diharapkan mempunyai kemampuan beroperasi dalam jangka waktu yang tidak terbatas atau tidak mengalami likuiditas untuk waktu selanjutnya. Going concern merupakan konsep pokok dalam bidang akuntansi dan auditing.
6
Hasil penelitian oleh Kurniati (2012) bahwa opini audit going concern dipengaruhi oleh prediksi kebangkrutan, pertumbuhan dan reputasi KAP. Hasil pengujian hipotesis mengidentifikasikan bahwa hanya prediksi kebangkrutan yang berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, sedangkan pertumbuhan dan reputasi kantor akuntan publik (KAP) tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Penelitian yang dilakukan oleh Dyah dan Januarti (2011) bahwa opini audit going concern dipengaruhi oleh kualitas audit, debt default, opinion shopping. Hasil pengujian hipotesis mengidentifikasikan bahwa hanya debt default yang berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, sedangkan kualitas audit dan opinion shopping tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Penelitian yang dilakukan oleh Wibisono (2013) bahwa opini audit going concern
dipengaruhi oleh prediksi kebangkrutan, leverage, audit
sebelumnya, ukuran perusahaan. Hasil pengujian hipotesis mengidentifikasi bahwa prediksi kebangkrutan dan audit sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, sedangkan leverage dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Berdasarkan uraian di atas, mengingat begitu besar pengaruh diberikannya opini audit going concern atas laporan keuangan auditee yaitu hilangnya kepercayaan publik terhadap manajemen perusahaan dalam
7
mengelola bisnisnya, serta minimnya penelitian mengenai opini audit going concern, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian kembali mengenai opini audit going concern. Penelitian ini mengambil objek penelitian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang memenuhi kriteria. Periodesasi penelitian ini adalah tahun 2008 sampai dengan 2012. Peneliti mengambil judul; Pengaruh Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Debt Default Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Wiwik Kurniati (2012) mengenai prediksi kebangkrutan, pertumbuhan dan reputasi KAP terhadap opini audit going concern, dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa prediksi kebangkrutan berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern, sedangkan pertumbuhan dan reputasi KAP tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu, variabel independen yang digunakan peneliti sebelumnya yaitu prediksi kebangkrutan, pertumbuhan dan reputasi KAP. Sedangkan pada penelitian kali ini, peneliti menambahkan satu variabel independen yaitu debt default. Dan variabel dependennya sama-sama menggunakan penerimaan opini audit going concern.
B. Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang yang telah disampaikan dimuka, maka rumusan penelitian ini adalah:
8
1. Apakah model prediksi kebangkrutan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern? 2. Apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern? 3. Apakah faktor debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan
rumusan
masalah,
peneliti
ini
bertujuan
untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis pengaruh model prediksi kebangkrutan terhadap penerimaan opini audit going concern. 2. Untuk
menganalisis
pengaruh
pertumbuhan
perusahaan
terhadap
penerimaan opini audit going concern. 3. Untuk menganalisis pengaruh faktor debt deault terhadap penerimaan opini audit going concern.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:. 1. Bagi investor Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi investor yang ingin berinvestasi, agar mempunyai bahan pertimbangan dalam berinvestasi. 2. Bagi auditor
9
Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam memberikan penilaian keputusan opini audit yang mengacu pada kelangsungan hidup (going concern) perusahaan dimasa yang akan datang. 3. Ilmu auditing Menambah literatur dan terutama untuk peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi opini audit going concern. 4. Bagi pihak lain Sebagai sambungan pemikiran, pengetahuan, dan informasi yang berguna dalam menyusun laporan keuangan dan dapat digunakan sebagi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya. 5. Bagi peneliti Penelitian ini dapat menambah pengetahuan terutama tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan going concern.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Signalling Theory Teori mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa informasi yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain dan informasi lainnya (Subraminiam, et al., 2009). Signalling theory menyatakan bahwa perusahaan manufaktur yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk. Agar sinyal tersebut efektif, maka harus dapat ditangkap pasar dan dipersepsikan baik, serta tidak mudah ditiru oleh perusahaan yang berkualitas buruk (Lianto, 2010). Teori signalling berakar pada teori akuntansi pragmatik yang memusatkan perhatiannya kepada pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku pemakai informasi. Salah satu informasi yang dapat dijadikan sinyal adalah pengumuman yang dilakukan oleh suatu emiten. Pengumuman ini nantinya dapat mempengaruhi naik turunnya harga sekuritas perusahaan emiten yang melakukan pengumuman. Perusahaan
11
yang mempunyai keyakinan bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik ke depannya akan cenderung mengkomunikasikan berita tersebut terhadap para investor (Lianto, 2010). 2. Definisi Audit Menurut Arens dan Loebbecke (2010:4) bahwa auditing adalah: “Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat di ukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi termasuk dengan kriteria-ktiteria yang telah ditetapkan”. Boynton dan Johson (2006:6) menurut The Report of
The
Committee on Basic Auditing Concept of The American Accounting Association (Accounting Review, vol. 47) mendefinisikan auditing sebagai berikut: “Auditing is a systematic process of objectively obtaining and evaluating evidnce regarding assertions about econonimic actions and events to ascertain the degree of correspondence between those assertions and established criteria and communicating the result to interested users”. Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2010:4) definisi auditing adalah: “Auditing is accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and establishead criteria. Auditing should be done by a competent, independent person”
12
Berdasarkan uraian definisi auditing tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa auditing adalah suatu proses pemeriksaan yang sistematis terhadap bukti-bukti yang terkait dengan kejadian-kejadian ekonomi bisnis yang tercatat dalam laporan keuangan auditee dengan mencapai derajat kesesuaian dan membandingkannya dengan standar dan kriteria yang ada dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai
kewajaran
laporan
keuangan
tersebut
kemudian
mengkomunikasikan hasilnya kepada para pengguna laporan keuangan. 3. Tujuan Audit Standar professional Akuntan Publik (SPAP), PSA 02 (SA 110), (IAI, 2001:110) menyatakan bahwa tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Sedangkan menurut Boynton et. Al. (2006:231) tujuan audit secara spesifik adalah asersi manajemen dimana asersi manajemen ini merupakan pedoman auditor untuk merencanakan pengumpulan bukti audit. Adapun lima asersi manajemen yang digariskan dalam Generally Accepted Auditing Standards (GAAS) adalah sebagai berikut: a. Keberadaan dan keterjadian (Existence and Occurance) b. Kelengkapan (Completeness) c. Hak dan kewajiban (Right and Obligation)
13
d. Penilaian atau alokasi (Valuation or Allocation) e. Penyajian dan pengungkapan (Presentation and Disclosure) 4. Jenis Audit Menurut Boyton et. al. (2006:8-9) ada tiga jenis audit, yaitu audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional. Jenis audit yang ada umumnya menunjukkan karakteristik kunci yang tercakup dalam definisi auditing. Penjelasan mengenai jenis-jenis audit tersebut akan diuraikan sebagai berikut: a. Audit laporan keuangan Audit laporan keuangan (financial audit) berkaitan dengan memperoleh dan mengevaluasi bukti mengenai laporan entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah laporan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu prinsip akuntansi yang diterima umum atau Generally Accepted Accounting Principles (GAAP). Selain itu, logika audit yang dikembangkan untuk audit laporan keuangan merupakan dasar dimana auditor dapat mengembangkan lebih lanjut audit kepatuhan, audit operasional, serta sejumlah jasa dan assurance services. b. Audit kepatuhan Audit kepatuhan (compliance audit) berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan memeriksa bukti-bukti untuk menetapkan apakah kegiatan keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan, ketentuan, dan peraturan tertentu. Kriteria yang ditetapkan
14
dalam audit jenis ini berasal dari berbagai sumber. Sebagai contoh manajemen dapat mengeluarkan kebijakan atau ketentuan yang berkenaan dengan kondisi kerja, partisipasi dan program pension, serta pertentangan kepentingan. c. Audit operasional Audit operasional (operational audit) berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu. Audit jenis ini terkadang disebut juga sebagai audit kinerja atau audit manajemen. Pada suatu perusahaan bisnis, lingkup audit ini dapat meliputi seluruh kegiatan dari suatu departemen, cabang, atau divisi. 5. Standar Audit Menurut (SPAP SA Seksi 150 : PSA No 1) dalam proses audit terdapat tiga standar yang harus dipenuhi dalam rangka menjalankan standar professionalnya, yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Berikut adalah uraian mengenai ketiga standar tersebut: a. Standar umum 1). Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. 2). Dalam
semua
hal
yang
berhubungan
dengan
perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
15
3). Dalam melaksanakan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. b. Standar pekerjaan lapangan 1). Pekerja harus direncanakan sebaik-baiknya dan dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. 2). Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. 3). Bukti yang kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. c. Standar Pelaporan 1). Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. 2). Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. 3). Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
16
4). Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal mana auditor dikaikan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor. 6. Kebangkrutan Kebangkrutan (bankruptcy) secara umum
diartikan sebagai
kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Kebangkrutan sering juga disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan atau insolvabilitas. Menurut Matin (1995) dalam Wibisono, 2013 kebangkrutan adalah suatu kegagalan yang terjadi pada sebuah perusahaan dan didefinisikan dalam beberapa pengertian, yaitu: a. Kegagalan ekonomi (economic distressed). Kegagalan dalam arti ekonomi biasanya berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau pendapatan sehingga perusahaan tidak mampu menutupi biayanya sendiri, ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jauh dibawah arus kas yang diharapkan. Bahkan kegagalan dapat juga berarti bahwa tingkat pendapat atas biaya historis dari investasinya lebih kecil daripada
17
biaya modal perusahaan yang dikeluarkan untuk sebuah investasi tersebut. b. Kegagalan keuangan (financial distressed) Kegagalan keuangan mempunyai makna kesulitan dana, baik dana dalam pengertian kas maupun dana dalam pengertian modal kerja. Sebagian asset Liability Management sangat berperan dalam pengaturan untuk menjaga agar tidak terkena financial distressed. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kebangkrutan adalah suatu kegagalan yang terjadi kepada sebuah perusahaan dan didefinisikan beberapa pengertian yaitu, kegagalan ekonomi dan kegagalan keuangan. 7. Model Prediksi Kebangkrutan Kemampuan untuk memprediksi kebangkrutan sangatlah penting bagi berbagai pihak seperti kreditor, investor, regulator, dan auditor. Auditor, khususnya, saat gagal memprediksi kebangkrutan dapat dituntut secara hukum karena dianggap melakukan kegagalan audit (audit failure) (Anandaraja, et al, 2001) dalam Fachrozy 2007. Penelitian mengenai kebangkrutan perusahaan diawali dari analisis rasio keuangan karena laporan keuangan lazimnya berisi informasiinformasi penting mengenai kondisi dan prospek perusahaan di masa yang akan datang (Fraser, 1995) dalam Kurniati 2012. Penelitian dibidang akuntansi dan keuangan telah berusaha menghasilkan beberapa model prediksi kebangkrutan, tetapi tidak semuanya dapat digunakan untuk
18
memprediksi kebangkrutan pada perusahaan perbankan dan lembaga keuangan. Model prediksi kebangkrutan yang lazim digunakan untuk perusahaan perbankan dan lembaga keuangan adalah model prediksi Altman. Metode yang dikenal dengan beberapa rasio dalam Z-Scorenya dan sering digunakan untuk memprediksi terjadinya kebangkrutan pada sebuah perusahaan, terbukti dapat juga diimplementasikan dalam memprediksi kemungkinan terjadinya likuidasi pada lembaga perbankan (Fachrozy, 2007). Altman (1968) menemukan bahwa perusahaan dengan profitabilitas serta solvabilitas yang rendah sangat berpotensi mengalami kebangkrutan. Ia mencoba mengembangkan suatu model prediksi dengan menggunakan 22 rasio keuangan yang diklasifikasikan kedalam lima kategori, yaitu; iluiditas, profitabilitas, leverage, rasio uji pasar, dan aktivitas. Z= 1.2Z1 + 1.4Z2 + 3.3Z3 +0.6Z4 + 0.999Z5 Dimana: Z1 = working capital / total asset Z2 = retained rearning/ total asset Z3 = earning before interest and taxes / total asset Z4 = market capitalization / book value of debt Z5 = sales / total asset Dari hasil analisi dengan metode Altman, akan diperoleh hasil berupa angka-angka atau nilai Z-score yang kemudian dapat menjelaskan kemungkinan kebangkrutan itu dapat terjadi pada sebuah perusahaan.
19
Nilai Z-score ini akan menjelaskan kondisi keuangan perusahaan yang dibagi dalam beberapa tingkatan atau kategori yaitu: a. Nilai Z-score lebih kecil atau sama dengan 1,81 (Z-score ≤ 1,81) berarti perusahaan mengalami kesulitan keuangan dengan risiko tinggi. b. Nilai Z-score antara 1,81 sampai dengan 2,99 (1,81 ≤ Z-score ≤ 2,99) berarti perusahaan berada pada daerah abu-abu (grey area). Pada kondisi ini perusahaan memiliki masalah keuangan yang harus ditangani dengan tepat oleh manajemen. Jika pengananya terlambat atau tidak tepat, perusahaan dapat mengalami kebangkrutan. Jadi, pada grey area ini ada kemungkinan perusahaan bangkrut da nada pula yang tidak. Tinggal bagaimana pihak manajemen dapat segera mengambil tindakan untuk mengatasi masalah yang dialami perusahaan. c. Nilai Z-score lebih dari 2,99 (Z- ≥ 2,99) menggambarkan bahwa perusahaan berada dalam keadaan yang sangat sehat sehingga kemungkinan kebangkrutan sangat kecil terjadi ( Adnan dan Taufiq, 2001) dalam Fachrozy, 2007. Model yang dikembangkan oleh Altman ini mengalami suatu revisi. Revisi yang dilakukan Altman merupakan penyesuaian agar model prediksi kebangkrutan ini tidak hanya untuk perusahaan-perusahaan manufaktur yang go public melaikan juga dapat diaplikasikan untuk perusahaan-perusahaan disektor swasta termasuk juga perusahaan
20
perbankan dan lembaga keuangan. Model yang lama mengalami perubahan pada salah satu variabel yang digunakan menjadi : Z = 0.717Z1 + 0.874Z2 + 3.107Z3 +0.420Z4 + 0.998Z5 Dimana: Z1 = working capital / total asset Z2 = retained earning / total asset Z3 = earning before interest and taxes / total asset Z4 = book value of equity / book value of debt Z 5 = sales / total asset Dengan formula Z-score tersebut daerah ambang batas berubah menjadi 2.90 dan 1.20. Artinya, perusahaan yang mempunyai skala Z diatas 2.90 diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat, sedangkan perusahaan yang mempunyai skor dibawah 1.20 diklasifikasikan sebagai perusahaan potensi bangkrut. Selanjutnya, skor antara 1.20 dan 2.90 tetap disebut sebagai grey are. Kelima rasio inilah yang akan digunakan dalam menganalisis laporan keuangan sebuah perusahaan untuk kemudian mendeteksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan tersebut. Dalam manajemen keuangan, rasio-rasio yang digunakan dalam metode altman ini dikelompokkan dalam tiga kelompok besar (Akiko, 2013) : a. Rasio Likuiditas yang terdiri atas Z1 b. Rasio Profitabilitas yang terdiri dari Z2 dan Z3 c. Rasio Aktivitas yang terdiri dari Z4 dan Z5 Uraian setiap variabel tersebut adalah sebagai berikut:
21
1). Working Capital / Total Asest (Z1) atau Modal Kerja / Total Aktiva (Z1). Modal kerja yang dimaksud dalam Z1 adalah selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar. Rasio Z1 pada dasarnya adalah rasio likuiditas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Hasil rasio tersebut dapat negatif apabila aktiva lancar lebih kecil dari kewajiban lancar. 2). Retained Earning / Total Asset (Z2) atau Laba Ditahan / Total Aktiva (Z2). Rasio ini mengukur akumulasi laba selama perusahaan beroperasi. Umur perusahaan berpengaruh terhadap rasio tersebut karena semakin lama perusahaan beroperasi memungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba ditahan. Hal tersebut menyebabkan perusahaan yang masih relatif muda pada umunya akan menunjukkan hasil rasio yang rendah, kecuali yang labanya sangat besar pada masa awal berdirinya. 3). Earning Before Interest and Tax / Total Asset (Z3) atau Laba Sebelum Bunga dari Pajak / Total Aktiva (Z3). Rasio
tersebut
mengukur
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Rasio ini merupakan contributor terbesar dari model tersebut. Beberapa indicator yang dapat kita gunakan dalam mendeteksi adanya masalah pada kemampuan profitabilitas perusahaan diantaranya adalah, piutang dagang meningkat, rugi terus menerus dalam beberapa kuartal,
22
persediaan meningkat, penjualan menurun, terlambatnya hasil penagihan piutang, kredibilitas perusahan berkurang, serta kesediaan memberi kredit pada konsumen yang tak dapat membayar pada waktu yang ditetapkan. 4). Market Value Equity / Book Value of Debt (Z4) atau Nilai Pasar dari Modal / Nilai Buku Utang (Z4). Modal yang dimaksud adalah gabungan nilai pasar dari modal biasa dan saham preferen, sedangkan utang mencakup utang lancar dan utang jangka panjang. 5). Sales / Total Asset (Z5) atau Penjualan Total Aktiva (Z5) Rasio
tersebut
mengukur
kemampuan
manajemen
dalam
menggunakan aktiva dalam menghasilkan penjualan. 8. Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size. Pertumbuhan perusahaan yang cepat maka semakin besar kebutuhan dana untuk ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba. Jadi perusahaan yang sedang tumbuh sebagai deviden tetapi lebih baik digunakan untuk ekspansi. Potensi pertumbuhan ini dapat diukur dari besarnya biaya penilitian dan pengembangan. Semakin besar R&D cost-nya maka berarti ada prospek perusahaan untuk tumbuh (Sartono, 2001) dalam Ulkri, 2013. Pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan beberapa cara,
23
misalnya dengan melihat pertumbuhan penjualannya. Pengukuran ini hanya dapat melihat pertumbuhan perusahaan dari aspek pemasaran perusahaan saja. Menurut Ulkri (2013), pertumbuhan penjualan merupakan perubahan penjualan pada laporan keuangan pertahun. Pertumbuhan penjualan yang diatas rata-rata bagi suatu perusahan pada umumnya didasarkan pada pertumbuhan yang cepat yang diharapkan dari industri dimana perusahaan itu beroperasi. Perusahaan dapat mencapai tingkat pertumbuhan diatas rata-rata dengan
jalan
meningkatkan
pangsa
pasar
dari
permintaan
industri
keseluruhan. Perusahaan diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan. Sales growh ratio atau rasio pertumbuhan penjualan mengukur seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Weston & Copeland, 1992). Pertumbuhan penjualan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk dapat bertahan dalam kondisi persaingan. Pertumbuhan penjualan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan biaya akan mengakibatkan kenaikan laba perusahaan. Jumlah laba yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan atau tend keuntungan yang meningkat merupakan suatu faktor yang sangat menentukan perusahaan untuk tetap survive. Sementara perusahaan dengan rasio pertumbuhan penjualan negatif berpotensi besar mengalami penurunan laba sehingga apabila manajemen tidak segera mengambil tindakan perbaikan, perusahaan dimungkinkan tidak akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.
24
Penjualan merupakan kegiatan operasi utama auditee. Auditee yang mempunyai rasio pertumbuhan penjualan yang positif mengindikasi bahwa auditee dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern). Penjualan yang terus meningkat dari tahun ketahun akan memberikan peluang auditee untuk memperoleh peningkatan laba. Semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan auditee, akan semakin kecil kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern (GCAO). Rasio pertumbuhan perusahaan digunakan untuk mengukur kemampuan auditee dalam pertumbuhan tingkat penjualan. Data ini diperoleh dengan menghitung sales growh ratio berdasarkan laporan laba/rugi masing-masing auditee hasil pertumbuhan penjualan disajikan dengan skala rasio dengan rumus : Pertumbuhan Perusahaan = penjualan bersiht - penjual besih t-1 Penjualan t-1 9. Debt Default Dalam PSA 30, indikator going concern yang banyak digunakan auditor dalam memberikan keputusan opini audit adalah kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutangnya (default). Debt default didefinisikan sebagai kegagalan debitor (perusahaan) untuk membayar hutang pokok dan/ atau bunganya pada waktu jatuh tempo (Dyah & Januarti 2007). Dapat dikatakan bahwa status hutang perusahaan merupakan faktor pertama yang akan diperiksa oleh auditor untuk mengukur kesehatan keuangan perusahaan. Ketika jumlah hutang perusahaan tentunya banyak dialokasikan untuk menutupi hutangnya, sehingga akan mengganggu
25
kelangsungan operasi perusahaan. Apabila hutang ini tidak mampu dilunasi, maka kreditor akan memberikan status default. Status default dapat meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan laporan going concern. Dengan menambahkan variabel default hutang pada model prediksi going concern yang sebelumnya hanya memasukkan variabelvariabel rasio keuangan saja. Manfaat status default hutang sebelumnya telah diteliti oleh Chen dan Church (1992) yang menemukan hubungan yang kuat status default terhadap opini going concern. Semenjak auditor lebih cenderung disalahkan karena tidak berhasil mengeluarkan opini going concern setelah peristiwa-peristiwa yang menyarankan bahwa opini seperti itu mungkin telah sesuai, biaya kegagalan untuk mengeluarkan opini going concern ketika perusahaan dalam keadaan default, tinggi sekali. Karenanya, diharapkan status default dapat meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan laporan going concern. Dari 127 perusahaan yang menerima opini going concern pertama kalinya dari tahun 1983 sampai 1986, sebanyak 98 perusahaan dalam keadaan default atau dalam proses restrukturisasi kewajibab hutang mereka, tujuannya adalah untuk menghindari default selanjutnya. Sebaliknya, hanya satu dari 127 perusahaan didalam sampel kendali meliputi perusahaan-perusahaan yang setidaknya memiliki satu karakteristik perusahaan bermasalah (yaitu, modal kerja negatif, deficit dalam laba ditahan) dan menerima opini bersih. Pada penelitian tersebut ditemukan hubungan yang kuat antara variabel default dengan keputusan opini going concern. Hasil temuannya juga
26
menyatakan bahwa kesulitan dalam mentaati persetujuan hutang, fakta-fakta pembayaran yang lalai atau pelanggan perjanjian, memperjelas masalah going concern suatu perusahaan. Dengan penelitian yang dilakukan Chen dan Church tersebut menjelaskan debt default atau status default pada hutang berpengaruh pada pemberian opini going concern oleh auditor. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulakan bahwa Debt default adalah kegagalan debitor (perusahaan ) untuk membayar hutang pokok dan bunganya pada waktu jatuh tempo. 10. Opini Audit Dalam melakukan penugasan umum, auditor memberikan opini atas laporan keuangan perusahaan. Opini yang diberikan merupakan pernyataan kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 1994, alinea 1). Pendapat atau opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan audit. Laporan audit penting sekali dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya karena laporan tersebut menginformasikan pemakai informasi pemakai informasi tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya. Opini audit tersebut dinyatakan dalam paragraf pendapat dalam laporan audit. Laporan auditor harus memuat suatau pernyataan pendapat mengenai
27
laporan keuangan secara keseluruhan. Laporan keuangan yang dimaksud dalam standar pelaporan tersebut adalah meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan semua catatan kaki serta penjelasan dan tambahan informasi yang merupakan bagian tidak terpisah dalam penyajian laporan keuangan. Oleh karena itu, dalam standar pelaporan yang ketiga tersebut diatas, auditor diharuskan menyampaikan kepada pemakai laporannya mengenai informasi penting yang menurut auditor perlu diungkapkan. Selain itu, auditor dituntut tidak hanya melihat sebatas pada halhal yang ditampakkan dalam laporan keuangan sah tetapi juga harus lebih mewaspadai hal-hal potensial yang dapat mengganggu kelangsungan hidup (going concern) suatu perusahaan. Inilah yang menjadi alasan kenapa auditor diminta untuk mengevaluasi atas kelangsungan hidup perusahaan dalam batas waktu tertentu (IAI, 2001) dalam Amin, 2011. Tujuan dalam standar pelaporan tersebut adalah untuk memungkinkan pemegang saham, kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak lain yang berkepentingan terhadap laporan keuangan menentukan seberapa jauh laporan keuangan yang dilaporkan oleh auditor dalam laporan audit dapat dipercaya. 11. Jenis-jenis Opini Ada beberapa jenis opini yang dapat diberikan auditor eksternal, seperti berikut ini: a.
Unqualified opinion (pendapat wajar tanpa pengecualian) dalam opini ini, auditor eksternal menyatakan bahwa laporan keuangan secara
28
keseluruhan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan bebas dari salah saji material. b.
Unqualified opinion explanatory language (pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahan penjelasan) dalam opini ini, auditor eksternal menambahkan penjelasan dalam laporan audit, meskipu tidak memengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang menyatakan oleh auditor. 1). Pendapat wajar sebagaian didasarkan atas laporan auditor independen lain. 2). Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan auditor yakni tentang adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup entitas, namun setelah mempertimbangkan rencana manajemen auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen tersebut dapat secara efektif dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu telah memadai. 3). Diantara dua periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam pengungkapan prinsip akuntansi atau dalam metode penerapannya. 4). Data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan oleh badan pengawasan pasar modal (Bapepam), namun tidak disajikan atau tidak di-review. 5). Informasi tambahan yang diharuskan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia menyimpang jauh dari pedoman yang dikeluarkan oleh dewan
29
tersebut, informasi tersebut atau auditor tidak dapat menghilangkan keraguan yang dikeluarkan oleh dewan tersebut. c.
Qualified opinion (pendapat wajar dengan pengecualian) dalam opini ini, auditor eksternal menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. 1). Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan bahwa ia tidak dapat menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian dan ia berkesimpulan tidak menyatakan tidak memberi pendapat. 2). Auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar.
d.
Adverse opinion (pendapat tidak wajar) pendapat ini dinyatakan bila, menurut pertimbangan auditor, laporan keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
e.
Disclaimer of opinion (tidak memberikan pendapat) auditor dapat tidak menyatakan suatu pendapat apabila ia tidak dapat merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Jika auditor
30
menyatakan tidak memberikan pendapat, laporan auditor harus memberikan semua alas an substantif yang mendukung pernyataannya tersebut. 12. Going Concern Going concern menurut Belkaoui (2006:271) adalah sebagai berikut: “suatu dalil yang menyatakan bahwa kesatuan usaha akan menjalankan terus operasinya dalam jangka waktu yang cukup lama untuk mewujudkan proyeknya, tanggung jawab serta aktivitas-aktivitasnya yang tidak berhenti. Dengan adanya going concern maka suatu badan usaha dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang, tidak akan dilikuidasi (untuk perusahaan perbankan) dalam jangka waktu pendek”. Berdasarkan SPAP (PSA 30 SA Seksi 341.1) menyatakan bahwa: “ going concern merupakan kelangsungan hidup entitas yang dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal yang berlawanan. Biasanya, informasi yang secara signifikan berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup entitas adalah berhubungan dengan ketidakmampuan entitas dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar, dan kegiatan serupa yang lain”. Berdasarkan uraian diatas, going concern adalah kelangsungan hidup entitas yang dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan.
31
13. Opini Audit Going Concern Opini audit going concern merupakan suatu opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (SPAP;2011, dalam Sukrisno : 2009). Opini audit going concern merupakan opini audit yang diberikan pada perusahaan yang mempunyai masalah keuangan, tapi dianggap masih mampu untuk melanjutkan usahanya dalam jangka yang pantas. Dalam suatu audit, biasanya perusahaan diasumsikan sebagai perusahaan yang berkelanjutan (going concern) yang akan terus ada (IAI, 2009). Meskipun demikian, auditor mempunyai tanggung jawab untuk mengevaluasi apakah dalam kenyataannya perusahaan tersebut mempunyai kemampuan untuk terus melanjutkan usaha selama periode waktu layak, yaitu tidak melebihi satu tahun sesudah tanggal laporan keuangan yang telah di audit (IAI, 2001). Laporan audit dengan modifikasi mengenai going concern merupakan suatu indikasi bahwa dalam penilaian auditor terdapat resiko bahwa perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis. Dari sudut pandang auditor, keputusan tersebut melibatkan beberapa tahap analisis. Auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan membayar hutang, dan kebutuhan liquidasi dimasa yang akan datang (Putri, 2013). Berdasarkan uraian diatas, opini audit going concern adalah opini audit yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan tersebut dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan tersubut.
32
14. Manfaat Informasi Going Concern Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat bagi beberapa pihak seperti berikut ini: a. Pemberi pinjaman (kreditor) Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk mengambil keputusan siapa yang akan diberikan pinjaman, dan kemudian bermanfaat untuk kebijakan memonitor pinjaman yang ada. b. Investor Investor saham dan obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut. Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan seawall mungkin dan kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut. c. Pihak pemerintah Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah mempunyai tangung jawab untuk mengawasi jalanya usaha tersebut (missal sektor perbankan). Juga pemerintah mempunyai badan-badan usaha (BUMN) yang harus selalu diawasi. Lembaga pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tidakantindakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal. d. Akuntan
33
Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu usaha karena akuntan akan melihat kemampuan going concern
suatu
perusahaan. e. Manajemen Kebangkrutan berarti munculnya biaya-biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan dan biaya ini cukup besar. Suatu penelitian menunjukkan biaya kebangkrutan bisa mencapai 11% - 17% dari nilai perusahaan. Contohnya biaya kebangkrutan yang langsung adalah biaya akuntan dan biaya penasehat hukum. Sedangkan contoh biaya kebangkrutan yang tidak langsung adalah hilangnya kesempatan penjualan dan keuntungan karena beberapa hal seperti pembatasan yang mungkin diberlakukan oleh pengadilan. Apabila manajemen bisa mendeteksi kebangkrutan ini lebih awal, maka tindakan-tindakan penghematan bisa dilakukan, missal dengan melakukan merger atau restruksi keuangan sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari. 15. Tanggung Jawab Auditor terhadap Going Concern Dalam penugasan umum, auditor ditugasi untuk memberikan opini atas laporan keuangan suatu satuan usaha. Opini yang diberikan merupakan pernyataan kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum (SPAP, 2001:410.2). berdasarkan pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa auditor memiliki tanggung jawab atas opini yang diberikannya terhadap laporan keungan suatu entitas yang mengacu pada aturan yang ada. Auditor harus
34
menilai hal-hal dibalik yang tampak tersebut seperti masalah eksistensi kontinuitas entitas. Sebab seluruh aktivitas atau transaksi yang telah dan akan terjadi secara implisit terkadang didalam laporan keuangan. Oleh karenanya, juga ikut untuk diaudit. Hal ini berarti, menuntut auditor untuk lebih mewaspadai hal-hal potensial yang dapat meganggu kelangsungan hidup entitas. Inilah alasan mengapa auditor tirut bertanggung jawab atas kelangsungan hidup entitas meskipun dalam batas waktu patas, yaitu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal penerbitan laporan auditor. Seorang auditor harus memiliki tanggung jawab terhadap kelangsungan usaha (going concern) perusahaan, yaitu dengan membuat keputusan etis tentang laporan keungan yang disajikan oleh manajemen perusahaan. Faktorfaktor yang dapat dipertimbangkan dalam pengmbilan keputusan etis seorang akuntan ketika menghadapi dilemma etika adalah: a. Pengalaman kerja auditor Pengalaman auditor akan semakin berkembang dengan bertambahnya pengalaman audit, diskusi mengenai audit dengan rekan sekerja, pengawasan dan review oleh akuntan senior, mengikuti program pelatihan dan penggunaan standar auditing b. Komitmen professional Komitmen professional diartikan sebagai intensitas identifikasi dan keterlibatan individu dengan profesinya. Definisi komitmen professional banyak digunakan dalam literature akuntansi adalah sebagai berikut :
35
1) Suatu keyakinan dan penerimaan tujuan dan nilai-nilai di dalam organisasi profesinya, 2) Kemauan untuk memainkan peran tertentu atas nama organisasi profesi, 3) Gairah untuk mempertahankan keanggotaan pada organisasi profesi. c. Orientasi Etika Orientasi etika ( ethical orientation) berarti mengenal konsep diri dan perilaku pribadi yang berhubungan dengan individu dalam diri seseorang. Orientasi etika menunjukkan pandangan yang diadopsi oleh masingmasing individu ketika menghadapi situasi masalah yang membutuhkan pemecahan dan penyelesaian etika atau dilema etika. Tujuan utama akuntansebagai sebuah profesi audit adalah juga termasuk menghindari kerugian yang diterima oleh pengguna laporan keuangan, sehingga seorang auditor yang memiliki orientasi etika idealis akan selalu merujuk kepada tujuan dan arahan yang ada pada standar profesionalnya. d. Nilai Etika Organisasi Nilai etika organisasi (corporate ethical value) adalah sebuah sistem nilainilai etis yang ada di dalam organisasi. Sistem nilai ini dihasilkan dari dalam maupun luar organisai. Nilai etika organisasi dapat digunakan untuk menetapkan dan sebagai patokan dalam menggambarkan apa-apa yang dikerjakan merupakan hal yang „baik‟ atau „etis‟ dan hal yang „tidak baik‟ atau „tidak etis‟ dalam organisasi.
36
Auditor memiliki suatu tanggung jawab untuk mengevaluasi status kelangsungan hidup perusahaan dalam setiap pekerjaan auditnya. Mengacu kepada Statement On Auditing Standard (SAS, 1998 Nomor 59), auditor harus memutuskan apakah mereka yakin bahwa perusahaan klien akan bisa bertahan di masa yang akan datang. Pernyataan Standar Akuntansi (PSA Nomor 29) paragraf 11 huruf d menyatakan bahwa keragu-raguan besar tentang kemampuan satuan usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) merupakan keadaan yang mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelas (atau bahasa penjelas lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), yang dinyatakan oleh auditor. IAI disamping menerbitkan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) No.4, juga menerbitkan Interpretasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA) No.30.01 tentang “Laporan Auditor Independen tentang Dampak Memburuknya Kondisi Ekonomi Indonesia Terhadap Kelangsungan Hidup Entitas”. ITSA tersebut menganggap auditor perlu untuk mempertimbangkan tiga hal yaitu: a. Kewajiban auditor untuk memberikan saran bagi kliennya dalam mengungkapkan dampak kondisi ekonomi tersebut (jika ada) terhadap kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya b. Pengungkapan peristiwa kemudian yang timbul sebagai akibat kondisi ekonomi tersebut
37
c. Modifikasi laporan audit bentuk baku jika memburuknya kondisi ekonomi tersebut berdampak pada kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya Walaupun auditor mempunyai tanggung jawab untuk menilai kelangsungan hidup entitas, namun auditor tidak bertanggung jawab untuk memprediksi kondisi atau peristiwa yang akan datang.
B. Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian mengenai opini going concern dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
seperti
model
prediksi
kebangkrutan,
leverage,
pertumbuhan perusahaan dan debt default telah banyak diteliti oleh penelitianpenelitian
sebelumnya.
Penelitian-penelitian
tersebut
telah
banyak
memberikan masukan serta kontribusi tambahan untuk menganalisis faktorfaktor yang dapat mempengaruhi
opini opini going concern. Tabel 2.1
menunjukkan hasil penelitian-penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi opini going concern.
38
No 1.
Peneliti (Tahun) Wiwik Kurniati (2012)
Judul Penelitian Prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan dan reputasi KAP terhadap opini audit going concern
Tabel 2.1 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu Metode Penelitian Persamaan Pebedaan Variabel Prediksi Variabel Reputasi kebangkrutan dan KAP. pertumbuhan Populasi penelitian perusahaan. data keuangan Alat pengujian perusahaan yang digunakan manufaktur yang analisis regresi terdaftar di Bursa Efek logistik. Indonesia (BEI) berjumlah 155 perusahaan untuk tiga periode (2008-2010).
Bersambung pada halaman selanjutnya
39
Hasil Penelitian Prediksi kebangkrutan yang diproksikan dengan Alman ZScore berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan reputasi KAP tidak berpengaruh significan terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini menunjukkan bahwa dalam memberikan opini audit going concern tidak harus melihat skaladari KAP tersebut. Jika perusahaan layak untuk mendapat opini going concern maka auditor tidak akan segan untuk mengeluarkan opini audit going concern.
No 2.
Peneliti (Tahun) Yashita Putri Alichia (2013)
Judul Penelitian Pengaruh ukuran perusahaan, perumbuhan perusahaan, dan opini tahun sebelumnya terhadap opini audit going concern. Studi empiris perusahaan manufaktur yang terdaftar pada BEI
Tabel 2.1 (Lanjutan) Metode Penelitian Persamaan Pebedaan Variabel Variabel ukuran Pertumbuhan perusahaan dan opini perusahaan. Alat audit tahun pengujian yang sebelumnya. Populasi digunakan adalah yang digunakan analisis regresi adalah seluruh logistik perusahaan go public yang terdaftar di BEJ yang bergerak dalam bidang manufaktur pada tahun (20092011).
Hasil Penelitian Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern, artinya semakin besar ukuran perusahaan maka semakin kecil probabilita mendapatkan opini audit going concern, pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan negative terhadap opini audit going concern, artinya perusahaan yang mengalami pertumbuhan perusahaan yang negative maka tidak semakin besar probabilita mendapatkan opini audit going concern. Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan positif terhadap opini audit going concern, artinya perusahaan yang menerima opini audit tahun sebelumnya maka memiliki probabilitas semakin besar mendapatkan opini audit going concern.
Bersambung pada halaman selanjutnya
40
No
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Tabel 2.1 (Lanjutan) Metode Penelitian Persamaan Pebedaan
Hasil Penelitian Sebelum kuartal ketiga, ukuran perusahaan dan jenis industri. a. Dipengaruhi secara signifikan positif oleh struktur audit pos-pos luar biasa, kerugian, financial distress, opini going concern dan opini audit. Tidak dipengaruhi oleh pergantian auditor selama atau setelah kuartal keempat, pendekatan audit terstruktur menengah, tahun tutup buku dan reputasi auditor.
Bersambung pada halaman selanjutnya
41
No 3.
Peneliti (Tahun) Mirna Dyah Praptitori ni dan Indira Januarti (2011)
Judul Penelitian Analisis pengaruh kualitas audit, debt default, dan opinion shopping erhadap penerimaan opini audit going concern.
Tabel 2.1 (Lanjutan) Metode Penelitian Persamaan Pebedaan Variabel debt Variabel kualitas default. audit dan opinion Alat pengujian shopping. yang digunakan analisis model regresil ogistik
Hasil Penelitian Dalam penelitian ini hanya variable debt default yang terbukti berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan variable kualitas audit yang diproksi dengan auditor industry specialization dan opinion shopping tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit goin concern. Keterbatasan yang dihadapi dalam penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel, yaitu satu variable keuangan (debt defaut)dan dua variabel non keungan ( kualitas audit dan opinion shopping ) dengan R-square yang masih kecil 43% dan 57,5%. Periode pengamatan hanya enam tahun, sehingga belum cukup lama untuk menentukan tren penerbitan opini going concern oleh auditor dalam jangka panjang.
Bersambung pada halaman selanjutnya
42
No 4.
5.
Peneliti (Tahun) Edward Akiko Wibisono (2013)
Nurul Ardiani Emrinald i DP, dan Nur Azlina (2012)
Judul Penelitian Prediksi kebangkrutan, leverage, audit tahun sebelumnya, ukuran perusahaan terhadap opini audit going concern
Pengaruh audit tenure, disclosere, ukuran KAP, debt default, opinion shopping dan kondisi keuangan terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan real estate dan property di BEI.
Tabel 2.1 (Lanjutan) Metode Penelitian Persamaan Pebedaan Variabel predeiksi Variabel leverage, kebangkrutan. audit tahun Alat penguji yang sebelumnya, dan digunakan adalah ukuran perusahaan. analisis model Populasi dalam regresi logistik penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI padatahun (20092011). Variabel debt Variabel audit tenure, defaul. Alat disclosere, ukuran pengujian yang KAP, opinion digunakan shopping. analisis model Populasi penelitian regresi logistik. perusahaan real estate dan property yang listing di BEI tahun 2009-2011.
Hasil Penelitian Model prediksi kebangkrutan (Altman ZScore) secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Leverage tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Opini audit tahun sebelumnya secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan dari hasil pengujian dengan tingkat signifikansi 5%, diperoleh bukti bahwa disclosure, ukuran KAP dan debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan audit tenure, opinion shopping dan kondisi keuangan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
Bersambung pada halaman selanjutnya
43
No 6.
Peneliti (Tahun) Totok Dewayanto (2011)
Judul Penelitian Analisis faktorfaktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
Tabel 2.1 (Lanjutan) Metode Penelitian Persamaan Pebedaan Variabel penerimaan Variabel kondisi opini audit going keuangan, ukuran concern. Alat perusahaan, opini audit pengujian yang tahun sebelumnya, digunakan adalah auditor client tenure, analisis model reputasi auditor. regresi logistik. Populasi yang digunakan adalah seluruh perusahaan manufaktur terdaftar di BEI periode 2006-2009.
Hasil Penelitian Kondisi keuangan berpengaruh signifikan dengan penerimaan opini audit going concern. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Opini tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern. Auditor client tenure tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Opinion shopping tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
Sumber: Jurnal Penelitian Terdahulu
44
C. Kerangka Pemikiran Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan pada bagan berikut: Bursa Efek Indonesia (BEI) Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI
Variabel Independen
Variabel Dependen
Model Prediksi Kebangkrutan (X1)
Pertumbuhan Perusahaan (X2)
Penerimaan Opini Going Concer (Y)
Debt Default (X3)
Model Regresi Logistik :
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Analisis deskriptif Overall model fit Nagelkerke R square Hosmer and lemeshow test Hasil matriks klasifikasi Hasil uji koefisien regresi logistik
Analisis Hasil
Kesimpulan, implikasi dan saran
45
D. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis 1.
Model Prediksi Kebangkrutan dengan Kemungkinan Penerimaan Opini Going Concern Penelitian mengenai kebangkrutan perusahaan diawali dari analisis rasio keuangan karena laporan keuangan lazimnya berisi informasiinformasi penting mengenai kondisi dan prospek perusahaan di masa yang akan datang (Fraser, 1995). Penelitian dibidang akuntansi dan keuangan telah berusaha menghasilkan beberapa model prediksi kebangkrutan, tetapi tidak semuanya dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan pada perusahaan perbankan dan lembaga keuangan. Model prediksi kebangkrutan yang lazim digunakan untuk perusahaan perbankan dan lembaga keuangan adalah model prediksi Altman. Metode yang dikenal dengan beberapa rasio dalam Z-Scorenya dan sering digunakan untuk memprediksi terjadinya kebangkrutan pada sebuah perusahaan, terbukti dapat
juga
diimplementasikan
dalam
memprediksi
kemungkinan
terjadinya likuidasi pada lembaga perbankan (Fachrozy, 2007). Altman
(1968)
menemukan
bahwa
perusahaan
dengan
profitabilitas serta solvabilitas yang rendah sangat berpotensi mengalami kebangkrutan. Ia mencoba mengembangkan suatu model prediksi dengan menggunakan 22 rasio keuangan yang diklasifikasikan kedalam lima kategori, yaitu likuiditas, profitabilitas, leverage, rasio uji pasar, dan aktivitas.
46
H01: Model prediksi kebangkrutan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern Ha1:
Model
prediksi
kebangkrutan
berpengaruh
terhadap
penerimaan opini audit going concern. 2.
Pertumbuhan Perusahaan dengan Kemungkinan Penerimaan opini Going Concern Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size. Pertumbuhan perusahaan yang cepat maka semakin besar kebutuhan dana untuk ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba. Jadi perusahaan yang sedang tumbuh sebagai deviden tetapi lebih baik digunakan untuk ekspansi. Potensi pertumbuhan ini dapat diukur dari besarnya biaya penilitian dan pengembangan. Semakin besar R&D cost-nya maka berarti ada prospek perusahaan untuk tumbuh (Ulkri, 2013). Pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan beberapa cara, misalnya dengan melihat pertumbuhan penjualannya. Pengukuran ini hanya dapat melihat pertumbuhan perusahaan dari aspek pemasaran perusahaan saja. H02: Pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Ha2: Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
47
3.
Debt Default dengan Kemungkinan Penerimaan Opini Going Concern Debt default didefinisikan sebagai kegagalan debitor (perusahaan) untuk membayar hutang pokok dan/ atau bunganya pada waktu jatuh tempo (Chen dan Church, 1992) dalam (Dyah & Januarti 2007). Dapat dikatakan bahwa status hutang perusahaan merupakan faktor pertama yang akan diperiksa oleh auditor untuk mengukur kesehatan keuangan perusahaan. Ketika jumlah hutang perusahaan tentunya banyak dialokasikan untuk menutupi hutangnya, sehingga akan mengganggu kelangsungan operasi perusahaan. Apabila hutang ini tidak mampu dilunasi, maka kreditor akan memberikan status default. Status
default
dapat
meningkatkan
kemungkinan
auditor
mengeluarkan laporan going concern. Dengan menambahkan variabel default hutang pada model prediksi going concern yang sebelumnya hanya memasukkan variabel-variabel rasio keuangan saja. H03: Debt default tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Ha3: Debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan karakteristik masalah yang dikaji penulis, penelitian ini merupakan rancangan kausalitas yaitu tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih (Indrianto dan Supomo, 2009:27). Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh antara variabel independen, yaitu model prediksi kebangkrutan, rasio leverage, pertumbuhan perusahaan, dan debt default terhadap variabel dependen, yaitu penerimaan opini audit going concern. Populasi dalam penelitian ini adalah beberapa peruasahaan yang bergerak dalam sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam periode penelitian 2008-2012. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling atau metode penentuan sampel yang bertujuan untuk menetapkan kriteria tertentu terhadap sampel penelitian.
B. Metode Penentuan Sampel Populasi penelitian ini adalah beberapa perusahaan yang go public yang tercatat
di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008-2012.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yakni tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu (Indriantoro dan Supomo,
49
2002:131). Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode (2008-2012) 2. Menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen per 31 Desember dari tahun 2008-2012. 3. Perusahaan tidak delisting atau keluar dari BEI selama periode pengamatan.
C. Metode Pengumpulan Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis dan sumber data sekunder. Data sekunder merupakan data penetitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Indrianoro dan Supomo, 2009:147). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data documenter, yaitu laporan keuangan auditee perusahaan perdagangan besar (wholesale) yang tercatat di BEI selama periode 2008-2012. Data dokumenter dalam penelitian ini dapat menjadi bahan atau dasar analisis data kompleks yang dikumpulkan melalui metode observasi dan analisis dokumen. Sehingga dapat diketahui juga, bahwa horizon waktu yang digunakan peneliti pada
50
penelitian ini adalah studi time series, dimana studi ini lebih menekankan pada data penelitian berupa data rentetan waktu. Data yang dikumpulkan juga dapat di-download
langsung melalui website www.idx.co.id . disamping itu,
peneliti mengumpulkan data informasi yang digunakan sebagai landasan teori dari buku-buku dan literature-literatur yang berhubungan dengan penyusunan penelitian ini.
D. Metode Analisis dan Uji Hipotesis Penyelesaian penelitian ini dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan dengan cara menganalisis suatu permasalahan yang diwujudkan dengan kuantitatif. Dalam penelitian ini, analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengkuantifikasi data penelitian sehingga menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam analisis. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik (logistic regression). Asumsi normal distribution tidak dapat dipenuhi karena variabel bebas merupakan campuran antara variabel kontinyu (metric) dan kategorial (non-metrik). Dalam hal ini dapat dianalisis dengan regresi logistik (logistic regression) karena tidak perlu asumsi normalitas data pada variabel bebasnya. Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi logistik (logistic regression) dapat dijelaskan sebagai berikut (Ghozali,2011):
51
1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, varian, sum, range, kurtosis, maksimum, minimum dan skewness (Ghozali, 2011:19). Mean digunakan
untuk
memperkirakan
besar
rata-rata
populasi
yang
diperkirakan dari sampel. Standar deviasi digunakan untuk menilai dispersi rata-rata dari sampel. Maksimum minimum digunakan untuk melihat nilai minimum dan maksimum dari populasi. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat gambaran keseluruhan dari sampel yang berhasil dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian. 2. Regresi logistik Pengujian
hipotesis
dilakukan
secara
multivariate
dengan
menggunakan regresi logistik. Regresi logistik digunakan apabila variabel dependennya adalah satu non-metrik dengan dua kategori dan variabel independen adalah satu atau lebih metric dan non metric (Ghozali, 2009:9). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah opini audit going concern yang dinyatakan dengan variabel dummy, dimana kategori 1 untuk perusahaan going concern dan kategori 0 untuk perusahaan non going concern. 3. Menguji keseluruhan model (overall model fit) Analisis pertama yang dilakukan adalah menilai overall fit model terhadap data. Hipotesis untuk menilai model fit adalah: H0 : model yang dihipotesiskan fit dengan data Ha : model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
52
Dari hipotesis ini jelas bahwa kita tidak akan menolak hipotesis nol agar model fit dengan data. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi likelihood. Likelihood L dari model adalah probabilitas bahwa model yang hipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternative, L ditransformasikan menjadi
-2LogL.
Penurunan likelihood (-2LL) menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data. 4. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Squere) Cox dan snell’s R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R2 pada multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari satu (satu) sehingga sulit diinterpresikan. Nagelkerke’s R square merupakan modifikasi dari koefisien cox dan snell untuk memastika bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu). Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai cox dan snell’s R2 dengan nilai maksimumnya. Nilai nagelkerke’s R2 dapat diinterpresikan seperti nilai R2 pada multiple regression. Nilai yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel
independen
memberikan
hampir
semua
informasi
yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. 5. Menguji Kelayakan Model Regresi Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hosmer and Lemeshow’s Goodness of
53
Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test Sama dengan atau kurang dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya. 6. Matriks Klasifikasi Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perpindahan KAP yang dilakukan oleh perusahaan. 7. Model Regresi Logistik Yang Terbentuk Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik (logistic regression) yaitu dengan melihat pengaruh model prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan dan debt default terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur. Adapun model regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: GC = α + β1Zscore +β2 FG +β3 DEFAULT + €
Ln 1-GC
54
Keterangan: GC Ln
= opini audit going concern (variabel dummy) 1-GC
α
= konstanta
Zscore
= model prediksi kebangkrutan
FG
= pertumbuhan perusahaan
DEFAULT
= Debt default
€
= kesalahan residual
E. Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Tidak Terikat (Independent Variabel) Variabel tidak terikat atau variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain. Variabel independen dinamakan pula dengan variabel yang diduga sebagai sebab (presumed cause variable) atau dapat juga disebut sebagai variabel yang mendahului (antecedent variable) (Indrianto dan supomo, 2009:63). Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari model prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan, dan debt default. Penjelasan mengenai variabel independen tersebut akan diuraikan sebagai berikut: a. Model Prediksi Kebangkrutan Model
prediksi
kebangkrutan
merupakan
model
yang
dinamakan juga dengan model Z-score, dalam bentuk aslinya adalah model linear dengan rasio keuangan yang diberi bobot untuk
55
memaksimalkan kemampuan model tersebut untuk memprediksi. Model ini pada dasarnya hendak mencari nilai “Z” yaitu nilai yang menunjukkan kondisi perusahaan apakah dalam keadaan sehat atau tidak
dan
menunjukkan
kinerja
perusahaan
yang
sekaligus
merefleksikan prospek perusahaan dimasa depan (Kurniati, 2012). Alman (1968) menemukan bahwa perusahaan dengan profitabilitas serta
solvabilitas
yang
rendah
sangat
berpotensi
mengalami
kebangkrutan. Ia mencoba mengembangkan suatu model prediksi dengan menggunakan 22 rasio keuangan yang diklasifikasikan dalam tiga kelompok besar (Riyanto, 1995) dalam Kurniati (2012): 1). Rasio Likuiditas yang terdiri atas Z1 2). Rasio Profitabilitas yang terdiri dari Z2 dan Z3 3). Rasio Aktifitas yang terdiri dari Z4 dan Z5 Z= 1,2Z1 + 1,4Z2 + 3,3Z3 +0,6Z4 + 1Z Dimana: Z1 = working capital / total asset Z2 = retained rearning/ total asset Z3 = earning before interest and taxes / total asset Z4 = market capitalization / book value of debt Z5 = sales / total asset Uraian setiap variabel tersebut adalah sebagai berikut: 1). Working capital / total asset (Z1) atau modal kerja / total Aktiva (Z1). Modal kerja yang dimaksudkan dalam Z1 adalah selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar. Rasio Z1 pada
56
dasarnya adalah rasio likuiditas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Hasil rasio tersebut dapat negatif apabila aktiva lancar lebih kecil dari kewajiban lancar. 2). Retained earnings / total asset (Z2) atau laba ditahan / Total Aktiva (Z2). Rasio ini mengukur akumulasi laba selama perusahaan beroperasi. Umur perusahaan berpengaruh terhadap rasio tersebut karena semakin lama perusahaan beroperasi memungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba ditahan. Hal tersebut menyebabkan perusahaan yang masih relatif muda pada umumnya akan menunjukkan hasil rasio yang rendah, kecuali yang labanya sangat besar pada masa awal berdirinya. 3). Earning Before Interest and Tax / Total Asset (Z3) atau laba sebelum Bunga dari Pajak / Total Aktiva (Z3). Rasio tersebut mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Rasio ini merupakan kontributor terbesar dari model tersebut. Beberapa indikator yang dapat kita gunakan dalam mendeteksi adanya masalah pada kemampuan profitabilitas perusahaan diantaranya adalah piutang dagang meningkat, penjualan menurun, terlambatnya hasil penagihan piutang, kredibilitas perusahaan berkurang, seta kesediaan memberi kredit pada konsumen yang tak dapat membayar pada waktu yang telah ditetapkan.
57
4). Market Value Equity / Book Value of Debt (Z4) atau Nilai Pasar dari Modal / Nilai Buku Utang (Z4). Modal yang dimaksud adalah gabungan nilai pasar dari modal biasa dan saham preferen, sedangkan utang mencakup utang lancar dan utang jangka panjang. 5). Sales / Total Asset (Z5) atau penjualan / Total Aktiva (Z5). Rasio tersebut mengukur kemampuan manajemen dalam menggunakan aktiva dalam menghasilkan penjualan. b. Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan Perusahaan, di ukur dengan rasio pertumbuhan laba. Earning After Tax Growth, adalah rasio yang digunakan untuk menghitung besarnya kenaikan laba tahun berjalan atas laba tahun sebelumnya. Rumus untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut: Pertumbuhan Laba = Laba bersiht – Laba bersiht-1 Laba bersih t-1 Dimana: Laba bersiht = Laba bersih tahun berjalan Laba bersih t-1 = Laba bersih tahun sebelumnya Semakin besar nilai profitabilitas dari Earning After Tax Growth yang dimiliki auditee, memberikan indikasi bahwa earning After Tax Growth merupakan salah satu pertimbangan auditor untuk menerbitkan opini going concern.
58
c. Debt Default Debt default atau kegagalan membayar hutang didefinisikan sebagai kelalaian atau kegagalan perusahaan untuk membayar hutang pokok atau bunganya pada saat jatuh tempo (Chen dan Church, 1992) dalam Dyah dan Januarti, 2011. Dalam variabel ini menggunakan variabel dummy (1 = status debt default, 0 = tidak debt default) untuk menunjukkan apakah perusahaan dalam keadaan default atau tidak sebelum pengeluaran opini audit. 2. Variabel Terikat (Dependent Variabel) Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah opini audit going concern atau going concern audit opinion ( GCAO). Yaitu merupakan opini audit modifikasi yang dilakukan oleh auditor akan ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan. Variabel opini going concern merupakan variabel dummy, yaitu variabel yang bersifat kategorial atau dikotomi (Ghozali, 2009:49) dimana kategori satu untuk perusahaan dengan opini audit going concern (GCAO) dan 0 untuk perusahaan dengan opini audit non going concern atau non going concenrn audit opinion (NGCAO).
59
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Deskripsi Objek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai tahun 2008-2012. Perusahaan manufaktur tersebut telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum 1 Januari 2008 dan selama periode penelitian tersebut tidak keluar dari Bursa Efek Indonesia atau mengalami delisting. Industri manufaktur dipilih karena memiliki jumlah perusahaan yang listing paling banyak dibandingkan dengan industri lain. Selain itu juga untuk menghindari adanya industrial effect, yaitu resiko industri yang berbeda antara sektor industri yang satu dengan yang lain. Fokus penelitian ini adalah ingin melihat pengaruh model prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan, dan debt default terhadap penerimaan opini audit going concern pada industri manufaktur. Alasan penggunaan data lima tahun mulai tahun 2008-2012 adalah karena tahun 2008-2012 merupakan data perusahaan yang dapat memberikan gambaran tentang kondisi keuangan perusahaan berkaitan dengan keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 423/KMK.06/2002 tentang jasa akuntan publik yang diperbaharui dengan peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 pasal 3 tentang
60
jasa akuntan publik. Peraturan terbaru menyebutkan bahwa pemberian jasa audit umum atas 57 laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturutturut. Tabel 4.1 dibawah ini menyajikan tahapan seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Tabel 4.1 Tahapan seleksi sampel dengan kriteria Jumlah perusahaan manufaktur yang listing di BEI tahun 2008-2012
107
Jumlah data tidak tersedia selama periode penelitian
(92)
Jumlah perusahaan (sampel)
15
Tahun pengamatan (tahun)
5
Jumlah sampel total selama periode penelitian
75
Sumber: data diolah
Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008-2012 berjumlah 107 perusahaan. Dari 107 perusahaan manufaktur tersebut terdapat 92 perusahaan yang tidak menyediakan data secara lengkap selama periode penelitian. Sehingga perusahaan manufaktur yang dijadikannya sampel adalah sebanyak 15 perusahaan. Sedangkan total pengamatan yang dijadikan sampel penelitian ini adalah 75 pengamatan.
61
2. Deskripsi sampel penelitian Dalam penelitian ini sampel dipilih dengan metode purposive sampling dengan menggunakan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Sampel dipilih bagi perusahaan yang menyajikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, seperti, penerimaan opini audit going concern. Ringkasan sampel penelitian disajikan dalam Tabel 4.2 Tabel 4.2 Sampel Penelitian NO
JENIS USAHA
JUMLAH 2008
2009
2010
2011
2012
Automotive and Components Cement
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
3
3
3
3
5
Ceramics, Glass, Porcelain Food and Beverages Footwear
1
1
1
1
1
6
Houseware
1
1
1
1
1
7
Metal and Allied Products Pharmaceuticals
4
4
4
4
4
0
0
0
0
0
Plastics and Packaging Textile and Garments
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
Tobacco Manufacturers JUMLAH
1
1
1
1
1
15
15
15
15
15
1 2 3 4
8 9 10 11
AKUMULASI
75
Sumber: data diolah Pada Tabel 4.3 dibawah ini dapat dilihat bahwa sampel yang terpilih tersebar secara acak dan hampir tersebar merata pada 11 sektor
62
industri. Perusahaan yang paling banyak berasal dari sektor metal and allied yaitu sebanyak 5 perusahaan atau sekitar 20,82%. Tabel 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Usaha NO JENIS USAHA FREKUENSI PERSENTASE (%) 1 Automotive and 2 13,33 Components 2 Cements 1 6,67 3 Ceramics, Glass, 1 6,67 Porcelain 4 Food and Beverages 3 20 5 Footwear 1 6,67 6 Houseware 1 6,67 7 Metal and Allied 4 26,67 Products 8 Pharmaceuticals 9 Plastics and Packaging 1 6,67 10 Textile, Garment 11 Tobacco Manufacturers 1 6,67 JUMLAH 15 100,00 Sumber: data diolah
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian Penyelesaian penelitian ini dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan dengan cara menganalisis suatu permasalahan yang diwujudkan dengan kuantitatif. Dalam penelitian ini, analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengkuantifikasi data penelitian sehingga menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam analisis. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik (logistic regression). Asumsi normal distribution tidak dapat dipenuhi karena variabel bebas merupakan campuran antara variabel kontinyu (metric) dan kategorial (non-metrik). Dalam hal ini dapat dianalisis dengan regresi logistik (logistic regression) karena tidak perlu asumsi normalitas data
63
pada variabel bebasnya. Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi logistik (logistic regression) dapat dijelaskan sebagai berikut (Ghozali,2011): 1. Analisis Deskriptif Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi model prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan dan debt default sebagai variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penerimaan opini audit going concern yang merupakan variabel dummy. Tabel 4.4 Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
GCAO
75
,00
1,00
,4400
,49973
ZScore
75
,39
12,52
4,0183
1,94251
Growth
75
-,96
13,80
,6779
1,88987
DEF
75
,00
1,00
,3200
,46962
Valid N (listwise)
75
Sumber : Data diolah Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan beberapa hal sebagai berikut: a. Variabel opini audit going concern menunjukkan nilai rata-rata sebesar 0,4400 dengan nilai minimum sebesar 0,00 dan maksimum sebesar 1,00 serta standar deviasi sebesar 0,49973 dengan jumlah observasi (n) 75.
64
b. Variabel model prediksi kebangkrutan Z-score menunjukkan nilai ratarata sebesar 4,0183 dengan nilai minimum 0,39 dan maksimum 12,52 serta standar deviasi sebesar 1,94251 dengan jumlah observasi (n) sebesar 75. c. Variabel pertumbuhan perusahaan menunjukkan nilai rata-rata 0,6779 dengan nilai minimum -0,96 dan maksimum 13,80 serta standar deviasi sebesar 75 dengan jumlah observasi (n) sebesar 75. d. Variabel debt default menunjukkan nilai rata-rata 0,3200 dengan nilai minimum sebesar 0,00 dan maksimum sebesar 1,00 serta standar deviasi sebesar 0,46962 dengan jumlah observasi (n) sebesar 75. 2. Hasil Uji Hipotesis Karena variabel dependen bersifat dummy ( opini audit going concern), maka pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan melakukan uji regresi logistik. Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi logistik dapat dijelaskan sebagai berikut (Ghozali, 2011): a. Hasil Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Tabel 4.5 Menilai Keseluruhan Model a,b,c
Iteration History -2 Log likelihood
Iteration
Step 0
1 2 3
Coefficients Constant
102,889 102,889 102,889
-,240 -,241 -,241
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 102,889 c. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than ,001.
Sumber: output SPSS
65
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas, diperoleh informasi bahwa pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likehood (-2LL) pada awal (Block Number =0) dengan nilai -2 Log Likehood (-2LL) pada akhir (Block Number = 1). Dan nilai -2LL awal (block Number = 0) pada tabel 4.5 diatas menunjukkan nilai sebesar 102,889. Tabel 4.6 Menilai Keseluruhan Model Iteration History a,b,c,d
Iteration History Iteration
-2 Log likelihood
Step 1
Coefficients Constant
ZScore
Growth
DEF
1
82,202
1,674
-,337
,015
-1,781
2
80,359
2,421
-,516
,029
-2,298
3
80,292
2,608
-,562
,033
-2,407
4
80,292
2,616
-,564
,033
-2,412
5
80,292
2,616
-,564
,033
-2,412
a. Method: Enter b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 102,889 d. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.
Sumber: output SPSS Setelah dimasukkan ketiga variabel independen, maka nilai 2LL akhir (Block Number = 1) mengalami penurunan yaitu dari 102,889 pada -2LL awal (Block Number = 0) menjadi 80,292 pada 2LL akhir (Block Number = 1). Penurunan Likehood (-2LL) ini menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data.
66
3. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary Step
-2 Log likelihood
1
80,292
Cox & Snell R
Nagelkerke R
Square
Square
a
,260
,349
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.
Sumber: ouput SPSS Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0,349 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 34,9% sedangkan sisanya sebesar 65,1% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar penelitian ini, misalnya ukuran perusahaan, reputasi KAP, dan sebagainya. 4. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi Tabel 4.8 Hasil Uji Kelayakan Model Regresi
Step 1
Hosmer and Lemeshow Test Chi-square Df Sig. 9,798 7 ,200
Sumber: ouput SPSS Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Pengujian ini menunjukkan nilai Chisquare sebesar 9,798 dengan signifikansi (p) sebesar 0,200. Berdasarkan hasil tersebut, karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka model dapat disimpulkan mampu memprediksi nilai observasinya.
67
5. Hasil Matriks Klasifikasi Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur. Tabel 4.9 Matriks Klasifikasi Classification Table
a
Observed
Predicted GCAO ,00
Percentage Correct
1,00
,00
31
11
73,8
1,00
10
23
69,7
GCAO Step 1
Overall Percentage
72,0
a. The cut value is ,500
Sumber: ouput SPSS
Tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa menurut prediksi, perusahaan yang memperoleh opini audit going concern adalah 33, sedangkan berdasarkan observasi sesungguhnya adalah 23 perusahaan. Jadi, ketepatan model ini adalah 23/33 atau 69,7%. Sementara itu, prediksi perusahaan yang memperoleh opini audit non going concern adalah 42, sedangkan menurut observasi sesungguhnya adalah 31 perusahaan. Jadi ketepatan model ini adalah 42/31 atau 73,8%. Ketepatan dari prediksi keseluruhan model ini adalah sebesar 72,0%.
68
6. Hasil Uji Regresi Logistik Model regresi logistik yang terbentuk disajikan pada tabel dibawah ini: Tabel 4.10 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik
Variables in the Equation B
Step 1
a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
ZScore
-,564
,204
7,617
1
,006
,569
Growth
,033
,145
,052
1
,820
1,034
-2,412
,702
11,812
1
,001
,090
2,616
,911
8,249
1
,004
13,678
DEF Constant
a. Variable(s) entered on step 1: ZScore, Growth, DEF.
Sumber: ouput SPSS
Tabel di atas menunjukkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi logistik biner pada tingkat signifikansi 0,05 (5%). Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka dapat diperoleh persamaan regresi logistik biner sebagai berikut: GC = 2,616 – 0,564 Zscore + 0,033 G – 2,412 Def
Ln 1-GC
Ha1: model Prediksi berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Variabel model prediksi kebangkrutan pada tabel 4.10 menunjukkan koefisien negatif sebesar 0,564 dengan nilai signifikansi sebesar 0,006<0,05 yang berarti Ha1 diterima. Maka, model pediksi kebangkrutan berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern.
69
Ha2: pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Variabel pertumbuhan perusahaan pada tabel 4.10 menunjukkan koefisien positif sebesar 0,033 dengan nilai signifikansi 0,820 > 0,05 yang berarti Ha2 ditolak. Maka, pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. Ha3: variabel debt default pada tabel 4.10 menunjukkan koefisien negatif 2,412 dengan signifikansi sebesar 0,001 < 0,05 yang berarti Ha3 diterima. Maka, debt default berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern.
C. Pembahasan Penelitian ini merupakan studi mengenai penerimaan opini audit going concern oleh perusahaan. Penelitian ini menggunakan variabel independen keuangan (model prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan, debt default) untuk menguji faktor - faktor dikeluarkannya opini audit going concern. Penelitian ini dilakukan terhadap 75 sampel perusahaan manufaktur pada periode 2008-2012 yang telah dipilih menggunakan metode purposive sampling. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh sebesar 33 perusahaan memperoleh opini audit going concern dan sisanya 42 perusahaan tidak memperoleh opini audit going concern.
70
Ringkasan hasil pengujian ketiga hipotesis yang telah dilakukan dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Hipotesis No
Hipotesis
Hasil
1
Model prediksi kebangkrutan berpengaruh terhadap
Diterima
penerimaan opini audit going concern 2
Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap
Ditolak
penerimaan opini audit going concern 3
Debt default berpengaruh terhadap penerimaan
Diterima
opini audit going concern. Sumber : Data sukender diolah Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen akan dijelaskan sebagai berikut: 1.
Pengaruh model prediksi kebangkrutan terhadap penerimaan opini audit going concern. Variabel model prediksi kebangkrutan menunjukkan pengaruh positif dengan koefisien negatif sebesar 0,564 pada tingkat signifikansi sebesar 0,006 lebih kecil dari α = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih kecil dari α = 5% maka hipotesis ke-1 berhasil didukung. Nilai koefisien yang negatif menunjukkan bahwa Z-Score berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik kondisi keungan perusahaan, maka semakin kecil kemungkinan bagi auditor untuk memberikan opini audit going concern.
71
Begitupun sebaliknya, semakin buruk kondisi keuangan perusahaan, maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan memperoleh opini audit going concern. Seorang auditor akan sangat memperhatikan kondisi keuangan perusahaan dalam menerbitkan opini audit going concern. Perusahaan
yang
tidak
mempunyai
permasalahan
yang
serius
kemungkinan besar tidak akan menerima opini audit going concern. Berbeda dengan perusahaan yang mengalami permasalahan keuangan secara terus menerus yang mengakibatkan nilai rasio Z-score rendah sehingga akan berpeluang besar untuk menerima opini audit going concern. Dengan demikian, model prediksi kebangkrutan ini menjadi pertimbangan auditor dalam memberikan opini audit going concern. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa model prediksi kebangkrutan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil yang sama juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Wiwik Kurniati (2012). Beberapa penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa model prediksi kebangkrutan menggunakan rasio-rasio keuangan lebih akurat dibandingkan pendapat auditor dalam mengelompokkan perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut. Sehingga, dengan demikian maka akan sangat mudah melihat kondisi tingkat kesehatan dari sebuah perusahaan. McKeown et al. (1991) menemukan bukti bahwa auditor hampir tidak pernah memberikan opini audit going concern pada perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan (financial distress). Krishnan (1996) menyatakan bahwa auditor lebih cenderung untuk mengeluarkan opini
72
audit going concern ketika kemungkinan kebangkrutan berada diatas 28% dengan menggunakan model prediksi Zmijeski. Wiwik Kuriati (2012) menyatakan semakin buruk kondisi keuangan perusahaan, maka semakin besar profitabilitas perusahaan menerima opini audit going concern. 2.
Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern. Variabel pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan rasio pertumbuhan laba menunjukkan koefisien positif sebesar 0,033 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,820 yang lebih besar daripada α = 5%.karena tingakat signifikansi (p) lebih besar dari α = 5% maka hipotesis ke-2 tidak berhasil didukung.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh pada penerimaan opini audit going concern. Tidak adanya jaminan bahwa perusahaan yang mengalami peningkatan pada penjualan bersihnya juga akan mengalami peningkatan pada laba bersihnya menunjukkan bahwa perusahaan tersebut belum bisa lepas dari permasalahan keuangan yang dihadapinya. Hal ini berarti bahwa rasio pertumbuhan laba yang positif tidak bisa menjamin perusahaan untuk tidak menerima opini audit going concern. Hasil yang sama juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Wiwik Kurniati (2012). 3.
Pengaruh debt default terhadap penerimaan opini audit going concern. Variabel debt default menunjukkan pengaruh positif dengan koefisien negatif sebesar 2,412 pada tingkat signifikansi sebesar 0,001 lebih kecil dari α = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih kecil dari α =
73
5% maka hipotesis ke-3 berhasil didukung. Hal ini berarti variabel debt default berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern oleh auditor. Dapat dikatakan bahwa status hutang perusahaan merupakan faktor pertama yang akan diperiksa oleh auditor untuk mengukur kesehatan keuangan perusahaan. Ketika jumlah hutang perusahaan sudah sangat besar, maka aliran kas perusahaan tentunya banyak
dialokasikan
untuk
menutupi
hutangnya,
sehingga
akan
mengganggu kelangsungan operasi perusahaan. Apabila hutang ini tidak mampu dilunasi oleh perusahaan, maka kreditor akan memberikan status default. Auditor dalam memberikan opini audit going concern akan mempertimbangkan status default seperti yang tercantum dalam PSA 30. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mirna Dyah Praptitorini, Indira Januarti (2011) yang menunjukkan bahwa gagal bayar (debt default) berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
74
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen (model prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan, debt default) terhadap variabel dependen yaitu penerimaan opini audit going concern. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik (logistic regression) dengan program Statistical Package for Social Scienses (SPSS) versi 21.0. Data sampel perusahaan sebanyak 75 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008-2012. Hasil pengujian dan pembahasan pada bagian sebelumnya dapat diringkas sebagai berikut: 1. Model Prediksi Kebangkrutan secara statistik berpengaruh terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern selama lima tahun pengamatan (2008-2012). Hasil penelitian ini mendukung hasil Wiwik Kurniati (2012). 2.
Pertumbuhan Perusahaan secara statistic tidak berpegaruh positif terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern selama lima tahun pengamatan (2008-2012). Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Wiwik Kurniati (2012) dan Endra Ulkri Arma (2013).
3.
Debt Default secara statistik berpengaruh terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern selama lima tahun pengamatan (2008-2012). Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Mirna Dyah Praptitorini, Indira Januarti (2011).
75
75
B. Implikasi 1. Akademis, penelitian dan pembaca Model prediksi kebangkrutan dapat membantu seorang auditor dalam mempertimbangkan pemberian opini audit going concern kepada perusahaan yang diaudit. Faktor-faktor tersebut selain dapat memberikan petunjuk pada penelitian selanjutnya juga dapat memberikan gambaran kepada pembaca faktor apa saya yang mungkin terjadi pada perusahaan yang sedang berkembang dimana hal ini dapat menilai sejauh mana perusahaan akan dapat meneruskan kelangsungan usahanya. 2. Perusahaan Berbagai macam pertimbangan dalam menjalankan usahanya, setiap senantiasa dalam keadaan baik sehingga perusahaan dapat menjalankan kelangsungan usahanya dan tidak mengalami kebangkrutan. Oleh karena itu, hal-hal
yang disekiranya mempengaruhi kebangkrutan suatu
perusahaan sudah semestinya dikuasai oleh manajemen setiap perusahaan. Sehingga perusahaan dapat mengambil setiap keputusan dengan tepat agar kondisi keungannya senantiasa stabil di dalam menjalankan usahanya. Hal ini agar perusahaan tidak memperoleh opini audit going concern di tahun berjalan. Dengan demikian, tidak ada opini audit going concern yang dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh auditor di tahun mendatang. 3. Kantor Akuntansi Publik (KAP) Kantor Akuntan Publik (KAP) sudah sewajarnya untuk memperhatikan setiap hal yang berkaitan dengan pemberian opini audit going concern. Opini audit going concern merupakan hal yang tidak kalah pentingnya
76
karena tepat atau tidaknya di dalam pemberian opini audit going concern kepada auditee seorang auditor sudah seharusnya mengerti sekaligus memahami mengenai faktor apa yang sekiranya mempengaruhi opini audit going concern tersebut. Seperti model prediksi kebangkrutan yang dapat membantu seorang auditor untuk melihat sebaiknya apa kondisi keuangan suatu perusahaan, sehingga bisa dijadikan tambahan pertimbangan tambahan untuk memberikan opini audit going concern tersebut. Selain itu, auditor juga harus ahli dalam bidang akuntansi dan auditing. Hal tersebut agar seorang auditor mampu meningkatkan tingkat ketepatannya ketika memberikan opini audit going concern kepada auditee.
C. Saran Penelitian di masa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil penelitian yang berkualitas dengan adanya beberapa masukan mengenai beberapa hal diantaranya: 1. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan beberapa variabel independen lain yang mungkin mempengaruhi opini audit going concern untuk meningkatkan pengetahuan mengenai going concern di Indonesia. 2. Penelitian selanjutnya mungkin dapat mempertimbangkan penggunaan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa efek Indonesia (BEI) sebagai populasi penelitian 3. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan faktor industri lainnya yang dapat dijadikan sampel penelitian.
77
DAFTAR PUSTAKA Agoes jan hoesada, Sukrisno. “Bunga rampai auditing”, Salemba Empat Jakarta 12610, 2009 Akiko Wibisono, Edward. “ Prediksi kebangkrutan, leverage, audit sebelumnya, ukuran perusahaan terhadap opini going concern”, Jurnal EMBA, vol. 1 no.4. desember 2013 hal 302-373 Almant, E dan Mc Gough, T. “Evaluation of A Company As A Going Concern”. Journal of Accounting. 1974 Ardiani, Nurul & Nur DP, Emrinaldi & Azlina, Nur. “Pengaruh audit tenure, disclosure, ukuran KAP, debt default, opinion shopping, dan kondisi keuangan terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan real estate dan property di Bursa Efek Indonesia”, jurnal ekonomi, vol 20, no. 4. desember 2012 Arens, Alvin A. dan James K. Loebbecke. ”Auditing Pendekatan Terpadu”, Salemba Empat, Jakarta, 2008. Bursa Efek Indonesia. “Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: 306/BEJ/07-2004 menerbitkan peraturan pencatatan berkala Nomor I-E tentang kewajiban penyampaian informasi yang batas waktu penyampaiannya disesuaikan dengan peraturan BAPEPAM-LK No. X.K.2. ”, 2004. Bursa Efek Indonesia. “Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: 307/BEJ/07-2004 yaitu Peraturan Nomor I-H tentang Sanksi”, 2004. Dewayanto, Totok. “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern”, fokus ekonomi, vol,6 no.1. juni 2011:81-104 Dyah Praptitorini, Mirna & Juniarti Indira.”Analisis pengaruh kualitas audit, debt default, dan opinion shopping terhadap penerimaan opini going concern”, jurnal akuntansi dan keuangan Indonesia, vol 8 –no.1. juni 2011 Fachrozy, Donny. “ Pengaruh modek prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan, dan reputasi kantor akuntan public terhadap ketepatan pemberian opini audit going concern”. Skiripsi, 2007 Fajriantoro, Yuniar. “Analisis pengaruh ukuran KAP, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, dan ukuran perushaan terhadap opini audit going concern”. Skripsi, 2010 Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBM SPSS 19”, Edisi Kelima, Badan Penerbit Universitas Dipenogoro, Semarang, 2011.
78
Hamid Abdul, “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2012. Ikatan Akuntan Indonesia, “Standar akuntansi keuangan”. Salemba Empat, Jakarta, 2012 Ikatan Akuntan Indonesia. “Standar professional akuntan publik”. Salemba Empat, Jakarta 2009 Lianto, Novice dan Budi Hartono Kusuma. “Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Report Lag”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Volume 12 No.2 Hlm.97-106, 2010. Kristiana, Ira. “Pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”, Ilmiah mahasiswa akuntansi, vol 1, no.1. januari 2012 Kurnia Susanto, Yulius. “Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern pada perusahaan public sektor manufaktur”, jurnal bisnis dan akuntansi, vol 11, no. 3. desember 2009, hal. 155-173 Kurniati, Wiwik. “ Prediksi kebangkrutan, pertumbuhan dan reputasi KAP terhadap opini audit going concern”, accounting analysis journal, 2012. Masrica, Susi. “Analisis pengaruh debt default, opini audit sebelumnya, dan pertumbuhan perusahaan terhadap potensi penerimaan opini audit”. Skripsi, 2012 Mayangsari, sekar. “Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat Ahli: Sebuah Kuasieksprimen”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol.6 No. 1. Januari 2003 Anisa Nurfitrianti, “BEI Catat 20 Perusahaan Yang Di Delisting Selama Periode 2009-2013” 2013. Sumber : http://wartaekonomi.co.id/berita19148/beicatat-20-perusahaan-yang-di-delisting-selama-periode-20092013.html Nyoman Sri Werastuti, Desak. “Pengaruh auditor client tenure, debt default, reputasi auditor, ukuran klien, dan kondisi keuangan terhadap kualitas audit melalui opini audit going concern”, vokasi jurnal riset akuntansi, vol 2, no. 1. april 2013 Puspitasari, Leny & Cahyono, Dwi. “The influence of previous audit opinion going concern, audit quality, and company factors to audit opinion going concern”. Jurnal Universitas muhammadiyyah jember, 2011 Putri
Alichia, Yashinta. “Pengaruh ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit going concern.” Universitas Negeri Padang, 2013
79
Ramadhany, Alexander. “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini going concern pada perusahaan manufaktur yang mengalami financial distress di Bursa Efek Jakarta.” Tesis. 2004 Sarwono, Jonathan. “Statistik Terapan Aplikasi untuk Riset Skripsi, Tesis dan Disertasi”, penerbit Elex MedianKomputindo, Jakarta, 2012. Solikhah, Badingatus & Kiswanto. “Pengaruh kondisi keuangan, pertumbuhan dan opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit going concern”, jurnal dinamika akuntansi, vol, 2, no. 1. maret 2010, 56-64 Standar Profesi Akuntan Publik. “Pertimbangan Auditor atas Kemampuan Entitas dalam Mempertahankan Kelangsungan Hidupnya”. PSA No 30. 2001. Ulkri Arma, Endra. “Pengaruh profitabilitas, likuiditas, dan pertumbuhan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern.” Universitas negri padang, 2013. Uwi.
Wordpress. “kasus Enron dan KAP Arthur Andersen”, http://uwiiii.wordpress.com/2009/11/14/kasus-enron-dan-kap-arthurandersen./html
Venuti E.K, “The going concern assumption revisited assessing a company’s future vialibility”. The CPA Journal, 74(5), 2007, 40-43
80
No 1
Lampiran 1 Data Sampel Perusahaan Kode Nama Perusahaan Perusahaan ASII PT Astra International Tbk
2
AUTO
PT Astra Otoparts Tbk
3
BATA
PT Sepatu Bata Tbk
4
BTON
PT Betonjaya Manunggal Tbk
5
CEKA
PT Cahaya Kalbar Tbk
6
CTBN
PT Citra Tubindo Tbk
7
DLTA
PT Delta Djakarta Tbk
8
DVLA
PT Darya Varia Laboratoria Tbk
9
HMSP
PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
10
IGAR
PT Kageo Igar Jaya Tbk
11
INDF
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
12
INTP
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
13
JPRS
PT Jaya Pari Steel Industrial Tbk
14
KDSI
PT Kedawung Setia Industrial Tbk
15
LPIN
PT Multi Prima Sejahtera Tbk
sumber: Data diolah
81