PENGARUH EXCHANGE RATE, TUNNELING INCENTIVE, DAN MEKANISME BONUS TERHADAP KEPUTUSAN PERUSAHAAN MELAKUKAN TRANSFER PRICING Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh : Syarah Sefty Andraeni NIM : 1113082000071
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017
PENGARUH EXCHANGE RATE, TUNNELING INCENTIVE, DAN MEKANISME BONUS TERHADAP KEPUTUSAN PERUSAHAAN MELAKUKAN TRANSFER PRICING Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh : Syarah Sefty Andraeni NIM : 1113082000071
Di bawah Bimbingan : Pembimbing
Fitri Damayanti, SE., M.Si. NIP : 198107312006042003
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Rabu, 12 April 2017 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa/i : 1. Nama
: Syarah Sefty Andraeni
2. NIM
: 1113082000071
3. Jurusan
: Akuntansi
4. Judul Skripsi
: Pengaruh Exchange Rate, Tunneling Incentive, dan Mekanisme Bonus terhadap Keputusan Perusahaan Melakukan Transfer Pricing (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015)
Setelah mencermati dan mengamati penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa/i tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 12 April 2016 1. Zuwesty Eka Putri, SE., M.Ak. NIP. 198004162009012006
(
) Penguji 1
2. Yulianti, SE., M.Si. NIP. 198203182011012011 (
) Penguji 2
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Selasa, 13 Juni 2017 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa/i : 1. Nama
: Syarah Sefty Andraeni
2. NIM
: 1113082000071
3. Jurusan
: Akuntansi
4. Judul Skripsi
: Pengaruh Exchange Rate, Tunneling Incentive, dan Mekanisme Bonus terhadap Keputusan Perusahaan Melakukan Transfer Pricing (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015)
Setelah mencermati dan mengamati penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa/i tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 13 Juni 2017
1. Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA NIP. 197609242006042002
(
) Ketua
2. Dr. Amilin, S.E., M.Si., Ak., CA., QIA., BKP NIP. 197306152005011009
(
) Penguji Ahli
3. Fitri Damayanti, SE., M.Si. NIP. 198107312006042003
(
) Pembimbing
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI 1. Nama
: Syarah Sefty Andraeni
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Bandung, 2 September 1995
3. Alamat
: Bumi Sawangan Indah II Blok D3 No. 47 Sawangan-Depok
II.
III.
4. Telepon
: 081319915828
5. Email
:
[email protected]
PENDIDIKAN FORMAL 1. TK Al-Muawanah
Tahun 2000
2. MI. Miftahul Huda
Tahun 2001
3. SMPN 14 Depok
Tahun 2007
4. SMAN 5 Depok
Tahun 2010
5. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2013
PENDIDIKAN NON FORMAL 1. Bimbingan Belajar Salemba Group
Tahun 2012
2. Lembaga Indonesia-Amerika (LBPP-LIA)
Tahun 2011
vi
IV.
PENGALAMAN ORGANISASI 1. Ketua Divisi Komunikasi MPK SMAN 5 Depok 2. Panitia Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi HMJ Akuntansi 3. Anggota BEM FEB
V.
SEMINAR DAN WORKSHOP 1. Workshop “Mengenal Dunia Komunikasi” Program Vokasi Universitas Indonesia 2011 2. Research Training oleh Fatahillah Researchers for Science and Humanity UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016 3. Workshop Aplikasi Akuntansi Zahir oleh HMJ Akuntansi 2016 4. Pelatihan “Working With Financial Statement” PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) 2016
VI.
LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah
: Rahmat Gunawan
2. Ibu
: Syamsari
3. Anak ke- : 1 (satu)
vii
THE INFLUENCE OF EXCHANGE RATE, TUNNELING INCENTIVE, AND BONUS SCHEME ON THE COMPANY DECISION TO TRANSFER PRICING By : Syarah Sefty Andraeni
ABSTRACT This research is aimed to analyze the effect of exchange rate, tunneling incentive, and bonus scheme toward the firm decision for transfer pricing. Dependent variabel in this reasearch was transfer pricing proxied by the value of related party transaction (RPT) sales. Independent variabel in this research were exchange rate, tunneling incentive, and bonus scheme. This research use secondary data analysis of financial statement or annual report of firms in Indonesai Stock Exchange. The population in this research was manufactured firms that listed in Indonesia Stock Exchange in 2013 until 2015. By using purposive sampling method, the total amount of samples obtained in this research were 22 sampels. This research use logistic regression analysis as analysis method. The result of analysis in this result showed that exchange rate and tunneling incentive effected toward the firm decision for transfer pricing. While bonus scheme did not effected on the firm decision for transfer pricing. Keyword : Exchange Rate, Tunneling Incentive, Bonus Scheme, Transfer Pricing.
viii
PENGARUH EXCHANGE RATE, TUNNELING INCENTIVE, DAN MEKANISME BONUS TERHADAP KEPUTUSAN PERUSAHAAN MELAKUKAN TRANSFER PRICING Oleh : Syarah Sefty Andraeni
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh exchange rate, tunneling incentive, dan mekanisme bonus terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing. Dependen variabel dalam penelitian ini adalah transfer pricing yang diproxikan dengan adanya penjualan dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Independen variabel dalam penelitian ini adalah exchange rate, tunneling incentive, dan mekanisme bonus. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang dianalisis dan diperoleh dari laporan keuangan atau laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2015. Menggunakan purposive sampling method, sampel yang terkumpul dalam penelitian ini adalah sebanyak 22 sampel perusahaan pada tahun 2013-2015 serta dalam penelitian ini menggunakan regresi logistik sebagai metode analisinya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel exchange rate dan tunneling incentive berpengaruh terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing namun mekanisme bonus menunjukkan bahwa variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing. Kata Kunci : Exchange Rate, Tunneling Incentive, Mekanisme Bonus, Transfer Pricing
ix
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim Assalamamu’alaikum Wr. Wb Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan berkat, rahmat, dan karuniaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman, yang telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak mendapat bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga segala macam kendala yang dihadapi dapat diatasi dengan baik. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada : 1. Ayahanda dan Ibunda serta kedua adik kembarku yang telah memberikan kasih sayang, perhatian, semangat serta doa yang tiada hentinya. Terima kasih atas segalanya Mama dan Papa. 2. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak.,C A selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
4. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Ibu Fitri Damayanti, SE., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan tak pernah lelah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. 6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah sabar dan ikhlas mendidik dan memberikan ilmu yang insha allah dapat bermanfaat. 7. Keluarga besar yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan untuk kesuksesan penulis. Terima kasih atas seluruh kasih sayangnya. 8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah sabar dan ikhlas mendidik dan memberikan ilmu yang insha allah dapat bermanfaat. 9. Keluarga besar yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan untuk kesuksesan penulis. Terima kasih atas seluruh kasih sayangnya. 10. Sahabat perjuangan dari SMA Adizti Novitri, Andiani Dwi Astuti, Tika Amelia Rahmadani terima kasih atas segala bantuannya dan waktunya yang selalu ada untuk membantu dan memberikan semangatnya. 11. Ivan Ramadhan yang dengan sabar mengajari metodologi penelitian. 12. Sahabat muslimah tercinta Adinda Vindri Andriana, Syarifah, dan Hanum Azzahra terima kasih atas segala canda tawa dan kesenangannya.
xi
13. Sahabat terbaik Nur Hanifah, Heafsy Nur Ikhsan, dan Muhammad Zaki Yusuf terima kasih atas segala cerita, inspirasi, dan semangatnya selama menjalani perkuliahan hingga sekarang. 14. Terima kasih juga kepada Meliana Utami, Fatimah At-thohiroh, dan seluruh teman-teman akuntansi angkatan 2013 atas bantuannya. 15. Teman-teman KKN PEMANAH terutama untuk Fitri Listianingrum yang selalu dengan sabar mendengarkan keluh kesah penulis, Nida Asiah, Cici Afela, Lisa Septiani, Dyah Ayu, Nizar Aristya, Arsy Nuril, Muhammad Dzaki, Jihad Adias. Terima kasih atas perjuangannya menjalani KKN serta rasa kekeluargaannya. 16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas kerjasamanya sehinnga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan atau kelemahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Besar harapan penulis dengan adanya tugas akhir ini dapat guna menambah wawasan dan pengetahuan penulis khususnya dan pihak lain pada umumnya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Jakarta, 18 Juni 2017
Syarah Sefty Andraeni
xii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................................ i LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ....................................... iii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI........................................................iv LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................................v DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi ABSTRACT ........................................................................................................... viii ABSTRAK..............................................................................................................ix KATA PENGANTAR .............................................................................................x DAFTAR ISI.........................................................................................................xiii DAFTAR TABEL ..................................................................................................xv DAFTAR GAMBAR............................................................................................xvi DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah ...............................................................................1 B. Rumusan Masalah ......................................................................................10 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................10 1. Tujuan Penelitian ...................................................................................10 2. Manfaat Penelitian .................................................................................11 BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................12 A. Landasan Teori ..........................................................................................12 1. Teori Agensi…...................................................................................... 12 2. Transfer Pricing ....................................................................................15 3. Exchange Rate .......................................................................................18 4. Tunneling Incentive ...............................................................................20 5.
Mekanisme Bonus ................................................................................21
xiii
B. Penelitian Terdahulu .................................................................................23 C. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis...............................30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................................37 A. Ruang Lingkup Penelitian ..........................................................................37 B. Metode Penentuan Sampel .........................................................................37 C. Metode Pengumpulan Data ........................................................................38 D. Metode Analisis Data .................................................................................38 1. Uji Deskriptif .........................................................................................39 2. Uji Frekuensi.........................................................................................39 3. Analisis Regresi Logistik.......................................................................40 E. Operasional Variabel Penelitian .................................................................44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................48 A. Sekilas Gambaran Umum Penelitian ............................................................48 B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian ................................................................50 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Hasil Uji Deskriptif ...............................................................................50 Hasil Uji Frekuensi ................................................................................52 Hasil Analisis Regresi Logistik .............................................................53 Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ...........53 Hasil Uji Kofisien Determinasi .............................................................54 Hasil Uji Kelayakan Model Regresi ......................................................55 Hasil Matriks Klasifikasi .......................................................................56 Hasil Hipotesis dan Model Regresi Terbentuk ......................................57
C. Pembahasan ..................................................................................................58 1. Pengaruh Exchange Rate Terhadap Transfer Pricing ....................... 58 2. Pengaruh Tunneling Incentive Terhadap Transfer Pricing ...................60 3. Pengaruh Mekanisme Bonus Terhadap Transfer Pricing .....................61 BAB V PENUTUP .................................................................................................63 A. Kesimpulan ................................................................................................64 B. Saran ...........................................................................................................65 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................66 LAMPIRAN ... ....................................................................................... ............69
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jenis-jenis Pengukuran Kinerja.................................................................1 Tabel 1.2 Kasus Besar Mengenai Transfer Pricing..................................................4 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu..............................................................................24 Tabel 3.1 Operasional Variabel..............................................................................47 Tabel 4.1 Tahap Penyeleksian Sampel dengan Kriteria.........................................49 Tabel 4.2 Hasil Uji Deskriptif.................................................................................51 Tabel 4.3 Hasil Uji Frekuensi.................................................................................52 Tabel 4.4 Hasil Kesesuaian Keselurahan Model....................................................54 Tabel 4.5 Hasil Koefisien Determinasi...................................................................55 Tabel 4.6 Hasil Uji Kelayakan Model Regresi.......................................................55 Tabel 4.7 Hasil Uji Matriks Klasifikasi..................................................................56 Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik......................................................57
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ..........................................................................35
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Nama Perusahaan yang dijadikan Sampel Penelitian ........... 70 Lampiran 2 Hasil Perhitungan Variabel Exchange Rate......................................71 Lampiran 3 Hasil Perhitungan Variabel Tunneling Incentive..............................74 Lampiran 4 Hasil Perhitungan Variabel Mekanisme Bonus................................77 Lampiran 5 Hasil Perhitungan Variabel Transfer Pricing...................................80 Lampiran 6 Output Hasil Perhitungan Data Penelitian........................................81
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan industri pengolahan yang aktivitas utamanya adalah mengolah bahan baku menjadi barang setengah jadi atau bahkan menjadi barang jadi dengan melibatkan tenaga manusia dan mesin dalam pengelolaannya. Sebuah perusahaan manufaktur umumnya terdiri dari berbagai macam departemen untuk membantu aktivitas operasi perusahaan secara menyeluruh, manajer departemen akan selalu melaporkan informasi terkini terkait kinerja operasi departemennya kepada pihak controller dan general manager sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan direksi dalam aktivitas perusahaan. Sehubungan dengan hal tersebut, Anthony dan Govindarajan (2005:249) mengatakan bahwa kinerja suatu departemen dapat diukur oleh perusahaan dengan beberapa metode yaitu : Tabel 1.1 Jenis-jenis Ukuran Kinerja No. 1.
Metode
Keterangan Menunjukkan rentang antara pendapatan dengan beban variabel.
Margin Kontribusi
Bersambung pada halaman berikutnya
1
No.
Metode
2.
Laba yang Dapat Dikendalikan
3.
Laba Sebelum Pajak
4.
Laba Bersih
5.
Laba Langsung
Keterangan Mengurangi laba yang dihasilkan dengan biaya-biaya yang dapat dikendalikan oleh manajer. Dalam ukuran ini, seluruh overhead corporate dialokasikan ke departemen berdasarkan jumlah relatif dari beban yang dikeluarkan oleh departemen. Metode ini mengukur kinerja departemen domestik berdasarkan laba bersih setelah pajak. Mencerminkan kontribusi departemen terhadap overhead umum dan laba perusahaan.
Sumber : Anthony dan Govindarajan (2005)
Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa laba merupakan kriteria utama dalam pengukuran kinerja departemen, hal ini tentu mendorong manajer departemen untuk melakukan berbagai cara agar laba yang dihasilkan departemennya dapat diraih secara maksimal. Terdapat beberapa skema yang kerap kali digunakan seorang manajer departemen untuk memaksimalkan laba departemannya, salah satu skema yang dapat digunakan manajer untuk meningkatkan laba adalah transfer pricing. Awalnya transfer pricing dikenal dalam akuntansi manajemen sebagai kebijakan harga yang diterapkan atas penyerahan barang atau jasa antar departemen didalam suatu perusahaan dengan tujuan untuk mengukur kinerja dari masing-masing divisi atau departemen tersebut (Indah Dewi Nurhayati 2013:32). Selain itu, mengejar keuntungan, arus kas, tujuan pemasaran, merupakan sederet alasan yang menjadikan perusahaan perlu mengembangkan
2
proses untuk mengalokasikan biaya overhead dan strategi desain untuk memperkirakan harga transfer bagi barang dan jasa yang diproduksi (Prem Sikka dan Hugh Willmott, 2010:342 ). Menurut Mark Checini dkk. (2013:18) bagi perusahaan multinasional yang telah mempunyai jaringan operasi diberbagai negara, skema transfer pricing merupakan alternatif terbaik untuk mencapai keunggulan kompetitif perusahaan dalam bidang mengelola resiko dan biaya yang ditimbulkan dari ketidaksempurnaan struktur pasar di negara-negara mitra kerjasama. Indah Dewi Nurhayati (2013:32) mengatakan peraturan mengenai transfer pricing telah dibuat oleh pemerintah dengan mengeluarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No.04/PJ.7/1993 tanggal 9 Maret 1993 mengenai metode yang dapat digunakan untuk menguji kewajaran transfer pricing, serta Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-43/PJ/2010 tanggal 6 September 2010 sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2011 tanggal 11 Nopember 2011 tentang Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha Dalam Transaksi Antara Wajib Pajak Dengan Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa. Namun bagai dua sisi mata uang yang berbeda, keberadaan skema transfer pricing juga menimbulkan permasalahan serta kerugian bagi sejumlah pihak. Berbagai kasus mengenai transfer pricing telah banyak terjadi baik didalam maupun diluar negeri, diantaranya :
3
Tabel 1.2 3 (tiga) Kasus Besar Mengenai Transfer Pricing di Luar Negeri Nomor Nama Perusahaan Kasus Tuduhan Pada tahun 2011 sama sekali tidak membayar pajak korporasi padahal berhasil mencetak penjualan sebesar £398 juta namun pada tahun2008 mereka mengaku rugi £112 juta atau sekitar Rp1,7 triliun. Padahal dalam laporan kepada investornya di Amerika Serikat, Starbucks mengatakan bahwa mereka memperoleh 1. Starbucks Inggris keuntungan yang besar di Inggris, bahkan penjualannya selama 3 tahun (2008-2010) mencapai £1,2 miliar atau sekitar Rp18 triliun. Dengan kerugian ini, Starbucks Inggris tidak pernah membayar pajak korporasi. Bahkan selama 14 tahun beroperasi di Inggris, Starbucks hanya membayar pajak sebesar £8,6 juta. Pada tahun 2011 juga berhasil mencatat pendapatan sebesar £398juta tetapi hanya 2. Google Inggris membayar pajak sebesar £6 juta. Amazon Inggris, di mana mereka berhasil melakukan penjualan di Inggris sebesar 3. Amazon Inggris £3,35 miliar selama tahun 2011 tetapi hanya membayar pajak sebesar £1,5 juta. Sumber : http://www.kemenkeu.go.id
Selain diluar negeri kasus transfer pricing juga terjadi di Indonesia, diantaranya adalah pada pertengahan 2007 Direktorat Jenderan Pajak membongkar kasus dugaan penggelapan pajak yang dilakukan PT. Asian Agri, anak perusahaan Raja Garuda Mas Group. Direktorat Jenderal Pajak memeriksa bahwa perusahaan itu diduga telah menggelapkan pajak senilai 1,34 trilliun. Manipulasi tersebut secara garis besar menggunakan modus dengan skema transfer pricing, transaksi lindung nila (hedging) fiktif, dan pembuatan biaya fiktif (Lukluk Fuadah, 2008:114). 4
Adapun kasus lain yang dilansir independen nasional.kontan.co.id, Selasa 19/06/2017 adalah perusahaan raja otomotif di Indonesia yakni sidang sengketa pajak antara PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) dengan Direktor Jenderal (Ditjen) Pajak.. Sengketa pajak dengan perusahaan otomotif asal Jepang itu melibatkan nilai pajak yang besar dan prosesnya cukup alot. Dalam sidang terakhir yang sebenarnya dimaksudkan forum penutup bagi kedua pihak, malah terjadi debat sengit kedua belah pihak untuk menarik perhatian majelis hakim. Sengketa dengan TMMIN ini terjadi karena koreksi yang dilakukan oleh Ditjen Pajak terhadap nilai penjualan dan pembayaran royalti TMMIN. Sengketa ini seputar laporan pajak tahun 2008. Saat itu, pemegang saham TMMIN ialah Toyota Motor Corporation sebesar 95% dan sisanya 5% dimiliki PT. Astra International Tbk. Dalam laporan pajaknya, TMMIN menyatakan nilai penjualan mencapai Rp 32,9 triliun, namun Ditjen Pajak mengoreksi nilainya menjadi Rp 34,5 triliun atau ada koreksi sebesar Rp 1,5 triliun. Dengan nilai koreksi sebesar Rp 1,5 triliun, TMMIN harus menambah pembayaran pajak sebesar Rp 500 miliar. Mengapa Ditjen Pajak mencurigai laporan pajak TMMIN? Menurut Muhammad Amin, aparat pajak yang mewakili Ditjen Pajak di pengadilan pajak, Ditjen Pajak mengoreksi hitungan bisnis TMMIN setelah membandingkan bisnis TMMIN sebelum 2003 dengan sesudah 2003. Aparat pajak menduga, laba sebelum pajak TMMIN berkurang setelah 2003 karena pembayaran royalti dan pembelian bahan baku yang tidak wajar. Penyebab lainnya penjualan mobil kepada pihak terafiliasi seperti TAM (Indonesia) dan TMAP (Singapura) di bawah harga pokok
5
produksi sehingga mengurangi peredaran usaha. Sebagai jurus pamungkas, di sidang kemarin, parat pajak menyerahkan satu perusahaan pembanding yang sama persis dengan TMMIN. Pada tahun yang sama, perusahaan yang namanya dirahasiakan itu mengalami laba 7,14% pada 2008 atau 10 kali lebih besar dari laba TMMIN. Setelah sidang ini ditutup kemarin, keputusan atas sengketa ini kini berada di tangan majelis hakim pengadilan pajak. Selain Sukma Alam, dua anggota majelis hakim lainnya ialah Seno SB Hendra dan Krosbin Siahaan. Ironisnya, meski sidang telah usai, namun kasus ini belum ada kejelasan kapan akan diputus. Sekadar informasi, sengketa pajak antara Ditjen Pajak dengan produsen mobil asal Jepang ini juga terjadi untuk tahun pajak 2005 dan 2007 hingga kini belum juga diputus, walaupun sidangnya telah lama berakhir (Umar Idris, 2013)
Berdasarkan uraian kasus diatas memperlihatkan bahwa transfer pricing merupakan salah satu skema yang sangat rawan untuk dijadikan jalan pintas dalam memperoleh laba. Hal ini diperparah dengan data yang dikeluarkan oleh Organization for Economic and Development (OECD) bahwa 60% dari total perdagangan dunia terindikasi melakukan praktik transfer pricing (Indah Dewi Nurhayati, 2013:32). Hal tersebut tentu menjadikan transfer pricing sebagai hal yang sangat krusial untuk diteliti serta perlu untuk diketahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhinya. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Christian Plesner Rossing (2013) mengenai Tax strategy control: The case of transfer pricing tax risk management yang mencoba menguji bagaimana fungsi tax 6
strategy mempengaruhi management control system dalam perusahaan menghadapi resiko perpajakkan dalam transfer pricing, hasilnya menunjukkan bahwa perusahaan multinasional khususnya manajemen cenderung melakukan pengendalian terhadap pembayaran pajak melalui pengendalian harga dengan mekanisme transfer pricing dan dalam penerapan “levers of control” ditemukan bahwa fungsi tax strategy mempengaruhi 4 elemen dalam levers of control yang mengsugesti manajemen untuk melakukan pengaturan kebergantungan perusahaan terhadap respon dari lingkungan perpajakkan. Marfuah dan Andi Puren Noor Azizah (2013) juga meneliti bagaimana pengaruh pajak, tunneling incentive, dan exchange rate pada keputusan perusahaan melakukan transfer pricing, hasilnya mengungkapkan bahwa pajak dan tunneling incentive berpengaruh positif signifikan terhadap transfer pricing dan exchange rate pada penelitian ini menunjukkan pengaruh positif namun tidak signifikan. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Winda Hartati. dkk (2015) mengenai tax minimation, tunneling incentive, dan mekanisme bonus terhadap keputusan transfer pricing seluruh perusahaan yang listing di BEI, hasilnya menunjukkan bahwa tax minimation, tunneling incentive, dan mekanisme bonus berpengaruh signifikan terhadap transfer pricing. Menurut Pricewaterhouse (2009) dalam Yuniasih. dkk (2012:2), para ahli mengakui bahwa transfer pricing memungkinkan perusahaan untuk menghindari pajak berganda dan juga terbuka untuk penyalahgunaan. Karena hal ini dapat digunakan untuk mengalihkan keuntungan ke negara yang tarif pajaknya rendah dengan memaksimalkan beban, dan pada akhirnya pendapatan.
7
Fatmariani (2008:2) mengatakan bahwa informasi laba atau pendapatan adalah fokus utama dalam pelaporan keuangan yang menyediakan informasi mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan selama satu periode tertentu. Hal tersebut tentu membuat manajer melakukan penyeleksian pemilihan prosedur akuntansi yang optimal agar laba terlihat maksimal, pilihan akuntansi tergantung pada variabel-variabel yang mencerminkan insentif yang menguntungkan pihak manajemen dalam memilih metode akuntansi berdasarkan rencana bonus, kontrak utang, dan proses politik (Belkaoui Riahi, 2007:187). Berdasarkan uraian diatas, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian ini karena dalam perkembangan penggunaan skema transfer pricing terdapat motivasi lain selain pajak yang mempengaruhi pihak manajemen untuk melakukan skema transfer pricing dalam rangka menaikkan laba pada periode berjalan, dan hal tersebut disinggung dalam teori positif akuntansi dimana terdapat tiga hipotesis yang menjadi perilaku oportunistis dari para manajer dalam meningkatkan laba pada periode berjalan yakni rencana bonus, kontrak utang (debt covenant), dan biaya proses politik. Adapun fokus hipotesis yang hendak diuji dalam penelitian ini adalah hipotesis rencana bonus yang sebagaimana juga disarankan oleh penelitian terdahulu yakni Elsa Kisari (2016) yang menyarankan penelitian selanjutnya untuk menguji pengaruh variabel tersebut berdasarkan hipotesis yang ada terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Exchange Rate, Tunneling Incentive,
8
dan Mekanisme Bonus Terhadap Keputusan Perusahaan Melakukan Transfer Pricing.” Penelitian ini berusaha untuk mengembangkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Marfuah dan Andi Puren Noor Azizah serta megikuti saran dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Elsa Kisari (2016) dengan perbedaan sebagai berikut : 1. Variabel yang digunakan pada penelitian sebelumnya terdiri dari pajak, tunneling incentive serta exchange rate yang diduga mempengaruhi keputusan perusahaan melakukan transfer pricing. Pada penelitian ini peneliti menambahkan satu variabel tambahan yakni mekanisme yang mana disarankan pada penelitian terdahulu sebagai salah satu faktor yang diduga mempengaruhi pihak manajemen melakukan skema transfer pricing. Peneliti juga menghilangkan variabel pajak pada penelitian ini karena sudah terdapat banyak literatur serta penelitian yang mengungkap dan membahas hal tersebut. 2. Objek penelitian dalam penelitian sebelumnya adalah perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) hanya pada tahun 2013. Sedangkan pada penelitian ini peneliti menggunakan objek penelitian pada perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2013, 2014, 2015.
9
B.
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan perumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh exchange rate
terhadap keputusan perusahaan
melakukan transfer pricing? 2. Bagaimana pengaruh tunneling incentive terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing? 3.
Bagaimana pengaruh mekanisme bonus terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing?
C.
Tujuan Peneltian Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis pengaruh exchange rate terhadap transfer pricing 2. Untuk menganalisis pengaruh tunneling incentive berpengaruh terhadap transfer pricing 3. Untuk menganalisis pengaruh mekanisme bonus berpengaruh terhadap transfer pricing
D.
Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini mempunyai manfaat bagi pihak-pihak yang bersangkutan diantaranya :
10
1. Manfaat Praktis Memberikan gambaran kepada pemerintah, analis laporan keuangan, manajemen perusahaan, dan investor/kreditor bagaimana exchange rate, tunneling incentive, mekanisme bonus mempengaruhi perusahaan untuk mengambil keputusan melakukan transfer pricing. 2. Manfaat Teoritis dan Akademis Menambah pengetahuan bagi perkembangan studi akuntansi memberikan
gambaran
faktor
yang
mempengaruhi
dengan
perusahaan
mengambil keputusan untuk melakukan transfer pricing, khususnya perusahaan manufaktur multinasional di Indonesia serta menambah referensi untuk penelitian di masa yang akan datang.
11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori Landasan teori merupakan teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian serta dapat dijadikan dasar dalam memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah dan dapat membantu dalam penyusunan instrument penelitian. Grand theory dari peneltian ini adalah Theory Agency 1.
Agensi Teori Teori agensi terfokus pada dua individu yaitu prinsipal dan agen. Prinsipal mendelegasikan responsibility desicion making kepada agen. Baik prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang-orang ekonomi yang rasional yang semata termotivasi oleh kepentingan pribadi, tapi mereka kesulitan membedakan penghargaan atas preferensi, kepercayaan dan informasi. Hak dan kewajiban dari prinsipal dan agen dijelaskan dalam sebuah perjanjian kerja yang saling menguntungkan. Dalam penelitian akuntansi manajemen, teori agensi digunakan untuk mengidentifikasi kombinasi kontrak kerja dan sistem informasi yang akan memaksimalkan fungsi manfaat prinsipal, dan kendala-kendala perilaku yang muncul dari kepentingan agen (Eka Raharjo 2007:38). Ahmed Riahi dan Belakaoui (2007:186) mengatakan bahwa hubungan agensi dikatakan telah terjadi ketika suatu kontrak antara
12
seorang prinsipal dan seorang agen untuk memberikan jasa demi kepentingan prinsipal termasuk melibatkan adanya pemberian delegasi kekuasaan pengambilan keputusan kepada agen. Baik prinsipal maupun agen diasumsikan untuk termotivasi hanya oleh kepentingan dirinya sendiri, yaitu untuk memaksimalkan kegunaan subjektif mereka, dan juga menyadari kepentingan bersama mereka. Agen berjuang untuk memaksimalkan pembayaran kontraknya yang bergantung pada suatu tingkat usaha tertentu yang dibutuhkan. Prinsipal berjuang untuk memaksimalkan pengembalian atas penggunaan sumber dayanya pada pembayaran yang terutang kepada agen. Konflik kepentingan ini diasumsikan akan dibawa ke dalam keadaan ekuilibrium oleh kontrak kesepakatan. Kontrak mengikat pihak-pihak yang terlibat untuk setuju atas serangkaian perilaku yang kooperatif mengingat adanya motif-motif yang mendahulukan kepentingan diri sendiri. Ada dua alasan yang dapat mengarah pada terjadinya divergensi antara kepentingan diri sendiri dengan perilaku yang kooperatif yaitu : a.
Seleksi yang Merugikan (Adverse Selection) Seleksi yang merugikan sebagai suatu masalah informasi, timbul ketika agen menggunakan informasi khusus yang tidak dapat diverifikasi oleh prinsipal untuk mengimplementasikan dengan sukses suatu aturan input-tindakan yang berbeda dengan yang diinginkan oleh prinsipal, dan karenanya menyebabkan prinsipal
13
tidak mampu menentukan apakah si agen telah membuat pilihan yang tepat. b.
Risiko Moral (Moral Hazard) Risiko moral sebagai suatu masalah informasi ex-post, timbul ketika terdapat masalah motivasional dan konflik sebagai akibat dari mendasarkan kontrak kesepakatan pada perilaku pengganti yang tidak sempurna, dalam hal ini agen tidak tidak melaksanakan hal-hal yang telah disepakati dalam kontrak kerja. Dalam upaya mengatasi atau mengurangi masalah keagenan ini
menimbulkan biaya keagenan (agency cost) yang akan ditanggung baik oleh principal maupun agent. Jensen & Meckling (1976) membagi biaya keagenan ini menjadi monitoring cost, bonding cost dan residual loss. Monitoring cost adalah biaya yang timbul dan ditanggung oleh principal untuk memonitor perilaku agent, yaitu untuk mengukur, mengamati, dan mengontrol perilaku agent. Bonding cost merupakan biaya yang ditanggung oleh agentuntuk menetapkan dan mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agent akan bertindak untuk kepentingan principal. Selanjutnya residual loss merupakan pengorbanan yang berupa berkurangnya kemakmuran principal sebagai akibat dari perbedaan keputusan agentdan keputusan principal (Godfrey:1994). Berdasarkan pemaparan diatas dapat dsimpulkan bahwa teori keagenan (agency theory) menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang saling terkait antara pihak agen (manajemen) dan prinsipal (investor)
14
dimana pihak agen (manajemen) merupakan pihak yang menjalankan perusahaan dengan mengharapkan gaji, bonus, serta tunjangan lain yang bersumber dari laba serta aktivitas operasi perusahaan, sementara pihak prinsipal (investor) merupakan pihak yang menannamkan uang atau modalnya kedalam perusahaan dengan pengharapan mendapatkan imbalan berupa laba baik dalam bentuk dividen atau bentuk natura (kenikmatan) yang lain.
2. Transfer Pricing a. Definisi Menurut
Organization
for
Economic
Co–operation
and
Development (OECD) dalam Nisa Septarini (2012:6) mendefinisikan transfer pricing sebagai harga yang ditentukan dalam transaksi antar anggota group dalam sebuah perusahaan multinasional, dimana harga transfer yang ditentukan tersebut dapat menyimpang dari harga pasar wajar sepanjang sesuai bagi groupnya. Sedangkan
menurut
Suandy
(2006)
dalam
Tri
Marta
Chandraningrum (2009:4) mendefinisikan bahwa transfer pricing adalah tindakan pengalokasian laba dari entitas perusahaan di satu negara ke entitas perusahaan negara lain, dalam grup perusahaan dengan tujuan untuk meminimalisir bukan menghindari pajak. Sementara menurut Jerry M. Rosenburg (183:55) dalam Iman Santoso (2004:126) mengatakan bahwa transfer pricing adalah: “the
15
price charged by one segment of an organization for a product or service it supplies to another part of the same firm” . Rosenburg, dalam hal ini mendefinisikan transfer pricing sebagai harga yang ditentukan oleh satu bagian dari sebuah organisasi atas penyerahan barang atau jasa yang dilakukannya kepada bagian lain dari organisasi yang sama. Memperhatikan deskripsi diatas, dapat disimpulkan bahwa transfer pricing adalah suatu skema atau metode yang dapat dijadikan pilihan oleh suatu pihak organisasi untuk menentukan serta mengalokasikan laba antar organisasi yang bersangkutan. a. Metode Transfer Pricing Menurut Fadjar Harimurti (2007:54) Beberapa metode transfer pricing yang sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan konglomerasi dan departementasi yaitu: 1) Harga Transfer Dasar Biaya (Cost-Based Transfer Pricing) Perusahaan yang menggunakan metode transfer atas dasar biaya menetapkan harga transfer atas biaya variabel dan tetap yang bisa dalam tiga pemilihan bentuk yaitu : biaya penuh (full cost), biaya penuh ditambah mark-up (full cost plus markup) dan gabungan antara biaya variabel dan tetap (variable cost plus fixed fee). 2) Harga Transfer atas Dasar Harga Pasar (Market Basis Transfer Pricing)
16
Apabila ada suatu pasar yang sempurna, metode transfer pricing atas dasar harga pasar inilah merupakan ukuran yang paling memadai karena sifatnya yang independen. Namun keterbatasan informasi pasar yang terkadang menjadi kendala dalam mengunakan transfer pricing yang berdasarkan harga pasar. 3) Harga Transfer Negosiasi (Negotiated Transfer Prices) Dalam ketiadaan harga, beberapa perusahaan memperkenankan divisi-divisi dalam perusahaan yang berkepentingan dengan transfer pricing untuk menegosiasikan harga transfer yang diinginkan.
Harga
transfer
negosiasiasi
mencerminkan
prespektif kontrolabilitas yang inheren dalam pusat-pusat pertanggungjawaban karena setiap divisi yang berkepentingan tersebut pada akhirnya yang akan bertanggung jawab atas harga transfer yang dinegosiasikan. b. Tujuan Transfer Pricing Menurut Tri Marta Chandraningrum (2009:4) Ada tiga tujuan penting dari penentuan harga transfer internasional yaitu : 1) Mengelola beban pajak mendominasi tujuan lainnya, tetapi
penggunaan operasional penentuan harga transfer seperti mempertahankan posisi daya saing perusahaan. 2) Mempromosikan evaluasi kinerja yang setara. 3) Memberikan motivasi kepada karyawan.
17
3. Exchange Rate a. Definisi Menurut (Hanafi : 2010 dalam Mulyani : 2014) mengatakan bahwa harga suatu mata uang relatif terhadap mata uang lainnya (kurs) sangat tergantung dari kekuatan penawaran (supply) dan permintaan (demand) mata uang tersebut. Sartono (2001) dalam Suciati dan Machfoedz (2002:349) mengatakan bahwa pengertian nilai tukar mata uang menurut FASB adalah rasio antara suatu unit mata uang dengan sejumlah mata uang lain yang bisa ditukar pada waktu tertentu. Perbedaan nilai tukar riil dengan nilai tukar nominal penting untuk dipahami karena keduanya mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap risiko nilai tukar. Perubahan nilai tukar nominal akan diikuti oleh perubahan harga yang sama yang menjadikan perubahan tersebut tidak berpengaruh terhadap posisi persaingan relatif antara perusahaan domestik dengan pesaing luar negerinya dan tidak ada pengaruh terhadap aliran kas. Sedangkan perubahan nilai tukar riil akan menyebabkan perubahan harga relatif (yaitu perubahan perbandingan antara harga barang domestik dengan harga barang luar negeri). Dengan demikian perubahan tersebut mempengaruhi daya saing barang domestik. b. Fungsi Nilai Tukar Menurut Goeltom dan Zulverdi (1998:73) penentuan sistem nilai tukar merupakan suatu hal penting bagi perekonomian suatu negara karena
18
hal tersebut merupakan satu alat yang dapat digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengisolasi perekonomian suatu negara dari gejolak perekonomian global. Pada dasarnya kebijakan nilai tukar yang ditetapkan suatu negara mempunyai beberapa fungsi utama yaitu : 1) Mempertahankan keseimbangan neraca pembayaran, dengan sasaran akhir menjaga kecukupan cadangan devisa. 2) Menjaga kestabilan pasar domestik. 3) Sebagai instrumen moneter khususnya bagi negara yang menerapkan suku bunga dan nilai tukar sebagai sasaran operasional kebijakan moneter. Selain itu, menurut Kewal (2012:58) mengatakan bahwa nilai tukar atau disebut juga kurs valuta dalam berbagai transaksi ataupun jual beli valuta asing, dikenal ada empat jenis, yaitu: 1. Selling rate (kurs jual), yaitu kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu. 2. Middle rate (kurs tengah), yaitu kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli valuta asing terhadap mata uang nasional, yang ditetapkan oleh Bank Central pada suatu saat tertentu. 3. Buying rate (kurs beli), yaitu kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu.
19
4. Flat rate (kurs flat), yaitu kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli bank notes dan traveler chaque, di mana dalam kurs tersebut telah diperhitungkan promosi dan biaya lain-lain.
4. Tunneling Incentive Tunneling merupakan aktivitas pengalihan aset dan keuntungan keluar perusahaan untuk kepentingan pemegang saham pengendali perusahaan (Johnson, 2000 dalam Wafiroh dan Hapsari, 2015:161). Struktur kepemilikan di Indonesia terkonsentrasi pada sedikit pemilik sehingga terjadi konflik keagenan antara pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham minoritas, kepemilikan saham di Indonesia cenderung terkonsentrasi menyebabkan munculnya pemegang saham pengendali dan minoritas (La Porta dkk., 2000 dalam Hartati dkk., 2015:3). Yuniasih dkk. (2012:4) mengatakan bahwa munculnya masalah keagenan antara pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham minoritas ini disebabkan oleh lemahnya perlindungan hak-hak pemegang saham minoritas, mendorong pemegang saham mayoritas untuk melakukan tunneling yang merugikan pemegang saham minoritas (Claessens dkk., 2002 dalam Yuniasih dkk., 2012:4). Wafiroh dan Hapsari (2015:161) mengatakan bahwa tunneling dapat dilakukan dengan cara menjual produk perusahaan kepada perusahaan yang memiliki hubungan dengan manajer dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan harga pasar, mempertahankan posisi atau jabatan
20
pekerjaannya meskipun mereka sudah tidak kompeten atau berkualitas lagi dalam menjalankan usahanya atau menjual asset perusahaan kepada perusahaan yang memiliki hubungan dengan manajer (pihak terafiliasi). Selain itu Marfuah dan Pooren (2013) mengidentifikasi dua kemungkinan cara yang dapat dilakukan pemegang saham pengendali untuk mendapatkan manfaat privat atas kontrol dari kebijakan perusahaan yaitu melalui kebijakan operasi perusahaan dan kebijakan kontraktual dengan pihak lain. Bentuk-bentuk manfaat privat yang dapat diperoleh melalui kebijakan operasi perusahaan antara lain gaji dan tunjangan tinggi, bonus dan kompensasi besar, serta dividen. Sedangkan cara untuk memperoleh manfaat privat melalui kebijakan kontraktual antara lain dilakukan melalui tunneling.
5. Mekanisme Bonus Menurut Suryatiningsih et al., 2009 dalam Winda Hartati dkk, 2015), mekanisme bonus adalah komponen penghitungan besarnya jumlah bonus yang diberikan oleh pemilik perusahaan atau para pemegang saham melalui RUPS kepada anggota direksi yang dianggap mempunyai kinerja baik. Purwanti (2008:434) menegaskan bahwa skema bonus berdasarkan laba merupakan cara yang paling populer dalam memberikan penghargaan kepada eksekutif perusahaan, maka adalah logis bila manajer yang remunerasinya didasarkan pada tingkat laba akan memanipulasi laba untuk memaksimalkan remunerasinya serta hal tersebut
menyangkut pula
21
kesejahteraan para eksekutif di internal perusahaan. Ada dua jenis dasar rencana kompensasi untuk memberikan reward pada kinerja manajer yang diukur oleh angka-angka akuntansi, yaitu rencana bonus dan rencana kinerja. Pemisahan kinerja merupakan faktor yang memotivasi rencana kompensasi berbasis laba akuntansi. Perencanaan bonus memberikan insentif pada manajer untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Indek kinerja dalam kalkulasi bonus harus dikorelasi dengan efek tindakan manajer terhadap nilai perusahaan. Oleh karena itu, semakin besar korelasi antara laba dan efek tindakan manajer tertentu terhadap nilai perusahan, semakin cenderung rencana bonus berbasis laba digunakan untuk memberikan reward pada manajer (Gayatrie, 2014:204). Menggunakan
mekanisme
bonus
dalam
teori
keagenan,
menjelaskan bahwa kepemilikan manajemen di bawah 5% terdapat keinginan dari manajer untuk melakukan manajemen laba agar mendapatkan bonus yang besar. Kepemilikan manajemen 25%, karena manajemen mempunyai kepemilikan yang cukup besar dengan hak pengendalian perusahaan, maka asimetris informasi menjadi berkurang. Jika manajemen melakukan pengelolaan laba secara oportunis, maka informasi laba tersebut dapat menyebabkan pengambilan keputusan investasi yang salah bagi investor (Kane dkk., 2005 dalam Wafiroh dan Hapsari, 2015:161).
22
B. Penelitian Terdahulu Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1
23
No. 1.
Peneliti (Tahun) Kenneth J. Klassen, Petro Lisowsky, Devan Mescall (2017)
Judul Penelitian
Tabel 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu Metodelogi Penelitian Persamaan
Transfer Pricing : Terdapat variabel Strategies, Practice, transfer pricing. and Tax Minimization
Perbedaan Tidak terdapat variabel exchange rate, mekanisme bonus, dan tunneling incentive.
Hasil Penelitian Menunjukkan bahwa perusahaan yang berfokus dalam meminimalisasi pajak mempunyai effective tax rate 6.6% lebih rendah dan mempunyai $43 million dalam penghematan pajak. Penelitian ini juga menemukan bahwa apabila ketika tingginya pendapatan luar negeri, penggunaan tax haven, dan pengendalian research and development activity diatur sedemikian rupa dengan tax minimization strategi maka akan akan menghasilkan hasil yang memuaskan bagi perusahaan.
Bersambung pada halaman selanjutnya
24
Tabel 2.1 (Lanjutan) No.
Peneliti (Tahun)
2.
Winda Hartati, Desmiyawati, dan Julita (2015)
3.
Christian Plesner Rossing (2013)
Metodelogi Penelitian
Judul Penelitian Tax Minimization, Tunneling Incentive, dan Mekanisme Bonus Terhadap Keputusan Transfer Pricing Seluruh Perusahaan Listing di Bursa Efek Indonesia. Mengenai Tax strategy control: The case of transfer pricing tax risk management
Hasil Penelitian
Persamaan Terdapat variabel transfer pricing, tunneling incentive, dan mekanisme bonus.
Perbedaan Tidak terdapat variabel exchange rate serta sample penelitian yakni seluruh perusahaan yang listing di BEI pada tahun 2012.
Tax minimization, tunneling incentive, dan mekanisme bonus berpengaruh signifikan terhadap keputusan transfer pricing.
Terdapat variabel transfer pricing.
Tidak terdapat variabel exchange rate, mekanisme bonus, dan tunneling incentive serta penelitian ini menguji bagaimana fungsi tax strategy mempengaruhi management control system dalam perusahaan menghadapi resiko perpajakkan dalam transfer pricing.
Menunjukkan bahwa perusahaan multinasional cenderung melakukan pengendalian terhadap pembayaran pajak melalui pengendalian harga dengan mekanisme transfer pricing dan fungsi tax strategy mempengaruhi 4 elemen dalam levers of control yang mensugesti manajemen untuk melakukan pengaturan terhadap perpajakkan.
.
Bersambung pada halaman selanjutnya
25
Tabel 2.1 (Lanjutan) No. 4.
Peneliti (Tahun) Mark Cecchini, Robert Leitch, Caroline Strobel (2013)
Judul Penelitian Multinational Transfer Pricing : A Transaction Cost and Resource Based View
Metodelogi Penelitian Persamaan Variabel Transfer Pricing
Perbedaan Tidak terdapat variabel exchange rate, mekanisme bonus, dan tunneling incentive serta penelitian ini berusaha untuk memberikan gambaran mengenai pengambilan keputusan transfer pricing melalui sudut pandang transaction cost economic (TCE) dan resource by view (RBV) dalam kerangka rantai nilai, serta sample dalam penelitian ini adalah berbagai literature teoritis yang berhubungan dengan pandangan dan kerangka peneliti.
Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa dalam framework TCE dan RBV mengsugesti untuk mengatur kebijakan mengenai transfer pricing lebih mendalam untuk dapat menghadapi permasalahan yang lebih kompleks serta terkait satu sama lain atau bahkan permasalahan yang bersifat ganjil/aneh.
Bersambung pada halaman selanjutnya
26
Tabel 2.1 (Lanjutan) No.
5.
6.
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Metodelogi Penelitian Persamaan
Perbedaan
Hasil Penelitian
Marfuah dan Andi Puren Noor Azizah (2013)
Pengaruh pajak, tunneling incentive, dan exchange rate pada keputusan perusahaan melakukan transfer pricing.
Terdapat varibel tunneling incentive, exchange rate, dan transfer pricing serta menggunakan perusahaan manufaktur sebagai objek penelitian.
Tidak terdapat variabel mekanisme bonus serta tahun penelitian pada penelitian tersebut hanya pada tahun 2012 pada perusahaan manufkatur yang listed di BEI.
Pajak dan tunneling incentive berpengaruh positif signifikan terhadap transfer pricing dan exchange rate pada penelitian ini menunjukkan pengaruh positif namun tidak signifikan.
Grant Richardson (2013)
Determinants of transfer pricing aggressiveness: Empirical evidence from Australian firms.
Terdapat variabel transfer pricing
Tidak terdapat variabel exchange rate, mekanisme bonus , dan tunneling incentive
Menunjukkan bahwa firm size, profitability, leverage, intangible assets berpengaruh positif siginifikan terhadap keputusan transfer pricing perusahaan publik Australia serta perusahaan melakukan penggabungan efek dari aset tak berwujud dan multinasionalitas sebagai langkah untuk meningkatkan harga transfer.
Bersambung pada halaman berikutnya
27
No. 7.
Peneliti (Tahun) Ni Wayan Yuniasih : dkk (2012)
Judul Penelitian Pengaruh pajak dan tunneling incentive terhadap keputusan transfer pricing.
Tabel 2.1 (Lanjutan) Metodelogi Penelitian Persamaan Terdapat variabel tunneling incentive dan transfer pricing serta menggunakan rasio yang sama dalam pengukuran kedua variabel tersebut dan menggunakan perusahaan manufaktur yang listing di BEI sebagai sample dalam penelitiannya.
Perbedaan Objek penelitian tidak terdapat variabel exchange rate, dan mekanisme bonus, serta tahun pengambilan sample penelitian yang berbeda yakni 2008-2010.
Hasil Penelitian Menunjukkan hasil bahwa pajak dan tunneling incentive berpengaruh positif terhadap keputusan perusahaan melakukan skema transfer pricing.
Bersambung pada halaman berikutnya
28
No. 8.
Peneliti (Tahun) Tri Marta Chandraningrum (2011)
Judul Penelitian Mengenai pengaruh transfer pricing terhadap perencanaan pajak di perusahaan multinasional.
Tabel 2.1 (Lanjutan) Metodelogi Penelitian Persamaan Terdapat variabel transfer pricing.
Perbedaan Memiliki objek penelitian yang sama yakni transfer pricing namun dengan posisi variabel yang berbanding terbalik yakni transfer pricing sebagai variabel dependent sedangkan perencanaan pajak sebagai varibel independennya.
Hasil Penelitian Menunjukkan bahwa transfer pricing dapat mempengaruhi perencanaan pajak atau menekan beban pajak di perusahaan multinasional di Indonesia.
Sumber : Diolah dari berbagai referensi
29
C. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis 1. Pengaruh exchange rate terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing Berkembangnya dunia bisnis membuat berkembang pula motif
perusahaan
dalam
menerapkan
transfer
pricing
di
perusahaannya. Seperti yang disebutkan oleh Prem Sikka dan Hugh Willmott (2010:342), salah satu motif perusahaan menggunakan skema trasnfer pricing adalah mengejar arus kas. Saat ini perusahaan multinasional telah berlomba-lomba untuk dapat meluaskan jaringan pemasarannya ke luar negeri, Marfuah dkk. (2013:157) mengatakan karena perbedaan mata uang sebagian besar perusahaan multinasional meminta pertukaran satu valuta dengan valuta yang lain untuk melakukan pembayaran, karena nilai tukar valuta yang terus-menerus berfluktuasi, jumlah kas yang dibutuhkan untuk melakukan pembayaran juga tidak pasti. Konsekuensinya adalah jumlah unit valuta negara asal yang dibutuhkan untuk membayar bahan baku dari luar negeri bisa berubah-ubah walaupun pemasoknya tidak merubah harga. Sedangkan, arus kas perusahaan multinasional didenominasikan dalam beberapa mata uang dimana nilai setiap mata uang relatif kepada nilai dolar akan berbeda seiring dengan perbedaan waktu. Exchange rate yang berbeda-beda inilah yang nantinya akan mempengaruhi praktik transfer pricing pada perusahaan multinasional. 30
Penelitian yang dilakukan oleh Canri Chan, Landry dan Terrace (2003), yang menunjukkan bahwa exchange rate berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan transfer pricing dan hal tersebut sejalan dengan perumusan hipotesis. Namun penelitian yang dilakukan oleh Marfuah dan Andi Pooren Nur Azizah (2013) menunjukkan bahwa exchange rate memiliki pengaruh postif namun tidak signifikan terhadap keputusan transfer pricing. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Canri Chan, Landry, dan Terrace (2003) serta Marfuah dan Andi Pooren Nur Azizah (2013) terdapat perbedaan signifikansi mengenai pengaruh exchange rate sehingga perlu diuji kembali. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : H1: exchange rate berpengaruh terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing. 2. Pengaruh tunneling incentive terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing Ni Wayan Yuniasih dkk. (2012:4) mengatakan bahwa salah satu munculnya masalah keagenan antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas salah satunya adalah lemahnya perlindungan hak-hak pemegang saham minoritas, mendorong pemegang saham mayoritas untuk melakukan tunneling yang merugikan pemegang saham minoritas.
31
Mispiyanti (2016:66) mengatakan bahwa transaksi pihak berelasi dapat dimanfaatkan sebagai tujuan oportunis oleh pemegang saham pengendali untuk melakukan tunneling. Adapun transaksi pihak berelasi tersebut dapat berupa penjualan atau pembelian yang digunakan untuk mentransfer kas atau aset lancar lain keluar dari perusahaan melalui penentuan harga yang tidak wajar untuk kepentingan pemegang saham pengendali. Kemudian pemegang saham pengendali akan memperoleh kekuasaan dan insentif dalam suatu perusahaan tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Wayan Yuniasih dkk. (2012), Hartati dkk. (2015), dan Mispiyanti (2015) menunjukkan bahwa tunneling incentive berpengaruh signifikan terhadap keputusan transfer pricing. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : H2 : tunneling incentive berpengaruh terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing 3. Pengaruh mekanisme bonus terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing Saat ini lebih dari 60% perusahaan di dunia merupakan perusahaan yang berskala multinasional dan menggunakan transfer pricing dalam kegiatannya (Indah Dewi Nurhayati, 2013:32). Berbanding lurus dengan hal tersebut, berlalunya peristiwa Sarbanas Oxley telah menyebabkan meningkatnya kewaspadaan 32
serta pengawasan terhadap potensi manipulasi manajemen atas laporan keuangan. Hal tersebut seakan memberikan gambaran bahwa pihak manajemen memiliki potensi untuk memanipulasi pilihan metode yang digunakan oleh suatu organisasi untuk menghasilkan laporan keuangan yang dapat memaksimalkan jumlah keuntungan yang mereka dapat (Canri Chan., dkk 2003:35), dan transfer pricing merupakan metode yang dapat digunakan bagi pihak manajemen untuk melakukan hal tersebut. Keputusan mengenai harga transfer (transfer pricing) dalam organisasi yang terintegrasi secara vertikal memiliki dampak yang signifikan terhadap kompensasi insentif yang diterima pihak manajemen khususnya perdivisi. Tentu saja hal ini akan menimbulkan konflik antar divisi apabila penentuan harga transfer tidak dikonsolidasikan dengan baik (Yoon dan Theodore, 1998:139). Penelitian yang dilakukan oleh Ika Nurjanah dkk. (2015) dan Winda Hartati dkk. (2015) menunjukkan bahwa mekanisme bonus memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan transfer pricing. Namun penelitian yang dilakukan oleh Wafiroh dan Hapsari (2015) serta Mispiyanti (2015) menunjukkan bahwa mekanisme bonus tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan transfer pricing. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut terdapat inconsistency mekanisme bonus terhadap transfer pricing sehingga perlu diuji 33
kembali. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : H3 : mekanisme bonus berpengaruh terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing
34
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Berdasarkan uraian diatas terbentuk kerangka pemikiran sebagai berikut : Perusahaan Y
Perusahaan X
Hubungan Istimewa
Terdapat transfer pricing baik berupa barang atau jasa
Adanya kemungkinan penyelewengan dalam penggunaan kebijakan transfer pricing karena adanya perbedaan kepentingan perusahaan dengan peraturan OECD Guidlines dan UU PPh No. 36 tahun 2008
Pengaruh exchange rate, tunneling incentive , dan mekanisme bonus terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing
Landasan Teori:Agensi Teori
Bersambung pada halaman selanjutnya 35
Gambar 2.1 (Lanjutan)
Gambar 2.1 (Lanjutan) Variabel Independen: Exchange Rate
Variabel Dependen:
(X1) Tunneling Incentive (X2) Mekanisme Bonus (X3)
Keputusan Perusahaan Melakukan Transfer Pricing
Model Analisis :
Regresi Logistik
Pembahasan dan Hasil Pengujian
Kesimpulan dan Saran
36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kausalitas yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen yaitu exchange rate, tunneling incentive, dan mekanisme bonus terhadap variabel dependen yaitu trasnfer pricing. Populasi penelitian ini sektor manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2015. B. Metode Penetuan Sampel Sampel penelitian ini adalah sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemilihan sampel bertujuan (purposive sampling) dengan teknik berdasarkan pertimbangan tertentu (judgment sampling) yang melibatkan pemilihan subjek yang berada di tempat yang paling menguntungkan atau dalam posisi terbaik untuk memberikan informasi yang diperlukan (Uma Sekaran 2015:137), adapun peneliti menentukan samel penelitian dengan keriteria sebagai berikut : 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesai (BEI) pada periode 2013, 2014, hingga 2015. 2. Perusahaan sampel dikendalikan oleh perusahaan asing dengan persentase kepemilikan 20% atau lebih. Hal ini sesuai dengan PSAK No. 15 yang menyatakan bahwa pemegang saham pengendali adalah 37
pihak yang memiliki saham atau efek yang bersifat ekuitas sebesar 20% atau lebih. 3. Perusahaan sampel tidak mengalami kerugian selama periode pengamatan. 4. Perusahaan sampel mempunyai data laba/rugi selisih kurs. 5. Data laporan keuangan perusahaan sampel selalu tersedia untuk tahun pelaporan 2013 hingga 2015. 6. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan tahunan dalam satu jenis mata uang yaitu rupiah. C. Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah jenis data sekunder. Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh melalui metode dokumentasi yang merupakan salah satu metode dengan mengumpulkan catatan peristiwa yang telah lalu. Metode dokumentasi ini dilakukan dengan cara mengumpulkan laporan keuangan. Data pendukung lainnya diperoleh dengan metode studi pustaka dari jurnal-jurnal ilmiah, literatur yang memuat pembahasan berkaitan dengan penelitian ini. Data diperoleh dari www.idx.co.id yang berupa laporan tahunan (annual report). D. Metode Analisis Data Metode analisis data penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif yang diukur dalam suatu skala numerik atau angka (Mudrajad Kuncoro 2003:124). Dalam penelitian ini, analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengkuantifikasi data-data penelitian sehingga menghasilkan 38
informasi yang dibutuhkan dalam analisis. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model logit atau regresi logistik (logistic regression) dengan bantuan program IBM Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 22. Alasan penggunaan alat analisis regresi logistik (logistic regression) adalah karena variabel dependen bersifat dikotomi atau dummy, sehingga dapat dianalisis dengan regresi logistik (logistic regression) karena tidak perlu uji asumsi normalitas data pada variabel dependennya (Imam Ghozali 2013:333). 1. Uji Statistik Deskriptif a. Uji Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini. Uji deskriptif yang digunakan, antara lain rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum dan minimum. Statistik deskriptif menyajikan ukuran-ukuran numerik yang sangat penting bagi data sampel, sehingga secara konstektual dapat lebih mudah dimengerti oleh pembaca. b. Uji Frekuensi Frekuensi deskriptif adalah susunan data menurut kelas-kelas tertentu atau pengelompokkan data ke dalam kategori yang menunjukkan banyaknya data dalam setiap kategori, dan setiap data tidak dapat dimasukkan ke dalam dua atau lebih kategori.
39
2. Analisis Regresi Logistik Analisis regresi logistik merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, dalam hal ini variabel dependennya dalam bentuk variabel dummy (diantara 0 dan 1). Dalam analisis regresi logistik tidak memerlukan uji asumsi klasik karena didalam analisis regresi logistik dihasilkan suatu analisis model fit yang menggambarkan apakah data dari penelitian ini baik untuk digunakan dalam penelitian. Uji yang dilakukan dalam uji regresi logistik adalah sebagai berikut: a. Menilai Kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Langkah pertama adalah menilai overall fit model terhadap data. Beberapa tes statistik diberikan untuk menilai hal ini. Hipotesis untuk menilai model fit adalah: H0 : Model yang dihipotesakan fit dengan data HA : Model yang dihipotesakan tidak fit dengan data Dari hipotesis ini jelas bahwa kita tidak akan menolak hipotesa nol agar supaya model fit dengan data. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi likelihood. Likelihood L dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesakan menggambarkan data input.
Untuk
menguji
hipotesis
nol
dan
alternatif,
L
ditransformasikan menjadi -2LogL. Penurunan likelihood (-2LL)
40
menunjukkan model regresi yang baik atau dengan kata lain model yang dihipotesikan fit dengan data. b. Uji Koefisien Determinasi Cox dan Snell’s R square merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R² pada multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1 (satu) sehingga sulit diinterpretasikan. Nagelkerke’s R square merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan Snell untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) samapai 1 (satu). Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox dan Snell R² dengan nilai maksimumnya. Nilai nagelkerke’s R² dapat diintrepretasikan seperti nilai R² pada multiple regression. Nilai nagelkerke’s R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variabel-variabel terikat sangat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. c. Uji Kelayakan Model Regresi Uji Hosmer dan Lemeshow digunakan untuk menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Jika nilai Hosmer and Lemeshow Goodness-of-fit test statistics sama dengan atau kurang dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan 41
nilai observasinya sehingga goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow Goodness-of-fit lebih besar dari 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya. d. Uji Matriks Klasifikasi Uji matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksidari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan dalam membuat keputusan transfer pricing. Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan terjadinya variabel terikat dinyatakan dalan persen. e. Pengujian Hipotesis Penelitian Estimasi parameter menggunakan Maximum Likelihood Estimation (MLE). Ho = b1 = b2 = b3 = ...= bi = 0 Ho ≠ b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ ...≠ bi ≠ 0 Hipotesis nol menyatakan bahwa variabel independen (X) tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel respon yang diperhatikan (dalam populasi). Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan α = 5%. Kaidah pengambilan keputusan adalah: 1) Jika nilai probabilitas (sig) < α maka hipotesis alternatif didukung 42
2) Jika nilai probabilitas (sig) > α maka hipotesis alternatif tidak didukung f. Model Regresi Logistik yang Terbentuk Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik dengan melihat pengaruh exchange rate, tunneling incentive, dan mekanisme bonus terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing. Adapun model regresi dalam penelitian ini adalah:
𝐥𝐧(
𝐩 ) = 𝐓𝐏 = 𝛂 + 𝛃𝟏 𝐄𝐑 + 𝛃𝟐 𝐓𝐍𝐂 + 𝛃𝟑 𝐁𝐎𝐍𝐔𝐒 + 𝛆 𝟏−𝐩
Keterangan : TP
: Transfer Pricing, 1 untuk perusahaan yang melakukan Penjualan ke pihak yang mempunyai hubungan istimewa, 0 untuk perusahaan yang tidak melakukan penjualan ke pihak yang mempunyai hubungan istimewa
𝛼
: Konstanta
𝛽1 − 𝛽3
: Keofisien variabel independen
ER
: Exchange Rate
TNC
: Tunneling Incenive
BONUS
: Mekanisme Bonus
43
E. Operasionalisasi Variabel Pada bagian ini akan diuraikan definisi masing-masing variabel yang digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya. 1. Exchange Rate Exchange rate adalah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat ini atau dikemudian hari antara dua mata uang masing-masing negara atau wilayah. Variabel independen dalam penelitian ini adalah exchange rate. Dimana variabel exchange rate dihitung berdasarkan skala rasio dari laba atau rugi selisih kurs dibagi dengan laba atau rugi penjualan, dengan rumus sebagai berikut (Marfuah dan Andri Puren N.A. 2013) :
𝐄𝐱𝐜𝐡𝐚𝐧𝐠𝐞 𝐑𝐚𝐭𝐞 =
𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐑𝐮𝐠𝐢 𝐒𝐞𝐥𝐢𝐬𝐢𝐡 𝐊𝐮𝐫𝐬 𝐱 𝟏𝟎𝟎% 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐑𝐮𝐠𝐢 𝐒𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤
2. Tunneling Incentive Tunneling merupakan perilaku manajemen atau pemegang saham mayoritas yang mentransfer aset dan profit perusahaan untuk kepentingan mereka sendiri, namun biaya dibebankan kepada pemegang saham minoritas.Variabel independen dalam penelitian ini adalah tunneling incentive (TNC). Dimana variabel tunneling incentive diproksikan dengan persentase kepemilikan saham oleh pihak asing atau perusahaan asing 20% atau lebih. Karena kepemilikan saham 20% atau lebih,atau yang biasa disebut equity method, bisa mempengaruhi atau
44
mengontrol kegiatan operasional perusahaan. Pengukuran variabel ini dilakukan dengan menggunakan skala rasio, dengan rumus sebagai berikut (Yuniasih dkk, 2012) : 𝐓𝐍𝐂 =
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐊𝐞𝐩𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐓𝐞𝐫𝐛𝐞𝐬𝐚𝐫 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐁𝐞𝐫𝐞𝐝𝐚𝐫
3. Mekanisme Bonus Mekanisme bonus adalah pemberian imbalan diluar gaji kepada direksi perusahaan atas hasil kerja yang dilakukan dengan melihat prestasi kerja direki itu sendiri. Prestasi kerja yang dilakukan dapat dinilai dan diukur berdasarkan suatu penilaian yang telah ditentukan perusahaan secara objektif. Variabel independen dalam penelitian ini adalah adalah mekanisme bonus. Dimana variabel mekanisme bonus diproksikan dengan indeks trend laba bersih (ITRENDLB). Pengukuran variabel ini menggunakan skala rasio dengan rumus sebagai berikut ( Winda Hartati dkk, 2014):
𝐈𝐓𝐑𝐄𝐍𝐃𝐋𝐁 =
𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐭 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐭 − 𝟏
4. Transfer Pricing Transfer pricing dalam penelitian ini diproksikan melalui keberadaan penjualan kepada pihak-pihak yang memliki hubungan istimewa. Hal tersebut dianggap mampu memberikan kemungkinan bahwa perusahaan tersebut melakukan transfer pricing kepada pihak 45
afiliasinya. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah transfer pricing. Transfer pricing merupakan dummy variable dimana sampel akan bernilai 1 jika perusahaan manufaktur melakukan penjualan kepada pihak yang memiliki hubungan istimewa, sedangkan sampel akan bernilai 0 jika perusahaan manufaktur tidak melakukan penjualan kepada pihak yang memiliki hubungan istimewa (Yuniasih dkk, 2012)
46
No. 1.
2.
3.
4.
Variabel
Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian Jenis Indikator Variabel
ExchaExchange Rate nge Rate IndepenLaba Rugi Selisih Kurs (Marfuah den = dan Laba Rugi Sebelum Pajak Andri P. : 2013) Tunneling Incentive (Ni Yawan Yuniasih dkk, 2012)
Rasio
TNC Independen
=
Jumlah Kepemilikan Saham Terbesar Jumlah Saham Beredar
MekanisITRENDBL me IndepenLaba Bersih Tahun t Bonus den = (Winda Laba Bersih Tahun t − 1 Hartati dkk ,2014) Transfer Pricing (Ni Wayan Yuniasih dkk, 2012)
Skala
Dependen
Rasio
Rasio
1 = adanya transaksi penjualan dengan pihak istimewa 0 = tidak ada transaksi penjualan dengan pihak istimewa
Nominal
47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Penelitian Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2013-2015. Fokus penelitian ini adalah ingin melihat pengaruh exchange rate, tunneling incentive, dan mekanisme bonus terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing. Perusahaan sektor manufaktur termasuk ke dalam secondary sectors, yang mana satu dari tiga sektor yang di Bursa Efek Indonesia yakni (1) primary sectors yang terdiri dari sub sektor agrikultur dan pertambangan, (2) secondary sectors yang terdiri dari sub sector basic industry kimia, sektor industri aneka macam, serta sektor barang konsumsi, dan (3) tertiary sectors terdiri dari sub sektor properti dan real estate, sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi, sektor keuangan serta sektor perdagangan, jasa dan investasi. Perusahaan sektor manufaktur adalah suatu perusahaan yang menghasilkan atau memproduksi barang yang akan didistribusikan kepada distributor atau konsumen akhir untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk menentukan sampel adalah metode purposive sampling. Penelitian ini mengambil sampel selama tiga tahun yakni tahun 2013-2015. Penelitian secara 48
purposive sampling mengindikasikan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan representasi dari populasi yang ada serta sesuai dengan tujuan penelitian. Data yang digunakan yakni diambil dari laporan keuangan dan annual report pada 2013, 2014, dan 2015 yang diakses melalui website www.idx.co.id. Adapun proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tampak pada tabel 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1 Tahap Penyeleksian Sampel dengan Kriteria No. Kriteria Jumlah Tahun Jumlah tahun perusahaan sektor 1 manufaktur yang terdaftar di BEI 424 periode 2013-2015 Jumlah tahun perusahaan sektor 2 manufaktur yang tidak konsisten (37) terdaftar di BEI periode 2013-2015 Jumlah tahun perusahaan sektor manufaktur yang mengalami 3 (204) kerugian dan tidak menggunakan rupiah dalam laporannya Jumlah tahun perusahaan manufaktur yang tidak memiliki persentase 4 (117) kepemilikan asing minimal 20% dan tidak memiliki laba rugi selisih kurs Jumlah tahun perusahaan yang 5 dijadikan sampel selama periode 66 pengamatan Sumber : Data sekunder yang diolah Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah tahun perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2013-2015 berjumlah 424. Dari 424 perusahaan dalam tahun perusahaan tersebut terdapat 37 yang tidak konsisten terdaftar di BEI pada periode
49
2013-2015, selain itu terdapat 204 yang mengalami kerugian dan tidak menggunakan rupiah dalam laporannya, serta terdapat 117 yang tidak memiliki kepemilikan asing minimal 20% dan tidak memiliki laba rugi selisih kurs. Sehingga perusahaan sektor manufaktur dalam tahun perusahaan yang dijadikan sampel adalah sebanyak 66 atau dengan kata lain terdapat 22 perusahaan yang dijadikan sampel penelitian. Adapun daftar perusahaan yang dijadikan sampel dapat dilihat pada lampiran. B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi logistik (logistic regression). Tujuannya untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai pengaruh variabel independen (exchange rate, tunneling incentive, dan mekanisme bonus) terhadap variabel dependen yakni transfer pricing. 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif a. Hasil Uji Deskriptif Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi varibel independen (Y) yaitu transfer pricing serta variabel dependen (X) yaitu exchange rate, tunneling incentive, dan mekanisme bonus. Hasil pengujian variabel-variabel tersebut secara deskriptif dapat dilihat dalam tabel 4.2
50
Tabel 4.2 Hasil Uji Deskriptif N 66 66 66
Min. Max. -68.66 142.66 .25567 992.2859 .16944 .979750
Sum -79.11 1054.609 37.44184
ER BNS TIN Valid N 66 listwis Sumber: Data sekunder yang diolah
Std. Mean Deviation -1.1987 26.12229 15.97892 122.024653 .5673006 .239630948
Tujuan dari hasil uji statistik deskriptif adalah untuk melihat kualitas data penelitian yang ditunjukkan dengan angka atau nilai yang terdapat pada mean dan standar deviasi. Dapat dikatakan apabila mean lebih besar daripada standar deviasinya maka kualitas data adalah lebih baik. Berdasarkan tabel 4.2 hasil analisis menggunakan statistik deskriptif exchange rate menunjukkan nilai rata-rata -1.198. Hal ini menunjukkan bahwa exchange rate pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2013-2015 rata-rata sebesar 119.8%. Hal ini dikarenakan rentang variasi exchange rate yang cukup tinggi yang ditunjukkan dengan besarnya selisih nilai maksimum 142.66 dengan nilai minimum -68.66 serta standar deviasi dalam variabel ini adalah 26.122. Variabel tunneling incentive memiliki nilai rata-rata sebesar 0.567. Hal ini menunjukkan bahwa tunneling incentive yang diproksikan dengan kepemilikan saham oleh pihak asing pada perusahaan yang 51
terdaftar di BEI periode 2013-2015 rata-rata sebesar 56.7%. Ini menunjukkan
bahwa
kepemilikan
perusahaan
cenderung
terkonsentrasi pada sebagian kecil pihak. Selanjutnya untuk nilai maksimum, minimum, dan standar deviasi pada variabel ini adalah sebesar 0.979, 0.169, dan 0.239. Adapun variabel mekanisme bonus memperlihatkan nilai rata-rata 15.978. Hal ini dikarenakan rentang variasi bonus yang cukup tinggi yang ditunjukkan dengan besarnya selisih nilai maksimum 992.285 dengan nilai minimum 0.255, adapun nilai standar deviasi pada variabel ini adalah 122.024. b. Hasil Uji Frekuensi Tabel 4.3 Hasil Uji Frekuensi Transfer Pricing Valid Frequency Percent Percent Valid
Cumulative Percent
0
5
7,6
7,6
7,6
1
61
92,4
92,4
100,0
66
100,0
100,0
Sumber : Output SPSS Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan distribusi frekuensi untuk variabel transfer pricing. Dari total 66 sampel perusahaan, ada 5 perusahaan yang tidak melakukan praktik transfer pricing atau sekitar 7.6% dan sisanya sebesar 61 perusahaan melakukan praktik transfer pricing yang ditunjukkan dengan adanya penjualan dengan 52
pihak yang mempunyai hubungan istimewa atau sekitar 92.4%. Perbandingan tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan manufakur yang terdafatr di BEI menggunakan skema transfer pricing. 2. Hasil Analisis Regresi Logistik Regresi logistik digunakan untuk menguji pengaruh variabel exchange rate, tunneling incentive, dan mekanisme bonus terhadap variabel transfer pricing yang bersifat dummy (adanya transaksi penjualan dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa). Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan uji regresi logistik dengan tingkat signifikansi (𝛼) sebesar 5 persen. Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness Fit Test. Uji yang dilakukan dalam regresi logisik adalah sebagai berikut (Imam Ghozali, 2103) : a. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model fit dengan data baik sebelum atau sesudah variabel bebas dimasukkan ke dalam model. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL) pada akhir (Block Number = 1). Adanya pengurangan nilai antara -2 Log Likelihood awal dan pada -2 Log Likelihood akhir menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit
53
dengan data. Berikut ini disajikan data hasil uji kesesuaian keseluruhan model : Tabel 4.4 Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model Keterangan
-2 Log Likelihood
Block Number = 0
35.413
Block Number = 1
18.097
Sumber : Output SPSS Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh informasi bahwa dimana nilai awal (Block Number = 0) model yang hanya memasukkan konstanta mempunyai nilai -2LL sebesar 35.413. Sedangkan pada nilai akhir (Block Number = 1) mengalami penurunan setelah masuknya beberapa variabel independen dalam penelitian, nilai -2LL seebsar 18.097. Penurunan ini menunjukkan model regresi yang baik dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data, artinya penambahan variabel bebas yaitu exchange rate, tunneling incentive, dan mekanisme bonus akan memperbaiki model fit penelitian ini. b. Hasil Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabilitas variabel-variabel independen mampu menperjelas variabilitas variabel dependen. Koefisien determinasi pada regresi logistik dapat dilihat pada nilai Nagelkerke R Square. Berikut hasil pengujian koefisien determinasi : 54
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Koefisien Determinasi Step 1
-2 Log
Cox & Snell R
Nagelkerke R
likelihood
Square
Square
18.097a
.231
.556
Sumber : Output SPSS Tabel 4.5 menunjukkan nilai Nagelkerke R Square 0.556 yang berarti variabilias variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 55.6% sisanya sebesar 44.4% dijelaskan oleh variabel-variabel lain seperti debt covenant, tax minimization, ukuran perusahaan, profitabilitas serta variabelvariabel lain yang berada diluar model penelitian atau secara bersama-sama variasi variabel exchange rate, tunneling incentive, dan mekanisme bonus dapat menjelaskan keputusan perusahaan melakukan transfer pricing sebesar 55,6%. c. Hasil Uji Kelayakan Model regresi Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Berikut ini disajikan data hasil pengujian kelayakan model regresi : Tabel 4.6 Hasil Uji Kelayakan Model Regresi Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test Step Chi-square Df Sig. 1 1.087 7 .993 Sumber : Output SPSS
55
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan nilai Chi-square sebesar 1,087 dengan
signifikansi sebesar 0,993. Berdasarkan hasil tersebut
karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka model dapat disimpulkan mampu memprediksi model observasinya. d. Hasil Matriks Klasifikasi Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan membuat keputusan transfer pricing. Hasil uji mariks klasifikasi ditunjukkan pada tabel 4.7 : Tabel 4.7 Hasil Uji Matriks Klasifikasi Predicted Observasi
Step 1 TP
TP
Percentage Correct
0
1
0
1
4
20.0
1
1
60
98.4
Overall Percentage
92.4
Sumber : Output SPSS Tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa kekuatan model regresi dalam memprediksi keputusan perusahaan melakukan transfer pricing adalah sebesar 98,4% yaitu dari total 61 sampel yang akan diprediksi melakukan transfer pricing sedangkan kekuatan prediksi model untuk sampel yang tidak melakukan transfer pricing adalah 20% 56
yang berarti bahwa pada model regresi yang digunakan terdapat 20% perusahaan yang diprediksi melakukan transfer pricing dari total 5 perusahaan yang melakukan transfer pricing. e. Hasil Hipotesis dan Model Regresi Terbentuk Model regresi yang terbentuk disajikan pada tabel dibawah ini : Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Regresi Logisik
Step 1a
Variabel
B.
Sig.
Exchange Rate
0,90
0,028
Tunneling Incentive
16,133
0,035
Mekanisme Bonus
0,002
0,958
Constant
-2,757
0,187
Sumber : Output SPSS Hasil pengujian terhadap koefisien regresi logistik menghasilkan model berikut ini : Ln (p/1-p) = TP = -2,757+0,90ER+16,133TNC+0,002BONUS+𝜀 Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa variabel exchange rate sebagai variabel independen memiliki koefisien regresi positif sebesar 0,90 dengan tingkat signifikansi 0,028 yang berada dibawah 0,05 (5%). Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 𝛼 = 5% maka hipotesis kesatu (Ha1) diterima artinya exchange rate berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing. 57
Variabel tunneling incentive sebagai variabel independen memiliki koefisiensi regresi positif sebesar 16,133 dengan tingkat signifikansi 0,035 yang berada dibawah 0,05 (5%). Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 𝛼 = 5% maka hipotesis kedua (Ha2) diterima artinya tunneling incentive berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing. Variabel mekanisme bonus memiliki koefisiensi regresi positif sebesar 0,002 dengan tingkat signifikansi 0,958 yang berada diatas 0,05% (5%). Karena tingkat signifikansi lebih besar dari 𝛼 = 5% maka hipotesis ketiga (Ha3) tidak diterima artinya mekanisme bonus tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing. C. Pembahasan 1. Pengaruh Exchange Rate terhadap Keputusan Perusahaan Melakukan Transfer Pricing Hasil uji koefisien regresi logistik menunjukkan bahwa tingkat signifikansi yang dimiliki oleh variabel exchange rate sebesar 0,028<0,05 dan koefisien regresi positif sebesar 0,90. Hal ini menandakan bahwa exchange rate berpengaruh terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing. Sartono (2001) dalam Suciati dan Machfoedz (2002:349) mengatakan bahwa pengertian nilai tukar mata uang menurut FASB adalah rasio antara suatu unit mata uang dengan sejumlah mata uang lain 58
yang bisa ditukar pada waktu tertentu. Arus kas perusahaan multinasional didenominasikan dalam beberapa mata uang dimana nilai setiap mata uang relatif kepada nilai dolar akan berbeda seiring dengan perbedaan waktu. Exchange rate yang berbeda-beda inilah yang nantinya akan mempengaruhi praktik transfer pricing pada perusahaan multinasional (Marfuah dan Pooren : 2013). Penelitian ini membuktikan bahwa exchange rate berpengaruh terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing yang didukung oleh penelitian Canri Chan dkk, 2003 yang dalam penelitiannya menyatakan bahwa exchange rate berpengaruh terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing. Hal ini sejalan dengan hipotesis bahwa exchange rate berpengaruh terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing dikarenakan pada pihak agen (manajemen) cenderung menggunakan perbedaan nilai tukar mata uang untuk meluruskan tujuannya dalam menggunakan transfer pricing yang terlihat pada laporan keuangan dalam akun laba rugi selisih kurs dari aktivitas operasi dan laba rugi sebelum pajak dimana hal tersebut dapat mewakili bagaimana tingkat kecenderungan pihak manajemen dalam memanfaatkan perbedaan nilai tukar mata uang yang dihadapi perusahaan dalam penggunaanya dengan transfer pricing. Oleh karena itu diharapkan adanya pengawasan yang lebih ketat baik dari pihak internal perusahaan dan ekternal perusahaan khususnya pemerintah dalam menjaga stabilisasi perekonomian dan
mengawasi jalannya 59
kinerja perusahaan khususnya pada perusahaan yang melakukan praktek transfer pricing.. 2. Pengaruh Tunneling Incentive terhadap Keputusan Perusahaan Melakukan Transfer Pricing Hasil uji koefisien regresi logistik menunjukkan bahwa tingkat signifikansi yang dimiliki oleh variabel tunneling incentive sebesar 0,035<0,05 dan koefisien regresi positif sebesar 16,133. Hal ini menandakan
bahwa
tunneling
incentive
berpengaruh
terhadap
keputusan perusahaan melakukan transfer pricing yang didukung oleh penelitian Ni Wayan Yuniasih dkk. (2012), Hartati dkk. (2015), dan Mispiyanti (2016) menunjukkan bahwa tunneling incentive berpengaruh signifikan terhadap keputusan transfer pricing. Hal ini sejalan dengan hipotesis bahwa tunneling incentive berpengaruh terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing dikarenakan tunneling merupakan salah satu perilaku manajemen atau pemegang saham mayoritas yang melakukan transfer kekayaan perusahaan yang berhubungan dengan kepentingan mereka pribadi namun biaya transfer tersebut dibebankan kepada pemegang saham minoritas. Mispiyanti (2015) mengatakan bahwa transaksi pihak berelasi dapat dimanfaatkan sebagai tujuan oportunis oleh pemegang saham pengendali untuk melakukan tunneling. Adapun transaksi pihak berelasi tersebut dapat berupa penjualan atau pembelian yang digunakan untuk mentransfer kas atau aset lancar lain keluar dari perusahaan 60
melalui penentuan harga yang tidak wajar untuk kepentingan pemegang saham pengendali. Kemudian pemegang saham pengendali akan memperoleh kekuasaan dan insentif dalam suatu perusahaan tersebut. Adapun contoh lain kegiatan tunneling adalah tidak membagikan deviden, menjual aset atau sekuritas dari perusahaan yang mereka kontrol ke perusahaan lain yang mereka miliki dengan harga di bawah harga pasar, dan memilih anggota keluarganya yang tidak memenuhi kualifikasi untuk menduduki posisi penting di perusahaan (La porta,et al., 2000 dalam Wafiroh dan Hapsari, 2015). Oleh karena itu diharapkan adanya pengawasan yang lebih ketat terutama pada internal perusahaan dalam mengawasi penggunaan transfer pricing untuk menciptakan keadilan bagi stakeholder perusahaan. 3. Pengaruh Mekanisme Bonus terhadap Keputusan Perusahaan Melakukan Transfer Pricing Hasil uji koefisien regresi logisik menunjukkan bahwa tingkat signifikansi variabel mekanisme bonus sebesar 0,958>0,05 dan koefisien regresi logistik sebesar 0,002. Hal ini menandakan bahwa mekanisme bonus tidak berpengaruh terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing. Hal tersebut mengindikasikan bahwa mekanisme bonus bukanlah alasan kuat yang dapat dipakai oleh manajemen dalam pertimbangan melakukan praktik transfer pricing. Hal ini berlawanan dengan penyusunan hipotesis yang menunjukkan
bahwa
mekanisme
bonus
berpengaruh
terhadap 61
keputusan perusahaan melakukan transfer pricing sekaligus tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ika Nurjanah dkk. (2015) dan Winda Hartati dkk. (2015) menunjukkan bahwa mekanisme bonus memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan transfer pricing. Namun penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Wafiroh dan Hapsari (2015) serta Mispiyanti (2015) menunjukkan bahwa mekanisme bonus tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan transfer pricing. Wafiroh dan Hapsari (2015) mengatakan bahwa hal ini dikarenakan jika hanya karena motif ingin mendapatkan bonus direksi berani melakukan transaksi transfer pricing guna memberikan kenaikan laba sementara untuk perusahaan maka hal ini sangat tidak etis mengingat terdapat kepentingan yang jauh lebih besar lagi yaitu menjaga nilai perusahaan dimata masyarakat dan pemerintah dengan menyajikan laporan keuangan yang lebih mendekati kenyataan dan dapat digunakan untuk tujuan pengambilan keputusan yang lebih penting bagi perusahaan kedepannya.
62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2015 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa exchange rate berpengaruh terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Canri Chan dkk, 2003 yang menyatakan bahwa exchange rate berpengaruh terhadap transfer pricing. 2. Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa tunneling incentive berpengaruh terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan Ika Nurjanah dkk. (2015) dan Winda Hartati dkk. (2015) menunjukkan bahwa mekanisme bonus memiliki pengaruh terhadap keputusan transfer pricing. 3. Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa mekanisme bonus tidak berpengaruh terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing. Hal ini bertentangan dengan penyusunan hipotesis bahwa manajemen cenderung menaikkan laba divisi atau perusahannya agar kinerjanya terlihat baik
yang tentu saja hal tersebut berbanding lurus dengan 63
kompensasi bonus yang akan diterima oleh manajemen dan salah satu skema yang dapat digunakan adalah transfer pricing. Penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ika Nurjanah dkk. (2015) dan Winda Hartati dkk. (2015) menunjukkan bahwa mekanisme bonus memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan transfer pricing namun penelitian ini didukung oleh Wafiroh dan Hapsari (2015) mengatakan bahwa sangat tidak etis jika manajemen mengorbankan kepentingan dan nama baik perusahaan di mata masyarakat maupun pemerintah dengan menaikkan sementara laba perusahaan yang tentu saja akan memanipulasi laporan keuangan yang dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan. B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada ilmu akuntansi serta manajemen khususnya mengenai praktik transfer pricing. Selain itu diharapkan dapat menambah informasi mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perusahaan melakukan transfer pricing dan dalam penelitian ini faktornya adalah exchange rate dan tunneling incentive. Penelitian lain dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil penelitian lain yang lebih berkualitas dengan beberapa masukkan diantaranya : 1. Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat menambah faktor lain yang mungkin berpengaruh terhadap keputusan perusahaan melakukan 64
transfer pricing. Seperti debt covenant yang disarankan oleh Ika Nurjanah dkk, 2015 bahwa sesuai dengan debt hypothesis dimana perusahaan yang memiliki rasio utang tinggi cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat menaikkan laba perusahaannya. 2. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan rentang waktu yang lebih lama karena periode yang lebih lama diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih baik. 3. Proksi yang digunakan dalam pengukuran transfer pricing pada penelitian ini terbatas dengan ada atau tidaknya penjualan dengan pihak yang
mempunyai
hubungan
istimewa.
Penelitian
kedepannya
diharapkan dapat menggunkan proksi lain jika datanya dimungkinkan untuk tersedia
65
DAFTAR PUSTAKA Anthony, R, N, "Management Control System", Dalam V, Govindarajan, "Sistem Pengendalian Manajemen" (hal. 249), Jakarta: Salemba Empat, 2005. Cecchini, Mark, Robert Leitch, Caroline Strobel, "Multinational Transfer Pricing: A Transaction Cost and Resource Based View", Journal of Accounting Literature, 1, 2013. Chan, Canri,Steven P. Landry, Terrance Jalbert, "On International Transfer Pricing Decisions", International Business & Economics Research Journal Volume 3, Number 3, 1, 2003. Chandraningrum, Tri, Marta, "Pengaruh Transfer Pricing terhadap Perencanaan Pajak Bagi Perusahaan Multinasional", Universitas Negeri Suarabaya, 2009. Choi, K, Yoon, Theodore, Day, “Transfer Pricing, Incentive Compensation, and Tax Avoidance in a Multi-Divisoin Firm”, Kluwer Academic Publisher, 1998. Fatmariani, "Pengaruh Struktur Kepemilikan, Debt Covenant, dan Growth Opportunities Terhadap Konservatisme Akuntansi pada Perusahaan Manufaktur yang Tedaftar di Bursa Efek Indonesia", Universitas Negeri Padang, 2, 2008. Fuadah, Lukluk, "Analisa Transaksi-Transaksi yang Terjadi dalam Masalah Transfer Pricing pada Kasus PT. Asian Agri di Indonesia", Jurnal Keuangan dan Bisnis Volume 6 No.2 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Musi Palembang , 114, 2008. Gayatrie, Christina, Retno, "Skema Bonus dalam Keputusan Akuntansi Manajer", JABPI Vol.22 No.2 Politeknik Negeri Semarang, 2014. Ghazali, Imam, "Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21", Edisi 7, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2013. Godfrey, J., Hodgson, Allan, Ann Tarca, Jane Hamilton, and Scott Holmes, "Accounting Theory 7 Edition", John Willey and Sons, Sydney, 1994 Goeltom, Miranda, Doddy Zulverdi, "Manajemen Nilai Tukar di Indonesia dan Permsalahannya", Journalbankingindoensia.org, 1998. 66
Harimurti, Fajar, "Aspek Perpajakkan dalam Praktik Transfer Pricing", Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan Vol.7 No.1 Universitas Slamet Riyadi Surakarta, 2007. Hartati, Winda, Desmiyanti, Azlina, "Pengaruh Pajak dan Mekanisme Bonus terhadap Keputusan Transfer Pricing", Jurnal Simposium Nasional Akuntansi 17 Lombok, 10, 2014. Hartati, Winda, Desmiyawati, Julita, "Tax Minimization, Tunneling Incentive, dan Mekanisme Bonus terhadap Keputusan Perusahaan Melakukan Transfer Pricing", Jurnal Simposium Nasional Akuntansi 18 Medan, 2015. Idris, Umar, 2013, "Sengketa Pajak Toyota Motor Menanti Palu Hakim", http:/ / nasional.kontan.co.id/news/sengketa-pajak-toyota-motor-menanti-paluhakim, Diakses tanggal 19 Juni 2017. Kewal, Suramaya, Suci, "Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB terhadap Indeks Harga Saham Gabungan", Jurnal Economia Vol.8 No.1 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Musi Palembang, 2012. Klassen, J, Kenneth, Petro Lisowsky, Devan Mescall, "Transfer Pricing; Strategies, Practice, and Tax Minimization", Contemporary Accounting Research, 2016. Marfuah, Andi Pooren Nur Azizah, "Pengaruh Pajak, Tunneling Incentive,dan Exchange Rate pada Keputusan Perusahaan Melakukan Transfer Pricing", Accounting Department, Faculty Economics Universitas Islam Indonesia, 157, JAAI Volume 18 No.2, 2014. Mispiyanti. "Pengaruh Pajak,Tunneling Incentive, dan Mekanisme Bonus terhadap Keputusan Perusahaan Melakukan Transfer Pricing", STIE Putra Bangsa Vol. 16 No. 1, 2015. Mulyani, Neny, "Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah, dan Produk Domestik Bruto terhadap Jakarta Islamic Index", Jurnal Bisnis dan Manajemen Eksekutif Vol.1 No.1 Universitas Terbuka, 2014. Nurhayati, Indah, Dewi, "Evaluasi Perlakuan Perpajakan Terhadap Transaksi Transfer Pricing Pada Perusahaan Multinasional Di Indoensia", Jurnal Manajemen dan Akuntansi Volume 2 No.1 FE Universitas Widyagama Malang, 32, 2013. Nurjanah, Ika, Isnawati, Antonius G. Sondakh, "Faktor Determinan Keputusan Perusahaan Melakukan Transfer Pricing", Universitas Lambung Mangkurat, 2015. 67
Purwanti, Lilik, "Kecakapan Managerial, Skema Bonus, Manajemen Laba, dan Kinerja Perusahaan". Jurnal Aplikasi Manajemen Vol.8 No.2 Universitas Brawijaya Malang, 2008. Riahi, Ahmed, Belkaoui, Accounting Theory. Jakarta: Salemba Empat, 2007. Richardson, Grant, Grantley Taylor, Roman Lanis, "Determinants of Transfer Pricing Aggressiveness: Empirical Evidence from Australian Firms", Journal of Contemporary Accounting and Economics, 2013. Rossing, Christian Plesner, "Tax Strategy Control : The Case of Transfer Pricing Tax Risk Management", Management Accounting Research 24, 2013. Santoso, I. (2004). Advance Pricing Agreement dan Problematika Transfer Pricing dari Perspektif Perpajakkan Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.6 No.2 Universitas Indonesia. Septarini, Nisa, "Regulasi dan Praktik Transfer Pricing di Indonesia dan Negara Maju", Universitas Negeri Surabaya, 2012. Setiawan, Hadi, "Transfer Pricing dan Resikonya Terhadap Penerimaaan Negara", www.kemenkeu.go.id, diakses tanggal 20 Maret 2017. Sikka, Premm, Hugg Willmott, "The Dark Side of Transfer Pricing : Its Role in Tax Avoidance and Wealth", Critical Perspectives on Accounting 21 , 342, 2010. Suciwati, Desak Putu, Mas'ud Machfoedz, "Pengaruh Resiko Nilai Tukar Rupiah terhadap Return Saham : Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di BEJ", Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol.17 No.4 Universitas Gadjah Mada, 2002. Wafiroh, Novi Lailiyul, Niken Nindya Hapsari, "Pajak, Tunneling Incentive,dan Mekanisme Bonus Terhadap Keputusan Transfer Pricing", El-Muhasaba Vol.6 No.2 Univerisitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2015. Yuniasih, Ni Wayan, Ni Ketut Rasmini, Made Gede Wirakusuma, "Pengaruh Pajak dan Tunneling Incentive pada Keputusan Transfer Pricing Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia", Jurnal Simposium Nasional Akuntansi Unikal XV, 2012.
68
LAMPIRAN
69
Lampiran 1 Daftar Nama Perusahaan yang dijadikan Sampel Penelitian Tahun 2013-2015 Kode AMFG ARNA ASII AUTO BTON CEKA CPIN DLTA DVLA ICBP INDF JPFA LION LMSH MERK SMCB SQBI SRSN TOTO UNIT UNVR WIIM
Nama Perusahaan Asahimas Flat Glass Tbk. Arwana Citra Mulia Tbk. Astra International Tbk. Astra Auto Part Tbk. Beton Jaya Manunggal Tbk. Cahaya Kalbar Tbk. Charoen Pokphand Indonesia Tbk. Delta Djakarta Tbk. Darya Varia Laboratoria Tbk. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Indofood Sukses Makmur Tbk. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Lion Metal Works Tbk. Lionmesh Prima Tbk. Merck Tbk. Holcim Indonesia Tbk. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. Indo Acitama Tbk. Surya Toto Indonesia Tbk. Nusantara Inti Corpora Tbk. Unilever Indonesia Tbk. Wismilak Inti Makmur Tbk.
70
Exchange Rate 2013 (Lampiran 2) No.
Kode
Nama Perusahaan
1 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk. 2 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk. Astra International Tbk. 3 ASII 4 AUTO Astra Auto Part Tbk. 5 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk. 6 CEKA Cahaya Kalbar Tbk. 7 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk. 8 DLTA Delta Djakarta Tbk. 9 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk. 10 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. 11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk. 12 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk. 13 LION Lion Metal Works Tbk. 14 LMSH Lionmesh Prima Tbk. 15 MERK Merck Tbk. 16 SMCB Holcim Indonesia Tbk. 17 SQBI Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. 18 SRSN Indo Acitama Tbk. 19 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk. 20 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk. 21 UNVR Unilever Indonesia Tbk. 22 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk. Bersambung pada halaman selanjutnya
Laba/Rugi Selisih Kurs (24.999.245.384) (751.000.000.000) (64.374.000.000) 19.815.742.721 (56.170.376.561) (437.331.000.000) (4.689.583.000) 12.036.668.000 11.710.000.000 458.358.000.000 (316.545.000.000) 12.854.813.616 53.993.989 (581.305.000) (184.782.000.000) 9.053.087.000 (124.984.000) (12.009.948.503) ( 694.785.116) (7.855.000.000) (3.789.402.533) 71
Laba/Rugi Sebelum Pajak 450.753.000.000 316.349.602.459 27.523.000.000.000 1.268.604.000.000 33.272.073.649 86.553.141.929 3.451.333.000.000 358.395.988.000 175.756.777.000 2.966.990.000.000 4.666.958.000.000 895.947.000.000 85.027.065.076 19.437.691.207 234.707.739.000 1.336.548.000.000 199.482.401.000 32.666.954.000 323.204.864.975 4.368.738.552 7.158.808.000.000 175.119.289.578
Exchange Rate 2013 -0,079024109 -0,02728627 -0,050743967 0,595566809 -0,648969816 -0,126713649 -0,01308492 0,068484802 0,003946761 0,09821344 -0,353307729 0,151184962 0,002777798 -0,002476719 -0,138253172 0,045382886 -0,003826007 -0,037158935 -0,159035636 -0,00109725 -0,021638978
Exchange Rate 2014 (Lanjutan) No.
Kode
Nama Perusahaan
1 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk. 2 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk. Astra International Tbk. 3 ASII 4 AUTO Astra Auto Part Tbk. 5 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk. 6 CEKA Cahaya Kalbar Tbk. 7 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk. 8 DLTA Delta Djakarta Tbk. 9 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk. 10 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. 11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk. 12 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk. 13 LION Lion Metal Works Tbk. 14 LMSH Lionmesh Prima Tbk. 15 MERK Merck Tbk. 16 SMCB Holcim Indonesia Tbk. 17 SQBI Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. 18 SRSN Indo Acitama Tbk. 19 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk. 20 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk. 21 UNVR Unilever Indonesia Tbk. 22 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk. Bersambung pada halaman selanjutnya
Laba/Rugi Selisih Kurs 12.950.000.000 (799.281.381) (126.000.000.000) (8.577.000.000) 2.298.915.886 (17.703.192.197) (271.372.000.000) 61.024.000 37.117.000 29.646.000.000 80.453.000.000 (77.579.000.000) 1.682.130.780 393.824.523 (919.113.000) (15.850.000.000) 6.186.985.000 1.652.451.000 (652.148.144) (1.538.041.267) (198.000.000) (535.984.684)
72
Laba/Rugi Sebelum Pajak 605.163.000.000 348.379.437.541 27.352.000.000.000 1.108.055.000.000 9.579.686.472 56.866.547.178 2.106.892.000.000 379.518.812.000 105.866.443.000 3.388.725.000.000 6.229.297.000.000 542.549.000.000 62.857.739.316 11.006.796.283 205.958.418.000 1.007.397.000.000 220.106.578.000 29.857.990.000 381.882.728.642 5.647.861.282 7.676.722.000.000 149.541.532.719
Exchange Rate 2014 0,02 0,00 0,00 -0,01 0,24 -0,31 -0,13 0,00 0,00 0,01 0,01 -0,14 0,03 0,04 0,00 -0,02 0,03 0,06 0,00 -0,27 0,00 0,00
Exchange Rate 2015 (Lanjutan) No.
Kode
Nama Perusahaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
AMFG ARNA ASII AUTO BTON CEKA CPIN DLTA DVLA ICBP INDF JPFA LION LMSH MERK SMCB SQBI SRSN TOTO UNIT UNVR WIIM
Asahimas Flat Glass Tbk. Arwana Citra Mulia Tbk. Astra International Tbk. Astra Auto Part Tbk. Beton Jaya Manunggal Tbk. Cahaya Kalbar Tbk. Charoen Pokphand Indonesia Tbk. Delta Djakarta Tbk. Darya Varia Laboratoria Tbk. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Indofood Sukses Makmur Tbk. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Lion Metal Works Tbk. Lionmesh Prima Tbk. Merck Tbk. Holcim Indonesia Tbk. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. Indo Acitama Tbk. Surya Toto Indonesia Tbk. Nusantara Inti Corpora Tbk. Unilever Indonesia Tbk. Wismilak Inti Makmur Tbk.
Laba/Rugi Selisih Kurs 47.558.000.000 (9.237.283.423) (291.000.000.000) (20.548.000.000) 11.133.484.182 (28.941.733.819) (586.777.000.000) (387.183.000) 4.714.241.000 28.428.000.000 243.507.000.000 (479.028.000.000) 10.552.069.199 900.768.932 (1.183.322.000) 3.658.000.000 4.855.622.000 5.230.397.000 (8.083.372.670) (1.006.062.780) 3.188.000.000 (1.827.527.803) 73
Laba/Rugi Sebelum Pajak 464.263.000.000 95.514.316.424 19.630.000.000.000 433.596.000.000 7.804.262.097 142.271.353.890 2.281.628.000.000 250.197.742.000 144.437.708.000 4.009.634.000.000 4.962.084.000.000 697.677.000.000 58.451.801.513 3.807.172.880 193.940.841.000 350.418.000.000 198.629.905.000 20.714.663.000 381.573.896.617 1.661.391.489 7.829.490.000.000 177.962.941.779
Exchange Rate 2015 0,10 -0,10 -0,01 -0,05 1,43 -0,20 -0,26 0,00 0,03 0,01 0,05 -0,69 0,18 0,24 -0,01 0,01 0,02 0,25 -0,02 -0,61 0,00 -0,01
Tunneling 2013 (Lampiran 3) No.
Kode
Nama Perusahaan
1 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk. 2 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk. 3 ASII Astra International Tbk. 4 AUTO Astra Auto Part Tbk. 5 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk. 6 CEKA Cahaya Kalbar Tbk. 7 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk. 8 DLTA Delta Djakarta Tbk. 9 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk. 10 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. 11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk. 12 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk. 13 LION Lion Metal Works Tbk. 14 LMSH Lionmesh Prima Tbk. 15 MERK Merck Tbk. 16 SMCB Holcim Indonesia Tbk. 17 SQBI Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. 18 SRSN Indo Acitama Tbk. 19 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk. 20 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk. 21 UNVR Unilever Indonesia Tbk. 22 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk. Bersambung pada halaman berikutnya
Jumlah Kepemilikan Saham 190.359.000 1.244.000.000 20.288.255.040 3.855.786.337 82.000.000 258.885.500 9.106.385.410 9.341.223 1.037.800.912 4.695.839.000 4.396.103.450 6.130.699.735 15.006.000 2.452.700 16.574.150 6.179.612.820 10.032.640 2.119.652.045 195.577.340 27.073.425 6.484.877.500 472.018.070 74
Jumlah Saham Beredar 434.000.000 7.341.430.976 40.483.553.140 4.819.733.000 180.000.000 297.500.000 16.398.000.000 16.013.181 1.120.000.000 5.830.954.000 8.780.426.500 10.660.522.910 52.016.000 9.600.000 22.400.000 7.662.900.000 10.240.000 6.020.000.000 495.360.000 75.422.200 7.630.000.000 2.099.873.760
Tunneling 2013 0,438615207 0,169449254 0,501148083 0,799999987 0,455555556 0,870203361 0,555335127 0,58334587 0,926607957 0,805329454 0,500670833 0,575084336 0,288488157 0,255489583 0,739917411 0,806432659 0,97975 0,352101669 0,394818597 0,358958304 0,849918414 0,224784022
Tunneling 2014 (Lanjutan) No.
Kode
Nama Perusahaan
1 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk. 2 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk. 3 ASII Astra International Tbk. 4 AUTO Astra Auto Part Tbk. 5 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk. 6 CEKA Cahaya Kalbar Tbk. 7 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk. 8 DLTA Delta Djakarta Tbk. 9 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk. 10 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. 11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk. 12 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk. 13 LION Lion Metal Works Tbk. 14 LMSH Lionmesh Prima Tbk. 15 MERK Merck Tbk. 16 SMCB Holcim Indonesia Tbk. 17 SQBI Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. 18 SRSN Indo Acitama Tbk. 19 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk. 20 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk. 21 UNVR Unilever Indonesia Tbk. 22 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk. Bersambung pada halaman berikutnya
Jumlah Kepemilikan Saham 190.359.000 1.800.000.000 20.288.255.040 3.855.786.337 82.000.000 258.885.500 9.106.385.410 9.341.223 1.037.800.912 4.695.839.000 4.396.103.450 6.130.699.735 15.006.000 2.452.700 16.574.150 6.179.612.820 10.032.640 2.119.652.045 391.154.680 27.073.425 6.484.877.500 472.018.070 75
Jumlah Saham Beredar 434.000.000 7.341.430.976 40.483.553.140 4.819.733.000 180.000.000 297.500.000 16.398.000.000 16.013.181 1.115.925.300 5.830.954.000 8.780.426.500 10.660.522.910 52.016.000 9.600.000 22.400.000 7.662.900.000 10.240.000 6.020.000.000 990.720.000 75.422.200 7.630.000.000 2.099.873.760
Tunneling 2014 0,438615207 0,245183808 0,501148083 0,799999987 0,455555556 0,870203361 0,555335127 0,58334587 0,929991382 0,805329454 0,500670833 0,575084336 0,288488157 0,255489583 0,739917411 0,806432659 0,97975 0,352101669 0,394818597 0,358958304 0,849918414 0,224784022
Tunneling 2015 (Lanjutan) No.
Kode
Nama Perusahaan
1 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk. 2 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk. Astra International Tbk. 3 ASII 4 AUTO Astra Auto Part Tbk. 5 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk. 6 CEKA Cahaya Kalbar Tbk. 7 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk. 8 DLTA Delta Djakarta Tbk. 9 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk. 10 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. 11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk. 12 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk. 13 LION Lion Metal Works Tbk. 14 LMSH Lionmesh Prima Tbk. 15 MERK Merck Tbk. 16 SMCB Holcim Indonesia Tbk. 17 SQBI Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. 18 SRSN Indo Acitama Tbk. 19 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk. 20 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk. 21 UNVR Unilever Indonesia Tbk. 22 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk. Bersambung pada halaman berikutnya
Jumlah Kepemilikan Saham 190.359.000 1.800.000.000 20.288.255.040 3.855.786.337 82.000.000 517.771.000 9.106.385.410 467.061.150 1.037.800.912 4.695.839.000 4.396.103.450 6.165.985.835 150.060.000 24.527.000 16.574.150 6.179.612.820 10.032.640 2.119.652.045 391.154.680 27.073.425 6.484.877.500 472.018.070 76
Jumlah Saham Beredar 434.000.000 7.341.430.976 40.483.553.140 4.819.733.000 180.000.000 595.000.000 16.398.000.000 800.659.050 1.115.925.300 5.830.954.000 8.780.426.500 10.660.522.910 520.016.000 96.000.000 22.400.000 7.662.900.000 10.240.000 6.020.000.000 1.032.000.000 75.422.200 7.630.000.000 2.099.873.760
Tunneling 2015 0,438615207 0,245183808 0,501148083 0,799999987 0,455555556 0,870203361 0,555335127 0,58334587 0,929991382 0,805329454 0,500670833 0,578394314 0,288568044 0,255489583 0,739917411 0,806432659 0,97975 0,352101669 0,379025853 0,358958304 0,849918414 0,224784022
Bonus 2013 (Lampiran 4) Nama Perusahaan No. Kode 1 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk. 2 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk. Astra International Tbk. 3 ASII 4 AUTO Astra Auto Part Tbk. 5 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk. 6 CEKA Cahaya Kalbar Tbk. 7 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk. 8 DLTA Delta Djakarta Tbk. 9 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk. 10 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. 11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk. 12 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk. 13 LION Lion Metal Works Tbk. 14 LMSH Lionmesh Prima Tbk. 15 MERK Merck Tbk. 16 SMCB Holcim Indonesia Tbk. 17 SQBI Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. 18 SRSN Indo Acitama Tbk. 19 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk. 20 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk. 21 UNVR Unilever Indonesia Tbk. 22 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk. Bersambung pada halaman selanjutnya
Laba Bersih Tahun t 338.358.000.000 237.697.913.883 22.297.000.000.000 1.058.015.000.000 25.882.922.986 65.068.958.558 2.528.690.000.000 270.498.062.000 125.796.473.000 2.235.040.000.000 3.416.635.000.000 640.637.000.000 64.761.350.816 14.382.899.194 175.444.757.000 952.305.000.000 149.521.096.000 15.994.295.000 236.557.513.162 831.855.726 5.352.625.000.000 132.322.207.861
77
Laba Bersih Thaun t-1 346.609.000.000 158.684.349.130 22.742.000.000.000 1.135.914.000.000 24.761.627.150 58.344.237.476 2.680.872.000.000 213.421.077.000 148.909.089.000 2.282.371.000.000 4.799.446.000.000 1.074.577.000.000 85.373.721.654 41.282.515.026 107.808.155.000 1.350.791.000.000 135.248.606.000 16.956.040.000 236.695.643.357 352.726.678 4.839.145.000.000 77.301.783.553
Bonus 2013 0,976195079 1,497929161 0,98043268 0,931421745 1,045283609 1,115259388 0,943234142 1,26743837 0,84478707 0,979262355 0,711881121 0,596175984 0,758563052 0,348401719 1,627379274 0,704998034 1,105527816 0,943280094 0,999416423 2,358357839 1,106109654 1,711761382
Bonus 2014 (Lanjutan) Nama Perusahaan No. Kode 1 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk. 2 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk. Astra International Tbk. 3 ASII 4 AUTO Astra Auto Part Tbk. 5 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk. 6 CEKA Cahaya Kalbar Tbk. 7 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk. 8 DLTA Delta Djakarta Tbk. 9 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk. 10 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. 11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk. 12 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk. 13 LION Lion Metal Works Tbk. 14 LMSH Lionmesh Prima Tbk. 15 MERK Merck Tbk. 16 SMCB Holcim Indonesia Tbk. 17 SQBI Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. 18 SRSN Indo Acitama Tbk. 19 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk. 20 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk. 21 UNVR Unilever Indonesia Tbk. 22 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk. Bersambung pada halaman selanjutnya
Laba Bersih Tahun t 458.635.000.000 261.651.053.219 22.125.000.000.000 956.409.000.000 7.630.330.090 41.001.414.954 1.746.644.000.000 288.073.432.000 80.929.476.000 2.531.681.000.000 5.146.323.000.000 384.846.000.000 49.001.630.102 7.403.115.436 181.472.234.000 668.869.000.000 164.808.009.000 14.456.260.000 293.803.908.949 396.296.296 5.738.523.000.000 112.304.822.060
78
Laba Bersih Thaun t-1 338.358.000.000 237.697.913.883 22.297.000.000 999.766.000.000 25.882.922.986 65.068.958.558 2.528.690.000.000 270.498.062.000 125.796.473.000 2.235.040.000.000 3.416.635.000.000 640.637.000.000 64.761.350.816 14.382.899.194 175.444.757.000 952.305.000.000 149.521.096.000 15.994.295.000 236.557.513.162 831.855.726 5.352.625.000.000 132.322.207.861
Bonus 2014 1,355472606 1,100771349 992,2859578 0,956632852 0,294801715 0,630122502 0,690730774 1,064974107 0,643336606 1,132722904 1,506254838 0,600723967 0,75664929 0,514716493 1,034355413 0,702368464 1,102239172 0,903838525 1,241997792 0,476400274 1,072095094 0,848722402
Bonus 2015 (Lanjutan) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Kode AMFG ARNA ASII AUTO BTON CEKA CPIN DLTA DVLA ICBP INDF JPFA LION LMSH MERK SMCB SQBI SRSN TOTO UNIT UNVR WIIM
Nama Perusahaan Asahimas Flat Glass Tbk. Arwana Citra Mulia Tbk. Astra International Tbk. Astra Auto Part Tbk. Beton Jaya Manunggal Tbk. Cahaya Kalbar Tbk. Charoen Pokphand Indonesia Tbk. Delta Djakarta Tbk. Darya Varia Laboratoria Tbk. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Indofood Sukses Makmur Tbk. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Lion Metal Works Tbk. Lionmesh Prima Tbk. Merck Tbk. Holcim Indonesia Tbk. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. Indo Acitama Tbk. Surya Toto Indonesia Tbk. Nusantara Inti Corpora Tbk. Unilever Indonesia Tbk. Wismilak Inti Makmur Tbk.
Laba Bersih Tahun t 341.346.000.000 71.209.943.348 15.613.000.000.000 322.701.000.000 6.323.778.025 106.549.446.980 1.832.598.000.000 192.045.199.000 107.894.430.000 2.923.148.000.000 3.709.501.000.000 524.484.000.000 46.018.637.487 1.944.443.395 142.545.462.000 175.127.000.000 150.207.262.000 15.504.788.000 285.236.780.659 385.953.128 5.851.805.000.000 131.081.111.587
79
Laba Bersih Thaun t-1 464.152.000.000 261.879.784.046 22.131.000.000.000 954.086.000.000 7.536.835.958 41.001.414.954 1.745.724.000.000 288.499.375.000 81.597.761.000 2.574.172.000.000 5.229.489.000.000 391.866.000.000 48.712.977.670 7.605.091.176 182.147.224.000 659.867.000.000 164.808.009.000 14.600.316.000 295.861.032.723 352.883.734 5.926.720.000.000 112.673.763.260
Bonus 2015 0,73541857 0,271918444 0,705481 0,338230516 0,839049445 2,598677316 1,04976388 0,665669376 1,322271943 1,135568253 0,709342921 1,338426911 0,944689479 0,25567654 0,782583774 0,265397421 0,91140754 1,061948796 0,964090398 1,093711868 0,987359788 1,163368541
Transfer Pricing (Lampiran 5)
No.
Kode
Nama Perusahaan
1
AMFG
2
ARNA
3
ASII
4
AUTO
5
BTON
6
CEKA
7
CPIN
8
DLTA
9
DVLA
10
ICBP
11
INDF
12
JPFA
13
LION
14
LMSH
15
MERK
16 17
SMCB SQBI
18
SRSN
19
TOTO
20
UNIT
21
UNVR
22
WIIM
Asahimas Flat Glass Tbk. Arwana Citra Mulia Tbk. Astra International Tbk. Astra Auto Part Tbk. Beton Jaya Manunggal Tbk. Cahaya Kalbar Tbk. Charoen Pokphand Indonesia Tbk. Delta Djakarta Tbk. Darya Varia Laboratoria Tbk. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Indofood Sukses Makmur Tbk. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Lion Metal Works Tbk. Lionmesh Prima Tbk. Merck Tbk. Holcim Indonesia Tbk. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. Indo Acitama Tbk. Surya Toto Indonesia Tbk. Nusantara Inti Corpora Tbk. Unilever Indonesia Tbk. Wismilak Inti Makmur Tbk.
80
TP 2013
TP 2014
TP 2015
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
0
0
0
Output Hasil Penelitian Data (Lampiran 6)
1.
Hasil Uji Deskriptif N
ER
66
BONUS TIN Valid N (listwis)
Minimum
Maximum
-68.66
Sum
Mean
Std. Deviation
142.66
-79.11
-1.1987
26.12229
66
.255677 992.285958
1054.60903
15.9789247
122.02465310
66
.169449
37.441842
.56730064
.239630948
.979750
66
Sumber: Data sekunder yang diolah
2.
Hasil Uji Frekuensi Transfer Pricing
Valid
Valid
Cumulative
Percent
Percent
7,6
7,6
7,6
61
92,4
92,4
100,0
66
100,0
100,0
Frequency
Percent
0
5
1
Sumber : Output SPSS
3.
Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model Keterangan
-2 Log Likelihood
Block Number = 0
35.413
Block Number = 1
18.097
Sumber : Output SPSS
Bersambung pada halaman selanjutnya
81
Output Hasil Data Penelitian (Lanjutan)
4. Hasil Pengujian Koefisien Determinasi Nagelkerke R Step
-2 Log likelihood
Cox & Snell R Square Square
1
18.097a
.231
.556
Sumber : Output SPSS
5. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi Step
Chi-square
Df
Sig.
1
1.087
7
.993
Sumber : Output SPSS 6. Hasil Uji Matriks Klasifikasi Predicted Observasi
Step 1 TP
TP
Percentage Correct
0
1
0
1
4
20.0
1
1
60
98.4
Overall Percentage
92.4
Sumber : Output SPSS
Bersambung pada halaman selanjutnya
82
Output Hasil Data Penelitian (Lanjutan)
7.
Hasil Uji Koefisien Regresi Logisik Variabel
B.
Sig.
0,90
0,028
Tunneling Incentive
16,133
0,035
Mekanisme Bonus
0,002
0,958
Constant
-2,757
0,187
Exchange Rate
Step 1a
Sumber :Output SPSS
83