ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, KURS, DAN NISBAH BAGI HASIL TERHADAP DANA PIHAK KETIGA (DPK)PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA (DESEMBER 2010-JULI 2013)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : SALVIANA NIM :109084000028
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDATULLAH JAKARTA 1435 H / 2014 M
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI 1. Nama
: Salviana
2. Tempat/ Tanggal Lahir
: Tasikmalaya, 25, April, 1991.
3. Alamat
: Jl, PT Jayamik, Kp Bababkan Inpres, Desa
Batujajar,
Cigudeg, Bogor, Jawa Barat.
4. Kebangsaan
: Indonesia
5. Handphone
: 085777822578
6. E-mail
:
[email protected]
7. Jenis Kelamin
: Laki-laki
8. Agama
: Islam
9. Status
: Belum Menikah
10. Hobby
: Main musik, Bernyanyi, Olahraga dan
baca.
i
II. PENDIDIKAN FORMAL Tempat
Waktu
1. SDN BATUJAJAR 02 BOGOR
1997 – 2003
2. MTs DARUNNAJAH 02 BOGOR
2003 – 2006
3. MA DARUNNAJAH 02 BOGOR
2006 – 2009
4. UIN SYARIF HIDAYATULLAH Jakarta Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
2009– 2014
III. PENDIDIKAN INFORMAL Pelatihan/Seminar
Waktu 26-27 Maret 2011
Pelatihan Instruktur dasar oleh IMM Sociopreneur dan Pengaruhnya Terhadap
Jakarta 30 April 2014 Iklim Investasi di Indonesia Pelatihan Alat Analisis Perencanaan Jakarta, Rabu, 5 Oktober 2011 Pembangunan Jakarta, Rabu, 28 Maret 2012
Studium General Jurusan IESP Seminar Nasional “Peran Asuransi dalam
Jakarta, 20 Mei 2010 Era Globalisasi”
ii
Seminar “Peluang Berkarir di Dunia Jakarta, 23 Oktober 2010 Syariah”. KKS-BT di konveksi Ibu Lina di Sanratek Pendidikan dan Pelatihan Perkoprasian
Juni 2009 -Juli 2009 Bogor, 19-21 November 2010
iii
ABSTRAC
This research aims to determine the variables that affect the variable DPK during the period of December 2010 to July 2013. This research uses analysis tools Ordinary Least Square (OLS). The results of this research indicate that the inflation variable (0.0026) had a significant negative effect on DPK and variable EXCHANGE (0.0000) had a significant positive effect on the DPK of Islamic banking in Indonesia. While the NBH variable (0.4944) had no significant effect on the DPK of Islamic banking in Indonesia. Keywords: INFLATION, EXCHANGE, profit sharing ratio (NBH) and Third Party Funds (DPK) Islamic Banking. Ordinary Least Square (OLS).
iv
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel – variabel yang mempengaruhi variabel DPK selama periode Desember 2010 sampai dengan Juli 2013. Dalam penelitian ini menggunakan alat analisis Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Inflasi (0.0026) mempunyai pengaruh yang signifikan Negatif terhadap DPK dan Variabel KURS (0.0000) mempunyai pengaruh yang signifikan Positif terhadap DPK perbankan syariah di Indonesia Sedangkan variabel NBH (0.4944) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap DPK perbankan syariah di Indonesia. Kata Kunci : INFLASI, KURS, Nisbah Bagi Hasil (NBH) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah. Ordinary Least Square (OLS).
v
KATA PENGANTAR Denga mengucap Alhamdulillahi Robill „Alamin, Segala puji dan syukur kepada tuhan yang maha Esa yaitu Allah SWT yang menguasai semesta alam beserta isinya yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayatnya kepada hamba-hamba-Nya. Dan atas berkah dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Shalawat serta salam yang selalu tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad
SAW sebagai Tauladan terbaik
sepanjang Zaman.
Beliaulah yang akan memberikan syafaatnya kelak. Tujuan penulisan skripsi ini yang berjudul “Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Kurs dan Nisbah Bagi Hasil (NBH) Terhadap dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di Indonesia Periode (Desember 2010Juli 2013)”, dengan tujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembagunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis mengalami hambatan dan kesulitan dalam penulisan ini. Namun, berkat rahmatnya skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan serta dorongan dari beberapa pihak, maka penulisan skripsi ini tidak akan selesai. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pihak-pihak yang membantu penyeleseian skripsi ini dan “semoga Allah memberikan balasan yang terbaik “, terutama kepada: 1.
Kedua orang tua saya yang tidak pernah henti-henti mengiringi langkahku dengan doanya yang penuh dengan keikhlasan, selalu memberikan kasih sayang, bimbingan, serta dukungan baik materiel maupun spiritual dalam kebaikan dan keberhasilan untuk akan-anaknya.
vi
2.
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah bekerja keras mengembangkan FEIS menjadi FEB.
3.
Zuhairan Yunmi Yunan, SE, M.Sc selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP), yang telah memberikan dukungan yang terbaik untuk IESP dan mahasiswanya.
4.
Jainal Muttaqien, M.PP selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan yang telah memberi dukungan dan motivasi kepada setiap mahasiswa.
5.
Dr. Ir. H. Pak Roikhan, MA.MM, selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, tuntunan, motivasi, pengarahan, menyempatkan waktunya untuk membaca dan mengoreksi skripsi yang penulis ajukan , serta dukungan yang tidak henti dalam menyelesaikan skripsi ini.
6.
Yoghi Citra Pratama. Msi selaku Dosen Pembimbing II yang banyak meluangkan
waktunya
untuk
berdiskusi
kepada
penulis
dalam
menyelesaikan skripsi ini dan memberikan tambahan ilmu pengetahuan baru, serta dukunganya yang tidak henti dalam memberi semangat kepada penulis. 7.
Atika Nurbayanti kakaku Tercinta yang tak pernah henti memberikan support kepada saya, juga ade- adeku sayang, Teni Mulyani dan Aita Latifah yang slalu mendoakan agar kakaknya cepat diwisuda.
8.
Keluarga Besar IESP angkatan 2009 yang tidak pernah henti memberikan dukungan dan motivasi untuk selalu tetap berjuang dan semangat menghadapi kesulitan dalam menyeleseikan skripsi ini Terutama, Rendy Kamal, Wildan, Syahrul, Candra, Rismawan dan sahabat-sahabat yang lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
9.
Keluarga Besar IMM
Ciputat yang telah memberikan pengalaman
organisasi yang berharga dan memberikan saya keluarga juga sahabat, khususnya kepada Dila, bang Fadli, bang Ian, bang Ican,Sidik,Fuji, Rofik, Riri, Yunita, Selli, Alif, Faruq, Yusfik dan lain-lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
vii
10.
Kepada Keluarga Kecil DwedneZ terutama kepada Beni dan Sidik yang tak pernah berhenti untuk berkarya bersama. Penulis
menyadari
bahwa
skripsi
ini
masih
jauh
dari
kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan penulis dalam mencapai kesempurnaan skripsi. Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna dan bermanfaaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan. Terima Kasih Jakarta, 13 Juni 2014
( Salviana )
viii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. .......................................................................................... vi DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................ 1 B. Batasan Masalah.......................................................................................... 11 C. Rumusan Masalah ....................................................................................... 11 D. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 12 E. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 12 BAB II TIJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 14
A. Landasan Teori...................................................................................................... 14 1. Ekonomi Islam ......................................................................................... 14 a. Konsep Dasar Ekonomi Islam .................................................... 14 b. Definisi Ekonomi Islam .............................................................. 15 c. Karakteristik Ekonomi Islam ...................................................... 17 2. Perbankan Syariah.................................................................................... 18 a.
Pengertian Bank Syariah ................................................... 18
b.
Tujuan Bank Syariah ......................................................... 20
c.
Perbedaan Sistem Bank Syariah Dengan Bank Konvensional ........................................................................................... 22
ix
d.
Produk dan Jasa Perbankan Syariah .................................. 24
3. Dana Pihak Ketiga (DPK) .............................................................. 30 a. Pengertian Dana Pihak Ketiga ............................................ 30 b. Macam-Macam Dana Pihak Ketiga ................................... 30 c. Sumber Dana Pihak Ketiga ................................................ 32 4. Inflasi .............................................................................................. 35 a. Pengertian Inflasi ................................................................ 35 b. Teori Inflasi ........................................................................ 35 c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi ....................... 37 d. Kebijakan Untuk Mengatasi Inflasi .................................... 38 e. Hubungan Inflasi Dengan Tabungan .................................. 38 f. Pengendalian Inflasi dalam Perspektif Islam ..................... 39 5. Teori Kurs....................................................................................... 41 a. Devinisi Kurs ...................................................................... 41 b. Sistem Kurs ........................................................................ 42 c. Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan Kurs.................... 43 d. Hubungan Kurs dengan Tabungan ..................................... 44 e. Sistem Nilai Tukar dalam Islam ......................................... 45 6. Teori Nisbah Bagi Hasil ................................................................. 47 a. Teori Umum Bagi Hasil ..................................................... 47 b. Teori Bagi Hasil dalam Perbankan Syariah ....................... 47 c. Hubungan Nisbah Bagi Hasil dengan Tabungan ............... 50 x
B. Studi Empiris Sebelumnya ......................................................................... 51 C. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 58 D. Hipotesis ..................................................................................................... 61 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................................... 63
A. Ruang lingkup Penelitian ............................................................................ 63 B. Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 63 C. Metode Analisa Data ................................................................................... 64 1. Asumsi Klasik .......................................................................................... 66 a. Uji Normalitas .................................................................... 66 b. Uji Multikolinearitas .......................................................... 67 c. Uji Heterokedastisitas......................................................... 68 d. Uji Autokorelasi ................................................................. 70 2. Uji Statistik ..................................................................................... 71 a. Uji Parsial (Uji t) ................................................................ 71 b. Uji Fisher (Uji F) ................................................................ 72 3. Uji Koefisien Determinasi .............................................................. 73 D. Operasional Variabel Penelitian .................................................................. 73 1. Variabel Dependen (Y) .................................................................. 73 2. Variabel Independen (X) ................................................................ 74
xi
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................................... 76
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian........................................................... 76 1. Sejarah Berdirinya Bank Syariah .................................................... 76 2. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia ...................................... 78 3. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah ................... 81 4. Perkembangan Inflasi ...................................................................... 85 5. Perkembangan Kurs ........................................................................ 88 6. Perkembangan Nisbah Bagi Hasil (NBH)....................................... 91 B. Analisi Data dan Pembahasan ..................................................................... 92 1. Uji Asumsi Klasik ........................................................................... 93 a. Uji Normalitas.............................................................................. 93 b. Uji Multikolinearitas .................................................................... 95 c. Uji Heterokedastisitas .................................................................. 96 d. Uji Autokorelasi........................................................................... 97 2. Uji Statistik ..................................................................................... 98 a. Uji Parsial (Uji t) ................................................................. 100 b. Uji Fisher (Uji F) ................................................................. 103 3. Uji Koefisien Determinasi .............................................................. 103 C. Pembahasan Analisis Ekonomi ................................................................... 104 BAB V PENUTUP............................................................................................................. 108
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 108
xii
B. Implikasi ................................................................................................................ 109 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 111
xiii
Daftar Tabel Tabel 1.1. Laju Pergerakan DPS PS, Tingkat Inflasi, Kurs, dan NBH Tabungan Perbankan Syariah dari tahun 2009-2013 ............................................... 9 Tabel 2.1. Perbedaan Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional .......... 22 Tabel 2.2 Perbandingan sistem pengitungan tabungan dan deposito Bank Syariah dan Bank Konvensional .......................................................................... 23 Tabel 2.3. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 54 Tabel 4.1. Uji Normalitas Jarque-Bera .................................................................. 94 Tabel 4.2. Uji Correlation Matrix ........................................................................... 95 Tabel 4.3. Uji White Heterokedasticity................................................................... 97 Tabel 4.4. Uji Langrange Multiple Test .................................................................. 98 Tabel 4.5. Regresi Metode Ordinary Least Square (OLS) ...................................... 98
xiv
Daftar Gambar Gambar 1.1. Grafik Perkembangan DPK Perbankan Syariah yang di himpun selama tahun 2009 s/d tahun 2013 ....................................................................................... 3 Gambar 1.2. Grafik Inflasi dari tahun 2009 s/d 2013 ......................................................... 4
Gambar 1.3. Grafik Kurs Rupiah Terhada USD dari tahun 2009 s/d 2013 ............ 6 Gambar 1.4. Grafik NBH dari tahun 2009 s/d 2013 ............................................... 8 Gambar 2.1. Diagram Kerangka Pemikiran ........................................................... 60 Gambar 4.1. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di Indonesia Periode Desember 2010- Juli 2013 .................................................... 82 Gambar 4.2. Perkembangan Inflasi di Indonesia Periode Desember 2010- Juli 2013 ........................................................................................................... 86 Gambar 4.3. Perkembangan Kurs di Indonesia Periode Desember 2010- Juli 2013 ........................................................................................................... 89 Gambar 4.4. Perkembangan Nisbah Bagi Hasil di Indonesia Periode Desember 2010Juli 2013 ............................................................................................. 91
xv
Daftar Lampiran Lampiran 1 .......................................................................................................................... 115 Lampiran 2 .......................................................................................................................... 117 Lampiran 3 .......................................................................................................................... 118 Lampiran 4 .......................................................................................................................... 120
Lampiran 5 .............................................................................................................. 121 Lampiran 6 .............................................................................................................. 122
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Dewasa ini ekonomi Islam telah mengalami kemajuan yang amat
pesat hal ini ditandai dengan banyaknya lembaga-lembaga keuangan maupun non keuangan islam di belahan penjuru dunia sebagai penyokong berkembangnya perekonomian yang berbasis syariah. Secara umum berkembangnya perbankan syariah di mulai sejak di diberlakukannya Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan yang menggantikan Undang-undang No. 7 tahun 1998. Dengan adanya Undang-undang baru tersebut, perbankan syariah di Indonesia mendapatkan kesempatan yang lebih luas untuk menyelenggarakan dan mengembangkan usahanya. Pada awalnya di tahun 1992 sampai pada tahun 1999 di Indonesia hanya terdapat satu perbankan syariah yaitu bank Muammalat dan di tahun 1999 dan selanjutnya bermunculanlah bank-bank syariah lain. Tahun 2009 merupakan tahun yang penuh tantangan dalam sistem keuangan baik di dalam maupun di luar negeri. Krisis keuangan yang bermula di tahun 2008 menyebabkan ketidakstabilan terhadap sistem keuangan yang mengakibatkan efek negative terhadap pertumbuhan ekonomi Nasional.
1
Secara umum perbankan syariah akan menghadapi tantangan yang relatif sama dengan perbankan lain pada umumnya, karena faktanya, lingkungan bisnis, ekonomi dan regulasi yang dihadapi perbankan syariah juga sama dengan perbankan lain. Di karenakan skala usahanya masih relative kecil. Tantangan yang dihadapi perbankan syariah menjadi lebih besar. Perlambatan ekonomi masih akan membayangi kinerja perbankan (termasuk perbankan syariah) di 2014. Bank Indonesia (BI) telah memperkirakan pertumbuhan industri perbankan di 2014 melambat, sementara resiko kredit bermasalah (non-Performing Loan/NPL) meningkat. Pertumbuhan kredit perbankan 2014 diperkirakan hanya dikisaran 15,3-16,6 persen. Angka ini jauh dibawah perkiraan pertumbuhan kredit 2013 yang berada dikisaran 20,8 persen. Tantangan terbesar yang dihadapi perbankan syariah di 2014 adalah likuiditas. Ketatnya likuiditas sudah terlihat dari pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang melambat dua tahun terakhir. Risiko kekeringan likuiditas makin meningkat sejak BI mengerek bunga acuan (BI Rate) Juni 2013
lalu.
Lembaga
Penjamin
Simpanan
(LPS)
memperkirakan
pertumbuhan DPK di 2014 hanya naik 14,1 persen. Volume dana pihak ketiga dapat dijadikan indikasi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perbankan. Semakin tinggi volume dana pihak ketiga mengindikasikan masyarakat semakin percaya kepada bank
2
yang bersangkutan. Sebaliknya bila volume dana pihak ketiga semakin menurun
maka
mengindikasikan
masyarakat
semakin
menurun
kepercayaannya terhadap bank tersebut (Taswan ,2010:11). Sumber DPK yang dihimpun oleh bank merupakan dana yang terbesar yang sangat diandalkan oleh bank (dapat mencapai 80-90% dari seluruh dana yang di kelola oleh bank. Pentingnya fungsi DPK sebagai salah satu sumber modal, bank syariah harus memiliki kemampuan dalam menghimpun DPKnya. Dalam menghimpun dana tersebut, terdapat faktorfaktor yang dianggap mempengaruhi DPK, yaitu faktor internal dan faktor eksternal ( Lukman dalam Septi Wulandari, 2013 : 2).
DPK 200 150 100 laju DPK
50 0 Des-09
Des-10
Des-11
Des-12
Ags-13
Gambar 1.1 : Grafik Perkembangan DPK Perbankan Syariah yang telah dihimpun selama tahun 2009 s/d tahun 2013. Sumber :BI (Tahun 2009-Tahun 2013)
Dari grafik di atas dapat dilihat Bahwa DPK yang dihimpun oleh perbankan syariah selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 mengalami peningkatan secara terus menerus. Pada bulan desember tahun 2009
3
perbankan syariah menghimpun DPK sebesar 52,271 Milyar dan pada bulan agustus tahun 2013 DPK perbankan syariah menghimpun DPK sebesar 166, 453 milyar. Keynes menyatakan bahwa tabungan dalam suatu negara sangat di pengaruhi oleh besarnya pendapatan yang di terima masyarkat bukan di pengaruhi oleh tingkat bunga. Apabila pendapatan masyarakat lebih tinggi dari pada pengeluaran konsumsinya, maka terjadilah saving. Tetapi apabila yang terjadi adalah pengeluaran konsumsi lebih tinggi dari pada pendapatan masyarkat maka yang terjadi adalah dissaving. Dari pernyataan keynes tersebut, kondisi variable ekonomi Makro maupun moneter dapat mempengaruhi masyarakat dalam melakukan saving atau menabung.
Inflasi 10 8 6 Inflasi
4 2 0 Des-09
Des-10
Des-11
Des-12
Ags-13
Gambar 1.2 Grafik Inflasi dari tahun 2009 s/d 2013 Sumber : Statistik Bank Indonesia
Dari gambar 1.2 diatas kita dapat melihat fluktuasi hebat pada inflasi dimana setiap tahunnya mengalami lonjakan dan penurunan yang jauh dari stabil. Dari gambar 1.2 diatas kita temukan jika inflasi pun mengalami
4
fluktuasi. pada Desember 2009 kita dapati inflasi hanya sebesar 2,78% namun pada desember 2010 inflasi mencapai 6,96 % yang menandakan bahwa pada tahun 2010 inflasi cukup tinggi. Kemudian pada Desember 2011 inflasi kembali melemah ke angka 4,15 % begitupun pada Desember 2012 inflasi masih tertahan dikisaran 4 % pada Agustus 2013 inflasi menembus angka 8, 79%
tingginya inflasi
tersebut diantaranya dipengaruhi oleh bulan puasa dan hari raya Iedul Fitri. Tingginya harga dan pendapatan yang tetap atau pendapatan meningkat sesuai dengan besarnya inflasi membuat masyarakat tidak mempunyai kelebihan dana untuk disimpan dalam bentuk tabungan atau diinvestasikan ( Bety Mariantini, (2007 :22), dalam Friska Julianti (2013:6). Dapat dijelaskan bahwa pada saat inflasi masyarakat tidak memungkinkan untuk menabung. Sebagai dampak dari kasus diatas maka DPK pada perbankan syariah pada saat Inflasi meningkat akan mengalami pelemahan. Menurut Budiono, (2001: 155). Pada tataran makro, nilai uang terhadap barang memiliki peran penting terhadap jumlah tabungan masyarakat di bank. Tingginya inflasi akan menurunkan nilai kekayaan dalam bentuk uang. Inflasi merupakan salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan hampir semua negara mengalaminya baik negara miskin, berkembang atau bahkan negara maju sekalipun tidak dapat lepas dari masalah ini. Jadi menurut budiono, nilai uang terhadap barang memiliki peran penting terhadap jumlah tabungan di Bank dan ketika angka inflasi
5
tinggi akan memungkinkan masyarakat mengurungkan niatnya untuk menabung atau menyimpan uangnya di Bank. Sedangkan menurut Dornbus dan Fischer dalam Nandadipa (2010) menyebutkan dampak inflasi antara lain: menimbulkan gangguan fungsi uang, melemahkan semangat menabung, meningkatkan
kecenderungan
untuk belanja, pengerukan tabungan dan penumpukan uang,permainan harga diatas standar kemampuan, penumpukan kekayaan dan investasi non produktif, serta distribusi barang relatif tidak stabil dan terkonsentrasi. Dari pandangan dombus dan fisher diatas menjelaskan dengan adanya inflasi masyarakat lebih cenderung untuk mengambil/ mengeruk tabungannya di Bank
dan ini terjadi di bulan agustus 2013 dimana DPK mengalami
penurunan.
KURS 15000 10000 KURS
5000 0 Des-09 Des-10 Des-11 Des-12 Ags-13
Gambar 1.3 Grafik KURS Rupiah terhadap USD dari tahun 2009 s/d 2013 Sumber : Bank Indonesia
Dari gambar 1.3 diatas kita dapat melihat jika nilai Kurs setiap tahunnya mengalami lonjakan. Pada Desember 2009 kita dapati kurs berada
6
di kisaran Rp 9.400 dan pada desember 2010 kurs berada pada kisaran Rp 8.991 yang menandakan bahwa telah terjadi penguatan terhadap Rupiah pada Bulan yang sama di tahun yang berbeda. Pada Desember 2011 Kurs kembali meningkat pada kisaran Rp 9.068 per 1 USD dan pada Desember 2012 kurs berada dikisaran Rp 9.605 kemudian pada agustus 2013 Kurs berada di kisaran Rp 10.924. jadi secara keseluruhan Kurs menunjukan peningkatan setiap tahunnya dan hal ini menandakan jika setiap tahunnya rupiah mengalami pelemahan nilai tukar terahadap Dollar Amerika. Dalam penelitian Abida Muttaqiena (2013) ia mendapati jika nilai tukar rupiah secara simultan (Uji F) maupun Parsial (Uji T) berpengaruh Signifikan terhadap DPK. Kemudian menurut Aldrin Wibowo dan Susi Suhendra (2008) nilai kurs dan inflasi memiliki pengaruh positif terhadap DPK Bank Devisa di Indonesia. Bank-bank Islam telah mengadopsi sistem dan prosedur dalam Perbankan Konvensional, maka sepanjang praktek Perbankan Konvensional tidak bertentangan dengan prinsip-prinsipi Islam itu dinyatakan boleh dalam Islam. Salah satu yang menjadi ciri khas dari Perbankan Syariah adalah sistem bagi hasil (nonbunga) untuk pembagian keuntungan. Yang besarnya bagi hasil (Profit Sharing) ditentukan diawal perjanjian kesepakatan. Dan berbeda dengan bunga, yang prosentase bagi hasil belum tentu sama tiap bulannya.
7
NBH 6 5 4 3 2 1 0
NBH
Des-09
Des-10
Des-11
Des-12
Ags-13
Gambar 1.4 grafik NBH dari tahun 2009 s/d tahun 2013 Sumber : data Statistik BI dan OJK Dari gambar 1.4 diatas kita dapat melihat nisbah bagi hasil tabungan di Perbankan Syariah. Dari grafik tersebut kita mendapati jika nisbah bagi hasil setiap tahunnya relatif berubah dan berfluktuatif. Jika kita lihat pada bulan agustus tahun 2013 kita akan mendapatkan sesuatu yang menarik yaitu ketika nisbah bagi hasil cenderung besar yaitu di kisaran 5,41% dan inflasi di kisaran 8,79% sedang DPK cenderung mengalami penurunan. Seharusnya nisbah bagi hasil memberikan keuntungan yang relative lebih tinggi dibandingkan dengan bunga di bank konvensional. Hal ini karena system bagi hasil yang diberikan berdasarkan nisbah keuntungan yang disepakati saat nasabah membuka rekening. Menurut Siffa Widiastama meneliti Bank Muammalat Indonesia periode 2001-2005 yang menyimpulkan bahwa variabel independen total bagi hasil mudharabah, tingkat suku bunga deposito, fatwa MUI secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap total simpanan mudharabah.
8
Selain itu nisbah bagi hasil juga memiliki kelebihan lain, yaitu lebih stabil terhadap gejolak ekonomi makro. Selama krisis moneter, bank syariah masih dapat menunjukan kinerja lebih baik disbanding dengan lembaga perbankan konvensional (Banowo dan Hermana, 2005 :134). Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dengan tingginya nisbah bagi hasil di perbankan syariah seharusnya dapat peningkatan pada jumlah DPK di perbankan syariah. Diketahui bahwa salah satu perbedaan utama antara perbankan konvensional dengan perbankan syariah adalah tingkat suku bunga (Perbankan Konvensional) dan tingkat bagi hasil (Perbankan Syariah). Bisa dikatakan bahwa sistem bagi hasil dalam sistem perbankan syariah merupakan pengganti suku bunga di dalam sistem perbankan konvensional. Dan dari semua grafik diatas kita dapat merekapnya ke dalam satu tabel berikut. Tabel 1.1 Laju Pergerakan DPK PS, Inflasi, KURS dan NBH Tabungan Perbankan Syariah dari tahun 2009 sampai 2013 BLN/THN DPK PS*
INFLASI
KURS
DES-09
52,271
2.78%
9.400
NBH TABUNGAN 2,76 %
DES-10
76,036
6.96%
8.991
3,06 %
DES-11
115,415
4.15%
9.068
3,21%
DES-12
147,512
4.30%
9.605
2,37 %
AGS-13
166,453
8,79%
10.924
5,41 %
9
Sumber: Statistik Bank Indonesia dan OJK Keterangan : DPK PS* rupiah
: Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah dalam milyar
NBH Tabungan
:Nisbah Bagi Hasi Tabungan di Bank Syariah
Karena perananan yang cukup penting dalam Perekonomian, DPK menjadi salah satu faktor stabilitas sistem ekonomi. Kemampuan perbankan dalam menghimpun DPK menjadi andil dalam menyerap Jumlah Uang Beredar Sehingga berpengaruh terhadap pengendalian Inflasi. Selanjutnya tingginya nilai tukar rupiah terhadap dolar mendorong masyarakat untuk menabungkan dollarnya di bank, kendati baik untuk pertumbuhan DPK namun hal ini akan berpengaruh terhadap stigma negative terhadap rupiah. Dan nisbah bagi hasil adalah suatu upaya dari perbankan syariah untuk menarik minat nasabah untuk menabung dan meningkatkan DPK ternyata tidak sesuai yang diharapkan, hal ini di sebabkan masyarakat menabung di bank syariah lebih menitik beratkan kepada ketaatan beragama dan kehalalannya dari pada menilai tinggi rendahnya nisbah bagi hasilnya. Dari beberapa faktor diatas, yakni, inflasi, Kurs dan Nisbah Bagi Hasil yang disinyalir memiliki pengaruh terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah Nasional, maka penulis tertarik untuk menyusun skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Kurs dan Nisbah Bagi
10
Hasil Tabungan Terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah di Indonesia Periode Desember 2010- Juli 2013. B. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, ternyata ada beberapa keterkaitan antara variabel – variabel yang penulis teliti seperti Inflasi, Kurs, dan Nisbah Bagi Hasil Tabungan terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK). Maka dari itu penulis membatasi permasalahan dalam penelitian ini hanya untuk DPK pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia. C. Rumusan Masalah Perumusan masalah merupakan langkah yang sangat penting karena langkah ini akan menentukan kemana suatu penelitian diarahkan. Perumusan masalah pada dasarnya adalah merumuskan pertanyaan yang jawabannya akan dicari melalui penelitian berdasarkan pergerakan inflasi, Jumlah uang beredar dan nisbah bagi hasil tabungan terhadap dana pihak ketiga perbankan syariah di Indonesia periode Desember 2010 – Juli 2013. Berikut ini adalah rumusan masalah yang dapat dijadikan panduan untuk membahas masalah diatas: 1. Apakah ada pengaruh Inflasi secara parsial terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah di Indonesia ? 2. Apakah ada pengaruh Kurs secara parsial terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah di Indonesia ?
11
3. Apakah ada pengaruh Nisbah Bagi Hasil (NBH) secara parsial terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah di Indonesia? 4. Apakah ada pengaruh Inflasi, Kurs dan Nisbah Bagi Hasil (NBH) secara simultan terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah di Indonesia ?
D.
Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pengaruh Inflasi (INF) secara parsial terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah di Indonesia. 2. Mengetahui pengaruh Kurs secara parsial terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah di Indonesia. 3. Mengetahui pengaruh Nisbah Bagi Hasil (NBH) secara parsial terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah di Indonesia. 4. Mengetahui pengaruh Inflasi, Kurs, Nisbah Bagi Hasil (NBH) secara simultan terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah di Indonesia. 5.
Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian yang dikaji dalam skripsi ini adalah
sebagai berikut: 1. Memberikan ilmu pengetahuan tentang permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia umumnya pada Bank Indonesia dan Perbankan Syariah pada khususnya. 12
2. Untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat pada umumnya dan mahasiswa pada khususnya dalam hal menyimpan kekayaannya dalam bentuk tabungan di perbankan Syariah. 3. Mampu memberikan pemahaman bagi penulis mengenai pengelolaan, penghimpunan dana dan produk yang ditawarkan Perbankan Syariah. 4. Mampu mengaplikasikan teori–teori yang berhubungan dengan, Inflasi, Kurs dan Nisbah Bagi Hasil (NBH) dan memperbandingkannya dengan kondisi yang ada dalam pencapaian tujuan penelitian.
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1.
Ekonomi Islam
a. Konsep Dasar Ekonomi Islam Kata “ekonomi” berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 2 kata yaitu “oikos” yang berarti “keluarga, rumah tangga” dan “nomos” yang berarti “peraturan, hukum” kemudian bila digabung bermakna “aturan rumah tangga”. Sedangkan kata “Islam” berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari 3 akar kata yaitu “sin” berarti Allah, dan “mim”
yang berarti “alam”, “lam”
yang
yang berarti ibadah, kemudian bila digabung
menjadi “sinlammim”
bermakna “alam dicipta Allah untuk
ibadah”. QS Adz-Dzariat [51]: 56
Artinya: Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku. Kita tahu bahwa syariah Islam adalah sebuah sistem yang mencakup seluruh permasalahan hidup. Syariah islam menunjukan jalan iman bagi manusia, menjelaskan pokok-pokok akidah, mengatur hubungan
14
dengan tuhan, memerintahkannya membersihkan jiwa dan mengatur hubungan dengan orang lain. Dalam ekonomi islam kita akan menemukan istilah maqashid Syari‟ah menurut etimologi Maqashid Syari‟ah berarti tujuan-tujuan syariah, atau sasaran di turunkannya syariah. Maqashid syari‟ah merupakan suatu bentuk penggambaran keuntungan, kemakmuran dan manfaat yang telah Allah terapkan dalam hukum syariah-Nya. Maqashid syari‟ah mengandung empat pilar utama, yaitu : maslahat, keadilan, kesejahteraan, dan kebenaran. Sedangkan objek yang hendak dijaga oleh maqashid syari‟ah bagi manusia menyangkut lima hal penting (al-kulliyyat al-khamsah), berupa: menjaga jiwa (nafs), normalitas akal („aql), kelestarian keturunan (nasl), menjaga harta (maal), dan memelihara agama (deen) (Muhammad hidayat 2010:44). b. Definisi Ekonomi Islam Menurut para pakar ekonomi Islam, secara istilah ekonomi Islam definisi sebagai berikut: 1) Dr. Baqir al-Hasani dalam buku Essay in Istiqshad menyatakan bahwa ekonomi dan iqtishad, yang artinya hemat dan penuh perhitungan. Seorang yang hemat tentunya penuh perhitungan dan mempunyai pilihan-pilihan dalam menggunakan sumber daya. (Mohammad Hidayat 2010:20).
15
2) M. Akram Khan, mendefinisikan ” bahwa ekonomi Islam adalah ilmu ekonomi
yang
bertujuan
mempelajari
kesejahteraan
manusia
(falah/welfare) yang dicapai dengan mengorganisir sumber-sumber daya bumi atas dasar kerjasama dan partisipasi” (Mohammad Hidayat 2010:23). 3) Dr. Muhammad bin Abdullah al Arabi, mendefinisikan “ bahwa ekonomi Islam adalah kumpulan prinsip-prinsip umum tentang ekonomi yang kita dapat dari Al-Qur‟an, Sunnah, dan pondasi ekonomi yang kita bangun atas dasar pokok-pokok itu dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan dan waktu” ( Abdullah Abdul Husain at-Tariqi, 2004:14). 4) Prof. Dr.M. Umer Chapra, mengatakan “ekonomi Islam di definisikan sebagai pengetahuan yang membantu upaya ralisasi kebahagiaan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang terbatas yang berada dalam koridor yang mengacu pada pengajaran Islam tanpa memberikan kebebasan Individu (laissez faire) atau tanpa prilaku
makro
ekonomi
yang
berkesinambungan
dan
tanpa
keseimbangan lingkungan ” (Mohammad Hidayat 2010:25). 5) Dr. Muhammad Syauki al Fanjari, mendefinisikan “ bahwa ekonomi Islam adalah segala sesuati yang mengendalikan dan mengatur aktivitas ekonomi sesuai dengan pokok-pokok Islam dan politik ekonominya”(Heri Sudarsono, 2002:3).
16
6) MM. Metwally, mendefinisikan “bahwa ekonomi Islam sebagai ilmu yang mempelajari perilaku muslim (yang beriman) dalam suatu masyarakat Islam yang mengikuti Al-Qur‟an, Hadist, ijma‟ dan Qiyas” (P3EI, 2008:18). 7) Prof .Dr.Khursyid Ahmad, Pakar ekonomi Pakistan mengatakan, “ilmu ekonomi Islam adalah sebuah Usaha Sistematis untuk memahami masalah-masalah Ekonomi dan tingkah laku manusia secara relasional dalam perspektif Islam ” (Mohammad Hidayat 2010:25).
c.
Karakteristik Ekonomi Islam Karakteristik ekonomi Islam tercermin dalam prinsip-prinsip
ekonomi Islam, oleh para pakar ekonomi Islam, dan dapat disimpulkan menjadi empat prinsip utama yang disyariatkan dalam Al-Quran: ( Ali Sakti, 2007:70 ). 1)
Hidup hemat dan tidak bermewah-mewah (abstain from wasteful and luxurius living ), yaitu tindakan-tindakan dalam berekonomi hanyalah untuk memenuhi kebutuhan (needs) bukan memuaskan keinginan.
2)
Implementasi zakat (implementation of zakat), yaitu sistem yang wajib
(obligatory zakat sistem) bukan sistem sukarela (voluntary
zakat sistem), seperti zakat, infaq, shadaqah, wakaf, dan hibah.
17
3)
Pengapusan/pelanggaran riba (prohabition of riba), gharar dan maisir, seperti praktek sistem kredit (credit system) dengan menggunakan tingkat bunga bank (interest rate). Dan Islam menggantikannya menjadi sistem bagi hasil
(profit-loss sharing)
seperti dalam pembiayaan mudharabah dan musyarakah. 4)
Menjalankan usaha-usaha yang halal (permissible conduct) baik itu mulai dari produk dan komoditi, manajemen, proses produksi sampai proses sirkulasi harus ada dalam kerangka halal. Di negara Indonesia ekonomi Islam selalu diidentikkan dengan
perbankan Syariah. Sehingga perbankan Syariah ikut berpengaruh terhadap perkembangan perekonomian di Indonesia. Apalagi sejak adanya runtuhnya kaum kapitalisme yang menggunakan sistem bunga. 2.
Perbankan Syariah
a. Pengertian Bank Syariah Istilah bank berasal dari kata banque dalam bahasa Prancis dan dari banco dalam bahasa Italia, yang dapat diartikan peti/lemari atau bangku. Konotasi kedua kata tersebut menjelaskan dari dua fungsi dasar pada bank komersial yaitu menyediakan tempat untuk menitipkan uang secara aman (safe keeping function) dan menyediakan alat pembayaran (transaction function) (Zainul Arifin,2006:2).
Menurut Prof. G.M. Verryn Stuart yang mendefinisikan Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik 18
dengan alat pembayaran sendiri atau dengan uang yang diperoleh dari orang lain maupun dengan jalan peredaran alat-alat penukar baru berupa uang giral (Irmayanto, 2004: 34). Beberapa definisi Bank Syariah adalah sebagai berikut: 1) Menurut undang-undang tentang perbankan syariah, bank Syariah adalah badan usaha yang berdasarkan prinsip syariah, menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan/ atau investasi serta
menyalurkannya
kepada
masyarakat
dalam
bentuk
pembiayaan dan bentuk-bentuk lainnya yang telah mendapat izin dari Bank Indonesia untuk menyelenggarakan kegiatan usaha bank, terdiri dari Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. 2) Bank Syariah adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberi kredit-kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang sistem operasinya didasarkan pada prinsip-prinsip syariah Islam
(Sudarsono,
2003:22). 3) Bank Syariah adalah bank yang beropersi sesuai dengan prinsipprinsip syariat Islam, yakni bank yang operasionalnya mengikuti ketentuan syariat khususnya menyangkut tata cara mu‟amalat secara umum (Karnaen Perwaatmadja dan M. Syafi‟i Antonio, 1992:2).
19
4) Menurut Warkum Sumitro, Bank Syariah adalah bank yang tata operasinya didasarkan pada tata cara mu‟amalat secara Islam, yakni mengacu pada ketentuan Al-Qur‟an dan Al-Hadist ( Wakum Sumitro, 2004:12).
Sehingga dari beberapa definisi diatas dapat kesimpulan bahwa Bank Syariah adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberi pembiayaan dan jasa-jasa dalam melalukan pinjaman maupun pengimpunan dana dengan cara lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang operasinya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Bank Syariah dalam penghimpunan dana
sama halnya
dengan bank komersial yang lainnya. Seperti halnya dalam konversi pasiva yaitu setoran modal, cadangan, giro, tabungan, deposito berjangka dan rekening antar bank. Sedangkan konversi aktiva yaitu saldo pada bank sentra dan bank lain, simpanan pada bank lain, surat berharga pemerintah
(goverment securities) dan
kredit yang diberikan. b. Tujuan Bank Syariah Sudarsono (2008:43) bank syariah memiliki beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut : a) Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk ber-muamalah secara Islam, khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan, agar
20
terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis usaha/perdagangan lain yang mengandung unsur gharar (tipuan), dimana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam Islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi masyarakat. b) Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi dengan jalan meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana. c) Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang usaha yang lebih besar terutama kelompok miskin, yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya kemandirian usaha. d) Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, yang pada umumnya merupakan
program
utama
dari
negara-negara
yang
sedang
berkembang. Upaya bank syariah di dalam mengentaskan kemiskinan ini berupa pembinaan nasabah seperti : program pembinaan pengusaha produsen, program pembinaan pedagang perantara, program pembinaan konsumen, program pembinaan konsumen, program pengembangan modal kerja dan program pengembangan usaha bersama. e) Untuk menjaga stabilitas ekonomi moneter, dengan melalui aktivitas perbankan syariah akan mampu menghindari pemanasan ekonomi yang diakibatkan oleh adanya inflasi, menghindari persaingan usaha yang
21
tidak sehat antara lembaga lembaga keuangan. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank non-syariah.
c.
Perbedaan Sistem Bank Syariah dengan Bank Konvensional Perbedaan sistem Perbankan Syariah dan Perbankan Konvensional,
diantaranya adalah sebagai berikut: (Gemala Dewi, 2005: 98). Tabel.2.1. Perbedaan Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional
No.
Perbedaan
Perbankan Syariah
Perbankan Konvensional
1
Falsafah
Tidak berdasarkan bunga, Berdasarkan bunga spekulasi, dan ketidakjelasan
2
Operasional
- Dana masyarakat berupa titipan dan investasi yang baru akan mendapatkan hasil jika‟diusahakan‟ terlebih dahulu.
3
Aspek Sosial
4
Struktur Organisasi
5
Akad aspek legalitas Hubungan nasabah
6
Dana masyarakat berupa simpanan yang harus dibayar bunganya pada saat jatuh tempo.
- Penyaluran pada usaha Penyaluran pada yang halal. sektor yang menguntungkan aspek halal/haram tidak menjadi pertimbangan. Dinyatakan secara eksplisit Tidak diketahui secara dan tegas yang tertuang tegas. dalam misi dan visi.
Harus memiliki Dewan Tidak memiliki Dewan Syariah Nasional dan Dewan Syariah Nasional dan Pengawas Syariah Dewan Pengawas Syariah. dan Hukum Islam dan Hukum Hukum Positif Positif Kemitraan
Debitor-kreditor
22
7
Tujuan
Profit dan Falah oriented
8
Lembaga Penyelesaian sengketa
Profit oriented
Badan Arbitrase Muamalat Badan Arbitrase Indonesia (BAMUI), Nasional Indonesia Sekarang dengan diupayakan pembentukan penggantian yaitu Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) Sumber: Muhamamd Syafi‟i Antonio Tabel.2.2. Perbandingan sistem penghitungan tabungan dan deposito Bank Syariah dan Bank Konvensional: (Muhammad Ghafur W, 2007:23) Bank Syariah
Bank Konvensional
1. Besar kecilnya bagi hasil yang 1. Besar kecilnya bagi hasil yang diperoleh
deposan/penabung
tergantung pada:
diperoleh
deposan/penabung
tergantung pada:
- Pendapatan bank
- Tingkat bunga yang berlaku
- Nisbah bagi hasil antara nasabah
- Nominal deposito/tabungan
dan bank.
- Jangka waktu deposito
- Nominal
deposito/tabungan
nasabah. - Rata-rata saldo deposito/tabungan untuk jangka waktu tertentu yang ada pada bank - Jangka waktu deposito/tabungan karena
berpengaruh
lamanya
investasi. 2. Bank
Syariah
memberikan 2. Semua bunga
yang diberikan
23
keuntungan
dengan
kepada deposan menjadi beban
nasabah
melalui pendekatan LDR (Loan to Deposit
Ratio),
yaitu
mempertimbangankan
rasio
biaya langsung. 3. Tanpa perhitungan besar kecilnya
antara dana pihak ketiga dengan
pendapatan yang diperoleh dari
pembiayaan yang diberikan. dana yang dihimpun. 3. Dalam Perbankan Syariah LDR bukan
saja
mencerminkan
4.
keseimbagan tetapi juga keadilan, kerana
bank
benar-benar
Konsekuensinya,
bank
harus
menambahi pembayaran bunga bila
membagikan hasil riil dari dunia
dari peminjam ternyata lebih kecil
usaha (loan) kepada penabung
dibandingkan dengan kewajiban
4. (deposit)
bunga
deposan
(negative
spread=keuntungan negatif/rugi) Sumber : Muhammad Syafi‟i Antonio
d. Produk dan Jasa Perbankan Syariah Pada dasarnya produk Perbankan Syariah dapat dibagi menjadi beberapa bagian besar yaitu: (Ascarya, 2007:111-119). 1) Produk Penyaluran Dana ( financing) a) Prinsip Jual Beli ( Ba’i ) Bai'al-Murabahah merupakan kegiatan jual beli pada harga pokok dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam hal
24
ini penjual harus terlebih dulu memberitahukan harga pokok yang ia beli ditambah keuntungan yang diinginkannya. Bai'as-salam artinya pembelian barang yang diserahkan kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Prinsip yang harus dianut adalah harus diketahui terlebih dulu jenis, kualitas dan jumlah barang dan hukum awal pembayaran harus dalam bentuk uang. Bai' Al istishna' merupakan bentuk khusus dari akad Bai'assalam, oleh karena itu ketentuan dalam Bai` Al istishna' mengikuti ketentuan dan aturan Bai'as-salam. Bai' Al istishna' adalah kontrak penjualan antara pembeli dengan produsen (pembuat barang). Kedua belah pihak harus saling menyetujui atau sepakat lebih dulu tentang harga dan sistem pembayaran. Kesepakatan harga dapat dilakukan tawar-menawar dan sistem pembayaran dapat dilakukan di muka atau secara angsuran per bulan atau di belakang. b) Prinsip Sewa ( Ijarah ) Transaksi ijarah dilandasi dengan adanya pemindahaan manfaat. Pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan jual beli, tapi memiliki perbedaan terletak pada objek transaksinya. Pada jual beli transaksinya adalah barang sedangkan pada ijarah adalah jasa. Pada masa akhir sewa, bank dapat menjual barang yang disewakannya kepada nasabah dan barang tersebut dapat dimiliki oleh nasabah dalam perbankan syariah
25
dikenal ijarah muntahhiyah bittamlik (sewa yang diikuti dengan pemindahan kepemilikan). c) Prinsip Bagi Hasil (Syirkah) Produk pembiayaan syariah didasarkan pada prinsip-prinsip yaitu sebagai berikut: Pembiayaan Al-musyarakah Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk melakukan usaha tertentu. Masing-masing pihak memberikan dana atau amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan atau resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. AI-musyarakah dalam praktik perbankan diaplikasikan dalam hal pembiayaan proyek. Dalam hal ini nasabah yang dibiayai dengan bank sama-sama menyediakan dana untuk melaksanakan proyek tersebut. Keuntungan dari proyek dibagi sesuai dengan kesepakatan untuk bank setelah terlebih dulu mengembalikan dana yang dipakai nasabah. Almusyarakah dapat pula dilakukan untuk kegiatan investasi seperti pada lembaga keuangan modal ventura. Pembiayaan AI-mudharabah AI-mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak, di mana pihak pertama menyediakan seluruh modal dan pihak lain menjadi pengelola. Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Apabila rugi maka akan 26
ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat dari kelalaian si pengelola. Apabila kerugian diakibatkan kelalaian pengelola, maka si pengelolalah yang bertanggung jawab. Ada dua jenis mudharabah yaitu 1). mudharabah muthlaqah merupakan kerja sama antara pihak pertama dan pihak lain yang cakupannya lebih luas. Maksudnya tidak dibatasi oleh waktu, spesifikasi usaha dan daerah bisnis. 2). mudharabah
muqayyadah
merupakan
kebalikan
dari
mudharabah muthlaqah di mana pihak lain dibatasi oleh waktu spesifikasi usaha dan daerah bisnis. Dalam
dunia
perbankan
Al-mudharabah
biasanya
diaplikasikan pada produk pembiayaan atau pendanaan seperti, pembiayaan modal kerja. Dana untuk kegiatan mudharabah diambil dari simpanan tabungan berjangka seperti tabungan haji atau tabungan kurban. Dana juga dapat dilakukan dari deposito biasa dan deposito spesial yang dititipkan nasabah untuk usaha tertentu. d)
Akad Pelengkap Akad pelengkap ini tidak ditunjukan untuk mencari keuntungan,
tatapi ditunjukkan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, seperti akad-akad dibawah ini: Al-Wakalah (Amanat) atau wakilah artinya penyerahan atau pendelegasian atau pemberian mandat dari satu pihak kepada
27
pihak lain. Mandat ini harus dilakukan sesuai dengan yang telah disepakati oleh si pemberi mandat. Al-Kafalah (Garansi) merupakan jaminan yang diberikan penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dapat pula diartikan sebagai pengalihan tanggung jawab dari satu pihak kepada pihak lain. Dalam dunia perbankan dapat dilakukan dalam hal pembiayaan dengan jaminan seseorang. Al-Hawalah merupakan pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Atau dengan kata lain pemindahan beban utang dari satu pihak kepada lain pihak. Dalam dunia keuangan atau perbankan dikenal dengan kegiatan anjak piutang atau faktoring. Ar-Rahn (gadai) merupakan kegiatan menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Kegiatan seperti ini dilakukan seperti jaminan utang atau gadai. 2) Produk Penghimpunan Dana (funding) Pengimpunan dana di Bank Syariah terdiri dari : a)
Prinsip Wadi’ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad dhamanah yang diterapkan pada produk rekening giro. Wadi’ah amanah berprinsip harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi. Sedangkan wadi’ah dhamanah berprinsip bahwa pihak yang
28
dititipi (bank) bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memenfaatkan harta titipan tersebut. b)
Prinsip Mudharabah, penyimpan atau deposan bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib ( pengelola). Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak penyimpan
dana, prinsip mudharabah terbagi menjadi dua yaitu: a)
Mudharabah Mutlaqah/URIA (Unrestricted Investment Account) bahwa tidak ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana yang dihimpun, nasabah tidak memberikan persyaratan apapun kepada bank mengenai bisnis yang dilakukan.
b)
Mudharabah Muqayyadah/RIA (Restricted Investment Account) bahwa pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank mengenai bisnis yang akan dijalankan.
3) Produk Jasa (service) Produk jasa perbankan syariah antara lain adalah sebagai berikut: a)
Sharf (Jual Beli Valuta Asing), pada prinsipnya jual beli valuta asing sejalan dengan jual beli mata uang yang tidak sejenis dan penyerahannya harus dilakukan pada waktu yang sama.
b)
Ijarah (Sewa), jenis kegiatan ijarah ini seperti; penyewaan kotak simpanan (safe deposit box) dan jasa tata laksana administrasi dokumen (custodian) dan bank mendapat imbalan sewa dari jasa tersebut. 29
3.
Dana Pihak Ketiga (DPK) a.
Pengertian Dana Pihak Ketiga Menurut Arifin (2006:98) Dana pihak ketiga adalah dana yang
diperoleh dari masyarakat, dalam arti masyarakat sebagai individu, perusahaan, pemerintah, rumah tangga, koperasi, yayasan, dan lain-lain baik dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta asing. Pada sebagian besar atau setiap bank, dana masyarakat ini merupakan dana terbesar yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan fungsi bank sebagai penghimpunan dana dari masyarakat. Dana Pihak Ketiga adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, tabungan, simpanan berjangka dan sertifikat deposito atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu dengan menggunakan prinsip syariah. Menurut Riyadi (2006:63) dana yang berasal dari masyarakat biasa disebut dengan sumber dana pihak ketiga (DPK), sedangkan yang berasal dari Pasar Uang disebut dana pihak kedua.
b. Macam-macam Dana Pihak Ketiga Menurut Karim (2008:23), yang termasuk dalam dana pihak ketiga yaitu giro, tabungan, dan deposito. Ketiga macam dana pihak ketiga tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: 1) Giro. Bank syariah dapat memberikan jasa simpanan giro dalam bentuk rekening wadi’ah dan giro mudharabah. Dalam bentuk
30
wadi’ah bank syariah menggunakan prinsip wadi’ah yad dhamanah. dengan prinsip ini bank sebagai custodian harus menjamin pembayaran kembali nominal simpanan wadi‟ah. Dana tersebut digunakan oleh bank untuk kegiatan komersial dan bank berhak atas pendapatan yang diperoleh dari pemanfaatan harta titipan tersebut dalam kegiatan komersial. Pemilik simpanan dapat menarik kembali simpanannya sewaktu-waktu, baik sebagian maupun
seluruhnya.
Bank
tidak
boleh
menyatakan
atau
menjanjikan imbalan atas keuntungan apapun pada pemegang rekening wadi’ah, dan sebaliknya pemegang rekening juga tidak boleh mengharapkan atau meminta imbalan atau keuntungan atas rekening wadi’ah. Sedangkan giro mudharabah adalah giro yang dijalankan berdasarkan akad mudharabah, baik mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqadayyah. Hal ini tergantung nasabah memilih dengan akad yang disepakati. 2) Tabungan. Tabungan mudharabah adalah tabungan dimana pemilik dana (shohibul maal) mempercayakan dananya untuk dikelola bank (mudharib) dengan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang disepakati sejak awal. Tabungan dapat diambil sewaktu-waktu sesuai dengan prinsip yang digunakan, tabungan mudharabah ini merupakan “investasi” yang diharapkan akan menghasilkan keuntungan oleh karena itu, modal yang diserahkan kepada pengelola dana (bank) tidak boleh ditarik sebelum akad berakhir.
31
Hal ini disebabkan karena akan mengganggu kelancaran usaha yang dilakukan oleh mudharib sehubung dengan pengelolaan dengan pengelolaan dana tersebut. Selain produk tabungan mudharabah bank syariah juga memiliki produk tabungan wadi’ah. Tabungan
wadi’ah
merupakan
tabungan
yang
dijalankan
berdasarkan akad wadi’ah yaitu titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat sesuai dengan kehendak pemiliknya. Berkaitan dengan produk tabungan wadi’ah, bank syariah menggunakan akad wadi’ah yad adh-dhamanah. Dalam hal ini bank memperoleh hak untuk menggunakan dana tersebut dengan konsekuensi bank harus dapat menjaga keutuhan dana tersebut dan membagi keuntungan dari penggunaan dana namun tidak dalam bentuk perjanjian namun bersifat sukarela dari pihak bank. 3) Deposito. Deposito Mudharabah atau lebih tepatnya deposito investasi mudharabah merupakan investasi nasabah penyimpan dana (perorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu jatuh tempo, dengan mendapatkan imbalan bagi hasil. c. Sumber Dana Pihak Ketiga Dana yang bersumber dari masyarakat disebut Dana Pihak Ketiga (Muhammad, 2002:92), Sumber dana pihak ketiga, dari segi mata uang dibedakan menjadi : 1) Sumber Dana Pihak Ketiga Segi Mata Uang
32
a) Sumber Dana Pihak Ketiga Rupiah yaitu kewajiban-kewajiban bank yang tercatat dalam rupiah kepada pihak ketiga bukan bank baik kepada penduduk maupun bukan penduduk. Komponen DPK ini terdiri dari giro, simpanan berjangka, tabungan, dan kewajiban-kewajiban lain. Tidak termasuk dana yang berasal dari bank Sentral. b) Sumber Dana Pihak Ketiga Valuta Asing yaitu kewajiban bank yang tercatat dalam valuta asing kepada pihak ketiga, baik penduduk maupun bukan penduduk termasuk pada bank Sentral, bank lain (pinjaman melalui pasar uang). DPK valuta asing terdiri atas giro, call money, deposit on call, deposito berjangka, margin deposit, setoran pinjaman, pinjaman yang diterima, dan kewajiban-kewajiban lainnya dalam valuta asing. 2) Sumber Dana Pihak Ketiga Segi Biaya Yang Harus Dibayar Bank a) Sumber Dana Pihak Ketiga Berbiaya pada umumnya adalah dana - dana yang berasal dari masyarakat, baik dana pihak kedua maupun dana pihak kedua (tidak termasuk penerbitan saham). Pada umumnya jenis-jenis simpanan pada sumber dana berbiaya adalah simpanan giro, tabungan, deposito, dan simpanan berjangka. b) Sumber Dana Pihak Ketiga Tidak berbiaya, yaitu Hampir semua sebagian sumber dana bank memiliki beban biaya yang harus ditanggung oleh bank terutama dana yang berasal dari dana pihak
33
ketiga (DPK) dan dana pihak kedua, sehingga dapat dikatakan tidak ada dana yang tanpa biaya bagi suatu bank. Namun jika ditelaah lebih mendalam terdapat jenis biaya yang tidak mengandung biaya, seperti modal yang disetor (modal saham), agio saham, laba tahun berjalan, laba ditahan, cadangan umum dengan tujuan lainnya, deposito berjangka yang telah jatuh tempo dan belum dicairkan oleh nasabah, transfer masuk yang belum dibayar, hasil inkaso keluar yang belum dibayar, dan utang pajak kepada pemerintah pusat asalkan tidak lewat waktu (terlambat) pada saat membayarnya. Dana-dana
tersebut
diatas
pada
umumnya
tidak
mengandung unsur biaya dalam arti bank harus membayar sejumlah uang tertentu sebagai biaya bunga. Semakin besar jumlah dana ini maka akan semakin mempertinggi return on assets dan return on equity bagi suatu bank. Bagi bank-bank yang sudah go public seperti bank syariah mandiri untuk memperkuat posisi permodalannya dapat menerbitkan saham baru untuk ditawarkan melalui bursa, baik penawaran secara terbatas maupun pada masyarakat luas.
34
4. Inflasi a. Pengertian Inflasi Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus selama waktu tertentu. Menurut para pakar beberapa pengertian mengenai inflasi: Definisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain. (Boediono, 1982:155). Menurut Sukirno (2000:15), inflasi didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi (presentasi kenaikan harga) berbeda dari satu periode ke periode berikutnya, dan berbeda pula dari suatu negara ke negara lainnya. Adakalanya tingkat inflasi adalah rendah yaitu mencapai 4-6%. Tingkat inflasi yang moderat mencapai antara 5-10%. Inflasi yang serius dapat mencapai tingkat beberapa ratus atau beberapa ribu persen dalam setahun.
b. Teori Inflasi Secara garis besar, teori inflasi dibagi dalam tiga kelompok, yaitu : 1) Teori Kuantitas Inflasi disebabkan oleh :
35
a) Jumlah uang beredar, kenaikan jumlah uang yang beredar akan menimbulkan inflasi. b) Harapan masyarakat mengenai kenaikan harga di masa mendatang ada 3 (tiga) kemungkinan, yaitu : Masyarakat tidak mengharapkan harga-harga naik pada masa mendatang sehingga sebagian uang yang diterimanya disimpan, akibatnya
harga-harga
tidak naik dan ini
merupakan awal munculnya inflasi. Masyarakat mulai sadar bahwa ada inflasi sehingga penambahan
jumlah
uang
tidak
disimpan
melainkan
digunakan untuk membeli barang. Hal ini menjadikan kenaikan permintaan sehingga harga-harga akan meningkat. Dalam tahap hyperinflation, orang sudah mulai kehilangan kepercayaan terhadap nilai mata uang. Peredaran uang makin cepat. 2)
Teori Keynes Inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup diluar batas
kemampuannya (secara ekonomis). Terjadi perebutan pendapatan antar kelompok sosial yang mengakibatkan permintaan masyarakat terhadap barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia dan menimbulkan celah inflasi atau (inflationary gap). Permintaan yang meningkat menyebabkan harga barang naik dan terjadi inflasi.
36
3)
Teori Strukturalis Ada
kekuatan
utama
dalam
perekonomian
negara-negara
berkembang yang bisa menimbulkan inflasi. Kekuatan ini terdiri dari hal berikut : a) Ketidakelastisan dari penerimaan ekspor, yaitu nilai ekspor tumbuh secara lamban dibandingkan dengan pertumbuhan sektor lain. b) Ketidakelastisan penawaran atau produksi bahan makanan yang tumbuh tidak secepat pertambahan penduduk dan penghasilan perkapita.
c.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi Menurut
Nopirin
(1987:82),
ada
beberapa
faktor
yang
menyebabkan timbulnya inflasi: 1) Demand Full Inflation Timbul apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian, menarik harga ke atas untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan agregat. 2) Cost Push Inflation or Supply Shock Inflation Inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan biaya selama periode pengangguran tinggi dan penggunaan sumber daya yang kurang efektif. Sedangkan faktor- faktor yang menyebabkan timbulnya
37
inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation tetapi juga dipengaruhi oleh: a) Domestic Inflation Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga barang secara umum di dalam negeri. b) Imported Inflation Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga-harga barang. d. Kebijakan untuk Mengatasi Inflasi Menurut Sukirno (2004:354), kebutuhan yang mungkin dilakukan pemerintah untuk mengatasi inflasi adalah: 1) Kebijakan Fiskal, yaitu dengan menambah pajak dan mengurangi pengeluaran pemerintah. 2) Kebijakan Moneter, yaitu dengan menaikkan suku bunga dan membatasi kredit. 3) Dari segi penawaran yaitu dengan melakukan langkah yang mengurangi biaya produksi dan menstabilkan harga seperti mengurangi pajak impor dan pajak atas bahan mentah, melakukan penetapan
harga,
menggalakan
pertambahan
produksi
dan
perkembangan teknologi. e.
Hubungan Inflasi dengan Tabungan Karena laju inflasi mengalami kenaikan, sementara tingkat bunga
simpanan bank tetap. Maka hal tersebut akan mengakibatkan menurunnya
38
tingkat
bunga
riil
perbankan.
Dalam
kondisi
seperti
mempengaruhi perilaku masyarakat dalam menggunakan
ini
akan
kekayaanya.
Dimana para penabung akan lebih cenderung mengurangi simpanannya di bank dan lebih menggunakan uangnya tersebut untuk membeli barang dan jasa. Kekayaan tersebut dapat diinvestasikan ke dalam bentuk lain. Dan dapat ditarik kesimpulan kanaikkan inflasi dengan tidak diikuti kenaikan tingkat bunga nominal, maka akan mengakibatkan menurunnya dorongan masyarakat untuk menabung di lembaga perbankan. Tetapi apabila kenaikan inflasi, diikuti dengan kenaikan tingkat bunga nominal maka orang akan menginvestasikan dananya baik dalam bentuk tabungan maupun deposito. Tetapi menurut Khan (tahun tidak disebutkan), karena perbankan yang bebas bunga bersifat anti inflasi, maka bank syariah akan mendorong pertumbuhan pendapatan riil dan tabungan domestik (Emilianshah B dkk., 2005:41). f. Pengendalian Inflasi dalam Perspektif Islam Kebijakan
moneter Islam (Perspektif Hizbut Tahrir) dalam
mengendalikan inflasi yaitu dengan: (M. Hatta, 2008:11). 1) Kebijakan moneter a)
Dinar dan Dirham, berbeda dengan sistem ekonomi Islam, inflasi yang disebabkan kelemahan dari mata uang relatif cukup kecil kemungkinan terjadinya (kalau tidak bisa dikatakan tidak akan
39
terjadi). Karena dinar dan dirham tidaklah memiliki kelemahan. sebagaimana
yang
ditemukan
dalam
fiat
money.
Faktor
fundamental dari kekuatan dinar dan dirham adalah setaranya antara nilai nominal dengan nilai intrinsik yang terdapat pada mata uang tersebut. Secara otomatis menjaga nilai tukarnya terhadap mata uang lain. Sehingga inflasi yang disebabkan lemahnya nilai tukar mata uang domestik dengan mata uang asing yang berdampak kepada naiknya komoditas impor, output gap, dan ekspektasi inflasi dapat dikatakan tidak akan terjadi. b)
Hukum Bunga, harta yang dimiliki oleh seseorang individu harus dikembangkan dengan halal (tanpa riba) yaitu dengan cara: dengan usaha sendiri, kerjasama pihak kedua (syirkah), dan kerjasama dengan pihak ketiga (media bank syariah). Hal itu bertujuan agar jumlah uang yang beredar tidak tersebar di satu tempat saja dan kebutuhan di sektor riil dapat dipenuhi. Sehingga ekonomi akan bergerak dengan baik dan tercegah terjadi inflasi.
c)
Hukum
Perbankan,
Sistem
Ekonomi
Islam
(SEI)
dalam
mendirikan perbankan adalah mubah dengan mengikuti ketentuanketentuan
(Dhawabit)
syariah.
Sehingga
perbankan
akan
membantu dan mendukung sektor riil. d)
Otoritas Kebijakan Moneter, otoritas kebijakan moneter dan fiskal tidaklahlah terpisah dengan struktur pemerintahan (lembaga eksekutif) yang ada sebagaimana yang ada pada SEK (sistem
40
ekonomi Kapitalis). Kebijakan moneter dan Fiskal dalam SEI sama-sama berada di bawah departemen Baitul Maal. Sehingga tidak diperlukan lagi koordinasi atau pembahasan apakah otoritas moneter dengan lembaga eksekutif perlu dipisahkan atau tidak untuk mengambil kebijakan moneter.
5.
Teori Kurs a. Devinisi Kurs Menurut adiningsih, dkk (1998 : 155), kurs (nilai tukar) adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, rupiah terhadap Yen dll. Menurut lipsey et.al (1997), “ nilai tukar (kurs) adalah harga suatu mata uang dalam satuan mata uang asing, ini adalah jumlah mata uang suatu negara asing yang harus dibayarkan untuk mendapatkan satu unit mata uang domestic”. Menurut Paul R Krugman dan Maurice (1994: 34) kurs adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur dan dinyatakan dalam mata uang.
41
Menurut Nopirin (1996:163) kurs adalah pertukaran dua mata uang yang berbeda, maka akan mendapatkan perbandingan yang berbeda antara kedua mata uang tersebut. b.
Sistem Kurs Secara garis besar ada dua sistem kurs, yaitu kurs mengambang
(floating exchange rate system) dan sistem kus tetap (fixed exchange rate system) (Imamudin yuliadi, 2008: 60) Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus mengemukakan bahwa sistem kurs ada 3 (tiga Macam): 1) cara kerja setandar emas Adalah suatu sitem kurs dengan menggunakan standar emas. Sistem ini memberikan kurs valuta asing yang tetap untuk setiap negara dan relatif mudah dipahami. 2) Kurs valuta asing yang mengambang “penuh” Adalah kurs yang sepenuhnys ditentukan oleh kekuatan pasar (penawaran dan permintaan) 3) Sistem kurs valuta asing yang mengambang (terkendali) Dalam sistem ini terdapat beberapa mata uang yang mengambang bebas bersama-sama mata uang yang dikaitkan dengan dollar (mengambang bersama-sama dengan dollar). Mata uang suatu negara
42
dibiarkan mengambang bersama dollar secara bebas di pasaran. Tetapi pemerintah suatu negara akan melakukan intervensi jika pasar dalam keadaan kacau atau kurs dianggap terlalu jauh dari yang diperkirakan sebagai kurs yang tepat. c.
faktor yang mempengaruhi pergerakan Kurs (Madura,1993), yaitu. 1) Faktor Fundamental Faktor fundamental berkaitan dengan indicator-indikator ekonomi seperti inflasi, suku bunga, perbedaan relative pendapatan antar negara, ekspektasi pasar dan intervensi Bank sentral. 2) Faktor Tekhnis Faktor tekhnis berkaitan dengan penawaran dan permintaan devisa pada saat-saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan sementara penawaran tetap, maka harga valas akan naik dan sebaliknya. 3) Sentimen Pasar Sentiment pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau beritaberita politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valas naik atau turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila berita-berita atau rumor berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal.
43
d. Hubungan Kurs Dengan Tabungan Secara teoritis dampak perubahan tingkat / nilai tukar dengan investasi bersifat uncertainty (tidak pasti). Shikawa (1994), mengatakan pengaruh tingkat kurs yang berubah pada investasi dapat langsung lewat beberapa saluran, perubahan kurs tersebut akan berpengaruh pada dua saluran, sisi permintaan dan sisi penawaran domestik. Dalam jangka pendek, penurunan tingkat nilai tukar akan mengurangi investasi melalui pengaruh negatifnya pada absorbs domestik atau yang dikenal dengan expenditure reducing effect. Karena penurunan tingkat kurs ini akan menyebabkan nilai riil asset masyarakat yang disebabkan kenaikan tingkat harga-harga secara umum dan selanjutnya akan menurunkan permintaan domestic masyarakat. Gejala diatas pada tingkat perusahaan akan direspon dengan penurunan pada pengeluaran / alokasi modal pada investasi. Pada sisi penawaran, pengaruh aspek pengalihan pengeluaran (expenditure switching) akan perubahan tingkat kurs pada investasi relatif tidak menentu. Penurunan nilai tukar mata uang domestik akan menaikkan produk-produk impor yang diukur dengan mata uang domestik dan dengan demikian akan meningkatkan harga barang-barang yang diperdagangkan. Sehingga dengan begitu masyarakat akan lebih tertarik menyimpan uangnya di bank daripada membelanjakannya. Hal ini dikarenakan harga barang mengalami peningkatan terutama barang-barang yang impor seperti alat elektronik, kendaraan bermotor dll.
44
e.
Sistem Nilai Tukar dalam Islam Sebagai lembaga keuangan yang memfasilitasi perdagangan Internasional, Perbankan Syariah tidak dapat menghindarkan diri dari keterlibatannya pada pasar valuta asing. Dari ketiga sistem nilai tukar mata uang yang ada dalam ekonomi konvensional, manakah yang sesuai dengan konsep ekonomi Islam? Beberapa argumen muncul, yaitu : 1) Pendapat pertama yang tepat, namun sering dianggap radikal bahkan oleh pengusung ekonomi Islam sendiri adalah kembali menggunakan mata uang fisik dinar dan dirham (full bodied money). Dimana mata uang dunia saat ini kembali kepada standar emas dan perak, hal ini pun telah mulai dirintis di Indonesia, namun perkembangannya masih belum mencapai taraf sebagai nilai tukar dalam transaksi tetapi masih sebagai sarana investasi. Alternatif yang pertama, saat ini akan (masih) sulit diwujudkan. Kesulitan ini terutama karena dinar dan dirham – meski sebenarnya merupakan mata uang dari luar Islam yaitu Romawi dan Persia – telah dicitrakan sebagai mata uang Islam. Menurut penulis, seandainya negara-negara Islam mengusulkan kepada dunia untuk menggunakan dinar dirham, akan banyak penolakan terutama Barat yang phobia terhadap Islam.
45
2) Pendapat kedua yang moderat mengusulkan supaya mata uang sekarang agar di-backup
dengan emas sebagaimana bretton
woods system. Sehingga setiap pencetakan uang harus didasarkan kepada cadangan emas tertentu yang telah disepakati bersama, agar tidak terjadi pencetakan uang berlebihan seperti saat ini.Dengan begitu, peluang terbesar ada pada usulan moderat, yaitu agar mata uang-mata uang sekarang kembali di-backup dengan emas-tentu dengan beberapa penyempurnaan dari sistem sebelumnya (Bretton Woods). Sistem inilah yang oleh kalangan barat ingin kembali digulirkan yang dikenal dengan istilah Bretton woods II. Usulan ini bahkan didukung oleh nama-nama besar seperti Joseph E. Stiglitz ( Ekonom peraih nobel dari Amerika), Gordon Brown (mantan PM Inggris) hingga Nicholas Sarkozy (Presiden Perancis). Sedangkan yang paling lunak adalah sebagaimana seperti adanya sekarang, hanya bagaimana pemerintah mengatur supaya tidak ada lagi unsur maghrib ( maysir ‘spekulasi‟, gharar „penipuan‟ dan riba ) dalam sistem ekonomi moneter yang berlaku. Dari ketiga usulan itu, penulis dengan tegas menolak yang disebutkan terakhir berdasarkan kenyataan bahwa sistem moneter yang ada sekarang memungkinkan pihak yang mengejar keuntungan pribadi melakukan aksi
maghrib
tersebut.
Terbukti,
betapapun
pemerintah
46
menghimabau para spekulan, aksi spekulasi di bursa valas masih tetap gencar.
6.
Teori Nisbah Bagi Hasil ( NBH )
a.
Teori Umum Bagi Hasil Bagi hasil adalah suatu prinsip pembagian laba (keuntungan) yang diterapkan dalam kemitraan kerja dimana porsi bagi hasil ditentukan pada saat akan kerjasama. Jika laba (keuntungan) tersebut psrsi bagi hasilnya sesuai dengan konstribusi modal masing-masing dan membagi laba (keuntungan) dibagi sesuai yang telah disepakati bersama.
b. Teori Bagi Hasil dalam Perbankan Syariah Menurut M. Syafi‟i Antonio, Islam memiliki dua sistem distribusi utama, yakni distribusi secara komersial dan mengikuti mekanisme pasar serta sistem distribusi yang bertumpu pada aspek keadilan sosial masyarakat. Sistem distribusi pertama, bersifat komersial, berlangsung melalui proses ekonomi. Menurut Yusuf Qardhawi, ada 4 aspek terkait keadilan distribusi yaitu: 1) gaji yang setara (al ujrah al mitsl) bagi para pekerja, 2) profit atau keuntungan untuk pihak yang menjalankan usaha atau yang melakukan perdagangan melalui mekanisme mudlârabah maupun bagi hasil (profit sharing) untuk modal dana melalui mekanisme musyarakah, 3) biaya sewa tanah serta alat produksi lainnya, 4) tanggung jawab
47
pemerintah terkait dengan peraturan dan kebijakannya. Atas dasar aspek keadilan tersebut pada Perbankan Syariah di dunia penggunakan prinsip perhitungan bagi hasil pada akad pembiayaan maupun penghimpunan dana dengan prinsip mudharabah. Seperti yang diterapkannya sistem nisbah bagi hasil (Antonio,2001:43). Nisbah bagi hasil merupakan faktor penting dalam menentukan bagi hasil di Perbankan Syariah. Sebab aspek nisbah merupakan aspek yang disepakati bersama antara kedua belah pihak yang melakukan transaksi. Untuk menentukan nisbah bagi hasil perlu
memperhatikan
aspek-aspek:
data
usaha,
kemampuan
angsuran, hasil usaha yang dijalankan, nisbah pembiayaan dan distribusi pembagian hasil (Muhammad, 2005:123). Nisbah bagi hasil (NBH) adalah sebagai pengganti tingkat suku bunga. Bagi hasil adalah keuntungan/hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana baik investasi maupun transaksi jual beli yang diberikan kepada nasabah dengan persyaratan tertentu (Antonio, 2001). 1) Perhitungan bagi hasil disepakati menggunakan pendekatan/pola sebagi berikut: a) Revenue Sharing b) Profit & Loss Sharing c) Gross Profit 2) Ketentuan Bagi Hasil
48
a) Pada saat akad terjadi wajib disepakati sistem bagi hasil yang digunakan, apakah Revenue Sharing, Profit dan loss Sharing atau Gross Profit. Kalau tidak disepakati akad itu menjadi gharar. b) Waktu dibagikannya bagi hasil harus disepakati oleh kedua belah pihak, misalnya setiap bulan atau waktu yang telah disepakati. c) Pembagian bagi hasil sesuai dengan nisbah yang disepakati di awal dan tercantum dalam akad. 3) Perhitungan Bagi Hasil Perhitungan bagi hasil tabungan didasarkan pada rata-rata harian yang dihitung dari tiap akhir
bulan dan di buku awal
bulan berikutnya. Rumus perhitungan bagi hasil tabungan adalah sebagai berikut:
Hari bagi hasil x saldo rata-rata harian x tingkat bagi hasil Hari kalender yang bersangkutan
Dalam memperhitungkan bagi hasil tabungan mudharabah, maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a) Hasil perhitungan bagi hasil dalam rangka satuan bulat tanpa mengurangi hak nasabah, maka:
49
-
Pembulatan ke atas untuk nasabah
-
Pembulatan ke bawah untuk bank
b) Hasil perhutungan pajak dibulatkan ke atas sampai puluhan terdekat. Dalam pembayaran bagi hasil, Bank Syariah menggunakan metode end of month, yaitu: a) Pembayaran bagi hasil tabungan mudharabah dilakukan secara bulanan, yaitu pada tanggal tutup buku setiap bulan. b) Bagi hasil bulan pertama dihitung secara proporsional hari efektif. Tingkat bagi hasil yang dibayarkan adalah tingkat bagi hasil tutup buku bulanan terakhir. c) Jumlah hari sebulan adalah jumlah hari kalender bulan yang bersangkutan (28 hari, 29 hari, 30 hari, dan 31 hari). d) Bagi hasil bulanan yang diterima nasabah dapat diafiliasikan ke rekening lainnya sesuai permintaan nasabah.
c. Hubungan Nisbah Bagi Hasil dengan Tabungan Dilihat dari pergerakan nisbah bagi hasil (NBH) pada Bank Syariah akan mempengaruhi tabungan (saving) yang terjadi. Hal itu berarti keinginan masyarakat dengan adanya perjanjian nisbah bagi hasil yang diterima antara kedua belah pihak sangat mempengaruhi keinginan masyarakat untuk lebih meningkatkan tabungannya. Karena semakin
50
tinggi nisbah bagi hasil (NBH) maka akan semakin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung pada Bank Syariah. B. Studi Empiris Sebelumnya Sefti Wulandari (2013) dengan judul penelitian “ Analisis faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Total Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum Syariah Di Indonesia (periode 2011-2013)“. Dengan hasil penelitian menggunakan Uji F mengindikasikan bahwa nisbah bagi hasil, jumlah kantor cabang, GDP, dan inflasi secara simultan memiliki hubungan signifikan terhadap total dana pihak ketiga bank umum syariah di Indonesia. Aldrin Wibowo dan Susi Suhendra (2008) dengan judul penelitian “ Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Tingkat Inflasi dan Tingkat Suku Bunga terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Bank Devisa di Indonesia (periode triwulan I 2003- triwulanIII 2008)”. Dengan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara keseluruhan pengaruh variabel independen terhadap jumlah DPK bank Devisa adalah lemah. Berdasarkan nilai R Square pada pengujian Durbin Watson, Variabel DPK dapat dijelaskan oleh variabel nilai kurs, inflasi dan suku bunga SBI sebesar 19,2%. Pada pengujian regresi berganda, variabel nilai kurs, inflasi memiliki pengaruh searah (positif), sedangkan Suku bunga SBI memiliki hubungan berlawanan arah. Abida Mutaqiena (2013) dengan judul penelitian “ Analisis Pengaruh PDB, Inflasi, , Tingkat Bunga, dan Nilai Tukar Terhadap Dana Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah Di Indonesia (2008-2012)”.
51
Dengan hasil penelitian menunjukan bahwa PDB, Inflasi (IHK), Suku Bunga Deposito 1 Bulan Bank Umum, dan Nilai Tukar Rupiah Secara simultan (Uji F) maupun parsial (Uji T) berpengaruh Signifikan terhadap Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah Di Indonesia (2008-2012) . Muhamad Ghafur W (2003), dengan judul penelitian “ Hubungan antara Nisbah Bagi Hasil (NBH), Suku Bunga, serta Pendapatan terhadap Simpanan Mudharabah di Bank Mu‟amalat Indonesia“. Dengan hasil penelitian bahwa tiga variabel bebas tersebut hanya pendapatan nasional yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap simpanan mudharabah. Sedangkan nisbah bagi hasil dan suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap simpanan mudharabah. Muhammad Nurdian farikh (2006), dengan judul penelitian “ Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah dan Konvensional di Indonesia”. Dengan hasil penelitian menunjukan bahwa baik pada perbankan konvensional dan perbankan syariah tingkat bagi hasil tidak berpengaruh signifikan sedangkan factor moneter dan factor perbankan berpengaruh signifikan. Tidak signifikannya bagi hasil pada tingkat deposit bank syariah selama periode penelitian merupakan sinyal bahwa nasabah perbankan syariah memiliki ketahanan secara prinsip terhadap nilai - nilai relijius dimana hubungan antara nasabah dan bankir merupakan hubungan tolong menolong dan tidak dilandasi saja oleh factor financial.
52
Evi Natalia, Moch Dzulkiron AR dan Sri Mangesti Rahayu (2012) dengan judul penelitian “ Pengaruh Tingkat Bagi Hasil, Deposito Bank Syariah dan Suku Bunga Deposito Bank Umum Terhadap Jumlah Simpanan Deposito Mudharabah (Studi Pada PT. Bank Syariah Mandiri Periode 2009-2012)”.
Dengan hasil penelitian menunjukan bahwa
variabel tingkat bagi hasil Deposito Bank Syariah dan Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Umum secara bersama-sama berpengaruh terhadap jumlah simpanan Deposito Mudharabah. Nikmatul Umroh dan Ari Kristin P, dengan judul penelitian “ Pengaruh BI Rate dan UU NO. 21 TAHUN 2008 Tentang Perbankan Syariah Terhadap Tingkat Dana Pihak Ketiga dan Perkembangan Perbankan Syariah”. Dengan hasil penelitian menunjukan bahwa secara simultan (bersama-sama) terdapat pengaruh yang signifikan antara BI Rate dan UU No 21 tahun 2008 terhadap DPK bank Syariah. Nilai koefisien regresi BI rate < UU atau -2930.445 < 12345.005, maka bisa disimpulkan bahwa yang lebih berpengaruh terhadap DPK bank syariah adalah variabel UU No. 21 tahun 2008 dari pada BI rate.
53
Tabel 2.3. Penelitian Terdahulu
NO 1.
2.
Nama Peneliti Sefti Wulandari (2013)
Aldrin Wibowo dan Susi Suhendra (2008)
Judul
Variabel
“ Analisis faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Total Dana Pihak Ktiga (DPK) Bank Umum Syariah Di Indonesia (periode 20112013)“
Y = DPK X= Bagi Hasil, Jumlah Kantor Bank, GDP dan Inflasi
“ Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Tingkat Inflasi dan Tingkat Suku Bunga terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Bank Devisa di Indonesia (periode triwulan I 2003- triwulan III 2008)”
Y= DPK X= Kurs, Inflasi, dan Suku Bunga.
Metodologi dan Hasil Penelitian Metode : Multiple Regression Dengan hasil penelitian menggunakan Uji F mengindikasikan bahwa nisbah bagi hasil, jumlah kantor cabang, GDP, dan inflasi secara simultan memiliki hubungan signifikan terhadap total dana pihak ketiga bank umum syariah di Indonesia Metode : Regresi Linier Berganda. Dengan hasil penelitiannya menunjukan bahwa secara keseluruhan pengaruh variabel independen terhadap jumlah DPK bank Devisa adalah lemah. Berdasarkan nilai R Square pada pengujian Durbin Watson, Variabel DPK dapat dijelaskan oleh variabel nilai kurs, inflasi dan suku bunga SBI sebesar 19,2%. Pada pengujian regresi
Persamaan
Perbedaan
Y = DPK Penelitian X = Bagi menggunakan Hasil, Inflasi. UJI OLS bukan Multiple Resgression. Peneliti tidak menggunakan variabel X ; Jumlah kantor Bank dan GDP dalam Penelitiannya.
Y = DPK X = Kurs, Inflasi. Menggunakan uji Regresi Linier Berganda.
Peneliti tidak menggunakan Variabel X = Suku Bunga dalam Penelitiannya
54
3.
Abida Mutaqiena (2013)
“ Analisis Pengaruh PDB, Inflasi, , Tingkat Bunga, dan Nilai Tukar Terhadap Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah Di Indonesia (2008-2012)”
Y= DPK X= PDB, Inflasi, Tingkat Bunga dan Nilai Tukar.
4.
Muhamad Ghafur W (2003)
“ Hubungan antara Nisbah Bagi Hasil (NBH), Suku Bunga, serta Pendapatan terhadap Simpanan Mudharabah di Bank Mu‟amalat Indonesia“.
Y= Simpanan Mudharabah X= NBH, Suku Bunga, dan pendapatan
5.
Muhammad “ Analisis
Y: DPK
berganda, variabel nilai kurs, inflasi memiliki pengaruh searah (positif), sedangkan Suku bunga SBI memiliki hubungan berlawanan arah. Metode: Quadratic (Match sum). Hasil penelitian menunjukan bahwa PDB, Inflasi (IHK), Suku Bunga Deposito 1 Bulan Bank Umum, dan Nilai Tukar Rupiah Secara simultan (Uji F) maupun parsial (Uji T) berpengaruh Signifikan terhadap Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah Di Indonesia (20082012) hasil penelitian menunjukan bahwa tiga variabel bebas tersebut hanya pendapatan nasional yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap simpanan mudharabah. Sedangkan nisbah bagi hasil dan suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap simpanan mudharabah.
Y= DPK Peneliti X= Nilai menggunakan Tukar, Inflasi UJI OLS dalam Penelitiannya. Peneliti tidak menggunakan variabel X = Tingkat Bunga dalam penelitiannya.
X = NBH
Metode : Regresi Y = DPK
Peneliti tidak menggunakan Variabel Y = Simpanan Mudharabah dalam Penelitianya. Peneliti juga tidak menggunakan variabel X= Suku Bunga dan Pendapatan dalam peelitiannya.
Peneliti
55
Nurdian farikh (2006)
5.
Evi Natalia, Moch Dzulkiron AR dan Sri Mangesti Rahayu (2012)
Faktor-Faktor X: Inflasi, yang SBI, IHSG, Mempengaruhi dan M2. Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah dan Konvensional di Indonesia”
penelitian “ Pengaruh Tingkat Bagi Hasil, Deposito Bank Syariah dan Suku Bunga Deposito Bank
Y= Simpanan Deposito Mudharabah Bank Mandiri. X= Bagi Hasil, Deposito Bank Syariah,
Linear Berganda, X= Inflasi Analisis Faktor dan Kointegrasi. Dengan hasil penelitian menunjukan bahwa baik pada perbankan konvensional dan perbankan syariah tingkat bagi hasil tidak berpengaruh signifikan sedangkan factor moneter dan factor perbankan berpengaruh signifikan. Tidak signifikannya bagi hasil pada tingkat deposit bank syariah selama periode penelitian merupakan sinyal bahwa nasabah perbankan syariah memiliki ketahanan secara prinsip terhadap nilai - nilai relijius dimana hubungan antara nasabah dan bankir merupakan hubungan tolong menolong dan tidak dilandasi saja oleh factor financial. Metode : Regresi Linier Berganda. Dengan hasil penelitian menunjukan bahwa variabel tingkat bagi hasil Deposito Bank Syariah dan Tingkat
menggunakan UJI OLS dalam penelitiannya. Peneliti tidak menggunakan variabel SBI, IHSG dan M2 dalam penelitiannya. Dan peneliti tidak meneliti perbankan konvensional dalam penelitiannya.
Regresi linier Berganda. X= Bagi hasil.
Peneliti tidak menggunakan variabel Y = Simpanan Deposito Mudharabah dalam penelitiannya. 56
6.
Nikmatul Umroh dan Ari Kristin P
Umum Terhadap Jumlah Simpanan Deposito Mudharabah (Studi Pada PT. Bank Syariah Mandiri Periode 20092012)”. “ Pengaruh BI Rate dan UU NO. 21 TAHUN 2008 Tentang Perbankan Syariah Terhadap Tingkat Dana Pihak Ketiga dan Perkembangan Perbankan Syariah”.
dan Suku bunga.
Suku Bunga Deposito Bank Umum secara bersama-sama berpengaruh terhadap jumlah simpanan Deposito Mudharabah.
Peneliti tidak menggunakan X = Suku bunga dalam penelitiannya.
Y: DPK dan Perkembangan Perbankan Syariah. X : BI Rate, dan UU No. 21 Tahun 2008.
Dengan hasil Y= DPK penelitian menunjukan bahwa secara simultan (bersama-sama) terdapat pengaruh yang signifikan antara BI Rate dan UU No 21 tahun 2008 terhadap DPK bank Syariah. Nilai koefisien regresi BI rate < UU atau 2930.445 < 12345.005, maka bisa disimpulkan bahwa yang lebih berpengaruh terhadap DPK bank syariah adalah variabel UU No. 21 tahun 2008 dari pada BI rate.
Peneliti tidak menggunakan variabel BI rate dan UU No. 21 tahun 2008.
C. Kerangka Pemikiran Salah satu parameter yang paling umum dijadikan landasan pengukuran pertumbuhan perbankan adalah Dana Pihak Ketiga (DPK)
57
perbankan. Pertumbuhan DPK perbankan merupakan salah satu indikator utama pertumbuhan perbankan. Sejak berdirinya bank syariah di Indonesia
bank syariah terus
mengalami perkembangan dan pertumbuhan salah satunya dapat kita lihat dari tingginya pertumbuhan DPK bank syariah dalam percaturan ekonomi Indonesia. Dengan dukungan dari penelitian terdahulu, peneliti akan meneliti lebih lanjut dari penelitian-penelitian sebelumnya dengan judul Analisis Pengaruh Inflasi, Kurs dan Nisbah Bagi Hasil (NBH) terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah di Indonesia Periode Desember 2010 – Juli 2013. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh perubahan variabel independen bebas Inflasi, Kurs dan Nisbah Bagi Hasil (NBH) terhadap variabel dependen yaitu DPK Perbankan Syariah yang dalam realisasinya tidak lepas dari kondisi internal maupun eksternal. Data dari masing-masing variabel dari situs resmi Bank Indonesia yaitu Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan Laporan Publikasi Bank Indonesia. Setelah memperoleh data disetiap variabel peneliti mulai melakukan analisis regresi berganda menggunakan software Eviews 6 dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dan dilakukan uji asumsi klasik (uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi), uji statistik dan uji koefisien determinasi agar penelitian dapat diuji dengan baik dan benar
58
sesuai metodologi penelitian. Selanjutnya melakukan analisis tersebut untuk mengambil hasil interpretasi data yang akan menghasilkan kesimpulan penelitian ini. Dari pembahasan yang telah diuraikan diatas, berikut ini adalah kerangka pemikiran dari penelitian yang akan dilakukan. Untuk mewujudkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini jika divisualisasikan dalam bentuk skema atau model sederhana adalah sebagai berikut:
59
Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Kurs, Nisbah Bagi Hasil Terhadap Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di Indonesia Periode Desember 2010- Juli 2013
Inflasi (X1) Kurs
DPK
(X2)
(Y)
NBH (X3)
Model Ekonometrika
Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji Multikolinearitas Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi Regresi Berganda Uji t Uji f Uji Adj Hasil dan Interpretasi Kesimpulan dan Saran
Gambar .2.1 Diagram Kerangka Pemikiran
60
D. Hipotesis Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah yang diajukan dan jawaban itu masih diuji secara empiris kebenarannya. Adapun perumusan hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut : a) H0 : Diduga Inflasi tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah di Indonesia periode Desember 2010 – Juli 2013. H1 : Diduga Inflasi berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah di Indonesia periode Desember 2010 – Juli 2013.
b) H0 : Diduga Kurs tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah di Indonesia periode Desember 2010 – Juli 2013. H1 : Diduga Kurs berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah di Indonesia periode Desember 2010 – Juli 2013.
c) H0 : Diduga Nisbah Bagi Hasil (NBH) tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah di Indonesia periode Desember 2010 – Juli 2013.
61
H1 : Diduga Nisbah Bagi Hasil (NBH) berpengaruh signifikan secara parsial Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah di Indonesia periode Desember 2010 – Juli 2013. d) H0 : Diduga Inflasi, Kurs dan Nisbah Bagi Hasil (NBH) tidak berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah di Indonesia periode Desember 2010 – Juli 2013. H1 : Diduga Inflasi, Kurs dan Nisbah Bagi Hasil (NBH) berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah di Indonesia periode Desember 2010 – Juli 2013.
62
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini penulis memfokuskan variabel dependen yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK) di Perbankan Syariah dan variabel independennya difokuskan pada Inflasi, Kurs Nisbah Bagi Hasil. Penelitian ini merupakan penelitian analisis pengaruh, karena tujuan penelitian ini adalah meneliti hubungan pengaruh antara dua variabel, yaitu variabel independen (Inflasi, Kurs dan NBH) dengan variabel dependen (DPK). Data operasionalnya yang digunakan pada penelitian ini menggunakan data runtun waktu (time series). Semua data dalam bulanan yaitu periode bulan Desember 2010 hingga Juli 2013 yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.
B. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Field Research
63
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat sekunder yaitu data yang diperoleh melalui hasil pengolahan pihak kedua atau data yang sudah dipublikasikan untuk menjelaskan gejala suatu fenomena, seperti pusat referensi Bank Indonesia (BI). 2) Library Research Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari membaca literatur, buku, jurnal dan sejenisnya yang berhubungan dengan aspek yang diteliti sebagai upaya untuk memperoleh data yang valid. 3) Internet Research Terkadang buku referensi atau literatur yang
kita dapatkan di
perpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau kadaluarsa secara keilmuannya, karena ilmu selalu berkembang. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hal tersebut penulis melakukan penelitian dengan teknologi yang juga berkembang yaitu internet sehingga data yang diperoleh merupakan data yang sesuai dengan perkembangan zaman.
C. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini untuk mengetahui analisis pengaruh Inflasi, Kurs dan Nisbah Bagi Hasil (NBH) terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah di Indonesia, dengan menggunakan metode data kuantitatif, yaitu dimana data yang digunakan dalam penelitian berbentuk angka dengan menggunakan
64
alat analisis Ordinary Least Square digunakan untuk mencapai penyimpangan atau error yang minimum dengan menggunakan analisis regresi berganda yaitu digunakan lebih dari dua variabel bebas. Menurut Ajija (2011:23) Ordinary Least Square merupakan metode estimasi yang sering digunakan untuk mengestimasi fungsi regresi populasi dari fungsi regresi sampel. Untuk analisis data akan dilakukan dengan bantuan aplikasi komputer yaitu program Excel 2007 dan program Eviews 6. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data lon (ln) semua data variabel penelitian di log karena untuk penyertaan data dari variabel tersebut satuan datanya berbeda dan juga sebagai pemecahan persamaan yang tidak diketahuinya merupakan perangkat dari variabel lain. Hubungan variabel DPK dengan variabel Inflasi, Kurs dan NBH diformulasikan sebagai berikut : Y = f (X1, X2, X3, e) Sedangkan model ekonometrika ditulis : Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 e DPK = β0 + β1 INFLASI + β2 KURS + β3 NBH e LNDPK = β0 + β1 LN(INF) + β2 LN(KURS) + β3 LN(NBH) e
Dimana : β0
= Constanta
65
β1, β2, β3
= Koefisien Regresi dari masing-masing variabel yang
mempengaruhi DPK LNDPK
= Lon Dana Pihak Ketiga
LNINFLASI
= Lon Inflasi
LNKURS
= Lon Kurs
LNNBH
= Lon Bagi Hasil
e
= Error Terms (variabel diluar model tetapi tidak ikut berpengaruh terhadap variabel terikat.
1. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Uji asumsi klasik penting dilakukan untuk menghasilkan estimator yang linier tidak bias dengan varian yang minimum BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), yang berarti model regresi tidak mengandung masalah. Untuk itu diperlukannya pendeteksian lebih lanjut diantaranya: a. Uji Normalitas Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi antara variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Uji normalitas
66
menjadi sangat populer dan tercangkup dibeberapa komputer statistik. (Gujarati, 2006:164) Uji normalitas residual metode Ordinary Least Square secara formal dapat dideteksi dari metode yang dikembangkan oleh Jarque-Bera (JB). Deteksi dengan melihat Jarque-Bera yang merupakan asimtotis (sampel besar dan didasarkan atas residual Ordinary Least Square). Uji ini dengan melihat probabilitas Jarque-Bera (JB) sebagai berikut : (Gujarati, 2006:165) Langkah-langkah pengujian normalitas data sebagai berikut : Hipotesis :
H0 : Model berdistribusi normal H1 : Model tidak berdistribusi normal
Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Signifikan, H0 diterima Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Tidak Signifikan, H0 ditolak
b. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas berarti adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan (independen) dari model regresi. (Gujarati, 2006:184) Sedangkan menurut Nachrowi (2006:95) jika tidak korelasi antara kedua variabel tersebut, maka koefisien pada regresi majemuk akan sama
67
dengan koefisien pada regresi sederhana. Hubungan linier antar variabel bebas inilah yang disebut dengan multikolinearitas. Dalam penelitian ini penulis akan melihat mulkolinearitas dengan menguji koefisien korelasi (r) berpasanagan yang tinggi diantara variabelvariabel penjelas. Sebagai aturan main yang kasar (rule of thumb), jika koefisien korelasi cukup tinggi katakanlah diatas 0.8 maka diduga terjadinya multikolinearitas dalam model. Sebaliknya jika koefisien korelasi kurang dari 0.8 maka diduga model tidak mengandung multikolinearitas. Uji
koefisien
korelasinya
yang
mengandung
unsur
multikolinearitas, misalnya variabel X1 dan X2. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut : Bila r < 0.8 (model tidak terdapat multikolinearitas) Bila r > 0.8 (model terdapat multikolinearitas) Ada
beberapa
cara
untuk
mengatasi
masalah
adanya
multikolinearitas, antara lain : melihat informasi sejenis yang ada, mengeluarkan variabel dan mencari data tambahan. (Nachrowi, 2006:104)
c. Uji Heterokedastisitas Heteroskedastisitas terjadi apabila variasi Ut tidak konstan atau sering berubah-ubah seiring dengan berubahnya nilai variabel independen (Gujarati, 2006:146) 68
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain itu tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika variance
tidak
konstan
atau
berubah-ubah
disebut
denfan
heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. (Nachrowi, 2008:108) Untuk melacak keberadaan heterokedastisitas dalam penelitian ini digunakan uji white. Dengan langkah-langkah pengujian sebagai berikut : Hipotesis :
H0 : Model tidak terdapat Heterokedastisitas H1 : Model terdapat Heterokedastisitas
Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Signifikan, H0 diterima Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Tidak Signifikan, H0 ditolak Apabila probabilitas Obs*R2 lebih besar dari 0.05 maka model tersebut tidak terdapat heterokedastisitas. Sebaliknya jika probabilitas Obs*R2 lebih kecil dari 0.05 maka model tersebut dipastikan terdapat heterokedastisitas. Jika model tersebut harus ditanggulangi melalui transformasi logaritma natural dengan cara membagi persamaan regresi dengan variabel independen yang mengandung heterokedastisitas.
69
d. Uji Autokorelasi Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai “korelasi diantara anggota observasi yang diurut menurut waktu (seperti deret berkala) atau ruang (seperti data lintas-sektoral)”. (Gujarati,2006:147) Menurut Nachrowi (2006:183) dalam berbagai studi ekonometrika, data time series sangat banyak digunakan. Namun dibalik pentingnya data tersebut, ternyata data time series menimpan berbagai permasalahan, salah satunya yaitu autokorelasi. Autokorelasi merupakan penyebab yang akibat data menjadi tidak stasioner, sehingga bila data dapat distasionerkan maka autokorelasi akan hilang dengan sendirinya, karena metode transformasi data untuk membuat data yang tidak stasioner sama dengan tranformasi data untuk menghilangkan autokorelasi. Untuk melihat ada tidaknya penyakit autokorelasi dapat juga digunakan uji Langrange Multiplier (LM Test) atau yang disebut Uji Breusch-Goldfrey dengan membandingkan nilai probabilitas R-Squared dengan α = 0.05. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut (Gujarati, 2006:147) Hipotesis :
H0 : Model tidak terdapat Autokorelasi H1 : Model terdapat Autokorelasi
Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Signifikan, H0 diterima
70
Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Tidak Signifikan, H0 ditolak Apabila probabilitas Obs*R2 lebih besar dari 0.05 maka model tersebut tidak terdapat autokorelasi. Apabila probabilitas Obs*R2 lebih kecil dari 0.05 maka model tersebut terdapat autokorelasi.
2. Uji Statistik Data yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari variabelvariabel yang akan diteliti. Pengolahan data menggunakan Excel 2007 dan Eviews 6. Dalam pengujian ini menggunakan Uji Statistik meliputi Uji-t dan Uji-F. a. Uji Parsial (Uji-t) Uji-t digunakan untuk menguji apakah setiap variabel bebas (independen) secara masing-masing parsial atau individu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (dependen) pada tingkat signifikan 0.05 (5%) dengan menganggap variabel bebas bernilai konstan. Langkah-langkah yang harus dilakukan dengan uji-t yaitu dengan pengujian, yaitu : (Nachrowi, 2006:17) Hipotesis :
H0 : βi = 0 artinya masing-masing variabel bebas tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel terikat.
71
H1 : βi ≠ 0 artinya masing-masing variabel bebas ada pengaruh yang signifikan dari variabel terikat. Bila probabilitas α > 5% → variabel bebas tidak signifikan atau tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (H0 terima, H1 tolak) Bila probabilitas α < 5% → variabel bebas signifikan atau mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (H0 tolak, H1 terima).
b. Uji Fisher (Uji-F) Uji Fisher (Uji-F) digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel bebas (independen) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat (dependen) pada tingkat signifikan 0.05 (5%). Pengujian semua koefisien regresi secara bersama-sama dilakukan dengan uji-F dengan pengujian, yaitu (Nachrowi, 2006:16) Hipotesis :
H0 : βi = 0 artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. H1 : βi ≠ 0 artinya secara bersama-sama ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
72
Bila probabilitas α > 5% → variabel bebas tidak signifikan atau tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Bila probabilitas α < 5% → variabel bebas signifikan atau mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. 3. Uji Koefisien Determinasi Menurut Ajija (2011:34) Uji koefisien determinasi koefisien R2 (adjusted R-squared). Koefisien determinasi ini menunjukkan kemampuan garis regresi menerangkan variasi variabel terikat Y yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas X. Nilai koefisien R2 (adjusted R-squared) berkisar antara 0 sampai 1. Semakin mendekati 1, semakin baik. D. Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen (Y) Variabel Dependen sering disebut sebagai variabel output, criteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. (Sugiono: 2013). Dalam Penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah DPK. DPK menurut Undang-undang No.10 tahun 1998 adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank atas dasar perjanjian tabungan dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan bentuk lainnya. Data yang operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
73
Bank Indonesia yaitu Statistik Perbankan Syariah berdasarkan perhitungan bulanan, yaitu dari tahun 2010-2013 yang dinyatakan dalam milyar rupiah. 2. Variabel Independen (X) Variabel independen identik dengan variabel bebas, penjelas, explanatory variable. Variabel ini biasanya dianggap sebagai variabel prediktor atau penyebab karena memprediksi atau menyebabkan variabel dependen (Kuncoro,2009). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen sebagai berikut : a. Inflasi (X1) Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yaitu Statistik Perbankan Syariah berdasarkan perhitungan bulanan, yaitu dari 2010 -2013 yang dinyatakan dalam bentuk persentase. b. Kurs (X2) Kurs adalah Nilai tukar atau catatan (quotation) harga pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestik (domestic currency) atau resiprokalnya, yaitu harga mata uang domestik dalam mata uang asing. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari data yang dikeluarkan oleh bank Indonesia, yaitu Statistik Ekonomi Moneter Indonesia (SEMI) berdasarkan perhitungan bulanan Data yang
74
diambil berdasarkan Bank Indonesia periode 2010 – 2013 yang dinyatakan dalam Ribu Rupiah. c. Nisbah Bagi Hasil(X3) Nisbah Bagi Hasil (NBH) adalah suatu sistem pengolahan dana dalam perekonomian Islam yakni pembagian hasil usaha antara pemilik modal (sahibul maal) dan pengelola (mudharib) dalam hal ini nasabah adalah sebagai pemilik modal dan bank adalah sebagai pengelola. Data yang diambil berdasarkan data Bank Indonesia periode 2010 – 2013 dengan bentuk persentase.
75
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1.
Sejarah Perkembangan Bank Syariah Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu penerimaan simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengiriman uang. Hampir dapat dipastikan bahwa pengelolaan dana bagi hasil seperti mudharabah dan musyarakah sudah dikenal sejak pra-Islam. Di Timur Tengah, kemitraan bisnis dengan tehnik mudharabah dapat dijadikan pengganti tingkat suku bunga sebagai cara untuk membiayai aktivitas ekonomi. Islam datang, transaksi keuangan yang berbasis bunga dilarang dan semua dana yang harus dikelola dengan sistem bagi hasil. Konsep teoritis mengenai bank Islam muncul pertama kali pada tahun 1940-an, dengan gagasan
mengenai perbankan berdasarkan bagi hasil.
Berkenaan dengan ini, dapat disebutkan pemikiran-pemikiran dari beberapa penulis, antara lain Anwar Qureshi (1946), Naiem siddiqi (1948), dan Mahmud Ahmad (1952). Uraian yang lebih terperinci
mengenai
pendahuluan perbankan Islam ditulis oleh Ulama besar Pakistan yakni Abul
76
A’la Al-Maududi (1961) serta Muhammad Hamidullah (1944-1963). Maududi Uzair merupakan seorang perintis teori perbankan Islam dengan karyanya yang berjudul:
A Groundwork for Interest Free Bank (Sutan
Remy: 1999 :4). Beroperasinya Mit Ghamr Local Saving Bank di Mesir pada tahun 1963 merupakan tonggak sejarah perkembangan sistem perbankan Islam. Pada Tahun 1967 pengoperasian Mit Ghamr Local Saving Bank diambil oleh National Bank of Egypt dan Bank Sentral Mesir disebabkan adanya kekacauan politik. Di Yordania berdiri Bank Islam Yordania dan kemudian disusul berdirinya Bank Sosial Nasser di Mesir. Pada tahun 1975 berdiri juga IDB (Islamic Development Bank) dan Bank Islam Dubai di Arab Saudi, berdiri atas prakarsa dari sidang menteri luar negeri yang mana dalam sidang tersebut diusulkan penghapusan sistem keuangan berdasarkan bunga dan menggantinya dengan sistem bagi hasil. Tahapan kedua, periode perkembangan di tahun 1976 sampai awal 1980an, ditandai dengan menyebarnya perbankan dari wilayah Teluk Arab ke Asia (Timur) dan selanjutnya ke Eropa (Barat). Pada tahapan ketiga, periode dimana perbankan Islam telah mengalami kemajuan yaitu sekitar tahun 1983 hingga kini. Pada tahun 1983 di Malaysia berdiri Bank Islam Malaysia Berhad lalu disusul dengan berdirinya Lembaga Keuangan perseroan perbaikan investasi (al rajhi) di Arab Saudi dan AlBarakahTurkish Finance House di Turki pada tahun 1985. 77
Berkembangnya
bank-bank
syariah
di
negara-negara
Islam
berpengaruh ke Indonesia awal periode 1980an telah banyak diskusi mengenai Bank Syariah sebagai pilar ekonomi Islam.Baru dimulai pada tahun 1990. 2.
Perkembangan Bank Syariah di Indonesia Ide pendirian Bank Syariah di Indonesia sudah ada sejak tahu 1970an. Dimana pembicaraan mengenai bank syariah muncul pada seminar hubungan Indonesia-Timur Tengah pada 1974 dan pada tahun 1976 dalam seminar
yang
diselenggarakan
oleh
Lembaga
Studi
Ilmu-Ilmu
Kemasyarakatan (LSIK) dan Yayasan Bhineka Tunggal Ika (Yusdani 2005: 2). Pemikiran tentang perlunya umat Islam Indonesia memiliki perbankan Islam sendiri mulai berhembus sejak itu. seiring munculnya kesadaran baru kaum Intelektual dan cendikiawan muslim dalam memberdayakan ekonomi masyarakat. Pada awalnya memang terjadi perdebatan yang melelahkan mengenai hukum bunga bank dan hukum zakat vs. pajak dikalangan para ulama, cendikiawan, dan intelektual muslim. Namun, ada beberapa alasan yang menghambat terealisasi ide pendirian bank Syariah ini. alas an tersebut antara lain; pertama, operasi bank syariah belum diatur kala itu dan tidak sejalan dengan undang-undang pokok perbankan yang berlaku, yakni UU No. 14 1967. Kedua dari segi politis bank syariah berkonotasi ideologis, oleh karena itu tidak dikehendaki pemerintah. Ketiga, masih dipertanyakan siapa yang akan menaruh modal 78
dalam ventura semacam itu, sementara pendirian bank baru dari Timur Tengah masih dicegah, antara lain pembatasan bank asing yang ingin membuka kantornya di Indonesia(Dawam Rahardjo 1999) Soemitra (2009:62) Pada tahun 1998 keluar UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 tahun 1992 yang mengakui keberadaan Bank Syariah dan Bank Konvensional serta memperkenalkan Bank Konvensional membuka kantor cabang syariah. Hingga pada tahun 2008 tentang Perbankan Syariah disahkan yang memberikan landasan hukum industri perbankan syariah nasional dan diharapkan mendorong perkembangan bank syariah yang selama lima tahun terakhir asetnya tumbuh 65% per tahun namun pasarnya (market share) secara Nasional masih dibawah 5%. Undang-undang secara khusus mengenai perbankan syariah, baik secara kelembagaan maupun kegiatan usaha. Beberapa lembaga hukum baru diperkenalkan dalam UU No. 21/2008, antara lain yakni menyangkut pemisahan (spin-off) UUS baik secara sukarela maupun wajib dan Komite Perbankan Syariah. Terdapat beberapa PBI (Peraturan Bank Indonesia) yang secara khusus merupakan peraturan pelaksana dari Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan telah diundangkan hingga saat ini antara lain : 1) PBI
No.
10/16/PBI/2008
tentang
Perubahan
Atas
PBI
No.
9/19/PBI/2007 tentang Pelaksaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan
79
Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah. 2) PBI No. 10/17/PBI/2008 tentang Produk Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah. 3) PBI No.10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah. 4) PBI No. 10/23/PBI/2008 tentang Perubahan Kedua Atas PBI No. 6/21/PBI/2004 tentang Giro Wajib Minimum dalm Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah. 5) PBI No. 10/24/PBI/2008 tentang Perubahan Kedua Atas PBI No. 8/21/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah. 6) PBI No. 10/32/PBI/2008 tentang Komite Perbankan Syariah. 7) PBI No. 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah. Kini Perbankan Syariah telah mengalami perkembangan, pertumbuhan bank syariah saat ini menunjukkan besarnya permintaan masyarakat terhadap jasa perbankan syariah. Hal ini tercermin dari pertumbuhan jumlah bank yang signifikan dari jaringan kantor maupun kinerja keuangan perbankan syariah selama tahun 2011, jumlah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah mengalami peningkatan.
80
Kondisi perbankan syariah pada tahun-tahun selanjutnya diperkirakan akan terus membaik. Ini terbukti dari masih tingginya minat masyarakat terhadap perbankan syariah. Dalam rangka peningkatan jangkauan melalui kemudahan
untuk
membuka
kantor
pelayanan,
diharapkan
dapat
memberikan pengaruh pada minat masyarakat. Disisi lain, secara Internasional peluang memanfaatkan investasi asing, khususnya dari Timur Tengah ke dalam sistem perekonomian Indonesia masih terbuka lebar. 3.
Perkembangan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah Dana Pihak Ketiga adalah dana yang diperoleh dari masyarakat, dalam arti masyarakat sebagai individu, rumah tangga, perusahaan, pemerintah, koperasi, yayasan dan lain-lain. Pada sebagian besar atau setiap bank, dana masyarakat ini merupakan dana terbesar yang dimiliki oleh bank. Sementara dana pihak ketiga bank syariah memiliki definisi yang mirip dengan dana pihak ketiga pada umumnya, hanya saja dana pihak ketiga bank syariah mengikuti prinsip-prinsip syariah dalam setiap aspeknya, mulai dari macam produk, jenis akad hingga ketepatan margin atau keuntungan yang berhak diperoleh pihak bank. . Di bawah ini adalah gambar perkembangan DPK Bank Syariah di Indonesia dari periode Desember tahun 2010 sampai dengan Juli tahun 2013.
81
Gambar 4.1 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di Indonesia Periode Desember 2010– Juli 2013
Sumber : Bank Indonesia (Diolah)
Dapat dilihat dari gambar 4.1 diatas perkembangan DPK bank syariah secara umum di Indonesia terus mengalami peningkatan disetiap periodenya. Hal ini menunjukkan indikasi positif yang ditinjau dari kemajuan pencapaian visi pengembangan yang ditetapkan Bank Indonesia. Sehingga percepatan pertumbuhan DPK bank syariah akan lebih mudah untuk tercapai. Kemudian perkembangan DPK yang stabil dengan pola kenaikan yang konsisten menunjukkan perkembangan DPK bank syariah merupakan keunggulan bagi performa bank syariah di Indonesia. DPK perbankan syariah merupakan pool dana dari masyarakat melalui produk-produk penghimpunan dana Bank syariah. Yaitu, Giro Wadiah, Tabungan Wadiah, Tabungan Mudharabah dan Deposito Mudharabah. DPK
82
yang telah dihimpun oleh bank akan dialokasikan untuk kegiatan yang diperbolehkan oleh syariah, untuk menghasilkan pendapatan. Selain itu pengalokasian DPK mempunyai beberapa tujuan diantaranya adalah mencapai tingkat profitabilitas yang diharapkan, tingkat resiko yang rendah, dan mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi likuiditas bank tetap aman. Berdasakan gambar 4.1 di atas dapat diketahui bahwa jumlah penghimpunan dana pihak ketiga Perbankan Syariah di Indonesia yang berhasil dihimpun oleh bank-bank syariah di seluruh Indonesia mencapai nilai tertinggi pada tahun-tahun terakhir yang sesuai dengan data adalah pada bulan Juli 2013 yang mencapai angka 166.453 milyar rupiah. Penghimpunan dana pihak ketiga tersebut tidak pernah mengalami nilai terendah pada sejak periode awal penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat terhadap jasa layanan keuangan bank syariah meningkat seiring dengan peningkatan mutu dan pelayanannya. Perbankan Syariah di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat dan positif sampai dengan akhir tahun 2013. Dimana dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun seluruh perbankan syariah di Indonesia nilainya terus merambat naik. Kenaikan jumlah penghimpunan dana pihak ketiga memang mengalami
fluktuasi,
akan
tetapi
tren
yang
diperlihatkan
adalah
kecenderungan menaik dari setiap periodenya. Hal ini dapat dilihat dari
83
gambar 4.1 yang kurva tersebut menggambarkan pola yang menaik sebagai bentuk peningkatan jumlah kuantitas dana pihak ketiga yang dihimpun. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa jumlah penghimpunan dana pihak ketiga bank syariah di Indonesia periode Desember 2010– Juli 2013 mengalami tren peningkatan yang positif dan terus mengalami peningkatan pada tiap tahunnya dengan kata lain penghimpunan dana pihak ketiga melalui bank syariah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Jika dilihat, pada tahun 2010 dan setelahnya merupakan tahun yang penuh tantangan bagi perbankan syariah akibat adanya kenaikan harga minyak dunia serta krisis keuangan yang bermula dari permasalahan subprime mortgage
pada tahun sebelumnya yang telah mengganggu
stabilitas
baik
keuangan,
di
negara-negara
maju
maupun
negara
berkembang.Walaupun telah memberikan imbas terhadap ketahanan sistem keuangan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia juga mempengaruhi industri perkembangan syariah.Disamping itu, industri perkembangan syariah dapat menghadapi tekanan yang cukup berarti dengan daya tahan sangat baik hingga dapat meningkatkan fungsi intermediasi perbankan syariah yang terus berjalan efektif. Terbukti dari komposisi DPK industri perbankan syariah yang didominasi pembiayaan kepada sektor riil mengalami peningkatan volume usaha pada juli 2013 mencapai 4.260.883 juta rupiah.
84
Pada tahun 2013, DPK perbankan syariah tumbuh sebesar 48,6% yang pada akhir tahun mencapai 166.453 milyar rupiah. Hal ini antara lain didorong oleh kinerja sektor riil yang membaik dan aktivitas industri perbankan syariah yang semakin meningkat. Selain itu dengan mulai ekspansinya Bank Umum Syariah baru yang berdiri ditahun sebelumnya. 4.
Perkembangan Inflasi Inflasi adalah kecenderungan dari harga yang naik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali kenaikan tersebut meluas dan mengakibatkan kenaikan pada sebagian besar dari harga-harga barang lain. ( Boediono, 2001:161). Jika inflasi mengalami fluktuasi, maka kegiatan perekonomian akan cenderung menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi. Dampak dari kenaikan inflasi menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat, Dikarenakan nilai riil pada mata uang mengalami penurunan. Dan dengan adanya kenaikan tingkat inflasi dapat menyebabkan ketertarikan masyarakat dalam menabung atau menginvestasikan dananya di bank menjadi lesu. Data Inflasi yang digunakan yaitu periode Desember 2010 sampai dengan Juli tahun 2013.
85
Gambar 4.2 Perkembangan Inflasi di Indonesia periode Desember 2010 - Juli 2013
Sumber : Bank Indonesia (Diolah) Dari gambar 4.2 diatas kita dapati inflasi terus mengalami fluktuasi yang drastis dimana adakalanya inflasi berada di titik terendah kemudian tibatiba di periode berikutnya berada di titik yang tinggi. Dari data sampel yang diteliti ditemukan inflasi tertinggi terjadi di bulan Juli 2013 yaitu mencapai angka 8,61% dan terendah berada di bulan Februari 2012 dengan angka inflasi sebesar 3,56%. Kenaikan inflasi pada bulan Juli disebabkan karena gangguan dari sisi pasokan, khususnya bahan pangan, memberikan tekanan yang cukup besar terhadap inflasi hal ini kemungkinan terjadi karena bulan tersebut bertepatan dengan bulan Ramadhan dan Iedul Fitri, sehingga inflasi tercatat lebih tinggi dari target yang ditetapkan (Bank Indonesia, 2011), sedangkan penurunan inflasi di bulan Februari 2012 sebesar 3,56% disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi lebih banyak ditopang oleh permintaan domestik yang tetap kuat. Hal ini didukung oleh kondisi ekonomi 86
makro dan sistem keuangan yang kondusif sehingga memungkinkan sektor rumah tangga dan sektor usaha melakukan kegiatan ekonominya dengan lebih baik. Selain itu, kuatnya permintaan domestik di tengah melemahnya kinerja ekspor menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan neraca transaksi berjalan (Bank Indonesia, 2012). Inflasi adalah proses peningkatan harga secara umum dan terus menerus. Indikator yang digunakan untuk melihat laju inflasi adalah indeks harga konsumen yang merupakan indeks harga rata-rata tertimbang dari IHK dibeberapa ibu kota propinsi yang dihitung dengan menggunakan jumlah rumah tangga di masing-masing kota sebagai pembimbing. Laju inflasi merupakan suatu indikator yang sangat menentukan dalam perekonomian makro suatu negara. Inflasi juga merupakan suatu masalah bagi ekonomi makro yang apabila tidak segera ditangani akan menyebabkan ketidakstabilan perekonomian yang pada akhirnya hanya akan memperburuk kinerja perekonomian suatu negara. Kestabilan nilai mata uang, baik inflasi maupun nilai tukar, sangat penting untuk mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Nilai mata uang yang stabil menumbuhkan kepercayaan masyarakat dan dunia usaha dalam melakukan kegiatan ekonomi bank konsumsi maupun investasi sebagai perekonomian nasional dapat bergairah lebih dari itu. Inflasi terkendali dan rendah dapat mendukung terpeliharanya daya beli masyarakat, khususnya yang berpendapatan tetap
seperti pegawai negeri dan masyarakat kecil. 87
Demikian pula inflasi dan nilai tukar yang tidak stabil akan mempersulit dunia usaha dalam merencanakan kegiatan bisnis, baik dalam kegiatan produksi, investasi, maupun dalam penentuan harga dan jasa yang dihasilkan. Pengalaman Indonesia dengan terjadinya krisis nilai tukar sejak tahun 1997 menunjukkan betapa penting mencapai dan menjaga laju inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil.
5.
Perkembangan Kurs Nilai tukar (exchange rate) adalah harga mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain (salvatore, 1997: 9). Setiap negara mempunyai mata uang masing-masing, bank adalah pusat pasar valuta asing berperan sebagai agen yang mempertemukan pembeli dan penjual valuta asing. Sifat kurs valuta asing tergantung dari sifat pasar. Bila transaksi jual beli valuta asing dapat dilakukan secara bebas dipasar, maka kurs valas berubah sesuai dengan perubahan permintaan dam penawaran (Nopirin, 1987:77). Menurut Boediono (1987:75) kurs (exchange rate) antara dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Variabel nilai tukar yang dipakai adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dinyatakan dalam ribuan rupiah/USD dan kurs yang digunakan adalah kurs rill. Perkembangan nilai tukar periode Desember 2010-Juli 2013. 88
Gambar 4.3 Perkembangan Kurs di Indonesia periode Desember 2010– Juli 2013
Sumber : Bank Indonesia (Diolah) Dari gambar 4.3 diatas kita dapat melihat jika kurs cenderung fluktuatif. Hal ini dapat kita cermati dari naik turunnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika (USD) yang terjadi setiap waktu. Nilai kurs pada bulan Juli 2013 menyentuh angka Rp. 10.278 per satu Dollar dan sejak bulan Desember 2010 harga terendah rupiah terhadap Dollar terjadi pada bulanJuli 2011 dengan harga per satu dollar sebesar Rp. 8508 . Depresiasi
Rupiah
terhadap
Dollar
Amerika
Serikat,
dapat
menyebabkan capital outflow atau pelarian modal masyarakat keluar negeri karena jika dibandingkan dengan mata uang negera lain maka exspektasi return investasi di Indonesia lebih rendah. Sedangkan dari sudut pandang nasabah korporasi, depresiasi rupiah terhadap mata uang Hard Curencies akan mengakibatkan meningkatnya biaya produksi akibat kenaikan harga bahan mentah. 89
ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi tinggi rendahnya nilai tukar mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing, faktor tersebut diantaranya adalah karena laju inflasi relative maksudnya perdagangan internasional baik dalam bentuk jasa maupun barang menjadi dasar yang utama dalam pasar valuta asing, sehingga perubahan dalam negeri yang relative terhadap harga luar negeri dipandang sebagai faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai kurs. Faktor selanjutnya yang mempengaruhi naik turunnya tingkat kurs adalah laju pertumbuhan riil terhadap harga luar negeri. Laju pertumbuhan di dalam negeri di perkirakan akan melemahkan kurs mata uang asing. Sedang pendapatan riil dalam negeri akan meningkatkan permintaan valuta asing relative dibandingkan dengan supply yang tersedia. Faktor lainnya adalah suku bunga relative kenaikan suku bunga akan mengakibatkan aktifitas dalam negeri menjadi lebih menarik bagi para penanam modal maupun luar negeri. Terjadinya penanaman modal cenderung akan mengakibatkan naiknya nilai mata uang yang semuanya tergantung pada besarnya perbedaan tingkat suku bunga di dalam dan di luar negeri, maka perlu di lihat mana yang lebih murah. Dengan demikian sumber dari perbedaan itu akan menyebabkan terjadinya kenaikan kurs mata uang asing terhadap kurs mata uang dalam negeri.
90
6.
Perkembangan Nisbah Bagi Hasil (NBH) Nisbah bagi hasil adalah keuntungan/hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana baik investasi maupun transaksi jual beli yang diberikan kepada nasabah dengan persyaratan tertentu. ( Syafi’i Antonio, 2001) Nisbah Bagi Hasil dalam Bank syariah adalah proporsi bagi hasil antara nasabah dan bank syariah. Jika nisbah bulanan NBH tabungan IB sebesar 65:35. Itu artinya nasabah akan mendapatkan 65% dar return investasi yang dihasilkan oleh bank syariah melalui pengelolaan dana-dana dari masyarkat di sector riil. Sedangkan bank akan bagi hasil mendapatkan 35% (Bank Indonesia).
Gambar 4.4 Perkembangan Nisbah Bagi Hasil di Indonesia periode Desember 2010 Juli 2013
Sumber : Bank Indonesia (Diolah)
91
Pada tahun 2011 nisbah bagi hasil juga cenderung mengalami penurunan yaitu dari 3,61% menjadi 2,76% hal ini diakibat karena SBI juga mengalami penurunan. Tetapi dalam hal ini DPK khususnya tabungan mudharabah setiap bulannya tetap mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena masyarakat ingin menabung dan sekaligus berinvestasi secara Islami serta dalam setiap transaksinya tidak mengandung unsur riba. Dan begitu pula yang terjadi pada Januari sampai April 2010 nisbah bagi hasil mencapai dari 2,44 % menjadi 1,84% mengalami penurunan tetapi tidak begitu berpengaruh terhadap peningkatan DPK di bulan yang sama.
B. Analisis Data dan Pembahasan Semua data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data sekunder deret waktu (time series) yang berbentuk manual mulai Desember tahun 2010– Juli tahun 2013. Penelitian mengenai DPK perbankan syariah disini menggunakan data pada perbankan syariah di Indonesia sebagai variabel dependen (variabel tidak bebas).Sedangkan variabel independen terdiri dari Inflasi, Kurs, dan Nisbah Bagi Hasil Bank Syariah. Keseluruhan dari data yang digunakan sebagai bahan penelitian diperoleh dari laporan bulanan Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya model yang digunakan oleh peneliti sebagai alat analisis regresi berganda adalah Ordinary Least Square
92
(OLS). Model OLS merupakan metode estimasi yang sering digunakan untuk mengestimasi fungsi regresi populasi dari fungsi regresi sampel (Ajija, 2011:23). Pengolahan data dilakukan secara elektronik dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan Eviews6 untuk mempercepat hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang akan diteliti. Pembahasan dilakukan dengan uji asumsi klasik, uji statistik dan uji determinasi. 1.
Uji Asumsi klasik a.
Uji Normalitas Uji Normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan uji Jarque Bera dengan melihat nilai probability. Jika probability lebih besar dari nilai derajat α = 0.05, maka penelitian ini tidak ada permasalahan normalitas atau dengan kata lain data terdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai probability lebih kecil dari nilai derajat kesalahan α = 0.05, maka dalam penelitian ini ada permasalahan normalitas atau dengan kata lain data tidak terdistribusi normal.
93
Tabel 4.1 Uji Normalitas Jarque-Bera 8
Series: Residuals Sample 1 32 Observations 32
7 6 5 4 3 2 1
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-5.55e-15 0.015245 0.160347 -0.221161 0.097091 -0.452725 2.562069
Jarque-Bera Probability
1.348833 0.509454
0 -0.2
-0.1
-0.0
0.1
Sumber : output Eviews 6 yang diolah
Berdasarkan tabel 4.1 menggambarkan bahwadata dalam penelitian ini berdistribusi normal. Terlihat dari nilai probability sebesar 0.509454 yang lebih besar dari derajat kepercayaan 0.05 (5%) dan nilai JarqueBera sebesar 1.348833 kurang dari 2 sehingga dapat dinyatakan signifikan. Menurut Winarno (23:2009) menyatakan bahwa jika nilai dari Jarque-Bera benilai lebih kecil dari 2 dan Probability bernilai lebih dari 0.05 (5%) maka data dapat dikatakan hasil regresi tersebut sudah berdistribusi normal dan H0 diterima. Apabila data sudah normal, maka data tersebut menghasilkan estimasi linear tidak bias atau biasa disebut BLUE (Best Linier Unbased Estimator).
94
Menurut Nachrowi (2006:71) yang berarti model regresi tidak mengandung masalah dan bisa dilanjutkan pada uji selanjutnya. b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan (korelasi) yang signifikan diantara dua atau lebih variabel independen dalam model regresi. Deteksi adanya multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan uji korelasi parsial antar variabel independen. Dengan melihat nilai koefisien korelasi (r) antar variabel independen dapat diputuskan apakah data terkena multikolinearitas atau tidak, yaitu dengan menguji koefisien korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka terdapat multikolinearitas, dimana model regresi yang baik adalah tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen dengan variabel dependen. Hasil pengujian multikolinearitas menggunakan uji korelasi (r) dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 4.2 Uji Correlation Matrix LNINFLASI
LNKURS
LNNBH
LNINFLASI
1
0.03756810015406589
0.4799005900212134
LNKURS
0.03756810015406589
1
0.06077932983680733
LNNBH
0.4799005900212134
0.06077932983680733
1
Sumber : output Eviews6 yang diolah
95
Dari tabel 4.2 diatas dapat dilihat hasil analisis uji multikolinearitas dengan Correlation Matrix menunjukkan bahwa korelasi antar variabel independen LN(INFLASI) dan LN(KURS) maupun sebaliknya sebesar 0,03756810015406589, antara LN(INFLASI) dan LN(NBH) maupun sebaliknya sebesar 0.4799005900212134, antara LN(KURS) dan LN(NBH) maupun sebaliknya sebesar 0.06077932983680733 Terlihat dari tabel 4.2 diatas nilai korelasi dari masing-masing variabel independen dibawah atau lebih kecil dari 0.8 sehingga dapat disimpulkan
H0
diterima,
bahwa
data
tersebut
terbebas
dari
multikolinieritas dan model Ordinary Least Square (OLS) yang dilakukan dapat dikatakan terbebas dari gejala multikolinieritas. Dan oleh sebab itu penelitian dapat dilanjutkan ke pengujian selanjutnya yaitu uji Heterokedastisitas. c.
Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika variance tidak konstan atau berubah-ubah disebut Denfan Heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas (Nachrowi, 2008:109).Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas pada penelitian ini adalah Uji White. 96
F-Statistic Obs*R-Squared
Tabel 4.3 Uji White Heteroskedasticity Test 2.006388 Prob. F 0.411028
Prob. Chi Square
0.091561 0.1067
Sumber : output Eviews6 yang diolah Dari tabel 4.3 diatas diketahui bahwa nilai Obs*R2 sebesar 0.411028 dan Probabilitas Chi-Square sebesar 0.1067 yang lebih besar dari tingkat kepercayaan sebesar 0.05 (5%) sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut tidak bersifat heteroskedastisitas atau H0 diterima. Dan oleh karena itu penelitian dapat dilanjutkan ke uji selanjutnya yaitu uji Autokorelasi.
d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi untuk mengetahui apakah dalam model regresi ada korelasi antara kesalahan pada periode waktu yang lain. Untuk mendeteksi masalah autokorelasi digunakan uji Langrange Multiplier (LM-Test).Uji ini sangat berguna untuk mengidentifikasi masalah autokorelasi tidak hanya pada derajat pertama (first order) tetapi juga digunakan pada tingkat derajat. Uji autokorelasi dapat dilihat dari nilai probabilitas Chi-Square.Jika probabilitas Chi-Square lebih besar dari tingkat signifikan 5% maka
97
tidak terdapat autokorelasi dan sebaliknya jika probabilitas Chi-Square lebih kecil dari 5% maka terdapat autokorelasi.
F-Statistic
Tabel 4.4 Uji Langrange Multiple Test 2.015599 Prob. F
Obs*R-Squared
0.709936
0.0527
Prob.Chi-Square 0.0650
Sumber : output Eviews6 yang diolah Dari tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa nilai Obs*R2 sebesar 0.709936 dan nilai Probabilitas Chi-Square 0.0650 yang lebih besar dari nilai 0.05 maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan data tersebut tidak terdapat masalah autokorelasi. 2.
Uji Statistik Hasil pengolahan data atau hasil estimasi yang dilakukan dengan menggunakan program aplikasi komputer Eviews6 dengan menggunakan metode regresi linier berganda atau Ordinary Least Square (OLS) yang ditampilkan pada tabel berikut :
Variabel
Tabel 4.5 Hasil Regresi Metode Ordinary Least Square (OLS) Koefisien t-Statistik Probabilitas
C
-30.26241
-9.157127
0.0000
LN(INFLASI)
-0.326163
-3.309462
0.0026
98
LN(KURS)
4.503540
12.48257
0.0000
LN(NBH)
0.054650
0.692322
0.4944
F-Statistik
54.86537
Probabilitas (F-stat)
0.000000
Adjusted R-squared
0.839041
Durbin-Watson stat
0.475833
Sumber : output Eviews 7.0 yang diolah Dari tabel 4.5 diatas, maka dapat disusun persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : LN(DPK) = -30.26241 -0.326163 LN(INFLASI) + 4.503540 LN(KURS) + 0.054650 LN(NBH) 1) Jika segala sesuatu variabel independen dianggap konstan atau bernilai nol, artinya variabel independen tidak terjadi kenaikan atau penurunan maka besarnya nilai DPK adalah sebesar
- 30.26241
persen 2) Nilai koefisien regresi inflasi sebesar -0.326163 persen yang berarti setiap peningkatan inflasi sebesar 1 persen maka akan menurunkan DPK sebesar -0.326163 persen atau DPK menurun. 3) Nilai koefisien regresi dana pihak ketiga kurs sebesar 4.503540 persen yang berarti setiap peningkatan kurs sebesar 1 persen maka akan meningkatkan DPK sebesar 4.503540 persen.
99
4) Nilai koefisien regresi NBH sebesar 0.054650 persen yang berarti setiap peningkatan NBH 1 persen maka tidak akan meningkatkan DPK sebesar 0.054650 persen. a.
Uji Parsial (Uji-t) Uji-t bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara parsial (individu) variabel-variabel
independen
(LNINFLASI,
LNKURS,
LNNBH)
terhadap variabel dependen yaitu LNDPK. Salah satu cara untuk melakukan uji-t adalah dengan melihat nilai probabilitas pada tabel uji statistik t. Apabila nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikan α =
0.05
berarti
variabel
independen
secara
parsial
(individu)
mempengaruhi variabel dependen. Dari hasil tabel 4.5 bahwa didapatkan dari uji statistik t yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Pengaruh t-statistik untuk inflasi terhadap DPK. Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh t-hitung sebesar -3.309462 dengan tingkat signifikan 0.0026. Karena tingkat signifikan lebih kecil dari 0.05 maka secara parsial inflasi berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap DPK. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang berjudul “ Analisis Pengaruh PDB, Inflasi, Tingkat Bunga dan Nilai Tukar Terhadap Dana Pihak Ketiga Perbankan syariah di Indonesia 2008-2012” oleh 100
Abida Muttaqiena (2013) menyatakan bahwa Inflasi terhadap DPK bank syariah secara parsial berpengaruh signifikan dengan arah koefisien negatif. Hal ini sesuai dengan teori dimana inflasi “ akan mengurangi hasrat masyarakat menabung sehingga pertumbuhan dana perbankan yang bersumber dari masyarakat akan menurun” (Pohan, 2008b:52). b) Pengaruh t-statistik untuk nilai Kurs terhadap DPK. Berdasarkan pada tabel 4.5 diperoleh hasil t-hitung sebesar 12.48257 dengan tingkat signifikan 0.0000. Karena tingkat signifikan lebih kecil dari 0.05 maka secara parsial Kurs berpengaruh secara signifikan positif terhadap DPK. Pada penelitian sebelumnya yang berjudul“ Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Tingkat Inflasi dan Tingkat Suku Bunga Terhadap DPK Bank Devisa di Indonesia (Periode Triwulan I 2003 – Triwulan III tahun 2008)”, yang ditulis oleh Aldrin Wibowo dan Susi Suhendra. dengan variabelnya Kurs, Inflasi dan Suku Bunga. Menunjukkan bahwa Kurs berpengaruh positif terhadap DPK 10 Bank devisa. Dan dapat disimpulkan apabila tingkat kurs naik sebanyak 1% maka DPK di 10 Bank Devisa naik sebesar 47.382,476 juta. Dengan begitu ketika nilai per satu dollar meningkat maka akan meningkatkan DPK di bank Syariah. Hal ini kemungkinan terjadi karena masyarakat lebih memilih menyimpan uangnya di bank Syariah saat harga dollar 101
naik ketimbang membelanjakannya, karena harga terutama yang di import mengalami kenaikan harga.
c) Pengaruh t-statistik untuk Nisbah Bagi Hasil (NBH) terhadap DPK. Berdasarkan pada tabel 4.5 diperoleh hasil t-hitung sebesar 0.692322 dengan tingkat signifikan 0.4944. Karena tingkat signifikan lebih besar dari 0.05 maka secara parsial NBH tidak berpengaruh secara signifikan positif terhadap DPK. Hal ini didukung oleh penelitian Mohammad Nurdian Farikh dengan penelitiannya yang berjudul “
Faktor-faktor yang
Mempegaruhi dana Pihak ketiga Bank Syariah dan Konvensional di Indonesia”. Dengan variabelnya
Inflasi, SBI, IHSG, m2, tingkat
bunga tabungan Bank konvensional dan tingkat bagi hasil Bank Syariah.
Dari penelitian ini dinyatakan bahwa tingkat bagi hasil
tidak berpengaruh signifikan terhadap DPK Bank syariah hal ini merupakan sinyal bahwa nasabah perbankan syariah memiliki ketahanan secara prinsip terhadap nilai-nilai relijius dimana hubungan antara nasabah dan banker merupakan tolong menolong dan tidak dilandasi saja oleh faktor financial,
102
b. Uji Fisher (Uji-F) Uji-F bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen (lninflasi, lnkurs, lnNBH) secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel dependen yaitu DPK. Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh hasil F-statistik sebesar 54.86537 dengan nilai probabilitas (F-stat) sebesar 0.000000.Karena probabilitas (F-stat) lebih kecil dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa inflasi, kurs dan NBH secara bersama-sama mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap DPK.
3.
Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinasi R2 yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan nilai adjusted R2 pada saat mengevaluasi model regresi terbaik. Dikarenakan dalam penelitian ini menggunakan lebih dari satu variabel independen. Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa nilai Adjusted R-Squared sebesar 0.839041, hal ini menunjukkan bahwa variasi variabel dependen (DPK) secara bersama-sama mampu dijelaskan oleh variasi variabel independen (inflasi, kurs, NBH) sebesar 83,9 persen. Sedangkan sisanya sebesar 16,1 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel yang diteliti.
103
C. Pembahasan Analisis Ekonomi Dari hasil analisis regresi berganda menunjukkan dari ketiga variabel tersebut Inflasi, Kurs, Nisbah Bagi Hasil (NBH) terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah. Variabel X yang berpengaruh signifikan negativ adalah Inflasi. Hal ini ditunjukan dengan diperolehnya t-hitung sebesar -3.309462 dengan tingkat signifikan 0.0026. Karena tingkat signifikan lebih kecil dari 0.05 maka secara parsial inflasi berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap DPK. Hal ini sesuai dengan teori dimana inflasi “ akan mengurangi hasrat masyarakat menabung sehingga pertumbuhan dana perbankan yang bersumber dari masyarakat akan menurun” (Pohan, 2008b:52). Tingkat inflasi akan sangat mengganggu kestabilan ekonomi terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan tetap dimana akan terjadi pengeluaran yang lebih sedangkan pendapatan tetap, jika hal demikian terjadi maka dapat disimpulkan dana untuk di tabung menjadi sedikit atau bahkan tidak ada dana untuk ditabung di Bank. Variabel X selanjutnya adalah kurs. Kurs terhadap DPK berpengaruh positif, diperoleh hasil t-hitung sebesar
12.48257 dengan tingkat signifikan
0.0000. Karena tingkat signifikan lebih kecil dari 0.05 maka secara parsial Kurs berpengaruh secara signifikan positif terhadap DPK.
104
Pada penelitian sebelumnya yang berjudul“ Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Tingkat Inflasi dan Tingkat Suku Bunga Terhadap DPK Bank Devisa di Indonesia (Periode Triwulan I 2003 – Triwulan III tahun 2008)”, yang ditulis oleh Aldrin Wibowo dan Susi Suhendra. dengan variabelnya Kurs, Inflasi dan Suku Bunga. Menunjukkan bahwa Kurs berpengaruh positif terhadap DPK 10 Bank devisa. Dan dapat di simpulkan apabila tingkat kurs naik sebanyak 1% maka DPK di 10 Bank Devisa naik sebesar 47.382,476 juta. Dengan begitu ketika nilai per satu dollar meningkat maka akan meningkatkan DPK di bank Syariah. Hal ini kemungkinan terjadi karena masyarakat lebih memilih menyimpan uangnya di bank Syariah saat harga dollar naik ketimbang membelanjakannya, karena harga terutama yang di import mengalami kenaikan harga. Artinya meskipun kurs relatif fluktuatif para nasabah tetap menabung atau menitipkan dananya di bank syariah sehingga meningkatkan DPK, diantaranya melalui deposito mudharabah, tabungan mudharabah dan giro wadiah. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat yang cukup besar dalam hal menabung atau menitipkan uangnya pada bank syariah sekalipun kurs rupiah terhadap dollar meningkat. Sedangkan Nisbah Bagi hasil (NBH) tidak berpengaruh signifikan terhadap DPK perbankan syariah. diperoleh hasil t-hitung sebesar 0.692322 dengan tingkat signifikan 0.4944. Karena tingkat signifikan lebih besar dari 0.05
105
maka secara parsial NBH tidak berpengaruh secara signifikan positif terhadap DPK. Hal ini didukung oleh penelitian Mohammad Nurdian Farikh dengan penelitiannya yang berjudul “
Faktor-faktor yang Mempegaruhi dana Pihak
ketiga Bank Syariah dan Konvensional di Indonesia”. Dengan variabelnya Inflasi, SBI, IHSG, m2, tingkat bunga tabungan Bank konvensional dan tingkat bagi hasil Bank Syariah. Dari penelitian ini dinyatakan bahwa tingkat bagi hasil tidak berpengaruh signifikan terhadap DPK Bank syariah. hal tersebut merupakan sinyal bahwa nasabah perbankan syariah memiliki ketahanan secara prinsip terhadap nilai-nilai relijius dimana hubungan antara nasabah dan banker merupakan tolong menolong dan tidak dilandasi saja oleh faktor financial, artinya besar kecilnya nilai NBH tabungan Perbankan syariah tidak akan mempengaruhi besar kecilnya pada DPK perbankan syariah, dikarenakan masyarakat lebih tertarik karena keamanannya dan ketaatan beragamanya ketimbang nisbah bagi hasil tabungan untuk menyimpan dananya di perbankan syariah. Mengingat kondisi negara Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Jadi, faktor tersebut itu juga yang dapat mempengaruhi tingkat DPK pada bank syariah. Bagi perbankan syariah Dana Pihak Ketiga itu sangat penting dan vital dimana apabila jumlah tingkat DPK itu menurun maka akan berpengaruh juga pada penurunan pembiayaan perbankan syariah di Indonesia dan akan
106
menyebabkan penurunan profitabilitas perbankan syariah kemudian pada akhirnya akan melemahkan perkembangan juga pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia, begitupun sebaliknya.
107
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh Inflasi, Kurs, dan Nisbah Bagi Hasil terhadap Dana Pihak Ketiga perbankan syariah di Indonesia pada periode Desember 2010-Juli 2013. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan Hasil dari regresi OLS (Ordinary Least Square) dari penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Inflasi, Kurs dan Nisbah Bagi Hasil (NBH) terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) di Indonesia Periode Desember 2010 – Juli 2013”, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Secara parsial variabel Inflasi mempunyai pengaruh signifikan negative terhadap DPK dan Kurs mempunyai pengaruh signifikan Positif terhadap DPK perbankan syariah di Indonesia, NBH tabungan Bank Syariah tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap DPK perbankan syariah di Indonesia.
2.
Secara simultan Inflasi, kurs dan NBH secara bersama-sama mempunyai mempunyai pengaruh signifikan terhadap DPK Bank Syariah (DPK) perbankan syariah di Indonesia.
108
3.
Nilai adjusted R-squared sebesar 0.839041, hal ini menunjukkan bahwa variasi variabel dependen (DPK) secara bersama-sama mampu dijelaskan oleh variasi variabel independen (Inflasi, Kurs dan NBH) sebesar 83.9% persen sedangkan sisanya sebesar 16.1% persen dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel yang diteliti.
B. Implikasi Beberapa implikasi yang ditujukan bagi Pemerintah, bank syariah dan peneliti berikutnya dalam menjalankan kegiatan ekonomi syariah : 1.
Bagi Pemerintah Dalam hal ini sekiranya Pemerintah lebih mempertimbangkan regulasiregulasi tentang DPK perbankan syariah di Indonesia yang diantaranya sebagai pengontrol, menghitung, mengawasi, melihat pertumbuhan atau perkembangan DPK perbankan syariah agar market share di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dimana kita semua tahu jika Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk mayoritas beragama islam terbesar di dunia, dengan potensi tersebut seharusnya pemerintah mendukung sepenuhnya terhadap pengembangan bisnis syariah di Indonesia.
2.
Bagi Bank Syariah Dalam meningkatkan DPK perbankan syariah yang perlu diperhatikan adalah dengan memaksimalkan dan lebih memfokuskan pada Inflasi, dan kurs. Sebab pada Inflasi dan Kurs ini yang paling berpengaruh signifikan
109
terhadap DPK perbankan syariah. Sedangkan Nisbah Bagi Hasil (NBH) tidak terlalu diperhatikan karena
naik atau turunnya NBH likuiditas
perbankan syariah terjamin. Akan tetapi meskipun begitu NBH tetaplah penting di perbankan syariah. Hal ini untuk menambah ketertarikan masyarakat dalam menitip dananya di Bank Syariah. 3.
Bagi Peneliti Pada kedepannya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi studi lanjutan, khususnya penelitian mengenai DPK perbankan syariah di Indonesia sehingga dapat memberikan hasil penelitian yang lebih akurat dan memenuhi segala kekurangan yang ada pada penelitian ini.
110
DAFTAR PUSTAKA Ajija, ShochrulRohamtul. dkk. “Cara Cerdas Menguasai Eviews”. SalembaEmpat. Jakarta. 2011. Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Gema Insani. Jakarta:2001. Arifin, Zainul. Dasar-dasar Manajemen Perbankan Syariah. Pustaka Alvabet. Jakarta. 2006. Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah. Ed. 1. Cet. 1. RajaGrafindo Persada. Jakarta. 2007 Bank Indonesia. Data Inflasi Bulanan 2010 – 2013. Jakarta: Bank Indonesia _____________. Laporan Statistik Bank Indonesia
Syariah 2010 – 2013. Jakarta: Bank
____________. Laporan Kurs Harian 2010-2013 . Jakarta: Bank Indonesia Banowo, Emilianshah & Budi Hermana. “Hubungan Equivalent Rate Simpanan Mudharabah Dengan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia.” jurnal diakses tanggal 23 April 2010. dari http://proceeding.seminar nasional.pdf Boediono. Pengantar Ilmu Ekonomi No.2.Ed.4. BPFE. Yogyakarta. 1982. Chapra, M Umer . Islam dan Pembangunan Ekonomi. Gema Insani Press. Jakarta. 2000. Denda, Lukman. Wijaya. Manajemen perbankan. Ghalia. Bogor. 2009. Firdaus, Muhammad dkk. Fatwa-Fatwa Ekonomi Syariah Kontemporer. Renaisan. Jakarta. 2005.
111
Gemala Dewi. Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariahn di Indonesia. Edisi Revisi. Tahun 2005. Ghafur, Muhammad W. Potret Perbankan Syariah Di Indonesia Terkini (Kajian Gujarati, Damodar. Dasar-Dasar Ekonometrika Jilid 1. Erlangga. Jakarta. 2007. Gujarati.Damodar. Dasar-Dasar Ekonometrika. Erlangga. Jakarta. 2008. Hamid, Arifin. Membumikan Ekonomi Syariah. Elsaa. Jakarta. 2006. Hatta, M.. “Telaah Singkat Pengendalian Inflasi Dalam Perspektif Kebijakan Moneter Islam.” atrikel diakses tanggal 23 April 2010. dari http://www.jurnal-ekonomi.org/2008/06/16/telaah-singkat pengendalianinflasi- dalam-perspektif-kebijakan-moneter-islam/ Hidayat.,Mohamad. “PengantarEkonomi Islam”. PusatKomunikasiEkonomiSyariah. Jakarta 2009. Irmayanto, Juli dkk. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Grafindo. Jakarta. 2004. Karim, Adiwarman A. Akad dan Produk Perbankan Syariah. PT. RadjaGrafindo Persada. Jakarta. 2005 Karim, Adiwarman. Makro Ekonomi Islam.PT Rajawali Grafindo Persada. Jakarta. 2010. Kasmir, Pemasaran Bank. Kencana. Ed.1. Cet 2. Jakarta.2005. Kritis Perkembangan Perkembangan Perbankan Syariah). Biruns Press. Yogyakarta .2007. Mankiw, N. Geogry. Teori Makroekonomi. Ed. 5. Erlangga. Jakarta.2003. Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah. Ed. 1. Ekonisia. Yogyakarta.2005
112
Muhammad. Sistem dan Prosedur Operasional bank Syariah. UII Press. Yogyakarta. 2005. Nachrowi D, HardiusUsman. “Pendekatan Populerdan Praktis Ekonometrikal Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”. FEUI. Jakarta. 2006. Nopirin. Ekonomi Moneter.BPFE. Yogyakarta. 1996. Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Laporan Statistik Perbankan Syariah tahun 2013. Jakarta: OJK. Paul A, Samuelson dan Wiliam D. Nordhaus. Ekonomi. edisi kedua belas jilid 2.: Erlangga. Jakarta 1992. hal. 622-628. Perwaatmadja, Karnaen A. dan M Syafi’I Antonio. Apa dan Bagaimana Bank Islam. PT Dana Bhakta Wakaf. Yogyakarta. 1997. Pohan, Aulia. Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasinya di Indonesia. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2008. Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. EKONOMI ISLAM. Ed.1. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta. 2008 Raharja, Dawan. Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi. Lembaga Studi Agama dan Filsafat. Jakarta. 1999. Remy, Sutan. Hukum PerbankanIslam dan Kedudukannya dalam Perbankan Indonesia. Pustaka Utama Grafiti. Jakarta. 1999. Riadi, Slamet. Banking Assets & Liability Management. LPUI. Jakarta.2006. Rodoni.,Ahmad. “PanduanPenulisanSkripsi”. FEIS UIN Press. Jakarta. 2010. Sakti.,Ali. Analisis Teori Ekonomi Islam : Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi Modern. Paradigma dan Aqsa. 2007. Soemita, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Kencana. Jakarta. 2009. Sudarsono, Heri. Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah. Ehumsa. Yogyakarta.2003 Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif dan R &D. Alfabeta. Bandung. 2010. 113
Sukirno, Sadono. “TeoriPengantarEkonomiMakro”. PT. GrafindoPersada. Jakarta. 2004. Sumitro, Wakum. Asas Perbankan Islam dan Lembaga Terkait. PT Raja Grafindo. Jakarta. 2004. Syafi’i Antonio, Muhammad. Bank Syariah: dari teori ke praktek. Ed. 1. UGM Press. Yogyakarta. 2001. Taswan. Manajemen Perbankan Konsep. Tekhnik. dan Aplikasi.Ed.2.Jakarta: UPP AMP YKPN. Wibiwo, Aldrin & Susi Suhendra. “Analisis Pengaruh Nilai Kurs. Tingkat Inflasi. dan Tingkat Suku Bunga terhadap Dana Pihak Ketiga Pada Bank Devisa Di Indonesia.” Jurnal diakses tanggal 21 Agustus 2010.dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14030/09E00329.pdf Yuliadi, Imamudin. Ekonomi Moneter. PT Indeks. Jakarta. 2008.
114
Lampiran 1 DATA DPK, INFLASI, KURS, DAN NBH DARI 10 DESEMBER 2010- JULI 2013 Periode DPK Inflasi kurs 10-Dec 76036 0.0696 11-Jan 75814 0.0702 11-Feb 75085 0.0684 11-Mar 79651 0.0665 11-Apr 79567 0.0616 11-May 82861 0.0598 11-Jun 87025 0.0554 11-Jul 89786 0.0461 11-Aug 92021 0.0479 11-Sep 97756 0.0461 11-Oct 101804 0.0442 11-Nov 105330 0.0415 11-Dec 115415 0.0379 12-Jan 116518 0.0365 12-Feb 114616 0.0356 12-Mar 119639 0.0397 12-Apr 114018 0.045 12-May 115206 0.0445 12-Jun 119279 0.0453 12-Jul 121018 0.0456 12-Aug 123673 0.0458 12-Sep 127678 0.0431 12-Oct 134453 0.0461 12-Nov 138671 0.0432 12-Dec 147512 0.043 13-Jan 148731 0.0457 13-Feb 150795 0.0531 13-Mar 156964 0.059 13-Apr 158519 0.0557 13-May 163858 0.0547
NBH 8991 9057 8823 8709 8574 8537 8597 8508 8578 8823 8835 9170 9068 9000 9085 9180 9190 9565 9480 9485 9560 9588 9615 9605 9605 9698 9667 9719 9722 9802
0.0278 0.0372 0.0381 0.0343 0.0391 0.0303 0.0306 0.0275 0.029 0.0291 0.0283 0.0289 0.0321 0.0308 0.0306 0.0283 0.0275 0.0271 0.0268 0.0221 0.0228 0.0194 0.0232 0.0222 0.0237 0.0244 0.0236 0.0225 0.0184 0.0523
115
13-Jun 13-Jul
163966 166453
0.059 0.0861
9929 10278
0.0535 0.0536
116
Lampiran 2 UJI NORMALITAS 8
Series: Residuals Sample 1 32 Observations 32
7 6 5 4 3 2 1
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-5.55e-15 0.015245 0.160347 -0.221161 0.097091 -0.452725 2.562069
Jarque-Bera Probability
1.348833 0.509454
0 -0.2
-0.1
-0.0
0.1
117
Lampiran 3 UJI AUTOKORELASI
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
2.447514 22.71795
Prob. F(14,14) Prob. Chi-Square(14)
0.0527 0.0650
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 05/14/14 Time: 15:17 Sample: 1 32 Included observations: 32 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LNINFLASI LNKURS LNNBH C RESID(-1) RESID(-2) RESID(-3) RESID(-4) RESID(-5) RESID(-6) RESID(-7) RESID(-8) RESID(-9) RESID(-10) RESID(-11) RESID(-12) RESID(-13) RESID(-14)
-0.030430 0.054811 0.003130 -0.612851 0.522696 -0.262795 0.051791 -0.217270 -0.245804 0.062134 -0.480475 0.085383 -0.328755 -0.090939 -0.104665 -0.345479 -0.008592 -0.341571
0.100803 0.299611 0.097755 2.719455 0.265251 0.312145 0.294903 0.295674 0.308231 0.306668 0.318145 0.318433 0.318696 0.326553 0.311975 0.335090 0.326599 0.300086
-0.301879 0.182939 0.032021 -0.225358 1.970569 -0.841899 0.175620 -0.734830 -0.797465 0.202610 -1.510237 0.268134 -1.031563 -0.278482 -0.335491 -1.031004 -0.026308 -1.138243
0.7672 0.8575 0.9749 0.8250 0.0689 0.4140 0.8631 0.4746 0.4385 0.8424 0.1532 0.7925 0.3198 0.7847 0.7422 0.3200 0.9794 0.2741
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression
0.709936 0.357715 0.077811
Mean dependent var -5.55E-15 S.D. dependent var 0.097091 Akaike info criterion -1.970742 118
Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.084764 49.53186 2.015599 0.095597
Schwarz criterion -1.146265 Hannan-Quinn criter. -1.697451 Durbin-Watson stat 1.800844
119
Lampiran 4 UJI HETEROKEDASTISITAS Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
2.006388 13.15290 7.865166
Prob. F(8,23) Prob. Chi-Square(8) Prob. Chi-Square(8)
0.0916 0.1067 0.4468
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 05/12/14 Time: 16:25 Sample: 1 32 Included observations: 32 Collinear test regressors dropped from specification Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
C LNINFLASI LNINFLASI^2 LNINFLASI*LNK URS LNINFLASI*LNNB H LNKURS LNKURS*LNNBH LNNBH LNNBH^2
-1.184979 0.096489 0.037232
7.311760 -0.162065 3.074922 0.031379 0.057858 0.643516
0.8727 0.9752 0.5263
-0.025353
0.316983 -0.079982
0.9369
-0.113270 0.018508 0.005139 -0.549070 -0.022908
0.055074 -2.056699 0.760202 0.024346 0.300028 0.017128 2.777978 -0.197651 0.037340 -0.613499
0.0512 0.9808 0.9865 0.8451 0.5456
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.411028 0.206168 0.010332 0.002455 106.1987 2.006388 0.091561
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Prob.
0.009132 0.011596 -6.074919 -5.662681 -5.938274 1.886105
120
Lampiran 5 UJI MULTIKOLINEARITAS
LNINFLASI
LNINFLASI 1
LNKURS
0.037568100 15406589
LNNBH
0.479900590 0212134
LNKURS 0.037568100 15406589 1
0.060779329 83680733
LNNBH 0.479900590 0212134 0.060779329 83680733 1
121
Lampiran 6 UJI OLS Dependent Variable: LNDPK Method: Least Squares Date: 05/11/14 Time: 00:32 Sample: 1 32 Included observations: 32 Variable
Coefficien t
Std. Error
LNINFLASI LNKURS LNNBH C
-0.326163 4.503540 0.054650 -30.26241
0.098555 -3.309462 0.360786 12.48257 0.078937 0.692322 3.304794 -9.157127
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.854618 0.839041 0.102160 0.292226 29.72941 54.86537 0.000000
t-Statistic
Prob. 0.0026 0.0000 0.4944 0.0000
Mean dependent var 11.64334 S.D. dependent var 0.254638 Akaike info criterion -1.608088 Schwarz criterion -1.424871 Hannan-Quinn criter. -1.547357 Durbin-Watson stat 0.475833
122