PENGARUH BI rate, CAR, FDR, NPF, DAN TINGKAT BONUS SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH TERHADAP TINGKAT BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH DI BANK UMUM SYARIAH TAHUN 2011-2016
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh : IDIL ADHAR 1113085000057
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/ 2017 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS PRIBADI Nama
: Idil Adhar
Alamat
:Desa Cipajang, RT 01 RW 02 Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah
Telepon
: 087884641876
Email
:
[email protected]
Tempat, Tanggal Lahir : Brebes, 21 Mei 1994 Agama
: Islam
Kebangsaan
: Indonesia
B. PENDIDIKAN FORMAL Pendidikan
Nama Lembaga
SD
SD Negeri Cipajang 04
SMP
SMP
Negeri
3
Banjarharjo
Tahun
Tahun
Masuk
Keluar
Brebes
2001
2007
Brebes
2007
2010
Brebes
2010
2013
2013
2017
Kota
SMA
SMA Negeri 1 Brebes
Perguruan
UIN Syarif Hidayatullah Tangerang
Tinggi
Jakarta
Selatan
vi
C. PENGALAMAN ORGANISASI Lembaga/ Institusi
Tahun
Wakil Sekretaris OSIS SMP Negeri 3 Banjarharjo
2007-2008
Ketua OSIS SMP Negeri 3 Banjarharjo
2008-2009
Pengurus Dewan Penggalang SMP Negeri 3 Banjarharjo
2008-2009
Anggota Divisi Keagamaan OSIS SMA Negeri 1 Brebes
2010-2011
Ketua OSIS SMA Negeri 1 Brebes
2011-2012
Anggota Departemen Penelitian, Pengembangan dan Pengabdian Masyarakat HMJ Perbankan Syariah UIN
2014-2015
Syarif Hidayaullah Jakarta Anggota Divisi Humas dan Media LiSEnSi UIN Syarif Hidayaullah Jakarta Kordinator Divisi Keilmuan LiSEnSi UIN Syarif Hidayaullah Jakarta
2014-2015
2015-2016
D. KEMAMPUAN
Mampu bekerja secara tim maupun individu
Mampu mengoperasikan Microsoft Office (Wors, Excel dan Powerpoint)
Mampu berkomunikasi dengan baik
E. PENGALAMAN KERJA Magang di Kantor Pusat Bank Syariah Mandiri-Jakarta Pusat
F. LATAR BELAKANG KELUARGA Ayah
: Mahpudin
Tempat, Tanggal Lahir : Brebes, 14 Agustus 1953 Pendidikan Terakhir
: SD
Ibu
: Umiyati
Tempat, Tanggal Lahir : Brebes, 11 November 1960 Pendidikan Terakhir
: SD
vii
ABSTRACT
The study aims to analyze the influence of BI rate, Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing Ratio(NPF), and rate of Sertifikat Bank Indoenesia Syariah (SBIS) to return mudharabah deposit in Sharia Bank period 2011 until June 2016. Data’s study is quartal financial report of seven sharia bank in Indonesia period 2011 until June 2016. The study is using the method of analysis oh the regression panel data by using program Eviews 9.0 and Microsoft Excel 2013.
The result show that according parcial BI rate negative significant influence to to return mudharabah deposit wtih the sig. 0.0005<0.005. Capital Adequacy Ratio (CAR) positive significant influence to to return mudharabah deposit wtih the sig. 0.0154<0.005. Rate of Sertifikat Bank Indoenesia Syariah (SBIS) positive significant influence to to return mudharabah deposit wtih the sig. 0.0216<0.005. Financing to Deposit Ratio (FDR) not influence to to return mudharabah deposit wtih the sig. 0.1853>0.005. Non Performing Financing (NPF) not influence to to return mudharabah deposit wtih the sig. 0.1775>0.005. The result show that according simultan BI rate, Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing (NPF), and . Rate of Sertifikat Bank Indoenesia Syariah (SBIS) significant influence to to return mudharabah deposit wtih the sig. 0.000005<0.005.
Keyword: return mudharabah deposit, BI rate, Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing Ratio(NPF), and rate of Sertifikat Bank Indoenesia Syariah (SBIS)
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh BI rate, CAR, FDR, NPF, dan Tingkat Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah terhadap tigkat bagi hasil deposito mudharabah di Bank Umum Syariah tahun 2011-2016. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data triwulan laporan keuangan Tujuh Bank Umum Syariah di Indonesia periode Januari 2011 s.d. Juni 2016. Penelitian ini menggunakan metode regresi panel data dengan menggunakan program Eviews 9 dan Microsoft Excel 2013. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara parsial variabel BI rate berpengaruh secara negatif signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah dengan nilai sig. 0.0005<0.005. Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah dengan nilai sig.0.0154<0.005. Tingkat bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berpengaruh positif terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah dengan nilai sig. 0.0216<0.005. Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah dengan nilai sig. 0.1853>0.005. Non Performing Financing (NPF) tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah dengan nilai sig. 0.1775>0.005. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara simultan atau bersama-sama variabel BI rate, Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing (NPF) dan Tingkat bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah dengan nilai sig. 0.000005 Kata kunci : tingkat bagi hasil deposito mudharabah, BI rate, CAR, FDR, NPF, Sertifikat Bank Indonesia Syariah
ix
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh. Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala yang telah melimpahkan segala nikmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh BI rate, CAR, FDR, NPF, dan Tingkat Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah di Bank Umum Syariah Tahun 2011-2016” dengan baik. Shalawat serta salah penulis haturkan kepada Nabi Muhammad salllallahu alaihi wassalam yang telah membawa dari zaman jahiliyah ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selesainya skripsi ini tentu dengan dukungan, bimbinagan dan bantuan serta semangat dan doa dari semua orang disekeliling penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karenanya izinkanlah penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Orang tua penulis, Bapak Mahpudin dan Ibu Umiyati yang selalu memberikan dukungan, motivasi kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si. selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu yng sangat berharga selama perkuliahan 3. Dr. Indoyama Nasaruddin, SE., MAB. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam proses penyelesaian penulisan skripsi hingga skripsi ini selesai. 4. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, SE., MBA. selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah yang telah memberikan arahan serta bimbingan yang sangat berarti dalam penyelesaian perkuliahan strata satu ini. 5. Ibu Erika Amelia, SEI., M.Si. selaku dosen pembimbing akademik. 6. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu yang sangat berguna dan berharga bagi penulis selama perkuliahan serta
x
jajaran karyawan dan staff UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melayani dan membantu penulis selama perkuliahan. 7. Teman-teman Perbankan Syariah 2013 yang sudah menenami dan selalu memberikan motivasi selama kuliah. 8. Teman-teman LiSEnSi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan banyak pembelajaran berorganisasi sekaligus berkeluarga. 9. Teman-teman Divisi Keilmuan LiSEnSi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Erna Putri L, Fitri Listianingrum, Nazla Ahabbi, Elgi Nurfalahi, Ilham Irsyad R. dan Marsela Rahmawati yang selalu setia menemani dan memberikan semnagat satu sama lain. 10. Para Pencari Hidayah, Ayu Andini, Fitri Eka P, Erna Putri L. atas kegirangan dan kelucuannya. Terimakasih sudah mencaci, menghibur dan memberikan bimbingan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun untuk pencapaian yang lebih baik. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh. Jakarta, April 2017
Idil Adhar
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ....................................... iii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................................ v DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi ABSTRACT ........................................................................................................... viii ABSTRAK ............................................................................................................. ix KATA PENGANTAR ............................................................................................ x DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi DAFTAR GRAFIK ............................................................................................. xvii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 12 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................. 12 BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................. 14 A. Landasan Teori ........................................................................................... 14 B. Keterkaitan Antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat...................... 30 C. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 35 D. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 44 E. Hipotesis..................................................................................................... 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 50 A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 50 B. Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 50 C. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 52 D. Metode Analisis Data ................................................................................. 53 E. Operasional Variabel Penelitian ................................................................. 69 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................................ 74
xii
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................... 74 B. Analisis Deskriptif ..................................................................................... 88 C. Uji Asumsi Klasik .................................................................................... 102 D. Estimasi Model Panel Data ...................................................................... 106 E. Uji Statistik .............................................................................................. 111 F.
Analisis Model Regresi Panel Data.......................................................... 117
G. Persamaan Model Regresi Setiap Bank ................................................... 119 H. Interpretasi................................................................................................ 122 BAB V PENUTUP .............................................................................................. 129 A. Kesimpulan .............................................................................................. 129 B. Saran ......................................................................................................... 130 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 132 LAMPIRAN ........................................................................................................ 139
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perbandingan BI rate dan Return Deposito Mudharabah ...................4 Tabel 1.2 Perbandingan Return Deposito Mudharabah, NPF dan FDR Tahun 2011-2015 ................................................................................................6 Tabel 1.3 Perbandingan Return Deposito Mudharabah, CAR dan Bonus SBIS Tahun 2011-2015 ................................................................................................8 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ...........................................................................35 Tabel 4.1 BI rate Triwulan I 2011 s.d Triwulan II 2016 ....................................88 Tabel 4.2 Capital Adequacy Ratio (CAR) Triwulan I 2011 s.d Triwulan II 2016 .....................................................................................................................90 Tabel 4.3 Financing to Deposit Ratio (FDR) Triwulan I 2011 s.d Triwulan II 2016 .....................................................................................................................93 Tabel 4.4 Non Performing Financing (NPF) Triwulan I 2011 s.d Triwulan II 2016 .....................................................................................................................95 Tabel 4.5 Tingkat Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Triwulan I 2011 s.d Truwlan II 2016 ....................................................................................98 Tabel 4.6 Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Triwulan I 2011 s.d Triwulan II 2016 .................................................................................................100 Tabel 4.7 Hasil Uji Multikoleniaritas .................................................................102 Tabel 4.8 Hasil Uji White ...................................................................................103 Tabel 4.9 Hasil Uji White Rosbust Standard Error .............................................104 Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi ......................................................................105 Tabel 4.11 Hasil Uji Autokorelasi dengan Metode Diferensial ..........................106 Tabel 4.12 Regresi Data Panel Common Effect Model (CEM) ...........................106 Tabel 4.13 Regresi Data Panel Fixed Effect Model (FEM) ................................107 Tabel 4.14 Hasil Uji Chow ..................................................................................108 Tabel 4.15 Regresi Data Panel Random Effect Model (REM) ............................109 Tabel 4.16 Hasil Uji Hausman ............................................................................110 Tabel 4.17 Uji t ...................................................................................................112 Tabel 4.18 Uji F ..................................................................................................115
xiv
Tabel 4.19 Koefisien Determinasi.......................................................................116 Tabel 4.20 Model Regresi ...................................................................................117 Tabel 4.21 Model Regresi Setiap Bank...............................................................119
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................44 Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas........................................................................102
xvi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Perkembangan Aset dan Pangsa Pasar Perbankan Syariah Tahun 2009 s.d 2014 ......................................................................................................2 Grafik 4.1 Grafik Uji Heteroskedastisitas ..................................................... 103
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi yaitu menerima titipan dana, meminjamkan uang dan jasa pengiriman uang. (Karim, 2007:18) Pada dasarnya ketiga fungsi utama perbankan (menerima titipan dana, meminjamkan uang dan jasa pengiriman uang) adalah boleh dilakukan, kecuali bila dalam melaksanakan fungsi perbankan melakukan hal-hal yang dilarang syariah. (Syafira, 2005:8) Menurut Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 pasal 1, yang dimaksud dengan Bank Umum adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri dari Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat. Sedangkan yang dimaksud dengan Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. (Wiroso, 2009:45-46) Di Indonesia, tonggak perkembangan bank syariah di awali dengan munculnya ide dan gagasan konsep keuangan syariah yaitu BMT Salman di Bandung dan Koperasi Ridho Gusti pada tahun 1980. Kemudian, pada tahun 1992 berdiri bank syariah pertsama di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia dan di tahun yang sama lahir pula Undang-undang No. 7 Tahun 1992
1
tentang Perbankan yang mengakomodasi perbankan dengan prinsip bagi hasil, baik bank umum maupun BPRS. (Soemitra, 2009:63) Perkembangan bank syariah di Indonesia tidak hanya dilihat dari jumlah BUS maupun UUS nya, melainkan juga dapat dilihat dari perkembangan lainnya seperti jumlah jaringan, baik BUS maupun UUS. Pertumbuhan signifikan tejadi setiap tahunnya, mulai tahun 2005 yang hanya 458 kantor, pada bulan Juli tahun 2014 jumlah jaringan Perbankan Syariah sebanyak 2.564 kantor. Rilis Otoritas Jasa Keuangan akhir tahun 2015 menyebutkan bahwa jumlah jaringan Perbankan Syariah, baik BUS, UUS, maupun BPRS sebanyak 2.574 kantor. (Keuangan J. O., 2015:4) Grafik 1.1 Perkembangan Aset dan Pangsa Pasar Perbankan Syariah Tahun 2009 s.d 2014
sumber: Statistik Perbankan Syariah 2014 OJK (Juli 2014)
Perkembangan perbankan syariah ini didukung oleh kinerja bank syariah yang terus berkembang setiap tahunnya. Pertumbuhan aset Perbankan Syariah pada tahun 2009 sampai 2010 selalu berada di atas 30%, sedangkan pada tahun 2013 mengalami penurunan hanya sebesar 24.23%. sedangkan nilai pangsa
2
pasar bank syariah masih kecil hanya sebesar 4.70% dari perbankan nasional. (Keuangan J. O., 2015:22) Secara umum, bank syariah memiliki tiga kegiatan usaha utama salah satunya yaitu penghimpunan dana. Dalam menghimpun dana, bank menggunakan beberapa instrumen, baik bersifat simpanan berupa tabungan maupun investasi berupa giro dan deposito. (Arif, 2012:33) Salah satu produk penghimpunan dana yang paling diminati oleh masyararakat adalah deposito. Berdasarkan data yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan menyebutkan bahwa sampai bulan Juni 2015, komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah masih didominsi oleh produk desposito mudharabah senilai 129.9 triliun rupiah (60%), sedangkan tabungan mudaharabah senilai 49.5 triliun rupiah (23%). Di sisi lain, produk giro wadiah lebih menarik jika dibandingkan dengan tabuangan wadiah, giro wadiah senilai 23.3 triliun rupiah (11%), dan tabungan wadiah hanya 12.6 triliun rupiah (6%).(Keuangan J. O., 2015:26) Salah satu yang mempengaruhi besarnya minat masyarakat akan deposito mudharabah adalah return atau tingkat bagi hasil yang diberikan oleh bank syariah kepada nasabah deposan lebih kompetitif jika dibandingkan dengan produk penghimpunan dana lainnya. Hal ini diungkapkan oleh Mawardi dalam Nofianti, (Nofianti, 2015:67) bahwa nasabah penyimpan dana akan selalu mempertimbangkan tingkat imbalan yang diperoleh dalam melakukan investasi pada Bank Syariah. Jika tingkat bagi hasil Bank Syariah terlalu rendah maka tingkat kepuasan nasabah akan menurun dan kemungkinan besar akan
3
memindahkan dananya ke Bank lain. Karakteristik nasabah yang demikian membuat tingkat bagi hasil menjadi faktor penentu kesuksesan Bank Syariah dalam menghimpun Dana Pihak Ketiga. Hal tersebut diungkapkan lebih lengkap oleh Keria Kontot,dkk bahwa sharia compliance, return, kepercayaan, keamanan, transparansi, fleksibilitas merupakan faktor yang menentukan pengaruh nasabah dalam memilih produk deposito mudharabah. (Kentot, 2015:173) Tingkat bagi hasil deposito mudharabah berfluktuasi antara 7,18% hingga 14,02%, sedangkan sedangkan tingkat bagi hasil tabungan sekitar 3,17% dan giro sekitar 0,76% (equivalent rate). (Keuangan O. J., 2015:35) Dengan demikian sangatlah wajar apabila produk penghimpunan dana, deposito mudharabah lebih diminati jika dibandingkan dengan produk penghimpunan dana lainnya. Meskipun demikian, terdapat kritik tehadap penetapan tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Kritik tersebut yaitu karena adanya indikasi bahwa dalam tingkat bagi hasil bagi hasil deposito mudharabah bank-bank syariah mengacu pada tingkat suku bunga Bank Sentral (BI rate). BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Tabel 1.1 Perbandingan BI rate dan Return Deposito Mudharabah Tahun BI Rate Return Deposito Mudharabah 2011 6.00 % 8.95% 2012 5.75 % 6.76% 2013 7.50 % 5.25% 2014 7.75 % 8.02% 2015 7.50 % 7.19% sumber : Statistik Perbankan Syariah 2015 dan BI rate, diolah.
4
Tabel di atas menunjukan bahwa tingkat imbal hasil deposito mudharabah mayoritas di atas nilai BI rate. Fenomena ini diperkuat oleh pernyataan praktisi perbankan syariah, Direktur Utama BNI Syariah Imam Teguh Saptono mengungkapkan bahwa menyusul adanya penurunan suku bunga kebijakan Bank Indonesia BI 7 Day Repo Rate, perbankan syariah akan segera melakukan penyesuaian pada margin imbal hasil. Lebih lanjut, beliau memperkirakan, apabila suku bunga di perbankan konvensional sudah turun, maka di perbankan syariah akan ada jeda sekitar tiga bulan sampai mengikuti konvensional. Dalam beberapa penelitian juga diungkapkan tentang adanya pengaruh tingkat suku bunga bank sentral terhadap penetapan tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Penelitian Syafira, menyatakan bahwa adanya indikasi dalam penetapan bagi hasil deposito mudharabah bank-bank syariah mengacu pada tingkat suku bunga bank konvensional. (Syafira, 2014:33) Pernyataan tersebut diperkuat penelitian yang dilakukan oleh Ulfah bahwa variabel suku bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat tingkat bagi hasil deposito mudharabah. (Ulfah, 2011:74) Widyastuti menyatakan bahwa suku bunga memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap bagi hasil deposito mudharabah. (Widyastuti, 2012:83) Begitupula yang diungkapkan oleh Isna yang mengungkapkan bahwa suku bunga berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. (Isna, 2012:39) Akan tetapi, hal berbeda diungkapkan oleh Tariq bahwa tingkat suku bunga tidak berperan signifikan pengaruhnya terhadap tingkat deposito, dan
5
tidak mempengaruhi tingkat imbal hasil yang diberikan bank kepada nasabah. (Tariq, 2016:15) Selain tingkat suku bunga bank sentral, ada faktor lain yang menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Menurut Novianti, (Nofianti, 2015:65) beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat bagi hasil deposito mudharabah diantaranya yaitu Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) Tabel 1.2 Perbandingan Return Deposito Mudharabah, NPF dan FDR Tahun 2011-2015 Tahun Return DM NPF FDR 2011 8.95% 2.52% 88.94% 2012 6.76% 2.22% 100.00% 2013 5.25% 2.62% 100.32% 2014 8.02% 4.04% 98.64% 2015 7.19% 4.84% 88.03% sumber: Statitik Perbankan Syariah 2015, diolah.
Tabel di atas menunjukan bahwa ketika dana nasabah disalurkan meningkat otomatis likuiditas bank syariah yang digambarkan dengan Financing to Deposit Ratio (FDR) menurun berdampak pada tingkat bagi hasil yang akan dibagikan kepada para deposan. Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara jumlah kredit yang diberikan dengan dana yang diterima. Dalam perbankan syariah Financing to Deposit Ratio (FDR) berarti adalah rasio antara total pembiayaan yang disalurkan dengan total dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun. (Dendawidjaya, 2005:118) Akan tetapi pandangan lain dikemukakan oleh Harfiah, yang menyatakan bahwa ketika nilai FDR meningkat, maka akan berimbas kepada meningkatnya tingkat bagi hasil yang diterma oleh nasabah deposan. (Harfiah, 2016:28)
6
Analisa sementara bahwa diduga meningkatnya Financing to Deposit Ratio (FDR) mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat bagi hasil yang diberikan kepada para deposan ketika kualitas pembiayaan juga baik. Hal ini juga dapat dilihat data tabel di atas yang menunjukan bahwa ketika nilai Non Performing Financing (NPF) meningkat, maka pendapatan bank syariah akan menurun dan berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil yang diberikan kepada para deposan. Non Performing Financing (NPF) adalah jumlah pembiayaan yang tergolong non lancar dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. Adapun standar terbaik Non Performing Financing (NPF) adalah kurang dari 5%. (Muhammad, 2005:87) Sesuai dengan teori Ihsan, yang mengungkapkan bahwa pembayaran imbalan bank syariah kepada deposan dalam bentuk bagi hasil besarnya sangat tergantung dari pendapatan yang diperoleh oleh bank sebagai mudharib atas pengelolaan dana mudharabah tersebut, apabila bank syariah memperoleh hasil usaha yang besar maka distribusi hasil usaha didasarkan pada jumlah yang besar, sebaliknya apabila bank syariah memperoleh hasil usaha yang sangat kecil maka distribusi hasil usaha juga akan kecil. (Ihsan, 2015:202) Dalam penelitian Anifa mengungkapkan bahwa jika Non Performing Financing (NPF) tinggi, maka profitabilitas menurun dan tingkat bagi hasil menurun dan jika Non Performing Financing (NPF) turun, maka profitabilitas naik dan tingkat bagi hasil naik. (Anifa, 2008:101) Penelitian lain mengenai Non Performing Financing (NPF) menunjukan hasil yang bertolak belakang antara Nofianti dan Syafira. Nofianti, (Nofianti,
7
2015:82) mengungkapkan bahwa variabel Non Performing Financing (NPF) tidak berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil. Sedangkan Syafira (Syafira, 2014:32) menyatakan bahwa Non Performing Financing (NPF), BOPO, Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh signifikan terhadap variabel tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Faktor lain berpengaruh terhadap penetapan tingkat bagi hasil deposito mudharabah adalah kecukupan modal. Dalam industri keuangan, khususnya perbankan syariah kecukupan modal digambarkan dengan Capital Adequacy Ratio (CAR). Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman atau utang, dan lain-lain. (Dendawijaya, 2003:122) Nilai minimum Capital Adequacy Ratio (CAR) yang harus dipenuhi oleh setiap bank, baik bank umum konvensional maupun bank umum syariah harus 8%. (Kasmir, 2009:50) Tabel 1.3 Perbandingan Return Deposito Mudharabah, CAR dan Bonus SBIS Tahun 2011-2015 Tahun Return DM CAR Bonus SBIS 2011 8.95% 16.63% 6.47% 2012 6.76% 14.13% 4.41% 2013 5.25% 14.42% 5.78% 2014 8.02% 15.94% 7.03% 2015 7.19% 14.65% 6.83% sumber : Statitik Perbankan Syariah 2015 dan Bonus SBIS, diolah.
Tabel di atas menunjukan bahwa ketika kecukupan modal meningkat, tingkat bagi hasil yang diberikan kepada para deposan juga meningkat. Namun,
8
ketika kecukupan modal bank syariah menurun tingkat bagi hasil yang diberikan kepada para deposan juga menurun. Hal ini dibuktikan lagi penelitian Amelia yang menyatakan bahwa semakin tinggi nilai Capital Adequacy Ratio (CAR) maka bank mampu membiayai operasi bank tersebut, keadaan yang menguntungkan bank akan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi profitabilitas dan tentunya akan meningkatkan return bagi hasil yang akan diterima oleh nasabah deposan. (Amelia, 2011:103) Begitupula halnya dengan tingkat bonus SBIS yang diterima oleh bank syariah. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. (Bankir, 2014:260) Besar kecilnya tingkat
bonus
SBIS
berpengaruh
terhadap
pendapatan
bank,
dan
mempengaruhi tingkat bagi hasil yang diberikan kepada para deposan. Tabel di atas menunjukan ketika nilai tingkat bonus SBIS yang diterima bank syariah meningkat di saat bersamaan tingkat bagi hasil yang diberikan kepada para deposan juga mengalami peningkatan. Begitupula sebaliknya, ketika tingkat bonus SBIS menurun, di saat bersamaan tingkat bagi hasil yang diberikan kepada para deposan juga mengalami penurunan. Hal ini diperkuat oleh penelitian Okthora yang mengungkapkan bahwa Tingkat bonus SBIS berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. (Okthora, 2012:71) Beberapa penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat bagi hasil deposito mudharabah telah banyak dilakukan, diantaranya adalah
9
Rahmawaty, (Rahmawaty, 2015:100) menggunakan rasio Return On Asset (ROA) dan Financing To Deposit Ratio (FDR) sebagai faktor internal yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Hasil penelitiannnya menyatakan bahwa variabel Financing To Deposit Ratio (FDR) dan
Return On Asset (ROA) tidak berpengaruh
signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Berbeda dengan penelitian Nofianti, yang mengungkapkan bahwa variabel Financing To Deposits Ratio (FDR) berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. (Nofianti, 2015:82) (Nofianti, 2015, hal. 82) Hal ini sejalan dalam penelitian Harfiah, (Harfiah, 2016: 28) (Harfiah, 2016, hal. 28) yang mengungkapkan bahwa variabel Financing To Deposits Ratio (FDR) berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
tingkat
bagi
hasil
deposito
mudharabah. Senada dengan yang diungkapkan oleh Hikmah, dalam penelitiannya menunjukan bahwa Financing to Deposits Ratio (FDR) secara parsial mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. (Hikmah, 2015:83) Penelitian Diaw, mengungkapkan bahwa return deposito mudharabah mempunyai korelasi dengan tingkat suku bunga (IR) daripada Return On Equity (ROE). (Diaw, 2011:240) Senada dengan yang diungkapkan oleh Ismal, bahwa suku bunga satu bulan paling signifikan berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito. (Ismal, 2012:56) Namun, berbeda dengan pandangan Chowdhury, dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa tingkat suku bunga bank konvensional tidak berpegaruh signifikan terhadap tingkat return investasi
10
pada bank syariah. Hal ini disebabkan karena kepercayaan nasabah dan dukungan penuh untuk bank syariah. (Chowdhury, 2014:40) Penelitian mengenai Non Performing Financing (NPF) menunjukan hasil yang bertolak belakang antara Nofianti dan Syafira. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa variabel Non Performing Financing (NPF) tidak berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil. (Nofianti, 2015:82) Sedangkan Syafira menyatakan bahwa Non Performing Financing (NPF), BOPO, Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh negatif signifikan terhadap variabel tingkat bagi hasil deposito mudharabah. (Syafira, 2014:32) Di sisi lain, penelitian mengenai Capital Adequacy Ratio (CAR) dilakukan oleh penelitian Amelia yang menyatakan bahwa semakin tinggi nilai Capital Adequacy Ratio (CAR) maka bank mampu membiayai operasi bank tersebut, keadaan yang menguntungkan bank akan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi profitabilitas dan tentunya akan meningkatkan return bagi hasil yang akan diterima oleh nasabah deposan. (Amelia, 2011:103) Penelitian Okthora, menyatakan bahwa tingkat imbal hasil SBIS, tingkat imbal hasil PUAS, dan nilai kurs berpengaruh positif signifikan terhadap nisbah bagi hasil deposito. (Okthora, 2012:71) Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti kajian ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul “Pengaruh BI rate, CAR, FDR, NPF, dan Tingkat Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah di Bank Umum Syariah tahun 2011-2016”
11
B. Rumusan Masalah 1. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: a. Apakah BI rate, CAR, FDR, NPF, dan Tingkat Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah berpengaruh secara parsial terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah? b. Apakah BI rate, CAR, FDR, NPF, dan Tingkat Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah berpengaruh secara simultan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah? c. Variabel manakah yang paling signifikan bepengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini diantaranya sebagai berikut: a. Mengukur dan menganalisis pengaruh dari BI rate, CAR, FDR, NPF, dan Tingkat Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah terhadap penetapan tingkat bagi hasil deposito mudharabah. b. Mengukur dan menganalisis variabel yang paling signifikan bepengaruh terhadap penetapan tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
12
2. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diantaranya sebagai berikut: a. Bagi penulis, dengan adanya penelitian ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan tingkat bagi hasil deposito mudharabah. b. Bagi masyarakat umum, dengan adanya penelitian ini dapat menambah informasi tentang konsep bagi hasil deposito mudharabah. Selain itu, dengan adanya penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumbe referensi untuk penelitian selanjutnya.
13
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Landasan Teori 1. Fungsi Bank Syariah Menurut Tim Pengembang Perbankan Syariah IBI, fungsi dan peran bank syariah yang tercantum dalam pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution (AAOIFI) adalah sebagai berikut: (IBI, 2001:21) a. Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah. b. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya atau dana nasabah yang dipercayakan kepadanya. c. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa layanan perbankan sebagai lazimnya. d. Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan syariah, bank syariah juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan, dan mendistribusikan) zakat serta dana sosial lainnya. Banyak pengelola bank syariah yang tidak memahami dan menyadari fungsi bank syariah dan menyamakan dengan fungsi bank konvensional sehingga membawa dampak pada pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh bank syariah yang bersangkutan. Secara umum, fungsi bank syariah memilki dua fungsi yaitu sebagai manajer investasi dan sebagai investor. Selain dua
14
fungsi tersebut, bank syariah juga memiliki fungsi lain yaitu fungsi sosial dan jasa keuangan (perbankan). (Wiroso, 2005:77) Ismail megungkapkan bahwa bank konvensional maupun bank syariah memiliki tiga fungsi utama yaitu penghimpun dana masyarakat, penyaluran dana masyarakat, dan pemberian pelayanan jasa perbankan. (Ismail, 2010:4-6) a. Penghimpunan Dana dari Masyarakat Fungsi bank yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana. Masyarakat mempercayai bank sebagai tempat yang aman untuk melakukan investasi, dam menyimpan uang. Masyarakat yang kelebihan dana sangat membutuhkan keberadaan bank untuk menyimpan dananya dengan aman. Selain rasa aman, tujuan lainnya adalah sebagai tempat untuk melakukan investasi. Dengan menyimpan dananya di bank, nasabah akan mendapatkan keuntungan berupa return atas simpanannya yang besarnya tergantung kebijakan masing-masing bank. Dalam menghimpun dana dari masyarakat, bank menawarkan produk simpanan berupa tabungan, giro dan deposito. Dalam menjalankan fungsi sebagai penhimpun dana, bank syariah menawarkan produk yang hampir sama dengan bank konvensional, akan tetapi berbeda dengan prinsip dalam menghimpun dana tersebut, baik prinsip titipan (wadiah) maupun prinsip inevstasi (mudharabah). b. Penyaluran Dana kepada Masyarakat Fungsi bank yang kedua adalah menyalurkan dana keada masyarakat yang membutuhkan dana. Menyalurkan dana merupakan aktivitas yang sangat penting bagi bank, karena akan memperoleh pendapatan bunga untuk bank
15
konvensional, dan bagi hasil atau lainnya untuk bank syariah. Penyaluran dana kepada masyarakat sebagian besar berupa kredit untuk bank konvensional dan/ atau pembiayaan untuk bank syariah. Dalam menyalurkan dananya kepada masyarakat, bank syariah menawarkan berbagai macam pembiayaan dengan beragam jenis akad sesuai dengan prinsipnya masing-masing, baik prinsip jual beli, prinsip investasi, maupun prinsip sewa. c. Pelayanan Jasa Perbankan Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya, bank juga dapat memberikan beberapa pelayanan jasa. Berbagai jenis produk pelayanan jasa yang dapat diberikan oleh bank antara lain jasa pengiriman uang (transfer), pemindahbukuan, penagihan surat-surat berharga, kliring, L/C, inkaso, garansi bank, jual beli valuta asing, dan pelayanan jasa lainnya. 2. Produk Penghimpunan Dana Perkembangan dan pertumbuhan dunia perbankan akan sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam menghimpun dana dari masyarakat, baik berskala kecil maupun besar dengan masa pengendapannya yang memadai. Tanpa dana yang cukup, bank tidak dapat berfungsi sama sekali. Sebagai sebuah lembaga keuangan, perbankan islam juga melakukan kegiatan penghimpunan dana agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik. (Huda, 2010:86) Produk-produk pendanaan bank syariah ditujukan untuk mobilisasi dan investasi tabungan untuk pembangunan perekonomian dengan cara yang adil sehingga keuntungan yang adil dapat dijamin bagi semua pihak. Tujuan
16
mobilisasi dana merupakan hal penting karena Islam secara tegas mengutuk penimbunan tabungan dan menuntut penggunaan sumber dana secara produktif dalam rangka mencapai tujuan sosial-ekonomi Islam. Dalam hal ini, bank syariah melakukannya tidak dengan prinsip bunga (riba), melainkan dengan prinsip-prinsip yang sesuai dengan syariat Islam. Berdasarkan jenis akad, produk penghimpunan dana pada bank syariah dapat dibedakan menjadi dua prinsip, yaitu prinsip titipan (wadiah) dan prinsip investasi (mudharabah). (Manan, 2012:214) a. Prinsip Titipan (Wadiah) 1) Giro Wadiah Giro wadiah adalah produk pendanaan bank syariah berupa simpanan dari nasabah dalam bentuk rekening giro (current account) untuk keamanan dan kemudahan pemakaiannya. (Ascarya, 2008:113) Dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah bahwa giro wadiah adalah simpanan berdasarkan akad wadiah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan menggunakan berbagai fasilitas yang disediakan bank, seperti cek, bilyet giro, sarana pembayaran, atau dengan menggunakan sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan tanpa biaya. (Wiroso, 2009:124) Sementara itu, Muhammad mengatakan bahwa giro wadiah merupakan simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek/ bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan
17
pemindahbukuan. (Muhammad, 2014:32) Burhanuddin mengartikan giro wadiah sebagai simpanan dana yang bersifat titipan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindahbukuan
dan terhadap titipan
tersebut tidak dipersyaratkan imbalan kecuali dalam bentuk pemberian sukarela. (Burhanuddin, 2010:58) Zulkifli mengungkapkan bahwa giro wadiah sebagai simpanan atau titipan pihak ketiga kepada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada bank dengan menggunkan media penarikan berupa cek, bilyet giro, kwitansi, atau alat perintah bayar lainnya. (Zulkifli, 2007:99) Bank tidak diperkenankan menjanjikan pemberian imbalan atau bonus kepada nasabsah. Selain itu, bank dapat membebankan kepada nasabah biaya administrasi berupa biaya-biaya yang terkait langsung dengan biaya pengelolaan rekening antara lain biaya bilyet giro/ cek, biaya materai, cetak laporan transaksi dan saldo rekening, pembukaan dan penutupan rekening. Nasabah bertindak sebagai pemilik dana (shahibul mal) dan bank bertindak sebagai pengelola dana (mudharib). Bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. (Sholahuddin, 2008:78) Biasanya bank tidak menggunakan dana ini untuk pembiayaan bagi hasil karena sifatnya yang jangka pendek. Keuntungan yang diperoleh bank dari penggunaan dana ini menjadi milik bank. Demikian juga, kerugian yang timbul menjadi tanggung jawab bank sepenuhnya. (Penyusun, 2016:17) Bank diperbolehkan untuk memberikan insentif berupa bonus kepada nasabah,
18
selama hal ini tidak disyaratkan sebelumnya. Besarnya bonus juga tidak ditetapkan di muka. Produk giro wadiah diatur dalam Fatwa DSN-MUI No. 01/ DSN-MUI/ IV/ 2000 tentang Giro. 2) Tabungan Wadiah Tabungan wadiah merupakan produk pendanaan bank syariah berupa simpanan dari nasabah dalam bentuk rekening tabungan untuk keamanan dan kemudahan pemakaiannya seperti giro wadiah, tetapi tidak sefleksibel giro wadiah karena nasabah tidak dapat menarik dananya dengan cek. (Ascarya, 2008:115) Tabungan wadiah merupakan penempatan dana dalam bentuk tabuangan dengan prinsip titipan (wadiah). Produk tabungan wadiah diatur dalam Fatwa DSN-MUI No. 02/ DSN-MUI/ IV/ 2000 tentang Tabungan. (Bankir, 2014:96-97) Tabungan wadiah juga dapat diartikan sebagai simpanan dari nasabah yang memerlukan jasa penitipan dana dengan tingkat keleluasaan tertentu untuk menariknya kembali. (Arifin, 2009:62) Karim mengungkapkan bahwa tabungan wadiah merupakan tabungan yang dijalankan denga akad wadiah, yakni titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat sesuai dengan kehendak pemiliknya. (Karim, 2013:357) Sementara itu, Zulkifli mengartikan tabungan wadiah sebagai simpanan atau titipan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan berdasarkan syarat-syarat tertentu yang telah disepakati antara bank dan nasabah. (Zulkifli, 2007:107) Karakteristik tabungan wadiah ini juga mirip dengan tabungan pada bank konvensional ketika kepada nasabah penyimpan diberi garansi untuk dapat menarik dananya sewaktu-waktu dengan
19
menggunakan berbagai fasilitas yang disediakan bank, seperti kartu ATM, dan sebagainya tanpa biaya. Seperti halnya pada giro wadiah, bank juga boleh menggunakan dana nasabah yang terhimpun untuk tujuan mencari keuntungan dalam kegiatan yang berjangka pendek atau untuk memenuhi kebutuhan likuiditas bank, selama dana tersebut tidak ditarik. Bank syariah tidak memperjanjikan bagi hasil atas tabungan wadiah, walaupun atas kemauannya sendiri bank dapat memberikan bonus kepada para pemegang rekening wadiah. Besarnya bonus juga tidak dipersyaratkan dan tidak ditetapkan di muka. (Arifin, 2009:63) b. Prinsip Investasi 1) Tabungan Mudharabah Tabungan adalah jenis simpanan yang penarikannya dapat dilakukan melalui syarat-syarat tertentu, serta dapat dilakukan setiap saat melalui kantor bank, ATM, dan kartu debit. (Arthesa, 2006:63) Martono mengungkapkan bahwa tabungan merupakan simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-sarat tertentu yang disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan bilyet giro, cek atau alat lainnya dipersamakan dengan itu. Syarat-syarat penarikan tertentu maksudnya adalah sesuai dengan perjanjian atau kesepakatan yang telah dibuat antara pihak bank dengan deposan. (Martono, 2009:40) Tabungan juga dapat diartikan sebagai simpanan masyarakat pada bank, yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat melalui buku tabungan atau melalui
ATM.
(Darmawi,
2011:46)
Sementara
itu,
Burhanuddin
20
mengungkapkan bahwa tabungan mudharabah merupakan simpanan dana nasabah pada bank yang bersifat titipan dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dan terhadap titipan tersebut bank tidak dipersyaratkan untuk memberikan imbalan kecuali dalam bentuk pemberian bonus secara sukarela. (Burhanuddin, 2010:60) Tabungan mudharabah juga diartikan sebagai dana yang disimpan nasabah yang akan dikelola oleh bank untuk memperoleh keuntungan dengan sistem bagi hasil sesuai dengan kesepakatan bersama. (Janwari, 2015:64) Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, deposan bertindak sebagai pemilik dana (shahibul mal) dan bank bertindak sebagai pengelola dana (mudhsarib). Tabungan mudharabah, bank syariah menerima simpanan dari nasabah dalam bentuk rekening tabungan (savings account) untuk keamanan dan kemudahan pemakaian, seperti rekening giro, tetapi tidak sefleksibel rekening giro, karena nasabah tidak dapat menarik dananya dengan cek. Bank dapat menyalurkan dana terhadap berbagai usaha yang sesuai dengan prinsip syariah. Hasil usaha tersebut dibagihasilkan kepada deposan sesuai dengan nisbah yang telah disepakati. (Karim, 2003:97) Setiap penerimaan nasabah baru, bank per ketentuan internal diwajibkan untuk menerangkan esensi dari tabungan mudharabah serta kondisi penerapannya. Hal yang wajib dijelaskan antara lain meliputi esensi tabungan mudharabah sebagai bentuk investasi nasabah ke bank, definisi dan terminologi, keikutsertaan dalam skema penjaminan, profit sharing atau revenue sharing, terms and conditions, dan tata cara perhitungan bagi hasil. (Ascarya, 2006:227)
21
Tabungan mudharabah diatur dalam fatwa DSN-MUI Nomor 02/ DSN-MUI/ IV/2000 tentang tabungan. 2) Deposito Mudharabah Menurut Kasmir, deposito merupakan simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu (jatuh tempo). Jatuh tempo artinya jika nasabah menyimpan uangnya dalam deposito berjangka untuk jangka waktu tiga bulan, maka uang tersebut baru dapat dicairkan setelah jangka waktu tersebut berakhir yaitu setelah tiga bulan. (Kasmir, 2014:69) Sedangkan Arthesa mengungkapkan bahwa deposito adalah simpanan dana masyarakat dimana penarikan dana tersebut hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu sesuai dengan tanggal yang telah disepakati antara nasabah dengan pihak bank. (Arthesa, 2006:66) Menurut Anshori, deposito mudharabah merupakan simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank atau pada saat jatuh tempo. Produk ini ditujukan untuk kepentingan investasi dalam bentuk surat-surat berharga. (Anshori, 2007: 93) Menurut Ikatan Bankir Indonesia, deposito mudharabah adalah simpanan pihak ketiga yang diamanahkan kepada bank yang penarikannya dilakukan pada waktu tertentu sesuai yang diperjanjikan. (Bankir,
2014:98)
mudharabah
Sedangkan
Hadi
mengungkapkan
bahwa
deposito
adalah investasi yang dilakukan pada bank syariah dengan
menambahkan dalam bentuk dana tunai untuk jangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 12 bulan dengan nisbah tertentu. (Hadi, 2011:52)
22
Burhanuddin juga mengungkapkan bahwa deposito mudharabah dapat diartikan sebagai simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah penyimpan dengan bank. (Burhanuddin, 2010:61) Janwari mengartikan deposito mudharabah sebagai dana simpanan nasabah yang bisa ditarik berdasarkan jangka waktu yang telah ditentukan, serta nasabah ikut menaggung keuntungan dan kerugian yang dialami oleh bank. (Janwari, 2015:65) Deposito mudharabah diatur dalam fatwa DSN-MUI Nomor 03/ DSN-MUI/ IV/2000 tentang deposito. (Bankir, 2014:98) 3. Teori Bagi Hasil Menurut Rivai, bagi hasil adalah bentuk return (perolehan aktivitas usaha) dari kontrak investasi dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap pada bank Islam. Besar kecilnya perolehan return itu tergantung pada hasil usaha yang benar-benar diperoleh bank Islam. (Rivai, 2009:76) Pembayaran imbalan kepada pemilik dana yang dihimpun bank syariah tidak sama dengan pembayaran imbalan kepada pemilik dana yang dilakukan oleh bank konvensional. Imbalan yang diberikan kepada para deposan sangat tergantung pada hasil usaha yang diperoleh atas pengelolaan atau penyaluran dana yang dilakukan oleh bank syariah, khususnya hasil usaha yang telah diikuti dengan aliran kas masuk (cash basis), sehingga dari bulan ke bulan berikutnya penghasilannya tidak selalu sama. (Wiroso, 2009:87)
23
4. Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Bagi hasil dalam bank syariah menggunakan istilah nisbah bagi hasil, yaitu proporsi bagi hasil antara nasabah dan bank syariah. Untuk produk pendanaan/ simpanan bank syariah, misalnya Tabungan iB dan Deposito iB. Penentuan nisbah bagi hasil dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jenis produk simpanan, perkiraan pendapatan investasi dan biaya operasional bank. Hanya produk simpanan iB dengan skema investasi (mudharabah) yang mendapatkan return bagi hasil. Indikator tingkat bagi hasil adalah presentase bagi hasil deposito mudharabah yang diterima nasabah terhadap volume deposito mudharabah. Penggunaan tingkat bagi hasil ini dimaksudkan untuk menghindari fluktuasi nominal bagi hasil yang dipengaruhi oleh perubahan saldo deposito mudharabah. (Isna, 2012:32) Hasil investasi pada deposito mudharabah ini berfluktuasi sesuai dengan kinerja operasional bank bersangkutan. (Hadi, 2011:52) Besar kecil imbalan (return) yang diperoleh deposan tergantung pada: a. pendapatan bank. b. nisbah bagi hasil antara nasabah dan bank. c. nominal deposito nasabah. d. rata-rata saldo deposito untuk jangka waktu yang ada pada bank. e. jangka waktu deposito, karena berpengaruh pada lamanya investasi. Menurut Wiroso, perhitungan bagi hasil kepada pemilik dana deposito mudharabah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: (Wiroso, 2009:156) a. dilakukan setiap ulang tanggal pembukaan deposito mudharabah.
24
b. dilakukan setiap akhir bulan atau awal buan berikutnya tanpa memperhatikan tanggal pembukaan deposito mudharabah. Adapun pengukuran tingkat bagi hasil deposito mudharabah menggunakan persamaan sebagai berikut: 𝑁𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑜
𝑟𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 = 𝑆𝑎𝑙𝑑𝑜 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑑𝑒𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑜 𝑥 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑔𝑖 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑥 𝑛𝑖𝑠𝑏𝑎ℎ ...(1.1) 5. BI rate Menurut McConell Brue, yang dimaksud dengan suku bunga adalah harga yang dibayarkan untuk penggunaan uang. Ini merupakan harga yang harus peminjam bayar kepada pemberi pinjaman untuk mentransfer daya beli di masa depan. (McConnell, 2008:259) Long mengartikan suku bunga sebagai harga dimana daya beli dapat bergeser dari masa depan ke masa kini dipinjam hari ini dengan janji untuk membayar kembali dengan bunga di masa depan. (Long, 2002:37) Di sisi lain, Colander mengungkapkan bahwa suku bunga adalah harga yang dibayarkan untuk pemakaian atau penggunaan aset keuangan. Ketika deposan menyetorkan sejumlah dana ke dalam account/ tabungan, bank membayarkan bunga kepada deposan untuk menggunakan atau menyalurkan dana
deposan
tersebut.
(Colander,
2004:265)
Sedangkan
Judisseno
mengungkapkan bahwa suku bunga adalah penghasilan yang diperoleh orangorang yang memberikan kelebihan uangnya untuk digunakan sementara waktu oleh orang-orang yang membutuhkan dan menggunakan uang tersebut untuk menutupi kekurangannya. (Judisseno, 2005:80-81)
25
Di Indonesia, suku bunga ditetapkan oleh Bank Sentral yaitu Bank Indonesia yang lebih dikenal dengan istilah BI rate. BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan
Bank
Indonesia
melalui
pengelolaan
likuiditas
(liquidity
management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Persamaan dari tingkat suku bunga (BI rate)yang menjadi acuan bagi bank-bank yang beroperasi di Indonesia dapat ditulis sebagai berikut: 𝑅 = 𝑖 𝑀𝑅
...(1.2) 𝑅
𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 = 12
...(1.3)
Keterangan : R
= suku bunga nominal tahunan
i
= suku bunga nominal per periode
M = jumlah periode majemuk per satu tahun 6. Capital Adequacy Ratio (CAR) Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman atau utang, dan lain-lain. (Dendawijaya, 2003:122).
26
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan gambaran mengenai kemampuan bank syariah memenuhi kecukupan modalnya. (Muhammad, 2014:254) Arthesa juga mengungkapkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio perbandingan antara modal risiko dengan aktiva yang mengandung risiko. (Arthesa, 2006:146) Ihsan mengungkapkan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebagai rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank. (Ihsan, 2013:93) Sementara itu, Arifin mengartikan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebagai rasio kecukupan modal bank yang dapat diukur dengan membandingkan modal dengan dana pihak ketiga, dan membandingkan modal dengan aktiva berisiko. (Arifin, 2009:162) Nilai minimum Capital Adequacy Ratio (CAR) yang harus dipenuhi oleh setiap bank, baik bank umum konvensional maupun bank umum syariah harus 8%. (Kasmir, 2009:50) Adapun ketentuan menghitung nilai CAR sebuah bank diantaranya sebagai berikut: 𝐶𝐴𝑅 =
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐴𝑇𝑀𝑅
𝑥 100%
...(1.4)
7. Financing to Deposit Ratio (FDR) Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan perbandingan total kredit yang diberikan dengan total Dana Pihak Ketiga yang dapat dihimpun oleh bank. Dalam bank syariah, istilah LDR dikenal dengan Financing to Deposit Ratio (FDR). Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara jumlah kredit yang diberikan dengan dana yang diterima. (Riyadi, 2006:165) Menurut Dendawijaya, Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio antara jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio
27
ini menunjukan salah satu penilaian likuiditas bank. Dengan kata lain, seberapa jauh penyaluran pembiayaan kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban bank syariah untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah disalurkan oleh bank syariah. (Dendawijaya, 2003:118) Sementara itu, Kasmir mengartikan FDR sebagai rasio untuk mengukur jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. (Kasmir, 2004:319) Rumus untuk menghitung nilai FDR sebuah bank diantaranya sebagai berikut: 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐹𝑖𝑛𝑎𝑛𝑐𝑖𝑛𝑔
𝐹𝐷𝑅 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡+𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑥 100%
...(1.5)
Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin baiknya fungsi intermediasi bank yang bersangkutan. FDR yang tinggi mengindikasikan tingkat pembiayaan tinggi dan ini berdampak pada meningkatnya return yang akan dihasilkan dari pembiayaan. FDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar penarikan kembali yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan. Ketika nilai FDR meningkat, maka akan beirmbas kepada meningkatnya tingkat bagi hasil yang diteirma oleh nasabah deposan. (Harfiah, 2016:28) 8. Non Performing Financing (NPF) Non Peforming Financing (NPF) adalah rasio untuk mengukur tingkat pembiayaan macet yang terdapat di suatu bank yang merupakan salah satu indikator kunci menilai kinerja keuangan bank. (Setiadi, 2013:217) Non Performing Financing (NPF) juga dapat diartikan sebagai jumlah pembiayaan yang tergolong non lancar dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.
28
(Muhammad, 2005:87) Ihsan mengungkapkan bahwa Non Performing Financing (NPF) adalah alat ukur tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh bank syariah. (Ihsan, 2013:96) Adapun ketentuan menghitung nilai NPF suatu bank menggunakan persamaan sebagai berikut: 𝑁𝑃𝐹 =
𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛
𝑥 100%
...(1.6)
Adapun standar terbaik Non Performing Financing (NPF) adalah kurang dari 5%. Jika Non Performing Financing (NPF) tinggi, maka profitabilitas menurun dan tingkat bagi hasil menurun dan jika Non Performing Financing (NPF) turun, maka profitabilitas naik dan tingkat bagi hasil naik. (Anifa, 2008:101) 9. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. (Bankir, 2014:260) Menurut PBI Nomor: 10/ 11/ PBI/ 2008 pasal 11 dinyatakan bahwa pihak-pihak yang dapat ikut serta dalam penerbitan SBIS adalah Bank Umum Syariah (BUS), atau Unit Usaha Syariah (UUS), atau pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUS/ UUS, baik sebagai peserta langsung maupun peserta tidak langsung. (Ihsan, 2015: 117) Tujuan SBIS diterbitkan oleh Bank Indonesia adalah sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah. Adapun tingkat imbalan yang diberikan mengacu kepada tingkat diskonto hasil lelang Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
29
berjangka waktu sama yang diterbitkan bersamaan dengan penerbitan SBIS. Selain itu, BUS dan UUS yang mengajukan penawaran memiliki FDR paling kurang 80% berdasarkan perhitungan Bank Indonesia dan tidak sedang dikenakan sanksi pemberhentian sementara untuk mengikuti lelang SBIS. (Ihsan, 2015:18) B. Keterkaitan Antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat 1. Hubungan BI rate dengan Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Pernyataan tersebut diperkuat penelitian yang dilakukan oleh Ulfah bahwa variabel suku bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat tingkat bagi hasil deposito mudharabah. (Ulfah, 2011:74) Widyastuti menyatakan bahwa suku bunga memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap bagi hasil deposito mudharabah. (Widyastuti, 2012:83) Begitupula yang diungkapkan oleh Isna yang mengungkapkan bahwa suku bunga berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. (Isna, 2012:39) Akan tetapi, hal berbeda diungkapkan oleh Tariq bahwa tingkat suku bunga tidak berperan signifikan pengaruhnya terhadap tingkat deposito, dan tidak mempengaruhi tingkat imbal hasil yang diberikan bank kepada nasabah. (Tariq, 2016:15) 2. Hubungan Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah
30
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman atau utang, dan lain-lain. (Dendawijaya, 2003:122) Nilai minimum Capital Adequacy Ratio (CAR) yang harus dipenuhi oleh setiap bank, baik bank umum konvensional maupun bank umum syariah harus 8%. (Kasmir, 2009:50) Penelitian Amelia yang menyatakan bahwa semakin tinggi nilai Capital Adequacy Ratio (CAR) maka bank mampu membiayai operasi bank tersebut, keadaan yang menguntungkan bank akan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi profitabilitas dan tentunya akan meningkatkan return bagi hasil yang akan diterima oleh nasabah deposan. (Amelia, 2011:103) Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Umiyati, (Umiyati, 2016:62) menyatakan bahwa variabel CAR secara parsial berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah dengan tingkat signifikansi 0,000. Akan tetapi bertolak
belakang
dengan
penelitian
Rahayu,
(Rahayu,
2012:12)
mengungkapkan bahwa variabel CAR tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
31
3. Hubungan Financing to Deposit Ratio (FDR) dengan Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara jumlah kredit yang diberikan dengan dana
yang diterima.
(Riyadi,
2006:165) Menurut
Dendawijaya, Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio antara jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini menunjukan salah satu penilaian likuiditas bank. Dengan kata lain, seberapa jauh penyaluran pembiayaan kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban bank syariah untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah disalurkan oleh bank syariah. (Dendawijaya, 2003:118) Sementara itu, Kasmir mengartikan FDR sebagai rasio untuk mengukur jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. (Kasmir, 2004:319) Menurut Rahmawaty menyatakan bahwa variabel Financing To Deposit Ratio (FDR) tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. (Rahmawaty, 2015:100) Berbeda dengan penelitian Nofianti, yang mengungkapkan bahwa variabel Financing To Deposits Ratio (FDR) berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
tingkat
bagi
hasil
deposito
mudharabah. (Nofianti, 2015:82) Senada dengan yang diungkapkan oleh Hikmah, dalam penelitiannya menunjukan bahwa Financing to Deposits Ratio (FDR) secara parsial mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. (Hikmah, 2015:83)
32
4. Hubungan Non Performing Financing (NPF) dengan Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Non Peforming Financing (NPF) adalah rasio untuk mengukur tingkat pembiayaan macet yang terdapat di suatu bank yang merupakan salah satu indikator kunci menilai kinerja keuangan bank. (Setiadi, 2013:217) Non Performing Financing (NPF) juga dapat diartikan sebagai jumlah pembiayaan yang tergolong non lancar dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. (Muhammad, 2005:87) Ihsan mengungkapkan bahwa Non Performing Financing (NPF) adalah alat ukur tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh bank syariah. Adapun standar terbaik Non Performing Financing (NPF) adalah kurang dari 5%. (Ihsan, 2013:96) Dalam penelitian Anifa mengungkapkan bahwa jika Non Performing Financing (NPF) tinggi, maka profitabilitas menurun dan tingkat bagi hasil menurun dan jika Non Performing Financing (NPF) turun, maka profitabilitas naik dan tingkat bagi hasil naik. (Anifa, 2008:101) Penelitian lain mengenai Non Performing Financing (NPF) menunjukan hasil yang bertolak belakang antara Nofianti dan Syafira. Nofianti mengungkapkan bahwa variabel Non Performing Financing (NPF) tidak berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. (Nofianti, 2015:82) Sedangkan Syafira menyatakan bahwa Non Performing Financing (NPF), BOPO, Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh signifikan terhadap variabel tingkat bagi hasil deposito mudharabah. (Syafira, 2014:32)
33
5. Hubungan Tingkat Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dengan Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. (Bankir, 2014:260) Tujuan SBIS diterbitkan oleh Bank Indonesia adalah sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah. Adapun tingkat imbalan yang diberikan mengacu kepada tingkat diskonto hasil lelang Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berjangka waktu sama yang diterbitkan bersamaan dengan penerbitan SBIS. Selain itu, BUS dan UUS yang mengajukan penawaran memiliki FDR paling kurang 80% berdasarkan perhitungan Bank Indonesia dan tidak sedang dikenakan sanksi pemberhentian sementara untuk mengikuti lelang SBIS. (Ihsan, 2015:18) Penelitian Okthora, menunjukan bahwa tingkat imbal hasil SBIS, tingkat imbal hasil PUAS, dan nilai kurs berpengaruh positif signifikan terhadap nisbah bagi hasil deposito. (Okthora, 2012:71)
34
C. Penelitian Terdahulu Penelitian ini menggunakan beberapa sumber referensi sebagai kajian penelitian terdahulu, diantaranya sebagai berikut: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti (Tahun) Laila Mugi Harfiah, Atiek Sri Purwati, Permata Ulfah. (Jurnal Etikonomi2016)
Judul Penelitian The Impact of ROA, BOPO, and FDR to Indonesian Islamic Bank’s Mudharabah Deposit Profit Sharing
Anam Tariq and Mansur Masih (MPRA Paper2016).
Risk-sharing deposits in islamic banks: do interest rates have any influence on them?
Metode Analisis Variabel X: Regresi Return On Linier Asset (ROA), Berganda BOPO, Financing to Deposit Ratio (FDR). Variabel
Variabel Y: Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah. Variabel X : Risk Sharing Financing (RSF), Bank size, Interest Rates (INT), Growth in GDP (GDPGR), Exchange Rate Values (EXR).
Dynamic Panel Techniques dan khsusunya menggunakan the Generalized Method of Moments (GMM) technique Variabel Y: dalam Risk-Sharing analisis data Deposits panel. (RSD). bersambung ke halaman berikutnya
Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ROA, BOPO dan FDR berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat suku bunga tidak berperan signifikan pengaruhnya terhadap tingkat deposito, dan tidak mempengaruhi tingkat imbal hasil yang diberikan bank kepada nasabah.
35
Tabel 2.1 (Lanjutan) Peneliti (Tahun) Umiyati, Shella Muthya Syarif (Jurnal Akuntansi dan Keuangan Islam 2016)
Judul Penelitian Kinerja Keuangan dan Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia
Metode Kesimpulan Analisis Variabel X: Regresi linier Hasil penelitian Return On berganda menunjukan bahwa Asset (ROA), variabel ROA dan Capital CAR secara parsial Adequacy memiliki pengaruh Ratio (CAR), terhadap tingkat bagi Biaya hasil deposito Operasional mudharabah. terhadap Sementara itu, Pendapatan variabel BOPO secara Operasional parsial tidak memiliki (BOPO) pengaruh terhadap tingkat bagi hasil Variabel Y: deposito mudharabah. tingkat bagi hasil deposito mudharabah Rahmawaty Pengaruh Variabel X: Regresi Linier Hasil penelitian , dan Return On Return On Berganda menyebutkan bahwa Tiffany Asset (ROA) Asset (ROA) variabel ROA dan Andari dan dan Financing FDR secara simultan Yudina. Financing To To Deposit mempengaruhi tingkat (Jurnal Deposit Ratio Ratio (FDR) bagi hasil deposito Dinamika (FDR) mudharabah pada Akuntansi terhadap Variabel Y: bank umum syariah di dan Bisnis- Tingkat Bagi Tingkat Bagi Indonesia periode 2015) Hasil Hasil Deposito 2008-2012. Variabel Deposito Mudharabah ROA tidak Mudharabah berpengaruh pada Bank signifikan terhadap Umum tingkat bagi hasil Syariah deposito mudharabah pada bank umum syariah di Indonesia periode 2008-2012. Variabel FDR tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada BUS bersambung ke halaman berikutnya Variabel
36
Tabel 2.1 (Lanjutan) Peneliti (Tahun) Nana Nofianti, Tenny Badina, Aditiya Erlangga. (Jurnal Bisnis dan Manajemen ESENSI2015)
Judul Penelitian Analisis Pengaruh Return On Asset (ROA), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Suku Bunga, Financing To Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah
Metode Analisis Variabel X: Regresi Return On berganda Asset (ROA), BOPO, Suku Bunga, Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF). Variabel
Variabel Y: tingkat bagi hasil deposito mudharabah
Kesimpulan Hasil penelitian menyebutkan bahwa variabel Return On Asset (ROA) berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat bagi hasil. Variabel Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) tidak berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil. Variabel Suku Bunga tidak berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil. Variabel Financing To Deposits Ratio (FDR) berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat bagi hasil. Variabel Non Performing Financing (NPF) tidak berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil.
bersambung ke halaman berikutnya
37
Tabel 2.1 (Lanjutan) Peneliti (Tahun) Tugiantoro, and Suyanto (Jurnal China-USA Business Review2014).
Judul Penelitian The Factors Affecting Profit Distribution: An Empirical Study on Islamic Banking.
Variabel Variebel X: Third Party Fund (TPF), IFO, AQR, FDR, central bank’s (Bank of Indonesia) Rate/ BI Rate (Bir), and three-month term deposit rate in conventional banks. Variabel Y: Profit Distribution
Metode Analisis Metode deskriptif korelasi dalam menganalisis hasil peneleitian, Sementara itu, data dianalisis dengan menggunakan metode analisis data panel.
Kesimpulan Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa Income From Operation (IFO), Central Bank’s (Bank of Indonesia) rate, dan tingkat bunga depsotio berjangka tiga bulan berpengaruh signifikan terhadap pembagian keuntungan. Sementara itu, Third Parties’ Fund, (TFP), Asset Quality Ratio (AQR), dan Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak berpengaruh signifikan terhadap pembagian keuntungan.
bersambung ke halaman berikutnya
38
Tabel 2.1 (Lanjutan) Peneliti (Tahun) Rahmah Syafira. (Skripsi IPB-2014)
Judul Penelitian Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tingkat Bagi Hasil pada Produk Deposito Mudharabah Bank Umum Syariah
Metode Analisis Variabel X: Regresi panel Net statis dengan Operational menggunakan Margin Fixed Effect (NIM), Non Model Performing (FEM). Financing (NPF), BOPO, Financing to Deposit Ratio (FDR) dan suku bunga. Variabel Y: Tingkat Bagi Hasil pada Produk Deposito Mudharabah Variabel
Kesimpulan Hasil penelitian menyebutkan bahwa secara simultan variabel independen berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil. Secara parsial, variabel Net Operational Margin (NIM), Non Performing Financing (NPF), BOPO, Financing to Deposit Ratio (FDR) dan suku bunga berpengaruh signifikan terhadap variabel tingkat bagi hasil. Net Operational Margin (NIM) dan suku bunga berpengaruh positif terhadap tingkat bagi hasil, sedangkan Non Performing Financing (NPF) dan BOPO berpengaruh negatif terhadap tingkat bagi hasil.
bersambung ke halaman berikutnya
39
Tabel 2.1 (Lanjutan) Peneliti (Tahun) Mila Okthora (Tugas Akhir D4 Polban2012)
Judul Penelitian Faktor-faktor yang Mempengaru hi Penetapan Nisbah Bagi Hasil Deposito Syariah Mandiri (Studi Kasus PT Bank Syariah Mandiri periode 20062011)
Variabel Variabel X: Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS), Giro Wajib Minimum (GWM), Inflasi, Kurs, BI rate.
Metode Analisis Metode Analisis Regresi
Variabel Y: Nisbah Bagi Hasil Deposito Mudharabah Mohammad The Effect of Variabel X : Regresi linier Ashraful Conventional Conventional berganda Ferdous Bank’s Bank’s Chowdhur Interest Rate Interest Rate and Syed & Islamic Mohammad Bank’s Profit Variabel Y : Khaled Rate on Islamic Bank’s Rahman Investment & Profit Rate on (AsiaReturn: An Investment & Pacific Empirical Return Journal of Investigation Businessin 2012). Bangladesh
Kesimpulan Tingkat Imbal Hasil SBIS, Tingkat Imbal Hasil PUAS, dan nilai kurs berpengaruh positif signifikan terhadap nisbah bagi hasil deposito. Sedangkan BI rate dan Giro Wajib Minimum berpengaruh negatif signifikan terhadap nisbah bagi hasil deposito mudharabah.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat suku bunga bank konvensional tidak berpegaruh signifikan terhadap tingkat return investasi pada bank syariah. Hal ini disebabkan karena kepercayaan nasabah dan dukungan penuh untuk bank syariah
bersambung ke halaman berikutnya
40
Tabel 2.1 (Lanjutan) Peneliti (Tahun) Jurnal Saiful Anwar, Rifki Ismal, Kenji Watanabe (Journal of Islamic Finance2012)
Judul Penelitian Behavior Investigation of Islamic Bank Deposit Return Utilizing Artificial Neural Networks Model
Metode Analisis Variabel X: Artificial variabel Neural makroekonomi Networks yaitu rata-rata Model tingkat suku bunga satu bulan (INTR), kurs (EXCH), perputaran uang (M1), Bursa Efek Jakarta (STIN), dan inflasi (INFR). Variabel
Kesimpulan
Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel tingkat suku bunga satu bulan (INTR) dan variabel perputaran uang (M1) paling signifikan berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito yaitu sebesar 51.43% dan 31.71%. Sedangkan variabel Variabel Y: Bursa Efek Jakarta tingkat bagi (STIN), sebesar hasil deposito 12.76%, kurs mudharabah 1 (EXCH) sebesar bulan. 3.62% dan variabel inflasi (INFR) sebsar 0.46%, Andryani Analisis Variabel X: Regresi liner Hasil menunjukkan Isna K, dan Pengaruh Return On berganda bahwa secara Kunti Return On Asset, BOPO, parsial variabel Sunaryo. Asset, BOPO, dan Suku Return on Asset (Jurnal dan Suku Bunga (ROA) dan suku Ekonomi Bunga bunga berpengaruh dan Bisnis- terhadap Variabel Y: signifikan terhadap 2012) Tingkat Bagi Tingkat Bagi tingkat bagi hasil Hasil Hasil Deposito deposito Deposito Mudharabah mudharabah, Mudharabah sedangkan variabel Pada Bank BOPO tidak Umum berpengaruh Syariah. terhadap bagi hasil deposito mudharabah. bersambung ke halaman berikutnya
41
Tabel 2.1 (Lanjutan) Peneliti (Tahun) Siti Rahayu (Jurnal Nasional 2012)
Judul Penelitian Pengaruh Return on Asset, BOPO, Suku Bunga dan Capital Adequacy Ratio terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Perbankan Syariah
Metode Kesimpulan Analisis Variabel X: Regresi linier Hasil penelitian Return on berganda menyatakan bahwa Asset (ROA), variabel ROA dan BOPO, Suku Suku Bunga Bunga, dan memiliki pengaruh Capital positif signifikan Adequacy terhadap tingkat Ratio (CAR). bagi hasil deposito mudharabah. Variabel Y: Sementara itu tingkat bagi variabel BOPO dan hasil deposito CAR tidak mudharabah. memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Rizky Skripsi Variabel X: Analisis Hasil penelitian Amelia Pengaruh CAR, FDR, Regresi menunjukan bahwa (Skripsi CAR, FDR dan NPF Linier secara parsial UIN Syarif dan NPF Variabel Y: Berganda variabel CAR, Hidayatulah terhadap Return FDR, dan NPF JakartaReturn Bagi Deposito berpengaruh 2011) Hasil Mudharabah signifikan terhadap Deposito return Deposito Mudharabah Mudharabah. Pada Secara simultan Perbankan CAR, FDR dan Syariah. NPF secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap return Deposito Mudharabah. bersambung ke halaman berikutnya Variabel
42
Tabel 2.1 (Lanjutan) Peneliti (Tahun) Abdou Diaw and Abdoulaye Mbow (Jurnal Humanomic s 2011).
Judul Penelitian A comparative study of the returns on Mudharabah deposit and on equity in Islamic banks
Variabel Membandingk an antara Variabel Return On Equity (ROE) and Return On Mudharabah Deposit (ROMD).
Metode Analisis Regresi linier
Kesimpulan Hasil penelitian tersebut menyetakan bahwa Return On Equity (ROE) cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan Return On Mudharabah Deposit (ROMD). Lebih lanjut, bahwa Return Deposito Mudharabah mempunyai korelasi dengan Tingkat Suku Bunga (IR) daripada Return On Equity (ROE).
Sumber: diolah dari berbagai sumber
43
D. Kerangka Pemikiran Dari pemaparan tinjauan pustaka di atas, maka susunan kerangka berpikir teoritis yang dibangun adalah sebagai berikut: Objek Penelitian
Variabel Independen (X)
Variabel Dependen (Y) Uji Asumsi Klasik
Metode Estimasi Panel Data
Common Effect
Fixed Effect
Random Effect
Pemilihan Model Regresi Panel Data
Uji Hausman
Uji Chow
Uji Statistik
Uji F
Uji t
Adusjedt R2
Interprestasi
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
44
E. Hipotesis Berdasarkan teori dan permasalahan yang ada, dapat dirumuskan hipotesis alternatif sebagai berikut: 1. Menurut McConell Brue, yang dimaksud dengan suku bunga adalah harga yang dibayarkan untuk penggunaan uang. Ini merupakan harga yang harus peminjam bayar kepada pemberi pinjaman untuk mentransfer daya beli di masa depan. BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Penelitian yang dilakukan oleh Anwar, (Anwar, 2012:56) yang menyatakan bahwa variabel tingkat suku bunga satu bulan (INTR) signifikan berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito dengan nilai sebesar 51.43%. Namun, hal ini bertolak belakang dengan penelitian Nofianti, (Nofianti, 2015:78) yang mengungkapkan bahwa variabel suku bunga tidak berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah dengan nilai signifikansi sebesar -0,290. Hal ini diungkapkan pula dalam penelitian Tariq, (Tariq, 2016: 16) yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga tidak berperan signifikan pengaruhnya terhadap tingkat deposito, dan tidak mempengaruhi tingkat imbal hasil yang diberikan bank kepada nasabah. Berdasarkan pemikiran teoritis dan studi empiris yang pernah dilakukan dengan penilitian di bidang ini, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H0: Tidak terdapat pengaruh secara parsial variabel BI rate terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
45
Ha: Terdapat pengaruh secara parsial variabel BI rate terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. 2. Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman atau utang, dan lain-lain. (Dendawijaya, 2003:122). Arthesa juga mengungkapkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio perbandingan antara modal risiko dengan aktiva yang mengandung risiko. (Arthesa, 2006:146) Penelitian Amelia, (Amelia, 2011:100) yang mengemukakan bahwa secara parsial variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh signifikan terhadap return deposito mudharabah dengan tingkat signifikansi 0.003. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Umiyati, (Umiyati, 2016:62) menyatakan bahwa variabel CAR secara parsial berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah dengan tingkat signifikansi 0,000 Akan tetapi bertolak belakang dengan penelitian Rahayu, (Rahayu, 2012:12) mengungkapkan bahwa variabel CAR tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Berdasarkan pemikiran teoritis dan studi empiris yang pernah dilakukan dengan penilitian di bidang ini, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H0: Tidak terdapat pengaruh secara parsial variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
46
Ha: Terdapat pengaruh secara parsial variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. 3. Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara jumlah kredit yang diberikan dengan dana yang diterima. (Riyadi, 2006:165) Menurut Dendawijaya, Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio antara jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini menunjukan salah satu penilaian likuiditas bank. Dengan kata lain, seberapa jauh penyaluran pembiayaan kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban bank syariah untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah disalurkan oleh bank syariah. (Dendawijaya, 2003:118) Menurut Rahmawaty menyatakan bahwa variabel Financing To Deposit Ratio (FDR) tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. (Rahmawaty, 2015:100) Berbeda dengan penelitian Nofianti, yang mengungkapkan bahwa variabel Financing To Deposits Ratio (FDR) berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. (Nofianti, 2015:82) Senada dengan yang diungkapkan oleh Hikmah, dalam penelitiannya menunjukan bahwa Financing to Deposits Ratio (FDR) secara parsial mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. (Hikmah, 2015:83) Berdasarkan pemikiran teoritis dan studi empiris yang pernah dilakukan dengan penilitian di bidang ini, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
47
H0: Tidak terdapat pengaruh secara parsial variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Ha: Terdapat pengaruh secara parsial variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. 4. Non Peforming Financing (NPF) adalah rasio untuk mengukur tingkat pembiayaan macet yang terdapat di suatu bank yang merupakan salah satu indikator kunci menilai kinerja keuangan bank. (Setiadi, 2013:217) Non Performing Financing (NPF) juga dapat diartikan sebagai jumlah pembiayaan yang tergolong non lancar dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. (Muhammad, 2005:87) Penelitian Nofianti, (Nofianti, 2015:80) yang mengungkapkan bahwa variabel Non Performing Financing (NPF) tidak berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil dengan nilai signifikansi sebesar 0.074. Namun, bertolak belakang dengan penelitian Syafira, (Syafira, 2014: 31) yang mengungkapkan bahwa variabel Non Performing Financing (NPF) berpengaruh negatif terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah dengan nilai signifikansi 0.0021. Berdasarkan pemikiran teoritis dan studi empiris yang pernah dilakukan dengan penilitian di bidang ini, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H0: Tidak terdapat pengaruh secara parsial variabel Non Performing Financing (NPF) terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Ha: Terdapat pengaruh secara parsial variabel Non Performing Financing (NPF) terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
48
5. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Okthora, (Okthora, 2012:71) yang mengemukakan bahwa tingkat imbal hasil SBIS berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Berdasarkan pemikiran teoritis dan studi empiris yang pernah dilakukan dengan penilitian di bidang ini, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H0: Tidak terdapat pengaruh secara parsial variabel tingkat bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Ha: Terdapat pengaruh secara parsial variabel tingkat bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. 6. H0: Tidak terdapat pengaruh secara simultan variabel BI rate, Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing (NPF) dan tingkat bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Ha: Terdapat pengaruh secara simultan variabel BI rate, Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing (NPF) dan tingkat bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini mengambil data laju tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI rate), tingkat bonus Surat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dari website yang terdapat di Bank Indonesia dari tahun 2011 s.d Juni 2016. Selain itu, penelitian ini juga mengambil data dari laporan keuangan tujuh Bank Umum Syariah yang di publikasikan di website resmi bank bersangkutan. Sumber data ini dipilih karena dianggap sebagai sumber yang valid dan dapat dipercaya. Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data BI rate data Capital Adequacy Ratio (CAR), data Financing to Deposit Ratio (FDR), data Non Performing Financing (NPF),
data tingkat bonus Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS), serta data tingkat bagi hasil deposito mudharabah. B. Metode Penentuan Sampel Menurut Sugiyono, (Sugiyono, 2010:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Suharyadi, (Suharyadi, 2013:7) populasi adalah kumpulan dari semua kemungkinan orang-orang, benda-benda, dan ukuran lain yang menjadi objek perhatian atau kumpulan
50
seluruh objek yang menjadi perhatian. Populasi dari penelitian ini adalah Bank Umum Syariah di Indonesia sampai dengan waktu bulan Juni 2016. Menurut Sugiyono, (Sugiyono, 2010:118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila peneliti melakukan penelitian terhadap populasi yang besar, sementara peneliti ingin meneliti tentang populasi tersebut dan peneliti memiliki keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel, sehingga generalisasi kepada populasi yang diteliti. Maknanya sampel yang diambil dapat mewakili atau representatif bagi populasi tersebut. Sementara itu, Suharyadi, (Suharyadi, 2013:8) mengungkapkan arti sampel sebagai suatu bagian dari populasi tertentu yag menjadi perhatian. Ada beberapa metode penarikan sampel dalam sebuah penelitian. Pada dasarnya, metode pengambilan sampel dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu sampel probabilitas (probability sampling) dan sampel nonprobabilitas
(nonprobability
sampling).
Metode
penarikan
sampel
probalitas (probability sampling) adalah suatu metode yang memberikan kesempatan sama terhadap anggota populasi untuk menjadi sampel. (Suharyadi,2013:9) Sedangkan metode sampel nonprobabilitas (nonprobability sampling) adalah kebalikan dari metode penarikan sampel nonprobabilitas yaitu tidak setiap anggota populasi memiliki probabilitas yang sama. Hal ini karena sampel diambil dengan pertimbangan khsusus atau susunan sampling yang sistematis. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan sampelnya adalah nonprobalibility sampling. Sampel yang diambil adalah tujuh Bank Umum
51
Syariah di Indonesia periode 2011 sampai Juni 2016. Adapun pertimbangan yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Bank Umum Syariah yang sudah mempublikasikan laporan keuangan bersifat triwulan, antara triwulan I 2011 sampai dengan triwulan II 2016. 2. Bank Umum Syariah yang sudah memiliki data yang terkait dengan variabel penelitian, seperti deposito mudharabah, CAR, FDR, NPF dan SBIS. Bank Umum Syariah tersebut diantaranya yaitu Bank Mandiri Syariah, Bank Syariah Bukopin, Bank Mega Syariah, BRI Syariah, BNI Syariah, BCA Syariah, dan Panin Dubai Bank Syariah. C. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan dua metode yang digunakan, diantaranya sebagai berikut: 1. Data sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain (sudah tersedia) dan digunakan untuk penelitian lain. Data tersebut meliputi Statistik Perbankan Syariah, Outlook Perbankan Syariah yang diperoleh dari publikasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) periode 2011 s.d 2016, data tingkat suku bunga (BI rate) yang diperoleh dari publikasi Bank Indonesia serta data dari laporan keuangan Bank Umum Syariah yang di publikasikan di website resmi Bank Umum Syariah yang bersangkutan periode 2011 s.d Juni 2016.
52
2. Penelitian Kepustakaan Penelitian kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data yang dilengkapi pula dengan membaca dan mempelajari serta menganalisis literature yang bersumber dari buku-buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini. D. Metode Analisis Data Dalam
penelitian
ini
menggunakan
metode
penelitian
deskriptif
kuantitatif. Analisis deskriptif merupakan penelitian terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh peneliti dari subjek berupa individu, organisasional, industri atau perspektif lain. (Nur, 2002:88) Sedangkan metode kuantitatif adalah suatu penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Analisis data penelitian ini menggunakan metode analisis regresi panel data. Menurut Baltagi, (Baltagi, 2005:1) regresi panel data adalah penelitian yang menggabungkan antara cross section seperti rumah tangga, negara, perusahaan, dan sebagainya dengan periode waktu. Sementara itu, Suliyanto mengungkapkan yang dimaksud dengan analisis regresi panel data adalah regresi yang menggunakan panel data atau pool data yang merupakan kombinasi dari data time series dan data cross section. (Suliyanto, 2011:229) Penulis menggunakan software Eviews 9.0 dan Microsoft Excel 2013 sebagai bantuan dalam melakukan analisis data.
53
1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi dependen variabel, independen variabel ataupun keduanya mempunyai distribusi yang normal atau tidak. (Ghozali, 2009:160) Sementara itu Suliyanto, (Suliyanto, 2011:70) mengatakan bahwa uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak. Dalam melakukan uji nromalitas, terdapat beberapa metode yaitu uji normalitas dengan analisis grafik, uji normalitas dengan metode signifikansi Skewness dan Kurtois, uji normalitas dengan Jarque-Bera (JB Test) dan uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov. Dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas metode signifikansi Skewness dan Kurtois.
Adapun persamaan uji
normalitas dapat ditulis sebagai berikut: 𝑍𝑠𝑘𝑒𝑤 =
𝑆−0
𝑍𝑘𝑢𝑟𝑡 =
√6⁄𝑁
𝐾−0 √24⁄𝑁
Keterangan: S
- Nilai Skewness
N
- Jumlah sampel
K
- Nilai Kurtosis JB = N [
Sk ² 6
+
(K−3)² 24
]
…(3.1)
Keterangan: JB
- Statistik Jarque Bera
N
- jumlah sampel
54
Sk
- Skewness (kemencengan)
K
- Kurtosis (peruncingan) Untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak dengan
menggunakan Uji Jarque-Bera dengan pengambilan keputusan sebagai berikut: H0 = data berdistribusi normal Ha = data tidak berdistribusi normal Jika probability JB lebih > 0.05, maka berdistribusi normal Jika probability JB lebih < 0.05, maka tidak berdistribusi normal b. Uji Multikolinieritas Menurut
Suliyanto,
(Suliyanto,
2011:81)
multikolinearitas
merupakan peristiwa dimana terjadi linier yang mendekat sempurna antar dua variable bebas. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atauu sempurna diantara variable bebas atau tidak. menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Adanya multikolinieritas atau korelasi yang tinggi antar variabel independen dapat dideteksi dengan beberapa cara, salah satunya yaitu Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Dalam penelitian ini menggunakan uji multikolinieritas metode Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) dimana nilai batas korelasi antar variabel independen tidak lebih dari 0.90. (Ghazali, 2013:80) Adapun persamaan uji multikolinearitas sebagai berikut:
55
𝑉𝐼𝐹 = Keterangan
1 (1−𝑅12 )
....(3.2)
:
VIF
- Variance Inflation Factor
R12
- Estimasi regresi parsial variabel penjelas Untuk mengetahui data memiliki gejala multikolinearitas dengan
pengambilan keputusan sebagai berikut: H0 = tidak ada multikolinearitas Ha = ada multikolinearitas Jika r < 0.9, maka tidak ada multikolinearitas Jika r > 0.9 maka ada multikolinearitas c. Uji Heteroskedastisitas Menurut Suliyanto, (Suliyanto, 2011:81) Heteroskedastisitas berarti ada varian variabel pada model regresi yang tidak sama (konstan). Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Data yang baik yaitu homoskedastisitas yaitu kesamaan varians dan residual. (Ghozali, 2009:139) Ada dua cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu metode grafik dan metode statistik. Metode grafik rellatif lebih mudah dilakukan namun memiliki kelemahan yang cukup signifikan karena jumlah pengamatan mempengaruhi tampilannya. Semakin sedikit jumlah pengamatan semakin
56
sulit menginterprestasikan hasil grafik plots. Sementara itu, metode statistic memiliki beberapa cara dalam mendeteksi heteroskedastisitas diantaranya yaitu Glesjer, White, Breusch-Pagan-Godfrey, Harvey, Park. Dalam
penelitian
ini,
cara
yang
digunakan
dalam
mendeteksi
heteroskedastisitas adalah metode statistik cara Uji White. Adapun persamaan deteksi heteroskedastisitas dengan Uji White dapat ditulis sebagai berikut: 𝑈12 = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + ʋi
...(3.3)
Keterangan: Ui
- Nilai Residual
X1
- Variabel Bebas Pendeteksian heteroskedasitas yang penulis gunakan adalah melalui
Uji White dengan langkah-langkah pengujian sebagai berikut: H0 = tidak ada heteroskedasitas Ha = ada heteroskedasitas Bila probabilitas Obs* > 0.0 maka signifikan, H0 diterima Bila probabilitas Obs* < 0.0 maka signifikan, H0 ditolak d. Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah hubungan antara residual satu observasi dengan residual observasi lainnya. (Winarno, 2015:145) Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang
57
berurutan sepanjang waktu satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data rentet waktu (time series) karena “gangguan” pada seorang individu kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individu kelompok
yang sama pada
periode berikutnya. Pada data crossection (silang waktu), masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena “gangguan” pada observasi yang berbeda berasal dari individu kelompok yang berbeda. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. (Ghazali, 2013:137) Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi diantaranya yaitu metode Durbin-Watson (DW test), metode Lagrange Multiplier (LM test), metode Breusch-Godfrey (B-G test) dan metode Run Test. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji Lagrange Multiplier (LM test) untuk mendeteksi autokorelasi. Hal ini dilakukan karena pengamatan dalam penelitian ini lebih dari 100 observasi. Adapun rumus uji autokorelasi secara umum dapat dituliskan sebagai berikut: y = β0 + β1 x + u
...(3.4)
Sementara itu, untuk deteksi autokorelasi dengan uji Lagrange Multiplier (LM test) dapat ditulis persamaan sebagai berikut: LM = (n − q)R²u
...(3.5)
Keterangan: LM
- Lagrange Multiplier
58
n
- jumlah sampel
q
- quantity
R2
- Estimasi regresi parsial variabel penjelas
u
- Nilai residual umum Untuk melihat ada tidaknya autokorelasi dapat juga menggunakan
Uji Langrange Multiplier (LM Test) atau yang disebut Uji BreuschGodfrey dengan membandingkan nilai probabilitas R-Squared dengan alpha = 0.05. H0 = tidak ada autokorelasi Ha = ada autokorelasi Bila probabilitas Obs* > 0.0 maka signifikan, H0 diterima Bila probabilitas Obs* < 0.0 maka signifikan, H0 ditolak 2. Model Estimasi Regresi Panel Data Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis regresi panel data. Regresi panel data merupakan penelitian yang menggabungkan antara cross section (data silang) dengan time series (runtut waktu). Dalam menganalisis data menggunakan metode analisis regresi panel data, diawali dengan melakukan pooling data dalam bentuk workfile. Berikut ini langkahlangkah dalam estaimasi model regresi panel data, diataranya yaitu: (Ghazali, 2013:252) a. Model dengan Semua Koefisien Konstan terhadap Waktu dan Individu (Common Effect)
59
Model seperti ini diakatakan sebagai model paling sederhana, dimana pendekatannya mengabaikan dimensi waktu dan ruang yang dimiliki oleh data panel. Metode yang digunakan untuk mengestimasi dengan pendekatan ini seperti metode regresi OLS (Ordinary Least Square). sehingga sering disebut pooled OLS atau common OLS model. Bila kita punya asumsi bahwa α dan ß akan sama (konstan) untuk setiap data time series dan cross section, maka α dan ß dapat diestimasi dengan model berikut: (Suliyanto, 2011:231) Yit = β0 + β1 X1it + β2 X2it + εit Keterangan
...(3.6)
:
Y
- Variabel dependen
X
- Variabel independen
β
- Koefisien slope atau koefisien arah
β0
- Intersep model regresi
i
- Unit cross section
t
- Periode waktu
ɛ
- Komponen eror
b. Koefisien Slope Konstan tetapi Intersep Bervariasi Antar Individu (Fixed Effect Model) Pendekatan ini merupakan cara memasukkan “individualitas” setiap perusahaan atau setiap unit cross-sectional adalah dengan membuat intersep bervarisi untuk setiap perusahaan tetapi masih tetap berasumsi
60
bahwa koefisien slope konstan untuk setiap perusahaan. Model regresinya sebagai berikut: (Suliyanto, 2011:234) Yit = β0i + βX1it + εit Keterangan
...(3.7)
:
Yit
- Variabel dependen pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
Xit
- Variabel independen pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
β
- Koefisien slope atau koefisien arah
β0i
- Intersep model regresi
εit
- Komponen eror pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t Istilah Fixed Effect menunjukkan walaupun intersep mungkin
berbeda untuk setiap individu tetapi intersep setiap individu tersebut tidak bervariasi terhadap waktu (time invariant). Dalam model ini juga disumsikan bahwa koefisien slope tidak bervariasi baik terhadap individu maupun waktu (konstan). Pemikiran inilah yang menjadi dasar pemikiran pembentukan model tersebut. c. Uji Chow Uji chow bertujuan untuk memilih model terbaik antara model Common Effect dengan Fixed Effect Model. Nilai yang harus diperhatikan pada uji chow adalah nilai probabilitas dari F-Statistik. Hipotesis yang digunakan dalam uji chow adalah sebagai berikut: H0
: Common Effect Model (CEM)
Ha
: Fixed Effect Model (FEM)
61
Jika nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat signifikasi (5%), maka tolak H0. Begitu pula sebaliknya jika nilai probabilitas Fstatistik lebih besar dari tingkat signifikasi (5%), maka menerima H0. Dasar penolakan terhadap hipotesis nol adalah dengan menggunakan Fstatistik seperti yang dirumuskan sebagai berikut: N−1
…(3.8)
CHOW = NT−N−K Keterangan: N
- Jumlah data cross section
T
- Jumlah data time series
K
- Jumlah variabel penjelas
d. Model Efek Random (Random Effect) Bila pada Model Efek Tetap, perbedaan antar-individu dan atau waktu dicerminkan lewat intercept, maka pada Model Efek Random, perbedaam
tersebut
diakomodasi
lewat
error.
Teknik
ini
juga
memperhitungkan bahwa error mungkin berkorelasi sepanjang time series dan cross section. Model persamaan regresinya sebagai berikut: (Suliyanto, 2011:243) Tidak seperti pada model efek tetap (β0 dianggap tetap), pada model ini β0 diasumsikan bersifat random, sehingga dapat dituliskan dalam persamaan: β0 = β0 + ui , i = 1,…,n Sehingga persamaan model yang digunakan adalah: Yit = β0i + βX1it + ui + εit
…(3.9)
62
Keterangan: Yit
- Variabel dependen pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
Xit
- Variabel independen pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
β
- Koefisien slope atau koefisien arah
β0i
- Intersep model regresi
ui
- Komponen eror pada unit ke-i dan waktu ke-t
εit
- Komponen eror pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
e. Uji Hausman Uji Hausman bertujuan untuk memilih antara Fixed Effect Model (FEM) atau Random Effect Model (REM). Nilai yang harus diperhatikan pada uji hausman adalah nilai probabilitas dari Cross-section random. Hipotesis yang digunakan dalam uji hausman adalah sebagai berikut: H0
: Random Effect Model (REM)
Ha
: Fixed Effect Model (FEM)
Jika nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat signifikasi 0.005 (5%), maka menolak H0. Begitu pula sebaliknya jika nilai probabilitas F-statistik lebih besar dari tingkat signifikasi (5%), maka menerima H0. Adapun persamaan uji hausman dapat ditulis sebagai berikut: H = (βRE − βFE )¹(∑FE − ∑RE )⁻¹(βRE − βFE )
…(3.10)
Keterangan: βRE
- Random Effect Estimator
βFE
- Fixed Effect Estimator
63
∑FE
- Matriks Kovarians Fixed Effect
∑RE
- Matriks Kovarians Random Effect
3. Uji Hipotesis a. Uji t Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel individu independen secara individu dalam menerangkan variabel dependen. (Ghozali, 2009:177) Apabila thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti variabel independen mempunyai pengaruh
yang
signifikan
terhadap
variabel
dependen
dengan
menggunakan tingkat signifikan sebesar 5%, jika nilai thitung > ttabel maka secara satu persatu variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Selain itu, dapat juga dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih kecil daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi 5%), maka variabel independen secara satu persatu berpengaruh terhadap variabel dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari pada 0,05 maka variabel independen secara satu persatu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut: H0 : ß = 0, Tidak terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen. Ha : ß ≠ 0, Terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen. Dasar pengambilan keputusan adalah :
64
Jika Probabilitas < 0.05 maka H0 ditolak Jika Probabilitas > 0.05 maka H0 diterima Dalam penelitian ini menggunakan uji signifikan dua arah atau two tailed test, yaitu suatu uji yang mempunyai dua daerah penolakan H yaitu terletak di ujung sebelah kanan dan kiri. Dalam pengujian dua arah, biasa digunakan untuk tanda sama dengan (=) pada hipotesis nol dan tanda tidak sama dengan (≠) pada hipotesis alternatif. Tanda (=) dan (≠) ini tidak menunjukan satu arah, sehingga pengujian dilakukan untuk dua arah. Kriteria dalam uji parsial (Uji t) dapat dilihat berdasarkan uji hipotesis dengan membandingkan thitung dengan ttabel. Apabila thitung < ttabel atau thitung > ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen, variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh siginifikan Apabila thitung ≤ ttabel atau thitung ≥ ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak artinya variabel independen secara parsial tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Selain itu, dapat juga dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih kecil daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi 5%), maka variabel independen secara satu persatu berpengaruh terhadap variabel dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari pada 0,05 maka variabel independen secara satu persatu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. (Purwanto, 2009:88-89) Adapun persamaan uji t dapat dituliskan sebagai berikut:
65
ti =
bj
…(3.11)
sbj
Keterangan: ti
- Nilai t hitung
bj
- Koefisien regresi
Sbj
- Kesalahan baku koefisien regresi
b. Uji F Uji f digunakan bertujuan untuk membuktikan apakah variabelvariabel independen (X) secara simultan bersama-sama pempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (Y). Apabila Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti variabel independen mempunyai pengaruh
yang
signifikan
terhadap
variabel
dependen
dengan
munggunakan tingkat signifikansi sebesar 5%. Jika nilai Fhitung > Ftabel, maka secara bersama-sama seluruh variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Selain itu, dapat juga dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih kecil daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi 5%), maka variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar daripada 0,05 maka variabel independen secara serentak tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut: Ho : ß = 0, Tidak terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara variabel independen terhadap variabel dependen.
66
Ha : ß ≠ 0, Terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara varibel independen terhadap variabel dependen. Dasar pengambilan keputusan adalah : Jika Probabilitas < 0.05 maka ditolak Jika Probabilitas > 0.05 maka diterima Adapun persamaan uji signifikansi simultan dapat ditulis sebagai berikut: R²⁄(K−1)
F = 1−R²⁄(n−k)
...(3.12)
Keterangan: F
- Nilai F hitung
R²
- Koefisien determinasi
k
- Jumlah variabel
n
- Jumlah pengamatan (ukuran sampel)
4. Koefisien Determinasi (Adjusted R²) Menurut Ghozali, menyatakan Uji koefisien determinasi bertujuan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat yang dilihat melalui adjusted R². Adjusted R² ini digunakan karena variabel bebas dalam penelitian ini lebih dari dua.Nilainya terletak antara 0 dan 1. Jika hasil yang diperoleh >0,5, maka model yang digunakan dianggap cukup handal dalam membuat estimasi. Semakin besar angka Adjusted R² maka semakin baik model yangdigunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap variabelterikatnya. Jika Adjusted R² semakin kecil berarti semakin lemah model tersebut untuk menjelaskan variabilitas dari variabel terikatnya.
67
(Ghozali, 2009:177) Adapun persamaan koefisien determinasi dapat dituliskan sebagai berikut: 𝛴(𝑌−𝑌)²
𝑅 2 = 1 − 𝛴(𝑌−𝑌)²
....(3.13)
Keterangan: R2
- koefisien determinasi
(𝑌 − 𝑌)² - Kuadrat selisih nilai Y riil dengan nilai Y prediksi (𝑌 − 𝑌)² - Kuadrat selisih nilai Y riil dengan nilai Y rata-rata 5. Koefisien Persamaan Regresi Panel Data Persamaan regresi ini bertujuan untuk memprediksi besarnya keterikatan dengan menggunakan data variabel bebas yang sudah diketahui besarnya. (Santoso, 2010:163) Variabel-variabel yang terdiri dari variabel terikat (Y) dan variabel bebas (X). Variabel terikat terdiri dari satu variabel, yaitu tingkat bagi hasil deposito mudharabah, dan variabel bebas yang terdiri dari BI rate, Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing (NPF), Tingkat Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Dari variabel-variabel tersebut akan diteliti suatu analisa apakah adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y dalam analisis regresi panel data. Berikut ini model dasar persamaan data panel: Yit = β1 X1it + β2 X2it + β3 X3it + μit
...(3.14)
Model persamaan yang akan diestimasi pada penelitian ini adalah: return = β0 − β1 BI rateit + β2 CAR it − β3 FDR it − β4 NPFit + β5 SBISit + εit ...(3.15) Keterangan:
68
return
- tingkat bagi hasil deposito mudharabah
β0
- Konstanta
β1, β2, β3, β4 β5 - Koefisien Variabel Independen CAR
- Capital Adequacy Ratio
FDR
- Financing to Deposit Ratio
NPF
- Non Performing Financing
SBIS
- tingkat bonus SBIS
ε
- Koefisien Eror
E. Operasional Variabel Penelitian Operasional variabel penelitian merupakan spesifikasi kegiatan peneliti dalam mengukur suatu variabel. Spesifikasi tersebut menunjukkan pada dimensi-dimensi dan indikator-indikator dari variabel penelitian yang diperoleh pengamatan dan penelitian terdahulu. 1. Variabel Dependen (Y) Variabel dependen adalah variebel yang di pengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen penelitian ini adalah tingkat bagi hasil depsosito mudharabah jangka 6 (enam) bulan pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2011 s.d Juni 2016. Menurut Anshori, deposito mudharabah merupakan simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank atau pada saat jatuh tempo. Produk ini ditujukan untuk kepentingan investasi dalam bentuk surat-surat berharga. (Anshori, 2007: 93) Sedangkan Hadi mengungkapkan bahwa deposito
69
mudharabah
adalah investasi yang dilakukan pada bank syariah dengan
menambahkan dalam bentuk dana tunai untuk jangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 12 bulan dengan nisbah tertentu. (Hadi, 2011:52) 2. Variabel Independen (X) Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen. Variabel yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah: a. BI rate (X1) Menurut McConell Brue, yang dimaksud dengan suku bunga adalah harga yang dibayarkan untuk penggunaan uang. Ini merupakan harga yang harus peminjam bayar kepada pemberi pinjaman untuk mentransfer daya beli di masa depan. (McConnell, 2008:259) Di Indonesia, suku bunga ditetapkan oleh Bank Sentral yaitu Bank Indonesia yang lebih dikenal dengan istilah BI rate. BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. b. Capital Adequacy Ratio (CAR) (X2)
70
Capital
Adequacy
Ratio
(CAR)
merupakan
rasio
yang
memperlihatkan seberapa jauh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman atau utang, dan lain-lain. Dendawijaya, 2003, hal. 122. Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan gambaran mengenai kemampuan bank syariah memenuhi kecukupan modalnya. (Muhammad, 2014:254) Nilai minimum Capital Adequacy Ratio (CAR) yang harus dipenuhi oleh setiap bank, baik bank umum konvensional maupun bank umum syariah harus 8%. (Kasmir, 2009:50) c. Financing to Deposit Ratio (FDR) (X3) Menurut Dendawijaya,
Financing
to
Deposit
Ratio
(FDR)
merupakan rasio antara jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini menunjukan salah satu penilaian likuiditas bank. Dengan kata lain, seberapa jauh penyaluran pembiayaan kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban bank syariah untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah disalurkan oleh bank syariah. (Dendawijaya, 2003:118) Sementara itu, Kasmir mengartikan FDR sebagai rasio untuk mengukur jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. (Kasmir, 2004:319)
71
Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin baiknya fungsi intermediasi bank yang bersangkutan. FDR yang tinggi mengindikasikan tingkat pembiayaan tinggi dan ini berdampak pada meningkatnya return yang akan dihasilkan dari pembiayaan. d. Non Performing Financing (NPF) (X4) Non Peforming Financing (NPF) adalah rasio untuk mengukur tingkat pembiayaan macet yang terdapat di suatu bank yang merupakan salah satu indikator kunci menilai kinerja keuangan bank. (Setiadi, 2013:217) Non Performing Financing (NPF) juga dapat diartikan sebagai jumlah pembiayaan yang tergolong non lancar dengan kualitas kurang lancar,
diragukan
dan
macet.
(Muhammad,
2005:87)
Ihsan
mengungkapkan bahwa Non Performing Financing (NPF) adalah alat ukur tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh bank syariah. Adapun standar terbaik Non Performing Financing (NPF) adalah kurang dari 5%. (Ihsan, 2013:96) e. Tingkat Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).(X5) Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. (Bankir, 2014:260) Menurut PBI Nomor: 10/ 11/ PBI/ 2008 pasal 11 dinyatakan bahwa pihak-pihak yang dapat ikut serta dalam penerbitan SBIS adalah Bank Umum Syariah (BUS), atau Unit Usaha Syariah (UUS), atau pialang yang bertindak untuk
72
dan atas nama BUS/ UUS, baik sebagai peserta langsung maupun peserta tidak langsung. (Ihsan, 2015: 117)
73
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian Tiga tahun terakhir sektor perbankan syariah menunjukkan tingkat pertumbuhan aset, pembiayaan dan dana pihak ketiga yang cenderung menurun. Beberapa tahun sebelumnya pertumbuhan ketiga indikator tersebut cukup baik bahkan mencapai 50 persen di tahun 2011. Namun memasuki tahun 2012, terjadi penurunan pertumbuhan yang alurnya semakin menurun terutama di triwulan II tahun 2015 ini. Sepertinya sektor perbankan syariah sedang memasuki fase baru
yang penuh tantangan untuk mempertahankan
eksistensinya. Sementara itu, di lihat dari kontribusi perbankan syariah terhadap industri perbankan di tanah air, market share dari perbankan syariah stagnan di angka 4.70 persen dari keseluruhan total aset perbankan nasional. Bahkan bisa dibilang telah terjadi penurunan pangsa pasar perbankan syariah dari posisi sebelumnya di level 4.86 persen pada triwulan II tahun 2014 (yoy). Hal ini memperlihatkan pertumbuhan aset perbankan syariah belum dapat melewati ambang batas 5 persen. Dari sisi penghimpunan dana, perbankan syariah di triwulan-II 2015 berhasil menghimpun dana masyarakat sebesar Rp 215,34 Triliun atau mengalami kenaikan sebesar 12,4 persen dari posisi triwulan II 2014 (yoy). Dari jumlah dana pihak ketiga (DPK) tersebut, proporsi terbanyak adalah
74
dalam bentuk deposito mudharabah (60 persen) diikuti tabungan mudharabah (23 persen), giro wadiah (11 persen) dan tabungan wadiah (6 persen). Sementara berdasarkan jatuh tempo, mayoritas deposito (78.2%) yang ada di perbankan syariah adalah deposito dengan jangka waktu 1 bulan. Jadi berdasarkan komposisi DPK ini perbankan syariah di tanah air cukup rentan terhadap risiko mismatch karena kewajiban (liability) yang sensitif terhadap pergerakan imbal hasil didominasi oleh dana jangka pendek. Dari sisi penyaluran pembiayaan perbankan syariah Agustus 2016 mencatat angka Financing to Deposit Ratio (FDR) 87.53 persen. Angka tersebut masih lebih lebih baik dari perbankan konvensional yang memiliki Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 79.89 persen. Meskipun lebih baik disisi penyaluran pembiayaan (FDR), namun tren peningkatan kredit bermasalah (NPF) pada beberapa tahun terakhir perlu diberi perhatian khusus oleh manajemen bank syariah. Berdasarkan data per Agustus 2016 nilai NPF bank syariah mencapai 5.55 persen meningkat dari tahun 2015 senilai 3.70 persen dengan periode yang sama. Dengan kata lain kinerja FDR yang tinggi seharusnya dibarengi oleh kualitas pembiayaan yang juga baik sehingga akan bermuara ke tingkat keuntungan yang lebih meningkat. Namun, ketika terjadi peningkatan FDR yang sejalan dengan kenaikan NPF maka perbankan syariah justru tidak dapat menikmati hasil yang diinginkan secara maksimal. Kemudian, peningkatan NPF juga dapat menggerus rasio kecukupan modal (CAR) bank syariah dimana beberapa tahun terakhir nilainya lebih rendah dari perbankan konvensional.
75
Untuk periode Agustus 2016 CAR perbankan syariah sudah jatuh ke titik 14.87 persen. Statistik Perbankan Syariah (SPS) yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Agustus 2016, jumlah Bank Umum Syariah telah mencapai 12 BUS, dengan jumlah 451 Kantor Cabang, 1.149 Kantor Cabang Pembantu dan 176 Kantor Kas. Tidak hanya Bank Umum Syariah, perkembangan tersebut juga diikuti oleh jumlah Unit Usaha Syariah yang hingga saat ini tercatat sudah mencapai 22 Unit Usaha Syariah dengan 149 Kantor Cabang, 135 Kantor Cabang Pembantu dan 44 Kantor Kas yang tersebar diseluruh wilayah di Indonesia. Adapun objek penelitian ini terdiri dari tujuh Bank Umum Syariah diantaranya sebagai berikut: 1. Bank Mandiri Syariah Nilai-nilai perusahaan yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan intergritas telah tertanam kuat pada segenap insa Bank Syatiah Mandiri sejak awal pendiriannya. Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 19971998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional,
telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat
terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya
76
mengambil
tindakan
dengan
merestrukturisasi
dan
merekapitalisasi
sebagian bank-bank di Indonesia. Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta
mengundang
investor
asing.
Pada
saat
bersamaan,
pemerintah melakukan penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB. Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di
kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas
diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system). Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank
77
konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999. Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia
melalui SK Gubernur BI No. 1/24/
KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999. PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun
Indonesia
menuju
Indonesia
yang
lebih
bank.
(www.syariahmandiri.co.id) 2. Bank Bukopin Syariah PT Bank Syariah Bukopin (selanjutnya disebut Perseroan) sebagai bank yang beroperasi dengan prinsip syariah yang bermula masuknya konsorsium PT Bank Bukopin, Tbk diakuisisinya PT Bank Persyarikatan Indonesia (sebuah bank konvensional) oleh PT Bank Bukopin, Tbk., proses akuisisi
78
tersebut berlangsung secara bertahap sejak 2005 hingga 2008, dimana PT Bank Persyarikatan Indonesia yang sebelumnya bernama PT Bank Swansarindo Internasional didirikan di Samarinda, Kalimantan Timur berdasarkan Akta Nomor 102 tanggal 29 Juli 1990 merupakan bank umum yang memperolah Surat Keputusan Menteri Keuangan nomor 1.659/ KMK.013/1990 tanggal 31 Desember 1990 tentang Pemberian Izin Peleburan Usaha 2 (dua) Bank Pasar dan Peningkatan Status Menjadi Bank Umum dengan nama PT Bank Swansarindo Internasional yang memperoleh kegiatan operasi berdasarkan surat Bank Indonesia (BI) nomor 24/1/UPBD/PBD2/Smr tanggal 1 Mei 1991 tentang Pemberian Izin Usaha Bank Umum dan Pemindahan Kantor Bank. Pada tahun 2001 sampai akhir 2002 proses akuisisi oleh Organisasi Muhammadiyah dan sekaligus perubahan nama PT Bank Swansarindo Internasional menjadi PT Bank Persyarikatan Indonesia yang memperoleh persetujuan dari (BI) nomor 5/4/KEP. DGS/2003 tanggal 24 Januari 2003 yang dituangkan ke dalam akta nomor 109 Tanggal 31 Januari 2003. Dalam perkembangannya kemudian PT Bank Persyarikatan Indonesia melalui tambahan modal dan asistensi oleh PT Bank Bukopin, Tbk., maka pada tahun 2008 setelah memperolah izin kegiatan usaha bank umum yang beroperasi berdasarkan
prinsip
syariah
melalui
Surat
Keputusan
Gubernur Bank Indonesia nomor 10/69/KEP.GBI/DpG/2008 tanggal 27 Oktober
2008 tentang Pemberian Izin Perubahan Kegiatan Usaha Bank
Konvensional Menjadi Bank Syariah, dan Perubahan Nama PT Bank
79
Persyarikatan Indonesia Menjadi PT Bank Syariah Bukopin dimana secara resmi mulai efektif beroperasi tanggal 9 Desember 2008. Kegiatan operasional Perseroan secara resmi dibuka oleh Bapak M. Jusuf Kalla, Wakil Presiden Republik Indonesia dengan yaitu
akhir 1
Desember
(satu)
Kantor
periode
2014. Perseroan Pusat
2004
memiliki
-2009.
Sampai
jaringan
kantor
dan Operasional, 11 (sebelas) Kantor
Cabang, 7 (tujuh) Kantor Cabang Pembantu, 4 (empat) Kantor Kas, 1 (satu) unit mobil kas keliling, dan 76 (tujuh puluh enam) Kantor Layanan Syariah, serta 27 (dua puluh tujuh) mesin ATM BSB dengan jaringan Prima dan ATM Bank Bukopin. (www.syariahbukopin.co.id) 3. Bank Mega Syariah Berawal dari PT Bank Umum Tugu (Bank Tugu). Bank umum yang didirikan pada 14 Juli 1990 melalui Keputusan Menteri Keuangan RI No.1046/KMK/013/1990 tersebut, diakuisisi CT Corpora (d/h Para Group) melalui Mega Corpora (d/h PT Para Global Investindo) dan PT Para Rekan Investama pada 2001. Sejak awal, para pemegang saham memang ingin mengonversi bank umum konvensional itu menjadi bank umum syariah. Keinginan tersebut terlaksana ketika Bank Indonesia mengizinkan Bank Tugu dikonversi menjadi bank syariah melalui Keputusan Deputi Gubernur Bank Indonesia No.6/10/KEP.DpG/2004 menjadi PT Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) pada 27 Juli 2004, sesuai dengan Keputusan Deputi Gubernur Bank Indonesia No.6/11/KEP.DpG/2004.
80
Pengonversian tersebut dicatat dalam sejarah
perbankan
Indonesia
sebagai upaya pertama pengonversian bank umum konvensional menjadi bank umum syariah. Pada 25 Agustus 2004, BSMI resmi beroperasi. Hampir tiga tahun kemudian, pada 7 November 2007, pemegang saham memutuskan perubahan bentuk logo BSMI ke bentuk logo bank umum konvensional yang menjadi sister company-nya, yakni PT Bank Mega, Tbk., tetapi berbeda warna. Sejak 2
November
2010
sampai
dengan
sekarang,
melalui
Keputusan Gubernur Bank Indonesia No.12/75/KEP.GBI/DpG/2010, PT. Bank
Syariah
Mega Indonesia berganti nama menjadi PT Bank Mega
Syariah. Untuk mewujudkan visi "Tumbuh dan Sejahtera Bersama Bangsa", CT Corpora sebagai pemegang saham mayoritas memiliki komitmen dan tanggung jawab penuh untuk menjadikan Bank Mega Syariah sebagai bank umum syariah terbaik di industri perbankan syariah nasional. Komitmen tersebut dibuktikan dengan terus memperkuat modal bank. Dengan demikian, Bank Mega Syariah akan mampu memberikan pelayanan terbaik dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dan kompetitif di industri perbankan nasional. Misalnya, pada 2010, sejalan dengan perkembangan bisnis, melalui rapat umum pemegang saham (RUPS), pemegang saham meningkatkan modal dasar dari Rp 400 miliar menjadi Rp 1,2 triliun dan modal disetor bertambah dari Rp 150,060 miliar menjadi Rp 318,864 miliar. Saat ini, modal disetor telah mencapai Rp 787,204 miliar.
81
Di sisi lain, pemegang saham bersama seluruh jajaran manajemen Bank Mega Syariah senantiasa bekerja keras, memegang teguh prinsip kehatihatian, serta menjunjung tinggi asas keterbukaan dan profesionalisme dalam melakukan kegiatan usahanya. Beragam produk juga terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta didukung infrastrukur layanan perbankan yang semakin lengkap dan luas, termasuk dukungan sejumlah kantor cabang di seluruh Indonesia. Untuk
meningkatkan
pelayanan
kepada
masyarakat
sekaligus
mengukuhkan semboyan "Untuk Kita Semua", pada 2008, Bank Mega Syariah mulai memasuki pasar perbankan mikro dan gadai. Strategi tersebut ditempuh karena ingin berperan lebih besar dalam peningkatan perekonomian umat yang mayoritas memang berbisnis di sektor usaha mikro dan kecil. Sejak 16 Oktober 2008, Bank Mega Syariah telah menjadi bank devisa. Dengan status tersebut, bank ini dapat melakukan transaksi devisa dan terlibat dalam perdagangan internasional. Artinya, status itu juga telah memperluas jangkauan bisnis bank ini, sehingga tidak hanya menjangkau ranah domestik, tetapi juga ranah internasional. Strategi peluasan pasar dan status bank devisa itu akhirnya semakin memantapkan posisi Bank Mega Syariah sebagai salah satu bank umum syariah terbaik di Indonesia. Selain itu, pada 8 April 2009, Bank Mega Syariah memperoleh izin dari Departemen Agama Republik Indonesia (Depag RI) sebagai bank penerima setoran biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPS BPIH). Dengan demikian, bank ini menjadi bank umum kedelapan sebagai BPS BPIH yang tersambung
82
secara online dengan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Depag RI. Izin itu tentu menjadi landasan baru bagi Bank Mega Syariah untuk semakin
melengkapi
kebutuhan
perbankan
syariah
umat
Indonesia.
(www.megasyariah.co.id) 4. BNI Syariah Tempaan krisis moneter tahun 1997 membuktikan ketangguhan sistem perbankan syariah. Prinsip Syariah dengan 3 (tiga) pilarnya yaitu adil, transparan dan maslahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat terhadap sistem perbankan yang lebih adil. Dengan berlandaskan pada Undang-undang No.10 Tahun 1998, pada tanggal tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan,
Jepara
dan
Banjarmasin.
Selanjutnya
UUS
BNI
terus
berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu. Disamping itu nasabah juga dapat menikmati layanan syariah di Kantor Cabang BNI Konvensional (office channelling) dengan lebih kurang 1500 outlet yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah. Dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang saat ini diketuai oleh KH.Ma’ruf Amin,
semua produk
BNI Syariah
telah
melalui
pengujian dari DPS sehingga telah memenuhi aturan syariah. Berdasarkan
Keputusan
Gubernur
Bank
Indonesia
Nomor
12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin usaha kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan UUS BNI tahun
83
2003 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS). Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan diterbitkannya UU No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Disamping itu, komitmen Pemerintah terhadap pengembangan perbankan syariah
semakin
kuat
dan
kesadaran terhadap keunggulan produk
perbankan syariah juga semakin meningkat. Juni 2014 jumlah cabang BNI Syariah mencapai 65 Kantor Cabang, 161 Kantor Cabang Pembantu, 17 Kantor
Kas,
22
Mobil
Layanan
Gerak
dan
20 Payment Point.
(www.bnisyariah.co.id) 5. BCA Syariah Perkembangan perbankan syariah yang tumbuh cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan minat masyarakat mengenai ekonomi syariah semakin bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan nasabah akan layanan syariah, maka berdasarkan akta Akuisisi No. 72 tanggal 12 Juni 2009 yang dibuat dihadapan Notaris Dr. Irawan Soerodjo, S.H., Msi, .PT.Bank Central Asia, Tbk (BCA) mengakuisisi PT Bank Utama Internasional Bank (Bank UIB) yang nantinya menjadi PT. Bank BCA Syariah. Selanjutnya berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan di Luar Rapat Perseroan Terbatas PT Bank UIB No. 49 yang dibuat dihadapan Notaris Pudji
84
Rezeki Irawati, S.H., tanggal 16 Desember 2009, tentang perubahan kegiatan usaha dan perubahan nama dari PT Bank UIB menjadi PT Bank BCA Syariah. Akta perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. AHU-01929. AH.01.02 tanggal 14 Januari 2010. Pada tanggal yang sama telah dilakukan penjualan 1 lembar BCA
Finance,
sehingga
kepemilikan
saham
saham
ke
sebesar 99,9997%
dimiliki oleh PT Bank Central Asia Tbk, dan 0,0003% dimiliki oleh PT BCA Finance. Perubahan kegiatan usaha Bank dari bank konvensional menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui Keputusan Gubernur BI No. 12/13/KEP.GBI/DpG/2010 tanggal 2 Maret 2010. Dengan memperoleh izin tersebut, pada tanggal 5 April 2010, BCA Syariah resmi beroperasi sebagai bank umum syariah. (www.bcasyariah.co.id) 6. BRI Syariah Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin dari Bank
Indonesia
pada
16
Oktober
2008
melalui
suratnya
o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November 2008 PT. Bank BRI Syariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank BRI Syariah merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara konvensional, kemudian
diubah
menjadi
kegiatan
perbankan
berdasarkan
prinsip
syariah Islam.
85
Dua tahun lebih PT. Bank BRI Syariah hadir mempersembahkan sebuah bank ritel modern terkemuka dengan layanan fi-nansial sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna. Melayani nasabah dengan pelayanan prima (service excellence) dan menawarkan beragam produk yang sesuai harapan nasabah dengan prinsip syariah. Kehadiran PT. Bank BRI Syariah di tengah-tengah industri perbankan nasional dipertegas oleh makna pendar cahaya yang mengikuti logo perusahaan. Logo ini menggambarkan keinginan dan tuntutan masyarakat terhadap sebuah bank modern sekelas PT. Bank BRI Syariah yang mampu melayani masyarakat dalam kehidupan modern. Kombinasi warna yang digunakan merupakan turunan dari warna biru dan putih sebagai benang merah dengan brand PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. Aktivitas PT. Bank BRI Syariah semakin kokoh setelah pada 19 Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT. Bank BRI Syariah (proses Januari
spin
off)
yang
berlaku
efektif
pada
tanggal
1
2009. Penandatanganan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku
Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dan Bapak Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama PT. Bank BRI Syariah. Saat ini PT. Bank BRI Syariah menjadi bank syariah ketiga terbesar berdasarkan aset. PT. Bank BRI Syariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi aset, jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan berfokus pada segmen menengah bawah, PT. Bank BRI Syariah menargetkan menjadi
86
bank ritel modern terkemuka dengan
berbagai ragam produk
dan
layanan perbankan. Sesuai dengan visinya, saat ini PT. Bank BRI Syariah merintis sinergi dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dengan memanfaatkan jaringan kerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., sebagai Kantor Layanan Syariah dalam mengembangkan bisnis yang berfokus kepada kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan kegiatan konsumer berdasarkan prinsip Syariah. (www.brisyariah.co.id) 7. Panin Dubai Bank Syariah Panin Dubai Syariah Bank hadir untuk melayani dan memenuhi kebutuhan transaksi
syariah
seluruh
lapisan
masyarakat
Indonesia.
Perbankan
syariah Indonesia adalah perbankan yang modern, terbuka bagi semua segmen masyarakat dan melayani seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali, baik muslim maupun non muslim. Perbankan Syariah dengan logo iB (baca ai-Bi) adalah ikon atau singkatan dari Islamic Banking (di Indonesia dikenal dengan Perbankan Syariah) dengan menawarkan produk serta jasa bank yang lebih beragam dengan skema keuangan yang lebih bervariasi. Produk titipan maupun investasi Panin Dubai Syariah Bank dijamin sesuai dengan Undang-Undang No.24 tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) hingga nilai maksimal Rp.2 miliar. (www.paninbanksyariah.co.id)
87
B. Analisis Deskriptif 1. BI rate Menurut McConell Brue, yang dimaksud dengan suku bunga adalah harga yang dibayarkan untuk penggunaan uang. Ini merupakan harga yang harus peminjam bayar kepada pemberi pinjaman untuk mentransfer daya beli di masa depan. (McConnell, 2008:259) Long mengartikan suku bunga sebagai harga dimana daya beli dapat bergeser dari masa depan ke masa kini dipinjam hari ini dengan janji untuk membayar kembali dengan bunga di masa depan. (Long, 2002:37) Adapun data BI rate periode triwulan I 2011 s.d. triwulan II 2016 sebagai berikut: Tabel 4.1 BI rate Triwulan I 2011 s.d Triwulan II 2016 (dalam persen)
TRIWULAN
2011 2012 1 6.75 5.75 2 6.75 5.75 3 6.00 5.75 4 5.75 5.75 sumber: Bank Indonesia, 2011-2016
TAHUN 2013 2014 5.75 7.5 6.5 7.5 7.25 7.5 7.5 7.75
2015 7.5 7.5 7.5 7.5
2016 6.75 6.5
Berdasarkan tabel di atas tingkat suku bunga atau BI rate terendah terjadi pada triwulan IV tahun 2011 s.d triwulan I tahun 2013 sebesar 5.75 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada triwulan IV tahun 2014 sebesar 7.75 persen. Pada tahun 2011 nilai BI rate terendah pada triwulan IV dengan nilai 5.75 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada triwulan I dan II dengan nilai 6.75 persen. Pada tahun 2012 nilai BI rate cenderung stabil dengan nilai tetap yaitu
88
sebesar 5.75 persen. Pada tahun 2013 nilai BI rate cenderung fluktuatif dengan nilai terendah pada triwulan I sebesar 5.75 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada triwulan IV sebesar 7.5 persen. Pada tahun 2014 nilai BI rate terendah pada triwulan I-III sebesar 7.5 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada triwulan IV sebesari 7.75 persen. Pada tahun 2015 nilai BI rate terendah pada triwulan IV dengan nilai 5.75 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada triwulan I dan II dengan nilai 6.75 persen. Sementara itu, untuk tahun 2016 hanya sampai bulan Juni dimana nilai BI rate terendah terjadi pada triwulan II sebesar 6.5 persen. 2. Capital Adequacy Ratio (CAR) Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman atau utang, dan lain-lain. (Dendawijaya, 2003, hal. 122). Arthesa juga mengungkapkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio perbandingan antara modal risiko dengan aktiva yang mengandung risiko. (Arthesa, 2006:146) Ihsan mengungkapkan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebagai rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank. (Ihsan, 2013:93) Sementara itu, Arifin mengartikan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebagai rasio kecukupan modal bank yang dapat diukur dengan membandingkan modal
89
dengan dana pihak ketiga, dan membandingkan modal dengan aktiva berisiko. (Arifin, 2009:162) Nilai minimum Capital Adequacy Ratio (CAR) yang harus dipenuhi oleh setiap bank, baik bank umum konvensional maupun bank umum syariah harus 8%. (Kasmir, 2009:50) Adapun data Capital Adequacy Ratio (CAR) periode triwulan I 2011 s.d. triwulan II 2016 sebagai berikut: Tabel 4.2 Capital Adequacy Ratio (CAR) Triwulan I 2011 s.d Triwulan II 2016 (dalam persen)
BANK
WAKTU
2011 2012 Mandiri Triwulan 1 11.88 13.91 Syariah Triwulan 2 11.24 13.66 Triwulan 3 11.06 13.15 Triwulan 4 14.57 13.82 Bukopin Triwulan 1 12.12 14.58 Syariah Triwulan 2 17.46 13.25 Triwulan 3 17.72 12.28 Triwulan 4 15.29 12.78 Mega Triwulan 1 15.07 12.9 Syariah Triwulan 2 14.75 13.08 Triwulan 3 13.77 11.16 Triwulan 4 13.51 13.51 BNI Triwulan 1 25.91 19.07 Syariah Triwulan 2 22.24 17.56 Triwulan 3 20.86 16.55 Triwulan 4 20.67 14.1 BCA Triwulan 1 64.29 44.5 Syariah Triwulan 2 61.72 41.33 Triwulan 3 51.78 34.05 Triwulan 4 45.94 31.47 BRI Triwulan 1 21.72 14.74 Syariah Triwulan 2 19.99 13.59 Triwulan 3 18.33 12.92 Triwulan 4 14.74 13.59 Panin Triwulan 1 44.66 59.72 Dubai Triwulan 2 100.63 45.65 Bank Triwulan 3 81.98 34.48 Syariah Triwulan 4 61.98 32.30 sumber: Laporan BUS, diolah 2011-2016
TAHUN 2013 2014 15.23 14.83 14.16 14.86 14.16 15.53 14.1 14.76 12.63 11.24 11.84 10.74 11.18 16.15 11.1 15.85 13.49 15.28 13.01 15.93 12.7 16.34 12.99 18.82 14.02 15.67 18.9 14.53 16.63 19.35 16.23 18.42 30.7 21.68 27.93 21.83 24.75 35.18 22.35 29.57 11.81 14.15 15.00 13.99 14.66 13.86 11.49 12.89 27.09 31.15 23.11 25.52 19.75 26.16 20.83 25.69
2015 12.63 11.97 11.84 12.85 14.5 14.1 16.26 16.31 15.62 16.54 17.81 18.74 15.4 15.11 15.38 15.48 25.53 23.56 36.6 34.3 13.21 11.03 13.82 13.94 24.80 21.88 21.44 20.30
2016 13.39 13.69
15.62 14.82
22.22 22.86
15.85 15.56
39.16 37.93
14.66 14.06
19.77 19.51
90
Berdasarkan tabel di atas nilai Capital Adequaty Ratio (CAR) terendah terjadi pada Bank Bukopin Syariah saat triwulan II tahun 2012 sebesar 10.74 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada Panin Dubai Bank Syariah saat triwulan II tahun 2011 sebesar 100.63 persen. Pada tahun 2011 terdapat ketimpangan nilai Capital Adequaty Ratio (CAR) dimana nilai terendah terjadi pada Bank Mandiri Syariah saat triwulan III sebesar 10.06 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada Panin Dubai Bank Syariah saat triwulan II dengan nilai 100.63 persen. Pada tahun 2012 nilai Capital Adequaty Ratio (CAR) terendah terjadi pada Bank Bukopin Syariah saat triwulan III sebesar 12.28 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada Panin Dubai Bank Syariah saat triwulan I sebesar 59.72 persen. Pada tahun 2013 nilai Capital Adequaty Ratio (CAR) terendah pada Bank Bukopin Syariah saat triwulan IV sebesar 11.1 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada Bank BCA Syariah saat triwulan I sebesar 30.7 persen. Pada tahun 2014 nilai Capital Adequaty Ratio (CAR) terendah terjadi pada pada Bank Bukopin Syariah saat triwulan II sebesar 10.74 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada Panin Dubai Bank Syariah saat triwulan I sebesar 31.15 persen. Pada tahun 2015 nilai Capital Adequaty Ratio (CAR) terendah pada Bank BRI Syariah saat triwulan II sebesar 11.03 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada BCA Syariah saat triwulan III sebesar 36.6 persen. Kemudian, tahun 2016 nilai Capital Adequaty Ratio (CAR) hanya sampai bulan Juni, dimana nilai terendah terjadi pada Bank Mandiri Syariah saat triwulan I
91
sebesar 13.39 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada BCA Syariah saat triwulan I sebesar 39.16 persen. 3. Financing to Deposit Ratio (FDR) Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan perbandingan total kredit yang diberikan dengan total Dana Pihak Ketiga yang dapat dihimpun oleh bank. Dalam bank syariah, istilah LDR dikenal dengan Financing to Deposit Ratio (FDR). Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara jumlah kredit yang diberikan dengan dana yang diterima. (Riyadi, 2006:165) Menurut Dendawijaya, Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio antara jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini menunjukan salah satu penilaian likuiditas bank. Dengan kata lain, seberapa jauh penyaluran pembiayaan kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban bank syariah untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah disalurkan oleh bank syariah. (Dendawijaya, 2003:118) Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin baiknya fungsi intermediasi bank yang bersangkutan. FDR yang tinggi mengindikasikan tingkat pembiayaan tinggi dan ini berdampak pada meningkatnya return yang akan dihasilkan dari pembiayaan. FDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar penarikan kembali yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan. Ketika nilai FDR meningkat, maka akan beirmbas kepada meningkatnya tingkat bagi hasil yang diteirma oleh nasabah
92
deposan. (Harfiah, 2016:28) Adapun data FDR periode triwulan I 2011 s.d. triwulan II 2016 sebagai berikut: Tabel 4.3 Financing to Deposit Ratio (FDR) Triwulan I 2011 s.d Triwulan II 2016 (dalam persen)
BANK
WAKTU
2011 2012 Mandiri Triwulan 1 84.06 87.25 Syariah Triwulan 2 88.52 92.21 Triwulan 3 89.86 93.9 Triwulan 4 86.03 94.4 Bukopin Triwulan 1 95.18 90.34 Syariah Triwulan 2 93.45 93.58 Triwulan 3 81.12 99.33 Triwulan 4 83.66 92.29 Mega Triwulan 1 79.2 79.2 Syariah Triwulan 2 81.48 92.09 Triwulan 3 83.00 88.03 Triwulan 4 88.88 88.88 BNI Triwulan 1 76.53 78.78 Syariah Triwulan 2 84.46 80.94 Triwulan 3 86.13 85.36 Triwulan 4 78.6 84.99 BCA Triwulan 1 76.83 74.14 Syariah Triwulan 2 77.69 77.41 Triwulan 3 79.92 91.67 Triwulan 4 78.84 79.91 BRI Triwulan 1 97.44 101.15 Syariah Triwulan 2 93.34 102.77 Triwulan 3 95.58 99.99 Triwulan 4 90.55 103.07 Panin Triwulan 1 78.64 140.35 Dubai Triwulan 2 97.85 127.88 Bank Triwulan 3 205.31 149.82 Syariah Triwulan 4 162.97 123.88 sumber: Laporan BUS, diolah 2011-2016
TAHUN 2013 2014 95.61 90.34 94.22 89.91 91.29 85.68 89.37 82.13 87.8 97.14 92.43 102.84 95.15 103.66 100.29 92.89 98.37 95.53 104.19 95.68 102.89 90.5 93.37 93.61 80.11 96.67 92.13 98.96 96.37 94.29 97.86 92.58 86.35 89.53 85.86 85.31 88.98 93.02 83.48 91.17 100.9 102.13 103.67 95.14 105.61 94.85 102.7 93.9 120.91 112.84 123.60 140.48 112.46 111.79 90.40 94.04
2015 81.67 85.01 84.49 81.99 95.12 93.82 91.82 90.56 95.21 94.92 98.86 98.49 90.1 96.65 89.65 91.94 100.11 94.13 102.09 91.4 88.24 92.05 86.61 84.16 96.43 96.43 96.10 96.43
2016 80.16 82.31
92.14 92.25
95.85 95.97
86.26 86.92
92.76 99.6
82.73 87.92
94.03 89.60
Berdasarkan tabel di atas nilai Financing to Deposit Ratio (FDR) terendah terjadi pada Bank Bukopin Syariah saat triwulan I tahun 2012 sebesar 74.14
93
persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada Panin Dubai Bank Syariah saat triwulan III tahun 2011 sebesar 205.31 persen. Pada tahun 2011 terdapat ketimpangan nilai Financing to Deposit Ratio (FDR) dimana nilai terendah terjadi pada BCA Syariah saat triwulan I sebesar 76.83 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada Panin Dubai Bank Syariah saat triwulan III dengan nilai 205.31 persen. Pada tahun 2012 nilai Financing to Deposit Ratio (FDR) terendah terjadi pada BCA Syariah saat triwulan I sebesar 74.14 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada Panin Dubai Bank Syariah saat triwulan III sebesar 149.82 persen. Pada tahun 2013 nilai Financing to Deposit Ratio (FDR) terendah pada BCA Syariah saat triwulan IV sebesar 83.48 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada Panin Dubai Bank Syariah saat triwulan II sebesar 123.60 persen. Pada tahun 2014 nilai Financing to Deposit Ratio (FDR) terendah terjadi pada pada Bank Mandiri Syariah saat triwulan IV sebesar 82.13 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada Panin Dubai Bank Syariah saat triwulan II sebesar 140.48 persen. Pada tahun 2015 nilai Financing to Deposit Ratio (FDR) terendah pada Bank Mandiri Syariah saat triwulan I sebesar 81.67 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada BCA Syariah saat triwulan III sebesar 102.09 persen. Kemudian, tahun 2016 nilai Financing to Deposit Ratio (FDR) hanya sampai bulan Juni, dimana nilai terendah terjadi pada Bank Mandiri Syariah saat triwulan I sebesar 80.16 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada BCA Syariah saat triwulan II sebesar 99.6 persen.
94
4. Non Performing Financing (NPF) Non Peforming Financing (NPF) adalah rasio untuk mengukur tingkat pembiayaan macet yang terdapat di suatu bank yang merupakan salah satu indikator kunci menilai kinerja keuangan bank. (Setiadi, 2013:217) Non Performing Financing (NPF) juga dapat diartikan sebagai jumlah pembiayaan yang tergolong non lancar dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. (Muhammad, 2005:87) Ihsan mengungkapkan bahwa Non Performing Financing (NPF) adalah alat ukur tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh bank syariah. (Ihsan, 2013:96) Adapun standar terbaik Non Performing Financing (NPF) adalah kurang dari 5 persen. Adapun data NPF periode triwulan I 2011 s.d. triwulan II 2016 sebagai berikut: Tabel 4.4 Non Performing Financing (NPF) Triwulan I 2011 s.d Triwulan II 2016 (dalam persen)
BANK
WAKTU
2011 Mandiri Triwulan 1 3.3 Syariah Triwulan 2 3.49 Triwulan 3 3.21 Triwulan 4 2.42 Bukopin Triwulan 1 1.57 Syariah Triwulan 2 1.32 Triwulan 3 1.67 Triwulan 4 1.74 Mega Triwulan 1 4.29 Syariah Triwulan 2 3.84 Triwulan 3 3.78 Triwulan 4 2.67 BNI Triwulan 1 4.44 Syariah Triwulan 2 3.65 Triwulan 3 3.60 Triwulan 4 3.62 bersambung ke halaman berikutnya
2012 2.52 3.04 3.1 2.82 3.12 2.88 4.74 4.57 2.96 2.88 2.86 2.67 4.27 2.45 2.33 2.02
TAHUN 2013 2014 3.44 4.88 2.9 6.46 3.4 6.76 4.32 6.84 4.62 4.61 4.32 4.31 4.45 4.27 4.27 4.07 2.83 3.22 3.67 3.48 3.3 3.77 2.98 3.89 2.13 1.96 2.11 1.99 2.06 1.99 1.86 1.86
2015 6.81 6.67 4.34 4.05 4.52 3.03 3.01 2.99 4.33 4.86 4.78 4.26 2.22 2.42 2.54 2.53
2016 6.42 5.58
2.89 2.88
4.18 4.16
2.77 2.8
95
Tabel 4.4 (Lanjutan) (dalam persen)
BANK
WAKTU
2011 2012 Triwulan 1 0.11 0.15 Triwulan 2 0.23 0.14 Triwulan 3 0.32 0.12 Triwulan 4 0.15 0.1 BRI Triwulan 1 2.43 3.56 Syariah Triwulan 2 3.4 2.88 Triwulan 3 2.8 2.87 Triwulan 4 2.77 3.00 Panin Triwulan 1 0.00 0.74 Dubai Triwulan 2 0.16 0.29 Bank Triwulan 3 0.38 0.19 Syariah Triwulan 4 0.88 0.20 sumber: Laporan BUS, diolah 2011-2016 BCA Syariah
TAHUN 2013 2014 0.09 0.15 0.01 0.14 0.07 0.14 0.1 0.12 3.04 4.04 2.89 4.38 2.98 4.79 4.06 4.6 0.62 1.03 0.57 0.76 1.05 0.81 1.02 0.53
2015 0.92 0.6 0.59 0.7 4.96 5.31 4.9 4.86 0.88 0.91 1.76 2.63
2016 0.59 0.55
4.84 4.87
2.70 2.70
Berdasarkan tabel di atas nilai Non Peforming Financing (NPF) terendah terjadi pada Panin Dubai Bank Syariah saat triwulan I tahun 2011 sebesar 0.00 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada Bank Mandiri Syariah saat triwulan IV tahun 2014 sebesar 6.84 persen. Hal ini menunjukan bahwa nilai pembiayaan bermasalah Bank Mandiri Syariah dapat dikatakan buruk karena di atas nilai ambang batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 5 persen. Pada tahun 2011 terdapat ketimpangan nilai Non Peforming Financing (NPF) dimana nilai terendah terjadi pada Panin Dubai Bank Syariah saat triwulan I sebesar 0.00 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada BNI Syariah saat triwulan I dengan nilai 4.44 persen. Pada tahun 2012 nilai Non Peforming Financing (NPF) terendah terjadi pada BCA Syariah saat triwulan IV sebesar 0.1 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada Bank Bukopin Syariah saat triwulan III sebesar 4.74 persen.
96
Pada tahun 2013 nilai Non Peforming Financing (NPF) terendah pada BCA Syariah saat triwulan IV sebesar 0.1 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada Bank Bukopin Syariah saat triwulan I sebesar 4.62 persen. Pada tahun 2014 nilai Non Peforming Financing (NPF) terendah terjadi pada pada BCA Syariah saat triwulan IV sebesar 0.12 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada Bank Mandiri Syariah saat triwulan IV sebesar 6.84 persen. Hal ini menunjukan bahwa buruknya pengelolaan pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Mandiri Syariah karena nilai pembiayaan bermasalahnya sudah di atas ambang batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI). Pada tahun 2015 nilai Non Peforming Financing (NPF) terendah pada BCA Syariah saat triwulan IV sebesar 0.59 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada Bank Mandiri Syariah saat triwulan I sebesar 6.81 persen. Kemudian, tahun 2016 nilai Non Peforming Financing (NPF) hanya sampai bulan Juni, dimana nilai terendah terjadi pada BCA Syariah saat triwulan II sebesar 0.55 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada Bank Mandiri Syariah saat triwulan I sebesar 6.42 persen. 5. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. (Bankir, 2014:260) Menurut PBI Nomor: 10/ 11/ PBI/ 2008 pasal 11 dinyatakan bahwa pihak-pihak yang dapat ikut serta dalam penerbitan SBIS adalah Bank Umum Syariah (BUS), atau Unit Usaha Syariah (UUS), atau pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUS/
97
UUS, baik sebagai peserta langsung maupun peserta tidak langsung. (Ihsan, 2015: 117) Adapun data tingkat bonus SBIS periode triwulan I 2011 s.d. triwulan II 2016 sebagai berikut: Tabel 4.5 Tingkat Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Triwulan I 2011 s.d Truwlan II 2016 (dalam persen)
TRIWULAN
2011 2012 1 6.71 3.82 2 7.36 4.32 3 6.28 4.67 4 5.03 4.8 sumber: Bank Indonesia, 2011-2016
TAHUN 2013 2014 4.86 7.12 5.27 7.13 6.95 6.88 7.21 6.9
2015 6.65 6.66 7.1 7.1
2016 6.6 6.4
Berdasarkan tabel di tingkat bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terendah terjadi pada triwulan II tahun 2012 sebesar 3.82 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada triwulan II tahun 2011 sebesar 7.21 persen. Pada tahun 2011 nilai tingkat bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terendah pada triwulan IV dengan nilai 5.03 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada triwulan II sebesar 7.36 persen. Pada tahun 2012 tingkat bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) nilai terendah pada triwulan I sebesar 3.82 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada triwulan IV sebesar 4.8 persen. Pada tahun 2013 nilai tingkat bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) cenderung mengalami kenaikan dari awal tahun, dimana nilai terendah pada triwulan I sebesar 4.86 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada triwulan IV sebesar 7.21 persen. Pada tahun 2014 nilai tingkat bonus Sertifikat
98
Bank Indonesia Syariah (SBIS) cenderung fluktuatif, dimana nilai terendah terjadi pada triwulan III sebesar 6.88 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada triwulan sebesari 7.13 persen. Pada tahun 2015 nilai tingkat bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terendah terjadi pada triwulan I dengan nilai 6.65 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada triwulan III dan IV dengan nilai 7.1 persen. Sementara itu, untuk tahun 2016 hanya sampai bulan Juni dimana nilai tingkat bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) relatif stabil berada di angka 6.4 persen. 6. Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Bagi hasil dalam bank syariah menggunakan istilah nisbah bagi hasil, yaitu proporsi bagi hasil antara nasabah dan bank syariah. Untuk produk pendanaan/ simpanan bank syariah, misalnya Tabungan iB dan Deposito iB. Penentuan nisbah bagi hasil dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jenis produk simpanan, perkiraan pendapatan investasi dan biaya operasional bank. Hanya produk simpanan iB dengan skema investasi (mudharabah) yang mendapatkan return bagi hasil. Indikator tingkat bagi hasil adalah presentase bagi hasil deposito mudharabah yang diterima nasabah terhadap volume deposito mudharabah. Adapun data tingkat bagi hasil (return) deposito mudharabah jangka watu 6 bulan periode triwulan I 2011 s.d. triwulan II 2016 sebagai berikut:
99
Tabel 4.6 Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Triwulan I 2011 s.d Triwulan II 2016 (dalam persen)
TAHUN 2011 2012 2013 2014 Mandiri Triwulan 1 6.16 5.24 4.85 4.37 Syariah Triwulan 2 5.67 5.87 4.79 4.74 Triwulan 3 5.8 5.56 4.19 4.52 Triwulan 4 5.04 5.18 4.47 4.59 Bukopin Triwulan 1 8.21 6.34 6.2 6.63 Syariah Triwulan 2 8.06 5.97 6.39 6.46 Triwulan 3 7.42 6.05 6.4 6.42 Triwulan 4 7.35 6.05 6.62 6.53 Mega Triwulan 1 5.87 5.63 5.00 4.67 Syariah Triwulan 2 5.74 5.55 4.83 4.63 Triwulan 3 5.41 5.00 4.24 4.35 Triwulan 4 4.95 4.95 5.04 4.67 BNI Triwulan 1 7.67 6.72 7.16 5.86 Syariah Triwulan 2 6.74 6.37 7.03 5.81 Triwulan 3 6.85 6.77 7.1 5.87 Triwulan 4 6.76 7.18 5.59 5.92 BCA Triwulan 1 6.04 5.65 5.37 5.44 Syariah Triwulan 2 5.92 5.66 5.39 5.08 Triwulan 3 5.93 5.91 5.47 5.45 Triwulan 4 5.92 5.46 5.47 5.44 BRI Triwulan 1 7.75 7.49 6.19 8.62 Syariah Triwulan 2 7.77 7.44 6.26 8.62 Triwulan 3 7.92 7.21 6.33 8.62 Triwulan 4 8.2 7.12 6.53 8.62 Panin Triwulan 1 7.17 5.54 5.07 4.63 Dubai Triwulan 2 6.25 5.03 5.00 4.95 Bank Triwulan 3 6.50 5.98 5.00 5.15 Syariah Triwulan 4 6.75 5.16 4.63 5.37 sumber: Laporan BUS, diolah 2011-2016 BANK
WAKTU
2015 4.85 3.73 3.94 4.59 6.48 6.61 6.55 6.65 4.66 4.66 4.63 4.07 5.04 4.92 4.84 5.00 5.3 5.44 5.44 5.44 7.87 7.53 7.41 7.35 4.96 5.20 5.28 5.28
2016 4.51 4.89
6.52 6.32
4.6 4.91
5.08 5.18
5.44 5.42
7.07 7.07
5.19 5.13
Berdasarkan tabel di atas tingkat bagi hasil deposito mudharabah terendah terjadi pada Bank Mandiri Syariah saat triwulan II tahun 2015 sebesar 3.73 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada BRI Syariah saat triwulan I s.d IV tahun 2014 sebesar 8.62 persen.
100
Pada tahun 2011 nilai tingkat bagi hasil (return) deposito mudharabah terendah terjadi pada Bank Mandiri Syariah saat triwulan IV sebesar 5.04 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada Bank Bukopin Syariah saat triwulan I dengan nilai 8.21 persen. Pada tahun 2012 nilai atas tingkat bagi hasil (return) deposito mudharabah terendah terjadi pada Bank Mega Syariah saat triwulan IV sebesar 4.95 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada BRI Syariah saat triwulan I sebesar 7.49 persen. Pada tahun 2013 nilai atas tingkat bagi hasil (return) deposito mudharabah terendah pada Bank Mandiri Syariah saat triwulan III sebesar 4.19 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada BNI Syariah saat triwulan I sebesar 7.16 persen. Pada tahun 2014 nilai atas tingkat bagi hasil (return) deposito mudharabah terendah terjadi pada pada Bank Mega Syariah saat triwulan III sebesar 4.35 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada BRI Syariah saat triwulan I s.d IV tahun 2014 sebesar 8.62 persen. Pada tahun 2015 nilai atas tingkat bagi hasil (return) deposito mudharabah terendah terjadi pada Bank Mandiri Syariah saat triwulan II tahun 2015 sebesar 3.73 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada BRI Syariah saat triwulan I sebesar 7.87 persen. Kemudian, tahun 2016 nilai atas tingkat bagi hasil (return) deposito mudharabah hanya sampai bulan Juni, dimana nilai terendah terjadi pada Bank Mandiri Syariah saat triwulan I sebesar 4.51 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada BRI Syariah saat triwulan I s.d II sebesar 7.07 persen.
101
C. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas 14
Series: Residuals Sample 1 154 Observations 153
12 10 8 6 4 2
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-6.27e-16 -0.002813 0.454089 -0.398981 0.174361 0.270293 2.647725
Jarque-Bera Probability
2.654101 0.265259
0 -0.4
-0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
0.3
0.4
sumber: hasil output Eviews 9.0 Berdasarkan tabel uji normalitas setelah transformasi di atas dapat diketahui bahwa nilai probability JB lebih > 0.05 (0.265259>0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. 2. Uji Multikoleniaritas Tabel 4.7 Hasil Uji Multikoleniaritas
BI CAR FDR NPF SBIS
BI
CAR
FDR
NPF
SBIS
1.000000 -0.121096 -0.019032 0.139385 0.868458
-0.121096 1.000000 0.292437 -0.755685 -0.043808
-0.019032 0.292437 1.000000 -0.120915 -0.046110
0.139385 -0.755685 -0.120915 1.000000 0.128316
0.868458 -0.043808 -0.046110 0.128316 1.000000
sumber: hasil output Eviews 9.0 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hubungan antar variabel independen (BI rate, SBIS, CAR, FDR, dan NPF) tidak ada yang menunjukkan nilai korelasi > 0.9. Nilai korelasi tertinggi sebesar 0.873776 yaitu antara SBIS
102
dengan BI rate, karena 0.868458 < 0.9 maka diputuskan bahwa H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model tidak terjadi gejala multikolinearitas. 3.
Uji Heteroskedastis 2.2 2.0
.6
1.8
.4
1.6
.2
1.4
.0 1.2 -.2 -.4 -.6 25
50 Residual
75
100 Actual
125
150
Fitted
Grafik 4.1 Grafik Uji Heteroskedastisitas sumber: hasil output Eviews 9.0 Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa grafik tidak membentuk pola tertentu sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut tidak bersifat heteroskedastisitas. Selain dengan menggunakan grafik, untuk mendeteksi masaah heteroskedastisitas juga dapat digunakan dengan mengunakan uji statistik yatu dengan menggunakan uji white. Berikut ini hasil uji heteroskedastis menggunakan metode uji white: Tabel 4.8 Hasil Uji White Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
4.926783 21.95946 16.70046
Prob. F(5,147) Prob. Chi-Square(5) Prob. Chi-Square(5)
0.0003 0.0005 0.0051
sumber: hasil output Eviews 9.0
103
Berdasarkan tabel uji heteroskedatis dengan mengunakan uji statistik di atas dapat diketahui bahwa probability chi-square sebesar 0.0005<0.05, dengan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak. Hasil uji white tersebut menunjukkan adanya masalah heteroskedastisitas. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah heteroskedastisitas maka perlu dilakukan perbaikan. Peneliti akan melakukan koreksi heteroskedastisitas dengan
White
Rosbust
Standard
Error.
Berikut
ini
hasil
koreksi
heteroskedastisitas: Tabel 4.9 Hasil Uji White Rosbust Standard Error Dependent Variable: RETURN Method: Least Squares Date: 03/23/17 Time: 10:11 Sample: 1 154 Included observations: 153 Newey-West HAC Standard Errors & Covariance (lag truncation=4) Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
BI SBIS CAR FDR NPF C
-0.740162 0.259925 -0.035925 0.050752 0.009358 2.558826
0.371603 0.155377 0.056836 0.126951 0.020901 0.686048
-1.991806 1.672864 -0.632090 0.399773 0.447750 3.729804
0.0482 0.0965 0.5283 0.6899 0.6550 0.0003
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.073900 0.042400 0.177301 4.621055 50.63824 2.346021 0.044009
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
1.750000 0.181184 -0.583506 -0.464666 -0.535231 0.343840
sumber: hasil output Eviews 9.0 Hasil di atas telah mengoreksi standard error secara ototmatis sehingga nilai t-statistic dan nilai p (prob) juga telah dikoreksi. Secara esensi, White’s Heteroscedasticity-Consistent Variance and Standard Error hanya mengoreksi
104
nilai standar eror, nilai t, dan nilai p sedangkan besaran koefisien tetap sama. Menurut Ghazali, masalah heteroskedastisitas juga bukan masalah serius dalam model regresi, sehingga peneliti bias melanjutkan uji selanjutnya. 4. Uji Autokorelasi Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
163.3343 105.9649
Prob. F(2,145) Prob. Chi-Square(2)
0.0000 0.0000
sumber: hasil output Eviews 9.0 Berdasarkan tabel hasil uji autokorelasi di atas dapat diketahui bahwa nilai probability Chi-Square < 0.05 (0.0000<0.05) maka dapat disimpulkan bahwa terjadi gejala autokorelasi dalam model. Untuk mengatasi adanya gejala autolokerasi, penulis menggunakan metode Diferensial. Berikut ini hasil pengolahan dengan metode Diferensial: Tabel 4.11 Hasil Uji Autokorelasi dengan Metode Diferensial Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
0.476665 0.999996
Prob. F(2,143) Prob. Chi-Square(2)
0.6218 0.6065
sumber: hasil output Eviews 9.0
Berdasarkan tabel hasil uji autokorelasi di atas dapat diketahui bahwa nilai probability Chi-Square >0.05 (0.6065>0.05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala autokorelasi dalam model.
105
D. Estimasi Model Panel Data Dari analisa model panel data dikenal tiga macam pendekatan estimasi yaitu pendekatan kuadrat terkecil atau Common Effect Model (CEM), pendekatan efek tetap atau Fixed Effect Model (FEM) dan pendekatan efek acak atau Random Effect Model (REM). 1. Common Effect Model (CEM) Langkah pertama dilakukan pengolahan data menggunakan pendekatan Common Effect Model (CEM) secara sederhana menggabungkan (pooled) seluruh data times series dan cross section, kemudian mengestimasikan model dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) sebagai salah satu syarat melakukan Uji-F Restricted. Hasil pengolahan menggunakan program Eviews 9.0 didapatkan hasil analisis data sebagai berikut: Tabel 4.12 Regresi Data Panel Common Effect Model (CEM) Dependent Variable: RETURN? Method: Pooled Least Squares Date: 03/21/17 Time: 10:48 Sample: 2011Q1 2016Q2 Included observations: 22 Cross-sections included: 7 Total pool (unbalanced) observations: 153 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C BI? SBIS? CAR? FDR? NPF?
2.558826 -0.740162 0.259925 -0.035925 0.050752 0.009358
0.554729 0.265013 0.154252 0.053684 0.111557 0.018662
4.612754 -2.792932 1.685060 -0.669196 0.454939 0.501479
0.0000 0.0059 0.0941 0.5044 0.6498 0.6168
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.073900 0.042400 0.177301 4.621055 50.63824 2.346021 0.044009
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
1.750000 0.181184 -0.583506 -0.464666 -0.535231 0.201170
106
sumber: hasil output Eviews 9.0 2. Fixed Effect Model (FEM) Langkah kedua dilakukan pengolahan data menggunakan pendekatan Fixed Effect Model (FEM) untuk membandingkan dengan metode Common Effect Model (CEM). Hasil pengolahan menggunakan program Eviews 9.0 didapatkan hasil analisis data sebagai berikut: Tabel 4.13 Regresi Data Panel Fixed Effect Model (FEM) Dependent Variable: RETURN? Method: Pooled Least Squares Date: 03/21/17 Time: 11:10 Sample: 2011Q1 2016Q2 Included observations: 22 Cross-sections included: 7 Total pool (unbalanced) observations: 153 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C BI? SBIS? CAR? FDR? NPF? Fixed Effects (Cross) BCAS--C BMS--C BNIS--C BRIS--C BSB--C BSM--C PDBS--C
2.602132 -0.545651 0.183481 0.073494 -0.077481 -0.011413
0.373454 0.147017 0.083244 0.033737 0.076988 0.015187
6.967754 -3.711483 2.204150 2.178432 -1.006405 -0.751501
0.0000 0.0003 0.0291 0.0310 0.3159 0.4536
-0.124059 -0.142597 0.061737 0.287347 0.167850 -0.142776 -0.112621 Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.745338 0.725471 0.094932 1.270713 149.4032 37.51589 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
1.750000 0.181184 -1.796120 -1.558438 -1.699570 0.685173
sumber: hasil output Eviews 9.0
107
3. Uji Chow Untuk memilih metode data panel yang digunakan, perlu dilakukan Uji Chow untuk memilih antara Common Effect Model (CEM) atau Fixed Effect Model (FEM). Di bawah ini adalah hasil Uji Chow, diantaranya sebagai berikut: Tabel 4.14 Hasil Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests Pool: BANK Test cross-section fixed effects Effects Test
Statistic
Cross-section F Cross-section Chi-square
61.959730 197.529862
d.f.
Prob.
(6,141) 6
0.0000 0.0000
sumber: hasil output Eviews 9.0 Nilai yang harus diperhatikan pada uji chow adalah nilai probabilitas dari F-Statistik. Hipotesis yang digunakan dalam uji chow adalah sebagai berikut: H0
: Common Effect Model (CEM)
Ha
: Fixed Effect Model (FEM)
Jika nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat signifikasi (5%), maka tolak H0. Nilai probabilitas F-statistik model pertama adalah 0.0000, dengan demikian metode data panel yang tepat antara Common Effect Model (CEM) dengan Fixed Effect Model (FEM) adalah Fixed Effect Model (FEM). Hasil uji Chow menunjukan tingkat signifikansi pada 0.0000, sehingga kesimpulan yang diambil adalah menolak H0 dan model yang dipilih adalah Fixed Effect Model (FEM).
108
4. Random Effect Model (REM) Setelah melakukikan uji chow, dilakukan pengolahan data dengan metode pendekatan Random Effect Model (REM) untuk dibandingkan dengan Fixed Effect Model (FEM). Hasil pengolahan program Eviews 9.0 didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.15 Regresi Data Panel Random Effect Model (REM) Dependent Variable: RETURN? Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 03/21/17 Time: 11:12 Sample: 2011Q1 2016Q2 Included observations: 22 Cross-sections included: 7 Total pool (unbalanced) observations: 153 Swamy and Arora estimator of component variances Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C BI? SBIS? CAR? FDR? NPF? Random Effects (Cross) BCAS--C BMS--C BNIS--C BRIS--C BSB--C BSM--C PDBS--C
2.606896 -0.555375 0.186191 0.069106 -0.073187 -0.008962
0.379519 0.146676 0.083206 0.033463 0.076633 0.014899
6.868940 -3.786407 2.237712 2.065178 -0.955035 -0.601491
0.0000 0.0002 0.0267 0.0407 0.3411 0.5484
-0.113513 -0.142831 0.060931 0.282093 0.164139 -0.143678 -0.107141 Effects Specification S.D.
Cross-section random Idiosyncratic random
0.196703 0.094932
Rho 0.8111 0.1889
Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.196658 0.169333 0.094491 7.197106 0.000005
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
0.179666 0.103639 1.312499 0.662234
Unweighted Statistics
109
R-squared Sum squared resid
-0.043324 5.205980
Mean dependent var Durbin-Watson stat
1.750000 0.166958
sumber: hasil output Eviews 9.0 5. Uji Hausman Untuk memilih metode data panel yang digunakan, perlu dilakukan lagi Uji Hausman untuk memilih antara Fixed Effect Model (FEM) atau Random Effect Model (REM). Di bawah ini adalah hasil Uji Hausman, diantaranya sebagai berikut: Tabel 4.16 Hasil Uji Hausman Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: BANK Test cross-section random effects
Test Summary Cross-section random
Chi-Sq. Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
2.636629
5
0.7558
sumber: hasil output Eviews 9.0 Nilai yang harus diperhatikan pada uji hausman adalah nilai probabilitas dari Cross-section random. Hipotesis yang digunakan dalam uji hausman adalah sebagai berikut: H0
: Random Effect Model (REM)
Ha
: Fixed Effect Model (FEM)
Jika nilai probabilitas < 0.05, maka menolak Ho, sebaliknya jika nilai probabilitas > 0.05 maka menerima Ho. Nilai probabilitas statistik hausman model pertama adalah 0.7558, dengan demikian metode data panel yang tepat antara Random Effect Model (REM). Hal ini dikarenakan hasil uji hausman menunjukkan tingkat signifikasi di atas 0.05 sehingga kesimpulan yang diambil
110
adalah menolak H0 dan model yang dipilih adalah Random Effect Model (REM). E. Uji Statistik 1. Pengaruh BI rate, CAR, FDR, NPF dan Tingkat Bonus SBIS terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Secara Parsial (Uji t) Pengujian secara parsial digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Jika probabilitas < 0.05 maka H0 ditolak dan Ha diterima sehingga disimpulkan bahwa variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Sedangkan apabila probabilitas > 0.05 maka H0 diterima dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel dependen. Uji hipotesis secara parsial dapat dilihat dari tabel berikut:
111
Tabel 4.17 Uji t Dependent Variable: RETURN? Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 03/21/17 Time: 11:12 Sample: 2011Q1 2016Q2 Included observations: 22 Cross-sections included: 7 Total pool (unbalanced) observations: 153 Swamy and Arora estimator of component variances Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C BI? SBIS? CAR? FDR? NPF? Random Effects (Cross) BCAS--C BMS--C BNIS--C BRIS--C BSB--C BSM--C PDBS--C
2.606896 -0.555375 0.186191 0.069106 -0.073187 -0.008962
0.379519 0.146676 0.083206 0.033463 0.076633 0.014899
6.868940 -3.786407 2.237712 2.065178 -0.955035 -0.601491
0.0000 0.0002 0.0267 0.0407 0.3411 0.5484
-0.113513 -0.142831 0.060931 0.282093 0.164139 -0.143678 -0.107141
sumber: hasil output Eviews 9.0
a. Pengaruh BI rate terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas menunjukkan nilai coefficient BI rate sebesar -0.555375 menunjukkan bahwa arah koefisien negatif, sedangkan probabilitas BI rate sebesar 0.0002<0.05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa BI rate memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. b. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas menunjukkan nilai coefficient Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar
112
0.069106 menunjukkan bahwa arah koefisien positif, sedangkan probabilitas Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 0.0407<0.05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. c. Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas menunjukkan nilai coefficient Financing to Deposit Ratio (FDR) sebesar 0.073187 menunjukkan bahwa arah koefisien negatif, sedangkan probabilitas Financing to Deposit Ratio (FDR) sebesar 0.3411>0.05 sehingga H0 diterima dan Ha ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. d. Pengaruh Non Performing Ratio (NPF) terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas menunjukkan nilai coefficient Non Performing Ratio (NPF) sebesar 0.008962 menunjukkan bahwa arah koefisien negatif, sedangkan probabilitas Non Performing Ratio (NPF) sebesar 0.5484>0.05 sehingga H0 diterima dan Ha ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Non Performing Ratio (NPF) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
113
e. Pengaruh Tingkat Bonus SBIS terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas menunjukkan nilai coefficient tingkat bonus SBIS sebesar 0.186191 menunjukkan bahwa arah koefisien positif, sedangkan probabilitas tingkat bonus SBIS sebesar 0.0267<0.05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat bonus SBIS memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. 2. Pengaruh BI Rate, CAR, FDR, NPF, Dan Tingkat Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Secara Simultan (Uji F) Pengujian secara simultan atau uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Apabila probabilitas < 0.05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, sehingga disimpulkan bahwa variabel independen berpengaruh signifikan secara simultan terhadap variabel dependen. Sedangkan apabila nilai probabilitas >0.05 maka H0 diterima dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen secara simultan berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel independen. Uji hipotesis secara simultan dapat diihat dari tabel berikut:
114
Tabel 4.18 Uji F S.D. Cross-section random Idiosyncratic random
Rho
0.196703 0.094932
0.8111 0.1889
Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.196658 0.169333 0.094491 7.197106 0.000005
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
0.179666 0.103639 1.312499 0.662234
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
-0.043324 5.205980
Mean dependent var Durbin-Watson stat
1.750000 0.166958
sumber: hasil output Eviews 9.0 Dengan Hipotesis: H0 :Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel independen (BI rate, , CAR, FDR, NPF, tingkat bonus SBIS) terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah secara simultan. Ha : Terdapat pengaruh signifikan antara variabel independen (BI rate, , CAR, FDR, NPF, tingkat bonus SBIS) terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah secara simultan. Berdasarkan tabel di atas, nilai probabilitas F-statistik sebesar 7.197106, dengan menggunakan tingkat keyakinan = 5%, dimana tingkat signifikansi 0.000005 berarti ditemukan siginifikasi antara terdapat pengaruh BI rate, CAR, FDR, NPF, dan Tingkat Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara simultan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Maka, keputusan yang diambil adalah menolak H0 karena
terdapat
pengaruh yang signifikan antara BI rate, CAR, FDR, NPF, dan Tingkat Bonus
115
Sertifikat Bank Indonesia Syariah secara simultan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. 3. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan model dalam penelitian menerangkan variabel dependen. Koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.19 Koefisien Determinasi S.D. Cross-section random Idiosyncratic random
0.196703 0.094932
Rho 0.8111 0.1889
Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.196658 0.169333 0.094491 7.197106 0.000005
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
0.179666 0.103639 1.312499 0.662234
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
-0.043324 5.205980
Mean dependent var Durbin-Watson stat
1.750000 0.166958
sumber: hasil output Eviews 9.0 Berdasarkan tabel di atas besarnya niai Adjusted R-squared adalah 0.194730. Hal ini menunjukkan bahwa variabel tingkat bagi hasil deposito mudharabah dapat dijelaskan oleh variabel independen (BI rate, , CAR, FDR, NPF dan tingkat bonus SBIS) sebesar 16.93%, sedangkan sisanya (100% 16.93% = 83.07%) dijelaskan oleh faktor lain diluar model regresi penelitian. Faktor yang mempengaruhi tingkat bagi hasil deposito diantaranya Return On Asset (ROA), dan BOPO. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
116
Umiyati, dan Mugi dimana kedua variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. F. Analisis Model Regresi Panel Data Berikut ini persamaan model regresi panel data dengan Random Effect Model (REM), yaitu: Tabel 4.20 Model Regresi Dependent Variable: RETURN? Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 03/21/17 Time: 11:12 Sample: 2011Q1 2016Q2 Included observations: 22 Cross-sections included: 7 Total pool (unbalanced) observations: 153 Swamy and Arora estimator of component variances Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C BI? SBIS? CAR? FDR? NPF? Random Effects (Cross) BCAS--C BMS--C BNIS--C BRIS--C BSB--C BSM--C PDBS--C
2.606896 -0.555375 0.186191 0.069106 -0.073187 -0.008962
0.379519 0.146676 0.083206 0.033463 0.076633 0.014899
6.868940 -3.786407 2.237712 2.065178 -0.955035 -0.601491
0.0000 0.0002 0.0267 0.0407 0.3411 0.5484
-0.113513 -0.142831 0.060931 0.282093 0.164139 -0.143678 -0.107141 Effects Specification S.D.
Cross-section random Idiosyncratic random
0.196703 0.094932
Rho 0.8111 0.1889
Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.196658 0.169333 0.094491 7.197106 0.000005
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
0.179666 0.103639 1.312499 0.662234
Unweighted Statistics
117
R-squared Sum squared resid
-0.043324 5.205980
Mean dependent var Durbin-Watson stat
1.750000 0.166958
sumber: hasil output Eviews 9.0 Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh persamaan model reresi antara variabel dependen (tingkat bagi hasil deposito mudharabah) dan variabel independen (BI rate, , CAR, FDR, NPF, dan tingkat bonus SBIS) sebagai berikut: Returnit= 2.606896 - 0.555375BIit + 0.069106CARit - 0.073187FDRit 0.008962NPFit + 0.186191SBISit Dari persamaan di atas dapat dijelaskan bahwa: 1. Konstanta sebesar 2.606896 menunjukkan bahwa jika variable independen (BI rate, tingkat bonus SBIS, CAR, FDR, dan NPF) pada observasi ke i dan periode ke t adalah konstan, maka tingkat bagi hasil deposito mudharabah adalah 2.606896. 2. Koefisien regresi sebesar -0.555375 menunjukkan jika nilai BI rate pada observasi ke i dan periode ke t naik sebesar 1%, maka akan menurunkan tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada observasi ke i dan periode ke t sebesar -0.555375. 3. Koefisien regresi sebesar 0.069106 menunjukkan jika nilai Capital Adequacy Ratio (CAR) pada observasi ke i dan periode ke t naik sebesar 1%, maka akan menaikan tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada observasi ke i dan periode ke t sebesar 0.069106. 4. Koefisien regresi sebesar -0.073187 menunjukkan jika nilai Financing to Deposit ratio (FDR), pada observasi ke i dan periode ke t naik sebesar
118
1%, maka akan menaikan tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada observasi ke i dan periode ke t sebesar -0.073187. 5. Koefisien regresi sebesar -0.008962 menunjukkan jika nilai Non Performing Financing (NPF), pada observasi ke i dan periode ke t naik sebesar 1%, maka akan menaikan tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada observasi ke i dan periode ke t sebesar -0.008962. 6. Koefisien regresi sebesar 0.186191 menunjukkan jika tingkat bonus SBIS pada observasi ke i dan periode ke t naik sebesar 1%, maka akan menaikan tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada observasi ke i dan periode ke t sebesar 0.186191. G. Persamaan Model Regresi Setiap Bank Tabel 4.21 Model Regresi Setiap Bank Random Effects (Cross) BCAS--C BMS--C BNIS--C BRIS--C BSB--C BSM--C PDBS--C
-0.113513 -0.142831 0.060931 0.282093 0.164139 -0.143678 -0.107141
sumber: hasil output Eviews 9.0 Berdasarkan tabel di atas, maka didapat persamaan model regresi tiap bank umum syariah sebagai berikut: 1. Persamaan Model Regresi BCA Syariah Returnit= -0.113513 - 0.555375BIit + 0.069106CARit - 0.073187FDRit 0.008962NPFit + 0.186191SBISit Konstanta
sebesar
-0.113513
menunjukkan
bahwa
jika
variabel
independen (BI rate, CAR, FDR, NPF, dan tingkat bonus SBIS) pada
119
observasi ke i dan periode ke t adalah konstan, maka tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada BCA Syariah menurun sebesar 0.113513. 2. Persamaan Model Regresi Bank Mega Syariah Returnit= -0.142831 - 0.555375BIit + 0.069106CARit - 0.073187FDRit 0.008962NPFit + 0.186191SBISit Konstanta
sebesar
-0.142831
menunjukkan
bahwa
jika
variabel
independen (BI rate, CAR, FDR, NPF, dan tingkat bonus SBIS) pada observasi ke i dan periode ke t adalah konstan, maka tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada Bank Mega Syariah menurun sebesar 0.142831. 3. Persamaan Model Regresi BNI Syariah Returnit= 0.060931 - 0.555375BIit + 0.069106CARit - 0.073187FDRit 0.008962NPFit + 0.186191SBISit Konstanta
sebesar
0.060931
menunjukkan
bahwa
jika
variabel
independen (BI rate, CAR, FDR, NPF, dan tingkat bonus SBIS) pada observasi ke i dan periode ke t adalah konstan, maka tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada BNI Syariah meningkat sebesar 0.060931. 4. Persamaan Model Regresi BRI Syariah Returnit= 0.282093 - 0.555375BIit + 0.069106CARit - 0.073187FDRit 0.008962NPFit + 0.186191SBISit Konstanta
sebesar
0.282093
menunjukkan
bahwa
jika
variabel
independen (BI rate, CAR, FDR, NPF, dan tingkat bonus SBIS) pada
120
observasi ke i dan periode ke t adalah konstan, maka tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada BRI Syariah meningkat sebesar 0.282093. 5. Persamaan Model Regresi Bank Syariah Bukopin Returnit= 0.164139 - 0.555375BIit + 0.069106CARit - 0.073187FDRit 0.008962NPFit + 0.186191SBISit Konstanta
sebesar
0.164139
menunjukkan
bahwa
jika
variabel
independen (BI rate, CAR, FDR, NPF, dan tingkat bonus SBIS) pada observasi ke i dan periode ke t adalah konstan, maka tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada Bank Syariah Bukopin meningkat sebesar 0.164139. 6. Persamaan Model Regresi Bank Syariah Mandiri Returnit= -0.143678 - 0.555375BIit + 0.069106CARit - 0.073187FDRit 0.008962NPFit + 0.186191SBISit Konstanta
sebesar
-0.143678
menunjukkan
bahwa
jika
variabel
independen (BI rate, CAR, FDR, NPF, dan tingkat bonus SBIS) pada observasi ke i dan periode ke t adalah konstan, maka tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri menurun sebesar 0.143678. 7. Persamaan Model Regresi Panin Dubai Syariah Bank Returnit= -0.107141 - 0.555375BIit + 0.069106CARit - 0.073187FDRit 0.008962NPFit + 0.186191SBISit Konstanta
sebesar
-0.107141
menunjukkan
bahwa
jika
variabel
independen (BI rate, CAR, FDR, NPF, dan tingkat bonus SBIS) pada
121
observasi ke i dan periode ke t adalah konstan, maka tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri menurun sebesar 0.107141. H. Interpretasi Adapun interpretasi penulis terhadap penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengaruh BI rate terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel BI rate memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Dengan demikian penelitian ini menerima hipotesis yang menyatakan bahwa BI rate berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji hipotesis dengan nilai signifikansi yang lebih kecil dari nilai α (0.0002<0.05). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anwar, (Anwar, 2012:56) yang menyatakan bahwa variabel tingkat suku bunga satu bulan (INTR) signifikan berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito dengan nilai sebesar 51.43%. Hal ini juga diungkapkan dalam penelitian Isna, (Isna,2012:37) yang menunjukkan bahwa secara parsial variabel suku bunga berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Namun, hal ini bertolak belakang dengan penelitian Nofianti, (Nofianti, 2015:78) yang mengungkapkan bahwa variabel suku bunga tidak berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah dengan nilai signifikansi sebesar -0,290. Hal ini diungkapkan pula dalam penelitian Tariq, (Tariq, 2016: 16) yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga tidak berperan signifikan
122
pengaruhnya terhadap tingkat deposito, dan tidak mempengaruhi tingkat imbal hasil yang diberikan bank kepada nasabah. Jadi, hasil analisis di atas menunjukkan bahwa variabel BI rate berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat
bagi hasil deposito
mudharabah. Ini berarti bahwa ketika BI rate mengalami kenaikan maka tingkat bagi hasil deposito mudharabah mengalami penurunan, demikian pula sebaliknya ketika BI rate mengalami penurunan maka tingkat bagi hasil deposito mengalami peningkatan. Menurut penulis, hal ini disebabkan karena dalam penentuan tingkat bagi hasil deposito mudharabah di bank umum syariah, tidak hanya memperhatikan dari aspek pasar, namun mempertimbangkan tingkat laba perusahan. Semakin besar laba yang diperoleh bank syariah, maka semakin besar pula tingkat bagi hasil yang diberikan oleh perusahaan kepada para deposan. Selain itu, dalam tingkat bagi hasil deposito mudharabah dilakukan di awal akad pembuatan deposito sama jumlah nya sampai dengan jatuh tempo deposito mudharabah tersebut. Jadi besarnya tingkat bagi hasil yang diberikan sama dengan yang ditetapkan di awal akad. 2. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Dengan demikian penelitian ini menerima hipotesis yang menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif
123
signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji hipotesis dengan nilai signifikansi yang lebih kecil dari nilai α (0.0407<0.05). Hal ini sesuai dengan penelitian Amelia, (Amelia, 2011:100) yang mengemukakan bahwa secara parsial variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh signifikan terhadap return deposito mudharabah dengan tingkat signifikansi 0.003. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Umiyati, (Umiyati, 2016:62) menyatakan bahwa variabel CAR secara parsial berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah dengan tingkat signifikansi 0,000. Akan tetapi bertolak belakang dengan penelitian Rahayu, (Rahayu, 2012:12) mengungkapkan bahwa variabel CAR tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Jadi, hasil analisis di atas menunjukkan bahwa variabel CAR berpengaruh positif signikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Menurut penulis, hal ini disebabkan karena modal perusahaan selain sebagai penunjang operasional bank syariah juga untuk melindungi para deposan dengan menyanggah semua kerugian pada perusahaan. Selain itu modal juga sebagai upaya peningkatan kepercayaan masyarakat mengenai kemampuan bank memenuhi kewajibannya yang telah jatuh tempo. 3. Pengaruh Fnancing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Fnancing to Deposit Ratio (FDR) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito
124
mudharabah. Dengan demikian penelitian ini menolak hipotesis yang menyatakan bahwa Financing to Deposits Ratio (FDR) tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji hipotesis dengan nilai signifikansi yang lebih besar dari nilai α (0.3411>0.05). Hal ini sejalan dengan penelitian Rahmawaty, (Rahmawaty,2015: 98) yang mengungkapkan bahwa variabel FDR tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah dengan nilai signifikansi sebesar 0.128. Namun, hal ini tidak sejalan dengan penelitian Harfiah, (Harfiah, 2016:28) yang mengungkapkan bahwa variabel Financing To Deposits Ratio (FDR) berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah dengan nilai signifikansi sebesar 0.001. Senada dalam penelitian Nofianti, (Nofianti, 2015: 79) yang mengungkapkan bahwa Financing to Deposits Ratio (FDR) berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat bagi hasil dengan nilai signifikansi sebesar 0.027. Jadi, hasil analisis di atas menunjukkan bahwa variabel FDR tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Menurut penulis hal ini dikarenakan meskipun penyaluran dana pihak ketiga merupakan kegiatan usaha bank dalam memperoleh laba, akan tetapi bank tidak serta merta menyalurkan semua dana pihak ketiga dalam satu sektor, melainkan ke berapa sektor seperti sektor properti, pertambangan, pertanian, ritel, dan lain-lain. Dengan upaya tersebut bank syariah dapat mereduksi risiko gagal
bayar.
Dalam
penelitian
Rahmawaty,
(Rahmawaty,
2015:100)
125
mengungkapkan bahwa penentuan return bagi hasil deposito mudharabah muthlaqah, tingkat FDR tidak menjadi acuan utama. Dalam prakteknya, hal ini bisa saja terjadi karena sumber dana pembiayaan tidak hanya berasal dari deposito (yang termasuk dalam DPK), sehingga bagi hasil yang diterima dari seluruh pembiayaan tidak hanya disalurkan ke investor deposito, tetapi juga ke nasabah tabungan, giro dan pemegang saham. Sehingga, walaupun jumlah pembiayaan dan DPK tinggi, tidak berpengaruh ke tingkat bagi hasil yang diterima depositor mudharabah. 4. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Non Performing Financing (NPF) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Dengan demikian penelitian ini menolak hipotesis yang menyatakan bahwa Non Performing Financing (NPF) tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji hipotesis dengan nilai signifikansi yang lebih besar dari nilai α (0.5484>0.05). Hal ini sejalan dengan penelitian Nofianti, (Nofianti, 2015:80) yang mengungkapkan bahwa variabel Non Performing Financing (NPF) tidak berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil dengan nilai signifikansi sebesar 0.074. Namun, bertolak belakang dengan penelitian Syafira, (Syafira, 2014: 31) yang mengungkapkan
bahwa
variabel
Non
Performing
Financing
(NPF)
126
berpengaruh negatif terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah dengan nilai signifikansi 0.0021. Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa variabel NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Menurut penulis hal ini terjadi karena penyaluran pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah kepada nasabah telah dilakukan dengan cukup baik. Bank syariah menerapkan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran dananya, dengan mengunakan prinsip 5 C yaitu Capital, Character, Capacity, Collateral, dan Condition. Semakin baik kualitas penyaluran dana yang dilakukan oleh bank syariah, berpotensi menambah laba bank semakin besar pula tingkat bagi hasil yang diberikan kepada para deposan. Menurut Nofianti, (Nofianti, 2015:81) ada beberapa alasan NPF tidak mempengaruhi tingkat bagi hasil yang diberikan oleh Bank Syariah adalah sebagai berikut: a. Permintaan pembiayaan di bank syariah cukup tinggi. b. Penanganan pembiayaan bermasalah pada bank syariah. c. Kecilnya moral hazard pada bank syariah. 5. Pengaruh Tingkat Bonus SBIS terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkat bonus SBIS memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Dengan demikian penelitian ini menerima hipotesis yang menyatakan bahwa tingkat bonus SBIS berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito
127
mudharabah. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji hipotesis dengan nilai signifikansi yang lebih kecil dari nilai α (0.0267<0.05). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Okthora, (Okthora, 2012:71) yang mengemukakan bahwa tingkat imbal hasil SBIS berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa variabel tingkat bonus SBIS berpengaruh poisitif terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Menurut penulis hal ini dikarenakan bonus yang diterima oleh bank syariah dalam menginvestasikan dananya telah menambah laba perusahaan. Semakin besar tingkat bonus yang diterima oleh bank, berpotensi menambah laba perusahaan. Hal ini tentu berdampak pada tingkat bagi hasil yang ditawarkan oleh bank syariah kepada para deposan. 6. Pengaruh BI rate, CAR, FDR, NPF, dan tingkat bonus SBIS terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel BI rate, CAR, FDR, NPF, dan tingkat bonus SBIS secara simultan memiliki pengaruh terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji hipotesis dengan nilai signifikansi yang lebih kecil dari nilai α (0.000005<0.05). Maka, keputusan yang diambil adalah menolak H0 karena terdapat pengaruh yang signifikan antara BI rate, CAR, FDR, NPF, dan Tingkat Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah secara simultan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
128
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan analisa dan pembahasan data yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil uji regresi panel data ditemukan bahwa variabel independen BI rate dengan tingkat signifikan sebesar 0.0002, tingat bonus SBIS dengan tingkat signifikan sebesar 0.0267, Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan tingkat signifikan sebesar 0.0407, secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Hasil uji regresi panel data ditemukan bahwa variabel Finance to Deposit Ratio (FDR) dengan tingkat signifikan sebesar 0.3411, Non Performing
Financing (NPF) dengan tingkat signifikan sebesar 0.5484, secara parsial tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
tingkat
bagi
hasil
deposito
mudharabah. 2. Hasil uji regresi panel data juga ditemukan bahwa variabel independen BI rate, tingkat bonus SBIS, Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing (NPF) secara simultan atau bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. 3. Hasil uji regresi panel data, variabel yang paling dominan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah adalah BI rate.
129
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka peneliti mencoba mengemukakan implikasi yang dapat bermanfaat, diantaranya sebaga berikut: 1. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu tambahan refrensi mengenai bank syariah bagi peneliti maupun bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang topik sejenis yaitu independen BI rate, tingkat bonus SBIS, Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Selain itu juga dapat dijadikan bahan refrensi tambahan bagi kepustakaan pihak kampus. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya objek penelitian, disini hanya tujuh Bank Umum Syariah bisa ditambah menjadi delapan atau lebih Bank Umum Syariah. Periode penelitian juga dapat diperbaharui atau lebih lama agar hasil yang didapat lebih dapat menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi berkaitan dengan penelitian ini. Selain itu, bisa menggunakan metode analisis yang berbeda misalnya metode analisis VAR VECM. Dengan metode analisis ini, peneliti dapat menganalisis dampak dan pengaruh secara jangka panjang maupun jangka panjang antara variabel independen terhadap variabel dependen yang diteliti.
2. Bagi Masyarakat Penelitian ini dapat digunakan oleh masyarakat sebagai acuan ketika ingin melakukan
investasi
khsusunya
di
produk
deposito
mudharabah
agar
memperhatikan BI rate, tingkat bonus SBIS, dan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebelum melakukan investasi di produk deposito mudharabah tersebut karena BI
130
rate, tingkat bonus SBIS, dan Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. 3. Bagi Perusahaan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa BI rate, tingkat bonus SBIS, dan Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh tingkat bagi hasil deposito mudharabah, oleh karena itu pihak Bank Umum Syariah disarankan untuk memperhatikan faktor tersebut dengan cara memperhatikan nilai BI rate yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, meningkatkan penempatan dana pada intsrumen SBIS, dan meningkatkan modal yang dimiliki Bank Umum Syariah, sehingga tingkat bagi hasil deposito mudharabah dapat bersaing antar Bank Umum Syariah maupun Bank Umum Konvesnional dan menarik banyak nasabah. Selain itu, dalam melakukan penyaluran dana bank syariah juga harus memperhatikan sektor yang jadi tujuan penyaluran dana. Penyaluran dana di berbagai sektor ini, bertujuan untuk mereduksi risiko yang dihadapi oleh bank syariah sehingga risiko yang dihadapi dapat diatasi oleh perusahaan. dengan kualitas kredit yang baik, maka laba perusahaan akan bertambah sehingga tingkat bagi hasil yang diberikan kepada para deposan semakin kompetitif.
131
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Z. Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika. 2008 Amelia, R. “Pengaruh CAR, FDR dan NPF terhadap Return Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Perbankan Syariah.” 2011 Anifa, U. “Pengaruh Non Performing Financing dan Financing to Deposit Ratio Terhadap Presentase Bagi Hasil Deposito Mudharabah Muthlaqah pada Bank Muamalat Indonesia”. Skripsi. Program Studi Muamalat. Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah. 2008 Anshori, A. G. Perbankan Syariah di Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 2007 Anwar, S. “Behavior Investigation of Islamic Bank Deposit Return Utilizing Artificial Neural Networks Model.” Journal of Islamic Finance. 2012 Arif, N. R. Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah. Bandung: Alfabeta. 2012 Arifin, Z. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Azkia Publisher. 2009 Arifin, Z. Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Azkia Publisher. 2009 Arthesa, A. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. Jakarta: PT Indeks.2006 Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah:Konsep dan Praktek di Beberapa Negara. Jakarta: Bank Indonesia. 2006 Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2008 Baltagi. Econometric Analysis of Panel Data. London: John Wiley & Sons Ltd. 2005 Bankir, I. Memahami Bisnis Bank Syariah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2014
132
Boedijoewono, N. Pengantar Statistika. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. 2007 Burhanuddin. Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2010 Chowdhury, M. A. “The Effect of Conventional Bank’s Interest Rate & Islamic Bank’s Profit Rate on Investment & Return: An Empirical Investigation in Bangladesh.” 2014 Colander, D. C. Macroeconomics. New York: McGraw-Hill. 2004 Darmawi, H. Manajemen Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara. 2011 Dendawidjaya, L. Manajemen Perbankan. Bogor: Ghalia Putra. 2005 Dendawijaya, L. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2003 Diaw, A. “A Comparative Study of the Returns on Mudharabah deposit and on Equity in Islamic Banks.” 2011 Fathurrahman, A. “Pengaruh Tingkat Capital Adequacy Ratio (CAr) Dan Loan To Deposit Ratio (LDR) Terhadap Profitabilitas (ROA) pada PT. Bank Sulselbar Makassar.” Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Hasanuddin Makassar. 2012 Ghazali, I. Analisis Multivariat dan Ekonometrika. Semarang: UNDIP. 2013 Ghozali, I. Aplikasi Analisis Multivariate. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2009 Gujarati, D. N. Dasar-dasar Ekonometrika. Jakarta: Erlangga. 2006 Hadi, A. C. Investasi Syariah. Tangerang Selatan: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2011 Hanan, A. Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2012
133
Harfiah, L. M. “The Impact of ROA, BOPO, and FDR to Indonesian Islamic Bank’s Mudharabah Deposit Profit Sharing.” Jurnal Etikonomi Volume 15 (1), April 2016. Universitas Jenderal Soedirman. 2016 Harfiah, L. M. “The Impact Of ROA, BOPO, and FDR to Indonesian Islamic Bank’s Mudharabah Deposit Profit Sharing.” Etikonomi. 2016 Hikmah, N. “Analisis Pengaruh ROA, NPF dan FDR terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah. (Studi Kasus Bank Umum Syariah periode 20112013.” Skripsi. Prodi Keuangan Islam. Fakultas Syariah dan Hukum. UIN Sunan Kalijaga. 2015 Huda, N. Lembaga Keuangan Islam:Tinjauan Teoritis dan Praktis. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2010 IBI, T. P. Konsep, Produk, dan Implementasi Operasional Bank Syariah. Jakarta: Djambatan. 2001 Ihsan, D. N. Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah. Ciputat: UIN Jakarta Press. 2013 Ihsan, D. N. Manajemen Treasury Bank Syariah. Jakarta: UIN Press. 2015 Ismail. Manajemen Perbankan:Dari Teori Menuju Aplikasi. Jakarta: Kencana. 2010 Ismal, R. “Behavior Investigation of Islamic Bank Deposit Return Utilizing Artificial Neural Networks Model.” 2012 Isna, A. “Analisis Pengaruh Return On Asset, BOPO, dan Suku Bunga Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Bank Umum Syariah.” Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Volume 11. Nomor 01. 2012 Janwari, Y. Lembaga Keuangan Syariah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2015 Judisseno, R. Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2005
134
Karim, A. Bank Islam. Jakarta: IIIT Indonesia. 2003 Karim, A. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2007 Karim, A. Bank Islam: Analisis FIqih dan Keuangan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2013 Kasmir. Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers. 2004 Kasmir. Pemasaran Bank. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2004 Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Rajawali Pers. 2009 Kasmir. Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers. 2014 Kentot, K. “Determining Factors of Customers’ Preferences: A Case of Deposit Products in Islamic Banking.” International Journal 6th International Research Symposium in Service Management.2015 Keuangan, J. O. Statistik Perbankan Syariah Indonesia Desember 2015. Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan. 2015 Keuangan, O. J. Statistik Perbankan Syariah Indonesia Juni 2015. Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan. 2015 Kurnia, N. Islamic Finance Outlook 2015. Jakarta: Karim Consulting Indonesia. 2015 Long, J. B. Macroeconomics. New York: McGraw-Hill. 2002 Manan, A. Hukum Ekonomi Syariah. Jakarta: Kencana. 2012 Martono. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta: Ekonesia. 2009 McConnell, C. R. Macroeconomics. New Yrok: McGraw-Hill. 2008 Muhammad. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. 2005 Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Pers. 2014
135
Nofianti, N. “Analisis Pengaruh Return On Asset (ROA), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Suku Bunga, Financing To Deposits Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah.” Jurnal Esensi. 2015 Nur, I. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. 2002 Okthora, M. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penetapan Nisbah Bagi Hasil Deposito Syariah Mandiri. (Studi Kasus Pada PT Bank Syariah Mandiri periode 2006 s.d 2011).” Tugas Akhir D4 Politeknik Negeri Bandung, 71. 2012 Penyusun, T. Buku Saku Perbankan Syariah. Jakarta: Dirketorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah. 2013 Penyusun, T. Industri Jasa Keuangan Syariah:Seri Literasi Keuangan Perguruan Tinggi. Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan. 2016 Purwanto, S. D. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern Buku 2. Jakarta: Salemba Empat. 2009 Rahmawaty. “Pengaruh Return On Asset (ROA) dan Financing To Deposit Ratio (FDR) terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada Bank Umum Syariah.” Jurnal Dinamika Akuntansi Dan Bisnis Vol. 2, No. 1, Maret 2015. Universitas Syiah Kuala. 2015 Rahayu, Siti. “Pengaruh Return on Asset, BOPO, Suku Bunga dan Capital Adequacy Ratio terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Perbankan Syariah” Jurnal Nasional. 2012.
Rivai, V. Islamic Banking. Jakarta: Bumi Aksara. 2009 Riyadi, S. Banking Assets an Liability Management. Jakarta: LPFE UI. 2006 Santoso. Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. 2010
136
Setiadi, E.Manajemen Treasury Bank Syariah. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2013 Sholahuddin, M. Lembaga Ekonomi dan Keuangan Syariah Kontemporer. Surakarta: Muhammadiyah Surakarta Press. 2008 Soemitra, A. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Prenadamedia Group. 2009 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta. 2010 Suharyadi. Statistika Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat. 2013 Suliyanto. Ekonometrika Terapan - Teori dan Aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta: ANDI. 2011 Syafira, R.“Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tingkat Bagi Hasil pada Produk Deposito Mudharabah Bank Umum Syariah.” Skripsi Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Manajeman Institut Pertanian Bogor. 2014 Syariah, P. K. e-book Perbankan Syariah. Jakarta: PKES Publishing. 2005 Tariq, A. “Risk-sharing deposits in islamic banks: do interest rates have any influence on them?” 2016 Tugiantoro, S. “The Factors Affecting Profit Distribution: An Empirical Study on Islamic Banking.” 2014 Ulfah, R. “Pengaruh Makroekonomi terhadap Penetapan Bagi Hasil Deposito Mudharabah Perbankan Syariah di Indonesia (2006-2010). Skripsi Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011. 2011 Umiyati, dkk. “Kinerja Keuangan dan Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia” Jurnal Akuntansi dan Keuangan Islam. 2016
137
Widyastuti, R. “Pengaruh Rasio Keuangan, Suku Bunga dan Inflasi terhadap Bagi Hasil Deposito Mudharabah Bank Umum Syariah (Bank Muamalat Indonsia Dan Bank Syariah Mandiri Periode 2007-2011).” Skripsi Keuangan Islam Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2012 Winarno, W. W. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. 2015 Wiroso. Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah. Jakarta: PT. Grasindo. 2005 Wiroso. Produk Perbankan Syariah. Jakarta: LPFE USAKTI. 2009 Zulkifli, S. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta: Zikrul Hakim. 2007
Website: www.bi.go.id diakses pada tanggal 11 November 2016 www.bcasyariah.co.id diakses pada 11 November 2016 www.bnisyariah.co.id diakses pada 11 November 2016 www.brisyariah.co.id diakses pada 11 November 2016 www.megasyariah.co.id diakses pada 10 November 2016 www.ojk.go.id diakses pada tanggal 11 November 2016 www.paninbanksyariah.co.id diakses pada 11 November 2016 www.syariahmandiri.co.id diakses pada 10 November 2016 www.syariahbukopin.co.id diakses pada 10 November 2016
138
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Variabel Penelitian 1. Variabel Independen a. BI rate (dalam persen) TAHUN 2011 2012 2013 2014 1 6.75 5.75 5.75 7.5 2 6.75 5.75 6.5 7.5 3 6.00 5.75 7.25 7.5 4 5.75 5.75 7.5 7.75 sumber: Bank Indonesia, 2011-2016
TRIWULAN
2015 7.5 7.5 7.5 7.5
2016 6.75 6.5
b. Capital Adequacy Ratio (CAR) (dalam persen) BANK Mandiri Syariah
Bukopin Syariah
Mega Syariah
BNI Syariah
BCA Syariah
BRI Syariah
WAKTU Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3 Triwulan 4 Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3 Triwulan 4 Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3 Triwulan 4 Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3 Triwulan 4 Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3 Triwulan 4 Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3 Triwulan 4
2011 11.88 11.24 11.06 14.57 12.12 17.46 17.72 15.29 15.07 14.75 13.77 13.51 25.91 22.24 20.86 20.67 64.29 61.72 51.78 45.94 21.72 19.99 18.33 14.74
2012 13.91 13.66 13.15 13.82 14.58 13.25 12.28 12.78 12.9 13.08 11.16 13.51 19.07 17.56 16.55 14.1 44.5 41.33 34.05 31.47 14.74 13.59 12.92 13.59
TAHUN 2013 2014 15.23 14.83 14.16 14.86 14.16 15.53 14.1 14.76 12.63 11.24 11.84 10.74 11.18 16.15 11.1 15.85 13.49 15.28 13.01 15.93 12.7 16.34 12.99 18.82 14.02 15.67 18.9 14.53 16.63 19.35 16.23 18.42 30.7 21.68 27.93 21.83 24.75 35.18 22.35 29.57 11.81 14.15 15.00 13.99 14.66 13.86 11.49 12.89
2015 12.63 11.97 11.84 12.85 14.5 14.1 16.26 16.31 15.62 16.54 17.81 18.74 15.4 15.11 15.38 15.48 25.53 23.56 36.6 34.3 13.21 11.03 13.82 13.94
2016 13.39 13.69
15.62 14.82
22.22 22.86
15.85 15.56
39.16 37.93
14.66 14.06
Panin Dubai Bank Syariah
Triwulan 1 44.66 59.72 27.09 Triwulan 2 100.63 45.65 23.11 Triwulan 3 81.98 34.48 19.75 Triwulan 4 61.98 32.30 20.83 sumber: Laporan BUS, diolah 2011-2016
31.15 25.52 26.16 25.69
24.80 21.88 21.44 20.30
19.77 19.51
2015 81.67 85.01 84.49 81.99 95.12 93.82 91.82 90.56 95.21 94.92 98.86 98.49 90.1 96.65 89.65 91.94 100.11 94.13 102.09 91.4 88.24 92.05 86.61 84.16 96.43 96.43 96.10 96.43
2016 80.16 82.31
c. Financing to Deposit Ratio (FDR) (dalam persen) TAHUN 2011 2012 2013 2014 Mandiri Triwulan 1 84.06 87.25 95.61 90.34 Syariah Triwulan 2 88.52 92.21 94.22 89.91 Triwulan 3 89.86 93.9 91.29 85.68 Triwulan 4 86.03 94.4 89.37 82.13 Bukopin Triwulan 1 95.18 90.34 87.8 97.14 Syariah Triwulan 2 93.45 93.58 92.43 102.84 Triwulan 3 81.12 99.33 95.15 103.66 Triwulan 4 83.66 92.29 100.29 92.89 Mega Triwulan 1 79.2 79.2 98.37 95.53 Syariah Triwulan 2 81.48 92.09 104.19 95.68 Triwulan 3 83.00 88.03 102.89 90.5 Triwulan 4 88.88 88.88 93.37 93.61 BNI Triwulan 1 76.53 78.78 80.11 96.67 Syariah Triwulan 2 84.46 80.94 92.13 98.96 Triwulan 3 86.13 85.36 96.37 94.29 Triwulan 4 78.6 84.99 97.86 92.58 BCA Triwulan 1 76.83 74.14 86.35 89.53 Syariah Triwulan 2 77.69 77.41 85.86 85.31 Triwulan 3 79.92 91.67 88.98 93.02 Triwulan 4 78.84 79.91 83.48 91.17 BRI Triwulan 1 97.44 101.15 100.9 102.13 Syariah Triwulan 2 93.34 102.77 103.67 95.14 Triwulan 3 95.58 99.99 105.61 94.85 Triwulan 4 90.55 103.07 102.7 93.9 Panin Triwulan 1 78.64 140.35 120.91 112.84 Dubai Triwulan 2 97.85 127.88 123.60 140.48 Bank Triwulan 3 205.31 149.82 112.46 111.79 Syariah Triwulan 4 162.97 123.88 90.40 94.04 sumber: Laporan BUS, diolah 2011-2016 BANK
WAKTU
92.14 92.25
95.85 95.97
86.26 86.92
92.76 99.6
82.73 87.92
94.03 89.60
140
d. Non Performing Financing (NPF) (dalam persen) TAHUN 2011 2012 2013 2014 Mandiri Triwulan 1 3.3 2.52 3.44 4.88 Syariah Triwulan 2 3.49 3.04 2.9 6.46 Triwulan 3 3.21 3.1 3.4 6.76 Triwulan 4 2.42 2.82 4.32 6.84 Bukopin Triwulan 1 1.57 3.12 4.62 4.61 Syariah Triwulan 2 1.32 2.88 4.32 4.31 Triwulan 3 1.67 4.74 4.45 4.27 Triwulan 4 1.74 4.57 4.27 4.07 Mega Triwulan 1 4.29 2.96 2.83 3.22 Syariah Triwulan 2 3.84 2.88 3.67 3.48 Triwulan 3 3.78 2.86 3.3 3.77 Triwulan 4 2.67 2.67 2.98 3.89 BNI Triwulan 1 4.44 4.27 2.13 1.96 Syariah Triwulan 2 3.65 2.45 2.11 1.99 Triwulan 3 3.60 2.33 2.06 1.99 Triwulan 4 3.62 2.02 1.86 1.86 BCA Triwulan 1 0.11 0.15 0.09 0.15 Syariah Triwulan 2 0.23 0.14 0.01 0.14 Triwulan 3 0.32 0.12 0.07 0.14 Triwulan 4 0.15 0.1 0.1 0.12 BRI Triwulan 1 2.43 3.56 3.04 4.04 Syariah Triwulan 2 3.4 2.88 2.89 4.38 Triwulan 3 2.8 2.87 2.98 4.79 Triwulan 4 2.77 3.00 4.06 4.6 Panin Triwulan 1 0.00 0.74 0.62 1.03 Dubai Triwulan 2 0.16 0.29 0.57 0.76 Bank Triwulan 3 0.38 0.19 1.05 0.81 Syariah Triwulan 4 0.88 0.20 1.02 0.53 sumber: Laporan BUS, diolah 2011-2016 BANK
WAKTU
2015 6.81 6.67 4.34 4.05 4.52 3.03 3.01 2.99 4.33 4.86 4.78 4.26 2.22 2.42 2.54 2.53 0.92 0.6 0.59 0.7 4.96 5.31 4.9 4.86 0.88 0.91 1.76 2.63
2016 6.42 5.58
2.89 2.88
4.18 4.16
2.77 2.8
0.59 0.55
4.84 4.87
2.70 2.70
e. Tingkat Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) (dalam persen) TAHUN 2011 2012 2013 2014 1 6.71 3.82 4.86 7.12 2 7.36 4.32 5.27 7.13 3 6.28 4.67 6.95 6.88 4 5.03 4.8 7.21 6.9 sumber: Bank Indonesia, 2011-2016
TRIWULAN
2015 6.65 6.66 7.1 7.1
2016 6.6 6.4
141
2. Variabel Dependen a. Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah (dalam persen) TAHUN 2011 2012 2013 2014 Mandiri Triwulan 1 6.16 5.24 4.85 4.37 Syariah Triwulan 2 5.67 5.87 4.79 4.74 Triwulan 3 5.8 5.56 4.19 4.52 Triwulan 4 5.04 5.18 4.47 4.59 Bukopin Triwulan 1 8.21 6.34 6.2 6.63 Syariah Triwulan 2 8.06 5.97 6.39 6.46 Triwulan 3 7.42 6.05 6.4 6.42 Triwulan 4 7.35 6.05 6.62 6.53 Mega Triwulan 1 5.87 5.63 5.00 4.67 Syariah Triwulan 2 5.74 5.55 4.83 4.63 Triwulan 3 5.41 5.00 4.24 4.35 Triwulan 4 4.95 4.95 5.04 4.67 BNI Triwulan 1 7.67 6.72 7.16 5.86 Syariah Triwulan 2 6.74 6.37 7.03 5.81 Triwulan 3 6.85 6.77 7.1 5.87 Triwulan 4 6.76 7.18 5.59 5.92 BCA Triwulan 1 6.04 5.65 5.37 5.44 Syariah Triwulan 2 5.92 5.66 5.39 5.08 Triwulan 3 5.93 5.91 5.47 5.45 Triwulan 4 5.92 5.46 5.47 5.44 BRI Triwulan 1 7.75 7.49 6.19 8.62 Syariah Triwulan 2 7.77 7.44 6.26 8.62 Triwulan 3 7.92 7.21 6.33 8.62 Triwulan 4 8.2 7.12 6.53 8.62 Panin Triwulan 1 7.17 5.54 5.07 4.63 Dubai Triwulan 2 6.25 5.03 5.00 4.95 Bank Triwulan 3 6.50 5.98 5.00 5.15 Syariah Triwulan 4 6.75 5.16 4.63 5.37 sumber: Laporan BUS, diolah 2011-2016 BANK
WAKTU
2015 4.85 3.73 3.94 4.59 6.48 6.61 6.55 6.65 4.66 4.66 4.63 4.07 5.04 4.92 4.84 5.00 5.3 5.44 5.44 5.44 7.87 7.53 7.41 7.35 4.96 5.20 5.28 5.28
2016 4.51 4.89
6.52 6.32
4.6 4.91
5.08 5.18
5.44 5.42
7.07 7.07
5.19 5.13
142
Lampiran 2. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas 14
Series: Residuals Sample 1 154 Observations 153
12 10 8 6 4 2
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-6.27e-16 -0.002813 0.454089 -0.398981 0.174361 0.270293 2.647725
Jarque-Bera Probability
2.654101 0.265259
0 -0.4
-0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
0.3
0.4
2. Uji Multikolinearitas
BI CAR FDR NPF SBIS
BI
CAR
FDR
NPF
SBIS
1.000000 -0.121096 -0.019032 0.139385 0.868458
-0.121096 1.000000 0.292437 -0.755685 -0.043808
-0.019032 0.292437 1.000000 -0.120915 -0.046110
0.139385 -0.755685 -0.120915 1.000000 0.128316
0.868458 -0.043808 -0.046110 0.128316 1.000000
sumber: hasil output Eviews 9.0 3. Uji Heteroskedastis a. Heteroskedastis Grafik 2.2 2.0
.6
1.8
.4
1.6
.2
1.4
.0 1.2 -.2 -.4 -.6 25
50 Residual
75
100 Actual
125
150
Fitted
143
b. Heteroskedatis Statistik (Metode White) Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
4.926783 21.95946 16.70046
Prob. F(5,147) Prob. Chi-Square(5) Prob. Chi-Square(5)
0.0003 0.0005 0.0051
sumber:hasil hasiloutput outputEviews 9.0 sumber: Eviews 9.0 c. Heteroskedatis White Rosbust Standard Error Dependent Variable: RETURN Method: Least Squares Date: 03/23/17 Time: 10:11 Sample: 1 154 Included observations: 153 Newey-West HAC Standard Errors & Covariance (lag truncation=4) Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
BI SBIS CAR FDR NPF C
-0.740162 0.259925 -0.035925 0.050752 0.009358 2.558826
0.371603 0.155377 0.056836 0.126951 0.020901 0.686048
-1.991806 1.672864 -0.632090 0.399773 0.447750 3.729804
0.0482 0.0965 0.5283 0.6899 0.6550 0.0003
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.073900 0.042400 0.177301 4.621055 50.63824 2.346021 0.044009
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
1.750000 0.181184 -0.583506 -0.464666 -0.535231 0.343840
sumber: hasil output Eviews 9.0 4. UJi Autokorelasi a. Autokorelasi Metode LM Test Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
163.3343 105.9649
Prob. F(2,145) Prob. Chi-Square(2)
0.0000 0.0000
sumber: hasil output Eviews 9.0
144
b. Autokorelasi Metode Diferensial Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
0.476665 0.999996
Prob. F(2,143) Prob. Chi-Square(2)
0.6218 0.6065
sumber: hasil output Eviews 9.0
145
Lampiran 3. Estimasi Model Data Panel 1. Common Effect Model (CEM) Dependent Variable: RETURN? Method: Pooled Least Squares Date: 03/21/17 Time: 10:48 Sample: 2011Q1 2016Q2 Included observations: 22 Cross-sections included: 7 Total pool (unbalanced) observations: 153 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C BI? SBIS? CAR? FDR? NPF?
2.558826 -0.740162 0.259925 -0.035925 0.050752 0.009358
0.554729 0.265013 0.154252 0.053684 0.111557 0.018662
4.612754 -2.792932 1.685060 -0.669196 0.454939 0.501479
0.0000 0.0059 0.0941 0.5044 0.6498 0.6168
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.073900 0.042400 0.177301 4.621055 50.63824 2.346021 0.044009
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
1.750000 0.181184 -0.583506 -0.464666 -0.535231 0.201170
sumber: hasil output Eviews 9.0 2. Fixed Effect Model (FEM) Dependent Variable: RETURN? Method: Pooled Least Squares Date: 03/21/17 Time: 11:10 Sample: 2011Q1 2016Q2 Included observations: 22 Cross-sections included: 7 Total pool (unbalanced) observations: 153 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C BI? SBIS? CAR? FDR? NPF? Fixed Effects (Cross) BCAS--C BMS--C BNIS--C BRIS--C BSB--C
2.602132 -0.545651 0.183481 0.073494 -0.077481 -0.011413
0.373454 0.147017 0.083244 0.033737 0.076988 0.015187
6.967754 -3.711483 2.204150 2.178432 -1.006405 -0.751501
0.0000 0.0003 0.0291 0.0310 0.3159 0.4536
-0.124059 -0.142597 0.061737 0.287347 0.167850
146
BSM--C PDBS--C
-0.142776 -0.112621 Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.745338 0.725471 0.094932 1.270713 149.4032 37.51589 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
1.750000 0.181184 -1.796120 -1.558438 -1.699570 0.685173
sumber: hasil output Eviews 9.0 3. Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests Pool: BANK Test cross-section fixed effects Effects Test
Statistic
Cross-section F Cross-section Chi-square
61.959730 197.529862
d.f.
Prob.
(6,141) 6
0.0000 0.0000
sumber: hasil output Eviews 9.0 4. Random Effect Model (REM) Dependent Variable: RETURN? Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 03/21/17 Time: 11:12 Sample: 2011Q1 2016Q2 Included observations: 22 Cross-sections included: 7 Total pool (unbalanced) observations: 153 Swamy and Arora estimator of component variances Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C BI? SBIS? CAR? FDR? NPF? Random Effects (Cross) BCAS--C BMS--C BNIS--C BRIS--C BSB--C
2.606896 -0.555375 0.186191 0.069106 -0.073187 -0.008962
0.379519 0.146676 0.083206 0.033463 0.076633 0.014899
6.868940 -3.786407 2.237712 2.065178 -0.955035 -0.601491
0.0000 0.0002 0.0267 0.0407 0.3411 0.5484
-0.113513 -0.142831 0.060931 0.282093 0.164139
147
BSM--C PDBS--C
-0.143678 -0.107141 Effects Specification S.D.
Cross-section random Idiosyncratic random
Rho
0.196703 0.094932
0.8111 0.1889
Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.196658 0.169333 0.094491 7.197106 0.000005
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
0.179666 0.103639 1.312499 0.662234
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
-0.043324 5.205980
Mean dependent var Durbin-Watson stat
1.750000 0.166958
sumber: hasil output Eviews 9.0 5. Uji Hausman Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: BANK Test cross-section random effects
Test Summary Cross-section random
Chi-Sq. Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
2.636629
5
0.7558
sumber: hasil output Eviews 9.0
148
Lampiran 4. Uji Statistik 1. Uji t Dependent Variable: RETURN? Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 03/21/17 Time: 11:12 Sample: 2011Q1 2016Q2 Included observations: 22 Cross-sections included: 7 Total pool (unbalanced) observations: 153 Swamy and Arora estimator of component variances Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C BI? SBIS? CAR? FDR? NPF? Random Effects (Cross) BCAS--C BMS--C BNIS--C BRIS--C BSB--C BSM--C PDBS--C
2.606896 -0.555375 0.186191 0.069106 -0.073187 -0.008962
0.379519 0.146676 0.083206 0.033463 0.076633 0.014899
6.868940 -3.786407 2.237712 2.065178 -0.955035 -0.601491
0.0000 0.0002 0.0267 0.0407 0.3411 0.5484
-0.113513 -0.142831 0.060931 0.282093 0.164139 -0.143678 -0.107141
sumber: hasil output Eviews 9.0
2. Uji F S.D. Cross-section random Idiosyncratic random
0.196703 0.094932
Rho 0.8111 0.1889
Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.196658 0.169333 0.094491 7.197106 0.000005
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
0.179666 0.103639 1.312499 0.662234
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
-0.043324 5.205980
Mean dependent var Durbin-Watson stat
1.750000 0.166958
sumber: hasil output Eviews 9.0
149
3. Koefisien Determinasi S.D. Cross-section random Idiosyncratic random
0.196703 0.094932
Rho 0.8111 0.1889
Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.196658 0.169333 0.094491 7.197106 0.000005
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
0.179666 0.103639 1.312499 0.662234
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
-0.043324 5.205980
Mean dependent var Durbin-Watson stat
1.750000 0.166958
sumber: hasil output Eviews 9.0
150