PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERANAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM RANGKA MENANGGAPI PANGGILAN SEBAGAI KATEKIS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh: Maria Jajar Anur Arsuma NIM: 111124016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada orangtuaku Bernadus Sudarisman dan Anna Tatik Haryati kembaranku Agnes Jajar Anur Umastuti, dan adikku Cicilia Novia Tri Risdiana yang selalu mendukung, menyertai serta selalu mendoakan dalam usaha dan perjuanganku selama kuliah, serta pihak-pihak lain yang selalu mendukung melalui kasih, doa, dan perhatian.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
“Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.”
(Ams 17:22)
“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya.”
(Pkh 3:11)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK Judul skripsi ini adalah PERANAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM RANGKA MENANGGAPI PANGGILAN SEBAGAI KATEKIS. Judul skripsi ini dipilih bertolak dari pengalaman penulis selama menjalankan dan mengalami proses dinamika perkuliahan di Prodi IPPAK. Pihak kampus memang benar-benar mendukung dan mempersiapkan mahasiswa untuk menjadi katekis. Hal demikian tampak dalam kegiatan-kegiatan yang melekat pada mata kuliah tertentu yang mengharuskan mahasiswa untuk terlibat langsung di tengah kehidupan jemaat. Namun demikian, penulis melihat masih banyak mahasiswa yang belum mampu menyadari akan panggilannya sebagai katekis. Bahkan ada beberapa mahasiswa yang masih menyangkal diri tidak mau menjadi katekis atau guru agama. Hal ini disebabkan karena motivasi dan tujuan kuliah di Prodi IPPAK hanya sebatas tuntutan atau pilihan jurusan yang ditentukan oleh orangtua, semata-mata hanya ingin kuliah, ingin mempunyai status, dsb. Kurangnya kesadaran diri dan motivasi yang kuat ini mempengaruhi para calon katekis dalam menjalankan proses kuliahnya dan keterlibatannya dalam kehidupan menggereja. Kegiatan hidup menggereja merupakan hal yang amat penting dalam kehidupan calon katekis. Untuk mengetahui kontribusi kegiatan hidup menggereja penting bagi calon katekis, penulis tempuh dengan mengadakan penelitian di lapangan. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa Prodi IPPAK tahun ajaran 2015/2016 pada angkatan 2010 dan 2011. Alasan penulis memilih mahasiswa angkatan 2010 dan 2011 karena mereka telah menempuh dan mengalami keseluruhan proses dinamika perkuliahan di Prodi IPPAK dengan melaksanakan semua mata kuliah praktek yang diprogramkan oleh kampus. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa kegiatan hidup menggereja memberikan kontribusi bagi mahasiswa-mahasiswi yang secara khusus mereka terbantu dalam menanggapi panggilannya sebagai katekis dan semakin dikembangkan dalam iman. Namun demikian, berdasarkan pengakuan mereka ada sejumlah mahasiswa-mahasiswi belum menghayati sungguh-sungguh panggilannya sebagai katekis walaupun mereka sudah mengalami keseluruhan proses dinamika perkuliahan yang diprogramkan oleh kampus. Mengingat mahasiswa Prodi IPPAK merupakan calon-calon katekis dan akan menjadi seorang katekis, kemantapan dan penghayatan akan panggilan dan perannya dalam kehidupan menggereja sangat penting. Untuk itu pada akhir penulisan ini, penulis mengusulkan kegiatan rekoleksi bagi mahasiswa-mahasiswi tingkat akhir sebagai upaya meningkatkan kesadaran akan panggilan dan perannya sebagai calon katekis dalam kehidupan menggereja.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT The title of this thesis is THE ROLE OF THE CATHOLIC RELIGIUS EDUCATION STUDENTS INVOLVEMENT IN CHURCH LIFE TO RESPOND THE CALLING AS CATECHISTS. This title was chosen based on the author's experiences the study in the dynamics of the process of studying in Catholic Religious Education Study Program department. The campus is really supportive and prepares the students to become catechists. Its thuss appears in the activities inherent to the specific courses that require students to engage directly in the center of community life. Nevertheless, the authors still believes that many students have not been able to realize the vocation as catechists. Even some students who still deny themselves do not want to become catechists or teachers. This is due to their motivation in studying in study on the this study program only limited to the demand or the choice of majors that are determined by parents, and merely wante to study to have status, etc. Lack of self-awareness and a strong motivation affects prospective catechists in talking parts in the college process and involvement in church life. Church life activities are very important in the life of the prospective catechists. To determine the contribution of church life is important for prospective catechists, by conducting a research in the field. The study was conducted by distributing questionnaire to the students of the academic year 2015/2016 batch 2010 and 2011. The reason the author chose these batch of 2010 and 2011 was because they have been through and experienced the whole process of dynamic lectures in The Study Program to implement all practical courses programmed by the study program. Based on the research, the data showed that activity church life contributes to the students in responding to their calling as catechists and further developing the faith. However, based on the research data a number of the students do not appreciate the earnest vocation as catechists even though they have experienced the whole process of dynamic lectures programmed by the study program. Remembering that the students are candidates of catechists and will become catechists, stability and appreciation will of calling play a role in life and this is very important in church life. The author proposes a recollection of activities for the students of final year as an effort to increase awareness of the calling and its role as catechist candidates in the church life.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Bapa Yang Mahabaik, karena berkat kasih setiaNya dan penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul PERANAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM RANGKA MENANGGAPI PANGGILAN SEBAGAI KATEKIS. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan kuliah dan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis dengan setulus hati mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1.
Bapak Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd., selaku dosen pembimbing utama, yang telah memberikan perhatian, memberi sumbangan pemikiran, bersedia meluangkan waktu, membimbing penulis dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2.
Romo Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J., selaku Dosen Pembimbing Akademik (DPA) sekaligus dosen penguji kedua, yang telah membantu, mengarahkan serta memotivasi penulis selama perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini.
3.
Romo Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A., selaku dosen penguji ketiga, yang telah berkenan menguji serta memotivasi penulis selama menjalani kuliah di Prodi PAK dan dalam penyelesaian skripsi ini. x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.
Romo Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed., selaku Kaprodi, yang telah mengijinkan penulis melaksanakan penelitian di Prodi PAK.
5.
Segenap romo, bapak, dan ibu dosen, serta karyawan-karyawati Prodi PAKUSD Yogyakarta yang telah memberikan dukungan, semangat dan motivasi kepada penulis sehingga lancar dalam menyelesaikan kuliah.
6.
Orangtua, adik, serta keluarga besar penulis, yang selalu mendukung, mendoakan, dan memberi semangat kepada penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini.
7.
Segenap teman-teman responden mahasiswa angkatan 2010 dan 2011 yang telah bersedia membantu penulis memperoleh data dengan mengisi kuesioner penelitian.
8.
Teman-teman angkatan 2011 yang selalu memberi dorongan, semangat dan perhatian kepada penulis selama kuliah, berjuang dan melangkah bersama.
9.
Sahabatku (Sr. Festina Asnawati Mendrόfa. Sr. Emiliana Takndare, Sr. Margareta Danawati, Stefanie Bui Moron, dan Theresia Sri Rahayu) yang selalu memberi semangat, mengingatkan, dan setia menemani penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
10. Ade Mardiana yang setia menemani, selalu mengingatkan, memberi semangat, dan membantu penulis selama kuliah sampai menyelesaikan skripsi ini. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selama ini dengan tulus telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv HALAMAN MOTTO .........................................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................... vii ABSTRAK .......................................................................................................... viii ABSTRACT ..........................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................
x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ...............................................................................................xviii DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xix BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................
1
A. Latar Belakang .....................................................................................
1
B. Rumusan Masalah .................................................................................
6
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................
6
D. Manfaat Penulisan .................................................................................
6
E. Metode Penulisan ..................................................................................
7
F. Sistematika Penulisan ...........................................................................
7
BAB II. PANGGILAN SEBAGAI KATEKIS DAN KETERLIBATAN KATEKIS DALAM HIDUP MENGGEREJA .....................................
9
A. Katekis sebagai Panggilan Allah ..........................................................
9
1. Pengertian Panggilan ........................................................................ 10 2. Pengertian Panggilan menurut Kitab Suci ....................................... 10 3. Pengertian Panggilan sebagai Katekis.............................................. 12 B. Peran Seorang Katekis .......................................................................... 13 C. Spiritualitas Katekis .............................................................................. 15 1. Keterbukaan terhadap Tuhan, Gereja dan Dunia ............................. 16 xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Keterbukaan terhadap Allah Tritunggal ...................................... 16 b. Keterbukaan terhadap Gereja ...................................................... 16 c. Keterbukaan terhadap Dunia ....................................................... 17 2. Keutuhan dan Keaslian Hidup.......................................................... 18 3. Semangat Misioner ........................................................................... 18 4. Devosi Kepada Bunda Maria ........................................................... 19 D. Katekis dalam Hidup Menggereja ........................................................ 19 1. Dinamika Hidup Menggereja ........................................................... 20 a. Pewartaan (Kerygma) .................................................................. 21 b. Liturgi (Liturgi) ........................................................................... 21 c. Persekutuan (Koinonia) ............................................................... 22 d. Pelayanan (Diakonia) .................................................................. 23 2. Keterlibatan Katekis dalam Hidup Menggereja ............................... 23 a. Keterlibatan Katekis dalam Tugas Pewartaan Kabar Gembira (Kerygma) ..................................................................... 24 b. Keterlibatan Katekis dalam Perayaan Iman (Liturgi) .................. 31 c. Keterlibatan Katekis dalam Persekutuan Orang Beriman (Koinonia).................................................................................... 32 d. Keterlibatan Katekis dalam Pelayanan Iman (Diakonia) ............ 33 BAB III. PENELITIAN TENTANG PERANAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK ............................................................................ 34 A. Gambaran Umum Prodi IPPAK........................................................... 34 1. Sejarah Singkat Prodi IPPAK .......................................................... 34 2. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Prodi IPPAK .................................. 37 3. Beberapa Bentuk Kegiatan dan Perkuliahan Mahasiswa Prodi IPPAK untuk Memupuk Panggilan sebagai Katekis........................ 39 a. Pembinaan Spiritualitas ............................................................... 40 b. Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Pradnyawidya ......................... 41 c. Dirigen ......................................................................................... 42 d. Pendidikan Iman Anak (PIA) ...................................................... 43 e. PPL PAK Pendidikan Dasar ........................................................ 44 xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
f. PPL Pendidikan Menengah ......................................................... 44 g. PPL PAK Paroki .......................................................................... 45 h. PPL Pendidikan Kader ................................................................ 45 i. KBP (Karya Bakti Paroki) ........................................................... 46 B. Metodologi Penelitian ........................................................................... 46 1. Latar Belakang Penelitian ................................................................ 46 2. Rumusan Permasalahan.................................................................... 48 3. Tujuan Penelitian.............................................................................. 48 4. Manfaat Penelitian............................................................................ 49 5. Jenis Penelitian ................................................................................. 49 6. Variabel Penelitian ........................................................................... 50 7. Instrumen Penelitian ......................................................................... 51 8. Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................... 51 9. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 52 10. Teknik Analisis Data ........................................................................ 52 C. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian ........................................... 53 1. Identitas dan Latar Belakang Responden ........................................ 53 2. Pemahaman Tentang Panggilan sebagai Katekis ............................ 56 a. Laporan Hasil Penelitian Pemahaman Tentang Panggilan sebagai Katekis ............................................................................ 58 b. Pembahasan Hasil Penelitian Pemahaman Tentang Panggilan sebagai Katekis ............................................................................ 60 3. Pemahaman dan Peranan Hidup Menggereja bagi Panggilan sebagai Katekis ................................................................................. 62 a. Laporan Hasil Penelitian Pemahaman dan Peranan Hidup Menggereja bagi Panggilan sebagai Katekis ............................... 64 b. Pembahasan Hasil Penelitian Pemahaman dan Peranan Hidup Menggereja bagi Panggilan sebagai Katekis ............................... 65 4. Macam-macam Hidup Menggereja dan Program Kurikuler yang Mendukung Keterlibatan Hidup Menggereja ................................... 67 a. Laporan Hasil Penelitian Macam-macam Hidup Menggereja dan Program Kurikuler yang Mendukung Keterlibatan Hidup Menggereja .................................................................................. 69 xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Pembahasan Hasil Penelitian Macam-macam Hidup Menggereja dan Program Kurikuler yang Mendukung Keterlibatan Hidup Menggereja .................................................. 72 5. Bidang Karya Katekis dalam Rangka Pelayanan Hidup Menggereja ...................................................................................... 73 a. Laporan Hasil Penelitian Bidang Karya Katekis dalam Rangka Pelayanan Hidup Menggereja...................................................... 76 b. Pembahasan Hasil Penelitian Bidang Karya Katekis dalam Rangka Pelayanan Hidup Menggereja ........................................ 79 6. Usulan Kegiatan yang Dapat Mendukung Panggilan sebagai Katekis .............................................................................................. 82 D. Kesimpulan Hasil Penelitian ................................................................ 83 BAB IV.USULAN KEGIATAN REKOLEKSI BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KESADARAN AKAN PANGGILAN DAN PERANNYA SEBAGAI KATEKIS ......................................... 87 A. Latar Belakang Kegiatan....................................................................... 87 B. Rumusan Tema dan Tujuan .................................................................. 88 C. Peserta ................................................................................................... 89 D. Waktu Pelaksanaan ............................................................................... 90 E. Model Pelaksanaan ............................................................................... 90 F. Matriks Program Kegiatan Rekoleksi ................................................... 92 G. Contoh Persiapan Kegiatan Rekoleksi Sesi III ..................................... 95 BAB V. PENUTUP ............................................................................................. 107 A. Kesimpulan ........................................................................................... 107 B. Saran ..................................................................................................... 109 1. Bagi Seluruh Mahasiswa Prodi IPPAK ........................................... 109 2. Bagi Prodi IPPAK ........................................................................... 110 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 111
LAMPIRAN ........................................................................................................ 113 Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian ................................................................. (1) Lampiran 2: Contoh Kuesioner .................................................................... (2) xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3: Contoh Isian Kuesioner ........................................................... (8) Lampiran 4: Cerita “Keinginan menjadi Kristen Katolik” .......................... (16) Lampiran 5: Lagu “Kau Dipanggil Tuhan” ................................................. (17) Lampiran 6: Lagu “Bimbinglah Aku, Tuhanku” ......................................... (18)
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1:
Variabel Penelitian…………………………………………….
50
Tabel 2:
Identitas dan Latar Belakang Responden (N=40)……………..
54
Tabel 3:
Pemahaman Tentang Panggilan sebagai Katekis (N=40)……..
56
Tabel 4:
Pemahaman dan Peranan Hidup Menggereja bagi Panggilan sebagai Katekis (N=40)………………………………………..
62
Macam-macam Hidup Menggereja dan Program Kurikuler yang Mendukung Keterlibatan Hidup Menggereja (N=40)…...
68
Bidang Karya Katekis dalam Rangka Pelayanan Hidup Menggereja (N=40)………………………………………........
74
Usulan Kegiatan yang Dapat Mendukung Panggilan sebagai Katekis (N=40)………………………………………………...
82
Tabel 5: Tabel 6: Tabel 7:
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departmen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja AA:
Apostolicam Actuositatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awam, 7 Desember 1965.
AG:
Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kegiatan Misioner Gereja, 7 Desember 1965.
CT:
Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang Katekese Masa Kini, 16 Oktober 1979.
EN:
Evangelii Nuntiandi, Imbauan Apostolik Bapa Suci Paulus VI tentang Karya Pewartaan Injil pada Jaman Modern, 8 Desember 1975.
KHK: Kitab Hukum Kanonik (Codex luris Canonici), diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II, 25 Januari 1983. LG:
Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja, 21 November 1964. xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Singkatan Lain AKKI
: Akademik Kateketik Katolik Indonesia
Art
: Artikel
Bdk
: Bandingkan
Depdikbud
: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
DIY
: Daerah Istimewa Yogyakarta
Dsb
: Dan sebagainya
FIPA
: Fakultas Ilmu Pendidikan Agama
FKIP
: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
IPTEK
: Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Kan
: Kanon
Komkat
: Komisi Kateketik
KWI
: Konferensi Waligereja Indonesia
LPTK
: Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
Mendikbud
: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
OSMARU
: Orientasi Mahasiswa Baru
PAK
: Pendidikan Agama Katolik
PNS
: Pegawai Negeri Sipil
Prodi
: Program Studi
PS
: Puji Syukur
PSM
: Paduan Suara Mahasiswa
SD
: Sekolah Dasar
SJ
: Serikat Jesus
STFK
: Sekolah Tinggi Filsafat Kateketik
UKM
: Unit Kegiatan Mahasiswa
USD
: Universitas Sanata Dharma xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Peristiwa Pentakosta menjadi peristiwa pertobatan orang-orang yang berada di kota Yerusalem dengan menyediakan diri untuk dibaptis dan menjadi pengikut Kristus. Mereka datang dari berbagai bangsa di bawah kolong langit (Kis 2:1-13) untuk menerima pembaptisan dari para rasul. Jumlah orang yang menyediakan diri untuk dibaptis pada hari itu sangat banyak, jumlahnya kira-kira bertambah tiga ribu jiwa (Kis 2:41). Dengan bertambahnya umat yang dibaptis pada saat itu, maka dibutuhkan pula para pelayan/murid untuk menjamin iman mereka. Seiring dengan perkembangan zaman, umat kristiani juga mengalami perkembangan yang sangat luar biasa di berbagai penjuru dunia. Pada awalnya umat kristiani mendapat pelayanan dari kaum klerus, biarawan/biarawati, dan imam. Tetapi dengan melihat situasi semakin bertambahnya jumlah umat kristiani tersebut, maka sangat dibutuhkan tambahan sebagai pelayan pastoral untuk membantu mendampingi umat. Dengan demikian keterlibatan kaum awam sangatlah diharapkan. Salah satu bentuk keterlibatan kaum awam Konsili Vatikan II menegaskan: Jadi kaum beriman kristiani, yang berkat baptis telah menjadi anggota Tubuh Kristus, terhimpun menjadi umat Allah, dengan cara mereka sendiri ikut mengemban tugas imamat, kenabian, dan rajawi Kristus, dan dengan demikian sesuai dengan kemampuan mereka melaksanakan persatuan segenap umat kristiani dalam Gereja dan di dunia (LG, art. 31).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Berkat Sakramen Permandian kaum awam dipanggil untuk mengambil bagian dalam tugas perutusan Yesus Kristus, yakni sebagai imam, nabi, dan raja (Prasetya, 2007: 21). Salah satu wujud nyata dari keterlibatan kaum awam dalam pelayan pastoral adalah menjadi seorang katekis. Dalam praktek misi yang sebenarnya, panggilan katekis bersifat khusus, yakni untuk tugas katekese dan umum, untuk bekerja sama dalam pelayanan kerasulan apa saja yang berguna untuk membangun Gereja (Komisi Kateketik KWI, 1997: 15). Ada bermacammacam bentuk pelayanan sabda, salah satunya adalah katekese. Telaumbanua (1999: 5) menyatakan katekese adalah usaha-usaha dari pihak Gereja untuk menolong umat agar semakin memahami, menghayati, dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam katekese terdapat unsur pewartaan, pengajaran, pendidikan, pendalaman, pembinaan, pengukuhan serta pendewasaan dengan maksud menghantar umat yang lain memasuki kepenuhan hidup Kristen. Sebagai salah satu bentuk pelayanan sabda, kegiatan katekese senantiasa menyentuh seluruh kalangan jemaat, mulai dari anak-anak, kaum muda, dan orang-orang dewasa dalam iman (CT, art. 18). Dalam prosesnya, katekese selalu mengalami tantangan dan katekese juga perlu ada pembaharuan yang bersifat terus-menerus agar proses katekese tidak kehilangan rohnya. Pelaku sekaligus pewarta sabda Allah dalam proses katekese ini disebut dengan katekis. Menengok sejenak sejarah perkembangan Gereja pada zaman Konsili Vatikan I, Gereja belum melibatkan jemaat dalam karya pelayanan pastoral. Gereja masih mementingkan kesatuan organisatoris dan menekankan aspek organisasi Gereja. Gereja masih dipahami bersifat piramidal, menempatkan Hierarki pada posisi di atas seluruh umat beriman Katolik. Seperti yang diketahui bahwa segala macam bentuk pelayanan pastoral hanya dilakukan oleh kaum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
berjubah (Prasetya, 2007: 14). Konsep Gereja yang demikian sangat mempengaruhi proses katekese yang terjadi di tengah kehidupan jemaat. Dalam perkembangan zaman selanjutnya, Gereja mulai membuka diri kepada seluruh umat beriman. Maka muncullah suatu gerakan yang terwujud dalam bentuk Konsili Vatikan II. Gereja sekarang lebih-lebih dipahami sebagai kesatuan iman yang dibangun bersama-sama oleh seluruh umat beriman Katolik. Setelah Konsili Vatikan II, patut disyukuri bahwa Gereja bukan lagi dipahami sebagai kesatuan organisatoris dan bersifat yuridis, tetapi Gereja lebih sebagai kesatuan iman yang dibangun bersama-sama oleh seluruh umat beriman Katolik sehingga kehidupan dan perkembangan Gereja Katolik sungguh menjadi tugas dan tanggungjawab bersama, yang secara khusus bagi kaum awam, yaitu katekis. Kinerja atau tugas para katekis pertama-tama pada bidang kerygma atau pewartaan. Katekis perlu menyadari bahwa tugas yang dipercayakan kepadanya itu adalah perintah Yesus sendiri yaitu “Pergilah jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Mat 28:19-20). Dalam Injil Markus 16:15-16 Yesus memerintahkan: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.” Adapun bentuk-bentuk nyata tugas pewartaan yang dilakukan oleh katekis adalah berkatekese, berbagi pengalaman hidup kristiani, dan penghayatan hidup beriman (AG, art. 15). Perlu disadari bahwa pembentukan kepribadian seorang katekis selama masa pendidikan sangatlah penting sebab dalam pewartaan Sabda tidak cukup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
hanya memiliki pengetahuan yang tinggi, tetapi menuntut juga kesaksian hidup dan penghayatan iman pribadi seorang katekis. Pembinaan pribadi sebagai pewarta dapat dikembangkan terus menerus melalui kehidupan rohaninya. Percuma saja apabila seorang pewarta pandai dan berpengetahuan tinggi tetapi kehidupan rohaninya kurang karena dapat mempengaruhi pelayanannya dan bahkan tidak dapat memenuhi kebutuhan dan harapan umat pada masa kini. Dengan cara-cara dan usaha membina diri itulah, seorang katekis akan sanggup mencerminkan Sabda yang diwartakannya dan bukannya mengutamakan ilmu pengetahuan yang dimilikinya (Komisi Kateketik Keuskupan Padang, 1988: 7). Berdasarkan pengalaman penulis selama mengikuti dinamika atau perkuliahan di Prodi IPPAK-USD, memang pihak kampus benar-benar mendukung dan mempersiapkan mahasiswa untuk menjadi katekis, tetapi penulis menyadari bahwa untuk menjawab panggilan hidup ini tidak mudah dan membutuhkan proses yang panjang. Di mana sebagai seorang katekis harus mampu berdinamika dan terlibat langsung di tengah kehidupan umat. Di Prodi IPPAK, mahasiswa tidak hanya dibekali pengetahuan saja, melainkan juga diberi kesempatan untuk terjun dan terlibat langsung di tengah kehidupan umat, baik dalam kegiatan di lingkungan maupun dalam kegiatan lingkup paroki. Melalui kegiatan-kegiatan itulah para calon katekis berhadapan langsung dengan realita kehidupan umat dan mulai mengetahui situasi kehidupan umat. Dalam berproses bersama dengan umat, para calon katekis juga tidak mungkin langsung terampil terlibat dalam semua kegiatan. Proses demi proses pasti harus dilaluinya. Misalnya dalam kegiatan pendalaman iman di lingkungan, awalnya para calon katekis hanya menjadi peserta saja, lalu lama-kelamaan mulai terlibat dari hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
yang sederhana misalnya memimpin doa, memimpin lagu, membacakan bacaan Kitab Suci, memberi renungan atau peneguhan, dsb. Melalui pengalaman dari hal yang sederhana itulah, para calon katekis dapat belajar serta mempunyai keberanian untuk memimpin secara penuh kegiatan tersebut. Walaupun Prodi IPPAK sudah membantu mempersiapkan para calon katekis sedemikian rupa, tetapi penulis melihat masih banyak mahasiswa yang belum mampu menyadari akan panggilannya sebagai katekis. Bahkan ada beberapa dari mahasiswa yang masih menyangkal diri tidak mau menjadi katekis atau guru agama. Hal ini disebabkan karena motivasi dan tujuan kuliah di Prodi IPPAK hanya sebatas tuntutan atau pilihan jurusan yang ditentukan oleh orangtua, semata-mata hanya ingin kuliah, ingin mempunyai status, dsb. Kurangnya kesadaran diri dan motivasi yang kuat ini mempengaruhi para calon katekis dalam keterlibatannya di kegiatan hidup menggereja, seperti malas terlibat dalam kegiatan lingkungan, kegiatan gereja, malas pergi ke gereja bahkan doa-doa secara pribadi. Situasi ini sungguh memprihatinkan karena seharusnya sebagai calon katekis mampu menjadi panutan yang dapat diteladani oleh umat kristiani lainnya dan melihat perannya yang besar di kegiatan hidup menggereja. Disadari bahwa kesadaran akan panggilan sebagai pewarta tidak bisa dilepaskan dari keterlibatan hidup menggereja. Atas dasar itu, penulis tertarik untuk menuliskan skripsi dengan judul PERANAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA
BAGI
MAHASISWA
PROGRAM
STUDI
ILMU
PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM RANGKA MENANGGAPI PANGGILAN SEBAGAI KATEKIS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan panggilan katekis dalam konteks hidup menjemaat? 2. Apa yang dimaksud dengan hidup menggereja? 3. Sejauhmana mahasiswa Prodi IPPAK sudah terlibat dalam hidup menggereja guna menanggapi panggilannya sebagai katekis? 4. Apa peranan kegiatan hidup menggereja bagi mahasiswa IPPAK dalam proses menanggapi panggilan sebagai katekis?
C. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan-rumusan masalah di atas, dapat dirumuskan tujuan sebagai berikut: 1. Menjelaskan pengertian panggilan katekis beserta tugas dan tanggung jawabnya. 2. Menjelaskan pengertian hidup menggereja. 3. Menguraikan bentuk-bentuk keterlibatan hidup menggereja mahasiswa dalam rangka menanggapi panggilannya sebagai katekis. 4. Menerangkan peranan kegiatan hidup menggereja bagi proses menanggapi panggilan sebagai katekis.
D. Manfaat Penulisan Berdasarkan pemaparan tujuan di atas, manfaat-manfaat yang dapat diambil sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1. Bagi mahasiswa IPPAK Penulisan ini dapat menjadi masukan guna meningkatkan keterlibatan hidup menggereja bagi mahasiswa agar semakin memantapkan dalam menanggapi panggilannya sebagai katekis.
2. Bagi penulis Mengkondisikan penulis untuk mampu berpikir secara kritis dan sistematis dalam menuangkan gagasan secara jelas dan baik. Menambah pengetahuan serta wawasan mengenai pentingnya terlibat dalam hidup menggereja sehingga penulis semakin dimantapkan untuk menjadi seorang katekis.
3. Bagi Prodi IPPAK Prodi IPPAK semakin menyadari pentingnya memberi support dan pendampingan sejak dini kepada mahasiswa melalui proses-proses kegiatan kuliah dalam rangka memupuk panggilan sebagai katekis.
E. Metode Penulisan Dalam penulisan ini metode yang dipakai adalah deskriptif analisis yaitu mengambil data melalui kuesioner dan studi pustaka, kemudian data tersebut dianalisis, ditarik suatu kesimpulan serta merancang suatu program kegiatan rekoleksi sebagai upaya meningkatkan kesadaran mahasiswa akan panggilan dan perannya dalam kegiatan hidup menggereja.
F. Sistematika Penulisan Sebagai gambaran umum tentang hal apa saja yang akan dibahas di dalam penulisan skripsi ini, berikut adalah sistematika penulisan skripsi ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Bab I merupakan pendahuluan yang berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan skripsi secara keseluruhan. Bab II penulis menguraikan panggilan sebagai katekis dan keterlibatan katekis dalam hidup menggereja. Penulis membagi bab ini menjadi empat bagian antara lain katekis sebagai panggilan Allah, peran seorang katekis, spiritualitas katekis, dan katekis dalam hidup menggereja. Bab III penulis menguraikan penelitian tentang peranan keterlibatan hidup menggereja bagi mahasiswa program studi ilmu pendidikan kekhususan pendidikan agama katolik. Untuk menjelaskan bab ini, penulis membagi menjadi empat bagian antara lain gambaran umum Prodi IPPAK, metodologi penelitian, laporan dan pembahasan hasil penelitian, dan kesimpulan hasil penelitian. Bab IV menguraikan latar belakang usulan kegiatan rekoleksi bagi mahasiswa IPPAK sebagai upaya meningkatkan kesadaran akan panggilan dan perannya sebagai katekis, rumusan tema dan tujuan, peserta kegiatan, waktu pelaksanaan, model pelaksanaan, matriks program kegiatan rekoleksi, dan contoh persiapan kegiatan rekoleksi sesi III. Bab V merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran. Dalam bab ini penulis memberikan kesimpulan atas keseluruhan isi skripsi ini. Di samping itu, penulis juga memberikan saran untuk seluruh mahasiswa Prodi IPPAK dan Prodi IPPAK.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II PANGGILAN SEBAGAI KATEKIS DAN KETERLIBATAN KATEKIS DALAM HIDUP MENGGEREJA
Konsili Vatikan II yang diselenggarakan pada tahun 1962-1965, merupakan salah satu tonggak sejarah bagi Gereja dalam memasuki era baru. Melalui Konsili Vatikan II, Gereja mulai membuka pintu dan jendela lebar-lebar sehingga dapat melihat dunia secara lebih luas. Begitu juga sebaliknya, Gereja menerima masukkan-masukkan dari dunia. Dengan diadakannya Konsili Vatikan II Gereja mengalami penyegaran dan pembaharuan. Salah satu hasil dari penyegaran dan pembaharuan Konsili Vatikan II adalah dekrit tentang Kerasulan Awam (Apostolicam Actuositatem) yang berisikan ajaran Gereja tentang kaum awam dalam tugas sebagai pewarta Kabar Gembira. Kita patut bersyukur juga dengan adanya penyegaran dan pembaharuan Konsili Vatikan II, Gereja tidak lagi dipahami sebagai kesatuan organisatoris dan bersifat yuridis, tetapi sekarang Gereja dipahami sebagai paguyuban umat beriman akan Yesus Kristus. Paguyuban umat beriman inilah yang disebut Umat Allah. Umat Allah adalah semua orang beriman, yang karena satu Tuhan, satu iman, satu baptisan (Ef 4:5) mempunyai martabat yang sama untuk mengambil bagian dalam tugas imamat, kenabian dan rajawi Yesus Kristus (Prasetya, 2007: 15).
A. Katekis sebagai Panggilan Allah Kaum awam yang diutus oleh Allah untuk terlibat dalam kegiatan mewartakan Kabar Gembira, biasanya disebut katekis. Sebagai katekis, ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
memenuhi misi khususnya yaitu mewartakan Kabar Gembira dan menyampaikan ajaran Katolik yang berpusatkan pada diri dan pribadi Yesus Kristus, yang tampak dalam sabda dan karya-Nya (Prasetya, 2007: 30). Sebagai kaum awam yang telah menerima perutusan dari Allah, diharapkan mau mengambil bagian juga dalam tugas perutusan Yesus Kristus sebagai imam, nabi, dan raja (Prasetya, 2007: 21). Mengambil
bagian
dalam
imamat
Kristus
dapat
diwujudkan
dalam
keterlibatannya di kegiatan liturgi dan peribadatan, mengambil bagian dalam kenabian Kristus diwujudkan melalui keterlibatannya dalam kegiatan pewartaan, dan mengambil bagian dalam rajawi Kristus diwujudkan dalam kegiatan penggembalaan anggota Gereja (Prasetya, 2007: 22). Dalam menguraikan katekis sebagai panggilan Allah, penulis membagi pembahasan ke dalam tiga bagian yang meliputi: pengertian panggilan, pengertian panggilan menurut Kitab Suci dan pengertian panggilan sebagai katekis.
1.
Pengertian Panggilan Panggilan berasal dari kata memanggil (vocatio, vocare) yang artinya
masuklah seorang yang memanggil serta yang dipanggil, dan isi atau tujuan mengapa orang dipanggil. Yang memanggil ialah Allah sendiri, dan manusia yang menerima panggilan itu. Panggilan dapat dipahami sebagai undangan Allah kepada manusia supaya menyerahkan diri seluruhnya kepada pengabdian Ilahi (Beding, 1962: 5). Panggilan tersebut menunjukkan hasrat dan keinginan seseorang untuk mengabdikan hidupnya dalam pelayanan Allah.
2.
Pengertian Panggilan menurut Kitab Suci Dalam bukunya Dister (1987: 122-125) menguraikan mengenai panggilan
menurut Kitab Suci. Yesus mewartakan Kerajaan Allah kepada semua orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Dengan demikian, kita semua dipanggil-Nya mengikuti Dia yang sendiri merupakan “jalan, kebenaran, dan hidup” (Yoh 14:6). Meskipun banyak yang dipanggil, namun hanya sedikit yang dipilih (Mat 22:14). Cara yang Yesus lakukan pertama kali yaitu mengumpulkan para murid bukan mereka yang memilih Dia, tetapi Yesus sendirilah yang memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya (Mrk 3:13). Para rasul mengambil bagian dalam hidup Yesus maupun dalam tugas-Nya, seperti kita baca dalam Injil Mrk 3:14 “Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil.” Sebagai utusan, para rasul juga diberi kuasa yang besar yakni “Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan” (Mat 10:1). Segala sesuatu harus ditinggalkan untuk mengikuti Yesus yang memanggil orang menjadi “murid”-Nya, menjadi pembantu-Nya dalam mewartakan Kerajaan Allah (Mrk 1:17-20; 2:14). Setelah Yesus wafat di kayu salib, bangkit dan terangkat ke surga, para rasul baru menjalankan tugas panggilannya yaitu mewartakan Injil (Dister, 1987: 125-126). Para nabi dan para rasul mendapat panggilan, tugas dan tujuan yang sama yaitu mewartakan karya keselamatan Allah. Pewartaan yang dilakukan para nabi dan para murid bertujuan untuk membangun Kerajaan Allah di bumi yang tampak dalam Gereja Kristus. Berdasarkan uraian panggilan para nabi dan para rasul, dapat disimpulkan bahwa pengertian panggilan adalah ajakan dari Allah yang ditujukan kepada manusia yang dipilih-Nya untuk masuk dan terlibat dalam tugas Gereja yaitu mewartakan karya keselamatan Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
3.
Pengertian Panggilan sebagai Katekis Kata katekis berasal dari kata dasar katechein yang mempunyai beberapa
arti: mengomunikasikan, membagi informasi, dan mengajarkan hal-hal yang berkaitan dengan iman (Indra Sanjaya, 2011: 16). Katekis adalah seorang awam yang dipilih secara khusus oleh Gereja untuk memperkenalkan Kristus kepada mereka yang belum mengenal-Nya sehingga menumbuhkan rasa cinta kepadaNya sampai pada mereka mengikuti-Nya (Komisi Kateketik KWI, 1997: 17). Katekis adalah orang-orang yang dalam semangat Roh melibatkan diri dalam perluasan dan perwujudan Kerajaan Allah yang menjadi inti dari pewartaan Kristus (Komisi Kateketik KWI, 2005: 99). Komisi Kateketik KWI (2005: 133) mengartikan katekis adalah orang beriman yang dipanggil secara khusus oleh Allah serta mendapat penugasan dari Gereja melalui missio canonika (tugas perutusan) dari Gereja terutama dalam karya
pewartaan
Gereja
untuk
memperkenalkan,
menumbuhkan,
dan
mengembangkan iman umat di sekolah dan dalam komunitas basis, baik teritorial maupun kategorial. Sedangkan dalam KHK, kan. 785 dikatakan bahwa katekis adalah umat beriman kristiani awam yang sungguh-sungguh dibina dan unggul dalam kehidupan kristianinya, mereka itu di bawah bimbingan seorang misionaris, mencurahkan tenaganya di dalam pewartaan ajaran Injil dan dalam perayaanperayaan liturgi serta karya amal kasih. Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa panggilan sebagai katekis adalah orang beriman kristiani yang dipilih dan dipanggil oleh Allah sendiri untuk melibatkan diri dalam perluasan dan perwujudan Kerajaan Allah, melalui tugas dari Gereja yang dipercayakan kepadanya yakni dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
memperkenalkan Kristus melalui pewartaan ajaran Injil dan dalam perayaan liturgi serta dalam karya amal kasil, sehingga dapat menumbuhkan dan mengembangkan iman umat baik dalam komunitas basis, teritorial maupun kategorial.
B. Peran Seorang Katekis Seorang katekis yang menyadari panggilannya tentu akan menyadari pula perannya dalam Gereja. Penulis melihat ada lima peran katekis dalam Gereja yang terlibat dalam perwujudan dan perluasan Kerajaan Allah di dunia. Dalam bukunya Komisi Kateketik KWI (2005: 99-100) menyatakan bahwa: Peran katekis yang pertama adalah berkatekese, artinya mewartakan visi communio yang dikehendaki Allah bagi umat manusia dan mencari langkah-langkah konkrit untuk mewujudkan communio tersebut. Katekis yang benar adalah orang Kristen yang menghayati secara sungguhsungguh kekristenannya sebagai bagian dari upaya Allah mewujudkan communio. Dalam mewartakan visi, ia berperan mewartakan Yesus Kristus, baik bagi orang yang belum beriman maupun orang yang sudah beriman kepada-Nya. Mewartakan Yesus Kristus berarti mewartakan Kabar Gembira bagi semua orang secara berkesinambungan dari tahap pengajaran sampai ke tahap pendewasaan sehingga mereka terasa terbantu untuk semakin mengenal, mencintai dan mengimani Yesus Kristus (CT, art. 20). Peran kedua para katekis adalah mempertahankan kegandaan wajah Gereja dengan tetap hadir sebagai agen pastoral yang awam. Communio para agen pastoral Gereja tidak hanya terdiri dari para klerus, melainkan juga para awam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
yang tidak hanya terdiri dari laki-laki, melainkan juga perempuan. Pereduksian Gereja pada kaum klerus dan pada kaum laki-laki perlu diatasi dengan membentuk dan menghadirkan para katekis laki-laki dan perempuan yang memiliki kepercayaan diri sebagai orang-orang yang mempunyai tanggungjawab dan komitmen terhadap kehidupan Gereja dan masyarakat. Dengan demikian, ada dua tuntutan bagi katekis yakni percaya diri dan berkomitmen. Percaya diri adalah sikap yang lahir dari kesadaran akan panggilan diri sebagai sarana perwujudan impian Allah bagi umat-Nya. Namun kepercayaan diri ini perlu dilengkapi dengan komitmen yang jelas di dalam karya. Komitmen berarti kesetiaan melaksanakan tanggung jawab, termasuk di dalamnya kesetiaan turut memikirkan bersama rencana pastoral dan ketelatenan melaksanakannya (Komisi Kateketik KWI, 2005: 100-101). Ketiga, peran katekis dalam mencegah pereduksian kekristenan pada persoalan ibadah. Para katekis diharapkan menyadari dan menghargai martabatnya sebagai awam, dan tidak membatasi pekerjaannya pada urusan liturgi. Sehubungan dengan itu, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awam (AA, art. 5) menyatakan bahwa: Oleh sebab itu perutusan Gereja tidak saja membawakan warta Kristus dan rahmat-Nya kepada manusia, tetapi juga meresapi dan menyempurnakan tata dunia dengan semangat Injil. Jadi para awam yang melaksanakan perutusan Gereja ini, menjalankan kerasulannya baik di dalam Gereja maupun di dalam dunia, baik dalam tata rohani maupun dalam tata dunia. Peran keempat adalah pelayanan yang memberdayakan dan akan membangun solidaritas umat beriman. Pada peran ini katekis memberikan pelayanan kepada umat dan tugas katekis adalah membangkitkan kesadaran,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
semangat dan ketelatenan dalam pelayanan. Sebagai petugas pastoral dan juga anggota masyarakat, seorang katekis memiliki peluang untuk menyemangati masyarakat dengan semangat pelayanan yang menjiwainya (Komisi Kateketik KWI, 2005: 103). Peran terakhir adalah peran untuk menghidupi pluralitas bidang pelayanan Gereja, baik internal maupun eksternal. Kenyataan menunjukkan bahwa para katekis dapat menjalankan profesi apa saja. Para katekis paroki yang sudah tidak bekerja lagi di paroki atau keuskupan, tetapi menekuni satu pekerjaan yang sama sekali berbeda, tetap merasa dan menyebut diri sebagai katekis. Hal ini didasarkan pada keyakinan dan komitmen akan panggilannya sebagai katekis (Komisi Kateketik KWI, 2005: 104-105).
C. Spiritualitas Katekis Setiap kegiatan akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh daya dorong yang mendasarinya. Daya dorong tersebut adalah spiritualitas. Spiritualitas bagi para katekis bersumber dari panggilan dan tugas perutusan mereka yang mencakup suatu motivasi dan panggilan kepada kesucian hidup. Spiritualitas katekis terkait erat dengan status mereka sebagai kaum awam Kristiani yang berperan serta dalam tugas kenabian, imamat, dan rajawi Kristus. Dalam buku yang berjudul Pedoman untuk Katekis (Komkat KWI, 1997: 23-30) diuraikan tentang spiritualitas katekis yang dikondisikan sesuai panggilan kerasulan mereka dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: terbuka terhadap sabda Tuhan, terhadap Gereja, dan terhadap dunia; mempunyai kehidupan yang autentik, semangat missioner, dan devosi kepada Bunda Maria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
1.
Keterbukaan terhadap Tuhan, Gereja dan Dunia Tugas katekis adalah menyampaikan sabda Tuhan. Sikap rohani yang
paling dasar adalah keterbukaan terhadap sabda, yang terkandung dalam wahyu, diwartakan oleh Gereja, dirayakan dalam liturgi, dan dihayati dalam kehidupan para santo (Komkat KWI, 1997: 23). Sikap ini berarti perjumpaan dengan Kristus, yang bersemayam dalam sabda, dalam ekaristi, dan dalam saudara-saudari kita. Keterbukaan terhadap sabda berarti terbuka terhadap Tuhan, Gereja, dan dunia.
a.
Keterbukaan terhadap Allah Tritunggal Para katekis harus membiarkan dirinya ditarik ke dalam lingkungan Bapa,
yang menyampaikan sabda. Putra pengejawantahan Sabda, yang berbicara hanya tentang sabda yang didengar-Nya dari Bapa (bdk. Yoh 8:26; 12:49), dan Roh Kudus yang menerangi pikiran untuk membantunya memahami sabda Tuhan dan membuka hati untuk menerima sabda dengan cinta dan mempraktekkannya (bdk. Yoh 16:12-14) (Komkat KWI, 1997: 24). Maka spiritualitas katekis harus bersumber pada sabda Tuhan yang menjadi sikap batin dalam tugasnya dengan penuh ketaatan dan tanggung jawab terhadap tugas panggilan dan perutusannya mewartakan karya keselamatan Allah dalam terang dan kekuatan Roh Kudus. Dengan demikian, seorang katekis dalam menghayati tugasnya diselaraskan dengan sabda Tuhan yang diwujudnyatakan dalam kasih kepada sesama agar semua orang mengenal kebenaran Allah dan diselamatkan.
b. Keterbukaan terhadap Gereja Keterbukaan katekis terhadap Gereja terungkap dalam cinta, pengabdian terhadap pelayanannya, dan kesediaan untuk menderita. Lebih khusus lagi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
keterbukaan ini terungkap dalam keterikatan dan ketaatan terhadap Paus, pusat persatuan dan ikatan persekutuan universal, dan juga terhadap uskup, bapak dan pimpinan Gereja lokal (Komkat KWI, 1997: 24-25). Para katekis harus ikut secara bertanggung jawab dalam perubahan-perubahan duniawi sepanjang perziarahan Gereja, yang pada hakikatnya bersifat misioner dan bersama dengan Gereja mendambakan persekutuan akhir dengan Kristus sang mempelai. Para katekis adalah anggota Gereja yang ingin mereka bangun, dan dari Gereja inilah mereka memperoleh amanat untuk menjadi katekis. Hanya dengan sikap keterbukaan seorang katekis terhadap Gereja yang harus mereka layani dengan penuh cinta, pengabdian dan ikut memanggul salib-Nya (ikut menderita) bersama Kristus maka spiritualitas seorang katekis dalam pemahaman Gereja yang harus tetap memperjuangkan terwujudnya karya keselamatan Allah akan semakin dipahami dan diwujudnyatakan dalam keterikatan dan ketaatannya terhadap Paus sebagai pemimpin Gereja.
c.
Keterbukaan terhadap Dunia Para katekis dipanggil untuk bekerja di dunia dan untuk dunia ini, tanpa
sepenuhnya menjadi milik dunia ini (bdk. Yoh 17:14-21). Ini berarti bahwa mereka harus sepenuhnya terlibat dalam kehidupan masyarakat di sekitar mereka, tanpa mundur karena takut akan kesulitan-kesulitan yang dihadapi atau menarik diri karena lebih senang diam dan tidak berbuat apa-apa. Keterbukaan terhadap dunia merupakan salah satu spiritualitas katekis atas dasar cinta rasuli Kristus Gembala yang Baik, yang datang untuk “mengumpulkan dan menyatukan anakanak Allah yang terceraiberai” (Yoh 11:52). Para katekis harus dipenuhi dengan cinta kepada saudara-saudarinya ketika mereka mewartakan bahwa Tuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
mencintai dan memberikan keselamatan-Nya kepada semua orang (Komkat KWI, 1997: 25).
2.
Keutuhan dan Keaslian Hidup Seorang katekis sebelum mewartakan sabda harus menjadikan dan
menghayati sabda itu sebagai miliknya. Apa yang diajarkan oleh katekis bukan semata-mata ilmu atau teori belaka melainkan iman yang dihidupinya dan dipraktekkan secara nyata dalam hidup sehari-hari. Oleh karena itu, dibutuhkan keutuhan dan keaslian hidup. Seorang katekis hidup dalam doa, peka terhadap pengalaman akan Tuhan, setia terhadap tindakan Roh Kudus dan keteraturan batin dan lahiriah, yang disesuaikan dengan berbagai situasi pribadi maupun keluarga dari setiap orang (Komkat KWI, 1997: 26).
3.
Semangat Misioner Seorang katekis dalam tugas perutusan-Nya mewartakan Kerajaan Allah
dan Injil (Mrk 16:15) serta membimbing dan menuntun sesamanya agar mengenal Injil tersebut. Seorang katekis harus mempunyai semangat kerasulan yang tinggi, berani dan semangat mewartakan Injil walaupun resikonya ditolak dan tidak didengarkan. Walaupun demikian, seorang katekis mempunyai keyakinan bahwa Kristus yang diwartakan selalu menyertainya. Seperti yang tertulis dalam Kitab Suci pekerja sedikit dan tuaian banyak, katekis menjalankan tugas Allahlah yang bertanggungjawab atas hasil yang dijalankan pekerja-Nya (Komkat KWI, 1997: 27-29).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
4.
Devosi Kepada Bunda Maria Spiritualitas katekis akan diperkaya oleh devosi yang mendalam kepada
bunda Tuhan. Sebelum menjelaskan kepada orang lain tempat Maria dalam misteri Kristus dan Gereja, mereka harus merasakan kehadirannya dalam hati mereka dan harus memberi kesaksian akan kesucian yang tulus dari Bunda Maria, yang akan mereka sampaikan kepada umat. Mereka akan menemukan dalam diri Bunda Maria suatu model yang sederhana dan efektif bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain. Perawan Maria dalam hidupnya telah memberi contoh mengenai kasih ibu yang harus membangkitkan semangat semua orang yang ikut ambil bagian dalam misi kerasulan Gereja demi kelahiran kembali umat manusia karena pewartaan sabda selalu dikaitkan dengan doa, perayaan ekaristi, dan pembangunan komunitas Kristiani (Komkat KWI, 1997: 29-30).
D. Katekis dalam Hidup Menggereja Sebagai umat beriman yang telah dibaptis kita dipanggil untuk ikut ambil bagian dalam tugas Gereja. Salah satu bentuk nyata keterlibatan umat beriman dalam tugas Gereja yaitu menerima panggilan sebagai seorang katekis. Perlu disadari bahwa masa depan Gereja juga berada dalam tangan katekis. Katekis dituntut untuk mampu berperan secara aktif dalam setiap kegiatan hidup menggereja, baik dalam lingkup Paroki maupun lingkungan tempat tinggalnya. Untuk dapat berperan secara aktif katekis dituntut mampu memahami dan menghayati peranannya dalam kegiatan hidup menggereja. Adanya peranan aktif dari katekis akan membantu umat beriman untuk semakin menghayati imannya. Pada bagian ini penulis akan memaparkan mengenai dinamika hidup menggereja dan keterlibatan katekis dalam hidup menggereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
1.
Dinamika Hidup Menggereja Menengok sejenak sejarah Gereja, kita dapat melihat adanya perubahan
pemahaman Gereja tentang dirinya dan misinya. Perubahan pemahaman Gereja tentang dirinya secara konsekuen membawa perubahan pada pemahaman tentang misi dan sikap Gereja terhadap dunia dan agama-agama lain. Pada kehidupan jemaat perdana sebagaimana dikisahkan dalam Kisah Para Rasul 2:41-47, kita melihat kehidupan komunitas beriman yang ditandai oleh kerukunan dalam persekutuan,
berdoa
bersama,
sikap
saling
memperhatikan,
solidaritas,
kepemilikan bersama, hubungan yang penuh kasih persaudaraan di antara anggota. Berkat kesaksian khotbah Petrus dan rasul-rasul mereka menyediakan diri untuk dibaptis dan bergabung dalam komunitas jemaat. Setelah dibaptis mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul (kerygma) dan dalam persekutuan, selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa (liturgi). Mereka membentuk persekutuan (koinonia) dan memiliki kepedulian serta rasa solidaritas yang tinggi satu sama lain. Hal ini nampak dalam sikap mereka bahwa segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing (diakonia). Cara hidup jemaat semacam itulah yang menimbulkan perhatian dan daya tarik bagi orang lain, sehingga mereka disukai semua orang. Dari gambaran dinamika jemaat perdana tersebut, dapat ditemukan corak dinamika hidup menggereja yang diwarnai oleh kegiatan-kegiatan menggereja dalam pewartaan, liturgi, persekutuan, dan pelayanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
a.
Pewartaan (Kerygma) Kerygma berarti pewartaan, mewartakan tentang Kabar Gembira bahwa
dalam Yesus Kristus Allah menyelamatkan manusia. Pewartaan akan Yesus Kristus harus terus dijalankan tanpa henti agar umat beriman dapat senantiasa berjumpa dengan Yesus Kristus dan mengenal-Nya (Ardhisubagyo, 1987: 27). Melalui bidang karya ini, diharapkan dapat membantu Umat Allah untuk mendalami kebenaran Firman Allah, menumbuhkan semangat untuk menghayati hidup berdasarkan semangat Injili, dan mengusahakan pengenalan yang semakin mendalam akan pokok iman Kristiani supaya tidak goyah dan tetap setia dalam menghadapi tantangan hidup. Sebagai umat beriman, keterlibatan dalam bidang pewartaan ini dapat diwujudkan melalui kegiatan pendalaman iman.
b. Liturgi (Liturgi) Liturgi berarti ikut serta dalam perayaan ibadat resmi yang dilakukan Yesus Kristus dalam Gereja-Nya kepada Allah Bapa. Kehidupan liturgi ditingkatkan dalam Gereja untuk dapat mencapai tujuannya, yakni menjadi sumber dan puncak kegiatan Gereja dalam arti yang tepat (Sumarno Ds., 2012: 57). Menurut Prasetya (2003: 53-54) bentuk partisipasi umat beriman dalam bidang liturgi dapat diwujudkan melalui keterlibatannya sebagai petugas liturgi, seperti: 1) Putra-putri altar atau misdinar, yaitu anak-anak yang bertugas melayani altar atau melayani melayani Imam dalam tindak liturgi yang sedang dirayakan. 2) Lektor, yaitu orang yang bertugas membacakan sabda Allah yang ada dalam Kitab Suci dengan baik dan jelas. 3) Pemazmur, yaitu orang yang bertugas menyanyikan aneka mazmur sebagai tanggapan atas sabda Allah yang telah didengarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
4) Dirigen, yaitu orang yang bertugas memimpin dan mengarahkan para anggota koor atau umat beriman Katolik dalam menyanyikan lagu secara benar dan baik. 5) Paduan suara, yaitu orang-orang yang bertugas menyanyikan aneka lagu, dalam suasana kebersamaan, yang dapat membantu atau mendukung kemeriahan dan keagungan tindak liturgi yang sedang dirayakan. 6) Organis atau pemain alat musik lainnya, yaitu orang yang ahli dalam mengiringi lagu-lagu yang dinyanyikan oleh anggota koor atau umat beriman Katolik. 7) Pembaca doa umat, yaitu orang yang bertugas mewakili seluruh umat beriman Katolik dalam menghaturkan doa di hadirat Allah, baik itu ucapan terima kasih, ucapan syukur maupun permohonan. 8) Petugas kolekte, yaitu orang-orang yang bertugas mengumpulkan sebagian dari harta kekayaan umat beriman Katolik, biasanya berupa uang. 9) Petugas persembahan, yaitu orang-orang yang bertugas mewakili umat beriman Katolik dalam mempersembahkan bahan-bahan Ekaristi dan sebagian harta kekayaannya kepada Allah melalui Gereja. 10) Komentator, yaitu orang yang bertugas membantu umat beriman Katolik dalam memahami dan menghayati keseluruhan tindak liturgi yang sedang dirayakan.
c.
Persekutuan (Koinonia) Kata koinonia pada dasarnya berarti persekutuan-persaudaraan. Pola dasar
koinonia ini adalah pengalaman jemaat kristiani perdana yang menanamkan hidup sehati-sejiwa, milik bersama, hidup dalam kasih karunia yang berlimpah-limpah (Ardhisubagyo, 1987: 24). Sebagai orang beriman, kita dipanggil dalam persatuan erat dengan Allah Bapa dan sesama manusia melalui Yesus Kristus, Putera-Nya, dalam kuasa Roh Kudus. Bidang karya ini, dapat menjadi sarana untuk membentuk jemaat yang berpusat dan menampakkan kehadiran Kristus untuk menyatukan jemaat sebagai Tubuh Mistik Kristus. Oleh karena itu diharapkan dapat menciptakan kesatuan: antar umat, umat dengan paroki/keuskupan dan umat dengan masyarakat. Paguyuban ini diwujudkan dalam menghayati hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
menggereja baik secara teritorial (keuskupan, paroki, stasi / lingkungan, keluarga) maupun dalam kelompok-kelompok kategorial yang ada dalam Gereja.
d. Pelayanan (Diakonia) Kata diakonia biasanya diartikan sebagai pelayanan. Pelayanan Gereja yang didasari oleh Yesus sendiri, Sang Kepala Gereja, yang menyembuhkan, memperhatikan orang-orang kecil dan mengampuni dosa (Ardhisubagyo, 1987: 30). Pelayanan yang diberikan oleh Gereja tidak hanya sebatas dalam lingkup Gereja saja tetapi terbuka juga untuk masyarakat luas karena Gereja bukan sebuah lingkungan tertutup yang kuatir akan pengaruh luar dan mengasingkan diri dari masalah-masalah kehidupan masyarakat (Ardhisubagyo, 1987: 31). Melalui bidang karya ini, umat beriman menyadari akan tanggung jawab pribadi mereka akan kesejahteraan sesamanya. Oleh karenanya dibutuhkan adanya kerjasama dalam kasih, keterbukaan yang penuh empati, partisipasi dan keikhlasan hati untuk berbagi satu sama lain demi kepentingan seluruh jemaat.
2.
Keterlibatan Katekis dalam Hidup Menggereja Di atas telah diuraikan bahwa jemaat perdana yang percaya pada Tuhan
Yesus dan memberi diri dibaptis pertama-tama karena mendengar pewartaan dari para rasul. Seorang katekis dipanggil secara khusus untuk melanjutkan karya pewartaan seperti para rasul supaya Gereja sepanjang masa tetap hidup dan berkembang seperti Gereja perdana. Keberadaan katekis sebagai seorang pewarta diwujudkan melalui keterlibatannya dalam hidup menggereja baik di paroki maupun di lingkungan. Keterlibatan katekis dalam Gereja pada umumnya sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
dengan peranan kaum awam yaitu sebagai kaum beriman kristiani yang mempunyai martabat sebagai Umat Allah dan tugas perutusan di dunia yaitu membangun Tubuh Kristus atau Gereja (Prasetya, 2007: 23). Melalui keterlibatan inilah katekis mengambil bagian dalam mengembangkan pewartaan Kabar Gembira melalui pengajaran iman (kerygma), perayaan iman (liturgi), persekutuan sebagai orang beriman (koinonia), dan pelayanan iman (diakonia). Keterlibatan katekis dalam tugas Gereja itu hendaknya dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan diharapkan mampu membantu umat beriman yang lain untuk semakin mengenal, mencintai, dan mengimani Yesus Kristus.
a.
Keterlibatan
Katekis
dalam Tugas
Pewartaan
Kabar
Gembira
(Kerygma) Salah satu bentuk keterlibatan katekis dalam karya tugas pewartaan (kerygma) adalah Penginjilan (evangelisasi) berarti membawa Kabar Baik kepada segala tingkat kemanusiaan, dan melalui pengaruh Injil merubah umat manusia dari dalam dan membuatnya menjadi baru (EN, art. 18). Kerygma ialah pernyataan lisan dan verbal Injil Yesus Kristus, dengan jalan menguraikan kemampuan kreatif dan dinamis Sabda Allah (Sumarno Ds., 2012: 37). Pewartaan Injil ini bertujuan untuk mewartakan Warta Gembira kepada segenap umat manusia sehingga mereka semakin beriman dan mau bertobat. Isi evangelisasi memberikan kesaksian mengenai kasih Bapa, mewartakan penebusan Yesus Kristus, mewartakan kasih persaudaraan terhadap semua orang, saling berbagi dan mengampuni, menghayati sakramen, hidup di tengah masyarakat dengan menciptakan perdamaian dan keadilan. Gereja dalam usahanya untuk mewartakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Kabar Gembira dan memaklumkan Kerajaan Allah di dunia, mengikutsertakan kaum awam yang biasanya disebut katekis atau guru agama (Prasetya, 2003: 68). Keikutsertaan katekis dalam bidang pewartaan ini berarti ikut ambil bagian dalam kenabian Kristus. Sebagai katekis, kaum awam memenuhi misi khususnya, yaitu mewartakan Kabar Gembira dan menyampaikan ajaran Kristen yang berpusatkan pada diri dan pribadi Yesus Kristus, yang nampak dalam sabda dan karya-Nya. Keterlibatan katekis dalam bidang karya ini tidak cukup apabila hanya membaca dan mendengarkan Sabda Tuhan, tetapi harus diwujudkannya melalui tindakan nyata untuk memperluas Kerajaan Allah sehingga orang tidak mudah goyah dan tetap setia dalam menjalani hidupnya. Sebagai katekis, kaum awam diharapkan memahami kegiatan pewartaan sebagai
proses
mewartakan
Kabar
Gembira
yang
terjadi
secara
berkesinambungan, mulai dari tahap pengajaran sampai ke tahap pendewasaan. Kedua tahap ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain karena mempunyai kekhasan masing-masing.
1) Tahap Pengajaran Pada tahap ini, kegiatan pewartaan dilakukan dengan mewartakan Injil kepada orang lain yang belum mengenal Yesus Kristus, dengan tujuan agar orang tersebut bertobat dan menyatakan imannya akan Yesus Kristus, sebagai anggota Gereja. Dalam kegiatan ini diharapkan katekis mampu menyampaikan pengakarannya atau misterinya secara sistematis dan terorganisir. Kegiatan pewartaan ini senantiasa menyentuh seluruh kalangan jemaat, mulai dari pembinaan iman anak-anak, kaum muda dan orang-orang dewasa dalam iman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen (CT, art. 18). Tugas-tugas katekis dalam tahap pengajaran ini yaitu mempersiapkan orang untuk menerima sakramen Baptis, mempersiapkan umat beriman Katolik guna menerima Komuni Pertama dan sakramen Penguatan atau Krisma dengan baik dan layak.
a) Persiapan Sakramen Baptis Baptis adalah dasar dari seluruh kehidupan Kristen dan menjadi pintu masuk untuk menerima sakramen-sakramen lainnya. Sebelum menerima sakramen baptis, para katekumen wajib mengikuti katekese persiapan pembaptisan (katekumenat). Katekese persiapan pembaptisan dilaksanakan melalui empat masa dan tiga tahap, dengan materi yang tidak hanya berisi penjelasan-penjelasan tentang ajaran Gereja dan hukum, melainkan merupakan suatu pembinaan dalam seluruh hidup Kristiani, yang membantu para katekumen untuk bersatu dengan Kristus, Guru mereka (Komkat Keuskupan Purwokerto, 2014: 50). Dalam tahap katekumenat, para katekumen diajak untuk mendalami tentang penghayatan ajaran iman dan moral gereja dalam kehidupan sehari-hari, seperti: doa pribadi, baca Injil, mengikuti kegiatan lingkungan, pelayanan solidaritas di dalam keluarga atau kegiatan pribadi dan mengikuti misa mingguan. Tugas-tugas yang dapat dilakukan seorang katekis dalam persiapan Sakramen Baptis ini antara lain memikirkan serta menyusun program kerja sebagai persiapan terlaksananya pengajaran bagi para calon penerima Sakramen Baptis, mengemban tanggung jawab sebagai pemandu/pendamping, mengevaluasi setiap proses pendampingan yang dilaksanakan. Memberikan perhatian kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
para katekumen yang menjadi tanggung jawabnya (misalnya kehadirannya dalam Perayaan Ekaristi dan mulai terlibat dalam kegiatan menggereja), mengadakan koordinasi dengan tim liturgi sehubungan dengan tahap-tahap penerimaan Sakramen Baptis.
b) Persiapan Komuni Pertama Ekaristi adalah sakramen yang dengannya umat Katolik mengambil bagian dari Tubuh dan Darah Yesus Kristus untuk turut serta dalam pengorbanan diriNya. Dalam KHK, kan. 897 mendefinisikan Ekaristi sebagai “Sakramen yang terluhur”, di mana Kristus Tuhan dihadirkan, dikurbankan dan disantap dan dengan mana Gereja selalu hidup dan berkembang. Ekaristi merupakan sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani, maka para calon Komuni Pertama perlu dipersiapkan terlebih dahulu secara memadai melalui pertemuan-pertemuan yang dipimpin oleh katekis. Katekis adalah orang yang dipercaya oleh Gereja untuk membantu anak-anak mempersiapkan menyambut komuni pertama. Persiapan bagi calon Komuni Pertama memerlukan keterampilan dan kemampuan katekis untuk mengolah bahan-bahan yang ada. Tujuan dari pertemuan ini adalah agar para calon penerima Komuni Pertama mampu memahami dan menghayati makna Ekaristi dalam hidupnya, sehingga mampu memberikan kesaksian dalam sikap dan tindakan nyata (Komkat Keuskupan Purwokerto, 2014: 79). Kehadiran katekis bukan pertama-tama sebagai guru, tetapi sebagai orang beriman yang membantu anak-anak untuk semakin menghayati imannya. Salah satu unsur suasana iman adalah sikap penyerahan diri terhadap bimbingan Roh yang berkarya pada setiap anak. Selain mempersiapkan pertemuan bagi calon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Komuni Pertama, katekis juga perlu memprogramkan rekoleksi menjelang penerimaan Sakramen Ekaristi baik untuk anak maupun orangtua calon penerima Komuni
Pertama
dengan
tujuan
supaya
orangtua
dapat
mendampingi
pertumbuhan dan perkembangan iman putra-putrinya setelah menerima Komuni Pertama. Mengagendakan penerimaan Sakramen Tobat bagi para calon penerima Komuni Pertama, berkoordinasi dengan tim liturgi untuk mengadakan persiapan sebelum penerimaan Komuni Pertama (gladi bersih untuk penyambutan Komuni Pertama dalam perayaan Ekaristi, pengarahan-pengarahan terakhir supaya dalam pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar).
c)
Persiapan Sakramen Penguatan Sakramen penguatan merupakan sakramen yang memberikan materai di
mana orang-orang yang dibaptis melanjutkan perjalanan inisiasi Kristiani dan diperkaya dengan anugerah Roh Kudus serta dipersatukan secara lebih sempurna dengan Gereja (Komkat Keuskupan Purwokerto, 2014: 59). Dalam pertemuan katekese persiapan krisma, pembina (katekis) tidak berdiri sebagai pengajar, tetapi pendamping; bukan juga sebagai guru, tetapi fasilitator yang bertugas membantu para calon krisma menumbuhkan benih-benih (iman, Roh Kudus, tanggung jawab, kesaksian) yang sudah ada dalam dirinya dapat tumbuh dan berkembang (Mariyanto, 1987: 7). Jadi, fungsi pembina adalah membantu para calon, supaya lewat proses dan keterlibatan aktif mereka menyadari, memahami, menemukan nilai-nilai iman yang menjadi sasaran pembinaan/persiapan krisma ini. Pendampingan persiapan penerimaan Sakramen Penguatan bertujuan agar para calon semakin menyadari kehadiran Roh Kudus dalam Sakramen Penguatan dan secara mendasar membarui hidupnya. Dengan menerima Sakramen Penguatan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
mereka mengemban tugas untuk mewartakan dan membela iman sebagai saksi Kristus yang sejati baik melalui perkataan maupun perbuatan (LG, art. 11). Tugas-tugas yang dapat dilakukan seorang katekis dalam persiapan Sakramen Penguatan antara lain memikirkan serta menyusun program kerja sebagai persiapan terlaksananya pendampingan calon penerima Sakramen Penguatan,
sebagai
pemandu/pendamping,
mengevaluasi
setiap
proses
pendampingan yang dilaksanakan. Selain itu katekis juga perlu memprogramkan rekoleksi menjelang penerimaan Sakramen Penguatan bagi para calon penerima Sakramen Penguatan tujuannya supaya peserta semakin memahami makna Sakramen Penguatan yaitu bahwa dengan menerima Sakramen Penguatan mereka diutus untuk memberi kesaksian imannya akan Kristus, memprogramkan penerimaan Sakramen Tobat sebelum upacara penerimaan Sakramen Penguatan, berkoordinasi dengan tim liturgi untuk mengadakan persiapan sebelum penerimaan Sakramen Penguatan (gladi bersih dan pengarahan-pengarahan terakhir supaya dalam pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar).
2) Tahap Pendewasaan Pada tahap ini, kegiatan pewartaan dilihat sebagai komunikasi iman atau persekutuan iman yang dilakukan di antara umat beriman Katolik, yang membicarakan tentang iman Katolik, dan dalam usaha untuk mengembangkan iman Katolik satu sama lain, baik yang menyangkut pengetahuan atau penghayatannya. Melalui tahap ini, katekis berperan sebagai pemandu pendalaman iman, pendalaman Kitab Suci, dan sebagainya (Prasetya, 2003: 73). Kegiatan pewartaan dalam tahap ini bertujuan untuk mengembangkan iman Katolik dan sebagai kegiatan yang berlandaskan pada kesaksian pribadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Kesaksian pribadi hendaknya diupayakan oleh katekis itu sendiri untuk menghidupi, dengan penuh ketulusan hati, melalui apa yang diwartakan dan yang dikatakannya. Kesaksian pribadi juga berkaitan erat dengan kehidupan dan tindakan pribadi katekis itu sendiri, yang diharapkan mengarah pada kebenaran. Dalam menjalankan kegiatan pewartaan, hendaknya katekis juga menyadari bahwa dasar yang pertama dan utama adalah Roh Kudus yang berkarya dalam diri katekis dan juga dalam diri para pendengarnya. Selain terbuka dan mengandalkan karya Roh Kudus, kegiatan pewartaan ini diharapkan dapat berlangsung dalam sikap dan semangat dialogal, yang menekankan pentingnya hubungan pribadi antara katekis dengan pendengarnya serta menggunakan aneka media komunikasi yang cocok dan memakai metode-metode yang sesuai sehingga proses pewartaan ini dapat dibawakan dengan menarik. Upaya-upaya yang dapat dilakukan misalnya menggunakan sarana-sarana audio visual, buku-buku kecil, diskusi-diskusi, pelajaran-pelajaran. Media komunikasi yang dapat digunakan misalnya televisi, radio, media cetak, rekaman tape, dll. Hal ini dirasa sangat penting mengingat situasi zaman sekarang sangat maju dan berkembang, sehingga tidaklah mencukupi apabila kegiatan pewartaan tidak menggunakan alat-alat yang memadai. Dari uraian di atas, terlihat jelas bahwa keberadaan dan peranan katekis sungguh amat penting dalam kegiatan pewartaan. Oleh karenanya, seorang katekis diharapkan mempunyai kepribadian yang bermutu, baik yang menyangkut kehidupan rohani maupun pribadinya. Katekis juga diharapkan mempunyai kematangan hidup rohani karena kehidupan rohaninya akan menjadi dasar pewartaannya dan sekaligus mencerminkan isi pewartaan yang disampaikan sebagai bentuk dan wujud kesaksian hidupnya. Selain hidup rohani dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
pribadinya, katekis juga perlu pembinaan, baik secara formal maupun informal, agar katekis mempunyai ilmu pengetahuan yang cukup dan keterampilan berpastoral
agar
isi
pewartaannya
sungguh
berbobot
dan
dapat
dipertanggungjawabkan serta mempunyai berbagai keterampilan yang dapat mendukung pewartaannya.
b. Keterlibatan Katekis dalam Perayaan Iman (Liturgi) Liturgi Gereja adalah sebagai puncak perayaan iman umat, dan merupakan tempat dimana umat beriman dapat mengungkapkan hubungan pribadinya dengan Allah (Suroso, 2001: 9). Hubungan pribadi antara manusia dengan Allah dalam Gereja dapat diwujudkan melalui perayaan liturgi. Dalam liturgi dan perayaan sakramen-sakramen, umat mengungkapkan imannya serta menanggapi karya keselamatan Allah dengan bersyukur, pujian dan doa. Dalam perayaan, umat sungguh-sungguh merasakan kehadiran dan bimbingan Tuhan dalam hidupnya. Sebagai umat beriman Katolik yang menerima panggilan sebagai katekis sudah selayaknya mau terlibat secara aktif dalam kegiatan liturgi. Aktif dalam kegiatan liturgi merupakan wujud keterlibatan katekis untuk mengambil bagian dalam tugas imamat Kristus. Katekis dalam menjalankan tugas perutusan ini diharapkan melakukannya dengan sepenuh hati sehingga dapat membantu umat beriman Katolik lainnya untuk mengalami relasi yang akrab dengan Allah atau mewujudkan kebersamaan dengan sesamanya dalam paguyuban (Prasetya, 2003: 50). Partisipasi aktif katekis dalam bidang liturgi dapat diwujudkan dalam memimpin ibadat sabda/doa bersama dengan bermacam-macam ujub/intensi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
devosi: kepada Bunda Maria, Hati Kudus Yesus, ziarah, dan menyusun buku panduan misa. Keterlibatan tersebut tentunya harus didasarkan pada rasa tanggung jawab serta semangat untuk merayakan iman bersama dengan umat. Selain keterlibatan katekis yang sudah disebutkan di atas, juga bisa bekerjasama dengan tim liturgi untuk mengupayakan peningkatan pemahaman dan penghayatan umat dalam hal liturgi seperti: tata cara mengikuti misa, arti simbol-simbol gereja dalam perayaan liturgi, cara memilih lagu yang sesuai dengan tahun liturgi, arti gerakan-gerakan badan dalam misa, arti persiapan batin, penciptaan suasana khusuk dan khidmat sepanjang misa berlangsung.
c.
Keterlibatan Katekis dalam Persekutuan Orang Beriman (Koinonia) Koinonia adalah usaha pelayanan Gereja untuk membentuk dan
membangun komunitas orang beriman secara menyeluruh (Suroso, 2001: 7). Pelayanan yang termasuk dalam karya ini bertujuan untuk mempersatukan dan saling melayani sebagai umat kristiani agar mereka hidup dalam persekutuan dan persaudaraan sesuai dengan imannya akan Yesus Kristus. Selain itu, dalam kebersamaannya mereka juga mengusahakan perdamaian dan kerukunan baik di dalam komunitas itu sendiri maupun dengan komunitas lain (kelompok beriman lain). Kekhasan koinonia Gereja adalah dalam usahanya untuk membangun dan membentuk komunitas orang beriman agar menjadi lebih baik dan mendalam dalam menghayati hidup berimannya (Suroso, 2001: 7-8). Sebagai seorang katekis pelayanan dalam bidang koinonia yang dapat dilakukan
adalah
mengadakan
program
pembinaan
dan
pelaksanaan
pendampingan baik untuk anak-anak, remaja maupun kaum muda, mengadakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
kunjungan pastoral untuk memberikan semangat bagi keluarga-keluarga yang tidak aktif ke Gereja, mengunjungi orang sakit, dll.
d. Keterlibatan Katekis dalam Pelayanan Iman (Diakonia) Menurut Kamus Liturgi (2004: 39) Diakonia berasal dari bahasa Yunani yang berarti pelayanan. Diakonia merupakan merupakan salah satu segi hidup Gereja yang membidangi pelayanan kepada masyarakat. Dalam kehidupan karya pelayanan sangatlah penting karena merupakan perwujudan dari iman. Tindakan pelayanan ini didasari oleh sikap Yesus yang datang ke dunia bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani umat manusia (Mrk 10:45). Iman yang dimiliki jemaat akan menjadi iman yang mati apabila tanpa tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat. Diakonia merupakan suatu bentuk tindakan pelayanan kasih untuk mewujudkan iman dalam masyarakat (Suroso, 2001: 8). Sebab pada dasarnya iman menuntut perwujudan melalui perbuatan konkret dalam bentuk pelayanan kasih (bdk. Yak 2:17). Seorang katekis perlu terlibat dalam pelayanan secara umum melalui bidang kemasyarakatan (pendidikan, kesehatan, sosial dan ekonomi) bagi masyarakat (Sumarno Ds., 2012: 58).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
BAB III PENELITIAN TENTANG PERANAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
A. Gambaran Umum Prodi IPPAK Prodi IPPAK merupakan salah satu lembaga yang dipercaya Gereja untuk mendidik para calon katekis. Di Prodi IPPAK katekis yang profesional selalu diupayakan. Upaya tersebut nyata dalam bentuk dukungan dari Prodi kepada mahasiswa melalui berbagai kegiatan, antara lain kegiatan dalam bidang liturgi, pelayanan, pewartaan, dsb. Sebelum melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut, mahasiswa sudah dibekali dengan berbagai mata kuliah-mata kuliah yang mendukung. Prodi IPPAK memang sudah sejak awal melatih mahasiswa untuk terlibat di dalam kegiatan menggereja dengan harapan agar mereka mulai terbiasa dan akrab dengan kegiatan menggereja serta mempunyai gambaran mengenai situasi umat yang akan dilayani. Selain itu, tujuan yang lain supaya mahasiswa semakin mantap dan menghayati panggilan dirinya sebagai katekis. Sebagai calon katekis, melibatkan diri dalam kegiatan menggereja sangat penting karena disadari peran dan tanggung jawab katekis di tengah umat masa kini sangat besar. Pada bagian ini penulis akan menguraikan mengenai sejarah singkat Prodi IPPAK, visi, misi, tujuan dan sasaran Prodi IPPAK, dan beberapa bentuk kegiatan mahasiswa Prodi IPPAK untuk memupuk panggilan sebagai katekis.
1.
Sejarah Singkat Prodi IPPAK Berdasarkan panduan program studi (2010: 1-3) dapat diuraikan sejarah
singkat Program Studi IPPAK sebagai berikut. Sejarah tersebut dimulai dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Majelis Agung Waligereja Indonesia (sekarang menjadi Konferensi Waligereja Indonesia) yang merencanakan usaha-usaha untuk meningkatkan pelayanan di bidang pendalaman hidup beriman dan untuk memperbarui pelaksanaan katekese di Indonesia. MAWI menyerahkan rencana tersebut kepada Rm. P. F. Heselaars S.J. yang kemudian bekerjasama dengan Rm. P.C. Carry S.J. Pada tahun 1960 Rm. P. Heselaars S.J.. mendirikan Pusat Kateketik dengan kegiatan-kegiatan antara lain: penerbitan buku-buku, mengadakan penataran untuk guru-guru dan ceramah untuk kelompok-kelompok kategorial lainnya. Pada saat itu disadari bahwa kurangnya tenaga-tenaga lapangan yang terdidik, dapat menyebabkan lambatnya usaha dalam pembaharuan katekese. Maka untuk mengatasi hal tersebut, pada tanggal 1 Agustus 1962 Rm. F. Heselaars S.J. mendirikan Yayasan Akademi
Kateketik Katolik
Indonesia (AKKI)
yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi Kateketik dan disahkan dengan Akte Notaris R.M. Soerjanto Partaningrat SH, nomor 3 tanggal 3 April 1964 di Yogyakarta. Pusat Kateketik dan AKKI awalnya bertempat di Jl. P. Senopati 20 Yogyakarta. Atas prakarsa Bapak Justinus Kardinal Darmoyuwono Pr, kemudian pada tahun 1968 kedua lembaga tersebut menempati gedung sendiri di Jl. Abubakar Ali 1, Yogyakarta. Tempat yang baru ini dapat memenuhi kebutuhan akan ruang-ruang kuliah, perpustakaan dan ruang baca, kesekretariatan, kantor kerja staf, laboratorium audio visual, sanggar-sanggar kesenian, aula, ruang pameran dan ruang rekreasi. Pada tanggal 3 April 1964, AKKI disahkan dengan Akte Notaris R.M. Soerjanto Partaningrat SH, nomor 3 di Yogyakarta. Pada tanggal 11 Mei 1965 AKKI
memperoleh
status
terdaftar
dari
menteri
PTIP
dengan
SK
No.108/B.Swt/P/65. Pada tahun 1966 diselenggarakan ujian tingkat Sarjana Muda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
untuk pertama kalinya. Pada tanggal 31 Desember 1969, AKKI memperoleh kenaikkan status dari terdaftar menjadi diakui dari Menteri P dan K dengan SK No. 0170 Tahun1969. Pada tahun 1969 dibuka tingkat sarjana lengkap yang mendorong perubahan nama lembaga, maka pada tanggal 31 Maret 1971 dengan Akte Notaris R.M. Soerjanto Partaningrat SH, lembaga AKKI berubah nama menjadi Sekolah Tinggi Kateketik Pradnyawidya. Pada tanggal 23 Juni 1971, tingkat sarjana Sekolah Tinggi Kateketik Pradnyawidya memperoleh status terdaftar dari Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen P dan K dengan SK No: 227/DPT/B/71. Pada semester gasal tahun akademik 1984-1985 dilaksanakan proses perubahan jenjang dan program pendidikan, serta dilakukan penataan kembali nama unit jurusan/program studi dengan status diakui di lingkungan Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah V, DIY. Berdasarkan proses itu, Sekolah Tinggi Kateketik Pradnyawidya yang semula terdiri dari dua unit yaitu sarjana muda dan sarjana penuh dipadukan ke dalam bentuk baru berupa program sarjana satu (S1) dengan nama Sekolah Tinggi Filsafat Kateketik Pradnyawidya. Program sarjana satu ini berstatus diakui dengan SK Mendikbud No. 043/0/1985 tertanggal 28 Januari 1985. STFK Pradnyawidya memperoleh penetapan kembali status diakui pada tanggal 14 Mei 1986 dengan SK Mendikbud No. 0362/0/1986. Pada tahun akademik 1991/1992, tepatnya tanggal 26 Desember 1991, STFK Pradnyawidya memperoleh status disamakan dengan SK No. 660/0/1991. Dengan adanya peraturan dari pemerintah bahwa hanya lulusan dari LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) atau yang memiliki akta mengajar dapat secara sah menjadi guru, maka STFK Pradnyawidya memerlukan perubahan jalur dari jalur non kependidikan menjadi jalur pendidikan. Perubahan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
mengantar STFK Pradnyawidya ke dalam proses merger kepada FKIP USD. Setelah melalui proses merger yang cukup lama, berdasar SK Mendikbud No. 08/D/O/1995 tertanggal 14 Februari 1995 STFK Pradnyawidya berubah menjadi Fakultas Ilmu Pendidikan Agama (FIPA), Jurusan Pendidikan Agama Katolik, Program Studi Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma dengan status disamakan. Berdasarkan SK BAN PT Depdikbud RI No 002/BAN-PT/AKII/XII/1998 tertanggal 22 Desember 1998 FIPA USD telah terakreditasi dengan mendapat nilai B. Pada tahun 1999, pemerintah mengadakan penataan kembali nama-nama program studi di lingkungan PTS di seluruh Indonesia yang membuat status FIPA USD berubah menjadi program studi dengan nama program studi “Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik” (IPPAK) dan menjadi bagian FKIP USD. Berdasarkan SK BAN PT Depdiknas RI nomor 014/BANPT/Ak-VII/S1/IV/2004 IPPAK mendapat peringkat A.
2.
Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Prodi IPPAK Visi adalah suatu gambaran tentang masa depan yang akan atau harus
terjadi dalam kurun masa depan yang dibayangkan. Visi tersebut perlu dituangkan dalam sebuah rumusan yang berfungsi mengingatkan sekaligus juga sebagai motivasi untuk mencapai tujuan. Prodi IPPAK sebagai lembaga pendidikan memiliki visi, misi dan tujuan berdirinya lembaga ini sehingga pada akhirnya akan mencapai sasaran yang sesuai dengan harapan. Adapun
visi
Prodi
IPPAK
adalah
terwujudnya
Gereja
yang
memperjuangkan masyarakat Indonesia yang semakin bermartabat (Staf Dosen IPPAK, 2010: 4). Salah satu usaha dalam mewujudkan Gereja, Prodi IPPAK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
memprosesnya melalui berbagai kegiatan mata kuliah-mata kuliah yang mengharuskan mahasiswa untuk terjun dan terlibat langsung dalam kegiatan pelayanan hidup umat beriman, seperti kegiatan katekese baik anak-anak, remaja, orangtua, maupun pelayanan hidup umat beriman lainnya. Dengan hadirnya para calon katekis, diharapkan umat beriman semakin semangat dan berkembang dalam imannya. Misi Prodi IPPAK adalah pertama, mendidik kaum muda menjadi katekis dalam konteks Gereja Indonesia yang memasyarakat. Kedua, mengembangkan karya katekese dalam Gereja demi terwujudnya masyarakat Indonesia yang semakin bermartabat (Staf Dosen IPPAK, 2010: 4). Yang ingin dicapai dalam misi tersebut terlihat dalam profil alumni yang dihasilkan yakni guru agama, katekis dan pengembang karya katekese. Guru agama adalah orang yang berkiprah dalam lingkup persekolahan dengan segala kondisinya yang khas (kelas, staf sekolah, kurikulum, dan lain-lain). Katekis adalah orang yang berkiprah dalam bidang pelayanan umat beriman baik dalam lingkup keuskupan, paroki, stasi, maupun lingkungan dan dengan kondisinya yang khas (pendalaman iman, ibadat sabda, doa lingkungan, sie pewartaan, dan lain-lain). Pengembang karya katekese dipahami sebagai orang yang mampu memikirkan secara lebih jauh dan mendalam kegiatan katekese, merefleksikannya serta mencari jalan yang sesuai dan lebih jauh. Orang ini bukan hanya sebagai pelaksana tetapi juga sebagai pemikir. Lingkup yang digelutinya komisi kateketik, pengisian jurnal-jurnal pastoral dan kateketik, dsb. Tujuan Prodi IPPAK adalah menghasilkan lulusan yang beriman mendalam,
berkepribadian
utuh,
mampu
berefleksi
atas
imannya
dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
berkualifikasi untuk mengemban misi program studi IPPAK (Staf Dosen IPPAK, 2012: 1). Lulusan Prodi IPPAK biasanya dianggap memiliki keterampilan dan memiliki kepribadian yang baik sehingga dijadikan panutan bagi umat dalam kehidupan beriman mereka. Sebagai seorang katekis yang menjadi panutan umat haruslah mempunyai iman yang kuat dan mampu bergulat dalam imannya. Pengalaman pergulatan iman dalam hidupnya itu harus direfleksikan dengan bantuan ilmunya agar dapat menjadi bekal dan sarana untuk diwartakan kepada umat. Dalam mendampingi umat, katekis dituntut juga memiliki kemampuan untuk berefleksi, berkomunikasi serta memiliki kepribadian yang utuh. Sasaran Prodi IPPAK adalah menghasilkan lulusan yang kompeten untuk menjadi guru agama di sekolah maupun fasilitator katekese dalam jemaat (Staf Dosen IPPAK, 2012: 1). Situasi konkret jaman sekarang sudah semakin berkembang, sehingga sulit bagi seorang katekis jika hanya mengandalkan jemaat bagi kehidupannya. Salah satu cara yang dapat ditempuh oleh katekis demi mencukupi kebutuhan hidupnya adalah bekerja di lembaga-lembaga pendidikan formal yakni sekolah-sekolah, perguruan tinggi maupun di kantor Kementerian Agama.
3.
Beberapa Bentuk Kegiatan dan Perkuliahan Mahasiswa Prodi IPPAK untuk Memupuk Panggilan sebagai Katekis Prodi IPPAK merupakan salah satu lembaga yang mendidik dan
mempersiapkan calon-calon katekis profesional. Dalam proses pendampingan, mahasiswa tidak hanya dibekali dengan ilmu pengetahun saja, tetapi mahasiswa juga mulai dilatih untuk terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan menggereja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
baik dalam lingkup paroki maupun lingkungan. Bentuk-bentuk kegiatan mahasiswa Prodi IPPAK dalam rangka memupuk panggilan sebagai katekis, antara lain:
a.
Pembinaan Spiritualitas Pembinaan spiritualitas diselenggarakan seperti mata kuliah-mata kuliah
lain yang dilaksanakan selama empat tahun penuh. Materi yang disajikan dalam pembinaan spiritualitas tiap semesternya cukup beragam, hal ini disebabkan karena komposisi dan penekanan dari masing-masing semester berbeda-beda sesuai tujuan dari tiap semesternya dan juga mengikuti perkembangan mahasiswa yang didampingi. Dalam pembinaan spiritualitas tahun pertama diharapkan mahasiswa mengenal teman-teman seangkatannya, nyaman dengan lingkungan baru, mantap dengan pilihan prodinya, menumbuhkan nilai-nilai kedewasaan manusiawi, dan menyadari kerinduan hatinya yang terdalam sehingga jati dirinya semakin terarah pada Tuhan dan sesamanya (Silabus Pembinaan Spiritualitas I dan II). Tahun kedua diharapkan mahasiswa memiliki kedewasaan kristiani yang ditandai dengan mengenal dan meneladani pribadi dan karya-karya Yesus sehingga semakin tertarik mengikuti-Nya (Silabus Pembinaan Spiritualitas III dan IV). Dalam tahun ketiga diharapkan mahasiswa ketika di lapangan dapat merencanakan ibadat, memimpin ibadat dan mempraktekkannya bersama umat (Silabus Pembinaan Spiritualitas V dan VI). Tahun keempat diharapkan panggilan hidup mahasiswa lebih terarah dan spiritualitas katekisnya berkembang sesuai dengan kehendak Allah, sehingga mahasiswa siap dalam memasuki dunia kerja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
sebagai guru agama dan katekis yang memiliki spiritualitas katekis (Silabus Pembinaan Spiritualitas VII dan VIII). Metode yang dipakai dalam perkuliahan juga cukup beragam seperti bertolak dari pengalaman mahasiswa, audio visual, diskusi kelompok, dinamika proses, dialog dengan harta kekayaan iman Gereja dan refleksi para tokoh, pengolahan dan latihan doa pribadi dan bersama serta praktek ibadat. Di Prodi IPPAK pembinaan spiritualitas menjadi dasar bagi mahasiswa dalam menyatukan kecerdasan intelektual, emosional, afeksi maupun tindakan dan spiritual. Pembinaan spiritualitas ini mengarah pada profil lulusan yang hendak dicapai dalam visi dan misi Prodi yang bertujuan membantu mahasiswa dalam memperkembangkan kedewasaan manusiawi maupun kedewasaan iman dalam rangka mewujudkan katekis yang profesional, berspiritual, bertanggung jawab, dan memiliki iman yang mendalam (Staf Dosen 2010: 73-74).
b. Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Pradnyawidya Paduan suara mahasiswa Pradnyawidya secara struktur organisasi berada di bawah naungan HIMKA (Himpunan Mahasiswa Kateketik). Kegiatan paduan suara ini merupakan salah satu UKM yang ada di Prodi IPPAK, di mana anggotanya terdiri dari mahasiswa tingkat awal sampai mahasiswa tingkat ke empat, yang telah menempuh dan lolos berbagai seleksi dari para pengurus. Jadwal latihan rutin kegiatan ini biasanya disepakati bersama. Latihan bersama tidak hanya dilaksanakan ketika akan bertugas, namun dalam paduan suara ini para anggota juga diperkenalkan dan dilatih untuk menyanyikan lagu-lagu yang baru (belum dikenal). Tugas yang dilaksanakan oleh paduan suara Pradnyawidya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
tidak hanya di lingkup kampus, melainkan menerima tugas dari berbagai kegiatan umat seperti koor manten, misa arwah, syukuran pesta perkawinan, dsb. Selain itu, PSM Pradnyawidya juga melayani umat dalam bentuk pelayanan paduan suara diberbagai Gereja maupun paroki. Mahasiswa yang ikut ambil bagian menjadi anggota PSM Pradnyawidya terbantu dalam melatih diri bernyanyi dan membaca not dengan benar. Selain itu, mereka juga lebih banyak mengenal lagu-lagu rohani Gereja yang nantinya ketika sudah menjadi katekis dapat memperkenalkan kepada umat, agar mereka semakin menaruh perhatian kepada hal-hal yang spiritual, dan dengan demikian mereka merasakan kedekatan yang akrab dengan Tuhan dan Gereja. Kecintaan terhadap lagu-lagu rohani Gereja merupakan sebuah pertanda bahwa sebagai umat beriman memiliki kesadaran spiritual, berupa kemauan untuk senantiasa mencari kehendak Allah. Di samping itu, latihan koor atau latihan lagu-lagu rohani Gereja juga bertujuan untuk mengajarkan umat beriman bagaimana membaca not secara lebih baik dan tepat. Kiranya melalui latihan ini, mereka tidak merasa asing terhadap lagu-lagu rohani Gereja dan not-not yang terdapat dalam lagu.
c.
Dirigen Mata kuliah dirigen diajarkan pada mahasiswa semester II dengan tujuan
agar mereka mampu dan terampil dalam memilih, menganalisis, dan mempraktikkan secara sederhana lagu-lagu ibadat maupun lagu-lagu profan. Melalui kuliah ini, mahasiswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan menulis dan membaca musik, terutama not angka (Staf Dosen IPPAK, 2010: 52). Pengetahuan yang diterima mahasiswa tentu akan sangat bermanfaat bagi para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
calon katekis nantinya yang akan menjalankan tugas pelayanan di tengah kehidupan jemaat. Sebagai katekis tidaklah cukup bila hanya memiliki pengetahuan saja tanpa disertai dengan keterampilan yang memadai karena tugasnya bukan hanya di bidang pewartaan saja, melainkan ikut melaksanakan tugas-tugas Gereja yang lainnya. Dalam mengikuti mata kuliah dirigen selama satu semester mahasiswa diajarkan tentang teknik dalam memberi aba-aba yang benar, teknik vokal, dan membaca not. Pada akhir semester perkuliahan dirigen ditutup dengan konser paduan suara dari mahasiswa peserta kuliah. Melalui konser itu mahasiswa diberi kesempatan untuk mempraktekkan keterampilan memberi aba-aba serta keterampilannya dalam bernyanyi. Untuk melakukan penilaian atas mata kuliah ini, mahasiswa harus mengikuti ujian praktek memimpin lagu. Dosen membagi mahasiswa ke dalam beberapa kelompok dan setiap mahasiswa diberi kesempatan untuk memimpin lagu yang dinyanyikan bersama oleh anggota kelompoknya.
d. Pendidikan Iman Anak (PIA) Mata kuliah pendidikan iman anak di Prodi IPPAK diajarkan pada semester III. Mata kuliah ini ditujukan kepada mahasiswa agar mampu memahami keadaan dan tahap-tahap perkembangan iman anak sehingga mampu menguraikan peristiwa-peristiwa kehidupan anak berkaitan dengan perkembangan imannya beserta latar belakangnya, sehingga mampu memikirkan arah dan pelaksanaan Pendidikan Iman Anak (Staf Dosen IPPAK, 2010: 57). Melalui mata kuliah ini, mahasiswa diberi kesempatan untuk melaksanakan Pendidikan Iman Anak baik di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
paroki maupun di lingkungan. Dalam prakteknya, mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok mencari tempat masing-masing untuk melaksanakan pendampingan. Langkah-langkah yang harus dilakukan mahasiswa yakni membuat perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pengembangannya.
e.
PPL PAK Pendidikan Dasar Mata kuliah ini ingin membantu mahasiswa dalam mengembangkan
kemampuan mengelola proses belajar mengajar pendidikan agama Katolik di SD (Staf Dosen IPPAK, 2010: 64). Selama menjalankan PPL PAK Pendidikan Dasar, mahasiswa diajak untuk mengamati pelaksanaan PAK di SD. Mahasiswa juga diminta untuk membuat administrasi guru, antara lain: RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran), Prosem (program semester), Prota (program tahunan), dsb. Perencanaan-perencanaan
tersebut
dilaksanakan
mahasiswa
baik
secara
terbimbing maupun mandiri di dalam kelas. Setelah melaksanakan perencanaan tersebut, mahasiswa diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasinya sehingga mahasiswa mengerti hal-hal baik yang perlu dipertahankan dan hal-hal kurang baik yang harus diperbaiki.
f.
PPL Pendidikan Menengah Mata kuliah ini merupakan program pengalaman lapangan mahasiswa
dalam melaksanakan pendidikan agama Katolik di jenjang pendidikan menengah. Sama halnya dengan PPL PAK Pendidikan Dasar, dalam PPL Pendidikan Menengah mahasiswa juga diminta untuk mempersiapkan administrasi guru antara lain RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran), Prosem (program semester),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Prota (program tahunan), dsb. Dengan pelaksanaan PPL Pendidikan Menengah ini mahasiswa terbantu dalam mengembangkan kemampuan dan keterampilan diri menjadi guru pendidikan agama Katolik di jenjang pendidikan menengah (Staf Dosen IPPAK, 2010: 71).
g.
PPL PAK Paroki Mata kuliah ini melatih mahasiswa untuk merencanakan, melaksanakan
dan mengevaluasi pelaksanaan pendidikan agama Katolik di paroki dengan memperhatikan dan menggunakan berbagai model pendekatan pendidikan agama Katolik, terutama katekese umat. Dalam proses kuliah, mahasiswa tidak hanya dibekali pengetahuan saja tetapi mahasiswa diberikan kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan katekese umat di lingkungan-lingkungan. Hadirnya mahasiswa dalam kegiatan katekese umat bukan sekedar menjadi peserta, tetapi mahasiswa memimpin jalannya proses katekese. Dengan ikut ambil bagian dalam kegiatan tersebut mahasiswa semakin mampu dan terampil dalam penanganan pendidikan agama Katolik di paroki (Staf Dosen IPPAK, 2010: 69).
h. PPL Pendidikan Kader Mata kuliah ini memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan dalam membuat perencanaan, melaksanakan dan mengevaluasi pendampingan katekis berdasarkan teori-teori yang telah dipelajari dalam mata kuliah Pendidikan Kader. Dengan pengalaman itu, mahasiswa diharapkan mampu membekali katekis-katekis baru dan mendampingi para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
katekis lapangan, baik dalam lingkup paroki maupun sekolah, guna mendukung dan mengembangkan karya katekese Gereja (Staf Dosen IPPAK, 2010: 72).
i.
KBP (Karya Bakti Paroki) Dalam kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu dan terampil dalam
melaksanakan dan mengevaluasi karya-karya pastoral Gereja dalam lingkup paroki (Staf Dosen IPPAK, 2010: 72). Dengan melaksanakan KBP, mahasiswa bisa tahu kemampuan yang dimilikinya dan mendapatkan banyak pengalaman. Mahasiswa juga terbantu dalam memperkembangkan pribadinya sebagai seorang pewarta dengan harapan mereka semakin mantap akan panggilan dirinya sebagai katekis. Sebagai pelayan umat, mereka dituntut untuk selalu siap sedia. Selain itu mahasiswa juga dapat lebih konkret melihat situasi dan kebutuhan hidup rohani umat.
B. Metodologi Penelitian Penelitian ini sebagai upaya awal untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai keterlibatan mahasiswa Prodi IPPAK dalam hidup menggereja. Pada bagian ini, penulis akan memaparkan mengenai latar belakang penelitian, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, jenis penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian, populasi dan sampel penelitian, tempat dan waktu penelitian, dan teknik analisis data.
1.
Latar Belakang Penelitian Orang beriman yang dipilih dan dipanggil oleh Allah sendiri untuk ikut
ambil bagian dalam perwujudan Kerajaan Allah di dunia disebut katekis. Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
menanggapi panggilannya tersebut, tentu saja tidak terlepas dari permasalahan hidup yang ada di masyarakat sekarang ini. Salah satu contoh permasalahannya yaitu pengaruh kemajuan IPTEK, yang secara langsung maupun tidak langsung membawa dampak tersendiri bagi para calon katekis. Memang di satu pihak, perkembangan IPTEK menawarkan suatu nilai positif yang menggembirakan, yang salah satunya dapat digunakan sebagai sarana pewartaan Injil dan sebagai sarana komunikasi bagi sesama umat beriman. Akan tetapi di lain pihak perkembangan ilmu teknologi juga bisa membawa akibat negatif yang dapat menghambat keaktifan para calon katekis dalam hidup menggereja. Di dalam Gereja Katolik, ada berbagai bentuk kegiatan hidup menggereja seperti: menjadi petugas liturgi, doa bersama di lingkungan, koor, ibadat sabda, dan kegiatan-kegiatan lain dalam lingkup jemaat. Sebagai mahasiswa calon katekis seharusnya bisa membagi waktu secara adil, baik untuk belajar maupun untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja. Tak jarang pula karena banyaknya tuntutan tugas yang harus dikerjakan mereka memilih untuk tetap di kos atau tempat tinggalnya untuk menyelesaikan tugas-tugasnya, dari pada harus berkumpul di gereja maupun di lingkungan untuk berdoa dan melakukan kegiatan-kegiatan rohani lainnya. Di samping itu mereka mudah tergoda untuk melakukan kegiatan-kegiatan profan yang bersifat rekreatif misalnya: main game, chating, main bersama teman, dll. Kesenangan-kesenangan yang bersifat duniawi ini sungguh menggiurkan sehingga dapat menyebabkan mereka kurang tertarik pada kegiatan-kegiatan menggereja. Padahal dinamika yang telah diprogramkan kampus untuk mahasiswa sangatlah membantu dalam berproses untuk menumbuhkan benih panggilan dirinya sebagai katekis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Berbagai macam kegiatan yang diadakan dalam hidup menggereja merupakan salah satu wadah bagi para calon katekis untuk melibatkan diri di dalamnya supaya mereka mulai terbiasa dengan kehidupan menjemaat. Ketika para calon katekis menyadari akan pentingnya terlibat dalam kegiatan hidup menggereja, maka mereka pun dengan sendirinya akan terbantu dalam menyadari panggilannya sebagai katekis dan mereka juga semakin merasakan manfaat dari kegiatan-kegiatan tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana peran keterlibatan hidup menggereja bagi mahasiswa Prodi IPPAK dalam memupuk panggilannya sebagai katekis.
2.
Rumusan Permasalahan Bertolak dari latar belakang di atas, penulis mencoba merumuskan
permasalahan sebagai berikut: a.
Bagaimana pemahaman mahasiswa Prodi IPPAK tentang panggilan sebagai katekis?
b.
Apa bentuk-bentuk keterlibatan mahasiswa Prodi IPPAK dalam kegiatan hidup menggereja?
c.
Bagaimana peran keterlibatan hidup menggereja mahasiswa Prodi IPPAK terhadap panggilan dirinya sebagai katekis?
3.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini dilaksanakan antara lain:
a.
Mengetahui pemahaman mahasiswa Prodi IPPAK terhadap panggilan sebagai katekis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
b.
Mengetahui bentuk keterlibatan mahasiswa Prodi IPPAK dalam hidup menggereja.
c.
Mengetahui peranan keterlibatan hidup menggereja mahasiswa Prodi IPPAK terhadap panggilan dirinya sebagai katekis.
4.
Manfaat Penelitian
a.
Membantu mahasiswa Prodi IPPAK lebih memahami dan menghayati panggilan dirinya sebagai katekis.
b.
Memberi masukkan bagi Prodi IPPAK berkaitan dengan program-program keterlibatan hidup menggereja bagi mahasiswa.
c.
Membantu menyadarkan mahasiswa Prodi IPPAK akan pentingnya keterlibatan hidup menggereja dalam rangka menanggapi panggilannya sebagai katekis.
5.
Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif.
Moleong (2011: 6) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penulis dalam penelitian ini menggunakan metode survey. Menurut Arikunto Suharsimi (1997: 90), survey merupakan salah satu pendekatan penelitian yang pada umumnya digunakan untuk pengumpulan data yang luas dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
banyak. Survey dilakukan untuk penyelidikan dengan gerak ke arah yang meluas dan merata, karena mampu membenarkan keadaan sampel yang diselidiki. Penulis memilih penelitian ini karena metode penelitian kualitatif memandang manusia sebagai instrumen utama dan mengutamakan proses daripada hasil penelitian (Moleong, 2011: 11). Melalui penelitian kualitatif, penulis dapat mengenal orang (subyek) secara pribadi. Latar belakang alamiah yang mengharuskan penulis terlibat langsung dalam proses penelitian menjadi suatu tantangan tersendiri untuk berproses bersama responden di mana penelitian diadakan dan menyesuaikan diri dengan kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan.
6.
Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014: 2). Aspek-aspek yang akan diteliti yakni berhubungan dengan peran keterlibatan hidup menggereja mahasiswa Prodi IPPAK dalam rangka menanggapi panggilannya sebagai katekis. Namun dalam variabel juga terdapat identitas responden yang dicantumkan sebelum masuk pada bagian pertanyaan untuk penelitian. Maka dari itu penulis mengelompokkan variabel penelitian ke dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Variabel Penelitian No (1) 1.
Variabel-variabel (2) Identitas Responden
No. Item (3) 1, 2, 3, 4
Jumlah (4) 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
(1) 2. 3. 4.
5.
6.
7.
(2) Pemahaman tentang panggilan sebagai katekis.
(3) 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 Pemahaman dan peranan hidup menggereja bagi 8, 9, 10, panggilan sebagai katekis. 11, 12, 13 Macam-macam hidup menggereja dan program 14, 15, 16, kurikuler yang mendukung keterlibatan hidup 17, 18, 19 menggereja. Bidang karya katekis dalam rangka pelayanan 20, 21, 22, hidup menggereja. 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29 Usulan kegiatan yang dapat mendukung panggilan 30 sebagai katekis. Total
(4) 7 6 6
10
1 34
Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto Suharsimi, 1997: 128-129). Kuesioner itu sendiri ditujukan bagi mahasiswa Prodi IPPAK angkatan 2010 dan 2011.
8.
Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014: 61). Penelitian ini mengambil populasi mahasiswa tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah 286 mahasiswa. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2014: 62). Penelitian ini mengambil sampel mahasiswa angkatan 2010 dan 2011 dengan jumlah 40 orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Pengambilan sampelnya dilakukan dengan sampel bertujuan atau purposive sample. Purposive sample atau sampel bertujuan adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu dan didasarkan atas tujuan tertentu (Sugiyono, 2014: 68). Mengapa penulis memilih mahasiswa angkatan 2010 dan 2011? Karena mahasiswa angkatan 2010 dan 2011 telah menempuh dan mengalami keseluruhan dinamika proses perkuliahan di Prodi IPPAK dengan melaksanakan semua mata kuliah praktek yang diprogramkan oleh kampus. Jadi mereka sangatlah tepat dijadikan sebagai sampel dalam penelitian yang penulis lakukan ini.
9.
Tempat dan Waktu Penelitian Penulis melaksanakan penelitian ini di Prodi IPPAK USD dan waktu
penelitian dilaksanakan pada akhir bulan Oktober 2015 sampai dengan awal bulan November 2015.
10. Teknik Analisis Data Moleong (2011: 280) mendefinisikan analisis data sebagai proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari sumber yakni kuesioner. Setelah mendapat data, penulis mengadakan reduksi data dengan melakukan abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Selanjutnya penulis mengkategorisasikan serta melakukan koding. Sebagai tahap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
terakhir, penulis melakukan pemeriksaan data kembali setelah itu menafsirkan data dan memaknai dalam bentuk teori yang sesungguhnya berdasarkan hasil penelitian (Moleong, 2011: 247). Penulis memperoleh prosentase suara responden dengan cara membagi frekuensi suara masuk (F) dengan jumlah responden keseluruhan (N) kemudian dikalikan dengan 100% atau dengan rumus: F x 100% N Keterangan: F : Suara Masuk N : Jumlah Responden
C. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel-tabel. Hasil penelitian yang penulis laporkan meliputi: identitas dan latar belakang responden, pemahaman tentang panggilan sebagai katekis, pemahaman dan peranan hidup menggereja bagi panggilan sebagai katekis, macam-macam hidup menggereja dan program kurikuler yang mendukung keterlibatan hidup menggereja, bidang karya katekis dalam rangka pelayanan hidup menggereja dan usulan kegiatan yang dapat mendukung panggilan sebagai katekis.
1.
Identitas dan Latar Belakang Responden Hasil penelitian yang penulis laporkan pada tabel 2, meliputi: umur, jenis
kelamin, keuskupan asal dan alasan mahasiswa studi di Prodi IPPAK.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Tabel 2. Identitas dan Latar Belakang Responden (N: 40) No Pernyataan Item (1) (2) 1 Umur a. 20-25 b. 26-30 c. 31-35 d. 36-40 e. 41-45 2 Jenis Kelamin a. Perempuan b. Laki-laki 3 Keuskupan tempat asal a. Keuskupan Agung Semarang b. Keuskupan Agung Samarinda c. Keuskupan Agung Palembang d. Keuskupan Tanjung Karang e. Keuskupan Atambua f. Keuskupan Banjarmasin g. Keuskupan Purwokerto h. Keuskupan Bandung i. Keuskupan Sintang j. Keuskupan Larantuka k. Keuskupan Amboina l. Keuskupan Tanjung Selor m. Keuskupan Agung Medan 4 Alasan studi di Prodi IPPAK a. Inisiatif saya sendiri b. Disuruh oleh orangtua c. Ingin menjadi PNS d. Semata-mata hanya ingin kuliah e. Diutus oleh Keuskupan atau lembaga lain (Sekolah, Ordo, Kongregasi) f. Alasan lainnya
Jumlah Mahasiswa (3)
Persen (%) (4)
29 6 1 4 -
72,5% 15% 2,5% 10% -
18 22
45% 55%
16 1 4 6 1 1 3 2 1 1 1 2 1
40% 2,5% 10% 15% 2,5% 2,5% 7,5% 5% 2,5% 2,5% 2,5% 5% 2,5%
18 8 1 4 9
45% 20% 2,5% 10% 22,5%
-
-
Dari tabel 2, ditemukan mengenai identitas mahasiswa dari segi usia sebagai berikut: 20-25 tahun berjumlah 29 (72,5%) mahasiswa, 26-30 tahun berjumlah 6 (15%) mahasiswa, 31-35 tahun berjumlah 1 (2,5%) mahasiswa dan 36-40 tahun berjumlah 4 (10%) mahasiswa. Identitas mahasiswa dari segi jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
kelamin terdiri dari 18 (45%) mahasiswa adalah perempuan dan 22 (55%) mahasiswa adalah laki-laki. Angkatan tersebut lebih didominasi oleh laki-laki. Hal ini sangat baik karena akan ada saling kerja sama yang baik. Identitas mahasiswa berdasarkan tempat asal keuskupan diperoleh data sebagai berikut: 16 (40%) mahasiswa berasal dari Keuskupan Agung Semarang, 1 (2,5%) mahasiswa berasal dari Keuskupan Agung Samarinda, Keuskupan Agung Palembang 4 (10%) mahasiswa, Keuskupan Tanjung Karang 6 (15%) mahasiswa, Keuskupan Atambua 1 (2,5%) mahasiswa, Keuskupan Banjarmasin 1 (2,5%) mahasiswa, Keuskupan Purwokerto 3 (7,5%) mahasiswa, Keuskupan Bandung 2 (5%) mahasiswa, Keuskupan Sintang 1 (2,5%) mahasiswa, Keuskupan Larantuka 1 (2,5%) mahasiswa, Keuskupan Amboina 1 (2,5%) mahasiswa, Keuskupan Tanjung Selor 2 (5%) mahasiswa, dan Keuskupan Agung Medan 1 (2,5%) mahasiswa. Melihat bahwa mereka berasal dari berbagai keuskupan, tentunya ada keberagaman dalam diri mereka masing-masing. Keberagaman mahasiswa bisa berpengaruh secara positif maupun negatif. Dari segi positif, mahasiswa dapat saling memperkaya budaya, karakter, kepribadian dan sifat sehingga mereka dapat saling melengkapi satu sama lain. Dari segi negatif, mahasiswa akan bergaul hanya dengan orang-orang sesukunya, sekeuskupannya dan tidak mau terbuka terhadap teman yang berasal dari suku yang lain. Berdasarkan tabel 2 juga alasan mahasiswa studi di Prodi IPPAK, menyatakan inisiatif diri sendiri 18 (45%) mahasiswa, alasan karena orangtua menuntut untuk studi atau kuliah 8 (20%) mahasiswa, alasan karena ingin menjadi PNS 1 (2,5%) mahasiswa, alasan semata-mata hanya ingin kuliah 4 (10%) mahasiswa, alasan karena diutus oleh keuskupan atau lembaga lain (sekolah, ordo,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
kongregasi) 9 (22,5%) mahasiswa. Dari segi alasan mahasiswa studi memang beragam. Dengan beragamnya alasan tentunya akan berpengaruh pada proses studi mereka di IPPAK.
2.
Pemahaman Tentang Panggilan sebagai Katekis Tabel 3 memaparkan hasil penelitian penulis mengenai pemahaman
mahasiswa Prodi IPPAK terhadap panggilan dirinya sebagai katekis. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 3. Pemahaman Tentang Panggilan sebagai Katekis (N= 40) No Pertanyaan Alternatif jawaban Item (1) (2) (3) 1 Menurut anda Katekis adalah orang apa pengertian yang berperan aktif katekis? dalam karya pewartaan Gereja Katekis adalah orang yang selalu memberdayakan umat beriman Katekis adalah orang yang semata-mata tidak bekerja sebatas liturgi saja Katekis adalah orang yang mencari langkahlangkah untuk membangun communio dalam komunitas terutama lewat katekese 2 Panggilan untuk Allah menjadi katekis Gereja berasal dari …. Orang lain Diri sendiri
Jumlah Mahasiswa (4) 25
Persen (%) (5) 62,5%
1
2,5%
-
-
14
35%
26 1 1 12
65% 2,5% 2,5% 30%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
(1) 3
(2)
(3) Menjadi dirigen di gereja saat petugas tidak ada Menjadi pemimpin lagu saat ikut dalam doa lingkungan Ikut mendukung kegiatan lingkungan/paroki pada hari raya liturgi Ikut membantu team kerja pewartaan paroki Rendah hati Rela berkorban Tanggung jawab Percaya diri dan komitmen
(4) -
(5) -
2
5%
10
25%
28
70%
12 10 14 4
30% 25% 35% 10%
Semangatnya Kecerdasannya Kepribadiannya Keterampilannya Jawaban lainnya Semua alternatif jawaban Kemauan masingmasing pribadi Karena pengaruh kesaksian umat beriman yang lain Karena rahmat dan kasih karunia yang Tuhan anugerahkan
14 23 -
35% 57,5% -
3
7,5%
3
7,5%
1
2,5%
33
82,5%
Karena tuntutan dari Gereja untuk memenuhi tugas pelayanan Hubungan seorang katekis dengan umat Hubungan katekis dengan pastor paroki Hubungan seorang katekis dengan Sabda Allah Hubungan pribadi seorang katekis dengan Kristus
3
7,5%
10
25%
-
-
9
22,5%
21
52,5%
Salah satu bentuk tugas pelayanan katekis dalam paroki adalah….
4
5
6
7
Dalam menjalankan peran sebagai katekis hendaknya mempunyai sikap …. Kekhasan panggilan sebagai katekis, harus nampak dalam ….
Yang menjadikan seorang katekis masuk dalam persatuan dengan Kristus untuk melayani umat-Nya dengan mewartakan Kabar Gembira adalah …. Yang mendasari tugas pelayanan seorang katekis adalah ….
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
a.
Laporan Hasil Penelitian Pemahaman Tentang Panggilan sebagai Katekis Hasil penelitian tabel 3 mengenai variabel pemahaman panggilan sebagai
katekis dapat diuraikan sebagai berikut: Nomor item 1 mengenai pemahaman mahasiswa tentang pengertian katekis, sejumlah 25 mahasiswa (62,5%) menyatakan katekis adalah orang yang berperan aktif dalam karya pewartaan Gereja dan 14 mahasiswa (35%) menyatakan katekis adalah orang yang mencari langkah-langkah untuk membangun communio dalam komunitas terutama lewat katekese, sedangkan 1 mahasiswa (2,5%) menyatakan katekis adalah orang yang selalu memberdayakan umat beriman. Nomor item 2 mengenai pemahaman panggilan untuk menjadi katekis berasal dari Allah, diperoleh data sebanyak 26 mahasiswa (65%) menyatakan panggilan menjadi katekis berasal dari Allah dan 12 mahasiswa (30%) menyatakan panggilan katekis berasal dari diri sendiri. Sedangkan yang menyatakan panggilan katekis berasal dari gereja 1 mahasiswa (2,5%) dan 1 mahasiswa (2,5%) menyatakan panggilan katekis berasal dari orang lain. Nomor item 3 mengenai bentuk tugas pelayanan katekis dalam paroki, diperoleh data sebagai berikut: sebanyak 28 mahasiswa (70%) menyatakan keterlibatan katekis dalam tugas pelayanan di paroki adalah ikut membantu team kerja pewartaan dan 10 mahasiswa (25%) menyatakan ikut mendukung kegiatan lingkungan/paroki pada hari raya liturgi, sedangkan 2 mahasiswa (5%) menyatakan tugas katekis di paroki menjadi pemimpin lagu saat ikut doa lingkungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Nomor item 4 mengenai sikap yang harus dimiliki oleh seorang katekis, diperoleh data sebagai berikut: 14 mahasiswa (35%) menyatakan sikap yang harus dimiliki oleh seorang katekis adalah tanggung jawab, 12 mahasiswa (30%) menyatakan rendah hati dan 10 mahasiswa (25%) menyatakan rela berkorban. Sedangkan 4 mahasiswa (10%) menyatakan sikap yang harus dimiliki seorang katekis adalah percaya diri dan komitmen. Nomor item 5 mengenai kekhasan panggilan katekis, diperoleh data sebanyak 23 mahasiswa (57,5%) menyatakan kekhasan panggilan katekis nampak dalam kepribadiannya dan 14 mahasiswa (35%) menyatakan kekhasan panggilan sebagai katekis adalah semangatnya. Sedangkan jawaban lainnya 3 mahasiswa (7,5%) menyatakan kekhasan panggilan katekis nampak dalam semangatnya, kecerdasannya, kepribadiannya dan keterampilannya. Nomor item 6 dengan pertanyaan yang menjadikan seorang katekis masuk dalam persekutuan dengan Kristus untuk melayani umat-Nya dengan mewartakan Kabar Gembira, diperoleh hasil sebagai berikut: sebanyak 33 mahasiswa (82,5%) menyatakan karena rahmat dan kasih karunia yang Tuhan anugerahkan. Sedangkan yang lain 3 mahasiswa (7,5%) menyatakan karena kemauan masingmasing pribadi, 3 mahasiswa (7,5%) menyatakan karena tuntutan dari Gereja dan 1 mahasiswa (2,5%) menyatakan karena pengaruh kesaksian umat beriman yang lain. Nomor item 7 mengenai dasar pelayanan seorang katekis, diperoleh data sebanyak 21 mahasiswa (52,5%) menyatakan dasar pelayanan katekis adalah hubungan katekis dengan Kristus, 10 mahasiswa (25%) menyatakan hubungan katekis dengan umat, dan 9 mahasiswa (22,5%) menyatakan hubungan katekis dengan Sabda Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
b. Pembahasan Hasil Penelitian Pemahaman Tentang Panggilan sebagai Katekis Panggilan menjadi seorang katekis akan terus tumbuh dan berkembang dalam diri para calon katekis apabila masing-masing mampu menyadari dan menghayati panggilan tersebut. Sebagian besar mahasiswa sudah memahami dengan benar siapa itu katekis. Mahasiswa memahami bahwa katekis adalah orang yang aktif dalam karya pewartaan Gereja. Jadi telah disadari pula tugas katekis tidak semata-mata hanya di bidang liturgi saja, melainkan mencakup keseluruhan tugas Gereja. Panggilan yang diterima oleh katekis merupakan panggilan dari Allah sendiri dan manusia yang menanggapi. Dalam menanggapi panggilan tersebut, tentu bukan semata-mata karena kemauan atau dorongan diri sendiri saja, tetapi Allah ikut berperan di dalamnya melalui Roh Kudus-Nya. Atas pernyataan di atas, sebagian besar mahasiswa sudah menyadari bahwa panggilan menjadi katekis berasal dari Allah sendiri. Sebagai seorang katekis yang menerima panggilan khusus dari Allah, perlu menyadari bahwa masa depan Gereja juga berada di tangannya. Katekis dituntut untuk mampu berperan secara aktif dalam setiap kegiatan hidup menggereja, baik dalam lingkup paroki maupun lingkungan tempat tinggalnya. Melihat hasil penelitian yang diperoleh, sebagian besar mahasiswa sudah cukup mengerti peran katekis di paroki yakni ikut membantu team kerja pewartaan. Supaya perannya dapat dijalankan dengan baik, maka katekis juga harus memiliki sikap yang baik pula. Sikap-sikap yang harus dimiliki katekis yakni percaya diri dan komitmen. Sikap percaya diri merupakan sikap yang lahir dari kesadaran akan panggilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
dirinya sebagai katekis. Sedangkan komitmen adalah kesetiaan melaksanakan tanggung jawab untuk memikirkan bersama rencana pastoral dan ketelatenan melaksanakannya (Komisi Kateketik KWI, 2005: 100-101). Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa mahasiswa masih perlu diberi pemahaman mengenai sikap-sikap yang harus dimiliki seorang katekis untuk menjalankan perannya. Selain harus memiliki sikap yang baik, katekis juga dituntut untuk menampakkan
kekhasan
panggilannya.
Kekhasan
panggilannya
dapat
diwujudnyatakan melalui kepribadiannya. Berdasarkan pernyataan itu, sebagian besar mahasiswa sudah memahami bahwa kekhasan panggilan sebagai katekis harus nampak dalam pribadinya.
Karena sebagai seorang katekis diharapkan
mempunyai kepribadian yang bermutu, baik yang menyangkut kehidupan rohani maupun pribadinya. Tugas
pelayanan
seorang
katekis tentunya tidak terlepas dari
kesatuannya dengan Tuhan. Sebagian besar mahasiswa dalam dirinya sudah mempunyai kesadaran bahwa tugas katekis untuk mewartakan Kabar Gembira digerakkan oleh kuasa Allah. Pelayanan seorang katekis di tengah jemaat juga perlu didasari oleh hubungan pribadinya dengan Kristus. Atas pernyataan tersebut, sebagian besar mahasiswa sudah memahami pelayanan katekis harus didasari hubungan pribadinya dengan Kristus. Hubungan pribadi antara katekis dengan Kristus dapat diwujudnyatakan
dengan berdoa
kepada-Nya. Melalui berdoa
itulah relasi dengan Kristus akan terjalin dan ia pun mendapatkan kekuatan untuk mewartakan Kabar Gembira keselamatan di bumi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
3.
Pemahaman dan Peranan Hidup Menggereja bagi Panggilan sebagai Katekis Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai pemahaman dan peranan hidup
menggereja mahasiswa Prodi IPPAK terhadap panggilan dirinya sebagai katekis. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 4. Pemahaman dan Peranan Hidup Menggereja bagi Panggilan sebagai Katekis (N= 40) No Pertanyaan Alternatif jawaban Item (1) (2) (3) 8 Menurut anda Selalu mematuhi apa pengertian peraturan Gereja hidup Hidup yang menggereja? menampakkan imannya kepada Kristus Hidup yang diwujudkan melalui kegiatan menggereja Selalu melaksanakan kewajibannya sebagai anggota Gereja 9 Alasan saya Memenuhi tugas / terlibat dalam tuntutan perkuliahan hidup Memenuhi tugas yang menggereja diberikan oleh Gereja adalah …. Sebagai latihan untuk mengetahui dan merasakan hidup menjemaat Supaya tidak asing ketika kelak harus bertugas sebagai katekis di tengah jemaat
Jumlah Mahasiswa (4) -
Persen (%) (5) -
18
45%
17
42,5%
5
12,5%
-
-
10
25%
19
47,5%
11
27,5%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
(1) 10
11
12
13
(2) (3) Manfaat yang Semakin menambah saya dapatkan pengalaman bersama dari keterlibatan umat hidup Semakin menggereja memperkembangkan dalam proses iman dan menumbuhkan memantapkan panggilan panggilan sebagai katekis Dapat meningkatkan adalah …. rasa percaya diri karena lebih banyak bergaul Mendapatkan kesempatan untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama kuliah Apa yang Melaksanakan karena melatarbelakangi diajak umat yang lain keinginan anda Melaksanakan untuk terlibat tergantung kemauan dalam hidup dan suasana hati menggereja? Melaksanakan karena malu dengan umat lain yang aktif Melaksanakan dengan tulus karena menyadari sebagai panggilan Tuhan Faktor yang Kesibukan masih menjadi mengerjakan tugas hambatan saya kuliah untuk terlibat Kurangnya kesadaran aktif dalam dari dalam diri kegiatan hidup Belum menghayati menggereja sungguh panggilan adalah …. sebagai katekis Lebih tertarik pada kegiatan yang tidak bersifat rohani Keterampilan Berefleksi yang harus Berkatekese dimiliki seorang Bersosialisasi katekis Berkomunikasi
(4) 2
(5) 5%
28
70%
-
-
10
25%
1
2,5%
3
7,5%
-
-
36
90%
4
10%
8
20%
25
62,5%
3
7,5%
9 16 7 6
22,5% 40% 17,5% 15%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
(1)
a.
(2) adalah ….
(3) Jawaban lainnya Semua alternatif jawaban
(4)
(5)
2
5%
Laporan Hasil Penelitian Pemahaman dan Peranan Hidup Menggereja bagi Panggilan sebagai Katekis Hasil penelitian tabel 4 mengenai variabel pemahaman dan peranan hidup
menggereja bagi panggilan katekis dapat diuraikan sebagai berikut: Nomor item 8 mengenai pemahaman mahasiswa tentang pengertian hidup menggereja, dapat diperoleh data sebagai berikut: sebanyak 18 mahasiswa (45%) menyatakan hidup menggereja adalah hidup yang menampakkan imannya kepada Kristus dan 17 mahasiswa (42,5%) menyatakan hidup menggereja adalah hidup yang diwujudkan melalui kegiatan menggereja, sedangkan 5 mahasiswa (12,5%) menyatakan selalu melaksanakannya sebagai kewajiban anggota Gereja. Nomor item 9 mengenai motivasi mahasiswa terlibat dalam kegiatan hidup menggereja, diperoleh data sejumlah 19 mahasiswa (47,5%) menyatakan alasannya terlibat di kegiatan hidup menggereja sebagai latihan untuk mengetahui dan merasakan hidup menjemaat dan 11 mahasiswa (27,5%) mengungkapkan agar tidak asing ketika kelak harus bertugas sebagai katekis di tengah jemaat, sedangkan 10 mahasiswa (25%) menyatakan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Gereja. Nomor item 10 mengenai manfaat yang diperoleh mahasiswa dari terlibat di kegiatan hidup menggereja, diperoleh data sebanyak 28 mahasiswa (70%) menyatakan semakin dikembangkan dalam iman serta panggilannya dimantapkan dan 10 mahasiswa (25%) menyatakan mendapatkan kesempatan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
menerapkan ilmu yang diperoleh selama kuliah serta 2 mahasiswa (5%) menyatakan menambah pengalaman hidup dengan umat. Nomor item 11 mengenai latarbelakang mahasiswa untuk terlibat dalam hidup menggereja, diperoleh data sebagai berikut: sebanyak 36 mahasiswa (90%) menyatakan tulus hati karena didasari panggilan Tuhan, tergantung dengan kemauan dan suasana hati sebanyak 3 mahasiswa (7,5%) dan 1 mahasiswa (2,5%) menyatakan melaksanakan karena diajak oleh umat. Nomor item 12 mengenai faktor yang menghambat mahasiswa untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja, diperoleh data sebanyak 25 mahasiswa (62,5%) mengungkapkan belum menghayati panggilannya sebagai katekis, 8 mahasiswa (20%) menyatakan kurangnya kesadaran diri, dan 4 mahasiswa (10%) mengungkapkan karena banyak tugas kuliah yang harus dikerjakan dan 3 mahasiswa (7,5%) menyatakan lebih tertarik pada kegiatan yang tidak bersifat rohani. Nomor item 13 mengenai keterampilan yang harus dimiliki seorang katekis, diperoleh data sebagai berikut: sejumlah 16 mahasiswa (40%) menyatakan keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang katekis adalah berkatekese, berefleksi 9 mahasiswa (22,5%), berkomunikasi 6 mahasiswa (15%), bersosialisasi 7 mahasiswa (17,5%) dan lainnya 2 mahasiswa (5%) setuju bahwa berkatekese, berefleksi dan berkomunikasi harus dikuasai oleh seorang katekis.
b. Pembahasan
Hasil
Penelitian
Pemahaman
dan
Peranan
Hidup
Menggereja bagi Panggilan sebagai Katekis Berdasarkan hasil penelitian yang dipaparkan pada tabel 4, dapat diketahui pemahaman dan peranan hidup menggereja bagi mahasiswa calon katekis. Hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
menggereja mahasiswa calon katekis dapat tercipta dengan baik apabila masingmasing mampu memahami dan menghayati arti hidup menggereja itu sendiri. Melihat hasil prosentase yang diperoleh, sebagian mahasiswa sudah memahami dengan benar arti hidup menggereja. Walaupun masih ada mahasiswa yang menyatakan melaksanakan kegiatan hidup menggereja hanya sebatas kewajiban sebagai anggota Gereja, namun hal tersebut tidak berpengaruh kepada yang lainnya. Hal ini menandakan sebagai langkah awal yang baik bagi para calon katekis dalam membangun hidup menggereja, melihat perannya yang besar di kehidupan Gereja. Dengan memahami arti hidup menggereja, maka mahasiswa juga mempunyai kesadaran dari dalam diri untuk terlibat di kegiatan hidup menggereja. Dari hasil penelitian, pada umumnya mahasiswa telah menyadari bahwa terlibat dalam kegiatan hidup menggereja bukan semata-mata hanya karena tuntutan tugas, melainkan sungguh-sungguh disadari sebagai bagian dari tugas seorang katekis. Keterlibatan dalam kegiatan hidup menggereja yang dilakukan oleh mahasiswa calon katekis akan memberikan dampak positif bagi mereka. Sebagian besar mahasiswa merasakan manfaat yang baik atas keterlibatannya di kegiatan hidup menggereja yakni semakin dikembangkan dalam iman dan panggilannya pun semakin dimantapkan. Hal ini tentunya menjadi motivasi mereka untuk semakin terlibat aktif dalam kegiatan menggereja. Keterlibatan
calon
katekis
dalam
kegiatan
menggereja
biasanya
dilatarbelakangi oleh berbagai macam hal. Prosentase yang diperoleh dari hasil penelitian membuktikan bahwa mahasiswa calon katekis mulai menyadari terlibat di kegiatan hidup menggereja harus didasari oleh ketulusan. Mengapa? karena dengan mempunyai dasar itulah mahasiswa akan lebih senang dan semangat dalam menjalankannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Gereja sangat mendukung mahasiswa calon katekis untuk mau ikut terlibat dalam kegiatan hidup menggereja. Namun, dukungan tersebut seringkali kurang mendapat respon yang baik dari para calon katekis. Hal tersebut biasanya disebabkan karena berbagai macam faktor. Dari hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan
sebagian
besar
mahasiswa
belum
menghayati
sungguh
panggilannya sebagai katekis. Kenyataan ini tentu menimbulkan tanda tanya apakah benar mahasiswa memilih Prodi IPPAK karena inisiatif sendiri atau malah sebaliknya. Katekis
dalam
menjalankan
tugasnya
harus
didukung
dengan
keterampilan. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa mengungkapkan keterampilan utama yang harus dimiliki seorang katekis yakni keterampilan berkatekese. Pada dasarnya katekese adalah bentuk dari apa yang diwartakan oleh katekis. Katekese dapat dilakukan dengan baik, apabila katekis memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Selain komunikasi, katekis juga harus mampu untuk berefleksi. Jadi ada dua macam keterampilan yang harus dimiliki katekis yakni berkomunikasi dan berefleksi. Melihat hasil penelitian yang diperoleh, mahasiswa calon katekis perlu diberi pemahaman kembali seputar keterampilan yang harus dimiliki oleh katekis. Karena keterampilan inilah yang membantu katekis dalam menyampaikan nilainilai Injili yang diproses dalam katekese.
4.
Macam-macam Hidup Menggereja dan Program Kurikuler yang Mendukung Keterlibatan Hidup Menggereja Pada bagian ini akan memaparkan variabel tentang macam-macam hidup
menggereja dan program kurikuler yang mendukung keterlibatan hidup menggereja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Tabel 5. Macam-macam Hidup Menggereja dan Program Kurikuler yang Mendukung Keterlibatan Hidup Menggereja (N= 40) No Pertanyaan Item (1) (2) 14 Corak dinamika hidup menggereja jemaat perdana berdasarkan Kis 2:41-47 yang telah saya hayati adalah …. 15 Peran diri yang pernah saya jalankan sebagai mahasiswa IPPAK dalam kegiatan kampus adalah ….
16
Alternatif jawaban (3) Saling memperhatikan Rukun dalam persekutuan Saling mengasihi satu sama lain Tekun dalam pengajaran para rasul Menjadi fungsionaris kelas Menjadi pengurus HIMKA Membimbing retret atau rekoleksi Mewakili Prodi mengikuti kegiatan di luar kampus Jawaban lainnya Semua alternatif jawaban PSM Pradnyawidya Kepanitiaan OSMARU Sie liturgi Retret
Program pendampingan spiritualitas Camping rohani yang mendukung saya sebagai seorang Rekoleksi bersama katekis yang profesional Perayaan Ekaristi adalah …. kampus Jawaban lainnya Semua alternatif jawaban
Jumlah Mahasiswa (4) 1 8
Persen (%) (5) 2,5% 20%
19
47,5%
12
30%
7
17,5%
11
27,5%
11
27,5%
2
5%
4
10%
2 2
5% 5%
1 17
2,5% 42,5%
11
27,5%
6
15%
3
7,5%
1
2,5%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
(1)
(2)
17
Kegiatan kurikuler yang mendukung saya sebagai katekis yang profesional adalah …. Mata kuliah kompetensi utama Prodi IPPAK yang mendukung saya sebagai katekis yang handal adalah ….
18
19
a.
(4) 1 1
(5) 2,5% 2,5%
7 29 4
17,5% 72,5% 10%
5
12,5%
Kitab Suci
14
35%
Ekklesiologi
3
7,5%
Spiritualitas Kristiani
13
32,5%
2
5%
1
2,5%
1 1
2,5% 2,5%
22 14
55% 35%
2
5%
1
2,5%
1
2,5%
(3) KBP Proses dan dinamika perkuliahan PPL PAK Paroki Karya Bakti Paroki Pendidikan kaderisasi PPL PAK PD dan PPL PAK PM Jawaban lainnya Liturgi
Jawaban lainnya Semua alternatif jawaban PPL Kaderisasi, PPL PAK PM dan KBP Katekese Pendidikan Agama Katolik Mata kuliah Pastoral Paroki kompetensi Persiapan Karya Bakti penunjang Prodi Paroki IPPAK yang Metodologi penelitian mendukung pendidikan saya sebagai Dasar-dasar katekis yang Bimbingan dan handal adalah…. Konseling Jawaban lainnya Semua alternatif jawaban
Laporan Hasil Penelitian Macam-macam Hidup Menggereja dan Program Kurikuler yang Mendukung Keterlibatan Hidup Menggereja Hasil penelitian tabel 5 mengenai variabel macam-macam hidup
menggereja dan program kurikuler yang mendukung keterlibatan hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
menggereja, dapat diuraikan sebagai berikut: Nomor item 14 mengenai corak kehidupan jemaat perdana yang telah dihayati oleh mahasiswa, diperoleh hasil sebagai berikut: 1 mahasiswa (2,5%) menjiwai kehidupan jemaat perdana sebagai bentuk untuk saling memperhatikan satu sama lain, 8 mahasiswa (20%) menjiwainya sebagai usaha dalam merukunkan antar jemaat, 19 mahasiswa (47,5%) menjiwainya untuk saling mengasihi satu sama lain dan 12 mahasiswa (30%) menjiwainya semakin bertekun dalam pengajaran. Nomor item 15 mengenai peran diri sebagai mahasiswa Prodi IPPAK dalam kegiatan kampus, diperoleh data sebagai berikut: sejumlah 7 mahasiswa (17,5%) terlibat dalam fungsionaris kelas, 11 mahasiswa (27,5%) terlibat dalam kepengurusan HIMKA, 11 mahasiswa (27,5%) terlibat dalam pembimbingan retret atau rekoleksi, 2 mahasiswa (5%) mewakili Prodi mengikuti kegiatan di luar kampus dan lainnya yakni 4 mahasiswa (10%) mengikuti semua kegiatan tersebut, 2 mahasiswa (5%) mengikuti kegiatan PSM Pradnyawidya, 2 mahasiswa (5%) terlibat dalam kepanitiaan OSMARU dan 1 mahasiswa (2,5%) terlibat dalam seksi liturgi. Nomor item 16 mengenai program pendampingan spiritualitas yang mendukung untuk menjadi katekis profesional, diperoleh data sebanyak 17 mahasiswa (42,5%) menyatakan kegiatan retret, camping rohani 11 mahasiswa (27,5%), rekoleksi bersama 6 mahasiswa (15%), perayaan Ekaristi kampus 3 mahasiswa (7,5%). Sedangkan jawaban lainnya 1 mahasiswa (2,5%) menyatakan semua kegiatan spiritualitas di atas mendukung untuk menjadi katekis profesional, 1 mahasiswa (2,5%) menyatakan Karya Bakti Paroki dan 1 mahasiswa (2,5%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
menyatakan proses dan dinamika perkuliahan mendukung menjadi katekis yang profesional. Nomor item 17 mengenai kegiatan kurikuler yang mendukung untuk menjadi katekis yang profesional, diperoleh data sebagai berikut: sebanyak 7 mahasiswa (17,5%) menjawab PPL PAK Paroki, 29 mahasiswa (72,5%) menjawab Karya Bakti Paroki, dan 4 mahasiswa (10%) menjawab PPL PAK PD dan PPL PAK PM. Nomor item 18 mengenai mata kuliah kompetensi utama Prodi IPPAK yang mendukung untuk menjadi katekis yang handal, diperoleh data sebagai berikut: 5 mahasiswa (12,5%) menjawab mata kuliah liturgi, 14 mahasiswa (35%) menjawab mata kuliah Kitab Suci, 3 mahasiswa (7,5%) menjawab mata kuliah ekklesiologi, dan 13 mahasiswa (32,5%) menjawab mata kuliah spiritualitas kristiani. Sedangkan jawaban lainnya 2 mahasiswa (5%) menjawab semua mata kuliah di atas mendukung, 1 mahasiswa (2,5%) menjawab mata kuliah PPL kaderisasi, PPL PAK PM, dan KBP, 1 mahasiswa (2,5%) menjawab mata kuliah katekese, dan 1 mahasiswa (2,5%) menjawab mata kuliah pendidikan agama katolik. Nomor item 19 mengenai mata kuliah kompetensi penunjang Prodi IPPAK yang mendukung untuk menjadi katekis yang handal, diperoleh data sebagai berikut: sebanyak 22 mahasiswa (55%) menjawab mata kuliah pastoral paroki, 14 mahasiswa (35%) menjawab mata kuliah persiapan karya bakti paroki, 2 mahasiswa (5%) menjawab mata kuliah metodologi penelitian pendidikan, dan 1 mahasiswa (2,5%) menjawab mata kuliah dasar-dasar bimbingan dan konseling. Sedangkan jawaban lainnya 1 mahasiswa (2,5%) menjawab semua mata kuliah yang menjadi alternatif jawaban mendukung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
b. Pembahasan Hasil Penelitian Macam-macam Hidup Menggereja dan Program Kurikuler yang Mendukung Keterlibatan Hidup Menggereja Kehidupan jemaat perdana dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa calon katekis dalam menghayati kehidupan menggereja dewasa ini. Nilai-nilai kehidupan jemaat sangat baik bagi mahasiswa calon katekis karena akan membantu mereka dalam memahami macam-macam bentuk atau corak hidup menggereja secara khusus dalam memahami umat. Corak kehidupan umat sangat beragam, yakni ada yang senang dalam hal bersifat pengajaran, saling mengasihi dalam bentuk perhatian, dan ada pula yang senang jika kerukunan menjadi perhatian utama. Dari hasil penelitian, sebagian besar mahasiswa tertarik cara hidup jemaat perdana yang dijiwai dengan semangat saling mengasihi dalam persekutuan. Prodi IPPAK sebagai lembaga pendidikan sangat terlibat dalam pembentukan katekis yang profesional. Usaha tersebut diproses melalui kegiatan kampus, kegiatan kurikuler, mata kuliah dan pendampingan spiritualitas. Harapannya agar mahasiswa IPPAK menjadi orang-orang yang kompeten dalam karya pewartaan. Kegiatan kampus yang banyak diikuti oleh mahasiswa yaitu kepengurusan HIMKA dan menjadi pembimbing retret atau rekoleksi. Keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan-kegiatan tersebut sangat baik karena sebagai sarana untuk mempersiapkan mereka dalam menghadapi kegiatankegiatan yang ada di Gereja. Program pendampingan spiritualitas di Prodi IPPAK cukup beragam yang diproses dalam bentuk kegiatan-kegiatan. Dari hasil penelitian, sebagian besar mahasiswa mengungkapkan bahwa kegiatan retret mendukung mereka untuk menjadi katekis yang profesional. Retret adalah bentuk kegiatan untuk mengolah pengalaman-pengalaman. Dari pengolahan tersebut ada tindak lanjut yang lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
mendalam. Hal inilah yang menjadikan retret sangat membantu mahasiswa untuk menjadi katekis yang profesional. Kegiatan kurikuler yang dirasa membantu mahasiswa dalam menjadi katekis yang profesional adalah Karya Bakti Paroki. Dalam kegiatan KBP semua pengetahuan, keterampilan dan juga spiritualitas sungguh-sungguh diterapkan dalam kehidupan bersama dengan umat. Di mana banyak tuntutan dari umat yang semakin mendorong mahasiswa untuk melakukan sesuatu yang bersifat rohani, pengetahuan maupun kegiatan-kegiatan. Mata kuliah kompetensi utama Prodi IPPAK yang dirasa membantu mahasiswa untuk menjadi katekis yang handal adalah mata kuliah Kitab Suci dan spiritualitas kristiani. Kenyataan tersebut dapat dilihat berdasarkan prosentase yang diperoleh dari data hasil penelitian. Sedangkan mata kuliah yang lainnya seperti liturgi, ekklesiologi dan lainnya walaupun tidak besar jumlah prosentasenya tetapi juga cukup membantu mahasiswa. Selain mata kuliah kompetensi utama, ada juga mata kuliah kompetensi penunjang Prodi IPPAK yang sama-sama dirasa mendukung mahasiswa untuk menjadi katekis yang handal. Dari hasil penelitian, sebagian besar mahasiswa menyatakan mata kuliah pastoral paroki dan persiapan karya bakti paroki mendukung untuk menjadi katekis yang handal. Mata kuliah tersebut memang bukan menjadi sesuatu yang utama tetapi sebagai penunjang. Walaupun sebagai mata kuliah penunjang, namun cukup memberikan kontribusi yang baik bagi mahasiswa.
5.
Bidang Karya Katekis dalam Rangka Pelayanan Hidup Menggereja Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai bidang karya katekis dalam
pelayanan hidup menggereja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Tabel 6. Bidang Karya Katekis dalam Rangka Pelayanan Hidup Menggereja (N= 40) No Pertanyaan Item (1) (2) 20 Sebagai calon katekis tugas dalam kegiatan pewartaan yang pernah saya lakukan adalah….
21
22
23
Alternatif jawaban
(3) Membimbing retret Membimbing rekoleksi Memberikan katekese sakramen inisiasi Memimpin pendalaman iman di lingkungan Jawaban lainnya Semua alternatif jawaban Katekis dalam Para murid Yesus mewartakan Diri dan pribadi orang Kabar Gembira kudus dan ajaran Kristen kepada umat Diri dan pribadi Yesus beriman Kristus berpusatkan Sabda dan karya Yesus pada…. Kristus Supaya semua Seluruh kalangan umat beriman jemaat bertobat dan Kaum muda dan orang menyatakan dewasa imannya akan Yesus Kristus, Semua orang yang telah dibaptis maka kegiatan pewartaan Semua orang yang telah hendaknya menerima sakramen diberikan penguatan kepada…. Sebagai calon Menjadi petugas koor katekis tugas Menjadi petugas lektor yang sering saya Menjadi petugas lakukan dalam tatalaksana kegiatan liturgi Memimpin ibadat sabda adalah …. atau doa bersama Jawaban lainnya Semua alternatif jawaban
Jumlah Mahasiswa (4) 5 6 2
Persen (%) (5) 12,5% 15% 5%
25
62,5%
2
5%
-
-
18
45%
22
55%
23
57,5%
1
2,5%
15
37,5%
1
2,5%
10 4 3
25% 10% 7,5%
20
50%
3
7,5%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
(1) 24
25
26
27
(2) Raja
(4) -
(5) -
Nabi
14
35%
Imam
19
47,5%
Penyelamat
7
17,5%
Latihan koor Sarasean di lingkungan Pemandu pendalaman iman
4 7 14
10% 17,5% 35%
Ikut doa Rosario di lingkungan Jawaban lainnya Semua alternatif jawaban Komunitas kategorial Untuk Aktif dalam kegiatan mewujudnyatakan sosial kemasyarakatan iman dalam kehidupan sehari-hari di Mengunjungi untuk tengah memberikan kasih bagi masyarakat yang yang sakit saya lakukan Mengunjungi dan sebagai calon menyapa yang tidak katekis adalah …. aktif lagi di gereja Mengadakan kunjungan ke panti asuhan atau panti jompo Jawaban lainnya Semua alternatif jawaban benar Kata Martir Saksi berasal dari Pewarta bahasa Yunani Gembala Martyr yang Orang kudus artinya ….
12
30%
2
5%
1
2,5%
26
65%
3
7,5%
7
17,5%
3
7,5%
1
2,5%
23 14 3
57,5% 35% 7,5%
Aktif dalam kegiatan liturgi merupakan wujud keterlibatan katekis untuk mengambil bagian dalam tugas Kristus sebagai …. Sebagai calon katekis bentuk keterlibatan saya dalam persekutuan orang beriman adalah ….
(3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
(1) 28
(2) Sejak awal Gereja memahami kemartiran sebagai ….
29
Sebagai katekis keterlibatan saya di bidang Martyria dapat diwujudkan dalam bentuk ….
calon
a.
(3) Baptisan suci Baptisan batin Baptisan darah Baptisan darurat Selalu mengusahakan kehidupan yang baik dan bersatu dalam Gereja Kesediaannya melayani umat dengan tulus hati tanpa mengharapkan imbalan Kesanggupannya di tempatkan dimana saja meski tahu banyak tantangan Sanggup menjadi saksi kebenaran iman meskipun mengalami penderitaan
(4) 12 1 27 1
(5) 30% 2,5% 67,5% 2,5%
11
27,5%
6
15%
22
55%
Laporan Hasil Penelitian Bidang Karya Katekis dalam Rangka Pelayanan Hidup Menggereja Hasil penelitian tabel 6 mengenai variabel bidang karya katekis dalam
rangka pelayanan hidup menggereja dapat diuraikan sebagai berikut: Nomor item 20 mengenai tugas dalam kegiatan pewartaan yang pernah dilakukan sebagai calon katekis, diperoleh data sebagai berikut: sejumlah 25 mahasiswa (62,5%) menyatakan pernah memimpin pendalaman iman, 6 mahasiswa (15%) menyatakan pernah membimbing rekoleksi, 5 mahasiswa (12,5%) menyatakan pernah membimbing retret, dan 2 mahasiswa (5%) menyatakan pernah memberikan katekese sakramen inisiasi. Sedangkan jawaban lainnya 2 mahasiswa menyatakan pernah melakukan semua kegiatan yang ada pada alternatif jawaban.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Nomor item 21 mengenai pusat pewartaan seorang katekis, diperoleh data sebagai berikut: sejumlah 22 mahasiswa (55%) menyatakan pusat pewartaan katekis pada sabda dan karya Yesus Kristus, 18 mahasiswa (45%) menyatakan pusat pewartaan katekis pada Diri dan pribadi Yesus Kristus. Nomor item 22 dengan pertanyaan supaya semua umat beriman bertobat dan menyatakan imannya akan Yesus Kristus, maka kegiatan pewartaan hendaknya diberikan kepada seluruh kalangan jemaat 23 mahasiswa (57,5%), diberikan kepada kaum muda dan orang dewasa 1 mahasiswa (2,5%), diberikan kepada semua orang yang telah dibaptis 15 mahasiswa (37,5%), dan diberikan kepada semua orang yang telah menerima sakramen penguatan 1 mahasiswa (2,5%). Nomor item 23 mengenai tugas dalam kegiatan liturgi yang sering dilakukan sebagai calon katekis, diperoleh data sebanyak 10 mahasiswa (25%) menyatakan sering menjadi petugas koor, 4 mahasiswa (10%) menyatakan sering menjadi petugas lektor, 3 mahasiswa (7,5%) menyatakan sering menjadi petugas tatalaksana, dan 20 mahasiswa (50%) menyatakan sering memimpin ibadat sabda atau doa bersama. Sedangkan jawaban lainnya 3 mahasiswa (7,5%) menyatakan sering melakukan semua kegiatan yang ada pada alternatif jawaban di atas. Nomor item 24 mengenai pertanyaan kegiatan liturgi merupakan wujud nyata tugas Kristus sebagai imam 19 mahasiswa (47,5%), sebagai nabi 14 mahasiswa (35%), dan sebagai penyelamat 7 mahasiswa (17,5%). Nomor item 25 mengenai keterlibatan dalam koinonia yang sering diikuti sebagai mahasiswa adalah sebagai pemandu pendalaman iman 14 mahasiswa (35%), dan keikutsertaan dalam doa rosario 12 mahasiswa (30%). Sedangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
latihan koor 4 mahasiswa (10%), sarasean lingkungan 7 mahasiswa (17,5%) dan kegiatan lainnya yakni semua diikuti 2 mahasiswa (5%) dan terlibat dalam komunitas kategorial 1 mahasiswa (2,5%). Nomor item 26 mengenai kegiatan pelayanan iman kepada masyarakat yang dilakukan sebagai calon katekis, diperoleh data sebagai berikut: sebanyak 26 mahasiswa (65%) menyatakan aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, 3 mahasiswa (7,5%) menyatakan mengunjungi yang sakit, 7 mahasiswa (17,5%) menyatakan mengunjungi dan menyapa yang tidak aktif lagi di gereja, dan 3 mahasiswa (7,5%) menyatakan mengadakan kunjungan ke panti asuhan atau panti jompo. Sedangkan jawaban lainnya 1 mahasiswa (2,5%) menyatakan pernah melakukan semua kegiatan pada alternatif jawaban. Nomor item 27 mengenai pemahaman mahasiswa tentang arti kata martyr, diperoleh data sebagai berikut: sebanyak 23 mahasiswa (57,5%) menyatakan martyr adalah saksi, 14 mahasiswa (35%) menyatakan martyr adalah pewarta dan 3 mahasiswa (7,5%) menyatakan martyr adalah orang kudus. Nomor item 28 mengenai pemahaman mahasiswa tentang kemartiran, diperoleh data sebanyak 12 mahasiswa (30%) menyebut kemartiran sebagai baptisan suci, 1 mahasiswa (2,5%) menyebut kemartiran sebagai baptisan batin, dan 27 mahasiswa (67,5%) menyebut kemartiran sebagai baptisan darah. Nomor item 29 mengenai keterlibatan dalam bidang Martyria yang dilakukan sebagai calon katekis, sebanyak 22 mahasiswa (55%) sanggup menjadi saksi kebenaran iman meskipun mengalami penderitaan, 11 mahasiswa (27,5%) bersedia melayani umat dengan tulus hati tanpa mengharapkan imbalan, 6 mahasiswa (15%) sanggup ditempatkan di mana saja meski tahu banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
tantangan, dan 1 mahasiswa (2,5%) terlibat dalam usaha menciptakan kehidupan yang baik dan bersatu dalam Gereja.
b. Pembahasan Hasil Penelitian Bidang Karya Katekis dalam Rangka Pelayanan Hidup Menggereja Keterlibatan katekis dalam hidup menggereja cukup beragam, yakni dalam bidang pewartaan (kerygma), perayaan iman (liturgi), persekutuan sebagai orang beriman (koinonia), pelayanan iman (diakonia) dan kesaksian iman (martyria). Keterlibatan katekis ini diharapkan oleh mahasiswa calon katekis turut dilakukan karena keterlibatan ini tidak akan terlepas dari kehidupan mahasiswa calon katekis di mana kelak mereka akan terlibat dalam kehidupan tersebut. Keterlibatan mahasiswa calon katekis dalam kehidupan menggereja dapat terlihat dari hasil penelitian, salah satunya melalui bidang pewartaan (kerygma). Keterlibatan dalam bidang pewartaan yang banyak dilakukan oleh mahasiswa adalah memimpin pendalaman iman. Hal ini disebabkan karena ada mata kuliah yang mengharuskan mahasiswa untuk melakukan kegiatan tersebut. Walaupun bersifat wajib, namun memberikan kontribusi yang baik bagi mahasiswa calon katekis di mana mereka akan semakin terampil dalam berkatekese di lingkungan. Pewartaan yang dilakukan oleh katekis tidak akan terlepas dari pribadi Yesus Kristus, karena pusat pewartaan katekis adalah Yesus Kristus sendiri. Dari hasil penelitian, mahasiswa sudah memahami pusat pewartaan katekis adalah Yesus (Kristosentris). Yang diwartakan katekis adalah Diri, pribadi, sabda dan karya Yesus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Harapan atas pewartaan katekis adalah umat menyatakan imannya kepada Allah dan pertobatan yang menyeluruh dari umat. Agar harapan tersebut terwujud maka sasaran pewartaan katekis bukan hanya pada kelompok tertentu saja tetapi seluruh kalangan jemaat, baik itu anak-anak, remaja, dewasa dan orangtua (CT, art. 36, 37, dan 39). Melihat hasil penelitian yang diperoleh, sebagian besar mahasiswa sepakat bahwa kegiatan pewartaan hendaknya diberikan kepada seluruh kalangan jemaat. Mengapa? karena memang dalam kegiatan pewartaan katekis akan bertemu dengan seluruh kalangan jemaat. Keterlibatan mahasiswa calon katekis dalam hidup menggereja nampak juga dalam bidang liturgi. Dari prosentase yang diperoleh terlihat dengan jelas bahwa keterlibatan mahasiswa di bidang liturgi lebih cenderung mengurusi dalam hal ibadat atau doa. Biasanya hal ini disebabkan karena minat mahasiswa itu sendiri. Keterlibatan katekis dalam hidup menggereja menandakan ia terlibat dalam 3 tugas Kristus yakni sebagai imam, nabi dan raja. Keaktifan katekis dalam bidang liturgi termasuk dalam tugas sebagai imam yakni merayakan iman. Melihat hasil penelitian yang diperoleh, dalam diri mahasiswa masih kurang memahami secara benar antara tugas sebagai imam, nabi dan raja. Tugas kenabian yakni mewartakan, tugas imamat yakni memimpin ibadat dan tugas raja sebagai pemimpin. Kekurangpahaman mahasiswa disebabkan karena mereka cenderung memandang ketiga tugas itu sama. Sebagai bentuk dari tugas katekis, mahasiswa calon katekis diharapkan terlibat dalam persekutuan orang beriman (koinonia). Sebagian mahasiswa sudah memahami secara benar kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam persekutuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
orang beriman walaupun masih ada yang salah memahami tetapi tidak mempengaruhi yang lainnya. Bentuk tugas katekis tidak hanya di dalam Gereja saja tetapi juga harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat yakni menerapkan sesuai yang dipahami, diimani dan dihayati. Dari hasil penelitian, sebagian besar mahasiswa dalam hidup bermasyarakat aktif dalam kegiatan sosial. Kegiatankegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa merupakan bentuk kesadaran diri sebagai ungkapan perwujudan iman. Di mana ada buah nyata atas iman mereka. Keterlibatan katekis dalam bidang Martyria adalah berani memberikan kesaksian atas iman. Maka martyr memiliki arti saksi. Dari hasil penelitian dapat diketahui sebagian besar mahasiswa sudah memahami arti martyr. Namun demikian, masih ada sebagian mahasiswa yang masih kurang memahami arti martyr. Maka dari itu, mahasiswa perlu diberi pemahaman tentang apa itu martyr. Dalam praktek hidup, martyr bisa dilakukan dengan berbagai macam bentuk salah satunya dengan cara berkorban demi yang diimani. Banyak orang mati demi yang diimaninya. Misalnya santo dan santa. Kematian para santo dan santa dipahami sebagai baptisan darah. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat diketahui bahwa mahasiswa pada umumnya sudah memahami akan pemahaman kemartiran sebagai baptisan darah. Kemartiran santo dan santa terhadap imannya sangat luar biasa karena mereka mau berkorban dan bahkan sampai mati demi yang diimaninya. Keteladanan tersebut patut untuk ditiru. Keteladanan yang bisa ditiru oleh mahasiswa tidak hanya melulu pada pengorbanan nyawa tetapi dimulai dari halhal yang kecil dan tentunya sehubungan dengan keberadaan diri mereka sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
calon katekis. Dari hasil penelitian dapat diketahui keterlibatan mahasiswa dalam bidang martyria. Mahasiswa lebih cenderung menyatakan siap ditempatkan di mana saja. Hal ini membuktikan bahwa mahasiswa siap dengan segala kemungkinan yang terjadi sehubungan dengan tugas dan panggilan mereka sebagai katekis.
6.
Usulan Kegiatan yang Dapat Mendukung Panggilan sebagai Katekis Hasil penelitian penulis mengenai usulan kegiatan yang dapat mendukung
panggilan sebagai katekis dipaparkan secara rinci pada tabel 7 berikut ini. Tabel 7. Usulan Kegiatan yang Dapat Mendukung Panggilan sebagai Katekis (N= 40) No Pertanyaan Item (1) (2) 30 Berikanlah usulan-usulan kegiatan untuk Prodi yang dapat mendukung mahasiswa dalam menanggapi panggilan sebagai katekis! Rekoleksi Retret Napak tilas Kegiatan dalam bentuk pelayanan pastoral Natalan bersama Live in Membuat perangkat alat peraga untuk pendampingan
Jumlah Mahasiswa (3)
Persen (%) (4)
24 2 3 5 1 3 2
60% 5% 7,5% 12,5% 2,5% 7,5% 5%
Kesadaran untuk menjadi seorang katekis memang belum nampak dalam diri mahasiswa, yang paling nampak adalah pemahaman mereka terhadap katekis dan kehidupan menggereja katekis serta keterlibatan mereka dalam hidup menggereja. Walaupun belum memiliki kesadaran tetapi ada arah yang cukup jelas menuju pada kesadaran akan panggilan sebagai katekis. Pemahaman dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
keterlibatan mereka akan mendorong dan menumbuhkan panggilan mereka. Kurangnya kesadaran dimungkinkan karena berbagai macam faktor yang muncul. Entah itu dari pihak mahasiswa sendiri atau bisa juga dari pihak Prodi IPPAK. Dari pihak mahasiswa sendiri diharapkan ada penjernihan motivasi dan kesadaran diri bahwa saya di IPPAK mau menjadi apa. Untuk Prodi IPPAK sendiri mahasiswa memberikan usulan yang harapannya dapat menumbuhkan motivasi, dan menumbuhkan kesadaran akan panggilan mereka sebagai katekis. Usulanusulan tersebut meliputi rekoleksi 24 mahasiswa (60%), retret 2 mahasiswa (5%), napak tilas 3 mahasiswa (7,5%), kegiatan dalam bentuk pelayan pastoral 5 mahasiswa (12,5%), natalan bersama 1 mahasiswa (2,5%), live in 3 mahasiswa (7,5%) dan membuat perangkat alat peraga untuk pendampingan 2 mahasiswa (5%).
D. Kesimpulan Hasil Penelitian Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diketahui gambaran umum mahasiswa angkatan 2010 dan 2011, pemahaman tentang panggilan sebagai katekis,
pemahaman dan peranan hidup menggereja bagi panggilan sebagai
katekis, macam-macam hidup menggereja dan program kurikuler yang mendukung keterlibatan hidup menggereja, bidang karya katekis dalam rangka pelayanan hidup menggereja, serta usulan kegiatan yang dapat mendukung panggilan sebagai katekis. Mahasiswa angkatan 2010 dan 2011 dari segi usia antara 20-25 tahun lebih banyak dan didominasi oleh laki-laki. Mereka berasal dari berbagai keuskupan yang ada di Indonesia. Hal ini menunjukkan adanya keberagaman dalam diri mahasiswa yakni karakter, budaya dan suku. Dengan keberagaman itu diharapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
mahasiswa saling menghargai dan memperkaya satu sama lain. Dalam hal motivasi mereka mempunyai motivasi yang cukup beragam. Motivasi mereka ketika memilih Prodi IPPAK sebagian besar inisiatif diri sendiri. Adanya motivasi dari dalam diri akan membantu mahasiswa dalam proses studi sehingga mereka terbantu dalam memahami sosok katekis dan terdorong untuk menghidupi hidup menggereja. Sebagian besar mahasiswa telah memahami tentang panggilan katekis. Panggilan menjadi katekis merupakan panggilan langsung dari Allah, di mana melalui Gereja Allah memanggil katekis untuk menjalankan karya pewartaan. Jadi, katekis adalah orang yang berperan dalam karya pewartaan Gereja. Kekhasan panggilan katekis harus nampak dalam kepribadiannya. Seorang katekis diharapkan mempunyai kepribadian yang baik dan kematangan hidup rohani, karena akan menjadi dasar sekaligus mencerminkan isi pewartaannya sebagai wujud kesaksian hidupnya. Dalam melaksanakan pelayanan, katekis perlu mengembangkan terus menerus hubungan pribadinya dengan Kristus karena Tuhanlah yang telah memanggilnya sebagai pewarta. Tentang peranan hidup menggereja bagi panggilan sebagai katekis sudah dipahami oleh sebagian besar mahasiswa. Mahasiswa memahami hidup menggereja sebagai hidup yang diwujudkan melalui kegiatan menggereja. Keterlibatan tersebut merupakan bentuk ungkapan iman kepada Yesus. Bentuk kegiatan hidup menggereja pada dasarnya adalah kewajiban bagi anggota Gereja, lebih dalam lagi sebagai ungkapan iman. Para mahasiswa menyadari tentang peranan hidup menggereja bagi panggilan sebagai katekis. Mahasiswa terdorong untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja seperti lazimnya seorang katekis. Dalam hal ini keterlibatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
mahasiswa didorong oleh keinginan untuk ikut terlibat dalam dinamika kehidupan umat dan juga mengakrabkan diri dengan tugas-tugas gerejawi. Memang ini bukanlah alasan yang baik tetapi ini menjadi langkah awal bagi mahasiswa sendiri. Keikutsertaan mahasiswa dalam hidup menggereja karena ingin menjalankan panggilan Tuhan dengan tulus. Dari segi pemahaman terhadap keterampilan katekis mahasiswa menjelaskan ia harus mampu untuk berefleksi, berkatekese dan berkomunikasi. Pemahamn tersebut ternyata belum menjadi milik mahasiswa sehingga mereka belum sepenuhnya terlibat dalam kegiatan hidup menggereja karena belum sungguh-sungguh menghayati panggilannya. Pemahaman dengan penghayatan yang diproses secara seimbang akan menumbuhkan panggilan yang bersumber dari ketulusan hati. Hal ini akan berdampak
pada
kehidupan
menggereja
mereka.
Mengingat
kehidupan
menggereja dewasa ini sangat komplek, mahasiswa diharapkan jangan hanya terpaku pada sebatas pemahaman tetapi perlu dialami dalam keterlibatan seperti dalam kisah jemaat perdana, mereka hidup saling peduli dan mengasihi satu sama lain. Prodi IPPAK sebagai lembaga pendidikan sangat terlibat dalam pembentukan katekis yang profesional. Usaha tersebut diproses melalui kegiatan kampus, program kurikuler, mata kuliah dan pendampingan spiritualitas. Harapannya agar mahasiswa IPPAK menjadi orang-orang yang kompeten dalam karya pewartaan. Kegiatan kampus yang banyak diikuti oleh mahasiswa yaitu kepengurusan HIMKA dan menjadi pembimbing retret atau rekoleksi. Di samping itu, program pendampingan spiritualitas yang dirasa mendukung mahasiswa untuk menjadi katekis yang profesional yaitu retret dan program kurikuler yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
mendukung yaitu karya bakti paroki. Salah satu mata kuliah kompetensi utama yang dirasa membantu mahasiswa adalah Kitab Suci dan spiritualitas kristiani sedangkan mata kuliah kompetensi penunjang yang dirasa membantu adalah pastoral paroki. Keterlibatan katekis dalam hidup menggereja cukup beragam, yakni dalam bidang pewartaan (kerygma), perayaan iman (liturgi), persekutuan sebagai orang beriman (koinonia), pelayanan iman (diakonia) dan kesaksian iman (martyria). Keterlibatan katekis ini oleh mahasiswa calon katekis turut dilakukan karena keterlibatan ini tidak akan terlepas dari kehidupan mahasiswa calon katekis di mana kelak mereka akan terlibat dalam kehidupan tersebut. Walaupun mereka banyak terlibat dalam berbagai macam bentuk kegiatan hidup menggereja, tetapi mereka belum menghayati sungguh akan panggilannya sebagai seorang pewarta (katekis). Untuk itu, diusulkan kepada Prodi IPPAK supaya menyelenggarakan kegiatan pendampingan bagi mahasiswa untuk meneguhkan dan menegaskan panggilan mahasiswa sebagai katekis. Kegiatan yang dimaksud diantaranya adalah rekoleksi bagi mahasiswa tingkat akhir, mengintensifkan bimbingan pribadi (mahasiswa dengan Dosen Pembimbing Akademik), dll.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
BAB IV USULAN KEGIATAN REKOLEKSI BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KESADARAN AKAN PANGGILAN DAN PERANNYA SEBAGAI KATEKIS
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai usulan program sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian yang diperoleh. Penulis akan menguraikan usulan program rekoleksi bagi mahasiswa-mahasiswi Prodi IPPAK tingkat akhir. Maka dari itu, penulis perlu memikirkan dan merencanakan segala sesuatu yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan ini antara lain: latar belakang kegiatan, rumusan tema dan tujuan, penjabaran kegiatan dan contoh persiapan kegiatan.
A. Latar Belakang Kegiatan Prodi IPPAK sebagai lembaga pendidikan sangat terlibat dalam pembentukan katekis yang profesional. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap mahasiswa-mahasiswi angkatan 2010 dan 2011 diperoleh data bahwa sebagian besar mahasiswa-mahasiswi sudah baik dalam pemahaman teori dan mereka juga sudah terlibat dalam kegiatan-kegiatan bidang karya katekis di kehidupan menggereja. Namun demikian, berdasarkan pengakuan mereka ada sejumlah mahasiswa-mahasiswi belum menghayati sungguh-sungguh panggilannya sebagai katekis walaupun mereka sudah mengalami keseluruhan proses dinamika perkuliahan yang diprogramkan oleh kampus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Oleh karena itu, penulis mengusulkan kegiatan rekoleksi bagi mahasiswamahasiswi tingkat akhir yang telah menempuh dan mengalami keseluruhan proses dinamika perkuliahan di Prodi IPPAK. Kegiatan rekoleksi ini diadakan sebagai upaya meningkatkan kesadaran mahasiswa-mahasiswi untuk semakin mampu menghayati dan mantap dengan panggilan hidupnya yakni sebagai seorang katekis. Sebuah panggilan hidup tidaklah cukup apabila hanya dipahami sebatas teori saja melainkan perlu ada pengolahan dalam diri masing-masing pribadi agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan hidup menggereja.
B. Rumusan Tema dan Tujuan Tema beserta penjabaran masing-masing sesi dalam kegiatan rekoleksi bagi mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD akan diuraikan pada bagian ini. Uraian tema dan tujuan kegiatan serta judul kegiatan masing-masing sesi yang akan digunakan dalam kegiatan rekoleksi ini adalah sebagai berikut: Tema
: Menjadi katekis yang sadar akan panggilan dan keterlibatannya dalam hidup menggereja.
Tujuan
: Mahasiswa calon katekis semakin menyadari panggilannya sebagai katekis sehingga terdorong untuk menghayati dan menghidupi panggilannya secara nyata dalam kehidupan menggereja.
Tema I
: Panggilan seorang katekis
Tujuan I
: Mahasiswa semakin menyadari akan identitasnya sebagai calon katekis sehingga terdorong semakin memantapkan panggilannya sebagai katekis dalam kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Tema II
: Konsekuensi panggilan seorang katekis
Tujuan II : Mahasiswa calon katekis semakin menyadari akan konsekuensi seseorang yang terpanggil menjadi seorang katekis sehingga terdorong untuk semakin menghayati panggilannya sebagai calon katekis. Tema III
: Kehidupan menggereja seorang katekis
Tujuan III : Mahasiswa calon katekis semakin menyadari dan memahami bahwa terlibat dalam hidup menggereja bagi seorang katekis sangat penting sehingga mereka terdorong untuk mau terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan gerejani.
C. Peserta Peserta yang ikut dalam kegiatan rekoleksi ini adalah mahasiswamahasiswi tingkat akhir. Mengapa penulis memilih mahasiswa-mahasiswi tingkat akhir? karena mereka telah mengalami seluruh proses dinamika perkuliahan di Prodi IPPAK serta dianggap sudah cukup banyak mendapatkan pengalaman selama masa kuliah. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dari responden yaitu mahasiswa-mahasiswi angkatan 2010 dan 2011 menunjukkan bahwa ada sejumlah
mahasiswa-mahasiswi
belum
menghayati
sungguh-sungguh
panggilannya sebagai seorang katekis. Hal tersebut terjadi karena seringkali mahasiswa-mahasiswi kurang mengolah dalam diri setiap peristiwa-peristiwa yang telah dialaminya selama masa kuliah sehingga mereka masih kesulitan dalam mengembangkan dan menghidupi panggilannya sebagai calon katekis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
D. Waktu Pelaksanaan Waktu pelaksanaan dimengerti dalam arti waktu kapan kegiatan rekoleksi diadakan dan dalam arti berapa lama kegiatan rekoleksi itu akan berlangsung. Rekoleksi bisa diadakan pagi, siang, sore atau malam hari. Waktu kapan rekoleksi diadakan akan mempengaruhi bagi jalannya proses rekoleksi karena akan mempengaruhi pada kesegaran peserta ataupun pendamping. Dari segi waktu, rekoleksi
bisa diadakan selama
beberapa
jam atau
satu
hari
penuh
(Mangunhardjana, 1985: 33). Untuk kegiatan rekoleksi ini, penulis menyarankan sebaiknya dilaksanakan pada akhir semester VIII (delapan) karena mahasiswa telah selesai menjalankan semua kegiatan-kegiatan yang diprogramkan oleh kampus.
E. Model Pelaksanaan Program kegiatan rekoleksi ini diusulkan untuk Prodi IPPAKyang dikemas dengan model katekese Shared Christian Praxis (SCP). Shared Christian Praxis (SCP) dapat dimengerti sebagai katekese yang menekankan pada proses yang bersifat diagonal dan partisipatif yang bermaksud mendorong peserta, berdasarkan konfrontasi antara “tradisi” dan “visi” hidup mereka dengan “Tradisi” dan “Visi” Kristiani, agar baik secara pribadi maupun bersama, mampu mengadakan penegasan dan mengambil keputusan demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam kehidupan manusia yang terlibat dalam dunia (Sumarno Ds., 2014: 14). Model katekese ini memiliki lima langkah yang berurutan dan saling berkaitan satu sama lain. Kelima langkah tersebut antara lain: mengungkapkan pengalaman hidup peserta, mendalami pengalaman hidup peserta, menggali pengalaman iman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Kristiani, menerapkan iman Kristiani dalam situasi peserta konkrit, dan mengusahakan suatu aksi konkrit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
F. Matriks Program Kegiatan Rekoleksi Tema
: Menjadi katekis yang sadar akan panggilan dan keterlibatannya dalam hidup menggereja.
Tujuan
: Mahasiswa calon katekis semakin menyadari panggilannya sebagai katekis sehingga terdorong untuk menghayati dan menghidupi panggilannya secara nyata dalam kehidupan menggereja.
Waktu Judul Sesi Pelaksanaan (1) (2) (3) 1 08.00 – 10.00 Panggilan WIB seorang katekis
No
Tujuan (4) Mahasiswa semakin menyadari akan identitasnya sebagai calon katekis sehingga terdorong semakin memantapkan panggilannya sebagai katekis dalam kehidupan sehari-hari.
-
-
Uraian Materi (5) Panggilan Panggilan Allah Dasar panggilan Allah Panggilan Allah adalah kekal
Metode (6) - Bernyanyi - Ceramah - Tanya jawab - Pemutaran video
-
Sarana
Sumber Bahan
(7) Alat tulis Hand Out Speaker Laptop Video “Panggilan Samuel”
(8) - Jess S. Brena, SJ., “Gembira Karena Dipanggil dan Dipilih”, Kerawam MAWI, hal. 1526. - Philomena Agudo, FMM., Ph.D., “Aku Memilih Engkau”, Yogyakarta: Kanisius, 1988, hal. 21-22. - Charles M. Shelton, S.J.,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
(1)
2
3
(2)
(3)
10.30 – 12.30 Konsekuensi WIB panggilan seorang katekis
13.30 – 15.00 Kehidupan WIB menggereja seorang katekis
(4)
(5)
Mahasiswa calon - Mengikuti katekis semakin Jejak Yesus menyadari akan Kristus konsekuensi seseorang - Mengikuti yang terpanggil Yesus menjadi seorang Kristus katekis sehingga secara terdorong untuk radikal semakin menghayati - Salib sebagai panggilannya sebagai tantangan calon katekis. bagi pengikut Yesus Kristus Mahasiswa calon - Bidang karya katekis semakin katekis menyadari dan dalam hidup memahami bahwa menggereja terlibat dalam hidup menggereja bagi seorang katekis sangat
(6)
- Permainan “lingkaran berbelit” - Tanya jawab - Ceramah
(7)
- Alat tulis - Hand Out - Laptop
-
-
- Sharing - Teks lagu pengalaman “Kau - Refleksi dipanggil pribadi Tuhan” - Informasi - “Bimbinglah - Tanya Aku, jawab Tuhanku”
(8) “Spiritualitas Kaum Muda”, Yogyakarta: Kanisius, 1990, hal. 99-104. Kempis, A. Thomas. (1986). Mengikuti Jejak Kristus. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka. Van Breemen G. Peter. (1976). Semangat Kristiani. Yogyakarta: Kanisius. Kis 2:41-47 Dianne Bergant & Karris, (2002). Tafsir Perjanjian Baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
(1)
(2)
(3)
(4) penting sehingga mereka terdorong untuk mau terlibat aktif dalam kegiatankegiatan gerejani.
(5)
4
15.00 – 16.00 WIB
-
-
-
(6)
(7) - Teks pertanyaan pendalaman - Teks/Kitab Suci Perjanjian Baru - Laptop - LCD - Musik instrumen - Lilin - Salib Misa Penutup -
(8) Yogyakarta: Kanisius. Hal 218. - Sumarno Ds., (2014). Diktat PPL PAK Paroki. Hal: 3138.
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
G. Contoh Persiapan Kegiatan Rekoleksi Sesi III 1. Identitas a. Tema
: Kehidupan menggereja seorang katekis
b. Tujuan
: Bersama pendamping, peserta dapat menyadari dan semakin memahami bahwa keterlibatan dalam hidup menggereja bagi seorang katekis sangat penting sehingga mereka terdorong untuk mau terlibat aktif dalam kegiatankegiatan gerejani.
c. Peserta
: Mahasiswa-mahasiswi IPPAK tingkat akhir
d. Tempat
: Kampus IPPAK – USD
e. Hari/tanggal
: Sabtu, 27 Agustus 2016
f. Waktu
: Pukul 13.30 – 15.00 WIB
g. Model
: Shared Christian Praxis (SCP)
h. Metode
: - Sharing pengalaman - Refleksi pribadi - Informasi - Tanya jawab
i. Sarana
: - Teks lagu “Kau dipanggil Tuhan” - Teks lagu “Bimbinglah Aku, Tuhanku” - Teks pertanyaan pendalaman - Teks/Kitab Suci Perjanjian Baru - Laptop dan LCD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
- Musik instrumen - Lilin dan Salib j. Sumber Bahan
: - Kis. 2:41-47 - Bergant, Dianne &.Karris, Robert OFM. (2002). Tafsir Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius. Hal 218. - Sumarno Ds., (2014). Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki. Hal: 31-38.
2. Pemikiran Dasar Katekis adalah orang awam yang melibatkan diri secara tulus dan total dalam dinamika kehidupan menggereja. Walaupun sebagai orang awam keterlibatannya dalam hidup menggereja sangat dirasakan dampak maupun manfaatnya oleh Gereja sendiri di mana iman umat dapat terlayani dengan baik. Keterlibatan katekis dalam kehidupan menggereja merupakan wujud nyata dari iman dan kepercayaan katekis terhadap Allah yang hadir dalam rupa Yesus Kristus seperti halnya para murid yang dipanggil oleh Yesus untuk mewartakan Kerajaan Allah. Katekis juga dipanggil untuk mewartakan Kerajaan Allah di dunia ini. Namun dalam kenyataan sekarang ini, banyak katekis yang kurang melibatkan diri dalam kehidupan menggereja sehingga ada Gereja yang kurang terlayani dengan baik. Hal tersebut disebabkan karena kurang adanya kesadaran dari dalam diri seorang katekis. Kisah Para Rasul 2:41-47 menggambarkan kehidupan komunitas beriman yang ditandai oleh kerukunan dalam persekutuan, berdoa bersama, sikap saling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
memperhatikan, solidaritas, kepemilikan bersama, hubungan yang penuh kasih persaudaraan di antara anggota. Berkat kesaksian khotbah Petrus dan rasul-rasul mereka menyediakan diri untuk dibaptis dan bergabung dalam komunitas jemaat. Setelah dibaptis mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul (kerygma) dan dalam persekutuan, selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa (liturgi). Mereka membentuk persekutuan (koinonia) dan memiliki kepedulian serta rasa solidaritas yang tinggi satu sama lain. Hal ini nampak dalam sikap mereka bahwa segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing (diakonia). Cara hidup jemaat semacam itulah yang menimbulkan perhatian dan daya tarik bagi orang lain, sehingga mereka disukai semua orang. Dari pertemuan ini mengajak kita semua semakin menyadari dan memahami bahwa keterlibatan katekis dalam kehidupan menggereja sangat penting. Sebagai mahasiswa calon katekis diharapkan tahu akan keterlibatan tersebut. Pada dasarnya bukan hanya tahu saja, tetapi mereka terdorong untuk mau terlibat aktif secara nyata dalam kegiatan-kegiatan gerejani dan mampu memperkembangkan iman umat yang dilayaninya.
3. Pengembangan Langkah-langkah a. Pembukaan 1) Pengantar Teman-teman yang terkasih dalam Kristus, pada sesi ketiga ini kita akan bersama-sama melihat pentingnya keterlibatan katekis dalam kehidupan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
menggereja. Dalam kenyataan sekarang ini, banyak katekis yang kurang melibatkan diri dalam kehidupan menggereja sehingga ada Gereja yang kurang terlayani dengan baik. Hal tersebut disebabkan karena kurang adanya kesadaran dari dalam diri seorang katekis. Dengan demikian hidup menggereja juga turut berkembang seperti jemaat perdana yang makin berkembang dalam iman karena adanya keterbukaan hati untuk berbagi, baik berbagi pengalaman maupun apa saja yang ia miliki, semua demi kemajuan dalam hidup bersama. Berbagi pengalaman iman itu tentu salah satu hal yang sangat mendukung bagi hidup menggereja. Dari pertemuan ini mengajak kita untuk semakin menyadari dan memahami pentingnya terlibat dalam kehidupan menggereja. Sebagai calon katekis diharapkan terdorong untuk mau terlibat aktif secara nyata dalam kegiatankegiatan gerejani dan mampu memperkembangkan iman umat yang dilayaninya. 2) Lagu Pembukaan: Kau Dipanggil Tuhan “PS 683” [Lampiran 5: (17)] 3) Doa Pembukaan: Allah Bapa yang penuh kasih, kami bersyukur dan berterimakasih kepadaMu, karena rahmat penyertaan-Mu yang selalu setia membimbing, menemani dan menuntun hidup kami sampai saat ini. Bapa, kami sebagai calon katekis menyadari terkadang masih menuruti kemauan diri sendiri sehingga menimbulkan rasa malas untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja. Utuslah Roh KudusMu ke dalam diri kami masing-masing yang hadir di sini supaya kami mampu memahami dan meresapi sabda-Mu yang akan kami dengarkan. Sehingga kasihMu menjadi semakin bertambah dan menyelamatkan kami dalam setiap langkah hidup yang kami jalani, dan memampukan kami semakin menyadari bahwa hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
ajaran-Mu lah yang mampu menuntun kami dalam menjalani kehidupan seharihari. Terlebih menuntun kami untuk mau terlibat aktif dalam kegiatan hidup menggereja sehingga umat-Mu dapat terlayani dengan baik. Serta kami mohon berkat-Mu dalam pertemuan hari ini supaya kami diberikan kemampuan untuk berbicara dan saling mendengarkan. Amin
b. Langkah I : Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta 1) Pendamping membagikan teks cerita yang berjudul “keinginan menjadi Kristen Katolik” [Lampiran 4: (16)] kepada peserta dan memberi kesempatan untuk membaca dan mempelajari sendiri-sendiri terlebih dahulu. 2) Peserta mengungkapkan isi cerita: pendamping memberikan kesempatan kepada salah seorang peserta untuk menceritakan apa yang ia pahami setelah membaca dan merenungkan teks cerita tersebut. 3) Intisari dari teks cerita “keinginan menjadi Kristen Katolik” Cerita ini menggambarkan keinginan Pardi, Dikin dan Purwo menjadi Katolik yang timbul karena terkesan melihat cara hidup guru-gurunya. Di mana para guru itu hidup rukun dan saling menolong, juga ramah dan dekat dengan semua murid. Dengan itu, timbullah keinginan di hati mereka untuk mengikuti cara hidup para guru mereka dan menjadi Katolik. Melihat niat ketiga anak itu, orangtua mereka dan tetangga lainnya merasa heran. Keinginan mereka menjadi kuat karena mereka saling merasa dekat, bersahabat, dan bercita-cita sama. Mereka tertarik menjadi Katolik karena teladan dan kesaksian cara hidup para guru mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
4) Pengungkapan pengalaman: pendamping mengajak peserta untuk mendalami teks cerita tersebut dengan tuntunan pertanyaan sebagai berikut. a) Dari teks cerita tersebut menurut teman-teman ceritakanlah pengalaman apa yang membuat Pardi, Dikin dan Purwo dipanggil menjadi Katolik atau murid Kristus? b) Ceritakan pengalaman teman-teman (sejak masa SMA sampai sekarang ini) sebagai orang beriman yang dipanggil untuk terlibat dalam kegiatankegiatan hidup menggereja! 5) Suatu arah rangkuman Kalau kita amati keinginan Pardi, Dikin dan Purwo menjadi Katolik atau mau mengikuti Yesus Kristus timbul karena ingin mengikuti cara hidup para guru mereka, di mana mereka menunjukkan kesaksian dan keteladanan hidup yaitu hidup rukun, saling menolong, ramah dan dekat dengan semua murid. Dengan melihat cara hidup guru mereka, ketiga anak itu sangat terkesan hatinya, sehingga timbul keinginan di hati untuk mengikuti cara hidup para guru mereka dan menjadi Katolik. Kesaksian seseorang dapat menumbuhkan keinginan orang lain untuk mengikuti jalan hidup yang dipilihnya. Demikian juga dengan pengalaman kita sebagai orang beriman. Kita bisa juga menunjukkan kesaksian hidup kepada orang lain atau sesama kita melalui terlibat aktif dalam kegiatan hidup menggereja. Bentuk keterlibatan nyata kita dalam kegiatan-kegiatan gerejani antara lain: mengikuti pendalaman iman, menjadi petugas liturgis, ikut ambil bagian dalam suatu paguyuban, bakti sosial, dsb.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
c. Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta 1) Pendamping mengajak peserta untuk merefleksikan sharing pengalaman terhadap teks cerita yang telah dilakukan oleh peserta pada langkah sebelumnya dengan dibantu pertanyaan berikut ini. Makna/manfaat apa yang teman-teman dapatkan dengan terlibat di kegiatan hidup menggereja? 2) Dari jawaban yang telah diungkapkan oleh peserta, pendamping memberikan arah rangkuman sebagai berikut. Teman-teman yang terkasih, dengan terlibat dalam kegiatan hidup menggereja tentu banyak manfaat yang kita peroleh antara lain: kita menjadi berani tampil di depan orang banyak, mengembangkan keterampilan yang dimiliki, dan lebih dalam lagi sebagai calon-calon katekis tentu kita menjadi tidak asing lagi dengan dinamika hidup menggereja.
d. Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani 1) Pendamping meminta kepada salah seorang peserta untuk membacakan teks atau perikop Kitab Suci, yang diambil dari kutipan Kisah Para Rasul 2:41-47. 2) Pendamping memberikan waktu sesaat kepada peserta untuk hening sejenak sambil secara pribadi merenungkan dan menanggapi pembacaan Kitab Suci dengan dibantu beberapa pertanyaan sebagai berikut: a) Dari bacaan Kitab Suci tersebut, ayat-ayat mana yang menunjukkan dinamika kehidupan menggereja jemaat perdana? b) Makna apa yang dipetik dari kehidupan jemaat perdana dalam hidup menggereja?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
3) Pendamping memberikan peneguhan sebagai berikut: Kisah Para Rasul 2:41-47 memberi gambaran yang ideal terhadap kehidupan jemaat perdana. Unsur-unsur kehidupan jemaat perdana yang disoroti dalan perikop ini adalah kerukunan dalam persekutuan, berdoa bersama, sikap saling memperhatikan, solidaritas, kepemilikan bersama, hubungan yang penuh kasih persaudaraan di antara anggota. Berkat kesaksian khotbah Petrus dan rasulrasul mereka menyediakan diri untuk dibaptis dan bergabung dalam komunitas jemaat. Setelah dibaptis mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul (kerygma) dan dalam persekutuan, selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa (liturgi) (Ay 42). Kebersamaan begitu ditekankan, dengan adanya kebersamaan akan membantu sesama yang berkekurangan terlebih kekurangan kebutuhan rohani. Berbagi pengalaman iman itu tentu salah satu hal yang sangat mendukung bagi hidup menggereja. Tidaklah cukup apabila hanya rajin ke gereja saja. Mereka membentuk persekutuan (koinonia) dan memiliki kepedulian serta rasa solidaritas yang tinggi satu sama lain (Ay 44). Hal ini nampak dalam sikap mereka bahwa segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing (diakonia) (Ay 45). Cara hidup jemaat semacam itulah yang menimbulkan perhatian dan daya tarik bagi orang lain, sehingga mereka disukai semua orang (Ay 47). Para rasul memberi kesaksian dalam hidupnya, yang menunjukkan kedekatannya dengan Yesus. Ada keterbukaan hati untuk berbagi baik berbagi pengalaman maupun apa saja yang ia miliki, semua demi kemajuan dalam hidup bersama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Kebersamaan
dan
menganggap
semua
adalah
milik
bersama
mengungkapkan persahabatan yang ideal pada waktu itu. Yang pokok dan hendak ditekankan adalah sikap ketekunan, kesetiaan, kebersamaan, kegembiraan dalam suatu persekutuan/ kelompok demi terwujudnya kelompok yang sungguh berarti dan berkembang demi kehidupan jemaat yang lebih luas lagi yakni gereja secara keseluruhan (bukan hanya demi kelompok tertentu tetapi demi keutuhan dan perkembangan seluruh jemaat). Dari gambaran dinamika jemaat perdana tersebut, dapat ditemukan corak dinamika hidup menggereja yang diwarnai oleh kegiatan-kegiatan menggereja. Sebagai seorang katekis, kita dituntut untuk berperan aktif dalam tugas-tugas Gereja tersebut. Keterlibatan katekis dalam tugas Gereja itu hendaknya dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan diharapkan mampu membantu umat beriman yang lain untuk semakin mengenal, mencintai dan mengimani Yesus Kristus.
e. Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Peserta Konkret 1) Pengantar Teman-teman kita hendak merenungkan sabda Tuhan pada hari ini dalam hidup kita sebagai seorang katekis. Marilah kita hening sejenak untuk merenungkan dan meresapkan sabda Tuhan. 2) Saat hening diiringi dengan lagu dari laptop dengan judul ”Hati sbagai Hamba” (lagu instrumen) untuk mengiringi renungan secara pribadi pesan Injil dengan situasi konkret. a) Sejauhmana teman-teman berperan aktif sebagai mahasiswa tingkat akhir dalam kegiatan hidup menggereja? (diberi jeda waktu secukupnya)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
3) Arah rangkuman penerapan pada situasi peserta Teman-teman yang terkasih, kita tahu jemaat perdana telah memberikan gambaran kehidupan menggereja. Mereka sehati sejiwa dan saling memberikan diri. Para rasul memberikan kesaksian dalam hidupnya, yang menunjukkan kedekatannya dengan Yesus. Ada keterbukaan hati untuk berbagi baik berbagi pengalaman maupun apa saja yang ia miliki, semua demi kemajuan dalam hidup bersama, mereka saling memperhatikan satu sama lain, tidak ada prasangka satu sama lain, dan setia dalam kebersamaan. Oleh karena itu, sebagai calon katekis kita dapat bercermin dari kehidupan jemaat perdana tersebut. Keterbukaan hati untuk berbagi kepada sesama dapat kita wujudkan melalui keterlibatan kita dalam kehidupan menggereja. Dengan terlibat dalam kehidupan menggereja berarti kita ikut terlibat juga dalam mengembangkan iman umat. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak terlibat dalam kegiatan hidup menggereja.
f. Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkret 1) Pengantar Teman-teman, kita bersama-sama sudah menggali pengalaman dari cerita “Keinginan menjadi Kristen Katolik” yang menceritakan tentang ketiga anak yang ingin menjadi katolik karena teladan dan cara hidup guru-gurunya. Di mana para guru itu hidup rukun dan saling menolong, juga ramah dan dekat dengan semua murid. Demikian juga dengan pengalaman kita sebagai orang beriman. Kita bisa juga menunjukkan kesaksian hidup kepada orang lain atau sesama kita melalui terlibat aktif dalam kegiatan hidup menggereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Kisah Para Rasul 2:41-47 menggambarkan kehidupan jemaat perdana di mana mereka pertama-tama mendengar pewartaan dari para rasul lalu memberikan diri dibaptis. Sebagai seorang katekis, kita dipanggil secara khusus untuk melanjutkan karya pewartaan seperti para rasul supaya Gereja sepanjang masa tetap hidup dan berkembang seperti Gereja perdana. Kehidupan jemaat perdana memberikan gambaran corak dinamika hidup menggereja sampai sekarang ini. Untuk itu mari kita wujudkan hidup beriman kita kepada Kristus dengan terlibat dalam kegiatan hidup menggereja untuk membantu umat beriman lainnya semakin berkembang dalam iman. Marilah kita memikirkan niat dan tindakan apa yang dapat kita lakukan untuk melayani sesama melalui terlibat dalam kehidupan menggereja. 2) Membangun niat-niat konkret dalam bentuk keterlibatan baru (pribadi, kelompok, atau bersama) untuk memperbaharui diri dalam hidup sehari-hari, dengan bantuan pertanyaan sebagai berikut: a) Niat-niat apa yang bisa kita usahakan sebagai mahasiswa tingkat akhir dalam menjalankan peran kita di kegiatan hidup menggereja di lingkungan setempat? b) Hal-hal apa yang perlu kita perhatikan dalam mewujudkan usaha tersebut (unsur-unsur yang mendukung dan menghambat)? 3) Selanjutnya peserta diberi kesempatan dalam suasana hening merenungkan secara pribadi tentang niat-niat pribadi maupun bersama yang akan dilakukan. 4) Selanjutnya,
peserta
diberi
kesempatan
untuk
mengungkapkan
dan
mensharingkan niat atau keputusan pribadi. Kemudian peserta diajak mendiskusikan dan mengambil keputusan bersama sehubungan dengan niat atau tindakan yang bisa dilakukan secara bersama sebagai mahasiswa calon katekis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
g. Penutup 1) Lilin dinyalakan dan salib diletakkan di tengah-tengah peserta agar peserta dapat merasakan kehadiran Tuhan. Kemudian pendamping mengajak peserta untuk memanjatkan doa permohonan secara spontan yang diawali oleh pendamping terlebih dahulu. Kemudian diakhiri dengan doa Bapa Kami bersama. 2) Doa Penutup Allah sumber hidup kami, syukur kami ucapkan kepada-Mu atas berkat bimbingan Roh-Mu yang menerangi hati dan budi kami sehingga dapat melihat peran penting kami sebagai calon katekis dalam kehidupan menggereja demi perkembangan Gereja. Terlebih kami juga Kau semangati untuk bercermin dari kehidupan jemaat perdana yang mempunyai keterbukaan hati untuk melayani sesama. Kami juga masih mohon berkatMu untuk melaksanakan niat-niat yang telah kami bicarakan sehingga seturut dengan ajaran-Mu. Semoga berkat-Mu dapat menguatkan kami dalam mewujudkan niat, usaha dan semangat kami dalam melayani sesama kami. Doa permohonan ini kami haturkan melalui perantaraan Tuhan kami Yesus Kristus. Amin 3) Lagu penutup : Bimbinglah Aku, Tuhanku “PS 697” [Lampiran 6: (18)]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
BAB V PENUTUP
Pada bagian ini disampaikan kesimpulan dan saran mengenai “Peranan Keterlibatan Hidup Menggereja Bagi Mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik dalam Rangka Menanggapi Panggilan sebagai Katekis”.
A. Kesimpulan Panggilan untuk menjadi katekis pada dasarnya bersumber dari Allah sendiri. Allah memanggil mereka untuk melibatkan diri dalam perluasan dan perwujudan Kerajaan Allah di dunia melalui tugas dari Gereja yang dipercayakan kepadanya. Salah satu tugas pokok seorang katekis yaitu mewartakan Sabda Allah kepada umat beriman yang biasanya diproses melalui katekese. Sebagai orang awam yang terpanggil, katekis harus menampakkan kekhasan panggilannya itu yakni dengan mempunyai kepribadian yang bermutu dan mempunyai kematangan hidup rohani. Kedua hal itulah yang akan menjadi dasar dan mencerminkan isi pewartaan yang disampaikan sebagai bentuk dan wujud kesaksian hidupnya. Agar perutusan dan tugasnya berjalan dengan lancar, katekis dituntut memiliki sikap percaya diri dan komitmen. Hidup menggereja adalah kehidupan yang menggambarkan dinamika hidup beriman akan Yesus Kristus. Perikop Kisah Para Rasul 2: 41-47 menggambarkan dinamika hidup jemaat perdana yakni bertekun dalam pengajaran rasul-rasul (kerygma), selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
(liturgia), membentuk persekutuan (koinonia), membagi-bagikan harta miliknya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing (diakonia), sehingga mereka disukai semua orang. Dari gambaran dinamika jemaat perdana tersebut, dapat ditemukan corak dinamika hidup menggereja yang diwarnai oleh kegiatankegiatan menggereja antara lain: pewartaan (kerygma), perayaan iman (liturgi), persekutuan sebagai orang beriman (koinonia), dan pelayanan iman (diakonia). Hidup menggereja merupakan suatu hal yang amat penting dalam kehidupan seorang katekis. Perlu disadari bahwa masa depan Gereja juga berada di tangan katekis. Sebagai calon katekis, kita dituntut untuk mampu berperan secara aktif dalam setiap kegiatan hidup menggereja dan mampu mencari peluang-peluang untuk ikut ambil bagian dalam tugas-tugas sebagai seorang katekis. Dengan terlibat dalam kegiatan hidup menggereja itulah diharapkan sebagai calon katekis semakin memahami dan menghayati perannya dalam kegiatan hidup menggereja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswamahasiswi IPPAK sudah baik dalam hal pemahaman teori. Sedangkan dalam prakteknya, sebagian besar mahasiswa juga sudah terlibat dalam kegiatankegiatan bidang karya katekis di kehidupan menggereja. Prodi IPPAK sebagai lembaga pendidikan sangat mendukung mahasiswa-mahasiswinya supaya berkembang dalam kepribadiannya baik secara rohani maupun jasmani. Kegiatankegiatan rohani yang diprogramkan Prodi cukup banyak guna membina iman maupun spiritual mahasiswa sehingga diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memantapkan panggilannya sebagai katekis. Namun demikian berdasarkan pengakuan responden ada sejumlah mahasiswa-mahasiswi belum menghayati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
sungguh-sungguh panggilannya sebagai
katekis
walaupun mereka
telah
mengalami keseluruhan proses dinamika perkuliahan di Prodi IPPAK. Melihat kenyataan bahwa masih ada sejumlah mahasiswa-mahasiswi yang belum menghayati sungguh-sungguh panggilannya sebagai katekis, penulis mengusulkan kegiatan rekoleksi. Kegiatan rekoleksi ini ditujukan khususnya bagi mahasiswa-mahasiswi Prodi IPPAK tingkat akhir yang telah menempuh keseluruhan proses dinamika perkuliahan. Dengan rekoleksi ini diharapkan membantu mahasiswa-mahasiswi IPPAK dalam menyadari panggilannya sebagai katekis sehingga mereka pun terdorong untuk menghayati dan menghidupi panggilannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari melalui keterlibatannya di kehidupan menggereja.
B. Saran Pada bagian ini dipaparkan beberapa saran sebagai upaya membantu mahasiswa-mahasiswi dalam menanggapi dan memantapkan panggilannya sebagai katekis. Beberapa saran tersebut adalah:
1. Bagi Seluruh Mahasiswa Prodi IPPAK Bagi seluruh mahasiswa-mahasiswi IPPAK hendaknya menyadari sebagai calon katekis sejak awal perlu melibatkan diri dan mencari peluang-peluang untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja. Selain itu, selagi masih ada kesempatan mendapatkan pengalaman melalui kegiatan-kegiatan yang diprogramkan oleh kampus, sedapat mungkin mahasiswa menggunakan kesempatan itu sebaikbaiknya karena semua proses dinamika perkuliahan yang dialami selama masa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
kuliah akan sangat berguna dalam pelayanan kita nantinya baik di lingkup Gereja maupun dalam masyarakat di zaman sekarang ini.
2. Bagi Prodi IPPAK Prodi IPPAK telah memberikan perhatian dan dukungan yang cukup baik kepada mahasiswa-mahasiswinya melalui pendampingan-pendampingan iman. Namun, Prodi perlu sejak awal memprogram suatu kegiatan yang melekat pada mata kuliah tertentu untuk mengajak mahasiswa terlibat dalam kehidupan menjemaat. Selain itu, Prodi perlu juga mengadakan suatu pendampingan khusus misalnya rekoleksi bagi mahasiswa tingkat akhir dan lebih mengefektifkan bimbingan pribadi (mahasiswa dengan Dosen Pembimbing Akademik).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
DAFTAR PUSTAKA Agudo, Philomena FMM. Ph.D. (1988). Aku Memilih Engkau. Yogyakarta: Kanisius. Ardhisubagyo, Y. (1987). Menggereja di Kota. Seri Pastoral No. 136. Yogyakarta: Pusat Pastoral Yogyakarta. Arikunto Suharsimi. (1997). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Beding, Alexander. (1962). Kepanggilan. Ende-Flores: Nusa Indah. Bergant, Dianne & Karris, Robert. (Ed.). (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius. Brena, S. Jess. S.J. (1986). Gembira Karena Dipanggil: Teologi Panggilan Awam. Bogor: Grafika Mardi Yuana. Dister, Nico Syukur. (1987). Kristologi: Sebuah Sketsa. Yogyakarta: Kanisius. Heryatno Wono Wulung, F.X. (2011). Pembinaan Spiritualitas I. Silabus Mata Kuliah Pembinaan Spiritualitas I untuk mahasiswa semester I. Prodi IPPAK, manuskrip. __________. (2012). Silabus Pembinaan Spiritualitas II. Silabus Mata Kuliah Pembinaan Spiritualitas II untuk mahasiswa semester II. Prodi IPPAK, manuskrip. Indra Sanjaya. (2011). Belajar dari Yesus “Sang Katekis”. Yogyakarta: Kanisius. Kempis, A. Thomas. (1986). Mengikuti Jejak Kristus. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka. Komisi Kateketik Keuskupan Purwokerto. (2014). Pedoman Sakramen Inisiasi. Buku Panduan Sakramen Inisiasi Keuskupan Purwokerto. Komisi Kateketik KWI. (1997). Pedoman Untuk Katekis. Yogyakarta: Kanisius. __________. (2005). Identitas Katekis di tengah Arus Perubahan Jaman. Jakarta: Komkat KWI. Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Obor (Dokumen asli diterbitkan tahun 1963-1965). Lembaga Alkitab Indonesia. (2006). Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: LBI. Mangunhardjana, A.M. (1985). Membimbing Rekoleksi. Yogyakarta: Kanisius. Mariyanto, Ernest. (1987). Persiapan Krisma Suci: Buku Pembina. Yogyakarta: Kanisius. __________. (2004). Kamus Liturgi. Yogyakarta: Kanisius. Moleong, Lexy J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. O’Collins, Gerald., SJ. & Farrugia, Edward G., SJ. (1996). Kamus Teologi. Yogyakarta: Kanisius. Paulus VI. (2011). Evangelii Nuntiandi (Mewartakan Injil). Seri Dokumen Gerejani No. 6. (J. Hadiwikarta, Pr., Penerjemah). Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1975). Prasetya, L. (2003). Keterlibatan Awam sebagai Anggota Gereja. Malang: Dioma. __________. (2007). Menjadi Katekis: Siapa Takut. Yogyakarta: Kanisius. Rukiyanto, dkk. (2013). Silabus Pembinaan Spiritualitas V. Silabus Mata Kuliah Pembinaan Spiritualitas V untuk mahasiswa semester V. Prodi IPPAK, manuskrip. __________. (2014). Silabus Pembinaan Spiritualitas VI. Silabus Mata Kuliah Pembinaan Spiritualitas VI untuk mahasiswa semester VI. Prodi IPPAK, manuskrip. Shelton, Charles M., S.J. (1987). Spiritualitas Kaum Muda. Yogyakarta: Kanisius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Staf Dosen IPPAK. (2010). Panduan Program Studi IPPAK. Manuskrip yang diterbitkan oleh dosen-dosen IPPAK. Yogyakarta: IPPAK-USD. __________. (2012). Pedoman Penulisan Skripsi. Manuskrip yang diterbitkan oleh dosen-dosen IPPAK. Yogyakarta: IPPAK-USD. Suhardiyanto, dkk. (2012). Silabus Pembinaan Spiritualitas III. Silabus Mata Kuliah Pembinaan Spiritualitas III untuk mahasiswa semester III. Prodi IPPAK, manuskrip. __________. (2013). Silabus Pembinaan Spiritualitas IV. Silabus Mata Kuliah Pembinaan Spiritualitas IV untuk mahasiswa semester IV. Prodi IPPAK, manuskrip. Sumarno Ds, M. (2012). Pengantar Pendidikan Agama Katolik Paroki. Diktat Mata Kuliah Pengantar Pendidikan Agama Katolik Paroki untuk Mahasiswa Semester III, Program Studi IPPAK, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. __________. (2014). Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki. Diktat Mata Kuliah Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki untuk Mahasiswa Semester VI, Program Studi IPPAK, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. __________. (2014). Silabus Pembinaan Spiritualitas VII. Silabus Mata Kuliah Pembinaan Spiritualitas VII untuk mahasiswa semester VII. Prodi IPPAK, manuskrip. __________. (2015). Silabus Pembinaan Spiritualitas VIII. Silabus Mata Kuliah Pembinaan Spiritualitas VIII untuk mahasiswa semester VIII. Prodi IPPAK, manuskrip. Sugiyono. (2014). Statistika untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA. Suroso, Y. (2001). Materi Pokok Katekese. Buku Panduan Kursus Pelayanan Umat Paroki Santo Yosep Purwokerto. Telaumbanua, Marinus. (1999). Ilmu Kateketik. Jakarta: Obor. Van Breemen, Peter G. (1976). Semangat Kristiani. Yogyakarta: Kanisius. Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese). (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI (Dokumen asli diterbitkan tahun 1979). __________. (2006). Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici). Bogor: Grafika Mardi Yuana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian
(1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2 : Contoh Kuesioner PERANAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA BAGI MAHASISWA PRODI IPPAK DALAM RANGKA MENANGGAPI PANGGILAN SEBAGAI KATEKIS Pengantar Dalam rangka penulisan skripsi dengan judul “Peranan Keterlibatan Hidup Menggereja Bagi Mahasiswa Prodi IPPAK dalam Rangka Menanggapi Panggilan sebagai Katekis”, penulis ingin mengetahui seberapa besar peranan keterlibatan hidup menggereja bagi mahasiswa di Prodi IPPAK-USD Yogyakarta. Untuk keperluan itu, penulis mohon kesediaan para mahasiswa/i IPPAK khususnya angkatan 2010 dan 2011 yang sudah menempuh matakuliah Karya Bakti Paroki untuk memberikan berbagai informasi yang kami perlukan dengan mengisi kuesioner berikut ini. Demi terjaganya obyektivitas dan kelancaran dalam pengisian kuesioner ini, diharapkan para responden memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini: 1. Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan dan pilihlah alternatif jawaban yang menurut anda paling tepat. 2. Dalam beberapa nomor, tersedia kemungkinan untuk jawaban lain-lain. Kalau anda memilih alternatif ini, anda diminta untuk menyebutkannya dan tulislah sesingkat mungkin. A. Identitas dan Latar Belakang Responden 1. Umur : ………………………………… 2. Jenis kelamin : ………………………………… 3. Tempat asal a. Nama Paroki : ………………………………… b. Nama Keuskupan : ………………………………… 4. Alasan studi di Prodi IPPAK USD (pilih salah satu) karena: Inisiatif saya sendiri Disuruh oleh orangtua Ingin menjadi PNS Semata-mata hanya ingin kuliah Diutus oleh Keuskupan atau lembaga lain (Sekolah, Ordo, Kongregasi) mengutus saya Lain-lain …………………………………………………………………………... …………………………………………………………………………...
(2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Berilah tanda cek (√) pada salah satu alternatif jawaban yang sesuai dengan pemahaman dan pengalaman Anda! 1. Menurut Anda apa pengertian katekis? katekis adalah orang yang berperan aktif dalam karya pewartaan Gereja katekis adalah orang yang selalu memberdayakan umat beriman katekis adalah orang yang semata-mata tidak bekerja sebatas liturgi saja katekis adalah orang yang mencari langkah-langkah untuk membangun communio dalam komunitas terutama lewat katekese 2. Panggilan untuk menjadi katekis berasal dari …. Allah Gereja orang lain diri sendiri 3. Salah satu bentuk tugas pelayanan katekis dalam paroki adalah …. menjadi dirigen di gereja saat petugas tidak ada menjadi pemimpin lagu saat ikut dalam doa lingkungan ikut mendukung kegiatan lingkungan/paroki pada hari raya liturgi ikut membantu team kerja pewartaan paroki 4. Dalam menjalankan peran sebagai katekis hendaknya mempunyai sikap…. rendah hati rela berkorban tanggung jawab percaya diri dan komitmen 5. Kekhasan panggilan sebagai katekis, harus nampak dalam …. Semangatnya Kecerdasannya Kepribadiannya Keterampilannya Lain-lain ………………………………………………………………. 6. Yang menjadikan seorang katekis masuk dalam persatuan dengan Kristus untuk melayani umat-Nya dengan mewartakan Kabar Gembira adalah …. kemauan masing-masing pribadi karena pengaruh kesaksian umat beriman yang lain karena rahmat dan kasih karunia yang Tuhan anugerahkan karena tuntutan dari Gereja untuk memenuhi tugas pelayanan
(3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Yang mendasari tugas pelayanan seorang katekis adalah …. hubungan seorang katekis dengan umat hubungan katekis dengan pastor paroki hubungan seorang katekis dengan Sabda Allah hubungan pribadi seorang katekis dengan Kristus Menurut Anda apa pengertian hidup menggereja? selalu mematuhi peraturan Gereja hidup yang menampakkan imannya kepada Kristus hidup yang diwujudkan melalui kegiatan menggereja selalu melaksanakan kewajibannya sebagai anggota Gereja Alasan saya terlibat dalam hidup menggereja adalah …. memenuhi tugas / tuntutan perkuliahan memenuhi tugas yang diberikan oleh Gereja sebagai latihan untuk mengetahui dan merasakan hidup menjemaat supaya tidak asing ketika kelak harus bertugas sebagai katekis di tengah jemaat Manfaat yang saya dapatkan dari keterlibatan hidup menggereja dalam proses menumbuhkan panggilan sebagai katekis adalah …. semakin menambah pengalaman bersama umat semakin memperkembangkan iman dan memantapkan panggilan dapat meningkatkan rasa percaya diri karena lebih banyak bergaul mendapatkan kesempatan untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama kuliah Apa yang melatarbelakangi keinginan Anda untuk terlibat dalam hidup menggereja? melaksanakan karena diajak umat yang lain melaksanakan tergantung kemauan dan suasana hati melaksanakan karena malu dengan umat lain yang aktif melaksanakan dengan tulus karena menyadari sebagai panggilan Tuhan Faktor yang masih menjadi hambatan saya untuk terlibat aktif dalam kegiatan hidup menggereja adalah …. kesibukan mengerjakan tugas kuliah kurangnya kesadaran dari dalam diri belum menghayati sungguh panggilan sebagai katekis lebih tertarik pada kegiatan yang tidak bersifat rohani Keterampilan yang harus dimiliki seorang katekis adalah …. berefleksi berkatekese (4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14.
15.
16.
17.
18.
bersosialisasi berkomunikasi Lain-lain ………………………………………………………………. Corak dinamika hidup menggereja jemaat perdana berdasarkan Kis 2: 4147 yang telah saya hayati adalah …. saling memperhatikan rukun dalam persekutuan saling mengasihi satu sama lain tekun dalam pengajaran para rasul Peran diri yang pernah saya jalankan sebagai mahasiswa IPPAK dalam kegiatan kampus adalah …. menjadi fungsionaris kelas menjadi pengurus HIMKA membimbing retret atau rekoleksi mewakili Prodi mengikuti kegiatan di luar kampus Lain-lain ………………………………………………………………. Program pendampingan spiritualitas yang mendukung saya sebagai seorang katekis yang profesional adalah …. retret camping rohani rekoleksi bersama perayaan Ekaristi kampus Lain-lain ………………………………………………………………. Kegiatan kurikuler yang mendukung saya sebagai katekis yang profesional adalah …. PPL PAK Paroki Karya Bakti Paroki Pendidikan kaderisasi PPL PAK PD dan PPL PAK PM Lain-lain ………………………………………………………………. Mata Kuliah kompetensi utama Prodi IPPAK yang mendukung saya sebagai katekis yang handal adalah …. Liturgi Kitab Suci Ekklesiologi Spiritualitas Kristiani Lain-lain …………………………………………………………….....
(5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19. Mata Kuliah kompetensi penunjang Prodi IPPAK yang mendukung saya sebagai katekis yang handal adalah …. Pastoral Paroki Persiapan Karya Bakti Paroki Metodologi penelitian pendidikan Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling Lain-lain ………………………………………………………………. 20. Sebagai calon katekis tugas dalam kegiatan pewartaan yang pernah saya lakukan adalah …. Membimbing retret Membimbing rekoleksi Memberikan katekese sakramen inisiasi Memimpin pendalaman iman di lingkungan Lain-lain ………………………………………………………………. 21. Katekis dalam mewartakan Kabar Gembira dan ajaran Kristen kepada umat beriman berpusatkan pada …. Para murid Yesus Diri dan pribadi orang kudus Diri dan pribadi Yesus Kristus Sabda dan karya Yesus Kristus 22. Supaya semua umat beriman bertobat dan menyatakan imannya akan Yesus Kristus, maka kegiatan pewartaan hendaknya diberikan kepada …. Seluruh kalangan jemaat Kaum muda dan orang dewasa Semua orang yang telah dibaptis Semua orang yang telah menerima sakramen penguatan 23. Sebagai calon katekis tugas yang sering saya lakukan dalam kegiatan liturgi adalah …. Menjadi petugas koor Menjadi petugas lektor Menjadi petugas tatalaksana Memimpin ibadat sabda atau doa bersama Lain-lain ………………………………………………………………. 24. Aktif dalam kegiatan liturgi merupakan wujud keterlibatan katekis untuk mengambil bagian dalam tugas Kristus sebagai …. Raja Nabi Imam Penyelamat (6)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25. Sebagai calon katekis bentuk keterlibatan saya dalam persekutuan orang beriman adalah …. Latihan koor Sarasean di lingkungan Pemandu pendalaman iman Ikut doa Rosario di lingkungan Lain-lain ………………………………………………………………. 26. Untuk mewujudnyatakan iman dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat yang saya lakukan sebagai calon katekis adalah …. Aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan Mengunjungi untuk memberikan kasih bagi yang sakit Mengunjungi dan menyapa yang tidak aktif lagi di gereja Mengadakan kunjungan ke panti asuhan atau panti jompo Lain-lain ………………………………………………………………. 27. Kata Martir berasal dari bahasa Yunani Martyr yang artinya …. Saksi Pewarta Gembala Orang kudus 28. Sejak awal Gereja memahami kemartiran sebagai …. Baptisan suci Baptisan batin Baptisan darah Baptisan darurat 29. Sebagai calon katekis keterlibatan saya di bidang Martyria dapat diwujudkan dalam bentuk …. Selalu mengusahakan kehidupan yang baik dan bersatu dalam Gereja Kesediaannya melayani umat dengan tulus hati tanpa mengharapkan imbalan Kesanggupannya di tempatkan dimana saja meski tahu banyak tantangan Sanggup menjadi saksi kebenaran iman meskipun mengalami penderitaan 30. Berikanlah usulan-usulan kegiatan untuk Prodi yang dapat mendukung mahasiswa dalam menanggapi panggilan sebagai katekis! …………………………………………………………………………….. .……………………………………………………………………………. ..…………………………………………………………………………… ...…………………………………………………………………………... (7)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(8)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(9)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(10)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(11)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(12)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(13)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(14)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(15)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(16)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(17)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(18)