PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERANAN KARYA MISI ROMO JOHANNES BAPTIST PRENNTHALER SJ BAGI UMAT PAROKI SANTA THERESIA LISIEUX BORO, KULONPROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM RELEVANSINYA MENGEMBANGKAN IMAN YANG CERDAS, TANGGUH, DAN MISIONER DI ZAMAN SEKARANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh: Agustinus Dwi Riyanto NIM: 121124046
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk: seluruh umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro, para pembina iman, kedua orang tua, dan keluarga.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
“Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus” (Flp 1:6)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 2 Februari 2017 Penulis
Agustinus Dwi Riyanto
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama
: Agustinus Dwi Riyanto
Nomor Mahasiswa
: 121124046
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, penulis memberikan wewenang kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah penulis yang berjudul “PERANAN KARYA MISI ROMO JOHANNES BAPTIST PRENNTHALER SJ BAGI UMAT PAROKI SANTA THERESIA LISIEUX BORO, KULONPROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM RELEVANSINYA MENGEMBANGKAN IMAN YANG CERDAS, TANGGUH, DAN MISIONER DI ZAMAN SEKARANG”. Dengan demikian, penulis memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin maupun memberikan royalti kepada penulis selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, 2 Februari 2017 Yang menyatakan,
Agustinus Dwi Riyanto
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK Judul skripsi ini adalah “PERANAN KARYA MISI ROMO JOHANNES BAPTIST PRENNTHALER SJ BAGI UMAT PAROKI SANTA THERESIA LISIEUX BORO, KULONPROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM RELEVANSINYA MENGEMBANGKAN IMAN YANG CERDAS, TANGGUH, DAN MISIONER DI ZAMAN SEKARANG”. Pemilihan judul ini bertitik tolak pada gerakan pastoral di Paroki St. Theresia Lisieux Boro, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta untuk meneladani Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dalam mengembangkan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner di zaman sekarang. Paus Emeritus Benediktus XVI mencanangkan ‘Tahun Iman’ yang berlangsung dari 12 Oktober 2012-24 November 2013. KAS menanggapi ‘Tahun Iman’ dengan menggalakkan formatio iman berjenjang yang bertujuan membantu umat dalam mengembangkan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner. Paroki St. Theresia Lisieux Boro menjadikan Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ sebagai teladan dalam menghidupi iman yang cerdas, tangguh, dan misioner. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui pandangan dan pemahaman umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro tentang iman cerdas, tangguh, misioner dan peranan karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ bagi umat dalam mengembangkan iman cerdas, tangguh, dan misioner. Bertolak dari alasan dan tujuan penulisan skripsi ini, penulis memperoleh data melalui wawancara dan studi pustaka. Dari hasil wawancara menyatakan bahwa pertama, iman yang cerdas, tangguh, dan misioner saling berkaitan. Iman yang cerdas berkaitan dengan akal budi dan hati nurani. Iman yang tangguh berarti umat memiliki kekokohan dalam menghadapi tantangan zaman. Iman misioner merupakan perwujudan dari iman cerdas dan tangguh. Kedua, Karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ 89 tahun yang lalu berperan bagi umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro dalam mengembangkan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ adalah seorang misionaris Jesuit yang memilih berkarya di tanah Jawa, khususnya di daerah Boro. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ menginginkan supaya Kerajaan Allah dapat dirasakan secara nyata oleh umat, sehingga Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ berkarya di bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan pengajaran iman. ARDAS KAS 2016-2020 bercita-cita membangun Gereja yang inklusif, inovatif, dan transformatif melalui perwujudan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner. Karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ masih dirasa relevan dalam mengembangkan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner di zaman sekarang. Berdasarkan permasalahan yang ada, diperlukan upaya untuk membantu umat dalam mengembangkan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner dengan meneladani Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui katekese model SCP (Shared Christian Praxis) dengan tema ‘Mengembangkan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner dengan meneladani Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ’ dan tujuan tema ‘Bersama pendamping, umat semakin menyadari teladan Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dalam hidup beriman, sehingga semakin mampu mengembangkan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner’.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT The title of this undergraduated thesis is the “THE ROLE OF THE MISSION WORK OF FATHER JOHANNES BAPTIST PRENNTHALER SJ FOR THE PEOPLE OF ST. THERESIA LISIEUX BORO PARISH IN THE RELEVANCE OF DEVELOPING INTELLIGENT, FIRM, AND MISSIONARY FAITH IN NOWADAYS ERA”. This title is chosen due to the pastoral movement in St. Theresia Lisieux Boro Parish, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta to emulate Father Johannes Baptist Prennthaler SJ in developing intelligent, firm, and missionary faith in nowadays. Pope Benedict XVI declared ‘the Year of Faith’ as of October 11th, 2012 until November 24th, 2013. Archdiocese of Semarang responded to the ‘Year of Faith’ by promoting the gradual faith formation to help people developing intelligent, firm, and missionary faith. Parish of St. Theresia Lisieux Boro choose Father Johannes Baptist Prennthaler SJ as the role model in living up intelligent, firm, and missionary faith. The purpose of this thesis is to recognize the opinion and understanding of the parishioner of St. Theresia Lisieux Boro concerning with the role of the mission work of Father Johannes Baptist Prennthaler SJ in developing intelligent, firm, and missionary faith. The author obtains the data through interviews and literature study. The findings, loads to the conclusion that intelligent, firm, and missionary faith are interrelated. An intelligent faith concerns with intellect and conscience. A firm faith means that this faith is have the robustness in encountering challenges of the age. A missionary faith is a realisation of intelligent and firm faith. The second findings is that the mission work of Father Johannes Baptist Prennthaler SJ 89 years ago still has relevance for the people St. Theresia Lisieux Parish in developing intelligent, firm, and missionary faith. Father Johannes Baptist Prennthaler SJ is a Jesuit missionary who worked in Java, especially in Boro. Father Johannes Baptist Prennthaler SJ wanted that the Kingdom of God could be perceived as real by the people. For this reason, Father Johannes Baptist Prennthaler SJ worked at education, economy, health, and the teaching of faith. ARDAS of Semarang Archdiocese 2016-2020 envisions to build a Church that is inclusive, innovative, and transformative through living up intelligent, firm, and missionary faith. Mission work of Father Johannes Bapitst Prennthaler SJ is still relevant to develop intelligent, firm, and missionary faith in nowadays. Based on the existing problems, it is strongly recommended to emulate Pastor Johannes Baptist Prennthaler SJ to developing intelligent, firm, and missionary faith. Such efforts could be done through catechesis model of SCP (Shared Christian Praxis). The theme is ‘Developing intelligent, firm, and missionary faith through emulating Father Johannes Baptist Prennthaler SJ’ and the purpose is ‘With the tutor, people are increasingly aware of the example of Father Johannes Baptist Prennthaler SJ in living up the faith, so that they are able to develop intelligent, firm and missionary faith.’
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Bapa karena kasih dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERANAN KARYA MISI ROMO JOHANNES BAPTIST PRENNTHALER SJ BAGI UMAT PAROKI SANTA THERESIA
LISIEUX
BORO,
KULONPROGO, DAERAH
ISTIMEWA
YOGYAKARTA DALAM RELEVANSINYA MENGEMBANGKAN IMAN YANG CERDAS, TANGGUH, DAN MISIONER DI ZAMAN SEKARANG”. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk mengenal Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ yang mewartakan Kerajaan Allah di daerah Pegunungan Menoreh. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ menjadi inspirasi bagi umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro dalam hidup menggereja dan mengembangkan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner di zaman sekarang ini. Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan bebagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1.
Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A., selaku dosen pembimbing utama, yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan memberikan masukan-masukan, sehingga penulis dapat lebih termotivasi dalam penulisan skripsi ini.
2.
Dr. B.A. Rukiyanto, S.J., selaku dosen penguji kedua, yang telah menguji dan memberi masukan demi penyelesaian penulisan skripsi ini.
3.
Drs. L. Bambang Hendarto Y., M.Hum., selaku dosen penguji ketiga, yang telah menguji dan memberi masukan demi penyelesaian penulisan skripsi ini.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.
F.X. Dapiyanta, SFK, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.
5.
Segenap Staf Dosen Prodi PAK-JIP-FKIP-USD Yogyakarta yang telah mendidik dan membimbing penulis selama belajar hingga selesainya skripisi ini.
6.
Staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi PAK, serta seluruh karyawan bagian lain, yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
7.
Rm. Fransiskus Xaverius Alip Suwito, Pr., dan Rm. Jonathan Billie Cahyo Adi, Pr., selaku romo Paroki St. Theresia Lisieux Boro, yang telah memberikan izin dan dukungan untuk mengadakan wawancara kepada umat.
8.
Bpk. Ciprianus Suparjo, Bpk. F.X. Suratija, Bpk. Andreas Walyadi, Bpk. R. Suparlan, Bpk. Ignatius Sudaryana, Bpk. Caecarius Mujiran, Ibu Anastasia Ninik Sumarni, Ibu Yustina Supriyati, Sdr. Gregorius Sukasubagya, Sdr. Willibordus Bayu Putra, dan Sdri. Veronica Fifi Rintina selaku responden wawancara, yang telah meluangkan waktu untuk pelaksanaan wawancara.
9.
Para Staf Sekretariat Paroki St. Theresia Lisieux Boro, yang telah memberikan beberapa data untuk keperluan penulisan skrispi ini.
10. Kedua orangtua (F.X. Supriyanto dan L. Sukarini) dan keluarga, yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 11. Teman-teman angkatan 2012 yang selalu memberikan dukungan dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang selama ini dengan tulus memberikan bantuan hingga selesainya penulisan skripsi ini. Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritis dari para pembaca demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Yogyakarta, 2 Februari 2017 Penulis
Agustinus Dwi Riyanto
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................
ii
PENGESAHAN .........................................................................................
iii
PERSEMBAHAN ......................................................................................
iv
MOTTO .....................................................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................
vi
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................
vii
ABSTRAK .................................................................................................
viii
ABSTRACT .................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR ...............................................................................
x
DAFTAR ISI ..............................................................................................
xiii
DAFTAR SINGKATAN ...........................................................................
xvii
BAB I. PENDAHULUAN .........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................
1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................
4
C. Tujuan Penulisan ............................................................................
4
D. Manfaat Penulisan ..........................................................................
4
E. Metode Penulisan ...........................................................................
5
F. Sistematika Penulisan ....................................................................
6
BAB II. KEGIATAN UMAT PAROKI SANTA THERESIA LISIEUX BORO UNTUK MENGEMBANGKAN IMAN YANG CERDAS, TANGGUH, DAN MISIONER DENGAN INSPIRASI DARI KARYA MISI ROMO JOHANNES BAPTIST PRENNTHALER SJ ..................................................
8
A. Gambaran Umum Paroki St. Theresia Lisieux Boro .....................
8
1. Sejarah dan Perkembangan Paroki St. Theresia Lisieux Boro.....
9
2. Visi dan Misi Paroki St. Theresia Lisieux Boro .........................
12
3. Situasi Geografis Paroki St. Theresia Lisieux Boro ...................
15
4. Situasi Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro ..........................
16
B. Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro Mengembangkan Iman yang Cerdas, Tangguh, dan Misioner ............................................
18
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Pemahaman Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro tentang Iman yang Cerdas, Tangguh, dan Misioner ................................
19
2. Kegiatan Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro dalam Mengembangkan Iman yang Cerdas, Tangguh, dan Misioner ...
24
C. Rangkuman Permasalahan-permasalahan Pokok yang Dialami oleh Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro dalam Mengembangkan Iman yang Cerdas, Tangguh, dan Misioner ......
38
1. Permasalahan Pokok dalam Mengembangkan Iman Cerdas, Tangguh, dan Misioner ............................................................
38
2. Tindak Lanjut Menanggapi Permasalahan Pokok dalam Mengembangkan Iman Cerdas, Tangguh, dan Misioner .........
42
III. KARYA MISI ROMO JOHANNES BAPTIST PRENNTHALER SJ DALAM RELEVANSINYA DENGAN IMAN YANG CERDAS, TANGGUH, DAN MISIONER DALAM ARAH DASAR KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG 2016-2020 .......................................................... A. Karya Misi Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ ......................
45 46
1. Situasi Umum Tempat Karya Misi Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ ..........................................................................
46
2. Sejarah Karya Misi Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ ...
52
3. Tujuan dan Ranah Karya Misi Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ ..........................................................................
58
4. Hasil Karya Misi Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ .......
64
B. Iman yang Cerdas, Tangguh, dan Misioner dalam Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang 2016-2020 ......................................
68
1. Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang ...............................
69
2. Iman yang Cerdas, Tangguh, dan Misioner .............................
83
C. Relevansi Karya Misi Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ bagi umat dalam Mengembangkan Iman yang Cerdas, Tangguh, dan Misioner ..................................................................................
89
1. Relevansi Karya Misi Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ bagi Umat dalam Mengembangkan Iman yang Cerdas ...........
90
2. Relevansi Karya Misi Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ bagi Umat dalam Mengembangkan Iman yang Tangguh ........
91
3. Relevansi Karya Misi Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ bagi Umat dalam Mengembangkan Iman yang Misioner ........
92
BAB
BAB IV. SALAH SATU USAHA UNTUK MENDALAMI KARYA MISI ROMO JOHANNES BAPTIST PRENNTHALER SJ DALAM MENGEMBANGKAN IMAN YANG CERDAS,
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
TANGGUH, DAN MISIONER DI PAROKI SANTA THERESIA LISIEUX BORO MELALUI KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS .................................
95
A. Latar Belakang Pemikiran Pemilihan Katekese Model SCP .........
96
B. Alasan Pemilihan Tema .................................................................
98
C. Rumusan Tema dan Tujuan ...........................................................
99
D. Penjabaran Program Katekese .......................................................
101
E. Petunjuk Pelaksanaan Program Katekese Model SCP ..................
105
F. Contoh Satuan Persiapan Pelaksanaan Katekese Model SCP........
106
BAB V. PENUTUP ...................................................................................
125
A. Kesimpulan ....................................................................................
125
B. Saran ..............................................................................................
126
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
129
LAMPIRAN Lampiran 1: Surat Izin Wawancara ......................................................
(1)
Lampiran 2: Daftar Lingkungan di Paroki St. Theresia Lisieux Boro ..
(2)
Lampiran 3: Daftar Pertanyaan Wawancara kepada Umat ...................
(4)
Lampiran 4: Daftar Pertanyaan Wawancara kepada Romo dan Dewan Paroki ...............................................................................
(5)
Lampiran 5: Rangkuman Hasil Wawancara kepada Umat ...................
(6)
Lampiran 6: Rangkuman Hasil Wawancara kepada Romo dan Dewan Paroki ...............................................................................
(11)
Lampiran 7: Teks Lagu Pertemuan SCP ...............................................
(17)
Lampiran 8: Teks Cerita Pertemuan SCP .............................................
(18)
Lampiran 9: Teks Penggalam Kisah Hidup Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ ………………………………………......
(19)
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Teks Kitab Suci Seluruh singkatan dari Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Lama dan Kitab Suci Perjanjian Baru: Dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam Rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.
B. Singkatan Dokumen Gereja CT
: Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang Katekese Masa Kini, 16 Oktober 1979.
DKU
: Direktorium Kateketik Umum, Direktorium tentang Kateketik secara umum yang dikeluarkan oleh Kongregasi Suci para Klerus, 11 April 1971.
GS
: Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral dalam Konsili Vatikan II tentang Gereja di Dunia Dewasa, 7 Desember 1965.
KGK
: Katekismus Gereja Katolik, Dokumen Gereja tentang Ajaran Iman Katolik yang Sah dan Legitim, 25 Juni 1992.
LF
: Lumen Fidei, Ensiklik Paus Fransiskus bagi para uskup, imam, diakon, kaum religius, dan umat beriman awam tentang Iman, 29 Juni 2013.
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PF
:
Porta Fidei, Surat Apostolik Benediktus XVI dalam bentuk Motu Proprio tentang Pintu kepada Iman, 11 Oktober 2012.
C. Singkatan Lain APP
: Aksi Puasa Pembangunan
ARDAS
: Arah Dasar
Art
: Artikel
Bdk
: Bandingkan
BKL
: Bulan Katekese Liturgi
BKSN
: Bulan Kitab Suci Nasional
BPD
: Badan Permusyawarahan Desa
DIY
: Daerah Istimewa Yogyakarta
DKP
: Dewan Karya Pastoral
Dr
: Dokter
FABC
: Federation of Asian Bishops’ Conferences (Konferesnsi Para Uskup Asia)
FIC
: Congregatio Fratres Immaculatae Conceptionis Beatae Mariae Virginis (Kongregasi Para Bruder Santa Perawan Maria yang Dikandung Tak Bernoda)
FKT
: Festival Kesenian Tradisional
FX
: Fransiskus Xaverius
HUT
: Hari Ulang Tahun
KAS
: Keuskupan Agung Semarang
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KLMT
: Kecil, Lemah, Miskin, dan Tersingkir
KLMTD
: Kecil, Lemah, Miskin, Tersingkir, dan Difabel
Koramil
: Komando Rayon Militer
ME
: Marriage Encounter (Perjumpaan Pasangan Suami Istri)
Mgr
: Monsinyur
No
: Nomor
OMK
: Orang Muda Katolik
OSF
: Ordo Santo Fransiskus (Fransiskanes)
PGPM
: Pengurus Gereja Papa Miskin
PIA
: Pendampingan Iman Anak
PIOD
: Pendampingan Iman Orang Dewasa
PIOM
: Pendampingan Iman Orang Muda
PIR
: Pendampingan Iman Remaja
PIUL
: Pendampingan Iman Usia Lanjut
Polsek
: Polisi Sektor
Pr
: Presbiter (Imam Diosesan)
PSE
: Pelayanan Sosial Ekonomi
Rm
: Romo (Imam)
SCP
: Shared Christian Praxis
SD
: Sekolah Dasar
SDM
: Sumber Daya Manusia
SGMB
: Sekolah Generasi Muda Boro
SJ
: Societas Jesu (Serikat Yesus)
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SMP
: Sekolah Menengah Pertama
St
: Santo/Santa
Th
: Tahun
TK
: Taman Kanak-kanak
WIB
: Waktu Indoesia Barat
WKRI
: Wanita Katolik Republik Indonesia
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan Iman merupakan tanggapan manusia atas wahyu yang diberikan oleh Allah. Allah memberikan wahyu dalam sejarah kehidupan manusia sejak zaman para Bapa Bangsa hingga zaman sekarang. Dalam sejarah karya keselamatan Allah, manusia mengalami banyak tantangan hidup seperti yang dialami oleh bangsa Israel di tengah padang pasir yang mengakibatkan iman kepercayaan mereka akan Allah mengalami kegoyahan, bahkan banyak yang meninggalkan Allah (Kel 16:2-9). Di zaman sekarang pun tantangan dalam hidup beriman semakin sulit. Di dalam Ensiklik Lumen Fidei, art. 2, Paus Fransiskus menyatakan bahwa saat ini iman sedang terancam dalam ‘terang yang tidak nyata’, yaitu anggapan bahwa iman kurang bermanfaat bagi orang di zaman sekarang ini. Iman bersifat dinamis. Apabila iman dipelihara dengan baik, maka akan semakin berkembang, tetapi jika dibiarkan begitu saja, maka akan semakin redup dan mati. Di zaman modern sekarang ini ada banyak godaan dalam mengembangkan iman. Paus Emeritus Benediktus XVI menyadari bahaya dari perkembangan zaman ini yang mengakibatkan krisis iman yang mendalam (Porta Fidei, art. 2). Oleh karena itu, Paus Emeritus Benediktus XVI mencanangkan ‘Tahun Iman’ yang dibuka pada 11 Oktober 2012 dan berakhir pada 24 November 2013. Tahun Iman menjadi sebuah kesempatan bagi Gereja semesta untuk semakin merefleksikan karya keselamatan Allah dan menemukan kembali iman kepercayaan (Porta Fidei, art. 4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Formatio iman berjenjang menjadi salah satu upaya untuk semakin memperkembangkan dan menghayati iman yang dilakukan oleh Keuskupan Agung Semarang. Secara khusus, formatio iman berjenjang bertujuan agar umat semakin beriman secara cerdas, tangguh, dan misioner di tengah-tengah zaman modern ini (DKP KAS, 2014: 29-31). Situasi konkret masyarakat menjadi pijakan dalam mengembangkan iman, sehingga iman dapat berkembang sesuai dan relevan dengan tuntutan zaman. Hidup beriman tidak hanya sebatas hal rohani seperti berdoa, tetapi juga dituntut untuk menjadi cerdas, tangguh, dan misioner. Beriman cerdas, tangguh, dan misioner menjadi jalan bagi umat untuk menghadapi arus globalisasi yang membawa banyak pengaruh bagi kehidupan masyarakat. ARDAS KAS 2016-2020 bercita-cita untuk mewujudkan Gereja yang inklusif, inovatif, dan transformatif melalui pengembangan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner (DKP KAS, 2016: 5). Paroki St. Theresia Lisieux Boro merupakan salah satu paroki di KAS yang berada di Pegunungan Menoreh. Kelahiran dan perkembangan Paroki St. Theresia Lisieux Boro tidak terlepas dari karya seorang misionaris Jesuit berkebangsaan Austria, yaitu Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ. Setelah membaca artikel tentang perjalanan misi Jesuit Provinsi Belanda di tanah Jawa, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ memutuskan untuk berkarya di tanah Jawa. Perjalanan misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ mengalami banyak tantangan
dari
kelompok
Zending,
Muhammadiyah,
dan
pemerintah
(Hardawiryana, 2002: 81-84). Akan tetapi, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ tetap berjuang untuk berkarya bagi umat dan menunjukkan sikap iman yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
tangguh karena Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ menginginkan supaya umat dapat merasakan Kerajaan Allah secara nyata. Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro menjadikan Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ sebagai teladan dalam hidup beriman. Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro menyadari bahwa pada zaman ini ada banyak tantangan hidup, sehingga banyak umat yang mengalami krisis iman. Dalam situasi ini, umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro terus belajar dari karya Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ memberikan teladan sikap iman yang cerdas, tangguh dan misioner melalui karya-karya misi dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan perekonomian. Meskipun, karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ 89 tahun lalu, teladan Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ masih relevan bagi umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro dalam mengembangkan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner. Dengan melihat situasi nyata yang terjadi yaitu penggalakan gerakan formatio iman berjenjang, pelaksanaan ARDAS KAS 2016-2020 dan keteladanan Rm. Johannes Bapstist Prennthaler SJ bagi umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro, maka penulis tergerak untuk memberikan sumbangan pemikiran demi perkembangan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner. Oleh karena itu, penulis menyusun skripsi dengan judul “PERANAN KARYA MISI ROMO JOHANNES BAPTIST PRENNTHALER SJ BAGI UMAT PAROKI SANTA THERESIA LISIEUX BORO, KULONPROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM RELEVANSINYA MENGEMBANGKAN IMAN YANG CERDAS, TANGGUH, DAN MISIONER DI ZAMAN SEKARANG”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
B. Rumusan Masalah 1.
Bagaimana umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro memahami iman yang cerdas, tangguh, dan misioner?
2.
Apa saja peranan karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ bagi umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro terutama dalam mengembangkan iman cerdas, tangguh, dan misioner?
3.
Bentuk kegiatan apa yang dapat membantu umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro dalam mengembangkan iman cerdas, tangguh, dan misioner?
C. Tujuan Penulisan 1.
Mengetahui bagaimana umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro memahami iman yang cerdas, tangguh, dan misioner.
2.
Mengetahui peranan karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ bagi umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro terutama dalam mengembangkan iman cerdas, tangguh, dan misioner.
3.
Mengusulkan bentuk kegiatan yang dapat membantu umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro dalam mengembangkan iman cerdas, tangguh, dan misioner.
D. Manfaat Penulisan Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan skripsi dengan judul “PERANAN KARYA MISI ROMO JOHANNES BAPTIST PRENNTHALER SJ BAGI
UMAT
KULONPROGO, RELEVANSINYA
PAROKI DAERAH
SANTA
THERESIA
ISTIMEWA
MENGEMBANGKAN
LISIEUX
YOGYAKARTA IMAN
YANG
BORO, DALAM CERDAS,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
TANGGUH, DAN MISIONER DI ZAMAN SEKARANG” adalah sebagai berikut: 1.
Menambah wawasan yang lebih mendalam bagi penulis tentang karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dan pengembangan iman cerdas, tangguh, dan misioner.
2.
Memberikan sumbangan pemikiran dan pertimbangan bagi Dewan Paroki St. Theresia Lisieux Boro dalam merencanakan dan menyelenggarakan kegiatan untuk membantu umat dalam mengembangkan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner.
3.
Memberikan sumbangan pemikiran bagi para pemandu lingkungan di Paroki St. Theresia Lisieux Boro tentang katekese model Shared Christian Praxis (SCP).
4.
Memberikan sumbangan pemikiran bagi umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro dalam mengembangkan iman cerdas, tangguh, dan misioner dengan meneladani Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ.
E. Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif kualitatif, dimana dalam penulisan skripsi ini penulis mengumpulkan data dengan melakukan wawancara kepada romo paroki dan beberapa umat yang dianggap mengetahui banyak tentang karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dan melalui studi pustaka dari buku-buku dan situasi konkrit kehidupan umat di Paroki St. Theresia Lisieux Boro.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
F. Sistematika Penulisan Sebagai gambaran umum tentang hal-hal yang akan dibahas di dalam penulisan skripsi ini, berikut adalah sistematika penulisan skripsi dengan judul “PERANAN KARYA MISI ROMO JOHANNES BAPTIST PRENNTHALER SJ BAGI
UMAT
KULONPROGO, RELEVANSINYA
PAROKI DAERAH
SANTA
THERESIA
ISTIMEWA
MENGEMBANGKAN
LISIEUX
YOGYAKARTA IMAN
YANG
BORO, DALAM CERDAS,
TANGGUH, DAN MISIONER DI ZAMAN SEKARANG”: Bab I menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II menguraikan gambaran umum Paroki St. Theresia Lisieux Boro, hasil wawancara tentang pemahaman dan kegiatan umat dalam mengembangkan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner, dan rangkuman permasalahan yang muncul dalam pengembangan iman cerdas, tangguh, dan misioner. Bab III menguraikan tentang karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ, ARDAS KAS 2016-2020, arti iman yang cerdas, tangguh, dan misioner, serta relevansi karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ. Karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ mencakup situasi umum tempat karya, sejarah karya misi, tujuan karya misi dan hasil karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ. ARDAS KAS 2016-2020 mencakup sejarah dan perkembangan ARDAS KAS dari ARDAS pertama hingga ARDAS terakhir. Arti iman cerdas, tangguh, dan misioner mencakup pengertian iman cerdas, iman tangguh, iman misioner dan relevansi karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ bagi pengembangan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Bab IV menguraikan tentang usulan program katekese untuk mendalami karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dalam rangka pengembangan iman cerdas, tangguh, dan misioner yang mencakup latar belakang usulan katekese, alasan pemilihan tema, tema dan tujuan, penjabaran program katekese, petunjuk pelaksanaan program dan contoh pelaksanaan program. Bab V berisi kesimpulan dan saran dari penulis berkaitan dengan usaha untuk mengembangkan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner dengan inspirasi Rm. Johannes Baptist Prennthlaer SJ di Paroki St. Theresia Lisieux Boro.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II KEGIATAN UMAT PAROKI SANTA THERESIA LISIEUX BORO UNTUK MENGEMBANGKAN IMAN YANG CERDAS, TANGGUH, DAN MISIONER DENGAN INSPIRASI DARI KARYA MISI ROMO JOHANNES BAPTIST PRENNTHALER SJ
Iman yang cerdas, tangguh dan misioner adalah cita-cita dari gerakan formatio iman berjenjang yang sedang digalakkan di Keuskupan Agung Semarang. Paroki St. Theresia Lisieux Boro sebagai bagian dari Gereja Keuskupan Agung Semarang menyambut gerakan pastoral formatio iman berjenjang dan Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang 2016-2020 dengan berbagai kegiatan. Kegiatan yang dirancang oleh dewan paroki dimaksudkan untuk membantu umat dalam mengembangkan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner. Dewan paroki menyusun kegiatan berdasarkan prioritas pastoral dengan melihat situasi dan kondisi umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro. Selain itu, kegiatan-kegiatan di Paroki St. Theresia Lisieux Boro didasari oleh ARDAS KAS 2016-2020 dan terinspirasi dari karya-karya Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ sebagai cikal bakal lahirnya paroki, serta St. Theresia Lisieux sebagai pelindung paroki.
A. Gambaran Umum Paroki St. Theresia Lisieux Boro Paroki St. Theresia Lisieux Boro merupakan salah satu paroki di bawah Keuskupan Agung Semarang yang terletak di Kevikepan Yogyakarta. Perjalanan sejarah Paroki St. Theresia Lisieux Boro tidak terpisah dari sejarah kekatolikan di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Jawa. Iman katolik di Jawa mulai tumbuh dan berkembang setelah peristiwa pembaptisan sebanyak 171 orang di Sendang Sono oleh Rm. Fr. Van Lith SJ pada 1904 (Hardawiryana, 2002: 50). Karya penggembalaan Rm. Fr. Van Lith SJ di Kalibawang dilanjutkan oleh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ seorang misionaris Jesuit dari Austria. Karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ meliputi karya pewartaan iman, sosial, kesehatan dan perekonomian. Perjuangan umat di Kalibawang bersama Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ membuahkan hasil yang melimpah, yaitu Paroki St. Theresia Lisieux Boro yang diresmikan pada 1956 (Budi Purwantoro, 2012: 163). Pada saat ini, Gereja St. Theresia Lisieux Boro telah berusia 89 tahun yang dihitung berdasarkan misa perdana yang dilakukan oleh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ di Jurang Depok pada 1927. Tentu situasi dan kondisi Paroki St. Theresia Lisieux Boro sudah berubah dari awal karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ, baik dari situasi umat dan karya penggembalaan.
1.
Sejarah dan Perkembangan Paroki St. Theresia Lisieux Boro Sebelum menjadi Paroki St. Theresia Lisieux Boro, Stasi Boro merupakan
stasi dari Paroki Muntilan yang dilayani oleh Rm. Fr. Van Lith SJ. Pada 1923 Kalibawang ditetapkan sebagai stasi dari Paroki Mendut. Pelayanan kepada umat dilakukan melalui kunjungan keluarga oleh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ. Setiap hari Sabtu dan Minggu, umat di Kalibawang pergi ke Mendut untuk merayakan Ekaristi. Pada 1927 Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ mengadakan misa pertama di Desa Jurang Depok bersama lima orang. Dalam memperingati 25 tahun pembaptisan Sendang Sono, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ mengajak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
umat untuk membangun gua Maria di Sendang Sono, dan pada 8 Desember 1929 Gua Maria Lourdes Sendang Sono diberkati (Tim Buku Kenangan 80 Tahun Paroki Boro, 2007: 1). Sejak 24 April 1930 Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dan Rm. F.X. Satiman SJ menetap di Boro. Desa Boro dipilih sebagai pusat karya misi untuk daerah Kalibawang. Hal ini menjadikan jumlah umat semakin bertambah. Untuk dapat menampung jumlah umat yang terus bertambah, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ menggagas pembangunan gedung gereja di Boro. Gedung gereja Boro mulai dibangun pada November 1930. Pada 31 Agustus 1931, gedung gereja diberkati oleh Rm. Jos van Baal SJ dengan nama pelindung Santa Theresia Lisieux. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dan Rm. F.X. Satiman SJ membentuk pamomong umat atau ketua lingkungan di setiap dusun untuk memaksimalkan pelayanan kepada umat. Pamomong umat bertugas untuk menyampaikan informasi dari romo kepada umat tentang pelayanan sakramen dan pelajaran agama (Tim Buku Kenangan 80 Tahun Paroki Boro, 2007: 1-2). Gereja Boro semakin berkembang, terlebih di stasi Nanggulan dan Promasan. Gereja Nanggulan mulai dibangun pada 13 Januari 1936 dan ditetapkan sebagai paroki mandiri pada 25 Maret 1956. Sedangkan gereja Promasan ditetapkan sebagai paroki mandiri pada 1 Januari 1959 (Tim Buku Kenangan 80 Tahun Paroki Boro, 2007: 2). Pada saat perang dunia II terjadi (1943-1945), banyak gereja yang dirusak dan dibakar, termasuk gereja di Nanggulan. Sedangkan, gereja di Boro menjadi penampungan para seminaris diaspora dari Seminari Menengah Mertoyudan (Tim Buku Kenangan 80 Tahun Paroki Boro, 2007: 3). Jepang melarang adanya sekolah-sekolah Katolik,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
pelajaran agama dan mempenjarakan para misionaris. Hal ini menyebabkan kehidupan iman umat menjadi tidak terpelihara. Akan tetapi, setelah perang dunia II berakhir, para misionaris dan imam pribumi mulai berkarya kembali. Rm. Adrianus Flooren SJ bersama dengan Rm. F. Kiswana Pr, Rm. J. Harsasusanto Pr, Rm. A.Wignjamartaja Pr, dan Rm. A.S. Utoyo Pr berkarya di Boro. Strategi pastoral yang dipergunakan untuk membangun kembali iman umat adalah dengan mengumpulkan para katekis sukarelawan dan guru agama dari desa-desa di wilayah Boro untuk mengajar agama di setiap desa. Melalui strategi ini, jumlah baptisan baru di Boro semakin meningkat dan pada 1958 tercatat ada lebih dari 1500 umat yang menerima baptisan (Tim Buku Kenangan 80 Tahun Paroki Boro, 2007: 4). Pada 25 Maret 1956 Yayasan Pengurus Gereja dan Papa Miskin (PGPM) Roma Katolik didirikan di Boro. Pembentukan PGPM di Boro menjadi tonggak berdirinya gereja Boro sebagai badan hukum yang resmi, meskipun dalam catatan sejarah tonggak berdirinya Paroki St. Theresia Lisieux Boro dihitung pada saat Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ memimpin Ekaristi untuk pertama kali di Jurang Depok yang diikuti oleh lima orang pada 1927 (Tim Buku Kenangan 80 Tahun Paroki Boro, 2007: viii). Gaung Konsili Vatikan II (1963-1965) membawa semangat perubahan di dalam diri Gereja, termasuk Gereja di Boro. Prioritas pastoral memberikan tempat kepada kaum awam untuk semakin terlibat aktif dalam mengembangkan Gereja melalui katekese ajaran Gereja, penataan liturgi yang semakin mendalam, dan pemberdayaan lingkungan sebagai basis iman Katolik. Pemberdayaan kaum awam tidak hanya di dalam bidang pewartaan iman dan liturgi, tetapi juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
merambah dalam bidang sosial-ekonomi, melalui usaha pemeliharaan ternak babi, penggilingan padi, dan kebun panili (Tim Buku Kenangan 80 Tahun Paroki Boro, 2007: 4-5). Gereja di Boro terus mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan jumlah umat yang meningkat dan pembangunan gedung kapel di lingkungan atau wilayah. Kapel Hargogondo diresmikan pada 2 Mei 1982, kapel Tukharjo diresmikan 25 Agustus 1985, Gereja St. Yusup Balong diberkati 12 Agustus 1988, Kapel St. Yohanes Brechmann diberkati tahun 1991, Gereja St. Lucia Kalirejo diberkati 6 Agustus 1994, dan Kapel St. Lukas diberkati pada 1997. Saat ini jumlah kapel lingkungan atau wilayah di Paroki St. Theresia Lisieux Boro berjumlah 19 (Tim Buku Kenangan 80 Tahun Paroki Boro, 2007: 5).
2.
Visi dan Misi Paroki St. Theresia Lisieux Boro Paroki St. Theresia Lisieux Boro memiliki visi dan misi sebagai arah dan
tujuan bersama untuk membangun dan mengembangkan Gereja. Visi dan misi Paroki St. Theresia Lisieux Boro tentu berdasarkan gerakan pastoral dalam Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang 2016-2020 dan cita-cita Gereja Universal di tengah masyarakat lokal Boro. Visi dan misi Paroki St. Theresia Lisieux Boro sebagai berikut (Dewan Paroki Boro, 2016: 12-14):
Visi Umat Paroki Boro berupaya mewujudkan paguyuban murid-murid Kristus di tengah masyarakat pedesaan dengan menjadi komunitas pendoa, cinta kasih, dan berbagi berdasar semangat Santa Theresia Lisieux. Misi Menumbuhkan kesadaran (konsientisasi) bahwa Gereja adalah persekutuan Paguyuban-Paguyuban Murid-murid Yesus yang beriman mendalam dan tangguh untuk mewujudkan Kerajaan Allah lewat doa (liturgi) dan karya-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
karya cinta kasih yang tulus dalam kehidupan bermasyarakat (pewartaan, diakonia, dan kesaksian hidup). Mewujudkan Gereja sebagai KOMUNITAS DOA, seturut teladan Santa Theresia Lisieux yang setia berkunjung dalam doa dan melakukan amal kasih dalam keluarga dan masyarakat. Mengupayakan pendampingan dan permberdayaan kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel, khususnya peduli terhadap lansia dan anakremaja, kaum petani demi harkat dan martabat manusia, sebagai wujud pembangunan Habitus Baru di Paroki Boro melalui aneka kegiatan dan tugas di lingkungan Gereja maupun bekerjasama dengan lembaga-lembaga karitatif (rumah sakit, sekolah, panti asuhan, donatur) dan lembaga pemerintah (kelurahan, kecamatan, Pemda Kabupaten Kulonprogo). Mengembangkan gerakan Gereja yang hijau sebagai wujud keterlibatan umat dalam melestarikan keutuhan ciptaan. Melibatkan sebanyak mungkin mitra kerja, lebih-lebih dengan semua yang berkehendak baik. Memberikan animasi, motivasi dan pendampingan perangkat dukuh, lurah, BPD di wilayah Kecamatan Kalibawang dan Samigaluh sebagai wujud upaya optimalisasi kaum awam di tengah masyarakat. Memberdayakan tim-tim kerja dan koordinasi demi reksa pastoral yang bertanggung jawab, sinergis dan berkesinambungan.
Visi dan misi Paroki St. Theresia Lisieux Boro disusun selaras dengan Arah Dasar KAS 2016-2020 yang ingin membangun ‘Gereja yang inklusif, inovatif, dan transformatif demi terwujudnya peradaban kasih di Indonesia dalam wajah kerahiman Allah’, perjuangan karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ sebagai cikal bakal berdirinya paroki dan Santa Theresia Lisieux atau dikenal dengan Santa Theresia Kanak-kanak Yesus sebagai pelindung paroki. Karya Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ melahirkan benih-benih iman Katolik di Boro. Seiring berjalannya waktu, benih iman Katolik di Boro semakin berkembang dan berhimpun menjadi paguyuban umat murid-murid Yesus. Di dalam LG, art. 1 ditegaskan bahwa jati diri Gereja sebagai persekutuan orang yang dipersatukan oleh Yesus Kristus, dibimbing oleh Roh Kudus dalam peziarahan menuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Kerajaan Bapa, dan telah menerima warta keselamatan untuk disampaikan kepada semua orang (Dewan Paroki Boro, 2016: 12). Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro menyadari bahwa jati diri mereka adalah sebagai paguyuban murid-murid Yesus Kristus dan paguyuban pengharapan yang akan selalu berupaya untuk menemukan kehendak Bapa dalam konteks tertentu, yaitu dalam masyarakat pedesaan dan pertanian yang memiliki karakteristik kebersahajaan, kegotongroyongan, dan berdaya juang. Gereja yang hadir di tengah-tengah masyarakat pedesaan berupaya untuk membentuk komunitas pendoa, cinta kasih dan berbagi. Komunitas pendoa memiliki arah tujuan untuk menghayati kehidupan beriman secara mendalam dan tangguh. Beriman mendalam dan tangguh berarti memiliki pengetahuan yang benar tentang pokok-pokok iman kristiani, mampu menghayati iman dalam konteks budaya setempat dan memiliki relasi yang intim dengan Allah. Komunitas cinta kasih terwujud dengan berlandaskan pada sikap solidaritas kepada semua orang tanpa melihat latar belakang sama seperti yang telah diajarkan oleh Yesus dalam Mat 5:43-44 “Kamu telah mendengar firman: kasihanilah sesama manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: kasihanilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu”. Seseorang akan mengalami cinta kasih apabila memiliki sikap solidaritas kepada semua orang. Sikap solidaritas akan membentuk komunitas berbagi. Sikap solidaritas mengatasi sikap individualistik, dimana setiap orang dapat menyumbangkan dan membantu orang lain menurut kemampuan masing-masing. GS, art. 26 menegaskan tentang prinsip subsidiaritas dimana setiap anggota masyarakat memiliki tugas untuk memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan masing-masing kepada orang lain yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
membutuhkan supaya dapat tercapai bonum commune atau kebaikan bersama (Dewan Paroki Boro, 2016: 13).
3. Situasi Geografis Paroki St. Theresia Lisieux Boro Paroki St. Theresia Lisieux Boro merupakan salah satu paroki di kevikepan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Keuskupan Agung Semarang. Paroki St. Theresia Lisieux Boro beralamatkan di Banjar Asri, Kalibawang, Kulonprogo, DIY. Luas wilayah teritorial Paroki St. Theresia Lisieux Boro kurang lebih 18.517 km2 yang mencakup kecamatan Samigaluh, kecamatan Kalibawang dan kecamatan Girimulyo. Batas teritorial gerejawi Paroki St. Theresia Lisieux Boro adalah Paroki St. Petrus dan Paulus Klepu sebelah timur, Paroki St. Maria Tak Bernoda Nanggulan sebelah selatan, Paroki St. Maria Purworejo sebelah barat, dan Paroki St. Maria Lourdes Promasan sebelah utara (Dewan Paroki Boro, 2016: 6). Keadaan geografis Paroki St. Theresia Lisieux Boro merupakan wilayah yang terdiri dari tanah hunian, tanah kering, persawahan, hutan rakyat, dan pegunungan sepanjang Perbukitan Menoreh dengan ketinggian 500-1000 meter di atas permukaan laut. Wilayah teritorial Paroki St. Theresia Lisieux Boro terdapat dua bagian, pertama bagian atas yang meliputi wilayah Kalirejo, Samigaluh, Gorolangu dan Balong, dan bagian kedua adalah bagian bawah yaitu lingkunganlingkungan yang terletak di sekitar gereja paroki. Kondisi geografis di Paroki St. Theresia Lisieux Boro berupa tanah agropolitan, sehingga banyak umat yang berprofesi sebagai petani. Letak gereja induk Paroki St. Theresia Lisieux Boro tidak berada di pinggir jalan raya, tetapi harus masuk ke wilayah pedesaan Boro.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Jalan penghubung dari Jalan Raya Wates-Magelang menuju gereja induk Paroki St. Theresia Lisieux Boro dapat ditempuh menggunakan kendaraan bermotor. Jalan penghubung antar lingkungan dan wilayah di Paroki St. Theresia Lisieux Boro berupa jalan aspal dan sebagian jalan setapak semen, sehingga dapat memudahkan pelayanan ke lingkungan-lingkungan di Paroki St. Theresia Lisieux Boro (Dewan Paroki Boro, 2016: 6).
4. Situasi Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro Gereja Boro dihitung sebagai paroki mandiri telah berusia 60 tahun. Akan tetapi sebagai paguyuban umat Allah (Gereja) telah berusia 89 tahun. Tonggak penetapan usia Gereja adalah misa perdana Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ di Jurang Depok pada 1927 yang diikuti oleh lima orang. Peningkatan status dari stasi bagian Paroki Mendut (sekarang menjadi stasi dari Paroki Mertoyudan) menjadi paroki mandiri diiringi dengan perkembangan jumlah umat dan lingkungan. Paroki St. Theresia Lisieux Boro saat ini memiliki 56 lingkungan yang terbagi dalam 12 wilayah. Wilayah I terdiri dari 5 lingkungan, wilayah II terdiri dari 3 lingkungan, wilayah III terdiri dari 3 lingkungan, wilayah IV terdiri dari 3 lingkungan, wilayah V terdiri dari 3 lingkungan, wilayah VI terdiri dari 3 lingkungan, wilayah VII terdiri dari 4 lingkungan, wilayah VIII terdiri dari 3 lingkungan, wilayah Kalirejo terdiri dari 7 lingkungan, wilayah Balong terdiri dari 8 lingkungan, wilayah Samigaluh terdiri dari 8 lingkungan, dan wilayah Gorolangu terdiri dari 6 lingkungan [Lampiran 2: (2)-(3)]. Jumlah umat Katolik Paroki St. Theresia Lisieux Boro per 31 Desember 2015 adalah sebanyak 5.986 jiwa. Jumlah ini mengalami penurunan dibandingkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
dengan data statistik pada tahun sebelumnya yang mencapai 6.192 jiwa (Dewan Paroki Boro, 2015: 1). Seluruh jumlah umat Katolik di Paroki St. Theresia Lisieux Boro mencakup seluruh umat, para biarawan-biarawati yang berkarya di Paroki St. Theresia Lisieux Boro dan para anak-anak yang tinggal di panti asuhan putra dan putri. Selama tahun 2015 terdapat penambahan jumlah umat dari baptisan baru sebanyak 47 jiwa, pindah agama dari Gereja Kristen sebanyak 1 jiwa, dan umat yang berpindah ke paroki ini sebanyak 19 jiwa, serta terdapat pengurangan jumlah umat dari umat yang meninggal sebanyak 86 jiwa dan umat berpindah ke paroki lain sebanyak 187 jiwa. Berdasarkan data statistika tahun 2015, komposisi umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro dilihat dari segi usia didominasi oleh golongan lanjut usia dan anak-anak remaja. Hal ini dikarenakan banyak kaum muda yang merantau atau pindah ke tempat lain untuk sekolah dan bekerja. Ditinjau dari bidang profesi, umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro mayoritas berprofesi sebagai petani dan peternak, sedangkan profesi lain ialah sebagai pensiunan, guru, dan pekerja serabutan. Meskipun mayoritas umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro sebagai petani, tetapi hanyalah petani gurem yang bekerja dengan lahan sempit, bahkan mengerjakan lahan milik orang lain (Dewan Paroki Boro, 2016: 6). Reksa pastoral untuk membantu umat dalam mengembangkan iman membentuk kelompok-kelompok atau paguyuban berdasarkan teritorial yaitu sebagai lingkungan dan wilayah. Selain pembentukan paguyuban secara teritorial, reksa pastoral Paroki St. Theresia Lisieux Boro juga membentuk paguyuban secara kategorial berdasarkan kelompok umur, minat dan kebutuhan-kebutuhan umat. Paguyuban kategorial yang ada di Paroki St. Theresia Lisieux Boro antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
lain: WKRI, Monika (perkumpulan janda-janda Katolik), Pangruktilaya, Ngajab Sih, Kambing Abadi, OMK, PIA-PIR, Putra Altar, Penabur Ragi Kristus dan ME. Melalui paguyuban-paguyuban kategorial tersebut, umat dibimbing untuk semakin menghayati iman melalui kemampuan masing-masing (Tim Buku Kenangan 80 Tahun Paroki Boro, 2007: 31-34). Selain paguyuban kategorial, Paroki St. Theresia Lisieux Boro memiliki dua komunitas biarawan-biarawati yang membantu karya pastoral di paroki ini, yaitu kongregasi Bruder FIC (Congregatio Fratres Immaculatae Conceptionis Beatae Mariae Virginis) dan kongregasi Suster OSF (Ordo Santo Fransiskus). Para bruder FIC berkarya dalam bidang pendidikan dengan mengelola SMP Pangudi Luhur Kalibawang, bidang ekonomi dengan mengelola pertenunan Santa Maria Boro, dan bidang sosial dengan mengelola Panti Asuhan Sancta Maria. Sedangkan para suster OSF berkarya dalam bidang pendidikan dengan mengelola TK Santa Theresia Marsudirini dan SD Santa Maria Marsudirini, bidang kesehatan dengan mengelola Rumah Sakit Santo Yusup Boro, dan bidang sosial dengan mengelola Panti Asuhan Brayat Pinuji dan Panti Werdha Santa Monika (Tim Buku Kenangan 80 Tahun Paroki Boro, 2007: 36-37).
B. Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro dalam Mengembangkan Iman yang Cerdas, Tangguh, dan Misioner Paus Emeritus Benediktus XVI mencanangkan Tahun Iman dari 12 Oktober 2012-24 November 2013 yang ditandai dengan surat apostolik Porta Fidei. Keuskupan Agung Semarang (KAS) menanggapi pencanangan tahun iman melalui gerak pastoral formatio iman berjenjang dengan tujuan supaya umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
mampu mengembangkan iman yang cerdas, tangguh dan misioner (Pujasumarta, 2012: 1). Arah Dasar (ARDAS) KAS 2016-2020 memiliki cita-cita untuk membangun Gereja yang signifikan, relevan dan memiliki daya ubah. Cita-cita tesebut diupayakan melalui pengembangan iman yang cerdas, tangguh dan misioner (DKP KAS, 2016: 5). Paroki St. Theresia Lisieux Boro adalah salah satu paroki di Keuskupan Agung Semarang. Paroki St. Theresia Lisieux Boro dalam menanggapi pencanangan tahun iman, gerakan pastoral formatio iman berjenjang dan ARDAS KAS 2016-2020 memberi kesempatan kepada seluruh umat untuk terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan yang dapat mendukung umat dalam mengembangkan iman yang cerdas, tangguh dan misioner yang terinspirasi dari perjuangan Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ. Kegiatan-kegiatan yang diupayakan meliputi kegiatan-kegiatan di tingkat paroki dan lingkungan, sehingga umat memiliki kesempatan yang banyak untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan tersebut.
1.
Pemahaman Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro tentang Iman yang Cerdas, Tangguh dan Misioner Formatio iman berjenjang bertujuan untuk membantu umat dalam
mengembangkan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner. Melalui iman yang cerdas, tangguh, dan misioner ingin diwujudkan Gereja yang inklusif, inovatif, dan transformatif sesuai dalam ARDAS KAS 2016-2020. Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro memiliki berbagai pandangan tentang pemahaman iman yang cerdas, tangguh, dan misioner. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ adalah sosok nyata sebagai teladan bagi umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
beriman cerdas, tangguh, dan misioner. Bagi umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro iman yang cerdas, tangguh, dan misioner merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Iman yang cerdas akan menopang iman yang tangguh, sedangkan iman yang misioner adalah buah dari kecerdasan dan ketangguhan iman.
a. Pemahaman Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro tentang Iman yang Cerdas Berdasarkan hasil wawancara kepada umat Paroki St.Theresia Lisieux Boro terdapat beberapa pandangan mengenai arti dan maksud dari iman yang cerdas. Pertama, iman yang cerdas berkaitan dengan akal budi atau segi kognitif. Iman yang cerdas berarti seseorang mampu untuk mengerti dan memahami ajaran-ajaran Gereja. Kemampuan akal budi sebagai anugerah Allah hendaknya dikembangkan untuk hal-hal yang positif seperti untuk menimba ilmu pengetahuan. Selain ilmu pengetahuan, akal budi juga dipergunakan untuk memahami ajaran-ajaran Gereja seperti kitab suci, dogma-dogma, dan ajaranajaran Gereja yang lain. Hal ini bertujuan agar umat siap untuk menghadapi tantangan-tantangan dan ancaman dari luar yang menyerang dan mengancam iman Katolik [Lampiran 5: (6)]. Kedua, iman cerdas berkaitan dengan sikap kritis terhadap lingkungan sekitar. Globalisasi membawa dampak besar terhadap perkembangan teknologi dan budaya. Banyak penemuan-penemuan baru yang sangat berpengaruh dalam hidup manusia, seperti smartphone dan internet. Penemuan-penemuan baru tersebut membawa dampak positif sekaligus negatif dalam kehidupan manusia. Peranan iman yang cerdas adalah menyikapi perubahan dan pembaruan akibat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
budaya dan teknologi baru dalam hidup manusia, sehingga tidak tergerus oleh arus zaman [Lampiran 5: (6)]. Ketiga, iman yang cerdas ditopang oleh suara hati nurani yang murni. Kecerdasan iman tidak hanya mengenai kemampuan intelektualitas untuk memahami ajaran Gereja, tetapi juga menyangkut perilaku dan tindakan seseorang. Suara hati atau hati nurani berperan untuk membimbing orang dalam melakukan suatu tindakan, mulai dari membuat perencanaan, menentukan pilihanpilihan, mengambil keputusan atas pilihan dan bertanggungjawab atas pilihan yang telah diambil. Iman yang cerdas berarti bijak dan tepat sasaran dalam mengambil keputusan [Lampiran 5: (6)]. Pada zaman dahulu menjadi orang Katolik cukup dengan merayakan Ekaristi di gereja dan mengikuti sembayangan di lingkungan. Akan tetapi, orang Katolik pada zaman sekarang dituntut untuk memiliki iman yang cerdas supaya dapat menghadapi ancaman-ancaman yang menyerang iman kepercayaan. Menurut umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memupuk dan membina iman yang cerdas ialah melalui sarasehan (katekese), membaca buku-buku tentang ajaran Gereja, dan sharing pengalaman. Dalam proses katekese sangatlah penting peran dari katekis atau pemandu lingkungan untuk membantu umat dalam memahami ajaran-ajaran Gereja. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dahulu sering memberikan pelajaran agama kepada umat dan membentuk pamomong umat yang bertugas untuk membantu Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dalam mengajar agama. Iman yang cerdas diperoleh dengan menimba langsung dari sumber yaitu Yesus Kristus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
yang tertuang di dalam Injil. Ajaran-ajaran Yesus menjadi dasar untuk memiliki iman yang cerdas [Lampiran 5: (7)].
b.
Pemahaman Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro tentang Iman yang Tangguh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ menjadi teladan umat Paroki St.
Theresia Lisieux Boro untuk beriman secara tangguh. Karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ banyak mengalami tantangan dari pihak luar seperti Muhamadiyah, Zending, dan pemerintah. Akan tetapi, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dapat menyelesaikan permasalahan dengan tetap teguh dalam iman. Selain itu, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ tidak mudah mengeluh dan putus asa terhadap keadaan yang sulit, tetapi tetap terus berusaha mengatasi kesulitan-kesulitan dengan meminta bantuan dari Allah dan Bunda Maria. Tangguh berarti kokoh, tidak mudah goyah dan berpondasi kuat. Iman tangguh dapat diibaratkan seperti pohon yang memiliki akar kuat yang mampu menembus tanah, sehingga ketika diterjang angin tetap dapat berdiri kokoh, bahkan dapat mencegah erosi dan longsor. Iman yang tangguh adalah iman yang mampu bertahan dan tidak goyah saat dihadapkan dengan tantangan dan godaan zaman sekarang ini. Tantangan dan godaan dapat berasal dari dalam dan dari luar. Godaan yang berasal dari dalam adalah kemalasan, keminderan, rasa tinggi hati dan sebagainya. Sedangkan godaan dari luar berupa tawaran-tawaran duniawi seperti teknologi, budaya baru, jabatan, uang, dan sebagainya [Lampiran 5: (7)]. Iman yang tangguh perlu ditopang dengan iman yang cerdas, sehingga dapat membedakan hal-hal yang baik dengan hal-hal yang buruk (discerment).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Orang yang memiliki iman cerdas akan dapat memilah dan memilih tindakantindakan yang baik dan buruk, sehingga saat menghadapi tantangan dan godaan. Ketangguhan iman dapat diukur melalui kemampuan seseorang dalam menyikapi godaan dan tantangan zaman. Godaan dan tantangan zaman merupakan ujian bagi setiap orang beriman [Lampiran 5: (7)]. Iman yang tangguh diperoleh dan dikembangkan melalui formatio iman berjenjang. Sejak usia dini, anak-anak harus dilatih dan didampingi untuk tetap setia kepada ajaran-ajaran kristiani, sehingga dapat bertahan ketika menghadapi ujian dan pujian. Ada banyak orang yang dapat bertahan dan tidak goyah ketika menghadapi ujian, yaitu tantangan dan godaan, tetapi langsung jatuh ketika menerima pujian dari orang lain. Iman yang tangguh berarti kuat dalam menghadapi ujian dan pujian di dalam kehidupan sehari-hari [Lampiran 5: (7)].
c. Permahaman Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro tentang Iman yang Misioner Iman dipahami sebagai tanggapan manusia terhadap wahyu yang diberikan oleh Allah. Meskipun sebagai tanggapan manusia terhadap wahyu Allah, iman tidak hanya berarti menjalin hubungan vertikal antara manusia dengan Allah saja. Akan tetapi membentuk hubungan horizontal antara manusia dengan manusia dan alam ciptaan. Iman yang misioner adalah buah dari iman yang cerdas dan tangguh. Pemahaman-pemahaman atas ajaran-ajaran kristiani yang menopang ketangguhan iman diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat [Lampiran 5: (7)].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Misioner berasal dari kata misi. Dalam bahasa Latin disebut militere, yang berarti utusan. Iman misioner mengibaratkan seseorang memiliki kesiapan untuk diutus, baik di dalam keluarga, masyarakat, sekolah dan politik. Iman yang misioner menuntut gerak keluar dari rasa nyaman seorang umat, sehingga sangat penting untuk keterlibatan dalam masyarakat. Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro memperoleh warisan kemisioneran dari Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ. Karya-karya misi dari Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ mengarah kepada sikap iman yang misioner karena karya-karya Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ ditujukan bagi rakyat kecil dan miskin, mulai dari bidang kesehatan, ekonomi dan pendidikan. Karya-karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler diteruskan oleh umat melalui keterlibatan dalam hidup bermasyakarat. Iman yang misioner dapat
dikembangkan
melalui
keterlibatan
langsung
dalam
kehidupan
bermasyarakat, seperti dengan bakti sosial, gotong royong, ikut terlibat dalam kepengurusan desa, dan kepedulian terhadap permasalahan politik [Lampiran 5: (7)].
2. Kegiatan Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro dalam Mengembangkan Iman yang Cerdas, Tangguh, dan Misioner Ada berbagai macam kegiatan untuk mengembangkan iman yang cerdas, tangguh dan misioner. Secara garis besar, iman yang cerdas, tangguh dan misioner dapat dikembangkan melalui gerakan formatio iman berjenjang yang dimulai dari usia dini, anak-anak, remaja, kaum muda, orang dewasa hingga usia lanjut (DKP KAS, 2014: 29). Paroki St. Theresia Lisieux Boro menjabarkan gerakan pastoral formatio iman berjenjang melalui kegiatan-kegiatan yang diprogramkan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
setiap bidang kerja dewan paroki. Dewan paroki menyusun kegiatan berdasarkan kebutuhan umat paroki, sehingga diharapkan dapat menyentuh seluruh umat [Lampiran 6: (13)]. Kegiatan-kegiatan tersebut diprogramkan oleh Dewan Paroki St. Theresia Lisieux Boro berdasarkan cita-cita dalam ARDAS KAS 2016-2020 dan memperoleh inspirasi dari Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dan St. Theresia Lisieux (Dewan Paroki Boro, 2016: 10-12).
a.
Kegiatan-kegiatan
Umat
Paroki
St.
Theresia
Lisieux
Boro
dalam
Mengembangkan Iman yang Cerdas Iman yang cerdas mengarah kepada pemahaman umat atas ajaran-ajaran Gereja, sehingga kegiatan yang menunjang pengembangan iman cerdas berupa pendalaman akan ajaran-ajaran Gereja seperti kitab suci dan dogma-dogma. Saat berkarya di daerah Pegunungan Menoreh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ menempuh perjalanan puluhan kilometer per minggu untuk memberikan pelajaran agama kepada umat. Umat berkumpul untuk mendengarkan pengajaran Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ. Hal ini dilakukan oleh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ agar umat memiliki pengetahuan agama [Lampiran 6: (14)]. Pada zaman sekarang metode Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ untuk memberikan pelajaran agama tetap diteruskan melalui kegiatan-kegiatan pendalaman ajaran Gereja. Kegiatan pendalaman ajaran-ajaran Gereja dijabarkan dalam sosialisasi bahan katekese yang ditujukan khusus bagi para pemandu lingkungan agar memiliki persiapan dalam mendampingi proses katekese dan sarasehan pada masa tertentu seperti: APP, BKL, BKSN dan Masa Adven.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
1) Sosialisasi bahan katekese Bidang kerja Perwartaan Dewan Paroki St. Theresia Lisieux Boro selalu melaksanakan sosialisasi bahan katekese pada kesempatan tertentu. Sosialisasi bahan katekese menjadi langkah awal untuk melaksanakan pendalaman iman yang akan dilaksanakan di lingkungan atau wilayah. Sosialisasi bahan katekese bertujuan untuk mendalami tema-tema katekese dan membantu para pemandu lingkungan untuk memahami isi dari buku panduan yang telah disusun oleh keuskupan. Sosialisasi bahan katekese dilaksanakan pada masa-masa tertentu seperti menjelang masa Prapaskah, Bulan Katekese Liturgi (BKL), Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) dan masa Adven. Melalui adanya sosialisasi bahan katekese ini diharapkan para pemandu lingkungan memiliki gambaran dan dasar tentang bagaimana proses katekese atau sarasehan yang akan dilaksanakan di lingkungan atau wilayah, sehingga umat juga merasa terbantu untuk mengikuti proses katekese (Dewan Paroki Boro, 2016 : 31).
2) Sarasehan Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro kerap kali menyebut kegiatan katekese atau pendalaman iman dengan sarasehan. Dalam masyarakat luas, sarasehan merupakan kegiatan pertemuan dimana semua peserta memiliki kesempatan untuk menyampaikan pendapat. Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro memilih sarasehan karena lebih dekat dengan kehidupan bersama masyarakat. Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro mengikuti kegiatan sarasehan secara rutin setiap minggu dan pada saat kesempatan tertentu seperti sarasehan APP, sarasehan BKL, sarasehan BKSN, dan Adven [Lampiran 5: (12)].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
b. Kegiatan-kegiatan
Umat
Paroki
St.
Theresia
Lisieux
Boro
dalam
Mengembangkan Iman yang Tangguh Pada zaman sekarang ini, iman yang tangguh sangat dibutuhkan untuk menghadapi tantangan zaman berupa budaya dan kebiasaan baru akibat dari perkembangan zaman. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ adalah teladan umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro dalam menghidupi iman yang tangguh. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ tidak pernah menyerah dan mengeluh pada saat menghadapi tantangan dari kelompok Zending, Muhamadiyah dan pemerintah. Ketangguhan iman Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ juga diperlihatkan hingga masa akhir hidup. Dalam keadaan sakit parah, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ tetap ingin melayani umat dengan memimpin Perayaan Ekaristi di Gereja Boro supaya umat dapat merayakan Ekaristi mingguan. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ memiliki iman yang tangguh karena kepercayaan kepada Kristus, ketekunan dalam berdoa, berdevosi kepada Bunda Maria dan selalu bersosialisasi dengan umat [Lampiran 5: (9)]. Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro ingin meneladani ketangguhan iman yang dimiliki oleh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ melalui kegiatankegiatan
bersama.
Kegiatan
yang
diikuti
oleh
umat
dalam
rangka
mengembangkan iman yang tangguh sebagian besar dilaksanakan di tingkat paroki dalam bentuk rekoleksi dan pendampingan lainnya. Sepanjang tahun 2016 Dewan Paroki St. Theresia Lisieux Boro telah melaksanakan beberapa kegiatan untuk membantu umat supaya memiliki dan mengembangkan iman yang tangguh, yaitu Tahun Prennthaler, tirakatan malam Jumat Kliwon, pembaruan janji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
perkawinan, Paskahan dan Natalan bersama PIUD-PIA-PIR, rekoleksi orang tua baptis bayi, rekoleksi calon baptis dewasa dan wali baptis, pertemuan katekis separoki, pembentukan tim pendamping keluarga, rekoleksi keluarga untuk usia perkawinan 12-25 tahun, rekoleksi pemandu lingkungan, kursus persiapan perkawinan, dan rekoleksi ‘Sendiri tidak Sepi’ (rekoleksi untuk anggota paguyuban Monika).
1) Tahun Prennthaler Paroki St. Theresia Lisieux Boro menetapkan tahun 2016 sebagai ‘Tahun Prennthaler’. Tujuan dari penetapan ‘Tahun Prennthaler’ adalah untuk mengenang karya Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ bagi Paroki St. Theresia Lisieux Boro. Ada berbagai rangkaian acara yang berkaitan dengan Tahun Prennthaler seperti Misa Novena Prennthaler, napak tilas perjalanan Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dan kegiatan lain. Tahun Prennthaler dimaksudkan untuk semakin menggali semangat Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ yang menjiwai seluruh gerak langkah umat Paroki Boro. Melalui kegiatan-kegiatan dalam rangka Tahun Prennthaler ini diharapkan umat semakin mencintai dan meneladani semangat Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ sebagai cikal bakal Paroki St. Theresia Lisieux Boro (Dewan Paroki Boro, 2016 : 19). Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ adalah misionaris tangguh yang berjalan kaki sekian puluh kilometer untuk mewartakan Kerajaan Allah. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ tidak pernah mengeluh terhadap situasi yang sulit, tetapi tetap terus berjuang hingga akhir hidupnya. Semangat dan ketangguhan Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
diharapkan dapat diteladani oleh umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro pada zaman sekarang ini [Lampiran 5: (9)].
2) Tirakatan Malam Jumat Kliwon Tirakatan Malam Jumat Kliwon merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro. Tirakatan ini dilaksanakan setelah perayaan Ekaristi di makam Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ. Dalam tirakatan ini diisi dengan salawatan Katolik yang mengisahkan perjalanan karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ. Umat diajak untuk mengingat dan merenungkan cara pewartaan Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ (Dewan Paroki Boro, 2016: 20).
3) Pembaruan janji perkawinan Keluarga adalah tempat pembinaan iman pertama. Orangtua memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak-anak. Sebagai tempat pembinaan iman yang pertama, keluarga menjadi tempat sentral yang harus diperhatikan. Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak harus menjadi tempat yang nyaman terlebih dahulu untuk dapat menjadi tempat pembinaan iman. Hubungan suami dan istri yang harmonis menjadi kunci untuk menjadikan keluarga sebagai tempat pembinaan iman yang baik. Dewan Paroki St. Theresia Lisieux Boro menyadari bahwa banyak umat Katolik yang mengalami permasalahan di dalam keluarga karena berbagai alasan. Menyikapi permasalahan ini, Dewan Paroki St. Theresia Lisieux Boro khususnya tim kerja peribadatan dan pendampingan keluarga mengadakan pembaruan janji perkawinan yang dilaksanakan pada perayaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Ekaristi minggu keempat setiap bulan. Melalui pembaruan janji perkawinan ini diharapkan pasangan suami istri dapat mengingat janji perkawinannya dan semakin menghidupi untuk membangun keluarga sebagai tempat pembinaan iman yang pertama (Dewan Paroki Boro, 2016: 20).
4) Paskahan dan Natalan bersama PIUD-PIA-PIR Kegiatan Paskahan dan Natalan bersama PIUD, PIA dan PIR merupakan kegiatan rutin tahunan yang dilaksanakan di Paroki St. Theresia Lisieux Boro. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengumpulkan seluru anak-anak di Paroki St. Theresia Lisieux Boro supaya dapat saling bertemu dan mengenal. Mengingat bahwa Paroki St. Theresia Lisieux Boro terbagi menjadi dua teritorial atas dan bawah, sehingga muncul anggapan adanya perbedaan antara anak-anak di wilayah atas dengan anak-anak di wilayah bawah. Melalui kegiatan Paskahan dan Natalan bersama, diharapkan tidak lagi ada jurang pemisah antara wilayah atas dengan wilayah
bawah,
serta
memberikan
kesempatan
bagi
anak-anak
untuk
mengembangkan iman bersama-sama dengan teman seusiannya. Hal ini sama seperti yang dilakukan oleh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ ketika berkunjung ke keluarga-keluarga di sekitar gereja dan di wilayah atas seperti Gorolangu (Dewan Paroki Boro, 2016: 31).
5) Rekoleksi orang tua baptis bayi Rekoleksi orang tua baptis bayi dilaksanakan pada hari Jumat setelah minggu kedua setiap bulannya. Rekoleksi orang tua baptis bayi dimaksudkan untuk mempersiapkan para orang tua dan wali baptis supaya memiliki sikap iman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
dan tanggung jawab dalam membimbing anak. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ sering mengumpulkan orang-orang yang akan menerima baptisan untuk didampingi bersama dengan para pamomong umat. Melalui pendampingan ini diharapkan orang-orang yang akan menerima baptisan dapat bertahan dalam Kristus. Demikian pula dengan rekoleksi orangtua baptis bayi. Dengan diadakan rekoleksi orang tua baptis bayi diharapkan para orang tua dan wali baptis tetap setia membimbing anak-anak secara Katolik, sehingga perkembangan iman anak dapat terjamin (Dewan Paroki Boro, 2016: 26).
6) Rekoleksi calon baptis dewasa dan wali baptis Pelaksanaan rekoleksi calon baptis dewasa berbeda dengan rekoleksi orang tua baptist bayi. Calon baptis dewasa atau katekumen dipersiapkan dengan matang melalui pelajaran agama dan ditutup dengan rekoleksi calon baptis dewasa bersama dengan para wali baptis. Rekoleksi ini dimaksudkan untuk menanamkan sikap iman Kristiani yang tangguh kepada para katekumen, sehingga para katekumen sungguh siap untuk menerima sakramen baptis dan dapat dengan setia menjadi orang Katolik (Dewan Paroki Boro, 2016: 26).
7) Pertemuan katekis tingkat paroki Paroki St. Theresia Lisieux Boro memiliki cukup banyak katekis, meskipun bekerja secara paruh waktu. Katekis yang memiliki ijazah berjumlah 7 (Dewan Paroki Boro, 2015: 3). Sedangkan, katekis yang tidak memiliki ijazah berjumlah sekitar 60 orang yang tersebar di masing-masing Lingkungan. Pada masa karya Rm. Johannes Baptist Prennthalr SJ telah dibentuk pamomong umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
dan ‘malaikat pelindung’ bersama Rm. FX. Satiman SJ. Para pamomong umat dan ‘malaikat pelindung’ dibina untuk dapat membantu pelayanan kepada umat. Pamomong umat dan ‘malaikat pelindung’ pada saat ini berubah menjadi para katekis yang membantu imam untuk mengajar agama. Pertemuan katekis tingkat paroki dilaksanakan pada hari Minggu ketiga setiap bulan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kerjasama antar katekis, sehingga dapat mengajar para katekumen dan membantu umat dalam menghayati iman (Dewan Paroki Boro, 2016: 27).
8) Pembentukan tim pendamping keluarga Keluarga dipandang sebagai tempat yang sangat strategis dalam pengembangan iman. Seringkali paroki tidak mengetahui bahwa keluargakeluarga Katolik memiliki permasalahan karena kurang keterbukaan keluarga terhadap paroki. Akibatnya banyak keluarga yang mengabaikan pendidikan dan perkembangan iman anak-anak. Menyikapi permasalahan ini, dewan paroki khususnya tim kerja Pendampingan Keluarga membentuk tim pendamping keluarga, supaya keluarga-keluarga Katolik di Paroki St. Theresia Lisieux Boro mendapatkan perhatian dan pembinaan dalam menghayati hidup berkeluarga (Dewan Paroki Boro, 2016: 29).
9) Rekoleksi keluarga untuk usia perkawinan 12-25 tahun Paroki St. Theresia Lisieux Boro menanggapi tahun keluarga yang dicanangkan oleh Paus Fransiskus dengan memberikan perhatian khusus kepada keluarga-keluarga Katolik. Berbagai upaya dilakukan untuk menciptakan keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
yang harmonis, seperti melalui rekoleksi keluarga untuk usia perkawinan 12-25 tahun. Rekoleksi ini dilaksanakan pada Oktober 2016 dalam rangka Tahun Prennthaler (Dewan Paroki Boro, 2016: 30).
10)
Rekoleksi pemandu lingkungan Setiap lingkungan di Paroki St. Theresia Lisieux Boro memiliki pemandu
lingkungan, baik menjabat sebagai pengurus lingkungan, prodiakon dan katekis. Pemandu lingkungan memiliki peranan penting dalam membantu umat mengembangkan iman. Rekoleksi pemandu lingkungan dilaksanakan pada 26 Juni 2016 dengan tujuan supaya para pemandu lingkungan semakin kreatif dan inovatif dalam memandu pertemuan di lingkungan. Dengan adanya pemandu lingkungan yang handal dan kompeten diharapkan adanya hubungan yang linear terhadap perkembangan iman umat (Dewan Paroki Boro, 2016: 30).
11)
Kursus persiapan perkawinan Kursus persiapan perkawinan bagi calon pasangan suami istri bukan
sekedar untuk memenuhi hukum Gereja, tetapi untuk mempersiapkan calon pasangan suami istri dalam membangun keluarga dengan matang. Kematangan dalam persiapan membangun keluarga akan berdampak pada keharmonisan keluarga, termasuk tanggung jawab untuk saling mengembangkan iman satu sama lain. Kursus persiapan perkawinan dilaksanakan setiap tiga bulan sekali, yaitu pada bulan Maret, Juli, September dan Desember (Dewan Paroki Boro, 2016: 33).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
12)
Rekoleksi ‘Sendiri tidak Sepi’ (rekoleksi untuk anggota paguyuban
Monika) Paguyuban Monika adalah paguyuban janda-janda Katolik di Paroki Theresia Lisieux Boro. Paguyuban ini merupakan paguyuban yang menjalin persaudaraan di antara para janda yang merasa satu nasib (Tim Buku Kenangan 80 Tahun Gereja Boro, 2007: 30). Paroki St. Theresia Lisieux Boro sangat mendukung keberadaan paguyuban ini dengan berbagai perhatian, seperti mengadakan rekoleksi ‘Sendiri tidak Sepi’. Rekoleksi ini dimaksudkan untuk memberikan sapaan kepada anggota paguyuban supaya semakin teguh dalam menjalani kehidupan dan semakin terlibat dalam mewujudkan komunitas kasih (Dewan Paroki Boro, 2016: 40).
c. Kegiatan-kegiatan
Umat
Paroki
St.
Theresia
Lisieux
Boro
dalam
Mengembangkan Iman yang Misioner Karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ didasari oleh semangat dan semboyan ‘Ad Maiorem Dei Gloriam et pro salute animarum’, yang berarti demi lebih besar kemuliaan Allah dan demi keselamatan jiwa-jiwa. Dalam roh pro salute animarum, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ memiliki semangat dan tujuan yang mengutamakan cinta kasih kepada rakyat miskin. Cinta kasih kepada rakyat miskin diwujudkan dengan tidak hanya bekerja untuk rakyat miskin, tetapi juga bekerja bersama dengan rakyat miskin untuk mencapai keselamatan jiwa dan kesejahteraan bersama. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ menginginkan bahwa Kabar Gembira (Kerajaan Allah) sungguh dapat hadir dan terwujud di dunia, terutama bagi orang miskin dan tersingkir [Lampiran 5: (9)].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ memiliki pandangan bahwa perkembangan iman juga harus ditopang dengan kesejahteraan. Orang yang belum mengalami kesejahteraan badani akan merasa sulit untuk mengembangkan iman. Sebagai contoh, orang yang sedang mengalami musibah kelaparan tidak akan berpikir untuk pergi berdoa ke gereja, tetapi akan mencari pekerjaan. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ menyadari situasi umat yang sedang mengalami kesulitan. Oleh karena itu, langkah pastoral yang diambil oleh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ adalah membantu umat untuk memperoleh kesejahteraan. Strategi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ ini menjadi dasar dan pedoman bagi umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro untuk mengembangkan iman yang misioner pada zaman sekarang ini. Harapan untuk mencapai kesejahteraan bersama memunculkan sikap peduli dan solidaritas umat untuk ikut terlibat dalam mewartakan Kerajaan Allah melalui tindakan kasih di tengah masyarakat tanpa adanya syarat tertentu [Lampiran 5: (9)]. Paroki St. Theresia Lisieux Boro mengadakan beberapa kegiatan yang mendukung umat dalam mengembangkan iman yang misioner, yaitu edukasi air langit, pelayanan kesehatan pekan suci, pelayanan kesehatan HUT paroki, pelayanan kesehatan Natal, silaturahmi tokoh lintas iman se-paroki pada Idul Fitri, SGMB (Sekolah Generasi Muda Boro), Festival Kesenian Tradisional (FKT) OMK Kulonprogo, dan donor darah secara rutin 4 kali satu tahun [Lampiran 5: (37)].
1) Edukasi Air Langit Salah satu permasalahan yang muncul di sekitar Paroki St. Theresia Lisieux Boro adalah ketersediaan air bersih yang masih kurang. Meskipun berada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
di lereng pegunungan dan banyak masyarakat memiliki sumur, ketersediaan air bersih untuk keperluan sehari-hari masih kurang. Edukasi Air Langit adalah sebuah pelatihan bagi masyrakat di Boro untuk mengolah air hujan menjadi air minum yang sehat. Kegiatan ini ingin membantu masyarakat untuk meningkatkan taraf kesehatan melalui air sehat hasil pengolahan dari air hujan. Edukasi Air Langit tidak hanya dibatasi bagi umat Katolik di Paroki St. Theresia Lisieux Boro, tetapi juga terbuka bagi masyarakat sekitar. Kegiatan ini dimulai sejak 6 Maret 2016 dengan bantuan kerjasama dari Rm. Vincentius Kirjita, Pr (Dewan Paroki Boro, 2016: 19). 2) Pelayanan kesehatan gratis Paroki St. Theresia Lisieux Boro meneladani karya Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dalam bidang kesehatan. Kesehatan menjadi bidang penting bagi masyarakat di Boro. Pelayanan kesehatan gratis merupakan kegiatan rutin tahunan yang diselenggarakan oleh Paroki St. Theresia Lisieux Boro sebagai bentuk kepedulian terhadap kesehatan masyarakat Boro. Pelayanan kesehatan gratis dilaksanakan pada masa pekan suci, HUT paroki, dan Natal. Meskipun kegiatan pelyanan kesehatan gratis diadakan bertepatan dengan hari raya Katolik, kegiatan ini dibuka bagi masyarakat sekitar yang ingin memperoleh pelayanan kesehatan gratis (Dewan Paroki Boro, 2016: 35).
3) Silaturahmi tokoh lintas iman pada Hari Raya Idul Fitri Paroki St. Theresia Lisieux Boro tidak berdiri sendiri sebagai individu, tetapi hidup di dalam masyarakat plural. Meskipun Gereja Boro berada di kompleks penduduk Katolik, tetapi tetap menjalin dengan umat beragama lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Semangat persaudaraan ini terwujud dalam silaturahmi tokoh lintas iman pada hari raya Idul Fitri. Silaturahmi ditujukan kepada camat, Polsek, Koramil dan kades (Dewan Paroki Boro, 2016: 36).
4) SGMB (Sekolah Generasi Muda Boro) Sekolah Generasi Muda Boro (SGMB) merupakan kegiatan baru di Paroki St. Theresia Lisieux Boro. SGMB merupakan sekolah bagi anak-anak di Boro yang bertujuan untuk menumbuhkan kepekaan terhadap lingkungan dan semangat persaudaraan lintas iman. SGMB tidak menggantikan pendidikan di sekolah formal, tetapi memberikan pelajaran tambahan bagi anak-anak di Boro. SGMB dikelola oleh bidang paguyuban khususnya OMK Paroki St. Theresia Lisieux Boro yang bekerjasama dengan para mahasiswa volunter dari perguruan tinggi di Yogyakarta (Dewan Paroki Boro, 2016: 38).
5) Festival Kesenian Tradisional (FKT) OMK Kulonprogo Festival Kesenian Tradisional (FKT) adalah kegiatan tahunan yang dilaksanakan oleh OMK Kulonprogo. OMK Paroki St. Theresia Lisieux Boro ikut mengambil bagian dalam kegiatan ini. Tujuan utama FKT adalah melestarikan kebudayaan lokal (Dewan Paroki Boro, 2016: 39). Akan tetapi, banyak pelajaran berharga yang dapat diperoleh melalui kegiatan ini. FKT sebagai festival tentu mencari pemenang, akan tetapi tujuan utama OMK Paroki St. Theresia Lisieux Boro bukanlah kemenangan, melainkan proses mewujudkan kebersamaan dan kesetiakawanan dalam mempersiapkan FKT [Lampiran 5: (9)].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
6) Donor darah rutin Paroki St. Theresia Lisieux Boro melaksanakan donor darah secara rutin setiap tiga bulan sekali. Jumlah total kantong darah yang terkumpul dari setiap kegiatan donor darah adalah 30 kantong, sehingga Paroki St. Theresia Lisieux Boro disebut sebagai lumbung darah. Kegiatan donor darah secara rutin dilaksanakan pada Februari, Mei, Agustus dan November dengan peserta umat Katolik dan masyarakat sekitar. Selain bertujuan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan darah, melalui kegiatan donor darah ini Dewan Paroki St. Theresia Lisieux Boro mengharapkan supaya umat memiliki sikap peduli dan keterlibatan dalam menciptakan ‘komunitas berbagi’ (Dewan Paroki Boro, 2016: 41).
C. Rangkuman Permasalahan-permasalahan Pokok yang Dialami oleh Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro dalam Mengembangkan Iman yang Cerdas, Tangguh, dan Misioner Upaya mengembangkan iman yang cerdas, tangguh dan misioner melalui kegiatan-kegiatan di paroki, wilayah dan lingkungan tidak selalu berjalan dengan lancar. Ada berbagai permasalahan yang muncul sebagai tantangan dan hambatan bagi umat untuk mengembangkan iman yang cerdas, tangguh dan misioner. Permasalahan yang muncul bersifat interen dan ekstern. Akan tetapi, Paroki St. Theresia Lisieux Boro secara tanggap menyikapi permasalahan-permasalahan yang muncul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
1. Permasalahan Pokok dalam Mengembangkan Iman Cerdas, Tangguh dan Misioner Dewan Paroki St. Theresia Lisieux Boro merencanakan kegiatan-kegiatan untuk membantu umat dalam mengembangkan iman yang cerdas, tangguh dan misioner yang terwujud dalam program visioner. Program visioner disusun dengan melihat situasi kondisi umat dan masyarakat, sehingga diharapkan bahwa program-program visioner dapat menyapa seluruh umat [Lampiran 6: (13)]. Akan tetapi, muncul permasalahan-permasalahan bagi umat yang dapat menjadi hambatan atau tantangan dalam pengembangan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner, yaitu adanya perubahan sosial dalam diri masyarakat, krisis hidup menjemaat, personalia, mobilitas kaum muda, lemahnya koordinasi komunikasi, anggapan-anggapan dari luar, penjadwalan kegiatan, dan mentalitas umat.
a. Adanya Perubahan Sosial dalam Diri Masyarakat Kabupaten Kulonprogo saat ini sedang dalam tahap pembangunan dan penembangan, seperti akan dibangun bandara internasional baru di Kecamatan Temon, pengembangan obyek wisata Suroloyo di Kalibawang, dan hadirnya banyak mini market di setiap kecamatan . Pembangunan dan pengembangan insfratruktur ini membawa dampak bagi kehidupan sosial umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro. Secara bertahap mentalitas umat akan mengikuti perkembangan zaman yang semakin instan dan budaya konsumerisme yang tinggi.
Hal
ini
akan
menyebabkan
mengembangkan iman [Lampiran 6: (13)].
adanya
banyak
tantangan
dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
b. Krisis Hidup Menjemaat Jumlah umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro cenderung bersifat statis. Secara mendasar umat mengalami krisis dalam hidup menjemaat, seperti ekonomi lemah, sulit untuk diajak berkumpul, cenderung stagnan, kebanyakan umat sudah tua dan ibu-ibu, dan pandangan yang menyatakan bahwa ekaristi lebih mantep dari pada ibadat, sehingga menyepelekan Ibadat Sabda [Lampiran 5: (9)]; bdk. Lampiran 6: (13)].
c. Personalia Permasalahan personalia berkaitan dengan kaderisasi. Banyak tenaga pelayan seperti pengurus lingkungan, dewan paroki dan prodiakon sudah berkarya dalam periode yang lama. Sedangkan sebagian dari pelayan umat adalah pelayan sukarela. Pelayan sukarela ini memiliki pandangan bahwa yang penting mau untuk melayani, meskipun kadang merasa kurang mampu, sedangkan di lain pihak banyak orang yang mampu, tetapi tidak mau untuk terlibat sebagai pelayan di Gereja [Lampiran 6: (13)].
d. Mobilitas Kaum Muda Kaum muda di Paroki St. Theresia Lisieux Boro semakin berkurang. Hal ini disebabkan banyak kaum muda yang menuntut ilmu dan bekerja di kota, sehingga banyak yang meninggalkan desa. Dampak dari mobilitas kaum muda adalah sulitnya regenerasi dan kaderisasi untuk kepengurusan Gereja, sedangkan kebanyakan umat di Paroki St. Theresia Lisieux Boro adalah orangtua dan anakanak [Lampiran 6: (13)].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
e. Lemahnya Koordinasi Komunikasi Setiap lingkungan dan wilayah di Paroki St. Theresia Lisieux Boro sebagian besar memiliki pengurus lingkungan dan pengurus wilayah yang baru. Pengurus yang baru masih harus belajar banyak tentang tata kelola lingkungan dan wilayah, sehingga terkadang muncul permasalahan mengenai koordinasi komunikasi dimana terkadang informasi dari dewan paroki tidak diterima dengan baik oleh umat. Hal ini menyebabkan terjadi hambatan-hambatan dalam melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan. Pengurus lingkungan memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan infomasi dari dewan paroki kepada umat di lingkungan, sehingga kapasitas para pengurus lingkungan menjadi hal yang penting [Lampiran 6: (14)].
f. Anggapan-anggapan dari Luar Kegiatan-kegiatan yang direncanakan untuk mendukung dan membantu umat dalam rangka mengembangkan iman yang misioner kerapkali berupa kegiatan dengan tujuan di luar lingkup paroki atau kepada masyarakat luas, seperti bakti sosial, donor darah, memberikan sumbangan bantuan dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan
ini
dimaksudkan
untuk
membantu
orang
lain
yang
membutuhkan. Akan tetapi di pihak lain seringkali disalahartikan sebagai sebuah gerakan untuk mengkatolikkan (katolisasi). Selain itu anggapan orang lain yang menyatakan untuk mencari muka dengan membantu orang lain. Permasalahan ini menjadi riskan apabila tidak ditindak lanjuti dan dijembatani oleh mediator [Lampiran 5: (9); bdk. Lampiran 6: (14)].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
g. Penjadwalan Kegiatan Dewan Paroki St. Theresia Lisieux Boro merencanakan banyak kegiatan untuk membantu umat dalam menghayati iman. Akan tetapi muncul permasalahan bahwa agenda dari kegiatan yang direncanakan bertabrakan dengan kegiatan lain baik di sekolah, masyarakat dan tempat kerja. Seringkali ada berbagai kegiatan mendadak yang ada di masyarakat, seperti layatan, kerja bakti dan sebagainya. Hal ini menyebabkan beberapa kegiatan yang telah direncanakan tidak dapat dilaksanakan dengan baik [Lampiran 5: (9)].
h. Mentalitas Umat Mentalitas umat menjadi tantangan yang sulit untuk diatasi. Dewan paroki telah merencanakan suatu kegiatan yang sungguh-sungguh dapat membantu umat untuk mengembangkan iman dan pelayanan satu sama lain. Akan tetapi, ada beberapa umat yang memiliki sifat mengambil kesempatan dalam kegiatan menggereja dengan mencari keuntungan untuk diri sendiri. Selain itu, ada sebagian umat Katolik yang sudah menerima baptisan dan aktif di dalam Gereja, tetapi dalam kesempatan lain masih mempercayai takhayul dengan datang ke dukun atau tempat keramat untuk keperluan tertentu [Lampiran 5: (9)].
2. Tindak Lanjut Menanggapi Permasalahan Pokok dalam Mengembangkan Iman Cerdas, Tangguh dan Misioner Dewan Paroki St. Theresia Lisieux Boro melakukan beberapa tindakan preventif untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang muncull dalam rangka mengembangkan iman yang cerdas, tangguh dan misioner. Tindakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
preventif dilakukan dalam kerjasama dengan seluruh umat dan masyarakat sekitar. Tindakan
preventif
untuk
mengatasi
permasalahan-permasalahan
adalah
melakukan koordinasi kepada para pengurus lingkunga dan pemerintah setempat, penyusunan program visioner, dan pendekatan secara kekeluargaan.
a. Koordinasi dengan Para Pengurus Lingkungan Dewan Paroki St. Theresia Lisieux Boro menyadari bahwa koordinasi dengan para pengurus lingkungan sangatlah lemah. Hal ini berakibat banyak umat yang tidak menerima informasi dengan baik. Dewan paroki menyikapi permasalahan ini dengan melakukan koordinasi dengan para pengurus lingkungan secara
terstruktur.
Selain
itu,
para
pengurus
lingkungan
memperoleh
pendampingan dan pembekalan tentang mekanisme komunikasi yang baik dan benar [Lampiran 6: (14)].
b. Koordinasi dengan Pemerintah Setempat Kegiatan-kegiatan Paroki St. Theresia Lisieux Boro yang mengarah ke luar lingkup paroki memiliki ancaman akan gangguan dari pihak ketiga. Dewan Paroki St. Theresia Lisieux Boro mengatasi permasalahan ini dengan tindakan preventif dengan melakukan koordinasi dan meminta izin kepada pemerintah setempat. Pemerintah setempat akan mendukung kegiatan-kegiatan dari Paroki St. Theresia Lisieux Boro bagi masyarakat luas dan memberikan jaminan perlindungan kepada umat untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan gerejawi dengan tujuan membantu masyarakat luas [Lampiran 6: (14)].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
c. Penyusunan Program Visioner Program visioner disusun oleh setiap bidang kerja Dewan Paroki St. Theresia Lisieux Boro untuk menjawab kebutuhan dan permasalahan umat. Program visioner disusun dengan cara melihat tantangan, ancaman, dan peluang, sehingga umat sungguh-sungguh merasa terbantu dengan adanya program visioner tersebut. Dewan paroki mengharapkan keterlibatan umat dalam melaksanakan program visioner, karena sasaran utama program adalah membantu umat dalam mengembangkan iman secara utuh [Lampiran 6: (14)].
d. Pendekatan Secara Kekeluargaan Permasalahan yang sering muncul dalam lingkungan dan wilayah adalah kurangnya keterlibatan umat dalam menggereja, bahkan ada beberapa umat yang mulai menjauh dari kehidupan lingkungan. Selain itu, ada beberapa orang yang merasa iri dan sinis dengan umat lain yang memiliki kelebihan. Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro dihimbau untuk melakukan pendekatan personal terhadap orang-orang yang mulai menjauh dari Gereja, beranggapan buruk, dan orang yang mencari keuntungan di Gereja. Pendekatan secara kekeluargaan dimaksudkan supaya orang memiliki kesadaran komitmen dan konsekuensi hidup menggereja [Lampiran 5: (9)].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III KARYA MISI ROMO JOHANNES BAPTIST PRENNTHALER SJ DALAM RELEVANSINYA DENGAN IMAN YANG CERDAS, TANGGUH, DAN MISIONER DALAM ARAH DASAR KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG 2016-2020
Pertumbuhan iman Katolik di daerah Kalibawang diawali dengan pembaptisan sebanyak 171 orang di Sendang Sono oleh Rm. Fr. Van Lith SJ pada 1904. Karya misi Rm. Fr. Van Lith SJ untuk mengembangkan iman umat dilanjutkan oleh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ seorang misionaris Jesuit dari Austria. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ datang ke Jawa pada tahun 1923. Pewartaan Injil yang dilakukan oleh Rm. Johannes Baptist Prenntahler SJ meliputi bidang pendidikan, kesehatan dan perekonomian melalui pertanian, dengan tujuan supaya Kerajaan Allah dapat dirasakan oleh umat dalam kehidupan sehari-hari. Umat menyambut dengan baik karya-karya Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ, tetapi di sisi lain ada beberapa pihak yang kurang mendukung karya-karya Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ seperti Muhammadiyah, kelompok Zending dan pemerintah. Semangat kemisionarisan dan kecintaan kepada umat membentuk Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ menjadi pribadi yang pantang menyerah terhadap situasi, sehingga tetap berkarya tanpa lelah walaupun dalam kesulitan dan permasalahan. Dengan semboyan Ad Maiorem Dei Gloriam et pro salute animarum, karya-karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ bertujuan untuk membangun dan mengembangkan iman umat yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
telah dirintis oleh para misionaris pendahulu serta membangun keselamatan dan kesejahteraan rakyat miskin.
A. Karya Misi Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ mengharapkan supaya umat yang dilayani dapat merasakan dan mencecap kehadiran Kerajaan Allah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, bidang pendidikan, kesehatan dan perekonomian melalui pertanian menjadi pilihan bidang sebagai jalan untuk berkarya mewartakan Injil. Dalam karya misi untuk mewartakan Injil muncul berbagai hambatan dan tantangan yang dihadapi oleh Rm. Johannes Baptis Prennthaler SJ. Akan tetapi, semangat kemisionarisan dan kecintaan kepada umat menjadikan Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ pribadi yang tangguh untuk tetap berkarya dalam berbagai tantangan dan permasalahan hingga akhir hidup.
1. Situasi Umum Tempat Karya Misi Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ Tanah Jawa khususnya daerah Pegunungan Menoreh merupakan lahan karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ. Dalam berkarya di daerah Pegunungan Menoreh, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ menemukan banyak pengalaman baru, seperti mengelilingi daerah Pegunungan Menoreh yang luas, bertemu dengan orang-orang baru dengan budaya dan kebiasaan yang berbeda, hingga permasalahan-permasalahan yang menjadi tantangan bagi karya misi. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dalam berkarya mempertimbangkan keadaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
geografis, keadaan sosial ekonomi, dan keadaan keagamaan umat sebagai langkah untuk menghadapi tantangan-tantangan karya misi.
a. Keadaan Geografis Tempat Karya Misi Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ adalah seorang misionaris yang berkarya di daerah Pegunungan Menoreh. Pegunungan Menoreh merupakan barisan pegunungan yang membentang di wilayah Kulonprogo, Purworejo dan Magelang. Karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ di Pegunungan Menoreh meliputi daerah Borobudur, Mendut, Kalibawang, dan Boro. Dari sekian tempat karya misi, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ sangat mencintai desa Boro dan berkarya di tempat ini hingga akhir hidup. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ menjadikan desa Boro sebagai pusat pelayanan karena merupakan tempat yang strategis (Budi Purwantoro, 2012: 160). Secara geografis desa Boro berada di lereng Pegunungan Menoreh yang dihimpit oleh jurang dan lembah. Akses jalan yang dapat ditempuh sangat terbatas melalui jalan setapak yang cukup sempit, sehingga hanya dapat dilewati oleh sepeda dan sepeda motor. Tempat karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ membentang sepanjang Pegunungan Menoreh, di mana masih banyak hutan-hutan dan jalan terjal (Hardawiryana, 2002: 22).
b. Keadaan Ekonomi Umat pada Masa Karya Misi Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ Desa Boro pada masa karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ bukanlah tempat yang subur. Desa ini diapit oleh jurang-jurang kecil dan banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
tanah tandus karena tidak ada sistem irigasi yang memadai. Hampir seluruh desa ini tidak ada tanah yang subur, sehingga persawahan yang berada di desa Boro hanya cocok ditanami dengan ketela. Hal ini menyebabkan sebagian besar masyarakat di Boro miskin dan menderita. Dalam catatan laporan anggaran Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ tahun 1927 terjadi bencana kelaparan sebanyak dua kali dalam waktu tiga tahun, yaitu Juni 1924 sampai Agustus 1927 (Hardawiryana, 2002: 32). Masyarakat yang jatuh miskin terpaksa
meminjam uang kepada para
rentenir Cina yang disertai bunga sangat besar dengan jaminan rumah, tanah dan pohon. Karena keadaan ekonomi yang sangat memprihatinkan ini, banyak orang yang berpindah ke Deli, Sumatra Utara untuk bertransmigrasi. Alasan lain yang menjadikan banyak orang pindah karena uang kas milik Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ sudah habis, sehingga tidak dapat membantu perekonomian banyak orang (Hardawiryana, 2002: 33).
c. Keadaan Keagamaan Umat pada Masa Karya Misi Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ Situasi keagamaan masyarakat di Pegunungan Menoreh dipengaruhi oleh tradisi budaya Hindu dan Islam yang sangat kuat. Masyarakat pribumi pada awal masa karya Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ masih menganut paham animisme yang sangat kuat. Hal ini dikarenakan warisan dari para leluhur yang memberi persembahan dan sesaji kepada roh-roh yang beraneka ragam. Kebiasaan masyarakat pada saat itu adalah memberikan sesaji kepada roh-roh dan dewa-dewi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
para leluhur, baik di hutan, pegunungan, sungai, pohon besar, batu besar dan beberapa tempat lain yang dianggap keramat (Hardawiryana, 2002: 30). Masyarakat di daerah Kalibawang juga memberikan sesaji kepada dewadewi Hindu dari India yang dibawa ke tanah Jawa, seperti Bathara Guru, Bathara Bromo, Bathara Kolo, Bathara Suryo dan Dewi Sri . Selain itu masyarakat juga biasa memberi sesaji kepada roh-roh para wali yang menyebarkan agama Islam di pulau Jawa, beberapa raja tersohor di tanah Jawa seperti Panembahan Senopati, dan kepada para leluhur untuk mengenang mereka serta pusaka warisan yang diberikan oleh leluhur (Hardawiryana, 2002: 30). Masyarakat yang dihadapi oleh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ sangat menghidupi animisme, sekaligus sinkretisme yang terdiri dari agama Buddhisme, Hinduisme, Islam dan kepercayaan primitif. Beberapa orang yang dahulu secara resmi menganut agama Budha dan berpindah menjadi Islam, pada kesempatan tertentu masih melakukan tradisi dari agama Budha pada hari raya Islam, seperti pada saat akhir masa puasa Islam, para wanita akan pergi ke Borobudur untuk memberikan sesaji di relief dinding candi supaya mendapatkan keturunan (Hardawiryana, 2002: 31).
d. Tantangan-tantangan Karya Misi Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ Karya-karya Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ disambut dengan baik oleh umat dan masyarakat Kalibawang. Banyak umat dan masyarakat merasakan hasil-hasil dari karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ. Akan tetapi, di lain pihak terdapat banyak hambatan dan tantangan yang dialami oleh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dalam berkarya di daerah Kalibawang, seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
keadaan geografis yang sulit dan kurangnya sarana transportasi, sehingga Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ harus berjalan kaki sejauh puluhan kilometer untuk mengajar agama dan memberikan pelayanan kesehatan kepada rakyat miskin. Tantangan lain yang dihadapi oleh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dalam berkarya adalah kelompok Muhammadiyah, kelompok Zending dan pemerintah (Hardawiryana, 2002: 36-40).
1) Kelompok Muhammadiyah Ketika para misionaris mulai mewartakan Injil ke daerah Muntilan, Mendut dan Kalibawang, kelompok Islam Muhammadiyah juga mulai menyebarkan ajarannya dan membujuk banyak orang untuk masuk ke Muhammadiyah. Kalibawang menjadi lahan yang diperebutkan untuk penyebaran karya misi dan penyebaran ajaran Muhammadiyah. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ semakin menekankan prioritas karya misi bagi rakyat miskin untuk menghadapi propaganda dari Muhammadiyah. Pertentangan antara karya misi dengan penyebaran ajaran Muhammadiyah semakin ketat, terutama di dalam bidang pengajaran iman dan pendidikan. Ketika di desa Dekso mulai dikumpulkan para katekumenat untuk belajar katekismus, di tempat tersebut Muhammadiyah juga mendirikan serikat Muhammadiyah. Pertentangan lain yang muncul adalah perebutan sekolah. Kelurahan Degan yang merupakan bagian paling selatan dari Kalibawang telah diserahkan kepada Yayasan Kanisius untuk didirikan sekolah. Akan tetapi karena keterbatasan dana, Yayasan Kanisius tidak dapat dengan cepat mendirikan sekolah di tempat tersebut, sehingga kelompok Muhammadiyah mengambil kesempatan ini untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
mendirikan
sekolah
dasar
Muhammadiyah
pada
27
September
1927
(Hardawiryana, 2002: 44).
2) Kelompok Zending Pewartaan Injil di Indonesia pada masa penjajahan bangsa Eropa tidak hanya dilakukan oleh para misionaris. Kedatangan bangsa Eropa di Indonesia juga diikuti oleh kelompok Zending yaitu misionaris dari Gereja Kristen Protestan (Hardawiryana, 2002: 81). Kelompok Zending juga ingin menyebarkan ajarannya di daerah Kalibawang karena daerah ini memang dianggap sebagai lahan paling subur untuk penyebaran iman. Kelompok Zending dalam penyebaran ajaran lebih maju dibadingkan para misionaris dari Gereja Katolik seperti Romo Johannes Baptist Prennthaler, karena kelompok ini telah memiliki mobil, sehingga dapat lebih mempermudah untuk berkeliling di daerah Kalibawang. Meskipun memiliki tujuan yang sama untuk mewartakan Injil, muncul pertentangan antara kelompok Zending dengan Misi di Kalibawang. Hal ini tampak jelas di dalam bidang pelayanan kesehatan. Meskipun Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ bersama dengan para suster-suster St. Fransiskus telah mendirikan rumah sakit di Boro, akan tetapi tenaga dokter di rumah sakit ini adalah bantuan dari pemerintah yang diambil dari tenaga dokter dari kelompok Zending. Dr. Longkhuizen didukung oleh dr. Ofringa yang merupakan promotor kelompok Zending tidak menyediakan dokter bagi karya misi di Boro, sehingga rumah sakit St. Yusup Boro tidak mendapatkan subsidi dari pemerintah yang mengakibatkan rumah sakit tersebut tutup. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ menyikapi tantangan dari kelompok Zending ini dengan meminta bantuan kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Gubernur di Yogyakarta untuk menyediakan dokter bagi rumah sakit di Boro (Hardawiryana, 2002: 81-83).
3) Pemerintah Tantangan bagi karya misi yang ketiga adalah dari pihak instansi pemerintah Hindia Belanda. Sikap pemerintah kurang menunjukkan kerja sama yang baik bagi para misionaris dalam karya misi di bidang kemanusiaan. Pemerintah Hindia Belanda kurang menanggapi permintaan bantuan bagi pelayanan kesehatan rakyat miskin. Berkaitan dengan karya misi oleh para misionaris, pemerintah memilih untuk bersikap netral. Akan tetapi sikap netral ini tidak diikuti dengan dukungan positif kepada para misionaris. Sering kali, pemerintah mempersulit dalam memberikan izin diadakan rapat-rapat, pembukaan sekolah, dan karya-karya lainnya (Hardawiryana, 2002: 36-38).
2. Sejarah Karya Misi Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ Perkembangan iman di desa Boro dan Kalibawang tidak dapat terlepas dari peranan karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ selama kurang lebih 15 tahun. Karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ di daerah Kalibawang dilatarbelakangi oleh ketertarikan Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ terhadap karya-karya misi para misionaris Jesuit Provinsi Belanda di tanah Jawa, sehingga muncul rasa cinta untuk berkarya di tempat ini hingga akhir hidup Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
a. Masa Kecil sampai Pendidikan Jesuit Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ Johannes Baptist Prennthaler lahir pada 18 April 1885 di Tirol, Austria. Anak berkebangsaan Jerman ini adalah anak kedua dari enam bersaudara. Orangtuanya adalah seorang petani di daerah Pegunungan Alpen. Keluarga Johannes Baptist Prennthaler adalah keluarga miskin, sama seperti dengan 99% penduduk Tirol lain yang terjerumus dalam kemiskinan. Pada masa kecil, Johannes Baptist Prennthaler sering membantu kedua orangtuanya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Pada 20 September 1904, Johannes Baptist Prennthaler masuk Serikat Yesus Provinsi Perancis di Lyon. Sejak awal bergabung dengan Serikat Yesus, Johannes Baptist Prennthaler sudah dipersiapkan untuk menjadi seorang misionaris di Siria (Bagus Laksana, 2014: 116). Ketika menjalani masa tersiat di Wina, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ menerima sebuah artikel tentang karya misi di Pulau Jawa oleh para Jesuit Provinsi Belanda. Artikel tentang karya misi di Pulau Jawa ini menggerakkan hati Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ untuk ikut berkarya bersama para Jesuit Provinsi Belanda di Pulau Jawa. Persoalan yang muncul adalah anggota Jesuit Provinsi Perancis tidak dapat berkarya di Pulau Jawa, karena Pulau Jawa merupakan lahan karya misi para Jesuit Provinsi Belanda. Oleh karena itu, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ menghadap kepada Jendral Serikat Yesus, yaitu R.P. Wlodomir Ledochowsky SJ untuk meminta izin bergabung dengan Serikat Yesus di Provinsi Belanda. Jendral Serikat Yesus memberikan izin kepada Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ untuk menjadi anggota Jesuit Provinsi Belanda, dan pada 20 September 1920 Rm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Johannes Baptist Prennthaler SJ berangkat ke tanah misi di Pulau Jawa (Hardawiryana, 2002: 49; bdk. Bagus Laksana, 2014: 116).
b. Masa Karya Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ di Kalibawang Sebelum berkarya di Kalibawang, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ bersama-sama dengan Rm. J. Mertens SJ dan Rm. Fr. Van Lith SJ mendirikan kolose Xaverius di Muntilan. Pada saat itu, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ berada dibawah pimpinan Pater O. Raaijmakers SJ sebagai pater provinsial SJ Provinsi Belanda, dan Rm. van Baal SJ sebagai superior misi di Pulau Jawa. Pada 1921, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ diutus untuk berkarya sebagai pastor di Mendut. Dalam berkarya sebagai pastor di Mendut, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ telah memulai karya kunjungan kepada umat di daerah Kalibawang pada tahun 1923. Kunjungan dari Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ ini dirasakan oleh umat sebagai kemajuan dari karya misi secara nyata pasca pembaptisan 171 orang di Sendang Sono oleh Rm. Fr. Van Lith SJ pada 1904 (Hardawiryana, 2002: 50). Menurut rencana awal, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ akan berpindah ke Boro pada akhir 1928 atau awal 1929, tetapi romo pengganti di Mendut, yaitu Rm. Dieben SJ baru datang pada 29 Desember 1929. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ mulai berdomisili di pastoran Boro pada 24 April 1930 bersama dengan seorang imam Jesuit pribumi yang pertama, yaitu Rm. FX. Satiman SJ. Dalam catatan masa karya Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ di Boro, dalam misa harian ada sekitar 10 orang yang menerima komuni, sedangkan pada hari Minggu ada kurang lebih 150 orang yang menerima Sakramen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Pertobatan dan komuni. Kegiatan Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ setiap hari Minggu sangat melelahkan, dimana dari pukul 04.30 WIB dimulai sakramen pengakuan dosa, pukul 06.00 WIB memimpin misa, dan dari pukul 08.00-08.45 WIB menerimakan sakramen pengakuan kembali, serta pukul 09.00 WIB, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ memberikan pelajaran agama kepada para guru agama dan katekis (Hardawiryana, 2002: 51-53). Lahan karya misi di daerah Kalibawang dibagi menjadi dua. Bagian Utara ditangani oleh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dan bagian Selatan ditangani oleh Rm. F.X. Satiman SJ. Setiap minggu, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ harus berjalan kaki sekitar 70 km (Hardawiryana, 2002: 53).
c. Masa Karya Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ di Rowoseneng Setelah kurang lebih 13 tahun berkarya di daerah Kalibawang dan menghasilkan banyak buah, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ memperoleh tugas karya misi yang baru. Pada 1 Agustus 1936, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ berpindah ke Rowoseneng dan bertugas menjadi pembimbing rohani bagi para pelajar di Sekolah Pertanian yang dibuka oleh para Bruder van Dongen. Tentu karya Rm. Johannes Bapstis Prennthaler SJ tidak hanya sebagai pembimbing rohani, tetapi juga tetap melaksanakan karya misi seperti di Mendut dan Boro, serta berusaha mengelola perkebunan kopi milik Misi di Pulau Jawa (Hardawiryana, 2002: 58). Karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ di Rowoseneng tidak sesibuk ketika berkarya di Kalibawang. Dalam satu bulan, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ melakukan khotbah sebanyak 4 atau 5 kali, dan menerimakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
sakramen pengakuan dosa kepada kurang lebih 25 orang. Meskipun, karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ tidak sesibuk seperti di Kalibawang, tetapi medan misi Rowoseneng lebih berat dibandingkan Kalibawang. Selama berkarya di Rowoseneng, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ mengusahakan sebuah sekolah untuk siswa-siswi Jawa di bawah pimpinan para suster. Hal ini juga menjadi perjuangan Mgr. P.J. Willikens SJ sebagai Vikaris Apostolik Batavia. Selain sekolah, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ juga mengusahakan pembangunan
bruderan,
pastoran
dan
gereja
untuk
mendukung
karya
penggembalaan di daerah Rowoseneng (Hardawiryana, 2002: 59).
d. Masa Karya Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ selama Perang Dunia II sampai Akhir Masa Hidupnya Pada tahun 1939-1945 terjadi Perang Dunia II yang dimulai dengan serangan tentara Jerman ke Belanda. Pada Perang Dunia II, Jepang berhasil menguasai Hindia Belanda. Pemerintah Jepang mengambil keputusan untuk menutup dan membubarkan semua sekolah yang didirikan oleh bangsa Eropa, termasuk Sekolah Pertanian yang didirikan oleh Bruder van Dongen di Rowoseneng. Hal ini menjadikan Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ kembali ke Kalibawang. Pada 13 Oktober 1945 diumumkan bahwa semua orang Eropa harus ditahan di kamp-kamp interniran atau kamp milik Polisi Militer, sehingga banyak misionaris dari Eropa yang ditahan dan tidak dapat berkarya. Akan tetapi, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ berhasil lolos dari Polisi Militer. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ di dalam situasi yang sedang panas dan banyak ancaman dari Polisi Militer tetap berkarya mengeliling Pegunungan Menoreh untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
mengurbankan Ekaristi, mengajar agama dan menerimakan sakramen pengakuan dosa bersama-sama dengan rekan Jesuit lainnya, yaitu Fr. Harsasoewita SJ dan Br. Poespaatmadja SJ (Hardawiryana, 2002: 60). Setelah situasi tenang, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dapat dengan leluasa melakukan karya penggembalaan dan menjadi pastor paroki di Boro lagi. Memasuki masa Paskah, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ mengadakan Perayaan Tri Hari Suci di Boro seorang diri. Pada hari Senin dan Selasa, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ berkarya di Stasi Nanggulan dengan mempersembahkan Misa Suci, membaptis, menerimakan pengakuan dosa dan menerimakan komuni. Pada hari Rabu dan Kamis hal serupa juga dilakukan di stasi Ploso. Dalam catatan Rm. Johannes Baptis Prenthaler SJ selama merayakan Hari Raya Paskah jumlah orang yang menerima komuni ada 600 orang di Boro, 320 orang di Ploso dan 150 orang di Nanggulan (Hardawiryana, 2002: 61). Pada hari Sabtu, 27 April 1946 Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ jatuh pingsan sebanyak dua kali dan dibawa ke Rumah Sakti St. Yusup Boro di dekat pastoran. Para suster perawat melarang Rm. Johannes Baptist Prennthaler untuk merayakan Ekaristi, tetapi karena kehendak yang kuat, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ memaksakan diri untuk tetapi merayakan Ekaristi. Ketika akan kembali ke pastoran, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ jatuh dari anak tangga di depan Gereja Boro. Keesokan harinya, pada 28 April 1946, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dipanggil Bapa di surga. Jenazah Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ selama beberapa hari disemayamkan di Susteran Fransiskanes di samping Rumah Sakit St. Yusup Boro supaya banyak umat dapat memberikan penghormatan terakhir kepada Rm. Johannes Baptis Prennthaler SJ. Pada 2 Mei
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
1946, Rm. C. Martawerdaya SJ yang didampingi oleh Rm. Sandjaja Pr dan Frater A. Sunaryo melaksanakan pemberkatan resmi jenazah Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ. Dalam khotbah, Rm. C. Martawardaya SJ membacakan surat wasiat, yaitu surat salam perpisahan dari Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ yang telah ditulis pada 19 November 1945 ketika kembali pertama kali dari Rowoseneng (Hardawiryana, 2002: 61-63).
3. Tujuan dan Ranah Karya Misi Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ Karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dimaksudkan untuk mengembangkan iman umat dan membantu umat merasakan Kerajaan Allah secara nyata dalam kehidupan sehari-hari melalui ranah pendidikan, pertanian dan kesehatan.
a. Tujuan Misioner Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ Karya-karya yang dilakukan oleh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ adalah sebuah karya misioner yang tujuan utamanya adalah menanamkan dan mengembangkan iman Kristiani. Secara khusus Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ mengembangkan iman Kristiani dengan membangun keselamatan dan kesejahteraan bagi umat dan rakyat miskin (Hardawiryana, 2002: 64).
1) Membangun dan mengembangkan iman kristiani Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ adalah seorang Jesuit yang sungguhsungguh menghidupi semangat dari Santo Ignatius dan secara khusus memiliki devosi kepada Bunda Maria. Dalam kehidupan sehari-hari, Rm. Johannes Baptist
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Prenthlaer SJ selalu memegang semboyan dari spiritualitas Ignasian, yaitu Ad Maiorem Dei Gloriam atau yang sering disingkat dengan AMDG yang berarti demi lebih besarnya kemuliaan Allah. Akan tetapi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ tidak hanya memegang semboyan ini saja, dalam setiap karya misi, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ juga menambahkan et pro salute animarum, sehingga menjadi Ad Maiorem Dei Gloriam et pro salute animarum yang berarti demi lebih besarnya kemuliaan Allah dan demi keselamatan jiwa-jiwa. Semboyan Ad Maioerem Dei Gloriam et pro salute animarum menjadi pegangan bagi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dalam karya misi supaya nilai-nilai Kerajaan Allah dapat dirasakan oleh umat secara langsung (Hardawiryana, 2002: 65). Karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ mulai dirasakan ketika diadakan kunjungan-kunjungan di rumah umat Katolik di daerah Kalibawang pada tahun 1923. Sejak Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ berkarya di Kalibawang, iman umat Kristiani semakin berkembang. Baptisan Sendang Sono melahirkan tokoh-tokoh umat, guru agama dan katekis, serta umat yang militan, dan melalui perjuangan karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ semakin berkembangkan iman umat. Melalui khotbah-khotbah di setiap merayakan Ekaristi, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ menanamkan iman akan kemurahan hati Allah yang begitu besar seperti yang dituliskan di dalam Yoh 3:6 “Begitu besar kasih-Nya akan dunia ini, sehingga Ia telah mengurniakan Putera-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Budi Purwantoro, 2012: 10-11). Selain menanamkan iman Kristiani akan kepercayaan kepada kasih karunia Allah, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ juga sangat menekankan iman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
yang terwujud dalam rasa takut akan Allah. Hal ini diungkapkan di dalam surat wasiat salam perpisahan yang ditulis oleh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ pada 19 November 1945. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ juga menekankan bahwa rasa takut akan Allah juga sangat perlu diwujudnyatakan di dalam tindakan sehari-hari (Hardawiryana, 2002: 66).
2) Membangun keselamatan dan kesejahteraan rakyat miskin Karya misi dari Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ tidak hanya sebatas dalam upaya pengembangan iman. Keadaan masyarakat pada masa karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ sangat memprihatinkan. Banyak orang yang jatuh miskin, karena lahan di daerah Pegunungan Menoreh tidak subur, terlebih dalam kurun waktu tiga tahun, yaitu Juni 1924 sampai Agustus 1927, terjadi bencana kelaparan sebanyak dua kali. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ melihat situasi masyarakat yang seperti ini merasa tergerak hati untuk membantu mereka. Akan tetapi, permasalahan yang muncul adalah uang kas milik Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan umat. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ memutuskan untuk memulai bisnis prangko. Prangko-prangko didatangkan dari luar negeri seperti Belanda, Afrika dan Perancis yang diberikan oleh para penderma. Melalui bisnis ini, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ mampu membantu masyarakat yang jatuh miskin. Selain, bisnis prangko, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ juga mengajak masyrakat untuk mengelola perkebunan kopi dan membuka pertenunan untuk mencukupi kebutuhan sandang bagi masyarakat di daerah Kalibawang (Hadrawiryana, 2002: 69). Upaya lain untuk mencapai tujuan dari membangun keselamatan rakyat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
miskin adalah dengan membangun rumah sakit St. Yusup Boro bersama dengan para suster OSF dan sekolah-sekolah bagi penduduk pribumi (Hardawiryana, 2002: 16-17).
b. Ranah Misioner Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ Tujuan misioner dari karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ secara tidak langsung memberikan gambaran bagaimana Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ berkarya di Kalibawang dengan fokus dalam bidang pewartaan iman dan kesejahteraan rakyat. Fokus pelayanan dalam karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dilakukan melalui ranah pendidikan, pertanian dan kesehatan (Bagus Laksana, 2014: 116).
1) Pendidikan melalui persekolahan Pada masa penjajahan bangsa Eropa di Indonesia telah ada beberapa sekolah yang didirikan untuk pendidikan bagi orang Indonesia. Akan tetapi, para siswa yang boleh belajar di sekolah tersebut dibatasi hanya seorang anak ningrat atau pejabat yang bekerja sama dengan pemerintah Belanda. Sedangkan, untuk para penduduk pribumi yang termasuk dalam golongan bawah tidak dapat bersekolah. Kedatangan para misionaris di Pulau Jawa membawa perubahan, seperti Rm. Fr. Van Lith SJ yang mendirikan kolose Xaverius di Muntilan dan Rm. Hoevenars SJ yang mendirikan sekolah bagi para wanita di daerah Mendut. Begitu pula karya dari Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ di Kalibawang dan Rowoseneng. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ mengusahakan pembangunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
sebuah sekolah bagi rakyat miskin, sehingga anak-anak dari penduduk yang miskin juga dapat bersekolah (Hardawiryana, 2002: 74-76). Sejak didirikan Yayasan Kansius pada 31 Juli 1927, banyak sekolahsekolah Katolik yang dibuka di sekitar lahan karya misi para misionaris Jesuit di Pulau Jawa, seperti Muntilan, Mendut, Magelang, Kalibawang dan Promasan. Para misionaris, termasuk Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ mengusahakan pembangunan sekolah-sekolah untuk pendidikan rakyat, akan tetapi usaha para misionaris tersebut tidaklah selalu mulus, tetapi juga berbenturan dengan kepentingan pemerintah (Hardawiryana, 2002: 77).
2) Pertanian Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ sangat menyadari bahwa masyarakat di daerah Kalibawang adalah masyarakat agraris. Akan tetapi tanah di daerah Pegunungan Menoreh sendiri tidak begitu subur, sehingga masyarakat menjadi miskin. Perkembangan di dalam bidang pertanian menjadi prioritas bagi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ (Hardawiryana, 2002: 74). Pengembangan di dalam bidang pertanian yang dilakukan oleh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ adalah mengajak para masyakarat luas untuk bersama-sama mengolah hasil perkebunan kopi, dan memanfaatkan jalur irigasi yang telah dibangun oleh pemerintah Belanda di sepanjang wilayah Kalibawang. Selain itu, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ bersama dengan bapak bupati di desa Pengasih mengusahakan sebuah sekolah pertanian di daerah Boro atau supaya dapat menghasilkan petani-petani yang handal (Hardawiryana, 2002: 74).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
3) Pelayanan kesehatan rakyat miskin Selain di dalam bidang pangan dan sandang, menurut Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ kesejahteraan rakyat miskin juga meliputi kesehatan. Pada masa karya Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ memang sering terjadi wabah penyakit seperti flu, tipus dan penyakit kulit korengan seperti yang diderita Barnabas Sarikrama seorang katekis pertama di daerah Kalibawang yang dibaptis oleh Rm. Fr. Van Lith di Sendang Sono pada 1904. Sebelum berkarya menetap di Boro sekitar tahun 1922, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ telah memulai karya di bidang kesehatan dengan cara berkeliling ke 50 desa untuk membagikan obat-obatan kepada rakyat miskin. Untuk berkeliling ke 50 desa tersebut, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ harus bersepeda beberapa hari. Selain membagikan obat-obatan, kesempatan ini dipergunakan oleh Rm. Johannes Baptist Prennthaler untuk menjalin komunikasi dengan rakyat miskin. Tidak hanya sebatas membagikan obat-obatan, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ juga merawat rakyat miskin yang jatuh sakit, seperti yang dilakukan di dalam asrama para suster di Mendut yang terkena wabah penyakit flu dan malaria (Hardawiryana, 2002: 78-79). Dalam mengembangkan karya di bidang kesehatan, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ bersama dengan seorang perawat dan bidan membangun sebuah rumah sakit atau paling tidak poliklinik di Boro. Akan tetapi hal ini terkendala dengan perizinan dari pemerintah, dan juga belum ada kongregasi suster yang datang di Boro. Pembangunan rumah sakit di Boro hanya menjadi berita simpang siur hingga Agustus 1928. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ pergi ke instansiinstansi pemerintah agar memperoleh izin untuk membangun sebuah rumah sakit,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
sedangkan Vikaris Apostolik Batavia yaitu Rm. P.J Willekens SJ pergi ke Belanda untuk meminta kepada para suster St. Fransiskus (OSF) untuk berkarya di bidang kesehatan di Boro bersama Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ. Dan pada akhirnya di Boro dapat dibangun sebuah rumah sakit pada tahun 1930 (Hardawiryana, 2002: 78-79).
4. Hasil Karya Misi Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ Selama berkarya di daerah Kalibawang, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ banyak melakukan hal-hal yang membuahkan hasil yang baik. Karya dari Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ bukan hanya dalam bidang ajaran iman, tetapi juga masuk ke dalam bidang
lain dimana masyarakat sekitar sangat
membutuhkan, seperti pendidikan, kesehatan dan pertanian. Bagi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ, Kerajaan Allah tidak cukup hanya diwartakan saja, tetapi juga harus dapat dirasakan oleh umat. Hal inilah yang menjadikan Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ banyak berkarya secara nyata di tengah-tengah umat. Secara nyata, hasil karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ adalah gereja Boro, pastoran Boro, Rumah Sakit St. Yusup Boro, Gua Maria Lourdes Sendang Sono, pabrik tenun, lonceng Prennthaler, dan semangat doa.
a. Gereja Boro Benih iman Katolik di Pegunungan Menoreh dan sekitarnya berkembang dengan pesat. Untuk dapat merayakan Ekaristi setiap Minggu dibutuhkan tempat yang memadai untuk kurang lebih 700 orang. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ meminta bantuan kepada pimpinan misi di St. Claver Nethderland, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
bersama-sama dengan umat membangun gedung gereja di Boro. Pembangunan gereja Boro dimulai sejak November 1930 ( Hardawiryana, 2002: 16).
b. Pastoran Boro Pastoran Boro dibangun untuk tempat tinggal Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ ketika berpindah dari Mendut. Sejak 24 April 1930, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ telah tinggal menetap di Boro bersama dengan Rm. F.X. Satiman. Dengan adanya pastoran ini sangat membantu Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ ketika berkarya di Pegunungan Menoreh, sebab sebelum ada pastoran ini Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ seringkali jalan kaki dari Mendut dan Muntilan ke Kalibawang (Hardawiryana, 2002: 17).
c. Rumah Sakit St. Yusup Boro Rumah Sakit St. Yusup Boro dibangun oleh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ bersama-sama dengan para suster Fransiskanes yang juga mulai berkarya di Kalibawang. Rumah sakit ini dibangun karena kebutuhan masyarakat yang pada saat itu banyak mengalami wabah penyakit dan bencana kelaparan. Terbentuknya rumah sakit ini juga menjadi tanda bahwa karya Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ tidak hanya ditunjukkan kepada umat Katolik, tetapi juga kepada masyarakat luas yang juga beragama lain (Hardawiryana, 2002: 17).
d. Gua Maria Lourdes Sendang Sono Pada akhir tahun 1904, Rm. Fr. Van Lith SJ membaptis sebanyak 171 orang Kalibawang di sebuah sendang di bawah dua pohon Sono (Haryono,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
2013:11). Di tempat ini, Rm. Fr. Van Lith membuka karya misi di Kalibawang yang kemudian diteruskan oleh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ. Tempat pembaptisan 171 orang di bawah pohon Sono, oleh Rm. Johannes Baptist Prennthaler dibangun sebuah gua Maria. Patung Bunda Maria didatangkan langsung dari Belanda (Hardawiryana, 2002: 133-139). Pembangunan Gua Maria Lourdes Sendang Sono dimulai sejak Oktober 1928 dan selesai pada 19 September 1929 (Budi Purwanto, 2012: 14-15).
e. Pabrik Tenun Boro Pada masa karya Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ terlebih dari tahun 1923-1927 di Kalibawang sedang terjadi bencana kelaparan, karena banyak sawah yang tidak berhasil panen, dan masyarakat tidak bekerja. Melihat situasi seperti ini, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ mengambil langkah untuk membangun sebuah pabrik tenun agar dapat menyerap SDM. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ bersama dengan para bruder FIC mendatangkan alat-alat tenun tradisional dari Belanda. Alat-alat tenun ini kini masih berfungsi dan tetap berproduksi untuk memenuhi kebutuhan sandang masyarakat di sekitar Boro (Tim Buku Kenangan 80 Tahun Paroki Boro, 2007: 46).
f. Lonceng Prennthaler Selain gedung gereja dan gua Maria, pewartaan iman Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ juga membutuhkan lonceng-lonceng untuk doa Angelus. Selain untuk doa Angelus, lonceng ini juga akan dipergunakan untuk menandai bahwa Perayaan Ekaristi akan segera dimulai. Ada 15 buah lonceng yang dipesan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
oleh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dari Belanda. Pada akhir 1928 loncenglonceng tersebut baru datang dan dipasang di beberapa tempat karya Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ (Hardawiryana, 2002: 140-142).
g. Semangat Doa Karya misi dari Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ tidak hanya menghasilkan bangunan-bangunan atau materiil saja, tetapi juga dalam bentuk yang lain. Pengajaran agama menjadi fokus utama dari karya Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ tanpa mengesampingkan karya-karya pelayanan sosial di masyarakat. Dalam rangka katekese, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ rajin merayakan Ekaristi baik harian maupun mingguan. Dalam satu bulan Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dapat berkhotbah tiga sampai empat kali dalam Bahasa Jawa dan satu sampai dua kali dalam Bahasa Belanda. Hal ini menunjukkan bahwa Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ meneruskan cara berkarya Rm. Fr. Van Lith SJ berkaitan dengan bahasa lokal. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ juga mengajarkan tentang kebiasaan doa Angelus kepada umat. Karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ bersama dengan para katekis membuahkan hasil yang melimpah dalam perkembangan iman (Budi Purwantoro, 2012: 22-24). Jumlah umat yang dibaptis semakin banyak, dan semakin banyak pula guru-guru agama dan katekis. Perkembangan iman di daerah Pegunungan Menoreh semakin maju dan mendapat perhatian yang khusus, supaya pada saat ini iman umat semakin cerdas, tangguh dan misioner seperti yang menjadi cita-cita dalam Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang 2016-2020.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
B. Iman yang Cerdas, Tangguh dan Misioner dalam Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang 2016-2020 Gereja Katolik merupakan lembaga persekutuan umat yang didirikan oleh Yesus Kristus, dimana kuasa kepemimpinan diberikan kepada dewan para rasul yang diketuai oleh Petrus. Kuasa kepemimpinan Gereja dilanjutkan oleh dewan para uskup sebagai pengganti dewan para rasul. Dewan para uskup diketuai oleh seorang Paus yang dipilih oleh para kardinal seluruh dunia sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik sekaligus sebagai uskup agung Roma yang berkedudukan di Vatikan. Dalam karya penggembalaan, para uskup memiliki visi dan misi ke depan bagi keuskupannya. Setiap uskup memiliki visi dan misi yang berbeda sesuai dengan latar belakang dan kebutuhan di masing-masing keuskupan. Keuskupan Agung Semarang dalam perjalanan sejarah telah mengalami pergantian uskup sebanyak lima kali, yaitu Mgr. Albertus Soegijapranata SJ, Mgr. Yustinus Darmoyuwono Pr, Kardinal Julius Darmaatmadja SJ, Mgr. Ignatius Suharyo Pr, dan Mgr. Yohanes Maria Pujasumarta Pr. Setiap uskup agung di Keuskupan Agung Semarang memiliki visi dan misi yang dihidupi untuk mengembangkan keuskupan yang terwujud di dalam Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang. Akan tetapi, istilah Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang baru dipergunakan pada masa penggembalaan Mgr. Julius Darmaatmadja SJ, yaitu pada 1984. Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang dan cara perwujudan visi Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang periode 2016 hingga 2020 melalui iman yang cerdas, tangguh dan misioner (Martasudjita, 2009: 84-87).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
1. Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang Arah dasar merupakan suatu visi yang hendak dicapai oleh setiap keuskupan. Arah dasar juga menjadi pedoman arah untuk melangkah bagi keuskupan. Melalui arah dasar yang telah disusun secara matang dengan melibatkan partisipasi seluruh umat, keuskupan ingin mewujudkan suatu cita-cita di dalam karya-karya pastoral melalui paroki. Pada bagian pertama ini, akan diuraikan mengenai sejarah dan perkembangan Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang dari ARDAS 1984-1990 sampai ARDAS 2016-2020.
a. Sejarah Terbentuknya Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang Pada 25 Juni 1940, Paus Pius XII membuka lahan pengembalaan baru di Vikariat Apostolik Semarang yang dulunya adalah salah satu stasi dari Vikariat Apostolik Batavia. Mgr. Albertus Soegijapranata SJ ditunjuk menjadi vikaris apostolik pada 1 Agustus 1940 (Dewan Kuria KAS, 1988: 21-23). Pada 3 Januari 1961, Vikariat Apostolik Semarang berganti nama menjadi Keuskupan Agung Semarang, yang berarti Gereja di wilayah Keuskupan Agung Semarang sudah menjadi Gereja lokal yang mandiri (Dewan Kuria KAS, 1988: 37). Kuasa kepemimpinan sebagai uskup agung terus berlanjut, dari Mgr. Albertus Soegijapranata SJ (1940-1963), Mgr. Yustinus Darmoyuwono (1963-1981), Mgr. Julius Darmaatmadja SJ (1983-1996), Mgr. Ignatius Suharyo (1997-2009), dan Mgr. Johannes Maria Trilaksyanta Pujasumarta (2010-2015). Di dalam karya penggembalaan, setiap uskup mempunyai visi dan misi ke depan untuk mengembangkan keuskupan. Visi dan misi dari setiap uskup ini penting bagi Gereja lokal setempat supaya memiliki arah dan tujuan yang hendak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
dicapai di dalam periode tertentu. Umat keuskupan pun perlu untuk mengetahui bagaimana arah pemikiran dari para gembala (uskup dan para imam) supaya dapat bersama-sama bersinergi membangun dan mengembangkan Gereja. Visi dan misi dari setiap uskup tersebut dikristalisasikan ke dalam bentuk Arah dan Dasar (ARDAS) keuskupan. Di Keuskupan Agung Semarang (KAS), setiap uskup mempunyai visi dan misi yang tertuang di dalam kata-kata kunci atau semboyan yang dihidupi dalam masa penggembalaannya. Berawal dari semboyan-semboyan para uskup yang merupakan visi dan misi Gereja lokal terbentuklah sebuah Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang. Akan tetapi, istilah Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang baru diperkenalkan pada masa penggembalaan Mgr. Julius Darmaatmadja SJ. Arah Dasar yang pertama dirumuskan oleh Mgr. Julius Darmaatmadja SJ bersama dengan Dewan Karya Pastoral KAS pada tahun 1984 yang berlaku selama lima tahun (Nurwidi, 2009: 14-15).
b. Perkembangan Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang Arah Dasar (ARDAS) Keuskupan Agung Semarang (KAS) merupakan suatu kristialisasi dari pemikiran, visi, misi dan implementasi kehidupan menggereja dan memasyakarat bagi umat Keuskupan Agung Semarang. Istilah ARDAS baru diperkenalan pada masa karya penggembalaan Mgr. Julius Darmaatmaja SJ pada tahun 1984. Keuskupan Agung Semarang saat ini telah memiliki 7 ARDAS, yaitu ARDAS KAS 1984-1990, ARDAS KAS 1990-1995, ARDAS KAS 1996-2000, ARDAS KAS 2001-2005, ARDAS KAS 2006-2010, ARDAS KAS 2011-2015, dan ARDAS KAS 2016-2020.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
1)
Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang 1984-1990 Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang diprakarsai oleh Mgr. Julius
Darmaatmadja SJ yang disusun bersama-sama dengan Dewan Karya Pastoral (DKP) Keuskupan Agung Semarang. Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang 1984-1990 memiliki rumusan sebagai berikut (Nurwidi, 2009: 9; bdk. Hadi Saptana, 2008: 18-19): Keuskupan Agung Semarang ingin mewujudkan diri sebagai umat Allah yang beriman mendalam, sesuai dengan kebudayaan setempat, beriman dewasa, semua turut bertanggungjawab dan terlibat, mandiri, beriman misioner: kepada yang terbuka siap mewartakan Yesus/Injil. Kepada yang tertutup siap mewartakan yang benar, baik dan suci, kepada yang berkeyakinan agamanya kuat mencoba meningkatkan menjadi orang yang betul-betul baik, beriman memasyarakat; meresapi segala tata kehidupan bermasyarakat dengan semangat dan nilai kristiani.
Di dalam catatan Rm. F. Heselaars SJ sebagai anggota Dewan Karya Pastoral (DKP) Keuskupan Agung Semarang sebagaimana dikutip oleh Nurwidi dalam buku ‘Eklesiologi ARDAS Keuskupan Agung Semarang’ menyebutkan bahwa munculnya ARDAS KAS 1984-1990 berawal dari Temu Pastoral KAS di Girisonta pada 19 Maret 1984, dimana Mgr. Julius Darmaatmadja SJ mengungkapkan sebuah keinginan bahwa Keuskupan Agung Semarang menjadi keluarga beriman bagi masyarakat. Dari rumusan ARDAS KAS 1984-1990 dapat dilihat bahwa cita-cita yang hendak diwujudkan dalam periode tersebut adalah Keuskupan Agung Semarang menjadi paguyuban umat Allah (keluarga beriman) yang memiliki iman mendalam, dewasa, misioner dan memasyarakat. ARDAS KAS 1984-1990 memberikan tekanan khusus pada iman yang memasyarakat dengan rumusan ‘terwujudnya umat yang imannya merasuki seluruh dimensi hidup dalam masyarakat’ (Nurwidi, 2009: 44). Selain itu, ARDAS KAS 1984-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
1990 mulai menekankan peranan kaum awam dalam berbagai dimensi kehidupan dalam keluarga, karya, masyarakat dan negara. Untuk dapat mewujudkan keluarga beriman yang memiliki iman mendalam, dewasa, misioner dan memasyakarat, maka Keuskupan Agung Semarang melalui Gereja setempat yaitu paroki-paroki mengusahakan sebuah karya-karya dalam berbagai bidang seperti pengembangan karya katekese, PSE, dan penekanan pada keterlibatan umat Katolik di dalam masyarakat (Nurwidi, 2009: 43-44).
2) Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang 1990-1995 ARDAS KAS 1990-1995 merupakan kelanjutan dari ARDAS KAS sebelumnya. Adapun rumusan ARDAS 1990-1995 sebagai berikut (Nurwidi, 2009: 11-12; bdk. Banawiratma & Suharyo, 1990: 13): Umat Allah Keuskupan Agung Semarang dalam perkembangan situasi hidup dalam budaya setempat, bercita-cita semakin mengikuti Yesus Kristus secara penuh dalam menjawab dan memaklumkan kabar gembira penyelamatanNya. Bersama saudara yang berkehendak baik cita-cita tersebut dilaksanakan dengan: memupuk semangat persaudaraan sejati di antara umat dan saudara-saudara berkeyakinan lain, melibatkan diri dalam kegembiraan dan kecemasan masyarakat, mengusahakan terciptanya tatantan hidup demi kesejahteraan semua orang dengan mengutamakan saudara-saudara yang terlupakan dan menderita. Penghayatan akan rahasia penyelamatan itu semakin disadari, dirasakan dan diperteguh dalam pewartaan dan doa. Semoga Ia yang memulai pekerjaan baik di antara kita akan menyelesaikannya (Flp 1:6). Cita-cita ARDAS KAS 1990-1995 juga masih sama dengan cita-cita dan tekanan dari ARDAS KAS 1984-1990, yaitu umat memiliki iman yang memasyarakat. Tekanan khusus dalam ARDAS KAS 1990-1995 adalah cita-cita ARDAS KAS 1990-1995 dilaksanakan bersama dengan semua pihak yang berkehendak baik,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
yaitu umat Katolik dan umat berkeyakinan lain. ARDAS KAS 1990-1995 memberikan penjelasan tentang arti iman dan iman yang memasyarakat dalam perkembangan situasi hidup dan budaya setempat yang termuat di dalam ARDAS 1984-1990. Tekanan khusus tersebut dilaksanakan melalui semangat untuk menjail persaudaraan sejati antar umat beragama, ikut terlibat dalam kegembiraan dan kecemasan masyarakat, mengupayakan sebuah tatanan hidup yang mengedepankan kesejahteraan umum orang dengan prioritas kepada saudaran yang menderita (Nurwidi, 2009: 45).
3) Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang 1996-2000 ARDAS KAS yang ketiga yaitu ARDAS KAS 1996-2000 merupakan ARDAS yang juga diprakarsai oleh Mgr. Julius Darmaatmadja SJ bersama dengan DKP KAS dalam agenda Temu Pastoral bulan Janurari 1996 dan pada Februari 1996 ditetapkan sebagai rumusan definitif ARDAS KAS 1996-2000. Rumusan ARDAS KAS 1996-2000 sebagai berikut (Nurwidi, 2009: 12; bdk. Hadi Saptana, 2008: 20): Umat Allah Keuskupan Agung Semarang dalam perkembangan situasi hidup dan budaya setempat, bercita-cita untuk semakin setia mengikuti Yesus Kristus yang memaklumkan Kerajaan Allah dengan beriman dewasa, mendalam, misioner dan memasyarakat. Dalam hal ini berarti membuka diri untuk menerima Allah, mengalami kehadiranNya baik dalam doa, karya maupun dalam peristiwa. Iman sebagai pengalaman akan Allah mendorong orang untuk mengungkapkan dan mengamalkannya. Terutama untuk masa kini, cita-cita tersebut diwujudkan dengan membela kehidupan dan menunjung tinggi martabat manusia. Terwujudnya cita-cita tersebut diperlancar dengan tata penggembalaan yang mengikutsertakan dan mengembangkan seluruh warga Gereja. Ia yang memulai pekerjaan baik di antara kita akan menyelesaikannya (Flp 1:6)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Cita-cita ARDAS KAS 1996-2000 adalah membangun paguyuban umat Allah yang semakin setia dalam mengikuti Yesus Kristus dengan beriman dewasa, misioner dan memasyarakat di tengah arus zaman globalisasi. Cita-cita tersebut memberikan tekanan kepada keterlibatan umat KAS untuk menjunjung tinggi martabat manusia
dengan mendasari semua upaya kemanusiaan kepada
bimbingan Allah. Menjunjung tinggi martabat manusia diwujudkan oleh Gereja KAS dengan membangun persaudaaraan sejati. Gereja sebagai paguyuban umat Allah dihayati sebagai suatu perjumpaan antara umat dengan Allah dan umat lain yang membangun persaudaraan. Perjumpaan antar umat akan membangun paguyuban-paguyuban. Paguyuban-paguyuban yang ada di dalam Gereja perlu menjalin hubungan satu dengan yang lain sebagai suatu ikatan di dalam persekutan Gereja. Di sinilah jati diri Gereja semakin jelas sebagai communion of communities (persekutuan dari paguyuban-paguyuban). Di dalam paguyubanpaguyuban tersebut, umat menemukan cara baru untuk menggereja baik di dalam komunitas kristiani maupun komunitas kemanusiaan. Di dalam persekutuan dari paguyuban inilah cita-cita dari ARDAS KAS 1996-2000 dapat terwujud (Nurwidi, 2009: 51).
4) Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang 2001-2005 ARDAS KAS 2001-2005 memiliki banyak perubahan dibandingkan dengan tiga ARDAS sebelumnya. Perubahan tersebut terletak pada bagaimana pengolahan dan perumusan ARDAS itu sendiri. Apabila di dalam ARDAS yang pertama hingga ketiga melibatkan Dewan Para Imam, Dewan Karya Pastoral KAS, dan Dewan Konsultor KAS, tetapi di dalam ARDAS KAS 2001-2005 lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
melibatkan umat baik dalam kelompok teritorial paroki dan kategorial (Nur Widi, 2009: 34-35). Proses pengolahan ARDAS KAS 2001-2005 melalui beberapa tahap sebagai berikut (Nurwidi, 2009: 35-36): 1. Rapat Dewan Imam 6-7 Desember 1999 mengadakan evaluasi Ardas 1996-2000 dan Temu Pastoral Januari 2000 memberikan masukan kepada Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang (DKP) untuk memproses rumusan Ardas 2001-2005. 2. Studi DKP pada 26-29 Juni 2000 di Pastoran Sanjaya Muntilan menghasilkan rumusan sementara yang diusulkan kepada seluruh umat. 3. Pertemuan-pertemuan umat dalam kelompok, baik teritorial maupun kategorial, membicarakan bersama rumusan sementara dan menyampaikan tanggapan tertulis kepada Sekretariat DKP sampai tanggal 30 September 2000 4. Rapat Pengurus Harian DKP pada 30 September-1 Oktober 2000 di Pastoran Sanjaya Muntilan mengolah tanggapan umat, dan kemudian melaporkan rumusan yang telah diperbaiki sesuai dengan tanggapan umat (bdk. lampiran pada Komunikasi Pastoral, No. 10 Th. II Oktober 2000). 5. Rapat Dewan Konsultor KAS pada 2-3 Oktober 2000, dan Rapat DKP pada 23-26 Oktober 2000 menyetujui rumusan yang telah direvisi tersebut supaya diproses menuju rumusan terakhir. 6. Rapat Pengurus Harian DKP pada 12 November 2000 membicarakan dan menyepakati rumusan terakhir Ardas 2001-2005. 7. Pada 6 Januari 2001, Ardas 2001-2005 diumumkan secara resmi oleh Uskup Agung Semarang kepada seluruh umat agar dapat berfungsi memberi arah, inspirasi, dan meneguhkan apa yang sudah terjadi di Keuskupan Agung Semarang. 8. Dengan arah dan inspirasi itu, seluruh umat menentukan pilihan pastoral yang menjadi dasar dalam membuat program kerja untuk jangka waktu 2001-2005. Adapun rumusan ARDAS Keuskupan Agung Semarang 2001-2005 adalah sebagai berikut (Nurwidi, 2009: 12-13, bdk; DKP KAS, 2001: 5): Umat Allah Keuskupan Agung Semarang bercita-cita dengan bimbingan Roh Kudus semakin setia mengikuti Yesus Kristus yang memaklumkan Kerajaan Allah yang memerdekakan (bdk Luk 4:18-19). Mengikuti Yesus Kristus berarti membuka diri dan mengalami kehadiran Allah baik dalam doa maupun peristiwa sehari-hari serta melibatkan diri dalam perutusanNya. Dalam masyarakat Indonesia yang sedang mengalami krisis dan berjuang untuk memperbaharui ciri, cita-cita tersebut diwujudkan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
pengembangan persekutuan paguyuban-paguyuban (bdk. FABC V 1990) yang terbuka, bersahabat, saling mengasihi secara tulus dan mengutamakan yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir. Untuk mencapai cita-cita tersebut diperlukan tata penggembalaan yang mengikutsertakan umat, dan kerja sama dengan siapa pun yang berkehendak baik. Allah yang memulai pekerjaan baik di antara kita akan menyelesaikannya (bdk Flp 1:6)
Perubahan dalam mengolah ARDAS KAS 2001-2005 yang melibatkan seluruh umat keuskupan secara teritorial paroki dan kategorial membawa dampak yang besar. Umat KAS secara nyata mulai melibatkan diri untuk mengembangkan Gereja. Keterlibatan ini juga membuka pandangan baru bahwa Gereja bukan hanya milik para imam, akan tetapi Gereja adalah persekutuan umat Allah yang terbuka sesama dan situasi zaman. Di dalam ARDAS 2001-2005 ini pula Gereja KAS membuka diri untuk melibatkan dan memberdayakan kaum kecil, lemah, miskin, dan tersingkir (KLMT). Cita-cita ARDAS KAS 2001-2005 adalah paguyuban-paguyuban umat yang semakin mengikuti Yesus Kristus dalam mewujudkan Kerajaan Allah yang memerdekakan. Paguyuban umat yang mengikuti Yesus Kristus dalam mewujudkan Kerajaan Allah hanya dapat terwujud atas dasar bimbingan Roh Kudus. Konteks situasi perwujudan ARDAS KAS 2001-2005 adalah keadaan masyarakat Indonesia yang sedang mengalami krisis dan berjuang untuk memperbaharui diri melalui pengembangan paguyuban yang terbuka, bersahabat dan saling mengasihi. Kelompok KLMT menjadi prioritas utama dalam pengembangan paguyuban, sehingga Gereja sungguh hadir dalam kehidupan masyarakat yang membutuhkan. Seturut dengan cara hidup menggereja yang baru ini, Gereja KAS mengembangkan tata penggembalaan yang partisipatif, transformatif dan memberdayakan (Nurwidi, 2009: 53-54).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
5) Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang 2006-2010 ARDAS KAS 2006-2010 telah dipersiapkan sejak tahun 2004 oleh pengurus harian DKP KAS melalui rapat pada 7 Maret 2004. Dalam rapat tersebut diputuskan bahwa rumusan ARDAS KAS 2006-2010 merupakan pengolahan dari evaluasi ARDAS 2001-2005 dan usulan dari umat. Pengurus harian DKP KAS membentuk tim khusus ARDAS 2006-2010 yang akan melakukan jajak pendapat kepada umat untuk melakukan evaluasi ARDAS 2001-2005 dan usulan ARDAS 200-2010 (Nurwidi, 2009: 36). Setelah melalui proses pengolahan bersama baik yang dilakukan oleh Dewan Para Imam, Dewan Karya Pastoral, Dewan Konsultor Keuskupan dan bekerja sama dengan seluruh umat, rumusan ARDAS KAS 2006-2010 diumumkan secara resmi oleh Mgr. Ignatius Suharyo pada hari Minggu 1 Januari 2006. Adapun rumusan ARDAS KAS 2006-2010 sebagai berikut (Nurwidi, 2009: 13-14; bdk. DKP KAS, 2006: 11): Umat Allah Keuskupan Agung Semarang dalam bimbingan Roh Kudus berupaya semakin menjadi persekutuan paguyuban-paguyuban muridmurid Yesus Kristus yang mewujudkan Kerajaan Allah yang memerdekakan (bdk. Luk 4:18-19). Mewujudkan Kerajaan Allah berarti bersahabat dengan Allah, mengangkat martabat pribadi manusia, dan melestarikan keutuhan ciptaan. Dalam konteks masyarakat Indonesia yang sedang berjuang mengatasi korupsi, kekerasan, dan kerusakan lingkungan hidup, umat Allah Keuskupan Agung Semarang terlibata secara aktif membangun habitus baru berdasarkan semangat Injil (bdk. Mat 5-7). Habitus baru dibangun bersama-sama: dalam keluarga dengan menjadikannya basis hidup beriman; dalam diri anak, remaja, dan kaum muda dengan melibatkan mereka untuk pengembangan umat; dalam diri yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir dengan memberdayakannya. Untuk mendukung upaya tersebut, umat Allah Keuskupan Agung Semarang mengembangkan pola penggembalaan yang mencerdaskan umat beriman, melibatkan perempuan dan laki-laki, memberdayakan paguyuban-paguyuban pengharapan, memajukan kerja sama dengan semua yang berkehendak baik, serta melestarikan keutuhan ciptaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Umat Allah Keuskupan Agung Semarang dengan tulus hati bertekan bulat melaksanakan upaya tersebut, dan mempercayakan diri pada penyelenggaraan ilahi dengan setia dan rendah hati seturut teladan Maria, hamba Allah dan bunda Gereja. Allah yang memulai pekerjaan baik di antara kita akan menyelesaikannya (bdk. Flp 1:6).
Umat Allah Keuskupan Agung Semarang diajak untuk memperjuangkan Gereja yang semakin relevan dan signifikan di dalam menghadapi tantangan zaman. Perjuangan untuk mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan dilakukan dengan menjadi Gereja yang memiliki habitus baru untuk memberdayakan kaum kecil, lemah, miskin dan tersingkir, serta menuntut partisipasi semua umat baik perempuan maupun laki-laki dari berbagai kategorial, baik anak-anak, remaja, kaum muda dan orang dewasa (Martasudjita, 2009: 87). Hal ini menjadi sebuah kesadaran baru bahwa partisipasi umat menjadi bagian penting dalam mengembangkan Gereja. Secara khusus, Keuskupan Agung Semarang mengagendakan kerja umat Allah dalam periode ARDAS KAS 20062010, dimana pada tahun 2006 difokuskan untuk sosialisasi ARDAS KAS 20062010, tahun 2007 difokuskan untuk keluarga, tahun 2008 difokuskan untuk anak dan remaja, tahun 2009 difokuskan untuk kaum muda, serta tahun 2010 bagi semua umat Keuskupan Agung Semarang untuk bersyukur atas habitus baru (DKP KAS, 2006: 56). Cita-cita ARDAS KAS 2006-2010 adalah mewujudkan Kerajaan Allah yang memerdekaan melalui paguyuban-paguyuban gerejani dan sosial. Kerajaan Allah yang memerdekaan terwujud melalui persahabatan dengan Allah, menjunjung tinggi martabat manusia, dan memelihara keutuhan ciptaan (DKP KAS, 2006: 20-21). Keterlibatan seluruh umat dimana terdiri dari keluarga, anak,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
remaja, kaum muda serta kaum KLMT mendapat tekanan khusus dan semakin dikembangkan dengan membangun habitus baru yang didasarkan kepada nilainilai Injili yang ditempatkan di dalam konteks masyarakat Indonesia yang sedang mengalami krisis korupsi, kekerasan, dan kerusakan lingkungan hidup. Krisiskrisis yang dihadapi oleh masyarkat Indonesia dipandang sebagai akibat dari habitus lama yang telah merusak hubungan dengan Allah, sesama dan ciptaan. Oleh karena itu, ARDAS KAS 2006-2010 sangat menekankan bahwa habitus baru adalah gerekan bersama seluruh yang didukung dengan pola penggembalaan yang mencerdaskan umat beriman, melibatkan kaum awam, memberdayakan paguyuban-paguyuban, memajukan kerja sama dengan semua yang berkehendak baik, serta melestarikan keutuhan ciptaan (Nurwidi, 2009: 57-59).
6) Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang 2011-2015 Pada tahun 2010, kuasa penggembalaan Mgr. Ignatius Suharyo digantikan oleh Mgr. Johannes Pujasumarta. Dalam masa transisi ini, Mgr. Johannes Pujasumarta meneruskan cita-cita Mgr. Ignatius Suharyo yang tertuang di dalam ARDAS KAS 2011-2015 dan secara khusus bersama dengan seluruh umat Keuskupan Agung Semarang mensyukuri rahmat habitus baru. Pada 8 Januari 2011 bersamaan dengan pemberkatan gedung pastoran Sanjaya Muntilan, Mgr. Johannes Pujasumarta mengumumkan berlakunya ARDAS KAS 2011-2015 (DKP KAS, 2011: v). Rumusan ARDAS KAS 2011-2015 adalah sebagai berikut (DKP KAS, 2011: 1): Umat Allah Keuskupan Agung Semarang sebagai persekutuan paguyubanpaguyuban murid-murid Yesus Kristus, dalam bimbingan Roh Kudus,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
berupaya menghadirkan Kerajaan Allah sehingga semakin signifikan dan relevan bagi warganya dan masyarakat. Dalam masyarakat Indonesia yang sedang berjuang menuju tatanan hidup baru yang adil, damai, sejahtera, dan demokratis, umat Allah berperan secara aktif mengembangkan habitus baru berdasarkan semangat Injil dengan beriman mendalam dan tangguh, serta ambil bagian mewujudkan kesejahteraan umum. Langkah pastoral yang ditempuh adalah pengembangan umat Allah, terutama optimalisasi peran kaum awam, secara berkesinambungan dan terpadu dalam perwujudan iman di tengah masyarakat; pemberdayaan kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel; serta pelestarian keutuhan ciptaan. Langkah tersebut didukung oleh tata penggembalaan yang sinergis, mencerdaskan dan memberdayakan umat Allah serta memberikan peran pada berbagai karisma yang hidup dalam diri pribadi maupun kelompok. Umat Allah Keuskupan Agung Semarang dengan tulus, setia, dan rendah hati bertekad bulat melaksanakan upaya tersebut, dan mempercayakan diri pada penyelenggaraan ilahi seturut teladan Maria, hamba Allah dan bunda Gereja. Allah yang memulai pekerjaan baik di antara kita akan menyelesaikannya (bdk. Flp 1:6).
ARDAS KAS 2011-2015 merupakan kelanjutan dari ARDAS KAS 20062010 yang menekankan kepada pengembangan habitus baru. Melalui ARDAS KAS 2011-2015, umat Allah Keuskupan Agung Semarang diajak untuk semakin menjadikan nilai-nilai Kerajaan Allah semakin relevan dan signifikan dengan cara mengembangkan iman yang mendalam dan tangguh, serta terlibat dalam upaya pengembangan kesejahteraan umum. Menjadi Gereja yang relevan dan signifikan merupakan cita-cita utama dari ARDAS KAS 2011-2015 yang dilatarbelakangi oleh peristiwa dan permasalahan yang terjadi di Indonesia, terutama di daerah Keuskupan Agung Semarang. Gereja yang signifikan berarti Gereja memiliki nilai dan mutu penting, sehingga kehadiran dan gerak pastoral Gereja menjadi penting dan memiliki nilai di dalam diri umat dan masyarakat. Gereja yang relevan apabila kehadiran Gereja sungguh sesuai dan konkrit dalam kehidupan masyarakat (DKP KAS, 2011: 9). Gereja yang signifikan dan relevan tampak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
manakala Gereja menanggapi permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kehidupan umat beriman dan masyarakat, sehingga seluruh umat mampu merasakan suasana at home di dalam persatuan Gereja. Kehadiran Gereja yang signifikan dan relevan akan terlihat jelas dalam keterlibatan Gereja dalam pengembangan di bidang sosial ekonomi, keadilan, kedamaian dan keutuhan alam ciptaan (DKP KAS, 2011: 10). Sebagai lanjutan dari ARDAS KAS 2006-2010, ARDAS KAS 2011-2015 memberikan tempat dalam pengembangan habitus baru ke dalam empat bidang, yaitu: pengembangan iman yang mendalam dan tangguh; keterlibatan di bidang sosial-politik-kemasyarakatan; pemberdayaan kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel (KLMTD); serta upaya pelestarian keutuhan ciptaan. Perbedaan yang muncul di dalam ARDAS KAS 2011-2015 dibandingkan dengan ARDAS 2006-2010 adalah penekanan pada empat bidang sekaligus di tiap tahunnya dengan melibatkan semua kelompok kategorial (DKP KAS, 2011: 2).
7) Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang 2016-2020 Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang periode 2016-2020 merupakan arah dasar ketujuh, sekaligus melanjutkan ARDAS KAS 2011-2015. Meskipun menjadi kelanjutan dari ARDAS KAS 2011-2015, ada perbedaan dalam perumusan ARDAS KAS 2016-2020. Perbedaan tersebut terletak pada dasar perumusan ARDAS KAS 2016-2020. ARDAS KAS 2016-2020 ditempatkan dalam roadmap Rencana Induk Keuskupan Agung Semarang (RIKAS) 2016-2035 dalam rangka menyambut Tahun Yubelium Agung 2033 untuk mengenang 2000 tahun penebusan oleh Yesus Kristus (DKP KAS, 2016: 3). Rumusan ARDAS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
KAS 2016-2020 diturunkan dari RIKAS 2016-2035 bagian pertama, yang berarti bahwa ARDAS KAS 2016-2020 sebagai pedoman, arah, tujuan dari segala karya pastoral di Keuskupan Agung Semarang sekaligus sebagai awal perwujudan RIKAS 2016-2035 (DKP KAS, 2016: 6). ARDAS KAS 2016-2020 dipromulgasikan pada 3 Januari 2016 bertepatan dengan Hari Raya Penampakan Tuhan dan Hari Anak Misioner. Rumusan ARDAS KAS 2016-2020 adalah sebagai berikut (DKP KAS, 2016: 13): Umat Allah Keuskupan Agung Semarang, sebagai persekutuan paguyubanpaguyuban murid-murid Yesus Kristus dalam bimbingan Roh Kudus bertekad dan bergotong royong memperjuangkan hidup bersama yang sejahtera, bermartabat, beriman, demi terwujudnya peradaban kasih, tanda kehadiran Kerajaan Allah. Bersama masyarakat Indonesia yang sedang menghidupi kembali nilai-nilai Pancasila di era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, umat Allah Keuskupan Agung Semarang mewujudkan diri sebagai Gereja yang, merengkuh dan bekerja sama dengan semua orang (inklusif), terus menerus membarui diri (inovatif) dan berdaya ubah (transformatif). Cita-cita tersebut diwujudkan dengan: pengembangan iman umat yang cerdas, tangguh, misioner dan dialogis secara berjenjang dan berkelanjutan; pengembangan keluarga, lingkungan dan kelompok-kelompok umat agar lebih berperan dalam masyarakat; peningkatan pelayanan karitatif dan pemberdayaan kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel agar semakin sejahtera dan bermartabat; serta peningkatan peran dan keterlibatan kaum awam dalam gerakan sosial, budaya, ekonomi, politik dan pelestarian lingkungan dengan semangat pembelajaran, kejujuran, dan kerja sama. Upaya tersebut didukung dengan transparansi dan akuntabilitas dalam tata kelola paroki dan lembaga-lembaga karya serta peningkatan spiritualitas dan profesionalitas para pelayan pastoral. Umat Allah Keuskupan Agung Semarang dengan tulus, setia, dan rendah hati bertekad bulat melaksanakan upaya tersebut, serta mempercayakan diri pada penyelenggaraan ilahi seturut teladan Maria, hamba Allah dan bunda Gereja. Allah yang memulai pekerjaan baik di antara kita akan menyelesaikannya (bdk. Flp 1:6)
Cita-cita dari ARDAS KAS 2016-2020 adalah Gereja Keuskupan Agung Semarang menjadi Gereja yang inklusif, inovatif dan transformatif yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
diwujudkan dengan; pengembangan iman umat yang cerdas, tangguh, dan misioner dan dialogis secara berkelanjutan; pengembangan keluarga, lingkungan, kelompok kategorial agar semakin berperan aktif di dalam masyarakat; peningkatan karya karitatif dan pemberdayaan kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel (KLMTD); dan peningkatan peran serta kaum awam dalam bidang sosial, budaya, ekonomi, politik dan kelestarian lingkungan hidup (DKP KAS, 2016: 16).
2. Iman yang Cerdas, Tangguh dan Misioner Iman merupakan sebuah tanggapan atau jawaban manusia atas wahyu, kasih, dan panggilan Allah dengan sepenuh hati tanpa ada paksaan dari luar. Di dalam iman, manusia mampu menyadari dan mengakui bahwa Allah adalah tak terbatas yang berkenan untuk memasuki hidup manusia, sekaligus menyerahkan diri seutuhnya kepada pribadi Allah. Manusia memperoleh dan membangun iman melalui pengalaman religius (KWI, 1996: 129). Paus Emeritus Benediktus XVI pada akhir tahun 2012 menetapkan bahwa dari 12 Oktober 2012 sampai dengan 24 November 2013 sebagai Tahun Iman, dimana menjadi kesempatan bagi umat untuk dapat melihat betapa pentingnya iman di dalam kehidupan yang terus bergejolak. Latar belakang dari pencanangan Tahun Iman ini adalah untuk memperingati 50 tahun dibukanya Konsili Vatikan II dan 20 tahun penerbitan Katekismus Gereja Katolik. Paus Emeritus Bendiktus dalam kesempatan ini juga menuliskan seruan apostolik Porta Fidei (Pintu menuju Iman) untuk membantu umat dalam menghayati Tahun Iman (Pujasumarta, 2012: 1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Keuskupan Agung Semarang menanggapi seruan apostolik Porta Fidei dan pencanangan Tahun Iman melalui gerakan bersama, yaitu pelaksanaan formatio iman berjenang. DKP Keuskupan Agung Semarang menyusun sebuah roadmap tentang pendidikan dan pembinaan iman secara berjenjang dan berkelanjutan, dimana pendidikan dan pembinaan iman tersebut dimulai dari usia dini (PIUD), anak (PIA), remaja (PIR), orang muda (PIOM), dewasa (PIOD) dan usia lanjut (PIUL). Pendidikan dan pembinaan iman yang berjenjang dan berkelanjutan ini dimaksudkan supaya umat di Keuskupan Agung Semarang memiliki iman yang cerdas, tangguh dan misioner (DKP, 2014: 3-4; bdk. Sukendar, 2014: 18-20).
a. Iman yang Cerdas Katekismus Gereja Katolik (KGK), art. 155 menyatakan bahwa: ”Dalam iman, akal budi dan kehendak manusia bekerja sama dengan rahmat ilahi: Iman adalah suatu kegiatan akal budi yang menerima kebenaran atas perintah kehendak yang digerakkan oleh Allah dengan pengantaraan rahmat”. Manusia diciptakan oleh Allah sebagai Citra-Nya yang melebih makhluk lain karena memiliki akal budi, kehendak bebas dan kuasa. Tiga unsur inilah yang menjadi penggerak dalam hidup manusia. Melalui akal budi manusia dapat mengerti dan menyadari tentang jati diri manusia dan keadaan di sekitar. Sedangkan, melalui kehendak bebas manusia dapat bertindak dan melakukan suatu hal dengan bebas dan tanggung jawab. Manusia juga diberi kuasa oleh Allah untuk menguasai alam ciptaan dengan tujuan untuk melestarikan dan menjaga alam ciptaan. Seorang yang memiliki iman yang cerdas berarti mampu menggunakan akal budi untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
menentukan suatu keputusan atau tindakan di dalam bimbingan Roh Kudus atau rahmat Allah (Dwi Harsanto, 2014: 24). Iman yang cerdas juga menyangkut dua aspek. Pertama, kedewasaan dan kematangan untuk memahami dan menghayati iman. Hal ini berkaitan dengan tindakan atau sikap yang tidak percaya secara membabi buta di mana hanya menggandalkan emosi, tetapi juga menggunakan akal budi, kehendak dan perasaan. Kedua, iman yang cerdas ditandai dengan kepandaian dalam memperhitungkan keadaan dan sikap untuk mengatasi tantangan yang ada (DKP KAS, 2014: 29-30). Dalam hal ini dapat diambil contoh dari kisah gadis bijaksana dan gadis bodoh di dalam Mat 25:1-13. Gadis yang bijaksana menunjukkan sikap cerdas dalam mengantisipasi dan menghadapi permasalahan yang muncul dengan tidak menyerah dan menyalahkan, tetapi menghadapi dengan sikap tenang dan kreatif, sehingga berbuah keselamatan. Kecerdasan dalam beriman tidak hanya berkaitan dengan akal budi, kepandaian dan ketrampilan manusiawi. Dalam Mat 10:16, Yesus mengatakan “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.” Iman yang cerdas berarti memiliki kecerdikan seperti ular dan ketulusan seperti merpati. Kecerdikan bukan bertujuan untuk menipu orang lain, tetapi kecerdasan untuk dapat bertahan dalam situasi sulit. Ketulusasn hati yang suci dan murni menjadi landasan untuk iman yang cerdas supaya dapat terarah kepada kehendak Allah (Budi Purnomo, 2014: 5). Orang yang beriman cerdas berarti beriman secara dewasa dan matang dalam pemahaman dan pengetahuan iman. Kematangan akan pemahaman dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
pengetahuan iman menuntut sebuah keberanian untuk bersaksi baik di dalam keluarga, Gereja dan masyarakat. Kedewasaan iman dapat ditunjukkan dalam kebijaksanaan dan penghayatan hidup sehari-hari (Edi Haryanto, 2014: 16). Kecerdasan iman juga tidak terlepas dari peran hati nurani. Melalui hati nurani yang tenang, manusia dapat mengambil sebuah keputusan atau penegasan dengan bijaksana dan tepat. Allah hadir dan tinggal di dalam hati nurani manusia yang tenang (Darmaatmadja, 2014b: 8). Oleh karena itu, orang yang beriman cerdas perlu mengembangkan imannya dengan belajar dari sumber-sumber iman dan menyediakan waktu untuk hening melatih ketenangan (DKP KAS, 2014: 30).
b. Iman yang Tangguh Tangguh memiliki arti tidak mudah goyah, kokoh dan kuat. Berkaitan dengan iman, ketangguhan berkaitan dengan aspek sikap dalam menghadapi pergulatan hidup. Pergulatan hidup yang dialami oleh manusia berasal dari dua sumber, yaitu dari diri sendiri karena mengalami persoalan hidup, dan dari luar diri yang berupa godaan dan tantangan. Pergulatan hidup yang berasal dari diri sendiri dapat diolah oleh setiap pribadi karena menyangkut hidup masing-masing orang. Akan tetapi, pergulatan hidup yang berasal dari luar hendaknya diolah dan ditanggapi dengan bijaksana, karena godaan mampu menghantarkan manusia menuju kepada dosa, serta tantangan yang tidak dapat diolah dan ditanggapi dengan baik dapat membuat manusia menjadi goyah dan kehilangan jati dirinya (DKP KAS, 2014: 30). Rasul Paulus di dalam suratnya kepada jemaat di Kolose membagikan pengalaman mengenai sikap iman yang tangguh meskipun ada banyak godaan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
tantangan yang dihadapi olehnya. “Kamu telah menerima Kristus Yesus Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur” (Kol 2:1-20). Iman yang tangguh diperoleh melalui sebuah proses yang panjang. Paulus menegaskan bahwa iman yang tangguh dapat diperoleh dengan mengakar kuat di dalam Kristus dan dikembangkan di dalam Kristus. Di dalam 2 Kor 4:7 dituliskan bahwa “Harta ini kami punya dalam bejana tanah liat, supaya nyata bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.” Rasul Paulus juga ingin menegaskan bahwa tantangan dari luar tidak akan menggoyahkan iman seseorang yang tetap berpegang pada iman akan Allah. Ketangguhan sejati berasal dari dalam diri yang berakar kepada Yesus Kristus. Apabila seseorang sudah rapuh dari dalam, maka tanpa ada godaan dari luar tetap akan runtuh dan goyah. Secara nyata, ketangguhan iman diuji dalam kesetiaan suami-istri dalam janji setia, kesetiaan para imam dalam merasul di dunia modern, dan kesetiaan umat dalam melakukan tugas sehari-hari (Dwi Harsanto, 2014: 2526). Selain Rasul Paulus, contoh iman yang tangguh ditunjukkan oleh para martir yang dengan berani mempertahankan imannya akan Yesus Kristus meskipun banyak mengalami godaan dan penderitaan. Ketangguhan iman berkaitan dengan sikap dalam pemaknaan iman akan Yesus Kristus. Iman yang tangguh terwujud melalui sikap dalam memaknai iman secara positif, sehingga iman menjadi pegangan hidup (DKP KAS, 2014: 30). Ketangguhan iman menjadi hal penting bagi umat di zaman modern sekarang ini. Kehidupan di dunia modern
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
sekarang ini terdapat banyak perbedaan dan keragaman yang sulit untuk diterima. Keragaman keyakinan, paham, kepercayaan dan agama dipandang mampu membawa pengaruh melalui cara masing-masing. Selain itu, dunia modern juga memberikan tawaran yang menggiurkan melalui harta benda, jabatan, karier, dan pekerjaan yang dapat menggoyahkan iman. Oleh karena itu ketangguhan iman perlu untuk dikembangkan melalui relasi dengan Allah dan sesama yang semakin dekat (Edi Haryanto, 2014: 17-18).
c. Iman yang Misioner Seorang katolik yang telah menerima baptisan secara langsung menerima tugas menjadi utusan untuk mewartakan Kerajaan Allah yang berarti menjadi seorang misionaris. Katekismus Gereja Katolik (KGK), art. 767 menegaskan bahwa Gereja pada kodratnya adalah misioner yang diutus oleh Kristus kepada segala bangsa untuk menjadikan semua bangsa menjadi murid-muridNya. Begitu pula KGK, art. 868 menguraikan bahwa: “Gereja itu Katolik. Ia mewartakan iman; ia mempunyai dan membagi-bagikan kepenuhan sarana keselamatan; ia diutus kepada semua bangsa; ia berpaling kepada semua manusia; ia merangkum waktu; ia adalah misionaris menurut hakikatnya.” Misioner berkaitan dengan gerak langkah keluar, yaitu memberikan kesaksian iman (DKP KAS, 2014: 30). Gerak langkah keluar ini dimiliki oleh setiap orang yang telah menerima Sakramen Baptis dan diteguhkan melalui Sakramen Penguatan. Iman yang merupakan tanggapan akan wahyu Allah tidak hanya disimpan untuk diri Gereja sendiri, melainkan juga bagi semua orang di sekitarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Dengan demikian, misioner memiliki arti keberanian untuk bersaksi tentang iman yang dimiliki kepada orang lain dengan cara berani berbicara tentang Kristus. Beriman misioner berarti berani menjalin persaudaraan dan berdialog dengan umat beragama lain, serta mengupayakan ekumene dengan Gereja-gereja lain untuk mewujudkan misi Allah di dunia. Seseorang yang memiliki iman misioner akan melibatkan diri dalam masyarakat untuk bekerja sama dengan semua orang dalam menegakkan keadilan dan kebenaran, mewujudkan kesejahteraan umum dan membangun bangsa bermartabat dengan mengedepankan nilai iman, kebangsaan dan keberpihakan kepada kaum kecil (DKP KAS, 2014: 31).
C. Relevansi Karya Misi Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ bagi Umat dalam Mengembangkan Iman yang Cerdas, Tangguh dan Misioner Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ telah berkarya di daerah Boro dan Kalibawang 89 tahun yang lalu. Karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ ingin mengupayakan adanya pembangunan dan pengembangan di berbagai bidang seperti pendidikan, pertanian, kesehatan dan pewartaan iman supaya umat di Boro dan Kalibawang dapat merasakan kehadiran Kerajaan Allah dalam kehidupan sehari-hari secara nyata. Meskipun Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ telah berkarya 89 tahun yang lalu, tetapi umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro pada saat ini masih merasakan gaung dan hasil karya misi dari Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ terutama dalam hal mengembangkan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
1. Relevansi Karya Misi Romo Johannes Bapstist Prennthaler SJ bagi Umat dalam Mengembangkan Iman yang Cerdas Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ adalah seorang misionaris Jesuit yang militan. Sejak awal Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ menunjukkan contoh sikap iman yang cerdas dengan berani memutuskan untuk berpindah menjadi anggota Jesuit Provinsi Belanda. Rm. Johannes Baptist Prenntahaler SJ berjalan ratusan kilometer mengelilingi Pegunungan Menoreh supaya umat dapat merayakan Ekaristi, menerima sakramen tobat, dan terlebih menerima pelajaran agama. Selain itu, di dalam kesibukan berkarya di tengah umat, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ tetap rajin berdoa, bahkan mengajak umat untuk berdoa. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ mengajari umat berdoa “Malaikat Tuhan” di dalam Bahasa Jawa. Upaya Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ ini tentu dimaksudkan supaya perkembangan iman umat di Kalibawang dan sekitarnya semakin meningkat (Hardawiryana, 2002:109). Umat yang memiliki iman cerdas ditunjukkan melalui pemahaman umat tentang ajaran-ajaran Gereja. Iman yang cerdas dapat dikembangkan dengan melatih ketenangan dan keheningan serta melalui pendalaman iman (DKP KAS, 2014: 30). Karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dalam mengupayakan pelajaran agama bagi umat di Desa Boro membawa pengaruh yang sangat besar bagi umat Paroki Santa Theresia Lisieux Boro pada saat ini. Kerja keras yang dilakukan oleh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ untuk mengelilingi daerah Pegunungan
Menoreh
memberikan
semangat
bagi
umat
untuk
terus
mengembangkan imannya melalui pertemuan lingkungan, katekese dan berbagai kegiatan lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
2. Relevansi Karya Misi Romo Johannes Bapstist Prennthaler SJ bagi Umat dalam Mengembangkan Iman yang Tangguh Karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ mengalami banyak tantangan baik dari dalam diri umat yang dilayani dan juga dari pihak luar, seperti dari Kelompok Zending, Muhammadiyah dan pemerintah. Dalam menghadapi tantangan tersebut, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ tetap gigih dan teguh dalam iman (Hardawiryana, 2002: 114). Iman tangguh yang dimiliki oleh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ berakar pada kokohnya iman akan Yesus Kristus dan kesetiaan dalam devosi kepada Bunda Maria (Hardawiryana, 2002: 109-110). Tindakan Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dalam menghadapi berbagai tantangan mendapatkan perhatian dari seluruh umat di Desa Boro, sehingga kehidupan umat pada saat itu semakin berkembang baik di dalam bidang pengembangan iman, ekonomi dan sosial. Ketangguhan iman yang dimiliki oleh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dalam menghadapi tantangan diwariskan kepada umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro pada zaman sekarang. Tantangan yang dihadapi oleh umat pada masa ini berbeda dengan tantangan yang dihadapi oleh Rm. Johannes Baptist Prennthaler. Tantangan iman di zaman sekarang ini berupa godaan-godaan duniawi yang menyeret manusia kepada dosa, seperti keingingan untuk memiliki harta, kekuasaan dan status sosial. Secara nyata tantangan atau permasalahan yang dihadapi oleh sebagian besar umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro dan masyarakat di Desa Boro adalah kemiskinan, minoritas dan ketidakadilan. Beberapa contoh kasus yang dihadapi oleh umat adalah adanya tawaran uang jika berpindah agama dan adanya perkawinan campur beda agama. Tantangan seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
ini juga kerap kali dihadapi oleh umat yang berada di pedesaan di wilayah Pegunungan Menoreh (Tim Buku Kenangan 80 Tahun Paroki Boro, 2007: 8-26). Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro banyak belajar dari Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dalam menghadapi tantangan yang dihadapi. Banyak upaya yang dilakukan oleh umat untuk menghadapi tantangan tersebut. Salah satunya adalah melalui pertemuan lingkungan dimana dapat dilakukan agenda untuk doa bersama sekaligus katekese umat. Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro menyadari bahwa melalui pertemuan dengan Injil dan umat lain iman umat akan semakin berkembang, terutama dalam menghadapi tantangan-tantangan zaman sekarang ini. Hal serupa juga dilakukan oleh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dalam karya misinya dengan mengadakan pelajaran agama dan kunjungankunjungan kepada keluarga di Desa Boro dan sekitarnya (Tim Buku Kenangan 80 Tahun Paroki Boro, 2007: viii-ix).
3. Relevansi Karya Misi Romo Johannes Bapstist Prennthaler SJ bagi Umat dalam Mengembangkan Iman yang Misioner Tujuan dari karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ adalah untuk mengembangkan iman umat Kristiani dengan semboyan Ad Maiorem Dei Gloriam et pro salute animarum, yaitu demi kemuliaan Allah yang lebih besar dan demi keselamatan jiwa-jiwa. Karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dimaksudkan untuk mewartakan Kerajaan Allah di daerah Kalibawang melalui berbagai bidang kehidupan, seperti keagamaan, kesehatan, pendidikan dan ekonomi (Budi Purwantoro, 2012: 10). Selama berkarya misi di Mendut, Kalibawang,
dan
Rowoseneng,
Rm.
Johannes
Baptist
Prennthaler
SJ
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
menunjukkan sikap yang terbuka, ramah, dan tidak pilih kasih. Sikap Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ ini menunjukkan bahwa karya misi seorang misionaris tidak hanya bagi umat Katolik, akan tetapi juga untuk semua orang. Melalui karya misi seperti ini, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ memberikan kesaksian imannya kepada banyak orang. Ketika di daerah Kalibawang sedang terjadi bencana kelaparan dan wabah penyakit, karya Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ tidak hanya bagi orang yang sudah dibaptis saja, tetapi juga bagi masyarakat umum (Hardawiryana, 2002: 72). Kemisioneran iman ditunjukkan melalui keberanian seseorang untuk memberikan kesaksian iman di tengah-tengah masyarakat, sehingga ada banyak orang yang dapat merasakan buah-buah dari Kerajaan Allah secara nyata. Inilah tugas seorang Katolik di tengah dunia. Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro sangat menghidupi apa yang telah diwariskan oleh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ, yaitu keterlibatan di dalam masyarakat. Pada saat banyak umat mengalami permasalahan ekonomi, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ mengupayakan perkembangan ekonomi dengan meningkatan mutu pertanian dan membangun pabrik tenun. Begitu pula ketika banyak umat mengalami masalah kesehatan, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ membangun rumah sakit dan berkeliling Desa Boro untuk mengedarkan obat-obatan. Karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ sangat relevan dan kontekstual. Begitu pula umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro pada saat ini. Iman umat tidak hanya ditunjukkan melalui peribadatan dan liturgi semata, tetapi juga melalui keaktifan di tengah masyarakat, bahkan ikut mengambil bagian penting dalam masyarakat. Kemisioneran iman umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro terlihat melalui keterlibatan umat dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
masyakarat dan kegiatan-kegiatan sosial bagi masyarakat di Desa Boro (Tim Buku Kenangan 80 Tahun Paroki Boro, 2007: xi).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV SALAH SATU USAHA UNTUK MENDALAMI KARYA MISI ROMO JOHANNES BAPTIST PRENNTHALER SJ DALAM MENGEMBANGKAN IMAN YANG CERDAS, TANGGUH, DAN MISIONER DI PAROKI SANTA THERESIA LISIEUX BORO MELALUI KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS
Karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ 89 tahun lalu telah membuahkan hasil yang melimpah, yaitu bangunan gereja Boro, pastoran, sekolah, rumah sakit, biara, dan pabrik tenun. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ berkeliling sampai ke daerah pelosok untuk memberikan pelajaran agama dan pelayanan sakramen. Semangat kemisioneran dari Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ juga melahirkan pamomong umat yang dengan setia melayani bersama dengan romo demi perkembangan iman umat. Untuk mendukung perkembangan iman umat saat ini dibutuhkan sebuah pembekalan dan pendampingan sebagai karya Gereja. Salah satu pembekalan dan pendampingan yang dapat dilakukan adalah melalui katekese. Katekese adalah pembinaan iman bagi anak-anak, remaja, kaum muda dan orang dewasa supaya mencapai kepenuhan hidup Kristen (CT, art. 18). Tujuan katekese adalah untuk membantu umat memahami isi ajaran iman, membagikan pengalaman iman, dan mencapai kedewasaan iman (Sumarno Ds, 2015: 1; bdk. DKU, art. 21). Sasaran pelaksanaan program katekese adalah umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro. Program katekese dapat dilaksanakan di masing-masing lingkungan yang dipandu oleh pemandu lingkungan atau prodiakon.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
A. Latar Belakang Pemikiran Pemilihan Katekese Model SCP Perkembangan iman umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro tidak terlepas dari karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ. Berawal dari semangat misioner dan semboyan Ad Maiorem Dei Gloriam et pro salute animarum, Rm. Johannes Baptis Prennthaler SJ mengupayakan supaya umat dapat merasakan nilai-nilai Kerajaan Allah secara nyata dalam kehidupan sehari-hari (Budi Purwantoro, 2013: 13). Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ memilih bidang pengajaran iman, pendidikan, kesehatan dan perekonomian. Karya Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ membuahkan hasil yang melimpah. Perkembangan iman umat di Paroki St. Theresia Lisieux Boro semakin meningkat dengan disertai jumlah umat yang terus bertambah. Iman yang telah ditanamkan dalam diri umat perlu untuk dikembangkan supaya iman umat semakin dewasa dan matang. Salah satu cara untuk dapat mengembangkan iman agar semakin dewasa dan matang adalah sharing pengalaman iman antar umat, sehingga setiap umat dapat saling memperkaya dan meneguhkan satu sama lain [Lampiran 5: (6)]. Sharing pengalaman hidup yang dilakukan oleh umat perlu mendapatkan peneguhan melalui kisah iman dalam Kitab Suci. Hal ini akan terwujud dalam proses pelaksanaan katekese. Pelaksanaan katekese dimaksudkan supaya dapat membantu umat untuk membagikan pengalaman iman dalam kehidupan seharihari (Sumarno Ds, 2015: 6). Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro menjadikan Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ sebagai teladan dalam hidup beriman secara cerdas, tangguh, dan misioner. Perjuangan karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler perlu untuk diingat kembali dan didalami melalui katekese, sehingga umat Paroki St. Theresia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Lisieux Boro dapat terbantu dalam mengembangkan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner. Katekese yang dipergunakan adalah katekese model Shared Christian Praxis (SCP). Penggunaan SCP karena katekese model SCP bertitik tolak dari pengalaman hidup nyata umat dan pengalaman hidup Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ. Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro mengalami langsung hasil dari karya misi Rm. Johannes Baptis Prennthaler SJ baik dalam bidang pengajaran iman, pendidikan, kesehatan, dan perekonomian. Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro juga memiliki pengalaman-pengalaman iman yang dapat dibagikan kepada umat lain, sehingga umat dapat saling memperkaya dan meneguhkan satu sama lain. SCP adalah model katekese yang memberikan tekanan kepada proses yang bersifat dialogal dan partisipatif. Dialogal berarti proses katekese memiliki dua arah, sedangkan partisipatif berarti memberikan kesempatan kepada peserta untuk ikut terlibat di dalam proses dari awal hingga akhir. Tekanan pada proses dialogal dan partisipatif umat dimaksudkan supaya proses katekese dapat memberikan dorongan kepada seluruh umat baik secara pribadi maupun kelompok untuk mengambil keputusan dan penegasan demi mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu peranan pendamping dalam proses katekese sangatlah penting agar proses katekese dapat berjalan dengan baik dan lancar (Sumarno Ds, 2015: 14; bdk. Groome, 1991: 135). Katekese model SCP terdiri dari lima langkah, yaitu mengungkapkan pengalaman hidup peserta, mendalami pengalaman hidup peserta, menggali pengalaman iman kristiani, menerapkan iman kristiani dalam situasi konkret peserta, dan mengusahakan suatu aksi konkret (Sumarno Ds, 2015: 18).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
B. Alasan Pemilihan Tema Berdirinya Paroki St. Theresia Lisieux Boro tidak terlepas dari peranan karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ. Karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ membuahkan perkembangan iman yang sangat pesat. Dari lima orang yang mengikuti misa perdana di Jurang Depok pada 1927, saat ini umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro berkembang menjadi 5986 orang (Dewan Paroki Boro, 2015: 1). Dalam berkarya baik dalam bidang pengajaran iman, pendidikan, kesehatan dan perekonomian, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ selalu memberi teladan untuk beriman secara cerdas, tangguh, dan misioner. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ selalu mengajarkan umat untuk berdoa Angelus dan berdevosi kepada Bunda Maria supaya umat memiliki pegangan dasar dalam hidup beriman. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ berjalan puluhan kilometer ke daerah pelosok-pelosok seperti Gorolangu dan Samigaluh untuk memberikan pelajaran agama kepada umat supaya umat semakin memiliki pengetahuan akan ajaran Gereja. Selain itu, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ juga mengajak umat untuk mewujudkan Kerajaan Allah di tengah masyarakat melalui kegiatankegiatan misioner seperti membangun sekolah, rumah sakit, pabrik sabun dan pertenunan. Karya-karya Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ merupakan tindakan nyata untuk mewartakan Kerajaan Allah. Oleh karena itu, umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro menjadikan Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ sebagai teladan hidup beriman di tengah masyarakat. Paroki St. Theresia Lisieux Boro mendukung terwujudnya cita-cita dalam ARDAS KAS 2016-2020 yaitu mewujudkan Gereja yang inklusif, inovatif dan transformatif. Cita-cita tersebut diwujudkan dengan pengembangan iman cerdas,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
tangguh, dan misioner yang menjadi tujuan dari formatio iman berjenjang. Keuskupan Agung Semarang saat ini sedang menggalakkan gerakan formatio iman berjenjang sebagai kelanjutan dari pencanangan ‘Tahun Iman’ oleh Paus Emeritus Benediktus XVI. Pengembangan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner menjadi salah satu fokus karya pastoral setiap paroki di Keuskupan Agung Semarang termasuk Paroki St. Theresia Lisieux Boro. Dewan Paroki St. Theresia Lisieux Boro telah merencanakan dan melaksanakan berbagai kegiatan untuk membantu umat dalam mengembangkan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner. Sesuai dengan reksa pastoral dalam rangka pengembangan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner serta peranan karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ bagi umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro, maka tema yang dipilih dalam katekese adalah ‘Mengembangkan iman cerdas, tangguh, dan misioner dengan meneladani Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ’. Tema umum ‘Mengembangkan iman cerdas, tangguh, dan misioner dengan meneladani Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ’ memiliki tujuan umum supaya umat semakin menyadari teladan Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ, sehingga dapat semakin mengembangkan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner. Tema umum program katekese akan dijabarkan menjadi tiga tema khusus.
C. Rumusan Tema dan Tujuan Tema Umum
: Mengembangkan iman cerdas, tangguh, dan misioner dengan meneladani Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Tujuan Umum
: Bersama pendamping, umat semakin menyadari teladan Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dalam hidup beriman, sehingga semakin mampu mengembangkan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner
Tema I
: Kematangan hati nurani dan akal budi menjadi topangan iman cerdas
Tujuan I
: Bersama
pendamping,
umat
semakin
menyadari
pentingnya kematangan hati nurani dan akal budi dalam mengembangkan iman yang cerdas, sehingga semakin bijaksana dalam mempertimbangkan suatu pilihan Tema II
: Tangguh dalam iman di zaman ini dengan berakar kepada Kristus
Tujuan II
: Bersama pendamping, umat semakin menyadari Kristus sebagai akar dan tumpuan dalam hidup, sehingga semakin mampu beriman tangguh dan setia mengikutiNya di zaman sekarang
Tema III
: Persembahan diri dasar perwujudan iman misioner di tengah masyarakat
Tujuan III
: Bersama
pendamping,
umat
semakin
menyadari
pentingnya persembahan diri untuk mengasihi sesama, sehingga
semakin
mengamalkan masyarakat
iman
mampu misioner
mewujudkan di
dan
tengah-tengah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
D. Penjabaran Program Katekese
Tema Umum
: Mengembangkan iman cerdas, tangguh, dan misioner dengan meneladani Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ
Tujuan Umum
: Bersama pendamping, umat semakin menyadari teladan Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dalam hidup beriman, sehingga semakin mampu mengembangkan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner.
No
Tema
Tujuan
(1) 1
(2) Kematangan hati nurani dan akal budi menjadi topangan iman cerdas
(3) Bersama pendamping, umat semakin menyadari pentingnya kematangan hati nurani dan akal budi dalam mengembangkan iman yang cerdas, sehingga semakin bijaksana dalam mempertimbangkan suatu pilihan
Judul Pertemuan (4) a. Hati nurani menopang iman yang cerdas untuk bertindak bijaksana
Tujuan Pertemuan
Uraian Materi
Metode
(5) Bersama pendamping, umat semakin menyadari pentingnya mendengarkan suara hati nurani dalam mengembangkan iman yang cerdas, sehingga semakin mampu bertindak bijaksana dalam mengambil sebuah keputusan
(6) Cerita ‘Kemenangan Hati Nurani' Kisah hidup Rm. J.B. Prennthaler SJ tentang keputusan untuk berkarya di Tanah Jawa
(7) Bercerita Sharing pengalaman Informasi Tanya jawab
Sarana (8) Madah Bakti Teks cerita ‘Kemenangan Hati Nurani’ Kitab Suci Lilin dan salib Laptop dan speaker
Sumber Bahan (9) Bergant & Karris, 2002: 388-389 Budi Purwantoro, 2012: 7-8 1 Tim 1:1-3;1819
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
b. Beriman cerdas dengan berpikir matang dalam mempertimbangkan situasi hidup
2
Tangguh dalam iman di zaman ini dengan berakar kepada Kristus
Bersama pendamping, umat semakin menyadari Kristus sebagai akar dan tumpuan dalam hidup, sehingga semakin mampu beriman tangguh dan setia mengikuti-Nya di zaman sekarang
a. Iman tangguh berakar dan berserah kepada Kristus
b. Menjadi orang katolik yang
Bersama pendamping, umat semakin menyadari pentingnya kematangan akal budi untuk berpikir matang dan jernih dalam hidup beriman, sehingga mampu untuk mempertimbangkan situasi nyata dalam kehidupan bersama Bersama pendamping, umat semakin menyadari Kristus sebagai akar dan tumpuan hidup, sehingga semakin mampu berserah diri kepada-Nya dalam menjalani kehidupan
Cerita ‘Ou Ji yang Berani dan Cerdik’ Kisah hidup Rm. J.B. Prennthaler SJ tentang rencana reksa pastoral (pelayanan) di Boro
Sharing pengalaman Informasi Tanya jawab
Madah Bakti Teks cerita ‘Ou Ji yang Berani dan Cerdik’ Laptop Speaker Proyektor Kitab Suci Salib dan lilin
Bergant & Karris, 2002: 70 Budi Purwantoro, 2012: 13-14 Eko Riyadi, 2011: 218 Mat 25:1-13
Video ‘Leave’ Kisah pengalaman umat Stasi Pojok yang percaya berkat Tuhan melalui makam Rm. J.B. Prennthaler SJ
Sharing pengalaman Informasi Tanya jawab
Cuplikan video ‘Leave’ Laptop Speaker Proyektor Kitab suci Salib dan lilin
Bergant & Karris, 2002: 364-365 Budi Purwantoro, 2012: 135-136 Kol 2:1-7
Bersama pendamping, umat semakin menyadari
Video ‘Cross’ Kisah hidup Rm. J.B
Bercerita Sharing pengalaman
Madah Bakti Cuplikan video ‘Cross’
Bergant & Karris, 2002: 96-97 Budi Purwantoro,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
tangguh dan setia kepada Kristus di tengah himpitan zaman
3
Persembahan diri dasar perwujudan iman misioner di tengah masyarakat
Bersama pendamping, umat semakin menyadari pentingnya persembahan diri untuk mengasihi sesama, sehingga semakin mampu untuk mewujudkan dan mengamalkan iman misioner di tengah-tengah masyarakat
a.Persembahan diri
b. Mengembangkan iman dengan tindakan nyata untuk membangun
penyertaan Kristus dan tantangan mengikuti-Nya dalam hidup, sehingga semakin beriman tangguh dan setia kepada-Nya di tengah himpitan zaman Bersama pendamping, umat semakin menyadari kerelaan dan keikhlasan sebagai dasar untuk mempersembahkan diri, sehingga semakin mampu untuk mempersembahkan diri demi kepentingan bersama Bersama pendamping, umat semakin menyadari iman membutuhkan tindakan nyata, sehingga dapat
Prennthaler SJ dalam menghadapi tantangan dari pihak luar
Informasi Tanya jawab
Laptop Speaker Proyektor Kitab Suci Salib dan lilin
2012: 11-14 Mrk 8:34-9:1
Video ‘Chicken ala Carte’ Kisah hidup Rm. J.B Prennthaler SJ tentang karya sampai ke daerah pelosok
Sharing pengalaman Informasi Tanya jawab
Madah Bakti Cuplikan video ‘Chicken ala Carte’ Laptop Speaker Proyektor Kitab Suci Salib dan lilin
Bergant & Karris, 2002: 111 Budi Purwantoro, 2012: 8-9 Mrk 12:38-44
Video ‘Sang Pembawa Obor’
Sharing pengalaman Informasi Tanya jawab
Madah Bakti Cuplikan video ‘Sang Pembawa Obor’ Laptop
Bergant & Karris, 2002: 438-439 Yak 2:18-26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
kesejahteraan bersama
semakin membangun kesejahteraan bersama
Proyektor Kitab Suci Salib dan lilin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
E. Petunjuk Pelaksanaan Program Katekese Model SCP Program katekese ini ditujukan bagi umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro dalam bentuk pertemuan berkala. Program ini bersifat usulan dan selalu terbuka terhadap masukan untuk menunjang terpenuhinya kebutuhan umat, sehingga waktu pelaksanaan dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi umat. Dalam program ini, umat dipandang sebagai subyek yang memiliki kekayaan rohani dalam bentuk pengalaman hidup beriman yang dapat dibagikan kepada orang lain, sehingga setiap umat dapat mengambil bagian untuk terlibat aktif di dalam proses pelaksanaan program katekese model SCP. Program katekese ini akan dilaksanakan selama 6 (enam) bulan dengan rincian satu kali setiap bulannya. Program katekese dilaksanakan pada hari-hari dalam minggu kedua setiap bulan atau disesuaikan dengan jadwal pertemuan di masing-masing lingkungan, sehingga program ini sebagai variasi dalam pertemuan lingkungan lainnya. Setiap tema memiliki dua judul pertemuan, sehingga terdapat enam judul pertemuan yang akan dilaksanakan selama enam bulan. Pembagian tema ini dimaksudkan untuk membantu umat atau peserta katekese dalam memahami isi dari setiap tema. Tema yang diambil oleh penulis berkaitan dengan pengalaman iman bersama Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dalam mengembangkan iman yang cerdas, tangguh dan misioner. Pertemuan katekese dilaksanakan kurang lebih selama 90 menit. Tempat pelaksanaan katekese adalah rumah umat di masing-masing Lingkungan yang telah ditentukan secara bergilir oleh pengurus Lingkungan. Peserta program katekese secara khusus adalah umat Katolik orang dewasa di masing-masing Lingkungan dalam Paroki St. Theresia Lisieux Boro.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
Program ini akan dilaksanakan oleh penulis bersama para pemandu lingkungan yang telah memahami katekese model SCP. Alasan penulis untuk melibatkan para pemandu lingkungan supaya para pemandu lingkungan semakin memahami model katekese SCP dan dapat mengembangkan sesuai kebutuhan dan situasi umat di masing-masing lingkungan. Tema-tema katekese tidak harus dilaksanakan secara berurutan, akan tetapi dapat menyesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan umat di lingkungan. Satu judul pertemuan dalam persiapan pelaksanaan katekese dilaksanakan untuk satu kali pertemuan di setiap lingkungan. Melalui program katekese model SCP diharapkan supaya umat dapat terbantu dalam mengembangkan iman menjadi cerdas, tangguh, dan misioner dengan meneladani perjuangan hidup dari Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dalam mewartakan Kerajaan Allah di daerah Boro.
F. Contoh Satuan Persiapan Katekese Model SCP Penulis mengajukan contoh persiapan pelaksanaan katekese pada pertemuan yang pertama dengan tema ‘Hati nurani menopang iman yang cerdas untuk bertindak bijaksana’. Tema ini diangkat dengan tujuan supaya umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro semakin menyadari pentingnya mendengarkan suara hati nurani dalam mengembangkan iman yang cerdas, sehingga umat semakin mampu untuk bertindak bijaksana dalam mengambil sebuah keputusan atau tindakan dalam hidup sehari-hari. Contoh persiapan pelaksanaan katekese pada pertemuan yang pertama dilaksanakan di lingkungan St. Viktor Kembang dengan peserta adalah umat dewasa di lingkungan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
1. Identitas a. Pelaksana
: Agustinus Dwi Riyanto
b. Tema
: Hati nurani menopang iman yang cerdas untuk bertindak bijaksana
c. Tujuan
: Bersama pendamping,
umat semakin
menyadari
pentingnya mendengarkan suara hati nurani dalam mengembangkan iman yang cerdas, sehingga semakin mampu bertindak bijaksana dalam mengambil sebuah keputusan d. Peserta
: Umat Lingkungan St. Viktor Kembang (orang dewasa)
e. Hari/Tgl
: Kamis/ 16 Februari 2017
f. Waktu
: 19.00-20.30 WIB
g. Model
: SCP (Shared Christian Praxis)
h. Metode
:
- Bercerita - Sharing pengalaman - Informasi - Tanya jawab
i. Sarana
:
- Madah Bakti - Teks Cerita ‘Kemenangan Hati Nurani’ - Kitab Suci - Lilin dan Salib - Laptop dan speaker
j. Sumber Bahan
:
- Hardawiryana, Robert. (2002). Romo JB Prennthaler
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
SJ: Perintis Misi di Perbukitan Menoreh. Buku Kenangan yang ditulis untuk Memperingati 75 Tahun Paroki St. Theresia Liseuix Boro, hh. 49-50. - Bergant & Karris. (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius, hh. 388-389. - 1 Tim 1:1-3;18-19
2.
Pemikiran Dasar Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang Kristiani yang kurang
menyadari bahwa sangat penting mendengarkan suara hati dalam mengambil keputusan terhadap suatu pilihan. Orang yang memiliki iman cerdas selalu melibatkan hati nurani dalam mengambil sebuah pilihan. Akan tetapi adanya pilihan-pilihan dalam hidup seringkali menjadikan banyak orang merasa bingung. Pilihan antara baik dan buruk mungkin dapat segera diputuskan dengan mudah, akan tetapi jika dihadapkan pada pilihan yang baik dan yang lebih baik, seringkali mengalami kebimbangan dan takut jika keputusan yang diambil salah. Dalam mengambil keputusan dari pilihan atau tindakan, seringkali banyak orang yang kurang mendengarkan suara hati. Selain itu keinginan duniawi seringkali menyertai seseorang dalam mengambil tindakan atau piluhan, sehingga mengakibatkan kesalahan dan penyesalan. Jika kita masih kurang melibatkan hati nurani dalam mengambil sebuah pilihan atau tindakan, maka kita kurang memiliki iman yang cerdas. Iman yang cerdas juga perlu ditopang dengan hati nurani yang matang. Kematangan hati nurani menjadikan seseorang memiliki sikap bijaksana dalam mengambil suatu pilihan atau tindakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
Dalam 1 Tim 1:1-2;18-19, menunjukkan bahwa hati nurani yang murni menjadi topangan dalam hidup beriman. Paulus mengingatkan Timotius supaya selalu memperjuangkan segala hal yang baik berdasarkan hati nurani yang murni. Paulus menunjukkan Timotius adalah salah satu contoh orang yang hidup di dalam iman, sehingga dipercayakan sebuah tugas dan tanggung jawab besar, yaitu memerangi kekeliruan di dalam jemaat. Tugas ini diwujudkan melalui tindakantindakan kebaikan yang didasarkan kepada hati nurani. Hati nurani akan selalu menyuarakan kebaikan dan kehendak Allah, sehingga mampu untuk bertindak yang benar dalam menjalani hidup sehari-hari. Sebaliknya, jika menolak hati nurani yang murni, menyebabkan iman kepada Kristus menjadi kandas karena dibutakan oleh keinginan-keinginan duniawi. Dari pertemuan ini kita berharap supaya semakin mampu meneladani Timotius dan Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ yang selalu berusaha untuk mendengarkan hati nurani yang murni dalam menjalani kehidupan sehari-hari, sehingga mampu memilih dengan bijaksana dan bertindak yang baik. Sebagai umat Katolik yang beriman cerdas, diharapkan kita semakin mampu mendengarkan hati nurani, sehingga semakin mampu bersikap bijaksana dalam mengambil sebuah pilihan dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Pengembangan Langkah-langkah
a) Pembuka 1) Pengantar Bapak/ibu yang terkasih dalam Yesus Kristus, kita pantas untuk mengucapkan syukur kepada Tuhan karena kasih karunia-Nya kita dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
berkumpul di tempat ini. Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali dihadapkan dengan berbagai pilihan yang harus diputuskan. Adanya banyak pilihan menjadikan diri kita merasa bingung terhadap pilihan atau tindakan mana yang harus diambil. Hal ini menunjukkan bahwa kita masih kurang melibatkan dan mendengarkan hati nurani dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya, kita sering merasa bimbang dalam mengambil sebuah keputusan, bahkan hingga merasa bahwa keputusan yang telah diambil adalah keputusan yang salah, dan akhirnya kita merasa menyesal. Bacaan Kitab Suci pada malam hari ini mengingatkan kita sebagai umat Katolik yang memiliki iman cerdas untuk selalu berusaha mendengarkan hati nurani. Paulus memberikan tugas kepada Timotius untuk selalu bertindak dalam kebenaran. Timotius dapat melakukan tindakan yang benar karena selalu berusaha untuk mendengarkan hati nurani yang murni, sehingga iman kepada Yesus Kristus semakin bertambah. Sebaliknya, orang-orang yang menolak hati nurani yang murni akan mengalami kekandasan iman. Semoga dengan adanya keterbukaan dan semangat saling berbagi pengalaman dalam pertemuan ini, menjadikan kita semakin menyadari pentingnya mendengarkan hati nurani dalam rangka mengembangkan iman yang cerdas, sehingga kita semakin mampu untuk bertindak bijaksana dalam mengambil keputusan dari sebuah pilihan atau tindakan dalam kehidupan sehari-hari. 2) Lagu Pembuka: Kuingin [Lampiran 7: (17)]. 3) Doa Pembuka Bapa sumber kasih setia, kami mengucap syukur kepada-Mu karena berkat dan penyertaan-Mu kami dapat berkumpul di tempat ini. Pada malam ini, kami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
ingin mencoba untuk bersama-sama menggali pengalaman-pengalaman kami dalam mendengarkan hati nurani kami terutama dalam mengambil sebuah keputusan dari pilihan-pilihan yang ada. Kami menyadari bahwa selama ini kami masih kurang menyadari bahwa mendengarkan suara hati sangatlah penting dalam menjalani kehidupan sehari-hari, terutama dalam mengembangkan iman yang cerdas. Akibatnya, kami seringkali merasa bimbang dalam mengambil sebuah keputusan dari pilihan yang ada, bahkan kami merasa bahwa keputusan yang telah diambil terkadang salah dan menyebabkan penyesalan. Bapa kami ingin belajar seperti Timotius yang selalu berusaha untuk bertindak dalam bimbingan hati nurani yang murni. Dalam melaksanakan tugas yang besar, Timotius selalu berusaha untuk mengingat pesan dari Rasul Paulus, yaitu untuk selalu mendengarkan hati nurani yang murni, sehingga dalam menjalani hidup bersama dengan jemaat lain, dia dapat bertindak dengan benar dan sesuai kehendak-Mu. Bapa kami serahkah seluruh proses pertemuan pada malam hari ini. Semoga Engkau berkenan menyertai dan mengutus Roh Kudus-Mu supaya membimbing kami untuk terbuka satu sama lain supaya dapat saling menguatkan iman kami sebagai umat di Lingkungan St. Viktor Kembang. Kami mohon anugerahilah kami Roh keterbukaan, supaya kami mampu menyadari dan menerapkan bahwa mendengarkan suara hati atau hati nurani kami sangatlah penting, sehingga kami semakin mampu untuk bersikap bijaksana dalam mengambil sebuah keputusan atau tindakan dengan baik. Doa ini kami serahkan ke dalam tangan-Mu dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112
b) Langkah I: Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta 1) Membagikan teks cerita “Kemenangan Hati Nurani” kepada peserta dan memberikan kesempatan kepada peserta untuk membaca sendiri-sendiri [Lampiran 8: (18)]. 2) Penceritaan kembali isi cerita: pendamping meminta salah satu peserta untuk mencoba menceritakan kembali dengan singkat tentang isi pokok cerita ‘Kemenangan Hati Nurani’. 3) Intisari cerita “Kemenangan Hati Nurani” tersebut adalah: Cerita ‘Kemenangan Hati Nurani’ menceritakan tentang seorang bapak yang mengalami kebingungan dalam mengambil keputusan atas uang yang ditemukannya di jalan. Uang tersebut dapat membiayai perawatan rumah sakit anaknya dan menghidupi keluarganya selama beberapa minggu. Akan tetapi jika bapak tersebut menggunakan uang itu, maka dia merasa bersalah karena uang yang ditemukan di jalan bukanlah miliknya. Akhirnya, bapak tersebut mengikuti suara hatinya untuk mengembalikan uang yang ditemukan kepada pemiliknya. 4) Pengungkapan pengalaman: peserta diajak untuk mendalami cerita tersebut dengan tuntunan beberapa pertanyaan: Apa yang dialami oleh Pak Budi dalam cerita ‘Kemenangan Hati Nurani’? Ceritakanlah pengalaman bapak/ibu berkaitan dengan hati nurani dalam hal menentukan sebuah pilihan yang mencerminkan iman cerdas! 5) Arah rangkuman Dalam cerita ‘Kemenangan Hati Nurani’ dikisahkan bahwa Pak Budi yang adalah seorang guru sekaligus katekis sedang mengalami permasalahan. Anak Pak Budi, Darmawan mengalami kecelakaan dan harus dirawat di rumah sakit,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113
sedangkan Pak Budi sedang tidak memiliki uang untuk biaya rumah sakit. Suatu hari, Pak Budi menemukan sebuah tas kecil berisi uang dan kartu identitas pemiliknya. Jumlah uang itu cukup banyak dan dapat melunasi biaya rumah sakit Darmawan, bahkan untuk keperluan hidup beberapa minggu. Pak Budi mengalami kebingungan, apakah akan menggunakan uang yang ditemukan atau harus mengembalikan kepada yang memiliki. Masing-masing pilihan memiliki konsekuensi, jika Pak Budi menggunakan uang tersebut, maka biaya rumah sakit akan terlunasi, tetapi Pak Budi akan dihantui rasa bersalah karena uang itu bukan miliknya, sedangkan jika Pak Budi mengembalikan uang tersebut, Pak Budi akan merasa lega dan tidak memiliki beban kesalahan, tetapi biaya rumah sakit Darmawan tidak dapat dilunasi seketika itu juga. Setelah beberapa hari merenungkan dan memikirkan, akhirnya Pak Budi mengikuti suara hatinya untuk mengembalikan uang yang ditemukan kepada pemiliki di kartu identitas dalam tas. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sendiri juga sering dihadapakan kepada dua pilihan yang harus diambil. Dari perkara yang kecil misalnya sebagai seorang ibu, apakah mau bangun pagi untuk menyiapkan sarapan untuk suami dan anak, atau tetap melanjutkan tidur karena udara masih dingin. Jika tidak bangun, maka suami dan anak tidak dapat sarapan, jika bangun akan kedinginan. Sebagai seorang suami yang sedang bekerja, apakah mau bekerja dengan sungguhsungguh atau malas-malasan karena tidak ada yang mengawasi. Dalam hal-hal yang lebih besar, misalnya pilihan untuk memutuskan anak akan sekolah dimana, apakah akan berhutang kepada tetangga saat keadaan tertentu, memilih pekerjaan, dan lain sebagainya. Setiap pilihan yang ada memiliki konsekuensi masing-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114
masing yang harus ditanggung. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk sungguhsungguh berhati-hati dalam menentukan keputusan terhadap suatu pilihan hidup yang berdasarkan suara hati nurani. Tentu pilihan yang diambil adalah pilihan yang terbaik dari pilihan-pilihan yang ada.
c) Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta 1) Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman atau cerita di atas dengan dibantu pertanyaan sebagai berikut:
Bagaimanakah peranan hati nurani dalam diri bapak/ibu ketika hendak mengambil sebuah keputusan?
2) Dari jawaban yang diungkapkan oleh peserta, pendamping memberi arahan rangkuman singkat, misalnya: Bapak/ibu yang terkasih, dalam sharing tadi telah diungkapkan tentang sikap yang dilakukan oleh bapak/ibu semua ketika hendak menentukan sebuah keputusan atas pilihan yang ada. Kita juga menyadari bahwa hati nurani atau suara hati sangatlah berperan penting saat kita hendak mengambil sebuah keputusan. Kita selalu berusaha untuk mendengarkan suara hati kita, agar keputusan yang kita ambil sungguh-sungguh adalah keputusan yang terbaik untuk diri kita dan juga orang lain. Dalam mengambil keputusan haruslah berhati-hati, tidak tergesa-gesa dan jangan sampai dipengaruhi hal duniawi seperti kepentingan pribadi, tetapi harus berdasarkan pertimbangan yang sungguh matang dengan mendengarkan suara hati tentang pilihan mana yang terbaik. Hati nurani selalu mengatakan yang terbaik dari pilihan-pilihan yang ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115
d) Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani 1) Salah seorang peserta dimohon bantuannya untuk membacakan perikop langsung dari Kitab Suci, I Tim 1:1-3; 18-19. 2) Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak secara pribadi sambil merenungkan
dan menanggapi pembacaan Kitab Suci dengan bantuan
beberapa pertanyaan sebagai berikut:
Ayat manakah yang mengajak kita untuk selalu mendengarkan hati nurani kita?
Hal apa yang ingin ditunjukkan oleh Paulus kepada Timotius berhubungan dengan hati nurani?
3) Peserta diajak untuk sendiri mencari dan menemukan pesan inti perikop sehubungan dengan jawaban nomor 2 (dua) pertanyaan di atas. 4) Pendamping memberi tafsiran dari 1 Tim 1:1-3; 18-19 dan menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan tujuan sebagai berikut: Dalam ayat 1-2, digambarkan tentang Paulus memberikan salam kepada Timotius salah satu temannya sekaligus muridnya. Timotius digambarkan sebagai orang yang sah di dalam iman. Sah di dalam iman diartikan bahwa hidup Timotius sungguh-sungguh telah menjadi pengikut Kristus yang setia, bahkan telah mengorbankan hal-hal duniawi demi mengikuti jalan Kristus. Timotius sendiri juga dengan berani mengakui bahwa dirinya adalah orang beriman dan bapa orang-orang Kristen karena dirinya sungguh menyadari bahwa segala pikiran, perkataan, dan tindakan sungguh mengarah kepada Kristus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116
Ayat 3 mengisahkan bahwa Paulus memberikan sebuah tugas kepada Timotius. Tugas ini berkaitan dengan hidup beriman banyak jemaat di Efesus. Tugas Timotius secara sederhana diwujudkan dalam iman yang aktif dan cinta yang muncul dari kemurnian, kebaikan, dan kejujuran. Timotius dalam menjalankan tugas berhadapan dengan para pengajar lain (para bidaah) yang mengajarkan tentang hal-hal yang keliru dan sia-sia karena tidak berlandaskan pada kemurnian hati nurani. Tugas Timotius adalah membenarkan pemahaman para jemaat yang telah tersesat, sehingga kembali dalam tindakan-tindakan iman berdasarkan hati nurani. Ayat 18-19 memberi penegasan kembali tentang tugas Timotius yang harus berdasarkan kepada hati nurani yang matang, sehingga menghasilkan kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain. Hati nurani yang murni dianggap oleh Paulus sebagai topangan dalam hidup beriman. Hati nurani yang murni akan menyuarakan kebaikan-kebaikan yang datangnya dari Allah, sehingga tindakan yang muncul adalah tindakan yang baik seperti yang telah dilakukan oleh Timotius. Sebaliknya, jika hati nurani diabaikan begitu saja, maka berakibat kekandasan iman akan Kristus, karena orang yang telah menolak hati nurani akan tertutup telinganya untuk mendengarkan suara Allah. Dalam perikop ini ingin ditegaskan bahwa hidup beriman dan hati nurani sangatlah berkaitan. Hati nurani yang murni dan matang akan menopang hidup beriman. Kita perlu menyadari bahwa hidup beriman juga ditopang dan didasari oleh hati nurani yang ada di dalam diri kita. Paulus menganggap bahwa hati nurani sebagai Bait Allah di dalam diri manusia. Oleh karena itu, dengan adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117
hati nurani, kita selalu diingatkan untuk bertindak baik dan bijaksana, terutama dalam menjalani hidup beriman cerdas. Orang yang beriman dengan cerdas bukan hanya nampak dalam pengetahuannya akan ajaran-ajaran Gereja dan isi dari Kitab Suci. Beriman dengan cerdas juga nampak dalam tindakan dan hidup sehari-hari seperti yang dilakukan oleh Timotius. Timotius menunjukkan sikap iman yang cerdas dengan memperjuangkan tindakan-tindakan baik yang berlandaskan kepada hati nurani yang murni, sehingga Timotius disebut oleh Paulus sebagai orang yang sah di dalam iman. Kita sebagai umat yang memiliki iman cerdas juga diharapkan memiliki sikap iman seperti Timotius yang menyadari peranan hati nurani yang murni dalam hidup sehari-hari. Mendengarkan hati nurani yang murni berarti mendengarkan kehendak Allah, karena di dalam hati nurani yang murni Allah berbisik kepada manusia tentang hal-hal yang baik, dan akhirnya manusia mampu memutuskan tindakan-tindakan yang akan dilakukannya dengan bijaksana.
e) Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Peserta Konkret 1) Pengantar Bapak/ibu yang terkasih di dalam Yesus Kristus, dalam perbincangan tadi, kita telah mendalami cerita ‘Kemenangan Hati Nurani’ yang mengisahkan tentang bagaimana Pak Budi berusaha untuk melakukan tindakan baik yaitu mengembalikan uang yang ditemukannya dengan mendengarkan suara hati nuraninya. Kita menyadari bahwa hati nurani sangat berperan pada saat kita hendak mengambil sebuah keputusan. Hati nurani selalu menyuarakan hal yang terbaik dari pilihan-pilihan yang ada, sehingga kita dapat mengambil keputusan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118
dengan bijak. Bacaan Kitab Suci dari 1 Tim 1:1-3;18-19 mengajak kita sebagai umat Katolik yang memiliki iman cerdas untuk selalu bertindak seturut dengan suara hati nurani yang murni, sehingga tindakan yang kita lakukan berupa tindakan yang baik. Dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai umat di lingkungan St. Viktor Kembang sekaligus sebagai masyarakat di Boro, kita seringkali dihadapkan kepada pilihan-pilihan yang sering membuat diri kita bimbang. Terkadang kita juga bertindak tidak sesuai dengan kata hati nurani, sehingga kita berbuat kesalahan dan merugikan diri sendiri serta orang lain. Hati nurani sangatlah penting bagi kita untuk menjalani kehidupan sehari-hari, terutama dalam rangka mengembangkan iman yang cerdas. Kita semua dapat belajar dari Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ tentang bagaimana berusaha untuk bersikap bijaksana dalam mengambil sebuah keputusan atas pilihan atau bertindak dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan kata hati nurani. 1) Membaca penggalan kisah hidup Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ tentang keputusan untuk berkarya di tanah Jawa [Lampiran 9: (19)]. 2) Sebagai bahan refleksi agar kita semakin mampu menghayati dan menyadari peranan hati nurani dalam kehidupan kita dalam mengembangkan iman yang cerdas, sehingga kita dapat bersikap bijaksana dalam mengambil sebuah keputusan sesuai dengan teladan Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ, maka kita akan merenungkan pertanyaan sebagai berikut:
Sikap apa yang harus kita perjuangkan sebagai umat di lingkungan St. Viktor Kembang untuk dapat mengembangkan iman cerdas yang ditopang oleh hati nurani agar dapat bersikap bijaksana dalam mengambil sebuah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119
keputusan seperti yang diteladankan oleh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ? 3) Arah rangkuman penerapan pada situasi peserta: Pada saat ini kita sedang berupaya untuk mengembangkan iman yang cerdas. Iman yang cerdas bukan hanya perkara tentang pemahaman kita tentang isi dari Kitab Suci dan ajaran Gereja, tetapi juga berkaitan dengan diwujudkan dalam tindakan kita sehari-hari terutama dalam memilih dan memutuskan suatu pilihan-pilihan hidup. Kita mengenal Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ sebagai teladan hidup beriman, selain karena beliau sebagai pendiri Paroki St. Theresia Lisieux Boro, beliau juga memberikan sikap iman yang patut kita teladani. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ sejak awal hendak berkarya di Kalibawang sudah menunjukkan sikap iman yang cerdas. Ketika Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ memilih untuk berkarya di Tanah Jawa, tentu beliau telah mempertimbangkan dengan bijaksana dan menyadari konsekuensi yang akan dihadapinya. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ mendengarkan suara hati nuraninya untuk berkarya di Tanah Jawa. Kita sebagai umat di lingkungan St. Viktor Kembang dapat belajar dari Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dalam mengembangkan iman cerdas dengan cara mengembangkan hati nurani. Kita menyadari bahwa iman yang cerdas selalu ditopang dengan hati nurani yang murni. Kita hendaknya dapat selalu berusaha agar hati nurani kita semakin hari semakin murni, sehingga kita dapat bertindak dengan bijaksana sebagai perwujudan dari iman yang cerdas. Hati nurani atau suara hati adalah bait Allah dalam diri kita. Suara hati yang baik dapat ditemukan melalui doa-doa yang tulus. Di dalam doa yang tulus,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120
suara hati kita dibantu untuk terbuka kepada Allah dan memungkinkan melakukan kebaikan. Doa dan suara hati menjadi dua kaki yang harus dipasang oleh setiap umat Kristen setiap hari. Kita masing-masing dianugerahi suara hati oleh Allah, akan tetapi sering kali kita melupakan bahwa dalam diri kita ada suara hati. Melalui doa-doa dan pengalaman bersama dengan umat lain, kita dapat mengasah suara hati kita agar semakin terbuka kepada kehendak Allah, sehingga kita dapat menjadi umat Katolik yang beriman cerdas.
f) Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkret Bapak/ibu yang terkasih, kita telah bersama-sama menggali pengalaman dari cerita ‘Kemenangan Hati Nurani’ yang mengisahkan tentang tindakan Pak Budi yang mengikuti suara hati nuraninya atas uang yang ditemukan di jalan. Suara hati Pak Budi mengatakan bahwa uang tersebut harus dikembalikan kepada yang memiliki, karena itu bukan uang milik Pak Budi, meskipun pada saat itu Pak Budi sedang membutuhkan banyak uang. Pak Budi mengindahkan kata suara hati nuraninya untuk mengembalikan uang tersebut. Dalam pilihan yang cukup sulit, Pak Budi berusaha untuk mendengarkan hati nuraninya. Begitu pula dalam pengalaman kita sehari-hari. Seringkali kita dihadapkan dengan pilihan yang membuat kita merasa bimbang. Keinginan duniawi seringkali menyertai kita dalam mempertimbangkan pilihan-pilihan tersebut, sehingga kita terkadang salah dalam mengambil keputusan. Hati nurani akan selalu menyuarakan kebaikan dan menjauhkan diri dari keinginan duniawi, sehingga akan membimbing manusia untuk mengambil keputusan dengan bijaksana. Saat kita mendengarkan suara hati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121
nurani, maka kita juga mengambil keputusan dengan bijaksana yang sesuai dengan kehendak Allah. Paulus dalam suratnya kepada Timotius memberi penegasan bahwa hidup beriman hendaknya disertai tindakan baik yang didasarkan kepada hati nurani yang murni. Timotius adalah seorang yang sah di dalam iman yang memperoleh tugas dari Paulus untuk memperjuangkan perjuangan baik yang didasarkan pada hati nurani yang murni, sehingga dapat mengajak banyak jemaat kepada untuk kembali dalam ajaran yang benar. Timotius dalam kehidupan sehari-hari selalu mendengarkan hati nurani yang murni, sehingga imannya semakin bertambah, sebaliknya orang-orang yang menolak hati nurani yang murni mengalami kekandasan iman. Kita semua umat lingkungan St. Viktor Kembang telah menyadari bahwa iman yang cerdas harus ditopang oleh hati nurani yang murni yang selalu menyuarakan kebaikan, sama seperti teladan Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ. Iman cerdas perlu diwujudkan dalam tindakan kebaikan dan pilihan-pilihan yang sesuai dengan kata hati nurani. Oleh karena itu, hati nurani juga harus dikembangkan agar semakin murni, sehingga iman juga semakin berkembang. Marilah kita memikirkan niat dan tindakan apa yang dapat kita lakukan agar dapat mengembangkan hati nurani kita menjadi semakin murni agar iman kita juga dapat berkembang menjadi iman yang semakin cerdas. 1) Memikirkan niat-niat dan bentuk keterlibatan kita yang baru (pribadi, kelompok atau bersama) sebagai umat di lingkungan St. Viktor Kembang untuk lebih mengembangkan hati nurani agar iman yang cerdas juga semakin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122
berkembang. Marilah kita merenungkan dengan bantuan pertanyaan sebagai berikut:
Niat apa yang hendak kita lakukan untuk mengembangkan hati nurani agar semakin murni, sehingga iman kita dapat berkembang menjadi semakin cerdas khususnya dalam hidup bersama di lingkungan St. Viktor Kembang?
Hal-hal apa saja yang perlu kita perhatikan untuk mewujudkan niat-niat tersebut?
2) Selanjutnya peserta diberi kesempatan dalam suasana hening memikirkan sendiri niat-niat pribadi atua bersama yang akan dilakukan. Sambil memikirkan dan merenungkan niat-niat yang hendak dilakukan dapat diiringi dengan musik instrumen taize. 3) Niat-niat pribadi dapat diungkapkan untuk saling meneguhkan. 4) Kemudian,
pendamping
mengajak
peserta
untuk
membicarakan
dan
mendiskusikan bersama guna menentukan niat bersama secara konkret, yang dapat diwujudkan agar mereka semakin dapat mengembangkan iman cerdas.
g) Penutup 1) Bapak/ibu yang terkasih, kita telah membuat niat-niat pribadi dan bersama sebagai umat lingkungan St. Viktor Kembang, sekarang marilah kita besamasama memohon kekuatan dari Allah sendiri agar segala niat yang telah kita buat dapat sungguh-sungguh terwujud dalam kehidupan kita sehari-hari. Di hadapan kita telah ada salib dan lilin. Salib sebagai lambang akan kehadiran Tuhan di tengah-tengah kita dan lilin sebagai lambang cahaya Kristus yang akan selalu menerangi hidup kita sehari-hari. Oleh sebab itu, dengan hati yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123
terbuka dan tulus, marilah kita menyampaikan doa permohonan kita kepada Allah. 2) Sementara itu lilin dan salib dapat diletakkan di tengah umat untuk kemudian dinyalakan. 3) Kesempatan doa umat diawali oleh pendamping, kemudian disusul oleh peserta yang lain. Pada akhir doa umat ditutup dengan doa penutup oleh pendamping yang merangkum keseluruhan langkah dalam pertemuan. 4) Doa penutup Allah Bapa di surga sumber kasih setia, kami mengucap syukur atas penyertaan-Mu dalam pertemuan malam hari ini. Melalui cerita ‘Kemenangan Hati Nurani’ kami diingatkan supaya dalam menjalani kehidupan selalu berusaha untuk mendengarkan suara hati kami. Suara hati kami akan selalu menyuarakan kebaikan yang Engkau kehendaki. Kami menyadari hidup kami sering mengalami kebimbangan ketika menghadapi pilihan-pilihan dalam hidup, tetapi dengan adanya hati nurani menuntun kita untuk memilih dan bertindak dengan baik dan bijaksana. Melalui bacaan Kitab Suci dari Surat Rasul Paulus kepada Timotius, kami diajak untuk semakin menyadari bahwa hidup beriman perlu ditopang oleh kemurnian hati. Hati nurani yang murni akan menyuarakan kebaikan-kebaikan yang harus kami perjuangkan. Kami menyadari bahwa hati nurani yang murni juga harus diupayakan, kami mencoba untuk merenungkan sikap-sikap yang dapat kami lakukan supaya hati nurani kami semakin berkembang dengan harapan iman kami juga semakin berkembang dengan cerdas. Dan pada akhirnya, kami juga membangun niat secara pribadi dan bersama sebagai umat di lingkungan St. Viktor Kembang untuk bersama-sama mengembangkan suara hati nurani melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124
doa dan tindakan nyata, kiranya Engkau berkenan untuk menuntun kami dalam mewujudkan niat-niat kami ini. Semoga melalui niat-niat ini kami semakin tergerak untuk mengembangkan iman cerdas di zaman sekarang ini. Doa permohonan ini kami serahkan ke dalam tangan-Mu melalui perantaraan Kristus Tuhan kami. Amin. 5) Lagu penutup: Berbudi Luhur [Lampiran 7: (17)].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Iman merupakan tanggapan manusia terhadap wahyu yang diberikan oleh Allah. Di dalam iman, manusia menjalin relasi yang intim dengan Allah dan berusaha untuk menemukan kehendak-Nya. Umat Katolik memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan iman. Formatio iman berjenjang dan berkelanjutan menjadi salah satu upaya untuk membantu umat dalam mengembangkan iman cerdas, tangguh, dan misioner. Iman yang cerdas berkaitan dengan akal budi dan hati nurani. Akal budi menjadikan umat beriman mengetahui isi dari ajaran-ajaran Gereja, sedangkan hati nurani membantu umat beriman untuk bertindak bijaksana sebagai wujud nyata dalam beriman cerdas. Iman yang tangguh berarti seorang umat memiliki iman yang kokoh, tidak mudah goyah, dan memiliki kesetiaan dalam mengikuti Kristus dalam segala situasi yang dihadapi. Iman yang misioner merupakan perwujudan dari iman cerdas dan tangguh. Kecerdasan dan ketangguhan iman menjadikan seseorang untuk berani bertindak keluar atau misioner. Iman yang misioner tidak terbatas kepada lingkup dalam Gereja, tetapi akan semakin menjadi nyata apabila iman sungguh-sungguh diwujudkan di tengah-tengah masyarakat plural. Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro Yogyakarta menjadikan Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ sebagai teladan dalam mengembangkan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner. Karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
SJ 89 tahun lalu tetap memiliki daya kekuatan bagi umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro dalam mengembangkan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner di zaman sekarang. Peranan Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ antara lain: membangun gedung Gereja sebagai pusat pelayan dalam mengembangkan iman secara keseluruhan, mengajarkan pelajaran agama supaya banyak orang semakin mengenal
Kristus,
mengajarkan
kebiasaan
berdoa
dan
berdevosi,
dan
meneladankan semangat kemisioneran di tengah-tengah masyarakat. Bentuk kegiatan yang dapat membantu umat dalam mengembangkan iman cerdas, tangguh, dan misioner diusulkan berupa katekese model SCP (Shared Christian Praxis). Usulan kegiatan dalam bentuk katekese SCP diharapkan mampu membantu umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro dalam mengembangkan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner dengan inspirasi dari Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ. Tema umum yang diangkat dalam usulan program ini adalah ‘Mengembangkan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner dengan meneladani Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ’. Melalui tema ini diharapkan umat semakin menyadari teladan dari Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dalam hidup beriman, sehingga umat semakin mampu mengembangkan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner di zaman sekarang.
B. Saran Saran mengenai upaya pengembangan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner di zaman sekarang dengan inspirasi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ ditujukan kepada romo paroki, dewan paroki, ketua bidang kerja, ketua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
lingkungan, pemandu pendalaman iman lingkungan dan seluruh umat di Paroki St. Theresia Lisieux Boro.
1. Romo Paroki St. Theresia Lisieux Boro Romo
Paroki
St.
Theresia
Lisieux
Boro
hendaknya
semakin
mempertimbangkan jenis-jenis kegiatan yang sungguh-sungguh dapat melibatkan seluruh umat dari anak-anak hingga usia lanjut, sehingga iman seluruh umat dapat berkembang bersama-sama. Romo paroki dan romo-romo yang bertugas di Paroki St. Theresia Lisieux Boro juga diharapkan semakin memotivasi umat dalam mengembangkan iman menjadi cerdas, tangguh, dan misioner sesuai dengan tuntutan zaman melalui sapaan langsung kepada umat dan khotbah pada Perayaan Ekaristi.
2. Dewan Paroki St. Theresia Lisieux Boro Dewan paroki dapat mengusulkan sebuah kegiatan untuk meningkatkan keterlibatan umat dalam mengembangkan iman sekaligus pemberdayaan SDM, seperti dengan katekese hijau, pelatihan pengolahan hasil kebun, dan kegiatan lain yang dapat melibatkan seluruh umat.
3. Ketua Lingkungan Para ketua lingkungan berusaha untuk semakin melibatkan banyak umat dari anak-anak hingga lanjut usia dalam mengikuti kegiatan yang telah direncanakan baik di tingkat paroki dan lingkungan. Perlu juga untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
mempertimbangkan adanya regenerasi yang mendukung keterlibatan banyak umat, sehingga setiap umat memiliki kesempatan untuk mengembangkan iman melalui keterlibatan di dalam hidup menggereja. Selain itu ketua lingkungan dapat memberikan motivasi kepada seluruh umat agar semakin guyub dan semangat dalam mengikuti kegiatan-kegiatan gerejawi.
4. Pemandu Pendalaman Iman Lingkungan Pemandu pendalaman iman di masing-masing lingkungan dapat mempersiapkan tema dan materi pertemuan pendalaman iman dalam jangka waktu 6 bulan, sehingga pendalaman iman akan semakin menarik. Selain itu juga dapat diadakan pelatihan atau kursus tentang macam-macam model katekese, sehingga semakin menambah waawasan para pemandu lingkungan dalam membawakan pendalaman iman di lingkungan dan umat merasa terbantu dalam proses mengembangkan iman.
5. Umat Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro perlu memiliki kesadaran bahwa perkembangan iman terwujud secara pribadi dan bersama-sama sebagai satu kesatuan paguyuban umat Allah. Oleh karena itu, diperlukan keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan yang mendukung perkembangan iman baik di tingkat lingkungan atau paroki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Bagus Laksana, A. (2014). Muslim and Catholic Pilgrimage Practices: Explorations Through Java. London: Ashgate. Banawiratma, J. & Suharyo, Ig. (1990). Umat Allah Menegaskan Arah: Komentar atas Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang 1990-1995. Yogyakarta: Kanisius. Benediktus XVI. (2014). Porta Fidei: Pintu kepada Iman. (G. Widyo Soewondo, Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI (Dokumen asli diterbitkan tahun 2012). Bergant, Dianne & Karris, Robert. (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius. Budi Purnomo, A. (2014). Beriman CTM. Inspirasi, 115, h. 5. Budi Purwantoro, H. (2012). Pedibus Apostolorum: Jejak Langkah Misioner J.B. Prennthaler, SJ di Perbukitan Menoreh. Kumpulan kisah pengalaman iman umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro yang disusun untuk memperingati HUT 85 Tahun Gereja Boro. __________. (2013). Membumikan Kerajaan Allah. Hidup, 45, h. 13. Darmaatmadja, J. (2014a). Formatio Iman. Inspirasi, 114, hh. 8-11. __________. (2014b). Iman yang Cerdas Memperhitungkan Tantangan Hidup. Inspirasi, 115, hh. 8-10. Dewan Kuria KAS. (1988). Keuskupan Agung Semarang Indonesia. Manuskrip yang ditulis oleh Dewan Kuria KAS tentang sejarah perkembangan Keuskupan Agung Semarang dalam rangka memperingati 48 tahun Keuskupan Agung Semarang. Dewan Paroki Boro. (2015). Statistik Paroki 2015: Paroki St. Theresia Lisieux Boro Keuskupan Agung Semarang. Manuskrip yang disusun oleh Bidang Penelitian dan Pengembangan Dewan Paroki Boro untuk pendataan umat tahun 2015 yang dikirim ke Keuskupan Agung Semarang. __________. (2016). Program Kerja dan RAPB Paroki 2016: Paroki Santa Theresia Lisieux Boro. Buku program kerja dan RAPB yang disusun oleh Dewan Paroki St. Theresia Lisieux Boro untuk periode 2016. DKP KAS. (2001). Arah Dasar Umat Allah Keuskupan Agung Semarang 20012005. Muntilan: Sekretariat DKP KAS. __________. (2006). Nota Pastoral tentang Arah Dasar Umat Allah Keuskupan Agung Semarang 2006-2010: Baruilah Seluruh Muka Bumi. Muntilan: Sekretariat DKP KAS. __________. (2011). Nota Pastoral tentang Arah Dasar Umat Allah Keuskupan Agung Semarang 2011-2015: Gereja yang Signifikan dan Relevan. Muntilan: Sekretariat DKP KAS. __________. (2014). Formatio Iman Berjenjang. Yogyakarta: Kanisius. __________. (2016). Nota Pastoral Arah Dasar Umat Allah KAS: Membangun Gereja yang Inklusif, Inovatif dan Transformatif demi Terwujudnya Peradaban Kasih di Indonesia. Muntilan: Sekretariat DKP KAS. Dwi Harsanto, Y. (2014). Beriman dengan Cerdas, Tangguh, dan Misioner. Inspirasi, 115, hh. 24-27.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Edi Haryanto, H. (2014). Beriman Cerdas, Tangguh dan Misioner. Inspirasi, 115, hh. 16-18. Eko Riyadi, St. (2011). Matius: Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah. Yogyakarta: Kanisius. Fransiskus. (2014). Ensiklik Lumen Fidei. (Alb. Deby Setiyanto, Penerjemah). Yogyakarta: Kanisius (Dokumen asli diterbitkan tahun 2013). Groome, Thomas H. (1991). Sharing Faith: A Comprehensive Approach to Religious Education and Pastoral Ministry: The Way of Shared Praxis. New York: Harper Collins Publishers. Hadi Saptana, A. (2008). Sejarah Gereja Katolik Keuskupan Agung Semarang. Diktat Mata Pelajaran Sejarah Gereja untuk Seminaris Kelas Persiapan Pertama Semester I, SMA Seminari St. Petrus Canisius Mertoyudan. Hardawiryana, Robert. (2002). Romo JB Prennthaler SJ: Perintis Misi di Perbukitan Menoreh. Buku Kenangan yang ditulis oleh Rm. R. Hardawiryana SJ dalam rangka memperingati 75 Tahun Paroki St. Theresia Liseuix Boro. Haryono, Anton. (2013). Awal Mulanya adalah Muntilan. Yogyakarta: Kanisius. Katekismus Gereja Katolik. (1995). (P. Herman Emburu SVD, Penerjemah). Ende: Arnoldus (Dokumen asli diterbitkan tahun 1993). KomKat KAS. (2015). Panduan Adven 2015: Langit Baru dan Bumi Baru di Keuskupan Agung Semarang. Semarang: KomKat KAS. Kongregasi Suci untuk para Klerus. (1991). Direktorium Kateketik Umum. (Thom Wignyata & Lukas Lege, Penerjemah). Ende: Nusa Indah. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1971). KWI. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta-Jakarta: Kanisius-Obor. Martasudjita, E. (2009). Gereja yang Melayani dengan Rendah Hati Bersama Mgr. Ignatius Suharyo. Yogyakarta: Kanisius. Nurwidi, M. (2009). Eklesiologi ARDAS Keuskupan Agung Semarang. Yogyakarta: Kanisius. Pujasumarta, J. (2012). Surat Gembala Pembukaan Tahun Iman Keuskupan Agung Semarang. Surat Uskup Agung Semarang kepada Umat KAS untuk membuka Tahun Iman 12 Oktober 2012-24 November 2013. ________. (2014). Surat Gembala Prapaskah Keuskupan Agung Semarang 2014. Surat Uskup Agung Semarang kepada Umat KAS dalam menyambut Masa Prapaskah 2014. Sugiyana, FX. (2014). Formatio Iman Berjenjang. Inspirasi, 114, hh. 26-31. Sukendar Wignyasumarta, FX. (2014). Formatio Iman Berjenjang di Keuskupan Agung Semarang. Inspirasi, 114, hh. 18-20. Sumarno Ds, M. (2015). Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki. Diktat Mata Kuliah Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki untuk Mahasiswa Semester VI, Program Studi Ilmu Pendidikan kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Tim Buku Kenangan 80 Tahun Paroki Boro. (2007). Ayo Gumregah amrih Dadia Berkah. Buku Kenangan yang ditulis oleh Panitia HUT Paroki St.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Theresia Lisieux Boro untuk memperingati HUT 80 Tahun Paroki St. Theresia Lisieux Boro. Yohanes Paulus II. (2016). Catechesi Tradendae. (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI (Dokumen asli diterbitkan tahun 1979).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1: Surat Izin Wawancara
(1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2: Daftar Lingkungan di Paroki St. Theresia Lisieux Boro
Wilayah I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
Kalirejo
Balong
1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama Lingkungan Lingkungan St. Ignatius Boro Suci Lingkungan St. Ignatius Tiban Lingkungan St. Theresia Jetis Kulon Lingkungan St. Mateus Boro Kulon Lingkungan St. Petrus Jurang Depok Lingkungan St. Lukas Kalisoka Lingkungan St. Lukas Jurugan Lingkungan St. Yusup Tirip Lingkungan St. Stevanus Boro Wetan Lingkungan St. Yohanes Jetis Pancuran Lingkungan St. Yusup Tosari Lingkungan St. Yusup Boro Gunung Lingkungan St. Yohanes Gebiri Lingkungan St. Viktor Kembang Lingkungan St. Antonius Nglebeng Lingkungan St. Thomas Gerpule Lingkungan St. Maria Gejlig Lingkungan St. Fransiskus Blumbang Lingkungan St. Martinus Sorotanon Lingkungan St. Theresia Kalijeruk Lingkungan St. Petrus Kedondong Lingkungan St. Yohanes Kriyan Lingkungan St. Agustinus Jogobayan Lingkungan St. Yusup Tukharjo Lingkungan St. Theresia Kisik Tlagan Lingkungan St. Pilipus Hargogondo Lingkungan St. Yohanes Brechmans Sudimoro Lingkungan St. Sanjaya Kalinongko Lingkungan St. Ignatius Jetis Lingkungan St. Elisabet Beteng Lingkungan St. Thomas Rasul Suren Mendolo Lingkungan St. Xaverius Plono Timur Lingkungan St. Antonius Plono Barat Lingkungan St. Yusup Jobolawang Lingkungan St. Yohanes Jomblangan Lingkungan St. Maria Balong I & St. Lusia Balong VII Lingkungan St. Elisabeth Sendang Mulyo Lingkungan St. Paulus Balong VII Lingkungan St. Veronika Balong V Lingkungan St. Antonius Besole Lingkungan St. Petrus Ngaran & St. Theresia
(2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Samigaluh
Gorolangu
8. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kedungtawang Lingkungan St. Paulus Kaliwunglon Lingkungan St. Theresia Alit Ngaliyan Lingkungan St. Carolus Trayu Tulangan Lingkungan St. Yusup Ngaliyan Gunung A Lingkungan St. Yohanes Paulus Ngaliyan A Lingkungan St. Markus Ngaliyan Gunung B Lingkungan St. Yohanes Rasul Canden Lingkungan St. Fransiskus Xaverius Sumbo Lingkungan St. Aloysius Kemiriombo Lingkungan St. Yusup Nyemani Lingkungan St. Yohanes Maria Vianey Kagok Lingkungan St. Petrus dan Paulus Gorolangu Lingkungan St. Fransiskus Xaverius Barasan Lingkungan St. Paulus Madigondo Lingkungan St. Maria Tetes
(3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3: Daftar Pertanyaan Wawancara kepada Umat
1. Menurut bapak/ibu/saudara, apakah arti dari iman yang cerdas dan bagaimanakah caranya untuk mengembangkan iman yang cerdas? 2. Menurut bapak/ibu/saudara, apakah arti dari iman yang tangguh dan bagaimanakah caranya untuk mengembangkan iman yang tangguh? 3. Menurut bapak/ibu/saudara, apakah arti dari iman yang misioner dan bagaimanakah caranya untuk mengembangkan iman yang misioner? 4. Kegiatan apa sajakah yang bapak/ibu/saudara ikuti untuk dapat mengembangkan iman yang cerdas? 5. Kegiatan apa sajakah yang bapak/ibu/saudara ikuti untuk dapat mengembangkan iman yang tangguh? 6. Kegiatan apa sajakah yang bapak/ibu/saudara ikuti untuk dapat mengembangkan iman yang misioner? 7. Apakah melalui kegiatan tersebut bapak/ibu/saudara merasa terbantu untuk mengembangkan iman yang cerdas, tangguh dan misioner? Mengapa demikian? 8. Adakah kesulitan-kesulitan yang dialami oleh bapak/ibu/saudara dalam mengembangkan iman yang cerdas, tangguh dan misioner? Bagaimana bapak/ibu/saudara mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut? 9. Menurut bapak/ibu/saudara, apakah peranan Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ dalam hal pengembangan iman umat di Paroki Boro sampai saat ini? 10. Apakah saat ini bapak/ibu/saudara masih merasakan hasil dari karya misi Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ? Apa saja yang bapak/ibu/saudara peroleh dari karya-karya tersebut?
(4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4:
Daftar Pertanyaan Wawancara kepada Romo Paroki dan Dewan Paroki
1. Apa visi-misi Paroki St. Theresia Liseuix Boro? 2. Kegiatan apa saja yang diupayakan oleh paroki untuk membantu umat dalam mengembangkan iman yang cerdas? 3. Kegiatan apa saja yang diupayakan oleh paroki untuk membantu umat dalam mengembangkan iman yang tangguh? 4. Kegiatan apa saja yang diupayakan oleh paroki untuk membantu umat dalam mengembangkan iman yang misioner? 5. Apakah kegiatan-kegiatan tersebut disambut baik oleh seluruh umat paroki? Bagaimana partisipasi umat dalam mengikuti/melaksanakan kegiatankegiatan tersebut? 6. Sejauh mana kegiatan-kegiatan tersebut membantu umat untuk mengembangkan iman yang cerdas, tangguh dan misioner? 7. Apa saja yang menjadi permasalahan bagi umat untuk mengembangkan iman yang cerdas, tangguh dan misioner? 8. Adakah tindak lanjut dari paroki/stasi/lingkungan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut? 9. Apa saja peranan karya misi Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ bagi umat di Paroki Boro, terutama dalam mengembangkan iman yang cerdas, tangguh dan misioner?
(5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5:
Rangkuman Hasil Wawancara kepada Umat
A. Pelaksanaan 1.
Nama Responden
2. 3.
Waktu Tempat
: - Bapak FX. Suratija - Sdr. Willibordus Bayu Putra - Sdr. Veronica Fifi Rintina - Bapak Andreas Walyadi - Bapak R. Suparlan Handono Cokro - Bapak Ignatius Sudaryana - Bapak Caecarius Mujiran - Sdr. Gregorius Sukasubagya - Ibu Anastasia Ninik Sumarni - Ibu Yustina Supriyati : 1-19 Oktober 2016 : - Pastoran Paroki Boro - Rumah Sdr. Willibordus Bayu Putra (Boro Wetan) - Rumah Sdr. Veronica Fifi Rintina (Jurugan) - Rumah Bapak Andreas Walyadi (Kembang) - Rumah Bapak R. Suparlan Handono Cokro (Kembang) - Rumah Bapak Ignatius Sudaryana (Boro Kulon) - Rumah Bapak Caecarius Mujiran (Tetes) - Angkringan Betah Melek Boro - Rumah Ibu Anastasia Ninik Sumarni (Boro Wetan) - Rumah Ibu Yustina Supriyati (Jetis)
B. Pokok-pokok Hasil Wawancara 1. Menurut bapak/ibu/saudara, apakah arti dari iman yang cerdas dan bagaimanakah caranya untuk mengembangkan iman yang cerdas? Iman cerdas berkaitan dengan pengetahun akan ajaran-ajaran Gereja seperti tentang Trinitas, syahadat dan lain-lain. Orang yang memiliki iman cerdas dapat bertanggung jawab akan baptisan yang telah diterima baik baptisan bayi maupun dewasa. Iman cerdas adalah iman yang berkembang dan mampu mengikuti perkembangan zaman, tetapi tetap bertumpu pada Yesus Kristus sebagai sumber Iman yang cerdas bukan hanya tentang intelektualitas, tetapi menyangkut perilaku/tindakan seseorang, mulai dari membuat perencanaan, menentukan pilihan, mengambil keputusan pilihan dan akhirnya dapat bertanggung jawab. Iman yang cerdas berarti iman yang dimiliki oleh seseorang memiliki daya
(6)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tepat sasaran (bijak menentukan pilihan), dan mengarah kepada kerelaan untuk berbagi. Cara mengembangkan: mendengarkan khotbah romo, membaca KS, membaca buku rohani, berdoa, sharing pengalaman, mengikuti sarasehan. . 2. Menurut bapak/ibu/saudara, apakah arti dari iman yang tangguh dan bagaimanakah caranya untuk mengembangkan iman yang tangguh? Iman tangguh berarti memiliki daya tahan dan kekokohan saat diterpa oleh apapun dalam situasi apapun, iman tetap teguh dan tidak terbawa arus. Tangguh ibarat akar pohon yang mampu menembus tanah (membumi) dan kokoh, saat ada angin dan hujan menopang batang pohon agar tidak roboh, bahkan menjaga tanah juga supaya tidak longsor. Iman yang tangguh kuat ketika menghadapi ujian dan pujian. Biasanya orang yang telah banyak mengalami godaan (ujian dan pujian) dan berani mempertahankan apa yang dinilai baik akan memiliki iman yang tangguh. Ketangguhan iman dapat dilihat jika tidak tergoda dengan situasi nyata terutama dalam permasalahan ekonomi Iman yang tangguh berarti seorang umat memiliki kekokohan, tidak mudah minder dengan ejekan orang lain. Cara mengembangkan: mengikuti rekoleksi (pendampingan iman), menjalin relasi yang sehat, pendampingan lanjutan (formasio iman berjenjang), dialog, rajin berdoa. 3. Menurut bapak/ibu/saudara, apakah arti dari iman yang misioner dan bagaimanakah caranya untuk mengembangkan iman yang misioner? Iman misioner memiliki arti bahwa buah-buah iman memiliki daya ubah (transformatif) baik secara internal (katolik) dan eksternal (masyarakat). Penerapan dari iman yang cerdas dan tangguh. Siap untuk diutus dalam keluarga, masyarakat, Gereja dan politik. Iman misioner, misioner dari kata misi (militere=Latin) artinya utusan. Misioner berarti apa yang dimiliki tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi harus diwujudkan dan dibagikan kepada orang lain baik dalam lingkup intern maupun ekstern (orang katolik dan masyarakat luas). Cara mengembangkan: keterlibatan dalam masyarakat, mengikuti paguyubanpaguyuban. 4. Kegiatan apa sajakah yang bapak/ibu/saudara ikuti untuk dapat mengembangkan iman yang cerdas? Sarasehan/pendalaman iman/katekese (APP, BKL, BKSN, Adven) Studi ASG Dialog antar umat beragama Public speaking Pertemuan katekis Sarasehan pemanfaatan teknologi sebagai penunjang perwartaan
(7)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Kegiatan apa sajakah yang bapak/ibu/saudara ikuti untuk dapat mengembangkan iman yang tangguh? Rekoleksi keluarga Rekoleksi umat Dialog antar umat beragama Misa pembaruan janji perkawinan Misa Lansia (setiap Natal dan Paskah) Mengikuti kepanitian-kepanitian baik di paroki, wilayah, lingkungan dan masyarakat Tahun Prennthaler 6. Kegiatan apa sajakah yang bapak/ibu/saudara ikuti untuk dapat mengembangkan iman yang misioner? Bakti sosial saat HUT Paroki Halal bihalal Idul Fitri Tirakatan 17 Agustus Kegiatan di masyarakat: kenduri, kerjabakti SGMB (Sekolah Generasi Muda Boro) Menjadi anggota PMD Mengikuti paguyuban petani organik (semangat Laudato Si) Donor Darah Menjadi anggota BPD FKT (Festival Kesenian Tradisional) OMK Kulonprogo Dana sosial abadi Bedah rumah 7. Apakah melalui kegiatan tersebut bapak/ibu/saudara merasa terbantu untuk mengembangkan iman yang cerdas, tangguh dan misioner? Mengapa demikian? Kegiatan-kegiatan yang diadakan di paroki atau lingkungan bertujuan untuk membantu umat dalam mengembangkan iman dan paguyuban. Banyak atau sedikitnya kegiatan yang direncanakan bukan menjadi gambaran prosentase perkembangan iman umat. Perkembangan iman umat tergantung kepada kesadaran umat untuk melibatkan diri dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada. Kegiatan-kegiatan dapat membantu umat karena melalui kegiatan-kegiatan tersebut umat berkumpul sebagai paguyuban yang saling menguatkan dan memperkaya satu sama lain. 8. Adakah kesulitan-kesulitan yang dialami oleh bapak/ibu/saudara dalam mengembangkan iman yang cerdas, tangguh dan misioner? Penjadwalan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan. Waktu pelaksanaan kegiatan kadang bertabrakan dengan kegiatan lain (sekolah, masyarakat). Adanya orang-orang yang opportunities yang mencari keuntungan pribadi dalam mengikuti kegiatan menggereja (popularitas, uang, jabatan).
(8)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Masih adanya pandangan-pandangan sempit dan sentimen yang mengakibatkan pilih-pilih orang. Adanya kelompok eksklusif. Umat bermuka dua; di Gereja menyembah Yesus, tetapi di luar Gereja masih percaya dengan praktik dukun dll. Faktor usia (kesehatan, pendengaran). Tingkat pendidikan yang tidak sama, sehingga muncul perbedaan dalam mencerna suatu informasi. Kesulitan bahasa; orang-orang tua hanya mengerti Bahasa Jawa, sedangkan orang muda kurang memahami, begitu pula sebaliknya. Kurangnya kesadaran beberapa umat untuk ikut terlibat aktif dalam kegiatan di lingkungan dan paroki. Ketrampilan pemandu lingkungan yang kurang memadai (tidak dapat menggunakan media elektronik, pemahamam belum maksimal, kurang menarik dalam memandu proses katekese). Kurang kesadaran dalam hal regenerasi. Masuknya budaya dan kebiasan baru, sehingga banyak tantangan dan godaan saat ingin melakukan kegiatan di lingkungan atau gereja. Anggapan umat yang meyepelekan ibadat. 9. Menurut bapak/ibu/saudara, apakah peranan Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ dalam hal pengembangan iman umat di Paroki Boro sampai saat ini? Romo Prennthaler menjadi teladan dalam mengembangkan iman. Perjuangan Romo Prennthaler untuk ke polosok dengan jalan kaki menjadi contoh bagi umat untuk beriman secara tangguh. Bahkan hingga hampir akhir hidup romo tetap berjuang dengan tangguh untuk dapat merayakan Ekaristi demi umat. Kegigihan romo menjadi panutan umat dalam mempertahankan iman di tengah arus modern sekarang ini. Prinsip romo tentang perkembangan iman juga ditopang oleh kesejahteraan. Semangat romo seperti ini dijadikan dasar untuk beriman secara misioner yang juga memperjuangkan kepentingan bersama. Iman yang misioner akan terwujud dan berkembang ketika umat mau untuk bergerak keluar mewartakan kasih di dalam masyarakat sekitar. Menghayati dan mengajarkan semboyan Ad Maiorem Dei Gloriam et pro salute animarum. Romo Prennthaler mengajarkan umat Boro untuk beriman dengan tujuan kemuliaan Allah dan sekaligus membantu orang-orang yang berkesusahan. Dalam bidang kerohanian, peran Romo Prennthlaer adalah membangun gedung gereja Boro, pastoran Boro, Gua Maria Sendang Sono (sebagai bentuk devosi kepada Bunda Maria), mengajarkan doa Angelus, dan mendatangkan lonceng-lonceng Angelus. Membangun dan menyiapkan Paroki Boro sebagai paroki mandiri yang memiliki bidang pelayanan yang lengkap (kerohanian, sosial, kesehatan, ekonomi, paguyuban dll.). Menyiapkan desa Boro sebagai desa mandiri. Romo Prennthaler berkarya bukan hanya untuk orang Katolik, tetapi bagi semua orang di Boro. Boro
(9)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ingin dijadikan desa mandiri seperti kota-kota di Austria, dimana terdapat pusat agama, pusat kesehatan, pusat perekonomian, pusat pendidikan (memiliki pemikiran yang visioner). 10. Apakah saat ini bapak/ibu/saudara masih merasakan hasil dari karya misi Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ? Apa saja yang bapak/ibu/saudara peroleh dari karya-karya tersebut? Bangunan Gereja Boro Pastoran Boro Gua Maria Sendang Sono Pabrik Tenun ATBM Rumah Sakit St. Yusup Boro
(10)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 6:
Rangkuman Hasil Wawancara kepada Romo Paroki dan Dewan Paroki
A. Pelaksanaan 1.
Nama Responden
2. 3.
Waktu Tempat
: - Rm. Fransiscus Xaverius Alip Suwito, Pr - Bapak Ciprianus Suparjo : 20 Oktober 2016 & 29 Oktober 2016 : Pastoran Paroki Boro, Rumah Bpk. Ciprianus Suparjo (Sudmoro)
B. Pokok-pokok Hasil Wawancara 1. Apa visi-misi Paroki St. Theresia Liseuix Boro? Visi Paroki Boro : “Umat Paroki Boro berupaya mewujudkan paguyuban murid-murid Kristus di tengah masyarakat pedesaan dengan menjadi komunitas pendoa, cinta kasih, dan berbagi berdasarkan semangat Santa Theresia Lisieux.” Misi Paroki Boro: Menumbuhkan kesadaran (konsientisasi) bahwa Gereja adalah persekutuan paguyuban-paguyuban murid-murid Kristus yang beriman mendalam dan tangguh untuk mewujudkan Kerajaan Allah lewat doa (liturgi) dan karyakarya cinta kasih yang tulus dalam kehidupan bermasyarakat (pewartaan, diakonia, dan kesaksian hidup). Mewujudkan Gereja sebagai komunitas doa, seturut teladan Santa Theresia Lisieux yang setia berkanjang dalam doa dan melakukan amal kasih dalam keluarga dan masyarakat. Mengupayakan pendampingan dan pemberdayaan kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel, khususnya peduli terhadap lansia dan anakremaja, kaum petani demi harkat dan martabat manusia, sebagai wujud pembangungan habitus baru di Paroki Boro melalui aneka kegiatan dan tugas di lingkungan Gereja maupun bekerjasama dengan lembaga-lembaga karitatif (rumah sakit, sekolah, panti asuhan, donatur) dan lembaga pemerintah (kelurahan, kecamatan dan Pemda Kabupaten Kulonprogo). Mengembangkan gerakan Gereja yang hijau sebagai wujud keterlibatan umat dalam melestarikan keutuhan ciptaan. Melibatkan sebanyak mungkin mitra kerja, lebih-lebih dengan semua yang berkehendak baik. Memberikan animasi, motivasi dan pendampingan perangkat dukuh, lurah, BPD di wilayah kecamatan Kalibawang dan Samigaluh sebagai wujud upaya optimalisasi kaum awam di tengah masyarakat. Memberdayakan tim-tim kerja dan koordinasi demi reksa pastoral yang bertanggung jawab.
(11)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Kegiatan apa saja yang diupayakan oleh paroki untuk membantu umat dalam mengembangkan iman yang cerdas? Pendalaman Liturgi Resmi Gereja Pembekalan prodiakon Pelatihan pemanfaatan media publik dan media sosial yang efektif dan inovatif bagi pewartaan dan pelayanan Gereja Pertemuan katekis paroki Sarasehan Kitab Suci Sarasehan pemanfaatan sarana komunikasi untuk pengembangan iman yang kreatif dan inspiratif Sosialisasi APP Sosialisasi BKL Sosialisasi BKSN Sosialisasi Adven Study Ajaran Sosial Gereja Kaderisasi Tim Liturgi 3. Kegiatan apa saja yang diupayakan oleh paroki untuk membantu umat dalam mengembangkan iman yang tangguh? Tahun Prennthaler Tirakatan malam Jumat Kliwon Pembaruan janji perkawinan Paskahan bersama PIUD-PIA-PIR Rekoleksi orang tua baptis bayi Rekoleksi calon baptis dewasa dan wali baptis Pertemuan katekis se-paroki Natalan bersama PIUD-PIA-PIR Pembentukan tim pendamping keluarga Rekoleksi keluarga untuk usia perkawinan 12-25 tahun Rekoleksi pemandu lingkungan Kursus persiapan perkawinan Misa pelajar di wilayah atas dan bawah Rekoleksi pendampingan iman anak Rekoleksi ‘Sendiri tidak Sepi’ (rekoleksi untuk anggota paguyuban Monika) Misa lansia 4. Kegiatan apa saja yang diupayakan oleh paroki untuk membantu umat dalam mengembangkan iman yang misioner? Edukasi Air Langit Pelayanan kesehatan pekan suci Pelayanan kesehatan HUT paroki Pelayanan kesehatan Natal Pelayanan kesehatan misa lansia Silaturahmi tokoh lintas iman se-paroki pada Idul Fitri SGMB (Sekolah Generasi Muda Boro) Festival Kesenian Tradisional (FKT) OMK Kulonprogo Donor darah rutin (4x satu tahun)
(12)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Apakah kegiatan-kegiatan tersebut disambut baik oleh seluruh umat paroki? Bagaimana partisipasi umat dalam mengikuti/melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut? Umat Paroki Boro menyambut dengan sangat antusias kegiatan-kegiatan yang diadakan di paroki. Nampaknya umat juga menyadari bahwa kegiatankegiatan itu ditujukan untuk membantu umat dalam mengembangkan iman dan pelayanan (pendidikan, sosial, ekonomi). Umat ikut mengambil bagian dalam setiap kegiatan. Setiap kegiatan di paroki dipatok target 20% umat datang dari keseluruhan undangan yang disebar. Setiap kegiatan di paroki dihadiri lebih dari 50%. Memang untuk di Boro tidak dapat seperti merencanakan kegiatan di kota yang mengharuskan semua undangan hadir, karena di Boro terkendala letak geografis yang jauh, sehingga diperlukan desentralisasi. 6. Sejauh mana kegiatan-kegiatan tersebut membantu umat untuk mengembangkan iman yang cerdas, tangguh dan misioner? Kegiatan-kegiatan diprogramkan oleh bidang-bidang dalam dewan paroki berdasarkan kebutuhan umat dengan memperhatikan peluang dan tantangan yang ada. Tujuan utama kegiatan-kegiatan adalah untuk mengembangkan iman dan pelayanan kepada umat. Dilaksanakan oleh 6 bidang : Diakonia, Pewartaan, Liturgi, Paguyuban, Litbang, Rumah Tangga
Visi-Misi
Program Visioner
Situasi
Menyapa seluruh umat
Gambar diatas adalah gambaran seluruh rangkaian kegiatan di Paroki Boro, dimana berawal dari visi dan misi yang menanggapi situasi kebutuhan umat melalui program-program visioner. Program visioner program khusus yang dilaksanakan oleh setiap bidang untuk menjawab kebutuhan dalam kehidupan umat. Program visioner yang dilaksanakan minimal ada satu dalam setahun untuk setiap bidang. Program ini harus sungguh-sungguh menyapa seluruh umat artinya seluruh umat dapat ikut terlibat dan merasakan outcomes. Dengan demikian umat sungguh-sungguh merasa terbantu dalam mengembangkan imannya. Iman dikembangkan melalui keluarga, komunitas, masyarakat dan Gereja. 7. Apa saja yang menjadi permasalahan bagi umat untuk mengembangkan iman yang cerdas, tangguh dan misioner? Perubahan sosial masyarakat Kulonprogo : Kulonprogo sedang dalam proyek pembangunan dan pengembangan seperti bandara baru di Temon, pengembangan obyek wisata Suroloyo, dan hadirnya alfamart di daerah desa-
(13)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
desa. Hal ini sangat berpengaruh pada mentalitas dan gaya hidup umat Boro, karena menawarkan hal-hal instan. Hidup menjemaat: jumlah umat di Boro cenderung statis, dan munculnya mentalitas sulit diajak berkumpul karena pengaruh faktor geografis. Umat Boro secara mendasar sedang mengalami krisis; ekonomi lemah, tempat tinggal berjauhan, sulit diajak maju, akses transportasi sulit, kebanyakan sudah tua dan ibu-ibu sedangkan kaum muda pergi ke kota. Selain itu muncul pandangan bahwa ekaristi lebih mantep dibandingkan ibadat, sehingga dalam perayaan Ekaristi ada banyak umat hadir, sedangkan bila hanya ibadat umat yang hadir sedikit. Personalia : banyak tenaga pelayan (pengurus lingkungan, dewan paroki, prodiakon, pelayan lain) yang sudah lama berkarya dan sudah tua. Permasalahan yang muncul adalah kurangnya kesadaran akan kaderisasi. Selain itu banyak tenaga pelayan yang sukarela; yang penting mau tapi kadang merasa kurang mampu, sedangkan yang mampu belum tentu mau. Pembinaan iman untuk kaum muda: kaum muda cenderung mengalami mobilitas yang tinggi dimana banyak kaum muda yang bersekolah dan bekerja di luar kota, sehingga hanya sedikit kaum muda yang tersisa di Boro. Kenyataan yang ada ialah ketika tahun ini sedang digalakkan pembinaan bagi kaum muda, tetapi tahun berikutnya kaum muda sudah pindah ke kota. Hal ini menjadi kendala bagi regenerasi atau kaderisasi untuk kepengurusan gereja. Lemahnya koordinasi komunikasi: banyak pengurus lingkungan atau wilayah yang masih baru, sehingga untuk koordinasi komunikasi masih belum terbiasa. Hal ini menjadi keprihatinan karena ditakutkan apabila informasi dari atas (dewan paroki) tidak sampai kepada umat, sehingga menghambat gerak maju paroki. Adanya anggapan sebagai gerakan katolisasi ketika mengadakan kegiatankegiatan ke arah keluar.
8. Adakah tindak lanjut dari paroki/stasi/lingkungan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut? Menanggapi adanya perubahan sosial dalam masyarakat, Paroki Boro mencoba untuk merencanakan kegiata-kegiatan pendampingan, kepada PIUD, PIA, PIR, OMK dan orang dewasa. Paroki Boro berupaya untuk menyusun program-program visioner berdasarkan kebutuhan umat dan harus menyapa seluruh umat. Dewan paroki mencoba untuk selalu menjalin koordinasi yang baik dengan para pengurus lingkungan melalui pembekalan, pelatihan dan membangun relasi antar lingkungan dan antar wilayah. Koordinasi dengan perangkat desa dan kecamatan untuk perizinan penyelenggaraan kegiatan 9. Apa saja peranan karya misi Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ bagi umat di Paroki Boro, terutama dalam mengembangkan iman yang cerdas, tangguh dan misioner? Karya kegembalaan misioner
(14)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Romo Prennthaler mulai mengintensifkan gerakan bersama untuk mempribumikan iman kristiani di tengah rakyat Jawa sejak tahun 1930. Beliau mengusulkan untuk membeli seperangkat gamelan agaar adanya proses inkulturasi iman secara populer di Boro. Beliau mengajarkan doa Angelus dan menghadiahi 20 buah lonceng untuk setiap wilayah di Boro agar dapat mengingatkan umat untuk berdoa angelus. Menanamkan iman akan Bunda Maria bersama dengan para katekis dan ‘malaikat-malaikat pelindung’. Romo Prennthaler juga sering berjalan jauh untuk ke pelosokpelosok guna memberikan pelajaran agama. Hal ini dilakukan untuk mewartakan Kerajaan Allah. Membangun keselamatan/kesejahteraan sosial ekonomi Romo Prennthaler menyadari bahwa pewartaan iman mustahil tanpa menggunakan uang. Situasi umat saat beliau berkarya adalah terjadi banyak kemiskinan, kelaparan dan penyakit. Banyak rakyat miskin dan terbelit hutang, sehingga mustahil Romo Prennthaler menarik sumbangan dari mereka. Tetapi karena kecintaan romo terhadap umat, Romo Prennthaler melakukan bisnis perangko agar ada dana untuk pewartaan iman dan membantu umat. Pada tahun 1930, romo mendirikan beberapa pabrik, yaitu pabrik sabun, pabrik lilin dan pabrik tenun. Pendirian pabrik-pabrik ini dimaksudkan untuk menyejahterakan umat. Perkembangan pertanian Romo Prennthaler menyadari bahwa Boro memiliki potensi pertanian yang bagus, sehingga beliau bekerja sama dengan pemerintah untuk mendirikan sekolah pertanian (bukan mendirikan sekolah untuk menghasilkan guru, tetapi petani). Sekolah pertanian ini dikelola oleh Misi dan banyak pejabat seperti lurah dan kawedanan (camat) yang masuk, sehingga memiliki pengaruh akan ada banyak orang yang masuk menjadi Katolik. Dalam hal ini hasil dari pengembangan pertanian adalah mencetak petani handal dan perkembangan jumlah umat Katolik. Pendidikan Pada masa karya Romo Prennthaler anak-anak yang dapat bersekolah hanyalah anak-anak ningrat, sehingga orang pribumi biasa tidak dapat menyekolahkan anaknya. Hal ini menjadikan banyak orang yang bodoh dan dipandang sebagai sumber kemiskinan. Oleh karena itu, Romo Prennthaler menghadirkan sekolah rakyat yang berpihak kepada orang miskin. Dan saat ini sekolah-sekolah ini masih hidup untuk mendidik anak-anak di Boro. Pelayanan kesehatan Banyak orang yang terkena flu dan malaria, sehingga banyak umat yang meninggal hanya dalam waktu singkat. Upaya Romo Prennthaler mengatasi permasalahan ini dengan mendatangkan obat-obatan dari Eropa dan dengan bekal ilmu kedokteran yang dimilikinya, Romo Prennthaler berkeliling untuk mengobati banyak orang. Merasa tenaganya kurang mampu mengatasi hal ini, Romo Prennthaler meminta bantuan kepada suster
(15)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Fransiskanes. Romo Prennthaler bersama para suster mendirikan rumah sakit. Tujuan utama pelayanan kesehatan ini adalah untuk membantu rakyat miskin, tetapi tidak sedikit pula dari mereka yang dengan sukarela kemudian dibaptis. Sampai saat ini rumah sakit yang didirikan oleh Romo Prennthaler bersama suster Fransiskanes masih berdiri dan melayani masyarakat Boro. Melalui pelayanan kesehatan ini umat diajak untuk berbagi dan semangat melayani. Hubungan dengan agama lain dan pemerintah Pada masa karya Romo Prennthaler, tidak hanya Misi saja yang berkarya di daerah Boro Kalibawang, tetapi juga ada Zending (Kristen) dan Muhamadiyah. Meskipun dianggap sebagai tantangan, Romo Prennthaler tetap menjalin relasi yang baik dan kerjasama dengan mereka dan pemerintah. Bagi Romo Prennthaler merangkul dan melibatkan banyak orang merupakan sarana pewartaan untuk menyelamatkan banyak jiwa-jiwa. Hingga sekarang, semangat Romo Prennthaler ini masih diteruskan oleh umat Boro untuk menjalin hubungan yang baik dengan umat beragama lain demi menciptakan masyarakat yang damai. Panti asuhan dan panti jompo dua lahan pelayanan ini tidak secara langsung dibangun oleh romo Prennthaler, tetapi berkat kehadiran Romo Prennthaler di Boro yang juga mengundang para suster dan bruder menggerakan hati mereka untuk melayani anak-anak dari keluarga kurang mampu atau bermasalah untuk membimbing anak-anak mereka. Panti jompo juga merupakan buah karya Romo Prennthaler berkat kerjasama para suster OSF. Gereja dan pastoran ketika Romo Prennthaler mulai menetap di Boro dan bersamaan dengan peningkatan jumlah umat Boro, maka dibangunlah gereja Boro dan pastoran. Melalui dua tempat ini pusat pelayanan sakramen dilakukan oleh Romo Prennthaler, meskipun juga masih sering melayani di wilayah-wilayah. Pemilihan tempat di Boro karena dianggap tempat strategis untuk pewartaan iman. Kehadiran Gereja Boro saat ini memperoleh penghormatan dari masyarakat sekitar, karena Gereja Boro mampu menghadirkan suasana yang harmonis dalam kehidupan bermasyarakat.
(16)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 7: Teks Lagu Pertemuan SCP A. Lagu Pembuka Kuingin (Madah Bakti No. 216) Kuingin iman sejati, dalam hati, dalam hati Kuingin iman sejati, dalam hati, dalam hati Kuingin semakin suci, dalam hati, dalam hati Kuingin semakin suci, dalam hati, dalam hati Kuingin seperti Yesus, dalam hati, dalam hati Kuingin seperti Yesus, dalam hati, dalam hati
B. Lagu Penutup Berbudi Luhur (Madah Bakti No. 783) Hati murni tanda berbudi luhur, suka damai juga bersikap jujur Dan peduli pada semua orang, ramah serta belas kasihan Yang berbudi luhur tidak memihak, ia bertingkah dengan bijak Lembut hati lahir dari kasihnya, meneguhkan persaudaraan Kami mohon ya Bapa mahaluhur, ciptakanlah hati dan budi luhur Agar kami dapat memuji Bapa, bersama Putra dan Roh cinta
(17)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 8: Teks Cerita Pertemuan SCP Kemenangan Hati Nurani Pak Budi adalah seorang guru di salah satu sekolah dasar di desanya. Selain menjadi seorang guru, Pak Budi juga aktif dalam kegiatan-kegiatan di Gereja, bahkan seringkali menjadi katekis sukarelawan ketika diadakan pelajaran bagi calon penerima komuni pertama dan krisma. Pak Budi juga ikut terlibat dalam kegiatan di masyarakat seperti menjadi pengurus RT. Oleh tetangga sekitar, keluarga Pak Budi dipandang sebagai keluarga yang ramah dan suka menolong, meskipun keluarga Pak Budi tergolong keluarga yang sederhana. Suatu hari, Darmawan anak Pak Budi mengalami kecelakaan. Ketika pulang sekolah, Darmawan tersrempet mobil. Tetapi, mobil yang menyerempet Darmawan kabur tanpa bertanggung jawab. Darmawan harus dirawat di rumah sakit karena mengalami luka yang cukup parah. Pak Budi mengalami kebingungan setelah mendengar kabar ini, karena Darmawan harus dirawat di rumah sakit, sedangkan Pak Budi sedang tidak memiliki uang untuk biaya rumah sakit. Gaji Pak Budi yang baru saja diperoleh masih kurang untuk biaya rumah sakit Darmawan. Ketika pulang dari sekolah menuju ke rumah sakit tempat Darmawan dirawat, Pak Budi menemukan sebuah tas kecil. Pak Budi membuka tas kecil tersebut dan isinya adalah sejumlah uang yang cukup banyak. Di dalam tas itu juga ada kartu identitas pemilik tas tersebut. Sedangkan jumlah uang di dalam tas itu kira-kira dapat membayar lunas biaya pengobatan Darmawan di rumah sakit. Pak Budi membawa tas kecil tersebut pulang ke rumah. Jika dipikir-pikir, uang yang ditemukan di jalan tersebut dapat melunai biaya rumah sakit dan memenuhi kebutuhan hidup hingga beberapa minggu. Pak Budi merasa bingung. Di satu sisi Pak Budi sedang membutuhkan uang yang cukup besar untuk biaya rumah sakit, sedangkan di sisi lain Pak Budi merasa bahwa uang itu bukan miliknya dan harus mengembalikannya. Selama beberapa hari, Pak Budi merasa bimbang untuk memutuskan apakah akan menggunakan uang itu atau mengembalikan kepada yang memiliki. Jika menggunakan uang yang ditemukan biaya rumah sakit Darmawan akan lunas dan tidak ada orang yang menyalahkan karena tidak ada yang mengetahui Pak Budi menemukan uang dalam jumlah yang banyak, tetapi Pak Budi akan terus merasa bersalah karena dia menggunakan uang yang bukan miliknya. Akan tetapi, jika Pak Budi mengembalikan uang tersebut, maka biaya rumah sakit Darmawan tidak dapat dilunasi. Setelah beberapa hari berpikir, akhirnya Pak Budi mendengarkan suara dalam hatinya untuk mengembalikan uang yang telah ditemukan kepada pemiliknya. Pak Budi mengembalikan semua uang yang ditemukan dalam tas kecil tanpa berkurang satu pun. Meskipun Pak Budi sedang dalam kesulitan biaya, Pak Budi tetap tidak ingin menggunakan uang yang ditemukannya. Hati nurani Pak Budi mengatakan bahwa uang yang ditemukan bukanlah miliknya, sehingga harus dikembalikan kepada yang memilikinya, meskipun biaya rumah sakit Darmawan belum bisa dilunasi. Tiba-tiba, pemiliki uang dalam tas kecil itu memberikan bantuan kepada Pak Budi untuk biaya rumah sakit Darmawan. (http://kisahhidupkatolik.blogspot.co.id/2017/01/kemenangan-hati-nurani.html)
(18)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 9: Teks Penggalan Kisah Hidup Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ
Perjalanan panjang itu aku mulai pada tanggal 20 September 1904. Aku masuk Serikat Yesus Provinsi Prancis di Lyon. Mulai saat itu pun nasibku jelas, pada waktunya nanti, serikat akan mengutusku bermisi di Siria. Mengalirkan segala dayaku di sana. Tetapi ternyata hidup selalu menampung perubahan. Jalan yang kubangun lurus menggiringku pada persimpangan jalan. Hanya dua arah: ke Siria atau ke Jawa. Kisah ini berawal ketika aku menjalani masa tersiat di Wina Austria. Suatu kali, aku menerima artikel tentang misi di Pulau Jawa dan kubaca. Entahlah! Misi Jawa ini seolah sayup-sayup memanggilku, semakin lama semakin keras memenuhi setiap rongga tubuhku dan dengan cepat membawaku pada keyakinan baru, aku ingin pergi ke Jawa, bukan ke Siria. Titik! Jelas, keyakinanku membawa persoalan. Untuk mendapatkannya, aku harus terlebih dahulu berpindah ke Provinsi Belanda. Begitulah, misi Jawa adalah anak asuh Provinsi Belanda. Jalan satu-satunya aku harus berhadapan dengan rama Jenderal. Dorongan yang begitu kuat akhirnya memberanikanku memohon kepada Rama Jendral Serikat Yesus, R.P. Wlodomir Ledochowsky, S.J., supaya diijinkan berpindah berpindah ke Provinsi Belanda. Gayung bersambut, permohonanku dikabulkan. Petualangan pun segera aku mulai. Pada tanggal 25 September 1920, aku berangkat ke Pulau Jawa setelah singgah sebentar dalam novisiat SJ di Mariendaal, Nederland. Bagiku, menjadi misionaris Jawa adalah tugas yang mungkin sudah ditentukan dalam cetak biru pakem kehidupanku, tetapi bukan semacam takdir. Bumi Jawa adalah sebuah perutusan hidup yang dibarengi dengan pilihan dan kesanggupan.
Sumber: Budi Purwantoro, H. (2012). Pedibus Apostolorum: Jejak Langkah Misioner J.B. Prennthaler, SJ di Perbukitan Menoreh. Kumpulan kisah pengalaman iman umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro yang disusun untuk memperingati HUT 85 Tahun Gereja Boro, hh. 7-8.
(19)