PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INSPIRASI SPIRITUALITAS SANTO VINCENTIUS DE PAUL UNTUK PENINGKATAN KEPEDULIAN SOSIAL PESERTA DIDIK SMP PANGUDI LUHUR SANTO VINCENTIUS SEDAYU KABUPATEN BANTUL
S K R I PSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh: Aluisius Ari Setyanto NIM: 111124008
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
.SKRIPSI INSPIRASI SPIRITUALITAS SANTO YINCENTIUS DE PAUL IINTUK PENINGKATAhI I(EPBDULIAN SOSIAL PESERTA DIDIK SMP PANGUDI LUHUR SANTO VINCENTIUS SEDAYU KABUPATEN BANTUL
Oleh:
Aluisius Ari Setyanto
NIM:
111124048
Telah disetujui oleh:
Pembimbing,
Drs FX
,"*A1rr,,*,
sr,M.
Ed
tanggal 25 April2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
INSPIRASISPIRITUALITASSANTOVINCENTIUSDEPAUL [i|ITUKPENINGKATAI\KEPEDULIAIISOSIALPESERTADIDIK SEDAYU SMP PANGUDI LUHUR SANTO VINCENTIUS KABUPATEN BANTUL
DipersiaPkan dan ditulis oleh
Aluisius Ari SetYanto
NIM:
111124008
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji 2016 Pada tangga! 10 Mei dan diiryatakan tnernenuhi syarat SUSI,TNAN
PA}{ITIA PENGIJJI ir Tangan
Nama
44,
Ketua: Drs. F.X.Ilelyatno W'W', SJ" I{'E'd
L?tt
Sekretari s: Yosepir Kristianto, SIiK', M' ['ci
&-
Anggota; l. Drs. F.X. FIeryatns '#'\V', 3J', M'Ed'
= =
l
1
2. YosePh Kristianto, SFK"M'Pd 3.
=
llrs. L. Barirhang Hendarto Y, M'Hurt
Yog,valiarta,
11-1
114si
iit!
6
Fakultas Keguruan dan tlmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
=
= == lll
= :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur skripsi ini kupersembahkan Kepada Tuhan Yesus Kristus, kepada Kedua Orang Tuaku beserta keluargaku, teman-teman seperjuangan angkatan 2011 serta seluruh pembaca skripsi ini
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO “Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur” Kol 4:2
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERI\TYATAAI\ KEA SLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimanalayaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 10 Mei2016
Penulis,
Aluisius Ari Setyanto
VI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERI{YATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH T]NTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Ari
Nama
: Aluisius
Nomor Mahasiswa
:111124008
Setyanto
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
Inspirasi Spiritualitas Santo Vincentius de Paul untuk Peningkatan Kepedulian Peserta Didik SMP Pangudi Luhur Santo Vincentius Sedayu Kabupaten Bantul beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada
tanggal 10 Mei 2016
Aluisius Ari Setyanto
vI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK Judul skripsi ini adalah INSPIRASI SPIRITUALITAS SANTO VINCENTIUS DE PAUL UNTUK PENINGKATAN KEPEDULIAN SOSIAL PESERTA DIDIK SMP PANGUDI LUHUR SANTO VINCENTIUS SEDAYU KABUPATEN BANTUL. Penulis memilih judul ini berdasarkan keprihatinan penulis sehubungan dengan Santo Vincentius de Paul sebagai santo pelindung sekolah peserta didik SMP PL Sedayu namun belum dikenal dan belum menjadi inspirasi peserta didik SMP Pangudi Luhur Sedayu. Pokok persoalan dalam skripsi ini bagaimana peserta didik SMP Pangudi Luhur Sedayu menghidupi inspirasi spiritualitas Santo Vincentius de Paul. Dalam menjawab lebih mendalam persoalan di atas, penulis mencari referensi dari berbagai buku. Dalam rangka memperoleh data mengenai inspirasi spiritualitas Santo Vincentius de Paul untuk peningkatan kepedulian sosial peserta didik SMP PL Santo Vincentius de Paul Sedayu, penulis melakukan penelitian dengan cara menyebarkan kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa peserta didik SMP PL Santo Vincentius de Paul Sedayu belum cukup mengenal santo pelindung sekolahnya namun mereka cukup peduli terhadap lingkungan sosialnya. Oleh karena itu untuk meningkatkan hal tersebut, penulis mengusulkan kegiatan rekoleksi dan aksi sosial guna membantu peserta didik lebih mengenal santo pelindung sekolah serta upaya untuk mengembangkan sikap peduli sosial mereka. Usulan kegiatan ini juga diharapkan membantu peserta didik dalam menghayati spiritualitas santo pelindung sekolahnya.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT The title of this thesis is INSPIRATION SPIRITITUALITY OF SAINT VINCENTIUS DE PAUL FOR SOCIAL CARE IMPROVEMENT OF THE STUDENTS IN PANGUDI LUHUR SAINT VINCENTIUS SEDAYU JUNIOR HIGH SCHOOL BANTUL REGENCY. The writer chose this title based on the concerns that the writer refer to in connection with Saint Vincentius de Paul as the patron saint of their school but has not yet known and become the inspiration of the student in Pangudi Luhur Sedayu Junior High School. The main problem of this thesis is the community of the school especially the student of Pangudi Luhur Sedayu Junior High School was interpret the inspiration spirituality of Saint Vincentius de Paul yet. To answer the problem above deeper, the writer search references from various books. In order to obtain the data about the inspiration spirituality of Saint Vincentius de Paul to increase social awareness on junior high school student PL Saint Vincentius de Paul Sedayu, the writer conducted research by distributing questionnaires. Based on this research, it is known that student PL Saint Vincentius de Paul Sedayu junior high school not yet know enough about the patron saint of their schools and they care enough about their social environment. Therefore, to improve this, the writer propose an introduction activities of the patron saint of schools with recollections and social action in order to learn more about the patron saint of schools and efforts to develop their social life. Proposed activity is also expected to help student in the spirituality of the patron saint of their school.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR Terpujilah Tuhan karena rahmatMu telah mengantarkan penulis pada ketekunan dan kejernihan pikiran untuk menyelesaikan skiripsi yang berjudul “Inspirasi Spiritualitas Santo Vincentius de Paul untuk Peningkatan Kepedulian Peserta Didik SMP Pangudi Luhur Santo Vincentius Sedayu Kabupaten Bantul”. Skirpsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Skripsi ini lahir karena keprihatinan penulis terhadap sekolah swasta Katolik khususnya SMP Pangudi Luhur Sedayu yang menggunakan nama pelindung Santo Vincentius namun kurang memaknai bahkan kurang mengenal siapa santo pelindung mereka tersebut. Santo Vincentius dikenal sebagai bapa kaum miskin. Pengenalan peserta didik terhadap santo pelindung SMP PL Sedayu dapat menjadi semangat dalam pembentukan dan perkembangan peserta didik khususnya dalam bidang kepeduliaan sosial. Penulis menyadari bahwa proses penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan, bimbingan, dukungan, motivasi dan doa dari banyak pihak. Oleh karena itu, dengan rasa terima kasih penulis akan menghadirkan kembali nama-nama yang sangat berharga sebagai berikut: 1.
Rm. Drs. FX. Heryatno Wono Wulung, SJ. M. Ed selaku Kaprodi PAK Universitas Sanata Dharma dan dosen pembimbing utama yang telah membimbing dengan begitu murah hati dan sangat sabar, dengan segala pengertian, waktu dan pemikiran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.
Yoseph Kristianto, SFK.,M.Pd selaku dosen pembimbing akademik sekaligus dosen penguji kedua yang telah memberikan banyak perhatian, semangat dan dukungan selama penulis menjalani studi di Prodi PAK.
3.
Bapak Drs. L. Bambang Hendarto Y., M. Hum selaku dosen penguji ketiga yang telah memberikan waktu untuk menjadi dosen penguji ketiga dan atas dukungan dalam penulisan skripsi ini.
4.
Kepada ayah Matheus Pardiyanto, ibu kandung Alm. Yosepha Lamiyah dan ibu yang sungguh luar biasa mampu meneruskan perjuangan ibu kandung yaitu ibu Adriana Bartini yang selalu memberikan dukungan doa, semangat, motivasi dan finansial dalam menyelesaikan skripsi ini.
5.
Celcius Suhartanta, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMP PL St. Vincentius Sedayu yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah.
6.
Segenap Romo, Bapak dan Ibu dosen dan seluruh staf karyawan Prodi PAK Universitas Sanata Dharma yang telah membantu kelancaran studi dengan teladan dan ilmu yang diberikan.
7.
Segenap guru, karyawan dan peserta didik SMP PL St. Vincentius Sedayu yang bersedia meluangkan waktu untuk membantu kelancaran penulisan skripsi ini dengan mengisi angket yang diberikan oleh penulis.
8.
Kepada keluarga kakak Chatarina Purwanti, keluarga kakak Fransisca Sri Dwi Astuti, kakak Thomas Ari Yudiyanto, adik Marcelina Rita Yunianti dan adik
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
keluarga yang 10. Kepada bulik sr. lnes dan om Br. Valentinus serta seluruh sekolah selalu memberi dukungan motivasi dan doa unfuk meneruskan
hingga penyelesaian skriPsi ini.
Keluargaangkatan20llsebagaikeluargabaruyangselalumemberikan dukungan, motivasi dan doa. berperan Demikian nama-nama orang yang berharga yang telah banyak sahabat-sahabat dalam menyelesaikan skriPsi ini. Pada dasarnya masih banyak
serta keluarga yang ikut perperan dalam penyelesaian skripsi
ini, namun tidak
dapat disebutkan satu Persatu.
penulisan skripsi ini' Penulis menyadari keterbatasan dan kekurangan dalam demi oleh sebab itu, penulis menerima segala kritik dan saran yang membangun perbaikan skripsi
ini
dengan terbuka dan lapang dada. akhir kata semoga skripsi
ini dapat bermanfaat dan berguna bagi siapa saja yang membutuhkannya'
Yogyakarta, l0 Mei 2016 Pe
s,
Aluisius Ari SetYanto
xll
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...........................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................
iv
MOTTO .........................................................................................................
v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .........................................
vii
ABSTRAK ....................................................................................................
viii
ABSTRACT ..................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................
x
DAFTAR ISI ................................................................................................
xiii
DAFTAR SINGKATAN ..............................................................................
xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................
1
B. Rumusan Masalah ........................................................................
5
C. Tujuan Skripsi
..........................................................................
6
D. Manfaat Skripsi ............................................................................
6
E. Metode Penulisan ........................................................................
7
F. Sistematika Penulisan ...................................................................
7
BAB II SPIRITUALITAS SANTO VINCENTIUS DE PAUL DAN KEPEDULIAN SOSIAL REMAJA USIA SMP ............................ A. Spiritualitas St. Vincentius de Paul .............................................. 1. Riwayat Hidup St. Vincentius de Paul .....................................
9 9 9
2. Spiritualitas St. Vincentius de Paul ..........................................
22
a. Pengertian Spiritualitas .....................................................
22
b. Tiga Keutamaan St. Vincentius de Paul ...........................
23
........................................................................................... xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1) Kesederhanaan ...........................................................
24
2) Kerendahan Hati ........................................................
25
3) Cinta Kasih ................................................................
27
c. Santo Vincentius de Paul Berhadapan dengan Kaum Miskin ...............................................................................
27
1) Kategori Kaum Miskin ..............................................
28
2) Pelayanan terhadap Kaum Miskin .............................
30
3) Alasan Melayani Kaum Miskin .................................
31
4) Kunjungan terhadap Kaum Miskin ............................
32
5) Cara Menyediakan Materil bagi Kaum Miskin .........
32
B. Kepedulian Sosial Remaja Usia SMP dan Pengembangannya ....
33
1. Kepedulian Sosial ................................. ...................................
33
2. Gambaran Umum Remaja Usia SMP .......................................
33
a. Pengertian Remaja Usia SMP ...........................................
33
b. Tahap-tahap Perkembangan Remaja ................................
34
1) Remaja Awal (Early Adolescence) ............................
35
2) Remaja Madya (Middle Adolescence) .......................
35
3) Remaja Akhir (Late Adolescence) .............................
36
c. Aspek-aspek Perkembangan Remaja Usia SMP ..............
36
1) Aspek Fisik ................................................................
36
2) Aspek Emosi ..............................................................
37
3) Aspek Sosial ...............................................................
37
4) Aspek Inteligensi .......................................................
38
5) Aspek Moral Religi ....................................................
38
d. Apek-aspek Pengembangan Kepedulian Sosial ................
40
1) Aspek Kesadaran .......................................................
40
2) Aspek Kehendak ........................................................
41
3) Aspek Keterlibatan ....................................................
41
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Gambaran Umum Kehidupan Sosial Remaja Usia SMP dan Masalah yang dihadapi .......................................................... ...
42
a. Kehidupan Sosial Remaja Usia SMP ...............................
42
1) Kehidupan sosial remaja di dalam keluarga ..............
43
2) Kehidupan sosial remaja di sekolah ...........................
43
3) Kehidupan sosial remaja di tengah masyarakat .........
44
4) Kehidupan sosial remaja dengan teman sebaya .........
45
b. Ciri-ciri Umum Remaja ....................................................
45
1) Kegelisahan ................................................................
46
2) Pertentangan ..............................................................
46
3) Berkeinginan besar mencoba hal yang belum diketahui ....................................................................
47
4) Keinginan mencoba diarahkan pada diri sendiri atau orang lain ............................................................
47
5) Keinginan menjelajah lebih luas ke alam sekitar .......
48
6) Mengkhayal dan berfantasi ........................................
48
7) Aktifitas berkelompok ...............................................
49
c. Masalah-masalah Sosial yang Dihadapi Remaja ...............
49
Kepedulian Sosial Tingkat Remaja .......................................
51
C. Inspirasi Spiritualitas St. Vincentius de Paul terhadap Kepedulian Sosial Siswa SMP ..............................................
51
1. Vincentius de Paul Melihat Kristus sebagai Sumber Spiritual ................................................................................
51
2. Pertemuan Vincentius de Paul dengan Kaum Miskin sebagai Tempat Pertemuan dengan Allah .............................
53
3. Vincentius de Paul Melihat Misteri Kehadiran Kristus dalam Diri Kaum Miskin ........................................................
54
4. Injil sebagai Sumber Inspirasi Hidup Vincentius de Paul ...
54
5. Kesatuan Doa dan Perbuatan Vincentius de Paul...................
55
BAB III GAMBARAN KEPEDULIAN SOSIAL PESERTA DIDIK SMP PL ST. VINCENTIUS DE PAUL SEDAYU .....................
57
A. Gambaran Umum Situasi SMP PL Sedayu ...................................
57
4.
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Sejarah SMP PL .......................................................................
57
2. Visi dan Misi SMP PL Sedayu .................................................
59
3. Peserta didik .............................................................................
60
4. Kegiatan di SMP PL St. Vincentius de Paul Sedayu ...............
63
B. Penelitian tentang Kepedulian Sosial Peserta Didik di SMP PL Sedayu .......................................................................................... 1. Desain Penelitian .................................................................
64 64
a. Latar Belakang Penelitian ...................................................
64
b. Tujuan Penelitian .................................................................
66
c. Jenis Penelitian ....................................................................
66
d. Responden Penelitian ..........................................................
67
e. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................
68
f. Instrumen Pengumpulan Data ..............................................
68
g. Variabel Penelitian ..............................................................
69
h. Deskripsi Tolak Ukur Peserta Didik dalam Mengenal Santo Vincentius de Paul .....................................................
70
2. Laporan Hasil Penelitian dan Tehnik Pembahasan ..................
71
a. Identitas Responden ............................................................
72
b. Metode Laporan ..................................................................
72
c. Gambaran keadaan tingkat pengenalan peserta didik dalam mengenal santo Vincentius de Paul sebagai nama pelindung sekolah.................................................................
73
d. Gambaran kepedulian sosial peserta didik SMP PL St. Vincentius de Paul Sedayu ..................................................
82
3. Pembahasan Penelitian ............................................................
93
4. Kesimpulan Hasil Penelitian ....................................................
96
BAB IV USULAN PROGRAM KEGIATAN PENINGKATAN SOSIAL PESERTA DIDIK SMP PANGUDI LUHUR SANTO VINCENTIUS DE PAUL SEDAYU BERDASAR INSPIRASI SPIRITUALITAS SANTO VINCENTIUS DE PAUL ................
98
A. Latar Belakang Program ...............................................................
98
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Alasan Pemilihan Tema dan Usulan Program ..............................
100
C. Rumusan Tema dan Tujuan Program ...........................................
101
D. Bentuk Program ............................................................................
102
E. Gambaran Program .......................................................................
103
F. Perencanaan Pelaksanaan Usulan Program ..................................
103
1. Perencanaan Pelaksanaan Kegiatan Rekoleksi ........................
103
2. Perencanaan Pelaksanaan Kegiatan Aksi Sosial ......................
119
BAB V PENUTUP ........................................................................................
125
A. Kesimpulan ...................................................................................
125
B. Saran .............................................................................................
127
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
128
LAMPIRAN Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian ...................................
(1)
Lampiran 2: Surat Keterangan telah melaksanakan Penelitian ...........
(2)
Lampiran 3: Instumen Penelitian .........................................................
(3)
Lampiran 4: Contoh Jawaban Responden
.......................................
(8)
Lampiran 5: Penggalan Film St. Vincentius de Paul ............................
(13)
Lampiran 6: Power Point Usulan Program Rekoleksi .........................
(14)
Lampiran 7: Contoh Pertanyaan Aksi Sosial .......................................
(18)
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Teks Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia. Mat
: Matius
Luk
: Lukas
Kol
: Kolose
B. Singkatan Lain BKSN
: Bulan Kitab Suci Nasional
Br
: Bruder
IQ
: Intelligence Quotient
Jml
: Jumlah
Ket.
: Keterangan
KM
: Kilometer
KIR
: Karya Ilmiah Remaja
L
: Laki-laki
Mgr
: Monsignour
No
: Nomor
OSIS
: Organisasi Siswa xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
P
: Perempuan
PL
: Pangudi Luhur
PMKRI : Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia PPL
: Program Pengalaman Lapangan
Pr
: Projo
Prof
: Profesor
Rm
: Romo
SD
: Sekolah Dasar
SMP
: Sekolah Menengah Pertama
SPG
: Sekolah Pendidikan Guru
St
: Santo/Santa
Tgl
: Tanggal
WIB
: Waktu Indonesia Barat
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial. Tidak ada seorangpun yang sanggup hidup tanpa bergantung pada sesama. Hal ini mulai dalam kandungan kemudian pada tahapan-tahapan:
mulai
kanak-kanak,
remaja,
dewasa,
sampai
tua,
selalu
membutuhkan lingkungan sosialnya. Bayi bahkan sejak dari janin dalam kandungan membutuhkan pemeliharaan orang tua, atau lebih tepat ibunya. Bila kanak-kanak sangat membutuhkan perhatian, pendidikan, dan kasih sayang dari kedua orang tuanya, maka remaja membutuhkan bimbingan dan teladan, agar mereka dapat melalui masa-masa goncangan dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa setiap manusia pada tahap-tahap perkembanganya selalu membutuhkan manusia lain. Semua orang muda sampai tua tidaklah sanggup hanya sendirian saja. Mereka membutuhkan bantuan orang lain. Orang lain yang dimaksud adalah masyarakat ataupun pihak-pihak dalam hal pendidikan anak. Dewasa ini pendidikan menjadi kebutuhan yang diprioritaskan. Dengan pendidikan diharapkan dan diyakini oleh sebagian besar orang untuk memperoleh apa yang dicita-citakannya. Hal ini dikarenakan pendidikan dipandang cukup mampu menciptakan manusia dengan keahlian yang tinggi. Maka dari itu tidaklah heran jika seseorang (anak) sebisa mungkin dididik dengan mempertimbangkan kualitas yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
akan didapat olehnya. Dalam perkembangannya, seorang anak membutuhkan pendidikan yang dapat diperoleh dalam keluarga maupun sekolah atau instansi pendidikan. Namun pendidikan saja tidaklah cukup bagi seseorang, ada aspek penting lain yang juga tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia seperti kehidupan sosial. Di atas telah disampaikan bahwa manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan orang lain, kehidupan sosial menjadi tanda bahwa manusia hidup berdampingan dan saling berinteraksi dengan manusia lain. Dalam interaksi sosial inilah seorang anak pada masa perkembangannya perlu pendampingan agar interaksi sosial dapat bermanfaat bagi dirinya.
Sarlito W.
Sarwono (1989: 221) mengatakan: Sekolah selain berfungsi pengajaran (mencerdaskan anak didik) juga berfungsi pendidikan (transformasi norma). Dalam kaitannya dengan fungsi pendidikan ini, peranan sekolah pada hakikatnya tidak jauh dari peranan keluarga, yaitu sebagai rujukan dan tempat perlindungan jika anak didik mengalami masalah. Maka tidaklah heran jika sekolah-sekolah dewasa ini juga memberi bimbingan pada peserta didik untuk mengembangkan jiwa sosialnya melalui para guru dan korps guru di sekolah. Jika para guru dan korps guru di sekolah dapat melaksanakan tugas dengan baik, maka anakanak didik di sekolah itu yang berada dalam usia remaja akan cenderung berkurang kemungkinannya untuk terlibat dalam masalah yang bisa menyebabkan perilaku yang menyimpang. Kepedulian sosial adalah suatu nilai penting yang harus dimiliki seseorang terkait dengan kehidupan sosial. Dalam sikap kepedulian sosial seseorang harus memiliki nilai kejujuran, kasih sayang, kerendahan hati, keramahan, kebaikan dan lain sebagainya bagi kaum lemah, miskin ataupun mereka yang tersingkir. Untuk memiliki sikap kepedulian sosial ini memang dibutuhkan tingkat kematangan tertentu. Untuk mencapai kematangan tersebut perlulah seseorang dididik dan dilatih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
mulai dari usia dini. Mendidik anak tentang kepedulian sosial memang sulit, namun bukan berarti mereka tidak perlu belajar. Secara perlahan anak akan mengerti tentang pentingnya sikap peduli terhadap sesama sejak usia dini. Masa perkembangan yang rawan adalah masa remaja. Remaja adalah masa yang sulit untuk berinteraksi dengan lingkungan sosial, oleh karena itu pendampingan yang tepat akan sangat mampu membantu remaja dalam berinteraksi dengan lingkungan sebagai suatu sikap peduli terhadap lingkungan sosialnya. Namun jika remaja telah masuk dan berinteraksi dalam hal yang tidak benar maka akan sulit untuk menuntunnya pada proses sosialisasi yang baik. Bagi remaja, kepedulian yang diharapkan sesuai dengan usia mereka yakni dengan hal-hal ataupun sikap yang sederhana saja terhadap lingkungan sosial. Sikap sederhana itu dapt dicontohkan, misalkan dalam hal membantu sesama yang membutuhkan pertolongan seperti teman di sekolah atau teman bermain, masyarakat sekitar, peduli terhadap lingkungan alam ataupun ikut terlibat dalam kegiatan yang ada dalam masyarakat. Di sinilah salah satu peran dari lembaga pendidikan (sekolah) dalam membantu orang tua membimbing seseorang untuk mampu berinteraksi yang baik dengan lingkungan sosialnya. Tidak heran jika ada beberapa sekolah yang menggunakan nama pelindung dengan spiritualitasnya sebagai inspirasi ataupun pedoman untuk membantu dalam proses pengembangan kepedulian sosial bagi peserta didiknya. Sekolah-sekolah Katolik dalam hal ini yang akan menjadi tinjauan dari penggunaan nama pelindung sebagai pedoman mereka, khususnya Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Sedayu yang memakai nama pelindung Vincentius de Paul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
St. Vincentius de Paul dikenal sebagai santo yang pada masa hidupnya sangat memperhatikan kaum miskin. Seluruh hidupnya diabdikan untuk mereka yang membutuhkan pertolongan terutama kaum miskin. Ia mengumpulkan orang-orang yang mau untuk membantu orang lain dan membentuk organisasi diperuntukkan bagi kaum miskin guna menjadi wadah mereka yang ikut terlibat dan ambil bagian dalam karya membantu yang miskin. Kesempatan yang baik sebagai sekolah menengah pertama dalam menanamkan sikap peduli terhadap situasi sosial yang ada bagi peserta didik pada masa remaja. Telah disinggung di atas bahwa masa usia remaja perlu bimbingan yang tepat dalam pembentukan sikap mereka agar berguna pula bagi orang lain di sekitarnya. Sikap sosial yang dapat dilakukan oleh seseorang pada masa remaja yang memiliki tanggungjawab utama sebagai pelajar sangat banyak. Saling membantu antar teman ataupun warga sekolah menjadi salah satu hal yang penting ditanamkan sebagai sikap solidaritas. Peduli terhadap masyarakat sekitar sekolah juga penting agar anak remaja juga diperhitungkan dalam masyarakat tersebut. Peduli terhadap masyarakat sekitar sekolah yang paling dekat dapat diwujudkan dengan berbagai cara misalnya menyapa warga sekitar ketika berjumpa, mengunjungi warga yang sedang sakit, mengunjungi warga yang berkekurangan ataupun yang paling mudah adalah peduli terhadap lingkungan sekitar. Beberapa contoh sikap peduli sosial itu dapat dilakukan baik secara perorangan ataupun kelompok peserta didik. Dari pengamatan penulis ketika menjalankan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Pangudi Luhur St. Vincentius de Paul Sedayu pada bulan Juli hingga Oktober 2014 (tiga bulan), penulis mengamati berbagai aktivitas dan mencoba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
memahami karakteristik peserta didik. Peserta didik SMP PL St. Vincentius Sedayu adalah peserta didik yang memiliki banyak prestasi dan dapat dikatakan aktif dalam berbagai kegiatan maupun organisasi yang ada. Namun juga tidak sedikit dari peserta didik yang hanya sebatas mengikuti proses belajar mengajar secara akademik saja dan tidak terlibat dalam kegiatan ataupun keorganisasian yang ada. Sebagai suatu sekolah yang menghayati spiritualitas St. Vincentius de Paul, perlulah bagi peserta didik menghayati inspirasi spiritualitas St. Vincentius de Paul yang dikenal sebagai orang yang mempunyai kepedulian yang sangat tinggi bagi orang-orang tidak mampu di sekelilingnya. Inspirasi spiritualitas St. Vincentius de Paul ini dapat menjadi api untuk membakar semangat jiwa muda para peserta didik dalam menyadarkan dan mengembangkan sikap peduli mereka, terlebih peduli terhadap kehidupan sosialnya. Berdasarkan uraian di atas penulis perlu untuk mengetahui secara lebih jauh tentang gambaran inspirasi spiritualitas St. Vincentius terhadap kepedulian sosial peserta didik SMP PL Sedayu, maka penulis merumuskan judul skripsi ini sebagai berikut “INSPIRASI SPIRITUALITAS SANTO VINCENTIUS DE PAUL UNTUK PENINGKATAN KEPEDULIAN SOSIAL PESERTA DIDIK SMP PANGUDI LUHUR SANTO VINCENTIUS SEDAYU KABUPATEN BANTUL”. B. Rumusan Masalah Adapun yang menjadi perumusan masalah adalah sebagai berikut : 1.
Apa inspirasi dari Spiritualitas St. Vincentius de Paul untuk meningkatkan kepedulian sosial remaja usia Sekolah Menengah Pertama (SMP)?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
2.
Bagaimana gambaran keadaan kepedulian sosial peserta didik SMP Pangudi Luhur St. Vincentius de Paul?
3.
Bagaimana
inspirasi
spiritualitas
St.
Vincentius
digunakan
untuk
meningkatkan kepedulian sosial peserta didik SMP PL St. Vincentius de Paul Sedayu?
C. Tujuan Skripsi Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah 1. Mengetahui inspirasi Spiritualitas St. Vincentius de Paul pada para peserta didik SMP 2. Mengetahui gambaran keadaan kepedulian sosial peserta didik SMP Pangudi Luhur St. Vincentius de Paul Sedayu. 3. Mengetahui usaha apa yang dapat dilakukan dalam membantu para peserta didik SMP Pangudi Luhur St. Vincentius de Paul Sedayu meningkatkan kepedulian sosial
D. Manfaat Skripsi Melalui skripsi ini, penulis berharap dapat bermanfaat: 1. Memberikan sumbangan pemikiran pemahaman spiritualitas St. Vincentius de Paul pada para peserta didik SMP Pangudi Luhur St. Vincentius de Paul Sedayu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2. Membantu para pendidik dalam mendampingi dan membina para peserta didik untuk semakin memahami dan terinspirasi oleh nilai-nilai Spiritulitas St. Vincentius de Paul dalam upaya meningkatkan kepedulian sosial para peserta didik. 3. Untuk menjadi masukan, pengetahuan dan pemahaman dalam penelitianpenelitian selanjutnya.
E. Metode Penulisan Metode penulisan yang akan digunakan oleh penulis dalam skripsi adalah deskripsi analisis. Deskripsi analisis adalah metode yang menggambarkan dan menganalisis data-data yang diperoleh melalui studi pustaka dan diperkuat dengan adanya penelitian.
F. Sistematika Penulisan Sebagai sebuah gambaran umum tentang hal apa saja yang akan dibahas di dalam penulisan skripsi, berikut ini adalah sistematika penulisannya: Bab pertama merupakan pendahuluan. Pada bagian ini, penulis memaparkan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan. Bab kedua, penulis menyampaikan hasil studi pustaka mengenai santo Vincentius dan kepedulian sosial remaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Bab ketiga ini akan menguraikan mengenai penelitian yang dilakukan dengan terlebih dahulu melihat gambaran umum yang ada pada SMP PL St. Vincentius de Paul Sedayu dan pada akhir bab ini akan disimpulkan hasil dari penelitian tersebut. Bab empat berisi tentang usulan program yang akan diberikan guna pengenalan kepada santo pelindung sekolah dan peningkatan kepedulian sosial. Bab lima merupakan bagian penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran yang dapat diajukan berkaitan dengan pembahasan hasil penelitian mengenai inspirasi spiritualitas St. Vincentius de Paul terhadap kepedulian sosial bagi Peserta didik SMP Pangudi Luhur St. Vincentius de Paul Sedayu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II SPIRITUALITAS SANTO VINCENTIUS DE PAUL DAN KEPEDULIAN SOSIAL REMAJA USIA SMP
A. Spiritualitas St. Vincentius de Paul Berangkat dari bab pertama, spritualitas St. Vincentius de Paul dalam bab ini menjadi salah satu pokok bahasan yang utama. Pada bab ini akan diuraikan tentang spiritualitas St. Vincentius dan juga ajaran-ajarannya yang mendorong suatu instansi atau individu memakai semangat spritualnya dalam karyanya.
1. Riwayat hidup St. Vincentius de Paul Riwayat hidup St. Vincentius de Paul menjadi titik awal dalam melihat dan mendalami spiritualitasnya. Kita tahu bahwa riwayat hidup seseorang yang kita pandang baik dan patut dijadikan semangat dalam menjalani hidup akan sangat berarti dalam menggali, meneruskan dan mengahayati semangat pengabdian yang telah dilakasanakan dalam hidupnya. Begitu juga dengan St. Vincentius de Paul, riwayat hidupnya menjadi bekal para pengikutnya dan orang-orang maupun instansi yang terinspirasi olehnya. Santo Vincentius de Paul lahir pada tanggal 24 April 1581 di Pouy, beberapa kilometer dari kota Dax di Perancis Selatan, sebagai anak ketiga dari enam bersaudara. Ayah St. Vincentius de Paul bernama Jean de Paul dan ibunya bernama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Bertrande de Moras. Keluarga de Paul adalah keluarga yang hidup dari hasil kerja keras dan dalam suasana miskin. Rumahnya pun menunjukkan keadaan yang serba kekurangan, bangunan hanya bertingkat satu terdiri dari beberapa kamar tidur, sebuah dapur, sebuah gudang kecil dan kandang ternak. Tidak jauh dari rumah itu berdiri pohon besar yang berlubang untuk memasang arca Bunda Maria (Setiawati, 1989: 8). Vincentius menerima sakramen baptis pada tanggal 24 April saat kelahirannya. Setiap kali Vincentius berulang tahun, ia tidak lupa memohon agar para imam sekomunitas bersama dia berdoa dengan berlutut untuk mohon pengampunan dari Allah atas segala kesalahannya (Thone, 1985: 7). Keluarga petani tersebut tidaklah berasal dari kaum bangsawan, dan keluarga itu terasa berat untuk mencukupi kebutuhan sandang pangan anak-anak mereka. Sejak kecil, Vincentius terpaksa ikut bekerja untuk memperoleh tambahan upah. Biasanya ia diberi pekerjaan mengawasi sekelompok itik yang dilepas di tepi sungai. Setiap kali diberi upah beberapa sen, upah itu ia relakan untuk para pengemis. Setelah berumur belasan tahun, setiap pulang ke rumah dengan membawa tepung terigu dari penggilingan, ia tak sampai hati melihat orang-orang meminta-minta, lalu ia memberikan secangkir tepung terigu. Rupanya sejak waktu itu ia sudah mulai tergerak hatinya untuk menolong orang yang berkekurangan (Thone, 1985: 7). Kebanyakan penghuni desa Gascogne berpikiran tajam, begitupun ayah de Paul, meskipun tak pernah mencetuskan ilham mulia. Ia berpendapat, bahwa Vincentius
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
lebih mampu belajar daripada kakak adiknya. Ia tidak membutuhkan tenaganya, sebab anak-anaknya yang lain dapat membantu di kebun yang tidak begitu luas. Selain itu terbayanglah sesuatu, yang mendorong dia untuk berpikir, dan tergugahlah rasa cinta dirinya. Salah seorang saudara sepupunya yang bernama Etienne de Paul diberi kesempatan untuk melanjutkan pendidikan, dan dalam waktu yang tidak begitu lama berhasil mencapai kemajuan yang menggembirakan. Ia menempuh jalan hidupnya sebagai rohaniawan, semula menjadi imam, kemudian biarawan dan pada akhirnya terpilih menjadi Prior pada suatu biara yang cukup besar. Di seluruh daerah ia menjadi orang yang terkenal dan dihormati. Apakah tidak mungkin Vincentius menjadi orang yang berkedudukan semacam itu, dan bukankah tidak lebih baik daripada menjadi karyawan atau peternak kambing? Lebih dari itu kelak ia akan mampu membantu saudara-saudaranya, seperti Prior Etienne. Memang bagi Vincentius alasan-alasan semacam itu tidak mendesak untuk bertindak. Ia tidak menolaknya, tapi ia punya rencana sendiri. Di tengah kota kecil Dax berdirilah hotel des Postes, dulu merupakan sekolah dasar usaha keluarga Codelier. Uang sekolah untuk diterima sebagai murid di sekolah itu tidak begitu tinggi (Thone, 1985: 9). Bapak de Paul menjual beberapa ekor lembu untuk dapat membiayai sekolah Vincentius selama dua tahun. Sementara itu ia berkenalan dengan seorang pengacara yang berpengaruh di kota Dax, yang berkantor di Pouy. Ia membicarakan kecerdasan puteranya yang menonjol dan kepandaiannya di sekolah dan akhirnya pengacara tersebut membantu biaya pendidikan Vincentius. Di sekolah berasrama, di sana anak-anak yang bersekolah dari keluarga yang berada hanya Vincentius sendiri yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
dari keluarga sederhana. Vincentius dipercaya bahwa ia tidak akan canggung ataupun malu berasal dari keluarga yang sederhana sendiri. Kenyataan berkata lain, terkadang ayahnya datang ke asrama untuk menjenguknya dan mengajak berjalanjalan, lama-lama Vincentius de Paul mulai berubah. Ketika ayahnya datang jauh-jauh untuk menjenguk, ia tidak mau menemui karena ayahnya terlihat miskin dengan pakaian yang buruk dan kaki pincang. Pergaulan dengan teman-teman dari keluarga kaya membuat Vincentius de Paul lupa akan asal-usulnya. Pengalaman inilah yang menjadi kekesalannya dalam hidup dan menjadi pengalaman yang berharga bagi hidupnya. Kecerdasan, ketekunan dan keunggulannya membuat Monseur de Comet mempercayai Vincentius de Paul untuk tinggal di rumahnya agar dapat mengajari anak-anaknya, sekaligus dapat menjalankan studi di sekolahnya. Tawaran ini ditanggapi dengan senang hati oleh Vincentius de Paul dan keluarganya, karena dengan kegiatan ini ia dapat membiayai sekolahnya. Kesempatan untuk mengejar pendidikan tidak disia-siakan oleh Vincentius de Paul, sehingga dengan usaha dan dukungan dari keluarga Monsier de Comet, ia dapat ditahbiskan menjadi imam pada tanggal 23 September 1600 oleh Mgr. Francois de Bourdeille uskup Perigueux yang telah berusia 84 tahun (Thone, 1985: 10). Setelah tahbisan Vincentius de Paul mendapat surat pengangkatan menjadi pastor di Thil oleh Vikaris Jenderal Dax. Ternyata di paroki tersebut telah ada romo Saint Soube yang mendapat pengangkatan dari Curia Roma. Pengalaman ini menjadi kegagalan pertama bagi Vincentius de Paul (Roman, 1993:10).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Dalam perjalanan menuju ke Toulouse dari Marseille, kapal yang ia tumpangi diserang oleh bajak laut. Ia terkena anak panah yang nyasar, namun beruntung ia masih hidup karena bahunya saja yang kena. Bajak laut mengambil semua harta milik penumpang maupun kapal, sebagian penumpang dan awak kapal dibawa oleh bajak laut untuk dijual, sedangkan yang lain ditenggelamkan bersama kapal. Vincentius de Paul dibawa ke Tunisia untuk dijual sebagai budak. Selama kurang lebih dua tahun, ia menjadi budak dan berganti-ganti majikan yang berbeda. Dalam situasi tersebut, tangan Tuhan menjamahnya dengan berhasil mempertobatkan majikannya kembali menjadi Katolik. Bersama dengan majikannya, ia kembali ke Perancis dan langsung menuju Avignon untuk memohon kepada wakil Paus agar diterima kembali dalam Gereja Katolik. Mgr. Pietro de Montorio selaku wakil Paus pada waktu itu sangat menerima baik kehadiran mereka (Setiawati, 1989: 16-23). Menjadi imam bagi Vincentius de Paul bukanlah cita-cita yang timbul dari hati untuk mengabdikan diri bagi pelayanan umat Allah, melainkan dorongan dari orang tua dan dirinya untuk untuk mendapatkan kedudukan terhormat dalam Gereja yang merupakan jalan satu-satunya mendapatkan sejumlah materi bagi keluarganya. Harapan dan cita-cita Vincentius de Paul tidak menjadi kenyataan. Tuhan memanggilnya untuk maksud lain, sebab yang ia cita-citakan sejak semula dirombaknya sama sekali ketika ia berkarya di kota Paris. Di kota ini, ia berkenalan dengan imam Pierre de Berulle yang menjadi pembimbing rohaninya yang memberikan pengertian kepada Vincentius de Paul tentang arti sesungguhnya dari imamat dan apa yang diharapkan dari seorang imam. Bersama dengan berbagai krisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
dan kegagalan yang dialami perlahan-lahan ia dibimbing ke arah pertobatan yang sejati (Roman, 1993: 14-18). Imam Pierre de Berulle yang menjadi pembimbing rohani Vincentius de Paul untuk menjadi pastor paroki di Clichy. Waktu itu Clichy adalah desa kecil dari Paris dan umatnya adalah orang-orang kecil dan sederhana. Vincentius de Paul menerima tawaran tersebut dan segera berangkat ke paroki Clichy untuk bertemu dengan umat. Umat gembira melihat pastor Vincentius de Paul yang begitu bersemangat, karena ia menunjukkan bakatnya sebagai pastor pembimbing dan organisator. Setiap minggu pertama ditetapkan sebagai hari pengakuan dosa dan umat taat melakukannya dan menunjukkan perkembangan hidup rohani. Selain itu ia mengunjungi orang sakit, menghibur yang berkesusahan, membantu yang miskin, menegur yang salah ataupun menyemangati yang lemah. Alhasil paroki yang dipimpinnya sangat hidup dan menjadi model bagi paroki sekitarnya. Sayangnya pastor Vincentius hanya diberi waktu dua tahun di paroki Clichy karena mendapat tugas baru untuk menjadi tutor bagi anak-anak Laksamana de Gondi pada akhir tahun 1613. Vincentius de Paul menjalankan tugas ini dengan penuh iman dan mengajarkan keluarga de Gondi untuk banyak melakukan karya amal. Selain bekerja sebagai tutor bagi anak-anak de Gondi, Vincentius mengisi waktunya dengan banyak mengunjungi petani dan buruh miskin di wilayah de Gondi yang sangat luas meliputi pedesaan di luar kota Paris (Thone, 1985: 15-22). Keberhasilan karya pastoral yang dilakukan oleh Vincentius de Paul membuat Madame de Gondi semakin menghormatinya, namun juga semakin tergantung pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Vincentius de Paul sebagai pembimbing rohaninya. Hal ini membuat Vincentius de Paul ingin keluar dari istana, karena ia menyadari bahwa tugasnya bukan terkurung dalam istana de Gondi melainkan dipanggil untuk melayani orang miskin. Atas permintaannya kepada imam Pierre de Berulle, ia mendapat kepercayaan untuk menangani paroki Chatilon le Dombes. Di paroki ini Vincentius melakukan pelayanan kepada orang miskin dan mempertobatkan orang-orang berdosa. Satu peristiwa yang sangat berkesan bagi Vincentius de Paul yakni: suatu hari minggu ketika
ia
akan
mempersembahkan
misa,
ada
seorang
perempuan
yang
menceriterakan bahwa ada keluarga miskin di pinggir kota yang mengalami nasib malang, seluruh anggota keluarga sedang sakit. Ceritera itu disampaikannya saat kotbah kepada umat. Sore hari Vincentius de Paul mengunjungi keluarga tersebut, banyak sumbangan makanan dan pakaian. Melihat itu, Vincentius de Paul membentuk suatu perkumpulan yang dapat mengelola bantuan untuk pelayanan kepada orang miskin, karena banyak umat yang ingin membantu tetapi tidak ada organisasi yang mengaturnya. Ia mengawali pembentukan organisasi kasih itu dengan mengumpulkan ibu-ibu dan mengajak mereka untuk melihat persoalanpersoalan orang miskin dan sakit di wilayah tersebut. Organisasi ini bertolak pada kasih, dan berkembang cepat serta banyak orang yang ditolong, sehingga Vincentius de Paul yakin bahwa Allah telah memanggilnya untuk karya kasih ini (Thone, 1985: 23-28). Kini Vincentius de Paul semakin mantap dengan panggilannya dan ia melihat Tuhan dalam diri orang yang dilayaninya. Pelayanan yang dilakukan Vincentius de
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Paul bersama umat di paroki Chatillon le Dombes harus diakhiri karena ia dipanggil lagi oleh keluarga de Gondi untuk menjadi penasehat dan pembimbing rohani bagi keluarga mereka. Karena ketaatan kepada Tuhan dan bimbingan Roh Kudus lewat retret bersama pembimbing rohaninya, ia memutuskan untuk kembali kepada keluarga de Gondi namun dengan suatu perjanjian dengan mencari orang yang dapat membimbing anak-anak de Gondi sehingga Vincentius dapat dengan bebas melakukan karya di desa-desa dalam melayani dan berjumpa dengan orang miskin (Thone, 1985: 28). Vincentius de Paul dibantu oleh beberapa imam dengan giat melaksanakan misi umatnya ke berbagai keuskupan di seluruh Perancis. Antara tahun 1618-1625, ia bermisi ke 30-40 kabupaten. Di setiap tempat misi ia mendirikan Persaudaraan Cinta Kasih dengan Konstitusi Umum disertai peraturan khusus untuk setiap tempat. Sejak saat itu Vincentius de Paul bersama Madame de Gondi sering pergi ke desa untuk dapat bertemu dengan orang-orang yang dicintainya, tentunya ini sangat menyenangkan hatinya. Madame de Gondi sangat mendukung kegiatan Vincentius de Paul dalam bentuk dana, perhatian dan juga keterlibatan nyata dalam mengunjungi orang yang miskin dan sakit. Belaskasih Vincentius de Paul tak pernah pasif, ia selalu mencari jalan keluar dalam meringankan penderitaan orang yang dilayaninya, baik dalam bentuk jasmani maupun kehidupan rohani mereka. Ia sering mengatakan bahwa orang tak cukup hanya terharu, namun perlu menanggapi penderitaan orang lain secara konkrit, selain itu kita tak perlu berkecil hati untuk memulai karya baik, yakinlah bahwa banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
orang punya kehendak baik, dan bersama Tuhan kita perlu mendekati serta menggerakkan mereka dengan sabar dan mengorganisir mereka dengan teliti dan bijaksana. Keyakinan Vincentius de Paul kepada Tuhan, membuat ia tidak goyah dalam menghadapi berbagai tantangan. Suatu ketika Vincentius de Paul dipertemukan dengan Fransiskus de Sales uskup Genewa, yang dikenal sebagai orang kudus dan saleh. Pertemuan ini mempererat persahabatan mereka, dan saling mendukung dalam karya dan tugas pelayanan, bahkan Vincentius de Paul sangat menghormatinya dan menemukan banyak inspirasi lewat percakapan dan buku-buku bacaan karangan Fransiskus de Sales. Dari Fransiskus de Sales, Vincentius de Paul dapat menimba semangat kerendahan hati dan kekudusan. Setelah 26 tahun Vincentius de Paul merantau, ia merasa rindu untuk pulang ke kampung halamannya. Namun ia ragu karena melihat banyak imam yang giat merasul, namun kehilangan semangat karena tergoda untuk memberi bantuan keuangan bagi keluarganya. Dengan berbagai pertimbangan, ia berangkat ke Pouy selama sepuluh hari untuk berlibur bersama keluarganya. Kedatangan Vincentius de Paul sangat dirindukan oleh keluarganya dan ada harapan bahwa ia akan datang membawa uang yang dapat dipergunakan oleh keluarga dalam mencukupi kehidupan hidup mereka. Tetapi kenyataan berbeda, Vincentius de Paul tidak membawa apaapa untuk keluarganya, ia hanya memberi penjelasan melalui khotbahnya saat misa bersama di Gereja tentang keberadaan dirinya, bahwa keluarga tidak boleh mengharapkan keuangan darinya, karena seandainya dia punya uangpun, semua milik imam adalah milik Allah dan orang miskin. Kini Vincentius de Paul telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
menemukan arti imamat baginya. Setelah meninggalkan desanya barulah ia mengalami krisis yang hebat, beberapa kali ia tergoda untuk mengirim bantuan keuangan kepada keluarganya. Vincentius de Paul tak putus-putus berdoa memohon agar Tuhan membebaskan dari godaan itu. Tiga bulan setelah itu ia dibebaskan dari belenggu keluarga yang menggoda itu. Kini ia benar-benar bebas untuk mempersembahkan diri seutuhnya mengikuti kehendak Tuhan dan melaksanakan misiNya. Di kota Paris nama Vincentius de Paul menjadi terkenal karena karya misinya dalam melayani orang miskin di pedesaan. Ia sangat berharap agar jabatan dalam Gereja dipercayakan kepada imam yang dianggap pantas dan layak menjadi gembala umat Allah, karena pada waktu itu Vincentius de Paul melihat para imam yang banyak bersenang-senang di kota, daripada melayani kaum miskin di pedesaan (Thone, 1985: 40- 43). Karya-karya kasih yang dibentuk oleh Vincentius de Paul sangat didukung oleh masyarakat dan wanita dari tingkat tinggi yang ingin terlibat dalam membantu kaum miskin. Pada tahun 1625, Madame de Gondi menyediakan dana bagi beberapa imam yang setiap lima tahun sekali mengadakan misi rakyat di semua daerah miliknya. De Gondi meminta Vincentius de Paul agar membentuk suatu kelompok misionaris. Vincentius de Paul menerima tugas itu dengan menandatangani kontrak pada tanggal 17 April 1625 dan secara resmi lahirlah Kongregasi Misi yang saat itu hanya diwakili Vincentius de Paul sendiri sebagai pendiri. Beberapa waktu sesudah pendirian itu de Gondi meninggal dunia (Roman, 1993: 25).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Karya-karya kasih yang dibentuk oleh Vincentius de Paul semakin berkembang di seluruh wilayah de Gondi. Dalam melaksanakan pelayanan kepada kaum miskin ia dibantu oleh wanita-wanita dari tingkat tinggi dan para imam yang ingin mengikuti jejak Vincentius de Paul. Tugas mereka merawat orang sakit, mengasuh anak-anak gelandangan dan terlantar serta membagi-bagikan derma. Bantuan ibu-ibu ini tidak bertahan lama, sebab perlahan-lahan mereka mengundurkan diri dengan berbagai alasan. Tuhan tidak membiarkan Vincentius de Paul berjalan sendiri, ia berkenalan dengan janda Louise de Marillac. Ia adalah seorang ibu janda yang selalu ragu-ragu dalam mendidik seorang putranya. Dalam keraguannya ia sangat membutuhkan pembimbing rohani yang dapat mendampingi dia dalam menjalani hari-hari hidupnya. Perkenalan dan bimbingan dari Vincentius de Paul membawa harapan dan makna hidup bagi Louise de Marillac, sehingga dengan kebebasan penuh ia ingin bekerjasama dan terlibat bersama Vincentius de Paul dalam melayani orang-orang miskin (Setiawati, 1989:35). Karya-karya kasih yang telah berkembang semakin diminati masyarakat. Karena itu Vincentius de Paul sangat membutuhkan orang-orang yang dapat bergabung dalam melayani orang-orang miskin. Kerelaan Luise de Marillac untuk bekerjasama melayani orang miskin ditanggapi sangat positif oleh Vincentius de Paul, dengan memberi tanggungjawab kepadanya untuk mengunjungi daerah-daerah tempat karyakarya kasih yang telah didirikan oleh Vincentius de Paul. Tanggungjawab itu diterima oleh Luise de Marillac dengan sangat antusias dan mulai melaksanakan apa yang telah dipercayakan kepadanya. Karya-karya kasih tersebut dapat dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
dengan lebih maksimal, Luise de Marillac perlu bantuan dari orang lain, maka ia mengumpulkan gadis-gadis desa dan mengajari mereka cara-cara merawat orang yang sakit, miskin dan menderita. Lambat laun muncullah dalam benak Luise de Marillac suatu rencana, yakni mendidik gadis-gadis desa dalam hidup keagamaan, cara merawat orang-orang sakit, anak-anak terlantar dan orang lanjut usia. Keinginannya diberitahukan kepada Vincentius de Paul. Vincentius de Paul tidak langsung menerima usulan ini, tetapi ia mengajak Luise de Marillac mengambil keputusan dengan bijaksana di bawah bimbingan Tuhan. Sesudah memikirkan usul ini lebih serius, akhirnya Vincentius de Paul mendukung rencana Luise de Marillac dengan terlebih dahulu meminta persetujuan gadis-gadis yang sudah dikumpulkan Luise de Marillac itu untuk merawat orang-orang sakit. Gadis-gadis itu menyatakan persetujuannya dan bersedia untuk merawat orang-orang yang menderita. Di bawah pimpinan Luise de Marillac, gadis-gadis itu melaksanakan tugas yang cukup berat, dengan hasil sangat mengagumkan. Namun Vincentius de Paul belum juga mendirikan Kongregasi untuk mereka, karena ia membutuhkan waktu yang cukup dalam mendirikan kongregasi yang bercorak lain dari biasanya. Ia menghendaki suatu perserikatan wanita-wanita yang sungguh-sungguh terlibat dalam masyarakat. Ia tidak ingin perserikatan wanita terasing dalam tembok-tembok biara melainkan wanita-wanita yang melakukan nasihat Injil seraya bekerja di tengah-tengah rakyat sampai ke pelosok-pelosok desa dan gubuk-gubuk orang kecil (Tondowidjojo, 1984: 97).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Masyarakat Paris mengenal Vincentius de Paul sebagai pribadi yang sabar, rendah hati, dan punya sifat revolusioner baik dalam buah pikiran maupun dalam perbuatan. Ia mau menunjukkan Tuhan secara nyata kepada orang-orang miskin lewat pelayanannya yang lembut dan bersahabat. Setelah melewati berbagai pertimbangan, akhirnya cita-cita Luise de Marillac dipenuhi oleh Vincentius de Paul dengan mendirikan Serikat Puteri Kasih di bawah pimpinan Luise de Marillac (Tondowidjojo, 1984: 97). Vincentius de Paul mencintai Allah dengan berpeluh keringat dan bekerja keras dalam menghadirkan kabar gembira kepada orang-orang miskin. Ia membuka pintu bagi Gereja dan mengajarkan para biarawannya agar bekerja dengan kaum awam, dan ia juga menghargai sumbangsih kaum wanita. Vincentius de Paul merupakan pemrakarsa pemberian bantuan bagi anak-anak terlantar, para tahanan, korban bencana, pengungsi dan orang-orang cacat yang harus tinggal di rumah. Semuanya dijalankan atas kasih dan cintanya kepada mereka, dengan meneladan Yesus Kristus yang menempatkan diri sebagai pelayan bagi kaum miskin. Kepada para pengikutnya ia mengajarkan bahwa karya kasih yang benar tidak saja membagikan bantuan, tetapi juga membantu orang miskin untuk mendapatkan kembali martabat dan kemandirian mereka. Ia meyakini kebajikan sebuah tindakan dan ia suka menggunakan motto “Totum opus nostrum operatione Consistit” yang berarti tindakan adalah keseluruhan tugas kita. Ia juga menambahkan bahwa kesempurnaan tidak datang dari kegembiraan yang meluap-luap, tetapi dari tindakan melaksanakan kehendak Tuhan. Menjelang akhir tahun 1655 kesehatan Vincentius de Paul semakin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
hari semakin melemah dan akhirnya pada tanggal 27 September 1660, Vincentius de Paul wafat di Saint-Lasare di pinggiran Paris. Pada tahun 1729, Vincentius de Paul diangkat sebagai beato oleh Paus Benediktus XIII dan pada tahun 1737, Paus Clemens XII mengangkatnya menjadi santo. Pada tahun 1885, Paus Leo XIII mengangkatnya sebagai pelindung karya amal (Thone, 1985: 103-116).
2. Spiritualitas St. Vincentius de Paul a. Pengertian Spiritualitas Kata Spiritualitas berasal dari bahasa Prancis yakni: spiritualite. Kata dasarnya spiritus yang berarti Roh. Apabila seseorang disebut seorang spiritualis berarti dia digerakkan oleh Roh Kudus untuk berbuat sesuatu (Darmawijaya, 1984: 110). Menurut Banawiratma (1998: 58) “spiritualitas juga dimengerti sebagai sesuatu yang melatarbelakangi bentuk atau cara hidup seseorang dalam menyadari dan menghayati hidup sesuai dengan yang dicita-citakan baik dalam relasi dengan Tuhan maupun dengan sesama.” Sedangkan menurut Eddy Kristiyanto (2005: 3) “Spiritalitas adalah sebuah kata Latin: spiritus yang berarti roh, semangat.” Dalam artian ini, sekurangkurangnya dapat dikatakan bahwa spiritualitas berarti sesuatu yang berhubungan dengan roh atau semangat. Spiritualitas perlu digali, dipikirkan, direnungkan dan dihayati dalam kenyataan hidup konkrit setiap harinya karena spiritualitas tidak tumbuh dengan sendirinya. Maka dari itu, tumbuh berkembangnya suatu spiritualitas dipengaruhi oleh berbagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
unsur. Unsur terpenting dalam hal ini ialah bentuk kehidupan, kebudayaan dan perkembangan sejarah. Cara hidup yang diyakini oleh seseorang mempunyai pengaruh besar dalam menghayati hidup rohaninya. Vincensius de Paul memilih cara hidup sebagai rasul dan ia ditugaskan sebagai pembantu Uskup dalam melayani umat Allah. Hidup rohani Vincentius de Paul diwarnai oleh kekhasannya sendiri. Berdasarkan penghayatan itulah sekelompok orang mulai menggali, memikirkan, merenungkan dan menghayati apa yang menjadi kekhasannya, serentak mengembangkannya tanpa menyimpang dari kebudayaan setempat dan perkembangan zaman.
b. Tiga Keutamaan St. Vincentius de Paul Spiritualitas seorang santo bersumber pada pengalaman rohaninya dan juga pengaruh dari luar diri yang dapat membantu dia untuk semakin berkembang dalam hidup rohaninya. Sumber spiritualitas St. Vincentius de Paul ialah Yesus Kristus. Ia terpesona pada satu segi dari kepribadian Kristus yaitu: Kristus pewarta kabar gembira kepada orang miskin, sehingga dalam hidupnya ia mengkontemplasikan Kristus yang pergi dari desa ke desa untuk mencari orang kecil dan mewartakan kabar gembira kepada mereka. Dalam melanjutkan karya Kristus di dunia, Santo Vincentius de Paul mengaharapkan kepada para pengikutnya agar bersemangat seperti Kristus dengan kasih dan hormat kepada Bapa, kasih yang nyata dan penuh pengertian kepada orang miskin dan kerelaan untuk dibimbing oleh penyelenggaraan Ilahi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Pengalaman hidup Vincentius de Paul, sangatlah menarik untuk semakin didalami dan tepat untuk menjadi landasan dan dasar pijakan dalam melayani kaum miskin. Kekhasan semangat Vincentius inilah yang disebut dengan spiritualitas St. Vincentius de Paul oleh para pengikutnya. Spiritualitas St. Vincentius de Paul yang akan diuraikan di bawah ini terdiri dari kesederhanaan, kerendahan hati dan cinta kasih. 1) Kesederhanaan Kesederhanaan hidup merupakan wujud hidup Yesus Kristus sendiri, yang dengan kesederhanaanNya telah datang, tinggal dan bersahabat dengan orang kecil dan sederhana. Sebagai santo yang hidup pada abad XVII, St. Vincentius de Paul adalah seorang tokoh yang hidup di lingkungan keluarga yang sederhana dengan sikap dan perilaku yang sederhana pula. Ia selalu bersedia membantu orang tuanya, tanpa bersungut-sungut walaupun apa yang diminta oleh mereka jauh dari harapannya. Sejauh Vincentius de Paul mampu berbuat sesuatu ia tidak pernah menyerah sebelum menyelesaikan. Hal ini tampak dalam kegigihan dan kesungguhannya dalam menunaikan setiap tugas yang dipercayakan kepadanya. St. Vincentius de Paul menekankan kesederhanaan sebagai dasar pijakan yang inspirasinya adalah Yesus Kristus sendiri. Menurut Vincentius de Paul, kesederhanaan yang suci menistakan segala sesuatu yang tidak berkenan kepada Allah dan menyatakan bagi Allah adalah kebaikan yang sempurna, benar, tertinggi, dan satu-satunya sumber kebaikan. Artinya semua yang baik bersumber dari Allah, sehingga tidak ada alasan untuk bersikap remeh terhadap orang yang bertindak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
kurang baik, dan tidak ada alasan untuk memandang diri sendiri lebih sempurna dari pada orang lain. Kesederhanaan bagi Vincentius de Paul berarti melakukan segala sesuatu demi cinta kepada Allah dan demi kemuliaan nama-Nya tanpa ada maksud ataupun niat sampingan demi keuntungan pribadi dari perbuatan yang dilakukan. Ia juga mengharapkan dari para pengikutnya agar selalu bersikap jujur, sederhana dalam perkataan maupun tindakan, seorang yang dipercaya dapat membebaskan diri dari cinta diri dan sikap yang selalu mengeluh ketika menghadapi kemalangan. Untuk menunaikan tugas melayani fakir miskin dan untuk menyampaikan Injil kepada fakir miskin. Thone (1985: 39) mengatakan bahwa Vincentius de Paul menyampaikan kepada para imamnya “harus miskin dengan kata lain berjiwa miskin pula, dan berkeyakinan, bahwa adalah kehormatan untuk menjadi pengabdi dan pelayan para fakir miskin, tanpa menerima upah imbalan”. Oleh karena itu mereka diperuntukkan bagi fakir miskin, dan harus mewartakan kemiskinan dengan cara hidup pribadi. Pendiri mereka menentukan peraturan, bahwa mereka tidak dibenarkan, jika imbalan keuangan atau material sampai memberatkan salah seorang pastor. Selama mereka memberikan misi, sedapat-dapatnya harus membawa bahan makan dan minum sendiri, dan sebagai tempat penginapan harus memilih gudang atau kamar di bawah tanah. Sifat pewartaan dan khotbah-khotbah mereka harus sesuai dengan kepribadian mereka, yaitu sederhana dan dapat dimengerti oleh setiap orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
2) Kerendahan Hati Kerendahan hati menjadi bagian cara hidup dari Vincentius de Paul. Ia meyakini bahwa kerendahan hati adalah hidup Putra Allah sendiri. Ia menderita pada masa hidupNya, Ia diolok-olok, ditolak, disalibkan bahkan wafat di kayu salib guna keselamatan umat manusia. Dimana kayu salib dipandang sebagai hukuman bagi orang hina. Begitu juga Vincentius de Paul yang menyadari bahwa ia bukan siapasiapa di hadapan Allah, seorang hamba yang tidak berguna dan siap diperlakukan apa saja. Suatu peristiwa panjang yang harus dialami Vincentius de Paul ketika ia menjadi budak dan berganti-ganti majikan. Kita tahu bahwa budak adalah orang yang memiliki kasta atau derajat rendah karena yang menjadi atasan adalah sama-sama manusia. Seorang imam mau untuk menjalani proses hidupnya meskipun sebagai budak sekaligus. Di sini Vincentius de Paul telah memperlihatkan bagaimana ia menjadi imam namun mampu untuk rendah hati tidak karena statusnya ia kemudian menjadi seseorang yang angkuh. Masih banyak peristiwa-peristiwa yang dialami oleh Vincentius de Paul. Dalam kehidupannya, ia telah manjalani hidup seperti yang telah dihidupi oleh Yesus sendiri ketika Ia hidup dan berkarya di dunia. Dasar Vincentius de Paul menekankan kerendahan hati sebagai sikap dasar para pengikutnya ialah sabda Yesus yang berkata : “… belajarlah dari padaKu, sebab Aku lemah lembut dan rendah hati” (Mat 11:29). Kerendahan hati Vincentius de Paul dibagi dalam tiga hal pokok yakni: a) Mengenal dan menerima diri sendiri apa adanya, juga dari segi negatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
b) Tidak merasa ragu-ragu bila orang lain tahu kelemahan dan kekurangan kita. Orang lain boleh mengenal kita seperti apa adanya. c) Tidak mempromosikan diri sendiri dengan membicarakan sukses dan memamerkan kehebatan. Sukses dan kehebatan adalah rahmat Tuhan.
Vincentius de Paul memperlihatkan bahwa semangat kerendahan hati yang ada dalam diri akan membuka hati untuk sungguh-sungguh melakukan kehendak Allah, dengan demikian manusia akan terbebas dari cinta diri dan mampu melihat penderitaan orang lain dan berani melakukan tindakan konkrit untuk membantu dan melayani orang yang sangat membutuhkan.
3) Cinta Kasih Tindakan yang dianjurkan oleh Vincentius de Paul bukanlah tindakan demi tindakan. Tindakan St. Vincentius de Paul ialah tindakan cinta kasih. Untuk lebih menghormati Yesus Kristus dan meneladani-Nya secara sempurna, Vincentius de Paul berjanji secara tegas bahwa dia akan membaktikan seluruh hidupnya untuk pelayanan orang miskin demi cinta-Nya. Vincentius de Paul menjelaskan bahwa sasaran kasih itu: cinta terhadap Tuhan, sesama, dan orang miskin (Roman, 1993: 93).
c. Santo Vincentius Berhadapan dengan Kaum Miskin Kehidupan St. Vincentius de Paul tidak dapat dipisahkan dari kaum miskin. Kaum miskin baginya adalah tuan, majikan dan saudara yang harus ia layani dan ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
bantu, karena dari diri kaum miskinlah St. Vincentius de Paul mampu menemukan rupa Yesus Kristus yang menderita dan miskin. Pada pembahasan selanjutnya akan dibahas lebih lanjut bagaimana sikap St. Vincentius de Paul dalam menghadapi orang miskin dengan dijabarkan pada enam bagian.
1) Kategori Kaum Miskin St. Vincentius de Paul membagi kaum miskin menjadi delapan kategori: orangorang yang jelata dan terlantar, kaum muda yang miskin yang butuh pelajaran, kaum miskin yang sakit dan terlantar, orang miskin yang tolol, orang-orang cacat badan, kaum petani yang miskin, kaum tertindas yang miskin dan budak yang miskin (Tondowidjojo, 1984: 29). Orang-orang jelata dan terlantar adalah bayi-bayi dan anak-anak yang ditinggalkan oleh ayah dan ibu mereka. Bagi Vincentius de Paul, bayi-bayi adalah milik Tuhan, dan mereka adalah jiwa-jiwa yang berakal budi yang telah diciptakan Tuhan. Kehadiran mereka mencerminkan citra Yesus sendiri yang telah menderita dan sengsara ketika masih dalam kandungan, selama dalam perjalanan ke Mesir untuk diungsikan; Yesus Kristus yang menderita sengsara karena kemiskinan, fitnah dan dianiaya, dipersalahkan karena dosa-dosa manusia. Orang seperti itu yang perlu dilayani dengan menjadi ibu yang ramah dan penuh belaskasih kepada mereka, sehingga bayi-bayi dan anak-anak dapat merasakan hangatnya cinta (Tondowidjojo, 1984: 30-36).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Kategori yang kedua adalah kaum muda miskin yang membutuhkan pelajaran. Pendidikan menjadi cara untuk dapat memperbaiki bahkan mengubah kehidupan kaum miskin. Maka dari itu Vincentius de Paul mengharapkan agar para suster dapat mengajari anak-anak agar taqwa dan mencintai Tuhan. Untuk mengemban tugas itu, para suster membekali diri dengan belajar dan membaca buku-buku pengetahuan yang dapat diberikan kepada anak-anak miskin yang akan dididik (Tondowidjojo, 1984: 36-37). Kaum miskin yang ketiga adalah kaum miskin yang sakit dan terlantar. St. Vincentius de Paul selalu mengingatkan kepada para suster Puteri Kasih mengenai tujuan yang harus dimiliki yang juga telah diutarakan oleh Tuhan sendiri yakni dipanggil untuk melayani orang-orang sakit, miskin dan terlantar itu. Kesiapsediaan dan ketulusan dalam pelayanan juga selalu ditekankan oleh Vincentius de Paul (Tondowidjojo, 1984: 37-38). Kaum miskin yang masuk dalam kategori keempat adalah orang miskin yang tolol. Yang dimaksudkan tolol di sini adalah orang yang sedih, orang yang tidak berdaya orang yang tidak berhasil dalam hidup dan mereka pribadi-pribadi yang tidak tahu menghargai pelayanan orang lain. Bagi Vincentius de Paul mereka perlu dilayani, karena dengan melayani mereka akan dapat dilihat dan diraba betapa besar dan aneka ragam derita mereka, dan dengan pemberian diri yang total dalam melayani mereka (Tondowidjojo, 1984: 38-39). Kategori kaum miskin yang kelima adalah orang yang cacat badan. Sudah terlihat dari segi fisiknya, kategori ini sudah berbeda dan ada yang kurang dari orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
normal biasa secara fisik. St. Vincentius de Paul dan para pengikutnya memandang dan memperlakukan dengan baik kepada mereka yang cacat, karena dengan demikian mereka dapat diringankan bebannya (Tondowidjojo, 1984: 39). Petani yang miskin menjadi kaum miskin pada kategori keenam. St. Vincentius de Paul merupakan anak dari keluarga petani, yang berada di sebuah kota kecil. Ia tahu betul bagaimana rasanya hidup menjadi petani. Sekarang ia sangat mengharapkan agar para susternya bersedia untuk bekerja dan melayani di daerah pedalaman, karena di daerah itulah akan dijumpai petani yang miskin dan alasan lain karena di kota sudah banyak para suster yang tinggal dan berkarya (Tondowidjojo, 1984: 39). Kaum miskin yang ketujuh dan delapan adalah kaum tertindas yang miskin dan budak yang miskin. Kedua kategori ini hampir mirip karena budak diidentikkan dengan orang yang tertindas. Pada kaum miskin ini, St. Vincentius de Paul mengharapkan para pengikutnya yang ditugaskan untuk melayani mereka agar memperhatikan kebutuhan jasmani orang yang dilayani, menolong, mengunjungi, dan bagi para imamnya untuk melayani pengakuan dosa. Hal ini dengan harapan agar orang yang dilayani mampu merasakan kehadiran Allah sebagai sumber suka cita (Tondowidjojo, 1984: 39-40).
2) Pelayanan terhadap Kaum Miskin harus diutamakan Pelayanan terhadap kaum miskin bagi Vincentius de Paul diutamakan dan mendapat tempat di atas segalanya. Wajah Kristus ada pada kaum miskin, dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
melayani kaum miskin ia juga merasakan bahwa ia melayani Kristus sendiri. Dalam pelayanannya, Vincentius de Paul lebih mencontoh Yesus yang hidup dan berkarya bagi kaum miskin, daripada Yesus yang berdoa dan mengajar. Meskipun demikian, Vincentius de Paul juga sangat mengharapkan agar para pengikutnya tidak melalaikan waktu doa yang telah dipersiapkan, terlebih setelah mereka kembali dari pelayanan terhadap kaum miskin. Dalam pelayanan St. Vincentius de Paul, Roman (1993: 81) dalam bukunya menguraikan secara garis besar bahwa Vincentius de Paul nampak sebagai spiritualitas aksi, dimana spiritualitas yang terarah pada tindakan. Dalam spiritualitas ini tindakan sebagai kewajiban yang mutlak, tindakan sebagai suatu usaha untuk mengejar kesempurnaan yang tentu saja didasari dengan doa. Tindakan juga dipandang sebagai suatu ungkapan religius dengan gaya hidup orang yang terlibat dalam karya kerasulan yang tidak lepas dari penyesuaian dengan kehendak Allah.
3) Alasan melayani Kaum Miskin St. Vincentius menghormati para fakir miskin dengan melihat dalam mereka pribadi Yesus Kristus sendiri dan memandang mereka sebagai yang terpilih. Berangkat dari itu ia merasa bahwa mereka yang terkasih dan yang pertama untuk berhak menikmati anugerah-anugerah-Nya. Memikirkan kekurangan-kekurangan maupun penderitaan kaum miskin sangat melukai hati Vincentius yang tak pernah sembuh. Dalam diri si miskin ia melihat imitasi hidup yang sangat menyedihkan, yakni Kristus yang sedang menderita dengan bercucuran darah. Imitasi ini merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
suatu tanda bagi Vincentius de Paul, tanda dari Kristus akan sesuatu yang berbeda yakni si miskin adalah Kristus sendiri (Tondowidjojo, 1984: 9-21). Itulah pemikiran mendalam yang selalu menjiwai Vincentius untuk menghormati kaum miskin. Rasa hormat itu ia sampaikan melalui pelayanannya terhadap kaum miskin. Begitu juga dengan para pengikutnya yang selalu ia tekankan untuk melayani kaum miskin.
4) Kunjungan terhadap Orang Miskin Seperti yang dikemukakan sebelumnya, bahwa Vincentius de Paul melihat orang miskin sebagai imitasi dari Yesus Kristus yang menderita. Kunjungan terhadap orang miskin adalah suatu kegiatan yang dianjurkan Vincentius de Paul kepada para pengikutnya. Ia melihat bahwa dengan mengunjungi orang miskin, sama halnya mengunjungi Yesus Kristus yang hadir dalam diri orang tersebut. Ia berharap dengan mengunjungi mereka para pengikutnya akan mampu menyemangati dan menguatkan mereka agar dapat menerima penderitaan yang dialaminya dan suatu peringatan dari Vincentius de Paul kepada para pengikutnya untuk tidak mengejek dan menghindari mereka (Tondowidjojo, 1984: 41-48).
5) Cara Menyediakan Kebutuhan Materil bagi Kaum Miskin Bagi Vincentius de Paul melayani orang miskin tidak harus memiliki uang banyak, melainkan mempunyai hati yang tulus. Pemberian sedikit untuk kebutuhan mereka akan sangat membantu dan sangat berarti bagi mereka. Vincentius de Paul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
juga menasehati para pengikutnya untuk tidak menerima apapun dari kaum miskin, melainkan memberikan kepada mereka yang menjadi kebutuhan (Tondowidjojo, 1984: 49-55). Para suster Puteri Kasih juga diharapkan agar mengusahakan pekerjaan dan memberikan keterampilan menjahit atau memasak bagi kaum miskin yang masih sehat dan kuat, sehingga mereka terbantu mendapatkan pekerjaan yang layak (Tondowidjojo, 1984: 53-55).
B. Kepedulian Sosial Remaja Usia SMP dan Upaya Pengembangannya
1. Kepedulian Sosial Kepedulian sosial adalah perasaan bertanggungjawab atas kesulitan yang dihadapi oleh orang lain di mana seseorang terdorong untuk melakukan sesuatu untuk mengatasinya. Mulyadi Guntur Waseso (1986: 84) mengatakan bahwa ”kepedulian sosial dalam kehidupan bermasyarakat lebih kental diartikan sebagai perilaku baik seseorang terhadap orang lain di sekitarnya.” Kepedulian sosial dimulai dari kemauan “memberi” bukan “menerima”. Dari definisi di atas kepedulian sosial dapat diartikan sebagai suatu perasaan simpati yang mendalam terhadap penderitaan atau kemalangan orang lain, yang disertai oleh suatu hasrat untuk meringankan atau menghilangkan penderitaan tersebut.
2. Gambaran Umum Remaja Usia SMP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
a. Pengertian Remaja Usia SMP Istilah yang sering dipakai pada masa remaja yakni puberteit bahasa Belanda atau puberty ataupun pubertas dari bahasa Latin yang berarti kelaki-lakian, kedewasaan yang dilandasi dengan sifat kelaki-lakian (Singgih D. Gunarsa, 1978: 15). Masa puberteit ini antara umur 12 hingga 16 tahun. Pada masa ini ditandai oleh perubahan-perubahan fisik dan psikologis. Keinginan untuk melepaskan diri dari ikatan emosional dengan orang tua dan pembentukan rencana hidup menjadi sangat nampak sebagai akibat dari masa pubertas tersebut. Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu memiliki keinginan yang kuat untuk ikut serta dan dianggap sebagai masyarakat dewasa. Usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Perubahan intelektual yang mencolok juga sangat nampak. Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkan untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini (Hurlock, 1980: 206).
b. Tahap-tahap Perkembangan Remaja Dalam mencapai kedewasaan ada proses penyesuaian diri. Setidaknya ada tiga tahap perkembangan remaja dalam proses penyesuaian diri yang diungkapkan oleh Sarlito W. Sarwono (2009: 110-112) yakni “remaja awal (Early Adolescent), remaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35 madya (Middle Adolescent) dan remaja akhir (Late Adolescent).” Tahap-tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Remaja Awal (Early Adolescence) Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis, ia sudah berfantasi erotis. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego” menyebabkan para remaja awal ini sulit mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa (Sarlito W. Sarwono, 1989:24).
2) Remaja Madya (Middle Adolescence) Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-teman. Ia senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan narcistic, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang punya sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau materialis dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari oedipoes kompleks (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa kanak-kanak)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
dengan mempererat hubungan dengan teman-teman dari lain jenis (Sarlito W. Sarwono, 1989: 24-25).
3) Remaja Akhir (Late Adolescence) Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu: Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (Sarlito W. Sarwono, 1989: 25).
c. Aspek-aspek Perkembangan Remaja Usia SMP 1) Aspek Fisik Masa remaja adalah masa seorang anak mengalami pubertas. Pada masa ini remaja mengalami perubahan yang drastis atau relatif cepat pada perubahan fisik, perubahan berat dan tinggi badan, perubahan bentuk tubuh, dan perubahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
karakteristik seksual seperti perkembangan pinggang dan tumbuhnya kumis, pembesaran buah dada, dan pembentukan suara yang lebih dalam. Anak remaja perempuan ataupun laki-laki akan mengalami perubahan yang sama pada masa ini. Pada masa perkembangan primer mereka yang meliputi kematangan seksual, mereka akan mengalami ketertarikan pada lawan jenis karena organ reproduksinya yang sedang tumbuh (Singgih D. Gunarsa, 1982: 16). Dalam perkembangan fisik, perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental terutama pada masa awal remaja. Perkembangan itu menyebabkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru (Hurlock, 1980: 207).
2) Aspek Emosi Pada masa remaja dianggap sebagai periode storm and stress, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Elizabeth B. Hurlock (1980: 212) mengungkapkan meningginya emosi terutama karena remaja berada di bawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi tekanan-tekanan itu. Emosi yang tinggi (meledak-ledak) pada masa remaja ini tentunya sulit untuk dikendalikan. Emosi yang menggebu-gebu di satu pihak ini memang menyulitkan, terutama bagi orang lain (termasuk orang tua dan guru) dalam mengerti jiwa remaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Namun di fihak lain, emosi yang menggebu ini bermanfaat untuk remaja itu terus mencari identitas diri (Sarlito W. Sarwono, 1989: 83-85). 3) Aspek Sosial Dalam aspek ini, remaja biasanya mengalami krisis identitas. Gejolak emosi remaja dan masalah lain pada umumnya disebabkan antara lain oleh adanya konflik peran sosial. Di satu pihak ia sudah ingin mandiri sebagai orang dewasa, di lain pihak ia terus mengikuti kemauan orang tua. Rasa ketergantungan terhadap orang tua di kalangan anak-anak sangatlah besar. Orang tua menginginkan anaknya menurutinya dengan harapan agar anak menjadi orang yang dicita-citakan oleh orang tua (Sarlito W. Sarwono, 1989: 85).
4) Aspek Inteligensi Sarlito W. Sarwono (1991: 77) mengutip David Weshsler mendefinisikan inteligensi sebagai ”keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif.” Inteligensi mengandung unsur pikiran atau rasio. Makin banyak unsur rasio yang harus digunakan dalam suatu tindakan atau tingkah laku, makin berintelegensi tingkah laku tersebut. Untuk ukuran inteligensi dinyatakan dalam IQ (Intelligence Quotient).
5) Aspek Moral Religi Moral dan religi memang cukup penting dalam jiwa remaja. Sebagian orang berpendapat bahwa moral dan religi mampu mengendalikan tingkah laku remaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
dalam proses perkembangan ini, sehingga tidak melakukan hal-hal yang dapat merugikan orang lain ataupun dirinya sendiri. Meskipun demikian, sebagian orang lagi meyakini bahwa moral dan religi justru sebagai salah satu faktor penyebab kenakalan remaja. Moral dan religi dapat dikatakan mampu mencegah tindakantindakan yang tidak baik dalam perkembangan remaja karena dalam moral dan religi terdapat unsur-unsur yang mengatur kehidupan manusia agar dapat hidup bersama dengan rukun. Sedangakan sebagian orang berpendapat bahwa moral dan terlebih religi justru menjadi salah satu faktor penyebab kenakalan remaja karena mereka mencampuradukkan religi dengan kehidupan sehari-hari secara mentah. Misalkan saja seorang remaja saat upacara bendera ia tidak mau hormat kepada bendera karena ia meyakini dan yang ia peroleh dari agamanya bahwa hanya diperbolehkan tunduk kepada Tuhan. Sarlito W. Sarwono (1989: 91) mengatakan “religi, yaitu kepercayaan terhadap suatu zat yang mengatur alam semesta ini adalah moral, sebab dalam moral sebenarnya diatur segala perbuatan yang baik dan perlu dilakukan suatu perbuatan yang dinilai tidak baik dapat dihindari”. Berangkat dari ungkapan tersebut dapat dikatakan bahwa religi merupakan norma yang mampu mengatur segala perbuatan yang baik dan menghindarkan dari perbuatan yang tidak baik. Dalam kehidupan sehari-hari, agama juga mengatur tingkah laku baik buruk, secara psikologis termasuk dalam moral. Hal lain yang termasuk dalam moral adalah sopan santun, tata krama dan norma-norma dalam masyarakat (Sarlito W. Sarwono, 1989: 91).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Anak-anak yang mempunyai hubungan tidak harmonis dengan orang tuanya pada masa kecil kemungkinan untuk sering melanggar norma masyarakat lebih besar daripada remaja yang memiliki hubungan yang harmonis dengan keluarga. Selain keluarga, masyarakat sekitar tempat tinggal remaja juga berpengaruh terhadap tingkah lakunya. Hal ini karena kontrol dari masyarakat itu sendiri yang mempunyai sanksi-sanksi tersendiri bagi pelanggar-pelanggarnya. Moral merupakan suatu kebutuhan tersendiri oleh karena remaja sedang dalam keadaan membutuhkan pedoman atau petunjuk dalam rangka mencari jalannya sendiri. Pedoman ini dibutuhkan pula untuk menumbuhkan identitas dirinya menuju kepribadian yang matang dengan menghindarkan diri dari konflik-konflik peran yang terkadang terjadi dalam masa transisi. Di Indonesia agama sebagai moral. Agama dapat dikatakan sebagai moral karena ambil bagian yang cukup besar dalam pengendalian tingkah laku remaja, sehingga kondisi kenakalannya dapat di minimalisir. Hal ini dapat dimengerti karena agama mewarnai kehidupan masyarakat setiap harinya. Agama menyajikan kerangka moral sehingga seseorang bisa membandingkan tingkah lakunya dengan menstabilkan tingkah laku dan bisa menerangkan mengapa dan untuk apa seseorang berada di dunia (Sarlito W. Sarwono, 1989: 92-95).
d. Apek-aspek Pengembangan Kepedulian Sosial 1) Aspek Kesadaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Kesadaran merupakan aspek penting dalam kehidupan ini dan mempengaruhi semua aspek kehidupan. Melalui kesadaran diri, seseorang akan mampu mengelola emosi diri sendiri untuk mengelola kebahagiaan, kesehatan, pekerjaan, keluarga, persahabatan dan yang terpenting dalam bahasan ini adalah mengelola hubungan dengan setiap orang yang berada dalam kehidupan ini.
2) Aspek Kehendak Kehendak merupakan kekuatan yang ada dalam diri seseorang untuk menggerakkannya melakukan sesuatu sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini benar. Kehendak sebagai kekuatan dalam diri untuk memilih dan merealisasikan suatu tujuan yang merupakan pilihan antara berbagai tujuan yang bertentangan. Berbicara mengenai kepedulian sosial, kehendak juga bekerja sebagai penggerak yang mengaktifkan keinginan-keinginan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan hasil yang ingin diperoleh dari aspek kesadaran. Kehendak bebas berfungsi agar seseorang dapat memilih apa yang dilakukan untuk kehidupannya. Kehendak ini tidak dapat dilepaskan dari pikiran atau otak seseorang untuk mencapai suatu tujuan. Otak dalam mengatur seluruh tubuh juga membutuhkan hati atau perasaan untuk mengatur apa yang akan dilakukan. Kehendak dikolaborasikan dengan dengan kemampuan otak dan dibantu oleh perasaan akan membantu manusia untuk menentukan dan memutuskan apa atau jalan mana yang harus diambil sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada guna pencapaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
tujuan. Begitu juga dengan kehidupan sosial, dengan kehendak yang menuntun otak dan perasaan untuk ke arah peduli terhadap kehidupan sosial, maka seseorang itu dapat menjadi seorang yang mempunyai kepedulian sosial tinggi. 3) Aspek Keterlibatan Keterlibatan adalah suatu sikap dan tindakan seseorang sebagai wujud peduli untuk ikut serta ambil bagian terhadap situasi tertentu. Dalam keterlibatannya itu, seseorang hadir dan memberikan sumbangsih berupa tenaga maupun pikiran. Keterlibatan itu sendiri dapat dibedakan menjadi dua, yakni keterlibatan langsung dan keterlibatan tidak langsung. Keterlibatan langsung yaitu ia ikut merasakan dan ada di tengah-tengah situasi tersebut. Sedangkan keterlibatan tidak langsung yaitu ia tidak dalam situasi tersebut namun ia merasakan situasi tersebut dan tergerak untuk ambil bagian dalam situasi itu.
Sikap dan tindakan seseorang sebagai wujud
kepedulian untuk ikut ambil bagian terhadap situasi sosial yang terjadi di tengah masyarakat dapat dikatakan sebagai keterlibatan sosial. Dengan ikut terlibat secara aktif dalam kegiatan yang ada di lingkungannya, remaja dapat menumbuhkan rasa kesadaran yang tinggi. Kesadaran tentang keanekaragaman masyarakat yang majemuk, sehingga remaja dapat menghargai dan menghormati perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat.
3. Gambaran Umum Kehidupan Sosial Remaja Usia SMP dan Masalah yang Dihadapi a. Kehidupan Sosial Remaja Usia SMP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Sekolah adalah lingkungan pendidikan sekunder. Bagi anak yang sudah bersekolah di bangku SMP pada umumnya menghabiskan waktu sekitar 7 jam sehari di sekolahnya. Hampir sepertiga dari waktu setiap hari dilewatkan di sekolah. Tidak mengherankan jika pengaruh sekolah terhadap perkembangan jiwa remaja cukup besar (Sarlito W. Sarwono, 1989: 121-127). Dalam kehidupan sosial remaja tidak hanya berinteraksi dalam sekolah saja, namun juga di keluarga dan masyarakat serta dengan teman sebayanya. Setiap interaksi tersebut memiliki pengaruh terhadap remaja itu sendiri yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Kehidupan sosial remaja di dalam keluarga Di atas telah dikatakan bahwa sekolah merupakan lingkungan sekunder bagi remaja (peserta didik). Keluarga menjadi lingkungan primer baik itu bagi remaja. Lingkungan primer merupakan tempat yang paling awal dan intensif di keluarga dalam menjalin hubungan antar manusia. Seorang anak mengenal terlebih dahulu lingkungan keluarga sebelum ia mengenal lingkungan yang lebih luas. Ia mengenal dan menyerap norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di dalam keluarga terlebih dahulu untuk membentuk kepribadiannya, sebelum ia mengenal norma dan nilai yang berlaku di masyarakat umum. Norma dan nilai yang ada dalam keluarga yang telah ia serap menjadi bekal untuk dapat terjun mengenal dalam masyarakat (Sarlito W. Sarwono, 1989: 111-119). Orang tua berperan penting dalam hal ini, maka tidaklah heran jika ada yang berpendapat bahwa hal-hal atau sifat negatif yang ada pada anak juga ada pada diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
orang tuanya. Hal ini dapat terjadi tidaklah karena faktor keturunan ataupun bawaan dari orang tua saja, namun karena adanya proses sosialisasi, pendidikan dan proses identifikasi yang terjadi dalam keluarga. 2) Kehidupan sosial remaja di sekolah Sekolah sebagai lingkungan sekunder bagi seorang anak sangat berpengaruh terhadap perkembangannya. Sikap positif diharapkan dari lingkungan sekunder tersebut, karena sekolah merupakan instansi pendidikan. Sekolah sama halnya dengan keluarga, sebagai instansi pendidikan juga mengajarkan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat selain mengajarkan keterampilan maupun kecerdasan akademik. Proses sosialisasi bagi anak (peserta didik) tergantung dari banyaknya kesempatan yang mampu diikuti dalam kegiatan sosial yang ada di sekolah. Semakin banyak kegiatan sosial yang ada dalam sekolah, maka semakin besar pula peserta didik untuk ikut terlibat dan berpartisipasi. Namun sebaliknya, semakin sedikit kegiatan sosial yang ada dalam sekolah maka semakin kecil pula peserta didik untuk berpartisipasi. Peserta didik yang sering ikut terlibat ambil bagian dalam kegiatan sosial di sekolah maka semakin besar pula kompetensi sosialnya (Sarlito W. Sarwono, 1989: 121-127).
3) Kehidupan sosial remaja di tengah masyarakat Kehidupan masyarakat tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang. Begitu juga dengan seorang anak, ia tidak hanya hidup dengan lingkungan keluarga, sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
maupun teman sebayanya melainkan juga hidup di tengah-tengah masyarakat karena memang ia adalah bagian dari masyarakat. Seorang anak perlulah belajar bagaimana ia harus terlibat dalam masyarakat, berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan bermasyarakat maupun tata cara hidup yang wajar dalam masyarakat. Hidup dalam masyarakat berarti seorang anak juga harus bisa memahami, menghormati hak-hak orang lain, menjalin persahabatan dengan orang lain dan bersikap simpati terhadap orang lain (Sarlito W. Sarwono, 1989: 128-134)
4) Kehidupan sosial remaja dengan teman sebaya Biasanya remaja lebih banyak meluangkan waktu berinteraksi dengan teman sebayanya. Pada masa tahap remaja akhir, remaja sering dan lebih suka hidup berinteraksi secara berkelompok. Seorang anak memiliki minat terhadap aktivitas teman-temannya dan memiliki keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok di sekolahnya. Remaja akan lebih merasa puas bermain dengan teman sebayanya daripada bermain sendiri atau dengan saudara kandung dan melakukan kegiatan dengan keluarganya. Maka tidaklah heran jika pada masa ini seorang anak lebih suka berkelompok dengan teman sebaya daripada harus berkumpul dengan keluarga ataupun masyarakat (Singgih D. Gunarsa, 1978: 94-96). Kegiatan yang dilakukan seorang remaja bersama kelompoknya melalui suatu penelitian oleh ahli, diketahui bahwa umumnya remaja-remaja melakukan aktivitas olah raga, jalan-jalan, permainan dan sosialisasi merupakan kegiatan yang paling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
sering dilakukan. Sebagian besar teman kelompoknya terdiri dari teman yang jenis kelaminnya sama daripada teman yang berbeda jenis kelaminnya. b. Ciri-ciri umum masa remaja Seorang remaja berada pada batas peralihan kehidupan anak dan dewasa. Secara fisik telah terlihat seperti orang dewasa, namun juka diperlakukan seperti orang dewasa ia gagal menunjukkan kedewasaannya. Pengalaman menjadi kunci, ia belum cukup pengalaman mengenai alam dewasa yang membuat mereka terlihat:
1) Kegelisahan Kegelisahan merupakan keadaan yang tidak tenang yang menguasai diri remaja. Pada masa remaja dalam keadaan dimana mereka mempunyai banyak keinginan yang tidak selalu dapat dipenuhi. Keinginan untuk mencari pengalaman baru guna menambah pengetahuan dan kedewasaan dalam tinkah laku menjadi pendorong, namun dalam kenyataannya mereka belum cukup kemampuan untuk melakukan berbagai hal. Mereka ingin tahu segala peristiwa yang terjadi di lingkungan luas, akan tetapi tidak berani mengambil tindakan untuk mencari pengalaman dan pengetahuan yang langsung dari sumbernya. Pada akhirnya remaja hanya dikuasai oleh perasaan gelisah karena keinginan-keinginan yang tidak tersalurkan (Singgih D. Gunarsa, 1978: 82-83). 2) Pertentangan Pada umumnya timbul perbedaan pendapat yang mengakibatkan perselisihan dan pertentangan antara remaja dengan orang tua. Tidak jarang pula pertentangan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
ada ini menyebabkan timbulnya keinginan untuk melepaskan diri dari orang tua. Namun keinginan itu ditentang oleh keinginan sendiri untuk tetap bertahan mendapatkan rasa aman dalam rumah dan adanya ketergantungan kepada orang tua (Singgih D. Gunarsa, 1978: 83).
3) Berkeinginan besar mencoba segala hal yang belum diketahui Remaja ingin mengetahui macam-macam hal melalui usaha-uasaha yang dilakukan dalam berbagai bidang, mencoba apa yang dilakukan oleh orang dewasa. Contohnya saja remaja laki-laki mencoba untuk merokok secara sembunyisembunyi, seolah-olah membuktikan apa yang dilakukan orang dewasa dapat dilakukan oleh remaja. Remaja puteri yang mulai bersolek mengikuti mode terbaru. Walaupun sekolah sudah mempunyai aturan untuk melarang penggunaan pakaian atau seragam yang tidak layak, kosmetik atau make up di lingkungan sekolah, dan berbagai larangan lainnya yang belum sesuai dengan perkembangan remaja. Namun masih saja ada siswa atau siswi yang melanggarnnya, siswi yang menggunakan make up berlebihan (Singgih D. Gunarsa, 1978: 83-84).
4) Keinginan mencoba diarahkan pada diri sendiri atau orang lain Keinginan mencoba ini tidak hanya dalam bidang penggunaan obat-obatan terlarang, namun juga menyangkut berbagai hal yang berhubungan dengan fungsifungsi ketubuhan. Akhirnya penjelajahan ketubuhan bisa menyebabkan pengalaman dengan akibat yang tidak menyenangkan seperti kehamilan yang dapat merusak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
karier atau prestasi sekolah yang diidam-idamkan. Selain itu juga dapat berakibat fatal lain yakni penyakit kelamin yang sangat membahayakan kehidupan mereka sendiri (Singgih D. Gunarsa, 1978:84).
5) Keinginan menjelajah lebih luas ke alam sekitar Remaja yang sedang dalam masa perkembangan membawa mereka pada pengenalan akan hal-hal yang baru, yang membuat mereka menjelajah dan menyelidiki lingkungan yang ada. Keinginan menjelajah ini tidak hanya menjelajah lingkungan sekitar saja, bahkan juga lingkungan yang lebih luas lagi. Keinginan menjelajah dan menyelidiki ini dapat disalurkan dengan baik dan bermanfaat (Singgih D. Gunarsa, 1978: 84). 6) Mengkhayal dan berfantasi Keinginan menjelajah seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya tidak selalu mudah untuk dilaksanakan. Menjelajah bukanlah hal yang mudah dilaksnakan karena seseorang harus memiliki bekal baik dari diri sendiri maupun materil yang digunakan. Menjelajah bukanlah hal yang gratis, seorang perlu modal untuk biaya tranportasi ataupun biaya makan selama menjelajah. Seorang remaja yang belum bisa mandiri dan masih banyak tergantung dengan orang tua menjadi salah satu hambatan. Orang tua terkadang mempunyai alasan tersendiri untuk tidak mendukung apa yang diinginkan anaknya. Banyak faktor yang menghalangi penyaluran keinginan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
bereksplorasi maupun bereksperimen pada remaja terhadap lingkungan, sehingga jalan keluar yang diambil dengan berkhayal dan berfantasi. Khayalan dan fantasi pada remaja putera lebih banyak mengenai prestasi dan karier. Sedangkan pada remaja puteri lebih bersuifat perasa sehingga banyak tentang romantika hidup. Khayalan dan fantasi ini dapat bersifat negatif namun juga dapat bersifat positif. Bersifat negatif bila dianggap sebagai pelarian dari situasi yang tidak memuaskan remaja. Sedangkan bersifat positif sebagai suatu usaha kreatifitasnya meskipun belum mampu mewujudkannya. Melalui khayalan yang positif dan kontruktif ini banyak hal atau ide baru yang dapat diciptakan oleh generasi muda (Singgih D. Gunarsa, 1978: 85-86).
7) Aktifitas berkelompok Remaja yang memiliki banyak keinginan namun terhalang oleh hambatanhambatan yang ada untuk bisa berdiri sendiri dan masih tergantung oleh keluarga. Keadaan ini menyebabkan para remaja merasa tak berdaya dalam situasi dan kondisi dimana mereka dikuasai oleh banyak keinginan untuk bertindak dan bereksplorasi. Keadaan perasaan yang tidak berdaya dari dalam diri maupun dari luar diri seperti kekangan atau larangan dari orang tua dan terbatasnya kesanggupan serta kemampuan melemahkan bahkan mematahkan semangat para remaja. Hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, sehingga perlulah usaha untuk mencari jalan keluar dari keadaan tersebut. Biasanya remaja menemukan jalan keluar dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
berkumpul-kumpul untuk melakukan kegiatan bersama. Berkelompok ini menjadi ciri umum dari masa remaja (Sarlito W. Sarwono, 1978: 86).
c. Masalah-masalah Sosial yang Dihadapi Remaja Sebelum anak memasuki masa remaja, kehidupannya teratur dan mengikuti tatacara tertentu. Setelah memasuki masa remaja, maka terasa seolah-olah “kehilangan kemudi” atau kehilangan arah. Tindak-tanduknya acapkali mengalami tantangan baik dari teman sebaya maupun generasi yang lebih tua. Seringpula tindakan-tindakan mereka sudah di luar batas. Melihat perubahan dari tingkahlaku yang tadinya sedemikian teratur sesuai dengan tata cara dan tunduk pada peraturan-peraturan keluarga kemudian menjadi tidak teratur dan tidak ada haluan, bahkan nampaknya tidak ada azas-azas hidup lagi yang berlaku. Pada saat tertentu dalam masa remaja, terlihat bahwa sikap melawan segala tata cara hidup berubah lagi dan tindak-tanduknya menjadi teratur serta mengenal kembali sopan santun. Ternyata “dekadansi” moral yang dialami pada masa remaja sebenarnya bersifat sementara. Mereka mengalami perkembangan yang wajar juga. Gejolak moralitas yang sering mengesankan adanya dekadansi akan berubah dan berkembang ke arah bentuk moralitas yang dewasa. Perkembangan moral dapat berjalan dengan lancar bila ada rangsangan sosial yang bermacam-macam. Apabila kita amati tingkah laku pada umur tertentu, maka akan terlihat: pada anak sekolah, tingkahlakunya sesuai dengan peraturan yang berlaku, apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan. Perbuatan dikaitkan dengan ancaman hukuman bila terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
pelanggaran. Dan dengan hadiah bila mengikutinya; pada anak yang meningkat remaja ada keinginan untuk menjalankan peraturan yang berlaku dalam kelompok sebayanya atau masyarakat sekitarnya; pada remaja kecenderungan membentuk prinsip moral yang otonom. Prinsip yang berlaku bagi mereka sendiri, walaupun tidak sesuai dengan prinsip kelompok maupun atasan (Sarlito W. Sarwono, 1978: 109114).
4. Kepedulian Sosial Tingkat Remaja Anak usia remaja pada umumnya memiliki kepedulian sosial berbekal dari keluarganya. Jika dari keluarga telah dibimbing atau dibekali dengan sikap peduli yang baik, pada masa remaja seseorang meneruskan yang telah diberikan keluarga. Mereka justru dapat memanfaatkan bimbingan dari sekolah atau masyarakat untuk meningkatkan sikap pedulinya. Begitu juga sebaliknya, jika dari keluarga tidak dibekali dengan sikap peduli yang baik maka pada masa remaja seseorang juga mengalami kepeduliaan sosial yang kurang. Ia juga akan mengalami kesulitan dalam mengembangkan sikap peduli sosialnya.
C. Inspirasi Spiritualitas St. Vincentius de Paul
Setelah melihat pembahasan-pembahasan di atas, selanjutnya akan dibahas mengenai inspirasi-inspirasi dari St. Vincentius de Paul yang dapat digunakan siswa SMP dalam meningkatkan kepeduliannya terhadap situasi sosial yang ada terlebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
bagi orang miskin. Inspirasi-inspirasi ini merupakan cara pandang dan pemikiran St. Vincentius de Paul yang ia gunakan sebagai dasar untuk selalu setia dalam kepedulian dan melakukan pelayanannya kepada kaum miskin.
1. Vincentius de Paul melihat Kristus sebagai Sumber Spiritualitas Melihat riwayat hidup St. Vincentius de Paul serta spiritualitasnya dapat disimpulkan bahwa spiritualitas St. Vincentius de Paul sangat bersifat Kristosentris, artinya bahwa Kristus menjadi pusat pengahayatan iman. Bagi Vincentius de Paul ajaran Yesus Kristus tidak akan pernah mengecewakan, sedangkan ajaran dunia selalu salah. Maka dari itu Vincentius de Paul selalu berpegang pada Kristus, hal ini juga dikatakan Roman (1993: 83) bahwa “kepada Kristus St. Vincentius de Paul membaktikan seluruh hidupnya.”
Vincentius de Paul menentukan janji untuk
menghormati Yesus Kristus dengan lebih baik dan meneladani-Nya dengan lebih sempurna. Bagi Vincentius de Paul, Kristus bukanlah misteri yang ditemukan dengan kontemplasi melainkan Kristus berwajah sama dengan wajah orang kecil dan miskin yang ditemukan di tengah masyarakat. Teks Injil yang dikutip Vincentius de Paul dalam hal ini yakni: Roh Tuhan ada padaku, oleh sebab itu telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan bagi orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang (Luk 4:18-19). Melalui teks Injil ini, mau diperlihatkan oleh Vincentius de Paul bahwa Kristus adalah pewarta kabar gembira kepada kaum miskin. Ia mengaharapkan
para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
pengikutnya untuk mencintai Kristus, bersemangat seperti Kristus, agar dengan demikian orang yang dilayani akan mampu melihat wajah Kristus dalam diri orang yang melayani mereka. Begitu juga yang disampaikan Banawiratma (1991:53) “Bahwa beriman Kristiani berarti mengikuti Yesus Kristus. Yang menentukan hidup beriman manusia bukanlah rumusan dan aturan, melainkan pribadi Yesus Kristus itu.” Yesus dapat dihadirkan dalam kehidupan sehari-hari dengan peristiwa atau suasana, dimana manusia menerima Yesus sebagai yang menentukan dalam mengatur hidupnya baik secara perorangan maupun secara sosial. Misi Yesus adalah misi religius (Kerajaan Allah). Namun misi Yesus dijalankan di dunia ini, maka mempunyai implikasi duniawi. Kerajaan Allah diperjuangkan dan diwujudkan di dunia ini dalam konteks religius dan sosial tertentu dengan segala konsekuensinya. Kerajaan Allah semestinya merupakan suatu dunia yang nyata dengan keadilan. Terutama keadilan bagi mereka yang miskin dan lapar. Seringkali mereka yang miskin dan lapar hanya diberi makan oleh mereka yang menikmati sumber-sumber kelimpahan bumi ini. Mereka yang miskin dan lapar tidak diberi kesempatan untuk ikut ambil bagian dalam menikmati sumber kelimpahan bumi tersebut. 2. Pertemuan Vincentius de Paul dengan kaum miskin sebagai tempat pertemuan dengan Allah Bagi Vincentius de Paul, Allah sangatlah mudah ditemukan. Ia dapat menemui Allah melalui situasi yang ia alami yakni ketika ia melihat kaum miskin yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
terlantar, bayi-bayi yang dibuang dan anak-anak yatim piatu yang mengembara di Negeri Perancis. Vincentius de Paul selalu menekankan pada para pengikutnya bahwa tempat mencari Allah adalah hidup sehari-hari terutama jika bertemu dengan kaum kecil dan miskin, dalam membagi-bagikan cinta kasih kepada mereka. Dengan bertemu dan melayani kaum miskin menjadi tempat yang mudah untuk dapat bertemu dengan Allah. Allah selalu mempermudah umatnya untuk menemuinya, asalkan dengan tulus hati dan niat yang murni dalam pelayanannya. 3. Vincentius de Paul melihat misteri kehadiran Kristus dalam diri kaum miskin Cinta kasih St. Vincentius de Paul terhadap sesama bersumber dari Yesus Kristus sendiri, hal ini dikemukakan oleh Thone (1985: 55-56) “Di dunia, orang miskin adalah gambaran yang banyak menyerupai gambaran Allah yang (merendahkan diri) dengan mengambil rupa manusia.” Selain itu St. Vincentius de Paul juga selalu mengingatkan kepada para Puteri Kasih dalam St. Vincentius de Paul Tokoh Pembela Kaum Miskin, Thone (1985: 57-58) senada demikian: Kepada para Puteri Kasih, jika aku menyebut kamu “abdi-abdi para fakir miskin” adalah sama saja jika aku menyebut kamu “hamba-hamba Kristus”. Sungguh merupakan suatu kehormatan mengunjungi Yesus Kristus, memberi pakaian kepada Yesus Kristus. Tuhan hadir dalam para miskin dan juga sebaliknya para miskin berada dalam Yesus Kristus. Pandanglah Yesus Kristus hanya pada mereka; Ia akan menarik anda pada-Nya dan memberikan rasa bahagia, sebab mereka adalah Tuhan dan Guru kita. Dari hal tersebut, mau diperlihatkan bahwa dalam melakukan karya pelayanan bagi kaum miskin, pengikut St. Vincentius de Paul harus mampu melihat kehadiran Allah dalam diri yang dilayaninya tersebut. Dengan demikian ia akan mampu memberikan cinta yang sungguh dirasakan dan hasilnya pun maksimal. Kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
melihat Allah dalam diri kaum miskin tersebut, pelayanan bagi kaum miskin menjadi suatu kehormatan tersendiri bagi pelayan karena dapat mengunjungi bahkan melayani Allah. Hal itu dalam prosesnya akan membawa pada pelayanan yang sungguhsungguh karena kaum miskin adalah tuan, majikan sekaligus saudara bagi kita. 4. Injil sebagai sumber inspirasi hidup Vincentius de Paul Vincentius de Paul menemukan bagaimana Kristus hidup dalam dunia dari pengalaman dan pembacaan Injil. Dengan kata lain menemukan Yesus dalam pengalamannya sehari-hari dan dalam iman. Vincentius de Paul membaca Injil, dalam terang peristiwa-peristiwa itulah dan karena itu Vincentius de Paul menemukan bahwa panggilan Kristus ialah pewartaan kabar gembira bagi orang miskin. Roman (1993: 85) mengatakan: Saya berpendapat bahwa inti spiritualitas Vincentius yaitu suatu cara tertentu untuk membaca Injil, sehingga hidup kristiani nampak sebagai usaha untuk meneladani Yesus Kristus dalam tugas panggilan MesianisNya, yaitu pewartaan kabar gembira kepada orang-orang miskin. Kehidupan Vincentius de Paul diselaraskan dengan Injil, dimana dengan Injil ia dapat meneladani Yesus Kristus yang hidup untuk orang yang membutuhkan. Yesus dikirim ke dunia untuk menyelamatkan manusia, sebagaian besar karya Nya untuk mereka yang miskin dan tersingkir, begitu juga dengan Vincentius de Paul yang hidup dipanggil untuk orang miskin dan membutuhkan. Injil memang benar-benar terasa menjadi kabar gembira. Karya-karya Vincentius de Paul bagi orang yang miskin dan membututuhkan ini tidak lain tidak bukan berbekal dan terinspirasi oleh Injil. Vincentius de Paul menjadi perantara untuk menyampaikan kabar gembira tersebut kepada orang miskin dan membutuhkan melalui pembacaan dan permenungan Injil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
5. Kesatuan doa dan perbuatan Vincentius de Paul Visi hidup Kristiani sebagai usaha untuk meneladani Kristus, pewarta kabar gembira kepada orang miskin dengan sendirinya menuntun Vincentius de Paul pada suatu spiritualitas yang terarah pada tindakan. Tindakan juga dipandang Vincentius de Paul sebagai usaha untuk mengejar kesempurnaan (Roman, 1993: 88). Namun tidak kalah penting, doa merupakan dasar dari tindakan tersebut. Doa menjadi syarat mutlak untuk tindakan, bahkan menjadi dasarnya. Doa merupakan sarana untuk dapat mengenal Tuhan dan diri kita sendiri. Doa dapat diumpamakan sebagai makanan jiwa ataupun udara bagi hidup kita serta matahari yang memungkinkan untuk hidup. Ungkapan Vincentius de Paul yang terkenal dalam buku yang ditulis Roman (1993: 90) mengatakan “ Berilah padaku seorang pendoa dan dia akan mampu melakukan segalanya.” Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa St. Vincentius de Paul sangat mengedepankan tindakan dan juga doa. Segala tindakan yang ia perbuat berawal dari doa dengan kata lain tindakan merupakan ungkapan sikap religius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
BAB III GAMBARAN KEPEDULIAN SOSIAL PESERTA DIDIK SMP PL ST. VINCENTIUS DE PAUL SEDAYU
A. Gambaran Umum Situasi SMP PL Sedayu Pada bab II banyak diuraikan tentang spiritulitas St. Vincentius de Paul dan perkembangan remaja. Pada bab III ini akan dibahas institusi pendidikan yakni SMP PL Sedayu yang terinspirasi oleh spiritualitas St. Vincentius de Paul, sehingga memakai nama pelindung St. Vincentius de Paul. Tentunya banyak hal dan alasan dalam memilih dan menggunakan St. Vincentius de Paul sebagai nama pelindung. Untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang kepedulian sosial peserta didik SMP PL St. Vincentius de Paul Sedayu, akan dijabarkan tentang gambaran umum SMP PL Sedayu, gambaran kepedulian sosial peserta didik SMP PL Sedayu berangkat dari spiritulitas St. Vincentius de Paul sebagai nama pelindung sekolah yang akan diketahui melalui suatu penelitian, serta pembahasan dari penelitian yang akan mengantarkan pada suatu kesimpulan di akhir bab III ini. 1. Sejarah SMP PL Sedayu SMP Pangudi Luhur St. Vincentius de Paul Sedayu berdiri pada tahun 1962 dengan nama SMP Santo Paulus Sedayu, atas prakarsa Rm. Prof. Th. Houthuisen, SJ pastor paroki Sedayu pada waktu itu. Sekolah ini dapat berdiri berkat kerjasama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) ranting Sedayu dengan SMP St. Paulus. Yayasan Santo Paulus sendiri adalah yayasan milik paroki Sedayu. Pada awal berdirinya sekolah ini memiliki 21 siswa. Bapak FA. Sutikno, BA sebagai kepala sekolahnya waktu itu dan Bp. Stanislaus Sunarto, Bsc sebagai wakilnya. Tidak ketinggalan pula Bapak YB. Juremi Hadi Purnomo sebagai orang penting dalam menggagas berdirinya sekolah ini. Beliau juga merupakan umat dari paroki Sedayu (Panitia Buku Kenangan, 2013: 11). Ketika sekolah ini dimulai, proses pembelajaran menggunakan ruang kelas SD Kanisius yang berada di dukuh Gubug, Sedayu. Pada perkembangan berikutnya, mulai tahun 1968 atas prakarsa Rm. R. Wiryodarmojo, Pr SMP Santo Paulus ini diambil alih oleh Yayasan Pangudi Luhur. Sejak saat itu SMP Santo Paulus berganti nama menjadi SMP Pangudi Luhur dan berpindah tempat dari SD Gubug ke lokasi SPG Pangudi Luhur yang berseberangan dengan stasiun kereta api. SMP Pangudi Luhur menempati lokasi ini hingga tahun 1980. Babak baru bagi SMP Pangudi Luhur dimulai pada tahun 1981 dengan berpindah lokasi dan berdiri di tanah sendiri di Jalan Wates Km. 12, Dusun Pedusan, Argosari, Sedayu, Bantul, Yogyakarta (Panitia Buku Kenangan, 2013: 11). Pada tahun 2007, Br. Martinus Sariya Giri sebagai kepala sekolah waktu itu mengambil nama St. Vincentius de Paul sebagai nama pelindung sekolah. Visi dan misi sekolah yang membentuk dan membantu pengembangan kepribadian peserta didik dalam kepekaan sosial terlebih untuk menaruh kepedulian sosial pada sesama yang miskin dan lemah, sangat sesuai dengan spiritualitas St. Vincentius de Paul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
sehingga nama ini dipakai sebagai nama pelindung sekolah. Tentu saja penambahan nama ini memiliki maksud dan harapan yang mendukung sekolah menjadi institusi pendidikan yang lebih baik lagi dalam pembentukan jati diri peserta didik dan pengembangannya.
2. Visi dan Misi SMP PL Sedayu a. Visi SMP PL St. Vincentius de Paul Sedayu Adapun yang menjadi visi dari SMP PL St. Vincentius de Paul Sedayu sebagai suatu institusi pendidikan yakni “ Pribadi beriman, berwawasan lingkungan hidup dan unggul dalam mutu” (Panitia Buku Kenangan, 2013:8). Dari visi di atas terlihat SMP PL Sedayu sebagai sekolah yang menjadikan St. Vincentius de Paul sebagai santo pelindung sekolah yang hidup beriman ditunjukkan melalui tindakannya. Tindakan St. Vincentius de Paul terhadap sesama sebagai tanda akan imannya yang mendalam terhadap Yesus Kristus. SMP PL Sedayu, melalui visinya dari teladan Yesus Kristus dan terinspirasi oleh spiritualitas St. Vincentius de Paul. Visi yang diharapkan membentuk peserta didik agar memiliki iman, yang dapat diwujudnyatakan melalui tindakan terhadap sesama manusia terutama yang membutuhkan. b. Misi SMP PL St. Vincentius de Paul Sedayu Setelah melihat visi dari SMP PL St. Vincentius de Paul Sedayu, akan dipaparkan mengenai misi SMP PL St. Vincentius de Paul Sedayu yaitu “Mendampingi kaum muda dengan solidaritas pada yang miskin dan lemah. Proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
pendidikannya memadukan unsur pendidikan formal dan informal serta non formal yang menyangkut segi-segi religiusitas, humanitas, sosialitas dan intelektualitas serta semangat sense of loving terhadap lingkungan hidup demi menjaga keutuhan ciptaan Tuhan” (Panitia Buku Kenangan, 2013: 8). Misi yang ada untuk mewujudkan visi, terlihat jelas bahwa SMP PL menghayati spiritualitas santo pelindungnya. Misi SMP PL mendampingi kaum muda dengan solidaritas pada yang miskin dan lemah, merupakan ciri khas dari santo Vincentius yang menitikberatkan pada kepedulian terhadap kaum miskin dan sesama yang lemah. Segi sosialitas dan humanitas yang ada dalam proses pendidikan memperjelas
bahwa
SMP
PL
sangat
memperhatikan
pembentukan
dan
pengembangan peserta didiknya pada sikap peduli terhadap sesama.
3. Peserta Didik Jumlah peserta didik SMP PL St. Vincentius de Paul Sedayu setiap tahunnya tidak sama, hal ini dikarenakan berbagai macam alasan dan sebab. Perbedaan jumlah peserta didik yang jauh akan berpengaruh pada pembagian kelas setiap tahunnya. Sebagai contoh saja pada tahun ajaran 2012/2013-2013/2014 kelas VII terbagi menjadi tiga kelas paralel, sedangkan dua tahun terkhir ini yaitu 2014/20152015/2016 kelas VII hanya terbagi menjadi dua kelas paralel saja. Selanjutnya akan diperlihatkan tabel jumlah peserta didik dan pembagian kelas pada tahun ajaran 2015/2016 (wawancara dengan kepala Tata Usaha Sekolah Desember 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Tabel 1: Pembagian Kelas Peserta Didik No
Kelas
Peserta Didik
1.
VII A
L 22
2.
VII B
21
12
33
3.
VIII A
22
10
32
4.
VIII B
21
10
31
5.
IX A
13
14
27
6.
IX B
20
8
28
7.
IX C
14
14
28
Jumlah
P 11
Jumlah 33
212
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa peserta didik SMP Pangudi Luhur St. Vincentius de Paul Sedayu berjumlah 212 siswa yang terbagi dalam tujuh kelas. SMP Pangudi Luhur St. Vincentius de Paul Sedayu secara geografis terletak di pinggir jalan provinsi dan berada di sekitar sawah serta rumah penduduk. Masih banyak lahan yang dialihfungsikan sebagai lahan pertanian. Keberadaan sekolah yang berdampingan dengan pemukiman penduduk memberikan nilai positif tersendiri. Sekolah yang merupakan tempat untuk belajar baik secara akademik maupun nonakademik dengan pemukiman penduduk tersebut dapat menjadi wadah peserta didik dalam mengaktualisasikan dan mengembangkan sikap-sikap sosial yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
didapatkan di sekolah. Apalagi dengan visi misi sekolah yang berpangkal dari Yesus Kristus dan terinspirasi spiritualias St. Vincentius de Paul yang sangat dikenal sikap sosialnya, menjadi kekuatan peserta didik sebagai bekal dari sekolah untuk mampu bersosialisasi dengan lingkungan setempat. Hal ini dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, misalkan saja ketika melihat orang tua yang akan menyeberang jalan peserta didik dapat membantu menyeberangkan, atau ketika mengetahui ada warga sekitar yang kekurangan dan membutuhkan bantuan, peserta didik melalui kegiatan hari Vincentiusan atau kegiatan lain dapat menggalang bantuan untuk disumbangkan kepada warga yang benar-benar membutuhkan (Panitia Buku Kenangan, 2013: 10). Peserta didik SMP PL St. Vincentius de Paul Sedayu memiliki latar belakang yang beragam, baik itu secara geografis, ekonomi, suku, agama dan hal-hal lainnya. Meskipun letak sekolah berada di daerah kabupaten Bantul, namun peserta didiknya berasal dari berbagai daerah di sekitarnya, mulai dari kabupaten Kulon Progo bagian utara dan barat, kabupaten Sleman bagian barat, Kota Yogyakarta dan dari Kabupaten Bantul sendiri. Ada yang tempat tinggalnya di pedesaan, namun juga ada yang di tengah kota maupun di pinggir kota. Letak atau asal tempat tinggal peserta didik yang bermacam-macam berpengaruh pula mata pencaharian orang tua terlebih pada ekonomi. Sebagian besar peserta didik berasal dari keluarga petani, pedagang, sopir, militer, pagawai pemerintahan, guru, buruh maupun pengusaha.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
4. Kegiatan di SMP PL St. Vincentius de Paul Sedayu a) Ko-kurikuler Kegiatan kokurikuler adalah rangkaian kegiatan kesiswaan yang berlangsung di sekolah. Dalam rangkaian ini, kegiatan yang dilaksanakan oleh SMP Pangudi Luhur mulai dari tahun ajaran baru, yaitu Perayaan Ekaristi sebagai pembukaan tahun pelajaran baru, rekoleksi untuk kelas VII dan VIII, retret untuk kelas IX, Perayaan Ekaristi Jumat Pertama di Gereja St. Theresia Sedayu, lomba BKSN, Kegiatan Vincentiusan, Ontheling ziarah, Patroli Keamanan Sekolah, lalang marga, studi Wisata, outing kelas VII, home visit, kegiatan natalan bersama, dan misa bersama untuk Ujian Nasional di Ganjuran. Semua kegiatan ini dikemas dengan baik sehingga membuat
peserta didik antusias mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut. Dengan
adanya kegiatan-kegiatan tersebut, peserta didik semakin mempunyai rasa percaya diri, semakin rendah hati, dan semakin cinta akan lingkungan. Dalam kegiatan ko-kurikuler ini SMP PL dalam mengenang St. Vincentius sebagai nama pelindung sekolah ditempatkan pada hari Vincentiusan. Pada kegiatan Vincentiusan ini yang sudah-sudah, SMP PL mengadakan misa bersama dan ada beberapa lomba (Panitia Buku Kenangan, 2013: 8).
b) Ekstra-kurikuler Selain kegiatan ko-kurikuler yang telah disebutkan di atas, SMP PL Sedayu juga membantu mengembangkan bakat dan minat peserta didiknya melalui kegiatankegiatan ekstra-kurikuler. Ekstra-kurikuler yang ada antara lain jurnalistik, seni tari,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
music band, paduan suara, seni lukis, drumb band, KIR, matematika, bahasa Inggris, futsal, tenis meja, bulutangkis, taekwondo, basket, dan kepramukaan. Dari banyaknya ekstra-kurikuler ini, peserta didik diberi kesempatan untuk memilih tiga kegiatan sesuai dengan minat dan bakat masing-masing.
B. Penelitian tentang Kepedulian Sosial Peserta Didik di SMP PL Sedayu Pada bagian ini penulis akan membahas desain penelitian, laporan dan pembahasan hasil penelitian serta kesimpulan penelitian. Rencana penelitian terdiri dari latar belakang penelitian, tujuan penelitian, jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, responden penelitian, instrumen penelitian, variabel penelitian, dan deskripsi tolak ukur peserta didik dalam mengenal St. Vincentius. Laporan hasil penelitian dan teknik pembahasan meliputi identitas responden, pengetahuan peserta didik cukup mengenal St. Vincentius sebagai nama pelindung sekolah, gambaran kepedulian peserta didik SMP PL St. Vincentius de Paul Sedayu. Pada bagian selanjutnya akan dipaparkan mengenai pembahasan penelitian dan terakhir akan disampaikan kesimpulan dari penelitian. 1. Desain Penelitian a. Latar Belakang SMP Pangudi Luhur Sedayu memiliki nama pelindung St. Vincentius. Sebagai sekolah yang memiliki nama pelindung St. Vincentius, SMP PL Sedayu memberi perhatian bagi pembentukan dan pengembangan diri peserta didik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65 khususnya kehidupan sosial. Hal ini tertera dalam misinya yakni “mendampingi kaum muda dengan solidaritas pada yang miskin dan lemah”. Peserta didik di sekolah ini dibantu untuk mengenal dirinya dan mengembangkan jiwa sosialnya berbekal dari Yesus Kristus sendiri dan terinspirasi oleh spiritualitas santo pelindung sekolah. Peserta didik memiliki solidaritas terhadap kaum miskin dan lemah merupakan suatu tindakan sosial mewujudkan kepedulian terhadap sesama. Spiritualitas santo pelindung sekolah membantu dalam pembentukan jati diri peserta didik. Selain itu, lingkungan sekitar sekolah dan kehidupan sehari-hari siswa dapat dimanfaatkan sebagai wadah untuk praktik dalam mengembangkan diri terlebih sikap peduli terhadap yang miskin dan lemah. Di SMP PL Sedayu yang memiliki semangat St. Vincentius tentunya tidak hanya pendidik saja, melainkan peserta didik juga, karena mereka merupakan sasaran utama yang diharapkan dapat memahami dan terinspirasi oleh spiritualitas St. Vincentius. Dari penjelasan di atas, penulis ingin mendalami dan mencari gambaran bagaimana nama sekolah berdampak pada warga sekolah terlebih peserta didik. Berdasarkan pengalaman penulis, yang penulis rasakan dan alami selama beberapa bulan dalam rangka tugas PPL di sekolah SMP PL St. Vincentius de Paul Sedayu, penulis belum merasakan dampak dari semangat spiritualitas St. Vincentius bagi peserta didik dalam hal peduli terhadap sesama yang miskin dan lemah.
Berdasar latarbelakang tersebut, penulis terdorong untuk melaksanakan suatu penelitian mengenai inspirasi spiritualitas St. Vincentius untuk peningkatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
kepedulian sosial peserta didik di SMP PL Sedayu. Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk mengetahui gambaran kepedulian sosial peserta didik di SMP PL St. Vincentius de Paul Sedayu, Bantul.
b. Tujuan Penelitian Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, timbul suatu keprihatinan yang mendorong penulis merumuskan tujuan penelitian sebagai berikut: a. Mengetahui sejauh mana peserta didik cukup mengenal St. Vincentius de Paul sebagai nama pelindung sekolah. b. Mengetahui seberapa dalam peserta didik memiliki kepedulian sosial terhadap mereka yang miskin dan lemah sama halnya seperti St. Vincentius de Paul.
c. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah kualitatif. Lexy J Moleong (1989: 6) mengatakan: Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian kualitatif ini dimaksudkan untuk memahami dan mendeskripsikan fenomena sosial dalam bentuk kata-kata. Metode deskripsi ini menggambarkan permasalahan yang ada dan data yang diperoleh dari pengamatan, dan studi pustaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Fungsi dari deskripsi ini sendiri merupakan kegiatan untuk menjelaskan berbagai karakteristik data sehingga gambaran dari data itu terungkap dengan jelas. Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan data kuantitatif untuk memperoleh hasil dan data yang diharapkan. Penulis tidak hanya secara murni menggunakan penelitian dalam bentuk kualitatif saja, melainkan juga menggunakan data kuantitatif. Dalam hal ini, data kuantitatif digunakan sebagai pelengkap saja (Moleong, 1989:38).
d. Responden Penelitian Responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah peserta didik SMP PL Santo Vincentius Sedayu tahun ajaran 2015-2016. Jumlah siswa keseluruhan atau populasi adalah 212 peserta didik. Adapun pemilihan sampel yang digunakan cara Stratified Sample. Stratified Sample adalah cara pemilihan sampel yang digunakan jika populasi terdiri dari kelompok-kelompok yang mempunyai susunan bertingkat. Teknik pengambilan sample ini cocok digunakan untuk mengambil sample pada suatu kelompok seperti di sekolah, hal ini karena sekolah menunjukkan suatu populasi yang berstrata karena adanya beberapa tingkatan kelas (Sutrisno Hadi, 2004: 90). Maka berdasarkan cara itu, penulis mengambil responden dengan komposisi jumlah responden terdiri dari setiap tingkatan kelas sebanyak 32 peserta didik. Ada 3 tingkatan kelas yang akan diambil sampelnya, jadi jumlah responden yang diteliti adalah 96 peserta didik, yang terdiri dari kelas VII 32 peserta didik,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
kelas VIII 32 peserta didik, dan kelas IX 32 peserta didik. Untuk lebih jelasnya akan ditampilkan pada tabel berikut: Tabel 2: Jumlah Responden Penelitian No
Tingkat
Jumlah
VII
32
VIII
32
IX
32
Jumlah
96
e. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP PL St. Vincentius de Paul Sedayu, Bantul. Sedangkan untuk waktu pelaksanaan penelitian di SMP PL St. Vincentius de Paul Sedayu, Bantul pada bulan Januari 2016.
f. Instrumen Pengumpulan Data Untuk memperoleh data, penulis menggunakan teknik penelitian dengan penyebaran kuesioner. Dapiyanta (2008:23) mengatakan “kuesioner merupakan serangkaian daftar pertanyaan atau daftar isian yang harus dijawab atau diisi oleh responden untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti.” Kuesioner terbagi menjadi dua, yakni kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup adalah angket yang telah disediakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
jawabannya dan responden tinggal memilih jawaban yang sesuai. Sedangkan kuesioner terbuka adalah angket yang jawabannya diisi oleh responden secara bebas. Sedangkan dalam penelitian kuesioner yang digunakan adalah kuesioner yang bersifat tertutup (Best, 1982: 178-180).
g. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini pengenalan tentang spiritualitas St. Vincentius de Paul sebagai pelindung sekolah dan kepedulian sosial peserta didik SMP PL St. Vincentius de Paul Sedayu. Untuk menjabarkan kedua variabel tersebut di bawah akan ditampilkan tabel kisi-kisi instrumen kuesioner sebagai berikut: Tabel 3. Kisi-kisi Kuesioner Intrumen Penelitian Variabel
Indikator
Nomor Jml Item
Pengenalan
Mengetahui sekolah memiliki nama
1,2,8
tentang Santo pelindung Santo Vincentius Vincentius de Mengenal Santo Vincentius Paul
3,4,6,7
Memahami ciri khas
5,9,
Mengingat hari raya peringatan Santo
14,15,16
Vincentius Merasa bangga memiliki sekolah dengan 10,11,13 nama pelindung Santo Vincentius Sekolah menyediakan referensi tentang Santo 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Vincentius. Jumlah Pertanyaan Variabel 1
16
Kepedulian
Selalu hadir dan ikut serta dalam kegiatan 27
sosial.
sekolah Memberi saran kegiatan sosial
25
Menunjukkan hal-hal yang bersifat sosial
17,18,34
Mengingatkan hal-hal yang boleh dilakukan
19
Mengajak teman untuk membantu orang lain
20
Meminta bantuan orang tua demi membantu 21 orang lain yang membutuhkan bantuan Mampu merasakan penderitaan orang lain Merasa
sedih
jika
melihat
orang
23,32 lain 22,24
menderita Menunjukkan sikap mau menolong pada 26,33 sesama. Ikut terlibat dalam aksi sosial
28,31,35
Berani berkorban demi orang lain
29,30
Jumlah Pertanyaan Variabel 2
19
Jumlah Total Pertanyaan
35
h. Deskripsi Tolak Ukur Peserta Didik dalam Mengenal St. Vincentius de Paul Pengenalan peserta didik terhadap St. Vincentius de Paul sebagai santo pelindung sekolahnya diukur melalui keterlibatan dalam rangka kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Vincentiusan.
Keterlibatan yang dimaksud dapat bermacam-macam, misalnya
mempersiapkan dan mendukung kegiatan Vincentiusan, mengikuti kegiatan Vincentiusan dari awal hingga akhir atau mengisi acara kegiatan Vincentiusan dengan drama tentang St. Vincentius de Paul. Namun dalam penelitian ini, tolak ukur yang menjadi ukuran adalah pengetahuan tentang St. Vincentius de Paul, pengenalan itu akan didapat dari instrumen penelitian yang telah dibuat. Sedangkan untuk di luar sekolah minat kepeduliaan sosial peserta didik dapat diukur dari interaksi sosialnya tepatnya minat terhadap keadaan sosial yang ada terutama mengenai kepedulian sosial terhadap sesama. Sebagai contoh sikap peserta didik dapat membantu ketika ada teman atau orang lain yang tidak berani untuk menyeberang jalan, berani melerai teman yang menyeberang jalan sembarangan, perasaan simpati terhadap sesama yang berkekurangan dan dapat juga ikut terlibat aksi sosial di masyarakat.
2. Laporan dan teknik pembahasan Penelitian Setelah melaksanakan penelitian, peneliti akan melaporkan data hasil penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti memberikan angket berjumlah 96 eksemplar dan jumlah angket dikembalikan dengan jumlah yang sama. Dalam tahap ini, peneliti akan melaporkan dalam bentuk tabel yang terdiri dari Identitas responden, metode laporan, gambaran sejauh mana peserta didik mengenal St. Vincentius de Paul sebagai santo pelindung sekolahnya dan gembaran seberapa dalam peserta didik SMP PL St. Vincentius de Paul memiliki kepedulian sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
a. Identitas Responden Tabel berikut ini memuat identitas responden berdasar data yang diperoleh di lapangan. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah dalam persen adalah: % = Jumlah X 100% N Tabel 3: Identitas Responden ( N=96 ) No
Kelas
Jumlah
Dalam Persen
1
VII
32
33,33%
2
VIII
32
33,33%
3
IX
32
33,33%
Dari hasil penelitian yang sudah dilaksanakan, peneliti memperoleh data mengenai responden yang terbagi menjadi tiga tingkatan yang berjumlah 96 peseta didik. Setiap tingkatan yaitu tingkat VII, tingkat VIII dan tingkat IX dipilih responden dengan jumlah yang sama yakni 32 peserta didik atau bila dihitung dalam persentase sebanyak 33,33 % dari jumlah responden.
b. Metode Laporan Laporan akan disampaikan menggunakan tabel dan akan diperjelas dengan kata-kata. Tabel yang dibuat terdiri dari beberapa kolom yang berisi nomor, pernyataan, alternatif jawaban, data setiap tingkatan kelas yang terdiri dari jumlah, persentase, dan data jumlah total serta persentase total dari semua tingkatan kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Data dalam tabel merupakan kuesioner yang disebar dan hasil dari penyebaran kuesioner tersebut. Data hasil penelitian akan disampaikan dari responden setiap tingakatan yang memliki jumlah setiap tingkatannya 32 peserta didik dan responden keseluruhan yang berjumlah 96 peserta didik pada kolom jumlah total dan persentase total.
c. Gambaran keadaan tingkat pengenalan peserta didik dalam mengenal St. Vincentius de Paul sebagai nama pelindung sekolah Untuk mengetahui data hasil penelitian mengenai gambaran sejauh mana peserta didik dalam mengenal St. Vincentius de Paul sebagai nama pelindung sekolah yang telah terlaksana, pada bagian ini akan disampaikan tabel dan uraian dari data penelitian tersebut: Tabel 4: Hasil Penelitian Pengenalan terhadap Santo Vincentius N=96 No. Item
Pernyataan
Alternatif
Jumlah dan Persentase (%)
Jawaban
Tingkatan Kelas N=32
VII VIII IX Jml % Jml % Jml % 1 Siapa nama pelindung sekolah SMP PL Sedayu?
a. Santa Monica b. Santo Vincentius c. Santa Theresia d. Santo Louis Tidak menjawab
0 0 0 32 100 32 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total N=96 Jum- Perlah sen Total (%)
0 0 0 0 100 32 100 96 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 100 0 0 0 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
No.
Alternatif
Jumlah dan Persentase (%)
Item
Jawaban
Tingkatan Kelas N=32
Pernyataan
VII VIII IX Jml % Jml % Jml % 2 Lahir dimana santo pelindung sekolah SMP PL Sedayu? 3
4
5
6
a. Yunani b. Roma c. Perancis d. Jerman Tidak menjawab Santo a. Pengusaha Vincentius b. Bangsawan berasal dari c. Nelayan keluarga ….. d. Petani Tidak menjawab Nama karya a. Karya Amal amal yang Puteri Kasih dibentuk oleh b. Karya Amal Vincentius Puteri Malu adalah … c. Karya Amal Puteri Raja d. Semua salah Tidak menjawab Karya amal a. Kaya Santo b. Miskin Vincentius c. Terlantar diperuntukkan d. b dan c benar bagi orang … Tidak menjawab Santo a. Pastor Vincentius b. Petani dikenal c. Pedagang sebagai d. Nelayan seorang ... Tidak menjawab
6 16 7 3 0 0 9 7 16 0 27
18,5 50,5 21,5 9,5 0 0 28,5 21,5 25 0 84,5
8 7 16 1 0 1 12 11 8 0 24
25 21,8 50 3,2 0 3 37,5 34,5 25 0 75
3 9,5 1 3 27 84,5 0 0 1 3 10 31,5 16 50 0 0 6 18,5 0 0 19 59,5
0
0
1
3
0
1
3
1
3
1
Total N=96 Jum- Perlah sen Total (%) 17 24 50 4 1 11 37 18 30 0 70
18 25 52 4 1 11,5 38,5 19 31 0 73
0
1
1
3
3
3
22 0 1 95 0 0 0 76 7 2 7 4
23 0 1 99 0 0 0 79 7,5 2 7,5 4
4 12,5 6 19 12 37,5 0 0 0 0 0 0 1 3 0 0 0 0 31 97 32 100 32 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 28 87,5 23 71 25 78 0 0 4 12,5 3 9 0 0 0 0 2 6,5 3 9,5 4 12,5 0 0 1 3 1 3 2 6,5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
No.
Alternatif
Jumlah dan Persentase (%)
Item
Jawaban
Tingkatan Kelas N=32
Pernyataan
VII VIII IX Jml % Jml % Jml % 7
8
9
10
St. Vincentius di masa hidupnya adalah orang yang sangat peduli pada sesama terutama kepada …. Sekolah selalu menanamkan nilai-nilai hidup pada sesama berpangkal dari spiritualitas St. Vincentius de Paul. St. Vincentius de Paul dapat menjadi inspirasi saya terutama dalam menjalin interaksi sosial. Saya membaca kisah-kisah orang kudus, terlebih St. Vincentius
Total N=96 Jum- Perlah sen Total (%)
a. Orang miskin b. Pedagang c. Kaya d. Bangsawan Tidak menjawab
31 96,8 32 100 32 100 95 1 3,2 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju Tidak menjawab
17 53,5 21 65,5 23 71,5 61 63,5 15 46,5 11 34,5 9 28,5 35 36,5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju Tidak menjawab
16 50 16 50 19 59,5 51 16 50 16 50 12 37,5 44 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 1
a. Sangat Sering b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah Tidak menjawab
3 5 18 5 1
9,5 15,5 56,5 15,5 3
3 3 23 3 0
9,5 9,5 71,5 9,5 0
99 1 0 0 0
53 46 0 0 1
8 25 14 14,5 11 34,3 19 20 13 40,6 54 56 0 0 8 8,5 0 0 1 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
No.
Alternatif
Jumlah dan Persentase (%)
Item
Jawaban
Tingkatan Kelas N=32
Pernyataan
VII VIII IX Jml % Jml % Jml %
11
12
13
14
15
yang menjadi Santo pelindung sekolah saya. Saya tidak tertarik membaca kisah St. Vincentius de Paul. Sekolah menyediakan bacaan-bacaan tentang St. Vincentius de Paul. Kegiatan vincentiusan di sekolah dilaksanakan pada … Sekolah merayakan pesta nama St. Vincentius de Paul untuk menghormati sebagai santo pelindung sekolah. Saya berpartisipasi dalam
a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju Tidak menjawab
3 2 13 14 0
a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju Tidak menjawab
16 50 5 15,5 15 47 19 59,5 1 3 3 9,5 0 0 5 15,5 0 0 0 0
a. 27 Juni b. 27 Juli c. 27 September d. 27 Agustus Tidak menjawab a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju Tidak menjawab
a. Antusias b. Terpaksa
8 2 21 0 1 20 11 0 0 1
9,5 6,5 40,5 43,5 0
25 6,5 65,5 0 3 62,5 34,5 0 0 3
Total N=96 Jum- Perlah sen Total (%)
4 13 16 50 23 24,5 0 0 2 6,5 4 4 14 43,5 14 43,5 41 42,5 14 43,5 0 0 28 29 0 0 0 0 0 0 12 37,5 33 34,5 18 56,5 52 54,5 1 3 5 5 1 3 6 6 0 0 0 0
0 0 0 0 8 8,5 0 0 1 3 3 3 32 100 29 90,5 82 85,5 0 0 2 6,5 2 2 0 0 0 0 1 1 28 87,5 28 87,5 76 79 4 12,5 3 9,5 18 19 0 0 1 3 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
31 96,8 32 100 31 96,8 94 0 0 0 0 0 0 0
98 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
No.
Alternatif
Jumlah dan Persentase (%)
Item
Jawaban
Tingkatan Kelas N=32
Pernyataan
VII VIII IX Jml % Jml % Jml % perayaan pesta nama St. Vincentius de Paul sebagai pelindung sekolah dengan sikap … 16
c. Bermalasmalasan d. Acuh tak acuh Tidak menjawab
Total N=96 Jum- Perlah sen Total (%)
0
0
0
0
0
0
0
0
0 1
0 3,2
0 0
0 0
1 0
3,2 0
1 1
1 1
Perasaan saya a. Semangat 29 90,5 ketika karena bisa mengikuti membantu kegiatan pesta dalam mengenal nama St. Santo Vincentius de Vincentius. Paul sebagai b. Senang karena 2 6,5 pelindung sekolah … jam belajar mengajar di kelas berkurang. c. Malas karena 0 0 membuangbuang waktu saja. d. Sedih karena 0 0 kegiatan tersebut tidak saya harapkan. Tidak menjawab 1 3
29 90,5 28 87,5 86 89,5
3
9,5
4 12,5 9
9,5
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Bagian
ini peneliti akan memaparkan hasil penelitian mengenai
pengenalan peserta didik SMP PL St. Vincentius de Paul terhadap St. Vincentius de Paul sebagai santo pelindung sekolahnya. Dari data yang telah diperoleh dapat diperinci sebagai berikut: Pernyataan nomer 1 berisi tentang nama pelindung sekolah. Data hasil penelitian menunjukkan semua responden menjawab bahwa Santo Vincentius sebagai nama santo pelindung SMP PL Sedayu. Jadi 100% responden mengetahui bahwa nama santo pelindung sekolahnya adalah St. Vincentius. Pernyataan nomer 2 tentang negara kelahiran St. Vincentius de Paul. 52% dari 96 responden menjawab benar bahwa St. Vincentius de Paul lahir di Perancis. Tingkat VII menjawab dengan benar hanya 7 peserta didik (21%) dari 32 responden saja. Untuk tingkat VIII, 16 peserta didik (50%) dari 32 responden menjawab dengan benar, dan tingkat IX 27 peserta didik (84,5%) dari 32 responden menjawab dengan benar. Dari nomer 2 ini dapat diketahui bahwa tingkatan juga mempengaruhi dalam pengenalan akan santo pelindung sekolahnya. Pernyataan nomer 3 tentang riwayat St. Vincentius de Paul dilihat dari keluarganya. Vincentius merupakan seorang anak dari keluarga petani. Hasil penelitian menunjukkan hanya 30 peserta didik (31%) dari dari 96 responden yang menjawab benar bahwa Vincentius dari keluarga petani. Sedangkan 38,5% menjawab bahwa Vincentius berasal dari keluarga bangsawan, dan sisanya menjawab dari keluarga pengusaha dan nelayan. Pernyataan ini dapat menggambarkan bahwa masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
banyak peserta didik yang belum mengetahui tentang riwayat santo pelindung sekolahnya. Perntayaan nomer 4, 5 dan 7 akan menggambarkan mengenai karya St. Vincentius de Paul yang sangat dikenal dan merupakan perwujudan dari ciri khasnya, yakni Karya Amal Puteri Kasih yang dibentuk oleh Vincentius untuk orang miskin dan terlantar. Data penelitian menunjukkan 70 peserta didik atau 73% responden mengetahui karya amal yang dibentuk oleh santo pelindung sekolahnya dan 99% peserta didik mengetahui karya amal itu diperuntukkan bagi orang yang miskin dan terlantar. Pernyataan nomer 6 menyatakan identitas St. Vincentius de Paul sewaktu hidupnya yaitu seorang pastor. Data penelitian menunjukkan 79% responden mengenal Vincentius de Paul sebagai seorang pastor dan ada 4% yang tidak memilih jawaban yang tersedia dan sisanya mengeahui bahwa Vincentius de Paul adalah petani, pedagang dan nelayan. Pernyataan nomer 8 yakni tentang sekolah selalu menanamkan nilai hidup pada sesama berpangkal dari spiritualitas santo pelindung sekolah. Data penelitian menunjukkan 61 peserta didik atau 63,5% dari responden memilih sangat setuju dan 36,5% (35 responden) memilih setuju bahwa sekolah menanamkan nilai-nilai hidup pada sesama yang berpangkal dari spiritualitas santo pelindung sekolah. Pernyataan nomer 9 tentang santo pelindung sekolah yang dapat menjadi inspirasi dalam berinteraksi sosial. Data penelitian menunjukkan 51 responden (53%) memilih sangat setuju bahwa santo pelindung sekolah yang dapat menjadi inspirasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
dalam berinteraksi sosial dan 44 responden memilih setuju. Hanya 1 responden saja yang tidak memilih jawaban yang disediakan. Dapat ditarik kesimpulan pada nomer 9 ini hampir semua responden menyetujui St. Vincentius de Paul sebagai pelindung sekolah dapat menjadi inpirasi mereka dalam menjalin interaksi sosial. Pernyataan nomer 10 menggambarkan sesering apa responden membaca kisah tentang santo pelindung sekolah. Pernyataan pada nomer ini didominasi oleh responden yang jarang membaca kisah tentang St. Vincentius de Paul yakni sebanyak 54 peserta didik atau 56%. Jadi hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden yang masih jarang membaca kisah St. Vincentius de Paul. Pada pernyataan nomer 11 penulis menyatakan pernyataan negatif dengan tujuan agar responden dapat berpikir kritis dalam menanggapi pernyataan yakni tidak tertarik membaca kisah Vincentius de Paul. Dari data yang diperoleh, 24,5% dari 96 responden tingkat IX menyumbang paling banyak sendiri yakni 16 responden sendiri tidak tertarik membaca kisah St. Vincentius de Paul. Sedangkan 42,5% mengatakan kurang setuju dengan pernyataan tersebut dan presentase itu merupakan jumlah dari responden setiap tingkatan yang jumlahnya hampir sama. Untuk responden yang mengatakan tidak setuju ada 28 peserta didik (29%) dari 96 responden masingmasing 14 peserta didik dari tingkat VII dan VIII. Pernyataan nomer 12 tentang sekolah menyediakan bacaan-bacaan tentang St. Vincentius. Data penelitian menunjukkan 54,5% dari 96 responden mengatakan setuju dan 34,5% mengatakan sangat setuju. Hanya 5% yang kurang setuju dan 6% tidak setuju dari pernyataan yang ada. Dari penelitian ini menunjukkan hasil yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
positif dan sebagian besar responden menyetujui sekolah menyediakan bacaanbacaan tentang St. Vincentius. Pernyataan nomer 13 dan 14, tentang waktu dan sikap sekolah dalam melaksanakan kegiatan untuk mengenang santo pelindung sekolah. 85,5% responden dapat mengingat tanggal kegiatan tersebut karena dilaksanakan setiap tahunnya yaitu 27 September. Hasil ini juga menunjukkan hasil yang positif, hanya 14,5% yang tidak mengetahui hari tersbut dan sebagian besar mereka adalah tingkat VII. Ini dapat dimaklumi karena mereka baru sekali mengikuti kegiatan tersebut. Sedangkan untuk sikap responden dalam merayakan pesta nama St. Vincentius de Paul sebagai penghormatan akan santo pelindung, 76 responden (79%) dari 96 responden memilih sangat setuju dan 19% memilih setuju. 1% memilih kurang setuju dan 1% tidak memilih jawaban yang telah tersedia. Ini menandakan bahwa sebagian besar responden mendukung adanya kegiatan untuk mengenang dan menghormati santo pelindung sekolahnya. Pernyataan nomer 15 dan 16 tentang sikap dan perasaan peserta didik dalam mengikuti dan berpartisipasi dalam perayaan hari Vincentiusan. Data menunjukkan bahwa 94 responden (98%) dari 96 responden mengikuti hari vincentiusan dengan antusias, 1% memiliki sikap acuh tak acuh dan 1% tidak menjawab. Sedangkan untuk perasaan dalam mengikuti kegiatan vincentiusan, 89,5% dari 96 responden memilih jawaban semangat karena membantu lebih mengenal St. Vincentius de Paul, 9,5% memilih jawaban senang karena jam belajar di kelas menjadi berkurang dan 1% tidak menjawab. Pernyataan kedua nomer ini menunjukkan hasil yang positif dimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
sebagaian besar responden mengikuti kegiatan vincentiusan dengan sikap yang antusias dan semangat karena membantu mereka lebih mengenal santo pelindung sekolahnya. d. Gambaran kepedulian sosial peserta didik SMP PL St. Vincentius de Paul Sedayu Untuk mengetahui data hasil penelitian mengenai seberapa dalam kepedulian sosial peserta didik SMP PL St. Vincentius de Paul Sedayu yang telah terlaksana, pada bagian ini akan disampaikan tabel dan uraian dari data penelitian tersebut: Tabel 5: Hasil Penelitian Kepedulian Sosial N=96 Jumlah dan Persentase (%) No.
Pernyataan
Iten
Tingkatan Kelas (N=32)
Alternatif
Total N=96
Jawaban
Jum- Perlah sen VII VIII IX Total Jml % Jml % Jml % (%) 17
Tindakan yang sebaiknya saya lakukan ketika melihat teman yang menyeberang jalan sembarangan … karena itu salah dan berbahaya.
a. Membiarkan
0
0
0
0
0
0
0
0
9,5 1
3
7
22
11
11,5
saja b. Memarahinya
3
c. Memberi
21 65,5 21 65,5 6 18,5
48
50
8
25 10 32,5 19 59,5
37
38,5
0
0
0
0
contoh d. Melaporkan pada guru yang berjaga Tidak menjawab
0 0
0
0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Jumlah dan Persentase (%) No.
Pernyataan
Iten
Tingkatan Kelas (N=32)
Alternatif
Total N=96
Jawaban
Jum- Perlah sen VII VIII IX Total Jml % Jml % Jml % (%) 18
Tindakan saya ketika melihat teman yang takut menyeberang jalan.
a. Menggandeng
31 97 10 32,5 31 97 72
75
0
0
1
0 1
1
0
0
21 65,5 1
3 22
23
0
0
0
0
0
0 0
0
Tidak menjawab
1
3
0
0
0
0 1
1
Perlu mengingatkan teman untuk melakukan hal yang baik kepada sesama.
a. Sangat setuju
20 62 28 87,5 28 87,5
76
79
b. Setuju
11 35
3
9,5
17
18
c. Kurang setuju
0
0
1
3
1
3
2
2
d. Tidak setuju
0
0
0
0
0
0
0
0
Tidak menjawab
1
3
0
0
0
0
1
1
Saya tidak ragu mengajak teman untuk membantu orang lain.
a. Sangat setuju
17 53 24 75 25 78
66
69
b. Setuju
13 41
8
25
7
22
28
29
c. Kurang setuju
0
0
0
0
0
0
0
0
d. Tidak setuju
1
3
0
0
0
0
1
1
Tidak menjawab
1
3
0
0
0
0
1
1
- nya untuk menyeberang bersama-sama b. Membiarkan
3
0
saja c. Cukup melihat saja d. Tidak tahu apa yang harus diperbuat
19
20
9,5 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Jumlah dan Persentase (%) No.
Pernyataan
Iten
Tingkatan Kelas (N=32)
Alternatif
Total N=96
Jawaban
Jum- Perlah sen VII VIII IX Total Jml % Jml % Jml % (%) 21
22
23
24
Berani meminta bantuan orang tua untuk menolong orang lain. Ketika ada teman yang terlihat murung, saya mau mendekatinya untuk bertanya keadaannya atau sekedar menghibur saja. Mencari informasi ketika ada teman sekelas yang tidak masuk sekolah. Sering kali saya sedih bahkan menangis ketika melihat orang memungut sisa
a. Sangat setuju
9
b. Setuju
28 12 37,5 18 56
39
40,5
21 66 18 56 12 37,5
51
53,5
c. Kurang setuju
1
3
2
6,5
5
5
d. Tidak setuju
1
3
0
0
0
0
1
1
Tidak menjawab
0
0
0
0
0
0
0
0
a. Sangat setuju
102 32,5 20 62,5 16 50
46
48
b. Setuju
1
47
49
6,5 2
65,5 12 37,5 14 44
c. Kurang setuju 1
3
0
0
1
3
2
2
d. Tidak setuju
0
0
0
0
1
3
1
1
Tidak menjawab
0
0
0
0
0
0
0
0
a. Sangat setuju
11 34,5 16 50 11 34,5
38
39,5
b. Setuju
21 65,5 15 47 20 62,5
56
58,5
c. Kurang setuju
0
0
1
3
0
0
1
1
d. Tidak setuju
0
0
0
0
1
3
1
1
Tidak menjawab
0
0
0
0
0
0
0
0
a. Sangat setuju
9 28,5 6
19 10 31
25
26
b. Setuju
20 62,5 24 75 17 53,5
61
63,5
c. Kurang setuju
1
3
2
6
3
9,5
6
6,5
d. Tidak setuju
2
6
0
0
2
6
8
4
Tidak menjawab
0
0
0
0
0
0
0
0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Jumlah dan Persentase (%) No.
Pernyataan
Iten
Tingkatan Kelas (N=32)
Alternatif
Total N=96
Jawaban
Jum- Perlah sen VII VIII IX Total Jml % Jml % Jml % (%) makanan di tempat sampah untuk dimakan. 25 Untuk mempersiapkan hari Vincentiusan di sekolah, saya berani mengusulkan pendapat untuk membuat kegiatan guna menolong orang lain yang menderita 26 Saya tidak tertarik menolong orang lain karena orang itu tidak saya kenal. 27
Saya selalu terlibat dalam aksi sosial yang diadakan sekolah.
a. Sangat setuju
13 40,5 11 34,5 14 44
38
39,5
b. Setuju
17 53,5 19 59,5 18 56
54
56,5
c. Kurang setuju
2
6
1
3
0
0
3
3
d. Tidak setuju
0
0
1
3
0
0
1
1
Tidak menjawab
0
0
0
0
0
0
0
0
a. Sangat setuju
0
0
1
3
0
0
1
1
b. Setuju
2
6
2
6
1
3
5
5
c. Kurang setuju
13 40,5 10 31,5 14 43,5
37
39
d. Tidak setuju
17 53,5 19 59,5 17 53,5
53
55
Tidak menjawab
0
0 0
0
0
a. Sangat setuju
7
22
18
19
b. Setuju
25 78 17 53 25 78
67
70
c. Kurang setuju
0
0
8
25
3
9,5
11
11
d. Tidak setuju
0
0
0
0
0
0
0
0
Tidak menjawab
0
0
0
0
0
0
0
0
7
0
0
0
22
4 12,5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Jumlah dan Persentase (%) No.
Pernyataan
Iten
Tingkatan Kelas (N=32)
Alternatif
Total N=96
Jawaban
Jum- Perlah sen VII VIII IX Total Jml % Jml % Jml % (%) 28
Saya selalu terlibat dalam aksi sosial yang diadakan masyarakat.
a. Sangat setuju b. Setuju
7
4 12,5
18
18,5
214 65,5 19 59 26 82,5
66
69
30
31
Lebih baik saya tidak jajan ketika ada pengumpulan dana sosial. Menyumbangkan baju layak pakai untuk aksi sosial.
Mengikuti aksi sosial.
7
22
c. Kurang setuju
0 12,5 6
19
2
6
12
12,5
d. Tidak setuju
0
Tidak menjawab 29
22
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
22
5 15,5 6
a. Sangat setuju
7
19
18
18.5
b. Setuju
21 65,5 19 59,5 187 56
58
61
c. Kurang setuju
3
d. Tidak setuju
1
3
Tidak menjawab
0
0
a. Sangat setuju
9,5 8
25
1
22
18
18,5
0
0
0
3
2
2
0
0
0
0
0
10 31,5 15 47 14 43,5
39
40,5
b. Setuju
22 68,5 15 47 17 53,5
54
56,5
c. Kurang setuju
0
0
2
6
0
0
2
2
d. Tidak setuju
0
0
0
0
1
3
1
1
Tidak menjawab
0
0
0
0
0
0
0
0
a. Senang
31 97 32 100 27 84,5
90
94
b. Malas
1
3
0
0
4 12,5
5
5
c. Tidak tertarik
0
0
0
0
0
0
0
0
d. Tidak ada
0
0
0
0
1
3
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
waktu Tidak menjawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Jumlah dan Persentase (%) No.
Pernyataan
Iten
Tingkatan Kelas (N=32)
Alternatif
Total N=96
Jawaban
Jum- Perlah sen VII VIII IX Total Jml % Jml % Jml % (%) 32
33
34
35
Saya membayangkan jika di posisi sebagai orang yang sangat miskin, bahkan untuk makan pun susah. Ada kegiatan menjenguk dan memberi bantuan kepada orang yang sangat membutuhkan di sekitar sekolah. Lebih senang memberi meskipun kekurangan daripada menerima sesuatu.
a. Sering
22 68,5 24 75 30 94
76
79
b. Tidak pernah
9 28,5 8
25
0
0
17
18
c. Kurang kerjaan
1
3
0
1
3
2
2
d. Tidak ada
0
0
0
0
0
0
0
0
Tidak menjawab
0
0
0
0
1
3
1
1
a. Sangat setuju
18 56 11 34,5 17 53
46
48
b. Setuju
14 44 17 53 14 44
45
47
c. Kurang setuju
0
0
3
3
4
4
d. Tidak setuju
0
0
1
3
0
0
1
1
Tidak menjawab
0
0
0
0
0
0
0
0
a. Sangat setuju
12 37,5 9
28 17 53
38
39,5
b. Setuju
19 59,5 20 62,5 14 44
53
55,5
c. Kurang setuju
1
3
2
3
4
4
d. Tidak setuju
0
0
0
0
0
0
0
0
Tidak menjawab
0
0
1
3
0
0
1
1
Tertarik dalam kegiatan sosial.
a. Sangat setuju
10 31 15 47 17 53
42
44
b. Setuju
22 69 15 47 14 44
51
53
c. Kurang setuju
0
0
2
6
1
3
3
3
d. Tidak setuju
0
0
0
0
0
0
0
0
Tidak menjawab
0
0
0
0
0
0
0
0
waktu
9,5 1
6,5 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Bagian ini peneliti akan melaporkan data hasil penelitian secara lebih terperinci berkaitan dengan gambaran kepedulian sosial peserta didik SMP PL Sedayu. Data yang diperoleh sebagai berikut: Pernyataan nomer 17 berisi tentang sikap peduli terhadap teman yang menyeberang jalan sembarangan. Data penelitian menunjukkan 50% dari 96 responden memilih jawaban memberi contoh jika ada teman yang menyeberang jalan sembarangan, 38,5% memilih untuk melaporkan pada guru yang berjaga, 11,5% memilih memarahi teman tersebut dan 0% memilih untuk membiarkan saja. Dari pernyataan nomer ini menunjukkan bahwa 50% responden memilih memberi contoh yang tepat dalam menyeberang jalan. Pernyataan nomer 18 berisi tentang suatu tindakan yang dilakukan ketika melihat teman takut menyeberang jalan. Sekitar 72 responden dari 96 responden yang ada memilih menggandeng teman dalam menyeberang jalan bersama-sama, 1 responden memilih membiarkan saja, 22 responden cukup dengan melihat saja dan 1 responden tidak memilih jawaban. Pada pernyataan nomer 19 berisi tentang suatu tindakan mengingatkan teman untuk melakukan hal yang baik kepada sesama. Data penelitian menunjukkan bahwa 79% dari 96 responden memilih sangat setuju, 18% setuju, 2% kurang setuju dan 1% tidak memilih pilihan. Hasil penelitian ini menunjukkan hal yang positif dimana responden sangat setuju mengingatkan teman untuk melakukan hal yang baik. Pernyataan nomer 20 berisi menunjukkan suatu sikap ketidakraguan teman untuk membantu orang lain. Data penelitian menunjukkan 66 responden (69%) dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
96 responden memilih sangat setuju, 28 responden memilih setuju dan hanya 1 responden yang tidak setuju serta 1 responden tidak menjawab. Pernyataan nomer 21 berisi tentang keberanian meminta bantuan, dalam hal ini orang tua untuk menolong orang lain. Data hasil penelitian menunjukkan 40,5% dari responden yang ada memilih sangat setuju, 53,5% memilih setuju, 5% kurang setuju dan hanya 1% yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Sebagian besar responden berani meminta bantuan orang tuanya untuk suatu tindakan dalam membantu orang lain. Pernyataan nomer 22 berisi tentang sikap terhadap temannya, yakni ketika melihat teman yang terlihat murung dan sikap yang tepat adalah menghibur atau mendekatinya untuk bertanya keadaannya. Data penelitian menunjukkan bahwa 46 responden (48%) dari 96 responden memilih jawaban sangat setuju, 47 responden (49%) memilih setuju, 2 responden kurang setuju, dan 1 responden tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Pada pernyataan nomer 23 berisi tentang keaktifan responden dalam menjalin interaksi sosial yaitu dengan mencari informasi ketika ada teman sekelas yang tidak masuk sekolah. Data penelitian menampilkan 58,5% menyetujui pernyataan tersebut, 39,5% sangat setuju, hanya 1% yang kurang setuju da tidak setuju dengan pernyataan. Dari data penelitian tersebut jelas bahwa pada nomer ini ada 98% responden yang aktif mencari informasi ketika ada teman sekelas yang tidak masuk sekolah. Pernyataan nomer 24 berisi tentang perasaan responden yang sedih bahkan menangis ketika melihat orang memunguit sisa makanan di tempat sampah untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
dimakan. Dari penelitian yang telah dilaksanakan dapat diperoleh data 26% (25 responden) sangat setuju dengan pernyataan pada nomer ini, 63,5% setuju, 6,5% kurang setuju dan 4% tidak setuju. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa 89,5% responden merasa sedih bahkan menangis ketika melihat orang memungut sisa makanan di tempat sampah untuk dimakan. Pernyataan nomer 25 berisi tentang pernyataan hari Vincentius dan sikap peduli terhadap sesama terutama yang menderita. Pernyataan tersebut lebih pada keberanian mengusulkan suatu pendapat sebagai persiapan hari Vincentiusan di sekolah untuk membuat kegiatan guna menolong orang lain yang menderita. Tanggapan responden untuk pernyataan ini yaitu 39,5% dari 96 responden sangat setuju, 56,5% setuju, 3% kurang setuju dan 1% tidak setuju. Hasil dari pernyataan nomer ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden sangat setuju dan setuju dengan berani mengusulkan pendapat membuat kegiatan menolong orang yang mederita dalam rangka hari vincentiusan. Pernyataan nomer 26 berisi tentang pernyataan negatif yaitu ketidaktertarikan menolong oran lain karena orang tersebut tidak dikenal. Data menampilkan bahwa 53 responden dari 96 responden tidak setuju dengan pernyataan tersebut, 37 responden kurang setuju, 5 responden setuju dan hanya 1 responden yang sangat setuju. Jadi dari data yang didapat sekitar 94% dari 96 responden kurang setuju dan tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Pernyataan nomer 27 dan 28 berisi tentang keterlibatan mengikuti aksi sosial. Sebagian besar dari responden memilih sangat setuju dan setuju dalam mengikuti aksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
sosial di sekolah yaitu 89%. Sedangkan untuk mengikuti aksi sosial di masyarakat 87,5% dari 96 responden yang memilih jawaban sangat setuju dan setuju. Pernyataan nomer 29 berisi tentang pengorbanan dalam melaksanakan aksi sosial yakni lebih baik tidak jajan ketika ada pengumpulan dana sosial. Dari penelitian, data yang diperoleh untuk nomer ini yaitu 18,5% dari 96 responden sangat setuju dengan pernyataan, 61% (58 responden) memilih jawaban setuju, 18,5% memilih jawaban kurang setuju dan hanya 2% yang tidak setuju. Kesimpulan dari pernyataan nomer ini yaitu sebagian besar responden sangat setuju dan setuju dengan presentase 79,5% responden. Pada pernyataan nomer 30 berisi tentang sikap dalam aksi sosial yaitu menyumbangkan baju layak pakai untuk aksi sosial. Sebagian besar responden memilih setuju dan sangat setuju yakni presentase menunjukkan 97% dari 96 responden. Sedangkan sisanya 3% kurang setuju dan tidak setuju. Pernyataan pada nomer ini menunjukkan bahwa menyumbangkan baju layak pakai untuk aksi sosial merupakan salah satu bentuk tindakan yang dapat dilakukan. Pernyataan nomer 31 berisi tentang perasaan mengikuti aksi sosial. Dari 96 responden, 90 responden mengikuti aksi sosial dengan senang hati, 5 responden merasa malasdan 1 responden tidak ada waktu untuk kegiatan tersebut. Pernyataan nomer 32 berisi tentang responden diajak untuk membayangkan jika berada di posisi sebagai seseorang yang sangat miskin dan bahkan untuk makan pun susah. Data dari penelitian untuk nomer ini menampilkan 79% dari 96 responden sering membayangkan, 18% tidak pernah membayangkan, 2% merasa kurang kerjaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
jika membayangkan dan 1% tidak menjawab. Kesimpulan dari penelitian pada nomer ini bahwa sebagian besar responden memiliki rasa simpati terhadap mereka yang miskin dan susah mencari makan. Pernyataan nomer 33 berisi tentang suatu kegiatan menjenguk dan memberi bantuan kepada orang yang sangat membutuhkan di sekitar sekolah. Ada 91 responden atau sekitar 95% dari 96 responden memilih jawaban setuju dan sangat setuju dengan pernyataan tersebut dan hanya 5% yang kurang setuju dan tidak setuju. Sebagian besar responden memilih jawaban setuju dan sangat setuju dengan adanya kegiatan menjenguk dan memberi bantuan kepada orang yang sangat membutuhkan di sekitar sekolah. Pernyataan nomer 34 berisi tentang peserta didik dihadapkan pada suatu situasi yakni lebih senang memberi meskipun kekurangan daripada menerima sesuatu. Presentase 39,5% dari 96 responden memilih jawaban sangat setuju, 55,% memilih setuju, 4% kurang setuju dan 1% tidak menjawab. Hanya sedikit responden yang kurang setuju dan tidak setuju dengan pernyataan pada nomer ini jika dibandingkan responden yang sangat setuju dan setuju.
Pernyataan nomer 35 berisi lebih tentang penegasan akan ketertarikan dalam kegiatan sosial. Sekitar 97% dari 96 responden memilih sangat setuju dan setuju dengan pernyataan nomer ini dan hanya 3% yang kurang setuju dengan pernyataan. Jadi dari 96 responden, sebagian besar responden memiliki ketertarikan dalam kegiatan sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
3. Pembahasan Hasil Penelitian Untuk melihat lebih dalam kedua variabel penelitian di atas, maka pada bagian ini akan dibahas mengenai kedua variabel tersebut dengan data hasil penelitian berdasarkan penyebaran angket. Berikut adalah pembahasan hasil penelitian. Berdasarkan hasil dari penyebaran angket diketahui bahwa 100% responden sependapat bahwa nama pelindung dari sekolahnya yaitu St. Vincentius de Paul. Kanunnik Paul Thone (1985:7) mengemukakan bahwa di tepi sungai Adour tidak jauh dari kota Paris Perancis Vincentius de Paul dilahirkan di tengah keluarga petani pekerja keras dengan suasana miskin. Hasil penelitian menunjukkan ada sebagian responden yang belum mengetahui negara kelahiran, keluarga dari santo pelindung sekolah, riwayat hidup mengenai karya-karyanya dan terlebih profesi atau tugas utama dari santo pelindung sekolah. Responden yang mengetahui negara asal dari St. Vincentius de Paul yaitu dari Perancis hanya sekitar 52%, dan responden tingkat IX menyumbang hasil yang paling memuaskan di susul oleh tingkat VIII dan terakhir tingkat VII. Demikian juga dengan item yang menyinggung tentang keluarga St. Vinentius de Paul adalah keluarga petani, menunjukkan hasil yang tidak memuaskan karena kurang dari 35% dari responden yang memilih jawaban yang tepat. Ini menandakan bahwa masih sebagian besar responden belum jauh mengenal santo pelindung sekolahnya. Dari
hasil
penelitian
pula
diketahui
bahwa
tingkatan
di
sekolah
mempengaruhi pengenalan pada santo pelindung, misalkan saja dari beberapa nomor item angket hasil menunjukkan bahwa tingkat VII dan IX lebih memilih pilihan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
jawaban yang memuaskan daripada tingkat VII. Tingkatan berpengaruh pada sejauh mana dalam mengenal santo pelindung sekolah dapat dikatakan wajar karena tingkatan kelas VII masih baru dan masih dalam tahap mengenal sekolah barunya. Sedangkan untuk tingkatan kelas VIII dan IX dan yang sudah lebih lama bersekolah di SMP PL St. Vincentius de Paul Sedayu telah mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan St. Vincentius de Paul. Kegiatan tersebut akan sangat membantu mereka dalam mengenal santo pelindung sekolahnya. Melalui kata-kata (buku), kita dapat mengenal bagaimana gambaran St. Vincentius de Paul tersebut (Roman, 1993:83). Ketertarikan responden untuk mengenal St. Vincentius de Paul dengan cara membaca kisah-kisah tentangnya cukup banyak. Namun untuk ketersediaan buku tentang Vincentius de Paul masih dirasa belum cukup sehingga responden setuju sekolah menambah koleksi buku tentang santo pelindung sekolah. Sekolah yang memakai nama seorang santo sebagai nama pelindungnya, menyediakan sarana-sarana yang lebih banyak agar peserta didik terbantu dalam mengenal sekolahnya. Dalam mengenang dan menghormati St. Vincentius de Paul, sebagai santo pelindung SMP PL Sedayu, sekolah mengadakan kegiatan hari Vincentiusan dan responden hampir seluruhnya menyetujuinya. Kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan yang selalu diadakan oleh sekolah untuk menghormati dan mengenang sekaligus merupakan cara yang ampuh untuk membantu peserta didik dalam mengenal lebih jauh santo pelindung sekolahnya. Kegiatan ini menarik perhatian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
responden dengan data penelitian yang menunjukkan bahwa kegiatan ini diikuti dengan antusias dan semangat. Karya dan lembaga pendidikan menjalankan fungsi ganda,yakni sebagai pelaku perubahan sosial dan sebagai usaha untuk mendukung munculnya pelakupelaku perubahan sosial. Perubahan sosial dapat dimulai dari sebuah minat atau keinginan untuk peduli terhadap situasi sosialnya (Banawiratma, 1991:65). Dari hasil penelitian, responden menunjukkan memiliki minat peduli terhadap sosialnya. Dari sebagian besar item angket, reponden memilih jawaban yang menunjukkan nilai positif. Sikap kepedulian terhadap sesama mampu dibentuk sejak dini, yakni SMP. Nilai-nilai spiritualitas St. Vincentius de Paul sangat membantu dalam pembentukan tersebut, terlebih St. Vincentius de Paul dikenal dengan sikapnya yang sangat peduli pada mereka yang menderita dan membutuhkan. Eddy Kristiyanto (2005 ;134) mengatakan “bahwa orang belajar dan memperoleh pengetahuan agar dapat mengembangkan orang lain; dan ini adalah cinta kasih. Ada juga yang belajar agar mereka mengenal dirinya sendiri dan perlu membangun diri sendiri”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden berusaha mengembangkan diri sendiri terlebih jiwa yang peduli terhadap sosialnya dapat belajar dari santo pelindung sekolah. Sikap peduli sosial responden yang positif ditunjukkan melalui hasil angket dimana responden dalam usia pengenalan diri namun juga mampu untuk mengembangkan diri, terlebih dalam sosialnya. Sikap peduli sosial dapat dikembangkan melalui sistem pengajaran yang berbentuk praxis atau belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
langsung di lapangan. SMP PL St. Vincentius de Paul Sedayu dalam misinya menekankan perkembangan sosial peserta didik. Sekolah dapat mendidik orang muda dalam mengusahakan perdamaian tanpa kekerasan dengan memperjelas peranan sosial mereka, memajukan peserta didik untuk belajar dan memberikan perhatian pada yang miskin dan membutuhkan sebagai program dari proses pendidikan (Eddy Kristiyanto, 2005:147). Romo Banawiratma (1991:67) mengatakan bahwa pendidikan yang lahir dari visi iman kepada Yesus akan lebih mudah mencapai tujuan dengan menerima dan mendalami ajaran-Nya, namun juga dengan aksi yang nyata yakni aksi pelayanan. Dari hasil penelitan, peserta didik setuju untuk menghormati Santo Vincentius perlu diadakan kegiatan aksi nyata dari ajarannya tersebut yakni membantu sesama yang miskin dan membutuhkan.
4. Kesimpulan Hasil Penelitian Berdasarkan laporan dan pembahasan hasil penelitian, peneliti dapat menarik kesimpulan. Diketahui bahwa responden yang mengisi angket tentang pengenalan akan santo pelindung sekolah memperoleh hasil yang kurang memuaskan meskipun beberapa item sudah dapat dikatakan cukup. Responden belum cukup mengenal St. Vincentius dilihat dari pemilihan jawaban yang tersedia. Bahkan sebagian besar responden tidak mengetahui negara kelahiran St. Vincentius de Paul, masih banyak pula responden yang belum mengetahui tentang riwayatnya seperti keluarga St. Vincentius, profesinya, dan beberapa hal yang mendasar lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Gambaran minat kepedulian sosial responden dari hasil penyebaran angket menunjukkan hasil yang positif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memiliki minat dalam kehidupan sehari-hari bisa menempatkan diri untuk peduli pada teman dan sesamanya yang menderita, miskin, terlantar dan membutuhkan. Ketika ada teman yang murung, reponden tidak sungkan untuk mendekatinya bahkan bertanya dan menghibur; ketika melihat teman yang takut menyeberang jalan responden tahu tindakan apa yang seharusnya ia lakukan. Peserta didik mempunyai keinginan dengan berani mengusulkan kegiatan konret dalam hari Vincentiusan. Peserta didik sudah memiliki bekal yang baik dalam kepeduliaan sosial yaitu minat. Oleh karena itu, sekolah dapat membantu peserta didik dalam memperkembangkan kepedulian sosial mereka dengan memfasilitasi melalui kegiatan sosial sebagai bentuk perwujudan minat tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
BAB IV USULAN PROGRAM PENINGKATAN KEPEDULIAN SOSIAL PESERTA DIDIK SMP PANGUDI LUHUR SANTO VINCENTIUS de PAUL SEDAYU BERDASAR INSPIRASI SPIRITUALITAS SANTO VINCENTIUS de PAUL
Pada bab III telah dijabarkan tentang gambaran inspirasi spiritualitas St. Vincentius de Paul bagi kepedulian sosial peserta didik SMP PL St. Vincentius de Paul Sedayu melalui penelitian yang telah dilaksanakan. Pada bab IV ini akan dibahas mengenai usulan program yang dirasa tepat guna menindaklanjuti hasil dari bab III. Usulan program yang disampaikan pada bab IV ini akan dijabarkan melalui latar belakang penyusunan program, alasan pemilihan tema usulan program, program yang diusulkan bagi peserta didik SMP PL Sedayu dan contoh persiapan program. Usulan program ini tidak bersifat mengikat, sehingga program yang diusulkan dapat atau tidak digunakan oleh sekolah dalam pengenalan akan St. Vincentius de Paul sebagai santo pelindung sekolah tidak menjadi suatu masalah.
A. Latar Belakang Program SMP Pangudi Luhur St. Vincentius de Paul Sedayu merupakan institusi pendidikan milik swasta yang dikelola oleh Yayasan Pangudi Luhur. Yayasan Pangudi Luhur sendiri meneruskan institusi pendidikan ini dari yayasan Paulus dimana yayasan ini milik paroki Sedayu dengan nama SMP St. Paulus. Sejak tahun 1968 SMP St. Paulus berganti nama menjadi SMP Pangudi Luhur atau lebih dikenal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
dengan sebutan SMP PL Sedayu. SMP PL Sedayu memiliki Visi dan Misi yang bersumber dari Yesus Kristus sendiri dimana keberadaan SMP ini untuk membantu peserta didik salah satunya untuk beriman dengan misi mendampingi kaum muda dengan solidaritas pada yang miskin dan lemah. Proses pendidikan yang memadukan unsur pendidikan formal, informal dan non formal yang menyangkut segi-segi religiusitas, humanis, sosialitas dan intelektualitas serta semangat sense of loving terhadap lingkungan hidup demi menjaga keutuhan ciptaan Tuhan. Seperti sudah dikatakan pada bab sebelumnya pada tahun 2007 nama sekolah diberi tambahan nama pelindung yaitu St. Vincentius de Paul. Penambahan nama ini karena visi dan misi sekolah yang banyak memiliki kesamaan dengan spiritualitas St. Vincentius. Hal ini diharapkan agar peserta didik lebih terbantu dalam memahami dan mencapai visi misi sekolah karena inspirasi dari spiritualitas St. Vincentius de Paul yang dikenal dengan karya amalnya pada sesama yang miskin dan lemah namun tidak melupakan segi religiusitasnya. Dalam skripsi ini telah dibahas tentang visi misi SMP PL Sedayu yang terinspirasi oleh spiritualitas St. Vincentius yaitu de Paul pribadi beriman dengan solidaritas terhadap sesama yang miskin dan lemah atau dapat dikatakan kepedulian sosial terhadap sesama. Program yang akan dipilih untuk meningkatkan kepedulian sosial ini yaitu rekoleksi dan aksi sosial. Dipilihnya program rekoleksi dan aksi sosial ini guna menanggapi keprihatinan penulis atas keadaan peserta didik SMP PL St.Vincentius de Paul Sedayu yang memiliki St. Vincentius de Paul sebagai nama pelindung sekolahnya namun kurang mengenal spiritualitas St. Vincentius de Paul dan peserta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
didik memiliki minat untuk peduli terhadap sesama. Sekolah diharapkan membantu mewujudkannya minat kepeduliaan tersebut dalam kegiatan sekolah yakni kegiatan dalam rangka hari Vincentiusan. Program rekoleksi dan aksi sosial dipilih sebagai rangkaian kegiatan yang menggugah dan membantu membentuk jati diri peserta didik dalam proses pengenalan, pembentukan dan pengembangan di sekolah. Program ini akan dilaksanakan pada awal tahun ajaran baru dan bulan September dalam kegiatan hari Vincentiusan. Hari Vincentiusan merupakan hari untuk memperingati pesta nama St. Vincentius de Paul.
B. Alasan Pemilihan Tema dan Usulan Program Tema umum yang akan diangkat dalam usulan program ini adalah ”Inspirasi spiritualitas St. Vincentius de Paul meningkatkan kepedulian sosial”. Adapun tujuannya adalah membantu para peserta didik untuk mengenal St. Vincentius de Paul dan terinspirasi oleh spiritualitas St. Vincentius de Paul sehingga menggerakkan mereka untuk berani beraksi sosial dan mau menaruh perhatian pada mereka yang miskin dan lemah. Tema umum ini penulis angkat mengingat keprihatinan yang timbul, karena kurangnya pemahaman dan pendalaman peserta didik yang dinaungi oleh St. Vincentius de Paul.
Kurangnya pemahaman dan pendalaman ini akan
berpengaruh pada lulusan SMP PL St. Vincentius de Paul Sedayu yang kurang peka akan situasi sosialnya, kurangnya semangat untuk menaruh perhatian pada sesama yang miskin dan lemah padahal itu merupakan visi misi dari sekolah/almamaternya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Tema dijabarkan dan diwujudkan melalui dua kegiatan yaitu rekoleksi dan aksi sosial. Kegiatan tersebut diharapkan dapat membantu peserta didik SMP PL St. Vincentius de Paul Sedayu terinspirasi oleh spiritualitas santo pelindung sekolahnya sehingga menjadi peserta didik yang memiliki jiwa dan sikap peduli sosial sejak SMP. Dipilihnya rekoleksi dan aksi sosial karena kedua kegiatan ini dapat saling berkaitan. St. Vincentius de Paul merupakan tokoh orang kudus yang memberi perhatian pada kaum miskin, lemah dan membutuhkan. Rekoleksi akan berisi tentang pengenalan terhadap St. Vincentius de Paul. Peserta didik setelah mengikuti rekoleksi diharapkan dapat lebih mengenal St. Vincentius de Paul dan tergerak untuk meneladannya. Kegiatan aksi sosial diharapkan dapat menjadi wadah peserta didik dalam meneladan santo pelindung sekolah mereka.
C. Rumusan Tema dan Tujuan Untuk lebih memahami isi dan maksud program, penulis akan menjabarkan tema dan tujuan program. Tema Umum : Inspirasi spiritualitas St. Vincentius de Paul meningkatkan kepedulian sosial Tujuan Umum : membantu peserta didik untuk mengenal St. Vincentius de Paul dan terinspirasi oleh spiritualitas St. Vincentius de Paul sehingga menggerakkan mereka untuk berani beraksi sosial dan mau menaruh perhatian pada mereka yang miskin dan lemah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Tema I
: Mengenal St. Vincentius de Paul sebagai santo pelindung sekolahku
Tujuan I
: Peserta didik SMP PL St. Vincentius de Paul Sedayu lebih mampu mengenal dan memahami sipritualitas santo pelindung sekolahnya demi kelancaran dalam proses pengenalan, pembentukan dan pengembangan jati dirinya di sekolah dan masyarakat.
Tema II
: Spiritualitas St. Vincentius de Paul menggerakkanku untuk beraksi
Tujuan II
: Peserta didik mengenal santo pelindung sekolahnya dan dapat terinspirasi oleh spiritualitas St. Vincentius de Paul untuk melakukan aksi nyata yang bersifat sosial sebagai bentuk mengusahakan jiwa sosial yang meneruh perhatian bagi mereka sesama yang miskin dan lemah.
D. Bentuk Program Berdasarkan pemikiran sebelumnya, usulan program yang ditujukan kepada peserta didik secara umum akan dikemas dalam bentuk rekoleksi dan suatu aksi sosial. Mereka masih dalam masa remaja, masa pengenalan jati diri dan pembentukan diri. Oleh karena itu, langkah yang diambil penulis untuk membantu peserta didik dalam mengenal santo pelindung sekolahnya akan dilaksanakan rekoleksi tentang St. Vincentius de Paul. Selain itu untuk membantu pengembangan sikap sosial peserta didik akan diadakan kegiatan aksi sosial sebagai wujud nyata tindakan sosialnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
E. Gambaran Kegiatan Usulan program terdiri dari dua kegiatan yaitu rekoleksi dan aksi sosial. Rekoleksi akan dilaksanakan pada bulan awal tahun ajaran baru. Sedangkan untuk kegiatan aksi sosial akan dimulai pada awal tahun ajaran baru setelah kegiatan rekoleksi dan berakhir pada bulan September (sebelum puncak kegiatan Vincentiusan yang telah menjadi kegiatan tahunan sekolah). Kegiatan aksi sosial akan dibuka pada awal tahun ajaran baru dan akan ditutup pada tanggal 25 September 2016 dengan kunjungan terhadap orang miskin dan lemah. Rentang waktu dari bulan Juli hingga bulan September kegiatan aksi sosial akan diisi dengan pengumpulan dana dan sembako yang akan digunakan untuk membantu mereka yang miskin dan lemah. F. Perencanaan Pelaksanaan Usulan Program 1. Perencanaan Pelaksanaan Rekoleksi a. Identitas 1) Judul Pertemuan : Mengenal St. Vincentius de Paul pelindung sekolahku. 2) Tema Pertemuan : Mengenal santo pelindung sekolahku 3) Tujuan Pertemuan : Peserta didik SMP PL St. Vincentius de Paul Sedayu lebih mampu mengenal dan memahami sipritualitas santo pelindung sekolahnya demi kelancaran dalam proses pengenalan, pembentukan dan pengembangan jati dirinya di sekolah dan masyarakat. 4) Tempat Pertemuan : Aula SMP PL St. Vincentius de Paul Sedayu 5) Hari tanggal
: Senin, 18 Juli 2016 (Hari Pertama Masuk Sekolah)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
6) Waktu
: 09.00 – 12.00 WIB
7) Materi
:
a) Video Kisah St. Vincentius de Paul b) Visi Misi Sekolah c) Riwayat hidup, Spiritualitas dan Inspirasi St. Vincentius de Paul 8) Sumber Bahan a) https://www.youtube.com/watch?v=GO1Wqu_WSwaccessed on March 29, 2016. b) https://www.youtube.com/watch?v=cXc2bGK_Fdl accessed on March 29, 2016. c) https://www.youtube.com/watch?v=_vhfen3mSCA accessed on March 29, 2016. d) https://www.youtube.com/watch?v=9O4ld-PTSEk accessed on March 29, 2016. e) https://www.youtube.com/watch?v=kgoQogiimOI accessed on March 29, 2016. f) Roman, J.M. (1993). Santo Vinsensius De Paul ( Hidup Panggilan dan Spiritualitasnya ). Malang: Pustaka Vincentiana. g) Thone, Kanunnik Paul. (1985). Santo Vinsensius a Paulo Tokoh Pembela Kaum Miskin. Yogyakrta: Kanisius. h) Tondowidjojo, John. (1984). St. Vincentius de Paul terhadap Kaum
Miskin. Surabaya: Yayasan Sanggar Bina Tama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
9) Metode a) Menonton b) Informasi c) Tanya jawab
10) Sarana a) Laptop b) LCD & Proyektor c) Pertanyaan untuk refleksi
b. Pemikiran Dasar Dewasa ini pendidikan disadari menjadi salah satu kebutuhan yang utama. Tidak sedikit orang tua menyekolahkan anaknya di sekolah yang telah memiliki nama dan mutunya terjamin meskipun biaya yang dibutuhkan juga tidak sedikit. Banyak sekolah yang memiliki kegiatan atau program yang diunggulkan sebagai ciri khasnya baik itu program kurikuler, ekstra-kurikuler ataupun ko-kurikuler. Sebagian sekolah swasta Katolik
terinspirasi oleh orang kudus dalam
menjalankan kegiatan di sekolah. SMP PL St. Vincentius de Paul Sedayu termasuk sekolah yang terinspirasi oleh nama orang kudus yaitu St. Vincentius de Paul. Selain membantu peserta didik dalam hal akademik, SMP PL Sedayu juga membantu peserta didik dalam hal non-akademik khususnya dalam konteks ini peduli terhadap sesama yang miskin dan membutuhkan. Ini merupakan salah satu visi sekolah yang terinspirasi oleh seorang santo, St. Vincentius de Paul dikenal dengan kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
amalnya terhadap yang miskin, terlantar dan membutuhkan. Begitu juga dengan SMP PL Sedayu yang mengambil inspirasi dari St. Vincentius de Paul juga ingin membantu pembentukan peserta didiknya agar memiliki semangat untuk peduli terhadap sesama. Dari hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa peserta didik (responden) belum cukup mengenal St. Vincentius de Paul sebagai santo pelindung sekolahnya. Untuk itu, perlulah suatu upaya untuk membantu peserta didik SMP PL St. Vincentius de Paul Sedayu dalam mengenal santo pelindung sekolahnya. c. Proses Pelaksanaan Proses pelaksaan akan ditampilkan dalam dua bentuk, yaitu bentuk tabel sebagai rundown acara dan akan dijabarkan pada bagian selanjutnya. Tabel 6: Rundown Acara Rekoleksi No. 1
Waktu 09.00
Acara Pembukaan
Materi Salam
Penanggung Ket Jawab Petugas
Doa pembuka Menyanyikan Lagu Mars SMP PL St. Vincentius Pengantar Tanya Jawab 2
09.20
Materi I
Video St.Vincentius Tanya jawab
3
10.45
Istirahat
Petugas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
4
11.00
Materi II
5
11.15
Materi III
Visi Misi SMP PL St. Petugas Vincentius Riwayat, Spiritualitas Petugas dan Inspirasi St. Vincentius de Paul
Penutup
Tanya Jawab Permenungan kesimpulan.
6
11.50
dan Petugas
Rundown acara rekoleksi di atas akan dijabarkan sebagai berikut: 1) Pembuka a) Doa Pembuka b) Lagu Pembuka “ Mars SMP Pangudi Luhur St. Vincentius de Paul Sedayu“ c) Pengantar Teman-teman yang terkasih dalam Yesus Kristus, selamat pagi. Pada kesempatan ini kita kembali dipertemukan untuk bersama-sama mengenal kembali sekolah kita yang tercinta ini dalam rangkaian kegiatan untuk memperingati hari santo pelindung sekolah yaitu St. Vincentius de Paul. Untuk itu, dalam rekoleksi ini kita akan melihat visi dan misi sekolah kita dan juga riwayat hidup, Spiritualitas serta inspirasi dari St. Vincentius de Paul agar kita lebih mengenal sekolah kita dan juga santo pelindung sekolah kita. d) Panduan Pertanyaan untuk Sharing Pengalaman Untuk membantu peserta didik masuk dalam pemahaman spiritualitas St. Vincentius de Paul, peserta didik diajak untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang St. Vincentius de Paul. Panduan pertanyaan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Siapa yang tahu siapa itu St. Vincentius de Paul? Santo Vincentius berasal dari negara? 2) Penyampaian Materi I Video St. Vincentius de Paul a) Menyaksikan Video St. Vincentius de Paul Peserta didik diajak untuk menyaksikan Video tentang St. Vincentius de Paul dengan seksama. Kemudian peserta didik diminta untuk menjawab pertanyaan mengenai video tersebut. b) Tanya Jawab Apa yang berkesan dari video yang telah kita saksikan bersama tadi? Mengapa? Bagaimana pendapat teman-teman tentang tindakan St. Vincentius de Paul terhadap lingkungan sekitarnya? Nilai apa yang dapat kita ambil dari video tersebut? 3) Penyampaian Materi II Visi Misi Sekolah -
Visi SMP PL St. Vincentius de Paul Sedayu
Tentunya sebagai warga dari SMP PL St. Vincentius de Paul Sedayu tahu betul bahwa visi sekolah sebagai suatu institusi pendidikan yakni “ Pribadi beriman, berwawasan lingkungan hidup dan unggul dalam mutu.” Dari visi di atas terlihat SMP PL Sedayu sebagai sekolah yang menjadikan St. Vincentius de Paul sebagai santo pelindung, dimana St. Vincentius de Paul yang hidup beriman ditunjukkan melalui tindakannya. Tindakan St. Vincentius de Paul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
terhadap sesama sebagai tanda akan imannya yang mendalam terhadap Yesus Kristus. Di SMP PL Sedayu ini, melalui visinya yang berakar dari teladan Yesus Kristus dan kemudian terinspirasi oleh spiritualitas St. Vincentius de Paul membentuk peserta didik agar memiliki iman, iman yang dapat diwujudnyatakan melalui tindakannya terhadap sesama manusia terutama yang membutuhkan atau dapat dikatakan agar peserta didik mampu untuk peduli terhahadap lingkungan sosialnya.
-
Misi SMP PL St. Vincentius de Paul Sedayu Untuk mewujudkan visi tersebut, SMP PL St. Vincentius de Paul Sedayu
memiliki misiyaitu “Mendampingi kaum muda dengan solidaritas pada yang miskin dan lemah. Proses pendidikannya memadukan unsur pendidikan formal dan informal serta non formal yang menyangkut segi-segi religiusitas, humanitas, sosialitas dan intelektualitas serta semangat sense of loving terhadap lingkungan hidup demi menjaga keutuhan ciptaan Tuhan” (Panitia Buku Kenangan, 2013: 8). Misi yang ada untuk mewujudkan visi, terlihat jelas bahwa SMP PL menghayati spiritualitas santo pelindungnya. Misi SMP PL mendampingi kaum muda dengan solidaritas pada yang miskin dan lemah, merupakan ciri khas dari St. Vincentius de Paul yang menitikberatkan pada kepedulian terhadap kaum miskin dan sesama yang lemah. Segi sosialitas dan humanitas yang ada dalam proses pendidikan memperjelas
bahwa
SMP
PL
sangat
memperhatikan
pembentukan
pengembangan peserta didiknya pada sikap peduli terhadap sesama.
dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
4) Penyampaian Materi III Riwayat hidup, Spiritualitas dan Inspirasi St. Vincentius de Paul a) Riwayat St. Vincentius de Paul Santo Vincentius de Paul lahir pada tanggal 24 April 1581 di Pouy, beberapa kilometer dari kota Dax di Perancis Selatan, sebagai anak ketiga dari enam bersaudara. Ayah St. Vincentius de Paul bernama Jean de Paul dan ibunya bernama Bertrande de Moras.Keluarga de Paul adalah keluarga yang hidup dari hasil kerja keras dan dalam suasana miskin. Rumahnya pun menunjukkan keadaan yang serba kekurangan, bangunan hanya bertingkat satu terdiri dari beberapa kamar tidur, sebuah dapur, sebuah gudang kecil dan kandang ternak. Tidak jauh dari rumah itu berdiri pohon besar yang berlubang untuk memasang arca Bunda Maria (Setiawati, 1989: 8). Vincentius terlihat lebih cerdas dari saudara-saudaranya, dan ayahnya memiliki harapan agar Vincentius de Paul dapat sekolah dan menjadi pastor. Pastor/imam di daerahnya dipandang sebagai orang yang sangat berpengaruh dan suatu jalan untuk mengubah nasib keluarganya menjadi lebih baik termasuk dalam hal materi duniawi. Pendidikan untuk menjadi pastor terasa mahal bagi keluarga de Gondi, namun Tuhan memberi jalan bagi Vincentius de Paul dengan membantu pembiayaan sekolah melalui uluran tangan seorang pengacara di kota tersebut. Hingga pada tahun 1600 Vincentius de Paul akhirnya ditahbiskan menjadi pastor Mgr. Francois de Bourdeille uskup Perigueux yang telah berusia 84 tahun. Setelah tahbisannya, banyak kejadian yang membawanya pada pertobatan. Ketika dalam perjalanan menggunakan kapal ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
di bajak oleh bajak laut dan di jual untuk menjadi budak. Ia pun harus berganti-ganti majikan yang tentunya memiliki sikap yang berbeda kepadanya. Kejadian ini akhirnya membawa pada pertobatan, ia yang ingin menjadi pastor untuk hidup enak mengubah dan meninanggalkan keinginannya itu. Ia banyak membantu kaum miskin dengan mencari donator, apa yang ada padanya adalah titipan Tuhan untuk mereka yang miskin dan membutuhkan pertolongan. Aksi sosialnya bersama para donatur membawa pada suatu pembentukan serikat puteri kasih yang diperuntukkan bagi orang miskin dan membutuhkan. Menjelang akhir tahun 1655 kesehatan Vincentius de Paul semakin hari semakin melemah dan akhirnya pada tanggal 27 September 1660, Vincentius de Paul wafat di Saint-Lasare di pinggiran Paris. Pada tahun 1729, Vincentius de Paul diangkat sebagai beato oleh Paus Benediktus XIII dan pada tahun 1737, Paus Clemens XII mengangkatnya menjadi santo. Pada tahun 1885, Paus Leo XIII mengangkatnya sebagai pelindung karya amal (Thone, 1985: 103- 116). b) Spiritualitas St. Vincentius Kata Spiritualitas berasal dari bahasa Prancis yakni: spiritualite. Kata dasarnya spiritus yang berarti Roh. Apabila seseorang disebut seorang spiritualis berarti dia digerakkan oleh Roh Kudus untuk berbuat sesuatu (Darmawijaya, 1984: 110). Menurut Banawiratma (1998: 58) “spiritualitas juga dimengerti sebagai sesuatu yang melatarbelakangi bentuk atau cara hidup seseorang dalam menyadari dan menghayati hidup sesuai dengan yang dicita-citakan baik dalam relasi dengan Tuhan maupun dengan sesama.” Sedangkan menurut Eddy Kristiyanto (2005: 3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112 “Spiritalitas adalah sebuah kata Latin: spiritus yang berarti roh, semangat.” Dalam artian ini, sekurang-kurangnya dapat dikatakan bahwa spiritualitas berarti sesuatu yang berhubungan dengan roh atau semangat. Pengalaman hidup Vincentius de Paul, sangatlah menarik untuk semakin didalami dan tepat untuk menjadi landasan dan dasar pijakan dalam melayani kaum miskin. Kekhasan semangat Vincentius de Paul inilah yang disebut dengan spiritualitas St. Vincentius de Paul oleh para pengikutnya. Spiritualitas St. Vincentius de Paul yang akan diuraikan di bawah ini terdiri dari kesederhanaan, kerendahan hati dan cinta kasih.
c) Inspirasi Spiritualitas St. Vincentius de Paul Vincentius melihat Kristus sebagai Sumber Spiritual Melihat dari riwayat hidup St. Vincentius de Paul serta spiritualitasnya dapat disimpulkan bahwa spiritualitas St. Vincentius de Paul sangat bersifat Kristosentris, artinya bahwa Kristus menjadi pusat pengahayatan iman. Bagi Vincentius de Paul ajaran Yesus Kristus tidak akan pernah mengecewakan, sedangkan ajaran dunia selalu salah. Maka dari itu Vincentius de Paul selalu berpegang pada Kristus, hal ini juga dikatakan Roman (1993: 83) bahwa “kepada Kristus St. Vincentius de Paul membaktikan seluruh hidupnya.”Vincentius de Paul menentukan janji untuk menghormati Yesus Kristus dengan lebih baik dan meneladani-Nya dengan lebih sempurna. Bagi Vincentius de Paul, Kristus bukanlah misteri yang ditemukan dengan kontemplasi melainkan Kristus berwajah sama dengan wajah orang kecil dan miskin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
yang ditemukan di tengah masyarakat. Teks Injil yang dikutip Vincentius de Paul dalam hal ini yakni: Roh Tuhan ada padaku, oleh sebab itu telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan bagi orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang (Luk 4:18-19). Melalui teks Injil ini, mau diperlihatkan oleh Vincentius de Paul bahwa Kristus adalah pewarta kabar gembira kepada kaum miskin. Ia mengaharapkan
para
pengikutnya untuk mencintai Kristus, bersemangat seperti Kristus, agar dengan demikian orang yang dilayani akan mampu melihat wajah Kristus dalam diri orang yang melayani mereka. Begitu juga yang disampaikan Banawiratma (1991:53) “Bahwa beriman kristiani berarti mengikuti Yesus Kristus.Yang menentukan hidup beriman manusia bukanlah rumusan dan aturan, melainkan pribadi Yesus Kristus itu. ”Yesus dapat dihadirkan dalam kehidupan sehari-hari dengan peristiwa atau suasana, dimana manusia menerima Yesus sebagai yang menentukan dalam mengatur hidupnya baik secara perorangan maupun secara sosial. Misi Yesus adalah misi religius (Kerajaan Allah).Namun misi Yesus dijalankan di dunia ini, maka mempunyai implikasi duniawi. Kerajaan Allah diperjuangkan dan diwujudkan di dunia ini dalam konteks religius dan sosial tertentu dengan segala konsekuensinya. Kerajaan Allah semestinya merupakan suatu dunia yang nyata dengan keadilan. Terutama keadilan bagi mereka yang miskin dan lapar. Seringkali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
mereka yang miskin dan lapar hanya diberi makan oleh mereka yang menikmati sumber-sumber kelimpahan bumi ini. Mereka yang miskin dan lapar tidak diberi kesempatan untuk ikut ambil bagian dalam menikmati sumber kelimpahan bumi tersebut. Pertemuan Vincentius dengan kaum miskin sebagai tempat pertemuan dengan Allah Bagi Vincentius, Allah sangatlah mudah ditemukan. Ia dapat menemui Allah melalui situasi yang ia alami yakni ketika ia melihat kaum miskin yang terlantar, bayi-bayi yang dibuang dan anak-anak yatim piatu yang mengembara di Negeri Perancis. Vincentius de Paul selalu menekankan pada para pengikutnya bahwa tempat mencari Allah adalah hidup sehari-hari terutama jika bertemu dengan kaum kecil dan miskin, dalam membagi-bagikan cinta kasih kepada mereka. Dengan bertemu dan melayani kaum miskin menjadi tempat yang mudah untuk dapat bertemu dengan Allah. Allah selalu mempermudah umatnya untuk menemuinya, asalkan dengan tulus hati dan niat yang murni dalam pelayanannya. Vincentius melihat misteri kehadiran Kristus dalam diri kaum miskin Cinta kasih St. Vincentius de Paul terhadap sesama bersumber dari Yesus Kristus sendiri, hal ini dikemukakan oleh Thone (1985: 55-56) “Di dunia, orang miskin adalah gambaran yang banyak menyerupai gambaran Allah yang (merendahkan diri) dengan mengambil rupa manusia.” Selain itu St. Vincentius juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
selalu mengingatkan kepada para Puteri Kasih dalam St. Vincentius de Paul Tokoh Pembela Kaum Miskin, Thone (1985: 57-58) senada demikian: Kepada para Puteri Kasih, jika aku menyebut kamu “abdi-abdi para fakir miskin” adalah sama saja jika aku menyebut kamu “hamba-hamba Kristus”. Sungguh merupakan suatu kehormatan mengunjungi Yesus Kristus, memberi pakaian kepada Yesus Kristus.Tuhan hadir dalam para miskin dan juga sebaliknya para miskin berada dalam Yesus Kristus. Pandanglah Yesus Kristus hanya pada mereka; Ia akan menarik anda pada-Nya dan memberikan rasa bahagia, sebab mereka adalah Tuhan dan Guru kita. Dari hal tersebut, mau diperlihatkan bahwa dalam melakukan karya pelayanan bagi kaum miskin, pengikut St. Vincentius de Paul harus mampu melihat kehadiran Allah dalam diri yang dilayaninya tersebut. Sehingga dengan demikian ia akan mampu memberikan cinta yang sungguh dirasakan dan hasilnya pun maksimal. Kemampuan melihat Allah dalam diri kaum miskin tersebut, pelayanan bagi kaum miskin menjadi suatu kehormatan tersendiri bagi pelayan karena dapat mengunjungi bahkan melayani Allah. Hal itu dalam prosesnya akan membawa pada pelayanan yang sungguh-sungguh karena kaum miskin adalah tuan, majikan sekaligus saudara bagi kita. Injil sebagai sumber inspirasi hidup Vincentius de Paul Vincentius menemukan bagaimana Kristus hidup dalam dunia dari pengalaman dan pembacaan Injil. Dengan kata lain menemukan Yesus dalam pengalamannya sehari-hari dan dalam iman. Vincentius de Paul membaca Injil, dalam terang peristiwa-peristiwa itulah dan karena itu Vincentius de Paul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
menemukan bahwa panggilan Kristus ialah pewartaan kabar gembira bagi orang miskin. Roman (1993: 85) mengatakan: Saya berpendapat bahwa inti spiritualitas Vincentius yaitu suatu cara tertentu untuk membaca Injil, sehingga hidup kristiani nampak sebagai usaha untuk meneladani Yesus Kristus dalam tugas panggilan MesianisNya, yaitu pewartaan kabar gembira kepada orang-orang miskin. Kehidupan Vincentius diselaraskan dengan Injil, dimana dengan Injil ia dapat meneladani Yesus Kristus yang hidup untuk orang yang membutuhkan. Yesus dikirim ke dunia untuk menyelamatkan manusia, sebagaian besar karya Nya untuk mereka yang miskin dan tersingkir, begitu juga dengan Vincentius yang hidup dipanggil untuk orang miskin dan membutuhkan. Injil memang benar-benar terasa menjadi kabar gembira. Karya-karya Vincentius de Paul bagi orang yang miskin dan membututuhkan ini tidak lain tidak bukan berbekal dan terinspirasi dari Injil. Vincentius de Paul menjadi perantara untuk menyampaikan kabar gembira tersebut dari Allah kepada orang miskin dan membutuhkan melalui pembacaan dsan permenungan Injil. Kesatuan doa dan perbuatan Vincentius de Paul Visi hidup Kristiani sebagai usaha untuk meneladani Kristus, pewarta kabar gembira kepada orang miskin dengan sendirinya menuntun Vincentius de Paul pada suatu spiritualitas yang terarah pada tindakan.Tindakan juga dipandang Vincentius de Paul sebagai usaha untuk mengejar kesempurnaan (Roman, 1993: 88). Namun tidak kalah penting, doa merupakan dasar dari tindakan tersebut. Doa menjadi syarat mutlak untuk tindakan, bahkan menjadi dasarnya. Doa merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
sarana untuk dapat mengenal Tuhan dan diri kita sendiri. Doa dapat diumpamakan sebagai makanan jiwa ataupun udara bagi hidup kita serta matahari yang memungkinkan untuk hidup. Ungkapan Vincentius de Paul yang terkenal dalam buku yang ditulis Roman (1993: 90) mengatakan “ Berilah padaku seorang pendoa dan dia akan mampu melakukan segalanya.” Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa St. Vincentius de Paul sangat mengedepankan tindakan dan juga doa. Segala tindakan yang ia perbuat berawal dari doa dengan kata lain tindakan merupakan ungkapan sikap religius.
d) Tanya Jawab Apa yang menunjukkan khas dari Vincentius de Paul? Apa yang dilakukan Vincentius de Paul terhadap orang miskin dan membutuhkan? Bagaimana St. Vincentius de Paul melakukan kegiatan tersebut? Apakah ada yang membantunya? 5) Permenungan dan kesimpulan Petugas mengajak peserta didik untuk melihat dan menilai diri sendiri sebagai warga sekolah yang belajar dalam sekolah dengan santo pelindung St. Vincentius de Paul dengan beberapa pertanyaan refleksi.
-
Apakah selama ini aku sudah cukup mengenal St. Vincentius de Paul?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
-
Jika sudah cukup mengenal, tindakan apa yang akan aku lakukan untuk lebih mengenal St.Vincentius de Paul?
-
Jika belum cukup mengenal, bagaimana aku akan berusaha untuk mengenal St. Vincentius de Paul?
Setelah menjawab pertanyaan refleksi tersebut, petugas meminta atau menunjuk beberapa peserta didik untuk menyampaikan hasil permenungan di hadapan peserta didik lain. Kesimpulan dari pertemuan ini adalah kita sebagai warga sekolah khususnya peserta didik harus mau membuka diri untuk mengenal tentang sekolahnya dan berani untuk tampil memperlihatkan khas dari sekolah yang terinspirasi oleh spiritualitas St. Vincentius de Paul.
6) Penutup Teman-teman yang terkasih, tiba saatnya kita untuk merenungkan apa yang sudah kita dalami pada kesempatan ini. Diharapkan dengan apa yang telah kita peroleh pada kesempatan ini dapat menjadi bekal kita untuk mau menolong pada sesama, terlebih mereka yang membutuhkan uluran tangan kita. Pada kesempatan yang akan datang, kita akan diajak untuk “berbuat” membantu orang lain yang membutuhkan melalui rangkaian kegiatan Vincentiusan, kiranya dengan ini semua kita terbantu untuk ambil bagian dalam kegiatan tersebut. Acara pada kesempatan ini telah selesai, terimakasih kepada teman-teman yang telah bersedia hadir dan mengikuti dengan baik dan semoga kita dapat memetik inti dari pertemuan ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
2. Perencanaan Pelaksanaan Aksi Sosial a. Identitas 1) Judul Pertemuan : Aku Terpanggil untuk Membantu 2) Tema Pertemuan : Spiritualitas St. Vincentius de Paul menggerakkanku untuk beraksi 3) Tujuan Pertemuan :
Peserta
didik
setelah
mengenal
dan
memahami
spiritualitas santo pelindung sekolahnya dapat terinspirasi untuk melakukan aksi nyata yang bersifat sosial sebagai bentuk mengusahakan kelancaran proses pengenalan, pembentukan dan pengembangan jati dirinya di sekolah dan masyarakat terutama bagi mereka sesama yang miskin dan lemah. 4) Tempat Pertemuan: Aula SMP PL St. Vincentius de Paul Sedayu 5) Hari tanggal
: 18 Juli 2016 & Minggu, 25 September 2016
6) Waktu
: 12.30-13.15 WIB & 09.00 WIB – selesai
7) Materi
: Mengaktualisasikan inspirasi dari St. Vincentius de Paul.
8) Sumber Bahan
: Pengalaman Peserta Didik
9) Metode
: Praktek Lapangan
10) Sarana a) Ruang Osis b) Kardus c) Kotak dana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
b. Pemikiran Dasar Dilihat dari hasil penelitian, telah diketahui bahwa responden/peserta didik secara umum menyetujui bahwa hari Vincentiusan diadakan kegiatan aksi sosial untuk membantu orang yang membutuhkan di sekitar lingkungan sekolah. Spiritualitas St. Vincentius de Paul sebagai santo pelindung sekolah mengarahkan pada sikap untuk peduli dengan sesama yang membutuhkan. Sedangkan dalam kenyataannya kegiatan Vincentius de Paul belum mengarah pada sikap tersebut. Peserta didik mempunyai minat yang positif untuk melakukan aksi sosial. Oleh karena itu, sekolah sebagai salah satu tempat untuk belajar dan mengembangkan diri peserta didik dapat memberi wadah yang diperlukan oleh peserta didik dalam pengembangan diri tersebut.
c. Proses Pelaksanaan Tabel 7: Rundown Acara Aksi Sosial No. 1 2
Tgl
Waktu
12.30 Senin, 18 Juli 2016 12.45
Acara Pembukaan
Materi Pengantar
13.15
Petugas
Penyampaian Informasi Petugas pengumpulan dana dan materi sembako Tanya Jawab
3
Penanggu Ket ng Jawab
Penutup
Doa Penutup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
4
Mingg u,
08.00
Pembukaan
Salam
Petugas
Doa pembuka
25-92016
Pengantar
5
08.15
Persiapan dan Perjalanan ke lokasi (rumah warga).
Petugas
6
09.00
Tanya jawab Peserta seputar didik kehidupan
7
10.00
Sampai di lokasi dan berdialog dengan Kembali ke sekolah
8
11.15
Sharing
Visi Misi SMP Petugas PL St. Vincentius Petugas Sharing singkat antar kelompok dalam pleno
Penutup
Doa penutup
Setiap kelom pok didam pingi oleh 1 guru.
Peserta didik
1) Pembuka (Senin, Juli 2016) Selamat siang teman-teman, kita kembali lagi bertemu untuk hari ini. Pada kesempatan ini, kita tidak akan menonton film ataupun melihat tulisan yang banyak lagi. Tapi kesempatan kali ini kita akan menyampaikan informasi kegiatan sebagai tindak lanjut kita mau mengenal dan meneladan St. Vincentius de Paul seperti pada film tadi. Kegiatan tersebut berupa suatu aksi sosial yang diperuntukkan bagi mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
yang membutuhkan. Aksi sosial yang akan kita laksanakan adalah dengan pengumpulan dana dan sembako yang akan dikumpulkan kepada anggota OSIS dan akan disumbangkan pada hari Vincentiusan bulan September mendatang.
2) Pengumpulan dana aksi sosial ataupun sembako Pengumpulan dana akan diadakan setiap hari Selasa dan akan diedarkan di setiap kelas oleh petugas yang telah ditunjuk, sedangkan pengumpulan sembako akan dilaksanakan setiap hari mulai hari esok hingga tanggal 20 September 2016 di ruang OSIS. Ada rentang satu minggu karena kita berikan waktu kepada OSIS untuk mengelompokkan dana dan sembako yang sudah terkumpul. Oleh karena itu, sebagai wujud kepeduliaan sosial kita bagi mereka yang membutuhkan, kiranya kita semua mau untuk berpartisipasi.
3) Penutup Demikian untuk informasi mengenai aksi sosial kita bersama sebagai warga SMP PL St. Vincentius Sedayu yang bisa mencerminkan sikap peduli terhadap sesama. Dan untuk pelaksanaan kunjungan, akan dilaksanakan pada tanggal 25 September 2016 yang akan terbagi dalam kelompok berdasarkan kelas. Kiranya untuk informasi aksi sosial cukup ini dahulu, kalaupun ada tambahan maupun perubahan akan diinformasikan ke kelas masing-masing. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
4) Pembuka (Minggu, 25 September 2016) Selamat pagi teman-teman, kita pada hari minggu ini kembali berkumpul di sekolah kita yang tercinta ini untuk melaksanakan aksi kegiatan kita sebagai salah satu rangkaian kegiatan hari Vincentiusan. Pagi ini kita akan bersama-sama untuk mengunjungi saudara-saudara kita yang membutuhkan perhatian kita. Oleh karena itu, kita akan dibagi dalam kelompok kelas yang setiap kelasnya akan didampingi oleh satu guru dan akan membawa tanda kasih dari kita untuk orang yang kita kunjungi. Pada akhirnya setelah setiap kelompok sampai di tempat yang dikunjungi, silahkan teman-teman dengan sikap dan bahasa yang sopan untuk berdialog dengan menggunakan panduan pertanyaan yang akandiberikan.
5) Persiapan dan perjalanan menuju lokasi. Silahkan setiap kelas mengirimkan 2 orang wakilnya untuk mengambil tanda kasih di pengurus OSIS sebelum kita berangkat.
6) Tanya jawab (terlampir) 7) Kembali ke sekolah Semua peserta didik kembali ke sekolah untuk melaksanakan sharing antar kelompok. 8) Sharing dan Penutup Sharing dilaksanakan dalam pleno, setiap kelas menunjuk beberapa orang wakil untuk menyampaikan hasil kunjungan dan menceritakan secara singkat mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
saudara yang dikunjungi. Setiap kelas memiliki waktu untuk sharing sekitar 5 menit. Setelah sharing selesai, diadakan doa bersama untuk mensyukuri kegiatan hari ini dan untuk penutup acara hari ini di sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
BAB V PENUTUP
Pada bagian penutup, penulis akan menyampaikan kesimpulan tulisan ini beserta saran berkaitan dengan “Inspirasi Spiritualitas St. Vincentius de Paul bagi Peningkatan Kepedulian Sosial Peserta Didik Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur St. Vincentius de Paul Sedayu Kabupaten Bantul”. Bagian kesimpulan akan berisi mengenai gagasan pokok dari keseluruhan tulisan skripsi ini dan pada bagian saran berisi gagasan yang bermaksud untuk ditujukan pada sekolah SMP Pangudi Luhur St. Vincentus de Paul Sedayu dalam mengenal St. Vincentius de Paul.
A. Kesimpulan St. Vincentius de Paul adalah seorang pastor di negara Perancis yang mengabdikan hidupnya untuk kaum miskin, lemah dan membutuhkan. Ia berasal dari keluarga petani yang sederhana. Vincentius de Paul kecil telah memiliki sikap peduli kepada kaum miskin dengan membelanjakan upahnya sebagai penjaga itik yang bermanfaat
yaitu
tepung
terigu
lalu
memberikannya
kepada
pengemis.
Pengalamannya sebagai tawanan dan dijual sebagai seorang budak juga mempengaruhi hidupnya untuk memberi perhatian kepada kaum miskin dan lemah. Peserta didik dibantu dalam pengembangan sosial terinspirasi oleh spiritualitas santo pelindung sekolahnya. Pengembangan dalam bidang akademis saja bagi SMP Pangudi Luhur St. Vincentius de Paul Sedayu dirasa tidak cukup karena peserta didik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
juga hidup di tengah masyarakat. Oleh karena itu, SMP Pangudi Luhur St. Vincentius de Paul Sedayu juga membantu peserta didik dalam hal non akademis yaitu bidang sosial. Dari penelitian yang telah terlaksana, diketahui bahwa peserta didik belum memiliki sikap kepeduliaan sosial, peserta didik baru sebatas memiliki minat yang baik dalam hal kepedulian sosial. Dari penelitian yang telah terlaksana, diketahui bahwa peserta didik belum cukup mengenal St. Vincentius de Paul sebagai santo pelindung sekolah mereka. Sebagai sekolah yang memiliki visi dan misi yang membantu pengembangan peserta didik dalam hal sosial, peserta didik menunjukkan hasil yang cukup baik dalam hal kepedulian sosial meskipun masih sebatas minat belum sampai pada tindakan peduli sosial. Dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa adanya kesempatan yang tepat untuk membantu peserta didik dalam mengenal lebih dalam santo pelindung sekolahnya dan pengembangan jiwa peduli sosial mereka. Kurangnya pengenalan akan santo pelindung sekolah dan adanya minat dari peserta didik untuk mau peduli terhadap lingkungan sosialnya menjadi kesempatan sekolah untuk membuat kegiatan. Penulis mengusulkan dua kegiatan yaitu rekolaksi untuk membantu peserta didik dapat lebih mengenal santo pelindung sekolahnya dan kegiatan aksi sosial untuk menjadi wadah minat peduli peserta didik terhadap lingkungan sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
B. Saran Saran berikut ditujukan kepada segenap warga SMP PL St. Vincentius de Paul Sedayu yakni guru, karyawan dan peserta didik. Sekolah telah memulai kegiatan Vincentiusan dan peserta didik antusias dalam mengikuti kegiatan tersebut. Maka untuk menjaga dan semakin meningkatkan kegiatan tersebut, disarankan beberapa hal sebagai berikut: 1. Sekolah tetap mempertahankan diadakannya kegiatan Vincentiusan sebagai penghormatan pada santo pelindung sekolah. 2. Kegiatan Vincentiusan diadakan semacam aksi konkret bagi peserta didik untuk terjun
pada
mereka
yang
membutuhkan
sebagai
upaya
membantu
pengembangan sikap peduli sosial mereka. 3. Sekolah menyediakan sarana untuk mengenal St. Vincentius de Paul, yakni salah satunya dengan pengadaan buku atau bacaan tentang St. Vincentius de Paul. 4. Perlunya rekoleksi bagi pendidik untuk lebih memahami spiritualitas St. Vincentius de Paul guna kelancaran dalam mengenalkan santo pelindung sekolah kepada peserta didik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Daftar Pustaka
Banawiratma, J.B. (1991). Iman, Pendidikan dan Perubahan Sosial. Jakarta:Kanisius. __________. (1998). Spiritualitas Transpormatif Suatu Pergumulan Ekumenis. Yogyakarta: Kanisius Best, John W. (1982). Metodologi Penelitian Pendidikan. Sanapiah Faisal dan Mulyadi Guntur Waseso (penyunting). Surabaya: Usaha Nasional. Dapiyanta, FX. (2008). Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di Sekolah. Diktat Mata Kuliah. Yogyakarta: IPPAK-USD. Darmawijaya, St. (1984). Pengabdian Punakawan atau Hamba Yahwe. Yogyakarta: Kanisius. Eddy Kristiyanto, Antonius. (Ed.). (2005). Spiritualitas dan Masalah Sosial. Jakarta: OBOR - https://www.youtube.com/watch?v=GO1Wqu_WSw accessed on March 29, 2016. - https://www.youtube.com/watch?v=cXc2bGK_Fdl accessed on March 29, 2016. - https://www.youtube.com/watch?v=_vhfen3mSCA accessed on March 29, 2016. - https://www.youtube.com/watch?v=9O4ld-PTSEk accessed on March 29, 2016. - https://www.youtube.com/watch?v=kgoQogiimOI accessed on March 29, 2016. Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Lexy J. Moleong. (1989). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Rosadakarya. Mulyadi Guntur Waseso. (1986). Dimensi-dimensi Psikologi Sosial. Yogyakarta: Hanindita Panitia Wisuda. (2013). Buku Kenangan SMP Pangudi Luhur St. Vincentius Sedayu. Roman, J.M. (1993). Santo Vinsensius De Paul (Hidup Panggilan dan Spiritualitasnya). Malang: Pustaka Vincentiana. Sarwono, Sarlito W. (1989). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali. _____________. (1991). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali. _____________. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali. Setiawati, Maria. (1989). Seri Orang Kudus: Santo Vinsensius a Paulo. Yogyakarta: Kanisius Singgih D. Gunarsa, Yulia & Singgih D. Gunarsa. (1978). Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
_________. (1982). Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia Sutrisno Hadi. (2004). Metodologi Research 1. Yogyakarta: Andi. Thone, Kanunnik Paul. (1985). Santo Vinsensius a Paulo Tokoh Pembela Kaum Miskin. H.J. Kachmadi Karmelit (penerjemah). Yogyakarta: Kanisius. Tondowidjojo, John. (1984). St. Vincentius de Paul terhadap Kaum Miskin. Surabaya: Yayasan Sanggar Bina Tama.