PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGARUH PERMAINAN PAPAN “KUBACI” DALAM PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI STASI SANTO MARKUS NGIRENGIRENG PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN TERHADAP MINAT MEMBACA ALKITAB PADA ANAK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh: Yohanes Caesar Kriswanto Priatmaja NIM: 101124006
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGARUH PERMAINAN PAPAN “KUBACI” DALAM PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI STASI SANTO MARKUS NGIRENGIRENG PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN TERHADAP MINAT MEMBACA ALKITAB PADA ANAK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh: Yohanes Caesar Kriswanto Priatmaja NIM: 101124006
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Dari hati yang tulus, kupersembahkan skripsi ini kepada: Hati Kudus Tuhan Yesus, Sang Guru Sejati dan Sahabat Setiaku, Pendamping dan Penolong Utamaku. Bunda Maria, Ibu Penuntun dan Penopangku. Kedua orangtuaku, Fransiskus Xaverius Hery Priyono dan Yohana Fransiska Saatun. Adikku, Andreas Caesar July Fridanto pada ulang tahunnya yang ke-18. Pendamping PIA, para sahabat dan seluruh umat beriman.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
“Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar.” (Roma 12:6-7)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah “PENGARUH PERMAINAN PAPAN “KUBACI” DALAM PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI STASI SANTO MARKUS NGIRENGIRENG PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN TERHADAP MINAT MEMBACA ALKITAB PADA ANAK”. Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi kurangnya minat membaca Alkitab pada anak. Oleh karena itu kami membuat sebuah permainan papan “KuBaCi” untuk dapat mengajak anak semakin mencintai Alkitab. Permainan papan “KuBaCi” adalah sebuah permainan papan yang dibuat sebagai sarana dalam Pendampingan Iman Anak. Dalam permainan papan “KuBaCi” anak diajak untuk membuka dan membaca Alkitab. Minat membaca Alkitab berarti tindakan seseorang yang memiliki perasaan senang, perasaan tertarik dan penuh perhatian untuk membaca atau mempelajari Alkitab. Berdasarkan pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu, Ho: Permainan papan “KuBaCi” tidak dapat meningkatkan minat membaca Alkitab pada anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng, Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Ha: Permainan papan “KuBaCi” dapat meningkatkan minat membaca Alkitab pada anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng, Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Jenis penelitian ini adalah quasi experimental dengan desain one group pretest and posttest design. Populasi dari penelitian ini adalah anak-anak yang ada di Stasi Santo Markus Ngirengireng, Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran yang berjumlah 25 anak. Instrumen yang digunakan adalah skala Likert yang dikembangkan dalam 20 pernyataan. Dari hasil uji validitas pada taraf signifikansi 5%, N 25 anak dengan nilai kritis 0,396 terdapat 16 item valid. Sedangkan dari hasil uji reliabilitas diperoleh koefisien alpha sebesar 0,904. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permainan papan “KuBaCi” dapat meningkatkan minat membaca Alkitab pada anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng, Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran,dengan -thitung (-4,250) < -ttabel (-2,064), dan nilai signifikansi 0,000 < 0,050. Oleh sebab itu disarankan perlunya meningkatkan intensitas bermain permainan papan “KuBaCi” untuk meningkatkan minat membaca Alkitab pada anak.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
The title of this thesis is THE INFLUENCE “KUBACI” BOARD GAME AT CATECHETICAL PROCESS IN SAINT MARK NGIRENGIRENG COMMUNITY, PARISH OF SACRED HEART OF JESUS GANJURAN TOWARDS CHILDREN’S INTEREST IN BIBLE READING. This thesis is motivated by lack of interest of children in Bible reading. Therefore we created “KuBaCi” board game to be able to motivate children to love the Bible. “KuBaCi” board game is a board game created as catechetical instrument. In “KuBaCi” board game children are invited to open and read the Bible. Interest in reading Bible means attitude of a person that has a sense of excitement, amusement and attention to read or study the Bible. Based on the above ideas the writer did a complete research and result of this will be formulated in a hypothesis as follow, Ho: “KuBaCi” board game can’t increase interest of children in Bible reading in Saint Mark Ngirengireng Community, Parish of Sacred Heart of Jesus Ganjuran. Ha: “KuBaCi” board game can increase interest of children in Bible reading in Saint Mark Ngirengireng Community, Parish of Sacred Heart of Jesus Ganjuran. This research is a quasi experimental with one group pretest and posttest design. The focus of this study and research are children in Saint Mark Ngirengireng Community, Parish of Sacred Heart of Jesus Ganjuran as many as 25 children. The instrument used is a Likert scale that was developed in 20 statements. Validity of the test result is a significant level of 5%, N 25 children with the critical value of 0,396, there were 16 valid items. While the reliability test result obtained an alpha coefficient of 0,904. The result showed that “KuBaCi” board game can increase interest of children in reading Bible in Saint Mark Ngirengireng Community, Parish of Sacred Heart of Jesus Ganjuran, with -thitung (-4,250) < -ttable (-2,064), and significant value 0,000 < 0,050. Finally, the catechist should increase the intensity of playing “KuBaCi” board game to raise interest of the children in reading Bible.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Agung atas segala rahmat dan kasih karunia-Nya yang berlimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH PERMAINAN PAPAN “KUBACI” DALAM PENDAMPINGAN
IMAN
ANAK
DI
STASI
SANTO
MARKUS
NGIRENGIRENG PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN TERHADAP MINAT MEMBACA ALKITAB PADA ANAK. Skripsi ini disusun sebagai bentuk keprihatinan akan rendahnya minat membaca Alkitab. Hal ini dikarenakan kurangnya inovasi pada bidang pewartaan yang dapat dikatakan monoton dalam prosesnya. Sebagai seorang mahasiswa yang bergulat di bidang pewartaan, penulis memberanikan diri untuk memberikan sebuah sumbangan sederhana untuk dunia pewartaan dalam bentuk sebuah permainan papan “KuBaCi”. Permainan papan “KuBaCi” merupakan sebuah permainan papan yang sangat sederhana dan mengusung tema yang diangkat dari kisah dalam Alkitab. Harapan dari kami lewat permainan ini supaya anak-anak semakin memiliki minat membaca Alkitab. Dalam jangka panjang, anak dapat semakin mengenal, mencintai dan akhirnya melaksanakan pesan yang ada dalam Alkitab. Penulis percaya bahwa terselesainya skripsi ini berkat kebaikan Tuhan melalui dukungan dan perhatian banyak pihak. Menyadari semua itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang mendalam kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini, terutama kepada:
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Romo Drs. Y. Ispuroyanto Iswarahadi, SJ., M.A. selaku dosen pembimbing skripsi atas kesabaran, kesetiaan, dan ketelitiannya dalam membimbing, memberikan masukan serta memotivasi penulis selama masa penulisan skripsi. 2. Bapak Y. H. Bintang Nusantara, SFK., M.Hum. selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa membimbing dan memotivasi penulis selama masa perkuliahan dan penyelesaian penulisan skripsi. 3. Bapak P. Banyu Dewa H. S., S.Ag., M.Si. selaku dosen pembimbing penelitian dan penguji yang senantiasa membimbing penelitian dan memotivasi dalam masa penulisan skripsi. 4. Seluruh staf dosen Program Studi Pendidikan Agama Katolik (PAK), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang telah mendampingi, memberikan kemudahan dan perhatian selama masa studi. 5. Seluruh staf karyawan Program Studi Pendidikan Agama Katolik (PAK), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kemudahan dan motivasi selama masa studi. 6. Kedua orangtuaku yang berbahagia, Bapak Fransiskus Xaverius Hery Priyono dan Ibu Yohana Fransiska Saatun terima kasih atas segala doa, cinta kasih dan pengorbanannya mengantar penulis menempuh pendidikan jenjang S1. 7. Adikku, Andreas Caesar July Fridanto terima kasih atas segala doa, cinta kasih dan dukungannya yang memampukan penulis terus melangkah dan berkarya. 8. Romo Herman Yoseph Singgih Suntoro, Pr selaku Pastor Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di Stasi Santo Markus Ngirengireng.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL ...............................................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................
ii
PENGESAHAN ................................................................................................. iii PERSEMBAHAN .............................................................................................. iv MOTTO .............................................................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................................. vii ABSTRAK ......................................................................................................... viii ABSTRACT ......................................................................................................... ix KATA PENGANTAR .......................................................................................
x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL .............................................................................................. xix DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xx DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xi BAB I.
PENDAHULUAN .............................................................................
1
A. Latar Belakang .............................................................................
1
B. Rumusan Masalah ........................................................................
3
C. Tujuan Penulisan ..........................................................................
4
D. Manfaat Penulisan ........................................................................
4
E. Metode Penulisan .........................................................................
5
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
F. Sistematika Penulisan ..................................................................
6
BAB II. KAJIAN TEORI PERMAINAN PAPAN “KUBACI”, PENDAMPINGAN IMAN ANAK DAN MINAT MEMBACA ALKITAB ..........................................................................................
8
A. Permainan Papan “KuBaCi” ........................................................
8
1. Pemahaman tentang Permainan .............................................
9
a. Pengertian Bermain dan Permainan .................................
9
b. Manfaat Bermain ..............................................................
9
c. Jenis Permainan ................................................................ 14 d. Ciri Permainan Anak ........................................................ 16 2. Pemahaman tentang Permainan Papan ................................... 20 a. Pengertian Permainan Papan ............................................ 20 b. Kategori Permainan Papan ............................................... 21 c. Permainan Papan Bersejarah dari Berbagai Kebudayaan di Dunia ............................................................................ 21 3. Mengenal Permainan Papan “KuBaCi” ................................. 25 a. Permainan Papan “KuBaCi” ............................................ 25 b. Kelengkapan Permainan Papan “KuBaCi” ...................... 26 c. Cara Bermain Permainan Papan “KuBaCi” ..................... 29 B. Pendampingan Iman Anak ........................................................... 31 1. Pemahaman tentang Pendampingan ....................................... 31 a. Pengertian Pendampingan secara Umum ......................... 31 b. Dasar Pendampingan ........................................................ 32 c. Tujuan Pendampingan ...................................................... 33
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d. Ciri Khas Pendampingan .................................................. 33 2. Pemahaman tentang Iman ...................................................... 34 a. Pengertian Iman Secara Umum ........................................ 34 b. Pengertian Iman Kristiani ................................................ 35 3. Pemahaman tentang Anak Usia 5 – 13 Tahun ....................... 37 a. Perkembangan Motorik .................................................... 37 b. Perkembangan Emosi ....................................................... 38 c. Perkembangan Sosialitas .................................................. 41 d. Perkembangan Moralitas .................................................. 42 e. Perkembangan Religiositas .............................................. 43 4. Pemahaman tentang Pendampingan Iman Anak .................... 44 a. Pengertian Pendampingan Iman Anak ............................. 44 b. Sejarah Pendampingan Iman Anak .................................. 45 c. Dasar Pendampingan Iman Anak ..................................... 46 d. Tujuan Pendampingan Iman Anak ................................... 51 e. Ciri Pendampingan Iman Anak ........................................ 56 f. Media Pendampingan Iman Anak .................................... 59 C. Minat Membaca Alkitab .............................................................. 59 1. Pemahaman tentang Minat ..................................................... 60 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Membaca Alkitab
61
a. Media ................................................................................ 61 b. Lingkungan ...................................................................... 62 c. Buku Bacaan .................................................................... 62
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Pemahaman tentang Alkitab .................................................. 62 4. Minat Membaca Alkitab ........................................................ 64 D. Permainan Papan “KuBaCi” dalam Pendampingan Iman Anak .. 64 BAB III. PENGARUH PERMAINAN PAPAN “KUBACI” DALAM PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI STASI SANTO MARKUS NGIRENGIRENG PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN TERHADAP MINAT MEMBACA ALKITAB PADA ANAK ................................................................................................ 66 A. Stasi Santo Markus Ngirengireng, Ganjuran ............................... 66 1. Profil Stasi Santo Markus Ngirengireng ................................ 67 2. Kegiatan di Stasi Santo Markus Ngirengireng ....................... 69 a. Pendalaman Iman Orang Dewasa .................................... 69 b. Orang Muda Katolik ........................................................ 69 c. Pendampingan Iman Remaja ............................................ 70 d. Pendampingan Iman Anak ............................................... 70 B. Gambaran Pendampingan Iman Anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng ................................................................................ 70 C. Penelitian tentang Pengaruh Permainan Papan “KuBaCi” dalam Pendampingan Iman Anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran terhadap Minat Membaca Alkitab Pada Anak ............................. 71 1. Latar Belakang Penelitian ...................................................... 71 2. Tujuan Penelitian ................................................................... 72 3. Jenis dan Desain Penelitian .................................................... 73 4. Hipotesis ................................................................................. 74 5. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ........................... 74
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Subyek Penelitian ................................................................... 74 7. Teknik dan Instrumen Penelitian ........................................... 75 a. Variabel ............................................................................ 75 b. Definisi Konseptual .......................................................... 75 c. Definisi Operasional ......................................................... 76 d. Teknik Pengumpulan Data ............................................... 76 e. Kisi-kisi dan Instrumen Penelitian ................................... 77 f. Pengujian Instrumen Penelitian ........................................ 80 8. Teknik Analisis Data .............................................................. 83 a. Uji Normalitas .................................................................. 83 b. Uji Hipotesis ..................................................................... 84 9. Indikator Kaberhasilan ........................................................... 84 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 86 A. Hasil Penelitian ............................................................................ 86 1. Permainan Papan “KuBaCi” .................................................. 89 2. Minat Membaca Alkitab ........................................................ 92 B. Hasil Analisis Data ....................................................................... 94 1. Uji Prasyarat ........................................................................... 94 a. Uji Normalitas Tahap Awal ............................................. 95 b. Uji Normalitas Tahap Akhir ............................................. 96 2. Uji Hipotesis ........................................................................... 97 C. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 99 D. Keterbatasan Penelitian ................................................................ 102
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Refleksi Kateketis ........................................................................ 103 BAB V. PENUTUP .......................................................................................... 108 A. Kesimpulan .................................................................................. 108 B. Saran ............................................................................................. 110 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 112 LAMPIRAN ....................................................................................................... 114 Lampiran 1 : Surat Permohonan Izin Penelitian .............................. (1) Lampiran 2 : Satuan Pertemuan ....................................................... (2) Lampiran 3 : Instrumen Penelitian ................................................... (7) Lampiran 4 : Contoh Instrumen Penelitian ...................................... (11) Lampiran 5 : Tabel r ........................................................................ (15) Lampiran 6 : Tabel t ......................................................................... (16) Lampiran 7 : Surat Bukti Pelaksanaan Penelitian ............................ (17)
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ............................................................ 74 Tabel 2. Hasil Uji Validitas .............................................................................. 78 Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas .......................................................................... 79 Tabel 4. Hasil Skor Pretest dan Posttest .......................................................... 84 Tabel 5. Deskripsi Statistik Pretest dan Posttest Permainan Papan “KuBaCi” 86 Tabel 6. Deskripsi Frekuensi Pretest dan Posttest Permainan Papan “KuBaCi” 87 Tabel 7. Deskripsi Statistik Pretest dan Posttest Minat Membaca Alkitab ...... 89 Tabel 8. Deskripsi Frekuensi Pretest dan Posttest Minat Membaca Alkitab ... 90 Tabel 9. Hasil Uji Normalitas Tahap Awal dengan Kolomogorov-Smirnov ... 92 Tabel 10. Hasil Uji Normalitas Tahap Akhir dengan Kolomogorov-Smirnov ... 93 Tabel 11. Hasil Paired Sample T Test ................................................................ 95
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Papan Permainan “KuBaCi” ............................................................ 26 Gambar 2. Empat Buah Bidak Permainan Papan “KuBaCi” ............................. 27 Gambar 3. Dadu Permainan Papan “KuBaCi” ................................................... 27 Gambar 4. 12 Kartu Tujuan Permainan Papan “KuBaCi” ................................. 28 Gambar 5. 12 Kartu Info Permainan Papan “KuBaCi” ...................................... 29 Gambar 6. Desain Penelitian .............................................................................. 70 Gambar 7. Grafik Skor Pretest dan Posttest ...................................................... 85 Gambar 8. Grafik Deskripsi Frekuensi Pretest dan Posttest Permainan Papan “KuBaCi” ......................................................................................... 87 Gambar 9. Grafik Deskripsi Frekuensi Pretest dan Posttest Permainan Papan Alkitab ............................................................................................. 90
xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci Mat.
: Matius
Yoh.
: Yohanes
B. Singkatan Dokumen Gereja CT
: Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.
DCG
: Directorium Catecheticum Generale, Petunjuk Umum Katekese oleh Kongregasi Suci untuk Para Klerus, 11 April 1971.
DV
: Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Wahyu Illahi, 18 November 1965.
GE
: Gravissimum Educationis, Deklarasi Konsili Vatikan II tentang Pendidikan Kristen, 28 Oktober 1965.
GS
: Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja di Dunia Dewasa Ini, 7 Desember 1965.
C. Singkatan Lain Art.
: Artikel
No.
: Nomor
KWI
: Konferensi Waligereja Indonesia
SM
: Sebelum Masehi
xxi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Berdasarkan pengamatan, ketika kita mengunjungi suatu toko buku, pastilah akan bertemu dengan ribuan buku yang ditawarkan di sana. Di depan pintu masuk, kita disuguhi tumpukan buku yang baru terbit dan best seller. Pada tumpukan buku yang baru terbit dan best seller, kita tidak menjumpai Alkitab berada di sana. Alkitab memang bukanlah sebuah buku yang baru terbit, namun yang lebih memprihatinkan berarti Alkitab bukanlah sebuah buku yang diminati dan best seller. Fakta yang penulis temukan, nasib Alkitab yang ada di rumah-rumah tampaknya juga mengalami nasib yang tidak jauh berbeda dari Alkitab yang berada di toko buku. Di rumah, Alkitab hanyalah seperti sebuah pelengkap pada tumpukan buku-buku. Alkitab bak sebuah benda yang tabu untuk disentuh dan dibaca. Apalagi membaca, menyentuh Alkitab saja sangat jarang sekali dilakukan sampai-sampai berdebu lantaran tidak pernah dibersihkan. Alkitab merupakan Firman Allah yang harus diketahui dan dibaca oleh semua orang, sebab Alkitab ditulis untuk semua orang (LaHaye, 1976: 3). Oleh karenanya, membaca Alkitab seharusnya merupakan suatu kebutuhan bagi orang kristiani. Kebutuhan ini sangat baik jika sudah dibiasakan sejak dini, sejak masa kanak-kanak. Pembiasaan ini membuat anak menjadi lebih mengenal Alkitab. Jangan sampai anak kecil mempunyai pandangan negatif terhadap Alkitab.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Alkitab merupakan sebuah buku tebal yang penuh dengan tulisan yang kecil-kecil dan tidak ada gambarnya. Mengajak anak untuk mengenal dan mendalami kisah-kisah dalam Alkitab bukanlah hal yang mudah, namun juga bukanlah hal yang sulit untuk diusahakan. Salah satu kunci keberhasilannya terletak pada orangtua. Mereka terkadang mengalami kesulitan ketika mengajak anak dan mengenalkan kisah-kisah dalam Alkitab. Anak lebih memilih menyaksikan film kartun di televisi ataupun bermain game online. Bagi anak, baik itu film kartun maupun game online, keduanya lebih menyenangkan dibandingkan membaca Alkitab. Sejauh pengamatan penulis, antusiasme anak untuk mengenal dan mendalami kisah-kisah dalam Alkitab sekaligus mencintainya sangatlah rendah. Padahal cinta akan muncul karena ada rasa sayang. Celakanya, ada pepatah mengatakan “tak kenal, maka tak sayang”. Sangatlah susah mengajak anak untuk mencintai Alkitab kalau mereka tidak pernah mengenalinya. Langkah awal yang dapat diusahakan untuk mengenalkan Alkitab pada anak yakni dengan cara mengajak anak merasa senang dan bangga dengan Alkitab. Seperti yang telah diungkapkan di atas, salah satu hal yang membuat anak akan selalu merasa senang ketika mereka bermain dalam suatu permainan, baik itu permainan di zaman digital maupun permainan tradisional. Permainan di zaman digital, anak-anak yang bermain hanya dipertemukan melalui dunia maya. Mereka masing-masing menatap layar monitornya dan bertemu di sana kemudian bermain bersama. Berbeda dengan di zaman digital ini, permainan-permainan tradisional lebih mengakrabkan antarpemain secara nyata. Salah satu permainan tradisional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
adalah permainan papan. Permainan papan ini merupakan sebuah permainan yang dilakukan di atas papan. Permainan papan yang sangat terkenal sejak dahulu adalah catur dan yang terbaru adalah monopoli. Melihat realitas ini, penulis membahas manfaat bermain permainan papan “KuBaCi”. Penulis juga membahas faktor-faktor yang memengaruhi minat membaca Alkitab. Dengan bantuan permainan papan “KuBaCi” yang disertai dengan kutipan-kutipan dari Alkitab, penulis juga membahas seberapa besar pengaruh permainan papan “KuBaCi” terhadap minat membaca Alkitab. Permainan papan “KuBaCi” adalah sebuah permainan yang dilakukan di atas papan dengan empat buah bidak sebagai penanda keberadaan pemainnya. Untuk menentukan jalannya permainan, masing-masing pemain mendapatkan satu giliran mengeluarkan dadu pada setiap putarannya. Mata dadu yang menghadap ke atas inilah yang menunjukkan jumlah langkah yang boleh dilewati oleh pemain.
B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah diutarakan, maka dapat diketahui rumusan masalahnya sebagai berikut: 1. Apa manfaat bermain permainan papan “KuBaCi”? 2. Faktor apa saja yang memengaruhi minat membaca Alkitab? 3. Seberapa besar pengaruh permainan papan “KuBaCi” terhadap minat membaca Alkitab?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
C. Tujuan Penulisan Melihat rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisannya dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Memaparkan manfaat bermain permainan papan “KuBaCi”. 2. Memaparkan faktor-faktor yang memengaruhi minat membaca Alkitab. 3. Mengetahui pengaruh permainan papan “KuBaCi” terhadap minat membaca Alkitab.
D. Manfaat Penulisan Manfaat dari penelitian yang berjudul “Pengaruh Permainan Papan „KuBaCi‟ dalam Pendampingan Iman Anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran terhadap Minat Membaca Alkitab pada Anak” adalah sebagai berikut: 1. Supaya penulis memiliki pengalaman, pengetahuan, dan wawasan baru baik dalam membuat permainan papan maupun meningkatkan minat membaca Alkitab. 2. Memberikan sumbangan media pendampingan bagi para pendamping Pendampingan Iman Anak (PIA) secara khusus di Stasi Santo Markus Ngirengireng Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. 3. Memberikan sebuah sarana bagi para orangtua untuk mengajak anak-anaknya membaca Alkitab.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
E. Metode Penulisan Adapun metode penulisan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Menurut Sugiyono (2004: 169) analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisa data dengan
cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Dengan metode ini penulis menggambarkan sejauh mana Pendampingan Iman Anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Penulis juga mencoba memahami pengertian Pendampingan Iman Anak dari sisi kajian teori. Untuk mendapatkan data awal, penulis menggunakan instrumen penelitian melalui kuesioner tertutup pertama yang ditujukan kepada anak-anak PIA di Stasi Santo Markus Ngirengireng Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Kemudian penulis melakukan pendampingan sebanyak dua kali dengan perlakuan permainan papan “KuBaCi” sebagai media pendampingan. Setelah akhir pendampingan yang kedua, penulis kembali membagikan keusioner yang kedua. Keusioner kedua ini sebagai pembanding dengan kuesioner yang pertama. Apabila hasil dari kedua kuesoner ini terlihat peningkatan minat membaca Alkitab dapat dikatakan bahwa permainan papan “KuBaCi” berhasil untuk meningkatkan minat membaca Alkitab pada anak. Sebaliknya, apabila hasil dari kedua kuesioner tersebut terlihat sama atau bahkan mengalami penurunan, dapat dikatakan bahwa permainan papan “KuBaCi” tidak berhasil untuk meningkatkan minat membaca Alkitab pada anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
F. Sistematika Penulisan Penulis menyusun penulisan karya tulis ini dengan membagi setiap materi dalam bab-bab tertentu. Setiap bab membahas salah satu materi yang akan diulas berkaitan dengan pengaruh permainan papan “KuBaCi” terhadap minat membaca Alkitab. Bab I berisi pendahuluan. Bagian pertama penulis menguraikan latar belakang. Bagian kedua penulis menguraikan rumusan masalah. Bagian ketiga penulis menguraikan tujuan penulisan. Bagian keempat penulis menguraikan manfaat penulisan. Bagian kelima penulis menguraikan metode penulisan. Bagian keenam penulis menguraikan sistematika penulisan. Bab II berisi kajian pustaka. Bagian pertama penulis menguraikan permainan papan “KuBaCi” yang terdiri dari pemahaman tentang permainan, pemahaman tentang permainan papan, dan mengenal permainan papan “KuBaCi”. Bagian kedua penulis menguraikan Pendampingan Iman Anak yang terdiri dari pemahaman tentang pendampingan, pemahaman tentang iman, pemahaman tentang anak, dan pemahaman tentang Pendampingan Iman Anak. Bagian ketiga penulis menguraikan minat membaca Alkitab yang terdiri dari pemahaman tentang minat, faktor-faktor yang memengaruhi minat membaca Alkitab, pemahaman tentang Alkitab, dan minat membaca Alkitab. Bagian keempat penulis menguraikan permainan papan “KuBaCi” dalam Pendampingan Iman Anak. Bab III berisi metodologi penelitian. Bagian pertama penulis menguraikan gambaran Stasi Santo Markus Ngirengireng, Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Ganjuran. Bagian kedua penulis menguraikan penelitian tentang pengaruh permainan papan “KuBaCi” dalam Pendampingan Iman Anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran terhadap minat membaca Alkitab pada anak. Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan. Pada bagian pertama penulis menguraikan hasil penelitian yang terdiri dari deskripsi statistik dan deskripsi frekuensi. Pada bagian kedua penulis menguraikan hasil analisis data yang terdiri dari uji prasyarat dan uji hipotesis. Pada bagian ketiga penulis menguraikan pembahasan hasil penelitian. Pada bagian keempat penulis menguraikan keterbatasan penelitian. Pada bagian kelima penulis menguraikan refleksi kateketis. Bab V berisi penutup. Pada bagian pertama penulis menguraikan kesimpulan yang berisikan gagasan-gagasan pokok dari keseluruhan isi karya tulis ini. Pada bagian kedua penulis menguraikan saran-saran yang dapat membantu baik orangtua, pendamping PIA maupun pemerhati iman umat dalam meningkatkan minat membaca Alkitab pada anak demi perkembangan yang lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI PERMAINAN PAPAN “KUBACI”, PENDAMPINGAN IMAN ANAK DAN MINAT MEMBACA ALKITAB
Fokus pembahasan pada bab ini terdiri dari tiga bagian. Dalam bagian pertama penulis membahas permainan papan “KuBaCi” yang terdiri dari pembahasan mengenai pemahaman tentang permainan, pemahaman tentang permainan papan, dan mengenal permainan papan “KuBaCi”. Pada bagian kedua penulis membahas Pendampingan Iman Anak yang terdiri dari pembahasan mengenai pemahaman tentang pendampingan, pemahaman tentang iman, pemahaman tentang perkembangan anak usia 5 – 13 tahun, dan pemahaman tentang Pendampingan Iman Anak. Pada bagian ketiga penulis membahas minat membaca Alkitab yang terdiri dari pemahaman tentang minat, faktor-faktor yang mempengaruhi minat membaca Alkitab, pemahaman tentang Alkitab, dan minat membaca Alkitab. Pada bagian keempat penulis membahas permainan papan “KuBaCi” dalam Pendampingan Iman Anak.
A. Permainan Papan “KuBaCi” Permainan papan “KuBaCi” adalah sebuah permainan papan yang dibuat untuk dapat digunakan sebagai sebuah media dalam Pendampingan Iman Anak. Sebelum kita membicarakan permainan papan “KuBaCi” ini lebih dalam, ada baiknya kita memulainya dari pembahasan mengenai pemahaman tentang permainan, kemudian pemahaman tentang permainan papan, dan barulah mengenali lebih dalam permainan papan “KuBaCi”.
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
1. Pemahaman tentang Permainan a. Pengertian Bermain dan Permainan Bermain dan permainan mempunyai asal kata yang sama yakni main. Tidak berhenti di situ, bermain dan permainan juga saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Keterkaitan tersebut terlihat dalam pengertian bermain dan permainan. Hurlock merumuskan bermain sebagai segala kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan tanpa memperhitungkan hasil akhir (Hurlock, 1978: 320). Sementara itu permainan dapat diartikan sebagai alat atau sarana untuk mendukung dan mempermudah dalam bermain. Dalam bermain anak bisa saja bermain aktif maupun pasif (Hurlock, 1978: 321). Anak dikatakan bermain aktif apabila ia ikut dan terlibat dalam suatu permainan, baik secara individu maupun secara kelompok, sehingga ia memperoleh kesenangan dan kepuasan psikologis. Sedangkan anak yang dikatakan bermain pasif apabila ia tidak ikut dalam permainan dan berperan sebagai penonton untuk memperoleh kesenangan dan hiburan.
b. Manfaat Bermain Bermain merupakan bagian yang penting dalam kehidupan anak pada usia 5 – 13 tahun. Anak mendapatkan banyak manfaat melalui bermain yang berguna untuk perkembangan dirinya. Manfaat tersebut antara lain: 1) Memperkembangkan fisik Bagi anak yang memiliki kesehatan fisik yang kuat bermain aktif sangat menarik dan menempa fisiknya, sehingga membuat anak menjadi semakin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
kuat. Sedangkan anak yang kesehatan fisiknya lemah atau sedang sakit sebaiknya diarahkan untuk bermain aktif yang tidak terlalu menuntut kerja fisik yang berat (Hurlock, 1978: 323, 327–328). 2) Memberi dorongan untuk berkomunikasi Anak usia ini sudah mulai tertarik dengan kehidupan sosial yang lebih luas. Anak menjadi bisa berbaur dengan teman bermainnya berkat adanya komunikasi. Dengan komunikasi ia bisa mengemukakan ide atau pun menyampaikan apa yang dirasakan oleh dirinya (Hurlock, 1978: 323). Oleh karenanya teman-temannya dapat memahami apa yang sedang dirasakan oleh dirinya, dan sebaliknya ia juga dapat memahami apa yang sedang dirasakan oleh temannya. 3) Penyaluran emosi yang terpendam Dalam proses sosialisasi terkadang memperoleh hambatan yang berupa pelanggaran dari pihaknya sendiri terhadap aturan sosial yang ada, ataupun karena adanya pembatasan dari lingkungan. Hambatan ini menimbulkan ketegangan pada diri anak yang apabila tidak disalurkan akan menjadi kemarahan yang terpendam (Hurlock, 1978: 323). Kemarahan yang terpendam tersebut akhirnya dapat disalurkan lewat bermain, sehingga anak merasa puas. 4) Menyalurkan kebutuhan dan keinginan anak Permainan menjadi salah satu sarana yang baik bagi anak untuk menyalurkan kebutuhan dan keinginan yang belum ia dapatkan dalam hidup sosialnya. Misalnya: dalam permainan ia dapat memperoleh jabatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
sebagai pemimpin, ia dapat memperoleh kemenangan, ia menjadi bintang, dan sebagainya. Peran yang diperoleh dalam permainan membuat anak merasa puas, karena kebutuhan dan keinginannya atas status sosial yang selama ini belum diperoleh telah terpenuhi (Hurlock, 1978: 323–326). 5) Menjadi sumber belajar Keluarga menjadi lingkungan sosial yang pertama bagi anak dalam mempelajari nilai-nilai, norma-norma, dan juga pengetahuan-pengetahuan yang mengembangkan kepribadian anak. Tugas orangtua tersebut dibantu oleh sekolah, terutama dalam mengembangkan keterampilan kognitif anak. Meskipun telah dua pihak yang melaksanakan pendidikan pada anak, ternyata masih ada nilai-nilai yang belum dipelajari anak. Nilai-nilai tersebut mereka pelajari di dalam kelompok teman sebaya atau teman bermain (Hurlock, 1978: 320–351), dan juga melalui permainanpermainan yang ada. 6) Merangsang aktivitas anak Anak usia ini memiliki rasa ingin tahu yang besar. Keingintahuan tersebut mereka wujudkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan dan percobaanpercobaan. Percobaan-percobaan tersebut menimbulkan rasa puas, terlebih bila percobaan-percobaan tersebut mendapat persetujuan secara sosial atau diterima oleh kelompok. Persetujuan sosial ini juga memacu anak untuk terus berkreasi dalam setiap aktivitasnya. Keberhasilan anak tersebut memacu anak untuk mengalihkan kreativitasnya terhadap situasi di luar permainan (Hurlock, 1978: 320–326).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
7) Mengembangkan wawasan diri Anak dalam bermain dituntut untuk mempunyai keterampilan dan kemampuan tertentu, sehingga ia dapat diterima dalam kelompok bermain teman sebayanya. Dalam permainan bersama ini anak dapat mengetahui tingkat kemampuan yang ia miliki, yang kemudian ia bandingkan dengan teman yang lain (Hurlock, 1978: 320–351). Pemahaman dan penemuan diri memungkinkan mereka mengembangkan konsep dirinya dengan lebih pasti dan nyata. Selain itu dengan adanya teman pembanding anak termotivasi untuk terus menambah dan mengembangkan kemampuannya. 8) Membantu anak untuk belajar bermasyarakat Anak pada usia ini mempunyai minat yang besar pada permainan tim atau permainan yang melibatkan banyak orang. Permainan tim yang memotivasi anak mengadakan hubungan sosial secara lebih dekat dengan kelompoknya merupakan tempat dan saat yang tepat bagi anak untuk belajar bermasyarakat (Hurlock, 1978: 320–334). Dalam kelompok bermain ini anak mempelajari cara-cara membentuk kelompok sosial dan cara-cara mengatasi masalah-masalah yang timbul karena hubungan sosial itu sendiri, serta masalah-masalah yang menjadi keprihatinan bersama. 9) Menanamkan standar moral Standar moral umum di masyarakat harus dimiliki anak karena ia menjadi bagian dari masyarakat, namun keluarga maupun sekolah belum secara sempurna menanamkan standar moral tersebut kepada anak. Anak semakin paham akan apa yang dianggap baik dan buruk setelah ia masuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
dalam kelompok bermain (Hurlock, 1978: 322–324), karena dalam kelompok ini anak dipaksa untuk mengakui dan mengusahakan tingkah laku sesuai standar moral yang diakui kelompok. Standar moral dalam kelompok tidak secara eksplisit memaksa anak, tetapi secara implisit tersirat dalam peraturan-peraturan dan sanksi-sanksi terhadap pelanggaranpelanggaran yang ada. 10) Belajar bemain sesuai dengan peran jenis kelamin Pada tahap usia ini anak cenderung membentuk kelompok teman sejenis. Kelompok anak perempuan lebih menyukai permainan yang bernuansa dapur dan pengelolaan rumah tangga, seperti: memasak, belanja, mengasuh anak, dan sebagainya. Sedangkan pada kelompok anak laki-laki menyukai permainan yang maskulin, di mana mereka lebih menekankan kekuatan fisik dan bernuansa kepahlawanan, seperti: perang-perangan, kejar-kejaran, kuda-kudaan, dan sebagainya. Perbedaan sifat dan jenis permainan terpengaruh oleh tekanan sosial untuk memahami kodratnya. Hal ini sangat baik bagi anak karena akan membuat anak menyadari kodratnya (Hurlock, 1978: 323–325) dan dapat menemukan dirinya dalam konteks hubungan sosial. 11) Perkembangan ciri kepribadian yang diinginkan Kelompok bermain berperan penting dalam pengembangan diri dan kepribadian anak. Dari hubungan dengan anggota kelompok bermain anak belajar bekerja sama, murah hati, jujur, sportif, kesatria, toleransi, loyal, solider, dan disukai orang lain (Hurlock, 1978: 320–351). Nilai-nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
tersebut sedikit demi sedikit melekat dalam diri anak, sehingga membentuk ciri kepribadian yang baik dan sesuai yang diinginkan, yaitu manusia dewasa yang seimbang.
c. Jenis Permainan Permainan dalam hidup anak menjadi sesuatu yang sangat penting dan bernilai mendidik, secara nyata berkembang dan berubah sesuai taraf perkembangan usia anak. Jenis permainan yang ada dapat digolongkan menjadi dua bagian (Hurlock, 1978: 322–323), yaitu permainan yang dipengaruhi tradisi dan permainan yang mengikuti pola perkembangan yang dapat diramalkan. Permainan yang dipengaruhi tradisi secara turun temurun diwarisi dari generasi ke generasi (Hurlock, 1978: 322). Permainan ini dipakai oleh orangtua sebagai sarana penanaman nilai pada anak sesuai dengan harapan dan tuntutan masyarakat setempat, yang secara implisit terkait dalam kebudayaan yang ada. Permainan yang mengikuti pola perkembangan dapat diramalkan karena berkaitan dan sesuai dengan perkembangan psikologis anak (Hurlock, 1978: 334), mulai dari permainan masa bayi, permainan individu atau perorangan, permainan tetangga, permainan tim, dan permainan dalam ruang. 1) Permainan masa bayi lebih berhubungan dengan orang lain di sekitar si bayi, karena permainan masa bayi dilakukan oleh orang lain, sedang bayi memberi respon emosi sebagai ungkapan kegembiraan dan kepuasan. Alat-alat permainan masa bayi lebih dititik-beratkan pasa pengembangan insting dan pengenalan bayi,
sehingga alat
permainan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
menampilkan bunyi-bunyi khas dan warna-warna mencolok guna memancing perhatian bayi. 2) Anak pada usia 4 – 5 tahun dalam bermain sudah memiliki kemandirian, sehingga mereka lebih menguasai permainan individu atau perorangan. Anak bermain selain untuk kesenangan juga menguji kecakapan yang dia peroleh di masa sebelumnya. Pengujian kecakapan dilakukan anak dengan cara sedikit mengubah peraturan atau bahkan dilanggar sama sekali, sehingga anak selalu melakukan hal-hal di luar kewajaran, misalnya: berjalan di sisi got, berjalan dengan satu kaki, turun tangga mundur, atau meloncat, dan sebagainya. 3) Anak usia 5 – 8 tahun selain tertarik dengan permainan individu atau perorangan, ia juga berminat dalam permainan tetangga atau permainan kelompok. Dalam permainan tetangga ini anak mulai mengenal peraturan, kepemimpinan, sportivitas, kejujuran, dan lain sebagainya. Permainan tetangga menjadi awal dari hidup sosial anak di luar keluarganya, karena dalam permainan tetangga ini anak mulai menyadari perlunya mempunyai teman sebaya. 4) Permainan tetangga tersebut berkembang menjadi permainan tim pada saat anak berusia 8 – 10 tahun. Permainan ini sangat terorganisir dan mempunyai peraturan, serta bernuansa persaingan yang kuat. Melalui permainan tim ini anak memperoleh kepuasan psikologis dengan adanya “kalah-menang” dalam persaingan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16 5) Anak pada usia 10 – 13 tahun selain menyukai permainan tim, mulai berminat dengan permainan dalam ruang. Secara fisik permainan dalam ruang ini tidak begitu melelahkan, namun banyak menuntut kerja otak dan lebih menekankan perkembangan kognitif anak. Permainan dalam ruangan ini misalnya main kartu, permainan papan, dan lain sebagainya. Permainan dalam ruang tetap bernuansa persaingan, sehingga memotivasi anak untuk sungguh terlibat dalam permainan tersebut.
d. Ciri Permainan Anak Permainan anak-anak yang secara dasariah bertujuan untuk menjawab kebutuhan anak akan kegembiraan, menjadi sarana dalam mendidik dan mengembangkan anak. Bertitik tolak dari hal tersebut, permainan anak-anak dituntut memiliki ciri khusus (Hurlock, 1978: 320–331) yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak. Ciri-ciri tersebut adalah: 1) Bebas Permainan anak-anak memiliki ciri bebas, yang artinya tanpa paksaan dan tanpa mempedulikan hasil akhir (Hurlock, 1978: 320, 328), karena yang terpenting memperoleh kesenangan. Sesuai kodrat manusia yang bebas dan merdeka, maka permainan anak-anak bersifat membantu anak untuk menyalurkan keinginannya serta menunjang perkembangan pribadi anak. Anak secara bebas memilih permainan yang akan dimainkannya. Dengan demikian permainan anak-anak lebih bersifat mengikuti dan menyesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
2) Menggembirakan Permainan hendaklah memiliki ciri “kegembiraan”, karena dengan adanya unsur kegembiraan tersebut anak tertarik dan dengan suka rela melaksanakannya (Hurlock, 1978: 320–321, 328). Unsur kegembiraan yang terkandung dalam permainan menjawab kebutuhan anak akan kegembiraan, dan menjadi ajang memupuk sikap positif akan kehidupan, sehingga anak yang mengalami masa kanak-kanak penuh kegembiraan diharapkan optimis dalam menempuh hidupnya. 3) Menarik anak untuk aktif Permainan anak sebagai sarana belajar bagi anak, hendaklah bersifat menarik minat anak (Hurlock, 1978: 321–322, 328), karena hal tersebut memungkinkan
anak
untuk
bermain
secara
aktif
dan
gembira.
Kemenarikan suatu permainan dapat diupayakan melalui sarana ataupun peraturan-peraturan dalam permainan. Adanya sarana dan aturan permainan tersebut membuat anak aktif terlibat dalam bermain. 4) Berorientasi sosial Permainan secara nyata berdampak ganda dalam hidup anak. Di satu sisi anak terpuaskan secara psikologis, dan di sisi lain mereka belajar hidup bermasyarakat (Hurlock, 1978: 320, 328–329). Anak belajar hidup bermasyarakat berkat adanya peraturan permainan. Peraturan permainan menjadi sarana anak untuk membangun sikap jujur, punya rasa setia kawan, taat, toleran, dan mau menghargai orang lain. Dengan demikian hidup sosial anak pun dapat dikembangkan lewat permainan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
5) Sesuai lingkungan Permainan anak tidak dapat lepas dari lingkungan di mana anak tinggal, karena permainan anak menjadi bagian dari penanaman nilai-nilai pada anak (Hurlock, 1978: 322–323, 328). Permainan anak yang sesuai dengan lingkungan dapat mempermudah anak untuk bermain dan mencari saranasarana perlengkapan bermain. Kemudahan tersebut menjadikan anak tidak menghadapi kesulitan-kesulitan yang serius, sehingga tidak menghambat perkembangan psikologis anak. 6) Memacu kreativitas anak Kreativitas anak terpacu dengan adanya sifat terbuka dari permainan yang ada, yang memungkinkan anak mengadakan perubahan baik dari cara bermain, alat, sarana, maupun peraturan-peraturan permainan. Perubahan yang dilakukan anak tersebut akan menghasilkan bentuk baru dari permainan yang telah ada (konstruktif), sehingga anak tidak pernah menemukan kejenuhan dalam bermain. Hal tersebut berpengaruh bagi perkembangan anak, karena anak terpuaskan keinginannya untuk mengadakan percobaan (Hurlock, 1978: 329), sehingga anak semakin kreatif, produktif, dan berjiwa sosial. 7) Mengembangkan fantasi anak Permainan yang mengembangkan daya fantasi anak terkadang bukan berupa permainan fisik, tetapi lebih berupa permainan imajiner, seperti melamun, berkhayal, dan sebagainya. Melamun dalam hidup anak-anak bernilai positif dan produktif (Hurlock, 1978: 330), karena anak melamun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
mengkhayalkan dirinya menjadi seseorang yang hebat, Hal ini mendorong anak untuk memiliki cita-cita bagi hidupnya. 8) Mengembangkan rasa seni Seperti halnya bermain konstruktif, nyanyian dan tarian dapat menjadi sarana penyesuaian sosial anak, karena nyanyian, gerakan, ataupun tarian tersebut sering mereka gunakan sebagai alat komunikasi dan membentuk kelompok (Hurlock, 1978: 331). Di samping itu, permainan yang mengandung unsur seni berperan pula dalam membentuk kehalusan rasa pada diri anak, karena melalui bermain anak menghayati nyanyian, gerakan, ataupun tarian yang ada, dan hal tersebut membawa anak untuk menghayati lingkungan, alam, dan dirinya sendiri dengan rasa seni. 9) Memancing anak untuk mengadakan penelitian dan percobaan Anak mengadakan permainan selain sebagai pelepas kejenuhan dan memperoleh
kegembiraan,
juga
mengadakan
percobaan-percobaan
(Hurlock, 1978: 332–333). Bertitik tolak dari hal tersebut, banyak ahli dan juga orangtua menyadari akan pentingnya bermain bagi anak untuk mengadakan percobaan-percobaan, walaupun terkadang menimbulkan kerugian materi, seperti: mainan cepat rusak, kaca jendela pecah, taman menjadi rusak, dan sebagainya. 10) Mengandung nilai-nilai positif Permainan pada kenyataannya menjadi sarana untuk mendidik dan mengembangkan anak (Hurlock, 1978: 320–351). Dalam permainan terkandung nilai-nilai positif yang membantu mengembangkan anak,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
antara lain nilai moral, nilai sosial, dan rasa kemanusiaan. Nilai moral tampak dari adanya peraturan-peraturan, yang menuntut anak untuk mengadakan penyesuaian diri. Nilai sosial tampak dalam permainan tim yang lebih berpola pada suatu tatanan masyarakat (miniatur) yang di dalamnya ada pemimpin, anak buah, peraturan-peraturan, penghargaan, dan bahkan sanksi. Rasa kemanusiaan dalam diri anak muncul karena dengan berkembangnya rasa moral dan rasa sosial tersebut anak terbuka untuk menghargai dan menerima orang lain.
2. Pemahaman tentang Permainan Papan a. Pengertian Permainan Papan Permainan papan merupakan jenis permainan yang dimainkan di atas papan yang khas bagi permainan tersebut (https://id.wikipedia.org). Papan permainan dalam permainan papan menjadi hal utama yang harus ada. Papan permainan menjadi penting karena di atas papan inilah permainan papan akan dimainkan oleh para pemainnya. Setiap permainan papan memiliki kekhasan pada papan permainannya yang juga berfungsi sebagai penunjang berlangsungnya permainan papan tersebut. Permainan papan sudah ada sejak zaman kuno, misalnya pada peradaban Jiroft dan Mesir Kuno pada milenium ke-3 SM (https://id.wikipedia.org). Pada zaman dahulu, permainan papan merupakan hiburan yang populer di berbagai kalangan. Kepopuleran permainan papan sampai saat ini masih dapat kita rasakan dengan maraknya permainan papan yang dijumpai di pusat mainan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Sayangnya pemahaman orang-orang zaman sekarang ini mengalami pergeseran persepsi mengenai permainan papan. Orang-orang zaman sekarang ini menganggap bahwa permainan papan adalah permainan untuk anak-anak. Padahal permainan papan merupakan medium rekreasi yang tidak mengenal usia dan mendorong para pemain untuk berinteraksi lebih dekat dibandingkan dengan permainan jenis lainnya (http://tekno.kompas.com).
b. Kategori Permainan Papan Permainan papan yang telah ada dapat digolongkan menjadi beberapa kategori (https://id.wikipedia.org). Beberapa kategori tersebut adalah sebagai berikut: (1) permainan strategi abstrak, seperti: Catur, Dam Inggris, Arimaa, Irensei, dan Go; (2) permainan papan gaya Jerman atau Eurogames, seperti: The Settlers of Catan, dan Puerto Rico; (3) permainan balap, seperti: Parcheesi dan Backgammon; (4) permainan gelontor dan jalan, seperti: Monopoli dan The Game of Life; (5) permainan trivia, seperti: Trivial Pursuit; (6) permainan kata, seperti: Scrabble; dan (7) permainan perang, seperti: Risk dan Advanced Squad Leader.
c. Permainan Papan Bersejarah dari Berbagai Kebudayaan di Dunia Permainan papan telah menjadi hiburan bagi orang-orang di seluruh dunia selama ribuan tahun yang lalu. Banyak peninggalan bersejarah yang menunjukkan bahwa permainan papan sudah ada sebelum penanggalan dan tulisan. Berikut ini adalah beberapa permainan papan bersejarah yang perlu kita ketahui. Permainan papan berasal dari berbagai kebudayaan yang ada di dunia (http://kaskus.co.id).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
1) Tafl Tafl adalah permainan yang sangat populer di kalangan Viking. Permainan ini dimainkan oleh dua pemain. Pemain pertama bertujuan untuk mengamankan rajanya dari pusat papan menuju ke tepi papan. Sementara pemain kedua bertujuan untuk menangkap raja pemain pertama dengan berbagai cara yang ia bisa. Tafl tersebar di seluruh Eropa dan menjadi kebanggaan para bangsawan pada masa itu. 2) The Landlord’s Game The Landlord’s Game diciptakan pada tahun 1903 oleh aktris Maryland Lizzie Magie. Papan permainan terdiri dari jalur persegi, dengan deretan properti di sekitar bagian luar dimana tiap pemain bisa membeli. Papan permainan memiliki empat jalur kereta api, dua utilitas, penjara, dan sudut bernama "Labor Upon Mother Earth Produces Wages", dimana pemain menerima $100 setiap kali kali mereka melewatinya. Permainan inilah yang mejadi cikal bakal permainan papan Monopoli yang kita kenal seperti sekarang ini. 3) Vaikuntapaali Vaikuntapaali juga dikenal sebagai Leela pada abad ke enam belas di India. Permainan ini dimainkan untuk mengajar moralitas dan spiritualitas. Pada papan permainan ini terdapat ular dan tangga yang menggambarkan perbuatan manusia. Pemain yang mendaki tangga menunjukkan perbuatan baik dalam mencari pencerahan, sedangkan ular yang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kejahatan akan membawa bahaya rohani untuk orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
berdosa. Sekarang kita menjumpai permainan seperti ini dengan nama permainan papan ular tangga. 4) Nine Men’s Morris Nine Men’s Morris merupakan permainan kuno yang diciptakan sekitar tahun 1.440 SM. Permainan ini ditemukan berupa ukiran pada undak dan batu di Sri Lanka, Zaman Perunggu Irlandia, Troy kuno dan Barat Daya Amerika Serikat. Permainan ini dimainkan dengan tujuan menciptakan baris ketiga. Setelah semua pion terpasang pada papan permainan, pion tersebut bisa dipindahkan satu ruang per langkah. Setiap kali seorang pemain membuat pion menjadi tiga deret, maka ia dapat mengambil salah satu pion lawannya dari papan permainan. Pemain yang telah kehilangan dua pion dianggap kalah. Permainan ini adalah asal-usul dari permainan papan Tick-Tack-Toe. 5) The Mansion of Happiness The Mansion of Happiness merupakan permainan papan yang diterbitkan di Amerika Serikat, tetapi masih dicatat sebagai penerus permainan papan Race to the Afterlife. Papan permainan The Mansion of Happiness terdiri jalur langkah yang dibuat melingkar dari sisi terluar papan sampai ke tengah papan. Pada jalur langkah tertentu terdapat gambar yang merupakan perintah untuk pemain yang bersangkutan. Pemain yang melanggar akan dipindahkan ke pos cambuk dan pemain yang bermalasmalasan akan mendapat denda. Pemain kadang juga tidak mendapatkan giliran bermain pada putaran ketika ia mendapat hukuman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
6) Senet Senet adalah permainan papan tertua yang ditemukan ada di dunia. Senet telah ditemukan di ruang pemakaman dari zaman 3.500 SM termasuk di empat makam Tutankhamen. Papan permainan terdiri dari tiga kotak lebar dan sepuluh kotak panjang, dan set biasanya memiliki 57 buah untuk setiap pemain. Masing-masing pemain menempatkan pionnya di seluruh papan dengan menggunakan tongkat yang dilemparkan sebagai semacam dadu. 7) Mancala Papan permainan Mancala adalah sepetak tanah lunak dan beberapa biji atau kerikil. Tanah lunak tersebut digali sampai membentuk deretan lubang yang menyamping. Pemain mengambil biji atau kerikil dari salah satu lubang dan mendistribusikannya satu per satu pada setiap lubang. Kita mengenal permainan papan ini dengan nama Dakon. 8) Chaupat Chaupat merupakan permainan papan kuno dari India. Setiap pemain berlomba untuk mengarahkan pionnya menuju area di tengah papan permainan. Langkah pion setiap pemain ditentukan oleh kerang cowry yang dilempar oleh pemain. Sekarang permainan papan ini disederhanakan dan kita mengenalnya dengan nama permainan papan Ludo. 9) Chaturanga Chaturanga adalah permainan papan populer yang banyak dimainkan pada zaman itu. Permainan papan ini menjadi perpanjangan dari Perang Dingin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
pada tahun 1972, bahkan telah menggulingkan semua pesaing di Eropa yang dijuluki "Game of Kings" dan bahkan permainan Barat. Permainan papan ini juga digunakan sebagai analogi untuk kehidupan dan dalam pikiran populer permainan ini dijadikan sebagai simbol dari kejeniusan. Chaturanga adalah leluhur dari apa yang kita kenal sekarang dengan nama permainan papan Catur. 10) The Royal Game Ur The Royal Game Ur adalah permainan papan tertua yang terkenal dan ditemukan masih dalam bentuk aturan main yang asli. Permainan ini diperkirakan sudah ada sejak 2600 SM. Set tertua yang ditemukan berada di Irak pada tahun 1920. The Royal Game Ur adalah permainan adu cepat, dimana salah satu pemain melempar dadu untuk memindahkan bidaknya menuju tujuan. Permainan ini diperkirakan telah lama punah dan digantikan oleh permainan papan Backgammon yang ada sejak 2000 tahun yang lalu.
3. Mengenal Permainan Papan “KuBaCi” a. Permainan Papan “KuBaCi" Permainan papan “KuBaCi” adalah sebuah permainan papan yang dibuat sebagai sarana dalam Pendampingan Iman Anak. Permainan papan “KuBaCi” ini menuntun anak untuk membuka dan membaca Alkitab. Dengan demikian anak akan semakin dekat dengan Alkitab dan pada akhirnya anak akan mencintai Alkitab.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26 b. Kelengkapan Permainan Papan “KuBaCi” Dalam bermain permainan papan “KuBaCi” ini diperlukan kelengkapan permainan. Adapun kelengkapan permainan papan “KuBaCi” yaitu: 1) Papan Permainan Papan yang berukuran 9x9 kotak inilah yang menjadi area permainan “KuBaCi”. Pada setiap sudut papan ini terdapat titik awal keberangkatan masing-masing kelompok. Setiap sudut hanya dapat ditempati oleh satu kelompok pemain. Kotak-kotak yang terdapat dalam papan permainan merupakan batas setiap langkah. Setiap kotak dapat dilalui dengan satu langkah. Gerak langkah pemain dapat secara vertikal maupun horizontal. Dalam papan ini juga terdapat gambar-gambar dua belas rasul yang menjadi tujuan setiap kelompok sesuai dengan Kartu Tujuan. Gambar 1. Papan Permainan “KuBaCi”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
2) Bidak Terdapat empat buah bidak dalam permainan papan “KuBaCi” ini. Empat bidak tersebut mempunyai warna yang berbeda-beda yakni merah, kuning, hijau, dan ungu. Setiap kelompok memiliki satu bidak yang menjadi penanda keberadaan kelompok tersebut di atas papan permainan “KuBaCi”. Gambar 2. Empat Buah Bidak Permainan Papan “KuBaCi”
3) Dadu Dadu yang digunakan dalam permainan papan “KuBaCi” ini sedikit berbeda dengan dadu pada umumnya. Mata dadu dalam permainan “KuBaCi” ini hanya ada bulatan antara satu sampai dengan tiga pada keenam sisi dadu. Bulatan-bulatan inilah menjadi penanda jumlah langkah untuk melangkahkan bidak. Gambar 3. Dadu Permainan Papan “KuBaCi”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
4) Kartu Tujuan Ada duabelas Kartu Tujuan dalam permainan papan “KuBaCi” ini. Kartu inilah yang menjadi tujuan bagi para kelompok. Kelompok yang tercepat sampai di tujuan akan mendapatkan kartu ini. Kartu ini akan menjadi incaran setiap kelompok karena kelompok yang berhasil mengumpulkan dengan jumlah terbanyaklah yang akan menjadi pemenang dalam permainan papan “KuBaCi”. Gambar 4. 12 Kartu Tujuan Permainan Papan “KuBaCi”
5) Kartu Info Dalam permainan papan “KuBaCi” juga terdapat dua belas Kartu Info. Kelompok yang tercepat sampai di tujuan akan mendapatkan kartu ini dan membacakan informasi yang terdapat di dalamnya. Semua pemain wajib untuk mendengarkan informasi yang sedang disampaikan oleh kelompok yang membacakan. Pada bagian akhir informasi dalam kartu ini terdapat rujukan ayat Alkitab. Semua pemain diwajibkan untuk membuka Alkitab dan menemukan rujukan ayat tersebut dalam Alkitab.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29 Gambar 5. 12 Kartu Info Permainan Papan “KuBaCi”
c. Cara Bermain Permainan Papan “KuBaCi” Pendamping Pendampingan Iman Anak mengambil peran sebagai wasit yang bertugas sebagai penengah dan mengawasi jalannya permainan. Pendamping membagi peserta pendampingan menjadi empat kelompok. Pembagian peserta pendampingan ke dalam kelompok-kelompok dibuat secara merata, baik itu dari segi jumlah, jenis kelamin, maupun daya tangkapnya. Pembagian kelompok yang merata membuat persaingan selama permainan menjadi sehat dan seimbang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Setiap kelompok ini nantinya akan mendapatkan satu buah bidak yang akan menjadi penanda keberadaan kelompoknya. Bidak yang digunakan oleh masing-masing kelompok berbeda-beda warnanya. Warna ini pula yang akan dijadikan acuan untuk pemberian nama masing-masing kelompok. Masing-masing kelompok meletakkan bidaknya di kotak titik awal pada papan permainan. Setiap kelompok mempunyai titik awal yang berbeda-beda yang terdapat pada sudutsudut papan permainan. Setiap sudut papan permainan hanya dapat digunakan oleh satu kelompok. Pendamping mengambil satu kartu tujuan sebelum kelompok pertama melemparkan dadu untuk pertama kali. Kartu yang diambil kemudian diperlihatkan kepada semua pemain. Isi kartu tersebut merupakan tujuan yang harus dicapai oleh semua kelompok. Selanjutnya dadu dilempar oleh anggota kelompok dan mata dadu terlihat menunjukkan jumlah langkah yang didapat oleh kelompok tersebut pada putaran saat itu. Gerak langkah bidak boleh secara vertikal maupun horizontal dengan tetap memperhatikan jumlah langkahnya. Pelemparan dadu terus berlangsung dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain sampai ada salah satu kelompok yang telah mencapai tujuan sesuai yang terdapat dalam kartu. Apabila sudah ada salah satu kelompok yang sampai di tujuan, kelompok tersebut mendapatkan kartu tersebut untuk disimpan oleh kelompok. Kelompok tersebut juga mempunyai kewajiban untuk membacakan kisah yang terdapat pada kartu info. Dalam masing-masing kelompok, partisipasi setiap peserta sangat diharapkan, sehingga mereka benar-benar dapat mengalaminya secara langsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Permainan dilanjutkan dengan mengambil kartu tujuan berikutnya dan menunggu giliran bermain. Permainan ini terus berlangsung sampai dua belas kartu tujuan telah terbuka semua. Kelompok yang paling banyak memiliki kartu tujuan tersebut adalah pemenangnya.
B. Pendampingan Iman Anak Pendampingan Iman Anak (PIA) ini merupakan wadah yang telah diupayakan oleh Gereja untuk membimbing dan mengembangkan hidup beriman anak. Sebelum kita membicarakan Pendampingan Iman Anak ini lebih dalam, ada baiknya kita memulainya dari pembahasan mengenai pemahaman tentang pendampingan, kemudian pemahaman tentang iman, dilanjutkan dengan pemahaman tentang perkembangan anak usia 5 – 13 tahun, dan yang terakhir pemahaman tentang Pendampingan Iman Anak. 1. Pemahaman tentang Pendampingan a. Pengertian Pendampingan secara Umum Secara umum pendampingan dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk membantu orang lain agar dapat mencapai tujuan tertentu yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Membantu dalam hal ini berarti menemani orang yang didampingi beserta segala kemampuan yang ada dalam diri orang tersebut untuk mencapai hal yang diinginkan. Dengan demikian orang yang didampingi menjadi semakin berkembang dan orang yang mendampingi juga turut merasakan perkembangan dalam dirinya (Mangunhardjana, 1986: 21-22).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
b. Dasar Pendampingan Manusia tercipta sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial secara kodrati. Manusia sebagai makhluk individu dikaruniai keunikan-keunikan yang ada pada dirinya, sehingga membedakan dirinya dengan orang lain. Sementara itu ia juga tercipta sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari kelompoknya (Kartono, 1979: 7–8). Pada kenyataannya manusia tidak dapat mengembangkan dirinya sendirian dan tanpa campur tangan dari orang lain. Atas dasar ini, maka dalam pendampingan mengandaikan telah ada kesadaran dari orang yang akan didampingi terkait pentingnya pendampingan bagi dirinya. Kesadaran dari dirinya yang perlu mendapatkan pendampingan dari orang lain yang mampu mendampingi dirinya. Namun perlu diperhatikan juga dari pihak pendamping untuk memperhatikan potensi-potensi yang telah dimiliki orang yang akan didampingi. Mengingat bahwa pendampingan diperlukan bagi siapa saja, maka pendampingan perlu disesuaikan dengan tingkat kedewasaan subyek yang didampingi, sehingga lebih efisien dan efektif (Mangunhardjana, 1986: 40–41) dan subyek yang didampingi itulah yang menjadi titik tolak peletakan dasar pendampingan. Pendampingan mengutamakan subyek yang didampingi karena: 1) Bertujuan membantu pemekaran kaum muda secara bertahap sehingga berkembang dan dapat mencapai kedewasaan yang utuh. 2) Titik tolak yang digunakan dalam pendampingan adalah keadaan, situasi, dan konteks hidup konkret subyek beserta masalahnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
3) Berpusat pada peserta pendampingan sedangkan pendamping sendiri berperan sebagai pelancar dalam proses pendampingan. 4) Memanfaatkan kelompok dan hal ini sesuai dengan harapan dan tuntutan kaum muda untuk membangun kebersamaan. 5) Tujuan final yang diinginkan adalah menjadi manusia cakap dalam status dan tanggung jawab terhadap kehidupannya di masa dewasa.
c. Tujuan Pendampingan Hakikat dari pendampingan adalah membantu dan mendorong seseorang, secara khusus kaum muda, dalam mengembangkan dirinya secara jelas dan terarah. Pendampingan memiliki tujuan untuk membantu mereka untuk memperoleh pengetahuan, informasi, kecakapan, sikap, perbuatan, dan perilaku hidup baik hidup pribadi maupun hidup bersama orang lain (Mangunhardjana, 1986: 26–28), sehingga nantinya mereka dapat memperoleh peran di tengah masyarakat. Mengacu dari rumusan tersebut, tujuan pendampingan meliputi semua aspek pribadi manusia, sehingga hasil dari pendampingan tersebut adalah sebuah pribadi yang utuh dan integral.
d. Ciri Khas Pendampingan Pendampingan yang dapat diartikan menemani, menyertai, atau dekat mengandung pengertian adanya dua subyek yang berelasi, namun didasarkan pada kesadaran akan persamaan kedudukan. Relasi timbal balik yang didasarkan pada persamaan derajat dan kedudukan tersebut secara khas mewarnai kegiatan pendampingan yang artinya subyek pendampingan bukan hanya menjadi obyek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
atau penerima pasif dalam pendampingan, melainkan subyek yang aktif mengembangkan dirinya atas dasar kebebasan. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari Mangunhardjana (1986: 21) yang mengatakan bahwa pendampingan merupakan usaha dua arah dari pendamping kepada subyek yang didampingi dan dari subyek yang didampingi kepada pendamping. Dengan adanya kekhasan tersebut pendampingan menampakkan adanya unsur yang sungguh manusiawi, di mana dalam pendampingan kebebasan dari masing-masing subyek sungguh dijunjung tinggi. Penghargaan tersebut tampak jelas dalam proses pendampingan, di mana pendamping tidak mengindoktrinasi subyek yang didampingi, demikian pula sebaliknya subyek yang didampingi tidak tergantung pada subyek pendamping atau menuntut pendamping di luar kemampuannya. Dengan kata lain, antar subyek pendamping dan yang didampingi
tetap
saling
menghormati
kebebasan
masing-masing
(Mangunhardjana, 1986: 44), serta mengikuti jalur-jalur relasi yang saling menguntungkan.
2. Pemahaman tentang Iman a. Pengertian Iman secara Umum Pada permulaan sejarah Allah telah mewahyukan diri-Nya kepada manusia pertama yang terus berlanjut dan berkembang seturut perkembangan sejarah manusia. Allah yang mewahyukan diri dalam alam, sejarah, dan hidup manusia menuntut suatu tindakan dari pihak manusia sebagai timbalan kebaikan Allah tersebut. Tindakan manusia dalam menanggapi kebaikan Allah diwujudkan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
kepercayaan akan kebenaran wahyu tersebut, atau sering disebut iman. Di mana perbuatan atau tindakan tersebut keluar dari dirinya sebagai keseluruhan, karena beriman berarti mengadakan relasi pribadi dengan Allah. Manusia berelasi dengan Allah bukan hanya sebatas menerima kebenarannya (Huijbers, 1985: 76–77), akan tetapi menyerahkan diri kepada Allah secara total atau utuh. Jika manusia sampai pada percaya, ia mengikuti suatu rahmat Allah yang membawa ke arah Allah sendiri. Kepercayaan tersebut menyangkut perasaan yang membawa pula pengertian akan Allah yang diakui kehadiran-Nya. Dengan demikian muncul kesadaran dari pihak manusia bahwa Allah adalah “kebaikan”. Atas dasar pengertian tersebut, manusia percaya bahwa tidak mungkin bisa mencapai Allah dengan menguasainya, melainkan dengan menyerahkan diri seutuhnya pada Allah (KWI, 1996: 127–128).
b. Pengertian Iman Kristiani Iman merupakan jawaban manusia terhadap wahyu Allah, dalam iman Kristiani secara khusus dihayati lewat misteri pewahyuan Allah dalam pribadi Yesus Kristus, maka dalam agama Kristiani diakui bahwa: 1) Iman sebagai jawaban manusia terhadap wahyu Allah Allah mewahyukan diri-Nya kepada manusia secara historis seturut dengan perkembangan kehidupan manusia melalui perantaraan para nabi (DV, art. 2). Setelah berulang kali gagal, akhirnya Allah mengutus PuteraNya. Lewat wahyu yang menyejarah, Allah menepati janji-Nya dan menawarkan keselamatan bagi manusia. Allah menuntut suatu tindakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
dan usaha dari manusia sebagai wujud jawaban atas tawaran keselamatan dari Allah. Jawaban manusia tersebut diwujudkan melalui kepercayaannya terhadap kebenaran wahyu Allah dalam diri Yesus Kristus. 2) Iman sebagai penyerahan diri manusia kepada Allah Kebaikan terbesar yang dikerjakan Allah terwujud dalam “Pribadi Yesus Kristus” sebagai pemenuhan pewahyuan. Wahyu yang mempribadi dalam diri Yesus tersebut menjadi perantara persatuan manusia dengan Allah. Yesus mengajarkan kepada kita untuk selalu berserah diri kepada Allah. Oleh karena itu manusia wajib menyatakan ketaatan iman dalam wujud penyerahan diri seutuhnya kepada Allah (DV, art. 4). Pada akhirnya segala tindakan dan perilaku yang diperbuat oleh manusia bertitik tolak serta berarah pada kehendak Allah. 3) Yesus Kristus Pusat Iman Kristiani Sabda Allah yang telah disampaikan oleh para nabi tidak seutuhnya berhasil. Kemudian Allah mengutus Putera Tunggal-Nya untuk tinggal bersama manusia secara penuh guna menyampaikan kehendak Bapa. Yesus Kristus Putera Tunggal Allah menyatu dalam kodrat manusia sebagai
penggenapan
karya
penyelamatan
Allah.
Yesus
sebagai
penggenapan janji Allah menjadi pusat dan puncak dari karya penyelamatan Allah bagi manusia (GS, art. 22 dan DV, art. 2). Yesus dalam melaksanakan penggenapan janji Allah kepada manusia tersebut diwujudkan melalui seluruh hidup-Nya, baik melalui sabda dan karya, bahkan sampai wafat di kayu salib sampai kebangkitan-Nya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37 3. Pemahaman tentang Anak Usia 5 – 13 Tahun a. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat urat syaraf dan otak yang terkoordinasi (Hurlock, 1978: 150). Perkembangan motorik pada anak usia 5 – 13 ini tampak pada keterampilan-keterampilan tertentu yang digunakan sebagai sarana untuk memperoleh pengakuan sosial. Keterampilan-keterampilan tersebut di antaranya: keterampilan berbicara, keterampilan menolong diri sendiri dan orang lain, keterampilan sekolah, dan keterampilan bermain. Keterampilan berbicara menjadi hal yang penting pada usia tahap ini. Hal ini berguna untuk mengutarakan keinginannya terhadap sesuatu. Ciri yang menonjol dari kemampuan berbicara pada usia ini adalah senangnya anak menggunakan kata-kata tidak lazim atau pantangan dan kata-kata rahasia untuk menarik perhatian, senang bercerita, dan dapat mencapai prestasi akademik (Hurlock, 1978: 176–180). Keterampilan lain yang dituntut pada tahap usia sekolah ini adalah keterampilan menolong diri sendiri, seperti: makan, mandi, berdandan, dan keperluan lainnya (Hurlock, 1978: 163). Ketika anak memasuki dunia sekolah dan kelompok teman sebaya, mereka dituntut mandiri dan bertanggungjawab demi memperoleh pengakuan secara sosial dan peran dalam kelompoknya. Dunia sekolah dan kelompok teman sebaya juga menjadi peluang sebagai tempat untuk memiliki keterampilan memberikan pertolongan kepada orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Keterampilan sekolah merupakan keterampilan yang diperlukan anak untuk dapat mengikuti segala kegiatan baik akademik maupun non akademik (Hurlock, 1978: 163), yang berpuncak pada kemampuan anak mencapai prestasi di sekolah. Anak pada usia ini memang telah mencapai kematangan untuk sekolah. Hal ini tampak dengan pesatnya perkembangan pikiran atau intelegensi anak. Keterampilan terakhir yang dituntut pula dari anak pada usia tahap ini adalah keterampilan bermain. Pada usia tahap ini anak mulai masuk ke dalam kelompok teman sebaya, yang secara sosial terwujud dalam kelompok bermain. Dalam kelompok bermain anak dituntut siap secara fisik dan mental untuk terlibat di dalam permainan kelompok (Hurlock, 1978: 163, 322). Oleh karena itu anak dituntut pula untuk menguasai permainan-permainan beserta peraturan sesuai dengan kesepakatan dalam kelompok.
b. Perkembangan Emosi Emosi merupakan unsur dasar yang dimiliki oleh setiap manusia, sehingga manusia memiliki motivasi untuk berbuat sesuatu. Emosi sudah melekat pada pribadi seseorang dari mulai lahir sampai dengan meninggal. Semakin bertambahnya usia semakin tampak pula variasi ekspresi yang berbeda-beda dari emosi (Hurlock, 1978: 210–212). Emosi anak pada usia 5 – 13 tahun membantu untuk menghayati hidupnya dan sebagai sarana untuk mengungkapkan perasaan, penyesuaian pribadi dan sosial. Beberapa unsur emosi yang tampak lewat perasaan-perasaan yang muncul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
dalam diri anak. Perasaan-perasaan tersebut di antaranya adalah perasaan takut, marah, cemburu, iri, dukacita, keingintahuan, gembira, dan kasih sayang. Perasaan takut adalah salah satu unsur emosi yang menonjol pada anak usia ini. Perasaan takut pada anak dapat dipengaruhi oleh daya fantasi dan sosialitas anak itu sendiri. Daya fantasi selain memperkembangkan diri anak juga dapat menghanyutkan pada khayalan yang menimbulkan rasa takut akibat cerita mistis yang telah mereka baca. Perasaan takut ini disebut rasa takut fantastis (Hurlock, 1978: 215–217), karena rasa takut tersebut berasal dari fantasi anak. Rasa takut anak dipengaruhi juga oleh perkembangan sosialitasnya. Pengalaman berelasi dengan orang lain dapat menimbulkan rasa canggung, rasa khawatir, rasa cemas, dan rasa malu. Perasaan marah dapat menjadi sarana yang efektif bagi anak untuk memperoleh keinginannya. Seringkali anak mendapat penolakan ataupun penerimaan yang negatif dalam mencari perhatian dan pengakuan sosial. Sebagai protes dari diri anak akan penolakan tersebut muncullah berbagai ekspresi rasa marah, seperti: memukul, menangis, dan menarik, bahkan bisa sampai mengasingkan diri. Perasaan cemburu muncul akibat dari ketakutan kehilangan rasa kasih sayang. Hal ini muncul karena berubahnya sikap orangtua terhadap mereka. Orangtua mulai membiarkan mereka lepas dari rasa tergantung, namun hal tersebut sering diartikan sebagai pilih kasih dan tidak sayang lagi. Perasaan iri ini muncul saat anak merasa keinginannya dalam pemilikan sesuatu tidak tercapai. Perasaan ini kadang disertai dengan suatu ketamakan. Anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
usia ini menginginkan pemilikan sesuatu lebih banyak dari anak yang lain, sehingga muncul sikap memusuhi pada pihak lain. Perasaan dukacita pada anak usia ini lebih disebabkan karena suatu trauma psikis. Anak merasa berduka akibat kehilangan sesuatu yang dicintainya. Namun perasaan semacam ini biasanya tidak terjadi begitu lama. Hal ini disebabkan karena ingatan anak akan sesuatu tidak bertahan lama. Perasaan ingin tahu pada anak usia ini tampak dari banyaknya pertanyaanpertanyaan yang sering mereka ajukan. Sesuatu yang baru, aneh, dan hebat juga menjadi hal yang membuat anak menjadi penasaran. Penasaran ini menjadi sumber dari rasa ingin tahu dalam diri anak. Keingintahuan anak ini menjadi suatu hal yang positif bagi perkembangan intelektualitasnya, karena mereka menjadi lebih kritis dan kreatif. Perasaan gembira merupakan unsur terbesar dalam emosi anak. Hal ini tampak dari mudahnya mereka beralih dari situasi duka ke suka. Anak dapat beralih dari situasi duka menjadi suka tanpa terbebani rasa bersalah sedikit pun. Demikian terjadi karena dunia anak adalah dunia yang penuh dengan kegembiraan. Ditambah lagi dengan adanya pertemuan dan permainan kelompok bersama teman sebayanya yang semakin membawa mereka sampai pada puncak kegembiraan. Perasaan kasih sayang yang kita berikan pada anak dapat menjadi penawar perasaan takut, cemburu, dan dukacita. Selain itu dapat juga membangun rasa emosi yang positif pada anak, seperti: rasa aman, rasa gembira, rasa tenang, rasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
damai, dan keberanian. Ketika anak semakin merasa disayang maka mereka juga memberikan respon dengan kasih sayang dan tingkah laku yang positif.
c. Perkembangan Sosialitas Perkembangan sosialitas dan kepribadian anak usia 5 – 13 tahun ditandai dengan meluasnya lingkungan sosial mereka. Mereka mulai keluar dari rumah dan bertemu dengan teman-teman sebayanya. Teman sebaya ini menjadi titik tolak mengenal diri sendiri serta berperan dalam perkembangan pribadinya. Perkembangan kepribadian dan sosialitas mereka yang semula berlingkup dalam keluarga kini mulai meluas ke lingkungan teman sebaya, baik dalam lingkup sekolah maupun teman bermain. Lingkungan sosial di sekolah menjadi pelengkap serta perluasan pendidikan dalam keluarga. Sekolah menjadi tempat pengembangan potensipotensi anak, sehingga dapat menyesuaikan diri serta mencapai kemandirian diri (Hurlock, 1978: 252–258). Kemandirian anak yang tumbuh berkat pengetahuan yang mereka dapatkan di dalam kelas maupun ketika mereka sedang berinteraksi dengan teman-temannya. Dalam bermain permainan kelompok mereka mulai menerapkan kriteria baru dalam pemilihan teman bermain mulai dari jenis kelamin, ciri fisik, sampai kematangan psikologis. Oleh sebab itu pada tahap usia ini anak cenderung membentuk “gang” (Hurlock, 1978: 264–267), yang tujuannya untuk memperoleh pengakuan sosial dan harga diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
d. Perkembangan Moralitas Perkembangan moralitas anak pada usia 5 – 13 tahun dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal di sini adalah diri anak itu sendiri yang mengalami masa transisi. Sementara itu yang dimaksud faktor eksternal adalah keluarga dan lingkungan tempat tinggal anak yang turut serta berpengaruh pada perkembangan moral anak. Perkembangan moralitas anak pada usia ini mengalami masa transisi dari moralitas kosong menuju moralitas yang berdasar. Moralitas kosong merupakan suatu tindakan moral tanpa tahu alasan yang mendasari tindakannya serta lebih bersifat egosentris. Sifat egosentris ini tampak dari tujuan mereka mematuhi nilainilai moral untuk menghindari hukuman atau karena ia ingin mendapat pujian dan hadiah (Hurlock, 1978: 80). Moralitas kosong terjadi pada anak tahap usia sebelumnya. Sementara itu, pada anak usia ini mulai memahami adanya nilai-nilai tertentu yang mendasari suatu tindakan. Selain itu mereka mulai pula memahami kegunaan peraturan serta konsekuensi-konsekuensi bagi pelanggaran nilai tersebut. Meskipun anak pada usia ini sudah mempunyai dasar dari setiap tindakan yang dilakukannya, mereka masih sulit diharapkan untuk bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai moral yang berlaku di tengah masyarakat. Pernyataan ini menegaskan bahwa aspek moral anak berkembang dan diperkembangkan juga oleh orang lain dan lingkungan di mana mereka tinggal. Pada kenyataannya penghayatan nilai moral keluarga ataupun lingkungan di mana anak tinggal sangat berpengaruh pada perkembangan moral anak (Hurlock, 1978: 74).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
e. Perkembangan Religiositas Perkembangan religiositas pada anak usia 5 – 13 tahun dapat diamati melalui tahap perkembangan psikologisnya. Karena kehidupan agama pada masa kanak-kanak
membawa
pula
ciri
perkembangan
kognitif,
afektif,
dan
psikomotorik (Hurlock, 1978: 78–82). Hal ini dapat kita lihat dari ciri-ciri agama pada anak yang berorientasi egosentris, kekonkretan antropoformis, serta eksperimentasi, inisiatif, dan spontanitas. Ciri pertama agama masa kanak-kanak adalah “orientasi egosentris” (Hurlock, 1978: 132–133). Ciri ini tampak dari arah dan fokusnya adalah dirinya sendiri. Hidup keagamaan anak pun mengarah pada terpenuhinya segala kebutuhannya. Hal ini tampak dari kesediaan anak untuk menghafal doa yang diajarkan agar memperoleh pujian atau hadiah. Ciri kedua agama masa kanak-kanak adalah “kekonkretan antropoformis” (Hurlock, 1978: 133–134). Ciri ini bertitik tolak dari pengalaman hidup konkret anak dalam berelasi dengan orang lain, terutama orangtuanya. Mereka menghayati Allah sebagai manusia seperti ayah atau kakeknya. Allah yang sungguh manusia yang mempunyai kepala, badan, tangan, dan kaki. Allah yang dapat marah ataupun penuh dengan kebaikan. Oleh sebab itu tokoh ayah atau kakek sangat mempengaruhi gambaran Allah dalam diri anak. Ciri ketiga agama masa kanak-kanak adalah “eksperimentasi, inisiatif, dan spontanitas” (Hurlock, 1978: 134–135). Ciri ini muncul saat sosialisasi anak mulai berkembang dengan teman sebayanya. Perasaan ingin tahu pada anak usia ini menjadikan mereka melakukan percobaan-percobaan yang muncul secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
spontan. Inisiatif melakukan percobaan tersebut memberikan pemahaman kepada anak tentang gambaran Allah atau pun ajaran-ajaran religius yang telah ia terima.
4. Pemahaman Tentang Pendampingan Iman Anak a. Pengertian Pendampingan Iman Anak Gereja dalam rangka membangun dan memperkembangkan dirinya berusaha untuk memperdalam hidup beriman anggota-anggotanya melalui berbagai cara. Untuk itulah Gereja mendampingi anggota-anggotanya secara khusus sesuai dengan kebutuhan dan taraf perkembangan manusiawinya (Pankat KAS, 1993: 26). Salah satu bentuk pendampingan tersebut adalah Pendampingan Iman Anak. Pendampingan Iman Anak ini merupakan wadah yang telah diupayakan oleh Gereja untuk membimbing dan mengembangkan hidup beriman anak. Pendampingan Iman Anak memiliki sasaran atau subyek yang didampingi adalah anak usia 5 – 13 tahun. Pendampingan ini diutamakan bagi anak-anak Katolik yang sudah dibaptis. Hal ini menjadi utama karena mereka sudah masuk dalam bagian Gereja. Oleh sebab itulah mereka perlu dan sepantasnya mendapatkan pendampingan dari Gereja. Para pendamping dalam Pendampingan Iman Anak hanya berperan sebagai penolong dari orangtua. Orangtua dari anak itulah yang tetap menjadi penanggungjawab akan anak tersebut. Selain sebagai penanggungjawab, orangtua juga pada dasarnya yang menjadi pendidik yang utama dan pertama. Dengan demikian perlu diusahakan relasi yang saling melengkapi antara pendamping Pendampingan Iman Anak dengan para orangtua. Akhirnya, Pendampingan Iman Anak sungguh berdampak bagi anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Pendampingan Iman Anak diupayakan oleh Gereja untuk mendampingi anak-anak
dalam
mengembangkan
imannya.
Oleh
karena
itu
dalam
Pendampingan Iman Anak pasti terdiri dari anak-anak yang beriman Katolik. Dalam Pendampingan Iman Anak semuanya dikemas menarik yang didasari pada nilai-nilai Kristiani. Pendampingan Iman Anak juga merupakan kegiatan yang dapat menolong para orangtua dalam pengembangan iman anak mereka. Berbeda dengan Pendampingan Iman Anak, playgroup diadakan tidak semata-mata untuk mengembangkan dari sisi iman. Oleh karena itu peserta dalam playgroup juga tidak seiman. Playgroup yang dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai Kelompok Bermain dipercaya dapat memberikan stimulasi yang baik untuk mengembangkan intelegensi, kemampuan sosial, dan kematangan motorik anak.
b. Sejarah Pendampingan Iman Anak Pendampingan Iman Anak dalam Gereja Katolik berawal dari keprihatinan Gereja terhadap hidup anak dan kaum remaja di zaman ini. Keprihatinan tersebut tercetus dalam Konsili Vatikan II pada tahun 1962–1965. Konsili Vatikan II tersebut menghasilkan salah satu dokumen yang berisi tentang pendidikan Kristen (Gravissimum Educationis). Dalam dokumen tersebut tersirat keprihatinan Gereja terhadap perkembangan anak dan kaum remaja yang berbunyi: ... maka dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan, psikologi, pedagogi, dan didaktik perlulah anak dan kaum remaja dibantu untuk menumbuhkan secara selaras-serasi bakat-pembawaan fisik, moral, dan intelektual mereka dengan demikian mereka setapak demi setapak akan mencapai kesadaran bertanggungjawab yang kian penuh, dan kesadaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
itu akan tampil dalam usaha terus menerus untuk dengan seksama mengembangkan hidup mereka sendiri ... (GE, art. 1) Dokumen tersebut memberikan gambaran yang jelas tentang keprihatinan Gereja akan hidup anak dan remaja dalam zaman yang terus berubah. Gereja perlu mengusahakan untuk dapat mengembangkan hidup para anak dan kaum remaja. Keprihatinan Gereja tersebut terus berlanjut sampai pada tahun 1977. Dalam tahun tersebut diselenggarakanlah Sinode para Uskup sedunia. Masih pada pokok keprihatinan yang sama, sinode ini secara tegas menekankan perlunya pendidikan beriman untuk anak dan kaum muda melalui katekese (Hardawiryana, 1978: 5). Untuk menjawab keprihatinan tersebut Gereja Katolik mencoba mengikuti jejak langkah Gereja Kristen. Gereja Katolik membentuk sebuah wadah untuk mendampingi anak-anak dan kaum remaja. Pendampingan untuk anak dan remaja yang dibentuk oleh Gereja ini kemudian dikenal dengan sebutan “Pendampingan Iman Anak” (DCG, art. 80) yang disesuaikan dengan keadaan setempat dan kebutuhan rohani anak.
c. Dasar Pendampingan Iman Anak Pendampingan Iman Anak merupakan suatu usaha untuk memekarkan iman anak, yang pada dasarnya merupakan tanggung jawab orangtua selaku pendidik utama dan pertama. Melihat kehidupan kaum muda dan anak-anak yang memprihatinkan Gereja membentuk kelompok untuk memberikan Pendampingan Iman Anak, sehingga iman dalam diri anak semakin menuju ke kesempurnaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Pendampingan Iman Anak sendiri terlaksana dengan didasarkan pada beberapa perintah dan keprihatinan Gereja maupun Kristus sendiri. Dasar-dasar tersebut antara lain: 1) Dasar Biblis Pendampingan Iman Anak dalam kelompok pendampingannya merupakan perwujudan dan pelaksanaan kehendak Kristus sendiri yang telah dituliskan penginjil dalam Alkitab. Antara lain seperti kita temukan dalam Yoh. 21:15–16, yang berbunyi: “Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih daripada mereka ini?” Jawab Petrus kepada-Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku”...” Teks tersebut menyiratkan suatu perintah yang diberikan Yesus kepada Petrus untuk menggembalakan umat beriman agar tetap setia kepada Kristus Sang Mesias. Tugas penggembalaan Petrus kemudian dilanjutkan oleh Paus. Salah satu tugas penggembalaan adalah katekese, yaitu pewartaan Kabar Gembira bagi semua orang agar mendapatkan keselamatan. Pewartaan Kabar Gembira bagi semua orang, secara khusus bagi anak-anak, mendapat perhatian dari Gereja. Hal tersebut sesuai dengan kehendak Kristus sendiri yang tertulis dalam Mat. 19:14 yang berbunyi: “Tetapi Yesus berkata: “Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Surga.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Yesus sendiri menempatkan anak-anak secara istimewa dalam karya-Nya, bahkan mengangkat mereka sebagai yang empunya Kerajaan Surga. Bertitik tolak dari kehendak Yesus tersebut, Gereja menempatkan anakanak secara istimewa dalam karya pastoralnya. Hal ini menjadi semakin istimewa terlebih dalam situasi zaman yang selalu berubah. Ini dimaksudkan supaya mereka tetap setia dalam iman dan siap menghadapai kehidupan di masa sekarang dan yang akan datang. 2) Dasar Teologis Secara dogmatis iman Kristiani mengakui bahwa beriman pada hakikatnya merupakan relasi pribadi dengan Allah yang didasarkan pada kebebasan. Relasi pribadi tersebut merupakan tanggapan manusia terhadap Wahyu Allah yang secara historis dilaksanakan oleh Allah. Karya pewahyuan Allah ini berpuncak pada “Pribadi Yesus” (DV, art. 4). Unsur kebebasan dalam hidup beriman tersebut mendasari pula kegiatan Pendampingan Iman Anak. Dalam pendampingan ini seorang pendamping berperan sebagai
pembantu,
pemudah,
dan
pendorong
bagi
anak
untuk
memperkembangkan iman yang ada dalam dirinya. Pelaksanaan Pendampingan Iman Anak dalam Gereja Katolik merupakan tanggung jawab Gereja. Gereja sendiri dalam iman Kristiani secara dogmatis diakui sebagai Tubuh Mistik Kristus. Kristus hadir berinkarnasi ke dalam dunia manusia untuk menebus dan menyelamatkan manusia, sehingga manusia terlahir kembali dalam Roh dan bersatu dengan Bapa. Atas dasar tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Pendampingan Iman Anak mengajak anak untuk hidup menyatu dan terlibat dalam Gereja. 3) Dasar Dokumen Gereja Pendampingan Iman Anak sebagai salah satu cara Gereja mengembangkan iman anak, merupakan perwujudan dan jawaban akan keprihatinan Gereja terhadap kehidupan beriman anak-anak di zaman ini. Dalam dokumendokumennya Gereja menegaskan akan pentingnya pendampingan iman bagi anak, hal tersebuut kita temukan dalam: a) Dokumen Konsili Vatikan II Konsili Vatikan II mengungkapkan keprihatinan Gereja terhadap kehidupan beriman anak-anak dan kaum muda untuk mengantisipasi dampak zaman yang selalu berubah, sehingga mereka dapat belajar menghargai dengan suara hati yang lurus nilai moral, nilai sosial, nilai religius (GE, art. 1), dan dengan tulus menghayatinya dan semakin sempurna mengasihi Allah. Dokumen Konsili Vatikan II yang mengungkapkan keprihatinan ini adalah Gravissimum Educationis. Dokumen
ini
berisi
himbauan
Gereja
kepada
mereka
yang
bertangungjawab terhadap pendidikan anak-anak dan kaum muda untuk mengusahakan dengan berbagai cara dan sarana mendampingi anak-anak dan kaum muda. b) Pedoman Umum Katekese Gereja kembali menegaskan akan pentingnya pendampingan iman bagi anak-anak melalui pedoman umum katekese hasil Kongres Suci para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Klerus. Penegasan tersebut secara jelas tertuang dalam bagian kelima, yaitu pentingnya “katekese yang sesuai dengan tingkatan umur”. Katekese untuk anak hendaknya menyesuaikan dengan tuntutan dan tingkat perkembangan anak tersebut (DCG, art. 79). Katekese hendaknya dapat menjawab tuntutan anak yang mulai memasuki hidup bermasyarakat. Selain itu katekese juga perlu disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak, sehingga anak berkembang secara seimbang. c) Dokumen Sinode Para Uskup Pentingnya katekese bagi anak-anak kembali digarisbahawi dalam Sinode Para Uskup tahun 1977 di Roma. Katekese zaman sekarang menjadi tema sinode para uskup tahun 1977 dengan perhatian khusus terhadap katekese untuk anak-anak dan kaum muda. Paus secara nyata dan
tegas
mengajak
kaum
beriman
untuk
melihat
semakin
bertambahnya kaum muda dan anak-anak dalam tubuh Gereja. Peranan keluarga yang menjadi tempat untuk penyemaian iman mulai tergeser oleh kelompok teman sebaya. Hal ini karena anak yang haus akan pengalaman hidup bersama. Peluang inilah yang dapat digunakan untuk membawa mereka dalam kelompok katekese dan hidup menggereja, sehingga mereka sungguh dapat menjawab harapan Gereja bagi masa depan dan pembaharu Gereja secara terus-menerus (Hardawiryana, 1978: 53–56).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
4) Dasar Psikologis Masa kanak-kanak adalah masa membangun pondasi bagi hidup dan pribadi anak. Sayangnya kemampuan dan kemandirian anak belum ada, maka di sinilah diperlukannya seorang yang telah dewasa untuk mendampingi mereka. Pendamping inilah yang dapat membantu dalam mengembangkan pendamping
diri
dan
dituntut
mencapai
memiliki
kedewasaan
kesabaran
serta
anak.
Seorang
melaksanakan
pendampingan yang berciri kasih, sehingga anak secara sukarela mau mengakui dan menerima kewibawaannya sebagai pendamping (Hurlock, 1978: 25). Dengan demikian anak yakin akan nilai yang ditawarkan serta diteladankan pendamping.
d. Tujuan Pendampingan Iman Anak Pendampingan Iman Anak menjadi suatu kegiatan baru dalam Gereja Katolik sebagai realisasi katekese untuk anak, karena dalam Pendampingan Iman Anak ini ditumbuhkan pengertian tentang misteri Kristus dalam cahaya firman Allah (CT, art. 20), agar imannya meresapi seluruh kepribadiannya, dan terus berkembang sampai pada kepenuhan Kristus. Pendampingan Iman Anak pada kenyataannya merupakan upaya untuk membantu orangtua Kristiani dalam memekarkan iman anak, maka tujuan Pendampingan Iman Anak (CT, art. 20) adalah “menyiapkan lingkungan atau iklim untuk membimbing anak-anak yang sedang berkembang menuju remaja dalam iman dan kepribadian mereka”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Gereja dalam karya Pastoralnya menempatkan Pendampingan Iman Anak sebagai salah satu sarana membina dan mendampingi anak supaya dapat beriman yang hidup dan terlibat. Tujuan tersebut dapat diperinci sebagai berikut (Setyakarjana, 1997: 53–62). 1) Mengembangkan iklim yang baik bagi anak yang sedang berkembang menuju masa remaja Secara psikologis, anak usia 5 – 13 tahun dalam perkembangan pribadinya membutuhkan
suatu
iklim
yang
baik
dan
tersiapkan
sehingga
mempermudah anak untuk memperkembangkan diri dan pribadinya. Iklim yang baik tersebut membuat Pendampingan Iman Anak menjadi menggembirakan dan menguatkan persaudaraan berdasarkan iman Kristiani bagi anak. Tersedianya iklim yang tersiapkan akan menarik minat serta membuat anak menjadi kerasan berada di dalamnya. 2) Memungkinkan mekarnya benih iman yang sedang tumbuh di dalam pribadi anak Secara psikologis, anak usia 5 – 13 tahun belum memiliki kehendak dan kemauan yang kuat sehingga dalam hidup beriman pun mereka masih tergantung pada pendidik, baik itu orangtua maupun katekis. Oleh karenanya perlu adanya kerja sama dari kedua pihak tersebut selaku pendidik sehingga tercipta Pendampingan Iman Anak yang terkoordinir. Hal ini memungkinkan bagi anak untuk mengomunikasikan pengalaman dan imannya sehingga memekarkan imannya menuju ke kesempurnaan. 3) Meningkatkan dan memperdalam pemahaman agama Kristiani ke arah penghayatan iman yang nyata sesuai dengan jiwa anak dengan mengacu pada sikap dan pribadi Yesus Kristus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53 Dari segi kognitif, anak usia 5 – 13 tahun sedang mengalami perkembangan daya fantasi yang pesat terlebih ketika membaca cerita dan dongeng. Lewat cerita dan dongeng tersebut mereka mencari seorang tokoh ideal yang mewujudkan pembela kebenaran (heroik). Bertitik tolak dari hal itu dalam Pendampingan Iman Anak dapat ditawarkan cerita dari Kitab Suci yang menampilkan Yesus sebagai seorang tokoh pembela kebenaran yang sungguh hebat. Pada akhirnya anak termotivasi untuk mengenal Yesus lebih dekat dan menemukan Yesus sebagai tokoh heroik yang pantas diteladan. 4) Menghidupkan penghayatan iman anak melalui komunikasi iman dengan orang lain melalui teman-temannya dan di dalam peristiwa-peristiwa yang dijumpainya Pendampingan Iman Anak yang menjadi salah satu sarana Gereja mengembangkan iman anak. Selain menjawab kebutuhan anak akan sosialisasinya
juga
menjadi
sarana
mengajak
anak
membangun
persaudaraan Kristiani. Dengan terbangunnya persaudaraan tersebut anak dapat saling mengomunikasikan pengalaman mereka sehari-hari. Dengan bantuan pendamping pengalaman tersebut kemudian dihayati sebagai pengalaman iman karena mereka dapat menemukan dan menyadari kasih Allah melalui kehidupan sehari-hari. 5) Meningkatkan dan memperdalam pemahaman anak tentang ibadat ke arah penghayatan yang menyentuh hati Pendampingan Iman Anak dapat dijadikan kesempatan untuk membantu anak dalam menghayati pentingnya ibadat dalam Gereja Katolik. Ibadat merupakan kegiatan iman yang dipersatukan oleh Kristus. Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran dalam diri anak bahwa dalam ibadat
tersebut
Yesus
hadir
di
tengah-tengah
mereka
untuk
mempersatukan. Selain itu anak dapat diajak pula memahami bahwa dalam ibadat tersebut umat Kristiani mempersembahkan hidupnya kepada Allah. 6) Membantu persiapan anak untuk penerimaan komuni pertama Pada tahap usia 5 – 13 tahun perkembangan ingatan anak menjadi meningkat. Berkaitan dengan kehidupan beriman, anak telah pula siap untuk menerima pengetahuan dan pemahaman yang sederhana tentang sakramen, terutama Sakramen Ekaristi. Dalam Pendampingan Iman Anak dapat pula membantu anak untuk mempersiapkan diri menerima sakramen komuni pertama. Usaha yang dapat dilakukan yaitu membimbing anak memahami arti persatuan dengan Kristus lewat Sakramen Ekaristi, yang harus didahului dengan pertobatan. 7) Membangun rasa persaudaraan, kerja sama, saling menolong, saling menghargai, dan sikap kritis dalam menanggapi sesuatu Pendampingan Iman Anak hendaknya mengusahakan iklim yang memacu kreativitas dan aktivitas anak lewat berbagai kegiatan dan permainan. Lewat kegiatan inilah anak diajak untuk membangun suatu rasa persaudaraan yang berdasarkan kasih, kerja sama, saling menolong, dan saling menghargai. Iklim yang dapat mendorong anak untuk kreatif dan aktif juga dapat meningkatkan sikap kritis pada diri anak dalam menanggapi sesuatu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
8) Meningkatkan bakat, menumbuhkan harga diri yang wajar dan sehat Berbagai kegiatan dan permainan dalam Pendampingan Iman Anak dapat diarahkan pada pembentukan harga diri yang sehat. Melalui kegiatan tersebut pula anak diarahkan pada pemahaman akan kesamaan kedudukan dari setiap manusia. Setiap manusia memiliki bakat-bakat khusus yang berbeda satu dengan yang lainnya. Hal inilah yang menjadi keunikan pribadi yang harus dihargai dari setiap pribadi. 9) Menumbuhkan kesadaran penderitaan orang lain
dan
meningkatkan
kepedulian
terhadap
Meningkatnya sosialitas pada anak usia 5 – 13 tahun mendorong mereka untuk memperhatikan orang lain di sekitarnya. Hal tersebut menjadi peluang baik untuk membangun sikap manusiawi anak. Terbentuknya pondasi kemanusiaan yang baik pada anak dapat meningkatkan kepekaan sosial. Kepekaan sosial muncul dalam diri anak dapat mendorongnya untuk membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan tanpa harus membeda-bedakan status, ras, dan agama, serta golongan, ataupun kedudukan. 10) Menumbuhkan keterlibatan di dalam menciptakan suasana yang baik bagi semua orang Melalui hidup dalam persekutuan dan persaudaraan di dalam kelompok Pendampingan Iman Anak, anak diajak untuk menghargai orang lain. Menghargai orang lain dapat berdampak pula pada anak untuk selalu menciptakan suasana yang menggembirakan. Dengan demikian anak dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
membuat orang lain merasa diterima dan kerasan tinggal bersama semua orang. 11) Memupuk sikap gembira dalam hidup Kegiatan Pendampingan Iman Anak perlu diusahakan untuk menjawab kebutuhan anak akan suatu kegembiraan. Hal ini menjadi penting karena perasaan gembira adalah unsur terbesar dalam emosi sebagai ungkapan dirinya. Dengan segala kegiatan yang menggembirakan tersebut terungkap dan terwujudlah kabar gembira yang disampaikan oleh pendamping, dan diharapkan mampu diterima dan mempribadi dalam diri masing-masing anak.
e. Ciri Pendampingan Iman Anak Kelompok Pendampingan Iman Anak menjadi wadah untuk memekarkan iman anak yang disesuaikan dengan perkembangan manusiawinya dan mudahmudahan menjadi sempurna. Sebagai pendampingan yang menjawab kebutuhan anak, maka Pendampingan Iman Anak memiliki ciri yang khas (Setyakarjana, 1997: 114–127), yaitu: 1) Gembira Pendampingan Iman Anak menjadi realisasi katekese bagi anak agar kabar gembira Kristus sampai kepada anak. Oleh karena itu pendampingan hendaknya selalu mengusahakan suasana gembira melalui berbagai kegiatan yang ada sehingga menarik, menyenangkan, dan menjadikan anak kerasan di dalamnya. Dengan demikian diharapkan warta gembira
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Kristus tersampaikan kepada anak dan hidup beriman mereka rasakan sebagai yang menggembirakan. 2) Bebas Kebebasan merupakan salah satu hak asasi manusia yang telah melekat pada kodratnya. Dalam hidup beriman pun kebebasan menjadi unsur dasar, maka orang memutuskan untuk menerima atau tidak tawaran Allah akan keselamatan atas kesadaran dan kebebasannya. Dalam Pendampingan Iman Anak suasana yang membebaskan dapat menghindarkan anak dari rasa takut, rasa waswas, gelisah, dan tertekan. 3) Bermain Dunia anak adalah “dunia bermain”, maka permainan menjadi salah satu kegiatan yang menyenangkan, menggembirakan, dan mendatangkan kepuasan bagi anak. Selain itu permainan dapat menjadi sarana yang efektif untuk meningkatkan kreativitas anak, mengembangkan potensi anak, serta menanamkan nilai-nilai moral dan religius pada anak. Permainan dapat menjadi sarana efektif dalam Pendampingan Iman Anak apabila setelah permainan selesai diadakan pendalaman atau refleksi dengan tuntunan dari pendamping. Pada akhirnya anak dapat menemukan nilai-nilai yang sesuai dengan nilai-nilai Injili melalui permainan. 4) Mendalam Suatu kegiatan dikatakan mendalam apabila kegiatan tersebut sampai menyentuh nurani dan hati seseorang. Kegiatan yang ada dalam Pendampingan Iman Anak pun bersifat mendalam, yang artinya segala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
kegiatan yang ada memiliki isi nilai Injili. Segala kegiatan dalam Pendampingan Iman Anak perlu disiapkan dengan baik sebagai jalan masuk nilai Injili dan nilai Kristiani. 5) Beriman Kelompok
Pendampingan
Iman
Anak
merupakan
sarana
untuk
mengembangkan iman Kristiani dalam diri anak. Oleh karena itu dalam kegiatan Pendampingan Iman Anak diusahakan selalu bercirikan iman Kristiani. Ciri khas Kristiani hendaklah selalu dimunculkan dan diusahakan sedikit demi sedikit. Ciri khas Kristiani yang dimulai dari memperkenalkan iman Kristiani sampai pada perkembangan hidup Kristiani anak. Hidup secara Kristiani berarti hidup dengan berpolakan pribadi Kristus. Pribadi Kristus beserta karya dan kehidupannya perlu diperkenalkan pada anak. Dengan demikian anak diharapkan dapat meneladan Yesus Kristus yang mereka wujudkan dalam hidup sehari-hari. 6) Menjemaat Kelompok Pendampingan Iman Anak dalam upaya mendampingi anak untuk mengembangkan dirinya terutama dalam hidup beriman hendaklah sungguh dapat mewakili Gereja. Dalam kelompok ini anak dapat belajar hidup bersama, berteman, saling memahami, bekerjasama, saling memaafkan, dan saling menghargai. Semua aspek itu diarahkan pada pembentukan iklim hidup menjemaat. Pengalaman ini membangun kebiasaan pada anak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan bertukar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
pengalaman. Pada akhirnya mereka merasakan bahwa dalam kebersamaan sungguh menyenangkan dan berguna untuk memperkembangkan dirinya.
f. Media Pendampingan Iman Anak Media adalah alat atau sarana, perantara atau penghubung. Dalam Pendampingan Iman Anak juga diperlukan media selama proses pendampingan. Media pendampingan merupakan alat atau sarana yang mendukung pendamping dalam menyampaikan informasi. Pewartaan yang dilakukan oleh Yesus juga menggunakan media dalam penyampaian ajarannya (Iswarahadi, 2013: 85). Seperti waktu Yesus
menceritakan perumpamaan seorang penabur, Ia
menggunakan media biji untuk memudahkan para pendengar menangkap makna di balik perumpamaan tersebut (Mat. 13: 1–23 ). Media bermanfaat dalam kelancaran proses pendampingan. Beberapa manfaat media dalam Pendampingan Iman Anak (Suhardiyanto, 2011: 30), antara lain: membantu guru dalam menyampaikan materi, menarik perhatian anak-anak, mengarahkan konsentrasi, membantu daya ingat anak-anak, mendukung kelancaran proses, berbicara lebih banyak dari pada sekedar ajaran kata-kata, dan mengurangi rasa canggung.
C. Minat Membaca Alkitab Minat merupakan ketertarikan dari dalam diri seseorang terhadap suatu objek yang berasal dari hati dan bukan karena adanya paksaan. Sebelum kita membicarakan minat membaca Alkitab ini lebih dalam, ada baiknya kita memulainya dari pembahasan mengenai pemahaman tentang minat, kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
pemahaman tentang faktor-faktor yang memengaruhi minat membaca, dilanjutkan dengan pemahaman tentang Alkitab dan barulah mengenali lebih dalam minat membaca Alkitab.
1. Pemahaman tentang Minat Minat dapat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap, untuk dapat merasa tertarik pada suatu bidang atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang untuk mempelajari materi itu (Winkel, 1989: 105). Minat pada dasarnya adalah penerimaan terhadap suatu hubungan antara diri sendiri dengan di luar dirinya secara sadar dan disengaja. Apabila hubungan tersebut semakin kuat atau semakin dekat, minat yang ditampilkannya juga semakin besar. Slameto (2014: 180) menjelaskan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Suatu minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa seseorang lebih menyukai suatu hal daripada yang lainnya, dapat juga dinyatakan melalui partisipasi aktif dalam suatu aktivitas. Dengan kata lain, seseorang dikatakan memiliki minat terhadap sesuatu, apabila ia mempunyai perasaan senang, perasaan tertarik dan penuh perhatian terhadap sesuatu hal tersebut. Suatu “minat” telah diterangkan sebagai “sesuatu dengan apa anak mengidentifikasikan keberadaan pribadinya” (Hurlock, 1978: 114–118). Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat sesuatu akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
menguntungkan, mereka merasa berminat. Ini kemudian mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan berkurang, minat pun berkurang. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa minat merupakan ketertarikan dari dalam diri seseorang terhadap suatu objek yang berasal dari hati dan bukan karena adanya paksaan dari pihak luar. Hal ini menunjukkan bahwa minat yang dimiliki oleh seseorang merupakan hasil dari proses pemikiran, emosi, serta pembelajaran, sehingga menimbulkan suatu keinginan untuk mendalami objek atau melakukan kegiatan tertentu.
2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Minat Membaca Alkitab a. Media Penggunaan media dalam pendampingan dapat membuat anak menjadi tertarik untuk membaca. Dengan kata lain, media sebagai pengundang daya tarik anak untuk membaca. Dalam hal ini Mueller, (2005: 8) mengatakan: Interaksi dengan orang lain sangat penting untuk memaksimalkan manfaat tulisan di sekitar kita sebagai alat pengembangan kemampuan baca-tulis. Interaksi ini dapat dimulai dengan penggunaan petunjuk-petunjuk kontekstual secara bertahap (gambar, tokoh kartun, warna, bentuk bidang, foto, dan seterusnya) hingga ke huruf dan kata tertulis itu sendiri. Pendamping dapat mengembangkan penggunaan tulisan sebagai alat pengajaran dalam konteks, latar belakang, dan penggunaan yang bervariasi. Dari pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa media dalam pendampingan sangat mudah didapatkan. Hal yang terpenting ialah melalui media ini anak menjadi tertarik dengan media tersebut dan berminat untuk membaca Alkitab. Dengan adanya media anak semakin dipermudah dalam menangkap makna yang tertulis pada Alkitab.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
b. Lingkungan Anak mempunyai kecenderungan untuk memerhatikan orang-orang yang ada di sekitarnya. Lingkungan pertama yang ada di sekitar anak dimulai dari dalam keluarga itu sendiri, kemudian meluas sampai ke lingkungan masyarakat. Keluarga adalah penyemaian pendidikan paling awal dan paling mendasar (Harjanto, 2011:70). Oleh karena itu, menumbuhkan minat membaca pada anak harus dilakukan sedini mungkin mulai dari level keluarga. Apabila keluarga tersebut dekat dengan Alkitab, pasti anak juga anak dekat dengan Alkitab. Anak mencintai, membuka, dan membaca Alkitab. Orangtua yang selalu membaca Alkitab mendorong anak untuk mengikuti dan memiliki minat membaca Alkitab.
c. Buku Bacaan Buku bacaan yang sedang dibaca juga mempunyai peran penting dalam memacu anak untuk senang membaca. Buku yang bagus mesti sesuai dengan minat dan tingkat kemampuan membaca anak (Muktiono, 2003: 74). Sejalan dengan pernyataan tersebut, Adhim (2004: 158) mengatakan bahwa memberikan buku yang sesuai dengan minat anak akan memacu anak untuk cepat memahami. Buku bacaan anak yang menyinggung kisah maupun tempat yang ada dalam Alkitab dapat menjadi batu loncatan bagi anak untuk memiliki minat membaca Alkitab.
3. Pemahaman tentang Alkitab Alkitab bukanlah sekadar pelengkap dari kepercayaan orang Kristen, melainkan ia adalah firman Allah yang intrinsik dan oleh karenanya berotoritas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
bagi iman Kristen. Alkitab adalah catatan yang objektif dari wahyu Allah yang penulisannya dikerjakan oleh Roh Kudus yang menggerakan para penulis supaya berita tentang keselamatan Allah melalui Yesus Kristus dapat disampaikan kepada semua umat manusia. Darmawijaya (2009: 23) mengatakan: Bila seseorang membalik-balik Kitab Suci yang kita miliki, entah itu Alkitab dengan Deuterokanonika atau Alkitab dalam bahasa Indonesia sehari-hari, segera akan melihat bahwa yang kita sebut Kitab Suci sebetulnya merupakan sebuah kumpulan aneka tulisan. Kitab Suci merupakan perpustakaan mini. Bila orang mencari penjelasan dalam pengantar berbagai kitab yang ada di dalamnya, semakin jelas bahwa Kitab Suci kita merupakan sebuah kumpulan kitab-kitab yang melingkupi jangka waktu sekitar sepuluh abad. Sepuluh abad merupakan waktu yang cukup lama dari masa sekarang ini namun peristiwa yang terjadi dalam Alkitab tetap dikenal oleh orang-orang pada masa sekarang ini. Hanya saja orang sekarang sudah puas dengan kata mengenal semua peristiwa yang terjadi dalam Alkitab. Padahal baik jika orang-orang mau untuk mengenal lebih, bahkan mendalaminya, lewat bacaan-bacaan yang disajikan dalam Alkitab. Alkitab yang tersusun dari lautan kata-kata mulai ditinggalkan oleh para pembacanya, secara khusus kalangan anak-anak dan kaum muda, karena zaman yang sudah berubah. Mengajak anak untuk membaca Alkitab bukanlah sesuatu yang mudah, apalagi di zaman sekarang (Indra, 2008: 11). Melihat kenyataan ini sudah banyak terobosan-terobosan untuk membuat Alkitab dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak-anak dengan ilustrasi gambar-gambar yang menarik. Bahkan akhir-akhir ini banyak film pendek yang menceritakan kisah-kisah dalam Alkitab. Terobosan-terobosan baru terus diusahakan untuk mengajak mengenal, mencintai dan mendalami Alkitab secara khusus kepada anak-anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
4. Minat Membaca Alkitab Minat membaca setiap orang berbeda-beda. Ada orang yang minat membacanya tinggi, ada yang biasa-biasa saja, ada juga yang rendah dalam membaca. Minat membaca warga gereja harus dipacu agar mengalami pencerahan dan pencerdasan dalam kehidupannya. Ditambah lagi bahwa setiap agama memliki kitab sucinya masing-masing. Demikian pula dalam agama Katolik yang memiliki Alkitab. Alkitab merupakan Firman Allah yang ditujukan bagi umatNya. Ironis apabila Firman Allah yang mulia itu tidak dibaca dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Alkitab dan minat membaca Alkitab mesti menjadi bagian integral dari kehidupan warga gereja. Pengetahuan, wawasan, imajinasi mengenai seputar Alkitab dapat diperoleh melalui membaca Alkitab itu sendiri. Seorang tokoh pernah berucap: "mencintai kegiatan membaca adalah mengubah jam-jam penuh kebosanan dengan jam-jam penuh kesenangan" (Muktiono, 2003: 21).
D. Permainan Papan “KuBaCi” dalam Pendampingan Iman Anak Permainan papan “KuBaCi” merupakan sebuah permainan papan yang dibuat untuk meningkatkan minat membaca Alkitab pada anak. Permainan papan “KuBaCi” dapat menjadi salah satu media yang digunakan dalam proses Pendampingan Iman Anak. Permainan papan “KuBaCi” ini kami integrasikan dalam Pendampingan Iman Anak. Dalam pendampingan tersebut diawali dengan nyanyian dan doa pembuka. Dilanjutkan dengan penyajian kisah, pendalaman kisah, dan pendalaman pesan Injil. Setelah itu disambung dengan latihan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
pengetrapan dan doa penyerahan. Sebagai penugasan, anak-anak diajak bermain permainan papan “KuBaCi”. Pendampingan diakhiri dengan doa dan nyanyian penutup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III PENELITIAN TENTANG PENGARUH PERMAINAN PAPAN “KUBACI” DALAM PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI STASI SANTO MARKUS NGIRENGIRENG PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN TERHADAP MINAT MEMBACA ALKITAB PADA ANAK
Dalam bab III ini penulis menyampaikan uraian dalam dua bagian. Bagian pertama mengenai Stasi Santo Markus Ngirengireng Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Bagian ini terdiri dari profil Stasi Santo Markus Ngirengireng, kegiatan di Stasi Santo Markus Ngirengireng, gambaran Pendampingan Iman Anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng, dan minat membaca Alkitab di Stasi Santo Markus Ngirengireng. Bagian Kedua membahas penelitian tentang pengaruh permainan papan “KuBaCi” dalam Pendampingan Iman Anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran terhadap minat membaca Alkitab pada anak. Bagian ini terdiri dari latar belakang penelitian, tujuan penelitian, jenis dan desain penelitian, hipotesis, tempat dan waktu pelaksanaan penelitian, subyek penelitian, teknik dan instrumen penelitian, dan teknik analisis data.
A. Stasi Santo Markus Ngirengireng, Ganjuran Stasi Santo Markus Ngirengireng merupakan salah satu stasi yang berada di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, Keuskupan Agung Semarang. Sebelum kita membicarakan Stasi Santo Markus Ngirengireng ini lebih dalam, ada baiknya kita memulainya dari melihat profil Stasi Santo Markus Ngirengireng, kemudian melihat kegiatan di Stasi Santo Markus Ngirengireng,
66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
dilanjutkan dengan melihat gambaran Pendampingan Iman Anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng, dan yang terakhir melihat minat membaca Alkitab di Stasi Santo Markus Ngirengireng.
1. Profil Stasi Santo Markus Ngirengireng Sekitar tahun 1930 di kawasan Selatan Ganjuran sudah cukup banyak orang Katolik. Di kawasan ini, yang sekarang disebut sebagai Stasi Santo Markus Ngirengireng, diadakan perayaan Ekaristi sebulan sekali. Perayaan Ekaristi dirayakan di rumah Bapak Soirono yang berada di Dusun Selo. Pada tahun 1941 Ganjuran beralih status menjadi Paroki. Kini Ganjuran secara resmi lepas dari Paroki Kidul Loji yang pada waktu itu digembalakan oleh Romo Albertus Soegijapranata. Sejak saat itu Paroki Ganjuran dibagi menjadi beberapa stasi. Salah satu stasi yang dibentuk adalah Stasi Grogol dengan wilayah Kelurahan Grogol, Kelurahan Sribit, Kelurahan Bekang, Kelurahan Tulasan, Kelurahan Panggang, Kelurahan Ngirengireng, Kelurahan Jerukan, dan Kelurahan Krekah. Pada saat itu Stasi Grogol belum memiliki kapel untuk mengadakan peribadatan. Beberapa tahun kemudian, pada saat Romo Santaboedaya menjadi romo paroki (1951 – 1962), beliau memberikan pelajaran agama dan kemasyarakatan setiap bulannya. Kunjungan beliau ini sering diistilahkan sebagai Purnaman. Ketika beliau berkunjung ke Stasi Grogol, rumah Bapak Somadirya inilah yang menjadi tempat berkumpulnya umat. Berkat kunjungan Romo Santaboedaya ke tengah umat, perkembangan umat melonjak pesat di kawasan sekitar Stasi Grogol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Pada tahun 1967 Stasi Grogol mengalami pemekaran wilayah. Pemekaran tersebut kemudian menghasilkan wilayah Banjarwaru, wilayah Mulyodadi dan Stasi Sidomulyo. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan umat, wilayah Banjarwaru kemudian digabung dalam Stasi Gilingharja. Sementara itu wilayah Mulyodadi dibagi menjadi Mulyodadi Lor dan Mulyodadi Kidul. Mulyodadi Kidul kemudian bergabung bersama wilayah Pundong Lor dan Pundong Kidul membentuk Stasi Tambran. Sedangkan Stasi Sidomulyo dibentuk dengan cakupan wilayah Kelurahan Sidomulyo, sebagian Kelurahan Mulyodadi, dan sebagian kecil Kelurahan Tirtomulyo, Kecamatan Kretek. Sejak tahun 1969, Stasi Sidomulyo dibagi menjadi 2 wilayah, yaitu wilayah Panggang dan wilayah Kepuh Japuhan. Sayangnya sampai saat itu stasi ini belum memiliki kapel sebagai tempat peribadatan. Pada tahun 1970, atas budi baik Bapak Ciptamartaya, umat Stasi Sidomulyo memiliki kapel dengan meminjam rumah pribadi beliau di Panggang. Kapel Panggang ini terus dipergunakan sebagai tempat peribadatan sampai dengan tahun 1983. Seiring perkembangan umat yang sangat pesat, makin lama kapel Panggang tidak mampu menampung jumlah umat yang hendak beribadah. Pada tahun 1983 Pemerintah Desa Sidomulyo menginformasikan adanya tanah untuk peribadatan yang berada di daerah Ngirengireng. Informasi ini ditanggapi oleh umat Katolik Stasi Sidomulyo dan ditindaklanjuti. Dari sini timbul pemikiran untuk mendirikan gereja baru yang mampu menampung umat Stasi Sidomulyo. Umat setempat memilih Santo Markus sebagai pelindung Gereja di Stasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Sidomulyo ini. Sejak saat itu pusat Stasi Sidomulyo berpindah di sekitar Gereja Santo Markus Ngirengireng yang kita kenal sekarang ini.
2. Kegiatan di Stasi Santo Markus Ngirengireng Stasi Santo Markus Ngirengireng ini menunjukkan eksistensinya melalui berbagai kegiatan yang ada di stasi ini. Selain perayaan Ekaristi, umat di stasi ini juga mengadakan kegiatan-kegiatan, baik itu kegiatan yang bersifat kateketis maupun kegiatan yang bersifat sosial, yang mencakup semua tahapan usia. Beberapa kegiatan tersebut di antaranya ialah:
a. Pendalaman Iman Orang Dewasa Pendalaman Iman Orang Dewasa yang ada di stasi ini berjalan rutin setiap minggunya. Selain itu ada pula pendalaman iman dalam acara khusus, seperti: pendalaman iman dalam masa Advent, pendalaman iman dalam masa pra-Paskah, pendalaman Kitab Suci pada Bulan Kitab Suci Nasional, dan pendalaman iman mengenai liturgi pada bulan Maria.
b. Orang Muda Katolik Kegiatan ini diikuti oleh para orang muda yang ada di stasi ini. Mereka mengadakan kegiatan pendampingan baik itu kepada adik-adik misdinar maupun anak-anak dalam Pendampingan Iman Anak. Selain itu mereka juga turut berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Karang Taruna setempat seperti kerja bakti di sekitar kampung dan bakti sosial ke tempat-tempat yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
membutuhkan bantuan, seperti: panti asuhan, panti jompo, maupun tanggap bencana.
c. Pendampingan Iman Remaja Kegiatan yang diminati oleh banyak anak usia remaja ini merupakan kegiatan favorit. Dengan kegiatan ini mereka dapat lebih mengenal teman dan belajar untuk bisa melayani sesama.
d. Pendampingan Iman Anak Pendampingan Iman Anak adalah kegiatan yang diadakan di stasi ini untuk mengembangkan iman anak. Kegiatan ini mengajarkan anak untuk semakin mendekatkan diri pada Tuhan melalui kegiatan-kegiatan yang menyenangkan.
B. Gambaran Pendampingan Ngirengireng
Iman
Anak
di
Stasi
Santo
Markus
Pendampingan Iman Anak yang ada di stasi ini dilaksanakan setiap hari Minggu dari pukul 16.00 – 17.30 WIB. Kegiatan Pendampingan Iman Anak diadakan di Aula Stasi Santo Markus Ngirengireng. Anak yang mengikuti proses pendampingan ini berjumlah 30 anak yang didampingi oleh 5 kakak pendamping. Anak-anak dalam pendampingan ini berkisar usia 2 – 12 tahun. Proses pendampingannya meliputi gerak dan lagu, dilanjutkan pemberian materi, kemudian bermain, dan diakhiri dengan makan bersama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71 C. Metodologi Penelitian tentang Pengaruh Permainan Papan “KuBaCi” dalam Pendampingan Iman Anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran terhadap Minat Membaca Alkitab pada Anak Penelitian ini merupakan salah satu penelitian untuk melihat pengaruh permainan papan “KuBaCi” yang dimainkan sewaktu Pendampingan Iman Anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng, Ganjuran terhadap minat membaca Alkitab pada anak. Bagian ini penulis menguraikan latar belakang penelitian, tujuan penelitian, jenis dan desain penelitian, hipotesis, tempat dan waktu pelaksanaan penelitian, subyek penelitian, teknik dan instrumen penelitian, serta teknik analisis data.
1. Latar Belakang Penelitian Alkitab merupakan Firman Allah yang harus diketahui dan dibaca oleh semua orang sebab Alkitab ditulis untuk semua orang (LaHaye, 1976:3). Oleh karenanya, membaca Alkitab seharusnya merupakan suatu kebutuhan bagi orang Kristiani. Kebutuhan ini sangat baik jika sudah dibiasakan sejak dini, sejak masa kanak-kanak. Pembiasaan ini membuat anak menjadi lebih mengenal Alkitab. Sayangnya pembiasaan untuk membaca Alkitab kurang mendapat perhatian baik itu dari diri anak sendiri maupun dari orangtua mereka. Di sisi lain, kurangnya minat membaca buku, secara khusus yaitu membaca Alkitab, sangatlah kurang pada anak di zaman ini. Salah satu gejala ini penulis temukan pada anakanak di Stasi Santo Markus Ngirengireng. Mereka sangat jarang memiliki minat untuk membaca Alkitab. Jarang sekali mereka membaca bacaan harian dari Alkitab, terkecuali saat pendalaman Kitab Suci di Bulan Kitab Suci Nasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Melihat realita ini, penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian untuk dapat memperoleh data mengenai seberapa besar minat membaca Alkitab pada anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng. Sementara itu, penulis juga mengajak anak untuk meningkatkan minat membaca Alkitab melalui permainan “KuBaCi”. Dengan permainan ini diharapkan anak dapat semakin mencintai dan membaca Alkitab setiap hari. Pada bagian akhir, penulis akan menjelaskan hubungan sejauh mana permainan papan “KuBaCi” dapat meningkatkan minat membaca Alkitab pada anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng.
2. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu: a. Memperoleh gambaran awal tentang minat membaca Alkitab pada anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng, Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. b. Memberikan pemahaman tentang cara bermain permainan papan “KuBaCi” sehingga anak-anak di Satsi Santo Markus Ngirengireng, Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran dapat memainkan permainan papan “KuBaCi”. c. Mengetahui sejauh mana permainan papan “KuBaCi” dapat meningkatkan minat membaca Alkitab pada anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng, Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
3. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi experimental. Disebut quasi experimental karena penelitian ini mengandung beberapa ciri eksperimental, akan tetapi masih dalam jumlah kecil sehingga belum memenuhi syarat dari penelitian eksperimen (Latipun, 2008:113). Desain penelitian yang digunakan adalah desain perlakuan ulang (one group pretest and posttest design). Desain penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok subyek (kasus tunggal) serta melakukan pengukuran sebelum diberikan perlakuan (pretest) dan sesudah diberikan perlakuan (posttest). Perlakuan dalam penelitian ini berupa permainan papan “KuBaCi”. Perbedaan kedua hasil pengukuran tersebut dianggap sebagai efek perlakuan (Latipun, 2008:114). Secara sederhana, desain penelitian yang digunakan penulis dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 6. Desain Penelitian
Y1
X
Y2
Keterangan: Y1
: tes awal sebelum diberikan perlakuan (pretest)
X
: perlakuan (bermain permainan papan “KuBaCi”)
Y2
: tes akhir sesudah diberikan perlakuan (posttest)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
4. Hipotesis Hipotesis menurut Riduwan (2011: 9) merupakan jawaban yang bersifat sementara. Berdasarkan rumusan masalah yang sudah ada tampak jelas bahwa permainan papan “KuBaCi” dapat meningkatkan minat membaca Alkitab pada anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng, Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Oleh karena itu penulis dapat merumuskan hipotesis sebagai berikut: Ho
: Permainan papan “KuBaCi” tidak dapat meningkatkan minat membaca Alkitab pada anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng, Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran.
Ha
: Permainan papan “KuBaCi” dapat meningkatkan minat membaca Alkitab pada anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng, Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran.
5. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Tempat : Penelitian dilaksanakan di Stasi Santo Markus Ngirengireng, Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Waktu : Pada tanggal 14 dan 21 Februari 2016.
6. Subyek Penelitian Menurut Bungin (2005: 101) tidak semua penelitian menggunakan sampel sebagai sasaran penelitian. Pada penelitian tertentu dalam skala kecil, hanya memerlukan beberapa orang sebagai subyek penelitian. Hal tersebut dapat dimungkinkan karena keseluruhan populasi dapat ditinjau oleh penulis. Oleh karena itu subyek penelitian ini lingkupnya hanya beberapa subyek. Subyek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
dalam penelitian ini merupakan anak-anak yang ada di Stasi Santo Markus Ngirengireng, Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran yang berjumlah 25 anak.
7. Teknik dan Instrumen Penelitian a. Variabel Variabel penelitian merupakan gejala yang menjadi fokus penulis untuk diamati (Sugiyono, 2002:38). Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel terikat adalah variabel yang muncul atau diramalkan muncul dalam hubungan fungsional dengan variabel bebas (X), yang dalam penelitian ini adalah permainan papan “KuBaCi”. Sedangkan untuk variabel terikatnya (Y) adalah minat membaca Alkitab pada anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng, Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran.
b. Definisi Konseptual Permainan adalah suatu barang yang dapat dipermainkan atau yang dapat digunakan untuk bermain. Bermain dan anak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, salah satu prinsip pembelajaran pendidikan anak adalah bermain dan belajar. Minat dapat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap, untuk dapat merasa tertarik pada suatu bidang atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang untuk mempelajari materi itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
c. Definisi Operasional Bermain permainan papan “KuBaCi” berarti kegiatan bermain yang dilakukan oleh anak-anak dengan menggunakan suatu alat permainan berbentuk papan dan digunakan atau dimainkan secara bersama yang didorong oleh motivasi dari dalam diri anak, hal yang menyenangkan dan senantiasa melibatkan peran aktif anak, baik secara fisik, psikologis, maupun keduanya sekaligus. Minat membaca Alkitab berarti tindakan seseorang yang memiliki perasaan senang, perasaan tertarik dan penuh perhatian untuk membaca atau mempelajari Alkitab.
d. Teknik Pengumpulan Data Metode penelitian adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan data (Riduwan, 2004: 97). Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup merupakan himpunan pernyataan yang sudah disediakan jawabannya, sehingga responden langsung dapat memilih (Arikunto, 2006: 152). Dalam memilih jawabannya, responden tinggal membubuhkan tanda check () pada kolom yang sesuai. Sedangkan skala pengukurannya menggunakan skala Likert untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial (Riduwan, 2011: 86).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
e. Kisi-kisi dan Instrumen Penelitian Berikut ini merupakan kisi-kisi kuesioner: Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel Permainan Papan “KuBaCi”
Aspek Motivasi
Senang
Aktif
Minat Membaca Alkitab
Senang
Tertarik
Perhatian
Indikator Menunjukkan adanya dorongan dalam bermain permainan papan “KuBaCi” Menunjukkan perasaan senang selama bermain permainan papan “KuBaCi” Menunjukkan keterlibatan aktif dalam bermain permainan papan “KuBaCi” Menunjukkan rasa senang ketika membaca Alkitab Menunjukkan ketertarikan untuk membaca Alkitab Menunjukkan perhatian secara penuh ketika membaca Alkitab
Nomor Butir 1 dan 4
2 dan 5
3 dan 6
7, 10, 14 dan 18
8, 11, 13 dan 17
9, 12, 15, 16, 19 dan 20
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan pada waktu penelitian dengan menggunakan suatu metode (Arikunto, 2006: 149). Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup. Berikut ini merupakan instrumen penelitian:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
INSTRUMEN PENELITIAN PENGARUH PERMAINAN PAPAN “KUBACI” DALAM PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI STASI SANTO MARKUS NGIRENGIRENG PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN TERHADAP MINAT MEMBACA ALKITAB PADA ANAK A. Identitas Responden Nama : Jenis Kelamin : Usia : B. Petunjuk Pengisian Pilihlah salah satu jawaban yang tersedia di dalam kolom yang sesuai dengan jawaban Anda dengan memberikan tanda check () pada setiap pernyataaan. Keterangan: SS = Sangat Setuju S = Setuju TS = Tidak Setuju STS = Sangat Tidak Setuju C. Uraian Pernyataan No
Pernyataan
1
Saya bersemangat ketika bermain “KuBaCi”.
2
Saya merasa senang ketika bermain “KuBaCi”.
3
Saya ikut bermain dalam permainan “KuBaCi”.
4
Saya bermain “KuBaCi” karena disuruh pendamping PIA.
5
Permainan “KuBaCi” membuat saya menjadi bosan.
6
Saya hanya melihat teman yang sedang bermain “KuBaCi”.
7
Saya senang membaca Alkitab.
8
Saya merasa tertarik dengan bacaan-bacaan dalam Alkitab.
SS
Tanggapan S TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
9
Saya sangat serius ketika membaca Alkitab.
10
Membaca Alkitab membuat saya menjadi bosan.
11
Saya hanya membaca Alkitab jika di Gereja.
12
Saya membaca Alkitab sambil menonton televisi.
13
Permainan “KuBaCi” membuat saya rajin membaca Alkitab.
14
Saya merasa senang saat membaca Alkitab dalam permainan “KuBaCi”.
15
Dengan bermain “KuBaCi”, saya menjadi aktif dalam membaca Alkitab.
16
Dengan permainan “KuBaCi”, saya bisa membaca Alkitab dengan cermat.
17
Saya menjadi malas membaca Alkitab setelah bermain “KuBaCi”.
18
Saya bosan membaca Kitab Suci karena bacaan Alkitabnya sudah sering dibacakan dalam permainan “KuBaCi”.
19
Saya menolak ketika diminta membaca Alkitab dalam permainan “KuBaCi”.
20
Saya bergurau dengan teman saat membaca Alkitab dalam permainan “KuBaCi”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
f. Pengujian Instrumen Penelitian 1) Uji Coba Terpakai Pengembangan instrumen dalam penelitian ini dilaksanakan dengan uji coba terpakai. Data dari instrumen yang diperoleh melalui keusioner yang telah dikerjakan oleh responden sebelum diolah untuk uji hipotesis terlebih dahulu digunakan untuk uji validitas dan reliabilitasnya. Dari uji validitas dan reliabilitas dapat diketahui item-item dari kuesioner yang valid atau tidak valid. Dalam uji coba terpakai ini instrumen yang tidak valid tetap digunakan untuk uji hipotesis. 2) Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Riduwan, 2011:194). Pengujiannya dengan cara membandingkan nilai rhitung dengan rtabel (Lampiran 5). Pengujian ini menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05 dengan subyek penelitian sebanyak 25 anak dan didapatkan rtabel sebesar 0,396. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut: Jika rhitung ≥ rtabel maka instrumen atau item-item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid). Jika rhitung < rtabel maka instrumen atau item-item pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid). Dalam pengujian validitas ini penulis memanfaatkan program SPSS 19 for Windows. Adapun hasil pengujiannya sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Tabel 2. Hasil Uji Validitas Item-Total Statistics Corrected Item-
Cronbach's
Scale Mean if
Scale Variance
Total
Alpha if Item
Item Deleted
if Item Deleted
Correlation
Deleted
X1
59,96
75,873
,570
,899
X2
60,08
75,243
,575
,899
X3
60,24
75,773
,583
,899
X4
60,76
79,940
,233
,907
X5
60,12
75,527
,631
,898
X6
60,24
75,440
,451
,903
Y7
59,64
74,073
,791
,894
Y8
59,68
74,393
,761
,895
Y9
59,76
74,107
,721
,895
Y10
60,08
74,993
,481
,902
Y11
60,00
74,917
,613
,898
Y12
60,00
82,083
,038
,914
Y13
59,96
73,790
,687
,896
Y14
59,92
73,160
,722
,895
Y15
59,88
70,777
,840
,891
Y16
60,00
74,500
,556
,899
Y17
59,56
74,757
,831
,894
Y18
59,60
75,083
,788
,895
Y19
60,56
79,840
,133
,915
Y20
60,00
78,500
,328
,905
Berdasarkan perbandingan nilai rhitung dari tabel di atas dengan rtabel Product Moment terdapat 16 item pernyataan yang valid (rhitung ≥ rtabel) yaitu pada item X1, X2, X3, X5, X6, Y7, Y8, Y9, Y10, Y11, Y13, Y14, Y15, Y16, Y17, dan Y18. Sedangkan 4 item pernyataan yang tidak valid (rhitung < rtabel) yaitu pada item X4, Y12, Y19, dan Y20. Item instrumen yang tidak valid tetap digunakan untuk uji hipotesis sebagaimana telah disebutkan pada bagian uji coba terpakai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
3) Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah dianggap baik (Riduwan, 2011: 194). Pengujian reliabilitas ini
menggunakan
Alpha
metode
(Cronbach’s)
dengan
cara
membandingkan nilai Alpha dengan r kritis product moment atau rtabel (Lampiran 5). Pengujian ini menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05 dengan subyek penelitian sebanyak 25 anak dan didapatkan rtabel sebesar 0,396. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut: Jika nilai Alpha ≥ rtabel maka butir-butir dalam instrumen penelitian tersebut reliabel. Jika nilai Alpha < rtabel maka butir-butir dalam instrumen penelitian tersebut tidak reliabel. Dalam pengujian reliabilitas ini penulis memanfaatkan program SPSS 19 for Windows. Adapun hasil pengujiannya sebagai berikut: Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items ,904
20
Berdasarkan perbandingan nilai Alpha dari tabel di atas dengan rtabel Product Moment dapat disimpulkan bahwa semua data yang diuji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
reliabilitasnya ini sudah reliabel karena memiliki nilai Alpha (0,904) lebih besar daripada rtabel (0,396).
8. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Dengan analisis data maka akan dapat membuktikan hipotesis dan menarik kesimpulan tentang masalah yang akan diteliti. Penelitian eksperimen bertujuan untuk mengetahui dampak dari suatu perlakuan yaitu mencobakan sesuatu, lalu dicermati akibat dari perlakuan tersebut. Untuk menganalisis data hasil eksperimen penulis menggunakan data pretest dan posttest one group design (Arikunto, 2006:307).
a. Uji Normalitas Sebelum melakukan pengujian hipotesis penelitian, dilakukan prosedur pengujian untuk mencari apakah data pada penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini juga menjadi salah satu indikator untuk mengetahui bahwa data yang diperoleh dari hasil penelitian benar-benar representatif, sehingga dapat diterapkan untuk populasi. Dalam pembahasan ini penulis memanfaatkan program SPSS 19 for Windows dan akan menggunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Bila nilai Signifikansi lebih besar atau sama dengan 0,05, data berdistribusi normal, tetapi bila kurang, tidak berdistribusi normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
b. Uji Hipotesis Uji hipotesis dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok subyek penelitian yang berpasangan (berhubungan). Maksudnya di sini adalah subyek penelitian yang mengalami dua perlakuan yang berbeda, yaitu pretest dan posttest. Data yang digunakan berskala interval atau rasio. Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi = 5%. Tingkat signifikansi dalam hal ini berarti kita mengambil risiko salah dalam mengambil keputusan untuk menolak hipotesis yang benar sebanyak-banyaknya 5%. Tabel distribusi t dicari pada = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df atau N-1) sebesar 24. Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025) hasil diperoleh untuk ttabel sebesar 2,064 (Lampiran 6). Untuk kriteria pengujiannya dengan cara membandingkan thitung dengan ttabel sebagai berikut: Ho diterima jika -ttabel thitung ttabel Ho ditolak jika -thitung < -ttabel atau thitung > ttabel Sementara itu kriteria pengujian yang berdasarkan perbandingan nilai probabilitas dengan tingkat signifikansi adalah sebagai berikut: Ho diterima jika P value > 0,05 Ho ditolak jika P value < 0,05
9. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan penelitian ini adalah adanya peningkatan minat membaca Alkitab pada anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng Paroki Hati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Kudus Tuhan Yesus Ganjuran setelah diberikan perlakuan bermain permainan papan “KuBaCi” dibandingkan sebelum diberikan perlakuan bermain permainan papan “KuBaCi”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini memuat beberapa hal berkaitan dengan hasil penelitian dan pembahasan yang akan diuraikan dalam lima bagian. Bagian pertama berisi hasil penelitian yang terdiri dari deskripsi analisis permainan papan “KuBaCi” dan deskripsi analisis minat membaca Alkitab. Bagian kedua berisi hasil analisis data yang terdiri dari uji prasyarat dan uji hipotesis. Bagian ketiga berisi pembahasan hasil penelitian. Bagian keempat berisi keterbatasan penelitian. Bagian kelima berisi refleksi kateketis.
A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 14 dan 21 Februari 2016 bertempat di Aula Gereja Stasi Santo Markus Ngirengireng Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Subjek dalam penelitian ini yaitu anak-anak Pendampingan Iman Anak (PIA) sebanyak 25 anak. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu one group pretest-posttest design. Berdasarkan rancangan one group pretest-posttest design, eksperimen hanya dilakukan pada satu kelompok dimana pada kelompok tersebut diberikan tes awal (pretest) lalu diberikan perlakuan kemudian diadakan tes akhir (posttest). Adapun bentuk perlakuan yang diberikan adalah bermain permainan papan “KuBaCi”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bermain permainan papan “KuBaCi” terhadap minat membaca Alkitab pada anak. Data pretest dan posttest yang telah diperoleh kemudian didapatkan skor seperti terdapat dalam tabel berikut.
86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Tabel 4. Hasil Skor Pretest dan Posttest Responden
Skor Pretest
Skor Posttest
Selisih Skor
R1
71
79
+8
R2
74
78
+4
R3
66
75
+9
R4
66
74
+8
R5
73
78
+5
R6
70
75
+5
R7
69
75
+6
R8
46
63
+17
R9
64
67
+3
R10
47
63
+16
R11
71
59
-12
R12
71
76
+5
R13
67
72
+5
R14
67
65
-2
R15
63
63
0
R16
71
71
0
R17
71
62
-9
R18
52
59
+7
R19
45
59
+14
R20
65
72
+7
R21
52
65
+13
R22
52
66
+14
R23
69
73
+4
R24
61
75
+14
R25
56
65
+9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Besarnya perbandingan antara hasil skor tes awal (pretest) dan hasil skor tes akhir (posttest) akan semakin mudah dilihat dalam bentuk grafik seperti yang dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 7. Grafik Skor Pretest dan Posttest 90 80 70 60 50 40 30 20 10
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25
0
Pretest
Posttest
Dari kolom selisih skor dalam tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar nilainya bertanda positif. Dalam gambar grafik di atas pula dapat dilhat bahwa sebagian besar batang yang berwarna merah (posttest) lebih tinggi dibandingkan dengan batang yang berwarna biru (pretest). Hal ini menandakan adanya peningkatan menuju ke arah yang lebih baik. Data hasil penelitian kemudian akan dideskripsikan berdasarkan variabelvariabelnya, yaitu permainan papan “KuBaCi” dan minat membaca Alkitab.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Masing-masing variabel tersebut nantinya akan dideskripsikan baik itu deskripsi statistik maupun deskripsi frekuensi dari data hasil pretest dan posttest.
1. Permainan Papan “KuBaCi” Hasil penelitian tersebut dideskripsikan menggunakan analisis statistik deskriptif dengan memanfaatkan program SPSS 19 for Windows dan hasilnya terdapat dalam tabel berikut. Tabel 5. Deskripsi Statistik Pretest dan Posttest Permainan Papan “KuBaCi” Statistics
N
Valid
Pretest
Posttest
Permainan
Permainan
Papan
Papan
"KuBaCi"
"KuBaCi" 25
25
0
0
Mean
17,5600
20,3600
Median
18,0000
21,0000
a
22,00
2,80000
1,97653
Minimum
12,00
17,00
Maximum
21,00
23,00
Missing
Mode Std. Deviation
19,00
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden (N valid) sebanyak 25 anak. Hasil pretest untuk permainan papan “KuBaCi” menunjukkan nilai terendah (minimum) yaitu 12,00; nilai tertinggi (maximum) yaitu 21,00; ratarata (mean) sebesar 17,56; nilai tengah (median) sebesar 18,00; nilai sering muncul (mode) yaitu 19,00; dengan simpang baku (std. deviation) sebesar 2,80.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90 Sedangkan posttest untuk permainan papan “KuBaCi” menunjukkan nilai terendah (minimum) yaitu 17,00; nilai tertinggi (maximum) yaitu 23,00; rata-rata (mean) sebesar 20,36; nilai tengah (median) sebesar 21,00; nilai sering muncul (mode) yaitu 22,00; dengan simpang baku (std. deviation) sebesar 1,98. Hasil penelitian juga disajikan dalam bentuk deskripsi frekuensi. Deskripsi frekuensi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6. Deskripsi Frekuensi Pretest dan Posttest Permainan Papan “KuBaCi” Kelas Interval
Kriteria Sangat Baik Baik Buruk Sangat Buruk
Pretest Frekuensi Persentase
Posttest Frekuensi Persentase
19,51 – 24,00
6
24,00%
16
64,00%
15,01 – 19,50 10,51 – 15,00
13 6
52,00% 24,00%
9 0
36,00% 0,00%
6,00 – 10,50
0
0,00%
0
0,00%
25
100,00%
25
100,00%
Total
Gambar 8. Grafik Deskripsi Frekuensi Pretest dan Posttest Permainan Papan “KuBaCi”
Pretest
Posttest
Sangat Buruk
Buruk
Sangat Buruk
Buruk
Baik
Sangat Baik
Baik
Sangat Baik
0% 24%
0% 24% 36%
64%
52%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Tabel di atas menunjukkan tingkat motivasi, perasaan, dan keterlibatan anak dalam bermain permainan papan “KuBaCi”. Hasil pretest dari 25 anak untuk permainan papan “KuBaCi” diperoleh frekuensi sebagai berikut. Terdapat 6 anak (24,00%) yang mempunyai motivasi sangat tinggi, merasa sangat senang, dan terlibat sangat aktif dalam bermain permainan papan “KuBaCi”. Terdapat 13 anak (52,00%) yang mempunyai motivasi tinggi, merasa senang, dan terlibat aktif dalam bermain permainan papan “KuBaCi”. Terdapat 6 anak (24,00%) yang mempunyai motivasi rendah, merasa bosan, dan pasif dalam bermain permainan papan “KuBaCi”. Tidak terdapat anak (0,00%) yang mempunyai motivasi sangat rendah, merasa sangat bosan, dan sangat pasif dalam bermain permainan papan “KuBaCi”. Sementara itu hasil posttest dari 25 anak untuk permainan papan “KuBaCi” diperoleh frekuensi sebagai berikut. Terdapat 16 anak (64,00%) yang mempunyai motivasi sangat tinggi, merasa sangat senang, dan terlibat sangat aktif dalam bermain permainan papan “KuBaCi”. Terdapat 9 anak (36,00%) yang mempunyai motivasi tinggi, merasa senang, dan terlibat aktif dalam bermain permainan papan “KuBaCi”. Tidak terdapat anak (0,00%) yang mempunyai motivasi rendah, merasa bosan, dan pasif dalam bermain permainan papan “KuBaCi”. Tidak terdapat anak (0,00%) yang mempunyai motivasi sangat rendah, merasa sangat bosan, dan sangat pasif dalam bermain permainan papan “KuBaCi”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
2. Minat Membaca Alkitab Hasil penelitian tersebut dideskripsikan menggunakan analisis statistik deskriptif dengan memanfaatkan program SPSS 19 for Windows dan hasilnya terdapat dalam tabel berikut. Tabel 7. Deskripsi Statistik Pretest dan Posttest Minat Membaca Alkitab Statistics
N
Valid
Pretest Minat
Posttest Minat
Membaca
Membaca
Alkitab
Alkitab 25
25
0
0
Mean
45,6000
48,8000
Median
48,0000
49,0000
Missing
Mode Std. Deviation
50,00
42,00
a
6,73300
4,96655
Minimum
31,00
41,00
Maximum
53,00
56,00
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden (N valid) sebanyak 25 anak. Hasil pretest untuk minat membaca Alkitab menunjukkan nilai terendah (minimum) yaitu 31,00; nilai tertinggi (maximum) yaitu 53,00; rata-rata (mean) sebesar 45,60; nilai tengah (median) sebesar 48,00; nilai sering muncul (mode) yaitu 50,00; dengan simpang baku (std. deviation) sebesar 6,73. Sedangkan untuk posttest untuk minat membaca Alkitab menunjukkan nilai terendah (minimum) yaitu 41,00; nilai tertinggi (maximum) yaitu 56,00; rata-rata (mean) sebesar 48,80; nilai tengah (median) sebesar 49,00; nilai sering muncul (mode) yaitu 42,00; dengan simpang baku (std. deviation) sebesar 4,97.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Hasil penelitian juga disajikan dalam bentuk deskripsi frekuensi. Deskripsi frekuensi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 8. Deskripsi Frekuensi Pretest dan Posttest Minat Membaca Alkitab Pretest Frekuensi Persentase
Kelas Interval
Kriteria Sangat Baik Baik Buruk Sangat Buruk
Posttest Frekuensi Persentase
45,51 – 56,00
16
64,00%
17
68,00%
35,01 – 45,50 24,51 – 35,00
6 3
24,00% 12,00%
8 0
32,00% 0,00%
14,00 – 24,50
0
0,00%
0
0,00%
25
100,00%
25
100,00%
Total
Gambar 9. Grafik Deskripsi Frekuensi Pretest dan Posttest Minat Membaca Alkitab
Pretest
Posttest
Sangat Buruk
Buruk
Sangat Buruk
Buruk
Baik
Sangat Baik
Baik
Sangat Baik
0%
0%
12%
32% 24% 64%
68%
Tabel di atas menunjukkan tingkat perasaan, ketertarikan, dan perhatian anak saat membaca Alkitab. Hasil pretest dari 25 anak untuk minat membaca Alkitab diperoleh frekuensi sebagai berikut. Terdapat 16 anak (64,00%) yang merasa sangat senang, sangat tertarik, dan sangat cermat saat membaca Alkitab.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Terdapat 6 anak (24,00%) yang merasa senang, tertarik, dan cermat saat membaca Alkitab. Terdapat 3 anak (12,00%) yang merasa bosan, tidak tertarik, dan tidak cermat saat membaca Alkitab. Tidak terdapat anak (0,00%) yang merasa sangat bosan, sangat tidak tertarik, dan sangat tidak cermat saat membaca Alkitab. Sementara itu hasil posttest dari 25 anak untuk minat membaca Alkitab diperoleh frekuensi sebagai berikut. Terdapat 17 anak (68,00%) yang merasa sangat senang, sangat tertarik, dan sangat cermat saat membaca Alkitab. Terdapat 8 anak (32,00%) yang merasa senang, tertarik, dan cermat saat membaca Alkitab. Tidak terdapat anak (0,00%) yang merasa bosan, tidak tertarik, dan tidak cermat saat membaca Alkitab. Tidak terdapat anak (0,00%) yang merasa sangat bosan, sangat tidak tertarik, dan sangat tidak cermat saat membaca Alkitab.
B. Hasil Analisis Data Analisis data digunakan untuk menjawab hipotesis yang diajukan. Sebelum analisis data dilakukan, maka perlu dilakukan uji prasyarat barulah kemudian dilanjutkan dengan pengujian hipotesis.
1. Uji Prasyarat Uji prasyarat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas. Pengujian normalitas dibagi menjadi 2 bagian, yaitu uji normalitas tahap awal dan uji normalitas tahap akhir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
a. Uji Normalitas Tahap Awal Uji normalitas tahap awal digunakan untuk mengolah data nilai pretest dalam menentukan apakah kelas yang telah diuji berdistribusi normal atau tidak. Dalam pembahasan ini akan digunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 5% (0,05). Data dinyatakan berdistribusi normal apabila signifikansinya lebih besar dari 0,05. Sedangkan data dinyatakan tidak berdistribusi normal, apabila signifikansinya kurang dari 0,05. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 10. Hasil Uji Normalitas Tahap Awal dengan Kolomogorov-Smirnov Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic Pretest Permainan Papan
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
,162
25
,088
,914
25
,037
,173
25
,051
,877
25
,006
"KuBaCi" Pretest Minat Membaca Alkitab a. Lilliefors Significance Correction
Dari hasil di atas kita lihat pada kolom Kolmogorov-Smirnov dapat diketahui bahwa nilai signifikansi untuk variabel X yaitu Permainan Papan “KuBaCi” sebesar 0,088; dan untuk variabel Y yaitu Minat Membaca Alkitab sebesar 0,051. Karena signifikansi untuk kedua variabel tersebut lebih besar dari 0,05, dapat disimpulkan bahwa data pada variabel Permainan Papan “KuBaCi” dan Minat Membaca Alkitab berdistribusi normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
b. Uji Normalitas Tahap Akhir Uji normalitas tahap akhir digunakan untuk mengolah data nilai posttest dalam menentukan apakah kelas yang telah diuji berdistribusi normal atau tidak. Dalam pembahasan ini akan digunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 5% (0,05). Data dinyatakan berdistribusi normal apabila signifikansinya lebih besar dari 0,05. Sedangkan data dinyatakan tidak berdistribusi normal, apabila signifikansinya kurang dari 0,05. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 10. Hasil Uji Normalitas Tahap Akhir dengan Kolomogorov-Smirnov Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic Posttest Permainan Papan
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
,157
25
,115
,918
25
,047
,180
25
,035
,917
25
,043
"KuBaCi" Posttest Minat Membaca Alkitab a. Lilliefors Significance Correction
Dari hasil di atas kita lihat pada kolom Kolmogorov-Smirnov dapat diketahui bahwa nilai signifikansi untuk variabel X yaitu Permainan Papan “KuBaCi” sebesar 0,115; dan untuk variabel Y yaitu Minat Membaca Alkitab sebesar 0,035. Karena signifikansi variabel Permainan Papan “KuBaCi” tersebut lebih besar dari 0,05, dapat disimpulkan bahwa data pada variabel Permainan Papan “KuBaCi” berdistribusi normal. Sementara itu signifikansi variabel Minat Membaca Alkitab tersebut lebih kecil dari 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa data pada variabel Minat Membaca Alkitab tidak berdistribusi normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
2. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dalam suatu penelitian merupakan hal yang paling penting karena diperlukan untuk menguji kebenaran suatu hipotesis yang diajukan dalam penelitian. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ho : Permainan papan “KuBaCi” tidak dapat meningkatkan minat membaca Alkitab pada anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng, Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Ha : Permainan papan “KuBaCi” dapat meningkatkan minat membaca Alkitab pada anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng, Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Pengambilan keputusan berdasarkan hasil perbandingan antara pretest dan posttest. Apabila hasil analisis menunjukkan perbedaan ke arah yang positif secara signifikan antara pretest dan posttest, diberikannya perlakuan bermain permainan papan “KuBaCi” tersebut memberikan pengaruh yang positif terhadap minat membaca Alkitab pada anak Pendampingan Iman Anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Dalam pengujian hipotesis ini peneliti menggunakan uji Paired Sample T Test dengan memanfaatkan program SPSS versi 19. Paired Sample T Test merupakan uji beda dua sampel berpasangan. Sampel berpasangan merupakan subyek yang sama namun mengalami dua pengambilan data yang berbeda. Data awal didapatkan sebelum diberikan perlakuan bermain permainan papan “KuBaCi” dan data akhir didapatkan sesudah diberikan perlakuan bermain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98 permainan papan “KuBaCi”. Adapun hasil pengujiannya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 11. Hasil Paired Sample T Test Paired Samples Statistics Mean Pair 1
Sebelum Bermain
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
63,1600
25
9,13181
1,82636
69,1600
25
6,56810
1,31362
Permainan "KuBaCi" Sesudah Bermain Permainan "KuBaCi"
Paired Samples Test Pair 1 Sebelum Bermain Permainan "KuBaCi" Sesudah Bermain Permainan "KuBaCi" Paired Differences
T
Mean
-6,00000
Std. Deviation
7,05927
Std. Error Mean
1,41185
95% Confidence Interval of
Lower
-8,91392
the Difference
Upper
-3,08608 -4,250
Df
24
Sig. (2-tailed)
,000
Berdasarkan tabel di atas didapat nilai thitung adalah -4,250. Perbandingan antara thitung dan ttabel menjadi -thitung (-4,250) < -ttabel (-2,064), maka Ho atau hipotesis yang berbunyi permainan papan “KuBaCi” tidak dapat meningkatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
minat membaca Alkitab pada anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng, Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran ditolak dan Ha atau hipotesis yang berbunyi permainan papan “KuBaCi” dapat meningkatkan minat membaca Alkitab pada anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng, Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran diterima. Sementara itu perbandingan antara nilai probabilitas dengan tingkat signifikansi menjadi P (0,000) < 0,05, maka Ho atau hipotesis yang berbunyi permainan papan “KuBaCi” tidak dapat meningkatkan minat membaca Alkitab pada anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng, Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran ditolak dan Ha atau hipotesis yang berbunyi permainan papan “KuBaCi” dapat meningkatkan minat membaca Alkitab pada anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng, Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan ke arah yang positif antara rata-rata minat membaca Alkitab pada anak di Stasi Ngirengireng Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran sebelum diberi perlakuan bermain permainan papan “KuBaCi” dengan rata-rata minat membaca Alkitab pada anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran sesudah diberi perlakuan bermain permainan papan “KuBaCi”.
C. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan analisis data hasil penelitian diperoleh peningkatan yang signifikan terhadap kelompok yang diteliti. Pemberian perlakukan bermain permainan papan “KuBaCi” selama 2 kali pertemuan memberikan pengaruh yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
positif terhadap peningkatan minat membaca Alkitab pada anak Pendampingan Iman Anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Minat membaca Alkitab pada anak Pendampingan Iman Anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran sebelum diberi perlakuan memiliki rerata 63,16. Setelah diberi perlakuan bermain permainan papan “KuBaCi”, minat membaca Alkitab pada anak Pendampingan Iman Anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran reratanya menjadi 69,16. Dari perbandingan hasil pretest dan posttest untuk permainan papan “KuBaCi” menunjukkan nilai terendah (minimum) yang awalnya 12,00 meningkat menjadi 17,00; nilai tertinggi (maximum) yang awalnya 21,00 meningkat menjadi 23,00; rata-rata (mean) yang awalnya sebesar 17,56 meningkat menjadi 20,36; nilai tengah (median) yang awalnya sebesar 18,00 meningkat menjadi 21,00; nilai sering muncul (mode) yang awalnya 19,00 berubah menjadi 22,00; dan simpang baku (std. deviation) yang awalnya sebesar 2,80 berubah menjadi 1,98. Sementara itu dari perbandingan hasil pretest dan posttest untuk minat membaca Alkitab menunjukkan nilai terendah (minimum) yang awalnya 31,00 meningkat menjadi 41,00; nilai tertinggi (maximum) yang awalnya 53,00 meningkat menjadi 56,00; rata-rata (mean) yang awalnya sebesar 45,60 meningkat menjadi 48,80; nilai tengah (median) yang awalnya sebesar 48,00 meningkat menjadi 49,00; nilai sering muncul (mode) yang awalnya 50,00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
berubah menjadi 42,00; dan simpang baku (std. deviation) yang awalnya sebesar 6,73 berubah menjadi 4,97. Pada uji hipotesis didapat nilai -thitung adalah -4,250. Sementara itu ttabel yang diketahui adalah 2,064. Perbandingan antara thitung dan ttabel menjadi -thitung (4,250) < -ttabel (-2,064), maka hipotesis yang berbunyi permainan papan “KuBaCi” dapat meningkatkan minat membaca Alkitab pada anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng, Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran diterima. Bukti hasil analisis di atas semakin menegaskan bahwa lewat bermain anak semakin dapat mengembangkan dirinya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Hurlock mengemukakan bahwa bermain berguna untuk perkembangan diri anak. Lewat
bermain
anak
dapat
memperkembangkan
fisik,
berkomunikasi,
menyalurkan emosi, belajar, menanamkan standar moral, dan memerkembangkan kepribadiannya, serta mengembangkan imannya. Sementara itu dengan adanya permainan papan “KuBaCi” ini anak menjadi semakin minat untuk membaca Alkitab dalam proses Pendampingan Iman Anak. Hal ini dikarenakan anak merasa asyik dan nyaman saat membaca Alkitab yang terintegrasi dengan permainan papan “KuBaCi” yang penuh dengan kejutan-kejutan dalam permainannya. Dalam permainan papan “KuBaCi” ini anak tidak merasa jenuh saat diminta membaca Alkitab, karena diselingi dengan permainan yang sudah dikemas secara menyenangkan. Sejalan dengan ciri khas Pendampingan Iman Anak yang diutarakan oleh Setyakarjana yaitu gembira, bebas, bermain, mendalam, beriman, dan menjemaat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102 Permainan papan “KuBaCi” ini yang dalam analisis di atas terbukti dapat meningkatkan minat membaca Alkitab pada anak merupakan salah satu bentuk inovasi baru dalam proses Pendampingan Iman Anak. Dengan adanya media, secara
khusus
permainan
papan
“KuBaCi”,
yang
menarik
semakin
memungkinkan anak peserta Pendampingan Iman Anak menjadi lebih tertarik dalam mengikuti seluruh prosesnya terkhusus pula dalam membaca Alkitab. Hal ini sejalan dengan pendapat Mueller yang mengatakan penggunaan media pembelajaran dapat membuat anak menjadi tertarik untuk membaca. Dengan demikian secara teoritis dan dari hasil analisis penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa permainan papan “KuBaCi” berpengaruh signifikan dalam meningkatkan minat membaca Alkitab pada anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran.
D. Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian yang telah dilakukan secara optimal pasti masih terdapat keterbatasan. Adapun keterbatasan-keterbatasan yang dialami peneliti adalah sebagai berikut: 1. Keterbatasan waktu Penelitian yang dilakukan oleh peneliti terpancang oleh waktu, karena waktu yang digunakan sangat terbatas. Oleh sebab itu peneliti hanya memiliki waktu sesuai keperluan yang berhubungan dengan penelitian saja. Walaupun waktu yang peneliti gunakan cukup singkat, akan tetapi bisa memenuhi syarat-syarat dalam penelitian ilmiah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
2. Keterbatasan Kemampuan Dalam melakukan penelitian tidak lepas dari pengetahuan. Dengan demikian peneliti menyadari keterbatasan kemampuan khususnya dalam pengetahuan untuk membuat karya ilmiah, tetapi peneliti sudah berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan penelitian sesuai dengan kemampuan keilmuan serta bimbingan dari dosen pembimbing. 3. Keterbatasan Materi dan Tempat Penelitian Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini hanya terbatas pada kisah 12 Rasul yang terdapat dalam Alkitab kemudian dikemas dalam sebuah permainan papan “KuBaCi” dan diterapkan pada anak-anak PIA di Stasi Santo Markus Ngirengireng Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Apabila dilakukan menggunakan kisah yang berbeda dan juga diterapkan pada tempat yang berbeda, kemungkinan hasilnya tidak sama. Meskipun banyak hambatan dalam penelitian ini, penulis bersyukur bahwa penelitian ini dapat terlaksana dengan lancar dan sukses.
E. Refleksi Kateketis Alkitab merupakan Firman Allah di mana Allah berbicara kepada manusia secara tertulis. Oleh karena itu Alkitab dijadikan pegangan hidup umat beriman karena berisi ajaran-ajaran yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pewartaan-Nya, Yesus menggunakan perumpamaan untuk mewartakan Kerajaan
Allah.
menggunakan
Perumpamaan
bahasa
imajinatif,
merupakan kiasan
penyampaian simbolis,
atau
pesan
dengan
perbandingan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Perumpamaan dipilih oleh Yesus karena Ia tahu bahwa bukanlah hal yang mudah untuk memahami misteri tentang Kerajaan Allah. Dengan menggunakan perumpamaan diharapkan orang yang mendengar perumpamaan mampu menangkap pesan di balik perumpamaan tersebut kemudian melaksanakan ajaranNya dalam kehidupan sehari-hari. Kita sebagai orang Katolik juga mengusahakan untuk dapat mewartakan Kabar Gembira di mana pun kita berada, baik itu dalam lingkup masyarakat luas maupun dalam keluarga. Sebagai kedua orangtua di dalam keluarga, kita juga sebaiknya sadar akan pentingnya Alkitab sebagai landasan hidup beriman. Ditambah lagi saat kedua orangtua itu mengucapkan janji perkawinan di hadapan Allah dan seluruh umat beriman yang berjanji akan mendidik anak-anak secara Katolik. Mengenalkan Alkitab pada anak sedini mungkin dapat menjadi salah satu poin mendidik secara Katolilk. Mengenalkan Alkitab pada anak juga sangat baik bagi perkembangan rohani anak di kemudian hari. Saat ini sudah banyak sekali toko-toko buku yang menjual Alkitab untuk anak. Alkitab untuk anak ini sudah dibahasakan ulang dengan menggunakan bahasa yang sederhana, sehingga mudah ditangkap oleh anak. Selain bahasa yang sederhana, Alkitab untuk anak ini juga disajikan gambar sebagai ilustrasi dari kisah yang hendak dibaca oleh anak. Hal ini dapat mengubah persepsi anak yang awalnya tidak mau membaca Alkitab karena hanya berisi lautan kata-kata menjadi tertarik karena berisi gambar dan kisah bermakna. Ini dapat menjadi peluang sebagai pintu masuk untuk mengenalkan anak pada Alkitab.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Suatu hari di kala saya sedang membuka-buka Alkitab untuk anak, tibatiba muncul pertanyaan dari dalam diri saya, “Sebagai seorang mahasiswa yang berkecimpung di bidang kateketik, apa yang dapat saya sumbangkan untuk dunia pewartaan?”. Memang bukan waktu yang sebentar bagi saya untuk menjadi mahasiswa yang berkecimpung di bidang kateketik. Juga bukan waktu yang lama bagi saya untuk dapat mencicipi semua ilmu di bidang kateketik dan masih perlu belajar terus-menerus. Dengan segala kelebihan dan keterbatasan yang saya miliki ini, saya memberanikan diri untuk memberikan sebuah sumbangan sederhana untuk dunia pewartaan. Sumbangan sederhana ini berupa sebuah permainan papan yang terintegrasi dengan kisah dalam Alkitab. Saya sempat menemui hambatan dalam merealisasikan permainan papan ini karena ada kendala pada rancangan permainannya. Namun hambatan itu dapat dilewati dan permainan papan tersebut semakin menjadi nyata dari hari ke hari kemudian jadilah sebuah permainan papan “KuBaCi” ini. Permainan papan “KuBaCi” merupakan sebuah permainan papan yang sangat sederhana dan mengusung tema yang diangkat dari kisah dalam Alkitab. Harapan dari kami lewat permainan ini supaya anak-anak semakin mengenal, mencintai dan akhirnya melaksanakan pesan yang ada dalam Alkitab. Sejalan dengan itu, kami mempunyai slogan “KuBaCi: bermain dan beriman”. Dalam penyusunan karya tulis ini kami juga mengadakan penelitian pada anak-anak Pendampingan Iman Anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Ada 25 anak yang kami gunakan sebagai subyek penelitian ini. Dengan melihat realitas yang telah diuraikan di atas kami mengadakan penelitian dengan memanfaatkan permainan papan “KuBaCi”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
sebagai perlakuannya. Kami mengemas proses pendampingan menjadi terintegrasi dengan permainan papan “KuBaCi” ini dengan tema 12 Murid Yesus. Diawali dengan bernyanyi bersama lagu “12 Murid Yesus” dilanjutkan dengan berdoa yang dipimpin oleh anak. Kemudian pendamping mengajak anak-anak untuk mendengarkan kisah 12 Murid Yesus dari Injil Matius 10:1–23. Setelah itu pendamping mengajak anak-anak untuk mendalami kisah dan mendalami pesan Injil lewat beberapa pertanyaan. Lalu pendamping memberikan sebuah kesimpulan dalam latihan pengetrapan dan setelahnya anak-anak diajak untuk berdoa doa penyerahan. Sebagai penugasan pendamping mengajak anak untuk bermain permainan papan “KuBaCi”. Pendamping membacakan peraturan permainan kemudian membagi anak-anak menjadi 4 kelompok. Setelah semua siap untuk bermain pendamping mengambil 1 buah Kartu Tujuan dan memperlihatkannya kepada semua kelompok. Setelah itu kelompok pertama mendapat giliran untuk melemparkan dadu dan melangkahkan bidaknya menuju Kartu Tujuan sebanyak mata dadu yang keluar. Begitu seterusnya sampai ada kelompok yang sampai pada Kartu Tujuan tersebut. Setelah sampai di tujuan kelompok tersebut berhak menyimpan Kartu Tujuan tersebut dan membacakan kisah yang terdapat di dalam Kartu Info. Pendamping mengambil Kartu Tujuan yang kedua dan kelompok bermain berulang sampai 12 Kartu Tujuan telah habis. Pada akhir permainan kelompok yang mendapatkan Kartu Tujuan terbanyak adalah pemenangnya. Kemudian pendamping mengajak anak-anak untuk berdoa doa penutup dan bernyanyi bersama lagu “Yesus Mengutus Murid-Nya”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107 Makna yang diperoleh lewat permainan papan “KuBaCi” ini adalah semakin mengajak anak mencintai Alkitab. Dengan adanya permainan papan “KuBaCi” ini ada perubahan pada masing-masing anak. Perubahan itu tampak dari kehadiran anak untuk mau mengikuti Pendampingan Iman Anak ini. Ada beberapa anak yang awalnya datang terlambat karena malas namun sekarang anak tersebut datang lebih awal. Ada juga anak yang awalnya sudah lama tidak mau berangkat pendampingan namun setelah diajak dan merasakan dinamika proses pendampingan kali ini menjadi rajin berangkat pendampingan. Perubahan lainnya tampak dalam diri anak yang semakin mencintai Alkitab. Awalnya anak sangat jarang untuk membuka apalagi membaca Alkitab namun sekarang anak-anak rajin membawa dan membaca Alkitab saat pendampingan. Semoga di waktu mendatang permainan papan “KuBaCi” dapat terus berkembang dengan tematema yang lain, sehingga proses pendampingan semakin menyenangkan dan anak semakin mencintai Alkitab dan mewartakan Kabar Gembira dalam kehidupan sehari-hari. Akhirnya, kami berharap seluruh umat tergerak hatinya untuk terus mewartakan Kabar Gembira ke seluruh penjuru dunia. Selain itu teruslah berupaya memunculkan inovasi-inovasi baru bagi dunia pewartaan. Jangan pernah takut akan halangan dan rintangan yang menghadang. Yakinlah bahwa kita memiliki niat yang baik dan dapat berguna bagi dunia pewartaan di waktu mendatang demi keagungan Allah yang lebih besar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP
Bagian ini menguraikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisi rangkuman mengenai apa yang telah dipaparkan penulis dalam skripsinya yaitu perihal permainan papan “KuBaCi” dan minat membaca Alkitab pada anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Saran merupakan hasil refleksi penulis atas penulisan skripsinya dan memberikan usulan pemikiran yang berkaitan dengan pengembangan dunia pewartaan.
A. Kesimpulan Permainan papan “KuBaCi” adalah sebuah permainan papan yang dibuat sebagai sarana dalam Pendampingan Iman Anak. Permainan papan “KuBaCi” ini menuntun anak untuk membuka dan membaca Alkitab. Dengan demikian anak akan semakin dekat dengan Alkitab dan pada akhirnya anak akan mencintai Alkitab. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi minat membaca Alkitab, yaitu media, lingkungan, dan buku bacaan. Penggunaan media dalam pendampingan dapat membuat anak menjadi tertarik untuk membaca. Hal yang terpenting ialah melalui media ini anak menjadi tertarik dengan media tersebut dan berminat untuk membaca Alkitab. Dengan adanya media anak semakin dipermudah dalam menangkap makna yang tertulis pada Alkitab. Lingkungan juga turut serta menjadi faktor yang mempengaruhi minat membaca Alkitab. Lingkungan pertama yang dikenal oleh anak adalah keluarga. Menumbuhkan minat membaca pada
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
anak harus dilakukan sedini mungkin mulai dari level keluarga. Apabila keluarga tersebut dekat dengan Alkitab, pasti anak juga anak dekat dengan Alkitab. Anak mencintai, membuka, dan membaca Alkitab. Orangtua yang selalu membaca Alkitab mendorong anak untuk mengikuti dan memiliki minat membaca Alkitab. Buku bacaan anak juga menjadi faktor minat membaca Alkitab karena dengan adanya buku bacaan anak yang menyinggung kisah maupun tempat yang ada dalam Alkitab dapat menjadi batu loncatan bagi anak untuk memiliki minat membaca Alkitab Pengaruh yang dihasilkan oleh permainan papan “KuBaCi” dalam meningkatkan minat membaca Alkitab pada anak tampak dalam hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan minat membaca Alkitab pada anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng. Peningkatan ini dapat dilihat dari nilai rerata (mean) sebelum diberi perlakuan sebesar 63,16 meningkat menjadi 69,16 setelah diberi perlakuan. Perlakuan yang diberikan adalah bermain permainan papan “KuBaCi” dalam Pendampingan Iman Anak. Hasil uji hipotesis didapat nilai thitung sebesar -4,250. Sementara itu ttabel yang diketahui adalah 2,064. Perbandingan antara thitung dan ttabel menjadi -thitung (-4,250) < -ttabel (-2,064), maka hipotesis yang berbunyi permainan papan “KuBaCi” dapat meningkatkan minat membaca Alkitab pada anak di Stasi Santo Markus Ngirengireng, Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran diterima.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
B. Saran Berdasarkan hasil analisis, penulis memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna dalam meningkatkan minat membaca Alkitab pada anak secara khusus di Stasi Santo Markus Ngirengireng Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, Yogyakarta: 1. Bagi Pengurus Bidang Pewartaan Dewan Pastoral Paroki maupun Dewan Pastoral Stasi Anak merupakan masa depan Gereja. Kami berharap kepada pengurus bidang pewartaan baik itu di Dewan Pastoral Paroki maupun Dewan Pastoral Stasi dapat terus memperhatikan perkembangan iman umat yang di dalamnya juga terdapat anak-anak. Harapan kami hendaknya kegiatan yang direncanakan dapat mencakup semua usia karena sejauh ini hanya kegiatan untuk orangtua saja yang mendapatkan perhatian lebih dibandingkan dengan kegiatan untuk anak-anak, secara khusus kegiatan untuk meningkatkan minat membaca Alkitab pada umat. 2. Bagi Para Pendamping Pendampingan Iman Anak Sebagai pendamping Pendampingan Iman Anak sebaiknya kita juga memberi teladan untuk selalu membaca Alkitab saat kita pergi ke Gereja, dalam Pendampingan Iman Anak, maupun di kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, anak terpacu untuk mengikuti kebiasaan membaca Alkitab yang baik ini. 3. Bagi Para Orangtua Dalam keluarga terdiri dari bapak, ibu, dan anak-anak. Keluarga merupakan Gereja mini. Gereja inilah terdapat persekutuan yang erat antar setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
anggotanya bahkan dihubungkan oleh hubungan darah. Dengan demikian keluarga memegang peran penting dalam menanamkan nilai-nilai Kristiani. Menanamkan nilai-nilai Kristiani dapat diwujudkan melalui membaca Alkitab. Orangtua yang memiliki waktu untuk mengajak anaknya membaca Alkitab setiap hari merupakan hal perlu dilakukan. 4. Bagi Mahasiswa-mahasiswi Program Studi Pendidikan Agama Katolik (PAK) dan Para Pewarta Kabar Gembira Kita para pewarta sebaiknya terus-menerus membaca Alkitab setiap hari. Kita tidak mungkin akan bisa mewartakan Kabar Gembira apabila kita tidak pernah mempunyai perhatian dan minat membaca Alkitab.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Buku Adhim, Mohammad F. (2004). Membuat Anak Gila Membaca. Bandung: Mizania. Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Bungin, Burham. (2005). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media. Darmawijaya, St. (2009). Seluk Beluk Kitab Suci. Yogyakarta: Kanisius. Hardawiryana, R. (1978). Sinode Uskup di Roma tahun 1977 tentang “Katekese”. Yogyakarta: Pradnyawidya. Harjanto, Bob. (2011). Merangsang dan Melejitkan Minat Baca Anak Anda. Yogyakarta: Manika Books. Huijbers, Theo. (1985). Manusia Mencari Allah: Suatu Filsafat KeTuhanan. Yogyakarta: Kanisius. Hurlock, Elizabeth. (1978). Perkembangan Anak. Jilid 1. (dr. Med. Meitasari Tjandrasa, Penerjemah). Jakarta: Erlangga. ____________. (1978). Perkembangan Anak. Jilid 2. (dr. Med. Meitasari Tjandrasa, Penerjemah). Jakarta: Erlangga. Indra Sanjaya, V. (2008). Dongeng: Mendekatkan Kitab Suci pada Anak. Yogyakarta: Kanisius. Iswarahadi, Y. I. (2013). Media dan Pewartaan Iman.Yogyakarta: Kanisius. Kartono, Kartini. (1979). Psikologi Anak. Bandung: Alumni. Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius. Kongregasi Suci Para Klerus. (1993). Directorium Catechisticum Generale. (J.S. Setyakarjana, Penerjemah). Yogyakarta: Pradnyawidya. Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II. (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Obor. La Haye, Tim. (1976). Mempelajari Alkitab Secara Praktis. Bandung: Kalam Hidup. Latipun. (2008). Psikologi Konseling. Malang: UMM Press.
112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Mangunhardjana, A.M. (1986). Pendampingan Kaum Muda. Yogyakarta: Kanisius. Mueller, Stephanie. (2005). Panduan Belajar Membaca. Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Muktiono, Joko D. (2003). Aku Cinta Buku: Menumbuhkan minat baca pada anak. Jakarta: Elex Media Komputindo. Pankat KAS. (1993). Panduan Seksi Pewartaan Paroki. Yogyakarta: Kanisius. Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. Setyakarjana, J.S., SJ. (1997). Mempersiapkan dan Memungkinkan Anak Beriman. Catatan Kuliah 1980-1992 Kateketik Pendidikan Dasar (dikumpulkan oleh J.S. Setyakarjana, SJ). Yogyakarta: Pusat Kateketik. Slameto. (2014). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Karya. Sugiyono. (1997). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suhardiyanto, H. J. (2011). Pendidikan Iman Anak. Diktat pada Mata Kuliah Pendidikan Iman Anak. Yogyakarta: IPPAK. Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae. (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI. Winkel, W.S. (1989). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Internet https://id.wikipedia.org http://tekno.kompas.com http://kaskus.co.id
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1: Surat Permohonan Ijin Penelitian
(1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2: Satuan Pertemuan SATUAN PERTEMUAN PENDAMPINGAN IMAN ANAK (SP PIA) A. Tema Judul B. Tujuan C. Materi D. Metode E. Sumber Bahan F. Sarana
: Dua Belas Murid. : Aku dipilih menjadi murid Yesus. : Anak mampu mengenal 12 murid Yesus. : 12 Murid Yesus. : Bernyanyi, Informasi, dan Bermain. : Alkitab untuk Anak, Madah Bakti : Permainan papan “KuBaCi”, Teks nyanyian “12 Murid Yesus” dan “Yesus mengutus”. G. Pengembangan Langkah-langkah : 1. Nyanyian Pembuka 12 Murid Yesus Simon Petrus, Andreas, Yakobus, Yohanes Filipus, Thomas, Yakobus anak Alfeus Tadeus, Simon orang Zelot Matius, Bartolomeus Yudas Iskariot Dua belas murid Yesus 2. Doa Pembuka Tuhan Yesus, terima kasih atas berkat-Mu yang kami rasakan sepanjang hari ini, sehingga pada saat ini kami dapat berkumpul dengan teman-teman kami. Tuhan, sekarang kami hendak mengikuti pendampingan. Berkatilah dan sertailah kami selalu agar pendampingan dapat berjalan dengan lancar. Semua ini kami haturkan dengan perantaraan Kristus Tuhan dan Juru Selamat kami. Amin. 3. Penyajian Kisah Dua Belas Rasul Setelah Yesus menyembuhkan banyak orang, Ia pergi mendaki sebuah bukit. Sepanjang malam Ia sendirian berdoa. Setelah fajar menyingsing, Ia memanggil para pengikut-Nya. Ia memilih dua belas orang dari antara mereka. Orang-orang menyebut mereka “dua belas rasul”. Mereka itulah yang akan membantu Yesus dalam melaksanakan tugas-Nya. Kedua belas rasul itu terdiri dari bermacam-macam orang. Petrus, Yakobus, dan Yohanes adalah orang-orang yang paling dekat
(2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan Yesus. Mereka bertiga dan Andreas adalah nelayan. Matius seorang pemungut pajak. Simon Zelot berasal dari kelompok yang kerap memerangi bangsa penjajah. Rasul lainnya adalah Filipus dan Bartolomeus, Tomas, Yakobus anak Alfeus, Yudas Iskariot, dan Yudas Tadeus. Yesus menyuruh mereka duduk. Di hadapan mereka, Ia menyampaikan tugas; “Pergilah ke segala tempat. Sembuhkanlah orang-orang sakit, bangkitkan orang mati, tahirkan para penderita kusta, dan usirlah setan. Dalam semuanya itu, janganlah kamu memungut upah.” Yesus juga memberikan beberapa nasihat, “Jangan ingin memperkaya diri sendiri. Percayalah kepada pemeliharaan Allah. Dengan begitu, kamu tidak akan kekurangan.” Yesus mempersiapkan agar mereka sungguh-sungguh siap melaksanakan tugas untuk mewartakan Kabar Baik. 4. Pendalaman Kisah Siapa saja yang terpilih menjadi dua belas murid Yesus? Apa yang sedang mereka kerjakan saat Yesus memanggil mereka untuk menjadi murid Yesus? 5. Pendalaman Iman Pesan Injil Bagaimana perasaan adik-adik jika terpilih menjadi Murid-Yesus? Apa yang akan adik-adik lakukan jika terpilih menjadi MuridYesus? 6. Latihan Pengetrapan Adik-adik, kita sebagai murid-murid Yesus harus siap sedia untuk selalu mewartakan Kabar Gembira. Rajin membuka Alkitab dan membacanya, menyebarkan kebaikan kepada teman-teman kita. Itu semua karena kita adalah murid-murid Yesus. Yesus telah memilih kita karena kita dicintai Yesus. Seperti 12 murid yang dipilih Yesus. Mereka terkejut saat Yesus datang dan mengajak mereka untuk mengikuti Yesus. Namun mereka semua percaya bahwa Yesus tidak salah memilih mereka untuk mengikuti Yesus. 7. Doa Penyerahan Tuhan Yesus, bantu kami untuk selalu siap menjadi murid-Mu yang berguna bagi banyak orang. Amin. 8. Tugas Adik-adik, kita akan bermain permainan papan “KuBaCi”. Kakak pendamping akan membagi menjadi empat kelompok. Setelah mendapat kelompok, adik-adik duduk berdasarkan kelompoknya di
(3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
masing-masing sudut papan permainan. Kakak pendamping akan membacakan aturan permainannya (aturan permainan terlampir). 9. Doa Penutup Tuhan Yesus, terima kasih atas bimbingan-Mu, sehingga kami dapat mengikuti pendampingan dengan baik. Terima kasih juga atas makanan dan minuman yang telah disediakan. Berkatilah makanan dan minuman ini sehingga menguatkan kami. Sebentar lagi kami akan pulang. Dampingilah kami dalam perjalanan sehingga selamat sampai di rumah. Amin. 10. Nyanyian Penutup Yesus Mengutus Yesus mengutus murid-Nya Pergi berdua-dua Masuk keluar kota Menjelajah semua desa Bawa Kabar Gembira Bagi yang miskin papa Di tangan Sang Pencipta Semua „kan dapat berkah Kembali kita pulang Bekerja di ladang Tuhan Menaburkan yang baik Di dalam hati orang
(4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
TEKS LAGU PENDAMPINGAN IMAN ANAK 12 Murid Yesus
Yesus Mengutus
Simon Petrus, Andreas, Yakobus, Yohanes Filipus, Thomas, Yakobus anak Alfeus Tadeus, Simon orang Zelot Matius, Bartolomeus Yudas Iskariot Dua belas murid Yesus
Yesus mengutus murid-Nya Pergi berdua-dua Masuk keluar kota Menjelajah semua desa Bawa Kabar Gembira Bagi yang miskin papa Di tangan Sang Pencipta Semua „kan dapat berkah Kembali kita pulang Bekerja di ladang Tuhan Menaburkan yang baik Di dalam hati orang
(5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ATURAN PERMAINAN PAPAN “KUBACI” Pendamping 1. Pendamping mengambil peran sebagai wasit yang bertugas sebagai penengah dan mengawasi jalannya permainan. 2. Pendamping membagi peserta pendampingan menjadi empat kelompok.
Peserta 1. Setiap kelompok ini nantinya akan mendapatkan satu buah bidak yang akan menjadi penanda keberadaan kelompoknya. 2. Bidak yang digunakan oleh masing-masing kelompok berbeda-beda warnanya. 3. Masing-masing kelompok meletakkan bidaknya di kotak titik awal pada setiap sudut papan permainan.
Jalannya Permainan 1. Pendamping mengambil satu kartu tujuan dan memperlihatkan kepada semua peserta. 2. Setiap kelompok melempar dadu untuk mengetahui jumlah langkah yang didapat oleh kelompok tersebut pada putaran saat itu. 3. Gerak langkah bidak boleh secara vertikal maupun horizontal dengan tetap memperhatikan jumlah langkahnya. 4. Pelemparan dadu terus berlangsung dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain sampai ada salah satu kelompok yang telah mencapai tujuan sesuai yang terdapat dalam kartu. 5. Apabila sudah ada salah satu kelompok yang sampai di tujuan, kelompok tersebut mendapatkan kartu tersebut untuk disimpan oleh kelompok. Kelompok tersebut juga mempunyai kewajiban untuk membacakan kisah yang terdapat pada kartu info. 6. Permainan dilanjutkan dengan mengambil kartu tujuan berikutnya dan menunggu giliran bermain. 7. Permainan ini terus berlangsung sampai dua belas kartu tujuan telah terbuka semua. 8. Permainan berakhir apabila semua kartu tujuan telah habis. 9. Kelompok yang paling banyak memiliki kartu tujuan tersebut adalah pemenangnya.
(6)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3: Instrumen Penelitian
PRE-TEST
INSTRUMEN PENELITIAN PENGARUH PERMAINAN PAPAN “KUBACI” DALAM PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI STASI SANTO MARKUS NGIRENGIRENG PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN TERHADAP MINAT MEMBACA ALKITAB PADA ANAK A. Identitas Responden Nama : Jenis Kelamin
:
Usia
:
tahun
B. Petunjuk Pengisian Pilihlah salah satu jawaban yang tersedia di dalam kolom yang sesuai dengan jawaban Anda dengan memberikan tanda check () pada setiap pernyataaan. Keterangan: SS = Sangat Setuju S = Setuju TS = Tidak Setuju STS = Sangat Tidak Setuju Contoh: No
Tanggapan
Pernyataan SS
1
Saya bersemangat ketika bermain “KuBaCi”.
S
TS
STS
C. Uraian Pernyataan No
Tanggapan
Pernyataan SS
1
Saya bersemangat ketika bermain “KuBaCi”.
2
Saya merasa senang ketika bermain “KuBaCi”.
3
Saya ikut bermain dalam permainan “KuBaCi”.
4
Saya bermain “KuBaCi” karena disuruh pendamping PIA.
(7)
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Permainan “KuBaCi” membuat saya menjadi bosan.
6
Saya hanya melihat teman yang sedang bermain “KuBaCi”.
7
Saya senang membaca Alkitab.
8
Saya merasa tertarik dengan bacaanbacaan dalam Alkitab.
9
Saya sangat serius ketika membaca Alkitab.
10
Membaca Alkitab membuat saya menjadi bosan.
11
Saya hanya membaca Alkitab jika di Gereja.
12
Saya membaca Alkitab sambil menonton televisi.
13
Permainan “KuBaCi” membuat saya semakin rajin membaca Alkitab.
14
Saya merasa senang saat membaca Alkitab dalam permainan “KuBaCi”.
15
Dengan bermain “KuBaCi”, saya menjadi aktif dalam membaca Alkitab.
16
Dengan permainan “KuBaCi”, saya bisa membaca Alkitab dengan cermat.
17
Saya menjadi malas membaca Alkitab setelah bermain “KuBaCi”.
18
Saya bosan membaca Alkitab karena bacaan Alkitabnya sudah sering dibacakan dalam permainan “KuBaCi”.
19
Saya menolak ketika diminta membaca Alkitab dalam permainan “KuBaCi”.
20
Saya bergurau dengan teman saat membaca Alkitab dalam permainan “KuBaCi”.
(8)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
POST-TEST INSTRUMEN PENELITIAN PENGARUH PERMAINAN PAPAN “KUBACI” DALAM PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI STASI SANTO MARKUS NGIRENGIRENG PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN TERHADAP MINAT MEMBACA ALKITAB PADA ANAK A. Identitas Responden Nama : Jenis Kelamin
:
Usia
:
tahun
B. Petunjuk Pengisian Pilihlah salah satu jawaban yang tersedia di dalam kolom yang sesuai dengan jawaban Anda dengan memberikan tanda check () pada setiap pernyataaan. Keterangan: SS = Sangat Setuju S = Setuju TS = Tidak Setuju STS = Sangat Tidak Setuju Contoh: No
Tanggapan
Pernyataan SS
1
Saya bersemangat ketika bermain “KuBaCi”.
S
TS
STS
C. Uraian Pernyataan No
Tanggapan
Pernyataan SS
1
Saya bersemangat ketika bermain “KuBaCi”.
2
Saya merasa senang ketika bermain “KuBaCi”.
3
Saya ikut bermain dalam permainan “KuBaCi”.
4
Saya bermain “KuBaCi” karena disuruh pendamping PIA.
(9)
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Permainan “KuBaCi” membuat saya menjadi bosan.
6
Saya hanya melihat teman yang sedang bermain “KuBaCi”.
7
Saya senang membaca Alkitab.
8
Saya merasa tertarik dengan bacaanbacaan dalam Alkitab.
9
Saya sangat serius ketika membaca Alkitab.
10
Membaca Alkitab membuat saya menjadi bosan.
11
Saya hanya membaca Alkitab jika di Gereja.
12
Saya membaca Alkitab sambil menonton televisi.
13
Permainan “KuBaCi” membuat saya semakin rajin membaca Alkitab.
14
Saya merasa senang saat membaca Alkitab dalam permainan “KuBaCi”.
15
Dengan bermain “KuBaCi”, saya menjadi aktif dalam membaca Alkitab.
16
Dengan permainan “KuBaCi”, saya bisa membaca Alkitab dengan cermat.
17
Saya menjadi malas membaca Alkitab setelah bermain “KuBaCi”.
18
Saya bosan membaca Alkitab karena bacaan Alkitabnya sudah sering dibacakan dalam permainan “KuBaCi”.
19
Saya menolak ketika diminta membaca Alkitab dalam permainan “KuBaCi”.
20
Saya bergurau dengan teman saat membaca Alkitab dalam permainan “KuBaCi”.
(10)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4: Contoh Instrumen Penelitian
(11)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(12)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(13)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(14)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5: Tabel r R Table Significant Level 0.05 N
1-tailed
2-tailed
N
1-tailed
2-tailed
3
0.988
0.997
32
0.296
0.349
4
0.900
0.950
33
0.291
0.344
5
0.805
0.878
34
0.287
0.339
6
0.729
0.811
35
0.283
0.334
7
0.669
0.755
36
0.279
0.329
8
0.622
0.707
37
0.275
0.325
9
0.582
0.666
38
0.271
0.320
10
0.549
0.632
39
0.267
0.316
11
0.521
0.602
40
0.264
0.312
12
0.497
0.576
41
0.261
0.308
13
0.476
0.553
42
0.257
0.304
14
0.458
0.532
43
0.254
0.301
15
0.441
0.514
44
0.251
0.297
16
0.426
0.497
45
0.248
0.294
17
0.412
0.482
46
0.246
0.291
18
0.400
0.468
47
0.243
0.288
19
0.389
0.456
48
0.240
0.285
20
0.378
0.444
49
0.238
0.282
21
0.369
0.433
50
0.235
0.279
22
0.360
0.423
51
0.233
0.276
23
0.352
0.413
52
0.231
0.273
24
0.344
0.404
53
0.228
0.270
25
0.337
0.396
54
0.226
0.268
26
0.330
0.388
55
0.224
0.265
27
0.323
0.381
56
0.222
0.263
28
0.317
0.374
57
0.220
0.261
29
0.312
0.367
58
0.218
0.258
30
0.306
0.361
59
0.216
0.256
31
0.301
0.355
60
0.214
0.254
(15)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 6: Tabel t T Table Statistics df
Significant Level 0,025
0,05
1
12.706
6.314
2
4.303
3
df
Significant Level 0,025
0,05
30
2.042
1.697
2.920
31
2.040
1.696
3.182
2.353
32
2.037
1.694
4
2.776
2.132
33
2.035
1.692
5
2.571
2.015
34
2.032
1.691
6
2.447
1.943
35
2.030
1.690
7
2.365
1.895
36
2.028
1.688
8
2.306
1.860
37
2.026
1.687
9
2.262
1.833
38
2.024
1.686
10
2.228
1.812
39
2.023
1.685
11
2.201
1.796
40
2.021
1.684
12
2.179
1.782
41
2.020
1.683
13
2.160
1.771
42
2.018
1.682
14
2.145
1.761
43
2.017
1.681
15
2.131
1.753
44
2.015
1.680
16
2.120
1.746
45
2.014
1.679
17
2.110
1.740
46
2.013
1.679
18
2.101
1.734
47
2.012
1.678
19
2.093
1.729
48
2.011
1.677
20
2.086
1.725
49
2.010
1.677
21
2.080
1.721
50
2.009
1.676
22
2.074
1.717
51
2.008
1.675
23
2.069
1.714
52
2.007
1.675
24
2.064
1.711
53
2.006
1.674
25
2.060
1.708
54
2.005
1.674
26
2.056
1.706
55
2.004
1.673
27
2.052
1.703
56
2.003
1.673
28
2.048
1.701
57
2.002
1.672
29
2.045
1.699
58
2.002
1.672
(16)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 7: Surat Bukti Pelaksanaan Penelitian
(17)