PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGARUH PEMAHAMAN DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA TERHADAP MINAT MENGIKUTI PERAYAAN EKARISTI BAGI UMAT STASI ST. THERESIA KLAMPOK PAROKI ST. ANTONIUS BANJARNEGARA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh: Margareta Ayu Panca Anggraini NIM : 121124007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada kedua orang tuaku (Petrus Marwoto dan Theresia Sri Rahayu), kakak dan adik (Agnes Eka Ratnawati, Agustinus Dwi Astoko, Fransisca Tri Andrianti, Albertus Hari Nugroho dan Yohanes Angga Kusuma) dan seluruh keluarga yang terkasih, Umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara Serta semua orang yang selalu mendukung dalam penyusunan skripsi ini.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
“Jangan takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberi kamu Kerajaan-Nya”
(Luk 12:32)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK Skripsi ini berjudul “PENGARUH PEMAHAMAN DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA TERHADAP MINAT MENGIKUTI PERAYAAN EKARISTI BAGI UMAT STASI ST. THERESIA KLAMPOK PAROKI ST. ANTONIUS BANJARNEGARA”. Penulis memilih judul ini berdasarkan keadaan yang penulis saksikan di Stasi St. Theresia Klampok bahwa umat di stasi tersebut sangat mendekatkan diri kepada Tuhan dengan berdevosi. Hampir dalam satu tahun mereka mengadakan devosi secara bersama dan rutin di Taman Doa Gua Maria Jatining Mulya. Kegiatan ini memang sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan. Dalam berdevosi, mereka membuat lemper untuk dibagikan kepada umat yang menghadiri devosi sebagai berkat dari novena tersebut. Ini adalah ciri khas dari Stasi St. Theresia Klampok. Makna dari lemper tersebut adalah karena terbuat dari ketan yang lengket, mereka menyakini bahwa dengan lengketnya lemper tersebut, lengket pula satu sama lain di dalam hidup menggereja, jauh dari permusuhan, konflik, dan lain-lain. Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah sejauh mana pemahaman akan devosi kepada Bunda Maria terhadap minat mengikuti Perayaan Ekaristi dapat dimaknai sebagai sumber hidup beriman di Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjawab persoalan tersebut penulis menggunakan studi pustaka dan penelitian. Studi pustaka dilaksanakan dengan mempelajari berbagai sumber yakni Kitab Suci, dokumen Gereja, serta pandangan dari beberapa ahli yang berkaitan dengan devosi kepada Bunda Maria dan minat mengikuti Perayaan Ekaristi. Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kualitatif. Untuk memperoleh data guna keperluan penelitian penulis melakukan penyebaran kuesioner terhadap 60 responden di Stasi St. Theresia Klampok. Hasil akhir menunjukkan bahwa responden sudah dapat memahami devosi kepada Bunda Maria dengan kemampuan mereka masing-masing sehingga dengan pemahaman tersebut mereka terdorong untuk ikut serta dalam Perayaan Ekaristi yang diselenggarakan. Devosi kepada Bunda Maria merupakan bentuk kebaktian dan penghormatan terhadap Bunda Maria untuk menghayati imannya. Oleh karena itu, devosi ini bertujuan untuk menambah pemahaman dan penghayatan umat Katolik. Skripsi ini menawarkan katekese dengan menggunakan Shared Christian Praxis sebagai upaya untuk lebih memaknai devosi kepada Bunda Maria dan Perayaan Ekaristi sebagai sumber hidup beriman. Dengan demikian, responden dapat semakin mencintai dan memaknai devosi sehingga mereka terdorong untuk ikut Perayaan Ekaristi.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
This undergraduate thesis entitles “THE INFLUENCE OF UNDERSTANDING OF DEVOTION TO BLESSED VIRGIN MARY TO THE INTEREST IN PARTICIPATING THE EUCHARIST FOR THE PEOPLE OF REGION OF ST. THERESIA KLAMPOK, ST. ANTONIUS PARISH”. The writer chose this title based on circumstances which the writer witnessed in the region of St. Theresia Klampok that people very close to God by devotion. Almost every year they have a devotion together and routine in the garden prayer cave Maria Jatining Mulya. This activity has indeed become a habit. In devotion they make lemper (a kind of food made by sticky rice) to distribute to the people who attend the devotion as a blessing of the novena. This is typical of the religion St. Theresia Klampok. The meaning of the lemper made from sticky rice, they believe that like the lemper made from sticky rice, the people unity with the each other in the church life, away from hostility, conflict and so on. A key issue of this undergraduate thesis is the extent to which the knowledge of devotion to the Blessed Virgin Mary against the interest to participation the celebration of the Eucharist may be meant as a source of life for believers in the region of St. Theresia. To answer the question the writer used the study of literature and research. Literature study was carried out by studying various sources i.e., Scriptures, Church documents, as well as the views of some experts related to devotion to the Blessed Virgin Mary and an interest to participation the celebration of the Eucharist. The type of research used by the writer was qualitative research. To obtain the data for the purposes of the study writer distributed questionnaires to 60 respondents in the region of St. Theresia Klampok. The final results showed that the respondents were able to understand the devotion to the Blessed Virgin Mother with their respective capabilities so that with the understanding they were encouraged to participate in the celebration of the Eucharist. Devotion to Blessed Virgin Mary is a form of worship and respect to Blessed Virgin Mary to live their faith. Therefore, this devotion aims to increase the understanding and appreciation of Catholics. This undergraduate thesis offers catechesis using the Shared Christian Praxis as an attempt to further have more meaning the devotion to the Blessed Virgin Mary and the Eucharist as the source of life of faith. Thus, respondents may be the more loving and have more meaning devotion so that they are encouraged to join the celebration of the Eucharist.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH PEMAHAMAN DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA TERHADAP MINAT MENGIKUTI
PERAYAAN
EKARISTI
BAGI
UMAT
STASI
ST.
THERESIA KLAMPOK PAROKI ST. ANTONIUS BANJARNEGARA. Skripsi ini disusun berdasarkan ketertarikan penulis terhadap devosi kepada Bunda Maria dan minat mengikuti Perayaan Ekaristi di Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara. Penulis melihat bahwa umat sangat antusias dalam mengikuti kegiatan berdevosi. Oleh karena itu, penyusun skripsi ini dimaksudkan untuk membantu semua orang semakin menyadari keinginan untuk melakukan kegiatan berdevosi sehingga dengan berdevosi ini, semua orang dapat mewujudnyatakan dalam keikutsertaannya di Perayaan Ekaristi. Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan ini penulis dengan hati penuh syukur mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ, selaku dosen pembimbing utama dan dosen penelitian yang telah setia mengarahkan, memberikan perhatian, memotivasi, meluangkan waktu untuk mendampingi dan dengan sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Drs. L. Bambang Hendarto Y., M. Hum selaku dosen penguji II sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah bersedia meluangkan waktu
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
membaca, memberikan kritik dan masukan serta mendampingi penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini. 3. P. Banyu Dewa HS, S.Ag, M.Si selaku dosen penguji III yang telah bersedia untuk meluangkan waktu membaca, memberikan kritik dan masukan, serta mendampingi penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini. 4. Seluruh staf dosen Program Studi Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang dengan setia mendukung, membimbing, mendidik, membagikan pengetahuan serta pengorbanan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Program Studi Pendidikan Agama Katolik ini. 5. Staf karyawan Program Studi Pendidikan Agama Katolik yang telah memberikan perhatian, dan dukungan kepada penulis selama penulisan skripsi ini. 6. Vincentius Suratno, Pr selaku Pastor Paroki St. Antonius Banjarnegara yang telah menerima dan memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di Stasi St. Theresia Klampok. 7. Valentinus Gatot Irianto selaku ketua Stasi St. Theresia Purwareja Klampok, yang telah menerima, mengizinkan serta memberikan masukan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian. 8. Orang tua, kakak, adik, Slamet Rianto Aji, Mas Hara, Kak Helsi, Kak Hida, Romo Joni, SCJ, Romo Aan, SCJ, Romo Suryo, SCJ dan Frater Martinus Joko Widiatmoko, SCJ yang selalu memberi semangat, motivasi dan doa bagi penulis dalam menyelesaikan perkuliahan sampai penyelesaian skripsi ini.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
iv
HALAMAN MOTTO .....................................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .........................................................
vi
PERSETUJUAN PUBLIKASI .......................................................................
vii
ABSTRAK ......................................................................................................
viii
ABSTRACT ......................................................................................................
xi
KATA PENGANTAR ....................................................................................
x
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xiii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xviii BAB I. PENDAHULUAN ..............................................................................
1
A. Latar Belakang .......................................................................................
1
B. Rumusan Permasalahan .........................................................................
5
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................
5
D. Manfaat Penulisan .................................................................................
6
E. Metode Penulisan ..................................................................................
6
F. Sistematika Penulisan ...........................................................................
7
BAB II. DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA DAN MINAT MENGIKUTI PERAYAAN EKARISTI ................................................................. A. Devosi Kepada Bunda Maria ...............................................................
9 10
1. Pengertian Devosi Secara Umum .....................................................
10
2. Beberapa Sudut Pandang Pemahaman Devosi .................................
12
a. Sudut Historis Liturgis .................................................................
12
b. Sudut Antropologis ......................................................................
12
c. Sudut Agama Kerakyatan .............................................................
13
3. Peranan Devosi dalam Liturgi Gereja ...............................................
13
4. Beberapa Hal yang Harus Diperhatikan dalam Devosi ....................
13
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Bentuk-bentuk Devosi kepada Bunda Maria ....................................
13
a. Rosario .........................................................................................
13
b. Novena Tiga Kali Salam Maria ....................................................
14
c. Malaikat Tuhan ............................................................................
14
d. Litani Bunda Maria ......................................................................
15
e. Ziarah ...........................................................................................
15
B. Bunda Maria .........................................................................................
18
1. Bunda Gereja ..................................................................................
18
2. Bunda Allah ....................................................................................
19
3. Bunda Sang Pendoa ........................................................................
20
4. Ibu Yesus Kristus ............................................................................
21
5. Maria Perawan ................................................................................
21
C. Minat Mengikuti Perayaan Ekaristi .......................................................
22
1. Minat ................................................................................................
22
2. Perayaan Ekaristi .............................................................................
23
a. Berbagai Istilah Ekaristi .............................................................
23
1) Ekaristi ..................................................................................
23
2) Misa .......................................................................................
24
3) Pemecahan Roti .....................................................................
24
4) Perjamuan Tuhan ..................................................................
24
b. Ekaristi dalam Gereja Katolik ....................................................
25
1) Akar Perayaan Ekaristi Gereja ..............................................
25
a) Perjamuan Makan dengan Yesus sebagai Tanda Kehadiran Kerajaan Allah .................................................................. 25 b) Perjamuan Malam Terakhir .............................................. 26 c) Perjamuan-perjamuan makan dengan Yesus Kristus yang bangkit .............................................................................. c. Makna Sosial Ekaristi ................................................................
27 27
1) Memahami Tugas Perutusan .................................................
27
2) Gereja yang Hidup: Kehadiran Kristus Nyata ......................
28
3) Spiritualitas Kristiani ............................................................
30
d. Unsur-unsur Perayaan Ekaristi ..................................................
31
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1) Makna Ekaristi sebagai Perayaan ..........................................
31
2) Partisipasi Umat Beriman .....................................................
32
3) Peran dan Tugas Imam ..........................................................
32
4) Tata Gerak dan Sikap Tubuh .................................................
34
5) Saat Hening ...........................................................................
35
6) Makna Nyanyian ...................................................................
36
D. Rangkuman ............................................................................................
37
BAB III. PENGARUH DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA TERHADAP MINAT MENGIKUTI PERAYAAN EKARISTI ............................ A. Gambaran Umum Paroki St. Antonius Banjarnegara dan Stasi St. Theresia Klampok ........................................................................... 1. Gambaran Umum Paroki St. Antonius Banjarnegara ..................... 2. Gambaran Umum Stasi St. Theresia Klampok ...............................
38 38 38 43
B. Penelitian Tentang Pengaruh Pemahaman Devosi Kepada Bunda Maria Terhadap Minat Mengikuti Perayaan Ekaristi Bagi Umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara .................... 44 1. Rencana Penelitian ......................................................................... 44
2.
3.
4.
a. Tujuan Penelitian .......................................................................
44
b. Metode Penelitian ......................................................................
44
c. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................
44
d. Responden Penelitian .................................................................
45
e. Instrumen Penelitian ..................................................................
46
f. Variabel Penelitian .....................................................................
47
Laporan Hasil Penelitian ................................................................
47
a. Laporan Hasil Penelitian melalui Kuesioner Terhadap Umat Di Stasi St. Theresia Paroki St. Antonius Banjarnegara ............ 1) Identitas Responden ..............................................................
47 49
2) Devosi kepada Bunda Maria .................................................
49
3) Minat Mengikuti Perayaan Ekaristi ......................................
55
Pembahasan Hasil Penelitian ..........................................................
61
1) Identitas Responden ...................................................................
61
2) Devosi Kepada Bunda Maria .....................................................
61
3) Minat Mengikuti Perayaan Ekaristi ...........................................
64
Kesimpulan Penelitian ....................................................................
65
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV. USULAN PROGRAM PEMBINAAN IMAN UNTUK SEMAKIN MEMAHAMI DEVOSI DAN PERAYAAN EKARISTI DI STASI ST. THERESIA PAROKI ST. ANTONIUS BANJARNEGARA ............................................. A. Latar Belakang Pemilihan Program .......................................................
67 67
B. Pengertian Katekese Umat .....................................................................
68
C. Tujuan Katekese ....................................................................................
69
D. Model Katekese .....................................................................................
70
1.
Langkah-langkah Shared Christian Praxis ....................................
71
a. Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta .............................
71
b. Mendalami Pengalaman Hidup Peserta .....................................
72
c. Menggali Pengalaman Iman Kristiani .......................................
72
d. Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Peserta Konkret ......
73
e. Mengusahakan Suatu Aksi Konkret ..........................................
74
E. Usulan Kegiatan ....................................................................................
75
2.
Tema “Memaknai Devosi dan Perayaan Ekaristi sebagai Sumber Hidup Umat Beriman ...................................................................... Tujuan Umum .................................................................................
75 75
3.
Peserta .............................................................................................
75
4.
Tempat dan Waktu ..........................................................................
75
5.
Bentuk .............................................................................................
76
6.
Metode ............................................................................................
76
7.
Sarana .............................................................................................
76
8.
Susunan Acara ................................................................................
76
F. Matrik Program Shared Christian Praxis ..............................................
77
G. Contoh Persiapan Katekese ...................................................................
80
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................
94
A. Kesimpulan .........................................................................................
94
B. Saran ....................................................................................................
95
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
97
LAMPIRAN ....................................................................................................
(1)
Lampiran 1: Surat Izin Penelitian kepada Romo Paroki ..........................
(1)
Lampiran 2: Surat Pemberitahuan sudah Melaksanakan Penelitian ........
(2)
1.
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3: Identitas Responden ............................................................
(3)
Lampiran 4: Contoh Kuesioner Penelitian (Skala Likert) .......................
(6)
Lampiran 5: Hasil Pengisian Kuesioner Penelitian (Skala Likert) ..........
(9)
Lampiran 6: Transkrip Hasil Kuesioner ................................................... (12) Lampiran 7: Lagu Pembuka “Kelana” ..................................................... (17) Lampiran 8: Teks Cerita “Inilah Kisah Seorang Raja yang Belajar Ilmu Taat pada Seorang Biarawan ...................................... (17) Lampiran 9: Teks Kitab Suci “Lukas 1:26-38 ......................................... (18) Lampiran 10: Lagu Penutup “Seperti yang Kau Ingini” .......................... (19)
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN A. Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikut Alkitab Deuterokanonika © LAI 1976. (Alkitab yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam terjemahan baru, yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia,
ditambah
dengan
Kitab-kitab
Deuterokanonika
yang
diselenggarakan oleh Lembaga Biblika Indonesia. Terjemahan diterima dan diakui oleh Konferensi Wali Gereja Indonesia). Jakarta: LAI, 2009.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja CT
: Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para Uskup, Klerus, dan segenap umat beriman tentang Katekese Masa Kini, 16 Oktober 1979.
LG
: Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja, 21 November 1964.
PO
: Presbyterorum Ordinis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Pelayanan dan Kehidupan Para Imam, 07 Desember 1965.
SC
: Sacrosanctum Concilium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Liturgi Suci, 04 Desember 1963.
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Singkatan Lain Art
: Artikel
DSA
: Doa Syukur Agung
Dsb
: Dan sebagainya
Hlm
: Halaman
KWI
: Konferensi Waligereja Indonesia
PUMR
: Pedoman Umum Misale Romawi
Sbb
: Sebagai Berikut
SCP
: Shared Christian Praxis
St
: Santo atau Santa
TPE
: Tata Perayaan Ekaristi
Dll
: Dan Lain-lain
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penghormatan kepada Bunda Maria pada dasarnya sudah ada pada zaman para Bapa Bangsa dan menjadi pokok ajaran para Paus dan Konsili. Ia menjadi bagian dari Kitab Suci dan liturgi. Maria juga mempunyai tempat yang khusus dalam hati umat beriman (NN, 2011 : 2-3). Dalam Gereja Protestan, tempat dan peranan Bunda Maria tidak lebih dari seorang manusia biasa yang mendapat pilihan menjadi Ibu Yesus. Berbeda dengan Gereja Protestan, dalam Gereja Katolik, Bunda Maria mendapatkan tempat yang sangat istimewa. Secara khusus, Para Bapa Konsili Vatikan II memberikan pemahaman mengenai hubungan antara Santa Perawan (Bunda) Maria dan Gereja. Pemahaman ini terdapat dalam Dokumen Konstitusi Dogmatis tentang Gereja yakni Lumen Gentium yang secara khusus berbicara mengenai “Santa Perawan Maria Bunda Allah dalam Misteri Kristus dan Gereja”. Berikut adalah kutipan dari dokumen tersebut : Sebab Perawan Maria, yang sesudah warta malaikat menerima Sabda Allah dalam hati maupun tubuhnya, serta memberikan hidup kepada dunia, diakui dan dihormati sebagai Bunda Allah dan Penebus yang sesungguhnya. Karena pahala Putera-Nya, ia ditebus secara lebih unggul, serta dipersatukan dengan-Nya dalam ikatan yang lebih erat dan tidak terputuskan. Ia dianugerahi karunia serta martabat yang luhur, yakni menjadi Bunda Putera Allah, maka juga menjadi Putri Bapa yang terkasih dan kenisah Roh Kudus. Karena anugerah rahmat yang istimewa itu ia juga lebih unggul dari semua makhluk lainnya, baik di surga maupun di bumi. Namun, sebagai keturunan Adam Ia termasuk golongan semua orang yang harus diselamatkan. Bahkan “ Ia memang Bunda para anggota (Kristus), .....karena dengan cinta kasih ia menyumbangkan kerjasamanya supaya dalam Gereja lahirlah kaum beriman, yang menjadi anggota kepala itu.” Oleh karena itu, ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
menerima salam sebagai anggota Gereja yang serba unggul dan sangat istimewa, juga sebagai pola-teladannya yang mengagumkan dalam iman dan cinta kasih. Menganut bimbingan Roh Kudus, Gereja Katolik menghadapinya penuh rasa kasih sayang sebagai bundanya yang tercinta (LG 53). Penegasan Gereja Katolik terhadap tempat dan peranan Bunda Maria dalam Gereja dan kehidupan umat beriman sangat jelas melalui uraian dokumen diatas. Berbeda dengan pandangan para imam dan religius terhadap penghayatan dan pemahaman mengenai Bunda Maria ini lebih khusus lagi. Dalam hal ini, para imam dan religius memandang Bunda Maria adalah sebagai sumber kegembiraan dan pengharapan hidup religius dan para imam. Dalam Bunda Maria kaum religius dan para imam menyadari diri secara lebih mendalam terhadap panggilannya serta menemukan tanda pengharapan bagi hidupnya (Purnomo, 2000 : 12-13). Dengan iman, Maria menerima kata-kata Malaekat dan percaya kepada pesan bahwa ia akan menjadi Bunda Allah dalam ketaatan dari kesalehanya (Luk 1:38). Ketika mengunjungi Elisabet, dia melambungkan madah pujiannya kepada Yang Mahatinggi karena karya ajaib yang telah dikerjakan-Nya di dalam diri mereka yang menaruh kepercayaan kepada-Nya (Luk 1:46-55). Sejak zaman Gereja Perdana, Bunda Maria bersama dengan para rasul bertekun di dalam doa bersama-sama ketika menantikan kedatangan Roh Kudus (Kis 1:14), demikian pula keluarga-keluarga di masa kini juga dengan tekun dan khusuk berdevosi kepada Bunda Maria, dan berdoa dengan perantaraannya. Sekaligus dalam keluarga itu diungkapkan cinta mereka kepada Bunda Maria, yang juga berperan dalam Keluarga Kudus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Devosi kepada Bunda Maria biasanya lebih mengarah kepada kepentingan pribadi, hal ini nampak pada mereka yang mengalami permasalahan dalam hidupnya. Mereka berdoa kepada Bunda Maria, mohon bantuan dan berkatnya agar bisa secepatnya terlepas dari persoalan hidup yang sedang dihadapi itu. Menurut Teologi, devosi kepada Bunda Maria merupakan usaha untuk meneladan sikap iman Maria dalam kehidupan sehari-hari mereka, serta ambil bagian dalam karya penyelamatan Allah sehingga Kerajaan Allah semakin terwujud dan devosi kepada Bunda Maria mengasilkan “buah” yang dapat dinikmati oleh orang lain (Groenen, 1988:150). Membangun hidup rohani mau tidak mau juga berarti membangun rasa bakti : terpesona, terpaut, dan terlibat. Bila itu digulati terus-menerus, akan melahirkan hidup ketaatan kepada Allah. Perjalanan
manusia merupakan
perjalanan untuk semakin menjadi taat dalam iman kepada Allah. Untuk mengembangkan dan memperkuat rasa bakti dan ketaatan kepada Allah, orang menghidupkannya dengan kegiatan devosional atau kegiatan rasa bakti. Mengenal, berjumpa dan mengalami Allah dan sesama itulah yang mengubah manusia. Sesuai dengan ajaran Konsisli Vatikan II, yang menyebutkan Ekaristi adalah sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani (SC 10). Ekaristi bukan hanya salah satu dari sakramen. Ekaristi adalah Gereja dalam bentuk sakramen. Kalau dikatakan “Gereja adalah bagaikan sakramen, yakni tanda dan sarana persatuan mesra dengan Allah dan kesatuan umat manusia (LG 1). Rumusan itu juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4 berlaku pada ekaristi. Ekaristi merupakan tanda dan sarana, artinya “sakramen” persatuan dengan Allah dan kesatuan antar manusia (KWI, 1996:401-402). Perayaan Ekaristi merupakan perayaan cinta kasih Tuhan Yesus Kristus kepada kita umat manusia (Supranto, 2012:1). Dalam hal ini, Perayaan Ekaristi memberikan sentuhan rohani baik bagi imam maupun umat sehingga imam dan umat memiliki kerinduan untuk bertemu dengan Tuhan Yesus Kristus dengan merayakannya. Umat stasi St. Theresia Klampok paroki Antonius Banjarnegara sangat kental dengan devosi-devosi. Mereka secara rutin melakukan devosi, salah satunya adalah devosi kepada Bunda Maria. Dalam devosi ini, ibu-ibu membuat lemper untuk dibagikan kepada umat yang menghadiri devosi sebagai berkat dari novena tersebut. Inilah salah satu ciri khas yang ada di Stasi St. Theresia Klampok paroki Antonius Banjar-Negara saat mengadakan devosi. Makna dari lemper tersebut adalah karena terbuat dari ketan yang lengket, dari situlah muncul harapan untuk umat di stasi St. Theresia juga seperti lemper yang selalu lengket satu sama lain di dalam hidup menggereja, jauh dari permusuhan, konflik, dll. Sebagai umat dewasa ini, rupanya tidak lagi memiliki pengetahuan beragam mengenai devosi-devosi kepada Bunda Maria. Hal ini terjadi karena pewartaan kita mengenai devosi-devosi itu semakin minim dan terbatas hanya pengenalan akan doa-doanya, seakan dengan mengetahui doa dari devosi-devosi itu, itu sudah cukup. Akibatnya, mereka tidak lagi menaruh minat pada devosidevosi itu, dan dengan demikian mereka juga kehilangan beberapa sarana untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
menanggapi harta rohani dengan perantaraan Bunda Maria. Bertolak dari uraian tersebut maka penulis mengambil judul penelitian “Pengaruh Pemahaman Devosi Kepada Bunda Maria terhadap minat mengikuti Perayaan Ekaristi bagi umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara”. Dan diharapkan dari hasil penelitian ini, nantinya Devosi kepada Bunda Maria dapat diterapkan dalam minat mengikuti Perayaan Ekaristi. B. Rumusan Permasalahan Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah yang dimaksud dengan Devosi kepada Bunda Maria? 2. Apakah yang dimaksud dengan Ekaristi? 3. Apakah pemahaman Devosi kepada Bunda Maria berpengaruh terhadap minat mengikuti Perayaan Ekaristi bagi umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara? C. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka penulis memberikan penjelasan tujuan penelitian, yaitu sebagai berikut: 1. Menjelaskan arti dari Devosi kepada Bunda Maria. 2. Menjelaskan arti dari Perayaan Ekaristi. 3. Mengetahui pengaruh pemahaman Devosi kepada Bunda Maria terhadap minat mengikuti Perayaan Ekaristi bagi umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
D. Manfaat Penulisan Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan skripsi mengenai Devosi kepada Bunda Maria terhadap minat mengikuti Perayaan Ekaristi bagi umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara adalah sebagai berikut: 1. Bagi umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Bajarnegara, tersedianya informasi mengenai pemahaman Devosi kepada Bunda Maria dan minat mengikuti Perayaan Ekaristi. 2. Bagi penulis, mendapat informasi mengenai pemahaman devosi kepada Bunda Maria dan minat mengikuti Perayaan Ekaristi. 3. Bagi para pembaca, mendapatkan informasi mengenai pengaruh pemahaman Devosi kepada Bunda Maria dan minat mengikuti Perayaan Ekaristi bagi umat guna perkembangan hidup beriman. E. Metode Penulisan Motode penulisan ini adalah penulisan deskriptif analitis yaitu memaparkan, menguraikan serta menganalisis permasalahan yang ada, sehingga ditemukan jalan pemecahan yang tepat. Dalam tulisan ini penulis memaparkan pemahaman Devosi kepada Bunda Maria terhadap minat mengikuti Perayaan Ekaristi bagi umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara. Data yang dibutuhkan, diperoleh dengan menggunakan penyebaran kuesioner terhadap umat mengenai Devosi kepada Bunda Maria dan minat mengikuti Perayaan Ekaristi, supaya dapat menganalisis seberapa besar pengaruh pemahaman Devosi kepada Bunda Maria terhadap minat mengikuti Perayaan Ekaristi bagi umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Dari pernyataan di atas, penulis mengambil metode penelitian dengan mengunakan penelitian kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu (Sugiyono, 2013:14). F. Sistematika Penulisan BAB I
: Membahas dan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II
: Menguraikan tentang Devosi kepada Bunda Maria dan minat mengikuti Perayaan Ekaristi. Bab ini akan membahas tentang Devosi kepada Bunda Maria yang meliputi pengertian devosi secara umum, beberapa sudut pandang pemahaman devosi meliputi sudut historis liturgis, sudut anthtropologis, dan sudut agama kerayatan, peranan devosi dalam liturgi Gereja, beberapa hal yang harus diperhatikan dalam devosi, bentuk-bentuk devosi kepada Bunda Maria, dan Bunda Maria meliputi Bunda Gereja, Bunda Allah, Bunda Sang Pendoa, Ibu Yesus Kristus, Maria Perawan. Dilanjutkan mengenai minat mengikuti Perayaan Ekaristi meliputi minat, Perayaan Ekaristi meliputi berbagai istilah Ekaristi, Ekaristi dalam Gereja Katolik, makna sosial Ekaristi, dan unsur-unsur Perayaan Ekaristi. Bagian terakhir dari bab ini adalah rangkuman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB III : Memaparkan tentang hasil penelitian yang telah penulis laksanakan beserta dengan pembahasannya sehingga apa yang menjadi tujuan dalam penulisan laporan ini dapat tercapai. BAB IV : Usulan Program “Pembinaan iman untuk Semakin Memahami Devosi dan Perayaan Ekaristi”. Dalam bab ini akan disajikan dalam bentuk pembinaan iman melalui katekese yang meliputi: latar belakang pemilihan program, pengertian katekese umat, model katekese, usulan kegiatan, matrik program Shared Christian Praxis, contoh persiapan katekese dengan model Shared Christian Praxis di Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjar-Negara. BAB V
: Berisi kesimpulan yang merangkum bab I sampai IV dan Saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA DAN MINAT MENGIKUTI PERAYAAN EKARISTI
Bab pertama telah menguraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan skripsi. Bab kedua akan membahas mengenai devosi kepada Bunda Maria terhadap minat mengikuti Perayaan Ekaristi. Bab kedua ini, penulis akan membahas secara lebih mendalam dari rumusan masalah yang pertama yakni, pengertian devosi kepada Bunda Maria, pengertian dari minat mengikuti Perayaan Ekaristi, dan mengetahui pengaruh antara devosi kepada Bunda Maria terhadap minta mengikuti Perayaan Ekaristi. Secara keseluruhan bab ini berisikan kajian pustaka dari berbagai sumber yang berhubungan dengan devosi kepada Bunda Maria dan minat mengikuti Perayaan Ekaristi. Pembahasan dalam bab ini dibagi menjadi tiga bagian, yakni bagian pertama akan membahas tentang devosi kepada Bunda Maria, pengertian devosi secara umum, beberapa sudut pandang pemahaman devosi, peranan devosi dalam liturgi Gereja, beberapa hal yang harus diperhatikan dalam berdevosi, dan bentukbentuk devosi kepada Bunda Maria. Bagian kedua akan membahas tentang Bunda Maria, Bunda Gereja, Bunda Allah, Bunda Sang Pendoa, Ibu Yesus Kristus, dan Maria Perawan. Pada bagian ketiga akan membahas tentang minat mengikuti Perayaan Ekaristi, minat, dan Perayaan Ekaristi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
A. Devosi Kepada Bunda Maria 1. Pengertian Devosi secara Umum Sebelum berbuat sesuatu sesudah selayaknya orang mengetahui dan memahami apa yang akan diperbuat, demikian juga dalam berdevosi kepada Bunda Maria, orang terlebih dahulu perlu tahu maksud dan kedudukan devosi yang hidup di dalam Gereja. Dokumen Konstitusi Dogmatis tentang Gereja yakni Lumen Gentium, art. 51 yang secara khusus berbicara mengenai “beberapa pedoman Pastoral”. Berikut adalah kutipan dari dokumen tersebut : ……….. Maka, hendaklah mereka mengajarkan kepada umat beriman bahwa ibadat yang sejatri kepada para kudus bukan pertama-tama diwujudkan dalam ba yaknya perbuatan lahiriah, melainkan terutama dalam besarnya cinta kasih kita yang disertai tindakan nyata.....…. (LG 51)
Konsili Vatikan II dalam dokumen diatas memberikan tugas kepada para Uskup untuk mengajarkan kepada kaum beriman, bahwa kebaktian sejati kepada Para Kudus bukan hanya terletak dalam banyaknya perbuatan lahiriah, melainkan dalam hidup meneladan orang Kudus, bersatu padu dengan mereka serta memberikan pertolongan dengan pewartaan doa mereka demi kebaikan semua orang dan seluruh Gereja. Berdevosi kepada Santo-Santa dan pada Bunda Maria seharusnya bertujuan untuk memupuk semangat kita dalam mengabdi Gereja dan masyarakat. Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam berdevosi, yaitu bahwa devosi itu tidak boleh menjadi perasaan belaka tanpa dasar iman yang kuat. Kedua, bahwa devosi tidak boleh dilepaskan dari keseluruhan hidup Kristiani. Namun, yang paling penting adalah bahwa semua devosi hanya mempunyai suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
tujuan yaitu memperhatikan dan mengemukakan dengan lebih jelas Keselamatan Allah. Dalam Konstitusi Liturgi tentang Sacrosantum Concilium, art. 111 yang secara khusus berbicara mengenai “Pesta Para Kudus”. Berikut adalah kutipan dari dokumen tersebut : Menurut Tradisi, para kudus dihormati dalam Gereja, dan relikwi asli serta gambaran dan arca mereka mendapat penghormatan. Pesta para kudus mewartakan karya-karya agung Kristus dalam diri para hambaNya dan menyajikan kepada umat beriman teladan-teladan yang patut ditiru……….(SC 111) Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa Kristus dalam diri para hambahamba-Nya dan kepada orang beriman memberikan teladan yang patut dicontoh. Pokok seluruh hidup Gereja, yang merupakan hidup devosi adalah hidup Kristus dan dari para umat sendiri ialah iman akan Karya Keselamatan yang telah terlaksana dalam wafat dan kebangkitan Kristus. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa devosi merupakan suatu sikap yang diterapkan dalam perbuatan nyata oleh seorang pribadi dalam mengarahkan diri kepada sesuatu (seseorang) yang dihormati dan dicintai dalam hidup. Apabila devosi ini mengarah kepada Allah, maka devosi tersebut adalah sebagai devosi religius (keagamaan).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
2. Beberapa Sudut Pandang Pemahaman Devosi Munculnya devosi umat dapat kita pahami dalam beberapa segi, diantaranya adalah: a. Sudut Historis Liturgis Praktek devosi umat beriman senantiasa mengiringi perjalanan iman Gereja sepanjang masa. Beberapa bentuk macam devosi yang dapat kita lihat seperti Adorasi Ekaristi, devosi kepada Hati Kudus Yesus, devosi kepada Kerahiman Ilahi, doa rosario, novena, jalan salib, dsb (Martasudjita, 2011:248). Pada abad pertengahan, kita dapat melihat bahwa praktek devosi umat dalam gereja Katolik semakin berkembang pesat. Dari sinilah muncul beberapa macam praktek devosi yang digemari oleh umat (Martasudjita, 2011:249). b. Sudut Antropologis Secara antropologis, devosi umat menjawab kebutuhan afeksi dan emosi manusia. Dalam kenyataan ini, liturgi resmi Gereja tidak selalu menampung segi kebutuhan manusia. Umat membutuhkan praktek ungkapan iman yang mampu menampung sisi afektif, perasaan, dan emosi. Dalam devosi, aspek perasa, afektif, dan emosi ini mendapat tempat yang penting dan utama. Di lihat dari ini, devosi bukanlah keindahan rumusan doa yang secara teologis lengkap dan bagus, tetapi unsur perasaan yang ditumbuhkan dan mendapat tempat yang cukup pada praktek doa devosi itu (Martasudjita, 2011:251).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
c. Sudut Agama Kerakyatan Dari sudut agama karakyatan, devosi ini sesuai dengan pengalaman religius umat manusia. Dari hal ini, pengalaman religius adalah pengalaman dasar setiap umat manusia yang merindukan kebahagiaan sejati yang diyakini ada dan dijamin oleh Yang Ilahi atau Yang Trasenden (Martasudjita, 2011:251). 3. Peranan Devosi dalam Liturgi Gereja Meskipun devosi tidak termasuk liturgi resmi, devosi atau olah kesalehan sangat dianjurkan oleh Gereja sebab devosi memang memberikan sumbangan yang sangat baik bagi liturgi Gereja. Akan tetapi, ada beberapa hal yang harus diwaspadai terhadap praktek devosi yang berlebihan (Martasudjata, 2011:254). 4. Beberapa Hal yang Harus Diperhatikan dalam Devosi a. Devosi tidak pernah dipandang sebagai pengganti liturgi resmi (Martasudjita, 2011:255). b. Praktek devosi harus dijauhkan dari bahaya praktek magis. Praktek magis ialah apabila orang memandang kekuatan dan daya pengudusan berasal dari barang, mantra, hitungan angka itu sendiri (Martasudjita, 2011:256). c. Devosi harus tetap sesuai dengan iman Gereja yang benar (Martasudjita, 2011:256) 5. Bentuk-bentuk Devosi kepada Bunda Maria a. Rosario Kata “rosario” berasal dari kata Latin “rosarium” berarti taman bunga mawar (Daia, 2001:15). Kata ini dipakai dalam arti simbolis yang merupakan ungkapan dari doa-doa kita yang secara tulus kepada Bunda Maria. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
mendoakan rosario ini, diibaratkan menggambarkan karangan bunga mawar di hadapan Bunda Maria (Ratri, 2003:72). b. Novena Tiga Kali Salam Maria Kata “novena” berasal dari kata Latin “novem” yang berarti sembilan (Daia: 2001:28). Novena Tiga Kali Salam Maria berasal dari Santa Mechtildis (1241-1298). Ia mendapat pengalaman rohani saat ia mencemaskan hidupnya dan memohon kepada Bunda Maria untuk membantunya pada saat kematiannya (Ratri, 2003:94). Doa novena berarti doa yang didaraskan sembilan kali berturut-turut, misalnya dilakukan setiap hari selama sembilan kali, didoakan seminggu sekali pada hari Jumat atau didoakan selama sebulan sekali selama sembilan bulan pada Minggu pertama setiap bulannya (Daia, 2001:28). Biasanya novena Tiga kali Salam Maria selalu didoakan pada jam yang sama selama sembilan kali berturut-turut. Namun, patokan waktu tersebut bukan suatu aturan resmi. Patokan waktu ini tidak pertama-tama untuk menambah kemanjuran dari doa ini, tetapi patokan waktu ini berguna bagi kedisiplinan tubuh (Daia, 2001:29). c. Malaikat Tuhan (Angelus Domini) Kata “angelus” dan “domini” adalah kata-kata yang berasal dari bahasa Latin yang berarti “malaikat” dan “Tuhan”. Doa Angelus Domini adalah doa malaikat Tuhan. Doa ini didaraskan tiga kali dalam sehari pada waktu pagi pukul 06.00, siang pukul 12.00 dan sore pukul 18.00. Doa pagi bertujuan untuk mengenangkan
kebangkitan
Kristus.
Doa
siang
hari
bertujuan
untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
mengenangkan kematian Yesus Kristus. Doa sore hari bertujuan untuk mengenang misteri penjelmaan Kristus (Ratri, 2003:112). d. Litani Bunda Maria (Magnificat) Magnificat adalah nama madah yang menurut Lukas 1:46-55 diucapkan Santa Maria dihadapan Elisabeth, saudarinya. Tema utama dari madah ini ialah rencana penyelamatan Allah yang kini telah digenapi. Magnificat ini adalah salah satu kidung yang kita miliki dari Ibu Maria. Dengan mengkidungkan ini kita mengucapkan syukur kepada Allah karena segala perbuatan-Nya yang baik dan mendatangkan karunia-karunia yang baru. Magnificat ini sangat dianjurkan dalam mendaraskannya sesudah menerima Komuni Suci sebagai ucapan syukur seperti yang dilakukan oleh Ibu Maria (Ratri, 2003:114). e. Ziarah Ziarah merupakan salah satu fenomen religius umum bagi umat Katolik pada umumnya. Dalam hal ini, peziarahan ke tempat-tempat Bunda Maria baru muncul pada abad pertengahan akhir dari abad modern, sehingga Gereja Katolik memaknai ziarah sebagai perjalanan tobat, olah askese, dan puasa. Dalam hal ini, ziarah juga dipandang sebagai ungkapan iman akan makna gereja musafir yang harus berjalan ke tanah air surgawi. Hal ini ditegaskan pula oleh Konsili Vatikan II dalam LG art 48, bahwa ziarah merupakan salah satu devosi umat yang mampu menampilkan dimensi kesatuan Gereja karena pada umumnya para peziarah datang dari berbagai daerah dan suku bangsa (Ratri, 2003:260-261). Di bawah ini daftar nama tempat ziarah terkenal di Indonesia yang sering dikunjungi, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Lokasi Keuskupan Bogor
Nama Gua Gua Maria Bukit Kanada (Kampung Narimbang Dalam) Gua Maria Biara Santa Clara - Biara Suster Santa Clara, Pacet, Sindanglaya, Cipanas Gua Maria Lembah Karmel -Lembah Karmel , Cikanyere, Cipanas Puncak Keuskupan Bandung Gua Maria Karmel - Biara Suster Karmel OCD Gua Maria Sawer Rahmat Cisantana, Cigugur, Kuningan Gua Maria Paroki Subang - Gereja Paroki Subang Jakarta Gua Maria Fatima Keuskupan Agung Gua Maria Lourdes Sendang Sono Semarang Gua Maria Tritis Gua Maria Sendang Sriningsih Gua Maria Kerep – Ambarawa Gua Maria Mojosongo – Debegan
Keuskupan Malang
Salib Suci Gunung Sempu Gua Maria Sendang Ratu Kenya / Gua Hati Ibu Yang Bahagia – Danan Gua Maria Sendang Jatiningsih Sumur Maria Kitiran Mas - Gereja St.Maria Assumpta, Pakem Gua Maria Marganingsih Gua Maria Sendang Pawitra Sinar Surya Tawangmangu Gua Maria - Sendang Sancta Rosa Mystica Goa Maria Pereng Getasan Gua Maria Jatiningrum Gua Maria Sendang Purwaningsih Gua Maria Sendang Retno Adi Ngadireso - Tumpang Poncokusumo – Malang
Peresmian 13 Agustus 1988
Mei 1989 21 Juli 1990
13 Mei 1950 08 Desember 1929 1974 19 Agustus 1979 04 Oktober 1981 25 Desember 1983 20 Mei 1990 30 September 1997 1999 14 Oktober 2001 27 Oktober 2002
15 Agustus 1956 10 Mei 1990
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Keuskupan Surabaya
Gua Maria Fatima Sendang Waluyojatiningsih Gua Maria Lourdes Puh Sarang Keuskupan Denpasar Goa Maria Palasari Bali Keuskupan Agung Graha Bunda Maria Annai Medan Velangkanni Keuskupan Pangkal Bunda Maria di Atas Perahu Pinang Gua Maria Pelindung Segala Bangsa Belinyu Gua Maria Bunda Pelindung Teluk Dalam Gua Hati Tersuci Santa Perawan Maria Gua Bunda Maria Lourdes "RATU DAMAI" Keuskupan Gua Maria Ratu Rosari Palembang Keuskupan Lampung Gua Maria Padang Bulan – Pringsewu, Lampung Gua Maria Fajar Mataram – Bandarjaya, Lampung Keuskupan Atambua Gua Maria Bunda Pengantara Rahmat Gua Maria Lourdes Betun Gua Maria Bitauni Gua Maria Kapela Wilain Keuskupan Gua Maria Wato Jong Larantuka Keuskupan Agung Gua Maria Fatima Ende Keuskupan Agung 'Gua Maria Lourdes' Kupang Keuskupan Ambon Golgota di Masbait + Gua Maria Gua Maria Bunda Hati Kudus Gua Maria Panjang Keuskupan Manado Gua Maria Bunda Bukit Karombasan Gua Maria Redemtoris Mater Gua Maria Bunda Hati Kudus
27 Mei 1988 2 Mei 1999
30 September 1994 08 Desember 1999 22 April 2001 17 Maret 2002 1 November 2006 07 Oktober 2002 19 Agustus 1984
Agustus 2001
Peresmian 2000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Gua Maria Gunung Karmel Keuskupan Agung Gua Maria Balla – Pena, Polmas – Makassar Toraja Barat, Sulawesi Selatan Gua Maria Watan Soppeng Gua Maria Sendang Mulyasari Keuskupan Agung Gua Maria Bukit Rahmat - Putak Samarinda Tenggarong - Kutai Kartanegara Keuskupan Gua Maria Manikam Damai – Banjarmasin Mandam, Hampang, Kota Baru Keuskupan Sanggau Gua Maria Pusat Damai Keuskupan Sintang Gua Maria Tahta Kebijaksanaan Putussibau Gua Maria Sejiram - Kapuas Hulu Keuskupan Agung Gua Maria Riam Merasap Pontianak Gua Maria Toho Gua Maria ratu Pencinta Damai Anjungan
awal Juni 2002
1993 20 Oktober 1996 29 April 1973
B. Bunda Maria 1. Bunda Gereja Berdasarkan kesaksian Injil Yohanes dan kisah para rasul, Maria kemudian dihormati oleh umat katolik sebagai “Mater Ecclesiae”, yang artinya “Bunda Gereja”. Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium tentang Gereja menjelaskan sebagai berikut: Maria memang Bunda para anggota (Kristus), karena dengan cinta kasih ia menyumbangkan kerjasamanya, supaya dalam Gereja lahirlah kaum beriman, yang menjadi anggota Kepala itu. Oleh karena itu, ia menerima salam sebagai anggota Gereja yang serba unggul dan sangat istimewa, juga sebagai pola-teladannya yang mengagumkan dalam iman dan cinta kasih. Menganut bimbingan Roh Kudus, Gereja Katolik menghadapinya penuh rasa kasih sayang sebagai bundanya tercinta (LG, art 53).
Menurut Konsili Vatikan II, Gereja katolik mengakui peranan Maria bukan sebagai anggotanya yang serba unggul dan sangat istimewa, melainkan pula
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
sebagai pola-teladannya yang mengagumkan serta sebagai bundanya yang tercinta. Maka, sesuai dengan penegasan Konsili Vatikan II ini, Paus Paulus VI memaklumkan Maria bukan hanya sebagai “Bunda Kristus”, Sang Kepala, tetapi juga sebagai “Bunda Gereja”, para anggota-Nya (Njiolah, 2003:21-22). Maria adalah Bunda Gereja, yaitu bunda dari orang-orang beriman sebagai yang pertama dalam tatanan rahmat. Sebutan Bunda Gereja mengungkapkan inti perhatian akan keibuan Maria. Dalam hal ini, Maria adalah Bunda universal dari semua umat Allah, dan di dalam Gereja ia menempati kedudukan sebagai ibu. Seluruh Gereja memanggil Bunda Tuhannya sebagai Bundanya sendiri (NN, 2011 :23-25). Maria adalah Bunda Gereja karena ia termasuk dalam kelompok manusia yang dipulihkan kembali oleh Kristus kepada Bapa dan karena ia juga mendapat keuntungan dari rahmat penebusan yang datang kepadanya saat ia dikandung tanpa noda dosa (NN, 2011:25-26). 2. Bunda Allah Konsili Efesus (431) menetapkan dogma atau ajaran resmi Gereja, bahwa Maria adalah “Theotokos” atau “Bunda Allah” (Njiolah, 2003:28-30). Pada abad ke tiga, sebutan Theotokos, yang berarti “Bunda Allah” atau “orang yang melahirkan Allah”, diberikan kepada Maria. Hal ini tersebar luas dan kemudian disiarkan oleh Konsili Efesus pada tahun 431. Sirilus dari Aleksandria, misalnya, mengumumkan hal ini dalam Kutukan Pertamanya Melawan Nestorius, “Jika seseorang tidak mengakui bahwa Emmanuel benar-benar Allah dan karena itu Perawan Suci adalah Bunda Allah (karena dia melahirkan dalam daging Sabda Allah yang menjadi daging), terkutuklah dia.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Beberapa anggota konsili mengakui kata-kata Sirilus sebagai pernyataan iman Kristen yang sejati dan sejak itu sebutan Theotokos dinyatakan sebagai sebuah dogma yang diakui oleh semua anggota Gereja. Dengan mengakui Maria sebagai Bunda Allah, kita juga mengakui bahwa ia melahirkan Sang Ilahi dengan hakikatnya sebagai manusia sejati (NN, 2011:11-12). Majalah inspirasi oleh Bapak Julius Kardinal Darmaatmadja (2013:10) mengatakan bahwa Maria menjadi ibu karena naungan Roh Kudus, Roh Kesucian. Maria sepenuhnya menyerahkan diri kepada karya Roh Kudus, dengan menjawab “Terjadilah padaku menurut perkataanmu” (Luk 1:38). Iman yang total kepada Allah membuatnya kudus dan suci. Maria dapat bersikap demikian karena Maria “penuh rahmat”, sejak dari kandungan ibu Anna, telah “dikaruniai” dan bebas dari noda dosa. Perawan Maria adalah sungguh Allah, sungguh manusia, maka Maria sungguh Bunda Allah. 3. Bunda Sang Pendoa Bunda Maria memang seorang pendoa yang tulus dan jujur di hadapan Allah. Kehidupan doa adalah sebagian besar dari hidupnya. Sikap pendoa dari Bunda Maria terjadi begitu saja, bukan sebagai beban dan tugas berat. Hal ini terlihat saat Maria berjumpa dengan Elisabeth, saudarinya (Purnomo, 2001:4647). Sikap dasar iman Bunda Maria sebagai seorang pendoa tampak dalam sikap penyerahannya seperti terungkap dalam sikap pasrah-percaya-sepenuhnya kepada Allah dalam kerendahan hati. “Aku ini hamba Tuhan, terjadi padaku menurut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21 kehendak-Mu!” sikap iman sebagai pendoa inilah yang terwariskan kepada diri Yesus (Purnomo, 2001:48). 4. Ibu Yesus Kristus Dalam Injil Matius, orang banyak mengenal Yesus sebagai “anak tukang kayu”, dan “anak Maria” serta “saudara Yakobus, Yusuf, Simon, dan Yudas”. Sedangkan dalam Injil Lukas, malaikat Gabriel-lah yang membawa kabar gembira, dengan berkata kepada Maria: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus!” (Njiolah, 2003:17-20). Maka dengan perkataan malaikat itu, Maria kemudian mengandung dan melahirkan Yesus, sehingga Maria disebut Ibu Yesus Kristus. 5. Maria Perawan Agustinus dari Hippo (354-430) menegaskan bahwa, “Maria tetap perawan, ketika ia sedang mengandung Puteranya, perawan ketika ia melahirkan-Nya, perawan ketika ia menyusui-Nya; pendek kata ia selalu perawan”. Supaya tidak menimbulkan keraguan lagi, Konstantinopel II (553) akhirnya menetapkan “keperawanan” Maria sebagai dogma atau ajaran resmi Gereja. Mengenai “keperawanan” Maria, Konsili Vatikan II menguatkan pernyataan Konsili Lateran (649), yaitu kelahiran Yesus Kristus sama sekali tidak mengurangi keutuhan “keperawanan” Maria, melainkan justru menyucikan (LG 57) (Njiolah, 2003:3031).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Keibuan Maria diimani Gereja sebagai keibuan seorang perawan. Gereja mengajarkan keperawanan Maria lebih dihubungkan dengan iman Maria yang total, sikap penyerahan diri yang utuh terhadap kehendak Allah dalam dirinya. Kata “ya” terhadap panggilan hidup sebagai Ibu Penyelamat dunia meski tidak beliau ketahui apa arti sesungguhnya merupakan gambaran sikap ketaatan iman yang mutlak dan cinta bakti yang penuh dan total kepada Allah yang tiada bandingnya. Konsili Vatikan II memutuskan “Dalam iman dan ketaatan Maria melahirkan Putra Bapa sendiri di dunia, dan itu tanpa mengenal pria; dalam naungan Roh Kudus, sebagai Hawa yang baru, karena percaya kepada utusan Allah, dengan iman yang tak tercemar oleh kebimbangan” (LG 63). Majalah inspirasi oleh Bapak Julius Kardinal Darmaatmadja (2013:10) mengatakan bahwa keperawanan Maria berhubungan dengan keibunannya sejauh ia melahirkan Anak Allah, sebab, “ia percaya bahwa apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana” (Luk 1:45). C. Minat Mengikuti Perayaan Ekaristi 1. Minat Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya. Oleh sebab itu orang akan merasa berminat apabila menjalani atau melihat suatu hal yang mempunyai hubungan dengan keinginan atau kebutuhannya. Karena minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang kepada seseorang atau suatu hal. Pada umumnya kecenderungan tersebut disertai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
rasa senang atau antusias, karena merasa ada kepentingan dengan hal itu (Sardiman, 2008:76). Menurut Hilgard (dalam Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi, 2013:57) minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diamati seseorang diperhatikan secara terus menerus yang disertai dengan rasa senang yang akan menimbulkan kepuasan. Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2009:152), minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tetap dan tinggi untuk memperhatikan sesuatu hal yang mempunyai kaitan dengan keinginan dan kebutuhan. 2. Perayaan Ekaristi a. Berbagai istilah untuk Perayaan Ekaristi 1) Ekaristi Istilah “Ekaristi” berasal dari bahasa Yunani eucharistia yang berarti puji syukur. Kata eucharistia adalah sebuah kata benda yang berasal dari kata kerja bahasa Yunani eucharistein yang berarti memuji, mengucap syukur. Kata Ekaristi itu sudah digunakan untuk menunjuk seluruh Perayaan Ekaristi pada tiga abad pertama sejarah Gereja, seperti terdapat pada tulisan Didakhe, tulisan Santo Ignatius dari Antiokhia, Yustinus Martir, dan Origenes. Namun, sejak abad IV baik di Gereja Timur maupun di Gereja Barat, istilah Ekaristi mulai menghilang (Martasudjita, 2005:28).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
2) Misa Kata “misa” dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa latin, yaitu missa. Dalam hal ini, kata misa menjadi populer bagi seluruh Perayaan Ekaristi di Gereja Barat sejak abad V-VI, hingga Konsili Vatikan II, bahkan sampai saat sekarang ini. Dalam hal ini, kata misa sebenarnya digunakan untuk menunjuk perayaanperayaan liturgi lain, doa-doa, unsur-unsur perayaan sakramen tobat, bacaanbacaan, ataupun ibadat harian (Martasudjita, 2005:29). 3) Pemecahan Roti Pemecahan roti sebenarnya merupakan istilah yang menunjukkan tindakan bapa keluarga Yahudi pada awal perjamuan makan dalam rangka doa syukur singkat sebelum makan. Barangkali istilah pemecahan roti ini, diterapkan untuk menyebut seluruh Perayaan Ekaristi karena pernah ada pandangan jemaat yang sangat menekankan roti dan penerimaan roti ekaristik, atau karena tindakan pemecahan roti tersebut melambangkan kesatuan kita dengan Tuhan dan sesama secara menonjol (Martasudjita, 2005:31). 4) Perjamuan Tuhan (Dominica Cena) Dalam perkembangan, baik Gereja Barat maupun Gereja Timur, istilah Perjamuan Tuhan hanya digunakan dalam hubungannya dengan malam terakhir, tetapi tidak sebagai istilah Perayaan Ekaristi secara seluruh. Yang menggunakan istilah ini kembali ada para reformator pada abad XVI karena istilah Perjamuan Tuhan ini adalah ungkapan biblis, yaitu dari Paulus (Martasudjita, 2005:32).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
b. Ekaristi dalam Gereja Katolik 1) Akar Perayaan Ekaristi Gereja Ekaristi dirayakan oleh Gereja berdasarkan pengalaman iman Gereja akan Tuhan Yesus Kristus. Ada tiga akar pengalaman pokok yang menjadi pangkal tolak Perayaan Ekaristi Gereja, yaitu perjamuan makan dengan Yesus sebagai tanda kehadiran Kerajaan Allah, perjamuan malam terakhir, dan perjamuanperjamuan makan dengan Yesus Kristus yang bangkit (Martasudjita, 2005:35). a) Perjamuan makan dengan Yesus sebagai tanda kehadiran Kerajaan Allah Secara monumental penetapan Ekaristi memang dilakukan oleh Yesus sendiri pada perjamuan malam terakhir. Namun, penetapan Ekaristi oleh Yesus pada perjamuan malam terakhir itu tidak bisa dilepaskan dari seluruh kerangka hidup, karya, dan perutusan Yesus (Martasudjita, 2005:35). Yesus mewartakan Kerajaan Allah melalui sabda dan karya. Tindakan pewartaan dan penghadiran Kerajaan Allah oleh Yesus itu tidak hanya tampak dalam karya penyembuhan berbagai orang sakit, pengusiran setan dan membangkitkan orang mati, tetapi juga dalam perjamuan makan Yesus dengan orang-orang miskin dan berdosa (Mrk 2:16.19). Penggandaan roti yang dibuat Yesus (Mrk 6:31-44) harus dipahami sebagai kesejajaran dengan peristiwa penganugerahan makanan yaitu manna dari Allah kepada umat-Nya di padang gurun (Kel 16:1-36) (Martasudjita, 2005:36). Kita sebagai umat manusia, dapat merumuskan bahwa Kerajaan Allah adalah perwujudan dari wafat Yesus, di mana Kerajaan Allah tersebut hadir dalam ketidakmampuan,
kekayaan
dalam
kemiskinan,
kasih
dalam
kesepian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
ditinggalkan, kejayaan dalam kehinaan, kepenuhan dalam kekosongan, kehidupan dalam kematian. Perjamuan malam terakhir itu, di mana perjamuan-perjamuan makan lain dan tanda kehadiran Kerajaan Allah terpenuhi, Yesus mengartikan kesatuan hubungan batin-Nya dengan Bapa dan perutusan-Nya sebagai pelaksana dan pengantara Kerajaan Allah (Martasudjita, 2005:36). b) Perjamuan Malam Terakhir Perjamuan malam terakhir merupakan peristiwa teramat penting bagi pembahasan Ekaristi Gereja (Martasudjita, 2005:37). Perjamuan malam terakhir bukanlah Perayaan Ekaristi Gereja perdana. Namun, memang harus dikatakan bahwa antara perjamuan malam terakhir dan Perayaan Ekaristi Gereja ada kontinuitas dan sekaligus diskontinuitas. Kontinuitas perjamuan malam terakhir dan Perayaan Ekaristi Gereja, pertama terletak pada kenyataan bahwa Perayaan Ekaristi dilaksanakan oleh Gereja berdasarkan penetapan dan perintah oleh Yesus sendiri melalui sabda-Nya pada saat perjamuan makan terakhir : “Perbuatlah ini guna memperingati Aku!” tentu pada saatnya akan dijelaskan bahwa Perayaan Ekaristi sama sekali bukanlah pengulangan perjamuan malam terakhir, apa lagi pengulangan kurban Kristus di salib. Kontinuitas kedua ada pada tindakan Gereja dalam Perayaan Ekaristi (pada saat Doa Syukur Agung) yang selalu mengenangkan tindakan dan sabda Yesus atas roti dan anggur pada perjamuan malam terakhir (Martasudjita, 2005:37). Bagian DSA yang mengenangkan tindakan dan sabda Yesus atas roti dan anggur pada perjamuan malam terakhir itu biasa disebut kisah insitusi (Martasudjita, 2005:38).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Sedangkan diskontinuitas, mengapa Perayaan Ekaristi tidak sama dengan perjamuan malam terakhir, terletak pada isi dan fungsi perayaan. Isi Perayaan Ekaristi adalah perayaan iman Gereja akan wafat dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. Perjamuan malam terakhir lebih berfungsi sebagai perjamuan perpisahan Yesus dengan murid-murid-Nya (Martasudjita, 2005:38). c) Perjamuan-perjamuan makan dengan Yesus Kristus yang bangkit Perjanjian Baru melaporkan adanya perjamuan-perjamuan para murid dengan Yesus Kristus yang bangkit dan kini menampakkan diri. Penampakan Tuhan itu sudah boleh disebut Perayaan Ekaristi dalam Gereja pertama. Tidak boleh dilupakan bahwa baik perjamuan makan dengan Kristus yang bangkit dan menampakkan diri itu maupun Perayaan Ekaristi menunjukkan pada pokok pengalaman iman yang satu dan sama akan kehadiran Tuhan dan kebersamaan dengan-Nya dalam rangka suatu perayaan jemaat pasca-Paskah (Martasudjita, 2005:38-40). c. Makna Sosial Ekaristi 1) Memahami Tugas Perutusan Gereja tidak ada dari dan untuk dirinya sendiri. Melainkan Gereja ada karena mendapat tugas perutusan dari Kristus sendiri, di mana Ia mengutus “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku” (Mat 28:19). Dalam perutusan tersebut, dengan demikian memiliki dimensi kemuridan. Tanda kemuridan yang diberikan oleh Tuhan merupakan panggilan kasih, “Kamu adalah murid-muridKu, yaitu jika kalian saling mengasihi” (Yoh 13:35). Oleh karena itu, dapat di lihat, bahwa Gereja ada karena menjalankan tugas perutusan Kristus, perutusan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
untuk mewartakan-Nya yang adalah kasih sehingga semua orang mendapatkan keselamatan kasih-Nya. Keselamatan ini nyata ketika semua orang hanya memandang Allah serta berseru kepada-Nya (Krispurwana, 2009:21-24). Tugas perutusan Gereja, pertama-tama adalah mewartakan Kristus. Tentu dalam hal ini mewartakan Kristus tidak dengan sepotong-potong saja, melainkan Kristus yang seutuhnya, lengkap dengan pengalaman salib dan penderitaan-Nya (Krispurwana, 2009:24). 2) Gereja yang Hidup: Kehadiran Kristus Nyata Di tengah terpaan krisis serta tantangan perubahan zaman, Gereja harus senatiasa berubah untuk semakin mengarahkan diri kepada Dia yang memanggil dan mengutus, dan sebagai batu penjuru yang menyelamatkan. Dengan mau memurnikan diri, Gereja akan semakin mampu untuk menjadi umat Allah yang senantiasa menegaskan kehendak Allah (discernment) serta Gereja yang melayani. Gereja ada bukan untuk melayani dirinya sendiri, melainkan untuk melayani sesama sebagai wujud melayani Tuhan (Krispurwana, 2009:223). Para Uskup Asia menyatakan bahwa untuk menjadi murid Kristus dewasa ini berarti melayani kehidupan sehingga dalam komitmennya dalam mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah ditempatkan sebagai konsekuensi dari panggilannya untuk memperjuangkan budaya kehidupan. Dengan demikian, Gereja dipanggil untuk melayani, sebagai hamba Tuhan, dan sebagai hamba bagi kehidupan, yang dalam hal ini pelayanannya diwujudkan dengan mewujudnyatakan panggilan dirinya sebagai sakramen keselamatan Allah, dan tubuh Kristus di dunia (Krispurwana, 2009:223-224).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Krispurwana (2009:226) mengutip kembali pandangan tentang Romo YB. Mangunwijaya menggambarkan wajah Gereja itu walau kecil, namun kokoh dalam prinsip. Karenanya, kepemimpinan dalam Gereja bukan birokrasi pasif menunggu, namun kepemimpinan yang memiliki mobilitas aktif untuk dapat menggerakkan orang. Dalam hal ini, yang mendasari cara hidup Gereja profetis adalah realitas inkarnasi Tuhan Yesus yang dinyatakan sebagai mewartakan kabar gembira atau kabar baik kepada orang miskin, memberikan pembebasan kepada orang tawanan, dan membebaskan orang tertindas. Atau terungkap kuat dalam Injil Matius ketika berbicara tentang pengadilan terakhir, yakni bahwa apa pun yang tidak kita lakukan untuk orang-orang yang paling hina: miskin, lapar, haus, tertawan, telanjang, tidak kita lakukan untuk Tuhan dan sebaliknya. Kita juga dapat belajar dari ungkapan Kidung Maria dalam Injil Lukas, yang sangat kuat mengatakan bahwa Allah sangat berpihak kepada mereka yang lemah, miskin, tersingkir dan tertindas. Dalam hal ini, realitas inkarnasi dengan demikian adalah realitas inkarnasi Allah yang berpihak (Krispurwana, 2009:231-232). Selain dari dasar kehadiran, panggilan, serta perutusan Gereja profetis menemukan kekuatan dan motivasi dalam realitas salib. Salib diimani sebagai tindakan solidaritas Allah akan penderitaan umat manusia. Dalam hal ini, penderitaan dihapuskan tidak dengan dominasi dan kekuasaan, melainkan dengan cinta. Salib menjadi simbol cinta dan kepercayaan. Dengan demikian, pastoral pun kemudian berangkat dari realitas mereka yang teraniaya, tertindas, dan menderita. Pastoral ini mendapat acuan dan sumber penderitaan Yesus. Sengsara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Yesus, secara teologis dimengerti sebagai menjalankan kehendak Bapa. Namun, secara historis, kesengsaraan tersebut disebabkan oleh tindakan Yesus yang menyingkapkan, menentang, dan melawan setiap bentuk penindasan dan kuasa ketidakadilan, dengan membela dan memperjuangkan tata kehidupan yang adil bagi mereka yang miskin. Kita dapat melihat bahwa Gereja yang berpangkal pada inkarnasi dan salib Yesus, adalah Gereja yang berpihak kepada korban. Dalam diri para korban, Tuhan hadir dan memanggil kita, umat-Nya untuk melayani-Nya (Krispurwana, 2009:232-234). 3) Spiritualitas Ekaristi Spiritualitas pada umumnya dimengerti sebagai hubungan pribadi seorang beriman dengan Allah dan perwujudannya dalam sikap hidup: pikiran, perkataan, dan perbuatan. Dalam hal ini, spiritualitas kristiani berpusat pada iman kepada (fides qua) dan iman akan (fides quae) Allah Bapa dalam Yesus Kristus oleh Roh Kudus. Dan oleh karena itu, Allah Bapa dalam Yesus Kristus oleh Roh Kudus sendiri hadir secara nyata dalam Ekaristi. Maka dari itu, spiritualitas Kristiani adalah spiritualitas yang berpusat pada Ekaristi, “bagaikan sumber, mengalir rahmat kepada kita, dan dengan hasil guna yang amat besar diperoleh pengudusan manusia dan pemuliaan Allah dalam Kristus, semua karya Gereja lainnya”. Konsili Vatikan II menyebutkan Ekaristi sebagai sumber dan puncak seluruh hidup kristiani. Karena itu, hidup kristiani secara mendasar merupakan hidup dalam Roh, maka tepatlah bila dikatakan bahwa Ekaristi adalah sumber dan puncak spiritualitas kristiani (Prasetyantha, 2008:139-142).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
d. Unsur-unsur Perayaan Ekaristi 1) Makna Ekaristi sebagai perayaan Kata perayaan menerjemahkan kata Latin celebratio yang kata kerjanya : celebrare. Kata celebrare ini memiliki banyak kemungkinan arti, seperti : merayakan, mengunjungi atau menghadiri dalam jumlah banyak, meramaikan, memenuhi, kerap kali melakukan, memasyurkan, memurni atau memuja (Martasudjita, 2005:105). Dalam pengertian teologis-liturgis kata perayaan mengandung tiga arti, yaitu: segi kebersamaan yaitu sebuah perayaan yang merupakan kegiatan bersama atau sekurang-kurangnya melibatkan lebih dari satu orang. Dalam hal ini dapat di lihat bahwa yang merayakan Ekaristi adalah Kristus dan bersama dengan seluruh Gereja. Itu berarti, seluruh Gereja juga menjadi subyek atau pelaku Parayaan Ekaristi yang sungguh-sungguh, karena Kristus, di dalam Kristus, dan bersama Kristus. Sebagai suatu perayaan seluruh Gereja Perayaan Ekaristi selalu bersifat resmi, umum, eklesial (artinya menghadirkan seluruh Gereja). Dengan demikian, kapan pun dan di mana pun, juga oleh siapa pun dalam arti berapa pun jumlah umatnya (bahkan hanya suatu missa privata), Ekaristi tetap sebuah perayaan seluruh Tubuh Mistik Kristus yang di mana perayaan yang dirayakan oleh Kristus dan seluruh Gereja. segi partisipatif merupakan sebuah perayaan yang selalu menunjukkan makna keterlibatan dan partisipasi dari seluruh hadirin yang berpartisipasi secara aktif dan sadar. Kata aktif menunjukkan keterlibatan yang sepenuhnya dan seutuhnya. Kata sadar menunjukkan segi pemahaman atau tahu. Orang yang melakukan dengan sadar berarti bahwa orang itu sungguh tahu apa yang ia buat. Oleh karena itu umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
beriman perlu memahami seluruh makna Perayaan Ekaristi, termasuk arti dan simbolnya, dan segi kontekstual menunjukkan makna Ekaristi yang dirayakan menurut situasi dan kondisi aktual dan kontekstual yang setempat. Dalam hal ini, para Bapa Konsili Vatikan II sangat mendorong berbagai penyesuaian liturgi termasuk dengan hakikat semangat liturgi yang sejati dan asli (SC 37) (Martasudjita, 2005:106-108). Ditinjau dari aspek sosial, makna dari Ekaristi merupakan perjamuan Tuhan, di mana kita umat manusia bertemu dan bersatuan dengan Kristus sendiri yang telah membagikan hidupnya kepada semua orang (Prasetyantha, 2008:155-156). 2) Partisipasi Umat beriman 1) Umat beriman diharapkan berpartisipasi secara sadar dan aktif dalam seluruh Perayaan Ekaristi, sejak persiapan, saat pelaksanaan, dan juga saat pengalaman misteri iman itu dalam kehidupan sehari-hari (SC 14 dan 48) (Martasudjita, 2005:108). 2) Partisipasi sadar dan aktif umat beriman dalam liturgi tersebut dilaksanakan menurut “tingkatan, tugas, serta ke ikut sertaan mereka” (SC 26) (Martasudjita, 2005:109). 3) Selain para petugas terthabis, di antara umat beriman juga dipilih para petugas liturgi yang ambil bagian dalam pelayanan liturgi bagi seluruh umat beriman (Martasudjita, 2005:109). 3) Peran dan Tugas Imam Para Bapa Konsili Vatikan II mengajarkan bahwa para imam adalah pembantu dan penasihat para uskup dalam pelayanan dan tugas mengajar,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
menguduskan, dan menggembalakan umat Allah (PO 7).
Dalam Perayaan
Ekaristi, para imam berperan secara khas untuk “membawakan pribadi Kristus” (PO 13) atau bertindak in persona Chisti, tetapi sekalian juga menjadi saksi dan pelayan seluruh Gereja (Martasudjita, 2005:110). Martasudjita (2005:110) mengutip tentang buku PUMR (Pedoman Umum Misale Romawi) tahun 2000, menyebutkan beberapa hal sebagai tugas dari para imam, yaitu: 1) Memimpin Perayaan Ekaristi adalah tugas utama imam (PO 13). Maka, hendaknya para imam merayakan Ekaristi setiap hari sebab hal itu tidak hanya bagi kehidupan imamat dan rohaninya sendiri tetapi juga demi keselamatan umat (PUMR 19). 2) Dalam Perayaan Ekaristi, imam bertugas untuk membawakan doa-doa pemimpin atau doa-doa presidensial. Doa-doa presidensial itu mencakup pertama-tama dan utama, yaitu Doa Syukur Agung. DSA ini merupakan puncak seluruh ibadat (PUMR 30). Kemudian imam juga bertugas membawakan doa-doa presidensal lainnya, yakni doa pembuka, doa persiapan persembahan, dan doa-doa sesudah komuni. Doa-doa ini disampaikan oleh imam kepada Allah “atas seluruh umat kudus dan semua yang hadir, dan melalui dia Kristus sendiri memimpin himpunan umat” (PUMR 30). 3) Doa-doa presidensial itu harus dibawakan dengan suara lantang dan ucapan yang jelas sehingga dapat ditangkap oleh jemaat. Selama imam membawakan doa-doa presidensial tersebut, tidak diperkenankan adanya doa atau nyanyian atau juga iringan alat musik (PUMR 32).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
4) Imam juga memiliki wewenang untuk menyampaikan sejumlah ajakan yang tercantum dalam TPE (PUMR 31). Dalam perumusannya, imam tentu saja boleh menyesuaikan dengan daya tangkap umat. Imam juga diperkenankan memberikan pengantar sangat singkat pada ritus pembuka, sebelum masuk ke liturgi sabda, liturgi Ekaristi, dan sebelum berkat pengutusan pada ritus penutup. 5) Imam harus juga mendoakan doa-doa pribadi dalam hati pada bagian-bagian tertentu, seperti doa sebelum pemakluman Injil, doa pada persiapan persembahan, dan doa-doa sebelum serta sesudah komuni (PUMR 33). 4) Tata Gerak dan Sikap Tubuh Martasudjita (2005:111) mengutip kembali tentang buku PUMR tahun 2000 menyampaikan pedoman tata gerak dan sikap tubuh para petugas liturgi dan seluruh umat beriman. Seluruh tata gerak dan sikap tubuh harus dilaksanakan menurut 3 patokan ini, yaitu: 1) Tata gerak dan sikap tubuh memancarkan keindahan dan sekaligus kesederhanaan yang anggun dari Perayaan Ekaristi. 2) Tata gerak dan sikap tubuh itu mengungkapkan dengan baik pemahaman yang tepat dan penuh atas aneka bagian perayaannya. 3) Tata gerak dan sikap tubuh itu membuat bisa sungguh berpartisipasi secara aktif. Martasudjita
(2005:112)
mengutip
kembali
tentang
buku
PUMR
menganjurkan agar setiap umat berdiri saat ritus pembuka, yakni dari awal nyanyian pembuka sampai ritus pembuka (dari awal nyanyian pembuka sampai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
dengan doa pembuka selesai, saat bait pengantar Injil, Injil, syahadat, dan doa umat (PUMR 43)). Lalu PUMR menyarankan umat duduk selama baca-bacaan sebelum Injil dan selama Mazmur Tanggapan, selama homili, selama persiapan persembahan, dan selama saat hening sesudah komuni. Pada DSA umat dianjurkan untuk berdiri, namun juga bisa berlutut pada saat memasuki kisah dan kata-kata institusi atau berlutut sejak sesudah kudus sampai DSA berakhir (Martasudjita, 2005:112). 5) Saat Hening Dalam situasi dan praktek di berbagai tempat banyak sekali yang masih kurang memberikan perhatian pada keheningan di sekitar Perayaan Ekaristi. Hal ini bisa kita lihat saat para petugas sedang mempersiapkan diri, suasana di sakristi malah justru gaduh dan ribut; ketika Perayaan Ekaristi belum dimulai, ada sekelompok umat yang berbisik-bisik dan bercanda di dalam gereja, ada juga umat yang asyik bermain HP dan lupa menonaktifkannya selama Perayaan Ekaristi berlangsung (Martasudjita, 2005:113). Makna saat hening dalam Misa Kudus tidaklah sama. Saat hening sebelum pernyataan tobat ialah untuk mawas diri dan merenungkan kasih Allah dan tanggapan kita yang tidak sesuai melalui dosa dan kesalahan kita. Saat hening sebelum doa pembuka adalah untuk menyampaikan ujud doa pribadi masingmasing dan nantinya akan disatukan dalam doa pembuka oleh imam. Saat hening sesudah bacaan dan homili ialah untuk merenungkan Sabda Allah. Saat hening sesudah komuni dimaksudkan untuk bersyukur, memuji Tuhan, dan menyerukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
doa permohonan pribadi kepada Tuhan dalam komuni itu (Martasudjita, 2005:113). 6) Makna Nyanyian Musik mempunyai tempat dan kedudukan yang sangat amat penting dalam liturgi. Konstitusi Liturgi Sacrosantum Concilium memberikan satu bab tersendiri untuk membicarakan soal musik (bab VI: SC 112-121) (Martasudjita, 2005:113). Dari dokumen tersebut, ada 3 poin mengenai tempat dan makna musik liturgi, yaitu: 1) Musik merupakan bagian liturgi sendiri. Artinya, musik bukan sesuatu yang bersifat iringan belaka, atau sekedar tambahan atau sarana untuk memeriahkan saja, malainkan “bagian liturgi meriah yang penting atau integral” (SC 112). 2) Musik memperjelas misteri Kristus. Sebab, musik liturgi menjadi sarana untuk memuliakan Allah dan mengkuduskan umat beriman (SC 112). Melalui syair dan melodinya, umat dibantu untuk mendalami misteri Kristus dan juga menghayati kehadiran Kristus dalam Misa tersebut. 3) Musik dapat ikut membantu umat dalam berpartisipasi secara aktif dalam Perayaan Ekaristi. Apabila para Bapa Konsili Vatikan II meminta partisipasi umat secara sadar dan aktif (SC 14), musik liturgi dapat menjadi bagian dari bentuk partisipasi tersebut. Melalui musik, kesatuan umat ikut dibentuk dan dikembangkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
D. Rangkuman Devosi
Kepada
Bunda
Maria
merupakan
bentuk
kebaktian
atau
penghormatan kepada Bunda Maria. Di mana devosi ini dilakukan secara berturut-turut, pada hari yang sama dan pada jam yang sama pula. Seperti halnya yang dilakukan oleh umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara. Mereka melakukan devosi secara rutin agar permohonan mereka dikabulkan. Dalam devosi yang dilakukan oleh umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara ini, dapat memberikan contoh kepada semua umat beriman agar jangan menjauhkan diri dengan menikmati hal-hal duniawi saja, melainkan harus mendekatkan diri kepada Tuhan. Seiring berjalannya waktu, devosi ini juga membuat umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara semakin rajin untuk mengikuti Perayaan Ekaristi setiap Minggunya. Umat
Stasi St. Theresia
Klampok Paroki
St. Antonius Banjarnegara
melambangkan devosi dengan sebuah lemper. Di mana, lemper tersebut dapat mempersatukan semua umat dan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan dengan mengikuti Perayaan Ekaristi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III PENGARUH DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA TERHADAP MINAT MENGIKUTI PERAYAAN EKARISTI
Dalam bab ini, akan dibahas tentang metodologi penelitian tentang Devosi kepada Bunda Maria dan minat mengikuti Perayaan Ekaristi di Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjar-Negara. Metodologi penelitian yang akan dipaparkan dalam bab ini, yaitu: Tujuan Penelitian, Metode Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian, Responden Penelitian, Instrumen Penelitian, dan Variabel Penelitian. A. Gambaran Umum Paroki St. Antonius Banjarnegara dan Stasi St. Theresia Klampok 1. Gambaran Umum Paroki St. Antonius Banjarnegara Gereja Katolik St. Antonius Banjarnegara terletak dijantung kota Kabupaten Daerah Tingkat II Banjarnegara di wilayah ex-Karesidenan Banyumas Propinsi Jawa Tengah. Gedung gereja lama berada di Jalan Pemuda 47 yang sekarang digunakan sebagai Aula GIRI TIRTA dan Pastoran. Sedangkan gedung gereja yang baru terletak di Jalan Mayjend DI Panjaitan No. 36 Banjarnegara. Letak bangunan gereja baru di jalan yang menghubungkan berbagai kota di Jawa Tengah. Arah timur ke barat menghubungkan
kota-kota
Magelang-Secang-Temanggung-Parakan-Wonosobo-
Banjarnegara-Purbalingga-Purwokerto.
Sedangkan
arah
utara
ke
selatan
menghubungkan kota-kota Pekalongan-Karangkobar-Banjarnegara-Kebumen. Sebelum tahun 1997, Paroki Santo Antonius Banjarnegara masih merupakan stasi terbesar di wilayah Paroki Wonosobo. Dan satu-satunya stasi yang berada di Ibu Kota Kabupaten.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Berdasarkan arsip di Pastoran Wonosobo dan beberapa nara sumber yang dianggap cukup lama berdomisili di Banjarnegara, meskipun kurang lengkap, dapatlah disusun sejarah perkembangan Stasi Banjarnegara. Sebelum Jaman Jepang, di Banjarnegara sudah ada Pastor tetap yang bertempat tinggal di rumah sewa di Jalan Stasiun, dan juga sudah ada Komunitas Darah Mulia yang tinggal di kampung Parakan Canggah, yaitu di depan Taman Makam Pahlawan Sureng Yudha yang sekarang. Mereka membuka Sekolah Dasar di depan gereja lama, yang saat ini berlokasi di gedung DPR. Dulu, mereka sering berkumpul di Sekolah Dasar itu untuk mengikuti Misa Kudus. Namun setelah agresi (clash) Belanda yang ke-2 tahun 1955, dapat dikatakan bahwa umat Katolik di Banjarnegara harus mulai dari awal lagi. Tidak ada lagi Pastor tetap yang bertugas. Para Suster pun tidak kembali lagi. Dan Sekolah Dasar itu pun dinyatakan bubar.
Data statistik umat Katolik Banjarnegara sebelum dan sesudah jaman perang adalah sebagai berikut : Tahun 1938
: 21 orang Eropa, 20 orang Pribumi, 1 orang Tionghoa
Tahun 1949
: 10 orang Pribumi, 1 orang Tionghoa
Tahun 1950
: 2 orang Eropa, 15 orang Pribumi, 1 orang Tionghoa
Tahun 1951 – 1956 nama Stasi Banjarnegara tidak disebut-sebut Tahun 1957
: 1 orang Eropa, 15 orang Pribumi, 1 orang Tionghoa
Tahun 1967
: 83 orang Pribumi, 60 orang Tionghoa
Tahun 1977
: 224 orang
Tahun 1988
: 471 orang
Tahun 1991
: 577 orang
Tahun 2001
: 1640 jiwa
Pada tahun 1957 Misa Kudus diselenggarakan setiap 5 (lima) minggu sekali (Bhs Jawa: Selapanan) yaitu setiap hari Kamis Pon di rumah keluarga Bpk. F.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Soedibja. Selanjutnya Misa Kudus diadakan setiap hari Rabu Paing. Setiap tahun jumlah umat semakin bertambah. Baik dari Baptisan baru maupun umat Katolik pendatang. Sehingga rumah tersebut tidak lagi mampu menampung umat baru. Oleh karena itu ibadat dan Misa Kudus dilaksanakan di rumah Ny. Albertine Christine Herst, yang kita kenal dengan nama Oma Singgih. Rumah Oma Singgih sekaligus adalah Losmen Giri Tirta, yang pada akhirnya beserta pekarangan yang luas itu oleh beliau dijual ke Keuskupan Purwokerto. Kamar tengah pada bangunan induk yang berukuran 5m x 9m pada mulanya masih cukup digunakan untuk mengadakan ibadat. Kamar-kamar lainnya di sebelah timur digunakan untuk ruang pelajaran agama, untuk kamar Pastor serta untuk ruang ketrampilan. Ruang bagian depan digunakan untuk Taman KanakKanak Santa Maria. Paviliun di belakang gedung gereja untuk kamar Suster, kamar tamu dan tempat tinggal Oma Singgih. Dengan bertambahnya umat Katolik, ruang yang berukuran 5m x 9m itu tidak mampu lagi menampung jumlah umat yang mengikuti Misa Kudus. Sehingga tembok pemisah antara ruang ibadat dan ruang les serta kamar Pastor harus dibongkar lagi menjadi ruangan dengan ukuran 9m x 9m. Sakristi dan kamar Pastor dipindah ke ruang ketrampilan di sebelah ruang TK Santa Maria. Peresmian gedung gereja baru itu dirayakan cukup meriah pada tanggal 24 Juni 1972. Pada tahun 1978-1979 datanglah Pastor baru yang pernah tinggal di Irian Jaya dan negara RRC yaitu Romo W. Kinstrup, MSC berusia 70 tahun. Karena beliau bersedia tinggal di Banjarnegara 3 sampai 4 hari dalam seminggu, maka umat stasi Banjarnegara berusaha membangun Pastoran kecil di sebelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
timur gedung gereja lama. Misa Kudus dapat diselenggarakan setiap hari Sabtu pukul 17.00. Berhubung saat itu untuk sementara TK Santa Maria ditutup, maka gedung gereja dapat diperluas lagi dengan membongkar ruang depan dan kamar Pastor. Oleh karena bangku-bangku sudah kelihatan reyot dan lapuk maka atas sumbangan Romo W. Kintrup, MSC sendiri umat dapat mengganti semuanya dengan yang baru yang lebih kuat. Walaupun usianya sudah lanjut tetapi hasrat beliau untuk mengunjungi umatnya besar sekali. Hampir seluruh umat dikunjungi sambil dicatat satu per satu nama, alamat dan anggota keluarganya, termasuk umat Katolik keturunan Thionghoa. Romo Kintrup memang lancar berbahasa Tionghoa kerena pernah bertugas di RRC selama kurang lebih 15 tahun. Berkat ketekunan dan ketelatenannya dalam melaksanakan kunjungan ke umat, tidak mengherankan kalau umatpun semakin rajin mengikuti Misa Kudus. Berita yang amat menggembirakan datang berkat perjuangan Bapak FX. Edy Sidharta, Bapak A. Supriyadi dan Bapak Yusup Hadiwardoyo, tanah gereja pada tanggal 31 Mei 1981 berhasil menjadi Hak Milik Keuskupan. Oleh karena batas tanah gereja dan tanah penduduk sekitar belum jelas maka setelah diadakan pengukuran oleh pegawai Kantor Agraria, Pengurus Dewan Stasi memandang perlu untuk membangun pagar tembok. Berhubungan stasi Banjarnegara waktu itu tidak mempunyai uang kas yang cukup, Bapak Yusuf Adiwardoyo dan Bapak Br. Wind Pawana memberanikan diri menghadap Bapak Uskup. Bapak Uskup menyarankan untuk menghadap Romo Kemper MSC, dan dari uang bantuan itulah dapat dibangun tembok pemisah sebelah Barat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Tahun 1985 Stasi Banjarnegara mulai dibagi menjadi 5 (lima) Kring, yaitu Kring Timur, Kring Tengah, Kring Barat, Kring Mrica dan Kring Karang Kobar. Selanjutnya pada tahun 1986 kring-kring tersebut dirubah namanya: 1. Kring Timur menjadi Kring Santo Paulus. 2. Kring Tengah menjadi Kring Santo Petrus. 3. Kring Barat menjadi Kring Santa Maria. 4. Kring Mrica menjadi Kring Santo Yusup Pekerja. 5. Kring Karang Kobar menjadri Kring Santo Lukas. Ada beberapa suster dari Konggregasi PMY yang bertahun-tahun setiap minggu ke Banjarnegara untuk memberikan kursus menjahit dan ketrampilan dan mengajar agama. Mereka adalah Suster Martinetta (sampai tahun 1970), Suster Goudeta (sampai tahun 1980), Suster Yosephine dan beberapa suster muda lainnya di antaranya Suster Asisia. Ada guru SLB/B Putri Wonosobo yang dengan sangat tekun memberikan Pelajaran Agama kepada anak-anak yaitu Ibu B. Sri Murwani. Sedangkan Pelajaran Agama untuk siswa SLTP dan SLTA ditangani oleh Bapak FX. Warsidi dari Bimas Katolik Wonosobo sampai kira-kira tahun 1983. Selanjutnya Pelajaran Agama untuk SLTA diserahkan kepada Ibu L. Wuryastuti Sidharta sedangkan SLTP kepada Ibu MM Laksminingsih. Setiap hari Natal dan Hari Raya Paskah, gedung gereja sudah tidak mampu lagi menampung jumlah umat yang merayakan hari-hari raya tersebut sehingga harus ditambah dengan pemasangan tenda agar umat dapat merayakan dengan duduk. Oleh karena itu Dewan Stasi merasa perlu menabung guna membangun gedung gereja yang lebih besar di masa mendatang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
2. Gambaran Umum Stasi St. Theresia Klampok Stasi St. Theresia Klampok terletak di Kabupaten Banjarnegara, lebih tepat lagi di Jalan Raya Purwareja Klampok. Stasi ini pada awal mulanya masuk dalam Paroki St. Agustinus Purbalingga. Karena, pada waktu itu Paroki St. Antonius Bajarnegara belum berdiri dan belum ada. Setelah berdirinya Paroki St. Antonius Banjarnegara pada 18 Mei 1997 oleh Romo Uskup Mgr. P.S. Hardjosoemarto, MSC, Stasi St. Theresia Klampok masuk dalam Paroki St. Antonius Banjarnegara. Stasi St. Theresia Klampok pada awalnya belum memiliki gereja untuk melakukan berbagai kegiatan, diantaranya adalah Perayaan Ekaristi. Untuk melaksanakan Perayaan Ekaristi atau Misa mereka berkumpul di rumah umat secara bergantian. Melihat situasi yang sangat miris ini, ada seorang bapak yang berinisiatif untuk mendirikan sebuah gereja yaitu bapak Pius. Beliau mencari dana untuk membeli sebuah tanah dengan cara meminta donatur dari luar negeri sehingga beliau dapat membeli sebuah tanah untuk didirikan gereja. Stasi St. Theresia Klampok terdiri dari 4 lingkungan, yaitu: Lingkungan Markus, lingkungan Paulus, lingkungan Agustinus, dan lingkungan Petrus. Jumlah umat di stasi ini ±150 KK. Sebagian besar umat di stasi ini berasal dari suku jawa. Bahasa yang digunakan
sehari-hari
adalah
bahasa
jawa
ngapak.
Perayaan
Ekaristi
menggunakan bahasa Indonesia namun ada saat-saat tertentu menggunakan bahasa jawa. Keterlibatan umat dalam hidup menggereja dilaksanakan dalam kegiatan ibadat lingkungan, doa Rosario, doa arwah, dan lain-lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
B. Penelitian Tentang Pengaruh Pemahaman Devosi Kepada Bunda Maria Terhadap Minat Mengikuti Perayaan Ekaristi Bagi Umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara 1. Rencana Penelitian a. Tujuan Penelitian 1) Untuk mengetahui dan mendeskripsikan seberapa besar pengaruh pemahaman Devosi kepada Bunda Maria terhadap minat mengikuti Perayaan Ekaristi. 2) Untuk mengetahui dan mendeskripsikan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk melihat pengaruh pemahaman Devosi kepada Bunda Maria terhadap minat mengikuti Perayaan Ekaristi. b. Metode Penelitian Masalah yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu mengenai pengaruh pemahaman Devosi kepada Bunda Maria terhadap minat mengikuti Perayaan Ekaristi. Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat Ex-post facto yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan dan metode survey yang diperoleh dari hasil penelitian melalui penyebaran kuesioner (skala Likert) yang diberikan kepada umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara. c. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada pertengahan bulan September 2016 di Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
d. Responden Penelitian Pengambilan sampel dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik sampling, yaitu: purposive sampling. Dalam pengambilan sampel, jumlah sampel yang akan diteliti/dipilih akan terbatas. Tetapi dalam hal ini, pemilihan anggota sampel tersebut harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Teknik ini dipilih karena melihat waktu, biaya, dan tenaga. Masalah penelitian yang diangkat peneliti adalah “ Pengaruh Pemahaman Devosi kepada Bunda Maria Terhadap Minat Mengikuti Perayaan Ekaristi Bagi Umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara”. Dikarenakan keterbatasan waktu, biaya dan tenaga, maka yang diambil sebagai sampel
ada 4 lingkungan dari 1 stasi yang berjumlah ±150 KK. Empat
lingkungan tersebut, yaitu lingkungan St. Paulus, St. Markus, St. Agustinus, dan St. Petrus. Sampel yang diambil berjumlah 60 orang. Enam puluh tersebut dipilih berdasarkan jumlah umat setiap lingkungan (lingkungan St. Paulus diambil 10 orang, lingkungan St. Markus 10 orang, St. Agustinus 20 orang, dan St. Petrus 20 orang). Tabel 1 Sampel Penelitian No.
Lingkungan
Jumlah Sampel
1.
Lingkungan St. Paulus
10 orang
2.
Lingkungan St. Markus
10 orang
3.
Lingkungan St. Agustinus
20 orang
4.
Lingkungan St. Petrus
20 orang
Jumlah sampel yang diteliti
60 orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
e. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat pengumpulan data (Nana Sudjana, 2012:97). Penelitian ini menggunakan instrumen nontes berupa skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2013:134). Dalam skala Likert ini, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian, dari indikator variabel tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan (Sugiyono, 2013:135). Jawaban dari setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert ini terdiri dari lima atau empat tingkatan yang mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Lima atau empat alternatif pilihan tersebut diantaranya adalah: a. b. c. d. e.
Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju
a. b. c. d.
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah
a. b. c. d.
Sangat positif Positif Negatif Sangat negatif
a. b. c. d.
Sangat baik Baik Tidak baik Sangat tidak baik
Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat ke dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
f. Variabel Penelitian Variabel yang akan diungkap dalam penelitian ini ada dua variabel, yaitu Devosi kepada Bunda Maria dan minat mengikuti Perayaan Ekaristi. Berikut ini kisi-kisi Skala Likert mengenai “Devosi kepada Bunda Maria” dan “minat mengikuti Perayaan Ekaristi” yang digunakan dalam penelitian. Tabel 2 Variabel Penelitian No. 1.
2.
Variabel
Aspek
Devosi 1) Pemahaman devosi kepada Kepada Bunda Bunda Maria Maria 2) Hal-hal yang harus diperhatikan dalam devosi 3) Bentuk-bentuk devosi 4) Mengenal Bunda Maria Minat Mengikuti Perayaan Ekaristi
1) 2) 3) 4)
Kesukaan Ketertarikan Perhatian Keterlibatan
No. Item
Jumlah Soal
1,2,3
3
4,5
2
6,7,8,9,10 11,12,13,14
5 4
15,16,17 18,19,20 21,22,23,24 25,26,27,28,29
3 3 4 5
2. Laporan Hasil Penelitian a. Laporan Hasil Penelitian Melalui Kuesioner Terhadap Umat Di Stasi St. Theresia Paroki St. Antonius Banjarnegara Pada bagian ini, penulis akan melaporkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 24-29 September 2016 di Stasi St. Theresia Paroki St. Antonius Banjarnergara. Penulis menentukan umat yang akan diteliti dengan menyebarkan kuesioner
dengan
bersangkutan.
memperoleh
informasi
dari
umat
lingkungan
yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Kuesioner dilaksanakan di rumah umat dan di aula Gereja. Penulis mengunjungi rumah umat yang hendak diberikan kuesioner. Responden yang diberikan kuesioner berjumlah 60 orang. Dalam rencana penelitian, penulis memperkirakan untuk membagikan kuesioner kepada lingkungan St. Paulus berjumlah 10 orang, namun pada kenyataannya yang mengisi kuesioner berjumlah 12 orang, lingkungan St. Markus berjumlah 10 orang, namun dalam pelaksanaannya yang mengisi kuesioner 23 orang, lingkungan St. Agustinus berjumlah 20 orang, namun pada kenyataannya yang mengisi kuesioner berjumlah 7 orang, dan lingkungan St. Petrus berjumlah 20 orang, namun pada kenyataannya yang mengisi kuesioner berjumlah 18 orang. Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi kuesioner ini kurang lebih 15 menit sampai 30 menit sesuai dengan waktu yang dibutuhkan umat untuk menjawab kuesioner. Dalam kuesioner, penulis menyampaikan 29 pertanyaan kepada setiap responden berdasarkan pedoman kisi-kisi yang sudah disusun. Pertanyaan yang disampaikan mengenai devosi kepada Bunda Maria dan minat mengikuti Perayaan Ekaristi. Laporan hasil kuesioner disajikan dalam bentuk data menurut masingmasing variabel. Rumus yang digunakan dalam perhitungan kuesioner adalah: f/N x 100. Keterangan: f
: frekuensi atau banyaknya responden yang memilih alternatif jawaban tertentu pada setiap item.
N
: jumlah responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
100
: bilangan konstanta
1) Identitas Responden Tabel 3 Identitas responden No. 1.
2.
3.
4.
Lingkungan St. Agustinus
St. Markus
St. Petrus
St. Paulus
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki
2
Perempuan
5
Laki-laki
9
Perempuan
14
Laki-laki
8
Perempuan
10
Laki-laki
6
Perempuan
6
Jumlah
60
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa responden yang mengisi kuesioner berjumlah 60 responden yang terdiri dari 35 ibu dan 23 bapak. Apabila dilihat berdasarkan lingkungan tempat tinggal, 7 responden berasal dari lingkungan St. Agustinus, 23 responden berasal dari lingkungan St. Markus, 18 responden berasal dari lingkungan St. Petrus, dan 12 responden berasal dari lingkungan St. Paulus. 2) Devosi Kepada Bunda Maria
No. 1.
Tabel 4 Pemahaman Devosi Kepada Bunda Maria N: 60 Pernyataan SS S RR TS Devosi boleh menjadi perasaan yang merupakan dasar iman yang kuat.
30 50%
30 50%
0 0%
0 0%
STS 0 0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
2. 3.
Devosi boleh lepas dari keseluruhan hidup Kristiani. Dilihat dari segi Liturgi, praktek devosi senantiasa mengiringi perjalanan iman Gereja sepanjang masa.
1 1,6% 21 35%
5 4 23 27 8,33% 6,6% 38,33% 45% 37 2 0 0 61,6% 3,33% 0% 0%
Pada pernyataan pertama, dapat dilihat bahwa 30 responden (50%) memilih sangat setuju, dan 30 responden (50%) memilih setuju. Pernyataan pertama menunjukkan hasil yang positif yakni 100% responden memilih sangat setuju dan setuju bahwa devosi boleh menjadi perasaan yang merupakan dasar iman yang kuat. Pernyataan dua menunjukkan 1 responden (1,6%) memilih sangat setuju, 5 responden (8,33%) memilih setuju, 4 responden (6,6%) memilih ragu-ragu, 23 responden (38,33%) memilih tidak setuju, dan 27 responden (45%) memilih sangat tidak setuju. Hasil dari pernyataan dua menunjukkan hasil yang sangat positif, yakni 83,33% responden memilih tidak setuju dan sangat tidak setuju bahwa devosi boleh lepas dari keseluruhan hidup kristiani. Pernyataan tiga menunjukkan 21 responden (35%) memilih sangat setuju, 37 responden (61,6%) memilih setuju, dan 2 responden (3,33%) memilih raguragu. Hasil dari pernyataan tiga menunjukkan hasil yang sangat positif, yakni 96,6% memilih sangat setuju dan setuju dilihat dari segi Liturgi, praktek devosi senantiasa mengiringi perjalanan iman Gereja sepanjang masa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tabel 5 Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Devosi N: 60 No. Pernyataan 4. Praktek devosi harus dijauhkan dari bahaya praktek magis. 5. Devosi harus selalu sesuai dengan iman Gereja yang benar.
SS S 41 14 68,33% 23,33% 39 21 65% 35%
RR 4 6,6% 0 0%
TS 0 0% 0 0%
STS 1 1,6% 0 0%
Pernyataan empat menunjukkan 41 responden (68,33%) memilih sangat setuju, 14 responden (23,33%) memilih setuju, 4 responden (6,6%) memilih raguragu, dan 1 responden (1,6%) memilih sangat tidak setuju. Hasil dari pernyataan empat menunjukkan hasil yang sangat positif, yakni 91,6% memilih sangat setuju dan setuju mengenai praktek devosi harus dijauhkan dari bahaya praktek magis. Pernyataan lima menunjukkan 39 responden (65%) memilih sangat setuju, dan 21 responden (35%) memilih setuju. Hasil dari pernyataan lima menunjukkan hasil yang sangat positif, yakni 100% responden memilih sangat setuju dan setuju bahwa devosi harus selalu sesuai dengan iman Gereja yang benar. Tabel 6 Bentuk-Bentuk Devosi N: 60 No. Pernyataan 6. Rosario, Novena Tiga Kali Salam Maria, Ziarah, Malaikat Tuhan dan Litani Bunda Maria merupakan bentuk dari devosi. 7.
SS 24 40%
Saya rajin mengikuti kegiatan 8 Novena Tiga Kali Salam Maria 13,33% selama Sembilan kali berturut-
S RR 35 1 58,33% 1,6%
TS 0 0%
STS 0 0%
40 66,6%
6 10%
0 0%
6 10%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
turut. 8.
Malaikat Tuhan merupakan 17 32 doa yang didaraskan tiga kali 28,33% 53,33% dalam sehari pada waktu pagi pukul 06.00, siang hari 12.00, dan sore hari 18.00.
6 10%
5 8,33%
9.
Saya sering berdoa litani Bunda Maria seminggu sekali.
19 31,66%
21 35%
14 1 23,33% 1,6%
10.
Ziarah merupakan salah satu 8 17 keharusan yang dimiliki setiap 13,33% 28,33% umat kristiani.
6 10%
29 48,33%
5 8,33%
0 0%
0 0%
Pernyataan enam menunjukkan 24 responden (40%) memilih sangat setuju, 35 responden (58,33%) memilih setuju, dan 1 responden memilih ragu-ragu. Dari hasil pernyataan enam menunjukkan hasil yang sangat positif, yakni 98,33% responden memilih sangat setuju dan setuju tentang Rosario, Novena Tiga Kali Salam Maria, Ziarah, Malaikat Tuhan dan Litani Bunda Maria merupakan bentuk dari devosi. Pernyataan tujuh menunjukkan 8 responden (13,33%) memilih sangat setuju, 40 responden (66,6%) memilih setuju, 6 responden (10%) memilih raguragu, dan 6 responden (10%) memilih tidak setuju. Dari hasil pernyataan tujuh menunjukkan hasil yang sangat positif, yakni 79,93% responden memilih sangat setuju dan setuju rajin mengikuti kegiatan Novena Tiga Kali Salam Maria selama Sembilan kali berturut-turut. Pernyataan delapan menunjukkan 17 responden (28,33%) memilih sangat setuju, 32 responden (53,33%) memilih setuju, 6 responden (10%) memilih ragu-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
ragu, dan 5 responden (8,33%) memilih tidak setuju. Hasil pernyataan delapan menunjukkan hasil yang sangat positif, yakni 81,66% responden memilih sangat setuju dan setuju bahwa Malaikat Tuhan merupakan doa yang didaraskan tiga kali dalam sehari pada waktu pagi pukul 06.00, siang hari 12.00, dan sore hari 18.00. Pernyataan Sembilan menunjukkan 5 responden (8,33%) memilih sangat setuju, 29 responden (31,66%) memilih setuju, 21 responden (35%) memilih raguragu, 14 responden (23,33%) memilih tidak setuju, dan 1 responden (1,6%) memilih sangat tidak setuju. Dari pernyataan Sembilan menunjukkan hasil yang netral, yakni 35% responden memilih ragu-ragu bahwa sering berdoa litani Bunda Maria seminggu sekali. Pernyataan sepuluh menunjukkan 8 responden (13,33%) memilih sangat setuju, 17 responden (28,33%) memilih setuju, 6 responden (10%) memilih raguragu, dan 29 responden (48,33%) memilih tidak setuju. Dari pernyataan sepuluh menunjukkan hasil yang negatif, yakni 48,33% responden memilih tidak setuju bahwa ziarah merupakan salah satu keharusan yang dimiliki setiap umat kristiani. Tabel 7 Mengenal Bunda Maria N: 60 No. Pernyataan SS 11. Bunda Maria adalah seorang 50 pendoa yang jujur dan tulus 83,33% dihadapan Allah. 12.
Bunda Maria merupakan Bunda Gereja yang selalu dihormati oleh umat katolik sebagai “Mater Ecclesiae”.
36 60%
S 9 15%
RR 1 1,6%
TS 0 0%
STS 0 0%
22 36,6%
2 3,33%
0 0%
0 0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
13.
Gereja menetapkan dogma atau ajaran resmi Gereja bahwa Maria adalah Bunda Allah.
24 40%
14 23,33%
0 0%
1 1,6%
0 0%
14.
Bunda Maria tetap perawan walaupun sudah melahirkan Yesus.
42 70%
14 23,33%
3 5%
1 1,6%
0 0%
Pernyataan 11 menunjukkan 50 responden (83,33%) memilih sangat setuju, 9 responden (15%) memilih setuju, dan 1 responden (1,6%) memilih ragu-ragu. Dari hasil pernyataan 11 menunjukkan hasil yang positif, yakni 98,33% responden memilih sangat setuju dan setuju bahwa Bunda Maria adalah seorang pendoa yang jujur dan tulus dihadapan Allah. Pernyataan 12 menunjukkan 36 responden (60%) memilih sangat setuju, 22 responden (36,6%) memilih setuju, dan 2 responden (3,33%) memilih ragu-ragu. Dari hasil pernyataan 12 menunjukkan hasil yang sangat positif, yakni 96,6% responden memilih sangat setuju dan setuju bahwa Bunda Maria merupakan Bunda Gereja yang selalu dihormati oleh umat katolik sebagai “Mater Ecclesiae”. Pernyataan 13 menunjukkan 24 responden (40%) memilih sangat setuju, 14 responden (23,33%) memilih setuju, dan 1 responden (1,6%) memilih tidak setuju. Dari hasil pernyataan 13 menunjukkan hasil yang positif, yakni 63,33% responden memilih sangat setuju dan setuju bahwa Gereja menetapkan dogma atau ajaran resmi Gereja bahwa Maria adalah Bunda Allah. Pernyataan 14 menunjukkan 42 responden (70%) memilih sangat setuju, 14 responden (23,33%) memilih setuju, 3 responden (5%) memilih ragu-ragu, dan 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
responden (1,6%) memilih tidak setuju. Dari hasil penyataan 14 menunjukkan hasil yang positif, yakni 93,33% responden memilih sangat setuju dan setuju bahwa Bunda Maria tetap perawan walaupun sudah melahirkan Yesus. 3) Minat Mengikuti Perayaan Ekaristi Tabel 8 Minat Mengikuti Perayaan Ekaristi N: 60 No. Pernyataan 15. Dengan berdevosi kepada Bunda Maria, saya bersemangat dalam mengikuti Perayaan Ekaristi setiap Minggunya.
SS 21 35%
S 30 50%
RR 4 6,6%
TS 4 6,6%
STS 1 1,6%
16.
Dengan mengikuti Devosi kepada Bunda Maria saya semakin terdorong untuk mengikuti Perayaan Ekaristi.
21 35%
32 53,33%
4 6,6%
3 5%
0 0%
17.
Dengan berdevosi kepada Bunda Maria saya bersemangat untuk selalu mengikuti Perayaan Ekaristi.
21 35%
32 53,33%
4 6,6%
3 5%
0 0%
18.
Setelah mengikuti Devosi kepada Bunda Maria, saya semakin tertarik mengikuti Perayaan Ekaristi.
21 35%
29 5 5 48,33% 8,33% 8,33%
0 0%
19.
Setelah mengikuti kegiatan devosi kepada Bunda Maria, saya semakin mengutamakan Perayaan Ekaristi.
22 36,6%
23 10 5 38,33% 16,6% 8,33%
0 0%
20.
Ekaristi merupakan hal terpenting dalam hidup saya.
39 65%
17 2 2 28,33% 3,33% 3,33%
0 0%
21.
Saya selalu menyiapkan hati dan pikiran sebelum Perayaan Ekaristi di mulai.
37 61,6%
20 2 33,33% 3,33%
0 0%
1 1,6%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
22.
Saya selalu menonaktifkan 35 alat komunikasi saat Perayaan 58,33% Ekaristi berlangsung.
23.
Dengan berdevosi kepada Bunda Maria tidak menghambat kecintaan saya terhadap Ekaristi.
24.
3 5%
1 1,6%
29 2 48,33% 3,33%
1 1,6%
0 0%
Saya tidak datang terlambat 20 saat akan merayakan Ekaristi. 33,33%
34 56,6%
5 8,33%
1 1,6%
0 0%
25.
Saya mendengarkan homili dengan baik saat berlangsungnya Perayaan Ekaristi.
22 36,6%
34 56,6%
4 6,6%
0 0%
0 0%
26.
Saya tidak mengobrol saat Perayaan Ekaristi yang sedang berlangsung.
27 45%
26 43,33%
6 10%
1 1,6%
0 0%
27.
Saya aktif dalam menjawab dan bernyanyi saat Perayaan Ekaristi.
18 30%
36 60%
4 6,6%
0 0%
2 3,33%
28.
Dengan berdevosi kepada 14 Bunda Maria dan aktif dalam 23,33% mengikuti Perayaan Ekaristi, saya mempunyai hati untuk membantu yang miskin, lemah, tersingkir, dan difabel.
39 65%
5 2 8,33% 3,33%
0 0%
29.
Dengan berdevosi kepada 17 Bunda Maria dan aktif dalam 28,33% mengikuti Perayaan Ekaristi, saya semakin memperjuangkan keadilan yang benar.
40 66,6%
5 2 8,33% 3,33%
0 0%
28 46,6%
18 30%
3 5%
Pernyataan 15 menunjukkan 21 responden (35%) memilih sangat setuju, 30 responden (50%) memilih setuju, 4 responden (6,6%) memilih ragu-ragu, 4 responden (6,6%) memilih tidak setuju, dan 1 responden (1,6%) memilih sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
tidak setuju. Dari hasil penyataan 15 menunjukkan hasil yang positif, yakni 85% responden memilih sangat setuju dan setuju bahwa dengan berdevosi kepada Bunda Maria, saya bersemangat dalam mengikuti Perayaan Ekaristi setiap Minggunya. Pernyataan 16 menunjukkan 21 responden (35%) memilih sangat setuju, 32 responden (53,33%) memilih setuju, 4 responden (6,6%) memilih ragu-ragu, dan 3 responden (5%) memilih tidak setuju. Dari hasil pernyataan 16 menunjukkan hasil yang sangta positif, yakni 88,33% responden memilih sangat setuju dan setuju bahwa dengan mengikuti Devosi kepada Bunda Maria saya semakin terdorong untuk mengikuti Perayaan Ekaristi. Pernyataan 17 menunjukkan 21 responden (35%) memilih sangat setuju, 32 responden (53,33%) memilih setuju, 4 responden (6,6%) memilih ragu-ragu, dan 3 responden (5%) memilih tidak setuju. Dari hasil pernyataan 17 menunjukkan hasil yang sangat positif, yakni 88,33% responden memilih sangat setuju dan setuju bahwa Dengan berdevosi kepada Bunda Maria saya bersemangat untuk selalu mengikuti Perayaan Ekaristi. Pernyataan 18 menunjukkan 21 responden (35%) memilih sangat setuju, 29 responden (48,33%) memilih setuju, 5 responden (8,33%) memilih ragu-ragu, dan 5 responden (8,33%) memilih tidak setuju. Dari hasil pernyataan 18 menunjukkan hasil yang sangat positif, yakni 83,33% responden yang memilih sangat setuju dan setuju setelah mengikuti Devosi kepada Bunda Maria, saya semakin tertarik mengikuti Perayaan Ekaristi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Pernyataan 19 menunjukkan 22 responden (36,6%) yang memilih sangat setuju, 23 responden (38,33%) memilih setuju, 10 responden (16,6%) memilih ragu-ragu, dan 5 responden (8,33%) memilih tidak setuju. Dari hasil pernyataan 19 menyatakan hasil yang sangat positif, yakni 74,93% responden yang memilih sangat setuju dan setuju setelah mengikuti kegiatan devosi kepada Bunda Maria, saya semakin mengutamakan Perayaan Ekaristi. Pernyataan 20 menunjukkan 39 responden (65%) memilih sangat setuju, 17 responden (28,33%) memilih setuju, 2 responden (3,33%) memilih ragu-ragu, dan 2 responden (3,33%) memilih tidak setuju. Dari hasil pernyataan 20 menunjukkan hasil yang sangat positif, yakni 93,33% responden yang memilih sangat setuju dan setuju bahwa Ekaristi merupakan hal terpenting dalam hidup. Pernyataan 21 menunjukkan 37 responden (61,6%) memilih sangat setuju, 20 responden (33,33%) memilih setuju, 2 responden (3,33%) memilih ragu-ragu, dan 1 responden (1,6%) memilih tidak setuju. Dari hasil pernyataan 21 menunjukkan hasil yang sangat positif, yakni 94,93% responden yang memilih sangat setuju dan setuju selalu menyiapkan hati dan pikiran sebelum Perayaan Ekaristi di mulai. Pernyataan 22 menunjukkan 35 responden (58,33%) memilih sangat setuju, 18 responden (30%) memilih setuju, 3 responden (5%) memilih ragu-ragu, 3 responden (5%) memilih tidak setuju, dan 1 responden (1,6%) memilih sangat tidak setuju. Dari hasil pernyataan 22 menunjukkan hasil yang sangat positif,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
yakni 88,33% responden memilih sangat setuju dan setuju selalu menonaktifkan alat komunikasi saat Perayaan Ekaristi berlangsung. Pernyataan 23 menunjukkan 28 responden (46,6%) memilih sangat setuju, 29 responden (48,33%) memilih setuju, 2 responden (3,33%) memilih ragu-ragu, dan 1 responden (1,6%) memilih tidak setuju. Dari hasil pernyataan 23 menunjukkan hasil yang sangat positif, yakni 94,93% responden yang memilih sangat setuju dan setuju bahwa dengan berdevosi kepada Bunda Maria tidak menghambat kecintaan saya terhadap Ekaristi. Pernyataan 24 menunjukkan 20 responden (33,33%) memilih sangat setuju, 34 responden (56,6%) memilih setuju, 5 responden (8,33%) memilih ragu-ragu, dan 1 responden (1,6%) memilih tidak setuju. Dari hasil pernyataan 24 menunjukkan 89,93% responden memilih sangat setuju dan setuju tidak datang terlambat saat akan merayakan Ekaristi. Pernyataan 25 menunjukkan 22 responden (36,6%) memilih sangat setuju, 34 responden (56,6%) memilih setuju, dan 4 responden (6,6) memilih ragu-ragu. Dari hasil pernyataan 25 menunjukkan hasil yang sangat positif, yakni 92,2% responden memilih sangat setuju dan setuju mendengarkan homili dengan baik saat berlangsungnya Perayaan Ekaristi. Pernyataan 26 menunjukkan 27 responden (45%) memilih sangat setuju, 26 responden (43,33%) memilih setuju, 6 responden (10%) memilih ragu-ragu, dan 1 responden (1,6%) memilih tidak setuju. Dari hasil pernyataan 26 menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
hasil yang sangat positif, yakni 88,33% responden memilih sangat setuju dan setuju tidak mengobrol saat Perayaan Ekaristi yang sedang berlangsung. Pernyataan 27 menunjukkan 18 responden (30%) memilih sangat setuju, 36 responden (60%) memilih setuju, 4 responden (6,6%) memilih ragu-ragu, dan 2 responden (3,33%) memilih sangat tidak setuju. Hasil dari pernyataan 27 menunjukkan hasil yang sangat positif, yakni 90% responden memilih sangat setuju dan setuju aktif dalam menjawab dan bernyanyi saat Perayaan Ekaristi. Pernyataan 28 menunjukkan 14 responden (23,33%) memilih sangat setuju, 39 responden (65%) memilih setuju, 5 responden (3,33%) memilih ragu-ragu, dan 2 responden (3,33%) memilih tidak setuju. Hasil yang diperoleh dari pernyataan 28 menunjukkan hasil yang sangat positif, yakni 78,33% responden memilih sangat setuju dan setuju bahwa dengan berdevosi kepada Bunda Maria dan aktif dalam mengikuti Perayaan Ekaristi, saya mempunyai hati untuk membantu yang miskin, lemah, tersingkir, dan difabel. Pernyataan 29 menunjukkan 17 responden (28,33%) memilih sangat setuju, 40 responden (66,6%) memilih setuju, 5 responden (8,33%) memilih ragu-ragu, dan 2 responden (3,33%) memilih tidak setuju. Dari hasil pernyataan 29 menunjukkan hasil yang sangat positif, yakni 94,93% responden yang memilih sangat setuju dan setuju bahwa dengan berdevosi kepada Bunda Maria dan aktif dalam mengikuti Perayaan Ekaristi, saya semakin memperjuangkan keadilan yang benar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
3. Pembahasan Hasil Penelitian 1) Identitas responden Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar responden yang mengisi kuesioner adalah ibu-ibu dan bapak-bapak. Usia dari responden tersebut berkisar antara 21 tahun sampai lebih dari 60 tahun. Responden berasal dari empat lingkungan di Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara dan jumlah responden dari lingkungan St. Agustinus berjumlah 7 responden, lingkungan St. Markus berjumlah 23 responden, St. Petrus berjumlah 18 responden, dan lingkungan St. Paulus berjumlah 12 responden. Sehingga jumlah total dari keempat lingkungan tersebut adalah 60 responden yang mengisi kuesioner yang dibagikan. Pekerjaan responden sebagian besar sebagai wirausaha/karyawan, guru, dokter, polisi, pensiun, dan ibu rumah tangga. 2) Devosi Kepada Bunda Maria Devosi kepada Bunda Maria mencakup empat hal, yakni pemahaman devosi kepada Bunda Maria, hal-hal yang harus diperhatikan dalam devosi, bentukbentuk devosi, dan mengenal Bunda Maria. Devosi kepada Bunda Maria yang pertama adalah pemahaman devosi kepada Bunda Maria. Hasil dari kuesioner pada pernyataan satu, dua, dan tiga menunjukkan hasil yang positif, yakni 100% responden memilih sangat setuju dan setuju bahwa devosi boleh menjadi perasaan yang merupakan dasar iman yang kuat, 83,33% responden memilih tidak setuju dan sangat tidak setuju bahwa devosi boleh lepas dari keseluruhan hidup kristiani, dan 96,6% memilih sangat setuju dan setuju dilihat dari segi Liturgi, praktek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
devosi senantiasa mengiringi perjalanan iman Gereja sepanjang masa. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman devosi kepada Bunda Maria sudah paham. Devosi kepada Bunda Maria yang kedua adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam devosi. Pernyataan empat dan lima menunjukkan hasil yang positif karena terdapat 91,6% memilih sangat setuju dan setuju mengenai praktek devosi harus dijauhkan dari bahaya praktek magis. Kemudian, sebanyak 100% responden memilih sangat setuju dan setuju bahwa devosi harus selalu sesuai dengan iman Gereja yang benar. Dalam hal ini responden sudah mengetahui halhal yang harus diperhatikan dalam berdevosi. Devosi kepada Bunda Maria yang ketiga adalah bentuk devosi. Bermacammacam devosi kepada Bunda Maria yang dapat dilakukan oleh umat Kristiani, diantaranya adalah Rosario, Novena Tiga kali Salam Maria, Malaikat Tuhan, Litani Bunda Maria, Ziarah, dan lain-lain. Rosario ini menggambarkan karangan bunga merah dihadapan Bunda Maria yang secara simbolis merupakan ungkapan dari doa-doa kita yang secara tulus kepada Bunda Maria (Ratri, 2003:72). Novena tiga kali Salam Maria merupakan doa yang didaraskan Sembilan kali berturutturut pada jam yang sama. Namun, dalam hal ini patokan waktu bukan suatu aturan yang resmi. Patokan waktu ini berguna bagi kedisiplinan tubuh (Daia, 2001:28-29). Malaikat Tuhan merupakan doa yang didaraskan tiga kali dalam sehari pada waktu pagi pukul 06.00, siang pukul 12.00, dan sore pukul 18.00 yang bertujuan untuk mengenangkan kebangkitan Kristus (Ratri, 2003:112). Litani Bunda Maria adalah salah satu kidung yang kita miliki dari Ibu Maria, dengan mengkidungkan ini kita dapat mengucapkan syukur kepada Allah karena segala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
perbuatan-Nya yang baik dan mendatangkan karunia-karunia yang baru. Magnificat ini sangat dianjurkan dalam mendaraskannya sesudah menerima Komuni Suci sebagai ucapan syukur seperti yang dilakukan oleh Ibu Maria (Ratri, 2003:114). Ziarah merupakan salah satu fenomen religius umum bagi umat Katolik pada umumnya (Ratri, 2003:260-261). Menurut hasil pengisian kuesioner yang dibagikan, responden mampu mengenali bentuk-bentuk devosi. Ini terlihat dari lembar kuesioner yang di isi menunjukkan hasil yang positif. Devosi kepada Bunda Maria yang keempat adalah mengenal Bunda Maria. Banyak nama untuk Bunda Maria, diantaranya adalah Bunda Gereja, Bunda Allah, Bunda Sang Pendoa, Ibu Yesus Kristus, Maria Perawan, dan masih banyak lagi yang lainnya. Bunda Gereja yaitu bunda dari orang-orang beriman sebagai yang pertama dalam tatanan rahmat (NN, 2011 :23-25). “Theotokos” atau Bunda Allah yang diakui oleh semua anggota Gereja yang melahirkan Sang Ilahi dengan hakikatnya sebagai manusia sejati (NN, 2011:11-12). Bunda Maria memang seorang pendoa yang tulus dan jujur di hadapan Allah. Kehidupan doa adalah sebagian besar dari hidupnya. Sikap pendoa Bunda Maria terjadi begitu saja, bukan sebagai beban dan tugas berat. Hal ini terlihat saat Maria berjumpa dengan Elisabeth, saudarinya (Purnomo, 2001:46-47). Maria adalah Ibu Yesus Kristus di mana ia mendapat kabar gembira dari malaikat Gabriel bahwa ia akan mengandung dan melahirkan seorang bayi laki-laki dan hendak menamainya dengan nama Yesus (Njiolah, 2003:17-20). Maria masih tetap perawan ketika ia sudah melahirkan Yesus. Konstantinopel II (553) akhirnya menetapkan “keperawanan” Maria sebagai dogma atau ajaran resmi Gereja (Njiolah, 2003:30-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
31). Berdasarkan hasil pengisian kuesioner yang telah dibagikan, diketahui bahwa responden sangat mengenal Bunda Maria. Ini terlihat pada hasil kuesioner yang menunjukkan hasil yang positif. Dari hasil pengisian kuesioner yang telah dibagikan, menunjukkan hasil yang positif, di mana 12 pernyataan rata-ratanya adalah 90,25%. Ini menunjukkan bahwa responden tersebut sudah sangat memahami tentang devosi kepada Bunda Maria. Ada 1 pernyataan menyebutkan hasil, yaitu netral 35% pada pernyataan nomer 9. Pernyataan ini menunjukkan bahwa responden terkadang berdoa litani Bunda Maria seminggu sekali dan terkadang tidak berdoa litani Bunda Maria seminggu sekali. Ada satu pernyataan yang menunjukkan hasil negatif (48,33%) pada pernyataan 10, di mana responden memilih tidak setuju bahwa ziarah merupakan salah satu keharusan yang dimiliki setiap umat manusia. Jawaban ini menunjukkan bahwa umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara tidak mengharuskan berziarah. Padahal, ziarah merupakan perjalanan tobat dan ungkapan iman akan makna gereja musafir yang harus berjalan ketanah air surgawi. 3) Minat Mengikuti Perayaan Ekaristi Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau
kebutuhan-kebutuhannya
(Sudarman,
2008:76).
Sedangkan
menurut
Muhibbin Syah (2009:152), minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Jadi, dalam hal ini dapat disimpulkan bawa minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tetap dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
tinggi untuk memperhatikan sesuatu hal yang mempunyai kaitan dengan keinginan dan kebutuhan. Dari hasil pengisian kuesioner yang telah dibagikan, menunjukkan hasil yang positif, di mana terlihat dari 15 pernyataan rata-ratanya adalah 88,01%. Ini menunjukkah bahwa responden tersebut berminat untuk mengikuti Perayaan Ekaristi. Dari rata-rata 88,01% tersebut, untuk mengukur minat itu sendiri ada empat aspek, yaitu yang pertama kesukaan, ketertarikan, perhatian, dan keterlibatan. Aspek kesukaan ada 3 pernyataan untuk mengukurnya. Dari ketiga pernyataan tersebut rata-ratanya adalah 87,22% responden yang memilih jawaban sangat setuju dan setuju. Aspek ketertarikan ada 3 soal yang ditanyakan kepada responden. Rata-rata dari ketiga pernyataan tersebut adalah 83,86%. Aspek perhatian ada 4 pernyataan dan hasil rata-rata dari pernyataan tersebut adalah 92,03%. Sedangkan aspek keterlibatan itu sendiri ada 5 pernyataan dan hasil ratarata dari pernyataan tersebut adalah 88,75%. 4. Kesimpulan Penelitian Dari hasil pengisian kuesioner menunjukkan bahwa responden sudah mengetahui tentang devosi kepada Bunda Maria. Pemahaman devosi kepada Bunda Maria, hal-hal yang harus diperhatikan dalam devosi, bentuk-bentuk devosi, dan mengenal bunda Maria. Dapat dilihat bahwa hasilnya positif dari 4 aspek yang diukur rata-ratanya adalah 90,25% memilih alternatif jawaban sangat setuju dan setuju. Ada satu pernyataan yang menunjukkan hasil yang netral (35%) pada pernyataan 9, di mana umat di sana terkadang berdoa litani Bunda Maria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
seminggu sekali dan terkadang tidak berdoa litani Bunda Maria seminggu sekali. Ada satu pernyataan yang menunjukkan hasil negatif (48,33%) pada pernyataan 10, di mana responden memilih tidak setuju bahwa ziarah merupakan salah satu keharusan yang dimiliki setiap umat manusia. Jawaban ini menunjukkan bahwa umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara tidak mengharuskan berziarah. Padahal, ziarah merupakan perjalanan tobat dan ungkapan iman akan makna gereja musafir yang harus berjalan ketanah air surgawi. Sedangkan minat mengikuti Perayaan Ekaristi itu sendiri ada 4 aspek yang diukur, yaitu kesukaan, ketertarikan, perhatian, dan keterlibatan. Aspek ini menunjukkan hasil yang positif, di mana 15 pernyataan rata-ratanya adalah 88,01%. Ini berarti bahwa mereka sangat berminat dalam mengikuti Perayaan Ekaristi baik pada harian maupun mingguan. Berdasarkan hasil dari penelitian ini, penulis menyimpulkan bahwa pengaruh pemahaman devosi kepada Bunda Maria terhadap minat mengikuti Perayaan Ekaristi bagi umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara telah menunjukkan hasil yang positif. Di mana, responden tersebut telah mengerti makna dan memahami garis besar tentang pemahaman devosi kepada Bunda Maria, dan pemahaman ini memberikan dorongan kepada responden untuk mengikuti Perayaan Ekaristi. Pemahaman yang mereka dapatkan dari devosi ini memberikan sumbangan yang sangat besar dalam perkembangan iman setiap responden.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV USULAN PROGRAM PEMBINAAN IMAN UNTUK SEMAKIN MEMAHAMI DEVOSI DAN PERAYAAN EKARISTI DI STASI ST. THERESIA KLAMPOK PAROKI ST. ANTONIUS BANJARNEGARA
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menemukan bahwa pemahaman umat di stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Bajarnegara tentang devosi kepada Bunda Maria terhadap minat mengikuti Perayaan Ekaristi sudah cukup mendalam. Oleh karena itu, penulis dalam bab IV ini mengusulkan suatu program katekese untuk semakin meningkatkan pemahaman dan keterlibatan umat secara terkhusus di stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Bajarnegara dengan kegiatan pembinaan iman. Dalam bab ini akan diuraikan usulan program Katekese bagi umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Bajarnegara. Usulan program ini usaha untuk meningkatkan penghayatan iman umat. Susunan dalam bab ini terbagi dalam delapan bagian, yaitu: latar belakang pemilihan program, pengertian katekese Umat, tujuan katekese, model katekese, usulan kegiatan, matrik program Shared Christian Praxis, dan contoh persiapan katekese. A. Latar Belakang Pemilihan Program Hasil penelitian melalui kuesioner menunjukkan bahwa umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Bajarnegara sudah mengetahui pemahaman akan devosi kepada Bunda Maria sehingga dapat menuangkan pemahaman tersebut dengan mengikuti Perayaan Ekaristi. Pemahaman akan devosi ini sudah dilaksanakan dan dihayati oleh umat dengan kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
mereka. Dengan pemahaman akan devosi ini, mereka semakin terlibat aktif dalam mengikuti Perayaan Ekaristi. Melihat dari kenyataan bahwa umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Bajarnegara sudah paham mengenai devosi kepada Bunda Maria terhadap minat mengikuti Perayaan Ekaristi, maka penulis membuat suatu usulan program katekese dengan model Shared Christian Praxis (SCP). SCP ini dipilih agar dapat mendukung umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Bajarnegara untuk semakin memahami dan memaknai kembali akan devosi kepada Bunda Maria serta selalu terlibat aktif dalam mengikuti Perayaan Ekaristi baik harian maupun mingguan. Program katekese (SCP) ini dapat membangkitkan semangat umat dalam menimba pemahaman devosi kepada Bunda Maria sehingga umat dapat tekun dalam mengikuti Perayaan Ekaristi. Tentu saja yang paling terpenting dalam katekese ini adalah dapat mendalami pesan-pesan dari Kitab Suci sehubungan dengan pembinaan iman untuk semakin memahami devosi dan Perayaan Ekaristi umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Bajarnegara. B. Pengertian Katekese Umat Sumarno (2014:9) mengungkapkan kembali pandangan Huber tentang PKKI II tahun 1980 yang merumuskan Katekese Umat, dengan pokok-pokok sebagai berikut ini: Katekese umat diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat/kelompok. Melalui kesaksian para peserta yang hadir dapat membantu sedemikian rupa, sehingga iman mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
masing-masing semakin diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna. Dalam katekese ini, tekanannya terletak pada penghayatan iman, meskipun dalam hal ini pengetahuan iman tidak terlupakan (Sumarno, 2014:9). Dalam pola dan isi Katekese Umat ini kita dapat bersaksi tentang iman kita akan Yesus Kristus, pengantara Allah yang bersabda kepada kita dan pengantara kita menanggapi sabda Allah yang hadir dan turun diantara kita umat manusia. Yesus Kristus tampil sebagai pola hidup kita dalam Kitab Suci, terkhusus dalam Perjanjian Baru yang mendasari penghayatan iman Gereja di sepanjang Tradisi yang ada (Sumarno, 2014:9). Peserta Katekese Umat adalah umat itu sendiri, yang artinya semua orang beriman yang secara pribadi memilih Kristus dan secara bebas dapat berkumpul untuk lebih memahami Kristus. Dalam proses Katekese Umat ini pemimpin katekese bertindak terutama sebagai pengarah dan pemudah (fasilitator). Ia adalah pelayan yang menciptakan suasana yang komunikatif, untuk membangun gairah supaya para peserta berani berbicara secara terbuka (Sumarno, 2014:9-10). C. Tujuan Katekese Pada prinsipnya tujuan katekese adalah membantu jemaat kristiani untuk semakin percaya kepada Yesus Kristus sehingga iman mereka semakin diteguhkan dan dikuatkan. Paus Yohanes Paulus II dalam CT art 20 menjelaskan tentang tujuan katekese sebagai berikut: Tujuan khas katekese ialah: berkat bantuan Allah mengembangkan iman yang baru mulai tumbuh, dan dari hari ke hari memekarkan menuju kepenuhannya serta semakin memantapkan perihidup Kristen umat beriman, muda maupun tua. Selain itu, tujuan katekese dalam evangelisasi ialah: menjadi tahap pengajaran dan pendewasaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Sesuai dengan kekhasan katekese sebagai komunikasi iman, maka tujuan katekese dirumuskan sebagai berikut (Sumarno, 2014:10): 1) Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman kita sehari-hari. 2) Dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiranNya dalam kenyataan hidup sehari-hari. 3) Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih, dan semakin dikukuhkan hidup kristiani kita. 4) Pula kita makin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan semakin mengkokohkan Gereja semesta. 5) Sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di tengah masyarakat. D. Model Katekese Sebagai suatu pendekatan, ada beberapa model yang biasa digunakan, yaitu: model pengalaman hidup (SCP), model biblis, dan model campuran (Biblis dan pengalaman hidup) (Sumarno, 2014:11). Model pengalaman hidup lebih bertolak pada pengalaman hidup konkret sehari-hari, model biblis lebih bertolak pada pengalaman Kitab Suci atau Tradisi, dan model campuran lebih bertolak pada hubungan antara Kitab Suci atau Tradisi dengan pengalaman hidup konkret. Penyusunan usulan program pembinaan iman ini bertujuan untuk semakin memahami devosi dan perayaan Ekaristi, maka penulis menggunakan model pengalaman hidup (SCP). Model SCP ini menekankan pada suatu proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
berkatekese yang bersifat dialogal dan partisipatif yang bermaksud mendorong peserta, berdasarkan konfrontasi antara “tradisi” dan “visi” hidup mereka dengan “Tradisi” dan “Visi” kristiani, agar baik secara pribadi atau kelompok mampu untuk dapat mengadakan sikap tegas dan mengambil keputusan demi terwujudnya nilai-nilai kerajaan Allah di dalam kehidupan manusia pada zaman ini (Sumarno, 2014:14). 1. Langkah-langkah Shared Chistian Praxsis Langkah-langkah dalam Shared Chistian Praxsis dibagi menjadi lima langkah, yakni : mengungkapkan pengalaman hidup peserta, mendalami pengalaman hidup peserta, menggali pengalaman iman kristiani, menerapkan iman kristiani dalam situasi peserta konkret, dan Mengusahakan suatu aksi konkret (Marno, 2014:18-22). a. Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta Tujuan dari langkah pertama ini yaitu, membatu peserta untuk mengungkapkan pengalaman hidup faktual (fakta). Isi dari langkah ini adalah pengalaman peserta sendiri, atau kehidupan dan permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat, atau gabungan dari keduanya. Cara dari langkah ini adalah “sharing” pengalaman hidup yang sungguh-sungguh dialami dan tidak boleh ditanggapi sebagai suatu laporan. Dalam dialog ini, peserta juga boleh diam, karena dia juga merupakan salah satu cara berdialog. Diam di sini tidak sama dengan tidak terlibat. Bentuk dari langkah ini adalah lambang, tarian, puisi, pantonim, dsb. Yang terpenting, bentuk ini dapat dimengerti oleh peserta lainnya. Tanggung jawab pembimbing dalam langkah ini, yang pertama: berperan sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
fasilitator yang menciptakan suasana pertemuan yang hangat dan mendukung peserta untuk praxis hidupnya berkaitan dengan tema dasar, kedua: merumuskan pertanyaan yang jelas, terarah, tidak menyinggung harga diri seseorang, sesuai dengan latar belakang peserta, dan bersifat terbuka serta objektif (Sumarno, 2014:19). b. Mendalami Pengalaman Hidup Peserta Tujuan dari langkah kedua ini adalah memperdalam refleksi dan mengantar peserta pada kesadaran kritis akan pengalaman hidup dan tindakan yang meliputi pemahaman kritis dan sosial (alasan, minat, asumsi), kenangan analitis dan sosial (sumber-sumber historis), dan imajinasi kreatif dan sosial (harapan konsekuensi historis). Tanggung jawab pembimbing dalam langkah ini, yang pertama: menciptakan suasana pertemuan yang menghormati setiap gagasan atau sumbang saran peserta, kedua: mengundang refleksi kritis setiap peserta, ketiga: mendorong peserta supaya mengadakan dialog dan penegasan bersama yang bertujuan memperdalam, menguji pemahaman, kenangan, dan imajinasi peserta, keempat: mengajak setiap peserta untuk berbicara tetapi tidak memaksa, kelima: menggunakan pertanyaan yang menggali dan tidak mengintrogasi serta mengganggu harga diri dan apa yang dirahasiakan peserta, keenam: menyadari kondisi peserta terlebih mereka yang tidak biasa refleksi kritis terhadap pengalaman hidupnya (Sumarno, 2014:20). c. Menggali Pengalaman Iman Kristiani Tujuan dari langkah ketiga ini adalah mengkomunikasi nilai-nilai Tradisi dan visi kristiani agar lebih terjangkau dan lebih mengena untuk kehidupan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
peserta yang konteks dan latar belakang kebudayaannya berlainan. Tanggung jawab pembimbing dalam langkah ini, yang pertama: menghormati Tradisi dan visi kristiani sebagai yang otentik dan normatife, kedua: cara dan visi tafsiran bertujuan memberi informasi dan membantu peserta agar nilai-nilai Tradisi dan visi kristiani menjadi miliknya, ketiga: menggunakan metode yang tepat, keempat: bersikap tidak mendikte tetapi mengantar peserta ke tingkat kesadaran, kelima: tafsiran dari pembimbing mengikutsertakan kesaksian iman, harapan, dan hidupnya sendiri, keenam: harus membuat persiapan yang matang dan studi sendiri (Sumarno, 2014:20-21). d. Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Peserta Konkret Tujuan dari langkah keempat ini adalah menemukan bagi dirinya sendiri nilai hidup yang hendak digarisbawahi, sikap-sikap pribadi yang picik yang hendak dihilangkan, dan nilai-nilai baru yang hendak dikembangkan. Langkah ini, yang hendak didialogkan adalah perasaan, sikap, intuisi, evaluasi, dan penegasannya yang menyatakan kebenaran, nilai, serta kesadaran yang diyakini. Cara yang digunakan dalam langkah ini adalah dengan tulisan, penjelasan, simbol, atau ekspresi artistik. Tanggung jawab pembimbing dalam langkah ini, yang pertama: menghormati kebebasan dan penegasan peserta, termasuk peserta yang menolak tafsiran pembimbing, kedua: meyakinkan peserta bahwa mereka mampu mempertemukan nilai pengalaman hidup dan visi mereka dengan nilai Tradisi dan visi kristiani, ketiga: mendorong peserta untuk mengubah sikap dari pendengar pasif menjadi pihak yang aktif, keempat: menyadari bahwa tafsiran pembimbing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
bukan kata mati, kelima: mendengar dengan hati tanggapan, pendapat, dan pemikiran peserta (Sumarno, 2014:21-22). e. Mengusahakan Suatu Aksi Konkret Tujuan dari langkah kelima ini yaitu mengajak peserta agar sampai pada keputusan praktis yang dipahami sebagai tanggapan jemaat terhadap pewahyuaan Allah yang terus berlangsung di dalam sejarah kehidupan manusia dalam kontinuitasnya dengan Tradisi Gereja sepanjang sejarah dan visi kristiani. Bentuk dari langkah ini ada yang menekankan aspek kognitif (pemahaman), aspek afektif (perasaan), dan tingkah laku (praktis-politis). Sifatnya dalam langkah ini lebih menyangkut tingkat personal, interpersonal, atau sosial-politis. Tanggung jawab pembimbing,
yang
pertama:
menyadari
hakikat
praktis,
inovatif,
dan
transformatife dari langkah ini, kedua: merumuskan pertanyaan operasional (tidak perlu muluk-muluk) yang membantu ke arah itu, ketiga: menekankan sikap optimis yang realitis pada peserta, keempat: pembimbing dapat merangkum hasil langkah pertama sampai keempat supaya dapat lebih membantu peserta, kelima: Mengusahakan supaya peserta sampai pada keputusan pribadi dan bersama, keenam: sebagai penutup peserta diajak merayakan liturgi sederhana untuk mendoakan keputusan (Sumarno, 2014:22).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
E. Usulan Kegiatan 1. Tema “Memaknai Devosi dan Perayaan Ekaristi sebagai Sumber Hidup Umat Beriman” Usulan tema umum yang penulis sajikan dalam program ini adalah “Memaknai Devosi dan Perayaan Ekaristi sebagai Sumber Hidup Umat Beriman”. Tema ini diambil untuk membantu umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara semakin memaknai devosi dan Perayaan Ekaristi. Dengan demikian, umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara dapat semakin khusuk dalam berdevosi dan dapat menumbuhkan minat mengikuti Perayaan Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari. Melihat tema umum yang sudah dijelaskan di atas, ada empat sub tema yang diangkat, yaitu: menjadi hamba yang setia seturut teladan Maria, devosi wujud ketaatan iman, Ekaristi sumber iman, dan menjadi pribadi yang ekaristis. 2. Tujuan Umum Tujuan umum program ini adalah agar peserta semakin menemukan makna devosi dan Perayaan Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari. 3. Peserta Peserta Shared Christian Praxsis adalah umat di Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara. 4. Tempat dan Waktu a. Tempat
: Aula Gereja Stasi St. Theresia Klampok
b. Waktu
: Hari Minggu pukul 10.00-11.30 WIB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
5. Bentuk Bentuk Shared Christian Praxis dilaksanakan dalam bentuk sharing pengalaman umat Stasi St. Theresia Klampok, menonton film atau video inspirasi, peneguhan, dan penyusunan niat atau aksi bersama yang dilakukan oleh para peserta yang hadir. 6. Metode Metode yang dilaksanakan adalah metode Sharing, penayangan film atau video, peneguhan, dan penyusunan niat atau aksi bersama. 7. Sarana Sarana yang digunakan saat katekese adalah laptop, viewer, speaker, kabel rol, Kitab Suci, dan teks lagu. 8. Susunan Acara Tabel 9 Susunan Acara Shared Christian Praxis No.
Waktu
1.
10.00-11.30
Acara Pertemuan I: “Menjadi hamba yang setia seturut teladan Maria”
2.
10.00-11.30
Pertemuan II: “Devosi Wujud Ketaatan Iman”
3.
10.00-11.30
Pertemuan III: “Ekaristi Sumber Iman”
4.
10.00-11.30
Pertemuan IV: “Menjadi Pribadi yang Ekaristis”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
F. Matrik Program Shared Christian Praxis Tema Umum
: Memaknai Devosi dan Perayaan Ekaristi sebagai Sumber Hidup Umat Beriman
Tujuan Umum
: Agar peserta semakin menemukan makna devosi dan Perayaan Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari. Tabel 10 Matriks Program Katekese
No. (1) 1
2.
Judul Pertemuan (2) Menjadi hamba yang setia seturut teladan Maria
Tujuan Pertemuan
Materi
Metode
(3) Bersama pendamping, peserta semakin menyadari bahwa mereka adalah hamba yang setia, sehingga nantinya mereka dapat menerima apa yang dikehendaki oleh Tuhan
(4) Pengalaman hidup Tafsiran Injil Lukas 1:26-38
(5) Sharing Diskusi Refleksi Tanya jawab
Devosi Wujud Bersama-sama Ketaatan Iman pendamping,
Pengalaman peserta hidup
Sharing Diskusi
Sarana
Sumber Bahan
(6) (7) Laptop Lukas 1:26-38 LCD Sumarno Ds, M. (2014). Mata Kuliah Speaker Diktat Mahasiswa Semester VI Kitab Program Pengalaman Suci Lapangan Pendidikan Agama Lilin Katolik Paroki (PPL PAK Salib Paroki). Hlm 31-53 Stefan Leks. (2002). Tafsiran Injil Lukas. Yogyakarta: Kanisius. Hlm 33-48 Laptop Injil Matius 6:5-14 LCD Sumarno Ds, M. (2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
78
semakin menyadari Tafsiran Injil Refleksi bahwa devosi merupakan Matius 6:5-14 Tanya wujud dari ketaatan Pengertian dan jawab iman, sehingga peserta makna devosi mampu memaknai Macamnkegiatan devosi macam devosi
3.
Ekaristi Sumber Iman
Peserta mampu Pengalam hidup memaknai perayaan umat Ekaristi sebagai sumber Tafsiran Injil hidup umat beriman Yohanes 6:2538 Akar Perayaan Ekaristi
4.
Menjadi
Peserta terdorong untuk Tafsiran
Sharing Diskusi Refleksi Tanya jawab
Injil Sharing
Speaker Kitab Suci Lilin Salib
Diktat Mata Kuliah Mahasiswa Semester VI Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki (PPL PAK Paroki). Hlm 31-53 Riyadi Eko, St. (2011). Matius, “Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah!” Yogyakarta: Kanisius. Hlm 68-69 Laptop Yohanes 6:25-38 LCD Sumarno Ds, M. (2014). Mata Kuliah Speaker Diktat Mahasiswa Semester VI Kitab Program Pengalaman Suci Lapangan Pendidikan Agama Lilin Katolik Paroki (PPL PAK Salib Paroki). Hlm 31-53 Riyadi Eko, St. (2011). Yohanes, “Firman menjadi manusia”. Yogyakarta: Kanisius. Hlm 171-178 Laptop Yohanes 13:1-20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Pribadi yang mewujudkan makna Yohanes 13:1- Diskusi Ekaristis perayaan ekaristi dalam 20 Refleksi kehidupan sehari-hari. Memahami Tanya tugas perutusan jawab
LCD Sumarno Ds, M. (2014). Mata Kuliah Speaker Diktat Mahasiswa Semester VI Kitab Program Pengalaman Suci Lapangan Pendidikan Agama Lilin Katolik Paroki (PPL PAK Salib Paroki). Hlm 31-53 Eko Riyadi, St, Pr. (2011). Yohanes “Firman menjadi manusia”. Yogyakarta: Kanisius. Hlm 306-308.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
G. Contoh Persiapan Katekese Contoh panduan pelaksanaan Shared Christian Praxis pertemuan I 1. Identitas Pelaksanaan a. Tema
: Menjadi hamba yang setia seturut teladan Maria
b. Tujuan
: Bersama pendamping, peserta semakin menyadari bahwa mereka adalah hamba yang setia, sehingga nantinya mereka dapat menerima apa yang dikehendaki oleh Tuhan
c. Peserta
: Umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara.
d. Waktu
: 90 Menit
e. Model
: Shared Christian Praxis
f.
: Sharing kelompok
Metode
Diskusi kelompok Refleksi pribadi Informasi Tanya jawab g. Sarana
: Laptop LCD dan Speaker Kitab Suci Lilin dan salib
h. Sumber Bahan
:
Lukas 1:26-38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Sumarno Ds, M. (2014). Diktat Mata Kuliah Mahasiswa Semester VI Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki (PPL PAK Paroki). Hh 31-53 Stefan Leks. (2002). Tafsiran Injil Lukas. Yogyakarta: Kanisius. Hh 33-48
2. Pemikiran Dasar Setiap orang pasti pernah mengalami krisis dalam hal iman, terlebih lagi sebagai seorang wirausaha/karyawan, guru, dokter, polisi, pensiun, dan ibu rumah tangga. Terkadang krisis ini menjadi nada dasar dalam hidup beriman, di mana untuk menjadi hamba yang setia seturut teladan Maria seakan tidak ada arti apaapa. Tetapi, haruslah dilihat lebih dalam apa yang sebenarnya terjadi. Pada umumnya, cara menjadi hamba yang setia seturut teladan Maria sangat sulit bagi kita untuk melaksanakannya. Terkadang kita lalai dan masa bodoh akan apa yang terjadi. Berbeda dengan kehidupan Maria yang sangat taat kepada Bapa. “terjadilah padaku menurut kehendak-Mu” itulah yang Maria katakan kepada malaikat yang memberikan berita gembira kepadanya. Maria menerima dengan lapang dada bahwa ia akan mengandung seorang bayi laki-laki dan akan diberikan nama Yesus. Setia dan taat memang menjadi tema utama dalam Injil Lukas. Dalam perikop ini (Lukas 1:26-38) Maria menerima kabar gembira dari seorang malaikat bahwa Ia akan mengandung bayi laki-laki. Maria sedikit ragu saat mendengar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
berita bahwa Ia akan mengandung karena Ia belum bersuami. Namun, dengan ketaatannya kepada Bapa, Maria menerimanya dengan lapang dada. Dalam pertemuan kali ini kita akan menyadari bersama pengalaman hidup beriman kita selama ini, memahami maksud dan menangkap pesan dari Injil Lukas 1:26-38, sehingga semakin terdorong untuk lebih setia dalam perkara apapun, hingga pada akhirnya kita boleh mengambil bagian dalam hidup kekal. 3. Pengembangan Langkah-langkah a. Pembuka 1) Pengatar : Bapak Ibu yang terkasih, pada siang hari ini, kita akan mendalami bersama kisah tentang setia seturut teladan Maria dan tema untuk pertemuan kali ini adalah “Menjadi hamba yang setia seturut teladan Maria”. Memang bagi kita yang bergelut dalam berbagai bidang kerja ini, kata-kata semacam ini tidak asing lagi. Tetapi setia bukanlah perkara yang mudah. Setia menuntut sebuah bukti nyata yang tercermin melalui tindakan-tindakan kita. Maka marilah kita awali pertemuan ini dengan lagu pembukaan. 2) Lagu Pembuka : MB 160 “Kelana” terlampir 3) Doa Pembuka : Allah Bapa yang Maha kasih dalam hidup sehari-hari begitu mudah menyatakan bahwa kami setia kepada-Mu. Tetapi sikap kami sungguh jauh berbeda dengan apa yang kami katakan. Kami belum dapat setia seperti Maria yang setia kepada Putera-Mu dengan sepenuh hati. Kami mohon bukalah hati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
kami, agar kami semakin mampu untuk setia dalam perkara kecil maupun besar, bukan pernyataan melalui kata-kata saja tetapi juga tindakan kami. Amin b. Langkah I : Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta 1) Memberikan teks cerita “Inilah Kisah Seorang Raja yang Belajar Ilmu Taat Pada Seorang Biarawan” dan memberikan kesempatan kepada peserta untuk membaca dan memahami sendiri-sendiri isi cerita tersebut. (terlampir). 2) Penceritaan kembali isi dari cerita “Inilah Kisah Seorang Raja yang Belajar Ilmu Taat Pada Seorang Biarawan”. Pendamping meminta salah satu peserta untuk mencoba menceritakan kembali secara singkat tentang isi pokok dari cerita tersebut. 3) Intisari cerita “Inilah Kisah Seorang Raja yang Belajar Ilmu Taat Pada Seorang Biarawan” Di sebuah kerajaan yang sangat makmur dan indah, hiduplah seorang raja. Raja tersebut mulai jenuh dengan kehidupannya di istana serta tekanan yang menyertai kehidupan seorang raja tersebut. Dan pada akhirnya raja tersebut memutuskan untuk meninggalkan takhtanya dan menjadi seorang biarawan. Sang raja tersebut menghadap seorang kepala biara untuk mengatakan bahwa ia ingin menjadi seorang biarawan. Lalu, kepala biara bertanya kepada raja apakah ia bisa taat seperti anggota biara yang lainnya. Untuk menjadi seorang biarawan sangatlah sulit dan tidak semua orang mampu untuk hidup membiara. Sang raja kemudian menyanggupi segala peraturan yang harus ditaatinya sebagai seorang biarawan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Kepala biara berbicara kembali pada sang raja untuk memberitahukan kepada raja apa yang harus dilakukannya oleh raja tersebut, bahwa ia harus kembali ke takhta dan jadilah raja yang setia sebagaimana Tuhan telah menempatkan ia sebagai raja. Mendengar perkataan kepala biara, amat terkejutlah sang raja. Padahal sang raja ingin sekali menghindar dari kejenuhan di kerajaan untuk mencari suasana baru. Namun, ia sudah berjanji taat dan menuruti peraturan yang akan dikatakan oleh kepala biara, dan akhirnya sang raja mengikuti dan taat menjadi seorang raja. Setelah kejadian itu, sang raja kembali ke kerajaan untuk memimpin kerajaan dengan setia, taat dan bijaksana hingga akhirnya hidupnya di kerajaan tersebut. 4) Pengungkapan pengalaman: Peserta diajak untuk mendalami cerita tersebut dengan tuntunan beberapa pertanyaan: Ceritakanlah apa yang dilakukan raja pada saat itu? Pernahkah bapak/ibu merasakan situasi hidup seperti raja tersebut baik secara fisik maupun rohani ? Coba ceritakan? 5) Arah rangkuman Dalam kisah yang baru saja kita dengar ada seorang raja yang ingin menjadi seorang biarawan karena tekanan dan kejenuhan saat memimpin kerajaannya. Dalam kehidupan sehari-hari tentu kita sering menghadapi berbagai tekanan, kesulitan, bahkan kejenuhan terkadang membuat kita ingin mencari suasana baru yang bisa menyegarkan kita. Apalagi dalam pekerjaan kita, tekanan akan semakin berat kita rasakan ketika di tempat bekerja kondisi perusahaan atau instansi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
tempat bekerja sedang mengalami kesulitan keuangan. Hal ini tentu wajar terjadi, tapi janganlah kita berlarut-larut dalam suasana seperti itu. Pada saat kita mengalami kejenuhan baik dalam kehidupan maupun dalam pekerjaan kita, beristirahatlah sejenak sambil menghayati keberadaan kita. Sesaat setelah menghayati keberadaan kita, tentu akan semakin membuat kita sadar akan kehadiran Tuhan dalam setiap nafas kehidupan yang kita rasakan. Cobalah untuk tidak tenggelam ke dalam suasana kecewa, frustasi, karena hal tersebut dapat merugikan kita sendiri, mulailah memotivasi diri dengan hal-hal yang baik dan hasilnya akan semakin bermakna dalam kehidupan kita. Cobalah untuk melihat segala tugas dan kewajiban kita dalam sudut pandang yang baru. Bukankah Tuhan menaruh kita pada suatu tempat untuk satu alasan? Cari dan temukanlah motivasi yang luhur dalam setiap pekerjaan atau pelayanan kita, pasti hal tersebut akan menjadi penyemangat bagi kita untuk tetap berkarya. Kelak ketika waktunya tiba, kita akan melihat rencana Tuhan yang indah dalam setiap karya yang kita laksanakan. Bertekunlah dan taatlah dalam setiap panggilan hidup kita sekarang, maka kita akan semakin didekatkan dengan kebahagiaan dan kesuksesan. c. Langkah II : Mendalami Pengalaman Hidup Peserta 1) Peserta diajak untuk merefleksikan pengalaman hidup yang telah disharingkan dengan panduan pertanyaan: Mengapa kita sering kali “membiarkan” hidup kita mengalami tekanan, kesulitan, dan kejenuhan? 2) Pendamping memberi arah rangkuman singkat atas jawaban-jawaban yang diungkapkan peserta:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Dari pengalaman bapak ibu, kita telah melihat bersama mengapa sering kali kita membiarkan hidup kita mengalami tekanan, kesulitan, dan selalu mengalami kejenuhan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terjadi kepada diri kita karena kita kurang bersyukur dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Kita sering berlari meninggalkan itu semua dengan mencari hal-hal yang baru yang dapat membuat kita merasa bahagia dan senang. Kita juga kurang merefleksikan diri mengapa hal tersebut bisa terjadi kepada kita. d. Langkah III : Menggali Pengalaman Iman Kristiani 1) Salah satu peserta dimohon bantuannya untuk membacakan perikop langsung dari Kitab Suci, Lukas 1:26-38 atau dari foto copy yang dibagikan. 2) Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara pribadi merenungkan dan menanggapi pembacaan Kitab Suci dengan dibantu beberapa pertanyaan, sbb: Ayat kunci manakah yang berkaitan dengan menjadi hamba yang setia? Manakah pesan inti yang diajarkan oleh Lukas melalui perikop ini berdasarkan ayat kunci tersebut sehubungan dengan menjadi hamba yang setia? 3) Peserta memberikan kesempatan untuk mengungkapan hasil renungan pribadi dalam pleno sehubungan dengan pertanyaan diatas? 4) Pendamping memberikan tafsiran dari Lukas 1:26-38 dan menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan tujuan, misalnya, sbb:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Ayat 26, menurut Injil Lukas, sejarah penyelamatan, sama seperti misi Kristen, berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Yudea adalah tanah air Yohanes Pembaptis, sedangkan Galilea adalah tanah air Yesus. Di kemudian hari Yesus akan menanggapi orang-orang Yudea, terutama pimpinan bangsanya yang tinggal di Yerusalem. Ayat 27, dari penegasan Lukas tentang keperawanan ini dapat disimpulkan bahwa kisah ini tidak memberi perhatian terhadap misteri penjelmaan Putra Allah saja, tetapi juga terhadap keperawanan Maria. Lukas menyediakan lebih banyak data tentang Maria, menyatakan bahwa Maria menerima tawaran dari Allah sebagai hamba Tuhan, lalu mengunjungi Elisabet dan mengucapkan madah magnificat. Ayat 28, Maria dikaruniai Allah, artinya menjadi manusia pilihan-Nya, sehingga diberi peranan dalam sejarah penyelamatan. Kunjungan malaikat sendiri sudah menjadi bukti pilihannya itu. Dalam doa “salam Maria”, salam malaikat diterjemahkan “penuh rahmat”. Namun, berdasarkan teks Injil ini tidak dapat disimpulkan bahwa Maria sepenuh-penuhnya dikuduskan oleh Allah, dalam arti tidak berdosa, melainkan bahwa ia sangat diperkenan oleh Allah. “Tuhan menyertai engkau”, ungkapan ini lebih menegaskan apa yang sudah dinyatakan dalam salam tadi. Tuhan ada dalam hidup Maria, menyertai, berkarya dalam dirinya. Ia berkarya dalam hidup Maria secara leluasa. Tetapi, kalau Allah menyertai seorang pilihan-Nya, maka Ia tidak hanya melindunginya tetapi terutama menawarkan kepadanya suatu misi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Ayat 29, Maria bukan wanita yang pura-pura rendah hati, bukan pula tidak terbiasa disapa oleh pria ataupun kaget karena dikunjungi malaikat. Ia sesungguhnya bingung, merasa terkejut karena isi ucapan malaikat yang langsung dipahaminya sebagai sesuatu yang sangat misterius. Ayat 30, manusia yang merasa ketakutan berhadapan dengan Allah atau utusan-Nya, ditenangkan dan dihimbau agar mengatasi rasa itu dengan penuh percaya. Apa yang sudah dikatakan dalam ayat 28 diulang di sini lagi dengan kata-kata yang lain “beroleh anugerah di hadapan Allah”. Kata anugerah merupakan salah satu kata kecintaan Lukas (ia menggunakan 8 kali dalam Injilnya dalam 14 kali dalam Kisah Para Rasul). Ungkapan beroleh anugerah di hadapan Allah dikenal dari PL berbahasa Yunani, sehingga harus dipandang sebagai ungkapan khas bangsa Semit. Isinya bukan jawaban atas suatu pertanyaan melainkan pemberitahuan tentang pilihan dari pihak Allah. Ayat 31, dalam ayat ini malaikat Gabriel menjelaskan dalam arti macam apa Maria dikaruniai dan disertai Tuhan. Namun, penjelasannya bergaya bahasa PL dan biasa muncul dalam berita tentang seorang anak yang akan dilahirkan. Selain hal tersebut, ayat ini mengatakan “besar”, kata ini mengacu kepada pribadi yang luar biasa penting peranannya dalam sejarah penyelamatan, termasuk peranan Allah sendiri. Ayat 32, “Allah yang Maha Tinggi”, ungkapan ini bergaya bahasa Yunani dan Lukas tampaknya menyukainya. Allah adalah yang Maha Tinggi, sebab Ia melampaui seluruh dunia. Walaupun demikian, Ia berelasi dengan dunia, terutama lewat Putra-Nya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Ayat 33, dalam ayat ini bangsa Israel disebut kaum Yakub. Selaku Mesias, Yesus akan berkuasa sebagai raja. Bangsa Israel yakin bahwa kerajaan Mesias tidak akan berkesudahan. Ayat 34, “Aku belum bersuami”, harafiahnya, “Aku tidak mengenal pria”. Kata mengenal dalam ayat ini menyangkut hubungan seksual. Begitulah cara bicara orang-orang Yahudi mengenai relasi intim antara suami istri. Makna ayat ini menjadi cukup jelas, bila dinilai dari sudut sastra. Baru saja Gabriel memberitahukan kepada Maria bahwa ia akan menjadi ibu Mesias. Maka perlu, agar diberitahukan pula cara kelahiran itu dapat terwujud dalam kehidupannya yang masih berstatus perawan. Jadi, dilihat dari sudut itu, pertanyaan Maria ini berperan sebagai “ ayat jembatan” kepada jawaban Malaikat Gabriel selanjutnya. Ayat 35, “Roh Kudus akan turun atasmu”, dalam ayat ini Lukas menyejajarkan Roh Kudus yang turun dengan kuasa Allah Yang Maha Tinggi yang akan menaungi. Ia akan menciptakan hidup baru dalam rahim Maria. Dengan menegaskan bahwa Roh Kudus akan datang atas diri Maria, Lukas hendak menyatakan bahwa terkandungnya Yesus dalam rahim Maria adalah peristiwa yang tidak ada duanya dalam sejarah dunia. Anak Maria bukan hasil hubungan seksual melainkan karunia Allah semata-mata. Ayat 36, tidak jelas jenis ikatan kekeluargaan antara Elisabet dengan Maria. Elisabet disebut dalam Injil Lukas saja dan diperkenalkan sebagai keturunan Harun dan istri Zakharia, imam. Ia mandul dan tua, namun menjadi ibu Yohanes Pembaptis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Ayat 37, “sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil”, ungkapan ini dalam PL
ini
mengkontraskan
dua
kenyataan:
Kemahakuasaan
Allah
dan
ketidakmampuan manusia. Jadi, kontrasnya bukan antara Allah dan alam. Ayat 38, Maria siap menjadi hamba Tuhan, artinya melaksanakan kehendak-Nya. Ia ingin taat kepada Allah, melekat kepada-Nya dengan seluruh jiwa raganya. Maria pasti sadar bahwa ia menghadapi misteri yang tak terpahami, serupa pelayanan/hamba yang disuruh melaksanakan suatu pesan tanpa diberi penjelasan yang tuntas. Kebesaran Maria ada pada penyerahan dirinya secara menyeluruh terhadap tuntutan-tuntutan yang terkandung dalam karya yang dimulai Allah dalam dirinya. Sebagai seorang beriman sejati, Maria sadar bahwa pelaksanaan kehendak Allah selalu terjadi dalam sejarah dan tidak terbatas pada huruf Kitab Suci. Allah memang selalu menghadirkan diri-Nya dalam kehidupan umat-Nya. e. Langkah IV : Menerapkan Iman Kristiani dalam situasi peserta konkret 1) Pendamping mengawali langkah ini dengan menempatkan peserta pada konteks dan situasi pertemuan, serta menerapkan pesan inti Kitab Suci dalam pengalaman dan situasi konkret peserta sesuai dengan tema dan tujuan katekese. Bapak ibu yang terkasih, tadi Injil Lukas mengajarkan kita untuk setia dalam menjalankan berbagai macam tugas yang diberikan kepada kita baik tugas dari tempat pekerjaan kita maupun dari Allah sendiri. Menerimanya dengan lapang dada dan selalu bersyukur atas apa yang sudah diberikan kepada kita sebagai umatnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
2) Sebagai bahan refleksi untuk semakin menghayati imannya peserta diajak untuk merenungkan secara pribadi dengan pertanyaan sebagai berikut: Setelah pertemuan ini berakhir, kita pun akan pergi. Apakah kita akan diam saja atau berbuat dan menunjukkan kesetiaan kita kepada Allah dengan mewujudnyatakannya kepada sesama kita yang membutuhkan? 3) Peserta diberikan kesempatan untuk mengungkapkan hasil renungan dan refleksi pribadi dalam pleno. Hasil pleno dirangkum oleh pendamping dan diteguhkan sehubungan dengan tema dan tujuan pertemuan: Sebagai umat di Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara, untuk dapat setia kepada Allah memang cukup sulit bagi kita untuk melaksanakannya, namun, niscaya bagi kita yang percaya, kita akan dapat dengan mudah untuk melaksanakan kesetiaan itu. Seperti halnya Maria yang setia dalam menjalankan tugasnya yang diberikan Allah untuk mengadung bayi laki-laki dan menamainya Yesus. Bagi Maria pada awalnya memang sulit untuk menerima namun, dengan kekuatan doa, ia mampu untuk menerimanya dengan lapang dada. f. Langkah V : Mengusahakan suatu aksi konkret 1) Pendamping mengawali langkah ini dengan merangkum seluruh isi dan proses yang berlangsung selama pertemuan dan berusaha menghubungkan dengan tema dan tujuan. Bapak ibu yang terkasih dalam Yesus Kristus, kita telah bersama-sama melihat, mendengar, berbagi dan menggali pengalaman-pengalaman kita yang berawal dari kisah seorang raja yang belajar ilmu taat pada seorang biarawan, raja tersebut belajar untuk setia dengan peraturan yang diberikan kepala biara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
kepadanya. Walaupun pada awalnya raja tersebut merasa kecewa karena tidak diterima untuk menjadi seorang biarawan. Namun, Injil Lukas 1:26-38 mengajak kita untuk selalu setia dan patuh dengan tugas yang diberikan kepada kita. Melalu sharing dari bapak dan ibu, sebagai seorang wirausaha/karyawan, guru, dokter, polisi, pensiun, dan ibu rumah tangga kita harus selalu setia dan taat kepada-Nya dengan sikap beriman kita. 2) Pendamping memberikan kesempatan kepada peserta untuk memikirkan tindakan konkret yang akan dilaksanakan dalam doa dengan penuh kepercayaan. Peserta dibantu dengan pertanyaan dari pendamping: Tindakan-tindakan atau niat-niat apa yang bisa kita usahakan sebagai seorang wirausaha/karyawan, guru, dokter, polisi, pensiun, dan ibu rumah tangga untuk lebih setia kepada Yesus seturut teladan Maria? Hal-hal apa saja yang perlu kita perhatikan dalam mewujudkan usaha tersebut? 3) Peserta diberikan kesempatan untuk mensharingkan tindakan pribadi yang akan diusahakan. Kemudian peserta diajak untuk mendiskusikan tindakan yang akan dilakukan bersama-sama sebagai umat di Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius
Banjarnegara.
Niat
atau
tindakan
pribadi
dan
bersama
dipersembahkan dalam doa. g. Penutup 1) Pendamping menempatkan salib dan lilin di tengah-tengah peserta. Salib melambangkan kehadiran Tuhan dalam hidup kita, dalam usaha untuk mewujudkan harapan tersebut. Dan lilin sebagai tanda terang yang menerangi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
segala usaha yang ingin diwujudkan dan harapan yang tidak pernah padam dalam hati kita. Pendamping menghidupkan lilin. Kemudian, pendamping mengajak peserta untuk mengajukan doa-doa harapan kepada Tuhan. Pendamping mengawali doa umat dan selanjutnya secara spontan oleh peserta. Penutup doa diakhiri dengan doa Bapa Kami. 2) Doa Penutup Allah Bapa kami, terima kasih atas kebaikan dan kemurahan-Mu kepada kami, sehingga kami dapat memperbaharui hidup kami menjadi manusia yang lebih setia dan taat kepada-Mu. Ya Bapa, terkadang sulit bagi kami untuk melakukan kesetiaan dan ketaatan tersebut di dalam kehidupan sehari-hari kami, namun, kami percaya akan Roh Kudus-Mu yang Engkau utus kepada kami untuk selalu mendampingi dan membimbing setiap langkah kami agar kami selalu setia dan taat kepada-Mu. Kami mohon ya Bapa berkatilah kami semua agar dalam tindakan kami, mencerminkan sikap taat dan setia kepada-Mu. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin. 3) Lagu Penutup : “Seperti yang Kau Ingini” terlampir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini terdiri dari dua bagian, yakni bagian pertama akan membahas kesimpulan berdasarkan rumusan permasalahan dan tujuan penulisan, dengan dikuatkan oleh hasil penelitian. Kemudian bagian kedua membahas sarana untuk beberapa pihak yang terkait dengan penulisan karya tulis ini. A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa devosi adalah sebuah sikap yang diterapkan dalam perbuatan nyata oleh seorang pribadi dalam mengarahkan diri kepada sesuatu (seseorang) yang dihormati dan dicintai dalam hidup. Apabila devosi ini mengarah kepada Allah, maka devosi tersebut adalah sebagai devosi religius (keagamaan). Sedangkan Ekaristi itu sendiri yaitu puji syukur, sehingga Ekaristi ini dapat dirayakan oleh Gereja berdasarkan pengalaman iman Gereja akan Tuhan Yesus Kristus. Berdasarkan penelitian mengenai pengaruh pemahaman devosi kepada Bunda Maria dan minat mengikuti Perayaan Ekaristi bagi umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara dapat disimpulkan bahwa pemahaman akan devosi kepada Bunda Maria terhadap minat mengikuti Perayaan Ekaristi sudah baik. Ini terlihat dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada responden menunjukkan hasil positif. Rata-rata variabel devosi kepada Bunda Maria adalah 86,6% dari 12 pernyataan, ada satu pernyataan yaitu pernyataan nomer 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
menunjukkan hasil netral (35%) dan ada satu pernyataan yang menunjukkan hasil negatif (48,33%) pada pernyataan 10, di mana responden memilih tidak setuju bahwa ziarah merupakan salah satu keharusan yang dimiliki setiap umat manusia. Jawaban ini menunjukkan bahwa umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara tidak mengharuskan berziarah. Padahal, ziarah merupakan perjalanan tobat dan ungkapan iman akan makna gereja musafir yang harus berjalan ketanah air surgawi. Sedangkan, variabel kedua, yaitu minat mengikuti Perayaan Ekaristi rata-ratanya adalah 88,01% dari 15 pernyataan yang diajukan dan dijawab oleh responden. Responden sudah mengetahui makna dan garis besar tentang pemahaman devosi baik pengertian devosi, hal-hal yang perlu diperhatikan, macam-macam bentuk devosi, dan lain-lain sehingga responden dapat mewujudnyatakannya dalam kegiatan Perayaan Ekaristi. Guna menanggapi dari hasil penelitian tentang devosi kepada Bunda Maria dan Minat mengikuti Perayaan Ekaristi, maka diperlukan upaya untuk terus menumbuhkembangkan pemahaman dan minat tersebut. Upaya tersebut disesuaikan dengan saran dari beberapa umat di Stasi St. Theresia Klampok. Katekese dalam bentuk SCP (Shared Christian Praxis) ini diharapkan dapat menjadi usaha yang tepat untuk semakin memperdalam pemahaman dan minat umat di Stasi St. Theresia Klampok. Tema dari kegiatan katekese ini adalah memaknai devosi dan Perayaan Ekaristi sebagai sumber hidup umat beriman. B. Saran Berdasarkan beberapa kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapa saran sebagai hasil refleksi selama ini dan diharapkan berguna bagi pihak-pihak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
yang terkait terkhusus bagi umat Stasi St. Theresia Klampok Paroki St. Antonius Banjarnegara. 1. Bagi umat Stasi St. Theresia Klampok, agar selalu meningkatkan kembali semangat
untuk
berdevosi
sehingga
semangat
devosi
ini
dapat
diwujudnyatakan dalam tindakan sehari-hari dalam membantu yang miskin, tersingkir, lemah, dan difabel serta selalu mengadakan katekese (Shared Chirstian Praxis) secara rutin seminggu sekali supaya umat lebih mendalami dan aktif dalam mengikuti Perayaan Ekaristi dan kegiatan berdevosi. 2. Bagi para pengurus lingkungan, mengupayakan kegiatan rutin setiap Minggu yang mengikutsertakan semua umat dalam kegiatan lingkungan maupun kegiatan di dalam Gereja, seperti devosi dan Perayaan Ekaristi. 3. Bagi pengurus dewan Stasi, mengadakan kegiatan katekese dengan menggunakan SCP (Shared Christian Praxis) yang dapat membantu umat untuk memaknai dan memperdalam imannya serta katekese ini dapat digunakan untuk selanjutnya saat ada pertemuan rutin setiap minggunya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Daftar Pustaka Budi Purnomo, Aloys. (2000). Bunda Maria Teladan Iman Kita. Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusatama Daia Willem. (2001). Menanggapi Harta Rohani Bersama Bunda Maria. Yogyakarta : Yayasasan Pustaka Nusatama Eko, Riyadi, St. (2011). Matius, “Sungguh, Ia ini adalah Annak Allah!” Yogyakarta: Kanisius. Groenen, C. (1988). Mariologi Teologi dan Devosi. Yogyakarta : Kanisius Hardawiryana, R. (2013). Konsili Vatikan II. Jakarta : Obor Haryono, Y. B. (2010). Devosi-Devosi Umat. Jakarta : Obor Krispurwana Cahyadi, T. (2009). Pastoral Gereja. Yogyakarta : Kanisius KWI. (1996). Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius . 2013. Dokumen Konsili Vatikan II. Jakarta : Obor Leks, Stefan. (2002). Tafsiran Injil Lukas. Yogyakarta: Kanisius. Majalan Bulan Kristiani. Inspirasi Lentera Yang Membebaskan. No. 105 Tahun IX Mei 2013. Semarang. Martasudjita, E. (2005). Ekaristi. Yogyakarta : Kanisius . (2011). Liturgi. Yogyakarta : Kanisius Monika, Ratri Maria. (2003). Doa-doa Devosi. Jakarta : Obor Muhibbin Syah. (2009). Psikologi Belajar. Jakarta : Rajawali Pers Nana Sudjana, dkk. (2012). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Sinar Baru : Bandung Njiolah, P. Hendrik. (2003). Sekilas Tentang Maria. Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusatama NN. (2011). The Essential Mary Handbook. Jakarta : Obor Prasetyantha. (2008). Ekaristi dalam hidup kita. Yogyakarta : Kanisius . (2011). Yohanes, “Firman menjadi manusia”. Yogyakarta: Kanisius. Sardiman. (2008). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Slameto. (2013). Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta : Rinele Cipta Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta Sumarno Ds, M. (2014). Diktat Mata Kuliah Mahasiswa Semester VI Program Supranto, Felix. (2012). Cara Menghayati Ekaristi. Jakarta : Obor Surharyo, Ign. (2011). Ekaristi. Yogyakarta : Kanisius Sutrisnaatmaka, A. M. (2012). Liturgi dan Devosi. Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusatama Sumber dari internet : Daniel Nagata. (2014). “Inilah Kisah Seorang Raja Yang Belajar Ilmu Taat Pada Seorang Biarawan”. Dalam http://www.danzierg.com/2014/09/belajarilmu-taat.html, diakses pada tanggal 28 Oktober 2106.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98 Wikipedia. (2016). “Daftar Gua Maria Di Indonesia”. https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_gua_Maria_di_Indonesia, pada tanggal 3 Februari 2016, pukul 09.56 WIB.
Dalam diakses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1: Surat Izin Penelitian kepada Romo Paroki
(1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2: Surat Pemberitahuan Sudah Melaksanakan Penelitian
(2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3: Identitas Responden No.
Nama
Usia
Lingkungan
Pekerjaan
1.
Bertilia Susiana
41-60th
St. Agustinus
Wirausaha/karyawan
2.
Marsella Harti
21-40th
St. Agustinus
Wirausaha/karyawan
3.
Yani Rubestin
≥60th
St. Agustinus
Pensiun
4.
Eko Hianturu
≥60th
St. Agustinus
Wirausaha/karyawan
5.
Iskak Gunawan
21-40th
St. Agustinus
Wirausaha/karyawan
6.
21-40th
St. Agustinus
Wirausaha/karyawan
7.
Elyana Elsye Santoso F. E. Tanti Inawati
≥60th
St. Agustinus
Ibu Rumah Tangga
8.
I. Fiora
21-40th
St. Markus
Wirausaha/karyawan
9.
Vedi Isuono
21-40th
St. Markus
Wirausaha/karyawan
10.
A. Suliyono
≥60th
St. Markus
Polisi
11.
Tantri
41-60th
St. Markus
Wirausaha/karyawan
12.
Siti Susi Subekti
41-60th
St. Markus
Ibu Rumah Tangga
13.
Gunarto
≥60th
St. Markus
Pensiun
14.
T. Juriah
21-40th
St. Markus
Wirausaha/karyawan
15.
Danny Kusuma P.
21-40th
St. Markus
Wirausaha/karyawan
16.
Desi Widianingsih
21-40th
St. Markus
Wirausaha/karyawan
17.
Fransisca Iriani
41-60th
St. Markus
Pensiun
18.
21-40th
St. Markus
Wirausaha/karyawan
41-60th
St. Markus
Wirausaha/karyawan
20.
Yuliana Fransiska Eka Suprihatin Bernadus Cahya Nugroho Aloysius Susanto
41-60th
St. Markus
Wirausaha/karyawan
21.
Suwantih
≥60th
St. Markus
Pensiun
22.
Novi
41-60th
St. Markus
Wirausaha/karyawan
23.
Eduardus Kusmarwanto
41-60th
St. Markus
Wirausaha/karyawan
19.
(3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24.
Y. M. Winarsih
≥60th
St. Markus
Pensiun
25.
V. Suhartono
41-60th
St. Markus
Wirausaha/karyawan
26.
R. C. Surajini
41-60th
St. Markus
Wirausaha/karyawan
27.
Mudjiono
≥60th
St. Markus
Wirausaha/karyawan
28.
Yuliana Warsini
≥60th
St. Markus
Wirausaha/karyawan
29.
A. Sri Winarti
41-60th
St. Markus
Guru
30.
Viviana S.
41-60th
St. Markus
Wirausaha/karyawan
31.
Winarno Yosef
≥60th
St. Petrus
Wirausaha/karyawan
32.
Rebut Sugianto
41-60th
St. Petrus
Wirausaha/karyawan
33.
41-60th
St. Petrus
Wirausaha/karyawan
34.
Matias Djoko Susanto F. B. Ruitiro
≥60th
St. Petrus
Wirausaha/karyawan
35.
Monica Wigati
41-60th
St. Petrus
Wirausaha/karyawan
36.
41-60th
St. Petrus
Wirausaha/karyawan
37.
Sri Pristiowatiningsih Vena Natalia
21-40th
St. Petrus
Ibu Rumah Tangga
38.
Th. V. Yanirsah
≥60th
St. Petrus
Wirausaha/karyawan
39.
M. Kustiati
≥60th
St. Petrus
Ibu Rumah Tangga
40.
Yohanes Rudi Hartono Lidwina Santoso
41-60th
St. Petrus
Wirausaha/karyawan
≥60th
St. Petrus
Ibu Rumah Tangga
≥60th
St. Petrus
Ibu Rumah Tangga
41-60th
St. Petrus
Wirausaha/karyawan
44.
Ana Maria Ribut Pujiarti Anastasia Ginerowati B. Bincar Esti H.
41-60th
St. Petrus
Wirausaha/karyawan
45.
F. C. Goei Sioe
41-60th
St. Petrus
Ibu Rumah Tangga
46.
Y. B. Handoko
41-60th
St. Petrus
Wirausaha/karyawan
47.
Thoras Sugiarto
21-40th
St. Petrus
Wirausaha/karyawan
48.
W. G. Arirf Hidayat
≥60th
St. Petrus
Wirausaha/karyawan
41. 42. 43.
(4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49.
Veronica Harjanti S.
21-40th
St. Paulus
Ibu Rumah Tangga
50.
Monica Nina Karina
21-40th
St. Paulus
Ibu Rumah Tangga
51.
T. Wajiyo
41-60th
St. Paulus
Pensiun
52.
D. Titi Ariyani
41-60th
St. Paulus
Wirausaha/karyawan
53.
Leonardus Wiyoto
41-60th
St. Paulus
Wirausaha/karyawan
54.
Cicilia Tan Kiem
41-60th
St. Paulus
Ibu Rumah Tangga
55.
F. Asisi Danu K. W.
21-40th
St. Paulus
Dokter
56.
41-60th
St. Paulus
Guru
41-60th
St. Paulus
Wirausaha/karyawan
21-40th
St. Paulus
Wirausaha/karyawan
59.
C. Y. Dewi Listyarini Paulus Rahmat Sugeng Riyadi Andreas Cahyo B. S. J. Setyo Mulyanto
≥60th
St. Paulus
Pensiun
60.
Lucia Y. Vera
21-40th
St. Paulus
Wirausaha/karyawan
57. 58.
(5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4: Contoh Kuesioner Penelitian (Skala Likert)
Kuesioner Penelitian (Skala Likert) A. Identitas Responden Keterangan: Lingkari pilihan yang merupakan identitas Anda 1. Nama : 2. Lingkungan : 3. Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan 4. Usia : a. 17-20 tahun c. 41-60 tahun b. 21-40 tahun d. Lebih dari 60 tahun 5. Status : a. Pelajar c. Wirausaha/karyawan b. Mahasiswa d. Lain-lain B. Berilah tanda cek/centang (√) bagi jawaban yang menurut Anda paling benar! Dan jawablah dengan jujur sesuai dengan keadaan diri Anda! Perhatikan contoh di bawah ini! No. Soal SS S RR TS STS 1. saya rajin ke Gereja setiap hari minggu √ Keterangan : SS : Sangat Setuju S : Setuju RR : Ragu-ragu TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju No. Soal SS S 1. Devosi boleh menjadi perasaan yang merupakan dasar iman yang kuat. 2. Devosi boleh lepas dari keseluruhan hidup Kristiani. 3. Dilihat dari segi Liturgi, praktik devosi senantiasa mengiringi perjalanan iman Gereja sepanjang masa. 4. Praktik devosi harus dijauhkan dari bahaya praktik magis. 5. Devosi harus selalu sesuai dengan iman Gereja yang benar. 6. Rosario, Novena Tiga Kali Salam Maria, Ziarah, Malaikat Tuhan dan Litani Bunda Maria merupakan bentuk dari devosi. 7. Saya rajin mengikuti kegiatan Novena Tiga
(6)
RR TS STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8.
9. 10. 11. 12.
13.
14. 15.
16.
17.
18.
19.
20. 21. 22. 23.
24.
Kali Salam Maria selama Sembilan kali berturut-turut. Malaikat Tuhan merupakan doa yang didaraskan tiga kali dalam sehari pada waktu pagi pukul 06.00, siang hari 12.00, dan sore hari 18.00. Saya sering berdoa litani Bunda Maria seminggu sekali. Ziarah merupakan salah satu keharusan yang dimiliki setiap umat kristiani. Bunda Maria adalah seorang pendoa yang jujur dan tulus dihadapan Allah. Bunda Maria merupakan Bunda Gereja yang selalu dihormati oleh umat katolik sebagai “Mater Ecclesiae”. Gereja menetapkan dogma atau ajaran resmi Gereja bahwa Maria adalah Bunda Allah. Bunda Maria tetap perawan walaupun sudah melahirkan Yesus. Dengan berdevosi kepada Bunda Maria, saya bersemangat dalam mengikuti Perayaan Ekaristi setiap minggunya. Dengan mengikuti Devosi kepada Bunda Maria saya semakin terdorong untuk mengikuti Perayaan Ekaristi. Dengan berdevosi kepada Bunda Maria saya bersemangat untuk selalu mengikuti Perayaan Ekaristi. Setelah mengikuti Devosi kepada Bunda Maria, saya semakin tertarik mengikuti Perayaan Ekaristi. Setelah mengikuti kegiatan devosi kepada Bunda Maria, saya semakin mengutamakan Perayaan Ekaristi. Ekaristi merupakan hal terpenting dalam hidup saya. Saya selalu menyiapkan hati dan pikiran sebelum Perayaan Ekaristi di mulai. Saya selalu menonaktifkan alat komunikasi saat Perayaan Ekaristi berlangsung. Dengan berdevosi kepada Bunda Maria tidak menghambat kencintaan saya terhadap Ekaristi. Saya tidak datang terlambat saat akan
(7)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25. 26. 27. 28.
29.
merayaan Ekaristi. Saya mendengarkan homily dengan baik saat berlangsungnya Perayaan Ekaristi. Saya tidak mengobrol saat Perayaan Ekaristi yang sedang berlangsung. Saya aktif dalam menjawab dan bernyanyi saat Perayaan Ekaristi. Dengan berdevosi kepada Bunda Maria dan aktif dalam mengikuti Perayaan Ekaristi, saya mempunyai hati untuk membantu yang miskin, lemah, tersingkir, dan difabel. Dengan berdevosi kepada Bunda Maria dan aktif dalam mengikuti Perayaan Ekaristi, saya semakin memperjuangkan keadilan yang benar.
(8)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5: Hasil Pengisian Kuesioner Penelitian (Skala Likert)
Kuesioner Penelitian (Skala Likert) A. Identitas Responden Keterangan: Lingkari pilihan yang merupakan identitas Anda 1. Nama: VertJnlK.o. H3rJon'tr f· 2. Lingkungan: S+.PduJ..u~ k~ampol( 3. Jenis Kelamin : a. Laki-laki @)Perempuan 4. Usia: c. 41-60 tahun a. 17-20 tahun d. Lebih dari 60 tahun 21-40 tahun 5. Status: a. Pelajar c. Wirausahalkaryawan b. Mahasiswa @ Lain-lain / r RT B. Berilah tanda cek/centang (--J) bagi jawaban yang menurut Anda paling benar! Danjawablah denganjujur sesuai dengan keadaan diriAnda! Perhatikan contoh di bawah ini! I No. I Soal I SS I S I RR TS STS I saya rajin ke Gereja setiap hari minggu 11. I '" I I Keterangan : SS : Sangat Setuju S : Setuju RR : Ragu-ragu TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
®
No. 1. 2. 3.
4. 5. 6.
7.
Soal SS S Devosi boleh menjadi perasaan yang V merupakan dasar iman yang kuat. Devosi boleh lepas dari keseluruhan hidup Kristiani. Dilihat dari segi Liturgi, praktik devosi senantiasa mengiringi perjalanan Iman V Gereja sepanjang masa. Praktik devosi harus dijauhkan dari bahaya V praktik magis. Devosi harus selalu sesuai dengan iman V Gerej a yang benar. Rosario, Novena Tiga Kali Salam Maria, Ziarah, Malaikat Tuhan dan Litani Bunda V Maria merupakan bentuk dari devosi. Saya rajin mengikuti kegiatan Novena Tiga
(9)
RR TS STS
V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8.
9. 10.
II. 12.
13.
14. 15.
16.
17.
18.
19.
20. 21. 22. 23.
24.
Kali Salam Maria selama Sembilan kali V berturut-turut. Malaikat Tuhan merupakan doa yang didaraskan tiga kali dalam sehari pada waktu pagi pukul 06.00, siang hari 12.00, lr dan sore hari 18.00. Saya sering berdoa litani Bunda Maria V seminggu sekali. Ziarah merupakan salah satu keharusan Vyang dimiliki setiap umat kristiani. Bunda Maria adalah seorang pendoa yang \/' iuiur dan tulus dihadapan Allah. Bunda Maria merupakan Bunda Gereja yang selalu dihorrnati oleh umat katolik 1;sebagai "Mater Ecclesiae". Gereja menetapkan dogma atau aJaran resmi Gereja bahwa Maria adalah Bunda V Allah. Bunda Maria tetap perawan walaupun V sudah melahirkan Yesus. Dengan berdevosi kepada Bunda Maria, V saya bersemangat dalam mengikuti Perayaan Ekaristi setiap minggunya. Dengan mengikuti Devosi kepada Bunda V Maria saya semakin terdorong untuk mengikuti Perayaan Ekaristi. Dengan berdevosi kepada Bunda Maria V saya bersemangat untuk selalu mengikuti Perayaan Ekaristi. Setelah mengikuti Devosi kepada Bunda \/ Maria, saya semakin tertarik mengikuti Perayaan Ekaristi. Setelah mengikuti kegiatan devosi kepada V Bunda Maria, saya semakin mengutamakan Perayaan Ekaristi. Ekaristi merupakan hal terpenting dalam V hidup saya. Saya selalu menyiapkan hati dan pikiran V sebelum Perayaan Ekaristi di mulai. Saya selalu menonaktifkan alat komunikasi V saat Perayaan Ekaristi berlangsung. . Dengan berdevosi kepada Bunda Maria tidak menghambat kencintaan saya V terhadap Ekaristi. Saya tidak datang terlambat saat akan
(10)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25. 26. 27. 28.
29.
merayaan Ekaristi. Saya mendengarkan homily dengan baik saat berlangsungnya Perayaan Ekaristi. Saya tidak mengobrol saat Perayaan Ekaristi yang sedang berlangsung. Saya aktif dalam menjawab dan bemyanyi saat Perayaan Ekaristi. Dengan berdevosi kepada Bunda Maria dan aktif dalam mengikuti Perayaan Ekaristi, saya mempunyai hati untuk membantu yang miskin, lemah, tersingkir, dan difabel. Dengan berdevosi kepada Bunda Maria dan aktif dalam mengikuti Perayaan Ekaristi, saya semakin memperjuangkan keadilan yang benar.
(11)
V V-
V
V
V
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 6: Transkrip Hasil Kuesioner Tabel 3 Pemahaman Devosi Kepada Bunda Maria N: 60
No. 1.
Pernyataan Devosi boleh menjadi perasaan yang merupakan dasar iman yang kuat.
2.
Devosi boleh lepas dari keseluruhan hidup Kristiani.
3.
SS
S
RR
TS
STS
30
30
0
0
0
50%
50%
0%
0%
0%
1
5
4
23
27
1,6% 8,33%
Dilihat dari segi Liturgi, praktik devosi
21
senantiasa mengiringi perjalanan iman
35%
37
6,6% 2
61,6% 3,33%
38,33% 45% 0
0
0%
0%
Gereja sepanjang masa.
Tabel 4 Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Devosi N: 60 No. 4.
Pernyataan Praktik devosi harus dijauhkan dari bahaya praktik magis.
5.
SS
S
RR
TS
STS
41
14
4
0
1
6,6%
0%
1,6%
68,33% 23,33%
Devosi harus selalu sesuai dengan iman Gereja yang benar.
(12)
39
21
0
0
0
65%
35%
0%
0%
0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 5 Bentuk-bentuk Devosi N: 60 No.
Pernyataan
SS
S
RR
TS
STS
6.
Rosario, Novena Tiga Kali Salam Maria, Ziarah, Malaikat Tuhan dan Litani Bunda Maria merupakan bentuk dari devosi.
24
35
1
0
0
0%
0%
7.
8.
9.
10.
40%
Saya rajin mengikuti kegiatan Novena 8 Tiga Kali Salam Maria selama Sembilan 13,33% kali berturut-turut.
58,33% 1,6% 40
6
6
0
66,6%
10%
10%
0%
6
5
0
10%
8,33%
0%
14
1
Malaikat Tuhan merupakan doa yang 17 32 didaraskan tiga kali dalam sehari pada waktu pagi pukul 06.00, siang hari 12.00, 28,33% 53,33% dan sore hari 18.00. Saya sering berdoa litani Bunda Maria seminggu sekali. Ziarah merupakan salah satu keharusan yang dimiliki setiap umat kristiani.
5
19
21
8,33%
31,66%
35%
8
17
6
29
0
10%
48,33%
0%
13,33% 28,33%
23,33% 1,6%
Tabel 6 Mengenal Bunda Maria N: 60 No.
Pernyataan
SS
S
RR
TS
STS
11.
Bunda Maria adalah seorang pendoa yang jujur dan tulus dihadapan Allah.
50
9
1
0
0
83,33%
15%
1,6%
0%
0%
36
22
2
0
0
12.
Bunda Maria merupakan Bunda Gereja yang selalu dihormati oleh umat katolik (13)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sebagai “Mater Ecclesiae”. 13.
14.
Gereja menetapkan dogma atau ajaran resmi Gereja bahwa Maria adalah Bunda Allah. Bunda Maria tetap perawan walaupun sudah melahirkan Yesus.
60%
36,6%
3,33%
0%
0%
24
14
0
1
0
40%
23,33%
0%
1,6%
0%
42
14
3
1
0
70%
23,33%
5%
1,6%
0%
S
RR
TS
STS
30
4
4
1
50%
6,6%
6,6%
1,6%
4
3
0
6,6%
5%
0%
4
3
0
6,6%
5%
0%
Tabel 7 Kesukaan N: 60 No. 15.
16.
17.
Pernyataan
SS
Dengan berdevosi kepada Bunda Maria, saya 21 bersemangat dalam mengikuti Perayaan 35% Ekaristi setiap minggunya.
Dengan mengikuti Devosi kepada Bunda 21 32 Maria saya semakin terdorong untuk 35% 53,33% mengikuti Perayaan Ekaristi. Dengan berdevosi kepada Bunda Maria saya 21 32 bersemangat untuk selalu mengikuti Perayaan 35% 53,33% Ekaristi.
Tabel 8 Ketertarikan N: 60 No.
Pernyataan
SS
S
RR
TS
STS
18.
Setelah mengikuti Devosi kepada Bunda Maria, saya semakin tertarik mengikuti
21
29
5
5
0
(14)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35%
Perayaan Ekaristi. 19.
20.
48,33% 8,33% 8,33%
Setelah mengikuti kegiatan devosi kepada 22 23 10 5 Bunda Maria, saya semakin mengutamakan 36,6% 38,33% 16,6% 8,33% Perayaan Ekaristi. Ekaristi merupakan hal terpenting dalam hidup saya.
39 65%
17
2
2
28,33% 3,33% 3,33%
0% 0 0% 0 0%
Table 9 Perhatian N: 60 No.
Pernyataan
SS
S
RR
TS
STS
21.
Saya selalu menyiapkan hati dan pikiran sebelum Perayaan Ekaristi di mulai.
37
20
2
1
0
61,6% 22.
23.
24.
Saya selalu menonaktifkan alat komunikasi saat Perayaan Ekaristi berlangsung. Dengan berdevosi kepada Bunda Maria tidak menghambat kencintaan saya terhadap Ekaristi. Saya tidak datang terlambat saat akan merayaan Ekaristi.
(15)
33,33% 3,33% 1,6%
0%
35
18
3
3
1
58,33%
30%
5%
5%
1,6%
28
29
2
1
0
46,6%
48,33% 3,33% 1,6%
20
34
33,33%
56,6%
5
1
8,33% 1,6%
0% 0 0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Table 10 Keterlibatan N: 60 No. Pernyataan 25. Saya mendengarkan homily dengan baik saat berlangsungnya Perayaan Ekaristi.
SS 22 36.6%
S 34 56,6%
RR 4 6,6%
TS 0 0%
STS 0 0%
26.
Saya tidak mengobrol saat Perayaan Ekaristi yang sedang berlangsung.
27 45%
26 43,33%
6 10%
1 1,6%
0 0%
27.
Saya aktif dalam menjawab bernyanyi saat Perayaan Ekaristi.
18 30%
36 60%
4 6,6%
0 0%
2 3,33%
28.
Dengan berdevosi kepada Bunda Maria 14 23,33% dan aktif dalam mengikuti Perayaan Ekaristi, saya mempunyai hati untuk membantu yang miskin, lemah, tersingkir, dan difabel.
39 65%
5 2 8,33% 3,33%
0 0%
29.
Dengan berdevosi kepada Bunda Maria 17 dan aktif dalam mengikuti Perayaan 28,33% Ekaristi, saya semakin memperjuangkan keadilan yang benar.
40 66,6%
5 2 8,33% 3,33%
0 0%
dan
(16)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 7: Lagu Pembuka MB 160 “Kelana”
Kita bagai Kelana Menyusuri cakrawala, menuju langit suarga Diantara nyanyian enau, dan hawa segar pulau yang indah dibibir samudra kehidupan yang penuh hasrat dan semangat. Oooo…. Angin iman membawa balada syair indah untuk meluhurkan Tuhan Kedinding bukit-bukit namanya diserukan oleh alam dan manusia dengan hati yang tulus ikhlas dan gembira. Oooo….
Lampiran 8: Teks Cerita “Inilah Kisah Seorang Raja yang Belajar Ilmu Taat Pada Seorang Biarawan” Dikisahkan di sebuah kerajaan yang amat indah dan negerinya makmur. Ada seorang Raja yang mulai jenuh dengan kehidupannya di istana dan segala tekanan yang menyertai kehidupan seorang raja. Sang raja pun memutuskan untuk meninggalkan takhtanya dan menjadi biarawan. Sang Raja pun menghadap seorang kepala biara dan menetapkan keseriusannya untuk menjadi seorang biarawan. Sang kepala biara kemudian bertanya, apakah sang raja mampu untuk taat seperti anggota biara yang lain? Sejatinya syarat untuk menjadi biara amatlah sulit tidak semua orang mampu untuk hidup membiara. Sang raja kemudian menyanggupi segala peraturan yang harus ia taati sebagai seorang biarawan. Pada akhirnya sang kepala biara mulai berbicara, “Kalau demikian saya akan memberitahukan kepada Anda apa yang harus Anda lakukan. Kembalilah ke takhta Anda dan jadilah raja yang setia sebagaimana Tuhan telah menempatkan Anda.” Sang raja amat terkejut mendengar perkataan kepala biara, padahal ia sangat berharap dapat menghindar dari kejenuhan di kerajaan dan mencari suasana baru. Namun karena ia sudah berjanji taat dan menuruti peraturan yang akan dikatakan kepala biara akhirnya ia mengikuti dan taat menjadi seorang Raja.
(17)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Setelah kejadian itu sang raja kembali ke kerajaan untuk memimpin kerajaan dengan setia, taat dan bijaksana sampai akhirnya ia menutup usia di kerajaan tersebut. Ketika akhirnya sang raja ini menutup usia, ia meninggalkan sebuah pernyataan: “Saya telah belajar untuk berkuasa melalui ketaatan.”
Lampiran 9: Teks Kitab Suci “Lukas 1:28-38” 1:26 Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, 1:27 kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. 1:28 Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." 1:29 Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. 1:30 Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. 1:31 Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. 1:32 Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhurNya, 1:33 dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selamalamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." 1:34 Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" 1:35 Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.
(18)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1:36 Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. 1:37 Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil." 1:38 Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia
Lampiran 10: Lagu Penutup “Seperti yang Kau Ingini”
Bukan dengan barang fana kau membayar dosaku Dengan darah yang maha tiada noda dan celah Bukan emas perak kau menebus diriku Oleh segenap kasih dan pengorbanan-Mu Reff: ku telah mati dan tinggalkan jalan hidupku yang lama Semuanya sia-sia dan tak berarti lagi Hidup ini kuletakkan pada mesbah-Mu ya Tuhan Jadilah padaku seperti yang kau ingini
(19)