PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
USAHA MENINGKATKAN MUTU RENUNGAN HARIAN DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNTUK PEMBINAAN SPIRITUALITAS KATEKIS BAGI MAHASISWA PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK, UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh: Antonius Kerung NIM: 121124035
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk: keluargaku, pemerintah Kabupaten Kutai Barat dan seluruh warga kampus Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma. .
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati”. (Yak 2:26)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK Judul skripsi ini adalah “USAHA MENINGKATKAN MUTU RENUNGAN HARIAN DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNTUK PEMBINAAN SPIRITUALITAS KATEKIS BAGI MAHASISWA PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK, UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA”. Judul ini dipilih karena keprihatinan penulis atas situasi pelaksanaan renungan yang dilaksanakan di kampus prodi PAK. Berdasarkan pengalaman pribadi penulis, renungan harian yang dilaksanakan di kampus PAK terkesan kurang serius dan hanya sebagai rutinitas saja. Hal tersebut dikarenakan para mahasiswa belum mendapat penjelasan yang lengkap tentang maksud dan tujuan dari pelaksanaan renungan harian tersebut dan belum ada pedoman yang jelas mengenai renungan harian tersebut. Padahal renungan harian tersebut dapat menjadi salah satu bentuk pembinaan spiritualitas bagi para mahasiswa PAK sesuai dengan spiritualitas yang dikembangkan di kampus PAK. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui situasi pelaksanaan renungan harian, peranan renungan harian untuk pembinaan spiritualitas katekis dan menemukan usaha yang dapat dilakukan untuk dapat meningkatkan mutu renungan harian di kampus PAK. Bertolak dari alasan dan tujuan penulisan skripsi ini, penulis mendapat data melalui wawancara, kuesioner dan studi pustaka. Dari hasil wawancara dan kuesioner menyatakan bahwa seharusnya renungan harian dipersiapkan beberapa hari sebelum pelaksanaannya. Namun pada pelaksanaannya masih banyak mahasiswa yang tidak mempersiapkan dengan baik renungan harian karena kurang memperhatikan giliran untuk mempersiapkan dan melaksanakan renungan harian. Renungan harian di kampus PAK merupakan bagian dari bentuk pembinaan spirtualitas bagi mahasiswa PAK sesuai dengan spiritualitas yang dikembangkan di kampus PAK yaitu spiritualitas Ignatian. Renungan atau doa renung adalah doa yang dilaksanakan dengan meditasi atau refleksi atas ayat Kitab Suci tertentu atau bacaan-bacaan rohani lain yang sesuai dengan tema yang ingin direnungkan. Spiritualitas katekis adalah panggilan menjadi murid dan tugas perutusan sebagai murid serta keterlibatan membangun kerajaan Allah di dunia ini. Pembinaan spiritualitas katekis dimaksudkan agar katekis mempunyai semangat atau keutamaan dalam dirinya sehingga selalu menyadari jati dirinya sebagai katekis. Berdasarkan permasalahan yang ada, penulis mengusulkan panduan tema untuk mempersiapkan renungan harian yang disesuaikan dengan tema pembinaan spiritualitas agar renungan harian menjadi bagian dari pembinaan spirutalitas katekis bagi mahasiswa PAK. Tema umum yang diusulkan adalah „pengalaman perjumpaan dengan Yesus membawa iman dan harapan membuat katekis mampu menjadi gembala yang baik dalam tugas pewartaan dengan bimbingan Roh Kudus‟. Tema ini bertujuan agar para mahasiswa selalu dapat merefleksikan hidupnya dan selalu bersama bimbingan Roh Kudus dalam menjalankan tugas pewartaan.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT The title of this thesis is "IMPROVING THE QUALITY OF DAILY REFLECTION TO PROMOTIE CATECHISTS SPIRITUALITY FOR CATHOLIC RELIGION EDUCATION FOR STUDENTS, Sanata Dharma University YOGYAKARTA". Titles is chose been because of the authors concern over of the implementation of the daily reflection held in catholic religius education programe. Based on the authors experience, a daily reflection held in the class in a less serious manner and just as a matter of routine. That is because the students does not receive a complete explanation regarding the aim and purpose of the daily reflection and there is no clear guidelines for the reflection. The daily reflection could be one of the methods spiritual formation for students catholic religion education according in compliance with the spirituality of the institution. This thesis aims to come to know the implementation of the daily reflection, the role of daily reflection for the spirituality formation for catechist and fin out the ways to improve the quality of daily reflection. Based on aforementioned reason and purpose of the thesis essay, the author gathers the through interview, questionnaire and literature. From the interviews and the questionnaire, the author find that prepared several days before the event. But in practice there are still many students who do not prepare well because of lack of attention to daily musings turn to prepare and carry out daily reflection. The daily reflection is the part of spirituality formation for the catholic religion education programe students and the spirituality if the institution is ignatian. Reflection on devotional prayer in the form of meditation or reflection on certain Scriptures or other spiritual readings that fit the theme that wants to contemplate. Catechist spirituality is a call to be disciples a mission as well as an involvement of the students to build the kingdom of God in this world. The formation of catechist spirituality purports to help the catechists to acquire spirit and virtues so that they are aware of their call as catechist. Based on the existing problems, the author proposes them guidelines to prepare a daily reflection which is tailored to the theme of form the spirituality formation in the catechist for so that the daily reflection becomes the part of catechist spirituality formation for the students. The general theme propose is 'experience of encounter with Jesus brings faith and hope to make the catechist capable of being a good shepherd in the task of evangelization to the guidance of the Holy Spirit'. This theme is intended that the students are always able to reflect on his life and always perform his duty of announcement with the guidence of holy spirit.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “USAHA MENINGKATKAN MUTU RENUNGAN HARIAN DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNTUK PEMBINAAN SPIRITUALITAS KATEKIS BAGI MAHASISWA PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK, UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA”. Skripsi ini ditulis karena keprihatinan penulis terhadap renungan harian yang dilaksanakan di kampus program studi Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma. Berdasarkan pengalaman pribadi penulis, pelaksanaan renungan harian yang dilaksanakan terkesan hanya sebagai rutinitas saja dan tidak dengan sungguh-sungguh dipersiapkan dengan baik oleh mahasiswa. Selain itu, tidak adanya panduan serta penjelasan yang lengkap tentang pelaksanaan renungan harian mejadi faktor lain yang membuat mahasiswa tidak menyiapkan renungan ini dengan baik. Skiripsi ini dapat tersusun tidak terlapas dari dukungan serta kerja sama dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dengan tulus hati serta rasa syukur dan hormat, penulis ingin memberikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A., selaku dosen pembimbing utama, yang dengan sabar dan penuh perhatian memberikan waktu serta sumbangan pemikiran kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd., selaku dosen penguji kedua serta dosen pembimbing akademik, yang telah menguji dan memberi masukan serta motivasi demi penyelesaian penulisan skripsi ini. x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. P. Banyu Dewa HS, S.Ag., M.Si., selaku dosen penguji ketiga, yang telah menguji dan memberi masukan demi penyelesaian penulisan skripsi ini. 4. Dr. B.A. Rukiyanto, S.J., selaku kaprodi PAK, yang selalu memberi semangat kepada penulis. 5. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed., selaku wali mahasiswa beasiswa kerja sama prodi PAK, yang telah membimbing serta selalu memberikan motivasi kepada penulis selama kuliah di PAK. 6. Segenap Staf Dosen Prodi PAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah dengan setia dan sabar membimbing, mendidik serta mendukung penulis selama menempuh kuliah hingga selesai penulisan skripsi ini. 7. Segenap Staf dan karyawan Prodi PAK, yang telah mendukung penulis baik selama kuliah maupun selama penulisan skripsi ini. 8. Pemerintah Kabupaten Kutai Barat khususnya Dinas Pendidikan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Prodi PAK Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. 9. Wakil Rektor IV bagian Kerja Sama Universitas Sanata Dharma, yang telah membimbing serta memberikan berbagai pelatihan kepada penulis selama menempuh kuliah. 10. Keluargaku, Bapak Florensius Kueng (alm), ibu Marselina Sangnyang, kakak (Agustinus Silem, Sergius Duang) dan adik (Brigita Deu, Natalia Anyaq, Katarina Manin) yang selalu mendoakan serta menjadi penyemangat dan motivasi selama menempuh studi.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL …………………………………………………………..
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………………
ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………….
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………….
iv
MOTTO ……………………………………………………………………….
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………………
vi
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ………………………………….....
vii
ABSTRAK …………………………………………………………………….
viii
ABSTRACT ………………………………………………………………….....
ix
KATA PENGANTAR …………………………………………………….......
x
DAFTAR ISI …………………………………………………………………..
xiii
DAFTAR SINGKATAN ……………………………………………………...
xvii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………..
xix
BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………….........
1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………....
1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………..
3
C. Tujuan Penulisan ………………………………………………………
3
D. Manfaat Penulisan ……………………………………………..............
3
E. Metode Penulisan ………………………………………………...........
4
F. Sistematika Penulisan ……………………………………………........
4
BAB II. SITUASI PELAKSANAAN RENUNGAN HARIAN DI KAMPUS PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA ……………………………………………………………
7
A. Gambaran Umum Pelaksanaan Renungan Harian di Kampus Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma …………......
7
1. Sejarah Singkat Berdirinya Kampus Pendidikan Agama Katolik …………………………………………………………......
8
2. Visi, Misi dan Motto Pendidikan Agama Katolik …………………
10
a. Visi Pendidikan Agama Katolik ……………………………....
10
b. Misi Pendidikan Agama Katolik …………………………........
10
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Motto Pendidikan Agama Katolik …………………………….
11
3. Pembinaan Spiritualitas di Kampus PAK …………………………
11
a. Spiritualitas Ignatian …………………………………………..
11
b. Pelaksanaan Pembinaan Spiritualitas ……………………….....
12
c. Materi Pembinaan Spiritualitas …………………………..........
12
4. Pelaksanaan Renungan Harian di Kampus PAK ………………….
14
a. Proses Mempersiapkan Renungan Harian …………………….
15
b. Model Renungan Harian ………………………………………
15
c. Waktu Pelaksanaan Renungan Harian ………………………...
16
5. Renungan Harian untuk Pembinaan Spiritualitas Katekis bagi Mahasiswa PAK …………………………………………………...
16
B. Penelitian tentang Peranan Renungan Harian di Kampus PAK Terhadap Pembinaan Spiritualitas Katekis bagi Mahasiswa PAK angkatan 2012 …………………………………………………………
17
1. Tujuan Penelitian ………………………………………………...
17
2. Metode Penelitian ………………………………………………..
18
3. Waktu dan Tempat Penelitian ……………………………………
18
4. Jenis Penelitian …………………………………………………...
18
5. Populasi ………………………………………………………..…
18
6. Responden Penelitian ………………………………………….....
19
7. Instrumen Penelitian ……………………………………………..
19
8. Variabel Penelitian …………………………………………….....
19
9. Hasil dan Pembahasan Penelitian ………………………………..
20
a. Mempersiapkan Renungan Harian ………………………….....
20
b. Pelaksanaan Renungan Harian ………………………………...
24
c. Faktor Penghambat …………………………………………....
28
d. Faktor Pendukung ……………………………………………..
32
e. Usaha untuk Meningkatkan Mutu Renungan Harian ……….....
35
10. Kesimpulan Hasil Penelitian ……………………………………..
40
a. Mempersiapkan Renungan Harian ………………………….....
40
b. Pelaksanaan Renungan Harian ………………………………...
41
c. Faktor Penghambat …………………………………………....
41
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d. Faktor Pendukung ……………………………………………..
42
e. Usaha untuk Meningkatkan Mutu Renungan Harian ……….....
42
BAB III. RENUNGAN HARIAN UNTUK PEMBINAAN SPIRITUALITAS KATEKIS …………………………………………………………..
44
A. Renungan Harian ………………………………………………………
44
1. Pengertian Doa ………………………………………………….....
44
a. Doa Lisan atau Doa dengan Kata-kata ………………………...
45
b. Doa Renung atau Meditasi ………………………………….....
45
c. Doa Batin atau Kontemplatif ………………………………….
46
2. Pengertian Renungan ……………………………………………...
46
3. Tahapan Renungan ………………………………………………...
47
a. Persiapan Renungan …………………………………………...
47
b. Pada Waktu Renungan ………………………………………...
48
c. Sesudah Selesai Renungan ………………………………….....
49
4. Metode-metode Renungan ………………………………………...
49
a. Renungan dengan Kontemplasi ………………………………..
50
b. Renungan Tertulis tentang Kitab Suci ………………………...
50
c. Renungan dengan Menggunakan Tiga Daya Jiwa …………….
50
d. Renungan dengan Fantasi ……………………………………..
51
e. Renungan Tertulis tentang Pengalaman Pribadi ………………
51
B. Pembinaan bagi Katekis …………………………………………….....
51
1.
Dasar Pembinaan bagi Katekis ……………………………………
52
2.
Tujuan Pembinaan bagi Katekis …………………………………..
53
3.
Proses Pembinaan dan Pendidikan Katekis …………………….....
55
C. Spiritualitas Katekis …………………………………………………...
60
1.
Pengertian Spiritualitas …………………………………………...
60
2.
Pengertian Katekis ………………………………………………..
62
3.
Spiritualitas Katekis ………………………………………………
63
4.
Pembinaan Spiritualitas bagi Katekis ……………………………..
65
5.
Syarat dan Tugas Katekis …………………………………………
69
BAB IV. USULAN PANDUAN UNTUK MEMPERSIAPKAN DAN MELAKSANAKAN RENUNGAN HARIAN DI KAMPUS PAK UNIVERSITAS SANATA DHARMA ………………………….....
73
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A. Latar Belakang Pemilihan Panduan Tema untuk Renungan Harian …..
73
B. Alasan Pemilihan Tema dan Tujuan …………………………………..
75
C. Remusan Tema dan Tujuan ……………………………………………
76
D. Penjabaran Program …………………………………………………...
79
E. Petunjuk Pelaksanaan Program ………………………………………..
85
F. Panduan untuk Persiapan, Cara Membuat dan Pelaksanaan Renungan Harian ………………………………………………………………….
86
G. Contoh Renungan Harian ……………………………………………...
88
BAB V. PENUTUP ……………………………………………………………
96
A. Kesimpulan …………………………………………………………....
96
B. Saran …………………………………………………………………...
98
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………
100
LAMPIRAN …………………………………………………………………...
101
Lampiran 1: Silabus Kuliah Pembinaan Spiritualitas I dan II ……………...
(1)
Lampiran 2: Silabus Kuliah Pembinaan Spiritualitas III dan IV …………...
(5)
Lampiran 3: Silabus Kuliah Pembinaan Spiritualitas V dan VI …………… (11) Lampiran 4: Silabus Kuliah Pembinaan Spiritualitas VII dan VIII ………..
(13)
Lampiran 5: Pedoman Wawancara untuk Mahasiswa angkatan 2012 …….. (15) Lampiran 6: Rangkuman Hasil Wawancara untuk Mahasiswa angkatan 2012 ……………………………………………….. (16) Lampiran 7: Surat Izin Penelitian …………………………………………. (18) Lampiran 8: Slide Show dan Video untuk Renungan Harian ……………...
xvi
(19)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Teks Kitab Suci Seluruh singkatan dari Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Lama dan Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam Rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 7-8.
B. Singkatan Dokumen Gereja
AG
: Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kegiatan Misioner Gereja, 7 Desember 1965.
CEP
: Congregation
for
Evangelization
of
People
(Kongregasi
Evangelisasi Bangsa-bangsa), diterbitkan pada 3 Desember 1993. KGK
: Katekismus Gereja Katolik, disahkan oleh Paus Yohanes Paulus II pada 25 Juni 1992.
KHK
: Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II pada 25 Januari 1983.
KKGK
: Kompendium Katekismus Gereja Katolik, disahkan oleh Paus Benedictus VXI pada 28 Juni 2005.
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Singkatan Lain Dll
: Dan Lain-lain
Hal
: Halaman
IPPAK
: Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Kan
: Kanon
KAS
: Keusukupan Agung Semarang
KS
: Kitab Suci
KWI
: Konferensi Waligereja Indonesia
PAK
: Pendidikan Agama Katolik
Prodi
: Porgram Studi
SKS
: Sistem Kredit Semester
USD
: Universitas Sanata Dharma
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Variabel Penelitian …………………………………………………….
19
Tabel 2: Mempersiapkan Renungan Harian ……………………………………
20
Tabel 3: Pelaksanaan Renungan Harian ………………………………………..
24
Tabel 4: Faktor Penghambat ……………………………………………………. 28 Tabel 5: Faktor Pendukung ……………………………………………………..
32
Tabel 6: Usaha untuk Meningkatkan Mutu Renungan Harian ………………….
35
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Para katekis atau pewarta yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mewartakan Injil perlu memiliki suatu semangat hidup atau spiritualitas untuk dijadikan sebagai pedoman dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab. Agar dapat menumbuhkan semangat tersebut maka perlu adanya pembinaan bagi para ketekis sejak menempuh pendidikan seperti yang dilaksanakan di kampus prodi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma. Pembinaan spiritualitas diprogram studi Pendidikan Agama Katolik dilaksanakan dalam bentuk rekoleksi angkatan, camping rohani, rekoleksi bersama, retret, perayaan ekaristi kampus, bimbingan pribadi, re-entry dan pertemuan perkuliahan pembinaan spiritualitas di kelas setiap semester. Semangat atau spiritualitas yang ingin dikembangakan program studi Pendidikan Agama Katolik adalah spiritualitas Ignatian sama seperti yang dihidupi Universitas Sanata Dharma pada umumnya. Pola pembinaan spiritualitas prodi Pendidikan Agama Katolik mengacu pada dinamika latihan rohani Ignatian yang menekankan berdoa dengan menggunakan imajinasi, ingatan, pemahaman dan kehendak. Cara doa tersebut adalah dengan meditasi atau biasa juga disebut dengan doa renung dan di kampus Pendidikan Agama Katolik biasanya disebut dengan istilah renungan harian. Renungan harian di kampus Pendidikan Agama Katolik dilaksanakan setiap hari kuliah sebelum perkuliahan pertama dimulai. Setiap mahasiswa mendapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
giliran untuk mempersiapkan dan melaksanakan renungan serta yang menjadi bahan untuk renungan harian adalah bacaan Kitab Suci sesuai dengan kalender liturgi. Mahasiswa yang mendapat giliran untuk mempersiapkan renungan harian seharusnya beberapa hari sebelumnya sudah dipersiapkan dengan membaca dan merenungkan teks Kitab Suci yang telah ditentukan untuk menemukan pesan dari teks tersebut serta dapat juga pesan dari bacaan Kitab Suci dihubungkan dengan pengalaman pribadi mahasiswa yang mendapat tugas. Hasil dari permenungan tersebut kemudian ditulis atau diingat untuk disampaikan di kelas sesuai dengan hari yang telah ditentukan. Namun berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis, masih banyak mahasiswa, khususnya mahasiswa Pendidikan Agama Katolik angkatan 2012 yang tidak mempersiapkan dengan baik renungan harian dan tidak melaksanakan renungan sesuai dengan waktu dan giliran mahasiswa yang bersangkutan. Para mahasiswa juga masih kesulitan dalam membuat persiapan dan pelaksanaan renungan harian, hal ini dikarenakan tidak ada petunjuk atau panduan yang jelas mengenai model, tema dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan dan melaksanakan renungan harian. Selain itu, mahasiswa belum mengetahui maksud dan tujuan dari renungan harian yang dilaksanakan di kampus Pendidikan Agama Katolik karena belum ada penjelasan yang lengkap mengenai hal tersebut dari pihak kampus kepada para mahasiswa. Berdasarkan latar belakang permasalahan dan fakta di atas, maka dalam skripsi ini penulis memberi judul “USAHA MENINGKATKAN MUTU RENUNGAN HARIAN DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNTUK PEMBINAAN SPIRITUALITAS KATEKIS BAGI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
MAHASISWA PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK, UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA”.
B. Rumusan Masalah 1.
Bagaimana situasi pelaksanaan renungan harian di kampus program studi PAK?
2.
Bagaimana peranan renungan harian di kampus PAK untuk pembinaan spiritualitas katekis bagi mahasiswa PAK?
3.
Usaha apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan mutu renungan harian di kampus program studi PAK agar dapat menjadi bagian dari pembinaan spiritualitas katekis bagi mahasiswa PAK?
C. Tujuan Penulisan 1.
Mengetahui situasi pelaksanaan renungan harian di kampus PAK.
2.
Mengetahui peranan renungan harian untuk pembinaan spiritualitas katekis bagi mahasiswa PAK.
3.
Menemukan usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu renungan harian agar dapat membantu pembinaan spiritualitas katekis bagi mahasiswa PAK.
D. Manfaat Penulisan 1.
Membantu mahasiswa PAK dalam mempersiapkan dan melaksanakan renungan harian.
2.
Mengetahui bahwa renungan harian di kampus PAK merupakan bagian dari pembinaan spiritualitas katekis bagi mahasiswa PAK.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
3.
Memberi sumbangan pemikiran bagi koordinator pembinaan spiritualitas PAK dalam mengembangkan pembinaan spiritualitas bagi mahasiswa PAK.
E. Metode Penulisan Metode
penulisan
skripsi
ini
adalah
deskriptif
analisis.
Penulis
mengumpulkan data dengan cara wawancara dan penelitian untuk mengetahui situasi persiapan dan pelaksanaan renungan harian di kampus prodi PAK dengan memberikan quesioner tertutup serta hasil studi pustaka sebagai acuan yang dapat menunjang penulisan skripsi ini. Pada skripsi ini penulis mencoba memaparkan mengenai situasi pelaksanaan renungan harian dan usaha yang dapat dilakukan dalam meningkatkan mutu renungan harian untuk pembinaan bagi mahasiswa PAK.
F. Sistematika Penulisan Judul dari skripsi ini adalah “USAHA MENINGKATKAN MUTU RENUNGAN HARIAN DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNTUK PEMBINAAN SPIRITUALITAS KATEKIS BAGI MAHASISWA PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK, UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA”. Sistematika penulisan akan diuraikan menjadi 5 (lima) bab sebagai berikut: Bab I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang penulisan, yang meliputi alasan penulis memilih judul skripsi ini. Dalam rumusan permasalahan penulis mencoba merumuskan beberapa permasalahan yang dianggap merupakan keprihatinan yang ingin dicari solusinya. Pada tujuan penulisan, penulis menyebutkan beberapa tujuan dari penulisan skripsi ini. Manfaat penulisan akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
dipaparkan beberapa manfaat dari penulisan skripsi ini, serta metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II berisi tentang gambaran umum pelaksanaan renungan harian di kampus Pendidikan Agama Katolik, sejarah singkat berdirinya kampus Pendidikan Agama Katolik, visi, misi serta motto Pendidikan Agama Katolik, pembinaan spiritualitas di kampus Pendidikan Agama Katolik, pelaksanaan renungan harian di kampus Pendidikan Agama Katolik, renungan harian untuk pembinaan spiritualitas bagi mahasiswa PAK serta metodelogi penelitian yang mencakup; tujuan penelitian, metode penelitian, waktu dan tempat penelitian, jenis penelitian, populasi, responden penelitian, instrumen penelitian, variabel penelitian serta hasil dan pembahasan penelitian. Selanjutnya penulis mengkaji hasil penelitian yang meliputi deskripsi, analisis dan reduksi data hasil penelitian. Tahap selanjutnya penulis menarik kesimpulan atas hasil penelitian. Bab III menguraikan renungan harian, pengertian doa, pengertian renungan harian, tahapan renungan, metode-metode renungan, pembinaan bagi katekis, dasar pembinaan bagi katekis, tujuan pembinaan bagi katekis, proses pembinaan dan pendidikan katekis, spiritualitas katekis, pengertian spiritualitas, pengertian katekis, spiritualitas katekis, pembinaan spiritualitas bagi katekis serta syarat dan tugas katekis. Bab IV memaparkan usulan panduan tema untuk mempersiapkan dan melaksanakan renungan harian di kampus Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma yang meliputi latar belakang pemilihan panduan tema untuk renungan harian, alasan pemilihan tema dan tujuan, rumusan tema dan tujuan, penjabaran program, petunjuk pelaksanaan program dan contoh renungan harian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Bab V berisi tentang penutup, meliputi kesimpulan umum dari keseluruhan isi skripsi ini dan saran bagi dosen pembinaan spiritualitas Pendidikan Agama Katolik, dosen Pendidikan Agama Katolik dan mahasiswa Pendidikan Agama Katolik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II SITUASI PELAKSANAAN RENUNGAN HARIAN DI KAMPUS PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA
Program Studi Pendidikan Agama Katolik (PAK) merupakan bagian dari Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Prodi PAK mulai menjadi bagian dari Universitas Sanata Dharma sejak tahun 1995 karena sebelumnya lembaga ini berdiri sendiri dan pada tahun 2015 baru prodi PAK bergabung secara penuh dengan Universitas Sanata Dharma. Kampus
Program Studi PAK beralamat di Jl. Ahmad Jazuli No. 2,
Yogyakarta. Kampus PAK merupakan kampus V (lima) Universitas Sanata Dharma.
A. Gambaran Umum Pelaksanaan Renungan Harian di Kampus Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma Sesuai dengan nama program studinya, lembaga ini secara khusus menyiapkan pendidikan bagi para calon katekis, baik katekis paroki maupun katekis sekolah atau guru agama di sekolah dan pengembang katekese. Sebagai calon katekis atau guru agama tentu para mahasiswa harus mempunyai bekal yang cukup tentang ilmu pendidikan pada umumnya dan secara khusus pendidikan agama katolik. Oleh karena itu, para pendidik di Pendidikan Agama Katolik tidak hanya memberikan materi tentang ilmu pendidikan saja melainkan juga memberikan juga pembinaan khusus mengenai keahlian yang mestinya dimiliki oleh para katekis. Salah satu bentuk pembinaan tersebut adalah kegiatan renungan harian yang biasanya dilaksanakan setiap pagi sebelum memulai proses perkuliahan di kampus Pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Agama Katolik. Bentuk pembinaan seperti ini membiasakan para mahasiswa dengan kegiatan-kegiatan rohani yang menjadi bagian dari tanggung jawab mereka sebagai calon katekis.
1.
Sejarah Singkat Berdirinya Kampus Pendidikan Agama Katolik Berdasarkan Staf Dosen (2010: 1-3) pada tahun 1959 Majelis Agung Wali
Gereja Indonesia (MAWI/sekarang KWI) merencanakan usaha untuk meningkatkan pelayanan di bidang pendalaman hidup beriman dan untuk memperbaharui pelaksanaan katekese di Indonesia. Rencana tersebut diserahkan kepada P.F. Heselaars SJ yang kemudian bekerjasama dengan P.C. Carry SJ, maka pada tahun 1960 P. Heselaars SJ mendirikan Pusat Kateketik. Pada saat itu telah disadari bahwa kurangnya tenaga-tenaga lapangan yang terdidik dapat memperlambat usaha memperbaharui katekese. Maka pada 1 Agustus 1962 didirikan YAYASAN AKADEMIK
KATEKETIK
KATOLIK
INDONESIA
(AKKI)
yang
menyelenggarakan pendidikkan tinggi kateketik dan disahkan dengan Akte Notaris R.M. Soerjanto Partaningrat SH, nomor 3 tanggal 3 April 1964 di Yogyakarta. Pada 11 Mei 1965 AKKI memperoleh status terdaftar dari menteri PTIP dengan SK No. 108/B.Swt/p/65. Pada 31 Desember 1969 AKKI memperoleh kenaikan status dari terdaftar menjadi diakui dari Menteri P dan K dengan SK No. 0170 Tahun 1969. Pada tahun 1969 dibuka tingkat sarjana lengkap yang mendorong perubahan nama lembaga. Maka pada 31 Maret 1971 dengan Akte Notaris R.M. Soejanto Partaningrat SH, AKKI
berubah
nama
menjadi
SEKOLAH
TINGGI
KATEKETIK
PRADNYAWIDYA. Pada 23 Juni 1971 tingkat sarjana SEKOLAH TINGGI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
KATEKETIK PRADNYAWIDYA memperoleh status terdaftar dari Direktorat Pendidikkan Tinggi Departemen P dan K dengan SK No. 227/DPT/71 (Staf Dosen, 2010: 2). Berdasarkan proses penataan kembali nama unit jurusan/program studi dengan status diakui di lingkungan Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah V DIY, Sekolah Tinggi Kateketik Pradyawidya yang semula terdiri dari dua unit yaitu sarjana muda dan sarjana penuh dipadukan ke dalam bentuk baru berupa program sarjana 1 (S1) dengan nama SEKOLAH TINGGI FILSAFAT KATEKETIK PRADNYAWIDYA. Dengan adanya peraturan dari pemerintah bahwa hanya lulusan dari LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) atau yang memiliki akta mengajar dapat secara sah menjadi guru, maka STFK Pradnyawidya memerlukan perubahan jalur dari non kependidikan menjadi jalur pendidikan. Perubahan tersebut mengantar STFK Pradnyawidya ke dalam proses merger kepada Universitas Sanata Dharma. Pada 14 Februari 1995 STFK Pradnyawidya berubah menjadi Fakultas Ilmu Pendidikan Agama (FIPA), Jurusan Pendidikan Agama Katolik, Program Studi Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma dengan status disamakan (Staf Dosen, 2010: 2-3). Pada tahun 1999, pemerintah mengadakan penataan kembali nama-nama program studi di lingkungan PTS di seluruh Indonesia yang membuat status FIPA USD berubah menjadi program studi dengan nama program studi “Ilmu Pendidikan dengan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik” (IPPAK) menjadi bagian FKIP USD. Berdasarkan SK BAN PT Depdikbud RI nomor 014/BAN-PT/AkVII/S1/IV/2014 IPPAK mendapat peringkat A. Pada tahun 2008 IPPAK kembali mengajukan akreditasi dan kembali mendapat peringkat A (Staf Dosen, 2010: 3).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Pada
tahun
2016,
berdasarkan
keputusan
BAN-PT
No.
0126/SK/BAN-
PT/Akred/III/2016, IPPAK mendapat akreditasi A dan mengganti nama menjadi Pendidikan Agama Katolik (PAK).
2.
Visi, Misi dan Motto Pendidikan Agama Katolik Staf Dosen (2010: 4) menguraikan visi, misi dan motto program studi
Pendidikan Agama Katolik (PAK) Universitas Sanata Dharma.
a.
Visi Pendidikan Agama Katolik Visi program studi Pendidikan Agama Katolik (PAK) adalah Terwujudnya
Gereja yang memperjuangkan masyarakat Indonesia yang semakin bermartabat (Staf Dosen, 2010: 4).
b.
Misi Pendidikan Agama Katolik Mendidik kaum muda menjadi katekis dalam konteks Gereja Indonesia yang
memasyarakat dan mengembangkan karya katekese dalam Gereja demi masyarakat Indonesia yang semakin bermartabat. Uraian misi tersebut (Staf Dosen, 2010: 4): 1) Menghasilkan katekis yang mempunyai integritas, kritis, dewasa, bisa diandalkan Gereja, mampu mendampingi dalam pencarian makna, dan mempu memberikan jawaban yang tegas dalam soal-soal iman. 2) Menyelenggarakan pendidikan kaum muda untuk menjadi pendidik iman yang akrab, informal, dalam kebebasan, dengan pendekatan cura personalis, dialogal, reflektif dan berpusat pada mahasiswa. 3) Membina katekis yang mampu mendampingi dalam pencarian makna. 4) Mengembangkan ilmu kateketik yang dapat membangun Gereja dan masyarakat. 5) Membangun jejaring sosial yang sinergis dalam mengembangkan masyarakat. 6) Membangun kerja sama dengan sekolah, stakeholder, prodi sejenis dan alumi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
7) 8) 9) 10) 11)
c.
Membuat buku pegangan pengajaran. Menerbitkan karangan-karangan kateketis. Ikut serta dalam pencaturan kateketik nasional. Menyediakan narasumber bagi keperluan kateketis nasional. Memikirkan dan mengembangkan katekese yang berbasis ICT, kontekstual, dan kontemporer.
Motto Pendidikan Agama Katolik Motto program studi
Pendidikan Agama Katolik adalah Mewujudkan
kateketis yang “Pradnya-Widya” (Bijaksana dan berilmu). Lulusan prodi PAK tidak hanya memilik ilmu pengetahuan saja tetapi juga bijaksana (Staf Dosen, 2010: 5).
3.
Pembinaan Spiritualitas di Kampus PAK Spiritualitas yang hendak ditumbuhkembangkan di PAK adalah spiritualitas
Ignatian seperti semangat yang ditumbuhkan oleh Universitas Sanata Dharma dan Universitas Yesuit lainnya. Pola pembinaan spiritualitas yang diterapkan di kampus Pendidikan Agama Katolik mengacu pada pola latihan rohani (Staf Dosen, 2010: 29).
a.
Spiritualitas Ignatian Spiritualitas Ignatian adalah semangat hidup dan perjuangan yang diwariskan
oleh Santo Ignatius Loyola. Spiritualitas Ignatian dapat diartikan juga sebagai latihan rohani St. Ignatius Loyola. Santo Ignatius Loyola memperjuangkan kepekaan atas kehadiran Yesus dalam hidupnya lewat kebiasaan hidup doa yang rutin serta memandang hidup dengan kacamata iman atau kesadaran bahwa Tuhan selalu menyertai dan mengajak manusia untuk senantiasa mencari kehendak-Nya (Staf Dosen, 2010: 29).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
b.
Pelaksanaan Pembinaan Spiritualitas Pembinaan spiritualitas yang diprogramkan di Pendidikan Agama Katolik
dilaksanakan dalam bentuk rekoleksi angkatan, camping rohani, rekoleksi bersama (mahasiswa, dosen dan karyawan), retret, perayaan ekaristi kampus, bimbingan pribadi, re-entry dan pertemuan perkuliahan pembinaan spiritualitas di kelas. Perkuliahan pembinaan spiritualitas di kelas ini dilaksanakan mulai dari semester I (satu) sampai dengan semester VIII delapan. Pertemuan ini dijadwalkan dalam bentuk perkuliahan setara dengan 2 JP/semester namun tanpa sistem kredit semester atau nol SKS (Staf Dosen, 2010: 30-31). Kuliah pembinaan spiritualitas ini dihitung sebagai kurikulum plus prodi PAK (Staf Dosen, 2010: 73). Maksud pembinaan spiritualitas ini adalah membantu mahasiswa agar dapat memperkembangkan baik kedewasaan manusiawi, kedewasaan iman kristiani, kedewasaan religius dan kedewasaan spiritualitas katekis. Selain hal tersebut pembinaan ini juga diharapkan mambantu para mahasiswa sebagai calon katekis mampu profesional dalam menjalankan tugasnya, memiliki sikap yang jelas dan tekun menghayati spiritualitasnya sebagai para pewarta kabar gembira (Staf Dosen, 2010: 73-74).
c.
Materi Pembinaan Spiritualitas Materi pembinaan spiritualitas dalam pertemuan di kelas diberikan selama
empat tahun atau selama delapan semester kepada para mahasiswa dan diuraikan dengan tema-tema yang telah disiapkan oleh para dosen pengampu masing-masing setiap semesternya. Pada tahun pertama atau semester I dan semester II, materi pembinaan spiritualitas adalah perjumpaan antar pribadi, pengolahan dan refleksi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
generatif themes, pemutaran film 3 Idiots, pemutaran dan refleksi film Dead Poet Society, kisah angsa liar, apa yang kau cari?, dan jati diri. Tujuan dari materi-materi tersebut agar mahasiswa lebih mengenal teman-teman angkatannya, merasa krasan dengan lingkungannya, semakin mantap dengan pilihan program studinya, semakin mampu menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan serta religiositasnya, dan semakin menyadari kerinduan hatinya yang terdalam sehingga jati dirinya yang terarah pada Tuhan dan sesamanya juga semakin berkembang [Lampiran 1: (1) - (4)]. Pada tahun kedua yaitu semester III dan IV, materi yang diberikan mengenai kedewasaan kristiani, yaitu pengenalan budaya dan tradisi rekan se-angkatan, pengalaman akan Allah sebagai Bapa, panggilan rasuli, hidup secara Kristiani, konsekuensi hidup Kristiani, pengabdian Kristiani yang sejati, Kerajaan Allah dan konsekuensinya bagi rasul Yesus Kristus, misteri salib sebagai jalan kebangkitan, kebangkitan, menemukan Allah dalam segala, askesis hidup Kristiani, Roh Kudus Roh Kristus dan pengabdian murid Kristus. Tujuan dari materi-materi tersebut agar mahasiswa semakin mengenal Allah secara pribadi (secara existensial), mendalami pribadi Yesus Kristus dan karya-karya-Nya, serta mengenal fase-fase panggilan kristiani seperti halnya yang dialami para murid Yesus termasuk di dalamnya krisis yang terjadi dalam “fase Yerusalem” untuk bisa sampai ke “fase kebangkitan” sehingga mahasiswa semakin tertarik pula untuk mengikuti Yesus Kristus [Lampiran 2: (5) - (10)]. Pada tahun ketiga atau pada semester V dan VI materi yang diberikan adalah materi tentang doa pribadi dan ibadat bersama yakni latihan doa dengan kesadaran tubuh, latihan kesadaran pernafasan, latihan kesadaran suara, fantasi, ibadat harian, ibadat Sabda, ibadat pemberkatan rumah, ibadat tobat, ibadat ulang tahun, dan ibadat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
taize. Tujuan dari materi-materi ini ialah agar mahasiswa memiliki tertib doa, baik dalam eajegan (rutin dilakukan setiap hari), frekuensi maupun kualitasnya, memiliki kebiasaan dan kebutuhan untuk berdoa pribadi, mampu menemukan Tuhan dalam hidup dan kegiatan sehari-hari, mengetahui sejarah ibadat-ibadat bersama, dan mampu memimpin ibadat-ibadat bersama [Lampiran 3: (11) - (12)]. Pada semester VII dan VIII atau pada tahun yang keempat materi yang diberikan adalah tentang arti kedewasaan rohani, kebebasan anak-anak Allah, pembedaan roh, arti mengabdi dalam KS, askese hidup melayani, macam-macam bentuk pengabdian, dasar panggilan kristiani, awah hirarki dalam Gereja, bentukbentuk panggilan hidup dalam Gereja, spiritualitas kemuridan, spiritualitas umat kristiani perdana, dasar-dasar spiritualitas kristiani, figure rasul awam dalam KS, arti spiritualitas rasul awam, macam-macam bentuk rasul awam, Yesus sebagai pewarta Injil, dasar-dasar spiritualitas katekis, ciri khas spiritualitas katekis, pengabdian katekis masa kini. Dengan materi tersebut mahasiswa diharapkan semakin mengenal sosok seorang katekis dan mencintai panggilanya sebagai katekis sehingga semakin siap untuk terjun ke dalam dunia kerja baik sebagai katekis paroki maupun sebagai guru agama di sekolah [Lampiran 4: (13) - (14)].
4.
Pelaksanaan renungan harian di kampus Pendidikan Agama Katolik Renungan harian di kampus Pendidikan Agama Katolik dilaksanakan setiap
hari kuliah sebelum perkuliahan dimulai. Biasanya renungan harian dilaksanakan sesuai dengan giliran mahasiswa yang mendapat tugas berdasarkan jadwal yang telah disusun. Bacaan Kitab Suci yang direnungkan dalam renungan harian adalah bacaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
harian yang bertepatan dengan hari yang bersangkutan yang diambil dari kalender liturgi.
a.
Proses Mempersiapkan Renungan Harian Sebaiknya proses persiapan renungan harian dilakukan beberapa hari sebelum
melaksanakan renungan di kelas. Teks Kitab Suci yang akan direnungkan dibaca untuk menemukan pesan dari teks Kitab Suci tersebut. Selain membaca secara berulang-ulang, biasanya juga mahasiswa menafsirkan terlebih dahulu teks Kitab Suci untuk menemukan pesan dari teks tersebut. Setelah menemukan pesan dari teks Kitab Suci, selanjutnya pesan teks Kitab Suci dikaitkan dengan pengalaman hidup sehari-hari dan kemudian membuat pertanyaan refleksi untuk membantu mahasiswa untuk mendalami pesan dari teks Kitab Suci yang direnungkan [Lampiran 6:(16-17)]. Pada kenyataannya, tidak semua mahasiswa melakukan proses persiapan renungan harian dengan baik. Terkadang karena mahasiswa yang mendapat giliran untuk mempersiapkan renungan tidak mempersiapkan, maka digantikan secara mendadak oleh mahasiswa yang lain untuk membawakan renungan atau terkadang hanya melaksanakan doa pagi tanpa renungan harian [Lampiran 6: (16)-(17)].
b.
Model Renungan Harian Renungan harian yang dilaksanakan di kampus Pendidikan Agama Katolik
biasanya diawali dengan doa pembukaan dan isi dari doa pembukaan ini juga harus dikaitkan dengan teks Kitab Suci yang akan direnungkan. Setelah doa kemudian dilanjutkan dengan membacakan salah satu teks Kitab Suci sesuai dengan yang telah disiapkan oleh mahasiswa yang mendapat tugas pada hari tersebut. Selanjutnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
mahasiswa tersebut akan menyampaikan renungan sesuai dengan teks Kitab Suci yang telah dibaca dan dihubungkan dengan pengalaman hidup pribadi mahasiswa yang bersangkutan. Kemudian renungan harian ditutup lagi dengan doa penutup [Lampiran 6: (16)-(17)]. Berdasarkan pengalaman pribadi, selain merenungkan teks Kitab Suci dan pengalaman hidup pribadi, terkadang juga pada saat renungan harian, mahasiswa merenungkan kisah hidup Santo/a atau orang Kudus yang pestanya dirayakan pada hari tersebut. Biasanya kisah atau teladan dari para orang Kudus yang dirayakan pada hari tersebut dihubungkan dengan bacaan dari teks Kitab Suci serta pengalaman pribadi dari para mahasiswa. Maksud dari merenungkan kisah orang-orang Kudus ini ialah agar para mahasiswa yang para calon katekis mampu meneladani kisah hidup para orang Kudus sehingga iman mahasiswa semakin bertumbuh.
c.
Waktu Pelaksanaan Renungan Harian Renungan harian dilaksankan setiap hari kuliah sebelum perkuliahan pertama
berlangsung. Waktu untuk pelaksanaan renungan biasanya sekitar sepuluh (10) menit setelah bel tanda perkuliahan dibunyikan. Sebelum renungan dibacakan, terlebih dahulu dibuka dengan doa oleh salah satu mahasiswa yang mendapat tugas untuk memimpin doa pada hari tersebut dan setelah membacakan atau menyampaikan renungan maka akan ditutup dengan doa [Lampiran 6: (16)-(17)].
5.
Renungan Harian untuk Pembinaan Spiritualitas bagi Mahasiswa PAK Spiritualitas yang dihidupkan atau dihayati di program studi Pendidikan
Agama Katolik atau secara umum di Universitas Sanata Dharma adalah spiritualitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Ignatian, sehingga spiritualitas yang ingin ditumbuhkembangkan bagi para mahasiswa Pendidikan Agama Katolik adalah spiritualitas Ignatian. Pola pembinaan spiritualitas yang dilaksanakan bagi para mahasiswa Pendidikan Agama Katolik mengacu dinamika latihan rohani (Staf Dosen, 2010: 29- 33). Latihan rohani Ignatian menekankan cara berdoa dengan menggunakan imajinasi, ingatan, pemahaman dan kehendak. Cara doa tersebut dengan meditasi atau biasa disebut juga dengan doa renung. Meditasi atau doa renung dilaksanakan dengan menghadirkan suatu misteri yang ingin direnungkan, misalnya teks Kitab Suci atau bacaan-bacaan rohani yang sesuai (Staf Dosen, 2010: 29- 33). Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa renungan harian atau doa renung menjadi salah satu bagian dari spiritualitas Ignatian. Sehingga renungan harian atau doa renung yang dilaksanakan di kampus Pendidikan Agama Katolik merupakan salah satu bentuk usaha yang dilakukan oleh pihak kampus Pendidikan Agama Katolik untuk pembinaan spiritualitas bagi mahasiswamahasiswa Pendidikan Agama Katolik.
B. Penelitian tentang Peranan Renungan Harian di Kampus PAK Terhadap Pembinaan Spiritualitas Katekis bagi Mahasiswa PAK angkatan 2012
1.
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitan ini adalah
menemukan usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu renungan harian di kampus program studi PAK agar dapat menjadi bagian dari pembinaan spiritualitas katekis bagi mahasiswa program studi Pendidikan Agama Katolik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
2.
Metode Penelitian Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif. Penulis akan mendeskripsikan pelaksanaan renungan yang telah dilaksanakan di kampus Pendidikan Agama Katolik dan usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu renungan harian tersebut.
3.
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kampus program studi Pendidikan Agama
Katolik (PAK) Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, yang beralamat di Jl. Ahmad Jazuli 2, Kotabaru Yogyakarta 55002. Penelitian ini dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada 26-30 Oktober 2016.
4.
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dipakai penulis adalah penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2014:9).
5.
Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswi program studi
Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma khususnya mahasiswamahasiswi angkatan 2012. Jumlah keseluruhan mahasiswa PAK angkatan 2012 adalah 63 orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
6.
Responden Penelitian Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa PAK angkatan 2012.
Penulis mengambil 36 orang untuk menjadi responden penelitian dari jumlah keseluruhan yaitu 63 orang. Jumlah ini diambil dari kuesioner yang disebarkan sebanyak 45 dan yang kembali berjumlah 36 kuesioner.
7.
Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan penulis pada penelitian ini adalah kuesioner.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada responden untuk dijawab (Sugioyo, 2014: 142). Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang jawabannya sudah disediakan oleh peneliti dan responden hanya memilih dari jawaban tersebut.
8.
Variabel Penelitian Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014: 38). Variabel yang ingin diungkapkan dalam penelitian ini adalah: Tabel 1 Variabel Penelitian No (1) 1. 2. 3.
Variabel (2) Mempersiapkan renungan harian Pelaksanaan renungan harian Faktor penghambat
Nomer Item (3) 1,2,3,4,5,6,7,8,9 10,11,12,13,14,15,16,17 18,19,20,21,22,23
Jumlah (4) 9 8 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
(1) 4. 5.
(2) Faktor pendukung Usaha untuk meningkatkan mutu renungan harian JUMLAH
9.
Hasil dan Pembahasan Penelitian
a.
Mempersiapkan Renungan Harian
(3) 24,25,26,27,28 29,30,31,32,33,34, 35,36,37,38,39,40
(4) 5 12 40
1) Hasil Penelitian Tabel 2 Mempersiapkan Renungan Harian (N= 36) No (1) 1.
2.
3.
4.
Aspek yang ingin diungkap (2) Saya mempersiapkan renungan dengan baik sebelum pelaksanaannya. a. Selalu a. Sering b. Kadang-kadang c. Tidak pernah Saya mempersiapkan renungan harian sesuai dengan giliran saya. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju Saya selalu meluangkan waktu untuk mempersiapkan renungan harian. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah Bacaan KS yang saya siapkan selalu sesuai dengan kalender liturgi. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
Frekuensi (3)
Prosentasi (%) (4)
10 17 9 0
27,78 47,22 25,00 0,00
13 20 1 2
36,11 55,56 2,77 5,56
11 6 18 1
30,56 16,67 50,00 2,77
29 5 2 0
80,56 13,89 5,55 0,00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
(1)
(2)
5.
Saya membaca dengan baik teks Kitab Suci yang akan direnungkan. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah Saya menafsirkan teks Kitab Suci yang akan direnungkan. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah Saya mendalami dengan baik teks Kitab Suci yang akan direnungkan. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah Saya menemukan pesan dari teks Kitab Suci yang akan direnungkan. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah Saya menghubungkan pesan teks Kitab Suci dengan pengalaman pribadi dan keadaan sekitar. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
6.
7.
8.
9.
(3)
(4)
19 9 8 0
52,78 25,00 22,22 0,00
13 16 7 0
36,11 44,45 19,44 0,00
10 10 16 0
27,78 27,78 44,44 0,00
10 14 12 0
27,78 38.89 33,33 0,00
14 11 11 0
38,88 30,56 30,56 0,00
2) Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan tabel 1, mahasiswa yang selalu mempersiapkan renungan dengan baik sebelum pelaksanaan renungan sebanyak 10 orang (27,77%). Sedangkan yang sering mempersiapkan renungan dengan baik sebanyak 17 orang (47,22%). Yang kadang-kadang mempersiapkan renungan dengan baik sebanyak 9 orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
(25,00%). Berarti hampir semua mahasiswa sudah mempersiapkan renungan dengan baik sebelum pelaksanaannya. Mahasiswa yang selalu mempersiapkan renungan sesuai dengan gilirannya sebanyak 13 orang (36,11%). Yang sering mempersiapkan renungan sesuai gilirannya sebanyak 20 orang (55,55%). Sedangkan yang kadang-kadang mempersiapkan renungan harian sesuai dengan gilirannya sebanyak 1 orang (2,77%). Dan yang tidak pernah mempersiapkan renungan sesuai dengan gilirannya sebanyak 2 orang (5,55%). Berdasarkan data tersebut maka mahasiswa pada umumnya mempersiapkan renungan sesuai dengan gilirannya. Dalam meluangkan waktu untuk mempersiapkan renungan ada sebanyak 11 orang (30,55%) selalu meluangkan waktunya. 6 orang (16,66%) sering meluangkan waktu untuk mempersiapkan renungan, 18 orang (50,00%) kadang-kadang meluangkan waktu untuk mempersiapkan renungan dan 1 orang (2,77%) tidak pernah meluangkan waktu untuk mempersiapkan renungan. Hal ini berarti masih banyak mahasiswa yang hanya kadang-kadang meluangkan waktunya untuk mempersiapkan renungan dari pada yang sering dan selalu meluangkan waktu. Sebanyak 29 orang (80,55%) selalu mempersiapkan bacaan Kitab Suci sesuai dengan kalender liturgi untuk renungan, 5 orang (13,88%) sering mempersiapan bacaan Kitab Suci sesuai dengan kalender liturgi. Sedangkan 2 orang (5,55%) kadang-kadang mempersiapkan bacaan Kitab Suci untuk renungan sesuai dengan kalender liturgi. Berdasarkan data tersebut maka hampir semua mahasiswa menggunakan bacaan Kitab Suci sesuai dengan kalender liturgi untuk persiapan renungan harian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Mahasiswa yang selalu membaca dengan baik teks Kitab Suci yang akan direnungkan sebanyak 19 orang (52,77%). Yang sering mambaca dengan baik sebanyak 9 orang (25,00%) dan yang kadang-kadang membaca teks Kitab Suci dengan baik sebelum merenungkan teks tersebut sebanyak 8 orang (22,22%). Berarti sudah lebih dari separuh mahasiswa yang menjadi responden sudah membaca dengan baik teks Kitab Suci yang akan direnungkan. Dalam mempersiapkan renungan, sebanyak 13 orang (36,44%) selalu menafsirkan teks Kitab Suci, 16 orang (44,44%) sering menafsirkan teks Kitab Suci yang akan direnungkan dan 7 orang (19,44%) kadang-kadang menafsirkan teks yang akan direnungkan. Maka sudah hampir semua mahasiswa yang menjadi responden menafsirkan teks Kitab Suci yang akan direnungkan. Sebanyak 10 orang (27,77%) mahasiswa yang menjadi responden selalu mendalami dengan baik teks Kitab Suci yang akan direnungkan. Sebanyak 10 orang (27,77%) sering mendalami dengan baik teks yang akan direnungkan. Sedangkan 16 orang (44,44%) responden kadang-kadang mendalami dengan baik teks Kitab Suci yang akan direnungkan. Dengan demikian maka lebih dari separuh mahasiswa yang menjadi responden sudah mendalami dengan baik teks Kitab Suci yang akan direnungkan. Mahasiswa yang menjadi responden sebanyak 10 orang (27,77%) selalu menemukan pesan dari teks Kitab Suci yang akan direnungkan. Sebanyak 14 orang (38,88%) sering menemukan pesan dari teks yang akan direnungkan dan sebanyak 12 orang (33,33%) kadang-kadang menemukan pesan dari teks Kitab Suci yang akan direnungkan. Maka sudah cukup banyak responden yang bisa menemukan pesan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
teks Kitab Suci yang akan direnungkan, namun masih ada juga yang hanya kadangkadang bisa menemukan pesan dari teks yang akan direnungkan. Sebanyak 14 orang (38,88%) responden selalu menghubungkan pesan Kitab Suci dengan pengalaman hidupnya. 11 orang (30,55%) sering menghubungkan pesan teks Kitab Suci dengan pengalaman hidup dan sebanyak 11 orang (30,55%) kadangkadang menghubungkan pesan teks Kitab Suci dengan pengalaman hidupnya. Bararti sudah lebih dari separuh mahasiswa yang menjadi responden sudah menghubungkan pesan teks Kitab Suci dengan pengalaman hidupnya dalam mempersiapkan renungan di kampus program studi Pendidikan Agama Katolik.
b.
Pelaksanaan Renungan Harian
1) Hasil Penelitian Tabel 3 Pelaksanaan Renungan Harian (N= 36) No (1) 10.
11.
12.
Aspek yang ingin diungkap (2) Saya melaksanakan renungan harian sesuai dengan giliran saya. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah Saya mempersiapkan dan melaksanakan renungan harian dengan penuh penghayatan. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah Saya memperhatikan dengan baik pada saat renungan harian. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
Frekuensi (3)
Prosentasi (%) (4)
22 12 2 0
61,11 33,33 5,56 0,00
6 17 13 0
16,67 47,22 36,11 0,00
3 14 18 1
8,33 38,89 50,00 2,78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
(1) 13.
14.
15.
16.
17.
2)
(2) Saya memahami pesan renungan yang saya sampaikan. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah Saya memahami pesan renungan yang disampaikan oleh teman yang lain. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah Saya merefleksikan renungan harian yang telah saya sampaikan. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah Saya merefleksikan renungan harian yang disampaikan oleh teman yang lain. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah Saya dapat menghubungkan pesan renungan yang disampaikan dengan pengalaman pribadi saya. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
(3)
(4)
9 19 7 1
25,00 52,78 19,44 2,78
2 15 19 0
5,55 41,67 52,78 0,00
6 12 17 1
16,67 33,33 47,22 2,78
1 16 16 3
2,77 44,45 44,45 8,33
8 16 12 0
22,22 44,45 33,33 0,00
Pembahasan Hasil Penelitian Dalam tabel 2 di atas dapat dilihat bagaimana pelaksanaan renungan yang
dilaksanakan di kampus PAK. Berdasarkan tabel tersebut, sebanyak 22 orang (61,11%) responden selalu melaksanakan renungan sesuai dengan gilirannya. Sebanyak 12 orang (33,33%) responden sering melaksanakan renungan sesuai dengan gilirannya. Sedangkan sebanyak 2 orang (5,55%) kadang-kadang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
melaksanakan renungan sesuai dengan gilirannya. Dengan demikian maka sudah hampir semua mahasiswa yang menjadi responden sudah melaksanakan renungan sesuai dengan gilirannya masing-masing. Dalam mempersiapkan dan melaksanakan renungan perlu juga penghayatan. Sebanyak 6 orang (16,66%) responden selalu mempersiapkan dan melaksanakan renungan dengan penuh penghayatan. Ada sebanyak 17 orang (47,22%) sering mempersiapkan dan melaksanakan renungan dengan penuh penghayatan. Dan sebanyak 13 orang (36,11%) responden kadang-kadang mempersiapkan dan melaksanakan renungan dengan penuh penghayatan. Berdasarkan data tersebut maka sudah lebih dari separuh responden sudah mempersiapkan dan melaksanakan renungan dengan penuh penghayatan. Namun masih cukup banyak (36,11%) yang hanya kadang-kadang mempersiapkan dan melaksanakan renungan dengan penuh penghayatan. Pada saat pelaksanaan renungan harian sebanyak 3 orang (8,33%) selalu memperhatikan dengan baik pada saat pelaksanaan renungan. Ada 14 orang (38,88%) responden sering memperhatikan dengan baik pada saat renungan harian. Sebanyak 18 orang (50,00%) responden kadang-kadang memperhatikan dengan baik pada renungan. Sedangkan 1 orang (2,77%) tidak pernah memperhatikan dengan baik pada saat renungan harian. Berdasarkan data tersebut maka masih banyak responden yang belum memperhatikan dengan baik pada saat dilaksanakannya renungan harian. Dalam pelaksanaan renungan harian, 9 orang (25,00%) responden selalu memahami pesan renungan yang ia sampaikan. Sebanyak 19 orang (52,77%) responden sering memahami pesan renungan yang ia sampaikan. Sebanyak 7 orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
(19,44%) kadang-kadang memahami pesan renungan yang ia sampaikan dan 1 orang (2,77%) responden tidak pernah memahami pesan renungan yang ia sampaikan. Maka dari data tersebut sudah mayoritas responden memahami pesan renungan yang ia sampaikan. Ada sebanyak 2 orang (5,55%) responden selalu memahami pesan renungan yang disampaikan oleh teman yang lain pada saat renungan. 15 orang (41,66%) responden sering memahami pesan renungan yang disampaikan oleh teman yang lain. Sedangkan sebanyak 19 orang (52,77%) responden kadang-kadang memahami pesan renungan yang disampaikan oleh teman yang lain pada saat pelaksanaan renungan. Maka masih banyak (52,77) responden yang hanya kadang-kadang memahami pesan dari renungan yang disampaikan oleh orang lain. Pada saat pelaksanaan renungan, sebanyak 6 orang (16,66) responden selalu merefleksikan renungan yang telah ia sampaikan. Ada 12 orang (33,33%) yang sering merefleksikan renungan yang telah ia sampaikan. Sedangkan sebanyak 17 orang (47,22%) responden kadang-kadang merefleksikan renungan yang telah ia sampaikan dan 1 orang (2,77%) responden tidak pernah merefleksikan renungan yang telah ia sampaikan. Berdasarkan data tersebut maka cukup banyak responden yang merefleksikan renungan yang telah ia sampaikan, namun cukup banyak juga yang masih hanya kadang-kadang merefleksikan renungan yang telah ia sampaikan. Sebanyak 1 orang (2,77%) responden selalu merefleksikan renungan yang disampaikan oleh teman yang lain. Ada sebanyak 16 orang (44,44%) responden sering merefleksikan renungan yang disampaikan oleh teman yang lain. Sedangkan 16 orang (44,44%) responden kadang-kadang merefleksikan renungan yang disampaikan oleh teman yang lain sedangkan sebanyak 3 orang (8,33%) responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
tidak pernah merefleksikan renungan yang disampaikan oleh teman yang lain. Berdasarkan data tersebut maka sudah cukup banyak responden yang merefleksikan renungan yang telah disampaikan oleh teman yang lain pada saat pelaksanaan renungan harian. Dalam
pelaksanaan
renungan
juga
diharapkan
mahasiswa
dapat
menghubungkan pesan renungan dengan pengalaman pribadi. Ada sebanyak 8 orang (22,22%) responden selalu dapat menghubungkan pesan renungan yang disampaikan dengan pengalaman pribadi. Sebanyak 16 orang (44,44%) responden sering dapat menghubungkan pesan renungan yang disampaikan dengan pengalaman pribadi. Dan sebanyak 12 orang (33,33%) responden kadang-kadang dapat menghubungkan pesan renungan yang telah disampaikan dengan pengalaman pribadinya. Berdasarkan data tersebut maka sebagian besar responden sudah dapat menghubungkan pesan renungan yang telah disampaikan dengan pengalaman pribadi mereka.
c.
Faktor Penghambat
1) Hasil Penelitian Tabel 4 Faktor Penghambat (N= 36) No (1) 18.
19.
Aspek yang ingin diungkap (2) Kesibukkan kuliah membuat saya tidak mempersiapkan renungan harian. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah Saya tidak percaya diri pada saat melaksanakan renungan harian. a. Selalu b. Sering
Frekuensi (3)
Prosentasi (%) (4)
1 11 18 6
2,77 30,56 50,00 16,67
0 6
0,00 16,67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
(1)
20.
21.
22.
23.
(2) c. Kadang-kadang d. Tidak pernah Saya tidak memperhatikan giliran saya untuk melaksanakan renungan harian. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah Saya tidak memiliki waktu yang cukup untuk mempersiapkan renungan harian. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah Saya kesulitan dalam menafsirkan teks Kitab Suci yang akan direnungkan. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah Waktu yang disiapkan untuk melaksanakan renungan harian terlalu singkat. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju
(3) 22 8
(4) 61,11 22,22
1 4 17 14
2,78 11,11 47,22 38,89
1 7 21 7
2,77 19,45 58,33 19,45
1 15 18 2
2,77 41,67 50,00 5,56
0 15 13 8
0,00 41,67 36,11 22,22
2) Pembahasan Hasil Penelitian Dari tabel 3 di atas dapat dilihat faktor-faktor yang menghambat persiapan dan pelaksanaan renungan. Ada 1 orang (2,77%) responden selalu tidak mempersiapkan renungan karena kesibukan kuliah. Sebanyak 11 orang (30,55%) sering tidak mempersiapkan renungan karena kesibukan kuliah. Ada sebanyak 18 orang (50,00%) kadang-kadang tidak mempersiapkan renungan karena kesibukan kuliah. Sedang 6 orang (16,66%) tidak pernah terhambat mempersiapkan renungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
karena kesibukan kuliah. Maka kesibukan kuliah cukup menghambat responden dalam mempersiapkan renungan. Namun masih banyak juga responden yang hanya kadang-kadang terhambat atau tidak mempersiapkan renungan karena kesibukan kuliah. Selain itu kepercayaan diri juga menjadi penghambat dari pelaksanaan renungan. Sebanyak 6 orang (16,66%) responden sering tidak percaya diri dalam melaksanakan renungan. Sebanyak 22 orang (61,11%) responden kadang-kadang merasa tidak percaya diri pada saat melaksanakan renungan. Sedangkan 8 orang (22,22%) tidak pernah merasa tidak percaya diri pada saat melaksanakan renungan. Maka faktor kepercayaan diri juga cukup banyak mempengaruhi pelaksanaan renungan. Karena masih ada yang sering tidak percaya diri (16,66%) dan kadangkadang tidak percaya diri (61,11%) dalam melaksanakan renungan harian, sehingga faktor kepercayaan diri juga perlu menjadi perhatian yang penting. Sebanyak 1 orang (2,77%) selalu tidak memperhatikan gilirannya untuk melaksanakan renungan. Ada 4 orang (11,11%) sering tidak memperhatikan giliran untuk melaksanakan renungan dan 17 orang (47,22%) responden kadang-kadang tidak memperhatikan giliran untuk melaksanakan renungan. Sedangkan sebanyak 14 orang (38,88%) tidak pernah tidak memperhatikan giliran untuk melaksanakan renungan. Berdasarkan data tersebut maka masih cukup banyak responden yang belum memperhatikan gilirannya untuk melaksanakan renungan harian. Faktor lain yang menjadi penghambat persiapan renungan adalah waktu. Ada sebanyak 1 orang (2,77%) selalu tidak memiliki waktu yang cukup untuk mempersiapkan renungan. 7 orang (19,44%) responden sering tidak memiliki waktu yang cukup untuk melaksanakan renungan. Sebanyak 21 orang (58,33%) responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
kadang-kadang tidak memiliki waktu yang cukup untuk melaksanakan renungan. Sementara orang 7 (19,44%) responden tidak pernah tidak memiliki waktu untuk mempersiapkan renungan. Maka faktor waktu untuk mempersiapkan renungan ini juga banyak menjadi penghambat bagi para mahasiswa yang menjadi respoden dalam mempersiapkan renungan. Menafsirkan teks Kitab Suci juga menjadi salah satu faktor menghambat dalam mempersiapkan renungan. Sebanyak 1 orang (2,77%) selalu kesulitan dalam menafsirkan teks Kitab Suci yang akan direnungkan. Sebanyak 15 orang (41,66%) responden sering kesulitan dalam menafsirkan teks Kitab Suci yang akan direnungkan. Sementara 18 orang (50,00%) kadang-kadang kesulitan dalam menafsirkan teks Kitab Suci yang akan direnungkan. Sedangkan 2 orang (5,55%) responden tidak pernah kesulitan dalam menafsirkan teks Kitab Suci yang akan direnungkan. Maka cukup banyak juga responden yang terhambat dalam mempersiapkan renungan karena kesulitan dalam menafsirkan teks Kitab Suci yang akan direnungkan. Faktor penghambat berikutnya adalah waktu yang disiapkan untuk melaksanakan renungan. Ada 15 orang (41,66%) responden setuju kalau kalau waktu yang disiapkan untuk melaksanakan renungan terlalu singkat. Sebanyak 13 orang (36,11%) responden kurang setuju kalau waktu untuk renungan terlalu singkat sedangkan 8 orang (22,22%) responden tidak setuju kalau waktu yang disiapkan untuk renungan terlalu singkat. Berdasarkan data tersebut maka lebih dari seperuh responden kurang setuju dan tidak setuju kalau waktu yang dipersiapkan untuk renungan terlalu singkat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
d.
Faktor Pendukung
1) Hasil Penelitian Tabel 5 Faktor Pendukung (N=36) No (1) 24.
25.
26.
27.
28.
Aspek yang ingin diungkap (2) Jadwal yang telah disusun membantu saya dalam mempersiapkan renungan harian. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju Saya melaksanakan renungan harian karena saya senang merenungkan teks Kitab Suci. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju Saya melaksanakan renungan harian karena saya senang tampil di depan dan dilihat oleh teman-teman yang lain. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju Mata kuliah tentang Kitab Suci membantu saya dalam menafsirkan teks Kitab Suci yang akan direnungkan. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju Perlombaan renungan harian membuat saya bersemangat untuk mempersiapkan dan melaksanakan renungan harian. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju
Frekuensi (3)
Prosentasi (%) (4)
17 18 1 0
47,22 50,00 2,78 0,00
3 15 16 2
8,33 41,67 44,44 5,56
0 7 11 18
0,00 19,44 30,56 50,00
16 18 2 0
44.44 50,00 5,56 0,00
7 14 11 4
19,44 38,89 30,56 11,11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
2)
Pembahasan Hasil Penelitian Pada tabel 4 di atas dapat dilihat faktor-faktor yang menjadi pendukung
dalam mempersiapkan dan melaksanakan renungan harian di kampus. Ada sebanyak 17 orang (47,22%) sangat setuju kalau jadwal yang telah disusun membantu dalam mempersiapkan renungan. Sebanyak 18 orang (50,00%) setuju kalau jadwal yang telah disusun membantu dalam mempersiapkan renungan. Dan 1 orang (2,77%) kurang setuju kalau jadwal yang telah disusun membantu dalam mempersiapkan renungan. Maka jadwal yang telah disusun sangat mendukung responden dalam mempersiapkan renungan. Faktor berikutnya adalah sebanyak 4 orang (11,11%) responden sangat setuju kalau ia melaksanakan renungan karena senang merenungkan teks Kitab Suci. Sebanyak 15 orang (41,66%) responen setuju kalau melaksanakan renungan karena senang merenungkan teks Kitab Suci. Sedangkan 16 orang (44,44%) kurang setuju kalau melaksanakan renungan karena senang merenungkan teks Kitab Suci dan 2 orang (5,55%) tidak setuju kalau melaksanakan renungan karena senang merenungkan teks Kitab Suci. Berdasarkan data tersebut maka cukup banyak responden yang sangat setuju dan setuju kalau melaksanakan renungan karena senang merenungkan teks Kitab Suci. Namun cukup banyak juga yang kurang setuju dan tidak setuju kalau melaksanakan renungan karena senang merenungkan teks Kitab Suci. Sebanyak 7 orang (19,44%) responden setuju kalau mereka melaksanakan renungan karena senang di depan dan dilihat oleh teman yang lain. Sebanyak 11 orang (30,55%) kurang setuju kalau mereka melaksanakan renungan karena mereka sedang tampil di depan dan dilihat. Sedangkan 18 orang (50,00%) responden tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
setuju kalau mereka melaksanakan renungan karena mereka senang tampil di depan dan dilihat oleh teman yang lain. Berdasarkan data tersebut maka hal ini bukan menjadi faktor pendukung bagi mahasiswa dalam melaksanakan renungan karena mayoritas tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Yang menjadi pendukung berikutnya adalah mata kuliah tentang Kitab Suci. Sebanyak 16 orang (44,44%) responden sangat setuju kalau mata kuliah tentang Kitab Suci membantu mereka dalam menafsirkan teks Kitab Suci yang akan direnungkan. Sedangkan 18 orang (50,00%) setuju kalau mata kuliah tentang Kitab Suci membantu mereka menafsirkan teks Kitab Suci yang akan direnungkan. Dan 2 orang kurang setuju dengan hal tersebut. Maka dari data tersebut dapat dilihat kalau mata kuliah tentang Kitab Suci menjadi pendukung bagi responden dalam menafsirkan teks Kitab Suci atau mempersiapkan renungan karena lebih dari separuh responden setuju dengan pernyataan tersebut. Selanjutnya sebanyak 7 orang (19,44%) responden sangat setuju kalau perlombaan renungan membuat mereka semangat untuk mempersiapkan dan melaksanakan renungan. 14 orang (38,88%) setuju kalau perlombaan renungan membuat mereka semangat untuk mempersiapkan dan melaksanakan renungan. Sedangkan 11 orang (30,55%) kurang setuju kalau perlombaan renungan membuat semangat untuk mempersiapkan dan melaksanakan renungan. Dan sebanyak 4 orang (11,11%) tidak setuju kalau perlombaan renungan membuat mereka semangat untuk mempersiapkan dan melaksanakan renungan. Berdasarkan data tersebut maka perlombaan renungan juga dapat menjadi salah satu faktor yang mendukung responden dalam mempersiapkan dan melakasanakan renungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
e.
Usaha untuk Meningkatkan Mutu Renungan Harian
1) Hasil Penelitian Tabel 6 Usaha Untuk Meningkatkan Mutu Renungan Harian (N= 36) No (1) 29.
30.
31.
32.
33.
34.
Aspek yang ingin diungkap (2) Sebaiknya dibuat pedoman yang jelas untuk bacaan KS yang dipilih dalam membuat persiapan renungan harian. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju Renungan harian tidak harus merenungkan teks Kitab Suci. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju Bacaan Kitab Suci dipilih sesuai dengan keinginan mahasiswa yang mendapat giliran untuk mempersiapkan dan melaksanakan renungan harian. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju Sebaiknya dibuatkan pedoman yang jelas untuk tema renungan harian. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju Sebaiknya dibuat jadwal yang jelas untuk giliran mahasiswa yang mempersiapkan dan melaksanakan renungan harian. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju Tema renungan harian disesuaikan dengan tema pembinaan spiritualitas setiap semester. a. Sangat setuju
Frekuensi (3)
Prosentasi (%) (4)
11 22 2 1
30,56 61,11 5,56 2,77
5 18 7 6
13,89 50,00 19,44 16,67
1 4 20 11
2,77 11,11 55,56 30,56
9 23 3 1
25,00 63,89 8,33 2,78
20 14 2 0
55,56 38,89 5,55 0,00
7
19,44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
(1)
35.
36.
37.
38.
39.
40.
(2) b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju Sebelum melaksanakan renungan harian sebaiknya diberikan waktu bagi mahasiswa untuk refleksi secara pribadi. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju Sesudah melaksanakan renungan harian sebaiknya diberikan waktu bagi mahasiswa untuk refleksi secara pribadi. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju Sebaiknya dilakukan evaluasi untuk renungan harian dalam bentuk rekoleksi bersama dengan penutupan kuliah pembinaan spiritualitas. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju Bacaan renungan harian selalu sesuai dengan kalender liturgi. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju Perlombaan renungan harian selalu diadakan agar mahasiswa mempersiapkan renungan harian dengan baik. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju Agar waktu renungan lebih lama dan tidak mengurangi waktu kuliah, sebaiknya renungan dilaksanakan 10 menit sebelum waktu perkuliahan dimulai.
(3) 14 14 1
(4) 38,89 38,89 2,78
13 19 3 1
36,11 52,78 8,33 2,78
14 20 2 0
38,88 55,56 5,55 0,00
14 17 4 1
38,88 47,22 11,11 2,78
22 13 1 0
61,11 36,11 2,78 0,00
19 15 2 0
52,78 41,67 5,55 0,00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
(1)
(2) a. b. c. d.
2)
Sangat setuju Setuju Kurang setuju Tidak setuju
(3) 20 9 4 3
(4) 55,56 25,00 11,11 8,33
Pembahasan Hasil Penelitian Dalam tabel 5 di atas dapat dilihat beberapa usaha yang ingin dilakukan
untuk meningkatkan mutu renungan harian di kampus prodi PAK. Sebanyak 11 orang (30,55%) sangat setuju kalau dibuat pedoman yang jelas untuk bacaan Kitab Suci yang dipilih dalam membuat persiapan renungan. Sebanyak 22 orang (61,11%) setuju, sedangkan 2 orang (5,55%) kurang setuju dan 1 orang (2,77%) tidak setuju. Maka mayoritas responden setuju kalau perlu dibuat pedoman yang jelas untuk bacaan KS yang dipilih dalam membuat persiapan renungan. Kemudian ada sebanyak 5 orang (13,88%) sangat setuju kalau renungan harian tidak harus merenungkan teks Kitab Suci. Sebanyak 18 orang (50,00%) setuju kalau renungan harian tidak harus merenungkan teks Kitab Suci, sedangkan 7 orang (19,44%) kurang setuju kalau renungan harian tidak harus merenungkan teks Kitab Suci dan 6 orang (16,66%) tidak setuju kalau renungan harian tidak harus merenungkan teks Kitab Suci. Maka lebih dari separuh responden setuju kalau renungan tidak harus merenungkan teks Kitab Suci. Selanjutnya 1 orang (2,77%) sangat setuju kalau bacaan Kitab Suci dipilih sesuai dengan keinginan mahasiswa yang mendapat giliran untuk mempersiapkan dan melaksanakan renungan. Sebanyak 4 orang (11,11%) setuju, 20 orang (55,55%) kurang setuju dan 11 orang (30,55%) tidak setuju. Berdasarkan data tersebut maka mayoritas responden kurang setuju dan tidak setuju kalau bacaan KS dipilih sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
dengan keinginan mahasiswa yang mendapat giliran untuk mempersiapkan dan melaksanakan renungan. Sebanyak 9 orang (25,00%) responden sangat setuju kalau dibuatkan pedoman yang jelas untuk tema renungan harian. Sebanyak 23 orang (63,88%) setuju, sedangkan 3 orang (8,33%) kurang setuju dan 1 orang (2,77%) tidak setuju. Sehingga hampir semua responden setuju untuk dibuatkan pedoman yang jelas untuk tema renungan harian. Kemudian sebanyak 20 orang (55,55%) sangat setuju dibuat jadwal yang jelas untuk giliran mahasiswa yang mempersiapkan dan melaksanakan renungan. Sebanyak 14 orang (38,88%) setuju dan 2 orang (5,55%) kurang setuju. Maka dapat disimpulkan mayoritas responden setuju untuk dibuatkan jadwal yang jelas untuk giliran mahasiswa yang mempersiapkan dan melaksanakan renungan harian. Selanjutnya sebanyak 7 orang (19,44%) sangat setuju kalau tema renungan harian disesuaikan dengan tema pembinaan spiritualitas setiap semester. Sebanyak 14 orang (38,88%) setuju, sebanyak 14 orang (38,88%) kurang setuju dan 1 orang (2,77%) tidak setuju. Maka lebih dari separuh responden setuju kalau tema renungan disesuaikan dengan tema pembinaan spiritualitas. Tetapi cukup banyak juga responden yang kurang setuju (38,88%) dan tidak setuju (2,77%). Sebanyak 13 orang (36,11%) sangat setuju untuk diberikan waktu bagi mahasiswa untuk refleksi secara pribadi sebelum melaksanakan renungan. Sebanyak 19 orang (52,77%) setuju, 3 orang (8,33%) kurang setuju dan 1 orang (2,77%) tidak setuju. Kemudian sebanyak 14 orang (38,88%) sangat setuju kalau diberikan waktu bagi mahasiswa untuk refleksi secara pribadi sesudah melaksanakan renungan. Sebanyak 20 orang (55,55%) setuju dan 2 orang (5,55%) kurang setuju. Sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
hampir semua mahasiswa yang menjadi responden setuju kalau diberikan waktu bagi mahasiswa untuk refleksi secara pribadi sebelum dan sesudah melaksanakan renungan. Berikutya sebanyak 14 orang (38,88%) sangat setuju dilakukan evaluasi untuk renungan harian dalam bentuk rekoleksi bersama dengan penutupan kuliah pembinaan spiritualitas. Sebanyak 17 orang (47,22%) setuju dilakukan evaluasi dalam bentuk rekoleksi bersama dengan penutupan kuliah pembinaan spiritualitas. Sementara 4 orang (11,11%) kurang setuju dan 1 orang (2,77%) tidak setuju. Berdasarkan data tersebut maka hampir semua responden sangat setuju (38,88%) dan setuju (47,22) untuk dilaksanakan evaluasi renungan harian dalam bentuk rekoleksi bersama dengan penutupan kuliah pembinaan spiritualitas. Kemudian sebanyak 22 orang (61,11%) responden sangat setuju kalau bacaan renungan harian selalu sesuai dengan kalender liturgi. Sebanyak 13 orang (36,33%) setuju dan 1 orang (2,77%) kurang setuju. Maka hampir seluruh responden menyetujui kalau bacaan untuk renungan harian selalu sesuai dengan kalender liturgi. Selanjutnya sebanyak 19 orang (52,77%) sangat setuju kalau perlombaan renungan selalu diadakan agar mahasiswa mempersiapkan renungan harian dengan baik. Sebanyak 15 orang (41,66%) setuju kalau perlombaan renungan selalu diadakan dan 2 orang (5,55%) kurang setuju. Sehingga mayoritas responden setuju kalau perlomabaan selalu dilaksanakan agar mahasiswa mempersiapkan renungan dengan baik. Berikutnya sebanyak 20 orang (55,55%) mahasiswa yang menjadi responden sangat setuju agar pelaksanaan renungan harian dilaksanakan 10 menit sebelum waktu perkuliahan dimulai agar tidak mengurangi waktu kuliah. Sebanyak 9 orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
(25,00%) setuju agar renungan harian dilaksanakan 10 menit sebelum waktu perkuliahan dimulai, sedangkan sebanyak 4 orang (11,11%) kurang setuju dan sebanyak 3 orang (8,33%) tidak setuju kalau renungan dilaksanakan 10 menit sebelum waktu perkuliahan dimulai. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan kalau kebanyak mahasiswa yang menjadi responden pada penelitian ini setuju agar waktu pelaksanaan renungan harian dilaksanakan 10 menit sebelum waktu perkuliahan dimulai agar tidak mengurangi waktu kuliah.
10. Kesimpulan Hasil Penelitian a.
Mempersiapkan Renungan Harian Berdasarkan hasil penelitan tersebut maka dapat ditarik beberapa kesimpulan.
Dari tabel 1, dalam mempersiapkan renungan harian, hampir semua mahasiswa yang menjadi responden sudah mempersiapkan renungan dengan baik. Responden juga pada umumnya mempersiapkan renungan sesuai dengan giliran yang telah ditentukan. Tetapi masih banyak responden yang hanya kadang-kadang meluangkan waktunya untuk mempersiapkan renungan. Bacaan Kitab Suci yang dipilih responden untuk renungan hampir semua sesuai dengan kalender liturgi. Responden juga pada umumnya sudah membaca dengan baik teks Kitab Suci yang akan direnungkan. Dalam mempersiapkan renungan sudah hampir semua responden menafsirkan teks Kitab Suci yang akan direnungkan. Lebih dari seperuh responden sudah mendalami dengan baik teks Kitab Suci yang akan direnungkan, namum masih banyak juga yang hanya kadang-kadang mendalami dengan baik teks Kitab Suci yang akan direnungkan. Para mahasiswa yang menjadi responden pada umumnya sudah dapat menemukan pesan dari teks Kitab Suci yang direnungkan, walaupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
masih ada beberapa responden yang hanya kadang-kadang menemukan pesan dari teks Kitab Suci yang direnungkan. Responden juga menghubungkan pesan dari teks Kitab Suci dengan pengalaman hidup mereka.
b.
Pelaksanaan Renungan Harian Berdasarkan tabel 2, pelaksanaan renungan pada umumnya responden sudah
melaksanakan renungan sesuai dengan giliran mereka. Dalam mempersiapkan dan melaksanakan renungan para responden sudah cukup banyak yang mempersiapkan dan melaksanakan renungan dengan penuh penghayatan. Pada saat pelaksanaan renungan lebih dari separuh responden tidak memperhatikan dengan baik. Responden pada umumnya sudah dapat memahami pesan renungan yang mereka sampaikan sendiri. Namun, masih banyak responden yang hanya kadang-kadang memahami pesan renungan yang disampaikan oleh responden yang lainnya. Hampir separuh responden merefleksikan renungan yang telah ia sampaikan dan disampaikan oleh responden lainnya. Walaupun masih ada juga responden yang hanya kadangkadang merefleksikan renungan yang telah ia sampaikan dan yang disampaikan oleh responden lainnya. Kebanyakan responden menghubungkan pesan teks Kitab Suci dengan pengalaman pribadi mereka.
c.
Faktor Penghambat Menurut tabel 3, beberapa faktor yang menjadi penghambat bagi responden
dalam mempersiapkan dan melaksana renungan, misalnya kesibukan kuliah membuat cukup banyak responden tidak mempersiapkan renungan. Kepercayaan diri juga menjadi faktor penghambat bagi responden dalam pelaksanaan renungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Kemudian faktor berikutnya kebanyakan para responden tidak memperhatikan giliran mereka untuk melaksanakan renungan sehingga tidak membuat persiapan renungan. Waktu juga menjadi penghambat bagi para respoden, masih banyak para responden yang tidak memiliki waktu yang cukup untuk mempersiapkan renungan. Menafsirkan teks Kitab Suci juga banyak menjadi penghambat bagi para responden karena masih banyak responden yang kesulitan dalam menafsirkan teks Kitab Suci yang akan direnungkan. Waktu yang disediakan untuk pelaksanaan renungan tidak menjadi penghambat bagi para responden.
d.
Faktor Pendukung Dalam tabel 4, faktor-faktor yang menjadi pendukung bagi para responden
dalam memepersiapkan dan melaksanakan renungan diantaranya adalah jadwal yang telah disusun membantu responden untuk mempersiapkan renungan. Selanjutnya yang menjadi faktor pendukung adalah separuh responden senang merenungkan teks Kitab Suci, namun separuh responden kurang dan tidak senang merenungkan teks Kitab Suci. Mata kuliah tentang Kitab Suci juga mendukung responden dalam menafsirkan teks Kitab Suci yang akan mereka renungkan. Kemudian perlombaan renungan juga membuat para responden semangat mempersiapkan dan melaksanakan renungan harian.
e.
Usaha untuk Meningkatkan Mutu Renungan Harian Berdasarkan tabel 5, usaha-usaha yang ingin dilakukan untuk meningkatkan
mutu renungan harian. Hampir semua responden menyetujui agar dibuatkan pedoman yang jelas untuk bacaan Kitab Suci yang dipilih dalam membuat persiapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
renungan harian. Lebih dari separuh responden juga setuju kalau renungan harian tidak harus merenungkan teks Kitab Suci. Tetapi para responden mayoritas tidak setuju jika bacaan Kitab Suci yang akan direnungkan dipilih sesuai dengan keinginan mahasiswa yang mendapat giliran untuk mempersiapkan renungan. Hampir semua responden juga setuju agar dibuatkan pedoman yang jelas untuk tema-tema renungan harian dan jadwal yang jelas untuk giliran mahasiswa yang mempersiapkan dan melaksanakan renungan harian. Lebih dari separuh responden menyetujui kalau tema renungan
harian
disesuaikan
dengan
tema
pembinaan
spiritualitas
setiap
semesternya, namun masih banyak juga kurang setuju. Selanjutnya hampir semua responden juga setuju untuk diberikan waktu bagi mahasiswa untuk refleksi secara pribadi pada saat sebelum dan sesudah renungan harian. Mayoritas responden juga menyetujui diadakan evaluasi untuk renungan harian dalam bentuk rekoleksi bersama dengan penutupan kuliah pembinaan spiritualitas. Responden juga setuju kalau bacaan untuk renungan harian selalu sesuai dengan kalender liturgi. Kemudian hampir semua responden juga setuju kalau perlombaan renungan harian terus dilaksanakan agar mahasiswa mempersiapkan renungan dengan baik. Dan yang terakhir mayoritas responden menyetujui renungan dilaksanakan sebelum waktu perkuliahan dimulai agar tidak mengurangi waktu kuliah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III RENUNGAN HARIAN UNTUK PEMBINAAN SPIRITUALITAS KATEKIS
Renungan atau doa renung merupakan salah satu bentuk doa yang ada dalam tradisi Gereja katolik. Sebagai orang yang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam bidang kerohanian, tentu para calon katekis perlu memilik kemampuan untuk melaksanakan beberapa bentuk doa yang ada dalam tradisi umat katolik tersebut. Selain itu, renungan atau doa renung juga dapat menjadi salah satu bentuk pembinaan semangat hidup atau spiritualitas bagi para calon katekis.
A. Renungan Harian Renungan merupakan salah satu bentuk doa yang ada dalam tradisi umat katolik. Renungan atau doa renung dilaksanakan dengan cara meditasi atau refleksi yang mengutamakan daya imajinasi, ingatan, pemahaman dan kehendak. Dalam renungan atau doa renung yang menjadi bahan utama untuk renungan atau berdoa adalah teks Kitab Suci dan juga bacaan-bacaan rohani yang sesuai dengan tema yang ingin direnungkan.
1. Pengertian Doa Doa berarti pernyataan iman manusia kepada Allah dengan mengangkat dan mengarahkan hati kepada-Nya. Dengan berdoa berarti manusia menyatakan bahwa dirinya adalah anak Allah dan mengakui Allah sebagai Bapa, sehingga doa merupakan kata cinta seorang anak yang ditujukan kepada Bapanya. Ungkapan doa tidak harus dengan banyak kata-kata serta waktu dan tempat tertentu (KWI, 1996: 193-194).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Menurut Kompendium Katekismus Gereja Katolik (KKGK 534): Doa berarti mengangkat hati dan budi menuju Allah, atau memohon hal-hal baik kepada-Nya sesuai dengan kehendak-Nya. Doa selalu merupakan rahmat Allah yang datang untuk berjumpa dengan manusia. Doa Kristen ialah relasi anak-anak Allah yang personal dan hidup dengan Bapa mereka yang mahabaik, dengan putra-Nya Yesus Kristus, dan Roh Kudus yang tinggal dalam hati mereka. Dalam Tradisi dan kebiasaan yang ada dalam kehidupan umat kristiani, terdapat tiga bentuk untuk mengungkapkan dan menghayati doa, yaitu doa dengan kata-kata atau doa lisan, doa renung atau meditasi dan doa batin atau kontemplatisi.
a.
Doa Lisan atau Doa dengan Kata-kata “Doa lisan merupakan unsur hakiki dalam kehidupan Kristen. Kristus mengajar
murid-murid-Nya yang merasa tertarik pada doa batin dari Gurunya, satu doa lisan: Bapa Kami”. Doa Bapa Kami menjadi salah satu bentuk doa lisan atau doa dengan kata-kata yang paling sempurna yang telah ada dalam Gereja katolik seperti yang telah diajarkan oleh Yesus sendiri kepada para murid-Nya. Doa lisan atau doa dengan katakata menyatukan badan dengan kedalaman doa batin, namun yang paling penting dalam berdoa adalah ungkapan doa harus selalu keluar dari iman personal seorang pendoa (KGK 2700-2704).
b.
Doa Renung atau Meditasi Doa renung atau meditasi merupakan satu pencarian (Roh) untuk memahami
alasan dan cara hidup kristiani sehingga dapat menjawab apa kehendak Tuhan. Meditasi atau doa renung merupakan suatu refleksi mendalam yang diawali dengan membaca Sabda Allah dalam teks Kitab Suci atau bantuan buku-buku lain seperti teks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
liturgis sesuai dengan hari yang bersangkutan, tulisan-tulisan dari bapa rohani, kepustakaan rohani dan lain sebagainya (KGK 2705-2708). “Meditasi meliputi pikiran, imajinasi, dan keinginan untuk memperdalam iman, pertobatan hati, dan memperkuat kehendak kita untuk mengikuti Kristus. Meditasi adalah langkah pertama untuk menuju persatuan cinta dengan Allah kita” (KKGK 570).
c.
Doa Batin atau Kontemplatif Doa batin atau kontemplatif merupakan puncak doa, karena doa batin adalah
doa seorang anak Allah yang berdosa dan telah diampuni. Kontemplatif ialah hanya memandang Allah dalam keheningan dan cinta. Doa batin atau kontemplatif adalah rahmat dari Allah, dalam iman murni seorang berdoa untuk mencari Kristus dan menyerahkan diri seutuhnya kepada kehendak Bapa dan menempatkan diri orang tersebut dalam naungan tindakan Roh Kudus (KGK 2709-2719).
2. Pengertian Renungan Menurut Bernardus (2011: 16) renungan berarti buah pikiran yang disampaikan kepada orang lain untuk membantu mereka memikirkan suatu pokok pikiran tertentu secara mendalam dan mempertimbangkannya secara tuntas. Biasanya renungan tentang pokok pikiran yang berkaitan dengan hidup rohani disampaikan pada kesempatan retret, rekoleksi dan doa bersama. Berdasarkan uraian tersebut maka renungan merupakan hasil dari pemikiran seseorang yang telah dipersiapkan atau dipikirkan sebelumnya dan hasil dari pemikiran tersebut diberikan atau disampaikan kepada orang lain agar orang lain yang menerimanya juga memikirkan pokok pemikiran atau gagasan tersebut dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
mendalam serta dihayati secara menyeluruh. Jika renungan atau hasil pokok pikiran berhubungan dengan hidup rohani atau keagamaan maka renungan tersebut biasanya disampaikan pada retret, rekoleksi dan ibadat atau doa bersama lingkungan atau komunitas tertentu. Renungan juga dapat diartikan suatu refleksi yang dilaksanakan atas ayat Kitab Suci tertentu, atau bacaan-bacaan rohani lainnya yang sesuai. Dalam kebiasaan doa yang ada dalam Gereja katolik terdapat juga doa renung atau renungan. Doa renung atau renungan dilaksanakan dengan merefleksikan atau meditasi atas teksteks Kitab Suci tertentu atau bacaan-bacaan rohani yang sesuai dengan tema yang ingin direnungkan.
3. Tahapan Renungan Menurut Mangunhardjana (1987: 9-13) ada beberapa tahapan dalam renungan, tahapan tersebut yakni persiapan renungan, pada waktu renungan yang meliputi mengawali renungan, memasuki renungan, mengakhiri renungan dan tahapan berikutnya sesudah selesai renungan.
a.
Persiapan Renungan Sebelum melaksanakan renungan sebaiknya dilakukan persiapan terlebih
dahulu agar renungan tersebut dapat berjalan dengan lancar, misalnya dari hari sebelumnya atau setidaknya beberapa jam sebelumnya. Beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum renungan adalah menentukan bahan renungan dan mempelajari isi dari bahan renungan tersebut. Bahan untuk renungan dapat diambil misalnya dari Kitab Suci, pengalaman hidup, buku ibadat harian, buku bacaan rohani atau dari buku-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
buku inspiratif. Selain itu persiapan renungan perlu juga menentukan tempat, sikap dan waktu untuk melaksanakan renungan (Mangunhardjana, 1987: 9).
b.
Pada Waktu Renungan
1). Mengawali Renungan Sebelum memasuki renungan, perlu mencari tempat yang tenang dan tidak terganggu sehingga ketika melaksanakan renungan kita merasa aman, mengambil sikap badan yang tenang dan rileks. Mengambil waktu sejenak untuk menenangkan diri dan menghadirkan diri di hadapan Allah. Usahakan seluruh anggota tubuh tetap tenang dan rileks. Pada saat menghadirkan diri di hadapan Allah, kita menyerahkan segala keprihatinan, perhatian, kesibukan, tugas dan pekerjaan serta semua hal yang menjadi beban dalam hidup kita. Mulai membaca secara perlahan bahan renungan yang telah kita siapkan, misalnya teks Kitab Suci atau pengalaman hidup dan kemudian memohon rahmat yang dibutuhkan sesuai dengan apa yang direnungkan (Mangunhardjana, 1987: 9-10).
2). Memasuki Renungan Memulai renungan sesuai dengan metode atau cara yang telah ditentukan dalam persiapan renungan. Dalam renungan perlu selalu “menjaga sikap hormat, mendengarkan, berhenti pada kata-kata, kalimat, gagasan, pemikiran, perasaan, atau hal yang menarik perhatian, mengesankan, memikat hati, menyetuh, menimbulkan pertanyaan atau mengejutkan” kemudian kita mempertimbangkan hal-hal tersebut dihadapan Allah dengan selalu menanggapinya secara jujur dari hati (Mangunhardjana, 1987: 11).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
3). Mengakhiri Renungan Renungan diakhiri dengan membuat dialog terhadap hal yang telah ditanggapi dengan tokoh-tokoh yang disapa selama renungan, misalnya dengan “Allah, Tuhan Yesus, Bunda Maria, para kudus, atau diri sendiri”. Selanjutnya kita menaggapi renungan dengan mengucapkan doa dari dorongan hati, seperti mengucap syukur atau doa permohonan dan doa diakhiri dengan doa tradisional seperti, “Kemuliaan, Bapa Kami, Jiwa Kristus, Salam Maria, Salam ya Ratu, sesuai dengan isi renungan dan tokoh-tokoh yang kita sapa dalam doa kita” (Mangunhardjana, 1987: 11).
c.
Sesudah Selesai Renungan Setelah melaksanakan renungan, kita membuat evaluasi mengenai renungan
yang sudah kita laksanakan. Bahan apa yang telah kita pilih untuk renungan (teks KS, pengalaman hidup dll), rahmat apa yang telah kita mohon, suasana selama melaksanakan renungan (tenang, semangat, kacau dll), apakah ada gangguan selama renungan dan apa yang menjadi gangguan. Dibagian renungan mana kita berhenti dan mengolahnya secara mendalam serta apa yang dirasakan selama mengolah bagian tersebut, hal apa yang mengesankan bagi kita selama renungan, ke arah mana Allah mendorong kita dan bagaimana tanggapan kita terhadap dorongan tersebut. Bagaimana waktu
berjalan
selama
renungan,
apakah
lambat,
cepat
atau
biasa
saja
(Mangunhardjana, 1987: 11).
4. Metode-metode Renungan Menurut Mangunhardjana (1987:14-53) ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk melaksanakan renungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
a. Renungan dengan Kontemplasi Renungan kontemplasi dilakukan dengan memilih salah satu teks Kitab Suci yang sesuai untuk kontemplasi kemudian membaca pokok-pokoknya, membayangkan diri kita berada di tempat tersebut dan memohon rahmat yang kita inginkan dan butuhkan (Mangunhardjana, 1987: 14-16).
b. Renungan Tertulis tentang Kitab Suci Renungan tertulis tentang Kitab Suci dilaksanakan dengan pilih teks Kitab Suci yang mau direnungkan, membaca berlahan-lahan tiga sampai empat kali, merumuskan secara tertulis dengan ringkas peristiwa atau ajaran yang terkandung dalam teks Kitab Suci, apa inti dari peristiwa atau ajaran tersebut dan memusatkan tulisan pada orang, kata-kata, kejadian, pemikiran atau gagasan yang ada dalam teks Kitab Suci, dan menghubungkan hasil pemusatan perhatian itu pada diri sendiri (Mangunhardjana, 1987: 26-28).
c. Renungan dengan Menggunakan Tiga Daya Jiwa (Ingatan, Budi dan Kehendak) Proses renungan ini diawali dengan membaca dan meringkas bahan renungan, misalnya teks Kiab Suci, masalah hidup, atau pengalaman hidup, membayangkan tempat di mana peristiwa seperti diuraikan dalam teks Kitab Suci, masalah atau pengalaman hidup itu terjadi dan kita hadir di sana, mengingat-ingat segala sesuatu yang berhubungan dengan bahan doa, sampai sekecil-kecilnya dan lengkap: orang, peristiwa, hal, serta lain-lain, memikirkan dan merenungkan hal-hal yang sudah diingat-ingat itu menimbang-nimbang, dan menarik kesimpulan darinya untuk kita sendiri dan melibatkan hati untuk ikut serta terdorong merasakan hal-hal yang sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
diingat-ingat dan dipertimbangkan itu. Kemudian kita menentukan sikap dan mengambil kesimpulan atau keputusan(Mangunhardjana, 1987: 29-30).
d. Renungan dengan Fantasi Renungan fantasi dilaksanakan dalam keheningan batin yang mendalam menghadirkan suatu peristiwa kemudian kita hadir dalam peristiwa tersebut, masuk dalam peristiwa itu, dan mengalami kembali secara lahiriah, inderawi, batiniah serta seluruh diri kita (Mangunhardjana, 1987: 50-52).
e. Renungan Tertulis tentang Pengalaman Pribadi Renungan ini dimulai dengan memilih salah satu pengalaman pribadi yang mau direnungkan, menguraikan secara tertulis dengan lengkap dan teliti, mengenai pengalaman itu, pusatkan perhatian pada bagian-bagian dari pengalaman itu, jalan dan tahap-tahap pengalaman itu, orang-orang yang ada dalam pengalaman itu, perasaanperasaan kita dan sehubungan dengan peristiwa itu, Allah mau kita sebut apa: Bapa, Penyelamat, Penyelenggara (Mangunhardjana, 1987: 53-54).
B. Pembinaan bagi Katekis Dalam tugas perutusannya katekis memiliki tanggung jawab untuk mewartakan atau mengajar kabar gembira keselamatan, baik di paroki maupun di sekolah-sekolah. Dengan adanya tanggung jawab tersebut maka para katekis harus secara terus-menerus mampu memperbaharui pengetehuan dan keterampilan yang ia miliki melalui pembinaan. Lewat pembinaan tersebut para katekis diharapkan semakin mengasah pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki dan juga mempu mengikuti arus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
perkembangan zaman yang terus berubah-ubah sehingga mampu membaca perubahan yang terjadi dengan umat atau pun siswa yang dilayani.
1. Dasar Pembinaan bagi Katekis Katekis juga harus mendapat pembinaan agar dalam tugasnya, para katekis mampu mempertanggung jawabkan apa yang ia wartakan kepada orang lain. Seperti yang tercantum dalam kitab hukum kanonik (KHK kan. 780) berikut ini: Hendaklah para Ordinaris Wilayah berusaha agar para katekis disiapkan dengan seharusnya untuk dapat melaksanakan tugas mereka dengan semestinya, yakni supaya dengan memberikan pembinaan yang terus-menerus mereka memahami dengan tepat ajaran Gereja dan mempelajari secara teoritis dan praktis norma-norma yang khas untuk disiplin pedagogis. Berdasarkan urian tersebut maka katekis harus mendapat pembinaan yang seharusnya secara terus-menerus baik secara teoritis maupun praktis agar para katekis memahami ajaran Gereja secara benar sehingga dapat diwartakan secara tepat. Melalui pembinaan yang dilakukan secara terus-menerus tersebut diharapkan para katekis mempunyai keterampilan yang memadai dalam tugas pewataannya. Pembinaan tidak hanya untuk hal-hal yang bersifat teoritis saja melainkan juga yang bersiafat praktis karena dalam tugas tentu para katekis juga banyak menemukan hal praktis yang tidak dipelajari secara teoritis. Selain hal tersebut, pendidikan atau pembinaan bagi katekis juga harus disesuaikan dengan perkembangan kebudayaan yang ada agar para katekis mampu menjalankan tugas meraka yang semakin berat sesuai dengan perkembangan zaman, seperti yang terdapat dalam dokumen konsili Vatikan II (AG 17) berikut ini: Pada zaman kita ini hanya sedikitlah jumlah klerus untuk mewartakan Injil kepada massa yang begitu besar, untuk menjalankan pelayanan pastoral. Maka, tugas para katekis sangat penting. Oleh karena itu, pendidikan mereka harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
dilaksanakan dan disesuaikan dengan kemajuan kebudayaan sedemikian rupa sehingga mereka menjadi rekan sekerja yang tangguh bagi para imam, dan mampu menunaikan sebaik mungkin tugas mereka, yang makin bertambah sulit karena beban-beban baru yang lebih berat. Lebih lanjut dokumen tersebut menjelaskan, selain pendidikan tentang ajaran Katolik, Kitab Suci, katekese dan praktek pastoral, para katekis juga harus dibina berdasarkan adat-perilaku kristiani dan selalu berusaha mengembangkan keutamaan serta kesucian hidup. Untuk selalu menyengarkan ilmu-ilmu serta keterampilan, para katekis juga harus diberi kursus-kursus dan pertemuan pada masa-masa tertentu (AG 17).
2. Tujuan Pembinaan bagi Katekis Menurut Prasetya (2007: 55-56) ada beberapa hal perlu diperhatikan dan menjadi tujuan dari pembinaan bagi katekis. Beberapa tujuan tersebut ialah meningkatkan hidup katekis, meningkatkan kerja sama, mewujudkan regenerasi dan kaderisasi katekis.
a.
Meningkatkan Hidup Katekis Melalui pembinaan yang dilakukan bagi para katekis, diharapkan mampu
meningkatkan kualitas hidup seorang katekis, baik kehidupan pribadi mereka maupun dalam tanggung jawab dan tugas perutusan mereka. Kualitas dalam tugas perutusan yang dimaksud disini misalnya motivasi hidup, spiritualitas, pengetahuan maupun keterampilannya. Melalui pembinaan tersebut para katekis diharapkan mampu menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka dengan baik dan mampu mempertanggung jawabkan apa yang ia wartakan kepada orang lain (Prasetya, 2007:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
55). Dengan meningkatkan kualitas hidup, para katekis diharapkan juga mampu menjawab tantangan hidup yang dihadapi dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab perutusan mereka.
b.
Meningkatkan Kerja Sama Melalui pembinaan secara terus-menerus para katekis mempu membangun
kerja sama yang baik, baik dengan sesama katekis, dengan pastor paroki maupun dengan fungsionaris paroki yang lainnya. Dengan ada kerja sama tersebut diharapkan tercipta sinergi yang membuat adanya koordinasi serta komunikasi yang sehat dan lancar sehingga mampu mengembangkan paroki secara bersama-sama (Prasetya, 2007: 55-56).
c.
Mewujudkan Regenerasi dan Kederisasi Katekis Dengan adanya pembinaan maka diharapkan adanya keterbukaan dari para
katekis yang senior untuk dapat menerima para katekis muda atau orang-orang yang mau ikut ambil bagian dalam tugas katekis. Para katekis juga diharapkan dapat menerima para katekis muda yang tentu masih minim pengalaman sehingga bisa muncul regenerasi katekis selanjutnya (Prasetya, 2007: 56). Para katekis diharapkan mempu membangun kebersamaan tampa membedakan usia, status sosial maupun ekonomi, justru dengan adanya perbedaan tersebut para katekis bisa saling melengkapi dan saling menyempurnakan. Para katekis juga harus memiliki sikap saling bertanggung jawab dalam menjalankan tugasnya, diharapkan ada kesetaraan dalam pembagian tugas bagi masing-masing katekis. Selain itu, sikap keterbukaan juga sangat penting bagi para katekis. Dengan adanya sikap keterbukaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
maka para katekis dapat membangun komunikasi yang baik, saling menghargai dan tentu saling mementingkan kepentingan bersama (Prasetya, 2007: 56-57).
3. Proses Pembinaan dan Pendidikan Ketekis Dalam pembinaan dan pendidikan bagi para katekis, ada beberapa proses yang perlu diperhatikan dan harus dilalui oleh para katekis agar pembinaan dan pendidikan tersebut dapat terlaksana dengan baik dan lancar. Beberapa proses tersebut adalah pembinaan dan pendidikan yang tepat, adanya kesatuan dan keselarasan pribadi katekis, kedewasaan manusiawi, kehidupan rohani yang mendalam, pendidikan mengenai ajaran Gereja, semangat pastoral, semangat missioner, sikap terhadap Gereja, para pembina, pembinaan dan pendidikan awal, pembinaan dan pendidikan terus-menerus, sarana dan struktur pembinaan yang terus-menerus.
a.
Perlu Pembinaan dan Pendidikan yang Tepat Perlu adanya pembinaan dan pendidikan yang berkualitas bagi para katekis.
Sangat penting untuk diadakan pembinaan dan pendidikan yang tepat bagi para katekis, baik pembinaan dan pendidikan umum maupun pembinaan dan pendidikan secara khusus. Pembinaan dan pendidikan umum misalnya dalam pengertian bahwa seluruh watak dan kepribadian para katekis perlu dikembangkan. Pembinaan secara khusus misalnya mewartakan sabda Allah, memimpin umat, memimpin doa-doa liturgi, membantu mereka yang membutuhkan pelayanan rohani atau pun bantuan material dalam berbagai cara. Selain itu pendidikan bagi para katekis perlu disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan zaman agar para katekis dapat selalu memperbaharui diri dan pengetahuannya secara terus-menerus (CEP, 1997: 43-44).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
b.
Kesatuan dan Keselarasan Pribadi Katekis Para katekis selain sebagai warga Gereja, mereka juga merupakan warga
masyarakat. Agar dapat mewujudkan kesatuan dan keselarasan dalam diri atau pribadi seseorang, perlu terlebih dahulu diatasi berbagai hambatan, seperti temperamen, intelektual atau emosional dan membangun pola hidup yang teratur (CEP, 1997: 44). Katekis sebagai manusia biasa, tentu memiliki kekurangan yang dapat menjadi hambatan bagi diriya untuk dapat mewujudkan kesatuan dan keselarasan dalam dirinya. Namun melalui proses pendampingan dan pendidikan maka para katekis diharapkan mampu mengatasi hambatan tersebut.
c.
Kedewasaan Manusiawi Katekis diharapkan mempunyai kepribadian yang matang sebagai manusia
sesuai dengan perannya yang penuh tanggung jawab dalam komunitas gerejawi. Yang menjadi pertimbangan dari pembinaan dan pendidikan para katekis akan dibangun atas dasar kemampuan manusiawi yang telah ada dalam diri seseorang. Kemudian hanya dikembangkan secara lebih lanjut dengan menambahkan keterampilan-keterampilan yang perlu dalam menjalakan tugas pelayanannya (CEP, 1997: 45).
d.
Kehidupan Rohani yang Mendalam Katekis sebagai orang yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk
mendidik iman, tentu harus mempunyai kehidupan rohani yang mendalam. Kehidupan rohani katekis harus berdasar dengan iman dan cinta akan Yesus Kristus. Beberapa hal yang perlu dilaksanakan oleh para katekis untuk melatih hidup rohani antara lain menghadiri Ekaristi secara teratur, menghayati Liturgi, melaksanakan ibadat harian,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
meditasi setiap hari, doa pribadi, sering menerima sakramen pengampunan dosa dan ikut dalam retret rohani. Melalui kegiatan tersebut para katekis akan memperkaya kehidupan batin dan mencapai kedewasaan rohani (CEP, 1997: 45-48).
e.
Pendidikan Mengenai Ajaran Gereja Pembinaan dan pendidikan bagi katekis perlu diberikan tentang ajaran Gereja
karena hal tersebut merupakan kebutuhan bagi pendidikan katekis karena para katekis perlu memahami hakikat ajaran Kristen sebelum mengajarkannya kembali kepada orang lain (CEP, 1997: 48-51).
f.
Semangat Pastoral Pembinaan dan pendidikan bagi para katekis perlu juga diberikan materi atau
pengetahuan mengenai latihan yang berhubungan dengan fungsi kenabian, imamat dan gerejawi dari kaum awam yang telah terbaptis. “Kualitas yang perlu dikembangkan untuk tugas ini adalah semangat tanggung jawab pastoral dan kepemimpinan; sikap murah hati, dinamis dan kreatif; persekutuan gerejawi dan ketaatan kepada pastor” (CEP, 1997: 51-52).
g.
Semangat Misioner Dalam pembinaan dan pendidikan katekis perlu diperhatikan dimensi missioner
kerena hal tersebut merupakan bagian hakiki dari identitas dan karya seorang katekis. Para katekis harus diajari berbagai karya kerasulan misi kaum awam baik secara teoritis maupun praktis, yang mencakup beberapa unsur misalnya hadir secara aktif dalam masyarakat; mewartakan dengan lantang kebenaran tentang Tuhan dan Putra-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Nya Yesus Kristus; menemui pengikut agama-agama lain dalam semangat keterbukaan dan dialog; memperkenal katekumen dan misteri keselamatan; membangun komunitas dan membantu mempersiapkan para calon untuk menerima sakramen pembaptisan dan sakramen-sakramen inisiasi Kristen lainnya; sambil tergantung kepada pastor dan bekerja sama dengan umat lainnya (CEP, 1997: 52-53).
h.
Sikap terhadap Gereja Kegiatan kerasulan para katekis tidak bersifat pribadi atau terpisah, tetapi selalu
dilaksanakan dalam persekutuan dengan Gereja lokal dan universal. Para katekis diutus oleh pastor dan para katekis melakukan tugas mereka berdasarkan wewenang yang diberikan oleh Gereja. Dalam pembinaan dan pendidikan mengenai sikap terhadap Gereja, harus ditekankan bagi para katekis tentang sikap ketaatan apostolik terhadap pastor dalam semangat iman dan kemampuan bekerja sama dengan orang lain pada semua tingkat (CEP, 1997: 54-55).
i.
Para Pembina Pada pembinaan dan pendidikan bagi para katekis, hal yang sangat penting
adalah para pembina yang cocok serta memadai, mereka adalah semua orang yang terlibat dalam pembinaan dan pendidikan bagi para katekis. Namun, perlu diyakinkan kepada para katekis bahwa yang menjadi pembina utama adalah Kristus sendiri melalui Roh Kudus. “Para katekis sendiri dianggap sebagai para pembina, dalam pengertian bahwa mereka bertanggug jawab atas perkembangan batin mereka sendiri melalui sikap tanggap mereka terhadap Tuhan”. Dalam arti yang sempit, para pembina adalah orang-orang yang ditunjuk dan diatur oleh Gereja untuk mendidik dan melatih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
para katekis. Para pembinaan ini juga harus memiliki pengetahuan yang cukup serta memilik kedalaman hidup rohani agar dapat menjadi teladan (CEP, 1997: 55-56).
j.
Pembinaan dan Pendidikan Awal Dalam periode pembinaan dan pendidikan awal atau dasar bagi para katekis
memiliki perbedaan dari setiap Gereja karena disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi Gereja setempat. Namun tetap perlu memenuhi beberapa kriteria, misalnya pengenalan calon(dikenal secara pribadi dalam lingkungan budayanya); perhatian terhadap keadaan Gereja dan masyarakat setempat; pendekatan langkah demi langkah; metode yang teratur dan lengkap (mempertimbangkan situasi misi dan pedagogi); calon harus dibantu untuk menyusun suatu rencana hidup; perlu ada dialog pribadi terus-menerus antara calon dan pembina; komunitas Kristen dimana katekis hidup dan bekerja akan juga mempunyai sumbangan besar bagi pembinaan mereka (CEP, 1997: 56-57).
k.
Pembinaan dan Pendidikan Terus-menerus Bagi para katekis perlu diadakan pembinaan dan pendidikan secara terus-
menerus karena “kenyataan bahwa pribadi manusia tidak pernah berhenti berkembang dari dalam, hakikat dinamis dari sakramen pembaptisan dan penguatan, proses pertobatan terus-menerus dan pertumbuhan dalam cinta apostolik, perubahan dalam kebudayaan, perkembangan masyarakat dan pembaharuan terus-menerus metode pengajran”. Pembinaan dan pendidikan bagi para katekis menjadi menjadi tanggung jawab semua pihak, baik dari paroki, keuskupan maupun komunitas-komunitas yang ada (CEP, 1997: 57-58).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
l.
Sarana dan Struktur Pembinaan Terus-menerus Pembinaan dan pendidikan bagi para katekis perlu juga didukung oleh sarana
yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan pembinaan dan pendidikan para katekis. Keuskupan tempat dimana sekolah kateketik bernaung mempunyai tanggung jawab untuk menyediakan buku, materi audiovisual dan sarana-sarana lain yang dibutuhkan dalam
pendidikan
katekis.
Para
pembinaan
dan
pendidikan
katekis
perlu
memperhatikan dan memperioritaskan sarana yang berhasil guna (CEP, 1997: 59-61).
C. Spiritualitas Katekis Seorang katekis atau pewarta harus mampuyai suatu semangat atau spirit yang harus selalu dihidupkan dalam dirinya. Semangat tersebut menjadi suatu dorongan bagi seorang katekis untuk menjalin hubungan yang erat dengan Allah dalam iman, harapan dan kasih. Katekis sebagai orang yang menjadi perpanjangan tangan Allah untuk menyampaikan firman-Nya kepada seluruh umat manusia diharapkan mampu menjadi orang yang mencerminkan wajah Allah lewat seluruh kehidupannya sehari-hari. Katekis sebagai orang yang beriman seharusnya mengamalkan seluruh kehidupanya kepada apa yang dikehendaki oleh Tuhan dengan tindakan nyata dan bukan sekedar mengakui hanya sebatas dimulut saja (Heuken, 2002: 11-12).
1. Pengertian Spiritualitas Kata spiritualitas berasal dari bahasa Latin Spiritus yang berarti roh, jiwa, dan semangat. Dari kata Latin tersebut maka muncul kata Prancis l’esprit dan kata bendanya la spiritualite yang dalam bahasa Inggris spirituality yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi spiritualitas (Hardjana, 2005: 64).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Menurut Martasudjita (2002: 11) istilah spiritualitas berasal dari kata Latin yang merupakan kata benda abstrak yang berakar dari kata spiritus, yang berarti roh. Spiritualitas berarti kehidupan yang dijiwai dan dipimpin oleh Roh, yakni Roh Kudus. Spiritualitas menunjuk pada pola atau gaya hidup yang dipengaruhi dan dibimbing oleh Roh Kudus. Spiritualitas juga dapat diartikan sebagai hubungan pribadi seorang beriman dengan Allah atau hidup berdasarkan kekuatan Roh Kudus dengan mengembangkan iman, harapan dan kasih. Hubungan pribadi dengan Allah tersebut diwujudkan melalui sikap dan tindakan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Spiritualitas mencakup seluruh kehendak orang beriman dan tampak sebagai buah Roh Kudus dalam doa, kegembiraan rohani, pengorbanaan dan pelayanaan kepada sesama (Lalu, 2012: 150151). Sedangkan menurut Sanjaya (2015: 22), spiritualitas adalah pengalaman akan Allah yang menentukan cara pandang manusia terhadap dunia dan juga cara interaksi manusia dengan dunia. Pengalaman manusia terhadap Allah akan mampengaruhi atau yang menjadi dorongan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi dorongan tersebut merupakan spirit (spiritualitas) yang merupakan spirit dari Allah atau Roh Allah sendiri. Dapat disimpulkan bahwa spiritualitas adalah roh, jiwa atau semangat yang ditanamkan dalam diri seseorang sehingga roh tersebut mendorong orang tersebut untuk menjalin hubungan yang khusus dengan Allah. Hubungan tersebut dapat diartikan sebagai iman kepada Allah yang tercermin dalam sikap hidup yang penuh dengan iman, harapan dan kasih dari orang tersebut. Spiritualitas dapat juga diartikan sebagai kehidupan rohani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
2. Pengertian Katekis Katekis adalah kaum awam yang terlibat dalam mewartakan Injil atau Kabar Gembira yang merupakan wujud dari keterlibatan kaum awam dalam tugas kenabian Yesus Kristus. Katekis merupakan seorang yang harus memenuhi misi khususnya, yaitu mewartakan Kabar Gembira serta menyampaikan ajaran katolik yang berpusat pada diri dan pribadi Yesus Kristus, yang tampak dalam sabda dan karya-Nya (Prasetya, 2007:30). Menurut Budiyanto (2011: 36) ada beberapa pengertian katekis, yaitu orang yang merasa terpanggil dan memiliki kewajiban memberi pelajar atau pewartaan; orang yang memiliki pendidikan khusus bidang katekese dan memiliki pengetahuan luas tentang agama lain dan terutama protestanisme; sukarelawan bidang pewartaan; pembantu pastor yang bertugas bidang pewartaan; pekerjaan mingguan/sampingan dan melaksanakan tugas teknis lapangan. Sedangkan menurut Sanjaya (2011: 16) menjelaskan bahwa “kata katekis berasal dari kata katechein yang mempunyai beberapa arti: mengkomunikasikan, membagikan informasi, mengajarkan hal-hal yang berkaitan dengan iman”. Jadi katekis adalah orang yang mempunyai tugas atau tanggung jawab untuk membagikan informasi, mengkomunikasikan dan mengajar segala sesuatu yang berhubungan dengan iman katolik. Berdasarkan kitab hukum kanonik (Kan 785: ) katekis dapat diartikan sebagai berikut: Dalam menjalankan karya misi hendaknya dilibatkan katekis-katekis, yakni umat beriman kristiani awam yang dibina dengan semestinya dan unggul dalam kehidupan kristiani, dibawah bimbingan seorang misionaris, mereka itu membaktikan diri untuk menyampaikan ajaran injil serta mengatur pelaksanaan-pelaksanaan liturgi dan amal-kasih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Berdasarkan rumusan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa katekis adalah seorang awam kristiani yang dibina atau dididik secara khusus sehingga memiliki keunggulan lebih dalam kehidupan kristiani dan mereka bertanggugjawab untuk menyampaikan atau mewartakan Injil. Selain itu katekis juga memiliki tanggungjawab untuk mengatur serta mengurus pelaksanaan liturgi dan tindakan amal-kasih. Katekis adalah orang yang dipilih dan dipanggil secara khusus oleh Allah sendiri untuk mewartakan Injil kepada dunia.
3. Spiritualitas Katekis Spiritualitas atau semangat seorang katekis adalah spiritualitas kemuridan. Spiritualitas kemuridan adalah keterlibatan seorang katekis pada dunia ini untuk membangun Kerajaan Allah secara nyata di bumi ini. Spiritualitas atau semangat kemuridan juga dapat diartikan sebagai semangat pengabdian kepada Allah seperti yang dilakukan oleh Yesus yang selalu setia mengabdikan seluruh hidup-Nya kepada Allah. Untuk menghayati spiritualitas kemuridan, para katekis perlu meneladani atau menjadikan Yesus sebagai teladan hidup dalam mewartakan sabda Allah, dengan demikian maka para katekis mampu untuk setia mengabdikan diri kepada Allah dan sesama (Lalu, 2012: 154). Spiritualitas katekis
adalah mengasihi
Yesus
serta
kesediaan untuk
mengembalakan domba-domba-Nya sebagai wujud dari kasih tersebut. Seperti halnya dengan apa yang dibuat oleh Yesus, kasih itu harus diwujudkan dengan tindakan nyata maka kasih kepada Yesus harus dapat diwujudkan dengan tindakan atau kasih kepadaNya lewat sesama manusia. Salah satu wujud kasih yang dapat dilakukan oleh para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
katekis kepada sesama adalah dengan mewartakan Kabar Gembira Keselamatan Allah kepada umat manusia (Sanjaya, 2011:27-28). Berdasarkan Telaumbanua (2005: 171-177) spiritualitas katekis adalah mewartakan sabda Allah melalui iman, pengharapan dan cinta kasih serta memaklumkan sabda Allah kepada manusia. Melalui imannya, seorang katekis membangun relasi serta persahabatan dengan Allah dan iman katekis harus dinyatakan dengan membiasakan diri berkontemplasi, memiliki cita rasa biblis, memiliki cita rasa liturgis, memiliki cita rasa teologis dan memiliki cita rasa ekiesial. Seorang katekis harus memiliki pengharapan agar mampu menghadapi segala rintangan. Karena dengan pengharapan seorang katekis akan mampu berjuang bersama baik berjuang di hadapan Allah serta mampu berjuang atau bergulat dengan diri sendiri. Cinta kasih seorang katekis dipusatkan untuk mewujudkan kemuliaan bagi Allah dengan memperkenalkan Allah yang mengutusnya. Berdasarkan Komkat KAS (2007: 63-70) spiritualitas katekis atau pewarta memiliki dua unsur, yaitu panggilan menjadi murid dan tugas perutusannya sebagai murid. Katekis atau pewarta dipanggil dan diutus untuk mewujudkan karya keselamatan Allah diantara umat beriman. Panggilan menjadi katekis atau pewarta merupakan inisiatif dari Yesus sendiri, bukan pilihan dari katekis itu sendiri sehingga panggilan untuk menjadi katekis patut disyukuri “Bukan kamu yang memilih Aku, tapi Akulah yang memilih kamu” (Yoh 15:16). Tugas perutusan katekis atau tugas perutusan Gereja pada umumnya berpedoman pada sabda Yesus itu sendiri, yaitu “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang Ku perintahkan kepada mu. Dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman “ (Mat 28:1920). Sedangkan menurut (CEP, 1997: 23) spiritualitas katekis harus mempunyai ciriciri “terbuka terhadap sabda Tuhan, terhadap Gereja dan terhadap dunia; mempunyai kehidupan yang autentik, semangat missioner, dan devosi kepada Bunda Maria.
4. Pembinaan Spiritualitas bagi Katekis Dalam menjalankan tugas dan perutusannya seorang katekis harus mempunyai suatu keutamaan serta semangat dalam dirinya atau biasa disebut dengan istilah spiritualitas. Hal tersebut bertujuan agar dalam pewartaan ia selalu menyadari akan jati dirinya sebagai katekis. Dengan adanya semangat atau spiritualitas, maka para katekis memiliki sautu patokan dalam menjalakan tugas dan tanggung jawab mereka dalam perutusan. Menurut Prasetya (2007: 43-49) ada beberapa keutamaan atau semangat yang menjadi tolak-ukur bagi katekis dalam tugas pewartaan mereka.
a.
Katekis adalah Orang Beriman Katekis harus selalu terbuka akan sapaan dan kehadiraan Allah dengan
menanggapi tawaran keselamatan dari Allah baik melalui dirinya sendiri maupun melalui umat beriman katolik lainnya. Seorang katekis harus selalu menghidupkan semangat dari Sakramen Baptis dan Sakramen Penguatan yang telah ia terima (Prasetya, 2007: 43).
b.
Katekis Mempunyai Intimitas dengan yang Ilahi Sebagai seorang yang mewartakan Kabar Gembira Keselamatan dari Allah,
tentu seorang katekis harus mengenal secara personal pribadi Allah dan Yesus Kristus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Pengenalan tersebut misalnya melalui doa, devosi-devosi Gereja, sakramen-sakramen yang telah diterima serta dengan membaca dan merenungkan Kitab Suci (Prasetya, 2007: 44).
c.
Katekis Terbuka pada Karya Roh Kudus Katekis harus selalu terbuka akan kehadiran dan karya Roh Kudus dalam
pewartaanya. Karena dalam mewartakan Injil, Roh Kuduslah yang hadir dalam diri seorang katekis juga umat beriman katolik yang mendengarkan pewartaan dari katekis tersebut (Prasetya, 2007: 44).
d.
Katekis Menyadari Panggilan dan Perutusannya Seorang katekis harus menyadari bahwa menjadi katekis adalah bukan suatu
kebetulan atau atas pilihan dirinya sendiri. Ia harus menyadari bahwa menjadi katekis merupakan suatu panggilan serta perutusan dari Yesus sendiri untuk mewartakan Kabar Gembira Keselamatan. Seorang katekis harus yakin akan panggilan dan perutusan tersebut dan mampu menanggapi panggilannya mereka dengan penuh tanggung jawab (Prasetya, 2007: 44-45).
e.
Katekis adalah Anggota Keluarga Jati diri katekis tidak bisa terlepas dari peranan keluarga, sehingga katekis
harus tetap menjadi bagian yang utuh dari keluarganya. Situasi dan dukungan dari seluruh keluarga juga sangat mempengaruhi tugas serta pewartaan seorang katekis. Katekis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keluarga, maka keberhasilan seorang katekis pun terpengaruh oleh keluarganya (Prasetya, 2007: 45).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
f.
Katekis adalah Anggota Umat Ketekis juga tetap merupakan bagian dari umat yang lain di tempat ia tinggal
atau bertugas. Oleh kerena itu, katekis juga harus terlibat serta ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan sekiranya. Katekis juga harus bisa membangun relasi yang baik dengan anggota umat lainnya (Prasetya, 2007: 45).
g.
Katekis adalah Pribadi yang Sederhana dan Rendah Hati Sebagai manusia biasa, terkadang ada juga katekis yang bersikap arogan,
sombong, mudah merendahkan orang lain dan sebagainya. Namun, sebagai orang yang mendapat tugas untuk mewartakan Injil dan menjadi panutan bagi umat lainnya, seharusnya seorang katekis menjadi pribadi yang sederhana serta rendah hati (Prasetya, 2007: 45).
h.
Katekis Bersemangat Melayani Dalam mewartakan Kabar Gembira, seorang katekis tentunya harus mempuyai
semangat yang lebih untuk melayani. Sebagai murid Yesus, katekis harus meneladani semangat pelayanan yang dilakukan oleh Yesus sendiri (Prasetya, 2007: 47). Semangat untuk melayani harus dimiliki oleh para katekis dalam situasi apa pun. Seperti Yesus yang pantang menyerah dalam melayani, begitu juga seharusnya para katekis dalam melayani. Selain itu, para katekis juga mampu melayani tanpa membeda-bedakan.
i.
Katekis Rela Berkorban “Katekis diharapkan mampu mengembangkan sikap dan semangat rela
berkorban demi kepentingan bersama” (Prasetya, 2007: 47). Seorang katekis harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
mempunyai semangat rela berkorban dalam menjalankan tugas pewartaannya. Hendaknya seorang katekis mengorbankan seluruh hidupnya untuk tugas pewartaan Injil.
j.
Katekis Tetaplah Awam Walaupun mengambil bagian dalam tugas mewartakan atau kenabian Yesus
Kristus, namun katekis tetaplah awam biasa bukan hierarki. Katekis tetap awam biasa kerena dalam mengambil bagian dalam tugas kenabian, katekis tetap dengan sifat keduniaannya (Prasetya, 2007: 48-49).
i.
Katekis Mau Belajar Terus-menerus Sebagai orang yang mempunyai tugas mengajar dan mewartakan Injil, katekis
harus mampu mempertanggung jawabkan apa yang ia ajarkan kepada orang lain. Agar pengetahuannya selalu berkembang sesuai dengan perkembangan yang ada maka seorang katekis harus mau belajar secara terus-menerus serta tidak merasa puas dengan pengetahuan yang telah ia terima (Prasetya, 2007: 48-49).
k.
Katekis Bersikap dan Bersemangat Tim Kerja Katekis diharapkan mampu membangun sikap serta semangat kerja sama
dengan tim kerja yang ada, baik di pengurus paroki maupun di pengurus lingkungan tempat ia berada dan dengan katekis-katekis lainnya (Prasetya, 2007: 48-49). Para katekis dalam tugasnya tentu tidak sendirian, oleh karena itu seorang katekis harus mampu mengambil sikap serta mampu bekerja sama dengan semua pihak yang terkait dengan tugasnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
5. Syarat dan Tugas Katekis a.
Syarat Menjadi Katekis Sebagai orang yang mempunyai tanggung jawab untuk membina atau mendidik
agama dan iman tentunya seorang katekis harus mampu menjadi teladan yang baik dalam perkataan maupun perbuatannya sehari-hari, sehingga menjadi katekis tentu harus memenuhi kreteria atau syarat tertentu agar dapat diterima oleh umat maupun siswanya. Menurut Prasetya (2007: 40-42) ada beberapa syarat untuk menjadi katekis. Syarat-syarat tersebut adalah memiliki hidup rohani yang mendalam, memiliki nama baik sebagai pribadi dan keluarga, diterima oleh umat, mempunyai pengetahuan yang memadai dan mempunyai keterampilan yang cukup.
1) Memiliki Hidup Rohani yang Mendalam Seorang katekis seharusnya terbuka terhadap panggilan serta sapaan dari Allah serta memiliki iman yang terbuka dan hidup rohani yang mendalam, sehingga ia memiliki ikatan iman yang erat dengan Allah yang ia wartakan. Imannya dapat terwujud melalui doa, membaca dan merenungkan Kitab Suci dan devosi-devosi dalam Gereja (Prasetya 2007: 41).
2) Memiliki Nama Baik sebagai Pribadi dan Keluarganya Sudah seharusnya sebagai katekis harus memilik nama baik di hadapan semua orang. Nama baik yang dimaksud di sini baik perilaku, iman, maupun moralnya. Namun tidak hanya nama baiknya sebagai pribadi tetapi juga mencakup nama baik keluarganya juga. Hal ini peting karena sebagai ketekis ia harus dapat diterima serta diakui oleh umat maupun semua orang disekitarnya (Prasetya 2007: 41).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
3) Diterima oleh Umat Salah satu syarat untuk menjadi katekis juga adalah diterima oleh umat. Karena dalam mewartkan Kabar Gembira tentu yang menjadi sasarannya adalah umat dimana katekis tersebut tinggal sehingg katekis tentu harus bisa diterima oleh umatnya. Yang menjadi tolak ukur penerimaan seorang katekis tentu karena perilakunya yang baik, kepribadian yang baik serta terpuji dan berkomitmen tinggi dalam pewartaannya. Untuk mencapai itu semua tentu para ketekis perlu selalu dibimbing serta selalu merefleksikan hidupnya terus-menerus (Prasetya 2007: 41).
4) Mempunyai Pengetahuan yang Memadai Memiliki pengetahuan yang memadai tidak kalah penting bagi katekis dalam mewartaka Kabar Gembira. Pengetahuan tersebut sangat penting bagi katekis untuk mempertanggung jawabkan apa yang ia wartakan. Beberapa pengetahuan yang penting dimiliki oleh katekis misalnya mengenai Kitab Suci, teologi, moral maupun liturgi (Prasetya 2007: 42).
5) Mempunyai Keterampilan yang Cukup Untuk mendukung lancarnya tugas pewartaan dan perutusan maka seorang katekis harus mempunyai keterampilan yang cukup atau memadai karena seorang katekis tidak cukup hanya memiliki pengetahuan semata. Dalam mengajar atau berkatekese para ketekis seharusnya mampu menarik perhatian umatnya agar apa yang disampaikan dapat diterima. Keterampilan yang harus dimiliki oleh katekis diantaranya adalah keterampilan dalam menggunakan aneka sarana yang dibutuhkan dalam pewartaan (Prasetya 2007: 42).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
b.
Tugas Katekis Seorang katekis atau seorang pewarta juga mempunyai tugas serta tanggung
jawab, baik sebagai katekis atau guru agama di sekolah maupun katekis paroki. Menurut Telaumbanua (2005: 162- 169) ada beberapa tugas seorang katekis yaitu mengajar dan mendidik, mengantar ke alam liturgi dan praktek beragama, mengisahkan sejarah keselamatan dan mengajarkan katekismus.
1) Mengajar dan Mendidik Katekese atau pelajaran agama di sekolah tidak hanya bertujuan agar siswa hanya mendapatkan pengetahuan tetapi sampai pada mengenal dan mencintai Allah. Pendidikan iman bertujuan agar wahyu Allah disambut karena berisikan kabar gembira atau kabar keselamatan. Seorang katekis sekolah atau guru agama tidak cukup hanya memberikan materi pendidikan agama atau pengetahuan kepada para peserta didiknya, tetapi perlu dibimbing sampai pada penghayatan. Dalam pendidikan agama atau ketekese sekolah, para ketekis perlu mendidik atau mengajar dengan tiga komponen edukasi, yaitu kognitif, afektif dan operatif (Telaumbanua, 2005: 163).
2) Mengantar ke Alam Liturgi dan Praktek Beragama Katekis juga membantu umat untuk memahami liturgi. Dimana liturgi menjadi rangkuman dari segenap ajaran Gereja. Liturgi merupakan dogma yang didoakan dan iman yang dirayakan. Jika dalam berkatekese katekis membimbing umat untuk memahami isi perayaan liturgi, itu berarti katekis tersebut telah membukakan sumber air yang mampu menyediakan air kehidupan abadi bagi umat kristiani selama hidupnya (Telaumbanua, 2005: 165- 166).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
3) Mengisahkan Sejarah Keselamatan Katekis mempuyai tugas untuk mengisahkan sejarah keselamatan dari Allah kepada kepada semua orang. Yang menjadi inti dari sejarah keselamatan adalah rencana penyelamatan dan Allah terselubung dalam sejarah umat manusia dan alam semesta. Allah mewujudkan rencana penyelamatan umat manusia secara bertahap dalam sejarah. Dalam mengisahkan kisah biblis, katekis harus bisa memilih kisah yang naratif, mengandung pengajaran moral dan yang dipakai untuk bacaan dalam liturgi (Telaumbanua, 2005: 166- 168).
4) Mengajarkan Katekismus Seorang katekis mempunyai tugas utuk mengajarkan katekismus atau buku pelajaran agama yang bersifat sistematis dan tersusun secara logis, yang memuat rumusan singkat ajaran iman dan kerap dalam bentuk tanya–jawab. Katekis harus mampu mengajarkan katekismus kepada karena katekismus merupakan ringkasan pokok ajaran iman bagi umat katolik (Telaumbanua, 2005: 168).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV USULAN PANDUAN TEMA RENUNGAN HARIAN UNTUK MENINGKATKAN MUTU RENUNGAN HARIAN DI KAMPUS PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA
Persiapan dan pelaksanaan renungan harian di kampus Pendidikan Agama Katolik dapat terlaksana dengan baik jika para mahasiswa memilik pemahaman yang cukup mengenai cara mempersiapkan dan melaksanakan renungan harian. Untuk membantu para mahasiswa dalam mempersiapkan dan melaksanakan renungan harian maka perlu ada suatu panduan yang menjadi acuan bagi para mahasiswa dalam mempersiapkan dan melaksanakan renungan harian. Panduan tersebut meliputi bacaan Kitab Suci yang akan dipilih untuk direnungkan, waktu untuk mempersiapkan dan melaksanakan renungan, apa yang menjadi tema renungan serta hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan dan melaksanakan renungan harian.
A. Latar Belakang Pemilihan Panduan Tema untuk Renungan Harian Renungan harian yang dilaksanakan di kampus program studi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma merupakan salah satu bagian dari pembinaan spiritualitas bagi para mahasiswa Pendidikan Agama Katolik yang merupakan para calon katekis. Selain sebagai salah satu bentuk pembinaan spiritualitas bagi para mahasiswa calon katekis, renungan harian yang dilaksanakan di kampus Pendidikan Agama Katolik juga memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar membuat renungan tentang Kitab Suci atau bacaan-bacaan rohani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
lainnya sehingga para mahasiswa yang adalah calon katekis memiliki kemampuan untuk membuat dan melaksanakan renungan atau doa dengan meditasi. Namun berdasarkan pengalaman penulis selama kuliah di kampus Pendidikan Agama Katolik, pelaksanaan renungan harian masih belum berjalan dengan baik karena masih banyak mahasiswa yang mempersiapkan dan melaksanakan renungan hanya sekedar sebagai rutinitas saja dan terkesan kurang serius dalam mempersiapkan serta melaksanakan renungan. Hal tersebut disebabkan kurangnya pengetahuan mahasiswa mengenai maksud dan tujuan dari pelaksanaan renungan itu sendiri karena sejak dari semester awal belum ada penjelasan yang lengkap dari pihak kampus tentang maksud dan tujuan dari renungan harian yang dilaksanakan di kampus Pendidikan Agama Katolik. Selain itu, tidak adanya pedoman yang jelas bagi mahasiswa dalam mempersiapkan renungan harian sehingga masih banyak mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam mempersiapkan dan melaksanakan renungan harian. Pedoman yang dimaksud misalnya, model renungan, bacaan apa saja yang bisa dipakai untuk renungan harian, tema renungan dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan dan melaksanakan renungan harian. Berdasarkan permasalah di atas, penulis akan mengusulkan panduan tema untuk membuat dan melaksanakan renungan harian. Panduan tersebut yaitu tema untuk renungan, bacaan Kitab Suci serta buku acuan dan juga contoh renungan harian. Tema-tema yang akan diusulkan secara khusus untuk semester VIII (delapan) karena dalam skripsi ini, yang menjadi responden penelitian adalah semester VIII. Tetapi penulis merekomendasikan agar seluruh semester membuat panduan yang sama sesuai dengan tema pembinaan spiritualitas setiap semesternya. Tema-tema
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
renungan disusun sesuai kesepakatan angkatan dan dikonsultasikan dengan kepala bidang spiritualitas Pendidikan Agama Katolik.
B. Alasan Pemilihan Tema dan Tujuan Tema renungan harian diharapkan dapat membantu para mahasiswa Pendidikan Agama Katolik dalam mempersiapkan dan melaksanakan renungan harian. Panduan tersebut dapat menjadi acuan bagi mahasiswa sehingga renungan harian yang dilaksanakan lebih bermutu serta bermanfaat bagi perkembagan para mahasiswa. Disesuaikannya tema renungan harian dengan tema pembinaan setiap semester atau setiap tahun, maka diharapkan juga tujuan dari renungan harian dapat tercapai yaitu bagian dari pembinaan spiritualitas bagi mahasiswa Pendidikan Agama Katolik sehingga dapat memperkembangkan kedewasaan manusiawi maupun perkembangan iman kristiani para mahasiswa. Pada usulan program ini, tema-tama yang diusulkan oleh penulis disesuaikan dengan tema umum kuliah pembinaan spiritualitas semester VIII (delapan) yaitu tentang spiritualitas katekis. Tema umum renungan harian yang ingin diangkat dalam usulan program ini adalah “Pengalaman perjumpaan dengan Yesus membawa iman dan harapan sehingga para katekis mampu menjadi „Gembala yang Baik‟ dalam tugas pewartaan dengan bimbingan Roh Kudus”. Tema umum tersebut mengarahkan para mahasiswa untuk lebih mendalami tema-tema kuliah pembinaan spiritualitas semester VIII sehingga renungan harian yang dilaksanakan menjadi bagian dari bentuk pembinaan spiritualitas katekis bagi mahasiswa Pendidikan Agama Katolik. Melalui usulan tema renungan ini para mahasiswa Pendidikan Agama Katolik yang telah melalui berbagai macam pengalaman mampu untuk merefleksikan segala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
pengalaman tersebut untuk menjadikannya bekal bagi mereka dalam menghadapi dunia kerja. Melalui tema renungan ini juga para mahasiswa dapat menyadari bahwa segala peristiwa yang dialami dalam hidup mereka merupakan bagian dari rencana Tuhan, dengan demikian maka para mahasiswa selalu percaya dan selalu mengandalkan Dia disetiap saat dalam tugas perutusan mereka. Tujuan dari tema umum ini adalah melalui pengalaman hidup serta pengalaman iman selama kuliah di kampus Pendidikan Agama Katolik para mahasiswa dapat selalu memperbaharui iman dan harapan sehingga para mahasiswa yang telah memasuki semester akhir merasa semakin siap dan mantap untuk mewartakan Injil serta menjadi “Gembala yang Baik” kapan dan dimana pun mereka ditugaskan ketika sudah lulus dari kampus Pendidikan Agama Katolik.
C. Remusan Tema dan Tujuan Tema Umum
:
Pengalaman perjumpaan dengan Yesus membawa iman dan harapan sehingga para katekis mampu menjadi “Gembala yang Baik” dalam tugas pewartaan dengan bimbingan Roh Kudus
Tujuan Umum
: Lewat pengalaman hidup serta pengalaman iman selama kuliah di kampus PAK, para mahasiswa diharapkan dapat selalu memperbaharui iman dan harapan sehingga para mahasiswa yang telah memasuki semester akhir merasa semakin siap dan mantap untuk mewartakan Injil serta menjadi “Gembala yang Baik” kapan dan dimana pun mereka ditugaskan ketika sudah lulus dari kampus PAK.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Tema 1 (Februari)
: Lewat pengalaman hidup, katekis melihat kasih Tuhan serta selalu percaya dan bersama-Nya dalam tugas pewartaan
Tujuan 1
: Melalui pengalaman sehari-hari, para mahasiswa mampu melihat kasih dari Tuhan serta selalu percaya bahwa Ia akan selalu menyertai para mahasiswa yang akan menjadi katekis dalam tugas pewartaan mereka.
Tema 2 (Maret)
: Lewat perjumpaan dengan Yesus, katekis membawa damai serta mengasihi Allah dan sesama dengan tindakan nyata
Tujuan 2
: Berjumpa dengan Yesus lewat pengalaman iman membawa para katekis mampu serta berani menyebarkan damai dan kebenaran melalui tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Tema 3 (April)
: Bangkit bersama Kristus untuk mewartakan kabar gembira dalam iman dan harapan
Tujuan 3
: Dalam suasana sukacita paskah para mahasiswa diharapkan selalu mampu memperbaharui iman dan harapan sehingga dapat mengabdikan seluruh hidupnya untuk menjadi pewarta tidak terbatas oleh ruang dan waktu.
Tema 4 (Mei)
: Semangat pembaptisan dan ekaristi menjadi sumber kekuatan dan kasih untuk menjadi “Gembala yang Baik” serta tangguh dalam naungan Roh Kudus
Tujuan 4
: Para mahasiswa diharapkan selalu menghidupkan semangat pembaptisan dan ekaristi untuk menjadi sumber kekuatan dan kasih dalam tugas mewartakan Allah sehingga mampu menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78 “Gembala yang Baik” serta tangguh menghadapi segala tantangan zaman dengan bimbingan Roh Kudus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
D. Penjabaran Program Tema Umum
: Pengalaman perjumpaan dengan Yesus membawa iman dan harapan sehingga para katekis mampu menjadi “Gembala yang Baik” dalam tugas pewartaan dengan bimbingan Roh Kudus
Tujuan Umum
: Lewat pengalaman hidup serta pengalaman iman selama kuliah di kampus PAK, para mahasiswa diharapkan dapat selalu memperbaharui iman dan harapan sehingga para mahasiswa yang telah memasuki semester akhir merasa semakin siap dan mantap untuk mewartakan Injil serta menjadi “Gembala yang Baik” kapan dan dimana pun mereka ditugaskan ketika sudah lulus dari kampus PAK.
No Tema/Bulan (1) (2) 1 Lewat pengalaman hidup, katekis melihat kasih Tuhan serta selalu percaya dan bersamaNya dalam tugas pewartaan
Tujuan/Bulan (3) Melalui pengalaman sehari-hari, para mahasiswa mampu melihat kasih dari Tuhan serta selalu percaya bahwa Ia akan selalu menyertai para mahasiswa yang akan menjadi katekis dalam tugas pewartaan mereka.
Sub Tema/Minggu (4) 1. Menemukan kasih Tuhan lewat pengalaman hidup dan percaya sepenuh hati kepada Yesus sebagai seorang murid-Nya
Tujuan/Minggu (5) 1. Para mahasiswa yang adalah calon katekis selalu membiasakan diri untuk mampu melihat kebaikan atau berkat yang telah Tuhan berikan dalam kehidupan mereka dan percaya sepenuh hati kepada Dia selayaknya seorang murid Kristus.
2. Selalu bersama 2. Ketika sudah lulus para Tuhan dalam tugas mahasiswa diharapkan
Tgl (6) 13/02/2017 14/02/2017 15/02/2017 16/02/2017 17/02/2017
20/02/2017 21/02/2017
Sumber Bahan (7) Mrk 8:11-13 Mrk 8:14-21 Mrk 8:22-26 Mrk 8:27-33 Mrk 8:34-9: 1 Martasudjita, 2016: 110-118 Tallulembang, 2016 Octariano, 2017: 57-61.
Mrk 9:14-29 Mrk 9:30-37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
(1)
(2)
(3)
2
Lewat perjumpaan dengan Yesus, katekis membawa damai serta mengasihi Allah dan sesama dengan tindakan nyata
Berjumpa dengan Yesus lewat pengalaman iman membawa para katekis mampu serta berani menyebarkan damai dan kebenaran melalui tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
(4) pelayanan
1. Selalu memberi diri bagi Allah dan sesama
2. Perjumpaan dengan Yesus membawa katekis menjadi pembawa damai terutama bagi yang lemah
(5) selalu mengandalkan Yesus dalam tugas pewartaan mereka.
(6) 22/02/2017 23/02/2017 24/02/2017
1. Para mahasiswa diharapkan mampu menjadi katekis yang selalu mengabdikan seluruh hidup bagi Allah dan sesamanya.
27/02/2017 28/02/2017 01/03/2017
2. Melalui perjumpaan dengan Yesus lewat pengalaman iman, para mahasiswa mampu menjadi katekis yang membawa damai bagi semua orang terutama orang-orang kecil dan
06/03/2017 07/03/2017 08/03/2017 09/03/2017 10/03/2017
02/03/2017 03/03/2017
(7) Mat 16:13-19 Mrk 9:41-50 Mrk 10:1-12 Martasudjita, 2016:126-134 Tallulembang, 2016 Octariano, 2017: 64-68 Mrk 10:17-27 Mrk 10:28-31 Mat 6:1-6;1618 Luk 9:22-25 Mat 9:14-15 Martasudjita, 2016: 141-152 Tallulembang, 2016 Octariano, 7177
Mat 25:31-46 Mat 6:7-15 Luk 11:29-32 Mat 7:7-12 Mat 5:20-26 Martasudjita, 2016: 159-167
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
tersingkir.
(7) Tallulembang, 2016 Octariano, 2017: 80-84
3. Beriman dan bertindak
3. Para mahasiswa diharapkan mampu menjadi katekis yang tidak hanya bisa mengajarkan atau berkatekese saja, tetapi melakukan tindakan nyata sesuai dengan apa yang diajarkan.
13/03/2017 14/03/2017 15/03/2017 16/03/2017 17/03/2017
4. Mengasihi Allah dan sesama
4. Para mahasiswa diharapkan bisa menjadi katekis yang mengasihi Allah dan sesama melalui tindakkan kasih yang diwujudkan dengan taat kepada perintah Allah dan patuh kepada hukum yang berlaku di masyarakat.
20/03/2017
Mat 1:16.18 21.24a Mat 18:21-35 Mat 5:17-19 Luk 11:14-23 Mrk 12:28b-34 Martasudjita, 2016: 192-202 Tallulembang, 2016 Octariano,
21/03/2017 22/03/2017 23/03/2017 24/03/2017
Luk 6:36-38 Mat 23:1-12 Mat 20:17-28 Luk 16:19-31 Mat 21:33-43; 45-46 Martasudjita, 2016:174-184 Tallulembang, 2016 Octariano, 2017: 87-91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
(1)
(2)
(3)
(4)
5. Mewartakan kebenaran dengan kekuatan dan pertolongan dari Allah
3
Bangkit bersama Kristus untuk mewartakan kabar gembira dalam iman dan harapan
Dalam suasana sukacita 1. Bangkit bersama paskah para mahasiswa Kristus dalam iman diharapkan selalu dan harapan mampu memperbaharui iman dan harapan sehingga dapat mengabdikan seluruh hidupnya untuk menjadi pewarta tidak terbatas oleh ruang dan waktu.
(5)
(6)
5. Para mahasiswa ketika sudah lulus dan ditugaskan dimana pun selalu berani mengajarkan atau menyebarkan kebenaran karena yakin bahwa selalu ada kekuatan dan pertolongan dari Allah sendiri.
27/03/2017 29/03/2017 30/03/2017 31/03/2017
1. Dalam suasana sukacita paskah, para mahasiswa diharapkan selalu mampu memperbaharui iman dan pengharapan kepada Allah dalam menjalankan tugas pewartaan.
18/04/2017 19/04/2017 20/04/2017 21/04/2017
2. Katekis mewartakan 2. Para mahasiswa kabar keselamatan diharapkan bisa menjadi sepanjang hidupnya katekis yang dengan ketulusan mengabdikan seluruh hati hidupnya untuk menjadi pewarta tidak terbatas
25/04/2017 26/04/2017 27/04/2017 28/04/2017
(7) 2017: 94-98
Yoh 4:43-54 Yoh 5:17-30 Yoh 5:31-47 Yoh 7:1-2. 10.25-30 Martasudjita, 2016: 210-221 Tallulembang, 2016 Octariano, 2017: 101-105 Yoh 20:11-18 Luk 24:13-35 Luk 24:35-48 Yoh 21:1-14 Martasudjita, 2016: 281-291 Tallulembang, 2016 Octariano, 2017: 126-129 Mrk 16:15-20 Yoh 3:16-21 Yoh 3:31-36 Yoh 6:6:1-15 Martasudjita,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
(1)
(2)
4
Semangat pembaptisan dan ekaristi menjadi sumber kekuatan dan kasih untuk menjadi “Gembala yang Baik” serta tangguh dalam naungan Roh Kudus
(3)
(4)
Para mahasiswa 1. Pembaptisan dan diharapan selalu ekaristi menjadi menghidupkan sumber kekuatan semangat pembaptisan bagi katekis dan ekaristi untuk menjadi sumber kekuatan dan kasih dalam tugas mewartakan Allah sehingga mampu 2. Menjadi Gembala menjadi “Gembala yang yang baik Baik” serta tangguh menghadapi segala tantangan zaman dengan bimbingan Roh Kudus.
3. Kasih berarti perbuatan
(5) oleh ruang dan waktu.
(6)
1. Para mahasiswa diharapkan selalu menghidupkan semangat pembaptisan dan sakramen ekaristis untuk menjadi kekuatan dalam tugas pewartaan mereka.
02/05/2017 03/05/2017 04/05/2017 05/05/2017
2. Para mahasiswa diharapkan mampu meneladani Yesus sehingga bisa menjadi “Gembala yang Baik” bagi umat tempat mereka ditugaskan, baik di sekolah maupun di paroki atau lingkungan.
08/05/2017 09/05/2017 10/05/2017 12/05/2017
Yoh 10:11-18 Yoh 10:22-30 Yoh 12:44-50 Yoh 14:1-6 Tallulembang, 2016 Octariano, 2017: 148-152
15/05/2017 16/05/2017 17/05/2017 18/05/2017 19/05/2017
Yoh 14:21-26 Yoh 14:27-31a Yoh 15:1-8 Yoh 15:9-11 Yoh 15:12-17
3. Para mahasiswa diharapkan berbuat kasih kepada semua orang lewat tindakan nyata dan bukan hanya sekedar
(7) 2016: 299-306 Tallulembang, 2016 Octariano, 2017: 133-136 Yoh 6:22-29 Yoh 14:2-3;4-5 Yoh 6:44-51 Yoh 6:52-59 Tallulembang, 2016 Octariano, 2017: 142-145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
(1)
(2)
(3)
(4)
(5) diucapakan sebagai semboyan belaka.
(6)
(7) Tallulembang, 2016 Octariano, 2017: 155-159
4. Memperkenalkan Bapa dengan bimbingan Roh Kudus
4. Para mahasiswa diharapkan menyadari bahwa menjadi katekis berarti mewartakan Allah itu sendiri dengan bimbingan Roh Kudus.
22/05/2017 23/05/2017 24/05/2017 26/05/2017
Yoh 15:26-16:4a Yoh 16:5-11 Yoh 16:12-15 Yoh 16:20-23a Bert Tallulembang, 2016
5. Tetap tangguh menjadi pewarta dalam segala rintangan
5. Mahasiswa diharapkan menjadi katekis yang tetap tangguh dalam menghadapi segala tantanggan zaman yang selalu berubah-ubah setiap saat.
29/05/2017 30/05/2017 31/05/2017 01/05/201 02/05/2017
Yoh 16:29-33 Yoh 17:1-11a Luk 1:39-56 Yoh 17:20-26 Yoh 21:15-19 Tallulembang, 2016 Octariano, 2017: 142-145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
E. Petunjuk Pelaksanaan Program Tema umum renungan harian dibagi dalam tema bulanan dan kemudian setiap bulannya dibagi lagi tema-tema per-minggu. Jika dalam satu minggu ada tanggal/hari yang masuk ke dalam bulan berikut atau sebelumnya maka tema renungan pada minggu tersebut mengikuti bulan yang tanggal/harinya lebih banyak. Bacaan untuk renungan harian dipersiapkan serta dilaksanakan sesuai dengan kalender liturgi dan tema renungan yang telah dibuat. Usulan panduan tema renungan harian ini hanya sebagai contoh, penulis mengusulkan agar setiap angkatan menyusun sendiri tema renungan harian sesuai dengan situasi angkatan masing-masing dan tetap disesuaikan dengan tema kuliah pembinaan spiritualitas setiap semester. Tema renungan harian yang disusun bersama dalam satu angkatan adalah tema umum, tema bulanan dan mingguan, sedangkan tema harian disusun dalam kelompok kecil yaitu kelompok mahasiswa yang mendapat tugas renungan dan doa pada minggu yang bersangkutan. Pada usulan program ini, penulis hanya membuat usulan tema renungan harian untuk semester VIII (delapan) sebagai contoh karena yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester VIII (delapan). Namun penulis sangat mengharapakan agar setiap semester dapat membuat hal yang sama dengan usulan program di atas. Penulis mengusulkan agar setiap semester bekerja sama dengan pengurus HIMKA bidang liturgi untuk menyusun tema renungan harian yang disesuaikan dengan tema kuliah pembinaan spiritualitas setiap semester kemudian tema-tema renungan tersebut dikonsultasikan dengan kepala bidang spiritualitas prodi Pendidikan Agama Katolik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Contoh renungan yang penulis usulkan dalam usulan program ini mengacu pada kerangka khotbah. Kerangka khotbah meliputi pembukaan atau pengantar, isi dan penutup. Pada bagian pembukaan dipaparkan sebuah ilustrasi atau dapat juga dengan sebuah cerita dan video singkat yang menggambarkan isi dari pada renungan tersebut. Di bagian isi, dipaparkan ide atau gagasan dari renungan tersebut, termasuk isi dan pesan dari teks Kitab Suci yang dipakai untuk renungan. Sedangkan yang menjadi bagian penutup adalah peneguhan atau ajakkan yang ingin dicapai bersama dari renungan tersebut (Tim Chivita Books, 2013: 68-70).
F. Panduan untuk Persiapan, Cara Membuat dan Pelaksanaan Renungan Harian 1.
Persiapan Renungan Harian Agar persiapan renungan harian dapat dibuat dengan baik, maka semua
mahasiswa wajib memperhatikan hal-hal berikut ini. a.
Pada awal semester, masing-masing fungsionaris kelas atau angkatan menyusun jadwal petugas doa dan petugas renungan harian.
b.
Setiap angkatan menyusun secara bersama tema umum, tema bulanan dan tema mingguan renungan harian selama satu semester. Tema renungan tersebut dihubungkan dengan tema kuliah pembinaan spiritualitas setiap semester dan dikonsultasikan dengan dosen pembinaan spiritualitas.
c.
Tema per hari untuk renungan harian disusun oleh kelompok kecil yang terdiri dari kelompok yang bertugas pada minggu yang sama.
d.
Renungan harian harus dipersiapkan beberapa hari sebelum pelaksanaannya oleh mahasiswa yang mendapat giliran untuk mempersiapkan renungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
2.
Cara Membuat Renungan Harian
a.
Renungan harian diawali dengan doa pembukaan yang tema doanya disesuaikan dengan tema renungan harian.
b.
Bacaan Kitab Suci yang dipakai untuk renungan harian dipilih sesuai dengan kalender liturgi dan disesuaikan dengan tema renungan yang telah disusun.
c.
Bacaan Kitab Suci ditafsirkan atau direnungkan untuk menemukan pesan dari teks tersebut kemudian pesan teks tersebut dihubungkan dengan tema renungan dan pengalaman pribadi.
d.
Kerangka renungan terdiri dari pembukaan atau pengantar, isi renungan dan penutup. Pembukaan renungan dapat dibuat sesuai kreatifitas mahasiswa, misalnya dengan ilustrasi, cerita, slide show dan video singkat sesuai dengan tema renungan harian. Isi renungan adalah inti atau pesan pokok yang didapatkan dari teks Kitab Suci yang telah direnungkan atau ditafsirkan. Sedangkan bagian penutup merupakan ajakan atau hal apa yang perlu dibuat berdasarkan isi dari renungan harian tersebut.
e.
Renungan harian diakhiri dengan doa penutup yang tema doanya disesuaikan dengan tema renungan harian atau dapat juga dengan doa lain yang sesuai, seperti doa persembahan harian.
3.
Pelaksanaan Renungan Harian Dalam
pelaksanaan
renungan
harian,
sebaiknya
para
mahasiswa
memperhatikan beberapa hal berikut. a.
Waktu untuk pelaksanaan renungan harian kurang lebih selama sepuluh (10) menit sebelum perkuliahan pertama dimulai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
b.
Sebaiknya diberikan waktu beberapa saat untuk refleksi secara pribadi pada saat pelaksanaan renungan harian.
c.
Diharuskan setiap mahasiswa mengikuti dan memperhatikan dengan baik selama pelaksanaan renungan harian.
G. Contoh Renungan Harian
Tema Umum
: Pengalaman perjumpaan dengan Yesus membawa iman dan harapan sehingga para katekis mampu menjadi “Gembala yang Baik” dalam tugas pewartaan dengan bimbingan Roh Kudus
Tema Bulanan
: Lewat pengalaman hidup, katekis melihat kasih Tuhan serta selalu percaya dan bersama-Nya dalam tugas pewartaan
Tema Mingguan
: Menemukan kasih Tuhan lewat pengalaman hidup dan percaya sepenuh hati kepada-Nya
Tema Harian
1.
Melihat kasih Allah lewat pengalaman hidup Percaya akan penyertaan Yesus Datanglah kepada Yesus Mengakui berarti percaya sepenuhnya Makna sejati murid Kristus
Renungan Harian 13 Februari 2017: Mrk 8:11-13
Tema Harian a.
: 1. 2. 3. 4. 5.
: Melihat kasih Allah lewat pengalaman hidup
Doa Pembukaan Ya Bapa yang maha baik, kami anak-anak-Mu bersyukur atas hari dan
semangat baru yang masih boleh kami terima hingga saat ini. Terima kasih pula atas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
segala penyertaan Mu kepada kami sehingga kami semua bisa berkumpul kembali di tempat ini dengan keadaan yang sehat. Ya Bapa, pada kesempatan yang baik ini kami akan mendengarkan sabda Mu, bukalah hati dan pikiran kami agar kami dapat menerima dan meresapkannya ke dalam hati sehingga kami mampu untuk menerapkannya dalam kehidupan kami sehari-hari serta menjadi orang yang selalu mampu untuk melihat kasih-Mu lewat segala hal yang kami alami dalam hidup ini. Semua doa ini kami panjatkan kepada Mu dengan pengantaraan Yesus Kristus Tuhan dan juruselamat kami kini dan sepanjang segala abad. Amin.
a.
Bacaan Injil (Mrk 8:11-13)
b.
Renungan (menggunakan slide show)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Tanda kasih dari Allah akan selalu hadir dalam setiap saat di hidup kita lewat berbagai macam cara. Kita membutuhkan kepekaan untuk dapat melihat tanda-tanda tersebut, kita harus mampu untuk membuka mata hati dan iman kita untuk dapat melihat tanda tersebut. Bacaan Injil hari ini menunjukkan kepada kita bagaimana sikap orang-orang Farisi yang tidak percaya akan Yesus Anak Allah sehingga mereka meminta kepada Yesus untuk memberikan tanda dari surga. Padahal Yesus telah membuat banyak tanda lewat perbuatan dan mukjizat-Nya, namun karena kekebalan hati orang-orang Farisi ini maka mereka tidak dapat melihat dan memahami tanda-tanda yang dibuat oleh Yesus. Kita sebagai calon katekis yang sebentar lagi akan menyelesaikan studi di kampus ini, seharusnya mampu melihat tanda atau kasih dari Tuhan lewat berbagai pengalaman pribadi kita dan orang-orang disekitar kita. Allah selalu hadir dalam setiap detik hidup kita dengan berbagai macam cara. Kita membutuhkan kepekaan yang mendalam lewat hati dan iman kita untuk dapat melihat tanda atau kasih dari Allah dalam kehidupan kita. Maka marilah kita selalu membuka mata hati kita untuk mampu melihat tanda dan kasih dari Allah lewat seluruh pengalaman hidup kita sehari-hari.
c.
Doa Penutup Ya Yesus Tuhan kami, semoga kami selalu mampu melihat tanda kehadiran
kasih dan penyertaan Mu dalam hidup kami lewat berbagai pengalaman yang kami alami sepanjang perjalanan hidup kami. Mampukan kami untuk selalu bersyukur atas kasih yang selalu kami terima dari-Mu dalam hidup kami, sebab Engkaulah Tuhan dan sumber kasih kami kini dan sepanjang masa. Amin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
2. Renungan Harian 14 Februari 2017 :Mrk 8:14-21 Tema Harian
a.
: Percaya akan penyertaan Yesus
Doa Pembukaan Ya Bapa, terima kasih atas nafas kehidupan baru yang masih boleh kami
hirup hingga saat ini. Kami bersyukur atas segala penyertaan dan penyelenggaraan Mu dalam hidup kami sehingga kami masih bisa berkumpul di tempat ini dengan tenaga dan semangat yang baru. Sebentar lagi kami akan mendengarkan sabda Mu, kami mohon hadirlah di tengah kami agar kami mampu menyarapkan sabda Mu ke dalam hati kami sehingga kami mampu menjadi orang yang selalu percaya akan penyertaan-Mu melalui putra-Mu Yesus Kristus dalam seluruh hidup kami. Semua doa ini kami haturkan kepada Mu melalui perantaraan Yesus Tuhan kami, kini dan sepanjang masa. Amin.
b.
Bacaan Injil (Mrk 8:14-21)
c.
Renungan (diawali dengan menonton video “Percaya akan penyertaan Yesus” [Lampiran 8: (19)]) Seperti video tadi, kita sering kali masih sangat sibuk dengan dunia kita
sendiri. Kita sibuk dengan segala aktivitas kita, kita sibuk dengan segala tugas kita dan sibuk dengan segala hal yang ada disekitar. Kita merasa tidak ada waktu untuk berhenti sejenak dari segala kesibukan duniawi kita untuk datang dan mendengarkan Yesus. Yesus selalu ada bersama dengan kita namun kita tidak menyadari akan hal tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Seperti halnya dengan bacaan Injil yang kita dengarkan bersama pada hari ini. Yesus mengingatkan para murid-Nya agar berhati-hati terhadap bahaya ragi orang Farisi dan Herodes, yang dimaksud Yesus ialah pengaruh atau ajaran jahat dari orang Farisi dan Herodes. Namun, para murid tidak mampu memahami apa yang Yesus katakan kepada mereka sehingga mereka mengira Yesus mengatakan hal tersebut karena mereka kekurangan roti. Para murid tidak dapat memahami apa yang Yesus peringatkan kepada mereka dan mukjizat-mukjizat yang telah mereka alami bersama Yesus karena meraka masih terlalu mencemaskan dan memikirkan hal-hal yang bersifat duniawi, iman mereka belum sepenuhnya percaya kepada Yesus. Walau pun mereka melihat apa yang Yesus buat dan mendengarkan apa yang diajarkan Yesus kepada mereka dan orang banyak namun mereka belum sepenuhnya percaya bahwa Yesus adalah Mesias. Kita yang adalah calon katekis ini diharapkan tidak lagi mencemaskan hal-hal yang tidak penting atau yang bersifat duniawi belaka. Apa lagi kita yang segera menyelesaikan kuliah di sini dan akan diutus untuk menjalankan tanggung jawab kita sebagai katekis, seharusnya kita sudah mampu membuka mata hati kita untuk melihat serta menyerahkan sepenuhnya hidup kepada kasih Allah. Kita harus yakin dan percaya bahwa Tuhan selalu menyertai dalam setiap langkah hidup kita dan dengan keyakinan tersebut maka beban hidup kita akan semakin ringan sehingga kita pun mampu membuat sesuatu yang berguna baik hidup kita dan sesama. Kita harus selalu yakin dan percaya kepada Yesus bahwa Dia adalah penyelamat akan selalu ada bersama dengan kita dan akan siap mengulurkan tangan-Nya kepada kita disaat kita mengalami kesulitan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
d.
Doa Penutup Ya Yesus Tuhan kami, pada hari ini Engkau telah mengingatkan kami akan
sifat duniawi kami sehingga kami melupakan Mu. Kami sering kali mencemaskan banyak hal dalam kehidupan kami, bahkan hal-hal yang belum tentu akan terjadi. Kami juga sering mengedepankan rasa cemas itu sehingga kami lupa dan belum percaya sepenuhnya akan penyertaan-Mu dalam hidup kami. Tuhan Yesus, kami mohon bukalah mati hati dan pikiran kami agar kami selalu menyadari akan kehadiran dan penyertaan-Mu dalam hidup kami sehingga kami dapat selalu bersyukur akan segala yang kami miliki dan menyerahkan segalanya kapada Mu. Engkaulah Tuhan kami kini dan sepanjang masa. Amin.
3.
Renungan Harian 15 Februari 2017: Mrk 8:22-26
Tema Harian
a.
: Datanglah kepada Yesus
Doa Pembukaan Selamat pagi ya Bapa, syukur dan terima kasih kami ucapkan kepada atas
penyertaan Mu kapada kami sepanjang istirahat malam tadi sehingga pada saat yang indah ini kami dapat berkumpul kembali di sini dalam keadaan yang sehat. Kami mohon curahkanlah terang Roh Kudus Mu kepada kami agar kami dapat memahami dan meresapi sabda-Mu yang akan kami dengar pada kesempatan ini. Bapa, bantulah kami agar menjadi orang yang selalu mengandalkan putra-Mu sehingga kami selalu datang kepada-Nya dalam segala situasi hidup kami. Doa ini kami panjatkan kepadaMu bersama Yesus Kristus Tuhan kami kini dan sepanjang masa. Amin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
b.
Bacaan Injil (Mrk 8:22-26)
c.
Renungan (diawali dengan menonton video “Datanglah kepda Yesus” [Lampiran 8: (19)]) Video yang kita tonton tadi memperlihatkan seorang yang sedang berjalan
sendiri dan terlihat seperti biasa saja tanpa beban, namun sebenarnya dalam hatinya ada beban yang sangat berat yang ia tanggung. Ketika dalam perjalanan ia berjumpa dengan Yesus dan Yesus mengambil beban hidup orang tersebut maka keadaan pun berubah, dia kemudian berjalan dengan bebas tanpa beban. Gambaran orang yang terbebas dari beban dan penderitaan dapat kita lihat juga dalam bacaan Injil hari ini. Yesus telah membuat orang buta yang datang kepada-Nya melihat kembali, mulai dari melihat dengan kabur sampai orang buta tersebut bisa melihat dengan jelas. Tentu peristiwa tersebut membawa kegembiraan dan sukacita yang luar biasa bagi orang buta tersebut. Dari bacaan hari juga dapat dilihat bagaimana kuasa menyembukan yang dimiliki Yesus membawa kegembiraan dan kebahagian bagi orang buta yang telah Ia sembuhkan. Yesus telah meringankan beban penderitaan orang buta yang datang kepada Dia. Bacaan tersebut menjadi teguran bagi kita untuk mau datang kepada Yesus agar menyembuhkan kebutaan dan beban hidup kita. Tentu bukan kebutaan secara fisik, namun kebutaan hati dan iman kita. Kita telah buta karena banyak hal duniawi yang menutup mata hati dan iman kita, tetapi Yesus akan selalu ada untuk kita jika kita datang kepada-Nya untuk disembuhkan. Banyaknya persoalan dalam hidup yang kita alami membuat beban hati dan pikiran kita semakin berat, maka kita perlu datang kepada Yesus untuk meringankan beban tersebut. Ketika kita sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
disembuhkan dan diringankan beban hidup oleh Yesus maka kita pun mempunyai tanggung jawab untuk membawa orang-orang yang masih buta (hati dan iman) serta banyak beban hidup kepada Yesus untuk disembuhkan. Karena Yesus mempunyai kuasa untuk menyembuhkan serta meringankan beban hidup yang mampu membawa kebahagian bagi orang-orang yang mau datang kepada-Nya.
d.
Doa Penutup Tuhan Yesus juruselamat kami, semoga melalui kisah injil-Mu yang kami
dengar hari ini membuat kami ingin selalu datang kepada-Mu disetiap waktu. Ulurkanlah selalu tangan kasih-Mu kepada kami yang datang kepada-Mu untuk membawa segala beban hidup kami, membawa segala penyakit yang telah membutakan mata hati dan iman kami terhadap Engkau. Sebab Engkaulah Tuhan dan juruselamat kami, kini dan sepanjang segala abad. Amin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Spiritualitas yang dihayati di kampus program studi Pendidikan Agama Katolik adalah spritualitas Ignatian sesuai dengan spiritualitas yang dihayati di Universitas Sanata Dharma pada umumnya. Sesuai dengan spiritualitas Ignatian maka pembinaan spiritualitas di kampus program studi Pendidikan Agama Katolik mengacu pada pola latihan rohani Ignatian. Pembinaan spiritualitas yang diprogramkan di kampus Pendidikan Agama Katolik dilaksanakan dalam bentuk rekoleksi angkatan, camping rohani, rekoleksi bersama (mahasiswa, dosen dan karyawa), retret, perayaan ekaristi kampus, bimbingan pribadi, re-entry dan pertemuan perkuliahan pembinaan spiritualitas di kelas. Selain itu, sesuai dengan latihan rohani Ignatian yang menekankan berdoa dengan menggunakan imajinasi, ingatan, pemahaman serta kehendak dan cara doa ini adalah dengan meditasi atau biasa juga disebut doa renung. Doa renung ini dikenal dengan renungan harian di kampus Pendidikan Agama Katolik yang biasa dilaksanakan setiap hari sebelum kuliah pertama dimulai. Berdasarkan hal tersebut maka renungan harian yang dilaksanakan di kampus Pendidikan Agama Katolik merupakan bagian dari pembinaan spiritualitas bagi mahasiswa program studi Pendidikan Agama Katolik. Pada prakteknya, renungan harian masih banyak hal yang menjadi keprihatinan, misalnya masih ada mahasiswa yang tidak mempersiapkan dengan baik renungan harian, masih ada mahasiswa yang tidak memperhatikan jadwal sehingga tidak mengetahui kapan gilirannya untuk mempersiapkan dan melaksanakan renungan, masih ada mahasiswa yang kesulitan dalam menafsirkan teks Kitab Suci
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
yang akan direnungkan dan masih ada juga mahasiswa yang kurang percaya diri dalam melaksanakan renungan harian. Selain itu, mahasiwa juga kesulitan dalam mempersiapkan renungan harian karena tidak adanya buku pedoman yang jelas sebagai acuan untuk membuat renungan harian. Pedoman yang dimaksud misalnya hal-hal apa yang perlu diperhatikan dalam membuat renungan harian, bacaan apa yang harus dipilih dan apa yang menjadi tema dari renungan harian yang akan dilaksanakan. Berdasarkan keprihatinan tersebut maka penulis mengusulkan suatu pedoman untuk mempersiapkan dan melaksanakan renungan harian. Usulan program tersebut meliputi beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat persiapan dan pelaksanaan renungan harian, bacaan yang dipilih untuk direnungkan dan tema renungan. Tema renungan yang diusulkan penulis disesuaikan dengan tema pembinaan spiritualitas setiap semesternya dan secara khusus penulis memberikan usulan tema kepada semester VIII (delapan) sebagai contoh karena pada penelitian dalam skripsi ini yang menjadi responden adalah semester delapan. Usulan program tersebut merupakan tanggapan atas keprihatinan yang ada dan masukan dari responden penelitian atas situasi pelaksanaan renungan harian di kampus PAK. Dengan adanya panduan tersebut maka diharapkan para mahasiswa mempunyai suatu acuan dalam membuat persiapan dan pelaksanaan renungan harian. Usulan program diharapkan mampu meningkatkan mutu renungan harian sehingga menjadi bagian dari bentuk pembinaan spiritualitas bagi mahasiswa program studi Pendidikan Agama Katolik. Spiritualitas menjadi hal yang sangat penting bagi para katekis dalam menjalankan tugas pewartaan mereka, sehingga perlu adanya pembinaan yang dilaksanakan bagi para calon katekis sejak masa pendidikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis ingin menyampaikan beberapa saran sebagai hasil dari refleksi penulis selama menyusun skripsi ini, bagi prodi PAK, dosen pembinaan spiritualitas PAK, dosen PAK dan mahasiswa PAK.
1.
Prodi PAK Bagi prodi PAK, renungan harian yang dilaksanakan di kampus PAK menjadi
nilai tambah bagi prodi yang secara khusus menyiapkan para calon katekis sehingga renungan harian harus tetap dipertahankan dan semakin dikembangkan dengan baik.
2.
Dosen Pembinaan Spiritualitas PAK Bagi dosen pembinaan spiritualitas PAK, sesuai dengan hasil kajian dalam
skripsi ini, penulis menyimpulkan bahwa renungan harian merupakan salah satu bagian dari spiritualitas yang dikembangkan di kampus prodi PAK maka penulis mengusulkan agar renungan harian dapat menjadi bagian dari pembinaan spiritualitas katekis bagi mahasiswa PAK dengan menyesuaikan tema-tema renungan harian dengan tema-tema kuliah pembinaan spiritualitas setiap semester.
3.
Dosen PAK Bagi dosen kampus PAK, berdasarkan hasil penelitian dan juga pengalaman
pribadi penulis maka sebaiknya dibuatkan pedoman atau keterangan yang jelas mengenai renungan harian yang dilaksanakan di kampus PAK agar para mahasiswa memahami maksud dan tujuan dari renungan harian tersebut sehingga renungan harian dapat dipersiapkan serta dilaksanakan dengan sungguh-sungguh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
4.
Mahasiswa PAK Bagi para mahasiswa Pendidikan Agama Katolik, renungan harian
merupakan bagian dari bentuk pembinaan spiritualitas yang dikembangkan di kampus Pendidikan Agama Katolik sehingga harus dipersiapkan serta dilaksanakan dengan baik oleh setiap mahasiswa agar renungan harian tersebut menjadi bagian dari pembinaan spiritualitas katekis bagi para mahasiswa Pendidikan Agama Katolik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Boli Ujan, Bernardus. (2011). Pengertian, Sejarah Singkat, dan Tempat Homili dalam Liturgi. Dalam Komisi Kateketik KWI (Ed.). Homiletik (hal. 15-37). Yogyakarta: Kanisius. Kongregasi Evangelisasi Bangsa-bangsa. (1997). Pedoman untuk Katekis. (Komisi Kateketik KWI, Penerjemah). Yogyakarta: Kanisius. (Dokumen resmi diterbitkan pada 3 Desember 1993). Harjana, Agus M. (2015). Religiositas, Agama & Spiritualitas. Yogyakarta: Kanisius. Heuken, Adolf. (2002). Spiritualitas Kristiani. Jakarta: PT. Enka Parahyangan. Hendro Budiyanto, St. (2011). Menjadi Katekis Volunter. Yogyakarta: Kanisius. Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici). (2016). (Konfrensi Waligereja Indonesia, Penerjemah). Jakarta: KWI. (Dokumen asli diundangkan oleh Paus Paulus II tanggal 25 Januari 1983). Komisi Kateketik KAS. (2007). Panduan Tim Kerja Pewartaan Paroki. Yogyakarta: Kanisius. Kompendium Katekismus Gereja Katolik. (2013). (Harry Susanto, SJ, Penerjemah). Yogyakarta: Kanisius. (Dokumen asli disahkan oleh Paus Benedictus VXI pada 28 Juni 2005). Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta: Kanisius. Konsili Vatikan II. (2013). Dokumen Konsili Vatikan II. (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1966). Lalu, Yosef. (2012). Katekese Umat. Yogyakarta: Kanisius. Mangunhardjana, A.M. SJ. (1987). 22 Metode Renungan. Yogyakarta: Kanisius. Martasudjita, E. (2002). Spiritualitas Liturgi. Yogyakarta: Kanisius. _____. Dkk. (2016). Renungan Sepanjang Tahun Inspirasi Batin 2017. Yogyakarta: Kanisius. Octariano, Dominico, S. (2017). Memetik Keheningan Renungan Harian Kerasulan Doa. Yogyakarta: Boekoe Tjap Petroek. Prasetya, L. (2007). Menjadi Katekis Siapa Takut?!, Yogyakarta: Kanisius. Sanjaya Indra, V. Pr. (2015). Belajar dari Yesus “Sang Katekis”. Yogyakarta: Kanisius. Sinode para Uskup. (2007). Katekismus Gereja Katolik. (P. Herman Embuiru, Penerjemah). Flores, NTT: Nusa Indah. (Dokumen asli disahkan oleh Paus Yohanes Paulus II pada 25 Juni 1992). Staf Dosen. (2010). Panduan Program Studi IPPAK. Manuskrip, Buku Panduan untuk Program Studi IPPAK, Universitas Sanata Dharma. Sugiyono. (2014). Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan C&R. Bandung: Alfabet Bandung. Tallulembang, Bert. (2016). Renungan Harian Mutiara Iman 2017. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama. Telaumbanua, Marinus. (2005). Ilmu Kateketik. Jakarta: Obor. Tim Redaksi Kanisius. (2016). Kalender Liturgi 2017 Tahun A/I. Yogyakarta: Kanisius. Tim Chivita Books. (2013). Seni Khotbah & Homili. Yogyakarta: Chivita Books.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1: Silabus Kuliah Pembinaan Spiritualitas I dan II
(1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2: Silabus Kuliah Pembinaan Spiritualitas III dan IV
(5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(7)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(8)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(9)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(10)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3: Silabus Kuliah Pembinaan Spiritualitas V dan VI
(11)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(12)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4: Silabus Kuliah Pembinaan Spiritualitas VII dan VIII
(13)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(14)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5: Pedoman Wawancara untuk Mahasiswa angkatan 2012 1. 2. 3.
Bagaimana proses mempersiapkan renungan harian? Bagaimana model renungan harian yang dilaksanakan di kampus PAK? Kapan waktu pelaksanaan renungan harian?
(15)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 6: Rangkuman Hasil Wawancara untuk Mahasiswa angkatan 2012 1. 2. 3. 4.
Responden Jumlah responden Tanggal Tempat
: Mahasiswa PAK angkatan 2012 : 5 orang : 2015 : Kampus PAK
Pokok-pokok Pertanyaan dan Rangkuman Hasil Wawancara 1.
Bagaimana proses mempersiapkan renungan harian? Jawaban: Seharusnya persiapan renungan harian dilakukan paling tidak satu minggu atau beberapa hari sebelum pelaksanaan renungan di kelas. Teks Kitab Suci dipilih sesuai dengan kalender liturgi, teks tersebut dibaca dan direnungkan untuk menemukan pesan dari teks Kitab Suci tersebut. Untuk menemukan pesan dari teks Kitab Suci dapat dilakukan dengan membaca teks teks tersebut secara berulang-ulang atau dengan menafsirkannya dengan bantuan buku tafsir. Setelah menemukan pesan dari teks Kitab Suci maka selanjutnya pesan dari teks tersebut dapat dikaitkan dengan pengalaman pribadi dan dapat juga dibuat suatu pertanyaan refleksi untuk dapat mendalami pesan dari teks Kitab Suci. Namun masih ada juga mahasiswa yang tidak melakukan persiapan renungan dengan baik. Terkadang karena ada mahasiswa yang tidak mempersiapkan renungan dan digantikan secara mendadak oleh mahasiswa yang lain untuk membawa renungan atau terkadang hanya diganti dengan doa pagi. 2.
Bagaimana mana model renungan harian yang dilaksanakan di kampus PAK? Jawaban: Renungan harian biasanya diawali dengan doa pembukaan dan isi doa pembukaan dapat disesuaikan dengan teks Kitab Suci atau tema renungan harian. Setelah doa pembukaan dilanjutkan dengan membaca teks Kitab Suci sesuai dengan kalender liturgi dan yang telah disiapkan oleh mahasiswa yang bertugas. Selanjutnya mahasiswa yang bertugas menyampaikan renungan sesuai dengan pesan teks Kitab Suci yang telah ia renungkan sebelumnya dan dapat dihubungkan dengan pengalaman pribadi mahasiswa. Renungan harian kemudian ditutup dengan doa penutup oleh mahasiswa yang bertugas untuk memimpin doa pada hari yang bersangkutan. 3.
Kapan waktu pelaksanaan renungan harian? Jawaban: Renungan harian dilaksanakan setiap hari kuliah sebelum kuliah pertama dimulai. Biasanya waktu yang disiapkan untuk renungan harian sekitar sepuluh (10) menit setelah bel tanda perkuliahan dibunyikan. Renungan dibuka dan ditutup dengan doa oleh mahasiswa yang mendapat tugas untuk memimpin doa. Pada pelaksanaannya, renungan harian terkadang tidak berjalan sesuai dengan giliran mahasiswa yang mendapat tugas seperti yang telah dijadwalkan sebelumnya.
(16)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hal ini dikarenakan mahasiswa yang mendapat giliran untuk untuk melaksanakan renungan tidak memperhatikan jadwal yang ada sehingga tidak mempersiapkan renungan harian.
(17)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 7: Surat Izin Penelitan
(18)