PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DAN RELEVANSINYA TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK DI SEKOLAH DASAR PANGUDI LUHUR KALIREJO SAMIGALUH, KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
S K R I PS I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh: Yosefi Dewi Mahanani Saputra NIM: 121124001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada: Tuhan Yesus Kedua orang tuaku (Cecarius Mujiran dan Cicilia Boniah) Kakakku dan keluarga kecilnya (Yosefita Ika Maharani Saputra, Yusup Nanang Susilo dan Dimas Expectata Putra Yosep) Adikku (Reinarda Omega Dinda Mahardika) Kekasihku (Antonius Hariyanto) sahabat-sahabatku serta semua orang yang mendukung studi dan penyusunan skripsi ini.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.” (Mat 7:7)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK Skripsi ini berjudul “PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DAN RELEVANSINYA TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK DI SEKOLAH DASAR PANGUDI LUHUR KALIREJO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA”. Judul ini dipilih berdasarkan keprihatinan penulis terhadap banyaknya masalah kerusakan lingkungan yang terjadi akhir-akhir ini. Banyak dari bencana alam yang terjadi diakibatkan oleh tangan manusia yang kurang bertanggung jawab dan kurangnya perhatian terhadap kelestarian lingkungan. Kitab Kejadian bab 1 secara jelas menunjukkan bahwa Tuhan memerintahkan manusia untuk merawat dan melestarikan alam beserta isinya. Sebagai manusia yang beriman tentunya kita tidak bisa hanya berdiam diri dalam menanggapi permasalahan kerusakan alam yang terjadi saat ini. Paus Fransiskus dalam Ensiklik Laudato Si menyerukan tentang lingkungan hidup, beliau mengajak kita untuk peduli terhadap alam. Melihat keprihatinan tersebut, maka penulis berusaha mencari bentuk kepedulian dari pihak sekolah Katolik dalam menanggapi permasalahan lingkungan yang terjadi saat ini khususnya. Pendidikan lingkungan menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menanggapi permasalahan yang terjadi. Melalui pendidikan lingkungan diharapkan anak mampu memperkembangkan iman mereka dengan cara dan tindakan yang nyata dalam melestarikan alam dan ciptaan Tuhan. Bertolak dari keadaan ini, penulis ingin mengetahui apakah pendidikan lingkungan juga berdampak bagi perkembangan iman anak. Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah bagaimana pelaksanaan pendidikan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo dan apakah pendidikan lingkungan tersebut mempengaruhi perkembangan iman siswa. Penulis menggunakan studi pustaka dan penelitian untuk menjawab persoalan tersebut. Studi pustaka meliputi berbagai pandangan ahli, pandangan Kitab Suci dan Ensiklik Laudato Si, serta dokumen yang lain. Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian kualitatif. Data diperoleh dari hasil observasi dan wawancara terhadap 8 responden. Data yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo sudah berjalan dengan baik, namun masih harus ditingkatkan sinergi dengan pihak orang tua, agar anak tidak hanya mendapat pendidikan lingkungan di sekolah saja, namun juga di keluarga. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pendidikan berwawasan lingkungan berdampak kepada perkembangan iman siswa di SD PL Kalirejo. Menindaklanjuti hasil penelitian tersebut penulis mengusulkan kegiatan rekoleksi bagi para guru, pembina kebun dan orang tua siswa di SD PL Kalirejo. Melalui kegiatan ini diharapkan kerjasama di antara sekolah dan orang tua khususnya tentang pendidikan lingkungan dapat ditingkatkan.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT This undergraduate thesis is titled "ENVIRONMENTAL EDUCATION AND ITS RELEVANCE ON THE DEVELOPMENT OF CHILDREN FAITH AT THE ELEMENTARI SCHOOL PANGUDI LUHUR KALIREJO". This title is chosen based on the writers concerns on many environmental problem in recent days. A lot of natural disasters caused by human with a poor responsibility and ignorance toward the environmental sustainability. Genesis 1 clearly shows that God commands people to take care and preserve the earth and its contents. As a faithfull we can not stand aside to silent to the problems of the environmental destruction of nowadays. Pope Francis in the Encyclical “Laudato Si” calls for the care of environment. But to this concern, the writer tries to investigati the enviromental care of the Catholic school in response to environmental issues in recent day. Environmental education becomes one of the efforts to solve the problems. Through environmental education, the children are expreted develop their faith in concrets action of conserving the earth and God’s creation. But to this reason, the writer wants to come to know whether environmental education has impact on the faith development of children or not. The key issue in this undergraduate thesis is the implementation of environmental education at the Elementari School Pangudi Luhur Kalirejo and its impact on the development of children faith. The writer employs literature studies and field research to address the issue. Literature studies cours expert views, the traning of Scripture teaching of the Encyclical of Laudato Si and the teaching of other church documents. The field research conducted by the author is a qualitative research. The data is obtained from observations and interviews of eight respondents. The results shows that the of environmental education in The Elementari School Pangudi Luhur Kalirejo is well implemented. However the synergy among the parents, needs to be improved, so that the environmental education is not only exposed in the school, but also in the family. The results also shows that the environmental study program has impact on to the faith development of students in the Elementari School Pangudi Luhur Kalirejo. The writer offers recollection for teachers and parents at the Elementari School Pangudi Luhur Kalirejo. Through this program hopefully the co-operation between schools and parent, especially concerning with environmental education can be improved.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENDIDIKAN LINGKUNGAN
HIDUP
DAN
RELEVANSINYA
TERHADAP
PERKEMBANGAN IMAN ANAK DI SEKOLAH DASAR PANGUDI LUHUR
KALIREJO,
SAMIGALUH,
KULON
PROGO,
DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA. Skripsi ini disusun berdasarkan keprihatinan penulis terhadap banyaknya masalah kerusakan lingkungan yang terjadi akhir-akhir ini dan kurangnya perhatian tentang kelestarian lingkungan tersebut. Sebagian besar dari bencana alam yang telah terjadi diakibatkan oleh ulah manusia yang kurang bertanggung jawab. Sangat menurunnya kesadaran manusia untuk menjaga dan melestarikan lingkungan menjadi permasalahan yang umum terjadi di mana-mana. SD PL Kalirejo menjadi salah satu sekolah Katolik yang mengupayakan berbagai kegiatan untuk mengajak dan membiasakan siswa-siswinya untuk mencintai dan ikut melestarikan lingkungan. Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari berbagai dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan ini, penulis dengan tulus hati dan penuh syukur mengucapkan banyak terimakasih kepada: 1.
Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed. selaku Kaprodi Pendidikan Agama Katolik sekaligus dosen pembimbing utama yang telah memberikan
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dukungan, perhatian, waktu dan dengan penuh kesabaran membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 2.
Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A. selaku dosen penguji II yang telah bersedia membaca,
menyediakan
mempertanggungjawabkannya
waktu serta
bagi memberikan
penulis masukan
dalam untuk
menyempurnakan skripsi ini. 3.
Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd. selaku dosen penguji III yang telah bersedia membaca,
menyediakan
mempertanggungjawabkannya
waktu serta
bagi memberikan
penulis masukan
dalam untuk
menyempurnakan skripsi ini. 4.
Franciscus Xaverius Dapiyanta SFK, M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik yang telah bersedia memberikan perhatian dan masukan dalam pengerjaan skripsi ini.
5.
Ibu A. Srilestari, Bapak Yustinus Haryanto, Ibu Yulia Mei Kurniawati, Ibu Martina Nurcahyanti, Bapak Agustinus Purwo Kaharmunawan, Bapak Ignatius Eko Prasetyo, Bapak F. Sunardi, Ibu Yofita Prima Briske selaku narasumber yang bersedia diwawancarai dan membantu selama penelitian berlangsung.
6.
Segenap staf dosen dan karyawan Prodi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik, membimbing dan mendukung penulis sehingga dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini.
7.
Bapak Cecarius Mujiran, Ibu Cicilia Boniah, Simbah Kromo Irono, Yosefita Ika Maharani Saputra, Reinarda Omega Dinda Mahardika, Antonius Hariyanto, Yusup Nanang Susilo, dan Dimas Expectata Putra Yosep yang telah memberikan cinta, doa, dukungan dan semangat kepada penulis. xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8. Sahabat-sahabat terbaikku Putri Kenanga Arum Wulandari, Elisabeth Lita Wijayani, Maria Oktaviani Wahyu Kusumaningrum, Ayu Dian Ningrum, Brigita Diah yang telah memberikan dukungan dan semangat bagi penulis. 9. Keluarga besar angkatan 2012 yang telah memberikan warna dan dukungan dengan caranya masing-masing untuk menyelesaikan studi dan skripsi ini. 10. Keluarga besar SD PL Kalirejo, yang telah membantu penulis dalam pengerjaan skripsi ini. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang dengan tulus ikhlas memberi dukungan dan masukan hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan pemanfaatan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Yogyakarta, 5 Januari 2017 Penulis,
Yosefi Dewi Mahanani Saputra
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................
iv
HALAMAN MOTTO ..................................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................
vi
PERSETUJUAN PUBLIKASI .....................................................................
vii
ABSTRAK ..................................................................................................
viii
ABSTRACT ..................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR .................................................................................
x
DAFTAR ISI ...............................................................................................
xiii
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. xvii BAB I. PENDAHULUAN ...........................................................................
1
A. Latar Belakang ....................................................................................
1
B. Rumusan Permasalahan ......................................................................
7
C. Tujuan Penulisan ................................................................................
7
D. Manfaat Penulisan ..............................................................................
7
E. Metode Penulisan ...............................................................................
8
F. Sistematika Penulisan .........................................................................
8
BAB II. PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DAN RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN IMAN ANAK ...............................
10
A. Pendidikan ..........................................................................................
11
1. Pengertian Pendidikan ....................................................................
11
2. Tujuan Pendidikan Menurut Dokumen Konsili Vatikan II (Gravisi mum Educationis) dan Para Ahli ....................................................
13
B. Lingkungan Hidup ...............................................................................
16
1. Pandangan Kitab Suci dan Gereja Mengenai Lingkungan Hidup ...
16
a. Pandangan Kitab Suci Perjanjian Lama ......................................
16
b. Pandangan Kitab Suci Perjanjian Baru .......................................
19
c. Ajaran Sosial Gereja ..................................................................
20
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Pengertian Lingkungan Hidup .......................................................
21
3. Tanggung Jawab Atas Lingkungan Hidup .....................................
22
4. Hubungan Antara Manusia dan Alam ............................................
23
5. Manusia Ditugaskan Memelihara Bumi .........................................
24
6. Macam-macam Pencemaran Lingkungan ......................................
25
7. Teladan Santo Fransiskus Asisi yang Cinta Lingkungan ................
29
C. Pendidikan Lingkungan Hidup ............................................................
30
1. Pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup ......................................
30
2. Tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup ...........................................
33
3. Lingkup Materi Pendidikan Lingkungan Hidup ..............................
35
4. Contoh Sekolah Berwawasan Lingkungan ......................................
40
D. Relevansi Terhadap Perkembangan Iman Anak ...................................
43
1. Iman .............................................................................................
43
2. Perkembangan Iman Anak ............................................................
44
3. Relevansi Pendidikan Lingkungan terhadap Perkembangan Iman Anak ............................................................................................
47
BAB III. PENDIDIKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI SD PL KALIREJO SEBAGAI USAHA MENINGKATKAN PERKEMBANGAN IMAN SISWA ...........................................
51
A. Konteks SD PL Kalirejo .....................................................................
52
1. Sejarah Singkat SD PL Kalirejo .....................................................
52
2. Visi SD PL Kalirejo .......................................................................
54
3. Misi SD PL Kalirejo .......................................................................
54
4. Tujuan Sekolah ..............................................................................
55
5. Gambaran Lingkungan SD PL Kalirejo ..........................................
57
a. Lingkungan Fisik .......................................................................
57
b. Lingkungan Administratif Organisatoris ....................................
59
c. Lingkungan Akademik ..............................................................
60
d. Lingkungan Sosial .....................................................................
60
6. Kegiatan-kegiatan Pengembangan Diri di SD PL Kalirejo ..............
62
7. Jumlah Warga Sekolah ...................................................................
64
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Penelitian tentang Pendidikan Berwawasan Lingkungan sebagai Usaha Meningkatkan Perkembangan Iman Siswa di SD PL Kalirejo ...
65
1. Desain Penelitian ..........................................................................
65
a. Latar Belakang Penelitian ...........................................................
65
b. Variabel Penelitian ....................................................................
68
c. Definisi konseptual ....................................................................
68
d. Tujuan Penelitian .......................................................................
69
e. Jenis Penelitian ..........................................................................
69
f. Instrumen Pengumpulan Data ....................................................
70
g. Responden Penelitian .................................................................
72
h. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................
72
i. Kisi - Kisi ..................................................................................
72
2. Laporan Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian ............
74
a. Laporan Penelitian .....................................................................
74
b. Pembahasan Hasil Penelitian .....................................................
89
3. Kesimpulan Penelitian ..................................................................
96
BAB IV. USULAN KEGIATAN UNTUK MENINGKATKAN USAHA PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DEMI PERKEMBANGAN IMAN ANAK DI SD PL KALIREJO .........
99
A. Latar Belakang Kegiatan...............................................................
99
B. Tujuan Kegiatan .......................................................................... 100 C. Usulan dan Bentuk Kegiatan ........................................................ 101 1. Tema ....................................................................................... 101 2. Tujuan ...................................................................................... 102 3. Peserta ..................................................................................... 102 4. Tempat dan Waktu .................................................................. 102 5. Bentuk Rekoleksi .................................................................... 102 6. Sumber Bahan ......................................................................... 103 7. Metode Rekoleksi .................................................................... 103 8. Sarana ..................................................................................... 103 9. Susunan Acara.......................................................................... 104 10. Rincian Usulan Kegiatan ....................................................... 105
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V. Kesimpulan dan Saran ................................................................... 116 A. Kesimpulan .................................................................................. 116 B. Saran ............................................................................................ 118 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 120 LAMPIRAN ................................................................................................ 122 Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian ........................................................
(1)
Lampiran 2: Panduan Wawancara .......................................................
(2)
Lampiran 3: Identitas Responden ........................................................
(3)
Lampiran 4: Transkrip Hasil Wawancara ............................................
(5)
Lampiran 5: Latar Belakang, Visi, Misi dan Tujuan Sekolah . .............. (30) Lampiran 6: Artikel tentang SD Pangudi Luhur Kalirejo ..................... (34) Lampiran 7: Foto Hasil Penelitian ........................................................ (37)
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Teks Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam penulisan skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departmen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GE
: Gravisimum Educationis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Pendidikan Kristen, diresmikan oleh paus Paulus VI pada 28 Oktober 1965.
KGK
: Katekismus Gereja Katolik, katekismus yang dipergunakan dalam Gereja Katolik, diresmikan oleh Paus Paulus II pada tahun 1992.
LS
: Laudato Si, ensiklik dari Paus Fransiskus mengenai pertobatan ekologis, diresmikan pada bulan Juni 2015.
PP
: Populorum Progessio, ensiklik yang ditulis oleh Paus Paulus VI tentang perkembangan orang-orang dan bahwa dunia seharusnya melayani semua
semua umat manusia dan tidak hanya sebagian kecil saja,
diterbitkan pada 26 Maret 1967.
C. Singkatan Lain Art.
: Artikel
Ay
: Ayat
Balita
: Bawah lima tahun xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BKSN
: Bulan Kitab Suci Nasional
BPBD
: Badan Penanggulangan Bencana Daerah
CU
: Credit Union
DKV
: Dokumen Konsili Vatikan
Dll
: Dan lain-lain
FGD
: Focus Group Discussion
Ha
: Hektar
HP
: Hand Phone
IPA
: Ilmu Pengetahuan Alam
IPTEK
: Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
IQ
: Intelligence Quotients
ISPA
: Infeksi Saluran Pernafasan Akut
KBM
: Kegiatan Belajar Mengajar
KWI
: Konferensi Waligereja Indonesia
Mading
: Majalah dinding
P
: Tradisi Priester
PAK
: Pendidikan Agama Katolik
PB
: Perjanjian Baru
PL
: Pangudi Luhur
PL
: Perjanjian Lama
Sbb
: Sebagai berikut
SD
: Sekolah Dasar
Th
: Tahun
TK
: Taman Kanak-Kanak xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
TU
: Tata Usaha
UKS
: Usaha Kesehatan Sekolah
UNESCO
: United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization
UPTD
: Unit Pelaksana Teknis Daerah
WIB
: Waktu Indonesia Barat
Y
: Tradisi Yahwista
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup, dijelaskan bahwa lingkungan hidup adalah “kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.”
Jelas bahwa manusia
menjadi salah satu pihak yang sangat berperan dalam keberlangsungan lingkungan hidup. Namun seperti yang sudah kita ketahui bersama, saat ini kenyataan yang terjadi di bumi ini mengalami krisis lingkungan hidup. Terjadi kerusakan lingkungan di mana-mana dan sebagian besar kasus yang terjadi karena ulah manusia yang kurang mempedulikan kelestarian lingkungan sekitar, seperti: pemakaian bahan-bahan kimia yang berbahaya sehingga dapat merusak kesuburan tanah, membuang sampah sembarangan, melakukan penebangan pohon secara liar dan berbagai kegiatan lain yang merusak lingkungan alam sekitar. Oleh karena itu sebagai manusia yang mempunyai tanggung jawab dan tidak bisa terlepas dari alam, kita tidak bisa tinggal diam tanpa mencari cara untuk mengatasi permasalahan tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Sonny Keraf (2010: 26), sudah sangat banyak kejadian yang melanda tanah air Indonesia, beliau mengatakan bahwa: Bencana demi bencana selalu saja datang silih berganti. Sebagian di antara bencana ini kita kategorikan sebagai bencana alam, karena memang bencana tersebut adalah murni peristiwa alam. Gempa bumi, tsunami, gunung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
meletus adalah beberapa contoh bencana alam yang kita maksud. Tetapi, selebihnya adalah bencana lingkungan hidup. Di sini dikatakan bencana lingkungan hidup sebagian kejadiannya karena adanya krisis lingkungan hidup yang disebabkan oleh ulah manusia yang kurang bertanggung jawab dan kurang peduli akan kelestarian lingkungan. Bencana alam di negara Indonesia ini tidak hanya diakibatkan oleh pengaruh alami saja. Namun juga sebagian besar sudah ada campur tangan manusia di dalamnya. Manusia juga ikut ambil bagian sampai terjadinya bencana dan peristiwa tersebut. Hal ini dapat diambilkan contoh dari salah satu berita dari Kompas.com karangan Yunanto Wiji yang diterbitkan pada tanggal 14 September 2015, sebagai berikut: Lahan terbakar terluas berada di Riau, mencapai 2.025,42 hektar (ha). Provinsi dengan luas lahan terbakar signifikan lainnya ialah Kalimantan Barat (900,20 ha), Kalimantan Tengah (655,78 ha), Jawa Tengah (247,73 ha), Jawa Barat (231,85 ha), Kalimantan Selatan (185,70 ha), Sumatera Utara (146 ha), Sumatera Selatan (101,57), dan Jambi (92,50 ha). Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho melaporkan, kemarin, jumlah titik panas di Sumatera mencapai 944 titik dan di Kalimantan 222 titik. Kebakaran hutan dan lahan pun diperkirakan masih terus berlangsung, bahkan hingga ke taman nasional. Berdasarkan pemetaan yang dilakukan Kompas dari pemberitaan sejak 1960-an hingga saat ini, kebakaran terjadi berulang, bahkan terlihat ada peningkatan jumlah titik api dalam empat dekade ini. Rekapitulasi luas kebakaran hutan per provinsi di Indonesia tahun 2010-2015 dalam situs Kementerian Lingkungan Hidup juga menunjukkan hal itu. Dibandingkan tahun 2010, luas lahan terbakar meningkat puluhan kali lipat. Di Jambi, contohnya, di tahun 2010, lahan terbakar hanya 2,5 ha. Tahun 2014 meningkat menjadi 3.470 ha. Sumber lain menyebutkan, kebakaran di Jambi dalam satu bulan terakhir telah menyebar ke areal seluas 40.000 ha. Sebanyak 33.000 ha di antaranya merupakan kebakaran gambut yang masih terus meluas. Sementara itu, di Kalimantan Tengah, tahun ini, berdasarkan data pemadaman kebakaran BPBD kabupaten/kota se-Kalimantan Tengah, luas lahan terbakar sejak Januari hingga 10 September mencapai 940,9 ha. Pada 2014, kebakaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
lahan menghanguskan 4.022 ha. Kerugian yang ditimbulkan dari bencana ini sangat besar. Kerugian yang terjadi akibat bencana asap itu tidak hanya materi yang tak terhitung nilainya, tetapi juga kerusakan lingkungan dan menurunnya kualitas kesehatan masyarakat. Bencana asap itu bahkan telah merenggut korban jiwa gadis kecil tunas bangsa akibat terpapar asap pekat yang terjadi di Pekanbaru, Kamis pekan lalu. Belum lagi puluhan ribu orang di wilayah Sumatera dan Kalimantan yang menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) karena terpapar asap. Artikel tersebut menyampaikan kepada kita bahwa akibat ulah manusia dapat menimbulkan terjadinya bencana yakni kebakaran hutan di berbagai tempat. Dengan adanya peristiwa ini pula ditekankan bahwa bencana tidak semata-mata hanya karena kejadian alamiah saja, bencana alam juga diakibatkan oleh tangan manusia. Kebakaran hutan yang diakibatkan oleh moralitas manusia yang tidak peduli akan kelestarian lingkungan demi mencapai berbagai kepentingan dan keserakahan ini pada akhirnya hanya akan membawa bencana dan merusak lingkungan. Bahkan berbagai kerusakan finansial juga akan muncul, seperti: kerusakan alam, flora dan fauna. Kerusakan
lingkungan
yang
terjadi
di
bumi
ini
sudah
sangat
mengkhawatirkan. Kerusakan lingkungan ini tidak hanya dialami oleh masyarakat lokal saja namun sudah sampai pada skala global. Banyak kejadian yang kita baca di surat kabar maupun dilihat di siaran televisi seperti: sampah yang menggunung, banjir di daerah perkotaan karena kurangnya kesadaran para warganya, polusi udara, polusi air, pemakaian produk bahan kimia yang merusak kesuburan tanah, pemakaian bahan bakar yang tidak ramah lingkungan, limbah-limbah pabrik yang tidak diolah dengan baik dan berbagai kejadian lain yang dapat merusak lingkungan sekitar kita. Contoh peristiwa kongkret yang kita alami akhir-akhir ini adalah peristiwa asap yang terjadi di Sumatera.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Namun yang terjadi saat ini bahwa kesadaran manusia akan kelestarian lingkungan hidup masih sangat kurang dibuktikan. Sejalan dengan itu, Paus Fransiskus dalam (LS, art. 20) mengatakan bahwa “ada beberapa bentuk pencemaran lingkungan yang dialami orang setiap hari. Polusi udara adalah salah satunya.” Polusi ini mengakibatkan berbagai masalah kesehatan, terutama bagi masyarakat miskin dan menyebabkan jutaan kematian dini. Dari tulisan Paus Fransiskus dalam Laudato Si artikel 20 ini jelas bahwa salah satu bentuk pencemaran lingkungan yang terjadi saat ini adalah polusi udara. Dan polusi ini mengakibatkan berbagai permasalahan, salah satunya di bidang kesehatan. Banyak sekali penyakit yang disebabkan oleh polusi udara, mulai dari penyakit ringan sampai penyakit yang sangat berbahaya bagi tubuh manusia. Kurangnya kesadaran akan kelestarian tersebut juga mengakibatkan perubahan iklim yang akan terjadi di bumi ini. Seperti yang disampaikan oleh Paus Fransiskus (LS, art. 25): Perubahan iklim merupakan masalah global dengan dampak buruk untuk lingkungan, masyarakat, ekonomi, perdagangan dan politik. Ini merupakan salah satu tantangan utama yang dihadapi umat manusia pada zaman kita. Dampak terburuk mungkin akan dirasakan dalam beberapa dekade mendatang oleh negara-negara berkembang. Banyak orang miskin tinggal di wilayah-wilayah yang paling dipengaruhi oleh berbagai gejala yang terkait dengan pemanasan bumi, sementara penghidupan mereka sangat tergantung pada cadangan alam dan jasa ekosistem seperti pertanian, perikanan dan kehutanan. Dari pernyataan ini jelas terlihat apabila kelestarian lingkungan tidak diperhatikan akan berdampak buruk pada manusia, salah satunya adalah perubahan iklim yang drastis dan hal ini akan berdampak negatif, khususnya kepada mereka yang miskin dan tinggal di wilayah yang paling dipengaruhi oleh berbagai gejala yang terkait dengan pemanasan bumi, padahal hidup mereka hanya bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
mengandalkan hasil dari alam. Ketika alam ini rusak oleh perubahan iklim, maka alam juga akan sulit mengeluarkan hasil yang cukup demi pemenuhan kebutuhan manusia. Alkitab juga secara jelas mengungkapkan bahwa kerusakan alam selama ini adalah karena ulah manusia, karena kejahatan manusia. Salah satu contohnya di dalam Kitab Mazmur 107:33-34, dituliskan bahwa: “Dibuat-Nya sungai-sungai menjadi padang gurun dan pancaran-pancaran air menjadi tanah gersang, tanah yang subur menjadi padang pasir, oleh sebab kejahatan orang-orang yang diam di dalamnya.” Dua ayat dari Kitab Mazmur ini jelas bahwa kejahatan manusialah yang telah mengakibatkan kerusakan dan kehancuran lingkungan hidup ini. Namun Tuhan tidak menghendaki musnahnya ciptaan-Nya. Sebagai suatu bentuk kesadaran terhadap lingkungan, warga Katolik yang berpendidikan tidak bisa tinggal diam melihat kerusakan alam yang terjadi di sekitar kita. Sekolah Katolik tentunya dapat ikut ambil bagian dalam menghadapi masalah lingkungan saat ini misalnya lewat bidang pendidikan. Menurut Syukri Hamzah (2013: 14) dikatakan bahwa: Pendidikan harus dapat dimanfaatkan sebagai sarana pembentukan sikap dan kepedulian terhadap lingkungan secara efektif. Melalui pendidikan yang intensif sangat dimungkinkan untuk meningkatkan kualitas sikap dan perilaku yang positif terhadap lingkungan, karena melalui pendidikan dapat diwujudkan kesiapan mental dan kecenderungan untuk berperilaku positif terhadap suatu obyek tertentu yang dalam hal ini adalah lingkungan hidup. Dari pernyataan itu jelas bahwa pendidikan berkaitan dengan upaya pelestarian lingkungan merupakan hal yang penting diberdayakan. Pendidikan lingkungan hidup harus diberikan sejak dini, setidaknya sejak anak-anak duduk di bangku sekolah dasar, berbagai pembelajaran tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
pendidikan lingkungan hidup sudah harus diberikan. Pendidikan lingkungan hidup ini tidak hanya akan berpengaruh pada kesadaran anak akan kelestarian lingkungan hidup namun juga diharapkan lewat pendidikan ini, iman anak juga dapat berkembang. Pihak sekolah dapat memberikan suatu wadah pendidikan yang dilakukan untuk menjawab permasalahan lingkungan hidup yang telah terjadi saat ini. Salah satu sekolah Katolik yang terletak di Perbukitan Menoreh menaruh perhatiannya terhadap kelestarian lingkungan hidup yang ditempatkan dalam salah satu kegiatan wajib sekolah. Sekolah ini adalah SD PL Kalirejo. Berangkat dari keprihatinan pihak sekolah terhadap kurangnya pendidikan lingkungan hidup dan keadaan lingkungan sekitar yang semakin parah serta rendahnya kesadaran anakanak jaman sekarang untuk melestarikan alam ciptaan Tuhan, pihak sekolah menyediakan suatu wadah dengan membuat suatu kegiatan yang dimasukkan dalam kegiatan pengembangan diri, yaitu kegiatan berkebun. Lewat kegiatan berkebun ini, para siswa diharapkan mampu menumbuhkan rasa kepedulian mereka terhadap kelestarian alam ciptaan Tuhan. Dalam kegiatan ini para siswa diajarkan berbagai macam kegiatan mulai dari pengetahuan awal mengenai kegiatan berkebun, pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman, panen sampai pada pengolahan hasil panen. Dari uraian latar belakang tersebut, penulis hendak menuangkan gagasan pemikiran ini dalam skripsi berjudul: PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DAN RELEVANSINYA TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK DI SD PL KALIREJO, SAMIGALUH, KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis menyampaikan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan lingkungan hidup dan relevansinya terhadap perkembangan iman anak? 2. Seberapa
besar
pengaruh
pendidikan
berwawasan
lingkungan
untuk
perkembangan iman anak? 3. Usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendidikan lingkungan hidup?
C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui pengertian tentang pendidikan lingkungan hidup dan relevansinya terhadap perkembangan iman anak. 2. Mengetahui seberapa besar pengaruh kegiatan berkebun untuk perkembangan iman anak. 3. Menyampaikan usaha kongkrit lainnya yang dapat dilakukan sebagai sumbangan pemikiran yang sesuai untuk meningkatkan pendidikan lingkungan hidup.
D. Manfaat Penulisan Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi pihak kampus: Membantu Program Studi PAK untuk menyediakan data ilmiah mengenai pendidikan lingkungan hidup dan relevansinya terhadap perkembangan iman anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
2. Bagi pihak sekolah secara umum Sebagai masukan bagi sekolah-sekolah yang lain untuk menyadarkan pihak sekolah akan pentingnya pendidikan lingkungan hidup sejak dini. 3. Bagi para pembaca Semoga para pembaca tergerak hatinya dan tersadar akan pentingnya pendidikan lingkungan hidup sejak dini demi perkembangan iman anak-anak.
E. Metode Penulisan Penulisan skripsi ini menggunakan metode deskripsi analitis, yaitu menerangkan pengertian tentang pendidikan lingkungan hidup dan relevansinya terhadap perkembangan iman anak salah satunya dengan kegiatan berkebun. Kemudian guna mengetahui apakah kegiatan berkebun dapat menjadi salah satu usaha untuk melestarikan pendidikan lingkungan hidup, diadakan sebuah penelitian dengan cara wawancara kepada para guru dan pembina kebun kemudian hasil penelitian tersebut dianalisis dan dijelaskan. Pada akhirnya penulis memberikan sumbangan pemikiran berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian yang diharapkan akan berguna bagi siswa dan pihak sekolah.
F. Sistematika Penulisan Judul skripsi yang dipilih adalah PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DAN RELEVANSINYA TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK DI SD PL KALIREJO, SAMIGALUH, KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Secara keseluruhan dalam penulisan skripsi ini dibagi ke dalam empat bab. Adapun perinciannya sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Bab I merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan. Bab II menguraikan penjelasan tentang pendidikan, lingkungan hidup, pendidikan lingkungan dan perkembangan iman anak menurut para ahli dan beberapa teori. Bab III menyampaikan gambaran faktual tentang gambaran umum SD PL Kalirejo dan membahas penelitian mengenai pendidikan lingkungan hidup dan relevansinya terhadap perkembangan iman anak, laporan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan hasil penelitian. Bab IV berisi usulan kegiatan untuk meningkatkan usaha pendidikan lingkungan hidup di SD PL Kalirejo. Bab ini menguraikan latar belakang kegiatan, tujuan kegiatan, usulan dan bentuk kegiatan. Bab V merupakan penutup yang mencakup dua bagian. Bagian pertama membahas kesimpulan untuk menjawab rumusan permasalahan serta tujuan penulisan. Bagian kedua berisikan saran yang ditujukan kepada SD PL Kalirejo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DAN RELEVANSINYA UNTUK PERKEMBANGAN IMAN ANAK
Bab sebelumnya sudah disampaikan tentang latar belakang mengenai penulisan topik pendidikan lingkungan hidup, rumusan masalah yang dibahas, tujuan penulisan, manfaat penelitian, metode penulisan dan sistematika penulisan yang digunakan sebagai salah satu acuan pengembangan tulisan ini. Pada bab II ini penulis membahas dan mendalami pendidikan lingkungan hidup yang dibagi ke dalam empat bagian, yaitu: pendidikan, lingkungan hidup, pendidikan lingkungan hidup dan perkembangan iman anak. Pada bab ini penulis memaparkan kajian pustaka yang didapat dari berbagai sumber yang berhubungan erat dengan pendidikan lingkungan hidup dan perkembangan iman anak. Pembahasan yang pertama berisi pengertian pendidikan dan tujuan pendidikan. Pembahasan kedua berisi pengertian lingkungan hidup, tanggung jawab atas lingkungan hidup, pandangan Kitab Suci Perjanjian Lama mengenai lingkungan hidup, Ajaran Sosial Gereja mengenai lingkungan hidup, manusia ditugaskan memelihara bumi, macam-macam pencemaran lingkungan dan hubungan antara manusia dan alam. Pembahasan ketiga berisi pengertian pendidikan lingkungan hidup, tujuan pendidikan lingkungan hidup dan lingkup materi pendidikan lingkungan hidup. Pembahasan keempat berisi mengenai iman dan perkembangan iman anak. Berikut ini penulis akan menguraikan secara lengkap mengenai pokok-pokok bahasan di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
A. Pendidikan 1. Pengertian Pendidikan Gatut Saksono (2008: 73) mengungkapkan pendapat dari Driyarkara mengenai pendidikan. Dikatakan bahwa “pendidikan terjadi dengan dan dalam hidup bersama.” Artinya proses pendidikan merupakan perbuatan ataupun tindakan yang disadari untuk memasukkan manusia muda ke dunia manusia. Hal ini menunjuk bagaimana keberadaan seorang manusia menjadi manusia seutuhnya menjadi hal yang ditekankan. Bartolomeus Samho (2013: 74) mengungkapkan pandangan Ki Hadjar Dewantara bahwa “pendidikan dan pengajaran adalah daya-upaya yang disengaja secara terpadu dalam rangka memerdekakan aspek lahiriah dan batiniah manusia.” Pengajaran merupakan salah satu bagian dari pendidikan. Pengajaran adalah pendidikan dengan cara memberikan ilmu ataupun pengetahuan serta memberikan ketrampilan, pengertian dan pelatihan kepada anak yang akhirnya dapat bermanfaat untuk hidup anak tersebut. Ki Hadjar Dewantara juga menerapkan tiga semboyan pendidikan yang menunjukkan kekhasan Indonesia, yakni “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani” (Samho, 2013: 78). Dari penggalan semboyan Ing Ngarsa Sung Tuladha dapat diartikan bahwa di dalam dunia pendidikan, saat seorang pendidik berada di depan ia sebaiknya memberikan teladan kepada murid-muridnya. Seorang pendidik adalah pemimpin yang memberikan contoh baik dalam perkataan maupun perbuatannya sehingga pantas diteladani oleh para muridnya. Kemudian untuk makna Ing Madya Mangun Karsa, bahwa ketika seorang pendidik berada di tengah para muridnya haruslah terus-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
menerus memotivasi mereka untuk terus berkarya, membangun niat, semangat dan menumbuhkan ide-ide agar para muridnya produktif dalam berkarya. Sedangkan Tut Wuri Handayani, mempunyai arti bahwa seorang pendidik ketika berada di belakang hendaknya selalu mendorong dan mendukung para peserta didiknya untuk berkarya ke arah yang benar. Ketiga semboyan ini juga sebaiknya diimbangi dengan prinsip pembelajaran learning by doing antara pendidik dan murid. Belajar dengan mengerjakan atau yang sering terkenal dengan istilah learning by doing tentunya bukan hanya sekedar metode pembelajaran tetapi suatu kenyataan hidup. Seluruh aspek di dalam kehidupan dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran. Menurut pandangan Maria Montessori yang diterjemahkan oleh Dariyatno (2008: 356) di jelaskan bahwa “manusia merupakan makhluk yang utuh, namun keutuhan ini harus dibangun dan dibentuk melalui pengalaman aktif di dunia nyata, yang diatur oleh hukum-hukum alam”. Hal tersebut ingin menunjukkan bahwa pengalaman nyata yang dilakukan oleh anak-anak menjadi bekal yang penting bagi keutuhan perkembangan dirinya. Anak tidak hanya terbatas untuk mempelajari halhal yang bersifat kognitif saja, namun harus mempraktekkan apa yang telah mereka terima ke dalam pengalaman nyata di kehidupan sehari-harinya. Sukardjo & Ukim Komarudin (2009: 7) mengungkapkan istilah pendidikan berasal dari kata paedagogie yang secara etimologik kata ini “berasal dari bahasa Yunani yaitu paedagogia yang berarti pergaulan dengan anak. Perkataan untuk pedagogi juga berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu paid yang bermakna anak dan ogogos yang berarti membimbing”. Pendidikan adalah proses pembinaan yang memungkinkan anak mampu mengembangkan semua potensi dan kemampuan yang ia miliki yang dapat bernilai positif di dalam masyarakat sekitar ia tinggal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Menurut Sukardjo & Ukim Komarudin (2009: 9) “Pendidikan dimulai di dalam keluarga bagi anak yang belum mandiri, kemudian diperluas di lingkungan tetangga atau komunitas sekitar, lembaga prasekolah, persekolahan formal dan tempat-tempat lain”. Pendidikan tidak hanya sekedar mengajarkan sesuatu kepada seseorang terlebih kepada anak, melainkan lebih kepada proses membimbing dan membina. Sudah diketahui sejak dahulu bahwa keluarga adalah tempat yang paling pertama dan terutama dalam proses mendidik seorang anak. Seorang anak menyerap segala sesuatu yang dia peroleh dalam keluarga. Kemudian setelah itu lingkungan sekolah dan masyarakat yang kemudian juga memberikan pengaruh terhadap pendidikan seorang anak.
2. Tujuan Pendidikan menurut Dokumen Konsili Vatikan II Gravisimum Educationis dan Para Ahli “Semua orang dari suku, kondisi atau usia manapun, berdasarkan martabat mereka selaku pribadi, mempunyai hak yang tak dapat diganggu gugat atas pendidikan yang cocok dengan tujuan” (GE, art. 1). Pernyataan ini menjelaskan bahwa setiap orang memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Tidak ada pengecualian yang mempengaruhi seseorang untuk tidak menerima pendidikan, baik dilihat dari suku, kondisi ekonomi, maupun jenis kelamin karena semua orang mempunyai hak yang sama. Bahkan faktor usia tidak menjadi penghalang untuk terus memperoleh pendidikan, karena pendidikan berlangsung seumur hidup. Tujuan pendidikan adalah perkembangan manusia sebagai suatu pribadi dan akhirnya demi kesejahteraannya sebagai anggota suatu masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
“Pendidikan itu tidak hanya bertujuan pendewasaan pribadi manusia seperti telah diuraikan, melainkan terutama hendak mencapai, supaya mereka yang telah dibabtis langkah demi langkah makin mendalami misteri keselamatan” (GE, art. 2). Melalui dunia pendidikan, khususnya pendidikan Kristiani, seseorang yang menerima pendidikan tidak hanya diharapkan mencapai perkembangan pribadinya saja, namun sampai kepada penyadaran karunia iman yang telah diterima sejak dibabtis dan mampu menghayati hidup sebagai manusia baru dalam kebenaran. Sardy (1985: 3) mengungkapkan gagasan mengenai tujuan pendidikan menurut UNESCO yakni: menjunjung tinggi nilai luhur manusia, pendidikan mengarah kepada kreativitas, orientasi pada keterlibatan sosial, pendidikan adalah pembentukan manusia sempurna.
a. Menjunjung Tinggi Nilai Luhur Manusia “Pendidikan bertujuan menjadikan orang semakin menjunjung tinggi nilainilai luhur manusia. Keluhuran manusia haruslah dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah” (Sardy, 1985: 3). Manusia harus dipandang sebagai pribadi yang kongkrit yang hidup dan mempunyai martabat yang tidak boleh diobjekkan. Di antara manusia perlu adanya kesadaran untuk mau menerima orang lain dengan segala perbedaannya dan diharapkan setiap individu tidak menjadikan agama, kepercayaan, ideologinya dan hal-hal yang melekat pada dirinya sebagai patokan bagi orang lain.
b. Pendidikan Mengarah kepada Kreativitas “Pada dasarnya setiap individu memiliki potensi kreativitas, potensi inilah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
yang ingin dijadikan aktual oleh pendidikan” (Sardy, 1985: 4). Salah satu tujuan pendidikan adalah menjadikan seseorang agar menjadi pribadi yang kreatif. Segi kekreatifan ini dapat dilihat dalam kehidupan anak-anak dan orang muda, mulai dari semangat kreatif, rasa ingin tahu yang tinggi dan berpikir secara kritis.
c. Orientasi pada Keterlibatan Sosial “Pendidikan harus mempersiapkan orang untuk hidup berinteraksi dalam masyarakat secara bertanggungjawab” (Sardy, 1985: 4). Kegiatan awal yang dapat dilakukan agar seseorang mampu berinteraksi dengan penuh tanggung jawab dengan cara belajar berpartisipasi dan melibatkan diri secara aktif dalam setiap kegiatan yang ada di masyarakat. Dari segi pendidikan, sekolah menjadi faktor yang penting. Sekolah dapat dijadikan sebagai suatu wadah untuk memfasilitasi hal tersebut. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah menolong manusia muda untuk mampu terlibat aktif dalam kehidupan masyarakat dan sosialnya.
d. Pendidikan adalah Pembentukan Manusia Sempurna. “Pendidikan bertugas untuk mengembangkan potensi-potensi individual semaksimal mungkin dalam batas-batas kemampuannya, sehingga terbentuk manusia yang pandai, trampil, jujur yang tahu kadar kemampuannya dan batasbatasnya serta kehormatan diri” (Sardy, 1985: 5). Tujuan ini akan tercapai apabila dalam diri seseorang tersebut terjadi proses perpaduan dan keselarasan antara unsur fisik, emosional, intelektual dan unsur lainnya. Proses pendidikan ini berlangsung secara terus-menerus dan seumur hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
B. Lingkungan Hidup 1. Pandangan Kitab Suci dan Gereja mengenai Lingkungan Hidup a. Pandangan Kitab Suci Perjanjian Lama Chang (2001: 46) menjelaskan bahwa “orang Kristen dan Yahudi tidak menggunakan Kitab Suci sebagai sumber pengetahuan tentang alam semesta. Kitab Suci bukan merupakan buku ilmiah yang mengisahkan sejarah setiap pengada, namun kitab yang mengajarkan manusia untuk hidup dengan adil”. Hal itu dikarenakan para penulis Kitab Suci tidak menggunakan gaya bahasa yang khas mengenai ilmu alam atau ilmu fisika, karena mereka adalah orang-orang yang hidup dalam dunia “prailmiah”. Para penulis Kitab Suci memberikan manusia pada tempat kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan yang hidup berdampingan dengan makhluk ciptaan yang lain. Chang (2001: 47) mengemukakan pandangan Kitab Suci Perjanjian Lama mengenai lingkungan hidup, bahwa “Dalam Perjanjian Lama, kosmos dipandang sebagai yang berbeda dari Tuhan. Dunia dilukiskan sebagai suatu keadaan dengan keindahan yang tidak sanggup diungkapkan secara penuh oleh gaya sastra MazmurMazmur dan Kebijaksanaan”. Dunia dan segala sesuatu yang terkandung di dalamnya diciptakan oleh Tuhan melalui sabda-Nya. Dan kisah penciptaan dalam PL tidak diarahkan kepada pemikiran manusia, namun gagasan di dalamnya diarahkan kepada ajaran iman yang kebenarannya dipertegas secara terus-menerus. Chang (2001: 47) juga mengungkapkan pandangan dari K. Meyer-Abich yakni “kebijaksanaan dalam PL (khususnya Mazmur) memahami dunia sebagai keindahan yang terpotret”. Keindahan ini tidak lain berasal dari mutu seni yang ditentukan secara manusiawi. Keindahan tersebut dapat diartikan sebagai sebuah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
norma yang dapat digunakan untuk membentengi diri dari hal-hal negatif yang dapat menyerang manusia. Berikut adalah pandangan mengenai lingkungan hidup menurut Kitab Kejadian dan Kitab Mazmur.
1) Kitab Kejadian Menurut pandangan Chang (2001: 48) “dalam Perjanjian Lama, Kitab Kejadian dan Ulangan yang paling banyak berbicara mengenai lingkungan hidup”. Para pengarang dalam kedua kitab ini sering kali mengaitkan pengalaman hidup mereka mengenai lingkungan dengan pemahaman tentang sejarah penyelenggaraan ilahi Israel sebagai bangsa yang dipersatukan dengan Tuhan dan sebagai bangsa yang telah dijanjikan tanah khusus. Para pengarang kedua kitab ini menggolongkan alam semesta ke dalam peristiwa penciptaan manusia dan mereka menyisipkannya ke dalam terjadinya kehidupan. Dalam Kej 1:27-28 dituliskan: Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranak cuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi. Dari kutipan ini, kata-kata “taklukkan” dan “berkuasalah” dijadikan kata kunci yang mengandaikan bahwa tugas manusia adalah menaklukkan dan menguasai bumi dengan segala isinya. Namun menaklukkan dan menguasai di sini bukan berarti dengan bebas dan tanpa aturan. Allah menyuruh untuk menaklukkan dan menguasai dalam artian agar manusia mengelola segala sesuatu yang berada di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
bumi untuk memuliakan Allah bukan untuk mengeksploitasi bumi demi mencari keuntungan dan kenyamanan mereka. Masa depan bumi ini diserahkan kepada tangan manusia.
2) Kitab Mazmur Chang (2001: 49) menyampaikan gagasannya bahwa “Mazmur 19 (ayat 25b) merupakan salah satu contoh kerygma mengenai kosmos sebagai buah tangan Tuhan”. Chang (2001: 50) juga menyampaikan pendapatnya bahwa “Mazmur 104 juga mengumandangkan pandangan bahwa penciptaan alam semesta dalam Kejadian 1 dengan menampilkan unsur-unsur alam, seperti cahaya, gunung, matahari, tumbuh-tumbuhan, hewan, tanah, dll”. Di dalam kutipan-kutipan kitab ini tidak diceritakan tentang peristiwa penciptaan lagi, namun peristiwa penciptaan tersebut direnungkan dan dikidungkan. Kitab Mazmur ini tidak menelusuri dan menerangkan bagaimana asal-muasal suatu penciptaan tetapi lebih bertujuan agar pembaca memahami keindahan dan keteraturan di dalam penciptaan tersebut. Penciptaan alam semesta di dalam Kitab Mazmur dipahami sebagai tindakan sekarang ini dan bukan peristiwa yang telah berlalu. “Dunia dan sejarahnya adalah karya cinta kasih Allah yang menakjubkan” (Mzm 136). Di dalam kutipan tersebut manusia dapat menemukan kaitan antara cinta kasih yang menghubungkan Tuhan
dengan alam semesta dan sejarah
manusia. Cinta kasih yang Dia berikan kepada manusia menyelamatkan dan merupakan sumber penciptaan alam semesta. Dari kutipan ini manusia diajak untuk selalu memuji Tuhan dan mengagungkan karya cinta kasih-Nya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
b. Pandangan Kitab Suci Perjanjian Baru Chang (2001: 51) mengungkapkan sebuah gagasan bahwa “kosmos dalam Perjanjian Baru mengarah pada hidup manusia dalam sejarah”. Dalam artian ini, kosmos berarti suatu himpunan keadaan dan kemungkinan hidup manusia. PB juga mempertimbangkan kosmos dalam kaitan dengan Yesus Kristus. Kata kosmos dalam PB dihubungkan dengan gagasan ‘ruang’ yang dipergunakan untuk melukiskan ‘kemanusiaan’. PB tidak berbicara tentang kosmos dalam dirinya, sebagai benda belaka, namun dikaitkan dengan manusia, tempat Tuhan bertindak dan manusia melakukan sesuatu secara bertanggung jawab. Salah satu contoh dari Perjanjian Baru yang memberikan perhatian pada lingkungan hidup adalah surat-surat Paulus. Chang (2001: 52) menyampaikan gagasan Paulus bahwa “kosmos adalah segala sesuatu yang bukan Tuhan, yakni alam semesta”. Menurut Paulus, kosmos adalah ruang yang meliputi semua yang berada di luar Tuhan. Namun dunia selalu berada di bawah kuasa tindakan ilahi. Tidak ada satu pun unsur di atas permukaan bumi yang dapat terpisah dari kuasa Kristus. Chang (2001: 54) menyampaikan gagasan Paulus bahwa “perubahan dunia diwujudkan melalui suatu transformasi mendalam hati nurani”. Dalam suratnya yang pertama
kepada Timotius, Paulus juga menyampaikan hal yang serupa,
“karena semua yang diciptakan Allah itu baik dan suatu pun tidak ada yang haram, jika diterima dengan ucapan syukur, sebab semuanya itu dikuduskan oleh firman Allah dan oleh doa” (1 Tim 4:4-5). Paulus mempunyai pemikiran, khususnya kepada orang Kristen, bahwa manusia tidak diberikan tugas untuk mengubah dunia, tapi terutama membiarkan diri untuk diubah oleh Yesus Kristus. Tanggung jawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
khusus yang seharusnya dilakukan oleh orang Kristen di hadapan dunia terutama melihat apa yang dikendaki Allah yang diungkapkan dalam diri Yesus Kristus, karena hal tersebut merupakan kebaikan bagi dunia. Orang Kristen mengubah bentuk dunia dari dalam, menghidupi semua keadaan yang ada di dunia menurut Roh Yesus.
c. Ajaran Sosial Gereja “Sejarah membuktikan bahwa sejak dahulu Gereja memberikan perhatian kepada berbagai segi bidang kehidupan, seperti moral, perdamaian antar bangsa, dll. Namun belakangan ini perhatian Gereja juga memperhatikan permasalahan tentang lingkungan hidup” (Chang, 2001: 62). Chang hanya ingin menekankan bahwa Gereja pun ikut ambil bagian dalam usaha memperhatikan lingkungan hidup. Salah satu tokoh yang sangat memperhatikan pemasalahan mengenai lingkungan hidup ini adalah Paus Paulus VI. Beliau adalah “Paus pertama” yang sungguh-sungguh berbicara mengenai lingkungan hidup dalam teks-teks penting, seperti dalam ensiklik Populorum Progessio pada tahun 1977 dan pesan pada Hari Lingkungan Hidup Sedunia V yang diadakan pada tahun 1977. Bahkan dalam pesan terakhirnya, Paus Paulus VI berbicara tentang krisis lingkungan hidup serta ancamannya, akibat-akibat yang ditimbulkan oleh polusi industri yang mendesak sejumlah perubahan tingkah laku manusia yang boros dan mengkaitkan lingkungan hidup dengan perkembangan dalam perspektif kerja sama internasional. Paus Fransiskus mengatakan bahwa ”kesadaran terhadap krisis budaya dan ekologis yang serius harus diterjemahkan ke dalam adat kebiasaan baru” (LS, art. 209). Kemajuan di berbagai bidang yang terjadi saat ini hanya dilakukan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
pencapaian kenikmatan saja, belum cukup untuk memberikan suatu makna yang mendalam dan sukacita di dalam hati setiap manusia. Oleh karena itu perlu adanya adat kebiasaan baru yang harus dilakukan oleh manusia di dunia, misalnya saja perubahan pola konsumsi, orang-orang muda juga harus memiliki kepekaan terhadap lingkungan dan semangat yang murah hati untuk membela lingkungan.
2. Pengertian Lingkungan Hidup Piet Go O. Carm (1989: 1) berpendapat: Dalam bahasa Yunani, lingkungan hidup sering disebut dengan “oikos”, yang berarti rumah atau rumah tangga. Untuk ilmu yang berkisar pada lingkungan hidup dipakai istilah “ekologi”, ilmu mengenai hubungan-hubungan makhlukmakhluk terhadap lingkungannya, atau lebih antropologis: ilmu hubunganhubungan timbal balik antara manusia sebagai makluk budaya dan lingkungannya. Dari pernyataan ini dijelaskan bahwa lingkungan hidup digambarkan sebagai rumah, di mana seluruh anggota di dalam rumah tersebut mempunyai hubungan satu sama lain. Berarti dapat dikatakan bahwa pada umumnya lingkungan hidup dimaksudkan keseluruhan persyaratan kehidupan, khususnya bagi manusia yang menjadi pusatnya. Tetapi tetap dilihat dalam keterjalinan serta ketergantungan timbal balik antara manusia dengan makhluk-makhluk lain seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan beserta ruang hidupnya. Hubungan antar makhluk hidup ini merupakan nilai yang penting dalam lingkup lingkungan hidup. Paus Fransiskus mengatakan bahwa: Ketika berbicara tentang lingkungan, kita mengacu pada suatu relasi yang khusus, yaitu antara alam dan masyarakat yang menghuninya. Hal itu mencegah kita untuk memahami alam sebagai sesuatu yang terpisah dari kita atau hanya sebagai kerangka kehidupan kita. Kita adalah bagian dari alam, termasuk di dalamnya, dan terjalin dengannya (LS, art. 139).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Melihat pengertian lingkungan yang disampaikan oleh Paus Fransiskus di atas, dapat dikatakan bahwa lingkungan berarti suatu relasi khusus antara alam dan masyarakat di dalamnya. Manusia tidak bisa terpisah dari alam, karena manusia adalah bagian alam. Manusia dan alam saling berhubungan dan saling berpengaruh satu sama lain.
3. Tanggung Jawab atas Lingkungan Hidup "Permasalahan yang berhubungan dengan lingkungan hidup, atau yang lebih luasnya mengenai ekologi, terutama disebabkan oleh ulah tangan manusia yang mengerahkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menguasai alam secara berlebihan” (Go, 1989: 6). Jadi dalam kasus ini, menurut Piet Go memang permasalahan ekologi tidak hanya berkaitan dengan sikap manusia yang menggunakannya, namun juga berkaitan dengan faktor ilmu pengetahuan dan teknologi. Walaupun yang menjadi pokok permasalahan memang berasal dari tangan manusia, namun itu semua tidak terlepas dari adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat. Suprihadi (1984: 16) mengungkapkan bahwa “Manusia mendapat tugas dari Allah untuk memuliakan Tuhan melalui hidup dan hubungannya dengan alam serta lingkungannya”. Hal ini berarti, manusia pada dasarnya adalah manusia yang tak dapat dipisahkan dari alam dan lingkungannya. Manusia dan alam serta lingkungan memiliki hubungan yang saling berkaitan. Jadi dapat dikatakan bahwa manusia benar-benar menjadi manusia kalau ia berada dalam hubungan dengan alam dan lingkungannya. Manusia mendapatkan tugas yang mulia untuk memuliakan Allah melalui segala tingkah laku, sikap hidup dan tindakan nyata yang ia lakukan serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
bagaimana manusia tersebut menjalin relasi dengan alam serta segala sesuatu yang berada di dalamnya. Lingkungan hidup mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan ini. Lingkungan hidup juga memiliki fungsi sebagai penyangga perikehidupan. Oleh karena itu segi pengelolaan dan pengembangan lingkungan hidup sebaiknya diarahkan untuk mempertahankan kelestarian dan keberadaannya. Berbagai usaha perlindungan dan rehabilitasi serta usaha pemeliharaan keseimbangan antara unsurunsur yang berada di dalamnya secara terus-menerus dapat dilakukan agar kelestarian lingkungan hidup dapat terjaga, sehingga mutu dan fungsi dari lingkungan hidup dapat dipelihara dan ditingkatkan untuk dimanfaatkan demi kesejahteraan seluruh masyarakat sekarang ini dan generasi selanjutnya.
4. Hubungan antara Manusia dan Alam Menurut Piet Go (1989: 22) jelas bahwa gangguan keseimbangan lingkungan hidup diakibatkan ulah tangan manusia yang kemampuannya ditingkatkan secara dahsyat dengan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih. Berikut ini beberapa pandangan Piet Go (1989: 25-28) yang relevan mengenai hubungan manusia dan alam:
a. Manusia Sebagai Subjek “Untuk mengungkapkan kedudukan dan peranan khas manusia kadangkadang dipakai istilah “antroposentrik” (pandangan yang menempatkan manusia sebagai pusat dari alam semesta), yang tak jarang menimbulkan salah paham atau kesan yang kurang tepat” (Go, 1989: 25). Gagasan pribadi manusia sebagai pusat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
dari alam semesta ini menunjuk kepada penempatan pribadi manusia sebagai subjek yang diciptakan menurut gambar Allah. Gagasan manusia sebagai subjek ini bersumber pada Kitab Suci dan dijabarkan lebih lanjut dalam teologi dan ajaran Gereja.
b. Alam Sebagai Objek “Terdapat gagasan bahwa manusia adalah subjek, maka dalam arti dan tingkat tertentu memang dapat dikatakan bahwa alam dimengerti dan diperlakukan sebagai objek” (Go, 1989: 26). Apabila pribadi manusia dianggap sebagai subjek, maka alam dianggap sebagai objek. Namun terdapat pandangan lain yang kurang setuju bahwa alam dipandang sebagai objek. Tetapi tepat tidaknya gagasan ini tergantung juga dari pengertian “objek” yang dipahami oleh masing-masing pihak. c. Kebersamaan Manusia dan Alam “Pengertian lingkungan hidup harus ditafsirkan dengan baik. Memang di satu pihak manusia membutuhkan aneka bahan yang diambilnya dari kekayaan sumber alam untuk diolah dan dipakai” (Go, 1989: 28). Dalam arti ini alam dipercayakan kepada manusia untuk dibudidayakan dan didayagunakan. Dari sini jelas bahwa hidup manusia terjalin erat dengan alam dan tergantung padanya, hal tersebut dapat terjadi karena manusia adalah bagian dari alam juga. Namun harus diingat bahwa manusia harus menggunakan kekayaan alam dengan bertanggung jawab.
5. Manusia Ditugaskan Memelihara Bumi Dalam Kej 1:28 manusia diserahi tugas oleh Allah untuk: “beranak cuculah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikanikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi”. Dari kutipan teks Kitab Suci ini, nyata bahwa Allah memberikan tugas kepada manusia untuk mengurus, memelihara dan mengelola bumi baik itu kepada manusia laki-laki maupun manusia perempuan. Dalam pemberian tugas kepada manusia ini terungkap jelas hubungan erat antara manusia dan bumi. Seperti digambarkan dalam Kej 2:8-25 bumi sungguh dimaksudkan oleh Allah sebagai lingkungan hidup bagi manusia yang harus mengusahakan dan memelihara (ay. 15). Dari cerita alkitabiah yang sederhana itu dapat disimpulkan bahwa penyerahan, pengurusan, pemeliharaan, pengelolaan, penanganan oleh Allah kepada manusia mengandung rasa tanggung jawab atasnya. Termasuk di dalamnya “larangan untuk menggunakan kewenangannya melulu menurut kehendak dan kesukaannya sendiri” (Sunarko, 2008: 57). Dari pernyataan tersebut Sunarko ingin mengingatkan bagaimana manusia menyatu secara harmonis dengan bumi dan lingkungan sekitar, namun jika di hadapan Allah, manusia tetap bertanggung jawab untuk mengatur segala hal yang berkaitan dengan manusia ataupun segala ciptaan yang ada di bumi ini. Dengan demikian, meskipun manusia diciptakan Allah menurut citra-Nya namun ia tidak dipisahkan dari segala ciptaan Allah lainnya.
6. Macam-macam Pencemaran Lingkungan a. Pencemaran Udara “Pencemaran udara dapat berasal dari sumber tidak bergerak ataupun dari sumber bergerak” (Keraf, 2010: 38). Sumber tidak bergerak ini bisa berasal dari: kebakaran hutan, aktivitas industri, sampah, dll. Sedangkan sumber bergerak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
terutama berasal dari bidang transportasi, khususnya kendaraan yang menggunakan sumber energi dari bahan bakar fosil. Pencemaran udara dapat mengakibatkan berbagai jenis penyakit yang berbahaya, seperti: ISPA (infeksi saluran pernafasan akut), asma, penurunan IQ dan gangguan saraf serta impotensi. Berbagai aktivitas manusia yang sering kali hanya mengutamakan kepentingan pribadi masing-masing dan kurang memperhatikan keberlangsungan serta kelestarian
lingkungan sekitar sering kali menyebabkan pencemaran ini.
Bahkan sebagian dari mereka sudah mengerti bahwa kegiatan tersebut dapat merusak lingkungan, namun tetap terus dilakukan. Keraf (2010: 39) berpendapat bahwa: Salah satu masalah pencemaran udara yang sangat mengganggu adalah pembakaran dan kebakaran hutan. Kebakaran hutan tidak hanya mengganggu kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bagi manusia serta mengganggu kesehatan manusia, namun juga mengancam kehidupan seluruh tumbuhan dan hewan. Dari pernyataan tersebut sangat jelas bahwa kebakaran hutan menjadi salah satu penyebab pencemaran udara. Banyak sekali kerugian yang diakibatkan dari peristiwa ini tidak hanya berakibat pada kehidupan manusia, namun juga merugikan makhluk hidup yang lain seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan. Apabila dari pihak manusia, kebakaran hutan dapat mengakibatkan gangguan ekonomi, seperti: terganggunya sarana alat transportasi darat dan udara karena terkena imbas dari asap tebal yang diakibatkan oleh kegiatan pembakaran hutan. Permasalahan kesehatan juga dirasakan oleh pihak manusia yaitu munculnya berbagai penyakit yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan tersebut, misalnya gangguan pernafasan,dll. Dan bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan, peristiwa kebakaran dan pembakaran hutan ini juga sangat berdampak negatif, misalnya: dapat mematikan hampir keseluruhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
jenis hewan dan tumbuhan yang hidup di area hutan yang terbakar tersebut dan karena buruknya kualitas udara yang ada dapat mengancam populasi hewan serta tumbuhan yang berada di lingkungan sekitar hutan tersebut.
b. Pencemaran Air “Pencemaran air dapat terjadi karena berbagai faktor, misalnya: karena pembuangan limbah maupun karena erosi dan pendangkalan sungai yang terjadi akibat kerusakan hutan” (Keraf, 2010: 39-40). Faktor lain yang dapat mempengaruhi pencemaran air adalah penggunaan pupuk dan insektisida bagi kegiatan pertanian dan perkebunan yang juga dapat berpotensi mencemari air, khususnya air permukaan. Berbagai kejadian yang dapat mengakibatkan pencemaran air tersebut ada salah satu penyebab yang paling besar dampaknya pada pencemaran air ini. Sejalan dengan Keraf (2010: 42) yang mengatakan bahwa “dari berbagai penyebab pencemaran ini, yang paling besar efeknya kepada pencemaran air terutama diakibatkan oleh limbah, baik limbah yang dihasilkan dari rumah tangga maupun dari limbah pabrik, misalnya dari industri pabrik tekstil, besi dan baja, industri tambang dan lainnya”. Pencemaran air ini disebabkan karena sebagian besar pabrik tersebut masih menggunakan teknologi lama yang tidak ramah lingkungan ataupun proses produksi yang memang tidak ramah lingkungan.
c. Pencemaran Laut Pencemaran laut juga menjadi permasalahan yang perlu mendapat perhatian. Keraf (2010: 45) menyampaikan gagasannya bahwa:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Pencemaran laut dapat terjadi karena pembuangan limbah cair berupa minyak dari kapal-kapal maupun akibat pencemaran dan kecelakaan aktivitas tambang minyak di lepas pantai. Pencemaran laut juga dapat terjadi akibat pembuangan limbah cair dari proses produksi di darat serta limbah padat berupa sampah dari wilayah perkotaan. Salah satu dampak dari pencemaran laut ini adalah punahnya biota laut serta rusaknya terumbu karang. Dalam kasus seperti ini Keraf ingin menunjukkan bahwa pencemaran laut juga harus diberikan perhatian yang lebih, karena dari pencemaran laut ini muncul dampak yang serius bagi keberlangsungan lingkungan hidup di sekitar kita, khusunya maklhuk hidup yang berada di laut. Tentu saja yang secara langsung merasakan dampaknya adalah masyarakat yang berada di pesisir pantai serta perairan sekitar pelabuhan. Namun jika ditelusuri lebih lanjut lagi, sebenarnya dampak pencemaran laut tersebut juga dapat berimbas kepada seluruh masyarakat, terutama mereka yang sering mengkonsumsi ikan-ikan laut yang sebenarnya tercemar oleh limbah pabrik di laut.
d. Sampah “Sampah dibedakan menjadi sampah rumah tangga dan sampah industri. Sampah adalah masalah pencemaran lingkungan hidup lainnya yang semakin meningkat” (Keraf, 2010: 46). Dari ungkapan Keraf tersebut jelas bahwa sampah menjadi salah satu permasalahan yang serius karena semakin meningkatnya permasalahan yang berhubungan dengan sampah ini. Hal ini diperparah lagi dengan deskripsi Keraf (2010: 46) bahwa “adanya kemajuan industri dan adanya perubahan gaya hidup manusia di jaman ini yang semakin modern, menjadikan manusia memproduksi semakin banyak sampah setiap harinya”. Sampah plastik adalah sampah yang paling banyak ikut ambil bagian dalam pencemaran lingkungan. Saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
ini, semakin banyak kebutuhan manusia yang menggunakan plastik, misalnya saja bungkus berbagai makanan dan barang keperluan sehari-hari dan hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup manusia yang semakin modern, serba praktis dan instan. Menurut Keraf (2010: 46) “sampah jelas menjadi persoalan besar di dunia”. Melihat dari penjelasan Keraf tersebut, kita dapat melihat daerah-daerah di kota, khususnya di kota-kota besar yang mayoritas penduduknya memproduksi sampah dalam skala besar. Jika tidak diolah dengan baik atau dimanfaatkan untuk diolah kembali, sampah membutuhkan area yang cukup luas untuk menampungnya. Sampah juga menimbulkan berbagai pencemaran udara, air dan membutuhkan teknologi yang mahal untuk memprosesnya kembali. Kebiasaan masyarakat yang kurang menyadari akan kelestarian lingkungan hidup seperti membuang sampah secara sembarangan juga menjadi faktor yang memperparah pencemaran sampah ini.
7. Teladan Santo Fransiskus Asisi yang Cinta Lingkungan Santo Fransiskus Asisi menjadi sosok yang sangat dikenal begitu mencintai dan menghormati seluruh alam ciptaan. Sikap ketaatan beliau kepada Allah membawanya kepada kesadaran untuk saling menghormati, bukan hanya dengan manusia lain namun kepada seluruh ciptaan Allah yang berada di alam ini. Dengan semangat dan sikap beliau akhirnya pada tanggal 29 November 1979, Paus Yohanes Paulus II meneguhkan Santo Fransiskus Asisi sebagai pelindung pelestarian lingkungan hidup (Chang, 2001: 103). Chang (2001: 104) mengatakan bahwa “suatu persaudaraan yang mencakup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
semua lapisan manusia dan segala makhluk ciptaan didambakan Fransiskus”. Fransiskus selalu menitikberatkan kesejajaran setiap manusia sebagai maklhuk ciptaan Tuhan. Semua manusia sama derajatnya di hadapan Allah, sehingga tidak berhak untuk merasa lebih tinggi dibandingkan sesamanya bahkan dengan maklhuk ciptaan Allah yang lain, karena yang berhak di atas segala-galanya adalah Tuhan, Sang Pencipta. Chang (2001:105) menyampaikan pandangan Santo Fransiskus: Sebab dia menyapa segala kenyataan dengan julukan saudara-saudari. Dia memberikan kesaksian mendalam bahwa setiap ciptaan memiliki kebenaran yang khas dan berada dalam suatu kebersamaan dengan alam semesta; ada yang ditatap (bintang-gemitang, matahari, benda-benda di langit, dlsb), dikagumi (keindahan, kedahsyatan, alam, dlsb) dan bila perlu digunakan dalam hidup manusia (tumbuhan dan hewan). Fransiskus mengajak seluruh manusia untuk menghormati semua maklhuk ciptaan Allah bahkan ia menyebut dan menyapa maklhuk ciptaan lainnya dengan sebutan saudara-saudari. Fransiskus berusaha untuk membentuk suatu persaudaraan yang mencakup segala-galanya tanpa membangun tembok pemisah di kalangan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.
C. Pendidikan Lingkungan Hidup 1. Pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup Syukri Hamzah (2013: 35) mengatakan bahwa: “bila pendidikan dipahami sebagai usaha sadar untuk membentuk sikap dan perilaku manusia, maka pendidikan lingkungan harus dipahami sebagai upaya untuk menggiring individu ke arah perubahan gaya hidup dan perilaku yang ramah lingkungan”. Pendidikan lingkungan tidak hanya berhenti pada proses memberikan pengetahuan mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
lingkungan namun juga sampai kepada upaya meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan dan kepedulian seseorang terhadap kondisi dan keadaan lingkungan sekitarnya. Syukri Hamzah (2013: 39) menyampaikan rumusan pendidikan lingkungan yang diberikan pertama kali oleh UNESCO pada tahun 1970 yakni “suatu proses untuk mengenali nilai-nilai dan menjelaskan konsep dalam rangka mengembangkan ketrampilan, sikap yang diperlukan untuk memahami serta menghargai hubungan timbal balik antara manusia, budaya dan lingkungan biofisiknya”. Definisi yang diungkapkan oleh Syukri Hamzah ini memberikan gambaran kepada masyarakat bahwa di dalam pendidikan lingkungan individu diarahkan untuk menuju pada perubahan gaya hidup yang mau peduli terhadap lingkungan sekitar tempat tinggal. Syukri Hamzah (2013: 39) juga menyampaikan rumusan pendidikan lingkungan hidup menurut konvensi UNESCO di Tbilisi tahun 1977. Rumusan UNESCO tersebut menyatakan bahwa: Pendidikan lingkungan adalah suatu proses yang bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat dunia yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan masalah-masalah yang terkait di dalamnya serta memiliki pengetahuan, motivasi, komitmen dan ketrampilan untuk bekerja baik secara perorangan maupun kolektif dalam mencari alternatif atau memberi solusi terhadap permasalahan lingkungan hidup yang ada sekarang dan untuk menghindari timbulnya masalah-masalah lingkungan hidup yang baru. Pendidikan lingkungan diarahkan untuk memperkembangkan motivasi dalam diri seseorang serta memperkembangkan ketrampilannya yang diwarnai dengan
kesadaran
akan
kelestarian
lingkungan.
Pendidikan
lingkungan
dimaksudkan agar siswa mampu menemukan jalan keluar dari setiap permasalahan lingkungan yang terjadi saat ini dan mampu menghindari tindakan-tindakan yang dapat memicu permasalahan lingkungan yang dapat muncul di masa depan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Pendidikan lingkungan tidak hanya memberikan pengetahuan tentang lingkungan tetapi juga meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan dan kepeduliannya dengan kondisi lingkungan (Syukri Hamzah, 2013: 35). Dari penjelasan ini terlihat
bahwa Syukri Hamzah memiliki pemikiran bahwa
pendidikan lingkungan tidak hanya menekankan segi kognitif pada diri seseorang, melainkan lebih kepada segi afeksi dan tindakan kongkrit yang dilakukan peserta didik. Tindakan yang ditekankan dalam pendidikan lingkungan tidak hanya pengetahuan yang akan diterima oleh para peserta didik, namun lebih kepada perasaan dan tindakan yang didasari kesadaran serta kepedulian mereka terhadap keadaan lingkungannya. Melalui pendidikan lingkungan ini peserta didik diharapkan dapat memahami pentingnya lingkungan dan mengetahui bagaimana lingkungan dapat berpengaruh pada masalah sosial, ekonomi, kebudayaan serta pembangunan. “Pendidikan lingkungan bukanlah sekedar menyajikan kepada murid contoh-contoh kerusakan lingkungan. Pendidikan lingkungan harus mengandung etika lingkungan di mana anak didik diajak menyadari makna lingkungan baginya” (Daldjoeni, 1977: 192). Melalui pendapat ini, Daldjoeni ingin menjelaskan bahwa guru yang mengajar pendidikan lingkungan jangan berhenti pada peristiwaperistiwa alam yang rusak yang diakibatkan oleh tangan manusia, namun bagaimana peserta didik diberikan sarana agar mereka menjadi sadar akan makna lingkungan bagi hidup mereka masing-masing dan orang-orang di sekitar mereka. Paus Fransiskus mengatakan bahwa “pendidikan ekologis dapat terjadi dalam berbagai konteks: sekolah, keluarga, media komunikasi, katekese dan lainlain. Pendidikan yang baik di sekolah sejak usia dini menaburkan benih yang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
menghasilkan buah sepanjang hidup” (LS, art. 213). Keluarga memiliki peranan paling besar, keluarga menjadi sentral, karena di situlah segala kehidupan dan kurnia dari Allah dapat disambut sebagaimana layaknya. Keluarga juga menjadi tempat berlindung dari segala serangan dari luar dan menjadi tempat bertumbuhnya seorang anak menuju perkembangan manusia yang sejati.
2. Tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup Syukri Hamzah (2013: 40) menyampaikan tujuan pendidikan lingkungan hidup yang didapatkan dari konferensi Tbilisi tahun 1977 yakni: a) Untuk membantu menjelaskan masalah kepedulian serta perhatian tentang saling keterkaitan antara ekonomi, sosial, politik, dan ekologi di kota maupun di wilayah pedesaan. b) Untuk memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, komitmen dan kemampuan yang dibutuhkan untuk melindungi dan memperbaiki lingkungan c) Untuk menciptakan pola perilaku yang baru pada individu, kelompok dan masyarakat sebagai suatu keseluruhan terhadap lingkungan. Namun Syukri Hamzah juga menyampaikan gagasan lebih lanjut yang dikemukakan dalam Konferensi Tbilisi tahun 1977 yang merinci “tujuan pendidikan lingkungan yang ingin dicapai tersebut meliputi baeberapa aspek yaitu: pengetahuan, sikap, kepedulian, ketrampilan, partisipasi” (Syukri Hamzah, 2013: 48).
a) Pengetahuan Segi pengetahuan ini dimaksudkan untuk membentuk peserta didik memperoleh pemahaman dasar mengenai materi tentang lingkungan hidup dan masalah sekitarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
b) Sikap Segi sikap ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik memperoleh seperangkat nilai dan sikap peduli terhadap lingkungan hidup serta motivasi untuk berpartisipasi secara aktif dalam memperbaiki dan melindungi lingkungan hidup.
c) Kepedulian Segi kepedulian ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik mengembangkan kepedulian dan sensitivitas terhadap lingkungan hidup secara keseluruhan dan masalah-masalah di dalamnya.
d) Keterampilan Segi keterampilan ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik memperoleh ketrampilan dalam mengidentifikasi, menyelidiki dan memecahkan masalah-masalah lingkungan hidup.
e) Partisipasi Segi partisipasi ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik secara aktif memasuki semua jenjang pekerjaan pada masa datang yang berkenaan dengan masalah-masalah lingkungan hidup. Adapun tujuan khusus pendidikan lingkungan hidup menurut Maftuchah Yusuf, dkk (1988: 16) mencakup: a) Mengembangkan kesadaran akan perlunya individu dapat memenuhi kebutuhan dari lingkungannya. b) Mengembangkan kesadaran akan lingkungan dan masalahnya pada masa kini dan mendatang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
c) Mendapatkan pengetahuan dan pengertian tentang hubungan ekologis manusia dengan lingkungan sosial budaya dan biofisikanya. d) Memiliki kemampuan yang diperlukan untuk penggunaan sumber secara bijaksana, melindungi dan mengembangkan lingkungan menuju pemecahan masalahnya. e) Mengembangkan sikap, nilai dan kepercayaan yang esensial untuk meningkatkan kualitas dan konservasi lingkungan. f) Berpartisipasi aktif, baik secara individual atau secara bersama dalam kegiatan yang berhubungan dengan perbaikan lingkungan. Berdasarkan tujuan khusus yang disampaikan oleh Maftuchah Yusuf tersebut terlihat bahwa suatu program pendidikan lingkungan hidup tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan segi kognitif dan afektif saja namun juga segi psikomotoriknya. Untuk memberikan pengetahuan yang didasari dengan masalah lingkungan kepada peserta didik, maka tujuan dasar program pendidikan lingkungan hidup yaitu merubah sikap para peserta didik dalam menghadapi permasalahan
lingkungan
hidup
dan
mengembangkan
ketrampilan
untuk
memperkecil akibat yang ditimbulkan dalam permasalahan lingkungan yang ada.
3. Lingkup Materi Pendidikan Lingkungan Hidup Menurut Syukri Hamzah (2013: 53) ada beberapa pokok bahasan dalam pendidikan lingkungan hidup, yakni: ekosistem, sumber daya lingkungan, daya dukung lingkungan, kepedulian, partisipasi, estetika, kearifan lokal, etika lingkungan, pengambilan keputusan terhadap isu lingkungan, kebencanaan.
a) Ekosistem “Menjelaskan tentang segenap sumber daya yang ada di lingkungan kita yang saling berkelidan, baik yang menyangkut sumber daya ragawi maupun nonragawi” (Syukri Hamzah, 2013: 53). Dalam ruang lingkup ini materi terdiri dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
penjelasan mengenai berbagai sumber daya yang ada di lingkungan sekitar manusia. Sumber daya tersebut dapat berupa sumber daya ragawi atau yang sering disebut dengan istilah sumber daya biotik (makhluk hidup) seperti tumbuhan, hewan dan mikroorganisme maupun sumber daya nonragawi atau yang sering disebut sebagai sumber daya abiotik (benda mati) seperti batu bata, minyak bumi, emas dan sebagainya yang saling terkait membangun dan menciptakan kondisi lingkungan yang layak bagi keberlangsungan hidup manusia.
b) Sumber Daya Lingkungan "Lingkup ini membahas mengenai aneka sumber daya lingkungan dengan masing-masing ciri dan sifatnya” (Syukri Hamzah, 2013: 54). Hal ini berkaitan dengan kegiatan makhluk hidup terlebih dari pihak manusia dalam memanfaatkan sumber daya yang ada di alam dengan bijaksana dan sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat terjaga kondisi sumber daya tersebut dan keseimbangan lingkungan masih dapat terjaga dengan baik, sehingga tidak muncul hal-hal
buruk atau
kerusakan lingkungan yang diakibatkan dari adanya pemanfaatan sumber daya tersebut.
c) Daya Dukung Lingkungan “Pada bagian ini harus diajarkan hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan dan keterbatasan daya dukung lingkungan serta dampak-dampak potensial yang dapat terjadi akibat interaksi manusia dengan lingkungannya” (Syukri Hamzah, 2013: 54). Di dalam materi ini sangatlah penting pemberian materi kepada para peserta didik mengenai sumber daya lingkungan abiotik yang memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
keterbatasan, baik dari segi jumlah ketersediannya di bumi ini maupun kemampuan untuk membuat lagi sumber daya tersebut dalam waktu yang singkat. Misalnya saja ditekankan akan adanya sumber daya minyak bumi dan batu bara yang semakin menipis jumlahnya di bumi ini, sedangkan untuk proses terjadinya sumber daya tersebut membutuhkan jangka waktu ratusan tahun.
d) Kepedulian “Materi yang harus diberikan adalah menanamkan kesadaran dan membina sikap peduli terhadap lingkungan” (Syukri Hamzah, 2013: 54). Dari materi ini peserta didik disadarkan mengenai warisan alam dan lingkungan sebagai suatu anugerah dari Allah yang diberikan kepada manusia. Oleh karena itu manusia harus mampu menjaga dan menghargai lingkungan. Rasa memiliki terhadap lingkungan hendaknya dapat dibangkitkan pada diri peserta didik.
e) Partisipasi “Pendidikan lingkungan yang dilaksanakan hendaknya mampu mendorong keinginan untuk ikut serta dalam memelihara dan melestarikan lingkungan yang sehat dan layak huni” (Syukri Hamzah, 2013: 54). Materi yang diberikan kepada peserta didik hendaknya mampu mempersiapkan mereka untuk mau peduli terhadap lingkungan dan bertindak serta bekerja untuk kelestarian lingkungan hidup.
f) Estetika “Materi lingkungan yang diberikan hendaknya dapat membangkitkan daya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
inspirasi untuk berkreasi guna menciptakan lingkungan yang menyenangkan” (Syukri Hamzah, 2013: 54). Segi keindahan (estetika) saat ini menjadi salah satu kebutuhan non fisik yang berusaha dipenuhi oleh manusia. Dalam lingkup materi ini ditujukan agar peserta didik merasa kagum akan segala yang ada di alam sehingga daya kreasi peserta didik dapat timbul dan akhirnya menimbulkan sikap menghargai keindahan lingkungan yang telah disediakan oleh alam.
g) Kearifan Lokal “Setiap daerah memiliki karakteristik dan cara sendiri dalam menyikapi dan memperlakukan lingkungannya” (Syukri Hamzah, 2013: 55). Berbagai daerah memiliki kebiasaan yang berbeda-beda dalam memberikan perhatian terhadap lingkungan. Oleh karena itu pengetahuan tentang berbagai kearifan lokal dari suatu masyarakat dalam memandang dan memperlakukan alam harus dikenalkan pada peserta didik agar mereka mengetahui dan memahami berbagai kebiasaan tersebut. h) Etika Lingkungan “Pada bagian ini yang harus diajarkan adalah hal-hal yang berkaitan dengan tanggung jawab moral manusia terhadap lingkungannya yang terwujud pada perilakunya dalam memperlakukan lingkungan” (Syukri Hamzah, 2013: 55). Tanggung jawab moral perlu diberikan kepada peserta didik, bagaimana seseorang bersikap dan bertindak sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat mengenai lingkungan. Dengan menanamkan tanggung jawab moral tersebut, peserta didik dapat sampai pada kesadaran dan tentunya mampu bertindak dan berperilaku secara bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
i) Pengambilan Keputusan terhadap Isu Lingkungan Dalam lingkup ini “peserta didik diarahkan kepada kemampuan mengambil keputusan yang efektif tentang isu lingkungan yang memerlukan pertimbangan ekologis dan faktor sosial” (Syukri Hamzah, 2013: 55). Pengetahuan mengenai lingkungan dan segala permasalahan yang terjadi di dalamnya merupakan materi yang harus diajarkan kepada peserta didik. Lewat pengetahuan tersebut peserta didik menjadi paham akan situasi yang terjadi saat ini dan mengetahui bagaimana cara menanggapi dan menyikapinya. Dari pengetahuan itulah peserta didik menjadi mampu untuk mengambil sikap yang tepat dalam menghadapi permasalahan seputar lingkungan hidup yang sedang terjadi.
j) Kebencanaan “Masalah kebencanaan, khususnya bencana alam sangat penting diketahui oleh masyarakat Indonesia sebagai negara yang rawan bencana alam” (Syukri Hamzah, 2013: 55). Melalui pengetahuan dan pemahaman yang benar mengenai bencana tersebut diharapkan akan mampu mengurangi tindakan-tindakan yang dapat menjadi penyebab terjadinya bencana, khususnya bencana alam yang diakibatkan oleh tangan manusia. Melalui pengetahuan ini peserta didik menjadi lebih waspada dan berhati-hati dalam bertindak karena sudah mengetahui resiko apa yang akan terjadi jika melakukan tindakan yang dapat memicu terjadinya bercana,
misalnya
saja
membuang
sampah
secara
sembarangan
akan
mengakibatkan banjir, membuang puntung rokok yang masih menyala akan memicu kebakaran dan berbagai tindakan lainnya. Selain itu, untuk bencana alam yang terjadi secara alamiah, seperti gempa bumi, gunung meletus dan bencana alam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
lainnya diharapkan dengan adanya pengetahuan dan pemahaman akan kebencanaan ini dapat mengurangi kerugian harta benda dan korban yang ditimbulkan. Kesepuluh lingkup materi mengenai pendidikan lingkungan hidup yang disampaikan oleh Syukri Hamzah menunjukkan bahwa permasalahan yang diangkat dalam kegiatan pendidikan lingkungan ternyata sangat beranekaragam. Hampir segala aspek yang berkaitan dengan lingkungan dan permasalahan yang berada di dalamnya saling berhubungan. Hal ini dapat terjadi karena permasalahan lingkungan hidup tidak pernah berdiri sendiri namun saling berpengaruh dan berkaitan dengan aspek-aspek yang lainnya. Syukri Hamzah (2013: 57) mengemukakan pendapat Freire yang mengatakan bahwa: “Peserta didik harus berintegrasi dengan lingkungan, yakni integrasi yang muncul dari kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan realitas, ditambah dengan kemampuan kritis untuk membuat pilihan dan mengubah realitas”. Materi-materi pembelajaran yang diberikan dalam pendidikan lingkungan diharapkan tidak hanya berhenti pada tujuan untuk membantu membina peserta didik agar memiliki pengetahuan, kepedulian, ketrampilan yang positif terhadap lingkungan namun juga sikap yang bertanggung jawab untuk memelihara keseimbangan di berbagai aspek kehidupan, seperti aspek sosial, politik dan ekonomi. Peserta didik juga diusahakan agar mereka mempunyai kepekaan untuk ikut memperbaiki alam dan bertanggung jawab atas lingkungan.
4. Contoh Sekolah Berwawasan Lingkungan Beberapa sekolah di Indonesia sudah mulai menggalakkan berbagai kegiatan dan program sekolah yang mendukung perhatian lebih kepada lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
hidup. Salah satu berita di harian Kompas.com yang diterbitkan tanggal 20 Februari 2016, Ambaranie Nadia mengungkapkan bahwa: Membangun kecintaan anak terhadap lingkungan harus dilakukan sejak dini. Hal ini diterapkan oleh SD Negeri Bongan, Kutai Barat, Kalimantan Timur. Ada mata pelajaran khusus mengenai lingkungan hidup. Tak hanya diajarkan untuk cinta lingkungan, mereka diajak "menyulap" lahan seluas lebih dari 5 ribu meter persegi di sisi sekolah menjadi kebun kecil. Perhatian kepada lingkungan hidup harus ditanamkan kepada peserta didik mulai dari kecil. Di SD Negeri Bongan ini peserta didik tidak hanya diajarkan teori dan penanaman rasa untuk mencintai lingkungan saja, namun juga tindakantindakan nyata yang dapat dilakukan oleh peserta didik. Mereka dipercayai untuk mengolah suatu kebun yang dapat dijadikan sarana untuk mempraktekkan segala teori mengenai rasa cinta terhadap lingkungan hidup. Seluruh bagian di kebun sekolah ini dapat dimanfaatkan sebagai alur kehidupan ekosistem. Mulai dari daun tanaman yang bisa dijadikan makanan kambing, kemudian kambing mengeluarkan kotoran untuk pupuk dan air seni untuk diolah menjadi pestisida organik. Cacing yang hidup dari pupuk organik itu pun dijadikan makanan ikan di kolam. Dengan kebiasaan beternak dan berkebun ini, peserta didik diharapkan tumbuh menjadi pribadi yang mandiri. Sekolah Katolik juga telah berupaya untuk memberikan perhatian kepada alam sekitar, salah satu sekolah Katolik yang mempunyai perhatian terhadap lingkungan adalah SD Tarakanita Bumijo, Yogyakarta. Seperti yang diutarakan Bapak Floribertus Supriya (2013: 29) selaku Kepala Sekolah SD Tarakanita Bumijo dalam majalah Educare yang diterbitkan pada bulan September 2013. Beliau mengatakan bahwa: Sekolah menyandang predikat Adiwiyata pada dasarnya membangun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
budaya peduli terhadap lingkungan. Yang kasat mata adalah menciptakan lingkungan sekolah yang rindang, indah, bersih dan sehat oleh berbagai tanaman peneduh dan hias, sehingga peserta didik dan warga sekolah lainnya mampu mengembangkan talenta-talenta yang dimiliki secara optimal.
SD Tarakanita Bumijo melakukan penanaman nilai-nilai yang ditujukan kepada seluruh peserta didik dan warga sekolah lainnya. Tidak hanya kurikulum tertulis yang ditekankan oleh sekolah ini, namun lebih kepada penyadaran, pembiasaan, pemberian contoh kemudian mempraktekkan dalam setiap aktivitas sekolah. Tentu saja agar budaya peduli terhadap lingkungan dapat terwujud di sekolah ini pihak sekolah memulai dari hal-hal kecil seperti: membiasakan peserta didik makan sayur-sayuran, membuang dan memilah sampah, meminimalisir penggunaan bungkus plastik dan tindakan kongkrit lainnya. Dengan adanya perhatian terhadap lingkungan hidup yang diberikan di dua sekolah ini tentunya memberikan dampak yang positif bagi perkembangan pribadi peserta didik. Baik dari segi perasaan peserta didik yang lebih peka dan mencintai lingkungan, menyadari serta mensyukuri segala karunia Tuhan yang telah diciptakan-Nya, maupun ketrampilan mengolah sumber daya lingkungan yang ada di sekitar mereka. Melalui perhatian ini pula peserta didik menjadi lebih mengenal lingkungan sekitar mereka. Peserta didik juga semakin menyadari bahwa segala aspek saling berkaitan dan bergantung dengan aspek yang lainnya. Selain itu perkembangan talenta seluruh warga sekolah juga menjadi nilai positif lainnya yang dapat dicapai dari adanya perhatian lebih terhadap lingkungan hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
D. Relevansi Terhadap Perkembangan Iman Anak 1. Iman KGK no. 150, mengatakan bahwa: “iman adalah ikatan pribadi manusia dengan Allah dan sekaligus, tidak terpisahkan dari itu, persetujuan secara bebas terhadap segala kebenaran yang diwahyukan Allah”. Kutipan ini mengandung makna bahwa iman adalah sesuatu yang bersifat pribadi, dimana seseorang mendapatkan wahyu dari Allah dan dengan kebebasannya ia menyerahkan dirinya secara total kepada kebaikan Tuhan. Lewat wahyu-Nya, Allah menyapa manusia dan mendekatinya. Dalam buku Iman Katolik, KWI (2000: 128) juga dijelaskan bahwa: “iman adalah penyerahan total kepada Allah yang menyatakan diri tidak karena terpaksa, melainkan dengan sukarela”. Dari pernyataan ini jelas bahwa dalam prakteknya seseorang yang beriman adalah seseorang yang mau secara bebas menyerahkan seluruh hidupnya kepada kehendak Allah. Di sini Allah melimpahkan segala cinta kasih-Nya untuk memberikan sapaan kepada manusia dan pada akhirnya manusia menjawab sapaan tersebut dengan hati yang tulus iklas. KWI (2000: 129) menjelaskan bahwa: “dalam iman, manusia menyadari dan mengakui bahwa Allah yang tak-terbatas berkenan memasuki hidup manusia yang serba terbatas, menyapa dan memanggilnya”. Dari kutipan ini dimaksudkan bahwa iman dapat diartikan sebagai suatu jawaban atas panggilan Allah. Allah menjumpai manusia secara pribadi dan manusia menanggapinya dengan menyerahkan pribadinya kepada Allah. Di dalam penyerahan tersebut manusia meyakini bahwa dirinya yang tidak ada apa-apanya dibandingkan Allah, manusia disapa dan dipanggil oleh Allah. Dan pada akhirnya seorang pribadi manusia dengan hati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
nuraninya mau menyerahkan dan memberikan dirinya kepada Allah yang tak lain adalah Sang Pemberi Hidup.
2. Perkembangan Iman Anak Pokok dari perkembangan iman anak adalah segi imannya. Sejalan dengan Sugiarti (1999: 1) yang mengatakan bahwa “iman berakar dalam ajaran yang kokoh. Orang tidak bisa percaya tanpa mengetahui apa yang dipercayai. Maka anak-anak harus tahu ajaran Kristiani, agar sampai pada iman yang benar”. Dari gagasanya tersebut, Sugiarti hanya ingin menekankan bahwa ajaran agama sangat perlu untuk menghadapi ancaman yang menghadang anak. Ajaran agama dipergunakan sebagai sarana yang ampuh untuk sampai kepada iman yang benar. Ajaran agama dipercaya akan membimbing anak menuju jalan yang benar dan diharapkan akan bertindak sesuai ajaran agama yang diterimanya. Namun di samping itu juga harus diketahui bahwa bukan hanya ajaran agama yang menjadi pokok, namun ‘iman’ itu sendiri yang menjadi pusat, penting dan menjadi pondasi. Bagaimana Allah mewahyukan diri-Nya kepada seorang anak dan sebaliknya, bagaimana anak tersebut memberikan dirinya untuk diserahkan kepada Allah. Sugiarti (1999: 4) mengatakan bahwa “lingkungan Kristiani memang berperanan bagi tumbuhnya iman anak. Tetapi belum cukup, iman harus disertai ajaran yang tepat dan kuat. Tanpa itu anak akan mudah terombang ambing bila memasuki lautan kehidupan”. Dari penjelasan Sugiarti ini jelas bahwa lingkungan Kristiani juga menjadi salah satu faktor yang penting dalam perkembangan iman anak, namun faktor lingkungan saja belum cukup untuk membentuk iman serta pribadi anak. Ajaran yang tepat yang harus diberikan kepada anak mulai dari kedua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
orang tua, pengajar agama di sekolah dan pengajaran yang dapat diterima dari sumber lain menjadi nilai yang penting dalam proses pertumbuhan iman anak. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa campur tangan Allah untuk terus menyapa pribadi anak tersebut menjadi kunci yang utama bagi perkembangan imannya. Ada beberapa tipe perkembangan iman anak berdasarkan perkembangan umur menurut Sugiarti (1999: 4), di antaranya: anak kecil (balita), anak umur 6-7 th, anak umur 7-8 th, anak umur 8-9 th, anak umur 9-12 th, anak umur 12-14 th dan anak umur 14-18 th.
a. Anak Kecil (balita) Dalam usia ini anak “mempunyai relasi dengan Tuhan yang bersifat kanakkanak. Tuhan itu memberi segala sesuatu yang ia butuhkan” (Sugiarti, 1999: 4). Dalam taraf umur 0-5 tahun ini, Tuhan dipercayai sebagai sosok yang selalu memberi. Anak mempercayai bahwa apapun permintaan yang diminta olehnya akan selalu diberikan oleh Tuhan.
b. Anak Umur 6-7 th Pada usia 6-7 th, anak mempunyai otonomi rohani. “Tuhan adalah Dia yang telah memberi segala sesuatu. Dia juga yang memberi kekuatan untuk membedakan yang baik dari yang jahat” (Sugiarti, 1999: 4). Dalam taraf perkembangan pada umur ini seorang anak sudah mulai berfikir, membedakan hal-hal yang baik dan buruk, anak juga sudah berani mengatakan “tidak” untuk hal-hal yang ia rasa tidak baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
c. Anak Umur 7-8 th Menurut Sugiarti (1999: 4) dalam tipe ini ditandai dengan ciri-ciri anak sudah dapat menyadari “kebutuhan untuk merasa dicintai, ia dibimbing, dilindungi, usia akrap dengan Tuhan, bangkitnya kebutuhan untuk berdoa”. Penjelasan ini jelas menunjukkan bahwa pada usia 7-8 tahun ini keinginan dan kebutuhan untuk berdoa dirasakan perlu dilakukan oleh anak-anak. Sudah mulai timbul kesadaran untuk berdoa tanpa harus disuruh oleh orang dewasa.
d. Anak Umur 8-9 th “Cinta kepada Tuhan diwujudkan dengan memberikan diri: cinta itu memilih, menderita, memberikan diri” (Sugiarti, 1999: 4). Dalam taraf ini, anak sudah mau mewujudkan rasa cintanya kepada Tuhan dengan cara memberikan diri terhadap Tuhan. Contoh tindakan memberikan diri ini misalnya: memberikan waktunya 10 menit dalam sehari untuk berdoa kepada Tuhan, sudah mulai timbul keinginan dari dirinya sendiri untuk mengikuti perayaan Ekaristi pada hari Minggu, dll.
e. Anak Umur 9-12 th “Ia mentaati apa yang dikehendaki Tuhan. Inilah masa di mana praktek hidup kristiani dibentuk (Sugiarti, 1999: 4). Dalam masa ini perkembangan usia ini, anak sudah sadar bahwa Tuhan yang meminta dan memerintah di dalam setiap langkah hidupnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
f. Anak Umur 12-14 th Pada usia 12-14 th seorang anak “kembali kepada diri sendiri, saat munculnya panggilan batin” (Sugiarti, 1999: 4). Dari gagasan ini jelas bahwa seorang anak dalam taraf ini sudah memusatkan segala sesuatu pada dirinya sendiri. Ia mulai menyadari adanya panggilan-panggilan batin yang ada di dalam dirinya.
g. Anak Umur 14-18 th Pada usia 14-18 th dalam diri anak “problem kehidupan muncul. Anak belajar memandang realitas dengan mata iman Kristiani” (Sugiarti, 1999: 4). Dalam taraf perkembangan ini seorang anak di usia ini sudah mulai menemui suatu permasalahan di dalam hidupnya dan anak mulai menyikapi permasalahan tersebut dengan iman yang ia miliki. Tidak melulu menyalahkan keadaan namun menyikapinya dengan kepercayaan yang ia miliki dan pelajari sejak kecil.
3. Relevansi Pendidikan Lingkungan terhadap Perkembangan Iman Anak Paus Fransiskus mengatakan bahwa: Sangatlah mulia bila kewajiban untuk memelihara ciptaan dilakukan melalui tindakan kecil sehari-hari, dan sangat indah bila pendidikan lingkungan mampu mendorong orang untuk menjadikannya suatu gaya hidup. Pendidikan dalam tanggung jawab ekologis dapat mendorong berbagai perilaku yang memiliki dampak langsung dan signifikan untuk pelestarian lingkungan (LS, art. 211). Dari pernyataan yang dikemukakan oleh Paus Fransiskus ini jelas bahwa hal yang sangat diharapkan dari adanya pendidikan lingkungan adalah mampu mengubah seseorang untuk memiliki gaya hidup baru yang menghasilkan manfaat untuk pelestarian lingkungan hidup. Hal ini yang menjadi salah satu harapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
sekolah-sekolah yang memberikan pendidikan lingkungan di sekolahnya. Lewat pendidikan lingkungan yang diberikan kepada peserta didik, para peserta didik menjadi memiliki kebiasaan-kebiasaan baru yang memperhatikan lingkungan seperti: mengurangi penggunaan plastik dan kertas, menghemat air, mampu memilah sampah, termotivasi untuk menanam pohon, mematikan lampu yang tidak digunakan dan berbagai kebiasaan baru yang sangat memperhatikan upaya pelestarian lingkungan. Semua kebiasaan tersebut merupakan suatu kreativitas dan mengungkapkan sisi baik dari manusia yang terdorong karena motivasi mendalam serta menjadi tindakan kasih yang dilandasi oleh iman akan Allah. Didik Chahyono (2005: 33) dalam majalah Educare yang diterbitkan pada bulan Juni mengatakan bahwa: Dalam berbagai kesempatan belajar mengajar, guru dan peserta didik dirangsang untuk menaruh perhatian pada keadaan lingkungan hidup di sekitarnya. Salah satu jalan yang dapat ditempuh adalah mengajak guru dan peserta didik untuk berinteraksi, baik langsung maupun tidak langsung, dengan pesona keindahan dan kekayaan. Pemberian perhatian kepada lingkungan hidup terus dilakukan untuk merangsang kepedulian para peserta didik di sekolah. Menjadi hal yang lebih mengesankan ketika seorang anak dihadapkan pada situasi nyata dan ikut melihat secara langsung bagaimana keadaan alam di sekitar mereka. Dengan berinteraksi secara langsung, peserta didik akan menyadari keindahan dan keelokan yang dimiliki oleh alam. Dari hal tersebut dapat merangsang peserta didik untuk bersyukur kepada sosok yang menciptakan alam yang begitu indah. Sosok itu tidak lain adalah Tuhan sendiri. Lewat interaksi langsung dengan alam, peserta didik akan lebih peka terhadap keindahan yang diciptakan Tuhan. Bunga yang mekar di pekarangan sekolah, kupu-kupu berwarna-warni di taman, pemandangan perbukitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
yang indah dan berbagai keindahan yang dapat merangsang peserta didik untuk bersyukur kepada Tuhan atas keindahan alam di sekitar mereka. Selain itu Mans Werang (2005: 36) dalam majalah Educare yang diterbitkan pada bulan Juni juga memberikan perhatiannya mengenai betapa pentingnya pendidikan lingkungan, beliau mengatakan bahwa: “Pentingnya pendidikan berwawasan lingkungan sebagai upaya mengubah perilaku dan sikap masyarakat yang bertujuan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai dan isu permasalahan lingkungan”. Untuk membentuk perilaku berwawasan lingkungan bagi peserta didik yang akan terjun ke masyarakat, pendidikan di sekolah merupakan sarana yang tepat. Hal itu dikarenakan lewat pendidikan para peserta didik semakin sadar untuk mengembangkan potensi dari dalam dirinya dan pengetahuan mengenai pelestarian lingkungan hidup. Pendidikan berwawasan lingkungan hendaknya diberikan sedini mungkin secara personal mulai dari Sekolah Dasar. Materi yang diberikan bukan hanya teori saja namun harus sampai pada praktek nyata dan contoh kongkrit dalam upaya pelestarian lingkungan. Hal itu dilakukan agar peserta didik dapat mengenal dan mengerti budaya dalam masyarakat, karena budaya yang baik akan menciptakan budaya yang baru dalam masyarakat. Menanggapi budaya yang baru tersebut, Paus Fransiskus juga mengatakan hal yang sama bahwa: “kesadaran terhadap krisis budaya dan ekologis yang serius harus diterjemahkan ke dalam adat kebiasaan baru” (LS, art. 209). Budaya yang terjadi saat ini adalah pola konsumsi yang tinggi, sedangkan konsumerisme yang dilakukan melewati batas kewajaran tersebut yang menjadi salah satu pemicu terbesar kerusakan lingkungan saat ini. Orang-orang muda, bahkan dari kecil sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
terbiasa melakukan penumpukan benda yang sebenarnya belum cukup memberi makna dan menciptakan sukacita di dalam hati mereka. Namun karena kebiasaan yang sudah membudaya, mereka tidak mampu menolak barang-barang yang ditawarkan di pasaran, misalnya saja: model HP terbaru, pakaian, sepatu dan bendabenda yang sebenarnya hanya mereka inginkan dan bukan mereka butuhkan. Dari hal tersebut pendidikan mempunyai andil yang besar untuk merubah gaya hidup dan mampu mengajak peserta didik untuk memiliki kebudayaan yang baru agar mereka lebih mencintai lingkungan. Selain itu, lewat budaya yang baru ini, iman peserta didik akan lebih berkembang, karena iman tidak melulu hanya berkaitan dengan hubungan seseorang dengan Tuhan, namun bagaimana seseorang menjaga hubungan dengan alam sekitar juga menjadi salah satu ciri iman yang berkembang. Dengan mencintai lingkungan yang mungkin dimulai dari hal-hal kecil seperti mengurangi konsumsi plastik makanan, membeli barang yang dibutuhkan saja, mendaur ulang kembali barang yang masih bisa digunakan merupakan salah satu perwujudan iman yang berkembang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III PENDIDIKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI SD PL KALIREJO SEBAGAI USAHA MENINGKATKAN PERKEMBANGAN IMAN SISWA
Bab ini merupakan jawaban dari rumusan permasalahan kedua mengenai bagaimana pengaruh pendidikan berwawasan lingkungan terhadap perkembangan iman anak di SD PL Kalirejo. Bab sebelumnya telah menjelaskan mengenai pengertian pendidikan, lingkungan hidup, pendidikan lingkungan hidup, iman dan perkembangan iman anak. Penulis akan membagi pokok bahasan ke dalam tiga bagian. Pada bagian pertama dalam bab ini penulis akan memaparkan gambaran umum SD PL Kalirejo, baik dari latar belakang sekolah, visi dan misi sekolah, tujuan sekolah, keadaan lingkungan fisik, lingkungan administrasi organisatorik, lingkungan akademik, lingkungan sosial SD PL Kalirejo dan kegiatan pengembangan diri di SD PL Kalirejo. Pada bagian kedua dalam bab ini penulis akan memaparkan mengenai metode penelitian tentang pendidikan berwawasan lingkungan sebagai usaha meningkatkan perkembangan iman anak di SD PL Kalirejo. Metode penelitian dalam bab ini terdiri dari: latar belakang penelitian, variabel penelitian, definisi konseptual, tujuan penelitian, jenis penelitian, instrumen pengumpulan data, responden penelitian, waktu dan tempat penelitian serta kisi-kisi. Bagian ketiga dalam bab ini akan dibahas mengenai laporan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
A. Konteks SD PL Kalirejo 1. Sejarah Singkat SD PL Kalirejo Pada penulisan sejarah singkat SD PL Kalirejo ini penulis menggunakan sumber catatan milik sekolah berupa soft copy yang berjudul: Sejarah, Visi dan Misi SD PL Kalirejo [Lampiran 5: (30)-(33)], pengamatan yang dilakukan pada hari Rabu tanggal 10 Agustus 2016, sumber dari internet [Lampiran 6: (34)-(36)] dan wawancara dengan Bapak Yustinus Haryanto guru kelas 5 SD PL Kalirejo dan Ibu Yanti yang juga merupakan salah satu guru di SD PL Kalirejo pada hari Kamis 11 Agustus 2016 pukul 10:05 WIB. Tahun 1969, sekelompok orang Katolik setempat, lima di antaranya yaitu Purwadi, Ponijan, Suradiyanto, M. Marto Prasojo dan Prawiro Subroto menyadari pentingnya didirikan sekolah Katolik mengingat jumlah anak Katolik di tempat ini cukup banyak. Motivasi awalnya, sekolah ini bisa menjadi tempat persemaian iman. Keinginan itu lantas diwujudkan para dewan perintis. Awalnya, mereka belum memiliki gedung sekolah. Anak-anak menempati dua rumah warga. Saat itu, sekolah dikelola secara mandiri oleh umat. Pada 1971, menurut beberapa guru di sekolah ini, sekolah mulai dikelola Yayasan Pangudi Luhur hingga 1998. Tahun 1998, Yayasan Pangudi Luhur menutup sekolah ini. Sejak saat itu sekolah dikelola oleh umat kembali. Umat menempatkan semangat awal para perintis untuk mengelola sekolah sejak 1998. Walaupun sudah tidak termasuk lagi sebagai Yayasan Pangudi Luhur, namun untuk nama sekolah dan kepentingan akademiknya sekolah ini masih menggunakan nama SD Pangudi Luhur Kalirejo. Sejak ditutup pihak yayasan, sekolah ini dikelola secara mandiri. Segala kebutuhan sekolah dipenuhi dan diusahakan secara mandiri oleh pihak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
sekolah dibantu para umat di wilayah Kalirejo. Namun melihat bertambah banyaknya
biaya
operasional
sekolah
yang
harus
dikeluarkan
serta
mempertimbangkan latar belakang para murid dan penduduk yang hampir keseluruhannya adalah petani, maka sejak tahun 2008 sekolah ini mendirikan perkebunan organik atas pelopor dari salah satu guru di SD PL Kalirejo ini [Lampiran 6: (35)]. Pelopor dari perkebunan organik ini adalah Bapak Haryanto, salah satu guru di SD PL Kalirejo. Menurut wawancara yang dilakukan dengan beliau pada hari Kamis tanggal 11 Agustus 2016, Bapak Haryanto merupakan lulusan dari STKIP Widya Yuwana Madiun yang mengajar di SD PL Kalirejo sejak bulan Juli 2006 dan saat ini dipercayai untuk mengajar kelas lima. Dari pengamatan yang dilakukan penulis pada tanggal 10 Agustus 2016, perkebunan organik tersebut berada tepat di bawah bangunan sekolah. Karena keadaan lahan yang memang berada di lereng pegunungan, maka perkebunan organik ini berbentuk terasering. Di dalam lahan ini ditanami berbagai jenis buah, sayur-sayuran dan palawija. Luas lahan perkebunan organik ini cukup luas dan tertata dengan baik. Menurut wawancara dengan Bapak Haryanto dan diperkuat dengan catatan milik sekolah pengelolaan kebun organik ini dikelola oleh seluruh siswa kelas IIIVI secara bergiliran pada setiap harinya sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan, dibantu pendamping kebun dan para guru. Kegiatan pengelolaan kebun ini dilakukan pada pagi hari pukul 07:20-08:45. Dari penuturan Ibu Yanti salah satu guru di SD PL Kalirejo, pada masa panen hasil perkebunan yang berupa sayur-sayuran biasanya dipetik pada hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Sabtu sore oleh anak-anak yang bergiliran setiap kelasnya dan kemudian dijual di Gereja Wilayah Kalirejo pada hari Minggu setelah perayaan ekaristi di Gereja tersebut selesai. Hasil dari berjualan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kas kelas yang bertugas untuk panen dan berjualan pada kesempatan tersebut.
2. Visi SD PL Kalirejo Sesuai sumber yang diperoleh penulis dari catatan-catatan sekolah yang berbentuk soft copy yang berjudul: Sejarah, Visi dan Misi SD PL Kalirejo. Visi dari SD PL Kalirejo adalah: “Humanis, beriman dan cerdas”. Kata “humanis” mengandung suatu makna bahwa diharapkan para siswa yang bersekolah di SD ini tumbuh menjadi pribadi yang berbela rasa dan peka terhadap lingkungan. Untuk kata “beriman” mengandung suatu makna bahwa diharapkan para siswa dapat tumbuh menjadi pribadi yang taqwa kepada Tuhan. Sedangkan untuk kata “cerdas” mengandung suatu makna bahwa para siswa yang belajar di SD ini menjadi cakap secara intelektual [Lampiran 5: (32)].
3. Misi SD PL Kalirejo Menurut sumber dari catatan sekolah [Lampiran 5: (32)-(33)] diketahui bahwa misi SD PL Kalirejo adalah sebagai berikut: a. Mengembangkan dan menumbuhkan aspek humanitas, sosialitas, religiusitas, dan intelektualitas; melalui : Pembelajaran dengan pendekatan personal. Penghormatan atas hidup sesama dan makhluk lain. Penciptaan persaudaraan sejati dan sikap kekeluargaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Pengembangan diri pribadi anak. b. Mengembangkan pendidikan budaya dan karakter bangsa, melalui: Pendidikan pengembangan pribadi anak melalui wawasan kebangsaan. Penghormatan dan perhatian kepada budaya daerah setempat.
4. Tujuan Sekolah Berdasarkan sumber data yang berasal dari catatan sekolah [Lampiran 5: (33)], tujuan sekolah dalam 4 (empat) tahun, antara tahun 2013 – 2016: a. Pencapaian nilai rata-rata Ujian Sekolah / Ujian Nasional Meningkatkan mutu pembelajaran dengan tolok ukur peningkatan pencapaian
nilai rata-rata Ujian Daerah/Pusat (untuk 3 mata pelajaran yang
diujikan secara nasional) sesuai rencana sekolah dalam 4 (empat) tahun, antara tahun 2013 – 2016 yakni sebagai berikut : 1) Tahun pelajaran 2012/2013 menjadi 20,50 Hal ini berarti diharapkan nilai rata-rata sekolah pada setiap mata pelajarannya adalah 6,83. 2) Tahun pelajaran 2013/2014 menjadi 20,60 Hal ini berarti diharapkan nilai rata-rata sekolah pada setiap mata pelajarannya adalah 6,86. 3) Tahun pelajaran 2014/2015 menjadi 20,70 Hal ini berarti diharapkan nilai rata-rata sekolah pada setiap mata pelajarannya adalah 6,9. 4) Tahun pelajaran 2015/2016 menjadi 20,80 Hal ini berarti diharapkan nilai rata-rata sekolah pada setiap mata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
pelajarannya adalah 6,93. Berdasarkan
harapan
tersebut,
dapat
dikatakan
bahwa
sekolah
mengharapkan agar nilai rata-rata ujian para siswa pada setiap tahunnya mengalami peningkatan. b. Pencapaian peringkat sekolah : Meningkatkan peringkat sekolah se-UPTD Kecamatan Samigaluh sesuai rencana sekolah 4 (empat), antara tahun 2013-2016 yakni sebagai berikut : 1) Tahun Pelajaran 2012/2013 peringkat 23 2) Tahun Pelajaran 2013/2014 peringkat 22 3) Tahun Pelajaran 2014/2015 peringkat 21 4) Tahun Pelajaran 2015/2016 peringkat 20 c. Peserta didik tersemangati dalam proses belajar melalui pemanfaatan kegiatan lomba akademik/olimpiade akademik yang diselenggarakan tingkat kecamatan dan kabupaten. d. Peserta didik semakin bersemangat dalam berolahraga dengan adanya tim olah raga beladiri, sepak bola, dan kasti. e. Potensi seni peserta didik menjadi lebih optimal melalui kegiatan menari dan paduan suara yang baik dan menyenangkan. f. Semakin berkembangnya kemampuan organisasi dan kepemimpinan peserta didik melalui kegiatan : 1) Mengelola program menginap dan kemping di sekolah untuk kelas IV. 2) Mengelola Mading Sekolah untuk kelas V. 3) Mengelola kegiatan perayaan sekolah untuk kelas VI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
g. Semakin tumbuh dan berkembang penghayatan ajaran melalui pembiasaan kegiatan keagamaan. h. Semakin berkembang nilai-nilai budi pekerti peserta didik dengan cara menanamkan nilai-nilai tersebut yang disisipkan dalam mata pelajaran tertentu dan kegiatan-kegiatan pengembangan diri. i. Semakin berkembang rasa ingin tahu dan kritis anak melalui kegiatan KOTAK BERTANYA. j. Peserta didik tumbuh rasa memiliki, kemandirian, tanggung jawab, disiplin, kerja keras, peduli lingkungan, kasih sayang sesama makhluk hidup, sportivitas melalui kegiatan opera. k. Peserta didik semakin memahami norma etika berlalu lintas melalui pengembangan pengetahuan dan pembiasaan etika berlalu lintas.
5. Gambaran Lingkungan SD PL Kalirejo a. Lingkungan Fisik Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada hari Rabu tanggal 10 Agustus 2016 dan wawancara dengan Pak Haryanto pada hari Kamis tanggal 11 Agustus 2016 di ruang guru SD PL Kalirejo, penulis menjadi tahu bahwa SD PL Kalirejo terletak di Desa Ngargosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Letak sekolah yang tidak terlalu dekat dengan jalan besar (sekitar 150 meter) membuat kondisi sekolah menjadi tenang dan jauh dari berisik kendaraan. Letak bangunan SD PL Kalirejo berada di sekitar Gereja wilayah, tepatnya di bawah bangunan Gereja Wilayah Kalirejo, Paroki Santa Theresia Lisieux Boro. Bangunan sekolah yang berada di lereng pegunungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
membuat pemandangan sekitar sekolah menjadi nampak indah dan udara yang sangat sejuk. Halaman sekolah yang ditanami berbagai macam tanaman dan berbagai tanaman hias yang ditanam di bekas botol-botol minuman dan barang bekas yang diletakkan di depan kelas membuat sekolah nampak lebih asri. Apalagi ditambah dengan beberapa bidang tanah dengan segala jenis tanaman sayuran dan buah di bawah bangunan sekolah yang merupakan lahan berkebun milik sekolah yang digunakan untuk praktek para siswa menambah nilai plus dari sekolah ini. SD PL Kalirejo memiliki ruang guru, ruang kepala sekolah , UKS, gudang, dapur, ruang tata usaha dan 6 ruang kelas dengan bangunan gedung permanen dan memiliki fasilitas yang cukup memadai. Selain itu SD PL Kalirejo juga memiliki ruang perpustakaan yang menjadi satu dengan ruang tamu sekolah, sehingga para siswa dan tamu akan lebih mudah berinteraksi dan para siswa menjadi lebih mudah untuk bergaul dengan orang-orang baru. Buku-buku di perpustakaan pun tidak hanya berupa buku pelajaran namun juga buku-buku cerita dan buku umum lainnya, seperti budidaya berbagai macam tanaman sayuran, dll. SD PL Kalirejo juga dilengkapi dengan koperasi dan sekaligus kantin yang menyediakan keperluan siswa, seperti makanan, minuman dan berbagai alat tulis yang dibutuhkan oleh para siswa. Kelengkapan lain yang tidak kalah penting yang tersedia di SD PL Kalirejo antara lain: majalah dinding, papan presensi, papan tulis, papan pengumuman, berbagai alat peraga, agenda kegiatan selama satu tahun, silabus, jadwal pelajaran, beberapa bangunan toilet permanen, tiang bendera, beberapa tempat sampah kertas, plastik dan organik yang dibedakan menurut jenisnya dan berbagai kelengkapan lain yang mendukung proses belajar di sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Semua fasilitas yang sudah disebutkan di atas sangat mendukung proses belajar mengajar di sekolah. Apalagi dengan adanya perhatian yang lebih terhadap lingkungan seperti: pemilahan sampah, pengolahan sampah kembali, pemakaian pot tanaman dari barang-barang bekas, lahan khusus untuk tempat penguburan hewan yang ditemukan telah mati oleh para siswa dan berbagai perhatian terhadap lingkungan lainnya menjadi salah satu keunggulan yang dimiliki oleh SD PL Kalirejo.
b. Lingkungan Administratif Organisatoris Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di SD PL Kalirejo pada hari Rabu tanggal 10 Agustus 2016 dan wawancara dengan Ibu Yanti di ruang guru SD PL Kalirejo pada hari Kamis tanggal 11 Agustus 2016, penulis mengetahui bahwa untuk urusan administratif SD PL Kalirejo berada di bawah naungan Yayasan Pangudi Luhur dan sudah berjalan dengan baik. Namun untuk urusan yang lain, seperti pembiayaan sekolah, status para guru dan karyawan di SD PL Kalirejo berjalan sendiri (mandiri). Hal ini dikarenakan SD PL Kalirejo dilepas oleh Yayasan Pangudi Luhur sejak tahun 1998. Walaupun demikian untuk urusan akademik dan administratif seperti proses akreditasi dan beberapa urusan lainnya, SD PL Kalirejo tetap termasuk dalam Yayasan Pangudi Luhur. Hal tersebut dilakukan sejak sekolah ditutup oleh yayasan pada tahun 1998 sampai sekarang. Secara struktural organisatoris sekolah SD PL Kalirejo terdiri dari: kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, wali kelas, dan siswa. Seluruh pihak tersebut melakukan tanggung jawab dan tugas mereka masing-masing dengan baik, bertanggungjawab dan dengan semangat yang tinggi. Hubungan yang baik dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
kekeluargaan yang erat juga nampak di antara seluruh pihak, baik itu hubungan antar guru, antar siswa maupun hubungan antara guru dan siswa.
c. Lingkungan Akademik Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Bapak Haryanto pada hari Kamis tanggal 11 Agustus 2016, SD PL Kalirejo mengharap dan mengusahakan agar para siswa menjadi cakap secara intelektual. Selain segi pengetahuan dan prestasi di bidang pelajaran, SD PL Kalirejo juga sangat memberikan perhatian kepada kelestarian lingkungan. Sesuai dengan visi yang dihayati oleh SD PL Kalirejo, sekolah mengharapkan para siswanya tumbuh menjadi anak yang memiliki perasaan peka terhadap lingkungan. Selain itu para siswa juga diharapkan tumbuh menjadi pribadi yang taqwa kepada Tuhan. Oleh karena itu SD PL Kalirejo mengusahakan suasana sekolah yang nyaman, memperhatikan mutu pendidikan serta memberikan perhatian kepada kelestarian lingkungan sekitar. Proses pembelajaran yang dipakai oleh SD PL Kalirejo juga dirancang agar para siswa juga mempunyai ketrampilan yang lebih untuk mengolah lingkungan dengan baik, bertanggung jawab atas lingkungan dan ikut menjaga kelestarian lingkungan.
d. Lingkungan Sosial Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis pada hari Selasa, 26 Juli 2016 dan Kamis, 11 Agustus 2016 di SD PL Kalirejo, secara sosial sekolah ini memiliki rasa kekeluargaan yang sangat erat, baik antara kepala sekolah, para guru, karyawan, siswa, orang tua siswa serta masyarakat sekitar. Ketika penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
melakukan observasi di SD PL Kalirejo, hubungan antara para guru, tenaga sekolah dan siswa terlihat sangatlah dekat. Hampir seluruh siswa dekat dengan para guru di sekolah, para siswa menyapa, mengajak bercanda, saling membantu. Hubungan baik tidak hanya ditunjukkan oleh warga sekolah, namun hubungan dengan masyarakat sekitar juga terjalin dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya para warga yang dengan sukarela menyediakan lahan tanahnya untuk dikelola para siswa SD PL Kalirejo. Hal lain yang membuktikan bahwa hubungan baik terjalin antara warga sekolah SD PL Kalirejo dengan masyarakat sekitar adalah adanya kesediaan warga sekitar, khususnya kaum muda yang mau menyumbangkan tenaga mereka untuk mendampingi ekstra kurikuler secara sukarela kepada para siswa di sekolah ini.
6. Kegiatan-Kegiatan Pengembangan Diri di SD PL Kalirejo Dari sumber data sekolah yang berbentuk soft copy, berikut akan dijelaskan beberapa kegiatan pengembangan diri yang ada di SD PL Kalirejo.
a. Semangat Kebangsaan Dalam kegiatan ini para siswa pada setiap paginya menyanyikan lagu kebangsaan, lagu rohani, lagu daerah dan lagu lainnya sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Setiap harinya lagu yang dinyayikan oleh para siswa berbedabeda. Dengan jadwal sebagai berikut: -
Hari Senin
: lagu wajib
-
Hari Selasa
: lagu mars / himne SD
-
Hari Rabu
: lagu patriotik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
-
Hari Kamis
: lagu anak
-
Hari Jumat
: lagu rohani
-
Hari Sabtu
: lagu daerah
Selain menyanyikan lagu kebangsaan, kegiatan lain yang dilakukan dalam bidang semangat kebangsaan adalah pengibaran dan penurunan Bendera Merah Putih. Pengibaran bendera dilakukan sebelum pukul 07.00 WIB sedangkan untuk penurunan bendera dilakukan setelah selesai kegiatan KBM.
b. Opera Dalam opera ini hal yang dilakukan adalah bekerja. Setelah doa pagi, menyanyikan lagu “Indonesia Raya” kemudian para siswa dan guru menyanyikan lagu “Yuk Bekerja”. Kegiatan “bekerja” yang dilakukan di antaranya: merawat tanaman kebun, merawat tanaman sekitar halaman, menyapu lingkungan sekitar sekolah, membersihkan dan menata kelas, mengumpulkan sampah berdasarkan jenisnya serta membersihkan perabot dapur dan ruangan dapur. Kegiatan opera ini dilakukan 20 menit sebelum pelajaran di kelas dimulai.
c. Berkebun Kegiatan berkebun ini terbagi dalam beberapa materi, yaitu: tanam, rawat, petik. Proses tanam diajarkan secara langsung kepada para siswa, dalam kegiatan ini mereka diajarkan bagaimana pola tanam, pemupukan dan menggunakan alat berkebun. Proses rawat mengajarkan secara langsung kepada siswa bagaimana cara lanjar (merambatkan tanaman ke media lain seperti kayu agar tanaman dapat tegak berdiri), memupuk tahap kedua, dangir (membersihkan rumput yang mengganggu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
di sekitar tanaman. Siswa juga diajarkan membuat pupuk kompos dan cair dari sampah organik. Dalam proses petik, para siswa diajarkan cara panen dan packing hasil kebun yang akan dijual.
d. Organisasi Kepemimpinan SD PL Kalirejo memiliki hal yang berbeda dalam hal kepengurusan kelas. Apabila di sekolah-sekolah lain kepengurusan kelas digunakan dalam periode satu semester, namun di SD PL Kalirejo kepengurusan kelas berganti setiap bulannya. Menurut penuturan Bapak Haryanto pada saat penulis melakukan observasi di kelas pada tanggal 10 Agustus 2016, hal ini dilakukan agar seluruh siswa memiliki kesempatan untuk menjadi seorang pemimpin dan pengurus yang bertanggung jawab di dalam kelasnya masing-masing. Hal lain yang berbau organisasi kepemimpinan lainnya adalah kegiatan menginap di sekolah dan camping kelas yang dilakukan siswa kelas 4, 5, dan 6. Hal ini juga menjadi sedikit berbeda dengan sekolah kebanyakan, karena dalam kegiatan ini para siswa yang merancang sendiri kegiatan apa saja yang akan dilakukan pada saat acara berlangsung. Mereka saling bekerjasama antara para siswa dibantu diarahkan oleh guru untuk menyiapkan acara tersebut.
e. Spontan Dalam kegiatan spontan ini biasanya dilakukan saat ada siswa yang menemukan hewan yang mati di lingkungan sekitar sekolah, entah itu burung, tikus, belalang, ulat, kupu-kupu ataupun hewan lainnya. Biasanya mereka akan segera melakukan penguburan di lahan yang memang sudah disediakan pihak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
sekolah. Tidak hanya berhenti pada proses penguburan hewan yang mati tersebut, namun anak-anak juga ikut mendoakan secara bersama-sama hewan tersebut sampai pada hari ketujuh.
7. Jumlah Warga Sekolah a. Siswa SD PL Kalirejo Berdasarkan wawancara dengan Bapak Haryanto pada hari Kamis tanggal 11 Agustus 2016, didapatkan data sebagai berikut: -
Jumlah murid kelas 1: 5 siswa
-
Jumlah murid kelas 2: 7 siswa
-
Jumlah murid kelas 3: 4 siswa
-
Jumlah murid kelas 4: 6 siswa
-
Jumlah murid kelas 5: 7 siswa
-
Jumlah murid kelas 6: 9 siswa
Sebagian besar siswa berasal dari Wilayah Kalirejo, namun juga terdapat murid dari luar wilayah Kalirejo. Sekitar 80% siswa SD PL Kalirejo berasal dari keluarga petani.
b. Guru SD PL Kalirejo Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Ibu Yanti pada hari Kamis 11 Agustus 2016 diketahui banyaknya guru di SD PL Kalirejo adalah: - Guru kelas
: 6 orang
- Guru agama
: 1 orang
- Guru olah raga
: 2 orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Sebagian besar para guru berasal dari Wilayah Kalirejo bahkan ada beberapa guru yang merupakan lulusan dari SD PL Kalirejo. Sistem pemberian honor para guru di SD PL Kalirejo secara mandiri atau dari pengelolaan sekolah sendiri, karena memang sudah tidak dikelola oleh yayasan.
c. Tenaga Kependidikan SD PL Kalirejo Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis dengan Ibu Yanti pada tanggal 11 Agustus 2016, diketahui banyaknya tenaga kependidikan di SD PL Kalirejo adalah sebagai berikut: - Pendamping kebun
: 3 orang
- Pendamping karate
: 1 orang
- Pendamping bahasa Inggris
: 1 orang
- Pendamping karawitan
: 1 orang
- Tenaga kebersihan
: 1 orang
- Petugas Tata Usaha (TU)
: 1 orang
B. Penelitian tentang Pendidikan Berwawasan Lingkungan sebagai Usaha Meningkatkan Perkembangan Iman Anak di SD PL Kalirejo 1. Desain Penelitian a. Latar Belakang Penelitian Bagi kehidupan manusia, lingkungan menjadi faktor yang sangat penting dalam kehidupan. Seluruh kebutuhan yang diperlukan oleh manusia dihasilkan oleh alam, misalnya saja bahan-bahan makanan, bahan untuk membuat rumah, bahan untuk membuat pakaian dan berbagai macam kebutuhan lain yang disediakan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
alam. Namun tidak jarang banyak manusia yang justru mengeksploitasi lingkungan demi pemenuhan kebutuhannya tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan tersebut. Dengan adanya hubungan antara manusia dan alam ini, Syukri Hamzah (2013: 1) mengatakan bahwa “kondisi lingkungan juga akan dipengaruhi oleh perilaku manusia.” Segala sikap, tindakan dan perilaku yang dilakukan oleh manusia akan menentukan keadaan baik buruknya lingkungan. Apabila manusia melakukan tindakan yang positif terhadap lingkungan, maka lingkungan juga akan memberikan dampak yang positif kepada manusia, sebaliknya, apabila manusia melakukan tindakan yang negatif dan merusak alam, maka alam juga akan memberikan sesuatu yang tidak menguntungkan bagi manusia. Syukri Hamzah (2013: 4) mengatakan bahwa “saat ini lingkungan yang semestinya menjadi salah satu sumber kenikmatan dalam kehidupan, kini menjadi sumber kegelisahan dan kecemasan.” Kegelisahan dan kecemasan ini terjadi karena lingkungan yang sudah mengalami perubahan dan rusak. Banyak peristiwa seperti berbagai bencana alam terjadi saat ini. Dan sebagian besar bencana alam tersebut diakibatkan oleh perilaku manusia yang kurang bertanggung jawab. Namun tetap disayangkan, walaupun alam saat ini sudah mengalami kerusakan, tidak banyak manusia yang mau tahu dan peduli terhadap lingkungan. Melihat hal tersebut, tentunya bidang pendidikan yang merupakan bagian penting dalam masyarakat tidak mungkin hanya berdiam diri dengan keadaan seperti ini. “Hasil proses pendidikan akan memungkinkan seseorang dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya” (Syukri Hamzah, 2013: 13). Pendidikan merupakan salah satu cara yang ditempuh untuk memberikan pengetahuan kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
peserta didik dan membentuk sikap peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Namun saat ini masih banyak sekolah yang kurang memperhatikan pendidikan berwawasan lingkungan tersebut. Banyak sekolah yang hanya menekankan pencapaian prestasi di bidang akademik saja, tanpa memperhatikan bidang lain seperti kepedulian akan lingkungan sekitar, perkembangan iman siswa dan masih banyak hal lainnya. Padahal kepedulian akan lingkungan menjadi hal yang penting untuk dimiliki apabila melihat keadaan sekitar yang mulai memprihatinkan. Kepedulian tersebut sekiranya harus dibiasakan kepada anak-anak mulai dari dini, karena merekalah yang akan menjadi penerus generasi mendatang. Pendidikan lingkungan yang diarahkan kepada kepedulian anak terhadap lingkungan sekitar tentunya akan sangat berkaitan dengan segi perkembangan iman anak. Perkembangan iman anak tidak hanya diukur dari bagaimana anak dapat berdoa, bagaimana mereka menaruh kepercayaan kepada Tuhan dan bagaimana mereka beribadah secara rajin. Perkembangan iman anak juga dilihat dari bagaimana mereka peduli dengan maklhuk ciptaan lain yang diciptakan oleh Tuhan di bumi ini, bagaimana mereka dapat mensyukuri atas segala yang telah tercipta, mencintai dan ikut merawat segala yang ada di bumi dan berbagai hal lainnya. Pendidikan berwawasan lingkungan ini menjadi menarik, karena dalam pendidikan ini tidak hanya segi pengetahuan yang ditekankan kepada siswa, namun hal yang lebih dari itu, seperti hubungannya dengan kepribadian siswa, tanggung jawab siswa, kepekaan siswa dan tentunya perkembangan iman siswa menjadi hal lain yang ditawarkan dari pendidikan berwawasan lingkungan ini. Melalui persoalan yang muncul di atas kiranya peneliti tertarik membahas pendidikan berwawasan lingkungan dan kaitannya dengan perkembangan iman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
anak. Peneliti melihat, meneliti dan membahas bagaimana keterkaitan pendidikan berwawasan lingkungan terhadap perkembangan iman anak di salah satu sekolah yaitu SD PL Kalirejo, Yogyakarta. Peneliti ingin mengetahui pendapat para guru serta tenaga kependidikan di SD PL Kalirejo bagaimana proses pendidikan berwawasan lingkungan dilaksanakan di sekolah ini dan apakah pendidikan berwawasan lingkungan tersebut mempengaruhi perkembangan iman para siswanya.
b. Variabel Penelitian Menurut Juliansyah (2011: 47) “variabel merupakan pengelompokan secara logis dari dua atau lebih atribut dari objek yang diteliti”. Atribut di sini dapat diartikan sebagai sifat atau nilai, objek atau kegiatan yang memiliki variasi yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari. Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel penelitian merupakan sesuatu yang berbentuk apa saja yang telah dipilih untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi mengenai hal tersebut dan pada akhirnya dapat ditarik kesimpulannya. Variabel dalam penelitian ini adalah: 1) Pendidikan berwawasan lingkungan 2) Perkembangan iman
c. Definisi Konseptual 1) Pendidikan berwawasan lingkungan Syukri Hamzah (2013: 35) mengatakan bahwa “Pendidikan berwawasan lingkungan adalah pendidikan yang tidak hanya memberikan pengetahuan tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
lingkungan tetapi meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan”. 2) Perkembangan iman KWI (2000: 128) menjelaskan bahwa: “iman adalah penyerahan total kepada Allah yang menyatakan diri tidak karena terpaksa, melainkan dengan sukarela”. Dalam iman, manusia menyadari dan mengakui bahwa Allah yang takterbatas berkenan memasuki hidup manusia yang serba terbatas. Iman berarti jawaban atas suatu panggilan dari Allah atau penyerahan secara pribadi kepada Allah yang menjumpai manusia secara pribadi pula. Dapat diartikan bahwa perkembangan iman adalah suatu proses bertambahnya pengetahuan dan tingkah laku seseorang yang berhubungan dengan penyerahan dirinya secara total kepada Allah.
d. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Memperoleh gambaran bagaimana pelaksanaan pendidikan berwawasan lingkungan yang dilakukan di SD PL Kalirejo. 2) Mengetahui sejauh mana kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan mempengaruhi perkembangan iman para siswa di SD PL Kalirejo. 3) Mengetahui faktor pendukung dan penghambat perkembangan iman anak yang berhubungan dengan pendidikan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo.
e. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian ilmu sosial yang mengumpulkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
dan menganalisis data berupa kata-kata (lisan maupun tulisan) dan perbuatanperbuatan manusia serta peneliti tidak berusaha menghitung data yang telah diperoleh sehingga tidak menganalisis angka-angka (Afrizal, 2014: 13). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif, karena berdasarkan penelitian yang dilakukan didukung oleh data yang berupa kata-kata yang berisi kutipan untuk memberi gambaran penyajian laporan (Moleong, 2008: 11). Di dalam penyajian laporan penelitian tersebut akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran. Pemecahan masalah didasarkan dari data-data yang sudah terkumpul melalui penelitian tersebut. Dalam penelitian ini proses pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi yang dilaksanakan di SD PL Kalirejo.
f. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen pengumpulan data atau yang sering disebut sebagai teknik pengumpulan data adalah cara mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Menurut Juliansyah (2011: 138) pada umumnya cara mengumpulkan data dapat menggunakan teknik: wawancara, angket,
pengamatan
(observation),
studi
dokumentasi
dan
FGD
(Focus
GroupDiscussion). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengamatan / observasi, wawancara dan dokumentasi.
1) Pengamatan / observasi Teknik ini menuntut pengamatan yang dilakukan oleh peneliti. Sejalan dengan Juliansyah (2011: 140) yang mengatakan bahwa “teknik observasi menuntut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
adanya pengamatan dari peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian”. Di dalam teknik ini peneliti dibantu dengan adanya lembar pengamatan. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat menyajikan gambaran nyata suatu kejadian atau keadaan yang terjadi sesuai dengan permasalahan penelitian tersebut.
2) Wawancara “Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara sebagai pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu” (Basrowi dan Suwandi, 2008: 127). Sejalan dengan pemikiran tersebut Juliansyah (2011: 138) mengatakan bahwa “wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan berhadapan secara langsung dengan yang diwawancarai tetapi dapat juga diberikan daftar pertanyaan dahulu untuk dijawab pada kesempatan lain.” Dari kedua pendapat tersebut jelas bahwa wawancara terdiri atas dua pihak yang saling melakukan komunikasi dalam bentuk percakapan yang didasari oleh beberapa pertanyaan sebagai bahan pembicaraannya.
3) Dokumentasi “Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia yaitu berbentuk surat, catatan harian dan foto” (Juliansyah, 2011:141). Sifat dari data ini tidak terbatas oleh ruang dan waktu, sehingga dapat memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui halhal yang pernah terjadi di waktu silam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
g. Responden Penelitian Penulis menggunakan model boring sampling atau yang sering disebut dengan total sampling. Menurut Juliansyah (2011: 156) “total sampling adalah sampel yang mewakili jumlah populasi”. Pemilihan sampel ini biasanya dilakukan apabila populasi dianggap kecil atau kurang dari 100. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai responden penelitian adalah: 1) 1 Kepala Sekolah SD PL Kalirejo yang sekaligus merangkap sebagai salah satu guru kelas 2) 5 guru kelas SD PL Kalirejo 3) 2 pembina kegiatan berkebun di SD PL Kalirejo
h. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD PL Kalirejo yang beralamat di Desa Ngargosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan penelitian ini antara tanggal 21-30 September 2016.
i. Kisi-kisi Tabel 01 Kisi-kisi pertanyaan wawancara Variabel
Indikator
Nomor
Jumlah
Item
Item
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
berwawasan 1
1
berwawasan
lingkungan
lingkungan
Latar belakang dilaksanakan pendidikan 2
1
Pendidikan
Pemahaman
pendidikan
berwawasan lingkungan di sekolah. Menjelaskan kegiatan
pelaksanaan 3
gambaran pendidikan
1
berwawasan
lingkungan apa saja yang dilakukan di sekolah . Menjelaskan yang menjadi fokus tujuan 4
1
dalam kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan di sekolah. Menjelaskan
manfaat
dari
kegiatan 5
1
pendidikan berwawasan lingkungan. Mengemukakan kegiatan
hal-hal
berwawasan
penghambat 6
lingkungan
1
di
sekolah. Mengemukakan
hal-hal
pendukung 7
1
kegiatan berwawasan lingkungan yang dilakukan di sekolah. Perkembangan
Pemahaman perkembangan iman anak.
8
1
Iman
Mengemukakan kegiatan yang dilakukan 9
1
di sekolah yang diperuntukkan demi perkembangan iman siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Menjelaskan hal yang bisa menjadi tolok 10
1
ukur perkembangan iman siswa. Mengemukakan faktor pendorong dan 11
1
penghambat perkembangan iman anak. Mengemukakan
dampak
bagi 12
1
perkembangan iman siswa dan guru dari pelaksanaan
kegiatan
pendidikan
berwawasan lingkungan. Mengemukakan kegiatan eksplisit untuk 13
1
pengembangan iman siswa dan guru.
j. Laporan Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian 1) Laporan Hasil Penelitian Pada bagian ini penulis akan melaporkan hasil penelitian melalui wawancara yang dilaksanakan di SD PL Kalirejo, pada tanggal 19-27 September 2016. Responden dari penelitian wawancara ini adalah 1 Kepala Sekolah yang sekaligus merangkap sebagai salah satu wali kelas, 2 bapak guru, 3 ibu guru, dan 2 bapak pendamping kebun. Penyebutan nama responden pada pelaporan hasil penelitian ini sudah terdapat kesepakatan antara penulis dan responden bahwa penyebutan nama responden menggunakan nama singkat yang asli. Berikut ini adalah data responden yang diwawancarai: a) Responden 1
: Yustinus Haryanto (Bapak Haryanto)
b) Responden 2
: F. Sunardi (Bapak Sunardi)
c) Responden 3
: Ignatius Eko Prasetyo (Bapak Eko)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
d) Responden 4
: Yofita Prima Briske (Ibu Prima)
e) Responden 5
: Agustinus Purwo Kaharmunawan (Bapak Purwo)
f) Responden 6
: Yulia Mei Kurniawati (Ibu Mei)
g) Responden 7
: A. Srilestari (Ibu Tari)
h) Responden 8
: Martina Nurcahyanti (Ibu Yanti)
Terdapat 2 variabel dalam penelitian ini yakni pendidikan berwawasan lingkungan dan perkembangan iman anak. Dua variabel tersebut berisi 13 pertanyaan, variabel 1 terdapat 7 pertanyaan dan variabel 2 berisi 6 pertanyaan. Variabel 1 berisi: pengertian pendidikan berwawasan lingkungan, latar belakang, macam-macam kegiatan yang dilakukan, tujuan kegiatan, manfaat bagi siswa dan guru, hal yang menghambat dan hal yang mendukung kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan. Variabel 2 berisi: pengertian perkembangan iman anak, kegiatan demi perkembangan iman anak, tolok ukur perkembangan iman anak, faktor pendorong serta penghambat, dampak perkembangan iman anak dan kegiatan khusus demi perkembangan iman anak. Pertanyaan pertama berkaitan dengan pengertian pendidikan berwawasan lingkungan. Bapak Eko, Ibu Prima dan Bapak Purwo memiliki pendapat yang sama, bahwa pendidikan berwawasan lingkungan adalah salah satu model pendidikan yang bertujuan mendekatkan siswa dengan lingkungan sekitar [lampiran 4: (5)]. Ditambahkan oleh Bapak Haryanto dan Bapak Sunardi bahwa dalam proses pendidikan tersebut alam diberikan perhatian yang lebih, hal tersebut kemudian ditekankan kembali oleh Ibu Mei, Ibu Tari dan Ibu Yanti apabila alam juga dijadikan sarana untuk proses belajar [Lampiran 4: (5)]. Pertanyaan kedua mengenai latar belakang dilaksanakannya pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo. Bapak Haryanto, Ibu Mei dan Ibu Yanti memiliki jawaban yang sama mengenai alasan diadakannya pendidikan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo yaitu karena letak sekolah berada di daerah pegunungan dan mayoritas berasal dari keluarga petani. Walaupun demikian, anak jaman sekarang sudah sangat jarang membantu orang tua mereka di kebun. Pihak sekolah tidak menginginkan anak sampai tercerabut dari kebudayaan sekitar mereka [Lampiran 4: (6)-(7)]. Hal ini diperjelas dengan penjelasan Bapak Eko dan Ibu Tari yang menerangkan bahwa walaupun anak lahir dan hidup di keluarga petani namun anak sangatlah asing dengan dunia pertanian. Oleh karena keadaan ini maka muncul keprihatinan ketika anak tidak lagi dilibatkan dengan lingkungan sekitar, anak-anak tidak bisa belajar dari alam. Bapak Sunardi menambahkan alasan lain diadakannya pendidikan berwawasan lingkungan yakni untuk mengenalkan anak dengan alam [Lampiran 4: (6)-(7)]. Hal tersebut diperkuat dengan jawaban Bapak Eko dan Bapak Purwo bahwa dengan adanya pendidikan berwawasan lingkungan yang nyata ini diharapkan anak tidak asing lagi dengan lingkungan sekitarnya dan menjadi tergugah untuk ikut melestarikannya. Ibu Prima memiliki alasan yang lain mengenai alasan diadakannya pendidikan berwawasan lingkungan; beliau berpendapat bahwa visi dan misi yang diangkat oleh sekolah juga menjadi latar belakang yang mendasari diadakannya pendidikan berwawasan lingkungan [Lampiran 4: (6)-(7)]. Pertanyaan ketiga mengenai kegiatan-kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan yang dilakukan di SD PL Kalirejo. Seluruh responden yang terdiri dari delapan orang memiliki jawaban yang sama mengenai kegiatan-kegiatan pendidikan lingkungan di SD ini, yakni: berkebun dan memilah sampah [Lampiran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
4: (8)-(10)]. Kegiatan berkebun tidak hanya mengajarkan anak untuk menanam tanaman saja, namun bagaimana mengolah lahan yang akan ditanami, membuat nutrisi tanah, menaburkan benih, melakukan perawatan tanaman, panen, mengelola hasil panen untuk dijual dan sampai pada pembukuan hasil panenan yang terjual [Lampiran 7: (37)]. Bapak Haryanto, Bapak Eko, Ibu Tari, Ibu Mei dan Ibu Prima menambahkan kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan yang dilakukan di SD di antaranya: opera (pekerjaan tangan yang dilakukan bersama-sama oleh guru dan siswa, kegiatan ini dilakukan setiap pagi hari), sawah, penguburan binatang, dan camping kelas [Lampiran 7: (37)]. Penguburan hewan ini memiliki warna yang berbeda dari kegiatan yang lainnya, karena kegiatan ini muncul dari inisiatif para siswa yang pada mulanya sering menemukan hewan mati di sekitar sekolah dan mereka tergerak untuk memperlakukan hewan tersebut layaknya seperti manusia, di mana hewan tersebut dikubur dan didoakan agar arwahnya diterima di sisi Tuhan. Selain beberapa kegiatan tadi, Bapak Eko, Ibu Mei dan Bapak Haryanto menambahkan tiga kegiatan lain yakni hari bekal, refleksi harian dan jurnalistik [Lampiran 4: (8)-(9]. Pertanyaan keempat tentang tujuan dalam kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo. Bapak Haryanto, Bapak Sunardi, Bapak Eko, Ibu Prima dan Ibu Tari memiliki pendapat yang sama bahwa adanya kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan ini adalah membantu anak agar mengenal alam dan akhirnya mereka mampu mencintai serta lebih peka terhadap lingkungan alam [Lampiran 4: (11)-(12)]. Ibu Mei menekankan bahwa pihak sekolah tidak menginginkan para siswa meninggalkan alam, sehingga mereka menjadi tidak peduli dengan alam sekitar mereka [Lampiran 4: (12)]. Sedangkan Bapak Purwo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
memiliki tujuan yang sedikit berbeda, beliau mengatakan bahwa tujuan diadakannya kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan di sekolah ini agar SD PL Kalirejo memiliki kekhasan yakni satu-satunya sekolah di Kecamatan Samigaluh dan sekitarnya yang mengajarkan anak-anak untuk mencintai dan memperhatikan alam secara nyata [Lampiran 4: (12)]. Ibu Yanti juga memiliki pandangan yang agak berbeda mengenai fokus tujuan kegiatan berwawasan lingkungan tersebut, yakni visi dan misi sekolah yang dipegang selama ini. Ibu Yanti menuturkan bahwa visi sekolah adalah humanis, beriman dan cerdas, dari hal tersebut tujuan yang hendak dicapai menurut pandangannya ialah mampu mencetak anak yang berkarakter, peka terhadap lingkungan dan mau untuk ikut serta dalam karya penciptaan. Ibu Yanti juga menekankan, bahwa tujuan sekolah ini bukan untuk melatih anak menjadi seorang petani, tetapi untuk membuat anak peka terhadap lingkungan sekitarnya. Bapak Haryanto juga menambahkan bahwa dengan adanya kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo ini adalah untuk menunjukkan kepada anak bahwa iman harus dipraktekkan dalam hidup, salah satunya dengan ikut merawat dan melestarikan alam sekitar mereka [Lampiran 4: (12)-(13)]. Pertanyaan kelima mengenai manfaat bagi siswa dan guru dengan dilaksanakannya kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan. Bapak Haryanto, Bapak Eko, Bapak Purwo, Ibu Yanti dan Ibu Tari memiliki pendapat yang sama, mereka berpendapat bahwa dengan adanya kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan dapat menjadikan anak lebih mengenal, dekat lalu akhirnya memiliki kepekaan terhadap lingkungan maupun dengan sesama [Lampiran 4: (13)-(16)]. Menurut Ibu Yanti, dengan adanya kegiatan ini hubungan antar para siswa dan guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
menjadi lebih dekat dan akrab, bahkan Ibu Tari menambahkan saat anak-anak menemukan hewan yang mati di lingkungan sekitar sekolah, mereka kemudian secara beramai-ramai menguburkan dan mendoakan hewan tersebut. Hal ini menunjukkan sudah adanya kepekaan di dalam diri siswa dengan lingkungan sekitarnya [Lampiran 4: (14)-(15)]. Bapak Sunardi berpendapat manfaat yang dapat diterima oleh siswa yakni mereka mendapatkan banyak pengalaman dan menjadi lebih banyak menerima pembelajaran baru. Menanggapi hal tersebut Ibu Prima dan Ibu Yanti menambahkan bahwa dengan adanya kegiatan tersebut, anak menjadi lebih antusias untuk belajar di alam terbuka, karena mereka dapat menemukan pembelajaran-pembelajaran baru yang ditawarkan oleh alam di sekitar mereka [Lampiran 4: (12), (15)]. Bapak Purwo dan Ibu Mei menambahkan bahwa adanya kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan ini iman anak-anak menjadi lebih matang. Mereka menjadi lebih mau mensyukuri segala yang diciptakan oleh Tuhan selain itu anak-anak menjadi lebih rajin untuk berdoa, karena sebelum dan sesudah salah satu kegiatan berlangsung anak selalu berdoa [Lampiran 4: (12)]. Ibu Tari menambahkan dengan adanya kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan para siswa dapat bekerjasama dengan teman dan menjadikan mereka memiliki semangat kerja yang tinggi [Lampiran 4: (12)]. Manfaat yang dapat diperoleh untuk guru dengan adanya kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan menurut Bapak Haryanto adalah untuk mengkongkritkan yang abstrak untuk diterima anak [Lampiran 4: (13)], Ibu Tari memperjelas bahwa dengan adanya pembelajaran seperti ini beliau merasa lebih mudah untuk menjelaskan materi kepada para siswa. Bapak Eko merasa menjadi semakin sadar bahwa apabila manusia memperlakukan alam secara baik, maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
alam pun akan memberikan hal yang baik kepada manusia dan sebaliknya apabila alam memperlakukan secara tidak baik, maka alam akan memberikan hal yang kurang baik kepada manusia [Lampiran 4: (13)]. Ibu Prima, Ibu Mei dan Ibu Yanti memiliki pendapat yang sama, mereka merasa semakin termotivasi untuk belajar mengenai hal-hal baru yang mungkin belum pernah dipelajari sebelumnya dan merasa lebih peka dengan hal-hal kecil yang terjadi di sekitarnya [Lampiran 4: (13)-(15)]. Selain itu Ibu Tari memberikan penjelasan bahwa dengan adanya pelaksanaan kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan ini, guru menjadi lebih terbuka dan mau menerima usulan yang diberikan oleh siswa, guru juga menjadi lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya [Lampiran 4: (15)]. Pertanyaan keenam mengenai hal yang menghambat kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo. Ketujuh responden yang meliputi: Bapak Haryanto, Bapak Sunardi, Bapak Eko, Ibu Mei, Ibu Prima, Bapak Purwo dan Ibu Yanti memiliki pendapat yang sama bahwa faktor cuaca adalah hal yang menjadi penghambat kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo. Salah satu contohnya ketika akan dilaksanakan salah satu kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan yakni berkebun, namun hujan turun dengan deras, maka akan menghambat kegiatan para siswa di lahan kebun dan akhirnya mereka diberikan materi dan tugas di dalam kelas [Lampiran 4: (16)-(17)]. Walaupun menurut pengakuan para guru dan pembina kebun bahwa faktor cuaca adalah hal yang masih dapat diatasi dan kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan masih dapat dilaksanakan, namun tetap saja cuaca menjadi salah satu faktor penghambat pelaksanaan kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan. Ibu Mei menambahkan hal lain yang dapat menjadi penghambat kegiatan pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
berwawasan
lingkungan
yakni
ketidakhadiran
pendamping
saat
kegiatan
berlangsung [Lampiran 4: (17)]. Bapak Eko dan Ibu Yanti juga menambahkan faktor lain yang menjadi penghambat kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo adalah adanya bencana alam. Salah satu contoh bencana alam tersebut adalah adanya peristiwa letusan besar Gunung Merapi pada tahun 2010. Berbulan-bulan setelah bencana tersebut, lahan kebun sekolah menjadi rusak, seluruh tanaman gagal panen dan lahan sama sekali tidak bisa ditanami, hal tersebut menjadikan sekitar dua bulan lamanya kegiatan berkebun tidak dilaksanakan [Lampiran 4: (16)-(17)]. Ibu Yanti menambahkan faktor lain yang sedikit berbeda yaitu faktor yang muncul dari sisi siswanya, yakni adanya kelompok-kelompok di antara para siswa yang menyebabkan relasi antar siswa menjadi terganggu dan pada akhirnya siswa-siswa tersebut menjadi malas untuk mengikuti kegiatan yang telah terjadwalkan tersebut. Berbeda dengan Ibu Tari, beliau menyampaikan bahwa tidak ada hal yang menjadi faktor penghambat kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo [Lampiran 4: (17)]. Pertanyaan ketujuh mengenai hal yang mendukung kegiatan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo. Kelima responden yang terdiri dari: Bapak Haryanto, Bapak Eko, Ibu Prima, Ibu Mei, Ibu Tari dan Ibu Yanti memiliki pendapat yang sama bahwa ketersediaan lahan yang cukup luas yang dapat digunakan untuk praktek para siswa menjadi hal pendukung pelaksanaan kegiatan berwawasan lingkungan. Walaupun lahan tersebut bukan sepenuhnya milik sekolah melainkan sebagian adalah milik umat sekitar dan milik CU di daerah Kalirejo namun pihak sekolah sangat bersyukur karena lahan-lahan tersebut diperbolehkan untuk dijadikan media belajar bagi para siswa [Lampiran 4: (17)-(19)]. Bapak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Sunardi, Ibu Prima, Bapak Purwo, Ibu Tari dan Bapak Haryanto memiliki pendapat lain. Mereka berpendapat bahwa adanya tiga umat Kalirejo yang bersedia mengabdikan diri menjadi pendamping kebun menjadi salah satu hal pendukung terlaksananya kegiatan berwawasan lingkungan di sekolah ini. Dukungan dari berbagai pihak juga merupakan salah satu faktor pendukung pelaksanaan kegiatan ini, menurut Bapak Haryanto, Bapak Sunardi, Ibu Tari dan Ibu Yanti dukungan tersebut beranekaragam, misalnya saja: semangat para siswa saat melaksanakan kegiatan berwawasan lingkungan, kesediaan umat untuk menyediakan lahan pertanian mereka untuk dikelola siswa, para warga yang membeli hasil panenan dari kebun organik sekolah, dukungan romo paroki, dukungan dari pihak Gereja, dukungan CU setempat, dukungan orang tua siswa dan dukungan para donator [Lampiran 4: (17)-(19)]. Ibu Tari, Bapak Eko dan Bapak Purwo juga menambahkan bahwa kelengkapan sarana dan prasarana yang diperlukan juga menjadi pendukung terlaksananya kegiatan berwawasan lingkungan. Bapak Eko juga berpendapat bahwa latar belakang sebagian besar siswa yang tidak lain berasal dari keluarga petani juga menjadikan faktor pendukung terlaksananya kegiatan berwawasan di SD PL Kalirejo [Lampiran 4: (18)]. Ibu Yanti menambahkan juga bahwa segala hal tersebut tidak terlepas dari faktor alam sekitar sekolah yang memang subur dan cocok untuk dijadikan media belajar siswa mengenai lingkungan [Lampiran 4: (19)]. Pertanyaan kedelapan mengenai pengertian perkembangan iman anak. Bapak Haryanto, Bapak Sunardi, Bapak Eko dan Ibu Tari memiliki pendapat yang sama mengenai pengertian perkembangan iman anak yakni iman anak yang berkembang dan diwujudnyatakan dalam perilaku tertentu dan perkembangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
tersebut sesuai dengan taraf masing-masing. Dalam perkembangan tersebut anak menjadi lebih mengenal Tuhan dan ciptaan Tuhan yang lainnya [Lampiran 4: (20)]. Ibu Prima dan Ibu Yanti menambahkan bahwa dalam proses perkembangan iman tersebut, anak menempatkan Allah dalam kehidupan sehari-harinya. Bapak Purwo berpendapat bahwa perkembangan iman anak adalah taraf di mana seorang anak sudah bisa membedakan hal yang baik dan hal yang buruk. Perkembangan tersebut harus diolah secara terus-menerus [Lampiran 4: (20)]. Sedangkan Ibu Mei berpendapat bahwa perkembangan iman anak adalah proses di mana seorang anak dari yang tidak tahu menjadi tahu sehingga anak menjadi dapat mensyukuri segala yang ia terima [Lampiran 4: (20)]. Pertanyaan kesembilan mengenai berbagai macam kegiatan yang dilakukan di SD PL Kalirejo yang diperuntukkan demi perkembangan iman anak. Bapak Haryanto, Bapak Eko, Ibu Prima, Bapak Purwo, Ibu Mei, Ibu Tari dan Ibu Yanti menyebutkan macam-macam kegiatan yang sama yakni: doa pagi yang dilakukan sebelum proses belajar mengajar dilakukan, doa setelah selesai kegiatan belajar mengajar, doa mingguan yang dilakukan setiap hari Jumat, doa angelus pada jam 12 siang, refleksi kegiatan harian yang dilakukan selama 10 menit di akhir pelajaran [Lampiran 4: (21)-(23)]. Bapak Sunardi dan Ibu Yanti menambahkan kegiatan lain yakni doa sebelum dan sesudah kegiatan opera pada pagi hari dan kegiatan berkebun sesuai jadwal masing-masing. Bapak Eko juga menambahkan kegiatan penguburan dan mendoakan hewan yang mati di sekitar sekolah sebagai salah satu kegiatan demi perkembangan iman siswa. Kegiatan ini adalah kegiatan spontan dan tidak terjadwal karena saat ada hewan yang ditemukan mati, mereka kemudian secara bersama-sama menguburkannya dan mendoakan hewan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
agar masuk surge [Lampiran 4: (21), (23)]. Bapak Haryanto menambahkan kegiatan BKSN, doa rosario dan berbagai kegiatan rutin sesuai dengan bulannya juga menjadi kegiatan yang dilakukan oleh pihak sekolah agar iman siswa menjadi berkembang [Lampiran 4: (21)]. Ibu Tari juga menambahkan lagi beberapa kegiatan yang dilakukan di SD PL Kalirejo yang belum disebutkan oleh guru dan pendamping yang lainnya yakni: jiarah bersama, pendampingan kepada siswa kelas 6 dan menonton film bersama [Lampiran 4: (22)]. Pertanyaan kesepuluh mengenai hal yang dapat dijadikan tolok ukur perkembangan iman anak. Bapak Haryanto, Bapak Sunardi, Ibu Prima, Bapak Purwo, Ibu Mei, Ibu Tari memiliki pendapat yang sama. Mereka berpendapat bahwa tolok ukur perkembangan iman anak dapat dilihat dari tindakan spontan yang dilakukan serta perilaku yang ada dalam diri anak tersebut [Lampiran 4: (23)(24)]. Ibu Mei menekankan bahwa di dalam perilaku tersebut yang dilihat apakah anak sudah mampu dan mau bersyukur atas apa yang dialami dan diterima dalam hidup mereka dan bagaimana perilaku mereka saat berdoa maupun mengikuti kegiatan kerohanian yang lain. Ibu Tari juga menekankan bahwa iman harus selalu diwujudnyatakan dalam tindakan sehari-hari dan iman juga harus diupayakan secara terus-menerus [Lampiran 4: (24)]. Sedikit berbeda dengan pendapat dari Ibu Yanti, beliau berpendapat bahwa tolok ukur perkembangan siswa adalah bagaimana seorang anak sudah dapat menghafalkan doa atau belum, menghafalkan bukan hanya mengenai rumusan doa yang benar namun bagaimana sikap anak tersebut ketika mereka berdoa. Selain itu apakah anak rajin mengikuti Ekaristi dan kegiatan di lingkungan atau tidak juga dapat menjadi tolok ukur perkembangan siswa [Lampiran 4: (24)]. Sedangkan Bapak Eko berpendapat bahwa tidak ada yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
dapat dijadikan tolok ukur perkembangan iman seseorang, karena iman berkembang secara terus-menerus sehingga tidak dapat dinilai apakah iman anak tersebut sudah matang atau belum matang [Lampiran 4: (23)]. Pertanyaan kesebelas mengenai faktor pendorong dan penghambat perkembangan iman anak. Bapak Haryanto, Bapak Sunardi, Bapak Eko, Ibu Prima, Bapak Purwo, Ibu Mei dan Ibu Tari memiliki jawaban yang sama bahwa faktor pendorong perkembangan iman siswa meliputi kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah, dorongan dan teladan dari orang tua dan guru di sekolah. Kegiatankegiatan yang dilakukan di sekolah seperti doa bersama, refleksi, ziarah, doa angelus dan berbagai kegiatan lainnya diharapkan dapat mendukung perkembangan iman anak di SD PL Kalirejo [Lampiran 4: (24)-(26)]. Ibu Prima menekankan bahwa adanya orang tua dan keluarga yang mendukung dan selalu memberikan contoh serta membiasakan anak untuk mengikuti berbagai kegiatan rohani dapat memperkembangkan iman anak di keluarga tersebut [Lampiran 4: (25)]. Bapak Eko menambahkan bahwa perkembangan teknologi juga dapat menjadi faktor pendorong perkembangan iman anak, walaupun sebagian besar orang berpendapat bahwa dengan adanya perkembangan teknologi menjadikan penghambat bagi perkembangan iman anak, namun menurut Bapak Eko hal tersebut tetap dapat menjadi faktor pendorong perkembangan iman anak. Beliau memberikan contoh bahwa dengan adanya doa elektronik yang terpasang di HP sekarang ini menjadikan anak lebih bersemangat dalam berdoa dan dengan adanya internet, mereka dapat mengakses berbagai macam doa yang mereka inginkan [Lampiran 4: (25)]. Keenam responden yang terdiri dari: Bapak Haryanto, Bapak Purwo, Ibu Prima, Ibu Mei, Ibu Tari dan Ibu Yanti memiliki pendapat yang sama bahwa faktor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
penghambat perkembangan iman anak adalah adanya perkembangan teknologi, misalnya saja dengan berkembangnya game yang semakin menarik, anak-anak cenderung lebih memilih bermain game di HP dan sampai lupa untuk berdoa dan malas mengikuti kegiatan lingkungan. Mereka juga menambahkan jawabannya bahwa perhatian yang kurang dari orang tua juga dapat menjadi salah satu faktor penghambat perkembangan iman anak [Lampiran 4: (24)-(26)]. Ibu Yanti dan Bapak Eko menambahkan bahwa pergaulan sekitar anak dan rasa malas yang kadang mendominasi anak juga dapat menjadi faktor penghambat perkembangan iman anak, misalnya saja pergaulan di sekitar anak tersebut dengan teman sebaya yang nakal dan bermalas-malasan mengikuti kegiatan kerohanian maka dapat mempengaruhi perkembangan iman anak tersebut [Lampiran 4: (24)-(26)]. Pertanyaan
keduabelas
mengenai
apakah
pendidikan
berwawasan
lingkungan mempunyai dampak bagi perkembangan iman para siswa. Seluruh responden memiliki pendapat yang sama bahwa pendidikan berwawasan lingkungan mempunyai dampak bagi perkembangan iman anak [Lampiran 4: (27)(28)]. Bapak Haryanto, Ibu Prima, Bapak Purwo dan Ibu Yanti menekankan bahwa melalui berbagai kegiatan yang berwawasan lingkungan tersebut anak menjadi lebih peka dengan berbagai karunia yang diberikan oleh Tuhan [Lampiran 4: (27)(28)]. Bapak Sunardi dan Bapak Eko juga menambahkan bahwa dengan adanya kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan ini anak menjadi semakin menyadari bahwa Tuhan hadir dalam setiap hidup mereka, dalam pelaksanaan setiap kegiatan berwawasan lingkungan tersebut anak juga dibiasakan untuk memulai dan mengakhirinya dengan berdoa, sehingga diharapkan iman mereka menjadi lebih dewasa [Lampiran 4: (27)]. Ibu Mei dan Ibu Tari menambahkan bahwa dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
adanya kegiatan berwawasan lingkungan ini, anak menjadi semakin mencintai lingkungan dan mau ikut terlibat dalam menjaga lingkungan sekitar mereka, dengan mau mencintai lingkungan tersebut anak-anak pada akhirnya juga akan mau mensyukuri segala yang diciptakan Tuhan yang berada di sekitar mereka [Lampiran 4: (27)-(28)]. Pertanyaan ketigabelas mengenai apakah terdapat kegiatan khusus yang dilakukan di SD PL Kalirejo untuk pengembangan iman siswa dan guru. Hampir keseluruhan responden menjawab memang tidak ada kegiatan khusus yang dilakukan di SD PL Kalirejo, namun para responden memiliki pendapat yang berbeda. Bapak Haryanto, Bapak Eko, Ibu Prima, Ibu Tari dan Ibu Yanti memiliki pendapat yang sama, mereka mengatakan bahwa tidak ada kegiatan khusus yang dilakukan demi memperkembangkan iman siswa dan juga para guru, namun menurut mereka seluruh kegiatan yang sudah disebutkan di atas semuanya tetap menjadi kegiatan penunjang perkembangan iman siswa dan guru dan tidak semua sekolah melakukan kegiatan tersebut [Lampiran 4: (28)-(29)]. Bapak Sunardi memiliki pendapat yang sedikit berbeda, beliau mengatakan bahwa kegiatan berdoa bersama adalah kegiatan khusus, karena di dalam kegiatan tersebut anak diberikan tugas dan tanggung jawab dalam segala persiapan untuk proses berjalannya komunikasi dengan Tuhan, sehingga mampu memperkembangkan iman siswa [Lampiran 4: (29)]. Bapak Purwo mengatakan bahwa kegiatan jiarah ke Gua Maria Sendang Sono adalah kegiatan khusus demi perkembangan iman siswa, namun beliau juga berpendapat bahwa seluruh kegiatan yang sudah disebutkan di atas juga merupakan kegiatan yang khusus yang diperuntukkan demi perkembangan iman siswa [Lampiran 4: (29)]. Ibu Mei menambahkan bahwa walaupun guru-guru di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
SD PL Kalirejo ini tidak ada acara rutin mengikuti rekoleksi namun mereka sering melakukan sharing pengalaman saat bertemu dan berkumpul di ruang guru, dan menurut beliau sharing pengalaman tersebut merupakan rekoleksi hidup demi memperkembangkan segi iman para guru [Lampiran 4: (29)].
2) Pembahasan Hasil Penelitian Pembahasan hasil penelitian ini berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yakni melalui wawancara bersama bapak-ibu guru dan pembina kebun SD PL Kalirejo. Pembahasan dilakukan dengan dibagi berdasarkan pada tujuan penelitian. Tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah memperoleh gambaran bagaimana pelaksanaan pendidikan berwawasan lingkungan yang dilakukan di SD PL Kalirejo, mengetahui sejauh mana kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan mempengaruhi perkembangan iman para siswa di SD PL Kalirejo dan mengetahui faktor pendukung dan penghambat perkembangan iman anak yang berhubungan dengan pendidikan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo.
a) Gambaran pelaksanaan pendidikan berwawasan lingkungan yang dilakukan di SD PL Kalirejo Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan bersama para guru dan pembina kebun diketahui bahwa sebagian besar responden menjelaskan bahwa pendidikan berwawasan lingkungan adalah salah satu model dalam pendidikan yang memiliki tujuan untuk mendekatkan siswa kepada lingkungan sekitar. Bapak Haryanto dan Bapak Sunardi menambahkan bahwa di dalam proses pendidikan tersebut, perhatian terhadap alam lebih diperhatikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Sejalan dengan pendapat para responden mengenai pemahaman mengenai pendidikan berwawasan lingkungan, seorang ahli yakni Syukri Hamzah (2013: 35) juga menegaskan bahwa pendidikan berwawasan lingkungan harus dipahami sebagai upaya untuk menggiring individu ke arah perubahan gaya hidup dan perilaku yang ramah lingkungan. Pendidikan lingkungan tidak hanya berhenti pada proses memberikan pengetahuan mengenai lingkungan namun juga sampai kepada upaya meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan dan kepedulian seseorang terhadap kondisi dan keadaan lingkungan sekitarnya. Seorang ahli yang lain yakni Daldjoeni (1977: 192) juga menekankan bahwa “Pendidikan lingkungan bukanlah sekedar menyajikan kepada murid contoh-contoh kerusakan lingkungan. Pendidikan lingkungan harus mengandung etika lingkungan di mana anak didik diajak menyadari makna lingkungan baginya”. Melalui pendapat ini, Daldjoeni ingin menjelaskan bahwa guru yang mengajar pendidikan lingkungan jangan berhenti pada peristiwa-peristiwa alam yang rusak yang diakibatkan oleh tangan manusia, namun bagaimana peserta didik diberikan sarana agar mereka menjadi sadar akan makna lingkungan bagi hidup mereka masing-masing dan orang-orang di sekitar mereka. Pelaksanaan pendidikan berwawasan lingkungan yang dilakukan di SD PL Kalirejo ini dilatarbelakangi oleh berbagai alasan. Berbagai alasan telah dikemukakan oleh para guru dan pembina dalam kesempatan wawancara yang dilakukan dengan peneliti. Alasan pertama yang didapatkan dari hasil wawancara yakni bahwa karena letak sekolah yang berada di daerah pegunungan dan mayoritas para siswanya berasal dari keluarga petani, maka sekolah akhirnya melaksanakan pendidikan berwawasan lingkungan di sekolah ini. Pihak sekolah tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
menginginkan para siswa tercerabut dari budaya sekitar mereka. Saat ini banyak anak yang lahir dan hidup di dalam keluarga petani, namun mereka sangatlah asing dengan sawah, cacing, dan lingkungan sekitar lainnya. Salah satu responden yakni Bapak Sunardi menambahkan alasan lain bahwa berbagai kegiatan pendidikan lingkungan hidup yang dilakukan di SD PL Kalirejo ini dilaksanakan agar anak dapat lebih mengenal alam, hal ini dijelaskan lagi oleh Bapak Eko dan Bapak Purwo bahwa diharapkan anak tidak asing dengan lingkungan sekitar mereka, sehingga siswa menjadi semakin tergugah untuk ikut melestarikan lingkungan sekitar. Berbagai kegiatan menyangkut pendidikan lingkungan telah dilaksanakan di SD PL Kalirejo. Setelah melakukan wawancara, peneliti mengetahui berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan di antaranya: berkebun, memilah sampah, opera, sawah, penguburan binatang, camping kelas, hari bekal, refleksi harian dan jurnalistik. Berkebun atau yang lebih dikenal dengan istilah pertanian sayuran organik menjadi kekhasan yang dimiliki oleh SD PL Kalirejo. Kegiatan ini tidak hanya mengajarkan kepada siswa bagaimana cara menanam tanaman dan memanennya, namun dalam kegiatan berkebun diajarkan bagaimana mengolah lahan yang akan ditanami, membuat nutrisi tanah, menaburkan benih, perawatan tanaman, panen, pengelolaan hasil panen dan sampai kepada pembukuan hasil panenan yang terjual. Kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan yang telah dilaksanakan di SD PL Kalirejo tersebut tentunya tidak akan dilaksanakan tanpa melihat tujuan yang ingin dicapai dengan adanya kegiatan tersebut. Oleh karena itu seorang ahli yaitu Maftuchah Yusuf, dkk (1988: 16) menyebutkan salah satu tujuan diadakannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
pendidikan lingkungan adalah berpartisipasi aktif, baik secara individual atau secara bersama dalam kegiatan yang berhubungan dengan perbaikan lingkungan. Dari salah satu tujuan ini terlihat bahwa suatu program pendidikan lingkungan hidup tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan sisi pengetahuan dan perasaan siswa saja, namun sampai kepada tindakan nyata yang dapat dilakukan oleh siswa. Untuk sampai kepada tindakan nyata tersebut maka memang sangat perlu dilakukan berbagai kegiatan yang mengikutsertakan keterlibatan siswa di dalamnya.
b) Dampak
kegiatan
pendidikan
berwawasan
lingkungan
mempengaruhi
perkembangan iman para siswa di SD PL Kalirejo Perkembangan iman biasanya juga dikaitkan dengan tindakan moral yang dilakukan seseorang di masyarakat. Banyak orang sering meyakini apabila seseorang memiliki iman yang baik, maka akan terwujud dalam tindakan moral yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Syukri Hamzah (2013: 55) menjelaskan beberapa lingkup materi pendidikan lingkungan hidup dan salah satunya mengenai etika lingkungan. Beliau menegaskan bahwa pada bagian ini yang harus diajarkan kepada anak adalah hal-hal yang berkaitan dengan tanggung jawab moral manusia terhadap lingkungannya yang terwujud pada perilakunya dalam memperlakukan lingkungan. Tanggung jawab moral perlu diberikan kepada siswa, bagaimana seseorang bersikap dan bertindak sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat mengenai lingkungan. Dengan menanamkan tanggung jawab moral tersebut, peserta didik dapat sampai pada kesadaran dan tentunya mampu bertindak dan berperilaku secara bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Melihat pandangan dari salah satu ahli tersebut, maka ditambahkan pandangan menurut para responden yang diambil berdasarkan wawancara yang telah dilakukan di SD PL Kalirejo. Seluruh responden mengatakan bahwa kegiatan berwawasan lingkungan telah mempengaruhi perkembangan iman siswa di SD PL Kalirejo. Bapak Haryanto, Ibu Prima, Bapak Purwo dan Ibu Yanti mengatakan bahwa melalui kegiatan berwawasan lingkungan tersebut anak menjadi lebih peka dengan berbagai karunia yang diberikan oleh Tuhan. Bapak Sunardi dan Bapak Eko juga menjelaskan bahwa dengan adanya kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan anak menjadi semakin menyadari bahwa Tuhan hadir dalam setiap hidup mereka. Ibu Mei dan Ibu Tari menambahkan bahwa dengan adanya kegiatan berwawasan lingkungan ini, anak menjadi semakin mencintai lingkungan dan mau ikut terlibat dalam menjaga lingkungan sekitar mereka, dengan mau mencintai lingkungan tersebut anak-anak pada akhirnya juga akan mau mensyukuri segala yang diciptakan Tuhan yang berada di sekitar mereka.
c) Faktor-faktor pendukung dan penghambat perkembangan iman anak yang berkaitan dengan pendidikan berwawasan lingkungan Sugiarti (1999: 4) menegaskan bahwa lingkungan Kristiani memang berperanan bagi pertumbuhan iman anak. Tetapi belum cukup, iman harus disertai ajaran yang tepat dan kuat. Tanpa itu anak akan mudah terombang ambing dalam kehidupan selanjutnya. Lingkungan Kristiani juga menjadi salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan iman anak, namun faktor lingkungan saja belum cukup untuk membentuk iman serta pribadi anak. Ajaran yang tepat harus diberikan kepada anak mulai dari orang tua, guru di sekolah dan pengajaran yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
diterima dari sumber lain menjadi nilai yang penting dalam proses pertumbuhan iman anak. Menanggapi pandangan ahli tersebut, peneliti juga menggali sumber dari para responden, dari hasil wawancara tersebut terlihat bahwa kedelapan responden yakni: Bapak Haryanto, Bapak Sunardi, Bapak Eko, Ibu Prima, Bapak Purwo, Ibu Mei dan Ibu Tari memiliki jawaban yang sama bahwa faktor pendorong perkembangan iman siswa yang berhubungan dengan pendidikan berwawasan lingkungan ialah berbagai kegiatan yang dilakukan di sekolah, seperti doa sebelum dan sesudah kegiatan berkebun, camping di alam terbuka, penguburan dan mendoakan hewan yang mati. Faktor pendorong perkembangan iman siswa yang berhubungan dengan kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan lainnya adalah teladan dan dorongan yang diberikan dari guru di sekolah, misalnya saja para guru yang memberikan contoh bagaimana merawat dan mensyukuri tanaman yang hidup di lahan pertanian di sekolah. Teladan dan dorongan dari orang tua juga dapat digolongkan sebagai faktor pendorong, misalnya saja pembiasaan yang dilakukan oleh orang tua agar selalu ikut genduri sawah, dll. Salah satu guru yakni Ibu Prima berpendapat bahwa dengan adanya orang tua dan keluarga yang mendukung dan selalu memberikan contoh kepada anak dan membiasakan anak untuk mengikuti berbagai kegiatan pelestarian lingkungan dapat memperkembangkan iman anak di keluarga tersebut. Sejalan dengan pemikiran Ibu Prima, Paus Fransiskus (LS, art. 213) juga mengatakan bahwa “pendidikan ekologis dapat terjadi dalam berbagai konteks: sekolah, keluarga, media komunikasi, katekese dan lain-lain. Pendidikan yang baik di sekolah sejak usia dini menaburkan benih yang dapat menghasilkan buah sepanjang hidup”. Dari berbagai konteks pendidikan tersebut keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
memiliki peranan paling besar. Keluarga menjadi sentral, karena di situlah segala kehidupan dan kurnia dari Allah dapat disambut sebagaimana layaknya. Keluarga juga menjadi tempat berlindung dari segala serangan dari luar dan menjadi tempat bertumbuhnya seorang anak menuju perkembangan manusia yang sejati. Peneliti juga berusaha menggali faktor pendorong lainnya dari Bapak Eko selaku pembina kebun SD PL Kalirejo, beliau menambahkan bahwa perkembangan teknologi juga dapat menjadi salah satu faktor pendorong perkembangan iman seseorang. Beliau menjelaskan bahwa dengan adanya program doa elektronik, khususnya doa yang berhubungan dengan doa syukur atas lingkungan sekitar yang terpasang di HP saat ini menjadikan motivasi kepada anak agar lebih bersemangat dalam berdoa, selain itu dengan adanya internet, anak-anak dapat mengakses berbagai macam hal yang mereka inginkan. Misalnya mengenai gambar-gambar keindahan alam, berbagai macam bencana alam yang dapat terjadi sehingga anakanak menjadi lebih tergugah untuk mendoakan alam sekitarnya. Apabila terdapat faktor pendorong, tentunya terdapat pula faktor penghambat. Faktor penghambat perkembangan iman anak yang berhubungan dengan pendidikan berwawasan lingkungan yang didapatkan dari hasil wawancara ialah bahwa perkembangan teknologi adalah salah satu faktor yang paling banyak disebutkan oleh para guru dan pembina kebun yang diwawancarai. Keenam responden yang terdiri dari Bapak Haryanto, Bapak Purwo, Ibu Prima, Ibu Mei, Ibu Tari dan Ibu Yanti memiliki pendapat yang sama bahwa faktor penghambat perkembangan iman anak adalah adanya perkembangan teknologi, misalnya saja dengan berkembangnya game yang semakin marak, anak-anak cenderung lebih memilih bermain game di HP sampai bermalasan-malasan dan lupa meluangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
waktu untuk membantu orang tua menanam dan merawat tanaman di kebun yang mayoritas sebagian besar orang tua siswa bekerja sebagai petani. Adanya hal ini membuat kepekaan siswa terhadap lingkungan menjadi berkurang dan akhirnya mengakibatkan anak kurang mensyukuri atas apa yang dilimpahkan Tuhan lewat tanaman yang mereka rawat dan tanam. Mereka juga menambahkan jawabannya bahwa perhatian dan pembiasaan yang kurang dari orang tua mengenai keikutsertaan dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan sekitar juga dapat menjadi salah satu faktor penghambat perkembangan iman anak. Misalnya saja orang tua yang terlalu memanjakan anaknya, untuk tidak melakukan berbagai kegiatan di luar rumah, sehingga walaupun di sekolah anak sudah diarahkan untuk selalu mengikuti berbagai kegiatan yang memperhatikan lingkungan namun apabila di rumah orang tua terlalu memanjakan dan tidak mengarahkan anak untuk melakukan kegiatan tersebut, maka perkembangan iman anak juga akan terhambat. Pembiasaan hal kecil lain yang biasanya terjadi adalah apabila di sekolah anak sudah dibiasakan untuk membuang sampah sesuai dengan tempatnya masingmasing baik yang organik dan non organik, namun kebiasaan di rumah seluruh sampah dibuang ke satu tempat yang sama. Ibu Yanti dan Bapak Eko menambahkan bahwa pergaulan sekitar anak juga dapat menjadi faktor penghambat perkembangan iman anak. Misalnya saja adanya teman sebaya yang nakal yang dengan sengaja gemar memburu dan membunuh hewan-hewan dan merusak tanaman-tanaman yang ditanam di kebun menjadikan anak tersebut kurang mencintai lingkungan dan akhirnya kurang dapat ikut menjaga kelestarian alam dan mensyukuri atas apa yang ada di alam karena cenderung lebih senang merusak daripada merawat. Melalui hal tersebut tentunya dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
mempengaruhi perkembangan iman anak karena anak tersebut biasanya akan mengikuti arus teman-temannya.
k. Kesimpulan Penelitian Pertama, pelaksanaan pendidikan berwawasan lingkungan yang dilakukan di SD PL Kalirejo berangkat dari berbagai keprihatinan yang dirasakan oleh pihak sekolah. Alasan-alasan tersebut antara lain: bahwa pihak sekolah tidak menginginkan para siswa tercerabut dari budaya sekitar. Keprihatinan lain yang menjadi alasan diadakannya pendidikan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo yakni supaya siswa lebih mengenal alam, diharapkan anak tidak asing lagi dengan lingkungan sekitar mereka. Karena yang terjadi saat ini walaupun sebagian besar para siswa berasal dari keluarga petani, namun banyak sekali siswa yang sangat asing dengan berbagai macam tanaman, cacing, cara mengolah tanah dan berbagai hal lainnya. Dengan adanya pendidikan berwawasan lingkungan ini diharapkan para siswa dapat lebih peka dengan alam sehingga mereka semakin tergugah untuk ikut melestarikan lingkungan sekitar. Banyak sekali kegiatan berwawasan lingkungan yang dilakukan di SD PL Kalirejo dan disadari baik apabila dilaksanakan juga di sekolah-sekolah lain. Misalnya saja: berkebun, pemilahan sampah, opera, sawah, penguburan binatang, camping kelas, refleksi harian dan jurnalistik mengenai alam. Salah satu kegiatan yang menjadi kekhasan SD PL Kalirejo adalah kegiatan berkebun atau yang lebih dikenal dengan istilah pertanian sayuran organik. Dalam kegiatan berkebun ini tidak hanya mengajarkan kepada siswa bagaimana cara menanam tanaman dan memanennya, namun diajarkan pula bagaimana mengolah lahan yang akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
ditanami sayuran , membuat nutrisi tanah, menaburkan benih, perawatan tanaman, panen, pengelolaan hasil panen dan sampai kepada pembukuan hasil panenan yang terjual. Kedua, kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan diakui sangat mempengaruhi perkembangan iman para siswa di SD PL Kalirejo. Melalui berbagai kegiatan berwawasan lingkungan ini anak-anak menjadi lebih dekat dengan lingkungan, mereka menjadi lebih peka dan pada akhirnya mereka menjadi mau untuk mencintai dan merawat lingkungan. Seperti yang diketahui bahwa mau mencintai dan merawat lingkungan berarti juga memperkembangkan iman secara nyata. Lewat kegiatan berwawasan lingkungan ini pula anak-anak menjadi lebih menyadari dan mau bersyukur atas segala yang telah Tuhan ciptakan. Ketiga, faktor pendukung perkembangan iman anak yang berhubungan dengan pendidikan berwawasan lingkungan adalah berbagai kegiatan yang dilakukan di sekolah seperti: doa sebelum dan sesudah kegiatan berkebun, camping di alam terbuka, menguburkan dan mendoakan hewan yang mati. Selain itu adanya teladan sekaligus dorongan dari para guru juga menjadi faktor pendorong perkembangan iman anak, misalnya saja para guru di sekolah yang memberikan teladan bagaimana merawat dan mensyukuri tanaman yang hidup di lahan pertanian sekolah. Sedangkan faktor penghambat perkembangan iman anak adalah adanya perbedaan kebiasaan di sekolah dan di rumah, apabila di sekolah anak-anak dibiasakan untuk selalu memberikan perhatian kepada kelestarian lingkungan sekitar seperti membuang sampah pada tempatnya dan sesuai dengan jenisnya, kemudian selalu menanam dan merawat berbagai tanaman. Akan tetapi kebiasaan di rumah berbanding terbalik, misalnya saja dalam hal membuang sampah di rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
tidak dibedakan berdasarkan jenisnya, kemudian anak yang terlalu dimanja oleh orang tua sehingga anak tersebut tidak diikutsertakan dalam berbagai kegiatan demi kelestarian lingkungan, seperti menanam berbagai jenis tanaman di kebun dan berbagai kegiatan lainnya. Faktor penghambat lainnya adalah pergaulan dengan teman sebaya yang tidak mau peduli dengan lingkungan sekitar, misalnya saja yang gemar memburu serta membunuh berbagai hewan dan senang merusak tanamantanaman yang ada dan dijadikan sebagai mainan. Hal itu dapat menjadi faktor penghambat perkembangan iman anak yang berhubungan dengan pendidikan lingkungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV USULAN KEGIATAN UNTUK MENINGKATKAN USAHA PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DEMI PERKEMBANGAN IMAN ANAK DI SD PL KALIREJO
Pada bab IV ini penulis akan menjabarkan sumbangan pemikiran yang berupa usulan kegiatan yang akan dilakukan untuk meningkatkan lagi usaha pendidikan berwawasan lingkungan hidup demi perkembangan iman anak. Usulan kegiatan ini sebagai upaya tindak lanjut dari hasil penelitian pada bab III. Usulan pemikiran kegiatan tersebut akan dijabarkan dengan rincian meliputi: latar belakang kegiatan, tujuan kegiatan, usulan kegiatan, bentuk kegiatan, dan satuan persiapan kegiatan.
A. Latar Belakang Kegiatan Hasil wawancara yang telah dilaksanakan tanggal 19-27 September 2016 di SD PL Kalirejo menunjukkan bahwa pendidikan berwawasan lingkungan di sekolah ini sudah berjalan dengan baik. Melalui berbagai kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan ini siswa diharapkan menjadi lebih peka dan mencintai lingkungan sekitar. Lebih dari itu berbagai kegiatan tersebut diakui juga berdampak bagi perkembangan iman siswa di SD PL Kalirejo. Berbagai kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan dan kegiatan bagi perkembangan iman siswa telah dilakukan oleh pihak sekolah, seperti: berkebun, opera, sawah, penguburan hewan, doa bersama, doa pagi, doa siang, doa sebelum opera, doa angelus, ziarah bersama, camping kelas, refleksi, meditasi dan berbagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
kegiatan lainnya. Namun sejauh ini kegiatan khusus yang dilakukan demi perkembangan iman siswa dan guru seperti rekoleksi belum dilaksanakan di SD PL Kalirejo. Melihat keprihatinan tersebut maka penulis ingin memberikan usulan kegiatan yang dapat dilaksanakan di SD PL Kalirejo. Penulis mengusulkan untuk membuat kegiatan rekoleksi untuk para guru, pembina kebun dan orang tua siswa kelas 5 & 6. Rekoleksi yang akan dilaksanakan bertujuan untuk menyemangati dan meneguhkan pengalaman para guru, pembina kebun dan orang tua siswa kelas 5 & 6 yang berkaitan dengan pentingnya pendidikan berwawasan lingkungan hidup demi perkembangan iman siswa. Kegiatan ini dilakukan supaya para peserta semakin menyadari pentingnya perhatian terhadap lingkungan demi perkembangan iman para siswa dan warga sekolah yang lain. Kegiatan rekoleksi ini juga dilakukan agar dapat membangun kerjasama antara pihak sekolah dan orang tua siswa agar tidak ada jurang antara pendidikan berwawasan lingkungan yang dilakukan di sekolah dan di rumah.
B. Tujuan Kegiatan Agar lebih memahami isi dan maksud dilaksanakannya kegiatan, penulis akan menjabarkan tujuan dari kegiatan ini. Berikut tujuan dari kegiatan tersebut: 1. Mengajak para guru, pembina kebun dan orang tua siswa agar lebih memahami pentingnya pendidikan berwawasan lingkungan supaya iman siswa semakin berkembang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
2. Meningkatkan kerjasama antara pihak orang tua dan sekolah dalam mewujudkan pendidikan berwawasan lingkungan agar tidak ada perbedaan kebiasaan yang terjadi di lingkungan sekolah dan di rumah.
C. Usulan dan Bentuk Kegiatan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas dalam bab III, penulis akan memberikan usulan kegiatan sebagai tindak lanjut menjawab kebutuhan SD PL Kalirejo. Kegiatan yang diusulkan oleh penulis yaitu rekoleksi yang ditujukan kepada guru, pembina kebun dan orang tua siswa kelas 5 & 6 di SD PL Kalirejo. Dalam kegiatan rekoleksi ini, para peserta diajak untuk saling membagikan pengalaman mereka masing-masing. Diharapkan dengan mengikuti kegiatan ini para peserta menjadi lebih menyadari bahwa kelestarian lingkungan harus terus diupayakan dan salah satunya dengan menjalankan pendidikan berwawasan lingkungan yang dilakukan di sekolah dengan lebih baik lagi. Tema yang diambil dalam rekoleksi ini adalah “Mencintai Lingkungan agar Semakin Mensyukuri Hidup”. Tema ini dipilih agar para guru dan pembina kebun dapat lebih mencintai lingkungan sehingga akhirnya lebih dapat bersyukur atas segala anugerah Tuhan. Kegiatan ini akan dilaksanakan selama satu hari. Gambaran umum tentang kegiatan yang akan dilaksanakan telah disusun seperti berikut:
1. Tema Kegiatan rekoleksi ini mengangkat tema “Mencintai Lingkungan agar Semakin Mensyukuri Hidup”. Tema ini diambil agar peserta semakin mencintai lingkungan sehingga mereka lebih dapat bersyukur atas segala anugerah Tuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
2. Tujuan a. Peserta mampu lebih memahami pentingnya pendidikan berwawasan lingkungan supaya iman siswa semakin berkembang. b. Peserta mampu mewujudkan pendidikan berwawasan lingkungan baik di lingkup sekolah maupun di lingkup keluarga.
3. Peserta Peserta rekoleksi terdiri dari: 1 kepala sekolah, 5 guru kelas, 3 pembina kebun, 7 orang tua siswa kelas 5 dan 9 orang tua siswa kelas 6 SD PL Kalirejo, sehingga total keseluruhan peserta rekoleksi yakni 25 orang.
4. Tempat dan Waktu Rekoleksi ini dilaksanakan sekitar minggu akhir bulan Juni sekitar minggu ke 3 (saat libur tahun ajaran baru) agar tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar di SD PL Kalirejo. Tempat dilaksanakan rekoleksi ini di ruang kelas 1 & 2 serta lingkungan sekitar sekolah SD PL Kalirejo.
5. Bentuk rekoleksi Rekoleksi dilaksanakan dengan cara pengolahan pengalaman iman yang berbentuk sharing pengalaman peserta, dinamika kelompok, penyampaian informasi, penyajian video inspiratif, refleksi, perencanaan pengalaman baru yang berupa penyusunan rencana tindakan ke depan dan ditutup dengan doa bersama. Materi yang akan dibahas dalam rekoleksi diambil dari pandangan Paus Fransiskus mengenai pendidikan ekologis dalam Ensiklik Laudato Si, perbuatan Tuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
terhadap makhluk ciptaan-Nya dalam Mazmur 104: 10-31, video salah satu bentuk pendidikan berwawasan lingkungan yang dilakukan di sekolah berjudul “[Sosok] Mengajar dengan Bertani Organik”.
6. Sumber Bahan Penyusunan rekoleksi ini menggunakan berbagai sumber bahan yang memperkaya dan menunjang pelaksanaan kegiatan tersebut. Sumber bahan diambil dari ensiklik Paus Fransiskus Laudato Si, kutipan Kitab Suci dari Mazmur 104:1031, dan video inspiratif berjudul “[Sosok] Mengajar dengan Bertani Organik”.
7. Metode Rekoleksi Metode yang digunakan dalam rekoleksi ini yaitu sharing pengolahan pengalaman iman, dinamika kelompok, informasi, penayangan gambar serta video, refleksi dan penyusunan rencana ke depan.
8. Sarana Sarana pendukung bagi kelancaran rekoleksi ialah: - hand out - laptop - LCD - viewer - speaker - mic
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
9. Susunan Acara Tabel 02 Susunan Acara Rekoleksi Para Guru, Pembina Kebun dan Orang Tua Siswa SD PL Kalirejo
No
Waktu
1.
09.00-09.15
Acara
Petugas
Pembukaan (salam, pengantar dan
Pendamping
doa pembukaan) 2.
09.15-10.45
Sesi I. Sudahkah Aku Ikut Ambil Bagian
dalam
Pendamping
Pendidikan
Berwawasan Lingkungan? 3.
10.45-11.00
Petugas
Snack
khusus 4.
11.00-12.30
Sesi II. Meneladani Tuhan yang Selalu
Menjaga
Mengusahakan
Pendamping
dan Kelestarian
Seluruh Alam 5.
12.30-13.15
Makan siang
Petugas khusus
6.
13.15-14.45
Sesi III. Iman Semakin Nampak karena Pendidikan Berwawasan Lingkungan
Pendamping
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
7.
8.
14.45-15.10
15.10-15.20
Refleksi dan perencanaan aksi
Pendamping
bersama
dan peserta
Penutup
(doa
penutup
dan
Pendamping
pengumuman)
10. Rincian Usulan Kegiatan a. Pembukaan 1) Salam dan Pengantar Pendamping mengucapkan selamat pagi dan selamat datang kepada peserta yang terdiri dari para guru, pembina kebun dan orang tua siswa kelas 5&6 kemudian pendamping memperkenalkan diri kepada peserta. Pendamping mengucapkan terimakasih atas kesempatan karena dapat berkumpul bersama untuk melaksanakan rekoleksi di SD PL Kalirejo. Pendamping kemudian menyampaikan pengantar bahwa rekoleksi berasal dari kata re dan collected yang artinya mengumpulkan kembali pengalamanpengalaman hidup di masa lalu untuk direnungkan kembali dan dijadikan suatu pembelajaran untuk pengalaman di masa yang akan datang. Maka pendamping akan mengajak kepada para peserta untuk mencoba menggali pengalamanpengalaman yang dimiliki peserta sehubungan dengan tema yang diambil pada pertemuan rekoleksi kali ini. Pendamping kemudian menyampaikan tujuan dari pelaksanaan rekoleksi agar pelaksanaan rekoleksi dapat berjalan dengan lancar dan bermanfaat bagi seluruh peserta rekoleksi. Kegiatan rekoleksi diadakan untuk mengajak para guru, pembina kebun dan orang tua siswa kelas 5&6 agar lebih memahami betapa pentingnya pendidikan berwawasan lingkungan karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
berdampak kepada perkembangan iman siswa. Selain itu adanya rekoleksi ini untuk mengajak para guru, pembina kebun dan orang tua siswa untuk mewujudkan iman dalam kehidupan sehari-hari dengan mencintai dan merawat lingkungan sekitar. Pendamping selanjutnya memberikan penjelasan bahwa pihak orang tua siswa juga diundang dalam kegiatan rekoleksi ini agar tujuan yang ingin dicapai yakni memahami pentingnya pendidikan berwawasan lingkungan supaya iman siswa semakin berkembang dapat ditindaklanjuti di dalam lingkup keluarga.
2) Doa Pembukaan Pendamping: Bapak, ibu dan saudara-saudari terkasih marilah kita hening sejenak untuk menyiapkan hati dan pikiran kita sebelum mengikuti kegiatan rekoleksi ini. Silahkan bapak dan ibu serta saudara-saudari terkasih memposisikan diri dengan nyaman, kemudian memejamkan mata sambil mendengarkan segala suara-suara alam sekitar yang dapat kita dengar. Disusul dengan doa pembukaan yang dipimpin oleh pendamping, inti dalam doa mengucapkan syukur atas kesediaan peserta untuk menyempatkan diri berkumpul
untuk
melaksanakan
rekoleksi
dan
syukur
atas
kesempatan
terselenggaranya rekoleksi kemudian memohon berkat Tuhan agar rekoleksi ini memberikan nilai positif untuk memperkembangkan usaha pendidikan berwawasan lingkungan demi perkembangan iman anak di SD PL Kalirejo.
b. Sesi I. Sudahkah Aku Ikut Ambil Bagian dalam Pendidikan Berwawasan Lingkungan? Tujuan : Peserta bersama pendamping diharapkan semakin mampu menggali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
pengalaman yang berkaitan dengan pendidikan berwawasan lingkungan dan semakin menyadari bahwa pendidikan berwawasan lingkungan perlu dilaksanakan di sekolah maupun di rumah, sesuai anjuran Paus Fransiskus. Metode : sharing pengalaman, dinamika kelompok, tanya jawab. Bahan: pengalaman peserta, ensiklik Paus Fransiskus Laudato Si dan buku berjudul: Sekelumit Pendidikan Berwawasan Lingkungan. Langkah-langkah:
1) Pengantar Bapak, ibu dan saudara-saudari yang terkasih di dalam Kristus, setelah kita tadi mengetahui tujuan dari diadakannya kegiatan rekoleksi pada hari ini, maka sekarang saatnya kita secara bersama-sama saling membagikan cerita pengalaman kita mengenai perhatian yang telah kita lakukan dengan alam sekitar kita. Semoga dengan saling berbagi pengalaman, kita dapat saling melengkapi, mendukung dan saling menguatkan demi perjalanan hidup kita selanjutnya dan berdampak pula pada perkembangan iman anak-anak kita.
2) Panduan pertanyaan untuk sharing pengalaman (Pendamping mengajak peserta untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 5 orang dengan cara berhitung 1 sampai 5, setelah peserta duduk berdasarkan kelompok masing-masing, peserta diberikan lembar pertanyaan yang harus disharingkan dalam kelompok. Pendamping juga meminta salah satu peserta dari masing-masing kelompok untuk menyampaikan hasil sharing dalam kelompok kecil agar disampaikan di kelompok besar).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Berikut daftar pertanyaan yang harus disharingkan dalam kelompok: Menurut bapak, ibu apakah yang dimaksud dengan pendidikan berwawasan lingkungan itu? Apakah bapak, ibu membiasakan anak-anak baik di sekolah ataupun di rumah untuk berpartisipasi menjaga kelestarian lingkungan dengan pendidikan berwawasan lingkungan? Sebutkan berbagai kebiasaan tersebut! Apakah dari kebiasaan tersebut anak-anak menjadi lebih peka dengan keadaaan lingkungan sekitar mereka? Apakah kebiasaan tersebut memberikan dampak bagi anak-anak, khususnya mengenai iman mereka? Sebutkan contoh dampaknya! (Setelah selesai sharing dalam kelompok kecil, para juru bicara masingmasing kelompok menyampaikan hasil sharing yang telah disampaikan dalam kelompoknya ke dalam kelompok besar).
3) Peneguhan (Setelah semua juru bicara menyampaikan hasil sharing dari kelompok masing-masing, kemudian pendamping memberikan peneguhan kepada peserta). Saat ini keadaan lingkungan sekitar kita semakin memprihatinkan. Berbagai kerusakan alam terjadi di mana-mana dan sebagian besar diakibatkan oleh ulah manusia yang kurang memperhatikan kelestarian lingkungan. Melihat keadaan seperti ini, kita sebagai umat yang beriman tidak bisa tinggal diam dan hanya menjadi penonton kerusakan lingkungan yang semakin parah. Oleh karena itu marilah kita memulai dari diri kita masing-masing dan keluarga, khususnya anakanak di rumah maupun murid kita di sekolah untuk membiasakan diri menjaga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
kelestarian lingkungan sekitar kita dengan melakukan pendidikan berwawasan lingkungan yang dapat diterapkan kepada anak-anak kita baik di sekolah maupun di rumah. Melihat hal tersebut, sebenarnya apa yang dimaksud dengan pendidikan berwawasan lingkungan? Menurut seorang ahli bernama Syukri Hamzah, bila pendidikan dipahami sebagai usaha sadar untuk membentuk sikap dan perilaku manusia, maka pendidikan lingkungan harus dipahami sebagai upaya untuk menggiring individu ke arah perubahan gaya hidup dan perilaku yang ramah lingkungan. Oleh sebab itu pendidikan berwawasan lingkungan tidak hanya berhenti pada proses memberikan pengetahuan mengenai lingkungan kepada anak-anak kita namun juga sampai kepada upaya meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan dan kepedulian seseorang terhadap kondisi dan keadaan lingkungan sekitarnya. Paus Fransiskus dalam Ensikliknya yang berjudul Laudato Si juga menjelaskan mengenai berlangsungnya pendidikan lingkungan hidup atau dalam ensiklik ini lebih dikenal dengan istilah pendidikan ekologis. Paus Fransiskus menjelaskan bahwa orang-orang muda di beberapa daerah saat ini telah memiliki kepekaan ekologis baru dan semangat yang murah hati. Beberapa dari orang muda tersebut bahkan membuat upaya yang mengagumkan untuk melindungi lingkungan hidup. Paus Fransiskus menekankan kepada kita bahwa pendidikan berwawasan lingkungan dapat mendorong berbagai perilaku yang memiliki dampak langsung dan signifikan untuk pelestarian lingkungan. Kita juga pasti meyakini, bahwa usaha yang baik pasti juga akan menyebarkan pengaruh yang positif. Paus Fransiskus juga mengatakan bahwa pendidikan ekologis dapat dilaksanakan dalam berbagai konteks, di antaranya: sekolah, keluarga, media
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
komunikasi, katekese dan lain-lain. Bahkan dunia politik dan berbagai kelompok masyarakat juga harus berusaha untuk meningkatkan kesadaran ekologis masyarakat. Oleh karena itu tentunya kita harus melaksanakan dan membiasakan pendidikan berwawasan lingkungan tersebut dengan anak-anak kita. Berbagai kegiatan dapat dilakukan sebagai bentuk pelaksanaan pendidikan berwawasan lingkungan. Contoh kongkritnya saja, berbagai kegiatan yang sudah dilaksanakan di SD PL Kalirejo ini, seperti: opera, berkebun, pemilahan sampah, sawah dan berbagai kegiatan lain. Hendaknya kegiatan ini tidak hanya berhenti di sekolah saja, namun juga dibiasakan di lingkungan keluarga. (Setelah memberikan peneguhan tersebut, pendamping memberitahu acara selanjutnya yakni snack, dan peserta diberikan waktu selama 15 menit).
c. Sesi II. Meneladani Tuhan yang Slalu Menjaga dan Mengusahakan Tujuan : Peserta dapat merefleksikan dan semakin mengerti perbuatan Tuhan atas segala ciptaan-Nya dan menjadi semakin menyadari sejauh mana para peserta mengikuti teladan yang diberikan Tuhan. Bahan : Mazmur 104: 10-31 dan pengalaman peserta Langkah-langkah: Pendamping mengajak peserta untuk membaca, merenungkan serta merefleksikan kutipan bacaan Kitab Suci yang diambil dari Mazmur 104: 10-31 mengenai Tuhan yang menciptakan dan memelihara alam beserta isinya. Setelah selesai merefleksikan isi kutipan bacaan tersebut kemudian pendamping memberikan pertanyaan dan mempersilahkan peserta untuk menyampaikan pendapat mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
1) Ayat mana yang paling menarik menurut bapak dan ibu? Mengapa menarik? 2) Ayat mana sajakah yang menunjukkan bahwa Tuhan menjaga dan melestarikan ciptaan-Nya? 3) Apa saja yang dilakukan Tuhan? 4) Sejauh mana bapak dan ibu meneladani Tuhan yang tidak hanya menciptakan namun juga selalu merawat dan melestarikan ciptaan-Nya? (Setelah peserta memberikan jawaban, pendamping kemudian menulis jawaban peserta. Selanjutnya pendamping memberikan peneguhan kepada peserta) Sikap dan tindakan Tuhan dalam kisah ini tidak hanya menunjukkan bahwa Tuhan mampu untuk menciptakan segala sesuatu di bumi ini, namun juga Tuhan yang selalu merawat, menjaga, menghidupi dan melestarikan segala yang ia ciptakan. Segala hal dikerjakan Tuhan untuk terus menjaga dan merawat semua ciptaan-Nya. Tuhan menyediakan mata air yang mengalir di gunung, sehingga semua hewan dapat minum (ayat 10), Tuhan mendatangkan hujan, agar bumi tetap tersedia air (ayat 13), Tuhan menumbuhkan rumput sebagai makanan untuk hewan, Ia juga menumbuhkan tumbuh-tumbuhan untuk diolah manusia (ayat 14). Banyak sekali perbuatan Tuhan yang dijadikan dengan segala kebijaksanaan-Nya (ayat 24), berbagai binatang dijaga-Nya di laut yang luas (ayat 25). Semua hal itu dikerjakan Tuhan demi kelangsungan hidup ciptaan-Nya. Dan baiklah jika manusia, yang menjadi ciptaan yang paling berada di atas dari segala yang diciptakan-Nya dapat membantu dan meneruskan karya Allah untuk menjaga, merawat dan melestarikan alam beserta isinya. (Sebelum menutup sesi II, pendamping mengajak seluruh peserta untuk berdiri dan menyanyikan lagu “Srengenge Nyunar”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
d. Sesi III. Iman Semakin Nampak karena Pendidikan Berwawasan Lingkungan Tujuan: Peserta dapat semakin menyadari bahwa pendidikan berwawsan lingkungan berdampak bagi perkembangan iman anak. Bahan : video “[Sosok] Mengajar dengan Bertani Organik” Metode : pemutaran video, sharing dan informasi Langkah-langkah: (Pendamping mengajak peserta untuk melihat video tentang pendidikan berwawasan lingkungan yang mempengaruhi segi iman siswa yang berjudul “[Sosok] Mengajar dengan Bertani Organik”. Kemudian pendamping memberikan pertanyaan sehubungan dengan video yang telah diputarkan) • Apa yang bapak, ibu rasakan setelah bersama-sama melihat tayangan video tadi? • Apa inti yang ingin disampaikan lewat video tadi? • Apakah pendidikan berwawasan lingkungan yang terjadi di video tadi berdampak bagi iman anak-anak? (Setelah peserta menyampaikan jawaban atas pertanyaan tersebut, pendamping menulis jawaban peserta dan memberikan peneguhan atas inti dari video yang telah diputarkan) Isi peneguhan: Pendidikan berwawasan lingkungan memang sudah selayaknya kita berikan tempat yang khusus, melihat situasi dan kondisi alam yang terjadi saat ini yang sangat memprihatinkan. Pendidikan berwawasan lingkungan merupakan salah satu cara yang efektif diberikan kepada anak-anak, baik untuk menanggapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
permasalahan lingkungan yang terjadi maupun untuk memperkembangkan iman mereka. Terlihat dalam video tadi, bahwa SD PL Kalirejo yang tidak lain adalah sekolah kita tercinta telah memberikan perhatiannya terhadap kelestarian lingkungan. Bahkan seperti yang dipaparkan oleh Bapak Haryanto dalam video tadi, bahwa pendidikan berwawasan lingkungan ini tidak hanya berdampak pada kelestarian lingkungan sekitar sekolah, namun anak-anak juga menjadi lebih peka, lebih mampu bersyukur dan lebih mencintai lingkungan sekitar mereka. Bahkan lebih daripada itu, anak menemukan spiritualitas yang mereka dapatkan dari adanya pendidikan berwawasan lingkungan ini. Paus Fransiskus dalam Ensiklik Laudato Si art. 225 juga menekankan bahwa kedamaian batin manusia berkaitan erat dengan pelestarian lingkungan hidup dan kesejahteraan umum, karena damai itu terjadi dalam suatu gaya hidup seimbang yang
disertai dengan kemampuan untuk takjub akan keindahan
lingkungan alam. Dengan kedamaian batin tersebut, manusia akan lebih mampu untuk mensyukuri segala yang dikaruniakan Tuhan dan semakin memperkembangkan iman mereka. Oleh karena itu, pendidikan berwawasan lingkungan kiranya sangat perlu untuk dilakukan bukan hanya di sekolah saja namun juga di rumah. Jangan sampai di sekolah anak sudah dibiasakan untuk merawat dan mencintai lingkungan, namun kebiasaan itu tidak diteruskan di rumah sehingga menimbulkan jurang pemisah antara kebiasaan di sekolah dan di rumah. Maka, perlu diperhatikan khususnya bagi bapak, ibu orang tua murid hendaknya terus mengupayakan pendidikan berwawasan lingkungan di rumah. Banyak sekali kegiatan yang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
dilakukan oleh bapak ibuk, contohnya saja dengan selalu mengajak anak untuk ikut membantu berladang, menyediakan tempat sampah yang dipisahkan sesuai jenisnya sehingga anak terbiasa membuang dan memilah sampah, menanam sayur dan buahbuahan di pekarangan rumah, dan berbagai kegiatan lain yang dapat menunjang pendidikan berwawasan lingkungan di rumah, agar dapat juga mempengaruhi perkembangan iman anak sesuai yang ditampilkan dalam video yang telah kita lihat bersama tadi.
e. Refleksi dan Menentukan aksi Pendamping mengajak para
peserta
untuk duduk melingkar dan
menempatkan sarana yang telah dipersiapkan seperti Salib, lilin, ranting kering yang sudah ditempatkan di pot (digunakan untuk pohon aksi). Pendamping kemudian menyiapkan instrumen sebagai musik pengiring saat refleksi. Kemudian mengajak peserta untuk merefleksikan segala pengalaman yang telah dilalui serta kegiatan rekoleksi yang telah berlangsung dan kemudian mendoakan “Doa untuk Bumi Kita” yang terdapat dalam Ensiklik Laudato Si oleh Paus Fransiskus (2015: 181-182) berikut rumusannya: “Allah yang mahakuasa, yang hadir dalam seluruh alam raya dan dalam makhluk-Mu yang terkecil, Engkau merangkul dengan kelembutan-Mu semua yang ada. Curahkanlah kekuatan kasih-Mu atas kami agar kami dapat melindungi kehidupan dan keindahan. Penuhi kami dengan kedamaian, agar kami dapat hidup sebagai saudara dan saudari tanpa membawa kerugian bagi siapa pun. Ya Allah orang miskin, bantulah kami untuk menolong mereka yang ditinggalkan dan dilupakan di bumi ini, mereka yang amat berharga di mataMu. Sembuhkanlah hidup kami, agar kami menjadi pelindung dunia dan bukan perampok, agar kami menabur keindahan, bukan pencemaran atau perusakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Sentuhlah hati mereka yang hanya mencari keuntungan dengan mengorbankan bumi dan kaum miskin. Ajarlah kami untuk menemukan nilai segala sesuatu, untuk menatap dengan rasa kagum, untuk mengakui bahwa kami terjalin mendalam dengan segala makhluk dalam perjalanan kami menuju cahaya-Mu yang tak berbatas. Kami berterima kasih karena Engkau bersama kami setiap hari. Kami mohon, sudilah Engkau mendukung kami dalam perjuangan kami untuk keadilan, cinta, dan perdamaian. Amin.” (Setelah selesai mendoakan “Doa untuk Bumi Kita”, pendamping kemudian meminta peserta menuliskan aksi di kertas yang telah disiapkan dan ditempelkan di pohon harapan. Disusul dengan doa umat dan diakhiri dengan doa penutup serta lagu “Semua Bunga Ikut Bernyanyi”).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP
Pada bab ini penulis akan menyampaikan kesimpulan mengenai tulisan ini beserta saran yang berkaitan dengan pendidikan berwawasan lingkungan sebagai salah satu upaya untuk memperkembangkan iman para siswa di SD PL Kalirejo. Pada bagian kesimpulan berisi tentang gagasan pokok yang dapat diambil dari keseluruhan tulisan skripsi yang telah ditulis. Pada bagian saran terdiri atas usulan yang dirasa baik untuk meningkatkan pendidikan berwawasan lingkungan agar iman siswa SD PL Kalirejo menjadi semakin berkembang.
A. Kesimpulan Pendidikan berwawasan lingkungan adalah salah satu model pendidikan yang bertujuan mendekatkan siswa terhadap lingkungan sekitarnya, alam juga dijadikan sarana belajar yang utama. Pendidikan berwawasan lingkungan tidak hanya berhenti pada proses memberikan pengetahuan mengenai lingkungan, namun sampai kepada upaya meningkatkan kesadaran dan kepedulian seseorang terhadap kondisi dan keadaan lingkungan sekitar. Paus Fransiskus dalam Ensiklik Laudato Si art. 213, mengatakan bahwa pendidikan ekologis dapat terjadi dalam berbagai konteks, di antaranya: sekolah, keluarga, media komunikasi, katekese dan lain-lain. Pendidikan yang baik sejak usia dini menaburkan benih yang dapat menghasilkan buah sepanjang hidup. Paus Fransiskus ingin menyampaikan bahwa pendidikan tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah, namun keluarga juga memiliki peranan penting bagi pendidikan kepada anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Iman anak berkembang dan diwujudnyatakan dalam perilaku tertentu dan perkembangan tersebut sesuai dengan taraf masing-masing. Dalam perkembangan tersebut anak menjadi lebih mengenal Tuhan dan ciptaan Tuhan yang lainnya sehingga ia menjadi lebih tahu dan akhirnya dapat mensyukuri atas segala yang diciptakan Tuhan. Hubungan pendidikan berwawasan lingkungan dengan perkembangan iman siswa adalah dengan berbagai kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan dapat mempengaruhi iman siswa yang nampak dalam tindakan nyata yang dilakukan siswa, seperti lebih peka akan lingkungan sekitar dan makhluk ciptaan Tuhan yang lain, mensyukuri segala yang diberikan Tuhan dalam hidup siswa dan siswa menjadi mau untuk ikut menjaga serta melestarikan lingkungan sekitar mereka. Penelitian di SD PL Kalirejo menunjukkan bahwa para guru dan pembina kebun di sekolah ini sudah sangat memperhatikan dan menerapkan pendidikan berwawasan lingkungan. Berbagai kegiatan telah dilakukan di SD PL Kalirejo demi terlaksananya pendidikan berwawasan lingkungan, seperti: berkebun, opera, pemilahan sampah, penguburan hewan dan kegiatan lainnya. Berbagai kegiatan tersebut diakui berdampak bagi perkembangan iman siswa, mulai dari siswa yang menjadi lebih peka dengan lingkungan sekitar dan maklhuk ciptaan Tuhan yang lain, menjadi semakin rajin dalam berdoa, siswa yang semakin mencintai alam sekitar, maupun siswa yang semakin dapat mensyukuri segala yang diciptakan Tuhan di bumi ini. Namun muncul juga permasalahan bahwa belum ada kegiatan khusus seperti rekoleksi dan kegiatan lain yang dilakukan di SD PL Kalirejo demi memperkembangkan iman siswa dan para guru. Permasalahan lain yang muncul adalah adanya beberapa orang tua siswa yang kurang memberikan perhatian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
terhadap proses pendidikan berwawasan lingkungan di lingkup keluarga, sehingga muncul jurang antara kebiasaan yang dilakukan di sekolah dan di rumah. Menanggapi hal tersebut, penulis mengusulkan kegiatan rekoleksi bagi para guru, pembina kebun dan orang tua siswa kelas 5 & 6 agar jurang pemisah antara kebiasaan tentang pendidikan berwawasan lingkungan di sekolah dan di keluarga tidak ada lagi. Melalui rekoleksi ini para guru, pembina kebun dan orang tua siswa dapat mengingat-ingat dan mengolah kembali pengalaman-pengalaman hidup yang berkaitan dengan pendidikan berwawasan lingkungan yang telah diberikan kepada siswa maupun anak-anak mereka. Para guru, pembina kebun dan orang tua siswa juga dapat mengolah dirinya melalui berbagai sesi yang telah disiapkan dan merefleksikan pengalaman-pengalaman tersebut. Sehingga pada akhirnya para guru, pembina kebun dan orang tua siswa dapat menemukan pengalaman baru dengan menentukan aksi baik yang akan dilakukan secara pribadi maupun bersama-sama dalam rangka meningkatkan pendidikan berwawasan lingkungan demi perkembangan iman anak.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis akan menyampaikan saran kepada beberapa pihak agar proses pendidikan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo dapat semakin berkembang dan akhirnya dapat semakin memperkembangkan iman siswa. Saran tersebut di antaranya: 1. Bagi para guru SD PL Kalirejo, diharapkan terus mengusahakan dan memperkembangkan pendidikan berwawasan lingkungan kepada para siswa, agar semakin berdampak bagi perkembangan iman siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
2. Bagi orang tua siswa SD PL Kalirejo, diharapkan juga melakukan pendidikan berwawasan lingkungan di lingkungan keluarga, agar tidak ada jurang pemisah antara kebiasaan di sekolah dan di rumah. 3. Bagi para siswa SD PL Kalirejo, diharapkan lebih bersemangat mengikuti kegiatan
pendidikan
berwawasan
memperkembangkan iman mereka.
lingkungan
agar
semakin
dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Afrizal. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Ambaranie Nadia. http://edukasi.kompas.com/read/2016/02/25/08553291/Para. Siswa.Ini.Sulap.Lahan.Sekolah.Jadi.Kebun accessed on March 11, 2016. Basrowi & Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Chang, William. (2001). Moral Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Kanisius. Daldjoeni. (1977). Penduduk, Lingkungan dan Masa Depan. Bandung: Offset. Didik Chahyono. (2005). Pendidikan Kritis dan Krisis Lingkungan Hidup. Educare, 03, hh. 33-34. Gatut Saksono, Ign. (2008). Pendidikan yang Memerdekakan Siswa. Yogyakarta: Rumah Belajar Yabinkas. Go, O.Carm. (1989). Etika Lingkungan Hidup. Malang: Dioma. Juliansyah Noor. (2011). Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Katekismus Gereja Katolik. (1995). Katekismus Gereja Katolik (P. Herman Embuirui SVD, Penerjemah). Ende: Arnoldus. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1993). Keraf, A. Sonny. (2010). Krisis dan Bencana Lingkungan Hidup Global. Yogyakarta: Kanisius. Konferensi Waligereja Indonesia. (2000). Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi . Yogyakarta: Kanisius. Konsili Vatikan II. (2012). Dokumen Konsili Vatikan II (R.Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1966). Maftuchah Yusuf, dkk. (1988). Pendidikan Kapendudukan dan Lingkungan Hidup di IKIP dan FKIP. Jakarta: Depdikbud. Mans Werang. (2005). Komitmen Pendidikan Berwawasan Lingkungan. Educare. 03, hh. 35-37. Maria Montessori. (2008). The Absorbent Mind Pikiran yang Mudah Menyerap. (Dariyatno, Penerjemah). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Moleong, Lexy J. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Paus Fransiskus. (2015). Ensiklik Laudato Sie’. Jakarta: Obor. Purwo Hadiwardoyo. (2016). Intisari Ajaran Paus Fransiskus: Laudato Si’ & Amoris Laetitia. Yogyakarta: PT Kanisius. Samho, Bartolomeus. (2013). Visi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Yogyakarta: Kanisius. Sardy, Martin. (1985). Pendidikan Manusia. Bandung: Offset Alumni. Staf Dosen IPPAK. (2012). Pedoman Penulisan Skripsi. Yogyakarta. Sugiarti, Goretti. (1999). Pendampingan Iman Anak. Diktat Mata Kuliah Pendampingan Iman Anak, Fakultas Ilmu Pendidikan Agama, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Sugiyono. (2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sukardjo & Ukim Komarudin. (2009). Landasan Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Sunarko. (2008). Menyapa Bumi, Menyembah Hyang Ilahi: Tinjauan Teologis atas Lingkungan Hidup. Yogyakarta: penerbit Kanisius. Suprihadi Sastrosupeno. (1984). Manusia, Alam dan Lingkungan. Yogyakarta: Depdikbud. Supriya, Floribertus. (2013). Sekolah Adiwiyata Mandiri Warna Khas Tarakanita. Educare, 6, hh. 28-31. Syukri Hamzah. (2013). Pendidikan Lingkungan. Bandung: Refika Aditama. Yunanto Wiji. http://sains.kompas.com/read/2015/09/14/16272971/Kabut.Asap. Kebakaran.Hutan.Setengah.Abad.Kita.Abai. accessed on March 11, 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian
(1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2: Panduan Wawancara Daftar Pertanyaan Wawancara: 1. Menurut bapak/ibu apa yang dimaksud pendidikan berwawasan lingkungan ? 2. Bagaimana latar belakang dilaksanakannya pendidikan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo? 3. Apa saja kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan yang dilakukan di SD PL Kalirejo? 4. Apa yang menjadi fokus tujuan dalam kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo? Apakah fokus tujuan tersebut sudah tercapai dan apa yang menyebabkannya? 5. Apa saja manfaat bagi siswa dan guru dari pelaksanaan kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan? 6. Apa saja hal-hal yang menghambat kegiatan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo? 7. Apa saja yang menjadi pendukung kegiatan berwawasan lingkungan yang dilakukan di SD PL Kalirejo? 8. Menurut bapak/ibu apa yang dimaksud dengan perkembangan iman anak? 9. Kegiatan apa saja yang dilakukan di SD PL Kalirejo yang diperuntukkan demi perkembangan iman anak? 10. Hal apa yang dapat dijadikan tolok ukur perkembangan iman anak? 11. Apa saja faktor pendorong dan faktor penghambat perkembangan iman anak? 12. Apakah pendidikan berwawasan lingkungan mempunyai dampak untuk perkembangan iman para siswa? 13. Apakah ada kegiatan khusus yang dilakukan di SD PL Kalirejo untuk pengembangan iman siswa dan guru?
(2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3: Identitas Responden Data Responden 1) Responden 1 Nama Mengajar sejak Jabatan Waktu wawancara Tempat 2) Responden 2 Nama Mengabdi sejak Jabatan Waktu wawancara Tempat 3) Responden 3 Nama Mengajar sejak Jabatan Waktu wawancara Tempat 4) Responden 4 Nama Mengajar sejak Jabatan Waktu wawancara Tempat 5) Responden 5 Nama Mengajar sejak Jabatan Waktu wawancara Tempat 6) Responden 6 Nama Mengajar sejak Jabatan Waktu wawancara Tempat 7) Responden 7 Nama Mengajar sejak Jabatan Waktu wawancara Tempat
: Yustinus Haryanto : Juli 2006 : guru wali kelas V : Senin, 19 September 2016; pukul 12.35 - 13.40 WIB : Ruang Tamu SD PL Kalirejo : F. Sunardi : tahun 2012 : pembina kebun : Selasa, 20 September 2016; pukul 08.20 - 08.45 WIB : Gubug Subur Ngabur SD PL Kalirejo : Ignatius Eko Prasetyo : Oktober 2008 : pembina kebun : Selasa, 20 September 2016; pukul 09.05 - 09.45 WIB : Gubug Subur Ngabur SD PL Kalirejo : Yofita Prima Briske : awal tahun 2015 : guru wali kelas II : Selasa, 20 September 2016; pukul 10.35 - 11.15 WIB : Ruang Tamu SD PL Kalirejo : Agustinus Purwo Kaharmunawan : tahun 2015 : guru wali kelas IV : Selasa, 20 September 2016; pukul 11.30 – 12.15 : Ruang Tamu SD PL Kalirejo : Yulia Mei Kurniawati : tahun 2012 : guru wali kelas III : Selasa, 27 September 2016; pukul 08.05-08.35 WIB : Ruang Tamu SD PL Kalirejo : A. Srilestari : tahun 2003 : kepala sekolah dan guru wali kelas I : Selasa, 27 September 2016; pukul 09.00-09.50 WIB : Ruang Tamu SD PL Kalirejo (3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8) Responden 8 Nama Mengajar sejak Jabatan Waktu wawancara Tempat
: Martina Nurcahyanti : tahun 2007 : guru wali kelas VI : Selasa, 27 September 2016; pukul 10.05-11.15 WIB : Ruang Tamu SD PL Kalirejo
(4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4: Transkip Hasil Wawancara Tanskip Hasil Wawancara 1. Menurut bapak/ibu apa yang dimaksud pendidikan berwawasan lingkungan ? a) Yustinus Haryanto (guru wali kelas V) Pendidikan berwawasan lingkungan adalah pendidikan yang melibatkan lingkungan, baik lingkungan fisik seperti tumbuhan, hewan dan lainnya maupun lingkungan masyarakat. Pendidikan berwawasan lingkungan juga dapat diartikan sebagai pendidikan yang tidak membiarkan anak tercerabut dari tempat tinggalnya, misalnya anak desa ya sesuai dengan konteks lokalnya anak desa seperti apa. b) F. Sunardi (pembina kebun) Pendidikan berwawasan lingkungan adalah pendidikan yang memperhatikan alam yang akan bermanfaat untuk kelestarian alam. Perhatian terhadap alam tersebut dapat dilakukan dengan beberapa hal, misalnya: dalam penanaman tanaman tidak memakai pupuk pabrik, pengolahan limbah yang diperhatikan dan berbagai hal lainnya yang dapat dilakukan guna menjaga kelestarian alam. c) Ignatius Eko Prasetyo (pembina kebun) Menurut saya pendidikan berwawasan lingkungan adalah salah satu model pendidikan yang mendekatkan siswa dengan alam dan tumbuh-tumbuhan serta dengan ciptaan Tuhan yang lainnya. Pendidikan berwawasan lingkungan yang dikembangkan di SD ini tidak berarti menjadikan anak agar menjadi seorang petani ketika mereka dewasa, namun pendidikan berwawasan merupakan suatu metode untuk mendekatkan anak dengan lingkungan. d) Yofita Prima Briske (guru wali kelas II) Pendidikan berwawasan lingkungan adalah pendidikan yang mengedepankan siswa yang dekat dengan lingkungan. Melalui berbagai kegiatan dan upaya yang dilakukan oleh sekolah anak-anak diarahkan untuk mencintai lingkungan sekitar mereka. e) Agustinus Purwo Kaharmunawan (guru wali kelas IV) Pendidikan berwawasan lingkungan adalah pendidikan yang menaruh kepedulian terntang lingkungan, siswa diperkenalkan dengan lingkungan karena kehidupan mereka tidak terlepas dari lingkungan. f) Yulia Mei Kurniawati (guru wali kelas III) Pendidikan berwawasan lingkungan adalah pendidikan yang prosesnya selalu memanfaatkan alam sebagai sumber belajar. Alam sekitar dijadikan obyek belajar siswa, di mana mereka dapat belajar secara langsung dengan lingkungan sekitar mereka. g) A. Srilestari (kepala sekolah dan guru wali kelas I) Pendidikan berwawasan lingkungan adalah pendidikan yang tidak hanya diberikan di dalam kelas dan kognitif saja, seperti belajar berhitung, menghafalkan berbagai teori, namun banyak hal yang dipelajari dan hal tersebut dipelajari serta didapatkan dari alam dan orang lain di sekitar.
(5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
h) Martina Nurcahyanti (guru wali kelas VI) Pendidikan berwawasan lingkungan adalah pendidikan yang berorientasi menggunakan lingkungan sebagai sarana untuk pemberian pendidikan kepada anak. 2.
Bagaimana latar belakang dilaksanakannya pendidikan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo? a) Yustinus Haryanto (guru wali kelas V) Alasan pertama munculnya pelaksanaan pendidikan berwawasan lingkungan di SD ini karena sekolah ini berada di pegunungan. Latar belakang lain yang mendasari pelaksaanaan pendidikan berwawasan lingkungan karena letak sekolah yang berada di pedesaan, maka para guru berkeyakinan bahwa anak masih dilibatkan kedua orang tua mereka untuk pergi ke sawah, membantu mengolah kebun dan hal lainnya. Namun yang terjadi saat itu orang tua tidak lagi melibatkan anak untuk membantu bertani, kemudian sekolah berfikir bahwa ketika anak tidak dilibatkan di lingkungan sekitar, mereka tidak lagi bisa belajar dari alam. Kemudian muncul pertanyaan dari salah satu guru, apa sudah waktunya dunia pertanian diangkat ke dunia formal yaitu dunia pendidikan di sekolah? b) F. Sunardi (pembina kebun) Latar belakang dilakukannya pendidikan berwawasan lingkungan di SD ini sebenarnya untuk mengenalkan anak pada alam, supaya anak-anak terbiasa dan diajak untuk menyatu dengan alam. Pendidikan berwawasan lingkungan di sekolah ini tidak bermaksud mendidik anak supaya menjadi seorang petani, namun hanya untuk mengenalkan anak pada lingkungan alam sekitarnya. c) Ignatius Eko Prasetyo (pembina kebun) Alasan diadakannya pendidikan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo ini adalah berusaha mengembalikan anak pada jaman dahulu. Karena yang terjadi saat ini, walaupun anak lahir dan hidup di keluarga petani, namun anak sangatlah asing dengan dunia pertanian, misalnya saja: tanah, cacing, jenis sayur-sayuran dan banyak hal lainnya. Dengan adanya pendidikan berwawasan lingkungan ini diharapkan anak tidak asing lagi dengan lingkungan sekitarnya. Latar belakang lain yang mendasari pelaksanaan pendidikan berwawasan lingkungan di SD ini adalah munculnya keprihatinan karena banyaknya penjual sayur keliling dari luar daerah Kalirejo padahal ada lahan yang bisa dijadikan sebagai media penanaman sayuran di daerah ini. Melihat peluang tersebut maka SD PL Kalirejo berusaha untuk menjawab keprihatinan yang terjadi dengan membuat pertanian organik, hal ini bukan semata-mata untuk mencari keuntungan finansial melainkan untuk menjawab keprihatinan yang terjadi dan sekaligus mendekatkan anak kepada lingkungan dan budaya sekitar mereka. d) Yofita Prima Briske (guru wali kelas II) Latar belakang dilaksanakannya pendidikan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo berangkat dari visi dan misi yang ada di sekolah ini, yaitu humanis, cerdas dan beriman. Khususnya dari sisi humanis ini, pihak sekolah menginginkan anak didiknya menjadi siswa yang dekat dengan lingkungan, oleh sebab itu pendidikan berwawasan lingkungan dirasa penting diberikan kepada para siswa.
(6)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e) Agustinus Purwo Kaharmunawan (guru wali kelas IV) Latar belakang pendidikan berwawasan lingkungan di SD ini adalah pada jaman ini sangat jarang anak yang mengetahui bagaimana praktek langsung melestarikan alam, mereka lebih cenderung hanya mengetahui mengenai materimaterinya saja, tanpa perbuatan yang nyata. Lewat pendidikan yang nyata, diharapkan anak tergugah untuk mau ikut melestarikan alam sekitar mereka. f) Yulia Mei Kurniawati (guru wali kelas III) Sebenarnya yang terjadi pada awalnya adalah adanya keprihatinan dari pihak sekolah yang mulai melihat anak-anak sudah mulai meninggalkan alam, mereka lebih tertarik dengan perkembangan teknologi, seperti game dan siaran televisi. Melihat keprihatinan tersebut, pihak sekolah tidak menginginkan anak-anak tersebut tercerabut dari akar budaya mereka, yaitu dari keluarga petani yang sangat erat kaitannya dengan lingkungan. g) A. Srilestari (kepala sekolah dan guru wali kelas I) Sebenarnya alasan awal diadakannya pendidikan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo adalah kepihatinan yang dirasakan oleh pihak guru di SD PL Kalirejo, bahwa para guru melihat anak-anak saat itu sudah mulai meninggalkan kebiasaan yang seharusnya tetap dilestarikan, salah satunya adalah berladang. Mayoritas latar belakang para siswa adalah anak desa dan berasal dari keluarga petani, namun anak-anak jarang bahkan tidak pernah mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan pertania, seperti membantu kedua orang tua menggarap lahan, panen dan berbagai kegiatan lainnya. Anak-anak tidak bisa disalahkan secara penuh dalam hal ini, karena ketidak ikut sertaan mereka dalam berbagai kegiatan pertanian tersebut kadang muncul dari pihak orang tua, misalnya saja: anak yang memang tidak diajak untuk membantu, orang tua yang terlalu sibuk, orang tua yang terlalu memanjakan anak dan berbagai alasan lain. Hal tersebut menyebabkan anak semakin asing dengan alam sekitar mereka, bisa dikatakan anak petani namun takut dengan kotor, cacing dan sebagainya. Melihat keadaan seperti ini, pihak sekolah tergerak untuk memberikan pendidikan yang tidak hanya mengajarkan segi kognitif saja dan selalu melakukan pembelajaran di dalam kelas, namun mencoba memberikan pendidikan bentuk lain yang melibatkan alam sekitar sebagai media belajar anak-anak sehingga diharapkan anak-anak bisa dekat dengan lingkungan. h) Martina Nurcahyanti (guru wali kelas VI) Pelaksanaan pendidikan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo ini bermula dari latar belakang masyarakat sekitar yang mayoritas adalah petani. Dibandingkan dahulu anak-anak masih sangat kental diikutsertakan dalam kegiatan bercocok tanam, baik di kebun, ladang maupun sawah, sedangkan anak pada jaman sekarang sangat asing dengan kegiatan pertanian seperti itu. Melihat kebiasaan baik yang dahulu dilaksanakan dapat membantu karakter anak yang mau bekerja keras dan selalu berusaha untuk mencapai sesuatu kemudian dibandingkan dengan karakter anak jaman sekarang yang serba instan dan dan kurang mempunyai daya juang, maka pihak sekolah mencari solusi dari keprihatinan tersebut agar anak tidak tercerabut dari latar belakang petani dan tetap memiliki karakter yang baik.
(7)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.
Apa saja kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan yang dilakukan di SD PL Kalirejo? a) Yustinus Haryanto (guru wali kelas V) Kebun: di dalam kegiatan ini anak mulai belajar dari membuat kompos, pupuk cair, membuat nutrisi tanah. Kemudian di kegiatan kebun ini anak belajar mengenai olah lahan, bagaimana anak dapat mengolah lahan tanah yang akan digarapnya dengan benar. Aktivitas lain yang dilakukan di dalam kegiatan ini adalah penyiapan media, menabur benih, panen, penjualan hasil panen, pengelolaan uang hasil panen dan pembukuan hasil panenan. Sawah: dalam kegiatan ini anak belajar mulai dari ndaut, genduri di sawah, tanam, perawatan tanaman sampai panen. Opera: kegiatan ini dilakukan dalam rangka menanamkan kebiasaan kepada anak untuk belajar bekerja dan bagaimana mereka peduli terhadap lingkungan. Kegiatan ini dilakukan selama 20 menit dan masuk ke dalam jam pelajaran setiap paginya. Penguburan binatang: kegiatan ini pada awalnya muncul dari kesadaran siswa yang sering menemukan hewan-hewan mati di sekitar lingkungan sekolah, kemudian dari pihak sekolah akhirnya menyediakan lahan khusus untuk prosesi pemakaman hewan yang mati tersebut. Anak-anak juga melakukan doa sederhana untuk mendoakan arwah hewan yang mereka kubur. Hari bekal: dalam hari bekal ini anak tidak diperbolehkan untuk jajan, karena mereka diharuskan membawa bekal dari rumah masing-masing dan harus disertakan sayur di dalam bekal tersebut. Pemilahan sampah: kegiatan ini dilakukan setiap harinya, mulai dari pembiasaan anak yang membuat sampah pada tempatnya sesuai dengan sampah sejenis, misalnya sampah organik, sampah kertas dan sampah plastik. Untuk menunjang hal ini, di depan setiap kelas telah disediakan beberapa tempat sampah yang sudah difungsikan untuk menampung sampah sesuai jenisnya. Jurnalistik: dalam kegiatan ini seluruh anak mulai dari kelas 1-6 diminta untuk mengumpulkan karya mereka sesuai tema yang disepakati dan dikumpulkan kepada pengelola yaitu kelas 5. Tema yang kerap kali diangkat berhubungan dengan lingkungan. Dan pada bulan September ini tema yang diangkat adalah “Lingkungan alam dan semesta”. Kemping kelas: kegiatan ini biasa dilakukan di luar sekolah. Mulai dari persiapan tempat, acara dan pelaksanaan dilakukan oleh anak-anak, para guru hanya mengikuti dan memberi masukan ketika terjadi sesuatu hal. Melalui kegiatan ini anak belajar untuk memiliki tanggung jawab dalam mengelola dan bertanggung jawab atas suatu kegiatan. Acara saat kemping pun biasanya dikemas oleh anak agar mereka bisa lebih menyatu dengan lingkungan sekitar mereka. b) F. Sunardi (pembina kebun) Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di SD PL Kalirejo yang berhubungan dengan pendidikan berwawasan lingkungan adalah penanaman sayuran organik dan pemilahan sampah.
(8)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c) Ignatius Eko Prasetyo (pembina kebun) Beberapa kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan yang ada di SD PL Kalirejo antara lain: pertanian organik, kemping, pemilahan sampah, mengurus sawah. Dalam kegiatan pertanian organik, anak tidak hanya diajarkan untuk menanam tanaman saja, namun anak juga diajarkan seluruh proses mulai dari penyiapan lahan untuk menanam, pembibitan, pembuatan pupuk alami, merawat tanaman, memanen hasil dan sampai kepada penjualan serta pembukuan sederhana mengenai hasil pertanian tersebut. Kebiasaan kegiatan pemilahan sampah, anak mulai dari kelas I sudah dibiasakan untuk membuang sampah di tempat sampah sesuai dengan jenis sampahnya, baik sampah kertas, plastik dan dedaunan serta sampah yang mudah terurai. Sampah-sampah dedaunan tersebut kemudian dikumpulkan dan diolah di tempat pengolahan untuk dijadikan pupuk alami bagi tanaman mereka. d) Yofita Prima Briske (guru wali kelas II) Kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan yang dilakukan di SD PL Kalirejo di antaranya: Berkebun: kegiatan ini masuk dalam kurikulum, ada jam pelajaran khusus di setiap minggunya. Jenis kegiatan yang dilakukan mulai dari menyiapkan lahan sampai dengan mengolah hasil panenan. Kelas 1 dan 2 menanam tanaman di pot, sedangkan untuk siswa kelas 3-6 sudah berkegiatan di lahan kebun yang berada di area bawah sekolah. Opera: dilakukan setiap pagi oleh seluruh siswa, guru dan karyawan sekolah. e) Agustinus Purwo Kaharmunawan (guru wali kelas IV) Kegiatan yang dilakukan di SD PL adalah: kemah kelas 5 dan 6, menginap di lingkungan sekolah untuk kelas 3 dan 4, pemilahan sampah, pembuatan pupuk alami dan berkebun. f) Yulia Mei Kurniawati (guru wali kelas III) Kegiatan-kegiatan yang ada di SD PL Kalirejo antara lain: berkebun, opera, refleksi harian, dan pemilahan sampah. Di dalam kegiatan berkebun ini, sudah masuk dalam kurikulum, sehingga tidak hanya sebatas ekstrakurikuler, namun sudah masuk ke mata pelajaran. Kegiatan berkebun tidak hanya terbatas pada proses menanam tanaman di kebun saja, namun segala proses, mulai dari penyiapan lahan, penanaman, perwatan samapai pada pengolahan hasil panen. Kegiatan lain yang dilakukan di SD PL Kalirejo adalah opera, kegiatan ini dilakukan pada setiap hari. Sekolah ini tidak memiliki tenaga tukang kebun, namun segala pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh tukang kebun di sekolah lain dikerjakan oleh seluruh warga sekolah secara bergiliran. Pada kegiatan opera ini anak-anak dan para guru sesuai dengan tugas yang telah dijadwalkan melakukan berbagai kegiatan seperti: menyapu halaman sekolah, menyiram tanaman, membuang sampah, mencuci gelas guru, membuatkan minum guru dan berbagai kegiatan lainnya. g) A. Srilestari (kepala sekolah dan guru wali kelas I) Kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan yang dilakukan di SD PL Kalirejo di antaranya: Pertanian organik: dalam kegiatan ini anak diajarkan mulai dari persiapan lahan sampai pada pengelolaan hasil panen. Adanya kebun organik ini pula, (9)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dapat dimanfaatkan dalam penerapan berbagai mata pelajaran selain pendidikan lingkungan, misalnya saja untuk pelajaran matematika, ketika anak belajar berhitung, maka anak-anak dapat dibawa ke kebun organik lalu diminta untuk menghitung banyaknya sayuran dalam satu bedeng (satu kotak lahan), kemudian saat pelajaran perkalian dan luas persegi panjang, anakanak dapat belajar perkalian dan mencari luas lahan dengan terjun langsung praktek menghitung di lahan perkebunan organik tersebut. Menginap di sekolah: dalam acara menginap di sekolah ini anak-anak dilatih untuk bertanggung jawab dalam sebuah kepanitiaan sebuah acara mulai dari membentuk panitia sampai dengan pelaksanaan kegiatan. Semua persiapan dan acara disusun oleh para siswa, guru hanya mengarahkan apabila anak benar-benar membutuhkan bantuan. Acara menginap di sekolah ini dilakukan oleh kelas besar, kegiatan di dalamnya dikelola oleh anak dan biasanya selalu disinggung masalah lingkungan alam sekitar, seperti memasak hasil panenan sekolah, jalan-jalan di alam terbuka, permainan di alam terbuka, jerit malam dan berbagai kegiatan alam lainnya. Opera: dalam kegiatan ini seluruh warga sekolah baik semua siswa, para guru dan karyawan bekerja bersama-sama. Banyak hal yang dikerjakan, seperti menyapu lingkungan sekolah, membuat minum, mencuci gelas yang digunakan guru pada hari sebelumnya, menyirami tanaman di lingkungan sekolah dan berbagai kegiatan lainnya. Pemilahan sampah: kebiasaan ini tidak hanya dilakukan di SD PL Kalirejo, tetapi dimulai dari TK PL Kalirejo. Setiap kelas memiliki 3 tempat sampah di antaranya: untuk sampah organik, sampah kertas dan sampah plastik. Karena kebiasaan ini sudah dimulai sejak TK, maka saat anak-anak berada di SD, mereka sudah terbiasa dengan menaruh sampah pada tempat yang tepat. Sampah-sampah organik yang sudah terkumpul kemudian ditempatkan di komposer yang nantinya akan diolah menjadi pupuk alami. h) Martina Nurcahyanti (guru wali kelas VI) Kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan yang dilakukan di SD PL Kalirejo adalah: Pemilahan sampah: dalam kegiatan ini di setiap kelas telah disediakan 3 macam temapat sampah, mulai dari tempat sampah organik, tempat sampah kertas dan tempat sampah plastik. Hampir sebagian besar anak SD ini dahulunya juga bersekolah di TK PL Kalirejo, sehingga dalam hal menaruh sampah pada tempatnya anak menjadi sudah terbiasa karena mereka sudah dibiasakan sejak mereka bersekolah di TK. Penanaman sayuran organik: kegiatan ini dilakukan di lahan kebun yang berada di area sekolah. Tanaman sayur yang ditanam oleh anak-anak beranekaragam. Anak-anak diajari mulai dari persiapan lahan sampai kepada taraf pengelolaan hasil panen. Menginap di sekolah: kegiatan ini dilakukan oleh anak-anak kelas 3-6. Kegiatan menginap di sekolah ini biasanya diisi dengan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan alam.
(10)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.
Apa yang menjadi fokus tujuan dalam kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo? Apakah fokus tujuan tersebut sudah tercapai dan apa yang menyebabkannya? a) Yustinus Haryanto (guru kelas V) Yang menjadi fokus tujuan dalam kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan di SD ini adalah membantu anak untuk peka terhadap lingkungan. Tujuan yang hendak dicapai tidak untuk jangka pendek, melainkan untuk jangka panjang. Selama di SD anak telah bergulat dengan lingkungan sehingga diharapkan pada usia tertentu yakin bahwa kepekaan pada lingkungan akan secara otomatis muncul lagi di pikirannya. Entah anak tersebut tumbuh menjadi seorang petani, presiden, dll namun yang terpenting bahwa kesadaran akan lingkungan tetap terbawa dan merasa senang ketika terlibat di lingkungan. Tujuan lain yang menjadi fokus bahwa melalui pendidikan berwawasan lingkungan ini ingin menunjukkan kepada anak bahwa iman harus dipraktekkan dalam hidup. Diharapkan anak-anak menemukan nilai-nilai ilahi dalam proses berlingkungan. Misalnya saja dengan kegiatan berkebun kepekaan akan Tuhan yang menciptakan tumbuh-tumbuhan, hewan dan segala hal yang lain dapat disadari oleh anak. Contoh lainnya saat anak-anak ingin menguburkan salah satu hewan yang ditemukan mati di halaman sekolah dan ingin menggali untuk tempat kuburannya, mereka menemukan tulang hewan lain yang terkubur lama namun belum hancur, kemudian mereka bertanya apakah hewan ini sudah masuk surga atau belum, mengapa tulangnya masih berada di tanah ini. Kegiatan berdoa juga selalu dilakukan sebelum dan sesudah kegiatan berkebun. Hal ini ingin menunjukkan kepada siswa bahwa berhubungan dengan Tuhan tidak selalu saat akan makan, tidur, di gereja namun dapat dilakukan setiap saat. Dari adanya kebiasaan tersebut anak-anak menjadi mensyukuri bahwa alam itu indah, mereka juga menjadi sadar bahwa ketika anak-anak tidak bekerja merawat tanaman karena ditinggal mengikuti pelajaran di kelas, bermain, pulang ke rumah dan berbagai aktivitas lainnya, namun Tuhan tetap bekerja merawat dan menumbuhkan tanaman mereka sehingga tanaman tersebut tetap tumbuh menjadi besar. Dari pengalaman-pengalaman inilah anak dapat merasakan Tuhan yang lebih nyata dan benar-benar ada. b) F. Sunardi (pembina kebun) Tujuan yang ingin dicapai dari pendidikan berwawasan lingkungan adalah mengenalkan siswa pada alam, kemudian diharapkan anak dapat mencintai alam itu sendiri. Contoh kecilnya saja, dari pendidikan berwawasan lingkungan ini mengajak supaya anak bagaimana tidak merasa jijik lagi dengan cacing, mau bermain dan belajar mengolah tanah yang baik dan berbagai hal kecil lainnya. c) Ignatius Eko Prasetyo (pembina kebun) Fokus tujuan dalam kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan adalah mengenalkan anak kepada lingkungan sekitar mereka. Misalnya saja dari kegiatan berkebun, anak-anak menjadi lebih mengenali berbagai jenis tanaman beserta cara penanamannya yang ramah lingkungan, cara mengolah tanah, membuat pupuk dari bahan alami yang sudah disediakan oleh alam dan berbagai hal lainnya. Menurut saya tujuan tersebut sudah tercapai, karena anak-anak sudah mengenal
(11)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lingkungan sekitar mereka, memahami keadaan sekitar dan sudah ada kesadaran untuk menjaga lingkungan mereka. d) Yofita Prima Briske (guru wali kelas II) Fokus tujuan dalam kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo adalah agar anak lebih mengenal, mengetahui bahwa mereka hidup di lingkungan yang kaya, misalnya kaya akan hasil bumi, budaya, tradisi , dll. Ketika anak-anak sudah cukup mengenal lingkungan mdiharapkan anak akan mampu berpartisipasi dalam usaha menjaga kelestarian lingkungan sekitar mereka. e) Agustinus Purwo Kaharmunawan (guru wali kelas IV) Tujuan diadakannya kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo adalah sebagai kekhasan satu-satunya SD di Kecamatan Samigaluh dan sekitarnya yang mengajari anak-anak untuk mencintai alam secara nyata seperti menggunakan pupuk alami yang dibuat sendiri, menanam berbagai macam tanaman organik, dll. f) Yulia Mei Kurniawati (guru wali kelas III) Pendidikan berwawasan lingkungan yang dilakukan di SD PL Kalirejo memiliki fokus tujuan untuk menjadikan siswa yang dekat dengan alam. Sekolah tidak menginginkan murid-murid SD ini meninggalkan alam, menjadi tidak peduli dan tidak mencintai alam sekitar mereka. Menurut saya fokus tujuan yang ingin dicapai tersebut sudah tercapai, karena hampir seluruh anak di sekolah ini sudah peka dan mencintai lingkungan sekitar mereka, contoh hal kecilnya saja, ketika anak-anak menemukan hewan mati, mereka langsung mengubur dan mendoakan bersama-sama. Contoh hal kecil lain yang menunjukkan bahwa anak sudah peka dengan lingkungan adalah ketika anak-anak melihat tanaman rambat yang sudah tumbuh, namun belum terdapat media untuk merambat, maka anak-anak dengan inisiatif mereka mencari ranting ataupun kayu yang tidak terpakai untuk menjadi media untuk tanaman tersebut bisa merambat. g) A. Srilestari (kepala sekolah dan guru wali kelas I) Fokus tujuan dalam pendidikan lingkungan hidup di SD PL Kalirejo adalah agar anak mengenal lebih dekat dengan alam. Tidak hanya dari segi wawasan pengetahuan yang dirasakan manfaatnya namun dari adanya pendidikan berwawasan lingkungan kepekaan siswa terhadap lingkungan alam sekitar juga diperoleh. h) Martina Nurcahyanti (guru wali kelas VI) Apabila membicarakan mengenai fokus tujuan dalam kegiatan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo tentunya tidak bisa dilepaskan dari kaitannya dengan visi dan misi sekolah. Visi yang dimiliki oleh SD PL Kalirejo adalah humanis, beriman dan cerdas. Berdasarkan visi tersebut maka jelas bahwa fokus tujuan yang hendak dicapai dengan adanya pendidikan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo adalah mencetak anak yang berkarakter, peka terhadap lingkungan dan mau ikut serta dalam karya penciptaan. Pihak sekolah tidak mempunyai tujuan agar anak-anak menjadi seorang petani, namun berbagai kegiatan berwawasan lingkungan ini dilakukan sebagai sarana agar anak peka dengan alam sekitar mereka, misalnya saja: peka terhadap tumbuh-tumbuhan, hewan dan segala yang ada di alam sekitar mereka. Menurut saya fokus tujuan tersebut sudah tercapai. Salah satunya adalah kepekaan anak terhadap alam (12)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sekitar, contoh kecilnya saja, ketika anak menemukan burung yang menabrak jendela kelas dan akhirnya mati, mereka kemudian menguburkan burung tersebut dan mendoakan secara bersama-sama. Para guru bahkan tidak berfikir sampai kepada taraf tersebut, itu artinya kepekaan anak akan alam sekitar mereka memang sudah tercapai. 5.
Apa saja manfaat bagi siswa dan guru dari pelaksanaan kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan? a) Yustinus Haryanto (guru wali kelas V) Bagi para siswa tentunya menjadi lebih peka terhadap lingkungan. Anak juga secara langsung dapat belajar dari alam. Anak menjadi sadar bahwa praktek menjaga dan mengelola kekayaan alam lebih penting daripada hanya sekedar memahami teori bagaimana menjaga alam. Sedangkan bagi guru kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan bermanfaat untuk mengkongkritkan yang abstrak untuk diterima anak. b) F. Sunardi (pembina kebun) Pendidikan berwawasan lingkungan menjadikan anak mendapatkan banyak pengalaman, mereka belajar dan menjadi lebih tahu bagaimana perawatan tanaman secara organik. Tujuan tersebut kiranya sudah tercapai, meskipun ada satu atau dua anak yang masih belum mau diajak untuk mencintai alam. c) Ignatius Eko Prasetyo (pembina kebun) Manfaat yang dapat dirasakan bagi guru adalah lebih mengenal dan menjadi semakin sadar bahwa apabila alam diperlakukan baik oleh manusia, maka alam akan memberikan hal yang baik bagi manusia dan sebaliknya, apabila manusia memperlakukan alam secara tidak baik atau bahkan merusaknya, maka alam akan memberikan hal yang buruk bagi manusia. Manfaat yang dapat diterima oleh siswa adalah: mereka menjadi lebih dekat dengan alam, dari hal tersebut maka anak-anak akan lebih mencintai alam dan akhirnya mau berusaha untuk menjaga kelestarian alam. d) Yofita Prima Briske (guru wali kelas II) Manfaat bagi siswa dengan adanya kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan adalah: mereka lebih antusias ketika belajar di alam terbuka dan anakanak lebih dapat mengenal dan belajar banyak hal di luar. Sedangkan manfaat kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan bagi guru adalah: guru merasa senang karena dapat belajar banyak dari alam, dengan adanya kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan ini pula, guru merasa termotivasi untuk belajar mengenai hal-hal baru yang mungkin belum dipelajari sebelumnya. e) Agustinus Purwo Kaharmunawan (guru wali kelas IV) Manfaat bagi siswa dan guru dengan adanya kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan ini adalah melatih kepekaan siswa akan lingkungan sekitar, anak-anak juga menjadi lebih bertanggung jawab dalam mengerjakan sesuatu hal, dengan adanya pembelajaran model ini pula iman anak-anak menjadi lebih matang, mereka menjadi lebih bisa mensyukuri segala yang diciptakan Tuhan dan lebih rajin berdoa karena sebelum dan sesudah melakukan kegiatan mereka selalu dibiasakan untuk berdoa.
(13)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan juga bermanfaat bagi guru dan pendamping, karena lewat berbagai kegiatan tersebut penjelasan yang diberikan lebih mudah diterima oleh siswa, karena mereka ikut mempraktekkannya secara langsung. f) Yulia Mei Kurniawati (guru wali kelas III) Adanya pendidikan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo ini menjadikan anak cinta terhadap lingkungan. Anak-anak menjadi lebih perhatian dengan alam sekitar, selain itu juga mereka lebih mensyukuri alam. Sedangkan manfaat bagi para guru dengan adanya pendidikan berwawasan lingkungan ini adalah menambah wawasan, karena lewat pendidikan berwawasan lingkungan ini para guru juga menjadi belajar mengenai hal-hal baru yang belum mereka ketahui sebelumnya. Manfaat lain yang dirasakan guru adalah perasaan dan tindakan yang lebih peka terhadap hal-hal kecil yang terjadi di sekitarnya. g) A. Srilestari (kepala sekolah dan guru wali kelas I) Manfaat yang dirasakan oleh para siswa dengan adanya pelaksanaan kegiatan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo adalah: Dapat bekerjasama dengan teman: karena kegiatan di kebun mengandalkan proses kerjasama, misalnya saja dalam sebuah pekerjaan ada anak yang harus menyirami tanaman, mencari hama serangga di sekitar tanaman, memupuk dan berbagai kegiatan yang harus dilakukan secara bersamaan sehingga membutuhkan kerjasama di antara mereka. Kepekaan anak terlihat: dengan adanya berbagai kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan ini anak-anak menjadi lebih peka dengan keadaan lingkungan sekitar, misalnya saja dari hal kecil seperti: saat anak-anak menemukan hewan mati di lingkungan sekolah, mereka kemudian secara beramai-ramai menguburkannya dan mendoakan bersama-sama, bahkan saat 7 hari dan 40 hari, mereka datang lagi ke tempat pemakaman hewan tersebut dan mendoakannya kembali. Contoh lain, ketika anak-anak melihat tanaman rambat yang sudah tumbuh dan belum terdapat media untuk merambat, anakanak kemudian mencari bahan-bahan yang dapat digunakan media rambat tanaman tersebut. Memiliki semangat kerja yang tinggi: karena di setiap paginya terdapat kegiatan opera yang mengharuskan seluruh warga sekolah termasuk siswa untuk bekerja dan kegiatan berkebun, maka sikap tanggap anak untuk bekerja mulai terlihat. Anak-anak menjadi tidak canggung lagi untuk menyapu, mengangkati ember yang berisi air untuk menyiram tanaman, mencangkul di kebun dan berbagai pekerjaan lain. Manfaat yang dirasakan oleh guru dengan adanya pelaksanaan kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan adalah: Mempermudah penyampaian materi kepada siswa: misalnya saja saat pelajaran IPA, pokok pembahasan yang dipelajari adalah jenis tumbuhan monokotil dan dekotil. Adanya kebun organik di area sekolah dan juga berbagai tanaman yang dikembangkan di sekolah, guru akan lebih mudah menjelaskan kepada siswa, seperti apa ciri-ciri tumbuhan monokotil dan dekotil bahkan dapat menugaskan secara langsung kepada para siswa untuk mencari contoh dua jenis tumbuhan tersebut agar anak lebih memahaminya. (14)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Guru menjadi lebih terbuka dan mau menerima usulan siswa: dengan adanya berbagai kegiatan berwawasan lingkungan, anak-anak menjadi semakin kreatif dan peka terhadap lingkungan sekitarnya, misalnya saja: munculnya tempat khusus bagi penguburan hewan dahulunya juga berasal dari saran siswa yang meminta dibuatkan tempat penguburan hewan, karena mereka sering menemukan hewan yang mati di sekolah. Contoh lain, adanya anyaman kayu dan besi permanen yang melengkung di parkiran motor dan jalan menuju kebun, karena mendapat usulan dari siswa, untuk memberikan media rambat bagi tumbuhan rambat yang mereka tanam, yaitu tanaman buah markisa. Dari berbagai pengalaman ini, guru menjadi terbuka akan usulan para siswa yang kiranya memang baik dilakukan. Guru tidak lagi menganggap bahwa dirinya yang lebih tahu dari para siswa, namun guru membuka pikiran, bahwa siswa lebih kreatif dan tidak ada salahnya untuk terbuka dengan masukan para siswa. h) Martina Nurcahyanti (guru wali kelas VI) Manfaat yang dapat diperoleh oleh siswa dengan adanya pelaksanaan kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan adalah: Kepekaan terhadap sesama dapat terbangun, misalnya saja saat kegiatan berkebun ada teman yang mengalami kesusahan dalam membawa air untuk menyirami tanaman, anak-anak yang lain akan membantu membawanya, contoh lain ketika ada guru yang mengepel teras kelas karena genteng bocor, maka pasti ada anak yang dengan senang hati membantu guru tersebut untuk mengepel tanpa diminta oleh guru yang lain. Hubungan yang dekat dengan para guru, hal ini dikarenakan anak-anak sering bekerja bersama dengan para guru, mereka tidak merasa sungkan atau takut dengan guru di sekolah ini. Anak berani mengungkapkan pendapat: hal ini dimulai saat anak menemukan hewan yang mati dan menguburkannya, kemudian anak mengusulkan kepada pihak sekolah untuk menyediakan tempat penguburan bagi hewan yang mereka temukan telah mati. Usulan tersebut dirasa baik, kemudian pihak sekolah menerima usulan tersebut dan membuatkan tempat khusus yang digunakan untuk menguburkan hewan-hewan yang mati tersebut. Melatih segi kepemimpinan anak: hal ini diperoleh dari berbagai kegiatan yang dilakukan di SD PL Kalirejo. Hampir dalam setiap kegiatan anak-anak selalu mengurusi dan bertanggung jawab atas jalannya kegiatan tersebut. Mulai dari kebiasaan tersebut, anak-anak menjadi terasah segi kepemimpinannya. Menyadari bahwa alam adalah ruang untuk belajar: dari berbagai kegiatan berwawasan lingkungan ini anak menjadi sadar bahwa kegiatan belajar tidak hanya dapat dilakukan di dalam kelas dan di rumah, bahkan di kebun pun anak-anak dapat belajar. Misalnya saja, saat mereka belajar bahasa Indonesia untuk membuat sebuah karangan, guru menyuruh anak-anak untuk keluar dari dalam kelas dan mencari inspirasi di luar, ternyata anak-anak menemukan banyak sekali hal yang ingin diceritakan ketika mereka berada di alam terbuka. Manfaat yang dapat diperoleh oleh guru dengan adanya pelaksanaan kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan adalah: (15)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Guru belajar dari siswa: hal ini dapat terjadi karena lewat berbagai pengalaman mengikuti kegiatan berwawasan lingkungan kadang guru mendapatkan suatu pelajaran dari para siswa, misalnya saja: guru menjadi menghargai hewan yang mati, tidak hanya membuangnya namun memperlakukan hewan tersebut seperti layaknya manusia, dikubur dan didoakan. Guru juga belajar dari kepekaan siswa terhadap lingkungan sekitar mereka. Belajar untuk disiplin diri: misalnya saja dari salah satu kegiatan berwawasan lingkungan yaitu berkebun, guru dapat belajar mengenai kedisiplinan diri. Saat berkebun pasti ada masanya penyiapan lahan, pembibitan, penanaman, perawatan, panen, dll, apabila berbagai tahap tersebut tidak dilakukan tepat waktu dan dengan kerja keras, pasti hasil yang akan diperoleh juga tidak akan maksimal. 6.
Apa saja hal-hal yang menghambat kegiatan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo? a) Yustinus Haryanto (guru kelas V) Hal yang menghambat dalam kegiatan berwawasan lingkungan adalah cuaca dan rusaknya beberapa alat pertanian organik. Namun kedua hal tersebut tidak terlalu menghambat proses pelaksaan kegiatan berwawasan lingkungan karena dapat disiasati dengan yang lain, misalnya saja saat pelajaran berkebun namun datang hujan deras, maka kegiatan akan diganti dengan pemberian teori di dalam kelas. b) F. Sunardi (pembina kebun) Hal yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan kegiatan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo adalah faktor cuaca, walaupun faktor ini tidak terlalu berpengaruh besar pada pelaksanaan kegiatannya. c) Ignatius Eko Prasetyo (pembina kebun) Hal yang menjadi penghambat kegiatan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo adalah faktor cuaca. Misalnya saja dengan adanya hujan yang deras, mengganggu proses pelaksanaan kegiatan berkebun, selain itu dengan adanya hujan yang terus-menerus akan merusak tanaman yang ditanam. Sebaliknya, apabila sedang terjadi kekeringan maka kegiatan berkebun juga akan terhambat karena ketersediaan air yang kurang. Selain itu bencana alam juga menjadi penghambat salah satu kegiatan berwawasan lingkungan yaitu berkebun. Bencana alam yang dimaksud adalah adanya hujan abu karena meletusnya Gunung Merapi. Pernah terjadi ketika letusan besar Gunung Merapi pada tahun 2010, karena adanya hujan abu yang begitu banyak menyebabkan semua tanaman yang ditanam oleh anak-anak menjadi tertutup abu dan hal tersebut mengakibatkan tanaman rusak dan sebagian besar mati dan gagal panen. d) Yofita Prima Briske (guru wali kelas II) Hal yang menghambat kegiatan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo adalah faktor cuaca, misalnya saja pada musim kemarau panjang ketersediaan air sangat terbatas sehingga kebun yang seharusnya membutuhkan air untuk kebutuhan tanaman sayuran menjadi kering karena kekurangan air. Sedangkan
(16)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pada musim yang curah hujannya tinggi, kadang tanaman menjadi rusak atau lonyot (busuk) karena terlalu banyak terkena air hujan. e) Agustinus Purwo Kaharmunawan (guru wali kelas IV) Hal yang dapat menghambat kegiatan di sekolah ini adalah faktor cuaca, namun hal tersebut masih dapat diatasi. f) Yulia Mei Kurniawati (guru wali kelas III) Yang menjadi penghambat kegiatan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo adalah faktor cuaca, walaupun hambatan tersebut masih dapat diatasi namun faktor cuaca tetap menjadi salah satu faktor penghambat kegiatan berwawasan lingkungan di SD ini. Faktor lain yang menjadi penghambat kegiatan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo adalah ketidakhadiran pendamping pada saat berkegiatan. Misalnya saja saat kegiatan berkebun dilakukan dan pendamping kebun tidak hadir, maka hal itu menjadi penghambat karena anakanak menjadi kurang terarahkan dan tidak ada yang membina, pada akhirnya anak-anak hanya cenderung mencari hama di sekitar kebun seperti belalang, ulat, siput dan hewan-hewan lainnya. g) A. Srilestari (kepala sekolah dan guru wali kelas I) Bagi saya tidak ada hal yang menghambat pelaksanaan kegiatan berwawasan lingkungan, karena seluruh keadaan dapat diatasi dan kegiatan berwawasan lingkungan tetap berjalan. h) Martina Nurcahyanti (guru wali kelas VI) Hal yang menghambat kegiatan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo adalah ketika muncul gab di antara anak-anak, sehingga relasi antar siswa menjadi terganggu. Hal ini kadang mengakibatkan anak bermalas-malasan untuk mengikuti kegiatan tersebut karena ada teman yang tidak disukai tersebut masuk menjadi satu kelompok. Hal lain yang menjadi penghambat pelaksanaan kegiatan adalah faktor cuaca, misalnya saja saat kemarau panjang dan mengakibatkan ketersediaan air menipis, maka akan sedikit menghambat proses kegiatan berwawasan lingkungan yaitu berkebun sayuran organik, karena tanamantanaman ini membutuhkan air yang cukup banyak. Bencana alam juga menjadi faktor penghambat kegiatan berwawasan lingkungan, salah satu contohnya adalah: meletusnya Gunung Merapi pada bulan November 2010. Bencana tersebut mengakibatkan seluruh tanaman di kebun sekolah mati, dan akhirnya gagal panen. Beberapa bulan setelah kejadian tersebut lahan kebun tersebut tetap tidak bias ditanami tanaman karena tertutup abu yang sangat tebal sehingga tanaman tidak bisa hidup. 7.
Apa saja yang menjadi pendukung kegiatan berwawasan lingkungan yang dilakukan di SD PL Kalirejo? a) Yustinus Haryanto (guru kelas V) Hal yang menjadi pendukung pelaksanaan kegiatan berwawasan lingkungan antara lain: tersedianya lahan yang cukup luas, walaupun lahan yang dipakai bukan milik pihak sekolah secara keseluruhan melainkan sebagian milik umat wilayah Kalirejo dan milik CU. Adanya tiga umat Kalirejo yang bersedia mengabdikan diri sebagai pendamping kebun juga sangat membantu dalam terlaksananya pendidikan berwawasan lingkungan ini. Faktor lain yang menjadi (17)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pendukung adalah guru-guru yang kompak dan terbuka terhadap perubahan yang terjadi dan saling mengisi satu sama lain. Kemudian dukungan dari seluruh umat di wilayah Kalirejo juga menjadi pendukung pelaksanaan kegiatan berwawasan lingkungan. Misalnya saja dari kesediaan umat untuk menyediakan lahannya untuk dijadikan lahan yang dikelola para murid, kesediaan umat yang selalu membeli bahan-bahan sayur-sayuran yang diproduksi di SD, pemberian sumbangan kepada sekolah baik berupa dana, pemikiran dan tenaga serta berbagai dukungan lain yang diberikan oleh umat. Selain itu dukungan dari pihak gereja, baik itu paroki, kevikepan maupun keuskupan serta para donatur yang mau membantu terselenggaranya pendidikan di SD PL Kalirejo juga menjadi pendukung yang sangat membantu. b) F. Sunardi (pembina kebun) Faktor pendukung kegiatan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo adalah para siswa yang dengan semangat berperan aktif dan mendukung proses pelaksanaan kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan. Adanya para pembimbing yang bersedia mendampingi dan mengarahkan anak-anak dalam berbagai kegiatan juga menjadi faktor pendukung terlaksananya kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan. Selain itu, dengan adanya berbagai perlengkapan yang dibutuhkan dalam berkegiatan juga menjadi faktor pendukung kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan. c) Ignatius Eko Prasetyo (pembina kebun) Pendukung kegiatan berwawasan lingkungan yang dilakukan di SD PL Kalirejo di antaranya: sekolah memiliki lahan yang dapat digunakan sebagai lahan praktek bagi siswa, walaupun lahan tersebut bukan sepenuhnya milik sekolah, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya tersedia lahan yang dapat mencukupi kebutuhan lahan untuk kegiatan pendidikan berwawasan tersebut. Ketersediaan bahan-bahan yang dapat dijadikan pupuk alami juga menjadi salah satu faktor pendukung kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo. Latar belakang para siswa yang tidak lain berasal dari keluarga petani juga menjadi faktor pendukung yang lain, dengan adanya latar belakang tersebut, tentunya anak diharapkan tidak terlalu asing dengan alam dan lingkungan sekitar mereka. Masyarakat sekitar Kalirejo yang tidak menghasilkan sayur sendiri juga menjadikan SD PL Kalirejo terus berusaha mengembangkan kegiatan pertanian organiknya, dengan adanya keadaan seperti itu masyarakat juga menjadi ikut merasakan manfaat dari adanya salah satu kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan yakni perkebunan organik. Selain masyarakat yang diuntungkan, pihak sekolah juga menerima manfaat karena hasil panenan dari perkebunan sekolah dapat dijual kepada masyarakat sekitar. d) Yofita Prima Briske (guru wali kelas II) Hal yang menjadi pendukung kegiatan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo adalah adanya lahan yang luas, baik yang dimiliki oleh pihak sekolah secara resmi, maupun berkat bantuan umat sekitar, dan pihak CU yang bersedia meminjamkan lahan mereka untuk dijadikan lahan praktek siswa. Selain ketersediaan lahan, adanya tenaga yang mau mengabdikan diri untuk membimbing dan mengajari anak-anak dalam kegiatan berkebun juga menjadi salah satu faktor pendukung kegiatan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo. (18)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e) Agustinus Purwo Kaharmunawan (guru wali kelas IV) Hal yang mendukung kegiatan berwawasan lingkungan adalah adanya tiga pendamping kebun sehingga cukup untuk mendampingi anak-anak dalam berkegiatan, selain itu adanya berbagai bahan untuk membuat pupuk alami yang sudah disediakan oleh alam juga menjadi salah satu faktor pendukung kegiatan ini dapat terlaksana. f) Yulia Mei Kurniawati (guru wali kelas III) Faktor pendukung diadakannya kegiatan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo adalah adanya lahan yang dimiliki oleh pihak sekolah. Walaupun pada awalnya lahan yang dimiliki sekolah dan dijadikan sebagai lahan belajar anakanak belum seluas sekarang, namun berkat bantuan berbagai pihak seperti umat wilayah Kalirejo dan salah satu pihak CU di Kalirejo yang mau menyediakan lahan untuk dijadikan tempat praktek para siswa maupun donatur yang membelikan lahan. Sekarang ini sekolah mempunyai lahan cukup luas yang dijadikan tempat praktek siswa di SD PL Kalirejo. g) A. Srilestari (kepala sekolah dan guru wali kelas I) Faktor yang mendukung kegiatan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo adalah: Adanya pendamping yang mendampingi para siswa dalam berkegiatan. Sarana yang semakin ditambah dan lengkap. Adanya lahan yang dapat digunakan untuk kegiatan praktek baik yang dimiliki oleh pihak sekolah sendiri, pinjaman milik umat maupun pinjaman dari CU di Kalirejo. Antusias siswa yang tinggi ketika mereka melakukan kegiatan berwawasan lingkungan. Adanya kerjasama dengan kelompok tani di daerah Kalirejo yang memperkenankan siswa untuk belajar secara langsung bagaimana petanian di sawah secara organik. Perhatian romo paroki yang mempromosikan SD dan mengajak tamu-tamu untuk berkunjung ke SD PL Kalirejo. h) Martina Nurcahyanti (guru wali kelas VI) Faktor pendukung kegiatan berwawasan lingkungan yang dilakukan di SD PL Kalirejo adalah: adanya alam yang mendukung, karena keadaan alam dan tanah di sekitar daerah Kalirejo termasuk subur dan berhawa dingin, sehingga cocok untuk dijadikan lahan penanaman berbagai jenis sayuran. Dukungan dari orang tua siswa juga menjadi faktor pendukung terselenggaranya pendidikan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo. Tanpa dukungan yang diberikan oleh pihak orang tua siswa, tentunya kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan ini tidak akan terlaksana sampai sekarang. Adanya lahan juga menjadi salah satu faktor penting adanya kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo. Lahan yang dimiliki pihak sekolah sebenarnya tidak terlalu luas, namun berkat bantuan berbagai pihak, akhirnya anak-anak dapat praktek di lahan yang luas dan dirasa sudah cukup untuk melakukan kegiatan. Bantuan dari berbagai pihak juga menjadi faktor pendukung terlaksanya kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan. Bantuan tersebut datang dari: pihak Gereja, para umat, romo paroki, para donatur dan berbagai pihak lainnya. Bahkan kelompok tani organik di (19)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
wilayah Kalirejo juga mau menjalin kerjasama dengan pihak sekolah untuk memperkenalkan, mengajak dan membimbing para siswa untuk praktek pertanian di lahan mereka. 8.
Menurut bapak/ibu apa yang dimaksud dengan perkembangan iman anak? a) Yustinus Haryanto (guru kelas V) Perkembangan iman anak adalah iman anak yang berkembang sesuai dengan umurnya di mana pada tahapan tertentu anak menyadari bahwa Tuhan berada di kehidupan sehari-hari. b) F. Sunardi (pembina kebun) Menurut saya perkembangan iman anak adalah taraf di mana iman anak diwujud nyatakan dalam perilaku dan tindakan sehari-hari. Semakin iman seorang anak berkembang, maka perilaku dan tindakan yang ia lakukan sehari-hari semakin baik. c) Ignatius Eko Prasetyo (pembina kebun) Perkembangan iman anak menurut saya adalah proses ketika anak lebih mengenal Tuhan dan ciptaan Tuhan yang lain selain sesama manusia. Proses tersebut dapat dikembangkan melalui pembelajaran iman yang dimulai sejak masuk sekolah. d) Yofita Prima Briske (guru wali kelas II) Perkembangan iman anak adalah proses bertambahnya kemauan anak untuk mengikuti kegiatan gereja dan bagaimana mereka menempatkan Allah dalam kehidupan sehari-harinya. e) Agustinus Purwo Kaharmunawan (guru wali kelas IV) Perkembangan iman anak adalah taraf dimana anak bisa menyaring hal baik dan buruk, di dalam perkembangan tersebut iman dikembangkan secara luas dan terus menerus diolah. f) Yulia Mei Kurniawati (guru wali kelas III) Perkembangan iman anak menurut saya adalah suatu proses mulai dari siswa yang tidak tahu menjadi tahu, misalnya saja dimulai dari seorang anak yang belum menyadari dan mampu bersyukur tumbuh menjadi seorang anak yang mampu bersyukur atas segala yang ia terima. g) A. Srilestari (kepala sekolah dan guru wali kelas I) Menurut saya perkembangan iman anak adalah tahap perkembangan di mana seorang anak sesuai usianya tersebut berkembang dari segi pemahaman dan kedekatan dengan Allah. h) Martina Nurcahyanti (guru wali kelas VI) Perkembangan iman anak menurut saya adalah bagaimana anak dapat menghadirkan Allah dalam kehidupan mereka. 9.
Kegiatan apa saja yang dilakukan di SD PL Kalirejo yang diperuntukkan demi perkembangan iman anak? a) Yustinus Haryanto (guru kelas V) Kegiatan yang dilakukan demi perkembangan iman anak di SD PL Kalirejo di antaranya:
(20)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Doa mingguan yang dilakukan setiap hari Jumat, pada doa ini anak-anak kelas 1 dan 2, mereka melakukan doa sederhana yang dipimpin oleh anak sendiri. Anak-anak kelas 3, 4, 5 dan 6 juga melakukan hal yang sama, hanya saja mereka memilih sendiri model doa apa yang mereka lakukan, misalnya doa rosario, ibadat singkat dan berbagai model doa lainnya. Pada bulan-bulan tertentu, sekolah mengadakan kegiatan khusus, misalnya saja: BKSN, rosario pada bulan rosario, dll. Doa pagi dan siang hari sebelum pulang sekolah: doa ini dilakukan setiap hari dan dipimpin oleh anak-anak secara bergiliran. Doa Angelus: doa ini dilakukan setiap harinya pada pukul 12.00 WIB dan dipimpin oleh anak yang dengan spontan menawarkan diri untuk memimpin doa. Refleksi: kegiatan ini dilakukan selama 10 menit pada akhir pelajaran di setiap harinya. Refleksi ini ditulis dalam buku refleksi harian yang dikerjakan oleh seluruh siswa. Meditasi bulanan: kegiatan ini dilakukan pada Jumat pertama pada setiap bulannya. Selama proses meditasi anak-anak diam dalam keheningan selama 10 menit setelah mereka diberi pengantar oleh guru yang bertugas memimpin meditasi. b) Sunardi (pembina kebun) Di sekolah ini setiap hari Jumat terdapat kegiatan doa bersama. Doa ini dilakukan mulai dari kelas satu sampai enam. Terdapat juga doa angelus, doa ini dilakukan setiap harinya pada pukul 12.00. Kegiatan lain untuk perkembangan iman siswa adalah doa sebelum dan sesudah opera di pagi hari. Dalam pelaksanaan kegiatan berkebun juga selalu diawali dan diakhiri dengan doa oleh para siswa dan pembina. c) Ignatius Eko Prasetyo (pembina kebun) Kegiatan di SD PL Kalirejo yang dilakukan demi pengembangan iman siswa di antaranya: doa pagi, doa angelus, meditasi, doa bersama, penguburan hewan. Kegiatan penguburan hewan pada awalnya muncul dari inisiatif para siswa. Ketika melihat hewan yang mati, mereka berembug akan diapakan hewan tersebut, akhirnya mereka menguburkan hewan tersebut. Tidak hanya berhenti di sana, namun anak-anak juga mendoakan hewan yang mati tersebut mulai dari hari pemakaman, peringatan hari ke-3 dan sampai pada peringatan hari ke-7. d) Yofita Prima Briske (guru wali kelas II) Kegiatan yang dilakukan di SD PL Kalirejo yang dilakukan demi pengembangan iman siswa adalah: doa bersama, kegiatan ini dilakukan setiap hari Jumat, petugas dalam doa ini adalah anak-anak sendiri. Selain itu setiap awal semester seluruh anak mulai dari kelas 1-6 mengikuti perayaan ekaristi bersama dengan siswa Katolik se-kecamatan Samigaluh. Doa angelus setiap pukul 12 siang juga menjadi kegiatan rutin pada setiap harinya yang secara tidak langsung ikut mempengaruhi perkembangan iman para siswa. e) Agustinus Purwo Kaharmunawan (guru wali kelas IV) Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah untuk perkembangan iman siswa adalah: doa pagi yang dilakukan sebelum kegiatan belajar-mengajar dilakukan,
(21)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
doa siang yang dilakukan sebelum pulang sekolah, doa angelus pada jam 12 siang dan doa bersama yang dilakukan setiap hari Jumat. f) Yulia Mei Kurniawati (guru wali kelas III) Ada banyak kegiatan yang diperuntukkan untuk mendukung perkembangan iman anak di SD PL ini, di antaranya: Doa bersama setiap seminggu sekali: doa bersama ini dilakukan setiap hari Jumat secara bersama-sama dan terbagi dalam dua kelompok, kelas 1, 2 menjadi satu kelompok kemudian kelas 3, 4, 5, 6 menjadi satu kelompok. Doa bersama ini dipimpin oleh anak-anak secara bergiliran, model doa yang dilakukan juga tergantung anak yang bertugas. Refleksi harian: dilakukan di akhir pelajaran. Refleksi menyangkut segala kegiatan dan pengalaman yang telah dilalui hari tersebut. Refleksi ini dilakukan oleh seluruh anak mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 6. Doa pagi setiap hari: dilakukan setiap pagi hari sebelum opera dan pelajaran dimulai. Doa pagi ini dilakukan oleh seluruh warga sekolah baik siswa kelas 16, para guru, pendamping kebun dan karyawan SD PL Kalirejo. Doa siang setiap hari: dilakukan setiap hari setelah selesai refleksi harian dan seluruh proses pembelajaran. Terdapat rumusan doa yang selalu didoakan, yakni: “Tuhan syukur atas segala pemahaman dan pengalaman yang baru saja kami peroleh baik yang menyenangkan maupun yang kurang menyenangkan. Semua berharga bagi hidup kami. Tuhan berkatilah bapak ibu guru kami. Bunda Maria doakanlah kami. Amin.” Doa angelus: doa ini dilakukan setiap hari pada pukul 12.00 WIB. Doa ini dilakukan oleh anak-anak kelas 3-6, karena kelas 1 dan 2 sudah pulang sebelum pukul 12.00 WIB. Saat pukul 12.00WIB secara otomatis pasti ada anak yang mengingatkan untuk doa Angelus terlebih dahulu, kebiasaan itu juga terjadi walau di dalam kelas sedang tidak ada guru yang mengajar. g) A. Srilestari (kepala sekolah dan guru wali kelas I) Di SD PL Kalirejo ini ada berbagai kegiatan yang dilakukan demi perkembangan iman siswa, di antaranya: Doa pagi: kegiatan ini dilakukan di setiap pagi hari sebelum melakukan opera dan kegiatan belajar mengajar. Doa pagi ini dilakukan secara bersama di lapangan sekolah. Doa mingguan: doa ini dilakukan pada hari Jumat dan terbagi ke dalam dua kelompok. Anak-anak kelas 1 dan 2 menjadi satu kelompok dan anak kelas 3 sampai 6 menjadi satu kelompok. Jiarah bersama: kegiatan ini dilakukan mulai dari siswa kelas 4 sampai kelas 6 dan para guru. Tempat pejiarah yang biasa dituju adalah Gua Maria Sendang Sono. Dengan berjalan kaki mulai dari Wilayah Paroki Boro. Pendampingan kepada anak-anak kelas 6: kegiatan ini biasanya dilakukan sebelum anak-anak kelas 6 mengikuti ujian nasional dan ujian sekolah. Pendampingan ini berbentuk rekoleksi peneguhan untuk menghadapi ujian dan langkah yang akan dijalani setelah meninggalkan SD. Rekoleksi ini diisi oleh romo dan didampingi oleh guru kelas.
(22)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Menonton film bersama: kegiatan ini tidak rutin dilaksanakan setiap bulannya, namun melihat situasi dan event yang ada. Film yang diputarkan biasanya mengenai film-film peneguhan iman dan film rohani. h) Martina Nurcahyanti (guru wali kelas VI) Kegiatan yang dilakukan di SD PL Kalirejo yang diperuntukkan demi perkembangan iman anak adalah: Doa sebelum opera: sebelum melakukan kegiatan opera, anak-anak dan para guru serta karyawan biasanya berdoa terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar anak menyadari bahwa dalam bekerja harus meminta berkat dari Tuhan. Doa pagi: dilakukan sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan. Rumusan doa yang didoakan adalah berkat untuk bumi, air dan udara. Doa siang: dilakukan sebelum anak-anak pulang sekolah. Rumusan doa yang biasanyua digunakan adalah rasa syukur atas semua proses yang telah dilalui dalam satu hari tersebut. Doa angelus: dilakukan setiap pukul 12.00 WIB. Doa dipimpin oleh anak-anak secara sukarela. Doa bersama: dilakukan setiap hari Jumat. Kelompok doa dibagi menjadi dua kelas, kelas kecil dan besar. Pemimpin doa dalam kelompok besar adalah siswa sendiri yang dijadwalkan secara bergiliran. Bentuk doa yang dipilih juga sesuai keinginan para siswa dan juga menyesuaikan pada bulan-bulan khusus, misalnya pada bulan Mei, anak-anak berdoa rosario. 10. Hal apa yang dapat dijadikan tolok ukur perkembangan iman anak? a) Yustinus Haryanto (guru kelas V) Hal yang dapat dijadikan tolok ukur perkembangan iman anak dapat dilihat dari tindakan spontan yang dilakukan anak, misalnya saja pada saat pukul 12 siang, walaupun sedang tidak ada guru yang berada di kelas namun dengan spontan salah satu anak akan dengan spontan memimpin doa angelus. Contoh lainnya ketika dengan spontan anak merelakan diri untuk ikut mempersiapkan segala persiapan untuk doa bersama di setiap bulannya. b) F. Sunardi (pembina kebun) Menurut saya yang dijadikan tolok ukur dari perkembangan siswa dapat dilihat dari perilaku dan kesadaran dari dalam hati. Misalnya saja, dapat dilihat dari hal kecil bahwa iman anak dapat dikatakan berkembang saat anak dengan kesadarannya mengingatkan teman-teman dan pembina supaya mendoakan tanaman saat kegiatan berkebun dilaksanakan. c) Ignatius Eko Prasetyo (pembina kebun) Menurut saya tidak ada yang dapat dijadikan sebagai tolok ukur perkembangan iman seseorang, karena iman berkembang secara terus-menerus, sehingga tidak dapat menilai apakah iman seorang anak tersebut sudah matang atau belum. d) Yofita Prima Briske (guru wali kelas II) Tolok ukur perkembangan iman anak menurut saya adalah: perilaku seorang anak dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat rajin atau tidaknya seorang anak dalam mengikuti kegiatan rohani seperti: mengikuti misa, doa pribadi, doa lingkungan, latihan koor, dll juga bisa dijadikan tolok ukur perkembangan iman seorang siswa. (23)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e) Agustinus Purwo Kaharmunawan (guru wali kelas IV) Hal yang dapat dijadikan tolok ukur perkembangan iman siswa adalah perilaku anak tersebut, selain itu niat anak dan seberapa tantangan yang dapat dihadapi oleh anak tersebut menurut saya dapat dijadikan sebagai tolok ukur. Misalnya saja, seorang anak mendapat HP baru dan di dalam HP tersebut banyak sekali game-game menarik yang ingin sekali ia mainkan, namun pada saat yang bersamaan ia harus pergi ke kegiatan doa lingkungan, melalui bagaimana anak tersebut menghadapi tantangan dan mengambil keputusan untuk ikut atau tidak, dari sana dapat dijadikan ukuran apakah iman anak tersebut sudah matang atau belum. f) Yulia Mei Kurniawati (guru wali kelas III) Menurut saya yang dapat dijadikan tolok ukur perkembangan iman anak adalah perilaku dari anak itu sendiri. Bagaimana anak tersebut mampu dan mau bersyukur atas apa yang dialami dan diterima oleh mereka. Sikap dan perilaku anak-anak saat berdoa dan mengikuti misa di Gereja juga dapat dijadikan tolok ukur perkembangan iman mereka. g) A. Srilestari (kepala sekolah dan guru wali kelas I) Tolok ukur perkembangan iman siswa menurut pandangan saya dapat dilihat dari perilaku seorang anak tersebut karena iman harus selalu diwujudnyatakan dalam perilaku seseorang dan harus selalu diupayakan. h) Martina Nurcahyanti (guru wali kelas VI) Menurut saya hal yang dapat menjadi tolok ukur perkembangan iman siswa adalah bagaimana siswa dapat menghafalkan doa. Menghafalkan di sini bukan berarti hanya hafal mengucapkan kata-kata dalam setiap doa, namun yang dilihat adalah bagaimana cara serta sikap siswa saat berdoa. Hal lain yang dapat dijadikan tolok ukurnya adalah apakah seorang anak rajin mengikuti ekaristi dan kegiatan-kegiatan rohani lainnya dan seberapa tingkat keseriusan anak tersebut dalam mengikuti perayaan ekaristi. Tolok ukur perkembangan iman siswa juga dapat diukur dari pemilihan bahasa yang diucapkan dalam kesehariannya. 11. Apa saja faktor pendorong dan faktor penghambat perkembangan iman anak? a) Yustinus Haryanto (guru kelas V) Faktor pendorong perkembangan iman anak adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah, dorongan dan teladan dari kedua orang tua juga dapat menjadi faktor pendorong perkembangan iman anak. Faktor penghambat perkembangan iman anak antara lain pergaulan dan perkembangan teknologi seperti game yang sedang marak saat ini. Orang tua yang kurang memperhatikan dan terlalu sibuk dengan urusan mereka sendiri juga dapat menjadi penghambat perkembangan iman anak. b) F. Sunardi (pembina kebun) Menurut saya yang dapat menjadi faktor pendorong perkembangan iman anak yaitu dorongan dari bapak-ibu guru di sekolah. Dorongan tersebut dapat berupa tugas berbagai kegiatan yang dilakukan. c) Ignatius Eko Prasetyo (pembina kebun) Faktor penghambat perkembangan iman anak adalah kemauan pribadi dari anak yang kadang merasa malas untuk berdoa dan mengikuti kegiatan kerohanian (24)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dapat menjadi salah satu faktor penghambat perkembangan iman anak. Selain itu, perkembangan teknologi dapat menjadi penghambat perkembangan iman anak. Adanya perkembangan teknologi yang semakin pesat menjadikan anak kadang merasa lebih asyik untuk menonton acara TV favorit mereka dan asyik bermain game daripada mengikuti kegiatan di lingkungan. Faktor pendorong perkembangan iman anak di antaranya: berbagai kegiatan yang dilakukan di sekolah, kunjungan dari romo dan frater, keluarga yang mendukung perkembangan iman anak dan perkembangan ternologi. Walaupun perkembangan teknologi tadi merupakan faktor penghambat, namun menurut saya adanya perkembangan teknologi juga bias menjadi faktor pendorong perkembangan iman anak. Misalnya saja, dengan adanya perkembangan doa elektronik, maka anak-anak menjadi lebih tertarik untuk berdoa karena melalui HP, mereka dapat memperoleh berbagai macam doa. d) Yofita Prima Briske (guru wali kelas II) Faktor penghambat perkembangan iman siswa adalah kemajuan teknologi, misalnya saja dengan adanya perkembangan game yang semakin menarik dan berbagai aplikasi yang semakin canggih, anak menjadi lebih memilih bermain game daripada berdoa dan mengikuti berbagai kegiatan rohani di Gereja. Dukungan orang tua yang kurang kuat juga menjadi salah satu penghambat perkembangan iman anak. Faktor pendorong perkembangan iman siswa adalah: dorongan dari pihak sekolah, dorongan ini dapat berupa berbagai kegiatan yang dilakukan di sekolah, misalnya saja: doa pagi, doa angelus, misa pelajar, doa bersama dan berbagai kegiatan lain yang dapat menunjang perkembangan iman siswa. Selain pihak sekolah, dukungan dari keluarga juga menjadi faktor pendorong perkembangan iman anak. Keluarga yang mendukung dan selalu memberi contoh serta membiasakan anak untuk mengikuti berbagai kegiatan kerohanian dapat memperkembangkan iman anak di keluarga tersebut. e) Agustinus Purwo Kaharmunawan (guru wali kelas IV) Faktor penghambat perkembangan iman anak adalah: perkembangan teknologi, perhatian orang tua yang kurang terhadap anak dan pergaulan dengan teman yang kurang baik. Sedangkan untuk faktor pendorong perkembangan iman anak adalah berbagai kegiatan di sekolah seperti membuat rosario bersama, berdoa bersama, dan berbagai kegiatan lainnya. Teladan dan perhatian dari orang tua juga menjadi faktor pendorong perkembangan iman seorang anak, misalnya saja orang tua yang rajin mengikuti latihan koor dan doa lingkungan maka biasanya anak-anaknya juga rajin mengikuti latihan koor dan doa lingkungan. f) Yulia Mei Kurniawati (guru wali kelas III) Faktor penghambat perkembangan iman anak dapat diakibatkan dari adanya kemajuan IPTEK, misalnya saja dengan banyaknya siaran televisi yang semakin menarik, berkembangnya berbagai game di HP maupun komputer yang semakin canggih membuat anak-anak malas berdoa dan pergi ke Gereja, mereka lebih memilih menonton acara televisi kesukaan mereka dan menggunakan banyak waktu untuk bermain game daripada menyisihkan waktu untuk berdoa. Selain faktor penghambat tentunya terdapat faktor pendorong, menurut saya faktor pendorong perkembangan iman anak adalah pihak keluarga. keluarga yang (25)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
senantiasa mendukung dan memberikan conyoh yang nyata kepada anak-anak pastilah akan mendorong perkembangan anak tersebut. Faktor lain yang dapat menjadi pendorong adalah pemberian tugas yang diberikan oleh guru kepada anak, misalnya saja guru menugaskan siswa untuk mengikuti misa setiap Minggunya dan menjadi petugas misdinar dalam perayaan ekaristi, walaupun pada awalnya anak-anak melakukan hal tersebut sebagai sebuah kewajiban mengerjakan tugas dan kadang dilakukan dengan terpaksa, namun seiringnya waktu tugas itu berkembang menjadi pembiasaan dan diharapkan akan sampai pada kesadaran anak sehingga dapat berpengaruh pada perkembangan iman mereka. g) A. Srilestari (kepala sekolah dan guru wali kelas I) Fator penghambat perkembangan iman anak dapat muncul dari keluarga, misalnya saja karena tidak ada dukungan dari pihak keluarga, misalnya karena terlalu sibuknya kedua orang tua dan kurang perhatiannya kepada anak, menyebabkan anak tidak dibiasakan untuk rajin berdoa mengikuti kegiatan rohani dan hal penunjang perkembangan iman anak lainnya. Perkembangan IPTEK juga menjadi salah satu faktor penghambat perkembangan iman anak yang sangat dapat dirasakan saat ini. Dengan berkembangnya kecanggihan HP apalagi perkembangan game yang semakin banyak menyebabkan anak-anak lebih memilih bermain game kesukaan mereka daripada menyisihkan waktu sebentar untuk berdoa. Faktor pendorong perkembangan iman anak menurut saya adalah pembiasaan yang dilakukan terhadap anak. Misalnya saja dari pihak sekolah, di mana anak dibiasakan untuk mengikuti berbagai kegiatan yang menunjang perkembangan iman anak, seperti: doa angelus setiap jam 12, doa pagi, doa sebelum dan sesudah berkebun, doa siang sebelum pulang. Doa mingguan dan berbagai kegiatan lainnya. h) Martina Nurcahyanti (guru wali kelas VI) Faktor penghambat perkembangan iman anak kebiasaan anak di dalam keluarga yang tidak dibiasakan untuk berdoa bersama. Faktor lainnya adalah adanya perkembangan teknologi yang semakin maju, misalnya saja dengan adanya HP yang semakin canggih dengan berbagai aplikasi yang menarik seperti game dan hal lainnya kadang membuat anak malas ataupun lupa meluangkan waktunya untuk berdoa. Selain dua faktor tersebut ada juga faktor lain yang menghambat perkembangan iman siswa, yaitu dari pergaulan sekitar anak, hal ini bisa dijadikan faktor penghambat karena apabila pergaulan sekitar anak tersebut adalah anak-anak yang nakal dan malas mengikuti berbagai kegiatan kerohanian, bisa mempengaruhi perkembangan iman anak itu juga. Faktor pendorong perkembangan iman anak adalah keluarga, pola asuh orang tua dalam keluarga sangat mempengaruhi perkembangan iman anak, orang tua dan pihak keluarga yang memperhatikan perkembangan iman anak akan sangat mendorong perkembangan iman anak tersebut. Selain pihak keluarga, sekolah juga dapat menjadi faktor pendorong perkembangan anak. Khususnya di SD PL Kalirejo ini, sekolah menyediakan sarana yang memungkinkan anak untuk memperkembangkan imannya. Salah satu dari sarana yang diberikan sekolah
(26)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
adalah kegiatan doa yang ada di setiap harinya, dapat membiasakan anak untuk rajin berdoa. 12. Apakah pendidikan berwawasan lingkungan mempunyai dampak untuk perkembangan iman para siswa? a) Yustinus Haryanto (guru kelas V) Pendidikan berwawasan lingkungan sangat berdampak bagi perkembangan iman anak. Lewat berbagai kegiatan dalam pendidikan tersebut anak menjadi lebih peka dengan berbagai karunia Tuhan akan lingkungan sekitar mereka. b) F. Sunardi (pembina kebun) Pendidikan anak menurut saya ada dampak bagi perkembangan iman siswa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perilaku anak-anak yang semakin sadar akan adanya Tuhan dalam hidup sehari-hari, misalnya saja: anak-anak sering menyadari bahwa walau mereka sedang tidak merawat tanaman di kebun, namun Tuhan tetap menumbuhkan tanaman mereka. Dengan adanya salah satu bentuk kegiatan berwawasan lingkungan yaitu berkebun, anak-anak belajar untuk selalu mendoakan tanaman mereka, hal itu dilakukan baik sebelum kegiatan berkebun dimulai ataupun setelah kegiatan berkebun selesai. c) Ignatius Eko Prasetyo (pembina kebun) Bagi saya, adanya pendidikan berwawasan lingkungan mempunyai dampak bagi perkembangan iman anak. Anak menjadi lebih menghargai orang lain, karena di dalam berbagai kegiatan berwawasan lingkungan di SD ini, anak tidak hanya diajari pertanian saja, tetapi mengenai senyum, sapa, salam dan santun. Sebelum dan sesudah kegiatan berkebun, anak selalu dibiasakan untuk berdoa, sehingga segi keimanan mereka dapat berkembang. d) Yofita Prima Briske (guru wali kelas II) Menurut saya pendidikan berwawasan lingkungan memiliki dampak bagi perkembangan iman siswa. Adanya kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan menyebabkan anak lebih peka dan menyadari betapa indah segala hal yang diciptakan oleh Tuhan. e) Agustinus Purwo Kaharmunawan (guru wali kelas IV) Berbagai kegiatan yang berwawasan lingkungan di sini tentunya berdampak bagi perkembangan iman anak. Misalnya saja dari hal yang kecil, saat anak menemukan hewan yang mati di kebun, anak pasti akan bertanya apakah hewan tersebut sudah masuk surga atau belum, kemudian mereka bersama-sama akan menguburkan di tempat yang sudah disediakan dan mendoakan hewan tersebut secara bersama-sama. f) Yulia Mei Kurniawati (guru wali kelas III) Menurut pengalaman saya selama mengajar di SD PL ini, dapat dikatakan bahwa pendidikan berwawasan lingkungan mempunyai dampak kepada perkembangan iman para siswa. Anak-anak menjadi mau mencintai lingkungan dan mau ikut terlibat dalam menjaga lingkungan sekitar. Dengan mencintai lingkungan tersebut, anak-anak menjadi mau mensyukuri atas lingkungan yang telah diciptakan oleh Tuhan.
(27)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
g) A. Srilestari (kepala sekolah dan guru wali kelas I) Menurut saya adanya pendidikan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo memiliki dampak kepada perkembangan iman siswa. Melalui berbagai kegiatan yang dilakukan di SD ini, anak-anak menjadi lebih mencintai dengan lingkungan sekitar, mereka juga menjadi lebih peka dengan keadaan sekitar. Misalnya saja, saat anak-anak menemukan hewan mati seperti tikus, belalang, burung, dll mereka lantas tidak membuangnya seperti kebanyakan anak lainnya, namun siswa di SD ini menguburkan hewan tersebut di tempat yang memang sudah dibuatkan oleh pihak sekolah. Tidak hanya berhenti pada proses penguburan saja, namun anak sampai kepada tindakan mendoakan secara bersama-sama arwah dari hewan tersebut agar masuk ke surga. Contoh lainnya adalah saat kegiatan berkebun dilaksanakan, karena sesuai kebiasaan yang ada bahwa sebelum dan sesudah kegiatan berkebun anak-anak diajak untuk berdoa, maka suatu ketika saat pendamping lupa untuk mengajak anak-anak berdoa, maka beberapa orang anak mengingatkan untuk mendoakan tanaman yang baru mereka tanam tersebut. Menurut saya kejadian-kejadian kecil seperti tadi menjadi tanda bahwa dengan adanya kegiatan berwawasan lingkungan ternyata memberikan dampak bagi perkembangan iman anak di SD PL Kalirejo ini. h) Martina Nurcahyanti (guru wali kelas VI) Menurut saya pendidikan berwawasan lingkungan mempunyai dampak untuk perkembangan iman siswa. Adanya pendidikan berwawasan lingkungan menjadikan anak lebih peka terhadap alam dan orang lain. Menurut saya iman tidak selalu dinyatakan dengan hubungan baik secara langsung dengan Tuhan, namun juga dapat dinyatakan dalam perbuatan terhadap orang lain. Melalui pendidikan berwawasan lingkungan ini anak-anak menjadi lebih peka dan peduli dengan orang lain. Misalnya saja dengan adanya kegiatan pendidikan berwawasan lingkungan yakni berkebun, anak menjadi lebih peka dengan teman mereka. Saat teman merasa kesulitan dalam melakukan suatu hal, pasti teman-teman yang lain akan dengan senang hati membantu. Adanya pendidikan berwawasan lingkungan juga menjadikan anak lebih bersyukur kepada Tuhan. Anak-anak mensyukuri atas penciptaan yang dilakukan Allah, mereka bersyukur karena tanaman-tanaman mereka dapat terus tumbuh dengan subur dan terus terawat walaupun mereka tidak selalu berada di kebun untuk merawat tanaman tersebut. 13. Apakah ada kegiatan khusus yang dilakukan di SD PL Kalirejo untuk pengembangan iman siswa dan guru? a) Yustinus Haryanto (guru kelas V) Tidak ada kegiatan khusus, karena semua kegiatan dalam rangka memperkembangkan iman yang sudah disampaikan di atas semuannya penting karena memiliki peran masing-masing. b) F. Sunardi (pembina kebun) Menurut saya kegiatan khusus yang dilakukan demi memperkembangkan iman siswa adalah doa bersama, karena di dalam kegiatan tersebut, anak diberikan tugas dan tanggung jawab dalam segala persiapan untuk proses berjalannya komunikasi kepada Tuhan.
(28)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c) Ignatius Eko Prasetyo (pembina kebun) Menurut saya semua kegiatan tidak ada yang khusus, karena memang semua kegiatan kerohanian tadi dilakukan agar iman siswa dan guru menjadi lebih berkembang. d) Yofita Prima Briske (guru wali kelas II) Menurut saya seluruh kegiatan yang disebutkan tadi merupakan kegiatan khusus yang dilakukan demi pengembangan iman siswa, karena belum tentu setiap sekolah memiliki berbagai kegiatan seperti yang dilakukan di sekolah ini. e) Agustinus Purwo Kaharmunawan (guru wali kelas IV) Kegiatan khusus yang dilakukan di SD PL Kalirejo untuk pengembangan iman siswa dan guru adalah jiarah ke Gua Maria Sendang Sono dengan berjalan kaki dari daerah paroki Boro, namun berbagai kegiatan yang disebutkan di atas juga menurut saya khusus, karena memang khusus terus dikembangkan demi perkembangan iman siswa yang semakin matang. f) Yulia Mei Kurniawati (guru wali kelas III) Menurut saya, seluruh kegiatan yang sudah disebutkan tadi adalah kegiatan khusus demi perkembangan iman anak dan para guru di SD PL Kalirejo. Para guru di SD PL Kalirejo memang tidak ada acara rutin melakukan rekoleksi yang dikhususkan bagi para guru, namun aktivitas keseharian yang dilakukan oleh para guru sering disharing saat kami berkumpul di ruang guru. Sharing tersebut tidak hanya berhenti pada penyampaian pengalaman yang telah dialami, namun sampai kepada refleksi dan pembicaraan langkah apa yang akan dilakukan menanggapi permasalahan tersebut. Melihat hal tersebut, saya menganggap bahwa sharing keseharian saya dengan guru yang lain merupakan rekoleksi dan refleksi bagi kami. g) A. Srilestari (kepala sekolah dan guru wali kelas I) Menurut saya tidak ada kegiatan yang paling khusus, yang dilakukan demi pengembangan iman siswa dan guru di SD PL Kalirejo, karena bagi saya seluruh kegiatan demi perkembangan iman yang sudah saya sebutkan tadi semuanya adalah kegiatan khusus demi perkembangan iman kami. h) Martina Nurcahyanti (guru wali kelas VI) Seluruh kegiatan yang disebutkan tadi menurut saya semuanya dikhususkan untuk pengembangan iman siswa dan guru di SD PL Kalirejo.
(29)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5: Latar Belakang, Visi, Misi dan Tujuan Sekolah LATAR BELAKANG, VISI, MISI DAN TUJUAN SEKOLAH A. Latar Belakang Perubahan paradigma penyelenggaraan pendidikan dari sentralisasi ke desentralisasi dan pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi yang diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mendorong terjadinya perubahan dan pembaharuan pada beberapa aspek pendidikan, termasuk kurikulum. Dalam kaitan ini, kurikulum sekolah dasar pun menjadi perhatian dan pemikiran baru, sehingga mengalami perubahan-perubahan kebijakan. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional pasal 36 ayat (2) ditegaskan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Atas dasar pemikiran itu, maka dikembangkanlah apa yang dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005, bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Jenjang Sekolah Dasar dan Menengah mengacu pada standar isi dan standar kompetensi lulusan serta berpedoman pada panduan dari Badan Standar Nasional Pendidikan. Kurikulum SD Pangudi Luhur Kalirejo dikembangkan sebagai perwujudan dari kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum ini disusun oleh satu tim penyusun yang terdiri atas unsur sekolah dan komite sekolah di bawah koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo, serta dengan bimbingan nara sumber ahli pendidikan dan pembelajaran yang berpengalaman. Kondisi geografis Samigaluh yang secara umum adalah lingkungan pertanian, etika hidup yang baik sebagai orang Jawa, banyaknya teknologi modern yang sudah masuk, dan juga semakin banyaknya perilaku social yang negative di masyarakat memberi inspirasi bagi kami dalam mengintegrasikan pendidikan formal ke pendidikan kecakapan hidup, pendidikan berbasis lokal serta global, serta semaksimal mungkin membantu pengembangan diri anak menjadi pribadi yang humanis.Sekolah Dasar Pangudi Luhur Kalirejo adalah sebuah lembaga pendidikan dasar swasta, berada di wilayah UPTD PAUD dan DIKDAS Kecamatan Samigaluh Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo. Kurikulum yang disusun untuk tahun pelajaran 2015/2016 ini merupakan kelanjutan dan pengembangan kurikulum tahun sebelumnya. Dalam penyusunannya diupayakan mempertimbangkan situasi dan kondisi setempat, yakni di daerah pedesaan dan merupakan daerah pegunungan dengan latar belakang sebagian besar masyarakatnya adalah petani ladang. Dengan demikian kurikulum yang dirancang
(30)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ini tidak meninggalkan akar tempat tinggal peserta didik sehingga akan mendukung ketercapaian visi, misi dan tujuan sekolah. Kurikulum tahun pelajaran 2015/2016 ini disusun sedemikian rupa sehingga diharapkan dapat menjadi jabaran dari visi sekolah. Sehingga dalam kurikulum ini selain dikembangkan sisi intelektual juga dikembangkan kegiatankegiatan yang menyentuh sisi afektif. Sisi intelektual dikembangkan melalui pendampingan akademis demi meningkatkan kecerdasan anak; sedangkan sisi afektif lebih diharapkan untuk memperkuat jiwa humanis dan kesadaran akan Tuhan (=beriman). Dalam pengembangan sisi akademik kami mengacu pada Standar Nasional Pendidikan yang memberi cakupan bahwa pada jenjang pendidikan dasar meliputi kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, mata pelajaran estetika, mata pelajaran pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan, dan kegiatan bertanya bagi anak dengan bentuk KOTAK BERTANYA. Kegiatan KOTAK BERTANYA adalah kegiatan yang mewajibkan setiap anak untuk mengajukan pertanyaan apa saja di setiap minggunya dengan satu atau lebih pertanyaan dan sekaligus mencari jawaban bersama atas pertanyaan setiap anak. Pengembangan sisi humanis ditempuh melalui pertama, mengolah rasa dan hati dengan belajar mengenal alam dengan pendampingan pertanian organik dan interaksi dengan alam sekitar; kedua, pengenalan akan organisasi dan kepemimpinan secara bertahap sesuai tingkatan kelas; ketiga, membangun suasana kekeluargaan di lingkungan sekolah sebagai sebuah keluarga kedua bagi anak; keempat, pembiasaan-pembiasaan baik di setiap harinya. Untuk membantu mengembangkan hidup rohani ditumbuhkan melalui pembiasaan berdoa harian saat sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran dan kegiatan-kegiatan lain, berdoa bersama seminggu sekali, rekoleksi setiap bulan sekali, ziarah dan kegiatan-kegiatan lain yang secara langsung dan tidak langsung membawa anak kepada kebesaran dan kemaharahiman Sang Semesta. Sebagai upaya pengembangan kurikulum tahun sebelumnya, pada kurikulum tahun 2015/2016 pengenalan akan alam dimulai dari kelas I,II,III dengan bertanam sayur dan tanaman lain dalam pot. Sedangkan pengembangan diri melalui pendampingan pertanian organik di kebun dimulai dari kelas IV,V,VI. Masing-masing kelas bertanggung jawab atas sebidang lahan sedemikian rupa sehingga dalam setiap minggunya melakukan kegiatan tanam, perawatan, panen, memasarkan dan belajar membukukannya secara sederhana. Dalam pendampingan pertanian organik baik di lahan maupun di pot bukan pertama-tama mengajarkan teknis bertani sehingga anak terampil bertani, melainkan lebih untuk membantu anak mengolah rasa dan hati melalui bergaul dengan sesama teman, tanah, udara, tanaman, binatang dan kaitannya. Soal kemudian menjadi terampil bertani adalah soal lain. Sedangkan yang dimaksud dengan pengenalan akan organisasi dan kepemimpinan secara bertahap sesuai tingkatan kelas secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut; kelas III dan IV pengenalan dimulai dengan merancang sebuah program untuk dilaksanakan bagi kepentingan mereka sendiri. (31)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kelas V mulai dilatih menangani sebuah program sederhana untuk kepentingan semua peserta didik Sekolah Dasar Pangudi Luhur Kalirejo dalam bentuk mengelola Mading Sekolah, dan kelas VI menangani sebuah program lebih luas untuk kepentingan peserta didik satu sekolah. Dalam tiap tingkatan didampingi mulai dari merancang program, membuat rencana detail, menyusun anggaran biaya, dan melaksanakannya. Untuk kelas I - III dimulai dengan pengenalan akan seni melalui kegiatan seni tari. Untuk memperkuat kemandirian, tanggung jawab, disiplin, kerja keras, peduli lingkungan, kasih sayang sesama makhluk hidup, sportivitas, dan rasa memiliki diupayakan selain dengan kegiatan-kegiatan di atas juga melalui kegiatan OPERA di setiap harinya. OPERA berasal dari bahasa Latin yang berarti bekerjalah. Setiap hari selama 15 menit anak mendapat kesempatan secara bergilir untuk bekerja piket kebun, piket dapur, piket kelas, piket lingkungan, membuang sampah, perawatan tanaman lingkungan sekolah, piket ruangan. Maka sesuai dengan kebijakan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional tentang program pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa dan nilai-nilai budi pekerti, pendidikan berbasis budaya, serta pendidikan etika berlalu lintas di sekolah-sekolah. Nilai-nilai karakter bangsa tersebut secara imperative adalah sebagai kualitas manusia Indonesia yang dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional. Peran sekolah sebagai pusat pengembangan budaya, maka dalam kurikulum ini juga dikembangkan dengan mengacu pada nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang meliputi nilai-nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab. Nilai-nilai tersebut dilaksanakan terintegrasi dalam pembelajaran dan seluruh kegiatan pendidikan sebagai budaya sekolah. Sehingga melalui kurikulum yang disusun ini peserta didik diharapkan tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga peka akan keberadaan diri, sesama dan alam sekitar, semakin mampu melayani sesama dan memiliki kesadaran yang tinggi akan Sang Pencipta, seperti terangkum dalam visi sekolah ini yakni ‘humanis dan beriman dan cerdas’. B. Visi Sekolah Humanis, beriman dan cerdas. Indikator : Tumbuh menjadi pribadi yang berbelarasa dan peka terhadap lingkungan Tumbuh menjadi pribadi yang takwa Cakap secara intelektualitas C. Misi Sekolah 1. Mengembangkan dan menumbuhkan aspek humanitas, sosialitas, religiusitas, dan intelektualitas; melalui : Pembelajaran dengan pendekatan personal. Penghormatan atas hidup sesama dan makhluk lain. Penciptaan persaudaraan sejati dan sikap kekeluargaan. (32)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pengembangan diri pribadi anak. 2. Pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa D. Tujuan Sekolah 1. Tujuan Sekolah dalam 4 (empat) tahun, antara tahun 2013 – 2016 a. Pencapaian nilai rata-rata Ujian Sekolah/Ujian Nasional Meningkatkan mutu pembelajaran dengan tolok ukur peningkatan pencapaian nilai rata-rata Ujian Daerah/Pusat (untuk 3 mata pelajaran yang diujikan secara nasional) sesuai rencana sekolah dalam 4 (empat) tahun, antara tahun 2013 – 2016 yakni sebagai berikut : 1) Tahun pelajaran 2012/2013 menjadi 20,50 2) Tahun pelajaran 2013/2014 menjadi 20,60 3) Tahun pelajaran 2014/2015 menjadi 20,70 4) Tahun pelajaran 2015/2016 menjadi 20,80 b. Pencapaian peringkat sekolah : Peringkat sekolah se UPTD Kecamatan Samigaluh sesuai rencana sekolah 4 (empat), antara tahun 2013 – 2016 yakni sebagai berikut : Tahun Pelajaran 2012/2013 peringkat 23 Tahun Pelajaran 2013/2014 peringkat 22 Tahun Pelajaran 2014/2015 peringkat 21 Tahun Pelajaran 2015/2016 peringkat 20 Peserta didik tersemangati dalam proses belajar melalui pemanfaatan kegiatan lomba akademik/olimpiade akademik yang diselenggarakan tingkat kecamatan dan kabupaten. Peserta didik semakin bersemangat dalam berolahraga dengan adanya tim olah raga beladiri, sepak bola, dan kasti. Potensi seni peserta didik menjadi lebih optimal melalui kegiatan menari dan paduan suara yang baik dan menyenangkan. Semakin berkembangnya kemampuan organisasi dan kepemimpinan peserta didik melalui kegiatan : 1) Mengelola program menginap dan kemping di sekolah untuk kelas IV. 2) Mengelola Mading Sekolah untuk kelas V. 3) Mengelola kegiatan perayaan sekolah untuk kelas VI. Semakin tumbuh dan berkembang penghayatan ajaran melalui pembiasaan kegiatan keagamaan. Semakin berkembang nilai-nilai budi pekerti peserta didik dengan cara menanamkan nilai-nilai tersebut yang disisipkan dalam mata pelajaran tertentu dan kegiatan-kegiatan pengembangan diri. Semakin berkembang rasa ingin tahu dan kritis anak melalui kegiatan KOTAK BERTANYA. Peserta didik tumbuh rasa memiliki, kemandirian, tanggung jawab, disiplin, kerja keras, peduli lingkungan, kasih sayang sesama makhluk hidup, sportivitas melalui kegiatan OPERA. Peserta didik semakin memahami norma etika berlalu lintas melalui pengembangan pengetahuan dan pembiasaan etika berlalu lintas.
(33)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 6: Artikel tentang SD Pangudi Luhur Kalirejo SD Pangudi Luhur Kalirejo: Bertahan dalam Kemandirian HIDUPKATOLIK.com - Perjalanan menuju SD Pangudi Luhur (PL) Kalirejo cukup menegangkan. Sekolah yang terletak di salah satu bukit di jajaran Perbukitan Menoreh Kulon Progo ini harus dicapai melalui jalanan yang penuh tanjakan ekstrem. Meski demikian, perjalanan terasa menyenangkan karena panorama alam yang indah berlekuk-lekuk dengan udara segar. Lokasi ini sekitar 28 km arah timur dari Purworejo menuju Banyuasin, Pasar Pleno lalu ke sekolah. Dari Yogya karta, Muntilan atau Wates perjalanan terlebih dulu ke Dekso, lalu menuju Pasar Pleno dan sekolah. Sejak 1998, SD PL Kalirejo yang berlokasi di Dusun Suren, Pagerharjo, Samigaluh, Kulon Progo, Yogyakarta ditutup pihak yayasan karena jumlah muridnya sedikit dan secara operasional mungkin tidak menguntungkan bagi yayasan. Sejak itu, Yayasan Pangudi Luhur secara manajemen lepas tangan atas sekolah ini. Yayasan bersikukuh menutup SD PL Kalirejo, tetapi ternyata umat Katolik setempat menginginkan lain. Menurut Lusius Bowo Pristianto (45), salah satu Dewan Penyantun yang kini menjabat Camat Nanggulan, berawal dari omong-omong sederhana dari kelompok kecil hingga bergulir ke kelompok besar, umat Katolik setempat sepakat ingin mempertahankan keberadaan sekolah ini dengan berbagai cara untuk menanggung biaya operasional sekolah dan honor para pengajarnya secara mandiri, lepas dari yayasan. SD ini satu-satunya sekolah Katolik yang bertahan di Kecamatan Samigaluh hingga kini karena pada saat hampir bersamaan pada 1998, Yayasan Kanisius juga menutup SD-nya di daerah ini. ”Kami akan mempertahankan SD ini sampai kami tidak mampu, sampai titik darah penghabisan,” tegas Lusius. Sejak awal, umat Stasi Lusia Kalirejo yang berjumlah 167 KK, secara sukarela menyumbang uang untuk keberlangsungan sekolah tersebut. Seperti kolekte, umat menyumbangkan dana sukarela untuk sekolah. Orang Muda Katolik setempat mengkoordinir pengambilan uang dari umat. Berbagai cara menggalang dana dilakukan oleh Orang Muda Katolik (OMK) setempat. Mereka melakukan penggalangan dana dengan pentas seni dan jaga parkir di Gereja Kotabaru Yogyakarta. Lebih istimewa lagi, orang-orang muda setempat sejak 2008 juga merintis perkebunan organik di sekitar sekolah. Kehadiran perkebunan organik ini di maksudkan untuk menyokong keberadaan sekolah. Semangat awal Tahun 1969, sekelompok orang Katolik setempat, tiga diantaranya yaitu Purwadi, Ponijan, dan Suradiyanto, menyadari pentingnya didirikan sekolah Katolik mengingat jumlah anak Katolik di tempat ini cukup banyak. Motivasi awalnya, sekolah ini bisa menjadi tempat persemaian iman. Keinginan itu lantas diwujudkan para dewan perintis.
(34)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Awalnya, mereka belum memiliki gedung sekolah. Anak-anak menempati dua rumah warga. Saat itu, sekolah dikelola secara mandiri oleh umat. Pada 1971, menurut beberapa guru di sekolah ini, sekolah mulai dikelola Yayasan Pangudi Luhur hingga 1998. Tahun 1998, Yayasan Pangudi Luhur menutup sekolah ini. Sejak itu, SD dikelola umat lagi. Umat menempatkan semangat awal para perintis untuk mengelola sekolah sejak 1998. Jumlah siswanya kini 52 anak dengan lima tenaga pengajar. Dari tahun ke tahun sejak dilepas, jumlah siswa tetap stabil. Dari 33 SD yang ada di Kecamatan Samigaluh, SD PL Kalirejo tetap memiliki status akademis yang baik. Tahun ini SD PL Kalirejo menduduki peringkat keempat secara akademis. ”Soal jumlah murid SD di banyak sekolah di gunung memang seperti ini. Jumlah murid yang sedikit juga dialami di sekolah-sekolah negeri di daerah ini,” timpal Placidus Mujimin (58), guru kelas 5. Kebanyakan murid memang berasal dari dusun-dusun sekitar yang jaraknya sekitar dua kilometre dari sekolah. Meski demikian, ada juga siswa yang jarak rumah dengan se kolah delapan kilometer. Sebanyak 98 persen mata pencarian para orangtua siswa bertani. Selain pendidikan formal, sekolah juga menawarkan beberapa kegiatan ekstra kurikuler, seperti pramuka dan karate. Sekolah ini tentu saja terbuka untuk tawaran-tawaran ekstrakurikuler dari siapapun yang secara sukarela mau membantu. Sekolah yang terletak di belakang gereja Stasi Kalirejo ini terdiri atas dua unit gedung untuk proses belajar mengajar, satu gedung perpustakaan yang sedang dibangun, dan kebun organik. Tidak jauh dari sekolah ini juga terdapat TK PL Kalirejo yang letaknya persis di atas SD. Sekolah yang berada di kemiringan bukit ini menawarkan panorama alam menawan. Sejak ditutup pihak yayasan, sekolah ini menurut penuturan Bowo, dikelola dengan manajemen Roh Kudus. Roh Kudus yang selalu menuntun, mengarahkan, dan memberi pencerahan dalam setiap tindakan. Jika sekolah ini dikelola dengan manajemen modern, menurutnya, pasti sudah ambruk. Roh Kudus menggerakkan umat setempat untuk secara swadaya mengelola. Roh Kudus menggerakkan kaum muda untuk berpartisipasi aktif. Roh Kudus yang selalu menunjukkan jalan ketika ada kesulitan datang. Roh Kudus pula yang menggerakkan hati para donatur untuk membantu. Kebun organik SD Pangudi Luhur Kalirejo secara kegerejaan masuk dalam wilayah Paroki Santa Lisieux Boro. Sekolah yang terletak di ketinggian 650 meter di atas permukaan air laut ini, menurut Yustinus Haryanto (40), guru kelas 4, memungkinkan untuk dijadikan lokasi pertanian organik. Alumnus STKIP Widya Yuana Madiun 1994 yang secara khusus pernah belajar di Pertanian Organik di ”Bina Sarana Bhakti” Cisarua, Bogor ini lantas memelopori berdirinya perkebunan organik sekolah untuk membantu biaya operasional sekolah. ”Kami ingin mandiri dengan usaha-usaha yang produktif untuk menopang keberlangsungan sekolah ini. Sejak 2008, Perkebunan Organik ”Subur Nggabur” dengan luas area yang baru 2.500 m2 didirikan untuk kepentingan sekolah dan dikelola enam orang di berbagai pos,” tuturnya. Bersama teman-temannya di kebun organik, ia optimis akan mampu berkontribusi untuk eksistensi sekolah. (35)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Menurut Koordinator Kebun Organik, Yakobus Handoko (33), hasil perkebunan berbagai jenis sayur saat ini masih belum optimal karena masih dalam proses peningkatan kesuburan tanah. Hasil dari kebun memang sudah dinikmati, tetapi soal kontribusi finansial untuk operasional sekolah masih belum banyak. ”Selain membuka lapangan pekerjaan bagi beberapa anak muda setempat, keberadaan kebun organik ini dirasakan bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Masyarakat bisa membeli berbagai sayuran dan palawija di kebun kami dengan harga lebih murah dibandingkan dengan harga di pasar. Tentu saja mereka kian disadarkan bahwa ternyata tanah di lereng-lereng Perbukitan Menoreh ini potensial untuk berbagai jenis sayuran,” tegasnya. Area perkebunan organik yang berdekatan dengan gedung sekolah, menurutnya, menjadi efektif untuk kegiatan para siswa. Untuk menunjang pelaksanaan visi sekolah yang mencerdaskan, humanis, dan beriman, pilar humanis diwujudkan dengan pembentukan karakter dengan olah rasa, yaitu berkebun. Di sekolah ini ada istilah ‘hari berkebun untuk anak-anak’. Pada hari berkebun, anak-anak membantu para pekerja di kebun organik. Ada yang menyirami, menyiangi, dan ada pula yang membantu di pembibitan dan pemanenan. Oleh: Johannes Sutanto de Britto http://m.hidupkatolik.com/index.php/2012/10/02/sd-pangudi-luhur-kalirejobertahan-dalam-kemandirian
(36)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 7: Foto Hasil Penelitian
Kegiatan Berkebun
Penguburan Hewan yang Mati
Pembuatan Pupuk Alami
Jurnalistik Tentang Lingkungan
Sawah
Kegiatan Opera
(37)