PERENCANAAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH Endang Widuri Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Jl. MT. Haryono 163 Malang e-mail:
[email protected] Abstract: Planning Supervision Operation of Governance Regional. The purpose of this study are to describe and analyze: how is the process of preparing the annual auditing work program (PKPT) in the Jepara Inspectorate and how does coordination with other auditor agencies in planning auditing. The research method uses a qualitative descriptive approach. The results of this study shows: (1) Annual auditing work program (PKPT) has been planned through two different stages, namely through Permendagri No. 13 of 2006 in the form of the budget document (DPA) PKPT and through Permendagri no 23 of 2007 in the form of documents PKPT. The planning process has not been considered by audit target priority, available time allocation and limited resources, so the implementation can not refer to the work program. (2) Coordination of planning auditing has beeb done with Provincial Inspectorate only, so it is possible overlapping of auditing happened. . Key words: annual program, auditing, coordination, inspectorate Abstrak: Perencanaan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Tujuan penelitian ini mendiskripsikan dan menganalisis: 1) Bagaimana proses penyusunan program kerja pengawasan tahunan (PKPT) di Inspektorat Kabupaten Jepara dan bagaimana koordinasi yang dilakukannya dengan lembaga pengawasan lain dalam perencanaan pengawasan. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskritif. Hasil penelitian ini adalah: (1) Penyusunan program perencanaan pengawasan tahunan melalui dua tahapan yang berbeda yaitu melalui permendagri No 13 tahun 2006 berupa Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) PKPT dan melalui Permendagri No 23 tahun 2007 berupa Dokumen PKPT. Penyusunan PKPT ini belum memperhatikan faktor seperti prioritas sasaran pengawasan, sumber daya yang ada dan waktu yang tersedia. (2). Koordinasi dengan lembaga pengawas lain untuk perencanaan pengawasan, hanya dilakukan dengan Inspektorat Provinsi, sehingga dimungkinkan masih adanya tumpang tindih pengawasan.. Kata Kunci: PKPT, pengawasan, koordinasi, inspektorat.
pemerintahan
PENDAHULUAN Dalam
proses
pelaksanaan
urusan
daerah
serangkaian
dilakukan
pemeriksaan
melalui terhadap
penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan
pelaksanaan tugas dan fungsi Satuan Kerja
UU no 32 tahun 2004, fungsi pengawasan
Perangkat Daerah (SKPD)
menjadi salah satu hal yang penting terutama
Sebagaimana
disebutkan
dalam
untuk memastikan bahwa tugas dan fungsi
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007
SKPD telah dilaksanakan secara efisien dan
tentang Organisasi Perangkat Daerah pasal 1
efektif. Proses pengawasan penyelenggaraan
ayat 11 bahwa “Unsur pengawasan daerah 608
609 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik, Volume 14, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 608-620
adalah
badan
pengawas
yang
Persoalan pengawasan seperti di atas
selanjutnya disebut Inspektorat Provinsi,
secara umum juga dialami oleh Inspektorat
Inspektorat
Inspektorat
Kabupaten Jepara. Banyaknya Satuan Kerja
Kota.” Salah satu tugasnya, Inspektorat
Perangkat Daerah di Kabupaten Jepara yaitu
melaksanakan
12 Lembaga Teknis Daerah, 14 Dinas
Kabupaten
daerah
dan
fungsi
diantaranya
perencanaan program pengawasan (Pasal 12
Daerah, 1 Sekretariat DPRD,
ayat (3)).
Sekretariat
Daerah,16
8 Bagian
Kecamatan,
21
Meski telah ada lembaga pengawas
Puskesmas, 46 SLTPN, 10 SMAN, 1 SKB, 9
penyelenggaraan pemerintahan dan telah
SMKN serta 194 desa/Kelurahan yang
diupayakan pelaksanaan pengawasan, masih
merupakan obyek pemeriksaan potensial
banyak kasus pelanggaran yang terjadi yang
sementara jumlah tenaga pemeriksa hanya 26
sebagian
orang,
diakibatkan
oleh
lemahnya
membuat
pengawasan internal baik di daerah maupun
merencanakan
pada
pengawasan
kementerian
sebagaimana
yang
Inspektorat
sebuah secara
harus
perencanaan
seksama
dengan
dilaporkan oleh Harian Kompas, 19 Mei
memperhatikan keterbatasan sumber daya
2012.
manusia yang dimilikinya.
Luasnya
area
yang
perlu
diawasi
merupakan masalah yang sangat serius yang perlu dipikirkan oleh lembaga pengawasan,
TINJAUAN PUSTAKA Pengawasan Pengawasan menurut Sujamto (1994, h.
karena membuat lembaga pengawas tidak dapat
mengawasi
secara
optimal
dan
menyeluruh. Sehingga diperlukan pembagian tugas, penyusunan prioritas dan koordinasi dalam perencanaan pengawasan baik antar lembaga pengawas maupun dalam organisasi pengawas itu sendiri. Sebagaimana disinyalir masih saja terjadi kerancuan dan tumpang tindih pengawasan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
pengawas
yang
ada
sebagaimana yang diungkap oleh Yani (1998) dan juga Hamidi dan Lutfi (2011).
53) adalah : segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas atau pekerjaan,
apakah
sesuai
dengan
yang
semestinya atau tidak. Padanan pengawasan adalah
pengendalian yang pengertiannya
lebih forceful atau
yaitu sebagai: segala usaha
kegiatan
untuk
menjamin
dan
mengarahkan agar pelaksanaan tugas atau pekerjaan berjalan sesuai dengan semestinya. Pengawasan pemerintah
atas
daerah
penyelenggaraan
menurut
Peraturan
Menteri Dalam Negeri nomor 23 tahun 2007
Endang Widuri, Perencanaan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 610
tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan atas
akuntabilitas; (3) dapat menimbulkan suasana
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah adalah
saling percaya dalam dan diluar lingkungan
proses
operasi organisasi. (4) dapat meningkatkan
kegiatan
yang
ditujukan
untuk
menjamin agar Pemerintah Daerah berjalan
akuntabilitas
secara efisien dan efektif sesuai dengan
meningkatkan kelancaran operasi organisasi
rencana dan ketentuan peraturan perundang-
dan (6) lebih jauhnya dapat mendorong
undangan.
terwujudnya good governance (Gunawan,
Dalam konteks pelaksanaan otonomi
organisasi;
(5)
dapat
dkk., 2007,h. 17)
daerah, fungsi pengawasan akan digunakan untuk
menjadikan
birokrasi
sebagai
penyelenggara layanan publik yang efisien, efektif, berorientasi pada pencapaian visi dan misi yang ditetapkan. Dengan dilakukannya suatu pengawasan akan diperoleh masukan bagi
pengambil
keputusan
untuk
(1)
menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan, pemborosan, penyelewengan, hambatan dan ketidakadilan. (2) mencegah terulangnya
kembali
kesalahan,
penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, hambatan, dan ketidakadilan tersebut; dan (3) mendapatkan cara-cara yang lebih baik atau membina yang telah baik untuk mencapai tujuan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi organisasi dan pencapaian visi dan misi organisasi. Suatu pengawasan akan bermakna dan bilamana dapat memainkan perannya dengan baik. Indikatornya (1) pihak yang diawasi merasa terbantu, sehingga dapat mencapai visi dan misinya secara efektif dan efisien; (2) dapat keterbukaan,
menciptakan suasana
kejujuran,
partisipasi
dan
Perencanaan Pengawasan Perencanaan
berasal
dari
kata
rencana, yang berarti rancangan atau rangka sesuatu yang akan dikerjakan. Perencanaan diperlukan suatu organisasi sebagai bagian untuk memilih alternatif tindakan-tindakan dengan memperhatikan keterbatasan sumber daya yang ada dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang diharapkan melalui tindakantindakan untuk masa depan. Perencanaan pengawasan tahunan suatu lembaga audit merupakan program kegiatan jangka pendek (tahunan) sebagai
bagian
integral dari program kerja jangka menengah dan jangka panjang pengawasan. Menurut Syamsudin (2007, h. 20-25) menyatakan penyusunan
rencana
kerja
pengawasan
tahunan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti: prioritas sasaran pengawasan, sumber daya yang tersedia, jadwal waktu yang ada. Pencapaian sasaran pengawasan yang telah ditetapkan memiliki potensi tidak dapat tercapai, disebabkan oleh berbagai hambatan yang dikenal dengan istilah risiko, sehingga
611 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik, Volume 14, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 608-620
perencanaan
pengawasan
dewasa
ini
-
menggunakan pendekatan risiko yang disebut dengan perencanaan audit berbasis risiko. Perencanaan pengawasan berbasis risiko dilaksanakan
dengan
tahapan
sistematis
Memilik pengaruh yang cukup berarti (signifikan) terhadap daerah dan
-
pertimbangan biaya dan manfaat audit Pemilihan
mitra
mempertimbangkan
audit
sumber
harus
daya
yang
sebagai berikut:
dimiliki agar hasil pengawasan dapat dicapai
-
pengidentifikasian audit universe
secara efisien. Penilaian dilakukan dengan
-
pemilihan auditable unit
menentukan
-
Penyusunan Program Kerja Pengawasan
berdasarkan pendekatan risiko, yaitu masing-
Tahunan
masing audit universe dinilai dari risiko (apa
1. Pengidentifikasian audit universe
yang
Audit universe (mitra audit yang berpotensi
untuk
diaudit)
didefinisikan
sebagai sejumlah entitas atau bidang yang berpotensi
untuk
diaudit
dalam
suatu
kriteria
mungkin
yang
akan
disepakati
menimbulkan
permasalahan) yang terkandung dalam mitra audit. 3. Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT)
organisasi. Audit universe dapat berupa unit
Berdasarkan penilaian risiko tersebut,
kerja, bagian, bidang, program, kegiatan,
maka dapat ditentukan rencana pengawasan
proyek dan sebagainya.
berikut jadwal pelaksanaan audit tahunan
2. Pemilihan auditable units
termasuk sumber daya manusia auditornya.
Pemilihan
mitra
audit
(auditable
Rencana
induk
(RIP)
units) perlu dilakukan mengingat adanya
dijabarkan
keterbatasan sumber daya audit dibandingkan
Pengawas Intern Pemerintah (APIP) ke
dengan kebutuhan. Oleh karena itu, tidak
dalam Usulan Rencana Kerja Pengawasan
setiap unit yang berpotensi untuk diaudit
Tahunan yang kemudian dikoordinasikan
(audit universe) direncanakan untuk diaudit.
dengan APIP lain untuk menghindari adanya
Kriteria yang digunakan untuk menilai
tumpang tindih antar APIP
apakah entitas, bidang, bagian, program,
Program Kerja
kegiatan atau proyek tergolong berpotensi
oleh
pengawasan masing-masing
Menurut Siagian (2001
Aparat
h. 46) suatu
menjadi auditable units adalah:
rencana, bagaimanapun lengkapnya, masih
-
Peran dan kontribusi pencapaian visi,
perlu dijabarkan secara sistematik. Hasil
misi dan tujuan daerah
penjabaran itu adalah suatu program kerja yang rinci. Rinci antara lain berarti:
Endang Widuri, Perencanaan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 612
a. Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan apa, bilamana, dimana, bagaimana, siapa dan mengapa harus demikian jelasnya sehingga dapat digunakan sebagai pedoman yang pasti dalam pelaksanaan semua jenis kegiatan operasional. b. Terjadi kuantifikasi dari hasil-hasil yang diharapakan tercapai disamping kejelasan tentang mutu hasil pekerjaan sepanjang hasil tersebut dapat dikuantifikasikan. Hal ini sangat penting karena memang dalam menjalankan roda administrasi tidak semua hasil pekerjaan dapat dikuantifikasikan c. Terdapat kriteria pengukuran hasil dan prestasi kerja yang obyektif dan rasional d. Disusun sedemikian rupa sehingga tidak lagi diinterprestasikan berbeda-beda oleh para tenaga pelaksana dan persepsi yang sangat mungkin bersifat subyektif tidak lagi mewarnainya e. Terdapatnya pola pengaturan interaksi antara seorang pelaksana dengan yang lain dan antara satu satuan kerja dengan satuan kerja yang lain yang pada gilirannya mempermudah usaha mewujudkan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi yang mantap Rumusan tentang program menurut Tjokroamidjojo (1987, h. 195) a programme is taken to mean a form of organized social activity with a specific objective, limited in space and time. If often consists of an interrelated groups of projects and usually limited
to
one
or
more
organizations and activities.
on
going
Perumusan
program kerja juga menentukan prioritas kegiatan, sumber pembiayaan, lokasi-lokasi proyek-proyek
yang
hendak
direalisasi,
prosedur kerja, koordinasi, sistem pelaporan, tenaga kerja, hasil yang diharapkan, target
waktu,
prasarana
yang
diperlukan,
pengunaan, distribusi dan atau pemasaran hasil, dan sebagainya (Siagian, 1988, h. 117) METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini berbasis pada pendekatan kualitatif deskriptif dengan analisis interaktif Miles dan Hubberman. Sumber data primer dari wawancara informan yaitu Inspektur Kabupaten Jepara, Kasubag Renval serta tim pemeriksa
pada
Pembantu,
Inspektur
BAPPEDA
Wilayah
dan
Dinas
Pengelolaan Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah. Data sekunder berasal dari Perda, Perbub, Keputusan Inspektur, Surat Perintah Tugas, Laporan Hasil Pemeriksaan dan Sistem Informasi Manajemen Pengawasan, Dokumen Pelaksanaan Anggaran, Renja dan Renstra Inspektorat. PEMBAHASAN Proses
Penyusunan
Pengawasan
Program
Tahunan
Kerja
Inspektorat
Kabupaten Jepara Undang-Undang no 8 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mensyaratkan perlunya perencanaan dalam rangka pelaksanaan pembangunan untuk pencapaian tujuan negara. Dengan sistem perencanaan
ini
maka
diharapkan
perencanaan pembangunan nasional berjalan efektif, efisien dan bersasaran. Demikian juga pembangunan di daerah, dengan mengacu
613 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik, Volume 14, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 608-620
SPPN
ini,
pembangunan
juga
Jadi program yang disusun tidak
mempunyai landasan dalam merencanakan
berdasar aspirasi dari masyarakat, yang
pembangunannya.
terjaring
Dari
daerah
UU
ini
secara
dalam
Musrenbangdes
dan
operasional diatur dengan Peraturan Menteri
Musrenbangcam, tetapi merupakan program
Dalam Negeri No. 54 tahun 2010 Tentang
yang telah terstandar/baku dari pusat dan
Tata cara penyusunan, pengendalian, dan
merupakan kegiatan yang sudah dilakukan.
evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan
Meski
hanya
menggunakan
daerah, dan lebih lanjut mengacu juga pada
pendekatan topdown, bukan berarti aspirasi
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
masyarakat dalam bidang pengawasan tidak
tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan
bisa terwadahi selama satu tahun ke depan.
Daerah. Inspektorat sebagai salah satu SKPD
Aspirasi
daerah juga melakukan proses perencanaan
pengawasan sudah diwadahi melalui salah
yang sama mengacu dengan peraturan-
satu kegiatan pengawasan yaitu pemeriksaan
peraturan tersebut.
kasus/khusus.
masyarakat
untuk
bidang
Perencanaan pembangunan di daerah dimulai
dari
Musrenbangcam,
Musrenbangdes, sampai
dengan
Adapun
proses
perencanaan
pengawasan adalah sebagai berikut:
Musrenbang da/ kab. Inspektorat Kabupaten
1) Pelaksanaan Musrenbangda
Jepara sebagai salah satu lembaga teknis
2) Penyusunan
daerah,
tidak
mengikuti
proses
Musrenbangdes sampai Musrenbangcam ini. Perencanaan yang dilakukan oleh Inspektorat Kabupaten Jepara adalah perencanaan yang
Kerja
3) Penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA) 4) Menyerahkan RKA ke Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD)
sebagaimana
yang
ditelaah
bersifat
down
(Renja
SKPD)
yang
pendekatan
top
Rencana
politik
menggunakan
tahunan
kesesuaiannya
dan
untuk bersama
diungkapkan oleh staf bagian Perencanaan
dengan RKA SKPD lain dijadikan acuan
dan Evaluasi
sebagai
Kalo nama program gak bisa diubah, soale udah standare dari Permendagri. Biasane yang bisa yang kegiatan, tapi ya itu, tiwas di buat trus gak bisa dijalankan. Kan malah repot. Ya akhirnya niru kegiatan yang sudah ada dan memang ada di renstra (wawancara tanggal 5 Juli 2012)
bagian
penyusunan
Raperda
APBD 5) Setelah APBD disahkan, maka Bagian Keuangan Inspektorat menyusun DPA sesuai dengan penjabaran APBD. DPA ini merupakan dokumen resmi untuk
Endang Widuri, Perencanaan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 614
melaksanakan kegiatan selama satu tahun
perubahan terakhir melalui Peraturan Menteri
termasuk kegiatan pengawasan tahunan
Dalam Negeri nomor 51 tahun 2011 tentang
(pemeriksaan reguler).
Pedoman
Dari langkah-langkah diatas, maka jelas
Pemerintah Daerah tahun 2011. Sehingga
perencanaan kegiatan termasuk perencanaan
selain menyusun RKA untuk kemudian
pengawasan merupakan serangkaian proses
disahkan menjadi DPA termasuk diantaranya
dalam mencapai tujuan dengan berbagai
DPA tentang Program Pengawasan Tahunan,
macam keputusan. Hal ini sesuai dengan
Inspektorat juga menyusun Dokumen PKPT
dengan pendapat Conyers and Hills (1990: h.
yang mengacu pada Permendagri no 27/2009
3)
tersebut.
yang menyatakan Planning as a
continuous process which involves decicions,
Pengawasan
Penyelenggaraan
Dalam PKPT ini meliputi :
or choices, about alternatives ways of using available
resources,
with
the
aim
of
achieving particular goal at some time in the future. Dalam perencanaan kegiatan ini, ada mata rantai panjang yang menjadi bagian perencanaan
itu
sendiri.
pemanfaatan
renstra
Mulai
sampai
dari
kemudian
menjadi rencana definitif dalam bentuk DPA. Terdapat pula serangkaian keputusan yang harus diambil, seperti penyusunan Ketentuan Umum Anggaran, penentuan plafon sampai pada pengesahan Perda tentang APBD. Demikian pula terdapat alternatif penggunaan sumber daya yang tersedia, yaitu ketentuan plafon
anggaran
yang
tersedia
dan
dialokasikan untuk dapat dimanfaatkan.
a. Ruang lingkup: b. Sasaran pemeriksaan c. SKPD yang diperiksa d. Jadual pelaksanaan pemeriksaan e. Jumlah tenaga f. Anggaran pemeriksaan g. Laporan
Hasil
Pemeriksaan
yang
diterbitkan Tetapi
dari
hasil
wawancara
dan
pengamatan, maka dapat diketahui bahwa dalam
proses
penyusunan
PKPT
ini,
personel, jadwal pelaksanaan, pelaporan dan biaya/ anggaran tidak direncanakan secara detil baik oleh Inspektur Pembantu maupun Bagian Rencana dan Evaluasi. Penentuan SKPD berdasar PKPT tahun lalu, dengan
Tetapi pada proses penyusunan Program
asumsi
telah
melewati
satu
tahun
Kerja Pengawasan Tahunan tidak hanya
pemeriksaan.
mengacu pada Permendagri no 54/2010 tetapi
pemeriksaan ini untuk semua SKPD sama
juga pada Peraturan Menteri Dalam Negeri
yaitu lima hari pemeriksaan sesuai dengan
Nomor 23 tahun 2007 yang telah mengalami
Jadwal
pelaksanaan
615 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik, Volume 14, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 608-620
anggaran, dan pelaksanaannya diserahkan
2012
kepada masing-masing Irban.
856.600.000 144 obyek Meski
a. Jumlah tenaga pemeriksa dalam PKPT:
dengan
dari
hasil
wawancara
beberapa
staf
pemeriksa,
terdiri dari 5 orang yaitu : Inspektur
penurunan
Pembantu
selaku
masalah bagi pelaksanaan pengawasan
pengendali teknis), 2 orang kasi (salah
sekarang, tetapi akan menjadi masalah
satunya sebagai ketua TIM) dan 2 orang
besar di masa yang akan datang jika
staf. Tetapi penentuan nama masing-
anggaran terus mengalami penurunan,
masing personel belum dicantumkan
sementara
Wilayah
(biasanya
b. Anggaran: dalam kolom anggaran tidak dicantumkan biaya, karena perencanaan anggaran belum dapat dipastikan (masih dalam
proses
penyusunan
APBD).
anggaran
belum
menjadi
target tetap karena proses
penyusunan target obyek pemeriksaan tidak menunggu pengesahan anggaran. c. Jadwal pemeriksaan ditetapkan selama 5 hari untuk setiap obyek yang akan
Sebagai gambaran bahwa SK tentang
diperiksa.
PKPT untuk tahun 2012 ditetapkan pada
pemeriksaan
tanggal 22 Nopember 2011 sedangkan
anggaran waktu yang bisa dibayar. Tanpa
DPA disahkan pada tanggal 3 Januari
melihat besar kecil, kompleksitas obyek
2012.
yang
Hal
ini
menunjukkan
bahwa
Dasar
penetapan
hanya
diperiksa.
waktu
berdasar
Padahal
pada
berdasar
penyusunan PKPT tidak menunggu DPA
penelitian yang dilakukan oleh Andin
disahkan. Dan selama 3 tahun terakhir,
Prasita dan Priyo Hari Adi ( 2007)
anggaran kegiatan pemeriksaan regular
anggaran waktu dan kompleksitas audit
mengalami
ini akan berpengaruh pada kualitas audit.
penurunan
yang
cukup
signifikan, tetapi target obyek yang harus
Dan
diperiksa tetap sebanyak 144 obyek
pemeriksaan tidak sesuai dengan jadwal
sesuai
yang ditetapkan dalam Dokumen PKPT.
target
Renstra,
seperti
yang
tercantum dalam tabel berikut ini: Tabel 4.1 Anggaran pemeriksaan reguler Inspektorat Kabupaten Jepara Tahun Anggaran Target (Rp) pemeriksaan 2010 970.480.000 144 obyek 2011
920.000.000 144 obyek
ini
d. Laporan
mengakibatkan
Hasil
pelaksanaan
Pemeriksaan
yang
direncanakan akan diterbitkan adalah satu bulan setelah pelaksanaan pemeriksaan dilakukan. Sebagai contoh SKPD X dijadwalkan akan diperiksa pada minggu ke III bulan Januari, maka perencanaan penerbitan LHP adalah minggu ke III
Endang Widuri, Perencanaan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 616
bulan
Februari.
pertimbangan penerbitan
Seharusnya
lain
LHP
yang ini,
ada
mendasari
seperti
lama
pemeriksaan, besar kecilnya SKPD, ada tidaknya kegiatan lain yang mungkin menjadi
hambatan
maupun
ketersediaan
penerbitan
LHP
sumber
daya
sendiri
mempengaruhi
kualitas
audit,
keterlambatan,
sebagaimana data yang tertera dibawah. Tabel 4.2 Data penerbitan LHP yang mengalami keterlambatan Data Tahun Tahun 2010 2011 Jumlah LHP Jumlah terlambat
terutama SDM. Karena hal-hal tersebut akan
mengalami
144
144
LHP 21
20
tinggi tekanan anggaran waktu dan risiko
Persentase 14,6% 13,9% Keterangan: LHP dianggap terlambat apabila penerbitannya melebihi akhir Januari tahun berikutnya Sumber : Inspektorat Kab Jepara tahun 2012
audit maka penghentian prosedur audit
(Analisis Peneliti)
sebagaimana hasil penelitian Stefani Lily Indarto, (2011) menunjukkan semakin
secara premature semakin tinggi. Dari
keterangan
yang
Kondisi di atas disebabkan oleh berhasil
banyak
faktor,
terutama
karena
dalam
tidak
memperhatikan
didapatkan, jumlah obyek yang direncanakan
perencanaan
dirasakan
keterbatasan sumber daya dan alokasi waktu
terlalu
banyak,
akibatnya
pemeriksaan yang dilakukan tidak bisa secara
pemeriksaan,
menyeluruh dan dalam pelaporan selain
(2007)
mengalami
kualitas
kerja pengawasan tahunan dipengaruhi oleh
laporan tidak sebagaimana yang diharapkan,
berbagai faktor seperti: prioritas sasaran
seperti keterangan Inspektur :
pengawasan, sumber daya yang tersedia,
keterlambatan
juga
Kalau saya lihat mutu laporan hasil pengawasan masih kurang, perlu ditingkatkan. Iya, kita bisa menemukan temuan yang rekomendasinya harus mengembalikan berapa. Tapi pada akhirnya kan tujuan pengawasan itu apa? Bahwa yang diinginkan adalah meningkatkan peran dan kualitas pengawasan, dan pengawasan itu harus memberi masukan pada bupati, tentang kondisi yang terjadi di SKPD. Selain
masih
perlu
ditingkatkan
kualitasnya, Laporan Hasil Pengawasan itu
padahal menurut Syamsudin
menyatakan penyusunan rencana
jadwal waktu yang ada. Akibatnya dokumen perencanaan pengawasan tidak bisa menjadi acuan dalam pelaksanaan pengawasan. 4.2.
Koordinasi
dengan
Lembaga
Pengawas Lainnya Riyadi dan Bratakusuma (2004, h. 310)
mengungkapkan
koordinasi
dalam
pembangunan pada hakikatnya merupakan upaya
untuk
menyelaraskan
menyerasikan
dan
aktivitas-aktivitas
617 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik, Volume 14, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 608-620
pembangunan
yang
dilaksanakan
oleh
sendiri-sendiri
berbagai komponen, baik pemerintah, swasta
desentralisasi.
Tetapi
maupun masyarakat. Dalam pelaksanaannya,
kemungkinan
adanya
koordinasi
dalam
terhadap pelaksanaan pengawasan ini. Oleh
keseluruhan proses pembangunan sejak dari
karena itu, untuk mengantisipasi adanya
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan
tumpang tindih tersebut, maka dilakukan
pengawasan sampai dengan evaluasinya, dan
koordinasi perencanaan pengawasan tahunan.
hendaknya
diterapkan
hal tersebut telah dilakukan oleh Inspektorat
berdasarkan
Tetapi
dari
asas
tidak
menutup
tumpang
hasil
tindih
wawancara,
Kabupaten Jepara
koordinasi yang dilakukan oleh Inspektorat
1. Koordinasi Perencanaan
untuk
Koordinasi aparat kegiatan
intern
yang
dilakukan
upaya
hanya
dengan
pengawasan Inspektorat
tahunan Provinsi.
merupakan
Sedangkan untuk lembaga lain baik lembaga
menyelaraskan
pengawas internal maupun eksternal belum
pengawasan
dalam
oleh
perencanaan
kegiatan pengawasan mulai dari pusat sampai
dilakukan
daerah. Koordinasi dimulai dari perencanaan
pengawasan tahunan.
kegiatan pengawasan itu sendiri mulai dari
2. Koordinasi pelaksanaan pengawasan
pengawasan
di
tingkat
pusat
yang
koordinasi
Koordinasi
dalam
perencanaan
pelaksanaan
dikoordinasikan oleh Inspektur Jenderal dan
pengawasan merupakan koordinasi yang juga
ditetapkan melalui Keputusan Menteri Dalam
dilakukan oleh Inspektorat Kabupaten Jepara
Negeri. Sedangkan untuk pengawasan kota
dalam bentuk Joint Audit / Audit bersama
kabupaten dikoordinasikan oleh Inspektorat
dengan
Provinsi dan ditetapkan melalui Keputusan
Kegiatan ini memang tidak masuk dalam
Gubernur sesuai dengan Peraturan Menteri
rencana kegiatan yang dianggarkan tetapi
Dalam Negeri No 27 tahun 2010. Koordinasi
masuk
tersebut
dan
pencapaian tujuan pengawasan. Dari hasil
Bratakusumah, diperlukan karena adanya
dokumentasi dan wawancara, joint audit yang
lembaga-lembaga
ada
dilaksanakan oleh Inspektorat tidak dapat
institusi, badan, lembaga yang menjalankan
direncanakan sebelumnya dan untuk kegiatan
peran dan fungsinya masing-masing dalam
di luar PKPT.
mengacu
pada
yang
Riyadi
mempunyai
lembaga
rencana
pemeriksaan
strategis
hal ini lembaga pengawas yang ada adalah lembaga
pengawas
intern
dan
ekstern.
Masing-masing memang mempunyai tugas
3. Koordinasi Pelaporan.
dalam
lainnya.
upaya
Endang Widuri, Perencanaan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 618
Koordinasi pelaporan yang dilakukan
menyatakan bahwa praktik pengawasan yang
oleh Inspektorat Kabupaten Jepara, dalam
dijalankan oleh sesama lembaga pengawas
dua
internal hasilnya sering tumpang tindih.
bentuk,
yaitu
pemeriksaan
pelaporan
dan
pelaporan
hasil hasil
pemutakhiran data tindak lanjut. Setelah melaksanakan pemeriksaan, maka personel diharuskan
membuat
laporan
KESIMPULAN 1. Proses
penyusunan
program
kerja
pengawasan tahunan (PKPT)
hasil
Perencanaan
Program
Kerja
pemeriksaan (LHP) yang ditujukan kepada
Pengawasan Tahunan yang disusun oleh
Bupati sebagaiman tercantum dalam Pasal 16
Inspektorat merupakan hasil perencanaan
Permendagri nomor 23 tahun 2007 tentang
pengawasan
Pedoman
berbeda, yaitu tahapan perencanaan menurut
Pengawasan
Pemerintahan
Daerah
Penyelenggaraan dan
yang
melalui dua tahapan
Permendagri
Permendagri nomor 13 tahun 2006 dengan
nomor 2 tahun 2008 tentang Pedoman
disahkannya DPA (Dokumen Pelaksanaan
Pemeriksaan Reguler yang mempersyaratkan
Anggaran Pemeriksaan Reguler) dan menurut
adanya
Permendagri nomor 23 tahun 2007 dengan
penyusunan
laporan
hasil
pemeriksaan, pelaksanaan tindak lanjut oleh
disahkannya
SKPD yang bersangkutan dan pelaporan
Konsekuensinya adalah penentuan target
pemantauan pemutakhiran data tindaklanjut.
pengawasan yang ingin dicapai dalam PKPT
Laporan hasil pemeriksaan ditujukan kepada
tidak
Bupati dengan tembusan kepada Gubernur
ditetapkan dalam DPA.
Jawa
Tengah
Sedangkan
dan
Perwakilan.
pemutakhiran
oleh
anggaran
PKPT.
yang
Dalam proses penyusunan program
data
kerja pengawasan (PKPT) masih belum
tindaklanjut ditujukan juga kepada Bupati,
mempertimbangkan secara matang tentang
Inspektorat Provinsi dan BPK perwakilan.
anggaran waktu yang rasional, prioritas
Karena
untuk
BPK
dipengaruhi
Dokumen
dalam
perencanaan
sasaran pengawasan,
kompleksitas audit
pengawasan, koordinasi hanya dilakukan
maupun sumber daya yang dimiliki. Tetapi
dengan Inspektorat Provinsi, maka masih
hanya
dimungkinkan terjadinya tumpang tindih,
tahun sebelumnya. Sehingga pada akhirnya
atau pelaksanaan pengawasan yang dilakukan
PKPT ini tidak sepenuhnya dijadikan acuan
oleh dua lembaga yang berbeda pada instansi
dalam pelaksanaan pengawasan, pelaporan
pada waktu
mengalami keterlambatan dan kualitas LHP
yang sama.
Seperti yang
ditengarai oleh Hamidi dan Lutfi (2011) yang
berdasarkan
pertimbangan
belum sebagaimana yang diharapkan.
PKPT
619 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik, Volume 14, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 608-620
2. Koordinasi dengan Lembaga Pengawas Lain.
sehingga seyogyanya disusun setelah DPA disahkan.
Koordinasi dengan lembaga pengawas
c.
Koordinasi perencanaan pengawasan
lain dilakukan mulai dari perencanaan,
oleh
Inspektorat
Kabupaten
Jepara
pelaksanaan, sampai pelaporan hasil sebagai
diharapkan
upaya untuk menghindari tumpang tindih
Inspektorat Provinsi, tetapi juga dengan
pelaksanaan pengawasan dan sebagai bentuk
lembaga pengawas lain terutama untuk
reporting vertical (pelaporan ke atas). Tetapi
menghindari
koordinasi perencanaan pengawasan tahunan
pengawasan.
tidak hanya dilakukan dengan
terjadinya
tumpang
tindih
hanya dilakukan dengan Inspektorat Provinsi, sehingga masih memungkinkan terjadinya tumpang tindih pengawasan dengan lembaga pengawas lain, meski materi pengawasan berbeda. koordinasi
Tetapi ini,
karena
tidak
dimungkinkan
adanya terjadinya
pengawasan pada instansi yang sama oleh lembaga pengawas yang berbeda dalam
DAFTAR PUSTAKA Conyers, Diana, dan Peter Hills, 1990, An Introduction to Development Planning in The Third World, Chichester. John Wiley & Sons. New York. Gunawan, Sabar. dkk. 2007. Kajian Kinerja Lembaga Pengawas Daerah. Penerbit Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur I-LAN.. Bandung.
waktu yang hampir bersamaan. 5.2 Saran: a.
Perencanaan
dalam
penyusunan
Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) seharusnya mendalam
dilakukan dengan
dengan
menyusun
lebih prioritas
Hamidi, Jazim dan Mustafa Lutfi. 2011. Dekonstruksi Hukum Pengawasan Pemerintahan Daerah. UB Press. Malang. Indarto, Stefani Lily. 2011. Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Penghentian Prematuratas Prosedur Audit. Jurnal Dinamika Sosial Ekonomi Vol 7 No 2 Edisi November 2011: 197-210
sasaran, jadwal waktu yang disediakan dan adanya kegiatan lain yang terdapat dalam dokumen
perencanaan
makro.
Perlunya
koordinasi intern antara perencana dengan tim
pemeriksa
yang
lebih
mengetahui
penyusunan
Dokumen
lapangan. b.
Dalam
Program Kerja Pengawasan Tahunan perlu mempertimbangkan ketersediaan anggaran,
Kementrian Dalam Negeri. t.t. Peraturan Pemerintah nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Kementrian Dalam Negeri. t.t. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri. t.t. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara
Endang Widuri, Perencanaan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 620
Pengawasan atas Pemerintah Daerah.
Penyelenggaraan
Kementrian Dalam Negeri. Tt. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan PP Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah Prasita Andin dan Priyo Hari Adi. 2007. Pengaruh Kompleksitas Audit dan Tekanan Anggaran Waktu Terhadap Kualitas Audit dengan Moderasi Pemahaman Terhadap Sistem Informasi. http://priyohari.files.wordpress.com/2009/ 06/pengaruhkompleksitasauditdantekanan a1.pdf Riyadi, dan Deddy Supriady B, 2004, Perencanaan Pembangunan Daerah. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Siagian, Sondang P. 1998. Administrasi Pembangunan. CV Haji Masagung. Jakarta Sujamto. 1994. Aspek-Aspek Pengawasan di Indonesia.. Sinar Grafika. Jakarta. Syamsudin, dkk. 2007. Manajemen Pengawasan. Edisi keempat. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP. Bogor Tjokroamidjojo, Bintoro. 1987. Manajemen Pembangunan. CV. Haji Masagung. Jakarta. Tjokroamidjojo, Bintoro. 1995. Pengantar Administrasi Pembangunan. LP3ES Jakarta Yani, Irsan. 1998. “Sistem Pengawasan Fungsional, Sinergi Antar Lembaga Pengawasan”. Dalam Harsono (ed). Perspektif Pengawasan dalam Manajemen Pembangunan Nasional Memasuki Abad XXI. Penerbit Balai Pustaka. Jakarta.