PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENERIMAAN DIRI PADA PELAKU PERKAWINAN KATOLIK YANG BERPISAH Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Oleh : Angela Sunya Sankya NIM : 119114107
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2016
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan hasil usaha dan karyaku ini untuk : Tuhan Yesus Kristus, sumber pengharapan dan kekuatanku Ayah yang dengan kehangatannya tulus mendidik dan menjagaku Ibu yang mengajarkan arti ketulusan rasa Kakak yang selalu ada dalam apapun keluh kesahku Simbah putri yang membantu merawatku Keluarga yang tidak bisa saya sebutkan satu demi satu Aa’yoss yang menjadi sahabat, kakak serta my secret. Sahabat OMK Rayon KP dan sahabat di kampus yang selalu menaruh kasih setiap waktu dan menjadi saudara dalam kesukaranku.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENERIMAAN DIRI PADA PELAKU PERKAWINAN KATOLIK YANG BERPISAH Angela Sunya Sankya ABSTRAK Perkawinan Katolik dilakukan sekali seumur hidup dan tidak dapat terceraikan. Apabila pelaku perkawinan Katolik memutuskan untuk berpisah, maka konsekuensi yang didapatkan adalah tidak diperkenankan menikah lagi dalam lingkup gereja Katolik. Selain itu, harus menghadapi konsekuensi seumur hidup tanpa pasangan. Penelitian ini berusaha untuk mendeskripsikan tahap respon psikologis dalam proses penerimaan diri pada pelaku perkawinan Katolik yang berpisah. Metode penelitian yang digunakan adalah naratif. Pengumpulan data dilakukan lewat wawancara mendalam dengan tiga orang informan. Pemilihan informan dilakukan dengan memilih informan bertujuan. Informan merupakan individu yang pernah melakukan perkawinan secara hukum Gereja Katolik namun berpisah dengan pasangan dengan tetap adanya ikatan perkawinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahapan respon psikologis dalam proses penerimaan diri adalah penyangkalan, marah, tawarmenawar, depresi, dan penerimaan. Selain itu, belum semua informan dapat mencapai tahap proses psikologis penerimaan diri.
Kata kunci : Penerimaan diri, Perkawinan Katolik, Berpisah.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SELF-ACCEPTANCE ON DIVORCED PEOPLE OF CATHOLIC MARRIAGE Angela Sunya Sankya ABSTRACT Catholic marriage conducted once in a lifetime and can’t be divorce. If people who have a catholic marriage decided to divorce, then the consequence that they got is that they are probibited from having another marriage within catholic curch. Also, they have to deal with a lifetime consequence of being single for their entire life. This research is trying to describe psychological response stages within self-acceptance proces on people who have a divorced catholic marriage. The research method used is narrative. Data gathering conducted throught deep interview with three informants with purpose. Informants are people who have conduct marriage according to catholic church law but divorced from their couple while still having a marriage bond. The result of the research shows that psychological response stages within self acceptance process are denial, anger, bargaining, depression, and acceptance. Also, not all of the informants could reach the psychological response stage of self-acceptance. Key Words
: Self-acceptance, Catholic Marriage, Divorced.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat, rahmat serta peyertaanNya yang telah dilimpahkan sehingga penulisan skripsi yang disusun sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi Universitas Sanata Dharma ini dapat terselesaikan dengan baik. Dalam penulisan skripsi ini tidaklah sedikit sumbang saran dan bimbingan yang penulis dapatkan dari berbagai pihak, baik sumbangan moral maupun material. Hal ini penulis sadari bahwa tanpa adanya bantuan tersebut, penulisan skripsi ini tidak dapat berjalan dengan lancar. Melalui halaman ini, perkenankan penulis untuk menyampaikan ungkapan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah berkenan memberikan bantuan berupa bimbingan serta pendampingan yang sangat berharga sehingga membantu terselesaikannya skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada : 1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogayakarta. 2. Ibu Debri Pristinella, M. Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi sekaligus Dosen Pembimbing Akademik, yang dengan kesabaran serta perhatiannya telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan, masukan, kritik serta saran yang membangun, sehingga penulisan skripsi dapat terselesaikan dengan baik. 3. Ibu Dr. Tjito Susana, M. Si serta Ibu P. Henrietta P.D.A.D.S., M.A. selaku dosen penguji yang memberikan masukan, kritik serta saran yang bersifat membangun, sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini dengan baik. x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Psikologi yang telah membimbing penulis selama studi di Fakultas Psikologi. 5. Seluruh staff Sekretariat serta staff Laboratorium Fakultas Psikologi , yang selalu mendukung dengan pelayanan terbaiknya. 6. Kedua orangtua tercintaku Bapak Macarius Edy Suyanta dan Ibu Primitifa Ratna Niar Kamdani, terimakasih tak terhingga atas segala dukungan, cinta, kasih serta doa yang selalu diberikan. Kakak tercintaku Adyapaka Apatya yang selalu menjadi saudara dalam suka dukaku serta membimbingku dengan cara uniknya. Simbah putri Fransiska Sarbinah yang membantu mendidikku hingga sampai saat ini. Om Kardi, bulik Asih, dek Diaz, dek Agnes, Alexa kecil, bulik Timin, Om Sumar, Dek Ricky terima kasih. Seluruh saudara yang tidak dapat saya sebutkan satu demi satu, terima kasih atas dukungannya. 7. Rm FX. Alip, Rm. Bilie serta Diakon Danarto, Diakon Andhika dan Frater Yayan, terima kasih atas semangat dan dukungan ilmu yang diberikan. 8. Aa’Yossi, teima kasih atas support, dukungan dan kasihnya selama 3 tahun terakhir dan semoga selalu. Sahabatku terkasih Dhika, Nana, Vhirlis, Pipit, Lindut, Dika terima kasih selalu membantu dalam suka dan dukaku. Teman– teman satu bimbingan, teman-teman GKC, serta teman kampus yang telah bersama melewati hari selama perkuliahan. Mbak Astrid yang memberi semangat serta mensuport dalam mengerjakan skripsi. Terkhusus bagi saudara, teman, sahabatku OMK Rayon Kulon Progo : Mbak Rima, Raka, Tius, Pam, Arga, Cimil, Mas Banar, Leo, Jendil, Mbak Nana, Nina,
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Mas Beny, Erni, Nita, Culis, Bang Yoyok, Brigita Anggit, Trisna, Mas Eko, Mbak Santi, Atik, Dony Baskara, Dita, Genggo, dan semua yang tidak dapat saya sebutkan satu demi satu, kalian keluarga yang luar biasa. 9. Semua pihak yang teah membantu segala proses pengerjaan skripsi ini, terkhusus bagi informan yang dengan kerelaan serta ketulusan hati membantu. Semoga senantiasa diberkati Tuhan Yesus Kristus. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini terdapat banyak kekurangan serta kesalahan. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati penulis memohon sumbang kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Yogyakarta, 25 Agustus 2016 Penulis
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ........................... ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI (3 DOSEN) .............................. iii HALAMAN MOTTO ................................................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................... vi ABSTRAK ................................................................................................ vii ABSTRACT ............................................................................................. viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .............. ix KATA PENGANTAR ................................................................................ x DAFTAR ISI ............................................................................................ xiii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 9 B. Masalah Penelitian .......................................................................... 9 C. Rumusan Masalah .......................................................................... 9 D. Tujuan Penelitian ........................................................................... 9 E. Manfaat Penelitian ....................................................................... 10 BAB II LANDASAN TEORI .................................................................. 11 A. Penerimaan Diri ............................................................................ 11 1. Definisi ..................................................................................... 11 xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Faktor- faktor yang memengaruhi Penerimaan Diri ............... 12 3. Ciri- ciri Individu yang Menerima Diri ................................... 15 4. Aspek Penerimaan Diri ........................................................... 17 5. Tahap Penerimaan Diri ........................................................... 19 6. Manfaat Penerimaan Diri ........................................................ 25 B. Perkawinan Katolik ...................................................................... 26 1. Definisi Perkawinan Katolik dalam Kitab Hukum Kanonik .. 27 2. Perkawinan Katolik yang Mampu Secara Hukum ................. 28 3. Perpisahan Pasangan ............................................................... 30 C. Kerangka Berfikir.......................................................................... 33 D. Pertanyaan Penelitian .................................................................... 36 E. Skema Tahap Respon Proses Penerimaan Diri pada Pelaku Perkawinan Katolik yang Berpisah .................................................................. 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................. 39 A. Jenis Penelitian .............................................................................. 39 B. Fokus Penelitian ............................................................................ 40 C. Informan Penelitian ....................................................................... 40 D. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 41 E. Metode Analisis Data .................................................................... 42 F. Verifikasi Penelitian ...................................................................... 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 44 A. Pelaksanaan Penelitian .................................................................. 44 1. Deskripsi ................................................................................. 44 2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ............................................. 46 3. Analisis Hasil Wawancara Informan I ..................................... 48 a. Sebelum Berpisah (beginning) ........................................... 48 b. Ketika Berpisah (middle) ................................................... 50 c. Setelah Berpisah (end) ....................................................... 52 a) Berpisah dengan Tetap Adanya Ikatan Perkawinan .... 52
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b) Respon Psikologis Proses Penerimaan Diri................. 56 4. Analisis Hasil Wawancara Informan II .................................... 60 a. Sebelum Berpisah (beginning) ........................................... 60 b. Ketika Berpisah (middle) ................................................... 60 c. Setelah Berpisah (end) ....................................................... 61 a) Berpisah dengan Tetap Adanya Ikatan Perkawinan..... 61 b) Respon Psikologis Proses Penerimaan Diri ................. 63 5. Analisis Hasil Wawancara Informan III .................................. 65 a. Sebelum Berpisah (beginning) ........................................... 65 b. Ketika Berpisah (middle) ................................................... 67 c. Setelah Berpisah (end) ....................................................... 68 a) Berpisah dengan Tetap Adanya Ikatan Perkawinan..... 68 b) Respon Psikologis Proses Penerimaan Diri ................. 69 6. Deskripsi hasil………………………………………………...71 7. Pembahasan…………………………………………………..78 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 79 A. Kesimpulan .................................................................................... 79 B. Saran .............................................................................................. 79 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 81
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Inform Consent .......................................................................... Lampiran 2. Narasi Informan ......................................................................... Lampiran 3. Verbatim ...................................................................................
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yaitu, manusia tidak dapat menjalani hidup seorang diri. Ia memerlukan orang lain untuk membantu memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satunya adalah kebutuhan akan rasa mencintai dan dicintai. Menurut Schutz (1980, dalam Sarwono 1991) kebutuhan akan kasih sayang merupakan kebutuhan untuk mengembangkan emosional dengan orang lain. Prinsip dasar kebutuhan akan kasih sayang adalah perasaan disukai atau dicintai. Salah satu tingkah lakunya adalah berani memilih individu lain menjadi pasangan hidupnya. Ketika individu telah sampai pada kedewasaan, individu memiliki hasrat untuk memenuhi kebutuhan akan kasih sayang yaitu salah satunya dengan cara hidup bersama dalam rumah tangga. Kehidupan dalam masyarakat tidak bisa melegalkan hidup bersama tanpa tata cara atau aturan yang jelas. Di dalam masyarakat ada suatu tata hidup bersama yang mengikat seluruh anggota masyarakat terkait dengan kehidupan bersama, yaitu adalah perkawinan. Menikah merupakan salah satu pilihan hidup manusia. Dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 1/1974, bab I, pasal 1 bahwa “Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” ( dalam Walgito, 1984) . Dari sisi gereja Katolik, “Perkawinan adalah persekutuan hidup dan kasih
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
suami istri yang mesra yang diadakan oleh Sang Pencipta dan dikukuhkan dengan hukumNya, dibangun oleh perjanjian perkawinan atau persetujuan pribadi yang tak dapat ditarik kembali ikatan suci demi kesejahteraan suami-istri dan anak maupun masyarakat itu tidak tergantung pada kemauan manusia semata-mata. Allah sendirilah Pencipta perkawinan, yang mencakup berbagai nilai dan tujuan” (dikutip dari Kasih Setia dalam Suka-Duka, Pedoman Perkawinan di Lingkungan Katolik, 1993). Gereja Katolik memberikan tanda kekudusan kepada calon pasangan suami-istri yang
sudah dibabtis melalui penerimaan Sakramen Perkawinan.
Dengan Sakramen Perkawinan, seorang laki-laki dan seorang perempuan dihadapkan kepada sebuah ikatan kepada pasangannya seumur hidup dan mengarah pada kesejahteraan suami-istri, serta kelahiran anak (Kitab Hukum Kanonik, 1055) untuk setia dalam suka ataupun duka dalam sehat maupun sakit. Dalam perkawinan, dua individu yang berbeda sifat tinggal bersama dan seiring perjalanan hidup tentunya muncul konflik dan permasalahan. Konflik pernikahan terjadi karena masing-masing individu membawa kebutuhan, keinginan dan latar belakang yang berbeda (Sprey dalam Laswell, 1987). Finchman (dalam Mawadah 1990) mendefinisikan konflik pernikahan sebagai keadaan suami-istri yang sedang menghadapi masalah dalam pernikahannya dan hal tersebut tampak dalam perilaku mereka yang cenderung kurang harmonis. Ketika mereka mampu untuk menyelesaikan masalah, kehidupan rumah tangga mereka akan semakin kokoh. Namun jika tidak dapat menyelesaikannya, banyak yang melarikan diri dan mengarah kepada anggapan ketidakcocokan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
pasangan. Indonesia menjadi salah satu Negara dengan tingkat perceraian yang cukup tinggi. Indonesia menduduki peringkat keempat tingkat perceraian tertinggi di dunia. Dari dua juta pasangan yang melangsungkan perceraian, 10% diantaranya berakhir pada perceraian. Pada tahun 2000-an 30% perceraian disebabkan karena suami menceraikan istri. Pada 2005, 68,5% perceraian terjadi karena istri menggugat cerai suami (Republika, 25 Juni 2011, Dirjen Binmas Kemenag RI). Banyaknya masalah yang timbul di dalam rumah tangga. Jika tidak ditemukan penyelesaiannya, perceraian dipilih sebagai suatu keputusan final. Dilandasi oleh berbagai alasan yang dianggap rasional, pasangan suami istri tidak lagi mengindahkan janji suci di depan altar. Pasangan mengesampingkan hakekat dan tujuan perkawinan secara Katolik yang mengikat pasangan seumur hidupnya. Sudarto & Wirawan (2000) yang menyatakan bahwa sebelum perceraian, individu memandang kehidupannya sebagai masa yang menyenangkan. Namun ketika ketegangan hadir dalam pernikahan dan mulai membahayakan pernikahan, kehidupan dipandang sebagai suatu kepahitan yang mendalam dan penuh penderitaan serta perjuangan. Perjanjian (foedus) perkawinan, dengannya seorang laki-laki dan seorang perempuan membentuk antara mereka persekutuan (consortium) seluruh hidup, yang menurut ciri kodratinya terarah pada kesejahteraan suami-istri (bonum coniugum) serta kelahiran dan pendidikan anak, antara orang-orang yang dibaptis, oleh Kristus Tuhan diangkat ke martabat sakramen (Kitab Hukum Kanonik 1055).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
Perkawinan Katolik, perkawinan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan memiliki tujuan yaitu mengarah pada kesejahteraan hidup bersama, kelahiran anak, serta perkawinan Katolik merupakan sakramen dalam Gereja. Perpisahan
dalam
keluarga
Katolik
menjadi
klimaks
runtuhnya
pengendalian rumah tangga. Perpisahan biasanya diawali dengan ketidakpuasan pada pasangan, buntunya alur komunikasi, serta hilangnya rasa saling percaya antara satu dengan yang lain. Kebanyakan perpisahan akan menimbulkan gejolak amarah bagi pelaku perpisahan serta bagi anggota keluarga yaitu anak. Dalam wawancara yang dilakukan dengan salah satu anggota Tribunal (Hakim Gereja) yaitu Rm. AS, pada 12 Agustus 2015 di Yogyakarta, beliau memaparkan bahwa ada kenaikan kasus perpisahan secara Katolik dalam 5 tahun terakhir ini. Hal tersebut dikarenakan banyak faktor namun, faktor penyebab paling umum dalam perpisahan Katolik yaitu masalah ekonomi, KDRT serta komunikasi khususnya alat telekomunikasi canggih yaitu handphone. Beliau memaparkan bahwa, perkawinan Katolik hanya dilaksanakan satu kali seumur hidup dan tidak dapat terpisahkan kecuali oleh maut. Jadi perpisahan Katolik sebenarnya tidak diperkenankan oleh Gereja kecuali dengan alasan kodrati. Banyaknya kasus perpisahan Katolik saat ini membuat beliau prihatin khususnya karena beliau sebagai hakim gereja Katolik haruslah secara manusiawi memediasi setiap kasus perpisahan yang ada dalam gereja Katolik. Penelitian penerimaan diri ini dapat menjadi bahan evaluasi untuk dapat menentukan langkah dalam penangan pastoral bagi mereka yang mengalami perpisahan Katolik. Dari wawancara dengan salah satu Romo Paroki di Yogyakarta pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
tanggal 24 Juli 2016. Beliau memaparkan apabila dalam Katolik, perkawinan adalah sakramen yang perjanjian perkawinan tidak dapat ditarik kembali. Sakramen perkawinan Katolik itu permanen dan yang membedakan dengan keyakinan lain yaitu tidak dapat terceraikan oleh kuasa manusia manapun kecuali oleh kematian. Perkawinan ratum dan consummatum tidak dapat diputus oleh kuasa manusiawi manapun dan atas alasan apapun selain kematian (KHK 1414). Menurut Beliau, sebagian besar pelaku perpisahan yang berkonsultasi adalah sebagai korban atau orang yang tidak menghendaki adanya perpisahan dalam perkawinannya. Kebanyakan pelaku perpisahan berkonsultasi dan datang kepada beliau adalah mereka yang mengalami keputusasaan akibat dari ditinggalkan pasangan. Sebuah contoh yang beliau paparkan adalah beliau menemani umat pelaku perpisahan yang ditinggalkan oleh suaminya karena suaminya memiliki hubungan khusus dengan orang lain sehingga berujung pada pertengkaran serta KDRT dan akhirnya perkawinan tersebut terceraikan dalam pengadilan. Pemaparan beliau, perkawinan mereka tetap sah dalam Gereja Katolik dan tetap menjadi suami istri karena perkawinan tidak terceraikan. Pelaku perpisahan yang sebagai korban tersebut kerap kali datang karena merasa putus asa, merasa diri lemah dan tidak memiliki semangat dalam menjalani kehidupannya. Tidak jarang pula ada kasus kegagalan atau perpisahan umat dengan usia yang masih belia, mereka harus hidup dengan ikatan perkawinan seumur hidup (Berpisah dengan tetap Adanya Ikatan Perkawinan, Kanon 11511155). Sehingga, Romo harus pula menemani dalam penanganan pastoral untuk membantu menyembukan pengalaman traumatis baik secara fisik maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
psikisnya, untuk dapat melakukan penerimaan diri ke arah yang lebih positif yang tentunya membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Sebagai orang Katolik, ketika berpisah dari pasangannya tentunya akan berdampak bagi kehidupan psikologisnya. Hal ini disebabkan karena pelaku perpisahan harus menerima bila perkawinan Katolik hanya dilaksanakan satu kali seumur hidup. Oleh karena itu, umat Gereja Katolik yang berpisah dari pasangannya diharapkan mampu menerima keadaan diri atas perpisahan yang terjadi dan seumur hidup dalam ikatan perkawinan (Kitab Hukum Kanonik 1151). Menurut Ryff (1996), penerimaan diri positif adalah keadaan dimana seorang individu memiliki penilaian positif terhadap dirinya, menerima serta mengakui segala kelebihan maupun segala keterbatasan yang ada dalam dirinya tanpa merasa malu atau merasa bersalah terhadap kodrat dirinya.
Coleridge
(1997) mengatakan penerimaan diri bukanlah sikap pasrah, tetapi menerima identitas diri secara positif pandangan tentang diri sendiri dan harga diri tidak menurun sama sekali, bahkan dapat meningkat. Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh di atas, penerimaan diri merupakan sikap positif terhadap dirinya sendiri dengan menerima keadaan dirinya secara tenang. Ia mampu menerima diri dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Selain itu, ia juga memiliki kesadaran dan penerimaan penuh terhadap siapa dan apa dirinya sendiri, Serta menerima keadaan emosionalnya (depresi, marah, takut, cemas, dan lainlain) tanpa mengganggu orang lain. Individu
yang
mampu
menerima
keadaan
diri
dan
mampu
menyesuaikannya adalah individu yang mampu mengelola emosi dalam dirinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
dan mengusahakan tindakan nyata untuk menghadapi dan melewati masa tersebut karena menyadari bahwa yang dilakukannya akan bermanfaat bagi dirinya di kemudian hari. Sejalan dengan itu menurut Hurlock (1993) individu yang memahami perilakunya maka ia akan menyukai dirinya dan merasa orang lain juga menyukai dengan kualitas yang sama pada dirinya. Individu tersebut akan menerima dirinya, menyenangi dirinya, dan puas akan dirinya sehingga ia menganggap dirinya bahagia. Pandangan individu yang merasa puas akan keadaan dirinya seperti ini akan membuat individu menerima dirinya secara akurat dan realitis tidak akan memusuhi dirinya walaupun ia tahu ia bukanlah orang yang sempurna dan karena itu ia menganggap orang lain juga menerima dirinya (Hurlock, 1999). Keadaan ini akan memungkinkan individu berbuat yang terbaik bagi dirinya dan memberi kontribusi bagi terwujudnya pemahaman dan penerimaan diri. Tantangan yang muncul selama masa sesudah perceraian tidak diapresiasikan sebagai suatu penderitaan, tetapi sebagai masa yang harus diselesaikan oleh setiap orang yang melakukan perceraian. Penelitian sebelumnya yaitu Penerimaan diri pada Janda yang Bercerai oleh Nurmaeni tahun 2009. Hasil penelitian tersebut memaparkan bahwa perempuan yang bercerai dan berubah status menjadi janda mengalami perasaan lega, bingung, berat berpisah, tidak ada teman curhat, sedih, sakit hati, minder dan malu. Pada penelitian ini, peneliti meneliti pada proses menuju penerimaan diri serta subjek yang peneliti gunakan lebih khusus pada pelaku perkawinan Katolik yang berpisah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
Dalam wawancara yang dilakukan pada tanggal 3 April 2016 di Kulon Progo, dengan salah seorang pelaku perpisahan Katolik yaitu saudara A, beliau memaparkan bahwa perpisahan yang terjadi dalam kehidupannya diawali karena adanya konflik intern dalam rumah tangga dan menimbulkan pertengkaran yang terus-menerus dengan pasangan dan dalam waktu yang lama. Hal tersebut membuat ia dan pasangan semakin merasa tidak cocok satu dengan yang lain serta tercipta suasana yang dingin dalam keluarga. Perpisahan dengan pasangan diambil sebagai jalan terbaik menyelesaikan konflik.
Pasca perpisahan ia harus
beradaptasi dengan hidup yang baru tanpa pasangan. Beliau memaparkan bila siap tidak siap harus siap membesarkan anak dan menjadi orang tua tunggal. Ketika memutuskan untuk berpisah, yang ada dalam pikirannya yaitu hanyalah menyelesaikan konflik dalam rumah tangga. Namun, setelah konflik dengan pasangan selesai, kini ia dihadapkan dengan acuan perkawinan katolik yang dilaksanakan hanya satu kali seumur hidup. Maka, beliau memaparkan bahwa hendaknya dapat menjalani hidup dengan baik, ikhlas hati serta percaya pada kehendak Tuhan. Penerimaan diri dalam konteks penelitian ini adalah penerimaan diri dari pasangan perkawinan Katolik yang telah berpisah. Perkawinan Katolik hanya dilakukan sekali seumur hidup dan tidak ada perceraian. Oleh karena itu, pelaku perpisahan menghadapi suatu konsekuensi yaitu seumur hidup hendaknya tidak diperkenankan lagi untuk menikah dalam lingkup gereja Katolik serta menghadapi hidup tanpa pasangan. Sikap pelaku yang muncul dari permasalahan tersebut yang hendak diteliti oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti ingin lebih mengetahui bagaimana gambaran tahapan respon psikologis dalam proses penerimaan diri pelaku perkawinan Katolik yang kemudian berpisah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pada penerapan hidup individu yang memiliki permasalahan tentang penerimaan diri berkaitan dengan kondisi kehidupan yang pada awalnya utuh dalam pasangan namun kini berpisah dengan status sah secara hukum negara namun tidak sah secara hukum gereja dan seumurhidup terikat dalam perkawinan Katolik. B. Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, peneliti mengidentifikasi masalah secara lebih terperinci, yaitu: perpisahan
menjadi alternatif
penyelesaian konflik dari pasangan namun, sekingkali individu tidak siap dengan resiko dari perpisahan tersebut yaitu harus melakukan penerimaan diri karna ia akan tetap terikat dalam ikatan perkawinan seumur hidup dan tidak diperkenankan untuk menikah lagi. C. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah yaitu bagaimana tahapan respon psikologis dalam proses penerimaan diri pada pelaku perkawinan Katolik yang kemudian berpisah? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat tahapan respon psikologis dalam proses penerimaan diri pada pelaku perkawinan Katolik yang kemudian berpisah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
F. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam pengembangan pengetahuan khususnya dalam bidang Psikologi Keluarga, serta dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya. 2. Manfaat praktis a) Bagi subjek penelitian Bagi pelaku agar dapat meningkatkan diri secara positif, meningkatkan kepercayaan diri, kualitas dan potensi diri kearah yang bermanfaat. b) Bagi Masyarakat Bagi masyarakat dapat memberikan sumbangan informasi yang bermanfaat dalam kaitan dengan penerimaan diri pada pelaku perkawinan Katolik yang berpisah. c) Bagi Gereja Membantu Gereja mengetahui respon proses penerimaan diri, yang dilakukan setelah terjadi perpisahan dalam rumah tangga, sehingga dapat membantu Gereja dalam penanganan Pastoral.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II KAJIAN TEORI
A. Penerimaan Diri 1. Definisi Menurut Ryff (dalam Wilsa, 1997) penerimaan diri adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki sikap positif terhadap dirinya sendiri, mengakui dan menerima berbagai aspek diri termasuk kualitas baik dan buruk, dan merasa positif terhadap kehidupan yang dijalani. Hal ini juga didukung oleh Ryff (dalam Kail & Cavanaugh, 2000) mengenai penerimaan diri sebagai individu yang memiliki pandangan positif terhadap dirinya, mengakui dan menerima segi yang berbeda dari dirinya sendiri. Penerimaan diri berkaitan dengan konsep diri yang positif. Seseorang dengan konsep diri yang positif dapat memahami dan menerima fakta-fakta yang begitu berbeda dengan dirinya. Orang dapat menyesuaikan diri dengan seluruh pengalaman mentalnya sehingga evaluasi tentang dirinya juga positif (Calhoun dan Acocella,dalam Handayani dkk, 1998). Hal tersebut didukung oleh pendapat Hjelle & Ziegler (Sari & Nuryoto, 2002) yaitu bahwa seorang individu dengan penerimaan diri memiliki memiliki toleransi terhadap frustasi atau kelemahan-kelemahan dirinya tanpa harus menjadi sedih atau marah. Individu ini dapat menerima dirinya sebagai seorang manusia yang memiliki kelebihan dan kelemahan. Menurut Ryff (dalam Urim, 2007) mengatakan bahwa penerimaan diri
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
adalah memiliki pandangan yang positif tentang diri sendiri, mengakui dan menerima berbagai aspek diri termasuk kualitas baik dan buruknya yang ada pada dirinya, dan memandang positif terhadap kehidupan yang telah dijalaninya. Maslow (dalam Hjelle & Ziegler, 1992) penerimaan diri adalah sikap positif terhadap dirinya sendiri, individu dapat menerima keadaan dirinya secara tenang dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Individu dapat bebas dari rasa bersalah, rasa malu, dan rendah diri karena keterbatasan diri serta bebas dari kecemasan akan adanya penilaian dari orang lain terhadap keadaan dirinya. Allport (dalam Hjelle & Ziegler, 1992) berpendapat bahwa penerimaan diri merupakan sikap yang positif ketika individu menerima diri sebagai seorang manusia, ia dapat menerima keadaan emosionalnya (depresi, marah, takut, cemas, dan lain-lain) tanpa mengganggu orang lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri merupakan keadaan di mana seorang individu memiliki sikap positif terhadap dirinya dan mampu mengolah segala kelebihan serta kekurangan yang ada dalam dirinya termasuk mengolah bermacam emosi yang ada dalam dirinya. Individu yang mampu menerima kekurangan dirinya sebagaimana mampu menerima kelebihannya. 2. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Penerimaan Diri Menurut Ratnawati (1990) faktor yang mempengaruhi penerimaan diri seseorang adalah jenis kelamin. Jenis kelamin akan mempengaruhi penerimaan diri serta terdapat perbedaan yang mencolok anatara pria dan wanita. Pria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
dinilai memiliki penerimaan diri yang lebih positif bila dibandingkan dengan wanita. Hal ini karena wanita relatif lebih sensitif serta lebih menitikberatkan pada afektif daripada pria. Menurut Hurlock (dalam Anugrah, 1974) ada beberapa kondisi yang mempengaruhi penerimaan diri dari seseorang, antara lain : 1.
Pemahaman diri Memahami diri ditandai dari perasaan tulus, nyata, dan jujur
menilai
diri sendiri.
Kemampuan
seseorang untuk
memahami dirinya tergantung pada kapasitas intelektualnya dan kesempatan menemukan dirinya. Ia dapat melihat dirinya sama dengan apa yang dilihat orang lain pada dirinya, individu tidak hanya mengenal dirinya tetapi juga menyadari kenyataan dirinya. Pemahaman dan penerimaan diri tersebut berjalan beriringan. Semakin paham individu mengenal dirinya, maka semakin besar individu menerima dirinya dan akan melihat dirinya dari waktu ke waktu secara konstan serta tidak mudah berubah-ubah. 2.
Harapan yang realistis Harapan yang realistis akan membawa rasa puas pada diri seseorang. Perasaan puas terhadap diri sendiri lebih lanjut akan membuahkan penerimaan diri. Tercapainya harapan yang realistis menuntut seseorang untuk merencanakan sendiri dan tidak membiarkan
orang
lain
untuk
merencanakan
ataupun
mempengaruhi. Selain hal itu, agar harapannya menjadi realistis,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
seseorang perlu menyadari kelemahan- kelemahannya sekaligus kelebihan-kelebihan yang dimilikinya. Hal ini juga tergantung pada seberapa realistis harapan terhadap dirinya dan seberapa besar ia memahami kekuatan dan kelemahannya. 3.
Perilaku sosial yang menyenangkan Seseorang yang mendapatkan sikap yang menyenangkan dari masyarakat lebih dapat menerima dirinya. Tiga hal yang mengarah kepada evaluasi sosial yang menyenangkan adalah tidak
adanya
prasangka
terhadap
individu
dan
anggota
keluarganya, memiliki keahlian sosial dan mau untuk menerima anggota kelompok. 4.
Adanya kondisi emosi yang menyenangkan Stress
secara
emosional
dapat
mengarah
kepada
ketidakseimbangan fisik dan psikologis. Ketidakseimbangan fisik yang diikuti oleh stress emosional dapat membuat seseorang bekerja dengan kurang efisien, mengakibatkan kelelahan, dan bereaksi secara negatif kepada orang lain. Tidak adanya stres dapat membuat seseorang melakukan yang terbaik untuk pekerjaannya. Selain itu, seseorang dapat menjadi lebih rileks dan bahagia. Kondisi sepeti ini berkontribusi kepada evaluasi sosial yang baik yang menjadi dasar bagi evaluasi dan penerimaan diri yang baik pula.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
3. Ciri- ciri Individu yang Menerima Diri Menurut Allport (dalam Hjelle & Ziegler, 1992) ciri- ciri orang yang dapat menerima diri adalah : a.
Memiliki gambaran yang positif tentang dirinya.
b.
Dapat mengatur dan dapat bertoleransi dengan rasa frustasi dan kemarahannya.
c.
Dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa memusuhi mereka apabila orang lain memberi kritik.
d.
Dapat mengatur keadaan emosi mereka (depresi, marah).
Jersid (dalam Sari & Nuryoto, 2002) memaparkan bahwa ciri-ciri individu yang menerima diri yaitu : a.
Memiliki penghargaan yag realistis terhadap kelebihan- kelebihan dirinya.
b.
Memiliki keyakinan-keyakinan akan standar-standar dan prinsipprinsip dirinya tanpa harus diperbudak oleh opini-opini individu lainnya.
c.
Memiliki kemampuan untuk memandang dirinya secara realistis tanpa menjadi malu akan keadaannya.
d.
Mengenali
kelebihan
-
kelebihan
dirinya
dan
bebas
-
kelemahan
dirinya
tanpa
harus
memanfaatkannya. e.
Mengenali
kelemahan
menyalahkan dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
f.
Memiliki spontanitas dan rasa tanggung jawab dalam dirinya.
g.
Menerima potensi dirinya tanpa menyalahkan dirinya atas kondisi yang berada di kontrol mereka.
h.
Tidak melihat diri mereka sebagai individu yang harus dikuasai rasa marah atau takut atau menjadi tidak berarti karena keinginankeinganannya tetapi dirinya bebas dari ketakutan untuk berbuat kesalahan.
i.
Merasa memiliki hak untuk memiliki ide-ide dan keinginankeinginan serta harapan-harapan tertentu.
j.
Tidak merasa iri akan kepuasan-kepuasan yang belum mereka raih. Sheerer dalam (Sugoto dan Esthy, 1998) berpendapat bahwa ciri –
ciri penerimaan diri yang positif yaitu : a.
Memiliki keyakinan akan kemampuan dirinya dalam menjalani kehidupan.
b.
Menganggap dirinya berharga sebagai seorang manusia yang sederajat dengan individu lainnya.
c.
Menyadari dan tidak merasa malu akan keadaan dirinya.
d.
Menempatkan diri sebagaimana manusia lain sehingga individu lain dapat menerima dirinya.
e.
Bertanggungjawab atas segala perbuatannya.
f.
Menerima pujian dan celaan secara objektif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
g.
Mempercayai prinsip-prinsip atau standar hidupnya tanpa harus diperbudak oleh pendapat individu lain.
h.
Tidak mengingkari atau merasa bersalah atas dorongan-dorongan atau emosi-emosi yang ada pada dirinya.
Chaplin (2005) mengatakan bahwa ciri-ciri penerimaan diri yang positif adalah : a.
Mampu menerima tanggung jawab terhadap perilakunya.
b.
Mempunyai keyakinan akan kemampuan untuk menghadapi kebutuhan.
c.
Memiliki pandangan potitif tentang diri.
d.
Menerima kelemahan dan kelebihan yang ada. Berdasar pada pendapat beberapa ahli, penerimaan diri yang positif
adalah : a.
Mampu menerima kelebihan dan kekurangan dirinya.
b.
Mampu memahami serta mengolah emosinya dengan baik.
c.
Mampu menghadapi masalah kehidupannya.
d.
Mampu bertanggungjawab atas pilihan yang dilakukan.
4. Aspek Penerimaan Diri Pada umumnya, individu dengan penerimaan diri yang baik akan menunjukkan ciri-ciri tertentu dalam berfikir dan melakukan aktifitas kesehariannya. Individu yang dapat menerima dirinya secara utuh dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
menerima aspek-aspek dalam dirinya secara positif. Grinder (dalam Parista, 2008) menjelaskan bahwa aspek-aspek penerimaan diri meliputi : a) Aspek Fisik Penerimaan diri secara fisik meliputi kepuasan individu terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan fisik secara keseluruhan. Penerimaan diri secara fisik menggambarkan evaluasi dan penilaian diri terhadap penampilannya, apakah penampilannya menyenangkan dan memuaskan untuk diterima atau tidak. b) Aspek Psikis Aspek psikis meliputi pikiran, emosi dan perilaku individu. Individu yang dapat menerima dirinya adalah individu yang secara keseluruhan memiliki keyakinan akan kemampuan diri dalam menghadapi tuntutan lingkungan. c) Aspek Sosial Aspek sosial meliputi pikiran dan perilaku individu terhadap orang lain dan masyarakat. Individu yang menerima dirinya secara sosial akan memiliki keyakinan bahwa dirinya sederajat dengan orang lain sehingga dapat menempatkan diri dalam masyarakat. d) Aspek Moral Perkembangan moral dalam diri dipandang sebagai suatu proses yaitu mampu
mengambil
keputusan
secara
bijak
serta
mampu
memepertanggungjawabkan keputusan atau tindakan yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
diambil berdasarkan konteks sosial yang ada dalam masyarakat (Grinder dalam Kinayungan, 2008).
5. Tahap Penerimaan Diri a) Tahap penerimaan diri secara umum Proses seorang individu untuk dapat menerima dirinya tidak dapat muncul begitu saja, melainkan terjadi melalui serangkaian proses secara bertahap. Menurut Germer (2009), tahapan penerimaan diri terjadi dalam 5 fase, antara lain: 1.
Penghindaran (Aversion) Pertama-tama, reaksi naluriah seorang individu jika dihadapkan dengan perasaan tidak menyenangkan (uncomfortable feeling) adalah menghindar. Contohnya kita selalu memalingkan pandangan kita saat kita melihat adanya pemandangan yang tidak menyenangkan. Bentuk penghindaran tersebut dapat terjadi dalam beberapa cara, dengan melakukan pertahanan, perlawanan, atau perenungan.
2.
Keingintahuan (Curiosity) Setelah melewati masa aversion, individu akan mengalami adanya rasa penasaran terhadap permasalahan dan situasi yang mereka hadapi sehingga
mereka
ingin
mempelajari
lebih
lanjut
mengenai
permasalahannya tersebut walaupun hal tersebut membuat mereka merasa cemas. 3.
Toleransi (Tolerance)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
Pada tahap ketiga ini, individu akan menahan perasaan tidak menyenangkan yang mereka rasakan sambil berharap hal tersebut akan hilang dengan sendirinya. 4.
Membiarkan Begitu Saja (Allowing) Setelah melalui proses bertahan akan perasaan tidak menyenangkan telah selesai, individu akan mulai membiarkan perasaan tersebut datang dan pergi begitu saja. Individu secara terbuka membiarkan perasaan itu mengalir dengan sendirinya.
5.
Persahabatan (Friendship) Seiring dengan berjalannya waktu, individu akan mulai bangkit dari perasaan tidak menyenangkan tadi dan mencoba untuk dapat memberi penilaian atas kesulitan tersebut. Bukan berarti ia merasakan kemarahan, melainkan individu dapat merasa bersyukur atas manfaat yang didapatkan berdasarkan situasi ataupun emosi yang hadir.
b) Tahap Penerimaan Diri dalam kondisi tidak menyenangkan, yaitu : Tahap – tahap penerimaan diri menurut Kubler – Ross (dalam Anugrahani, 1998) : a. Tahap 1 Pada tahap ini seseorang mengalami perasaaan shock/kaget, melakukan penyangkalan terhadap kondisi yang dialami sehingga memungkinkan orang tersebut mengasingkan dirinya sendiri. b. Tahap 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
Tahap ini memunculkan perasaan marah dan cenderung melakukan proyeksi. Hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian atau perhatian yang berlebih dari orang terdekat terhadap kondisinya, harapan tidak sesuai dengan kenyataan, adanya perbedaan dengan kondisi yang dulu dan sekarang serta ada penolakan-penolakan. Dalam tahap ini, selanjutnya juga menimbulkan perasaan bersalah yang diakibatkan oleh sikap menyalahkan diri sendiri karena dianggap sebagai penyebab yang membuat diri mengalami suatu hal buruk atau karena kelemahan yang dimiliki. c. Tahap 3 Tahap ketiga seseorang mengalami pengalaman religiusitas dengan Tuhan. Ada proses tawar menawar dimana seseorang itu berjanji untuk bertingkah laku baik asalkan permintaannya dipenuhi. Namun pada kenyataannya janji tidak selalu dipenuhi dan terus menuntut permintaan yang lainnya. Memiliki perjanjian dengan Tuhan ataupun dengan orang lain di sekitarnya. Di tahap ketiga ini memungkinkan munculnya perasaan bersalah, ketakutan, atau merasa dihukum karena kesalahannya. d. Tahap 4 Terdapat 2 jenis depresi pada tahap ini, yaitu : -
Depresi reaktif : keinginan untuk mengungkapkan banyak hal secara verbal/ interaksi secara verbal, ada rasa bersalah, keinginan untuk mati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
-
Depresi preparation : hanya ada sedikit atau bahkan tidak ada reaksi secara verbal melainkan lebih ke non verbal seperti : sentuhan, ingin ditemani.
e. Tahap 5 Munculnya sikap penerimaan terhadap kondisi yang dialami. Merasakan
kedamaian,
sudah
dapat
melalui
tahap-tahap
sebelumnya dengan baik sehingga tidak akan merasakan depresi maupun marah terhadap kondisinya. Respon psikologis yang dialami seseorang karena kehilangan oleh Kubler-Ross (1998) dikemukakan oleh teori “The Five stages of Grief”. Teori ini membagi respon psikologis dalam lima tahap yaitu, penyangkalan (denial), marah (anger), tawar-menawar (bargaining), depresi (depression) dan penerimaan (acceptance). Kelima tahap respons psikologis ini sering diidentikkan dengan lima tahap model duka cita yang disebabkan oleh proses kematian. Namun akhirnya berkembang tidak hanya sebatas itu, lima tahap respon psikologis ini juga bisa digunakan untuk mengidentifikasi individu pasca pemutusan hubungan kerja, adanya bencana sehingga terpaksa harus mengungsi, kehilangan anggota tubuh, hukuman,
kebangkrutan,
korban
kejahatan
atau
kriminal
atau
keputusasaan. Teori ini berkembang lebih luas dan dapat digunakan untuk memahami reaksi pasca kejadian traumatik yang dialami seseorang. 1. Tahap Penyangkalan (Denial)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
Reaksi pertama individu adalah terkejut, tidak percaya dan menyangkal
bahwa
kehilangan
itu
benar-benar
terjadi
(Suliswati, 2005). Secara sadar maupun tidak sadar seseorang yang berada dalam tahap ini menolak fakta, informasi dan sesuatu yang berhubungan dengan hal yang dialaminya. Pada tahap ini seseorang tidak mampu berpikir apa yang seharusnya dia lakukan untuk keluar dari masalah. Dia tidak siap menerima kondisinya (Kozier, 2004). Oleh karena tahap pengingkaran merupakan tahap yang tidak nyaman dan situasi yang menyakitkan ( French, 1992). Reaksi fisik yang terjadi pada tahap ini berupa keletihan, kelemahan, pucat, mual, diare, sesak nafas, detak jantung cepat, manangis, gelisah (Suliswati, 2005). 2. Tahap Marah (Anger) Kemarahan yang dialami seseorang dapat diungkapkan dengan berbagai cara. Individu mungkin menyalahkan dirinya sendiri dan atau orang lain atas apa yang terjadi padanya, serta pada lingkungan tempat dia tinggal. Pada kondisi ini, individu tidak memerlukan nasehat, baginya nasehat adalah sebuah bentuk pengadilan (judgement) yang membuatnya lebih terganggu. Reaksi fisik yang sering terjadi pada tahap ini antara lain wajah merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur dan tangan mengepal (Suliswati, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
3. Tahap Tawar-menawar (bargaining) Pada tahap ini seseorang berfikir seandainya ia dapat menghindari kehilangan itu. Reaksi yang sering muncul adalah dengan mengungkapkan perasaan bersalah atau ketakutan pada dosa yang pernah dilakukan (Kozier, 2004). Seringkali seseorang yang berada pada tahap ini berusaha tawar menawar dengan Tuhan agar merubah apa yang telah terjadi supaya tidak menimpanya. Sering juga dinyatakan dengan kata-kata “kenapa harus terjadi pada keluarga saya”. Tahap tawar-menawar yang dilakukan seseorang tidak memberikan solusi apapun bagi permasalahan yang dia hadapi. 4. Tahap Depresi (Depression) Pada tahap ini individu mengalami disorganisasi dalam batas tertentu dan merasa bahwa mereka tidak mampu melakukan tugas yang di masa lalu dilakukan dengan sedikit kesulitan (Niven, 2002). Individu sering menunjukkan sikap menarik diri, tidak mau berbicara, takut, perasaan tidak menentu dan putus asa. Seseorang yang berada pada tahap ini setidaknya sudah mulai menerima apa yang terjadi padanya adalah kenyataan yang memang harus dihadapi (Chapman, 2006). Gejala fisik yang sering muncul adalah menolak makan, susah tidur, letih dan libido menurun. (Suliswati, 2005) 5. Tahap Penerimaan (Acceptance)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
Pada tahap ini individu akan menyadari bahwa hidup mereka terus berlanjut dan mereka harus mencari makna baru dari keberadaan mereka. Pikiran yang selalu terpusat pada objek atau orang yang hilang akan mulai berkurang. Individu telah menerima kenyataan kehilangan, gambaran tentang objek mulai dilepaskan dan secara bertahap perhatian akan beralih pada objek yang baru (Suliswati, 2005).
6. Manfaat Penerimaan Diri Menurut Supratiknya (1995) menerima diri secara positif ditunjukkan dari sikap penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri dan lawannya sehingga tidak bersikap sinis terhadap diri sendiri. Penerimaan diri
berkaitan
dengan
kerelaan
individu
untuk
membuka
atau
mengungkapkan aneka pikiran, perasaan, dan reaksi kita terhadap orang lain (kesehatan psikologis individu, serta penerimaan individu terhadap orang lain). Calhoun dan Accocela (1990) berpendapat bahwa penerimaan diri yang positif berkaitan dengan konsep diri yang positif. Seseorang yang memiliki konsep diri yang positif dapat memahami dan menerima faktafakta yang berbeda antara harapan dan realitas diri. Individu yang bersangkutan tetap mampu menyesuaikan diri dengan seluruh pengalaman mentalnya sehingga ia mampu mengevaluasi diri dengan positif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
Menurut Roger (dalam Handayani 1998) penerimaan diri dapat dicapai apabila real self dalam keadaan congruence dengan ideal self. Dengan keadaan tersebut, individu telah menjadi diri sendiri karena ia dapat menyelaraskan harapan akan dirinya dengan keadaan diri yang sesungguhnya. Orang yang dapat menerima diri memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah. Individu tidak perlu cemas akan keterbatasannya karena ia mengetahui bagaimana menghadapi keterbatasan tersebut. Kritikan dari orang lain merupakan suatu alarm untuk semakin mengenali diri. Kritikan tersebut tidak membuat diri merasa semakin kecil dan tak berdaya sehingga individu tidak perlu merasa cemas ( Sugoto dan Eshty, 1998). Berdasarkan pendapat para tokoh di atas, peneliti menyimpulkan bahwa penerimaan diri merupakan kemampuan seorang individu untuk mengetahui, menerima, dan mengembangkan dirinya. Individu yang mampu menerima diri secara positif yaitu: percaya diri, merasa diri berharga, berprinsip, bebas dan spontan, mengembangkan diri,
B. Perkawinan Katholik Menurut Kitab Hukum Kanonik, perkawinan merupakan hidup berkeluarga dalam suatu ikatan dan merupakan cara hidup yang sangat lazim dan normal bagi kebnyakan orang, termasuk di dalamnya orangorang yang telah dibabtis secara Katolik atau diterima dalam Gereja Katolik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
1. Definisi perkawinan Katolik menurut Ajaran Gereja Katolik dimuat dalam Kitab Hukum Kanonik. Bagian yang menyebutkan mengenai perkawinan katolik terdapat dalam : Kanon 1055 1. Perjanjian (foedus) perkawinan, dengannya seorang laki-laki dan seorang
perempuan
membentuk
antara
mereka
persekutuan
(consortium) seluruh hidup, yang menurut ciri kodratinya terarah pada kesejahteraan suami-istri (bonum coniugum) serta kelahiran dan pendidikan anak, antara orang-orang yang dibabtis, oleh Kristus Tuhan diangkat ke martabat sakramen. 2. Karena itu antara orang-orang yang dibabtis, tidak dapat ada kontrak perkawinan sah yang tidak dengan sendirinya sakramen. Kanon 1057 1. Kesepakatan pihak-pihak yang dinyatakan secara legitim antara orang-orang yang meurut hukum mampu, membuat perkawinan, kesepakatan itu tidak dapat diganti oleh kuasa manusiawi manapun. 2. Kesepakatan perkawinan adalah tindakan kehendak dengannya seorang laki-laki dan seorang perempuan saling menyerahkan diri dan saling menerima untuk membentuk perkawinan dengan perjanjian yang tidak dapat ditarik kembali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
2. Perkawinan Katolik yang mampu secara hukum menurut Ajaran Gereja Katolik dimuat dalam Kitab Hukum Kanonik. 1. Kodrati Kanon 1083 1. Laki-laki sebelum berumur genap enam belas tahun, dan perempuan sebelum berumur genap empat belas tahun, tidak dapat melangsungkan perkawinan yang sah. 2. Konferensi para Uskup berwenang penuh menetapkan usia yang lebih tinggi untuk merayakan perkawinan secara licit. Kanon 1084 Impotensi untuk melakukan persetubuhan yang mendahului
(antecedens)
perkawinan
yang
bersifat
tetap
(perpetua), entah dari pihak laki-laki atau perempuan, entah bersifat mutlak atau relatif, menyebabkan perkawinan tidak sah menurut kodratnya sendiri. Kanon 1085 Tidak sahlah perkawinan yang dicoba dilangsungkan oleh orang yang terikat perkawinan sebelumnya, meskipun perkawinan itu belum consummatum. 2. Gerejawi Kanon 1086 Perkawinan antara dua orang, yang diantaranya satu telah dibaptis dalam Gereja katolik atau diterima di dalamnya dan tidak meninggalkannya dengan tindakan formal, sedangkan yang lain tidak dibabtis adalah tidak sah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
Kanon 1087 tidak sahlah perkawinan yang dicoba dilangsungkan oleh mereka yang telah menerima tahbisan suci. Kanon 1088 tidak sahlah perkawinan yang dicoba dilangsungkan oleh mereka yang terikat kaul kekal publik kemurnian dalam suatu tarekat religious. Kanon 1089 antara laki-laki dan perempuan yang diculiknya atau sekurang-kurangnya ditahan dengan maksud untuk dinikahi, tidak dapat ada perkawinan, kecuali bila kemudian setelah perempuan itu dipisahkan dari penculiknya serta berada di tempat yang aman dan merdeka, dengan kemauan sendiri memilih perkawinan itu. Kanon 1090 Tidak sahlah perkawinan yang dicoba dilangsungkan oleh orang yang dengan maksud untuk menikahi orang tertentu melakukan pembunuhan terhadap pasangan orang itu atau terhadap pasangannya sendiri. Kanon 1091 Tidak sahlah perkawinan antara mereka semua yang mempunyai hubungan darah dalam garis keturunan ke atas dan kebawah, baik yang sah maupun yang natural. Kanon 1092 Hubungan semenda dalam garis lurus menggagalkan perkawinan dalam tingkat manapun. Kanon 1093 Halangan kelayakan publik timbul dari perkawinan tidak sah setelah terjadi hidup bersama atau dari konkubinat yang diketahui umum atau publik, dan menggagalkan perkawinan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
garis lurus tingkat pertama antara pria dengan orang yang berhubungan darah dengan wanita dan sebaliknya. Kanon 1094 tidak dapat menikah satu sama lain dengan sah mereka yang mempunyai pertalian hukum yang timbul dari adopsi dalam garis lurus atau garis menyamping tingkat kedua.
3.
PERPISAHAN PASANGAN Menurut ajaran gereja, setiap perkawinan mempunyai sifat atau karakter tak-terceraikan (indissolubilis). Namun dalam sejarah yurisprudensi kanonik, kelihatan bahwa dalam keadaan dan dengan syarat-syarat tertentu Gereja mengizinkan pemutusan ikatan nikah yang tidak sekaligus ratum dan consummatum. Dalam hal ini, Gereja menerapkan prinsip kanonik umum bahwa secara intrinsik perkawinan tidak dapat diputuskan atas kehendak dan keputusan pasangan sendiri; namun secara ekstrinsik- kecuali ratum et consummatum – dapat diputuskan oleh kuasa Gereja yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang ada.
Artikel 1 Pemutusan Ikatan Kanon 1141 Perkawinan ratum dan consummatum tidak dapat diputus oleh kuasa manusiawi manapun dan atas alasan apapun selain kematian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
Kanon 1142 Perkawinan non-consummatum antara orang-orang yang telah dibabtis atau antara pihak dibabtis dengan pihak tidak dibabtis, dapat diputus oleh Paus atas alasan yang wajar, atas permintaan kedua pihak atau salah seorang dari antara mereka, meskipun pihak yang lain tidak menyetujuinya. Kanon 1143 Perkawinan yang dilangsungkan oleh dua orang tidak dibabtis diputus berdasarkan privilegium paulinum demi iman pihak yang telah menerima babtis, oleh kenyataan bahwa ia yang telah dibabtis tersebut melangsungkan perkawinan baru, asalkan yang tidak dibabtis pergi. Kanon 1145 1. Interpelasi hendaknya pada umumnya dilakukan atas otoritas Ordinaris wilayah dari pihak yang bertobat; kepada pihak yang lain, Ordinaris itu dapat memberikan tenggang waktu untuk menjawab, jika ia memintanya, tetapi dengan peringatan bahwa jika tenggang waktu itu lewat tanpa dimanfaatkan, maka sikap diam itu dianggap sebagai jawaban negatif. Artikel 2 Berpisah dengan tetap Adanya Ikatan Perkawinan Kanon 1151-1155 membicarakan perpisahan perkawinan secara tidak sempurna, dalam arti bahwa ikatan perkawinan sendiri masih tetap ada karena yang dipisahkan hanyalah kebersamaan pasangan menyangkut soal ranjang, meja, dan tempat tinggal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
Kanon 1151 Suami-istri mempunyai kewajiban dan hak untuk memelihara hidup bersama perkawinan, kecuali ada alasan legitim yang membebaskan mereka. Kanon 1152 1. Sangat dianjurkan agar pasangan, tergerak oleh cintakasih kristiani dan prihatin akan kesejahteraan keluarga, tidak menolak mengampuni pihak yang berzinah dan tidak memutus kehidupan perkawinan. Namun jika ia tidak mengampuni kesalahannya secara jelas atau diam-diam, ia berhak untuk memutus hidup bersama perkawinan, kecuali ia menyetujui perzinahan itu atau menyebabkannya atau ia sendiri juga berzinah. Kanon 1153 1. Jika salah satu pasangan menyebabkan bahaya besar bagi jiwa atau badan pihak lain atau anaknya, atau membuat hidup bersama terlalu berat, maka ia memberi alasan legitim kepada pihak lain untuk berpisah dengan keputusan Ordinaris wilayah, dan juga atas kewenangannya sendiri, bila penundaan membahayakannya. Kanon 1154 Bila terjadi perpisahan suami-istri, haruslah selalu diperhatikan dengan baik sustentasi dan pendidikan yang semestinya bagi anak-anak. Kanon 1155 Terpujilah bila pasangan yang tak bersalah dapat menerima kembali pihak yang lain untuk hidup bersama lagi; dalam hal demikian ia melepaskan haknya untu berpisah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
Perpisahan ini tetap mempertahankan ikatan perkawinan. Oleh karena itu, perpisahan ini tidak sempurna dan dapat bersifat : -
Total (menyangkut keseluruhan hidup perkawinan) atau parsial (hanya pisah ranjang, atau pisah meja makan, atau pisah kediaman, atau meliputi ketiganya).
-
Tetap (untuk batas waktu yang tidak ditentukan atau selamanya) atau sementara waktu(hanya untuk kurun waktu tertentu, missal satu tahun)
-
Atas inisiatif kedua belah pihak atau inisiatif salah satu pihak saja
-
Atas prakarsa sendiri atau atas izin kuasa gerejawi yang berwenang (misalnya,
Ordinaris
wilayah
atau
tribunal
diosesan) -
Dapat disebabkan oleh perbuatan zina oleh salah satu pasangan atau karena sebab-sebab lain.
C. Kerangka Berfikir Pernikahan menjadi tujuan hidup setiap pasangan. Bersatunya pasangan dalam ikatan perkawinan dan membentuk rumah tangga dengan segala pemenuhan harapan menjadi impian sebuah keluarga. Pada pasangan perkawinan Katolik, mengucapkan janji perkawinan di depan altar hanya dapat dilakukan satu kali seumur hidup. Artinya, perkawinan Katolik hanya dapat dilaksanakan satu kali seumur hidup tidak dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
diulangi. Gereja Katolik tidak memperkenankan adanya perceraian pada pasangan yang telah menikah Katolik. Perjanjian (foedus) perkawinan, dengannya seorang laki-laki dan seorang perempuan membentuk antara mereka persekutuan (consortium) seluruh hidup, yang menurut ciri kodratinya terarah pada kesejahteraan suami-istri (bonum coniugum) serta kelahiran dan pendidikan anak, antara orang-orang yang dibabtis, oleh Kristus Tuhan diangkat ke martabat sakramen (KHK 1055). Dalam perjalanan perkawinan, pasangan mengenal dan menjalani baik dan buruk, suka dan duka perkawinan. Buruk dan dukanya perkawinan seringkali menjadi pemicu konflik yang ada dalam rumah tangga. Ketika pasangan siap dengan kekurangan pasangannya maka konflik dapat diredam. Namun, ketika pasangan tidak siap akan kekurangan pasangannya maka konflik rumah tangga dapat terjadi. Konflik dalam perkawinan yang terjadi berulang dan dalam waktu yang tidak singkat mengurangi keharmonisan dalam perkawinan. Ketika menghadapi permasalahan yang besar banyak pelaku pernikahan yang kemudian memutuskan untuk melakukan perceraian dengan pasangan. Namun, gereja Katolik tidak menghendaki adanya perceraian dengan kata lain istilah dalam gereja yaitu hanya ada perpisahan. Perkawinan ratum dan consummatum tidak dapat diputus oleh kuasa manusiawi manapun dan atas alasan apapun selain kematian (KHK 1141).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
Perpisahan menjadi keputusan untuk menyelesaikan konflik dengan pasangan. Namun, setelah perpisahan terjadi maka pelaku harus siap bila seumur hidup harus dijalani tanpa adanya pasangan. Oleh karena perkawinan dalam Katolik hanya dilaksanakan satu kali seumur hidup. Pelaku dihadapkan dengan situasi tersebut maka, pelaku hendaknya melakukan penerimaan diri dan menjalani hidup selanjutnya tanpa pasangan. Ketidaksiapan pasangan untuk berpisah seringkali menjadikan individu menghadapi frustasi dan depresi. Segelintir individu yang dapat menerima keputusan perpisahan dalam waktu yang singkat. Orang dapat menyesuaikan diri dengan seluruh pengalaman mentalnya sehingga evaluasi tentang dirinya juga positif (Calhoun dan Acocella,dalam Handayani dkk, 1998). Menjadi sebuah tantangan kehidupan di mana Gereja Katolik menghendaki individu hanya dapat menikah satu kali seumur hidup. Artinya,
ketika
seorang
individu
melakukan
perpisahan
dengan
pasangannya maka individu tersebut sudah tidak dapat menikah lagi dalam perkawinan Katolik. Menjadi konflik dalam diri individu untuk melakukan penerimaan diri. Individu kehilangan pasangan walaupun tetap terikat dalam ikatan perkawinan dan tidak dapat menikah dengan orang lain lagi dalam gereja Katolik. Dibutuhkan waktu bagi seseorang yang tengah memiliki konflik untuk dapat melakukan penerimaan diri. Sebelum melakukan penerimaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
diri, akan terasa berat bagi seseorang yang kehilangan pasangan dan tetap terikat dalam ikatan perkawinan. Pelaku perpisahan harus menerima kenyataan kehilangan pasangan, kemudian pelaku perpisahan melalui tahapan respon psikologis dalam proses penerimaan diri setelah menghadapi tahapan-tahapan tersebut, barulah pelaku sampai pada rasa kedamaian dan melakukan penerimaan diri atas apa yang ia alami. Tahapan respon psikologis dalam proses penerimaan diri tidaklah mudah oleh karena dalam kondisi yang tidak menyenangkan. Pada pelaku perpisahan Katolik, selain kehilangan pasangan pelaku juga menghadapi kenyataan bila ke depan tidak dapat menikah lagi dalam gereja Katolik. Penerimaan diri dibutuhkan dalam kenyataan ini, agar kelangsungan hidup pelaku perpisahan dapat lebih positif. Penerimaan diri pelaku perpisahan akan menimbulkan respon penerimaan diri dalam kondisi tidak menyenangkan, yaitu tahap – tahap penerimaan diri menurut Kubler – Ross (dalam Anugrahani, 1998) seperti penyangkalan, rasa marah, tawar menawar, lalu depresi kemudian penerimaan diri. Tidak semua pelaku melewati tahap respon psikologis dalam proses penerimaan diri tersebut. Namun untuk sampai pada tahap respon psikologis proses penerimaan diri tersebut, pelaku melewati beberapa tahap respon psikologis sebelumnya. Pada pelaku perpisahan, seumur hidup ia akan menyandang status terikat perkawinan seumur hidup tapi tanpa pasangan. Bahkan ketika ia menikah lagi tetap masih terikat pernikahan sebelumnya. Namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
keputusan tersebut adalah kehendak dia sendiri. Maka, penerimaan diri kemudian menjadi sebuah pilihan agar di dalam menjalani kehidupan tidak terperangkap pada rasa penyesalan. Sedangkan ketika pelaku tidak melakukan penerimaan diri maka pelaku akan tetap berada situasi tersebut tanpa berkembang. D. Pertanyaan Penelitian Menurut Creswell (2003) pertanyaan penelitian dalam penelitian kualitatif terdiri dari: a. Central Question Central Question merupakan pertanyaan utama yang bersifat umum. Dalam penelitian ini Central Question yang peneliti hendak capai yaitu bagaimana tahapan respon psikologis dalam proses penerimaan diri pada pelaku perkawinan katolik yang berpisah dengan kondisi akan tetap terikat seumur dengan pasangannya. b. Subquestion Subqustion merupakan pertanyaan-pertanyaan yang berfungsi
untuk
memperjelas
dan
mengarahkan
pada
pertanyaan utama dalam penelitian. Maka, subquestion pada penelitian ini adalah : 2.1 Apa yang dirasakan oleh pelaku perpisahan dalam proses penerimaan diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
2.2 Faktor apa yang membuat subjek pelaku perpisahan mampu melewati tahapan respon psikologis dalam proses penerimaan diri. Skema Tahapan Respon Psikologis dalam Proses Penerimaan Diri pada Pelaku Perpisahan Katolik
Pelaku Perpisahan
Kehilangan pasangan akibat perpisahan
Menghadapi Kenyataan
Pengalaman Tahap Respon Psikologis dalam Proses Penerimaan Diri 1. Tahap Penyangkalan (Denial 2. Tahap Marah(Anger) 3. Tahap
Tawar
–
menawar
(Bargaining) 4. Tahap Depresi (Depression) 5. Tahap Penerimaan (Acceptance)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2005) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Jenis penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif naratif. Penelitian ini menggambarkan tahapan proses penerimaan diri pada pelaku perkawinan katolik yang berpisah. Seperti telah dijelaskan oleh Suryabrata (2002) bahwa penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat pencatatan secara sistematis, factual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Berdasarkan tujuan tersebut, maka tipe studi naratif dalam penelitian ini adalah Personal Experience Story (Lyons & Coyle, 2007). Personal experience story memungkinkan untuk menggambarkan pengalaman tertentu di satu fase kehidupan, di mana dalam penelitian ini adalah proses respon penerimaan diri pada pelaku perkawinan katolik yang berpisah. Menurut Smith (2009), terdapat dua langkah dalam penelitian pendekatan psikologi naratif. Pertama adalah mengumpulkan narasi melalui wawancara kisah kehidupan. Kedua adalah menganalisis narasi melalui fase deskriptif. Proses analisis pada fase deskriptif ini dapat dibantu dengan membaginya dalam sekuensi awal, tengah, dan akhir lalu menyoroti isu 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
penting dan mengidentifikasi keterkaitan antar bagian. Selain itu, kemudian dibuat ringkasan dalam bentuk cerita. Langkah studi naratif dalam penelitian ini adalah : a. Membuat daftar pertanyaan yang mengungkap pengalaman sebelum, selama, dan sesudah perpisahan. b. Mengumpulkan data c. Menganalisa kisah informan dan menceritakan kembali dalam story line. d. Menganalisa tahap respon psikologis dalam proses penerimaan diri.
B. Fokus Penelitian Fokus penelitian ini adalah deskripsi tahapan respon psikologis dalam proses penerimaan diri pada pelaku perkawinan Katolik yang berpisah. Deskripsi tahapan respon psikologis dalam proses penerimaan diri ini dapat diketahui dengan cara meminta informan menceritakan pengalamannya awal sebelum berpisah, saat berpisah dan setelah berpisah.
C. Informan Penelitian 1. Teknik Pemilihan dan Kriteria Informan Penelitian Menurut Arikunto (1990) subjek penelitian adalah benda, hal atau organisasi tempat data atau variable penelitian yang dipermasalahkan melekat. Tidak ada satu pun penelitian yang dapat dilakukan tanpa adanya subjek penelitian, karena seperti yang telah diketahui bahwa dilaksanakannya penelitian dikarenakan adanya masalah yang harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
dipecahkan. Maksud dan tujuan penelitian adalah untuk memecahkan persoalan yang timbul tersebut. Hal ini dilakukan dengan jalan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari informan. Informan penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tiga orang pelaku perkawinan Katolik yang berpisah.
2. Prosedur Mendapatkan Informan Penelitian Pemilihan informan yang dianggap sesuai dengan kerangka kerja penelitian ini bersifat purposive (subjek bertujuan). Menurut Untuk mendapatkan informasi yang lengkap dan valid, peneliti mencari informan penelitian yang memahami permasalahan yang akan diteliti. Terkait dengan pertimbangan dan karakteristik tertentu dibutuhkan kriteria. Kriteria tersebut adalah: 1. Melakukan perkawinan secara hukum Gereja Katolik 2. Berpisah dengan pasangan dengan tetap adanya ikatan perkawinan.
D. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara mendalam. Lebih rinci teknik tersebut dijelaskan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
1. Wawancara Mendalam Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara bebas terpimpin yang memuat permasalahan pokok dalam penelitian. Menurut Bungin (2007) karakteristik utama dari wawancara ini adalah dilakukan secara bertahap dan pewawancara tidak harus terlibat dalam kehidupan sosial subjek. Kehadiran pewawancara sebagai peneliti yang sedang
mempelajari
objek
penelitian
dapat
dilakukan
secara
tersembunyi atau terbuka. Sebelum melakukan penelitian, peneliti mempersiapkan pertanyaan untuk memudahkan peneliti dalam melakukan wawancara. Metode wawancara dipilih oleh peneliti agar mendapatkan data tanpa membatasi informasi yang diterima dari informan. Beberapa sarana yang peneliti siapkan guna mendukung proses wawancara yaitu: alat perekam, buku untuk membuat catatan kecil serta alat tulis yang akan membantu peneliti membuat catatan kecil.
E. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini,dilakukan analisis data menurut Smith (2009) yaitu: 1. Mencari tema dalam setiap kasus setelah membaca transkip verbatim secara keseluruhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
2. Mengaitkan tema yang sudah terkumpul dan membaginya dalam sekuensi awal, tengah, dan akhir lalu menyoroti isu penting dan mengidentifikasi keterkaitan antar bagian. 3. Menganalisa kisah informan dan menceritakan kembali dalam story line. 4. Menganalisa tahap respon psikologis dalam proses penerimaan diri. F. Verifikasi Penelitian Dalam melakukan penelitian kualitatif, perlu memastikan bahwa temuan dan interpretasi tersebut akurat Creswell (2009). Verifikasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik member checking. Member Checking, merupakan salah satu proses mengecek akurasi data dengan cara konfirmasi terkait hasil penelitian kepada informan penelitian. Peneliti akan kembali menemui informan serta membawa laporan akhir yang berisikan tema maupun deskripsi yang sudah ada dan menanyakan apakah deskripsi yang sudah dibuat oleh peneliti sudah lengkap dan realistis. Selanjutnya peneliti membuat deskripsi yang padat tentang hasil penelitan beberapa pengalaman informan dan menyajikan banyak perspektif mengenai tema, sehingga mendapatkan hasil yang lebih realistis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Secara Keseluruhan 1. Informan Peneliti tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh informan penelitian. Informan 1 merupakan orang tua dari teman komunitas peneliti. Sedangkan informan 2 dan informan 3 merupakan rekomendasi dari teman informan dalam komunitas. Keterlibatan informan dalam penelitian didasarkan pada kerelaan informan dengan syarat menjaga kerahasiaan identitas informan. Sebelum wawancara
dilaksanakan
pendahuluan
penelitian,
kepada
peneliti
informan
juga
untuk
melakukan memastikan
kesanggupan serta memenuhi persyaratan sebagai informan. Pada wawancara pendahuluan, peneliti didampingi dan dikenalkan oleh teman peneliti kepada informan. Sehingga ketika melakukan pendekatan pada informan 1, 2 dan 3 informan tidak mengalami kendala yang berarti. Namun,
peneliti memang perlu
berhati-hati
dalam menanyakan
kesanggupan. Hal ini karena, topik yang peneliti ambil merupakan topik yang sensitif serta dikhawatirkan dapat membuka luka lama bagi informan yang belum berada dalam tahap penerimaan diri. B. Pelaksanaan Penelitian 1. Deskripsi
44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
Setelah peneliti mendapatkan informan penelitian yang memenuhi kriteria, peneliti melakukan tahap pengambilan data awal yang berguna untuk melakukan kesepakatan dengan informan. Kesepakatan tersebut ditandai dengan informan menandatangani inform consent. Dalam inform consent menyatakan bahwa informan bersedia untuk melakukan proses pengambilan data yang dilakukan oleh peneliti. Setelah peneliti dan informan melakukan kesepakatan bersama, peneliti melanjutkan dengan tahap selanjutnya yaitu rapport. Pada tahap ini, peneliti dapat membangun hubungan yang lebih dekat dengan informan. Dengan adanya kedekatan satu dengan yang lain, diharapkan informan dapat lebih nyaman dan terbuka dalam memberikan informasi kepada peneliti. Rapport dilakukan dengan cara berkunjung lalu berkenalan dan saling bertegur sapa antara informan dan peneliti. Jumlah bertemu dengan ketiga informan dilaksanakan berbeda. Hal ini dikarenakan kesibukan dan karakter dari masing-masing informan berbeda satu dengan yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan a. Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 1 Tabel 2.1. Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 1 KETERANGAN TEMPAT
HARI, TANGGAL
WAKTU
Wawancara I
20 Mei 2016
18.00 – 18.45
22 Mei
18.30 -19. 30
24 Mei
19.00- 19.30
Rumah Informan
Wawancara II
Rumah Informan
Wawancara III
Rumah Informan
b. Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 2 Tabel 2.2. Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 2 KETERANGAN TEMPAT
HARI, TANGGAL
WAKTU
Wawancara I
22 Mei 2016
16.00- 16.30
23 Mei 2016
19.00- 20.00
1 Juli 2016
18.30-19.15
Rumah Informan
Wawancara II
Pasturan Gereja
St.
Theresia Liseux Boro Wawancara III
Rumah Informan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
c. Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 3 Tabel 2.3. Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 3 KETERANGAN TEMPAT
Wawancara I
HARI, TANGGAL
WAKTU
SD Kanisius 23 Mei 2016
11.15 – 11.45
K Wawancara II
SD Kanisius 24 Mei 2016
11.30 – 12.45
K Wawancara III
SD Kanisius 1 Juli 2016
16.00-16.30
K
Tabel 2.4. Identitas Informan dan Ringkasan Deskripsi Relasi
Informan 1
Informan 2
Informan 3
Inisial
YR
AA
LA
Usia
47 tahun
32 tahun
53 tahun
Jenis kelamin
Perempuan
Laki- laki
Perempuan
Pendidikan
SMA
SD
S1
Pekerjaan
Karyawan
Pelaksana
Guru
Suku
Jawa
Jawa
Jawa
Agama
Katolik
Katolik
Katolik
Jumlah Anak
1
-
1
Penyebab
Perselingkuhan Ekonomi
Perpisahan
Perbedaan
, Perselingkuhan, hubungan jarak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
umur
menurut
jauh
Informan Tinggal
Ibu,
Bersama
kandung,
dengan
saudara
anak Ibu,
bapak, Ayah
adik laki- informan
laki
Pada penelitian ini menggunakan Personal Experience Story. Pengalaman yang diambil adalah pengalaman tahap respon penerimaan diri pada pelaku perkawinan katolik yang berpisah. Guna menunjukkan pengalaman tahap respon penerimaan diri, proses penceritaan kembali akan menggunakan kerangka waktu yang secara kronologis akan dinarasikan lewat (a.) sebelum berpisah (beginning), (b.) ketika perpisahan (middle), (c.) pasca berpisah (end).
3. Analisis Hasil Wawancara Informan 1 A. Sebelum Berpisah (beginning) Informan memaparkan bila awal keretakan rumah tangga dengan suami adalah karena informan cemburu pada salah satu rekan kuliah suaminya. Informan menyadari bila berasal dari desa dan tidak ingin dibanding-bandingkan dengan teman suaminya. Informan menyadari kekurangannya dan merasa rendah diri. Namun, memang suami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
informan tidak memiliki hubungan khusus dengan teman kuliahnya. Dugaan yang informan takutkan ternyata tidak ada buktinya. “Kalau nggak salah ada satu namanya R ya agak dekat sekali makanya saya kan cemburu begitu lho awal-awalnya. Saya bilang, saya jangan dibanding-bandingkan dengan temenmu pak saya kan cuma orang desa saya ya bilang begitu ya saya kan cemburu tapi ya nggak taunya ternyata nggak ada apa-apa gitu lho.”( informan 1, 11-19)
Informan memaparkan bahwa awal mengetahui situasi suami memiliki hubungan khusus dengan perempuan lain adalah dari orang lain. Dan informan merupakan istri yang tidak mudah percaya kata orang lain. Informan ingin membuktikan kebenarannya sendiri namun kenbenarannya suami informan memiliki hubungan perempuan lain. Perempuan yang memiliki hubungan khusus dengan suami informan adalah teman informan. Informan mengenal dekat teman khusus dari suaminya. Relasi informan dengan temannya juga tergolong dekat, mereka kerap saling bertukar makanan. “Pak Y kan suami saya namanya Pak Y itu suaminya tadi saya lihat di Purworejo, di Gesing mboncengin teman saya itu terus saya bilang gini, kalau saya belum lihat dengan mata kepala saya sendiri saya nggak percaya saya bilang begitu. Tapi ya slentingan-slentingan ternyata benar gitu lho.” ( informan 1, 2732) Informan memaparkan pengalaman ketika mengetahui kebenaran kabar perselingkuhan suaminya dan teman dekatnya. Informan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
mendapat kabar dari adik mertuanya oleh karena bekerja satu tempat dengan suaminya. Informan mengungkapkan rasa sakit hatinya. Informan mendapatkan informasi bila teman dekatnya secara sembunyi-sembunyi sering menemui suaminya di tempat kerja. ”Tapi ya slentingan-slentingan ternyata benar gitu lho. Lha mulai retaknya itu benar-benar retak waktu itu suami saya masih bekerja di IKIP PGRI di kembang itu, dia kan jadi biro tiga waktu itu satpam, biro kemahasiswaan, terus sama TU. Lha si teman saya itu, sering ke sana. Nha kebetulan, adiknya mertua saya kan rektor di situ sama dosen gitu lho. Terus ya ngomong sama ngomong artinya ya siapa to yang nggak sakit hati ada orang bilang gitu sama aku. “ (informan 1, 32-42) B. Ketika Berpisah (middle) Hubungan informan dengan suaminya semakin memburuk. Informan mendapat ajakan dari suaminya untuk ikut ke balai desa, dan di tempat tersebut informan diminta untuk mengungkapkan apabila hubungan rumah tangga yang mereka bina sudah tidak ada kecocokan lagi. Informan memenuhi ajakan suaminya oleh karena informan masih menyukai suaminya dan menurut apa kata suaminya. Pada pernyataan informan bagian ini, informan meminta kepada peneliti untuk menghentikan sementara wawancara. Hal ini informan lakukan karena informan tidak dapat menahan air matanya. “Tapi kan suami saya, katanya waktu itu sudah tidak srek lagi gitu lho udah nggak ada kecocokan saya kan tambah sakit hati terus waktu itu kan dia mengajak saya ke balai desa. Di sana saya diajak disuruh ngomong kalau ditanya pak lurah suruh bilang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
nggak ada kecocokan gitu. Saya juga manut-manut aja saking saya itu seneng sama dia sama suami saya itu. Sebentar ya mbak,, (Ibu menangis) “ (informan 1, 46-54)
Informan sebenarnya tidak menginginkan perpisahan dengan suami, namun informan merasa sakit hati melihat hubungan suami dengan teman dekatnya. Akhirnya menyetujui untuk berpisah. pada saat di pengadilan, ada pegawai yang beragama Katolik dan memberi informan saran agar tetap mempertahankan perkawinan informan dengan suaminya. “Tapi kan ya waktu itu gimana ya hati perempuan kalau dipanaspanasi sama perempuan itu ya tetap sakit hati saya mau aja pokoknya udah tak hadiri tapi waktu itu kan di pengadilan ada orang Katolik juga. Mbak kamu nanti nggak usah bilang ke bapak bilangnya kalau mbak tetep mencintai suami mbak. Waktu itu pak W apa ya, pegawai pengadilan itu.” (informan 1, 79-87)
Informan melalui proses persidangan dan di pengadilan ditawarkan apakah rumah tangga bisa diperbaiki atau tidak. Informan memaparkan masih mencintai suami namun bertolak belakang dengan suami yang sudah tidak mencintai informan. Informan memaparkan apabila memang bercerai secara sipil dengan suami dan hal tersebut terasa menyakitkan bagi informan. “Akhirnya sidang demi sidang terus saya ditanya, ibu gimana buk kok istilahnya bisa diperbaiki atau tidak? Kalau saya sih bisa pak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
tapi suami saya sudah terlanjur mencintai orang lain dia katanya sudah tidak mencintai saya lagi, saya bilang gitu.“ (informan 1, 90-95) “Saya diceraiin tapi ya sangat menyakitkan mbak. “ (informan 1, 110-111) C. Setelah Berpisah (end) a. Berpisah dengan Tetap Adanya Ikatan Perkawinan Informan merupakan pribadi yang percaya akan kehendak Tuhan. Informan memiliki harapan suami akan kembali dan percaya Tuhan dapat mempersatukan rumah tangga mereka lagi. Informan percaya apabila dulu Tuhan mempertemukan dan segalanya dipercayakan kepada kehendak Tuhan. Informan mengungkapkan apabila masih mencintai suaminya. “Jadi saya berharap suatu saat saya kembali gitu lho, kalau Tuhan berkehendak itu, ya saya mohon saya percaya Tuhan bisa mempersatukannya. Dulu kan yang mempertemukannya kan Tuhan, saya cuma bilang gitu kalau berdoa. Tapi sampai sekarang saya masih berharap masih mencintai. “( Informan 1, 119-124) Harapan besar informan kembali rujuknya hubungan rumah tangganya dengan suaminya ternyata memiliki alasan. Setelah perceraian sipil terjadi, suami informan masih kerap menjalin hubungan dekat. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan informan yaitu masih sering menginap bersama, masak bersama, kemudian makan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
bersama serta jajan bersama-sama. Relasi dekat ini membuat informan memiliki harapan besar untuk kembali rujuk. “Sebelum 3 tahun ini ya ada baiknya ada sedihnya juga ada sukanya senangnya kalau kita bertiga (saya, anak, dan bapak) nginep di sana kita masak bareng, kita makan bareng, kita ya jajan bareng itu” (Informan 1, 159-162) Informan merasa bahwa ketika sudah berpisah suami masih menjalin relasi yang baik dengan informan. Suami informan sering mengirim pesan singkat yaitu ajakan kepada informan untuk mengajak anak mereka berkunjung ke rumah suaminya. Informan tanpa mempertimbangkan serta tidak memperdulikan walaupun waktu malam tapi tetap datang ke tempat suaminya. Kebersamaan yang ada terjalin baik, informan tetap memperdulikan suaminya seperti membelikan lauk-pauk. Pada waktu berkumpul bersama suami dan anaknya, relasi hangat terjalin melalui canda gurau bersama. Walaupun berpisah dengan suami, namun informan memaparkan bahwa jika ada acara mereka tetap datang bertiga. Kalau sering apa ya masalah senengnya kalau suami bilang “mak nanti ke sini ya sama-sama”. Saya kan di sms ke sana kan sama A malam mbok jam berapa nanti beli lauk sekalian belikan lele atau apa terus nanti yo kita bergurau kita bertiga sambil nonton tv, itu senengnya disyukuri. Nanti kalau pas ada acara apa kita bertiga. (informan 1, 193-199) Berpisah dengan pasangan membuat informan menyadari bahwa informan masih mencintai suaminya dan perasaan mencintai suami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
tidak luntur walaupun sudah berpisah selama 20 tahun. Hal ini ditunjukkan
dengan
informan
yang
masih
mengungkapkan
perasaannya kepada suaminya. Informan juga percaya bahwa pernikahan Katolik hanya sekali seumur hidup dan tidak terpisahkan kecuali oleh maut. Informan juga memaparkan bahwa sebelum pulang ke rumah orangtuanya, informan mengungkapkan kepada suaminya bahwa akan tetap mencintai suaminya dan sampai kapanpun informan akan menganggap sebagai suami. “Tapi saya berpedoman kalau orang Katolik nikahnya satu kali perceraiannya hanya kalau diantara satu ada yang meninggal saya cuma bilang begitu. Dan waktu itu sebelum saya pulang ke sini kan saya sempat bilang sama suami saya “pokoknya sampai kapanpun kamu tetap suami saya, saya tetap mencintai njengenan pertama dan terakhir, saya tetep menunggu kamu.”(informan 1) Perasaan memiliki masih ada dalam diri informan kepada suaminya. Ketika suami hendak menjadi lurah, harta yang informan punya dijual dan diberikan kepada suaminya agar bisa membantu meringankan beban suaminya. Rasa memiliki serta mencintai suami masih lekat dalam diri informan. Walaupun informan telah disakiti dan diceraikan oleh suaminya, namun informan tetap baik dan peduli kepada suaminya. Anak informan melakukan protes kepada informan mengenai informan yang memberikan uang hasil menjual cincin dan gelang. Anak informan sebenarnya hendak menyadarkan kepada informan agar mengurungkan niatnya. Oleh karena informan hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
berkorban dan tidak menuai hasil ketika missal suaminya menjadi lurah. Begitu pula dengan mertuanya (orangtua suaminya) juga menasehati informan. Jika informan mempunyai hasil dalam bentuk materi seharusnya untuk menyenangkan anaknya bukan diberikan untuk suami yang telah menyakiti informan. Padahal mbak saya waktu itu kan kami juga sudah cerai dia njago jadi lurah. Ya cincin sama gelangku tak jual tak kasihin uang e sampai A bilang gini, “mak lha kok cincin sama gelangmu kamu jual besok kalau jadi lurah yang jadi bu lurah siapa? Apakah mamak? kan bukan “ A sendiri sampai bilang gitu terus mertua saya adik saya juga bilang gitu mbok uwis nek punya itu buat seneng-seneng sama A jangan dikasihkan Y, walaupun itu anak saya sendiri tapi kalau nggak bener saya juga nggak ngrestui, gitu. Ya itu juga menyakitkan. (informan 1, 221-232) Informan membesarkan anaknya seorang diri. Bagi informan, anaknya
menjadi
semangat
hidupnya.
Berkali-kali
informan
memaparkan bahwa dalam hatinya percaya suatu saat pintu hati suaminya akan terbuka bagi keluarganya.
Informan kembali
mengatakan keyakinan hatinya jika suaminya bisa kembali. Informan juga tulus mencintai suaminya. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan informan yaitu walaupun suaminya di usia tua nanti informan akan merawat suaminya. “Ya jujur saja mbak, saya masih punya semangat itu demi anak saya terutama saya percaya suatu saat suami saya pintu hatinya akan terbuka buat keluarganya sendiri. Saya berkeyakinan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
Tuhan Yesus akan menunjukkan jalan lain mbuh kapan besok masa tuanya atau kapan saya tu sampai sekarang masih percaya kalau suami saya nanti bisa kembali. Saya pernah bilang gini pada suami saya, “pak mbok sisuk njengenan tuo kae, nek njengenan loro ra ono sik ngrumat tak rumat”. “(informan 1, 300-310)
b. Respon Psikologis Proses Penerimaan Diri Informan merasa sakit hati ketika mendapat informasi dari pekerja suaminya. Pekerja suaminya memaparkan bahwa suami informan
merasa
senang
karena
telah
dapat
memberikan
kesenengannya intri barunya. Informan merasa sakit hati dan juga membandingkan dengan apa yang dia dapat. Informan merasa bahwa dirinya dan juga anaknya tidak diperhatikan. Informan juga mengingat pengalaman masa lalunya yaitu ketika suaminya sekolah/ kuliah. Informan memaparkan bahwa dulu ketika sekolah, informan serta anaknya ikut berjuang secara finansial serta hidup dengan pas-pas an. Namun, ketika sekarang suami sudah bekerja tapi justru istri baru yang merasakan hasilnya. Pada bagian ini, informan berada pada tahap penyangkalan (Denial). Informan menyangkal dan menolak fakta yang terjadi. Informan masih terjebak pada harapan yang seharusnya terjadi. Informan tidak siap menerima kondisinya dan masih lekat dalam harapan bersatu dengan suaminya. Informan juga belum bisa menerima kenyataan atau fakta bahwa suaminya lebih memilih teman dekatnya dibanding diri informan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
Menurut pertimbangan informan, teman dekatnya sudah mempunyai anak dan akan menjadi anak tirinya. Berbeda dengan jika memilih diri informan karena hanya memiliki satu anak dan statusnya anak kandung dengan suaminya. Informan belum meerima fakta suami lebih memilih teman dekatnya dibanding dirinya. Hal ini diungkapkan informan yaitu apa kekurangan informan dibanding teman dekat informan. Itu yang paling menyakitkan kan misalkan dia dibelikan apa gitu, nha suami saya punya tukang kan mbak lalu bilang ke tukang e, “wah saya merasa senang bisa memberikan kesenengane istriku” gitu nha terus tukang e bilang ke aku lha aku yo sakit. (informan 1, 175-180) Padahal aku sama A saja nggak diperhatikan kenapa lebih memperhatikan itu padahal saya mulai dari bapaknya A sekolah kan saya ikut berjuang otomatis saya sama A kan ikut berjuang dia menjadi sarjana, nha biasanya kami berjuang to. (menangis dan nada keras) Yo katakanlah kita waktu itu soale kan ekonomi yo mbak waktu itu kan agak melemah kan buat sekolah kan ya kita makannya apa adanya gitu. Yang sering menyakitkan setelah perceraian ya itu. (informan 1, 181-191) Kenapa kok malah memilih teman saya yang punya anak tiga usianya saja lebih tua dari suami saya kok malah meninggalkan saya sama A yang hanya satu anak gitu lho kekurangan saya itu apa saya bilang gitu. (informan 1, 257-261) Informan memaparkan rasa kekecewaannya karena anaknya tidak dibantu dicarikan pekerjaan. Informan menyatakan jika rasa duka dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
rasa senang itu banyak sakitnya. Informan juga menceritakan bila anaknya mengatakan bahwa ayahnya hanya sekedar janji-janji saja. Oleh karena itu, anak informan memberi nasehat kepada ibunya agar tidak memikirkan ayahnya. Informan berada pada tahap marah (anger) di mana informan tidak mendengarkan nasehat dari anaknya untuk memikirkan ayahnya. Karena di sisi lain informan masih mencintai suami dan masih berharap untuk bisa kembali. Iya, A kan belum pernah pergi ya malah nggak dicarikan pekerjaan lak menyakitkan sekali to. Jadi rasa duka dan seneng itu banyak sakitnya sampe A ki sok ngomong “Mbok rasah mikirin bapak, wong bapak yo mung janji-janji terus”. (informan 1, 216220) Ketika informan bertemu dengan suaminya, informan masih mengungkapkan bila mencintai suaminya dan menunggu suaminya kembali. Namun di satu sisi, informan tidak ingin merendahkan diri hingga suaminya menjadi semaunya sendiri. Informan memaparkan bila relasi dengan suaminya memang masih dekat, sering bergurau namun tidak mengarah pada masa depan. Harapan informan agar suaminya mau kembali dengan informan memang terlalu besar. Ketika informan berkali-kali mengatakan bahwa
masih
meresponnya.
mencintai Informan
suaminya, selama
20
namun tahun
suaminya
tidak
perpisahan
masih
mengungkapkan bahwa akan menunggu suaminya kembali. Nek saya kalau pas ada kesempatan ke sini saya bilang “saya mencintai kamu dan tetep tak tunggu” tapi aku nggak mau merendahkan diri to mbak aku juga harus jaga diri aku jadi aku ngomong harus hati-hati jangan sampai dia apa, nanti “nggak ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
aku nggak ada laki-laki lain” aku ya jadi malu to. (informan 1, 402-408) Jadi kalau ngomong ya harus hati-hati. Ya kadang kita ngomong, ya udah kita gimana ya kalau kita cuma gojek aja jadi nggak mengarah ke depannya mau gimana gitu enggak. Saya sih sekarang gitu jadi maunya dia tu enak sendiri. Saya mengatakan saya masih cinta tapi dia tidak merespon gitu lho ya cuman maaf ya mbak ya , ya guyon gitu ya guyon e antara suami istri gitu cuma itu doang. Jadi kan kalau aku mau berbuat gini gitu kan saya nggak mau direndahkan tapi dia kalau dia nggak memulai aku juga nggak mau soalnya kan saya perempuan jadi kan saya cuma bilangnya mentok-mentok nya ya “pokok e njengenan tak tunggu” gitu aja. (informan 1, 409-422) Tapi kan laki-laki menang sendiri itu yang saya nggak suka. Ya maunya sih kalau diladeni mau mbak tapi kan aku juga pikerpikir percuma to kalau saya meladeninya padahal saya kan udah berapa tahun saya berusaha menghilangkan apa ya hubungan sebagai suami istri dan saya tidak ingin melakukan itu tapi kan nek kadang-kadang ketemu dia juga mencoba kaya gitu nanti A tak panggil “kamu cepat ke sini” ( informan 1, 423-431) Informan belum bisa berada dalam tahap penerimaan diri (acceptance). Hal ini terkait dengan pernyatan-pernyataan informan jika akan tetap menunggu
suaminya. Informan juga masih
mengunggkapkan rasa cinta kepada suaminya walaupun suaminya tidak merespon hal tersebut. Walaupun suaminya telah menikahi orang lain, namun informan tetap mengharapkan suaminya kembali. Informan masih selalu terpusat pada suaminya dan tidak mencoba mencari makna baru dari situasi yang ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
4. Analisis Hasil wawancara Informan II A. Sebelum Berpisah (beginning) Informan memaparkan bila merasa tidak dianggap dalam rumah tangga bersama istrinya. Ketika ada hal yang dirasa penting, istri mendiskusikan kepada orangtua bukan dengan suami. Di sisi lain, informan merasa diri bila mertua juga kurang bersimpati kepada informan, dikarenakan informan saat menikah belum memiliki pekerjaan dan masih tinggal bersama mertua. Informan bekerja membantu mertua di sawah. Informan juga memaparkan bila pergi dari rumah karena di suruh pulang oleh mertua. Segala situasi di dalam rumah tangga informan diatur oleh mertua dan istri. “Kalau ada apa-apa itu tidak kasih tau saya tau dulu. Kasih taunya sama orangtuanya. Berarti kan saya nggak dipakai di sana. “(informan 2, 25-28) “Masalah yang utama ya dulu kan saya nggak kerja, pengangguran kan morotuo nggak cocok kalau ada orang yang nganggur
itu
itu
saya
terus
suruh
pulang.
Karena
ekonomi.”(informan 2, 175-178) B. Ketika Berpisah (middle) Informan memaparkan rasa kecewa karena situasi saat ia menikah dengan setelah berpisah adalah berbeda. Pada awal pernikahan informan dan pasangan saling mencintai namun sekarang ketika berpisah adalah tidak saling berkomunikasi. Merasa sakit hati karena ketika hubungan suami istri pada awalnya saling memiliki namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
menjadi tidak saling menyapa seperti tidak mengenal satu dengan yang lain. “Ya maksudnya, dulu saling mencintai sekarang kok bisa terpisah dan sekarang tidak mau berbicara dan kalau ketemu tidak mau ngomong. Ya rasanya sakit to yo, dulu begitu kok sekarang begini. “(informan 2, 51-52, 54-56) Hal lain yang informan paparkan adalah informan mengajak rujuk kepada istri namun istri tidak memberikan respon. Harapan informan bila istri mau diajak rujuk adalah mengajak istri untuk tinggal bersama di rumah informan. “Ya saya, dulu bertemu sih saya cuman mau bilang “kamu mau nggak ke tempat saya? Di rumah saya. Kalau mau kita terus kalau nggak mau ya kita tetap berpisah.” (informan 2, 163-165) C. Setelah Berpisah (end) a. Berpisah dengan Tetap Adanya Ikatan Perkawinan Dalam menanggapi perkawinan Katolik yang dilaksanakan hanya satu kali seumur hidup, informan memaparkan bahwa tidak apa-apa kalau gereja tidak memperkenankan menikah kembali. Namun, ketika ada perempuan lain yang mau untuk hidup dengan informan maka informan menghendaki untuk menikah siri. Dalam artian, informan menghendaki perkawinan dalam agama lain atau bisa dikatakan bukan perkawinan katolik. Sehingga apabila
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
memang ada perkawinan maka dilaksanakan dengan sederhana serta hanya kerabat dan tetangga yang datang. “Ya saya tanggapan saya sendiri ya tidak bisa nikah lagi nggak papa. Ya besok kalau mau ada yang senang sama saya saya bisa nikah tapi nikah siri. Ya nikah di rumah tapi cuman tetangga tok yang menghadiri. “(informan 2, 145149) Hal lain yang informan ungkapkan yaitu keinginan informan untuk memiliki istri lagi. Namun, dalam ajaran agama Katolik hanya diperkenankan menikah satu kali dan dipisahkan oleh maut. Oleh karena itu, informan memaparkan bila kalaupun akan menikah maka menikah di rumah bukan di gereja Katolik. Ya.. saya mau kepengen istri lagi tapi ya kalau bisa. Bisa tapi satunya harus ada yang meninggal. Ya tapi kan nggak mungkin. Tapi ya nggak gereja nikahnya, di rumah. (informan 2, 216-213) Sebagai seorang laki-laki, informan memiliki keinginan untuk memiliki keturunan. Istri informan memang sudah tidak memungkinkan untuk memiliki keturunan karena faktor usia. Hal ini pula yang mendukung informan dalam keinginannya menikah lagi walaupun tentunya bukan dalam gereja Katolik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
Ya besok kalau saya tua nggak ada yang mengurus saya. Lalu keturunan mbak, saya masih pengen punya keturunan juga mbak. (informan 2, 222-224) b. Respon Psikologis Proses Penerimaan Diri “Ya saya berpisah terus masih orang-orang itu ngetawain ya gitu lah. “(informan 2, 81-82) Ya kalau ada yang ngingetin tentang istri itu saya masih mangkel. Wong ya saya emang nggak seneng hidup di sana, apalagi semua diurusin orangtuanya. Ya kayak dia yang berkuasalah sama orangtuanya. Saya cuma dibutuhin tenaganya. Apalagi saya nggak ada kerjaan mbak dulu. Kalau inget sakit thok mbak. (informan 2, 238-244) Informan berada pada tahap kemarahan (anger) dan menyalahkan lingkungan yang masih mengingatkan informan pada istrinya. Lingkungan menertawakan informan karena informan mengalami pengalaman berpisah dengan istri. “Ya saya diam ya saya arep muni enggak tapi kenyataan saya begitu. Jadi saya diam saja. “ (informan 2, 88-89) Informan diam dan tidak mau menanggapi lingkungan yang membicarakan perpisahannya dengan istri. Pada tahap ini, yaitu tahap depresi (depression), informan setidaknya sudah mulai menerima apa yang terjadi pada dirinya sebagai sesuatu hal yang harus dihadapi. “Ya tidak ada komunikasi setelah saya berpisah, dikaruhke pun tidak. Ya bagaimana, saya masih sakit hati. Sudah lah mbak.” (informan 2, 97-99)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
Informan sakit hati dengan respon istrinya, yaitu istri tidak berkomunikasi dengannya. Pada tahap ini, informan berada pada tahap ketidaknyamanan dan situasi yang menyakitkan. Merasa jengkel dengan sikap istrinya pasca perpisahan (denial). Informan menyesali keputusannya ketika dulu menikahi istrinya. “Ya perasaan saya sakit mbak. Istilahnya saya jadi lelaki itu rasanya nggak berguna ya. Ya sempet nyesel juga dulu kok malah aku sama dia, ya usianya jauh kalo dari saya. Jadi ya kalo dulu pas jadi suami istri diatur mbak begini begini. Ada apa-apa ngomongya ke orang tua mbak. Kalau inget masih ada rasa mangkel gitu lah. (informan 2, 230236)” Belum mbak, yang paling banyak itu nyeselnya mbak, tapi pie yo wong wis terjadi mbak. Sekarang ya mung nggak ada saling komunikasi njug jadinya ya pie ya ngganjel mbak. Apalagi inget dulu sama orangtuanya mbak saya jadi sok terpojok di sana. Ora ono kaji ne babar blass jadi wong lanang. (informan 2, 264-270) Pada tahap ini, informan menyesali apa yang sudah terjadi. Mengapa harus terjadi pada dirinya. Mengapa dulu menikah dengan istrinya padahal perbedaan umur terpaut cukup jauh. Informan berada pada tahap tawar-menawar (bargaining).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
5. Analisis Hasil Wawancara Informan III A. Sebelum Berpisah (beginning) Informan merupakan seorang perempuan, saat berpisah usia perkawinan dengan suami adalah 10 tahun, informan memang memaparkan alasan menikah dengan suami adalah karena kehamilan di luar perkawinan. Perkawinan yang dilakukan belum dalam kategori siap. Siap diantaranya adalah berhubungan dengan psikis informan dan pasangan serta pula siap dalam fondasi perekonomian. Jadi, dari awal dilakukannya perkawinan memang belum mempunyai fondasi yang kuat. Pemaparan informan bila 10 tahun pertama adalah masa rawan perkawinan dan informan tidak dapat melewati masa rawan tersebut. “Yaa.kalau istilahnya apa yang menyebabkan itu kehamilan di luar nikah “MBA” Married by accident dan secara ekonomi pondasi kami belum cukup karena kami sama-sama..saya memang sudah bekerja di salah satu guru smp keruk munggang yang sekarang jadi smp n 1 atap. Tapi suami saya kan belum, masih kuliah.” (informan 3, 14-22) Di sisi lain, keretakan rumah tangga juga dipicu oleh kehadiran orang ke-tiga. Awalnya, suami secara terbuka menceritakan kepada istri bahwa ada perempuan lain yang menyukai suami. Istri tidak mengenal perempuan yang menyukai suaminya, dan tau dari suaminya bahwa perempuan itu adalah adik dari yang punya CV
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
tempat suaminya bekerja. Terlihat bila suami ada keterbukaan dengan istrinya dan tidak menyembunyikan perihal perempuan yang menyukai suami. “Terus ya yang kedua selain ekonomi juga pihak ke-tiga tentunya. Ada pihak ke-tiga enjih.” (informan 3, 30-31) “Saya tidak kenal hanya tau dari suami saya itu. Tau kalau dia itu istilahnya disenengi oleh yang cewek itu.”(informan 3, 3537) Informan menyadari bila kesalahan juga ada pada dirinya. Karena adanya komitmen akan tinggal bersama di rumah orangtua suami saat anak sudah lulus kelas 6 SD. Tapi informan memungkiri komitmen tersebut dikarenakan informan enggan tinggal menumpang dengan mertua tanpa dia bekerja serta membebankan ekonomi kepada suami. Informan merupakan pribadi yang enggan bila tidak bekerja. Informan sebenarnya belum pernah bertemu dengan mertua karena berkomunikasi hanya lewat surat. Meskipun mertua dari informan rajin menulis surat kepada informan namun tetap ada rasa segan karena belum mengenal pribadi mertua. “Ya sebetulnya kami punya komitmen itu waktu suami mulai bekerja itu kan nanti kalau anak sudah kelas 6 lulus kita mau kita pindah ke Sangihe dan itu saya sudah diajak untuk pindah tapi saya sendiri mengatakan nanti tunggu anak mau SMP gt
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
kan. Saya tidak siap hanya ikut mertua karena saya kan biasa bekerja kan saya nggak bisa hanya ikut mertua tanpa penghasilan.”(informan 3, 61-68)
B. Ketika Berpisah (middle) Informan menyadari kesalahan tidak sepenuhnya ada pada suami, juga ada dari pihak diri sendiri. Meskipun pada saat terjadinya perpisahan, informan condong menganggap bila suaminya egois dan hanya memikirkan dirinya sendiri, tidak memikirkan anak dan istrinya. Emosi informan pada saat itu memang menggebu-gebu. Informan sadar bila perpisahannya dengan suami berimbas pada anak. Oleh karena itu, informan memutuskan untuk menitipkan anaknya di panti asuhan. Hal ini informan lakukan agar anak tidak terdidik untuk membenci ayahnya. Informan sadar bila pada waktu itu emosi informan
sangat
tinggi
sehingga
membenci
suaminya.
Rasa
kekecewaan pada suami yang lebih memilih perempuan lain daripada anak dan istrinya. Suami memilih untuk bersama perempuan lain. “Karna saya mengatakan bahwa itu juga kesalahan ada di saya, tapi saat saat itu saya mengatakan dia egois karena hanya memikirkan dirinya sendiri padahal punya tanggung jawab anak dan istri. “(informan 3, 55-58) Perasaan lain yang dirasakan informan adalah rasa takut bila anak menjadi korban perpisahan orang tua. Informan takut bila secara tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
sadar akan menanamkan kepada anak untuk membenci ayahnya. Anak informan dekat dengan ayahnya dibanding ibu nya. Oleh karena itu, informan menitipkan anaknya ke panti asuhan “Menikah secara Katolik kan kita benar-benar dan memang pingin hidup berdua sampai mati. Tapikan karna dampak saya nanti takutnya saya melampiaskan kebencian ke anak saya. Saya nanti tanpa sadar mendidik dia untuk tidak mencintai ayahnya. Maka saya titipkan ke panti itu sampai dia lulus SMA.” (informan 3, 161-167) C. Setelah Berpisah (end) a. Berpisah dengan Tetap Adanya Ikatan Perkawinan Informan menyadari bila perkawinan Katolik hanya satu kali seumur hidup. Oleh karena itu harapan informan sebenarnya tidak mau berpisah dengan suami dan menikah hanya sekali seumur hidup. Informan juga menyadari bahwa perkawinan Katolik tidak menghendaki adanya perceraian. “Ya saya kira saya juga manusia biasa ya mbak ya saat itu siapa sih orang yang menikah secara Katolik mau berpisah tentunya kan istilahnya kan kalau dalam gereja Katolik kan kita menikah untuk selamanya sampai mati.”(informan 3, 85-89) Pernyataan lain dari informan yaitu Romo menghendaki bila informan tetap memakai status kawin dalam kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
Oleh karena perkawinan dalam lingkup gereja Katolik memang sekali seumur hidup. “Kata Romo pakai saja status kawin karena kamu kan status gereja masih resmi menikah sampai sekarang saya masih pakai status itu.” (informan 3 127-130) b. Respon Psikologis Proses Penerimaan Diri “Pandangan saya sekarang dengan pandangan saya 20 tahun yang lalu beda ya. Kalau dulu saya mengatakan kalau dia egois dan sebagainya tapi sekarang saya mengatakan bahwa sesetia apapun suami kalau jarak waktu perpisahan itu setengah tahun satu tahun itu ibaratnya dia setia tapi setiap hari kaya kucing ya setiap hari dikasih gereh di atas meja lah lalu dimakan juga. (informan 3,44-54) Pada tahap ini, informan mengungkapkan kemarahannya (anger) pada 20 tahun yang lalu di mana informan menyalahkan suami atas apa yang terjadi serta menganggap bahwa suami egois. Namun,
informan
juga
membandingkan
dengan
saat
ini,
memaklumi apa yang suami lakukan dan menganggap sebagai hal yang wajar. Hal yang wajar yaitu ketika setiap hari perempuan yang mempunyai hubungan special dengan suami ada di dekatnya maka relasi akan semakin baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
“Saat itu mbak, rasane lho apa ya rasanya sakit banget rasanya pengen bunuh diri sampe pengennya njegur progo gitu lho. Tapi ndak saya lakukan itu saya lari ke Romo B saat itu romo pembantu di paroki saya, romo muda. Justru di situ oleh Romo saya diberi istilah e dimarahi yo. Saat itu Rm B mengatakan nek wis bunuh diri semua persoalan rampung po?”(informan 3, 99-106) Rasanya
emang
eee
saya
istilahnya
apa
ya?
Ee
mengungkapkan rasa putus hati saya itu kepada orang lain saya kan, saya orangnya agak agak tertutup kalau masalah pribadi walaupun saya suka bergurau tapi kalau hal pribadi saya sangat tertutup. (informan3,143-148) Informan mengalami keputusasaan yang dalam dan berada pada tahap depresi. Informan memaparkan sempat hendak ingin bunuh diri karena ketidaksiapan mengalami pengalaman yang menyakitkan. Pada awalnya, informan memendam perasaannya sendiri namun akhirnya informan berkonsultasi dengan salah satu Romo yang ia kenal. Pada akhirnya, informan menuruti nasehat dari Romo yang menjadi panutannya berjalan ketika menjalani masa depresi. Saat itu ya, saya tidak percaya yang pertama tidak percaya masak saya seperti ini rasanya kok Tuhan tidak adil to? Saya merasa aduh kok seperti ini ya? Saya tu merasa ditinggalkan Tuhan meninggalkan saya saat itu, bener saya menjadi malas berdoa. Memang orang mengatakan seharusnya banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
berdoa tapi saya yang mengalami yang merasa sakit yang merasa bahwa aduh kok seperti ini ya. Itu kok seperti ditinggalkan Tuhan gitu lho. (informan 3, 134-142) Informan menyalahkan Tuhan dan mengungkapkan bahwa dengan pengalaman ini merasa ditinggalkan oleh Tuhan. Sempat informan menjadi malas untuk berdoa padahal ia menyadari seharusnya informan banyak berdoa dengan adanya pengalaman ini. Pada tahap ini informan berada pada tahap tawar- menawar dengan Tuhan (bargaining). Terus saya dikuatkan dia, dia yang mendampingi saya sampai saya kuat sampai saya bisa istilahnya menerima kenyataan bahwa itu memang harus terjadi. (informan 3, 107-110) Informan mampu menerima dan menyadari pengalaman perpisahan sebagai pengalaman yang harus dialami dan dijalani. Informan mulai mengalihkan objek pengalaman menyakitkannya dengan suami dan menggantinya dengan fokus kepada anak. 6.
Deskripsi Hasil Informan 1 menceritakan awal mula penyebab perpisahan dengan
suaminya. Informan dan suaminya memiliki satu anak kandung laki-laki. Berlanjut pada cerita relasi informan dan suaminya. Informan merasa cemburu dengan teman kuliah suaminya. Informan merasa diri bahwa dia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
orang desa, oleh karena itu lontaran pernyataan informan kepada suaminya adalah jangan dibanding-bandingkan dengan temannya. Persepsi informan dalam memandang diri sendiri adalah merasa kecil. Informan 1 menceritakan bahwa suaminya telah memiliki hubungan khusus dengan teman dekatnya. Pada awalnya informan mendapat informasi dari orang lain dan tidak percaya sebelum mengetahui sendiri. Namun pada akhirnya kebenaran tentang hubungan khusus suami dengan teman dekatnya memang benar.
Suami informan mengajak
informan untuk bercerai secara sipil, dengan alasan sudah tidak ada kecocokan. Oleh karena informan sangat mencintai suaminya maka, informan mengikuti mau dari suaminya. Proses perceraian secara sipil tidak dapat dihindari, walaupun informan tetap mencintai suaminya. Informan memegang teguh bahwa perkawinan secara Katolik hanya sekali seumur hidup. Informan berusaha untuk membujuk suaminya agar tidak menceraikannya secara sipil. Namun, suami informan menyatakan bahwa sudah tidak mencintai informan lagi. Infroman 1 mencoba berkonsultasi dengan Romo dan disarankan oleh Romo agar tidak menghadiri proses perceraian di pengadilan. Namun, karena panas hatinya maka informan menghadirinya. Informan hilang kontrol karena melihat suami dengan teman dekatnya akhirnya informan mau untuk diceraikan. Informan menyatakan bahwa diceraikan suami sangat menyakitkan. Akhirnya, suami informan menikahi teman dekat informan, hal ini membuat informan sakit hati dan tidak menerima kenyataan mengapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
suami informan lebih memilih teman dekatnya dibanding informan dan anak kandungnya. Walaupun terjadi perceraian secara sipil namun hubungan informan dengan suaminya masih tetap berlanjut. Informan, suami dan anaknya kerap berkumpul bersama dan menjalin relasi yang dekat. Kadang kala, mereka bertiga menginap di satu rumah lalu bercanda gurau dan makan bersama. Relasi dekat ini membuat informan berharap agar suaminya kembali kepadanya. Oleh karena, perkawinan mereka memang masih sah dalam gereja Katolik. Namun, 20 tahun ini telah terlewati dengan harapan informan. Informan masih sering mengungkapkan kepada suami bahwa masih mencintainya dengan tulus. Berharap suatu saat mungkin saat tua nanti bisa merawat suaminya. Informan selalu percaya kepada Tuhan bahwa suaminya akan kembali. Informan terkadang menyesali dan merasa sakit hati karena keputusan suaminya menikah lagi, padahal informan dan anaknya ikut berjuang saat suami berkuliah dulunya. Istilahnya ikut berjuang agar suami menjadi sarjana, namun kini tidak menuai hasil. Pernikahan sekali seumur hidup membuat informan bertahan selama 20 tahun membesarkan anaknya sendiri. Informan mengungkapkan bila “Tuhan Maha Adil” diberikan pekerjaan untuk dapat menguliahkan anaknya. Informan yang masih mencintai suaminya menjalin hubungan mesra dengan suaminya walaupun informan tau hal itu adalah salah. Keyakinan penuh dari informan bila suatu saat akan kembali dengan suaminya. Informan tidak dapat keluar dari masa lalunya dan tetap mencintai suaminya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
Informan 2 menceritakan alasan menikahi istrinya. Berawal dari main ke rumah sodaranya dan dikenalkan oleh sodaranya bahwa belum memiliki suami, informan tertarik. Akhirnya berjalan satu bulan dan menikah. Informan memaparkan bila jarak umur dengan istrinya terpaut jauh “dulu saya 27 dan sana 44”. Jauh dan lebih tua istrinya. Ajakan untuk menikah disetujui, namun pernikahan hanya berjalan satu tahun dan sudah tidak cocok lagi. Informan 2 memaparkan bila ada suatu hal, istrinya tidak memberi tahunya namun justru memberi tahu orang tuanya anggapan informan bila tidak berguna “berarti kan saya nggak dipakai”. Masalah utama terjadi ketidakcocokan yaitu karena informan tipe orang yang diam sedangkan istrinya keras kepala. Selain itu oleh karena informan pengangguran jadinya mertua tidak cocok dan menganggap sebelah mata. Karena faktor ekonomi, dulunya informan kerja ikut mertua di sawah tapi merasa tidak cocok. “ iya terus saya disuruh pulang suruh cari perempuan yang sejajar saya”. Informan pulang dan informan sudah memiliki pekerjaan. Yang terjadi adalah ketika informan sudah memiliki pekerjaan, melalui tetangga istrinya menyampaikan kepada informan kalau di suruh kembali ke rumah istrinya dengan alasan sudah punya pekerjaan. Namun informan tidak mau. Informan tidak ada komunikasi dengan istrinya, baik melalui seluler atau bertemu langsung. Bahkan ketika bertemu mereka tidak saling menyapa. Informan merasa sakit hati namun informan mengisi kesibukan dengan bekerja dan juga main untuk menghibur diri. Teman-teman dekat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
menyuruh untuk kembali dengan istri, Romo juga menyarankan untuk rujuk namun informan tetap tidak mau. Informan menganggap bahwa dirinya kurang baik karena kegagalan perkawinannya. Informan menyadari bila perkawinan Katolik hanya sekali seumur hidup. Informan masih mempunyai keinginan untuk memiliki anak karena usianya masih muda, keinginan punya teman hidup saat tua agar ada yang mengurus. Selama 4 tahun setelah berpisah dengan istri, informan masih merasakan sakit dan merasa jika menjadi lelaki yang tidak berguna. Informan menyesali keputusan pilihannya di masalalu yaitu menikahi istrinya. Informan masih menyimpan rasa “mangkel” bila mengingat perlakuan istrinya yang seenaknya sendiri dan mengatur saat dulu masih satu rumah. Informan masih menyesal tapi sudah terjadi, hal yang mengganjal adalah tidak adanya komunikasi, dulu saling mencintai tapi sekarang tidak ada pembicaraan satu dengan yang lainnya. Informan 3 menjelaskan alasan pernikahannya dengan suaminya. Pernikahan dengan suaminya di awali dengan kehamilan di luar nikah, jadi sebenarnya belum siap untuk menikah. Berlanjut pada alasan kegagalan pernikahannya dengan suaminya yaitu karena adanya pihak ke-tiga. Informan juga mengatakan bahwa kesalahan juga ada padanya oleh karena informan mengingkari janji bahwa hendak tinggal bersama mertua selepas anaknya lulus kelas 6 SD. Namun, informan tidak siap bila tinggal bersama mertua dan tidak mempunyai penghasilan. Oleh karena hubungan informan dengan suami adalah hubungan jarak jauh, maka suami informan tertarik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
dengan adik dari atasannya di tempat ia bekerja. Dulu saat perpisahan terjadi, merasa jika suami egois dan hanya memikirkan diri sendiri. Perceraian terjadi dengan suaminya dan saat itu informan tidak dapat hadir karena jarak tempuh yang jauh. informan sebenarnya tidak menginginkan perceraian terjadi. Orang yang menikah secara Katolik mau berpisah kan istilahnya menikah untuk selamanya sampai mati. Informan juga sempat putus asa dengan perceraian tersebut. Rasanya sakit banget rasanya pengen bunuh diri. Tapi informan tidak melakukannya karena informan sharing dengan salah seorang Romo dan diberi pemahaman bila hal yang ingin informan lakukan adalah salah, karena tidak dapat menyelesaikan masalah. Romo mendampingi informan sampai informan tenang. Informan merasa ditinggalkan Tuhan. Di sisi lain, anak informan juga terkena dampak dari perceraian yang terjadi. Anak informan dekat dengan ayahnya. Lalu informan menitipkan anaknya ke panti asuhan bukan karena tidak kuat membiayai namun karena takut anak kena dampak dari ibunya. Takut nanti melampiaskan kebencian ke anak. Tanpa sadar mendidik dia untuk tidak mencintai ayahnya. Namun informan juga tetap menengok anaknya, serta informan membenahi diri untuk hidup ke depan. Informan dengan suaminya tidak ada komunikasi, serta informan tidak mempunyai surat cerai dan hanya mempunyai risalla. Informan menyatakan bila statusnya janda dan biasanya janda dilecehkan rendah, tapi informan percaya hal tersebut tergantung dari orangnya. Informan memaparkan apabila membutuhkan waktu sekitar 10 tahun untuk memaafkan suaminya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
Tabel Perbandingan Hasil Informan 1
Informan 2
Informan 3
Denial
Anger
Anger
Anger
Depression
Depression
-
Denial
Bargaining
-
Bargaining
Acceptance
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
7. Pembahasan Setelah menggambarkan story line ketiga informan, maka selanjutnya adalah pembahasan tahap respon psikologis dalam proses penerimaan diri pelaku
perkawinan
katolik
yang
berpisah.
Pemahaman
mengenai
penerimaan diri akan di-review singkat guna memberikan batasan kajian. Dari hasil
kajian mengenai penerimaan diri (Hjelle & Ziegler,1992)
penerimaan diri merupakan suatu keadaan di mana seorang individu memiliki sikap positif terhadap dirinya dan mampu mengolah segala kelebihan serta kekurangan yang ada dalam dirinya termasuk mengulah bermacam emosi yang ada dalam dirinya. Selain definisi penerimaan diri, tahap respon psikologis dalam proses penerimaan diri (Kubler-Ross, 1998) membagi respon psikologis dalam lima tahap yaitu, penyangkalan (denial), marah (anger), tawar-menawar (bargaining), depresi (depression) dan penerimaan (acceptance). Sesuai dengan definisi penerimaan diri di atas, maka syarat untuk berhasil melakukan penerimaan diri adalah mengolah bermacam emosi dan mengolah segala kelebih serta kekurangan yang ada. Selain itu, sebelum sampai pada penerimaan diri, melewati terlebih dahulu tahap respon psikologis. Tahap penyangkalan (denial), informan 1 menolak fakta yang terjadi, ketika suaminya lebih memilih orang lain dari pada dirinya. Menyangkal bahwa kehilangan pasangan benar-benar terjadi. Informan 1 tidak siap menerima fakta serta kondisi yang ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
Tahap marah (anger), ungkapan kemarahan terjadi dalam berbagai cara. Informan 1, menganggap bila dalam hidupnya rasa duka dan rasa senang lebih banyak sakitnya/ dukanya. Informan 2, menyalahkan lingkungan
karena
lingungan
mengingatkan
pada
istrinya
serta
menertawakan pengalaman hidupnya. Informan 3, menyalahkan suami atas apa yang terjadi serta menganggap suami egois. Tahap tawar-menawar (bargaining), informan 2 menyesali apa yang sudah terjadi seandainya dulu tidak menikahi istrinya. Informan 3, menyadari dulu tidak banyak berdoa padahal seharusnya banyak berdoa pada Tuhan. Pada tahap ini, tidak ada solusi yang diberikan bagi permasalahan yang dihadapi. Tahap depresi (depression), informan 2 merupakan pribadi yang tertutup dan menarik diri, tidak mau menanggapi tanggapan dari lingkungan. Informan 3, mengalami keputusasaan serta berniat untuk bunuh diri tapi menyadari bila hal tersebut adalah salah. Penerimaan (acceptance), pada tahap ini individu akan menyadari bahwa hidup mereka terus berlanjut dan mereka harus mencari makna baru dari keberadaan mereka. Informan 1 dalam jangka waktu 20 tahun belum mampu untuk membebaskan rasa dari harapan akan kembalinya suami kepada keluarga. Informan 1 belum dapat mencari makna baru dari situasi yang ada saat setelah berpisah sampai 20 tahun ini terlewati. Informan 1 belum sampai pada tahap penerimaan. Informan 2, masih berada dalam pemikiran tentang istrinya dan menyesali keputusan yang dulu diambil yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
keputusan menikahi istrinya. Informan 2 belum sampai pada tahap penerimaan. Informan 3 memaknai hidup sebagai sebuah pengalaman yang harus dijalani. Gambaran informan 3 tentang sakit hati kepada suaminya sudah mulai dilepaskan semenjak 10 tahun yang lalu. Informan sudah mampu memaafkan suaminya dan memaknai hidup dengan fokus yang lebih positif seperti fokus pada pekerjaan juga pada anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Informan yang dapat melakukan penerimaan diri terhadap perpisahannya dengan pasangan adalah informan 3 dan tentunya dengan melewati proses yang panjang dengan melewati tahapan – tahapan penerimaan diri yang ada. Tahap proses penerimaan diri tidak semuanya dilewati oleh informan. Informan 1 baru melewati tahap denial dan anger. Informan 2 melewati tahap anger, depression, denial, bargaining. Informan 3 sudah sampai pada penerimaan diri yaitu melewati tahap anger, depression, bargaining dan acceptance. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian tentang tahap respon psikologis dalam proses penerimaan diri pada pelaku perkawinan katolik yang berpisah, saran yang dapat peneliti berikan adalah : 1. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian dengan tema sensitive serta mengingatkan dengan pengalaman masa lalu, lebih berhati-hati dalam melakukan wawancara serta dapat meredam adanya emosi masa lalu setelah wawancara terlaksana. Hal ini perlu dilakukan karena, munculnya rasa sakit hati oleh karena informan belum sampai pada tahap respon psikologis penerimaan diri.
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
Untuk peneliti yang tertarik meneliti lebih jauh tentang penerimaan diri pada pelaku perkawinan Katolik yang berpisah, dapat menggali tentang bentuk penerimaan diri yang ada serta dapat menambah subyek penelitian agar hasil yang diinginkan dapat tercapai.
2. Bagi Masyarakat, Keluarga dan Pastoral Lingkungan
masyarakat
menjadi
wadah
untuk
bersosialisasi.
Hendaknya masyarakat mau memberikan dukungan sosial, hal ini menyangkut pemahaman masyarakat bahwa perkawinan tak semuanya berjalan lancar. Dengan memahami dan mengerti persoalan tentang khususnya
perpisahan
secara
Katolik,
diharapkan
melakukan
pendampingan personal agar pelaku lebih cepat untuk sampai pada respon psikologis penerimaan diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Daftar Pustaka Anugrahani, W. (1998). On death and dying : Kematian sebagai bagian kehidupan Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Anugrah, A. (1974). Studi Hubungan Antara Penerimaan Diri Terhadap Kondisi Fisik Dengan Penyesuaian Sosial Remaja Cacat Tubuh di Panti Asuhan Bina Daksa Suryatama (Makalah Penelitian). Arikunto, S. (1990). Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit Angkasa. Budi, S., S. (2012). Kamus Kitab Hukum Kanonik. Yogyakarta: Kanisius. Bungin, B., H., M. (2007). Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial. Jakarta : Kencana Prenama Media Group. Calhoun, J., F., & Accocelia, J., R. (1990). Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan alih bahasa R. S. Satmoko. Ed. 3. Semarang :IKIP. Coleridge, P. (1997). Pembebasan dan Pembangunan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Chapman, V. (2006). Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC. Creswell, John W. (2009). Research Design Pendekatan Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Penerjemah Achmad Fawaid. Fawaid, Achmad. (2009). Research Design Pendekatan Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Germer, C., K. (2009). The Mindful Path to Self- Compassion. USA : The Guilford. Handayani, Muryadinah Mulyo, Sofia Ratnawati,Avin Fadila Helmi. (1998). Efektivitas Pelatihan Pengenalan Diri dan Harga Diri. Jurnal Psikologi no.2:47-55. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Hjelle, L., A., & Ziegler, D., J. (1992). Personality theories Ed. 3. Singapore: Mc Graw Hill Publishing Company. Hurlock, E. B. (1974). Personality Development. New Delhi: Mc Graw Hill. Hurlock, E., B. (1993). Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Edisi kelima. Jakarta :Bima Aksara.
83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
Hurlock, E., B. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta : Erlangga. Jersid, A., T. (1958). The Psycology of adolescence. New York : Mac Millan Company. Kail & Cavanaugh. (2000). Human Development : A life span view. USA: Wadsworth. Kartini, Kartono. (2005). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja. Kozier. (2004). Fundamental of nursing: concepts, process and practice. New Jersey: Pearson prentice hall. KWI – BKKBN. (1993). Kasih setia dalam suka-duka : Pedoman persiapan perkawinan di lingkungan Katolik. Jakarta : PT Ikrar Mandiriabadi. KWI. Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), Diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II, (Jakarta: Obor, 1991). Laswell, M., & Laswell, T. (1987). Marriage and The Family. New York : Wadsworth. Lyons, E., & Coyle, A. (2007). Analysing Qualitative Data in Psycology. Thousand Oaks: SAGE Publication, Inc. Mawadah, H. (1990). Gambaran Konflik Pernikahan pada Pasangan Berlatar Belakang Etnis Jawa-Batak. Journal Psikologi. Moeloeng. (2005). Metodologi Kualitatif. Ed Revisi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Niven, N. (2002). Psikologi Kesehatan. Jakarta :EGC. Nurmaeni (2008). Penerimaan Diri pada Janda yang Bercerai. Journal Psikologi vol 5 (01) 2008. Putra, E., P. (2012). Angka Perceraian Pasangan Indonesia Naik Drastis 70 Persen. Republika. Diunduh tanggal 19 Januari tahun 2016, dari http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/01/24/lya2yg-angkaperceraian-pasangan-indonesia-naik-drastis-70-persen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
Ratnawati, D. (1990). Hubungan Keaserifan dengan Penerimaan Diri atas Kecacatan yang Disandang Oleh Para Penyandang Cacat Tubuh di PRPCT. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Rubiyatmoko, R. (2011). Perkawinan Katolik menurut Kitab Hukum Kanonik. Yogyakarta: Kanisius. Ryff, D. Caroll. (1996). The Structure of Psycological Well-Being Revisted. Journal of Personality and Social Psycology, Vol.69(4), 719-727. Sari, P., E ., dkk. (2002). Penerimaan Diri di Tinjau dari Kematangan Emosi. Jurnal Psikologi. UniversitasGajah Mada. Sarwono, S., W. (1991). Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali. Santosa, B. (2009). Dasar-dasar psikologi kualitatif : Pedoman praktis metode penelitian. Jakarta : Nusamedia.s metode penelitian. Jakarta : Nusa Media. Smith, A., J. (2009). Dasar-dasar Psikologi Kualitatif: Pedoman prakt Sudarto, L & Wirawan, H., E. (2000). Penghayatan Makna Hidup Perempuan Bercerai. Journal Ilmial Psikologi “ARKHE” vol 6 (23) 2001. Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara. Sugoto, S., & Esthy, P., J. (1998). Hubungan Penerimaan Diri Terhadap Kondisi Fisik Kesehatan Mental Pada Waria. Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC. Supratiknya, A. (1995). Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta : Kanisius. Suryabrata, S. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Grafindo Perkasa Rajawali. Urim, P. (2007). Penerimaan Diri Pada Remaja Penderita Gagal Ginjal Kronis. Jakarta :Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Walgito, B. (1991). Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi. Wilsa. (1997). Penerimaan Diri pada Wanita yang Bekerja. (Tesis tidak diterbitkan). Depok: UI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No 1
Verbatim Label Deskriptif Label Analitis kelemahan Selamat malam buk, sugeng ndalu maaf saya Awal masalah dalam rumah Menyadari
2
merepotkan ibuk. Untuk yang pertama, saya tangga yaitu cemburu dan tidak berimbas pada rasa cemburu karena
3
tertarik dengan kisahnya Ibu, kisah perjalanan ingin
dibandingkan
4
kehidupannya Ibu. Nha, boleh tidak buk saya orang
lain
5
tanya sebenarnya yang terjadi sampai Ibu kelemahan.
6
berpisah dengan bapaknya mas E. Kepripun to
7
buk kisahnya yang pertama?
8
Awalnya itu mulai 94 kalau nggak salah ya, waktu
9
itu suami saya masih KKN.
10
KKN?
11
Iya, kalau nggak salah ada satu namanya R ya
12
agak dekat sekali makanya saya kan cemburu
13
begitu lho awal-awalnya. Saya bilang, saya
14
jangan dibanding-bandingkan dengan temenmu
15
pak saya kan cuma orang desa saya ya bilang
16
begitu ya saya kan cemburu tapi ya nggak taunya
dan
dengan ada perasaan dibandingkan. menyadari (12-17)
diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
ternyata nggak ada apa-apa gitu lho.. Tapi, lama
18
kelamaan sesudah selesai KKN apa yaa kami baik
19
kembali nggak ada apa-apa gitu lho..
20
Terus kejadiannya mulai 96 lagi, tahun 96 itu kan Informasi
21
saya punya temen dia juga suami istri itu saya menjalin
22
sering ke sana waktu itu kan saya sama suami saya dengan teman dekat.
23
kan bisnis ayam petelur saya kalau ke tempat Ada rasa percaya kepada suami romantik figure suami dengan
24
teman saya itu ke sana bawain telur terus yang dan membutuhkan bukti bukan teman dekat menimbulkan rasa
25
teman saya kalau ke tempat saya ngasih emping hanya sekedar kata orang.
26
kebetulan itu kan jualan emping tapi nggak taunya Adanya
27
kata orang-orang, eh pak Y kan suami saya romantik suami dengan teman
28
namanya pak Y itu suaminya tadi saya lihat di dekat
29
Purworejo, di Gesing mboncengin teman saya itu rasa sakit hati.
30
terus saya bilang gini, kalau saya belum lihat
31
dengan mata kepala saya sendiri saya nggak
32
percaya saya bilang begitu. Tapi ya slentingan-
33
slentingan ternyata benar gitu lho. Lha mulai
34
retaknya itu benar-benar retak waktu itu suami
35
saya masih bekerja di IKIP PGRI di kembang itu,
dari
relasi
hubungan
bukti
sehingga
suami Adanya rasa percaya kepada figure
romantik suami sehingga lebih percaya pada bukti. Adanya bukti hubungan
sakit hati.
hubungan (30-32, 39-42)
menimbulkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
dia kan jadi biro tiga waktu itu satpam, biro
37
kemahasiswaan, terus sama TU. Lha si teman saya
38
itu,sering ke sana. Nha kebetulan, adiknya mertua
39
saya kan rektor di situ sama dosen gitu lho. Terus
40
ya ngomong sama ngomong artinya ya siapa to
41
yang nggak sakit hati ada orang bilang gitu sama
42
aku.
43
Nha akhirnya sering bertengkar, tapi dengan Jujur masih mencintai dan
Rasa jujur bila masih mencintai
44
jujurnya sampai sekarang saya pun masih seneng berharap kembali kepada suami.
suami dan berharap kembali.
45
masih mencintai dan berharap kembali gitu lho. Namun, suami sudah tidak
Rasa ketidakcocokan dari figure
46
Tapi kan suami saya, katanya waktu itu sudah cocok dan menambah rasa sakit
suami menambah rasa sakit hati.
47
tidak srek lagi gitu lho udah nggak ada hati. Menurut apa saja kata
(43-54)
48
kecocokan saya kan tambah sakit hati terus waktu suami walaupun berbeda dengan
49
itu kan dia mengajak saya ke balai desa. Di sana perasaan.
50
saya diajak disuruh ngomong kalau ditanya pak
51
lurah
52
gitu. Saya juga manut-manut aja saking saya itu
53
seneng sama dia sama suami saya itu. Sebentar ya
54
mbak,, (Ibu menangis)
suruh
bilang
nggak
ada
kecocokan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Lama-lama kan waktu itu suami saya masih kerja
56
di IKIP to mbak, pernah itu datang ke tempat saya
57
katanya pagi-pagi tu mau ada tukang ojek ke
58
tempat saya, mbak pak Y nya di mana? Itu baru
59
mandi. Katanya itu ada temennya katanya mau
60
ngasih bayar, lho ngapain kalau ngasih bayar kan
61
biasanya di kEr kok diantar di rumah mbok suruh
62
aja datang ke sini ternyata perempuan itu tadi, ya
63
teman saya itu tadi.
64
Akhirnya kan teman saya juga di cerai sama Bertahan agar tidak cerai dengan Mempertahankan agar tidak
65
suaminya gitu lho,terus akhirnya sama suami saya suami. Pernyataan suami sudah
bercerai dengan suami.
66
itu. Dulunya saya bilang saya nggak mau dicerai, tidak mencintai.
(66-70)
67
kata suami saya “wong saya sudah nggak Mertua masih menganggap
68
mencintai kok kamu nggak mau”. Jadi semua menantu.
69
keluarga
70
menganggap saya menantunya.
71
Jadi saya itu cerainya cuman di apa pengadilan Bercerai di pengadilan dan
Berkonsultasi dengan figure Romo
72
waktu
Berkesaksian jujur bila mencintai
73
saya konsultasi dulu sama Romo, terus romo kan Romo.
dari
itu
pihak
saya
mertua
sebelum
saya
ke
masih
pengadilan berkonsultasi dulu kepada
figure suami walaupun ada rasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
bilang ya sudah itu nggak usah dihadiri, itu yang Saran untuk tidak datang ke
sakit hati.
75
salah kan suami anda bukan anda yang minta pengadilan dan berkata bila tetap (71-75, 79-87)
76
cerai. Terus ditanya, “itu perempuannya gimana? mencintai suami.
77
Orang Katolik atau bukan?” Bukan, teman saya Sakit hati dan merasa panas hati.
78
sendiri Romo, waktu itu kan saya bilang gitu. Ya
79
kalau mau tak sarankan Ibuk nggak usah ke sana,
80
tapi kan ya waktu itu gimana ya hati perempuan
81
kalau dipanas-panasi sama perempuan itu ya tetap
82
sakit hati saya mau aja pokoknya udah tak hadiri
83
tapi waktu itu kan di pengadilan ada orang Katolik
84
juga. Mbak kamu nanti nggak usah bilang ke
85
bapak bilangnya kalau mbak tetep mencintai
86
suami mbak. Waktu itu pak W apa ya, pegawai
87
pengadilan itu.
88
Mungkin saya tetap, kan masih panas to rasanya Rasa panas hati, suami tidak
Kekecewaan suami yang mencintai
89
terus saya juga ditanya gini gini gini gini sama mencintai lagi justru mencintai
orang lain.
90
anunya terus akhirnya sidang demi sidang terus orang lain.
(92-95)
91
saya ditanya, ibu gimana buk kok istilahnya bisa
92
diperbaiki atau tidak? Kalau saya sih bisa pak tapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
suami saya sudah terlanjur mencintai orang lain
94
dia katanya sudah tidak mencintai saya lagi, saya
95
bilang gitu.
96
Terus akhirnya dia kok ya gimana ini, waktu itu Hilang kontrol tau suami
Rasa emosi dan kehilangan kotrol
97
dikasih tempo berapa hari ya terus panggilan bersama dengan teman dekat
dan menyetujui keputusan cerai.
98
kedua apa ketiga. Lha pas waktu senggang itu kan dan akhirnya mau diceraikan.
(98-102)
99
orang-orang tetangga pada bilang itu pak Y
100 boncengan lagi sama itu lha saya kan jadi hilang 101 kontrol lagi to mbak, jadi ah biarin aja pak saya 102 mau (cerai). 103 Saya bilang, pak maaf ya kalau orang Katolik Pernyataan di agama Katolik
Tata aturan gereja Katolik
104 setau saya dulu di perjanjian di altar suci kalau perpisahan yang sah bila salah
perkawinan dipisahkan oleh
105 perpisahan kami itu yg sah diantara salah satu dari satu meninggal. Rasa
kematian.
106 kita yang mati itu baru perceraian yang sah saya menyakitkan dicerai masih
Rasa sakit berpisah hidup.
107 bilang gitu, tapi kalau di pengadilan tidak buk, itu hidup.
(103-111)
108 kalau di pengadilan itu nggak apa-apa katanya 109 bilang gitu nggak tau siapa itu. Ya sudah kalau 110 bapak membela suami saya. Saya diceraiin tapi ya 111 sangat menyakitkan mbak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112 Berarti itu masih terasa sakit ya buk sat itu? Tetap adanya relasi dengan
Mempertahankan relasi keluarga
113 Tapi sesudah cerai itu, malah terasa gimana ya suami demi anak setelah
inti. Harapan pada Tuhan akan
114 kayak saling ketemu gitu lho kadang-kadang cuma bercerai.
bersama kembali.
115 waktu itu kita E kan masih kecil to waktu tak ajak Berharap kehendak Tuhan suatu
(117-124)
116 ke sini umur 3 kelas 3 ya berarti 9 tahunan ya saat akan kembali bersatu 117 kalau nggak salah, misalkan kita main kalau ke dengan suami serta masih tetap 118 Jogja kita berangkat bersama jadi ada baiknya. mencintai suami. 119 Jadi saya berharap suatu saat saya kembali gitu 120 lho, kalau Tuhan berkehendak itu, ya saya 121 mohon
saya
122 mempersatukannya.
percaya Dulu
Tuhan
bisa
kan
yang
123 mempertemukannya kan Tuhan, saya cuma bilang 124 gitu kalau berdoa. Tapi sampai sekarang saya 125 masih berharap masih mencintai. Jadi perubahan Tetap sebagai istri yang sah
Terikat perkawinan seumur hidup.
126 yang dirasakan oleh ibu setelah itu apa nggih?
dalam gereja walaupun sudah
Rasa sakit karna figure suami yang
127 Maksudnya perubahan sesudah cerai?
cerai sipil.
memilih wanita lain.
128 Iya sesudah cerai.
Tetap merasa sakit dengan
(132-138)
129 Iya, waktu itu kan emak saya kan masih punya suami. 130 rumah di sana.saya kan sering nginep di sana sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131 E, ya ada baiknya tapi kan dengan istri kedua 132 sering nggak akur itu lho. Jadi kita kan baik tapi 133 kadang-kadang dia yang sering cemburu kalau 134 saya di sana tapi kan orang-orang di sana mbak 135 Rus kan masih istri yang sah dalam pekawinan 136 gereja jadi nggak ada masalah kalau saya ke sana, 137 tapi itu kan bapaknya E kan sering menyakiti gitu 138 lho mbak, sampai sekarang. 139 Nggih buk, berarti cara mengatasinya jadi ada Mengurangi frekuensi datang ke
Sakit hati dan mengatasi dengan
140 di rumah ini ya?
jarang berkunjung ke rumah
rumah mertua cara mengatasi
141 Iya, saya jarang ke sana lagi saya tidak ke sana sakit hati.
mertua.
142 nya sejak bapak saya sakit 3 tahunan saya nggak
(141-146)
143 pernah ke rumah sana. Tapi saya kalau ke rumah 144 suami saya ke tempat mertua jadi misalkan sini 145 rumah mertua terus rumah suami saya kan di sana 146 (sambil menunjuk). 147 Ibuk, lama berpisahnya dengan bapak tadi Adanya kebersamaan dan
Terjalinnya kebersamaan keluarga
148 berapa lama buk?
inti pasca perpisahan.
keakraban antara ayah, ibu dan
149 Nggih mulai 96 kalau nggak salah oktober tanggal anak.
(159-164)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150 13 kalau nggak salah. 151 Oktober tanggal 13 yaa buk? 152 Iya mbak, begitu keluar dari pengadilan. 153 Baik bu, ibuk saget menceritakan masalah154 masalah yang muncul pasca berpisah dengan 155 bapak? 156 Sebelum? 157 Bukan, sesudah buk. Masalah-masalah yang 158 muncul
sesudah
perpisahan
dengan
159 bapak. Sebelum 3 tahun ini ya ada baiknya ada 160 sedihnya juga ada sukanya senangnya kalau kita 161 bertiga (saya, anak, dan bapak) nginep di sana kita 162 masak bareng, kita makan bareng, kita ya jajan 163 bareng itu ya sering cuma mulai, kalau 3 tahun 164 sekarang mulai tahun berapa ya mbak? 165 2013 / 2012 166 Ya sekitar itu saya nggak ngak begitu akrab gitu 167 lho cuma sekilas kalau ketemu. 168 Kalau masalah yang muncul dalam hidup ibu Merasa sakit bila suami
Sakit hati dan rasa cemburu kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169 setelah
perpisahan
apa
saja
ya
buk? memeuhi keinginan istri baru.
170 Masalahnya yang suka atau yang duka mbak?
figure istri baru suami. (171-180)
171 Kalau yang itu menjengkelkan. Kalau masalah 172 yang sangat menyakitkan misalkan saya ke sana to 173 mbak, kan istrinya nggak mesti di situ tapi kalau 174 sekarang di sana sering mbak nha saya nggak ke 175 sana to. Itu yang paling menyakitkan kan misalkan 176 dia dibelikan apa gitu, nha suami saya punya 177 tukang kan mbak lalu bilang ke tukang e, “wah 178 saya merasa senang bisa memberikan kesenengane 179 istriku” gitu nha terus tukang e bilang ke aku lha 180 aku yo sakit. 181 Padahal aku sama E saja nggak diperhatikan Merasa cemburu dan tidak adil
Kemarahan dan tuntutan keadilan
182 kenapa lebih memperhatikan itu padahal saya karena bersama anak tidak
kepada figure suami karena tidak
183 mulai dari bapaknya E sekolah kan saya ikut diperhatikan. Kemarahan karena
memperhatikan anak.
184 berjuang otomatis saya sama E kan ikut berjuang di masa lalu ikut berjuang untuk
(181- 191)
185 dia menjadi sarjana, nha biasanya kami berjuang kuliah suami. 186 to. (menangis dan nada keras) Yo katakanlah kita 187 waktu itu soale kan Ekonomi yo mbak waktu itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188 kan agak melemah kan buat sekolah kan ya kita 189 makannya
apa
adanya
gitu.
Yang
sering
190 menyakitkan setelah perceraian ya itu. 191 Kalau sering apa ya masalah senengnya kalau Hubungan yang tetap berjalan
Relasi dekat dalam keluarga inti,
193 suami bilang “mak nanti ke sini ya sama-sama”. dengan suami bersama anak,
masih ada kebersamaan dan
194 Saya kan di sms ke sana kan sama E malam mbok bersenda gurau dan menonton tv
kedekatan.
195 jam berapa nanti beli lauk sekalian belikan lele bersama.
(193-199)
196 atau apa terus nanti yo kita bergurau kita bertiga 197 sambil nonton tv, itu senengnya disyukuri. Nanti 198 kalau pas ada acara apa kita bertiga. 199 Tapi kalau yang menyakitkan kenapa kok anaknya Tuntutan kenapa ada perbedaan
Perbedaan perlakuan yang condong
200 sendiri tidak disayang seperti anak yang dibawa perlakuan antara anak kandung
peduli kepada anak tiri daripada
201 istrinya, dia kan bawa anak tiga yang paling kecil dengan anak tiri dan lebih
anak kandung.
202 seusia E iya, tapi dia sudah nikah. Nha itu yang sayang kepada anak tiri.
(200-212) (216-220)
203 juga menyakitkan kenapa kok ada perbedaan 204 seharusnya kan anak kandung sendiri yang 205 diperhatikan kaya-kaya kemaren E kan waktu itu 206 sudah nyupir tapi disuruh keluar katanya mau 207 dicarikan pekerjaan tapi sampai sekarang nggak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
208 dicarikan. Padahal sementara orang-orang bilang 209 pak Y ki anak e dewe ra dicarikan pekerjaan 210 sementara
anak
e
wong
malah
dicarikan
211 pekerjaan. Maksudnya tetangga saya itu mbak 212 yang ngomong ke saya anak e wong tu ya anak 213 yang dibawa perempuan itu. 214 Anak tirinya bapak ya bu? 215 Iya, E kan belum pernah pergi ya malah nggak 216 dicarikan
pekerjaan
lak
menyakitkan
sekali
217 to. Jadi rasa duka dan seneng itu banyak sakitnya 218 sampe E ki sok ngomong “Mbok rasah mikirin 219 bapak, wong bapak yo mung janji-janji terus”. 220 Padahal mbak saya waktu itu kan kami juga sudah Mengorbankan harta yang
Berkorban finansial untuk suami
221 cerai dia njago jadi lurah. Ya cincin sama dimiliki untuk suami yang telah
yang sudah meninggalkan dan
222 gelangku tak jual tak kasihin uang e sampai E meninggalkan dan menyakiti.
menyakiti.
223 bilang gini, “mak lha kok cincin sama gelangmu
(221-232)
224 kamu jual besok kalau jadi lurah yang jadi bu 225 lurah siapa? Apakah
mamak? kan bukan “ E
226 sendiri sampai bilang gitu terus mertua saya adik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
227 saya juga bilang gitu mbok uwis nek punya itu 228 buat seneng-seneng sama E jangan dikasihkan Y, 229 walaupun itu anak saya sendiri tapi kalau nggak 230 bener saya juga nggak ngrestui, gitu. Ya itu juga 231 menyakitkan. 232 Nggih buk, menawi masalah pekerjaan gimana Tuhan Mahakuasa dan Maha 233 buk? Setelah lepas dari bapak.
Ucapan syukur kepada Tuhan
adil. Memberi kemudahan dalam diberi kemudahan dalam mencari
234 Ya kebetulan Tuhan itu maha kuasa dan maha adil mencari nafkah dan
nafkah.
235 begitu saya pulang ke sini pulang ke kandang menyalahkan anaknya hingga
(235-245)
236 saya, waktu itu hari apa ya pokoknya selisih dua gelar sarjana. 237 hari saya dapat kerja waktu itu saya di toko emas 238 cuma berapa hari 3 hari langsung saya dipindah di 239 toko pakaian. Tuhan kan mahakuasa maha adil 240 saya berjalan 4,5 tahun terus coba mandiri sendiri 241 jualan di sini tapi cuma setahun, bertahan setahun 242 ya karna banyak dihutang-hutang itu saya terus 243 pergi ke jogja selama 10 tahun buat E sekolah 244 sampai S1 itu. Saya di Jogja Catering, ya kadang 245 waktu itu saya ngantar-ngantar ke jalan Sultan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
246 Agung kalau nggak yak e jalan Katamso kalau 247 lurus e ke umbulharjo lha saya ke situ kalau nggak 248 ke situ saya ke taman siswo itu apa ya 249 swalayannya itu namanya taruma, ada tiga kampus 250 ya. Ya saya di situ berjalan 10 tahun. 251 Baik bu, apakah sekarang masih ada hal yang Belum ikhlas karena suami lebih
Belum adanya kerelaan dan
252 mengganjal dalam dirinya ibu, terkait dengan memilih teman dekatnya yang
keikhlasan untuk melepaskan
253 pasangan perpisahannya ibu, terkait dengan sudah mempunyai anak.
suami.
254 bapak Y nggih? Hal yang mengganjal nopo Mempertanyakan kekurangan
(257-264)
255 mawon bu?
dibandingkan istri baru dari
256 Kenapa kok malah memilih teman saya yang suami. 257 punya anak tiga usianya saja lebih tua dari suami 258 saya kok malah meninggalkan saya sama E yang 259 hanya satu anak gitu lho kekurangan saya itu apa 260 saya bilang gitu. Padahal dulu saya sama E tu kan 261 tu ikut berjuang dia sekolah sampai lulus jadi S1 262 itu. Waktu itu kan saya baru punya anak kecil. 263 Kalau kedekatan ibu dengan sanak kerabat 264 gimana bu?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
265 Kalau kerabat saking bapak e itu deket. Lebih Lebih dekat dengan keluarga
Ikatan perkawinan Katolik sekali
266 deket saya dari pada istri yang sekarang. Soalnya suami dibandingkan istri yang
seumur hidup.
267 yang
Tidak putusnya hubungan
pertama
orang
tuanya
tidak baru. Mertua menyatakan ikatan
268 mengakui soalnya waktu itu kan saya pas di sana perkawinan Katolik sekali
kekeluargaan dengan keluarga
269 sampai waktu itu saya bisa menangis. Kan waktu seumur hidup. Terharu dengan
suami.
270 mertua saya sakit terus ditanya “lha ini siapa pak perlakuan keluarga suami yang
267-281)
271 Wito?” terus apa sama mertua saya “ini istrinya Y, masih menerima dan 272 ini yang sah istrinya Y menantu saya cuma ini kan menganggap. 273 laki-lakinya cuma bapak e E yang lain kan 274 perempuan-perempuan” begitu terharunya saya 275 kok sampe segitu bapak masih menganggap saya 276 anak atau memang ya dari perkawinan kita ya 277 mertua saya kan saya bilang Katolik jadi kita kan 278 masih menantu ya. Tapi kalau saya katakan tadi 279 kalau di pengadilan kan saya sudah bukan..gimana 280 ya mbak mengatakannya ya sudah bukan suami 281 istri ya. 282 Sah secara hukum tapi tidak sah secara gereja 283 ya buk?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
284 Iya mbak. 285 Siapa orang yang paling dekat dengan ibu saat 286 ini? Itu maksud mbak e sodara dari bapak E atau? 287 Secara umum mawon buk. 288 Kalau yang paling dekat dekat dengan saya itu 289 sodara bapak e E yang nomor dua, semua adik e 290 perempuan semua. Cuman kalau yang lain-lainnya 291 sekedar rasa biasa tapi yang paling dekat itu. 292 Adiknya yang nomor dua. 293 Baik bu, hal-hal apa yang membuat ibu terus 294 bersemangat dalam hidup bertahan sampai 20 295 tahun, istilahnya tanpa bapaknya mas E. 296 Ya jujur saja mbak, saya masih punya semangat Semangat hidup untuk anak dan
Kepercayaan akan Tuhan.
297 itu demi anak saya terutama saya percaya suatu keyakinan suami akan terbuka
Ketulusan mencintai suami dan
298 saat suami saya pintu hatinya akan terbuka buat hatinya dan kembali lagi.
semangat untuk anak.
299 keluarganya sendiri. Saya berkeyakinan Tuhan Kepercayaan pada kehendak
(300-307, 308-315)
300 Yesus akan menunjukkan jalan lain mbuh kapan Tuhan. 301 besok masa tuanya atau kapan saya tu sampai Ketulusan mencintai suami 302 sekarang masih percaya kalau suami saya nanti walaupun sudah disakiti dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
303 bisa kembali. Saya pernah bilang gini pada suami ditinggalkan demi istri baru. 304 saya, “pak mbok sisuk njengenan tuo kae, nek 305 njengenan loro ra ono sik ngrumat tak rumat” saya 306 pernah bilang gitu. Kadang-kadang sekarang kan 307 ada baiknya rumah kan bapaknya E juga yang 308 memperbaiki tapi yang keluar uang saya, tapi 309 bapak e nyumbang ya ada sisi baiknya. Tapi 310 bersatunya sampai sekarang sulit sekali. Kenapa 311 aku juga nggak tau. 312 Bagaimana buk respon orang-orang di sekitar 313 ibu ketika tau kalau ibu berpisah dari 314 bapaknya mas E. 315 Kalau orang-orang sini pada awalnya ya kenapa Respon perhatian dari
Respon lingkungan tidak
316 kok pulang ke sini. Saya nggak buat KK saya di lingkungan.
mencampuri kehidupan terlalu
317 sini ikut nebeng bapak sama simbok. Tapi nggak
dalam.
318 pernah ada yang nanya kenapa kok pulang ke sini,
(321-325)
319 taunya cuma ditinggal nikah sama suami tau nya 320 orang sini. Jadi nggak pernah ada yang tanya321 tanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
322 Apalagi kan waktu itu saya kan juga masuk gereja 323 selama 1 tahun sewaktu itu ada misa ditempat 324 saya, di rumah terus bapak saya bilang “anak saya 325 begini Romo” sama romo SE kalau nggak salah. Gereja tetap menerima dan perlu
Gereja menerima dengan terbuka.
326 Pokoknya dicritain apa adanya tentang aku sama mengaku dosa baru menerima
(330-339)
327 suami aku awal-awalnya kita pisah. Ya sudah komuni. 328 nggak papa bu besok bih dulu baru komuni, kalau 329 ke greja nggak papa ibu kan nggak salah, yang 330 salah kan suami ibu. Jadi kan orang-orang di sini 331 sudah tau sehabis misa. Ya waktu itu bapak 332 ngomong sebelum misa, jadi ada yang mendengar 333 gitu lho mbak lewat itu kan orang banyak jadi 334 tanpa disadari mungkin bapak bilangnya. Jadi 335 disini nggak ada begitu terdengar. 336 Kalau di sana tempat mertua “kok tega-teganya ya 337 pak Y menceraikan istrinya sementara mbak Rus 338 waktu itu di sana kan nggak pernah apa itu padu, 339 nggak pernah bertengkar sama suami” kan saya 340 selalu mengalah gitu. Kok bisa kekurangan e opo Lingkungan menilai suami tega
Lingkungan menyayangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
341 kok malah milih sing tuo bilang gitu waktu itu. dan tidak percaya kenapa bisa
perpisahan dengan pasangan
342 Jadi waktu itu kalau ke sana tanggapannya lebih cerai karena tidak pernah
dengan faktor wanita berusia lebih
343 ke saya daripada yang istri muda. Istri muda yang bertengkar dan justru memilih
tua.
344 lebih tua. Sampai orang sana bilang “iki istri muda bersama dengan perempuan
(340-346)
345 tua, tapi kalau istri tua tapi malah muda”. Setelah yang usianya lebih tua. 346 ibu tau respon dari keluarga ibu, keluarga dari 347 sini
keluarga
dari
saudaranya
bapak.
348 Bagaimana ibu melihat diri ibu sendiri? Ya 348 waktu saya bilang setiap ada apa-apa kan keluarga 349 dari suami saya kan sering ke sini. Saya Bersyukur karena tetap menjadi
Terjalinnya hubungan kekerabatan
350 cuman bersyukur kenapa saya sudah nggak jadi bagian keluarga suami dan
yang baik dengan keluarga suami.
351 menantunya nggak jadi kakak iparnya tapi lebih masih dianggap. Semangat
Harapan kembali dengan suami dan
352 dekat daripada dulu bersyukurnya saya di situ untuk anak dan berharap
berjuang untuk anak.
353 saya masih dianggap sebagai kakak dan mertua kembali.
(353-361)
354 sendiri menganggap sebagai anak dan cucunya 355 cuma satu Ek itu gitu lho. Itu lebih saya 356 semangatlah mbak untuk berjuang untuk E 357 berjuang suatu saat bisa kembali kepada suami 358 saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
359 Setelah berpisah dengan tetap adanya ikatan 360 perkawinan dalam Katolik, dan ibu tidak 361 dapat menikah lagi gimana ibu menghadapi 362 hal itu?
Mencoba mengalihkan dn
Pengalihan hubungan inti suami
363 Karna kan saya punya kesibukan mbak jadi mengesampingkan perihal
istri. Kesetiaan pada suami, harapan
364 saya tidak berfikir gimana ya lumrahnya orang hubungan inti suami istri.
kembali dan memegang teguh
365 berumah tangga jadi kan sudah kesampingkan. Perkawinan Katolik sekali
prinsip perkawinan Katolik.
366 Kalau ya dihitung dari umur saya waktu itu, saya seumur hidup dipisahkan oleh
(366-368, 369-379)
367 umur 29 tahun kan kayak bisa dibilang puber kematian. 368 kedua waktu itu. Tapi saya berpedoman kalau Kesetiaan dan cinta pada suami. 369 orang Katolik nikahnya satu kali perceraiannya 370 hanya kalau diantara satu ada yang meninggal 371 saya cuma bilang begitu. Dan waktu itu sebelum 372 saya pulang ke sini kan saya sempat bilang sama 373 suami saya “pokoknya sampai kapanpun kamu 374 tetap suami saya, saya tetap mencintai njengenan 375 pertama dan terakhir, saya tetep menunggu 376 kamu.” 377 Ibuk masih sering bertemu dengan bapak?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
378 Sering. 379 Misalnya ya buk ada waktu untuk berdua 380 bertemu empat mata apa yang hendak ibu 381 sampaikan kepada bapak?
Adanya kebersamaan keluarga
Tetap terjalinnya kebersamaan
382 Kalau ketemu kadang kalau kesini kan pulang ke inti setelah perpisahan. Tuntutan
keluarga inti. Menuntut keadilan
383 pasar dijemput sama E kan bapaknya masih di sini kepada suami agar
perhatian dan gambaran kesulitan
384 jadi kan 3 orang ya, kalau E pulang pas mandi kita memperhatikan anak kandung
figure ibu merangkap figure ayah.
385 ya cuma berdua kan ya cuman bilang “pak, dibanding anak tiri.
(385- 400)
386 anaknya kan semakin besar umurnya semakin Menceritakan kesulitan menjadi 387 tambah mbok ya njengenan ki anaknya dicarikan ayah dan ibu dalam 388 pekerjaan E itu jangan hanya anaknya Sum saja membesarkan anak. 389 yang dicarikan pekerjaan harusnya kan kamu lebih 390 mengutamakan E dari kecil kan sudah tidak dapat 391 kasih sayang seorang ayah saya kan jadi ibu dan 392 jadi ayah kan sulit nek waktu itu”. Saya cuma 393 bilang begitu. Kan bapak e sekarang sesudah 394 keluar dari IKIP buat itu mbak, apa meubelan gitu, 395 E kan disuruh nerusin tapi E nggak mau. 396 Pokoknya
kalau
sering
ketemu
yang
saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
397 utamakan yang saya bicarakan E. 398 Kalau berbicara tentang perasaan itu apa yang 399 hendak ibu sampaikan kepada bapak? Nek 400 saya kalau pas ada kesempatan ke sini saya Ungkapan masih mencintai dan
Ketulusan rasa cinta dan penantian
401 bilang “saya mencintai kamu dan tetep tak menunggu suami untuk kembali.
istri kepada suami namun tidak ada
402 tunggu” tapi aku nggak mau merendahkan diri to Berusaha menjaga diri agar
respon san sekedar obrolan canda
403 mbak aku juga harus jaga diri aku jadi aku suami tidak seenak sendiri dan
antara suami istri. Takut ejekan
404 ngomong harus hati-hati jangan sampai dia apa, merendahkan karena
tidak berhubungan dengan figure
405 nanti “nggak ada aku nggak ada laki-laki lain” aku memutuskan hidup tanpa
laki-laki lain.
406 ya jadi malu to. Jadi kalau ngomong ya harus hati- menjalin hubungan dengan laki-
(404-408, 409-422)
407 hati. Ya kadang kita ngomong, ya udah kita laki lain. 408 gimana ya kalau kita cuma gojek aja jadi nggak Tidak adanya respon serius 409 mengarah ke depannya mau gimana gitu enggak. suami sekedar obrolan canda 410 Saya sih sekarang gitu jadi maunya dia tu enak singkat suami istri. 411 sendiri. Saya mengatakan saya masih cinta tapi dia 412 tidak merespon gitu lho ya cuman maaf ya mbak 413 ya , ya guyon gitu ya guyon e antara suami istri 414 gitu cuma itu doang. Jadi kan kalau aku mau 415 berbuat gini gitu kan saya nggak mau direndahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
416 tapi dia kalau dia nggak memulai aku juga nggak 417 mau soalnya kan saya perempuan jadi kan saya 418 cuma bilangnya mentok-mentok nya ya “pokok e 419 njengenan tak tunggu” gitu aja.
Hubungan romantik dengan
Masih terjalinnya hubungan
420 Tapi kan laki-laki menang sendiri itu yang saya suami walaupun telah berpisah.
romantik dengan suami, adanya
421 nggak suka. Ya maunya sih kalau diladeni mau Menolak hubungan inti suami
rasa cinta dan harapan kembali.
422 mbak tapi kan aku juga piker-pikir percuma to istri karena menjaga diri, takut
Menolak dan menjaga diri untuk
423 kalau saya meladeninya padahal saya kan udah berdosa dan taat pada agama.
tidak terlibat hubungan inti dengan
424 berapa tahun saya berusaha menghilangkan apa ya Rasa cinta dan harapan kembali.
suami taat pada ajaran religius.
425 hubungan sebagai suami istri dan saya tidak ingin
(419-4241)
426 melakukan itu tapi kan nek kadang-kadang
(430-447)
427 ketemu dia juga mencoba kaya gitu nanti E tak 428 panggil “kamu cepat ke sini” 429 Jadi ibu menghindar nggih? Lebih baik 430 menghindar nggih bu? 431 Enggih daripada nanti saya sampai ya memangnya 432 kalau mungkin, saya juga kurang tau mbak kalau 434 perkawinan gereja itu misalkan kalau kayak kami 435 berdua dari pengadilan sudah resmi bukan suami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
436 istri tapi dari gereja masih suami istri apa masih 437 bisa melakukan itu atau tidak. Saya juga tidak 438 tau jadi saya jangan sampai gitu lho. Percuma saya 439 sudah bertahan sampai belasan tahun kalau cuma 440 tergoda itu. Soalnya kalau saya melakukan itu 441 kayaknya ngak mbak, saya sudah berlumuran dosa 442 nanti tambah dosa lagi. Ya biasa kalau sekedar 443 jejer, ruketan kan biasa tapi yang satu itu jangan 444 sampai. Soalnya walau bagaimanapun juga kan 445 saya juga sudah jujur sama mbak saya masih 446 mencintai masih mengharapkan, jadi kalau berdua 447 sebatas itu saja dan yang satu itu jangan sampai. 448 Kalau cuman cumbuan mesraan saya jujur mbak. Bersemangat dan berpedoman
Berkurangnya religius dalam diri.
449 Baik bu, maaf kalau saya potong ya bu, kalau pada ajaran agama yakinin.
Tetap meyakini suami akan
450 gambaran hidup ibu ke depan bagaimana ya suami akan kembali lagi. Tidak
kembali.
451 bu?
(451-454)
terlaksananya lagi doa malam
452 Nek dalam hati saya kok gini ya mbak, saya itu rutin dan ibadah harian rutin. 453 masih bersemangat dalam kehidupan saya sebagai 454 seorang Kristiani suatu saat suami saya itu akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
455 bersatu kembali dengan aku dan anakku. Kenapa 456 itu tidak pernah saya hilangkan sampai sekarang. 457 Tapi dengan jujur saja akhir-akhir ini kan dulu 458 saya sering berdoa tiap jam 12 sekarang jadi lokro 459 itu lho jadi nggak konsen itu lho saya juga nggak 460 tau, nggak bisa bangun jam itu, saya juga heran 461 kenapa. Terus ikut misa pagi saja juga nggak bisa 462 padahal dulu sering sama E, kalau E berangkat 463 tapi saya nggak tau kenapa itu doa tiap jam 12 464 rosario itu jadi macet dengan sendirinya, saya juga 465 kurang tau. 466 Padahal itu doa rutin jam 12 malam sudah 467 berapa lama buk? 468 Sudah berapa tahun ya mbak, pokoknya sudah 469 lama cuman akhir-akhir ini jadi kurang.
Sakit hati deng
Rasa sakit kepada figure teman
470 Itu mbak, jadi yang paling menyakitkan kenapa an teman dekat yang menjadi
dekat. Menyayangkan anak tidak
471 teman saya sendiri itu yang merebut menusuk saya istri suami.
mendapat perhatian dari figure
472 dari belakang. Dan kebetulan waktu itu suami Menyesali pengalaman dan
ayah.
473 saya sakit dia datang itu saya bilang gini, “itu kepercayaan pada teman.
(473-482)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
474 temenmu sakit itu kalau masuk ke kamar “ waktu Menyayangkan anak tidak 475 itu saya bilang begitu mbak awalnya. Nha mendapat perhatian ayah. 476 dia masuk ke kamar saya lihat tv itu nggak taunya 477 jadi kayak begini. Kok E sendiri tidak dapat 478 perhatian dari ayahnya kok malah anak tirinya 479 yang diperhatikan. 480 481 482
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kategorisasi /Tema (Analitical Category) Subyek 1
Label Analitis
Tema
Menyadari kelemahan diri berimbas Perasaan lemah dan kecil hati. pada rasa cemburu dan tidak ingin dibandingkan. Adanya rasa percaya kepada figure Kepercayaan kepada pasangan yang suami sehingga lebih percaya pada berakhir rasa kecewa. bukti.
Adanya
bukti
hubungan
romantik figure suami dengan teman dekat menimbulkan rasa sakit hati. Rasa jujur bila masih mencintai suami Perasaan cinta dan harapan kembali. dan berharap kembali.
Perasaan sakit hati.
Rasa ketidakcocokan dari figure suami menambah rasa sakit hati. Mempertahankan agar tidak bercerai Mempertahankan dan harapan kembali dengan figure suami.
rujuk
Berkonsultasi dengan figure Romo Perasaan cinta juga sakit hati. Berkesaksian jujur bila mencintai figure suami walaupun ada rasa sakit hati. Kekecewaan suami yang mencintai Kekecewaan pada pasangan. orang lain. Rasa emosi dan kehilangan kotrol dan Perasaan emosi karena kekecewaan. menyetujui keputusan cerai. Tata aturan gereja Katolik perkawinan Rasa sakit tentang perpisahan. dipisahkan oleh kematian.
Perpisahan dengan adanya ikatan
Rasa sakit berpisah hidup
perkawinan seumur hidup.
Mempertahankan relasi keluarga inti. Harapan kembali rujuk. Harapan pada Tuhan akan bersama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kembali. Terikat perkawinan seumur hidup.
Perpisahan dengan adanya ikatan
Rasa sakit karna figure suami.
perkawinan seumur hidup.
Sakit hati dan mengatasi dengan Rasa sakit hati. jarang berkunjung. Terjalinnya kebersamaan keluarga inti Kebersamaan bersama figure keluarga. pasca perpisah Sakit hati dan rasa cemburu kepada Rasa sakit hati dan rasa cemburu. figure istri baru suami. Kemarahan dan tuntutan keadilan Kemarahan dan rasa emosi menuntut kepada figure
suami karena tidak keadilan.
memperhatikan. Relasi dekat dalam keluarga inti, Kebersamaan bersama keluarga inti. kebersamaan dan kedekatan. Perbedaan perlakuan condong peduli Tidak ingin ada perbedaan perlakuan kepada
anak
tiri
daripada
anak menuntut keadilan.
kandung. Berkorban finansial untuk suami yang Pengorbanan dan rasa sakit hati sudah meninggalkan dan menyakiti.
Ucapan syukur kepada Tuhan diberi Ungkapan syukur pada Tuhan. kemudahan dalam mencari nafkah. Belum adanya kerelaan dan keikhlasan Belum adanya keikhlasan. untuk melepaskan suami. Ikatan
perkawinan
Katolik
sekali Perpisahan dengan tetap adanya ikatan
seumur hidup. Tidak
putusnya
perkawinan. hubungan Kebersamaan bersama keluarga.
kekeluargaan dengan keluarga suami. Kepercayaan akan Tuhan. Ketulusan
mencintai
Kepercayaan pada Tuhan. suami
dan Rasa tulus mencintai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
semangat untuk anak.
Semangat untuk anak.
Respon lingkungan tidak mencampuri Respon positif lingkungan. kehidupan terlalu dalam. Gereja menerima dengan terbuka. Lingkungan
Respon positif gereja.
menyayangkan Respon dukungan lingkungan.
perpisahan dengan pasangan dengan faktor wanita berusia lebih tua. Terjalinnya
hubungan
kekerabatan Kebersamaan bersama keluarga.
yang baik dengan keluarga suami.
Harapan rujuk kembali dan perjuangan
Harapan kembali dengan suami dan untuk anak. berjuang untuk anak. Pengalihan hubungan inti suami istri. Kesetiaan rasa kepada suami, ajaran Kesetiaan
pada
suami,
harapan keagamaan.
kembali dan memegang teguh prinsip perkawinan Katolik. Tetap keluarga
terjalinnya inti.
kebersamaan Kebersamaan keluarga inti.
Menuntut
keadilan
perhatian dan gambaran kesulitan figure ibu merangkap figure ayah. Ketulusan rasa cinta dan penantian Ketulusan rasa cinta pada figure istri kepada suami namun tidak ada suami. respon dan sekedar obrolan canda antara suami istri. Takut ejekan tidak berhubungan dengan figure laki-laki lain. Masih terjalinnya hubungan romantik Hubungan romantik dengan suami. dengan suami, adanya rasa cinta dan harapan
kembali.
Menolak
dan
menjaga diri untuk tidak terlibat hubungan inti dengan suami taat pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ajaran religius Berkurangnya religius dalam diri. Dorongan kepercayaan pada Tuhan. Tetap meyakini suami akan kembali. Rasa sakit kepada figure teman dekat. Rasa sakit hati dan menuntut keadilan. Menyayangkan anak tidak mendapat perhatian dari figure ayah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Narasi Informan 1 Informan memulai cerita dengan menceritakan awal mula penyebab perpisahan dengan suaminya. Informan dan suaminya memiliki satu anak kandung laki-laki. Berlanjut pada cerita relasi informan dan suaminya. Informan merasa cemburu dengan teman kuliah suaminya. Informan merasa diri bahwa dia orang desa, oleh karena itu lontaran pernyataan informan kepada suaminya adalah “jangan dibanding-bandingkan dengan temanmu pak”. Kemudian ia menceritakan bahwa suaminya telah memiliki hubungan khusus dengan teman dekatnya. Pada awalnya informan mendapat informasi dari orang lain dan tidak percaya sebelum mengetahui sendiri. Namun pada akhirnya kebenaran tentang hubungan khusus suami dengan teman dekatnya memang benar. Suami informan mengajak informan untuk bercerai secara sipil, dengan alasan sudah tidak ada kecocokan. Oleh karena informan sangat mencintai suaminya maka, informan mengikuti mau dari suaminya. Proses perceraian secara sipil tidak dapat dihindari, walaupun informan tetap mencintai suaminya. Informan memegang teguh bahwa perkawinan secara Katolik hanya sekali seumur hidup. Informan berusaha untuk membujuk suaminya agar tidak menceraikannya secara sipil. Namun, suami informan menyatakan bahwa sudah tidak mencintai informan lagi. Infroman mencoba berkonsultasi dengan Romo dan disaankan oleh Romo agar tidak menghadiri proses perceraian di pengadilan. Namun, karena panas hatinya maka informan menghadirinya. Informan hilang kontrol karena melihat suami dengan teman dekatnya akhirnya informan mau untuk diceraikan “ saya jadi hilang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
control lagi to mbak, jadi biarin aja saya mau dicerai. Informan menyatakan bahwa diceraikan suami sangat menyakitkan. Akhirnya, suami informan menikahi teman dekat informan, hal ini membuat informan sakit hati dan tidak menerima kenyataan mengapa suami informan lebih memilih teman dekatnya dibanding informan dan anak kandungnya. Informan mengatakan “kekurangan saya itu apa?” Walaupun terjadi perceraian secara sipil namun hubungan informan dengan suaminya masih tetap berlanjut. Informan, suami dan anaknya kerap berkumpul bersama dan menjalin relasi yang dekat. Kadang kala, mereka bertiga menginap di satu rumah lalu bercanda gurau dan makan bersama. Relasi dekat ini membuat informan berharap agar suaminya kembali kepadanya. Oleh karena, perkawinan mereka memang masih sah dalam gereja Katolik. Namun, 20 tahun ini telah terlewati dengan harapan informan. Informan masih sering mengungkapkan kepada suami bahwa masih mencintainya dengan tulus. Berharap suatu saat mungkin saat tua nanti bisa merawat suaminya. Informan selalu percaya kepada Tuhan bahwa suaminya akan kembali. Informan terkadang menyesali dan merasa sakit hati karena keputusan suaminya menikah lagi, padahal informan dan anaknya ikut berjuang saat suami berkuliah dulunya. Istilahnya ikut berjuang agar suami menjadi sarjana, namun kini tidak menuai hasil. Pernikahan sekali seumur hidup membuat informan bertahan selama 20 tahun membesarkan anaknya sendiri. Informan mengungkapkan bila “Tuhan Maha Adil” diberikan pekerjaan untuk dapat menguliahkan anaknya. Informan yang masih mencintai suaminya menjalin hubungan mesra dengan suaminya walaupun informan tau hal itu adalah salah. “Ya jujur saja saya percaya suatu saat pintu hati suami saya akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terbuka untuk keluarganya”. Keyakinan penuh dari informan bila suatu saat akan kembali dengan suaminya. Informan tidak dapat keluar dari masa lalunya dan tetap mencintai suaminya “saya mencintai kamu dan tetep tak tunggu”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Verbatim
Deskripsi
1
Selamat malam mas.
Penyebab perpisahan yaitu faktor Faktor perbedaan umur yang jauh,
2
Selamat malam mbak.
umur lebih tua istri, ketidakcocokan perbedaan pendapat serta desakan
3
Begini mas, saya tertarik dengan cerita serta desakan orang tua istri.
figure
4
kehidupan
berpisah.
5
sebenarnya terjadi sampai mas bisa berpisah
6
dengan istri?
7
Ya karena umur, karena nganu sudah nggak
8
sesuai. Saya masih muda sana sudah berumur.
9
Bisa diceritakan mas, awalnya itu bagaimana
10
bisa sampai berpisah?
11
Jadi dulu saya berpisah karena desakan orang tua.
12
Maaf orang tua dari?
13
Dari yang sana.
14
Istri?
15
Iya, terus saya disuruh pulang suruh cari
16
perempuan yang sejajar saya.
17
Usianya mas?
18
Iya.
mas
A.
Jadi,
apakah
yang
Interpretasi
orang
(7-8, 11, 15-16)
tua
istri
untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Jadi, disuruh sama orang tua dari istri disuruh Tidak diberi informasi mengenai Perasaan tidak dianggap sebagai
20
mencari yang usianya sama dengan mas A? segala sesuatunya dan memberi suami, condong berdiskusi dengan
21
Iya.
22
Baik mas, kalau sebelumnya itu mungkin ada dipakai.
23
ketidakcocokanya itu di pengalaman yang
24
seperti apa?
25
Ya………yg ketidakcocokan? Itu kalau ada apa-
26
apa itu tidak kasih tau saya tau dulu. Kasih taunya
27
sama orangtuanya. Berarti kan saya nggak dipakai
28
di sana.
29
Jadi, merasa tidak dihargai sebagai suami?
30
Iya.
31
Lalu dulu bisa kenal sama istrinya itu gimana? Tertarik dalam waktu singkat lalu Keputusan
32
Dulu…..saya main dulu ke tempatnya sodaranya, mengajak menikah tanpa saling terburu-buru dan belum saling
33
terus kenal “itu belum punya suami mbok sama mengenal terlebih dahulu. Sehingga mengenal dengan baik. Perasaan
34
dia itu mau nggak?” Yo lihat-lihat dulu. Ya sudah dalam pernikahan merasa tidak tidak
35
saya langsung tertarik to saya ajak mau dia.
cocok. Jarak usia terlalu jauh dan terlalu jauh.
36
Ajak menikah mas?
lebih
37
Iya saya ajak menikah terus mau ya sudah terus daripada laki-laki.
tahu
orang
tua,
matang
merasa
tidak orang tua. (25-28)
usia
perempuan (32-35) (37-39)
cocok.
pernikahan
Terpautnya
yang
usia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
sampe di sana satu tahun terus sudah nggak nganu
39
lagi, tidak cocok lagi.
40
Kalau dulu berarti nggak ada waktu buat
41
pacaran mas?
42
Nggak ada. Ketemu, terus kenal, lalu diajak
43
menikah dan menikah. Iya, cuman satu bulan.
44
Lalu jarak umur, maaf umur mas A dengan
45
istri berapa njih?
46
Dulu sana 44, saya ya masih 27.
47
Berarti jaraknya sekitar 17 tahun.
48
Jauh dan lebih tua yang perempuan.
49
Lalu bagaimana perasaan mas A saat itu Rasa
50
ketika terjadi perpisahan?
51
Ya rasanya sakit to yo, dulu begitu kok sekarang berbicara dan tidak bertegur sapa tidak berkomunikasi.
52
begini.
53
Maksudnya begitu dan begini maaf mas?
54
Ya maksudnya, dulu saling mencintai sekarang
55
kok bisa terpisah dan sekarang tidak mau
56
berbicara dan kalau ketemu tidak mau ngomong.
sakit
hati
dulu
saling Sakit hati dan perubahan rasa dari
mencintai sekarang tidak saling mencintai menjadi benci, lalu
ketika bertemu.
(54-56)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Ya tidak bertegur sapa.
58
Berarti berpisahnya dengan istri sudah 4 tahun Perasaan
59
ini ya?
bertambah karena berpisah lama
60
Iya.
dan tuntutan dari lingkungan agar
61
Lalu bagaimana perasaan mas A saat ini? Saat datang ke pihak perempuan.
62
ini yo perasaan saya masih sakitlah.
63
Kalau misalnya dibanding dengan rasa sakit
64
yang dulu dengan yang sekarang itu lebih
65
berkurang atau bertambah?
66
Ya bertambahlah. Karena sudah berpisah lama,
67
ya orang-orang masih mengingat saya yang dulu
68
saya suruh ke sana terus saya nggak mau.
69
Lalu perubahan yang mas A rasakan saat ini Perubahan baik yaitu senang karena Ketidakcocokan
70
apa saja ya mas?
71
Ya perubahannya saya sekarang bekerja sudah istri. Mertua keras kepala dan diam.
72
senang tapi yo ya masih teringat-ingat yang dulu pribadi hanya diam karena bekerja mendapat pekerjaan sendiri.
73
bersama istri. Ya masalah dulu di sana dulu kan ya ngikut mertua.
74
bapak saya di sana di sawah to saya terus ikut di
75
sawah tapi terus nggak cocok. Bapak mertua saya
sakit
dan
semakin (62, 66-68)
dengan
figure
sudah bekerja tapi masih teringat mertua dan figure pribadi yang
(71-76)
Perubahan
lebih
baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
kan orangnya keras kepala jadi saya hanya diam.
77
Kalau masalah sesudah berpisah dengan istri? Lingkungan
78
Nggak ada.
79
Jadi nggak ada masalah ya mas setelah dengan pasangan.
80
berpisah?
81
Ya saya berpisah terus masih orang-orang itu
82
ngetawain ya gitu lah.
83
Maaf seperti mengejek?
84
Ya gitu di lingkungan tempat tinggal, teman main.
85
Apakah ejekan itu membekas?
86
Ya iyalah mbak.
87
Lalu respon mas A?
88
Ya saya diam ya saya arep muni enggak tapi
89
kenyataan saya begitu. Jadi saya diam saja.
90
Saya lanjutkan ya mas?
Sakit
91
Ya mbak.
komunikasi dan ditanyakan tentang komunikasi.
92
Apakah masih ada hal yang mengganjal terkait kepergiannya.
93
dengan pasangan perpisahan mas A?
94
Ya masih, contohnya ya ya masih punya ganjalan
menertawakan
tempat karena
tinggal Ketidaknyamanan
pada
berpisah lingkungan tempat tinggal namun
Hanya diam hanya diam.
karena memang kenyataannya.
(81-82) (88-89)
hati
karena
tidak
ada Perasaan
(97-99)
sakit
hati
tanpa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
dengan istri.
96
Maaf bisa diceritakan mas?
97
Ya tidak ada komunikasi setelah saya berpisah,
98
dikaruhke pun tidak. Ya bagaimana, saya masih
99
sakit hati. Sudah lah mbak.
100 Lalu bagaimana hubungan mas A dengan Walaupun tidak ada komunikasi Bercerita dengan teman dekat, 101 sanak kerabat orang-orang di sekitar mas A? dengan kerabat istri tapi banyak tidak 102 Baik. 103 Kalau dengan sanak kerabat istri?
teman yang dekat untuk bercerita.
berkomunikasi
dengan
kerabat figure istri. (104, 106-107)
104 Nggak ada komunikasi saya mbak. 105 Siapa orang yang paling dekat dengan mas 106 A? Banyak mbak temen-temen banyak yang dekat 107 dengan saya. 108 Kalau dirasa paling dekat untuk bercerita? 109 Emmm, pak Gega itu. Tau kan mbak? 110 Iya mas, saya tau. Hal-hal apa yang membuat Semangat untuk menghibur diri Mengalihkan 111 mas A terus bersemangat dalam hidup?
ingatan
tentang
sendiri agar tidak teringat pada istri figure istri dengan menyibukkan
112 Yaa.. saya semangat itu kan untuk nganu, untuk maka mengisi kesibukan dengan diri. Masih ada rasa cinta. 113 menghibur saya. Kalau saya nganu kan teringat- bekerja dan main dengan teman- (112-115, 117, 120)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114 ingat terus saya sama itu istri saya. Lalu untuk teman. Masih ada perasaan cinta. 115 mengisi kesibukan selain bekerja Ya saya main 116 gitu
di
mana-mana
ya
di
Magelang,
di
117 Sleman. Untuk menghibur diri. 118 Mohon maaf mas, apakah mas A masih 119 mencintai istrinya? 120 Ya masih 50% kuranglah. 121 Lalu bagaimana respon orang-orang sekitar Saran ke depan ada yang menyuruh Pertimbangan untuk kembali dan 122 mas A ketika tau mas A berpisah dari cari lagi dan ada yang menyuruh mencari pengganti figure istri. 123 pasangan?
kembali dengan istri tapi sudah (124-129)
124 Ya orang-orang dekat saya ya,, Ya sudah kalau tidak bisa. 125 km suruh pulang suruh cari lagi ya cari lagi itu. Itu 126 tetangga saya yang dekat. Kalau yang lainnya dr 127 teman-teman ya suruh balik tapi nggak bisa saya 128 balik ke sana. Kan sudah suruh pulang masak 129 suruh pulang ke sana lagi kan nggak mungkin. 130 Hheheh (tertawa kecil). 131 Lalu setelah mendengar respon dari orang di Padangan
terhadap
diri
sendiri Memandang diri kurang baik,
132 sekitar mas A, bagaimana mas A melihat diri kurang baik karena perkawinan bertolok ukur pada kegagalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133 mas A sendiri?
yang gagal.
perkawinan.
134 Ya gimana ya? Ya saya emmm,,, ya kurang nganu
(138-139)
135 saya …kurang…kurang…kurang apa ya namanya 136 ya kurang baiklah. 137 Kurang baik gimana mas? 138 Ya kurang baik karena perkawinan saya gagal 139 mbak. 140 Jadi kan kalau dalam agama katolik kan, Perkawinan Katolik seumur hidup Perkawinan
Katolik
satu
kali
141 walaupun mas A berpisah dengan pasangan hanya satu kali pendapat pribadi seumur hidup, ada kemungkinan 142 akan teteap ada ikatan perkawinan ya?
bahwa tidak bisa menikah lagi tidak menikah sipil secara siri atas
143 Iya karena seumur hidup.
apa-apa tapi kalau ada yang mau kehendak Tuhan.
144 Bagaimana mas A menanggapi hal ini?
dan
kehendak
Tuhan
ya
bisa (145-147)
145 Ya saya tanggapan saya sendiri ya tidak bisa nikah diusahakan menikah sipil nikah siri. 146 lagi nggak papa. Ya besok kalau mau ada yang 147 senang sama saya saya bisa nikah tapi nikah siri. 148 Ya nikah di rumah tapi cuman tetangga tok yang 149 menghadiri. 150 Tapi itu kan nggak diperkenankan dalam 151 gereja? Mas A hendak pindah agama?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152 Ya nggak mbak. 153 Apakah bisa mas? 154 Ya bisa tapi nikah sipil mbak. 155 Apakah mas A yakin dengan hal ini ? 156 Ya gimana ya mbak, kalau Tuhan berkehendak 157 mbak. 158 Jika mas A bertemu dengan pasangannya dan Bila 159 hanya
berdua,
ada
kesempatan
ada
kesempatan
akan Tawaran pada istri untuk rujuk
untuk menawarkan kepada istri untuk ikut dan tinggal di rumah suami.
160 berbicara empat mata begitu. Apa yang tinggal di rumah suami, bila tidak Nasehat rujuk oleh pendampingan 161 hendak mas A katakan pada istri?
mau
tetap
berpisah.
konsultasi Romo namun hati condong tidak
162 Ya saya, kalau mau bertemu sih saya cuman mau dengan Romo, diberi nasehat untuk mau. 163 bilang “kamu mau nggak ke tempat saya? Di rujuk kembali tapi hati tidak mau.
(162-165, 167-169)
164 rumah saya. Kalau mau kita terus kalau nggak 165 mau ya kita tetap berpisah.” 166 Mas A pernah konsultasi dengan Romo? 167 Dulu konsultasi dengan Romo, Romo Ratmin 168 itu suruh saya balik lagi. Tetap suruh balik tapi 169 saya nggak bisa. 170 Sebenarnya masalah utama berpisah dengan Masalah utama berpisah karena Penawaran antar suami dan istri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171 istri itu apa ya mas? Tadi mas A bicara tentang suami
menganggur
dan
tidak untuk rujuk melalui perantara
172 umur dan juga bicara kalau istri mau diajak ke stabilnya ekonomi. Namun, setelah ketika
masalah
utama
faktor
173 sini mas A mau rujuk. Jadi masalah yang suami bekerja ditawarkan untuk ekonomi telah dapat diselesaikan rujuk namun melalui perantara dan dengan bekerja.
174 utama apa ya mas?
175 Masalah yang utama ya dulu kan saya nggak suami
tidak
mau
dan
176 kerja, pengangguran kan morotuo nggak cocok menawarkan istri ikut suami. 177 kalau ada orang yang nganggur itu itu saya terus 178 suruh pulang. Karena ekonomi. Terus saya ini 179 udah kerja terus saya suruh pulang ke sana saya 180 nggak mau. 181 Yang nyuruh pulang ke sana siapa mas? 182 Ya
istri
saya,
183 tetangganya 184 Tetangganya
tapi
yang
nggak
langsung
saya
ngomong
sama
saya.
ngomong
gimana
mas?
185 Ngomongnya gini “mas, kamu suruh pulang wong 186 kamu sudah punya kerjaan yang tetap.” gitu. 187 Lalu tanggapan mas A? 188 Tanggapan saya “Wah saya nggak bisa, mosok 189 saya suruh pulang saya suruh ke sana lagi. Nek
balik (175-180) (188-190)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190 sana mau ke sini saya trima”. 191 Kalau bertemu, pernah ketemu di mana?
Jika bertemu tidak saling menyapa Komunikasi
192 Ya di jalan ya pas misa di greja. Pas kalau jahitin dan tidak ada komuikasi lewat perantara. 193 baju di tetangga saya itu sok pethukan tapi nggak media 194 nyapa apapun.
seperti
terjalin
melalui
Tidak
adanya
handphone. komunikasi antar figure.
Komunikasi lewat perantara orang (192-194)
195 Berarti nggak ada komunikasi sama sekali? lain. 196 Nggak mbak. 197 Lewat handhone mas? 198 Nggak diangkat. Sudah tau suara saya dimatikan. 199 Jadi kalau lewat handpone nggak ditanggapi, 200 ketemu juga nggak tegur sapa, tapi malah 198 lewat tetangga ya mas? 199 Iya mbak malah lewat orang lain. 200 Kalau tanggapan keluarga tentang perpisahan Orang tua terpukul dengan nasib Figure orang tua kecewa dengan 201 dengan istri itu gimana mas? 202 Tanggapan mamak sama bapak saya ya..ya 203 nganu..ya itu sangat terpukul “anakku kok kaya 204 gitu nasibnya”. Kalau adik nggak ada tanggapan 205 saya sudah nggak…
anak yang berpisah dengan istrinya. perpisahan anak dengan istri. (202-205)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206 Tadi mas A bilang kalau ada masalah dengan Jika
ada
kesempatan
hendak Adanya harapan negoisasi rujuk
207 orang tua juga ya mas? Kalau ada kesempatan meminta izin pada mertua untuk dengan istri melalui penawaran 208 untuk bertemu dengan orang tuanya istri kira- membawa pulang istrinya.
pada mertua.
209 kira apa yang hendak mas A katakan?
(210-211)
210 Ya saya mau ngomong gini kalau ketemu itu, “pak 211 ini istri saya bawa pulang ke sini boleh nggak?” 212 Kalau boleh tau gambaran kehidupan mas ke Ada keinginan untuk menikah lagi Keinginan untuk menikah lagi 213 depan gimana ya? Dengan kondisi perkawinan dengan alasan keturunan serta masa agar mempunyai keturunan dan 214 katolik hanya sekali seumur hidup dan mas A tua ada yang mengurus walaupun masatua tidak 215 sudah berpisah dengan istri.
gereja
tidak
mengizinkan
oleh gereja
sendiri.
Katolik
pernikahan
216 Ya.. saya mau kepengen istri lagi tapi ya kalau karena tata cara gereja Katolik dipisahkan oleh kematian. 217 bisa. Bisa tapi satunya harus ada yang meninggal. pernikahan 218 Ya tapi kan nggak mungkin. Tapi ya nggak gereja kematian. 219 nikahnya, di rumah. 220 Tetap pengen menikah lagi ya mas?Maaf kalau 221 boleh tau alasan apa pengen menikah lagi? 222 Ya besok kalau saya tua nggak ada yang 223 mengurus saya. Lalu keturunan mbak, saya masih 224 pengen punya keturunan juga mbak.
dipisahkan
oleh (216-219, 222-224)
Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
225 Maaf mas, kalau bisa mas critakan bagaimana Merasa
menjadi
laki-laki
yang Perasaan figure laki-laki dianggap
226 perasaan mas setelah pergi dari rumah istri tidak bermanfaat, merasa tidak tidak penting. 227 mas, emm..saat mas disuruh pulang dengan dianggap. Merasa tidak penting.
(230-236)
228 orang tua dan istri mas. Lalu akhirnya 229 berpisah dengan istri mas. 230 Ya perasaan saya sakit mbak. Istilahnya saya jadi 231 lelaki itu rasanya nggak berguna ya. Ya sempet 232 nyesel juga dulu kok malah aku sama dia, ya 233 usianya jauh kalo dari saya. Jadi ya kalo dulu pas 234 jadi suami istri diatur mbak begini begini. Ada 235 apa-apa ngomongya ke orang tua mbak. Kalau 236 inget masih ada rasa mangkel gitu lah. 237 Rasa mangkelnya sampai sekarang mas?
Merasa jengkel dan sakit hati jika Perasaan
238 Ya kalau ada yang ngingetin tentang istri itu saya diingatkan
tentang
istri,
dan
241 orangtuanya. Ya kayak dia yang berkuasalah sama tenaganya. 242 orangtuanya. Saya cuma dibutuhin tenaganya. 243 Apalagi saya nggak ada kerjaan mbak dulu. Kalau
hanya
hati
karena
ingat dominasi figure istri dan mertua.
239 masih mangkel. Wong ya saya emang nggak dulunya istri dan mertua menguasai (238-244) 240 seneng hidup di sana, apalagi semua diurusin rumah
sakit
dibutuhkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
244 inget sakit thok mbak. 245 Nha mas, hubungan sampean sama istri dulu Merasa kecewa karena faktor umur Perasaan 246 saat masih serumah bagaimana mas?
sebenarnya
pengen
kecewa
tidak
punya memungkinkan untuk memiliki
247 Ya awalnya sih baik mbak, biasa pengantin baru keturunan namun istri sudah tidak anak. 248 tapi saya masih muda mbak dan dia udah umur. memungkinkan untuk mempunyai (247-248, 249-251, 252-256) 249 Maaf ya mbak, ini saya cuma crita ke njengenan anak. 250 soalnya nggak punya hubungan apapun dengan 251 saya dan nggak bakal crita-crita ke orang lain. 252 Ya masalah sexual juga mbak. Saya istilahnya 253 baru semangat juga pengen punya keturunan tapi 254 dia udah nggak bisa mbak nggak ada semangatnya 255 gitulah. Udah nggak memungkinkan untuk hamil 256 juga begitu mbak. 257 Kayak dulu saya dibutakan mbak, maklum saya Mengungkapkan sifat pendiam dan Ungkapan 258 ini orangnya diem dan tertutup ke orang lain. tertutup
kepada
orang
lain, penyesalan
sifat
tertutup
keputusan
serta
tergesa-
259 Sekalinya dapet jodoh nggak tau isi watak dalem- menyesali keputusan tergesa-gesa gesa. 260 dalemnya udh saya nikah cepat gitu mbak. Ya itu menikah.
(257-261)
261 jadinya nikahnya cuman setaun aja. 262 Tapi sekarang udah netral kan mas perasaan Merasa menyesal menjalani hidup Perasaan tidak dianggap sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
263 dengan istri?
rumah tangga karena sering merasa figure
kepala
keluarga
serta
264 Belum mbak, yang paling banyak itu nyeselnya terpojok dan merasa tidak dianggap dominasi figure mertua. 265 mbak, tapi pie yo wong wis terjadi mbak. jadi lelaki.
(264-270)
266 Sekarang ya mung nggak ada saling komunikasi 267 njug jadinya ya pie ya ngganjel mbak. Apalagi 268 inget dulu sama orangtuanya mbak saya jadi sok 269 terpojok di sana. Ora ono kaji ne babar blass jadi 270 wong lanang. 271 Kalau sekarang disuruh memaafkan bisa mas?
Bisa
memaafkan
istri
namun Perasaan
sakit
hati
dengan
272 Ya sana juga harus ada ngomong mbak, nggak diharapkan saling berkomunikasi. pengalaman masa lalu namun ada 273 begini. Kalau memaafkan yo paling iso mbak Merasa sakit dengan masa lalu saat kemungkinan untuk memaafkan. 274 mung ganjalanne masih sakit dengan perlakuan berumah tangga. 275 dulu mbak. Neng wis terjadi mbak.
(272-275)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kategorisasi /Tema (Analitical Category) Subyek 2
Label Analisis
Tema
Faktor perbedaan umur yang jauh, Faktor intern dan ekstern perpisahan. perbedaan pendapat serta desakan figure orang tua istri untuk berpisah. Perasaan
tidak
dianggap
sebagai Faktor ekstern perpisahan.
suami, condong berdiskusi dengan orang tua. Keputusan pernikahan yang terburu- Faktor intern perpisahan. buru dan belum saling mengenal dengan baik. Perasaan tidak cocok. Terpautnya usia terlalu jauh. Sakit hati dan perubahan rasa dari Rasa sakit hati. mencintai lalu tidak berkomunikasi. Ketidakcocokan dengan figure mertua Faktor ekstern perpisahan. dan
figure
Perubahan
pribadi lebih
yang
baik
diam. Berusaha untuk maju.
mendapat
pekerjaan sendiri. Ketidaknyamanan pada lingkungan Respon negatif lingkungan tempat tinggal namun hanya diam. Perasaan sakit hati tanpa komunikasi.
Rasa sakit hati
Bercerita dengan teman dekat, tidak Respon negatif lingkungan. berkomunikasi dengan kerabat figure istri. Mengalihkan ingatan tentang figure Pengalihan rasa dengan menyibukkan istri dengan menyibukkan diri. Masih diri. ada rasa cinta. Pertimbangan
untuk
kembali
mencari pengganti figure istri.
dan Pertimbangan hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Memandang diri kurang baik, bertolok Pandangan negatif kepada diri. ukur pada kegagalan perkawinan. Perkawinan Katolik satu kali seumur Pekawinan Katolik sekali seumur hidup, ada kemungkinan menikah sipil hidup. secara siri atas kehendak Tuhan. Tawaran pada istri untuk rujuk dan Tawaran rujuk tapi ragu. tinggal di rumah suami. Nasehat rujuk oleh pendampingan Romo namun hati condong tidak mau. Penawaran antar suami dan istri untuk Kemungkinan rujuk karena faktor rujuk melalui perantara ketika masalah intern. utama faktor ekonomi telah dapat diselesaikan dengan bekerja. Komunikasi terjalin melalui perantara. Komunikasi pasif. Tidak adanya komunikasi antar figure. Figure orang tua kecewa dengan Kekecewaan figure orangtua. perpisahan anak dengan istri. Adanya
harapan
negoisasi
rujuk Negoisasi rujuk.
dengan istri melalui penawaran pada mertua Keinginan untuk menikah lagi agar Harapan masa depan bertolak mempunyai keturunan dan masatua belakang dengan prinsip agama. tidak sendiri. Dalam gereja Katolik pernikahan dipisahkan oleh kematian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Narasi Informan 2 Informan 2 mengawali kisah dengan menceritakan alasan menikahi istrinya. Berawal dari main ke rumah sodaranya dan dikenalkan oleh sodaranya bahwa belum memiliki suami “saya langsung tertarik to, saya ajak mau dia”. Akhirnya berjalan satu bulan dan menikah. Informan memaparkan bila jarak umur dengan istrinya terpaut jauh “dulu saya 27 dan sana 44”. Jauh dan lebih tua istrinya. Ajakan untuk menikah disetujui, namun pernikahan hanya berjalan satu tahun dan sudah tidak cocok lagi. Informan memaparkan bila ada suatu hal, istrinya tidak memberi tahunya namun justru memberi tahu orang tuanya anggapan informan bila tidak berguna “berarti kan saya nggak dipakai”. Masalah utama terjadi ketidakcocokan yaitu karena informan type orang yang diam sedangkan istrinya keras kepala. Selain itu oleh karena informan pengangguran jadinya mertua tidak cocok dan menganggap sebelah mata. Karena faktor ekonomi, dulunya informan kerja ikut mertua di sawah tapi merasa tidak cocok. “ iya terus saya disuruh pulang suruh cari perempuan yang sejajar saya”. Informan pulang dan informan sudah memiliki pekerjaan. Yang terjadi adalah ketika informan sudah memiliki pekerjaan, melalui tetangga istrinya menyampaikan kepada informan kalau di suruh kembali ke rumah istrinya dengan alasan sudah punya pekerjaan. Namun informan tidak mau “ wong udah di suruh pulang kok”. Informan tidak ada komunikasi dengan istrinya, baik melalui seluler atau bertemu langsung. Bahkan ketika bertemu mereka tidak saling menyapa. “ya tidak ada komunikasi setelah saya berpisah, dikaruhke pun tidak. Ya bagaimana, saya masih sakit hati. Sudahlah mbak”. Rasa sakit hati informan namun informan mengisi kesibukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan bekerja dan juga main untuk menghibur diri. Teman-teman dekat menyuruh untuk kembali dengan istri, Romo juga menyarankan untuk rujuk namun informan tetap tidak mau “kan sudah suruh pulang masak suruh pulang ke sana lagi kan nggak mungkin”. Informan menganggap bahwa dirinya kurang baik karena kegagalan perkawinannya. Informan menyadari bila perkawinan Katolik hanya sekali seumur hidup “tidak bisa nikah lagi ya nggak papa, ya besok kalau ada yang senang sama saya bisa nikah tapi nikah siri”. Informan masih mempunyai keinginan untuk memiliki anak karena usianya masih muda, keinginan punya teman hidup saat tua agar ada yang mengurus. Informan mengungkapkan “Jika Tuhan Berkehendak”. Selama 4 tahun setelah berpisah dengan istri, informan masih merasakan sakit dan merasa jika menjadi lelaki yang tidak berguna. Informan menyesali keputusan pilihannya di masalalu yaitu menikahi istrinya. Informan masih menyimpan rasa “mangkel” bila mengingat perlakuan istrinya yang seenaknya sendiri dan mengatur saat dulu masih satu rumah. Informan masih menyesal tapi sudah terjadi, hal yang mengganjal adalah tidak adanya komunikasi, dulu saling mencintai tapi sekarang tidak ada pembicaraan satu dengan yang lainnya. Informan bisa memaafkan istrinya, “kalau memaafkan yo paling iso mbak mung ganjalanne masih sakit dengan perlakuan dulu mbak. Neng wis terjadi”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Verbatim
Deskripsi
Interpretasi
1
Selamat siang Ibu.
10 tahun pertama adalah masa
Ketidaksiapan psikis dalam
2
Selamat siang mbak.
krisis dalam perkawinan dapat
pernikahan serta belum kokohnya
3
Terima kasih atas waktu yang sudah ibu dilalui atau tidaknya. Menikah
4
berikan.
karena faktor kehamilan nikah, jadi
5
Iya mbak.
fondasi ekonomi keluarga belum
6
Begini
7
kehidupan ibu. Sebenarnya apa yang terjadi
8
sampai ibu bisa berpisah dengan pasangan
9
ibu?
10
Ya kalau ee…awalnya saya menikah jarak
11
waktunya juga sudah lama ya, saya menikah tahun
12
1986 itu terus kami pisah secara Negara 1997
13
berarti usia pernikahan kami sudah 10 tahun.
14
Orang bilang kalau 10 tahun pertama adalah masa
15
krisis pertama bisa dilalui atau tidak, teryata saya
16
tidak bisa melalui itu. Yaa.kalau istilahnya apa
17
yang menyebabkan itu kehamilan di luar nikah
18
“MBA” Married by accident dan secara ekonomi
buk,
saya
tertarik dengan
kisah kokoh.
fondasi ekonomi. (14-19)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
pondasi kami belum cukup karena kami sama-
20
sama..saya memang sudah bekerja di salah satu
21
guru smp keruk munggang yang sekarang jadi
22
smp n 1 atap. Tapi suami saya kan belum, masih
23
kuliah saat itu dan ee..Akhir-akhir waktu kita
24
pisah itu dia sudah bekerja kerja di kepulauan
25
Talaut itu bangun jalan terisolir itu daerah sana
26
karena suami saya kan dari kalau dulu kan
27
namanya FKT ya nyuwun sewu Drs karena nanti
28
mengajarnya di smk ya, kalau UGM kan insinyur,
29
semacam itu. Jadi dia itu proyek itu.
30
Terus ya yang kedua selain ekonomi juga pihak Selain faktor ekonomi, adanya
31
ke-tiga tentunya. Ada pihak ke-tiga enjih.
32
Mohon maaf bu, apakah untuk pihak ke-tiga penyebab perpisahan dengan
perpisahan.
33
itu apakah ibu mengenal sosok itu atau ibu pasangan.
(30-31, 35-37)
34
memang tidak tau?
35
Saya tidak kenal hanya tau dari suami saya itu.
36
Tau kalau dia itu istilahnya disenengi oleh yang
37
cewek itu. Itu yang ceweknya kan Manado, bukan
pihak ke tiga juga menjadi
Faktor ketidaksetiaan terhadap pasangan menyebabkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
orang sini. Suami saya kan dari Sangihe
39
kepulauan Sangihe. Jadi kerjanya di Manado juga
40
ya kebetulan cewek itu kan adiknya yang punya
41
CV.
42
Berarti suami ibu memberi tahu kepada ibu Permintaan cerai dari suami,
43
perihal wanita itu?
44
Ya akhir-akhirnya itu sebelum dia minta supaya namun anggapan kini, sesetia laki-
berubah menjadi kewajaran karna
45
kita cerai, bercerai dia memang sudah yaa saya sih laki akan tergiur pada hal yang
faktor hubungan jarak jauh.
46
tidak begitu tapi sih sekarang ya pandangan saya didepan mata apalagi adanya faktor
(44-54)
47
sekarang dengan pandangan saya 20 tahun yang hubungan jarak jauh.
48
lalu beda ya. Kalau dulu saya mengatakan kalau
49
dia egois dan sebagainya tapi sekarang saya
50
mengatakan bahwa sesetia apapun suami kalau
51
jarak waktu perpisahan itu setengah tahun satu
52
tahun itu ibaratnya dia setia tapi setiap hari kaya
53
kucing ya setiap hari dikasih gereh di atas meja
54
lah lalu dimakan juga. Gitu ya jadi yaa.
55
Karna saya mengatakan bahwa itu juga kesalahan Adanya faktor kesalahan istri yang
Menyadari keegoisan dari kedua
56
ada di saya, tapi saat saat itu saya mengatakan dia menjanjikan tinggal bersama
pihak.
anggapan saat itu suami egois
Berpisah dengan pasangan anggapan dulunya egois namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
egois karena hanya memikirkan dirinya sendiri dengan suami namun belum siap
58
padahal punya tanggung jawab anak dan istri. bila tidak bekerja dan tinggal
59
Mohon maaf ibu, yang dimaksud dengan dengan mertua yang belum pernah
60
kesalahan ibu sendiri itu bagaimana ya bu?
61
Ya sebetulnya kami punya komitmen itu waktu muncul tidak hanya dari suami tapi
62
suami mulai bekerja itu kan nanti kalau anak juga dari istri.
63
sudah kelas 6 lulus kita mau kita pindah ke
64
Sangihe dan itu saya sudah diajak untuk pindah
65
tapi saya sendiri mengatakan nanti tunggu anak
66
mau SMP gt kan. Saya tidak siap hanya ikut
67
mertua karena saya kan biasa bekerja kan
68
saya nggak bisa hanya ikut mertua tanpa
69
penghasilan. Jadi kan suami saya dikeplauan
70
Talaut kan tidak setiap minggu pulang kan kalau
71
saya setiap hari nebeng mertua kan nggak enak
72
karena saya tidak kenal juga. Kenal hanya lewat
73
surat, secara pribadi kan nggak kenal memang
74
belum pernah ketemu. Jadi selama pernikahan
75
ibu tidak menegnal orang tua bapak?
bertemu sebelumnya. Keegoisan
(55-58, 66-68)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Iya hanya di foto saja. Kami juga hanya surat-
77
suratan ya saat itu ya tidak intensif ya karena tidak
78
seperti sekarang ada hp.
79
Ibu mertua saya rajin menulis surat kepada saya.
80
Jadi mereka tau kalau sudah punya anak punya
81
istri mereka juga tau.
82
Jadi waktu itu bagaimana perasaan ibu saat Keinginan menikah hanya satu kali
Memegang teguh perkawinan
83
berpisah? Saat itu, saat menerima kenyataan dan terpisah hanya oleh kematian
Katolik sekali seumur hidup dan
84
bahwa hendak berpisah dengan bapak.
85
Ya saya kira saya juga manusia biasa ya mbak ya Mengajukan keberatan namun sia-
86
saat itu siapa sih orang yang menikah secara sia karena sidang tetap diadakan di
87
Katolik mau berpisah tentunya kan istilahnya kan Manado.
88
kalau dalam gereja Katolik kan kita menikah
89
untuk selamanya sampai mati. Saat itu pertama
90
saya menerima undangan dari Wates nggih
91
undangan untuk sidang tapi sidang dilakukan di
92
Manado karna saat itu kan masih Pak Harto jadi
93
kakaknya si cewek tadi kan lewat belakang
94
istilahnya, nyogok nggih. Jadi proses itu di
tidak ingin bercerai secara hukum.
hanya dipisahkan oleh kematian. (85-89, 89-98)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Manado. Saya mengajukan keberatan untuk
96
sidang di Manado kalau sidang di wates saya
97
menang karena saya tidak punya masalah. Tapi
98
mereka tetap ngotot untuk tetap sidang di Manado.
99
Saat itu ya mbak, rasane lho apa ya rasanya sakiit Rasa sakit hati, ingin bunuh diri
100 banget
rasanya
pengen
bunuh
diri
Putus asa sehingga berniat bunuh
sampe terjun ke sungai. Namun, konsultasi diri namun sadar bahwa tidak
101 pengennya njegur progo gitu lho. Tapi saya ndak dengan Romo dan disadarkan
dapat menyelesaikan masalah.
102 saya lakukan itu saya lari ke Romo Budiharyono bahwa bunuh diri tidak
Tuntunan dari Romo sampai
103 saat itu romo pembantu di paroki saya, romo menyelesaikan masalah.
menerima sebagai kenyataan yang
104 muda. Justru di situ oleh Romo saya diberi istilah Didampingi oleh Romo sampai
harus terjadi.
105 e dimarahi yo. Saat itu Romo Budi mengatakan kuat menerima kenyataan yang
(99-101, 101-110)
106 nek wis bunuh diri semua persoalan rampung po? harus terjadi. 107 Terus saya dikuatkan dia, dia yang mendampingi 108 saya sampai saya kuat sampai saya bisa istilahnya 109 menerima kenyataan bahwa itu memang harus 110 terjadi. 111 Itu romo mengatakan itu dipanggil 3x to. Tapi kan Keinginan untuk mengajukan
Keinginginan mempertahankan
112 saya nggak mungkin hari terakhir saya ke sana asepsis namun keadaan tidak
perkawinan namun hanya bisa
113 hanya untuk mengajukan eksepsi kan nggak memungkinkan terpaut jarak yang
menerima yang terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114 mungkin. Ya saya mau nggak mau harus jauh. Terpaksa harus menerima
(114-118)
115 menerima karena kan sudah tiga kali sidang tidak perceraian sipil. 116 datang kan diputuskan oleh hakim. Ya saya mau 117 tidak mau harus menerima. Secara negara usia 118 cerai kami sudah 20 tahun tapi akta tidak dikirim. 119 Akta perceraian?
Adanya keputusan cerai secara sipil Berpisah dengan tetap adanya
120 Iya, saya tidak punya akta, saya hanya punya namun dalam gereja tetap terikat
ikatan perkawinan.
121 risalla, itu pemberitahuan itu lho. Pemberitahuan perkawinan secara sah.
(120-130)
122 dari kejaksaan Wates bahwa ini diputuskan untuk 123 cerai gitu. Terus saya tanya Romo kalau status 124 saya seperti ini bagaimana dengan saya kan 125 bagaimanapun mesti berhubungan dengan negara, 126 surat-persuratan saya harus katakan cerai saya 127 nggak punya akte nggak punya tanda bukti. Kata 128 Romo pakai saja status kawin karena kamu kan 129 status gereja masih resmi menikah sampai 130 sekarang saya masih pakai status itu. 131 Mohon
maaf
bu,
apakah
ibu
bisa Gambaran rasa putus asa merasa
132 menggambarkan sedikit rasa putus asa ibu saat tidak percaya pada kenyataan yang
Rasa putus asa dan menyalahkan Tuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133 itu?
ada, ditinggalkan Tuhan dan Tuhan
(134-142)
134 Saat itu ya, saya tidak percaya yang pertama tidak tidak adil serta menjadi malas 135 percaya masak saya seperti ini rasanya kok Tuhan berdoa. 136 tidak adil to? Saya merasa aduh kok seperti ini 137 ya?
Saya
tu
138 meninggalkan 139 menjadi
merasa saya
malas
saat
berdoa.
ditinggalkan itu,
bener
Memang
Tuhan saya orang
140 mengatakan seharusnya banyak berdoa tapi saya 141 yang mengalami yang merasa sakit yang merasa 142 bahwa aduh kok seperti ini ya. Itu kok seperti 143 ditinggalkan Tuhan gitu lho. Rasanya emang eee Mengenal diri sendiri yang tertutup
Mengenali diri tertutup dengan
144 saya istilahnya apa ya? Ee mengungkapkan rasa tentang masalah pribadi.
privacy. Memberi informasi pada
145 putus saya itu kepada orang lain saya kan, saya Memberitahu tentang pereraian
figure ayah.
146 orangnya agak agak tertutup kalau masalah sipil kepada bapak namun tidak
(144-152)
147 pribadi walaupun saya suka bergurau tapi kalau pada ibu karena takut ibu ikut 148 hal pribadi saya sangat tertutup. Jadi saat itu bapak merasakan. 149 saya yang mengetahui tapi ibu saya, saya tunda 150 sampai 2 tahun baru saya beri tahu. Karna saya 151 kasihan ke ibuk saya karna saya anak satu-satunya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152 perempuan satu-satunya ya. Saya nggak mau ibuk 153 saya ikut merasakan. Tapi anak saya punya Dampak psikologis perceraian pada
Perkawinan katolik sekali seumur
154 dampak karena saat itu baru kelas 5 SD. Dia lebih anak karena kedekatan anak dengan hidup. 155 dekat dengan bapaknya daripada dengan saya. ayahnya. Harapan perkawinan
Dampak psikologis bagi anak
156 Nha itu dia sangat kena dampaknya dibanding berakhir pada kematian.
serta menghindarkan anak ke
157 saya. Terus waktu itu lulus SD, SMP nya tidak di Menitipkan anak di panti asuhan
tempat lebih aman bagi psikisnya.
158 Promasan, saya titipkan ke Malang di panti agar anak tidak menjadi
(153-167)
159 asuhan. Pertimbangan saya bukan saya tidak bisa pelampiasan kebencian dan agar 160 ngragati tapi nanti saya takut dia kena dampak tidak mendidik untuk membenci 161 saya, dari keputusasaan saya dari ya namanya juga ayah. 162 istilahnya ee menikah secara Katolik kan kita 163 benar-benar dan memang pingin hidup berdua 164 sampai
mati.
Tapikan
karna
dampak
saya
165 nanti takutnya saya melampiaskan kebencian ke 166 anak saya. Saya nanti tanpa sadar mendidik dia 167 untuk tidak mencintai ayahnya. Maka saya 168 titipkan ke panti itu sampai dia lulus SMA.
Mengunjungi anak di sisi lain
Mengajarkan untuk tidak
169 Saya juga sering ke sana saya tengok tapi dengan pribadi membenahi diri sendiri.
membenci figure ayah.
170 demikian dia tidak tau seperti apa perasaan saya Mengajarkan untuk tetap
(168-174)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171 istilahnya saya membenahi diri saya untuk hidup berkomunikasi dengan ayah dan 172 saya selanjutnya ya. Anak saya tidak berdampak tidak membenci ayah. 173 seperti itu. Tapi saya selalu meyakinkan anak saya 174 bahwa walau bagaimanapun tidak ada mantan 175 bapak ya, mantan ayah ya. Jadi dia masih 176 berhubungan. Yang terakhir berhubungan itu 177 tahun kemaren, bapaknya mau masuk anggota 178 DPR di Manado dari partai Demokrat tapi tidak 179 bisa, gagal.
Tidak berkomunikasi intens dengan
Komunikasi terputus hanya pada
180 Itu terakhir mereka hubungan kalau dengan saya suami, di media sosial ditambahkan
saat tertentu. Hubungan di media
181 terakhir itu 2002 waktu simbah saya meninggal. menjadi anggota keluarga suami.
sosial berlabel anggota keluarga.
182 Itu kok tau-tau dia nelpon mungkin perasaan saja Masih adanya ikatan perasaan
(179-186, 188-194)
183 mungkin karena simbah saya juga sayang dia keluarga dari pengalaman 184 sebetulnya. Itu kok ada apa di rumah gitu. Waktu meninggalnya nenek. 185 itu hujan deras sekali dan saya cuma bilang kalau 186 nenek meninggal saya gitu itu thok terakhir saya 187 bicara dengan dia. 188 Jadi sudah lama tidak berkomunikasi ya? 189 Iya, lama sekali tidak. Ini satu tahun ini bener-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190 bener terputus. Saya cuma lihat di facebook itu 191 ada nama dia. Tapi saya klik itu tidak nyambung, 193 saya sendiri Cuma mengajukan pertemanan dan 194 dia membalas saya saya dimasukkan dalam 195 keluarga gitu aja.
Rasa trauma terhadap laki-laki dan
Trauma mempunyai hubungan
196 Perubahan di dalam diri ibu yang dirasakan menganggap laki-laki sama saja.
khusus dengan laki-laki.
197 setelah berpisah apa njih?
Keinginan serta kenyamanan
Keinginan dan kenyamanan untuk
198 Saya menjadi apa ya mbak ya trauma ya istilahnya hidup sendiri dan menutup diri
untuk hidup sendiri.
199 terhadap laki-laki. Karena sesudah itu kan dan berhubungan khusus dengan laki-
(197-206)
200 jarak waktu sekian banyak sekian panjangnya kan laki. 201 bukan karena kan posisi seperti saya ya awal202 awalnya mengatakan bahwa laki-laki itu sama ah 203 sama, ah paling ya cuma gitu. Eee ada orang yang 204 bener-bener pengen melamar saya bahkan sampai 205 mungkin sembilan kali banyaknya. Tapi saya 206 selalu memutuskan pada diri saya sendiri saya kok 207 lebih enak saya hidup sendiri sampai saat ini. Saat perpisahan usia masih
Taat pada ajaran agama dan tidak
208 Apalagi usia saya kan sudah tua saya dulu memungkinkan untuk menikah dan
hanya mengejar keinginan
209 tu waktu cerai itu umur saya kan 33 tapi kalau mengejar duniawi. Tetapi lebih
duniawi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
210 sebenarnya saya tu ndablek itu istilahnya. Kalau menginginkan menjadi Katolik
(207-216)
211 saya lebih tertarik pada duniawi mungkin saat itu sejati. 212 masih bisa ya artinya kan yang suka kan ada yang 213 pamer, saya punya mobil saya punya sawah, saya 214 punya macam-macam gitu kan seperti itu. Saya 215 masih merasa ingin menjadi seorang Katolik 216 walaupun saya bukan seorang Katolik yang apa ya 217 namanya sik Katolik sejati tenanan gitu. Saya ya 218 tetep pengen itu. Ya yang saya pikirkan termasuk 219 sampai sejauh itu.
Janda banyak yang dilecehkan
Label janda sering dilecehkan tapi
220 Kalau masalah-masalah yang muncul setalah namun tergantung pribadi
kembali pada masing-masing
221 berpisah dengan pasangan itu apa saja ya bu?
pribadi. Rasa trauma terhadap
orangnya. Masih trauma dengan
222 Ya namanya juga statusnya, jadinya kan tetep pengalaman pahit perkawinan dan
pengalaman pahit lalu menutup
223 janda ya dan orang biasanya janda dimanapun kan tidak menanggapi orang yang
diri.
224 dilecehkan ya rendah. Tapi pandangan saya simpatik serta menutup diri.
(221-232, 234-239)
225 itu tergantung orangnya sendiri, kalau kita sendiri 226 nggak
nanggapi
orang
juga
tidak
akan
227 merendahkan kita. Saya berusaha menjaga untuk 228 itu. Kerena orang sampai ada teman yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
229 mengatakan “bu Lasini itu seleranya terlalu tinggi 230 terlalu pilih-pilih” lha ya memang orang-orang 231 nggak mau kan dilecehkan. Saya membentengi 232 diri, orang-orang mengatakan saya sombong. 233 Sombong itu kan cuma satu hal itu. 234 Pasangan maksudnya bu? 235 Ya maksudnya orang yang sebenernya punya rasa 236 simpati tapi saya tidak menanggapi untuk yang 237 satu itu. Ketika ada orang yang mendekati seperti 238 saya menutup diri. Karena pengalaman, saya 239 punya pengalaman yang pahit dalam hidup 240 istilahnya. 241 Baik
bu,
Membutuhkan waktu yang cukup apakah
masih
ada
hal
yang lama untuk memaafkan serta
Manusia punya kelemahan dan membutuhkan waktu panjang
242 mengganjal dalam diri ibu terkait dengan menghilangkan ganjalan dan
untuk memberi maaf dengan
243 pasangan perpisahan ibu?
tulus.
244 Kalau
berjalannya
dengan
dengan berjalannya waktu ada waktu,
saya penyadaran tentang kelemahan dan
245 membutuhkan waktu sekitar 10 tahun untuk bisa kesalahan manusiawi. 246 memaafkan dia. Artinya, dalam jangka waktu itu 247 saya masih, seaandainya dia datang saya nggak
(244-252)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
248 mau menemui. Tapi ya dengan berjalannya waktu, 249 saya mulai menyadari bahwa setiap manusia 250 punya kelemahan kesalahan lha saya kalau 251 sekarang
sudah
tidak
mempunyai
ganjalan
252 apapun. Dia sendiri punya tanggung jawab ya 253 istilahnya.
Terikatnya perkawinan seumur
Ketulusan untuk memaafkan
254 Kalau diizinkan dan ibu ada waktu untuk hidup tanpa adanya bukti
namun tidak ada keinginan rujuk
255 bertemu 4 mata dengan bapak, apa yang perceraian namun rasa sudah pudar
walaupun tetap terikat perkawinan
256 hendak ibu katakan kepada bapak?
seumur hidup secara gereja.
dan jauh dari keinginan untuk rujuk
257 Aduh gimana ya, yaa yang pertama untuk kami kembali walaupun bersedia untuk 258 bersatu lagi kayaknya kami walaupun secara memaafkan. 259 gereja kami masih bisa ya tapi kok kayaknya itu 260 sangat jauh ya. Ya mungkin ya ini, status saya 261 tidak digantung itu mungkin saya katakan. 262 Maksudnya digantung kan saya nggak punya bukti 263 apapun yang akta cerai. Seandainya dia minta 264 maaf pun saya bersedia memaafkan sudah artinya 265 rasa itu sudah pudar. Ya mungkin ya bisa 266 diistilahkan gitu ya.
Tidak memusingkan tentang harta
(256-265)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
267 Jadi kalau dalam hal pengalaman masa lalu gono-gini walaupun suami punya
Tidak terpikir tentang duniawi
268 yang dirasa belum selesai apa ya bu kira-kira harta. Berkeyakinan bahwa Tuhan
harta suami. Percaya rencana baik
269 yang ingin ibu katakan pada suami.
Tuhan.
270 Kalau
saya
dengan
suami
yang
memberikan yang terbaik untuk belum hidup.
(269-277)
271 selesai misalkan orang lain memusingkan tentang 272 harta gono-gini saya nggak memusingkan itu. 273 Ya memang suami saya itu lima bersaudara dan 274 cowok semua dan di sana saya yakin di daerah 275 pantai juga punya harta ya jelas ya. Tapi saya 276 tidak pernah memepermasalahkan itu. Jadi untuk 277 itu saya yakin kalau Tuhan sudah memberikan 278 terbaik untuk saya saat ini.
Bersyukur anak bisa sekolah
Tidak punya gajalan pada figure
279 Kalau dulu lain ya kalau dulu. Ya saya bersyukur walaupun tidak dibantu ayahnya.
suami. Rasa syukur dapat
280 anak saya walaupun tidak diopeni istilahnya sama Tidak ada ganjalan kepada suami.
mendidik anak dengan baik.
281 bapaknya dia. Nha dulu SMA saya suruh kuliah Anak tidak mau kuliah karena takut
(278-283, 289-290)
282 nggak mau dia tau ibuknya keadaannya juga membuat ibu lebih bekerja keras. 283 penghasilannya kalau dia kuliah mungkin takut 284 membuat saya apa ya, kerja keras dan berat gitu 285 ya. Terus dia setelah SMA kerja, terus melamar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
286 kerja di Sendangsono itu melalui tes Sanata 287 Dharma juga Psikologinya kemudian wawancara 288 dan dia ditrima. Dan sekarang wujudnya sudah 289 berapa tahun ini dia diangkat menjadi pegawai 290 tetap Keuskupan. Jadi saya istilahnya sudah tidak 291 mempunyai ganjalan kepada suami.
Bersyukur kepada Tuhan diberikan
Rasa syukur kepada Tuhan. Tidak
292 Saya bersyukur kepada Tuhan karena saat cucu dua kebahagiaan sekaligus yaitu
ada ganjalan pada figure suami.
293 saya lahir saya diangkat menjadi pegawai tetap cucu dan pekerjaan tetap. Tidak
(296-300)
294 Kanisius. Padahal waktu itu usia saya sudah 46 mempunyai ganjalan pada suami 295 mbak, sudah hamper pensiun. Jadi saat itu saya dan menganggap sebagai teman. 296 diberikan dua kebahagiaan sekaligus. Cucu dan 297 pekerjaan. Jadi sekarang sudahlah tidak ada 298 ganjalan dengan suami karena sudah jauh jarang 299 bertemu sudah sekian tahun juga. Iya sudahlah 300 kalau kita ketemu mungkin sudah jadi teman saja 301 begitu.
Setelah setahun baru memberitahu
Membutuhkan waktu untuk jujur
302 Kalau kedekatan ibu dengan sanak saudara saudara tentang perpisahan.
dalam kondisi. Pengertian dan
303 setelah berpisah dengan suami bagaimana bu?
support dari keluarga.
Adanya support dan dampingan
304 Karna saudara saya taunya sudah lebih dari dari saudara.
(305-310)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
305 setahun kok saya berpisah, tidak saat itu saya 306 langsung bla bla bla. Sesudah setahun lebih baru 307 saya
terbuka
status
saya
seperti
ini
lho
308 gitu. Mereka juga cuma mendampingi saya 309 memberikan saya support hidup itu tidak hanya 310 sampai di sini gitu. Di saat terpahit saya saudara 311 tetap mendampingi.
Romo mendampingi dan
Mempercayakan privacy pada
312 Terus romo pendamping saya sampai sekarang menguatkan pribadi. Merasa
pendampingan Romo.
313 merasa masih berhutang budi, mendampingi saya berhutang budi dan bisa terbuka
(311-322)
314 menguatkan saya itu dengan pendampingan dia. dengan Romo. 315 Saya mau lari ke siapa mau konsultasi ke siapa. 316 Kalau dengan teman guru-guru saya nggak gitu e. 317 ya sama orang sih percaya ya tapi saya lebih 318 percaya kepada romo gitu lho. Dia sampai terbuka 319 jam istirahat siang saja dia mau menemui saya, 320 Romo kan punya jam istirahat siang ya. Soalnya 321 saya harus mengajar dulu baru konsultasi ke romo, 322 dia membuka waktu untuk saya dia tidak istirahat 323 hanya mendengarkan keluh-kesah saya.
Sodara memberi support dan
Support keluarga dan fokus pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
324 Sodara saya juga memberikan support bahwa menyadarkan bila masih
anak.
325 hidup tidak hanya sampai di sini, saya punya mempunyai tanggungan anak.
(323-325, 328-329, 334-335)
326 tanggung jawab anak itu juga. 327 Kalau orang yang paling dekat dengan ibu 328 siapa ya bu? 329 Dulu yang sering saya ajak crita itu adik kandung 330 saya yang nomor dua. Dulu dia kan dia pernah ee 331 apa di seminari tinggi jadi bisa memberikan 332 masukan pemahaman secara psikologi gitu. Terus 333 bapak saya, kalau ibu saya sangat sederhana 334 sehingga jalan pikirnyapun sederhana gimana ya, 335 ya begitu lah. Kalau orang lain yang terlalu jauh 336 nggak lah.
Lingkungan tetap merespon baik
Kegiatan positif respon
337 Baik buk, kalau respon lingkungan ketika tau karena tidak ada sensasi serta tetap
lingkungan juga positif.
338 ibu berpisah bagaimana ya bu?
(338-345)
339 Sampai sekarang nggak ada perubahan respon ya 340 biasa-biasa saja lah ya istilahnya saya nggak 341 mundur dari kegiatan paroki ya. Saya sudah 342 sekian tahun menjadi anggota Dewan Paroki.
aktif dalam kegiatan gereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
343 Nggak ada masalah karena saya juga jarang 344 mendengarkan gossip lah karena saya juga tidak 345 pernah membuat sensasi. Ya mengenal saya 346 dengan baik adanya begitu istilahnya.
Menghargai diri sendiri maka orang Menghargai diri sendiri maka
347 Setelah perpisahan, bagaimana ibu melihat diri akan menghargai kita. Kalau hidup
orang juga akan menghargai kita.
348 ibu sendiri? Gambaran ibu terhadap ibu sesuai norma yang berlaku maka
(348-355)
348 sendiri.
masyarakat akan merespon baik
349 Sekarang ini saya justru lebih menghargai diri dan menghargai. 350 sendiri ya tentunya. Ee bagaimana ya apapun 351 masalah itu tentu ada imbasnya, artinya kalau saya 352 menghargai diri saya sendiri ya orang akan 353 menghargai
diri
saya.
Saya
akhirnya
354 istilahnya kalau kita hidup lurus,sesuai dengan 355 aturan atau norma yang berlaku. Normanya seperti 356 itu dilakoni ya orang tidak akan merendahkan kok. 357 Saya juga orang desa saya tidak pernah kok 358 mengatakan saya begini begitu. Nggak pernah, 359 istilahnya njengenan bisa ngecek kepada orang 360 lain tentang saya begitu. Jadi kan saya nggak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
361 mengatakan saya orang baik, tapi kan njengenan 362 bisa tanya saja orang tempat saya. “kaya apa sih 363 bu Lasini di kampung ?”gitu. paling sosialisasi 364 memang saya kurang, saya tidak ikut ibu-ibu 365 PKK, nggak ada daftar nya (sambil tertawa kecil). Tapi yang secara norma tata aturan ya tetep baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kategorisasi /Tema (Analitical Category) Subyek 3
Label Analisis Ketidaksiapan
Tema
psikis
dalam Faktor intern perpisahan.
pernikahan serta belum kokohnya fondasi ekonomi. Faktor
ketidaksetiaan
terhadap Faktor intern perpisahan
pasangan menyebabkan perpisahan. Berpisah dengan pasangan anggapan Faktor intern perpisahan. dulunya egois namun berubah menjadi kewajaran karna
faktor
hubungan
jarak jauh. Menyadari
keegoisan
dari
kedua Faktor intern perpisahan
pihak. Memegang teguh perkawinan Katolik Perpisahan dengan tetap adanya ikatan sekali
seumur
hidup
dan
hanya perkawinan.
dipisahkan oleh kematian. Putus asa sehingga berniat bunuh diri Putus asa dan perasaan depresi hendak namun
sadar
bahwa
tidak
dapat mengakhiri hidup
menyelesaikan masalah. Tuntunan dari Romo
sampai
menerima
sebagai
kenyataan yang harus terjadi. Keinginan perkawinan
mempertahankan Menerima apa yang terjadi. namun
hanya
bisa
menerima yang terjadi. Berpisah dengan tetap adanya ikatan Berpisah dengan tetap adanya ikatan perkawinan.
perkawinan
Rasa putus asa dan menyalahkan Sakit hati dan putus asa Tuhan. Mengenali
diri
tertutup
dengan Tertutupnya pribadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
privacy.
Memberi
informasi
pada
figure ayah. Perkawinan katolik sekali seumur Perkawinan sekali seumur hidup dan hidup.
dipisahkan oleh kematian
Dampak psikologis bagi anak serta menghindarkan anak ke tempat lebih aman bagi psikisnya. Mengajarkan untuk tidak membenci Bijak dalam menyikapi situasi figure ayah. Komunikasi terputus hanya pada saat Komunikasi pasif tertentu. Hubungan di media sosial berlabel anggota keluarga. Trauma mempunyai hubungan khusus Rasa trauma dengan laki-laki. Taat pada ajaran agama dan tidak Taat pada ajaran agama. hanya mengejar keinginan duniawi. kenyamanan untuk hidup sendiri.
Label janda sering dilecehkan tapi Label negatif masyarakat kembali pada masing-masing pribadi. Rasa trauma terhadap pengalaman pahit lalu menutup diri. Manusia
punya
kelemahan
dan Kelemahan dan kelebihan manusia
membutuhkan waktu panjang untuk memberi maaf dengan tulus. Ketulusan untuk memaafkan namun Perasaan tulus memaafkantidak tidak ada keinginan rujuk walaupun adanya harapan rujuk. tetap terikat perkawinan seumur hidup secara gereja. Tidak terpikir tentang duniawi harta
Tidak berfokus pada duniawi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
suami. Percaya rencana baik Tuhan. Tidak punya gajalan pada figure Rasa syukur pada kehendak Tuhan suami. Rasa syukur dapat mendidik anak dengan baik. Rasa syukur kepada Tuhan. Tidak ada Rasa syukur pada Tuhan ganjalan pada figure suami. Membutuhkan
waktu
untuk
jujur Support keluarga
dalam kondisi. Pengertian dan support dari keluarga. Mempercayakan
privacy
pada Pendampingan figure Romo.
pendampingan Romo. Support keluarga dan fokus pada anak. Support dan fokus pada anak. Kegiatan positif respon lingkungan Repon positif lingkungan juga positif. Menghargai diri sendiri maka orang Menghargai diri sendiri juga akan menghargai kita. Ikatan hidup.
perkawinan
sekali
seumur Perpisahan dengan tetap adanya ikatan pernikahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Narasi Informan 3 Informan memulai cerita dengan menjelaskan alasan pernikahannya dengan suaminya. Pernikahan dengan suaminya di awali dengan kehamilan di luar nikah, jadi sebenarnya belum siap untuk menikah. Berlanjut pada alasan kegagalan pernikahannya dengan suaminya yaitu karena adanya pihak ke-tiga. Informan juga mengatakan bahwa “kesalahan juga ada di saya” oleh karena informan mengingkari janji bahwa hendak tinggal bersama mertua selepas anaknya lulus kelas 6 SD. Namun, informan tidak siap bila tinggal bersama mertua dan tidak mempunyai penghasilan. Oleh karena hubungan informan dengan suami adalah hubungan jarak jauh, maka suami informan tertarik dengan adik dari atasannya di tempat ia bekerja. “sesetia apapun suami kalau jarak waktu perpisahan lama, ibaratnya dia setia tapi setiap hari kaya kucing ya setiap hari dikasih gereh di atas meja lalu di makan juga”. Dulu saat perpisahan terjadi, merasa jika suami egois dan hanya memikirkan diri sendiri. Perceraian terjadi dengan suaminya dan saat itu informan tidak dapat hadir karena jarak tempuh yang jauh. informan sebenarnya tidak menginginkan perceraian terjadi “saya juga manusia biasa, siapa sih orang yang menikah secara Katolik mau berpisah kan istilahnya menikah untuk selamanya sampai mati”. Informan juga sempat putus asa dengan perceraian tersebut. “saat itu ya mbak, rasane lho apa ya rasanya sakit banget rasanya pengen bunuh diri sampe pengennya njegur progo gitu lho”. Tapi informan tidak melakukannya karena informan sharing dengan salah seorang Romo dan diberi pemahaman bila hal yang ingin informan lakukan adalah salah, karena tidak dapat menyelesaikan masalah. Romo mendampingi informan sampai informan tenang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Informan merasa ditinggalkan Tuhan, “masak saya seperti ini rasanya kok Tuhan tidak adil to?” “saya merasa Tuhan meninggalkan saya”. Di sisi lain, anak informan juga terkena dampak dari perceraian yang terjadi. Anak informan dekat dengan ayahnya. Lalu informan menitipkan anaknya ke panti asuhan bukan karena tidak kuat membiayai namun karena takut anak kena dampak dari ibunya. “saya nanti takutnya saya melampiaskan kebencian ke anak saya. Saya nanti tanpa sadar mendidik dia untuk tidak mencintai ayahnya maka saya titipkan dia”. Namun informan juga tetap menengok anaknya, serta informan membenahi diri untuk hidup ke depan. Informan dengan suaminya tidak ada komunikasi, serta informan tidak mempunyai surat cerai dan hanya mempunyai risalla. Informan menyatakan bila statusnya janda dan biasanya janda dilecehkan rendah, tapi informan percaya hal tersebut tergantung dari orangnya. Informan memaparkan apabila membutuhkan waktu sekitar 10 tahun untuk memaafkan suaminya. “artinyadalam jangka waktu itu jika dia datang saya nggak mau menemui. Tapi dengan berjalannya waktu saya mulai menyadari bahwa setiap manusia punya kelemahan kesalahan, sekarang tidak punya ganjalan apapun”.