PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
STUDI DESKRIPTIF PROBLEM-PROBLEM YANG DIHADAPI PARA TUNA WISMA DI PERKAMPUNGAN SOSIAL PINGIT YAYASAN SOSIAL SOEGIYAPRANATA (PSP YSS) DALAM PROSES RESOSIALISASI
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Oleh : Emilius Kristiadi Cahyana NIM : 019114025
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI, JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN MOTTO
biasanya harus bersusah payah melaluinya, dengan tubuh yang penuh luka goresan duri semak belukar (Kamijyo akimine)
walaupun begitu
akan kucintai dan kuhadapi apa yang sudah kupilih
karena semua itu
Ad Maiorem Dei Gloriam (Demi kemulian Allah yang lebih besar)
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi dengan Judul
STUDI DESKRIPTIF PROBLEM-PROBLEM YANG DIHADAPI PARA TUNA WISMA DI PERKAMPUNGAN SOSIAL PINGIT YAYASAN SOSIAL SOEGIYAPRANATA (PSP YSS) DALAM PROSES RESOSIALISASI
Saya persembahkan kepada:
YESUS KRISTUS DAN BUNDAKU MARIA BAPAK V. WARTADI IBU MG. SITI SUWARINI ADIKKU PAULA KRISTIANI RAHAYU dan CLARA KRISTINA WARTADI Serta semua TEMAN dan SAHABAT yang terlibat di Perkampungan Sosial Pingit Yayasan Sosial Soegiyapranata
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK Emilius Kristiadi Cahyana (2009), STUDY DESKRIPTIF PROBLEMPROBLEM YANG DIHADAPI PARA TUNA WISMA YANG TINGGAL DI PERKAMPUNGAN SOCIAL PINGIT YAYASAN SOSIAL SOEGIYAPRANATA (PSP YSS) DALAM PROSES RESOSIALISASI. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Penelitain kualitatif ini bertujuan mengetahui konflik warga tuna wisma di PSP YSS yang merupakan problem di dalam menjalani proses resosialisasi. Penelitian ini juga akan memuat sikap-sikap keluarga jalanan dalam menghadapi problem terberatnya. Latar belakang permasalahan yang terjadi adalah banyaknya warga Pingit yang keluar dari PSP YSS dengan tidak menyelesaikan proses resosialisasi dengan baik. Responden penelitian ini adalah warga PSP YSS yang sedang menjalani proses resosialisasi. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah tiga keluarga yang merupakan pasangan suami-istri. Metode yang digunakan adalah mengunakan study deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan dokumen hasil evaluasi para relawan PSP YSS divisi orang tua. Hasil penelitan memperlihatkan bahwa problem-problem yang dialami keluarga tuna wisma cukup beragam. Problem yang mereka alami mencakup konflik interpersonal, konflik intrapersonal dan konflik organisasi. Problem terberat yang dialami keluarga tunawisma di PSP YSS memiliki 2 ciri, yaitu keluarga-keluarga tuna wima memiliki kecenderungan munculnya konflik lanjutan dari konflik utama dan cenderung berlangsung lama atau tidak sebentar. Sikap keluarga-keluarga tuna wisma dalam menghadapi problem mengalami perubahan dari sikap negatif menuju sikap positif yang merupakan hasil dari proses belajar. Kata kunci
: tuna wisma, resosialisasi, problem, konflik,
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT Emilius Kristiadi Cahyana (2009), A DESCRIPTION STUDY: PERKAMPUNGAN SOSIAL PINGIT YAYASAN SOSIAL SOEGIYAPRANATA (PSP YSS) HOMELESS COMMUNITY’S PROBLEMS IN THEIR PROCESS OF RESOCIALITATION. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma This qualitative research is aimed to know the conflict life of homeless people as the member of PSP Pingit community in their process of resocialization seen from the way they resolve their daily problems. This research also describes homeless people attitude when facing their difficult problem. The background of the problem is the increasing number of Pingit’s homeless community who are moving out from the community because they are not able to finish their process of resocialization. The respondent of the research is the member of Pingit’s community who still involves in the process of resocialization. The writer uses three couples in the community as the respondent. The method that is used in the research is the descriptive study. The writer takes interview as the technique of this research added by the data from the volunteer’s evaluation from adult division in the community. The result of this research shows that many problems are faced by the homeless family in PSP Pingit. The problems are interpersonal conflict, intrapersonal conflict, and organizational conflict. There are two characteristics that can be found in the most complicated organizational conflict. The conflict that arise from the main conflict and the conflict is happened in a sequenced of time, not in a short time. The homeless family has the change in their behavior towards the problems that they had, from being negative to be positive behavior due to the result from their learning process.
Key words: homeless family, resocialization, problem, conflict.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah Yang Baik dan Bunda Suci Maria karena berkat kasih-Nya yang begitu besar, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Tanpa bimbingan-Nya, tentulah skripsi ini tidak akan tersusun dengan baik. Skripsi ini disusun selama lebih dari tiga setengah tahun. Sebuah proses yang panjang untuk sebuah penulisan skripsi. Selama itu pula penulis mengalami berbagai dinamika yang tentunya sangat berharga. Dinamika untuk mengalahkan diri sendiri, melatih fokus terhadap sebuah tujuan dan menghargai pentingnya arti sebuah kesetian akan pilihan. Semua tantangan dan hambatan itu sudah dilalui dan kini tiba saatnya bagi peneliti untuk mempertanggungjawabkannya. Meskipun demikian, peneliti menyadari berbagai kekurangan yang masih ada dalam skripsi ini, oleh karenanya berbagai masukan sangat diharapkan untuk menjadikannya semakin baik dan sempurna. Atas semuanya itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan waktu, informasi, dan dukungan hingga selesainya penyusunan skripsi ini, secara khusus kepada: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberi kesempatan dalam penyusunan skripsi ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Bapak Prof. Dr. A. Supratiknya selaku pembimbing skripsi, yang dengan teliti memeriksa dan senantiasa memberikan masukan demi kesempurnaan skripsi ini. 3. Bapak V. Didik Suryo Hartoko, S.Psi., M.Si dan Ibu Titik Kristiyani, M.Psi selaku dosen penguji. Terimakasih atas masukannya 4. Ibu Sylvia Carolina MYM, S.Psi., M.Si selaku dosen pembimbing akademik 5. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi USD Yogyakarta; Ibu MB. Rohaniwati, Mas Gandung Widiyantoro, Mas P. Mujiono, Mas Doni, dan Bpk Giyono yang dengan setia senantiasa melayani kami para mahasiswa. 6. Fr. Vincent SJ sebagai koordinator PSP YSS yang selalu memberikan masukan dan menyediakan waktunya untuk kita berdiskusi sehingga tersusunlah skripsinya. Trimakasih atas sumbang sarannya dan kritiknya. 7. Keluarga-keluarga di Pingit yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Terimakasih, saya banyak belajar tentang hidup dari mereka semua. Mereka merupakan sahabat yang tak terlupakan bagi saya. 8. Teman-teman frater Jesuit yang berada di Kolese Santo Ignatius di Kotabaru, terimakasih atas kesempatan bersama yang dapat kita jalani di kemping bersama dan obrolan-obrolan yang terjadi di refter. Ternyata itu semua berguna untuk meningkatkan asa saya lho. 9. Buat teman-teman Volunteer PSP YSS: Gembong, Leo, Bu Sum, Lisa, Dina, Eko Sulistyo, Riri, Kreteng, Eko kodok dan teman-teman dari PBM USD yang datang silih berganti, kalian telah memberikan warna dan kehidupan yang lain di Pingit dengan kehadiran dan gerak kalian
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10. Buat keluarga V. Wartadi yang setia selalu memberikan dukungan melalui senyuman dan sapaan-sapaan yang hangat dan mententramkan hati. 11. Buat teman-teman yang ada di sering main ke rumahku: Eko, Baba, Kreteng, Oho, Leo, Gembong, Devi, Seno terimakasih atas kehadirannya datang di rumahku yang tidak hanya sekedar bermain tetapi juga mengerjakan tugas. Itu semua membantu mengingatkan bahwa masih ada tanggungjawab yang belum ku selesaikan. 12. Theresia Dwi Susanti terimkasih atas cinta, dukungan, kesetiaan
dan
kesabarannya yang kamu limpahkan pada saya. Kamu salah satu motivatorku bahwa ini harus terselesaikan. 13. Buat Silvanus Sri Bahagya, terimaksih atas waktunya yang telah kita lalui. Segala pengalaman bersama yang pernah kita lalui ternyata menyenangkan. Semoga persahabatan kita tetap terjalin. 14. Buat Benedikta Dina Fibirani, terimakasih waktu dan ceritanya dan pengalaman memasak yang kamu ajarkan kepadaku. Itu sangat berguna. Terimaksih juga buat kedekatan sebagai sahabat yang pernah kita lalui bersama. 15. Buat teman-teman SWB: Tomce, Firlan, Jempol, Acoy, Muber, Hosea, Ito, Lisong, Retta, Male, Wacu, Eko homo, dan semuanya, saya mengucapkan terimakasih atas dukungan dan semangatnya walaupun kita berjauhan satu sama lain tetapi kedekatan tetap terjalin. Memang pengalaman muda hidup bersama selama 4 tahun tidaklah sia-sia.
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16. Terimakasih buat Adi Gendut dan Pati Bangsat yang selalu setia dengan SMS dan pesan-pesannya via Facebooknya yang intinya memberikan semangat dan celaan. Ha..ha..ha saya perlu itu juga. 17. Buat teman-teman klub bakmi godog dan kopi tubruk, yang selalu menjadi teman dikala malam minggu. Terimakasih atas traktirannya yang membuatku tetap kenyang. 18. Tidak terlupakan juga kepada semua dosen, karyawan, teman-teman mahasiswa Fakultas Psikologi USD dan juga teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang senantiasa selalu menyemangati saya dengan cara mereka masing-masing yang unik.
Akhirnya, saya sampaikan salam bangga kepada semua yang pernah memperkaya hidup saya. Karena merekalah, saya dapat menjadi pribadi yang semakin bertumbuh dari hari ke hari. Tuhan, mohon berkat bagi mereka semua.
Yogyakarta, 15 Mei 2009 Hormat saya,
Emilius Kristiadi Cahyana
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………...….......……………………… i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii MOTTO............................................................................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN DATA............................................................. vi ABSTRAK........................................................................................................ vii ABSTRACT...................................................................................................... viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH..................... ix KATA PENGANTAR...................................................................................... xii DAFTAR ISI.....................................................................................................xv DAFTAR TABEL............................................................................................. xviii DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xix BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1 A. Latar Belakang....................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah.................................................................................. 8 C. Tujuan Penelitian....................................................................................8 D. Manfaat Penelitian................................................................................. 8 BAB II LANDASAN TEORI......................................................................... 10 A. Proses Resosialisasi............................................................................... 10 1. Sikap................................................................................................ 11
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Nilai..................................................................................................12 3. Kebiasaan......................................................................................... 13 B. Problem.................................................................................................. 13. 1. Konflik............................................................................................. 14 2. Komponen-komponen konflik......................................................... 15 3. Jenis-jenis Konflik........................................................................... 18 C. Keluarga Jalanan.................................................................................... 21 1. Keluarga........................................................................................... 21 2. Keluarga Jalanan.............................................................................. 21 D. Keluarga-keluarga Jalanan di PSP YSS................................................. 24 E. Resosialisasi Keluarga Jalanan............................................................... 26 F. Problem-Problem Proses Resosialisasi Keluarga Jalanan di PSP YSS 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 35 A. Jenis Penelitian...................................................................................... 35 B. Fokus Penelitian..................................................................................... 36 C. Lokasi dan Subyek Penelitian................................................................ 38 1. Lokasi Penelitian............................................................................... 38 2. Subyek Penelitian..............................................................................40 D. Teknik Pengumpulan Data.................................................................... 41 1. Wawancara....................................................................................... 41 2. Dokumen......................................................................................... 42 E. Pemeriksaan Keabsahan Data................................................................43 F. Analisis Data..........................................................................................44
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Organisasi data................................................................................. 45 2. Pemilihan Teori................................................................................ 46 3. Koding dan Kategorisasi.................................................................. 46 4. Interpretasi....................................................................................... 48 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 51 A. Identitas dan Deskripsi Informan.......................................................... 51 1. Identitas Informan............................................................................ 51 2. Deskripsi Informan.......................................................................... 52 B. Tahap Pengumpulan Data..................................................................... 61 C. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan......................................... 63 1. Keluarga pertama............................................................................. 63 2. Keluarga kedua................................................................................ 68 3. Keluarga ketiga................................................................................ 74 D. Pembahasan...........................................................................................82 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 100 A. Kesimpulan........................................................................................... 100 B. Saran..................................................................................................... 102 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 104 LAMPIRAN ..................................................................................................... 107
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Identitas informan .............................................................................. 47 Tabel 2. Tahap pengumpulan data.................................................................... 62 Tabel 3. Konflik-konflik keluarga-keluarga jalanan yang mengalami proses resosialisasi....................................................................................................... 82 Tabel 4. Sikap-sikap keluarga jalanan dalam menghadapi konflik.................. 92
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel Ringkasan Verbatim Subyek…………………………………………. 107 Evaluasi Divisi Orang Tua Perkampungan Sosial Pingit……………………. 144 Denah Perkampungan Sosial Pingit…………………………………………. 147 Surat Keterangan Penelitian…………………………………………………. 148
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kehidupan orang jalanan dalam satu sisi terdapat kebebasan. Bersamamaan dengan itu juga terdapat suatu ketidakamanan. Kehidupan tanpa tuntutan dan tanpa batasan norma masyarakat yang mengatur merupakan salah satu kebebasan yang diterima dalam kehidupan jalanan. Kehidupan tanpa naungan atap, garukan dari pemerintah kota, keadaan tanpa identitas diri, kekerasan dan kejahatan hidup di jalanan merupakan sebagaian dari ancaman dari kehidupan di jalanan. Kehidupan jalanan tidak memberikan rasa nyaman kepada orang yang tinggal di dalamnya. Mereka yang tinggal di jalan tidak memiliki alamat yang jelas, tidak memiliki KTP. Ini membuat mereka tidak dapat mengakses berbagai fasilitas sosial. Sebuah peristiwa gelandangan sakit di Jakarta Timur, Jatinegara memberikan gambaran bagaimana tidak nyamannya kehidupan jalanan. Saat itu ada seorang tunawisma yg sedang sakit/sekarat terkapar di trotoar dekat rel tembok rel kereta. Dari kondisi memang mengenaskan, dikerubuti lalat karena BAB/BAK di celananya. diduga korban sudah tewas. Keadaannya memang sudah parah. Orang tersebut. tidak bisa makan lagi. Tak jauh ada seorang polantas yang sedang sibuk bekerja. Ada seseorang berinisiatif melaporkan kepada polantas dan minta pertolongan agar bisa dibawa ke panti jompo. Ternyata, sampai dengan keesokan harinya tunawisma
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
tsersebut masih teronggok di tempat semula. Belum tampak dilakukan evakuasi terhadap korban (http://www.jakarta.go.id/forum/display_topic_threads). Peristiwa yang terjadi di atas menggambarkan betapa tidak ramahnya kehidupan jalanan, terlebih bagi mereka yang terpinggirkan dan hidup di jalan. Tidak ramahnya kehidupan jalanan menunjukkan bahwa tidak adanya perlakuan yang manusiawi terhadap korban. Peristiwa diatas menggambarkan segelintir dari pahitnya kehidupan jalanan. Kisah diatas dapat menggambarkan bahwa orang-orang yang menjalani kehidupan jalanan adalah orang yang tersingkir dari sesamanya. Orang-orang yang hidup menjalani kehidupan jalanan bukan merupakan bagian dari suatu masyarakat. Realitas diatas tampak jelas terdapat diskriminasi dalam kehidupan sesama manusia antara mereka yang hidup di masyarakat dan di luar masyarakat. Setiap orang
berhak untuk mendapatkan hidup yang lebih baik. Untuk
mencapai suatu kehidupan yang lebih baik orang perlu diakui sebagai bagian dari masyarakat. Oleh sebab itu kehidupan jalanan perlu diubah keadalam kehidupan yang merupakan bagian dari suatu masyarakat. Hidup di dalam suatu bagian masyarakat memberikan rasa aman karena dilindungi oleh masyarakat tersebut. Masyarakat tersebut mau melindungi karena diakui sebagai bagian dari masyarakat tersebut. Kehidupan jalanan tidak dapat memberikan jaminan orang dapat hidup secara manusiawi bagi mereka yang tinggal di dalamnya. Salah satu cara hidup yang manusiawi bisa didapat dengan adanya rasa aman dan diakui dalam bagian suatu masyarakat. Rasa aman dan rasa diakui bisa dicapai. Orang-orang yang hidup di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
jalanan bergabung kembali di dalam masyarakat agar mendapatkan rasa aman dan rasa diakui. Resosialisasi adalah salah satu cara untuk membuat bagaimana orangorang yang hidup di jalanan dapat kembali ke masyarakat. Proses resosialisasi adalah proses yang memberikan suatu pemahaman baru. Resosialisasi adalah pembelajaran tentang sikap, nilai, dan kebiasaan yang baru yang berbeda dari pengalaman dan latar belakang seseorang
(Abarca, 2005;
Lonsdale, 2005; Schaefer, 2001). Proses ini membutuhkan pengalaman langsung yang perlu dijalani oleh mereka yang menjalani proses resosialisasi untuk merasakan manfaatnya. Oleh sebab itu proses ini bukanlah proses yang mudah dan cepat, karena proses ini lebih menekankan bagaimana mengubah kebiasaan lama. Perkampungan Sosial Pingit Yayasan Sosial Sogiyapranata (PSP YSS) Yogyakarta adalah suatu gerakan sosial yang membantu kehidupan keluarga jalanan. YSS berdiri pada tahun 1967, yang didirikan oleh seorang frater Jesuit, sekarang ini telah menjadi Romo. PSP YSS adalah suatu lembaga di bawah SPM (Seksi Pengabdian Masyarakat) Realino. YSS memiliki lahan sebagai tempat relokasi para keluarga jalanan, yaitu PSP YSS
di bantaran Kali Winongo, Kampung Pingit,
Yogyakarta. Proses resosialisasi adalah salah satu cara yang digunakan PSP YSS untuk memperbaiki kehidupan keluarga-keluarga yang hidup di jalanan. Keluarga-keluarga yang hidup dijalan tinggal di PSP YSS selama kurang lebih 2 tahun. Mereka akan mengalami proses resosialisasi sebagai salah satu program di PSP YSS. Mereka adalah keluarga-keluarga yang tidak memiliki rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
dan hanya tinggal di emperan toko dan selalu berpindah tempat. Selama program proses resosialisasi mereka akan mengalami proses bersama dengan masyarakat sekitar atau beradaptasi dengan masyarakat sekitar dalam kegiatan bersama masyarakat seperti kliwonan, kerja bakti. Selain itu terdapat proses resosialisasi yang sifatnya lebih di dalam keluarga yang bertujuan menciptakan suatu kebiasaan dan pemahaman bahwa mereka yang berproses dalam program resosialisasi adalah bagian dari masyarakat. Proses yang sifatnya lebih di dalam keluarga diterapkan dalam bentuk bagaimana menciptakan kebiasaan hidup sehat, kebiasaan menabung dan memberikan pemahaman pentingnya tabungan, pentingnya pendidikan anak, dan pemahaman perlunya sebuah piranti identitas yang legal seperti Kartu Tanda Penduduk, Surat Nikah, Kartu Kelahiran, Akte Kelahiran Anak. Tujuan program proses resosialisasi yang dibuat PSP YSS agar para keluarga-keluarga jalanan dapat mengalami kehidupan yang lebih baik, aman, dan merasa sebagai bagian dari anggota masyarakat. Adanya pencapaian ini semua keluarga-keluarga jalanan nantinya akan dapat menggunakan fasilitas sosial yang ada di masyarakat. Keluarga yang dimaksud adalah pasangan yang memiliki sejarah anak secara biologis atau dua generasi yang memiliki garis keturunan secara langsung (Earl W. Morris Winker 1978:46). Keluarga-keluarga yang tinggal di PSP YSS merupakan pasangan sudah menikah ataupun pasangan hanya hidup bersama dan memiliki anak dari hubungan mereka. . Keluarga jalanan yang tinggal di PSP YSS terdiri dari ayah, ibu dan anak yang tinggal di jalanan. Keluarga jalanan yang tinggal di PSP YSS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
karena mereka merupakan pasangan yang tidak memiliki tempat tinggal. Mereka tidur di jalanan dan selalu berpindah-pindah tempat agar mendapatkan penghasilan. Di PSP YSS saat ini terdapat 6 keluarga yang sedang menjalani program proses resosialisasi. Kehidupan 6 keluarga jalanan sebelum mengalami proses resosialisasi adalah kehidupan yang jauh dari kehidupan masyarakat dan kehidupan yang sangat minim dalam pemenuhan kebutuhan sandang, papan, dan pangan. Tuntutan untuk belajar kembali dalam proses resosialisasi keluarga jalanan tidaklah sedikit. Realitas-realitas keluarga jalanan di dalam program resosialisasi tidak sedikit. Banyaknya realitas yang harus mereka jalani dalam program resosialisasi berarti besar tantangan yang harus mereka hadapi. Realitas-realitas ini adalah interaksi keluarga jalanan dengan dunia yang baru di PSP YSS. Interaksi dengan lingkungan terjadi antara keluarga jalanan dengan sesama keluarga jalanan yang juga menjalani proses resosialisasi, penduduk sekitar PSP YSS, pihak administratif pemerintahan paling terkecil (RT/RW), otoritas PSP YSS. Interaksi juga dapat terjadi di dalam keluarga jalanan sendiri. Interaksi keluarga jalanan dengan lingkungan baru di dalam proses
resosialisasi
memunculkan
problem-problem.
Problem-problem
dan
hambatan-hambatan harus dihadapi oleh para keluarga jalanan selama di dalam proses resosialisasi. Problem adalah segala sesuatu permasalahan yang membutuhkan suatu jawaban dan keputusan (Neumeyer 1953:20). Dalam konteks PSP YSS, problemproblem dilihat sebagai segala masalah-masalah yang sifatnya menghambat dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
bentuk konflik-konflik, yang dihadapi oleh keluarga jalanan dalam menjalani proses resosialisasi. Konflik adalah
persepsi mengenai perbedaan kepentingan (Pruitt
1986:21). Konflik-konflik yang dihadapi dan diselesaikan para keluarga jalanan yang menjalani proses resosialisasi di PSP YSS merupakan bagian dari proses belajar untuk merubah dari kehidupan kehidupan jalanan menjadi bermasyarakat. Dalam tulisannya Sowondo dalam Studi Kancah YSS dan Gelandangan: Sebuah kerja Pemanusian (Widiastyo 1985:71) mengatakan bahwa keluarga jalanan setelah dimukimkan, diharapkan mereka dapat membantu kampungnya yang baru dan belajar bersama masyarakat dan menjadi bagian masyarakat. Selain itu juga Suwondo mengatakan lagi bahwa satu tahun seseorang menjadi keluarga jalanan, mungkin 10 tahun baru bisa diharapkan perubahan yang nyata kalau pendekatan dan penyuluhan dilakukan secara terus-menerus. Merubah kehidupan keluarga jalanan yang bebas tanpa harus bepikir pajak, bisa tidur di mana saja, kerja mencari uang hanya pada saat lapar tidaklah mudah. Problem-problem muncul pada saat keluarga jalanan memulai belajar kembali kehidupan yang baru di masyarakat. Problem ini muncul akibat interaksi para keluarga jalanan dengan lingkungan sekitarnya di dalam proses resosialisasi. Problem selama proses program resosialisasi dapat saja terjadi di dalam keluarga sampai, problem yang berbenturan dengan kehidupan bertetangga, problem yang terjadi dengan antara pihak PSP YSS ataupun pihak administratif suatu wilayah ataupun dengan lingkungan di luar PSP YSS ataupun pihak administratif suatu wilayah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
Keluarga-keluarga jalanan yang pernah menjalani proses resosialisasi di PSP YSS tidaklah semuanya akan menjadi keluarga yang berhasil. Berhasil yang dimaksud di sini adalah dapat meninggalkan kehidupan jalanan dan kembali hidup bermasyarakat. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan proses mereka dalam proses resosialisasi keluarga jalanan di PSP YSS. Pada saat keluarga-keluarga jalanan dalam proses belajarnya menciptakan keberhasilan kembali kepada kehidupan yang merupakan bagian dari masyarakat, maka seiring dengan itu berbagai problem muncul. Problem-problem muncul dapat terjadi dalam bentuk konflik. Hasil penelitian A. Eko Widyantyo (2007:67)menyatakan bahwa mampu mengatasi tiap konflik dalam proses resosialisasi merupakan salah satu faktor dalam keberhasilan proses resosialisasi di PSP YSS. Keberhasilan menyelesaikan konflik merupakan salah satu tahapan yang harus dipenuhi untuk berhasil dalam proses resosialisasi PSP YSS. Dalam penelitian Eko Widyantyo tidak menjelaskan secara detil konflik apa sajakah yang dialami keluarga jalanan dalam proses resosialisasi. Salah satu dari hasil penelitiannya lebih menceritakan bagaimana keluarga jalanan bersikap dalam menghadapi konflik sebagai suatu akibat dalam membaur dengan masyarakat dan persinggungan budaya yang berbeda. Oleh sebab itu penelitian ini berusaha mendeskripsikan problem di dalam proses resosialisasi yang belum terungkap dalam penelitian Eko Widyantyo. Problem dalam proses resosialisasi yang dimaksud adalah konflik apa sajakah yang dialami keluarga jalanan, konflik yang manakah yang merupakan problem terberat yang dialami keluarga jalanan, bagaimana sikap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
keluarga jalanan dalam menghadapi problem terberat di dalam proses resosialisasi di PSP YSS. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dibuat rumusan masalahnya sebagai berikut : 1.
Problem-problem apa sajakah yang dialami keluarga-keluarga jalanan yang mengalami proses resosialisasi PSP YSS?
2.
Konflik-konflik apa yang menjadi problem terberat yang dialami keluargakeluarga jalanan yang mengalami proses resosialisasi di PSP YSS?
3.
Bagaimana para keluarga jalanan yang mengalami proses resosialisasi menyikapi problem-problem terberat yang mereka alami dalam proses resosialisasi di PSP YSS? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memberikan deskripsi tentang problem-problem
dalam bentuk konflik-konflik yang terjadi pada keluarga jalanan di dalam proses resosialisasi di PSP YSS dan dinamika sikap-sikap dalam menghadapi konflik terberatnya. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini memberikan sumbangan manfaat dalam dua bentuk manfaat. Manfaat-manfaat tersebut adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoretis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
Penelitian ini memberikan sumbangan kepada perkembangan Psikologi Sosial, lebih spesifik lagi mengenai problem-problem yang terjadi di keluarga jalanan. 2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan langsung kepada YSS mengenai problem-problem keluarga jalanan yang terjadi, sehingga dapat menganalisa kebutuhan-kebutuhan pendampingan keluargakeluarga jalanan dalam proses resosialisasi.. b. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan informasi kepada para relawan YSS, agar dapat menentukan langkah-langkah pendampingan kepada keluarga-keluarga jalanan yang disesuaikan dengan latar belakang dan problem-problem yang dihadapi dari tiap keluarga jalanan dalam proses resosialisasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Proses Resosialisasi Sosialisasi (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 1991) adalah proses belajar seseorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat lingkungannya. Resosialisaasi merupakan salah satu bentuk dari sosialisasi sekunder. Sosialisasi sekunder merupakan proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah disosialisasikan ke dalam sektor baru dari dunia obyektif masyarakat (Berger dan Luckman, 1967:130). Resosialisasi adalah pembelajaran tentang sikap, nilai, dan kebiasaan yang baru yang berbeda dari pengalaman dan latar belakang seseorang (Abarca, 2005; Lonsdale, 2005; Schaefer, 2001). Lonsdale (2005) mengkategorisasikan resosialisasi menjadi dua: (1) resosialisasi sukarela yang terjadi dimana seorang individu dengan sukarela memilih untuk mengubah sikap dan kebiasaannya, (2) resosialisasi paksaan yaitu resosialisasi yang terjadi melawan sikap bebas seseorang dan pada umumnya berlangsung pada suatu institusi. Berdasarkan definisi di atas, resosialisasi sukarela lebih didasarkan kepada pilihan dan kesadaran dari individu untuk melakukan perubahan atas dirinya. Resosialisasi paksaan lebih didasarkan pada pemaksaan terhadap individu. Resosialisasi ini lebih dikenal di dalam kalangan ilmuwan sosial sebagai (brainwashing).
10
praktek cuci otak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
Proses belajar adalah proses perubahan yang relatif permanen dalam tingkah laku, sebagai hasil dari praktek atau hasil pengalaman (Chaplin 1981:272). Tidak jauh berbeda dengan Winkel (1987: 59) yang merumuskan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap. Perubahan dalam belajar yang dirumuskan oleh Winkel bersifat relatif konstan dan berbekas. Resosialisasi menuntut adanya suatu proses belajar dalam belajar bermasyarakat. Belajar bermasyarakat adalah bentuk belajar yang bertujuan mengekang dorongan spontan, demi kehidupan bersama dan memberikan kelonggaran kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini mencakup cara-cara kehidupan bersama untuk saling menjaga sopan-santun, penghargaan dan kerukunan terhadap yang lain. Jadi problem proses belajar dapat diartikan sebagai suatu masalah-masalah yang menghambat dalam proses perubahan yang relatif permanen dalam tingkah laku, pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilaisikap di dalam interaksi dengan lingkungan atau pengalaman dengan lingkungan. Jadi proses resosialisasi adalah proses-proses belajar untuk menanamkan sikap, nilai, dan kebiasaan baru yang digunakan untuk menginterpretasikan dan menghadapi dunia di sekeliling mereka yang baru.
1. Sikap Menurut J.P Chaplin definisi sikap, adalah satu predisposisi atau kecenderungan yang relatif stabil dan berlangsung terus-menerus untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
bertingkah-laku atau untuk mereaksi dengan suatu cara tertentu terhadap pribadi lain, objek, lembaga, atau persoalan tertentu (J.P Chaplin, 2002:43). Sumber dari sikap tersebut bersifat kultural, familial, dan personal. Yaitu, cenderung beranggapan bahwa sikap-sikap itu akan berlaku dalam kebudayaan selaku tempat kita dibesarkan akan tetapi beberapa dari tingkah laku juga dikembangkan selaku orang dewasa, berdasarkan pengalaman kita sendiri. Sumber-sumber penting dari sikap-sikap orang dewasa adalah propaganda dan sugesti dari penguasa, kaum usahawan, lembaga pendidikan dan agensi lainnya, yang berusaha mempengaruhi tingkah laku orang lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap adalah kecenderungan bertindak berkenaan dengan objek tertentu. Sikap bukanlah tindakan nyata (overt) melainkan masih bersifat tertutup (covert behavior). Sikap dapat dikatakan sebagai arah tindakan seseorang yang berkenaan dengan suatu objek. Arah tersebut dapat mendekati atau menjauhi. Tindakan mendekati atau menjauhi suatu objek (orang, benda, ide, lingkungan, dan lain-lain), dilandasi oleh rasa penilaian individu yang bersangkutan terhadap objek tersebut (Djaali 2007:115). 2. Nilai Nilai adalah suatu sasaran sosial atau tujuan sosial atau insentif sosial yang dianggap pantas dan berharga untuk dicapai (J.P Chaplin, 2002:527). Klinger (1977) mengatakan bahwa insentif adalah objek atau kejadian yang memiliki nilai dalam individu. Sedangkan tujuan adalah objek, kejadian atau pengalaman yang akan atau ingin dicapai oleh individu karena tingkah lakunya. Tidak ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
organisme yang hidup dan terpisah dari tujuan-tujuannya, sebab dalam kehidupan organisme, tujuan-tujaun itu memiliki nilai (Koeswara 1989:97). 3. Kebiasaan Menurut J.P Chaplin (1981:219) kebiasaan adalah suatu kegiatan atau prilaku yang relatif otomatis setelah melewati praktek yang panjang (J.P Chaplin, 1981:219). Andi Mappiare (1983:34) mengartikan tidak jauh berbeda dengan Chaplin, yaitu sebagai cara bertindak yang diperoleh melalui belajar berulangulang, yang akhirnya menjadi menetap dan bersifat otomatis. Kebiasaan sebagai perilaku yang relatif otomatis akibat proses belajar berulang-ulang dapat berjalan terus tanpa konsentrasi perhatian dan pikiran yang intensif dalam melakukannya. Kebiasaan
dapat
berjalan
terus
sementara
individu
memikirkan
atau
memperhatikan hal-hal lain
B. Problem Problem-problem dalam proses resosialisasi menuntut adanya proses pembelajaran dari nilai, kebiasaan, dan sikap yang lama menjadi yang baru. Menurut J.P. Chaplin (2002: 387) dalam Kamus lengkap Psikologi, problem didefinisikan sebagai sebarang situasi yang mengandung sifat khusus yang tidak diketahui atau yang baru untuk diketahui secara pasti. Sifat khusus yang tidak diketahui dapat dikatakan sebagai suatu permasalahan. Ini semua terlihat dalam definisi bahwa problem adalah segala sesuatu permasalahan yang membutuhkan suatu jawaban dan keputusan ataupun penyelesaian ( Neumeyer 1953:20).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
Konflik melibatkan adanya tindakan atau cara tertentu untuk mengatasinya (Pruitt dan Rubin 1986:4). Konflik dan problem memiliki sifat yang sama yaitu membutuhkan adanya suatu penyelesaian. Jadi dapat dikatakan bahwa konflik merupakan bagian dari problem. 1. Konflik Pruitt dan Rubin (1986:28-39) menjelaskan konflik sebagai perbedaan persepsi kepentingan. Pruit dan Rubin menambahkan pula bahwa kepentingan dapat diartikan sebagai nilai-nilai atau kebutuhan-kebutuhan. Pruitt dan Rubin (1984:148) menambahkan bahwa konflik merupakan suatu yang bersifat abnormal karena yang normal berupa keselarasan. Konflik dianggap sebagai gangguan akan kestabilitasan sehingga perlu dilakukan penanganan sesegera mungkin apapun penyebabnya. Budiharjo (1992:65) mengemukakan pendapat bahwa konflik merupakan keadaan yang terjadi karena dua bentuk keinginan atau lebih secara acak memiliki kekuatan yang sama dan saling berlawanan. Konflik yang terjadi dapat bersumber dari tuntutan yang terjadi dalam diri sendiri dan juga berasal dari norma-norma yang terjadi di masyarakat. Kedua hal ini dapat muncul bersamaan. Hal ini membuat seseorang di dalam konflik harus memilih salah satu dari yang muncul bersamaan. Pruitt dan Rubin (1986:28-39) mendefinisikan konflik dalam dua hal. Kedua hal itu adalah: a.
Konflik merupakan suatu yang bersifat abnormal karena yang normal berupa keselarasan. Konflik dianggap sebagai gangguan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
akan kestabilitasan sehingga perlu dilakukan penanganan sesegera mungkin apapun penyebabnya. b.
Konflik sebagai suatu perbedaan atau kesalahpahaman. Terjadinya sebuah konflik dikarenakan kegagalan dalam berkomunikasi. Adanya konflik hanya dapat dimengerti dan dipahami oleh orang yang bersangkutan. Konflik dalam artian ini tidak dapat dipahami maksud dan keinginan dari orang yang mengajak berkomunikasi (orang yang mengalami konflik).
Pada dasarnya konflik terjadi karena perbedaan pandangan terhadap suatu hal mengenai suatu kepentingan, kebutuhan dan tuntutan, saat masing-masing tuntutan memiliki kekuatan yang sama untuk mencapai sebuah pemenuhan dari tuntutan-tuntutan yang berbeda tersebut. 2. Komponen-Komponen Konflik Reaksi dalam menanggapi konflik memunculkan berbagai bentuk respon. Bentuk-bentuk respon dapat berbentuk emosi-emosi yang tinggi yang dapat menimbulkan perilaku tidak beralasan dan terkadang pemikiran-pemikiran yang tidak logis. Ungkapan perasaan pun muncul sebagai sentimen-sentimen terhadap lawan konfliknya (Winardi 1994:25). Inilah yang dimaksud sebagai komponenkomponen konflik. Komponen-komponen yang dimaksud dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu: komponen kognitif, komponen emosional, komponen perilaku. Definisi dari setiap komponen yang dimaksud adalah sebagai berikut: a. Komponen kognitif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
Komponen kognitif berupa pemikiran-pemikiran bersifat positif maupun negatif, keyakinan, harapan-harapan yang bisa merubah. (Huffman 1997:386), persepsi-persepsi, nilai-nilai. Ada yang secara lebih matang mengolah konflik dengan pemikiran-pemikiran jernih. Orang yang mengolah dengan pemikiran jernih berusaha menempatkan diri ke dalam perspektif yang tepat dengan masalahnya (Winardi 1994:26). Sebagian orang lainnya yang tidak mampu mengolahnya secara baik menjadikan frustrasi dan strees b. Komponen emosional Komponen emosional yang dimaksud adalah berbagai perasaan-perasaan yang muncul dalam menghadapi konflik. Perasaan tersebut dapat berbentuk ungkapan kemarahan, ketakutan, sedang merasa cemas, kebingungan, bimbang atau bahkan menjadi sangat gembira (Winardi 1994:25). Keadaan emosional dapat terlihat melalui ungkapan yang muncul secara verbal maupun non verbal. Ungkapan verbal adalah keadaan perasaan tidak ditutupi dan disampaikan secara secara spontan. Keadaan emosi yang terungkap melalui perubahan fisik (fisiologis) adalah ungkapan emosi yang disampaikan secara non verbal. Misalnya kemarahan akan memunculkan perubahan fisik seperti warna mata menjadi merah serta keruh, wajah menjadi dingin, detak jatung meningkat, nafas menjadi cepat, dan suara menjadi berat (Huffman 1997:386)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
c. Komponen prilaku Bila seseorang mengalami konflik maka akan langsung terlihat dalam sikap dan perilakunya. Seseorang akan menjadi agresif atau cenderung berdiam diri. Reaksinya sikap bermusuhan, agresi dan penyerangan secara verbal atau fisikal; ataupun reaksinya beralih yang lain yang menarik diri, bungkam seribu bahasa. Reaksi-reaksi perilaku yang muncul dan timbul dalam menghadapi konflik dapat dipengaruhi perasaan saat berkonflik (Winardi 1994:25). Misalnya, orang yang cenderung berperilaku menarik diri dan bungkam atau cenderung pasif menghadapi konflik bisa saja perilaku tersebut karena dipengaruhi perasaan takut atau cemas. Semakin kompleks konfliknya, maka kecenderungan perilaku seseorang semakin dipengaruhi emosi semakin tampak dalam setiap tindakannya (Winardi 1994:24-25). Hardjana (1994:62) mengemukakan bahwa perlu adanya sikap-sikap yang positif dalam mengolah konflik. Sikap-sikap positif tersebut, seperti: pandangan yang sehat, perasaan positif, itikad yang baik untuk menyelesaikan konflik dan prilaku yang konstruktif. a. Pandangan yang sehat Dalam mengolah konflik orang atau pihak yang terlibat di dalam konflik harus memandang bahwa konflik yang terjadi bukan merupakan suatu malapetaka melainkan sebagai suatu tantangan. b. Perasaan yang positif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
Konflik yang terjadi bukan sebagai suatu yang jahat dan merugikan tetapi memandang bahwa konflik sebagai sebuah pengalaman yang positif sehingga tidak takut untuk menghadapi konflik. c. Itikad yang baik Sikap yang cenderung tidak memiliki itikad baik dan berencana buruk seperti merusak, menghancurkan, menyingkirkan, memusnahkan dapat berubah menjadi kecenderungan yang positif dengan memiliki niat untuk
meperbaiki dan menjaga kebaikan, tidak terprovokass, dan
berencana menciptakan kebahagian dan kemajuan bersama. d. Perilaku konstruktif Orang yang terlibat konflik cenderung berusaha membangun, membentuk dan memelihara hubungan baik. Orang yang terlibat konflik cenderung tidak mengambil tindakan yang semakin merusak kepentingan dan mempertahankan hubungan baik yang telah terjalin. 3. Jenis-Jenis Konflik Winardi (1994) mengungkapkan bahwa jenis konflik dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu konflik peran, konflik organisasi, dan konflik antar pribadi. Jenis-jenis konflik adalah sebagai berikut: a. Konflik Intrapersonal Konflik yang terjadi karena ketidakkonsistenan seseorang. Menurut Winardi (1994) bahwa keyakinan yang selalu berubah-ubah akan membuat resah individu itu sendiri. Hal tersebut membuat konflik timbul karena munculnya banyak beban peran dan ketidakmampuan seseorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
mengambil peran tersebut akibat terlalu banyaknya tanggung jawab. Resksohardiprojo
(2001:228-229)
juga
menyatakan
konflik
peran
(personal konflik) terjadi karena diri seseorang tidak dapat memenuhi tuntutan dirinya berkaitan status sosial. Konflik intrapersonal juga terjadi karena adanya konflik nilai (Hardjana, 1994:36), dimana seseorang memandang suatu nilai tertentu memiliki kapasitas yang tinggi dan di sisi lain pada saat yang bersamaan harus menangani sesuatu yang juga memiliki nilai tinggi juga. Hal ini menimbulkan bentrokan dua nilai yang tinggi dari bidang tertentu. Konflik peran dapat disimpulkan konflik peran, dimana terdapat ketidak konsistenan elemen-elemen kognitif, bentrokkan dua nilai yang memerlukan sebuah keputusan yang cepat dan tepat, dan juga konflik bagaimana dapat memenuhi peran dirinya di lingkungan sosial. b. Konflik Organisasi Konflik prilaku antar kelompok-kelompok dalam organisasi. Kelompok yang satu menunjukkan ‘keakuan kelompok’ dan membandingkan kelompok lain yang dianggap sebagai pengganggu. Winardi (1994:4) mengungkapkan idenya bahwa konflik yang terjadi dalam organisasi terdiri dari dua hal, yaitu: 1.
Konflik Substantif. Konflik ini meliputi ketidaksesuaian atau kesalahpahaman tentang hal-hal yang terkait dengan kegiatan dalam organisasi. Kegiatan-kegiatan dalam organisasi tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
seperti
pengalokasian
sumber
daya,
distribusi
imbalan,
kebijaksanaan serta prosedur. 2.
Konflik emosional. Konflik ini timbul karena adanya perasaan marah,
ketidakpercayaan,
ketidaksenangan,
takut,
sikap
menentang. c. Konflik Antar Pribadi (Interpersonal). Konflik yang terjadi antara individu yang satu dengan yang lain. Konflik ini terjadi antara dua orang atau lebih yang memiliki kepentingan sama tetapi memiliki cara pandang yang berbeda untuk memenuhi keperntingan tersebut. Konflik ini dapat juga berarti terjadi karena kesalahpahaman antar individu dalam menanggapi sesuatu. Konflik yang terjadi antara individu yang satu dengan yang lain. Konflik antar pribadi dapat terjadi antara individu dengan rekan-rekan bermain, bekerja atau seprofesi, bahkan anggota keluarga. (Reksohadiprojo, 2001:237). Konflik pribadi, konflik organisasi dan konflik antar pribadi merupakan jenis-jenis konflik yang dapat terjadi. Konflik pribadi merupakan konflik yang terjadi karena adanya dua atau tiga bahkan lebih keinginan yang muncul secara bersamaan dan harus menentukan dan memutuskan salah satu di antaranya. Konflik organisasi timbul karena adanya pertentangan yang melibatkan suatu pihak dengan kelompok lain, yang mengakibatkan ketidakcocokkan pada kedua kelompok tersebut. Konflik antara pribadi terjadi antara dua orang atau lebih yang sama-sama memiliki kepentingan, yang dapat memberikan akibat atau dampak positif bahkan negatif bagi individu, antar individu yang berkonflik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
C. Keluarga Jalanan 1. Keluarga Keluarga adalah pasangan yang memiliki sejarah untuk menghasilkan anak atau dua generasi yang memiliki garis keturunan secara langsung baik secara nyata maupun legal (Earl W Morris 1978:20). Keluarga dapat terdiri dari pasangan yang menikah, pasangan yang hidup bersama, keluarga dapat juga terdiri dari ibu dan anak, ayah dan anak, nenek dan cucu atau kakek dan cucunya. Keluarga didefinisikan sebagai institusi paling mendasar dalam semua kelompok masyarakat (Rodney Stark, 1988). Jadi dari definisi di atas keluarga dapat disimpulkan, terdiri dari pasangan pria (ayah) dan wanita (ibu) dan anak-anaknya. Menurut H. Heumeyer (1953:184) terdapat enam fungsi keluarga, yaitu: a. Fungsi biologis dari reproduksi dan memiliki anak. b. Fungsi pendidikan informal dan melatih anak-anak, termasuk transfer kebudayaan. c. Fungsi sosial kontrol dan perlindungan. d. Fungsi ekonomi di dalam keluarga. e. Fungsi
Faktor
psikologi
sosial
yang
memberi
peranan
dalam
mengembangkan pribadi yang bersosialisasi, seperti persahabatan, pertemanan, aktivitas rekreasi, dan beragam faktor sosial psikologis lainnya. f. Fungsi kepastian status dan pemberian status. 2. Keluarga Jalanan Tunawisma adalah orang yang tidak mempunyai tempat tinggal. Mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
sama-sama tidak memiliki alamat yang jelas, tidak memiliki KTP, sehingga tidak dapat mengakses berbagai fasilitas sosial (Suara Merdeka, Indonesia Belum Punya Peraturan Ketunawismaan: Rabu, 26 Januari 2005) para tunawisma selalu tidak diakui sebagai warga sebuah kota karena tidak memiliki kartu tanda penduduk (KTP). Padahal, untuk mengurus KTP, seseorang harus memiliki alamat yang jelas. Tunawisma dapat diartikan sebagai gelandangan, pengemis, pemulung. Tunawisma tidak memiliki tempat tinggal yang tetap. Tunawisma pun ada yang berbentuk pasangan (pria-wanita) bahkan ada yang berbentuk keluarga (bapak- ibu dan anak). Tunawisma yang berbentuk keluarga sering dikatakan sebagai keluarga jalanan. Keluarga jalanan sendiri terdiri dari ayah, ibu dan anak, saat kehidupan mereka berlangsung di jalanan. Keluarga jalanan juga dapat dikategorikan sebagai keluarga tuna wisma. Tuna wisma merupakan orang-orang yang tidak memiliki tempat tinggal oleh karena itu mereka selalu berpindah-pindah tempat, saat mereka mencari tempat yang dapat memberikan pekerjaan yang halal (Emil Salim Lembaga Studi Pembangunan, 1985:11). Keluarga jalanan dapat disimpulkan merupakan keluarga yang tidak memiliki tempat tinggal dan selalu berpindahpindah tempat agar mendapatkan penghasilan yang dapat mencukupi buat hidup. Menurut Patrick Guiness (Nasib Gelandangan Bertahan Seadanya, 1985:16-17), keluarga jalanan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Keluarga jalanan merupakan penduduk kota yang paling miskin. Ini yang menyebabkan keluarga jalanan tidak memiliki tempat tinggal yang tetap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
Biasanya mereka tidur di emperan toko, pasar, di bawah jembatan, gerbong kereta api. b.
Keluarga jalanan bermukim di luar batas pembagian kekuasaan administratif (RT/RW). Bermukim di luar batas kekuasaan batasan administratif menyebabkan mereka dianggap liar, merusak pemandangan. Ini yang menyebabkan kehidupan mereka yang tidak aman akan ancaman penggusuran, pemindahan, garukkan oleh penguasa kota.
c. Sterotipe negatif diberikan kepada keluarga jalanan dari masyarakat. Sterotipe negatif itu adalah licik, tidak dapat dipercaya, mengganggu ketertiban, sampah masyarakat, tidak memiliki cita rasa susila. Cap-cap ini menyebabkan mereka cenderung memiliki pribadi defensif terhadap orang di luar mereka yang dianggap memiliki status sosial yang lebih tinggi. Soewondo (1985:69) mengemukakan ciri-ciri keluarga jalan. Ciri-ciri keluarga jalanan tersebut sebagai berikut: a. Keluarga jalanan tidak memiliki identitas diri yang jelas atau KTP (Kartu Tanda Penduduk) yang jelas. Ini dikarenakan mereka tidak terdaftar dan terlibat dalam kekuasaan administratif. b. Pekerjaan dari sektor informal merupakan lapangan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh keluarga jalanan. Keluarga jalanan biasanya bekerja sebagai pemulung, pengamen, tukang becak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
D. Keluarga-keluarga Jalanan di PSP YSS Yayasan Sosial Sogiyapranata (YSS) Yogyakarta adalah suatu gerakan sosial yang membantu kehidupan keluarga jalanan. YSS berdiri pada tahun 1967, yang didirikan oleh seorang frater Jesuit. Frater Jesuit yang mendirikan PSP YSS sekarang sudah menjadi Romo, yaitu Benhard Kieser, SJ. YSS memiliki lahan sebagai tempat relokasi para keluarga jalanan, yaitu PSP YSS (Penampungan Sosial Pingit Yayasan Sosial Soegiyopranoto) di bantaran Kali Winongo, Kampung Pingit Yogyakarta. Adapun visi PSP YSS adalah menjadi sahabat bagi keluarga-keluarga jalanan yang terpinggirkan dari masyarakat. Misi PSP YSS adalah mendampingi keluarga keluarga jalanan sehingga mereka dapat menata hidup sebagai keluarga dan mandiri secara ekonomi dan kembali menjadi bagian masyarakat (A. Dewanto, 2001: 2-3). PSP YSS menekankan pendampingan proses resosialisasi keluarga-keluarga jalanan melalui dua hal, yaitu: a. Pendampingan interpersonal, pendampingan ini menekankan pada peningkatan kualitas di dalam keluarga seperti pendidikan anak-anak, kesehatan keluarga, dan juga, pekerjaan yang menetap, serta kebiasaan menabung.
Pendampingan
ini
lebih
menekankan
cara
membuat
perencanaan dan menjalankan perencanaan di dalam keluarga yang nantinya dapat mengakomodasi kebutuhan di dalam keluarga. b. Pendampingan bermasyarakat, lebih menekankan keterlibatan di dalam masyarakat sekitar dan beradaptasi dengan masyarakat. Pendampingan ini berfungsi untuk melatih keluarga-keluarga jalanan menyadari bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
mereka memiliki peran di masyarakat. Pendampingan ini seperti sarasehan bersama warga PSP YSS sebagai bentuk masyarakat kecil untuk melatih kebersamaan mereka, dan mereka dilibatkan juga di dalam masyarakat yang lebih besar seperti masyarakat RT. Keterlibatan di RT dibutuhkan agar mereka mengerti pentingnya piranti legal dan mengerti proses untuk mendapatkan seperti Kartu Tanda Penduduk, Surat Nikah, Kartu Keluarga, Akte kelahiran, Di dalam PSP YSS Yogyakarta, keluarga jalanan diberikan rumah yang dioperasionalkan sebagai rumah mereka sementara selama dua tahun. Mereka diminta mengatur kehidupan rumah tangga mereka, seperti penataan rumah, pembagian kerja di dalam keluarga. Selain itu juga disadarkan memiliki tetangga, saat mereka perlu terlibat dalam kehidupan bermasyarakat. PSP YSS sendiri membantu keluarga jalanan untuk kembali bermasyarakat, dan melihat sisi positif dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut hasil wawancara pribadi dengan koordinator PSP YSS mengatakan bahwa yang pertama, keluarga-keluarga jalanan yang ada di PSP YSS adalah keluarga yang pergi dari tempat tinggalnya untuk hidup dan tidur di jalanan. Keluarga-keluarga ini pergi dari tempat tinggalnya karena mengalami problem seperti konflik keluarga, konflik dengan masyarakat, dan problem ekonomi. Kedua, keluarga jalanan dapat terbentuk dari dua orang jalanan yang saling bertemu, saling berbagi sebagai pasangan, dan berorientasi membentuk sebuah keluarga walaupun tanpa legalisasi sebagai keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
Keluarga jalanan PSP YSS adalah keluarga jalanan yang berada di PSP YSS. Keluarga jalanan PSP YSS ini terlibat penuh dalam segala kegiatan yang diadakan oleh PSP YSS. Keluarga jalanan yang berada di PSP YSS tidak lagi bertempat tinggal di jalan, melainkan mereka mendiami rumah yang telah disediakan YSS. Keluarga yang berada di PSP YSS adalah keluarga yang sedang menjalani proses resosialisasi, dimana proses ini membantu mereka untuk kembali bermasyarakat.
E. Resosialisasi Keluarga Jalanan Keluarga-keluarga jalanan yang tinggal di YSS adalah mereka yang menjalani proses resosialisasi secara sukarela. Hal ini ditunjukkan dengan cara keluarga-keluarga jalanan datang kepada pengurus YSS, terlibat dan berproses bersama. Resosialisasi sukarela yang terjadi di YSS didasarkan pada kesadaran keluarga-keluarga jalanan melihat pentingnya hidup di dalam masyarakat. Bagi kehidupan keluarga jalanan proses resosialisasi adalah proses memasyarakatkan kembali mereka kedalam kehidupan yang memberikan rasa aman. Hal ini menunjukkan cara keluarga jalanan dengan kebiasaan kehidupan di jalan berusaha masuk dan berproses dalam kebiasaan masyarakat pada umumnya. Ini menunjukkan adanya proses belajar. Proses belajar adalah proses yang dilakukan seseorang dalam membentuk sebuah perilaku baru. Proses belajar merupakan proses hasil interaksi resiprokal yang terus-menerus dari faktor behavioral, kognitif dan lingkungan tempat dalam hasil akhir mereka dapat bertingkah laku seperti yang terjadi dalam lingkungannya (Koeswara 1986:138).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
Proses belajar dalam resosialisasi yang dialami keluarga jalanan memiliki dinamika yang beragam. Muncul problem-problem di dalam proses resosialisasi yang dihadapi keluarga jalanan. Ini terjadi karena persinggungan budaya yang berbeda dan usaha penyesuaian diri dengan lingkungan sekitar. Realitas prilaku jalanan dan perilaku yang merupakan bagian dari masyarakat adalah bertolak belakang. Oleh sebab itu perlu mengetahui bentuk karakteristik kebiasaan dalam kehidupan di jalanan. Adapun perilaku hidup kehidupan keluarga jalanan yang menonjol sebagai berikut: a. Bebas tanpa peraturan dan norma (Kompas, 2002). Hal ini bisa berdampak pada hubungan dengan norma sosial yang ada sangat longgar bahkan cenderung tidak ada. Hal ini dikuatkan oleh Indrawati (2004) bahwa kehidupan di jalanan merupakan kebudayaan non-normatif. b. Jika mereka membentuk suatu keluarga, mereka cenderung mengganggap biasa masalah berganti-ganti pasangan begitu pula perilaku seks bebas (Indrawari, 2004). c. Mereka cenderung berkerja sebagai pemulung, pengemis, pengamen, dan tukang becak (Soewondo, 1985). Pekerjaan dalam sektor informal yang biasa dilakukan dijalanan. Pekerjaan yang dilakukan sebenarnya pada intinya bekerja apa saja agar dapat menyambung hidup sehari-hari (Indarwati 2004). Pekerjaan sektor informal dijalanan tidak menghasilkan penghasilan yang cukup maka dapat dikatakan bahwa mereka memiliki keadaan sosial-ekonominya sangat lemah (Soewondo, 1985)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
d. Hukum rimba (Indrawati, 2004), pergaulam keluarga jalanan di jalanan memiliki nuansa bahwa orang yang paling kuat maka dia yang memegang ‘kekuasaan’ dan orang yang lemah adalah objek. Ini terjadi karena persaingan di antara mereka cukup ketat dan penuh potensi konflik. e. Tidak adanya kepemilikan identitas yang jelas. Menurut Soewondo (1985) bahwa posisi keluarga dinyatakan sebagai kehilangan kepercayaan di masyarakat, karena tidak memiliki identitas yang jelas. Jika terdapat program-program yang dicanangkan pemerintah kepada masyarakat, para keluarga jalanan ini tidak akan terkena, baik secara fisik dan mental. f. Hidup berpindah-pindah tempat. Para keluarga jalanan cenderung hidup berpindah-pindah tempat tinggalnya. Mereka tinggal di emperan toko, pasar-pasar, gerbong kereta yang tak terpakai, timbunan sampah, terminal, stasiun, taman-taman kota (Soewondo, 1985 dan Indrawari, 2004). Hal inilah yang menyebabkan bantuan dari pemerintah tidak pernah sampai ke mereka. g. Hidup jorok, mereka berpenampilan kumuh dan berbau yang terkadang dianggap hanya merusak keindahan (Indrawati 2004). Penampilan kumuh ini menunjukkan tingkat kebersihan diri yang rendah. Keadaan penampilan kotor yang rentan terhadap kesehatan diri. Selain itu juga, ditambah
keadaan mereka yang tidak mudah mendapatkan akses
pelayanan kesehatan karena tidak memiliki identitas yang jelas dan tingkat ekonomi yang rendah yang kurang memungkinkan untuk mendapatkan gizi makanan yang sehat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
F. Problem-Problem dalam Proses Resosialisasi Keluarga Jalanan di PSP YSS PSP
YSS
sebagai
penyelenggara
resosialisasi
keluarga
jalanan,
mendampingi keluarga-keluarga jalanan sehingga mereka dapat menata hidup sebagai keluarga dan mandiri secara ekonomi dan kembali menjadi bagian masyarakat. Ada dua program pendampingan yang dimiliki PSP YSS bagi keluargakeluarga jalanan yang mengalami proses resosialisasi. Pertama, pendampingan interpersonal menekankan pada peningkatan kualitas di dalam keluarga seperti pendidikan anak-anak, kesehatan keluarga, dan juga, pekerjaan yang menetap, kebiasaan menabung. Kedua, pendampingan bermasyarakat yang menekankan pada keterlibatan di dalam masyarakat sekitar dan beradaptasi dengan masyarakat. Pendampingan ini berfungsi untuk melatih keluarga-keluarga jalanan menyadari bahwa mereka memiliki peran di masyarakat, kewajiban dan hak sebagai bagian masyarakat. Resosialisasi keluarga jalanan di PSP YSS sebagai suatu proses pembelajaran kembali dari kehidupan jalanan menuju kehidupan bermasyarakat. Realitas keberhasilan dalam resosialisasi PSP YSS bahwa 60,6% keluargakeluarga jalanan yang terlibat dari tahun 2000-2007 adalah kembali ke jalan. Hal ini menunjukkan bahwa proses resosialisasi tidaklah suatu proses yang mudah. Ada banyak problem yang dialami keluarga jalanan di dalam menjalani proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
resosialisasi. Problem-problem yang dialami keluarga jalanan bentuknya berupa konflik-konflik yang dialami keluarga jalanan. Proses pembelajaran ini menuntut adanya perubahan dalam aspek sikap, nilai dan kebiasaan. Terjadi bentrokan dalam proses belajar keluarga-keluarga jalanan dalam menjalani proses resosialisasi, antara nilai, sikap dan kebiasaan yang telah di jalani di kehidupan jalanan dengan nilai, sikap dan kebiasaan yang ada di masyarakat dan sedang dipelajari kembali. Ini akibat dari perbedaan sikap, nilai dan kebiasaan antara kehidupan jalanan dengan kehidupan di masyarakat. Perubahan yang mencakup aspek sikap, nilai dan kebiasaan yang saling berbeda berdampak munculnya berbagai macam problem. Problem-problem yang dialami keluarga jalanan dalam proses resosialisasi adalah usaha menanggapi proses belajar mereka dalam mencapai sikap, nilai dan kebiasaan yang sesuai dengan masyarakat pada umumnya. Problem-problem keluarga jalanan terlihat melalui konflik-konflik yang mereka hadapi selama proses resosialisasi di PSP YSS. Problem-problem para keluarga jalanan di PSP YSS sebagai upaya perubahan sikap, kebiasaan dan nilai dapat terlihat melalui dua program pendampingan yang dimiliki PSP YSS. Program dalam peningkatan kualitas keluarga, dinamika para keluarga jalanan selama hidup dijalan yang tanpa norma, berpindah-pindah tempat, hidup jorok, dan hidup yang tak teratur dihadapkan pada bentuk baru. Bentuk baru dimana mereka diharapkan untuk lebih menetap, mengatur kehidupan keluarganya dengan hidup yang lebih bersih, menabung, dan memperhatikan pendidikan anak-anak mereka. Realitas problem-problem ini memunculkan adanya konflik-konflik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
dalam proses resosialisasi di PSP YSS. Problem dalam proses ini dapat terjadi di dalam relasi keluarga. Problem ini merupakan konflik intrapersonal yang berkaitan dengan peran dan fungsi sebagai bagian sebuah keluarga. Di dalam kehidupan para keluarga jalanan di PSP YSS terkadang terjadi benturan. Ini merupakan usaha penyesuaian diri dengan masyarakat sekitar. Penyesuain diri ini mengalami benturan. Benturan ini bisa terjadi karena masalah iri akan kelurga yang lain ataupun tidak adanya kesepahaman ide atau pendapat dalam memajukan PSP YSS. Ketidaksepahaman antara keluarga jalanan biasa terjadi dalam acara sarasehan bersama para warga PSP YSS. Keirian antar warga PSP YSS muncul dari dinamika kehidupan bertetangga antara keluarga jalanan di PSP YSS karena adanya rasa ingin memiliki atau rasa untuk mencapai seperti yang tetangga keluarga jalanan raih. Konflik interpersonal muncul karena adanya problem benturan antara warga PSP YSS sebagai usaha saling memahami dalam kehidupan bertetangga. Walaupun demikian konflik konflik interpersonal tidak hanya terjadi antara antar warga PSP YSS. Konflik interpersonal dapat juga terjadi dengan warga sekitar, relawan PSP YSS ataupun dengan anggota keluarga jalanan sendiri. Konflik ini pada intinya terjadi karena adanya ketidaksepahaman dalam memandang sesuatu kepentingan. Kepentingan tersebut dianggap penting dan perlu dipenuhi. Pendampingan seperti sarasehan bersama warga PSP YSS sebagai bentuk masyarakat kecil, dan dilibatkan juga di dalam masyarakat yang lebih besar seperti masyarakat RT dalam acara arisan warga RT. Kehidupan jalanan yang bersifat hukum rimba, tidak memiliki identitas diri, perilaku seks bebas (berganti-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
ganti pasangan), merupakan kehidupan yang dianggap sampah oleh masyarakat pada umumnya. Kehidupan jalanan adalah kehidupan yang jauh dari pengakuan bahwa mereka merupakan bagian dari masyarakat. Kehidupan bersama masyarakat, memiliki peran, kewajiban dan hak sebagai bagian dari masyarakat, memiliki identitas diri merupakan hidup yang jauh dari kehidupan jalanan yang dialami keluarga-keluarga jalanan. Kehidupan keluarga-keluarga jalanan yang belajar menjadi bagian dari masyarakat mengalami problem-problem. Konflik antar organisasi muncul sebagai bagian dari usaha menidentifikasikan diri mereka yang merupakan bagian dari masyarakat. Keluarga sebagai salah satu bentuk organisasi terkecil. Problem keluarga jalanan dengan pihak warga RT merupakan bagian dari sebuah konflik organisasi yang terjadi. Konflik organisasi dapat saja terjadi antara keluarga jalanan dengan pihak RT setempat, pengurus PSP YSS, dan lingkungan masyarakat lebih luas dari RT maupun pengurus PSP YSS. Problem-problem dalam proses resosialisasi terjadi karena proses memahami akibat perbedaan pandangan terhadap suatu kepentingan antara kehidupan jalanan dan hidup bermasyarakat. Kepentingan yang diharapkan dilihat sebagai kebutuhan akan rasa aman, identitas, social approval, kebahagian, kejelasan tentang dunianya, dan beberapa harkat kemanusian yang bersifat fisik yang ada di masyarakat. Konflik terberat muncul dalam kaitannya keluarga jalanan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan dan beradaptasi dalam proses resosialisasi. Suatu permasalahan tentunya akan ditanggapi atau direaksi oleh individu yang mengalaminya. Demikian pula dengan problem-problem yang terjadi dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
proses resosialisasi akan direspon atau direaksi oleh keluarga-keluarga jalanan. Sikap sebagai suatu kecenderungan dalam mananggapi atau mereaksi terhadap objek, pribadi lain ataupun persoalan tertentu (J.P Chaplin, 2002:43). Bermacammacam sikap yang muncul dalam kaitannya menanggapi problem yang terjadi. Sikap-sikap yang muncul dalam mereaksi probelm-problem yang dialami keluarga-keluarga jalanan merupakan komponen-komponen konflik yang mereka rasakan. Reaksi muncul terhadap problem sebagai usaha menanggapi konflik yang mereka alami. Reaksi dapat terjadi dalam segi kognitif, psikologis dan juga perilaku. Reaksi kognitif, psikologis dan perilaku yang muncul dalam problem merupakan komponen-komponen dalam konflik. Dari sekian banyak problem yang dialami para keluarga jalanan terdapat konflik yang dianggap terberat oleh keluarga jalanan. Konflik terberat adalah problem yang dianggap oleh keluarga jalanan sebagai yang paling menyita keadaan kognitif, emosional dan perilaku keluarga jalanan. Konflik terberat secara komponen kognitif tidak akan menimbulkan pengolahan konflik secara lebih matang dengan pemikiran-pemikiran yang jernih, sehingga tidak menjadikan pengalaman yang menyenangkan dan hanya pengalaman yang menyita pikiran. Konflik terberat secara komponen kognitif hanya dapat menimbulkan frustasi dan stres. Konflik terberat secara komponen emosional akan selalu menimbulkan perasaan yang berkaitan dengan reaksi emosi yang tertekan, seperti rasa marah, rasa cemas, rasa bingung dan rasa bimbang. Konflik terberat secara komponen perilaku dapat terjadi melalui tindakan langsung dengan sikap yang dekstrutif dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
memperkeruh keadaan konflik yang terjadi ataupun tindakan yang tidak menciptakan penyelesaian suatu problem. Konflik terberat secara komponen perilaku dapat terlihat melalui perilaku agresif dan perilaku dekstruktif Pengalaman-pengalaman yang dialami keluarga-keluarga jalanan selama mengalami proses resosialisasi, dapat memberikan gambaran-gambaran problem dalam bentuk konflik yang dialami selama proses resosialisasi. Problem-problem yang terberat yang dialami dapat menjelaskan cara mereka bersikap terhadap konflik dengan lebih jelas, baik sikap positif ataupun sikap negatif. Sikap-sikap yang muncul dalam menanggapi konflik merupakan sikap keluarga jalanan yang digunakan dalam menanggapi problem-problem keluarga-keluarga jalanan dalam proses resosialisasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut Cresswell (1998) penelitian kualitatif digunakan untuk melihat suatu fenomena dalam konteks alamiah dan berusaha menggambarkan suatu fenomena atau peristiwa yang terjadi terjadi sekarang ini. Prosedur penelitian ini menghasilkan data deskripsi yang dihasilkan dari ucapan, tulisan atau perilaku yang dapat diamati dari subjek itu sendiri (Bogdan dan Taylor 1975 dalam Moleong, 2000:3). Jenis data yang dapat dikumpulkan mempunyai sifat deskriptif seperti transkripsi wawancara, catatan lapangan, gambar, rekaman (Poerwandari, 1998:29). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan tentang berbagai jenis problem yang dialami dan keluarga jalanan
di dalam proses resosialisasi di PSP YSS. Sebagaimana dijelaskan
Suryabrata (2002), penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Data-data deskriptif bertujuan menggambarkan sifat atau keadaan subjek penelitian pada saat penelitian sedang berlangsung. Data-data deskriptif yang ada dapat menggambarkan macam-macam konflik yang dialami subjek dalam proses resosialisasi di PSP YSS.
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
B. Fokus Penelitian 1. Problem-problem apa sajakah yang dialami keluarga-keluarga jalanan dalam proses resosialisasi PSP YSS. Problem-problem tersebut meliputi: a.
Konflik intrapersonal :
Ini lebih dikenal sebagai konfllik peran. Konflik yang berkaitan dengan tanggungjawab anggota keluarga di dalam keluarga. Konflik ini terjadi di internal keluarga jalanan. Konflik timbul karena ketidakmampuan tiap anggota keluarga jalanan dalam menjalani peran di keluarga. b.
Konflik interpersonal :
Konflik ini terjadi antara individu yang satu dengan yang lain. Konflik ini disebabkan kesalahpahaman dalam menanggapi sesuatu. Konflik ini bisa terjadi antara anggota keluarga jalanan dengan anggota keluarga jalanan yang lain yang tidak sekeluarga, anggota keluarga jalanan dengan anggota masyarakat sekitar, anggota keluarga jalanan dengan relawan PSP YSS, anggota keluarga jalanan dengan anggota keluarga jalanan yang sekeluarga. c.
Konflik organisasi
:
Konflik yang terjadi dengan keluarga jalanan dengan kelompok lain. Konflik ini terjadi karena adanya kesalahpahaman, sikap menentang, ketidakpercayan, ketidaksenangan terhadap kegiatan di dalam organisasi. Kelompok lain yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
dimaksud adalah pihak pengurus PSP YSS, pihak RT sekitar PSP YSS sebagai otoristas administratif setempat, dan masyarakat umum. 2. Konflik-konflik yang menjadi problem terberat yang dialami keluargakeluarga jalanan dalam proses resosialisasi di PSP YSS. Problem terberat adalah konflik yang dianggap oleh keluarga jalanan sebagai yang paling menyita keadaan kognitif, emosional dan perilaku keluarga jalanan. a.
Komponen kognitif
:
pengolahan konflik secara lebih matang dengan pemikiran-pemikiran yang jernih, sehingga tidak menjadikan pengalaman yang menyenangkan dan hanya pengalaman yang menyita pikiran. b.
Komponen emosional :
reaksi emosi yang muncul dalam menghadapi konflik. Reaksi emosi tertekan dapat berbentuk: kemarahan, rasa cemas, kebingungan dan rasa bimbang atau bahkan menjadi sangat gembira. c.
Komponen perilaku
:
Reaksi yang perilaku dan sikap yang muncul dalam menghadapi konflik. Reaksinya dapat berbentuk sikap bermusuhan, agresi dan penyerangan secara verbal atau fisikal; ataupun reaksinya beralih yang lain yang menarik diri, bungkam seribu bahasa. Reaksi-reaksi perilaku dan sikap yang muncul dan timbul dalam menghadapi konflik dapat dipengaruhi perasaan saat berkonflik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
3. Bagaimana para keluarga-keluarga jalanan menyikapi problem-problem terberat yang mereka alami dalam proses resosialisasi di PSP YSS? Sikap positif maupun sikap negatif yang dimunculkan keluarga jalanan dalam menghadapi konflik. Sikap positif adalah sikap seperti, pandangan yang sehat, perasaan yang positif, itikad yang baik, perilaku konstruktif. Sikap negatif adalah seperti, memandang konflik sebagai hambatan, perasaan bahwa konflik merugikan, sikap cenderung desktruktif, sikap yang cenderung merusak kepentingan berasama dan hubungan yang terjalin.
C. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Subjek penelitian berada di Perkampungan Sosial Pingit Yayasan Sosial Soegiyapranata (PSP YSS). PSP YSS secara geografis terletak di bantaran Kali Winongo. PSP YSS secara administratif termasuk dalam wilayah RT 1 RW 1, Kampung Pingit, Kelurahan Bumijo, Kecamatan Jetis, Jogyakarta. PSP YSS secara geografis berbatasan dengan RT 3 di sebelah utara, RT 2 dan RT 1 di sebelah timur, RT 1 di sebelah selatan dan kali Winongo di sebelah barat. Sebelah timur PSP YSS berbatasan dengan Kali Winongo. Lebih tepatnya PSP YSS terletak dibantaran Kali Winongo. PSP YSS berdiri pada tahun 1966. PSP YSS bagi para keluarga jalanan dipandang sebagai tempat mengubah nasib, saat mereka mengharapkan memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
rumah, entah di kampung asal atau mengontrak rumah di kota. Yang jelas, mereka tidak ingin kembali ke jalan dan hidup sebagaimana masyarakat lain. (YSS Selayang Pandang Ultah ke-35, 2001). Penduduk dari luar daerah Pingit sering menyebutnya sebagai “daerah hitam” karena terkenal dengan banyaknya pelaku tindak kriminal berasal dari daerah ini. Mayoritas penduduk Pingit menghidupi keluarganya dengan bekerja keras sebagai pengemis, pemulung, tukang becak, bahkan pekerja seks (Sindhunata, 2001:5). RT 1 merupakan administratif dari PSP YSS yang memiliki mayoritas penduduk RT 1 termasuk dalam ketegori ekonomi menegah ke bawah (Ouda Teda Ena, 2001). Sindhunata (Bermimpi Bersama Anak-anak Tepi Kali Winongo, 2001:5) mengatakan bahwa Pingit adalah lingkungan yang tidak berpendidikan. Orang tua mendidik anak-anaknya dengan keras, membentak-bentak penuh kemarahan dan caci maki.. Wilayah Pingit terutama RT 1 ini merupakan wilayah yang padat penduduk. Keadaaan antara rumah penduduk RT 1 saling berdempetan, bahkan satu rumah bisa dihuni antara 2-3 keluarga. Subjek penelitian adalah keluarga yang tinggal di YSS. Mereka tinggal di dalam rumah-rumah bambu semi permanen yang sudah disediakan oleh PSP YSS. Secara administratif, mereka termasuk dalam wilayah RT 1 dan juga didaftarkan sebagai warga RT 1. Mayoritas diantara mereka tidak memiliki KTP. Dilihat dari segi ekonomi, mereka termasuk dalam kategori ekonomi lemah. Pekerjaan mereka sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
pengamen, tukang becak, pemulung dan pengemis. Mayoritas diantara mereka tidak berpendidikan. 2. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah keluarga jalanan yang sedang berproses di PSP YSS di Yogyakarta. Keluarga jalanan yang sedang manjalani proses resosialisasi. Keluarga jalanan yang berada di PSP YSS terdiri dari lima keluarga, lalu tiga keluarga di antara ini yang akan menjadi subjek dalam penelitian. Setiap keluarga akan diwakili oleh pasangan suami-istri, dari merekalah data-data akan didapat. Paton (dalam Poerwandari, 2001) mengatakan bahwa subjek dipilih berdasarkan kriteria tertentu, seperti latar-latar, peristiwa-peristiwa dan proses-proses sosial (Miles dan Huberman, 1992) dan berdasarkan penelitian agar sampel benarbenar mewakili (representatif) terhadap fenomena yang
dipelajari. Teknik yang
dipakai adalah criterion sampling. Menurut Hammersley dan Atkinson (dalam Creswell, 1998) criterion sampling adalah cara menentukan informan penelitian berdasarkan kriteria tertentu. Hal paling penting adalah semua informan memiliki pengalaman atas fenomena yang hendak diteliti (Creswell, 1998). Kriteria informan yang akan diteliti adalah : 1. Keluarga yang sedang tinggal di PSP YSS minimal selama 3 bulan. 2. Mempunyai pengalaman hidup bersama dengan pasangan di jalan. 3. Bekerja dalam sektor informal, seperti pemulung dan tukang becak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara Wawancara kualitatif adalah percakapan tanya jawab yang dilakukan peneliti untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna informatif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap topik tersebut (Banister et al., seperti dikutip Poerwandari, 1998). Lincoln dan Guba (seperti dikutip Moleong, 1989) menjelaskan bahwa Wawancara digunakan untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain kebulatan; merekonstruksikan kebulatankebulatan sebagai yang telah diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi); dan memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota. Teknik wawancara yang digunakan adalah semi terstruktur, artinya bahwa peneliti tetap membuat panduan wawancara, tetapi tidak menutup kemungkinan akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan di luar pertanyaan formal apabila dirasa perlu guna mendukung pengumpulan informasi. Pedoman wawancara yang disusun ini berdasarkan kerangka teori yang sudah dijelaskan dalam bab 2, yaitu mengungkap dinamika problem-problem yang terjadi dalam proses resosialisasi di PSP YSS. Hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
dari wawancara kemudian akan dicatat/ditranskripsikan kata per kata (verbatim). Panduan wawancara adalah sebagai berikut: 1. Latarbelakang: berisi tentang pekerjaan, lama tinggal di jalan, jenis kelamin, keadaan fisik dan demografi rumah, keadaan rumah tangga dari subjek. 2. Problem-problem apa saja yang dialami baik konflik interpersonal, konflik intrapersonal, dan konflik organisasi. 3. Penggambaran problem seperti apakah yang pernah dialami dan paling mempengaruhi yang dalam terlihat melalui konflik terberat di kehidupan keluarga jalanan dalam proses resosialisasi di PSP YSS 4. Komponen-komponen konflik yang muncul selama menghadapi problem yang terberat dalam proses resosialisasi di PSP YSS baik komponen kognitif, komponen psikologis dan komponen prilaku 5. Cara keluarga jalanan di PSP YSS menyikapi konflik yang paling mempengaruhi dalam proses resosialisasinya di PSP YSS 2. Dokumen Dalam penelitian kualitatif, observasi dan wawancara memang merupakan cara yang banyak digunakan. Dalam penelitian ini, peneliti lebih banyak menggunakan metode wawancara. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan menggunakan metode lain. Salah satunya adalah dokumen sebagai sumber data pendukung yang relatif mudah didapatkan, walaupun terkadang memang membutuhkan waktu untuk memperoleh dan menelitinya secara cermat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
Dokumen yang digunakan adalah rangkaian evaluasi pendampingan bersama relawan pendamping keluarga dan hasil dari acara sarasehan bersama seluruh warga PSP YSS yang keduanya terjadi sekali dalam tiap bulannya. Hasil evaluasi bersama relawan berisi kesepakatan-kesepakatan bersama mengenai
dinamika keluarga dampingan baik dalam problem-problem yang
dihadapi, evaluasi perkembangan dari tiap keluarga dalam usaha menangani problemproblem yang dihadapi, dan rencana-rencana serta harapan-harapan di masa depan. Sarasehan warga PSP YSS adalah suata acara yang berfungsi sebagai wadah komunikasi dan alat untuk menyelesaikan problem dalam kehidupan warga PSP YSS terutama konflik-konflik antar warga dan juga dan juga sebagai cara mengetahui problem-problem dalam menjalani progaram yang diberikan dari pihak PSP YSS terhadap warga. Hasil dari acara sarasehan warga PSP YSS berupa kesepakatan bersama yang bisa menjadi jalan keluar dalam menyelesaikan problem dalam kehidupan warga PSP YSS. Data dokumen dari sarasehan bersama berguna dalam mengungkapkan sikap warga dalam menghadapi problem-problem yang terjadi dalam kehidupan antar warga PSP YSS dan juga sikap-sikap mereka dalam menghadapi problem-problem di dalam keluarga yang berkenaan dalam menanggapi programprogram dari PSP YSS.
E. Pemeriksaan Keabsahan Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
Moustakas mengatakan bahwa teknik verifikasi data pada data penelitian fenomenologi menggunakan intersubjective validity yakni dengan membagikan salinan deskripsi dari hasil interview (Humprey dalam Moutakas, 1994). Kemudian setiap subjek diminta untuk secara hati-hati memeriksa deskripsi tersebut. Selama memeriksa, mereka dapat memberikan tambahan masukan dan pembetulan. Terakhir, peneliti merevisi pernyataan sintesisnya. Tujuan dari intersubjective validity yaitu menguji kembali pemahaman peneliti dengan pemahaman subjek melalui proses timbal balik (back-and-forth) (Creswell, 1998). Selain itu, peneliti menggunakan sumber data dokumen dari sarasehan bersama berguna dalam mengungkapkan sikap warga dalam menghadapi problemproblem yang terjadi dalam kehidupan antar warga PSP YSS dan juga sikap-sikap mereka dalam menghadapi problem-problem di dalam keluarga yang berkenaan dalam menanggapi program-program dari PSP YSS. Sumber data dokumen digunakan sebagai pengecekan atau sebagai pembanding dari data utama. Sumber data dokumen diasumsikan dapat memberikan informasi tambahan ataupun informasi pendukung perihal data yang akan di-cross check. F. Analisi Data Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 1989).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
Dalam penelitian ini, peneliti mengombinasikan metode analisis isi (content analysis) dengan metode ilustratif (illustrative method) serta analisis struktur kejadian (event structure analysis) dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Organisasi data Organisasi data merupakan tahap awal dalam kegiatan mengolah dan menganalisis data. Dalam tahap ini, peneliti mengumpulkan dan menyusun secara rapi berbagai data yang diperoleh antara lain transkrip wawancara, dokumendokumen. Poerwandari (1998) menjelaskan hal-hal penting yang disimpan dan diorganisasikan adalah catatan lapangan, transkrip wawancara dan catatan refleksi peneliti, dokumentasi umum yang kronologis mengenai pengumpulan data dan langkah analisis, serta data yang sudah diberi kode-kode tertentu guna kemudahan dalam mencari data. Data yang diperoleh diorganisassikan dengan rapi dan sistematis sehingga memungkinkan peneliti memperoleh kualitas data dan memudahkan untuk melakukan penelusuran data. Data yang akan disimpan adalah: a. Kaset rekaman dan verbatim b. Verbatim akan dikoding dan disesuaikan dengan tema-tema yang telah ditentukan c. Kategori data yang merupakan hasil dari penyusunan koding sebelumnya. kategori data dilakukan untuk mengurangi jumlah unit yang harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
dikerjakan (Creswell, 1998). Kategori data adalah proses pengelompokan konsep yang berhubungan dengan fenomena yang sama (Strauss dan Corbin 2003).. 2. Pemilihan teori Dalam analisis data kualitatif ini, peneliti telah mempersiapkan berbagai teori yang diperlukan di bab II yaitu sebagai landasan teori. Landasan teori ini berisi teori tentang Konflik-konflik yang berfungsi sebagai “kotak penampung” berbagai data yang diperoleh di lapangan penelitian antara lain berupa data verbatim wawancara, dokumen-dokumen, maupun data hasil triangulasi sumber. 3. Koding dan kategorisasi Dalam tahap ini, peneliti melakukan klarifikasi data melalui kegiatan pengkodingan sehingga pada akhirnya data-data lapangan akan dipisahkan menurut kategorinya masing-masing. Pengkodingan menurut Poerwandari (1998) dilakukan dengan cara membuat tabel dengan tiga kolom untuk memudahkan dalam mengkategorikan verbatim wawancara dalam tema-tema tertentu sehingga data nantinya memunculkan gambaran yang akan diteliti. Langkah koding: a. Menyusun transkrip data hasil wawancara dan memberi satu ruang di sebelah kiri dan kanan kolom verbatim dimana ruang di sebelah kiri digunakan untuk mencatat beberapa hal yang memuat catatan, kesimpulan, serta penyataan dari peneliti mengenai pernyataan-pernyataan responden.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
b. Melakukan penomeran dimana untuk pertanyaan diberi kode huruf dan abjad secara kontinyu sedangkan untuk pernyataan responden diberi nomer secara kontinyu setiap baris transkrip. c. Memberi nama masing-masing berkas dengan kode tertentu. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pemberian data ketika hendak dilakukan. Pada penelitian ini dipakai kode Keluarga 1/P..(inisial nama) 16Juni08, artinya wawancara pada keluarga pertama laki-laki (ayah) dilakukan di Perkampungan Sosial Pingit pada tanggal 16 Juni 2008 dan kode Keluarga 1/B..(inisial nama) 16Juni08, artinya wawancara pada keluarga pertama perempuan (ibu) dilakukan di Perkampungan Sosial Pingit pada tanggal 16 Juni 2008. Setelah semua langkah dilakukan, peneliti mulai membaca beberapa kali dengan tujuan untuk menganalisa. Kata-kata kunci yang ditemukan dituliskan pada bagian kolom kanan/kiri yang telah disediakan. Substansi dalam koding ini diperhatikan dengan cara sebagai berikut: a. Membaca transkrip, begitu transkrip selesai dibuat untuk mengidentifikasikan tema-tema yang dibuat. Tema-tema ini seringkali memodifikasi proses pengambilan data selanjutnya. b. Membaca
transkrip
berulang-ulang
sebelum
melakukan
koding
untuk
memperoleh ide umum tentang tema. c. Membaca kembali data-data dan catatan analisis secara teratur, membuka kategori serta menampilkan pola hubungan antar kategori (cross cases).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
Fokus penelitian ini adalah kedalaman sehingga analisis dilakukan terlebih dahulu pada data dari tiap subjek. Setelah dinamika setiap subjek terbentuk maka akan dilakukan analisis keseluruhan subjek yang diperoleh. Dengan demikian gambaran yang diperoleh peneliti lebih mendalam dan komprehensif. Dalam pelaksanaannya, peneliti melakukan sedikit perubahan terhadap letak dan fungsi kolom. Peneliti menambah kolom nomor untuk meletakkan nomor urut dan halaman verbatim. Selain itu letak kolom verbatim bukan lagi di tengah (sebagaimana yang dikemukakan Poerwandari, 1998) melainkan diletakkan setelah kolom nomor sehingga pengkodingan terdiri dari kolom nomor, verbatim, refleksi peneliti dan koding. Perubahan ini pada dasarnya tidak merubah prinsip pengkodingan sesuai yang telah diajukan di awal, melainkan hanya dilakukan penyesuaian untuk memudahkan peneliti dalam proses analisis. Dalam pengkodingan ini, peneliti menemukan banyak sekali tema. Untuk mengantisipasi hal tersebut, peneliti kemudian membuat tema yang lebih umum yaitu tentang problem-problem, konflik-konflik terberat dan sikap-sikap menghadapi konflik. Tema-tema lain yang tidak termasuk dalam ketiga tema besar tersebut tidak langsung dibuang melainkan disimpan dahulu sebagai bahan tambahan jika diperlukan. Keseluruhan proses koding dan kategorisasi ini sekaligus sebagai proses reduksi data yaitu merangkum dan memilih tema-tema pokok yang fokus pada tujuan penelitian yang disusun secara sistematis agar mudah dikendalikan (Nasution, 1988). 4. Interpretasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
Setelah proses organisasi, koding dan kategorisasi dilakukan, peneliti kembali membaca hasilnya berulang-ulang untuk semakin mempertajam pemahaman terhadap hasil penelitian sementara tersebut. Setelah itu kemudian melakukan interpretasi data atau yang distilahkan Moleong (1989) sebagai penafsiran data yang bertujuan untuk mendeskripsikan. Kvale (dalam Poerwandari, 1998) membedakan istilah analisis dan interpretasi. Menurutnya, interpretasi mengacu pada upaya memahami data secara lebih ekstensi sekaligus mendalam. Peneliti memiliki perspektif mengenai apa yang sedang diteliti dan menginterpretasikan data melalui perspektif tersebut. Peneliti beranjak melampaui hal yang secara langsung dikatakan oleh subjek penelitian, untuk mengembangkan struktur-struktur dan hubungan-hubungan bermakna yang tidak segera ditampilkan dalam teks (data mentah/transkrip wawancara). Kvale (dalam Poerwandari, 1998) mengatakan bahwa interpretasi memang tidak tunggal. Adalah sah-sah saja (legitimate) bila satu pihak dengan pihak lain mengembangkan interpetasi berbeda tentang data yang sama, dan hal itu tidak langsung berarti bahwa metode kualitatif tidak ilmiah. Kvale (dalam Poerwandari, 1998) menguraikan konteks-konteks situasi dan komunitas validasi dalam mana muncul interpretasi yang berbeda. Konteks interpretasi pemahaman diri terjadi bila peneliti berusaha memformulasikan dalam bentuk lebih pada (condensed) hal yang oleh subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
penelitian sendiri dipakai sebagai makna dari pernyataan-pernyataannya. Interpretasi tidak dilihat dari sudut pandang peneliti, melainkan dikembalikan pada pemahaman diri subjek penelitian, dilihat dari sudut pandang dan pengertian subjek penelitian tersebut. Konteks interpretasi pemahaman biasa yang kritis terjadi bila peneliti beranjak lebih jauh dari pemahaman diri subjek penelitiannya. Peneliti menggunakan pemahaman yang lebih luas daripada kerangka pemahaman subjek. Walaupun demikian, hal ini tetap di tempatkan dalam konteks penalaran umum, peneliti mencoba mengambil posisi sebagai masyarakat umum dalam mana subjek penelitian berada. Konteks interpretasi pemahaman teoritis adalah konteks paling konseptual. Pada tingkatan ketiga ini, kerangka teoritis tertentu digunakan untuk memahami pernyataan-pernyataan yang ada, sehingga dapat mengatasi konteks pemahaman diri subjek ataupun penalaran umum. Penelitian ini menggunakan teori konflikkonflik untuk memahami pernyataan-pernyataan yang ada. Meskipun ada tingkatan-tingkatan, Kvale (dalam Poerwandari, 1998) mengatakan bahwa ketiganya dapat berbaur satu sama lain, dan harus dilihat saling terkait. Poerwandari (1998) mengatakan bahwa suatu penelitian berakhir pada kesimpulan pemahaman teroritis.yang baik akan mencakup semua tahapan interpretasi, tetapi tetapi berakhir pada kesimpulan pemahaman teroritis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas dan Deskripsi Informan 1. Identitas Informan Tabel 1: Identitas Informan Responden 1
Responden 2
Responden 3
Responden 4
Responden 5
Responden 6
JK
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Nama
PU
BU
PY
BY
PP
BP
Pekerjaan
Pedagang tahu kentucy
Ibu rumah tangga
Tukang becak
Pengamen
Pemulung
Ibu rumah tangga
Agama
Islam
Islam
Kristen
Kristen
Islam
Islam
Pendidika n
SMA
SMA
-
-
-
-
Usia
26 tahun
27 tahun
47 tahun
47 tahun
Status
Menikah
Menikah
Menikah
Menikah
Menikah
Menikah
Anak
1 orang (berumur 12 bulan)
1 orang (berumur 12 tahun)
2 orang, anak pertama sudah meninggal, anak kedua berumur 2 tahun.
2 orang, anak pertama sudah meninggal, anak kedua berumur 2 tahun.
1 orang, anak dari istri pertama
2 orang, anak dari suami pertama
Berapa kali menikah
1 kali
1 kali
1 kali
1 kali
2 kali
2 kali
8 bulan
8 bulan
1,5 tahun
1,5 tahun
1 tahun
1 tahun
Lama tinggal di PSP YSS
51
39 tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
2. Deskripsi Informan a. Keluarga PU dan BU Responden I (PU) PU adalah seorang suami yang berumur 26 tahun. PU menikah pada tahun 2006. PU memiliki anak 1 bernama bernama Hikmatul Aqsa Al Falaqi. PU sudah tinggal di PSP YSS selama 8 bulan. Kedatangannya di Yogyakarta dari Magelang karena masalah ekonomi di keluarganya. Usaha dengan jualan tahu kentucky yang dijalaninya di Magelang mengalami kegagalan yang membuatnya menjadi bangkrut. Oleh sebab itu PU memutuskan untuk ke Yogyakarta untuk mencari pekerjaan baru. Pekerjaan mayeng dipilihnya karena menurutnya pekerjaan ini tidak membutuhkan modal uang. Modal yang dibutuhkan adalah keberanian dan tidak malu untuk bekerja memunguti sampah-sampah di jalan. Harapannya dari pekerjaan mayeng ini agar dapat mengumpulkan modal untuk berjualan tahu kentucky lagi. PU menemui pengurus PSP YSS untuk tinggal di PSP Pingit dengan harapan dapat tinggal sementara. PU sendiri tidak memiliki uang setelah bangkrut dari usaha tahu kentucky. PU tidak memiliki uang yang dapat digunakan untuk menyewa rumah agar istri dan anaknya tidak tidur dijalan selain itu PU baru seminggu ini bekerja mayeng sehingga belum ada hasil yang dapat digunakan untuk menyewa rumah. Halhal ini lah yang dijadikan PU sebagai alasan untuk bertempat tinggal di PSP Pingit. PU dapat bertempat tinggal di PSP YSS sementara dengan harapan dapat mengumpulkan modal untuk membuka usaha tahu kentucky lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
Pada awal tinggal di PSP YSS, PU menempati rumah bersama anak dan istrinya. Setelah 2 minggu pertama tinggal di PSP YSS datanglah kakak iparnya ke tempat mereka tinggal. Kakak iparnya ini sebelumnya tinggal di jalan. PU merasa kaget dengan kehadiran kakak iparnya ini karena kakak iparnya ini mengalami gangguan kejiwaan. Sebelum PU tinggal di PSP YSS kakak iparnya pernah mengamuk dan menendang anaknya yang masih bayi. Kakak iparnya pernah dirawat di RSJ Gratia setelah kejadian mengamuk itu. PU sangat berharap bahwa penyelesaian masalah ini dengan kehadiran ibu mertua dari Bengkulu yang akan membawa pulang kakak iparnya ini ke Bengkulu. PU bekerja mayeng (pemulung) selama 3,5 bulan pertama dengan rata-rata penghasilan 25 ribu perhari. PU beralih pekerjaan sebagai penjual tahu kentucky hingga sekarang dengan penghasilan 30 ribu perhari. PU adalah tipe orang yang rajin bekerja. PU berjualan tahu kentucky dari sore hingga jam 9 malam. Libur bekerja hanya terjadi jika hari raya. PU pada hari minggu tetap bekerja, karena pada hari inilah penghasilan terbanyak bisa didapatkan. Pria bertubuh kurus dengan tanpa kumis di wajah ini, dipandang oleh istrinya sebagai seorang yang pendiam dan tidak banyak omong serta sabar. Kesehariannya dipenuhi untuk menyiapkan dagangan pada pagi hari dan sore harinya berjualan. Tidak banyak relasi yang dijalin dalam hidup bertetangga karena waktunya sebagain besar tersita untuk bekerja. Relasi dengan anaknya baru terasa dekat setelah 2 bulan bekerja sebagai tahu kentucky. Ini dikarenakan berbagi tugas dengan istrinya dalam menyiapkan jualan sehingga membuat berbagi tugas dalam mengurus anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
Responden II (BU) BU merupakan ibu rumah tangga dengan anak satu yang baru berumur 12 bulan. BU adalah istri dari PU. Umur pernikahan PU dan BU belumlah lama. Mereka sudah menjalani pernikahan selama 2 tahun. PU dan BU menikah di tahun 2006 sebelum gempa di Yogyakarta terjadi. BU berumur 27 tahun dan BU lebih tua satu tahun dari pada suaminya. BU tinggal di PSP YSS sudah selama 8 bulan. Usaha yang dijalani di Magelang tidak begitu sukses dan mengharuskan untuk menutup usahanya karena kehabisan modal. Yogyakarta menjadi daerah tujuannya karena menurut BU kota Yogyakarta dapat memberikan pilihan dalam pekerjaan. Kedatangan di Yogyakarta harus dimulai BU dan suaminya dengan pekerjaan mayeng untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Suami BU bekerja mayeng bersama adek iparnya. BU diberi usulan untuk menemui pihak PSP YSS meminta ijin untuk bertempat tinggal di salah satu rumah yang disediakan PSP YSS. Karena selama di Yogyakarta BU dan suaminya tidak memiliki tempat tinggal dan juga belum memiliki kemampuan untuk mengontrak rumah. BU menyadari kalau dirinya memang mudah marah. Suaminya biasanya diam saja dan terkadang ditinggal tidur, jika BU sudah mulai marah. Jika suaminya sudah bangun maka kemarahan BU sudah mereda. BU memang tidak akan mengungkit masalah yang membuatnya marah setelah suaminya bangun dari tidur. BU memang mudah marah tetapi juga mudah untuk mereda marahnya. BU memiliki anak satu. Anaknya ini lebih dekat dengan BU dari pada dengan suaminya. Tetapi akhir-akhir ini anaknya sudah mau dekat dengan bapaknya. Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
memudahkan BU untuk mengerjakan urusan rumah tangga dan terkadang membantu suami, karena anaknya sudah mau diajak dan deket dengan bapaknya. BU sehari-hari selalu ada di rumah. Saat pagi hari BU bergantian dengan suaminya menyiapkan dagangan untuk sore harinya. Pada saat siang hari, BU akan banyak dirumah bersama anaknya, tetapi pada saat sore hari terkadang membantu suaminya berjualan. Secara keseluruhan, kebanyakan waktu BU berada dirumah bersama anaknya.
b. Keluarga BY dan PY Responden III (PY) PY berasal dari daerah Jawa Timur. PY bekerja sebagai tukang becak. Pekerjaan tukang becak dijalani selama 28 tahun. Pertama kali menjadi tukang becak dari tahun 1980 di Madiun . PY bekerja sebagai tukang becak di Yogyakarta sudah selama 15 tahun dan sebelumnya bekerja sebagai tukang becak di Solo. Kepindahan PY ke Yogyakarta karena alasan pekerjaan sebagai tukang becak lebih ramai pelanggannya di Yogyakarta dibandingkan di Solo. Saat ini PY memiliki beberapa pelanggan tetap yang harus diantar tiap paginya, sehingga PY mendapatkan penghasilan tetap yang dibayarkan tiap minggunya. Selain pelanggan tetap PY juga memiliki 5 becak, yang biasa disewakan kepada orang. PY pernah mengalami ikut program transmigrasi pemerintah selama 3 kali. Tiga kali ikut transmigrasi dan 3 kali kembali lagi ke Jawa. Transmigrasi yang menurut PY sukses adalah pada saat di Ternate, tetapi kembali ke Jawa karena adanya kerusuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
Bagi PY jika tidak terjadi kerusuhan, maka saat ini PY sudah sukses memiliki rumah dan pekerjaan yang lebih baik. PY memiliki seorang anak bernama Bella. Bella bukanlah anak kandung PY. PY mendapatkan Bella karena orang tua Bella menawarkan anaknya agar dibeli oleh PY pada saat masih dikandungan. Anak PY saat ini sudah berumur 2 tahun dan PY cukup memanjakan anaknya. Keseharian anak PY lebih banyak bersama istrinya turut serta menemani istri PY bekerja. Saat ini PY tinggal di PSP YSS dan ini merupakan ketiga kalinya PY tinggal di PSP YSS. Pada saat tinggal ke-2 kalinya di PSP YSS (tinggal di PSP YSS hanya selama 6 Bulan), PY pamit untuk meninggalkan PSP YSS karena akan transmigrasi ke Kalimantan Barat. Ternyata lokasi tempat transmigrasi adalah daerah lahan gambut. Ini yang menyebabkan PY tidak bertahan lama di daerah transmigrasinya yang di Kalimantan Barat. PY tinggal lagi di PSP karena alasan anaknya. PY merasa bahwa anaknya tidak pantas jika harus tinggal dan tidur dijalan karena dapat mengganggu kesehatan dan perkembangan anaknya. PY adalah seorang paruh baya yang berumur 47 tahun. Tubuh PY tidak terlalu tinggi tetapi memiliki badan yang cukup kekar dengan kulit tubuh yang hitam. Sebelum akhirnya sampai di Yogyakarta, PY tinggal di Solo. PY tidak memiliki kartu identitas kependudukan, hanya surat nikahlah yang menjadi kartu identitasnya selama tinggal di Yogyakarta. PY sendiri adalah orang yang taat beragama. Setiap minggu pagi PY dan keluarga selalu meluangkan waktu untuk pergi beribadah ke gereja. PY merupakan jemaat Gereja Kristen Jawa dan relasi dengan pendetanya cukup dekat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
Responden IV (BY) BY adalah seorang istri dari PY dan ibu yang sudah berumur 47 tahun. BY memiliki seorang putri yang selalu dibawanya kalau dia bekerja. BY tidaklah bisa kalau hanya sekedar ada dirumah dan tidak bekerja. Oleh sebab itu BY memutuskan bekerja sebagai pengamen. Anak BY tidaklah mungkin ditinggal di rumah, inilah alasan mengapa BY membawa anaknya bekerja. Pekerjaannya adalah sebagai pengamen yang keliling dari kampung ke kampung. Sebelumnya BY mengamen di sebelah barat perempatan Tugu, tetapi karena peristiwa digaruk (istilah bagi orang yang dijalan jika terkena rasia SATPOL PP) oleh SATPOL PP sehingga memutuskan untuk tidak mengamen lagi di perempatan jalan. Peristiwa ini cukup membekas bagi anaknya, karena pada saat kejadian digaruk anaknya ikut serta dan hal ini akhirnya membuat anaknya menangis setiap diajak ke perempatan. Anak perempuannya ini merupakan anak yang kedua karena anak yang pertamanya sudah meninggal sewaktu tinggal di daerah Lengkong. Anak keduanya ini juga bukan merupakan anak kandungnya sendiri. Anaknya ini sudah ditawarkan ibu kandungnya kepada suami BY semenjak masih dikandungan. Sekarang anaknya sudah berumur 2 tahun. Agar anaknya tidak tidur dijalan merupakan alasan BY dan suaminya untuk meminta ijin dapat menempati rumah di PSP YSS. BY adalah mengakui bahwa dirinya adalah orang yang cerewet dan keras kepala. Hal ini pun ditangkap demikian oleh suaminya, PY. Hal keras kepala yang terjadi adalah ketika suaminya menegur untuk tidak pulang berkerja sampai malam karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
memikirkan keadaan anak mereka yang diajak bekerja. BY lebih memilih untuk tidak mendengarkan perkataan suaminya karena situasi pekerjaan mengamennya yang membuatnya pulang sampai malam. Hingga akhirnya anaknya menjadi sakit. Hal ini membuat BY sangat kebingungan ketika menghadapi anaknya sakit. Biaya banyak dikeluarkan untuk anaknya yang sakit. BY memandang bahwa PY adalah suami yang bagi BY sangat pengertian dan tidak kasar. Selama pernikahan BY dengan PY, BY tidaklah pernah merasakan bahwa PY sebagai suaminya yang kasar, tetapi memang suaminya sering menegurnya jika dirinya melakukan kesalahan, demikian juga dirinya jika melihat suaminya melakukan kesalahan.
c. Keluarga PP dan BP Responden V (PP) PP secara postur tidaklah terlalu tinggi. Hal yang mudah dikenali dari PP dengan melihat kepalanya yang agak botak di bagian depan dan ada bekas tatoo di lengan bagian kirinya. PP berasal dari daerah Temanggung. Pergi ke Yogyakarta karena usaha bersama istrinya di pasar di Temanggung mengalami kebangkrutan. Yogyakarta menjadi tempat tujuan karena memberikan banyak alternatif pekerjaan. PP mengetahui informasi tentang PSP YSS berasal dari seorang teman sewaktu bekerja sebagai tukang parkir di SAMSAT. PP yang saat itu belum memiliki tempat tinggal bersama istri datang ke kantor untuk meminta ijin agar bertempat tinggal di salah satu rumah yang ada di PSP YSS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
PP selama di Yogyakarta dan tinggal di PSP YSS sering berganti ganti pekerjaan. PP pernah bekerja sebagai pengamen, tukang becak, berjualan makanan dan minuman dan pemulung. Pekerjaan yang terakhir ini sebagai pemulung. Sebelumnya PP pernah bekerja sebagai, penjual susu kedelai dan pop corn yang, berjualan angkringan bersama istri, mengamen, berjualan es kelapa muda bersama istri. Pekerjaan lama di jalaninya adalah sebagai pemulung (mayeng). Baginya pekejaan ini tidak membutuhkan modal uang seperti pekerjaan lainnya, hanya modal tidak mau malu dan berani. Pekerjaan sebagai pemulung menurutnya lebih baik dari pada dia mengamen di perempatan jalan. Istri PP yang sekarang adalah istri yang kedua. Istrinya juga sudah mengalami 2 kali pernikahan. Penikahan yang pertama menghasilkan 2 orang anak dan pernikahan dengan PP belum menghasilkan keturunan. Pernikahan PP dengan istri yang sekarang ini mendapatkan 2 orang anak yang dibawa dari istrinya. Kedua orang anak dari istrinya ini sekarang sudah menikah. Selama tinggal di PSP YSS PP dengan istrinya berjualan angkringan. Jualan angkringan ini dibantu oleh Pak Kisno. Berjualan angkringan tidak seberhasil bayangannya. PP dan istrinya mengalami beberapa hambatan dalam berjualan angkringan. Selain itu juga terdapat isu yang dibuat oleh tetangganya mengenai istrinya yang intim dengan Pak Kisno saat berjualan angkringan karena pulang berjualan sampai malam Setelah angkringannya tutup PP sangat tidak mendukung istrinya untuk membuat usaha baru. PP berpendapat bahwa mengumpulkan modal dahulu lebih penting dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
sekedar membuka usaha baru. Bekerja mayeng (pemulung) adalah cara yang dilakukannya untuk mengumpulkan modal. Responden VI (BP) BP berasal dari Temanggung. Pertemuan pertama dengan PP yang sekarang suaminya adalah di terminal Temanggung yang akhirnya membawa ke dalam kehidupan pernikahan. Sebelum kepindahan ke Yogyakarta BP mempunyai sebuah kios di pasar Temanggung dan suaminya memiliki beberapa lahan parkir di daerah pasar. Karena perilaku suami yang sering mabuk-mabukan maka usaha yang dijalani mengalami kebangkrutan. BP dan PP sewaktu di Temanggung tinggal di tempat saudaranya PP. Mereka diberi kesempatan untuk menempati dan merawat rumah saudaranya ini. Perilaku suami BP yang sering mabuk-mabukan dan membawa teman-temannya untuk mabuk bersama membuatnya terusir dari rumah itu dan juga membuat bangkrut dari usahanya di pasar dan lahan parkir. BP bisa sampai ke Yogyakarta karena diajak oleh suaminya untuk mencari pekerjaan. Karena tidak memiliki tempat tinggal BP diajak suaminya untuk ke PSP YSS meminta tempat untuk tinggal. BP tidak begitu nyaman dengan keadaan di PSP YSS pada saat pertama kali tinggal di PSP YSS. Bujuk rayu suaminya yang membuat BP tetap mau berada di PSP YSS. Alasan BP tetap mau tinggal BP sekarang ini sedang tidak bekerja karena usaha angkringannya mengalami kehabisan modal. BP sekarang lebih banyak di rumah setelah usaha angkringannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
tidak berhasil. Suaminya kemudian bekerja sebagai pemulung untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. BP dan PP sudah menikah selama 12 tahun, tetapi pernikahannya dengan PP belum menghasilkan keturunan. Suaminya sekarang merupakan pernikahannya yang kedua. Pernikahannya yang pertama mendapatkan 2 orang anak yang sekarang telah menikah semua. BP sekarang adalah seorang nenek setelah anak pertamanya memiliki seorang anak, karena dari itu BP sering pulang ke rumah besannya di Temanggung dimana anaknya tinggal untuk melihat cucunya.
B. Tahap Pengambilan Data Setelah melakukan rancangan penelitian, menetapkan lokasi, menyusun informasi dan responden serta menetapkan bagaimana metode pengambilan data, peneliti kemudian melanjutkan pada tahapan di lokasi penelitian 1. Tahap observasi pra penelitian Peneliti melakukan kunjungan ke lokasi penelitian untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi penelitian. Gambaran tersebut berupa bagaimana kondisi lingkungan sosial dan beberapa informasi mengenai karakteristik responden. 2. Tahap pengurusan perijinan Setelah surat ijin diterima, Koordinator Divisi Orang Tua memberikan ijin kepada peneliti untuk memulai pengambilan data dan menjelaskan tentang jumlah keluarga yang ada di PSP YSS saat itu. Koordinator Divisi Orang Tua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
menjelaskan bahwa terdapat tiga keluarga yang sedang menjalani proses resosialisasi dan dapat diambil datanya. 3. Tahap pengumpulan data Metode yang diambil adalah metode wawancara dan dokumen hasil evaluasi bersama relawan orang tua PSP YSS. Peneliti melakukan proses wawancara sesuai dengan jadual yang sudah direncanakan. Selain itu juga peneliti mengikuti evaluasi para relawan yang berfungsi untuk memberikan tambahan data mengenai dinamika para responden. Tabel 2: Tahap pengumpulan data No 1
Tanggal Juni 2008
Keterangan
Lokasi
Observasi lokasi PSP YSS
PSP YSS Pingit Rt 01/ Rw 01 Kelurahan Bumijo
2
20 Juli 2008
Subyek PU dan BT
Perkampungan Sosial Pingit YSS
3
25 Juli 2008
Wawancara Subyek BP dan Subjek
Perkampungan Sosial Pingit YSS
BY dan subjek PY 4
29 Juli 2008
Wawancara kedua subjek BP dan
Perkampungan Sosial Pingit YSS
wawancara pertama PP 5
5 Agustus 2008
Wawancara kedua PP
Perkampungan Sosial Pingit YSS
6
25
Rapat Evaluasi Tengah Tugas Divisi
Kolese Santo Ignatius
2008
Orang Tua
Jalan Abu Bakar Ali no 1 Yogyakarta
28 Januari 2008
Rapat
7
November
keja
semester genap
relawan
PSP
YSS
Wisma Samaria Kaliurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
C. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil-hasil penelitian dalam bentuk narasi terpapar sebagai berikut: 1. Keluarga pertama (pasangan PU dan BU) PU dan BU meminta ijin untuk tinggal di PSP karena masalah ekonomi yang dihadapinya. Usaha berjualan tahu kentucky yang digelutinya tidak sukses dan membuatnya kehabisan modal, “...Ternyata daerah Magelang buat jualan itu tidak laku. Terus ke jogja buat jualan, modal habis dan gak ada rumah...”(BU A(17-19)). Masalah inilah yang membuat PU dan BU memutuskan untuk pindah dan mencari pekerjaan di Yogyakarta. “...saya tidak punya tempat tinggal, buat kontrak gak kuat, masa saya harus tinggal di tempat saudara saya terus...”(PU B(12-14))
inilah
ungkapan PU yang bersama keluarganya yang kebingungan mencari tempat tinggal. Hal ini karena tidak memiliki uang untuk menyewa rumah dan juga baru saja memulai bekerja mayeng (pemulung) juga diungkapkan PU sebagai berikut, “.....Masalah utama saya itu ya karena saya baru mulai mayeng , belum punya uang buat sewa tempat tinggal...” (PU B(17-19)). PU dan BU kemudian menemui pengelola PSP YSS untuk meminta ijin agar dapat bertempat tinggal di PSP YSS. Problem awal yang dihadapi keluarga PU selama tiga bulan pertama adalah masalah pekerjaan. PU dan BU berharap bahwa mereka dapat berjualan tahu kentucky kembali. Ini diungkapkan BU, “pengen jualan itu. tapi uangnya belum cukup. Jadinya belum ada modal...”(BU J(19-20)). Menurut BU, pekerjaan mayeng yang ditekuni suaminya kurang dapat memenuhi kebutuhan keluarganya terutama kebutuhan susu anaknya. Walaupun begitu PU tetap berusaha untuk rajin menabung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
PU dan BU memulai usaha tahu kentucky. Usaha tahu kentucky mereka mengalami masalah bahwa harga bahan-bahan pokok usaha tahu kentucky mengalami kenaikan harga, terutama tepung dan minyak goreng. Keluhan harga-harga bahan pokok naik diungkapkan PU, “saya punya masalah baru mas. Semua harga pada naik. Apa-apa pada naik.”(PU H(2-3)). Awalnya mereka kebingungan karena kalau harga dinaikkan maka mereka akan kehilangan pelanggan, tetapi jika tidak dinaikkan keuntungan mereka akan sangat mepet sekali. Akhhirnya mereka memutuskan untuk tidak menaikkan harga untuk berjualan. Dalam kehidupan bertetangga buat PU sendiri tidak mengalami masalah, tetapi istrinya yang mengalami problem dalam kehidupan bertetangga. BU mengalami masalah dengan salah satu dari Warga PSP YSS. Masalah ini diawali dari masalah pada saat sarasehan pertama yang dihadiri BU. Dirinya merasa dituduh karena tidak terlibat dalam peran serta mematikan listrik di PSP YSS BU merasa tidak terima kalau dituduh terlibat karena tidak terlibat mematikan listrik, “...Otomatis aku khan dipikir gak mau memperhatikan di sini juga khan.”(BU K(2324)) Problem ini terus berlanjut dengan perilaku saling mendiamkan hingga suatu saat dirinya suaminya mengatakan bahwa BU tidak pernah menegur ibu Pon. Ini juga karena suaminya BU mendapatkan keluhan dari ibu Pon sendiri. BU sendiri membantah apa yang dikatakan oleh suaminya tentang laporan bu Pon ke suaminya. BU sendiri lebih memilih bersikap diam dalam menghadapi masalah ini. Baginya lebih baik diam dari pada harus membuatnya sakit hati dalam menghadapi masalah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
BU sangat tidak menyukai dengan perilaku tidur suaminya. Suaminya kalau sudah tidur dibangunkan untuk membantu mengasuh anaknya sering tidak mau. Ini membuat sangat jengkel BU. Hal paling membuat jengkel dan menyebalkan buat BU adalah saat PU tidur, “...Tapi kalau tidur bisa membuat saya sampai jengkel.”(BU H(24-25)). Kalau BU marah-marah karena perilaku PU, maka PU lebih memilih untuk diam dan langsung tidur. Ini membuat BU semakin marah. BU memiliki kebiasaan untuk tidak mengungkit kemarahannya kepada PU ketika sudah terbangun dari tidurnya. PU merasa bahwa istrinya (BU) mudah tersinggung. Oleh sebab itu PU terkadang memperhitungkan dahulu apa yang akan dibicarakan dengan istrinya (BU). Ini diperbuat PU karena untuk menghindari istrinya (BU) menjadi marah dikarenakan tidak cocok dengan istrinya. PU memang sering masa bodoh dengan istrinya (BU) jika sudah dalam keadaan marah, karena bagi PU tidak ada yang dapat diperbuat. Problem keluarga PU yang belum terselesaikan adalah masalah dengan kakak iparnya yang tiba-tiba muncul dalam kehidupan keluarga PU dan tinggal bersama. Kakak iparnya memiliki gangguan kejiwaan dikatakan oleh PU, “...Mas nya yang sakit jiwa itu...”(PU K(4-5)). PU merasa terbebani dengan kehadiran kakak iparnya di rumah. Ini dikarenakan PU memiliki tanggungan baru yang harus dipikulnya. Di mata PU kehadiran kakak iparnya membuat dirinya kaget. Hal yang membuatnya paling memberatkan dengan kehadiran kakak iparnya adalah karena kakak iparnya tidak bisa membantunya bekerja berjualan tahu kentucky. Kakak iparnya hanya bisa makan, tidur dan merokok dalam kesehariannya, dikatakan oleh BU, “...dia cuman makan, bangun tidur makan, ngerokok.”(BU R(10-11)). Terkadang PU meminta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
tolong kepada BU untuk menegur kakak iparnya untuk membantunya bekerja, “...Hanya pernah bilang sama istri saya kalau tolong dikasih tau masnya. Biar mau melakukan sesuatu.”(PU M(15-17)). Istrinya (BU) belum pernah membicarakan secara serius masalah tentang kakaknya dengan PU. PU pun merasa harus berpikirpikir kembali untuk membicarakan masalah kakak iparnya dengan istrinya (BU) karena PU takut istrinya akan marah karena tidak cocok dengan pendapatnya. BU merasa kesulitan dalam menengahi keinginan suaminya (PU) untuk meminta kakaknya membantu dalam berjualan tahu kentucky. Problem yang terberat dialami oleh PU dan BU adalah masalah kakaknya yang mengalami gangguan kejiwaan ini. PU merasa terpaksa harus mengurusi dan menghidupi kakak iparnya. Hal yang memberatkan buat PU karena kakak iparnya tidak dapat membantunya bekerja melainkan PU harus mencukupi kebutuhan hidup kakak iparnya. Bagi
BU kehadiran kakak iparnya yang hanya malas-malasan
membuat repot dan membebani keluarganya, serta sedikit peran saudara lainnya dalam membantu masalah dengan kakaknya menjadikan keadaan ini sebagai problem terberatnya. PU dalam menghadapi kakak iparnya lebih bersikap untuk mengambil tindakan yang tidak merusak hubungan dengan keluarga istrinya (BU). Oleh sebab itu PU cenderung untuk berusaha menjaga dan memelihara kepentingan dan mempertahankan hubungan keluarga dengan cara berusaha merangkul semua keluarga dari istrinya untuk menyelesaikan masalah kakaknya, baik dari pihak saudara-saudara istrinya (“...Tapi hanya minta tolong sama keluarga yang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
pernah...” (PU M(11-12))) maupun dari pihak ibu mertuanya (“...Mas salamet ini terus akan bagaimana? Katanya emak saya disuruh menunggu sedikit lagi..”(PU S(28-29))). Hal ini juga menunjukkan bahwa PU memiliki itikad baik dan tidak takut untuk menyelesaikan masalah terberat yang dihadapinya dengan meminta ijin kepada pihak YSS tentang kehadiran kakak iparnya di rumahnya. Walaupun problem terberatnya saat ini belum terlewati PU mampu memandang itu secara sehat sehingga dapat menentukan langkah-langkah yang jelas dalam menghadapi masalah kakaknya. BU
sebagai seorang adik dalam menghadapi problem dengan kakaknya
banyak sangat menggantungkan penyelesaian problemnya dengan kehadiran ibunya dari Bengkulu. Oleh sebab itu BU mengharapkan bahwa ada pembicaraan yang matang dengan ibunya sehingga dirinya merasa jelas tentang penyelesaian masalah kakaknya. BU mengharapkan kehadiran ibunya dikarenakan BU sendiri tadinya berharap bahwa masalahnya kakak iparnya dapat diselesaikan dengan meminta bantuan kepada saudara-saudaranya yang lain, tetapi usaha ini tidak berjalan baik. BU juga pernah meminta tolong kepada saudara lelakinya yang tinggal di Badran tetapi dari pihak istri saudara laki-lakinya tidak berkenan dengan kehadiran kakaknya yang mengalami gangguan kejiwaan ini di rumah mereka. Begitu juga dengan kakaknya yang mengalami gangguan kejiwaan juga tidak berkenan untuk tinggal disana. Kakaknya yang mengalami gangguan kejiwaan merasa bahwa BU lebih mau menerima dirinya dari pada kakak lelakinya yang tinggal di Badran. BU merasa sendirian menghadapi dan menghidupi kakaknya yang mengalami gangguan kejiwaan ini. BU cukup dapat memandang secara positif dengan problem yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
dihadapinya dengan berani bercerita tentang keadaanya yang dihadapi kepada pihak YSS. BU tetap memandang bahwa kehadiran kakaknya merupakan hal yang cukup merugikan setelah pengalaman kejadian anaknya ditendang oleh kakak iparnya. Hal ini terlihat cara BU mengakui bahwa dirinya dinasehati untuk tidak memasukkan hati apa yang telah diperbuat kakaknya dahulu oleh Ibu Sum (pihak PSP YSS) karena keadaan saat itu BU cukup merasa khawatir bahwa terulangnya peristiwa tersebut.
2. Keluarga kedua (pasangan PY dan BY) Keluarga ini sudah beberapa kali tinggal di PSP YSS. Sekarang ini tinggal di PSP YSS karena kembali dari transmigrasi membuat tidak memiliki tempat tinggal dan juga karena alasan anaknya yang masih berumur 2 tahun yang merasa kasihan jika harus tidur di jalanan. Pekerjaan PY sebagai tukang becak. Pekerjaan ini sudah digeluti selama hampir 15 tahun. Pertama kali bekerja membecak adalah pada saat di Solo. PY memilih menjadi tukang becak di Yogyakarta karena menurutnya pekerjaan menjadi tukang becak lebih banyak menghasilkan uang jika di Yogyakarta dari pada di Solo. Menurut PY bekerja di jaman sekarang ini lebih sulit dari pada jaman dahulu. Bekerja seharian belum tentu bisa untuk memenuhi kebutuhan hidup, ini dikatakan oleh PY, “...sekarang ini mau beli makan saja sulit.”(PY M18). PY merasa bahwa perlu adanya penghasilan tetap dalam bekerja. Penghasilan tetap sebagai tukang becak membutuhkan pelanggan tetap. Pelanggan tetap berguna dalam mengalokasikan keuangan keluarga. PY mengatakan bahwa mendapatkan pelanggan tetap dengan cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
selalu bekerja ditempat yang sama dan yang terutama adalah ramah terhadap para pelanggan. BY adalah istri PY yang berkerja sebagai pengamen. BY biasanya mengamen bersama anaknya. Sebelum mengalami masalah garukan dengan SATPOL PP, BY bekerja sebagai pengamen di perempatan lampu merah Jalan Magelang. Masalah garukan membuat anaknya menjadi tidak mau lagi jika diajak mengamen ke perempatan lampu merah. Anaknya selalu ingat kejadian garukan di lampu merah setiap kali diajak untuk mengamen disana. Kejadian mengalami garukan merupakan kejadian yang menakutkan buat anaknya. BY mengungkapkan, “...Pokoknya nangis, teriak-teriak sambil menendang-nendang. Paling hanya satu atau dua lampu merah, sudah nangis Bela nya. Terkadang baru sampai lampu merah sudah nangis...”(BY F(23-26)) Anaknya akan meronta-ronta dan menjerit-jerit sambil menangis setiap kali diajak mengamen di perempatan lampu merah. PY dan BY mengalami problem dalam berkehidupan bertetangga dengan Mas Agus. Problem ini berawal dari meminjam uang yang dilakukan oleh Mas Agus terhadap PY. Beberapa kali meminjam masih dikembalikan tepat waktu, tetapi lama kelamaan mulai tidak tepat waktu. Konflik memuncak pada saat BY sepulang dari mengamen dan baru saja sampai di depan pintu dan sedang mencari kunci tiba-tiba Mas Agus menghampiri untuk meminjam uang. BY tidak dapat memberikan uang yang akan diberikan karena dia baru saja pulang dan belum menghitung hasil yang didapat dari bekerja. Hal ini ditanggapi oleh Mas Agus dengan marah sambil mengomentari kalau BY adalah pelit. BY tidak membalas komentar Mas Agus karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
dapat mempersulit masalah. Menurut PY setelah kejadian dengan istrinya (BY) itu Mas Agus mulai mendiamkan PY sekeluarga. Ternyata tidak sekedar tidak bertegur sapa, Mas Agus mulai menyebarkan isu untuk menjelek-jelekan keluarga PY sehingga PY tidak memiliki teman dan terkucil. Ini membuat PY tersingkir diantara warga RT. PY menjadi bulan-bulanan hinaan Mas Agus dimata warga RT. Konflik PY dengan Mas Agus diperkeruh dengan ketahuannya Mas Agus memberikan semen yang dimiliki ke PSP YSS kepada pihak RT tanpa meminta ijin kepada pengurus PSP YSS. Mas Agus menuduh bahwa PY yang melaporkan perbuatannya tersebut. Mas Agus marah kepada PY sehingga hampir terjadi perkelahian dengan menggunakan senjata tajam. PY ditarik oleh istrinya ke dalam rumah agar tidak merespon perkelahian tersebut. PY merasa bahwa perlu menelpon koordinator PSP YSS agar menjadi penengah dalam menghadapi
permasalahannya dengan Mas Agus. PY
semakin membenci Mas Agus. PY pernah mengungkapkan kepada koordinator PSP YSS bahwa jika terjadi permasalahan dan perkelahian dengan Mas Agus kembali, PY siap untuk berkelahi sampai mati. Hal ini muncul karena PY sudah terlalu benci dan marah terhadap Mas Agus. PY pernah memiliki niatan untuk membalas perbuatan Mas Agus dengan menceritakan kepada teman-temanya. Niat PY ini dicegah oleh koordinator PSP YSS. Selang beberapa lama setelah kejadian PY mengakui bahwa saat itu memang pikirannya sedang kacau. Setelah kejadian dengan Mas Agus karena dituduh melaporkan semen, PY semakin dibenci oleh warga sekitar karena dirinya dianggap cari muka dimata koordinator PSP YSS. Ini membuatnya semakin terpojok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
PY dimarahai oleh warga sekitar yang termakan oleh isu yang dibuat oleh Mas Agus tetapi dirinya memilih diam dalam menanggapi kemarahan para warga sekitar. Bella merupakan anak angkat dari PY dan BY. Pernah terjadi konflik antara PY dan BY dengan keluarga kandung dari Bella. Ternyata masalah dengan orang tua kandung Bella tidak berhenti sampai orangtua kandung mempercayakan anak mereka kepada PY dan BY. Kejadian tersebut meninggalkan masalah. Orang tua kandung Bella masih menuntut dengan selalu meminta uang kepada PY dengan menggunakan segala macam alasan, “...Dahulu itu sering minta duit dan sering saya kasih. Antara 50 ribu sampai 100 ribu Yang terakhir itu minta duit...”(PY Z(5-6)) Masalah ini menyebabkan terjadinya konflik interpersonal antara PY dengan keluarga kandung Bella. PY selalu memberikan uang yang diminta oleh orang tua kandung Bella, walaupun sebenarnya PY merasa berat hati untuk memberikan uang kepada orang tua kandung Bella. PY merasa berat hati karena masih harus memenuhi kebutuhan sehari-hari dari Bella. Konflik interpersonal ini dapat diselesaikan dengan meminta tolong Bu Sum (Pengurus PSP YSS) dan Bu Sum mengajak PY dan BY beserta orang kandung Bella untuk menyelesaikan ini dengan membuat surat perjanjian di Kelurahan Bumijo, “....Terus ngajak dia ke kantor menemui Bu Sum. Saya minta tolong Bu Sum buat perjanjian biar gak minta duit terus. Terus sama Bu Sum diajak ke Keluraha Bumijo.” (PY Z(11-14)). Hubungan rumah tangga PY dan BY tidaklah selamanya damai. Pernah terjadi permasalahan dalam kehidupan pernikahan mereka. PY pernah marah kepada istrinya (BY) karena anaknya tiba-tiba sakit. PY mengalami kebingungan melihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
anaknya sakit. PY menyalahkan istrinya karena membawa anak dalam bekerja. PY telah berkali-kali menegur istrinya (BY) untuk tidak membawa anaknya bekerja tetapi tidak didengarkan. Menurut PY istrinya (BY) tidak betah untuk menganggur. Anak sakit ketika BY pulang kerja dan dilanjutkan melayat. BY merasa juga kebingungan melihat anaknya tiba-tiba sakit. Akhirnya anak mereka dibawa ke rumah sakit dengan dibantu oleh ibu pendeta. Bagi BY ini akibat dirinya tidak mendengarkan suaminya (PY) yang menegur untuk tidak membawa anaknya kerja. BY pernah ditegur oleh suaminya (PY) bahwa kalau kerja jangan sampai sore hari karena kasihan anak mereka. BY terkadang tidak mendengarkan apa yang menjadi teguran suaminya (PY). BY tidak mendengar teguran suaminya (PY) karena dia sekarang mengamen di kampung-kampung. BY bekerja sampai sore karena dia tidak sadar bahwa jarak yang ditempuhnya sudah sangat jauh dengan rumah. Ini juga diungkapkan oleh BY, “...karena tidak tahu jalannya, pokoknya masuk terus ke dalam kampung. Keluar-keluar ternyata sudah jauh banget dari jalan besar. Jadinya terpaksa jalan buat ke jalan besar...”(BY S(7-10)). BY lebih memilih bekerja jika memang keadaan anaknya sehat. Bisa transmigrasi kembali adalah harapan dari PY dan BY. Sebenarnya PY dan BY telah 3 kali mengikuti transmigrasi dan semuanya mengalami kegagalan. Transmigrasi yang menurut PY paling berhasil dia rasakan adalah di daerah Ternate. Keadaan mengharuskan PY memilih untuk kembali ke Jawa karena terjadinya kerusuhan SARA di tempat mereka transmigrasi. Transmigrasi merupakan harapan bagi PY dan BY agar dapat memiliki rumah. PY merasa transimigrasi demi masa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
depan yang lebih baik. PY berpikir kemungkinkan untuk memiliki tempat tinggal di Jawa. Program menabung yang dimiliki PSP YSS, bagi PY merupakan alternatif solusi selain transmigrasi. Pada dasarnya PY berharap bahwa memiliki lahan yang nantinya demi modal masa depan anaknya. Ini terlihat dari pemikiran PY, ”... masa depan buat anak itu tidak ada. Jadinya tidak dapat beli tanah kalau bekerja di sini”(PY Y(2-4)). BY pun berpendapat sama, “...ya buat Bela, buat saya, ya juga buat bapak. Pokoknya pinginnya, satu-satunya jalan adalah transmigrasi.”(BY I(1012)) karena di Jawa tidak memiliki apa-apa maka transmigrasi adalah harapannya demi masa depan yang lebih baik. Permasalahan PY dan BY terletak pada daerah transmigrasi yang ditawarkan oleh pemerintah terkadang tidak sesuai dengan apa yang menjadi harapan mereka. Problem terberat yang dialami oleh PY dan BY adalah pengalaman berkonflik dengan Mas Agus. Berkonflik dengan Mas Agus bukanlah pengalaman yang sebentar yang dialami oleh PY dan BY.
PY cenderung untuk berusaha bersikap tidak
desktruktif walaupun pernah berpikir untuk membalas perilaku Mas Agus karena sudah memiliki rasa benci. Adapun pemikiran untuk membalas dendam terhadap Mas Agus dan tidak dilakukan tetapi PY lebih memilih untuk tidak desktruktif dan terprovokasi dengan apa yang diperbuat Mas Agus. PY memilih diam saja agar tidak memperkeruh keadaan. Hal ini terlihat saat Mas Agus yang membuat isu-isu negatif terhadap PY dihadapan warga RT juga ditanggapi diam. Hal ini ditunjukkan PY, “...Gak ada yang benar isu-isunya. Saya mending diam saja.”(BY M(22-23)) ini dikarenakan PY sadar betul bahwa warga RT dihasut oleh Mas Agus. PY lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
memilih diam saat hampir terjadi perkelahian dengan Mas Agus. Ini karena PY memikirkan keadaan anak jika terjadi perkelahian dengan Mas Agus. Selain itu PY juga menelpon koordinator PSP YSS dengan tujuan agar ada yang menjadi penengah dalam menyelesaikan masalah dirinya dengan Mas Agus. Hal ini menunjukkan bahwa PY cenderung memiliki pandangan yang sehat dalam menghadapi konflik karena PY bersikap bahwa konflik yang dialami harus diselesaikan dan bukan sebagai malapetaka. Sikap diam juga dilakukan oleh BY yang juga banyak memilih diam dan tidak merespon apa yang diperbuat Mas Agus terhadap dirinya. BY merasa bahwa jika menanggapi Mas Agus, permasalahan yang terjadi semakin tidak jelas. Ini diungkapkan PY melalui pernyataan, “...Biar Agus ngoceh-ngoceh kalau dia mau saya dengarkan kalau tidak mau ya saya diam saja....”(BY N(5-7))
Pada saat
terpojok dengan isu-isu yang dibuat Mas Agus di mata warga RT, BY tetap memilih diam dan tidak memperkeruh keadaan. BY, “...maunya frater Vincent saya tinggal pindah ke rumah yang di sebelah sana, tapi saya tidak mau. Yang penting saya tetap bisa cari makan...”(BY M(26-28)), karena bagi PY bukan menghindari masalah dengan Mas Agus tetapi mencari uang untuk mecukupi kebutuhan keluarga. Inilah sikap BY dalam memandang konflik dengan sikap yang positif dan tidak takut menghadapi konflik.
3. Keluarga ketiga (PP dan BP) PP dan BP pertama kali masuk di PSP YSS karena membutuhkan tempat tinggal. Usaha yang di Temanggung bangkut. Ini yang membuat mereka memutuskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
untuk meminta ijin bertempat tinggal di PSP YSS. Mereka berharap bekerja di Yogyakarta dapat memperbaiki keadaan ekonomi keluarga. BP berharap dapat berkerja berjualan makanan di Yogyakarta. Harapan ini sampai sekarang belumlah berhasil. BP mengalami banyak halangan dalam memulai usahanya berjualan. BP pernah usaha jualan es kelapa muda dan angkringan. BP memulai usaha angkringan dekat terminal Condongcatur, tetapi usaha ini tidak begitu berhasil. BP harus menutup usahanya karena kehabisan modal. Dari penuturan BP modal yang dimiliki habis karena, “...Memang yang pada utang banyak. Kalau rokok itu khan untungnya hanya sedikit. Untungnya hanya ambil dari perbatang. Rokok utang, makanannya punya Pak Kisno. Banyak utangan, aku jadinya nombok modal terus...” Modal yang dimiliki BP habis karena masalah piutang yang tak terbayar. BP menambahkan, “....Para pengamen itu, kalau ambil rokok itu dalam keadaan teler. Jadinya pada lupa. Bukan lupa sebenernya tapi ngelupain...”. BP mengalami kesulitan dalam menagih hutang ke para pengamen karena mereka berhutang pada saat mabuk dan mereka sengaja melupakan hutang. Setelah usaha angkringan BP tutup, kemudian berjualan es kelapa muda. Usaha kelapa mudanya yang dibuat BP juga tidak berhasil. BP merasa jengkel karena suaminya tidak mau membantu dirinya berjualan es kelapa muda. BP berusaha memancing-mancing suaminya (PP) untuk membuka usaha yang lainnya lagi. BP tidak mendapatkan jawaban dari suaminya (PP) tentang pancingannya membuat usaha lagi. Pancingan BP yang tidak direspon oleh suaminya ditegaskan oleh BP dalam perkataannya, “...Mancing-mancing Pak Pon buat usaha lagi tapi belum ada jawaban. Dia hanya bilang kalau yang penting
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
dia kerja.” Harapan usaha BP untuk dapat berjualan lagi tidak terdukung oleh suaminya. BP merasa bahwa, “memang PP kalo usaha itu, ndak jalan begitu tho, dia ndak telaten katanya. Terus nyampe sini dan sekarang itu. Makanya sampe sekarang bilang kalau usaha kadang-kadang belom butuh...”.
Tidak ada dukungan dari
suaminya ini ditambahkaan lagi oleh BP melalui ucapannya, “namanya orang sehat. Ya maunya khan lebih maju. Saya juga ga punya momongan,masak nganggur di rumah. Tapi memang Pak Pon belum mendukung aja.” Akhirnya BP memutuskan untuk tidak bekerja dahulu karena tidak mendapat dukungan suami (PP). Ini dilakukan agar suaminya (PP) rajin bekerja. Ini terungkap dalam perkataan BP, “saya khan seandainya pak Pon mayeng, saya tidak pergi ya, mau makan apa tidak khan silahkan pak Pon aja. Kalo saya usaha pak Pon di rumah terus mendingan saya tidak usah usaha dulu. Pak Pon biar tanggungjawab. (tertawa)...” Suaminya (PP) menjadi rajin bekerja karena sebelumnya BP mengungkapkan kemarahannya,
“Saya
sebenarnya tidak mau ngikut kesini. Kamu aja ngajak saya kesini. Terus PP kadangkadang bilang, ga usah salah-salahan kamu sendirinya juga mau
kesini. Saya
sebenernya tidak mau tapi kamu suka maksa saya. Saya khan bilangnya tetep gitu terus, tho. Jadinya pa Pon sekarang itu...sekarang jadi rajin mayeng itu. Itu mungkin karena takut saya aja. klo saya ngomel-ngomel...” BP marah karena dirinya tidak terdukung oleh suaminya (PP) untuk berjualan lagi dengan melihat suaminya yang tidak telaten berjualan dan dirinya merasa terpaksa tinggal di PSP YSS. PP dan BP sudah tinggal 9-10 bulan dan selama itu selalu saja berganti pekerjaan. Usaha berjualan yang selama ini dijalani bersama istrinya (BP) dirasakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
PP kurang pas untuk keadaan saat ini. Keadaan kurang pas karena kondisi keuangan yang menipis, seperti yang diungkapkan PP sebagai berikut, “...Kondisi saya begini. Keadaan duitnya juga lagi sulit. Jika usaha dagang, iya kalau langsung dalam proses sukses kalau tidak? Bingung lagi.”
PP pernah mengalami pekerjaan sebagai
pengamen, tukang becak, usaha dagang makanan dan minuman dan pemulung. Mayeng (pemulung) adalah pekerjaan yang paling disukainya. Hal ini terungkap melalui perkataannya, “lah karena cocok dengan sifat kita. Karena maunya netral dan bebas, tapi tidak mau terikat. Dengan mayeng itu tidak ada yang mengikat. Kalau sekarang mau berangkat kerja juga bisa. Tanpa terikat waktu.” PP bekerja mayeng karena pekerjaan ini tidak membutuhkan modal uang untuk memulai usaha. Selama bekerja mayeng membuat PP belajar untuk mengetahui barang-barang bekas seperti apa yang berguna dan bisa dijual, “...Disamping itu dengan mayeng kita mau mempelajari barang-barang bekas yang laku dijual. Kok kenapa kok semua barang bekas bisa laku? Kayak kertas itu, bisa lain-lain harganya tergantung jenisnya. Kayak kertas ada putihan, ada duplex, ada arsip.” PP merasa ini pekerjaan yang akan digeluti sekarang sampai akhirnya terkumpul modal untuk memulai usaha baru yang cocok, seperti yang diungkapkan PP sebagai berikut, “...Yang penting punya modal dan ngumpulin modal. Saya masih punya gerobak dan sepeda. Kalau gerobak digabungin dengan sepeda saya masih bisa jualan lagi. Caranya mencari usaha yang cocok itu belum dapat, istilahnya caranya ngeker belom pas.” BP dan PP memiliki konflik interpersonal yang berbeda. PP memiliki konflik interpersonal dengan Mas Agus. Konflik ini berasal dari isu yang dibuat oleh Mas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
Agus mengenai istrinya (BP) yang ada intim dengan bos istrinya (BP) saat berjualan angkringan. Hal ini diungkapkan PP sebagai berikut “...Digosipin kalau si mbaknya ini, istri saya sering pulang malam. Ada intim anak buah sama bosnya, Pak Kisno itu lho.” Konflik ini berlangsung lama, seperti yang diungkapkan PP “Hmm..itu lama. Proses sama dia itu lama. Dia terus pengaruhi orang-orang kampung. Tapi ternyata orang kampung bisa mengerti saya. Biarkan Pak Pon itu, karena memang tidak ada yang terbukti omongannya Mas Agus...” Isu yang dibuat oleh Mas Agus ini tidak terbukti karena warga RT tidak percaya dengan isu yang dibuat oleh Mas Agus. PP lebih memilih menghindar dengan Mas Agus saat berkonflik dan tinggal di Condongcatur, “...Kayak masalah sedikit dengan Mas Agus itu saya lebih baik menghindar dan tinggal di jalan di Condongcatur. Ibaratnya saya mending menghindar dan tidak pulang” PP merasa lebih baik menghindar karena dari pada terjadi bentrokan dengan Mas Agus yang tidak membawa untung. Sedangkan BP memilliki konflik interpersonal dengan tetangga yang lain, yaitu Bu Udin. Konflik dengan Bu Udin berawal dari masalah perbedaan pendapat tentang masalah kotoran burung yang ada di sumur. Konflik ini berakibat BP didiamkan oleh Bu udin selama 2 bulan, “...mending-mending dah ada air. Langsung diamin saya selama 2 bulan. (tertawa).” Masalah ini pun berlangsung sampai dengan sekarang dengan saling mendiamkan dan tidak bertegur sapa. Selama berdinamika di PSS YSS, baik PP maupun BP terjadi konlfik dengan pihak pengurus PSP YSS. BP sendiri tidak suka dengan cara yang dilakukan oleh Mas Leo yang merupakan relawan PSP YSS. Konflik antara BP dengan Mas Leo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
berawal dari isu keintiman BP dengan Pak Kisno. Mas Leo melihat bahwa BP sering diantar oleh Pak Kisno dan BP beralasan kalau Pak Kisno mengantar dirinya karena BP meminta tolong ke Pak Kisno. BP meminta tolong Pak Kisno mengantar karena suaminya sendiri (PP) tidak mau mengantar dirinya berjualan. Mas Leo menawarkan alternatif jalan keluar bagi BP dengan menyewa becak untuk mengantarnya bekerja. Alternatif ini dibantah oleh BP. BP mengatakan, “...Lho mas Leo, saya dari pada jualan es muda itu dapatnya belom mesti, tho. Belom mesti dapat untung. Dah becak 10 ribu dulu berangkatnya, nanti pulangnya 10 ribu lagi. Khan jadinya 20 ribu.” Ini dibantah oleh BP karena jika dirinya menyewa becak maka dirinya belum pasti mendapatkan untung. Selain itu BP memiliki konflik dengan Koordinator PSP YSS, karena sering pulang malam. BP sering pulang malam karena harus berjualan angkringan. Hal ini diungkapkan oleh BP, “ya saat pulang malam itu yang menegur memang hanya frater doang, tapi ya memang kenyataannya jualan angkringan di Condongcatur.” PP sendiri memiliki beberapa konflik dengan pihak pengurus YSS. konflik yang pertama adalah konflik dengan Bu Sumini. PP merasa Bu Sumini terlalu menekan dirinya dalam hal menabung. PP juga berpendapat bahwa tabungan yang telah ditabung ditempat Bu Sumini itu sulit untuk diambil. Ini diutarakan PP sebagai berikut, .”...Yang penting kewajiban menabung sudah terpenuhi. Menabung jangan banyak-banyak juga mengingat kalau mengambil duit di Mbak Sum agak susah.” Konflik yang kedua adalah antara PP dengan koordinator PSP YSS. PP merasa ada ganjalan dengan cara koordinator PSP YSS dalam memperlakukan dirinya. Koordinator PSS YSS terkadang memaksakan kapada dirinya dengan kata-kata yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
keterlaluan. PP sebenarnya berharap koordinator PSP YSS dapat memaklumi dirinya jika tidak dapat memenuhi apa yang diminta oleh koordinator PSP YSS. PP pernah mengalami problem dalam dunia pekerjaan. Kejadian ini pada saat PP bekerja mayeng di sekitar suatu pom bensin dan diusir oleh keamanan pom bensin tersebut. PP merasa jengkel dengan cara yang dilakukan oleh pihak keamanan dengan mengusirnya. PP merasa jengkel dan karena di pom bensin tersebut tidak ada tulisan “ pemulung dilarang masuk”. PP menjadi jengkel karena dianggap sebagai pencuri saja, seperti yang diungkapkan oleh PP, “...Itu yang terkadang buat jengkel. Ga ada tulisan dilarang masuk, tahu-tahu ga boleh masuk. Kayak orang mau mencuri saja...” BP pernah berniat untuk pisah dengan PP. Ini dikarenakan BP merasa suaminya tidak bertanggungjawab untuk menghidupi dirinya dengan bekerja dan sering memarahi dirinya. BP pernah berpikir bahwa suatu ketika dirinya itu dipukul oleh suaminya jika sedang marah karena dengan BP dupukul oleh suaminya maka memiliki alasan untuk berpisah dengan suaminya. Problem terberat yang dialami oleh BP dan PP adalah problem pekerjaan. PP melihat pekerjaan adalah cara mengumpulkan modal yang dapat digunakan untuk membuka usaha baru. Realitas PP berganti pekerjaan selama 9-10 karena dirinya merasa belum cocok dengan pekerjaan yang dijalaninya. Ini menyebabkan PP selalu kehabisan modal untuk memulai bekerja kembali Pekerjaan mayeng merupakan pekerjaan yang dianggapnya cocok saat ini. Pekerjaan mayeng bagi PP adalah pekerjaan yang tidak terikat waktu dan bersifat bebas, selain itu pekerjaan ini tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
memerlukan
modal
uang.
Pekerjaan
mayeng
merupakan
cara
PP
untuk
mengumpulkan modal. PP berpendapat bahwa, “...Yang penting punya modal dan ngumpulin modal...” Walaupun hanya mayeng tetapi mengajarkan bahwa barangbarang bekas masih tetap ada harganya. PP merasa penting bahwa perlu untuk mengerti harga barang-barang bekas. Ini menunjukkan kecenderungan sikap PP dalam menghadapi problem modal yaitu dengan belajar dari pekerjaannya dan mencoba bertekun pada pekerjaannya. Ini menunjukkan kecenderungan sikap positif PP dalam menghadapi problem terberat dan melihat konflik sebagai suatu tantangan yang dapat diselesaikan. Problem terberat yang mereka alami adalah pekerjaan, tetapi BP memiliki cara pandang berbeda dengan suaminya (PP) dalam melihat problem. Bagi BP problem terberatnya adalah pekerjaan, tetapi lebih ke menemukan usaha yang tepat karena selama ini berkali-kali gagal dalam usaha dagangnya. BP masih berniat untuk usaha dagang lagi. BP pernah memancing suaminya (PP) untuk membuka usaha lagi, tetapi suaminya (PP) tidak merespon pancingan BP. Sikap BP dalam menghadapi ini dengan memutuskan untuk tidak bekerja dan membuka usaha baru agar suaminya rajin bekerja. BP bersikap seperti ini terhadap suaminya (PP) dengan tujuan agar suaminya tidak terbiasa untuk malas. Sikap yang dibangun BP ini merupakan sikap yang cenderung tidak desktruktif. Sikap BP cenderung untuk membangun kesejateraan keluarga dan kemajuan bersama di keluarganya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
D. Pembahasan Problem-problem keluarga jalanan yang mengalami proses resosialisasi di PSP YSS cukup beragam. Problem-problem yang dialami keluarga jalanan dibedakan berdasarkan jenis konfliknya dan dimasukkan ke dalam tabel sehingga menjadi terlihat jelas konflik-konflik seperti apakah yang dialami oleh keluarga-keluarga jalanan yang mengalami proses resosialisasi. Adapun konflik-konflik yang dialami keluarga jalanan yang mengalami proses resosialisasi di PSP YSS tampak dalam tabel sebagai berikut: Tabel 3: Konflik-konflik keluarga-keluarga jalanan yang mengalami proses resosialisasi Inisial responden
Keluarga I
PU
Konflik Intrapersonal
Konflik Interpersonal
1) Istrinya setiap 1) Problem utama hari selalu dengan Bu Pon protes tentang disebabkan kebiasaan karena problem merokoknya penggunaan yang selalu listrik menghabiskan 2) Istrinya yang uang yang mudah sbenarnya bisa tersinggung. digunakan 3) Keberatan untuk prilaku kakak kebutuhan iparnya yang keluarga. selalu 2) Harapan kalau mengambil tinggal di PSP rokoknya. YSS akan mengumpulkan modal untuk membuka usaha tahu kentucky tetapi penghasilan mayeng sedikit dan masih harus tetap menabung
Konflik Organisasi
Konflik Terberat
1) Harga bahanbahan baku untuk jualan dagang tahu kentucy pada naik
Problem terberat adalah dengan kakak ipar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
Tabel 3: Konflik-konflik keluarga-keluarga jalanan yang mengalami proses resosialisasi 3) Bertanggungja wb untuk menghidupi kakaknya tetapi keberatan karena kakak ipar tidak ikut membantu pekerjaannya
BU
1) Tidak menyukai kalau suaminya sudah tidur dan tidak mau membantu mengasuh Aqsa 2) Problem 3 bulan pertama adalah kesulitan mengumpulkan modal untuk berjualan tahu kentucky karena hasil pekerjaan mayeng hanya sedikit sedangkan masih harus memenuhi kebutuhan keluarga terutama anak dan menabung untuk modal. 3) Problem yang terjadi dengan kehadiran kakak ipar dan merasa bertanggungja wab dalam menghidupi kakak ipar yang sakit.
1) dituduh tidak ikut terlibat dalam menjaga dinamika warga PSP YSS dengan tidak mematikan lampu oleh bu pon. 2) Problem yang terjadi dengan kehadiran kakak ipar karena jengkel dengan prilaku kakak iparnya, maka mengusirnya
Mengiyakan bahwa problem terberatnya adalah mengurusi kakaknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
Tabel 3: Konflik-konflik keluarga-keluarga jalanan yang mengalami proses resosialisasi 1) Sulit untuk memenuhi makan, uang 10 ribu dari berkerja belum tentu cukup buat makan. 2) masalah antara, istri dan anaknya, yaitu pada anaknya sakit
Keluarga II
PY
1) Konflik 1) Problem dengan Mas dengan Mas Agus: Agus: a.Berawal dari a.Warga RT Mas Agus sekitar yang menuduh berhutang bahwa cari berkali-kali muka dengan pihak kantor. dan tidak menepati janji 2) Pemberangkata n transmigrasi buat bukan ke mengembalika Kalimantan n hutang. barat tetapi b. Dituduh ditolak karena melaporkan tidak memiliki kepada Mas KTP dan C1 Devy dan Kodya Frater tentang Yogyakarta pengambilan semen tanpa ijin 2) problem dengan orang tua kandungnya Bela yang masih meminta-minta uang karena telah mengadopsi Bella
Problem yang dialami dengan Mas Agus adalah problem yang terberat dihadapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
Tabel 3: Konflik-konflik keluarga-keluarga jalanan yang mengalami proses resosialisasi
BY
Keluarga III
PP
1) Kewajiban menabung menjadi memberatkan jika sudah dibarengi dengan kebutuhan susu anaknya 2) Kebingungan harus berbuat apa karena tiba-tiba anaknya sakit dan akhirnya dibiayai oleh gereja
1) Digaruk oleh 1) MasalahSatpol PP masalah karena dengan Mas mengamen di Agus: jalan. a. Mas Agus 2) Berencana sering transmigrasi Pinjam asalkan jenis uang tapi tanahnya tidak tidak tanah gambut dikembalika yang n ditawarkan b. Suaminya oleh menjadi pemerintah sasaran kemarahan 3) Problem Mas Agus dengan Mas dan dituduh Agus:
3) Suaminya c. telah marah karena melaporkan bekerja istrinya dari sampai jam 3 hilangnya atau jam 4 sore semen dari sambil PSP YSS membawa anaknya dan tidak segera pulang. Agus 1) Tinggal 9-10 1) Mas gosipin istrinya bulan tapi kalau istrinya selalu ada intim berganti dengan pekerjaan bossnya. karena belum menemukan pekerjaan yang cocok 2) Merasa diremehkan karena pekerjaannya yang sekarang.
a. Teguran daro Pak Supri, wakil dari RT, melalui Frater kepada suaminya agar lebih aktif untuk ikut kegiatan rukun RT 1) Pernah mengalami problem dengan pom bensin dan kejadiannya di pom bensin. Diteriaki dilarang masuk oleh satpam. 2) Ada beberapa ganjalan dengan fraternya. 3) Merasa selalu ditekan oleh Bu Sum tetang masalah menabung.
Problem dengan Mas Agus adalah problem yang paling berat dihadapi
Problem terberat adalah mengenai pekerjaan yang selalu berganti dan bagaimana memiliki modal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
Tabel 3: Konflik-konflik keluarga-keluarga jalanan yang mengalami proses resosialisasi
BP
1) Tidak mau tinggal di PSP YSY tetapi dipaksa suaminya suaminya untuk tinggal di PSP YSS. 2) Problem dengan suami tentang pekerjaan: a. Problem dengan suami suaminya tidak telaten kalau bekerja dagang sehingga dirinya merasa sendiri dalam memenuhi kebutuhan keluarga. 3) Berniat pisah tetapi pernah dimarahi suaminya.
1) Tidak mau ketemu dengan Pak Yakub karena merasa telah dihina dan dijelekjelekan. 2) Mbak Magda (kakak iparnya) sering mengarahkan agar keluarganya memiliki kemajuan tetapi suaminya tidak mau mendengarkan. 3) Ada problem dengan istrinya Pak udin mengenai penggunaan air di sumur.
1) Problem dengan suami tentang pekerjaan: a. Problem dalam berjualan angkringan yang modalnya habis karena piutang yang tidak terbayar. 2) Membantah alternatif yang diberikan Mas Leo jika tidak diantar bekerja oleh suaminya karena alternatif yang diberikan dengan becak akan membuat rugi usahanya. 3) Ditegur frater karena sering pulang tengah malam dari berjualan Angkringan
Problem terberatnya adalah suami tentang pekerjaan
Tabel diatas memuat gambaran konflik keluarga jalanan di dalam proses resosialisasi di PSP YSS. Tabel diatas berisi gambaran konflik intrapersonal, interpersonal, dan konflik organisasi keluarga jalanan di dalam. Konflik intrapersonal yang dialami keluarga jalanan dalam proses resosialisasi terjadi di dalam keluarga. Konflik ini berkaitan dengan peran dan tanggung jawab di dalam keluarga. Peran dan tanggung jawab yang sesuai dengan status mereka dikeluarga, entah sebagai suami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
atau istri atau saudara. Peran dan tanggung jawab yang berhubungan dalam memaksimalkan kehidupan berkeluarga. Konflik ini terjadi di dalam keluarga PP dan PU. Konflik intrapersonal di keluarga PP terjadi karena dilatarbelakangi masalah pekerjaan yang selalu berganti. Masalah pekerjaan ini akhirnya menimbulkan konflik antara suami istri (PP dan BP). Konflik intrapersonal yang terjadi berkaitan dengan peran anggota keluarga dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Konflik intrapersonal dalam keluarga PU dilatar belakangi dengan kehadiran kakak ipar yang sakit. Konflik intrapersonal yang terjadi berkaitan bagaimana berperan dalam memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang baru. Konflik interpersonal yang dialami keluarga jalanan terjadi antar individu. Individu yang satu adalah responden dalam penelitian yang berkonflik dan individu yang lain. Individu yang lain adalah sesama warga PSP atau anggota keluarga responden penelitain yang berkonflik atau masyarakat sekitar ataupun relawan PSP YSS. Konflik interpersonal berdasarkan tabel diatas kebanyakan terjadi antara sesama warga PSP YSS. Terdapat dua keluarga yang tercatat bahwa konflik intrapersonal tidak terjadi antar sesama warga PSP YSS. Konflik ini dialami oleh responden PY dan BP. Konflik interpersonal ini terjadi antara PY dengan masyarakat sekitar diluar PSP YSS. Konflik interpersonal yang dialami BU terjadi antara BU dengan anggota keluarga yang tidak tinggal serumah di PSP YSS. Konflik interpersonal yang dialami PY dan BU karena perbedaan cara pandang dalam melihat suatu kepentingan. Oleh sebab itu terjadi kesalahpahaman dalam menanggapi kepentingan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
Konflik organisasi adalah konflik yang terjadi antar organisasi. Konflik ini terjadi antara keluarga jalanan dengan pihak pengurus PSP, pihak RT sekitar PSP YSS sebagai otoristas administratif setempat, dan masyarakat umum. Dalam tabel diatas tercatat bahwa terdapat 6 konflik organisasi yang terjadi antara keluarga jalanan dan masyarakat umum. Konflik organisasi dengan masyarakat umum inilah yang merupakan konflik yang terbanyak terjadi. Kebanyakan konflik organisasi antara keluarga jalanan dengan masyarakat umum berkaitan dengan kehidupan pekerjaan. Konflik organisasi dengan pihak PSP YSS terjadi dalam kaitannya dengan kegiatan dan tanggung jawab selama tinggal di PSP YSS. Konflik organisasi dengan pihak RT adalah konflik yang sedikit terjadi di dalam proses resosialisasi. Konflik Konflik terberat yang dialami keluarga jalanan dapat juga terlihat melalui tabel diatas. Konflik terberat terlihat di dalam kolom “konflik terberat” di dalam tabel 3:
Konflik-konflik
keluarga-keluarga
jalanan
yang
mengalami
proses
resosialisasi (hal 76). Persebaran Konflik terberat keluarga-keluarga jalanan di PSP YSS berdasarkan jenis-jenis konfliknya dapat juga dilihat di tabel 3 (hal 76) dengan melihat kalimat yang dicetak tebal. Konflik terberat yang paling banyak dialami keluarga jalanan selama proses resosialisasi adalah konflik intrapersonal. Konflik terberat tersebut terdapat di empat responden penelitain dan merupakandua pasangan keluarga jalanan. PU dan BU, PP dan BP adalah kedua pasangan yang mengalami konflik terberat terbanyak. Masih terdapat konflik terberat di kolom konflik interpersonal dan organisasi (hal 76). Pada kolom konflik interpersonal terdapat konflik terberat. Konflik terberat tersebut dialami keluarga PY (dan BY), dan PU.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
Konflik terberat PU pada kolom konflik interpersonal merupakan konflik lanjutan dari konflik terberat di kolom konflik interapersonal. Konflik terberat pada kolom konflik organisasi adalah konflik-konflik lanjutan pada kolom konflik interapersonal dan konflik interpersonal. Adapun konflik-konflik terberat keluarga-keluarga jalanan di PSP YSS memiliki ciriciri sebagai berikut: 1. Konflik-konflik terberat yang dialami keluarga-keluarga jalanan memiliki kecenderungan munculnya konflik lanjutan dari konflik utama, seperti responden PY (lihat pada tabel tiga baris keluarga II-baris PY), konflik utamanya adalah terjadinya masalah dengan Mas Agus karena Mas Agus berhutang berkali-kali dan tidak menepati janji untuk mengembalikan. Konflik utamanya ini berlanjut kepada ke konflik berikutnya, yaitu dituduh melaporkan prilaku Mas Agus yang mengambil semen tanpa ijin dan warga sekitar menuduh bahwa cari muka dengan pihak kantor. Munculnya konflik lanjutan dari konflik utama juga muncul dalam konflik-konflik yang dialami BY dan BP . 2. Konflik-konflik terberat yang dialami keluarga-keluarga jalanan cenderung berlangsung lama dan tidak sebentar. PY dan BY mengalami masalah dengan Mas Agus dan berlangsung selama hampir setahun (BY, M(20-22)). keluarga PU dan BT mengalami masalah dengan kakak ipar PU semenjak dari 2 minggu (PU, R25) pertama tinggal di PSP YSS sampai dengan sekarang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
sudah 8 bulan tinggal di PSP YSS. Keluarga PP dan BP tentang masalah pekerjaan sudah dialami selama 9-10 bulan. Konflik terberat yang dialami keluarga-keluarga jalanan merupakan proses tersulit yang harus dihadapi keluarga-keluarga jalanan selama proses resosialisasi. Keluarga-keluarga jalanan membutuhkan waktu yang lama kerena mereka belajar mengubah sikap mereka dalam menghadapi konflik. Keluarga-keluarga jalanan belajar mengubah sikap mereka karena mereka sadar bahwa sikap dalam menghadapi konflik saat masih tinggal di jalanan sudah tidak sesuai lagi dengan realitanya yang sekarang tinggal di PSP YSS. Intinya keluarga-keluarga jalanan belajar melalui kesalahannya bersikap dalam menghadapi konflik terberat yang dialami. Pengalaman para keluarga jalanan dalam menghadapi konflik terberat menunjukkan adanya kesesuaian dengan konsep proses resosialisasi yang membutuhkan pembelajaran baru tentang sikap, nilai, dan kebiasaan yang baru yang berbeda dari pengalaman dan latar belakang seseorang (Abarca, 2005; Lonsdale, 2005; Schaefer, 2001). Tidak jarang terdapat komponen perilaku, komponen kognititf dan komponen emosional yang menunjukkan cara sikap yang negatif dalam menanggapi konflik terberat ditunjukkan oleh para keluarga jalanan pada awalnya. Sikap ini terlihat juga dalam salah satu seperti responden PY, yang menyatakan memiliki pemikiran buruk untuk membalas dendam dan ungkapan PY bahwa akan meceritakan kepada teman-temanya agar dapat membalas prilaku Mas Agus (Tabel 4 hal 92). Sikap negatif dalam menghadapi konflik terberat tidak dapat mengembalikan dalam keadaan normal yaitu keselarasan (Pruitt dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
Rubin, 1984:148). Sikap negatif terhadap konflik terberat memunculkan konflik lanjutan. Konflik lanjutan dari konflik terberat adalah respon dari adanya sikap negatif dalam menghadapi konflik terberat. Sikap negatif tidak memberikan kejelasan akan penyelesaian konflik terberat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
Tabel 4: Sikap-sikap keluarga jalanan dalan menghadapi konflik terberat Inis ial
PU
Konflik terberat Masalah dengan kaka ipar yang tidak mau membantu pekerjaan mengambil rokok
I
BU
masalahmasalah yang terjadi dengan kehadiran kakak ipar 1. merasa bertanggun gjawab dalam menghidup i kakak ipar yang sakit.
Pandangan Buruk Masalah beratnya karena dia harus menanggung biaya hidup kakak iparnya dan kakak iparnya tidak dapat membantunya berjualan.
Sikap Negatif Perasaan Rencana negatif buruk sebenarnya merasa keberatan dengan kehadiran kakak iparnya hanya makan, merokok, tidur dan minta uangsetiap harinya Keberatan jika kakaknya yang tinggal di rumahnya hanya malasmalasan dan mengharapk an kakaknya bisa mengerti keadaannya
Desktruktif
Pandangan sehat
Sikap positif Perasaan Itikad baik positif Bersepakat dengan adek ipar tentang tinggalnya kakak iparnya jika dari pihak kantor PSP YSS belum menegerti keadaan keluargany a. Sudah membicara kan masalah ini dengan ibu di Bengkulu dan keluargakeluarga yang lain.
Perilaku konstruktif Meminta tolong ke saudarasaudara istrinya tentang masalah kejiwaan kakak iparnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
Tabel 4: Sikap-sikap keluarga jalanan dalan menghadapi konflik terberat 2. jengkel dengan prilaku kakak iparnya
II
PY
Masalahmasalah dengan Mas Agus: 1. berawal dari Mas Agus yang berhutang berkalikali dan tidak menepati janji buat mengemba likan hutang.
Berencana mengusir kakaknya pergi.
Subyek jengkel dengan kakaknya dan menyuruh kakaknya tinggal di tempat Mas Mulyono
Kakaknya pernah kumat dan dibawa ke RSJ.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
Tabel 4: Sikap-sikap keluarga jalanan dalan menghadapi konflik terberat 2. Dituduh melaporka n kepada Mas Devi dan Frater tentang pengambil an semen tanpa ijin
3. Warga sekitar menuduh bahwa cari muka dengan pihak kantor.
lebih baik dia mengundurka n diri dari PSP YSS
Hal itu terjadi karena pikiran yang terlalu kacau.
Gosip yang dibuat Agus ternyata membuat terpojok dihadapan orang banyak.
memiliki pemikiran buruk akan menceritak an masalahny a ke temannya agar prilaku Mas Agus terbalaskan
Dia mengambil golok karena maunya berkelahi sampai mati dan kemudian tidak saling berbicara dan bertegur sapa.
Tidak jadi keluar dari PSP YSS karena tujuannya di PSP untuk memperbaiki keadaan hidup bukan masalah dengan Mas Agus
Memulai berpikir tenang setelah berdoa bersama dengan pendetanya
tidak menceritak an masalah ini ke teman2nya untuk menhakimi Mas Agus karena dapat meruncing kan masalah.
Tidak melawan karena tidak mau masalah dengan Mas Agus akan semakin panjang
memilih untuk diam saja walaupun dimarahi warga RT yang terprovokasi karena mengerti warga RT telah dihasut Mas Agus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
Tabel 4: Sikap-sikap keluarga jalanan dalan menghadapi konflik terberat
BY
4. Dilaporkan dan dituduh oleh Agus bahwa tidak melayat istrinya Barjo
merasa terpojok dan bosan serta sangat tertekan dan beban berat dengan ejekan Agus.
Masalahmasalah dengan Mas Agus: 1. Mas Agus sering Pinjam uang tapi tidak dikembalik an.
Merasa berat karena baginya tidak ada ruang buat istirahat sehingga merasa putus asa.
Memiliki pemikiran dan rencana bahwa akan memukul leher bila berpapasan di jalan.
Anak merupakan alasan membatalk an rencana memukul leher Agus saat berpapasan dijalan.. Tidak melayani marahmarahnya Mas Agus. Karena kalau malyani marah marah nya Mas Agus sama tidak jelasnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
Tabel 4: Sikap-sikap keluarga jalanan dalan menghadapi konflik terberat 2. Pak Supri, wakil dari RT, memberita hukan ke Frater bahwa agar suaminya lebih aktif untuk ikut kegiatan rukun RT. 3. Suaminya menjadi sasaran dari masalah hilangnya semen dari PSP YSS
Hampir setahun mengalami masalah dengan Mas Agus dan ga pernah saling bertegur sapa.
Menggerutu dalam menanggapi masalah dengan Mas Agus
Tidak mau menerima tawaran Frater Vincent untuk pindah ke rumah yang lain karena yang penting adalah cari makan bukan menghindari Mas Agus.
lebih baik diam dari pada menanggap i isu-isu yang tidak benar
.
prilaku meludah Agus saat melewati depan rumahnya dan tidak merespon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
Tabel 4: Sikap-sikap keluarga jalanan dalan menghadapi konflik terberat PP
III
Tinggal 9-10 bulan tapi selalu berganti pekerjaan.
kalau keluar dari PSP YSS tidak memiliki modal karena gagal dalam pekerjaan terus.
perasaan takut ditolak tidak diberi uang pada saat mengamen.
Memilih mayeng karena membuat belajar mengetahui barang-barang bekas yang masih berguna dan memiliki harga yang tergantung jenis barang.
Masalah dengan suami tentang pekerjaan: 1. suaminya tidak telaten kalau bekerja dagang.
Merasa jengkel dengan suaminya yang tidak pernah membantun ya berjualan es kelapa muda.
Memutuskan tidak bekerja dahulu.
.
2. Masalah dalam berjualan angkringa.
Malas jika kerja sampai malam, hanya menambah piutang yang tak terbayar.
Memilih untuk diam saja, selama suaminya belum berminat untuk dagang
Kalau tidak berusaha maka akan terbiasa untuk malas.
Usulan dari temannya untuk berpisah dari suaminya yang tidak mau mengantar bekerja tetapi tidak didengarka n
BP mempunyai niat dan semangat untuk maju dengan usaha dagang lagi
Suaminya rajin mayeng setelah pembicaran rasa terpaksanya tinggal di PSP YSS
Tetap berusaha dagang lagi dari pada menganggur tetapi tidak didukung oleh suami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
Tabel 4: Sikap-sikap keluarga jalanan dalam menghadapi konflik terberat adalah sikap-sikap yang keluarga jalanan dalam menghadapi konflik terberat. Tabel tersebut menggambarkan dinamika keluarga jalanan dalam bersikap menghadapi konflik. Tabel juga memperlihatkan perubahan sikap dalam menghadapi konflik terberat. Perubahan sikap negatif ke sikap positif dalam menghadapi konflik terlihat dalam tabel diatas. Muncul adanya kebutuhan akan rasa aman, kebahagian, kejelasan akan hidup (Pruitt dan Rubin, 1986:28-39) membuat para keluarga jalanan butuh menyelesaikan konflik terberatnya. Dorongan ini yang membuat para keluarga jalanan belajar bahwa sikap negatif tidak cocok dalam memberikan jalan keluar menyelesaikan konflik. Keadaan ini membantu sikap positif untuk dapat masuk kedalam pemikiran keluarga jalanan. Sikap positif dalam menghadapi konflik terberat menjadi pilihan berikutnya dalam menyelesaikan konflik terberat. Komponen kognitif, komponen prilaku, komponen psikologis yang menunjukkan cara sikap positif dalam menanggapi konflik terberat ditunjukkan oleh para keluarga jalanan. Para keluarga jalanan memulai membangun sikap positf dengan mengembangkan pandangan yang sehat melihat suatu konflik, perasaan yang positif sehingga dapat memandang konflik bukan sebagai yang menakutkan, mengembangkan prilaku konstruktif yang berguna memelihara dan meningkatkan hubungan baik. Sikap-sikap positif ini muncul juga melalui responden PY yang memilih bersikap diam dan tidak terprovokasi dengan tujuan mengembangkan sikap konstruktif. Hal yang sama dengan responden PY ditunjukkan juga oleh responden PU, bersikap untuk mengambil tindakan yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
merusak hubungan dan cenderung untuk berusaha menjaga dan memelihara kepentingan dan mempertahankan hubungan keluarga dengan cara berusaha merangkul semua keluarga dari istrinya. Pengalaman-pengalaman konflik yang dialami keluarga jalanan dalam menghadapi keluarga jalanan bertujuan semakin mendewasakan mereka. Realitas para keluarga jalanan dalam menghadapi konflik terberat tidak terlepas dari usaha dari pihak PSP YSS yang mengajak mereka belajar bersikap positif terhadap konflik. Usaha pihak PSP YSS merupakan misi mereka untuk dapat menata kehidupan keluarga jalanan agar dapat menjadi keluarga mandiri dan kembali menjadi bagian masyarakat (A. Dewanto, 2001: 2-3).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari wawancara dengan keluarga-keluarga jalanan yang mengalami proses resosialisasi di PSP YSS dapat disimpulakan sebagai berikut: 1. Beragam problem yang dialami keluarga-keluarga jalanan dalam menjalani proses resosialisasi di PSP YSS. Problem yang mereka alami mencakup konflik interpersonal, konflik intrapersonal dan konflik organisasi. Problem kehidupan antar tetangga, (terjadi antara anggota keluarga jalanan dengan anggota keluarga jalanan yang lain yang tidak sekeluarga, anggota keluarga jalanan dengan anggota masyarakat sekitar), anggota keluarga jalanan dengan relawan PSP YSS, anggota keluarga jalanan dengan anggota keluarga jalanan yang sekeluarga. di PSP YSS merupakan bentuk dari konflik interpersonal. Problem kehidupan berumah tangga dalam pembagian tugas dan peran seta kewajiban di dalam keluarga merupakan bentuk dari konflik intrapersonal. Problem yang terjadi antara keluarga jalanan dengan warga RT ataupun dengan pihak PSP YSS merupakan bentuk konflik organisasi. 2. Konflik terberat yang dialami keluarga-keluarga jalanan yang mengalami proses resosialisasi memiliki 2 ciri, yaitu: a. Konflik-konflik terberat yang dialami keluarga-keluarga jalanan memiliki kecenderungan munculnya konflik lanjutan dari konflik utama. Konflik lanjutan dari konflik terberat adalah respon dari
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
adanya sikap negatif dalam menghadapi konflik terberat. Sikap negatif tidak memberikan kejelasan akan penyelesaian konflik terberat. b. Konflik-konflik terberat yang dialami keluarga-keluarga jalanan cenderung berlangsung lama dan tidak sebentar. Keluarga-keluarga jalanan membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk belajar mengubah sikap mereka dalam menghadapi konflik. Keluargakeluarga jalanan belajar mengubah sikap mereka karena mereka sadar bahwa sikap dalam menghadapi konflik saat masih tinggal dijalanan sudah tidak sesuai lagi dengan realitanya yang sekarang tinggal di PSP YSS. 3. Terdapat sikap positif dan negatif dalam menghadapi konflik yang dialami keluarga-keluarga jalanan di PSP YSS. Perubahan sikap dari negatif menuju sikap positif merupakan hasil dari proses belajar para keluarga jalanan yang mengalami proses resosialisasi di PSP YSS. Sikap negatif yang pesimis dalam melihat konflik, cenderung memunculkan prilaku desktruktif diubah menuju ke sikap positf dengan mengembangkan pandangan yang sehat melihat suatu konflik, perasaan yang positif sehingga dapat memandang
konflik
bukan
sebagai
yang
menakutkan,
mengembangkan perilaku konstruktif yang berguna memelihara dan meningkatkan hubungan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
B.
Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat dikemukakan beberapa saran. Saran saran yang dapat dikemukakan dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Bagi Perkembangan ilmu psikologi, problem-problem yang dialami keluarga-keluarga
jalanan dapat digunakan sebagai referensi untuk
mempelajari dinamika konflik-konflik yang dialami para kelurga jalanan. 2. Bagi masyarakat, diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi yang berkaitan dengan problem-problem yang dialami para keluarga jalanan dalam menghadapi proses resosialisasi. Hasil penelitian ini memberikan gambaran bagaimana realita problematika para keluarga jalanan yang mengalami proses resosialisasi dan dengan hasil ini diharapkan masyarakat dapat berperan serta dengan mendukung para keluarga jalanan untuk dapat kembali hidup di masyarakat. 3. Bagi pengurus dan relawan Perkampungan Sosial Pingit, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan referensi dalam pedampingan warga
Perkampungan
Sosial
Pingit
agar
dapat
memaksimalkan
pendampingan terhadap para keluarga jalanan dalam memberikan dukungan positif untuk bersikap secara positif terhadap keluarga jalanan dalam
menghadapi
konflik.
Hal
ini
dapat
dilakukan
dengan
mengoptimalkan sarasehan warga PSP YSS sebagai wadah yang dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi antar warga unuk meminimalkan ketegangan jika terdapat konflik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
4. Bagi pemerintah, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam menangani masalah sosial terutama pendampingan kelurga jalanan dan gelandangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Abarca, Joana.(2005). The Resocialife Program. Diakses Tanggal 24 Agustus 2007 dari WWW. Resocialife.com Budiharjo, E. (1992). Rumah susun di Indonesia Dikaji dari Disiplin Ilmu Arsitektur dan Planologi (Sejumlah Masalah Pemukiman Kota). Bandung: Angkasa Chaplin, J.P. (2002). Dictionary of Psychology (Kamus Lengkap Psikologi diterjemahkan oleh Dr. Kartini Kartono). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Cresswell, John W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Tradition. Thausand Oak. California. SaGE Publication. Inc Crow, D. L., dan Crow, A. (1989). Psikologi Pendidikan . Yogyakarta : Nur Cahaya. Djaali, H. (2007). Psikologi Pendidikan . Jakarta: Penerbit Bumi Aksara Dewanto, Aria. (2001). Geliat Ekspresi Tepi Kali Winongo-YSS Selayang Pandang. Yogyakarta: 35 Tahun Yayasan Soegiyopranoto Ena, Ouda Teda. (2001). Geliat Ekspresi Tepi Kali Winongo. Yogyakarta: PSP Yayasan Sosial Soegiyopranoto. Forum Warga. (2005, 10 Februari). Diakses pada tanggal 13 Februari 2007 dari http://www.jakarta.go.id/forum/display_topic_threads.asp?ForumID=4&TopicI D=520&PagePosition=1 Greenberg, Jerald. (1996). Managing Behaviors in Organizations. New York: Prentice Hall. Guines, Patrick. (1985). Gelandangan Kota Yogyakarta: Nasib Gelandangan Bertahan Seadanya . Jakarta: PT Gunung Agung. Hadjana, M. (1994). Konflik di Tempat Kerja. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Horton, P.B., dan Hunt, C.L. (2006). Sosiologi Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga Huffman, K., Greenberg, J., Blaylock, B. (1997). Psychology in Action (Fourth Edition). New York: United States of America Indrawati, Endang Sri. (2004). Perilaku hidup masyarakat gelandangan dan pengemis kota. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, Vol. I, Nomor I, September, hal 88-95
104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105 Koeswara, E. (1989). Motivasi Teori dan Penelitiannya. Bandung: Penerbit Angkasa. Londsdale, Lia. (2005). Resocialization. Diakses tanggal 24 Agustus 2007 dari HTTP:// Research2.CSCL.UBR.CA/ SOC100/ CONCEPTMAP/ TERM/ RESOCIALATION Mappier, Andi. (1983). Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional. Miles, Matthew dan Hubberman, A. Michael. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Moleong, Lexy J. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Morris, W, Earl, dan Winter, Mary. (1978). Housing, Family, and Society, Canada: John Wiley and Sons Moustakas, Clark. (1994). Phenomenological Research Methods. California: Sage Publication Inc. Mulyana, Deddy. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Neumeyer, H, Martin. (1953). Social Problems and Changing Society. New York: D Van Nostrand Company, Inc Nasution, S, Prof. Dr. M. A. (1988). Metode penelitian naturalistik kualitatif. Bandung: Tarsito. Pai, Anant. ( 1996). How to Develop Self-Confidence. Singapore: S.S. Mubarak and Brother Ltd. Poerwandari, E. Kristi. (1998). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Prilaku Manusia. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia. Potensi tinggi, anak-anak terlantar kembali ke jalan. (2002, 20 Agustus). Diakses pada tanggal 21 Februari 2005 dari www.kompas.com Pruit, D. G., dan Rubin, J.Z. (2004). Teori Konflik Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Reksohadiprodjo, S., Handoko, T. H. (2001). Organisasi Perusahaan: Teori, Struktur dan Prilaku. Yogyakarta: BPEE-UGM Salim, Emil. (1985). Sepuluh Masalah Sosial yang Berkaitan dengan Keserasian Lingkungan Hidup di Jakarta, Jakarta: PT Gunung Agung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
Salim, Peter Drs, Yenny. (1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Seorang Pria Gelandangan Jadi Korban Tabrak Lari. ( 08-08-2005 07:01:36). Diakses Pada tanggal 13 Februari 2007 dari www.lantas.metro.polri.go.id Schaefer, Richard T. W. (2002). Live Span Development. Perkembangan Masa Hidup (Edisi Lima). Jakarta: Erlangga. Sindhunata. (2001). Bermimpi Bersama Anak-anak Tepi Kali Winongo – Geliat Ekspresi Tepi Kali Winongo. Yogyakarta: PSP Yayasan Sosial Soegiyopranoto. Slameto. (1991). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Soemitro, B. (2004). Agustus-I. YSS, sahabat kaum pinggiran. PRABA, No. 15, hal.1011 Soewondo.(1985). Studi kanca: YSS dan gelandangan: sebuah kerja pemanusiaan. Dalam Sasono, PU. Adi (ed.). Nasib gelandangan bertahan sedapatnya (hal 6879). Jakarta: PT. Gunung Agung dan Lembaga Studi Pembangunan Strauss, Anslem and Corbin, Juliet. (2003). Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:Pustaka Pelajar Offset. Stark, Rodney. (1988). American Religion in 1776: A Statistical Portrait Sociological Analysis. Departement Sociology of Baylor University. USA Suryabrata, Sumardi. (1984). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Rajawali Suryabrata, S. (2002). Metodologi penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sunarto, Kamanto.(2004). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Widayantyo, A. E. (2006). Faktor-Faktor Keberhasilan Resosialisasi Bekas Keluarga Jalanan Di Perkampungan Sosial Pingit Yayasan Sosial Soegiyapranata (PSP YSS) Yogyakarta. Yogyakarta. Skripsi Mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma. Winardi. (1986). Manajemen Konflik (Konflik Perubahan dan Pengembangan). Bandung: Penerbit Mandar Maju.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107 Table Ringkasan Verbatim Subyek Sub yek PU
Problem-problem 1. Masalah utama dengan Bu Pon disebabkan karena masalah listrik. E (1-16) 2. Istrinya setiap hari selalu protes tentang kebiasaan merokoknya. F 28G18
3. harga bahan-bahan baku untuk jualan dagang tahu kentucy pada naik. H1-I4
Jenis konflik Konflik interperso nal dengan tetangga konflik intraperso nal
Komponen Komponen kognitif emosional Berpendapat bahwa . Istrinya persalahkan karena tidak tahu tempat mematikan listriknya. E(14-16) dimarahi istrinya karena tidak ada uang tetapi tetap dibelikan rokok yang sebenarnya bisa dibelikan untuk keperluan lainnya. G(16-18)
Komponen prilaku
Konflik organisasi
Harga gorengan di tempat lain Rp 500 tapi dia menjuall Rp 1000 dapat tiga.I(3-4)
Harga bahan baku yang naik terpaksa dibeli karena kalau tidak dibeli tidak bisa berjualan.H(18-19)
Bingung kalau harga jualannya dinaikkan tidak akan laku, tetapi gak dinaikkan hargaharga sudah mulai mahal.H(24-25)
Sikap-sikap menghadapi konflik
• Tidak bisa bekerja • Mengurangi kalau tidak kebiasaan merokok merokok.G(5-6) dan rokok dijatah istrinya. G(9-12) • Istrinya setiap hari selalu protes • tetap membeli tentang kebiasaan rokok sehingga merokoknya dimarahi istri. karena seharusnya G(16-18) uangnya bisa dibelikan susu. F(28-30) • Mengurangi kebiasaan merokok dan rokok dijatah istrinya. G(9-12) Harga gorengan di tempat lain Rp 500 tapi dia menjuall Rp 1000 dapat tiga.I(3-4)
Konflik terberat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108 4. Harapan kalau tinggal di PSP YSS akan mengumpulkan modal. I(11-21)
konflik intraperso nal
Harapannya mengumpulkan modal untuk buat usaha tahu kentucy.I(13-15)
5. Istrinya yang mudah tersinggung. J(1-28) dan K (1728)
konflik interperso nal
• Memperhitungka n dulu apa yang akan dibicarakan dengan istrinya agar tidak tersinggung. J(10-11). • agar tidak dipersalahkan karena salah omong atau tidak cocok dengan mau istri. K(2224)
6. Keberatan karena kakak ipar tidak ikut membantu pekerjaannya. L10O32, dan P21-U11
Konflik intraperso nal dan konflik interperso nal
• Reaksi kaget dan merasa menjadi korban karena baru tinggal 2 minggu di PSP YSS mendapat masalah terberat. R(24-26) • Beranggapan
• Harus rajin menabung.I17 • terpenuhi dengan dimulai dari bekerja mayeng dan akhirnya berjualan. I(15-16) • Istri subyek sedang marah akan tenang sendiri jika didiamkan.J21 • Jika istrinya sudah marah lebih baik diam dan tidur dari pada menanggapinya. J(15-16) • Berprilaku masa bodoh karena tidak ada yang bisa diperbuat K(2122) • sebenarnya merasa keberatan dengan kehadiran kakak iparnya.L15 • Keberatan dengan kakak iparnya hanya makan, merokok, tidur dan minta uangsetiap
• Meminta tolong ke saudara-saudara istrinya tentang masalah kejiwaan kakak iparnya. M(11-12) • Meminta tolong istrinya untuk menegur dengan
terpenuhi dengan dimulai dari bekerja mayeng dan akhirnya berjualan. I(15-16)
• Jika istrinya sudah marah lebih baik diam dan tidur dari pada menanggapinya. J(15-16) • Istri subyek sedang marah akan tenang sendiri jika didiamkan.J21 • agar tidak dipersalahkan karena salah omong atau tidak cocok dengan mau istri. K(22-24) • Meminta tolong ke Masalah terberat adalah dengan saudara-saudara kakak ipar. Q31 istrinya tentang masalah kejiwaan kakak iparnya. M(11-12) • Meminta tolong istrinya untuk menegur dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109 kalau Kakak iparnya akan kembali ke rumah. T25
• • •
• •
•
harinya. L(17-20) Kaget mengetahui keadaan kakak iparnya. N10 Kaget dikarenakan kakak dari istrinya. N(12-13) Ketakutan kalau kakak iparnya kumat dan mengamuk. P(2526) Jengkel dengan kakak iparnya. P(14-15) Menjadi malu untuk bercerita karena kakaknya pernah tidur di depan rumah frater. P(6-9) Masalah beratnya karena dia harus menanggung biaya hidup kakak iparnya dan kakak iparnya tidak dapat membantunya berjualan. R(3-9)
•
•
•
•
kakak iparnya agar mau membantu bekerja. M(15-17) Tidak dapat berbuat apa-apa karena istrinya belum pernah membicarakan kalau kakak iparnya akan tinggal dirumah. N(24-26) Bercerita ke pihak kantor PSP YSS untuk meminta ijin bahwa kakak iparnya tinggal di rumah sementara. O(11-14) Jengkel dengan kakak iparnya tetapi tidak tau harus berbuat apa. P(14-15) Bersepakat dengan adek ipar tentang tinggalnya kakak iparnya jika dari pihak kantor PSP YSS belum menegerti keadaan keluarganya.
kakak iparnya agar mau membantu bekerja. M(15-17) • Bercerita ke pihak kantor PSP YSS untuk meminta ijin bahwa kakak iparnya tinggal di rumah sementara. O(11-14) • Bersepakat dengan adek ipar tentang tinggalnya kakak iparnya jika dari pihak kantor PSP YSS belum menegerti keadaan keluarganya. Q(26-28) • Menanyakan bagaimana penyelesaian kakak iparnya kepada ibu mertuanya karena pihak PSP YSS menanyakan keberadaan kakak iparnya. S(26-28)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
•
BU
1. Tidak menyukai kalau suaminya sudah tidur dan tidak mau membantu mengasuh Aqsa. H1-J16
Konflik Intraperso nal
• Tetapi kalau suaminya sudah tidur adalah hal paling menjengkelkan. H(23-25) • Jengkel dengan suaminya karena jika sudah tidur mengaibakan jika meminta bantuan saat anaknya menangis. H(2830) • Makin jengkel kalau sedang marah-marah jika ditinggal tidur oleh suami. J(12-13) • Kalau lagi marahmarah suami akan
•
•
•
Q(26-28) Menanyakan bagaimana penyelesaian kakak iparnya kepada ibu mertuanya karena pihak PSP YSS menanyakan keberadaan kakak iparnya. S(26-28) Protes akan kebiasaan merokok suaminya. H(2223) Dahulu anaknya tidak mau dekat dengan suaminya dan ini membuat capek dan jengkel terhadap suaminya. I(23-27) Lebih sering cerewet dan suaminya akan lebih memilih diam. J9
tidak akan mengungkit kemarahannya setelah suami bangun dari tidur. J16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111 diam saja. J12
2. Masalah yang dihadapi 3 bulan pertama adalah mengumpulkan modal untuk berjualan. E30F16, dan J17-K6
Konflik intraperso nal
Berpikir kalau berkerja di Yogyakarta lebih enak. F(10-11)
• Selama 3,5 bulan • Suami sebagai bekerja sebagai pemulung karena pemulung karena kehabisan modal. berniat untuk E(31-32) berjualan kembali. • Ke Yogyakarta F(6-8). mencari kerja walaupun sebagai • Memutuskan untuk meminjam uang pemulung karena dan mengambil tidak memiliki gerobak untuk uang sama sekali. mencapai harapan E(11-13) untuk berjualan. • Selama 3,5 bulan J(21-23) bekerja sebagai pemulung karena berniat untuk berjualan kembali. F(6-8). • Memutuskan untuk meminjam uang dan mengambil gerobak untuk mencapai harapan untuk berjualan. J(21-23) • Mengambil gerobak buat jualan. K2 • Meminjam uang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112 buat awal modal. K(4-6)
3. Merasa dituduh tidak ikut terlibat dalam menjaga dinamika warga PSP YSS dengan tidak mematikan lampu. K7-M10
Konflik interperso nal
• Membela diri karena orang baru di PSP YSS yang belum mengetahui aturan lampu. K(17-21) • Merasa bahwa Bu Pon sepatutnya melapor kepada suaminya. L(2829)
• Merasa tidak terima karena dituduh tidak ikut terlibat dalam menjaga dinamika warga PSP YSS dengan tidak mematikan lampu. K(23-24) • Masih jengkel dengan bu Pon. L31
• Dituduh mendiamkan Bu Pon dan akan dilaporkan Pihak PSP (Bu Sum) agar dikeluarkan. K(25-27) • Suaminya menyampaikan teguran dari Bu Pon mengenai perilaku mendiamkannya. L(9-10) • kepada suaminya bahwa tetap menjawab sapaan Bu Pon kare(na anaknya (Aqsa) belum mampu menjawab sapaan Bu Pon. L(5-10) • Diam saja dalam menanggapi masalah dengan Bu Pon. L(15-16) • Memilih
• kepada suaminya bahwa tetap menjawab sapaan Bu Pon karena anaknya (Aqsa) belum mampu menjawab sapaan Bu Pon. L(5-10) • Memilih mendiamkan saja sekarang relasinya biasa saja.L23 • Bercerita tentang masalahnya dengan Bu Pon ke tetangganya. M(57) • Diam saja dalam menanggapi masalah dengan Bu Pon. L(15-16) •
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113 mendiamkan saja sekarang relasinya biasa saja. L23
4. masalah-masalah yang terjadi dengan kehadiran kakak ipar O5-Y7:
Konflik interperso nal dan intraperso nal
• Bertanya-tanya mengapa kakaknya ini memilih tinggal bersamanya dari pada dengan saudara yang lain. P(22-23) • Mengusulkan penyelesaian masalah kakaknya agar tinggal di tempat Mas Mulyono. U(6-7) • Ini karena masnya lebih diperhatikan jika ikut dengan keluarganya. U(15-16) • Jika kakaknya tidak malas, tidak akan keberatan untuk
• Kakaknya tiba-tiba datang ke rumah dan bertanya-tanya bagaimana kakaknya bisa tahu kalau tinggal di PSP. O(7-9) • Kaget karena kakaknya tahu tinggal di PSP YSS. P4 • Jengkel dengan kakaknya.Q24 • Subyek jengkel dengan kakaknya dan menyuruh kakaknya tinggal di tempat Mas Mulyono (kakaknya yang lain). Q(19-22) • Suaminya marah kalau kakaknya hanya malasmalasan dan
• Mengusir kakaknya pergi ke tempat Mas Mulyono tetapi tidak dilakukan. Q(25-26) • Setelah habis selalu meminta rokok kepada suaminya. R23 • Kakaknya selalu minta rokok ke dan jika tidak diberikan akan langsung mengambil atau meminta uang. R(27-29) • Pernah tidak memberikan uang kepada kakaknya. S2 • Kakaknya pernah kumat dan dibawa ke RSJ. S(9-10) • Bercerita dengan
• Kakaknya pernah kumat dan dibawa ke RSJ. S(9-10). • Bercerita dengan Pihak PSP YSS tentang masalah kakaknya. S32 • Menceritan kepada pihak PSP YSS (Bu Sum) tentang anaknya yang ditendang. T(8-9) • Usulan Bu Sum agar tidak memasukkan hati. T29 • Sudah membicarakan masalah ini dengan ibu di Bengkulu. T32 • Penyelesaian masalah kakaknya tergantung dari kedatangan ibu
Mengiyakan bahwa masalah terberatnya adalah mengurusi kakaknya. W26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114 memberi sesuatu kalau kakaknya meminta. U(2325) • Penyelesaian masalah kakaknya tergantung dari kedatangan ibu yang di Bengkulu. X3 • Harapannya adalah ibunya datang dan akan ada pembicaraan yang matang tentang kakaknya. X(1011)
• •
•
•
•
•
kerjanya hanya tidur dan merokok. P(12-14) Merasa kasihan dengan keadaan kakaknya. R(3-4) Suaminya keberatan akan kehadiran kakaknya yang hanya malasmalasan dan hanya makan tidur dan merokok. R(9-11) Menceritakan ke Bu Sum kalau marah dengan kakaknya. T(2022) Usulan Bu Sum agar tidak memasukkan hati. T29 Merasa saudara yang lain tidak ikut membantunya dan merasa sendirian dalam menyelesaikan masalah kakaknya. V(25-29) Menangis dalam
•
•
•
•
yang di Bengkulu. Pihak PSP YSS tentang masalah X3 kakaknya. S32 • Harapannya adalah ibunya datang dan Menceritan kepada akan ada pihak PSP YSS pembicaraan yang (Bu Sum) tentang matang tentang anaknya yang kakaknya. X(10-11 ditendang. T(8-9) Sudah membicarakan masalah ini dengan ibu di Bengkulu. T32 Saudara-saudara yang lain bersikap diam saja dengan keadaan ini. W4 Merasa serba salah menghadapi prilaku kakaknya yang diberikan modal usaha dan gagal. Y(4-5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115 menceritakan keadaan kakaknya yang sakit karena merasa tidak tega dengan keadaan kakaknya. W(2122) • Merasa bersalah dengan pihak PSP karena ijin pertama kali tinggal hanya bertiga dan kemudian ketambahan kakaknya. X(1821) • Keberatan jika kakaknya yang tinggal di rumahnya hanya malas-malasan dan mengharapkan kakaknya bisa mengerti keadaannya. X(2125) PY
1. Sulit untuk memenuhi makan, uang 10 ribu dari berkerja belum tentu cukup buat makan.M11-N24
Konflik intraperso nal
• berkerja belum tentu cukup buat makan. M(2223) • Hidup di jaman sekarang ini
• 2 orang pelangganan di setiap pagi adalah cara mendapatkan penghasilan tetap yang sudah ada di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116 lebih sulit daripada di jaman kepemimpinan Pak Harto karena sulit untuk mendapatkan makan. M(1318) • Merasa Mas Agus iri dengan penghasilan dari pekerjaannya. N(23-24) • 2 orang pelangganan di setiap pagi adalah cara mendapatkan penghasilan tetap yang sudah ada di depan mata. M(29-31) • Tempat bekerja yang tetap, sering mengobrol dengan pelanggan merupakan cara memperoleh pelanggan tetap dan penghasilan
depan mata. M(2931) • Tempat bekerja yang tetap, sering mengobrol dengan pelanggan merupakan cara memperoleh pelanggan tetap dan penghasilan tetap. N(9-11)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117 tetap. N(9-11) 2. Masalah-masalah dengan Mas Agus: • berawal dari Mas Agus yang berhutang berkali-kali dan tidak menepati janji buat mengembalikan hutang. O(1-31) •
Konflik interperso nal
Konflik Dituduh interperso melaporkan kepada Mas Devi nal dan Frater tentang pengambilan semen tanpa ijin.P1-Q17, AG18-AJ27, dan AL24-AN24
Berawal dari Mas Agus yang berhutang berkalikali dan tidak menepati janji buat mengembalikan hutang. O(4-14)
Mas Agus marah karena tidak dipinjamkan. O22
• memiliki pemikiran buruk kalau dia menceritakan masalahnya ke temannya dan prilaku Mas Agus akan terbalaskan. P(27-29) • Niat untuk membalas dendam. dicegah oleh frater untuk tidak merespon perilaku Mas Agus. Q(7-10) • mengakui sudah adanya pikiran
• Menelpon Frater karena ketakutan dengan ancaman Mas Agus yang akan membabat dengan Arit. P(1518) • Pada saat dibawakan bendo subyek juga merasa emosi atas kejadian itu. AH(4-5) • merasa agak tenang setelah frater Vincent mengatakan akan mengeluarkan Mas Agus. AH(24-26)
• Mas Agus kemudian mendiamkan. O22 dan O(24-27) • Menolak untuk meminjamkan karena belum mengetahui uang hasil bekerja. O(24-25) • Menelpon Frater saat terjadi masalah ketegangan denga Mas Agus. P(1112) • tidak lari tetapi masuk ke rumah dan menyuruh istrinya telpon Frater. P(20-21) • membicarakan dengan terus terang tentang apa yang terjadi ke Frater dan Frater memintanya untuk tidak merespon apa-apa karena
Masalah yang dialami dengan Mas Agus adalah masalah yang terberat dihadapi. AF(4-5)
• Menelpon Frater saat terjadi masalah ketegangan denga Mas Agus. P(1112) • Digoblok-goblokin oleh temantemannya karena tidak melawan perilaku Mas Agus. Q(2-5) • Tidak melawan karena tidak mau masalah dengan Mas Agus akan semakin panjang. Q(6-7) • Niat untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118
•
•
•
•
buruk. AH10 merasa bahwa lebih baik dia mengundurkan diri dari PSP YSS sebelum salah satu dari mereka dikeluarkan oleh frater Vincent. AH(14-17). berpikir daripada diusir mending keluar duluan. AI(8-10) merasa bahwa dia lebih baik keluar dari PSP YSS dari pada merasa malu. AI(20-21) pernah mengatakan kepada Frater Vincent bahwa sudah siap jika akan ada perkelahian hebat dengan Mas Agus dan siap jika harus mati. AM(4-10)
• Setelah selisih 2-3 hari dari pembicaraan dengan frater Vincent. Mas Agus mengatakan berbeda dengan yang dikatakan frater Vincent. Dia mengatakan bahwa yang akan di usir adalah dirinya karena bersikap jagoan. AI(4-8) • tidak saling mengobrol dengan Agus karena sudah terlalu benci dengan Mas Agus. AJ 22 • mengakui kalau memang benci dan marah terhadap Mas Agus tetapi dia memilih tidak untuk menanggapi apa yang diperbuat Mas Agus. AJ(2527)
•
•
•
•
•
frater sudah mengerti masalahnya. P(2224) Sampai Mas Agus minggat dari PSP YSS, antara tidak saling berbicara. Q(12-14) Dia mengambil golok karena maunya berkelahi sampai mati. AH(7-8) tidak saling berbicara dan bertegur sapa selama terjadi permasalahan dengan Mas Agus. AI(28-31) tidak pernah mengobrol dengan Agus semenjak kejadian dibawakan Arit. AJ(18-19) Setelah kejadian dibawakan arit subyek tidak pernah berbicara kembali dengan
membalas dendam. dicegah oleh frater untuk tidak merespon perilaku Mas Agus. Q(710) • mengakui kalau memang benci dan marah terhadap Mas Agus tetapi dia memilih tidak untuk menanggapi apa yang diperbuat Mas Agus. AJ(2527) • tidak mau menceritakan masalah ini ke teman2nya untuk menhakimi Mas Agus karena dapat meruncingkan masalah. AL(2930) • Tidak jadi keluar dari PSP YSS karena tujuannya di PSP untuk memperbaiki keadaan hidup bukan masalah dengan Mas Agus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119 • mengakui kalau memang benci dan marah terhadap Mas Agus tetapi dia memilih tidak untuk menanggapi apa yang diperbuat Mas Agus. AJ(25-27) • tidak mau menceritakan masalah ini ke teman2nya untuk menhakimi Mas Agus karena dapat meruncingkan masalah. AL(2930) • Hal itu terjadi karena pikiran yang terlalu kacau. AM 14
•
•
•
•
Mas Agus. AN(56) Istri subyek menarik subyek ke dalam rumah agar tidak terjadi perkelahian dengan Mas Agus. AM(26-27) Digoblok-goblokin oleh temantemannya karena tidak melawan perilaku Mas Agus. Q(2-5) Tidak melawan karena tidak mau masalah dengan Mas Agus akan semakin panjang. Q(6-7) tidak mau menceritakan masalah ini ke teman2nya untuk menhakimi Mas Agus karena dapat meruncingkan masalah. AL(2930)
• Hal itu terjadi karena pikiran yang terlalu kacau tenang kembali setelah berdoa dengan pendetanya. AM 14 • Istri subyek menarik subyek ke dalam rumah agar tidak terjadi perkelahian dengan Mas Agus. AM(26-27) • membicarakan dengan terus terang tentang apa yang terjadi ke Frater dan Frater memintanya untuk tidak merespon apa-apa karena frater sudah mengerti masalahnya. P(2224)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120 •
Konflik Warga sekitar menuduh bahwa organisasi cari muka dengan pihak kantor. Q18-S13, AF6-AG17, dan AK1-AL23
• Masalah dengan Mas Agus membuat memiliki pikiran untuk pindah. AF (16-17) • Ditawarkan untuk pindah rumah saja oleh frater Vincent tetapi dianggap percuma karena tetap bertemu dengan Mas Agus. AF(21-23) • Karena dianggap cari muka membuat merasa musuhnya semakin bertambah. AG (10-11) • mengerti betul bahwa warga RT itu dihasut oleh Mas Agus. AK12
• Gosip yang dibuat Agus ternyata membuat terpojok dihadapan orang banyak. Q(26-27) • Warga sekitar malu karena salah menuduh karena yang membuat masalah adalah agus. R(17-20)
• memilih untuk diam saja walaupun dia dimarahi tetangga RT yang terprovokasi omongan Mas Agus yang mengatakan dirinya cari muka dengan Frater. AK(2-8)
• merasa terdukung dengan perkataan frater Vincent di saat keadaannya orang-orang sekitar menganggap dirinya cari muka. AG (7-9) • memilih untuk diam saja walaupun dia dimarahi tetangga RT yang terprovokasi omongan Mas Agus yang mengatakan dirinya cari muka dengan Frater. AK(2-8) • mengerti betul bahwa warga RT itu dihasut oleh Mas Agus. AK12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121 •
Dilaporkan dan dituduh oleh Agus bahwa tidak melayat istrinya Barjo.S14-U15
Konflik interperso nal
• Mas Agus menginginkan subyek tidak memiliki teman untuk mengobrol. T(20-21) • Mas Agus menginginkan agar tidak memiliki teman disekitarnya. T24 • Memiliki niat untuk pindah dari PSP YSS. T32 • Memiliki pemikiran dan rencana bahwa akan memukul leher bila berpapasan di jalan. U(6-8) • Jika agus kembali dan masalah lama berulang kembali, tidak akan sungkan untuk membacok kepalanya. U(14-
• Merasa difitnah karena dilaporkan Agus ke frater Vincent bahwa tidak mengikuti layat. S(26-28) • Sudah merasa terpukul, merasa terpojok dan sudah merasa bosan dengan ejekan Agus. U(2-3) • Merasa bahwa sudah sangat tertekan dan beban berat. U5
Anak merupakan alasan untuk membatalkan rencana memukul leher Agus saat berpapasan dijalan.. U(10-11)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122
•
3. pemberangkatan transmigrasi bukan ke Kalimantan barat tetapi masalahnya harus memiliki KTP Kodya Yogyakarta.W8Y24, dan AC27AE32
konflik organisasi
•
•
•
•
15) Anak merupakan alasan untuk membatalkan rencana memukul leher Agus saat berpapasan dijalan.. U(1011) Keinginan bertransmigrasi tetapi dengan syarat tempatnya bisa ditanami. W(12-14) Tidak ada masa depan jika tinggal di Jawa, oleh sebab itu masih ingin bertransmigrasi. W(17-18) Ingin tetap bertransmigrasi karena demi masa depan yang lebih baik. X(2729) Transmigrasi merupakan solusi untuk
• Disarankan perlu memastikan bahwa tempat transmigrasi yang baik. Y(18-20) • Oleh sebab menabung sedikit demi sedikit menabung untuk mengontrak rumah. Ini solusi yang dipunya subyek selain transmigrasi. AE(26-29) • Tidak dapat memiliki tanah yang dapat digunakan sebagai modal buat anaknya dimasa depan. Y(2-4)
• Tidak dapat memiliki tanah yang dapat digunakan sebagai modal buat anaknya dimasa depan. Y(2-4) • Oleh sebab menabung sedikit demi sedikit menabung untuk mengontrak rumah. Ini solusi yang dipunya subyek selain transmigrasi. AE(26-29) • Ingin tetap bertransmigrasi karena demi masa depan yang lebih baik. X(27-29)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123
4. Dahulu pernah terdapat masalah dengan orang tua kandungnya Bela. Z1-AA15
Konflik interperso nal
mendapatkan tempat tinggal untuk keluarganya. AE(5-6) • mempertanyaaka n apakah dirinya dapat menjangkau untuk memiliki tempat tinggal jika tinggal di Jawa. AE(9-10) Bermacam-macam alasan digunakan orangtua kandung Bela untuk meminta uang. Hal itu selalu terjadi di tiap bulannya dan selalu janjian bertemu dahulu. Z(21-23)
merasa berat hati saat dimintai uang oleh orangtua kandung Bela karena masih memiliki tanggungan untuk membelikan susu buat Bela. AA(8-11)
• Orangtua kandung Bela tidak berani meminta uang setelah diberikan surat perjanjian yang harus dimintakan cap ke desanya. Z(26-28) • Ayah kandung Bela yang memiliki inisiatif untuk meminta uang tetapi kalau ibu kandung tidak meminta. AA(1415) • Masalah tersebut sudah diselesaikan di Kelurahan
Masalah tersebut sudah diselesaikan di Kelurahan Bumijo. Z(6-7)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124
5. Pernah terjadi Konflin masalah antara, istri intraperso dan anaknya, yaitu nal pada anaknya sakit.AA16-AC26
• Kalau istrinya sedang marahmarah, lebih memilih untuk mengalah karena dari pada terjadi perkelahian. AA(20-24) • istrinya keras kepala yang kemudian memarahi istrinya. Anaknya dibawa ke rumah sakit dengan menangis begitu juga istrinya. AB(3132)
bingung karena tibatiba anaknya sakit dan dibawa ke Panti Rapih tetapi tidak diterima yang kemudian dibawa ke Wirosaban. AB(1216)
•
•
•
•
•
Bumijo. Z(6-7) • Kalau istrinya menegur istrinya sedang marahsebelum anaknya marah, lebih sakit untuk tidak di memilih untuk bawa ngamen dan mengalah karena panas-panasan. dari pada terjadi AB(22-23) perkelahian. memarahi istrinya AA(20-24) untuk tidak boleh membawa anaknya • dari pertama menikah tidak bekerja dan pernah memukul istrinya menangis. istrinya. AA(31AC2 32) Telah berkali-kali menegur istrinya untuk tidak membawa anaknya bekerja tetapi istrinya tidak pernah mau untuk menganggur. AC(18-20) dari pertama menikah tidak pernah memukul istrinya. AA(3132) bingung karena tiba-tiba anaknya sakit dan dibawa ke Panti Rapih tetapi tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125 diterima yang kemudian dibawa ke Wirosaban. AB(12-16) BY
1. Kewajiban menabung menjadi memberatkan jika sudah dibarengi dengan kebutuhan susu anaknya. A(818) 2. Digaruk oleh Satpol PP karena mengamen di jalan.E21-G3, dan S26-U25
Konflik intraperso nal
Konflik organisasi
Kewajiban menabung menjadi memberatkan jika sudah dibarengi dengan kebutuhan susu anaknya. A(10-14) Tidak mau lagi mengamen di perempatan karena Bela selalu menangis. F(27-29)
• Bela akan bereaksi • Setelah menangis bila pengalaman sampai di digaruk, Bela tidak mau lagi diajak perempatan karena tidak mau. F(20ngamen di 21) perempatan jalan. F(14-15) • Bela sampai sekarang takut • Pada saat sampai dengan Satpol PP perempatan Bela karena pengalaman akan menangsi digaruk. T(17-18) sampai berteriakteriak dan menendangnendang. F(23-24) • Bela takut bila diajak ngamen di perempatan karena Bela mengingat saat kejadian subyek diseret oleh Satpol PP. T(21-
Tidak mau lagi mengamen di perempatan karena Bela selalu menangis. F(27-29)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126 24) 3. Berencana transmigrasi asalkan jenis tanahnya tidak tanah gambut yang ditawarkan oleh pemerintah.G4I19,
Konflik organisasi
• Tinggal di PSP ke dua kalinya karena alasan anaknya. G6 • Harapannya tetap ingin transmigrasi walaupun sudah kedua kali tinggal di PSP YSS. G11 • Transmigrasi ke mana saja asal tidak lahan gambut. G(1415) • Tetap ingin transmigrasi karena di Jawa tidak memiliki apa-apa. I8 • Transmigrasi itu demi kepentingan Bela, suaminya dan dirinya sendiri. I(10-12) • Tidak tahu apakah ada angkatan transmigrasi lagi
• Transmigrasi itu demi kepentingan Bela, suaminya dan dirinya sendiri. I(10-12)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127 atau tidak. G(1820) 4. Masalah-masalah dengan Mas Agus: • Mas Agus sering Pinjam uang tapi tidak dikembalikan. J2-L26, W(110), dan AE(2225)
Konflik interperso nal
• Mas Agus menghasut orang-orang agar membencinya. J(21-24) • Tidak dapat memberikan pinjaman ke Mas Agus karena sedang repot dan belum tahu pasti berapa uang yang didapat setelah bekerja. K(15-25) • Aguslah penyebab terjadinya masalah. Dan sekarang sudah tidak lagi. K(4-6) • Hanya uangnya tidak kembali adalah resiko bermasalah dengan Mas Agus. L(24-26)
• Mas Agus marahmarah dan mengatakan, sombong, pelit karena tidak dipinjami uang. K28-L3 • Ternyata Mas Agus masih tetap marah-marah saja setelah kejadian kemarin. L(21-22) • Merasa berat karena baginya tidak ada ruang buat istirahat. AE(23-24) • Merasa mau putus asa. AE(24-25)
• Pernah akan dibabat menggunakan arit oleh Mas Agustus. J(25-26) • Lebih suka mendiamkan ulahnya yang menghasut. J(2425) • Mengatakan bahwa pekerjaan sepi dan masih harus memenuhi kebutuhan yang lain. L(5-9) • Setelah 2-3 hari ditanyakan lagi ke Mas Agus tentang niat meminjam uang tetapi didiamkan. Karena Mas Agus diam jadi ikut diam. L(17-21) • Tidak melayani marah-marahnya Mas Agus. Karena
• Tidak melayani marah-marahnya Mas Agus. Karena kalau malyani marah marah nya Mas Agus sama tidak jelasnya. L(23-25) • Hanya uangnya tidak kembali adalah resiko bermasalah dengan Mas Agus. L(2426) • Setelah 2-3 hari ditanyakan lagi ke Mas Agus tentang niat meminjam uang tetapi didiamkan. Karena Mas Agus diam jadi ikut diam. L(17-21) • Lebih suka mendiamkan ulahnya yang menghasut. J(2425)
Masalah dengan mas Agus adalah masalah yang paling berat dihadapi. N(14-15)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128 kalau malyani marah marah nya Mas Agus sama tidak jelasnya. L(23-25) •
Pak Supri, wakil dari RT, memberitahukan ke Frater bahwa agar suaminya lebih aktif untuk ikut kegiatan rukun RT. L27O2, W(3-4) dan AD4-AE10
Konflik organisasi
• Merasa sudah tua • untuk tidak perlu melayani Agus yang sering membuat isu-isu. N(5-8) • Lebih mefokuskan untuk mencari makan dan buat mencukupi kebutuhan Bela dari pada memikirkan Mas Agus. N(18-21) • Tidak mau menerima tawaran Frater Vincent untuk pindah ke rumah yang lain karena yang penting adalah cari makan bukan menghindari Mas Agus. M(26-28
• Hampir setahun mengalami masalah dengan Mas Agus dan ga pernah saling bertegur sapa. M(20-22) • lebih baik diam dari pada menanggapi isuisu yang tidak benar. M(22-23) • Bercerita masalahnya ke pendetanya kalau dirinya memiliki banyak musuh dan subyek dianjurkan untuk banyak berdoa. N(22-26)
• Merasa lebih baik diam dari pada menanggapi isuisu yang tidak benar. M(22-23) • Tidak mau menerima tawaran Frater Vincent untuk pindah ke rumah yang lain karena yang penting adalah cari makan bukan menghindari Mas Agus. M(26-28) • Merasa sudah tua untuk tidak perlu melayani Agus yang sering membuat isu-isu. N(5-8) • Lebih mefokuskan untuk mencari makan dan buat mencukupi kebutuhan Bela
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129
•
Konflik Suaminya menjadi sasaran interperso dari masalah nal hilangnya semen dari PSP YSS. AB 13-AC22
5. Suaminya marah karena bekerja sampai jam 3 atau jam 4 sore dan
Konflik intraperso nal
tidak mengerti maksud prilaku meludah Agus saat melewati depan rumahnya. AC(1-4)
• bekerja jika kondisi Bela memang sehat.Subyek
• Semen yang diambil oleh Mas Agus tidak sedikit dan akan melaporkan tetapi takut karena akan dipukul oleh Mas Agus. AC(18-22) • Menggerutu dalam menanggapi masalah dengan Mas Agus dan tidak berbuat apaapa walaupun Mas Agus meludah di depan rumah. AB(16-19) merasa salah atas perbuatannya oleh sebab itu menjadi diam. P28
Suaminya mau dibabat arit oleh Mas Agus karena dianggap melapor ke Frater karena telah mengambil semen tanpa ijin. AC(15-18)
• diminta untuk segera pulang, tetapi tidak mendengarkan
dari pada memikirkan Mas Agus. N(18-21) • Bercerita masalahnya ke pendetanya kalau dirinya memiliki banyak musuh dan subyek dianjurkan untuk banyak berdoa. N(22-26) tidak mengerti maksud prilaku meludah Agus saat melewati depan rumahnya dan tidak merespon. AC(1-4)
• bekerja jika kondisi Bela memang sehat.Subyek juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130 segera pulang, tetapi tidak mendengarkan untuk segera pulang.P16-S25
juga bekerja karena untuk memenuhi kebutuhan yang lain. Q(18-22)
•
•
•
•
•
bekerja karena untuk segera untuk memenuhi pulang. P(24-26) kebutuhan yang Terkadang ditegur lain. Q(18-22) suami. tetapi terkadang • merasa salah atas perbuatannya oleh menyepelekan sebab itu menjadi sehingga Bela diam. P28 menjadi sakit dan itu sama saja menghabiskan uang. R(23-26) Tidak berbicara apa-apa, itu membuat suaminya semakin sering marah. R29S1 Sering dimarahi karena pulang sore karena dirinya nekad untuk tidak mendengarkan suaminya. S(3-4) Suaminya tidak dituruti karena kalau dirinya mengamen di kampung-kampung tidak tahu jalan akhirnya jauh dari rumah. S(6-13) Bersikap diam jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131
PP
6. Anaknya sakit dan dibiayai oleh gereja. Y21-AB9
Konflik intraperso nal
Bukan masalah membayar anaknya sakit. Z(5-6)
1. Tinggal 9-10 bulan tapi selalu berganti pekerjaan. D15F28, I(1-14), dan R12-S20
Konflik intraperso nal
• Usaha berdagang belum pas untuk sekarang D(2223) • Belum memiliki keyakinanan
suaminya marah. P(27-28) • Suaminya marah karena bekerja sampai jam 3 atau jam 4 sore dan diminta untuk segera pulang, tetapi tidak mendengarkan untuk segera pulang. P(21-26) • Kebingungan saat Bela langsung dibawa ke rumah anaknya sakit dan sakit oleh Bu Bekti dibantu oleh bu ke rumah sakit Bekti. Y29-Z2 Wirosaban dan Bela • Bela jatuh sakit dan menangis terus sakit selama 4 hari. Hari pertama sakit setelah melayat Bela selalu menangis. istrinya Barjo. Z29-AA5 Z(27-29)
• Keadaan keuangan lagi sulit, kalau usaha dagang gagal akan bingung lagi. D(29-31)
• Mengeluarkan uang 10 ribu yang digunakan selama mayeng yang merupakan biaya termurah dari pada
• Bukan masalah membayar anaknya sakit. Z(5-6) • Bela langsung dibawa ke rumah sakit oleh Bu Bekti ke rumah sakit Wirosaban dan Bela sakit selama 4 hari. Hari pertama sakit Bela selalu menangis. Z29AA5 • Bekerja mayeng membuat belajar mengetahui barang-barang bekas seperti apa yang masih
Masalah terberat adalah mengenai pekerjaan bagaimana memiliki modal. R26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132
•
•
•
•
kerja yang lain. apakah besok • Bukan karena malu akan dagang lagi D(18-20) harus bertemu atau tidak. D25 orang kalau • Mulai mendekati mengamen tetapi Mas Barjo karena Kerja mayeng lebih kepada itu modal, yaitu merupakan kerja perasaan ditolak dengan mengerti uang tidak terikat • tidak diberi uang. harga-harga barang waktu buat bekas. S(3-6) bekerjanya dan F(18-19) lebih bersifat • Takut kalau keluar • Belum bebas. E (13-16) dari PSP YSS menemukan usaha tidak memiliki yang cocok buat Kalau pekerjaan modal. R(22_24) dirinya. S(18-20) becak bukan pekerjaan yang • bebas karena terkena ongkos sewa becak dulu sebelum bekerja. E(21-23) Bekerja ngamen punya resiko terkena garukan. E(27-28) Bekerja mayeng membuat belajar mengetahui barang-barang bekas seperti apa yang masih berguna dan memiliki harga yang berbeda tergantung jenis
berguna dan memiliki harga yang berbeda tergantung jenis barang. F(3-8) Mulai mendekati Mas Barjo karena itu modal, yaitu dengan mengerti hargaharga barang bekas. S(3-6) Yang terpenting buatnya adalah mengumpulkan dan memiliki modal S(15-18)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133
•
•
•
•
•
barang. F(3-8) Ngamen itu harus berhadaphadapan dengan orang yang memberi uang, kalau mayeng lebih bertemu barang yang dibuang. F(1316) Kalau dapatnya dibak sampah artinya bukan mencuri. Ngamen itu terkadang seperti mengemis karena terkadang ada yang tidak bisa nyanyi dan gitar jadinya asal saja dan yang penting dapat duit. I(714) Memiliki pemikiran bahwa kalau keluar dari PSP YSS itu harus memiliki modal R(15-16) Yang terpenting
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134
2. Pernah mengalami masalah dan kejadiannya di pom bensin. Diteriaki dilarang masuk oleh satpam. G1-H28,
Konflik organisasi
3. pekerjaannya seperti sekarang banyak orang meremehkan, dan meledek. I (15-28)
Konflik intraperso nal
buatnya adalah mengumpulkan dan memiliki modal S(15-19) • Kecuali ada tulisan “pemulung dilarang masuk”, tetapi sengaja masuk, artinya salah. G(16-17) • Rambu tulisan membuat menjadi jelas. H(16-18) • Mengamen selalu kuatir akan SATPOL PP dan membuat tidak nyaman dan bebas serta perlu modal rasa malu. H(21-24) Dengan pekerjaannya seperti sekarang banyak orang meremehkan, dan meledek. Tidak seperti dahulu. I(19-22)
• Menantang satpam untuk menangkap dirinya. G(9-14) • Jengkel karena ada tempat yang tidak ada tulisan “pemulung dilarang masuk” tetapi tiba-tiba tidak boleh masuk dan dianggap orang mau mencuri. H(19-21)
Pada saat di UGM, ada tulisan tetapi tetap masuk karena tidak tahu. Tapi terus mengetahui ada tulisan maka langsung keluar. G(19-23)
Pada saat di UGM, ada tulisan tetapi tetap masuk karena tidak tahu. Tapi terus mengetahui ada tulisan maka langsung keluar. G(19-23)
Tinggal di Pingit banyak orang meremehkan, tetapi memilih untuk diam saja. I(25-27)
Tinggal di Pingit banyak orang meremehkan, tetapi memilih untuk diam saja. I(25-27)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 135 4. Mas Agus gosipin istrinya kalau istrinya ada intim dengan bossnya. J13-M17, O(2533)
Konflik interperso nal
• Sama-sama miskin buat apa ribut-ribut dari pada masalahnya semakin besar dan menghindar adalah jalan terbaik. J(28-31) • Merasa bahwa Mas Agus itu ambisi perhatian dengan orang kampung dan orang kampung itu diperalat. K(7-10) • Proses dengan Mas Agus itu lama karena dia terus mempengaruhi orang-orang, tetapi bisa mengerti dan tidak terbukti omongan Mas Agus. K(22-26) • Mas Agus mengadu domba juga pihak kampung dengan PSP YSS. L(10-
Tidak suka dengan cara omongnya Mas Agus. J(23-24)
• Memilih untuk menghindar dan tidur di jalan di daerah Condongcatur dan tidak pulangpulang ke rumah. J(18-21) • Tidak suka dengan cara omongnya Mas Agus dan lebih baik menghindar daripada terjadi bentrokan karena tidak ada untungnya. J(2327) • Orang-orang sini pesennya kalau istrinya terima tamu laki-laki harus ada dirinya. L(7-10) • Membela Pak Yahji secara tidak langsung dengan berteman dengan Pak Yahji. L(2729) • Tidak merespon apa-apa saat
• Memilih untuk menghindar dan tidur di jalan di daerah Condongcatur dan tidak pulangpulang ke rumah. J(18-21) • Sama-sama miskin buat apa ribut-ribut dari pada masalahnya semakin besar dan menghindar adalah jalan terbaik. J(2831) • Tidak merespon apa-apa saat masalah dengan Mas Agus. M(2-3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 136 14) 5. Ada beberapa ganjalan dengan fraternya. M18N6, N(17-22), P8R11
Konflik organisasi
Masalah dengan frater yang memaksanya dan dengan katakatanya yang keterlaluan dan berharap frater bisa paham kalau tidak bisa memenuhinya. R(7-9)
6. Merasa selalu ditekan oleh Bu Sum tetang masalah menabung. N23-
Konflik organisasi
• Menabung juga jangan banyakbanyak mengingat kelau mengambil di
masalah dengan Mas Agus. M(2-3) Saya disuruh pulang • Merasa bahwa apa ke rumah yang dibicarakan dengan frater harus temanggung dari pada tinggal di sini dituruti tetapi dan dijawab tidak frater terkadang bisa begitu. Q(2-6) tidak mengerti kondisi mengapa tidak bisa menuruti. N(2-6) • Jadinya kalau fraternya menyuruh itu harus segera terpenuhi. N(19-20) • Pernah dikatakan goblok oleh fraternya karena lebih mending jualan dari pada mayeng tetapi situasinya tidak memiliki modal dan frater tidak melihat itu. P(2629) • Tetap menabung walaupun minim dan memang menabung itu bagus. N(12-16)
Masalah dengan frater yang memaksanya dan dengan kata-katanya yang keterlaluan dan berharap frater bisa paham kalau tidak bisa memenuhinya. R(7-9)
Tetap menabung walaupun minim dan memang menabung itu bagus. N(12-16)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 137 O24,
BP
1. Tidak mau ketemu dengan Pak Yakub. B8-C5,
Konflik interperso nal
tempat Bu Sum agak sulit. N(3032) • Merasa minta pinjaman ke kantor itu susah, karena ambil tabungan saja susah. O(3-5) • Mendapat cerita dari Mas Udin kalau mengambil tabungan itu susah karena tabungan itu digunakan buat ngekost besok. O(18-24) Suaminya tidak mau mengakui kesalahan dan merasa benar bila sedang mengalami konflik.
• Meminta istrinya kalau menabung jangan banyakbanyak karena masih ada kebutuhan lain yang belum terpenuhi. N(2730)
Disindir takut pulang ke rumah temanggung tetapi sebenarnya tidak. B(25-26)
Tidak pulang dikarenakan tidak mau bertemu dengan Pak Yakub yang sudah menghinanya. B(26-28)
Tidak pulang dikarenakan tidak mau bertemu dengan Pak Yakub yang sudah menghinanya. B(26-28)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 138 2. Mbak Magda (kakak iparnya) sering mengarahkan agar keluarganya memiliki kemajuan tetapi suaminya tidak mau mendengarkan. C6-D8 3. Tidak mau tinggal di PSP YSY tetapi dipaksa suaminya suaminya untuk tinggal di PSP YSS. G1-H13, dan I(5-10)
Konflik interperso nal
4. Masalah dengan suami tentang pekerjaan: • Masalah dengan suami suaminya tidak telaten kalau bekerja dagang. I1-K10, L(1-12)
Konflik intraperso nal
Konflik intraperso nal
Mbak Magda (kakak iparnya) sering mengarahkan agar keluarganya memiliki kemajuan tetapi suaminya tidak mau mendengarkan
Mendapatkan • Merasa kasihan masukkan dari dengan Suaminya adiknya untuk tidak sehingga mau tinggal di PSP YSS. tinggal di PSP H(2-7) YSS. H8 • Menyampaikan perasaannya kepada suaminya kalau merasa terpaksa diajak tinggal di PSP YSS. I(5-10)
• Merasa tidak enak jika harus selalu meminta tolong Pak Kisno untuk membantu berjualan sedangkan
Mau dibujuk oleh suaminya untuk tinggal di PSP YSS karena tidak bisa tinggal kalau bukan suami-istri. H(7-9)
• Suaminya rajin mayeng setelah pembicaran rasa terpaksanya tinggal di PSP YSS. I(10-12) • Memutuskan tidak
• Mau dibujuk oleh suaminya untuk tinggal di PSP YSS karena tidak bisa tinggal kalau bukan suami-istri. H(7-9) • Merasa kasihan dengan Suaminya sehingga mau tinggal di PSP YSS. H8
• Suaminya rajin mayeng setelah pembicaran rasa terpaksanya tinggal di PSP YSS. I(10-12) • Memutuskan tidak
Masalah terberatnya adalah menemukan usaha yang tepat karena selama ini berusaha dagang berkali-kali dan selalu gagal. AA(3-6)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 139 suaminya tidak mau membantu. K(3-10) • Merasa jengkel dengan suaminya yang tidak pernah membantunya berjualan es kelapa muda. L(5-6) • Usulan dari temannya untuk berpisah dari suaminya yang tidak mau mengantar bekerja tetapi tidak didengarkan karena kasihan dengan suaminya. L(7-12) • Bagi suaminya usaha dagang itu tidak perlu yang menyusahkan seperti memasang tenda. AA23-AB21
Konflik intraperso nal
• Kalau tidak berusaha maka akan terbiasa untuk malas. AA(30-31) • mempunyai niat dan semangat untuk maju dengan usaha dagang lagi dari pada menganggur
bekerja dahulu agar suaminya rajin bekerja. I(1419)
bekerja dahulu agar suaminya rajin bekerja. I(1419) • Usulan dari temannya untuk berpisah dari suaminya yang tidak mau mengantar bekerja tetapi tidak didengarkan karena kasihan dengan suaminya. L(7-12)
Suaminya tidak merespon atas pancingannya untuk membuka usaha lagi. AB(5-6)
• Kalau tidak berusaha maka akan terbiasa untuk malas. AA(30-31) • mempunyai niat dan semangat untuk maju dengan usaha dagang lagi dari pada menganggur tetapi tidak didukung oleh suami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 140
• Masalah dalam berjualan angkringan. W21-X23, dan (AA8-22)
5. Membantah alternatif yang diberikan Mas Leo jika tidak diantar bekerja oleh suaminya karena alternatif yang diberikan dengan becak akan membuat rugi usahanya. K(1223), dan S(1-29)
Konflik organisasi
Konflik organisasi
tetapi tidak didukung oleh suami. AB(1721) • Berhenti jualan karena banyaknya hutangan yang tidak terbayar. X(11-12) • Berhenti jualan angkringan. X23
• Membantah alternatif yang diberikan Mas Leo jika tidak diantar bekerja oleh suaminya karena alternatif yang diberikan dengan becak akan membuat rugi usahanya. K(12-23) • Merasa pertanyaan yang diajukan Mas
AB(17-21)
• Pengamenpengamen dalam keadaan teler saat berhutang sehingga sulit buat menagihnya. I30X1 • Malas jika kerja sampai malam dengan hanya menambah piutang yang tak terbayar. X(14-15) • marah karena dipaksa Mas Leo agar naik becak, jika tidak diantar suami. K(19-21) • Dicurigai Mas Leo mengenai hubungannya dengan Pak Kisno. S(21-22)
• Karena banyak yang berhutang dan tak terbayar maka kehabisan modal buat usaha lagi. X(2-6) • Memilih untuk diam saja, selama suaminya belum berminat untuk dagang. AA(1718)
• Berhenti jualan karena banyaknya hutangan yang tidak terbayar. X(11-12) • Karena banyak yang berhutang dan tak terbayar maka kehabisan modal buat usaha lagi. X(2-6)
Meminta MasLeo unutk mengikuti dirinya dengan diamdiam saat pergi dengan Pak Kisno agar Mas Leo mengerti apa yang menjadi urusan dan kegiatannyanya. S(15-21)
Meminta MasLeo unutk mengikuti dirinya dengan diamdiam saat pergi dengan Pak Kisno agar Mas Leo mengerti apa yang menjadi urusan dan kegiatannyanya. S(15-21)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 141
•
6. Berniat pisah tetapi Konflik pernah dimarahi intraperso suaminya. L13nal N30, Q3-R10, dan AE(1-19)
•
•
•
Leo adalah keterlaluan mengenai relasinya dengan Pak Kisno. S(614) menjelaskan ke Mas Leo bahwa bukti dari ucapan bisa dikarang maka lebih baik dibuktikan saja. S(26-29) Protes dengan • suaminya juga perkataan marah ketika suaminya yang subyek berniat menyatakan untuk menengok “kaya hati.” lahiran bayi yang .Merasa bahwa merupakan cucu suaminya malesbesannya. N(12malesan dan 15) hanya membuat • Marah-marah usaha dagang kepada suaminya yang dibuat karena suaminya gagal terus. tidak M(21-25) bertanggungjawab untuk menghidupi Berharap dipukul kalau suaminya dirinya. (Q7-13) sedang marah. • Marah-marahnya N(21-23) membuat suaminya menjadi Jika suatu saat dipukul rajin bekerja. Q(4-
• Tidak jadi berpisah • Tidak jadi berpisah karena pernah karena pernah diancam oleh diancam oleh suaminya jika suaminya jika berani berani meninggalkan meninggalkan suaminya dari PSP suaminya dari PSP YSS. L(19-22) YSS. L(19-22) • menegur suaminya • menegur suaminya yang minum yang minum minuman keras minuman keras karena uang yang karena uang yang digunakan dapat digunakan dapat digunakan untuk digunakan untuk makan dan makan dan ditabung tetapi ditabung tetapi dimarahi oleh dimarahi oleh suaminya. M(3-12) suaminya. M(3-12) • Tidak mau • Marah-marahnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 142 suaminya dia akan laporkan perilaku suaminya. N(2628)
7. Ada permasalahan dengan istrinya Pak udin. U1-V14, Y19-Z21, dan AD(1-10)
Konflik interperso nal
•
• Masalah dengan • isteri Pak Udin berawal dari perbedaan pendapat tentang • usulan air sumur yang ada kotoran burung di acara Sarasehan. U(1722) • Sebenarnya tidak ingin berkonfluk dengan suaminya ataupun dengan Bu Udin, tetapi jika sudah • menjengkelkan akan bereaksi dengan konflik tersebut. Y(2428) • Bu Tumini (bu
membelikan apa 7) dan Q(15-17) yang diminta Menjadi sasaran suaminya sehingga kemarahan suaminya marah. suaminya karena AE(15-16) suaminya sedang jengkel dengan pedagang lotek yang selalu menawari lotek. AE(6-12) • Terpaksa harus Sudah bosan mengambili terjadi masalah barang-barang terus dengan bu yang pernah Udin. Z(14-15) dipinjam bu Udin. Cerita tentang Z(4-5) bagaimana pamernya istri pak • Perkataannya Udin dalam membuat Bu Udin marah-marah. mengatur keuangan hasil dari Z(16-21) dagangnya dan • terbengong merasa tersindir mendengar cerita karena tidak dari istri Pak Udin. memiliki uang. AD(9-10) AD(2-9) Merasa kalau iri akan membuat sakit hati dan kepikiran terus. Mending ga usah iri. AD(22-23)
membuat suaminya menjadi rajin bekerja. Q(47) dan Q(15-17) • Bersikap tenang dalam menanggapi kemarahan suaminya. AE(1619) Merasa kalau iri akan membuat sakit hati dan kepikiran terus. Mending ga usah iri. AD(22-23)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 143
8. Ditegur frater karena sering pulang tengah malam dari berjualan Angkringan. V10W18
Konflik organisasi
Udin) sering meminjam barangbarangnya dan tidak dikembalikan. Y(28-29) pernah ditanya dan dicurigai tetangga sekitar karena pulang tengahj malam dan dianggap tidak benar-benar berjualan angkringan. W(610)
merasa cuek saja dengan gosip orangorang sekitar karena merasa tidak membuat masalah dan memang benarbenar berjualan. W(14-18)
Tidak merasa marah tentang gosip yang dibuat oleh Agus karena tidak mendengar langsung gosipnya dari Agus. V(12-14)
merasa cuek saja dengan gosip orangorang sekitar karena merasa tidak membuat masalah dan memang benarbenar berjualan. W(14-18)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI