PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERBEDAAN PENERIMAAN KONDISI FISIK DIRI PENDERITA PARAPLEGIA KORBAN GEMPA YANG MENDAPATKAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun oleh: BONAVENTURA BHUWANA YUDISTIRA NIM : 029114010
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERBEDAAN PENERIMAAN KONDISI FISIK DIRI PENDERITA PARAPLEGIA KORBAN GEMPA YANG MENDAPATKAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun oleh: BONAVENTURA BHUWANA YUDISTIRA NIM : 029114010
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tuhan telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersuka cita. Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorak (Mzm 126:3,5)
Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN, Yang menjadikan langit dan bumi (Mzm 124: 8)
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kupersembahkan karya untuk, Orang tua ku yang telah mendukung dengan kasih dan memberikan yang terbaik bagiku Adik-adik yang telah membantu dengan semangat yang diberikan Putri “kekasih hati” yang dengan semangat dan dukungan yang diberikan secara terus menerus Semua orang yang telah menginspirasiku dan memberiku semangat untuk terus maju. I Love You All
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERBEDAAN PENERIMAAN KONDISI FISIK DIRI PENDERITA PARAPLEGIA KORBAN GEMPA YANG MENDAPATKAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS
Bonaventura Bhuwana Yudistira
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan penerimaan diri para kurban gempa bumi yang menderita kecacatan fisik yaitu penderita paraplegia. Penelitian ini adalah penelitian perbandingan atau komparasi. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah penerimaan diri korban bencana yang menderita paraplegia yang mendapatkan pendampingan lebih baik atau lebih tinggi dibandingkan dengan penderita paraplegia yang tidak mendapatkan pendampingan. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari 30 orang pria dan wanita yang mendapatkan pendampingan dan 30 orang pria dan wanita yang tidak mendapatkan pendampingan. Data diperoleh dengan menggunakan skala penerimaan diri. Daya diskriminasi skala menggunakan batas nilai ≥ 0,3 dengan koefisien realibilitas sebesar 0,969. Data penelitian dianalisis menggunakan uji-t, dan dalam menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis, dilakukan dengan cara membandingkan dengan t hitung dengan t tabel. Hasil perhitungan menunjukkan mean empiris penderita paraplegia yang mendapatkan pendampingan lebih besar dibandingkan mean empiris yang tidak mendapatkan pendampingan (176 > 133). Dari hasil uji-t didapatkan t hitung 18,584 dan t tabel sebesar 1,671 serta p=0,000. Karena t hitung lebih besar (>) daripada t tabel, dan nilai p < 0,005 dengan demikian hipotesa penelitian ini diterima. Artinya, penerimaan diri penyandang cacat paraplegia yang mendapatkan pendampingan lebih besar atau lebih baik dibandingkan dengan penyandang cacat paraplegia yang tidak mendapatkan pendampingan. Kata Kunci : pendampingan, penerimaan diri, paraplegia
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
THE DIFFERENCES OF PHYSICAL CONDITION ACCEPTANCE OF PARAPLEGIC DISABILITY BECAUSE EARTHQUAKE WICH RECEIVED PSYCHOLOGICAL ASSISTANCE AND NOT RECEIVED ANY PSYCHOLOGICAL ASSISTANCE
Bonaventura Bhuwana Yudistira
ABSTRACT The purpose of this research was to see the differences of physical condition of acceptance from paraplegic disability keep up with that assistance and not received any resistance.This research was an comparison research. This hypothesis in this research was self acceptance that disaster victims who have suffered paraplegia better mentoring or higher than paraplegia patients who did not received any assistance. Subjects in this study consisted of 30 men and women who received assistance and 30 men and women who did not received any assistance. Data obtained by using self-acceptance scale. Scale using the power of discrimination limit ≥ 0.3 values with reliability coefficient of 0.969. Research data were analyzed using t-tests, and in determining acceptable or reject the hypothesis, carried out by comparing the calculated t with t table. The calculations showed a mean empirical paraplegia patients who received greater assistance than the empirical mean not received any assistance (176>133). From the results obtained t-test and t table 18,584 of 1,671, and p = 0.000. Because the calculated t is greater (>) than t table, and the p-value < 0.005 with the hypothesis that this research is received. That is, self-acceptance that disabled people get assistance paraplegia bigger or better than paraplegia with disabilities who do not get assistance. Key Word : assistance, self-acceptance, paraplegia
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji Syukur pada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan tuntunan, penyertaan, dan kasihNYA kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari adanya keterbatasan yang dimiliki oleh penulis, sehingga dengan bantuan dari berbagai pihaklah penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Tuhan Yesus Kristus, Pelindungku, Tumpuan hidupku, Tujuan hidupku, Sahabatku, Guruku. Terima kasih Tuhan karena telah menuntun jalanku hingga saat ini. Walaupun kadang aku tidak setia dengan malas mengerjakan dan kesalahan-kesalahanku yang lain, Engkau selalu datang dengan bisikan yang lembut dan meneduhkan hatiku, sehingga aku sering kali terselamatkan oleh karena Belas Kasihmu. Terima Kasih Tuhan. 2. Dr. Christina Siwi Handayani, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi 3. Ibu Sylvia Carolina MYM., S.Psi selaku Kepala Program Studi Psikologi. 4. Ibu A. Tanti Arini, S Psi., M Psi., selaku dosen pembimbing akademik. Terimakasih ibu sudah sangat sabar dan memberikan keceriaan sekaligus ketegasan dalam menyelesaikan studi. Terima kasih pula atas bimbingan
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ibu beberapa tahun terakhir kepada saya selama menjadi mahasiswa Fakultas Psikologi di Universitas Sanata Dharma ini. 5. Ibu M. L. Anantasari yang sudah sangat sabar dalam membimbing kemajuan skripsi dan selalu memberikan semangat, senyuman dan dorongan. Terimakasi ibu, atas bimbingan dan nasehat-nasehatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Bapak dan ibu dosen penguji yang telah memberikan kritik dan masukkan yang membangun sehingga skripsi ini menjadi lebih baik 7. Mas Gandung, Bu Nanik, Mas Muji dan Mas Doni. Terima kasih atas keramahan dan sapaan yang diberikan setiap waktu, dan telah banyak membantu dalam banyak hal dan memberi kemudahan bagi penulis selama penulis belajar di fakultas psikologi ini 8. Pak Gi, terimakasih atas segala senyuman, semangat, dan ketulusan hati bapak dalam melayani kami selama kami belajar di fakultas ini 9. Papa dan Mama tercinta yang selalu terus memberikan semangat. Terima kasih untuk cinta, kasih sayang, doa, dukungan, jerih payah dan segalagalanya.
Kesabaran
untuk
menunggu
sehingga
akhirnya
bisa
menyelesaikan skripsi ini. I Love You Mam n Pap…. 10. Bimo
dan
Dimas,
adik-adikku
yang
selalu
memahamiku
dan
mendukungku hingga aku berhasil sampai sejauh ini. Thanks ya bro… 11. Tyas Ajeng Chris “cakmano” Putri. Kekasihku, sahabatku dan teman dalam suka dan duka.Temen ngobrol sekaligus temen berkelahi, berneda pendapat. Terima kasih atas semangat, dukungan, doa dan kesabaranmu
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kepadaku, tanpa itu mustahil bagiku untuk bisa sampai sejauh ini. Terimakasih untuk bisa selalu disisiku ya….Doaku dan berkat Tuhan selalu besertamu 12. Eyang Soewondo kakung (alm) dan eyang putri, eyang Roesnawi kakung dan putri. Matur nuwun kagem doa dan restu yang selalu diberikan terus menerus. Semoga cucu mu ini bisa memberikan yang terbaik buat eyang semuanya. 13. Om-om, tante-tante, tante Rita yang memberiku semangat dan pantang menyerah dan selalu memberiku makanan yang enak-enak, hehehe…. dan sodara, sepupuku semua yang selalu mendukung, menyemangatiku dan mendoakanku supaya aku dapat menyelesaikan skripsiku. Dita, makasi ya uda mau kurepotin untuk cari buku yang jauh letakny, he…Terimakasi semuanya…. I Love You All 14. Temen-temen seperjuangan yang membuat hidupku lebih bersemangat dan penuh arti: Aan, Hoany, Tisa, dan Iant “Tiny”. Aan makasih uda jadi temen ngobrol dalam hal skripsi, kerjaan sampai masalah-masalah yang pribadi, hehehe….Hoany kapan lagi
makan lotek baeng-bareng,
hehe….Thanks ya hany untuk perhatian mu ke aku . Tisa „artis kita‟…ayo kapan ke perpus lagi nongkrong, hehe…Makasi ya atas doa, dukungan dan nasehat yang diberikan ke aku, I always remember. Tinyyy….kapan ngejus bareng lagi neh…makasi uda mau menjadikan tempatmu berkumpul temen-temen, ngobrol bareng dan terimakasi untuk selalu mau kuajak pergi… God Bless You All
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15. Robot, Kamcik, Bean, Ina dan Kucing. Wah aku akhirnya selesai neh…..Terimakasi untuk dukungannya. Robot yang selalu kurepotin pinjem komputer untuk ngerjain statistic dan yang mau nemenin nongkrong kalo lagi suntuk, kalo mau nonton aja-ajak lagi ye.hehehe…. Ucik “kamcik”, yang selalu mendukungku dan ngajarin aku dari awal sampai sekarang, wah tidak terbilang sudah bantuan darimu, tunggu aku di Jakarta ya cik, ntar kita nongrong lagi. Bean yang selalu menyemangatiku dan mendukungku sampai saat ini. Ina dan Kucing dua ibu muda ini yang selalu berdoa dan mendukung, walau kalian terpisah jauh, hiks…Betty, kapan kita di undang ke Singapura bet? Thanks for all that you have done to me pren…. 16. Teman-teman Psikologi angkatan 2002 : Yanuar, Barjo, Windra, Danang, Niko, Dodi, Dhani, Ellen, Nining, Dika, Dina, Ian “pongky”, Dimas, Ardi “eyang”, Wiwik, Panji, Ivanty, Obet, Vincent, Irfan, Rio, Ina “penari ular”, Iput, Echa dan semua temen yang tidak bisa kusebutkan satu persatu, terimakasi atas pertemanan dan kebersamaan yang indah selama ini. 17. Karyawan YAKKUM : Ibu Maria, Mbak Retno, Pak Tomo, Ibu Nur, Ibu Ruth, Dokter Ester, bu Endang, mas Sigit, bu Gita, bu Sari, Bu Isti, Mbak Yuni, Mbak Yuli, Mbak Sheny, Mas Jimanto, Mas Bodro, Mas Kukuh, Pak Guruh, Mabak Dania, Mbak Dewi, Mas Sabarno, dan semua orang yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terimakasihh atas pertemanan dan pengalaman yang berharga yang kalian berikan sehingga
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
saya bisa bersyukur dan bisa diberikan kesempatan untuk melayani temanteman kita yang luar biasa. 18. Temen-temen PS : Wawan, Mbak Lia, Mbak Edina, Vembri, Sius, Tina, Mas Timbo, Bimo, Mbak Eni, Mbak Ike, pak Frans, Mas Muji. Terima kasih, kalian adalah guru-guruku dan rekan yang paling TOP dalam membimbingku untuk mengembangkan kemampuanku. Thanks guys. 19. Mbak Thia. Terimakasih sudah percaya dan menerimaku menjadi bagian dari pelayan di YAKKUM, sehingga aku bisa belajar menjadi guru, mendengarkan dan mengatur emosi dalam diriku, dan banyak hal lain yang diajarkan bagiku. 20. Mbal Lia Alva, terimakasih sudah mau membimbingku dalam mengerjakan skripsi dan memberikan banyak kesempatan-kesempatan besar dalam diriku, salah satunya mempertemuakan dengan “kekasihku”. 21. Lisna, guru statistik pertama ku, terimakasih ya atas bantuan dan kesabaranmu
sampai
malam-malam
mengganggumu
hanya
untuk
mengajariku statistik . Kalo butuh temen ngobrol aku siap lo lis, he…. 22. Temen-temen anak binaan YAKKUM : Mikocik Rohim, Ari, Puji, Ndaru, Eko, Desta, Roisah, dan buanyak temen-temenku disana. Semangat ya teman, jangan takut, jangan minder karena kalian sangat hebat. Jadilah orang yang mandiri dan percaya diri dan kuat dalam hidup. OK. Dan terimakasih sudah memberikan keceriaan, canda tawa, air mata, semoga hal itu menjadi bagian termanis dalam hidup kita. Tuhan memberkati.
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23. Temen-temen posko di daerah bantul dan sekitarnya. Wawan, kapan neh kita bisa cari es rujak bareng lagi, makasi uda mau membantu dalam pengambilan data skripsi dan jadi temen curhat jadi aku gak ketinggalan berita-berita menghebohkan, hehehe...thanks ya bro…Sigit (sukses buat kerjaanmu ya), Supri (sering dirumah pri, jaga ibu dan bapak, he…), Mbak Win (kapan neh kita hunting „salome‟ lagi), Mas Tri ( kapan-kapan kita nginep di posko maneh yo mas, hi...) 24. Bapak dan ibu, mas dan mbak semua yang dengan sudi dan mau meluangkan waktu untuk mengisi angket ini, saya sangat berterima kasih, tanpa bantuan dari semuanya mustahil bagi sya untuk dapat menyelesaikan studi saya. Semoga hasil dari penelitian ini dapat berguna bagi kita semua untuk seterusnya. 25. Teman-teman dan sodaraku yang tidak tersebutkan namanya diatas, namun sudah memberiku semangat dan doa. Dari lubuk hati yang paling dalam saya mengucapkan banyak terima kasih atas semuanya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang membangun untuk menunjang kesempurnaan skripsi ini. Yogyakarta, Penulis
B. Bhuwana Yudistira
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman Halaman Judul ........................................................................................
i
Halaman Persetujuan Pembimbing.......................................................
ii
Halaman Pengesahan ..............................................................................
iii
Halaman Moto .........................................................................................
iv
Halaman Persembahan ...........................................................................
v
Pernyataan Keaslian Karya ...................................................................
vi
ABSTRAK ...............................................................................................
vii
ABSTRACK ............................................................................................
viii
Pernyataan Persetujuan Publikasi ........................................................
ix
KATA PENGANTAR .............................................................................
x
DAFTAR ISI ............................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
xx
DAFTAR TABEL ...................................................................................
xxi
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................
1
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A. Latar Belakang .......................................................................
1
B. Rumusan Masalah ..................................................................
8
C. Tujuan Penelitian....................................................................
8
D. Manfaat Penelitian .................................................................
8
1. Manfaat Teoritis .................................................................
8
2. Manfaat Praktis ..................................................................
9
BAB II. LANDASAN TEORI ................................................................
10
A. Penerimaan Diri kondisi Fisik................................................
10
1. Pengertian Penerimaan Diri Kondisi Fisik .........................
10
2. Aspek Penerimaan Diri akan Kondisi Fisik .......................
12
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri .........
13
B. Penyandang Cacat Penderita Paraplegia ...............................
15
1. Pengertian Penyandang Cacat ............................................
15
2. Pengertian Paraplegia ........................................................
17
3. Penyebab Paraplegia .........................................................
18
4. Kondisi Fisik Penyandang Cacat Penderita Paraplegia ....
21
5. Akibat Paraplegia ..............................................................
23
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Pendampingan Psikologis ......................................................
25
1. Pengertian Pendampingan Psikologis ................................
25
2. Jenis-Jenis Pendampingan ..................................................
27
3. Fungsi-Fungsi Pendampingan ............................................
28
D. Dinamika Perbedaan Penerimaan Diri Kondisi Fisik Diri Penyandang Cacat Penderita Paraplegia Korban Gempa yang Mendapatkan Pendampingan psikologis dan yang Tidak Mendapatkan Pendampingan Psikologis .....................
30
E. Hipotesis .................................................................................
37
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................
38
A. Jenis Penelitian.......................................................................
38
B. Identifikasi Variabel ...............................................................
38
C. Definisi Operasional ...............................................................
39
D. Subjek Penelitian....................................................................
41
E. Prosedur Penelitian .................................................................
43
F. Metode dan Alat Pengumpul Data .........................................
44
G. Pertanggungjawaban Mutu ....................................................
48
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................
52
A. Pelaksanaan Penelitian ...........................................................
52
B. Deskripsi Subjek ....................................................................
53
C. Uji Asumsi Analisis Data .......................................................
54
1. Uji Normalitas ....................................................................
54
2. Uji Homogenitas ................................................................
55
D. Uji Hipotesis ..........................................................................
56
E. Analisis Tambahan (Kategorisasi) .........................................
58
F. Pembahasan ............................................................................
61
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................
70
A. Kesimpulan ............................................................................
70
B. Saran .......................................................................................
71
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
73
LAMPIRAN
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
SKALA UJI COBA
Lampiran 2
DATA UJI COBA (PENELITIAN)
Lampiran 3
RELIABILITAS SKALA
Lampiran 4
SKALA PENELITIAN
Lampiran 5
UJI NORMALITAS
Lampiran 6
UJI HOMOGENITAS
Lampiran 7
UJI HIPOTESIS
xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Skor untuk Item Favorable dan Unfavorabe ...............................
46
Tabel 2
Blue Print Skala Perbedaan Penerimaan Diri .............................
47
Tabel 3
Spesifikasi Item Uji Coba dan Penelitian ...................................
50
Tabel 4
Deskripsi Subjek Penelitian ........................................................
54
Tabel 5
Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov ...........
54
Tabel 6
Ringkasan Hasil Uji-t, pendampingan dan non pendampingan ..
56
Tabel 7
Norma Kategorisasi Skor ............................................................
58
Tabel 8
Kategori Skor Penerimaan Diri Penderita Paraplegia ................
59
Tabel 8.1
Kategori Skor Penerimaan Diri; pendampingan .........................
60
Tabel 8.2
Kategori Skor Penerimaan Diri, tanpa pendampingan ................
60
xxi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bencana alam berupa gempa bumi melanda wilayah Yogyakarta dan sekitarnya pada hari Sabtu, 27 Mei 2006 pukul 05:54:00.0 WIB. Gempa Gempa dengan kekuatan 5,9 Skala Richter dan pusat gempa berada di laut 37,2 km selatan Yogyakarta dengan posisi 8 LS – 110.31 BT dan kedalaman 11,8 km (Berita Gempa Bumi No: 66/NSC/V/2006, BMG). Gempa menyisakan kerusakan yang parah pada aspek fisik dan non-fisik. Akibat utama yang ditimbulkan gempa bumi adalah hancurnya bangunan-bangunan karena goncangan tanah. Jatuhnya korban jiwa biasanya karena tertimpa reruntuhan bangunan, terkena longsor dan kebakaran (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2006). Para korban gempa banyak yang mengalami kehilangan orang-orang yang dicintai, kehilangan barang-barang pribadi yang berharga dan mengalami luka fisik (Vivinne, dalam Bencana dan Kita, 2006). Hasil dari pendataan Seksi Bina Program Dinas Kesehatan DIY (pemda-diy.go.id, 2010) mencatat 891 orang penderita cacat tubuh permanen akibat cedera gempa sehingga menempati urutan tertinggi dibandingkan penderita cacat yang lain. Salah satu kecacatan permanen dan yang paling parah adalah cedera sumsum tulang belakang atau paraplegia. Cedera ini biasanya diakibatkan oleh kecelakaan yang memutuskan atau sangat merusak urat saraf pusat di leher atau punggung (Werner, 2002). 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
Kondisi kecacatan paraplegia ini termasuk dalam kategori kecacatan yang parah karena mereka tidak mampu lagi untuk bisa berjalan kembali, kaki menjadi layuh yang berakibat terhambatnya mobilitas gerakan. Werner (2002) mengatakan bahwa ciri-ciri khusus paraplegia adalah penderita merasakan hilangnya gerakan terkendali dan daya rasa di tungkai, panggul dan sebagian batang tubuh mungkin berpengaruh. Semakin tinggi letak cedera, semakin banyak yang terpengaruh. Penderita mengalami kehilangan kontrol urine dan usus besar sebagian bahkan menyeluruh. Selain itu, penderita mengalami spastisitas atau kejang-kejang otot serta tungkainya lemas dan lunglai. Kondisi dimana sebelumnya mereka sehat secara fisik dan mampu melakukan banyak aktivitas menjadi lumpuh, mobilitas terganggu dan berakibat pada munculnya masalah terhadap mental mereka seperti merasa tidak berdaya, cemas, takut, dan marah karena tidak bisa menerima kondisi kecacatannya tersebut (Sharma, 2005). Hal tersebut dipertegas oleh Dianawati (2005) menjadi cacat diartikan oleh sebagian besar orang adalah menjadi orang yang gagal dan tidak mampu. Paraplegia termasuk dalam kategori penyakit akut
yang dapat
mengakibatkan penderita mengalami gangguan psikologis (Kinshi, Robinson and Kosier, 2001), mereka menjadi sulit untuk bisa menerima kondisi dirinya karena menjadi cacat. Hal tersebut bisa disebabkan karena tingkat kesembuhan yang dialami penderita paraplegia sangat kecil dan penyakit ini bersifat permanen. Hal tersebut dikuatkan oleh Suhartono (1976) berpendapat bahwa mereka yang mengalami kecacatan bukan dari sejak kecil akan sulit untuk menrima diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
Kompleksnya masalah penerimaan akan kondisi fisik yang dialami oleh penderita
paraplegia
seperti
terhambatnya
mobilitas,
gangguan
saluran
pencernaan, gangguan saluran kemih (O‟Connor, dkk, 2004) hingga masalah fungsi seksual (Stien, 1999) berakibat pada munculnya gejala psikologis seperti depresi, kurang percaya diri, malu, kecewa, menjadi pemurung hingga perubahan perilaku (Brown, 1999). Hal tersebut akan memperkuat seseorang untuk menolak atau bahkan acuh tak acuh akan kondisi dirinya yang sekarang, atau berpikir kurang realistis. Masalah Penerimaan akan kondisi fisik diri pada penderita paraplegia harus didukung dengan kemampuan untuk mengenal dan mengetahui kondisi fisik diri, hal tersebut akan memunculkan penerimaan akan dirinya (Jung, dalam Schultz, 1991). Hal tersebut didukung oleh pernyataan Rubin (Gardner, 2002) yaitu suatu sikap yang mencerminkan adanya rasa senang sehubungan dengan kenyataan yang ada sehingga individu memiliki emosi yang spontan, fleksibel dalam menghadapi perasaannya, disertai sikap dan perilaku yang wajar, tidak dibuat-buat dan tanpa ada yang disembunyikan. Penerimaan diri merupakan suatu sikap akan kepuasan terhadap diri akan perubahan yang terjadi pada kondisi fisiknya (Chaplin, 1999). Rasa puas yang diikuti rasa bangga, percaya diri akan kondisi diri yang dapat meningkatkan penerimaan diri yang positif pada dirinya. Menurut Perls (dalam Schultz, 1991) orang yang sehat secara psikologis memiliki kesadaran dan penerimaan penuh terhadap diri mereka siapa dan apa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
Penerimaan akan kondisi fisik diri penderita paraplegia yang diakibatkan karena gempa, tidak begitu saja muncul, memerlukan waktu dan proses yang lama terlebih karena kecacatannya tersebut bukan dari kecil atau lahir. Seiring dengan munculnya penerimaan akan kondisi fisik diri yang menimpa penderita paraplegia dipengaruhi pula oleh dukungan, bantuan, maupun pendampingan dari pihak diluar diri yaitu anggota keluarga, masyarakat dan lembaga yang dipersiapkan untuk membantu para korban bencana penderita paraplegia. Dukungan maupun pendampingan dari keluarga sangat dibutuhkan bagi mereka penderita paraplegia dikarenakan kondisi mereka yang memang membutuhkan bantuan dari pihak luar. Keluarga yang mendampingipun harus mengetahui bagaimana merawat dan mengetahui kebutuhan dari penderita paraplegia. Perawatan secara fisik saja tidak cukup untuk membuat penderita paraplegia dapat menerima kondisi fisik kecacatannya, memerlukan bantuan dan pendampingan dari pihak lain yang memang dipersiapkan untuk membantu secara psikologis dalam menangani masalah psikologis penderita paraplegia dalam upaya untuk memaksimalkan kemampuan diri. Pendampingan di dalam keluarga adalah upaya untuk mendampingi penderita kecacatan supaya mereka dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Keluarga mengambil peran yang penting untuk kesembuhan penderitanya, namun setiap keluarga memiliki sifat dan perlakuan yang berbeda, jika dalam proses pendampingan ternyata kurang tepat maka akan berakibat buruk pada perkembangan fisik dan mental si penderita. Banyak kasus penyandang cacat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
yang dalam kesehariannya kurang mendapat dukungan dari orang sekitarnya maupun keluarganya karena dianggap tidak mampu (Affrida, 2007). Jenis bantuan lain yang juga berpengaruh terhadap kesembuhan dan kehidupan penyandang cacat paraplegia adalah berupa bantuan fisik, yang dapat berupa rumah atau bangunan, sarana kesehatan, dana atau uang, pemberian alat bantu kecacatan hingga dalam wujud perawatan kesehatan. Kenyataan yang ada dilapangan banyaknya bantuan fisik yang diberikan oleh pihak pemerintah, donatur, lembaga sosial baik dari dalam maupun luar negeri, namun terkadang bantuan secara fisik tidak banyak membantu, hal tersebut dikarenakan permasalahan yang dihadapi penderita kecacatan paraplegia sangat kompleks. Selain permasalahan secara fisik, mereka juga mengalami permasalahan secara psikologis, salah satunya adalah penerimaan akan kondisi fisik diri. Bantuan yang diberikan bukan berupa bantuan fisik adalah bantuan nonfisik yang salah satunya berupa pendampingan secara psikologis. Pendampingan adalah salah satu jenis layanan psikologis (Wiryasaputra, 2006), yang hanya bisa diberikan oleh mereka yang sudah dipersiapkan atau memiliki pengetahuan untuk mendampingi para korban akibat bencana alam. Pendampingan diberikan supaya orang yang didampingi dapat sembuh, berdaya dan berfungsi pnuh untuk mencukupi kebutuhannya secara mandiri. Tujuan pendampingan psikologis ini adalah membantu seseorang yang berada dalam keadaan krisis. Krisis yang dimaksud adalah kondisi seseorang yang sedang dalam masa-masa sulit yang berakibat pada kegoncangan batin karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
terkait oleh karena menderita suatu penyakit, sakit yang berkepanjangan, bencana alam, tidak ada harapan, putus, depresi dan stress dalam kehidupan sehari-hari (Thomas, dalam Wiryasaputra, 2006). Selain itu, pendampingan psikologis juga bertujuan
untuk
menyembuhkan,
menopang,
membimbing,
memperbaiki
hubungan dan mendayagunakan individu untuk kehidupan yang lebih baik. Proses pendampingan psikologis ini diberikan oleh para tenaga ahli yang sudah dipersiapkan untuk keadaan darurat melalui suatu program rehabilitasi. Program rehabilitasi tersebut adalah program yang didalamnya terdapat serangkaian kegiatan seperti perawatan luka, sosialisasi dan pemberian alat bantu maupun pendampingan psikologis. Rehabilitasi berarti proses mempercepat sosialisasi atau berfungsi secara wajar dari keadaan sebelumnya (Latipun, 2001). Rehabilitasi memiliki tujuan untuk mengembalikan persepsi dan emosi sehingga para korban dapat memandang dirinya yang ada lebih positif dan dapat berbuat lebih tepat sesuai dengan potensi yang dimiliki. Rehabilitasi ini hanya bisa dilakukan oleh seseorang yang disiapkan dan ahli dalam bidangnya. Proses ini diberikan oleh suatu lembaga yang bergeak juga dalam bidang rehabilitasi, yaitu Pusat Reahabilitasi Yakkum, kepada penyandang cacat paraplegia korban gempa. Pusat Rehabilitasi Yakkum (PRY) adalah salah satu lembaga nonpemerintah yang memberi pelayanan terhadap orang-orang cacat. Visi dan misi dari PRY adalah merehabilitasi para penyandang cacat agar mereka bisa mandiri dan hidup secara normal di masyarakat. Lembaga ini juga turut ikut ambil bagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
dalam proses pemulihan pasca gempa di Bantul. Pelayanan yang diberikan meliputi assesment medis, perawatan luka, pemberian terapi yaitu Fisioterapi dan Okupasi Terapi. Selain itu, PRY mempunyai program pendampingan psikologi dari unit Psikososial. Bantuan dan pelayanan yang diberikan PRY meliputi bantuan fisik dan non-fisik dengan melibatkan dan diawasi oleh para ahli dibidangnya. Tidak hanya pada bantuan fisik saja yang diberikan kepada korban gempa Bantul, namun bantuan lain yang berguna untuk meningkatkan dan mengembangkan diri secara mental yaitu berupa bantuan psikologis. Pendampingan secara psikologis ini menjadi salah satu program yang dilakukan oleh PRY yang diberikan kepada semua korban gempa, terutama mereka yang mengalami luka atau kecacatan yang ringan maupun parah, yang sementara ataupun permanen, salah satunya adalah penderita paraplegia. Penerimaan akan kondisi fisik diri bagi penderita paraplegia adalah salah satu yang utama yang harus dilakukan sebagai proses pemulihan diri, yaitu untuk menumbuhkan dan mengembangkan mental bagi penderitanya. Hal tersebut menjadi topik dalam penelitian ini, yaitu melihat perbedaan penerimaan kondisi fisik diri penderita paraplegia korban gempa antara yang mendapatkan pendampingan pendampingan.
dengan
penderita
paraplegia
yang
tidak
mendapatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah apakah penerimaan diri penyandang cacat korban gempa yang mendapatkan pendampingan lebih baik daripada mereka yang tidak mendapatkan pendampingan?
C. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah dalam penerimaan diri penyandang cacat penderita paraplegia yang mendapatkan pendampingan, secara psikologis, jauh lebih baik jika dibandingkan dengan penderita paraplegia yang tidak mendapatkan pendampingan.
D. Manfaat 1. Manfaat Teoritis Memberi tambahan informasi dalam bidang ilmu psikologi klinis akan penerimaan diri penyandang cacat penderita paraplegia yang mendapat pendampingan dengan yang tidak mendapatkan pendampingan dalam proses pemulihan secara psikologis, terutama dalam menerima kondisi fisiknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
2. Manfaat Praktis a. Bagi Klien, hasil penelitian akan berguna sebagai wacana reflektif untuk mencapai pemahaman pentingnya menerima diri akan kondisi fisik penyandang cacat, penderita paraplegia korban gempa terutama untuk perkembangan mental yang lebih baik. Dan bagi keluarga untuk mau membimbing dan memfasilitasi penderita untuk berkembang menuju kehidupan yang lebih baik. b. Bagi Pusat Rehabilitasi Yakkum hasil penelitian ini berguna sebagai evaluasi
pentingnya
pengadaan
program
pendampingan
bagi
penyandang cacat, terutama yang mengalami kecacatan yang berat seperti paraplegia, agar mereka mau menerima kondisi diri dan dapat berfungsi kembali, dan disarankan agar program ini terus diadakan untuk membantu penyandang cacat berfungsi optimal. c. Bagi pemerintah dan lembaga sosial yang bergerak dalam penanganan korban gempa, hasil penelitian sangat berguna sebagai evaluasi dalampilihan bantuan alternatif selain memberikan bantuan fisik, dan melihat
apakah
diperlukan
adanya
bantuan
dalam
wujud
pendampingan psikologis bagi mereka yang menjadi cacat karena gempa, dan sebagai sarana tambahan informasi dalam upaya menciptakan pemulihan yang optimal bagi penyandang cacat korban bencana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
A. PENERIMAAN DIRI KONDISI FISIK 1. Pengertian Penerimaan Diri secara Fisik Secara umum, Penerimaan diri menurut Wiley (dalam Anugrah, 1995; Media Psikologi Indonesia) mengandung pengertian adanya persepsi terhadap diri sendiri mengenai kelebihan dan keterbatasannya untuk digunakan secara efektif. Seseorang yang memiliki penerimaan diri berarti dapat mengenali kekurangannya sendiri dan berusaha untuk memperbaiki diri. Penerimaan diri akan meningkatkan penilaian diri, akan dapat mengkritik diri sendiri dan bertanggung jawab terhadap pilihannya sendiri, serta tidak menyalahkan ataupun mencela orang lain karena keadaan yang terjadi pada dirinya tersebut. Gea, dkk (2002) juga menyebutkan penerimaan diri adalah suatu sikap
memandang
diri
sendiri
sebagaimana
adanya
dan
memperlakukannya secara baik disertai rasa senang serta bangga sambil terus mengusahakan kemajuannya. Pernyataan diatas adalah pernyataan yang melihat penerimaan diri secara umum, sedangkan penerimaan diri akan kondisi fisik terdiri dari beberapa pernyataan yang dikemukakan oleh beberapa ahli.
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Penerimaan diri secara fisik didefinisikan oleh Unger dan Crawford (1992) sebagai suatu evaluasi dan penilaian tentang raganya. Jersild (1979) mengatakan bahwa penerimaan diri secara fisik sebagai tingkat kepuasan individu terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan tubuh secara keseluruhan. Penerimaan diri terhadap kondisi fisik seperti yang dikemukakan oleh Rubin (Gardner, 2002) menyatakan bahwa penerimaan diri, terutama keadaan fisik, merupakan suatu sikap yang mencerminkan adanya rasa senang sehubungan dengan kenyataan yang ada pada dirinya sehingga membuat individu memiliki emosi yang spontan, fleksibel, serta mampu menyadari perasaannya. Menerima kondisi dirinya seperti apa adanya disertai sikap dan perilaku yang wajar, tidak dibuat-buat dan tanpa ada sesuatu yang disembunyikan. Dwiamalia (2002) melihat penerimaan diri seseorang akan penampilan secara fisik adalah suatu perasaan akan gambaran dan penilaian beserta sikapnya terhadap tubuhnya dilihat dari tingkat kepuasan terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan fisiknya secara menyeluruh. Chaplin (1999) berpendapat bahwa penerimaan diri adalah sikap yang pada dasarnya merupakan rasa puas terhadap dirinya serta menerima perubahan-perubahan yang terjadi pada fisiknya. Pengakuan atas perubahan yang terjadi tidak diikuti oleh perasaan malu, rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
diri, maupun rasa bersalah. Individu harus menerima kodrat mereka apa adanya, sehingga mereka tidak harus mengubah atau memalsukan dirinya. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan penerimaan diri akan kondisi fisiknya adalah suatu tingkatan perasaan senang atau puas terhadap diri dan keadaan fisiknya dengan segala kelebihan dan kekurangannnya, memiliki kebanggaan dengan keadaannya tersebut tanpa merasa malu dan rendah diri akan keadaannya tersebut, mampu bertanggung jawab terhadap dirinya dan perbuatan yang dilakukannya tanpa terikat oleh orang lain. Mampu memahami dirinya akan potensi yang dimiliki dan mengembangkan potensi yang dimiliki menjadi sesuatu yang diharapkan, tidak hanya menerima saja. 2. Aspek-Aspek Penerimaan Diri akan Kondisi Fisik Terdapat beberapa aspek yang mempengaruhi penerimaan diri seseorang. Burns (dalam Anugrah, 1995; Media Psikologi Indonesia, 1998) dan menurut shere (dalam Hjelle & Zieglaer, 1977) menyebutkan ada 3 aspek penerimaan diri terhadap kondisi fisik seseorang, yaitu: a. Pengetahuan tentang fisik dirinya sendiri, yaitu sejauh mana individu
mengenal
dan
memahami
kondisi
fisiknya
(kecacatannya), seperti ciri-ciri kecacatannya (lumpuh), dan juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
meliputi kebutuhan-kebutuhan apa saja yang diperlukan atau diperhatikan dengan kondisinya tersebut seperti kebutuhan akan alat bantu (kursi roda), terapi, medis (rawat luka) sampai pada pengetahuan akan lingkungan fisik yang sesuai dan baik bagi kondisi maupun keadaan fisiknya (aksesbilitas), misal jalann yang rata, tempat tidur yang empuk, pintu kamar mandi yang luas, dan sebagainya. b. Pemahaman yang realistik atas kemampuan diri adalah suatu tingkatan kemampuan dimana seseorang mampu menyadari dan mengerti akan potensi-potensi yang dimilikinya, dan sejauh mana individu dapat bersikap dengan tepat sesuai dengan kondis saat ini. Misalnya ; bersikap dan berpikir secara realistis, mampu bersikap atau bertindak sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. c. Kepuasan terhadap dirinya sendiri adalah suatu tingat penerimaan diri dengan sungguh (apa adanya) akan apa yang ada pada dirinya meliputi penampilan fisik besarta perasaan dan penilaian yang meliputinya, terkait dengan kondisi dirinya yang menjadi cacat. Selain itu meliputi penilaian positif akan dirinya yang ditunjukkan dalam perasaan senang (rasa puas) yang terlihat dalam sikap menerima akan kondisinya (kelebihan maupun kekurangannya) 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan diri pada seseorang terutama pada para penyandang cacat yaitu :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
a. Jenis Kelamin Menurut Ratnawati (1990) jenis kelamin akan mempengaruhi penerimaan diri dan terdapat perbedaan yang mencolok antara pria dan wanita. Pria dinilai memiliki penerimaan diri yang lebih positif bila dibandingkan dengan wanita, hal ini berkaitan dengan sifat serta perlakuan orang tua mereka. Selain itu juga karena wanita relatif lebih sensitif serta lebih menitikberatkan pada afektif daripada pria. b. Lama Cacat yang disandang Berdasarkan lama kecacatan yang disandang, penerimaan diri pada penyandang cacat tubuh sejak lahir atau pada masa kanak-kanak lebih positif dibandingkan penyandang cacat tubuh pada masa remaja atau dewasa (Suhartono, 1976). Hal itu terjadi karena mereka sejak kecil terbiasa diperlakukan sebagai anak normal. Kecacatan tubuh yang mereka sandang seolah-olah merupakan kejutan psikis, sehingga mereka mengalami gangguan emosi, berupa rasa rendah diri, apatis, sensitif dan diikuti penolakan diri. c. Intelegensi Faktor
intelegensi
selain
menambah
kemampuan
dalam
membentuk pengertian mengenai bagaimana nilai-nilai sosial menghendaki penyesuaian juga dapat membuat seseorang lebih mampu untuk membentuk tinjauan yang lebih tepat tentang arti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
positif dari kenyataan dirinya berdasarkan nilai-nilai sosial yang ada. (Siswojo, 1980) d. Pendidikan Pendidikan memiliki pengaruh positif dalam penerimaan diri karena dapat untuk mempermudah penyesuaian diri. Tetapi ada kalanya pendidikan yang tinggi justru akan menghambat penerimaan diri pada penyandang cacat tubuh (Siswojo, 1980)
B. PENYANDANG CACAT 1. Pengertian Penyandang Cacat Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara selayaknya. Penyandang cacat mempunyai keterbatasan secara fisik sebagai akibat dari tidak berfungsinya anggota tubuh tertentu, yang mempengaruhi pula pada faktor-faktor non-fisik, baik faktor psikis maupun faktor sosial. (Sri Harmini, 2003) Andari (2000) menyebutkan bahwa penyandang cacat adalah seseorang yang mengalami gangguan secara fisik, mental, ekonomi dan sosial sehingga membawa pengaruh terhadap berkurangnya kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Mangunsong (1998) menyebutkan bahwa cacat fisik atau cacat tubuh mempunyai pengertian yang luas dimana secara umum dikatakan ketidakmampuan tubuh secara fisik untuk menjalankan fungsi tubuh seperti dalam keadaan normal. Penyandang cacat tubuh cenderung menjadi orang yang tidak mampu sehingga membutuhkan bantuan, perlindungan dan cenderung menghindarkan diri. (Bartel dan Guskin dalam Cruickshak, 1980) Hurlock (1999) meninjau dari segi psikologis, masalah yang dihadapi penyandang cacat tubuh lebih kompleks, mereka yang tidak dapat menerima dirinya secara realistis cenderung menganggap dirinya tidak berharga dan merasa orang lain melihatnya dengan penuh permusuhan dan penghinaan. Dianawati dkk (2005) mengemukakan bahwa penyandang cacat fisik cenderung mengalami perasaan inferioritas. Perasaan inferioritas adalah kecenderungan individu merasa diri kekurangan, tidak mampu dan gagal. Pernyataan-pernyataan di atas menggambarkan bahwa penyandang cacat adalah seseorang yang memiliki hambatan atau kesulitan secara fisik yang berakibat pada penurunan akitivitas, serta berpengaruh pada faktor non fisik seperti psikis seperti rendahnya kepercayaan diri dan merasa lemah, kurang berdaya sehingga selalu butuh pertolongan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
orang lain untuk beraktivitas maupun dalam mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Berat ringannya suatu keadaan cacat tubuh dapat dilihat dari kemampuan penyandang cacat tersebut untuk melakukan kegiatan sehari-hari, atau diistilahkan ADL, Activity of Daily Living. Semakin berat suatu cacat tubuh yang disandang, maka akan semakin sedikit ADL yang dapat dilakukan oleh individu yang bersangkutan (Siswoyo dalam Candra Kirana, 1987). Penderita paraplegia adalah salah satu yang termasuk dalam kategori kecacatan yang berat. Penderita paraplegia atau kelumpuhan pada
anggota-anggota
geraknya
dapat
menghambat
aktivitas
penderitanya, seperti contohnya kesulitan dalam ADL. 2. Pengertian Paraplegia Menurut tim Rehabilitasi medis Rumah Sakit Orthopaedi dan Prothease Solo (1983) paraplegia adalah kelumpuhan kedua anggota tubuh bagian bawah yang disebabkan kerusakan syaraf pada tulang belakang, sehingga menyebabkan kontak dari otak terputus, dengan demikian anggota tubuh tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Berat ringannya gangguan fungsi anggota tubuh tergantung seberapa berat kerusakan syaraf pada tulang belakang. Reed (1991) menyebutkan paraplegia adalah suatu kondisi kehilangan gerak dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
fungsi sensori di bawah tingkat dari cedera tulang belakang ; biasanya diantara T10 atau kebawah. 3. Penyebab Paraplegia Kerusakan atau cedera pada sumsum tulang belakang punggung mengakibatkan paraplegia (Werner, 2002). Hal ini dijelaskan oleh Fallon (1985) mengenai berbagai macam sebab yang dapat menyebabkan rusaknya sumsum tulang belakang, secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu : a. Kerusakan sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh kecelakaan. Kecelakaan ini meliputi berbagai jenis kecalakaan seperti kecelakaan lalu lintas luka tembak, luka tusukan, kecelakaan akibat olah raga biasanya menyelam, jatuh dari pohon, dan sebagainya. Kerusakan pada sumsum tulang belakang yang diakibatkan oleh kecelakan ini disebut juga sebagai luka traumatic tulang belakang. b. Kerusakan tulang belakang yang terjadi karena penyakit yang merusak sumsum tulang belakang tetapi tidak merusak susunan tulang belakang dimana kerusakan pada sumsum tulang belakang ini dapat menjadi lebih baik atau tetap pada kerusakan yang sama. Kerusakan sumsum tulang belakang ini kemudian disebut sebagai kelumpuhan yang tidak berkembang, non-progresif. Kerusakan pada sumsum tulang belakang yang terjadi karena penyakit tulang belakang atau sumsum tulang belakang atau keduanya, seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
pengerasan otak atau pengerasan sumsum tulang belakang, yang cenderung memburuk. Kerusakan ini kemudian disebut sebagai kelumpuhan yang berkembang, progresif. Penderita paraplegia dalam penelitian ini adalah mereka yang mengalami kecacatan akibat adanya suatu kecelakaan yaitu tertimpa benda berat akibat tertimpa runtuhan ataupun benda berat akibat dari gempa bumi. Pada umumnya kecacatan berdasarkan penyebabnya dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu cacat sejak lahir dan cacat setelah lahir atau mengalami kecelakaan. a. Cacat Sejak Lahir Kondisi bayi yang mengalami cacat sejak lahir dapat disebabkan karena ibunya seorang pecandu narkotik dan janin terbiasakan dengan narkotik selama berada dalam rahim. Narkotika dapat menyebabkan cacat badani atau cacat mental. Adakalanya anak normal selama berada dalam rahim ibunya, tetapi menjadi cacat pada saat kelahirannya. Misalnya dalam kelahiran yang sulit, alat pembantu medis dapat melukai mata ataupun pendengaran. Kelalaian atau kurangnya pengetahuan ibu selama mengandung maupun
setelah
melahirkan
dapat
pula
mempengaruhi
perkembangan bayi dimasa pertumbuhannya. Misalnya anak akan terkena polio jika si anak lupa tidak diberi vaksin polio. Sebuah cacat yang lain adalah Congenital Toxoplasmasis. Penyakit ini disebabkan sejenis protozoa bernama Toxoplasma Gondii. Apabila
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
seorang ibu terinfeksi protozoa ini, bisa keguguran atau bisa juga anaknya lahir buta atau dungu. Pada umumnya cacat badani merupakan akibat kromosom yang cacat, yang diwarisi orang tua. Apabila kedua orang tua memiliki kelemahan pada kromosom yang sama, besar kemungkinan anak mereka akan lahir cacat. b. Cacat Setalah lahir Banyak peristiwa dapat menyebabkan cacat. Adakalanya orang mengalami gegar otak atau kehilangan anggota tubuh dalam kecelakaan lalu lintas. Adapula yang tertembak dalam perang sehingga mengakibatkan anggota tubuhnya menjadi cacat atau tidak berfungsi dengan baik. Penggunaan obat-obatan yang melebihi dosis dapat pula mengakibatkan kelumpuhan tubuh. (Wulandari, 2004) Dianawati dkk (2005) menemukan bahwa individu yang mengalami kecacatan sejak kecil memiliki inferioritas yang lebih rendah dibanding individu yang mengalami kecacatan di usia yang lebih tua. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa seseorang yang mengalami cacat sejak lahir lebih mudah menerima dirinya apa adanya daripada mereka yang mengalami kecacatan setelah lahir. Penelitian ini mengambil subjek sebagai penyandang cacat penderita paraplegia yang disebabkan karena kejadian khusus, gempa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
bumi, dimana banyak dari mereka yang menjadi cacat bukan dari sejak lahir. 4. Kondisi Fisik Penyandang Cacat Penderita Paraplegia Kondisi fisik merupakan salah satu faktor penunjang penampilan diri seseorang. Penampilan fisik tersebut secara tidak langsung dapat mempengaruhi penerimaan diri seseorang, sebagaimana dikemukakan oleh
Dwiamalia
(2002)
mengenai
penerimaan
diri
terhadap
penampilan fisik adalah perasaan yang dimiliki seseorang yang meliputi gambaran dan penilaian beserta sikap-sikapnya terhadap tubuhnya yang dapat dilihat pada tingkat kepuasannya terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan fisik secara menyeluruh. Menurut ilmu kedokteran, penyandang cacat adalah seseorang yang dinyatakan mempunyai kelainan baik fisik maupun mental yang oleh karenanya dapat merupakan rintangan atau hambatan untuk melakukan kegiatan secara layak (PP no.36, thn. 1980, tentang Usaha Kesejahteraan Sosial bagi Penyandang Cacat). Berdasarkan keadaan kelumpuhan itu sendiri, paraplegia dapat digolongkan menjadi dua jenis (Werner, 2002) yaitu : a. Paraplegia Complete, yaitu paraplegia yang terjadi karena tulang belakang rusak secara menyeluruh, dimana pesan tidak dapat disampaikan melalui saraf sama sekali, sehingga perasaan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
kontrol dari gerakan di bawah tingkat kerusakan sumsum tulang belakang hilang secara permanen dan menyeluruh. b. Paraplegia Incomplete, yaitu paraplegia yang terjadi karena tulang belakang rusak sebagian dimana perasaan dan gerakan mungkin masih ada sebagian atau mungkin perasaan dan gerakan mungkin akan kembali membaik sedikit demi sedikit selama beberapa bulan. Pada penderita paraplegia incompletemungkin pada beberapa bagian tubuh mempunyai perasaan dan kemampuan gerakan yang lebih sedikit jika dibandingkan bagian yang lain. Pada Laporan Penelitian Sosial (1970) dijelaskan bahwa penderita paraplegia incomplete dimana kelumpuhan tidak total, kadang masih dapat berjalan sendiri dengan bantuan kruek, brace atau tongkat. Sensasi tidak hilang, hanya kadang-kadang sensivitasnya agak berkurang. Secara fisik, penderita paraplegia memiliki organ yang lengkap hanya perbedaannya walaupun organ tubuhnya lengkap, ada beberapa bagian tubuh yang tidak dapat dipergunakan kembali dikarenakan rusaknya sumsum saraf pusat pada tulang belakang. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap mobilitas ketika melakukan kegiatan dan berperilaku. Cacat paraplegia bersifat permanen sehingga dapat mempengaruhi perilakunya (Brown, dkk. 1999). Kondisi fisik penderita paraplegia sangat rentan terhadap munculnya luka baru. Kondisi kecacatan yang berakibat pada lumpuh atau layuhnya sebagian tubuh akan menghambat mobilitasnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
sehingga berakibat pada sulitnya untuk bergerak bebas dan hilangnya fungsi perasa pada bagian tubuh tertentu, bisanya terlalu lama pada posisi yang sama, misal duduk atau tidur yang terlalu lama, hal ini berakibat pada bagian tertentu dari tubuh yang terkena tekanan terlalu lama hingga timbul luka tekan, atau disebut decubitus. Luka decubitus merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada penderita cedera tulang belakang (Dijk, dkk. 1999). 5. Akibat Paraplegia Paraplegia merupakan kecacatan fisik yaitu kelumpuhan yang terjadi pada sebagian anggota tubuh. Paraplegia tidak menyerang daerah kepala, sehingga dapat dipastikan bahwa paraplegia biasanya mempunyai kondisi otak yang baik. Fallon (1985) mengatakan bahwa secara biologis fungsi otak penderita paraplegia masih normal dan tidak mengalami masalah maupun mengalami gangguan, termasuk fungsi hypothalamus yang mengendalikan perilaku seksual tidak mengalami gangguan. Begitu juga fungsi pusat motoriknya, orang yang menderita paraplegia tidak mengalami masalah pada pusat motorik di otak dan anggota-anggota gerak itu sendiri masih normal, tetapi karena kerusakan sumsum tulang belakang yang terjadi, maka koordinasi saraf-sarafnya menjadi terganggu bahkan terhenti sama sekali. Cederanya sumsum saraf pada tulang belakang mengakibatkan koordinasi perintah dari otak ke rangsang-rangsang ke bagian bawah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
tubuh menjadi terhenti, demikian pula sebaliknya. Fallon (1985) menjelaskan bahwa akibat itu kadang-kadang tidak saja terbatas pada kelumpuhan anggota gerak bawah tetapi sampai juga pada sistem geniorinal dan alat kelaminnya. Koordinasi saraf-saraf yang terputus ini menyebabkan bagian badan yang lumpuh tidak dapat merasakan sensasi dan tekanan. Meskipun
penderita
paraplegia
dapat
merasakan
tekanan
kemungkinan tidak akan dapat menggerakkan anggota badan tersebut. Demikian pula dengan aliran darah yang akan memberi nutrisi ke kulit akan menjadi menurun. Menurut Werner (1999), akibat kerusakan sumsum tulang belakang diantaranya adalah : a. Kehilangan kontrol gerakan dan perasaan. b. Kehilangan kontrol sebagian atau menyeluruh terhadap buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK). c. Kemungkinan mempengaruhi pinggul dan beberapa bagian tubuh (tingkat yang lebih tinggi mengakibatkan daerah kelumpuhan yang lebih luas). d. Kemungkinan akan mengalami kejang otot atau kaki yang terkulai.
Menurut Powell (1979), komplikasi yang dapat terjadi pada penderita paraplegia adalah :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
a. Infeksi saluran kencing. b. Infeksi saluran pernafasan. c. Peradangan ginjal d. Paling sering terjadi adalah luka decubitus.
C. PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS 1. Pengertian Pendampingan Pendampingan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan dan dapat bermakna pembinaan, pengajaran, pengarahan dalam kelompok yang lebih berkonotasi pada menguasai, mengendalikan, dan mengontrol. Kata pendampingan lebih bermakna pada kebersamaan, kesejajaran, samping-menyamping, dan karenanya kedudukan antara keduanya (pendamping dan yang didampingi) sederajat, sehingga tidak ada dikotomi antara atasan dan bawahan. Hal ini membawa implikasi bahwa peran pendamping hanya sebatas pada memberikan alternatif, saran dan bantuan konsultatif dan tidak pada pengambilan keputusan. (BPKB Jawa timur, 2001; 5) Pendampingan berarti bantuan dari pihak luar baik perorangan maupun kelompok untuk menambahkan kesadaran dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan pemecahan permasalahan pribadi maupun kelompok.
Pendampingan
diupayakan
untuk
menumbuhkan
keberdayaan dan keswadayaan agar individu yang didampingi dapat mandiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Ramli (2005) menyebutkan bahwa kegiatan pendampingan disebut sebagai suatu proses karena didalamnya terdapat serangkaian kegiatan dan daya upaya yang dilakukan pendamping baik secara individual maupun secara kolaboratif bagi pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Wiryasaputra
(2006)
menyebutkan
bahwa
pendampingan
psikologis adalah proses perjumpaan antara pendamping dan orang yang didampingi. Perjumpaan itu bertujuan untuk menolong orang yang
didampingi
agar
dapat
menghayati
keberadaannya
dan
mengalami pengalamannya secara penuh dan utuh, sehingga dapat menggunakan
sumber-sumber
yang
tersedia
untuk
berubah,
bertumbuh, dan berfungsi penuh secara fisik, mental, spiritual, dan sosial. Dalam pendampingan terjadi interelasi dan interaksi antara pendamping dan orang yang didampingi. Pendampingan secara umum dapat dilakukan oleh semua orang, namun jika pendampingan secara psikologis hanya dapat dilakukan oleh orang yang menguasai bidang tersebut. Lebih lanjut Wiryasaputra menyebutkan bahwa pendampingan yang mengacu pada hubungan bantuan psikologis ini adalah pada hubungan di antara dua subjek, yakni orang yang “mendampingi” dan orang yang “didampingi” dalam posisi sederajat. Pada hakikatnya, pendampingan psikologi merupakan semangat, sikap, kepedulian dan tindakan
membantu
orang
yang
sedang
mengalami
krisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
(Wiryasaputra, 2006). Krisis yaitu keadaan dimana seseorang mengalami
masa-masa
sulit
(Thomas
C.Oden,
1986;
dalam
Wiryasaputra, 2006). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendampingan psikologis adalah suatu rangkaian kegiatan yang hanya bisa dilakukan oleh orang yang dipersiapkan atau memiliki pendidikan dibidang psikologis. Pendampingan psikologis ditujukan kepada mereka yang mengalami krisis agar mereka mampu menyadari dirinya sebagai suatu kesatuan yang utuh, dan juga membuat mereka sadar akan sumber dan kemampuan yang ada untuk digunakan untuk mengatasi krisis tersebut dan juga bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya. Pendampingan terjadi hubungan yang sederajat antara orang yang mendampingi dengan yang didampingi. 2. Jenis-Jenis Pendampingan Menurut Wiryasaputra (2006) ada 3 macam pendampingan yang dibedakan menjadi : a. Pendampingan yang dilakukan oleh semua anggota keluarga secara universal, dimanapun mereka tinggal sebagai perwujudan dari hakikat dasar keberadaan manusia : holistik dan keperjumpaan. b. Pendampingan yang dilakukan oleh para pelaku profesi nonpsikologis yang ingin menggunakan konseling sebagai nilai tambah bagi profesinya sendiri, pendampingan secara fungsional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
c. Pendampingan yang dilakukan oleh kaum profesional secara penuh waktu. Pelaku pendampingan ini disebut sebagai konselor psikologis profesional. Penelitian ini akan menggunakan jenis penelitian yang dilakukan oleh para pelaku kaum profesional, dimana mereka dipersiapkan secara khusus untuk mendampingi para korban gempa terutama mereka yang mengalami kecacatan. Para pendamping adalah mereka yang memiliki latar belakang pendidikan psikologis. 3. Fungsi Pendampingan Pendampingan melibatkan pendamping dan yang didampingi. Pendamping adalah sebagai fasilitator dalam menanggapi masalah ataupun keprihatinan-keprihatinan dalam kehidupan seseorang yaitu dengan memfungsikan diri dari yang didampingi. Perbedaan pendampingan psikologis dengan dukungan dan pendampingan dari keluarga maupun dalam masyarakat dapat terlihat pada fungsi pendampingan sebagai berikut. Fungsi pendampingan yaitu meliputi : a. Menyembuhkan. Fungsi ini dipakai oleh pendamping ketika melihat keadaan yang perlu dikembalikan ke keadaan semula atau mendekati keadaan semula, dengan kata lain membantu seseorang untuk
menghilangkan
tingkah
laku
disfungsional
yang
mengganggu, dan dapat berfungsi dengan keadaannya yang baru. b. Menopang. Fungsi menopang dipakai untuk membantu seseorang untuk menerima keadaannya sekarang sebagaimana adanya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
kemudian bisa berdiri diatas kedua kaki sendiri dalam keadan yang baru, serta bertumbuh secara penuh dan utuh. c. Membimbing. Pendamping berlaku sebagai pembimbing yang didampingi untuk bisa mandiri dan bertanggung jawab terhadap keputusannya dengan mempertimbangkan saran dari pendamping berupa
alternative-alternatif,
kelebihan
dan
kelemahan,
kesempatan, tantangan yang mungkin ada, dan sarana apa saja yang diperlukan untuk dapat mengambil suatu keputusan yang terbaik yang dipilih seseorang dengan kesadaran akan pilihannya sendiri. d. Memperbaiki hubungan. Pendamping sebagai penengah atau mediator ketika seseorang mengalami konflik batin dengan pihak lain yang menyebabkan rusaknya hubungan, yang pada akhirnya mereka (pihak yang berkonflik) mampu memecahkan masalah secara mandiri. Namun tidak jarang konflik batin dapat mengarah pada
konflik
eksistensial
yang
kemungkinan
terburuk
menyebabkan bunuh diri. Maka pendamping sebagai mediator orang itu dengan dirinya sendiri. e. Memberdayakan. Fungsi ini dipakai untuk membantu orang yang didampingi menjadi penolong bagi dirinya sendiri pada masa depan ketika menghadapi kesulitan kembali. Maka diharapkan orang yang didampingi tersebut tidak selalu tergantung pada pertolongan orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Dari fungsi-fungsi pendampingan yang sudah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa pendampingan berfungsi untuk membantu orang yang didampingi untuk dapat hidup secara mandiri dengan menerima segala kekurangan maupun kelebihan dirinya secara apa adanya, dan mau menerima kondisi sekarang dengan tidak hanya pasrah namun bertanggung jawab akan hidupnya dan mau serta tertantang untuk mengembangkan hidupnya dan berfungsi dengan keadaan yang baru.
D. Dinamika Perbedaan Penerimaan Diri Kondisi Fisik Penderita Paraplegia Korban Gempa yang Mendapatkan Pendampingan Dengan yang Tidak Mendapatkan Pendampingan Gempa yang terjadi pada pertengahan bulan di tahun 2006 telah membawa derita bagi sebagian masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya. Banyak orang yang menjadi korban meninggal dan luka-luka, banyak juga diantara mereka yang menjadi cacat. Kecacatannyapun beraneka ragam dari yang amputasi kaki, ataupun tangan, luka memar dan patah tulang dibagian anggota tubuh, bahkan sampai ada yang mengalami luka terparah yaitu kelumpuhan atau disebut sebagai paraplegia. Para korban gempa bumi tahun 2006 yang silam yang menjadi penderita paraplegia sebagian besar adalah orang-orang biasa yang tidak mengalami kecacatan yang berarti, tidak cacat, sehingga ketika sekarang mereka menjadi penderita paraplegia, mereka banyak yang merasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
depresi, menjadi kurang percaya diri, malu, memiliki perasaan inferioritas dan merasa menjadi orang yang tidak berguna, gagal dan merasa selalu butuh bantuan orang lain. Paraplegia adalah kelumpuhan kedua anggota tubuh bagian bawah yang disebabkan kerusakan syaraf pada tulang belakang, sehingga menyebabkan kontak dari otak terputus, dengan demikian anggota tubuh tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Penderita paraplegia pada umumnya memiliki organ tubuh yang lengkap, namun karena rusaknya susunan saraf pusat pada sumsum tulang belakang mengakibatkan fungsi gerak tubuh pada bagian bawah menjadi lumpuh. Fungsi perasa pada bagian bawah tubuh dibawah luka juga tidak mampu merasakan rangsangan-rangsangan yang ada. Sering mengalami kekejangan otot atau kaki terkulai. Kontrol terhadap organ pencernaan tubuh pada bagian pembuangan, misalnya BAB dan BAK, menjadi tidak berfungsi atau terganggu. Bahkan kemampuan seksual penderitanyapun juga ikut terganggu. Kondisi tersebut berpengaruh pada kondisi mental para korban bencana ketika berhadapan pada kenyataan hidup saat ini yang mereka alami yang tidak ada satupun dari mereka menginginkannya, yaitu menjadi cacat, paraplegia. Masalah penerimaan diri akan kondisi kecacatan ini menjadi hal yang penting untuk diperhatikan mengingat bahwa mereka yang menjadi penderita paraplegia adalah mereka yang dulunya bukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
penyandang
cacat
sehingga
kemampuan
dan
pengetahuan
akan
penerimaan diri mereka akan kondisi fisik yang baru, cacat, juga sangat minim. Penerimaan diri akan kondisi fisik ditandai dengan sikap yang mencerminkan rasa senang dan puas akan perubahan yang terjadi pada kondisi dirinya, tidak diikuti oleh perasaan malu, rendah diri, maupun rasa bersalah, serta mengenal kelebihan maupun kekurangannya untuk digunakan secara efektif tanpa harus menyembunyikan siapa dirinya. Bertanggung jawab dan mandiri dalam mencapai kebutuhan sehari-hari. Penerimaan diri penyandang cacat paraplegia harus dicapai melalui proses dan pengalaman yang terjadi dalam hidupnya. Jersild (dalam Hurlock, 2002) menyebutkan bahwa penerimaan diri adalah sebagai suatu proses bertahan dan mempunyai tingkatan. Mereka yang mengalami kecacatan bukan dari sejak lahir atau karena kecelakaan biasanya sulit untuk bisa menerima kondisi dirinya secara langsung, mereka cenderung mengalami perasaan inferioritas, yaitu kecenderungan merasa diri kekurangan, tidak mampu dan gagal (Dianawati, dkk. 2005). Kondisi ini dipertegas dengan informasi dan pengetahuan yang kurang akan penyandang cacat penderita paraplegia, sehingga yang muncul kemudian adalah penolakan dan sikap inferioritas terhadap diri dan masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Individu yang menerima dirinya sendiri akan lebih mengenali potensi-potensi yang ada pada dirinya (Skinner, dalam Maramis 1994). Selain itu, individu yang menerima dirinya akan lebih mengenali kelebihan maupun kekurangan dirinya sehingga individu tersebut dapat memanfaatkan potensi, kelemahan dan kekurangan dirinya secara optimal, tepat guna dan terintergrasi. Masalah maupun keterbatasan yang dihadapi oleh penyandang cacat penderita paraplegia sangat kompleks, dari masalah kondisi fisik kecacatannya sampai pada kondisi psikologisnya. Mereka cenderung tidak dapat menerima kondisi dirinya secara realistis dan cenderung menganggap dirinya tidak berharga. Kondisi penderita paraplegia yang mengalami kelumpuhan pada bagian tubuh bawah dan kesulitan bergerak yang berakibat pada mobilitas yang terbatas menuntut mereka untuk selalu membutuhkan alat bantu ataupun orang lain untuk membantu dalam mobilitas gerak dalam berkegiatan. Mereka membutuhkan pendampingan dari orang lain supaya mereka dapat bertahan dalam menjalani dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Setiap orang pasti membutuhkan bantuan, terutama bagi mereka yang telah menjadi cacat. Bantuan yang diberikanpun bisa bermacammacam, dapat berupa bantuan secara materiil maupun secara moril. Bantuan materiil biasanya dapat berupa barang-barang atau sesuatu yang dapat membantu meringankan penderitanya, seperti rumah dan alat-alat kesehatan. Bantuan moril, dapat berupa bantuan atau dukungan, perhatian,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
kedekatan, bimbingan dan segala sesuatu yang membuat seseorang menjadi nyaman secara psikologis. Salah satu bantuan secara moriil yang diperlukan bagi mereka yang menjadi paraplegia adalah pendampingan psikologis yang diberikan untuk membantu seseorang supaya dapat berfungsi secara penuh, bisa mandiri dan dapat menerima kondisi dirinya. Pendampingan ini diberikan kepada mereka yang mengalami suatu kejadian yang diakibatkan kejadian tertentu untuk membuat mereka mampu beradaptasi dan menerima diri akan kondisinya tersebut. Pendampingan psikologis bertujuan untuk membantu seseorang dalam permasalahan psikologisnya seperti menghilangkan tingkah laku disfungsional, yaitu tingkah laku yang ditunjukkan dengan rasa malu dengan kondisi dirinya yang menjadi cacat, seperti mengurung diri dikamar, prasangka yang berlebihan dan malu bertemu orang. Perasaan menolak atau tidak menerima akan segala sesuatu yang menimpa dirinya, dengan adanya pendampingan maka diharapkan mereka akan mampu menerima kenyataan yang ada, bukannya larut dalam harapan-harapan palsu, namun harus kuat menghadapinya. Salah satu fungsi pendampingan adalah memberdayakan, baik dari potensi yang dimiliki oleh individu maupun dengan melibatkan potensipotensi yang ada disekelilingnya. Menjadi cacat adalah kondisi dimana seseorang merasa terbatasi oleh keadaannya sehingga perlu adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
bantuan atau alat bantu, namun kesulitan dan ketidaktahuan dalam mempergunakan fasilitas tersebut secara maksimal menjadi kendala ketika bagi mereka yang diberi bantuan. Seseorang tidak atau jarang menggunakan kursi roda untuk keluar rumah hanya karena alasan malu, takut jatuh dan tidak percaya diri jika bertemu orang lain. Rumah dengan fasilitas pendukung untuk penyandang cacat yang dibuat agar penyandang cacat menggunakannya dalam berkegiatan sehari-hari, namun jarang atau tidak terpakai sebagaimana mestinya, dikarenakan kekurangtahuan akan cara penggunaan sehingga masih selalu tergantung orang lain ataupun merasa malu jika orang-orang melihat kecacatannnya. Penggunaan alat bantu meyakinkan seseorang terhadap keterbatasan orang yang menggunakannya tersebut. Selain itu, tidak bisa merawat luka sendiri atas alasan kesehatan adalah bukti bahwa mereka masih terlalu tergantung orang lain dan tidak bertanggung jawab akan kesehatan dirinya sendiri. Fasilitas yang diberikan jika tidak digunakan sebagaimana mestinya akan menjadi sia-sia. Fasilitas yang ada sangat baik jika digunakan untuk perkembangan diri, seperti bersosialisasi maupun untuk perkembangan diri. Seseorang yang mau bangkit dari keterpurukan dan tidak kalah akan kondisi kecacatannya, misalnya menjadi lumpuh, adalah seseorang yang menerima dirinya, dan dengan dukungan alat dan fasilitas yang ada akan semakin meningkatkan perbaikan dalam diri, baik fisik maupun psikis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Pendampingan ini diberikan oleh mereka yang sudah dipersiapkan baik dari segi pengetahuan dan pengalaman dalam bidang psikologis dalam membantu para korban yang membutuhkan bantuan secara psikologis, serta menggunakan faktor fisik guna mendukung kesembuhan pasien dari segi fisik maupun psikologis. Dukungan berupa perhatian, bimbingan, dukungan selalu ada untuk orang yang membutuhkan dapat dilakukan oleh semua orang, namun pendampingan psikologi ini lebih terarah pada pemulihan atau penyembuhan kondisi psikologis seseorang yang telah mengalami peristiwa yang mengejutkan dengan pengalaman dan faktor fisik yang tersedia, supaya sesorang menjadi sembuh seperti sedia kala atau mendekati kondisi semula. Banyak dari penderita yang tidak mendapatkan pendampingan secara profesional, kebanyakan dari mereka mendapatkan pendampingan hanya terbatas oleh keluarga maupun masyarakat sekitar. Hal tersebut tidaklah buruk, namun kebanyakan dari masyarakat umum tidak mengetahui akan kebutuhan penyandang cacat secara psikologis, hal tersebut berpengaruh juga pada penerimaan diri akan kecacatannya. Survey dilapangan terlihat bahwa keluarga, sebagai pendamping dari penderita, biasanya hanya menopang dari segi fisiknya saja seperti rawat luka, memenuhi kebutuhan sandang dan pangan saja. Secara informal, stigma yang muncul dimasyarakat adalah bahwa mereka kadang mengucilkan para penyandang cacat. Hal ini terjadi dikarenakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
masyarakat menganggap kecacatan sebagai suatu aib bagi desa mereka. Para penyandang kecacatan dianggap tidak mampu (Affrida, 2007). Tindakan masyarakat maupun dari pihak keluarga yang kurang mendukung dapat berdampak pada perkembangan psikologi penderita yang menuju kearah negatif. Dampak psikologi yang muncul, seperti rendahnya konsep diri, persepsi diri yang rendah terutama kaitannya dengan bagaimana individu memandang dirinya dan pendampilannya sendiri, penerimaan diri yang rendah, munculnya reaksi penolakan, keadaan depresif, bahkan sampai dengan menarik diri dari pergaulan sosial sehari-hari (Livneh&Antonak, 2005).
E. HIPOTESIS Hipotesa dari penelitian ini adalah penerimaan diri penyandang cacat penderita paraplegia yang mendapatkan pendampingan lebih tinggi atau lebih baik dibandingkan dengan penyandang cacat penderita paraplegia yang tidak mendapatkan pendampingan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Normal secara
Bencana Alam Gempa Bumi
Fisik Cedera Tulang Belakang (Paraplegia)
Kondisi Sehat Gejala Fisik
Lumpuh Permanen
Tidak bisa jalan, kaki layuh, kejang, sulit BAB dan BAK, fungsi seksual menurun, timbul penyakit dalam, rentan terhadap luka tekan (decubitus)
Malu akan kondisi fisik, pemurung, sosialisasi kurang, kurang percaya diri, depresi, merasa gagal karena menjadi cacat, pikiran irasional bunuh diri
INTERVENSI
Bantuan Fisik Membangun rumah Alat bantu Dana Perawatan Luka Kesehatan
Masalah fisik tertangani, namun secara mental masih merasa malu dan inferior Akibat : penggunaan alat minim
Penerimaan akan Kondisi Fisik Diri yang Kurang
Gejala Psikologis
Penerimaan akan kondisi fisik diri kurang, karena pengetahuan minim, berlaku kurng realistis, tdk puas
Bantuan Non-Fisik Pendampingan Psikologis : menyembuhkan ke kondisi semula, membimbing dlm pengetahuan fisik/psikologis, menopang, mperbaiki hubungan, memberdayakan supaya mandiri scr fisik&psikologis
Adanya keseimbangan antara bantuan fisik dengan bantuan psikologis
Penerimaan akan Kondisi Fisik Diri yang Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
JENIS PENELITIAN Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian perbandingan atau komparasi. Penelitian perbandingan adalah penelitian yang membandingkan dua variabel yang sama dalam populasi yang berbeda (Amirin, 1986). Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan untuk melihat dampak dari suatu perlakuan, subjek telah mendapat perlakuan dari variabel bebasnya, dan penelitian ini bermaksud untuk melihat sejauh mana variabel bebas mempengaruhi variabel tergantungnya, dan perbedaan ketika tidak diberi perlakuan. Dalam hal ini peneliti akan membandingkan penerimaan kondisi fisik korban gempa yang mendapat pendampingan dengan yang tidak mendapat pendampingan.
B.
IDENTIFIKASI VARIABLE Ada dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variable bebas dan variable tergantung : Variabel bebas
: Status pendampingan
Variabel tergantung
: Penerimaan Diri
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
C.
DEFINISI OPERASIONAL 1. Penerimaan Diri Penerimaan diri adalah suatu sikap menerima kondisi diri apa adanya dengan wajar yang ditunjukkan pada sikap dan perasaan yang wajar, tidak berlebihan. Pengenalan diri secara utuh akan kondisi diri dan tidak menutupi maupun menyangkal keadaan dirinya yang menjadi cacat. Penerimaan diri akan kondisi fisik penyandang cacat tubuh terdiri dari beberapa aspek, diantaranya : 1.
Pengetahuan tentang fisik dirinya sendiri Sejauh mana individu mengenal dan memahami kondisi fisiknya, kecacatannya, dan juga meliputi kebutuhan-kebutuhan apa saja yang diperlukan atau diperhatikan dengan kondisinya tersebut.
2.
Pemahaman yang realistis atas kemampuan diri a. Tingkat kemampuan dalam menyadari dan mengerti akan potensi-potensi yang dimiliki, setelah menjadi cacat. b. Sejauh mana individu dapat bersikap dengan tepat, tidak berlebihan atau sangat kurang, sesuai dengan kondisi diri saat ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
3.
Kepuasan, secara fisik, terhadap dirinya sendiri a. Tingkat penerimaan diri dengan sungguh akan penampilan fisiknya, meliputi penilaian maupun perasaaannya, terkait dengan kondisi dirinya yang menjadi cacat. b. Tingkat penilaian positif seseorang akan kondisi diri. Perasaan senang, rasa puas, yang ditunjukkan pada sikap menerima akan kondisinya, kelebihan maupun kekurangannya. Dalam penelitian ini, pengukuran penerimaan diri dibatasi pada self
report atau pandangan subjek terhadap diri sendiri dalam penerimaan dirinya terhadap kondisi dirinya yang menjadi cacat. Skor skala yang didapat dari pengukuran menunjukkan penerimaan diri penyandang cacat korban gempa yang mendapat pendampingan maupun yang tidak mendapat pendampingan. Semakin tinggi skor yang didapatkan, maka semakin tinggi penerimaan diri akan kondisi fisiknya menurut pandangan subjek demikian juga sebaliknya. 2. Pendampingan Pendampingan psikologis adalah suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada mereka yang mengalami krisis. Krisis yang dimaksud adalah suatu kejadian yang membuat seseorang mengalami goncangan batin seperti depresi dan kesedihan, hal ini yang biasa terjadi pada mereka yang menjadi cacat akibat dari suatu kejadian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Pendampingan psikologis ini merupakan salah satu program Pusat Rehabilitasi Yakkum dibawah unit Psikososial yang bergerak dalam penanganan mental, seperti penerimaan diri, penyandang cacat setelah terjadi suatu kecelakaan agar mereka dapat mandiri dan berfungsi penuh di lingkungan masyarakatnya. Pendampingan ini hanya bisa diberikan oleh mereka yang sudah terlatih dengan pengawasan dan bimbingan dari ahlinya yaitu Psikolog, sehingga hasil dampingan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmu Psikologi. Fungsi atau tujuan dari pendampingan adalah untuk membimbing agar bisa kembali atau mendekati keadaan semula, membina agar tidak salah dalam menerima dan mengolah informasi akan diri dan memberfungsikan kembali walau dengan kondisi telah menjadi cacat.
D.
SUBJEK PENELITIAN Pemilihan subjek penelitian menggunakan metode purposive sample yaitu pemilihan sekelompok subyek didasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Penggunaan subjek penelitian dalam penelitian ini adalah mereka yang merupakan korban bencana alam gempa bumi pada pertengahan tahun 2006 silam yang tinggal di Yogyakarta dan sekitarnya. Kriteria subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
penelitian meliputi umur remaja akhir (17 tahun keatas) sampai dewasa dari berbagai golongan (pelajar, pekerja, petani), pria maupun wanita yang mengalami kecacatan karena gempa Yogyakarta. Pada usia 17 tahun keatas adalah dari masa remaja akhir (pubertas, adolesenci = Lat. Adolescere = adultus = menjadi dewasa), hingga sampai pada masa dewasa. Tugas perkembangan untuk masa remaja akhir adalah menerima peran dewasa berdasarkan pengaruh kebiasaan masyarakat sendiri, mendapatkan kebebasan secara emosional, dan belajar bertanggung jawab baik secara diri sendiri maupun sosial (Havinghurst, dalam Monks 2002). Dengan adanya peran ini maka seseorang yang berumur diatas 17 tahun memiliki hak untuk memilih kehidupan nya sendiri, berhak untuk memilih tanpa tergantung dari orang tua, mampu berdiri sendiri dan bertanggung jawab akan segala keputusannya. Jenis-jenis kecacatan yang dimaksud adalah kelumpuhan atau disebut paraplegia. Kecacatan ini disebabkan oleh rusaknya sumsum tulang belakang akibat tertimpa benda berat. kelumpuhan atau layuh di beberapa bagian tubuh namun memiliki tingkat keparahan dibawah paraplegia yaitu paraparese yang meliputi layuh (lemas atau lemah) pada bagian tertentu atau hampir keseluruhan anggota gerak bagian bawah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
E.
PROSEDUR PENELITIAN 1. Tahap Persiapan Pada tahap persiapan, peneliti melakukan berbagai usaha, yaitu : a. Penyusunan instrumen angket Hal-hal yang dilakukan peneliti dalam menyusun instrument adalah : 1) Menentukan aspek yang akan menjadi dasar dalam pembuatan instrumen (item). 2) Membuat item berdasarkan aspek yang telah ditentukan dalam bentuk pernyataan yang bersifat favorable dan unfavorable. 3) Mengkonsultasikan item yang telah dibuat kepada pembimbing. b. Mengujicobakan skala atau melakukan try out pada individu yang memiliki karakteristik sama dengan subjek penelitian yaitu penyandang cacat fisik yang sampai saat ini kecacatannya masih sangat dirasakan atau terlihat secara indera, yang merupakan korban bencana alam gempa bumi yang tinggal di kabupaten Bantul, Imogiri dan sekitarnya. Mereka yang telat menerima bantuan secara fisik dan non fisik. Uji coba ini dilaksanakan dari awal Februari 2009 sampai bulan Mei 2009. Lamanya pengambilan data penelitian disebabkan alamat dan letak geografis dari masing-masing responden yang tidak berdekatan satu sama lain, dan beberapa alamat yang tidak tertera secara lengkap dan jelas. Skala yang disebar sebanyak 80 eksemplar,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
akan tetapi tidak semua yang bisa dianalisis dikarenakan ada beberapa skala yang gugur. Skala yang gugur antara lain 12 (dua belas) eksemplar yang tidak memiliki kelengkapan jawaban, 8 (delapan) eksemplar yang tidak kembali, sehingga angket yang bisa di analisis berjumlah 60 (enam puluh) eksemplar. c. Melakukan pengujian validitas serta reliabilitas terhadap skala penerimaan diri yang telah diujicobakan. Pengujian dilakukan menggunakan program komputasi SPSS for windows versi 17.0. 2. Tahap Pengumpulan Data Akan diperoleh item-item yang telah diujicobakan kepada subjek penyandang cacat fisik korban gempa. Penelitian ini menggunakan metode try out terpakai, sehingga hanya dilakukan satu kali pengambilan data, yaitu bersama dengan try out.
F.
METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA 1.
Alat Pengumpul Data/ Instrumen Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode skala, yaitu alat atau cara pengumpulan data dengan menggunakan pernyataan yang disusun dengan cara tertentu mengenai suatu obyek yang yang hendak diungkap dari subyek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Ada tiga alasan mengapa skala dijadikan sebagai metode pengumpulan data (Suryabrata, 2006): a. Subyek merupakan pribadi yang paling mengetahui dan memahami tentang dirinya sendiri. b. Implikasi dari hal tersebut adalah bahwa apa yang dikemukakan atau jawaban yang dinyatakan subyek kepada peneliti merupakan kondisi sebenarnya dan dapat dipercaya. c. Interpretasi subyek tentang pertanyaan atau pernyataan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan yang dimaksud oleh peneliti. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala penerimaan diri. Skala penerimaan diri ini bersifat tertutup dan anonim.
Tertutup
jawabannya
sudah
berarti
berisi
disediakan
oleh
pertanyaan-pertanyaan peneliti,
dalam
hal
yang ini
menggunakan skala Likert yang dimodifikasi yang terdiri atas empat kategori jawaban, yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Jawaban ini digunakan agar subyek dapat menentukan pilihannya secara tegas dan tidak ragu-ragu. Apabila tersedia jawaban di tengah, dapat timbul kecenderungan untuk memilih jawaban yang netral, khususnya oleh mereka yang ragu-ragu atas jawabannya (Hadi, 1991). Bersifat anonim bertujuan agar subyek lebih terbuka dalam memberikan informasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
2.
Penskoran Skor merupakan harga suatu jawaban terhadap pertanyaan dalam tes (Azwar, 2003). Penskoran jawaban dalam penelitian ini tergantung dari jenis pernyataan seperti yang tertulis dalam tabel 1 berikut ini: Tabel 1 Skor untuk Item Favorable dan Unfavorable Skor Jawaban Alternatif Jawaban
3.
Favorable
Unfavorable
Sangat Setuju
4
1
Setuju
3
2
Tidak Setuju
2
3
Sangat Tidak Setuju
1
4
Blue Print Skala kebermaknaan hidup ini terdiri dari 78 item, yang terdiri atas 39 item favorable dan 39 item unfavorable. Di bawah ini akan disajikan blueprint skala penerimaan diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Tabel 2 Blue Print Skala Perbedaan Penerimaan Diri Nomor Item Aspek
Pengetahuan Fisik
Realistis
Kepuasan Diri
Jumlah
Jumlah Favorable
Unfavorable
1, 7, 13, 19, 25, 31,
4, 10, 16, 22, 28,
37, 43, 49, 55, 61,
34, 40, 46, 52, 58,
67, 73,
64, 70, 76,
(13)
(13)
3, 9, 15, 21, 27, 33,
6, 12, 18, 24, 30,
39, 45, 51, 57, 63,
36, 42, 48, 54, 60,
69, 75
66, 72, 78
(13)
(13)
5, 11, 17, 23, 29, 35,
2, 8, 14, 20, 26, 32,
41, 47, 53, 59, 65,
38, 44, 50, 56, 62,
71, 77
68, 74
(13)
(13)
39
39
26
26
26
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
G.
PERTANGGUNGJAWABAN MUTU 1.
Validitas Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2003). Suatu tes atau instrument dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tes memberikan hasil yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran. Tes validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi, yaitu validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes yang mana akurasi data tergantung pada sejauh mana isi skala mencakup data yang komprehensif dan relevan dengan tujuan penelitian (Azwar, 2003). Analisis rasional terhadap isi item dilakukan oleh dosen pembimbing guna memeriksa kualitas item sebagai dasar untuk diseleksi.
2.
Seleksi Item Seleksi item diawali dengan melakukan uji coba terhadap item – item yang telah dibuat untuk mendapatkan item – item yang dianggap baik dan layak. Uji coba dilakukan pada individu yang memiliki karakteristik yang sama dengan subyek, yaitu para penyandang cacat korban gempa yang bertempat tinggal di Yogyakarta dan sekitarnya. Jumlah item yang diuji cobakan sebanyak 78 item.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Pengujian daya diskriminasi item dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor item dengan kriteria yang relevan, yaitu distribusi skor itu sendiri dan akan menghasilkan koefisien korelasi item total atau corrected item total correlation (r ix ). Semakin baik daya diskriminasi sebuah item, maka koefisien korelasinya semakin mendekati angka 1,00. Pemilihan item terbaik dalam penelitian ini menggunakan koefisien korelasi sebesar 0,3. Dengan demikian, item-item yang memiliki corrected item total correlation < 0,3 dapat disisihkan, sedangkan itemitem yang memiliki corrected item total correlation ≥ 0,3 dinyatakan sebagai item yang lolos seleksi dan dapat digunakan sebagai alat penelitian. Berdasarkan hasil analisis diperoleh 54 item yang lulus seleksi, sedangkan 24 item yang lain tidak lulus seleksi. Item-item tersebut merupakan item-item yang memiliki corrected item total correlation ≥ 0,3. Sebaran item setelah uji coba dapat dilihat pada tabel 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Tabel 3 Spesifikasi Item setelah Uji Coba Nomor Item Aspek
Pengetahuan
Jumlah Favorable
Unfavorable
1, 13, 19, 31, 37, 43,
10, 16, 28, 34, 40,
49, 67, 73,
46, 58, 64, 70
(9)
(9)
3, 9, 15, 27, 45, 51,
12, 18, 24, 30, 36,
57, 63, 75
42, 48, 54, 78
(9)
(9)
5, 11, 17, 23, 29, 59,
2, 14, 26, 32, 38,
65, 71, 77
44, 50, 68, 74
(9)
(9)
27
27
18
Fisik
Realistis
18
18
Kepuasan Diri
Jumlah
3.
54
Reliabilitas Reliabilitas berarti keajegan, keterandalan, kestabilan, dan konsistensi dari hasil ukur atau kecermatan dari suatu pengukuran (Azwar, 2003). Azwar juga mengungkapkan bahwa konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Reliabilitas alat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
ukur sendiri mengacu pada sejauhmana konsistensi hasil pengukuran apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok subyek yang sama. Tinggi rendahnya reliabilitas dapat dilihat dari tingginya nilai koefisien reliabilitas yang mendekati nilai 1 (satu). Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan penghitungan reliabilitas koefisien alpha (α) dari Cronbach menggunakan program SPSS for windows versi 17.0. Reliabilitas dalam skala 78 item yang digunakan pada uji coba adalah α = 0,969. Reliabilitas skala 54 item yang terseleksi adalah α = 0,969. Reliabiltas skala uji coba dan penelitian dapat dikatakan baik karena hampir mendekati nilai 1 (satu).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. PELAKSANAAN PENELITIAN Pengambilan data penelitian dilakukan mulai tanggal 3 Februari 2009 hingga 30 Mei 2009. Skala yang disebarkan sejumlah 60 eksemplar. 30 eksemplar untuk subjek yang mendapatkan pendampingan psikologis, dan 30 eksemplar untuk subjek yang tidak mendapatkan pendampingan psikologis. Dari 60 eksemplar yang disebar semua dapat dianalisis karena memenuhi persyaratan kelengkapan jawaban. Skala penelitian ini diberikan kepada mereka yang merupakan korban gempa bumi Yogyakarta tanggal 27 Mei 2006 yang lampau. Subjek penelitian adalah mereka yang menjadi korban terparah, yaitu menjadi lumpuh. Kelumpuhan yang dialami pada kedua kaki yang tidak hanya berpengaruh pada mobilitas pada kaki namun juga berpengaruh pada sistem pencernaan dan hal lain seperti rasa sakit. Subjek penelitian bertempat tinggal di daerah Bantul, Imogiri dan Klaten yang merupakan daerah terparah akibat dampak gempa. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala penerimaan diri. Skala ini dibuat berdasarkan pada aspek-aspek dalam penerimaan diri, terutama dalam penerimaan diri dari sudut pandang secara fisik. Skala ini nantinya akan mengukur sejauh mana perbedaan mereka yang mendapatkan 52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
pendamping dan yang tidak dalam menerima diri mereka ketika mereka telah menjadi cacat.
B. DESKRIPSI SUBJEK Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah para korban gempa Yogyakarta tahun 2006 silam. Subjek penelitian adalah mereka yang menjadi kurban gempa yang telah menjadi lumpuh atau dengan kata lain paraplegi. Paraplegia adalah kelumpuhan pada 2 anggota gerak manusia (bagian kaki) yang dikarenakan putusnya atau cederanya saraf-saraf pada sumsusm tulang belakang akibat terhantam benda keras, seperti tertimpa bangunan atau tembok. Pasien yang menderita paraplegia akan mengalami kesulitan dalam menggerakkan kedua kakinya, pasien juga akan mengalami kesulitan dalam BAB maupun BAK. Secara fisik, pasien juga akan mengalami rasa sakit yang teramat sangat yang akan muncul setiap waktu. Para korban sebagai subjek penelitian bertempat tinggal di daerah Bantul, Imogiri, dan Klaten. Subjek penelitian adalah mereka yang menderita paraplegia dengan umur diatas 17 tahun dengan pertimbangan adalah seseorang diatas usia tersebut termasuk dalam masa dewasa awal yang lebih mandiri dan mempunyai hak memilih dibandingkan usia sebelumnya sehingga subjek dapat memberikan jawaban yang akan dikaitkan dengan kemampuan dirinya saat ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
Tabel 4 Deskripsi Subjek Penelitian Jenis
Pendampingan
Non Pendampingan
Pria
15
15
Wanita
15
15
30
30
Kelamin
C. UJI ASUMSI ANALISIS DATA 1. Uji Normalitas Uji normalitas dalam suatu penelitian dilakukan untuk menguji apakah data penerimaan diri yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Penelitian ini menggunakan uji normalitas Kolmogorov Smirnov dari SPSS for windows versi 17.0. Pengambilan keputusan didasarkan pada besaran probabilitas (p). Apabila p > 0,05 maka distribusi dinyatakan normal. Sebaliknya, apabila p < 0,05 maka distribusi dinyatakan tidak normal. Hasil uji normalitas tercantum dalam tabel 5 Tabel 5 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov Pendampingan
Tanpa Pendampingan
Kolmogorov Smirnov
0,140
0,127
Asymp. Sig (p)
0,138
2,00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
Dari hasil pengujian terhadap korban penyandang cacat karena gempa yang mendapatkan pendampingan diperoleh nilai Kolmogorov Smirnov 0,140 dengan probabilitas 0,138 (p > 0,05). Sedangkan korban penyandang cacat karena gempa yang tidak mendapatkan pendampingan memiliki nilai Kolmogorov Smirnov 0,127 dengan probabilitas 2,00 (p > 0,05). Oleh karena nilai p korban penyandang cacat karena gempa yang mendapat pendampingan maupun tidak lebih besar dari 0,05 maka diketahui bahwa distribusi data pada kedua sampel adalah normal atau memenuhi persyaratan uji normalitas.
2. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan dengan tujuan untuk memeriksa apakah data sampel memiliki varian yang sama. Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS for windows versi 17.0. Pengambilan keputusan didasarkan pada nilai probabilitas (p). Jika p > 0,05 maka data berasal dari populasi yang memiliki varian yang sama. Sebaliknya, jika nilai p < 0,05 maka data berasal dari populasi yang mempunyai varian yang tidak sama. Dari perhitungan yang dilakukan diperoleh nilai p sebesar 3,611. Oleh karena p > 0,05 maka dapat diketahui data berasal dari populasi yang mempunyai varians yang sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
D. UJI HIPOTESIS Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan Independent Sample t-test dari program SPSS for windows versi 17.0. Independent Sample ttest adalah suatu pengujian menggunakan distribusi t terhadap signifikansi perbedaan nilai rata-rata tertentu dari dua kelompok sampel. Hipotesis dalam penelitian ini berbunyi “Penerimaan akan kondisi diri penyadang cacat akibat korban gempa yang mendapat pendampingan lebih tinggi dan lebih baik jika dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan pendampingan, di mana penyandang cacat yang didampingi memperoleh pengetahuan dan dorongan baik secara mental maupun fisik”. Tabel 6 Ringkasan Hasil Uji-t Skor Penerimaan Diri antara yang mendapat pendampingan dan yang tidak pendmpingan Perlakuan
N
Mean
Pendampingan
30
176
Non-pendampingan
Ho
30
133
Mean dif
t
p
43,033
18,584
0,000
Ket
P < 0,05 Significant
: tidak ada perbedaan tingkat penerimaan diri antara korban gempa paraplegia yang mendapat pendampingan ataupun yang tidak mendapat pendampingan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
Ha
: ada perbedaan tingkat penerimaan diri antara korban gempa paraplegia yang mendapat pendampingan ataupun yang tidak mendapat pendampingan.
Pengujian hipotesis berdasarkan nilai probabilitas : Jika p > 0,05, maka Ho diterima Jika p < 0,05, maka Ho ditolak Dari hasil analisis didapat t = 18,584 dengan probabilitas 0,000. Nilai p < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan kata lain ada perbedaan tingkat penerimaan diri korban gempa paraplegia yang mendapatkan
pendampingan
dengan
yang
tidak
mendapatkan
pendampingan. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa penerimaan kondisi fisik diri mean untuk subjek yang mendapatkan pendampingan psikologis adalah sebesar 176 dan mean untuk subjek yang tidak mendapatkan pendampingan psikologis sebesar 133, dimana mean subjek yang mendapatkan pendampingan psikologis lebih besar daripada mean subjek yang tidak mendapatkan pendampingan psikologis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
E. Analisis Tambahan (kategorisasi) Kategorisasi ini dibuat untuk mengetahui tingkat penerimaan diri penyandang cacat paraplegia yang mendapatkan pendampingan psikologis dengan yang tidak mendapatkan pendampingan psikologis. Tujuan dari kategorisasi ini menurut Azwar (2000) adalah untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur. Kontinum jenjang yang digunakan terbagi atas tiga kategori, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Norma kategorisasi skor yang digunakan adalah sebagai berikut : Tabel 7 Norma Kategorisasi Skor Rentang Kategorisasi
Keterangan Kategorisasi
X < (µ – 1,0σ)
Rendah
(µ – 1,0σ) ≤ X < (µ + 1,0σ)
Sedang
(µ + 1,0σ) ≤ X
Tinggi
Keterangan : µ
: mean teoritis
σ
: satuan deviasi standar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
Skala penerimaan diri penyandang cacat paraplegia korban gempa yang mendapatkan pendampingan psikologis dan yang tidak mendapatkan pendampingan psikologis ini terdiri dari 54 item, dengan penghitungan sebagai berikut : X minimum
: 54 (untuk skor jawaban sangat tidak setuju)
X maksimum
: 216 (untuk skor jawaban sangat setuju)
Range / luas jarak sebaran
: 216 – 54 =162
σ / satuan deviasi standar
: 162 : 6 = 27
µ / mean teoritis
: 54 + 216 = 135 2
Dari perhitungan tersebut maka diperoleh kategorisasi skor penerimaan diri penyandang cacat paraplegia adalah sebagai berikut : Tabel 8 Kategorisasi Skor Penerimaan Diri akan Kondisi Fisik Penyandang Cacat Paraplegia Rentang Kategorisasi
Keterangan Kategorisasi
X < (135 – 1,0 . 27)
Rendah
(135 – 1,0 . 27) ≤ X < (135 + 1,0 . 27)
Sedang
(135 + 1,0 . 27) ≤ X
Tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
Kategorisasi skor penerimaan diri penyandang cacat paraplegia untuk masing-masing kelompok yang mendapatkan pendampingan maupun kelompok yang tidak mendapatkan pendampingan dapat dilihat pada tabel 8.1 dan tabel 8.2, berikut ini :
Tabel 8.1 Kategorisasi Skor Penerimaan Diri akan Kondisi Fisik Penyandang Cacat Paraplegia yang Mendapatkan Pendampingan Rentang Kategori
Keterangan Kategori
Frekuensi
%
X < 108
Rendah
0
0%
108 ≤ X < 162
Sedang
2
6%
162 ≤ X
Tinggi
28
94 %
Tabel 8.2 Kategorisasi Skor Penerimaan Diri akan Kondisi Fisik Penyandang Cacat Paraplegia yang Tidak Mendapatkan Pendampingan Psikologis Rentang Kategori
Keterangan Kategori
Frekuensi
%
X < 108
Rendah
0
0%
108 ≤ X < 162
Sedang
30
100 %
162 ≤ X
Tinggi
0
0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
F. PEMBAHASAN
Hasil analisis data penelitian menunjukkan perolehan nilai t = 18,584 dengan probabilitas 0,000. Probabilitas < 0,05. Hal tersebut berarti adanya perbedaan penerimaan kondisi fisik diri oleh penyandang paraplegia yang mendapatkan pendampingan psikologis dengan yang tidak mendapatkan pendampingan psikologis. Hasil analisis perolehan mean untuk penderita paraplegia yang mendapatkan pendampingan psikologis sebesar 176 dan mean untuk penderita paraplegia yang tidak mendapatkan pendampingan psikologis sebesar 133. Hal ini menunjukkan bahwa penerimaan diri akan kondisi fisik penyandang
cacat
paraplegia
korban
gempa
yang
mendapatkan
pendampingan psikologis lebih baik dibandingkan dengan penyandang cacat yang tidak mendapatkan pendampingan psikologis, sehingga dalam hal ini pendampingan
psikologis
sangat
berpengaruh
cukup
besar
dalam
meningkatkan penerimaan diri akan kodisi fisiknya, terutama mereka yang mengalami kecacatan karena suatu kecelakaan. Kecelakaan akibat gempa yang merampas kebebasan seseorang ketika menjadi lumpuh atau cacat, hal tersebut berakibat pada sikap penolakan dalam dirinya. Percaya diri yang kurang akibat dari kondisi kecacatannya, sehingga menurunkan semangat dan rasa percaya diri seseorang, mereka kesulitan, menerima kondisi dirinya. Hal tersebut didukung oleh pernyataan dari Dwiamalia (2005) yang mengemukakan bahwa penyandang kecacatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
fisik cenderung mengalami perasaan inferioritas, yaitu kecenderungan merasa diri kekurangan, tidak mampu dan gagal. Penderita kelumpuhan atau paraplegia memiliki masalah yang komplek dan cacat ini bersifat permanen sehingga mengharuskan penderitanya harus banyak tidur ditempat tidur ataupun tergantung dengan alat Bantu. Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita paraplegia adalah infeksi saluran kencing, infeksi saluran pernapasan, peradangan ginjal, timbulnya luka tekan atau decubitus, hingga masalah seksualitas. Melihat dampak yang dialami oleh penderita paraplegia dapat dibayangkan betapa mereka harus berusaha keras untuk dapat menerima kondisi dirinya tersebut. Banyaknya masalah fisik yang dialami penderita paraplegia, berakibat pada munculnya permasalahan secara psikologis, seperti rasa malu, percaya diri yang kurang, dan tidak merasa berharga. Hal tersebut ditegaskan pula oleh Sharma (2005) yang berpendapat bahwa secara mental, individu yang mengalami spinal cord injury dapat mengalami permasalahan psikologis seperti kecemasan, depresi, rasa takut, rasa marah, sikap permusuhan dan perasaan tidak berdaya. Hal tersebut didukung oleh Perry (1990), bahwa sebagai akibat dari kecacatan karena kecelakaan atau penyakit, seseorang akan mengalami trauma atau krisis yang ditunjukkan dengan adanya kecemasan, kesulitan dalam berpikir jernih, penyangkalan-penyangkalan diri, perubahan perilaku maupun emosi, serta muncul depresi. Dampak ini muncul sebagai akibat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
dari ketidaktahuan penyandang cacat mengenai langkah yang harus diambil dengan kondisi tubuhnya saat ini. Berbagai permasalahan yang dihadapi penderita paraplegia untuk dapat menerima kondisi fisiknya sangatlah tidak mudah. Secara umum, para korban gempa penderita paraplegia mengalami kondisi dan perasaan yang sama, namun beberapa dari mereka sudah mampu untuk bisa mandiri dan mulai menata kehidupannya yang baru dengan kondisi mereka yang sekarang. Hal tersebut terkait juga dengan bantuan-bantuan yang diberikan, misalnya pendampingan yang dilakukan oleh salah satu lembaga sosial masyarakat yang bergerak dalam program penanganan gempa kepada beberapa penderita paraplegia korban gempa. Pendampingan psikologis bertujuan agar orang yang didampingi mampu berfungsi secara penuh dengan diberikan dukungan dan arahan untuk mencapai perilaku dan sikap yang positif seperti mampu menerima kondisi dirinya dan tidak hanya menyesalinya dari waktu ke waktu. Wiryasaputra (2006) berpendapat bahwa pada hakikatnya, pendampingan secara psikologis merupakan semangat, sikap, kepedulian, dan tindakan membantu orang yang sedang krisis. Krisis adalah keadaan dimana seseorang mengalami masa-masa yang sulit (Thomas C. Oden, 1986; dalam Wiryasaputra, 2006). Pendampingan ini diberikan oleh mereka yang sudah dipersiapkan dan dari latar belakang psikologi, sehingga tidak semua orang dapat melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
pendampingan kepada orang lain secara psikologi. Hal tersebut ditegaskan dalam Wiryasaputra (2006) bahwa yang dapat melakukan pendampingan secara psikologi hanya mereka yang ahli di bidang psikologi atau mereka yang sudah dipersiapkan untuk mendampingi. Permasalahan penderita paraplegia terkait dengan kondisi fisik maupun psikologis yang dapat digambarkan sebagai penderitaan yang menghancurkan hampir semua aspek kehidupan individu. Oleh sebab itulah, mengapa individu perlu penolong untuk keluar atau untuk membantu dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupannya. Penderita paraplegia yang tidak mendapatkan pendampingan secara psikologis belum tentu tidak mendapatkan pendampingan sama sekali. Keluarga dan masyarakat juga termasuk dalam kategori pendamping, namun isi dan bagaimana melakukan pendampingan itulah yang membedakan keduanya antara pendampingan seorang ahli dengan yang tidak. Pada umumnya pendampingan yang hanya dilakukan oleh keluarga terbatas pada pengalaman dari setiap individu saja dan bahkan dimungkinkan mereka dapat membantu anggota keluarganya yang terkena musibah menjadi orang yang produktif dan yang mandiri, namun hal tersebut hanya sedikit. Banyak faktor yang mempengaruhi pendampingan yang dilakukan oleh masyarakat maupun keluarga, salah satunya mereka sangat tergantung dan dipengaruhi budaya yang ada. Afrida (2007) menjelaskan bahwa kepercayaan masyarakat setempat terhadap kecacatan mempengaruhi sikap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
terhadap penyandang cacat. Misalnya, dalam kenyataan yang ditemui dilapangan, kecacatan masih dianggap sebagai suatu aib dan memalukan, sehingga terkadang penyandang cacat disembunyikan dari masyarakat, sehingga permasalahan pada penyandang cacat, paraplegia, tidak hanya sebatas problem medis, fisik maupun psikologis, namun juga dipengaruhi oleh sosial masyarakat. Hal tersebut akan mempengaruhi sedikit maupun banyak akan berhasil atau tidaknya suatu pendampingan sehingga orang yang didampingi dapat menerima kondisi dirinya secara penuh, apa adanya. Penerimaan diri membutuhkan proses dan cara yang sesuai agar individu memperoleh penerimaan diri secara utuh terhadap kondisi dirinya. Menerima bukan hanya sebatas terima karena tidak adanya pilihan yang lain, namun ditunjukkan dengan sikap mau menerima dan bertanggung jawab secara penuh akan keputusannya tersebut dan mau berkembang untuk kemajuan dirinya. Hal tersebut senada dengan pendapat Gea (2002) yang menyebutkan penerimaan diri adalah suatu sikap memandang diri sendiri sebagaimana adanya dan memperlakukannya secara baik disertai rasa senang serta bangga sambil terus mengusahakan kemajuannya. Penerimaan diri tersebut dipengaruhi oleh beberapa aspek, salah satunya adalah aspek pengenalan diri. Pentingnya penderita paraplegia untuk mengenal kelebihan maupun kekurangan dalam dirinya. Melalui pengenalan diri, individu juga akan dibantu untuk memahami perilakunya yang nantinya akan berpengaruh terhadap penerimaan diri, dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
memahami perilakunya maka ia akan menyukai dirinya dan merasa orang lain juga akan menyukai kualitas dirinya (Hurlock, 1973). Pengetahuan akan kondisi diri baik pengetahuan yang melekat secara fisik pada diri dari kondisi paraplegia tentang bagaimana merawat dan apa saja kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang kebutuhannya sehari-hari, seperti ketersediaan alat kursi roda atau terapi-terapi yang bisa dilakukan oleh dirinya, kegiatan apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan, dan bagaimana memaksimalkan potensi lingkungan untuk perkembangan dirinya. Ciri-ciri apa saja yang muncul dan kondisi seperti apa saja yang akan muncul ketika seseorang dalam kondisi seperti ini. Bersamaan dengan pengetahuan akan dirinya tersebut maka akan memunculkan penerimaan dirinya (Schultz, 1991). Selain itu perlunya mengetahui sampai pada kondisi lingkungan fisik diluar dirinya, seperti kondisi georafis ruangannya apakah mendukungnya dalam melakukan mobilitas, jika belum harus seperti apa. Kondisi tempat tidur yang harus disesuaikan dengan kondisi diri untuk mencegah timbulnya luka baru. Pengenalan akan kondisi fisik seseorang dan lingkungannya akan membantu untuk mawas diri dalam merencanakan kegiatan yang efektif dalam rangka menimbulkan sikap mandiri dan bertanggung jawab akan tindakannya sebagai individu dengan kecacatannya. Pengenalan akan diri membantu individu tersebut untuk dapat mengenali kelebihan dan keterbatasannya sehingga keputusan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
diambilpun akan sesuai dengan kemampuan dirinya saat ini. Adanya pengenalan diri akan mendukung individu tersebut untuk memahami dan melihat kemampuan diri secara lebih realistis akan potensi-potensi yang dimilikinya. Penerimaan diri dapat diperoleh ketika mereka secara sadar menerima kemampuan dalam dirinya dan mau bersikap realistis akan kondisinya tersebut. Realistis berarti bersikap wajar, apa adanya, dan tidak berlebihan. Kebanyakan dari mereka yang mengalami kecacatan yang baru merasa ketakutan yang berlebih akan kondisi dirinya sehingga mereka tidak semakin maju namun menjadi semakin putus asa dan tidak berharga. Hurlock (1999) secara psikologis masalah penyandang cacat tubuh adalah kecenderungan mereka tidak dapat menerima kondisi dirinya secara realistis dan cenderung menganggap dirinya kurang berharga. Selalu ingin dibantu dan tidak berusaha untuk bangkit dan mandiri akan menjadikan mereka menjadi lebih tidak berharga karena merasa tidak bisa melakukan apa-apa. Rasa puas akan kondisi dirinya juga merupakan suatu bukti seseorang dapat menerima kondisi dirinya. Setiap orang tidak ingin menjadi cacat, hal serupa juga banyak dikeluhkan oleh sebagian besar korban gempa yang mengalami kelumpuhan atau paraplegia, hingga sekarang. Mereka masih merasa malu dan mengeluh kenapa mereka menjadi seperti saat ini, berharap bisa berjalan kembali hingga mendatangi pengobatan-pengobatan alternatif hingga menghabiskan tenaga, waktu dan materi yang dipunyai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
Kepuasan adalah sikap mau menerima perubahan yang terjadi pada dirinya dengan tidak diikuti perasaan malu, rendah diri maupun rasa bersalah (Chaplin, 1999). Hal yang sudah terjadi jangan disesali namun harus diterima dengan lapang dada dan tetap mengusahakan yang terbaik bagi perkembangan dirinya. Pengetahuan diri, sikap realistis dan kepuasan diri, hal inilah yang menjadi aspek dalam meningkatkan penerimaan diri penyandang cacat paraplegia. Pendampingan mengarahkan individu untuk bisa menerima kondisi diri dengan cara pengenalan secara utuh, tidak berlebihan dalam menanggapi kecacatannya, lebih peka dalam menggunakan potensi-potensi yang dimiliki dengan lebih maksimal dan efektif, dan individu dapat merasa puas akan kondisi dirinya saat ini, walaupun dengan kondisi telah menjadi lumpuh atau paraplegia. Hasil penelitian tambahan menunjukkan perolehan kategori skor penerimaan diri pada penyandang cacat paraplegia yang mendapat pendampingan adalah 94% dalam kategori skor penerimaan diri yang tinggi, dan 6% dalam kategori skor penerimaan diri yang sedang. Kategori skor penerimaan
diri
untuk
penyandang
cacat
paraplegia
yang
tidak
mendapatkan pendampingan adalah 100% dalam kategori skor penerimaan diri yang sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa dari kedua kelompok subjek tersebut tidak ada yang memiliki kategori skor penerimaan diri yang rendah. Hal itu berarti baik kelompok yang mendapat pendampingan maupun yang tidak mendapatkan pendampingan telah menjalani proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
adaptasi yang cukup lama terhadap kondisi kecacatannya, namun bedanya hanya jika dengan pendampingan maka penerimaan diri individu tersebut akan lebih optimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Berdasarkan dari hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa penderita paraplegia yang mendapat pendampingan memiliki tingkat penerimaan diri yang tinggi, dibandingkan dengan penderita paraplegia yang tidak mendapatkan pendampingan. Hasil analisis didapat t = 18,584 dengan probabilitas 0,000. Nilai p < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil analisis tambahan diperoleh untuk kategorisasi penyandang paraplegia yang mendapatkan pendampingan. Subjek yang memiliki penerimaan diri yang tinggi sebanyak 96% dan subjek yang memiliki penerimaan diri yang sedang sebanyak 6%. Sedangkan untuk kategori penyandang paraplegia yang tidak mendapatkan pendampingan adalah subjek yang memiliki penerimaan diri yangsedang sebanyak 100%. Hal tersebut membuktikan bahwa dengan adanya pendampingan psikologis dapat meningkatkan sebagian besar penderita untuk memiliki penerimaan diri yang tinggi, sehingga seseorang penderita mampu menerima dirinya apa adanya, merasa bangga akan dirinya dan terus mengusahakan kemajuan dan perkembangan dirinya.
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
B. SARAN 1.
Bagi Klien dan Keluarga Bagi mereka yang telah mendapatkan pendampingan, disarankan mereka lebih banyak menimba dan menggali potensi yang dimiliki dengan melakukan kegiatan yang sekiranya dapat untuk sebagai pengembangan diri, seperti bekerja maupun kursus ketrampilan. Berpikir dan bertindak realistis akan kemampuan diri dalam memilih kegiatan yang ingin dilakukan. Bagi mereka yang tidak mendapatkan pendampingan, disarankan untuk tetap beraktivitas sesuai dengan kondisi guna meningkatkan kemampuan diri yang berguna untuk meningkatkan juga akan kebanggan diri yang telah menjadi lumpuh namun tetap bisa berkarya. Menimba pengalaman dari mereka yang mendapat pendampingan mengenai bagaimana caranya agar bisa menerima akan kondisi fisik yang telah menjadi cacat. Bagi keluarga klien, disarankan mereka lebih memberikan kesempatan yang bebas bagi klien penderita paraplegia untuk berkembang dengan mandiri dan memberi dukungan dalam bentuk semangat dan dorongan agar mereka semakin hari semakin memiliki harapan untuk hidup dan berkembang kearah yang lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
2.
Bagi Pusat Rehabilitasi Yakkum Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penyandang cacat yang mendapatkan pendampingan psikologis, penerimaan dirinya lebih baik, maka peneliti menyarankan supaya pendampingan tetap dilakukan. Pendampingan ini diperlukan untuk membangkitkan semangat terutama dalam meningkatkan penerimaan akan kondisi dirinya yang telah menjadi cacat. Selain itu, pendampingan juga berguna sebagai fungsi kontrol pasien baik ketika di dalam centra maupun diluar centra, masyarakat.
3.
Bagi Pemerintah dan lembaga sosial untuk masyarakat Penanganan akan permasalahan bencana sangat banyak, baik dari segi fisik maupun non-fisik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien yang mendapatkan bantuan secara non-fisik misalnya pendampingan
psikologis,
penerimaan
dirinya
lebih
baik
dibandingkan yang tidak mengalami, maka dari itu peneliti menyarankan agar pemerintah maupun lembaga sosial masyarakat melengkapi programnya dengan program pendampingan psikologis bagi kliennya, supaya mereka dapat menerima kondisi dirinya dengan lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Daftar Pustaka
Afrida, R. 2007. Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat. Majalah Kesehatan untuk Pekerja Kesehatan Indonesia. Aceh : PT. Aceh Medika Grafika. Amirin, Tatang M., 1986. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta : Penerbit CV. Rajawali ANIMA, Media Psikologi Indonesia, Vol XIII No. 51 April – Juni 1998 Cruickshak, W.M. 1980. Psychology of Exceptional Children and Youth. London : Prentice Hall Inc Chaplin, J.P. 1999. Kamus Lengkap Psikologi : Terma Tehnis Psikologi (Terjemahan). Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Departemen Sosial RI. 1995. Rehabilitasi Sosial Cacat Tubuh, Direktorat Rehabilitasi Penderita Cacat. Jakarta: Departemen Sosial Dianawati, Zamralita dan Ninawati. 2005. Perasaan Inferior dan Kompensasi Remaja Penyandang Cacat Fisik. Arkhe No.2 Hal 119-136 Dijk, D. Van Aufdemkampe, G., Langeveld, S.V. 1999. The QA Pressure Measurement System : An Accurancy and Reability Study. Spinal Cord 35, halaman 58-60 Fallon, Bernadette. (1985). Jadi Anda Lumpuh......... Rehabilitasi Bethesda, Yogyakarta
Yogyakarta:
Proyek
Gardner, James. E. 2002. Memahami Gejala Masa Remaja (ed. Hadisubrata). Jakarta : Mitra Utama. Gea, Wulandari, dan Babari. 2002. Relasi dengan Diri Sendiri. Jakarta : Elex Media Computindo. Guning, Edison. 2006. BERITA GEMPA BUMI No : 66/NSC/V/ 2006. Ka. Humas BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA PUSAT GEMPA BUMI NASIONAL. Diambil 30 Maret 2010, dari http:/www.bmg.go.id/SMS BMG.
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
Handayani, M.M. dkk. 1998. Efektivitas Pelatihan Pengenalan Diri Terhadap Peningkatan Penerimaan Diri dan Harga Diri. Jurnal Psikologi. Thn XXV no.2. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Hjelle L.A., and Ziegler D.J. 1981. Personality The Oriens Basic Assumption, Reasearch and Application. Tokyo : McGraw Hill. Hurlock, Elizabeth. 1999. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Penerbit Erlangga Hurlock, Elizabeth. 2002. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (terjemahan. Iswidayanti, dkk). Jakarta: Erlangga Jersild, A. T. 1963. The Psychology of Adolescence. New York : The Macmillan Company. Kirana, C. 1987. Hubungan Konsep Diri dengan Motif Berwirausaha pada Penyandang Cacat Fisik yang Sedang Menjalani Rehabilitasi Vokasional di R.C. Prof. Dr. Soeharso, Surakarta. Skripsi Sarjana. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Latipun. 2001. Psikologi Konseling (3 rd). Malang : Universitas Muhammadiyah Malang Mangunsong, Friada, dkk. 1998. Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa, cetakan pertama. Jakarta. Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Universitas Indonesia Monks, F. J., 2002. Psikologi Perkembangan : Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Parry, G. 1990. Coping With Crises. British Psychological Society and Routledge Ltd. Powell, M. 1979. Orthopoedic Nursing. E & S. London Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. 2006. Pengenalan Gempa Bumi dan Gempa Bumi Merusak. Diambil 30 Maret 2010, dari http:/merapi.vsi.esdm.go.id Ratnawati. 1998. Hubungan Antara Penerimaan Diri Terhadap Penampilan Fisik dengan Kecemasan Komunikasi Interpersonal. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
Reed, Kathlyn L (1991). Quick Reference To Occupational Therapy. Educational or Information Services Librarian Houston Academy of Medicine-Texas Medical Center Houston. Texas: An Aspen Publication. Aspen Publisher, Inc. Gaithersburg, Maryland Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan : Model-Model Kepribadian Sehat. Yogyakarta : Penerbit Kanisius Sharma, V., 2005. Spinal Cord Injury and Emotional Problem. Nursing Journal of India. January 2005: 96;1. Hal: 12 Siswojo (1986). Aspek-Aspek Psikologi Penderita Cacat Jasmani di RS Surakarta; Kumpulan Paper Pada Penataran Peningkatan Tenaga Teknisi Ortorik dan Prostetik di RS Orthopedi Unger, R., Crawford, M. 1992. Women and Gender: A Feminist Psychology. New York: McGraw Hill. Werner, David (2002). Anak-Anak Desa Yang Menyandang Cacat. Pedoman bagi Para Petugas Kesehatan Masyarakat, Petugas Rehabilitasi dan Keluarga: Yayasan Bhakti Luhur, Malang Wiryasaputra, Totok S (2006). Ready To Care : Pendampingan dan Konseling Psikologi. Yogyakarta: Galang Press
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 1 SKALA UJI COBA ANALISIS DATA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Item 1
Item 2
Item 3
Item 5
Item 9
Item 10
Item 11
Item 12
Item 13
Item 14
Item 15
Item 16
Subjek1
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Subjek2
4
3
4
3
4
4
4
3
4
4
3
4
Subjek3
4
4
4
3
4
4
3
3
4
4
4
4
Subjek4
4
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
subjek 5
3
3
3
3
4
4
3
3
4
3
3
3
subjek 6
2
3
3
3
4
4
4
3
3
3
4
4
Subjek 7
4
4
4
4
4
3
4
3
4
3
4
3
Subjek 8
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
3
4
Subjek 9
4
3
3
4
4
4
3
2
4
4
3
3
Subjek 10
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Subjek 11
3
3
3
3
4
4
3
4
4
4
4
3
Subjek 12
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
Subjek 13
4
3
3
3
4
4
3
3
3
4
3
3
Subjek 14
3
4
3
3
4
4
3
2
4
4
3
3
Subjek 15
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Subjek 16
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
Subjek 17
3
4
4
3
3
4
3
3
3
4
4
3
Subjek 18
4
4
4
4
3
3
3
4
3
4
4
4
Subjek 19
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
Subjek 20
3
4
4
3
3
4
2
3
3
3
3
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subjek1 Subjek2 Subjek3 Subjek4 subjek 5 subjek 6 Subjek 7 Subjek 8 Subjek 9 Subjek 10 Subjek 11 Subjek 12 Subjek 13 Subjek 14 Subjek 15 Subjek 16 Subjek 17 Subjek 18 Subjek 19 Subjek 20
Item 17
Itam 18
Item 19
Item 23
Item 24
Item 26
Item 27
Item 28
Item 29
Item 30
Item 31
Item32
4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4
3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 4 2
3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3
3 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3
3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3
3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3
3 3 3 3 3 3 4 4 2 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3
3 2 4 3 3 2 2 3 4 3 4 3 2 2 3 3 3 3 3 3
3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3
3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4
3 4 4 3 4 3 3 3 4 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subjek1 Subjek2 Subjek3 Subjek4 subjek 5 subjek 6 Subjek 7 Subjek 8 Subjek 9 Subjek 10 Subjek 11 Subjek 12 Subjek 13 Subjek 14 Subjek 15 Subjek 16 Subjek 17 Subjek 18 Subjek 19 Subjek 20
Item34 3 3 4 3 3 3 3 2 4 3 4 3 3 2 3 4 3 3 4 4
Item36 3 2 2 3 1 2 1 4 2 3 2 2 1 2 2 3 3 3 3 3
Item37 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3
Item38 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3
Item40 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3
Item42 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3
Item43 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4
Item44 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4
Item45 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 4 4 4 2
Item46 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3
Item48 3 3 3 2 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3
Item49 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subjek1 Subjek2 Subjek3 Subjek4 subjek 5 subjek 6 Subjek 7 Subjek 8 Subjek 9 Subjek 10 Subjek 11 Subjek 12 Subjek 13 Subjek 14 Subjek 15 Subjek 16 Subjek 17 Subjek 18 Subjek 19 Subjek 20
Item50 3 4 4 3 4 4 3 3 4 2 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4
Item51 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3
Item54 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3
Item57 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4
Item58 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3
Item59 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4
Item63 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3
Item64 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4
Item65 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3
Item67 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3
Item68 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3
Item70 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subjek1 Subjek2 Subjek3 Subjek4 subjek 5 subjek 6 Subjek 7 Subjek 8 Subjek 9 Subjek 10 Subjek 11 Subjek 12 Subjek 13 Subjek 14 Subjek 15 Subjek 16 Subjek 17 Subjek 18 Subjek 19 Subjek 20
Item71 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 2 3
Item73 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 2 3 3 4 4
Item74 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3
Item75 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4
Item77 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3
Item78 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3
164 184 196 163 173 172 187 187 188 160 181 182 174 167 160 195 181 193 189 175
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subjek 21 Subjek 22 Subjek 23 Subjek 24 Subjek 25 Subjek 26 Subjek 27 Subjek 28 Subjek 29 Subjek 30 Subjek31 Subjek 32 Subjek 33 Subjek 34 Subjek 35 Subjek 36 Subjek 37 Subjek 38 Subjek 39 Subjek 40
Item 1 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 2 2 4 3 3 4 2 2 4 2
Item 2 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2
Item 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 2 4 3 2 4 4 3 3
Item 5 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2
Item 9 3 4 3 2 3 4 3 3 3 2 2 4 2 3 2 4 4 2 3 4
Item 10 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 4 4 3 3
Item 11 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2
Item 12 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2
Item 13 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4
Item 14 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2
Item 15 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3
Item 16 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 2 2 2 3 4 2 2 2 3 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subjek 21 Subjek 22 Subjek 23 Subjek 24 Subjek 25 Subjek 26 Subjek 27 Subjek 28 Subjek 29 Subjek 30 Subjek31 Subjek 32 Subjek 33 Subjek 34 Subjek 35 Subjek 36 Subjek 37 Subjek 38 Subjek 39 Subjek 40
Item 17
Itam 18
Item 19
Item 23
Item 24
Item 26
Item 27
Item 28
Item 29
Item 30
Item 31
Item32
3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 2 2 2 2 2 4 2 2 2
3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3
3 4 3 2 3 3 4 4 3 3 2 3 2 3 3 2 2 4 3 3
4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3
4 4 4 4 2 3 3 3 3 3 4 2 2 3 3 3 1 3 3 3
3 4 2 3 3 3 3 4 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2
3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 1 2 3
3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3
2 3 3 3 4 3 3 4 3 4 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2
4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 2 4 2 3 4 3 3 3
3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subjek 21 Subjek 22 Subjek 23 Subjek 24 Subjek 25 Subjek 26 Subjek 27 Subjek 28 Subjek 29 Subjek 30 Subjek31 Subjek 32 Subjek 33 Subjek 34 Subjek 35 Subjek 36 Subjek 37 Subjek 38 Subjek 39 Subjek 40
Item34 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 2 2 4 2 2 3 3
Item36 3 2 2 3 3 3 3 3 4 3 2 1 1 2 1 1 3 2 2 2
Item37 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 2 2
Item38 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2
Item40 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 2 2 1 1 2 2 1 2 3 2
Item42 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 2 2 3 4 3
Item43 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 2 4 3 3 3 3
Item44 2 3 3 2 3 4 3 3 3 3 1 1 1 2 2 1 1 2 1 1
Item45 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 2 2 3 2 2 1 1 1 2
Item46 3 4 3 3 3 2 3 2 3 3 2 4 2 4 2 4 2 2 4 3
Item48 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 1 1 3 2 1 1 2 1 2
Item49 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subjek 21 Subjek 22 Subjek 23 Subjek 24 Subjek 25 Subjek 26 Subjek 27 Subjek 28 Subjek 29 Subjek 30 Subjek31 Subjek 32 Subjek 33 Subjek 34 Subjek 35 Subjek 36 Subjek 37 Subjek 38 Subjek 39 Subjek 40
Item50 3 2 3 3 4 4 3 4 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2
Item51 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3
Item54 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 4 3 3 2 3 3
Item57 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3
Item58 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3 4 3 3
Item59 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2
Item63 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 4 3
Item64 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3
Item65 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Item67 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 2 2 3 4 3 4 2 3 2
Item68 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2
Item70 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2 3 2 3 3 3 1 4 2 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subjek 21 Subjek 22 Subjek 23 Subjek 24 Subjek 25 Subjek 26 Subjek 27 Subjek 28 Subjek 29 Subjek 30 Subjek31 Subjek 32 Subjek 33 Subjek 34 Subjek 35 Subjek 36 Subjek 37 Subjek 38 Subjek 39 Subjek 40
Item71 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2
Item73 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 2 3 3
Item74 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2
Item75 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3
Item77 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2
Item78 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3
169 173 167 169 175 169 167 178 169 174 135 140 131 145 138 140 137 130 136 137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subjek 41 Subjek 42 Subjek 43 Subjek 44 Subjek 45 Subjek 46 Subjek 47 Subjek 48 Subjek 49 Subjek 50 Subjek 51 Subjek 52 Subjek 53 Subjek 54 Subjek 55 Subjek 56 Subjek 57 Subjek 58 Subjek 59 Subjek 60
Item 1 4 1 3 4 1 2 3 4 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3
Item 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3
Item 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 2 2 3 2 2 3 2 2
Item 5 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2
Item 9 3 2 3 3 2 3 3 4 3 2 4 2 3 3 2 2 3 2 3 3
Item 10 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 2 2 3 3 3 3
Item 11 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3
Item 12 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2
Item 13 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 2 2 2 2 2 2
Item 14 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 3
Item 15 3 4 3 3 4 3 4 4 2 3 4 3 2 3 2 3 3 2 2 2
Item 16 3 3 1 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subjek 41 Subjek 42 Subjek 43 Subjek 44 Subjek 45 Subjek 46 Subjek 47 Subjek 48 Subjek 49 Subjek 50 Subjek 51 Subjek 52 Subjek 53 Subjek 54 Subjek 55 Subjek 56 Subjek 57 Subjek 58 Subjek 59 Subjek 60
Item 17
Itam 18
Item 19
Item 23
Item 24
Item 26
Item 27
Item 28
Item 29
Item 30
Item 31
Item32
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2
3 4 3 3 1 3 3 3 2 3 2 2 1 3 2 3 2 2 2 3
3 4 3 3 4 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2
2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 1 2 3 3 3 2
2 4 2 3 1 2 3 4 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2
2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2
2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2
2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 3
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2
2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2
3 3 3 2 4 2 4 4 2 3 3 4 2 3 2 2 2 3 3 3
2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 3 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subjek 41 Subjek 42 Subjek 43 Subjek 44 Subjek 45 Subjek 46 Subjek 47 Subjek 48 Subjek 49 Subjek 50 Subjek 51 Subjek 52 Subjek 53 Subjek 54 Subjek 55 Subjek 56 Subjek 57 Subjek 58 Subjek 59 Subjek 60
Item34 3 4 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2
Item36 2 3 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2
Item37 2 4 4 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2
Item38 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 3
Item40 2 1 2 2 1 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2
Item42 3 2 3 3 4 2 2 3 2 3 4 1 2 2 2 3 4 2 3 2
Item43 3 3 2 3 4 3 3 2 3 3 4 3 2 2 2 3 2 2 2 2
Item44 2 2 1 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 3 2 2 2
Item45 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 3 2 2 3 3 2 2 3
Item46 3 4 3 2 4 2 3 2 1 3 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2
Item48 2 2 1 4 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 3 2 2 2
Item49 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 2 3 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subjek 41 Subjek 42 Subjek 43 Subjek 44 Subjek 45 Subjek 46 Subjek 47 Subjek 48 Subjek 49 Subjek 50 Subjek 51 Subjek 52 Subjek 53 Subjek 54 Subjek 55 Subjek 56 Subjek 57 Subjek 58 Subjek 59 Subjek 60
Item50 2 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3
Item51 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 4 2 3 2 2 3 2 2 3 2
Item54 3 4 3 3 4 3 3 2 1 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 2
Item57 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 2 3 3 3
Item58 3 4 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 2 1 2 2 2 2 3 3
Item59 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2
Item63 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3
Item64 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3
Item65 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 1 3 3 2
Item67 3 2 2 3 4 3 3 2 2 3 2 2 4 3 3 2 2 3 3 3
Item68 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 3 2 1
Item70 2 4 3 2 1 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subjek 41 Subjek 42 Subjek 43 Subjek 44 Subjek 45 Subjek 46 Subjek 47 Subjek 48 Subjek 49 Subjek 50 Subjek 51 Subjek 52 Subjek 53 Subjek 54 Subjek 55 Subjek 56 Subjek 57 Subjek 58 Subjek 59 Subjek 60
Item71 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2
Item73 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 2
Item74 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 3
Item75 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 2 3 3 3 3
Item77 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 3 2 3 2 2 2 2
Item78 3 4 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3
135 150 131 145 138 126 140 136 123 137 131 126 127 121 122 125 125 126 131 126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ANGKET PENELITIAN Disusun Oleh : Bonaventura Bhuwana Yudistira
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS PSIKOLOGI YOGYAKARTA 2009
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Yogyakarta, Januari 2009 Yth, Bapak/ Ibu/ Saudara/ i Di tempat Dengan hormat, Assalamu’alaikum wr.wb. Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah berkenan memberikan karunia-Nya yang berlimpah kepada kita semua. Saya adalah mahasiswa dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang sedang menyelesaikan tugas akhir (skripsi). Kuisioner ini disusun dalam rangka memperoleh data untuk menyelesaikan skripsi. Oleh karena itu, saya memohon bantuan bapak ibu sekalian untuk meluangkan waktu sejenak guna mengisi kuisioner ini. Saya sangat berharap supaya bapak dan ibu sekalian mengisi kuisioner dengan lengkap, sesuai dengan keadaan, perasaan dan pikiran saudara. Setiap orang dapat mempunyai pandangan yang berbeda sehingga setiap orang dapat menjawab yang paling sesuai menurut keadaannya sendiri. Tidak ada jawaban yang dianggap salah. Semua jawaban akan dijamin kerahasiaannya. Termasuk kelngkapan data pribadi yang saudara isi. Demikian harapan saya, saya mengucapkan terima kasih atas bantuan dan kerjasama yang telah diberikan. Hormat saya,
Bhuwana Yudistira
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jenis Kecacatan : Jenis Kelamin
: Laki-laki / Perempuan
Usia
:
Pendampingan
: Ya / Tidak
Jika jawabannya Ya, dengan ...............
Petunjuk Pengisian Kuisioner Dibawah ini terdapat 78 pernyataan. Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Anda diminta untuk mengisi setiap pernyataan yang sesuai dengan diri Anda, dengan cara memberikan tanda silang (X) pada salah satu alternatif jawaban dibawah ini.
SS
= SANGAT SESUAI, apabila pernyataan sangat sesuai dengan diri anda
S
= SESUAI, apabila pernyataan sesuai dengan diri anda
TS
= TIDAK SESUAI, apabila pernyataan tidak sesuai dengan diri anda
STS
= SANGAT TIDAK SESUAI, apabila pernyataan sangat tidak sesuai
dengan diri anda
Mohon semua pernyataan diisi dengan lengkap, jangan sampai ada yang terlewatkan. Terima Kasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KUISIONER
No
Pernyataan
1
Cedera pada tulang belakang akan menyebabkan fungsi bagian tubuh di bawah luka akan menjadi berkurang
2
Saya malu dengan kondisi fisik saya saat ini
3
Saat ini, saya perlu mempertimbangkan kondisi ketika melakukan suatu kegiatan
4
Saya tidak mengetahui secara jelas kenapa fungsi kendali bagian bawah tubuh menjadi berkurang.
5
Saya tidak merasa malu untuk menunjukkan siapa saya
6
Saat ini saya merasa masih mampu melakukan banyak aktivitas, sama seperti sebelum menjadi lumpuh
7
Kelumpuhan yang saya derita berdampak pada fungsi gerak tubuh bagian luka pada tulang punggung kebawah
8
Saya jarang bersosialisasi karena saya takut jika di ejek karena kecacatanku
9
Kesembuhan adalah harapanku namun saat ini saya tetap akan beraktivitas sesuai dengan kemampuan yang ada
10
Sepengetahuan saya, lumpuhnya kedua kakiku akan berdampak pada tidak berfungsinya bagian tubuhku yang lain, seperti pada tangan
11
Saya tidak merasa sungkan untuk menunjukkan diri dan bersosialisasi dengan orang lain.
12
Tujuan hidupku adalah menyembuhkan diri bagaimanapun caranya seperti sedia kala tanpa ada cacat sedikitpun.
No
Pernyataan
13
Saya membutuhkan tangan saya untuk melakukan berbagai hal, contohnya beraktivitas menggunakan kursi roda
14
Bagi saya menjadi orang cacat sama saja dengan menjadi orang
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang tidak berharga 15
Saya perlu mempertimbangkan ruang gerak saya karena keadaan tubuh saya tidak seperti dulu lagi
16
Saat ini saya tidak membutuhkan kedua tangan saya, tapi saya sangat membutuhkan kedua kaki saya untuk berjalan
17
Saya tetap menganggap diri saya berharga walau saya telah menjadi lumpuh
18
Saya bebas dalam melakukan segala aktivitas apa pun, tanpa terhalang oleh kondisi diriku saat ini
19
Saya harus banyak menterapi kaki saya agar tidak menjadi kaku dan mengecil
20
Saya merasa malas merawat kaki saya, karena saya merasa sudah tidak ada gunanya lagi
21
Saya perlu sadar diri ketika memilih suatu pekerjaan mengingat kemampuan dan potensi yang terbatas
No
Pernyataan
22
Saya membutuhkan tangan saya untuk melakukan berbagai hal, contohnya beraktivitas menggunakan kursi roda
23
Wujud penerimaan dalam diriku adalah saya tetap merawat kedua kaki saya yang telah menjadi lumpuh
24
Saya akan lakukan pekerjaan yang saya inginkan tanpa perlu pertimbangan
25
Saya sering melakukan terapi karena bermanfaat untuk mengurangi nyeri pada kaki.
26
Saya menyesal kenapa hal ini menimpa diri saya dan bukan orang lain
27
Saya sadar bahwa terapi tidak akan menyembuhkan kelumpuhan namun hanya merawat agar tidak bertambah parah
28
Saya tidak tahu bagaimana mengurangi rasa nyeri yang timbul pada kedua kaki
29
Sekarang ini saya tidak merasa menyesal atas apa yang terjadi pada diriku
SS
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Saya melakukan terapi yang agar kondisiku bisa sembuh sepeti sedia kala.
31
Sepengetahuan saya, mengurangi terlalu lama tiduran maupun duduk adalah usaha untuk menjaga agar tidak timbul luka baru
32
Saya sudah merasa menjadi orang yang gagal karena kondisiku yang sudah menjadi lumpuh ini
33
Saya tahu bahwa saya tidak lagi dapat menikmati kehidupan seks yang seperti dulu lagi
34
Saya merasa tidak ada kaitannya antara banyak tidur dengan terlalu timbulnya luka baru (dikubitus)
35
Saya masih memiliki keyakinan bahwa diriku bisa lebih berkembang walau dengan kondisi fisik yang sekarang
36
Saya berharap besok kehidupan seksualku akan kembali normal seperti sedia kala
37
Saya melatih kedua tangan saya dengan latihan angkat beban supaya kuat menopang tubuh saya
38
Saya masih belum bisa menerima kondisi yang menimpaku saat ini
39
Saya sadar akan kekuranganku, maka dari itu saya perlu kehadiran dan uluran tangan orang lain
40
Saya tidak tahu bagaimana melatih tangan saya supaya berguna bagi kehidupanku
41
Kondisi fisik yang saya alami saat ini tetap saya anggap sebagai anugerah dari Tuhan
42
Saya merasa kuat sehingga saya tidak perlu bantuan dari orang lain
43
Saya harus selalu menjaga kebersihan tubuh saya supaya terhindar dari penyakit dan mempercepat sembuhnya luka tekan
44
Saya akan bisa bersyukur jika saya sudah sembuh dari kondisiku yang sekarang
45
Saya tidak berharap banyak bahwa kedua kaki saya akan sembuh lagi
46
Saya rasa kebersihan tidak terkait dengan tumbuhnya luka dikubitus (luka tekan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Saya masih dapat bersyukur dengan keadaan saat ini, karena masih diberi kesempatan untuk hidup baru
48
Saya memiliki keyakinan yang tinggi bahwa kedua kakiku bisa pulih seperti sedia kala
49
Perlu bagi saya untuk menyiapkan peralatan rawat luka jika sekali-kali timbul luka
50
Saya merasa tidak ada gunanya bersyukur dengan keadaan seperti ini, saya masih tetap saja lumpuh
51
Saya perlu mempertimbangkan peluang (pekerjan atau kegiatan) yang ada dengan kemampuan yang ada pada diriku saat ini
52
Saya tidak perlu repot-repot sedia P3K, jika luka saya tinggal pergi ke RS
53
Saya bersyukur karena bagian tubuhku yang lain masih dapat digunakan untuk melakukan aktivitas
54
Saya akan menerima semua peluang yang ada, tanpa perlu mempertimbangkan kemampuanku
55
Saya harus terampil merawat luka dikubitus secara rutin untuk mengurangi dampak timbulnya luka
56
Saya sering merasa marah sendiri karena melihat kondisiku yang sekarang
57
Sulitnya beraktivitas dengan kondisi saat ini, membuatku merasa perlu menggunakan alat bantu untuk mendukungku dalam beraktivitas
58
Saya tidak melakukan apa pun, ketika timbul luka dikubitus, karena saya tidak tahu bagaimana melakukan perawatan
59
Walaupun saya menjadi cacat, saya tidak mengeluh karenanya
60
Sebenarnya tanpa alat bantu pun saya bisa melakukan aktivitas apa saja dengan sendirinya
61
Saya perlu alat bantu untuk mempermudah saya dalam melakukan aktivitas keseharian
62
Seringkali saya membandingkan kondisi kecacatanku dengan penyandang cacat lain
63
Mengingat bahwa aktivitasku yang terbatas, maka saya perlu untuk meminta pertolongan orang lain pada aktivitas tertentu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Saya merasa enggan menggunakan alat bantu karena menghambatku untuk bisa sembuh dan berjalan kembali
65
Saya percaya akan kemampuanku, sehingga saya tidak perlu merasa iri terhadap kemampuan orang lain
66
Saya rasa saya tidak perlu meminta pertolongan orang lain, karena saya dapat untuk melakukan apa saja dengan sendirinya
67
Aktivitas “angkat pantat” penting dilakukan untuk menghindarkan dari timbulnya luka tekan
68
Saya tidak merasa bangga menjadi diri yang sekarang
69
Kini saya harus selalu disiplin dalam “buang air”, karena tubuh saya tidak lagi mampu mengontrol hal tersebut
70
Saya tidak mengetahui bagaimana cara menghindari timbulnya luka tekan (dikubitus)
71
Saya merasa bangga menjadi diriku apa adanya walau orang lain mencemooh
72
Saya berharap lama-lama kebiasaan buang air akan terkendali seperti dulu kembali
73
Saya tahu kelumpuhan ini berpengaruh pada kemampuan seksual
74
Saya selalu mengeluh akan nasib yang menimpa diri saya
75
Saya merasa tangan dan pikiran perlu dikembangkan, karena keduanya adalah hal yang penting bagi masa depan saya
76
Saya tidak banyak tahu akan dampak kelumpuhan terhadap kehidupan seksual saya saat ini
77
Saya tidak pernah mengeluh dan selalu memandang segi positif dari kejadian yang menimpa diriku
78
Saya merasa tangan dan pikiran saya tidak begitu penting dibandingkan kesembuhan pada kedua kaki saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Anlisis Data awal Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Based on Cronbach's
Standardized
Alpha
Items
.969
N of Items
.967
78
Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
VAR00001
220.08
847.569
.398
.969
VAR00002
220.38
830.308
.756
.968
VAR00003
219.87
849.304
.423
.969
VAR00004
220.50
847.508
.406
.969
VAR00005
220.43
836.182
.764
.968
VAR00006
220.45
859.879
.163
.969
VAR00007
219.90
859.549
.236
.969
VAR00008
220.53
838.931
.691
.968
VAR00009
220.03
846.202
.465
.968
VAR00010
219.75
851.852
.428
.969
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
VAR00011
220.43
835.741
.701
.968
VAR00012
220.72
832.986
.693
.968
VAR00013
219.80
852.603
.359
.969
VAR00014
220.42
819.298
.877
.967
VAR00015
219.95
851.642
.417
.969
VAR00016
220.33
834.938
.713
.968
VAR00017
220.33
828.531
.793
.968
VAR00018
220.42
852.891
.373
.969
VAR00019
220.12
843.664
.542
.968
VAR00020
220.32
838.932
.609
.968
VAR00021
219.87
857.440
.280
.969
VAR00022
221.55
881.811
-.387
.970
VAR00023
220.28
837.495
.699
.968
VAR00024
220.27
845.792
.486
.968
VAR00025
220.23
849.707
.367
.969
VAR00026
220.57
824.724
.814
.968
VAR00027
220.45
843.303
.654
.968
VAR00028
220.57
850.860
.437
.969
VAR00029
220.55
836.557
.810
.968
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
VAR00030
220.75
833.953
.712
.968
VAR00031
219.95
845.269
.528
.968
VAR00032
220.50
833.373
.761
.968
VAR00033
220.15
859.113
.214
.969
VAR00034
220.35
841.791
.630
.968
VAR00035
220.30
841.061
.649
.968
VAR00036
220.98
847.949
.411
.969
VAR00037
220.13
850.490
.432
.969
VAR00038
220.55
833.065
.758
.968
VAR00039
220.30
865.603
.024
.969
VAR00040
220.57
835.470
.680
.968
VAR00041
220.10
836.363
.686
.968
VAR00042
220.18
850.830
.397
.969
VAR00043
219.97
840.406
.634
.968
VAR00044
220.88
827.630
.741
.968
VAR00045
220.67
842.836
.561
.968
VAR00046
220.20
840.298
.560
.968
VAR00047
220.08
847.535
.451
.968
VAR00048
220.78
833.461
.671
.968
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scale Mean if Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-
Cronbach's
Item Deleted Total Correlation
Alpha if Item Deleted
VAR00049
219.88
849.901
.517
.968
VAR00050
220.30
834.722
.734
.968
VAR00051
220.12
852.410
.457
.968
VAR00052
220.07
856.334
.265
.969
VAR00053
219.78
851.020
.457
.968
VAR00054
220.18
847.813
.516
.968
VAR00055
220.08
857.535
.262
.969
VAR00056
220.78
843.393
.651
.968
VAR00057
219.80
853.519
.367
.969
VAR00058
220.22
845.257
.542
.968
VAR00059
220.62
833.291
.853
.968
VAR00060
219.93
856.131
.362
.969
VAR00061
219.82
859.373
.227
.969
VAR00062
220.63
834.677
.735
.968
VAR00063
220.22
854.817
.358
.969
VAR00064
220.10
855.244
.407
.969
VAR00065
220.50
838.559
.737
.968
VAR00066
220.10
855.142
.339
.969
VAR00067
220.07
844.267
.541
.968
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scale Mean if Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-
Cronbach's
Item Deleted Total Correlation
Alpha if Item Deleted
VAR00068
220.58
828.349
.794
.968
VAR00069
219.98
853.373
.332
.969
VAR00070
220.30
841.095
.584
.968
VAR00071
220.62
842.817
.689
.968
VAR00072
221.05
867.879
-.034
.970
VAR00073
220.12
854.342
.353
.969
VAR00074
220.60
833.431
.792
.968
VAR00075
219.77
851.470
.402
.969
VAR00076
220.62
850.817
.415
.969
VAR00077
220.45
832.930
.761
.968
VAR00078
220.05
853.845
.419
.969
Scale Statistics
Mean
223.17
Variance
866.955
Std. Deviation
29.444
N of Items
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Data Baru Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Based on Cronbach's
Standardized
Alpha
Items
.969
N of Items
.968
54
Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
VAR00001
151.22
543.969
.414
.969
VAR00002
151.52
531.068
.749
.968
VAR00003
151.00
546.237
.416
.969
VAR00005
151.57
535.233
.774
.968
VAR00009
151.17
543.802
.456
.969
VAR00010
150.88
547.562
.446
.969
VAR00011
151.57
534.724
.714
.968
VAR00012
151.85
532.164
.713
.968
VAR00013
150.93
549.182
.342
.969
VAR00014
151.55
521.811
.882
.968
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
VAR00015
151.08
548.790
.386
.969
VAR00016
151.47
534.151
.724
.968
VAR00017
151.47
529.304
.795
.968
VAR00018
151.55
549.031
.368
.969
VAR00019
151.25
541.106
.553
.969
VAR00023
151.42
536.586
.699
.968
VAR00024
151.40
543.498
.477
.969
VAR00026
151.70
526.112
.820
.968
VAR00027
151.58
541.061
.659
.968
VAR00028
151.70
547.095
.443
.969
VAR00029
151.68
535.813
.811
.968
VAR00030
151.88
532.884
.736
.968
VAR00031
151.08
542.722
.529
.969
VAR00032
151.63
532.982
.769
.968
VAR00034
151.48
540.288
.620
.969
VAR00036
152.12
544.376
.425
.969
VAR00037
151.27
547.453
.416
.969
VAR00038
151.68
532.627
.770
.968
VAR00040
151.70
534.451
.693
.968
VAR00042
151.32
547.305
.395
.969
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
VAR00043
151.10
539.786
.606
.969
VAR00044
152.02
527.644
.766
.968
VAR00045
151.80
540.773
.562
.969
VAR00046
151.33
538.972
.554
.969
VAR00048
151.92
532.179
.701
.968
VAR00049
151.02
546.932
.501
.969
VAR00050
151.43
534.250
.737
.968
VAR00051
151.25
549.038
.436
.969
VAR00054
151.32
544.830
.516
.969
VAR00057
150.93
550.470
.329
.969
VAR00058
151.35
542.909
.537
.969
VAR00059
151.75
533.208
.853
.968
VAR00063
151.35
551.045
.335
.969
VAR00064
151.23
550.860
.404
.969
VAR00065
151.63
537.762
.726
.968
VAR00067
151.20
541.451
.557
.969
VAR00068
151.72
528.681
.810
.968
VAR00070
151.43
539.267
.589
.969
VAR00071
151.75
540.665
.696
.968
VAR00073
151.25
550.699
.330
.969
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
VAR00074
151.73
533.046
.801
.968
VAR00075
150.90
548.702
.369
.969
VAR00077
151.58
533.332
.749
.968
VAR00078
151.18
550.322
.393
.969
Scale Statistics
Mean
154.30
Variance
560.247
Std. Deviation
23.670
N of Items
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 2 UJI NORMALITAS Dan UJI HOMOGENITAS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Uji Normalitas a
Kolmogorov-Smirnov Perlakuan penerimaan
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
pendampingan
.140
30
.138
.954
30
.213
non-pendampingan
.127
30
.200
*
.960
30
.310
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Uji Homogenitas Levene Statistic penerimaan
df1
df2
Sig.
Based on Mean
3.611
1
58
.062
Based on Median
2.329
1
58
.132
Based on Median and with
2.329
1
48.009
.134
3.426
1
58
.069
adjusted df Based on trimmed mean
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 3 UJI HIPOTESIS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Group Statistics Perlakuan penerimaan
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
pendampingan
30
176.03
10.284
1.878
non-pendampingan
30
133.00
7.423
1.355
ndependent Samples Test Levene's Test for Equality of
penerimaan F Equal variances assumed Equal variances not assumed
t-test for Equality of Means
Variances Sig. 3.611
t .062
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference Std. Error Difference
18.584
58
.000
43.033
2.316
18.584
52.768
.000
43.033
2.316