PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN JUDUL
STATUS IDENTITAS DIRI REMAJA TUNANETRA NON GENETIK SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Oleh : Raysa Bestari Siniwi 119114076
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSETUJUAN DO SEN PEM BIMBING
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PENGESAHAN
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN MOTTO
HALAMAN MOTTO
Urip iku urup
Jer Basuki mawa beo
I can if I think I can
Tuhan mengerti yang anakNya perlukan
Lets do the best, and lets God to the rest
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEM BAHAN
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk :
Tuhan Yesus Kristus, atas kasih yang tak berkesudahan kepadaku
Papa dan Mama yang selalu mendukung dan mau menunggu dengan sabar hingga karya ini selesai kubuat
dan
semua orang yang aku kasihi dan yang mengasihi aku
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KA RYA
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABST RAK
STATUS IDENTITAS DIRI REMAJA TUNANETRA NON GENETIK Studi Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Raysa Bestari Siniwi
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk status identitas diri remaja tunanetra non genetik. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode penelitian analisis fenomenologi interpretatif. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi dengan keabsahan data triangulasi. Subjek penelitian berjumlah dua yang keduanya merupakan siswa SLB-A Yaketunis Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan bentuk status identitas diri dari kedua subjek pada setiap domainnya. Subjek 1 memiliki status identitas moratorium pada domain relasi sosial, status identitas achievement pada domain prestasi, status identitas diffusion pada domain minat, status identitas foreclosure pada domain fisik dan spiritual. Subjek 2 memiliki status identitas moratorium pada domain relasi sosial, prestasi minat, dan fisik. Pada domain spiritual, subjek 2 memiliki status identitas achievement. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa adanya perbedaan bentuk status identitas diri berkaitan dengan bentuk dukungan sosial yang diterima oleh masing-masing subjek. Kata kunci : status identitas diri, remaja, tunanetra, non genetik, dukungan sosial.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SELF IDENTITY STATUS OF NON-GENETICALLY BLIND ADOLESCENTS
Raysa Bestari Siniwi ABST RACT
ABSTRACT This research aimed to explore the form of self identity status of adolescent that blind caused non-genetically. Qualitative research was used with interpretative phenomenology analysis method. The data of this research were collected through interview and observation with data triangulate validity. The subjects were two adolescents that have been studying in Yaketunis Inclusive School of Yogyakarta. The result showed that there are different forms of self identity status among both subjects for every domain. The first subject had moratorium self-identity on social relation domain, achievement self-identity on achievement domain, diffusion self-identity on interest domain, and foreclosure self-identity on spiritual and physical domain. The second subject had moratorium self-identity on social relation domain, achievement, interest, and physical domain. Whereas, the spiritual domain of the second subject was achievement self-identity. The result also showed that there is different form of self-identity status related to social support that received by each of them. Keywords : self-identity status, adolescent, blind, non-genetically, social support.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKA SI KARYA ILMIA
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan-Nya selama penulisan, pelaksanaan, hingga terselesaikannya skripsi ini. Pengerjaan skripsi ini juga tidak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, peneliti hendak mengucapkan terima kasih kepada : 1. Tuhan Yesus Kristus atas segala penyertaanNya yang berlimpah sehingga peneliti mampu menyusun skripsi ini sampai akhir. 2. Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 3. Paulus Eddy Suhartanto M.Si. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 4. Sylvia Carolina MYM., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi peneliti yang telah membimbing, serta memberi kritik dan saran selama proses penulisan skripsi ini, 5. Dewi Soerna Anggraeni selaku DPA peneliti saat ini sekaligus sebagai mbak sepupu yang mendampingi peneliti bersama-sama memasuki Fakulas Psikologi Universitas Sanata Dharma (I love you mbak Ren), 6. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan banyak pelajaran, pengetahuan, dan pengalaman hidup selama masa studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Staf Sekretariat Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu melancarkan proses pembelajaran selama masa studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 8. Pihak SLB-A Yaketunis Yogyakarta terutama kedua subjek peneliti atas kerja samanya dalam pengumpulan dan pengambilan data penelitian yang peneliti lakukan, 9. Kedua orang tua peneliti, Liliek Budiman dan Triratih Siniwi. Terimakasih atas doa, cinta, dukungan, semangat, dan kesabaran yang sudah Papa dan Mama berikan pada peneliti, 10. Kakak satu-satunya peneliti, Rekyan Budi Satwiko. Terimakasih sudah sering membuat mood peneliti seperti rollercoaster, 11. Benedicta Herlina Widiastuti, S. Psi atas saran-saran dan jawaban-jawabannya yang selalu memberikan pencerahan pada peneliti, 12. Geng ciwik-ciwik typolicious, Agnes Wijaya, Benedikta Elsa, Nidia Gabriela, Ela Widyaninta, Yunita Primaturini, Ghea Kuncahyani, Marius Angga, dan Martha Veronica. Terimakasih untuk penerimaan dan cinta kalian yang tulus. Terimakasih juga atas segala penguatan, teguran, ataupun omelan yang selalu kalian berikan untuk menyemangati peneliti menyelesaikan penelitian ini, 13. My Wonder Woman, teman semenjak awal Insadha sampai detik ini, Emilia Jevina Lintang Puspita. Terimakasih atas segala cinta, dukungan, dan ketulusan yang selalu diberikan kepada peneliti, sekaligus Pandu W yang menjadi teman peneliti dalam perjuangan di dalam dunia perkuliahan,
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING............................................... ii HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................... iii HALAMAN MOTTO ...................................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................................... vi ABSTRAK ....................................................................................................................... vii ABSTRACT.................................................................................................................... viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIA .................................... ix KATA PENGANTAR....................................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................................. xiii DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xvi BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1 A.
LATAR BELAKANG ............................................................................................ 1
B.
RUMUSAN MASALAH ........................................................................................ 7
C.
TUJUAN PENELITIAN ......................................................................................... 7
D.
MANFAAT PENELITIAN .................................................................................... 8 1.
Manfaat Teoritis .................................................................................................. 8
2.
Manfaat Praktis ................................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 9 IDENTITAS DIRI .................................................................................................. 9
A. 1.
Definisi Identitas Diri ......................................................................................... 9
2.
Aspek-aspek pembentukan Identitas................................................................. 10
3.
Status Identitas .................................................................................................. 12
4.
Domain Identitas Diri ....................................................................................... 14 TUNANETRA ...................................................................................................... 16
B. 1.
Pengertian Tunanetra ........................................................................................ 16
2.
Faktor - faktor Penyebab Ketunanetraan .......................................................... 17
3.
Klasifikasi Tunanetra ........................................................................................ 17
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
REMAJA .............................................................................................................. 18
C. 1.
Pengertian Remaja ............................................................................................ 18
2.
Aspek-aspek masa Remaja ............................................................................... 20
3.
Tugas-tugas Perkembangan dalam Masa Remaja ............................................. 24
D.
REMAJA TUNANETRA ..................................................................................... 25
E.
STATUS IDENTITAS DIRI PADA REMAJA TUNANETRA NON GENETIK ............................................................................................................ 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................... 33 A.
JENIS PENELITIAN ............................................................................................ 33
B.
FOKUS PENELITIAN ......................................................................................... 35
C.
METODE PENGAMBILAN DATA .................................................................... 35 1.
Wawancara........................................................................................................ 35
2.
Observasi .......................................................................................................... 40
D.
Subjek Penelitian .................................................................................................. 41
E.
Analisis Data ......................................................................................................... 42
F.
Kredibilitas Data ................................................................................................... 44
BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN............................................. 46 A.
Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian .................................................................. 46
B.
Hasil Penelitian ..................................................................................................... 49
C.
Pembahasan .......................................................................................................... 83
A.
KESIMPULAN ..................................................................................................... 93
B.
KELEMAHAN PENELITIAN ............................................................................. 94
C.
SARAN ................................................................................................................. 94
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 95
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Status Identitas Diri .......................................................................................... 13 Tabel 3.1 Panduan Wawancara ......................................................................................... 37 Tabel 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................................... 48 Tabel 4.2 Demografi Subjek 1 .......................................................................................... 49 Tabel 4.3 Eksplorasi Remaja Tunanetra Non Genetik ...................................................... 52 Tabel 4.4 Komitmen Remaja Tunanetra Non Genetik ..................................................... 53 Tabel 4.5 Status Identitas Diri Remaja Tunanetra Non Genetik....................................... 64 Tabel 4.6 Demografi Subjek 2 .......................................................................................... 65 Tabel 4.7 Eksplorasi Remaja Tunanetra Non Genetik ...................................................... 67 Tabel 4.8 Komitmen Remaja Tunanetra Non Genetik ..................................................... 68 Tabel 4.9 Status Identitas Diri Remaja Tunanetra Non Genetik....................................... 78 Tabel 4.10 Perbandingan Status Identitas antara Subjek .................................................. 82
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Informed Consent Subjek 1 .......................................................................... 98 Lampiran 2. Informed Consent Subjek 2 ......................................................................... 99 Lampiran 3. Contoh Analisis Subjek 1 ........................................................................... 100 Lampiran 4. Guideline Wawancara Triangulasi Data..................................................... 108 Lampiran 5 . Informed Consent Orangtua Subjek 1 (Triangulasi Data) ......................... 109 Lampiran 6 . Informed Consent Orangtua Subjek 2 (Triangulasi Data) ......................... 110 Lampiran 7 . Contoh Analisis Triangulasi Data ............................................................. 111
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Setiap remaja pasti selalu berharap kehidupannya dapat dilalui dengan baik sesuai harapannya di masa yang akan datang. Namun sering kali harapan yang ada menjadi sirna karena terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak terduga dalam kehidupannya, misalnya kecelakaan, bencana alam, atau sakit penyakit yang menyebabkan remaja mengalami penurunan atau kehilangan fungsi pada anggota tubuhnya yang disebut disabilitas non genetik. Remaja yang sebelumnya mempunyai fisik yang normal, tentu kemudian akan menghadapi berbagai permasalahan yang harus dihadapi dan menyulitkan berkaitan dengan peristiwa yang mengakibatkan penurunan atau kehilangan fungsi tubuh permanen yang baru diperolehnya (Tarsidi, 2016). Berbagai kelainan pada kondisi fisiknya yang baru tersebut tentu saja mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan perilakunya sehari-hari. Keadaannya tentu akan berbeda jika dibanding dengan kondisi remaja normal pada umumnya yang membuat mereka dapat beraktivitas tanpa ada kendala yang mengganggu (Tentama, 2010). Salah satu disabilitas non genetik yang dialami remaja akibat kecelakaan atau sakit adalah tunanetra. Keadaan tunanetra non genetik berbeda dengan tunanetra genetik (dari lahir). Tunanetra genetik tidak mengalami fase kehilangan akan kemampuan penglihatan yang pernah dimiliki dan tidak merasa ada hal yang sangat berbeda dengan kondisi fisiknya sehingga tidak
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
memerlukan untuk beradaptasi dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari (Desmita, 2000). Berdasarkan data dari Kementrian Sosial (Kementriansosial.com, 2010) penyandang tunanetra pada penduduk dengan usia relatif muda yang diperoleh dari Hellen Keller Internasional cukup mengkhawatirkan. Dalam laporannya disebutkan bahwa hampir 10 juta balita mengalami avitominasis dan 10% dari 66 juta anak sekolah di Indonesia mengalami kelainan refraksi (rabun jauh). Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah penyandang tunanetra mendapat peringkat terbanyak di Indonesia. Pertahunnya tak kurang dari 7 juta orang mengalami kebutaan atau permenitnya terdapat satu penduduk bumi menjadi buta dan perorang mengalami kebutaan perduabelas menit dan ironisnya, lagi-lagi wilayah dan negara miskinlah yang kebanyakan penduduknya mengalami kebutaan dan gangguan penglihatan, yaitu sekitar 90%. Dan jika kondisi ini dibiarkan tanpa aksi yang nyata maka WHO memperhitungkan pada tahun 2020 mendatang, kelak jumlah penduduk dunia yang buta akan mencapai 2 kali lipat, kira-kira 80–90 juta orang (Sumber data statistik : Laporan HU. Kompas edisi 2, 19, & 20 Oktober 2010). Penglihatan merupakan indera yang sangat penting dalam menentukan kualitas hidup manusia. Penglihatan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam seluruh aspek kehidupan termasuk diantaranya pada proses pendidikan. Penglihatan juga merupakan jalur informasi utama. Indera penglihatan tersebut alah mata. Mata adalah indera yang dianggap memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
peranan yang sangat penting dibandingkan dengan indera lainnya karena selama mata terjaga maka dapat membantu kita untuk beraktivitas. Kemampuan penglihatan adalah hal yang sangat diperlukan dalam dunia sekolah, bekerja, maupun relasi sosial. Terganggunya indera penglihatan seseorang akan menyebabkan kehilangan fungsi kemampuan visualnya untuk merekam objek dan peristiwa fisik yang ada di lingkungan kita. Individu yang mengalami tunanetra menjasi lebih sulit menjalani kehidupan sesuai dengan keadaan lingkungan dan keinginan yang diharapkan (Depkes RI, 2009). Ketidakmampuan penglihatan secara total atau mampu melihat tetapi terbatas yang dialami oleh tunanetra memiliki dampak secara jangka pendek maupun jangka panjang. Dampak jangka pendek yang dirasakan oleh individu tunanetra adalah mengalami kesulitan dalam hal belajar, bekerja, ataupun melakukan kegiatan sehari-hari karena tidak memiliki kemampuan melihat (Desmita, 2000). Kesulitan-kesulitan yang didapatkan oleh individu yang mengalami tunanetra tersebut juga akan membawa dampak secara jangka panjang, antaralain adalah keterbatasan yang mereka alami untuk mencapai suatu prestasi secara akademis (Barraga, dalam Hadi, 2007:11) maupun nonakademis karena kesulitan dalam hal belajar dan berlatih, dan keterbatasan dalam memilih cita-cita atau pekerjaan yang diinginkan karena ada berbagai pekerjaan yang membutuhkan kemampuan penglihatan (Tarsidi, 2016). Keterbatasan penglihatan memungkinkan individu yang mengalami tunanetra merasa tidak berharga dan memiliki konsep diri yang buruk sehingga dapat menyebabkan dirinya tidak memiliki konsep diri yang baik, sesuai dengan hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
penelitian Wahyuni & Marettih (2012) yang menyatakan bahwa semakin positif citra tubuh yang dimiliki remaja, maka semakin positif pula identitas diri yang dimilikinya. Adanya perasaan kehilangan kemampuan penglihatan yang remaja tunanetra non genetik rasakan akan membuat remaja menjadi susah menerima keadaan
dirinya.
Erikson
(dalam
Damayanti
&
Rostiana,
2003)
mengungkapkan istilah non normative untuk kejadian yang datangnya tidak diduga dan diharapkan merupakan salah satu peristiwa yang dapat mendatangkan penderitaan pada individu. Dengan kata lain, remaja yang dahulu memiliki penglihatan yang normal dan sudah mengenal bahkan sudah merasa nyaman dengan keadaan dirinya, kini harus menerima kekurangan yang dimiliki dan harus beradaptasi dengan kesulitan yang dialami atas dampak dari kekurangan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara awal di SLB-A Yaketunis Yogyakarta, kedua remaja tunanetra non genetik mengatakan bahwa merasakan perubahanperubahan yang cukup drastis di dalam kehidupannya. Perubahan-perubahan tersebut antara lain mencakup perubahan akan cita-cita yang mereka inginkan atau yang sedang mereka perjuangkan, perubahan sikap dari keluarga maupun sosial, perubahan dalam menjalani aktivitas sehari-hari, dan perubahan cara belajar di sekolah atau bahkan harus pindah ke sekolah inklusi karena keterbatasan kemampuan penglihatannya tersebut. Dari kedua interviewee juga menceritakan bahwa diri mereka mengalami stress dan perasaan tidak terima akan kondisi fisik yang mereka miliki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
Berdasarkan hasil wawancara juga menyatakan bahwa dirinya mengalami kebingungan akan dirinya karena harus kembali berusaha menyesuaikan diri di dalam lingkungan keluarga maupun sosial dengan kondisi baru yang mereka miliki. Dari pernyataan interviewee yang mengalami glukoma, ia menyatakan bahwa ia memerlukan waktu tiga tahun lamanya untuk menerima keadaan dirinya yang baru dan kembali memutuskan untuk melanjutkan sekolah. Hal ini tidak jauh berbeda dengan interviewee yang mengalami tunanetra akibat kecelakaan, ia menyatakan bahwa ia lebih baik berada di dalam rumah dibandingkan bersekolah di sekolah inklusi. Ia tidak melanjutkan sekolah selama dua tahun sebelum akhirnya ia memutuskan untuk kembali bersekolah. Tertundanya masa sekolah tersebut berdampak hingga perencanaan masa depan mereka karena kesusahan yang mereka alami untuk menata kembali jenjang sekolah yang akan mereka dapatkan karena usia mereka sudah melampaui usia produktif sekolah. Dengan keadaan fisik maupun psikis yang kini dimiliki oleh remaja tunanetra non genetik, remaja tunanetra non genetik tetap memiliki tugas perkembangan utamanya sebagai remaja, yaitu mencapai identitas diri. Remaja yang berhasil mencapai suatu identitas diri yang stabil, maka akan memperoleh suatu pandangan yang jelas tentang dirinya, memahami perbedaan dan persamaannya dengan oranglain, menyadari kelebihan dan kekurangan dirinya, penuh percaya diri, tanggap terhadap berbagai situasi, mampu mengambil keputusan penting, mampu mengantisipasi tantangan masa depan, serta mengenal perannya dalam masyarakat (Erikson, 1989).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
Identitas diri pada seorang remaja menjadi suatu landasan bagi perkembangan psikososial dan relasi interpersonal pada masa dewasa (Jones & Hartmann, 1988). Erikson juga berpendapat bahwa salah satu proses sentral pada remaja adalah pembentukkan identitas diri. Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh (Stuart & Sundeen, 1991). Erikson menjelaskan bahwa pada tahap remaja akan mengalami identitas versus kebingungan identitas. Menurut Erikson (dalam Kimmel & Weiner, 1995), jika seorang remaja belum mencapai identitas dirinya, maka ia akan mengalami kebingungan dalam menjalani kehidupan yang ia hadapi, entah dalam memilih dan menentukan masa depannya ataupun ketika menjalani hidup di dalam relasi sosialnya. Erikson juga mengatakan bahwa seorang remaja yang belum dapat melewati krisis identitas, dirinya akan merasa cemas akan kehidupan dan relasinya, tidak memiliki pandangan hidup kedepan dan cenderung tidak memiliki hubungan yang hangat dengan sosialnya. Marcia (1994), meyakini bahwa teori perkembangan identitas Erikson mengandung empat status identitas, atau cara-cara untuk mengatasi krisis identitas. Krisis di definisikan sebagai suatu masa perkembangan identitas di mana remaja memilah-milah alternatif-alternatif yang tersedia dan berarti bagi dirinya. Banyak yang sering menggunakan istilah eksplorasi dibandingkan krisis. Komitmen adalah suatu bagian dari perkembangan identitas di mana remaja menunjukkan adanya suatu investasi pribadi pada apa yang akan mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
lakukan. Eksplorasi dan komitmen ini yang akan digunakan remaja untuk mengklasifikasikan berdasarkan salah satu dari empat status identitas. Empat status identitas tersebut adalah identity diffusion yaitu remaja yang belum pernah mengalami krisis sehingga belum mengalami eksplorasi dan tidak mengarahkan diri untuk berkomitmen, identity foreclosure yaitu remaja telah membuat suatu komitmen namun tidak mengeksplorasi, identity moratorium yaitu remaja berada berada dalam krisis namun tidak berkomitmen, identity achievement yaitu remaja telah melewati krisis/ mengeksplorasi diri dan telah membuat komitmen. Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui mengenai status identitas remaja tunanetra non genetik karena dengan mengetahui status identitas diri seorang remaja tunanetra non genetik, seorang remaja tunanetra non genetik dapat mengerti posisi dirinya dalam status tertentu sehingga dapat membantu dalam pencapaian identitas diri.
B. RUMUSAN MASALAH Apa status identitas diri remaja tunanetra non genetik?
C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari tahu status identitas diri remaja tunanetra non genetik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang status identitas diri seorang remaja tunanetra non genetik. b. Hasil
penelitian
ini
dapat
memberikan
pengetahuan
tentang
pembentukan status identitas diri seorang remaja tunanetra non genetik sehingga dapat membantu dalam pencapaian identitas. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan sebagai arahan bagi remaja tunanetra non genetik dalam pembentukan status identitas. b. Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan kepada orangtua ataupun pihak sekolah dalam memberikan pendampingan kepada remaja tunanetra non genetik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II TINJAUAN PU STA KA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. IDENTITAS DIRI 1. Definisi Identitas Diri Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh (Stuart & Sundeen, 1991). Menurut Erikson, Identitas vs Kebingungan Identitas adalah tahap kelima dalam delapan tahap siklus kehidupan. Pada tahap ini, remaja mulai menentukan siapakah mereka, apa keunikannya, mencari tahu siapa dirinya, bagaimana dirinya, dan kemana ia menuju dalam kehidupannya. Selama masa remaja, pandangan-pandangan dunia menjadi penting bagi
individu
yang
memasuki
Psychological
Moratorium,
yaitu
kesenjangan antara keamanan masa anak-anak dan otonomi masa dewasa. Namun, selama remaja mau aktif memilih pilihan-pilihan akan mencerminkan keinginan untuk meraih identitas yang bermakna dan berusaha menjadi diri sendiri yang sebenarnya, dibandingkan berusaha menutupi identitas dirinya agar dapat diterima sosial dan dapat mengikuti keinginan sosial. Di dalam proses mengeksplorasi dan mencari identitas, remaja seringkali bereksperimen dengan berbagai peran. Remaja yang berhasil mengatasi dan menerima peran yang saling berkonflik satu sama lain ini
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
memiliki identifikasi penghayatan mengenai diri yang baru yang menyegarkan, dapat diterima dan memiliki sifat yang fleksibel dan adaptif, terbuka terhadap perubahan yang berlangsung di dalam masyarakat, dalam relasi dan karier (Adam, Gulotta & Montemayor, 1992). Keterbukaan ini menjamin adanya sejumlah reorganisasi identitas sepanjang kehidupan seseorang. Sementara remaja yang tidak berhasil mengatasi krisis identitas akan mengalami kebingungan identitas. Mereka akan cenderung menarik diri, mengisolasi diri dari sosial, atau membenamkan diri dalam dunia sosial, dan kehilangan identitasnya sendiri di dalam sosialnya. Erickson (Santrock, 2007). Dapat disimpulkan bahwa identitas diri adalah suatu tugas perkembangan pada masa remaja untuk memiliki kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian sebagai suatu kesatuan yang utuh. Identitas diri penting untuk dicapai karena remaja yang tidak berhasil mengatasi krisis identitas untuk mencapai identitas diri cenderung menarik diri, mengisolasi diri dari sosial, atau membenamkan diri dalam dunia sosial, dan kehilangan identitasnya sendiri di dalam sosialnya.
2. Aspek-aspek pembentukan Identitas Menurut Erikson (dalam Santrock, 2002), aspek-aspek dalam pembentukan identitas :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
a. Eksplorasi Eksplorasi adalah usaha untuk mencari informasi sebanyakbanyaknya terkait alternatif pilihan dalam rangka pembentukan identitas. Semakin banyak remaja menentukan alternatif pilihan dan mengetahui masing-masing kelebihan dan kekurangannya, maka tingkat eksplorasi semakin tinggi. Pada aspek ini, terdapat dua indikator yang menunjukkan adanya eksplorasi, yaitu : 1) Penguasaan Pengetahuan Kemampuan untuk memahami berbagai alternatif pilihan. 2) Pertimbangan Alternatif Usaha untuk membandingkan alternatif pilihan berdasarkan kelebihan dan kekurangannya. b. Komitmen Komitmen adalah sebagai sesuatu sikap yang cenderung menetap dan memberikan kesetiaan terhadap alternatif yang telah dipilih dan diyakini sebagai paling baik dan berguna bagi masa depannya. Semakin banyak indikator yang muncul, maka tingkat komitmen remaja juga semakin tinggi. Indikator yang menunjukkan adanya komitmen yaitu : 1) Mengarahkan kegiatan Usaha mengarahkan kegiatan yang sesuai dengan pilihan yang telah dipilihnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
2) Identifikasi model Usaha mengidentifikasi model yang dianggap sukses yang pilihan yang sama dengan dirinya. 3) Proyeksi ke masa depan Kemampuan membuat gambaran dirinya di masa depan dengan pilihan yang dipilihnya. 4) Daya tahan terhadap goncangan Daya tahan terhadap pilihan yang dipilihnya walaupun selama proses mengalami banyak tantangan.
3. Status Identitas Status identitas merupakan istilah yang digunakan Marcia untuk kondisi perkembangan ego yang tergantung pada ada tidaknya krisis dan komitmen. Krisis adalah suatu periode perkembangan identitas bagi individu untuk berusaha melakukan eksplorasi terhadap berbagai alternatif untuk mengambil keputusan yang disadari berkaitan dengan pembentukan identitas (Papalia, 2008). Dan komitmen adalah sebagai suatu sikap yang cenderung menetap dan memberikan kesetiaan terhadap alternatif yang telah dipilih dan diyakini sebagai paling baik dan berguna bagi masa depannya. Menurut James Marcia, teori perkembangan identitas dari Erickson dibagi menjadi 4 status identitas :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
a. Identity Diffusion Kondisi remaja yang belum pernah mengalami krisis sehingga belum pernah mengeksplorasi berbagai pilihan alternatif ataupun membuat komitmen apapun. b. Identity Foreclosure Kondisi remaja yang telah membuat komitmen namun tidak mengeksplorasi pilihan. c. Identity Moratorium Kondisi remaja yang sudah mengalami krisis dan mengeksplorasi pilihan alternatif dari krisis tersebut namun belum memiliki komitmen yang jelas terhadap pilihannya. d. Identity Achievement Kondisi remaja yang telah mengatasi krisis identitas sehingga mampu mengeksplorasi dan membuat komitmen akan pilihannya.
Tabel 2.1 Status Identitas Diri
Tabel 2.1 Status Identitas Diri Komitmen
Tidak berkomitmen
Eksplorasi
Identity Achievement
Identity Moratorium
Tidak mengeksplorasi
Identity Foreclosure
Identity Diffusion
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
4. Domain Identitas Diri Pembentukan identitas ini akan semakin mengalami perubahan dan terus berkembang karena eksplorasi dan komitmen akan semakin meningkat. Pembentukan identitas tidak hanya dilihat dari aspek dan indikator-indikatornya, tetapi tidak terlepas dari domain yang ada di masyarakat. Domain merupakan area yang mewakili tingkat eksplorasi dan komitmen pada identitas remaja. Menurut Erikson (dalam Santrock, 2012), domain tersebut dilihat dari alternatif pilihan identitas yang dibagi dengan cakupan dari identitas terdiri dari : a. Vokasional/ pekerjaan Pilihan karir/ pekerjaan saat ini atau yang diingkan di masa depan. Pilihan-pilihan pekerjaan yang ditawarkan di masyarakat mampu mendukung remaja untuk mengeksplorasi diri. b. Politis Keyakinan yang terkait dengan sikap dan nilai politik yang dianut dan ideal bagi dirinya jika digunakan di masyarakat. c. Spiritual Sikap percaya pada kekuatan yang besar dan dapat menghubungkan dirinya dengan Tuhan (Hudori, 2008). Keyakinan dan sikap terhadap agama, praktik dan perilaku yang menunjukan moralnya (Upton, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
d. Relasi Hubungan dekat dengan teman sebaya, yang lebih tua, yang lebih muda dibandingkan dirinya. Relasi remaja identik dengan teman sebaya (Santrock, 2012). Teman sebaya memberikan pengaruh dalam kehidupan remaja seperti mengeksplorasi banyak hal baru. e. Prestasi Tingkat remaja termotivasi untuk berprestasi. Kebutuhan untuk diakui dan diterima sangat penting bagi remaja, sehingga mereka ingin menunjukkan eksistensinya dengan cara mencapai prestasi. f. Seksual Orientasi seksual remaja cenderung mengarah pada heteroseksual, homoseksual, atau biseksual. Domain ini terlihat ketika remaja lebih berorientasi dengan lawan jenisnya. g. Minat Aktivitas yang disukai remaja dan membuat mereka menemukan halhal baru. h. Etnis/ budaya Latarbelakang budaya yang dimiliki remaja. Domain ini nampak jelas pada remaja dengan budaya barat dibandingkan pada remaja dengan budaya timur karena adanya mayoritas dan minoritas dari etnis tertentu (Santrock, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
i. Fisik Remaja mulai memikirkan penampilan fisiknya untuk menunjang relasinya dengan oranglain atau untuk menarik simpati lawan jenis. Remaja yang memiliki gambaran ideal tentang dirinya sendiri sejauh mana perkembangan fisiknya saat ini. j. Kepribadian Karakteriktik-karakteristik individual yang menentukan pola tertentu seperti, pemalu, pemarah, ramah, pencemas dan sebagainya.
Identitas diri dapat disimpulkan sebagai suatu tugas perkembangan pada masa remaja untuk memiliki kesadaran diri. Aspek identitas diri yakni eksplorasi dan komitmen, ada dan tidaknya eksplorasi dan komitmen tersebut menentukan suatu status identitas diri dari empat status pada kesepuluh domain yang dimiliki oleh identitas diri.
B. TUNANETRA 1. Pengertian Tunanetra Tunanetra adalah istilah yang digunakan tidak hanya untuk mereka yang buta, tetapi mencakup juga mereka yang mampu melihat tetapi terbatas dan kurang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup, dimana indera tersebut berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari (Soemantri, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
2. Faktor - faktor Penyebab Ketunanetraan Menurut Soemantri (2006), ketunanetraan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : a. Faktor dari dalam (internal/ genetik). Faktor yang erat hubungannya dengan keadaan bayi selama masih dalam kandungan. Kemungkinan karena faktor gen (sifat pembawa keturunan), kondisi psikis ibu, kekurangan gizi, keracunan obat dan sebagainya. b. Faktor dari luar (eksternal/ non genetik). Faktor-faktor yang terjadi pada saat atau sesudah bayi dilahirkan. Misalnya kecelakaan, terkena penyakit yang mengenai mata, pengaruh alat medis (tang) saat dilahirkan sehingga sistem persyarafan rusak, kurang gizi, terkena racun dan virus. Menurut Soekini & Suharto (1977) faktor-faktor ketunanetraan tidak jauh berbeda dengan yang telah dikemukakan oleh Soemantri (2006), faktor-faktor tersebut adalah faktor endogen dan faktor exogen. Faktor endogen yaitu faktor yang erat hubungannya dengan masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan. Ketunanetraan yang disebabkan oleh faktor keturunan ini, dapat dilihat pada sifat-sifat keturunan yang mempunyai hubungan pada garis lurus, silsilah dan hubungan sedarah.
3. Klasifikasi Tunanetra Tunanetra dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu (Soemantri, 2006) :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
a. Buta (Total Blind) Seseorang dapat dikatakan buta jika seseorang tersebut sama sekali tidak mampu menerima rangsang cahaya dari luar (visusnya = 0). b. Low Vision Dapat dikatakan low vision apabila masih mampu menerima rangsang cahaya dari luar, tetapi ketajamannya lebih dari 6/21 atau jarak individu tersebut hanya mampu membaca headline atau judul pada surat kabar.
Dapat disimpulkan bahwa tunanetra adalah istilah yang digunakan tidak hanya untuk mereka yang buta, tetapi mencakup juga mereka yang mampu melihat tetapi terbatas. Tunanetra disebabkan oleh dua faktor yakni faktor genetik dan non genetik. Tunanetra juga terbagi menjadi dua jenis, yakni total blind dan low vision.
C. REMAJA 1. Pengertian Remaja Istilah remaja atau Adolesence berasal dari kata Latin, Adolescence (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau
“tumbuh
menjadi
dewasa”
(Rice,
1996).
Santrock
(1996)
mendefinisikan remaja sebagai tahap perkembangan dari transisi antara masa kanak-kanak ke masa dewasa; secara biologis, kognitif, dan perubahan
sosioemosional.
Sedangkan
menurut
Hurlock
(1996)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
mendefinisikan remaja sebagai suatu tahap transisi ketika individu berubah secara fisik dan psikologis dari anak-anak menjadi dewasa. Santrock (2002) mengemukakan pada umumnya masa remaja berawal pada usia 12 sampai 16 tahun dan berakhir pada usia 17 sampai 22 tahun. Masa remaja dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu : a. Masa remaja awal (12-16 tahun) yang terjadi pada masa sekolah lanjutan tingkat pertama mencakup kebanyakan perubahan pubertas. b. Masa remaja akhir (17-21 tahun untuk wanita dan 18-22 tahun untuk laki-laki). Pada masa ini seringkali lebih nyata mencakup minat pada karier, pacaran, dan eksplorasi identitas dibandingkan dengan masa remaja awal. Selama masa remaja, transisi untuk keluar dari masa kanak-kanak, menawarkan peluang untuk tumbuh, bukan hanya dimensi fisik melainkan juga dalam kompetensi kognitif dan sosial. Sebagian besar anak remaja mengalami kesulitan dalam menangani begitu banyak perubahan yang terjadi dalam suatu waktu (Papalia, 2008). Disimpulkan
bahwa
remaja
merupakan
suatu
tahapan
perkembangan dimana terjadi transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa; yang meliputi aspek fisiologis (perubahan biologis) dan psikologis (kognitif dan sosioemosional) sehingga sebagian besar anak remaja mengalami kesulitan dalam menangani begitu banyak perubahan yang terjadi dalam suatu waktu. Masa remaja dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
2. Aspek-aspek masa Remaja Dalam memandang dampak masa pubertas, seorang anak remaja mengalami perubahan sosial, kognitif, dan perubahan fisik. a. Perkembangan Fisik Menarche adalah awal dari masa pubertas pada anak-anak perempuan. Sedangkan pada anak-anak laki-laki, pubertas ditandai dengan tumbuhnya kumis dan mimpi basah. Pubertas adalah suatu periode di mana kematangan kerangka dan seksual terjadi secara pesat terutama pada awal masa remaja. Pada periode ini anak-anak perempuan juga mulai ada pertumbuhan secara fisik seperti pada melebarnya pinggul dan munculnya kumis pada anak-anak laki-laki. Selama masa pubertas, estradiol pada wanita akan semakin meningkat hingga dua kali lipat. Estradiol akan memacu perubahan hormonal pada anak-anak perempuan yang akan menyebabkan bertambah tinggi, menarche, tumbuh buah dada dan rambut kemaluan. Sedangkan, testosterone akan meningkat 8 kali lebih banyak pada anak laki-laki yang akan menyebabkan
anak
laki-laki
semakin
bertambah
tinggi
dan
pertumbuhan penis, testis, dan rambut kemaluan. Perubahan-perubahan yang sangat kompleks pada masa remaja ini akan mempengaruhi aspek-aspek psikologis seorang remaja. Suatu hal yang pasti tentang aspek-aspek psikologi dari perubahan fisik pada masa remaja adalah bahwa remaja disibukkan dengan tubuh mereka dan mengembangkan citra individual mengenai gambaran tubuh mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
Selain itu, banyaknya perubahan fisik pada masa ini menimbulkan dampak psikologis yang tidak diinginkan akan membuat mayoritas remaja lebih banyak memperhatikan penampilan mereka ketimbang aspek lain dalam diri mereka, dan banyak diantara mereka yang tidak suka melihat apa yang mereka lihat pada dirinya. Hanya sedikit remaja yang merasa puas dengan tubuhnya. Ketidakpuasan akan tubuhnya menjadi salah satu penyebab timbulnya konsep diri yang kurang baik dan kurangnya harga diri selama masa remaja. Penampilan fisik seseorang dan identitas seksual merupakan ciri pribadi yang paling jelas dan paling mudah dikenali oleh oranglain dalam interaksi sosial. Kesadaran akan adanya reaksi sosial terhadap berbagai bentuk tubuh menyebabkan remaja semakin takut bentuk tubuhnya tidak sesuai dengan standart. b. Perkembangan Kognitif Kekuatan pemikiran remaja yang sedang berkembang membuka cakrawala kognitif dan cakrawala sosial yang baru. Pemikiran mereka semakin abstrak, logis, dan idealistis, lebih mampu menguji pemikiran diri sendiri, pemikiran oranglain, dan apa yang oranglain pikirkan tentang diri mereka serta cenderung menginterpretasikan dan memantau dunia sosial. Piaget yakin bahwa pemikiran operasional formal berlangsung antara usia 11 hingga 15 tahun. Remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman konkret aktual sebagai dasar pemikiran. Sebaliknya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
mereka dapat membangkitkan situasi-situasi khayalan, kemungkinan hipotesis, atau dalil-dalil dan penalaran yang benar-benar abstrak. Selain abstrak, pemikiran remaja juga idealistis. Remaja mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri dan oranglain dan membandingkan diri mereka sendiri dan ornglain dengan standartstandart ideal. Selama masa remaja, pemikiran-pemikiran sering berupa fantasi yang mengarah ke masa depan. Pada saat yang sama, ketika remaja berpikir lebih abstrak dan idealistis, mereka juga berpikir lebih logis (Kuh, 1991). Remaja mulai berpikir dengan menyusun rencanarencana untuk memecahkan masalah-masalah dan menguji pemecahanpemecahan masalah secara sistematis. Selain itu, pada saat remaja adalah masa dimana anak mulai mengambil keputusan sendiri. Pemikiran remaja bersifat egosentris yakni memiliki dua bagian (David Elkind, 1976) yaitu, penonton khayalan dan dongeng pribadi. Penonton khayalan adalah keyakinan remaja bahwa oranglain memperhatikan dirinya sebagaimana halnya dengan dirinya sendiri. Dongeng pribadi adalah bagian dari egosentrisme remaja yang meliputi perasaan unik seorang anak remaja. Rasa unik pribadi remaja membuat mereka merasa bahwa tidak seorangpun dapat mengerti bagaimana perasaan mereka sebenarnya. c. Perkembangan sosio emosional Pada masa remaja, remaja mulai ingin melepaskan diri dari orangtua dan meminta otonomi bagi dirinya. Meningginya emosi remaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
karena berada di bawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru. Remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian dari pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru. Semakin meningginya emosi dan tekanan sosial dapat di reduksi dengan rasa nyaman yang diberikan lingkungan sosial kepada remaja. Selain itu, remaja yang memiliki relasi yang nyaman dan adanya kelekatan (attachment) dengan orangtuanya akan memiliki harga diri dan kesejahteraan emosional yang lebih baik. Attatchment yang kokoh dengan orangtua dapat menyangga remaja dari kecemasan dan potensi perasaan-perasaan depresi atau tekanan emosional yang berkaitan dengan transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Selain itu, attatchment yang kokoh dengan orangtua juga akan meningkatkan relasi teman sebaya yang kompeten dan relasi erat yang positif di luar keluarga. Aspek pada masa remaja dapat disimpulkan bahwa masa remaja memiliki 3 aspek yakni perkembangan fisik dimana seorang remaja akan mengalami perubahan yang komplek seperti terjadinya pubertas yang mempengaruhi aspek psikologisnya, perkembangan kognitif dimana seorang remaja sudah mampu menguji pemikiran diri sendiri, pemikiran oranglain, apa yang oranglain pikirkan tentang diri sendiri karena diusia remaja seorang individu sudah memiliki pemikiran operasional formal, dan perkembangan sosio-emosional yakni berkaitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
dengan keinginan otonomi bagi dirinya sendiri da nada tidaknya kelekatan yang mempengaruhi perkembangannya.
3. Tugas-tugas Perkembangan dalam Masa Remaja Hurlock (1996) menjabarkan beberapa tugas perkembangan yang dilewati remaja. Menurut Hurlock, semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku kekanakkanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Pernyataan tersebut senada dengan pernyataan Desmita (2006) yang menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahap ini sangat menentukan perkembangan kepribadian masa dewasa. Tugas perkembangan yang paling penting pada masa remaja, yaitu pencapaian identitas diri. Erikson menyatakan bahwa salah satu proses sentral pada remaja adalah pembentukan identitas diri. Apabila remaja tidak berhasil membentuk identitas dirinya, maka ia akan mengalami krisis identitas. Remaja yang tidak berhasil mengatasi krisis identitas akan mengalami kebingungan identitas yang dapat mengakibatkan individu menarik diri, memisahkan diri dari teman-teman sebaya dan keluarga, atau kehilangan identitas mereka dalam kelompok. Selain itu, Jones & Hartmann, 1988 dalam Desmita (2006) juga menyatakan bahwa pembentukan identitas selama masa remaja ini sangat penting karena memberikan suatu landasan bagi perkembangan psikososial dan relasi interpersonal pada masa dewasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
Dapat disimpulkan tugas perkembangan remaja yang paling penting pada masa remaja, yaitu pencapaian identitas diri. Dengan pencapaian identitas diri, remaja berusaha mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa karena pada tahap ini sangat menentukan perkembangan kepribadian pada masa dewasa.
Remaja disimpulkan menjadi suatu tahapan perkembangan dimana terjadi transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa; yang meliputi aspek fisiologis (perubahan biologis) dan psikologis (kognitif dan sosioemosional) sehingga sebagian besar anak remaja mengalami kesulitan dalam menangani begitu banyak perubahan yang terjadi dalam suatu waktu. Masa remaja dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir. Tugas perkembangan remaja yang paling penting pada masa remaja, yaitu pencapaian identitas diri. Dengan pencapaian identitas diri, remaja berusaha mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa
D. REMAJA TUNANETRA Semua manusia pasti menginginkan fisik yang sempurna dan memiliki diri idealnya masing-masing, tidak terkecuali para remaja. Bahkan, pada masa remaja, keindahan fisik sangatlah penting karena pada masa ini para remaja sedang mencoba mengenalkan diri pada sosial. Semua remaja mencoba segala cara agar dirinya dapat diterima dengan baik oleh lingkungan sosial. Namun, pada kenyataannya tidak semua hal yang remaja inginkan berjalan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
lancar. Kecelakaan dapat terjadi kapan saja, dimana saja, bahkan kepada siapa saja. Kecelakaan dapat menyebabkan banyak sekali dampak, salah satunya adalah mengalami tunanetra. Individu yang mengalami tunanetra akan memilik perbedaan dari apa yang dinilai mengenai dirinya. Mereka memiliki stigma atau pandangan-pandangan tidak produktif, tidak sempurna dan tidak berguna. Identitas yang dimiliki remaja karena disabilitasnya dapat mengganggu integritasnya (Burns, 1993). Pernyataan diatas didukung dengan hasil wawancara dari beberapa remaja tunanetra non genetik. Pada wawancara tersebut, mereka menyatakan bahwa mereka merasa kaget dan butuh waktu yang cukup lama untuk menerima keadaan baru yang ada pada dirinya. Hal tersebut akan lebih berat dan dapat menjadi masa yang rentan bagi remaja karena pada masa remaja mereka harus mulai berani mengalami adaptasi dengan lingkungan sosialnya dan mulai berani mencari identitas dirinya dengan keadaan tunanetra yang dialaminya. Sama seperti remaja yang tidak mengalami tunanetra, remaja tunanetra mengharapkan sedapat mungkin kepastian mengenai masa depannya. Tetapi kesempatan itu menjadi sempit dan terbatas karena adanya keadaan baru yang harus remaja tunanetra dan sosialnya terima. Apabila remaja tunanetra berusaha mengatur kembali persepsi dirinya, remaja tunanetra akan harus menghadapi terlebih dahulu ketidakpastian yang didapatkannya dari statusnya sebagai penyandang disabilitas. Remaja tunanetra akan berusaha menunjukkan pada dirinya dan oranglain tanda-tanda kemajuan dan perbaikan fungsinya, dan mungkin ia tidak dapat melihat keadaan negatif dari kondisinya, tetapi ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
sebagian remaja tunanetra yang tidak melakukan apa-apa dan selalu menyalahkan keadaan dan kekurangan yang terjadi pada dirinya dan mengalami keterpurukan karena persepsi yang dimilikinya. Hal tersebut sebagian besar tergantung pada bagaimana persepsinya pada masa lalu, dan membuat penilaian bahwa tidak mempunyai masa depan karena disabilitas yang dimilikinya (Martaniah, 2006).
E. STATUS IDENTITAS DIRI PADA REMAJA TUNANETRA NON GENETIK Seorang remaja memasuki masa remaja berarti akan melewati suatu periode transisi, dimana secara fisik maupun psikologis individu akan berubah dari seorang anak menjadi orang dewasa. Salah satu tugas perkembangan pada masa remaja ini adalah menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif untuk mempersiapkan karir ekonomi (Hurlock, 1980). Pada masa remaja, remaja sedang mencoba mengenalkan diri pada sosial. Semua remaja mencoba segala cara agar dirinya dapat diterima dengan baik oleh lingkungan sosial. Namun, pada kenyataannya tidak semua hal yang remaja inginkan berjalan dengan lancar. Peristiwa-peristiwa tidak terduga seperti kecelakaan dan sakit dapat terjadi kapan saja, dimana saja, bahkan kepada siapa saja. Salah satu dampak kecelakaan dan sakit adalah mengalami tunanetra. Seorang remaja tunanetra akibat kecelakaan atau sakit dapat kita sebut dengan remaja tunanetra non genetik, mengalami kehidupan yang baru akibat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
dari perubahan fisik yang dialami. Perubahan fisik tersebut dapat mengakibatkan seorang remaja tunanetra non genetik tersebut mengalami kebingungan identitas dirinya karena ia harus memulai kembali mengenali dan menerima fisiknya yang berbeda dengan yang mereka harapkan (Wahyuni & Marettih, 2012). Selain itu, seorang remaja tunanetra non genetik juga harus memulai menata kembali kehidupan sosialnya termasuk dalam pencapaian dan perencanaan dalam masa depannya. Pada keadaan tersebut, seorang remaja tunanetra non genetik memiliki berbagai macam pilihan untuk menghadapi kehidupannya. Selama remaja mau aktif memilih pilihan-pilihan akan mencerminkan keinginan untuk meraih identitas yang bermakna dan berusaha menjadi diri sendiri yang sebenarnya, dibandingkan berusaha menutupi identitas dirinya agar dapat diterima sosial dan dapat mengikuti keinginan sosial. Remaja yang berhasil mengatasi dan menerima peran yang saling berkonflik satu sama lain ini memiliki identifikasi penghayatan mengenai diri yang baru, dapat diterima dan memiliki sifat yang fleksibel dan adaptif, terbuka terhadap perubahan yang berlangsung di dalam masyarakat, dalam relasi dan karier (Adam, Gulotta & Montemayor, 1992). Sementara remaja yang tidak berhasil mengatasi krisis identitas akanmengalami kebingungan identitas. Mereka akan cenderung menarik diri, mengisolasi diri dari sosial, atau membenamkan diri dalam dunia sosial, dan kehilangan identitasnya sendiri di dalam sosialnya. Erickson (Santrock, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
F. GAMBARAN UMUM SLB-A YAKETUNIS 1. Letak dan Keadaan Geografis SLB-A YAKETUNIS SLB-A YAKETUNIS terletak di kota Yogyakarta bagian selatan, yaitu di Dukuh Danunegaran, Kelurahan Mantrijeron, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta. Sekolah ini beralamat di Jl. Parangtritis No.46 Yogyakarta. Adapun batas-batas lokasinya adalah sebagai berikut: a. Sebelah Utara : berbatasan dengan jalan kampung Danunegaran b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Agung Star Guest House c. Sebelah Selatan : berbatasan dengan SD Muhammadiyah Danunegaran d. Sebalah Barat : berbatasan dengan rumah penduduk. SLB-A YAKETUNIS berjarak sekitar 50m dari jalan raya Parangtritis. Sekolah ini dipagari dengan dinding-dinding tinggi dari rumah para penduduk dan bangunan yang ada di sekitarnya. Lingkungan sekolah tidak terlalu bising dan nyaman untuk kegiatan belajar mengajar.
2. Sejarah Berdiri dan Perkembangan SLB-A YAKETUNIS Sejarah berdirinya SLB-A YAKETUNIS erat kaitannya dengan sejarah YAKETUNIS. Berdirinya YAKETUNIS merupakan ide dari seorang tunanetra bernama Supardi Abdusomat. Beliau mendatangi Bapak H. Moch Solichin dan sharing mengenai bagaimana caranya mengangkat harkat martabat warga tunanetra. Akhirnya disepakati untuk mendirikan yayasan yang diberi nama Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
(YAKETUNIS) Yogyakarta pada tanggal 12 Mei 1664 dengan alamat di Jl. Mangkubumi No. 38 Yogyakarta. Sebagai yayasan pertama yang menyantuni para tunanetra, YAKETUNIS juga menjadi penerbit Al-Qur’an Braille pertama kali di Indonesia, bahkan tersebar hingga Asia Tenggara. Namun seiring dengan perkembangannya, YAKETUNIS tidak mencetak Al-Qur’an braille lagi dikarenakan sudah ada lembaga lain yang khusus mencetak Al-Qur’an Braille/ Wiyataguna (Handayani, 2012).
3. Dasar dan Tujuan Pendidikan SLB-A YAKETUNIS a. Visi Sekolah “Terwujudnya peserta didik SLB-A YAKETUNIS yang sehat, berprestasi dan unggul serta terciptanya Lulusan yang mandiri, kreatif berkualitas IPTEK berdasarkan IMTAQ.” b. Misi Sekolah i.
Menumbuhkembangkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan budaya bangsa sehingga terbangun siswa yang kompeten dan berakhlak mulia.
ii.
Melaksanakan
pembelajaran
inovatif,
menyenangkan
dan
bimbingan secara efektif sehingga setiap siswa berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang dimiliki. iii.
Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya, sehingga dapat berkembang secara optimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
iv.
Menumbuhkembangkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah.
v.
Meningkatkan harkat, martabat dan citra anak berkebutuhan khusus.
4. Tujuan Pendidikan Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut: a. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlaq mulia, serta ketrampilan untu hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. b. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlaq mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri mengikuti pendidikan lebih lanjut.
5. Metode Pengajaran Metode pengajaran pada SLB-A Yaketunis mengutamakan pembelajaran berdasarkan akhlak mulia dan kesopansantunan. Media pembelajaran yang digunakan adalah buku dengan huruf braille. Tidak hanya kegiatan belajar mengajar di kelas, siswa juga diwajibkan untuk mengikuti ekstrakulikuler membaca tulis Al-Quran dan beberapa kegiatan untuk memperdalam agama Islam. Di dalam asramanya, siswa juga diajarkan untuk hidup mandiri dan belajar untuk membagi waktu dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
sekolah, ektrakulikuler, dan melakukan kebutuhan sehari-hari seperti mencuci, membersihkan kamar tidur, dan mengerjakan tugas sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang paling sesuai dengan penelitian yang pemaparan mengenai gambaran identitas serta faktor yang melatarbelakanginya tersebut untuk menggali penghayatan subjek dalam kehidupannya, mendapatkan pemahaman mendalam dan khusus atas suatu fenomena, serta untuk memahami manusia dalam segala kompleksitasnya sebagai mahluk yang subjektif (Poerwandari, 2005). Penelitian kualitatif adalah metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna dari individu atau sekelompok individu yang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan (Creswell, 2010). Secara umum, penelitian kualitatif lebih mengandalkan data berupa ungkapan subjek penelitian untuk mengeksplorasi fenomena atau permasalahan pokok yang terdapat dalam sebuah penelitian (Supratiknya, 2015). Menurut Moleong (2005) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan secara holistik. Deskripsi dalam bentuk katakata dan bahasa, digunakan pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Metodologi penelitian kualitatif dalam ilmu psikologi akan membatasi bahasan mengenai bagaimana perilaku manusia muncul dalam berbagai konteks
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
atau apa yang mendasarinya, dan mengapa perilaku tersebut muncul. Dengan mengetahui bagaimana, apa, dan mengapa dari kontruk psikologi yang diteliti, maka manusia akan dapat mencari benang merah antara satu konstruk dengan konstruk lainnya, mampu menganalisis serta menyintesis serangkaian perilaku manusia, serta mampu melakukan prediksi mengenai perilaku apa yang akan dimunculkan kemudian. Tujuan dari penelitian kualitatif dalam ranah psikologi adalah untuk memberikan gambaran atau potret yang sebenarnya dari sebuah kejadian atau pengalaman individu apa adanya, dalam wilayah dan setting sosio-kultural subjek penelitian (Herdiansyah, 2015). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode fenomenologi. Secara umum, penelitian psikologi fenomenologi bertujuan untuk mengklarifikasi situasi yang dialami dalam kehidupan seorang seseorang sehari-hari. Polkinghorne (1989) mendefinisikan fenomenologi, yaitu suatu studi untuk memberikan gambaran tentang suatu arti dari pengalamanpengalaman beberapa individu mengenai suatu konsep tertentu. Fenomenologi tidak berusaha untuk mereduksi suatu fenomena dalam angka yang sederhana di bawah variabel-variabel yang teridentifikasi dan mengontrol konteks di mana fenomena tersebut hendak diteliti (Smith, 2009). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status identitas diri remaja tunanetra non genetik. Peneliti ingin menggali mengenai ekplorasi diri dan komitmen yang dilakukan subjek terkait dengan kehidupannya sehari-hari agar dapat mendapatkan identitas diri subjek, sehingga peneliti memilih menggunakan
pilihan
kualitatif
karena
tujuan
penelitian
kualitatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
fenomenologi sesuai dengan tujuan penelitian yang dirancang oleh peneliti yakni metode yang tepat untuk mendapatkan gambaran identitas serta faktor yang melatarbelakanginya tersebut untuk menggali penghayatan subjek dalam kehidupannya, memberikan gambaran tentang suatu arti dari pengalamanpengalaman beberapa individu mengenai suatu konsep tertentu, mengeksplorasi dan memahami makna dari individu, mendapatkan pemahaman mendalam dan khusus atas suatu fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek.
B. FOKUS PENELITIAN Penelitian ini berfokus pada status identitas remaja tunanetra non genetik pada domain relasi sosial, prestasi, minat, fisik, dan spiritual. Status identitas diteliti dengan melihat dari keadaan dan sikap dalam menghadapi krisis/eksplorasi dan komitmen.
C. METODE PENGAMBILAN DATA Metode pengambilan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah 1. Wawancara Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara. Wawancara merupakan percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Poerwandari, 2005). Menurut Moleong (2005), wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Definisi menurut Gorden (dalam Herdiansyah, 2009),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
wawancara dapat diartikan percakapan antara dua orang yang salah satunya bertujuan untuk menggali dan mendapatkan informasi untuk suatu tujuan tertentu. Wawancara kualitatif dilakukan oleh peneliti untuk lebih memahami dan memperoleh pengetahuan tentang makna subjektif yang dipahami individu mengenai topik penelitian (Herdiansyah, 2009). Disimpulkan bahwa wawancara adalah percakapan dan tanya jawab antara dua orang yang salah satunya bertujuan untuk menggali dan mendapatkan informasi untuk suatu tujuan tertentu. Wawancara kualitatif adalah metode untuk memahami dan memperoleh pengetahuan tentang makna subjektif yang dipahami individu mengenai topik penelitian. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan Analisis Fenomenologi Interpretasi (AFI), sehingga teknik wawancara yang paling baik adalah dengan melakukan wawancara semi terstruktur. Wawancara jenis ini memungkinkan peneliti dan partisipan melakukan dialog, dan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sebelumnya dapat dimodifikasi menurut respon partisipan. Dengan demikian, peneliti dapat menyelidiki lebih jauh wilayah-wilayah yang menarik dan penting yang mucul. Wawancara juga dapat berbentuk wawancara mendalam oleh peneliti dengan mengajukan pertanyaan mengenai berbagai segi kehidupan subjek secara utuh dan mendalam (Smith, 2009). Smith (2009), juga menyimpulkan bahwa wawancara semi terstruktur mampu memfasilitasi hubungan baik/ empati, memungkinkan fleksibilitas yang lebih besar dalam hal cakupan wilayah wawancara, dan memungkinkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
wawancara masuk ke wilayah-wilayah yang benar-benar baru, dan cenderung menghasilkan data yang lebih kaya.
Berikut tabel panduan wawancara penelitian : Tabel 3.1 Panduan Wawancara
Tabel 3.1 Panduan Wawancara No 1
Aspek yang diungkap Identitas Subjek
Deskripsi Identitas diri Nama, usia, jenis kelamin, dan latar belakang
2
Status Identitas Diri
a. Relasi sosial (Hubungan dekat dengan teman sebaya, yang lebih tua,
yang
lebih
muda
dibandingkan dirinya) Upaya dalam menjalin dan memilih pertemanan yang dipilih. Hubungan
dengan
sosial,
bagaimana sikap menyelesaikan masalah dengan sosial, bagaimana mempertahankan
relasi
sosial,
relasi romantis dan pandangan kedepan mengenai pasangan, usaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
yang dilakukan untuk mencapai relasi yang diinginkan. b.
Prestasi
(Tingkat
remaja
termotivasi untuk berprestasi. Kebutuhan untuk diakui dan diterima) Usaha dalam mencari informasi kesempatan berprestasi, menggali informasi mengenai prestasi yang diperjuangkan, yang
disukai
memahami
apa
dan
yang
diperjuangkan,
usaha
prestasi
mempertahankan
dan
mencapai
prestasi, usaha dalam menghadapi kegagalan, memiliki pandangan kedepan mengenai prestasi yang diperjuangkan. c. Minat (Aktivitas yang disukai remaja dan membuat mereka menemukan hal-hal baru) Usaha dalam menggali informasi mengenai minat usaha
yang disukai,
menggali
dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
mempertahankan
minat
yang
dimiliki, usaha dalam menghadapi kegagalan, memiliki pandangan kedepan mengenai minat yang disukai. d. Fisik (Gambaran ideal tentang dirinya sendiri sejauh mana perkembangan fisiknya saat ini) Memahami fisiknya,
tentang
keadaan
memahami
penyebab
yang terjadi pada dirinya, usaha untuk mencapai kesehatan untuk diri sendiri, usaha untuk menjaga kesehatan,usaha mempertahankan diri
ketika
mengenai
mendapat fisiknya,
masalah memiliki
pandangan masa depan dengan keadaan fisik yang dimiliki e. Spiritual (Sikap percaya pada kekuatan yang besar dan dapat menghubungkan dirinya dengan Tuhan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
Mengenali
dan
memahami
keyakinan
yang
dimiliki,
memahami
mengapa
memilih
keyakinan tersebut, usaha dalam menjalani keyakinan yang dimiliki, usaha mempertahankan keyakinan yang
dimiliki,
sikap
dalam
mempertahankan keyakinannya.
Panduan pertanyaan yang peneliti rancang sebagai pedoman dalam mengambil data dari subjek. Pernyataan tersebut bersifat fleksibel dengan arti bahwa pertanyaan tersebut dapat berubah ketika proses wawancara namun tetap sesuai dengan topik yang diteliti. Pertanyaan tersebut dapat berubah dikarenakan peneliti akan menyesuaikan dengan keadaan atau kondisi jawaban yang subjek berikan.
2. Observasi Peneliti juga melakukan observasi selama wawancara berlangsung dengan melihat reaksi subjek dalam memberikan jawaban serta komunikasi non-verbal yang menyertai subjek ketika memberikan jawaban. Selain itu, observasi juga dilakukan untuk melihat kehidupan subjek sehari-hari. Observasi adalah metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan mendetail terhadap objek observasi. Menurut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
Matthew dan Ross (2010), observasi adalah metode pengumpulan data melalui indera manusia. Definisi menurut Creswell (2008), observasi adalah sebuah proses penggalian data yang dilakukan langsung oleh peneliti dengan cara melakukan pengamatan mendetail terhadap manusia sebagai objek observasi dan lingkungannya dalam kancah riset.
D. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini, subjek yang dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, yakni remaja tunanetra non genetik. Subjek penelitian ini adalah remaja tunanetra non genetik di Yogyakarta yang bersekolah dan tinggal di SLB-A Yaketunis Yogyakarta. Peneliti memilih subjek penelitian yang mengalami tunanetra diatas usia 7 tahun atau pada usia sekolah. Pemilihan usia ini berdasarkan pada kemampuan pikiran yang dimiliki. Menurut Piaget, anak-anak usia sekolah memiliki pemikiran operasional konkrit, yaitu aktivitas mental yang difokuskan pada pada objek-objek dan peristiwa-peristiwa nyata. Sehingga peneliti berpendapat bahwa apabila anak kehilangan penglihatan pada usia tersebut, mereka sudah sanggup menata dan menceritakan kembali pengalaman-pengalaman di dalam kehidupannya (Desmita, 2008). Subjek dalam penelitian ini berjumlah dua orang. Peneliti awalnya memiliki tiga subjek, namun pada pertengahan proses pengambilan data, ada satu subjek memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahnya dan memilih pulang kampung di daerah Kendal, Semarang, Jawa Tengah karena alasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
keadaan keluarga. Peneliti tidak melanjutkan proses pengambilan data karena subjek tidak mau melanjutkannya lagi.
E. Analisis Data Metode analisis data penelitian analisis fenomenologis interpretatif. Tujuan dari analisis fenomenologis interpretatif (AFI) adalah hendak mengungkapkan secara detail bagaimana partisipan memaknai dunia personal dan sosialnya (Smith, 2009). Smith juga menjelaskan bahwa sasaran utama penelitian AFI adalah makna berbagai pengalaman, peristiwa, dan status yang dimiliki oleh partisipan. Pendekatan ini berusaha mengeksplorasi pengalaman personal seorang individu tentang objek atau peristiwa. Para partisipan berusaha memahami dunianya dan peneliti berusaha memahami usaha-usaha partisipan dalam memahami dunianya tersebut. AFI memiliki ketertarikan mengkaji mengenai bagaimana orang memikirkan apa yang sedang terjadi pada diri mereka. AFI merupakan pendekatan yang cocok ketika seorang berusaha mengetahui bagaimana individu mempersepsi situasi-situasi tertentu yang dihadapinya, serta bagaimana mereka membuat pemahaman terhadap dunia personal dan sosialnya (Smith, 2009). Tahapan pertama kali yang dilakukan dalam menganalisis data adalah dengan mereduksi data. Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstraksian, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data. Inti reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan yang akan dianalisis (Herdiansyah, 2015). Setelah melakukan reduksi data, analisis data dilakukan sesuai dengan tahapan yang dijelaskan oleh Smith, 2008 yaitu : 1. Reading and re-reading Membaca dan membaca kembali data yang telah dikumpulan dan mencoba posisikan diri sebagai subjek penelitian kemudian memulai analisis data setelah memperoleh pemahaman. 2. Initial noting Analisis tahap awal untuk menguji konten dari kata, kalimat dan bahasa dalam hasil wawancara. Mencatat hal yang penting dan memberikan komentar eksploratori. 3. Developing emergent themes Analisis komentar eksploratori untuk mengedentifikasi munculnya tematema termasuk untuk memfokuskan sehingga sebagian transkrip menjadi jelas. 4. Searching for connection across emergent themes Analisis antar tema-tema yang saling memiliki kesesuaian. Di dalam proses analisis memungkinkan mengabaikan atau membuat tema yang tidak dipakai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
5. Moving the next cases Mengulang proses yang sama pada kasus atau transkrip lainnya. 6. Looking for patterns across cases Mencari pola yang muncul antar kasus dan kemudian mencari hubungan antar temanya.
F. Kredibilitas Data Konsep validitas dalam penelitian kualitatif yang sering digunakan adalah kredibilitas. Kredibilitas menjadi suatu hal yang penting ketika mempertanyakan kualitas hasil suatu penelitian kualitatif. Suatu hasil penelitian kualitatif dikatakan memiliki tingkat kredibilitas yang tinggi terletak pada keberhasilan studi tersebut mencapai tujuannya mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks (Afiyanti, 2008). Salah satu aktivitas yang dapat dilakukan peneliti untuk memperoleh kredibilitas, keabsahan data yang tinggi adalah menggunakan triangulasi data. Dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2004). Mentriangulasi sumbersumber data yang berbeda dengan memeriksa bukti-bukti yang berasal dari sumber-sumber tersebut dan menggunakannya untuk membangun justifikasi tema-tema secara koheren. Tema-tema yang dibangun berdasarkan sejumlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
sumber data atau perspektif dari partisipan akan menambah validitas penelitian. (Creswell, 2009). Denzin (dalam Moloeng, 2004), membedakan empat macam triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. Pada penelitian ini, dari keempat macam triangulasi tersebut, peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan sumber. Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton, 1987).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV PELAK SANAAN DAN HA SIL PENELITIAN
BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Penelitian dan Perijinan Pada penelitian ini, subjek yang peneliti pilih adalah tunanetra non genetik berusia remaja, yakni usia 12–22 tahun. Peneliti memilih subjek yang bersekolah di SLB-A Yaketunis di Jalan Parangtritis Yogyakarta. SLB-A Yaketunis adalah sekolah luar biasa khusus untuk tunantera. SLBA Yaketunis ini memiliki jenjang pendidikan dari SDLB hingga MTSLB. SLB-A Yaketunis juga memiliki asrama untuk para pelajar hingga mahasiswa tunanetra dari berbagai daerah yang sedang bersekolah di Yogyakarta. Asrama Yaketunis terbagi menjadi dua, yakni asrama putra dan putri yang terletak di antara gedung SDLB dan MTSLB Yaketunis. Sebelum
melaksanakan
penelitian,
peneliti
mengajukan
permohonan izin kepada Kepala Yayasan Yaketunis agar mendapatkan izin penelitian di SLB-A Yaketunis. Pengajuan izin diajukan pada bulan September
2015.
Setelah
mendapatkan
izin,
peneliti
melakukan
pendekatan/ rapport dengan subjek pertama dan membuat jadwal untuk pengambilan data. Rapport dilakukan agar terjalin kedekatan dan terbentuk rasa percaya antara subjek dengan peneliti sehingga subjek dapat memberikan informasi secara nyaman dan terbuka.
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
Subjek dalam penelitian ini berjumlah dua orang. Hal ini dikarenakan peneliti hanya menemukan dua orang yang memenuhi kriteria penelitian di Yogyakarta. Kedua subjek tersebut merupakan siswa MTSLB Yaketunis Yogyakarta dan tinggal di asrama. Peneliti awalnya memiliki tiga subjek, namun pada pertengahan proses pengambilan data, ada satu subjek memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahnya dan memilih pulang kampung di daerah Kendal, Semarang, Jawa Tengah karena alasan keadaan keluarga. Peneliti tidak melanjutkan proses pengambilan data karena subjek tidak mau melanjutkannya lagi. Untuk subjek pertama, proses rapport dilaksanakan tanggal 12 September 2015 di ruang kepala Yayasan. Dan subjek kedua dilaksanakan pada tanggal 7 Oktober di halaman SLB-A Yaketunis. Dalam proses ini, peneliti bertanya jawab seputar kegiatan subjek dan pengalamanpengalaman subjek. Proses wawancara selanjutnya dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang sudah disepakati bersama. Pada proses wawancara, peneliti menggunakan guideline interview. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara semi terstruktur agar peneliti dapat menggali informasi secara lebih dalam. Peneliti juga menyiapkan alat rekam untuk membantu proses pengumpulan data wawancara. Pada awal wawancara, peneliti membacakan inform consent sebagai tanda bahwa subjek bersedia untuk memberikan pernyataan selama proses pengambilan data dengan alat perekam dan pernyataan peneliti bahwa hanya menggunakan data untuk keperluan penelitian dan menjaga kerahasian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
2. Pelaksanaan Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Tabel 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Tabel 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Wawancara
Subjek 1 (IA) Waktu Tempat 15 Asrama
Subjek 2 (IR) Waktu Tempat 21 Ruang
Subjek
September
November
Kelas MTs
2015
Yaketunis
Kegiatan
Yaketunis
2015 29 Oktober
Ruang
25
Perpus-
2015
kelas MTs
November
takaan
Yaketunis
2015
Yaketunis
11 Februari
Ruang
2016
kelas MTs Yaketunis
Triangulasi
31 Oktober
Halaman
19
Perpustaka
data
2015
asrama
Desember
an
Yaketunis
2015
Yaketunis
(significant others)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
B. Hasil Penelitian 1. Latar Belakang Subjek 1 a. Data Demografi Tabel 4.2 Demografi Subjek 1
Tabel 4.2 Demografi Subjek 1 No.
Keterangan
Subjek 1
1
Nama Inisial
A
2
Jenis Kelamin
Perempuan
3
Usia
13 tahun
4
Anak ke-
2 dari 2 bersaudara
5
Jumlah Saudara
1
6
Pendidikan
MTs
7
Pendidikan orangtua
Ayah : SMA Ibu : SMA
b. Profil Subjek 1 Subjek merupakan anak kedua dari dua bersaudara, ia memiliki kakak laki-laki. Semenjak kecil hingga usia 12 tahun, subjek tinggal bersama keluarganya yakni Bapak, Ibu, dan kakak laki-lakinya. Subjek memiliki jarak usia yang cukup jauh dengan kakaknya, yakni 10 tahun. Saat ini, kakak subjek sudah bekerja di sebuah perusahaan di Cilacap. Ayah subjek bekerja sebagai karyawan Pertamina di Purwokerto, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
ibu subjek adalah ibu rumah tangga. Di dalam keluarga, subjek memiliki hubungan terdekat dengan ibu. Bagi subjek, ibu adalah sesorang yang selalu menemaninya dalam segala keadaan. Subjek mengatakan bahwa ia tidak dapat lepas dengan ibu karena semenjak kecil sudah terbiasa selalu dengan ibu. Subjek juga mengatakan bahwa memiliki kedekatan dengan kakak. Bagi subjek, kakak adalah seorang yang ia sayangi dan selalu melindunginya, tetapi semenjak kakak subjek bekerja, subjek mulai jarang bercerita dengan kakaknya. Namun berbeda dengan ayah, subjek sering tidak cocok jika bercerita dengan ayah subjek terlebih mengenai masalah pribadi karena merasa tidak nyambung jika berkeluh kesah dengan ayah. Subjek tidak memiliki masalah di dalam keluarganya, bahkan ia merasa sangat diterima dan didukung oleh keluarga inti maupun keluarga besarnya. Kini usia subjek adalah 13 tahun, subjek adalah seorang remaja tunanetra non genetik yang bersekolah di MTs Yaketunis Yogyakarta semenjak kelulusan SD di Purwokerto. Ketunanetraan subjek termasuk kategori total blind. Ketunanetraan mata sebelah kiri subjek diakibatkan oleh Glukoma yang diderita ketika kelas 4 SD dan sebelah kanan oleh virus Tokso yang mengenainya pada saat kelas 6 SD. Subjek pernah menjalani pengangkatan mata dan pemasangan mata palsu untuk mata sebelah kirinya. Subjek memiliki relasi yang cukup baik dalam dunia pertemanannya. Subjek menceritakan bahwa ada beberapa teman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
rumahnya yang sering datang kerumahnya untuk mengajak subjek bermain bersama. Teman-teman sekolah subjek juga bersikap baik dengan dirinya bahkan subjek dapat membantu teman-temannya dalam belajar. Tetapi, ada perubahan sikap dari teman-teman rumah dan sekolah setelah subjek mengalami tunanetra. Teman rumah subjek menjadi sering membohongi dan menertawakan subjek ketika mereka sedang bersama. Teman sekolah subjek menjauhi subjek karena subjek sering meminta pertolongan ketika jam pelajaran maupun jam istirahat. Bahkan ada pula teman subjek yang mengejek, meremehkan, dan memperalat subjek demi kepentingan prestasinya. Subjek tidak membiarkan teman-temannya memperlakukan dirinya dengan semenamena. Subjek kerap menegur dan membela diri dengan keadaan dirinya sekarang, namun subjek tidak pernah memiliki dendam dengan temantemannya. Subjek memandang bahwa dirinya merupakan seorang yang pemalu dan tidak dapat banyak berkata-kata dengan orang baru. Dengan sifat pemalunya, subjek menganggap bahwa dirinya payah dan perlu memperbaiki diri. Selain itu, subjek juga menyadari bahwa dirinya belum dapat mandiri dan belum dapat menjadi seorang tunanetra yang sudah dengan percaya diri melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Subjek adalah seorang penurut dengan sosok yang lebih tua dari dirinya. Subjek menyatakan bahwa ia mau melakukan segala sesuatu jika memang sudah diamanatkan untuk dirinya. Subjek juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
mempercayai bahwa yang dikatakan orangtuanya adalah sesuatu yang baik dan harus dipatuhi.
c. Analisis Data Penelitian 1) Eksplorasi Remaja Tunanetra Non Genetik Subjek 1
Tabel 4.3 E ksp lorasi Remaja Tunanetra Non Genetik
Tabel 4.3 Eksplorasi Remaja Tunanetra Non Genetik Domain
Tema Eksplorasi
Relasi
Mengeksplorasi relasi sosial
Sosial
(line: 1276-1296 ; 1485-1494 ; 1276-1296)
Prestasi
Mengeksplorasi prestasi (line: 196-203 ; 218-226 ; 312-320 ; 196-203 ; 218-226 ; 312-320 )
Minat
Tidak mengeksplorasi minat (line: 43-61 ; 55-73 ; 161-163 ; 43-61 ; 55-73 ; 161-163)
Fisik
Tidak mengeksplorasi fisik (line: 468-471 ; 720-727 ; 735-737 ; 743-761 ; 827-840 ; 968-984 ; 1438-1446 ; 468-471 ; 720-727 ; 735-737 ; 743-761 ; 827-840 ; 968-984)
Spiritual
Tidak mengeksplorasi spiritual (line: 1657-1663 ; 1657-1663)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
2) Komitmen Remaja Tunanetra Non Genetik Subjek 1
Tabel 4.4 Komitmen Remaja Tunanetra Non Genetik
Tabel 4.4 Komitmen Remaja Tunanetra Non Genetik Domain
Tema Komitmen
Relasi
Tidak berkomitmen pada relasi sosial
Sosial
(line: 1138-1144 ; 1298-1313 ; 1376-1387 ; 1525-1537 ) (line: 1525-1537) (line: 1603-1610) (line: 226-228 ; 244-247 ; 290-310 ; 1157-1163 ; 1246-1266)
Prestasi
Berkomitmen pada prestasi (line: 181-187 ; 196-203 ; 382-391 ; 554-558 ; 577-588 ; 867-868 ; 1058-1077) (line: 264-272 ; 274-288) (line: 622-641 ; 1045-1053 ; 1058-1077 ; 1516-1519) (line: 34-41 ; 554-558 ; 577-588 ; 1058-1077 ; 1079-1084 ; 1091-1102)
Minat
Tidak berkomitmen pada minat (line: 43-61 ; 55-73 ; 161-163) (line: 43-61 ; 55-73) (line: 43-61 ; 55-73) (line: 43-61 ; 55-73)
Fisik
Berkomitmen pada fisik (line: 349-357 ; 382-391 ; 417-424 ; 685-689 ; 696-708 ; 735-737 ; 827-840 ; 897-901 ; 953-954, 1001-1007; 1006-1072) (line: 1067-1074) (line: 1505-1513) (line:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
349-357 ; 382-391 ; 396-401 ; 468-471 ; 642-646 ; 886-895 ; 897-901) Spiritual
Berkomitmen pada spiritual (line: 1631-1654) (line: 1631-1654) (line: 1631-1654) (line: 1631-1654)
3) Penjelasan Status Identitas Subjek I a) Relasi sosial Di dalam domain relasi sosial, subjek 1 memiliki status identitas moratorium, hal ini terlihat dari sikap subjek yang mengeksplorasi diri di dalam relasi sosialnya tetapi tidak berkomitmen di domain tersebut. Eksplorasi subjek 1 dapat di lihat dari sikap subjek 1 mengarahkan diri lebih memilih untuk berteman dengan teman-teman sesama tunanetra karena merasa senasib dan diterima sehingga tidak merasa minder. “Terus akhirnya dapet sekolah di sini temen-temennya senasib jadi enggak apa ya kayak minder gitu jadi enak. Gak kayak dulu minder.” (IA 226-227)
Subjek 1 juga mengarahkan diri untuk berelasi sosial agar subjek 1 memiliki teman yang dapat mendukung dan membantunya dalam mencapai prestasi. “Rasanya tu aku juga butuh dia…. Kalau aku misalnya butuh dia untuk bacain aku dibuat tulisan gimana, gak enak juga kalau aku lagi marahan sama dia” (IA 1288-1292)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa subjek 1 dapat menguasai pengetahuan dan mengerti tentang pilihan dan alasan dari pilihan yang ia pilih. Tetapi pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa subjek 1 tidak berkomitmen dalam domain relasi sosial. Subjek 1 tidak mengarahkan kegiatan yang menekankan pada keharmonisan relasi tetapi untuk kepentingan berprestasi. Selain itu, bukti bahwa subjek 1 tidak menekankan pada keharmonisan relasi adalah ketidakmauan subjek 1 untuk memberikan maaf kepada temannya “Kamu baru ngrasa sekarang po? Yang dulu-dulunya padahal kamu udah blusuk-blusukin aku yang gak genah lho. Yaudahlah … Udah ya aku mau ke Jogja, aku abis ini mau berangkat. Yaudah sepanjang perjalanan tu dia sms minta maaf. Gak aku maafin” (IA 1138-1144)
Subjek juga meminta maaf seolah dengan memberikan ancaman kepada temannya. “yaudahlah oke aku besok bilang ke ibuku, ibuku tu juga udah bilang gini, “kalau misalnya temen-temenmu udah gak mau bantuin kamu”, ibuku tu mau dicariin pendamping tu lho untuk bacain. Setiap aku ajak bicara kayak gitu, S diem. Aku coba minta maaf trus diem” (IA 1158-1163)
Selain tidak mengarahkan kegiatan, subjek juga tidak mampu mengidentifikasi model dengan baik. Subjek 1 tahu bahwa pemalu bukan modal yang baik untuk berelasi, tetapi ia tidak mau mencoba untuk memperbaiki dirinya agar tidak menjadi pemalu padahal ia memiliki teman yang dapat ia contoh dalam belajar menjadi tidak pemalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
“makanya aku pengen jadi gak pemalu gitu. Butuh waktu yang lama mungkin..gak tau ah.. mungkin aku belum bisa memperbaikinya” (IA 1535-1537)
Bagi subjek 1, masa depan yang membentuk diri sendiri dan relasi sosial tidak akan mempengaruhi masa depannya. Hal ini menunjukkan bahwa subjek tidak ada proyeksi ke masa depan dalam hal relasi sosial. “Enggak sih….. Kalau untuk kedepannya sukses atau gaknya sih yang nentuin aku sendiri” (IA 1603-1606)
Subjek juga tidak memiliki daya tahan goncangan di dalam mempertahakan lingkungannya. Hal ini dibuktikan dari sikap dan perasaan subjek ketika menghadapi permasalahan di dalam lingkungannya. Subjek tidak berusaha mempertahankan relasi sosial karena tidak mendapatkan respon positif dari lingkungan di luarnya. Ia hanya merasa nyaman berada di dalam lingkungannya karena subjek merasa diterima. “Lingkungan sih enggak. Kalau temen-temen sih gak kayak di sana. Gak ada ejek-ejekan. Semua sama. Mungkin saling kayak, pokoknya saling lah. Kayak misalnya kita gak bisa ngeliat, kalau misalnya ada barang ilang kita saling bantu. Kalau di sana kan kalau ada barang ilang kan kayak grendhel di belakang bicara di belakang, kalau di sini kan enggak. Kan senasib, pikirku tu senasib jadi gak akan, tapi beneran emang gak kayak gitu” (IA 290-297)
b) Prestasi Di dalam domain prestasi, subjek 1 memiliki status identitas achievement, hal ini terlihat dari sikap subjek yang mengeksplorasi diri untuk prestasinya dan sudah berkomitmen untuk mengarahkan dan mempertahankan prestasinya. Hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
yang menunjukkan bahwa subjek mengeksplorasi diri di dalam prestasi yang ia miliki adalah adanya penguasaan pengetahuan yang ditunjukkan dengan adanya usaha dalan mencapai prestasi yang diinginkan “terus udahlah gak papa.. terus apa saya sekolah di sini kan gak mungkin gitu kan eee cita-cita saya tu pengeeeen banget pengen banget ngejar yang setinggi-tingginya ya setinggi mungkinlah jangan berhenti di SD doang” (IA 222-226)
Pertimbangan alternatif yang dapat dilihat dari kemampuan subjek 1 untuk memahami dan melakukan usaha dan tujuan dari prestasi yang ia usahakan. Subjek mencari tahu cita-cita yang tepat untuk dirinya dan memiliki alasan mengenai citacita yang dipilihnya. “Ku sih pengen banget jadi dokter, terus pengen banget jadi guru tapi sekarang lebih baik jadi gurulah kalo jadi dokter gak mungkin soalnya kalo jadi dokter tu soalnya paling penting penglihatan. Terus saya tu yang bikin saya tu saya gak mungkin bisa jadi dokter. Gitu. Kalau guru kan di sini banyak guru tunanetra, mayoritas tunanetra menjadi guru, jadi aku termotivasi aja” (IA 312-324)
Selain dapat mengeksplorasi, subjek 1 juga dapat berkomitmen
di
dalam
domain
prestasi.
Hal
yang
menunjukkan bahwa subjek 1 berkomitmen pada domain prestasi adalah mengarahkan kegiatan untuk mencapai prestasinya dengan cara berusaha dengan sungguh agar cepat mengerti huruf braille “nah disitu aku bangkit terus kayak semua apapun dilakuin lho mb. Aku kan dulu sebelum pernah tau huruf braille baru disitu tu baru beberapa bulan ya tu aku kenal terus aku tu ngelakuin apa ya kayak penggaris tu di anuin di buku walupun gak bisa baca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
nanti tanyalah ya ketemen yang baik nanti ak nulis disitu disitu nanti dibacain sama ibu ku atau temen” (IA 181-187)
Subjek 1 juga memberanikan diri untuk bersekolah jauh dengan orangtuanya yang menuntut dirinya untuk mandiri “terus abis itu eee aku kan nyari-nyari sekolahan terus nemunya di sini terus pas gimana ya apa aku bisa mandiri soalnya jujur aja di rumah itu saya gak pernah ngapa-ngapain gitu lho. Ya Allah mudah-mudahan bisa mandirilah” (IA 216-220)
Subjek 1 memiliki daya tahan goncangan yang kuat terlihat dari kesigapan dan kemampuan subjek dalam membagi tenaga antara aktivitas primer (mencuci) dan belajar dan tidak menjadi halangan subjek dalam belajar. “Aku kadang-kadang nyuci di kamar mandi kalo habis pas kalau mau les itu, sambil ngrendem sambil nyuci gakpapa” (IA 40-41)
Selain itu, di dalam memahami pelajaran subjek 1 berusaha memahami materi yang diajarkan meskipun prosesnya lama. “Sukanya tu aku iii ini gimana sih caranya ini ni gimana sih. Nyari kesalahannya dulu gimana kalo paling susah tu bolak balik kayak matematika itu ngitung ngitung trus ternyata salah tu apa namanya gitu terus akhirnya ketemu jawabannya tu udah lama banget” (IA 554-558)
Selain dapat mengarahkan kegiatan, subjek 1 juga dapat mengidentifikasi model sebagai contoh yang ia panut untuk mendukung dirinya dalam mencapai prestasinya “karena kakakku masuk situ…. Emmm apa yaaa…. Soalnya kata kakak sih kalau disitu eeee ya tertariknya karena bagus aja sih karena bimbingan” (IA 284-285)
Sebagai bukti adanya proyeksi masa depan yang dilakukan subjek 1 dalam domain prestasi adalah adanya rencana akan cita-cita yang dimiliki oleh subjek 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
“Pengen tu di cilacap soalnya kasian e kalo tunanetra disuruh datang ke sini gitu aku ngrasain ada juga di sana tu sekolah alazhar inkulsi gitu kan tapi di namanya aja yang inklusi tapi gak mau menerima tunanetra seperti saya” (IA 622-625)
Selain itu, subjek 1 juga memiliki kemauan subjek 1 memikirkan masa depannya dan memiliki bayangan akan masa depan dengan prestasi yang dimilikinya. “aku gak selamanya hidup sama orangtua.. gak selamanya aku hidup sama keluargaku tu aku pasti aku akan hidup sendiri… gak mungkin aku kayak gini… aku butuh ilmu aku butuh segala sesuatu untuk mengidupi aku… untuk untuk apa ya… gak selamanyalah aku tu sehat jadi ilmu tu penting” (IA 1045-1050)
c) Minat Di dalam domain minat, subjek 1 memiliki status identitas diffusion, hal ini terlihat dari sikap subjek yang tidak mengeksplorasi dan tidak berkomitmen untuk mengarahkan dan mempertahankan minatnya. Hal yang menunjukkan bahwa subjek 1 mengeksplorasi diri di dalam minat yang ia miliki adalah tidak adanya penguasaan pengetahuan dan pertimbangan alternatif yang dapat dilihat dari tidak adanya kemauan subjek 1 untuk berusaha mencari atau memilih alternatif dari setiap pilihan yang ada mengenai minat. Iya memilih kegiatan untuk minatnya berdasarkan dengan perintah dan persetujan dari figur otoritas saja. “Aku masase sama itu nyanyi, btb, bta kan wajib…. ….Iya tapi diusahakan ikut yang btb bta, kalau nyanyi enggak. ….Gak milih tapi di suruh bu guru, kamu tiap hari jumat ikut ekskul nyanyi ya..gitu” (IA 47-61)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
Selain itu, subjek mengikuti perintah dari figur otoritas tanpa mencari tau alasan atau latarbelakang atas perintah yang ia terima. “Gak tau sih, ak gak pernah nanya” (IA 78)
Selain tidak mengeksplorasi, subjek 1 juga tidak berkomitmen di dalam domain minat. Hal yang menunjukkan bahwa subjek 1 tidak berkomitmen pada domain minat adalah tidak mengarahkan kegiatan untuk mencapai minat, subjek mengikuti kegiatan ekstrakulikuler bukan karena kehendak dirinya sendiri, melainkan karena sebuah kewajiban dan perintah dari figur otoritas. “Gak milih tapi di suruh bu guru, kamu tiap hari jumat ikut ekskul nyanyi ya” (IA 60-61)
Subjek 1 juga tidak menyempatkan diri untuk mengarahkan kegiatan yang berkaitan dengan minat dan tidak memiliki daya tahan goncangan ketika menghadapi pilihan dari minat yang ia lakukan. Ia lebih memilih untuk mementingkan kebutuhan lain selain minat dibandingkan menjalani minat yang sedang ia jalani. “Kalau enggak disuruh bu guru nyanyi, enggak mau.. Susah, kan kita juga bagi waktu untuk istirahat, jadi enggak ah gak mau” (IA 65-66)
Sikap subjek 1 yang menunjukkan bahwa tidak berkomitmen pada domain minat juga terlihat dari sikap subjek yang tidak berusaha memperdalam minat yang dimilikinya padahal ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
figur yang dekat dengan dirinya yang dapat membantu memperdalam minatnya. Subjek 1 tidak mau memperdalam minatnya karena lebih memprioritaskan kepentingan lain bagi subjek di masa depan. Sikap tersebut menunjukkan bahwa subjek 1 tidak mengidetifikasi model dan tidak ada proyeksi ke masa depan. “Aku gak tau, kalau misalnya awas aku suka banget kalau ada bolpen, kalau misalnya lagi di kepala lagi ada pikiran apa pasti nulis, kayak curhatnya itu ditulisan…. …..Ayah yang ngajarin” (IA 88-92) “Mmmm… ya tapi cuma setengah-setengah gitu..jadi nanti ada kegiatan TPA, Qiroah gitu jadi gak sampe full gitu satu buku” (IA 161-163)
d) Fisik Di dalam domain fisik, subjek 1 memiliki status identitas foreclosure, hal ini terlihat dari sikap subjek tidak mengeksplorasi diri tetapi berkomitmen di domain tersebut. Hal yang menunjukkan bahwa subjek tidak mengeksplorasi diri di dalam domain fisik adalah tidak adanya kemauan untuk mencari
tahu
pengobatan
bagi
dirinya
dan
lebih
mementingkan mengarahkan diri untuk kebutuhan prestasi “Enggak kan, kalau aku sih mikirnya kalau alternatif pun harus ditelatenin, terus aku di sini gimana, mau jadi kayak orang gak tau apa-apa. Aku milihnya gitu, kalau misalnya itu, juga perkembangannya juga cuma sedikit, gak langsung sekaligus banyak cepet perkembangannya itu juga enggak.” (IA 382-386)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
Subjek 1 mengarahkan kegiatan dengan cara langsung menerima keadaan dirinya sekarang dan fokus untuk menata masa depannya dengan keadaan dirinya sekarang. “terus kayak yaudahlah gakpapa kalau misalnya tunanetra prestasinya melebihi orang awas juga, itu juga akan apa ya, juga kayak, senang untuk diri sendiri sama nyenengin orangtua juga sama aja gitu, udah lah trima aja, yang penting kerja kerasnya.” (IA 1038-1043)
Dalam keadaannya sekarang, subjek merasa bersyukur karena ia merasa menjadi pribadi yang lebih baik dengan keadaan fisiknya sekarang. Hal ini menunjukkan bahwa ia memiliki daya tahan goncangan dengan keadaan fisiknya sekarang. “Mungkin juga gara-gara aku memikirkan masa depan ak aku tergantung sih misalnya ak ndak di sini mungkin udah gak karukaruan. Besok aja tunggu besok maksudnya belajarnya gak teratur gitu, males belajar, udah bisa ditentukan. Sama aja mending gak usah gak usah sekolah gitu. Jadi aku tu lebih merasa lebih baikan sedikit daripada aku awas. Malah aku tu gak tau ya sekarang malah lebih baik malah lebih bersyukur ooo ternyata lebih baik daripada aku awas..sekarang lebih baik. Lebih jauh dari handphone.” (IA 1474-1482)
Subjek 1 kini ingin mencapai cita-cita menjadi guru. Subjek 1 berhasil mengidentifikasi model dari para guru dan tunanetra yang berhasil menjadi guru. “Aku termotivasinya sama guru braille itu katanya gakpapa, bukan cuma kamu yang tunanetra, itu tu banyak, mereka itu bisa sukses lho gini gini gini bisa lebih dari orang awas terus aku termotivasi itu” (IA 1035-1038)
Adanya cita-cita yang ia perjuangkan saat ini menunjukkan bahwa subjek 1 memiliki bayangan masa depan dengan kondisi fisiknya sekarang. Subjek 1 ingin menjadi guru bagi tunanetra yang berada di Cilacap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
“di SMP N 2 tu kan gak ada gurunya, kalau di cilacap itu tolong di buat kelas apa sekolah inklusi biar misalnya orang yang gak punya, gak punya uang gak tau itu udah tunanetra, pastikan terpaksa berhenti sekolah. Aku pengen aja. Bisa apa ya. Ya Cilacap itu lebih apa ya, biar gak kayak sekarang lah, kalau orang-orang kayak aku.” (IA 326-332)
Subjek 1 juga memiliki bayangan masa depannya kelak dengan keadaannya sekarang dan mengerti apa yang harus ia persiapkan untuk masa depannya “Punya. Kayak apa aku bisa mengendari kendaraan umum. Apa aku bisa, modalnya tu pasti bersosialisasi, aku belum bisa memperbaiki eee sosial apa sifat pemaluku tu aku belum bisa trus kalau misalnya besok apa ya… kerja kalau misalnya aku mau kerja gitu mbak pastikan harus mempunyai pengalaman. Pengalaman itu kan didapat dari bersosialisasi nah itu aku kekuranganku itu disitu nah di sini aku mencoba memperbaiki semuanya jadi ya mudah-mudahan jadi bekal besok.” (IA 15051513)
e) Spiritual Subjek 1 memiliki status identitas foreclosure dalam domain spiritual. Hal ini terlihat dari sikap subjek yang sudah tidak mengeksplorasi diri tetapi langsung berkomitmen di dalam domain spiritualnya. Hal yang menunjukkan bahwa subjek mengeksplorasi diri dalam domain spiritual adalah tidak adanya penguasaan pengetahuan dan pertimbangan alternatif yang dapat dilihat dari kemampuan subjek 1 yang tidak mengerti mengenai dunia spiritual secara luas dan tidak mengerti dan tidak berinisiatif mencari tahu tentang pilihan alternatif di luar dunia spiritualnya. “Heeehehe. Gak tau. Aku gak tau tentang agama lainnya mb” (IA 1657)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
“Pernah sih tapi cuman hanya kenalan aja. Jadi belum tau tentang agama lain.” (IA 1659-1660)
Penerimaan langsung yang dilakukan oleh subjek 1 menunjukkan bahwa subjek 1 langsung dapat berkomitmen dengan
dunia
spiritualnya
karena
lingkungannya.
Keberhasilan internalisasi dari orangtua kepada subjek 1 membuat subjek 1 dapat menerima apa yang dikatakan dan diajarkan orangtua adalah sesuatu yang dapat dipercaya dan dapat dilakukan “Ya karena Tuhan yang menentukan segalanya” (IA 1634) “Orangtua yang mengatakan” (IA 1636)
4) Status Identitas Subjek 1 Tabel 4.5 Status Identitas Diri Remaja Tunanetra Non Genetik
Tabel 4.5 Status Identitas Diri Remaja Tunanetra Non Genetik Domain
Tema Eksplorasi Mengeksplorasi
Tema Komitmen Tidak berkomitmen
Status Identitas Moratorium
Prestasi
Mengeksplorasi
Berkomitmen
Achievement
Minat
Tidak mengeksplorasi
Tidak berkomitmen
Diffusion
Fisik
Tidak mengeksplorasi
Berkomitmen
Foreclosure
Spiritual Tidak mengeksplorasi
Berkomitmen
Foreclosure
Relasi Sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
2. Latarbelakang Subjek 2 a. Demografi Subjek 2 Tabel 4.6 Demografi Subjek 2
Tabel 4.6 Demografi Subjek 2 No.
Keterangan
Subjek 2 (IR)
1
Nama Inisial
R
2
Jenis Kelamin
Laki-laki
3
Usia
16 tahun
4
Anak ke-
3 dari 3 bersaudara
5
Jumlah Saudara
1
6
Pendidikan
MTs
7
Pendidikan Orangtua
Ayah : S1 Ibu : S1
b. Profil Subjek 2 Subjek merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, ia memiliki dua kakak laki-laki. Sejak kecil hingga usia 12 tahun, subjek tinggal bersama keluarganya yakni Bapak, Ibu, kedua kakak laki-laki dan neneknya. Saat ini, kedua kakak subjek sedang duduk di bangku perkuliahan. Ayah dan ibu subjek bekerja sebagai PNS di kota Magelang. Di dalam keluarga, subjek tidak memiliki hubungan dekat dengan siapapun. Subjek merasa enggan untuk bercerita dengan kakak ataupun ayah ibunya. Menurut subjek, jika ia menceritakan hal mengenai dirinya dan yang ada pada dirinya, keluarga akan memberikan nasehat-nasehat yang kurang berkenan di hati subjek. Terlepas dari itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
subjek menyatakan lebih dekat dengan ibu karena semenjak kecil sudah dirawat dan ditemani dalam kegiatan-kegiatannya. Subjek tidak memiliki masalah di dalam keluarganya, ia merasa diterima dan didukung oleh keluarga inti maupun keluarga besarnya. Kini usia subjek adalah 15 tahun, subjek adalah seorang remaja tunanetra non genetik yang bersekolah di MTs Yaketunis Yogyakarta semenjak kelulusan SDLB di Magelang. Ketunanetraan subjek termasuk kategori total blind. Ketunanetraan mata sebelah kiri subjek diakibatkan oleh kecelakaan pada usia 7 tahun yang mengakibatkan pembuluh darah di kepala belakang yang terhubung dengan syaraf fungsi penglihatan menjadi terganggu dan sebelah kanan karena kecelakaan juga pada usia 10 tahun. Kecelakaan tersebut dikarenakan subjek terpeleset dan jatuh mengenai sisa tebangan pohon yang mengakibatkan pendarahan pada sebelah atas mata kanannya. Subjek memiliki relasi yang baik dalam dunia pertemanannya. Subjek menceritakan bahwa tidak ada perubahan sikap dari temantemannya setelah subjek mengalami tunanetra. Bhakan teman-teman subjek menyayangkan kecelakaan itu terjadi dan merasa sedih karena subjek tidak dapat leluasa lagi bermain dengan mereka. Subjek memandang bahwa dirinya merupakan seorang yang pemalu dan tidak dapat banyak berkata-kata dengan orang baru. Dengan sifat pemalunya, subjek menganggap bahwa dirinya payah dan perlu memperbaiki diri. Selain itu, subjek juga menyadari bahwa dirinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
belum dapat mandiri dan belum dapat menjadi seorang tunanetra yang sudah dengan percaya diri melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Subjek adalah seorang yang sayang penurut dengan sosok yang lebih tua dari dirinya. Subjek menyatakan bahwa ia mau melakukan segala sesuatu jika memang sudah diamanatkan untuk dirinya. Subjek juga mempercayai bahwa yang dikatakan orangtuanya adalah sesuatu yang baik dan harus dipatuhi.
c. Analisis Data Penelitian Subjek 2 1) Eksplorasi Remaja Tunanetra Non Genetik Subjek 2
Tabel 4.7 E ksp lorasi Remaja Tunanetra Non Genetik
Tabel 4.7 Eksplorasi Remaja Tunanetra Non Genetik Domain
Tema Eksplorasi
Relasi
Mengeksplorasi relasi sosial
Sosial
(line: 629-694) (line: 707-725)
Prestasi
Mengeksplorasi prestasi (line: 691-694) (line: 691-694)
Minat
Mengeksplorasi minat (line: 707-725 ; 749-790 ; 833-837) (line: 707-725 ; 749-790 ; 833-837)
Fisik
Mengeksplorasi fisik (line: 88-121) (line: 88-121)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
Spiritual
Mengeksplorasi spiritual (line: 1138-1157) (line: 1159-1165)
2) Komitmen Remaja Tunanetra Non Genetik Subjek 2
Tabel 4.8 Komitmen Remaja Tunanetra Non Genetik
Tabel 4.8 Komitmen Remaja Tunanetra Non Genetik Domain
Tema Komitmen
Relasi
Tidak berkomitmen pada relasi sosial (line:
Sosial
338- 359; 384-395 ; 495-516) (line: 536-540) (line: 1186-1194) (line: 206-218 ; 338-359 ; 495-516)
Prestasi
Tidak berkomitmen pada prestasi(line: 900926 , 919-932) (line:397-424 ; 645-675 ; 665673) (line: 206-218 ; 657-665) (line: 581-618 ; 942-948)
Minat
Tidak berkomitmen pada minat(line: 707-725 ; 727-743 ; 749-791 ; 796-807) (line: 568-571 ; 707-725) (line: 833-837) (line: 749-790)
Fisik
Tidak berkomitmen pada fisik(line: 88-121 ; 464-482 ; 523-532 ; 1012 -1023) (line: 397424 ; 464-482) (line: 206-218 ; 464 -482 ; 523-532) (line: 206-218 ; 338-359 ; 362-382)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
Spiritual
Berkomitmen pada spiritual(line: 1126-1130) (line: 1126-1130 ; 1138-1157) (line: 11381157) (line: 1138-1157)
3) Penjelasan Status Identitas Remaja Tunanetra
Non Genetik
Subjek 2 a) Relasi Sosial Di dalam domain relasi sosial, subjek 2 memiliki status identitas moratorium, hal ini terlihat dari sikap subjek yang mau mengeksplorasi diri di dalam relasi sosialnya tetapi tidak berkomitmen di domain tersebut. Hal yang menunjukkan bahwa subjek mengeksplorasi diri di dalam relasi sosial yang ia miliki adalah kemauan subjek 2 untuk mengenal dan mendapatkan teman-teman baru. “Awal awal sih cuman berdua kemana-kemana trus lama-lama dapet temen sendiri-sendiri kita bergaul sama temen baru. Akrabakrabnya sendiri sendiri.” (IR 440-443)
Subjek 2 juga mengarahkan dirinya di dalam berelasi sosial. Subjek 2 merasa nyaman jika bersama lingkungan temanteman tunanetra. Subjek merasa minder jika bersama temanteman yang tidak tunanetra. “Kalau disinikan banyak temen-temen sesama to mb. Jadikan kayak istilah e gak minder.” (IR 209-211)
Meskipun subjek 2 dapat mengeksplorasi diri dalam domain relasi sosial, subjek 2 tidak dapat berkomitmen di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
domain ini. Subjek 2 tidak dapat mengarahkan kegiatan dalam relasi sosial, hal ini terlihat dari sikap penolakan subjek 2 akan ajakan bermain dari teman-teman non-tunanetra dengan alasan minder. Padahal subjek 2 mengakui bahwa teman-temannya sudah berusaha selalu mengajak dan tidak pernah mengejek dirinya. “Malah aku itu yang ngrasa minder. Kalau orang yang ajak main, ah ora ah males e ning omah wae. Dia ngajak main aku nolak.” (IR 346-348)
Akan tetapi subjek 2 mengarahkan kegiatan di dalam relasinya dengan sesama tunanetra. “Kalau sekarang jarang nonton tv, meskipun di asrama ada tu tv. Sama main sama temen, lebih utama ngobrol sama temen sih biar tambah akrab daripada nonton tv.” (IR 635-638)
Sikap subjek 2 yang memilih menghindar berelasi dengan teman non tunanetra juga menunjukkan bahwa subjek tidak memiliki daya tahan goncangan dalam domain ini. Ketidak nyamanan subjek 2 dengan sosial non-tunanetra didukung oleh adanya model yang diidentifikasi oleh subjek 2. “bahkan orang c tu sempat padahal sesama difabel tapi ngejek ada guru yang belain rapopo semisal diece ra weruh diece wae raiso mikir gitu. Ada pembelaan dari guru.” (IR 537-540)
Bagi subjek 2, relasi sosial dapat mempengaruhi masa depannya. Ia akan selalu membutuhkan relasi sosial yang baik antara dirinya dan dunia sekitarnya. “Ya mempengaruhi mb. Kan aku bisa berkegiatan ataupun bersosialisasi karena punya teman. Pengenku ya aku punya banyak teman dan bisa menjalin pertemanan sampai besokbesok.” (IR 1186-1189)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa subjek 2 dapat memproyeksikan diri ke masa depan.
b) Prestasi Pada domain prestasi, subjek 2 memiliki status identitas moratorium. Subjek yang sudah mengeksplorasi diri untuk prestasinya tetapi tidak berkomitmen dalam prestasinya. Hal yang menunjukkan bahwa subjek mengeksplorasi diri di dalam prestasi yang ia miliki adalah kemauan subjek 2 mengarahkan diri untuk meraih prestasinya. Selain itu, subjek 2 memiliki bayangan dan tujuan mengenai sekolah lanjutan yang ia pilih dan memahami bagaimana cara mencapainya. “Kalau semisal NEM nya mencukupi di Sewon, kalau enggak di Man. Karena kalau di Man kan pasti nrima” (IR 692-694)
Selain itu, subjek 2 juga mengeksplorasi cita-cita dengan mencari tahu tentang cita-citanya dan memiliki alasan atas pilihannya. “Ya salah satunya sih itu karena mayoritas tunanetra jadi guru, setelah masuk sini jadi yakin untuk menjadi guru karena ngeliat itu, sebelumnya ya banyak-banyaknya apa bisa menjadi guru karena tunanetra, tapi setelah melihat bu Siti” (IR 665-668)
Kemampuan subjek 2 mengidentifikasi model telihat dari kemampuan subjek 2 menerima nasehat gurunya dan menjadi termotivasi untuk berusaha mencapai prestasinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
Subjek juga dapat mengidentifikasi guru tunanetra menjadi inspirasinya untuk menjadi guru yang baik. “setelah tau bu Siti bu Atun tunanetra itu bisa ngajar kayak guruguru biasa nah terus termotivasilah. InsyaAllah bisalah bercitacita jadi guru.” (IR 647-650)
Subjek 2 juga dapat memproyeksikan cita-cita yang ia inginkan di masa depan, yakni ketika menjadi guru tunanetra. “Karena kayaknya asik tu lho mb daripada punya ilmu tapi dipunyai diri sendiri, lebih baik punya ilmu tapi bisa berbagi sama yang lain” (IR 657- 659)
Meskipun subjek 2 mampu mengidentifikasi model dan memproyeksikan masa depan, subjek 2 tidak memiliki daya tahan goncangan terhadap pilihan prestasinya. Hal tersebut terlihat dari sikap subjek yang memilih untuk tidak belajar karena protes kepada guru yang tidak ia sukai. “Dulu itu walaupun belum bisa tapi kayak nyepelekin, ya pas ulangan, besoknya ulangan, malamnya enggak belajar.” (IR 942944)
Subjek 2 juga tidak belajar ketika ujian dan belum mempersiapkan ujian sekolah untuk kelulusan. Walaupun ia memahami cara mencapai sekolah yang ia inginkan. Sikap tersebut menunjukkan bahwa subjek 2 tidak mengarahkan kegiatan dalam bidang prestasi. “Usahanya ya kalau ada yang nganggur gitu suruh ngajarin.” “Sejauh ini belum ngerjain soal-soal tryout.” (IR 997-1001)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
c) Minat Di dalam domain minat, subjek 1 memiliki status identitas moratorium. Subjek 2 dapat mengeksplorasi diri namun belum berkomitmen dalam domain minat. Subjek 2 mengeksplorasi diri dengan mengarahkan diri untuk mengikuti lomba yang sebelumnya belum pernah ikuti. “Sebenernya boleh gak memilih tapi kan temen-temen pada lomba, wah asik juga kalau aku ikut lomba. Temen-temen pada latian, aku juga ikut latian.” (IR 721-723)
Selain itu, subjek 2 juga memiliki alasan mengikuti lomba yang ia pilih dan memiliki tujuan dalam mengikuti lomba. “Karena pilihannya tu tinggal pidato itu ada bahasa Inggris bahasa Indonesia sama bahasa Arab. Milih pidato apa catur? Tapi guru-guru lebih milihnya condong ke catur. Catur bosen, ini lebih susah tapi gak bosen. Jadi mending pidato.” (IR 712-716)
Pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa subjek 2 mau selalu mencoba hal baru yang untuk mencari minat lainnya. Tetapi hal tersebut juga berarti bahwa subjek 2 tidak berkomitmen karena tidak memiliki daya tahan goncangan karena cepat merasa bosan dalam menjalani pilihannya. “Masalahnya lomba catur tu lama mb. Yaitu pas ngrasain males karena yang lainnya udah selesai lomba udah pada santai-santai tapi aku masih dua kali pertandingan.” (IR 615-618)
Padahal subjek 2 sudah mengarahkan diri untuk minatnya yang ditunjukkan dari kemauan subjek 2 mempersiapkan lomba pidato dengan baik. “Iya nulis sendiri. Proses membikinnya itu emang sendiri tapi disuruh minta tolong dibantuin sama relawan. Ngerangkaingrangkainya sama relawan.” (IR 727-729)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
“Mau disamain kayak yang perempuan tapi milih bikin sendiri aja. Wong lombanya juga milih sendiri, pidatonya tak buat sendiri.” (IR 730-733)
Subjek 2 juga mau berusaha sendiri mencari waktu dan berusaha menemui gurunya untuk mempersiapkan lomba. “Trus aku bilang, kapan buk latihan? Ya kapan ya. Duh udah gak ada waktu. Trus kalau pas sore kan bu Siti kosong aku dateng ke rumahnya.” (IR 740-743)
Selain mempersiapkan diri dengan baik, subjek 2 juga dapat mengidentifikasi model dengan sangat baik sehingga dapat membantu dirinya dalam mempersiapkan perlombaannya. “cuma liat temen-temen pada bisa main catur terus cuma nanyananya itu jalan jalannya gimana-gimana nanya guru sama teman terus akhirnya ngembangin sendiri.” (IR 568-571)
Bagi subjek 2, kegiatan minat yang dilakukan sekarang berguna bagi dirinya untuk menunjang masa depannya. “Kalau cuma catur, pengalamannya hanya itu-itu aja. Karena mental, kalau caturkan gak dibutuhkan banyak mental karena diem. Kalau pidato harus di depan audience dan membutuhkan mental” (IR 787-791)
d) Fisik Pada domain fisik, subjek 2 memiliki status identitas moratorium, yakni sudah bereksplorasi tetapi belum dapat berkomitmen. Subjek 2 mencari tahu penyebab dan penanganan bagi penyakitnya dengan caranya sendiri. Subjek 2 tidak memberi tahu keadaan matanya kepada orangtuanya karena tidak ingin diberi batasan oleh orangtuanya, tetapi subjek berusaha untuk mencari tahu keadaan dirinya secara mandiri dengan memilih untuk menanyakan apa yang terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
pada dirinya kepada seniornya karena senasib daripada dengan orangtuanya. “Ya cuma nganu aja. Tak diemin. Kalau enggak sama temen, wah ngapa yo kok metu banyune, tau solusinya gak? Kalau sama orangtua diem.” (IR 97-99)
Ia juga mencari penyembuhan dan memilih berhenti penyembuhan dari keputusan pilihan alternatifnya sendiri. “ada informasi dari temen SLB dulu katanya ada tukang pijet yang bisa, lha itu sampaikan ke orangtua ya langsung mau orangtua, yo kesana. Dulu sering banget, macem-macem dulu, dulu ada di parakan itu sampai ngabisin uang 2 atau 3 juta selama satu tahun, itu sekali pertemuan 100ribu, tapi wah kok kasihan sama orangtua, percuma dipijitin gak ada hasilnya, ya udahlah gak usah aja.” (IR 131-138)
Subjek 2 memiliki gambaran akan masa depannya dengan kondisi fisiknya sekarang. Subjek merasa tidak berguna jika berada di Magelang. Ia merasakan kecemasan dengan keadaan dirinya saat ini karena ada ketakutan jika dirinya tidak berguna di masa depan. “Tapi kalau di rumah kadang wah, punya mata total gini nek ning ngomah ngene ki gunane apa yo. Kalau disinikan banyak tementemen sesama to mb. Jadikan kayak istilah e gak minder. Nah kalau di rumah ya di desa kan cuma aku. Jadi wah apa gunane ning deso ngene iki. Kalau di rumah itu kayak tiap hari itu mikir itu e mb. Apa sesuk gede ne berguna ning kene gitu mikir e mb. Padahal kalau di sini mau pergi-pergi sendiri gampang modalnya tinggal tongkat sama uang. Kalau di magelang, tongkat diacungin gini gak ngerti.” (IR 208-218)
Kecemasan tersebut dirasakan subjek 2 ketika berada di tempat tinggalnya. Di Yogyakarta, subjek merasa lebih aman dan memiliki gambaran masa depan yang ia dapatkan dari gurunya yang menjadi seorang figur yang ia contoh dalam mencapai cita-cita yang ia inginkan. Subjek mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
mengidentifikasikan gurunya sebagai gambaran masa depan yang akan ia gapai. “setelah tau bu Siti bu Atun tunanetra itu bisa ngajar kayak guruguru biasa nah terus termotivasilah. InsyaAllah bisalah bercitacita jadi guru.” (IR 647-650)
Adanyanya
proyeksi
masa
depan
dan
kemampuan
mengidentifikasi model belum cukup untuk dikatakan berkomitmen. Hal yang menunjukkan bahwa subjek tidak dapat berkomitmen adalah tidak adanya daya tahan goncangan. Subjek 2 belum dapat menerima dirinya dan masih merasa minder ketika berada di sekitar lingkungan nontunanetra. “Malah aku itu yang ngrasa minder. Kalau orang yang ajak main, ah ora ah males e ning omah wae. Dia ngajak main aku nolak.” (IR 346-348)
Selain itu, subjek 2 juga tidak mengarahkan kegiatan di dalam domain ini, ia memilih untuk langsung menerima karena sudah terbiasa dengan sikap dari luar lingkungannya. “kalau dia ngejek langsung aku maju. Karena dulu itu masih gak terima, kalau sekarang mbok udah.” (IR 377-379)
e) Spiritual Subjek 2 memiliki status identitas achievement dalam domain spiritual. Hal ini terlihat dari sikap subjek yang sudah mengeksplorasi diri tetapi tidak berkomitmen di dalam domain spiritualnya.
Hal
yang
menunjukkan
bahwa
subjek
mengeksplorasi diri dalam domain spiritual adalah adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
penguasaan pengetahuan yang dapat dilihat dari kemauan subjek 2 mencari tahu akan agama dan Tuhan yang dipercayai olehnya. “Ak juga suka nanya-nanya sama guru ngaji atau senior yang paham apa nek enggak sejalan sama ku buat cerita-cerita atau nyari pencerahan akan maksud Tuhan. Kadang aku ya penasaran mb tentang agama ku. Terus agama liyane ki kepie.” (IR 11481153)
Selain adanya penguasaan pengetahuan, subjek 2 juga memiliki pertimbangan alternatif yang ditunjukkan dengan adanya pemahaman mengapa ia memeluk agamanya dan meyakini akan Tuhannya. “Ngikut orangtua to yo mb. Dari lahir kan aku ya belajar e agama islam dan sampe sekarang aku ya tetep jalani sholat sama doane muslim.” (IR 1159-1161)
Subjek 2 juga dapat berkomitmen dalam domain ini. Ia dapat mengarahkan kegiatan dengan cara rajin beribadah dan mengajak teman-temannya untuk beribadah bersama. Selain itu, subjek 2 juga sering bertanya dan mengajak diskusi para senior mengenai agama secara universal. “sekarang udah lebih rajin sholat sama doa og aku. Apalagi di sini kan asrama jadinya banyak yang mengingatkan dan ngajarin aku rajin doa. Teratur doanya terus kan bareng-bareng. Aku juga sok ngajakin biar sholat jamaah kadang-kadang.” (IR 11261130) “sekarang udah lebih rajin sholat sama doa og aku. Apalagi di sini kan asrama jadinya banyak yang mengingatkan dan ngajarin aku rajin doa. Teratur doanya terus kan bareng-bareng. Aku juga sok ngajakin biar sholat jamaah kadang-kadang.” (IR 11261130)
Selain
mengarahkan
kegiatan,
subjek
2
juga
dapat
mengidentifikasi model yang terlihat dari sikap subjek 2 yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
mau mengikuti dan membentuk dirinya sesuai dengan nasehat dari lingkungan. “Emmm Tuhan itu penolong dan pemberi segalanya untuk aku. Yang memberi jalan kehidupan. ….. Sejak di sini di kasih pengertian sama guru-guru sama senior juga.” (IR 1144-1148)
Keberhasilan
subjek
2
mengidentifikasi
model
dari
lingkungannya juga dibuktikan dari subjek 2 memiliki daya tahan terhadap goncangan dan proyeksi ke masa depan. Yang mendukung adanya daya tahan terhadap goncangan adalah kesadaran subjek 2 untuk selalu bersyukur dan tidak menyalahkan Tuhan akan setiap kejadian yang sudah terjadi ataupun yang akan terjadi. “Enggak. Udah semakin dewasa jadine semakin tahu mana yang harus dilakukan kalau kemarin kan kekanak-kanakan banget mb. Tuhan pasti memberi yang terbaik buat aku. Aku tu mikir e gitu sekarang mb.” (IR 1138-1142)
4) Status Identitas Remaja Tunanetra Non Genetik Subjek 2 Tabel 4.9 Status Identitas Diri Remaja Tunanetra Non Genetik
Tabel 4.9 Status Identitas Diri Remaja Tunanetra Non Genetik Domain
Tema Eksplorasi
Tema Komitmen
Status Identitas
Relasi Sosial
Mengeksplorasi
Tidak berkomitmen
Moratorium
Prestasi
Mengeksplorasi
Tidak berkomitmen
Moratorium
Minat
Mengeksplorasi
Tidak berkomitmen
Moratorium
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
Fisik
Mengeksplorasi
Tidak berkomitmen
Moratorium
Spiritual
Mengeksplorasi
Berkomitmen
Achievement
3. Dukungan Sosial Dari hasil penelitian, peneliti menemukan bahwa dukungan sosial memiliki keterkaitan dengan pembentukan status identitas. Betuk dukungan sosial yang mempengaruhi status identitas yaitu, a. Subjek 1 i.
Intimacy (emotional support) Subjek dan ibu memiliki kedekatan emosional karena semenjak kecil diri subjek selalu ingin bersama dengan ibunya. Itu ibu. Soalnya tu ya Allah deket banget sampe kemana-mana tu aku tu ikut harus ikut kemana-mana
ii.
Kepedulian orangtua (instrumental support) Kecemasan
ibu
terhadap
keadaan
fisik
subjek
menunjukkan bahwa adanya kepedulian orangtua. “Ya yang tadinya ibuku biasa-biasa aja aku cerita tu jadi bingung gimana-gimana ini. Besok-besoknya gimana kamu. Nah ibuku langsung lari ambil tas ambil jadwal dokter, pokoknya besok harus ke dokter mau gak mau, pokoknya besok itu harus ijin.”
Ayah subjek berusaha untuk mencarikan sekolah untuk subjek hingga ada tawar-menawar agar anaknya dapat merasakan sekolah umum. “Tapi kata Ayah saya bilang ini anak saya gak papa kok titip satu bulan aja walaupun cuma satu bulan yang penting ngrasain sekolah”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
iii.
Pola Asuh (emotional support) Pembentukan status identitas pada subjek 1 dipengaruhi oleh pola asuh autoritatif, yakni mendorong remaja untuk bebas tetapi tetap memberikan batasan dan mengendalikan tindakan-tindakan mereka. “Kan cita-cita saya jadi guru. Kalau semisal katanya kalau jadi guru kata orangtua tu harus belajarnya lebih giat biar ilmunya tu bisa bertambah-tambah terus, biar bisa lebih jadi orang yang pinter karena pengennya jadi guru”
iv.
Penerimaan Keluarga (emotional support) Di dalam keluarganya subjek 1 juga mendapatkan penerimaan yang membuat subjek 1 merasa nyaman dan tenang dalam menghadapi dunia luarnya. “keluarga besar itu semuanya pengertian” “Kalau misalnya ayah ibu kakak tu apa ya, itu pasti memberi motivasi, kalau keluarga besar itu iya, tapi kan gak kayak keluarga kecil yang tau gimana aku, yang tau banget.”
v.
Adanya alternatif pilihan (information support) Subjek mendapatkan informasi-informasi dari guru untuk bersekolah di SLB-A Yaketunis. “Kamu di yaketunis aja gakpapa di sana agamanya juga dapet, pelajaran umurmnya juga dapet”
vi.
Harapan sosial Tuntutan atau harapan sosial juga mempengaruhi dukungan sosial terhadap pembentukan identitas. Dengan adanya harapan sosial, membuat subjek 1 merasa ada kebutuhan untuk berjuang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
mencapai
harapan
tersebut
agar
tetap
diterima
oleh
lingkungannya. “…soalnya dulu pernah pas nilainya jelek tu aku dimarahin pas dulu pas awas soalnya kenapa sih kamu nilainya jelek padahal udah belajar gini gini gini pasti kurang teliti bener kurang teliti”
Selain adanya harapan sosial dari keluarga, subjek 1 juga memiliki ketakutan penolakan menjadi semakin parah dari lingkungannya jika tidak dapat memenuhi harapan sosial tersebut. “Gak taulah..apa lagi kalau saya putus sekolah. Yaahhhh udah tunanetra bodoh gak tau aku jadi apa mungkin jadi kayak sampah berterbangan di jalan”
b. Subjek 2 i.
Pola Asuh (emotional support) Pembentukan status identitas pada subjek 2 dipengaruhi oleh pola asuh autoritarian, yakni gaya yang membatasi dan bersifat mendesak remaja unutk mengikuti petunjuk orangtua dan membuat batasan terhadap tingkah laku remaja. Tetapi pola asuh tersebut membuat subjek 2 menjadi tidak mempercayai orangtuanya “Orang baru-baru ini aja matanya sering keluar air tu lho mb, tapi tak diemin ga cerita ke orangtua. Aku emang kalau sakit berhubungan dengan mata kadang sok diem mb. Walaupun sekarang udah total to mb matanya, kayak kemarin itu tiap hari kelar air terus tapi tak diemin. Pokoknya kalau berhubungan dengan mata gak pernah bilang sama orangtua.” “Karena ya ah biarin ah mungkin nanti orangtua suruhnya alternatif, padalah alternatif itu sama aja hasilnya. Mikirnya gitu.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
ii.
Model Dalam Menentukan Pilihan Adanya model dalam menentukan pilihan membantu subjek 2 dalam pembentukkan status identitas diri. Adanya model membantu subjek menentukan pilihan akan cita-citanya. “setelah masuk sini jadi yakin untuk menjadi guru karena ngeliat itu, sebelumnya ya banyak-banyaknya apa bisa menjadi guru karena tunanetra, tapi setelah melihat bu Siti”
iii.
Kerterbukaan Alternatif (information support) Subjek 2 mendapatkan kesempatan dan kepercayaan dari teman dan gurunya untuk menjadi tutor. “Iya, temenku yang milih aku jadi tutor, bukan dari guru. Cuman guru nanti ngasih tau, ngarahkan jadi semisal dari murid itu nunjuk si A nanti dari guru jangan si A masih gini-gini. Cuman dari guru ngasih tau kemampuan anaknya.” “Gak tau mb kalau itu, Cuma dari osis ditanyain apakah kamu bersedia menjadi tutor? Dan aku ada waktu dan daripada gak ngapangapain yaudah InsyaAllah bisa.”
Tabel 4.10 Perbandingan Status Identitas antara Subjek
Tabel 4.10 Perbandingan Status Identitas antara Subjek Domain
Status Identitas Subjek 1 Moratorium
Status Identitas Subjek 2 Moratorium
Achievement
Moratorium
Minat
Diffusion
Moratorium
Fisik
Foreclosure
Moratorium
Spiritual
Foreclosure
Achievement
Relasi Sosial Prestasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
C. Pembahasan Hasil penelitian membuktikan bahwa kedua subjek memiliki perbedaan status identitas pada domain relasi sosial, prestasi, minat, fisik, dan spiritual meskipun mengalami kecelakaan yang serupa pada usia sekolah yang mengakibatkan kedua matanya mengalami tunanetra. Secara keseluruhan, status identitas identitas diri pada subjek pertama cenderung foreclosure identity, yakni membuat komitmen tetapi tidak melakukan eksplorasi. Berbeda dengan subjek kedua. Pada subjek kedua memiliki status identitas diri cenderung moratorium identity, yakni melakukan eksplorasi namun tidak membuat komitmen akan pilihannya. Perbedaan status identitas dari kedua subjek ini berdasarkan dari eksplorasi/ krisis dan komitmen pada setiap domainnya. Seperti yang dijelaskan oleh James Marcia (1994), hal-hal yang ada pada krisis dan komitmen remaja digunakan untuk mengklasifikasikan seorang individu berdasarkan salah satu dari empat status identitas. Selain itu, usia subjek juga mempengaruhi. Subjek 1 kini berusia 12 tahun dan subjek 2 berusi 16 tahun. Penelitian Damon & Hart (1988) menemukan bahwa remaja berusia 14 hingga 16 tahun tidak hanya bisa mendeteksi ketidakkonsistenan yang terjadi di antara berbagai macam peran-perannya, tetapi juga lebih mengalami kesulitan dalam menghadapi kontradiksi ini dibandingkan remaja yang lebih muda (11 hingga 12 tahun) dan yang lebih tua (17 hingga 18 tahun). Perbedaan status identitas dari kedua subjek juga dipengaruhi oleh rentaang lama kejadian. Lama kejadian dengan waktu wawancara juga dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
mempengaruhi kondisi subjek karena lamanya kejadian dapat mempengaruhi proses mengolahan diri subjek sehingga subjek dengan rentang waktu lebih lama dapat menerima keadaannya sekarang dibandingkan dengan subjek yang mengalami kejadian dalam rantang waktu yang lebih pendek. Dalam hasil penelitian ini menghasilkan rentang waktu kejadian tidak berpengaruh dengan penerimaan keadaan dirinya sekarang sehingga hal ini juga tidak mempengaruhi pembentukan status identitas diri pada kedua subjek. Status identitas kedua subjek lebih dipengaruhi oleh kepribadian yang ada pada kedua subjek. Subjek 1 memiliki kepatuhan yang cukup pada figur otoritas dalam pemilihan keputusan dan takut akan hal baru, sedangkan subjek 2 memiliki kepatuhan yang rendah pada figur otoritas yang terlihat dari keinginan subjek yang selalu ingin merasa bebas dan memilih untuk menghindar dari tuntutan figur otoritas, sehingga subjek 2 lebih luas dalam mengeksplorasi hal-hal baru yang menarik bagi dirinya. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian Weilbre (2007) yang menyatakan bahwa couriousity padalaki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Dalam relasi sosial, subjek 1 dan 2 sama-sama memiliki status identitas moratorium. Moratorium adalah istilah yang digunakan Marcia untuk remaja yang berada dalam krisis, namun tidak memiliki komitmen sama sekali ataupun memiliki komitmen yang tidak jelas (Santrock, 2003). Pola asuh pada keluarga subjek 1 adalah pola asuh autoritatif, yakni mendorong remaja untuk bebas tetapi tetap memberikan batasan dan mengendalikan tindakan-tindakan mereka. Berbeda dengan subjek 2, pola asuh pada keluarga subjek 2 adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
pola asuh autoritarian yakni gaya yang membatasi dan bersifat mendesak remaja unutk mengikuti petunjuk orangtua dan membuat batasan terhadap tingkah laku remaja (Diana Baumrind, 1999). Gjerde, Block, & Block (dalam Santrock, 2003), menyatakan bahwa hubungan yang dekat dengan orangtua juga penting dalam perkembangan remaja karena hubungan ini berfungsi sebagai contoh atau cetakan yang akan dibawa terus dari waktu ke waktu untuk mempengaruhi pembentukan hubungan baru. Subjek 1 memiliki hubungan yang dekat orangtua dan kakaknya terlebih dengan ibunya. Berbeda dengan subjek 2 yang tidak memiliki hubungan dekat dengan orangtua maupun saudaranya. Salah satu penyebab kedekatan subjek 1 dengan ibunya adalah ibu subjek 1 seorang yang tidak bekerja dan lebih banyak meluangkan waktu untuk di rumah menemani segala aktivitas subjek 1. Ibu subjek juga mengatakan bahwa dirinya tidak dapat jauh dengan subjek 1 karena semenjak kecil subjek 1 selalu bersama dengan dirinya. Berbeda dengan subjek 2, subjek 2 tinggal bersama dengan kakek neneknya ketika siang hari karena kedua orangtuanya bekerja hingga malam hari. Seorang anak akan lebih memiliki kesempatan mendapatkan waktu lama untuk menjalin kedekatan secara emosional dengan ibunya yang tidak bekerja dibandingkan yang berkerja (Santrock, 2003). Pernyataan tersebut sejalan dengan penyataan ibunya yang mengatakan bahwa ibunya tidak memiliki waktu yang cukup bagi anak-anaknya karena ketika berangkat kerja, anak-anak masih tertidur dan ketika pulang, anak-anak sudah dengan kesibukkannya masing-masing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
Kedua subjek memang memiliki status identitas yang sama dalam domain relasi sosial, tetapi perbedaan pola asuh dan kedekatan dengan orangtua yang membuat kedua subjek memiliki perbedaan perilaku dalam menghadapi krisis. Subjek 1 tetap merasa nyaman dan terima oleh keluarganya dengan keadaan fisiknya sekarang sehingga subjek 1 tidak peduli dengan penolakan sosial yang diterimanya terlebih dari teman sebayanya. Sepertinya dijelaskan oleh Piaget (dalam Santrock 2003), hubungan orangtua-anak berbeda sekali dengan hubungan teman sebayanya karena hubungan teman sebaya bersifat sukarela tidak seperti dengan keluarga. Di dalam keluarga, subjek 1 mendapatkan tuntutan sosial yakni mencapai prestasi. Subjek 1 berusaha mencapai prestasinya karena ia takut jika keluarga yang menjadi zona nyamannya menjadi kecewa dengan dirinya dan tidak lagi mendapatkan reward dari orangtuanya, oleh karena itu subjek berusaha menggapai prestasinya bahkan ia menjalin relasi dengan teman sebayanya agar subjek 1 dapat dibantu oleh lingkungannya dalam pencapaian prestasinya. Subjek 1 juga mengarahkan diri lebih berelasi dengan teman-temannya yang tunanetra agar ia tidak diejek sehingga tidak mengganggu pikirannya dalam mencapai prestasi. Subjek 1 mendapatkan penolakan dari teman sebayanya dan lingkungannya yang terlihat dari anggapan lingkungan bahwa subjek 1 tidak dapat melakukan apa-apa lagi dan diremehkan dalam hal prestasi. Penolakan yang diterima oleh subjek 1 membuat dirinya tidak ingin bersosialisasi dengan lingkungannya. Pernyataan tersebut membuktikan bahwa subjek 1 melakukan eksplorasi namun tidak berkomitmen dalam domain relasi sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
Berbeda dengan subjek 2, subjek 2 lebih mendekatkan diri dengan teman sebayanya dibandingkan dengan orangtuanya. Subjek 2 merasa dirinya tidak dimengerti oleh keluarganya dan selalu merasa orangtua salah menilai tetang keadaan dirinya. Menurut Elkind (2003), remaja mengalami peningkatan kesadaran diri yang tewujud pada keyakiyan mereka bahwa oranglain memiliki perhatian amat besar sebesar perhatian mereka kepada dirinya, dan terhadap perasaan akan keunikan pribadi mereka yang disebut egosentrime remaja. Salah satu bagian egosentrisme remaja berkenaan dengan perasaan keunikan pribadi yang dimilikinya dan merasa tidak ada seorangpun yang dapat memahami mereka. Egosentrisme remaja yang dialami subjek 2 tersebut membuat subjek 2 menjadi lebih berani dan mempercayai hal baru yang akan ia pilih sehingga membuat subjek 2 berani mengekplorasi dunia luarnya, termasuk dalam hal mencari pertemanan. Dalam mengeksplorasi domain relasi sosial, subjek 2 mendapatkan penerimaan dari lingkungannya bahkan temanteman sebayanya bersedia membantu subjek 2 untuk bermain bersama, akan tetapi subjek 2 merasa minder dengan keadaan dirinya sehingga subjek 2 memilih untuk menghindari teman-teman sebayanya yang non-tunanetra. Harter (1999) mengatakan bahwa penampilan fisik secara konsisten berkorelasi paling kuat dengan rasa percaya diri pada remaja. Sikap subjek 2 menghindari pertemanan adalah salah satu bentuk subjek 2 tidak berkomitmen dalam domain relasi sosial. Dalam domain prestasi, subjek 1 memiliki status identitas achievement. Identitas achievement adalah istilah Marcia untuk remaja yang telah melewati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
krisis dan telah membuat komitmen (Santrock, 2003). Hampir sama dengan penjelasan sebelumnya bahwa subjek 1 mendapatkan tuntutan sosial yakni mencapai prestasi. Subjek 1 berusaha mencapai prestasinya karena ia takut jika keluarga yang menjadi zona nyamannya menjadi kecewa dengan dirinya dan tidak lagi mendapatkan reward dari orangtuanya. Pola asuh yang diterima oleh subjek 1 juga mempengaruhi pencapaian prestasinya. Pola asuh yang autoritatif memiliki hubungan dengan nilai yang lebih baik (Dornbusch dalam Santrock, 2003). Selain itu, ibu subjek 1 juga mengatakan bahwa dirinya adalah seorang yang tidak memiliki pendidikan tinggi. Ibu subjek tidak mengingkan anaknya seperti dirinya, sehingga ia menuntut subjek 1 untuk terus berprestasi. Bagi ibu subjek, kepintaran alah bekal yang abadi untuk anak-anaknya. Di sisi lain, subjek 1 mendapatkan penolakan dari teman sebayanya dan lingkungannya yang terlihat dari anggapan lingkungan bahwa subjek 1 tidak dapat melakukan apa-apa lagi dan diremehkan dalam hal prestasi. Subjek 1 berpikir bahwa jika dirinya dapat meraih prestasi dengan baik maka lingkungan yang menolak akan menjadi kagum dengan dirinya. Sehingga subjek 1 mau berusaha dan berkomitmen untuk mencapai prestasinya. Pada subjek 2, status identitas yang dimiliki di domain prestasi adalah identitas moratorium. Identitas moratorium adalah istilah yang digunakan Marcia untuk remaja yang berada dalam krisis, namun tidak memiliki komitmen sama sekali ataupun memiliki komitmen yang tidak jelas (Santrock, 2003). Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa egosentrisme remaja yang dialami subjek 2 tersebut membuat subjek 2 menjadi lebih berani dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
mempercayai hal baru yang akan ia pilih sehingga membuat subjek 2 berani mengekplorasi dunia luarnya (Elkind, 2003). Subjek 2 memiliki kemauan untuk eksplorasi diri yang terlihat dari kemampuannya mengarahkan dirinya dalam pencapaian prestasi tetapi tidak ada suatu tuntutan sosial yang menuntut subjek 2 dalam domain prestasi. Subjek 1 memiliki status identitas diffusion pada domain minat. Identitas diffusion adalah istilah yang digunakan oleh Marcia untuk remaja yang belum pernah mengalami krisis atau membuat suatu komitmen. Subjek 1 tidak memperdulikan minatnya karena bagi subjek 1, minat tidak penting dan ia tidak ada tuntutan pada domain minat sehingga memilih untuk lebih fokus dan mengarahkan tenaga untuk pencapaian prestasinya. Pada subjek 2, status identitas di domain minat adalah moratorium. Dengan dasar kemauan subjek 2 dalam mengekplorasi, subjek 2 memiliki kemauan untuk mencari dan mencoba hal-hal baru yang menjadi ketertarikannya dalam minat. Subjek 2 dengan teman sebayanya juga saling mempengaruhi dalam domain ini. Subjek 2 mengikuti sosialnya dalam mengarahkan minatnya sejalan dengan pernyataan Harter (1999) bahwa remaja merasa lebih percaya diri dalam memilih pilihan jika mendapatkan dukungan teman sebayanya, namun subjek 2 merasa malas bertahan sebab dirinya cepat bosan dan tidak mendapatkan tuntutan dari sosialnya. Subjek 2 mengalami proses eksplorasi, namun tidak memiliki komitmen sama sekali ataupun memiliki komitmen yang tidak jelas. Pada domain fisik, subjek 1 memiliki status identitas foreclosure, yaitu telah membuat suatu komitmen namun tidak melalui eksplorasi (Santrock,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
2003). Hampir sama pada domain minat, subjek 1 lebih mementingkan pencapaian identitasnya karena ia merasa akan membuang waktu jika memikirkan atau mencari pengobatan. Subjek 1 lebih memilih waktunya dipakai untuk belajar karena adanya tunutan dari zona nyamannya dan mendapatkan reward dari pencapaian identitas. Sedangkan subjek 1 tidak mendapatkan tuntutan untuk kesembuhan pada dirinya, subjek 1 diterima dengan baik oleh keluarganya yang menjadi zona nyamannya. Selain itu, subjek 1 juga merasa menjadi pribadi yang lebih baik dibandingkan dahulu sebelum tunanetra. Pada domain ini, subjek terlihat tidak bersemangat ketika peneliti menanyakan mengenai ekstakulikuler dan minat yang menjadi ketertarikannya. Subjek cenderung mengulangi jawaban-jawaban yang sama. Berbeda dengan subjek 2. Subjek 2 cukup antusias ketika peneliti menanyakan tentang minatnya. Subjek 2 juga terlihat bersemangat ketika menceritakan persiapan lomba yang ia pilih untuk diikutinya. Subjek 2 memiliki status identitas moratorium pada domain fisik. Adanya egosentrime remaja (Elkind, 2003) yang dialami subjek 2 sehingga tidak mempercayai nasehat orangtuanya dan mempercayai hal baru yang akan ia pilih sehingga membuat subjek 2 lebih memilih menanyakan keadaan fisiknya kepada teman sesama tunanetra karena subjek 2 berpikir bahwa teman tunanetra lebih memiliki perasaan yang sama dibandingkan orangtuanya dan rasa tidak ingin dibatasi oleh orangtuanya jika bercerita tentang keadaan dirinya. Stenberg (1988) menyatakan bahwa salah satu sebab dari perubahan pada remaja yang dapat mempengaruhi hubungan orangtua dan remaja adalah adanya pergerakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
menuju kebebasan. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya eksplorasi dalam domain ini. Ketidakmauan subjek menceritakan keadaan fisiknya kepada orangtuanya membuat subjek 2 menjadi tidak memiliki daya dalam pengambilan keputusan karena pengobatan subjek 2 berkaitan dengan biaya dan persetujuan dari orangtuanya. Dalam keadaan tersebut, subjek 2 berada dalam krisis antara keinginan untuk berobat karena merasa cemas dan tidak nyaman jika berada di teman-teman dan lingkungannya non-tunanetra tetapi ia tidak ingin dibatasi oleh orangtuanya. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak adanya komitmen dalam domain ini. Subjek 1 juga memiliki status identitas foreclosure pada domain spiritual. Subjek 1 tumbuh di lingkungan dengan keyakinan spiritual yang sama dengan dirinya, yakni keyakinan akan agama Islam, sehingga subjek 1 belum memiliki kesempatan mengeksplorasi keyakinan lain. Subjek 1 tumbuh dengan pengajaran yang diberikan oleh orangtuanya dan merasa nyaman dan aman di dalam keyakinannya sehingga tidak mengalami adanya krisis. Dalam proses wawancara, subjek 1 menjadi pendiam. Subjek 1 hanya menjawab beberapa patah kata, berbeda pada domain lainnya. Subjek 1 juga beberapa kali menunduk dan memperlihatkan mimic muka seakan takut untuk menjawab. Subjek 1 memiliki tuntutan dari zona nyamannya, yakni orangtuanya agar menjadi anak yang beragama baik sesuai dengan ajaran keyakinannya. Kedekatan antara orangtua dan subjek membuat keberhasilan internalisasi dari orangtua kepada subjek sehingga subjek dapat langsung berkomitmen dengan keluarganya. Seperti yang sudah dijelaskan di atas yakni hubungan yang dekat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
dengan orangtua juga penting dalam perkembangan remaja karena hubungan ini berfungsi sebagai contoh atau cetakan yang akan dibawa terus dari waktu ke waktu untuk mempengaruhi pembentukan hubungan baru (Gjerde, Block, & Block dalam Santrock, 2003). Berbeda dengan subjek 2, subjek 2 mendapatkan kesempatan untuk berelasi dengan lingkungan yang memiliki keyakinan lain dengan dirinya, selain itu subjek 2 juga memiliki rasa keingintahuan yang cukup akan hal baru. Selain dapat mengeksplorasi dalam domain ini, subjek 2 juga sudah paham dengan keyakinan yang dianutnya dan mempercayai bahwa keyakinannya menjadi landasannya dalam menghadapi kehidupannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan status identitas diri antar subjek 1 dan 2 meskipun mengalami trauma fisik yang sama pada usia sekolah. Secara keseluruhan, status identitas identitas diri pada subjek pertama cenderung foreclosure identity, yakni membuat komitmen tetapi tidak melakukan eksplorasi. Berbeda dengan subjek kedua. Pada subjek kedua memiliki status identitas diri cenderung moratorium identity, yakni melakukan eksplorasi namun tidak membuat komitmen akan pilihannya. Perbedaan tersebut dikarenakan oleh beberapa hal, yaitu perbedaan usia kedua subjek dan rentang lama kejadian, pola asuh, kelekatan dengan orangtua, dan ada tidaknya harapan sosial. Subjek 1 memiliki kepatuhan yang cukup pada figur otoritas dalam pemilihan keputusan dan takut akan hal baru dikarenakan figur otoritas menjadi zona nyamannya, sehingga cenderung membuat subjek 1 berani untuk berkomitmen dengan pilihannya meskipun belum melakukan eksplorasi. Subjek 2 memiliki kepatuhan yang rendah pada figur otoritas yang terlihat dari keinginan subjek yang selalu ingin merasa bebas dan memilih untuk menghindar dari tuntutan figur otoritas, sehingga subjek 2 lebih luas dalam mengeksplorasi hal-hal baru yang menarik bagi dirinya, tetapi tidak berkomitmen akan pilihannya karena tidak adanya harapan/tuntutan dari sosial.
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
B. KELEMAHAN PENELITIAN Beberapa kelemahan penelitian ini : 1. Wawancara significant other kurang mendalam karena tempat tinggal significant other jauh dari peneliti. 2. Subjek terkadang sulit untuk ditemui karena memiliki kesibukan untuk menyelesaikan tugas dan tanggungjawab sebagai siswa.
C. SARAN Berdasarkan dari hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan, maka peneliti mengajukan beberapa saran : 1. Bagi remaja tunanetra non genetik Menyadarkan diri bahwa tunanetra juga tetap dapat mencapai identitas diri dengan adanya kemauan untuk mengekplorasi dan berkomitmen akan pilihannya. 2. Bagi orangtua tunanetra non genetik Memberikan dukungan dan pola asuh yang tepat sesuai dengan kriteria anak agar anak dapat menjalani pilihannya dengan sungguh-sungguh sehingga dapat mencapai identitas diri. 3. Bagi peneliti selanjutnya Dapat meneliti lebih lanjut pada domain lainnya dengan faktor-faktor yang mempenaruhi pembentukan status identitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
DAFTAR PUSTAKA
Afiyanti, Y. (2008). Validitas dan Reliabilitas Dalam Penelitian Kualitatif. Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 12, No.2, Juni 2008 Burns, R.B. 1993 Konsep Diri (Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku). Jakarta : Arcan. Creswell, John W. (2008). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Creswell, John W. 2010. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Pustaka Pelajar: Yogyakarta Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung : Rosda Herdiansyah, Haris. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Psikologi. Salemba Humanika: Jakarta Hurlock, E. B. (1988). Perkembangan Remaja : Suatu Pendekatan Rentang Kehidupan (3th ed) : Jakarta : Airlangga Moleong, L.J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Papalia, D. E. (2008). Human development (10th ed.). New York : McGrawHill. Poerwandari, E.K. 2005. Pendekatan Kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan pendidikan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Rice, (1996). The adolescence : Development Relationship & Culture (8 th Ed). Baston Allyn & Bacon Santrock, J. W. (2003). Adolescent. New York : McGrawHill. Santrock, J. W. (2007). Life-Span development (3rd ed.). New York : McGrawHill. Santrock, J. W. (2011). Perkembangan masa-hidup (ed. ke-13). Jakarta : Erlangga. Sarwono, S. W. (2011). Psikologi remaja (ed. rev). Jakarta : Rajawali Pers. Smith, J. A. 2009. Psikologi Kualitatif: Panduan Praktis Metode Riset. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
Soekini & Suharto. (1977). Pendidikan anak-anak tunanetra. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Soemantri, T. S. 2007. “Psikologi Anak Luar Biasa”. Karakteristik dan Masalah Perkembangan Anak Tunanetra. Bandung : PT. Refika Aditama Supratiknya, A. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogykarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma. Upton, Penney (2013), “Psikologi Perkembangan”, Penerbit Erlangga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
Lampiran 1. Informed Consent Subjek 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
Lampiran 2. Informed Consent Subjek 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3. Contoh Analisis Subjek 1 No
Verbatim
Ringkasan
Interpretatif
Diagnosa Tematik
Sub Tema
Interpretatif
1
Emang biasanya kalo abis pulang sekolah ngapain aja?
2
Aku pulang sekolah kalo misalnya itu ya kalo pulang sekolah A tidak mencuci
Mau mulai
Ada usaha
Daya tahan
3
makan abis makan kegiatannya biasanya sih masase terus pakaiannya sendiri
melakukan
untuk bertahan
goncangan
4
kalo gak ada kegiatan sih buat nyuci kalo enggak tidur.
ketika masih tinggal
keperluannya
dalam keadaan
(Prestasi)
5
Nyuci baju sendiri ya?
bersama orangtua
sendiri secara
baru untuk
6
Iya ho.o
karena tidak
mandiri demi
prestasi
7
Dari dulu waktu di rumah nyuci baju sendiri enggak?
diperbolehkan oleh
mengejar
8
Enggak sih baru di sini
orangtuanya, tetapi
prestasi
9
Diajarin?
sekarang A mencuci
10
Iya…
pakaiannya sendiri
11
Dulu kenapa kok Aisyah gak mau nyuci baju dirumah?
saat bersekolah di
12
Gak boleh sama ibu
sini karena tidak ada
13
Lalu kalo di sini?
yang mencucikan (2-
14
Ya boleh. Kalo gak nyuci baju sendiri, yang nyuciin siapa
18)
15
Yang ngajarin nyuci baju siapa?
16
Ibu
17
Oooo diajarinnya dari kapan?
18
Diajarin di rumah, trus di sini biar bisa mandiri
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101 19
Dulu kenapa kok gak boleh nyuci baju?
20
Kan itu.. apa namanya.. eee kalau misalnya di rumahkan Sebelum di asrama,
Tidak
Memilih
Pertimbangan
21
bajunya kan bukan cuma punya Aisyah aja. Misalnya kalau A tidak mencuci
melakukan
berusaha untuk
alternatif
22
lagi boleh nyuci, cuma bajuku aja.
baju sendiri karena
keperluannya
meraih prestasi
(Prestasi)
23
Terus Aisyah menyuci baju sendiri?
sibuk belajar (19-32) karena ada
24
Iya pas deket-deket mau kesini
keperluan lain
25
Sebelum-sebelumnya?
yang lebih ingin
26
Sebelumnya enggak
dikerjakan
27
Kenapa?
28
Kan sibuk belajar braille, les
29
Dulu waktu belum terganggu penglihatannya?
30
Enggak juga
31
Kenapa?
32
Sibuk belajar.
33
Trus kalau disini nyucinya setiap hari?
34
Dua hari sekali
A mensiasati
Melakukan
Kemauan untuk
Daya tahan
35
Itu ganggu aktivitas atau engk?
mencuci baju sendiri
usaha untuk
bertahan dalam
goncangan
36
Iya ganggu. Soalnya kan kalau sore kan les matematika. pada saat mandi agar meyelesaikan
berprestasi dan
(Prestasi,
37
Harusnya untuk les, malah untuk nyuci.
mengurus diri
Fisik)
38
Kalau ganggu waktu gitu, kamu membagi waktunya mengganggu
39
bagaimana?
tidak
jam les (34-41)
segala keperluan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102 40
Aku kadang-kadang nyuci di kamar mandi kalo habis pas
pribadi secara
41
kalau mau les itu, sambil ngrendem sambil nyuci gakpapa.
mandiri
42
Emang masasenya tiap hari apa aja?
43
Tiap hari selasa
A mengikuti
44
Emang eksulnya apa aja?
ekstrakulikuler
Memilih
45
Musik terus eeee masase terus eee udah sih itu
masase, BTB, BTA
kegiatan karena
si dan tidak
46
Yang A ikutin?
karena wajib
faktor eksternal
memiliki
47
Aku masase sama itu nyanyi, btb, bta kan wajib
mengikuti dan
komitmen
48
Sama kayak frema ya?
mengikuti nyanyi
(Minat)
49
Iya…
karena disuruh oleh
50
Dulu awal tahun aku juga pernah kesini.. A belum di sini ibu guru (43-61)
51
ya?
52
Belum… aku baru sebulan
53
Itu ekstrakulikuler berarti boleh ikut atau enggak gitu
Tidak memiliki
54
ya?
keinginan
55
Iya tapi diusahakan ikut yang btb bta, kalau nyanyi enggak.
A mengikuti
56
A hobi nyayi?
ekstrakulikuler
57
Enggak sih tapi kebetulan aja bisa nyanyi tapi gak terlalu bernyanyi namun
memiliki
tidak
58
suka
tidak menyukainya,
kemampuan,
memiliki
59
Trus Aisya kenapa ikut nyanyi?
A memilih untuk
namun tidak
komitmen
istirahat daripada
ingin mengasah
(Minat)
60
Tidak memiliki keinginan
Merasa
mengembangka
Tidak
n kemampuan.
mengeksplora
mengembangka
Tidak
n kemampuan.
eksplorasi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103 61
Gak milih tapi di suruh bu guru, kamu tiap hari jumat ikut mengikuti
kemampuan
62
ekskul nyanyi ya.. gitu
ekstrakulikuler
karena memilih
63
Kalau gak disuruh ibu guru, mau ikutan nyanyi?
nyanyi. (55-73)
melakukan
64
Enggak.
kepentingan
65
Kenapa?
lain
66
Susah, kan kita juga bagi waktu untuk istirahat, jadi enggak
dibandingkan
67
ah gak mau. Mentingin kesehatan aja
mengasah
68
Emang kenapa?
kemampuan
69
Kan soalnya jauh dari orangtua.
yang dimiliki
70
Emmmm kalo kamu gak ada kegiatan, biasanya
71
ngapain?
72
Dibuat istirahat, kadang-kadang ya baca-baca buku, buat pr.
73
Trus kenapa kamu masih ikut nyanyi kalo kamu gak
74
memilih nyanyi?
Memiliki
75
Ya kan tadi disuruh. Ya kan itu juga amanat, jadi yaudah.
kepatuhan
76
Kalau misalnya lagi sibuk juga, ak gak dateng. Aku lebih mau A mau mengikuti
kepada figur
Faktor
77
ikut btb bta, kan aku bisa lebih baca tulis kan disini.
nyanyi karena
A memilih
otoritas
(Kepribadian)
78
Alasan bu guru menyuruh kamu ekskul apa?
disuruh oleh guru, A
patuh kepada
79
Gak tau sih, ak gak pernah nanya.
lebih menyukai
figur otoritas
80
Emmmmm… kalo hobinya A apa?
menulis, A diberi
dan
arahan oleh Ayah
mendapatkan
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104 82
Aiisiii… ya nulis-nulis gitu aja sembarang ngarang-ngarang dalam menulis (76 – arahan
83
cerita itu.
84
Terispirasi dari siapa kok bisa suka nulis?
85
Pertama sih suka ee dari alam gitu lho sukanya kayak
86
matahari gitu
87
Dari dulu suka?
88
Ho.o
89
Awalnya gimana sampai hobi nulis?
90
Aku gak tau, kalau misalnya awas aku suka banget kalau ada
91
bolpen, kalau misalnya lagi di kepala lagi ada pikiran apa
92
pasti nulis, kayak curhatnya itu ditulisan.
93
Ada yang ngajarin nulis gak?
94
Ayah
95
Kalau aisya senang nulis tentang apa?
96
Hidupku sendiri. Aku gak langsung nulis aku kayak gini sih.
97
Misalkan diumpamakan sebagai kayak ak lagi pengen apa
98
judulnya mencapai bintang. Lagi pengen apa, lagi pengen
99
dapet rangking satulah.
100
Kasih contoh dong.
101
Waktu demi waktu udah ak jalani. Hari ini puncaknya aku,
102
aku udah belajar sedemikian rupa, aku harus lebih lebih giat
89)
mengenai hal yang disukainya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105 103
lagi untuk belajar biar mendapati yang terbaik biar
Blame
104
membahagiakan orangtua.
Avoidance
105
Yang pernah kamu tulis gitu cerita cerpen gitu atau A tidak memiliki
106
gimana?
waktu untuk
107
Enggak sih terkadang sih novel
menyelesaikan novel hobi yang
Tidak
108
Udah ada berapa novel yang kamu punya?
yang dibuatnya.
dimiliki karena
komitmen
109
Gak pernah aku telateni soalnya banyak tugas tugas sekolah (105-108)
mengerjakan
(Minat)
110
juga, itu kalau lagi senggang aja.
keperluan lain.
111
Akhir-akhir ini kamu sibuk apa?
112
Belajar.
A tidak memilih
113
Kenapa nulisnya novel?
minat lain karena A
114
Tidak Tidak menekuni
Eksplorasi
Memahami diri tetapi pengembangan
Tidak
Mengetahui
minat
komitmen
Enggak karena aku gak bisa, gak ada yang ngajarin. Belum tau bahwa dirinya
batas
tergantung oleh
(Minat)
115
pernah nyoba sih, tapi kalau puisi enggk, aku gak puitis.
tidak bisa dan tidak
kemampuan diri faktor eksternal
116
Selain nulis, A suka apa lagi?
ada yang memberi
tetapi tidak
117
Kayak pidato gitu sih
arahan (112-113)
mencoba sendiri Pengembangan
118
Pidato?
119
Ho.o pidato terus dai cilik
120
minat yang
minat
A mengikuti lomba
dimiliki
tergantung oleh
Eksplorasi
Udah pernah pidato dimana?
pidato karena dipilih
Mau mencoba
faktor eksternal
Mengarahkan
121
Udah lomba sih
oleh guru dan
hal baru karena
kegiatan
122
Dimana?
mendapatkan
mendapatkan
(Prestasi)
123
Di cilacap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106 124
Menang enggak?
persetujuan dari
arahan dari
125
Juara tiga
ibunya (119-138)
faktor eksternal
126
Tingkat?
127
Tingkat itu pertama tu kecamatan trs apa namanya terus
128
soalny pas mau ke kabupaten katanya tidak memenuhi syarat
129
teks pidatonya jadi enggak ke kabupaten
130
Ooo… itu kamu bikin sendiri juga teksnya?
131
Enggak.. dari sekolahan…
132
Kenapa gak nulis sendiri?
133
Gak bisa, cara-cara nganu pidato itu aku gak bisa
134
Ceritain dong waktu awal lomba itu.
135
Aku dipilih sama guru terus setelah itu, besoknya setelah
136
pulang sekolah latian. Latian, latian, latian trus udah lomba.
137
Responmu waktu kamu diajakin lomba itu gimana?
138
Sempet kaget juga sih, aku kan gak tau gimana pidato trus
139
pesen ibuku, kalau ada lomba apapun ikut walaupun bisa kan
140
bisa dilatih kan bisa kayak jadi pengalaman aja.
141
Itu nasehat dari ibu, awalnya memang mau ikut lomba?
Mau
142
Enggak sih. Kayak takut gimana ya. Takut belum pernah tau
mengeksplorasi
143
gimana pidato.
relasi sosialnya
144
Trus alasanmu ikut lomba itu apa?
Penguasaan pengetahuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107 145
Biar punya pengalaman
A ingin
Menginginkan
Mengarahkan
146
Selain itu ada alasan lain gak?
memperbanyak
adanya relasi
kegiatan
147
Biar banyak temen, kan disana banyak temennya.
relasi pertemanan
sosial.
(Relasi sosial)
148
Gimana perasaannya waktu tau juara tiga?
(143)
149
Gak nyangka seneng, lalu kalo ada lomba pidato lagi malah aku yang minta. Ikut lomba apa aja?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4. Guideline Wawancara Triangulasi Data Panduan Wawancara Orangtua Subjek (Triangulasi Data) No 1.
Aspek yang Diungkap
Deskripsi
Latar belakang orangtua dan
a. Keadaan rumah dan keluarga
keluarga
b. Relasi antar anggota keluarga c. Pandangan lingkungan sosial terhadap subjek d. Pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga
2.
Latarbelakang sosial
a. Keadaan lingkungan tempat tinggal b. Relasi dalam lingkungan sosial c. Pandangan lingkungan sosial terhadap subjek
3.
Sikap dan perbedaan sikap
a. Keadaan subjek sebelum peristiwa
subjek sebelum, saat, dan
b. Keadaan subjek ketika mengalami peristiwa
setelah mengalami peristiwa
c. Keadaan subjek setelah mengalami peristiwa d. Usaha yang dilakukan ketika subjek mengalami peristiwa
4.
Peran orangtua dalam
a. Pola asuh yang diterapkan
pendampingan subjek
b. Usaha orangtua dapat mendamping subjek melewati peristiwa
5.
Harapan orangtua
a. Keinginan orangtua terhadap subjek b. Tuntutan dari orangtua yang diberikan kepada subjek
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
Lampiran 5 . Informed Consent Orangtua Subjek 1 (Triangulasi Data)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 6 . Informed Consent Orangtua Subjek 2 (Triangulasi Data)
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 7 . Contoh Analisis Triangulasi Data No
Verbatim
Ringkasan
Interpretatif
Diagnosa Tematik
Sub Tema
Interpretatif 1
Kemarin ibu cerita, A sekarang tidak sebahagia dulu?
2
Ya mungkin..eee dalam arti bukan karena dia tuanetra trus Menurut ibu A, A Menurut ibu A, A Kepercayaan akan Adanya figur
3
gak bahagia. Tapi yang namanya begitu kan butuh sering diam bukan diam karena A ajaran agama (2-29) yang menjadi
4
penyesuaian kan ya. Yang dulu bisa melihat sekarang berarti tidak bahagia diajarkan
5
enggak. Sekarang ngadepin orang kan kalau gak liat kita atau marah, tetapi A agama mengatur
6
gak tau. Mau dia membelakangi kita diatas kita mau dia menjadi lebih diam sikap A (2-29)
7
senyum atau apa gitu kan gak tau. Marah juga apa dibandingkan dahulu
8
namanya gak bisa melihat, mungkin jadi dia banyak karena sekarang A
9
diamnya karena seperti itu. Kalau tadinya kan karena kita tidak dapat melihat
10
sama-sama mungkin apa namanya ya bercanda ya segala lawan bicaranya dan
11
macem karena kita masih awas jadi masih bisa lihat karena sekarang A
12
sekarang sering diemnya. Dia kalau ditanya baru mungkin bersekolah
13
jawab tapi kalau gak nganu paling apa nanya banyak sekolah islam yang
14
diemnya terus bedanya juga, bedanya di sini anu juga mengajarkan aqidah-
15
mungkin di sini kan sekolah Islam jadi mungkin untuk aqidah sikap seorang
16
jadinya kan dia ada pelajaran agama ada akhlak itu anak muslim (2-29)
17
mungkin buat anak muslim itu gak boleh yang giniginigini
18
dari bicara ketawa dan sebagainya mungkin udah
di
111
ajaran
model (2-29)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112 19
diterapkan selama berapa bulan disini, mungkin lho
20
menurut saya itu juga ada sedikit perbedaan di situ. Kita
21
kok apa kalau perempuan bicaranya gak boleh seperti itu
22
mungkin, bicara juga harus yang santun, itu kan jadinya
23
kalau di sekolah kalau di sekolah umum kan banyak
24
perbedaannya di situ. Mungkin Aqidahnya juga ada
25
pelajaran dalam Aqidah kita.
26
Aisya bercerita seperti itu bu?
27
Emmm kalau saya menilai seperti itu gitu lho. Saya sendiri
28
menilai dia seperti itu, karena sebetulnya dia diem bukan
29
juga berarti dia diem marahkan. Kalau saya tanya dia apa
30
segala macem ya dia biasa maksudnya kalau ada yang
31
tidak nganu ya dia itu, kayak tadi dia bilang, mah aku IPS Ibu A mengatakan A Ibu A memberi Figur
32
nya 90 pelajarannya ini-ini-ini. Ooo pinter adek bagus gak pinter
33
ada yang diremidi soalnya nilainya bagus semua. karena nilai-nilai A prestasi A (31-41)
34
Allhamdullilah terus apa namanya, ya mudah mudahlah bagus (31-41)
35
dulu aja aku temen 35 mosok aku juga bisa dapat rangking
36
3 gitu yak, bisa mengalahkan masak sekarang yang
37
orangnya dikit gak bisa dapat rangking kayak gitu tadi ia
38
bilang. Tadi makanya aku juga sering tak kasih hebat lah
39
mungkin juga nanti dapat anu lah karena nilainya sudah
dan
hebat sanjungan
akan (31-41)
pendukung Pola
asuh
orangtua (3141)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113 40
kelihatan misalnya bagus ya nanti otomatis rangkingnya
41
juga bagus yang penting sekarang ya usahanya.
42
Dari dulu dari kecil apakah yang dia kejar ia prestasi?
43
Iya betul karena saya dan bapaknya seperti ini lho, apa Menurut ibu A, tugas Menurut ibu A, Kebutuhan
Harapan
44
yang anak minta pasti saya kasih, tapi saya dengan catatan pertama anak adalah tugas
sosial
45
satu, ya harus balance dalam arti kamu kalau yang nomor belajar dan ibu akan anak
46
satu kan ya hanya belajar kalau anak gak perlu ee cuma mengiyakan
47
belajar dan main kan. Kalau yang diminta ya harus memberi apa yang anak
48
orangtua kasih ya, maksud e apa yang dia anukan itu ya anak
49
saya harus berusaha bagaimana anak saya minta ini juga nilai anak bagus (43- sesuatu
50
pasti orangtua ngasih karena aku juga berprestasi gak 55)
harus berprestasi
51
mungkin misalnya ma aku minta beli ini, ya besok kalau
dahulu (43-55)
52
misalnya nilainya bagus mesti saya kasih seperti itu dulu
53
biar usaha gak langsung saya belikan karena biar anak itu
54
punya ah yah biar bisa nanti apa namanya biar belikan ini
55
aku harus bekerja giat, kan seperti itu jadinya. Saya
56
memang dari kecil, dari yang besar itu ya, kalau TV itu
57
hanya boleh kalau malam minggu, tanya ke A kalau gak
58
percaya, hanya malam minggu, begitupun ngajarin ke A
59
pun sama. Jadi kalau tidur pun mau dari jam berapa pun
60
setelah sholat maghrib setelah itu silahkan sampai pagi
minta
pertama berprestasi (43-55) adalah
akan belajar dan jika ingin
kalau mendapatkan anak
dalam
keluarga (4355)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114 61
pun gakpapa kalau malam minggu, tapi kalau hari-hari
62
biasa sebelum maghrib pasti boleh liat tv, tapi kalau
63
setelah maghrib harus belajar, dari yang besar pun sama.
64
Yang besarpun sama, dia selalu tiga besar sampai dengan
65
SMK juga dapat tiga besar karena memang dari dulu anak
66
pertama dulu. Gak bisa saya ngasih bekal apapun kecuali Ibu A merasa tidak Ibu A ingin A Harapan
67
hanya dalam pendidikan itu kalau saya sendiri gak dapat
68
berpendidikan gak mungkin apa kalau dikasih harta aja bekal
kecuali yang tidak bodoh
69
bisa abis kalau namanya ilmu kan karena saya sendiri pendidikan
karena (66-70)
70
orang bodoh kalau bisa anak saya jangan jadi bodoh harus ilmu tidak dapat abis
71
lebih dari saya, seperti itu, kalau saya. Jadi anak ini gak dan
72
pernah kaget gak pernah itu temen-temenku kok liat tv dirinya
73
bebas gak kayak saya it utu gak pernah protes seperti itu, sehingga
74
dia kalau misalnya udah maghrib, kadang-kadang kalau ingin
75
ada tamu ada apa saya kan menghargai ada tamu yaudah menjadi bodoh juga
76
tv nyala kadang ia bilang gak tau ya mah kalau ini jam nya (66-70)
77
belajar, ya itu kan tamu gak ngerti aturannya beda dengan
78
rumah kita, rumah kita beda dengan rumah oranglain kan
79
beda gak sama. Jadi dari yang besar itu udah terbiasa jadi
80
ketemu A pun sama gitu dilanjutin seperti itu. Jadi
81
pendidikannya dari anak satu itu kan cowok, cuman saya
memberikan menjadi
ibu A merasa bodoh ia
tidak
anaknya
akan Harapan
orang prestasi anak (66- sosial 70)
dalam
keluarga (6670)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115 82
itu bilang ke Bapaknya karena A itu cewek jangan terlalu Ibu A mengatakan Orangtua
83
harus, kalau yang besar itu kan harus dapet rangking satu kepada
84
terus misalnya aku mau sekolah di SMK mau ambil mesin, agar jangan terlalu prestasi
85
saya bilang boleh di SMK tapi harus di negeri. Kalau mengharuskan
86
enggak di negeri mending gak usah masuk SMA aja. Itu berprestasi
87
udah saya bilang kamu bagaimana caranya kamu harus kakaknya karena A
88
punya nilai yang bagus orangtua gak harus pusing nganter seorang wanita (81-
89
kesana kemari, kamu harus pokoknya kamu dari sini lulus 91)
90
harus dapet satu sekolah. Kalau tidak terima harus cari
91
SMA yang lain karena misalnya itu SMK yang lain-lain
92
itu kan kebanyakan anak-anak bebaslah lain dengan
93
peraturan yang Negeri, kalau di sana kan ketat. Nah seperti
94
itu aturannya. Jadi yaudah entah bagaimana caranya saya
95
cuma berusaha jadi saya tu begitu anak mendapat nilai
96
bagus pun saya sendiri ada permintaan yang diminta
97
bagaimana caranya harus mengabulkan permintaan karena
98
anak juga sudah berjuang bagaimana caranya. Berjuang
99
waktu kondisi A waktu lagi sakit, A gak pernah ada kata-
100
kata sampai tetangga depan rumah bilang udah sakit gitu
101
nilainya masih aja bisa bagus ya bikin sakit hati. Karena
102
A sakit itu bukan jadi halangan. Yang sakit kan bukan
suaminya memiliki
A Kebutuhan
target prestasi (81-91)
sosial
untuk
keluarga (81-
A anaknya (81-91)
seperti
akan Harapan
91)
dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116 103
pikiran dia, iya kan. Bagi dia itu yang sakit matanya dia, Ibu A mengatakan Ibu
104
makanya dia kenapa sih sekolahan di sini gak ada yang bahwa
105
nerima aku. Itu kan pikirannya sehat cuma matanya aja adalah mata A bukan menjadi
106
yang sakit. Tapi kan tau sendiri kan sekolah di sini tau pikirannya sehingga penghalang
107
sendiri to bukannya apa alatnya yang harus, karena tidak menghalangi A prestasi A (102-
108
bantuan dari peta dari pelajaran-pelajaran gambarnya kan dalam sekolah (102- 106)
109
juga harus komplit. Kalau sekolah umum yang belum apa 106)
110
namanya inklusi kan belum ada yang seperti itu. Padahal
111
kan kalau yang inklusikan sudah ada yang dari pemerintah
112
kalau emang itu gak terlalu ribetlah gak kayak sekolah-
113
sekolah umum. Kecuali di Jogja karena mungkin juga
114
karena kota pelajar jadi hampir sekolah itu udah inklusi.
115
Gitu…
116
Beda berapa tahun sih bu kakaknya dan A?
117
8 tahun kah ya. Kakaknya kelas tiga A lahir.. iya beda 8
118
tahun
119
Sekarang kakaknya sudah kerja?
120
Iya sekarang kakaknya sudah kerja. Dari sekolahan itu
121
sudah diambil mungkin berprestasi terus langsung
122
dimasukin kerja. Kayak gitu. Dia ambil pemesinan begitu
123
selesai terus diambil itu. Sudah 2 tahun ini.
yang
A
merasa, Pantang menyerah Pola
sakit sakit A tidak akan dalam
mencapai (102-106)
prestasi (102-106) bagi
Asuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117 124
Berarti ibu dan bapak di rumah sendiri?
125
Iya berdua aja. Anak-anak di sini kan makanya jadi suka
126
kangen gitu makanya kalau saya gak malu saya sering-
127
sering kesini karena saya lebih deket sama yang cewek ini Ibu A lebih dekat Ibu A ingin berada Figur
128
si kecil itu, pengen saya itu dulu oh sudah mulai masa dengan A dibanding mendampingi
129
remaja padahal mau mulai men situ kan udah mau SMP dengan kakak A dan (127-131)
130
kelas 6 akhir jadi kan itu masa-masa yang saya kepengen ibu
131
ada di sampingnya dia tapi kan ndak bisa kalau udah disamping A pada
132
berkehendak lain kan ya harus berdiri sendiri. Dalam masa A menginjak
133
kondisi kegelapan harus jauh dari orangtua jadi seperti itu. masa
134
Emmmmm…. Bapak ibu bekerja di sana?
135
Saya enggak, saya ibu rumah tangga aja di rumah. Bapak
136
aja, ibu ikut bapak aja. Di PT aja PTK Pertamina
137
Tongkang di bagian perkapalan. Di ngurusin administrasi
138
tapi di bagian kapal. Bukan di pelabuhan tapi di pinggir
139
laut itu tapi bukan pelabuhan, kalau pelabuhan kan ada
140
sendiri.
141
perusahaannya. Rumah saya kawasan industri juga
142
pertamina dan holcim ada di sana. Di cilacap itu sana.
143
Saya rumahnya depan holcim persis rumahnya.
144
Bapak ibu asli situ?
Kan
kalau
perusahan
besar
ingin
remaja
(127-131)
ada
anak
berada
ini
A (127-131)
pelindung Pola
Asuh
(127-131)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118 145
Saya asli Ciamis, bapak asli situ. Itu yang besar kelahiran
146
Ciamis itu tapi besarnya di Cilacap juga. Kan dulu saya
147
merantau terus balik ke Cilacap.
148
Kok bisa ketemu sama bapak bu, hehehe?
149
Hehehe kan dulu bapak di pertamina Cilacap, bapak
150
mertua, bapaknya suami, terus tinggal di UPPDN terus
151
bapak pindah rumah ke Jawa Barat, terus ketemu di situ,
152
dulu bapaknya kuliah di pelayaran di Tasik terus ketemu
153
sama saya.
154
Ketemu di sana? Ibu juga kuliah di pelayaran?
155
Enggak, saya enggak sekolah mb, hehehe. Cuma tamat
156
SMA. Kan tinggalnya di Jawa Barat mb deket dengan saya
157
akhir ketemu yaudah makin deket.
158
Kalau dalam pertemanan, ada perbedaan pada A
159
tidak bu waktu sebelum tunanetra dan setelah?
160
Kalau sebelum di sini iya. A juga merasakan ada teman
161
dalam satu kelas itu, padahal dia itu sakit yang anu nya itu
162
kan yang kelas enam, berteman itu kan dari kelas 1 sampai
163
kelas 6. Ada juga teman yang di kelas enam itu yang suka
164
ngebo.ongin tau. Kayak misalnya naik-naik-naik, itu awas A
165
naik-naik padahal itu gak ada naik, dibohongin, gitu aja. menghiraukan
tidak A membalas sikap lingkungan
Pola
Asuh
(163-180)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119 166
Mungkin namanya anak ya usil lah, iseng. Tapi A ejekan
167
termasuk anak yang ah… gak dianuin lah, gak dihiraukan temannya, ia hanya (163-180)
dari ibu ke A (163-
168
lah, wong sampe itu dia pake emergency aja temennya mengatakan jangan
180)
169
bilang kayak gini, ah belajar kok pake lampu emergency kayak gitu ya Allah
170
mbok kae sisan nganggo lampu stadion. Ada yang bilang (163-180)
171
kayak gitu. A paling cuma bilang, kamu jangan kayak gitu
172
ya Allah. A jalan kadang kan ada pas ada apa gitu karena
173
belum bisa apa ya, ya belum hapal lah, karena masih baru
174
kan, waaaa kui mlaku ne, jalannya itu nubruk-nubruk apa
175
itu. Kadang dia nunggu temennya sahabat deketnya
176
nunggu depan pintu gandengin. Ya gak semua temen gak
177
baik, ya ada yang baik juga, mungkin karena enggak suka
178
kalau kayak A tu kalau ulangan atau apa jawab pertanyaan
179
dulu kadang A udah jawab duluan nanti bisa pulang
180
duluankan dulu masih low vision. Kan saya juga anter
181
jemput, tadinya kan dia bawa sepeda sendiri, tapi terus aku Ibu
182
takut lah ma kalau udah pulang siang itu ramai sekali. Aku jemput A sekolah usaha
183
takut apalagi kondisinya panas kan itu ngaruh kondisi karena jalanan ramai menanggulangi
Figur
184
penglihatannya. Terus begitu udah mau ujian itu saya ke dan kondisi panas sakit A (180-188)
dan pelindung (180-
185
YAP itu kurang 2 minggu pas A masih bisa lihat low dapat mempengaruhi
188)
186
vision lihat obyek warna sekalipun cuma tulisan yang gak penglihatan A, selain
A
teman- dengan
halus Pandangan
positif
mengantar Ibu A malakukan
Pola
untuk
Asuh
(180-188) pendukung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120 187
bisa jelas. Disarankan di sini kan. Dokter jangan yang sore itu ibu mengantar A
188
lah, saya terlalu malam kalau pulang ke CIlacap.
189
Kalau teman-teman A seperti itu, biasanya A ujian (180-188)
190
bagaimana?
191
Biasanya A, iii jangan seperti itu lah, kalau misalnya yang
192
sakit kamu seperti aku, kamu juga belum tentu bisa kuat
193
kayak aku, kan dia selalu bilang kayak gitu. Dia kalau gitu
194
ia terima dengan lapang, kalau diceritain kayak gitu kan Ibu A tidak tega jika Ibu
195
yang nangis kadang kan saya. Suka gak tega (nangis) kan A diejek-ejek oleh menerima
196
yaudah lah ma biarin aja, kan lama-lama kan malu sendiri temannya tetapi A lingkungan
Figur pendukung
197
bahkan ada temennya kamu kenapa sih kalau di ejek mengatakan
(194-205)
198
temennya kok gak pernah marah? Trus yaudah gimana ibunya
199
temen-temen yaudah tau kenapa harus ngejek. Cuma membiarkan teman- menerima
200
kadang bilang, awal-awal itu bilang coba aku masih bisa temannya dan tidak penjelas A (194-
201
lihat seperti dulu mungkin bisa bareng temen-temen dulu. menyesali
202
Cuma satu dua yang berteman di SMP. Dia sendiri juga terjadi
203
yang jawab, udah lah gak perlu disesalin, kalau disesalin percuma (194-205)
204
malah percuma, gak usah, dia suka jawab seperti itu juga,
205
tapi kalau begitu kan kadang yang gak teganya saya mb.
206
Terus biasanya A meminta pertolongan ke siapa
207
begitu bu?
ke
YAP
sebelum
A
tidak
yang 205) karena
Asuh
(194-205)
ke memperlakukan agar A,
Pola
tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121 208
Ia dulu pernah sama guru kelasnya bilang, waktu dia
209
seperti ini mb, dari nilai, waktu dulu saya kasih sangu itu
210
an 5ribu atau berapa. Nah ada temen, dia minta tolong,
211
tolonglah aku dibantu, dibacakan aku gak kelihatan di
212
depan, ini kamu yang nulis nanti aku kasih uang. Nah itu
213
dari nilainya. Misal e dari uang itu sangu terus kalau sangu
214
kok selalu habis katanya beli apa beli ini tapi dia belum
215
bilang apa ternyata dikasih ke temen. Ternyata temennya
216
itu hanya menjerumuskan aja, jadi kalau misalnya ini 909
217
misalnya kayak gitu, kok diitung-itung gak ada dari
218
jawabnya yang ini, dia maju-maju terus deket ke papan
219
tulis. Ooo ternyata aku dibohongin sama temennya yang
220
awas itu, ternyata 606, makanya aku nyari-nyari kok nyari
221
dari a b c gak ada yang ketemu isinya. Terus lha ini terus
222
langsung ketemu, terus yaudah ada juga A nanti tolong lah
223
ya yang salah disilangin betul ya, nanti kalau disilangin
224
betul nanti punyamu juga tak silangin betul. Nah kayak
225
gitu A terus ayem, oh ya disilangin punya dia, dia kan dari
226
98 cuma salah berapa orang sama A disilangin betul
227
semua, ternyata jawabannya punya A lebih banyak yang
228
betul tapi disalah-salahin. Kenapa kok aku dapet nilai 5,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122 229
terus begitu mau tidur malem, itu udah lama mb pas
230
kondisi masih lihat cuma udah gak jelas lihat papan tulis,
231
terus dia bilang, Mama, mama jangan marah ya, kenapa
232
sih nilainya A sekarang jelek-jelek banget, kenapa jelek-
233
jelek kan tiap hari juga belajar sama mama, dia belajar
234
sama saya mb karena kalau baca sendiri terlalu lama saya Ibu A menanyakan Ibu A protes akan
Harapan
235
kasihan. Kenapa jelek-jelek. Ternyata ada temennya yang kenapa
sosial
236
satu bilang kalau temennya A bilang disilang itu enggak mendapatkan
237
diisi jadi A seolah-olah gak pernah ngerjakan. Jadi punya jelek padahal sudah
238
dia salah dibetul-betulkan tapi punya A gak disi jadi belajar bersamanya
239
kosong gak disilangi nah dari situ dia baru tau ooo ternyata (231-235)
240
temen di sini itu gak semua temen baik ya ma. Padahal
241
kalau saya diminta tolong saya minta tolong juga aku
242
kasih uang jajan, aku kasih uang. Oooo jadi selama ini
243
adek sangunya bis dikasih kan, iya ma maaf ya aku gak A
244
bilang karena takut dimarahin mama, jadi aku minta kepada
245
tolong dibacain orang bu guru juga sudah bilang siapa karena
246
yang mau dampingin A, tolong lah, terus dia udah dimarahin (243-244)
247
ngacung, saya bu Guru kan sebangkunya. Terus bu guru
248
nanya kan saya lagi pulang dari jogja, saya kan bolak-balik
249
jogja satu minggu sekali sebelum di sini buat berobat saya
tidak
A hasil prestasi A nilai (231-235)
Kebutuhan
akan keluarga (231-
prestasi (231-235)
bercerita A segan dengan
235)
Pola
ibunya ibunya (243-244) takut
dalam
Asuh
(243-244) Sosok
ibu
yang
disegani (243-244)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123 250
sama A, untuk berobat A. Nah itu pulang dari Jogja, bu
251
guru tanya empat mata, terus tanya A gimana kondisi dari Ibu
252
Jogja, terus kasih tau nah terus bu guru A mau bilang, kepada
ibu
253
ternyata selama ini A bukannya dibacain sama A tapi A bahwa
A
254
disalih-salahin. Jadi yang ngitung A tapi yang isiin malah dibohongi temannya (250-266)
lingkungan
255
Anggita. Jadi kalau A bilang dia ngisi tapi punya A malah sehingga
266)
256
gak diisi. Oh makanya bu guru juga kaget kenapa nilainya menjadi menurut dan
257
A juga begini, makanya bu guru juga bingung. Itu yang ibu guru menerima
258
bilang A sendiri ke bu guru. Terus abis itu A bilang, ma A pernyataan
259
udah ayem udah bilang ke bu guru karena selama ini A karena ibu guru juga
260
disalah-salahin terus sama temen-temen. Bu tolonglah A merasakan ada hal
261
tu gak usah dibacain temen, tolonglah A biarkan duduk yang aneh jika nilai
262
sendiri aja. Jadi A mau pake emergency jadi gak usah gak A menjadi menurun
263
perlu dibacain. Soalnya dibacain juga bukannya dibetulin sehingga permintaan
264
tapi malah disalah-salahin terus bu guru bilang, oh A disetujui oleh ibu
265
ternyata curang ya temenmu, keliatannya aja baik. Terus guru untuk duduk
266
dipisah sama ibu guru, A pindah aja. Terus dia bilang A sendiri
267
jangan duduk sendiri nanti kamu gak bisa lihat kedepan. 266)
268
Gakpapa aku gak keliatan kedepan gakpapa nanti kalau
269
ibu guru nerangin aku langsung dengerin. Terus aku mau
270
liat sendiri aja pake emergency yang di LKS. Jangan,
menceritakan Lingkungan
Pola
guru mempercayai sering kemampuan
nilainya
saja
A
ibu
A
(250-
Asuh
(250-266) A Dukungan (250-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124 271
kamu sama aku aja tak bacain. Terus bilang enggak udah
272
bilang bu guru suruh duduk sendiri. Nah dari situ udah
273
berubah lagi nilainya, sampai matematika diremidi masak
274
nilainya jadi 5, gk biasa dia punya biji seperti itu biarpun
275
dalam kondisi kayak gitu. Abis itu bu guru tau, terus bu
276
guru kelasnya bilang sama bu guru matematika. Bu guru
277
ceritakan yang A cerita itu, ooo ya bener begitu dipisah
278
yang biji nya jelek-jelek itu temennya malah, kalau sendiri
279
aja bisa kenapa A orang kalau cepet-cepetan jawab A bisa.
280
Saya bilang A jangan mau dibodohi. Aku kan tadinya
281
utang budi ma, udah dibantuin. Utang budinya kasih uang Ibu A mengatakan Ibu
282
jajan, kasih nilai ya seperti itu, tapi ternyata aku yang di agar A jangan mau memberikan
283
bo.ongin karena aku gak bisa lihat. Abis itu dia bangkit, dibohongi
284
bangkit dalam arti anu, gurunya juga kaget begitu sendiri temannya (280-280)
285
langsung berubah lagi.
286
Lalu ibu bagaimana dengan anak itu?
287
Udah dibiarin aja, biarin aja lah. A juga, udahlah bu guru
288
A juga utang budi kok takutnya A tukang ngadu, yang Ibu A membiarkan Ibu
289
penting bu guru udah tau, setelah dipisah juga ada teman
290
perubahan kan. Setelah dibacain, dilalah yang bacain membohongi A dan langsung kepada Ibu A melepaskan
291
waktu tryout guru dari sebelahnya guru les braille eh guru ada ketakutan A jika
A
oleh penegasan
A
Pola
Asuh
(280-280) (280- Figur tegas (280-
280)
280)
A
tidak
Pola
yang bertindak
Asuh
(287-289)
masalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125 292
les nya itu cerita sama pak gurunya A. Pak ada anak nanti
A
dibilang lingkungan yang A takut kalah akan
293
tunanetra, tapi belum tunanetra sebenernya masih tukang
294
lowvision kalau diikutin lomba matematika hebat pasti itu, (287-289)
A takut dengan 289)
295
saya aja yang dikte masih omong dia udah bilang udah b
temannya
296
uterus yang ini baru dibaca soalnya, bu ada gak ini bener Ibu A menceritakan 289)
297
pak, cepet banget ngerjainnya, kalah anak-anak awas gitu ibu guru dan pak Ibu
298
guru bilangnya. Siapa namanya? Namanya A, oh itu yang guru
299
dilesin sama aku, terus pake guru bilang A yang baca in mengatakan
300
matematika bu ini bukan, oiya bener terus pak gurunya A seorang anak yang
301
cerita gini-gini-gini. Ternyata kondisi seperti itu pun dia pintar dan pantas ikut
302
gak keliatan katanya numpuk-numpuk keliatannya. Terus perlombaan
303
besok waktu ujian nasional, siapa yang akan mendampingi 301)
304
A? Dari dinas. Tapi tolong ya bu ada guru dari sini Ibu A menanyakan
Pola
305
maksudnya kalau sini kan tau kan bu kan kita gak semua pendamping untuk A Ibu A berusaha
(303-306)
306
orang baik. Nanti takutnya A betul nanti disalahin. sewaktu
307
Alhamdulilah kan dia dapet nilai 82 rata-rata. Nemnya nasional
308
juga bagus rangking 3 dari sekolah.
309
Itu temennya sebelum A kehilangan penglihatan semua orang itu baik aman (303-306)
310
memang seperti atau..
311
Ya dia memang mungkin sebetulnya kalau mau nyontek perkerjaan
312
dia tu apasih kalau dari kecil A saya usahakan ajarkan disalahkan (303-306)
mengadu menggangu A.
A
menurutnya,
dan
takut
lingkungan
(287-
(287Harapan
A
bangga
sosial
dalam
yang akan prestasi A Kebahagiaan akan keluarga (290bahwa (290-301)
pencapaian
(290- 301)
301)
(290-
ujian agar
A
dapat Figur pendamping
karena mengerjakan tidak ujian
jika A
dan
pendukung
dengan (303-306)
Asuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126 313
jujur sih mb. Udah lah kalau gak bisa kerjakan sebisanya
314
aja gak perlu nyontek. Jadi temennya itu kalau nyontek tu
315
pinter misalnya, tadi ya nomer ini yang no 18 kok aku
316
bingung, nah dia tu sambil lihat tapi A kan gak berpikir
317
sampai situ nah dilalah orangtua yang lain itu bilang dia
318
itu orangnya pinter banget lho ati-ati lho sekarang duduk
319
sama A kalau nyontek gak pernah ketahuan. Orangtuanya
320
itu tu kerja sih ibunya, jadi dia gak begitu diperhatikan
321
orangtuanya. Waktu dapet rangking 1 itu dapet soal dari
322
manalah kan orangtuanya kerja di kelurahan deket dengan
323
siapa gitu. Orang A aja gak pernah les tapi kelas 6 semakin
324
sulit jadinya dia minta les, akhir-akhir dia udah gak nganu.
325
Saya ke sarjidto itu untuk menahan agar paling tidak
326
sampe ujian nasional, tapi akhirnya dibacakan. Terus sana
327
udah bilang, boleh ibu disuntik mata suntik apastin dua A dianjurkan dokter
Pola
328
kali suntik satu suntikan 5 juta tapi sana dokter belum bisa untuk
disuntik A dan ayahnya
(326-341)
329
menjamin karena baru mau mencoba buat retinanya A itu bagian
matanya tidak
330
mampetkan yang bawah nah itu biar melonggarkan tetapi ia tidak mau mencoba anjuran menyerah
331
jalannya peredaran darahnya. Jadi gimana dokter apakah karena suntikan di penyembuhan
lingkungan
332
ini menjamin? Saya belum tahu karena ini mencoba. mata adalah suntikan dari dokter.
341)
333
Mencoba di mata, A gak mau, karena suntikan di mata itu yang
paling
sakit
mau Dukungan dari (326-
Asuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127 334
kan yang paling sakit jadi ya sudahlah. Sampai sekarang baginya, selain itu A lebi memilih
335
tu dari sardjito masih telpon A disuruh dibawa kesana ayah A juga sudah untuk
336
bapak A sudah gak mau. A di sini malah udah gak mau tidak mau membawa prestasi
337
memikirkan harus berobat begini, saya udah bilang, A ini A ke sardjito karena dibandingkan
338
udah di jogja udah dekat. Alah enggak lah aku udah capek belum
339
aku minum-minum obat terus gak ada perubahannya gak kesembuhan.
340
ada yang semakin sembuh, udahlah mama gak usah Akhirnya A memilih
341
mikirin inilah aku mau fokus ke sekolah aja. Saya juga untuk
342
bingung, yang mau berobat juga dia, saya lakoni seminggu memikirkan
343
sekali mb kesini, sedangkan BPJS aja gak pernah saya pengobatan
344
pake pake umum saya kalo berobat karena beda, dari obat fokus
345
juga udah beda soalnya pernah satu kali waktu mau ganti saja, sementara ibu A
346
mata yang satu itu kata dokter bilang, kan sayang daripada bingung karena A
347
itu pake BPJS aja. Saya udah coba ngantri kesana-kemari yang mau berobat
348
eee harus minta tandatangan berulang-ulang karena saya saja tidak mau (326-
349
dari
350
persyaratannya harus lengkap gini-gini-gini. Sampe sini
351
antri BPJS terus mau ketemu sama dokter BPJS dulu, dah,
352
dokter saya mau ketemu, saya mau ganti asesoris aja ini
353
saya mau ketemu sama dokter. Oh dokternya kesininya
354
nanti siang, jamnya gak tau jam berapa. Ini aku dari pagi
cilacap
pindah
ke
rumah
sakit
jogja
dari 341)
menjamin kesembuhan (326-341)
tidak
ke
dan sekolah
fokus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128 355
sampe jam 2 belum juga kedokternya, udahlah aku cabut
356
aja, saya mau pake umum, ini saya kan jauh nunggu dokter
357
gak tau jam berapa. Ooyayaya bu temui dokter ini aja yang
358
biasa bikin asesoris, terus saya temuin langsung saya
359
bayar cash, gak lama kemudian langsung dipasang saya
360
pulang. Itu kan langsung perpanjang kan lama banget.
361
Yang dulu operasi itu aja 15 juta saya jual motor daripada
362
saya pake BPJS. Itu pake uang sendiri, BPJS dikoar-koar
363
anu tapi nyatanya malah… obat juga beda mb, ibu bpjs
364
atau umum, bpjs disebelah sana bu, apoteknya aja udah
365
berbeda. Perlakukan BPJS sama umum aja juga beda mb.
366
Kalau umum langsung digarap. Saya teliti untungnya.
367
Diteliti yang ketemu dokter itu siapa, yang mana
368
dokternya.
369
Gimana sih bu ceritanya waktu yang dioperasi itu?
370
Itu kan demam tinggi ada cairan dibola mata, demam
371
tinggi dibawa ke rumah sakit gak mau, kan A paling takut
372
sama rumah sakit apa lagi sama infus, saya rangkul udah
373
panas banget badan saya triak-triak gak mau waktu itu
374
Cuma berdua sama mamasnya waktu masih sekolah
375
kemarin itu. Bapaknya lagi kerja, bapaknya bilang udah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129 376
dibawa aja ke rumah sakit. Enggak enggak teriak itu,
377
masnya lari beli kompres demam itu pake kacu juga gak
378
mau turun-turun. Begitu paginya, gak bisa tidur tapi kok
379
matanya merah saya kedokter anak dikasih obat aja gak
380
ada perubahan panas turun terus panas lagi. Terus matanya
381
semakin merah, coba aja ke dokter spesialis mata, sampe
382
di sana dokternya bilang, bu ini anak ibu tekanan bola
383
matanya tinggi banget sampe 3 kali lipat, ini langsung aja
384
mondok, nah itu kan opname, terus akhirnya mondok tapi
385
gak ada perubahan terus pulang tapi pusing tak kasih obat
386
yang manggis itu pusingnya agak ilang. Terus aku bawa
387
lagi ke dokternya diperiksa lagi, dokternya gak bilang
388
kalau itu glukoma, dikasih obat teteskan tapi kok gak ada
389
perubahan. Terus anak ini tu udah infeksi terus tekanan
390
bola matanya tinggi terus gimana dokter, dokternya bilang
391
kasih obat ini bu kalau gak itu satu minggu kesini lagi.
392
Itu infeksi apa?
393
Gak tau itu dari pusing terus cairannya banyak terus
394
langsung banyak cairannya jadi kayak besar tu lho mb.
395
Terus gak itu, A juga bilang ini kok sembuh-sembuh
396
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130 397
merah terus. Lha gimana, kalau misalnya diangkat A mau
398
enggak? Trus dia jawab gakpapalah daripada mataku
399
merah terus begini.
400
Apa alasannya A?
401
Ya pokoknya gak maulah, gak mau keliatan matanya kan
402
yang satu merah terus yang item-itemnya kayak nyala
403
gitu. Ada cairannya di dalam itu. Dokternya bilang pas
404
balik lagi kesana, ini bu kayaknya kalau ini diangkat nanti
405
dikasih asesoris, tapi kalau mau dibiarin juga gakpapa tapi
406
sering pusing kata A seperti itu.
407
Tapi A paham kalau dioperasi itu berarti memang
408
sudah tidak bisa melihat?
409
Sudah, sudah tau orang waktu itu dia memang sudah tidak
410
bisa melihat jadi diambilpun sama juga seperti itu. Waktu
411
diambil itu, di paha kan dioperasi juga kan itu soalnya
412
matanya diambil semua dikerok bukan hanya kayak
413
katarak saja. Terus udahlah semuanya udah menerima tu
414
lho. Dah ikhlas udah diambil udah. Harus lepas jahitan
415
juga sampai teriak-teriak waktu itu.
416
Itu semua keinginannya A?
417
Iya, itu kan operasi kayak gitu kan kalau orangtua yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131 418
nyuruh takutnya gak mau kan. Apa lagi kalau di angkat Orangtua
A
419
kayak gitu kan. Terus dia jadi enggak malu. (A datang menyerahkan
420
menghampiri ibunya lalu kembali pergi)
keputusan
operasi Orangtua A takut Kurang peduli akan keterbukaan
421
Ini sekarang emang paling deket bertiga ini ya bu?
kepada
karena mengambil
422
Iya ini ada yang sama-sama Cilacap sekamar juga.
takut A tidak mau keputusan
423
Waktu dulu itu pernah mencoba alternatif?
dan malu (416-419)
424
Saya kayaknya enggak, enggak nyoba di situ, karena dulu
425
pernah pengalaman Bapak itu juga saya kurang begitu
426
percaya lagipula sekarang banyak alternatif yang kasih
427
tetesin segala macem ntar malah bisa bengkak gak karuan
428
kan.enggak, selama sakit itu cuma ke dokter aja udah.
429
Terus ceritanya bagaimana sampai mata yang satunya
430
juga terkena?
431
Ya itu kan abis ganti itu, asesoris itu, saya ganti. Sebelum
432
puasa ke sini. Satunya masih sehat, karena masih sehat
433
saya minta sekalian lah dok mata yang satunya diperiksa
434
sekalian. Oya masih sehat ini kata dokternya A juga masih
435
bisa baca yang jarak jauh. Udahlah satu jangan sakit,
436
iyalah dok saya bilang gitu. Udah pulang. Nah abis lebaran
437
kalau gak salah lebaran itu bulan Juni. Bulan Agustus, ma A
438
aku mau les ternyata itu dia udah sakit udah sekitar dua menceritakan kepada
A
Pola Asuh Tingkat
tidak
fisik anak (416-419) alternatif untuk
sakit A (416-419)
(416-419)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132 439
minggu tapi gak ngomong ke saya karena takut kalau saya ibunya karena takut A
440
masih inget sama yang kemarin satunya. Saya kan masih ibunya trauma akan membuat ibunya masalah baru (436-
441
trauma, jadi kalau bilang ada yang sakit gitu kan mesti kejadian mata yang khawatir
442
langsung kaget langsung gimana gitu. Dia pulang sekolah, lalu karena ibu A menjadi
443
saya dilalah seharian (A kembali menghampiri ibunya dan akan menjadi kaget (436-441)
444
mulai merengek. Interview berakhir karena A merengek dan khawatir akan A
445
meminta waktu untuk makan diluar bersama ibunya (436-441) sebelum ibunya kembali ke Cilacap)
tidak
mau A
dan 441) susah
menghindari