METODE, TEKNIK DAN STRATEGI ANJANGSANA PENYULUHAN PERTANIAN DI BP3K KECAMATAN POASIA KOTA KENDARI
SKRIPSI
Oleh : RENDI NIM: D1A1 11 118
PROGRAM STUDI/JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
METODE, TEKNIK DAN STRATEGI ANJANGSANA PENYULUHAN PERTANIAN DI BP3K KECAMATAN POASIA KOTA KENDARI
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Pertanian untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Agribisnis
Oleh: RENDI D1A1 11 118
JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
ABSTRAK Rendi (D1A1 11 118) Metode, Teknik dan Strategi Anjangsana Penyuluhan Pertanian Di BP3K Kecamatan Poasia Kota Kendari, dibawah bimbingan Mardin sebagai Pembimbing I dan Ima Astuty Wunawarsih sebagai Pembimbing II. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode, teknik dan strategi anjangsana terhadap pelaksanaan penyuluhan pertanian di BP3K Kecamatan Poasia Kota Kendari. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan januari 2016 dengan sampel sebanyak 8 orang. Data yang diperoleh melalui kuesioner dan wawancara dengan para petugas penyuluh yang berada Di BP3K Kecamatan Poasia Kota Kendari dan dianalisis secara deskriptif kualitatif yang didukung dengan uraian verbal, tabel, sajian data dan perhitungan persentase. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) penerapan metode anjangsana selalu dilakukan oleh petugas penyuluh di Kecamatan Poasia Kota Kendari, kunjungan anjangsana dilakukan sebanyak 2 sampai 3 orang yang dikunjungi dalam sehari dan bersifat kekeluargaan sehingga penyuluh dapat mengenal karakteristik tiap-tiap petani yang berada di Kecamatan Poasia. (2) Teknik penyuluh dalam pelaksanaan penyuluhan dengan metode anjangsana menunjukan tingkat kemampuan yang baik. (3) Strategi penyuluh dalam pelaksanaan penyuluhan selalu dilakukan melalui upaya pembinaan kepada petani dengan peningkatan PKS dan peningkatan kesadaran para petani yang semuanya telah tertulis dalam Programa Penyuluhan pertanian yang dibuat oleh penyuluh antara lain: (1) Intensifikasi Tanaman pangan dan Holtikultura, (2) Peningkatan Produksi Perkebunan, dan (3) peningkatan Produksi Peternakan. Kata Kunci : Anjangsana, Metode, Teknik dan Strategi
vi
ABSTRACT Rendi (D1A1 11 118) Anjangsana Methods, Techniques and Strategies of Agricultural Extension in BP3K of Poasia sub distric of Kendari City, under the direction of Mardin and Ima Astuty Wunawarsih. This study aims was to determine the application of anjangsana methods, techniques and strategies on the implementation of agricultural extension in the District BP3K Poasia Kendari. This research was conducted in January 2016, with a sample of 8 people. Data obtained through questionnaires and interviews with extension workers who were in the District BP3K Poasia Kendari and descriptive analysis supported by qualitative verbal descriptions, tables, data and percentage calculations. The results showed that (1) the application of methods anjangsana always done by extension officers in the district Poasia Kendari, anjangsana visit done 2 to 3 people visited in a day and a family-oriented so that counselors can recognize the characteristics of each farmer in Sub Poasia. (2) Mechanical extension in the implementation of counseling with anjangsana method showed good ability levels. (3) Strategies extension in the implementation of the extension is always done through the efforts of guidance to farmers to increase the MCC and increased awareness among farmers who have all been written in the Programa Agricultural extension created by extension, among others: (1) Intensification of Crops and Horticulture, (2) Increased Production of Plantation, and (3) improvement of Animal Production. Keywords: Anjangsana Methods, Techniques and Strategies
vii
RIWAYAT HIDUP
Kebahagiaan
dalam
sebuah
rumahtangga
adalah
kehadiran dari seorang anak sebagai anugerah yang diberikan oleh Allah SWT, dengan cinta dan kasih sayangnya maka penulis terlahir dan dititipkan dalam keluarga dengan orang tua yang penuh kasih sayang pula, dengan begitu maka ibunda tercinta Djuminah dan ayahanda tercinta Abdul Rauf memberikan penulis nama Rendi yang lahir pada tanggal 10 September 1992 di Desa Waworaha Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Pada tahun 2005 penulis lulus dari Sekolah Dasar Negeri 7 Wua-wua yang sekarang berganti nama menjadi Sekolah Dasar Negeri 16 Baruga. Tahun 2007 penulis lulus dari Sekolah Menegah Pertama Swasta Ilmiah Kendari, dan pada tahun 2010 penulis lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Kendari jurusan akuntansi. Pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Halu Oleo Kendari pada Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian.
viii
UCAPAN TERIMA KASIH
Subhanallah, Alhamdulillah, Laa Illaha Illallah, Allahu Akbar. Maha Suci Allah dan segala puji untuk-Nya. Penulis mengucapkan syukur yang mendalam, Berkat rahmat, karunia-Nya, dan segala kemurahan-Nya, sehingga seluruh rangkaian pendidikan ini dapat diselesaikan. Terkhusus, istimewa, dan spesial kepada Ayahanda dan Bunda atas doa, dukungan, kesabaran, dan curahan kasih sayang yang tiada habisnya. Engkaulah harta dan anugerah terbesar disepanjang hidupku. Terima kasih atas semangat, motivasi, dukungan, dan doanya. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Mardin, S.P., M.Si sebagai pembimbing I dan Ibu Ima Astuty Wunawarsih, S.P., M.Si sebagai pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan arahan-arahan untuk perbaikan skripsi ini. Penulis sadar, selama menempuh pendidikan di UHO dan terutama dalam penyusunan hasil penelitian ini tidak lepas dari hambatan-hambatan, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak maka hambatan tersebut dapat teratasi. Olehnya itu dengan segala kerendahan hati penulis menghanturkan rasa terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, M.S selaku Rektor Universitas Halu Oleo. 2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. I Gusty Ray Sadimantara, M.Agr selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo. 3. Bapak Awaluddin Hamzah, S.P., M.Si selaku Ketua Jurusan Agribisnis. 4. Bapak Abdul Gafaruddin, S.P., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Agribisnis. 5. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian terkhusus Jurusan Agribisnis. 6. Pegawai Administrasi Jurusan Agribisnis dan Fakultas Pertanian. 7. Ibu Ketua Koordinator Penyuluh dan para pegawai di BP3K Kecamatan Poasia serta ketua-ketua kelompok tani di Kecamatan Poasia, yang telah meluangkan waktunya untuk keperluan wawancara penulis.
ix
8. Bapak Rasmin terima kasih untuk tidak pernah bosan memberiku semangat dan motivasi untuk menjadi lebih baik 9. Senior-seniorku angkatan 2008-2009-2010 Kakanda Sofian, S.P, Irfan Kasim, S.P, Lutfi Faruki Hasyim, S.P, Asdifar Mirsyad, S.P, Azwar Arisman, S.P, terima kasih atas dukungan, motivasi, semangat dan doa yang diberikan kepada penulis. 10. Teman-teman Agribisnis 2011 (Tri Satrichal, La Hasrun, La Aman Tabia, La Roni, Risman, La Ode Ilham, Azlim, Rosiman, Ujang Hermansyah, Vivi Ristanti, Samirawan, Dahar, Asrianti serta teman-teman lainnya yang tidak sempat disebutkan, terima kasih telah memberikan semangat kebersamaan selama 5 Tahun ini. 11. Segala pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya penulis hanya bisa mengucapkan terima kasih atas segala batuan dan dukungan yang telah diberikan pada masa pendidikan dan penulisan skripsi ini, semoga Allah SWT membalas kebaikan kita semua dan penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saran dan masukan yang sifatnya konstruktif sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Namun penulis yakin bahwa skripsi ini nantinya akan bermanfaat untuk kemaslahatan umat serta gemilangnya masa depan sistem pertanian Indonesia.
Kendari, April 2016
Penulis
x
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL...................................................................................... i HALAMAN JUDUL. ........................................................................................ ii HALAMAN PERNYATAAN. ......................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv HALAMAN PERSETUJUAN PANITIA UJIAN. ......................................... v ABSTRAK. ........................................................................................................ vi ABSTRACT. ...................................................................................................... vii RIWAYAT HIDUP. .......................................................................................... viii UCAPAN TERIMA KASIH. ........................................................................... ix DAFTAR ISI...................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv DAFTAR TABEL. ............................................................................................ xv DAFTAR LAMPIRAN. ................................................................................. .. xvii BAB I .PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4 C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5 D. Kegunaan Penelitian ............................................................................ 5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penyuluh. ............................................................................................... 6 B. Penyuluhan Pertanian. ........................................................................... 8 C. Metode Penyuluhan Pertanian. .............................................................. 11 C.1 Anjangsana/ Kunjungan Rumah. .......................................................... 13 D. Teknik Penyuluhan ................................................................................. 14 E. Strategi Penyuluhan. .................................................................................... 17 F. Kendala Penyuluhan Pertanian ............................................................... 18 G. Balai Penyuluhan Pertanian Peternakan Perikanan dan Kehutanan (BP3K)................................................................................................... 19 H. Penelitian Terdahulu. .............................................................................. 21 I. Kerangka Pikir. ......................................................................................... 23
xi
BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian. ................................................................. 25 B. Populasi dan Sampel ............................................................................... 25 C. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 25 D. Variabel yang diamati ............................................................................. 26 E. TeknikPengolahan Data danAnalisis Data............................................. 27 F. Konsep Operasional. ............................................................................... 27 G. Indikator dan parameter .......................................................................... 29 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Wilayah. .................................................................... 34 A.1 Letak dan Luas Wilayah. ....................................................................... 34 A.2 Keadaan Tanah, Iklim dan Topografi. ................................................... 34 A.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin. .................. 35 A.4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan. .......................... 36 A.5 Keadaan balai Penyuluhan Pertanian Perikanan Dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Poasia. .................................................................. 37 A.6 Keadaan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Berdasarkan TingkatPendidikan. ............................................................................... 38 A.7 Pembagian Kelompok Tani di BP3K Kecamatan Poasia. ..................... 39 A.8 Keadaan sarana dan Prasarana Di BP3K Kecamatan Poasia. ................ 39 B. Hasil dan Pembahasan. ............................................................................. 41 B.1 Identitas Responden. .............................................................................. 41 B.1.1 Umur Responden. ................................................................................ 41 B.1.2 Tingkat Pendidikan Formal. ................................................................ 42 B.1.3 Lama Masa Kerja Petugas Penyuluh Lapang. ..................................... 43 B.2 Metode, Teknik dan Strategi Anjangsana Penyuluhan Pertanian. ......... 45 B.2.1 Metode Penyuluhan Anjangsana. ........................................................ 45 B.2.2 Teknik Penyuluhan Anjangsana. ......................................................... 50 B.2.3 Strategi Penyuluhan Anjangsana. ........................................................ 61 BAB V. Kesimpulan dan Saran. ...................................................................... 60 A. Kesimpulan................................................................................................ 63
xii
B. Saran. ......................................................................................................... 63 DAFTAR PUSTAKA. ....................................................................................... 64 LAMPIRAN....................................................................................................... 67
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
1. Kerangka Pemikiran Metode, Teknik dan Strategi Anjangsana Penyuluhan Pertanian di BP3K Kecamatan Poasia Kota Kendari............................................................................................ 24
xiv
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
1. Indikator dan Parameter SetiapVariabel Penelitian .............................. 2. Data Jumlah Penduduk Kecamatan Poasia Berdasarkan Kelompok Umur.................................................................................... 3. Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal Di Kecamatan Poasia ............................................................... 4. Pembagian Kelompok Tani Di BP3K Kecamatan Poasia.................... 5. Data Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di BP3K Kecamatan Poasia.................................................................. 6. Lama Masa Kerja Petugas Penyuluh Lapang Di BP3K 7. Kecamatan Poasia ................................................................................. 8. Penerapan metode penyuluhan anjangsana Di BP3K Kecamatan Poasia ................................................................................. 9. Penerapan metode anjangsana memudahkan penyuluh Menyampaikan materi penyuluhan ....................................................... 10. Metode anjangsana mampu menjalin hubungan baik dan mengeratkan tali kekeluargaan antara penyuluh di Kecamatan Poasia dengan para petani ..................................................................... 11. Kendala dalam penerapan metode penyuluhan anjangsana di BP3K Kecamatan Poasia .................................................................. 12. Kemampuan berbicara oleh petugas penyuluh Di BP3K Kecamatan Poasia ................................................................................. 13. Kemampuan motivasi dan persuasi oleh petugas penyuluh di BP3K KecamatanPoasia .................................................... 14. Kemampuan penyajian materi oleh petugas penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia .................................................................. 15. Kemampuan focus oleh petugas penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia ................................................................................. 16. Kemampuan observasi oleh petugas penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia ................................................................................. 17. Kemampuan evaluasi oleh petugas penyuluh diBP3K KecamatanPoasia .................................................................................. 18. Kemampuan perencanaan penyuluhan oleh petugas penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia................................................... 19. Kemampuan pencatatan dan pelaporan oleh petugas penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia................................................... 20. Pembinaan kelompok tani yang dilakukan oleh petugas penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia...................................................
xv
29 36 37 39 43 44 46 47
48 49 50 52 53 55 56 57 58 59 61
21. Kendala dalam pembinaan kelompok tani. ........................................... 22. Perhitungan kategori variabel penerapan metode anjangsana di BP3K Kecamatan Poasia Kota Kendari. ........................ 23. Perhitungan kategori variabel teknik anjangsana di BP3K Kecamatan Poasia Kota Kendari. .......................................................... 24. Tabel perhitungan kategori variabel strategi anjangsana di BP3K Kecamatan Poasia Kota Kendari. ...........................................
xvi
62 71 73 75
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. 2. 3. 4.
Halaman
Peta Lokasi Penelitian. .......................................................................... 68 Dokumentasi Penelitian. ....................................................................... 69 Perhitungan Kategori Variabel. ............................................................. 71 Kuesioner. ............................................................................................. 77
xvii
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian sekarang dianggap sangat penting, karena apabila pembangunan di wilayah ini gagal terutama dalam jangka menengah dan jangka panjang dapat berdampak terhadap pembangunan nasional secara keseluruhan. Mengingat pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian nasional, baik dilihat dalam kepentingannya untuk meningkatkan pendapatan sebagian masyarakat Indonesia maupun kepentingannya dalam memanfaatkan secara optimal sumber daya alam nasional, maka sudah sewajarnya sektor pertanian dijadikan motor pembangunan ekonomi bangsa. Salah satu pendekatan pembangunan dilakukan dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai pelaku utama pembangunan pertanian yaitu petani, pekebun, peternak, beserta keluarga intinya. Peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut diupayakan melalui kegiatan penyuluhan (Anonim, 2007). Kegiatan penyuluhan dalam pembangunan pertanian dapat menjadi sarana kebijakan yang efektif untuk mendorong pembangunan pertanian dalam situasi petani tidak mampu mencapai tujuannya karena keterbatasan pengetahuan dan wawasan. Sebagai sarana kebijakan penyuluhan, hanya jika sejalan dengan kepentingan pemerintah atau organisasi yang mendanai jasa penyuluhan guna mencapai tujuan petani tersebut (Van Den Ban dan Hawkins, 1999).
2
Petani membutuhkan informasi dibidang pertanian agar dapat melakukan praktek-praktek yang mendukung usahatani. Informasi tersebut dapat diperoleh petani
antara
lain
dari
PPL
(Penyuluh
Pertanian
Lapang)
melalui
penyelenggaraan kegiatan penyuluhan pertanian. Mardikanto dan Arip (2005) mengemukakan bahwa metode adalah cara penyuluh untuk mendekatkan dirinya dengan masyarakat sasaran. Kemampuan seseorang untuk mempelajari sesuatu berbeda-beda demikian juga tahap perkembangan mental, keadaan lingkungan dan kesempatannya yang berbeda-beda. Oleh karena itu perlu ditetapkan metode penyuluhan pertanian yang berhasil guna dan berdaya guna. Metode, teknik dan strategi penyuluhan adalah kumpulan dari berbagai cara proses penyuluhan yang dapat diterapkan sehingga penyuluhan tersebut menjadi lebih efektif dan efisien. Metode penyuluhan kunjungan anjangsana adalah kunjungan yang dilakukan dimana para penyuluhan datang ke rumah atau tempat tinggal kelompok sasaran untuk bertemu dengan kelompok sasaran. Penyuluh dituntut untuk menguasai metode, teknik dan strategi penyuluhan anjangsana agar perubahan kondisi petani sasaran dapat direspon oleh Penyuluh sehingga informasi yang disampaikan dapat diterima dan diterapkan petani di Kecamatan Poasia. Kecamatan Poasia pada tahun 2013 terdapat 6 jenis penggunaan tanah yaitu lahan bukan pertanian, tegal/kebun, lahan yang sementara tidak diusahakan, lahan tanaman kayu-kayuan, tanaman perkebunan, dan lainnya. Rincian penggunaan tanah yang terluas adalah lahan bukan pertanian yaitu 1.601 Ha, kedua yaitu tegal/kebun 1.202 Ha, lahan perkebunan 610 Ha dan lainnya 210 Ha,
3
lahan yang sementara tidak diusahakan 436 Ha. Sedangkan jenis tanaman yang diusahakan di Kecamatan Poasia terdiri dari tanaman pangan, Jenis tanaman bahan makanan yang diusahakan di Kecamatan Poasia terdiri jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang hijau dan kacang tanah. Produksi tanaman bahan makanan tertinggi dari lahan yang ada di Poasia dimana pada tahun 2013 adalah ubi kayu sebesar 2.166,48 ton, kedua yaitu jagung 957,93 ton, ubi jalar sebesar 387,84 ton dan kacang tanah 67,32 ton, sementara jenis tanaman buah-buahan yang diusahakan di daerah Kecamatan Poasia tahun 2013 terdapat 8 jenis komoditi. Diantaranya terdiri dari produksi Pisang 2.625 kuintal, Belimbing 48 kuintal, Pepaya 32 kuintal, Jambu Biji 8 kuintal, Jambu Air 15 kuintal, Nenas 6 kuintal, mangga 160 kuintal dan semangka 40 kuintal, sedangkan Jenis tanaman sayursayuran yang diusahakan di wilayah Kecamatan Poasia pada tahun 2013 terdapat 11 jenis komoditi. Nilai produksi terbesar dicapai oleh sayuran Kacang Panjang 2.345 kuintal, Petsai/Sawi 1.610 kuintal, buncis 369 kuintal, kangkung 360 kuintal, ketimun 290 kuintal, Tomat 300 kuintal, cabe Rawit 163 kuintal, cabe besar 90 kuintal, bayam 585 kuintal, terung 225 kuintal dan terakhir daun bawang 200 kuintal (Kecamatan Poasia dalam angka, 2013). Balai Penyuluh Pertanian Peternakan Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Poasia merupakan balai penyuluhan yang berada di Kecamatan Poasia. Balai Penyuluh ini memiliki tugas untuk menyediakan informasi mengenai teknologi pertanian, pasar dan permodalan kepada petani melalui penyuluh yang disalurkan melalui kegiatan penyuluhan. Kegiatan penyuluhan pertanian yang dilakukan oleh petugas penyuluh di Balai Penyuluh Pertanian
4
Peternakan Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Poasia bisa menjadi sarana kebijakan yang efektif untuk mendorong pembangunan pertanian di Kecamatan Poasia dan membantu para petani untuk meningkatkan hasil-hasil pertaniannya. Pengetahuan dan kemampuan petani sasaran dalam memahami suatu inovasi pada umumnya sangat terbatas sehingga metode, teknik dan strategi penyuluhan anjangsana menjadi hal yang penting dalam proses penyuluhan pertanian di Kecamatan Poasia karena kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh petugas penyuluh di Kecamatan Poasia harus mampu dihasilkannya petani yang mampu dengan upayanya sendiri mengatasi masalah-masalah yang dihadapi, serta mampu mengembangkan kreatifitasnya untuk memanfaatkan setiap potensi dan peluang yang diketahuinya untuk terus menerus dapat memperbaiki mutu hidupnya. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “Metode, Teknik Dan Strategi Anjangsana Penyuluhan Pertanian Di BP3K Kecamatan Poasia Kota Kendari”. B. Perumusan Masalah 1.
Bagaimanakah penerapan metode anjangsana penyuluhan pertanian yang dilakukan oleh petugas penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia Kota Kendari?
2.
Bagaimanakah penerapan teknik anjangsana penyuluhan pertanian yang dilakukan oleh petugas penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia Kota Kendari?
3.
Bagaimanakah penerapan strategi anjangsana penyuluhan pertanian yang dilakukan oleh petugas penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia Kota Kendari?
5
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui penerapan metode anjangsana penyuluhan pertanian yang dilakukan oleh petugas penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia Kota Kendari. 2. Untuk mengetahui penerapan teknik anjangsana penyuluhan pertanian yang dilakukan oleh petugas penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia Kota Kendari 3. Untuk mengetahui penerapan strategi anjangsana penyuluhan pertanian yang dilakukan oleh petugas penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia Kota Kendari. D. Kegunaan Penelitian 1. Memberikan gambaran tentang metode, teknik dan strategi anjangsana penyuluhan pertanian yang merupakan salah satu dasar kegiatan penyuluhan pertanian. 2. Sebagai bahan informasi bagi instansi terkait khususnya para Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yang bertugas didaerah BP3K Kecamatan Poasia Kota Kendari dalam meningkatkan mutu penyuluhan pertanian. 3. Sebagai bahan kajian untuk penelitian selanjutnya.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyuluh Van Den Ban & Hawkins (1999) menyatakan peranan utama penyuluhan dibanyak negara dahulu dipandang sebagai alih teknologi dari peneliti ke petani. Sekarang peranan penyuluhan lebih dipandang sebagai proses membantu petani untuk mengambil keputusan sendiri dengan cara menambah pilihan bagi mereka, dan dengan cara menolong mereka mengembangkan wawasan mengenai konsekuensi dari masing-masing pilihan itu. Menurut Suhardiyono (1992), seorang penyuluh membantu para petani didalam usaha mereka meningkatkan produksi dan mutu produksinya guna meningkatkan kesejahteraan mereka. Oleh karena itu para penyuluh memiliki peran antara lain sebagai pembimbing, organisator dan dinamisator, pelatih teknisi, dan jembatan petani dengan lembaga penelitian dibidang pertanian sebagai berikut: a. Penyuluh Sebagai Pembimbing Petani. Seorang penyuluh adalah pembimbing dan guru bagi petani dalam pendidikan non formal, penyuluh memiliki gagasan yang tinggi untuk mengatasi hambatan dalam pembangunan pertanian yang berasal dari petani maupun keluarganya. Seorang penyuluh harus mengenal baik sistem usahatani, bersimpati terhadap kehidupan petani serta pengambilan keputusan yang dilakukan petani baik secara teori maupun praktek. Penyuluh harus mampu memberikan bimbingan kepada petani tentang sumber dana kredit yang dapat digunakan untuk
7
mengembangkan usahatani mereka dan mengikuti perkembangan terhadap kebutuhan-kebutuhan petani yang berasal dari instansi-instansi terkait. b. Penyuluh Sebagai Organisator dan Dinamisator. Penyelenggaraan kegiatan penyuluhan para penyuluh lapangan tidak mungkin mampu untuk melakukan kunjungan ke masing-masing petani sehingga petani harus diajak untuk membentuk suatu kelompok-kelompok tani dan mengembangkan menjadi suatu lembaga ekonomi dan sosial yang memiliki peran dalam mengembangkan masyarakat sekitarnya. Penyuluh sebagai dinamisator dan organisator petani dalam pembentukan dan pengembangan kelompok tani. c. Penyuluh Sebagai Teknisi. Seorang penyuluh harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan teknis yang baik karena pada suatu saat akan diminta petani memberikan saran maupun demonstrasi kegiatan usahatani yang bersifat teknis. Tanpa adanya pengetahuan dan keterampilan teknis yang baik maka akan sulit untuk memberikan pelayanan jasa konsultan yang diminta petani. d. Penyuluh Sebagai Jembatan Penghubung Antara Lembaga Penelitian dengan Petani. Penyuluh bertugas menyampaikan hasil temuan lembaga penelitian kepada petani. Sebaliknya, petani berkewajiban melaporkan pelaksanaan penerapan hasil temuan lembaga penelitian yang dianjurkan tersebut sebagai penghubung, selanjutnya penyuluh menyampaikan hasil penerapan teknologi yang dilakukan oleh petani kepada lembaga penelitian yang terkait sebagai bahan referensi lebih lanjut.
8
Peranan dari penyuluh pertanian sebagai fasilitator, motivator dan sebagai pendukung gerak usaha petani merupakan titik sentral dalam memberikan penyuluhan kepada petani–nelayan akan pentingnya berusaha tani dengan memperhatikan kelestarian dari sumber daya alam. Kehadiran Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan peranan penyuluh pertanian di tengah-tengah masyarakat tani di desa masih sangat dibutuhkan untuk meningkatkan sumber daya manusia (petani) sehingga mampu mengelola sumber daya alam yang ada secara intensif demi tercapainya peningkatan produktifitas dan pendapatan atau tercapainya ketahanan pangan dan ketahanan ekonomi menurut Djari (2010) dalam Tabloid Agribisnis Dwimingguan Agrina (http://www.agrina-online.com). Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penyuluh pertanian adalah orang yang berperan sebagai pembimbing petani yang selalu memberikan penyuluhan kepada para petani akan pentingnya berusaha tani dan membantu para petani didalam usaha meningkatkan produksi dan mutu produksinya guna meningkatkan kesejahteraan mereka dengan memperhatikan kelestarian dari sumber daya alam. B. Penyuluhan Pertanian Pengertian penyuluhan pertanian menurut rumusan UU No.16/2006 adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan diri dan keluarganya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk
meningkatkan
produktivitas,
efisiensi
usaha,
pendapatan,
dan
9
kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Penyuluhan menurut Van Den Ban dan Hawkins (1999), diartikan sebagai keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar. Pendidikan penyuluhan adalah ilmu yang berorientasi keputusan tetapi juga berlaku pada ilmu sosial berorientasi pada kesimpulan. Ilmu ini mendukung keputusan strategi yang harus diambil dalam organisasi penyuluhan. Penyuluhan adalah sistem pendidikan luar sekolah dimana orang dewasa dan pemuda belajar dengan mengerjakan. Penyuluhan adalah hubungan kemitraan antara pemeritah, tuan tanah, dan masyarakat, yang menyediakan pelayanan dan pendidikan terencana untuk menemukan
kebutuhan
masyarakat.
Tujuan
utamanya
adalah
kemajuan
masyarakat (Kelsey dan Cannon, 1995). Menurut Suhardiyono (1992) penyuluhan merupakan pendidikan non formal bagi petani beserta keluarganya dimana kegiatan dalam ahli pengetahuan dan ketrampilan dari penyuluh lapangan kepada petani dan keluarganya berlangsung melalui proses belajar mengajar. Beberapa ahli penyuluhan menyatakan bahwa sasaran penyuluhan yang utama adalah penyebaran informasi yang bermanfaat dan praktis bagi masyarakat petani di pedesaaan dan kehidupan pertaniannya, melalui pelaksanaan penelitian ilmiah dan percobaan di lapang yang diperlukan untuk menyempurnakan pelaksanaan suatu jenis kegiatan serta
10
pertukaran informasi dan pengalaman diantara petani untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Penyuluhan pertanian didefinisikan sebagai pendidikan non formal yang ditujukan kepada petani dan keluarganya dengan tujuan jangka pendek untuk mengubah perilaku termasuk sikap, tindakan dan pengetahuan ke arah yang lebih baik, serta tujuan jangka panjang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Kegiatan penyuluhan pertanian melibatkan dua kelompok yang aktif. Penyuluh adalah kelompok yang diharapkan mampu membawa sasaran penyuluhan pertanian kepada cita-cita yang telah digariskan, sedangkan yang disuluh adalah kelompok yang diharapkan mampu menerima paket penyuluhan pertanian (Satraatmadja, 1993). Menurut Setiana, (2005) penyuluhan adalah ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan. Penyuluhan, dengan demikian dapat diartikan sebagai suatu sistem pendidikan yang bersifat non formal di luar sistem sekolah yang biasa. Menurut Mardikanto (2009) kegiatan penyuluhan diartikan dengan berbagai pemahaman, yaitu seperti: penyebarluasan informasi, penerangan atau penjelasan, pendidikan non formal (luar sekolah), perubahan perilaku, rekayasa sosial, pemasaran inovasi (teknis dan sosial), perubahan sosial (perilaku individu, nilai-nilai, hubungan antar individu, kelembagaan), pemberdayaan masyarakat (community strengthening).
empowerment),
serta
penguatan
komunitas
(community
11
Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi petani dan keluarganya untuk mengubah sikap, tindakan dan pengetahuan para petani ke arah yang lebih baik dengan tujuan untuk meningkatkan produktifitas usahatani dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. C. Metode Penyuluhan Pertanian. Mardikanto dan Arip (2005) mengemukakan bahwa metode adalah cara penyuluh untuk mendekatkan dirinya dengan masyarakat sasaran. Metode penyuluhan pertanian diartikan sebagai cara penyampaian materi penyuluhan pertanian kepada petani dan keluarganya agar bisa dan membiasakan diri menggunakan teknologi baru (Anonim, 2001). Menurut Hamundu (1997) bahwa dalam penentuan metode penyuluhan terdapat dua tingkatan pendapatan yaitu: 1.
Perlu memperhatikan keahlian dan teknik penyuluhan yang digabungkan disetiap metode.
2.
Perlu pemilihan satu metode terbaik atau kombinasi beberapa metode untuk mencapai tujuan dan strategi penyuluhan Metode penyuluhan adalah suatu cara yang dipilih atau terpilih oleh
penyuluh dalam mengadakan kegiatan penyuluhan. Pendekatan yang dapat diterapkan dalam pemilihan metode penyuluhan yaitu: 1.
Metode penyuluhan menurut indera penerimanya, terbagi tiga yaitu: indera penglihatan, indera pendengaran dan gabungan beberapa indera.
12
2.
Meode penyuluhan menurut hubungan dengan sasaran terbagi dua yaitu: komunikasi langsung dan komunikasi tidak langsung.
3.
Metode penyuluhan menurut keadaan psikososial sasarannya dibedakan menjadi tiga yaitu: pendekatan perorangan, pendekatan kelompok dan pendekatan massal (Mardikanto, 1993) Metode perseorangan merupakan metode penyuluhan yang ditujukan bagi
petani secara perseorangan yang memperoleh perhatian khusus dari penyuluh lapangan. Seorang petani yang dikunjungi penyuluh lapangan secara individu karena petani tersebut mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan usahataninya, misalnya mengalami kesulitan dalam memberantas hama tanaman padinya (Suhardiyono, 1995). Kegiatan penyuluhan menggunakan metode kelompok mengarahkan sasaran kegiatannya pada petani secara berkelompok atau kelompok tani. Kegiatan ini melibatkan kegiatan tatap muka secara langsung antara penyuluh lapangan dengan kelompok tani (Suhardiyono, 1995). Suhardiyono (1995) mengatakan bahwa kegiatan penyuluhan menggunakan metode massal mengarahkan sasaran kegiatannya kepada masyarakat tani pada umumnya. Pelaksanaan penyuluhan menggunakan metode ini dapat terjadi tatap muka secara langsung antara penyuluh lapangan dengan petani, misalnya dalam memperkenalkan proyek baru pada suatu daerah tertentu. Namun dapat juga tidak terjadi kontak secara langsung antar petani dengan penyuluh lapangan karena penyuluh lapangan menggunakan media radio, televisi atau sarana komunikasi
13
yang lain. Metode penyuluhan yang dapat diterapkan di Kecamatan Poasia Kota Kendari antara lain: C.1 Anjangsana/ Kunjungan rumah. Menurut Suriatna (1998) anjangsana/ kunjungan rumah adalah suatu hubungan antara penyuluh dengan petani dan keluarganya di rumah maupun di lahan usahataninya untuk tujuan tertentu. Tujuan dari metode ini yaitu untuk berkenalan dan mendapatkan kepercayaan petani, bertukar pikiran, mengajar keterampilan dan menemukan masalah-masalah yang tidak disadari oleh sasaran. Sedangkan defenisi menurut Pedoman Umum Pemilihan Metode Penyuluhan Pertanian, anjangsana adalah suatu kunjungan terencana yang dilakukan oleh penyuluh ke rumah/ tempat usaha keluarga tani dengan suatu tujuan tertentu (anonim, 2015) Penerapan metode kunjungan rumah oleh penyuluh pertanian dilaksanakan sebagai upaya menjangkau setiap petani yang belum menerapkan teknologi anjuran dengan baik serta kondisi sosial budaya masyarakat yang tertutup terhadap inovasi baru sehingga perlu pendekatan secara individu. Hal ini menunjukan bahwa metode kunjungan rumah dilakukan guna menjalin kemitraan antar penyuluh pertanian dan petani yang belum menerapkan teknologi anjuran maupun terhadap tokoh adat (anonim, 2015). Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa metode penyuluhan pertanian adalah cara penyuluh untuk mendekatkan dirinya dengan masyarakat petani dengan penyampaian materi penyuluhan pertanian kepada para petani beserta keluarganya untuk membantu menyelesaikan
14
permasalahan
yang
dialami
para
petani
dalam
melaksanakan
kegiatan
usahataninya agar para petani bisa dan membiasakan diri menggunakan teknologi baru. D. Teknik Penyuluhan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), teknik adalah metode atau sistem mengerjakan sesuatu. Pengertian tentang teknik penyuluhan harus dikuasai oleh setiap petugas penyuluhan dalam setiap kegiatannya, agar penyampain materi penyuluhan dapat efektif dalam menjangkau sasaran khalayak. Istilah teknik berasal dari bahasa Yunani “technikos” yang berarti keterampilan. Keberhasilan dalam suatu aktifitas penyuluhan sangat tergantung kepada teknik penyuluhan yang digunakan oleh komunikator. Teknik penyuluhan dapat didefinisikan sebagai keputusan–keputusan yang dibuat oleh sumber atau penyuluh dalam memilih serta menata simbol dan isi pesan menentukan pilihan cara dan frekuensi penyampaian pesan serta menentukan bentuk penyajian pesan (anonim, 2015). Teknik penyuluhan antara lain: a. Berbicara/ berkomunikasi, yaitu kemampuan seorang penyuluh berbicara dengan baik di depan umum dan mampu mengkomunikasikan materi yang disampaikan
kepada
kelompok
sasaran
sesuai
dengan
makan
yang
sesungguhnya. Seorang penyuluh harus mampu menampilkan figur seorang narator yang dapat mempengaruhi kelompok sasaran. b. Memotivasi dan persuasi, yaitu kemampuan memberikan dorongan dan mempengaruhi semangat dan kemauan kelompok sasaran sehingga mau
15
melaksanakan apa yang disampaikan. Penyuluhan tidak semata-mata mampu menyampaikan pesan penyuluhan dengan baik, tetapi harus mampu untuk memotivasi kelompok sasaran sehingga setelah selesai penyuluhan kelompok sasaran mau melakukan dalam lingkungannya. c. Penyajian materi, yaitu kemampuan untuk menyampaikan dan mengemas materi secara sistematis sehingga menjadi jelas dan menarik bagi kelompok sasaran. Teknik penyajian materi ini tidaklah mudah, membutuhkan suatu pengalaman dan wawasan yang luas tentang materi yang disampaikan. Karena itu, para penyuluh harus belajar membenahi diri untuk dapat menyajikan materi dengan baik. d. Fokus, yaitu kemampuan memusatkan materi penyuluhan sehingga terkait dengan permasalahan yang sesungguhnya. Biasanya seorang penyuluh untuk sampai pada inti atau pokok permasalahan yang sesungguhnya harus mutar sana mutar baru sampai pada tujuan yang sesungguhnya. Proses seperti ini akan membosankan kelompok sasaran, tetapi yang terpenting adalah bagaimana pembicaraan itu terfokus atau terkait dengan masalah yang sesungguhnya kemudian ditambah dengan penjelasan lainnya yang mendukung fokus masalah. e. Obserfasi, yaitu kemampuan untuk mengenali masalah yang terjadi dan untuk mengamati apa yang terjadi dalam proses penyuluhan. Pengamatan seperti ini penting untuk melihat sejauh mana respon masyarakat terhadap materi yang disampaikan. Bila kelompok sasaran sudah merasa bosan maka materi harus dihentikan tetapi apabila merasa menarik, maka penyuluhan dapat dilakukan.
16
Melalui proses seperti itu maka pengamatan menjadi penting dalam penyuluhan. f. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk menilai sejauh mana keberhasilan penyuluhan yang sudah dilakukan. Penyuluh harus mampu mengetahui apakah kelompok sasaran dapat memahami, mengerti dan menangkap makna sesungguhnya yang disampaikan. Bila belum mampu menangkap pesan yang sesungguhnya perlu diulangi, bila sudah dapat dipahami perlu dihentikan. Karena pengulangan terhadap materi yang sama akan dapat mengacaukan apa yang sudah dipahami. g. Perencanaan penyuluhan, yaitu kemampuan untuk menyusun atau mengatur kegiatan penyuluhan sehingga dapat berjalan lancar. Kadang-kadang ada orang menganggap bahwa perencanaan penyuluhan merupakan hal yang gampang dan tidak perlu dipersiapkan. Namun, kenyataan perencanaan penyuluhan adalah sulit. h. Pencatatan dan pelaporan, yaitu kemampuan untuk mencatat dan merekam proses penyuluhan yang dilaksanakan kemudian dilaporkan sehingga dapat dijadikan bahan untuk pelaksanaan penyuluhan berikutnya (anonim, 2015) Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa teknik penyuluhan pertanian adalah kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh penyuluh dalam menjalankan suatu aktifitas penyuluhan pertanian agar penyampain materi penyuluhan dapat efektif dalam menjangkau sasaran khalayak.
17
E. Strategi Penyuluhan Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus (kamus besar bahasa indonesia). Strategi penyuluhan pertanian ditujukan untuk mempercepat pencapaian pembangunan pertanian sebagaimana kebijakan Kementerian Pertanian dengan melibatkan seluruh masyarakat untuk mendukung dan berperanserta secara aktif menyukseskan program, ditengah-tengah iklim ekstrim di Indonesia akhir-akhir ini (Sudarmanto, 2012). Strategi penyuluhan pertanian tersebut antara lain adalah: a. Pembinaan kelompok tani. Kelompok-kelompok masyarakat dapat menjadi wahana belajar dan kemajuan yang bergerak secara mandiri. Ini terbukti dengan telah begitu banyaknya kelompok-kelompok yang muncul ataupun dibentuk di masyarakat, termasuk kelompok tani. Menurut pengamatan kelihatannya kelompok-kelompok itu sebagian dibentuk dari atas dan hanya dimanfaatkan sebagai media komunikasi untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan pemerintah (Slamet, 1995). Selama ini kelihatannya pembentukan dan pembinaan kelompokkelompok tani belum secara sengaja dan sistematis diarahan ke tujuan semacam itu. Banyak kelompok tani yang umurnya telah panjang tidak menunjukkan kemandirian, tetapi justru menunjukkan ketergantungannya yang sangat kuat pada kekuatan-kekuatan dari luar. Ketergantungan ini termasuk ketergantungan kepada para Penyuluh Pertanian, tidak hanya dalam hal mendapatkan informasi, tetapi juga dalam membuat keputusan-keputusan. Pembinaan kelompok tani semacam
18
itu perlu dirancang dan direncanakan programnya secara khusus, dan tidak hanya sebagai pelengkap dan pendukung dari sesuatu program pertanian tertentu. Lebihlebih di wilayah yang petaninya telah maju, pembinaan kelompok tani semacam itu benar-benar telah merupakan kebutuhan (Slamet, 1995). Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa strategi penyuluhan pertanian adalah rencana kegiatan untuk mempercepat pencapaian pembangunan pertanian dengan melibatkan seluruh masyarakat untuk mendukung dan berperanserta secara aktif menyukseskan program pembangunan pertanian. E. Kendala Penyuluhan Pertanian Kendala merupakan suatu halangan dan rintangan atau keadaan yang membatasi, menghalangi dan mencecah pencapaian sasaran (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Mawardi (2004) dalam Subejo (2007) mengidentifikasi beberapa kendala penyuluhan pertanian era otonomi daerah: (1) adanya perbedaan pandangan birokrasi dan DPRD terhadap peran penyuluhan pertanian dalam pembangunan pertanian, (2) kecilnya alokasi anggaran pemerintah daerah untuk kegiatan penyuluhan pertanian, (3) ketersediaan dan dukungan informasi pertanian sangat terbatas, (4) makin merosotnya kemampuan manajerial penyuluh. Feder et. al (1999) seperti dikutip Mardikanto (2008) mengidentifikasi kendala yang dihadapi penyuluh dalam menjalankan tugasnya yaitu: (1) skala dan kompleksitas dari tugas-tugas penyuluh, (2) ketergantungan terhadap kebijakan pemerintah, (3) ketidakmampuan aparat pemerintah untuk menelusuri hubungan sebab akibat yang ditimbulkan oleh kegiatan penyuluhan, kaitannya dengan
19
masalah-masalah yang dihadapi, dukungan politis, alokasi anggaran dan akuntabilitas kegiatan
penyuluhan, (4) komitmen dan dukungan politis
yang berubah-ubah, terutama yang diakibatkan oleh seringnya terjadi pergantian (pemegang) kekuasaan ditingkat pusat, (5) akuntabilitas, yang menyangkut kinerja penyuluh dan kinerja staf yang berhubungan dengan petani (terutama penyuluh pertanian, peneliti), (6) kelayakan sebagai lembaga layanan inovasi dan informasi yang harus mampu menjangkau semua kelompok sasaran aparat pemerintah lapisan terbawah dan pemangku kepentingan lain yang memerlukan, (7) keberlanjutan operasionalisasi fisikal dan sumberdaya lain, baik karena ketidakpastian anggaran maupun rendahnya pengambilan dana yang telah digunakan untuk kegiatan penyuluhan, serta (8) masih lemahnya interaksi antara penyuluh dengan penelitian. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kendala penyuluhan pertanian adalah halangan dan rintangan atau keadaan yang membatasi, menghalangi dan mencegah penyuluh dalam menjalankan aktifitas penyuluhan pertanian kepada para petani. G. Balai Penyuluhan Pertanian Peternakan Perikanan dan Kehutanan (BP3K). Balai Penyuluhan Kecamatan/Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BPK/BP3K) memiliki peran strategis dalam menentukan keberhasilan pembangunan
pertanian
serta
sekaligus
merupakan
cermin
keberhasilan
pembangunan pertanian di wilayah Kecamatan (Pedoman Pelaksanaan Klasifikasi Balai Penyuluhan Kecamatan, 2014)
20
Sebagai penjabaran dari UU No 16/2006, Kementerian Pertanian mengambil
kebijakan
menjadikan
BPK/BP3K
sebagai
pusat
koordinasi
pelaksanaan kegiatan pembangunan pertanian di wilayah kecamatan yang berbasis berupa kawasan komoditi unggulan dan atau wilayah. Selain itu,
BPK/BP3K
merupakan pusat data dan informasi bagi petani dan pemangku kepentingan lainnya dalam pengembangan usaha di wilayah kecamatan (Pedoman Pelaksanaan Klasifikasi Balai Penyuluhan Kecamatan, 2014). Pasal 8 Undang Undang
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006
tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan menyatakan bahwa kelembagaan penyuluhan pertanian di tingkat kecamatan berbentuk balai penyuluhan. Selanjutnya dalam pasal 15 dijelaskan bahwa balai penyuluhan tersebut mempunyai tugas sebagai berikut: 1. Menyusun programa penyuluhan pada tingkat kecamatan sejalan dengan programa penyuluhan kabupaten/kota. 2. Melaksanakan penyuluhan berdasarkan programa penyuluhan. 3. Menyediakan dan menyebarkan informasi teknologi, sarana produksi, pembiayaan dan pasar. 4. Melaksanakan proses pembelajaran melalui percontohan dan pengembangan model usahatani bagi pelaku utama dan pelaku usaha. Balai penyuluhan juga berfungsi sebagai tempat pertemuan para penyuluh, pelaku utama, dan pelaku usaha
dan
bertanggung
kabupaten/kota.
jawab
kepada
badan
pelaksana
penyuluhan
21
H. Penelitian Terdahulu Penelitian Revikasari (2010) dengan judul Peranan Penyuluh Pertanian dalam Pengembangan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) di Desa Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi diperoleh hasil bahwa penyuluh pertanian lapangan dari BP3K Kecamatan Paron yang bertugas diwilayah Desa Tempuran, dalam usaha pengembangan Gapoktan Tani Maju sudah menjalankan tugasnya sebagaimana yang tercantum dalam pedoman penumbuhan dan pengembangan kelompok tani dan Gapoktan tahun 2007. Penyuluh pertanian lapang aktif menghadiri pertemuan atau musyawarah yang diadakan oleh Gapoktan dalam pelaksanaan RPA, penyusunan RDK dan RDKK, PPL menyusun program penyuluhan pertanian di tingkat desa bersama kasi pertanian, PPL mengajarkan keterampilan usahatani dan penerapannya kepada petani dan Gapoktan, PPL membantu petani mengidentifikasikan masalah usahatani dan memberikan alternatif pemecahannya, PPL melakukan pencatatan keanggotaan dan
kegiatan
gapoktan.
Dampak
Peranan
penyuluh
Pertanian
dalam
Pengembangan Gapoktan yaitu Gapoktan Tani Maju mengalami peningkatan perkembangan dengan adanya keterlibatan penyuluh pertanian dari awal pembentukan hingga tahap perkembangan pada saat ini, penyuluh pertanian aktif melakukan
pendampingan
dan
pembinaan
rutin
dari
segi
manajemen,
administrasi, perkembangan usahatani serta kemitraan Gapoktan. Penelitian
Husodo
dan
Arifin
(2009)
yang
berjudul
Kebijakan
Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian di Era Otonomi Daerah di Kabupaten Sleman Propinsi D.I.Yogyakarta diperoleh hasil bahwa proses penyusunan
22
kebijakan pada awal era otomoni daerah belum melibatkan pihak-pihak yang terkait secara nyata, namun mulai tahun 2009 telah melibatkan peran penyuluh pertanian
walaupun
belum
proporsional.
Bentuk
kebijakan
menyangkut
pendanaan, kelembagaan dan ketenagakerjaan agak berbeda dengan aturan yang tertera dalam UU-SP3K. implementasi penyelenggaraan penyuluhan pertanian yang didasarkan pada kebijakan pemerintah daerah pada era otonomi daerah mengalami pasang surut. Pada awal era otonomi daerah peran penyuluhan pertanian
banyak
dituntut
untuk
membantu
pemerintah
daerah
dalam
menyumbang pendapatan daerah, sehingga pekerjaan penyuluhan pertanian agak terabaikan. Pada akhir-akhir ini dengan adanya UU-SP3K mulai ada pembenahan dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian, sehingga tugas pokok dan fungsi penyuluhan mulai nampak tertata dan berjalan sesuai tugas pokok dan fungsinya. Penelitian Sihana (2003) dengan judul Efektifitas Penyuluh Pertanian Lapangan di Dinas Pertanian Kabupaten Jepara diperoleh hasil bahwa hubungan faktor komunikasi, movitasi dan sikap terhadap efektifitas penyuluh pertanian, menunjukan ada kecenderungan hubungan positif. Hal tersebut ditunjukan oleh penyuluh yang mempunyai sikap semakin mendukung, maka penyuluh semakin efektif melakukan penyuluhan, namun dari hasil penelitian ada yang perlu diperhatikan khususnya materi yang selama ini digunakan perlu ada perbaikan disesuaikan dengan kebutuhan petani setempat selain itu juga masalah kedatangan penyuluh bila diundang petani khususnya diluar waktu kunjungan yang sudah disepakati perlu ditingkatkan. Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa ada hubungan yang signifikan secara bersama-sama antara variabel komunikasi,
23
motivasi dan sikap dengan efektifitas penyuluhan pertanian (pada perhitungan hipotesis mayor). Atau dapat dinyatakan bahwa ketika variabel independent (tidak tergantung) ini mempunyai sumbangan sebesar 8, 38%, sedangkan sisanya sebesar 91,62% adalah faktor-faktor yang lain. Uraian penelitian terdahulu di atas menyatakan bahwa penyuluh semakin efektif melakukan penyuluhan dan semakin aktif melakukan pendampingan dan pembinaan rutin dari segi manajemen, administrasi, perkembangan usahatani serta peranan penyuluh dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian telah ada pembenahan, sehingga tugas pokok dan fungsi penyuluhan mulai nampak tertata dan berjalan sesuai tugas pokok dan fungsinya. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti menjadi tertarik untuk melakukan penelitian terkait Metode, Teknik dan Strategi Anjangsana Penyuluhan Pertanian Di BP3K Kecamatan Poasia Kota Kendari. I. Kerangka Pikir Seorang penyuluh membantu para petani didalam usaha mereka meningkatkan produksi dan mutu hasil produksinya guna meningkatkan kesejahteraan mereka. Oleh karena itu peran penyuluhan pertanian mempunyai kedudukan yang strategis yaitu sebagai agen pembaruan yang membantu petani mengenal masalah-masalah yang mereka hadapi dan mencari jalan keluar yang diperlukan. Penerapan metode, teknik dan strategi penyuluhan pertanian yang tepat menjadi aspek yang sangat penting dalam penyuluhan pertanian. Diharapkan penerapan metode, teknik dan strategi penyuluhan yang sesuai dan tepat sasaran
24
mampu memberikan perkembangan yang bersifat positif pada usahatani, baik dari sisi teknologi, produksi maupun petani itu sendiri. Kerangka pikir digunakan untuk memudahkan arah didalam penelitian. Kerangka pikir dalam penelitian ini secara sistematis dapat digambarkan sebagai berikut. Gambar 1. Kerangka pemikiran
Penyuluh
Metode Penyuluhan Anjangsana/ kunjungan rumah
Teknik Penyuluhan anjangsana -
Berbicara/ berkomunikasi Memotivasi dan persuasi Penyajian materi Fokus Observasi Evaluasi Perencanaan penyuluhan Pencatatan dan pelaporan
Stategi Penyuluhan Anjangsana -
Pembinaan Kelompok tani
Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Penelitian Metode, Teknik dan Strategi Anjangsana Penyuluhan Pertanian di BP3K Kecamatan Poasia Kota Kendari.
25
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Kecamantan Poasia Kota kendari, penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2016 sampai selesai. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) didasarkan dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Poasia dipilih karena daerah ini selalu dilakukan kegiatan penyuluhan pertanian serta daerah ini paling dekat dengan wilayah kampus Universitas Halu Oleo. B. Populasi dan Sampel Rianse dan Abdi (2008) mengemukakan bahwa populasi penelitian merupakan keseluruhan unit objek yang akan diteliti. Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan menggunakan metode sensus adalah mengambil seluruh petugas penyuluh yang bertugas diKecamatan Poasia Kota Kendari sebanyak 8 petugas. C. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. 1. Data primer, diperoleh secara langsung dari responden dan juga melalui wawancara berdasarkan daftar pertanyaan yang sebelumnya telah dipersiapkan. 2. Data sekunder, diperoleh melalui data-data dari instansi atau lembaga terkait yang sesuai dan berhubungan dengan penelitian ini.
26
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: a.
Interview yaitu dengan mengadakan wawancara langsung dengan responden yaitu, Petugas Penyuluh.
b.
Observasi yaitu pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung pada obyek yang diteliti untuk mengetahui fakta-fakta yang ada pada obyek penelitian.
c.
Kuisioner yaitu perolehan data dengan berdasarkan daftar pertanyaan yang melibatkan responden. Data ini diperoleh berdasarkan hasil dari pertanyaanpertanyaan yang diberikan kepada responden yaitu, Petugas Penyuluh yang berhubungan dengan seputar permasalahan penyuluhan pertanian.
d.
Dokumentasi yaitu data yang bertujuan menggambarkan secara reel aktifitas yang terjadi di lapang yang diharapkan mampu menggambarkan data-data yang diperoleh melalui, observasi, wawancara maupun kuisioner.
D. Variabel yang diamati Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah: 1. Karakteristik penyuluh didaerah penelitian yang terdiri dari umur, pendidikan dan lama masa kerja. 2. Cara/metode penyuluhan anjangsana yang dilakukan oleh petugas penyuluh lapang dalam melaksanakan penyuluhan pertanian di Kecamatan Poasia. 3. Teknik/keterampilan penyuluh dalam melaksanakan penyuluhan pertanian anjangsana di Kecamatan Poasia.
27
4. Strategi/rencana
penyuluh
dalam
melaksanakan
penyuluhan
pertanian
anjangsana di Kecamatan Poasia. E. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data Metode analisis data yang digunakan adalah penelitian ini merupakan metode deskriptif kualitatif. Metode ini akan memberikan suatu penjelasan atau gambaran mengenai berbagai macam hal yang berhubungan dengan kajian datadata pada penelitian. Intepretasi data dekriptif kualitatif didukung dengan uraian verbal, sajian data, tabel, dan perhitungan secara persentase dengan menggunakan rumus sebagai berikut: ……………. (Sudjana, 2005) Dimana, I = Interval kelas K = Banyaknya kelas J = Jarak sebaran (skor tertinggi-skor terendah). F. Konsep Operasional Konsep operasional adalah pengertian, batasan dan ruang lingkup serta operasionalisasi dari konsep yang dapat diukur dalam bentuk variabel penelitian ini guna memudahkan pemahaman dalam menganalisa data yang berhubungan dengan penarikan kesimpulan dari hasil-hasil pengamatan variabel yang ada, dimana konsep operasional yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1.
Penyuluhan yang dimaksud dalam penelitian ini adalan suatu proses peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta mengubah sikap dan
28
perilaku petani beserta keluarganya menjadi lebih baik untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. 2.
Metode yang dimaksudkan dalam penelitian ini dalah cara atau tindakan tertentu yang harus dilakukan untuk tercapainya tujuan tertentu yang telah ditetapkan atau yang telah direncanakan.
3.
Kendala yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hambatan-hambatan maupun permasalahan yang dihadapi oleh penyuluh maupun petani dalam menjalankan aktivitas.
4.
PPL adalah penyuluh umum pada tingkat setempat yang membawahi beberapa desa/kelurahan dan bertanggung jawab untuk melakukan kontak langsung dengan petani dengan memberikan penyuluhan mengenai sesuatu hal yang akan dilaksanakan oleh petani untuk mengelola usaha taninya demi meningkatkan kesejahteraannya.
5.
Tugas dan fungsi PPL antara lain; mengusahakan sarana produksi, mengubah sikap dan perilaku petani, mencarikan peluang pasar, serta membantu dalam menerapkan teknologi baru.
6.
Program penyuluhan adalah suatu rencana tujuan dan kelompok sasaran yang hendak dicapai oleh organisasi atau unit penyuluhan dan cara-cara yang hendak dilakukan untuk mencapainya.
7.
Karakteristik penyuluh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ciri-ciri induvidual penyuluh yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan formal, dan lama masa kerja sebagai penyuluh.
29
8.
Balai Penyuluh Pertanian Peternakan Perikanan dan Kehutanan (BP3K) adalah balai penyuluhan yang berada ditingkat Kecamatan yang memiliki tugas untuk menyediakan informasi mengenai teknologi pertanian, pasar dan permodalan kepada petani melalui penyuluh.
9.
Metode penyuluhan kunjungan rumah dan lapangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah metode penyuluhan yang dilakukan secara anjangsana dengan secara berkunjung kerumah petani.
10. Teknik penyuluhan
yang dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah
keterampilan penyuluh dalam melaksanakan suatu aktifitas penyuluhan pertanian. 11. Strategi penyuluhan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah perencanaan penyuluh dalam pelaksanaan suatu aktifitas penyuluhan pertanian G. Indikator dan Parameter Untuk mengetahui indikator serta parameter setiap variabel penelitian tentang Metode, Teknik Dan Strategi Anjangsana Penyuluhan Pertanian Di BP3K Kecamatan Poasia Kota Kendari dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 1: Indikator dan Parameter Setiap Variabel Penelitian. No
Variabel
Indikator
Parameter
Kategori
A. Karakteristik Penyuluh 1.1
1.2
Umur
Pendidikan
Jumlah usia
15-54 Tahun
- Produktif
penyuluh
55 tahun ke atas
- Tidak produktif
Tingkat
S1-S2
- Tinggi (3)
pendidikan
D2-D3
- Sedang (2)
30
terakhir yang
SMP-SMA
- Rendah (1)
diselesaikan 1.3
Lama
Lama masa
Lama masa kerja sebagai penyuluh yang
bekerja
kerja penyuluh
dinyatakan dalam besaran tahun (jumlah tahun)
Lama bertugas
Lama bertugas sebagai penyuluh di BP3K
sebagai
Kecamatan Poasia yang dinyatakan dalam
penyuluh
tahun ( tahun bertugas)
B. Metode, Teknik dan Strategi Anjangsana Penyuluhan Pertanian 1. Metode Penyuluhan Anjangsana 1.1
Anjangsana
Melaksanakan
Seberapa sering
- Sering (3)
penyuluhan
penyuluh
- Kadang-kadang (2)
dengan
melakukan
- Tidak pernah (1)
berkunjung ke
penyuluhan dengan
rumah petani
cara berkunjung kerumah petani Penerapan metode
- Setuju (3)
anjangsana
- Kurang setuju (2)
memudahkan
- Tidak setuju (1)
penyuluh menyampaikan materi penyuluhan Penerapan metode
- Setuju (3)
anjangsana dapat
- Kurang setuju (2)
menjalin hubungan
- Tidak setuju (1)
yang baik penyuluh dengan petani Penerapan metode
- Sering (3)
anjangsana sering
- Kadang-kadang (2)
menemui hambatan
- Tidak pernah (1)
31
2. Teknik Penyuluhan Anjangsana 2.1
Berbicara
Kemampuan
Tingkat
- baik (3)
penyuluh
kemampuan
- cukup baik (2)
berbicara
penyuluh
- kurang baik (1)
dengan baik
mengkomunikasika
didepan umum
n materi
dan
penyuluhan
mengkomunikas
anjangsana dengan
ikan materi yang baik kepada petani disampaikan kepada petani 2.2
Memotivasi
Kemampuan
Tingkat
- baik (3)
dan persuasi
memberikan
kemampuan
- cukup baik (2)
dorongan dan
penyuluh
- kurang baik (1)
mempengaruhi
memberikan
semangat dan
dorongan dan
kemauan petani
mempengaruhi
sehingga mau
semangat dan
melaksanakan
kemauan petani
apa yang
agar mau
disampaikan
melaksanakan apa yang disampaikan
2.3
Penyajian
Kemampuan
Tingkat
- baik (3)
materi
untuk
kemampuan
- cukup baik (2)
menyampaikan
penyuluh
- kurang baik (1)
materi
menyampaikan
penyuluhan
meteri penyuluhan
sehingga
dengan jelas dan
menjadi jelas
menarik bagi petani
dan menarik.
32
2.4
2.5
Fokus
Observasi
Kemampuan
Tingkat
- baik (3)
untuk
kemampuan
- cukup baik (2)
memusatkan
penyuluh untuk
- kurang baik (1)
materi
memusatkan materi
penyuluhan
penyuluhan
sehingga terkait
sehingga terkait
dengan masalah
dengan masalah
yang
yang dihadapi
sesungguhnya
petani.
Kemampuan
Tingkat
- baik (3)
untuk mengenali kemampuan
- cukup baik (2)
masalah yang
- kurang baik (1)
penyuluh
terjadi dan untuk mengenali masalah mengamati apa
yang terjadi dan
yang terjadi
mengamati apa
dalam proses
yang terjadi dalam
penyuluhan
proses penyuluhan anjangsana.
2.6
Evaluasi
Kemampuan
Tingkat
- baik (3)
untuk menilai
kemampuan
- cukup baik (2)
sejauh mana
Penyuluh untuk
- kurang baik (1)
keberhasilan
menilai sejauh
penyuluhan
mana keberhasilan
yang sudah
penyuluhan
dilakukan
anjangsana yang sudah dilakukan
2.7
Perencanaan
Kemampuan
Tingkat
- baik (3)
penyuluhan
untuk menyusun
kemampuan
- cukup baik (2)
dan mengatur
Penyuluh untuk
- kurang baik (1)
waktu
menyusun dan
33
penyuluhan
mengatur waktu
sehingga dapat
penyuluhan
berjalan lancar.
anjangsana sehingga dapat berjalan lancar.
2.8
Pencatatan
Kemampuan
Tingkat
- baik (3)
dan
mencatat dan
kemampuan
- cukup baik (2)
pelaporan
merekam proses
penyuluh mencatat
- kurang baik (1)
penyuluhan
dan merekam
yang telah
proses penyuluhan
dilaksanakan
yang telah
kemudian
dilaksanakan
dilaporan
metode anjangsana
sehingga dapat
kemudian
dijadikan bahan
dilaporan.
pelaksanaan penyuluhan berikutnya. 3. Strategi Penyuluhan Anjangsana 3.1
Pembinaan
Upaya
Seberapa sering
- Sering (3)
kelompok
memandirikan
penyuluh
- Kadang-kadang (2)
tani
kelompok tani.
melakukan upaya
- Tidak pernah (1)
pembinaan kelompok tani. Upaya penyuluh
- Sering (3)
dalam membina
- Kadang-kadang (2)
kelompok tani
- Tidak pernah (1)
sering menemui kesulitan
34
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah A.1 Letak dan Luas Wilayah Wilayah Kecamatan Poasia terdiri dari 4 kelurahan yakni Kelurahan Anduonohu, Kelurahan Rahandouna, Kelurahan Anggoeya dan Kelurahan Matabubu. Kecamatan Poasia memiliki luas wilayah 37,74 km2 atau 14,12 persen dari luas daratan Kota kendari dimana terdiri dari tanah pertanian 2.365 Ha, sebanyak 941 Ha merupakan hutan dan sisanya digunakan sebagai pemukiman, sarana sosial dan sebagainya. Wilayah Kecamatan Poasia membujur dari arah barat ke timur dan melintang dari utara ke selatan dengan batas-batas sebagai berikut: -
Sebelah utara berbatasan dengan Teluk Kendari
-
Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan
-
Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Abeli
-
Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kambu
A.2 Keadaan Tanah, Iklim dan Topografi Tanah merupakan faktor yang sangat penting dalam usaha pertanian, karena tanah merupakan tempat
tumbuhnya tanaman, oleh karena itu
pertumbuhan dan produksi tanaman tergantung pada tingkat kesuburan tanah. Di Kecamatan Poasia berdasarkan kondisi tanah pada umumnya termaksud jenis pedsolik merah kuning dan tanah endapan (alluvial) dengan tingkat kesuburan sedang serta pH berkisar antara 5, 5-6, 5. Bentuk permukaan tanah pada umumnya landai sampai bergelombang dan ketinggian tanah diatas 0 sampai dengan 7 m
35
diatas permukaan laut. Tanah pada lokasi penelitian ini adalah tanah yang memberikan manfaat bagi petani dalam perubahan kebutuhan hidupnya. Topografi wilayah Kecamatan Poasia umumnya datar sampai berombak dengan luas 60%, sedangkan sisanya berombak sampai berbukit 25% dan berbukit sampai bergunung 15% dari keseluruhan luas wilayah Kecamatan Poasia. Wilayah ini terletak pada ketinggian 0-2000 M dari atas permukaan laut dimana kondisi ini sangatlah mendukung bagi kegiatan pertanian. Wilayah Kecamatan Poasia mempunyai 2 tipe iklim, yaitu iklim C dan iklim D, dimana untuk iklim C memiliki curah hujan rata-rata 1.500 mm dengan jumlah bulan basah 8 bulan/tahun, sedangkan iklim D memiliki jumlah bulan basah 5-6 bulan/tahun. Wilayah ini termaksud daerah tropis dengan suhu rata-rata 220C-330C. A.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Jumlah penduduk merupakan potensi sumberdaya manusia yang memiliki suatu daerah sebagai salah satu faktor penunjang keberhasilan pembangunan daerah tersebut. Aktivitas dalam sudut pandang ekonomi, penduduk merupakan salah satu sumberdaya yang berperan sebagai produsen dan konsumen. Jumlah penduduk Kecamatan Poasia sampai tahun 2015 adalah 21.179, yang terdiri atas laki-laki sebanyak 9.924 jiwa (46,86%) dan perempuan sebanyak 11.225 jiwa (53,14%). Rincian jumlah penduduk menurut kelompok umur disajikan dalam Tabel 2.
36
Tabel 2. Jumlah Penduduk Kecamatan Poasia Berdasarkan Kelompok Umur, tahun 2016. No
Kelompok Umur Jumlah (Jiwa) (Tahun) 1 < 15 6235 2 15-54 12628 3 >54 2316 Jumlah 21197 Sumber: Kantor Kecamatan Poasia, Tahun 2016
Persentase (%) 29,41 59,57 10,92 100,00
Sebagian besar penduduk Kecamatan Poasia berada pada kisaran usia produktif (15-54) tahun yakni berjumlah 12.628 (59,57%) jiwa. Berdasarkan keadaan penduduk tersebut, ketersediaan tenaga kerja produktif relatif banyak sehingga potensi penduduk yang sedemikian dapat memberikan penambahan tenaga kerja bagi pengembangan usahatani di Kecamatan Poasia Kota Kendari. A.4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Salah satu faktor yang menentukan kelancaran pembangunan suatu daerah adalah melalui tingkat pendidikan. Masalah pendidikan tersebut hendaknya merata diseluruh daerah sehingga pembangunan daerah dapat berjalan dengan baik. Demikian halnya dengan penduduk di Kecamatan Poasia pendidikan merupakan salah satu hal yang mendapat perhatian dalam rangka meningkatkan produktifitas. Penduduk di Kecamatan Poasia pada umumnya telah mengenyam pendidikan dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Penduduk yang telah tamat SD sampai SLTA sebesar 14.073 (66,39%) jiwa. Tamat perguruan tinggi (Diploma dan Sarjana) sebanyak 2.664 (12,56%) jiwa, sedangkan yang belum mengenyam pendidikan sebanyak 4.460 (21,05%) jiwa. Dari data tersebut tampak
37
bahwa sebagian besar besar penduduk di Kecamatan Poasia ini telah mengenyam pendidikan, kesadaran dan pentingnya pendidikan sangat perlu ditanamkan untuk menghindari buta huruf dan peningkatan kesejahteraan pribadi dan keluarga. Rincian mengenai tingkat pendidikan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal Di Kecamatan Poasia, tahun 2016. No 1 2 3 4 5 6
Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Belum/Tidak tamat SD 4460 Tamat SD 4678 Tamat SLTP 4427 Tamat SLTA 4968 Diploma 1416 Sarjana 1248 Jumlah 21197 Sumber: Data Sekunder Diolah, Tahun 2016
Persentase (%) 21,05% 22,06% 20,88% 23,45% 6,68% 5,88% 100,00
A.5 Keadaan Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan Dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Poasia Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Anduonohu Kecamatan Poasia mulai terbentuk pada tahun 1988 yang sebelumnya masih atas nama Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Anduonohu. BPP Anduonohu terbentuk pertimbangan bahwa Kecamatan Poasia sangat berpotensi dan layak untuk didirikan Balai Penyuluhan Pertanian. BPP Kecamatan Poasia pertama kali dipimpin oleh Bapak Gunardi, selanjutnya dipimpin oleh Ibu Hatija, setelah itu Bapak
Suratman
dan
terakhir
Ibu
Syamsiah
Dahri.
Sejalan
dengan
kepengurusannya kemudian Balai Penyuluhan Pertanian berganti nama menjadi Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan. Sesuai perda Nomor 6: tanggal 3 Februari 2009. Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan
38
(BP3K) memiliki tugas pokok yaitu melaksanakan tugas Dinas Pertanian dalam bidang Penyuluhan. Adapun fungsi dari BP3K yaitu: 1. Pengkajian, perumusan, koordinasi, perumusan kebijakan teknis dibidang penyuluhan dan komunikasi penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan. 2. Pelayanan
teknis
dibidang
penyuluhan,
informasi
dan
komunikasi
pembangunan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan. 3. Penyusunan pelaksanaan programa dan rencana kerja penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan, 4. Peningkatan sumberdaya manusia dibidang penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan serta petani. A.6
Keadaan Penyuluh Pendidikan
Pertanian
Lapangan
Berdasarkan
Tingkat
Pembangunan pertanian dititik beratkan pada peningkatan mutu dan perluasan kesempatan belajar disemua jenjang pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Upaya peningkatan pendidikan yang lain dicapai tersebut dimaksudkan agar menghasilkan manusia seutuhnya, sedangkan perluasan kesempatan belajar dimaksudkan agar penduduk usia sekolah yang setiap tahunnya mengalami peningkatan sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk dapat memperoleh kesempatan pendidikan yang merata. Tingkat pendidikan pertanian lapangan di BP3K Kecamatan Poasia yaitu 1 orang berpendidikan S2 dan 7 orang berpendidikan S1.
39
A.7 Pembagian Kelompok Tani Di BP3K Kecamatan Poasia Kelompok tani sebagai lembaga penyuluhan pertanian lapangan penting dikembangkan potensinya agar perannya dapat dioptimalkan. Keanggotaan suatu kelompok tani pada hakikatnya didasarkan atas kepemilikan lahan, tempat tinggal (domosili), usahatani (produksi), maupun gender/usia. Aktivitas kelompok tani tidak sebatas pembinaan teknis budidaya, tetapi juga aktivitas ekonomi dan sosial. Oleh karena itu, perlu penanganan administrasi yang layak. Setiap kelompok tani memiliki struktur kepengurusan yang kadang berbeda antara satu kelompok dengan lainnya. Pembagian kelompok tani di wilayah kerja BP3K Anduonohu Kecamatan Poasia dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Pembagian Kelompok Tani di BP3K Kecamatan Poasia, tahun 2016 No 1 2 3 4
Kelurahan Kelompok Tani (Jumlah) Anduonohu 7 Rahanduono 8 Anggoeya 9 Matabubu 9 Jumlah 33 Sumber: Data Sekunder Diolah, Tahun 2016
Persentase (%) 21,21 % 24,24 % 27,27 % 27,27 % 100 %
A.8 Keadaan Sarana Dan Prasarana Di BP3K Kecamatan Poasia Sarana dan prasarana penghubungan merupakan salah satu faktor pembangunan suatu wilayah. Salah satu aspek yang mendukung kelancaran dan melaksanakan kegiatan penyuluhan adalah tersedianya sarana dan prasarana khususnya dibidang pertanian serta dalam proses pemasarannya. Sarana dan prasarana penyuluh pertanian lapangan yang ada di BP3K Anduonohu Kecamatan Poasia sebagai berikut:
40
1. Kantor 2. Balai Pertemuan 3. Kendaraan roda 2 sebanyak 5 unit 4. Meja, kursi, lemari, Papan Tulis, mesin ketik, kertas dan lain-lain yang berfungsi untuk mendukung kegiatan penyuluhan. 5. Demplot/lahan percobaan yaitu tempat untuk melakukan percobaan terhadap varietas baru yang akan diberikan kepada petani.
41
B. Hasil dan Pembahasan B.1 Identitas Responden Identitas responden merupakan gambaran mengenai keadaan responden yang turut mempengaruhi kemampuan mereka dalam melakukan kegiatan penyuluhan. Identitas responden yang diamati dalam penelitian ini meliputi: umur, tingkat pendidikan, lama masa kerja petugas penyuluh. B.1.1 Umur Responden Umur adalah jangka waktu dalam tahun mulai dari tahun kelahiran responden sampai pada saat penelitian dilaksanakan. Umur merupakan salah satu identitas yang dapat mempengaruhi kemampuan kerja dan pola pikir. Pada umumnya responden yang berumur muda dan sehat memiliki fisik yang lebih baik daripada responden yang lebih tua, responden muda juga lebih cepat menerima hal-hal yang dianjurkan. Hal ini disebabkan responden muda lebih berani menanggung resiko tetapi responden muda biasanya masih kurang memiliki pengalaman. Umur dapat mempengaruhi kemampuan seseorang, baik fisik maupun cara berfikir dalam mengelolah kegiatan usahanya. Kemampuan kerja seorang penyuluh dalam penyusunan programa penyuluhan sampai pada pelaksanaan penyuluhan pertanian dengan metode anjangsana akan semakin meningkat seiring dengan pertambahan umur dan pengalaman sampai umur kurang lebih 54 tahun (umur produktif) kemudian akan semakin menurun seiring dengan semakin bertambahnya umur melebihi umur 54 tahun. Soeharjo dan Dahlan Patong (1984) mengelompokan usia berdasarkan kelompok produktif dan non produktif. Usia
42
produktif berada dalam kisaran 15 – 54 tahun dan usia 55 tahun ke atas dikategorikan usia non produktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang tergolong umur produktif (15-54) berjumlah 8 responden (100%), sedangkan responden yang tergolong dalam klasifikasi umur kurang produktif (diatas 55) tidak ada. Berdasarkan uraian tersebut menunjukkan bahwa responden berada pada usia produktif memiliki kemampuan yang cukup baik dalam menyusun Rencana Kerja Tahunan Penyuluh (RKTP) dan cukup baik dalam melakukan kegiatan penyuluhan pertanian metode anjangsana di Kecamatan poasia. Selain itu, responden yang memiliki usia produktif lebih mudah menerima informasi dan kemampuan berpikir yang lebih baik dibanding usia non produktif. B.1.2 Tingkat Pendidikan Formal Tingkat pendidikan formal atau pendidikan yang responden peroleh dari bangku sekolah mempengaruhi cara pandang, pola pikir dan wawasan seseorang. Semakin tinggi seseorang menempuh pendidikan formal semakin luas cara pandang, pola pikir, dan wawasan mereka sehingga membuat orang tersebut semakin terbuka dan kritis terhadap informasi, masukan dan pendapat yang berupa pembaharuan atau inovasi serta pengambilan keputusan, namun tidak menutup kemungkinan orang yang berpendidikan rendah juga memiliki wawasan yang luas dan tingkat kekritisan yang tinggi terhadap informasi baru yang petani terima. Hal ini disebabkan karena kesadaran mereka tentang pentingnya informasi dan hubungan dengan pihak luar yang mereka bina. Berikut ini disajikan
43
karakteristik responden penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia berdasarkan pendidikan formalnya: Tabel 5. Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di BP3K Kecamatan Poasia, tahun 2016. No.
Jenjang Pendidikan
Jumlah Responden (0rang) -
Persentase (%) -
1.
SMP-SMA
2.
D2-D3
-
-
3.
S1-S2
8
100
Jumlah
8
100
Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2016 Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa responden yang tergolong tingkat pendidikan (S1-S2) berjumlah 8 responden (100%), sedangkan responden yang tergolong dalam klasifikasi tingkat pendidkan (D2-D3) dan tingkat pendidikan (SMP-SMA) tidak ada. Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa responden yang berada di BP3K Kecamatan Poasia berada pada tingkat pendidikan (S1-S2) memiliki pengetahuan dan pemahaman yang tinggi dalam menyusun Rencana Kerja Tahunan Penyuluh (RKTP), melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian dengan menggunakan metode anjangsana serta membantu petani dalam berusaha tani yakni perbaikan teknik-teknik usahatani dari pengolahan lahan, pemupukan dan pemeliharaan. B.1.3 Lama Masa Kerja Petugas Penyuluh Lapang Bagi
petugas
penyuluh
lapang,
lama
masa
kerja
akan
sangat
mempengaruhi pengalaman dan keahlian sebagai penyuluh pertanian sekaligus pola kerja dan kemampuan petugas penyuluh itu sendiri. Masa kerja yang lama
44
dapat memberikan kemudahan bagi petugas penyuluh lapang dalam memberikan solusi dan membantu permasalahan yang dihadapi petani karena telah memiliki banyak pengalaman dan referensi solusi pada masalah-masalah yang dihadapi petani. Berikut ini disajikan tabel lama masa kerja petugas penyuluh lapang di BP3K Kecamatan poasia: Tabel 6. Lama Masa Kerja Petugas Penyuluh Lapang Di BP3K Kecamatan Poasia, tahun 2016.
1.
Samsiah Dahri, S.Pt
23 tahun
2010
Lama Masa Kerja di BP3K Kecamatan Poasia 6 tahun
2.
Muhtiar, SP. MP
13 tahun
2011
5 tahun
3.
Abdul Haadii, S.Pt
9 tahun
2008
8 tahun
4.
Asriani, SP
8 tahun
2015
1 tahun
5.
Samsidar. L. M, S.TP
25 tahun
1999
17 tahun
6.
Asis Rahim, S.Pi
7 tahun
2014
2 tahun
7.
Waode Rusmini, SP
9 tahun
2007
9 tahun
8.
Yagustina, S.ST
9 tahun
2015
1 tahun
No.
Nama
Lama Masa Kerja sebagai penyuluh
Ditugaskan di BP3K Kecamatan Poasia (tahun)
Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2016 Berdasarkan Tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa petugas terlama yang ditempatkan di BP3K Kecamatan Poasia adalah Ibu Samsidar. L. M, S.TP dan Ibu Waode Rusmini, SP yang masing-masing telah bekerja selama 17 tahun dan 9 tahun. Sedangkan Ibu Asriani, SP dan Ibu Yagustina, S.ST baru ditugaskan di BP3K Kecamatan Poasia sejak tahun 2015 (1 tahun) walaupun telah bekerja sebagai petugas penyuluh lapang selama 8 tahun dan 9 tahun.
45
Lama masa kerja petugas penyuluh lapang di suatu tempat dapat menjadi pengaruh untuk mengetahui dan memahami karakteristik petani dan kondisi pertanian di daerah tempat bertugas. Bagi ibu Asriani, SP dan ibu Yagustina, S.ST yang baru bertugas selama 1 tahun di BP3K Kecamatan Poasia tentu membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan kondisi pertanian dan karateristik petani di Kecamatan Poasia. B.2 Metode, Teknik dan Strategi Anjangsana Penyuluhan Pertanian. B.2.1 Metode Penyuluhan Anjangsana Cara penyuluh untuk mendekatkan dirinya dengan masyarakat petani di Kecamatan Poasia adalah dengan penyampaian materi penyuluhan pertanian kepada para petani beserta keluarganya untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang dialami petani dalam melaksanakan kegiatan usahataninya. Anjangsana adalah suatu kunjungan terencana yang dilakukan oleh penyuluh ke rumah/ tempat usaha keluarga tani. Penerapan Metode Penyuluhan anjangsana yang dilakukan oleh petugas penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia adalah untuk mendekatkan diri dan menjalin kemitraan antar penyuluh pertanian dan petani di Kecamatan Poasia. Berikut ini disajikan tabel Penerapan Metode Penyuluhan Anjangsana di BP3K Kecamatan poasia:
46
Tabel 7. Penerapan metode penyuluhan anjangsana Di BP3K Kecamatan Poasia, tahun 2016. No.
Kategori
Jumlah Responden (orang)
Persentase (%)
1.
Sering 10 – 12
8
100
2.
Kadang-kadang 7 – 9
-
-
3.
Tidak pernah 4 – 6
-
-
8
100
Jumlah Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2016
Berdasarkan Tabel 7 tersebut menunjukan bahwa sebanyak 8 responden (100%) penyuluh sering melakukan kunjungan anjangsana kepada para petani. Berdasarkan hasil wawancara, kunjungan anjangsana yang dilakukan oleh penyuluh kepada petani adalah sebanyak 2 sampai 3 orang dikunjungi dalam sehari. Penyuluhan dengan metode anjangsana dilakukan dimana para penyuluh datang kerumah petani untuk bertemu, proses kunjungan anjangsana yang dilakukan oleh petugas penyuluh biasanya diawali dengan kata-kata silahrutahmi kemudian perbincangan dilanjutkan dengan topik yang berkaitan dengan materi penyuluhan serta menggali permasalahan yang dihadapi oleh petani. Setelah menjelaskan materi penyuluhan dan menggali permasalahan yang dihadapi petani, selanjutnya penyuluh bergegas bersama petani menuju kekebun petani untuk menjelaskan lagi dan menjawab permasalahan petani lewat praktek. Kunjungan Anjangsana yang dilakukan oleh petugas penyuluh kepada petani di Kecamatan Poasia dengan tujuan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap para petani agar teknik usahatani yang dilakukan oleh petani menjadi semakin baik, disamping itu metode anjangsana dilakukan agar keakraban dan komunikasi antara petani dan penyuluh dapat lebih terjalin semakin baik.
47
Salah satu alasan pemilihan metode penyuluhan anjangsana yang dilakukan oleh penyuluh di Kecamatan Poasia adalah karena dalam penerapan metode penyuluhan anjangsana memudahkan penyuluh dalam menyampaikan materi penyuluhan kepada para petani dan metode anjangsana juga mampu mempererat hubungan silahrahmi antara penyuluh dengan petani karena penyuluh dan petani saling bertatap muka secara langsung dan bertukar pikiran sehingga penyuluh secara langsung dapat mengetahui kondisi dan permasalahan yang dihadapi petani. Berikut ini disajikan tabel penerapan metode anjangsana yang memudahkan penyuluh menyampaikan materi penyuluhan: Tabel
No.
8.
Penerapan metode anjangsana memudahkan menyampaikan materi penyuluhan, tahun 2016.
penyuluh
Kategori
Jumlah Responden (orang)
Persentase (%)
1.
Setuju 10 – 12
7
87,5
2.
Kurang Setuju 7 – 9
1
12,5
3.
Tidak setuju 4 – 6
-
-
Jumlah
8
100
Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2016 Berdasarkan Tabel 8 menunjukan bahwa sebanyak 7 responden (87,5%) setuju bahwa penerapan metode penyuluhan anjangsana memudahkan penyuluh dalam menyampaikan materi penyuluhan dan sebanyak 1 responden (12,5%) kurang setuju. Mayoritas responden setuju karena berpendapat bahwa penerapan metode anjangsana dilakukan secara perorangan dengan bertatap muka secara langsung dan bersifat kekeluargaan sehingga materi penyuluhan mudah disampaikan dan dimengerti oleh petani serta karena dalam penerapan metode anjangsana dilakukan di lahan usahatani dan langsung memberikan contoh kepada
48
petani teknik dan metode pengelolaan usahataninya. Sedangkan 1 responden yang kurang setuju berpendapat bahwa penerapan metode anjangsana membutuhkan biaya dan waktu yang lebih lama. Keunggulan dalam penerapan metode anjangsana adalah hubungan baik dapat terjalin dan semakin mempererat silaturahim antara penyuluh di Kecamatan Poasia dengan petani. Berikut ini disajikan tabel Metode anjangsana dapat menjalin hubungan baik dan mengeratkan tali kekeluargaan antara penyuluh di Kecamatan Poasia dan para petani. Tabel 9. Metode anjangsana mampu menjalin hubungan baik dan mempererat silaturahim antara penyuluh dengan petani di kecamatan poasia, tahun 2016. No.
Kategori
Jumlah Responden (orang)
Persentase (%)
1.
Setuju 10 – 12
8
100
2.
Kurang setuju 7 – 9
-
-
3.
Tidak setuju 4 – 6
-
-
8
100
Jumlah Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2016
Berdasarkan Tabel 9 tersebut menunjukan bahwa sebanyak 8 responden (100%) setuju bahwa penerapan metode anjangsana adalah dapat menjalin hubungan baik antara petani dan penyuluh karena dengan penerapan metode panyuluhan anjangsana dapat membuat hubungan emosional antara petani dan penyuluh, karena dengan adanya interaksi langsung antara petani dengan penyuluh akan menciptakan hubungan yang harmonis sehingga terjalin keakraban antara petani dan penyuluh, dampak lebih lanjut dari metode anjangsana ini adalah penyuluh lebih mengenal karakteristik yang dikelolanya.
49
Penerapan metode anjangsana yang selalu dilakukan oleh petugas penyuluh yang berada di Kecamatan Poasia tidak lepas dengan adanya halangan dan rintangan yang menghalangi penyuluh dalam menjalankan aktifitas penyuluhan pertanian kepada para petani. Berikut ini disajikan tabel hambatan dalam penerapan metode penyuluhan anjangsana di BP3K Kecamatan Poasia. Tabel 10. Kendala dalam penerapan metode penyuluhan anjangsana di BP3K Kecamatan Poasia, tahun 2016. No.
Kategori
Jumlah Responden (orang)
Persentase (%)
1.
Sering 10 – 12
2
25
2.
Kadang-kadang 7 – 9
5
62,5
3.
Tidak pernah 4 – 6
1
12,5
8
100
Jumlah Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2016
Berdasarkan Tabel 10 tersebut menunjukan bahwa sebanyak 2 responden (25%) menyatakan bahwa sering menemui kendala dalam penerapan metode penyuluhan anjangsana, sebanyak 5 responden (62,5%) menyatakan kadangkadang menemui kendala dan 1 responden (12,5%) menyatakan tidak pernah menemui kendala. Sebanyak 2 responden (25%) mengatakan bahwa yang menjadi kendala dalam penerapan metode anjangsana kepada para petani adalah bahwa dalam penerapan metode anjangsana seringkali memakan/membutuhkan waktu yang banyak, sedangkan 5 responden (62,5%) yang menyatakan kadang-kadang menemui hambatan karena dalam penerapan metode anjangsana terkadang yang menjadi hambatannya adalah sarana transportasi, dan medan jalan yang dilalui kerumah/ kebun petani serta penyuluh harus menyesuaikan dengan waktu luang petani sehingga penyuluh harus menyesuaikan kondisi yang ada.
50
B.2.2 Teknik penyuluhan Anjangsana Teknik penyuluhan harus dikuasai oleh penyuluh yang berada di BP3K Kecamatan Poasia agar penyampaian materi penyuluhan yang dilakukan dengan menggunakan metode penyuluhan anjangsana dalam setiap kegiatannya dapat efektif dan dipahami oleh petani. Keberhasilan dalam suatu aktifitas penyuluhan sangat tergantung kepada teknik penyuluhan yang digunakan oleh penyuluh yang berada di Kecamatan Poasia. Teknik penyuluhan yang harus di kuasai oleh penyuluh di Kecamatan Poasia antara lain: a. Berbicara Petugas penyuluh yang berada di BP3K Kecamatan Poasia harus mempunyai kemampuan berbicara dengan baik di depan umum dan mampu mengkomunikasikan materi yang disampaikan kepada petani sesuai dengan kebutuhannya. Penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia harus mampu menampilkan figur seorang narator yang dapat mempengaruhi para petani. Berikut ini disajikan tabel kemampuan berbicara oleh petugas penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia. Tabel 11. Kemampuan berbicara oleh petugas penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia, tahun 2016. No.
Kategori
Jumlah Responden (orang)
Persentase (%)
1.
Baik 20 – 25
8
100
2.
Cukup baik 14 – 19
-
-
3.
Kurang baik 8 – 13
-
-
8
100
Jumlah Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2016
51
Berdasarkan Tabel 11 tersebut menunjukan bahwa sebanyak 8 responden (100%) mempunyai kemampuan berbicara yang baik. Gambaran hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa seluruh petugas penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia mampu berbicara dan mengkomunikasikan dengan baik materi penyuluhan yang akan diberikan kepada petani dalam melaksanakan metode penyuluhan dengan cara anjangsana. Komunikasi yang dilakukan oleh para petugas penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia dalam penyampaian materi penyuluhan ketika penerapan
metode
anjangsana
berlangsung,
materi
penyuluhannya
telah
dipersiapkan terlebih dahulu sehingga penyuluh mampu berkomunikasi dengan baik dengan para petani dan materi penyuluhan yang diberikan telah sesuai dengan kebutuhan petani di Kecamatan Poasia. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas penyuluh, ibu Muhtiar, SP, MP, responden penyuluh mengatakan: “ Kemampuan berbicara dengan para petani dalam setiap kesempatan penyuluhan didukung dengan materi penyuluhan yang disampaikan oleh penyuluh telah sesuai dengan kebutuhan/kondisi yang dialami petani di lapangan”. (wawancara, tanggal 18 Februari 2016). Hal ini diperkuat dengan pernyataan Laode Arfin, SP ketua kelompok tani dengan nama kelompok tani Pemersatu yang berada di Kelurahan Andonohu. “ Penyuluh sering berkunjung dan selalu berkomunikasi, dan penyuluh sudah menjalankan tugasnya dengan baik”. (wawancara, tanggal 15 Maret 2016). b. Motivasi dan persuasi Pelaksanaan metode penyuluhan anjangsana yang dilakukan Petugas Penyuluhan
di
BP3K
Kecamatan
Poasia
tidak
semata-mata
mampu
menyampaikan pesan penyuluhan dengan baik, tetapi harus mampu untuk
52
memotivasi, memberikan dorongan, mempengaruhi semangat dan kemauan para petani sehingga setelah selesai penyuluhan, para petani mau melaksanakan apa yang disampaikan oleh penyuluh. Berikut ini disajikan tabel kemampuan motivasi dan persuasi oleh para petugas penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia. Tabel 12. Kemampuan motivasi dan persuasi oleh petugas penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia, tahun 2016. No.
Kategori
Jumlah Responden (orang)
Persentase (%)
1.
Baik 20 – 25
8
100
2.
Cukup baik 14 – 19
-
-
3.
Kurang baik 8 – 13
-
-
8
100
Jumlah Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2016
Berdasarkan Tabel 12 tersebut menunjukan bahwa sebanyak 8 responden (100%) mempunyai kemampuan memotivasi dan persuasi yang baik. Dapat disimpulkan bahwa seluruh petugas penyuluh yang berada di BP3K Kecamatan Poasia mempunyai kemampuan memotivasi dan persuasi yang baik kepada para petani ketika proses penyuluhan anjangsana dilakukan. Dari hasil wawancara kepada seorang penyuluh atas nama ibu Yagustina, S.ST, responden penyuluh mengatakan: “ Proses penyuluhan anjangsana, petani melihat, melakukan dan melaksanakan materi yang disampaikan oleh penyuluh”. (wawancara, tanggal 18 Februari 2016).
53
Hal ini pula dipertegas dengan pernyataan Pattara Bone ketua kelompok tani Polewali yang berada dikelurahan andounohu. “ Tidak ada petani yang bisa jalan tanpa penyuluh, selalu ada hubungan timbal balik petani dengan penyuluh baik dari pengolahan lahan, pemupukan, pemeliharaan”. (wawancara, tanggal 15 Maret 2016) c. Penyajian materi Teknik penyajian materi membutuhkan suatu pengalaman dan wawasan yang luas tentang materi yang disampaikan. Penyuluh yang berada di BP3K Kecamatan Poasia harus memiliki kemampuan untuk menyampaikan materi penyuluhan dengan jelas dan menarik bagi para petani. Berikut ini disajikan tabel kemampuan penyajian materi oleh penyuluh yang berada di BP3K Kecamatan Poasia. Tabel 13. Kemampuan penyajian materi oleh petugas penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia, tahun 2016. No.
Kategori
Jumlah Responden (orang)
Persentase (%)
1.
Baik 20 – 25
8
100
2.
Cukup baik 14 – 19
-
-
3.
Kurang baik 8 – 13
-
-
8
100
Jumlah Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2016
Berdasarkan Tabel 13 tersebut menunjukan bahwa sebanyak 8 responden (100%) mempunyai kemampuan menyampaikan materi dengan baik. Dapat disimpulkan bahwa seluruh petugas penyuluh yang bertugas di BP3K Kecamatan Poasia mempunyai kemampuan menyampaikan materi penyuluhan anjangsana dengan baik ketika pelaksanaan penyuluhan anjangsana dilakukan. Materi
54
penyuluhan yang disampaikan oleh petugas penyuluh kepada petani dengan tujuan agar petani mau dan mampu menerapkan dan melaksanakan cara budidaya yang tepat sehingga diharapkan mampu meningkatkan dan memperbaiki produksi tanaman yang dibudidayakan oleh petani di Kecamatan Poasia. Berikut adalah hasil wawancara dengan Koordinator Penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia yaitu ibu Samsiah Dahri, S.Pt. “ Para penyuluh pada umumnya telah menguasai materi yang akan disampaikan kepada petani”. (wawancara, tanggal 18 Februari 2016). Hal ini sesuai dengan pernyataan Pattara Bone ketua kelompok tani Polewali yang berada dikelurahan andounohu. “ Yang disampaikan penyuluh telah sesuai kebutuhan petani, artinya memang penyuluh membantu menyediakan benih dan pupuk karena itu dari bantuan pemerintah dan program Jokowi, jadi materi penyuluhan yang disampaikan telah sesuai dengan kebutuhan petani”. (wawancara, tanggal 15 Maret 2016) d. Fokus Pembicaraan yang dilakukan selama proses penyuluhan anjangsana harus terfokus atau terkait dengan masalah yang sesungguhnya dihadapi oleh petani. Para penyuluh harus memiliki kemampuan memusatkan materi penyuluhan sehingga terkait dengan permasalahan yang sesungguhnya. Berikut ini disajikan tabel kemampuan penyuluh yang berada di BP3K Kecamatan Poasia dalam memusatkan materi penyuluhan.
55
Tabel 14. Kemampuan fokus oleh petugas penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia, tahun 2016. No.
Kategori
Jumlah Responden (orang)
Persentase (%)
1.
Baik 20 – 25
8
100
2.
Cukup baik 14 – 19
-
-
3.
Kurang baik 8 – 13
-
-
8
100
Jumlah Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2016
Berdasarkan Tabel 14 tersebut menunjukan bahwa sebanyak 8 responden (100%) mempunyai kemampuan memusatkan materi penyuluhan dengan baik. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa seluruh petugas penyuluh mempunyai kemampuan memusatkan materi penyuluhan dengan baik kepada para petani yakni pemberian materi penyuluhan dengan pembahasan yang telah sesuai dan terkait dengan kebutuhan para petani. Penyuluh mampu memusatkan materi penyuluhan karena penyuluh telah mengetahui dan menguasai materi penyuluhan. e. Observasi Proses pengamatan menjadi penting dalam kegiatan penyuluhan untuk melihat sejauh mana respon petani terhadap materi yang disampaikan sehingga para petugas penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia harus memiliki kemampuan untuk mengenali masalah yang terjadi dan untuk mengamati apa yang terjadi dalam proses penyuluhan. Berikut ini disajikan tabel kemampuan penyuluh yang berada di BP3K Kecamatan Poasia dalam mengenali masalah yang terjadi dan untuk mengamati apa yang terjadi dalam proses penyuluhan.
56
Tabel 15. Kemampuan observasi oleh petugas penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia, tahun 2016. No.
Kategori
Jumlah Responden (orang)
Persentase (%)
1.
Baik 20 – 25
7
87,5
2.
Cukup baik 14 – 19
1
12,5
3.
Kurang baik 8 – 13
-
-
8
100
Jumlah Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2016
Berdasarkan Tabel 15 tersebut menunjukan bahwa sebanyak 7 responden (87,5%) mempunyai kemampuan baik dalam mengenali dan mengamati apa yang terjadi dalam proses penyuluhan dan 1 responden (12,5 %) mempunyai kemampuan cukup baik. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas petugas penyuluh mempunyai kemampuan baik dalam mengenali dan mengamati apa yang terjadi dalam proses penyuluhan ajangsana kepada para petani. Kemampuan penyuluh dalam mengamati dan mengenali apa yang terjadi selalu dilakukan selama proses penyuluhan anjangsana untuk memudahkan penyuluh mengetahui keadaan petani selama dilakukan penyuluhan anjangsana. f. Evaluasi Penyuluh harus mampu mengetahui apakah para petani dapat memahami, mengerti dan menangkap pembahasan dari materi penyuluhan yang disampaikan sehingga petugas penyuluh yang berada di Kecamatan Poasia harus memiliki kemampuan untuk menilai sejauh mana keberhasilan penyuluhan yang sudah dilakukan. Berikut disajikan tabel kemampuan evaluasi dari petugas penyuluh di Kecamatan Poasia.
57
Tabel 16. Kemampuan evaluasi oleh petugas penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia, tahun 2016. No.
Kategori
Jumlah Responden (orang)
Persentase (%)
1.
Baik 20 – 25
7
87,5
2.
Cukup baik 14 – 19
1
12,5
3.
Kurang baik 8 – 13
-
-
8
100
Jumlah Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2016
Berdasarkan Tabel 16 tersebut menunjukan bahwa sebanyak 7 responden (87,5%) mempunyai kemampuan baik dalam menilai sejauh mana keberhasilan penyuluhan dilakukan dan 1 responden (12,5 %) memiliki kemampuan cukup baik. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas para petugas penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia mempunyai kemampuan baik dalam menilai sejauh mana keberhasilan penyuluhan dilakukan. Berikut adalah hasil wawancara dengan Koordinator Penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia yaitu ibu Samsiah Dahri, S.Pt. “ keberhasilan dalam proses penyuluhan kepada petani di Kecamatan Poasia dapat terlihat dengan adanya perubahan perilaku petani dalam menerapkan teknologi yang disampaikan oleh penyuluh karena petani selalu mengikuti apa yang disarankan dari penyuluh”. (wawancara, tanggal 18 Februari 2016). Petani selalu mengikuti saran-saran yang diberikan oleh penyuluh didalam mengelolah usahataninya, penyuluh sering berkomunikasi dengan para petani dan mengajarkan kepada para petani tentang cara berusahatani sehingga perilaku petani dalam mengelolah usahataninya dari pengolahan lahan, pemupukan dan pemeliharaan menjadi lebih baik.
58
g. Perencanaan penyuluhan Kemampuan penyuluh dalam merencanakan penyuluhan menjadi hal yang penting dalam proses kegiatan penyuluhan karena untuk melaksanakan penyuluhan perlu persiapan dan perencanaan dari setiap petugas penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia, untuk itu para penyuluh harus memiliki kemampuan untuk menyusun atau mengatur kegiatan penyuluhan sehingga dapat berjalan lancar. Berikut adalah tabel kemampuan perencanaan penyuluhan oleh para petugas penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia. Tabel 17. Kemampuan perencanaan penyuluhan oleh petugas penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia, tahun 2016. No.
Kategori
Jumlah Responden (orang)
Persentase (%)
1.
Baik 20 – 25
7
87,5
2.
Cukup baik 14 – 19
1
12,5
3.
Kurang baik 8 – 13
-
-
8
100
Jumlah Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2016
Berdasarkan Tabel 17 tersebut menunjukan bahwa sebanyak 7 responden (87,5%) mempunyai kemampuan baik dalam menyusun atau mengatur kegiatan penyuluhan dan 1 responden (12,5%) memiliki kemampuan cukup baik. Gambaran hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas penyuluh yang berada di BP3K Kecamatan Poasia mempunyai kemampuan yang baik dalam menyusun dan mengatur kegiatan penyuluhan anjangsana. Kemampuan penyuluh dalam menyusun dan mengatur kegiatan penyuluhan anjangsana selalu dilakukan oleh para petugas penyuluh yang berada di BP3K Kecamatan Poasia karena sebelum melakukan kegiatan penyuluhan, terlebih dahulu dalam satu tahun
59
para penyuluh harus menyusun programa penyuluhan, didalam penyusunan programa penyuluhan terdapat penyusunan rencana kerja penyuluh, data monografi dan penyusunan Rencana Definitif Kelompok yang didalamnya telah menggambarkan kegiatan yang akan dilakukan selama setahun dengan kebutuhankebutuhan apa saja
yang dibutuhkan oleh petani didalam mengelolah
usahataninya. h. Pencacatan dan pelaporan Para petugas penyuluh yang berada di BP3K Kecamatan Poasia harus mempunyai kemampuan untuk mencatat dan merekam proses penyuluhan yang dilaksanakan kemudian dilaporkan sehingga dapat dijadikan bahan untuk pelaksanaan penyuluhan berikutnya. Berikut ini disajikan kemampuan penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia dalam mencatat dan merekam proses penyuluhan. Tabel 18. Kemampuan pencatatan dan pelaporan oleh petugas penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia, tahun 2016. No.
Kategori
Jumlah Responden (orang)
Persentase (%)
1.
Baik 20 – 25
6
75
2.
Cukup baik 14 – 19
2
25
3.
Kurang baik 8 – 13
-
-
8
100
Jumlah Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2016
Berdasarkan Tabel 18 tersebut menunjukan bahwa sebanyak 6 responden (75%) mempunyai kemampuan baik dalam mecatat proses kegiatan penyuluhan dan 2 responden (25%) memiliki kemampuan cukup baik dalam pencatatan karena 2 responden penyuluh tersebut baru 1 tahun bekerja di BP3K Kecamatan
60
Poasia dan masih menyesuaikan diri dengan kondisi dan karakteristik petani dan pertanian di Kecamatan Poasia. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas penyuluh sudah memiliki kemampuan yang baik dalam melakukan pencatatan dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan anjangsana. Selain itu juga berdasarkan hasil wawancara kepada ketua koodinator Penyuluh Samsiah Dahri, S.Pt mengungkapkan bahwa: “para penyuluh dalam melaksanakan penyuluhan anjangsana, sudah dilengkapi dengan berkas laporan kunjungan anjangsana”. Berdasarkan berkas laporan kunjungan anjangsana tersebut para penyuluh mencatat kondisi dan karakteristik pertanian serta mecatat hal-hal yang menjadi permasalahan dan kebutuhan petani dalam mengelolah usahataninya. B.2.3 Strategi penyuluhan Anjangsana Strategi penyuluhan pertanian yang dilakukan oleh para petugas penyuluh di
BP3K
Kecamatan
Poasia
ditujukan
untuk
mempercepat
pencapaian
pembangunan pertanian di Kecamatan Poasia. Strategi penyuluhan tersebut harus melibatkan seluruh masyarakat petani untuk mendukung dan berperanserta secara aktif menyukseskan program dalam pembangunan pertanian. Bentuk strategi penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia, antara lain: a. Pembinaan kelompok tani. Pembinaan kelompok tani di Kecamatan Poasia perlu dirancang dan direncanakan dan tidak hanya sebagai pelengkap dan pendukung dari sesuatu program
pertanian
tertentu.
Upaya
pembentukan
dan
pembinaan
harus
61
meningkatkan kemandirian para petani. Berikut adalah upaya pembinaan kelompok tani yang dilakukan oleh para petugas Penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia. Tabel 19. Pembinaan kelompok tani yang dilakukan oleh petugas penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia, tahun 2016. No.
Kategori
Jumlah Responden (orang)
Persentase (%)
1.
Sering 6 – 7
8
100
2.
Kadang-kadang 4 – 5
-
-
3.
Tidak pernah 2 – 3
-
-
8
100
Jumlah Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2016
Berdasarkan Tabel 19 tersebut menunjukan bahwa sebanyak 8 responden (100%) sering melakukan pembinaan kepada petani. Gambaran tersebut dapat disimpulkan bahwa para penyuluh selalu melakukan upaya pembinaan kelompok tani. Upaya pembinaan kelompok tani adalah peningkatan Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap yang semuanya telah tertulis dalam Programa Penyuluhan pertanian yang dibuat oleh penyuluh antara lain: (1) Intensifikasi Tanaman pangan dan Holtikultura, (2) Peningkatan Produksi Perkebunan, dan (3) peningkatan Produksi Peternakan. b. Kendala dalam upaya pembinaan kelompok tani Upaya pembinaan kelompok tani yang dilakukan dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian biasanya dihadapkan oleh hambatan. Hambatan tersebut dapat menghalangi upaya penyuluh dalam membina kelompok tani. Berikut adalah tabel kendala yang dihadapi dalam pembinaan kelompok tani, antara lain:
62
Tabel 20. Kendala dalam pembinaan kelompok tani, tahun 2016. No.
Kategori
Jumlah Responden (orang)
Persentase (%)
1.
Sering 6 – 7
3
37,5
2.
Kadang-kadang 4 – 5
5
62,5
3.
Tidak pernah 2 – 3
-
-
8
100
Jumlah Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2016
Berdasarkan Tabel 20 tersebut menunjukan bahwa sebanyak 3 responden (37,5%) mengatakan sering menemui kendala dalam upaya membina kelompok tani dan 5 responden (62,5%) mengatakan kadang-kadang menemui kendala. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan upaya pembinaan kelompok tani di Kecamatan Poasia masih dijumpai adanya kendala. Hasil wawancara yang dilakukan kepada penyuluh bahwa hambatan yang sering dijumpai adalah keterbatasan sarana penyuluhan yakni belum adanya alat peraga penyuluhan yang biasa digunakan untuk mengukur pH tanah dan tingkat kemasaman tanah di Kecamatan Poasia dan hambatan lainnya adalah ketika terdapat pertemuan antara petani dan penyuluh, anggota kelompok tani sering tidak menepati waktu yang telah disepakati dalam pertemuan kelompok tani.
63
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan sebelumnya dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Penerapan metode Anjangsana di BP3K Kecamatan Poasia sering dilakukan oleh para petugas penyuluh dengan para petani yang berada di Kecamatan Poasia dengan kunjungan anjangsana adalah sebanyak 2 sampai 3 orang yang dikunjungi dalam sehari secara kekeluargaan. 2. Teknik penyuluh dalam penerapan metode Anjangsana di BP3K kecamatan Poasia menunjukan tingkat kemampuan yang baik.. 3. Strategi penyuluhan anjangsana adalah melakukan upaya pembinaan dan peningkatan Pengetahuan Keterampilan dan Sikap petani. B. Saran Saran yang dapat diajukan dalam penelitian kali ini yaitu sebagai berikut: 1. Teknik penyuluh dalam pelaksanaan penyuluhan dengan menggunakan metode anjangsana dikategorikan memiliki kemampuan yang baik, namun diharapkan kepada seluruh petugas penyuluh yang berada di BP3K Kecamatan Poasia untuk perlu ditingkatkan lagi kemampuannya pada setiap tahapan pelaksanaan penyuluhan agar lebih baik lagi. 2. Diperlukan adanya perhatian lebih dari pemerintah khususnya dinas terkait untuk mengatasi kendala yang dihadapi oleh para petugas penyuluh lapang di BP3K Kecamatan Poasia, terutama keterbatasan alat peraga penyuluhan sehingga diharapkan mampu meningkatkan kemampuan penyuluh pertanian.
64
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2001. Penyuluhan Pertanian. Diktat D3 Agroindustri Fakultas Pertanian. UNHALU. Kendari. Anonim. 2007. Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 273/Kpts/OT.160/4/2007 Tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani Lampiran 1 Pedoman Pertumbuhan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani. Anonim. 2015. Kompetensi Penyuluhan http://cekzaislami.blogspot.com. Diakses tanggal 8 Mei 2015
Pertanian.
Anonim, 2015. Modul. Pendekatan, metode dan teknik penyuluhan sosial dan motivasi. https://munalakanti.wordpress.com/category/metode-dan-teknikpenyuluhan-pertanian. Diakses tanggal 4 Januari 2016. Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta. Badan Pusat Statistik 2013. Kecamatan Poasia Dalam Angka. BPS. Sulawesi Tenggara. Kelsey, LD and Cannon CH. 1995. Cooperative Extension Work. Comstrock Publishing Associates. New York. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Pengertian https://www.idjoel.com/pengertian-strategi-menurut-para-ahli/. tanggal 4 Januari 2016
Strategi. Diakses
Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Pengertian Teknik. http://www.seputarpengetahuan.com/2015/02/10-pengertian-strategimenurut-ahlinya.html. Diakses tanggal 4 Januari 2016
Hamundu. 1997. Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian. Warna Indonesia. Jakarta. Husodo dan Arifin. 2009. Jurnal. Kebijakan Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian Di Era Otonomi Daerah Kabupaten Sleman Propinsi D.I. Yogyakarta. STPP. Yogyakarta. Mardikanto. 2009. Membangun Pertanian Modern. Sebelas Maret University press. Surakarta. Mardikanto dan Arip Wijianto. 2005. Modul Kuliah Metoda dan Teknik Penyuluhan Pertanian. Proyek SP4 UNS. Surakarta.
65
Mardikanto. 1993. Sistem Penyuluhan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta. Mardikanto. 2008. Refleksi dan Implementasi Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Di dalam: Yustina, Sudradjat A, penyunting. Pemberdayaan Manusia yang Bermartabat. Pustaka Bangsa Press. Medan Patong. 1984. Analisis Usahatani. Fakultas Pertanian Hasanuddin. Ujung Pandang Pedoman Pelaksanaan Klasifikasi Balai Penyuluhan Kecamatan. 2014. Pusat Penyuluhan Pertanian. Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian. Jakarta. Rianse, U dan Abdi, S.P.(2008). Metode Penelitian Sosek dan Ekonomi (teori dan aplikasi). Bandung. Alfabeta Revikasari, 2010. Skripsi. Peranan Penyuluh Pertanian. Dalam Pengembangan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Di Desa Tempuran Kecamatan Paron kabupaten Ngawi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Setiana. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Ghalia Indonesia. Bogor. Suhardiyono. 1992. Penyuluhan: Petunjuk Bagi Penyuluh Pertanian. Erlangga. Jakarta. Suhardiyono. 1995. Penyuluhan. Erlangga. Jakarta. Satraatmadja. 1993. Penyuluhan Pertanian: Falsafah, Masalah dan Sterategi. Penerbit Alumni. Bandung. Sihana, 2003. Skripsi. Efektifitas Penyuluhan Pertanian Lapangan Di Dinas Pertanian Kabupaten Jepara. Universitas Diponegoro. Semarang. Slamet, 1995. Makalah. Pola & Strategi Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Subejo. 2007. Dimokratisasi Pembangunan Pertanian di Era Otonomi Daerah: Tinjauan dari aspek Penyuluhan Pertanian. http://subejo.staff.ugm.ac.id/wp-content/cultivar-juni-2007.pdf. Diakses pada tanggal 29 Maret 2015 Sudjana. 2005. Metode Statistika. Transito. Bandung. Suriatna. 1998. Metode Penyuluhan Pertanian. PT Media Perkasa. Jakarta.
66
Sudarmanto. 2012. Pidato Ilmiah. Strategi Penyuluhan Pertanian Menghadapi Iklim Ekstrim Di Indonesia. STTP Magelang. Magelang. Tabloid Agribisnis Dwimingguan Agrina. 2010. Peranan Penyuluh Pertanian. http://www.agrina-online.com. Diakses pada tanggal 29 Maret 2015 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 Tentang sistem Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan. Van Den Ban dan Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta
67
LAMPIRAN
68
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian
69
Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian
(foto saat wawancara dengan penyuluh)
70
(Foto saat pertemuan pembahasan RDK)
(Foto saat wawancara dengan petani)
71
Lampiran 3. Perhitungan Kategori Variabel a. Tabel perhitungan kategori variabel penerapan metode anjangsana di BP3K Kecamatan Poasia Kota Kendari. penerapan metode anjangsana di BP3K Kecamatan Poasia Kota Kendari A B C D 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2
No. Resp 1 2 3 4 5 6 7 8
Total Skor
Kategori
12 10 12 11 10 11 11 11
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
I = 2,67 I=3 Penerapan metode anjangsana dimuat dengan 4 variabel pertanyaan dengan parameter berdasarkan kategori yang telah ditetapkan dengan nilai tertingginya adalah 3 sehingga diperoleh skor tertingginya adalah 12, sedangkan skor terendah diperoleh dari peluang nilai terendah dari masing-masing pertanyaan adalah 1 sehingga dengan diakumulasikan berdasarkan 4 pertanyaan maka diperoleh nilai terendah adalah 4. Adapun nilai 3 diperoleh dari kategori banyaknya jumlah kelas.
72
Keterangan: A. Penerapan Metode Penyuluhan Anjangsana yang dilakukan oleh petugas penyuluh di BP3K Kecamatan poasia untuk mendekatkan diri dan menjalin kemitraan antara penyuluh pertanian dengan petani di Kecamatan Poasia B. penerapan metode anjangsana yang memudahkan penyuluh menyampaikan materi penyuluhan kepada para petani karena dilakukan dengan bertatap muka secara langsung sehingga secara langsung penyuluh dapat mengetahui kondisi dan permasalahan yang dihadapi petani. C. Penerapan metode anjangsana dapat menjalin hubungan baik dan mengeratkan tali kekeluargaan antara penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia dengan para petani D. Penerapan metode penyuluhan anjangsana di BP3K Kecamatan Poasia tidak lepas dengan adanya halangan dan rintangan yang menghalangi penyuluh dalam menjalankan aktifitas penyuluhan pertanian kepada para petani. Kategori: Baik
= 10 - 12
Cukup Baik
=7-9
Tidak pernah
=4-6
Nilai tertinggi
= 12
Nilai terendah
=4
Nilai rata-rata
= 11
73
b. Tabel perhitungan kategori variabel teknik anjangsana di BP3K Kecamatan Poasia Kota Kendari. No. Resp 1 2 3 4 5 6 7 8
Teknik anjangsana di BP3K Kecamatan Poasia Kota Kendari A 3 3 3 3 3 3 3 3
B 3 3 3 3 3 3 3 3
C 3 3 3 3 3 3 3 3
D 3 3 3 3 3 3 3 3
E 3 3 3 3 2 3 3 3
F 3 3 3 3 2 3 3 3
G 3 3 3 3 2 3 3 3
H 3 3 3 3 2 2 3 3
Total Skor
Kategori
24 24 24 24 20 23 24 24
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
I = 5, 33 I=6 Teknik anjangsana dimuat dengan 8 variabel pertanyaan dengan parameter berdasarkan kategori yang telah ditetapkan dengan nilai tertingginya adalah 3 sehingga diperoleh skor tertingginya adalah 24, sedangkan skor terendah diperoleh dari peluang nilai terendah dari masing-masing pertanyaan adalah 1 sehingga dengan diakumulasikan berdasarkan 8 pertanyaan maka diperoleh nilai terendah adalah 8. Adapun nilai 3 diperoleh dari kategori banyaknya jumlah kelas.
74
Keterangan: A. Kemampuan penyuluh berbicara dengan baik di depan umum dan mampu mengkomunikasikan materi penyuluhan yang disampaikan kepada petani. B. Kemampuan penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia dalam memberikan dorongan dan mempengaruhi semangat dan kemauan petani sehingga mau melaksanakan apa yang disampaikan. C. Kemampuan penyuluh yang berada di BP3K Kecamatan Poasia Kota Kendari dalam menyampaikan materi penyuluhan yang jelas. D. Kemampuan penyuluh yang berada di BP3K Kecamatan Poasia dalam memusatkan materi penyuluhan sehingga terkait dengan masalah yang sesungguhnya. E. Kemampuan penyuluh yang berada di BP3K Kecamatan Poasia dalam mengenali masalah yang terjadi dan untuk mengamati apa yang terjadi dalam proses penyuluhan. F. Kemampuan evaluasi dari petugas penyuluh di kecamatan poasia untuk menilai sejauh mana keberhasilan penyuluhan yang sudah dilakukan. G. Kemampuan perencanaan penyuluhan oleh para petugas penyuluh di BP3K kecamatan poasia untuk menyusun dan mengatur waktu penyuluhan sehingga dapat berjalan lancar. H. Kemampuan penyuluh di BP3K kecamatan poasia dalam mencatat dan merekam proses penyuluhan yang telah dilaksanakan kemudian dilaporkan sehingga dapat dijadikan bahan pelaksanaan penyuluhan berikutnya. Kategori: Baik
= 20 - 25
Cukup baik = 14 - 19 Kurang baik = 8 – 13 Nilai tertinggi
= 24
Nilai terendah
=8
Nilai rata-rata
= 23,37
75
c. Tabel perhitungan kategori variabel strategi anjangsana di BP3K Kecamatan Poasia Kota Kendari. No. Resp 1 2 3 4 5 6 7 8
Strategi anjangsana di BP3K Kecamatan Poasia Kota Kendari A B 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3
Total Skor
Kategori
6 6 5 5 5 5 5 6
Baik Baik Cukup baik Cukup baik Cukup baik Cukup baik Cukup baik Baik
I = 1,33 I=2 Strategi anjangsana dimuat dengan 2 variabel pertanyaan dengan parameter berdasarkan kategori yang telah ditetapkan dengan nilai tertingginya adalah 3 sehingga diperoleh skor tertingginya adalah 6, sedangkan skor terendah diperoleh dari peluang nilai terendah dari masing-masing pertanyaan adalah 1 sehingga dengan diakumulasikan berdasarkan 2 pertanyaan maka diperoleh nilai terendah adalah 2. Adapun nilai 3 diperoleh dari kategori banyaknya jumlah kelas.
76
Keterangan: A. Upaya pembinaan kelompok tani yang dilakukan oleh para petugas Penyuluh di BP3K Kecamatan Poasia Kota Kendari untuk meningkatkan kemandirian para petani. B. Hambatan yang menghalangi upaya penyuluh dalam pembinaan kelompok tani di Kecamatan Poasia Kota Kendari. Kategori: Baik
=6-7
Cukup baik
=4-5
Kurang baik
=2-3
Nilai tertinggi
=6
Nilai terendah
=5
Nilai rata-rata
= 5,37
77
Lampiran 4. Kuesioner KUESIONER ..........
No. Responden:
....
METODE, TEKNIK DAN STRATEGI ANJANGSANA PENYULUHAN PERTANIAN DI BP3K KECAMATAN POASIA KOTA KENDARI Dengan hormat, Kuesioner ini merupakan alat pengumpulan data yang diperlukan untuk melengkapi penulisan skripsi saya. Oleh karena itu dengan kerendahan hati saya mohon kesediaan bapak/ibu/saudara(i) untuk menjawab pertanyaan yang ada pada kuesioner ini dengan jelas dan lengkap, atas kesediaannya saya haturkan terimakasih. Salam Hormat, Peneliti Petunjuk pengisian: 1. Baca dan jawablah pertanyaan tanpa ada yang terlewatkan. 2. Jawablah semua pertanyaan yang ada sesuai dengan pendapat dan pandangan anda sendiri A. Karakteristik Penyuluh 1. Nama Lengkap Penyuluh
:.................................
2. Usia
: ................ tahun
3. Tingkat pendidikan terakhir :SMP / SMA / D2 / D3 / S1 / S2 4. Lama masa kerja PPL No
Lama masa Kerja sebagai penyuluh (berapa tahun)
Ditugaskan di Kecamatan Poasia ( Pada Tahun)
............
..............
78
B. Metode, Teknik dan Strategi Penyuluhan Pertanian 1. Metode Penyuluhan 1.1 Seberapa sering penyuluh melakukan penyuluhan dengan cara berkunjung ke rumah petani? a. Sering b. Kadang-kadang c. Tidak pernah Alasan: .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... ......................................................................................................................... 1.2 Apakah penerapan metode penyuluhan anjangsana memudahkan penyuluh menyampaikan materi penyuluhan? a. Setuju b. Kurang setuju c. Tidak setuju Alasan: .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... ......................................................................................................................... 1.3 Apakah penerapan metode penyuluhan anjangsana dapat menjalin hubungan yang baik penyuluh dengan petani? a. Setuju b. Kurang setuju c. Tidak setuju Alasan: .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... ................................................................................................................
79
1.4 Apakah penerapan metode penyuluhan anjangsana sering menemui hambatan? a. Sering b. Kadang-kadang c. Tidak pernah Alasan: .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... ......................................................................................................................... 2. Teknik Penyuluhan 2.1 Kemampuan penyuluh mengkomunikasikan anjangsana dengan baik kepada petani? a. Baik b. Cukup baik c. Kurang Baik Alasan:
materi
penyuluhan
.......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... ......................................................................................................................... 2.2 Kemampuan penyuluh memberikan dorongan dan mempengaruhi semangat dan kemauan petani agar mau melaksanakan apa yang disampaikan? a. Baik b. Cukup baik c. Kurang baik Alasan: .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... ................................................................................................................
80
2.3 Kemampuan penyuluh menyampaikan meteri penyuluhan dengan jelas dan menarik bagi petani? a. Baik b. Cukup baik c. Kurang baik Alasan: .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... ......................................................................................................................... 2.4 Kemampuan penyuluh untuk memusatkan materi penyuluhan sehingga terkait dengan masalah yang dihadapi petani? a. Baik b. Cukup baik c. Kurang baik Alasan: .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .........................................................................................................................
2.5 Kemampuan penyuluh mengenali masalah yang terjadi dan mengamati apa yang terjadi dalam proses penyuluhan anjangsana? a. Baik b. Cukup baik c. Kurang baik Alasan: .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... ...............................................................................................................
81
2.6 Kemampuan penyuluh untuk menilai sejauh penyuluhan anjangsana yang sudah dilakukan? a. Baik b. Cukup baik c. Cukp baik Alasan:
mana
keberhasilan
.......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... ......................................................................................................................... 2.7 Kemampuan Penyuluh untuk menyusun dan mengatur waktu penyuluhan anjangsana sehingga dapat berjalan lancar? a. Baik b. Cukup baik c. Kurang baik Alasan: .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .........................................................................................................................
2.8 Kemampuan Penyuluh mencatat dan merekam proses penyuluhan yang telah dilaksanakan metode anjangsana kemudian dilaporan.? a. Baik b. Cukup baik c. Kurang baik Alasan: .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .........................................................................................................................
82
3. Strategi Penyuluhan 3.1 seberapa sering penyuluh melakukan upaya pembinaan kelompok tani? a. Sering b. Kadang-kadang c. Tidak pernah Alasan: .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... ......................................................................................................................... 3.2 Apakah tersedia fasilitas tempat berkumpul dan berinteraksi kelompok tani? a. Sering b. Kadang-kadang c. Tidak pernah Alasan: .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... .........................................................................................................................