STUDI TENTANG PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA NELAYAN PANCING DESA MALALANDA KECAMATAN KULISUSU KABUPATEN BUTON UTARA
SKRIPSI
Oleh:
LUKMAN INTA NIM. D1A1 12 112
JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO 2016
1
STUDI TENTANG PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA NELAYAN PANCING DESA MALALANDA KECAMATAN KULISUSU KABUPATEN BUTON UTARA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakutas Pertanian untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Jurusan Agribisnis
Oleh: LUKMAN INTA NIM. D1A1 12 112
JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO 2016
ii
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN PERGURUAN
SEBAGAI TINGGI
SKRIPSI ATAU
ATAU
KARYA
LEMBAGA
ILMIAH
MANAPUN.
PADA
APABILA
DIKEMUDIAN HARI TERBUKTI ATAU DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA SKRIPSI INI MERUPAKAN HASIL JIPLAKAN, MAKA SAYA BERSEDIA MENERIMA SANKSI SESUAI PERATURAN YANG BERLAKU.
Kendari, Juni 2016
LUKMAN INTA D1A1 12 112
iiii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul
: Studi Tentang Produksi dan Pendapatan Usaha Nelayan Pancing Desa Malalanda Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara
Nama
: Lukman Inta
NIM
: D1A1 12 112
Jurusan/Program studi
: Agribisnis
Minat
: Penyuluhan dan Pengembangan Masyarakat (PPM)
Menyetujui, Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. Ir Idrus Salam, M.S NIP. 19581231 198703 1 016
Abdul Gafaruddin, SP.,M.Si NIP.19750814 200604 1 001
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo
Plt. Ketua Jurusan/Program Studi Agribisnis
Dr. Ir. M. Tufaila, M.P NIP. 19660750 199103 1 004
Abdul Gafaruddin, S.P.,M.Si. NIP. 19750814 200604 1 001
Tanggal Lulus : 30 Juni 2016
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PANITIA UJIAN
Judul
: Studi Tentang Produksi dan Pendapatan Usaha Nelayan Pancing Desa Malalanda Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara
Nama
: Lukman Inta
NIM
: D1A1 12 112
Jurusan/Program studi
: Agribisnis
Minat
: Penyuluhan dan Pengembangan Masyarakat (PPM)
Telah diujikan di depan Tim Penguji Skripsi dan telah diperbaiki sesuai saransaran saat ujian
Kendari, 30 Juni 2016 Tim Penguji :
Ketua
Tanda Tangan :……………...
: Dr. Ir. Budiyanto, M.P
Sekretaris : Awaluddin Hamzah, SP.,M.Si
Tanda Tangan :……………...
Anggota : Dr. Ir. Laode Geo, M.S
Tanda Tangan :……………...
Anggota : Dr. Ir. Idrus Salam, M.Si
Tanda Tangan :……………....
Anggota : Abdul Gafaruddin, SP.,M.Si
Tanda Tangan :………………
iv
ABSTRAK
LUKMAN INTA (D1A112112). Studi Tentang Produksi dan Pendapatan Usaha Nelayan Pancing di Desa Malalanda Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara. Dibawah bimbingan Idrus Salam sebagai pembiming I dan Abdul Gafaruddin sebagai pembimbing II. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis besar pendapatan usaha nelayan pancing, dan (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usaha nelayan pancing di Desa Malalanda Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nelayan pancing yang berjumlah 60 orang. Teknik pengambilan sampel adalah rumus slovin yang digunakan untuk memilih 38 nelayan pancing. Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah secara acak sederhana. Data dianalasis menggunakan analisis pendapatan yaitu, Pd = TR – TC, regresi linear berganda dan Uji t. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Rata-rata pendapatan nelayan pancing di Desa Malalanda pada musim barat (Maret) yaitu sebesar Rp9.777.529, sedangkan pada musim timur (Agustus) sebesar Rp12.072.266. Terdapat pengaruh positif dari masing – masing variabel yang diamati yaitu biaya operasional, kapasitas mesin, lama melat, jarak tempuh, dan pengalaman. faktor yang paling besar mempengaruhi produksi adalah biaya operasional dan pengalaman.
Kata kunci: Nelayan Pancing, Biaya opersaional, Kapasitas Mesin, Lama Melaut, Jarak Tempuh, Pengalaman, Produksi dan Pendapatan
v v
ABSTRACT
LUKMAN INTA (D1A1121120). Study of the Production and Income of Fishermen Fishing in Malalanda village Kulisusu subdistrict Buton Utara district. Under guided Idrus Salam as sopervisor I and Abdul Gafaruddin as supervisor II. This study aimed to (1) analyze income of fishermen fishing, and (2) anayze factors that affect the production of fisherman fishing in Malalanda Village Kulisusu subdistrict Buton Utara district. Population for this study include all fishermen fishing the quantity is 60 persons. Slovin formulation was used to select 38 fisherman fishing. Data were analyzed using income analysis namely Pd = TR – TC, multiple regretion analysis and t-test. The result of this study (1) average of income fishermen fishing in west season (March) IDR9.777.529, and IDR12.072.266 in east season (August), and (2) there are positive affect each variable of operational cost, mechine capacity, hours of work, distance of going to sea, and experience. The bigger factor affect the production is operational cost and experience.
Key words : Fishermen Fishing, Operational Cost, Machine Capacity, Hours of Work, Distance of Going To Sea,Experience, Production and Income
vi vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Bismillahirrahmaanirrahiim Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karuniah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian perkuliahan, penelitian serta penyusunan skripsi hingga dalam wujud sekarang ini. Shalawat serta salam senantiasa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu’ Alaihi Wasallam serta para keluarga dan sahabat Beliau yang merupakan suri tauladan bagi seluruh ummat manusia. Ucapan terima kasih dengan bangga penulis persembahkan kepada orang tua, Bapak La Inta dan Ibu Siamu yang telah membesarkan, menyayangi dan mencintai, mendukung, memotivasi, memfasilitasi, dan mengontrol serta senantiasa mendoakan penulis hingga dapat menyelesaikan studi penulis. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan ketulusan yang telah diberikan. Bersamaan dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghormatan kepada pembimbing, yaitu Dr. Ir. Idrus Salam, M. Si dan Abdul Gafaruddin, S.P.,M. Si yang telah sabar, tekun, dan tulus dalam membimbing, mengarahkan, mendidik serta memotivasi dalam penyusunan skripsi penulis. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada: 1.
Rektor Universitas Halu Oleo, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, Pengelola Jurusan/Program Studi Agribisnis Universitas Halu Oleo beserta staf, Dosen di lingkungan Jurusan/Program Studi Agribisnis, yang
vii vii
telah memberikan kesempatan belajar bagi penulis, dan dukungan sarana dan prasarana dalam kelancaran proses kuliah. 2.
Dosen pengajar pada Jurusan/Program Studi Agribisnis yang telah berperan dalam proses pembelajaran dan pembentukan pola pikir penulis.
3.
Ibu Hartina Batoa, S.P.,M.Si selaku Penasehat Akademik pertama dan Prof. Dr. Ir. H Akip Tuwo, M.Si selaku Penasehat Akademik kedua selama penulis mengikuti pendidikan pada Fakultas Pertanian UHO.
4.
Seluruh dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan pada saat pelaksanaan seminar proposal sampai pada ujian skripsi.
5.
Pegawai administrasi Jurusan Agribisnis, Pegawai administrasi Fakultas Pertanian, Laboratorium dan Perpustakaan atas bantuan dan kelancaran urusan admnistrasi yang mendukung penulis selama masa pendidikan.
6.
Kak Amlin S.Pd, Nazrin S.P, Alwin dan adik Romi atas dukungan, motivasi, doa dan inspirasinya.
7.
Sahabat seperjuangan penulis yang selalu ada disaat susah maupun senang yaitu: Mustika S.P Nur Tani S.P, La Ode Dawid S.P., dan La Bai S.P., All Munir terima kasih atas segala doa, bantuan dan pengorbanan kalian semoga Allah SWT membalas dengan ganjaran yang lebih baik.
8.
Teman dan sahabat kuliah Agribisnis kelas C terkhusus pada: Sandra Dewi, Nurti Hidayah, Putri Jenang, Findi sary dan Aliana yang telah menemani penulis dengan banyak canda dan tawa selama menjalani perkuliahan. Dan juga teman lainya Subardin, Gede suyadyana, Gusti Putu Agus P, Asman, Ramalia, Rilan Toloko A putra, Mahyudin, Muh. Ruslan A.p, Samsudin,
viii viii
Kahar, Arisman, Agus Sugiarto, Jojon Hermawan, Hikmal Said, Muh. Syukur, Iqram, Waode Maymana, Restian Wulandari, Evi Untari, wahyunis, Usty, Jumrah, Novia Ningsih, Nuriani, Kiki Puspita, dan lainya yang selalu member dukungan dan menyembangati. 9.
Teman dan sahabat kuliah Agribisnis Angkatan 2012 terkhusus Agribisnis PPM yaitu: LM Arjuna Ruslan, Trisnawati Baso, Syamsudin, Derman, Dermawansa, Ahmad Sedi, Rudi Hartono, Dian Parawansa, Gede Suadyana, Yusriadin S.P., Muh. Yakup S.P., La Ode Abdul Asis Hasidu S.P., Kiki Puspita, Agus Ari Artanto, Usti, La Wawar, La Ode Halfin, Daud, Reski, Novia Ningsi, Rosnawati Abas, Nurti Hidaya, Putri Jenang, Sandra Dewi, Pusrawati dan Fadli, serta teman-teman dari SET Tambang: Azmul, La Yoreni, Ardi, LD. Firman Yadi, Untung, LD. Hasri Haswan Dida, dan lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah mendukung, menyemangati dan membantu.
10. Teman dan sahabat kuliah Agribisnis angkatan 2012 : Mulianton, Wana Rukmana, Wa Ode Herlianti Astuti, Riski Amaliah, Israwati, Risna, Hasnawati Sarfan, Minartin, Amrin Aksa, Dina Rachmayanti, Ika Ririn Martin, Syamsiah, Indri Sulfianatasari, Ayu Ansyari, Awwal R. Hartono, Hardianti, Bayu Prasetyo Aji, Tafahudin, Hardiman Arif, Irma Sapta Pratiwi, Rizal Endriansyah, Armansyah, Abdul Hamid, Ifan, dan Maria T. Sarigana yang selalu mendukung, menyemangati, dan membantu. 11. Pengurus Mahasiswa Bidikmisi UHO, Asrama Ibnu Sina UHO dan temanteman mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi angakatan 2012 UHO.
ix ix
Penulis hanya bisa berdoa agar semua amal dan kebaikan yang telah diberikan dalam penyelesaian studi penulis diganjar dengan kebaikan yang lebih baik dari sisi Allah SWT. Amin. Penulis menyadari dalam skripsi yang disusun penulis masih memiliki kekurangan dan kelemahan sehingga bimbingan dan arahan sangat diharapkan oleh penulis. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pihak yang membutuhkan informasi dan ingin meningkatkan pemahamannya. Wa Alaikum Salam Warahmatullahi Wabarakaatuh
Kendari, Juni 2016
Penulis
x x
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ......................................................................................... PERNYATAAN ................................................................................................. HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN PANITIA UJIAN .......................................... ABSTRAK ......................................................................................................... ABSTRACT ........................................................................................................ UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ DAFTAR ISI ...................................................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................................. DAFTAR GAMBAR........................................................................................ . DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................
i ii iii iv v vi vii xi xiii xiv xv
A. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...................................................................................... B. Rumusan Masalah ................................................................................. C. Tujuan dan Kegunaan ...........................................................................
1 5 5
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Nelayan ............................................................................... B. Karakteristik Nelayan ........................................................................... C. Alat Tangkap Pancing Ulur .................................................................. C.1 Konstruksi Pancing Ulur ................................................................ C.2 Operasi Penangkapan dengan Pancing Ulur .................................. D. Konsep Produksi ................................................................................... E. Konsep Pendapatan ............................................................................... F. Faktor – Faktor yang Menpengaruhi Produksi Nelayan ....................... F.1 Modal................................................................................................ F.2 Tenaga Kerja .................................................................................... F.3 Lama Melaut..................................................................................... F.4 Faktor Sosial Ekonomi ..................................................................... G. Penelitian Terdahulu ............................................................................. H. Kerangka Pikir ...................................................................................... I. Hipotesis ...............................................................................................
6 6 11 12 13 15 17 19 19 21 22 24 25 28 30
III. METODE PENELITIAN A. B. C.
Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 32 Populasi dan Sampel........................................................................... 32 Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 33 xi xi
D. E. F. G.
Teknik Pengumpulan Data ................................................................. Variabel Penelitian ............................................................................. Analisis Data ...................................................................................... Konsep Operasional ............................................................................
33 34 34 37
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Wilayah.. ................................................................... A.1 Letak dan Batas Wilayah ................................................................ A.2 Keadaan Iklim dan Topografi ......................................................... A.3 Luas Wilayah dan Tataguna Lahan ................................................ A.4 Keadaan Penduduk ......................................................................... A.4.1 Keadaan Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin ......................................................................................... A.4.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan .......................... A.4.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ............... A.4.4 Keadaan Sarana dan Prasarana ................................................ B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ........................................................... B.1 Identitas Responden......................................................................... B.1.1 Keadaan Responden Menurut Umur ........................................ B.1.2 Tingkat Pendidikan Formal...................................................... B.1.3 Jumlah Tanggungan Keluarga ................................................. B.1.4 Pengalaman Berusaha .............................................................. C. Analisis Pendapatan Usaha Nelayan Pancing Desa Malalanda ............. D. Faktor – Faktor yang Berpengaruh terhadap Produksi Usaha Nelayan Pancing ..................................................................................... D.1 Hasil Aanalisis Regresi Linier Berganda ................................... D.2 Hasil Uji Parsial (Uji t)...............................................................
39 39 39 41 42 42 43 44 46 47 47 47 49 50 52 54 56 56 60
V. PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................ 65 B. Saran ...................................................................................................... 65 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 67 LAMPIRAN ....................................................................................................... 70
xii xii
DAFTAR TABEL
Tabel
Teks
Halaman
1.
Penggunaan Lahan Desa Malalanda .....................................................
41
2.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin ..
42
3.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan .........................................
44
4.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ...............................
45
5.
Sarana dan Prasarana yang terdapat di Desa Malalanda .......................
46
6.
Keadaan Responden Berdasarkan Golongan Umur ..............................
48
7.
Keadaan Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ........................
49
8.
Keadaan Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga ........
51
9.
Pengalaman Responden Dalam Menjalankan Usahanya ......................
53
10. Rata – Rata Pendapatan Responden Pada Musim Barat (Maret) ..........
55
11. Rata – Rata Pendapatan Responden Pada Musim Barat (Agustus) ......
55
12. Hasil Analisis Regresi ...........................................................................
56
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Teks
Halaman
1.
Pancing Ulur ............................................................................................... 11
2.
Kerangka Pikir Penelitian ........................................................................... 30
xiv xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Teks
Halaman
1.
Riwayat Hidup Penulis..............................................................................
71
2.
Hasil Analisis Regresi ...............................................................................
72
3.
Penerimaan dan Pendapatan Nelayan Perhari pada Musim Barat ............
73
4.
Penerimaan dan Pendapatan Nelayan Perhari di Musim Timur ...............
74
5.
Penerimaan dan Pendapatan Nelayan Perbulan di Musim Barat ..............
75
6.
Penerimaan Pendapatan Nelayan Perhari di Musim Timur ......................
76
7.
Jenis Perahu, Lama Melaut, Jarak Tempuh Pengalaman dan Biaya Operasional Serta Produksi dalam Sekali Memancing .............................
77
Dokumntasi Penelitian ..............................................................................
78
8.
xv xv
1
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia secara geografis memiliki luas wilayah 5 juta km2 yang terdiri dari 1,9 juta km2 luas daratan, 0,3 juta km2 laut teritorial dan perairan kepulauan seluas 2,8 juta km2. Artinya seluruh laut Indonesia berjumlah 3,1 juta km2 atau sekitar 62 persen dari seluruh wilayah Indonesia. Selain itu,Indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai terpanjang di dunia dengan jumlah panjang garis pantainya sekitar 81.000 km. Luas laut yang besar ini menjadikan Indonesia unggul pada sektor perikanan dan kelautan (Nontji, 2005). Sebagai negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu pulau menyebapkan timbulnya struktur kehidupan perairan yang memunculkan pemukiman – pemukiman penduduk disekitar garis pantai. Dalam hal ini, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari para penduduk yang bermukim di daerah pantai tersebut pada umumnya memilih pekerjaan sebagai nelayan selain pekerjaan-pekerjaan sampingan lainnya. Sektor perikanan merupakan salah satu sasaran pemerintah dalam usaha meningkatkan ekspor non migas, penyediaan lapangan kerja, sumber devisa dan untuk gizi makanan. Tetapi dari sisi lain, dapat juga dilihat bahwa masyarakat yang mendiami pesisir pantai yang berperan aktif dalam usaha perikanan sebahagian besar belum terlepas dari lingkaran kemiskinan yang perlu penanganan serius (Adhar,2012). Tujuan pembangunan perikanan di Indonesia ini pada prinsipnya memiliki dua sasaran pokok yaitu menaikkan produksi dan meningkatkan pendapatan pada
2
sektor perikanan. Hal ini sejalan dengan upaya memperbaiki taraf hidup nelayan dan meningkatkan produksi perikanan nasional yang secara langsung ataupun tidak langsung dipengaruhi oleh faktor modal kerja, tenaga kerja, teknologi, pengalaman kerja yang dimiliki dan sebagainya (Salim,1999). Masyarakat yang mempunyai mata pencaharian sebagai usaha nelayan merupakan salah satu dari kelompok masyarakat yang melakukan aktivitas usaha dengan mendapatkan penghasilan bersumber dari kegiatan usaha nelayan itu sendiri. Tingkat kesejahteraan nelayan sangat ditentukan oleh hasil tangkapannya. Banyaknya tangkapan tercermin pula besar pendapatan yang diterima dan pendapatan tersebut sebagian besar untuk keperluan konsumsi keluarga. Dengan demikian tingkat pemenuhan kebutuhan konsumsi keluarga atau kebutuhan fisik minimum (KFM) sangat ditentukan pendapatan yang diterima nelayan. Profinsi Sulawesi Tenggara merupakan salah satu sentral perikanan Indonesia dimana ditandai dengan dibangunya salah satu pelabuhan perikanan samudra di Kota Kendari yang hanya terdapat enam pelabuhan di seluruh Indonesia. Potensi perikanan Sulawesi Tenggara juga dapat dilihat luas perairanya yaitu seluas 110.000 km2 atau 74,25 persen dari luas
Sulawesi Tenggara
keseluruhan. Pada tahun 2013 besar produksi perikanan Sulawesi Tenggara mencapai 127.776,90 ton (BPS
Sulawesi Tenggara 2014). Hasil perikanan
tersebut didapatkan dari produksi perikanan seluruh kabupaten/kota di Sulawesi Tenggara yaitu Kabupaten Kolaka, Kolaka utara, Konawe, Konawe utara, Wakatobi, Buton, Buton Utara, Konawe Kepulauan, Muna, Bombana, Kota Bau – Bau dan Kota Kendari.
3
Salah satu wilayah
Kabupaten yang kegiatan perikanan banyak
diusahakan masyarakatnya adalah Kabupaten Buton Utara hal ini karena sebagian besar wilayah pedesaan di Kabupaten Buton Utara merupakan wilayah pesisir atau pinggir pantai, oleh sebap itu banyak masyarakat bekerja sebagai nelayan. Perairan Kabupaten Buton Utara berbatasan langsung dengan laut banda sehingga potensi perikananya tersedia cukup besar. Hasil perikanan di Kabupaten Buton Utara terdiri dari perikanan tangkap, perikanan budidaya, dan perikanan lainnya (kepiting, udang, rumput laut, kerang, lainnya). Hasil produksi ikan pada tahun 2014 adalah sebesar 7.547,60 ton (BPS Buton Utara 2015). Secara umum masyarakat pesisir Kabupaten Buton Utara mereka bekerja sebagai petani dan nelayan. Ketersediaan lahan pertanian yang luas menjadikan masyarakat pesisir berusahatani dengan membudidayakan berbagai macam tanaman. Namun sebagai masyarakat pesisir yang kehidupanya dekat dengan lautan maka banyak pekerjaan utama masyarakat adalah sebagai nelayan. Karena besarnya potensi laut yang ada maka usaha nelayan dipandang lebih menguntungkan secara ekonomi dibandingkan usaha pertanian. Desa Malalanda adalah salah satu desa pesisir di Kabupaten Buton Utara yang memiliki wilayah daratan berbatu sehingga tidak potensial untuk mengembangan pertanian. Oleh sebab itu, banyak masyarakat memililih usaha nelayan untuk sumber matapencaharianya. Sebagai masyarakat nelayan banyak aktivitas perikanan yang dilakukan seperti budidaya rumput laut, penangkapan gurita, karamba, rompong, dandari usaha periknan tersebut banyak nelayan bekerja sebagai nelayan pancing.
4
Nelayan pancing adalah matapencaharian sebagian masyarakat Desa Malalanda. Pekerjaan ini merupakan keterampilan yang digemari secara turun temurun oleh masyarakat setempat. Pengetahuan memancing didapatkan dari orang tua dan pengalaman mereka sendiri sebagai masyarakat nelayan. Alat pancing yang digunakanan nelayan pancing Desa Malalanda adalah pancing ulur, alat pancing ini merupakan alat pancing tradisional, sederhana dan sangat mudah operasikan. Selain itu juga, alat pancing ini bersifat ramah lingkungan dan hasil tangkapanya tidak mempengaruhi populasi ikan di lautan karena hasil tangkapanya tidak dalam jumlah besar. Dalam menjalankan usaha ini jumlah produksi yang akan diperolaeh tidak bisa diketahui karena merupakan hal yang tidak pasti bagi nelayan hasil yang ia dapatkan selalu tidak menentu. Selain itu, banyak faktor yang mempengaruhi produksi nelayan yang dapat menyebapkan produksi dan pendapatan nelayan dapat menurun atau berhenti. Sebagai masyarakat nelayan kehidupan sosial ekonominya yang tergantung dengan lautan dan juga usaha memancing ini merupakan matapencaharian utama sebagai sumber pendapatan mereka maka mereka tetap menjalankan usaha ini. Selain itu, mereka tidak memiliki pekerjaan lain sehingga sampai sekarang usaha memancing ini masih menjadi matapencaharian sebagian masyarakat nelayan di Desa Malalanda. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Studi Tentang Produksi dan Pendapatan Usaha Nelayan Pancing di Desa Malalanda Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara”.
5
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Berapa besar pendapatan usaha nelayan pancing di Desa Malalanda Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara?
2.
Faktor - faktor apa saja yang mempengaruhi produksi nelayan pancing di Desa Malalanda Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara?
C. Tujuan dan Kegunaan Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk: 1.
Menganalisis pendapatan dari usaha nelayan pancing di Desa Malalanda Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara.
2.
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi nelayan pancing di Desa Malalanda Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah dan pihak lain, dalam upaya mencari pendekatan dan strategi terbaik dalam melakukan upaya untuk meningkatkan pendapatan usaha nelayan.
2.
Sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya terutama yang berminat untuk meneliti mengenai sektor perikanan terutama pada pendapatan usaha nelayan.
3.
Bagi nelayan dapat menjadi sumber informsih mengenai kelemahan dan kekurangan yang ada pada usaha nelayan pancing yang dilakukan.
6
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Nelayan Dalam kamus pertanian umum nelayan adalah orang yang melakukan kegiatan penagkapan ikan di laut atau perairan umum (rawa, sungai, dan danau). Nelayan dapat dibagi dalam beberapa bentuk yaitu : (1) Nelayan musiman adalah nelayan dari daerah lain yang sifatnya musiman; (2) Nelayan penuh yaitu nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penagkapan ikan; (3) Nelayan sambilan tambahan adalah nelayan yang sebagian kecil waktunya melakukan operasi penangkapan; (4) Nelayan sambilan utama adalah nelayan yang sebagian besar waktunya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan (Sugito,2003). Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat
yang kehidupannya
tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budidaya. Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya (Imron, 2003). Dalam Undang – Undang No.9 tahun 1985 tentang perikanan dijelaskan bahwa nelayan adalah orang yang mata pencaharianya adalah melakukan penagkapan ikan, sedangkan usaha penagkapan adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan. Menurut Soesono dalam Kahar (2009) nelayan dapat diartikan sebagai masyarakat yang dalam kehidupan sehari – hari dipengaruhi oleh laut khususnya yang mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan atau dengan
7
menangkap ikan. Selanjutnya dikatakan bahwa nelayan adalah orang yang aktif melakukan penangkapan ikan atau budidaya binatang atau tanaman air sedangkan usaha penangkapan ikan adalah merupakan kegiatan pengambilan sumber – sumber alam yang bagi usaha penangkapan bersifat memburu ikan dalam alam bebas mengikuti gerak dan musim ikan yang selalu berpindah. Menurut Sujarno (2008) nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Di indonesia biasanya nelayan bermukim di pinggir pantai atau pesisir laut. Komunitas nelayan adalah kelompok orang yang bermata pencaharian sebagai pelaut. Ciri komunitas nelayan dapat dilihat dari berbagai segi, sebagai berikut : a.
Dari segi mata pencaharian, nelayan adalah mereka yang segala aktivitasnya berkaitan dengan lingkungan laut dan pesisir, ataumereka yang menjadikan perikanan sebagai mata pencaharian mereka.
b.
Dari segi cara hidup, komunitas nelayan adalah komunitas gotong royong. Kebutuhan gotong royong dan tolon – menolong terasa sangat penting pada saat untuk mengatasi keadaan yang menuntut biaya yang sangat besar dan pengerahan tenaga yang banyak, seperti saat berlayar, membangun rumah atau tanggul penahan ombak disekitar Desa.
c.
Dari segi keterampilan, meskipun pekerjaan nelayan adalah pekerjaan berat namun pada umumnya mereka hanya memiliki keterampilan sederhana. Kebanyakan mereka bekerja sebagai nelayan adalah profesi yang diturunkan oleh orang tua, bukan yang dipelajari secara profesional.
8
Dari bangunan struktur sosial, komunitas nelayan terdiri dari komunitas yang heterogen dan homogen. Masyarakat yang heterogen adalah mereka yang berukim di desa – desa yang muda dijangkau secara transportasi darat, sedangkan komunitas yang homogen terdapat di desa – desa nelayan terpencil biasanya menggunakan alat – alat tangkap ikan yang sederhana, sehingga prodiktivitas kecil. Sementara itu kesulitan transportasi angkutan hasil kepasar juga akan menjadi
penyebap
rendahnya
harga
hasil
laut
didaerah
mereka
(Sastrawidjaya,2002). Menutur Mubyarto (2002) masyarakat nelayan ditinjau dari aspek ekonomi memiliki stratifikasih sebagai berikut : (1) Nelayan kaya , yang mempunyai kapal dan memperkerjakan nelayan lain sebagai pekerja tanpa dia sendiri ikut bekerja; (2) Nelayan kaya yang mempunyai kapal dan dia sendiri ikut bekerja; (3) Nelayan sedang yang kebutuhan hidupnya dapat ditutupi dengan pendapatan pokonya sebagai nelayan, dan mempunyai perahu tanpa mempekerjakan orang dari luar keluarganya; (4) Nelayan miskin, yang berpendapatan dari perahu tidak mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga harus ditambah dengan yang lain untuk kebutuhanya; (5) Nelayan pendega atau nelayan sawi yang tidak mempunyai perahu, sehingga kebutuhan hidupnya dipengaruhi oleh bekerja sebagai awak kapal. B. Karakteristik Nelayan Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat
yang kehidupannya
tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan
9
ataupun budidaya. Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya (Imron, 2003). Nelayan sebagai suatu entitas masyarakat pantai memiliki struktur dan tatanan sosial yang khas, yaitu suatu komunitas yang kelangsungan hidupnya bergantung pada perikanan sebagai dasar ekonomi (based economic) agar tetap bertahan hidup (survival). Pemahaman kemiskinan nelayan tidak hanya dapat didekati dengan penjelasan ketertinggalan budaya (cultural-lag analysis), karena beragam faktor penyebab (multicausal factor) dan pendulum yang menyertai riwayat integritas masyarakat pantai, terutama saat nelayan diuji korelasi dampak struktural dari krisis ekonomi dan dampak fenomena alam yaitu “El Nino – La Nina” (Adhar,2012). Sitorus (2005) menegaskan bahwa diverfikasi pekerjaan dikalangan nelayan walaupun andal meningkatkan pendapatan, tetapi tidak cukup dijadikan sebagai pilihan kebijakan, karena perangkap kemiskinan nelayan telah berkorelasi dengan pola-pola mata pencahariannya yang dibatasi oleh aktivitas pekerjaan lainnya; atau apakah diperlukan suatu rekayasa sosial agar komunitas pantai terlepas dari kemiskinan dan ketertinggalannya dalam era globalisasi yang meretas bata-batas dunia. Rendahnya tingkat pendapatan nelayan disebabkan berbagai faktor, seperti kekurangan modal untuk mengembangkan usaha, menurunnya daya dukung lingkungan yang membuat hasil tangkapan berkurang, rendahnya kualitas sumber daya menusia, rendahnya mutu produk dan sebagainya. Di samping karena kondisi kesejahteraan masyarakat nelayan masih rendah, jumlah penduduk
10
Indonesia yang menggantungkan hidup, baik dari penangkapan maupun dari budidaya ikan ini cukup besar, maka upaya untuk meningkatkan kesejahteraan para nelayan atau masyarakat pesisir ini perlu mendapat perhatian besar. Berbagai upaya untuk ke arah ini sudah dilakukan, terutama melalui berbagai program pemberdayaan masyarakat nelayan atau pesisir. Namun, berbagai program tersebut masih perlu dipertajam lagi, baik dari sisi kualitas maupun kuantitas (Basri, 2007). Sanjatmiko (2011) mengemukakan beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan antara lain program kredit usaha nelayan, subsidi bahan bakar minyak, pembagian wilayah penangkapan berdasarkan peralatan tangkap nelayan, larangan penghapusan operasi kapal pukat harimau, pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta alokasi dana sekitar Rp.927,82 milyar untuk mensejahterakan nelayan. Namun demikian penegakkan regulasi dan implementasi program-program tersebut masih lemah, mengindikasikan seolah-olah regulasi dan kebijakan tersebut tidak pernah ada sehingga belum berhasil meningkatkan kesejahteraan C. Alat Tangkap Pancing Ulur Pancing Ulur merupakan salah satu jenis alat penangkap ikan yang sering digunakan oleh nelayan tradisional. Pancing Ulur termasuk alat penangkap ikan yang pasif, dan juga ramah lingkungan. Pengoperasian alat relatif sederhana, tidak banyak menggunakan peralatan bantu seperti halnya alat tangkap pukat ikan dan pukat cincin (Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, 2011).
11
Gambar 2. Pancing Ulur Pancing ulur dioperasikan diberbagai jenis perairan, seperti di sekitar pantai, di samudera, di perairan dangkal, diperairan dalam bahkan di perairan sekitar karang. Jenis ikan yang tertangkap sangat bervariasi meliputi ikan-ikan pelagis untuk pancing ulur yang dioperasikan disekitar permukaan dan dilapisan kedalaman tertentu suatu perairan serta ikan demersal (dasar) untuk pancing ulur yang dioperasikan di dasar perairan. Pancing ulur merupakan alat penangkap ikan yang bersifat pasif, menunggu ikan yang datang memakan umpan pada mata pancing. Alat penangkap ikan jenis pancing ulur dioperasikan disemua jenis perairan dan biasanya diulur sampai kedalaman yang dikehendaki. Pancing ulur berbentuk tali dan pancing yang dilengkapi dengan pemberat. Pada bagian atas pancing ulur dipasang pelampung dan bagian bawah dipasang pemberat. Pancing ulur yang disebut dengan “hand line” biasanya dioperasikan secara aktif menunggu ikan yang berenang mendekat dan memakan umpan. Handline atau pancing ulur dioperasikan pada siang hari. Konstruksi pancing ulur sangat sederhana. Pada satu tali pancing utama dirangkaikan 2-10 mata pancing secara
12
vertikal. Jenis ikan yang sering tertangkap dengan pancing ulur memiliki ukuran ikan yang tidak seragam seperti : tongkol, cakalang, kembung, layang, bawal, kakap, dan lain sebagainya. Namun kerap sekali ikan yang berukuran besarjuga tertangkap seperti hiu, tuna, marlin dan lain sebagainya (Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, 2011). Konstruksi pancing ulur relatif sederhana terdiri dari mata pancing, umpan tali pancing ( line ) dan penggulung tali pancing. Ukuran mata pancing pada pancing ulur yang digunakan sangat bervariasi antara satu kapal dengan kapal yang lain. Pada kapal-kapal nelayan yang berukuran kecil (5 – 30 GT) biasanya membawa antara 10 sampai dengan 50 set pancing ulur. Pancing ulur relatif mudah untuk membuatnya dan pada umumnya para nelayan, terutama nelayan dengan usaha skala kecil, sering membuat sendiri pancing ulur yang akan digunakannya ( Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, 2011). 1.
Konstruksi Pancing Ulur Pancing Ulur ( Hand lines ) adalah alat penangkap ikan jenis pancing yang
sangat paling sederhana. Biasanya terdiri dari pancing, tali pancing dan pemberat serta dioperasikan oleh satu orang dan tali pancing langsung ke tangan. Dari semua kelompok alat tangkap maka hand lines merupakan pancing yang sederhana. Alat ini hanya terdiri dari tali pancing, pancing dan umpan ( Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, 2011).
13
a)
Tali Pancing dan Mata Pancing Ulur Konstruksi pancing ulur sangat sederhana. Jumlah mata pancing bisa satu
buah, juga lebih , dan dapat menggunakan umpan hidup maupun umpan palsu yang dirangkaikan secara vertikal pada tali pncing. Pemancingan dapat dilakukan di rumpon dan perairan lainnya. Ukuran tali pancing dan besarnya mata pancing tali disesuaikan dengan besarnya ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Jika hand lines yang digunakan untuk menangkap ikan tuna tentu ukurannya lebih besar. Biasanya digunakan tali monofilament dengan diameter 1,5-2,5 mm dengan pancing nomor 5-1 dan ditambahkan pemberat timah (Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, 2011). b) Pemberat Pemberat berfungsi sebagai pemberi daya tenggelam pada alat tangkap pancing ulur. Pemberat biasanya terbuat dari bahan timah. Namun dewasa ini para nelayan banyak yang menggunakan bahan lain, termasuk menggunakan besi mur bekas atau batu sebagai pemberat. Pemberat ditata sedemikian rupa pada ujung bawah tali pancing, sehingga memberikan daya tenggelam yang merata pada seluruh pancing ( Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, 2011). 2.
Operasi Penangkapan dengan Pancing Ulur Pancing ulur adalah alat tangkap yang memiliki operasi penangkapan yang
spesifik mulai dari daerah penangkapan, persiapan operasi penangkapan, waktu penangkapan, penanganan hasil tangkapan dan perawatan pancing ulur (Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, 2011).
14
a) Daerah Penangkapan Daerah penangkapan ikan (fishing ground) untuk mengoperasikan pancing ulur cukup terbuka dan bervariasi karena pancing ulur dapat dioperasikan disekitar permukaan sampai dengan di dasar perairan, disekitar perairan pantai maupun di laut dalam. Limitasi daerah penangkapan untuk pancing ulur adalah : Daerah perairan yang dilarang sebagai areal penangkapan ikan (perairan tempat meliter melakukan latihan). Pada alur pelayaran umum karena akan mengganggu kapal bernavigasi, terutama untuk pancing ulur yang dioperasikan pada sekitar permukaan. b) Persiapan Operasi Penangkapan Sebelum
alat
tangkap
dioperasikan
beberapa
persiapan
operasi
penangkapan yang perlu dilakukan adalah meliputi : mempersiapkan pancing, tali pancing dan penggulung pada tempatnya (dengan susunan pancing ulur yang siap untuk diturunkan ke air). Persiapan peralatan yang akan digunakan untuk menurunkan dan menaikkan alat tangkap pancing ulur ke dan dari air. Menentukan posisi atau lokasi alat tangkap akan dioperasikan. Pengoperasian pancing ulur di atas kapal disesuaikan dengan bentuk atau tipe kapal yang dipergunakan, serta ruangan yang tersedia untuk menyusun (meletakkan) pancing ulur di dek kapal. Pada sisi lambung kiri kapal dan sisi lambung kanan kapal. c) Waktu Penangkapan Pancing ulur pada prinsipnya dapat dioperasikan waktu kapan saja, baik pada siang hari maupun pada malam hari. Pancing ulur yang sering dioperasikan pada siang hari adalah pancing ulur yang terbuat dari monofilament, dengan
15
warna pancing transparan. Para nelayan juga mengoperasikan alat tangkap pancing ulur pada malam hari, terutama pancing ulur yang terbuat dari multyfilament. Agar tidak mudah terlihat oleh ikan dan menghindari adanya pantulan cahaya dari pancing, warna pancing ulur yang digunakan biasanya adalah biru, hitam, abu-abu atau warna lain yang relatif gelap didalam air laut. Alat tangkap yang dioperasikan pada malam hari biasanya diturunkan ke air setelah matahari tenggelam dan dinaikkan ke kapal dari air sebelum matahari terbit. D. Konsep Produksi Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan diantara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis tersebut dimisalkan bahwa faktor-faktor produksi lainnya adalah tetap jumlahnya, yaitu modal dan tanah jumlah dianggap tidak mengalami perubahan. Juga teknologi dianggap tidak mengalami perubahan. Satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya adalah tenaga kerja, (Sukirno, 2004). Dalam beberapa teori ekonomi yang konvensional produksi sering diartikan sebagai penciptaan guna, dimana guna berarti kemampuan barang danjasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Menurut pengertian diatas, maka produksi mencakup pengertian yang sangat luas sekali, yaitu meliputi semua aktivitas dan tidak hanya mencakup pembuatan barang-barang yang dapat dilihat. Faktor-faktor produksi (input) yang digunakan dapat ditunjuk secara jelas dan
16
produk yang dihasilkan juga dapat dengan mudah diidentifikasi baik kualitas maupun kuantitasnya ( Widjajanti, 2004). Didalam teori produksi ini, dibedakan antara produksi jangka pendek dengan jangka panjang. Produksi jangka pendek adalah analisa mengenai produksi dimana produsen tidak dapat mengubah seluruh faktor produksinya. Dengan demikian terdapat faktor produksi yang sifatnya tetap (fixed) dan faktor produksi tidak tetap (variable) artinya jumlahnya dapat diubah-ubah. Sedangkan analisa produksi jangka panjang adalah analisa mengenai produksi dimana semua faktor produksi yang digunakan adalah variable (semua faktor produksi dapat diubah jumlahnya). Jadi, jelas yang membedakan jangka pendek dengan jangka panjang adalah terletak pada penggunaan faktor produksi (Widjajanti, 2004). Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Produksi atau memproduksi menambah kegunaan suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula. Lebih spesifik lagi produksi adalah kegiatan perusahaan dengan mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan output dengan biaya yang minimum, (Joesron dan Fathorrosi, 2003). Produksi merupakan konsep arus. Apa yang dimaksudkan dengan konsep arus disini adalah produksi merupakan kegiatan yang diukur sebagai tingkattingkat output per unit priode/waktu. Sedangkan outputnya sendiri senantiasa diasumsikan konstan kualitasnya. Jadi bila kita berbicara mengenai peningkatan produksi, itu berarti peningkatan output dengan mengasumsikan faktor-faktor lain
17
yang sekiranya berpengaruh tidak berubah sama sekali (konstan). Pemakaian sumber daya dalam suatu proses produksi juga diukur sebagai arus. Modal dihitung sebagai sediaan jasa, katakanlah mesin per jam, jadi bukan dihitung sebagai jumlah mesinnya secara fisik, (Miller dan Miners, 1999). E. Konsep Pendapatan Menurut ahli ekonomi klasik, pendapatan ditentukan oleh kemampuan faktor–faktor produksi dalam menghasilkan barang dan jasa. Semakin besar kemampuan faktor–faktor produksi menghasilkan barang dan jasa , semakin besar pula pendapatan yang diciptakan. Pendapatan nelayan adalah selisih antara peneriamaan (TR) dan semua biaya (TC). Jadi Pd = TR – TC. Penerimaan usaha nelayan (TR) adalah perkalian antara produksi yang diperoleh (Y) dengan harga jual (Py). Biaya usaha nelayan biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap (FC) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, contoh biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), maka TC = FC + VC (Soekartawi, 2002). Menurut Sukirno (2006) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik
18
harian, mingguan, bulanan atau tahunan. Dan ada beberapa klasifikasi pendapatan yaitu: a)
Pertama, pendapatan pribadi yaitu semua jenis pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan sesuatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu negara.
b) Kedua, pendapatan disposibel yaitu pendapatan pribadi dikurangi pajak yang harus dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap dibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan disposibel. c)
Ketiga, pendapatan nasional yaitu nilai seluruh barang-barang jadi dan jasajasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam satu tahun. Menurut Sobri (1999) pendapatan disposibel adalah suatu jenis
penghasilan yang diperoleh seseorang yang siap untuk dibelanjakan atau dikonsumsikan. Besarnya pendapatan disposibel yaitu pendapatan yang diterima dikurangi dengan pajak langsung (pajak perseorangan) seperti pajak penghasilan. Menurut Sumarsano (2003) bahwa pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pendapatan permanen dan pendapatan sementara. Pendapatan permanen dapat diartikan yaitu: a)
Pertama, pendapatan yang selalu diterima pada periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, sebagai contoh adalah pendapatan, upah, dan gaji.
b) Kedua, pendapatan yang diperoleh dan hasil semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang. Pendapatan menekan pada perwujudan balas jasa dari partisipasi seseorang dalam satu kegiatan produksi dimana tergambar pada sumbangan faktor-faktor
19
produksi atas nilai tambah (value added) pada tingkat out put tertentu. Nilai tambah inilah yang merupakan pokok utama dari balas jasa yang selanjutnya disebut pendapatan. Pendapatan tersebut dipilih menurut jangka waktu tertentu sehingga arti praktisnya nampak, misalnya satu bulan, dan lain sebagainya. Tingkat pendapatan rumah tangga tergantung kepada jenis-jenis kegiatan yang dilakukan. Jenis kegiatan yang mengikut serta kan modal atau keterampilan mempunyai produktivitas tenaga kerja lebih tinggi, yang pada akhirnya mampu memberikan pendapatan yang lebih besar (Winardi, 1988). F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Nelayan Ada 4 (empat) faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi nelayan dan diuraikan sebagai berikut: 1.
Modal Menurut Irawan dan Suparmoko (1979: 96) modal adalah semua bentuk
kekayaan yang dapat digunakan, langsung maupun tidak langsung, dalam produksi untuk menambah output. Lebih khusus dapat dikatakan bahwa kapital terdiri dari barang-barang yang dibuat untuk proses produksi pada saat yang akan datang. Modal sebagai alat pendorong perkembangan ekonomi meliputi investasi dalam pengetahuan teknik, perbaikan-perbaikan dalam pendidikan,kesehatan dan keahlian. Modal kerja adalah jumlah dana yang digunakan selama periode tertentu yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan jangka pendek (Current income) yang sesuai dengan maksud utama memulai usaha. Dalam memulai usahanya, nelayan membutuhkan modal yang cukup untuk menangkap ikan.
20
Adapun modal tersebut dibutuhkan untuk membeli perahu, mesin, alat penangkap ikan, serta alat-alat tambahan yang dapat menunjang untuk meningkatkan hasil tangkapannya. Modal kerja menurut jenisnya dapat dibedakan menjadi dua golongan, yakni sebagai berikut: a.
Bagian modal kerja yang relatif permanen, yaitu jumlah modal kerja minimal yang harus tetap ada dalam suatu usaha untuk dapat melaksanakan operasinya atau sejumlah modal kerja yang secara terus-menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen ini dapat dibedakan menjadi beberapa: (1) Modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitasi usahanya. (2) Modal kerja
normal,
yaitu
jumlah
modal
kerja
yang
diperlukan
untuk
menyelenggarakan luas produksi yang normal. b. Bagian modal kerja yang bersifat variabel, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah tergantung pada perubahan keadaan. Modal kerja variabel ini dapat dibedakan menjadi beberapa: (1) Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan dan fluktuasi musim. (2) Modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur. (3) Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang jumlahya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat atau mendadak yang tidak dapat diketahui atau diramalkan terlebih dahulu ( Riyanto, 1999). Menurut Mulyadi (2005: 86) penilaian terhadap modal usaha nelayan dapat dilakukan menurut tiga cara: (1) Penilaian didasarkan kepada nilai alat-alat
21
yang baru, yaitu berupa ongkos memperoleh alat-alat tersebut menurut harga yang berlaku sekarang. Jadi, dengan mengetahui jenis- jenis alat dan jumlahnya beserta harganya yang baru dapatlah dihitung besar modal sekarang. (2) Berdasarkan harga pembelian atau pembuatan alat-alat, jadi berapa investasi awal yang telah dilaksanakan nelayan, bertolak dari sini, dengan memperhitungkan penyusutan tiap tahun, dapat dihitung nilai alat-alat atau modal pada waktu sekarang. Cara kedua ini dilakukan apabila nelayan membeli alat-alat baru dan nelayan mengingat harga pembeliannya. (3) Dengan menaksir nilai alat-alat pada waktu sekarang, yakni harga yang akan diperoleh apabila alat-alat dijual. Dalam hal ini penilaian dipengaruhi oleh harga alat baru, tingkat penyusutan alat atau kondisi alat pada waktu ini. Cara ini terutama digunakan hanya untuk menilai perahu yang umurnya telah beberapa tahun dan masih dalam kondisi yang agak baik. Menurut Prasetiawan (2011) Modal dalam nelayan ini seperti kapal, alat tangkap dan bahan bakar yang digunakan dalam proses produksi untuk mencari ikan. Sebagian modal nelayan yang dimiliki digunakan sebagai biaya produksi atau biaya operasi, penyediaan input produksi (sarana produksi), seperti untuk memiliki perahu/kapal, alat tangkap yang digunakan, serta bahan bakar untuk perahu. Sedangkan dalam prasarana pendukung nelayan dipakai untuk modal membeli es, keranjang ikan, serta perbekalan makan yang dibawa. 2.
Tenaga Kerja Menurut Barthos (2001) dalam Prasetiawan (2011) Tenaga kerja adalah
tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar
22
hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut Widodo (2008) menunjukkan bahwa distribusi pendapatan dari pola hasil tangkapan sangatlah timpang diterima antara pemilik dan awak kapal. Secara umum hasil bagi bersih yang diterima awak kapal dan pemilik adalah separo-separo. Akan tetapi, bagian yang diterima awak kapal harus dibagi lain dengan sejumlah awak yang terlibat dalam aktivitas kegiatan di kapal. Semakin banyak jumlah awak kapal, semakin kecil bagian yang diperoleh setiap awaknya. Setiap usaha kegiatan nelayan yang akan dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja, banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan harus disesuaikan dengan kapasitas kapal motor yang dioperasikan sehingga akan mengurangi biaya melaut (lebih efisien) yang diharapkan pendapatan tenaga kerja akan lebih meningkat, karena tambahan tenaga tersebut profesional (Masyhuri, 1999). 3.
Lama Melaut Setidaknya ada tiga pola penangkapan ikan yang lazim dilakukan oleh
nelayan. Pertama adalah pola penangkapan lebih dari satu hari. Penangkapan ikan seperti ini merupakan penangkapan ikan lepas pantai. Jauh dekatnya daerah tangkapan dan besar kecilnya perahu yang digunakan menentukan lamanya melaut. Kedua adalah pola penangkapan ikan satu hari. Biasanya nelayan berangkat melaut sekitar pukul 14.00 mendarat kembali sekitar jam 09.00 hari berikutnya. Penangkapan ikan seperti ini biasanya dikelompokkan juga sebagai penangkapan ikan lepas pantai. Ketiga pola penangkapan ikan tengah hari.
23
Penangkapan ikan seperti ini merupakan penangkapan ikan dekat pantai. Umumnya mereka berangkat sekitar jam 03.00 dini hari atau setelah subuh, dan kembali mendarat pagi harinya sekitar jam 09.00 atau sampai pada pukul 15.00 sore. Pada umumnya penangkapan ikan lepas pantai yang dilakukan dalam waktu yang lebih lama dan lebih jauh dari daerah sasaran tangkapan ikan mempunyai lebih banyak kemungkinan memperoleh hasil tangkapan (produksi) yang lebih banyak dan tentu memberikan pendapatan lebih besar dibandingkan dengan penangkapan ikan dekat pantai (Masyhuri, 1999). Lamanya perjalanan merupakan waktu yang diperlukan nelayan untuk sampai di tempat sasaran penangkapan ikan, hal ini sangat dipengaruhi oleh berapa lama nanti nelayan berada di lautan untuk dapat mencari tempat yang ideal. Semakin lama nelayan di lautan maka waktu untuk mencari ikan juga semakin banyak dan dapat diasumsikan semakin banyak waktu di lautan maka ikan yang dihasilkan juga semakin banyak tergantung dari ikan yang didapat karena tidak ada kepastian. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil tangkapan yang maksimal antara 10 – 17 jam dan diukur dengan menggunakan satuan jam. Lama melaut disini mengidentifikasikan bahwa semakin banyak waktu yang digunakan untuk melaut nelayan tidak selalu mendapatkan hasil tangkapan yang banyak. Hal ini menandakan bahwa ketersediaan ikan laut semakin menipis (karena laut sudah dalam kondisi over fishing), sehingga memungkinkan apabila
24
hasil tangkapan yang diperoleh sedikit meskipun lama waktu yang digunakan untuk melaut banyak (Fita Ikha dan Waridin, 2006). 4.
Faktor Sosial Ekonomi Menurut Sujarno (2008) Faktor sosial ekonomi terdiri dari :
a.
Umur Seseorang yang telah berumur 15 tahun ke atas baru disebut sebagai
nelayan, dibawah umur tersebut walaupun ia melaut tidak disebut sebagai nelayan. Umur juga mempunyai pengaruh terhadap produksi walaupun pengaruhnya tidak terlalu besar. b.
Pengalaman Pengalaman sebagai nelayan secara langsung maupun tidak, memberikan
pengaruh kepada hasil penangkapan ikan. Semakin lama seseorang mempunyai pengalaman sebagai nelayan, semakin besar hasil dari penangkapan ikan dan pendapatan yang diperoleh, (Yusuf, 2003). Apabila seseorang dianggap nelayan yang telah berumur 15-30 tahun, diatas 30 tahun dianggap sebagai nelayan yang berpengalaman. Hal ini merupakan kategori atau klasifikasi untuk menentukan banyak jumlah tangkapan ikan dilaut. c.
Musim Musim sangat berpengaruh kepada keadaan kehidupan nelayan yaitu
musim barat dan musim timur. Dalam satu tahun ada dua musim yaitu musim timur dari bulan Maret sampai Agustus, umumnya gelombang besar, pasang tinggi,arus deras, curah hujan selalu terjadi, keadaan demikian ini pada umumnya
25
nelayan sangat jarang ke laut karena takut bahaya, jadi produksi sedikit dan harga ikan akan tinggi. Pada musim barat biasanya dari September sampai Februari keadaan pasang tidak terlalu tinggi, arus tidak terlampau deras, gelombang tidak terlampau besar. Pada musim inilah nelayan banyak mendapat ikan. Disamping kedua musim tersebut dalam setahun, ada lagi pengaruh musim bulanan yaitu pada bulan purnama. Pada bulan purnama atau terang arus akan deras dan pasang akan tinggi. Sebaliknya pada bulan gelap,gelombang akan kecil, arus tidak bergerak yang disebut dengan istilah pasang mati. Pada kedua keadaan ini nelayan akan kurang mendapatkan ikan dan harga ikan akan tinggi apalagi pada musim timur keadaan ini umumnya nelayan tidak akan turun melaut, kalaupun turun melaut hanya dipinggir saja. Kegiatan spekulatif dalam penangkapan ikan semakin meningkat ketika kondisi tangkap melanda. Dalam keadaan yang demikian, sulit membedakan antara masa musim ikan dan masa paceklik, (Kusnadi, 2003). Penelitian ini hanya mengambil faktor biaya operasional, kapasitas mesin, lama melaut, jarak tempuh, dan pengalaman untuk dianalisis dan dilihat pengaruhnya terhadap jumlah produksi nelaya tangkap. G. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Prasetyawan (2011) dengan judul Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Nelayan di Desa Tasik Agung Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. Tujuan yang dikaji dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan modal, tenaga kerja, lama melaut, iklim dan hasil
26
produksi, mengetahui adakah pengaruh modal, tenaga kerja, lama melaut, dan iklim terhadap hasil produksi nelayan dan mengetahui seberapa besar pengaruh modal, tenaga kerja, lama melaut dan iklim terhadap hasil produksi nelayan dan mengatasi kendala nelayan dari para tengkulak/pengepul. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nelayan di Desa Tasik Agung yang berjumlah 4.271 nelayan. Pengambilan sampel menggunakan teknik area proportional random sampling berjumlah 98 responden. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah modal (X1), tenaga kerja (X2), lama melaut (X3), iklim (Dummy), variabel terikat (Y) adalah hasil produksi nelayan. Metode pengumpulan data dengan metode kuesioner dan dokumentasi. Metode analisis yang yang digunakan analisis deskriptif dan regresi dengan program SPSS 16 forwindows. Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh modal dalam kategori rendah, tenaga kerja dalam kategori sedikit, lama melaut dalam kategori cukup panjang, iklim dalam kategori baik dan hasil produksi dalam kategori cukup tinggi. Koefisien determinasi (R2) yang diperoleh adalah sebesar 80,2% dan sisanya sebesar 19,8% dipengaruhi oleh faktor yang lain diluar model penelitian. Sedangkan dari hasil pengujian secara simultan diperoleh Fhitung sebesar 94,276 yang memperoleh signifikansi 0,000. Dari hasil uji secara parsial parsial masingmasing variabel bebas adalah 39,56% untuk modal,8,94% untuk tenaga kerja, 7,84% untuk lama melaut dan 12,74% untuk iklim. Hasil regresi berganda yaitu LnY =
1,485+0,787LnX1+0,239X2+0,168X3+0,173 Dummy. Analisis regresi
menunjukkan adanya pengaruh positif antara modal, tenaga kerja, lama melaut, dan iklim terhadap hasil produksi nelayan Tasik Agung.
27
Amir (1999) yang meneliti tentang potensi pengembangan usahatani tambak di Kecamatan Wundulako Kabupaten Kolaka. Peubah tidak tetap digunakan adalah luas lahan, modal kerja, pengalaman petani, dan tenaga kerja secara keseluruhan. Penelitian ini menggunakan alat kerja analisis fungsih produksi Cobb Douglas. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa semua variabel tidak tetap yang dimaksukan kedalam persamaan mempunya tingkat keberartian yang nyata terhadap peningkatan produksi, sebagaimana yang ditentukan oleh ujiF dengan tingkat kepercayaan 95%. Sedangkan secara potensial pengujian terhadap faktor – faktor produksi menunjukan bahwa faktor produksi modal kerja dominan mempengaruhi produksi, sedangkan yang lainya tidak. Menurut Thomas (2000) yang meneliti tentang faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan di Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna bahwa modal harga dan hari kerja (frekuensi melaut) berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan pada tingkat kepercayaan 95%. Sedangkan menurut Ridawati (2000) yang meneliti tentang tingkat kesejateraan sosial ekonomi nelayan di Kecamatan Soropia Kabupaten Kendari bahwa hari kerja efektif dan pengalaman berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan pada tingkat kepercayaan 95%. Penelitian yang dilakukan oleh
Badrul Jamal (2014) yang berjudul
Analisi Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan (Study Nelayan Desa Klampis Kecamatan Klampis Kabupaten Bangkalan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan desa Klampis Kabupaten Bangkalan.Penelitian ini menggunakan
28
pendekatan kuantitatif deskriptif dengan model regresi linear berganda.Semua uji statistik yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan software eviews 6.0. Penelitian ini menggunakan data cross section dan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 40 Nelayan. Teknik sampling yang digunakan yaitu Incidental Sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel modal, umur, curahan jam kerja, pengalaman kerja, harga dan hasil tangkapan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan Desa Klampis. Selanjutnya secara parsial variabel-variabel yang signifikan mempengaruhi pendapatan nelayan
Desa
Klampis
antara
lain
curahan
jam
kerja,
pengalaman
kerja, harga, dan hasil tangkapan ikan. Sedangkan variabel modal dan umur secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan Desa Klampis. H. Kerangka Pikir Masyarakat di kawasan pesisir banyak yang berprofesi sebagai nelayan. Karakteristik masyarakat nelayan tersebut berkaitan erat dengan sumberdaya yang digarapnya. Kehidupan masyarakat nelayan sangat tergantung dengan lautan karena lautan merupakan lingkungan hidup dan mata pencaharian mereka. Dalam usahanya untuk mendapatkan hasil produksi nelayan harus memahami dan menyesuaikan dengan kondisi alam laut. Usaha nelayan memiliki resiko usaha yang tinggi hal ini menyebabkan masyarakat nelayan hidup dalam suasana alam yang keras yang selalu diliputi ketidakpastian dalam menjalankan usahanya. Sehingga tidak heran kita temukan banyak masyarakat nelayan yang pendapatanya cukup rendah dan termasuk dalam kategori masyarakat miskin.
29
Sebagai masyaraktan yang hidupnya sangat tergantung dengan sumberdaya laut maka meskipun demikin nelayan masih tetap menjalankan kegiatan usahanya dalam menangkap ikan karena hal ini adalah pekerjaan utama mereka. Produksi dalam usaha nelayan pancing adalah hasil tangkapanya (ikan) yang didapatkan pada saat berlayar (memancing) dengan menggunakan alat tangkap pancing ulur yang sesuai dengan keterampilan yang ia miliki. Jumlah produksi yang dihasilkan akan menunjukan banyaknya penerimaan dan penadapatan nelayan. Hasil produksi yang didapatkan sangat mempengaruhi penerimaan yang akan diperoleh nelayan dan secara pasti juga mempengaruhi pendapatan. Secara umum dalam usaha nelayan pancing ini terdapat banyak faktor yang mempengaruhi produksi atau hasil tangkapannya sehingga pada akhirnya faktor – faktor yang mempengaruhi produksi tersebut akan mempengaruhi pendapatan nelayan karena banyaknya pendapatan tergantung dari banyaknya produksi yang didapatkan. Dalam penelitian ini terdapat enam faktor yang termasuk mempengaruhi produksi atau hasil tangkapan nelayan faktor – faktor tersebut terdiri dari faktor biaya operasional yang dikeluarkan, faktor kapasitas mesin, faktor lama melaut, faktor jarak tempuh dan faktor pengalaman. Berdasarkan uraian tersebut secara sistematis kerangka pikir penelitian Studi Tentang Produksi dan Pendapatan Nelayan pancing di Desa Malalanda Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara dapat digambarkan sebagai berikut
30
Nelayan Pancing
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produksi
Biaya Operasion al
Kapasitas mesin
Lama Melaut
Jarak Tempuh
Pengalaman
Jumlah Produksi
Biaya Produksi
Penerimaan
Pendapatan
Gambar.2 Kerangka pikir penelitian
I.
Hipotesis Hipotesis adalah dugaan sementara yang kebenarannya masih harus
dilakukan pengujian. Hipotesis ini dimaksudkan untuk memberi arah bagi analisis penelitian (Marzuki, 2005). Disini kesimpulan sementaranya adalah : H1 : Semakin banyak biaya operasional yang dikeluarkan (X), maka semakin tinggi pula jumlah produksi yang dihasilkan nelayan (Y).
31
H2 : Semakin bagus jenis perahu yang digunakan (X), maka semakin tinggi pula jumlah produksi yang dihasilkan nelayan (Y). H3 : Semakin lama waktu melaut (X), maka semakin tinggi pula jumlah produksi yang dihasilkan nelayan (Y). H4 : Semakin jauh jarak tempuh di laut (X), maka semakin tinggi pula jumlah produksi yang dihasilkan nelayan (Y). H5 : Semakin lama pengalaman nelayan (X), maka semakin tinggi pula jumlah produksi yang dihasilkan nelayan (Y).
32
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Malalanda
Kecamatan Kulisusu
Kabupaten Buton Utara pada bulan Maret – April tahun 2016. Penunjukan Desa Malalanda sebagai lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan bahwa Desa Malalanda sebagai desa pesisir dimana masyarakatnya terdiri dari 82 orang nelayan dan 60 di antaranya sebagai nelayan pancing. B. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan objek penelitian sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil anggota populasi yang menjadi objek penelitian. Populasi dari penelitian ini adalah semua nelayan pancing di Desa Malalanda yang berjumlah 60 orang. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin dalam Sudrajat (2000) sebagai berikut :
Dibulatkan menjadi 38 orang Dimana:
33
n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi d = Nilai Presisi (0,1). Berdasarkan rumus Slovin diatas maka jumlah sampel nelayan pancing dalam penelitian ini adalah sebanyak 38 orang yang dipilih secara acak sederhana (simple random sampling). C. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan dengan melakukan wawancara langsung dengan nelayan responden dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuisioner. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait dengan melakukan pencatatan seperti perpustakaan,Kantor Desa Malalanda dan BPS Kabupaten Buton Utara. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan pencatatan. Metode observasi yaitu metode pengumpulan data dengan mengamati fakta/data di lokasi penelitian untuk mengetahui kondisi di lapangan. Sedangkan metode wawancara yaitu metode untuk mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan kepada respoden dengan
menggunakan
kuisioner.
Sedangkan
pencatatan
adalah
pengumpulan data secara teratur pada instansi terkait dengan penelitian ini.
metode
34
E. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004). Variabel yang digunakan dalam penelitian dapat diklasifikasikan menjadi: (1) variabel independen (bebas), yaitu variabel yang menjelaskan dan mempengaruhi variabel lain, dan (2) variabel dependen (terikat), yaitu variabel yang dijelaskan dan dipengaruhi oleh variabel dependen. Variabel dependen merupakan variabel yang menjadi pusat perhatian peneliti (Ferdinand, 2006). Variabel dependen adalah variabel yang nilainya tergantung pada variabel lain, dimana nilainya akan berubah jika variabel yang mempengaruhinya berubah. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah jumlah produksi (Y). Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik yang pengaruhnya positif maupun yang pengaruhnya variabel (Ferdinand, 2006). Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari: biaya perasional (X1), kapasitas mesin (X2), lama melaut (X3), jarak tempuh (X4), pengalaman (X5). F. Analisis Data Rumusan masalah pertama yaitu jumlah pendapatan nelayan pancing dapat diketahui menggunakan analisis pendapatan (Soekartawi, 2002) sebagai berikut:
35
Pd = TR – TC Keterangan: Pd = Pendapatan (Rp/bulan) TR = Total Revenue (Penerimaan Total) (Rp) TC = Total Cost (Biaya Total) (Rp) Dimana: TR = Y x Py Keterangan: Y = Jumlah Produksi (kg) Py = Harga Produksi (Rp) TC = VC + FC Keterangan: VC = Variable Cost (Biaya Variabel) (Rp/bulan) FC = Fixed Cost (Biaya Tetap) (Rp/bulan) Rumusan masalah kedua mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah produksi nelayan tangkap dianalisis dengan uji statistik regresi linear berganda (Multiple Regression) dan Uji Parsial (Uji t) dengan bantuan program SPPS For Windows 17. Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (variabel penjelas/bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi dan/atau memprediksi ratarata populasi atau nilai-nilai variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Ghozali, 2005). Untuk regresi yang variabel independennya terdiri atas dua atau lebih, regresinya disebut juga regresi
36
berganda. Oleh karena variabel independen diatas mempunyai variabel yang lebih dari dua, maka regresi dalam penelitian ini disebut regresi berganda. Persamaan Regresi dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen atau bebas yaitu biaya perasional (X1), kapasitas mesin (X2), lama melaut (X3), jarak tempuh (X4), pengalaman (X5) terhadap jumlah produksi (Y). Rumus matemastis dari regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e Keterangan : Y = Jumlah produksi a = constanta b1 = Koefisien regresi antara biaya operasional dengan jumlah produksi b2 = Koefisien regresi antara kapasitas mesin dengan jumlah produksi b3 = Koefisien regresi antara lama melaut dengan jumlah produksi b4 = Koefisien regresi antara jarak tempuh dengan jumlah produksi b5 = Koefisien regresi antara pengalaman dengan jumlah produksi X1 = Variabel biaya operasional X2 = Variabel kapasitas mesin X3 = Variabel lama melaut X4 = Variabel jarak tempuh X5 = Variabel pengalaman e = error disturbances Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel independen (Ghozali, 2001). Langkah-langkah Uji Hipotesis untuk Koefisien Regresi adalah: 1.
Perumusan Hipotesis Nihil (H0) dan Hipotesis Alternatif (H1) H0 : β1 = 0
37
Tidak ada pengaruh yang signifikan dari masing-masing variabel bebas (X1, X2, X3) terhadap variabel terikat (Y). H1 : β0 0 Ada pengaruh yang signifikan dari masing-masing variabel bebas (X1,X2,X3) terhadap variabel terikat (Y). 2.
Penentuan harga t tabel berdasarkan taraf signifikansi dan taraf derajat kebebasan D. Taraf signifikansi = 5% (0,05) E. Derajat kebebasan = (n-1-k)
G. Konsep Operasional 1.
Nelayan pancing dalam penelitian ini adalah nelayan yang menjadikan pekerjaan memancing sebagai pekerjaan utama. Alat pancing yang digunakan adalah pancing ulur yang beroperasi kurang lebih 40 mil dan jenis ikan hasil tangkapanya adalah ikan Tuna dan Cakalang.
2.
Faktor-faktor yang memepengaruhi usaha nelayan pancing terdiri dari faktor biaya operasional, kapasitas mesin, lama melaut, jarak tempuh, dan pengalaman.
3.
Biaya Operasional adalah biaya yang dikeluarkan nelayan pada saat sekali memancing yang digunakan untuk membeli makanan, minuman, rokok, tali pancing, mata pancing dan bahan bakar untuk mesin perahu (Rp).
4.
Jenis Perahu dalam penelitian ini adalah perahu yang digunakan nelayan dan dilihat melalui kapasitas mesin yang digunakan.
38
5.
Lama melaut adalah waktu yang diperlukan nelyan untuk sekali turun melaut dan dihitung dalam satian (jam).
6.
Jarak tempuh jangkauan melaut yang biasanya ditempuh nelayan dan dihitung dalam satuan (mil).
7.
Pengalaman adalah lamanya nelayan
menjadikan usaha nelayan pancing
sebagai profesi atau pekerjaanya (tahun). 8.
Musim dalam penelitian ini adalah keadaan laut yang berbeda dalam kegiatan penagkapan ikan oleh nelayan pancing. Musim ini terdiri dari musim timur dan musim barat.
9.
Penerimaan nelayan pancing dalam penelitian ini adalah penerimaan yang dihitung berdasarkan harga ikan dalam satu bulan (Rp/kg).
10. Jumlah produksi adalah banyaknya hasil tanggapan nelayan pancing selama satu bulan (kg/bulan). 11. Pendapatan adalah pendapatan bersih usaha nelayan yang diperoleh dari hasil penjualan produksi ikan setelah dikurangi modal kerja selama sebulan yang dilihat pada bulan maret musim barat dan bulan agustus musim timur (Rp/bulan).
39
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah A.1. Letak dan Batas Wilayah Desa Malalanda merupakan salah satu bagian wilayah dari Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara yang terletak di sebelah selatan pusat pemerintahan Kecamatan Kulisusu. Secara geografis, Desa Malalanda merupakan wilayah Pesisir Pantai. Desa Malalanda memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Lemo. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lantagi. c. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Kulisusu. d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Bone lipu. A.2. Keadaan Iklim dan Topografi Iklim adalah rata-rata keadaan cuaca dalam jangka waktu yang cukup lama, minimal 30 tahun sifatnya tetap. Cuaca merupakan kadaan atmosfir pada waktu tertentu yang sifatnya berubah - ubah setiap waktu. Cuaca dan iklim merupakan salah satu komponen ekosistem alam, sehingga kehidupan baik manusia, hewan, dan tumbuh - tumbuhan tidak terlepas dari pengaruh keadaan atmosfir. Iklim suatu daerah dipengaruhi oleh faktor - faktor: curah juhan, suhu, kelembaban udara, angin, tekanan udara, dan ketinggian tempat.
40
Kondisi iklim suatu daerah dapat diketahui menggunakan metode Schmidth-Ferguson yaitu dengan membagi rata – rata jumlah bulan kering (BK) dengan rata – rata bulan basah (BB) selama 10 tahun. Secara umum keadaan iklim di Desa Malalanda Kecamatan Kulisusu tidak jauh berbeda dengan keadaan iklim pada beberapa wilayah lain yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara. Ciri iklim tropis dengan dua jenis musim dalam setahun merupakan sifat kondisi iklim secara umum yang terjadi di Indonesia. Dua jenis musim yang dimaksud adalah musim penghujan dan musim kemarau. Pada musim penghujan biasanya terjadi pada Bulan April sampai Bulan Juni sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Juli sampai Bulan Oktober dan terkadang musim hujan dan musim kemarau terjadi pada Bulan November sampai Bulan Maret. Kedua musim ini sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat di suatu daerah, khususnya di bidang pertanian dan perikanan di Desa Malalanda. Secara umum, keadaan iklim di Kabupaten Buton Utara dan khususnya di Desa Malalanda tahun 2014 mencapai 3.235 mm dalam 163 hari Hujan (HH). Suhu udara dipengaruhi oleh berbagai faktor. Perbedaan ketinggian dari permukaan laut mengakibatkan perbedaan suhu untuk masing-masing tempat dalam suatu wilayah. Kabupaten Buton Utara juga merupakan daerah yang bersuhu tropis. Berdasarkan data yang diperoleh dari BMKG Kabupaten Buton Utara, selama tahun 2014 suhu udara maksimum 320dan minimum 230. Tekanan udara rata-rata 1.008,6 milibar dengan kelembaban udara rata-rata 83 persen. Kecepatan angin pada umumnya berjalan normal yaitu sekitar 3m/sec.
41
Desa Malalanda memiliki topografi dataran yang berbatu - batu dengan ketinggian 15 mdpl. Desa Malalanda tidak memiliki irigasi pengairan karnah secara umum wilayanya merupakan daerah berbatu. A.3. Luas Wilayah dan Tataguna Lahan Desa Malalanda merupakan wilayah daratan pesisir yang memiliki luas wilayah keseluruhan 355 ha atau 3,5 km2 (2,6%) dari total luas wilayah Kecamatan Kulisusu yaitu sebesar 172,78 km2), penggunaan lahan tersebut dapat dirinci pada Tabel 1 berikut: Tabel 1. Penggunaan Lahan Desa Malalanda No. Tataguna Lahan 1.
2.
Lahan Pertanian a. Perkebunan b. Sawah tadah hujan Lahan Tempat Tinggal a. Lahan Pemukiman b. Lahan Pariwisata Jumlah
Luas (Ha) 294 294 0 46 32 14 340
Persentase (%) 86% 86% 0% 13% 0,9% 0,4% 100,00
Sumber :RPJMDES Malalanda, 2015 Data dari tabel 1 tersebut, dapat diketahui tataguna lahan pada tahun 2015, penggunaan lahan perkebunan sebesar 294 ha (86%) memang sebagian besar wilayah Desa Malalanda digunakan untuk perkebunan jambu mete karena daerah ini pada umumnya adalah daerah bebatuan dan tanaman yang dapat tumbuh baik adalah jambu mete. Lahan pemukiman seluas 32 ha (13%) dan lahan pariwisata 14 ha (0,4%).
42
A.4. Keadaan Penduduk A.4.1Keadaan Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Komposisi penduduk menurut umur yaitu penggolongan penduduk berdasarkan umur, sehingga dapat diketahui jumlah penduduk yang produktif dan non produktif. Jumlah penduduk Desa Malalanda pada tahun 2014 adalah 588 jiwa yang berasal dari 158 KK. Penduduk laki – laki berjumlah 306 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 282 jiwa. Jumlah penduduk Desa Malalanda menurut umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 2 berikut: Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Desa Malalanda Kecamatan Kuisusu Kabupaten Buton Utara Tahun 2015 Jenis kelamin Jumlah Persentase (Jiwa) (%) Golongan Umur No. (Tahun) Laki-laki Perempuan 1. 0-14 83 90 173 30% 2.
15-54
173
181
354
60%
3.
> 55
26
35
61
10%
Jumlah
287
301
588
100,00
Sumber :RPJMDES Desa Malalanda, 2015 Menurut Soeharjo dan Patong (1984), penduduk diklasifikasikan sebagai usia belum produktif (0-14 tahun), usia produktif (15-54 tahun), dan usia tidak produktif (lebih dari 55 tahun). Data dari Tabel 4 tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Desa Malalanda merupakan usia produktif untuk bekerja yaitu sebesar 354 jiwa (60%). Hal ini berarti masyarakat yang berjumlah 354 jiwa tersebut menanggung beban tanggungan penduduk yang non produktif yaitu berjumlah 134 jiwa.
43
Penduduk dengan usia produktif memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat sehingga mampu bekerja dengan baik. Selain itu, penduduk umur produktif masih dimungkinkan memiliki keinginan untuk meningkatkan keterampilan dan menambah pengetahuan dalam mengelolah usahanya. Meningkatnya keterampilan dan pengetahuan masyarakat secara tidak langsung dapat mempengaruhi produksi sehingga dapat meningkatkan pendapatan dalam usaha yang dijalankan. A.4.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan Tingkat pendidikan berkaitan dengan pola berpikir dan mempengaruhi kecepatan suatu adopsi teknologi yang ada. Tingkat pendidikan juga akan meningkatkan kemampuan belajar pada masyarakat serta rasa ingin tau terhadap hal baru juga masih tumbuh pada pribadi masyarakat tersebut. Adopsi teknologi yang ada akan lebih muda dikomunikasikan dengan masyarakat yang memiliki latar belakang pendidikan yang baik dan juga mereka akan dengan mudah menerima adanya teknologi baru yang ditawarkan atau yang dihadirkan untuk meningkatkan usaha yang ia jalankan. Dalam hal ini, Komposisi penduduk disuatu wilayah menurut tingkat pendidikan dapat digunakan untuk mengetahui kualitas sumber daya manusia dan kemampuan penduduk untuk mengadopsi suatu teknologi yang ada di wilayah tersebut. Sarana pendidikan yang ada di Desa Malalanda terdiri dari TK dan SD. Sarana fisik dan tenaga guru yang memadai dapat meningktakan jumlah penduduk yang ingin bersekolah. Berikut ini, Tabel 3 keterangan mengenai komposisi penduduk Desa Malalanda menurut pendidikan adalah:
44
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Desa Malalanda Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara Tahun 2015 Jumlah Penduduk Persentase No. Pendidikan (Jiwa) (%) 1. TK/belum sekolah 98 16% 2. SD 279 47% 3. SLTP 99 16% 4. SMA 86 14% 5. D-3 9 1,5% 6. S-1 17 2,8% Jumlah 588 100% Sumber :RPJMDES Desa Malalanda, 2015 Berdasarkan Tabel 3 tersebut dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang masih TK dan belum sekolah berjumlah 98 jiwa (16%) namun, jumlah penduduk yang tamat SD lebih besar yaitu berjumlah 279 jiwa (47%). Walaupun jumlah penduduk yang mencapai perguruan tinggi lebih sedikit yaitu dengan jumlah penduduk D-3 sebesar 9 jiwa dan S-1 yaitu 17 jiwa. Akan tetapi, banyak generasi mendatang yang memiliki sumber daya manusia yang baik. Untuk generasi sekarang tingkat penganggguran yang terdapat di Desa Malalanda sangat sadekit dan juga pemerintah Desa Malalanda menjalankan program wajib belajar sembilan tahun, sehingga anak – anak dari masyarakat tidak ada yang tidak bersekolah. A.4.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Mata pencaharian merupakan unsur penting untuk menunjang kehidupan ekonomi manusia karena dengan mata pencaharian tersebut manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Jenis mata pencaharian suatu wilayah tergantung dari potensi sumberdaya alam, tingkat pendidikan serta keterampilan yang
45
dimiliki oleh masing – masing masyarakat tersebut. Mata pencaharian penduduk Desa Malalanda cukup fareatif akan tetapi matapencaharian utama mereka adalah sebagai nelayan. Untuk mengetahui lebih jelas keadaan penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 4. berikut. Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Malalanda Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara Tahun 2015 Jumlah (jiwa)
No. Jenis Mata Pencaharian
penduduk
Persentase (%)
1. 2.
Petani Nelayan
29 82
3.
Pedagang
8
4.
Tukang kayu
25
11
5.
Tukang batu
10
0,4
6.
PNS
8
0,37
7.
Perangkat desa
10
0,4
8
Tukang Ojek
12
0,5
9.
Industri kecil
15
0,7
10
Pekerja bangunan
15 214
Jumlah
13 38 0,73
0,7 100,00
Sumber: Data Potensi Desa Malalanda, 2015 Pada Tabel 4 menunjukkan sebagian besar penduduk Desa Malalanda bermata pencaharian sebagai
Nelayan, yaitu sebesar 82 orang (38%).
Berdasarkan jumlah penduduk yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan maka sektor perikanan dijadikan sebagai mata pencaharian utama penduduk Desa Malalanda. Hal ini disebabkan karena Desa Malalanda memiliki potensi dan peluang yang besar dalam usaha perikanan sedangkan pada bidang pertanian cukup sedikit dan terbatas.
46
Mata pencaharian selanjutnya yang banyak ditekuni oleh penduduk Desa Malalanda adalah petani yaitu sebesar 29 jiwa (13%). Hal ini dikarenakan adanya masyarakat Desa Malalanda yang memiliki tanah diluar Desa Malalanda. A.4.4 Keadaan Sarana dan Prasarana Perkembangan suatu daerah berkaitan erat dengan ketersediaan sarana dan prasarana. Semakin baik dan semakin tersedianya sarana dan prasarana maka akan semakin mendukung tercapainya interaksi sosial budaya dan ekonomi sehingga upaya untuk meningkatkan kesejateraan masyarakat semakin mudah diwujudkan. Sarana sosial ekonomi berupa pendidikan, kesehatan administrasi pemerintahan dan agama. Adanya sarana dan prasarana tersebut sangat mendukung uasaha dan aktivitas masyarakat pada berbagai bidang kegiatan untuk pembangunan desa, sehingga ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai pada suatu desa sangat perlu dan sangat dibutuhkan. Untuk lebih jelasnya mengenai sarana dan prasarana yang tersediah di Desa Malalanda dapat dilihat pada Tabel 5 berikut Tabel 5. Sarana dan Prasarana yang tersedia di Desa Malalanda Tahun 2015 No. Uraian 1.
Jumlah
Saranah Ibadah dan Pendidikan - Mesjid 1 unit - TK 1 unit - SD 1 unit 2. Sarana perkantoran - Kantor Desa 1 unit - Balai Desa 1 unit 3. Sarana Kesehatan - PUSTU 1 unit Sumber. Data Monografi Desa Malalanda tahun 2015
47
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian ini dilakukan di Desa Malalanda Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara. Pada penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah Nelayan pancing yaitu melihat faktor – faktor yang mempengaruhi produksi dan besar pendapatanya. B.1. Identitas Responden Identitas responden yang termasuk dalam penelitian ini adalah : umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman berusaha nelayan. Lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut: B.1.1 Keadaan Responden Menurut Umur Umur merupakan usia seseorang yang dihitung sejak lahir sampai saat penelitian dilaksanakan. Umur responden nelayan pancing menentukan kapasitas pengelolaan terhadap usahanya. Nelyan dengan umur muda mempunyai kekuatan fisik yang kuat sehingga dapat bekerja secara efisien. Sedangkan nelayan yang berumur tua kekuatan fisiknya telah menurun, dilain pihak seringkali dihadapkan pada pekerjaan fisik yang berat. Umumnya seorang yang masih berumur muda akan mempengaruhi kemampuan berfikir yang lebih maju dan kemampuan fisiknya lebih kuat, lebih bersemangat dibandingkan dengan seorang yang usianya lebih tua dimana kemampuan kerja seseorang akan bertambah dan pada suatu tingkatan umur tertentu akan mulai menurun. Menurut Soeharjo dan Patong (1984), bahwa kategori umur produktif adalah mulai dari usia 15-54 tahun dan
48
selebihnya masuk kategori umur non produktif. Untuk lebih jelasnya distribusi nelayan responden berdasarkan umur dapat disajikan pada Tabel 6 berikut. Tabel 6. Keadaan Responden Berdasarkan Golongan Umur di Desa Malalanda Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara Tahun 2016 No.
Golongan Umur (Tahun)
Jumlah (Orang)
1.
Produktif (15 - 54)
38
2.
Non Produktif (di atas 54) -
Jumlah
38
Presentase (%) 100% 0,00 100,00
Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2016 Tabel 6 menunjukan bahwasecara umum responden masuk dalam kategori umur produktif yaitu dari 38 (100%) responden yang diwawancarai semuanya berumur prouktif yaitu 15-54 tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat Soeharjo dan Patong (1984), bahwa kategori umur produktif adalah mulai dari usia 15-54 tahun dan selebihnya masuk kategori umur non produktif. Hal ini berarti bahwa kemampuan fisik dan kemampuan berfikir para nelayan pancing
di Desa
Malalanda masih dalam kondisi produktif. Produktifnya umur responden yang berada di lokasi sangat mempengaruhi prestasi kerja dalam hal ini kemampuan fisik, pengalaman dan cara berpikir dalam memecahkan masalah terkait dengan kegiatan usaha sehari - hari. Oleh karena itu, masyarakat yang memiliki keterbatasan dalam kemampuan fisik maka seharusnya pihak - pihak yang bersangkutan memberikan lapangan pekerjaaan sesuai dengan kemampuan baik secara fisik ataupun secara psikis. Sehingga dapat diharapkan masyarakat memperoleh penghidupan yang layak dan berkelanjutan.
49
B.1.2 Tingkat Pendidikan Formal Pendidikan formal merupakan salah satu aspek yang menentukan kemampuan dan cara berpikir responden dalam mengelola usahanya. Semakin tinggi pendidikan formal responden, maka pengetahuan dan wawasannya semakin luas serta cara berpikirnya akan semakin rasional. Selain itu, pendidikan pula merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan dan merangsang seseorang untuk kreatif dan inofatif dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang berkaitan dengan usaha yang digeluti, hal itu akan mempercepat proses adopsi informasi dan inovasi dalam upaya mengembangkan usahayang dikelolanya. Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan formal yang pernah diikuti oleh nelayan responden. Mengenai keadaan pendidikan formal yang pernah diikuti oleh nelayan pancing responden di Desa Malalanda dapat dilihat pada Tabel 7 berikut. Tabel 7. Keadaan Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal di Desa Malalanda Kecamatan Kuliasusu Kabupaten Buton Utara Tahun 2016 No. 1
Tingkat Pendidikan Tamat SD/Sederajat
Jumlah Responden (Orang) 19
Persentase (%) 50
2
Tamat SMP/Sederajat
16
42
3
Tamat SMA/Sederajat
3
7
2Jumlah
38
100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2016 Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa nelayan responden di Desa Malalanda Kecamatan Kulisusu pada umumnya telah menempuh pendidikan formal, baik pendidikan dasar, menengah maupun atas. Hasil presentase nelayan
50
responden yang pernah mengikuti pendidikan formal sebanyak 19 responden (50%) hanya menempuh jenjang pendidikan sekolah dasar (SD), sebanyak 16 responden (42%) menempuh jenjang pendidikan sekolah menengah pertama (SMP) dan sebanyak 3 responden (7%) menempuh jenjang pendidikan sekolah menengah atas (SMA). Berdasarkan data di Desa Malalanda
maka dapat
disimpulkan bahwa tingkat pendidikan nelayan pancing responden lebih dominan pada tingkat SD. Sehingga dapat dikatakan bahwa nelayan pancing responden telah memiliki pengetahuan dasar untuk mengembangkan usahanya. Soehardjo dan Patong (1984) menyatakan bahwa tingkat pendidikan yang relatif tinggi dan umur yang mudah menyebabkan sesorang lebih cenderung dinamis yang tercermin melalui cara kerja, pola berfikir dan mudah tidaknya dalam menerima inovasi dan informasi baru yang pada akhirnya akan berpengaruh pada peningkatan nilai tambah pada usaha yang dilakukan. B.1.3 Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga merupakan anggota keluarga yang tinggal satu rumah dimana dalam memenuhi kebutuhan hidupnya berada dalam satu unit manajemen. Besarnya jumlah tanggunagan keluarga sangat terkait dengan tingkat pendapatan sesorang. Jumlah keluarga yang semakin besar menyebabkan sesorang memerlukan tambahan pengeluaran atau kebutuhan penghasilan yang lebih tinggi untuk membiayai kehidupannya. Anggota keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar dalam
kegiatan usaha
yang dilakukan seseorang, sebab selain
merupakan sumber tenaga kerja juga sering pula melibatkan anggota keluarga dalam melakukan pengambilan keputusan sehingga keputusannya merupakan
51
keputusan keluarga. Semakin besar jumlah tanggungan keluarga berarti semakin besar pula usaha yang dilakukan oleh seorang nelayan dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. Tetapi jika anggota keluarga tersebut telah cukup produktif, maka pertambahan anggota keluarga akan mengurangi beban keluarga dalam mengatasi pemenuhan kebutuhan rumahtangga. Anggota keluarga yang tumbuh hingga menjadi produkstif akan memberikan tambahan penghasilan buat keluarga, semakin banyak jumlah anggota keluarga yang telah menjadi produktif maka memungkinkan tingkat kesejateraan pada keluarga tersebut akan bertambah karena adanya pertambahan penghasilan dari anggota keluarga yang telah produktif tersebut. Soeharjo dan Patong (1984) mengemukakan bahwa yang termasuk anggota keluarga kecil yaitu berkisar 2-4 orang sedangkan anggota keluarga >4 orang termasuk keluarga besar. Dari hasil penelitian diperoleh data mengenai jumlah anggota keluarga nelayan pancing responden berkisar antara 1-7 orang seperti pada Tabel 8 berikut. Tabel 8. Keadaan Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa Malalanda Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara Tahun 2016 No. 1.
Jumlah Keluarga 2 – 4 (kecil)
2.
>4
Tanggungan Jumlah Responden Persentase (%) (Jiwa) 20 52
(besar)
18
Jumlah 38 Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2016
57 100,00
Berdasarkan Tabel 8 menunjukan bahwa jumlah tanggungan untuk masing - masing responden lebih dominan pada kategori keluarga besar sebanyak 20 orang dengan persentase 55%.
52
Dengan besarnya jumlah tanggungan keluarga tersebut, nelayan pancingdalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga dituntut untuk memiliki kemampuan dan keterampilan
dalam
menghasilakan
nilai
tambah
untuk
pendapatan
rumahtangganya. Sedangkan yang termasuk dalam kategori keluarga kecil sebanyak 18 orang dengan persentase 50%. B.1.4 Pengalaman Berusaha Pengalaman berusaha adalah semua hal-hal yang pernah diperoleh nelayan pancing selama menjalankan usahanya yang diperoleh diluar bangku sekolah. Pengalaman nelayan didapatkan ketika ia sedang menjalankan usahanya dalam kurun waktu tertentu yang semakin lama ia menjalankan usahanya tersebut akan ia akan semakin berpengalaman. Pengalaman berusaha akan memberikan motivasi kepada nelayan sendiri untuk mengoreksi dan mengevaluasi diri tentang usahanya, pengalaman berusaha juga memberikan pengetahuan baru terhadap nelayan. Makin lama nelayan dalam berusaha (memancing) berarti ia semakin berpengalaman dan ia akan lebih terampil dalam menentukan sikap kearah berusaha yang lebih baik dan menguntungkan pada usaha yang ia jalankan. Hal ini sesuai dengan pendapat Soeharjo dan Patong (1984) bahwa pengalaman berusaha dikatakan cukup berpengalaman apabila telah menggeluti usahanya selama 5-10 tahun, sedangkan sepuluh tahun keatas dikategorikan berpengalaman dan kurang dari 5 tahun dikategorikan kurang berpengalaman. Gambaran responden berdasarkan pengalaman dalam kegiatan berusaha dapat dilihat pada Tabel 9 berikut:
53
Tabel 9. Pengalaman Responden dalam Menjalankan Usahanya di Desa Malalanda Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara Tahun 2016
1.
Kurang Berpengalaman (< 5)
Jumlah Responden(Jiwa) -
2.
Cukup Berpengalaman (5 – 10)
6
15
3.
Berpengalaman (> 10)
32
84
No
Kategori
Jumlah 38 Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2016 Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan bahwa nelayan
Persentase(%) -
100,00
responden lebih
dominan pada kategori berpengalaman (lebih dari 10 tahun) dengan persentase 84%, sehingga dapat dikatakan bahwa nelayan pancing responden telah berpengalaman dan mempunyai pengetahuan lebih untuk meningkatkan pendapatan keluarganya. Banyaknya pengalaman dalam berusaha oleh nelayan responden sangat berpengaruh dalam keterampilannya memelihara dan mengelola usaha yang dijalankannya. Pengalaman dalam berusaha akan selalu membawa perubahan bagi nelayan pancing dalam mengelola usahanya. Seorang nelayan pancing yang mempunyai pengalaman akan dapat menentukan alternatif yang lebih baik sehubungan dengan usahanya, pengalaman yang lebih akan memberikan suatu pelajaran dan manfaat bagi nelayan pancing sendiri serta dengan adanya pengalaman yang sudah dilalui akan menjadi bahan referensi untuk melakukan kegiatan usaha kearah yang lebih baik. Pengalaman nelayan yang lebih, hal ini akan membantu nelayan dalam memahami keadaan lautan lebih baik dan mengetahui dimana ia harus menemukan tempat pemancingan yang ideal. Hal ini dapat ditunjukan dengan jumlah hasil tangkapan nelayan yang berpengalaman lebih banyak.
54
C. Analisis Pendapatan Usaha Nelayan Pancing Desa Malalanda Pendapatan nelayan pancing adalah pendapatan yang didpatkan dari usaha memancing. Jumlah pendapatnya berasal dari jumlah penerimaan yang diterima di dikurangi dengan semua biaya yang digunakan pada saat proses melakukan usaha. Biaya - biaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah biaya variabel dan biaya tetap. Dengan demikian dapat diketahui biaya total, penerimaan dan pendapatan yang diperoleh nelayan responden untuk kegiatan usahanya di Desa Malalanda. Dari hasil penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa dalam aktivitas memancing yang dilakukan terdapat dua musim yang mempengaruhi jumlah pendapatan nelayan karena disebapkan oleh harga ikan yang berbeda dari masing – masing musim. Oleh sebap itu untuk menggambarkan pendapatan nelayan maka harus dilihat dari masing – masing musim tersebut. Dari hasil penelitian didapatakan pendapatan nelayan pada musim timur lebih tingga dibandingkan musim barat hal tersebut di sebapkan beberapa faktor terkait dengan usaha nelayan. Untuk mengetahui besar pendapatan nelayan pancing di Desa Malalanda yaitu dilihat pada Tabel. 10 berikut :
55
Tabel 10. Rata-Rata Pendapatan Nelayan Pancing di Desa Malalanda Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara Pada Musim Barat (Maret), Tahun 2015 No.
Uraian
1. 2.
Penerimaan (TR) Biaya-Biaya a. Biaya Operasional
3.
Jumlah (Rp/bulan) 14.189.474 4.207.895
b. Biaya Tetap - Penyusutan alat Total biaya tetap Total biaya (TC)
204.050 204.050 4.411.945
Pendapatan (TR – TC)
9.777.529
Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2016 Tabel 11. Rata-Rata Pendapatan Nelayan Pancing di Desa Malalanda Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara Pada Musim Timur (Agustus), Tahun 2015 No.
Uraian
Jumlah (Rp/bulan)
1 2
Penerimaan Biaya-Biaya a. Biaya Operasional
16.484.211
3
b. Biaya Tetap - Penyusutan alat Total biaya tetap Total biaya Pendapatan
3.947.360
204.050 204.050 4.411.945 12.072.266
Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2016 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui besar rata – rata pendapatan nelayan pancing Desa Malalanda pada musim barat adalah sebesar Rp 9.777.529
56
Sedangkan pada musim timur adalah Rp 12.072.266 Pendapatan yang diterima nelayan ini merupakan hasil dari usaha yang telah digelutinya dengan menggunakan beberapa faktor produksi. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Kartasapoetra (1988) bahwa pendapatan bersih usaha menunjukkan imbalan yang diperoleh dari pengeluaran faktor-faktor produksi yang berupa tenaga kerja, pengelolaan dan modal yang diinvestasikan. D. Faktor – Faktor yang Berpengaruh Terhadap Produksi Usaha Nelayan Pancing D.1. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Analisis regresi linear berganda digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Perhitungan statistik dalam analisis regresi linear berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS for Windows versi 17.0. Ringkasan hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 12. Ringkasan Hasil Regresi Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
T
Sig.
,809
,425
Coefficients B
Std. Error
Beta
(Constant)
399,864
494,357
B.operasional
26,007
21,015
,161
1,968
,004
K.Mesin
35,879
48,370
,138
,742
,464
L. melaut
66,476
35,282
,343
1,884
,069
Jarak.
1,098
7,407
,040
,148
,883
pengalaman
13,402
4,584
,442
2,923
,006
1
57
a. Dependent Variable: produksi
Sumber : Data primer yang diolah, 2016 Dari hasil tersebut apabila ditulis dalam bentuk standardized dari persamaan regresinya adalah sebagai berikut: Y = 0,161 X1 + 0,138 X2 + 0,343 Xs + 0,040 X4 + 0,442 X5 Persamaan regresi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: a.
Koefisien regresi variabel biaya operasional (X1) sebesar 0,161; artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan biaya operasional mengalami kenaikan 1%, maka jumlah
b.
produksi (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 0,161 kg. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara biaya operasional jumlah produksi, semakin naik biaya produksi maka jumlah produksi semakin bertambah. Berdasarkan hasil analisis tersebut ada beberapa alasan yang terjadi dilapangan yang dialami nelayan pancing Desa Malalanda. Biaya operasional nelayan digunakan untuk memberli atau melengkapi bekal serta peralatan yang dibutuhkanya pada saat pergi memancing. Hal tersebut seperti bahan bakar, makanan dan minuman, rokok, peralatan pancing seperti tali pancing mata pancing dan umpan. Dengan barang – barang tersebut dapat membantu nelayan berada lebih lama dilautan sehingga waktu memancingnya lebih lama dan juga bisa lebih efisien dengan banyak bekal dan perlengkapan yang dibawanya. Berdasarkan beberapa hal yang ada dilapangan tersebut maka memungkinkan biaya operasional untuk meningkatkan jumlah produksi nelayan..
58
c.
Koefisien regresi kapasitas mesin (X2) sebesar 0,138; artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan kapasitas mesin mengalami kenaikan 1%, maka jumlah produksi (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,138 kg. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara kapasitas mesin dengan jumlah produksi, semakin tinggi kapasitas mesin maka semakin tinggi pula jumlah produksi. Kapasitas mesin pada perahu yang digunakan nelayan adalah penggerak atau tenaga perahu dimana ia menentukan kecepatan perahu jarak tempuh serta waktu nelayan berada di lautan dengan demikian nelayan akan semakin mudah untuk mendapatkan ikan.
d.
Koefisien regresi lama melaut (X3) sebesar 0,343; artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan lama melaut mengalami kenaikan 1%, maka jumlah produksi (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,343 kg. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara lama melaut dengan jumlah produksi, semakin lama melaut maka semakin tinggi jumlah produksi. Lama melaut yang dimaksud adalah lamanya nelayan berada dilautan untuk memancing. Semakin lama waktu yang digunakan nelayan untuk memancing maka semakin muda juga nelayan untuk mendapatkan ikan. Hal ini berpengaruh positif terhadap produksi nelayan karena dengan waktu yang lebih lama nelayan bisa dengan leluasa mencari ikan sehingga jumlah produksi yang ia dapatkan bisa lebih banyak.
e.
Koefisien regresi jarak tempuh (X4) sebesar 0,040; artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan jarak tempuh mengalami kenaikan 1%, maka jumlah produksi (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,040 kg.
59
Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara jarak tempuh dengan jumlah produksi, semakin jauh jarak tempuh maka semakin tinggi jumlah produksi. Faktor jarak tempuh nelayan berkaitan dengan ketersediaan ikan di lautan. Semakin jauh nelayan pergi mencari tempat pemancingan maka ia semakin mudah untuk mendapatkan ikan. Dengan ketersediaan ikan yang mudah ditemukan ditempat jauh, ketika nelayan memancing di lokasi yang jauh akan dengan mudah ia mendapatkan ikan. Dapatlah disimpulkan semakin jauh jarak yang ditempuh nelayan maka jumlah produksinya semakin tinggi. f.
Koefisien regresi pengalaman (X5) sebesar 0,442; artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan pengalaman mengalami kenaikan 1%, maka jumlah produksi (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,442 kg. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara pengalaman dengan jumlah produksi, semakin lama pengalaman seorang nelayan maka semakin tinggi jumlah produksi. Faktor pengalaman memang sangat dibutuhkan disetiap pekerjaan. Pengalaman berkaitan dengan pengetahuan yang akan dimiliki dan dikuasai oleh nelayan dalam menjalankan usahanya. Nelayan yang semakin berpengalaman memiliki ia telah mengetahui kondisi lautan dan memahami bagaimana ikan mudah untuk didapatkan, ia telah bisa menyesuaikan pada kondisi lautan, ia mengetahui dengan mahir tentang umpan ikan yang mudah dan cara memancing serta mencari lokasi pemancingan yang ideal di lautan ia telah kuasai dengan baik sehingga nelayan yang semakin berpengalaman jumlah produksi yang ia dapatkan lebih
60
banyak dari nelayan yang kurang pengalaman. Berdasarkan hal-hal tersebut maka pengalaman berpengaruh positif terhadap julah produksi yang semakin berpengalaman nelayan maka jumlah produksi yang didapatkan semakin meningkat. D.2. Hasil Uji Parsial (Uji t) Uji t dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel independen (operasional, mesin, melaut, jarak, dan pengalaman) secara individual dalam menerangkan variabel dependen (jumlah produksi). Hasil uji t pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 12 (perhitungan regresi). a. Variabel Biaya Operasional Ho : b1 = 0 : Biaya operasional tidak berpengaruh positif signifikan terhadap jumlah produksi Ha : b1 > 0 : Biaya operasional berpengaruh positif signifikan terhadap jumlah produksi Hasil pengujian dengan SPSS diperoleh untuk variabel X1 (biaya operasional) diperoleh nilai t hitung = 1,968 dengan tingkat signifikansi 0,04. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05, nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari taraf 5%, yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian, maka Hipotesis pertama diterima. b. Variabel Kapasitas Mesin
61
Ho : b1 = 0 : Kapasitas mesin tidak berpengaruh positif signifikan terhadap jumlah produksi Ha : b1 > 0 : Kapasitas mesin berpengaruh positif signifikan terhadap jumlah produksi Hasil pengujian dengan SPSS diperoleh untuk variabel X2 (kapasitas mesin) diperoleh nilai t hitung = 0,742 dengan tingkat signifikansi 0,464. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05, nilai signifikansi tersebut lebih besar dari taraf 5%, yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian, maka Hipotesis kedua ditolak. c. Variabel Lama Melaut Ho : b1 = 0 : Lama melaut tidak berpengaruh positif signifikan terhadap jumlah produksi Ha : b1 > 0 : Lama melaut berpengaruh positif signifikan terhadap jumlah produksi Hasil pengujian dengan SPSS diperoleh untuk variabel X3 (lama melaut) diperoleh nilai t hitung = 1,884 dengan tingkat signifikansi 0,069. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05, nilai signifikansi tersebut lebih besar dari taraf 5%, yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian, maka Hipotesis ketiga ditolak. d. Variabel Jarak Tempuh Ho : b1 = 0 : Jarak tempuh tidak berpengaruh positif signifikan terhadap jumlah produksi
62
Ha : b1 > 0 : Jarak tempuh berpengaruh positif signifikan terhadap jumlah produksi Hasil pengujian dengan SPSS diperoleh untuk variabel X4 (jarak tempuh) diperoleh nilai t hitung = 0,148 dengan tingkat signifikansi 0,883. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05, nilai signifikansi tersebut lebih besar dari taraf 5%, yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian, maka Hipotesis keempat ditolak. e. Variabel Pengalaman Ho : b1 = 0 : Pengalaman tidak berpengaruh positif signifikan terhadap jumlah produksi Ha : b1 > 0 : Pengalaman berpengaruh positif signifikan terhadap jumlah produksi Hasil pengujian dengan SPSS diperoleh untuk variabel X5 (pengalaman) diperoleh nilai t hitung = 2,923 dengan tingkat signifikansi 0,006. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05, nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari taraf 5%, yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian, maka Hipotesis kelima diterima. Dari hasil analisis uji t pada tabel 10 menunjukkan bahwa dua variabel (biaya operasional dan pengalaman) berpengaruh positif segnifikan terhadap jumlah produksi dan tiga variabel lain (kapasitas mesin, lama melaut dan jarak tempuh) tidak berpengaruh positif signifikan terhadap jumlah produksi. Variabel biaya operasional memiliki pengaruh possitif signifikan terhadap jumlah produksi artinya bahwa variabel biaya operasional memiliki pengaruh
63
yang lebih besar dari tiga variabel lainnya. Karena dilihat dari hasil uji statistik uji t dengan bantuan SPPS diperoleh nilai tingkat signifikan 0,004 yang ditetapkan (5%). Biaya opersional memiliki peran yang sangat penting untuk menjalankan usaha, biaya operasional diperlukan setiap nelayan akan pergi memancing. Peningkatan biaya operasional dapat meningkatakan bekal serta perlengkapan dan peralatan nelayan dalam memancing sehingga dengan itu biaya dapat lebih efisien untuk memancing. Sehingga dapat memungkinkan jumlah produksi yang ia dapatkan dapat meningkat. Variabel pengalaman memiliki pengaruh positif signifikan terhadap jumlah produksi artinya bahwa variabel pengalaman memiliki pengaruh yang lebih besar. karena dari hasil statistic uji t dengan bantuan SPSS diperoleh nilai tingkat signifikan 0,006 lebih kecil < dibanding nilai batas signifikan yang ditetapkan (5%). Selain dari perhitungan statistik uji t variabel pengalaman yang memiliki pengaruh postif signifikan terhadap jumlah produksi juga disebapkan karena pengalaman yang dimiliki nelayan menjadikan semakin mengatahui kondisi lautan dan dengan mudah untuk mendapatkan ikan sehingga dengan penglaman menjadikan nelayan memancing dengan efisien. Variabel kapasitas mesin, lama melaut memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap jumlah produksi artinya keempat variabel tersebut memiliki pengaruh yang lebih kecil terhadap jumlah produksi. Berdasarkan perhitungan statistic uji t dengan bantuan SPSS diperoleh nilai tingkat signifikan secara berturut-turut (0,464, 0,069 0,883) lebih besar dibanding batas signifikan yang ditetapkan (5%).
64
Variabel biaya, kapasitas mesin, lama melaut dan jarak tempuh secara bersama – sama berpengaruh secara negativ signifikan terhadap jumlah produksi akan tetapi pengaruh yang ada tidak begitu besar dibanding variabel biaya operasional dan variable pengalaman sehingga variabel biaya operasional dan pengalaman memiliki pengaruh lebih besar.
65
V.
PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan
hasil penelitian Studi tentang produksi dan pendapatan
nelayan pancing desa Malalanda Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1.
Besar pendapatan nelayan pancing Desa Malalanda memiliki perbedaan antara musim timur dan musim barat. Hal ini disebapkan karena perbedaan harga ikan. Adapun besar pendapatan rata – rata nelayan pancing pada musim barat (maret) adalah sebesar Rp 9.777.529, dan besar rata – rata pendapatan nelayan pada musim timur (agustus) adalah Rp 12.072.266.
2.
Dari hasil analisis regresi menunjukan variabel biaya operasional, kapasitas mesin, lama melaut, jarak tempuh dan pengalaman masing-masing berpengaruh positif terhadap jumlah produksi, akan tetapi variabel biaya operasional dan pengalaman menjalankan usaha berpengaruh lebih besar dibandingkan variabel kapasitas mesin, lama melaut dan jarak tempuh.
B. Saran Beberapa saran yang perlu terkait dengan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Bagi nelayan dapat lebih memperhatikan atau meningkatkan biaya operasional dan pengalamanya untuk meningkatkan jumlah produksinya.
2.
Bagi pemerintah diharapkan agar selalu mendukung dan memfasilitasi para nelayan yang memiliki keterbatasan dalam menjalankan usaha nelayan
66
pancing ini agar pendapatan nelayan menjadi semakin meningkat dan masyarakatnya bisa hidup sejahtera. 3.
Bagi peneliti selanjutnya dapat mengambil penelitian dengan melihat pendapatan nelayan dari berbagai jenis alat tankap yang digunakan.
67
DAFTAR PUSTAKA
Adhar, 2012. Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Usaha Nelayan Di Kabuaten Bone. Universitas hasanuddin. Makasar Amir, M. 1999. Potensi Pengembangan Usahatani Tambak Di Kecamatan Wandulako Kabupaten Kolaka. Universitas Halu Oleo Kendari. Anonim. 1984. Peluang Penginvestasian Perikanan. Dirjen Perikanan. Jakarta Riyanto, Bambang. 1989. Dasar-dasar pembelanjaah perusahaan. Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada. Yogyakarta. Badan Pusat Statistika Kabupaten Buton utara. 2015. Kabupaten Buton Utara Dalam Angka. Ereke. Basri, Yuswar Zainul. 2007. Ekonomi Pesisir. Universitas Trisakti. Jakarta Danuri, Rokhim, 2009. Reorientasi Pembangunan Berbasis Kelautan. karya cipta. Jakarta Darmayunita, 2012. Ekonomi Manajemen Sumberdaya Ketenagakerjaan. Graha Ilmu: Yogyakarta
Manusia
dan
Fita Ikfa P. dan Waridin. 2006. Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Alat Tangkap Gillnet Berdasarkan Perbedaan Musim. Jurnal, Semarang: Ekonomi dan Manajemen. Imron, Masyuri. 2003 “Kemiskinan Dalam Masyarakat Nelayan” Dalam Jurnal Masyarakat dan Budaya. PMB –LIPI. Joesran, Fathorrozi, 2003. Teori Ekonomi Mikro. Salemba Empat, Jakarta Kusnadi, 2003. Akar kemiskinan nelayan. LKiS,yogyakarta. Laode Kahar. 2005. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha nelayan di Desa Waha Kecamatan Wang – Wangi Kabupaten Wakatobi. Fakultas Pertanian. Universitas Halu Oleo. Masyhuri, 1999. Usaha Penangkapan Ikan di Jawa dan Madura: Produktivitas dan Pendapatan Buruh Nelayan, masyarakat Indonesia, XXIV, No. 1 Miller, R. L., R. E. Meiners, 1999. Teori Ekonomi Mikro Intermediate. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Mubyarto, 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian Edisi Ketiga. LP3ES. Jakarta
68
Nontji, A, 2005. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. Pusat penyuluhan kelautan dan perikanan. 2011. Modul Penagkapan Ikan dengan Pancing Ulur. Kementrian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Prasetiawan, 2011. Konsep dan Analisa Isu Kemiskinan dan Ketahanan Pangan Masyarakat Pesisir. Makalah dalam Pelatihan Metodologi Riset. Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Jakarta. Ridawati, 2000. Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Nelayan di Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Halu Oleo.Kendari Salim, Agus, 1999. Analisis Tingkat Pendapatan Dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kecamatan Syiah Kuala Kotamadya Banda Aceh. Tesis S2 PPS USU, Medan. Sanjatmiko, Prihatmoko. 2011. Faktor – Faktoryang Mempengaruhi Periaku Nelayan Artifisial Memanfaatkan Sumberdaya Perikanan Di Pantai Utara Jawa Barat.Sekolah Paska Sarjana IPB. Bogor Sastrawidjaya, dkk, 2002, Nelayan Nusantara,Pusat Pengolahan Produk Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Sitorus, H.2005. Estimasi daya dukung lingkungan pesisir untuk pengembangan areal tambak berdasarkan laju biodegradasi limbah tambak diperairan pesisir kabupaten serang. Desertasi SPs IPB. Bogor Sobri, 1999. Ekonomi Makro, BPFE-UGM, Yogyakarta. Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Teori dan Aplikasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Sudrajat dan Achyar. S. Tjutju. 2000. STATISTIKA Konsep Dasar dan Pengolahan Data. Widya Padjadjaran. Bandung. Sugito J. 2003. Kamus Pertanian Umum. PT. Penebar Swadaya Jakarta Sukirno, S., 2004. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Raja Grafindo persada, Jakarta. Sujarno. 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan Di Kabupaten Langkat. USU Repository. Jakarta Sukirno, S., 2006. Makroekonomi,Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sumarsono, Sony. 2003. Ekonomi Manajemen Sumberdaya Manusia dan Ketenagakerjaan. Graha Ilmu: Yogyakarta
69
Swardjo. 1998. Analisis produksi dan usaha penagkapan ikan oleh nelayan dikecamatan poasia kota madya kendari. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Halu Oleo. Kendari. Tarigan, Antonius. 2000. Implementasi Kebijakan Jaring Pengaman Sosial: Studi Kasus Program Pengembangan Kecamatan di Kabupaten Dati II Lebak, Jawa Barat, Tesis Magister Administrasi Publik UGM, Yogyakarta Thomas, 2000. Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Nelayan Dikecamatan Napabalano Kabupaten Muna. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Halu Oleo. Kendari Tuwo, Ambo. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut. Surabaya: Brilian Internasional. Swasti Pudji Widjajanti dan Fasochah. 2004. Pengantar Ekonomi Mikro. Semarang: BP-P3IE STIE Dharmaputra. Widodo, Y dan Suadi, 2008. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Winardi, 1988. Pengantar Ilmu Ekonomi. Tarsito, Bandung Yusuf, edy, 2003. Analisis Kemiskinan dan Pendapatan Keluarga Nelayan kasus di Kecamatan Wedung Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Indonesia. Jurnal, FEB Diponegoro, Semarang
70
LAMPIRAN
71
Lampiran 1. Riwayat Hidup Penulis
RIWAYAT HIDUP
LUKMAN INTA lahir pada tanggal 13 Mei 1992 di Desa Tomoahi Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara, anak ke empat dari lima bersaudara pasangan Bapak La Inta dan Ibu Siamu. Pada tahun 2000 , penulis mulai memasuki pendidikan di SD Negeri 13 Kulisusu dan tamat pada tahun 2006, pada tahun yang penulisdi SLTP Negeri 2 Kulisusu dan tamat pada sama penulis melanjutkan sama pendidikan tahun 2009. Selanjutnya di tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Kulisusu Utara, lulus pada tahun 2012. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan strata satu (S1) di Sebuah Universitas Negeri di Sulawesi Tenggara yakni di Universitas Halu Oleo, Fakultas Pertanian, Jurusan/Program Studi Agribisnis minat Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat, melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) serta mendapat beasiswa Bidikmisi. Selama menempuh pendidikan di Universitas Halu Oleo penulis aktif di beberapa Organisasi kampus. Di tahun 2014 penulis menjabat sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Pelajar Desa Tomoahi (HMPT) pada periode 2014/2015.
72
Lampiran 2. Hasil Analisis Regresi Variables Entered/Removed Model
Variables
Variables
Entered
Removed
pengalaman, 1
a
Method
. Enter
operasional, mesin, melaut, b
jarak
a. Dependent Variable: produksi b. All requested variables entered. Model Summary Model
R
1
,694
R Square
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,482
,401
161,66280
a. Predictors: (Constant), pengalaman, operasional, mesin, melaut, jarak a
ANOVA Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Regression
777368,690
5
155473,738
Residual
836315,520
32
26134,860
1613684,211
37
Total
Sig.
5,949
,001
b
a. Dependent Variable: produksi b. Predictors: (Constant), pengalaman, operasional, mesin, melaut, jarak Coefficients Model
a
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B (Constant)
Std. Error
399,864
494,357
Operasional
26,007
21,015
Mesin
35,879
Melaut Jarak
Beta ,809
,425
,161
1,968
,340
48,370
,138
,742
,464
66,476
35,282
,343
1,884
,069
1,098
7,407
,040
,148
,883
13,402
4,584
,442
2,923
,006
1
Pengalaman a. Dependent Variable: produksi
73 Lampiran 3. Produksi, Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Nelayan perhari pada Musim Barat (Maret) Tahun 2016 No. Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 Total Rata-Rata
Jumlah Produksi (Kg/Hari) 90 100 100 100 70 80 100 100 100 80 80 70 80 100 80 80 70 90 100 100 80 100 90 90 80 90 90 80 80 100 70 100 80 100 100 90 90 90 3370 88,68
Harga Ikan (Rupiah/Kg) 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 304000 8000
Biaya/Hari
Penerimaa n/Hari
Pendapatan/ Hari
200.000 200.000 250.000 200.000 150.000 150.000 150.000 200.000 200.000 150.000 150.000 150.000 200.000 200.000 150.000 250.000 150.000 200.000 250.000 200.000 250.000 250.000 200.000 150.000 200.000 200.000 150.000 200.000 150.000 250.000 150.000 200.000 200.000 250.000 200.000 250.000 250.000 250.000 7.500.000 384.615
720.000 800.000 800.000 800.000 560.000 640.000 800.000 800.000 800.000 640.000 640.000 560.000 640.000 800.000 640.000 640.000 560.000 720.000 800.000 800.000 640.000 800.000 720.000 720.000 640.000 720.000 720.000 640.000 640.000 800.000 560.000 800.000 640.000 800.000 800.000 720.000 720.000 720.000 26.960.000 79.473
520.000 600.000 550.000 600.000 410.000 490.000 650.000 600.000 600.000 490.000 490.000 410.000 440.000 600.000 490.000 390.000 410.000 520.000 550.000 600.000 390.000 550.000 520.000 570.000 440.000 520.000 570.000 440.000 490.000 550.000 410.000 600.000 440.000 550.000 600.000 470.000 470.000 470.000 19,460.000 512.613
74 Lampiran 4. Produksi, Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Nelayan Musim Timur (Agustus) Tahun 2015 No. Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 Total Rata-Rata
Jumlah Produksi/Hari 70 80 80 80 50 60 80 80 80 60 60 50 60 80 60 60 50 70 80 80 60 80 70 70 60 70 70 60 60 80 50 80 60 80 80 70 70 70 2110 68,68
Harga Ikan Rupiah/Kg
Penerimaan/ Hari
12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 456.000 12.000
840.000 960.000 960.000 960.000 600.000 720.000 960.000 960.000 960.000 720.000 720.000 600.000 720.000 960.000 720.000 720.000 600.000 840.000 960.000 960.000 720.000 960.000 840.000 840.000 720.000 840.000 840.000 720.000 720.000 960.000 600.000 960.000 720.000 960.000 960.000 840.000 840.000 840.000 31.320.000 824.210
Biaya/ Hari 200.000 200.000 250.000 200.000 150.000 150.000 150.000 200.000 200.000 150.000 150.000 150.000 200.000 200.000 150.000 250.000 150.000 200.000 250.000 200.000 250.000 250.000 200.000 150.000 200.000 200.000 150.000 200.000 150.000 250.000 150.000 200.000 200.000 250.000 200.000 250.000 250.000 250.000 7.500.000 197.368
Pendapatan/ Hari 640.000 760.000 710.000 760.000 450.000 570.000 810.000 760.000 760.000 570.000 570.000 450.000 520.000 760.000 570.000 470.000 450.000 640.000 710.000 760.000 470.000 710.000 640.000 690.000 520.000 640.000 690.000 520.000 570.000 710.000 450.000 760.000 520.000 710.000 760.000 590.000 590.000 590.000 23.820.000 626.842
75 Lampiran 5. Produksi biaya penerimaan dan pendapatan nelayan perbulan pada musim barat (Maret ) 2016 No. Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 32 34 35 36 37 38 Total Rata - Rata
Jumlah Penerimaan/Bulan Produksi 1800 14.400.000 2000 16.000.000 2000 16.000.000 2000 16.000.000 1400 11.200.000 1600 12.800.000 2000 16.000.000 2000 16.000.000 2000 16.000.000 1600 12.800.000 1600 12.800.000 1400 11.200.000 1600 12.800.000 2000 16.000.000 1600 12.800.000 1600 12.800.000 1400 11.200.000 1800 14.400.000 2000 16.000.000 2000 16.000.000 1600 12.800.000 2000 16.000.000 1800 14.400.000 1800 14.400.000 1600 12.800.000 1800 14.400.000 1800 14.400.000 1600 12.800.000 1600 12.800.000 2000 16.000.000 1400 11.200.000 2000 16.000.000 1600 12.800.000 2000 16.000.000 2000 16.000.000 1800 14.400.000 1800 14.400.000 1800 14.400.000 67400 539.200.000 3456.4 14.189.474
Total Biaya/Bulan 4.275.250 4.275.250 5.233.600 4.233.600 3.233.600 3.261.350 3.233.600 4.233.600 5.205.800 3.261.350 3.261.350 5.303.000 4.233.600 2.675.250 4.205.800 5.275.250 4.205.800 5.103.000 6.247.450 4.205.800 4.247.450 4.275.250 4.233.600 3.833.600 4.275.250 5.075.250 3.875.250 4.233.600 4.261.350 5.233.600 5.075.250 4.050.800 4.275.250 5.233.600 4.275.250 5.275.250 5.303.000 5.303.000 167.498.900 4.411.945
Pendapatan/Bulan 10.124.750 11.724.750 10.766.400 11.766.400 7.966.400 9.538.650 12.766.400 11.766.400 10.794.200 9.538.650 9.538.650 5.897.000 8.566.400 13.324.750 8.594.200 7.524.750 6.994.200 9.297.000 9.752.550 11.794.200 8.552.550 11.724.750 10.166.400 10.566.400 8.524.750 9.324.750 10.524.750 8.566.400 8.538.650 10.766.400 6.124.750 11.949.200 8.524.750 10.766.400 11.724.750 9.124.750 9.097.000 9.097.000 371.701.100 9.777.529
76 Lampiran 6. Produksi, Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Nelayan Perbulan Pada Musim Timur (Agustus) Tahun 2015 No. Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 Total Rata - Rata
Jumlah Produksi (Kg/Bulan)
1400 1600 1600 1600 1000 1200 1600 1600 1600 1200 1200 1000 1200 1600 1200 1200 1000 1400 1600 1600 1200 1600 1400 1400 1200 1400 1400 1200 1200 1600 1000 1600 1200 1600 1600 1400 1400 1400 52.200 1373.6
Penerimaan/ Bulan (Rupiah) 16.800.000 19.200.000 19.200.000 19.200.000 12.000.000 14.400.000 19.200.000 19.200.000 19.200.000 14.400.000 14.400.000 12.000.000 14.400.000 19.200.000 14.400.000 14.400.000 12.000.000 16.800.000 19.200.000 19.200.000 14.400.000 19.200.000 16.800.000 16.800.000 14.400.000 16.800.000 16.800.000 14.400.000 14.400.000 19.200.000 12.000.000 19.200.000 14.400.000 19.200.000 19.200.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000 626.400.000 16.484.211
Biaya/Bulan (Rupiah) 4.275.250 4275.250 5.233.600 4.233.600 3.233.600 3.233.600 3.261.350 4.233.600 4.233.600 3.205.800 3.261.350 3.261.350 4.303.000 4.233.600 3.275.250 5.205.800 3.275.250 4.205.800 5.303.000 4.247.450 5.205.800 5.247.450 4.275.250 3.233.600 4.233.600 4.275.250 3.261.350 4.261.350 3.233.600 5.261.350 3.233.600 4.275.250 4.204.800 5.275.250 4.233.600 5.275.250 5.275.250 5.303.000 167.498.900 4.411.945
Pendapatan/Bulan (Rupiah) 12.524.750 14.924.750 13.966.400 14.966.400 8.766.400 11.166.400 15.938.650 14.966.400 14.966.400 11.194.200 11.138.650 8.738.650 10.097.000 14.966.400 11.124.750 9.194.200 8.724.750 12.594.200 13.897.000 14.952.550 9.194.200 13952.550 12.524.750 13.566.400 10.166.400 12.524.750 13.538.650 10.138.650 11.166.400 13.938.650 8.766.400 14.924.750 10.195.200 13.924.750 14.966.400 11.524.750 11.524.750 11.497.000 466.844.300 12.072.266
77 Lampiran 7. Kapasitas Mesin, Lama Melaut , Jarak Tempuh, biaya dan jumlah produksi perhari
No. Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 Total Rata-Rata
(Kapasitas Mesin/Pk)
12 12 12 12 11 10 10 11 11 10 10 10 12 11 10 12 10 11 12 12 12 11 12 10 11 12 11 12 11 12 10 11 12 12 11 12 11 11 425 11,1
Lama Melaut (Hari/Jam)
Jarak Tempuh (Mil)
Pengalaman Berusaha (Tahun)
13 13 13 13 11 11 12 12 12 11 11 11 12 11 11 14 11 12 13 13 12 14 12 13 12 11 13 13 11 14 12 12 12 13 14 14 14 14 470 12,3
50 50 60 50 40 40 40 50 50 40 40 40 50 50 40 60 40 50 60 50 60 60 50 40 50 50 40 50 40 60 40 50 50 60 50 60 60 60 1880 49,4
25 34 25 34 18 21 30 30 33 20 11 12 15 23 24 26 15 21 26 20 28 28 15 10 23 12 13 14 12 18 13 30 18 26 20 25 24 24 816 41.8
Biaya/Hari
200.000 200.000 250.000 200.000 150.000 150.000 150.000 200.000 200.000 150.000 150.000 150.000 200.000 200.000 150.000 250.000 150.000 200.000 250.000 200.000 250.000 250.000 200.000 150.000 200.000 200.000 150.000 200.000 150.000 250.000 150.000 200.000 200.000 250.000 200.000 250.000 250.000 250.000 7.500.000 4.198.834
Jumlah Produksi /Hari Pada Musim Timur (Kg)
70 80 80 80 50 60 80 80 80 60 60 50 60 80 60 60 50 70 80 80 60 80 70 70 60 70 70 60 60 80 50 80 60 80 80 70 70 70 2610 133,8
Jumlah Produksi /Hari Pada Musim Barat(Kg)
90 100 100 100 70 80 100 100 100 80 80 70 80 100 80 80 70 90 100 100 80 100 90 90 80 90 90 80 80 100 70 100 80 80 80 90 90 90 3330 1378,9
78
Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian
Gambar. Wawancara dengan Responden
Gambar. Wawancara dengan Responden
79
Gambar. Jenis Perahu dan Pancing Ulur yang Digunakan Nelayan
Gambr. Jenis Ikan Hasil Tangkapan Nelayan