STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN TERMOREGULASI HIPERTERMI PADA An. C DENGAN BRONKITIS AKUT DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO
DISUSUN OLEH :
ANIS FATWA LUKMAN JATI NIM. P.09003
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN TERMOREGULASI HIPERTERMI PADA An. C DENGAN BRONKITIS AKUT DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO
Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH :
ANIS FATWA LUKMAN JATI NIM. P.0900
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012
ŝ
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: ANIS FATWA LUKMAN JATI
NIM
: P. 09003
Program Studi
: Diploma III Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah
:ASUHAN
KEPERAWATAN
KEBUTUHAN
KEAMANAN TERMOREGULASI HIPERTERMI DENGAN BRONKITIS PADA An. C DI RUANG FLAMBOYAN
RUMAH
SAKIT
UMUM
DAERAH SUKOHARJO. Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta,
April 2012
Yang membuat Pernyataan
ANIS FATWA LUKMAN JATI NIM. P. 09003
ŝŝ
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh: Nama
: ANIS FATWA LUKMAN JATI
NIM
: P. 09003
Program Studi
: Diploma III Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah
:ASUHAN
KEPERAWATAN
KEBUTUHAN
KEAMANAN TERMOREGULASI HIPERTERMI DENGAN BRONKITIS PADA An. C DI RUANG FLAMBOYAN
RUMAH
SAKIT
UMUM
DAERAH SUKOHARJO”.
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan
: ……………………..
Hari / Tanggal
: ……………………..
Pembimbing : Mushlihah Muliana Utami, S.Kep.,Ns NIK.
ŝŝŝ
(…………………….)
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh: Nama
: ANIS FATWA LUKMAN JATI
NIM
: P. 09003
Program Studi
: Diploma III Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah
: ASUHAN
KEPERAWATAN
KEAMANAN
KEBUTUHAN
TERMOREGULASI
HIPERTERMI DENGAN BRONKITIS PADA An. C DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO.
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Ditetapkan Hari / Tanggal
: …………………….. : ……………………..
DEWAN PENGUJI Penguji I : NIK Penguji II : NIK Penguji III : NIK
(…………………….) (…………………….) (…………………….)
Mengetahui, Ketua Program Studi DIII keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta
Setiyawan, S.Kep., Ns. NIK. 201084050
ŝǀ
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan keperawatan pemenuhan keamanan termoregulasi khususnya;hipertermi pada An. C dengan bronkitis diruang flamboyan di rumah sakit umum daerah sukoharjo”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dalam rangka untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya Keperwatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Stikes Kusuma Husada Surakarta. Terwujudnya Karya Tulis Ilmiah ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini perkenankan penulis mengucapakan terimakasih kepada : 1. Setiyawan ,S.Kep.,Ns , selaku Ketua Prodi studi DIII Keperawatan yang telah memeberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta.
ŝŝ
2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns , selaku Sekretaris Ketua Prodi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapatmenimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarata. 3. Mushlihah Muliana Utami, S.Kep.,Ns selaku pembimbing yang selalu memberikan pengarahan dan dukungan kepada penulis. 4. Seluruh dosen Stikes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 5. Direktur RSUD Sukoharjo yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melakukan studi kasus Asuhan Keperawatan di ruang flamboyan RSUD SUKOHARJO. 6. Ayah dan Bunda yang tercinta yang tiada henti-hentinya selalu memberikan do’a, kasih sayang, bimbingan, semangat, dukungan moral maupun materi kepada penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis ini. 7. Adik-adikku tersayang terima kasih selalu memberikan semangat dan keceriaan. 8. Rekan-rekan senasib seperjuangan yang selalu mendukung dan membantu dalam setiap permasalahan dan penyelesaian Karya Tulis ini. 9. Semua pihak yang terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
ŝŝŝ
Harapan penulis semoga Karya Tulis ini dapat memberikan manfaat kepada penulis sendiri maupun kepada para pembaca. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangan didalamnya. Oleh karena itu. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. Wasalamualaikum Wr. Wb Surakarta, April 2012
Penulis
ŝǀ
DAFTAR ISI
Halaman A. HALAMAN JUDUL
................................................................
i
B. PERNYATAAN TIDAK ...................................................................... ii C. LEMBAR PERSETUJUAN
........................................................... iii
D. LEMBAR PENGESAHAN
........................................................... iv
E. KATA PENGANTAR F. DAFTAR ISI
...................................................................... vi
.................................................................................. viii
G. DAFTAR GAMBAR
...................................................................... ix
H. DAFTAR LAMPIRAN
....................................................................... x
BAB 1
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
........................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ........................................................... 3 C. Manfaat Penulisan ........................................................... 4 BAB 11
LAPORAN KASUS A. Identitas Klien
........................................................... 6
B. Pengkajian ....................................................................... 7 C. Perumusan Masalah Keperawatan
ǀ
....................... 11
D. Perencanaan Keperawatan
................................... 11
E. Implementasi Keperawatan
...................................12
F. Evaluasi Keperawatan BAB111
................................................12
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN A. Pembahasan
............................................................14
B. Simpulan ........................................................................19 Daftar Pustaka Lampiran Daftar Riwayat Hidup
ǀŝ
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Gambar
1
Genogram ............................................
ǀŝŝ
10
LAMPIRAN
ǀŝŝŝ
ŝdž
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada anak-anak, bagian reaktif dari saluran pernafasan bahwa adalah bronkitis dan bronkiolus. Kartilaginosa yang menompang jalan napas besar belum berkembang sepenuhnya pada usia remaja. Akibatnya, otot polos pada struktur ini menjadi faktor utama terjadinya konstriksi jalan napas, terutama pada bronkiolus, yang merupakan bagian yang meluas dari bronkus ke alveoli (Wong, 2009). Di Negara barat, kekerapan bronkitis diperkirakan sebanyak 1,3% di antara populasi (WHO, 2003). Di Indonesia belum ada laporan tentang angka presentase yang pasti mengenai penyakit ini. Kenyataannya penyakit ini sering ditemukan di klinik-klinik dan diderita oleh laki-laki dan perempuan (Rahayu, 2003). Bronkitis (sering disebut trakeobronkitis) adalah inflamasi jalan nafas utama (trakea dan bronkus), yang sering berkaitan dengan ISPA. Agens virus merupakan penyebab utama penyakit ini, meskipun Mycoplasma pneumoniae merupakan penyebab tersering pada anak-anak berusia 1-2 tahun. Kondisi ini dicirikan dengan batuk non produktif yang memburuk dimalam hari menjadi produktif dalam 2 sampai 3 hari (Newel, 2006).
ϭ
Ϯ
Bronkitis merupakan penyakit ringan yang dapat sembuh dengan sendirinya dan hanya memerlukan pengobatan simtomatik, seperti anal gesik, antipiretik, dan humiditas. Supresan batuk dapat digunakan untuk memberikan waktu istirahat namun dapat mempengaruhi bersihan sekresi (kebanyakan pasien akan pulih 5-10 hari). Tanda gejala awal bronkitis adalah sebagai ISPA sederhana dengan rabas nasal serosa dan sering juga disertai demam ringan secara bertahap mengalami peningkatan distress pernapasan,batuk non produktif proksimal dan juga terkadang mengi (Wong, 2008). Menurut Mackendrick (2004), bronkitis adalah peradangan bronkus utama akut atu kronis, dimanifestasikan oleh demam dan batuk ( bronkitis akut ) atau oleh batuk dan mengi ( bronkitis kronis ). Bronkitis akut terjadi pada semua usia dan ditandai oleh batuk, demam, dan seringkali mengi. Keadaan ini merupakan tampilan umum dari influenza dan batuk rejan. Bonkitis kronis tidak terjadi pada anak-anak (Newel, 2006). Penulis membahas tentang salah satu manifestasi bronkitis pada anak yaitu Demam. Demam adalah suatu bentuk energi. Manusia akan terbiasa dengan fakta bahwa energi panas diproduksi dari pembakaran bahan bakar, dari listrik yang mengalir melalui kawat konduksi atau dari energi makanan yang dicerna dalam tubuh. Suhu tubuh relative spontan. Hal ini dilakukan untuk sel-sel tubuh agar dapat berfungsi secara efektif. Normalnya suhu tubuh berkisar 36-37˚C. Suhu tubuh dapat diartikan sebagai keseimbangan antara panas yang diproduksikan dengan panas yang hilang dari tubuh Kulit merupakan organ tubuh yang bertang-
ϯ
gung jawab untuk memelihara suhu tubuh agar tetap normal dengan mekanisme tertentu (Swain, 2008). Demam diproduksi tubuh melalui proses metabolisme, aktivitas otot, dan sekresi kelenjar. Produksi panas dapat meningkat atau meningkat atau menurun dipengaruhi oleh suatu sebab, misalnya karena penyakit ataupun stress. Suhu tubuh terlalu ekstrim dapat mnyebabkan kematian. Oleh karena itu perawat membantu klien apabila mekanisme homeostasis tubuh,untuk mengontrol suhu tubuhnya, tidak mampu menanggulangi perubahan suhu tubuh tersebut secara efektif (Swain, 2008). Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang pemenuhan kebutuhan keamanan/ perlindungan; termoregulasi pada pasien An. C dengan bronkhitis di bangsal Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo.
B.
Tujuan Penulisan 1) Tujuan Umum Melaporkan kasus pemenuhan kebutuhan Keamanan: Termogulasi pada pasien An. C dengan bronkitis di Bangsal Flamboyan Rumah Sakit Umum Sukoharjo.
ϰ
2) Tujuan Khusus a. Penulis mampu melaksanakan pengkajian pemenuhan kebutuhan keamanan; termoregulasi pada pasien An. C dengan bronchitis di Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo. b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pemenuhan kebutuhan keamanan; termoregulasi pada pasien An. C di Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo. c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan keamanan; termoregulasi pada pasien An.C dengan di Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo. d. Penulis mampu melakukan implementasi pemenuhan kebutuhan keamanan; termoregulasi pada pasien An. C di Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo. e. Penulis mampu melakukan evaluasi pemenuhan kebutuhan keaman; termoregulasi pada pasien An. C di Rumah Saki Umum Daerah Sukoharjo. f. Penulis
mampu
menganalisa
kondisi
pemenuhan
kebutuhan
keamanan; termoregulasi yang terjadi pada pasien An. C dengan di Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo.
ϱ
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis Menambah pengetahuan peneliti tentang masalah keperawatan Keamanan:Termogulasi Bronkitis dan merupakan suatu pengalaman baru bagi penulis atas informasi yang diperoleh selama penelitian. 2. Bagi Institusi Sebagai tambahan informasi dan bahan kepustakaan dalam pemberian asuhan keperawatan Keamanan;Termogulasi Bronkitis pada pasien bronkitis 3. Bagi Tenaga Kesehatan Sebagai bahan masukan khususnya untuk perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien yang mengalami penyakit
hipertermi
dan
sebagai
pertimbangan
perawat
dalam
mendiagnosa kasus sehingga perawat mampu memberikan tindakan yang tepat kepada pasien.
BAB II LAPORAN KASUS
Pada bab ini akan disampaikan asuhan keperawatannpada An. C selama 3 hari di ruang Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo yang meliputi pengkajian, perumusan masalah, keperawatan, intervensi atau perencanaan keperawatan, implementasi, dan evaluasi keperawatan. A. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 07 April 2012 pukul 08.00 WIB dengan metode wawancara langsung dengan pasien dan keluarga pasien, serta studi dokumentasi atau reka medik. Dari wawancara tersebut didapatkan identitas pasien yaitu nama pasien dengan inisial An. C, alamat Bedesan Rt 04/Rw 03 Sukoharjo, umur 2 tahun, jenis kelamin laki-laki, agama islam, tanggal masuk 06 April 2012, diagnosa medisnya adalah Bronkitis no. RM: F803. Selain identitas pasien juga didapatkan identitas penanggung jawab pasien yaitu dengan inisial Tn. S, alamat Bedesan Rt 04/Rw 03 Sukoharjo, umur 23 tahun, pekerjaan swasta, hubungan dengan pasien adalah ayah pasien.
ϲ
ϳ
B. Pengkajian Pada tanggal 06 April 2012 An. C dan keluarganya datang ke Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo, An. C mengeluh kurang lebih 5 hari badanya panas, batuk, dan berdahak jika selesai batuk nafas berbunyi ronchi, terjadi secara bertahap. Oleh keluarganya dibawa ke puskesmas tetapi tidak ada perubahan, kemudian dibawa ke bidan untuk mendapat pengobatan tetapi tidak ada perubahan juga, kemudian langsung dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo oleh keluarganya untuk mendapatkan penangan lebih lanjut. Pengkajian yang selanjutnya riwayat kesehatan masa lalu, kehamilan, pasien lahir dengan usia kandungan 9 bulan 2 hari, saat masa kehamilan kandungannya tidak ada masalah apapun, ibu pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan, kelahiran pasien lahir dengan usia kandungan 9 bulan 2 hari, pasien lahir dengan partus spontan, lama kelahiran 1jam, pasien lahir ditempat bidan, ibu pasien mengtakan saat lahir berat badannya 3000gr dengan kondisi sehat dan tidak ada cacat. Penyakit sebelumnya, ibu pasien mengatakan pasien tidak pernah operasi, keluarga pasien tidak ada penyakit keturunan maupun yang menular. Alergi, ibu pasien mengatakan pasien tidak ada alergi obat maupun makanan. Pengobatan, infuse RL 10 tetes per menit, injeksi cefotaxime 250mg per 8 jam, paracetamol syirup 1 sendok teh 5ml, puyer batuk: salbutamol 1mg, ambroxol 1mg, tremenzo ¼ tablet, metil prednisone 1mg, nebu: ventolin 1 resep, Nacl 3cc. Pendidikan dan pekerjaan, ibu pasien mengatakan dalam kelurga ayahnya (Tn. S) yang bekerja
ϴ
sebagai wiraswasta, pendidikan Tn. S lulusan SMA dan ibu pasien (Tn. T) lulusan SMA sebagai ibu rumah tangga. Pengkajian selanjutnya didapatkan data Fungsi keluarga, interaksi dan peran keluarga, ibu pasien menyatakan interaksi dengan anggota keluarga lancar antara keluarga rukun, saling mengasihi, pembuatan keputusan dan problem solving, ibu pasien mengatakan dalam membuat,mengambil keputusan dalam keluarga diserahkan pada ayahnya (Tn. S) dan terkadang didiskusikan dengan istrinya (Ny. T), komunikasi, ibu pasien mengatakan komunikasi langsung dan jelas dan orang tua cenderung menasehati, riwayat seksual, perkembangan seksual pasien dengan jenis laki-laki. Pemeriksaan fisik, pengukuran pertumbuhan, berat badan:10,5Kg, tinggi badan:78cm, pemeriksaan fisik vital sign nadi:96 kali per menit, suhu:38˚C, respirasi: 24 kali per menit, pemeriksaan umum, penampilan umum, keadaan umum, composmentis, tingkah laku rewel, keadaan nutrisi, mau makan jatah dari rumah sakit setengah porsi, perkembangan, kulit, warna sawo matang, turgor kulit baik, tekstur halus, akral hangat, kulit teraba panas, struktur asesoris, rambut warna hitam, bersih, kuku warna merah muda, tekstur lembut,dan tidak ada clubbing, kelenjar limfe, tidak ada pembesaran, kepala, bentuk mesochepal, dapat bergerak normal, mata, sklera putih, kornea bening, konjungtiva tidak anemis, mata kemerahan tidak menggunakan alat bantu penglihatan, telinga bersih dan kemampuan pendengaran normal, hidung, tidak ada polip dan terdapat sekret, mulut, warna bibir merah kehitaman, dan membran mukosa sedikit kering, leher, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada kaku kuduk, dada, simetris
ϵ
antara kanan dan kiri,dada normal, paru-paru, inspeksi, simetris, terlihat pengembangan dada, tidak ada alat bantu pernapasan, tampak terlihat tarikan dada saat inspirasi, palpasi, vikal fremitus kanan dan kiri sama, perkusi, sonor lobus paru kanan, ada massa, auskultasi, ada suara nafas tambahan ronchi, jantung inspeksi, ictus cordis tidak tampak, palpasi, ictus cordis teraba, auskultasi bunyi jantung I-II sinus rytem, abdomen inpeksi, bentuk datar, tidak ada luka, auskultasi, peristaltik usus 12kali per menit, perkusi, tympani, palpasi, tidak ada pembesaran umbilikus, genetalia, bersih, lubang uretra bersih, anus, bersih, ada lubang anus, punggung dan ekstermitas, ekstermitas atas dan bawah lengkap 10 jari kaki, 10 jari tangan. Pemeriksaan yang selanjutnya yaitu data penunjang, pemeriksaan laboratorium, tanggal 7 April 2012 didapatkan hasil WBC didapatkan hasil 5,7 103/µL, RBC didapatkan hasil 5,37 103/µL, HGB didapatkan hasil 9,7L g/dL, HCT didapatkan hasil 31,7L, MCHC didapatkan hasil 30,6L g/dL, PLT didapatkan hasil 292 103/µL, LU didapatkan hasil 54,5 H, RDW didapatkan hasil 15.1H%, PCT didapatkan hasil 0,16%, MPV didapatkan hasil 5,8L FL, PDW didapatkan hasil 17.6H%, golongan darah B. Therapy Infus RL 10 tetes per menit, paracetaml 1 sendok teh saat panas, cefotaxime 250mg, nebulizer: ventolin & Nacl 3cc per 8 jam. Imunisasi, ibu pasien mengatakan pasien sudah mendapatkan imunisasi lengkap, BCG 0 bulan ,Polio 0 bulan, DPT 2 bulan, Campak 9 bulan, pertumbuhan dan perkembangan, bayi saat lahir, Berat badan 3100 gr, saat pengkajian 7 april 2012 Berat badan 10,5 Kg, tinggi badan 78 cm, Z-score, WAZ
ϭϬ
didapatkan hasil 0,16 (normal), HAZ didapatkan hasil 2,82 (normal), WHZ didapatkan hasil 0 (normal). GENOGRAM
Keterangan: :Laki-laki :Perempuan /
:Meninggal :Garis keturunan
-------
:Tinggal bersama :garis pernikahan
Gambar.1 Genogram Pasien tinggal serumah bersama dengan kedua orang tuanya dan neneknya.
C. Perumusan Masalah Berdasarkan hasil pengkajian data yang
diambil untuk masalah
keperawatan adalah dengan pengumpulan data yang bersifat subyektif dan obyektif, setelah itu analisa dilakukan. Data subyektif tersebut adalah keluarga
ϭϭ
pasien mengatakan An. C badannya panas, hasil dari data obyektif yaitu bahwa akral pasien teraba hangat, kulit pasein teraba panas, mata terlihat kemerahan. Data tersebut dapat dimunculkan suatu problem gangguan keamanan; termoregulasi khususnya Hipertermi dan etiologi proses penyakit.
D. Perencanaan / intervensi keperawatan Dari diagnosa diatas didapatkan rencana keperawatan atau intervensi dari masing-masing diagnosa. Diagnosa yang pertama didapatkan pada tanggal 7 april 2012 dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 kali 24 jam diharapkan Hipertermi dapat diatasi, dengan kriteria hasil suhu tubuh kembali normal (36˚C - 37˚C). Pada diagnosa tersebut muncul intervensi-intervensi yaitu yang pertama berikan kompres air hangat, rasionalnya untuk menurunkan panas, intervensi yang kedua yaitu anjurkan pasien untuk banyak minum air putih, rasionalnya agar tidak terjadi dehidrasi, intervensi yang ketiga yaitu anjurkan pasien menggunakan pakaian tipis, rasionalnya agar menyerap keringat, intervensi yang keempat yaitu kolaborasi pemberian antipiretik, rasionalnya agar mendapatkan obat penurun panas dan penanganan lebih lanjut
E. Implementasi Dari rencana keperawatan di atas akan dilakukan tindakan keperawatan selama 2 hari tindakan keperawatan, tanggal 7 April 2012 jam 09.30 WIB memberikan syirup paracetamol 1 sendok syirup, respon obyektif obat masuk dan tidak ada tanda-tanda alergi. Implementasi yang kedua pada jam 09.50 WIB
ϭϮ
memonitor vital sign, dengan respon obyektif Suhu 38,8˚C pernafasan 24 kali per menit nadi 96 kali per menit. Implementasi yang ketiga pada jam 10.10WIB menganjurkan keluarga pasien kompres air hangat, respon pasien rewel. Implementasi selanjutnya tanggal 8 April 2012 jam 14.20 WIB Memonitor vital sign, reaksi obyektif Suhu 36˚C, implementasi selanjutnya menganjurkan keluarga untuk mengompres air hangat bila pasien panas lagi, reaksi obyektif keluarga pasien kooperatif.
F. Evaluasi Keperawatan Setelah dilakukan implementasi selama 2 hari, diharapkan hasil catatan perkembangan selama 2 hari dari tanggal 7-8 April 2012.Pada tanggal 7 April 2012, didapatkan catatan perkembangan sebagai berikut: dari data subyektif keluarga pasien mengatakan An. C masih panas. Dari data obyektif suhu 38,8˚C pernafasan 24 kali per menit Nadi 96 kali per menit, masalah belum teratasi pada saat ini, intervensi dilanjutkan yaitu monitor vital sign, anjurkan keluarga mengompres air hangat dan berikan paracetamol apabila pasien panas. Pada tanggal 8 April 2012, didapatkan catatan perkembangan sebagai berikut: dari data subyektif keluarga pasien mengatakan An. C sudah tidak panas lagi. Dari data obyektif pasien tampak rileks, Suhu 36˚C nadi 95 kali per menit pernafasan 24 kali per menit, keluarga pasien mengatakan sudah tidak panas, pasien rewel suhu 36˚C, masalah sudah teratasi, intervensi dihentikan.
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan Bronkitis
adalah
peradangan
bronkus
utama
akut
atau
kronis,
dimanifestasikan oleh demam dan batuk (bronkitis akut) atau oleh batuk dan mengi (bronkitis kronis), menurut Mackendrick (2004). Bronkitis akut adalah pada awalnya ditandai oleh demam ringan dan gejala ISPA, kemudian dengan demam dan batuk lepas;emesis setelah batuk lazim pada anak-anak kecil, predominan disebabkan oleh virus atau mikroplasma, dengan adenovirus, dan Mycoplasma pnemoniae paling umum, sedangkan bronkitis kronis adalah dimanifestasikan oleh sedikit atau tanpa demam, batuk kronis, dan terkadang mengi, biasanya dengan agen yang sama dan dengan asma dan iritan paru seperti polutan dan aspek rokok (Mackendrick, 2004). Bronkitis adalah penyakit yang sering ditemui pada anak-anak dibawah umur 2 tahun, pertamanya diawali dengan adanya infeksi saluran pernafasan atas (pilek); hidung beringus, batuk ringan, dan kadang juga disertai demam, setelah itu selang satu sampai dua hari batuk menjadi lebih produktif, anak mulai bernafas dengan cepat, dan agak sulit. Demam diproduksi tubuh melalui proses metabolisme, aktivitas otot, dan sekresi kelenjar. Produksi panas dapat meningkat atau menurun dipengaruhi oleh suatu sebab, misalnya karena penyakit ataupun stress. Suhu tubuh terlalu ekstrim,
ϭϰ
ϭϱ
baik panas atau dingin yang ekstrim, dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, perawat perlu membantu pasien apabila mekanisme homeostasis tubuh, untuk mengontrol suhu tubuhnya, tidak mampu menanggulangi perubuhan suhu tubuh tersebut secara efektif. Suhu tubuh relatif konstan, hal ini diperlukan untuk sel-sel tubuh agar dapat berfungsi secara efektif. Normalnya suhu tubuh berkisar 3637˚C. Suhu tubuh dapat diartikan sebagai keseimbangan antara panas yang diproduksi dengan panas yang hilang dari tubuh. Kulit adalah organ tubuh yang bertanggung jawab untuk memelihara suhu tubuh agar tetap normal dengan mekanisme tertentu (Asmadi, 2008). Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan
suhu
dengan
cara
menurunkan
produksi
panas
dan
meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap (Asmadi, 2008).
ϭϲ
Upaya-upaya yang kita dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yaitu mengenakan pakaian yang tipis, banyak minum, banyak istirahat, beri kompres, beri obat penurun panas (Harold S. Koplewich, 2005). Ada beberapa teknik dalam memberikan kompres dalam upaya menurunkan suhu tubuh antara lain kompres hangat basah, kompres hangat kering (buli-buli), kompres dingin basah, kompres dingin kering (kirbat es), bantal dan selimut listrik, lampu penyinaran, busur panas (Anas Tamsuri, 2007). Dalam postingan kali ini, kita akan berfokus pada penggunaan teknik kompres hangat dalam upaya menurunkan suhu tubuh. Pada bab ini penulis akan membahas proses keperawatan pada asuhan keperawatan yang ditemukan dilapangan dilakukan pengkajian pada tanggal 07 April 2012 di ruang Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo. Prinsip dari pembahasan ini dengan memperhatikan aspek tahapan proses keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan dengan metode wawancara langsung dengan pasien dan keluarga pasien dan metode observasi. Penulis mendapatkan pengkajian keluhan utama pasien panas kurang lebih sudah 5 hari didapatkan pengkajian vital sign suhu 38,8˚C nadi 96 kali per menit, pernapasan 24 kali per menit didapatkan diagnosa keperawatan kebutuhan keamanan;termoregulasi hipertermi (Dongoes, 2008). Penulis membahas hipertermi pada anak usia bermain (Toddler), meskipun lebih mampu untuk mempertahankan suhu tubuh dengan fisiknya, masih tetap mempunyai resiko kejang karena demam, pasien bisa terjadi kejang apabila suhu tubuh naik datas 38,5˚C. Pemeriksaan suhu tubuh bisa dilakukan pada bagian Rectal, Oral dan per oksila. Untuk anak dibawah umur 5 tahun, paling aman
ϭϳ
untuk mencatat suhu secara aksila. Pada pengukuran rectal digunakan pada keadaan kritis dan untuk bayi-bayi yang sangat kecil. Pengukuran lewat Oral normalnya 36,4˚C - 37,4˚C, pengukuran lewat Rectal normalnya 36,2˚C - 37,8˚C, Aksila normalnya 35,9˚C - 36,7˚C (Boylan, 2008). Selama dirawat di Rumah sakit pasien mendapatkan terapi pengobatan leawat injeksi maupun lewat oral, yang pertama mendapatkan terapi infus RL 10 tetes per menit untuk mengganti cairan elektrolit, selanjutnya mendapatkan terapi obat oral paracetamol 1 sendok teh sebagai antipiretik untuk mengurangi rasa panas atu menurunkan panas, dan terapi obat injeksi cefotaxime sebagai antibiotik melalui suntikan intravena atau lewat selang infus 3 kali sehari setiap 8 jam 250 mg, pasien juga mendapatkan terapi yang isinya ventolin 1 2mg dan nacl 3cc untuk melancarkan dahak dengan cara diuap. Dampak negatif masalah efek samping obat dalam klinik antara lain dapat menimbulkan keluhan atau penyakit baru karena obat, meningkatkan biaya pengobatan, mengurangi kepatuhan berobat serta meningkatkan potensi kegagalan pengobatan. (Jerry, 2011). Adanya keluhan, tanda dan gelaja yang dialami klien didapat dari pengkajian tersebut diatas sesuai dengan analisa penulis, sehingga penulis menegakkan diagnosa kebutuhan keamanan;termoregulasi hipertermi (Dongoes, 2008). Pada pasien bronkitis seringnya ditandai dengan gejala demam dan batuk berdahak. Hipertermi tersebut merupakan salah satu faktor yang menjadi penyebab gangguan dan menurunnya aktivitas pada pasien, misalnya pasien menjadi rewel,
ϭϴ
pasien tersebut akan mengalami kelelahan dalam waktu yang cepat, lemah dan dehidrasi keadaanaya, bahkan kalau tidak teratasi akan menyebabakan kejang dan kematian apabila suhu tubuhnya naik. Adanya landasan pengkajian, keadaan kebutuhan keamanan;termoregulasi dan diagnosa di atas, penulis melakukan perencanaan tindakan yang dituangkan dalam asuhan keperawatan selama 2 kali 24 jam (Dongoes, 2008). Intervensi yang direncanakan penulis diharapkan dalam 2 kali 24 pasien tampak rileks, suhu tubuh kembali normal 36˚C-37˚C. Intervensi yang dilakukan pasien yaitu kaji vital sign pasien utamanya suhu untuk mengetahui nilai suhu pasien, kompres air hangat untuk mengurangi atau menurunkan panas, berikan terapi antipiretik paracetamol untuk menurunkan panas atau suhu tubuh. Pada psien bronkitis biasanya terdapat tambahan suara nafas ronki karena terjadi sumbatan pada bersihan jalan nafas pasien. Penulis pada perencanaan melakukan batasan waktu 2 kali 24 jam, tetapi dalam realita hipertermi dapat diatasi selama 1 kali 24 jam atau dalam waktu sehari. Tindakan atau intervensi yang dilakukan penulis memberikan obat syirup paracetamol 1 sendok teh saat panas, mengopres pakai air hangat, menyarankan pasien untuk memakai baju yang tipis agar bisa menyerap keringat, minum air putih yang banyak agar menghindari atau mengatasi dehidrasi akibat penguapan suhu tubuh yang naik (Dongoes, 2008). Sehingga kasus dilapangan ada kesenjangan dari teori-teori yang ada khususnya intervensi pada asuhan keperawatan menurut Dongoes 2008, mengatakan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 kali 24 jam
ϭϵ
masalah hipertermi baru dapat teratasi tetapi penulis baru melakukan intervensi selama 1 kali 24 jam masalah sudah teratasi, suhu tubuh dari 38,8ºC sudah berubah normal menjadi 36ºC. Oleh karena itu penulis mengobservasi atau termoregulasi khususnya pada hipertermi pasien, apabila panas kembali naik penulis menganjurkan keluarganya untuk mengompres pakai air hangat dibagian aksila, atau lipatan-lipatan bagian tubuh, tujuanya agar merangsang syaraf agar supaya peredaran darah normal, dan menyeimbangi panas atau suhu tubuh apsien sehingga dapat menurunkan panas, selanjutnya menganjurkan keluarga pasien agar pasien memakai pakaian yang tipis, dan anjurkan banyak minum air putih, memberikan antipiretik dapat diserapkan dan meningkataan pemasukan cairan baik asi maupun air putih, karena seusia toddler mempunyai peningkatan laju basal metabolism (BMR), dan bila pasien menunjukan tanda-tanda dehidrasi, infus intravena dapat segera dimulai (Goodall, 2008).
B. Simpulan Berdasarkan kasus yang di kelola penulis selama 2 kali 24 jam, penulis mendapatkan pengkajian dengan adanya keluhan utama panas, didapatkan data subyektif keluarga pasien mengatakan pasien panas, data obyektif vital sign suhu 38,8˚C pernafasan 24 kali per menit, nadi 96 kali per menit, mata pasien An. C kemerahan, akral teraba hangat, kulit teraba panas, sehingga dengan pengkajian tersebut penulis membuat diagnos hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (Santoso, 2009). Sehingga penulis mempunyai tujuan untuk melaksanakan asuhan keperawatan, setelah dilakukan tindakan keperawatan
ϮϬ
selama 2 kali 24 jam pasien An. C masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil, suhu tubuh kembali normal 36-37ºC. Menurut Dongoes(2008) termoregulasi khususnya hipertermi dapat diobservasi, tidak ada tanda-tanda dehidrasi. Penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi yaitu mengajarkan kompres air hangat, menganjurkan pasien memakai pakaian yang tipis, memberikan obat antipiretik (paracetamol), menganjurkan minum air putih yang banyak. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 kali 24 jam keluarga pasien mengatakan panas sudah berkurang, pasien terlihat rileks dan rewel, masalah sudah teratasi dan intervensi dihentikan.
C. Saran Cara terbaik untuk melindungi anak-anak dari penyakit bronchitis adalah dengan menjauhi virus penyebabanya. Bila mungkin khususnya oada saat dia masih bayi, hindari berhubungan dengan anak atau orang dewasa yang sedang terinfeksi saluran pernafasan (menular) (Penulis). Sehingga penulis menyarankan pada pasien bronkitis terutama dengan gejala utamanya demaJm untuk mengukur suhu tubuhnya, apabila suhu tubuh naik diatas 38,5ºC segera dibawa ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito Wiku. 2007. Faktor resiko bronkitis di indonesia.. Departemen administrasi dan kebijakan kesehatan. FKM
universitas indonesia.
http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/lannywati_ghani.pdf.Di Akses tanggal 8 April 2012
Anas Tamsuri, (2007), Pengertian bronkitis, Jakarta:Erlangga. Asmadi, (2008), Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar manusia, Jakarta:Salemba Merdeka. Boylon. A, (2002), Temperature student observation nursing times Jakarta:EGC. Doengoes, Marilyn E. 2003. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Donna L. Wong, (2009), Buku ajar keperawatan pediatrik, Volume 3, Jakarta:EGC. Donna L. Wong, (2009), Buku ajar keperawatan pediatrik, Volume 3, Jakarta:EGC. Goddal, (2008), Buku ajar keperawatan, Jakarta:EGC. Hellen, Swain, (2002), Prinsip-prinsip sains untuk keperawtan, Jakarata:Erlangga. Haruld S. Keplewich, (2005), Panduan keperawatan, Jakarata:EGC. Jerry, (2011), Efek smaping obat, Jakarata:EGC.
Santoso budi, (2009), Diaognosa keperawatan, Jakarta:EGC. Rahayu,
Kristi
(2003),
Bronkitis
kronik.
http/\://alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/9775844471 abs.pdf. Dakses tanggal 9 April 2012. Simon . J . Newell, (2006), Pediatrik, Edisi 7, Jakarta:Erlangga. William. P. Mackendrick, M . D,(2004), Panduan penyakit infeksi dan terapi antimikroba pada anak, Jakarta:EGC.