PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST-OPERASI SECTIO CAESARIA DI RSUD. PROF. DR. Hi. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO Trullyen Vista Lukman* ABSTRAK Trullyen Vista Lukman. 2013. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post-Operasi Sectio Caesaria di RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I dr. Zuhriana K. Yusuf, M.Kes. Pembimbing II Vik Salamanja S.Kep, Ns, M.Kes Perawat berperan besar dalam penanggulangan nyeri non farmakologis dan salah satunya yakni teknik relaksasi. Penatalaksanaan tindakan mandiri perawat seperti teknik relaksasi nafas dalam belum sering diterapkan pada pasien post-operasi sectio caesaria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri pada pasien post-op sectio caesaria di RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Penelitian ini menggunakan desain One Group Pra-post test design, rancangan penelitian Pra-Experimental dengan Pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling berdasarkan kriteria inklusi berjumlah 39 responden, menggunakan Uji Wilcoxon Signed Rank Test. Sebelum dilakukan intervensi, skala nyeri yang dirasakan oleh pasien yakni sangat nyeri dan setelah dilakukan intervensi, skala nyeri yang dirasakan oleh pasien turun menjadi nyeri Sehingga dari uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test ditemukan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri pada pasien post-operasi sectio caesaria di Rumah Sakit Umum Prof.Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo khususnya di ruang G1 Kebidanan Kata Kunci : Teknik Relaksasi Nafas Dalam, Nyeri, Sectio Caesaria
Pendahuluan Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani dan pada umumnya dilakukan dengan membuat sayatan serta diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Sayatan atau luka yang dihasilkan merupakan suatu trauma bagi penderita dan ini bisa menimbulkan berbagai keluhan dan gejala. Keluhan dan gejala yang sering dikemukakan oleh pasien setelah tindakan operasi adalah nyeri (Sjamsuhidayat, 2005). Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu penyakit manapun (Brunner & Suddarth, 2002). Perawat berperan besar dalam penanggulangan nyeri non farmakologis. Salah satu penanggulangan nyeri non farmakologis yang mudah dalam mengatasi nyeri akibat kerusakan jaringan akibat tindakan pembedahan adalah teknik relaksasi. Sectio caesarea adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan dimana irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan rahim (histerotomi) untuk mengeluarkan bayi. Lebih dari 85% indikasi sectio caesarea dilakukan karena riwayat sectio caesarea, distosia persalinan, gawat janin dan letak sungsang (Cunningham, 2006). Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul “pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri pada pasien post-operasi sectio caesaria di RSUD.Prof.DR.H. ALOEI SABOE Kota Gorontalo.”
Metode Penelitian Pengambilan sampel dilakukan di ruang nifas RSUD Prof.Dr.Hi.Aloei Saboe Kota Gorontalo, dengan waktu penelitian mulai dari tanggal 17 mei sampai dengan 31 mei 2013. Penenlitian ini menggunakan desain penelitian One Group Pra-post test design yang merupakan rancangan penelitian PraExperimental. Rancangan ini dilakukan dengan cara subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi (pre-test), kemudian diberikan treatmen/tindakan, setelah itu dilakukan observasi lagi setelah intervensi (post-test), dengan teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling, dengan memenuhi beberpa kriteria inklusi dan ekslusi.
kriteria,
yakni
Hasil dan Pembahasan
a. Intensitas Nyeri Pasien Post Operasi Sectio Caesaria Sebelum Dilakukan Intervensi Teknik Relaksasi Nafas Dalam Tabel Distribusi frekuensi responden berdasarkan skala nyeri sebelum dilakukan intervensi teknik relaksasi nafas dalam di Rumah Sakit Umum Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Skala Nyeri 0 1 2 3 4 5 Total
Frekuensi 0 0 0 0 10 29 39
Presentase (%) 0% 0% 0% 0% 25,64% 74,36% 100%
Sumber : Data Primer 2013 Keterangan Tabel : 0 2 4
= Tidak Nyeri = Nyeri = Sangat Nyeri
1 = Nyeri Sedikit 3 = Nyeri Lebih Berat 5 = Nyeri Hebat
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi responden skala nyeri sebelum dilakukan intervensi teknik relaksasi nafas dalam menunjukkan bahwa skala nyeri pasien post-operasi sectio caesaria sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas dalam, frekuensi terbanyak yakni pada skala nyeri 5 (Nyeri Hebat) dengan frekuensi 29 responden atau presentase 74,36% dan 10 responden lainnya menunjukkan pada skala nyeri 4 (sangat nyeri) dengan presentase 25,64%. Hal ini disebabkan karena adanya persepsi individu tentang nyeri berbedabeda. Menurut teori tentang persepsi nyeri individu yang berbeda-beda dalam hal skala dan tingkatannya dijelaskan oleh Musrifatul dan Hidayat (2011), yang menyatakan bahwa nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Hal ini dibuktikan oleh Ernawati dkk (2009) dalam penelitian sebelumnya pada mahasiswi Universitas Muhammadiyah Semarang bahwa nyeri dismenore sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas dalam sebagian besar, pada skala 2 (nyeri sedang) sebanyak 31 orang (62,0%), 3(nyeri menderita) 10 orang (20,00%) sedangkan yang terendah 1 (nyeri ringan) sebanyak 9 orang (18,0%). Menurut peneliti bahwa setiap nyeri yang dirasakan oleh individu masing-masing sangatlah berbeda-beda, sesuai dengan persepsi individu dalam merasakan nyeri yang dialaminya, beradasarkan karena faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas nyeri itu sendiri, dalam teori Smeltzer and Bare (2002). Dalam penelitian, peneliti menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri berasal dari usia,
perhatian, ansietas, makna nyeri, pengalaman masa lalu dan pekerjaan, pengetahuan, dukungan keluarga dan sosial. 1. Usia Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka menganggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan (Potter&Perry, 2005). 2. Perhatian Menurut Gill (1990) yang dikutip oleh Priyanto (2009), “tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi/relaksasi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun”. Konsep ini merupakan salah satu konsep yang digunakan dalam keperawatan. 3. Ansietas Menurut Gil (1990) dalam Potter dan Perry (2005), hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi juga seringkali menimbulkan suatu perasaan ansietas. 4. Makna nyeri Menurut Potter&Perry (2005), individu akan mempersepsikan dengan cara berbeda-beda, apabila nyeri tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman, dan tantangan. Derajat dan
5.
6.
7.
8.
kualitas nyeri akibat cedera karena hukuman dan tantangan. Makna nyeri oleh seseorang akan berbeda jika pengalamannya tentang nyeri juga berbeda. Selain pengalaman, Makna nyeri juga dapat ditentukan dari cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri yang dialami. Misalnya, seseorang wanita yang sedang bersalin akan mempersepsikan nyeri yang berbeda dengan seorang wanita yang mengalami nyeri akibat cedera pukulan pasangannya. Pengalaman masa lalu Menurut Priyanto (2009), seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri. Pekerjaan Dalam penelitian, peneliti menemukan tingkat pekerjaan ibu rumah tangga yang paling banyak. Hal ini merupakan salah satu faktor penyebab indikasi sectio caesaria di akibatkan karena faktor ibu yang kelelahan dalam bekerja, salah satunya yakni mengurus rumah tangga. Pengetahuan Dalam penelitian, peneliti menemukan adanya faktor pengetahuan seorang ibu dalam merawat diri dan kandungannya selama proses masa kehamilan sampai dengan masa nifas. Dukungan Keluarga dan Sosial Dalam penelitian,peneliti menemukan dukungan keluarga dan sosial, sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi nyeri. Dukungan
keluarga dan sosial sangatlah penting bagi individu yang mengalami nyeri, karena dengan keadaan nyeri, seorang individu akan sangat bergantung kepada anggota keluarga dan teman dekat, untuk memperoleh dukungan, bantuan dan perlindungan. Terutama bagi ibu nifas yang post-operasi sectio caesaria, yang sangat membutuhkan dukungan dan perlindungan dari seorang suami tercinta. b. Intensitas Nyeri Setelah Dilakukan Intervensi pada Pasien Post Operasi Sectio Caesaria Tabel Distribusi frekuensi responden berdasarkan skala nyeri Post-Operasi Sectio Caesaria setelah dilakukan intervensi teknik relaksasi nafas dalam di Rumah Sakit Umum Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Skala Nyeri 0 1 2 3 4 5
0 3 24 10 2 0
Presentase (%) 0% 7.69% 61.54% 25,64% 5,13% 0%
39
100.0%
Frekuensi
Total
Sumber : Data Primer 2013 Keterangan Tabel : 1 3 5
= Tidak Nyeri = Nyeri = Sangat Nyeri
1 = Nyeri Sedikit 3 = Nyeri Lebih Berat 5 = Nyeri Hebat
Berdasarkan hasil Distribusi frekuensi responden pada skala nyeri Post Operasi sectio caesaria seteah dilakukan intervensi teknik relaksasi nafas dalam, terjadi perubahan skala nyeri. Pada tabel
diatas menunjukkan bahwa skala nyeri ibu nifas post sectio caesaria setelah dilakukan yang terbanyak yakni pada skala 2 (nyeri) dengan presentase 61,54%, dengan total 24 responden, dan 2 responden menunjukkan skala nyeri 4 (sangat nyeri) dengan presentase 5,13%. Hal ini menandakan bahwa terjadi penurunan skala intensitas nyeri pada setiap pasien post operasi sectio caesaria Menurut Teori Pengendalian Gerbang (gate control theory) oleh Melzack dan Wall (1965) yang dikutip Qittum (2008), mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori menghilangkan nyeri. Upaya ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknik relaksasi nafas dalam. Hal ini dibuktikan dalam penelitian Ernawati, dkk (2009) dalam penelitian sebelumnya pada mahasiswi universitas muhammadiyah semarang bahwa nyeri dismenore setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam pada responden sebagian besar pada skala 0 (nyeri ringan) sebanyak 35 orang (70,0%) sedangkan yang terendah kategori menderita sebanyak 4 orang (8,0%). Menurut Peneliti Intensitas nyeri setelah dilakukan intervensi mengalami penurunan karena intervensi teknik relaksasi nafas dalam ini mampu mengontrol ataupun menghilangkan nyeri pada pasien sectio caesaria. Hal ini disebabkan oleh karena pemberian teknik relaksasi nafas dalam itu sendiri, jika teknik relaksasi nafas dalam dilakukan secara benar maka akan menimbulkan penurunan nyeri yang dirasakan sangat berkurang/optimal dan pasien sudah merasa nyaman dibanding
sebelumnya, sebaliknya jika teknik relaksasi nafas dalam dilakukan dengan tidak benar, maka nyeri yang dirasakan sedikit berkurang namun masih terasa nyeri dan pasien merasa tidak nyaman dengan keadaannya. Hal ini dapat mempengaruhi intensitas nyeri, karena jika teknik relaksasi nafas dalam yang dilakukan secara berulang akan dapat menimbulkan rasa nyaman yang pada akhirnya akan meningkatkan toleransi persepsi dalam menurunkan rasa nyeri yang dialami. Jika seseorang mampu meningkatkan toleransinya terhadap nyeri maka seseorang akan mampu beradaptasi dengan nyeri, dan juga akan memiliki pertahanan diri yang baik pula. c. Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah Dilakukan Teknik Relaksasi Nafas Dalam Tabel Distribusi Jumlah Responden berdasarkan Intensitas Nyeri Pre-Test dan Post-Test di Rumah Sakit Umum Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Intensitas Nyeri PrePostTest Test 5 4 5 3 5 2 4 2 4 1 Total
n
Presentase (%)
2 10 17 7 3 39
5,13 % 25,64 % 43,59 % 17,95 % 7,69 % 100 %
Sumber : Data Primer 2013 Keterangan Tabel : 2 4 6
= Tidak Nyeri = Nyeri = Sangat Nyeri
1 = Nyeri Sedikit 3 = Nyeri Lebih Berat 5 = Nyeri Hebat
Pada hasil ditribusi statistik jumlah responden berdasarkan intensitas nyeri pre test dan post test, menunjukkan
bahwa intensitas skala nyeri yang paling banyak yakni pada skala pre-test 5 (nyeri hebat) ke skala nyeri post-test 2 (nyeri) dengan jumlah 17 responden atau dengan presentase sebanyak 43,59%. Selanjutnya, Intensitas skala nyeri yang paling sedikit yakni skala pre-test 5 (Nyeri Hebat) ke skala nyeri post-test 4 (Sangat Nyeri) dengan jumlah responden 2 atau dengan presentase 5,13%. Menurut Smelzer & Bare (2002), Prinsip yang mendasari penurunan nyeri oleh teknik relaksasi terletak pada fisiologi system syaraf otonom yang merupakan bagian dari system syaraf perifer yang mempertahankan homeostatis lingkungan internal individu. Penelitian ini juga diperkuatkan oleh penelitian Arfa (2012) di Rumah Sakit umum Prof Dr. Hi.Aloei Saboe pada penelitian dengan kasus Appendicitis, bahwa terdapat pengaruh antara teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri pada pasien post operasi appendicities. perbandingan responden sebelum dan sesudah pemberian intervensi semuanya berjumlah 45 orang, yang ditunjukkan bahwa terdapat 39 orang yang mengalami penurunan nyeri dari nyeri sedang ke nyeri ringan dengan nilai presentase 86,97% sedangkan 6 orang lainnya mengalami penurunan nyeri dari nyeri berat ke nyeri ringan dengan presentase 13,3 %. Menurut peneliti, bahwa sebelum dilakukan intervensi, intensitas nyeri pasien masih sangat dirasakan nyeri hebat ataupun sangat nyeri dan setelah dilakukan intervensi nyeri berkurang dari intensitas nyeri sebelumnya, hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh teknik relaksasi nafas dalam yang sangat membantu dalam mengontrol atau mengurangi nyeri, khususnya pada pasien post operasi sectio caesaria, dengan ditunjang menggunakan skala wajah, sehingga responden mudah memahami dan
mengekspresikan dialaminya.
nyeri
sesuai
yang
d. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Intensitas Nyeri pada Pasien Post Operasi Sectio Caesaria 1. Rataan Skala Nyeri Pre-Test dan Post-Test Tabel Distribusi Rataan Skala Nyeri Pre-Test dan Post-Test di Rumah Sakit Umum Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Mean
n
SD
Nyeri 4.74 39 0.442 Pre-Test Nyeri 2.28 39 0.686 Post-Test Sumber : Data Primer 2013 Pada hasil uji statistik yang ditunjukkan pada tabel 4.5 Distribusi Rataan Skala Nyeri Pre-Test dan Post-Test, bahwa nilai rataan intensitas nyeri sebelum intervensi (pre-test) diperoleh hasil 4,74% ±0,442, sedangkan nilai rataan intensitas nyeri sesudah intervensi (post-test) diperoleh hasil 2,28% ± 0,686.
2. Pengaruh Intensitas Nyeri Pre Test dan Post Test Tabel Hasil Uji Statistik dengan Menggunakan Uji Wilcoxon Signed Rank Test di Rumah Sakit Umum Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Mean rank 20.00
Sum of Z Ranks 780.00 -5.591a
Nyeri PreTest dan PostTest Sumber : Data Primer 2013
p 0.000
maka dengan hasil tersebut menunjukkan bahwa masing-masing intensitas skala nyeri mengalami penurunan dari sebelum dilakukan intervensi sampai setelah dilakukan intervensi. Sehingga berdasarkan data hasil analisis uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test yang ditunjukkan tabel diatas bahwa besar nilai Z (bassed of posstive ranks) yakni -5.591a dengan signifikan p value 0.000 dari nilai < 0,05. Maka dengan nilai p value 0.000 lebih kecil dari < 0,05, artinya hipotesis alternative sebelumnya dapat diterima. Dengan demikian pada penelitian ini, ada pengaruh tekhnik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri pada pasien postoperasi sectio caesaria di Rumah Sakit Umum Prof.Dr. Ha.Aloei Saboe Kota Gorontalo. Teknik relaksasi nafas dalam merupakan salah satu metode yang paling mudah dilakukan dalam mengontrol atau mengurangi nyeri, merilekskan tegangan otot sesuai teori smeltzer & Bare (2002). Hal ini diperkuat oleh peneliatn Arfa (2012) yang menunjukkan nilai rataan dari skala nyeri Pre Intervensi sebesar 5,82% ± 0,65, sedangkan skala Post Intervensi menunjukkan nilai rataan 1,95% ± 0,62, dan
berdasarkan uji statistiknya menunjukkan bahwa nilai p value 0,000 atau lebih kecil dari nilai < 0,05. Menurut Peneliti, teknik relaksasi nafas dalam merupakan cara yang paling mudah dilakukan dalam mengontrol ataupun mengurangi nyeri. Selain mudah dilakukan, teknik ini tidak membutuhkan banyak biaya dan konsentrasi yang tinggi, seperti halnya teknik relaksasi lainnya, dan dengan menggunakan pengukuran skala wajah, pasien mampu mengekspresikan nyeri yang dialaminya dengan mudah. Penutup a. Kesimpulan Berdasarkan Hasil Penelitian dan Pemb ahasan, dap at d isimpulkan bahwa : Intensitas nyeri pasien post sectio caesaria sebelum dilakukan intervensi, nyeri yang dirasakan oleh pasien yakni pada skala nyeri hebat dan setelah diberikan intervensi nyeri yang dirasakan terdapat pada skala nyeri. Dalam hal ini, terjadi penurunan nyeri, maka pada penelitian ini ada pengaruh tekhnik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri pada pasien postoperasi sectio caesaria di Rumah Sakit Umum Prof. Dr. Hi.Aloei Saboe Kota Gorontalo, khususnya di Ruang G1 Kebidanan. b. Sa ran 1. Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi ibu post Sectio Caesarea untuk menambah pengetahuan dalam mengatasi nyeri post operasi dan melakukan secara
langsung pada saat ibu mengalami nyeri. 2. Bagi petugas medis diharapkan bahwa Setiap ibu post operasi Sectio Caesaria hendaknya di ajari teknik relaksasi nafas dalam agar ibu dapat mengontrol nyeri yang datang sewaktu-waktu disaat ibu lagi sendiri dan hal ini juga dapat berpengaruh pada mutu asuhan kebidanan ataupun keperawatan dalam memberikan rasa nyaman pada pasien. 3. Dan bagi penelitian selanjutnya diharapkan untuk meneliti teknik pengontrolan nyeri yang lain seperti teknik distraksi, imanjinasi terbimbing, terapi musik atau teknik pengontrolan nyeri lainnya pada pasien post operasi-sectio caesaria. Daftar Pustaka August, Neeza.2012. Farmakologi. http://neezaaugust. blogspot. com/ 2012/ 01/ farmakologi _ 8318. html (diakses pada tanggal 06 Mei 2013) Alsatrio,Anggie.2012.Sectio Caesaria. http:// anggiealsatreio. blogspot. com / 2012 / 06/ sectio-caesarea.html (diakses pada tanggal 13 Maret 2013) Anonim.2012.Konsep Nyeri http:// materingajarkeperawatanku. blogspot.com/ 2012/03/ konsepnimnyeri.html (diakses tanggal : 13 Maret 2013) Arfa, Mohammad.2012.Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Penurunan Nyeri pada pasien post operasi Appendictomy di Rumah Sakit Umum Prof.Dr.H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan. Universitas Negeri Gorontalo
Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah II. Bandung: Yayasan IAPK Pajajaran Bandung Brunner dan Suddarth.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 1. Jakarta : EGC Cunningham,G.F,et.al.2005.Obstetri William, (ed. 21). Jakarta : EGC. Cunningham, f.gary dkk.2006. Obstetri Williams Edisi 2. ISBN : EGC Dahlan, Sopiyudin. Statistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Tutorial Interaktif Seri Evidence Based Medicine (Seri I): Salemba Medika Dwi.2011. pengaruh teknik relaksasi autogenik terhadap skala nyeri pada ibu post operasi sectio caesaria (SC) di RSUD Banyumas. http: // keperawatan. unsoed. Ac .id/ sites/ default/ files/ dwi_skripsi_p12-p40.pdf (diakses 13 Maret 2013) Ernawati.Hartiti,Tri.Hadi,Idris.2009. Terapi relaksasi terhadap nyeri dismenore pada mahasiswi Universitas muhammadiyah semarang.FakultasIlmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang Farrer,Helen.2001.Perawatan maternitas,(ed. 2). Jakarta: EGC Hidayat. A.Aziz Alimul. 2011. Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika Hidayat. Aziz Alimul dan Uliyah.Musrifatul.2011.Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika Jackson, M dan Jackson L.2011. Seri Panduan Praktis Keperawatan Klinis.
Jakarta: Erlangga Long, C.B. 1996. Medikal Surgical Nursing. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Manurung,Martin.2011.Oksitoksik.http:// uterotonikamartin. blogspot. com/ (diakses pada tanggal 26 Juni 2013) Martius Gerhard.1997.Bedah Kebidanan Martius Edisi 12.Jakarta: EGC Medical Record RSAS. 2013. Data Pasien Post Operasi Sectio Caesaria.Kota Gorontalo Mochtar, Rustam, 2001.Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC. Notoadmodjo, Dr. Soekidjo.2005.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam.2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2 Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Pajuju,M. 2011. Pengaruh Tehnik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesaria Di ruang Perawatan Kebidanan RSUD. Prof.Dr.H Aloei Saboe. Fakultas Kedokteran dan Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Jakarta Potter, A, G dan Perry, P.A. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik. Volume I Edisi 4. Jakarta: EGC
Prasetyo,S,N. 2010 Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta : Garaha Ilmu Prawirohardjo,S. 1999. Kebidanan.Jakarta: Yayasan Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Ilmu Bina
Priharjo.2003. Perawatan Nyeri. Jakarta : EGC Priyanto, Eko. 2009 Klinik Keperawatan Nyeri. http://klinik-keperawatan. blogspot. com/2009/01/blog-post.html (diakses pada tanggal 14 Maret 2013) Purnamasari, Ryska. 2012. Praktikum analgetik dan anti inflamasi. http://ryskapurnamasari.blogspot.com/2 012/10/praktikum-analgetik-danantiinflamasi.html (diakses pada tanggal 06 Mei 2013) Putra, Chandra Normansyah 2010 . Catatan Ahli Madya. http:// putraunyi. blogspot. com /2010 /03/ catatan- ahlimadya. html (diakses pada tanggal 06 Mei 2013) Qittun.2008.Konsep dasar Nyeri. http://qittun.blogspot.com/2008/10/kons ep-dasar-nyeri.html (diakses tanggal 14 Maret 2013 ) Rismalia, Rizka.2009. Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Pasien Pasca Operasi Appendectomy tentang Mobilisasi Dini di RSUP Fatmawati.Skripsi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta RSAS.2013. Pasien Post-Operasi Sectio Caesaria. Gorontalo
Sasongko, Himawan. 2005. Perbandingan Efektifitas Antara Tramadol Dan Meperidin Untuk Pencegahan Menggigil Pasca Anestesi Umum.Thesis Program Pascasarjana Magister Ilmu Biomedik Dan Program Pendidikan Dokter Spesialis I Anestesiologi Universitas Diponegoro Semarang Sjamsuhidayat, R dan Jong.W.2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC Siska, Ayu. 2010. Gambaran Tingkat Kecemasan (Anxiety) Suami Terhadap Tindakan Operasi Sectio Caesarea Yang Tidak Direncanakan di RSUP.DR.M.Djamil Padang. Skripsi, Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Smeltzer, S dan Barre, B. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 1. Jakarta : EGC Sulistia, dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran-Universitas Indonesia Sumaryasa, M.A.2009.Konsep Dasar Aneestesiologi Tinjauan Kasus Anastesi Konsep Teori Anastesi. http://mankagussumarayasa.blogspot.com /2009/08/konsep-dasar-anestesiologidan-tinjauan.html (diakses tanggal 13 Maret 2013) Sunardy. 2012. Askep Sectio Caesaria. http:// sunardi091. blogspot.com /2012/ 12/ lp-dan-lk-sectio-caesarea_8451.html (diakses pada tanggal 07 Mei 2013)
Tamsuri, A. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC Whalley, J., Simkin, P., & Keppler, A. (2008). Panduan praktis bagi calon ibu : kehamilan dan persalinan. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer