i
ANALISIS PENDAPATAN ALIH MATA PENCAHARIAN PEMILIK LAHAN TAMBAK DI SEKITAR PABRIK PT.VIRTUE DRAGON NICKEL INDUSTRI (VDNI) DI DESA MOROSI KECAMATAN MOROSI KABUPATEN KONAWE
SKRIPSI
OLEH RITNO PERMANA D1A1 12 191
JURUSAN AGRIBISNIS/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS SOSIAL EKONOMI TAMBANG FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
i
ii
ANALISIS PENDAPATAN ALIH MATA PENCAHARIAN PEMILIK LAHAN TAMBAK DI SEKITAR PABRIK PT.VIRTUE DRAGON NICKEL INDUSTRI (VDNI) DI DESA MOROSI KECAMATAN MOROSI KABUPATEN KONAWE
SKRIPSI
diajukan kepada Fakultas Pertanian untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Jurusan/Program Studi Agribisnis
OLEH RITNO PERMANA D1A112 191
JURUSAN AGRIBISNIS/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS SOSIAL EKONOMI TAMBANG FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016 ii
iii
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENARBENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN, APABILA DIKEMUDIAN HARI TERBUKTI ATAU DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA SKRIPSI INI MERUPAKAN HASIL JIPLAKAN,
MAKA
SAYA
BERSEDIA
MENERIMA
SANKSI
SESUAI
PERATURAN YANG BERLAKU.
Kendari, Oktober 2016
RITNO PERMANA NIM. D1A1 12 191
iii
v
v
vi
ABSTRAK
Ritno Permana (D1A1 12 191). Analisis Pendapatan Alih Mata Pencaharian Pemilik Lahan Tambak di Sekitar Pabrik PT. Virtue Dragon Nickel Industri di Desa Morosi Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe. Dibawah bimbingan R.Marsuki Iswandi sebagai pembimbing I dan Muhammad Aswar Limi sebagai pembimbing II. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui pendapatan petani sebelum dan setelah menjual lahan tambaknya ke PT. VDNI. (2) Mengetahui perbedaan pendapatan petani sebelum dan setelah menjual lahan tambaknya ke PT.VDNI di Desa Morosi Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe. Populasi dalam penelitian ini adalah petani tambak yang beralih mata pencaharian setelah menjual lahan tambaknya di Desa Morosi. Teknik pengambilan sampel adalah metode sensus yang digunakan untuk memilih 12 petani tambak yang menjual lahanya dan 12 karyawan PT.VDNI yang menjual lahan tambaknya dan beralih mata pencaharian jadi karyawan. Data dianalisis menggunakan analisis pendapatan yaitu, I = TR-TC dan analisis perbedaan pendapatan dengan statistik uji beda rata-rata (compare means). Metode yang digunakan adalah independent sample t-test. Hasil penelitian ini adalah (1) Rata-rata pendapatan yang diterima petani tambak ikan bandeng sebelum menjual lahanya adalah sebesar Rp 18.276.500 perhektar.dan Rata-rata pendapatan petani tambak setelah menjual lahanya dan menjadi karyawan PT.VDNI Adalah sebesar Rp 12.600.000. (2).Hasil analisis Perbandingan pendapatan untuk Mengetahui Pendapatan Petani Sebelum dan Setelah Menjual Lahan Tambaknya Ke PT.VDNI Di Desa Morosi Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe,yaitu t- hitung = 0,92. kurang dari (<)1.710 t Tabel = pada taraf kepercayaan 95% (∝ = 0,05). Dengan demikian, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara pendapatan petani tambak dengan Karyawan PT.VDNI. Kata Kunci: Pendapatan, perbedaan, petani tambak, karyawan PT.VDNI
vi
vii
ABSTRCT Ritno Permana (D1A1 12 191). The Analysis of Livelihood Income of Fish Farm Proprietor around PT. Virtue Dragon Nickel Industry in Morosi, Morosi District, Konawe Regency. Under the guidance of R.Marsuki Iswandi as supervisor I and Muhammad Aswar Limi as supervisor II. This study aims to (1) find out the farmers’ in come before and after selling fish farm to PT. VDNI. (2) find out the difference of farmers’ income before and after selling fish farm embankment to PT.VDNI in Morosi Village, Morosi District, Konawe Regency. The population in this study is the fish farmers who change their livelihood after selling fish farm in Morosi Village. The sampling technique used in this study is a census method by selecting12 fish farmers who sell their fish farm and 12 employees of PT.VDNI who once sold their fish farm and become the company’s employees. The data were analyzed using income analysis that is, I = TR-TC and income differences analysis with compare test statistic (compare means). The method used is the independent sample t-test. The results of this study were (1) Average income received by fish farmers before selling their fish farm is Rp 18,276,500 per-hectare and average income of fish farmers after selling their fish farm and became employeesof PT.VDNI is Rp 12.6 million , (2) The results of income comparison analysis to find out the farmers’ income before and after selling their fish farm to PT.VDNI in Morosi Village, Morosi District, Konawe Regency, namely tcount = 0.92. less than (<) 1,710 tTable = at level of 95% (α = 0.05). Thus, the H0 and H1 was rejected. This means that there is no significant difference between the income of fish farmers with employees PT.VDNI.
Keywords: Income, differences, fish farmers, employees PT.VDNI
vii
viii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam, pemberi kehidupan serta petunjuk bagi umatnya yang senantiasa beriman dan bertaqwa kepada-Nya, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini. Shalawat serta salam tak lupa pula penulis haturkan kepada junjungan kita Baginda Nabi Muhammad Shallallahu’ Alaihi Wasallam, Nabi yang menjadi Uswatun Khasanah bagi umat manusia. Seiring dengan selesainya skripsi ini, tak lupa penulis haturkan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Bapak Dr. Ir. R. Marsuki Iswandi, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Muhammad Aswar Limi S.Pi, M.Si selaku Pembimbing II yang telah bersedia dengan ikhlas menjadi pembimbing penulis, menghabiskan waktunya untuk memberikan pengetahuan, pengarahan dengan penuh kesabaran selama penyusunan hasil ini. Rasa syukur, bangga dan terimakasih yang tidak hentihentinya dan tidak terhingga tercurahkan kepada Orangtua tercinta, Ayahanda Sahadiran serta Ibunda Ramiati. Terima kasih atas segala bentuk kasih sayangnya, merawat dan membesarkan serta pelajaran hidup yang telah diberikan kepada penulis. Semoga Allah membalas segala ketulusan yang telah diberikan. Amin. Ucapan terima kasih dan penghargaan juga penulis tujukan kepada: 1. Rektor Universitas Halu Oleo Kendari, Dekan Fakultas Pertanian dan Ketua Jurusan/Program Studi Agribisnis, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Universitas Halu Oleo. viii
ix
2. Penasehat Akademik, Bapak Dr.Ir Dasmin Sidu,M.Si. Dosen di lingkup Jurusan Agribisnis khususnya, dan Fakultas Pertanian umumnya yang telah membimbing penulis selama mengikuti pendidikan. 3. Seluruh staf Jurusan, staf Fakultas, Staf Laboratorium dan Perpustakaan atas segala bantuan dan kelancaran urusan administrasi yang mendukung penulis selama masa pendidikan. 4. Kepala Desa Morosi beserta jajaranya, yang telah bersedia meluangkan waktunya kepada penulis dalam melengkapi data penulis. 5. Keluarga besar tercinta Bapak Sahadiran, Ibu Ramiati, Bapak Ijimani S.E, Bapak Muniru S.E, Ibu Ajaemi S.E, Ibu Safrianti S.Kep, Dian Saputri,Yulia Wirastin, Bintang Pratama, Faldin Syamsudin. 6. Terimakasih kepada Jaharuddin, S.P, Awal Muhammad S.E, yang telah banyak membantu dan selalu memberikan dukungan selama masa perkuliahan. Sahabatsahabatku, Rahmad Ramadhan, Risaldi Hidayat, Dicky Adrian Yusuf, Miswar Saputra, Hermansyah, Holiq, Syahban Frasasti. 7. Teman dan Sahabat kuliah dari kelas sosek tambang 12 B, yaitu Adriansyah, Firmansyah, Syairin Wahab, Surya Rasyid, Fais Sarwan, Ariandi Pungkas, Iwan Halik, Zulman, Emon Bazir, Rosida Ulwa, Resti Wulandari, Gusti Ayu, Rahmatia Mamma, Azmul, Faslia Maharani, Yusman, Sabria, Septira Nur Widya, Yandi. 8. Teman dan sahabat kuliah dari Jurusan/Program Studi Agribisnis Angkatan 2012, Esmit Dayanto, Alam Damai, Haswan Dida, Wawan Bonawu, Laode Hasri, Firman Yadi, Herdin, Untung, Kamelia, Ririn Sri Restian, Lilis, Adel ix
x
Ayusri Syamsiah S.P, Agus Sugiarto, Hardiman Arif, Bayu Prasetyo Aji, Alan Aliansyah Putra, Abdul Hamid, Laode Hasri, Yusriadin, S.P, wahyunis, Restian Wulandari, Wa Ode Siti Maemana, Evi Untari, Hikmal Said, Subardin, dan yang lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu
yang telah mendukung
menyemangati dan membantu. 9. Ucapan terima kasih teman-teman Forum Insan Seni Pertanian (FISTA) Universitas Halu Oleo, atas semua dukungan, mengajari serta membagi ilmu dan pengalaman, perhatian, kepedulian, motivasi dan nasehatnya. 10. Serta teman-teman KKN Aminsyah, Abdul Haris, Muliatman, Rahmad Hidayat, Sri Salmadinah, Samsidar Djafar, Yuliana, Yati Wua yang selalu memberikan semangat dan motivasi. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan maupun penyusunannya masih jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan kedepannya. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin. Kendari, Oktober 2016
Penulis
x
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL....................................................................... PERNYATAAN.................................................................................. HALAMAN PENGESAHAN............................................................ ABSTRAK .......................................................................................... UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................. DAFTAR ISI....................................................................................... DAFTAR TABEL .............................................................................. DAFTAR GAMBAR.......................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................
Halaman i iii iv v vi vii x xii xiv
I. PENDAHULUAN A. B. C. D.
Latar Belakang ......................................................................... Rumusan Masalah .................................................................... Tujuan dan Kegunaan ............................................................. Manfaat Penelitian ..................................................................
1 5 5 6
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori......................................................................... A.1. Devinisi Pertambangan ....................................................... A.2. Industri Pertambangan Nikel .............................................. A.3. Tahapan Penambangan ....................................................... A.4. Pengolahan Hasil Tambang ................................................ A.5. Prospek Pengembangan Smelter......................................... B.Konsep Produktifitas .................................................................. B.1. Produksi .............................................................................. B.2. Biaya ................................................................................... B.3.Penerimaan........................................................................... B.4.Pendapatan ........................................................................... C. Penelitian Terdahulu.................................................................. D. Kerangka Pikir...........................................................................
7 7 7 10 10 11 13 13 14 15 16 18 22
III. METODE PENELITIAN A. B. C. D. E.
Lokasi dan Waktu Penelitian................................................. Populasi dan Penentuan Sampel............................................ Jenis dan Sumber Data .......................................................... Analisis Data ......................................................................... Konsep Operasional .............................................................. xi
24 24 24 25 27
xii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum wilayah......................................................... A.1. Letak dan Luas Wilayah................................................... A.2. Keadaan iklim dan Topografi........................................... A.3. Keadaan Penduduk........................................................... a. Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur........................ b. Keadaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan ................ c. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ..... d. Sarana dan Prasarana Desa............................................
29 29 29 30 30 31 32 33
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ............................................... B.1. Identitas Responden.......................................................... B.1.1. Umur....................................................................... B.1.2. Tingkat Pendidikan ................................................ B.1.3. Jumlah Tanggungan Keluarga ................................ B.1.4. Pengalaman Berusahatani....................................... B.1.4. Alasan Petani Tambak Menjual Lahanya .............. a. Kesejahteraan Masyarakat......................................... b. Kesempatan Kerja ..................................................... c. Meningkatkan Pendapatan Masyarakat ..................... d. Mengurangi Pengganguran di Desa .......................... B.2. Proses Budidaya Ikan Bandeng ........................................ B.3. Karakteristik Usahatani Tambak Ikan Bandeng .............. B.3.1. Luas Tambak .......................................................... B.3.2. Jumlah Benih .......................................................... B.3.3. Julah Tenaga Kerja ................................................. B.3.4. Produksi .................................................................. B.3.5. Harga Jual ............................................................... B.3.6. Penerimaan ............................................................. B.3.7. Biaya Produksi........................................................ B.3.8. Pendapatan Petani Tambak..................................... B.3.8. Pendapatan Karyawan PT.VDNI............................ B.3.9 .Analisis Perbedaan Pendapatan .............................. V. PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................. B. Saran......................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... LAMPIRAN........................................................................................
34 34 35 36 38 40 41 41 42 43 44 44 46 46 47 48 49 51 52 52 53 54 54
xii
56 56 58 60
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel
Teks
Halaman
1
Keadaan Pendududuk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Desa Morosi Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe Tahun 2016.........................................
30
Keadaan Penduduk Desa Morosi Berdasarkan Tingkat Pendidikan,Tahun 2016…………………...........................
32
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Desa Morosi Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe, Tahun 2016………………………………………...................….. Keadaan Sarana dan Prasarana Sosial Ekonomi Desa Morosi Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe, Tahun 2016…………..................................................................... Distribusi Petani Responden Berdasarkan Golongan Umur di Desa Morosi, Tahun 2016………….....................
33
34
35
Tingkat Pendidikan Petani Responden di Desa Morosi Kecamatan Morosi, Tahun 2016………….........................
37
Distribusi Penduduk Berdasarkan Tanggungan Keluarga Petani Responden dalam Berusahatani Ikan Bandeng di Desa Morosi Kecamatan Morosi, Tahun2016…………....
39
Luas Lahan Petani Tambak Ikan Bandeng, di Desa Morosi,Tahun 2016…………...........…………..................
47
Jumlah Penggunaan Benih Petani Tambak Ikan Bandeng di Desa Morosi, Tahun 2016…………...........…………....
48
Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Petani Tambak Ikan Bandeng di Desa Morosi 2016…………...........…………
49
Jumlah Produksi yang diperoleh Petani Tambak Ikan Bandeng di Desa Morosi, Tahun 2016…………...........…
50
Harga Jual Ikan Bandeng Ikan Bandeng Di Desa Morosi xiii
xiv
13
14
Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe,Tahun 2016……
52
Rata-rata Biaya Produksi Petani Tambak Ikan Bandeng di Desa Morosi, Tahun 2016…………...........…………........
53
Rata-Rata Penerimaan dan Pendapatan Petani Tambak Ikan Bandeng di Desa Morosi, Tahun 2016…………........
54
xiv
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Teks
Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian ...................................................................... 23
xv
xvi
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1
Teks Riwayat Hidup………………………………………
Halaman 61
2
Kuisoner Penelitian…………………………………
62
3
Identitas Responden Petani Tambak Umur, Pendidikan, Jumlah Tanggungan Keluarga, Pengalaman Berusahatani, dan Luas Lahan ………
65
Identitas Responden Karyawan PT.VDNI di Desa Morosi Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe…………………
66
Luas Lahan,Jumlah Penggunaan Bibit,pada Usaha Tambak Ikan Bandeng di Desa Morosi Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe…………………………
67
Pengunaan Tenaga Kerja(Tenaga Kerja Keluarga) Untuk Setiap Jenis Kegiatan Petani Responden Usaha Tambak Ikan Bandeng (6 Bulan)di Desa Morosi Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe……………………………………………
68
Produksi dan Harga Jual Usaha Tambak Ikan Bandeng di Desa Morosi Kecamatan Morosi Kabupataen Konawe………………………………
68
Biaya Produksi Petani Tambak Ikan Bandeng Persiklus di Desa Morosi Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe………………………………….
70
Pendapatan Petani Tambak Ikan Bandeng di Desa Morosi Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe Tahun 2016………………………………….
71
Karakter Pendapatan Karyawan PT.VDNI Setelah Menjual Lahan Tambaknya di Desa Morosi Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe……………………………………………
72
4 5
6
7
8
9
10
xvi
xvii
11
12
13
Analisis Perbedaan Pendapatan Antara Petani Tambak Dengan Karyawan PT.VDNI di Desa Morosi Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe…………….………………………………
74
Nilai Penyusutan Berbagai Peralatan Utama Petani Tambak Ikan Bandeng Selama Satu Kali Produksi Berdasarkan Data Responden Di Desa Morosi Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe 2016……………………………..…………………
76
Titik Presentasi Distribusi t (df = 1-40)……………
78
xvii
1
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah bangsa yang besar dengan Pembangunan nasional yang dilakukan oleh bangsa Indonesia adalah pembangunan manusia seutuhnya yang bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan yang berlangsung sampai saat ini tidak hanya melakukan pembangunan di segala bidang.Dalam pengelolaan sumber daya alam sebagaimana yang dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 33 (ayat 3) berbunyi: bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara, dan untuk dipergunakan sebesarbesarnya untuk kemakmuran rakyat. Hal ini menunjukkan bahwa negara melindungi kekayaan alam dan akan dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat. Bagian dari proses sebuah produksi,mineral yang di tambang dari alam biasanya masih tercampur dengan kotoran yaitu material bawaan yang tidak diinginkan pembangunan Smelter diwajibkan bagi seluruh perusahaan tambang di Indonesia baik Perusahaan besar maupun kecil. Setidaknya sudah ada 66 perusahan yang sedang melakukan pembangunan Smelter saat tulisan ini di buat 6 perusahaan Tersebut bagian dari 253 perusahaan pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang menandatangani fakta integritas sejak Peraturan Menteri No.7/2012 diterbitkan. (Jero Wacik 2012). Kabupaten Konawe adalah salah satu daerah tingkat II di Provinsi Sulawesi Tenggara, Ibu kota Kabupaten ini terletak di Unaaha. Dulu Kabupaten Ini
bernama Kendari. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 16.480 km dan
2
berpenduduk sebanyak 443.911. (BPS Sultra,2014). Sebagian besar Kabupaten Konawe masyarakatnya bekerja di bidang usaha pertanian,tambak ikan Bandeng, dan pertambangan. Pada saat ini Konawe Merupakan daerah Pertambangan Nikel Yang dikelola oleh pemerintah maupun perusahaan swasta dengan adanya Industri Pertambangan maka mata pencaharian masyarakat lokal dapat beralih profesi ada sebagian yang menetap bahkan sebagian besar bekerja di perusahaan Pertambangan. Daerah Pertambangan Kabupaten Konawe selumnya merupakan daerah pertanian,usaha budidaya tambak ikan bandeng,padi, sehingga adanya pengalihan mata pencarian masyarakat lokal di Kabupaten Konawe,daerah ini juga di kenal dengan potensi Ikan Bandeng di Sulawesi Tenggara sehingga Kabupaten Konawe merupakan produsen Ikan Bandeng,Daerah pemasaran Ikan Bandeng Konawe di kirim ke ibu Kota Kabupaten yaitu Unaaha dan di kirim ke Kota Kendari. Morosi merupakan salah satu kecamatan yang ada di Konawe yang Sebagian besar bermata pencaharian sebagai penambak ikan bandeng sehingga masyarakat Kecamatan Morosi yang bermata pencaharian sebagai penambak ikan cenderung memilih ke industri pertambangan.
Pada saat ini pembangunan
Industri Pertambangan di Kecamatan Morosi telah di lakukan oleh Perusahaan pabrik smelter yakni pabrik pemurnian nikel di mana lokasi tersebut merupakan daerah tambak masyarakat lokal yang ada di Kecamatan Morosi. Disini diliat adanya pengalihan pendapatan alih mata pencaharian pemilik lahan tambak di sekitar Perusahaan
PT.VDNI, Sehingga ada sebagian
masyarakat yang
3
mempunyai lahan di pekerjakan di perusahaan dan ada pula yang berprofesi sebagai penambak dari hasil penjualan tanah mereka. PT.VDNI merupakan salah satu perusahaan yang mendirikan pabrik smelter pada tahun 2013 yang berada di desa morosi kecamatan morosi kabupaten konawe sulawesi
tenggara yang memiliki luas area pabrik 100 ha. Dimana
terdiri dari Pltu, Smelter, Gudang, Mes. Dengan adanya Perusahaan ini dapat meningkatkan kehidupan rakyat karena dapat menyerap karyawan 1.500 karyawan. Pertambangan nikel ini adalah salah satu yang sedang berkembang dan dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Nikel digunakan sebagai bahan paduan logam yang banyak digunakan di berbagai Industri logam dan nikel biasanya terbentuk bersama sama dengan kromit dan platina
dalam
batuan
ultrabasa seperti peridotit. Usaha pertambakan merupakan salah satu upaya pemanfatan sumberdaya Perikanan pada lahan air didaerah pantai. Teknologi pembudidayaan
ikan
bandeng dapat dibagi menjadi 4, yaitu ekstensif (kepadatan 2.000-3.000 ekor/ha), tradisional plus (kepadatan 4.000-6.000 ekor/ha), semi-intensif (kepadatan 8.00012.000 ekor/ha) dan intensif (kepadatan > 20.000 ekor/ha). Kedalaman air pada masing-masing teknologi secara berurutan adalah 50 cm, 80 cm, 100 cm, dan 120 cm. Pada budidaya ekstensif, seluruh suplai makanan mengandalkan pakan alami, sedangkan pada tradisional plus suplai makanan berupa pakan alami ditambah pelet atau dedak halus untuk semiintensif dan intensif sebagian besar menggunakan pakan buatan ( Alboneh, 2007).
4
Tambak merupakan budidaya perikanan khususnya perikanan dengan kata lain perikanan tambak sebagai salah satu komponen dari pembangunan pertanian dewasa ini sedang dikembangkan oleh masyarakat maupun pemerintah yang diarahkan dapat memanfatkan potensi sumber daya yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat begitu pula halnya yang dilakukan oleh masyarakat yang berada disalah satu daerah yang ada di Konawe Sulawesi Tenggara.
Data perikanan pada Tahun 2013 memperlihatkan total produksi
perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara sebanyak Rp 127.776,90 ton,terdiri atas produksi perikanan laut Rp 124.548,20 ton dengan nilai produksi mencapai Rp 1.473.482.572,- dan produksi perikanan darat Rp 3.228,70 ton dengan nilai produksi Rp 42.524.152,- (BPS Sultra, 2014). Hasil produksi perikanan merupakan potensi sumberdaya yang dapat dimanfaatkan oleh petambak dan nelayan untuk sumber pendapatan perikanan, budidaya tambak
yang dilakukan dengan
sistem tradisional umumnya
mengandalkan nener hasil penangkapan rendah,padat penebaran nener rendah, mengadalkan makanan alami,dan pengisian air tambak mengandalkan pasang surut air laut. Usaha budidaya tambak tradsional relatife rendah produksinya dapat dimaklumi karena di masa lalu budidaya bandeng dalam tambak merupakan usaha sambilan (Murtidjo, 2002). Ikan bandeng (C.chanos forskal) merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat penting. Ikan bandeng memilki nilai protein hewani yang lebih tinggi dibandingkan dengan protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Hal ini disebabkan oleh protein hewani mengandung asam asam amino yang
5
lengkap dan susunn asam aminonya mendekati susunan asam amino yang ada dalam tubuh manusia (Murtidjo, 2002). Perubahan pendapatan usaha baru pemilik lahan tambak di sekitar pabrik smelter ada sebagaian yang berprofesi sebagai ojek perusahaan, karyawan perusahaan, Mendirikan kios dan sebagian masyarakat yang menjual lahanya beralih membuka lahan baru hasil penjualan tanah mereka. Perubahan mata pencaharian di Desa Morosi sangat berpengaruh terhadap Pendapatan masyarakat di sekitar
pabrik Smelter.
Pembangunan sub sektor pertambangan di Desa
Morosi dapat meningkatkan potensi Kecamatan Morosi karena pemerintah mendapatkan pajak dari perusahaan pabrik smelter sehingga desa ini bisa bersaing dengan daerah lain. Perubahan pendapatan masyarakat juga dapat berkembang karena
memanfaatkan perusahaan pertambangan dapat menambah pendapatan
karena sebagian besar masyarak bisa hidup mandiri dengan mendirikan kios di sekitar area perusahaan pabrik smelter serta di jadikan sebagai karyawan perusahaan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka Rumusan Masalah dalam penelitian ini,yaitu: 1. Bagaimana pendapatan petani pemilik lahan tambak di sekitar PT.VDNI sebelum dan setelah menjual lahan tambaknya. 2. Apakah terdapat perbedaan pendapatan petani pemilik lahan tambak di sekitar PT.VDNI sebelum dan setelah menjual lahan tambaknya.
6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan diadakan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui pendapatan petani pemilik lahan tambak di sekitar PT.VDNI setelah menjual lahan tambaknya. 2. Mengetahui perbedaan pendapatan petani pemilik lahan tambak di sekitar PT.VDNI sebelum dan setelah menjual lahan tambaknya. Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi petani pemilik lahan tambak, penelitian ini dapat di gunakan sebagai masukan dalam mengetahui apakah pendapatan petani
pemilik lahan
tambak berpengaruh setelah menjual lahanya sehingga tidak merugikan petani setelah menjual lahanya. 2. Bagi perusahaan, dapat mengetahui apakah pendapatan petani berpengaruh setelah memenjual lahan usaha tambak masyarakat. 3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai referensi dalam penelitian yang sejenis dan jurnal ilmiah.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori A.1 Definisi Pertambangan Pertambangan adalah suatu Industri dimana bahan galian mineral diproses Dan dipisahkan dari material pengikut yang tidak diperlukan. Dalam industri mineral,proses untuk mendapatkan mineral-mineral yang ekonomis biasanya menggunakan metode Ekstraksi,yaitu proses pemisahan mineral-mineral dari batuan terhadap mineral pengikut yang tidak diperlukan. Mineral-mineral yang tidak diperlukan akan menjadi limbah industri Pertambangan dan mempunyai kontribusi yang cukup signifikan pada pencemaran dan degradasi lingkungan. Industri Pertambangan sebagai industri hulu yang menghasilkan sumberdaya mineral dan merupakan sumber bahan baku bagi industri hilir yang diperlukan oleh umat manusia diseluruh dunia (Sulto 2011). A.2 Industri Pertambangan Nikel Sumberdaya mineral itu sendiri dapat diartikan sebagai sumberdaya Yang diperoleh dari hasil ekstraksi batuan-batuan yang ada di bumi. Adapun jenis dan manfaat sumberdaya mineral bagi kehidupan manusia modern semakin tinggi dan semakin meningkat sesuai dengan tingkat kemakmuran dan kesejahteraan suatu Negara (Sulto 2011) Industri mempunyai dua pengertian yaitu pengertian secara luas dan pengertian secara sempit dalam pengertian secara luas,industri mencakup semua usaha dan kegiatan dibidang ekonomi yang bersifat produktif. Sedangkan
8
pengertian secara sempit, industri atau industri pengolahan adalah suatu kegiatan yang mengubah suatu barang dasar secara mekanis,kimia,atau dengan tangan sehingga menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Dalam hal ini termasuk kegiatan jasa industri dan pekerja perakitan(assembling) dalam istilah ekonomi, industri mempunyai dua pengertian. Pertama,industri merupakan himpunan perusahaan-perusahaan sejenis,contoh industri kertas berarti himpunan perusahaan penghasil kertas. Kedua,industri adalah sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah barang mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi (Arsyad, 2004). Sementara sumberdaya mineral itu sendiri dapat diartikan sebagai sumberdaya yang diperoleh dari hasil ekstraksi batuan-batuan yang
ada di
bumi. Adapun jenis dan manfaat sumberdaya mineral bagi kehidupan manusia modern semakin tinggi dan semakin meningkat sesuai dengan tingkat kemakmuran dan kesejahteraan suatu negara (Sulto 2011) Potensi sumber daya Nikel Indonesia diperkirakan mencapai1.878.550.000 Ton dengan kandungan unsur Nikel rata–rata 1,45%.Sebagian dari potensi Sumberdaya tersebut sudah ditambang dan diekspor dalam bentuk Nickel Matte, Ferro Nickel ataupun bijih Nikel tanpa melalui proses pengolahan dan pemurnian Oleh perusahaan–perusahaan yang banyak bertumbuhan dalam dasawarsa terakhir. Data terakhir dari Badan Geologi Kementerian ESDM menunjukkan bahwa Indonesia memiliki sumber daya nikel sebesar 2.633 juta ton ore dengan cadangan nikel sebesar 577 juta ton ore yang tersebar di Sulawesi,Kalimantan, Maluku dan Papua (Siswoutomo 2013).
9
Seiring dengan meningkatnya permintaan produk logam dunia,Sebagian besar produk nikel diekspor dalam bentuk barang hasil olahan,seperti Nickel Matte(PT INCO Indonesia)dan Ferro Nickel (PT Aneka Tambang). Data yang diperoleh memperlihatkan Bahwa komoditi nikel di kelompokkan menjadi tiga, yaitu bijih nikel,feronikel dan nikel kasar. Selama periode tahun 2003-2009 produksi bijih nikel mengalami peningkatan yang cukup tinggi, yaitu dari 4.395.429 ton pada tahun 2003 menjadi 10.847.141 ton pada tahun 2009 atau Mengalami kenaikan hampir 2,5 kali lipat. Pada periode yang sama,komoditi feronikel mengalami kenaikan dua kali lipat dari 8.933 ton Ni menjadi 17.917 ton Ni, sedangkan untuk nikel kasar mengalami fluktuasi,pada tahun 2003 jumlah produksi mencapai 71.21 ton Ni,tahun 2007 meningkat hingga77.928 ton Ni,namun tahun 2009 menurun hingga menjadi 63.548 ton Ni.(Kementrian ESDM 2012). Produksi nikel Indonesia, baik bijih nikel,feronikel maupun nikel kasar, Hampir seluruhnya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan ekspor sehingga permintaan nikel Indonesia ditentukan oleh permintaan nikel dunia. Di pasaran global, permintaan nikel Diprediksi akan meningkat sebesar 3% per tahun Sehingga pada tahun 2015 Permintaan nikel di perkirakan mencapai 2.000.000 ton. Permintaan nikel dunia pada saat Ini didominasi oleh negara – negara Asia, khususnya China yang saat ini sedang melakukan pembangunan power plant yang banyak
membutuhkan
komoditi
olahan.(Kementrian ESDM 2012).
nikel,baik
bijih
nikel
maupun
nikel
10
A.3 Tahapan Penambangan Salim(dalam Sulto 2011)menyatakan bahwa dalam usaha Pertambangan ada beberapa Tahap yang harus dilaluli terlebih dahaulu sebelum menuai hasil ekonomis dari kegiatan penambangan yaitu; 1. Penyelidikan umum merupakan usaha untuk menyelidiki secara geologi umum atau fisika, di daratan perairan dan dari udara, segala sesuatu. Dengan maksud untuk membuat peta geologi umum atau untuk menetapkan tandatanda adanya bahan galian pada umumnya. 2. Usaha eksplorasi adalah segala penyelidikan geologi pertambangan untuk menetapkan lebih teliti/seksama adanya sifat letakan bahan galian. 3. Usaha eksploitasi adalah usaha pertambangan dengan maksud untuk menghasilkan bahan galian dan memanfaatkannya. 4. Usaha pengolahan dan pemurnian adalah pengerjaan untuk mempertinggi mutu bahan galian serta untuk memanfaatkan dan memperoleh unsurunsur yang terdapat pada bahan galian. 5. Usaha pengangkutan
adalah segala
usaha
pemindahan bahan
galian
dan hasil pengolahan serta pemurnian bahan galian dari daerah eksplorasi atau tempat pemurnian. 6. Usaha penjualan adalah segala sesuatu usaha penjualan bahan galian dan hasil pengolahan/pemurnian bahan galian. A.4 Penggolongan Hasil Tambang Dalam penggolongan hasil tambang, Ngadiran dalam Sulto (2011) menjelaskan bahwa izin usaha Pertambangan meliputi izin untuk memanfaatkan
11
bahan galian tambang Yang bersifat ekstraktif seperti bahan galian tambang golongan A, golongan B, maupun golongan C. Ada banyak jenis sumberdaya alam bahan tambang yang terdapat di bumi Indonesia. Dari sekian jenis bahan tambang yang ada itu di bagi menjadi tiga golongan, yaitu: 1. Bahan galian strategis golongan A, terdiri atas: minyak bumi, aspal, antrasit, batu bara, batu bara muda, batu bara tua, bitumen, bitumen cair, bitumen padat, gas alam, lilin bumi, radium, thorium, uranium, dan bahan bahan galian radio aktif lainnya (antara lain kobalt, nikel dan timah); 2. Bahan galian vital golongan B, terdiri atas: air raksa, antimon, aklor, arsin, bauksit,besi, bismut, cerium, emas, intan, khrom, mangan, perak, plastik,
rhutenium,
seng,
tembaga,timbal,
titan/titanium,
vanadium,
wolfram,dan bahan-bahan logam langka lainnya (antara lain barit, belerang, berrilium, fluorspar, brom, koundum, kriolit, kreolin, kristal, kwarsa, yodium,dan zirkom); dan 3. Bahan galian golongan C, terdiri atas; pasir, tanah uruk, dan batu kerikil. Bahan ini merupakan bahan tambang yang tersebar di berbagai daerah yang ada di Indonesia. A.5. Prospek Pengembangan Smelter Smelter adalah unit pengelolaan pertambangan berupa pengolahan nikel dan bijih nikel yang merupakan bagian integral dari proses pertambangan rangkaian kegiatannya dalam rangka upaya pencarian, penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian (mineral, batu bara, panas bumi, migas). Salah satu sektor yang menyumbang devisa negara yang dominan
12
adalah sektor pertambangan, sektor ini menyumbang 39% dari pendapatan negara pada tahun 2015 (Pertiwi, 2011). Menurut
pengamat pertambangan
Kurtubi ( 2012 ), pemurrnian adalah
pekerjaan pengolahan/ pengilangan untuk memurnikan/ meninggikan kadar bahan galian dengan memisahkan mineral berharga dan yang tidak berharga. Selanjutnya membuang mineral yang tidak berharga tersebut, yang dapat dilakukan dengan cara kimia. Sedangkan pengolahan(treatment) adalah proses untuk menyiapkan bahan mentah mineral untuk diolah lebih lanjut sekaligus diolah untuk produk akhir. Sektor Pertambangan Smelter merupakan sektor yang strategis, selain itu bagi daerah yang kaya sumberdaya alamnya,Pertambangan merupakan tulang punggung bagi pendapatan daerah tersebut. Keberadaan sumberdaya alam yang memiliki potensi ekonomi perlu dilakukan pengelolaan agar dapat termanfaatkan secara maksimal dan berguna dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Keberadaan kegiatan Pertambangan Smelter pada daerah-daerah tertentu merupakan suatu upaya dari pemerintah untuk dapat memanfaatkan potensi wilayah yang dimiliki oleh daerah tersebut (Djajadiningrat, 2007). Kekayaan Sumberdaya Nikel yang melimpah yang diolah oleh berbagai Perusahaan Pertambangan di Indonesia. Sebagian besar Produksi bijih nikel yang diproduksi tersebut diekspor ke Jepang. Untuk memenuhi kebutuhan nikel dalam negeri, Indonesia harus mengimpor kembali nikel yang sudah diolah di Jepang. Pengembangan industri pengolahan Pemurnian nikel, seperti antara lain melalui proses Mond dapat meningkatkan Nilai tambah kekayaan nikel bagi
13
perkekonomian nasional.
Ada beberapa teknologi proses pengolahan dan
pemurnian nikel selain menggunakan Proses Mond, seperti; pengolahan biji nikel laterit dan peningkatan perolehan total nikel dan kobal pada proses leaching bijih nikel laterit. Kementrian ESDM (2012). Selain itu, produksi tambang juga lebih terkendali, memacu industri hilir Karena ketersediaan bahan baku dalam negeri, serta mengurangi kerusakan Lingkungan karena mineral yang tidak dimanfaatkan dapat dikembalikan. Smelter yang akan dibangun juga akan memberikan efek berantai yang positif di sektor
perekonomian, dengan adanya pemasok dan industri-industri ikutannya,
dan pastinya meningkatkan lapangan kerja. Selain itu, akan terjadi pemerataan perekonomian, karena industri tidak hanya terpusat di Jawa tapi juga di daerahdaerah lain.Kementrian ESDM (2012). B. Konsep Produktivitas B.1 Produksi Teori produksi tidak mendefinisikan jangka pendek dan jangka panjang secara kronologis. Periode jangka pendek adalah periode produksi dimana perusahaan tidak mampu dengan segera melakukan penyesuaian jumlah penggunaan salah satu atau beberapa faktor produksi. Periode jangka panjang adalah periode produksi dimana semua faktor produksi menjadi faktor produksi variabel (Rahardja dan Manurung, 2010). Menurut Suto (2004) dalam ilmu ekonomi produksi diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan barang dan jasa yang ditujukan
14
untuk memuaskan kebutuhan orang lain melalui pertukaran atau perdagangan. Banyak jenis aktivitas yang terjadi dalam proses produksi, meliputi perubahan bentuk, tempat dan waktu penggunaan hasil-hasil produksi. Output perusahaan yang berupa barang-barang produksi tergantung pada jumlah input yang digunakan dalam produksi. B.2 Biaya Secara umum dapat dikatakan bahwa biaya adalah semua dana yang digunakan dalam melaksanakan suatu kegiatan. Jika kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah suatu proses produksi, dana yang digunakan disebut biaya produksi. Jika kegiatannya adalah proses perdagangan, dana yang digunakan disebut biaya pemasaran. Kedua jenis biaya ini memiliki sifat yang relatif berbeda antara satu dengan lainnya dalam kaitan dengan jumlah barang yang diproduksi atau jumlah barang yang diperdagangkan (Padangaran, 2013). Biaya merupakan nilai unsur produksi yang dikeluarkan petani dalam proses produksi. Biaya mempunyai peranan penting dalam pengambilan keputusan petani. Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi sautu produk menentukan besar harga pokok dari produk yang dihasilkan (Tuwo, 2011).Biaya produksi dapat didefinisikan sebagai pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan perusahaan tersebut (Sukirno, 2006). Sukirno (2002) mengemukakan batasan yang lebih jelas yaitu biaya produksi dapat didefinisikan sebagai pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk
15
memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akandigunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksi perusahaan tersebut. Dari batasan diatas, biaya dianggap sama dengan istilah ongkos yang diartikan sebagai biaya yang telah selesai masa berlakunya. Istilah ongkos merupakan pengorbanan yang harus dibuat dalam setiap peristiwa dengan pengeluaran barang atau jasa yang diperhitungkan terhadap penghasilan untuk menentukan pendapatan (Jibran, 2002). B.3 Penerimaan Daniel, (2002) Jumlah penerimaan (total revenue) didefinisikan sebagai penerimaan dari penjualan dari barang tertentu yang diperoleh dari sejumlah satuan barang yang terjual dikalikan harga penjualan setiap satuan barang. Penerimaan dibidang pertanian adalah produksi yang dinyatakan dalam bentuk uang tunai sebelum dikurangi dengan biaya pengeluaran selama kegiatan usaha tani tersebut. Soekartawi, (2005) menyatakan bahwa, total penerimaan dalam usahatani diperoleh dari produksi fisik dikalikan dengan harga produksi. Bila keadaan memungkinkan, maka sebaiknya petani mengolah sendiri hasil pertaniannya untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik yang harganya relatif tinggi dan akhirnya juga akan mendatangkan total penerimaan yang lebih besar. Penerimaan adalah jumlah uang yang diperoleh dari penjualan sejumlah output. Hasil total penerimaan dapat diperoleh dengan mengalikan jumlah satuan barang yang dijual dengan harga barang yang bersangkutan atau TR = Q x P (Rahman, 2010).
16
Penerimaan dapat dihitung dengan mengalikan jumlah barang yang dijual dengan harga barang. Jika terdapat banyak barang maka cara menghitung penerimaan adalah sebagai berikut : R= ∑(
.
)………………………………………………………………….........(1)
Keterangan: R Yi Pyi
= Penerimaan (Rp) = Jumlah Penjualan (Kg) = Harga (Rp)
B.4 Pendapatan Analisis pendapatan mempunyai kegunaan bagi petani maupun bagi pemilik faktor produksi. Ada dua tujuan utama dari analisis pendapatan yaitu: (a) menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha (positive analysis), dan (b) menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan (normative analysis). Bagi seorang petani analisis pendapatan memberikan bantuan untuk mengukur apakah kegiatan usahanya pada saat ini berhasil atau tidak (Tuwo, 2011). Analisa pendapatan usahatani dinilai atau kriteria penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang telah ditentukan. Dengan demikian analisa pendapatan dapat memberikan bantuan informasi untuk mengukur apakah kegiatan usahataninya pada saat itu berhasil atau tidak. Berdasarkan hal tersebut memungkinkan petani untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh, sehingga dapat digunakan Revenue Cost (R/C Ratio Analisis). Revenue cost ratio adalah perbandingan antara pengeluaran dan penerimaan suatu kegiatan usahatani. Jadi
17
Revenue cost ratio adalah analisis data dan evaluasi untuk mengetahui apakah suatu kegiatan usahatani menguntungkan atau tidak (Yuliani, 2003). Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan (TR) dan semua biaya (TC), dimana penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dan harga jual, sedangkan biaya adalah semua pengeluaran yang digunakan dalam suatu usahatani. Adapun rumus pendapatan dapat dituliskan sebagai berikut (Suratiyah, 2006). TR = P.Q…………………………………………………………………(2) TC = TFC + TVC………………………………………………………..(3) I = TR – TC……………………………………………………………...(4) Keterangan : TR
= Total Revenue (Penerimaan Total), (Rp)
P
= Price (Harga), (Rp)
Q
= Quantity (Jumlah Produk), (Kg)
TC
= Total Cost (Biaya Total), (Rp)
TFC
= Total Fixed Cost (Biaya Tetap Total), (Rp)
TVC
= Total Variabel Cost (Biaya Variabel Total), (Rp)
I
= Income (Pendapatan), (Rp)
TR
= Total Revenue (Penerimaan Total), (Rp)
TC
= Total Cost (Biaya Total), (Rp)
Analisis pendapatan adalah perhitungan akan besarnya penerimaan dan pengeluaran biaya-biaya dari hasil usaha. Jika pendapatan seseorang rendah maka orang itu akan cenderung untuk menggunakan lebih banyak lagi sumberdaya agar pendapatan bisa meningkat. Ini berarti pendapatan yang rendah akan mendorong
18
tindakan deplisit (menghabiskan atau merusak) terhadap sumberdaya alam. Demikian pula setiap kebijakan pemerintah yang menyebabkan turunnya pendapatan riil masyarakat akan mendorong timbulnya deplisit (merusak sumberdaya alam) tetapi kebijakan yang sifatnya meningkatkan pendapatan masyarakat akan merangsang masyarakat untuk melakukan tindakan konversi terhadap sumberdaya alam (Padangaran, 1994). Secara matematis untuk menghitung pendapatan dapat digunakan rumus berikut: I = TR – TC……………………………………………………………..(5) Keterangan: I= Income (pendapatan) TR= Total Revenue (penerimaan total) TC= Total Cost (biaya total) C. Penelitian Terdahulu Sariba (2008), Tentang Dampak Comporate Sosial Responbility (CSR) PT ANTAM Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Pomalaa Kabupaten
Kolaka
Menemukan
bahwa
CSR
PT.
ANTAM
Terhadap
pendapatan petani padi sawah di Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka Sebesar 39,7% Dari sebelum adanya CSR Namun dari hasil analisis perbedaan pendapatan petani padi sawah antara sebelum dan sesudah CSR Tidakan terdapat perbedaan yang nyata atau tidak signifikan dan ada variasi baru dalam budidaya padi organik yang ramah lingkungan dan baik untuk kesehatan. Utami (2014), Tentang Analisis Investasi
Di Bidang Pertambangan
Tujuan diadakan Penelitian ini adalah (1). Untuk mengetahui pengaruh harga Nikel hasil pertambangan terhadap Investasi
pertambangan di PT.Aneka
19
Tambang Tbk.
Hasil dari penelitan ini meliputi: (1).
Berdasarkan hasil
perhitungan statistik deskriptif Investasi yang dilakukan PT. Aneka Tambang, Tbk mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Hal ini menunjukkan
pertumbuhan pertambangan nikel yang dilakukan oleh PT.Aneka Tambang,Tbk mengalami kemajuan yang berarti. dilakukan
oleh
PT.Aneka
Tetapi pada tahun 2002 investasi yang
Tambang,
Tbk
mengalami
penurunan
sebesar2,68%.Penurunan jumlah investasi tersebut didapat dari jumlah investasi pada tahun 2001 yaitu sebesar Rp 2.555.510.854.049,00
turun
menjadi
Rp 2.487.110.019.000,00 pada tahun 2002. Sedangkan untuk
jumlah rata-rata
selama lima tahun penelitian yaitu sebesar Rp2.323.660.907.296,00 dan
rata-
rata untuk pertumbuhan investasi selama lima tahun yaitu sebesar 6,26% per tahun. Risal (2013), Tentang Analisis Dampak Kebijakan Pertambangan Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Dikelurahan Makroman menggunakan analisis modal interaktif Dengan penekanan pada analisis data induktif. Hasil peneliyianya Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertambangan batubara berdampak positif terhadap perekonomian sebagaian kecil masyarakat di sekitar perusahaan yaitu memberikan peluang kerja dan peluang usaha seperti warung makan,warung sembako dan usaha kontarakan rumah. Tetapi di sisi lain,Pertambangan batubara membawa dampak negatif yang besar. Konflik antara masyarakat dan perusahaan yang dipicu oleh banjir lumpur yang mengalir ke areal Pertanian warga, mengakibatkan hasil pertanian menyusut sebagian besar lahan Pertanian dialihfungsikan sebagai areal pertambangan mengakibatkan sebagaian
20
masyarakat kehilangan lahan sebagai sumber kehidupan mereka antar generasi. Pertambangan tidak menjamin kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat sebagaimana yang terjadi Makroman. Dampak buruk yang terjadi jauh lebih besar dari pada dampak positifnya, Itulah potret kehidupan sosial ekonomi masyarakat Pertambangan. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Gunadi (2006), yang berjudul Dampak Kegiatan Penambangan yang dilakukan PT.Inducement Tunggal Prakarsa,Tbk Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat (Studi Kasus di Desa Lutut Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan dan menganalisis tentang dampak kegiatan penambangan yang dilakukan oleh PT. Inducement Tunggal Prakasa, Tbk terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di Desa Lutut. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah kegiatan penambangan yang dilakukan oleh PT. Inducement Tunggal Prakasa,Tbk telah memberikan dampak terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di Desa Lulut. Dampak tersebut berupa perubahan lingkungan dan perubahan dalam aspek sosial ekonomi masyarakat. Melalui penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa perubahan dalam aspek ekonomi masarakat, dimana terjadi peralihan mata pencaharian penduduk dari sektor Pertanian kesektor luar Pertanian, serta adanya tambahan pendapatan dan berbagai peluang dalam usaha. Penelitian yang dilakukan oleh Nwike dan Ugwumba (2015), di Anambra Negara Nigeria yang berjudul “Profitability of Rice Production in Aguata Agricultural Zone of Anambra State Nigeria: A Profit Function Approach”.
21
Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui keuntungan produksi beras di Zona Pertanian Aguata Anambra Negara Nigeria, (2) memastikan faktor-faktor penentu laba maksimum, dan (3) mengidentifikasi faktor-faktor penghambat produksi padi. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan cara statistik nonparametrik, teknik penganggaran dan model analisis keuntungan. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa produksi padi di Anambra adalah menguntungkan dengan pendapatan bersih yang diperoleh petani adalah sebesar N42.872,40 atau setara dengan Rp3.001.068,-. Tingginya biaya tenaga kerja dan kurangnya modal petani merupakan kendala yang paling serius. Oleh karena itu, diharapkan akses fasilitas kredit yang mudah untuk petani, menyediakan teknologi produksi padi modern dan penyuluhan sehingga dapat mengurangi masalah dan meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Penelitian lain juga dilakukan oleh Nwalieji dan Chen (2015), yang berjudul “Comparative Profit Analysis of Rice Production Enterprise among Farmers in Anambra and Ebonyi States, Nigeria”. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui karakteristik sosial ekonomi petani padi di negara Anambra dan Ebonyi, (2) membandingkan keuntungan perusahaan produksi beras dalam dua metode tanam yang berbeda (Tanam dan penyiaran) di kedua negara dan (3) Mengidentifikasi kendala produksi padi di daerah penelitian. Data dianalisis dengan menggunakan analisis persentase, rata-rata dan margin kotor (GM). Hasil penelitian menyatakan bahwa laba bersih yang diperoleh masingmasing petani di Negara Anambra adalah N59.105 (Rp4.137.350,00) dan N55.355 (Rp3.874.850,00) untuk masing-masing metode tanam dan penyiaran, sedangkan
22
di Negara Ebonyi masing-masing petani memperoleh laba bersih sebesar N53.800 (Rp3.766.000,00) dan N48.100 (Rp3.367.000,00) dari metode tanam dan penyiaran. Mayoritas petani padi pada kedua daerah tersebut masih memiliki usia aktif dan masih produktif
serta pengalaman berusahatani yang cukup lama.
Namun, ada beberapa kendala yang dihadapi oleh petani padi antara lain: dana tidak memadai untuk memulai sampai selesainya usaha, kesulitan dalam memperoleh kredit, mesin pengolahan dan penggilingan tidak memadai, biaya input berupa pupuk dijual dengan harga tinggi, kurang akses jalan, kesulitan dalam membentuk koperasi masyarakat, kurang perpanjangan layanan kunjungan kepetani, tingginya biaya produksi padi, kondisi cuaca/perubahan iklim tidak menguntungkan, harga produksi berfluktuasi, kebijakan pemerintah terkait impor beras tidak efektif dan banyak hewan pengerat, hama dan kutu penyakit. Sariwahyuni (2012) tentang Rehabilitasi
Lahan Bekas Tambang
PT.Incosorowako Dengan Bahan Organik,Bakteripelart Fosfat Dan Bakteri Pereduksi Nikel Menemukakan Bahwa Kandungah mineral padalahan bekas tambang Nikel menunjukkan variasi yang cukup signifikan. Kondisi pH tanah yang masam, kandungan Ni(II) dan mineral ikutan lainnya yang berada pada golongan yang sama dengan Ni(II) masih menunjukkan konsentrasi yang tinggi dalam artian apabila lahan tersebut dikembangkan untuk pertanian maka akan menjadi faktor pembatas dan kemungkinan menjadi hambatan dalam proses berproduksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan bahan organik, bakteri pelarut fosfat dan bakteri pereduksi logam dalam merehabilitasi lahan bekas penambangan nikel PT.Inco Sorowako, dilaksanakan pada Agustus 2011 -
23
April 2012 di Akademi Teknik Industri Makassar danUniversitas hasanuddin. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Petak-Petak Terpisah. Bahan organik sebagai petak utama, bakteri pelarut fospat sebagai anak petak dan Bakteri pereduksi logam sebagai anak-anak petak. Bahan organik 400 g/ polybag (1966ton/ha), Bacillus megaterium2x10sel/ml dengan dosis 20 ml/tanaman dan Pseudomonas Aeruginosa 2x10sel/ml,mampu meningkatkan fospatb tersedia 42,355%,mengurangi konsentrasi Ni(II) 25, 83%, meningkatkan pH tanah 4,19 menjadi7,5 (44,13%)dan memberikan peningkatan berat biji tanaman sebesar 100. Herlina (2005), dengan skripsi yang berjudul Analisis Pendapatan Pembuat Gula Aren di Desa Oensuli Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan usaha gula aren di Desa Oensuli Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna.Penentuan sampel dilakukan dengan cara sensus sebanyak 13 orang. Analisis pendapatan yang dilakukan menunjukkan bahwa pendapatan rata-rata per hari Rp. 47.325,00. Untuk pendapatan per bulan Rp. 1.485.803.00 sedangkan analisis R/C menunjukkan bahwa usaha gula aren layak untuk di usahakan di daerah penelitian karena nilainya lebih dari satu yaitu 1,51 yang berarti usaha gula aren menguntungkan secara finansial. D. Kerangka Pikir Pendapatan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup masyarakat di sekitar pabrik smelter di Morosi Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe semakin besar pendapatan yang diperoleh Maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membiayai segala pengeluaran dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh perusahaan. Selain itu pula pendapatan juga berpengaruh
24
terhadap laba rugi perusahaan dan yang perlu di ingat lagi,pendapatan adalah darah kehidupan suatu perusahaan. Tanpa pendapatan tidak ada laba, tanpa laba, maka tidak ada perusahaan. Pembangunan smelter juga akan memberikan efek berantai yang positif di sektor perekonomian dengan adanya pemasok dan industri – industri ikutannya dan pastinya meningkatkan lapangan kerja. Kemajuan ekonomi tidak lagi hanya berlangsung di pusat, Tapi juga di daerah.Adapun gambar kerangka pikir yang di gunakan dalam penelitan ini adalah sebagai berikut:
PT. VDNI Proses Pengolahan tambang 1. Smelter 2. Pabrik Pemurnian nikel 3. Mes 4. PLTU
Alih Mata Pencaharian 1. Karyawan 2. Berdagang 3. Ojek perusahaan
Petani Tambak
Pendapatan Perbandingan unit t Independent sampel t tes
Gambar 1. Kerangka pemikiran
25
III. METODE PENELITIANAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitan ini akan di lakukan di sekitar PT.VDNI Dan masyarakat yang Berprofesi Petani dan Penambak di Morosi Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe. Waktu penelitian akan di laksanakan pada bulan Juli sampai september 2016.
Penentuan
lokasi
penelitian
dilakukan
secara
sengaja
dengan
Pertimbangan bahwa; 1.
Adanya perubahan pendapatan petani pemilik lahan tambak dengan adanya alih mata pencaharian lahan yang di jual ke PT.VDNI
2. Adanya pengalihan mata pencaharian masyarakat lokal yang ada di Desa Morosi Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe. B. Populasi dan Sampel
Populasi yang di maksud dalam penelitian ini adalah seluruh Petani Tambak yang beralih mata pencaharian. Jumlah populasi petani tambak yang beralih mata pencaharian dalam penelitian ini sebanyak 24 orang. Penentuan sampel yang di ambil dalam penelitian ini adalah seluruh petani tambak yang beralih mata pencaharian sebanyak 24 orang. Penentuan sampel dilakukan dengan cara sensus. Ini dilakukan karena ukuran populasi kurang dari 30. Penentuan sampel dalam penelitian ini sesuai dengan kriteria yang diungkapkan oleh Mustafa (2000), bahwa jika ukuran populasi sekitar 100 maka jumlah populasi yang harus diambil agar hasilnya mewakili populasi yaitu paling sedikit 30%, dan jika ukuran populasi 30, maka sampelnya harus 100%.
26
C. Jenis Dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. 1. Data
primer
adalah
data yang diperoleh langsung dari Responden
berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disiapkan. 2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi terkait Kepustakaan dan laporan atau hasil penelitia sebelumnya. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara metode wawancara,Dan observasi. Wawancara
yaitu
mengadakan wawancara
untuk mengumpulkan data
dan
informasi
langsung dengan responden yang
menggunakan kuisioner atau pertanyaan yang telah
diperlukan
dengan
disiapkan, sedangkan
observasi yaitu melakukan peninjauan kelapangan untuk melihat kondisi yang ada. D. Analisis Data Rumusan masalah pertama untuk mengetahui pendapatan petani yang beralih mata pencaharian digunakan analisis deskriptif kualitatif, Yaitu dengan cara menyajikan data sesuai dengan data di lapangan. kemudian dianalisis secara tabulasi yang meliputi biaya, penerimaan, dan pendapatan. Analisis pendapatan pada petani tambak yang beralih mata pencaharian adalah sebagai berikut: a)
Biaya TC = VC + FC
Keterangan: TC
= Biaya Total (Total Cost) (Rp/Semester)
VC
= Biaya Variabel (Variable Cost) (Rp/Semester)
27
FC b)
= Biaya Tetap (Fixed cost) (Rp/Semester) Penerimaan TR = Y x Py
Keterangan: TR
= Penerimaan Total (Total Revenue) (Rp/Semester)
Y
= Jumlah Produksi (Kg/Semester)
Py
= Harga Produksi (Rp/Semester)
c)
Pendapatan I = TR – TC
Keterangan: I
= Pendapatan (Income) (Rp/Semester)
TR
= Penerimaan Total (Total Revenue) (Rp/Kg/Semester)
TC
= Biaya Total (Total Cost) (Rp/Semester)
Rumusan masalah ke dua mengetahui apakah terdapat perbedaan pendapatan petani pemilik lahan tambak setelah menjual lahan tambaknya ke PT. VDNI menggunakan analisis statistik uji beda rata-rata (compare means). Metode yang digunakan adalah independent sample t-test. Secara matematis rumus uji beda rata-rata adalah sebagai berikut: −ℎ
= =
= ∑( ∑(
1
1
2
2
− ̅ 1 )2
− 1
− ̅ 2 )2
− 1
[ ̅ − ̅ ] +
28
Keterangan: = Rata-rata pendapatan Petambak. = Rata-rata pendapatan Karyawan
PT.VDNI.
S12
= Varian pendapatan pada Petambak.
S22
= Varian pendapatan pada Karyawan PT.VDNI.
n1
= Jumlah sampel pada Petani Tambak.
n2
= Jumlah sampel pada Karyawan PT.VDNI.
Keterangan kriteria dari uji-t adalah sebagai berikut: a.
Jika t hitung ≤ t Tabel, maka H0 diterima dan H1 tidak diterima.
b.
Jika t hitung ≥ t Tabel, maka H0 tidak diterima dan H1 diterima. ∝ = 0,05 (Sudjana, 1992).
Dimana: 1.
H0 diterima dan H1 tidak diterima: tidak terdapat perbedaanyang signifikan antara pendapatan Petambak dengan Karyawan PT.VDNI.
2.
H1 diterima dan H0 tidak diterima: terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan Petambak dengan Karyawan PT.VDNI.
3. Menghitung beban penyusutan menggunakan metode dengan garis lurus dilakukan dengan rumus: Beban Penyusutan =
E. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini dan pendapatan. {{}}}
yakni
penerimaan, biaya, produksi
29
F. Konsep Operasional 1. Responden adalah petani tambak dan masyarakat yang masih bekerja sebagai Petani langsung dalam kegiatan usaha tambak. 2. Lama petani tambak adalah rentan waktu sejak awal usaha Pertambangan (Tahun). 3. Umur responden adalah lama waktu hidup responden terhitung dari semenjak lahir sampai waktu di wawancara(Tahun). 4. Pendapatan adalah total penerimaan setelah dikurangi dengan berbagai biaya yang telah dikeluarkan petani tambak yang diukur dalam (Rp/bulan). 5. Tingkat pendikan adalah pendidikan formal terakhir yang ditamatkan oleh responden. 6. Jumlah tanggungan adalah banyaknya individu atau orang yang dibiayai oleh kepala keluarga (orang). 7. Sumber modal adalah asal dari modal yang digunakan petani tambak dalam menjalankan operasional dan mengembangkan usaha tambaknya. 8. Kelayakan usaha tambak adalah tingkat manfaat yang di peroleh dalam melaksanakan kegiatan usaha tambak. 9. Produksi yang dimaksud adalah jumlah ikan bandeng yang dihasilkan oleh petani tambak ikan
bandeng
dalam masa panen dalam satuan kilogram
(Kg/ha). 10. Biaya produksi adalah keseluruhan biaya baik itu biaya tetap yaitu biaya yang di keluarkan yang tidak habis terpakai dalam satu kali periode produksi pajak
30
lahan, penyusutan alat-alat pertanian dan biaya variabel yaitu biaya yang di keluarkan yang habis terpakai dalam satu kali proses produksi bibit,pupuk pakan pestisida,yang digunakan petani dalam usaha tambak ikan bandeng (Rp/Ha). 11. Harga jual adalah besarnya nilai tukar uang terhadap produksi ikan bandeng Yang diterima oleh responden yang berlaku perkilogramnya dalam satu kali produksi rupiah perkilogram (Rp/kg).
31
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah A.1. Letak dan Luas Wilayah Desa Morosi merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe, Desa Morosi memiliki luas wilayah 1300 Ha Terdiri dari 3 dusun yaitu Dusun Tetelowaru, Dusun Morosi dan Dusun Kanmbougapu. Desa Morosi memiliki ibu kota kecamatan yaitu Desa Besu, Jarak ibukota Kecamata terhadap Kabupaten adalah 65 Km dan jarak ibukota Kecamatan terhadap Provinsi adalah 33,0 Km. Desa Morosi memiliki luas wilayah 1300 Ha Terdiri dari 3 dusun yaitu Dusun Tetelowaru, Dusun Morosi dan Dusun Kanmbougapu. Secara admnistratif batas-batas wilayah Desa Morosi adalah sebagai berikut : -
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Porara
-
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Paku Jaya
-
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Puuruy
-
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tanggobu
A.2. Keadaan Iklim dan Topografi Secara umum keadaan iklim di Desa Morosi Kecamatan Morosi tidak jauh berbeda dengan keadaan iklim pada beberapa wilayah lain yang ada di wilayah Indonesia. Ciri iklim tropis dengan dua jenis musim dalam setahun merupakan sifat kondisi iklim secara umum yang terjadi di Indonesia khususnya di Desa
32
Morosi. Dua jenis musim yang dimaksud adalah musim penghujan dan musim kemarau, Pada musim penghujan biasanya terjadi pada bulan Januari sampai bulan April sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai bulan September dan terkadang musim hujan terjadi pada bulan Oktober sampai bulan Desember. Kedua musim ini sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat di Desa Morosi. A.3. Keadaan Penduduk a. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Penduduk Desa Morosi pada tahun 2016 sebesar 471 jiwa yang terdiri dari kk. Penduduk laki-laki berjumlah 243 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 228 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk Desa Morosi menurut umur dapat dilihat pada Tabel 2. Ditinjau dari segi umur, penduduk di Desa Morosi memiliki tingkat umur yang cukup bervariasi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Desa Morosi Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe, Tahun 2016 Jenis Kelamin Golongan Umur (Tahn) Laki-laki Perempuan 0 – 14 63 61 15-54 102 105 <54 62 62 Jumlah 243 228 Sumber: Kantor Desa Morosi, 2016
Jumlah (Jiwa) 124 207 140 471
Persentase (%) 26,32 43,94 29,72 100,00
Tabel 1. menunjukkan bahwa sebanyak 207 jiwa atau 43,94% penduduk Desa Morosi berada pada usia produktif, yakni umur 15 – 54 tahun dengan komposisi 102 jiwa laki-laki dan 105 jiwa perempuan dan sisanya berada pada
33
usia tidak/kurang produktif, dengan komposisi umur 0-14 tahun sebanyak 124 jiwa (26,32%) dan umur diatas 54 tahun sebanyak 140 jiwa (29,72%). Hal ini sesuai dengan pendapat Soeharjo dan Patong (1984) dimana kriteria produktif tidaknya umur seseorang terbagi dalam tiga golongan. Golongan tersebut adalah usia 0-14 tahun dikatakan katagori umur yang belum produktif, 15-54 tahun katagori umur produktif dan golongan diatas 54 tahun adalah katagori umur tidak produktif. Produktif tidaknya umur seseorang tentunya akan berpengaruh terhadap kemampuan kerja, cara berpikir dan tingkat respon terhadap sesuatu. Seseorang dengan usia yang relatif muda (produktif) biasanya lebih terampil dan dinamis dalam bertindak dibandingkan orang yang berusia tidak produktif.
Dengan
demikian maka dapat dikatakan bahwa penduduk di Desa Morosi dalam melakukan usahataninya akan berhasil karena sebagian besar berada pada usia produktif. b. Keadaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi cara berfikir dalam menghadapi permasatambak seseorang untuk menerapkan prinsip kerja, sasaran serta tujuan dari suatu kegiatan yang dilaksanakan dapat diselesaikan dengan mudah jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang memadai.
34
Secara umum tingkat pendidikan serta kemampuan yang dimiliki seseorang dapat tercermin melalui cara berfikir dan cara kerja seseorang serta mudah tidaknya mengadopsi suatu inovasi baru.
Pada Tabel 6 dapat dilihat
keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan. Tabel 2. Keadaan Penduduk Desa Morosi Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Tahun 2016. No 1. 2. 3. 4. 5.
Tingkat Pendidikan
Tidak Pernah/Tidak Sekolah SD SMP SMA Diploma/S1 Jumlah Sumber :Data Desa Morosi tahun 2016.
Jumlah Penduduk (jiwa) 99 196 97 72 7 471
Persentase (%) 21,01 41,61 20,59 15,28 1,48 100
Tabel 2, Menunjukkan bahwa penduduk Desa Morosi sebagian besar telah melaksanakan pendidikan formal meskipun pada tingkat yang berbeda-beda, jumlah penduduk sebagian besar melaksanakan pendidikan ditingkat SD yaitu diperoleh sebesar 41,61 %. Dengan demikian penduduk di Desa Morosi telah mempunyai pengetahuan dasar untuk berusahatani tambak ikan bandeng. c. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Mata pencaharian penduduk Desa Morosi sangat bervariasi, namun sebagian besar penduduk bergerak disektor pertanian. Untuk mengetahui lebih jelas dari keadaan penduduk menurut mata pencaharian dilihat pada Tabel 3.
35
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Morosi Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe, Tahun 2016 No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jenis Mata Pencaharian Pertanian Perikanan/Petani tambak Pegawai Negeri Tukang Buruh Wiraswasta Jumlah Sumber: Kantor Desa Morosi, 2016
Jumlah Jiwa 115 33 1 3 10 15 177
Persentase % 64,97 18,64 0,56 1,69 5,64 8,47 100,00
Tabel 4, menunjukkan bahwa jumlah kepala keluarga Desa Morosi yang paling banyak memiliki mata pencaharian yaitu, sebagai Petani yang berjumlah 115 jiwa atau 64,97% dari keseluruhan kepala keluarga yang ada di Desa Morosi. A.4 Sarana dan Prasarana Desa Sarana dan prasarana sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi disuatu wilayah akan mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Sebab
dengan adanya sarana dan prasarana tersebut akan mendukung kelancaran aktifitas sosial ekonomi masyarakat.
Desa Morosi
telah memiliki beberapa
sarana dan prasarana yang mendukung percepatan pembangunan sosial ekonomi masyarakat. Untuk lebih jelasnya keadaan sarana dan prasarana yang ada di Desa Morosi dapat diuraikan pada Tabel 4.
36
Tabel 4.Keadaan Sarana dan Prasarana Sosial Ekonomi Desa Morosi Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe Morosi Tahun 2016. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11.
Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit) Kantor Desa 1 Gedung SLTP 1 Gedung SD 1 Gedung TK 1 Masjid 1 Polindes/Poskesdes 1 Posyandu 1 Poskamling 1 Jembatan 1 Gedung TPQ 1 Sanggar PKK 1 Jumlah 11 Sumber : Data Sekunder (Profil Desa Morosi,2016)
Keterangan Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Pada Tabel 4. Menunjukkan bahwa sarana dan prasaran Desa Morosi dalam keadaan baik dan sudah cukup memadai. Rata-rata di Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe memiliki 1 Kantor Desa,1 Gedung SLTP,1 Gedung SD,1 Gedung TK,1 Masjid dll. B. Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian ini dilakukan di Desa Morosi Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe. Pada penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah tambak ikan bandeng yaitu, melihat besarnya pendapatan petani tambak tambak ikan bandeng dan melihat perbandingan pendapatan petani tambak ikan bandeng setelah menjual lahan tambaknya ke PT.Virtue Dragon Nickel Industri. B.1. Identitas Responden Karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan pengalaman berusahatani.
37
Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai identitas responden yang diteliti, maka diuraikan berdasarkan bagian-bagian berikut: B.1.1. Umur Umur responden akan mempengaruhi kemampuan fisik bekerja dan cara berpikir. Petani tambak muda yang sehat mempunyai kemampuan fisik untuk bekerja dari pada petani tambak tua, petani tambak muda juga umumnya lebih cepat menerima hal baru dari pada petani tambak yang berusia lanjut, karena mereka lebih berani menanggung resiko, dan juga karena mereka masih kurang memiliki pengalaman sehingga petani tambak muda harus lebih dinamis supaya mendapat pengalaman baru lebih cepat untuk pembangunan usahataninya. Sebaliknya petani tambak yang relatif tua memiliki kapasitas pengelolaan yang lebih baik dan matang karena memiliki banyak pengalaman. Oleh karena itu, umur merupakan suatu variabel yang sangat menentukan pola pikir dan kemampuan fisik seorang petani tambak dalam mengelola usahataninya (Tuwo, 2011). Tabel 5. Distribusi Petani tambak Responden Berdasarkan Golongan Umur di Desa Morosi, Tahun 2016. Kategori Responden No 1 2
Golongan Umur (Tahun) Produktif (15-54)1 Non Produktif (>54) 1 Jumlah 1
Petani Tambak Persentase Jumlah (%) 1 8,33 11 91,64 12 100,00
Karyawan PT.VDNI Persentase Jumlah (%) 12 100 0 0 12 100
Tabel 5, menunjukkan bahwa terdapat 1 responden petani ikan bandeng atau 8,33% berada pada usia produktif dan 11 responden atau 91,64% berada
38
pada usia non produktif.Hal ini berarti bahwa kemampuan fisik dan kemampuan berpikir petani di desa morosi dalam kondisi tidak produktif. Tidak Produktifnya umur responden yang berada di lokasi sangat mempengaruhi prestasi kerja dalam hal ini kemampuan fisik,pengalaman dan cara berpikir dalam memecahkan masalah dalam memecahkan masalah terkait dengan kegiatan sehari hari. Oleh karena itu,masyarakat yang memiliki keterbatasan dalam kemampuan fisik maka seharusnya pihak-pihat yang bersangkutan memberikan lapangan pekerjaan sesuai dengan kemampuan baik secara fisik ataupun psikis. Sehingga dapat diharapkan petani tambak memperoleh penghidupan yang layak dan berkelanjutan.Sedangkan untuk karyawan persuahaan terdapat 12 responden atau 100% produktif menurut karyawan PT.VDNI Kegiatan pertambangan hanya berdasarkan syarat tenaga kerja produktif karena membutuhkan tenaga kerja yang kuat untuk keberlanjutan produksi pabrik smelter. B.1.2. Tingkat Pendidikan Pendidikan umumnya mempengaruhi cara berpikir petani tambak. Pendidikan yang tinggi dengan umur yang relatif masih muda akan menyebabkan petani tambak lebih dinamis. Pendidikan dapat diperoleh dari sumber informal, misalnya dari kursus-kursus atau penyuluhan, selain pendidikan formal. Jika petani tambak memiliki kemampuan membaca maka diharapkan petani tambak akan dapat membaca berbagai tulisan yang berhubungan dengan usahatani, misalnya teknologi baru, perubahan harga dan cara pemasaran yang lebih efisien. Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan formal yang pernah diikuti oleh petani tambak responden. Data yang diperoleh dari hasil
39
penelitian menunjukkan bahwa petani tambak responden di desa Morosi cukup bervariasi, mulai dari tamat Sekolah Dasar (SD), sampai dengan S1. Mengenai keadaan pendidikan formal yang pernah diikuti oleh petani tambak responden di Desa Morosi dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Tingkat Pendidikan Petani tambak Responden di Desa MorosiKecamatan Morosi, Tahun 2016. Kategori Responden Tingkat No Pendidikan 1 2 3 4
Tamat SD/Sederajat Tamat SMP/Sederajat Tamat SMA/Sederajat Tidak Sekolah Jumlah
Petani Tambak Persentase Jumlah (%) 8 66,67 2 16,67 1 8,33 1 8,33 12 100,00
Karyawan PT.VDNI Persentase Jumlah (%) 9 75 3 25 12 100
Tabel 6, menunjukkan bahwa petani tambak responden di Desa Morosi Kecamatan Morosi pada umumnya telah menempuh pendidikan formal, baik pendidikan dasar, menengah bawah,dan menengah atas. Dengan hasil presentase petani tambak responden yang pernah mengikuti pendidikan formal sebanyak 8 responden (66,67%) yang sekolah dasar/tamat SD/Sederajat dan pendidikan menengah tingkat SMP/Sederajat sebanyak 2 responden dengan persentase (16,67%), tingkat SMA/sederajat sebanyak 1 responden (8,33%) dan tingkat tidak Sekolah sebanyak 1 responden(8,33%).Sedangkan karyawan di Desa morosi yang menempuh pendidikan formal sebanyak 9 respondeen (75%) yang sekolah dasar/tamat SD atau sederajat dan pendidikan menengah tinggi SMP/Sederajat sebanyak 3 orang responden atau (25%)
40
Berdasarkan penelitian di Desa Morosi maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan pembudidaya ikan bandeng masih rendah, tetapi hal itu tidak mempengaruhi cara kinerja para pembudidaya ikan bandeng karena semua tingkat pendidikan responden mempunyai cara pengolahan tambak ikan bandeng yang sama. B.1.3. Jumlah Tanggungan Keluarga Anggota keluarga dapat merupakan jaminan dalam penyediaan tenaga kerja yang turut membantu dalam mengelola usahataninya. Anggota keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kegiatan usahatani yang dilakukan seseorang, sebab selain merupakan sumber tenaga kerja juga sering pula melibatkan anggota keluarga dalam melakukan pengambilan keputusan sehingga keputusannya merupakan keputusan keluarga. Semakin besar jumlah tanggungan keluarga berarti semakin besar pula usaha yang dilakukan oleh seorang petani tambak
dalam membantu keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Tetapi jika anggota keluarga tersebut telah cukup produktif, maka pertambahan anggota keluarga akan mengurangi beban keluarga dalam mengatasi pemenuhan kebutuhan rumahtangga. Soeharjo dan Patong (1984) mengemukakan bahwa yang termasuk anggota keluarga kecil yaitu berkisar 2-4 orang sedangkan anggota keluarga >4 orang termasuk keluarga besar. Dari hasil penelitian diperoleh data mengenai jumlah anggota keluarga petani tambak responden berkisar antara 1-6 orang seperti pada Tabel 7.
41
Tabel 7. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tanggungan Keluarga Petani tambak Responden dalam Berusahatani Ikan Bandeng di Desa Morosi Kecamatan Morosi, Tahun 2016. Kategori Responden No
Jumlah Tanggungan Keluarga
1 2
2– 4 (kecil) >4 (besar) Jumlah
Petani Tambak Persentase Jumlah (%) 10 83,33 2 16,67 12 100,00
Karyawan PT.VDNI Persentase Jumlah (%) 10 83,33 2 16,67 12 100,00
Tabel 7, Menunjukkan bahwa rata-rata anggota keluarga responden petani tambak yang memiliki anggota keluarga 2-4 orang sebanyak 10 orang ( 83,33) dan yang mempunyai anggota keluarga >4 orang sebanyak 2 orang (16,67). Demikian juga rata-rata anggota keluarga karyawan yang memiliki anggota keluarga 2-4 orang sebanyak 10 orang(83,33) sedangkan anggota keluarga >4 orang sebanyak 2 orang sebanyak (16,67). Hal ini berarti sebagian besar petani tambak dan responden mempunyai jumlah anggota keluarga yang sedikit. Jumlah anggota keluarga dapat mempengaruhi produktivitas kerja petani tambak dalam melakukan usahataninya.
Jumlah anggota keluarga responden
mempunyai peran penting dalam melaksanakan tugasnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kondisi ini menggambarkan bahwa jumlah tanggungan
keluarga merupakan faktor produksi penting dalam produktifitas pertanian, terutama yang telah memasuki usia produktif yakni sebagai tenaga kerja, sehingga jumlah tanggungan keluarga responden dapat meningkatkan usahataninya. Berdasarkan hasil penelitian bahwa jumlah tanggungan keluarga masyarakat
Desa Morosi termaksud dalam kategori keluarga kecil, sehingga
42
pengeluaran petani tambak dari hasil yang didapatkan dari usaha tambak ikan bandeng juga lebih kecil. B.1.4. Pengalaman Berusahatani Pengalaman berusaha dapat mempengaruhi pola berpikir petani tambak dalam kegiatan yang mereka tekuni. tergantung dari
beberapa
Tinggi rendahnya pengalaman mereka
lama seseorang dalam melakukan kegiatan
berusahatani ikan bandeng yang dimaksud. Pengalaman berusahatani merupakan suatu proses pendidikan yang diperoleh diluar sekolah dan mempunyai arti penting bagi petani tambak tambak ikan bandeng dalam menekuni minat yang mereka lakukan serta dapat membawa perubahan bagi petani tambak tambak ikan bandeng
dalam mengelola usahataninya.
Semakin lama pengalaman dalam
kegiatan tersebut diharapkan petani tambak tambak ikan bandeng dapat belajar lebih banyak sehingga mampu menentukan pilihan atau alternatif
yang baik
dalam upaya ikut serta dalam membantu suami untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Nur (2005) bahwa pengalaman dalam berusahatani memegang peranan penting dalam upaya mengefisienkan faktor-faktor produksi yang akan digunakan wanita dalam kegiatan usahataninya.
Lamanya pengalaman dalam berusahatani
juga memberikan kemampuan pada petani tambak untuk dapat mengalokasikan input-input produksi secara baik sehingga dapat menghasilkan produksi yang optimal. Petani tambak tambak ikan bandeng di Desa Morosi Kecamatan Morosi telah menekuni kegiatan tahapan produksi ikan bandeng. Hal ini menggambarkan
43
bahwa semakin banyak pengalaman yang diperoleh petani tambak responden ketika berusahatani maka semakin baik pula petani tambak tambak ikan bandeng dalam mengelolah usahataninya. Dengan pengalaman yang cukup, petani tambak dapat meningkatkan hasil usahataninya karena semakin banyak pengalaman yang diperoleh maka semakin baik pula dalam mengelola usahataninya. Soeharjo dan Patong (2005) mengemukakan bahwa pengalaman berusahatani dikatakan cukup berpengalaman apabila telah menggeluti usahataninya selama 5-10 tahun, sedangkan sepuluh tahun keatas dikategorikan berpengalaman dan kurang dari 5 tahun dikategorikan kurang berpengalaman.
B.1.5.Alasan Petani Tambak Menjual Lahanya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis berdasarkan panduan kuisioner di lokasi penelitian menyatakan bahwa ada beberapa alasan petani tambak menjual lahanya ke perusahaan virtue yakni sbb: a. Kesejahteraan Petani Sebagai subyek pembangunan di mana pembangunan pada hakekatnya untuk memperbaiki kehidupan Petani, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan Petani secara menyeluruh. Dengan di adakan pembangunan smelter pemurnian nikel di desa morosi sektor pertambangan akan di kelola di dalam negeri secara menyeluruh berdasarkan peraturan pemerintah di industri pertambambangan dengan mengolah hasil tambang di dalam negeri dengan produksi setengah jadi atau barang jadi.
44
Kesejahteraan Petani di berbagai sektor akan berpengaruh bagi kesejahteraan masyarakat luas dan penting sebap proses kegiatatan pertambangan pabrik akan menciptakan lapangan pekerjaan yang sangat mendukung kehidupan sosial ekonomi Petani terutama di segi pendapatan manusia pada umumnya Ketersedian sektor pertambangan akan memberikan kontribusi kepada masyarakat umum karena pertambangan akan di kelola langsung di dalam negeri dan nilai tambah akan meningkat di sektor industri pertambangan. Oleh karena itu konsep dan definisi kesejahteraan menjadi penting untuk dipahami agar proses pembangunan lebih terarah sesuai dengan tujuannya. b. Kesempatan Kerja Kesempatan kerja merupakan hubungan antara angkatan kerja dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja.
Pertambahan angkatan kerja harus
diimbangi dengan investasi di bidang pertambangan terutama pendirian pabrik pemurnian nikel PT.VDNI yang dapat menciptakan kesempatan kerja. Dengan demikian, dapat menyerap pertambahan angkatan kerja. Banyak sedikitnya jumlah angkatan kerja tergantung komposisi jumlah penduduknya. Kenaikan jumlah penduduk terutama yang termasuk golongan usia kerja akan menghasilkan angkatan kerja yang banyak pula. Angkatan kerja yang banyak tersebut diharapkan akan mampu memacu meningkatkan kegiatan sosial ekonomi Pertambangan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Di industri Pertambangan Mining Enginering. Pada kenyataannya, jumlah penduduk yang banyak tidak selalu memberikan dampak yang positif terhadap kesejahteraan masyarakat Tergantung pada ketersedian daerah tersebut dengan
45
mengimplementasikan Perusahaan yang berinvestasi di bidang Mining Enginering terutama pembentukan Pabrik PT.VDNI Di Morosi. Dengan terbukanya pertambangan di Desa Morosi, Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang bermukim di wilayah perusahaan tersebut, ini dapat dirasakan secara langsung bahwa komitmen perusahaan untuk merekrut pekerja lokal telah dibuktikan oleh perusahaan itu sendiri, terbukanya lapangan pekerjaan di perusahaan tersebut sangat diharapkan bagi masyarakat setempat untuk mengurangi tingkat pengangguran di desa. Di samping itu juga berdasarkan wawancara dengan salah beberapa masyarakat yang bekerja sebagai karyawan di perusahaan tersebut menyatakan bahwa dengan terbukanya perusahaan pertambangan di desa tersebut, sangat memberikan peluang bagi masyarakat desa untuk berkompetisi dalam proses perekrutan sebagai karyawan di bidang material perusahaan. Sehingga tadinya kami hanya dapat bekerja di sawah, dan juga terkadang sebagai buruh tani tapi dengan terbukanya perusahaan tersebut kami mendapat pekerjaan baru dengan sistem dan mekanisme yang berbeda. c. Meningkatkan Pendapatan Petani Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis berdasarkan panduan kuisioner di lokasi penelitian menyatakan bahwa adanya perubahan tingkat pendapatan yang tidak terlalu signifikan yaitu menurunya pendapatan petani pemilik lahan tambak yang di pekerjakan di virtue yang dirasakan langsung oleh Petani sekitar yang bermukim dikawasan pertambangan tersebut.
46
Peningkatan pendapatan dapat dirasakan setelah tahap pembangunan telah selesai yang di rasakan langsung oleh Petani yang bekerja sebagai karyawan tambang dengan mendapatkan gaji yang memenuhi standar di Sektor pertambangan, Prospek pembangunan smelter ini merupakan keuntungan yang sangat besar dan secara langsung dapat dirasakan oleh Petani serta Pendapatan pemerintah desa maupun pemerintah daerah di sektor industri pertambangan yakni di bidang perindustrian. d. Mengurangi Pengangguran di Desa Masalah pengangguran tidak dapat terlepas dari perkembangan suatu wilayah, dengan tingkat pengangguran yang tinggi juga dapat berhubungan dengan tingginya kejahatan di desa, tetapi dengan masuknya perusahaan pertambangan di desa maka sedikit demi sedikit jumlah pengangguran dapat ditekan seminimal mungkin. Sehingga penurunan rasio pengangguran di desa akan berdampak kurangnya tingkat kejahatan disebabkan kehidupan secara ekonomis dari masyarakat tersebut telah mengalami perubahan setelah mereka mendapat pekerjaan yang layak. B.2 Proses Budidaya Ikan Bandeng di Desa Morosi Tehnik budidaya yang dilakukan petani tambak tambak di Desa Morosi masih cenderung mengikuti pola turun-temurun dan berdasarkan pengalaman pribadi maupun pengalaman petani tambak lain yang dianggap cukup berhasil dalam mengelola tambak.
Sebelum melakukan proses budidaya petani tambak
tambak melakukan pengeringan kemudian penggalian lumpur dari caren tambak pematang dengan menggunakan cangkul, proses ini merupakan kegiatan yang
47
membutukan tenaga kerja yang paling banyak di banding kegiatan lain dalam usahatani tambak ikan bandeng. Setelah penggalian lumpur selesai maka diadakan proses penggantian air secara berkesinambungan untuk mencuci sisa lumpur yang ada. Pemberantasan hama dengan menggunakan saponin merupakan tahap yang sering dilakukan petani tambak untuk membasmi ikan-ikan yang menjadi competitor bahkan predator bagi ikan bandeng setelah penebaran benih (nener). Penggantian air setelah peracunan selama mengandung racun dari dalam tambak. Pemupukan tambak ikan bandeng dilakukan 7-10 hari sebelum penebaran nener sangat perlu dilakukan untuk merangsang pertumbuhan berbagai mikroorganisme air dalam tambak seperti klekap, lumut dan planton yang nantinya menjadi pakan alami bagi ikan bandeng. Kendala yang dihadapi petani tambak dalam proses pemupukan ini adalah kurangnya modal dan biaya produksi yang harus dikeluarkan tidak sesuai dengan harga hasil produksi nantinya, sehingga petani tambak melakukan pemupukan tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan ,misalnya tambak seluas 1 Ha idealnya dipupuk dengan 4 sak atau 200 kg pupuk anorganik, tetapi petani tambak hanya mampu memupuk rata-rata 1-2 sak/Ha. Pemberian pakan ikan juga tidak dilakukan petani tambak karena mahalnya harga pakan ikan akibatnya ikan menjadi kerdil dan cenderung memperpanjang masa panen. Setelah pemupukan maka tambak diisi air selama seminggu kemudian nener ditebar, ketika penebaran nener telah selesai petani tambak hanya melakukan pengontrolan terhadap ketinggian air tambak dan mengganti air jika
48
dianggap perlu. Peracunan kembali dilakukan setelah 1-2 bulan setelah penebaran dengan predator dan competitor dalam tambak. Hal penting perlu diperhatikan dalam berusaha tani tambak selain pembudidayan adalah mengenai proses penangkapan /panen mengingat bahwa hasil tambak yang cepat busuk seperti ikan, dalam proses penangkapan alat tangkap yang digunakan sangat berperan dalam menentukan kualitas produksi. Pemanenan bandeng dilakukan setelah pemeliharaan 6-12 bulan, dalam proses pemanenan petani tambak tambak ikan bandeng menggunakan berbagai macam alat tangkap dan cara penangkapan. Alat tangkap yang sering digunakan adalah jaring untuk memudahkan penangkapan maka terlebih dahulu tambak dikeringkan, bahkan sebagian petani tambak menggunakan racun saponin. B.3 Karakteristik Usahatani Tambak Ikan Bandeng B.3.1. Luas Tambak
Luas tambak budidaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah luas wilayah dibagian permukaan air tawar yang digunakan sebagai tambak pembudidayaan ikan bandeng.
Luas tambak budidaya mempunyai kaitan yang
erat dengan input lainnya, dengan demikian semakin luas tambak budidaya yang akan digunakan maka akan semakin besar pula input yang diberikan. Luas tambak yang dimiliki responden dapat dilihat pada Tabel 8.
49
Tabel 8. Luas Tambak Petani tambak Tambak Ikan Bandeng, di Desa Morosi, Tahun 2016. Luas Tambak (Ha) 1. 2-4 (Tambak Luas) Jumlah Sumber : Data Primer Setelah Diolah No
Jumlah Responden (orang) 12 12
Persentase (%) 100 100
Tabel 10, menunjukkan bahwa petani tambak 12 responden mengelola tambak di atas 2 hektar > 2 ha (tambak luas). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tambak yang di kelola oleh petani tambak responden di kategorikan kedalam luas tambak yang tergolong (tambak luas). 100%. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hernanto (1991) bahwa ada tiga golongan petani tambak berdasarkan luas tambak yang digunakannya, yakni luas tambak sempit (< 0,5 ha), luas tambak sedang (0,5 – 2 ha) dan luas tambak luas (> 2 ha). Luasnya tambak yang digunakan oleh petani tambak maka akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya produksi yang akan dicapai oleh masing-masing petani tambak responden. B.3.2. Jumlah Benih
Benih merupakan sarana produksi yang mutlak diperlukan dalam berusahatani dan salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya produksi yang akan dihasilkan dalam usaha budidaya ikan bandeng. Jumlah benih yang digunakan responden dapat mempengaruhi produksi yang dihasilkan, dengan asumsi bahwa kualitas benih yang baik dan perlakuan dalam pemeliharaan. Padat penebaran benih pada petani tambak tambak ikan bandeng di Desa Morosi Kecamatan Morosi berkisar antara 4.000 sampai 5.000 ekor tiap
50
hektarnya, hal ini disesuaikan dengan modal yang dimiliki serta luas tambak yang dimiliki pembudidaya. Adapun jumlah penggunaan benih serta presentase dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Jumlah Penggunaan Benih Petani tambak Tambak Ikan Bandeng di Desa Morosi, Tahun 2016 Penggunaan Benih/nener (Ekor/Ha) 1. 4.000 – 4.500 2. 4.501 – 5.000 3. Jumlah Sumber : Data Primer Setelah Diolah No
Jumlah Responden (orang) 5 7 12
Persentase (%) 41,67 58,33 100,00
Tabel 9, menunjukkan bahwa jumlah penggunaan benih oleh petani tambak tambak ikan bandeng untuk padat penebaran 4.000 – 4.500 berjumlah 5 responden (41,67%) dan kisaran 4.501 – 5.000 ekor/ha diperoleh 7 responden (58,33%), dengan rata-rata 4.791,ekor/ha (Lihat lampiran 5). Tinggi rendahnya penggunan bibit tergantung oleh luas tambak dan intensitas modal yang dimiliki petani tambak. Bagi petani tambak yang memiliki luas tambak dan modal memadai untuk pengadaan bibit maka jumlah benih yang digunakan lebih banyak dibandingkan petani tambak yang memiliki modal dan tambak yang sempit.
B.3.3. Jumlah Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam pengelolaan usaha tambak ikan bandeng.
Hal ini di sebabkan karena
tenaga kerja merupakan penentu dan pengelola faktor-faktor produksi lainnya
51
yang terlibat dalam keberhasilan usahatani responden.
Rata-rata penggunaan
tenaga kerja responden dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10.Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga Petani Tambak Untuk Persiapan Lahan di Desa Morosi, Tahun 2016.
Uraian
Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja (HKP/Ha) Tenaga Kerja Tenaga Keluarga Kerja Sewa
Persiapan Lahan 7,92 2,50 Pemupukan 1,58 Penebaran Benih/Nener Pemeliharaan 22,25 (Pemberian Pakan) Pengontrolan Air dan 13,25 penyakit 5,00 Panen 52,5 Jumlah Sumber : Data Primer Setelah Diolah
Total Rata-Rata (Hkp/Ha)
7,58
14,83
-
2,50 1,58
-
22,25
-
13,25
7,25
5,00
59.41
Tabel 10, menunjukkan tenaga kerja yang digunakan oleh petani tambak responden dalam usaha tambak ikan bandeng terdiri atas tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja Sewa, penggunaan tenaga kerja keluarga digunakan dalam kegiatan persiapan tambak pemupupukan, penebaran benih, (pemeliharan pemberian pakan), pengontrolan air dan penyakit dan pemanenan. Tabel 10, menunjukkan bahwa rata-rata penggunaan tenaga kerja Keluarga pada usaha tambak ikan bandeng satu kali produksi di Desa Morosi (Lihat lampiran 6).
52
B.3.4. Produksi Setiap petani tambak selalu berusaha agar usahatani yang dikelolanya dapat memberikan hasil yang maksimal, sehingga mampu memenuhi kebutuhan keluarganya. Keberhasilan petani tambak dalam berusahatani merupakan hasil kerjasama dari faktor-faktor produksi,tinggi rendahnya produksi yang diperoleh tergantung dari kemampuan petani tambak dalam menggunakan faktor-faktor produksi seefisien mungkin. Produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil akhir dari usahatani tambak ikan bandeng yang dinyatakan dalam satuan Kg/ha. Jumlah produksi pada petani tambak tambak ikan bandeng di Desa Morosi Kecamatan Morosi berkisar antara 400 sampai 800 kg/ha. Adapun jumlah produksi serta presentase dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Jumlah Produksi yang diperoleh Petani tambak Tambak Ikan Bandeng di Desa Morosi, Tahun 2016 Produksi (Kg/Ha) 1. Rendah (1.000 – 2.000) 2. Sedang (2.001 - 4.000) 3. Tinggi (4.001 - 6.000) Jumlah Sumber : Data Primer Setelah Diolah No
Jumlah Responden (orang) 10` 2 0 12
Persentase (%) 83,33 16,67 0 100,00
Tabel 11, menunjukkan bahwa dari 12 responden yang diteliti terdapat 10 responden (83,33 %) dengan jumlah produksi yang diperoleh petani tambak tambak ikan bandeng sebesar 1000 sampai 2000 kg/ha, 2 responden atau (16,67%) antara 2001sampai 4000 kg/ha.
Sedangkan jumlah produksi rata-rata petani
tambak responden sebesar 2.042 kg/ha (lihat lampiran 7).
53
Besarnya jumlah produksi dari masing-masing petani tambak yang bervariasi, disebabkan karena rata-rata jumlah faktor produksi yang digunakan pada usahatani bervariasi pula. Bervariasinya jumlah produksi yang diperoleh petani tambak responden disebabkan oleh perbedaan jumlah penggunaan modal, luas tambak maupun jumlah bibit yang dibudidayakan. Petani tambak responden yang mampu mengolah tambak lebih luas maka produksi yang diperoleh lebih banyak, luas tambak budidaya senantiasa ditunjang dengan pemilikan modal yang lebih besar, semakin luas tambak yang dibudidayakan maka pengorbanan untuk membeli input berupa bibit, pupuk, pakan, peptisida dan biaya tenaga kerja lebih besar pula. Jumlah produksi itu sendiri terjadi akibat penggunaan input yang tidak efisien (benih ikan yang ditebar tidak sesuai dengan kapasitas tambaknya) hal ini, disebabkan
karena keterbatasan modal yang dimiliki pembudidaya untuk
membeli benih, dan biaya lainnya, serta perbedaan perlakuan setiap pembudidaya dalam membudidayakan ikannya. B.3.5. Harga Jual Harga jual berpengaruh terhadap pendapatan. Semakin tinggi harga jual maka pendapatan yang di peroleh akan semakin meningkat. Harga jual yang di peroleh petani tambak tambak ikan bandeng di Desa Morosi Kecamatan Morosi berkisar antara Rp 7.000 sampai Rp 11.000 perkilo gram. Adapun harga jual serta presentase dapat dilihat pada Tabel 12.
54
Tabel 12. Harga Jual Ikan Bandeng Ikan Bandeng Di Desa Morosi Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe, Tahun 2016. Harga jual (Rp/Kg) 1. 7.000 – 9.000 2. 9.100 – 11.000 3. 11.100 – 13.000 Jumlah Sumber : Data Primer Setelah Diolah No
Jumlah Responden (orang) 3 6 3 12
Persentase (%) 25 50 25 100
Tabel 12, menunjukkan bahwa dari 12 responden yang diteliti terdapat 3 responden (25 %) dengan harga jual Rp 7.000 sampai Rp 9.000 perkilogram, untuk harga jual Rp 9.100 sampai Rp 11.000 sebanyak 6 responden atau (25 %) dan harga jual Rp11.100 sampai Rp 13.000 Sebanyak 3 responden. Dengan harga jual rata-rata sebesar Rp 9.833 perkilo gram (Lihat lampiran 7). B.3.6. Penerimaan Penerimaan adalah jumlah produksi dikali dengan harga yang berlaku. Besar kecilnya penerimaan dari suatu usahatani dipengaruhi oleh jumlah produksi yang diperoleh petani tambak. Dengan demikian, jika produksi dan harga tinggi maka penerimaan yang diperoleh petani tambak akan lebih besar dan sebaliknya jika produksi dan harga rendah, maka penerimaan yang diperoleh petani tambak akan rendah pula. Penerimaan yang diterima oleh petani tambak di Desa Morosi Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe Rp 241.000.000 yang merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi dan harga yang diperoleh petani tambak berkisar Rp 7.000 sampai Rp 11.000 perkilo gram. Rata-rata penerimaan yang diperoleh
55
petani tambak responden di Desa Morosi Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe sebesar 20.083.333/ha.Lihat lampiran 7). B.3.7. Biaya Produksi Biaya produksi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu keseluruhan nilai korbanan yang dikeluarkan petani tambak selama satu tahun dalam proses produksi tambak ikan bandeng. Biaya produksi yang dikeluarkan petani tambak responden dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Rata-rata Biaya Produksi Petani tambak Tambak Ikan Bandeng di Desa Morosi, Tahun 2016. No Uraian 1. Biaya Tetap 2. Biaya Variabel 3. Biaya Total Sumber : Data Primer Setelah Diolah
Rata-rata (Rp/Ha) 5.842.000 15.840.000 21.682.000
Tabel 13, menunjukkan bahwa besarnya biaya produksi yang dikeluarkan responden petani tambak tambak ikan bandeng di Desa Morosi rata-rata biaya produksi sebesar Rp 21.682.000 per satu kali produksi. Adapun biaya yang dikeluarkan oleh petani tambak responden dalam usaha tambak ikan bandeng meliputi biaya tetap yaitu pajak tambak, alat pertanian, penyusutan alat dan biaya variabel yaitu biaya untuk benih, pupuk, pakan, pestisida,dan biaya lain-lain (pembuatan pintu air), biaya persiapan tambak tambak. Biaya yang dikeluarkan petani tambak responden dipengaruhi oleh luas tambak yang dikelola, semakin luas tambak yang dimiliki oleh petani tambak maka biaya yang dikeluarkan semakin besar. Biaya produksi yang dikeluarkan petani tambak responden untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada (Lampiran 8).
56
B.3.8 Pendapatan Petani Tambak Pendapatan responden merupakan selisih antara penerimaan dengan semua biaya yang dikeluarkan petani tambak responden. Besar kecilnya pendapatan yang diterima petani tambak responden tergantung dari besar kecilnya penerimaan yang diperoleh petani tambak. Besar kecilnya pendapatan yang diterima merupakan ukuran keberhasilan usahatani yang dikelola petani tambak. Gambaran tentang pendapatan yang diperoleh petani tambak responden dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Rata-Rata Pendapatan Petani tambak Tambak Ikan Bandeng di Desa Morosi, Tahun 2016. No Uraian Jumlah (Rp/ha) 1. Penerimaan 241.000.000 2. Biaya Variabel 15.840.000 Tetap 5.842.000 Biaya Total 21.682.000 3. Pendapatan (1-2) 219.318.000 Sumber : Data Primer Setelah Diolah Tabel 14, menunjukkan bahwa pendapatan yang di peroleh responden petani tambak tambak ikan bandeng sebesar Rp 219.318.000. Sedangkan rata-rata Pendapatan petani tambak ikan bandeng Rp 18.276.500 perhektar. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada (lampiran 9). Besar kecilnya Pendapatan yang di terima petani tambak tambak ikan bandeng setiap panen dapat dipengaruhi oleh luas tambak, jumlah produksi dan harga jual. Pendapatan yang diterima petani tambak tentunya telah dikurangi dengan semua biaya yang digunakan pada saat proses produksi. Biaya-biaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah biaya variabel, yaitu biaya yang dikeluarkan
57
untuk pengadaan bibit, pupuk, pakan, pestisida, tenaga kerja sedangkan biaya tetap yaitu biaya pembuatan pintu air tambak, pengadaan peralatan dalam usaha budidaya ikan bandeng dan pembayaran pajak tambak. B.3.9.Pendapatan Kariawan PT.VDNI. Pendapatan merupakan salah satu indikator untuk mengukur kesejahteraan seseorang atau masyarakat, sehingga pendapatan ini mencerminkan kemajuan ekonomi suatu masyarakat. Menurut Sukirno dalam Lumintang (2013), pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan maupun tahunan. Rata-rata pendapatan kariawan PT.VDNI dalam 6 bulan Rp 12.600.000 Lihat ( Lampiran 10). B.3.10. Analisis Perbedaan Pendapatan Berdasarkan hasil uji statistika dengan uji-t, diperoleh nilai t hitung (= 0,092) kurang dari (<)1.710 t
Tabel
= pada taraf kepercayaan 95% (∝ = 0,05). Dengan
demikian, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara pendapatan petani tambak dengan Karyawan PT.VDNI. c.
Jika t hitung ≤ t Tabel, maka H0 diterima dan H1 tidak diterima.
d.
Jika t hitung ≥ t Tabel, maka H0 tidak diterima dan H1 diterima. ∝ = 0,05 (Sudjana, 1992).
Dimana: 3.
H0 diterima dan H1 tidak diterima: tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan Petambak dengan Karyawan PT.VDNI.
4.
H1 diterima dan H0 tidak diterima: terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan Petambak dengan Karyawan PT.VDNI. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran 11.
58
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian makan dapat di simpulkan bahwa: 1. Rata-rata pendapatan yang diterima petani tambak ikan bandeng sebelum menjual lahanya dalam satu kali produksi selama enam bulan adalah sebesar Rp 18.276.500 perhektar dan rata-rata pendapatan petani tambak setelah menjual lahanya dan menjadi karyawan PT.VDNI dalam enam bulan adalah sebesar Rp 12.600.000. 2. Hasil analisis Perbandingan pendapatan untuk Mengetahui Pendapatan Petani Sebelum dan Setelah Menjual Lahan Tambaknya Ke PT.VDNI mengalami penurunan, yaitu t- hitung = 0,0091 Tetapi tidak Signifikan. B. Saran 1.
Bagi petani yang menjual lahan tambaknya yang beralih mata pencaharian di
liat dari pendapatan menurun di harapkan kepada pihak-pihak yang terkait agar memberikan bantuan berupa material atau memberikan upah yang sesuai sehingga petani yang beralih mata pencaharian tidak mengalami kerugian. 2.
Bagi perusahaan agar menambahkan upah gaji kariawan menjadi 3.050.000
per bulan sehingga petani tambak yang beralih mata pencaharian tidak mengalami kerugian sehingga kebutuhan petani tambak dapat terpenuhi sehingga kesejateraan petani tambak dapat meningkat. 3.
Bagi peneliti Selanjutnya, dijadikan sebagai reverensi
penelitian selanjutnya.
untuk melakukan
59
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. 2015. Bahan Tambang Nikel Pengolahan dan Pemanfaatan Dalam Industri.Universitas Gajah Madah.Yogyakarta. Arsyat. 2004. Pengantar Perencanaan Edisi Kedua. Yogyakarta.
Pembangunan
Ekonomi
Daerah
Badan Pusat Statistik (BPS). 2014. Kabupaten Konawe Dalam Angka.Sulawesi Tenggara. Djajadiningrat. 2007. Arti dari Sektor Pertambangan dan Pemurnian Industri Nikel. Jakarta. Gunadi. 2006. Dampak Kegiatan Penambangan yang dilakukan PT.Inducement Tunggal Prakarsa, Tbk Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat (Studi Kasus di Desa Lutut Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor).Bogor. Herlina. 2005. Analisis Pendapatan Pembuat Gula Aren di Desa Oensuli Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna.Muna. Jero, W. 2012.Arti dan Pengertian Pembangunan Smelter. Jakarta . Jibran. 2002. Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usaha Kacang Panjang (Studi Kasus di Desa Alebo Kecamatan Konda Kabupaten Kendari). Fakultas pertanian Universitas Haluoleo. Kendari. Kurtubi. 2012 Pakar Energi Pertambangan. Kediri.Lombok Barat. Kajian Supley Damand Mineral.Pusat Data Dan Informasi Energi Dan Sumber Daya Mineral. 2012. Kementrian Energi Dan sumber Daya Mineral 2012. Jakarta. Lutwhil. 2010. Kajian Rencan Pembangunan fasilitas Pengolahan Dan Pemurnian Nikel Di Propinsi Sulawesi Tenggara.Kendari. Murtidjo, B. A,.2002. Budidaya dan Pembenihan Bandeng Kanisius.Jakarta. Nwalieji, H. U. dan Z. Chen. 2016. Comparative Profit Analysis of Rice Production Enterprise among Farmers in Anambra and Ebonyi States, Nigeria. Asian Journal of Agricultural Extension, Economics & Sociology, Vol. 8, No. 3, Hal. 1-11. Nwike M. C., dan Ugwumba C. O. A. 2015. Profitability of Rice Production in Aguata Agricultural Zone of Anambra State Nigeria: A Profit Function
60
Approach. American Journal of Agricultural Science, Vol. 2, No. 2, Hal. 24-28. Padangaran, A.M. 2013. Analisis Kuantitatif Pembiayaan Perusahaan Pertanian. IPB Press. Bogor. Pertiwi. 2011. Dampak Keberadaan Perusahaan Pertambangan Batubara Terhadap Aspek Ekologi, Sosialdan Ekonomi Masyarakat di Era Otonomi Daerah (Studi Kasus: Kelurahan Sempaja Utara,Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda) Skripsis. : IPB.Bogor. Rahardja, Prathama dan Manurung, Mandala. 2010. Teori Ekonomi Mikro; Suatu Pengantar. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta Ruswandi, 2005. pengertian kesejahteraan manusia.jakarta. Rizal S. 2013 Analisis Dampak Kebijakan Pertambangan Terhadap Kehidupan Padangaran, A.M. 2013. Analisis Kuantitatif Pembiayaan Perusahaan Pertanian. IPB Press. Bogor. Suriana M. 2011 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Tambak Ikan Bandeng di Desa Tobi Meita Kecamatan Motui Kabupaten Konawe Utara. Fakultas pertanian Universitas Haluoleo, Kendari. Suto. 2004. Buku Ajar Ilmu Usahatani. Fakultas Pertanian. Universitas Halu Oleo. Kendari. Sukirno, 2002. Teori Mikro Ekonomi. Cetakan Keempat Belas. Rajawali. Press: Jakarta. Triandaru, Sigit dan Totok Budi Santoso. Sariba, 2008 Dampak Comporate Sosial Responsibiliti ( CSR ) PT. ANTAM Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka.Universitas Halu Oleo.Kendari. Sukirno, 2006. Mikro Ekonomi. Edisi ke tiga. Grafindo Persada.Jakarta. Sulton, 2011 Dampak &ktivitas pertambangan bahan galian Golongan C Terhadap Kondisi Kehidupan Masyarakat Desa (Analisis Sosiol Ekonomi dan Sosiol Ekologi Masyarakat Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Sudjana. 1992. Metode Statistika. Tarsijo. Bandung. Soeharjo, A. dan Patong, D. 1984. Sendi-Sendi Pokok Ilmu Usahatani. Bina Aksara. Jakarta.
61
Sariwahyuni, 2012. Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang PT.Incosoro wako Dengan Bahan Organik , Bakteri Pelarut Fosfat Dan Bakteri Pereduksi Nikel. Akademi Teknik Industri Makassar.Makassar. Soekartawi., 2005. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT Rajagrapindo Persada. Jakarta. Tuwo, Muhammad Akib. 2011. Ilmu Usahatani : Teori dan Aplikasinya Menuju Sukses. Unhalu Press. Kendari. Utami 2014 Tentang Analisis Investasi Di Bidang Pertambangan di PT.ANTAM Tbk Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.Surakarta
62
Lampiran 1. Riwayat Hidup
Penulis bernama Ritno Permana dilahirkan pada tanggal 26 November 1993 di Desa Tanomeha Kecamatan Kaledupa. Penulis merupakan anak Pertama dari empat bersaudara. Pasangan Ayahanda Sahadiran dan Ibu Ramiati.
Pada Tahun 2000 Penulis mengawali pendidikannya di SD Negeri 4 Tanomeha dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun yang sama Penulis melanjutkan Study di SMP Negeri 2 Kaledupa dan lulus pada tahun 2009, kemudian penulis melanjutkan study di SMA Negeri 2 Kaledupa pada Tahun 2009 dan lulus pada Tahun 2012. Pada tahun yang sama penulis diterima menjadi Mahasiswi Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian Jurusan Agribisnis Konsentrasi Sosial Ekonomi Pertambangan di Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo melalui jalur SLMPTN.
63
Lampiran 2. Kuisioner Penelitian ANALISIS PENDAPATAN USAHA BARU PEMILIK LAHAN TAMBAK DI SEKITAR PABRIK PT. VIRTUE DRAGON NICHEL INDUSTRI DI DESA MOROSI KECAMATAN MOROSI KABUPATEN KONAWE A. IdentitasResponden 1. Nama : 2. Umur : Tahun 3. PendidikanTerakhir : TS/SD/SMP/SMA/PerguruanTinggi 4. Jumlah Anggota Keluarga : Jiwa 5. Pengalaman Berusahatani : Tahun B. Karakter Usaha tambak ikan bandeng 1. Luas Lahan Yang Dimiliki No
Luas lahan (Ha)
Biaya pajak Lahan (Rp/Ha)
2. Produksi dan Harga jual No
Uraian
1.
Usaha tambak Ikan Bandeng
Jumlah Produksi (Kg)
Harga jual (Rp)
Total Penerimaan (Rp)
3. Biaya Produksi, dan jumlah penggunaan bibit,pupuk,pakan,pestisida I. No
Biaya variabel apa saja yang anda gunakan serta berapa nilainya ? Biaya variabel bibit/nener (ekor/Kg) Pupuk - Urea - Tsp Pakan Peptisida
Harga (Rp)
Jumlah (Kg)
Total
64
-
TenagaKerja Penggunaan Tenaga Kerja
No 1 2 3
TKK
TKS
Total (Hkp)
Biaya tenaga kerja (Rp)
Total Biaya tenaga kerja (Rp)
Persiapan lahan Pemupukan Penebaran bibit/nener Pemeliharaan (pemb.pakan) Pengontrolan air dan penyakit Panen
4 5 6 II.
BiayaTetap apa saja yang anda gunakan serta berapa nilainya?
No 1 2 3 4 5 6
Biaya tetap
Jumlah
Harga
Umur ekonomis
Penyusutan
Pacul Parang Jala/jaring Terpal Ember Keranjang
III.
Identitas Responden Petani Tambak Ikan Bandeng di Desa Morosi,Tahun 2016.
NoResp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jumlah Rata-Rata
Nama Responden
Umur (Tahun)
Pendidikan Terakhir
Jml Tangg. Keluarga (Jiwa)
Pengalaman Usahatani (Tahun)
65
C. Karakter pendapatan karyawan PT.VDNI Setelah menjual lahan tambaknya. I. Kalau pekerjaan bapak sebelum ada perusahaan PT. VDNI Dibandingkan dengan pekerjaan bapak sekarang maka mana yang lebih baik di lihat dari aspek berikut:( 1 =
Pekerjaan
sebelumnya lebih baik, 2 = Sama saja, 3 = Pekerjaan sekarang lebih baik) a.Tingkat pendapatan (1) (2) (3) b.Kestabilan pendapatan (1) (2) (3) c.Kenyamanan dan kepuasan kerja (1) (2) (3) d.Sesuai dengan keahlian dan minat (1) (2) (3) e.Ketersedian waktu ruang (1) (2) (3) II. Berapa biaya pengeluaran yang di gunakan dalam 1 bulan ? III. Pendapatan yang di peroleh dari alih mata pencaharian sekarang dalam 1 bulan?
No 1.
Pekerja
Hasil(Rp/Bulan)
Jumlah(Rp/Bulan)
Kariawan PT.VDNI
IV. Identitas Responden Karyawan PT. VDNI di Desa Morosi,Tahun 2016. NoResp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jumlah Rata-Rata
Nama Responden
Umur (Tahun)
Pendidikan Terakhir
Jml Tangg. Keluarga (Jiwa)
Pendapatan/ Bulan
66
Lampiran 3.Identitas Responden Petani Tambak di Desa Morosi Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe.
No Resp. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama Respenden Sungkowo Husaini muhammad ali maza Suparjo Sunardianto Alwais Sainuddin Dg.Ngawi Saleh Basian Hadat Syamsudin Abdullah Nilai Rata-Rata Nilai Maksimum Nilai Minimum
Umur 74 55 42 68 62 66 61 71 59 59 57 63 61,417 74 42
Pendidikan SD SD SD SD SD SD SMP SD SD SMA SMP TS
Jumlah Tangungan Keluarga (orang) 3 6 3 2 3 3 4 2 4 4 4 8 4 8 2
Pengalaman Berusaha (Tahun) 21 22 26 20 18 22 22 30 23 24 24 23 23 30 18
67
Lampiran 4. Identitas Responden Karyawan PT.VDNI Di Desa Morosi Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe. No Resp. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama Respenden Asep Permana Ahmad Adi Saputra Jasriadin Mujianto Rahmayanto Basir Samsul Dg Teppo Suwardi Ratino Lukman Nilai Rata-Rata Nilai Maksimum Nilai Minimum
Umur
Pendidikan
22 31 24 24 36 38 40 36 43 34 36 46 34 46 22
SD SD SD SD SD SMP SD SMP SD SD SD SMP
Jumlah Tangungan Keluarga 4 3 3 4 2 4 5 3 5 4 4 3 4 5 2
68
Lampiran 5. Luas Lahan Jumlah Penggunaan Bibit,Pupuk pada Usaha Tambak Ikan Badeng Petani Responden Persiklus di Desa Morosi Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe 2016 No Resp
Luas Lahan (Ha)
Benih (Ekor/Ha)
Harga (Rp/Ekor)
Biaya Benih (Rp)
Pupuk Urea (Kg/Ha)
Harga (Rp/Kg)
Biaya Urea (Rp)
Pupuk Tsp (Tsp/Kg)
Harga (Rp/Kg)
1
4
5.000
50
250.000
100
2.000
200.000
50
2100
105.000
2
2
5.000
50
250.000
150
2.000
300.000
50
2100
105.000
3
2
5.000
50
250.000
100
2.000
200.000
75
2100
157.500
4
2
4.500
50
225.000
150
2.000
300.000
50
2100
105.000
5
2
5.000
60
300.000
150
2.000
300.000
100
2100
210.000
6
3
5.000
50
250.000
100
2.000
200.000
50
2100
105.000
7
3
4.500
60
270.000
100
2.000
200.000
50
2100
105.000
8
2
5.000
50
250.000
150
2.000
300.000
75
2100
157.500
9
3
4.500
50
225.000
100
2.000
200.000
50
2100
105.000
10
2
5.000
60
300.000
100
2.000
200.000
50
2100
105.000
11
2
4.500
50
225.000
100
2.000
200.000
50
2100
105.000
12
3
4.500
50
225.000
150
2.000
300.000
50
2100
105.000
30
57.500
630
3.020.000
1.450
24.000
2.900.000
700
25.200
1.470.000
2,50
4.791
52,50
251.666
120
2.000
241.666
58
2.100
122.500
Jumlah Rata-Rata
Biaya Tsp(Kg)
69
Lampiran 6. Penggunaan Tenaga Kerja (Tenaga kerja keluarga) Untuk Setiap Jenis Kegiatan Petani Responden Usaha Tambak Ikan Bandeng (6 Bulan) Di Desa Morosi Kecamatan Morosi Kabupeten Konawe,Tahun 2016. Jenis Kegiatan No resp
Persiapan lahan
Pemupukan TKS
TKK
Pene.benih TKS
TKK
Pemeliharaan TKS
TKK
Pengont air Peny TKS
TKK
Panen TKS
Total HKP
TKS
TKK
1
TKK
5
6
3
1
20
15
5
55
2
8
8
2
1
23
13
6
61
3
8
10
2
2
24
14
4
64
4
7
7
3
2
22
15
4
60
5
7
8
4
1
23
13
5
61
6
6
6
1
2
24
12
6
57
7
10
8
2
2
25
13
6
66
8
8
8
2
1
20
15
4
58
9
5
6
3
1
23
12
6
56
10
10
8
3
2
23
12
5
63
11
8
10
3
2
20
13
4
60
12
9
10
2
2
20
12
5
60
Jumlah
91
95
30
19
267
159
60
721
Rata-rata
7,58
7,92
2,50
1,58
22,25
13,25
5,00
60,08
70
Lampiran 7.Produksi dan Harga Jual Usaha Tambak Ikan Bandeng di Desa Morosi Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe. No. Resp. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Rata-Rata Maximum Minimum
Nama Resp
Juml Produksi (Kg)
Harga Jual (Rp)
Penerimaan
Sungkowo Husaini Muh.Ali Maza Suparjo Ahmad Adi saputra Jasriadin Mujianto
2.000 1.500 1.000 2.000 2.000 3.000 2.500 2.000 2.500 1.500 1.500 3.000 2.042 3.000 1.000
7.000 10.000 10.000 12.000 7.000 10.000 12.000 10.000 12.000 10.000 10.000 8.000 9.833 12.000 7.000
14.000.000 15.000.000 10.000.000 24.000.000 14.000.000 30.000.000 30.000.000 20.000.000 30.000.000 15.000.000 15.000.000 24.000.000 20.083.333 30.000.000 10.000.000
Rahmayanto Basir Syamsudin Abdullah
71
Lampiran 8. Biaya Produksi Petani Tambak Ikan Bandeng Persiklus Di Desa Morosi Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe, Tahun 2016. Biaya variabel
Biaya tetap
Benih
Pupuk
Pakan
pestisida
Upah tenaga kerja
Biaya (Rp/ha)
Biaya (Rp/ha)
Biaya (Rp/ha)
Biaya (Rp/ha)
Biaya (Rp/ha)
1
200.000
350.000
70.000
35.000
2
250.000
360.000
70.000
3
250.000
380.000
4
200.000
5
Sewa eksa (Rp/jam)
Biaya Variabel Total (Rp/ha)
biaya pintu air (Rp)
pajak lahan (Rp/ha)
penyusutan alat (Rp)
Biaya Tetap Total (Rp/ha)
Total Biaya (Rp/ha)
130.000
500.000
1.285.000
300.000
100.000
143.500
543.500
1.828.500
35.000
120.000
500.000
1.335.000
250.000
50.000
163.500
463.500
1.798.500
70.000
35.000
140.000
500.000
1.375.000
300.000
50.000
128.500
478.500
1.853.500
370.000
70.000
35.000
120.000
500.000
1.295.000
250.000
50.000
123.500
423.500
1.718.500
250.000
350.000
70.000
35.000
120.000
500.000
1.325.000
300.000
50.000
143.500
493.500
1.818.500
6
200.000
350.000
70.000
35.000
100.000
500.000
1.255.000
250.000
75.000
168.500
493.500
1.748.500
7
250.000
370.000
70.000
35.000
120.000
500.000
1.345.000
250.000
75.000
183.500
508.500
1.853.500
8
250.000
380.000
70.000
35.000
130.000
500.000
1.365.000
300.000
50.000
143.500
493.500
1.858.500
9
200.000
390.000
70.000
35.000
140.000
500.000
1.335.000
300.000
75.000
123.500
498.500
1.833.500
10
250.000
360.000
70.000
35.000
120.000
500.000
1.335.000
250.000
50.000
188.500
488.500
1.823.500
11
200.000
360.000
70.000
35.000
100.000
500.000
1.265.000
250.000
75.000
123.500
448.500
1.713.500
12 Jumlah Rata-rata
250.000 2.750.000 229.167
350.000 4.370.000 364.167
70.000 840.000 70.000
35.000 420.000 35.000
120.000 1.460.000 121.667
500.000 6.000.000 500.000
1.325.000 15.840.000 1.320.000
250.000 3.250.000 270.833
75.000 775.000 64.583
183.500 1.817.000 151.417
508.500 5.842.000 486.833
1.833.500 21.682.000 1.806.833
No Resp
72
Lampiran 9. Pendapatan Petani Tambak Ikan Bandeng Di Desa Morosi Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe , Tahun 2016. No Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jumlah Rata-rata
Penerimaan (TR) (Rp/Ha) 14.000.000 15.000.000 10.000.000 24.000.000 14.000.000 30.000.000 30.000.000 20.000.000 30.000.000 15.000.000 15.000.000 24.000.000 241.000.000 20.083.333
Biaya Total (TC) (Rp/Ha) 1.828.500 1.798.500 1.853.500 1.718.500 1.818.500 1.748.500 1.853.500 1.858.500 1.833.500 1.823.500 1.713.500 1.833.500 21.682.000 1.806.833
Pendapatan (TR-TC) (Rp/Ha) 12.171.500 13.201.500 8.146.500 22.281.500 12.181.500 28.251.500 28.146.500 18.141.500 28.166.500 13.176.500 13.286.500 22.166.500 219.318.000 18.276.500
73
Lampiran 10. Karakter Pendapatan Karyawan PT.VDNI Setelah menjual lahan tambaknya di Desa Morosi Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe.
No Resp. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jumlah Rata-Rata
Nama Asep Permana Ahmad Adi Saputra Jasriadin Mujianto Rahmayanto Basir Samsul Dg.Teppo Suwardi Ratino Lukman
Umur (Tahun) 22 31 24 24 36 38 40 36 43 34 36 46 410 34
Pendidikan Terakhir SMP SD SD SMP SMA SD SD SD SMP SD SD SMP
Juml Tangg Keluarga 4 4 5 3 4 4 3 4 3 4 2 4 44 4
Pendapatan (Rp/Bulan) 2.100.000 2.100.000 2.100.000 2.100.000 2.100.000 2.100.000 2.100.000 2.100.000 2.100.000 2.100.000 2.100.000 2.100.000 25.200.000 2.100.000
Pendapatan (Rp/6 Bulan) 12.600.000 12.600.000 12.600.000 12.600.000 12.600.000 12.600.000 12.600.000 12.600.000 12.600.000 12.600.000 12.600.000 12.600.000 151.200.000 12.600.000
74
Lampiran 11. Analisis Perbedaan Pendapatan antara Petambak dengan Karyawan PT. VDNI di Desa Morosi Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe, Tahun 2016. Dik: =
= 12
= 219.318.000 ̅1 = 18.276.500
= 12 + 12 − 2 = 22
= 151.200.000 ̅2 = 12.600.000
∝ = 0,05
−ℎ
[ ̅ − ̅ ]
=
=
=
∑(
+ 1
1
− ̅1 )2
− 1
( 219.318.000 − 151.200.000) 12 − 1 =
4.640.061.924.000.000. 11− 8.293,280) (157.572,330
=
=
19 − 1
22.284.234.769 18
75
Lanjutan Lampiran 11. = 421.823.811.272.727 1
= =
=
421.823.811.272.727 11
= 38.347.619.206.612 =
∑(
2
2
− ̅ 2 )2
− 1
(18.276.500 − 12.600.000) 12 − 1
(157.572,330 − 8.293,280) 19 − 1 =
32.234.006.250.000 11
=
22.284.234.769 18
= 2.930.364.204.545 2
=
2.930.364.204.545
11
= 266.396.745.868
76
Lanjutan Lampiran 11.
−ℎ −ℎ
=
[ ̅ − ̅ ]
=
+
18.276.500 – 12.600.000
√38.347.619.206.612 + 266.396.745.868
−ℎ
=
5.676.500
√38.614.015.952.480
−ℎ
= −ℎ
5.676.500 6.214.017,69 = 0,091
77 Lampiran 12. Nilai Penyusutan Berbagai Peralatan Utama Petani tambak ikan bandeng Selama Satu kali Produksi berdasarkan Data Responden Di Desa Morosi Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe 2016 ( Jala dan Terpal). Jenis Alat Jala (1) No Resp.
Harga akhir (Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
250,000.00 250,000.00 250,000.00 250,000.00 250,000.00 250,000.00 250,000.00 250,000.00 250,000.00 250,000.00 250,000.00 250,000.00
Terpal size 4x6 (2)
Harga awal (Rp)
umur Ekonomis (tahun)
H.aw-H.ak
430,000.00 430,000.00 450,000.00 430,000.00 430,000.00 430,000.00 450,000.00 430,000.00 430,000.00 430,000.00 450,000.00 430,000.00
3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2
180,000.00 180,000.00 200,000.00 180,000.00 180,000.00 180,000.00 200,000.00 180,000.00 180,000.00 180,000.00 200,000.00 180,000.00
Biaya Penyusutan
Harga akhir
Harga awal
(Rp)
(Rp)
60000 60000 100000 90000 60000 60000 100000 60000 60000 60000 100000 90000
240,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00
H.aw-H.ak
(Rp)
Umur ekonomis (thn)
360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00
Biaya Penyusutan (Rp) 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000
78
Lanjutan Lampiran 12. Jenis Alat Parang No Resp.
Ember
Harga akhir (Rp)
Harga awal (Rp)
umur Ekonomis (tahun)
H.awH.ak
Biaya Penyusutan (Rp)
Harga akhir (Rp)
Harga awal (Rp)
Umur ekonomis (thn)
H.awH.ak
Biaya Penyusutan (Rp)
1
30.000
50.000
4
20.000
5.000
15.000
30.000
2
15.000
7.500
2
30.000
50.000
4
20.000
5.000
15.000
30.000
2
15.000
7.500
3
30.000
70.000
4
40.000
10.000
15.000
30.000
2
15.000
7.500
4
30.000
50.000
4
20.000
5.000
15.000
30.000
2
15.000
7.500
5
30.000
50.000
4
20.000
5.000
15.000
30.000
2
15.000
7.500
6
30.000
70.000
4
40.000
10.000
15.000
30.000
2
15.000
7.500
7
30.000
50.000
4
20.000
5.000
15.000
30.000
2
15.000
7.500
8
30.000
50.000
4
20.000
5.000
15.000
30.000
2
15.000
7.500
9
30.000
70.000
4
40.000
5.000
15.000
30.000
2
15.000
7.500
10
30.000
50.000
4
20.000
10.000
15.000
30.000
2
15.000
7.500
11 12 Jumlah Rata-rata
30.000 30.000 360.000 30.000
50.000 50.000 660.000 55.000
4 4 48 4
20.000 20.000 300.000 25.000
5.000 5.000 75.000 6.250
15.000 15.000 180.000 15.000
30.000 30.000 360.000 30.000
2 2 24 2
15.000 15.000 180.000 15.000
7.500 7.500 90.000 7.500
79
Lampiran 13. Titik Persentase Distribusi t (df = 1 – 40) Pr Df 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
0.25 0.50 1.00000 0.81650 0.76489 0.74070 0.72669 0.71756 0.71114 0.70639 0.70272 0.69981 0.69745 0.69548 0.69383 0.69242 0.69120 0.69013 0.68920 0.68836 0.68762 0.68695 0.68635 0.68581 0.68531 0.68485 0.68443 0.68404 0.68368 0.68335 0.68304
0.10 0.20 3.07768 1.88562 1.63774 1.53321 1.47588 1.43976 1.41492 1.39682 1.38303 1.37218 1.36343 1.35622 1.35017 1.34503 1.34061 1.33676 1.33338 1.33039 1.32773 1.32534 1.32319 1.32124 1.31946 1.31784 1.31635 1.31497 1.31370 1.31253 1.31143
0.05 0.10 6.31375 2.91999 2.35336 2.13185 2.01505 1.94318 1.89458 1.85955 1.83311 1.81246 1.79588 1.78229 1.77093 1.76131 1.75305 1.74588 1.73961 1.73406 1.72913 1.72472 1.72074 1.71714 1.71387 1.71088 1.70814 1.70562 1.70329 1.70113 1.69913
0.025 0.050 12.70620 4.30265 3.18245 2.77645 2.57058 2.44691 2.36462 2.30600 2.26216 2.22814 2.20099 2.17881 2.16037 2.14479 2.13145 2.11991 2.10982 2.10092 2.09302 2.08596 2.07961 2.07387 2.06866 2.06390 2.05954 2.05553 2.05183 2.04841 2.04523
0.01 0.02 31.82052 6.96456 4.54070 3.74695 3.36493 3.14267 2.99795 2.89646 2.82144 2.76377 2.71808 2.68100 2.65031 2.62449 2.60248 2.58349 2.56693 2.55238 2.53948 2.52798 2.51765 2.50832 2.49987 2.49216 2.48511 2.47863 2.47266 2.46714 2.46202
0.005 0.010 63.65674 9.92484 5.84091 4.60409 4.03214 3.70743 3.49948 3.35539 3.24984 3.16927 3.10581 3.05454 3.01228 2.97684 2.94671 2.92078 2.89823 2.87844 2.86093 2.84534 2.83136 2.81876 2.80734 2.79694 2.78744 2.77871 2.77068 2.76326 2.75639
0.001 0.002 318.30884 22.32712 10.21453 7.17318 5.89343 5.20763 4.78529 4.50079 4.29681 4.14370 4.02470 3.92963 3.85198 3.78739 3.73283 3.68615 3.64577 3.61048 3.57940 3.55181 3.52715 3.50499 3.48496 3.46678 3.45019 3.43500 3.42103 3.40816 3.39624
80
Sambungan Lampiran 13. 30 31 32 33 34 35 36 37 38 p39 40
0.68276 0.68249 0.68223 0.68200 0.68177 0.68156 0.68137 0.68118 0.68100 0.68083 0.68067
1.31042 1.30946 1.30857 1.30774 1.30695 1.30621 1.30551 1.30485 1.30423 1.30364 1.30308
1.69726 1.69552 1.69389 1.69236 1.69092 1.68957 1.68830 1.68709 1.68595 1.68488 1.68385
2.04227 2.03951 2.03693 2.03452 2.03224 2.03011 2.02809 2.02619 2.02439 2.02269 2.02108
2.45726 2.45282 2.44868 2.44479 2.44115 2.43772 2.43449 2.43145 2.42857 2.42584 2.42326
2.75000 2.74404 2.73848 2.73328 2.72839 2.72381 2.71948 2.71541 2.71156 2.70791 2.70446
3.38518 3.37490 3.36531 3.35634 3.34793 3.34005 3.33262 3.32563 3.31903 3.31279 3.30688
81
Lampiran 14.Dokumentasi Penelitan
Gambar 1
Gambar 2
82 Gambar 3
Lanjutan Lampiran 13.
Gambar 5.Wawancara dengan Petani Tambak.
Gambar 6.Wawancara dengan istri petani tambak