1
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, KEHUTANAN DAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN KONAWE SULAWESI TENGGARA
SKRIPSI
Oleh:
NUR TANI NIM. D1A1 12 002
JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO 2016
2
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, KEHUTANAN DAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN KONAWE SULAWESI TENGGARA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakutas Pertanian untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Jurusan Agribisnis
Oleh: NUR TANI NIM. D1A1 12 002
JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO 2016
3
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN PERGURUAN
SEBAGAI TINGGI
SKRIPSI ATAU
ATAU
KARYA
LEMBAGA
ILMIAH
MANAPUN.
PADA
APABILA
DIKEMUDIAN HARI TERBUKTI ATAU DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA SKRIPSI INI MERUPAKAN HASIL JIPLAKAN, MAKA SAYA BERSEDIA MENERIMA SANKSI SESUAI PERATURAN YANG BERLAKU.
Kendari, Juli 2016
NUR TANI D1A1 12 002
ii
4
HALAMAN PENGESAHAN
Judul
: Efektivitas Komunikasi Organisasi di Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara
Nama
: Nur Tani
NIM
: D1A1 12 002
Jurusan/Program studi
: Agribisnis
Minat
: Penyuluhan dan Pengembangan Masyarakat (PPM)
Menyetujui, Pembimbing I,
Hartina Batoa, SP., M.Si NIP. 19690520 200112 2 001
Pembimbing II,
Ima Astuty Ima Astuty Wunawarsih, Wunawarsih, SP., M.Si SP.,M.Si NIP. 19741227 200812 2 001
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo
Dr. Ir. M. Tufaila, M.P NIP. 19660705 199103 1 004 Tanggal Lulus : 19 Juli 2016
Plt. Ketua Jurusan/Program Studi Agribisnis
Abdul Gafaruddin, SP., M.Si. NIP. 19750814 200604 1 001
5
HALAMAN PERSETUJUAN PANITIA UJIAN
Judul
: Efektivitas Komunikasi Organisasi di Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara
Nama
: Nur Tani
NIM
: D1A1 12 002
Jurusan/Program studi
: Agribisnis
Minat
: Penyuluhan dan Pengembangan Masyarakat (PPM)
Telah diujikan di depan Tim Penguji Skripsi dan telah diperbaiki sesuai saransaran saat ujian
Kendari,
Juli 2016
Tim Penguji :
Ketua
: Munirwan Zani, SP., M.Si
Tanda Tangan :……………...
Sekretaris : Sukmawati Abdullah, SP., M.Si
Tanda Tangan :……………...
Anggota : Muhammad Aswar Limi, S.Pi., M.Si
Tanda Tangan :……………...
Anggota : Hartina Batoa, SP., M.Si
Tanda Tangan :……………....
Anggota : Ima Astuty Wunawarsih, SP., M.Si
Tanda Tangan :………………
6
ABSTRAK
Nur Tani (D1A1 12 002). Efektivitas komunikasi organisasi di BP4KKP Kabupaten Konawe. Dibawah bimbingan Hartina Batoa dan Ima Astuty Wunawarsih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas komunikasi organisasi penyuluh di BP4KKP Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2016. Populasi penelitian ini adalah seluruh penyuluh yang bekerja di BP4KKP Kabupaten Konawe yang berjumlah 181 penyuluh. Arikunto (2010) menyatakan bahwa apabila subjek penelitian kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya lebih besar atau sama dengan 100, dapat diambil sampel sebesar 10% - 15% atau 20% - 25%. Jadi, yang menjadi sampel dari penelitian ini adalah 15%, sehingga, 15% dari 181 adalah 27,15 dibulatkan menjadi 27 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode aksidental (convenience sampling), dimana peneliti memilih secara spontanitas atau siapa saja (orang dewasa) yang dianggap mewakili populasi dengan pertimbangan bahwa sampel yang dijadikan sebagai responden dapat mewakili informasi dari penyuluh lain (Rianse dan Abdi, 2012). Data dianalisis menggunakan analisis Interval I = j/k. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa komunikasi ke bawah dominan pada kategori Efektif yaitu sebesar (48,15%), yang terdiri dari: penyampaian intruksi kerja pimpinan kepada bawahan, penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan dilingkungan kerja oleh pimpinan kepada bawahan, dan pemberian tugas pimpinan kepada bawahan sesuai dengan bidangnya masing-masing. Sedangkan komunikasi ke atas dan komunikasi horizontal sama-sama berada pada kategori Kurang efektif dengan persentase secara berturut-turut adalah (48,14%) dan (51,85%). Kata Kunci: Efektivitas, Komunikasi Organisasi, BP4KKP.
iv
7
ABSTRACT Nur Tani (D1A1 12 002). The Effectiveness of Organizational Communication in BP4KKP Konawe. Under the supervision of Hartina Batoa and Ima Astuty Wunawarsih. This study aims to determine the effectiveness of organizational communication BP4KKP Konawe district Southeast Sulawesi. This study was conducted in May-June 2016. The study population was the whole extension that works in BP4KKP Konawe totaling 181 extension. Arikunto (2010) states that if the research subject is less than 100, better taken all that research was population research. But if the amount of the subject is greater than or equal to 100, it can be sampled at the rate of 10% - 15% or 20% - 25%. Thus, the sample of this study was 15%, so, 15% of 181 is 27.15 rounded to 27 people. Sampling was conducted using the method of accidental (convenience sampling), where researchers choose spontaneously or anyone (adult) who is considered representative of the population with the consideration that the sample was used as the respondent can represent information from extension other (Rianse and Abdi, 2012). Data were analyzed using analysis of Interval I = j / k. These results indicate that the downward communication Effective dominant category that is equal (48.15%), which consists of: the delivery of work instructions to subordinates leadership, submission of information regarding the work environment regulations by the leadership to subordinates, and providing leadership to the task subordinates in accordance with their respective fields. While the upward communication and horizontal communication both in the category less effective with percentages respectively were (48.14%) and (51.85%). Keywords: Effectiveness, Organizational Communication, BP4KKP
v
8
UCAPAN TERIMA KASIH
Bismillahirrahmaanirrahiim Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karuniah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian perkuliahan, penelitian serta penyusunan skripsi hingga dalam wujud sekarang ini. Shalawat serta salam senantiasa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu’ Alaihi Wasallam serta para keluarga dan sahabat beliau yang menjadi suri tauladan bagi seluruh ummat manusia. Ucapan terima kasih dengan bangga penulis persembahkan kepada kedua orang tua, Bapak La Tau dan Ibu Wa Ndoera yang telah membesarkan, menyayangi dan mencintai, mendukung, memotivasi, memfasilitasi, dan mengontrol serta senantiasa mendoakan penulis hingga dapat menyelesaikan studi penulis. Semoga Allah SWT membalas segala ketulusan yang telah diberikan. Bersamaan dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghormatan kepada pembimbing, yaitu Hartina Batoa S.P., M.Si dan Ima Astuty Wunawarsih S.P., M.Si yang telah dengan sabar, tekun, dan tulus dalam membimbing dan memotivasi dalam penyusunan skripsi penulis. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada: 1.
Rektor Universitas Halu Oleo, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, Pengelola Jurusan/Program Studi Agribisnis Universitas Halu Oleo beserta staf, Dosen di lingkungan Jurusan/Program Studi Agribisnis, yang
vi
9
telah memberikan kesempatan belajar bagi penulis, dan dukungan sarana dan prasarana dalam kelancaran proses kuliah. 2.
Dosen pengajar pada Jurusan/Program Studi Agribisnis yang telah berperan dalam proses pembelajaran dan pembentukan pola pikir penulis.
3.
Bapak Awaluddin Hamzah, S.P., M.Si selaku Penasehat Akademik pertama dan Ir. H. Saediman, M.Agr., Ph.D selaku Penasehat Akademik kedua selama penulis mengikuti pendidikan pada Fakultas Pertanian UHO.
4.
Seluruh dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan pada saat pelaksanaan seminar proposal sampai ujian skripsi.
5.
Pegawai administrasi Jurusan Agribisnis, Pegawai administrasi Fakultas Pertanian, Laboratorium dan Perpustakaan atas bantuan dan kelancaran urusan admnistrasi yang mendukung penulis dalam masa pendidikan.
6.
Seluruh staf yang bekerja di BP4KKP Kabupaten Konawe yang telah membantu, melayani dengan baik dan memberikan informasi selama peneliti melakukan kegiatan penelitian dilokasi.
7.
Kakak dan adik tercinta Awaludin Taera, Ahmad Pijon, Nurdiana S.E, Asri Joham, serta kakak ipar dan kemanakan Nur Ima, Risnawati, Wulandari Pratama, Yasyir, Syaban, dan Khalid atas kasih sayang, dukungan motivasi, doa dan inspirasinya.
8.
Nenek tercinta Wa Guuta selaku orang tua kedua penulis atas kasih sayang, motivasi, dukungan dan bantuan moriil dan material.
9.
Ishak S.Pd.I, beserta keluarga yang selalu setia mendukung, mendoakan, memotivasi, dan memberi semangat dalam penyelesaian studi.
vii
10
10. Sahabat seperjuangan penulis yang selalu ada disaat susah maupun senang yaitu: Mustika, Amrin Aksa, La Ode Abdul Asis Hasidu S.P., Dina Rachmayanti, Lukman Inta, dan La Bai S.,P terimakasih atas segala doa, bantuan dan pengorbanan kalian semoga Allah SWT membalas dengan ganjaran yang lebih baik. 11. Teman dan sahabat kuliah Agribisnis kelas A: Minartin, Waode Herlianti A, Israwati, Juhardin, Hasnawati Sarfan, Indri Sulfianatasari, Ika R. Martin, La Ode Dawid S.P., Wana Rukmana, Syamsiah, Riski Amaliah, All Munir, Risna, Ayu ansyari, Hardianti, Bayu Prasetyo Aji, Awal R. Hartono, Tafahudin, Abdul Hamid, Hardiman Arif, Rizal Endriansyah, Irma Sapta Pratiwi. Ifan, Armansyah, Mulianton, dan Maria T. Sariganan yang selalu mendukung, menyemangati, dan membantu dalam penyelesian studi. 12. Teman dan sahabat kuliah Agribisnis Angkatan 2012 terkhusus Agribisnis PPM Yaitu: Gede Suadnyana, Ahmad Sedy. P, Rudi Hartono, Syamsudin, LM Arjuna Ruslan. Trisnawati Baso, Derman, Dermawansa, Dian Parawansa, Reski, Novia Ningsih, Agus Ari Artanto, Worldianto Tiboyong, Pusrawati, WD. Nurliati, Usti, Asdar, Daud, LD. Halvin, Vadli, Kiki Puspita, Muh.Yakup S.P., Yusriadin S.P., La Yoreni dan lainnya yang tidak dapat penulis
sebutkan satu
persatu
yang telah
mendukung, membantu,
menyemangati dalam penyelesaian studi. 13. Teman dan Sahabat MAN Kota Baru Raha: Suwarno Rihad, LD. Bunga, Sitti Nurtaqwa (Alm), Marlia, WD. Musniatun, Husniati, Ruslan, Asdar, M.
viii
11
Syahir, Makruf, Dirlan, Maakili R, Rosmin, Rasnen dan Hafidzah atas dukungan, semangat, dan doa kalian semua. 14. Pengurus Mahasiswa Bidikmisi UHO, Asrama Ibnu Sina UHO dan temanteman mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi angkatan 2012 UHO. Penulis hanya bisa berdoa agar semua amal dan kebaikan yang telah diberikan dalam penyelesaian studi penulis diganjar dengan kebaikan yang lebih baik dari sisi Allah SWT. Amin. Penulis menyadari dalam skripsi yang disusun penulis masih memiliki kekurangan dan kelemahan sehingga bimbingan dan arahan sangat diharapkan oleh penulis. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pihak yang membutuhkan informasi dan ingin meningkatkan pemahamannya. Kendari, Juli 2016
Penulis
ix
12
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii ABSTRAK ......................................................................................................... iv ABSTRACT ........................................................................................................ v UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ vi DAFTAR ISI ..................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ....................................................................................... B. Rumusan Masalah .................................................................................. C. Tujuan dan Kegunaan .............................................................................
1 3 4
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Komunikasi ................................................................................ B. Konsep Komunikasi Organisasi .............................................................. B.1 Pengertian Komunikasi Organisasi .................................................. B.2 Proses Komunikasi Organisasi ......................................................... B.3 Sistem Komunikasi Organisasi ......................................................... C. Konsep Efektivitas .................................................................................. C.1 Efektivitas Komunikasi Organisasi .................................................. D. Konsep Penyuluh..................................................................................... E. Konsep Penyuluhan ................................................................................. F. Penelitian Terdahulu ............................................................................... G. Sejarah Terbentuknya Organisasi BP4KKP Kabupaten Konawe ........... H. Kerangka Pikir Penelitian........................................................................
5 6 6 9 12 14 16 19 20 21 25 30
III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................... B. Populasi dan Sampel .............................................................................. C. Jenis dan Sumber Data ........................................................................... D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... E. Variabel Penelitian ................................................................................. F. Analisis Data .......................................................................................... G. Definisi Operasional Variabel .................................................................
x
32 32 33 33 34 35 36
13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................................... A.1 Letak dan Keadaan Geografi ............................................................ A.2 Keadaan Iklim dan Topografi ........................................................... A.3 Luas Wilayah .................................................................................... A.4 Keadaan Penduduk ........................................................................... A.4.1 Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur ................................. A.4.2 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ........................... A.4.3 Keadaan Pertanian Kabupaten Konawe ........................................ A.4.4 Jumlah Penyuluh di Kabupaten Konawe ....................................... B. Identitas Responden ................................................................................ B.1 Keadaan Responden Menurut Umur ................................................ B.2 Tingkat Pendidikan Formal .............................................................. C. Efektivitas Komunikasi Organisasi BP4KKP Kabupaten Konawe ........
37 37 37 39 40 40 41 42 45 47 47 49 50
V. KESIMPULAN A. Kesimpulan.............................................................................................. 61 B. Saran ....................................................................................................... 61 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 63 LAMPIRAN ...................................................................................................... 66
xi
14
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Luas Wilayah Kabupaten Konawe ................................................................. 40 2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Kabupaten Konawe ............... 41 3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Konawe ....... 42 4. Luas Panen, Produksi, Produktivitas Tanaman Pangan Kabupaten Konawe 2014 ................................................................................................................ 43 5.
Luas Panen, Hasil Perhektar dan Produksi Sayur-Sayuran Menurut Jenis Tanaman di Kabupaten Konawe Tahun 2014 ................................................ 44
6. Jumlah Penyuluh di Kabupaten Konawe Tahun 2016 ................................... 46 7.
Distribusi Responden Penyuluh di BP4KKP Berdasarkan Golongan Umur di Kabupaten Konawe .................................................................................... 48
8.
Distribusi Responden Penyuluh di BP4KKP Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal di Kabupaten Konawe Tahun 2016 ................................................... 49
9.
Parameter Komunikasi Ke Bawah Dalam Organisasi BP4KKP Kabupaten Konawe 2016 ................................................................................................. 51
10. Parameter Komunikasi Ke Atas Dalam Organisasi BP4KKP Kabupaten Konawe 2016 ................................................................................................. 55 11. Parameter Komunikasi Ke Horizontal Dalam Organisasi BP4KKP Kabupaten Konawe 2016 ................................................................................................. 58
xii
15
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
Bagan Susunan Organisasi Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan Kehutanan dan Ketahanan Pangan (BP4KKP) Kabupaten Konawe ........... 28
2.
Kerangka Pikir Penelitian ............................................................................ 31
xiii
16
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
Riwayat Hidup Penulis ................................................................................... 67
2.
Kuisioner Penelitian ....................................................................................... 68
3.
Identitas Responden: Umur, Pendidikan Penyuluh di BP4KKP Kabupaten Konawe ......................................................................................................... 71
4.
Analisis Efektivitas Komunikasi ke Bawah ................................................... 72
5.
Analisis Efektivitas Komunikasi ke Atas ....................................................... 73
6.
Analisis Efektivitas Komunikasi Horizontal .................................................. 74
7.
Hasil Analisis Interval .................................................................................... 75
8.
Dokumentasi Penelitian .................................................................................. 76
xiv
1
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia dalam mempengaruhi tingkah laku manusia dalam suatu organisasi. Oleh sebab itu, komunikasi dapat digunakan sebagai penggerak suatu proses organisasi. Hal ini meliputi seluruh kegiatan yang dapat menghasilkan suatu alat kerja, dimana akan timbul saling pengertian serta kerjasama diantara anggota. Komunikasi antara atasan dan bawahan atau antara sesama bawahan sering memberikan dorongan semangat kerja pada masing-masing individu. Atasan memberikan dorongan, kepercayaan dan penghargaan kepada bawahannya akan dapat meningkatkan semangat kerjasama pada bawahan dalam bekerja, demikian pula komunikasi antara sesama bawahan yang efektif dan efisien dapat meningkatkan kerjasama dalam bekerja. Adanya keikhlasan dan kerelaan dalam berkomunikasi maka komunikasi yang dijalin kepada semua orang yang terlibat dalam organisasi dapat membentuk suasana kerja yang lebih baik. Ruben dalam Muhammad (2005) menyatakan bahwa, definisi komunikasi adalah suatu koordinasi rasioal untuk mencapai tujuan bersama melalui pembagian kegiatan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab. Schein dalam Muhammad (2005) juga menyatakan bahwa,organisasi memiliki karakteristik tertentu yaitu memiliki struktur,tujuan,saling berhubungan dan tergantung kepada komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam organisasi tersebut.
2
Komunikasi juga berfungsi untuk menghubungkan pemimpin (leader) organisasi dan pekerja (labour) organisasi dalam pencapaian tujuan bersama. Komunikasi antara pemimpin dan pekerja berjalan melalui pemberian dorongan, perintah, motivasi, dan semangat kerja antar semua objek organisasi. Melalui hal tersebut maka kegiatan organisasi yang berhubungan dengan target pencapaian dan kinerja organisasi akan berjalan dengan lancar. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa organisasi manapun tidak dapat dipisahkan dengan sistem komunikasi untuk mencapai tujuan dan kinerja suatu organisasi, tidak terkecuali dengan organisasi Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan, dan Ketahanan Pangan (BP4KKP). BP4KKP adalah sebuah institusi pemerintah yang berkewajiban dalam menangani penyuluhan dan ketahanan pangan dilingkup Pemerintah Daerah khususnya daerah kabupaten. Institusi ini mempunyai tugas pokok dan fungsi dalam melaksanakan kewenangan pada bidang ketahanan pangan dan penyuluhan, terutama dalam merumuskan kebijakan teknis, menyelenggarakan urusan pemerintah, pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang ketahanan pangan dan penyuluhan di kabupaten. BP4KKP tersebar di seluruh daerah provinsi, termasuk di
Provinsi
Sulawesi
Tenggara.
Jumlah
BP4KKP
yang
ada
di
Provinsi Sulawesi Tenggara kini berjumlah 14 cabang yang tersebar di beberapa kabupaten dan kota. Kabupaten Konawe merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara yang memiliki 1 Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan dan ketahanan pangan. BP4KKP Kabupaten Konawe memiliki 181
3
orang pegawai yang terdiri dari 146 penyuluh pertanian, 19 penyuluh perikanan dan penyuluh kehutanan berjumlah 16 orang. Upaya peningkatan keberhasilan kegiatan penyuluhan pertanian di BP4KKP diperlukan adanya kerjasama dan komunikasi yang baik antara semua penyuluh. Efektivitas organisasi berhubungan erat dengan komunikasi yang terjadi pada seluruh anggota organisasi khususnya organisasi Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan, dan Ketahanan Pangan (BP4KKP) di Kabupaten Konawe. Sehingga efektivitas komunikasi organisasi BP4KKP sangat perlu demi peningkatan kinerja penyuluh. Seperti fakta yang ada di lapangan Kabupaten Konawe dikenal sebagai lumbung beras di Provinsi Sulawesi Tenggara. Setengah produksi beras di provinsi ini berasal dari Kabupaten Konawe. Hal ini tentunya tidak terlepas dari peran punyuluh pertanian dalam mengembangkan usahatani di Kabupaten Konawe. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka perlu untuk melakukan penelitian mengenai efektivitas komunikasi organisasi di BP4KKP Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini yaitu Bagaimana Efektivitas Komunikasi Organisasi pada BP4KKP Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara?
4
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektivitas komunikasi organisasi penyuluh di BP4KKP Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi serta masukan yang bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu: 1.
Bagi BP4KKP, menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah yang terkait, dalam menambah kualitas efektivitas komunikasi yang baik sesama anggota organisasi.
2.
Bagi peneliti selanjutnya, Bagi peneliti selanjutnya sebagai salah satu bahan, wacana, dan kajian untuk menambah referensi bacaan dan menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang efektivitas komunikasi organisasi pada BP4KKP.
3.
Bagi pemerintah, diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dan informasi bagi pemerintah kabupaten konawe khususnya Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan, dan Ketahanan Pangan (BP4KKP).
5
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Komunikasi Devito, J .A dalam
Lubis dan Andriana (2005) menjelaskan bahwa
komunikasi adalah kegiatan yang dilakukan seseorang atau lebih dari kegiatan menyampaikan dan menerima pesan
komunikasi yang terganggu keributan,
dalam suatu konteks, bersama dengan beberapa efek yang timbul dari kesempatan arus balik. Komunikasi adalah proses pertukaran informasi atau proses yang menimbulkan dan meneruskan makna atau arti, berarti dalam komunikasi terjadi penambahan pengertian antara pemberi informasi dengan penerima informasi sehingga mendapatkan pengetahuan. Pengertian komunikasi dapat ditinjau dari dua sudut pandang Effendi, O.U (2000), yaitu: 1. Pengertian Komunikasi Secara Umum Komunikasi merupakan proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, himbauan dan sebagainya, yang dilakukan kepada orang lain baik langsung secara tatap muka maupun tidak langsung melalui media dengan tujuan mengubah sikap, pandangan, atau perilaku Effendi, O.U (2000). Setiap orang hidup dalam masyarakat, sejak bangun tidur sampai tidur lagi, secara kodrati senantiasa terlibat dalam komunikasi. Terjadinya komunikasi sebagai konsekuensi dari hubungan sosial dan interaksi sosial. Komunikasi dalam pengertian secara umum dapat dibagi dua segi yaitu, secara etimologis dan terminilogis. Secara etimologis, istilah komunikasi berasal
6
dari bahasa Latin communication, berasal dari kata communis, yang berarti sama makna. Jadi, komunikasi berlangsung apabila orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai sesuatu hal yang dikomunikasikan. Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. 2. Pengertian Komunikasi Secara Paradigmatis Dalam pengertian paradigmatis, komunikasi mengandung tujuan tertentu yang dilakukan secara lisan, tatap muka atau melalui media. Dalam hal ini, komunikasi besifat intensional, karena itu harus dilakukan dengan perencanaan. Mengenai pengertian komunikasi secara paradigmatis, banyak defenisi yang dikemukakan oleh para ahli, tetapi dari sekian banyak dapat disimpulkan secara lengkap dengan menampilkan makna yang hakiki, yaitu komunikasi merupakan proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat dan perilaku, baik langsung melalui lisan maupun tidak langsung melalui media Effendi (2000). B. Konsep Komunikasi Organisasi B.1 Pengertian Komunikasi Organisasi Pengertian komunikasi organisasi dari buku Deddy Mulyana menyatakan dalam komunikasi setidaknya terdapat tiga kerangka pemahaman mengenai komunikasi, yaitu: komunikasi sebagai tindakan satu arah, komunikasi sebagai interaksi, dan komunikasi sebagai transaksi. Penelitian ini, peneliti cenderung menggunakan kerangka komunikasi sebagai interaksi. Komunikasi sebagai interaksi menyertakan komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-
7
reaksi, yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan, baik verbal atau nonverbal, seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau menganggukan kepala, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respons atau umpan balik dari orang kedua, dan seterusnya. Jalaluddin Rackhmat pernah mengungkapkan bila orang-orang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan, sosio ekonomis, agama, dan ideologis cenderung saling menyukai dalam berkomunikasi. Selain itu dikatakan pula bahwa orang cenderung menyenangi orang-orang yang memiliki kemampuan lebih tinggi daripada dirinya atau lebih berhasil dalam kehidupannya. Katz dan Kahn dalam Furqon, C (2004) mengatakan bahwa, komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti dalam suatu organisasi. Menurut Monge dan Russel dalam Pace dan Faules (2006) komunikasi organisasi ialah proses mengumpulkan, memproses, menyimpan dan menyebarkan komunikasi yang memungkinkan organisasi berfungsi. Komunikasi organisasi didefinisikan sebagai petunjukkan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Definisi tersebut lebih menekankan pada aspek fungsional (objektif), sedangkan bila dilihat dari perspektif interpretatif (subjektif), komunikasi organisasi dipandang sebagai proses penciptaan makna atas interaksi yang merupakan organisasi. Komunikasi organisasi merupakan perilaku
8
pengorganisasian yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat dalam proses itu berinteraksi dan memberi makna atas apa yang terjadi (Pace dan Faules 2001). Komunikasi organisasi pada umumnya membahas tentang struktur dan fungsi
organisasi,
hubungan
antar
manusia,
komunikasi
dan
proses
pengorganisasian serta budaya organisasi. Menurut Tubbs dan Moss(1996), ciriciri dari komunikasi organisasional adalah faktor-faktor struktural dalam organisasi yang mengharuskan para anggotanya bertindak sesuai dengan peran yang diharapkan. Menurut pendekatan objektif, organisasi merupakan sesuatu yang bersifat fisik dan kongkret, dan merupakan sebuah struktur dengan batas-batas yang pasti, sesuatu yang stabil. Istilah “organisasi” mengisyaratkan bahwa sesuatu yang nyata merangkum orang-orang, hubungan-hubungan dan tujuan-tujuan. Pendekatan subjektif memandang organisasi sebagai kegiatan yang dilakukan orang-orang, terdiri dari tindakan-tindakan, interaksi dan transaksi yang melibatkan orang-orang. Organisasi diciptakan dan dipupuk melalui kontak-kontak yang terus menerus berubah yang dilakukan orang-orang antara yang satu dengan yang lainya dan tidak eksis secara terpisah dari orang-orang yang perilakunya membentuk organisasi tersebut. Berdasarkan pendekatan objektif, organisasi berarti struktur, sedangkan berdasarkan pandangan subjektif, organisasi berarti proses (mengorganisasi perilaku). Impilkasinya, menurut
pendekatan objektif, mempelajari organisasi adalah
mempelajari keseluruhan, bagaimana organisasi dapat beradaptasi dengan cara terbaik terhadap lingkungan untuk mengembangkan diri dan berlangsung hidup, sedangkan menurut pendekatan subjektif pengetahuan mengenai organisasi diakui tapi
9
tekanannya pada perilaku manusia dalam arti tidak independen dari tindakan-tindakan manusia. Kedua pendekatan tersebut, baik objektif maupun subjektif tidak hanya mempengaruhi cara pandang terhadap komunikasi organisasi, tapi juga dalam memahami aspek-aspek lainnya terkait dengan perilaku organisasi. B.2 Proses Komunikasi Organisasi Proses komunikasi adalah proses yang menggambarkan kegiatan komunikasi antar manusia yang bersifat interaktif, relasional dan transaksional tertentu dengan maksud dan tujuan tertentu. Proses komunikasi terdiri dari lima unsur yakni komunikator, pesan, perantara, penerima dan balikan Gibson, I (1993). 1. Komunikasi Formal Komunikasi formal adalah komunikasi yang terjadi diantara para anggota organisasi yang secara tegas direncanakan dan ditentukan dalam struktur organisasi formal. Komunikasi formal ini mencakup susunan tingkah laku organisasi, pembagian departemen atau tanggung jawab tertentu, posisi jabatan dan distribusi pekerjaan. Ada tiga bentuk arus komunikasi dalam jaringan komunikasi formal seperti yang tertera dalam struktur yakni: A. Downward communication (komunikasi ke bawah) Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari atas ke bawah. Komunikasi ke bawah biasanya diberikan oleh pimpinan kepada bawahan atau kepada para anggota organisasi dengan tujuan untuk memberikan pengertian mengenai apa yang harus dikerjakan oleh para anggota sesuai dengan kedudukannya. Pesan-pesan tersebut dapat dijalankan melalui kegiatan:
10
pengarahan, petunjuk, perintah, teguran, penghargaan dan keterangan umum. Komunikasi ke bawah juga dimaksudkan untuk merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi kekuatan dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan. Komunikasi ke bawah ini dapat diberikan secara lisan, tertulis dengan gambar atau simbol-simbol, dalam bentuk surat edaran, pengumuman atau buku-buku pedoman karyawan atau anggota. B. Upward communication (komunikasi ke atas) Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawah ke atas, yakni pesan yang disampaikan oleh para anggota organisasi atau bawahan kepada pimpinan. Komunikasi ini dimaksudkan untuk memberikan masukan, saran atau bahan-bahan yang diperlukan oleh pimpinan agar pimpinan dapat melaksanakan fungsi dengan sebaik-baiknya. Selain itu komunikasi ke atas ini juga menjadi saluran bagi para anggota atau karyawan untuk menyampaikan pikiran, perasaan yang berkaitan dengan tugas-tugasnya. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan: pemberian laporan, pemberian saran atau pendapat, baik secara lisan, tertulis atau dengan menggunakan symbol dan gambar. C. Horizontal communication (komunikasi horizontal) Komunikasi horizontal atau mendatar terjadi diantara orang-orang yang mempunyai kedudukan sederajat atau satu level. Pesan yang disampaikan biasanya berhubungan dengan tugas-tugas, tujuan kemanusiaan, saling memberi informasi, penyelesaian konflik dan koordinasi. Koordinasi diperlukan untuk mencegah tendensi-tendensi, selain itu juga dimaksudkan untuk memelihara
11
keharmonisan dalam organisasi. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara: rapatrapat komite, interaksi informal, memo dan nota. Menurut Pace dan Faules (2006) saluran komunikasi formal dan saluran komunikasi informal, komunikasi formal terdiri dari : a. Komunikasi ke bawah Komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah. Ada lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan yaitu: (1) informasi bagaimana melakukan suatu pekerjaan, (2) informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan, (3) informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi, (4) informasi mengenai kinerja pegawai dan (5) informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission). b. Komunikasi ke atas Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (penyelia). Komunikasi ke atas penting karena beberapa alasan yaitu: (1) Aliran informasi ke atas memberikan informasi berharga untuk pembuatan keputusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi dan mengawasi kegiatan orang-orang lainnya, (2) Komunikasi ke atas memberitahu penyelia kapan bawahan mereka siap menerima informasi dari mereka dan seberapa baik bawahan menerima apa yang dikatakan kepada mereka, (3) Komunikasi ke atas memungkinkan dan bahkan mendorong omelan dan keluh kesah muncul kepermukaan sehingga
12
penyelia tahu apa yang mengganggu mereka yang paling dekat dengan operasioperasi sebenarnya, (4) Komunikasi ke atas menumbuhkan apresiasi dan loyalitas kepada organisasi dengan memberi kesempatan kepada pegawai unutk mengajukan pertanyaan dan menyumbang gagasan dan sara-saran mengenai operasi organisasi, (5) Komunikasi ke atas mengizinkan peyelia untuk menentukan apakah bawahan memahami apa yang diharapkan dari aliran informasi kebawah, (6) Komunikasi ke atas membantu pegawai mengatasi pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dengan pekerjaan mereka dan organisasi. c. Komunikasi Horizontal Komunikasi horizontal terdiri dari penyampaian informasi diantara rekanrekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi individu-individu yang ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam organisasi dan mempunyai atasan yang sama. Tujuan komunikasi horizontal yaitu: untuk mengkoordinasikan penugasan kerja, berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan, kurangnya penghargaan bagi komunikasi ke atas yang dilakukan pegawai dan perasaan bahwa penyelia dan manager tidak dapat dihubungi dan tidak tanggap atas apa yang disampaikan pegawai. B.3 Sistem Komunikasi Organisasi Sistem komunikasi adalah sekelompok orang, pedoman dan media yang melakukan kegiatan mengelola, menyimpan, menuangkan ide, gagasan, simbol, lambang menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai suatu
13
kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi Nurdin (2008). Sistem komunikasi organisasi adalah interaksi antara faktor-faktor yang ada dalam organisasi, yaitu antara lain: iklim, kepuasan organisasi, kepuasan komunikasi, aliran informasi dalam organisasi, motivasi, jaringan komunikasi dalam organisasi, budaya organisasi, teknologi informasi dalam organisasi, gaya kepemimpinan dan konflik dalam organisasi. Pentingnya komunikasi dalam mempengaruhi sitem organisasi dinyatakan Likert menempatkannya sebagai variabel manajerial penting sebagai dasar penyusunan teori empat sistem yang dikembangkan. Menurut Likert dalam Pace dan Faules (2000) masing-masing sistem memiliki pola komunikasi yang berbeda-beda yaitu: 1. Sistem mutlak; interaksi atasan dan bawahan di dominasi atasan, semua keputusan berasal dari atas dan bentuk komunikasinya adalah instruksi dan perintah. 2. Sistem penguasa semi mutlak; bersifat otoriterian, komunikasi bersifat bebas dan terus terang. 3. Sistem penasihat; interaksi tingkat pribadi dan moderat, informasi berjalan baik ke atas maupun ke bawah, adanya kebebasan bawahan untuk mengambil keputusan dan pola komunikasinya bersifat konsultatif. 4. Sistem pengajak serta; interaksi tim, informasi berjalan ke segala arah, komunikasi di dasarkan kebebasan, keterbukaan, keterbukaan, keterusterangan dan hampir tanpa rasa takut akan hukuman.
14
C. Konsep Efektivitas Suatu gagasan tidak ada gunanya sebelum diteruskan dan dipahami oleh orang lain. Komunikasi dianggap sempurnah, jika itu terjadi dan diakui keberadaannya bila suatu pikiran atau ide (pesan) diteruskan sehingga gambaran mental yang dipersepsikan penerima, persis sama dengan yang dibayangkan oleh pengirim Robbins (2003). Demikian juga yang diungkapkan oleh Bovee & Thill (2003), bahwa komunikasi yang efektif terjadi jika individu mencapai pemahaman yang sama, merangsang pihak yang dituju (receiver) atau penerima melakukan tindakan, dan mendorong si penerima pesan untuk berpikir dengan cara yang baru. Bagaimanapun kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif menambah produktivitas, baik bagi individu maupun organisasi. Komunikasi yang efektif memerlukan persepsi, ketepatan, kredibilitas, pengendalian dan keserasian. Pedoman efektif untuk mengatasi hambatan dan memperbaiki keterampilan komunikasi Bovee & Thill (2003) yaitu: (1) memelihara iklim komunikasi terbuka, (2) bertekad memegang teguh etika berkomunikasi, (3) memahami kesulitan dalam komunikasi antar budaya, (4) menggunakan pendekatan komunikasi yang berpusat pada penerima, (5) menggunakan teknologi secara bijaksana dan bertanggung jawab untuk memperoleh dan berbagi informasi (6) menciptakan dan memproses pesan secara efektif dan efisien. Secara keseluruhan strategi komunikasi yang baik, dalam hal ini komunikasi organisasi tergatung pada pemikiran cermat mengenai tiga bagian yang biasa digunakan oleh Aristoteles yang menggambarkan komponen
15
komunikasi Argenti (1998) yaitu: organisasi itu sendiri, konstituennya dan pesanpesan serta citra. Mengukur efektivitas organisasi bukanlah suatu hal yang sangat sederhana, karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut pandang dan tergantung pada siapa yang menilai serta menginterpretasikannya. Dipandang dari sudut produktivitas, maka seorang manajer produksi memberikan pemahaman bahwa efektivitas berarti kualitas dan kuantitas (output) barang dan jasa. Tingkat efektivitas juga dapat diukur dengan membandingkan antara rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Namun, jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang diharapkan, maka hal itu dikatakan tidak efektif. Richard M. S. dalam Tangkilisan (2005), mengemukakan 5 (lima) kriteria dalam pengukuran efektivitas, yaitu: produktivitas, kemampuan adaptasi kerja, kemampuan berlaba dan pencarian sumber daya. Richard M. Strees dalam Tangkilisan (2005) mengemukakan mengenai ukuran efektivitas, sebagai berikut: 1.
Pencapaian tujuan, pencapaian adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan
harus dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan akhir semakin terjamin, diperlukan pentahapan baik dalam arti pentahapan pencapaian`bagian-bagian maupun pentahapan dalam
arti
periodisasinya.
Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa faktor, yaitu: kurun waktu dan sasaran yang merupakan target kongktit.
16
2. Integrasi, integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan consensus dan komunikasi dengan berbagai macam organisasi lainnya. Integrasi menyangkut proses sosialisasi. 3. Adaptasi, adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Untuk itu digunakan tolak ukur proses pengadaan dan pengisian tenaga kerja. C.1 Efektivitas Komunikasi Organisasi Efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang ditetapkan. Sigit Winarno dan Sujaya Ismaya (2007) mengungkapkan bahwa efektivitas adalah hubungan keluaran suatu
unit
kerja (pusat pertanggung jawaban) dengan sasaran yang hendak
dicapai. Semakin banyak kontribusi keluaran yang dihasilkan terhadap nilai pencapaian sasaran tersebut, semakin efektif unit kerja tersebut. Robbins, S. P. (1994) mengungkapkan beberapa pendekatan dalam efektivitas organisasi yaitu : 1. Pendekatan pencapaian tujuan (goal attainment approach). Pendekatan ini memandang bahwa keefektifan organisasi dapat dilihat dari pencapaian tujuannya (ends) daripada caranya (means). Kriteria pendekatan yang popular digunakan adalah memaksimalkan laba, memenangkan persaingan dan lain sebaginya. Metode manajemen yang terkait dengan pendekatan ini dekenal dengan Manajemen By Objectives (MBO) yaiutu falsafah manajemen yang menilai keefektifan organisasi dan anggotanya dengan cara menilai seberapa
17
jauh mereka mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. 2. Pendekatan sistem. Pendekatan ini menekankan bahwa untuk meningkatkan kelangsungan hidup organisasi, maka perlu diperhatikan adalah sumber daya manusianya, mempertahankan diri secara internal dan memperbaiki struktur organisasi dan pemanfaatan teknologi agar dapat berintegrasi dengan lingkungan yang darinya organisasi tersebut memerlukan dukungan terus menerus bagi kelangsungan hidupnya. 3. Pendekatan
konstituensi-strategis.
Pendekatan
ini
menekankan
pada
pemenuhan tuntutan konstituensi itu di dalam lingkungan yang darinya orang tersebut memerlukan dukungan yang terus menerus bagi kelangsungan hidupnya. 4. Pendekatan nilai-nilai bersaing. Pendekatan ini mencoba mempersatukan ke tiga pendekatan diatas, masing-masing didasarkan atas suatu kelompok nilai. Masing-masing didasarkan atas suatu kelompok nilai. Masing-masing nilai selanjutnya lebih disukai berdasarkan daur hidup di mana organisasi itu berada. Kemampuan komunikasi seseorang dalam organisasi diperlukan dalam setiap kondisi misalnya pada saat mempersiapkan sebuah presentasi bisnis, menyampaikan ide-ide atau gagasan dalam suatu rapat, negosiasi bisnis, melatih tim, membangun sebuah tim kerja, dan dalam setiap aktivitas organisasi. Melihat pentingnya komunikasi dalam organisasi, efektivitas komunikasi akan sangat menentukan kesuksesan organisasi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Griffith, 2002).
18
Menurut Suranto AW (2010), ada beberapa indikator komunikasi efektif yaitu : 1. Pemahaman, yakni kemampuan memahami pesan secara cermat sebagaimana dimaksudkan oleh komunikator. 2. Kesenangan,
yakni
apabila
proses
komunikasi
itu
selain
berhasil
menyampaikan informasi, juga dapat berlangsung dalam suasana yang menyenangkan kedua belah pihak. Sebenarnya tujuan berkomunikasi tidaklah sekedar transaksi pesan, akan tetapi dimaksudkan pula untuk saling interaksi secara menyenangkan untuk memupuk hubungan insani. 3. Pengaruh pada sikap. Komunikasi dikatakan mempengaruhi sikap, apabila seorang komunikan setelah menerima pesan kemudian sikapnya berubah sesuai dengan makna pesan itu. Tindakan mempengaruhi orang lain merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari di perkantoran. Dalam berbagai situasi kita berusaha mempengaruhi sikap orang lain dan berusaha agar orang lain bersikap positif sesuai keinginan kita. 4. Hubungan yang makin baik. Bahwa dalam proses komunikasi yang efektif secara
tidak
sengaja
meningkatkan
kadar
hubungan
interpersonal.
Di perkantoran, seringkali terjadi komunikasi dilakukan bukan untuk menyampaikan informasi atau hanya mempengaruhi sikap semata, tetapi kadang-kadang terdapat maksud implisit di sebaliknya, yakni untuk membina hubungan baik. 5. Tindakan. Kedua belak pihak yang berkomunikasi melakukan tindakan sesuai dengan pesan yang dikomunikasikan.
19
D. Konsep Penyuluh Penyuluh pertanian adalah orang yang memberikan dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berfikir dan cara hidupnya yang lama dengan cara yang baru melalui proses penyebaran informasi seperti pelatihan, kursus, kunjungan
yang berkaitan
dengan
perubahan
dan
perbaikan
cara-cara
berusahatani, usaha penigkatan produktivitas pendapatan petani serta perbaikan kesejahteraan keluarga petani atau masyarakat. Kualifikasi penyuluh tidak cukup hanya dengan memenuhi persyaratan keterampilan, sikap dan pengetahuan saja, tetapi keadaan atau latar belakang social budaya (bahasa, agama, kebiasaan-kabiasaan) seringkali justru lebih banyak menentukan keberhasilan penyuluh yang dilaksanakan. Karena itu penyuluh yang baik sejauh mungkin harus memiliki latar belakang sosial budaya yang sesuai dengan keadaan sosial budaya masyarakat sasarannya. hal-hal yang diperhatikan oleh penyuluh adalah : 1. Penyuluh harus aktif menyaring informasi yang diberikan atau diperoleh kliennya dari sumber-sumber yang lain, baik yang menyangkut kebijakan, produk, metoda, nilai, perilaku, dll. 2. Penyuluh perlu lebih memperhatikan informasi dari “dalam” baik yang berupa “kearifan tradisional’ maupun “endegenous technology”. 3. Penyuluh perlu lebih memperhatikan pentingnya informasi yang menyangkut hak-hak politik masyarakat, disamping inovasi teknologi, kebijakan, manajemen, dll. Mardikanto (1993).
20
Seorang penyuluh dapat membantu petani dalam usaha mereka menigkatkan produksi dan mutu hasil produksi guna meningkatkan kesejahteraan mereka. Penyuluh mempunyai banyak peran antara lain sebagai pembimbing petani, organisator, dinamisator, pelatih, teknisi, dan jembatan penghubung antara keluarga petani dan instansi penelitian dibidang pertanian Suhardiyono (1992). E. Konsep Penyuluhan Istilah penyuluhan atau extension telah digunakan pada pertengahan abad 19 oleh Universitas Oxford dan Cambridge. Istilah lain dalam bahasa Belanda yaitu voorlichting, dalam bahasa Jerman dikenal sebagai “beratung“, Perancis sebagai vulgarization dan Spanyol sebagai capacitation Mardikanto (2009). Pada awal kegiatannya penyuluhan pembangunan dikenal sebagai agricultural extension (penyuluhan pertanian), terutama di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Inggris dan Belanda. Disebabkan penggunaannya berkembang di bidangbidang lain, maka berubah namanya menjadi extension education, dan di beberapa negara lain disebut development communication (Slamet, 2003). Menurut Asngari (2003), bahwa penyuluhan adalah kegiatan mendidik orang (kegiatan pendidikan) dengan tujuan mengubah perilaku klien sesuai dengan yang direncanakan /dikehendaki yakni orang semakin modern. Ini merupakan usaha mengembangkan (memberdayakan) potensi individu klien agar lebih berdaya secara mandiri. Menurut A.W. Van den Ban dan Hawkins (1999) disebutkan
bahwa
penyuluhan
merupakan
keterlibatan
seseorang
untuk
melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar.
21
Penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan (Setiana, 2005). penyuluhan dapat dipandang sebagai suatu bentuk pendidikan untuk orang dewasa. Penyuluhan berdasarkan Undang-undang No. 16 Tahun 2006 Tentang Sistim Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K), menyebutkan bahwa penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi-informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkugan hidup. F. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu digunakan sebagai referensi dan sebagai pembanding antara penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakuan sebelumnya. Terdapat relatif banyak penelitian mengenai efektivitas komunikasi organisasi, namun penelitian ini lebih terfokus untuk mengukur efektivitas komunikasi organisasi yang dilakukan di BP4KKP Kabupaten Konawe. Berdasarkan penelitian deskriptif yang dilakukan oleh Isnaini (2010), yang mengangkat penelitian mengenai “Komunikasi Organisasi di Perpustakaan Perguruan Tinggi Studi Kasus pada Unit Pelaksanaan Teknis Perpustakaan
22
Perguruan Tinggi XY” menyimpulkan bahwa komunikasi organisasi yang terjalin dikalangan internal pengelola perpustakaan, yakni komunikasi antara atasan dan bawahan serta sesama rekan kerja belum maksimal, dengan kata lain belum sepenuhnya berlangsung sebagaimana mestinya. Komunikasi oraganisasi yang tidak berjalan dengan baik ini menimbulkan implikasi pada kinerja pengelola perpustakaan dalam mencapai visi misi organisasi di tempat mereka bekerja. Atasan belum bisa mengendalikan para bawahannya, atasan dan para bawahan belum termotivasi dalam melaksanakan pekerjannya, atasan hanya memberikan kebebasan untuk mengungkapkan perasaan emosional para bawahan, baik itu persoalan pribadi maupun persoalan organisasi, kurang terbukanya informasi yang disampaikan oleh atasan kepada bawahan sehingga para bawahan tidak dapat melaksanakan maksud dan tujuan informasi yang telah di sampaikan. Atasan belum dapat menunjukan hubungan yang baik dengan para bawahan dan menyebabkan kinerja organisasi perpustakaan menunjukan hubungan yang baik dengan para bawahan dan menyebabkan kinerja organisasi berjalan apa adanya. Budaya kerja organisasi perpustakaan menunjukan budaya kerja yang kurang baik, belum ada upaya maksimal yang dilakukan atasan untuk memperbaiki budaya kerja organisasi menjadi lebih baik lagi. Ansyar (2010), yang berjudul “ Efektivitas Komunikasi Organisasi di Kantor Pelayanan Administrasi Perizinan Kota Makasar”. Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektifitas komunikasi organisasidi kantor pelayanan administrasi perizinan Kota Makassar. Berdasarkan hasil penelitian
23
menunjukan bahwa efektivitas komunikasi organisasi pada Kantor Administrasi Perizinan Kota Makassar dalam mencapai tujuan organisasi masih belum efektif, hal ini disebabkan karena situasi/kondisi kantor yang padat dan atasan hanya sering menggunakan komunikasi formal dengan bawahan, kepuasan dalam menerima berita/informasi terkait dalam hal atasan belum cepat dalam mengatasi masalah bawahan dan seringnya pegawai menghilang pada jamkerja tanpa memberitahukan kepada pegawai lain, serta saluran media yang digunakan dalam berkomunikasi masih belum efektif ini dikarenakan masih kurangnya penggunaan media seperti mesin fotocopy dan belum maksimalnya penggunaan LAN dalam komunikasi antar pegawai. Sehingga dalam pertukaran informasi dalam organisasi dapat menghambat kinerja organisasi. Nurrohim dan Anatan (2009), yang berjudul “Efektivitas Komunikasi dalam Organisasi”. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektivitas komunikasi dalam organisasi. Berdasarkan hasil penelitian maka di peroleh kesimpulan yakni Komunikasi merupakan satu hal penting untuk menunjang kesuksesan organisasi baik dalam meningkatkan kinerja organisasi maupun adaptasi organisasi terhadap setiap perubahan lingkungan bisnis yang ada sehingga organisasi bisa tetap survive bahkan meraih keunggulan kompetitifnya. Melalui komunikasi yang baik antar individu dan pihak-pihak yang terlibat langsung dalam organisasi maupun diluar organisasi, organisasi dapat memperoleh informasi-informasi yang dibutuhkan. Pengembangan ini diperlukan peran aktif manajer maupun bawahan melalui aplikasi beberapa teknik yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.
24
Firdaus (2014), yang berjudul “Hubungan Komunikasi Organisasi dengan Efektivitas Kerja Pegawai di Sekretariat DPRD Provinsi Kalimantan Timur”. Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan komunikasi organisasi dengan efektivitas kerja pegawai di secretariat DPRD Provinsi Kalimantan Timur. Berdasarkan hasil penelitian maka di peroleh kesimpulan yakni Sekretariat DPRD Provinsi Kalimantan Timur memiliki komitmen untuk terus meningkatkan kinerja pegawainya. Upaya untuk meningkatkan efektifitas kerja telah dilakukan diantaranya menyesuaikan letar belakang pendidikan dengan bidang pekerjaannya, melakukan pengawasan terhadap kinerja pegawai, melakukan diklat atau pelatihan kerja. Alat ukur komunikasi organisasi ini disusun oleh peneliti menggunakan dimensi dari Goldhaber (Muhammad, A., 2004) yaitu supportiviness, partisipasi membuat keputusan, kepercayaan, keterbukaaan dan keterusterangan, dan tujuan berkinerja tinggi. Sampel pada penelitian ini sebanyak 62 pegawai yang terbagi setiap bidang pekerjaannya. Analisis hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara komunikasi organisasi terhadap efektivitas kerja pada pegawai di sekretariat DPRD Provinsi Kalimantan Timur dengan nilai signifikansi p = 0.000 kemudian komunikasi organisasi memberikan sumbangan efektif terhadap efektivitas kerja pada setiap pegawai sebanyak 54,9 persen dan terdapat aspekaspek lain yang mempengaruhi efektivitas kerja dengan melihat dua kriteria yaitu kriteria manfaat dan kriteria biaya. Berdasarkan beberapa penelitian di atas, terdapat relatif banyak penelitian yang mengkaji tentang efektifitas komunikasi organisasi, namun penelitian ini
25
mengambil objek penelitian yang berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitian ini mengambil objek penyuluh pertanian yang ada di BP4KKP di Kabupaten Konawe. Perbedaan selanjutnya juga terdapat pada metode yang digunakan. Metode penelitian ini mengukur tingkat efektifitas dengan menggunkan tiga kategori yaitu komunikasi ke bawah, komunikasi keatas, dan komunikasi horizontal. Kategori ini kemudian diukur dengan tiga parameter yaitu komunikasi efektif, kurang efektif dan sangat efektif. G. Sejarah Terbentuknya Organisasi BP4KKP Kabupaten Konawe Kabupaten Konawe awalnya memiliki badan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan (BP4K). Pada tahun 2013 pemerintah kabupaten konawe menggabungkan BP4K dengan ketahanan pangan yang berdasarkan atas peraturan daerah nomor 9 tahun 2013. Sehingga berubah menjadi Badan pelaksana penyuluhan pertanian, perikanan, kehutanan dan ketahanan pangan (BP4KKP). G.1 Kedudukan, Tugas dan Fungsi Berdasarkan peraturan daerah kabupaten konawe nomor 9 tahun 2013 kedudukan tugas dan fungsi BP4KKP yaitu: 1.
Kedudukan BP4KKP berdasarkan Pasal 3 bahwa: a.
Badan pelaksana penyuluhan pertanian, perikanan, kehutanan dan ketahanan pangan (BP4KKP) Kabupaten Konawe berkedudukan di Unaaha.
b.
Badan pelaksana penyuluhan pertanian, perikanan, kehutanan dan ketahanan pangan (BP4KKP) Kabupaten Konawe merupakan unsur
26
penunjang Pemerintah Daerah Kabupaten Konawe dipimpin oleh seorang Kepala setingkat Eselon II-B yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekertaris Daerah. 2.
Badan pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan dan Ketahanan Pangan (BP4KKP) Kabupaten Konawe berdasarkan pasal 4 mempunyai tugas: a. Menyusun kebijakan dan programa penyuluhan Kabupaten Konawe yang sejalan dengan kebijakan dan programa penyuluhan provinsi dan nasional. b. Melaksanakan penyuluhan dan mengembangkan mekanisme, tata kerja dan metode penyuluhan. c. Melaksanakan pengumpulan, pengolahan, pengemasan dan penyebaran materi penyuluha bagi pelaku utama dan pelaku usaha. d. Melaksanakan pembinaan pengembangan kerja sama, kemitraan, pengelolaan kelembagaan, ketenagaan, sarana dan prasarana, serta pembiayaan penyuluhan. e. Menumbuh kembangkan dan memfasilitasi kelembagaan dan forum kegiatan bagi pelaku utama dan pelaku usaha. f. Melaksanakan peningkatan kapasitas penyuluh PNS, swadaya dan swasta melalui proses pembelajaran secara berkelanjutan, dan g. Pengelolaan Kebijakan Ketahanan Pangan Daerah.
27
3.
Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 4, Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan dan Ketahanan Pangan (BP4KKP) Kabupaten Konawe berdasarkan pasal 4 mempunyai fungsi: a. Pengkoordinasian, perencanaan dan perumusan kebijakan yang tertuang dalam program dan programa penyuluhan kabupaten. b. Pengidentifikasian dan pengembangan informasi, teknologi dan metodologi penyuluhan. c. Pelaksanaan peningkatan dan pengembangan kapasitas Sumber daya manusia penyuluh dan petani-nelayan. d. Pemfasilitasian pengembangan kelembagaan dan forum petani-nelayan. e. Pengelolaan ketatausahaan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan dan Ketahanan Pangan (BP4KKP) Kabupaten Konawe. f. Pelaksana
Kebijakan,
monitoring,
penyelenggaraan kebijakan produksi
evaluasi pangan,
dan
pelaporan
cadangan pangan,
ketersediaan dankerawanan pangan, distribusi pangan, konsumsi serta keamanan pangan. g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati.
28 BAGAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, KEHUTANAN DAN KETAHANAN PANGAN (BP4KKP) KABUPATEN KONAWE
KEPALA BADAN
SEKRETARIAT JABATAN FUNGSIONAL
BIDANG INFORMASI TEKNOLOGI & METOLOGI
BIDANG PENGEMBANGAN SDM PENYULUH & PETANI
SUB. BIDANG PENGKAJIAN & PENERAPAN TEKNOLOGI & METOANDOLOGI PENYULUH
SUB. BIDANG PENGEMBANGAN SDM PENYULUH
SUB. BIDANG INNFORMASI & KOMUNIKASI
SUB. BIDANG PENGEMBANGAN SDM PETANI
SUB BAGIAN UMUM & KEPEGAWAIAN
SUB BAGIAN KEUANGAN
SUB BAGIAN PERLENGKAPAN
BIDANG PENGEMBANGAN PROGRAM & PROGRAMA
BIDANG PENGEMBANGAN PENYULUH & PETANI
BIDANG KETERSEDIAAN & DISTRIBUSI PANGAN
BIDANG KONSUMSI, KERAWANAN DAN KEAMANAN PANGAN
SUB. BIDANG PERENCANAA PROGRAM
SUB. BIDANG PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PENYULUH
SUB. BIDANG PEMANTAUAN PRODUKSI, ANALISIS HARGA & AKSES PANGAN
SUB. BIDANG KONSUMSI & PENGANEKARAGAMAN PANGAN
SUB. BIDANG PENGEMBANGAN PROGRAM
SUB. BIDANG PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PETANI
SUB. BIDANG ANALISIS DISTRIBUSI PANGAN & CADANGAN PANGAN
SUB. BIDANG REFERENSI PANGAN MASYARAKAT, KERAWANAN & KEAMANAN PANGAN
UPTD
29
Berikut penjelasan susunan organisasi BP4KKP Kabupaten Konawe yaitu: 1. Susunan Organisasi Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan dan Ketahanan Pangan (BP4KKP) Kabupaten Konawe teridiri dari: a. Kepala Badan b. Sekretaris 1. Sub bagian umum kepegawaian 2. Sub bagian keuangan 3. Sub bagian perlengkapan c. Bidang informasi, Teknologi dan Metodologi 1. Sub bidang informasi dan komunikasi 2. Sub bidang pengkajian dan penerapan teknologi dan metodologi penyuluhan d. Bidang pengembangan SDM penyuluh dan petani 1. Sub bidang pengembangan SDM penyuluh 2.
Sub bidang pengembangan SDM petani
e. Bidang Pengembangan Program dan Programa 1. Sub bidang perencanaan program 2. Sub bidang pengembangan programa f. Bidang Pengembangan Kelembagaan Penyuluh dan Petani 1. Sub bidang pengembangan kelembagaan penyuluh 2. Sub bidang pengembangan kelembagaan petani g. Bidang Ketersediaan dan Ditribusi Pangan
30
1. Sub.bidang pemantauan produksi, analisis harga dan akses pangan 2. Sub bidang analisis distribusi pangan dan cadangan pangan h. Bidang Konsumsi, Kerawanan dan Keamanan Pangan 1. Sub bidang konsumsi dan penganekaragaman pangan 2. Sub bidang referensi pangan masyarakat, kerawanan dan keamanan pangan. i. Kelompok Jabatan Fungsional H. Kerangka Pikir Penelitian Kerangka berpikir merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat disajikan dalam bentuk bagan, deskripsi kualitatif dan atau gabungan keduanya Hamid, A ( 2010). Organisasi pelaksana penyuluhan pertanian di Kabupaten Konawe berada pada dinas BP4KKP Kabupaten. Pembagian bidang pengembangan kelembagaan penyuluh dibagi atas penyuluh pertanian, penyuluh perikanan, dan penyuluh kehutanan. Penelitian ini bertolak dari pemikiran untuk mengetahui efektivitas komunikasi organisasi pada BP4KKP Kabupaten Konawe. Efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat tercapai. Pengertian efektivitas ini lebih berorientasi kepada keluaran sedangkan masalah penggunaan masukan kurang menjadi perhatian utama. Komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti dalam suatu organisasi. Saluran komunikasi organisasi terdiri dari komunikasi ke bawah,
31
komunikasi ke atas dan komunikasi horizontal. Secara sistematis kerangka pikir diatas dapat dilihat pada Gambar 2.
BP4KKP
PENGORGANISASIAN PENYULUHAN
Efektivitas Komunikasi Organisasi
Komunikasi ke bawah
Komunikasi ke atas
Komunikasi horizontal
Gambar 2. Kerangka Pikir Efektivitas Komunikasi Organisasi di BP4KKP Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara
32
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2016 di Kantor BP4KKP Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara. Lokasi penelitian ini dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa BP4KKP Kabupaten Konawe merupakan pusat dari kelembagaan penyuluhan tingkat kabupaten yang masih berjalan aktif. B. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian Arikunto (2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penyuluh di BP4KKP Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara. Berdasarkan data dari obsevasi awal bahwa jumlah anggota penyuluh yang bekerja di BP4KKP Kabupaten Konawe adalah sebanyak 181 orang. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti Arikunto (2010). Apabila subjek penelitian kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya lebih besar atau sama dengan 100, dapat diambil sampel sebesar 10% - 15% atau 20% 25%. Jadi, yang menjadi sampel dari penelitian ini adalah 15%, sehingga, 15% dari 181 adalah 27,15 dibulatkan menjadi 27 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara aksidental (convenience sampling), dimana peneliti memilih secara spontanitas atau siapa saja (orang dewasa) yang dianggap mewakili populasi dengan pertimbangan bahwa sampel
33
yang dijadikan sebagai responden dapat mewakili informasi dari penyuluh lain. (Rianse dan Abdi, 2012). C. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistim pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. a.
Data primer yaitu data yang secara langsung diperoleh dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya Marzuki (2000). Data ini diperoleh melalui wawancara kepada responden sesuai pedoman wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan. Data primer yang dimaksud adalah faktor internal di BP4KKP Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara.
b.
Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui pencatatan-pencatatan dan lembaga-lembaga pemerintah setempat atau instansi terkait, serta melalui studi kepustakaan. Data sekunder yang dimaksud adalah data gambaran umum penelitian dan data penujang penelitian ini.
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah: 1. Observasi yaitu teknik mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.
34
2. Wawancara Mendalam yaitu teknik mengumpulkan data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan objek penelitian untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan. 3. Pencatatan yaitu teknik mengumpulkan data dengan mencatat data yang sudah tersedia di kantor-kantor instansi yang ada kaitannya dengan penelitian ini. 4. Dokumentasi yaitu data yang dikumpulkan berupa gambar. E. Variabel Penelitian Variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu: 1. Efektivitas Komunikasi organisasi yang terdiri dari: a. Komunikasi ke bawah mengenai informasi: untuk melakukan suatu pekerjaan,dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan, kebijakan dan praktik-praktik organisasi, kinerja pegawai dan untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission). b. Komunikasi
ke
atas
mengenai
informasi:pembuatan
keputusan,
memberitahu penyelia kapan bawahan siap menerima informasi,meminta bawahan agar menceritakan segala keluhannya, menumbuhkan apresiasi dan loyalitas kepada organisasi mengenai operasi organisasi, dan membantu pegawai mengatasi pekerjaan. c. Komunikasi horizontal mengenai informasi: diantara rekan-rekan sejawat dalam unit kerja yang sama, koordinasi penugasan kerja, dan rencana serta kegiatan yang akan dilaksanakan.
35
F. Analisis Data Analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif melalui persentase tingkat efektifitas komunikasi yang dibagi menjadi tiga kelas atau kategori yaitu Efektif (E), Kurang Efektif (KE), dan Tidak Efektif (TE). Menurut Sugiyono (2010) dalam perhitungan efektivitas digunakan skor (skala Likert), apabila skor semakin besar dapat dikatakan bahwa komunikasi semakin efektif, demikian pula sebaliknya semakin kecil skor hasilnya menunjukkan komunikasi semakin tidak efektif. Sebelum penentuan persentase kategori efektifitas komunikasi, setiap parameter yang menjadi pertanyaan dari tiga variabel akan diberi nilai atau bobot jawaban yaitu: 1 = Tidak Efektif 2 = Kurang Efektif 3 = Efektif Setiap jawaban yang disampaikan oleh sampel penelitian akan menjadi dasar pembobotan. Selanjutnya, untuk mengetahui efektifitas komunikasi organisasi pada BP4KKP Kabupaten Konawe digunakan rumus interval sebagai berikut: I
(Sudjana, 2005)
Dimana: I = interval kelas j = selisih antar skor (skor tertinggi – skor terendah+1 ) k = banyak kelas
36
G. Konsep Operasional Konsep operasional, yaitu batasan dan ruang lingkup penelitian guna memudahkan pemahaman dalam menganalisa data yang berhubungan dengan penarikan kesimpulan dan hasil-hasil pengamatan variabel yang ada, dimana konsep operasional yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1.
Efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target BP4KKP Kabupaten Konawe dapat tercapai.
2.
Komunikasi organisasi ialah proses mengumpulkan, memproses, menyimpan dan
menyebarkan
komunikasi
oleh
BP4KKP
Kabupaten
Konawe.
Komunikasi yang dimaksud yaitu komunikasi antara pimpinan kepada bawahan, bawahan kepada pimpinan dan sesama bawahan. 3.
Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari pimpinan penyuluh BP4KKP Kabupaten Konawe kepada bawahan.
4.
Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawah ke atas, yakni pesan yang disampaikan oleh para penyuluh BP4KKP Kabupaten Konawe kepada pimpinan.
5.
Komunikasi horizontal atau mendatar adalah komunikasi yang terjalin diantara orang-orang yang mempunyai kedudukan sederajat atau satu level dalam hal ini sesama anggota penyuluh BP4KKP Kabupaten Konawe.
6.
BP4KKP Kabupaten Konawe atau badan pelaksana penyuluhan pertaniaan, perikanan, kehutanan dan ketahanan pangan adalah suatu lembaga yang berperan untuk memberikan pelatihan dan pengembangan usahatani di Kabupaten Konawe.
37
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian Gambaran umum penelitian digunakan untuk mendeskripsikan kondisi
sosial dan geografis Kabupaten Konawe. Adapaun gambaran umum lokasi penelitian ini dapat terlihat sebagai berikut: A.1 Letak dan Keadaan Geografis Kabupaten konawe adalah salah satu dari 13 Kabupaten dalam wilayah provinsi Sulawesi Tenggara dengan Ibukota Unaaha terletak 73 Km dari Kota Kendari. Secara geografis terletak dibagian Selatan Khatulistiwa, melintang dari Utara ke Selatan antara20.45’dan 40.15’ LS, membujur dari Barat ke Timur antara 121.15’ dan 123.30’ BT. Kabupaten Konawe memiliki batas- batas wilayah sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Konawe Utara b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan c. Sebelah Timur berbatasan Kota Kendari d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kolaka Timur & Kolaka A.2 Keadaan Iklim dan Topografi Kabupaten Konawe dikenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Keadaan musim banyak dipengaruhi oleh arus angin yang bertiup diatas wilayahnya. Pada bulan nofember sampai dengan maret, angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Benua Asia dan Samudera Pasifik, setelah sebelumnya melewati beberapa lautan. Pada bulan-bulan tersebut terjadi musim
38
Penghujan. Sekitar bulan April, arus angin selalu tidak menentu dengan curah hujan kadang-kadang kurang dan kadang-kadang lebih. Musim ini oleh para pelaut setempat dikenal sebagai musim pancaroba. Sedangkan pada bulan mei sampai dengan agustus, angin bertiup dari arah Timur yang berasal dari Benua Australia kurang mengandung uap air. Hal tersebut mengakibatkan minimnya curah hujan di daerah ini. Pada bulan agustus sampai dengan oktober terjadi musim kemarau. Sebagai akibat perubahan kondisi alam yang sering tidak menentu, keadaan musim juga sering menyimpang dari kebiasaan. Curah hujan di Kabupaten Konawe dapat dibagi atas tiga bagian yaitu : 1. Pola curah hujan tahunan antara 0 - 1.500 mm terdapat di bagian Selatan dan sedikit di bagian tengah yang meliputi sebagian Kecamatan Unaaha. 2. Pola curah hujan tahunan antara 1.500 - 1.900 mm terdapat di bagian tengah dan sedikit di bagian Utara, meliputi Kecamatan Wawonii, Lambuya, Soropia, Sampara, Wawotobi, dan sebagian Kecamatan Unaaha. 3. Pola curah hujan lebih dari 1.900 mm terdapat di bagian tengah. Keadaan topografis Kabupaten Konawe berada pada garis ketinggian antara 25 – 100 meter diatas permukaan laut dan kemiringan anatar 1,8 – 90 derajat dengan permukaan tanah pada umumnya bergunung dan berbukit yang diapit dataran rendah yang sangat potensial untuk pengembangan pertanian.Jenis tanah meliputi Latosol 368.380 Ha atau 23,52 persen; Padzolik 438.110 Ha atau 28,15 persen; Organosol 73,316 Ha atau 4,71 persen; Mediteran 52.208 Ha atau 3,39 persen; Aluvial 74.708 Ha atau 4,80 persen dan Tanah Campuran 553.838 Ha atau 35,59 persen.
39
A.3
Luas Wilayah Luas wilayah dataran Kabupaten Konawe 679.245 Ha atau 17,81 persen
dari luas wilayah daratan Sulawesi Tenggara sebesar 148.140 km2. Sedangkan luas wilayah perairan laut (termasuk perairan Kabupaten Konawe Selatan dan Kabupaten Konawe Utara) ± 11.960 Km2 atau 10.87 persen dari luas perairan Sulawesi Tenggara. Kabupaten Konawe terbagi 23 Kecamatan yang tersebar di 337 desa/kelurahan. Kabupaten Konawe memiliki pulau kecil yaitu Pulau Bokori, Pulau Saponda Darat dan Pulau Saponda Darat. Luas wilayah menurut Kecamatan sangat beragam. Kecamatan Routa merupakan wilayah kecamatan yang terluas yaitu sebesar 218.858 Ha sementara Kecamatan dengan luas wilayah terkecil yaitu Kecamatan Konawe (Pemekaran dari Kecamatan wawotobi) luasnya 1.782 Ha atau 0,31 persen terhadap luas wilayah Kabupaten Konawe.
40
Tabel 1. Luas Wilayah Kabupaten Konawe Administrasi Nama Kecamatan
IbuKota Kecamatan
1 2
Soropia Lalonggasumeeto
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Sampara Bondoala Besulutu Kapoiala Lambuya Uepai Puriala Onembute Pondidaha Wonggeduku Amonggedo
Toronipa Rapambinopak ka Sampara Laosu Besulutu Kapoiala Lambuya Uepai Watundeoha Onembute Pondidaha Puuduria Amonggedo Baru Wawotobi Meluhu Tawanga Puunaaha Andabia Anbuki Waworaha Tongauna Ambonia Routa
No
14 Wawotobi 15 Meluhu 16 Konawe 17 Unaaha 18 Anggaberi 19 Abuki 20 Latoma 21 Tongauna 22 Asinua 23 Routa Jumlah
Luas Wilayah (Ha)
Banyaknya Kelurahan
Desa
Jumlah
6.273,00 4.157,00
(%) thd total 1,08 0,72
1 -
14 11
15 11
6.001,00 13.335,00 11.126,00 4.542,00 7.839,00 11.876,00 26.878,00 9.913,00 15.628,00 11.376,00 12.375,00
1,03 2,30 1,92 0,78 1,35 2,05 4,63 1,71 2,69 1,96 2,13
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
19 17 13 13 9 18 15 10 17 25 14
21 18 14 14 10 19 16 10 18 26 15
6.768,00 20.703,00 1.782,00 3.375,00 7.501,00 33.884,00 93.634,00 22.377,00 29.872,00 218.858,00 580.073,00
1,17 3,57 0,31 0,58 1,29 5,84 16,14 3,86 5,15 37,73 100,00
7 1 4 9 3 1 1 5 1 1 45
12 7 8 5 21 15 15 8 6 292
19 8 12 9 8 22 16 20 9 7 337
Sumber: Data BPS Kabupaten Konawe 2015 A.4 Keadaan Penduduk A.4.1 Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur Jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kabupaten Konawe disajikan dalam Tabel 2.
41
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Kabupaten Konawe No.
Golongan Jumlah Umur (jiwa) 0-14 77.514 1. 15-54 131.076 2. >55 21.111 3. Jumlah 229.701 Sumber : Kabupaten Konawe Dalam Angka 2015
Persentase (%) 33,73 57,04 9,19 100,00
Tabel 2 menggambarkan bahwa jumlah penduduk di Kabupaten Konawe sebanyak 229.701 jiwa. Menurut Soeharjo dan Patong (1984), penduduk diklasifikasikan sebagai usia belum produktif (0-14 tahun), usia produktif (15-54 tahun), dan usia tidak produktif (lebih dari 55 tahun). Data dari Tabel 1. tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Kabupaten Konawe merupakan usia produktif untuk bekerja yaitu sebesar 131.076 jiwa (57,04%). Hal ini berarti masyarakat yang berjumlah 131.076 jiwa tersebut menanggung beban tanggungan penduduk yang non produktif yaitu berjumlah 98625 jiwa. Penduduk dengan usia produktif memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat sehingga mampu bekerja dengan baik. Selain itu, penduduk umur produktif masih dimungkinkan memiliki keinginan untuk meningkatkan keterampilan dan menambah pengetahuan dalam menjalankan tugasnya. A.4.2 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan berkaitan dengan pola berpikir dan mempengaruhi kecepatan suatu adopsi teknologi yang ada. Komposisi penduduk di suatu wilayah menurut tingkat pendidikan dapat digunakan untuk mengetahui kualitas sumber
42
daya manusia dan kemampuan penduduk untuk mengadopsi suatu teknologi yang ada di wilayah tersebut. Sarana pendidikan yang ada di Kabupaten Konawe terdiri dari PAUD, TK dan SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Sarana fisik dan tenaga guru yang memadai dapat meningkatkan jumlah penduduk yang ingin bersekolah. Data mengenai jumlah penduduk berdasarkan tigkat pendidikan Kabupaten Konawe dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Konawe No. Pendidikan
1. 2. 3. 4. 5.
TK/belum sekolah SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi Jumlah Sumber : Data BPS Kabupaten Konawe 2015
Jumlah Penduduk (Jiwa) 8.453 34.215 11.396 2.876 6.811 63.751
Persentase (%) 13,25 53,67 17,88 4,51 10,68 100,00
Berdasarkan Tabel 3 dapat menunjukkan jumlah penduduk yang masih TK dan belum sekolah berjumlah 8.453 jiwa (13,25%). Namun, jumlah penduduk yang tamat SD lebih besar yaitu berjumlah 34.215 jiwa (53,67%). Walaupun jumlah penduduk yang mencapai SLTA dan perguruan tinggi lebih sedikit yaitu sebesar 2.876 jiwa (4,51%) dan 6.811 (10,68%) jiwa, akan tetapi banyak generasi mendatang yang memiliki sumber daya manusia yang baik. A.4.3. Keadaan Pertanian Kabupaten Konawe Sektor pertanian di kabupaten konawe masih menjadi sektor penyumbang pendapatan daerah terbesar. Hal ini dibuktikan dengan data BPS Sulawesi
43
Tenggara, dimana sektor pertanian pada tahun 2014 menyumbangkan PDRB Kabupaten Konawe sebesar 32,38%. Selnjutnya diikuti oleh sektor pertambangan (12,77%) dan industri olahan (5,54%). Adapun luas lahan pertanian yang ada di Kabupaten Konawe pada tahun 2014 yaitu sebesar 37.674 Ha. Terdapat berbagai jenis produksi usahatani yang dihasilkan oleh Kabupaten ini, baik tanaman pangan, sayuran maupun buah-buahan. Tanaman pangan merupakan salah satu komoditi unggalan di Kabupaten Konawe, terutama komoditi padi sawah. Produksi dan luas lahan tanaman pangan terlihat pada Tabel 4. Tabel 4. Luas Panen, Produksi, Produktivitas Tanaman Pangan Kabupaten Konawe 2014 No
Komoditas
Luas Panen (Ha)
Produksi (Kuintal) 1. Padi Sawah 49.350 2.529.790 2. Padi Ladang 50 1.520 3. Jagung 724 18.070 4. Kedelai 740 10.220 5. Kacang Tanah 132 950 6. Kacang Hijau 86 700 7. Ubi Kayu 276 54.710 8. Ubi Jalar 116 10.590 Sumber: Data Kabupaten Konawe dalam Angka 2015
Produktivitas (Kuintal/Ha) 51,26 230,42 24.96 13.81 7.16 8.10 198,24 91,27
Berdasarkan Tabel 4 menunjukan bahwa, komoditas padi sawah merupakan komoditas yang memiliki produksi yang tertinggi dari komoditas tanaman pangan lainnya. Selanjutnya disusul oleh padi ubi kayu dan jagung. Hal ini dapat dilihat dari luas panen dari padi sawah seluas 49.350 Ha dengan produksi sebesar 252.979 ton pada tahun 2014. Kemudian komoditas yang memiliki produksi terendah adalah tanaman kacang hijau dengan produksi 70 ton. Namun dengan kondisi tersebut, produktivitas per komoditasnya masih belum
44
mencapai hasil yang optimal. Oleh karena itu, masih perlu didukung dengan adanya pembinaan dan penyuluhan di tingkat petani serta memperkuat kelembagaan
dalam
menghasilkan
benih
bermutu,
institusi
pengendali
hama/penyakit, dukungan alat mesin pertanian dan distribusi pupuk yang memadai. Sayuran juga merukan salah satu komoditi pertanian yang banyak diproduksi di Kabupaten Konawe. Berdasarkan Tabel 5 menunjukan bahwa pada tahun 2014, tanaman yang memiliki produksi tertinggi adalah tanaman terung dan tomat dengan volume produksi di atas 10.000 ton dan luas panen secara berturutturut seluas 202 Ha dan 256 Ha. Hal ini dibuktikan pada Tabel 5. Tabel 5. Luas Panen, Hasil Perhektar dan Produksi Sayur Sayuran Menurut Jenis Tanaman Kabupaten Konawe 2014 No
Komoditas
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
1. Bawang daun 10 1.160 2. Kubis 4 34.500 3. Sawi 73 36.540 4. Kacang panjang 256 117.070 5. Cabe besar 108 49.210 6. Cabe rawit 151 50.060 7. Tomat 193 97.040 8. Terung 202 140.790 9 Buncis 35 57.560 10 Ketimun 101 39.210 11 Labu siam 23 7.140 12 Kangkung 96 31.210 13 Bayam 130 23.820 14 Semangka 19 22.830 Sumber: Data Kabupaten Konawe dalam Angka 2015
Produktivitas (Kuintal/Ha) 11,60 8,63 5,01 4,57 4,56 3,32 5,03 6,97 16,45 3,88 3,10 3,25 1,83 12,02
Berdasarkan Tabel 5. Produksi sayuran di Kabupaten Konawe menunjukkan potensi produksi yang besar. Dimana komoditas unggulan sayuran terbesar yaitu bayam daun dan kubis. Kemudian disusul oleh tanaman tomat,
45
buncis, cabe rawit, cabe besar, ketimun, sawi, kangkung, bayam dan semangka. Sedangkan tanaman yang memiliki produksi terendah adalah tanaman labu siam dan kubis dengan volume produksi di bawah 1.000 ton/tahun dengan luas panen secara berturut-turut seluas 23 Ha dan 4 Ha. Komoditas pertanian selanjutnya yaitu buah-buahan. Komoditi buah-buahan Kabupaten Konawe yang memiliki produksi tertinggi berdasarkan data BPS Sulawesi Tenggara tahun 2014, yaitu tanaman kakao dengan volume produksi sebesar 10.171 ton/tahun dengan luas panen seluas 16.088 Ha. Selanjutnya disusul oleh tanaman kelapa dalam, jambu mete, lada, dan sagu dengan volume produksi rata-rata 1.000 ton/tahun. Tanaman perkebunan yang memiliki produksi terendah adalah kelapa hibrida, kopi, cengkeh, kapuk, kemiri, pala, pinang, enau, asam jawa, dan kelapa sawit dengan volume produksi di bawah 500 ton/tahun. Secara keseluruhan produktivitas dari tanaman perkebunan mengalami penurunan, terkecuali tanaman kelapa hibrida, pinang dan asam jawa. A.4.4 Jumlah Penyuluh di Kabupaten Konawe Seorang penyuluh dapat membantu petani dalam usaha mereka meningkatkan
produksi
dan
mutu
hasil
produksi
guna
meningkatkan
kesejahteraan mereka. Penyuluh mempunyai banyak peran antara lain sebagai pembimbing petani, organisator, dinamisator, pelatih, teknisi, dan jembatan penghubung antara keluarga petani dan instansi penelitian dibidang pertanian Suhardiyono (1992). Jumlah penyuluh pertanian yang tersebar di Kecamatan dan Kabupaten Konawe adalah 181 orang yang terdiri dari penyuluh pertanian,
46
penyuluh perikanan, dan penyuluh kehutanan lebih lengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 6. Tabel 6. Jumlah Penyuluh di Kabupaten Konawe Tahun 2016 No.
Kab./Kec. Pertanian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
BP4KKP Soropia Lalonggasumeto Kapoiala Sampara Bondoala Besulutu Pondidaha Amonggedo Meluhu Wonggeduku Wawotobi Konawe Unaaha Anggaberi Uepai Lambuya Puriala Onembute Tongauna Abuki Asinua Latoma Routa Anggalomoare Padangguni Wonggeduku Barat Morosi Total
L 3 4 2 2 1 3 3 7 4 7 6 7 3 5 4 6 3 6 6 7 3 3 1 1 4 5 2 106
P 2 1 2 1 1 3 2 3 5 3 1 5 3 3 2 1 40
Jumlah Penyuluh Perikanan L P 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 7
Kehutanan L P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 2
Sumber: Data Sekunder BP4KKP Kabupaten Konawe 2016 Berdasarkan data Tabel 6 menunjukkan bahwa, jumlah penyuluh di setiap Kecamatan di Kabupaten Konawe berjumlah 181 jiwa, yang terdiri dari 146 penyuluh pertanian yang terbagi atas 106 penyuluh laki-laki dan 40 penyuluh perempuan. Penyuluh perikanan berjumlah 19 jiwa yang terdiri dari 12 penyuluh laki-laki dan 7 penyuluh perempuan, sedangkan penyuluh kehutanan berjumlah 16
47
orang yang terdiri atas 14 penyuluh laki-laki dan 2 penyuluh perempuan. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa, penyuluh pertanian memiliki jumlah yang terbanyak. Hal ini disebabkan di Kabupaten Konawe memiliki potensi lahan yang baik utuk perkembangan hasil pertanian sehingga mata pencaharian dari masyarakat didominasi oleh petani. Sedangkan jumlah penyuluh yang terendah yaitu penyuluh kehutanan. Hal ini diakibatkan karena sedikitnya lahan yang digunakan untuk kawasan hutan karena sebagian besar lahan yang ada dimanfaatkan dibidang pertanian. B.
Identitas Responden Identitas responden yang diamati dalam penelitian ini meliputi umur, dan
tingkat pendidikan. Penjelasan mengenai gambaran identitas
responden yang
diteliti, maka dapat diuraikan sebagai berikut: B.1 Keadaan Responden Menurut Umur Umur merupakan usia seseorang yang dihitung sejak lahir sampai saat penelitian dilaksanakan. Umur responden dalam penelitian ini menentukan kapasitas pengelolaan terhadap pekerjaanya. Responden dengan umur muda mempunyai kekuatan fisik yang kuat sehingga dapat bekerja secara efisien. Sedangkan responden yang berumur tua kekuatan fisiknya telah menurun. Selain itu, penyuluh yang berusia muda (produktif) umumnya lebih cepat menerima hal baru daripada
yang berusia tua (non produktif) karena mereka lebih banyak
memiliki pengetahuan-pengetahuan baru, serta kurang memiliki pengalaman sehingga mereka yang masih muda harus lebih dinamis supaya mendapat
48
pengalaman baru lebih cepat untuk pembangunan usahanya. Sebaliknya mereka yang relatif tua memiliki kapasitas pengelolaan yang lebih baik dan matang karena memiliki banyak pengalaman. Oleh karena itu, umur merupakan suatu variabel yang sangat menentukan pola pikir dan kemampuan fisik seseorang dalam melakukan pekerjaanya. Menurut Soeharjo dan Patong (1984), bahwa katagori umur produktif adalah mulai dari usia 15-54 tahun dan selebihnya masuk katagori umur non produktif. Lebih jelasnya distribusi responden berdasarkan umur dapat disajikan pada Tabel . Tabel 7. Distribusi Responden Penyuluh di BP4KKP Berdasarkan Golongan Umur di Kabupaten Konawe Tahun 2016 Umur Jumlah (Tahun) (orang) 23 15 –54 4 >54 27 Total Sumber: Data PrimerDiolah 2016
Persentase (%) 85,19 14,81 100,00
Tabel 7. menunjukkan bahwa terdapat 23 (85,19) responden merupakan kategori umur produktif. Sementara jumlah responden non produktif hanya terdapat 4 (14,81%) responden dari jumlah keseluruhan yaitu sebanyak 27 orang. Hal ini dapat diketahui bahwa jumlah responden yang masih produktif lebih besar dibandingkan dengan responden non produktif. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa, kemampuan fisik dan kemampuan berfikir responden penelitian ini masih dalam kondisi produktif. Umur produktif seseorang sangat mempengaruhi prestasi kerja terutama dari segi
49
kemampuan fisik, pengalaman dan cara berpikir dalam memecahkan masalah terkait dengan pekerjaan yang dijalani. B.2 Tingkat Pendidikan Formal Pendidikan formal merupakan salah satu aspek yang menentukan kemampuan serta cara berpikir seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya. Begitupula dengan penyuluh pertanian yang ada di BP4KKP Kabupaten Konawe. Semakin tinggi pendidikan formal responden, maka pengetahuan dan wawasannya semakin luas serta cara berpikirnya akan semakin rasional. Selain itu, pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan dan merangsang seseorang untuk kreatif dan inovatif dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang berkaitan dengan pekerjaan yang digeluti sehingga akan mempercepat proses adopsi teknologi informasi dalam upaya mengembangkan kapasitas dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan formal yang pernah diikuti oleh respondendengan melihat lamanya tahun pendidikan. Mengenai keadaan pendidikan formal yang pernah diikuti oleh responden dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Distribusi Responden Penyuluh di BP4KKP Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal di Kabupaten Konawe Tahun 2016 Tingkat Jumlah Pendidikan (orang) 7 SMA 19 SI 1 S2 27 Total Sumber : Data Primer Diolah 2016
Persentase (%) 25,93 70,37 3,70 100,00
50
Data dari Tabel 8. menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden pada penyuluh BP4KKP Kabupaten Konawe tamatan SMA yaitu sebanyak 7 orang (25,93%). Sedangkan pada tingkat pendidikan SI lebih banyak yaitu dengan total jumlah responden 19 orang (70,37%) dan jumlah responden S2 hanya terdapat 1 (3,70%) responden. Dengan demikian bahwa tingkat pendidikan responden penyuluh BP4KKP tergolong dalam tingkat pendidikan yang tinggi. Dengan pendidikan yang baik diharapkan kegiatan dan proses komunikasi juga dapat berjalan dengan efektif, baik komunikasi ke antara pemimpin dengan penyuluh, penyuluh ke pemimpin dan antara ke sesama penyuluh pertanian. Begitu pula dengan keterampilan komunikasi dan pengetahuan para penyuluh di BP4KKP di Kabupaten Konawe. Keterampilan yang baik mendukung efektifitas komunikasi antara penyuluh pertanian dengan petani. Hal ini tentunya akan mempermudah proses difusi informasi dan adopsi teknologi oleh petani di Kabupaten Konawe. C. Efektivitas Komunikasi Organisasi BP4KKP Kabupaten Konawe Komunikasi yang menjadi objek penelitian ini merupakan komunikasi formal dimana komunikasi formal adalah komunikasi yang terjadi diantara para anggota organisasi yang secara tegas direncanakan dan ditentukan dalam struktur organisasi formal. Komunikasi formal ini mencakup susunan tingkah laku organisasi, pembagian departemen atau tanggung jawab tertentu, posisi jabatan dan distribusi pekerjaan. Ada tiga bentuk arus komunikasi dalam jaringan komunikasi formal yaitu: komunikasi downward communication (komunikasi ke bawah),
upward
communication
(komunikasi
ke atas), dan
communication (komunikasi horizontal) (Gibson, I, 1993).
horizontal
51
Berdasarkan hasil penelitian di lokasi menunjukkan bahwa terdapat bentuk komunikasi pada organisasi BP4KKP yang merupakan proses penyampaian pesan antar sesama pegawai baik atasan maupun bawahan yaitu komunikasi Downward communication (komunikasi ke bawah), Upward communication (komunikasi ke atas), dan Horizontal communication (komunikasi horizontal). Jenis-jenis komunikasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: A. Downward Communication (Komunikasi ke Bawah) Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari atas ke bawah. Komunikasi ke bawah biasanya diberikan oleh pimpinan kepada bawahan atau kepada para anggota organisasi dengan tujuan untuk memberikan pengertian mengenai apa yang harus dikerjakan oleh para anggota sesuai dengan kedudukannya. Pesan-pesan tersebut dapat dijalankan melalui kegiatan: pengarahan, petunjuk, perintah, teguran, penghargaan dan keterangan umum. Komunikasi ke bawah juga dimaksudkan untuk merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi kekuatan dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan. Efektivitas komunikasi organisasi di BP4KKP Kabupaten Konawe dari atasan (pimpinan) kepada bawahan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Parameter Komunikasi ke Bawah dalam Organisasi BP4KKP Kabupaten Konawe 2016 Parameter Jumlah(Jiwa) Efektif 13 Kurang Efektif 12 Tidak Efektif 3 Jumlah 27 Sumber : Data Primer Diolah 2016
Persentase(%) 48,15 44,44 11,11 100,00
52
Tabel 9 menyatakan bahwa komunikasi yang mengalir dari atasan kepada bawahan di BP4KKP Kabupaten Konawe berada pada kategori efektif dengan jumlah responden 13 orang (48,15%). Artinya bahwa terdapat 13 responden dapat menanggapi dan menerima isi pesan komunikasi yang disampaikan pimpinan terhadap bawahan efektif. Hal tersebut dapat didukung dengan program kerja yang baik dari BP4KKP. Selain itu posisi anggota organisasi ditempatkan sesuai dengan kemampuan masing-masing pegawai, serta adanya penjelasan dan koordinasi antara pemimpin BP4KKP
Kabupaten Konawe membuat hampir
semua program kerja yang diperintahkan dapat diterima dan dijalankan oleh seluruh penyuluh pertanian. Hal ini sesuai dengan pernyataan salah satu responden yaitu Bapak Ir. Abd. Wahid menyatakan bahwa: “bapak kepala BP4KKP memberikan kami tugas sesuai dengan bidang keahlian kami masing-masing seperti keahlian saya di bidang penanganan hama dan penyakit maka saya ditugaskan menangani keluhan-keluhan petani yang berkaitan dengan masalah tersebut, begitu pula dengan penyuluh lain ditugaskan dengan keahliannya masing-masing. (Wawancara Tanggal 27 April 2016). Selain itu, dapat terlihat dilapangan bahwa semua informasi mengenai perintah dan peraturan-peraturan yang diberikan oleh pimpinan dapat dipahami, diterima, dan dilaksanakan sesuai apa yang telah disampaikan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Kepala Badan Penyuluhan BP4KKP Kabupaten Konawe yaitu Bapak Muh. Akbar S.P.,M.Si yang menyatakan bahwa: “saya menyampaikan kepada penyuluh pertanian di BP4KKP Kabupaten Konawe untuk menghadiri pertemuan sebelum memberikan pelatihan di lapangan. Selain itu, saya juga menerapkan aturan menggunakan pakaian seragam pada hari-hari tertentu misalnya seluruh
53
penyuluh harus memakai seragam hitam putih pada hari senin sampai hari rabu (Wawancara Tanggal 27 April 2016). Intruksi atau perintah yang disampaikan oleh pimpinan kepada bawahan sebagian besar dapat dilaksanakan. Hal ini sesuai yang disampaikan oleh salah satu penyuluh pertanian di BP4KKP Kabupaten Konawe yaitu Ibu Ni Ketut Sulastri, S.P., yang menyatakan bahwa: “ kepala BP4KKP Kabupaten Konawe menerapkan aturan agar pada setiap hari kerja masing-masing penyuluh harus hadir tepat waktu berdasakan aturan yang diberlakukan, dan apabila ada yang melanggar melebihi toleransi yang diberikan maka akan dikenakan sanksi. (Wawancara Tanggal 27 April 2016). Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi ke bawah adalah efektif dimana hal ini sesuai pernyataan Suranto AW (2010) bahwa ada 5 indikator komunikasi efektif yaitu (1) Pemahaman, bahwa sebagian besar penyuluh dapat memahami isi pesan yang disampaikan pimpinan, (2) Kesenangan, artinya baik pimpinan maupun bawahan dalam proses komunikasi berlangsung dalam suasana yang menyenangkan sehingga penyampaian informasi tidak hanya fokus pada keberhasilan isi pesan melainkan hubungan antara atasan dan bawahan dapat di pererat, (3) Pengaruh pada sikap, sebagian besar penyuluh setelah menerima informasi dari pimpinan sikapnya langsung berubah sesuai dengan makna isi dari informasi yang diberikan (4) Hubungan yang makin baik, bahwa dengan adanya pemahaman, kesenangan dan pengaruh pada sikap oleh seorang penyuluh terhadap pimpianan maka secara tidak sengaja meningkatkan kadar hubungan yang semakin baik, dan (5) Tindakan, artinya setiap pesan yang disampaikan oleh pimpinan kepada
54
bawahan dapat dilaksanakan sesuai makna yang terkandung dalam isi pesan tersebut. Dari hasil wawancara pada komunikasi ke bawah selain ada pernyataan efektif masih ada juga terdapat pernyataan yang kurang efektif dan tidak efektif hal ini disebabkan terdapat beberapa penyuluh yang belum menjalankan setiap perintah yang sampaikan oleh pemimpin dengan baik. Komunikasi pada parameter kurang efektif sebanyak 12 orang (44,44%) dan parameter tidak efektif merupakan yang terendah yaitu sebanyak 3 jiwa (11,11%). Hal ini disebabkan karena masih ada sebagian penyuluh yang belum melaksanakan sesuai apa yang diperintahkan oleh pimpinan seperti dari hasil kuisioner ada sebagian penyuluh yang dalam melaksanakan pekerjaannya tidak selalu membuat laporan kepada pimpinan, belum semua penyuluh mengindahkan peraturan-peraturan yang berlaku dilingkungan kerja seperti mereka harus masuk kantor sesuai jam yang telah ditentukan, dan termasuk anjuran atau perintah untuk menggunakan pakaian seragam pada hari-hari tertentu. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan sesuai dengan indikator komunikasi efektif menurut Suranto AW (2010) apabila terdapat salah satu indikator komunikasi efektif yang tidak terpenuhi maka komunikasi tersebut dikatakan belum efektif. Sebagai contoh terdapat perintah yang hanya dipahami, disenangi, akan tetapi tidak berpengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan tidak berubah sesuai makna isi pesan yang ada.
55
B.
Upward Communication (Komunikasi ke Atas) Menurut Lubis dan Andriana (2005) menyatakan bahwa, komunikasi ke atas
adalah pesan yang mengalir dari bawah ke atas, yakni pesan yang disampaikan oleh para anggota organisasi atau bawahan kepada pimpinan. Komunikasi ini dimaksudkan untuk memberikan masukan, saran atau bahan-bahan yang diperlukan oleh pimpinan agar pimpinan dapat melaksanakan fungsi dengan sebaik-baiknya. Selain itu komunikasi ke atas ini juga menjadi saluran bagi para anggota atau karyawan untuk menyampaikan pikiran, perasaan yang berkaitan dengan tugas-tugasnya. Efektivitas komunikasi organisasi di BP4KKP Kabupaten Konawe dari bawahan kepada atasan (pimpinan) dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Parameter Komunikasi ke Atas dalam Organisasi BP4KKP Kabupaten Konawe 2016 Parameter Jumlah (Jiwa) Efektif 4 Kurang Efektif 13 Tidak Efektif 10 Jumlah 27 Sumber : Data Primer Diolah 2016
Persentase(%) 14,81 48,14 37,03 100,00
Berdasarkan data Tabel 10 menyatakan bahwa komunikasi yang mengalir dari bawahan kepada atasan (pimpinan) pada BP4KKP Kabupaten Konawe berada pada kategori kurang efektif yaitu sebanyak 13 orang (48,14%) lebih tinggi dibanding kategori efektif yaitu sebanyak 4 orang (14,81%) dan kategori tidak efektif sebanyak 10 orang (37,03%). Kategori kurang efektif berada pada kategori terbanyak karena hanya sebagian kecil penyuluh pertanian yang senantiasa melaporkan segala kegiatan penyuluhan maupun masalah internal kantor kepada koordinator penyuluh pertanian. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang
56
disampaikan oleh salah satu responden yaitu Ibu Rasni, S.Pi yang menyatakan bahwa: “sebagian dari kami para penyuluh kadang tidak melaporkan segala kegiatan penyuluhan maupun persoalan-persoalan pekerjaan yang tidak dapat kami selesaikan apalagi mengenai masalah-masalah internal seperti keluhan tetang diri kami pribadi” (Wawancara Tanggal 27 April 2016). Persentase kategori kurang efektif dan efektif (62,59%) berada lebih sedikit setengah persen, diakibatkan karena relatif banyak penyuluh BP4KKP yang kurang bahkan tidak memberikan umpan balik dan instruksi kepada pemimpin dalam menjalankan program penyuluhan. Komunikasi berjalan lebih dominan secara vertikal atau dari atas ke bawah. Sekitar 10% pegawai penyuluh pertanian menjalankan tugasnya hanya sekedar membuat laporan dan menjalankan perintah pemimpin tanpa adanya saran yang disampaikan untuk mendukung kegiatan penyuluhan. Hal ini sesuai hasil wawancara yang diungkapkan oleh Bapak M. Yasin yang menyatakan bahwa: “kami kadang kurang berani dalam menyampaikan saran-saran perbaikan ataupun tambahan-tambahan mengenai program-program penyuluhan yang harus dilakukan jadi kita mengikut saja apa yang di perintahkan pimpinan” (Wawancara Tanggal 27 April 2016). Biasanya program yang diberikan juga merupakan program top down sehingga penyuluh pertanian lapangan hanya menjalankan perintah dari pemimpin, bukan merupakan inspirasi dari penyuluh pertanian itu sendiri, walaupun terdapat beberapa program yang memang merupakan buah pemikiran penyuluh tersebut. Selain itu, kurangnya efektifitas komunikasi juga disebabkan oleh kurangnya intensitas waktu untuk berkomunikasi dengan atasan (pimpinan), sehingga saran yang hendak disampaikan harus melalui koordinator penyuluh.
57
Hal ini sesuai yang diungkapakan oleh Ibu Magdalena, S.P., yang merupakan salah satu Penyuluh Pertanian di BP4KKP Kabupaten Konawe yaitu: “penyuluh pertanian BP4KKP harus menyampaikan saran dan keluhan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya kepada pemimpin melalui perwakilan yaitu koordinator penyuluh. Hal ini dikarenakan kesibukan dari pemimpin BP4KKP Kabupaten Konawe. (Wawancara Tanggal 27 April 2016). Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi ke atas berada pada kategori kurang efektif dimana hal ini sesuai dengan pernyataan Suranto AW (2010) bahwa ada 5 indikator komunikasi dikatakan efektif yaitu: pemahaman, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang semakin baik dan tindakan. Berdasarkan hasil wawancara yang berkaitan dengan kuisioner penelitian terdapat beberapa item pernyataan dari responden yang menyatakan kurang efektif seperti bawahan menyampaikan informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan, bawahan menyampaikan saran-saran perbaikan yang perlu untuk dilaksanakan dan bawahan menyampaikan keluhan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya. Hal ini disebabkan sebagian besar penyuluh hanya memahami dan menyenangi isi pesan dari pimpinan akan tetapi, tidak mempengaruhi sikap dan tindakan mereka. C.
Horizontal Communication (Komunikasi Horizontal) Komunikasi horizontal atau mendatar terjadi diantara orang-orang yang
mempunyai kedudukan sederajat atau satu level. Pesan yang disampaikan biasanya berhubungan dengan tugas-tugas, tujuan kemanusiaan, saling memberi informasi, penyelesaian konflik dan koordinasi Lubis dan Andriana (2005).
58
Koordinasi diperlukan untuk mencegah tendensi-tendensi, selain itu juga dimaksudkan untuk memelihara keharmonisan dalam organisasi. Efektivitas komunikasi organisasi di BP4KKP Kabupaten Konawe antara sesama bawahan dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Parameter Komunikasi Horizontal dalam Organisasi BP4KKP Kabupaten Konawe 2016 Parameter Jumlah (Jiwa) Efektif 6 Kurang Efektif 14 Tidak Efektif 7 Jumlah 27 Sumber : Data Primer Diolah 2016
Persentase(%) 22,22 51,85 25,93 100,00
Tabel 11 menunjukan bahwa komunikasi yang mengalir antara sesama bawahan di BP4KKP Kabupaten Konawe berada pada kategori kurang efektif dengan jumlah 14 orang (51,85%). Hal ini dikarenakan masing-masing penyuluh tidak dapat berkoordinasi dengan intensif, sebab masing-masing penyuluh memiliki tugas dan wewenang tersendiri. Sedangkan, kategori tidak efektif sebanyak 7 orang (25,93%) dan kategori efektif merupakan jumlah yang terendah yaitu sebanyak 6 orang (22,22%). Hal tersebut mengindikasikan bahwa hanya sebagian kecil bawahan yang berkoordinasi antara sesama bawahan. Hal ini sesuai hasil wawancara dengan responden Bapak Parman S.Si yang menyatakan bahwa: “kami masing-masing penyuluh tidak selalu berkoordinasi satu sama lain, baik mengenai pekerjaan kami maupun hal-hal pribadi kerena kami punya kesibukan dan tanggung jawab masing-masing”. (Wawancara Tanggal 27 April 2016). Selain itu, ada beberapa bawahan yang tidak melakukan tukar pikiran atau diskusi. Hal ini nampak pada intensitas pertemuan dari beberapa bawahan yang
59
jarang menghadiri rapat maupun diskusi di luar rapat kerja di BP4KKP Kabupaten Konawe. Untuk menjaga intensitas komunikasi antar sesama bawahan maupun pemimpin biasanya rapat dilakukan paling kurang sebulan sekali. Hal ini tergantung pada kepentingan program atau kondisional, yang disiapkan dengan daftar hadir sebagai kontrolnya. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan yang diungkapakn Ibu Karmiati S.P., yang menyatakan bahwa: “kami antar penyuluh jarang meluangkan waktu untuk saling bertukar pikiran atau berdiskusi sebelum melaksankan tugas kami masing-masing dikarenakan kesibukan kami” . (Wawancara Tanggal 27 April 2016). Kurangnya intesitas waktu antar penyuluh untuk saling bertukar pikiran sehingga menyebabkan koordinasi dalam penugasan kerja sesama penyuluh tidak intensif. Hal ini sesuai hasil wawancara dengan responden Ibu Fitryani, S.P., yang mengungkapkan bahwa: “masing-masing penyuluh kurang berkoordinasi dengan intensif, baik sebelum melaksanakan tugasnya masing-masing maupun dalam koordinasi penugasan kerja. (Wawancara Tanggal 27 April 2016). Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi horizontal sama dengan komunikasi ke atas yaitu dominan berada pada kategori kurang efektif dimana hal ini didukung dengan pernyataan Suranto AW (2010) bahwa ada 5 indikator komunikasi dikatakan efektif yaitu: pemahaman, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang semakin baik dan tindakan. Apabila ada salah satu indikator yang tidak terpenuhi maka komunikasi tersebut belum dikatakan sebagai komunikasi yang efektif. Berdasarkan hasil wawancara yang berkaitan dengan kuisioner penelitian terdapat beberapa item pernyataan dari responden yang menyatakan kurang efektif seperti: saling
60
bertukar pikiran antara sesama rekan kerja sebelum melaksanakan tugasnya masing-masing, koordinasi dengan sesama rekan kerja dan saling berkoordinasi dalam penugasan kerja.
61
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang efektivitas komunikasi organisasi pada Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan dan Ketahanan Pangan (BP4KKP) Kabupaten Konawe, dapat disimpulkan bahwa komunikasi ke bawah berada pada kategori efektif yaitu sebesar (48,15%), yang terdiri dari: penyampaian intruksi kerja pimpinan kepada bawahan, penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan dilingkungan kerja oleh pimpinan kepada bawahan, dan pemberian tugas pimpinan kepada bawahan sesuai dengan bidangnya masing-masing, sedangkan komunikasi ke atas dan komunikasi horizontal sama-sama berada pada kategori kurang efektif dengan persentase secara berturut-turut adalah (48,14%) dan (51,85%). B. Saran Beberapa hal yang dapat disarankan dari hasil penelitian ini, yaitu: 1.
Diharapkan kepada Kepala BP4KKP Kabupaten Konawe dalam rangka meningkatkan efektivitas Komunikasi perlu adanya tambahan waktu rapat kerja. Selain itu, untuk meningkatkan efektivitas komunikasi antara pimpinan dan bawahan sebaiknya lebih di intensifkan dan dilakukan secara langsung tidak hanya melalui koordinator penyuluh.
2.
Diharapkan agar semua staf di BP4KKP Kabupaten Konawe untuk selalu menciptakan komunikasi yang baik dan lancar yakni antara bawahan dengan
62
pimpinan, serta antara bawahan yang satu dengan bawahan yang lainnya, hal ini dimaksudkan agar komunikasi yang disampaikan dapat dimengerti dan terarah. 3.
Peneliti selanjutnya, untuk mengkaji hubungan efektivitas komunikasi organisasi dengan kinerja penyuluh di BP4KKP Kabupaten Konawe.
63
DAFTAR PUSTAKA
Argenti, Paul A. 1998. Corporate comunucation, Second Edition, McGraw-Hill. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta. Arni, Muhammad. 2005. Komunikasi Organisasi. Bumi Aksara. Jakarta. Asngari, P.S. 2003. Peranan Agen Pembaharuan/Penyuluh dalam Usaha Memberdayakan (empowerment) Sumberdaya Manusia Pengelola Agribisnis. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor Ansyar. 2010. Efektivitas Komunikasi Organisasi di Kantor Pelayanan Administrasi Perizinan Kota Makasar. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanudin. Makassar AW, Suranto. 2010. Komunikasi Sosial Budaya. Graha Ilmu. Yogyakarta. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Konawe dalam Angka 2015. Kendari Berlo, D. K. 1995. The Process Of Communication Holt Rinehart and Winston Inc. New York. Bovee, courtland dan John v thill. 2003. komunikasi bisnis I, Edisi ke enam, indeks kelompok gramedia. Jakarta. Departement Pertanian. 2009. Pembangunan Pertanian. Hortikultura. Jakarta.
Pedoman Umum Pengelolaan Anggaran Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Effendi, O, U. 2000. Ilmu Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Effendi, O, U. 2006. Ilmu komunikasi teori dan praktek. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Firdaus. 2014. Hubungan Komunikasi Organisasi dengan Efektivitas Kerja Pegawai di Sekretariat DPRD Provinsi Kalimantan Timur. Furqon, Chairul. 2004. “Hakikat Komunikasi Organisasi”. Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia. Gibson, I dan Donelly. 1993. Organisasi dan Manajemen. Erlangga. Jakarta Hamid, A. 2010. Keterampilan Dasar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
64
Isnaini, M. 2011. Komunikasi Organisasi Di Perpustakaan Perguruan Tinggi: Studi Kasus Pada Unit Pelaksanaan Teknis Perpustakaan Perguruan Tinggi XY. Universitas Indonesia. Depok. Lubis, L.A. 2005. Pengantar Komunikasi Lintas Budaya. FISIP USU. Medan. Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta. Mardikanto. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta. Marius J.A, Sumardjo, Slamet Margono, Pang S Asngari. 2006. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Penyuluh Terhadap Kompetensi Penyuluh di Nusa Tenggara Timur. Jurnal Penyuluhan. Edisi September.ISSN-2664. Vol.3 No. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Marzuki. 2000. Metodologi Riset. Yogyakarta: BPFE-UII. Mulyana, D. 2000. Ilmu komunikasi suatu “pengantar”. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Nurdin. 2008. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Penyesuaian Sosial Siswa Disekolah. Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.IX No.1. Nurrohim dan Anatan. 2009. Efektivitas Komunikasi dalam Organisasi. Jurnal Manajemen, Vol.7, No.4, Hal 1-9. Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta. Pace, R. Wayne and Faules. 2000. Komunikasi Organisasi. PT. Rosdakarya. Bandung.
Remaja
Pace, R. Wayne dan Don F. Faules. 2001. Komunikasi organisasi (terjemahan). Rosdakarya. Bandung. Pace, R. Wayne dan Don F. Faules. 2006. Komunikasi Organisasi, Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Editor: Dedy Mulyana. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Potter, P.A & Perry, A.G. 1993. Fundamental of Nursing Concepts, Process and Practice. Thrd edition. St.Louis. Mosby Year Book Rianse, Usman dan Abdi. 2012. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi (Teori dan Aplikasi). Edisi Pertama. Bandung: Alfabeta.
65
Robbins, SP. 1993. Organization Theory, Structure, Design and Applications,: Prentice-Hall. New Jersey. Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia Dan Produktivitas Kerja. Mandar Maju. Bandung. Setiana, L. 2005.Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Penerbit Ghalia Indonesia. Bogor. Soeharjo, A. dan D. Patong. 1984. Sendi-sendi Pokok Ilmu Usahatani. Faperta, Universitas Hasanudin. Ujang Pandang. Sugyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Alfabeta. Bandung. Suhardiyono, I. 1992. Penyuluhan. Petunjuk Bagi Pertanian Penyuluhan Pertanian. Erlangga. Jakarta. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsijo. Bandung. Slamet, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya, Cet. IV, Rineka Cipta. Jakarta. Tangkilisan. 2005. Manajemen publik. Gramedia Widia Sarana Indonesia. Jakarta. Tubbs, Stewart.L, Sylvia Moss. 2000. Human Comunication: Konteks-konteks Komunikasi. Terjemahan cetakan kedua, PT. Rosdakarya. Bandung. Undang-undang No, 16 Tahun 2006 Tentang Sistim Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (SP3K). Van Den Ban. A.W. dan H.S Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta. Winarso, S. dan S. Ismaya. 2007. Kamus Besar Ekonomi. Pustaka Grafika. Bandung.
66
LAMPIRAN
67
Lampiran 1. Riwayat Hidup Penulis RIWAYAT HIDUP Nur Tani atau yang biasa disapa Tani dilahirkan pada Tanggal 12 September 1994 di Desa Bahutara Kecamatan Kontukowuna
Kabupaten
Muna
Provinsi
Sulawesi
Tenggara. Penulis adalah anak Ke empat dari lima orang .
bersaudara dari pasangan Bapak La Tau dan Ibu Wa Ndoera Pendidikan SD penulis ditamatkan pada SDN 2 Kabangka dan tamat tahun
2006. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan pada MTsS Karoo Lembo dan tamat tahun 2009. Kemudian pada tahun yang sama pula penulis melanjutkan pendidikan di MAN Kota Baru Raha dan tamat pada tahun 2012. Tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan ke Universitas Halu Oleo (UHO), Fakultas Pertanian pada Program Studi/Jurusan Agribisnis minat Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat, melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) serta mendapat beasiswa Bidikmisi. Selama menempuh pendidikan di Universitas Halu Oleo, penulis pernah mengikuti seminar PERHEPI yang dilaksanakan oleh pihak Universitas Halu Oleo pada tahun 2015 dan bertugas sebagai panitia.
68
KUESIONER
No. Responden: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DI BP4KKP KABUPATEN KONAWE SULAWESI TENGGARA Dengan hormat, Kuesioner ini merupakan alat pengumpulan data yang diperlukan untuk melengkapi penulisan skripsi saya. Oleh karena itu dengan kerendahan hati saya mohon kesediaan bapak/ibu/saudara(i) untuk menjawab pertanyaan yang ada pada kuesioner ini dengan jelas dan lengkap, atas kesediaannya saya haturkan terimakasih. Salam Hormat, Peneliti Petunjuk pengisian: 1. Pilihlah jawaban dengan cara memberi tanda silang (X) pada alternatif jawaban sesuai dengan keadaan Anda, 2. Pastikan Anda telah menjawab semua pertanyaan dalam kuesioner ini. 3. Nama Anda dan identitas Anda kami jamin kerahasiaannya, jawaban yang Anda berikan tidak akan berpengaruh terhadap penilaian kerja dan karir Anda. I. karakteristik Responden 1. Usia: 1. < 40 Tahun 2. 41-50 Tahun 3. > 50 Tahun 2. Pendidikan terakhir : 1. Tidak tamat SD 2. SMP-SMA 3. Diploma keatas
NAMA : JABATAN :
69
Efektivitas Komunikasi Organisasi Alternatif Jawaban No
1.
2.
VARIABEL
Komunikasi ke Bawah
Komunikasi ke Atas
PERNYATAAN memberikan atau menyampaikan instruksi kerja kepada bawahan menyampaikan informasi mengenai peraturanperaturan yang berlaku dilingkungan kerja bawahan selalu membuat laporan terhadap pekerjaan yang telah dilakukan bawahan dapat diatur dan diarahkan dengan baik dalam melaksanakan pekerjaannya Pimpinan Memberikan tugas kepada bawahan sesuai dengan bidangnya masing-masing Bawahan menyampaikan informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan Bawahan menyampaikan saran-saran perbaikan yang perlu untuk dilaksanakan Bawahan menyampaikan keluhan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya Bawahan menyampaikan hal-hal yang dibutuhkan dalam melaksanakan pekerjaannya Bawahan selalu memberikan laporan kegiatan yang telah dilaksanakan di lapangan
E
KE
TE
70
3.
Komunikasi Horizontal
Koordinasi dengan sesama rekan kerja Berbagi informasi dengan sesama rekan kerja Proses komunikasi yang terjalin antara sesama rekan kerja terjalin baik Saling bertukar pikiran antara sesama rekan kerja sebelum melaksanakan tugasnya masing-masing Saling berkoordinasi dalam penugasan kerja
Keterangan : E
= Efektif
=3
KE
= Kurang Efektif = 2
TE
= Tidak Efektif
=1
71
Lampiran 3. Identitas Responden: Umur, Pendidikan, Responden Penyuluh di BP4KKP No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. ∑ ̅
Umur (Tahun) 50 38 39 40 39 45 41 46 39 40 44 55 40 43 39 40 45 38 42 57 47 38 46 45 43 55 54 1188 44
Pendidikan (Tahun) 12 16 16 16 16 16 12 16 12 16 12 12 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 12 12 16 18 16 406 15
75 Lampiran 4. Analisis Efektivitas Komunikasi ke Bawah No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
A 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Jenis pertanyaan B C D 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Ket: I = Interval kelas J = Jarak sebaran K = Jumlah kelas yang digunakan
Parameter : 14-13 = Efektif 12-11 = Kurang efektif
E 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 1 2 1 1 2 2 1
Total Skor 13 10 12 11 13 12 12 13 13 14 14 13 14 13 13 12 12 11 14 13 11 14 11 11 11 11 10
Parameter Efektif Tidak efektif Kurang efektif Kurang efektif Efektif Kurang Efektif Kurang efektif Efektif Efektif Efektif Efektif Efektif Efektif Efektif Efektif Kurang efektif Kurang efektif Kurang efektif Efektif Efektif Kurang efektif Efektif Kurang Efektif Kurang Efektif Kurang Efektif Kurang Efektif Tidak efektif
76 10 = Tidak efektif Lampiran 5. Analisis Efektivitas Komunikasi ke Atas No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
A 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2
Jenis pertanyaan B C D 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 1 3 3 1 3 3 1 3 2 1 2 2 1 3 3 1 3 3 1 3 2 1 2 2 1 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 2 3 1 2 1 2
Ket: I = Interval kelas J = Jarak sebaran K = Jumlah kelas yang digunakan
Parameter : 15-14 = Efektif
E 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 1 2 2 3 2 2 3
Total Skor 12 12 13 10 12 12 10 10 13 13 11 10 15 13 15 15 11 12 15 11 11 12 12 13 13 11 10
Parameter Kurang Efektif Kurang Efektif Kurang Efektif Tidak efektif Kurang Efektif Kurang Efektif Tidak efektif Tidak efektif Kurang Efektif Kurang Efektif Tidak efektif Tidak efektif Efektif Kurang efektif Efektif Efektif Tidak efektif Kurang Efektif Efektif Tidak efektif Tidak efektif Kurang efektif Kurang efektif Kurang efektif Kurang efektif Tidak efektif Tidak efektif
77 13-12 = Kurang efektif 11-10 = Tidak efektif Lampiran 6. Analisis Efektivitas Komunikasi Horizontal No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
A 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2
Jenis pertanyaan B C D 3 3 1 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3
Ket: I = Interval kelas J = Jarak sebaran K = Jumlah kelas yang digunakan
Parameter :
E 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2
Total Skor 12 13 12 13 13 14 13 13 14 13 13 12 14 14 12 13 13 14 12 13 13 13 14 11 13 12 13
Parameter Tidak efektif Kurang efektif Tidak efektif Kurang efektif Kurang efektif Efektif Kurang efektif Kurang efektif Efektif Kurang efektif Kurang efektif Tidak efektif Efektif Eeektif Tidak efektif Kurang efektif Kurang efektif Efektif Tidak efektif Kurang efektif Kurang efektif Kurang efektif Efektif Tidak efektif Kurang efektif Tidak efektif Kurang efektif
78 14 = Efektif 13 = Kurang efektif 12-11 = Tidak efektif
75
Lampiran 7. Hasil Analisis Interval 1. Komunikasi ke Bawah Parameter Efektif Kurang efektif Tidak efektif Jumlah
Jumlah (Jiwa) 13 12 3 27
Persentase (%) 48,15 44,44 11,11 100,00
Jumlah (Jiwa) 4 13 10 27
Persentase (%) 14,81 48,14 37,03 100,00
Jumlah (Jiwa) 6 14 7 27
Persentase (%) 22,22 51,85 25,93 100,00
2. Komunikasi ke Atas Parameter Efektif Kurang efektif Tidak efektif Jumlah 3. Komunikasi Horizontal Parameter Efektif Kurang efektif Tidak efektif Jumlah
76
Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian Dokumentasi Penelitian pada Efektivitas Komunikasi Organisasi di BP4KKP Kabupaten Konawe Tahun 2016
Papan Nama Kantor BP4KKP
Kantor BP4KKP
Traktor Tangan
Diskusi Bersama Penyuluh
Pembagian Kuisioner Penelitian
77
Lanjutan Lampiran 8.
Daftar Nama Penyuluh
Foto Bersama Penyuluh di BP4KKP
Responden pada Saat Pengisian Kuisioner
Foto Bersama Kepala Kepegawaian di BP4KKP