ARTIKULASI FONEM ANAK TUNARUNGU PADA KEGIATAN MEMBACA DI SLB B KARNNAMANOHARA YOGYAKARTA
Nur Faizah NIM 12210141038 Email:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelafalan anak tunarungu melalui kegiatan membaca di SLB B Karnnamanohara Yogyakarta. Pendeskripsian tersebut berdasarkan pelafalan fonem vokal dan konsonan siswa kelas IV SD. Manfaat penelitian ini yaitu untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan memberikan referensi kepada pengajar anak tunarungu mengenai pelafalan, serta secara praktis dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pendidik dalam meningkatkan kemampuan persepsi bunyi pada siswa tunarungu, khususnya bagi orang tua untuk tetap melatih anak, meskipun anak telah menggunakan alat bantu dengar. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah anak-anak tunarungu kelas IV SD di SLB B Karnnamanohara Yogyakarta. Setiap anak tunarungu yang menjadi subjek memiliki karakteristik yang beragam. Objek penelitian ini adalah pelafalan fonem vokal dan konsonan siswa melalui kegiatan membaca. Data diperoleh menggunakan metode pengamatan dengan berpartisipasi, teknik rekam, dan tenik catat. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan metode induktif, analisis data secara induktif dimulai dari keputusan-keputusan khusus (data yang terkumpul), kemudian diambil kesimpulan secara umum. Keabsahan data yang digunakan adalah dengan triangulasi teori dan pengamat. Hasil penelitian menunjukan bahwa fonem vokal pada anak tunarungu dapat dilafalkan dengan fonem itu sendiri ketika berada di awal, tengah, dan akhir silabel seperti fonem /a/, /u/, dan /o/. Fonem vokal juga dapat bergeser dan dilafalkan menjadi fonem lain ketika berada di tengah dan di akhir silabel. Fonem yang bergeser saat berada di tengah silabel yaitu fonem /i/, dan fonem yang bergeser di akhir silabel yaitu fonem /i/, /e/, dan /ə/. Sementara itu, fonem konsonan terkadang sulit dilafalkan bahkan dapat bergeser menjadi fonem yang jauh berbeda, baik dari segi cara artikulasi maupun daerah artikulasi. Fonem konsonan yang dapat dilafakan tanpa bergeser menjadi fonem lain yaitu fonem /p/, /b/, /f/, /l/, dan /t/. Pergeseran pelafalan fonem ke fonem lain terjadi pada fonem /m/, /w/, /r/, /d/, /s/, /n/, /c/, /j/, /ň/, /k/, /g/, /ŋ/, dan /h/. Serta, penghilangan fonem terjadi pada fonem /m/, /r/, /l/, /t/, /d/, /s/, /n/, /c/, /j/, /ň/, /k/, /g/, /ŋ/, dan /h/. Kata kunci: Artikulasi, fonetik, tunarungu
i
PHONEME ARTICULATION DEAF CHILDREN ON READING ACTIVITIES SLB B KARNNAMANOHARA IN YOGYAKARTA Nur Faizah NIM 12210141038 Email:
[email protected] ABSTRACT This research aimed to describe the pronounciation of deaf children through reading activities in SLB B Karnnamanohara Yogyakarta. The description is based on the pronounciation of vowel phonemes and consonant fourth grade students. The benefits of this research to develop knowledge and provide reference to teaching children with hearing about pronunciation, as well as practically can be used as consideration educators in enhancing the ability of perception of sound in deaf students, particularly for parents to keep training the children, even though the child has been using the tool hearing aids. This research is a qualitative descriptive study. The subjects were deaf children in the fourth grade SLB B Karnnamanohara Yogyakarta. Every deaf child who is the subject have diverse characteristics. The object of this research is the pronounciation of vowel phonemes and consonant students through reading activities. Data obtained using the method of observation by participating, recording technique, and record technique. Data were analyzed descriptively qualitative inductive method, inductive data analysis starts from the decisions of special (data collected), then conclude in general. The validity of the data used is by triangulation theory and observers. The results showed that vowel phonemes in children with hearing impairment can be pronounced by the phoneme itself when it was in the beginning, middle, and end of syllables such as phoneme / a /, / u /, and / o /. Vowel phonemes can also be phonemes pronounced shift and another when it is in the middle and at the end of syllables. Phoneme shifted while in the middle syllable is a phoneme / i /, and phoneme shifted at the end of the syllable is a phoneme / i /, / e /, and / ə /. Meanwhile, sometimes difficult consonant phonemes are pronounced even be shifted into phonemes far different, both in terms of articulation and manner of articulation. Consonant phonemes can dilafakan without shifting into another phoneme is phoneme / p /, / b /, / f /, / l /, and / t /. Shifting the pronunciation of phonemes into phoneme other things, the phoneme / m /, / w /, / r /, / d /, / s /, / n /, / c /, / j /, / n /, / k /, / g /, / ŋ /, and / h /. As well, the omission of phonemes occur in the phoneme / m /, / r /, / l /, / t /, / d /, / s /, / n /, / c /, / j /, / n /, / k / , / g /, / ŋ /, and / h /. Keywords: Articulation, phonetics, hearing impairment (deaf)
ii
banyak perubahan dalam pendidikan
PENDAHULUAN Bahasa memegang peranan
bagi
anak berkebutuhan khusus.
penting dalam kehidupan, baik untuk
Perubahan-perubahan ini termasuk
bersosialisasi, pembelajaran, maupun
perubahan
usaha komersial dalam perdagangan.
sikap, keadaan, metode pendekatan
Agar
kualitas
masalah, penggunaan konsep-konsep
kompetensi berbahasa yang baik,
terkait dan sebagainya. Perubahan-
maka sejak duduk di awal bangku
perubahan ini tidak hanya relevan
sekolah
harus
bagi kepentingan anak berkebutuhan
mendapatkan pengajaran mengenai
khusus, tetapi bagi semua yang
bahasa
terlibat, yaitu anak-anak (dengan
mempunyai
dasar,
yang
siswa
baik.
Kemampuan
dalam kesadaran
menyimak dan berbicara biasanya
atau
telah diperoleh siswa sejak ia belum
keluarga, guru-guru, kepala sekolah,
duduk di bangku sekolah. Pada masa
komunitas sekolah dan mungkin
pra sekolah, siswa telah dibimbing
masyarakat
oleh orang tuanya untuk dapat
(Johnsen
menyimak dan berbicara bahkan
Mangunsong, 2014: 11)
mungkin sudah menyentuh aspek
tanpa
Di
kebutuhan
dan
secara &
khusus),
keseluruhan
Skjoten
Indonesia,
via
pengajaran
belajar membaca. Akan tetapi, untuk
membaca selain diberikan di Sekolah
dapat membaca dengan baik dan
Dasar
benar secara formal akan diperoleh
Sekolah Luar Biasa (SLB). Hal ini
siswa ketika mereka mulai duduk di
sesuai dengan pasal 31 ayat 1 UUD
awal bangku sekolah dasar. Tidak
45 yang menyatakan bahwa “Tiap-
hanya
yang
tiap warga negara berhak mendapat
mendapatkan aspek menyimak dan
pengajaran”. Anak-anak penyandang
berbicara, anak berkebutuhan khusus
cacat seperti tunarungu merupakan
pun
salah satu bagian dari warga negara
anak
normal
mendapatkannya,
melalui
pendidikan
tentunya bagi
anak
juga
diberikan
di
Indonesia, karena itu, pemerintah
berkebutuhan khusus.
lalu,
biasa
menaruh perhatian besar terhadap
Selama beberapa dekade yang
mereka. Mereka diberi hak untuk
Indonesia
mendapatkan
telah
mengalami
3
pengajaran
seperti
anak-anak normal. Kebijakan ini
belajar
salah satunya diwujudkan dengan
komprehensif.
mengusahakan
serta
menyelenggarakan
membaca
secara
Dalam pelaksanaan pengajaran
tempat
membaca
dengan
mengemukakan
pendidikan bagi anak tunarungu,
pendekatan komunikatif, baik guru
salah satunya bernama Sekolah Luar
maupun siswa dituntut untuk aktif,
Biasa bagian B Karnnamanohara
kreatif,
atau
B
ditentukan oleh guru dan siswa,
Karnnamanohara. Pada hakikatnya
keberhasilan pengajaran membaca
anak tunarungu adalah mereka yang
juga ditentukan oleh komponen-
pendengarannya
berfungsi
komponen utama pengajaran lainnya
sehingga membutuhkan pelayanan
seperti kondisi siswa, tujuan, materi,
pendidikan khusus. Bagi anak yang
strategi, dan media.
disingkat
kurang
SLB
tidak
pendengaran
atau
dan
inovatif.
Selain
tipe
Berdasarkan latar belakang
gangguan pendengaran yang lebih
masalah di atas, penelitian ini perlu
ringan, dapat di atasi dengan alat
diadakan untuk mengetahui pelafalan
bantu dengar (Mangunsong, 2014:
fonem yang mampu diartikulasikan
81).
siswa melalui kegiatan membaca Salah satu perhatian khusus
untuk anak tunarungu di SLB B
yang perlu diberikan kepada anakanak
tunarungu
adalah
Karnnamanohara.
dalam
Dipilihnya anak tunarungu
pelaksanaan pengajaran keterampilan
dalam penelitian ini karena peneliti
berbahasa, yang dalam hal ini adalah
ingin mengetahui pelafalan fonem
keterampilan
yang mampu diujarkan siswa pada
membaca
serta
produksi lafal yang mampu mereka
saat
ujarkan.
diberikan oleh guru maupun peneliti
Pengajaran
ini
perlu
kegiatan
untuk
terhadap kemampuan mereka pada
karakteristik yang berbeda dengan
tingkat
anak-anak
Kemampuan
yang
yang
diberikan karena akan berpengaruh
selanjutnya.
siswa
membaca
normal
mempunyai
lain.
Dengan
tersebut,
maka
membaca akan terlihat baik apabila
karakteristik
telah terbina dengan baik pula saat ia
pengajaran yang diberikan oleh guru
4
tentunya tidak akan sama dengan
Pada tahap pengumpulan data,
sekolah-sekolah biasa.
peneliti mendapatkan tuturan dengan cara merakam secara audio kepada
METODE PENELITIAN
masing-masing
Desain penelitian Artikulasi Fonem
Anak
Kegiatan
Tunarungu
Membaca
di
Setelah
mendapatkan hasil rekaman yang
pada
Slb
siswa.
dibutuhkan, peneliti mendengarkan
B
dengan teliti dan berulang-ulang
Karnnamanohara ini adalah metode
setiap
deskriptif.
pelafalan,
kemudian
mentranskripsikan pelafalan tersebut
Subjek dalam penelitian ini
ke transkrip fonetis.
adalah 9 siswa kelas IV yang mengikuti
KBM.
Objek
dalam
HASIL
penelitian ini adalah artikulasi fonem anak
tunarungu
pada
DAN
PEMBAHASAN
kegiatan Hasil Penelitian
membaca. Pengumpulan
data
Penelitian
dalam
anak
didik. Peserta didik anak tunarungu
dan teknik catat. metode
fonem
membaca yang dilakukan peserta
dan teknik yang digunakan yaitu
itu,
meneliti
tunarungu yang didapat dari kegiatan
pengamatan dengan berpartisipasi
teknik rekam
ini
pengartikulasian
penelitian ini menggunakan metode
Sementara
PENELITIAN
membaca
yang
sebuah
buku
cerita
bergambar yang dibawa oleh peneliti
digunakan untuk menganalisis data
yang
yaitu metode padan dengan teknik
sebelumnya
sudah
dikonfirmasikan kepada guru untuk
PUP (Pilah Unsur Penentu) dan
mengetahui
metode agih dengan teknik BUL
digunakan
(Bagi Unsur Langsung). Metode
apakah
buku
sesuai
yang dengan
kemampuan dan kesanggupan anak
padan yang digunakan yaitu teknik
untuk
PUP dengan daya pilah sebagai
membaca
buku
cerita
bergambar tersebut. Artikulasi fonem
pembeda organ dan metode agih
ditemukan pada saat peserta didik
yang digunakan yaitu teknik lesap, teknik ganti, dan teknik sisip.
5
membaca
buku
digunakan
oleh
bacaan peneliti
yang sebagai
Tabel 2: Artikulasi Fonem Konsonan oleh Peserta Didik atau Anak Tunarungu di SLB B Karnnamanohara Yogyakarta Kelas IV SD
sumber bacaan yang akan diteliti. Artikulasi fonem yang akan diteliti yaitu fonem vokal dan konsonan. Berikut adalah tabel hasil penelitian artikulasi
yang
dilafalkan
oleh Fonem
peserta didik tunarungu kelas IV di SLB B Karnnamanohara Yogyakarta.
/p/ /b/ /m/
Tabel 1: Artikulasi Fonem Vokal oleh Peserta Didik atau Anak Tunarungu di SLB B Karnnamanohara Yogyakarta Kelas IV SD Fonem /a/ /i/
[i]
[i], [ə]
[i], [ə]
/u/ /e/ /ə/ /o/
[u] [e] [ə] [o]
[u] [e] [ə] [o]
[u] [e], [a] [ə], [i] [o]
/l/
[b] [m][p][b] [t] Ø [w] [f] [r][l][y] Ø [l]
/t/
[t]
/d/
[t][d][y] Ø [t][s][y] Ø [y]
/w/ /f/ /r/
Artikulasi Fonem Anak Tunarungu Awal Tengah Akhir Silabel Silabel Silabel [a] [a] [a]
/s/ /z/ /n/ /y/ /c/
/j/ /ň/ /k/ /g/
/ŋ/ /h/
6
Artikulasi Fonem Anak Tunarungu Awal Tengah Penutup Kata Kata Kata [p] [p] [p]
[n] Ø [y] [t][s][y] [c] Ø [t][d][y] [j] Ø [y][ň] Ø [k] Ø [h] Ø [ŋ] Ø [h][t] Ø
[b] [m][p][b] [n] Ø [w][f] [f] [r][l][y] Ø [l] Ø [t] Ø [t][d][y] Ø [t][s][y] Ø [y] [n][l][d] Ø [y] [t][y][c] Ø
[b] [m][p] [n] Ø [w] [f] [r][t][n] Ø [l] Ø [t] Ø [t][d] Ø [s] Ø [s] Ø [n] Ø -
[t][d][y][j] Ø
[d][j] Ø
[y][ň] Ø [k][y] Ø [d][y][g] [h] Ø [ŋ][l][n][y] Ø [h][d] Ø
[k] Ø [g] Ø [ŋ][y] Ø [h] Ø
Berdasarkan
hasil,
bunyi yang keluar dari paru-paru
diketahui pergeseran pelafalan fonem
tanpa mengalami rintangan dalam
oleh
saluran
peserta
didik
penyandang penelitian
tabel
kelas
tunarungu. ditemukan
IV
ucap
dan
mengalami
Dalam
hambatan saat melalui tenggorokan.
beberapa
Bunyi vokal jumlahnya juga lebih
fonem yang mereka artikulasikan
sedikit dari jumlah konsonan.
dengan fonem lain dan terkadang
Bunyi vokal akan diteliti
mereka juga mengalami kesukaran
berdasarkan bentuk bibir sewaktu
untuk melafalkan fonem sehingga
vokal diucapkan. Dengan demikian,
fonem
bunyi
tersebut
tidak
diartikulasikan.
dapat
Selanjutnya,
pengartikulasian pergeseran
fonem
vokal
berdasarkan
dan
tidak
posisi
dibedakan
artikulatornya.
Artikulator adalah bagian alat ucap
pengartikulasiannya
yang
dapat
bergerak.
Berikut
dengan fonem lain akan dibahas
klasifikasi vokal yang dilafalkan
dalam pembahasan berikut.
peserta didik tunarungu kelas IV. a.
Fonem /a/ merupakan vokal
Pembahasan Data yang diperoleh dari penelitian
Fonem /a/
dibahas
tengah. Vokal /a/ dilafalkan dengan
berdasarkan
bagian tengah lidah agak merata dan
masalah yang telah dirumuskan,
mulut pun terbuka lebar. Fonem /a/
yaitu
beberapa
artikulasi
fonem
hanya mempunyai satu alofon yakni
vokal
dan
konsonan
serta
[a] (Alwi, dkk. 2010: 58-61). Fonem
yang
/a/
karakteristik
pelafalannya
oleh
anak
tunarungu
dapat
diproduksi oleh peserta didik yang di
diartikulasikan sebagai [a] di awal,
dalamnya adalah anak tunarungu
tengah, dan akhir silabel.
kelas
IV
SD
di
SLB
B
Fonem /a/ apabila berada di
Karnnamanohara Yogyakarta.
awal, tengah, dan akhir silabel tetap
1.
dilafalkan
Artikulasi Fonem Vokal
sebagai
vokal
rendah
Berdasarkan teori-teori yang
tengah yaitu [a]. Fonem /a/ tidak
membahas mengenai vokoid dapat
mengalami pergeseran naik turun
diketahui bahwa vokal merupakan
maupun maju mundur ke fonem lain.
7
Pada awal silabel contoh
b.
Fonem /i/
fonem /a/ terdapat pada kata [aneh]
Fonem /i/ merupakan vokal tinggi-
menjadi [ane] (terdapat pada data
depan dengan kedua bibir agak
artikulasi anak ke-1), [asa] menjadi
terentang ke samping. Fonem /i/
[asa] (terdapat pada data artikulasi
mempunyai dua alofon yaitu [i] dan
anak ke-3), dan [aku] menjadi [au]
[I]. Pengartikulasian fonem /i/ sukar
(terdapat pada data artikulasi anak
dilafalkan
oleh
ke-5). Pada tengah silabel yaitu kata
sehingga
fonem
anak
tunarungu,
/i/
dilafalkan
/i/
[kantoŋ] menjadi [atoŋ] (terdapat
menjadi [ə] ketika berada di tengah
pada data artikulasi anak ke-1),
dan akhir silabel. Fonem /i/ oleh
[hewan] menjadi [hewan] (terdapat
anak tunarungu dapat diartikulasikan
pada data artikulasi anak ke-1), dan
di awal, tengah, dan akhir.
kata [dasar] menjadi [datar] (terdapat
Fonem /i/ apabila berada di
pada data artikulasi anak ke-3). Pada
awal silabel akan dilafalkan [i]
akhir silabel yaitu kata [kənapa]
sebagai vokal tinggi depan. Apabila
menjadi [ənapa] (terdapat pada data
berada
artikulasi
[rahasia]
dilafalkan [i] dan dapat berubah
menjadi [raaia] (terdapat pada data
menjadi fonem lain yaitu [ə] yang
artikulasi anak ke-4), dan [səgəra]
merupakan
menjadi [yəəra] (terdapat pada data
tengah. Di akhir silabel fonem /i/
artikulasi anak ke-5).
dilafalkan menjadi fonem [i] dan [e]
anak
ke-2),
Fonem /a/ dapat dilafalkan [a]
di
tengah
fonem
silabel
vokal
akan
sedang
sama halnya dengan silabel tengah.
ketika berada di awal, tengah, dan
Dari
akhir silabel. Jadi, dapat disimpulkan
disimpulkan bahwa fonem /i/ dapat
bahwa
mengalami
fonem
/a/
oleh
anak
pola
yang
ada
pergeseran
dapat
berupa
tunarungu dapat diartikulasikan [a]
penurunan pengartikulasian vokal
tanpa mengalami pergeseran menjadi
saat dilafalkan yaitu dari vokal tinggi
variasi fonem lain ketika berada di
/i/ menjadi vokal tengah /ə/.
awal, tengah, dan akhir silabel.
Fonem
/i/
di
awal
kata
terdapat pada kata [lain] menjadi [lain] dan kata [itu] menjadi [itu].
8
Pada tengah kata fonem /i/ dilafalkan
a.
menjadi [i] dan [ə], fonem /i/
Fonem /p/ termasuk dalam konsonan
dilafalkan menjadi [i] terdapat pada
hambat bilabial tak bersuara. Fonem
kata
[pənai],
/p/ diartikulasikan [p] dengan bibir
[lilin] menjadi [ii], [muŋkin] menjadi
atas dan bibir bawah terkatup rapat
[puin], dan dilafalkan menjadi fonem
sehingga
[ə] terjadi pada kata [timpal] menjadi
tertahan
[təpal]. Pada akhir kata fonem /i/
sebelum katupan itu dilepaskan.
dilafalkan
[ə],
Fonem /p/ satu daerah artikulasi
dilafalkan menjadi [i] pada kata
dengan fonem lain yaitu /b/, jadi, ada
[pagi] menjadi [pai], [tapi] menjadi
kemungkinan fonem /p/ bervariasi
[tapi], [sini] menjadi [sini] dan
dengan fonem /b/ (Alwi, dkk. 2010:
diartikulasikan sebagai fonem [ə]
68). Fonem /p/ oleh anak tunarungu
terjadi pada kata [tiba-tiba] menjadi
dilafalkan menjadi konsonan hambat
[təba-təba].
bilabial tak bersuara yaitu [p]. Fonem
Fonem /i/ diartikulasikan sebagai [i]
/p/ dapat dilafalkan dengan baik
di awal silabel, dilafalkan [i] dan [ə]
tanpa mengalami pergeseran baik
ketika berada di tengah dan akhir
dari segi cara artikulasi maupun
silabel. Jadi, fonem /i/ dapat bergeser
daerah artikulasi. Anak tunarungu
menjadi variasi fonem lain yaitu [ə]
melafalkan fonem /p/ dengan [p].
[mənaŋis]
menjadi
menjadi
[i]
dan
ketika berada pada posisi tengah dan
Fonem /p/
udara untuk
Fonem
dari
paru-paru
sementara
/p/
pada
waktu
data
akhir silabel.
dilafalkan di awal, tengah dan akhir
2.
kata. Fonem /p/ di awal kata terdapat
Artikulasi Fonem Konsonan Konsonan merupakan bunyi
pada kata [putus] menjadi [putu],
yang keluar melalui saluran ucap
[pohon] menjadi [poo], di tengah
dengan melibatkan penyempitan atau
kata pada kata [rupaňa] menjadi
penutupan pada daerah artikulasi dan
[rupaya], [məňapa] menjadi [pəyapa]
di dalam saluran ucap mengalami
dan di akhir kata terdapat pada kata
rintangan,
[məňantapku]
baik
total
maupun
menjadi >
[pəyatapu]
dan [məratap ] menjadi [pəratap>].
sebagian ketika bunyi itu diucapkan.
9
Semua data tersebut terdapat pada
tertahan
data anak ke-9.
sebelum katupan itu dilepaskan.
Fonem /p/ dapat diartikulasikan oleh
Fonem /p/ satu daerah artikulasi
anak tunarungu di awal, tengah, dan
dengan fonem lain yaitu /b/, jadi, ada
penutup
[p].
kemungkinan fonem /p/ bervariasi
Pengartikulasian [p] tidak bergeser
dengan fonem /b/ (Alwi, dkk. 2010:
menjadi variasi fonem lain, termasuk
70). Artikulasi pada fonem /m/ kerap
yang disebutkan oleh (Alwi, dkk.
diartikulasikan oleh anak menjadi
2010:68) yaitu fonem [b]. Jadi, anak
[m], [b], [p], [t], dan [n].
kata
tunarungu
sebagai
tidak
mengalami
untuk
sementara
Fonem
/m/
waktu
oleh
pergeseran variasi fonem /p/ menjadi
tunarungu
fonem lain ketika melafalkan fonem
konsonan nasal bilabial bersuara
[p] baik di awal, tengah, dan penutup
yaitu [m], konsonan hambat bilabial
kata.
tak bersuara [p], dan konsonan
b.
hambat
Fonem /m/
dilafalkan
anak
bilabial
menjadi
bersuara
Fonem /m/ masuk dalam kategori
konsonan
konsonan nasal bilabial bersuara.
bersuara [t], konsonan nasal alveolar
Fonem /m/ diartikulasikan dengan
bersuara [n], dan fonem /m/ yang
kedua bibir dikatupkan, kemudian
tidak dapat dilafalkan oleh anak
udara dilepas melalui rongga hidung.
tunarungu. Dari pola yang disajikan
Fonem /m/ tidak bervariasi dengan
dapat disimpulkan bahwa fonem /m/
fonem lain, namun daerah artikulasi
mengalami pergeseran pada daerah
fonem /m/ sama-sama konsonan
artikulasi yaitu dari daerah artikulasi
bilabial dengan fonem /p/, /b/, dan
bilabial menjadi alveolar dan dari
/w/.
segi artikulasi berubah dari cara
Oleh
karena
itu,
besar
kemungkinan fonem tersebut oleh
artikulasi
anak
menjadi
tunarungu
diartikulasikan
dengan fonem [p], [b], dan [w].
hambat
[b],
nasal cara
alveolar
tak
dapat
berubah
artikulasi
berupa
hambatan.
Fonem [p] diartikulasikan [p] dengan
Artikulasi fonem /m/ tetap
bibir atas dan bibir bawah terkatup
diartikulasikan
rapat sehingga udara dari paru-paru
terdapat
10
di
menjadi awal,
tengah
[m] dan
penutup kata. Pengartikulasian di
[baŋga]
awal kata contohnya pada kata
artikulasi anak ke-1), dan [monstər]
[mau] menjadi [mau], [mawar]
menjadi [botər] (terdapat pada data
menjadi [mawar] (terdapat pada
artikulasi anak ke-5).
data artikulasi anak ke-8) dan
(terdapat
Fonem
/m/
pada
data
diartikulasikan
[mənaŋkap>] menjadi [mənaap>]
menjadi [p] terjadi pada awal,
(terdapat pada data artikulasi anak
tengah, dan akhir kata. Pada awal
ke-4). Fonem /m/ di tengah kata
kata, fonem /m/ diucapkan dari kata
terjadi pada kata [səmar] menjadi
[mawar] menjadi [pawar] (terdapat
[səmar]
pada data artikulasi anak ke-1) dan
(terdapat
pada
data
artikulasi anak ke-6), [bərsamaan]
[məmanjat>]
menjadi
dan
(data dapat dilihat pada artikulasi
menjadi
anak ke-2). Pada tengah kata,
[bərsəmaŋat ] (terdapat pada data
fonem /m/ diucapkan pada contoh
artikulasi anak ke-4). Serta fonem
kata [səmua] menjadi [səpua] (data
/m/ pada penutup kata terjadi pada
dapat dilihat pada artikulasi anak
kata
[dalam]
ke-8), [namaku] menjadi [napaɁu],
(terdapat pada data artikulasi anak
[gumam] menjadi [upa] (terdapat
ke-6),
pada data artikulasi anak ke-1).
[bəyamaan] >
[bərsəmaŋat ] >
[dalam]
menjadi
[dalam]
menjadi
[alam]
(terdapat pada data artikulasi anak ke-4)
dan
[umam]
[gumam]
(terdapat
Fonem
menjadi
pada
/m/
/m/
diartikulasikan
menjadi [t] terjadi di awal kata,
data
yaitu
artikulasi anak ke-2). Fonem
[pəpadat>]
menjadi
kata
[tatahari]
[matahari] (terdapat
menjadi
pada
data
diartikulasikan
artikulasi anak ke-1). Fonem /m/
menjadi [b] terjadi pada awal,
diartikulasikan menjadi [n] terjadi
tengah dan penutup kata. Fonem
di tengah dan penutup kata, contoh
/m/ menjadi [b] pada awal kata
kata tersebut apabila berada di
terjadi pada kata [mulai] menjadi
tengah kata yaitu [tampa?] menjadi
[bulai]
data
[tanpa] dan di akhir kata yaitu
artikulasi anak ke-8), [məŋapa]
[gumam] menjadi [uban] (terdapat
menjadi [bətapa], [maŋga] menjadi
pada data artikulasi anak ke-1).
(terdapat
pada
11
Fonem /m/ juga kerap tidak dapat
dilafalkan
tunarungu,
oleh
tidak
fonem [m] pada data ini dapat
anak
dilafalkan menjadi [m] dan dapat
dapat
juga bergeser menjadi fonem [b], [p],
terartikulasikannya fonem ini salah
[t], dan [n]. Fonem
satu faktornya karena fonem /m/
dilafalkan [m] ketika berada di awal,
berdempetan dengan fonen /b/ atau
tengah dan penutup kata. Serta
/p/ selain itu bisa juga peserta didik
bergeser pelafalannya menjadi fonem
sudah mencapai batas kesanggupan
lain yaitu [b], [p], [t], dan [n] apabila
mengartikulasikan fonem karena
terjadi di awal, tengah dan penutup
kekuatan
untuk
kata pula. Jadi dapat disimpulkan
artikulasi
dengan
bahwa untuk pengartikulasian fonem
terbatas.
Contoh
[m] oleh anak tunarungu masih
dapat
terdapat pergeseran variasi fonem
mereka
mengeluarkan suara
normal
artikulasi
yang
tidak
/m/
akan
dilafalkan pada awal kata yaitu kata
tersebut ke fonem lain.
[matahari] menjadi [atahari] dan
c.
[mənuju] menjadi [ənuyu] (terdapat
Alwi, dkk. (2010: 71) menyatakan
pada data artikulasi anak ke-4),
bahwa, fonem /l/ masuk dalam
pada tengah kata misalnya kata
kategori konsonan lateral alveolar
[tumbuhan]
[tubuhan]
bersuara. Konsonan lateral alveolar
(terdapat pada data artikulasi anak
/l/ dilafalkan dengan menempelkan
ke-4), [kəmbali] menjadi [əbali]
daun
(terdapat pada data artikulasi anak
mengeluarkan
ke-5),
samping lidah, sementara itu pita
menjadi
[timpal]
menjadi
[tipal]
Fonem /l/
lidah
gusi
udara
dan
melewati
(terdapat pada data artikulasi anak
suara
ke-2), dan pada penutup kata terjadi
Fonem /l/ oleh anak tunarungu dapat
pada kata [gumam] menjadi [upa]
dilafalkan sebagai fonem [l].
(terdapat pada data artikulasi anak
dalam
pada
Fonem
ke-1).
tunarungu
keadaan
/l/
bergetar.
oleh
dilafalkan
anak menjadi
Fonem /m/ oleh anak tunarungu
konsonan lateral alveolar bersuara
mampu
awal,
yaitu [l] dan fonem /l/ juga terkadang
tengah dan penutup kata. Artikulasi
tidak bisa dilafalkan oleh anak
diartikulasikan
di
12
tunarungu. Dari pola yang disajikan
pada data artikulasi anak ke-9).
dapat disimpulkan bahwa fonem /l/
Pada penutup kata yaitu [kəsal]
tidak
menjadi [əta] (terdapat pada data
mengalami
pergeseran
ke
fonem lain dari cara maupun daerah artikulasi.
Namun,
fonem
artikulasi anak ke-9).
/l/
Jadi, fonem /l/ dapat diartikulasikan
terkadang tidak bisa dilafalkan oleh
[l] di awal, tengah, dan penutup kata
anak tunarungu.
tanpa mengalami pergeseran fonem.
Fonem /l/ dilafalkan menjadi
Namun, terkadang di tengah dan di
/l/ pada awal tengah dan penutup
penutup
kata. Contoh pada awal kata yaitu
diartikulasikan oleh anak. Dalam
[ləzat>]
penelitian ini, anak tunarungu masih
[lain]
menjadi
[lain],
menjadi [lədat>] (terdapat pada data
kata,
mengalami
>
fonem
beberapa
/l/
gagal
hambatan
artikulasi anak ke-1), dan [lihat ]
dalam melafalkan fonem [l], karena
menjadi [liha] (terdapat pada data
fonem tersebut masih kerap sukar
artikulasi anak ke-6). Tengah kata
dilafalkan di tengah dan penutup
yaitu kata [kalah] menjadi [alah]
kata.
(terdapat pada data artikulasi anak
d.
ke-6),
[itulah]
menjadi
[itula],
Fonem /z/ Fonem
/z/
masuk
dalam
[kəluh] menjadi [əluh] (terdapat
kategori konsonan frikatif alveolar
pada data artikulasi anak ke-7).
bersuara. konsonan frikatif alveolar
Penutup kata yaitu kata [məmbual]
/z/
menjadi [pəbual], [timpal] menjadi
menempelkan ujung lidah pada gusi
[tipal] (terdapat pada data artikulasi
atas sambil melepaskan udara lewat
anak ke-8).
samping
Fonem
/l/
tidak
dapat
diartikulasikan
menimbulkan
lidah bunyi
dengan
cara
sehingga desis
dan
diartikulasikan oleh anak tunarungu
dengan keadaan pita suara yang
di tengah dan penutup kata. Pada
bergetar.
tengah kata yaitu kata [kulakukan]
Fonem
/z/
oleh
anak
menjadi [tuatuan] (terdapat pada
tunarungu tidak dapat dilafalkan
data artikulasi anak ke-5) dan
sebagai konsonan frikatif alveolar
[kəlihatan] menjadi [əiata] (terdapat
bersuara yaitu [z] namun bergeser
13
menjadi fonem lain yaitu [y] sebagai
Fonem
/z/
juga
dapat
konsonan semivokal palatal bersuara
dilafalkan menjadi fonem lain yaitu
dan [s] sebagai frikatif alveolar. Dari
fonem /s/ ketika berada di penutup
pola
dapat
silabel contohnya terdapat pada kata
disimpulkan bahwa fonem /z/ tidak
[mazhab] menjadi [masab] (data
dapat dilafalkan menjadi fonem itu
tersebut
sendiri dan bergeser menjadi fonem
tambahan). Anak tunarungu juga
lain yaitu /s/ dan /y/. Fonem /z/
terkadang
berada
artikulasi
fonem /z/, contohnya dapat dilihat
alveolar dan berubah menjadi palatal.
pada kata [mazhab] menjadi [maɁab]
Dari segi cara artikulasi berubah dari
(data tersebut terdapat pada kata
cara
tambahan).
yang
disajikan
pada
daerah
artikulasi
frikatif
menjadi
semivokal untuk perubahan menjadi fonem
/y/.
perubahan
Sementara menjadi
tidak
pada
bisa
kata
melafalkan
Fonem /z/ menurut (Alwi,
untuk
fonem
terdapat
dkk. 2010: 69) hanya bervariasi
/s/
dengan
fonem
/s/.
Oleh
anak
perbedaannya hanya terdapat pada
tunarungu, fonem /z/ tidak dapat
cara artikulasi yaitu fonem /z/ frikatif
diartikulasikan oleh anak dengan
bersuara,
fonem /z/, namun fonem tersebut
sedangkan
fonem
/s/
merupakan frikatif tak bersuara. Fonem tunarungu sebagai
/z/
kerap fonem
/y/.
oleh
mengalami
pergeseran
dan
anak
diartikulasikan dengan fonem lain
diartikulasikan
yaitu fonem /s/ dan /y/. Fonem /z/
Fonem
/z/
juga terkadang tidak dapat dilafalkan
menjadi /y/ terjadi pada awal dan
oleh anak tunarungu.
tengah kata misal pada awal kata SIMPULAN DAN SARAN
yaitu [zaitun] menjadi [yaitun] dan [zakat] menjadi [yakat] (terdapat
Simpulan
pada kata tambahan), sementara di tengah
kata
yaitu
kata
hasil penelitian
[ləzat>]
yang telah
dikemukakan pada bab hasil dan
>
menjadi [ləyat ] (terdapat pada data
pembahasan,
artikulasi anak ke-2).
dapat
kesimpulan sebagai berikut.
14
ditarik
1.
Anak
tunarungu
dapat
dilafalkan menjadi fonem lain
melafalkan fonem vokal tanpa
yaitu fonem /p/, /b/, /f/, /l/, dan
bergeser menjadi fonem lain
/t/.
ketika berada di awal silabel.
bergeser menjadi fonem lain dan
Ketika berada di tengah silabel,
tidak
fonem vokal dapat dilafalkan
fonem /m/, /w/, /r/, /d/, /s/, /n/,
menjadi fonem itu sendiri dan
/c/, /j/, /ň/, /k/, /g/, /ŋ/, dan /h/.
dapat bergeser menjadi fonem
Serta,
lain,
ini
terjadi pada fonem /m/, /r/, /l/,
contohnya terdapat pada fonem
/t/, /d/, /s/, /n/, /c/, /j/, /ň/, /k/, /g/,
/a/ dan fonem /i/. Fonem vokal
/ŋ/, dan /h/.
pada
penelitian
Beberapa
dapat
fonem
yang
dilafalkan
penghilangan
yaitu
fonem
ketika berada pada akhir silabel dapat dilafalkan menjadi fonem
Saran
itu sendiri dan dapat bergeser menjadi
fonem
Pada
fonem vokal dan konsonan melalui
penelitian ini pergeseran fonem
kegiatan membaca ini hanya sebatas
akhir terjadi pada fonem vokal
mengetahui aspek pelafalannya tanpa
/i/, /e/, dan /ə/. Dalam penelitian
mendeskripsikan
ini dapat diambil kesimpulan
terbentuknya, hambatan, serta solusi
bahwa palafalan vokal anak
untuk menangani hambatan yang
tunarungu
mengalami
ada. Oleh karena itu, jika dilakukan
pergeseran di awal silabel dan
penelitian serupa diharapkan dapat
mengalami pergeseran ke fonem
melakukan pengambilan data secara
lain ketika berada di tengah dan
lebih terperinci dan lengkap agar
akhir silabel.
penelitian ini dapat lebih baik dan
tidak
lain.
Penelitian mengenai pelafalan
2. Pelafalan fonem konsonan pada
bagaimana
cara
lebih dalam lagi pengkajiannya.
anak tunarungu terkadang masih
Adapun penelitian ini hanya terbatas
mengalami pergeseran. Fonem
pada pelafalan anak tunarungu dilihat
konsonan oleh anak tunarungu
dari
dapat
diartikulasikan
dilafalkannya, apabila dikaji lebih
jelas
tanpa
bergeser
dengan dan
dalam
15
segi
variasi
mengenai
fonem
hambatan
yang
dan
Keraf, Gorys. 1997. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Flores: Nusa Indah
solusinya, mungkin penelitian yang dikaji akan lebih menarik dan lebih maksimal. Selain itu, penelitian yang lebih
dalam
akan
Lyons, John. 1995. Pengantar Teori Linguistik: Introduction to Theoretical Linguistics. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
memberi
kemudahan pada penderita tunarungu untuk melafalkan kosakata secara
Mangunsong, Frieda. 2014. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (jilid kesatu). Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3).
jelas dan lebih baik lagi dalam berkomunikasi sehari-hari. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, H. & Soerjono. 1999. Metode Penelitian Deskriptif. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Marsono. 1993. Fonetik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Alwi, Hasan., Dardjowidjojo, Soenjono., Lapoliwa, Hans., & Moeliono, Anton M. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga Cetakan Kelima). Jakarta: Pusat Bahasa dan Balai Pustaka.
Moleong, Lexy J. 1988. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan, Tenaga Pendidikan.
______________________________ __________________________ _________. 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga Cetakan Kedelapan). Jakarta: Pusat Bahasa dan Balai Pustaka.
Muslich, Masnur. 2010. Garis-Garis Besar Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia. Bandung: PT Refika Aditama. ____________. 2014. Fonologi Bahasa Indonesia (Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa Indonesia). Jakarta: PT Bumi Aksara.
Busono, Mardiati. 1983/1984. Pendidikan Anak Tuna Rungu. Yogyakarta: UNY Press. Karnnamanohara, Sekolah Khusus Tunarungu. “Butuh Bantuan SLB B Karnnamanohara”. http://karnnamanohara.wordpres s.com/butuh-bantuan-slb bkarnnamanohara/. Diambil pada tanggal 20 Desember 2015, pukul 08:45.
Nawawi, H. Hadari. 1983. Metode Penelitian Deskriptif. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
16
Nur, Yusnida. 2013. Penguasaan Kemampuan Berbicara Pemelajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) di Universitas Negeri Yogyakarta: Studi Kasus Pemelajar BIPA Asal Vietnam dan Irak. Makalah TAS. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS UNY.
Kanak Pertiwi Duyungan III Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen. http.//eprints.ums.co.id/21037/20 /JURNAL.pdf. Diambil pada 04 Maret 2016, pukul 08:45. Soeparno. 2002. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya (Anggota IKAPI)
Pakasi, Soepartinah. 1980. Pembinaan Kegemaran Membaca dan Arti Membaca Bagi Pertumbuhan Pribadi Anak di Sekolah Dasar. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.
Somad, Permanarian dan Tati Hernawati. 1995. Ortopedagogik Anak Tunarungu. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tunarungu.
_______________. 2005. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Somantri, Sutjihati. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.
Rosmana, Iyos A. 2011. Cara Membentuk Fonem Bahasa Indonesia. http://file.upi.edu/Direktori/DU ALMODES/KEBAHASAAN_I/ BBM_2_KB1,_KB2.pdf. Diambil pada Minggu, 22 Mei 2016, pukul 13:00.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa (Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistis). Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Sugihartati, Rahma. 2010. Membaca, Gaya Hidup dan Kapitalisme: Kajian Tentang Reading for Pleasure dari Perspektif Cultural Studies. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Salim, Mufti. 1984. Pendidikan Anak Tunarungu. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sadja’ah, Edja. 2013. Bina Bicara Persepsi Bunyi dan Irama. Bandung: PT Refika Aditama.
Suparno. 2006. Pembinaan Komunikasi Verbal Anak Tunarungu Secara Pedagogis. http://journal.uny.ac.id/index.ph p/jpk/article/download/6036/521 7 Diambil pada 17 Mei 2013, pukul 18:15.
Sejati, Sri Fiki Nur Tri. 2012. Pelepasan dan Perubahan Fonem dalam Menyanyikan Lagu Anak-Anak pada Anak Usia 5 Tahun di Taman Kanak-
17
Thompson, Jenny. 2002. Memahami Anak Berkebutuhan Khusus (Terjemahan: Eka Widayati). PT Gelora Aksara Pratama. Verhaar, J.W.M. 2001. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Wasita, Ahmad. 2013. Seluk-beluk tunarungu dan tunawicara (serta strategi pembelajarannya). Yogyakarta: Javalitera. Wijayanti, Farida. 1999. Pelaksanaan Pengajaran Membaca dan Menulis Permulaan untuk Anak Tunalaras Kelas II di Sekolah Luar Biasa Bagian E Prayuwana Yogyakarta. Makalah TAS. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS UNY.
18