INTERPRETASI KUALITATIF MEDAN GRAVITASI BERDASARKAN HASIL PERHITUNGAN ANOMALI RESIDU MENGGUNAKAN METODE POLYNOMIAL FITTING DI KARANGSAMBUNG – JAWA TENGAH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si.) pada Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Oleh : IIZ FAIZAH NIM: 106097003257
PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
INTERPRETASI KUALITATIF MEDAN GRAVITASI BERDASARKAN HASIL PERHITUNGAN ANOMALI RESIDU MENGGUNAKAN METODE POLYNOMIAL FITTING DI KARANGSAMBUNG – JAWA TENGAH
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Sains dan Teknologi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si.) Oleh IIZ FAIZAH NIM: 106097003257
Pembimbing I,
PembimbingII,
Tati Zera,M.Si. NIP : 19690608 200501 2 002
Arif Tjahjono, M.Si NIP : 19751107 200701 1 015
Mengetahui, Ketua Prodi Fisika
Drs. Sutrisno M.Si NIP : 19590202 198203 1 005
PENGESAHAN UJIAN Skripsi berjudul INTERPRETASI KUALITATIF MEDAN GRAVITASI BERDASARKAN MENGGUNAKAN
HASIL
PERHITUNGAN
METODE
ANOMALI
POLYNOMIAL
RESIDU
FITTING
DI
KARANGSAMBUNG – JAWA TENGAH telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 30 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains ( S.Si ) pada Program Studi Fisika. Jakarta, 30 Juni 2010 Sidang Munaqasyah
Penguji I,
Penguji II,
Ambran Hartono, M.Si NIP : 19710408 200212 1 002
Drs. Sutrisno, M.Si NIP : 19590202 198203 1 005
Mengetahui, Dekan Fakultas Sains dan Teknologi,
Ketua Program Studi Fisika,
DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis NIP : 19680117 200112 1 001
Drs. Sutrisno, M.Si NIP : 19590202 198203 1 005
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Juni 2010
IIZ FAIZAH
ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang interpretasi kualitatif medan gravitasi yang bertujuan untuk menghitung nilai anomali residu dengan metode Pollynomial Fititng di daerah Karangsambung. Dengan menggunakan data yang diambil dari 97 titik pengamatan di sekitar wilayah Karangsambung yang terletak antara 7.256º LS – 7.546º LS dan 109.662º BT - 109.676º BT, diperoleh hasil nilai tertinggi Anomali bouger = 99.17 mgal dan nilai terendahnya = 89.21 mgal, kemudian bila Anomali Residu (sisa) dihitung dengan cara mengurangi nilai Z - Z hitung di setiap titik pengamatan, hasilnya diperoleh nilai tertinggi = 3.195 mgal dan nilai terendah = -3.475 mgal. Nilai anomali residu yang diperoleh dibuat peta kontur anomali residu untuk selanjutnya diinterpretasikan secara kualitatif yang diperjelas dengan interval warna.
Kata kunci : Polynomial Fitting , Anomali Bouger , Anomali Residu
i
ABSTRACT
Research have been done about qualitative interpretation of gravity field that the aim is counting the value of residual anomaly by polynomial fitting method at Karangsambung area. With use the result which is taken from inspection of 97 points in around Karangsambung which is to lie locked up in 7.256 °S – 7.546°S and 109.662°E – 109.676°E, taken from high result bouger anomaly = 99.17 mgal and lowest result = 89.21 mgal, and then if residual anomaly counted with subcract Z – Z hitung in every inspection of points and the high result = 3.195 mgal and lowest result = - 3.475 mgal. The obtained value of residual anomaly created for qualitative interpreting that obvious with the interval of colour.
Keywords : Pollynomial Fitting , Bouger Anomaly , Residual Anomaly
ii
Motto : “ Sesunguhnya Kami menurunkan Kepadamu Alkitab (Alquran) untuk manusia dengan membawa kebenaran. Siapa yang mendapat petunjuk maka (petunjuk) itu untuk dirinya sendiri dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya
sendiri,
maka
kamu
sekali-kali
bukanlah
orang
yang
bertanggung jawab terhadap mereka”. (Qs. Azzumar : 41 )
“Maka nikmat TUhan Yang manakah yang kamu dustakan?” (Qs. Arrahman : 13)
“ Keberhasilan tanpa kegagalan dan usaha adalah keberuntungan semata”
Teriring sembah sujud ku persembahkan skrispsi ini Sebagai tanda bukti dan cintaku Terhadap Emak dan Apa , Ibu , Mama dan Papa Fia , Umi dan Abi Tazkia, Ibu dan Abah Talita, Ntat dan Aa Alit , Ema, sibungsu Mif SeRta Keponakan Q (Shofia , Syakira , Tazkia dan Talita), Teh Elah Dan
orang-orang
yang
selalu
mendukung
dan
mencintaiku dengan tulus karena Allah SWT., serta yang
selalu
membuatku
maupun duka.
tersenyum
dalam
suka
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahiim…. Alhamdulillah, Puji dan Syukur yang tidak terhingga, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam penyusunan, penulis tidak luput dari hambatan dan kesulitan. Namun, berkat bantuan, motivasi dan dukungan dari semua pihak yang terkait dengan penulis, alhamdulillah, skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibunda tersayang dan Ayahanda tercinta yang selalu mencurahkan kasih dan sayang, untaian do’a, dukungan moril dan materil, semangat dan rasa cintanya yang tak terhingga dan begitu mendalam yang selalu dicurahkan sepanjang masa. Ibu,Kakak-kakak dan adik-adik ku yang selalu kusayangi (Mama&Papa Fia,Umi&Abi Tazkia, Ibu&Abah Talita, Ntat & K Tb, Ema, Miftah) dan keponakan tercinta Ratu Sofia Nursarifah, Ratu Syakira Nursakinah, Ratu Tazkia Nuradiba dan Thalita Ro’fatul Azizah yang selalu ceria menemaniku dengan segenap keceriaan canda dan tawa. 2. Ibu Tati Zera , M.Si selaku Pembimbing I yang telah menyempatkan dan meluangkan
waktunya
untuk
selalu
menularkan
ilmunya
serta
memberikan dorongan dan bimbingan pada penulis. 3. Bapak Arif Tjahjono , M.Si selaku Pembimbing II yang dengan kesabaran telah menyempatkan dirinya untuk membimbing penulis
iii
4. Bapak DR.Syopiansyah Jaya Putra , M.Si, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah 5. Bapak Drs. Sutrisno, M.Si selaku Ketua Program Studi Fisika 6. Seluruh staf pengajar Prodi Fisika 7. Ibu Nunung Isnaini makasih atas bantuan dalam pembuatan kontur nya 8. Ka Novi makasih buat ilmu yang telah diberikan. 9. Teman-teman seperjuangan Fisika “06 UIN Jakarta (Geophysics-Team : Iif, Cindi,Ida, Bahtiar, Agung, Chiko dan Kia ), (Instrument PhysicsTeam : Iik, Putri, Shila, Dewi, Agus, Iwe, Dono, Karima), (Material Physics-Team : Devi, Rinan, Rusman, Ana, Absory) . Makasih ya wat kebersamaanya selama ini…Mizz U…… 10. Rere ” kakek” makasih buat canda,tawa serta motivasinya.. 11. Seseorang yang selalu menjadi motivasi dalam hidup ini “Ayyash al Farhat “..maksih buat semuana… Bagaimanapun penulis menyadari bahwa dalam karya tulis ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis memohon semoga bagi mereka dilimpahkan pahala yang berlipat ganda atas segala batuan dan di catat sebagai pahala di sisi-Nya. Jakarta, Juni 2010
Penulis
iv
5
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ i ABSTRACT ......................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii DAFTAR ISI ......................................................................................................... v DAFTAR GAMBAR………………………………………………………..... viii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix BAB I.
BAB II.
PENDAHULUAN ............................................................................. 1 1.1
Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah ..................................................................... 2
1.3
Tujuan Penelitian ....................................................................... 3
1.4
Manfaat Penelitian ..................................................................... 4
1.5
Batasan Masalah ........................................................................ 4
1.6
Sistematika Penulisan ................................................................ 4
LANDASAN TEORI .......................................................................... 6 2.1
Teori Medan Gravitasi ............................................................... 6
2.2
Formula Gaya Gravitasi ............................................................. 10
2.3
Efek Gaya Gravitasi Dari Benda Terkubur ............................... 14 2.3.1 Bola ............................................................................... 15 2.3.2 Silinder Horizontal ........................................................ 16 2.3.3 Silinder Vertikal ............................................................ 16 2.3.4 Prisma Siku-siku ............................................................ 17
v
2.4
Penentuan Rapat Massa Batuan ................................................ 17 2.4.1 Metoda Sampel .............................................................. 18 2.4.2 Metoda Nettleton Profile. .............................................. 18 2.4.3 Metoda Garis Lurus Parasnis ......................................... 20 2.4.4 Metoda Pengukuran Gravitasi Bawah Permukaan......... 20
2.5
Reduksi dan Anomali Gravitasi ................................................. 21 2.5.1 Koreksi Apungan (Drift Correction) ............................ 23 2.5.2 Koreksi Pasang Surut Bumi (Tidal Correction)............. 24 2.5.3 Koreksi Koreksi Lintang (Latitude Correction) ........... 25 2.5.4 Koreksi Udara-bebas (Free-air Correction) ................. 26 2.5.5 Koreksi Bouguer (Bouger Correction) .......................... 27 2.5.6 Koreksi Medan (Terrain Correction) ............................ 28
2.6
Anomali Bouguer ....................................................................... 30
2.7
Pemisahan Anomali Regional dan Anomali Residual (Lokal) .. 31 2.7.1 Metode Grafik ................................................................ 33 2.7.2 Metode Perataan Lokal .................................................. 34 2.7.3 Metode Pollynomial Fitting ........................................... 34
BAB III
METODE PENELITIAN .................................................................... 37 3.1
Waktu dan Tempat Penelitian .................................................... 37
3.2
Alat dan Software Komputer..................................................... 38
3.3. Tahapan Pengolahan Data .......................................................... 39 3.4
Metode Penelitian....................................................................... 41
3.5
Tahap Interpretasi Kualitatif ...................................................... 44
vi
3.6
Tinjauan Umum Daerah Penelitian ............................................ 45 3.6.1 Lokasi Daerah Penelitian ............................................... 45 3.6.2 Geologi Umum Daerah Penelitian ................................. 46
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 53
BAB V
PENUTUP ........................................................................................... 63 5.1
Kesimpulan ................................................................................ 63
5.2
Saran........................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 64 LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gaya Gravitasi.................................................................................. 6 Gambar 2.2 Bentuk Ellipsoid Bumi ..................................................................... 12 Gambar 2.3 Titik Amat P dengan Ketinggian h terhadap Geoid ......................... 27 Gambar 2.4 Lempeng Bouger dengan ketebalan h .............................................. 28 Gambar 2.5 Topografi Disekitar titik Amat P mengakibatkan Pengurangan Medan yang harus dikoreksi ............................................................ 30 Gambar 3.1 Titik-titik Pengukuran ...................................................................... 38 Gambar 3.2 Alur Pengolahan Data Gravitasi....................................................... 40 Gambar 3.3 Peta geologi daerah Karangsambung ............................................... 47 Gambar 4.1 Peta Kontur Topografi dan Posisi titik-titik Pengambilan Data....... 55 Gambar 4.2 Kontur Anomali Bouger Dengan Interval 0.3 mgal ......................... 57 Gambar 4.3 Kontur Anomali Regional Dengan Interval 0.3 mgal ...................... 59 Gambar 4.4 Kontur Anomali Residu (Sisa) Interval 0.5 mgal............................. 60
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Gravitasi Daerah Karangsambung ........................................... 68 Lampiran 2 Peta Geografis Karangsambung ....................................................... 71 Lampiran 3 Peta Geologi Daerah Karangsambung ............................................. 72 Lampiran 4 Peta Anomali Bouger Daerah Karangsambung ............................... 74 Lampiran 5 Menjalankan Software Surfer 8.0 ...................................................... 75 Lampiran 6 Menjalankan Software SPSS 16 ........................................................ 82
ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi, saat ini sangat banyak metode geofisika terapan yang digunakan untuk mengamati berbagai fenomena yang ada di bawah permukaan bumi, salah satu dari metode tersebut adalah metode gravitasi. Metode ini memiliki keunggulan yaitu mampu mengidentifikasi adanya jebakan mineral di dalam perut bumi melalui perbedaan rapat massa suatu bahan terhadap lingkungan sekitarnya. Dalam aplikasinya metode ini banyak digunakan dalam kegiatan eksplorasi minyak bumi terutama untuk menemukan batuan dasar / bed rock yang merupakan tempat terjadinya jebakan minyak bumi / oiltrap, disamping ini metode ini termasuk metode yang cepat dan murah dalam operasi pengambilan data di lapangan sehingga sangat baik digunakan sebagai metode untuk survey awal. Metode gravitasi merupakan metode geofisika yang didasarkan pada pengukuran variasi medan gravitasi bumi akibat sebaran massa di kerak bumi. Metode ini merupakan metode yang sangat baik untuk pemetaan struktur bawah permukaan berdasarkan pada perbedaan massa jenis (ρ ) batuan penyusunnya. Hal inilah yang akan menyebabkan anomali gravitasi (∆g) di permukaan. Besaran yang diukur dalam metode ini adalah percepatan gravitasi, dimana nilai besarannya sangat tergantung dari posisi pengukurannya.Dari pengukuran percepatan gravitasi tersebut akan diperoleh distribusi percepatan di
1
permukaan dan percepatan gravitasi ini berbanding lurus dengan densitasnya. Distribusi densitas akan memberikan informasi tentang kontras densitas, yang selanjutnya dapat digunakan untuk menginterpretasikan kondisi di bawah permukaan suatu area. Diantara sifat fisis batuan yang mampu membedakan antara satu macam batuan dengan batuan yang lainnya adalah massa jenis batuannya. Distribusi massa jenis yang tidak homogen pada batuan penyusun kulit bumi ini akan memberikan variasi harga medan gravitasi di permukaan bumi. Penyebaran lateral dan vertikal dari rapat massa bumi dapat ditentukan dari data gravitasi melalui suatu sebaran yang disebut Anomali Bouguer. Anomali tersebut merupakan gambaran kumpulan massa batuan yang dapat diduga sebagai bentuk struktur atau geometri bawah permukaan, sehingga dapat menggambarkan cekungan di suatu area. Sedangkan untuk mengetahui penyebaran rapat massa dalam skala lokal diperlukan data anomali residunya (sisa). Karangsambung merupakan Kawasan Cagar Alam Geologi dimana pada daerah tersebut banyak tersingkap berbagai macam batuan. Oleh karenanya sangat menarik untuk dilakukan penelitian tentang interpretasi anomali residu di daerah Karangsambung,Kebumen.
1.2 Rumusan Masalah Salah satu metode gravitasi yang dapat dipergunakan untuk interpretasi hasil pengolahan data gravitasi adalah dengan menggunakan pemetaan kontur anomali bouger. Pengambilan data gravitasi dilakukan selama tiga hari pada
2
tanggal 20 sampai 22 Juni 2008 di daerah Karangsambung bagian Selatan dengan 97 titik pengamatn. Daerah yang diamati berada pada koordinat 7.256º LS – 7.546º LS dan 109.662º BT - 109.676º BT. Hasil anomali bouger ini merupakan superposisi dari dua penyebab utama anomali yaitu anomali regional dan anomali residu (sisa), sehingga perlu adanya pemisahan anomali. Banyak metode yang dapat digunakan untuk menghitung anomali sisa tersebut, tetapi dalam penulisan ini perhitungan anomali sisa dilakukan dengan cara (metode) analitik. Setelah didapatkan nilai anomali residu, yang dapat menunjukan ada tidaknya jebakan massa, maka dibuat konturnya. Dari kontur inilah interpretasi suatu daerah dapat dilakukan.
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Mengetahui
nilai
anomali
residu
dengan
menggunakan
Metode
Polynomial Fitting 2. Menginterpretasikan secara
kualitatif area tersebut untuk mengetahui
adanya suatu konsenterasi massa yang dilakukan dengan pemetaan kontur anomali bouger dan anomali residu (sisa).
3
1.4 Manfaat Penelitian 1.
Memberikan informasi tentang struktur batuan daerah penelitian kepada pihak perusahaan yang bergerak dibidang eksplorasi dan pertambangan, dan kepada pemerintah sesuai dengan penafsiran yang diperoleh dari penelitian.
2. Jika terdapat kandungan mineral dan hidrologi yang cukup banyak maka dapat dijadikan sebagai acuan bagi penelitian berikutnya serta bagi pengembangan eksplorasi.
1.5 Batasan Masalah Dalam Penelitian ini, penulis membatasi masalah pada: 1. Data yang digunakan diambil pada tanggal 20 Juni sampai 22 Juni 2008 untuk 97 titik pengamatan, yang terletak di daerah Karangsambung pada koordinat 7.256º LS – 7.546º LS dan 109.662º BT - 109.676º BT). 2. Perhitungan nilai harga densitas rata-rata dilakukan dengan menggunakan metode Nettleton. 3. Interpretasi yang dilakukan hanya interpretasi kualitatif
1.6 Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini terbagi dalam 5 bagian, dengan perincian sebagai berikut:
4
1. BAB I. PENDAHULUAN Pada bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, sistematika penulisan. 2. BAB II. LANDASAN TEORI Pada bab ini berisi tentang teori dan prinsip gaya berat, teori pengolahan data gravitasi, dan tinjauan geologi daerah penelitian. 3. BAB III. METODE PENELITIAN Pada bab ini berisi tentang tahap pengambilan data, alat dan software, tahap pengambilan data, tahap pengolahan data, dan tahap interpretasi data. 4. BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini berisi tentang pengolahan data dan interpretasinya sehingga didapatkan hasil penelitian yang telah dilakukan. 5. BAB V. KESIMPULAN Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan.
5
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Teori Medan Gravitasi Teori dasar dalam penelitian gravitasi didasarkan pada hukum Newton tentang gravitasi yang dipublikasikan oleh Newton pada tahun 1687 dengan judul “Philosophiae Naturalis Principia Mathematica”, menyatakan besar gaya gravitasi antar dua massa sebanding dengan perkalian massa keduanya dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antar kedua pusat massa. Pada gambar 2.1 gaya yang ditimbulkan antara partikel dengan massa m yang berpusat pada titik Q (x’, y’, z’) dan partikel mo pada titik P(x, y, z) persamaan matematisnya sebagai berikut:
(Gambar 2.1 Gaya Gravitasi)
F=G
భ మ మ
………………………………………………..
(2.1)
6
Massa m1 dan m2 mengalami gaya gravitasi bersama yang sebanding dengan m1, m2 dan r2, dimana : m1
= massa bumi
m2
= massa benda
r
= jarak antara m1 dan m2
G
= konstanta gravitasi Newton (6,672 x 10 –11 m3/Kgs 2)
Harga gravitasi yang dialami oleh suatu titik di bumi adalah akibat dari pengaruh resultan semua gaya yang bekerja pada titik itu. Harga gaya berat rata2
rata pada permukaan bumi dalam satuan SI adalah 9.8 m/s . Satuan yang lebih 2
kecil dinyatakan dalam mikrometer/s atau g u ( gravity unit ). Di dalam satuan 2
CGS gayaberat dinyatakan dengan cm/s atau dipakai juga satuan dyne, millidyne. Semenjak 1986 oleh Von Oetingen ( Jerman ) diperkenalkan satuan gal sebagai 2
pengganti satuan cm/s untuk menghormati nama Galileo yang telah banyak berjasa. Untuk harga yang biasanya dijumpai dalam pengukuran gaya berat digunakan satuan miligal ( 1 mgal ), setara dengan 10 gravity unit. -3
-3
2
1 mgal = 10 gal = 10 cm/s Besaran yang diukur dalam metode gaya berat adalah percepatan gaya berat yang dialami suatu massa benda akibat tarikan massa bumi M yang merupakan gaya per satuan massa yang dinyatakan sebagai berikut :
g=
ி
=-G
ெ మ
……………………………………………..
(2.2)
Percepatan tersebut menyatakan ukuran dari medan gaya berat bumi yang bekerja pada suatu titik, dan untuk keperluan geofisika lebih dikenal satuan mgal.
7
Untuk suatu besaran fisis yang hanya bergantung pada posisinya ( jarak ) terhadap suatu pusat referensi tertentu seperti intensitas medan gaya berat bumi, medan magnet atau medan listrik sering diformulasikan dalam konsep atau teori potensial. Potensial pada suatu titik dalam medan gaya berat didefinisikan sebagai energi yang diperlukan untuk memindahkan satu satuan massa benda dari suatu titik asal sembarang ( biasanya diambil di titik tak hingga ) kesuatu titik tertentu yang dimaksud. Sedangkan kerja yang dilakukan tidak tergantung pada lintasannya, melainkan hanya bergantung pada posisi awal dan posisi akhirnya saja sehingga medan gravitasi adalah suatu medan konservatif yang dapat dinyatakan sebagai gradient skalar :
g(ݎԦ) = ߘܷ (ݎԦ) …………………………………………
ௗ
U(ݎԦ) = ஶ ݃. ݀ = ݎ− ܯܩஶ మ ………………………... U(ݎԦ) =
ீெ
………………………………………….
(2.3) (2.4) (2.5)
Pernyataan besarnya potensial sebagai fungsi dari jarak untuk suatu distribusi massa sebarang dengan rapat massa konstan, dapat dituliskan dalam bentuk integral volume dari persamaan ( 2.5 ) . Pernyataan tersebut masingmasing dalam koordinat kartesian, koordinat silinder dan koordinat bola adalah sebagai berukut :
8
Percepatan gravitasi komponen vertikal (z) merupakan besaran yang terukur oleh alat ukur gravitasi (gravimeter) didapatkan dengan mendeferensiasikan persamaan
(2.6),(2.7)
dan
(2.8)
masing-masing
terhadap
z
sehingga
menghasilkan:
Persamaan ( 2.9 ) ,( 2.10 ) dan ( 2.11 ) tersebut merupakan persamaan yang cukup penting dalam metoda gravitasi, antara lain dapat digunakan sebagai dasar pada permasalahan :
9
• Perhitungan efek dari percepatan gravitasi pada suatu titik akibat suatu distribusi massa tertentu terutama untuk pemodelan benda anomali pada masalah interpretasi. • Perumusan untuk mengetahui kecenderungan /gradien gravitasi baik arah vertikal maupun horizontal. • Penentuan proyeksi medan potensial gravitasi ke suatu permukaan / bidang yang diinginkan ( kontinuasi ). • Dan permasalahan lain yang berhubungan dengan persamaan medan potensial gravitasi dengan mengembalikannya ke bentuk persamaan medan potensial paling umum .
2.2 Formula Gaya Gravitasi Geopotensial total merupakan penjumlahan atau gabungan antara potensial akibat massa bumi ( potensial gaya berat ) dan potensial akibat adanya perputaran bumi pada sumbunya ( potensial rotasi ). Untuk kondisi ideal dimana tidak ada variasi lateral rapat massa maka terdapat suatu permukaan ekipotensial yang merupakan hasil kesetimbangan antara kedua potensial tersebut diatas, permukaan ini disebut speroid. Pada kenyataannya bumi tidaklah ideal, bentuk bumi sebenarnya tidaklah seperti bola homogen sempurna, melainkan lebih mendekati ellipsoida. Hal ini menyebabkan harga percepatan gravitasi tidaklah konstan di seluruh permukaan bumi. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya percepatan gravitasi adalah :
10
1. Posisi lintang, dimana perubahan gravitasi dari ekuator ke kutub adalah sekitar 5 gal atau 5% dari harga rata-rata g (sekitar 980 gal). 2. Ketinggian, bisa mencapai 0.1 gal atau 0.01% dari harga g. 3. Variasi densitas, yang berhubungan dengan eksplorasi gravitasi antara lain: • Eksplorasi minyak sekitar 10 gal atau 0.001%. • Eksplorasi mineral sekitar 1 gal. 4. Pasang surut bumi 5. Topografi Dua yang terakhir besarnya lebih kecil dari efek yang disebabkan oleh variasi densitas. Sehubungan dengan keadaan tersebut maka dibutuhkan suatu datum referensi untuk keseragaman dalam pengukuran densitas di permukaan bumi. Bumi berbentuk elipsoid. Dari hasil pengukuran dengan metode geodesi dan dari pengamatan satelit, diketahui bentuk bumi adalah mendekati sferoid yang cembung di ekuator dan datar (pipih) di kedua kutubnya. Sferoid adalah bentuk oblate ellipsoid yang merupakan permukaan laut rata-rata dengan menghilangkan daratan di atasnya.. Pemipihan bumi tersebut adalah sekitar 1/298.25 yaitu diperoleh dari {(Re-Rk)/Re} yang biasa disebut dengan parameter pepatan. Bentuk ini tidak lain disebabkan oleh perputaran bumi pada porosnya ( rotasi ), sehingga bentuk bumi menjadi tidak bulat benar, melainkan memipih dikedua kutubnya.
11
(Gambar 2.2 Bentuk Ellipsoid Bumi ) Pemipihan bumi biasanya dalam bentuk parameter bumi ( pemepatan ), dan dapat dituliskan dalam notasi matematika sebagai berikut : f=
ோ ି ோೖ ோ
…………………………………………
(2.12)
Dengan : R = jari-jari ekuator e
R = jari-jari kutub k
Karena bentuk bumi tersebut, menyebabkan percepatan gravitasi bumi memiliki nilai maksimum di kutub dan minimum di equator. Perbedaan aktual antara percepatan di kutub dan di equator adalah sebesar ± 5.3 gal atau 5300 mgal. Karena geoid dipengaruhi oleh tarikan massa maka di daratan geoid akan tertarik ke atas dan berada lebih tinggi daripada sferoid, sebaliknya di lautan akan tertarik ke bawah sehingga lebih rendah. Deviasi antara kedua permukaan tersebut mencapai 100 meter ( Kahn, 1983 ). Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa medan gravitasi dipengaruhi oleh beberapa faktor ( lintang, ketinggian,
12
densitas, pasangsurut dan topografi ). Maka setiap pembacaan gravitasi observasi haruslah dikoreksi untuk mereduksi pembacaan tersebut, supaya sesuai dengan harga pada datum referensi permukaan ekuipotensial yaitu geoid atau setiap permukaan yang sejajar dengannya. Permukaan bumi dapat didefinisikan dalam bentuk matematis yang dinyatakan dalam harga-harga gaya berat di semua titik pada permukaan bumi. Bentuk ini dikenal sebagai speroid referensi yang berhubungan dengan tinggi muka laut rata-rata. Percepatan gravitasi yang didapat adalah nilai pada permukaan laut yang telah di smooth pada bentuk bumi spheroid yang memberikan penetapan terbaik berbentuk aktualnya dan memiliki rapat massa seragam ke arah lateral. Harga gaya berat normal atau teoritis pada permukaan laut rata-rata sebagai fungsi dari lintang geografi tempat pengamatan yang dilakukan, dapat ditentukan dengan rumus : gΦ = g E (1 + β sin 2 Φ - ε sin 2 2Φ) mgal ………………………
(2.13)
Dengan : g = harga gaya berat di ekuator E
Ф = lintang tempat pengamatan β dan ε = konstanta yang berhubungan dengan parameter bumi Persamaan tersebut dikenal sebagai formula gaya berat Internasional (International Gravity Formula ) yang ditetapkan oleh International Union of Geodesy and Geophysics ( IUGG, 1930 ). Pada rumusan gaya berat Internasional tahun 1930 tersebut digunakan data parameter bumi ( pepatan ) sebesar 1/297
13
(Hayford, 1910 ) dan radius ekuator = 6378388 meter serta harga gaya berat di ekuator g = 978.049 gal ( hasil international assosiation tahun 1924 ). Dari data E
tersebut, harga gaya berat teoritis pada lintang tempat pengamatan dapat dinyatakan sebagai berikut : gΦ = 978.0491 (1 + 0.0052884 sin2 Φ – 0.0000059 sin2 2Φ)gal ………… (2.14) Perkembangan satelit telah menghasilkan data parameter-parameter bumi yang lebih teliti. Pada International Association of Geodesy tahun 1967 dihasilkan rumusan gaya berat sebagai berikut : gΦ = 978.031846 (1 + 0.005278895 sin2 Φ – 0.0000023462 sin2 2Φ)gal …. (2.15) Perbaikan-perbaikan parameter bumi terus dilakukan sehingga rumusan gaya berat teoritis dapat terus berubah. Dari tahun ketahun sejak Helmert ( 1901 ), Bowie ( 1917 ), Heiskanen ( 1938 ), Heiskanen dan Outila ( 1957 ), IUGG (1980 ) dan seterusnya sampai sekarang mengalami perbaikan data parameter bumi. Tahun 1980 International Union of Geodesy and Geophysics ( IUGG ) menentukan sistem referensi geodesi dengan parameter pepatan bumi = 1/298.247 dan jari-jari ekuator = 6378135 meter. Rumusan gaya berat teoritis hasilnya yaitu: gΦ = 978.0318 (1 + 0.0053024 sin2 Φ – 0.0000059 sin2 2Φ)gal …………
(2.16)
2.3 Efek Gaya Gravitasi Dari Benda Terkubur Benda terkubur dengan bentuk tertentu bila rapat massanya ( ρ ) = rapat B
massa lingkungannya ( ρ ) sukar diinterpretasi, tetapi bila ( ρ ) berbeda dengan L
B
( ρ ) baru akan menghasilkan anomali gravitasi dengan ketentuan : L
14
1. ρ > ρ → anomali negatif L
B
2. ρ < ρ → anomali positif L
B
Dengan : ρ = rapat massa lingkungan L
ρ = rapat massa benda terkubur B
ρ = ρ - ρ = density contrast ( digunakan dalam perhitungan ) B
L
Perhitungan efek gaya berat dari model-model benda berbentuk sederhana dapat digunakan sebagai pendekatan dalam koreksi dan interpretasi gaya berat. Dibawah ini akan diuraikan beberapa efek gaya berat diantara model benda sederhana yang penting :
2.3.1 Bola Komponen vertikal gaya berat suatu bola dapat dianggap bahwa seluruh massa bola terkumpul pada titik pusatnya. Suatu bola bermassa M dengan rapat massa ρ yang jari-jari nya R, akan memberikan percepatan gravitasi : gz =
ݖܯܩ ݎ3
..............................................................................
4
karena : M = 3 π R3 ρ ସ
(2.17)
→ r = x2 + z2 1/2 ௫
Maka : gz = ଷ π R3 G ρ (௫ మ ା௬ మ)ଷ/ଶ ..........................................
(2.18)
Dengan : g
z
= dalam miligal
15
3
ρ
= dalam gram/cm
R, x, z
= dalam ribuan feet
2.3.2 Silinder Horizontal Efek gaya berat silinder horizontal dengan penampang berupa lingkaran homogen tak hingga dapat diperlakukan sebagai model benda dua dimensi, dianggap seluruh massa silinder terkumpul pada sumbu utamanya. gz =
2 ݖܯܩ ........................................................................ ݎ3
(2.19)
Dimana M adalah massa persatuan panjang sumbu utama, sehingga : m = π R2 ρ ݖ
gz = 2 π R2 ρ (ݔ2+ ݖ2)...................................................
(2.20)
2.3.3 Silinder Vertikal Secara umum efek gaya berat terhadap benda silinder vertikal yang terletak pada sumbu utamanya adalah :
16
2.3.4 Prisma Siku-siku Untuk suatu prisma siku-siku horizontal sampai tak hingga sehingga penampangnya berbentuk persegi panjang, efek gaya beratnya dinyatakan oleh : gz = 2 Gρ {x ln
1 ݎ4 ݎ2 ݎ3
ݎ
+ b.ln ݎ2 + D (Φ2 + Φ4) – d (Φ1 – Φ3}………… 1
(2.23)
Model prisma siku-siku dapat dikembangkan untuk mewakili modelmodel lain dengan menggunakan variasi atau susunan beberapa prisma, antara lain step model untuk interpretasi sesar.
2.4 Penentuan Rapat Massa Batuan Dalam eksplorasi geofisika dengan metode gaya berat dimana besaran yang menjadi sasaran utama adalah rapat massa atau kontras rapat massa maka perlu diketahui distribusi harga rapat massa batuan, baik untuk pengolahan data maupun interpretasi. Rapat massa batuan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah rapat massa butir atau matriks pembentuknya, porositas, dan kandungan fluida yang terdapat dalam pori-porinya. Namun demikian terdapat banyak faktor lain yang ikut mempengaruhi rapat massa batuan diantaranya adalah proses pembentukan, pemadatan ( kompaksi ), akibat tekanan dan kedalaman serta derajat pelapukan yang telah dialami batuan tersebut. Dengan demikian harga rapat massa batuan tidak dapat ditentukan secara tunggal atau unik hanya berdasarkan jenis batuannya saja, melainkan meliputi suatu distribusi harga tertentu. Dengan tambahan informasi mengenai sifat-sifat fisik dan kondisi
17
sekitarnya maka harga-harga rapat massa batuan dapat ditentukan secara lebih spesifik. Untuk keperluan pengolahan / reduksi data gravitasi terlebih dahulu perlu ditentukan harga rapat massa batuan rata-rata yang mewakili daerah penelitian. Rapat massa batuan rata-rata dapat ditentukan dengan metoda antara lain :
2.4.1 Metode Sampel. Metoda sampel ( cuplikan ) didasarkan atas hasil pengukuran di Laboratorium dari beberapa sampel batuan permukaan. Cara ini mungkin akan memberikan hasil yang bervariasi bergantung pada distribusi dan banyaknya pengambilan sampel tersebut dan juga kondisi geologi/ litologi setempat mengingat faktor-faktor seperti dijelaskan diatas.
2.4.2 Metode Nettleton Profile. Anomali Bouguer pada titik-titik pengamatan dalam suatu lintasan tertentu dihitung dengan menggunakan harga rapat massa batuan yang berbeda misalnya 1.9;2.0;2.1;2.2;2.3;2.4................gram/cm. Lintasan tersebut diusahakan dapat mewakili seluruh daerah penyelidikan yang terdiri dari suatu bukit dengan kedalaman lembah dikedua sisinya relatif hampir sama. Profil anomali Bouguer kedalaman lembah dikedua sisinya relatip hampir sama. Profil anomali Bouguer yang paling sedikit dipengaruhi / terkorelasi dengan perubahan kondisi topografi adalah anomali yang telah dihitung dengan harga rapat massa batuan rata-rata yang paling tepat.
18
Metode tersebut tampaknya bersifat grafis-empiris namun sebenarnya dapat diturunkan berdasarkan perumusan matematis, yaitu dengan membuat koefisien korelasi antara anomali Bouguer dengan ketinggian ( h ) sama dengan nol. Artinya jika anomali Bouguer telah dihitung menggunakan harga rapat massa batuan rata-rata yang tepat maka harga anomali tersebut tidak akan banyak dipengaruhi oleh perubahan topografi. Rapat massa batuan rata-rata diperoleh dari harga rapat massa yang diasumsikan (ρo) ditambah dengan suatu faktor ‘ koreksi ‘ berdasarkan persamaa
ρ = ρ0 +
∑(∆g rel − ∆ g rel ) (h − h) 0.04191 ∑(h − h + ∆g T − ∆ g T )
………………………………….. (2.24)
Dengan :
19
2.4.3 Metode Garis Lurus Parasnis. Parasnis mengusulkan cara lain yang dinamakan metoda garis lurus. Misalkan anomali Bouguer ( =∆gcorr) merupakan kesalahan acak ( random ), maka anomali Bouguer pada stasiun disepanjang garis adalah nol atau secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : ∆gcorr = ∆gobs - ∆gφ + 0.3086h – 0.04191h.ρ + T.ρ ……………………… (2.25) ∆gobs - ∆gφ = (0.04191h + T)ρ - 0.3086h
…………………………… (2.26)
Persamaan tersebut dapat dipandang sebagai suatu hubungan linier seperti persamaan y = mx + b. Jika kita plot harga-harga (∆gobs - ∆gφ ) + 0.3086h maka akan membentuk garis lurus dengan kemiringan ρ . Biasanya semua titiktitik tidak terletak pada pada garis lurus tersebut, sehingga dalam beberapa keadaan dapat dipergunakan cara kuadrat terkecil ( least square ).
2.4.4 Metode Pengukuran Gravitasi Bawah Permukaan. Metode ini adalah dengan cara pengukuran gravitasi bawah permukaan. Perbedaan antara dua pengukuran adalah : δg = (0.094 – 0.02554ρ)h + Σ T……………………………
(2.27)
dengan : h = jarak tegak stasiun gravitasi pengamatan dan stasiun dibawahnya. ΣT = Beda koreksi Terrain . rapat massa rata-rata adalah :
ρ=
(.ଽସି ఋ ఀ்) .ଶହହସ
……………………………………… ..
(2.28)
20
Cara pendekatan ini kurang baik jika pengukuran hanya dibeberapa tempat untuk daerah penyelidikan ( survey ) gravitasi yang cukup luas. Tabel 2.1 : Densitas Batuan Rentang Densitas
Rata-rata
( gr / cm3)
( gr / cm3)
-
1.92
Soil
1.20 – 2.40
1.92
Clay
1.63 – 2.60
2.21
Gravel
1.70 – 2.40
2.00
Sand
1.70 – 2.30
2.00
Sandstone
1.61 – 2.76
2.35
Shale
1.77 – 3.20
2.40
Limestone
1.93 – 2.90
2.55
Dolomite
2.28 – 2.90
2.70
Rhyolite
2.35 – 2.70
2.52
Andesite
2.40 – 2.80
2.61
Granite
2.50 – 2.81
2.64
Granodiorite
2.67 – 2.79
2.73
Porphyry
2.60 – 2.89
2.74
Quartz diorite
2.62 – 2.96
2.79
Tipe Batuan
Batuan Sedimen Overburden
Batuan beku
21
Diorite
2.72 – 2.99
2.85
Lavas
2.80 – 3.00
2.90
Diabase
2.50 – 3.20
2.91
Basalt
2.70 – 3.30
2.99
Gabbro
2.70 – 3.50
3.03
Peridotite
2.78 – 3.37
3.15
Acid igneous
2.30 – 3.11
2.61
Basic igneous
2.09 – 3.17
2.79
Quartzite
2.50 – 2.70
2.60
Schists
2.39 – 2.90
2.64
Graywacke
2.60 – 2.70
2.65
Marble
2.60 – 2.90
2.75
Serpentine
2.40 – 3.10
2.78
Slate
2.70 – 2.90
2.79
Gneiss
2.59 – 3.00
2.80
Amphibolite
2.90 – 3.04
2.96
Eclogite
3.20 – 3.54
3.37
Metamorpic
2.40 – 3.10
2.74
Batuan Metamorf
22
2.5 Reduksi dan Anomali Gravitasi Harga gaya berat tergantung pada tempat pengukuran terhadap jaraknya ke pusat bumi, oleh karena itu perlu dilakukan koreksi jika terdapat perbedaan kondisi titik pada pengamatan terhadap kondisi teoritis tersebut dan untuk memperhitungkan akibat pengaruh alat. Pembacaan gravitasi secara umum dipengaruhi oleh beberapa faktor sehingga dilakukan koreksi untuk mengurangi kesalahan pembacaan gravitasi ke nilai gravitasi permukaan datum ekuipotensial seperti geoid (permukaan bumi dimanapun yang paralel dengan geoid).Menetapkan hasil pengukuran di suatu tempat di permukaan bumi (Mean Sea Level) haruslah dikoreksi dengan berbagai reduksi, antara lain :
2.5.1 Koreksi Apungan (Drift Correction) Alat gravimeter umumnya dirancang dengan sistem pegas setimbang, dan dilengkapi dengan massa (beban yang tergantung di ujungnya). Karena pegas tidak elastis sempurna maka akibatnya sistem pegas tidak kembali ke kedudukan semula. Hal ini mengakibatkan perubahan penunjukkan harga pengukuran gravitasi pada setiap saat di suatu tempat pengukuran yang sama. Koreksi drift dapat diartikan sebagai koreksi yang disebabkan oleh sifat alat gravimeter yang selalu menunjukkan perubahan harga setiap waktu. Selain itu drift dapat juga disebabkan oleh gangguan alat selama transportasi atau selama pengukuran di lapangan.
23
Kesalahan drift di lapangan dapat dihitung pada setiap kisi pengamatan dengan sistem pengukuran tertutup atau sistem back to back stasiun. Secara matematis koreksi drift dapat dinyatakan sebagai berikut: g − g ᇱ ( ݐ− ݐ ) … … … … … … … … … … … . . … … … …. ܥܦ = ᇱ ݐ − ݐ
(2.29)
dengan : DCB = koreksi drift pada stasiun B
2.5.2
gA
= harga gravitasi di base stasiun A pada waktu tA
݃′
= harga gravitasi di base stasiun B pada waktu ܦ′ (saat penutupan)
ݐ
= waktu pengukuran di stasiun A (pada awal pengukuran)
ݐ′
= waktu pengukuran di stasiun A saat penutupan
ݐ
= waktu pengukuran di stasiun B
Koreksi Pasang Surut Bumi (Tidal Correction) Perubahan harga gaya berat suatu tempat terhadap waktu juga disebabkan
oleh pasang surut bumi akibat tarikan benda-benda angkasa khususnya matahari dan bulan. Perubahan tersebut bersifat periodik sesuai dengan posisi relatif bumibulan-matahari. Koreksi pasang surut dinyatakan oleh hubungan berikut : C = P +N cosφ(cosφ + sinφ) + S cosφ(cosφ - sinφ) ……………………..
(2.30)
Dimana P adalah suku yang hanya diperlukan waktu koreksi kutub, N dan S adalah parameter yang bergantung waktu dan biasanya telah ditabelkan untuk tiap jam, tanggal dan tahun serta tempat tertentu. Koreksi dilakukan dengan membuat kurva-kurva koreksi pada interval waktu pengamatan setiap hari dan harga koreksi diinterpolasi dari kurva-kurva tersebut. 24
2.5.3
Koreksi Lintang (Latitude Correction) Koreksi lintang digunakan untuk mengkoreksi gayaberat di setiap lintang
geografis karena gayaberat tersebut berbeda, yang disebabkan oleh adanya gaya sentrifugal dan bentuk ellipsoide. Dari koreksi ini akan diperoleh anomali medan gayaberat. Medan anomali tersebut merupakan selisih antara medan gayaberat observasi dengan medan gayaberat teoritis (gayaberat normal). Menurut (Sunardy, A.C., 2005) gayaberat normal adalah harga gayaberat teoritis yang mengacu pada permukaan laut rata-rata sebagai titik awal ketinggian dan merupakan fungsi dari lintang geografi. Medan gayaberat teoritis diperoleh berdasarkan
rumusan-rumusan
secara
teoritis,
maka
untuk
koreksi
ini
menggunakan rumusan medan gayaberat teoris pada speroid referensi (z = 0) yang ditetapkan oleh The International of Geodesy (IAG) yang diberi nama Geodetic Reference System 1967 (GRS 67) sebagai fungsi lintang (Burger, 1992). Berdasarkan hukum Newton dapat ditunjukan bahwa harga potensial gaya berat tergantung pada jaraknya (fungsi jarak). Makin besar harga r makin kecil efek gaya berat yang ditimbulkan. Karena bumi berbentuk speroid maka harga gaya berat naik sebanding dengan naiknya lintang tempat, makin ke kutub makin besar efek gaya beratnya. Pengaruh rotasi dan penggembungan bumi di ekuator menghasilkan peningkatan gravitasi terhadap lintang. Percepatan sentrifugal yang disebabkan oleh rotasi bumi bernilai maksimum di ekuator dan nol pada kedua kutub; percepatan sentrifugal berlawanan terhadap percepatan gravitasi. Sementara itu
25
pemipihan kutub meningkatkan gravitasi pada kutub karena geoid lebih dekat ke pusat massa bumi. Koreksi ditambah atau dikurangkan pada stasiun gaya berat yang diamati adalah tergantung dari letak stasiun tersebut lebih tinggi atau lebih rendah. Pada umumnya koreksi lintang ini digunakan untuk mendapatkan harga gaya berat teoritis jika jarak pengukuran berorde 1 – 2 km. Jika pengukuran orde kedua dari suku – suku yang lebih tinggi dapat diabaikan. gϕ = gE (1 + β sin 2 ϕ – ε sin 2 2ϕ ) mgal ୢದ ୢୱ
=
ଵ ୢ ୖம ୢம
=
ଵ ୖம
gE (β sin 2ϕ – 2ε sin 4ϕ)
W = 1.307 sin 2 2 sin2 ϕ mgal/mil = 0.8122 sin 2 2 sin2 ϕ mgal/km ................................................ (2.31) Dengan : Rϕ ୢದ ୢୱ
= jari-jari ekuator = W = koreksi Lintang
2.5.4 Koreksi Udara-bebas (Free-air Correction) Koreksi udara bebas merupakan koreksi akibat perbedaan ketinggian sebesar h dengan mengabaikan adanya massa yang terletak diantara titik amat dengan sferoid referensi. Koreksi ini dilakukan untuk mendapatkan anomali medan gayaberat di topografi. Untuk mendapat anomali medan gayaberat di topografi maka medan gayaberat teoritis dan medan gayaberat observasi harus sama-sama berada di topografi, sehingga koreksi ini perlu dilakukan.
26
Gravitasi bervariasi terhadap kuadrat jarak, sehingga diperlukan koreksi untuk perubahan elevasi antara stasiun untuk mengurangi pembacaan gravitasi ke permukaan datum. Koreksi udara bebas tidak memperhitungkan material yang terdapat di antara stasiun dan permukaan datum. Bila g diukur di permukaan bumi pada h tertentu, diatas permukaan laut, maka harus dikoreksi terhadap ketinggian sebelum dibandingkan dengan go. ݃
FAC = g – go = 2 ܴ ℎ ≈ 0.9406 ℎ
≈ 0.3086 h
(ℎ ݈݀ܽܽ݉ ݂݁݁)ݐ
( h dalam meter) ............ (2.32)
Koreksi udara bebas ditambahkan dalam pembacaan gravitasi untuk stasiun yang berbeda di atas bidang datum dan dikurangi jika stasiun berada di bawahnya.
(Gambar 2.3 Titik amat P dengan ketinggian h terhadap geoid)
2.5.5 Koreksi Bouguer Koreksi ini memperhitungkan pengaruh lempengan massa ( slab ) yang 3
dianggap tak terhingga dengan tebal h ( meter ) dan rapat massa ρ ( gram/cm ). Yang dimaksud koreksi bouguer adalah koreksi yang disebabkan adanya gaya
27
tarik material antara stasiun pengamatan dengan datum referensi, yang diabaikan pada koreksi udara bebas ( seperti terlihat pada gambar 2.4). Dengan menganggap bahwa stasiun pengamat pada pusat silinder tegak yang tingginya h dengan jari-jari tak hingga ( lapisan atau slab dengan ketinggian h ), mempunyai rapat massa yang sama. Slab tersebut terletak diatas datum referensi. Perbedaan harga gaya berat pengamat di stasiun P dengan referensi adalah : BC = 2 π G ρ h = 0.04188 ρ h .......................................................
( 2.33)
Dengan : BC = Koreksi Bouger ( mgal ) ρ = rapat massa h = ketinggian stasiun pengamatan
(Gambar 2.4 Lempeng Bouguer dengan ketebalan h)
2.5.6
Koreksi Medan (Terrain Correction) Pada
koreksi
Bouger
dianggap
bahwa
topografi
adalah
rata.
Kenyataanya di lapangan tidak demikian melainkan berlembah dan bergunung-
28
gunung, sehingga mempengaruhi harga gayaberat pengamatan. Akibat adanya gaya tarik massa gunung atau kekurangan massa pada lembah menyebabkan efek gayaberat pengamatan menjadi berkurang, sehingga akan mengurangi harga koreksi bouguer. Untuk mempermudah koreksi di lapangan telah dibuat hammer chart yaitu dengan membagi daerah penelitian menjadi daerah-daerah dibatasi oleh lengkungan ( kompartemen ). Kompartemen ini kemudian disebut terrain chart. Tinggi stasiun yang dimaksud dalam tabel adalah perbedaan tinggi pada setiap kompartemen. Efek gaya berat pada suatu sektor dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : 2 KT = Gρθ (r2 − r1 ) + (r1 + z 2 ) − (r2 + z 2 ) ………………………. (2.34)
Dengan : KT
= Koreksi Terrain
G
= Konstanta Universal
ρ
= Rapat massa batuan
θ
= Sudut yang dibentuk oleh kompartemen
r
= Jari-jari lingkaran dalam
r
= Jari-jari lingkaran luar
z
= Ketinggian bukit / kedalaman lembah
1
2
=z
stasiun pengamatan
–z
rata-rata
29
(Gambar 2.5 Topografi sekitar titik amat P mengakibatkan pengurangan medan yang harus dikoreksi)
2.6 Anomali Bouguer Data hasil observasi lapangan atau disebut data mentah tidak dapat langsung digunakan untuk interpretasi kondisi bawah permukaan suatu daerah. Dengan menerapkan koreksi-koreksi gravitasi ( gaya berat ) yang telah disebutkan sebelumnya pada harga pembacaan gaya berat observasi, maka diperoleh data jadi. Hasil pengukuran atau pembacaan gaya berat di lapangan yang telah direduksi terhadap efek pasang surut dan koreksi driff untuk pengamatan suatu lintasan tertutup ( kembali ke titik basis ), menghasilkan harga yang terkorelasi terhadap keadaan sekitar ( struktur geologi ) di bawah permukaan yang disebut Anomali Gravitasi. Sebenarnya harga anomali ini merupakan penyimpangan dari nilai teoritis, anomali yang didapat disebut Bouguer Anomali. Pada dasarnya Anomali Bouger adalah selisih antara harga gaya berat pengamatan dengan harga gaya berat teoritis yang seharusnya terukur untuk titik
30
pengamatan tersebut. Yang dimaksud harga gaya berat teoritis adalah harga gaya berat normal pada titik pengamatan yang telah dikoreksi dengan koreksi udara bebas, koreksi bouguer dan koreksi medan. Dengan demikian, secara matematis rumus untuk mendapatkan nilai anomali bouguer di suatu titik pengamatan, dapat dituliskan pada persamaan berikut ; BA = g =g
obs
obs
– ( gФ – FAC + BC – TC ) – gФ + FAC - BC + TC ..................................................... ( 2.35)
Dimana : BA
= Bouguer Anomali
g
= Harga gaya berat pengamatan yang sudah dikoreksi dengan
obs
koreksi pasang surut dan koreksi drift. gФ
= Harga gaya berat teoritis di tempat pengamatan
FAC = Free Air Correction ( Koreksi Udara Bebas ) BC
= Bouger Correction ( Koreksi Bouger )
TC
= Terrain Correction ( Koreksi Medan )
2.7 Pemisahan Anomali Regional dan Anomali Residual (Lokal) Secara umum anomali gravitasi disebabkan oleh dua bagian, yaitu : anomali regional dan anomali residu (lokal). Bagian dari anomali gravitasi yang mempunyai panjang gelombang lebih panjang biasanya disebut anomali regional, sedangkan yang lebih pendek panjang gelombangnya disebut anomali residu. Anomali regional bersifat smooth dan biasanya disebabkan oleh batuan-batuan dangkal.
31
Peta anomali bouguer memberikan gambaran menyeluruh mengenai massa penyebab anomali, karena merupakan gabungan dari berbagai variasi rapat massa yang terdistribusi baik secara vertikal maupun horizontal. Bisa juga dikatakan bahwa anomali bouguer merupakan superposisi dari massa penyebab lokal dan regional. Jika massa penyebab makin dalam, anomali menjadi lebih menyebar dan amplitudonya menurun. Panjang gelombang anomali juga proporsional dengan kedalaman dari perubahan densitas arah lateral. Anomali lokal atau residu mencerminkan kondisi geologi daerah penelitian yang bersifat lokal dan dangkal, yang dicirikan oleh anomali yang mempunyai frekuensi tinggi. Anomali regional dilain pihak, memberikan gambaran kondisi geologi secara lebih luas ( regional ) pada daerah yang dalam dengan dicirikan oleh anomali yang berfrekuensi rendah Sifat-sifat demikian dapat dipakai sebagai bahan bantu saat melakukan interpretasi guna memperoleh informasi mengenai kondisi, jenis, maupun bentuk geometri dan letak ( kedalaman ) dari massa batuan penyebab anomali. Hal ini berarti bahwa anomali bouguer terlebih dahulu harus dipisahkan menjadi anomali residu ( lokal ). Masalah utama dalam interpretasi gravitasi adalah bagaimana memisahkan anomali dari efek tumpang tindih oleh penyebab lain. Pemisahan umumnya tidak lengkap, keduanya baik anomali regional maupun residu saling terdistorsi oleh efeknya masing-masing. Karena kedua anomali tersebut mempunyai fungsi yang berlainan, maka keduanya harus dipisahkan untuk mendapatkan manfaatnya
32
secara optimum. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk memisahkan anomali regional dan anomali lokal, terdapat dua cara antara lain : 1. Metode Grafis Yang termasuk metode ini antara lain : Metode Penghalusan ( Smoothing), Metode Kontur, Metode Griffin. 2. Metode Analitik Yang termasuk metode ini antara lain : Perhitungan Langsung dengan Metode Titik Pusat & Cincin, Metode Turunan Vertikal Kedua, Metode Polynomial Fitting. Metode pemisahan dapat ditentukan untuk mendapatkan anomali yang berasosiasi dengan kondisi geologi yang menarik/ diinginkan serta metode lain yang dipergunakan untuk meningkatkan daya pisah ( resolusi ) sebelum di interpretasi secara kuantitatif sesuai dengan tujuan penelitian. Banyak metode dan tehnik yang dapat di pergunakan untuk penentuan dan pemisahan anomali antara lain :
2.7.1 Metode Grafik. Pada peta gaya berat Bouguer dibuat potongan melintang pada jaringan (profil), kemudian pada setiap jaringan di estimasi efek regional dengan meratakan ( smoothing ) profil, yaitu ditarik garis lurus yang sebaik mungkin yang menghubungkan ujung-ujung profil.
33
Profil residu dapat dicari dengan harga estimasi regional dikurangi dengan anomali Bouguer pada semua titik di sepanjang profil. Metoda profil tidak dapat dipergunakan dalam hal-hal sebagai berikut : a.1. Lapangan yang disurvei sangat berbukit-bukit dan material permukaan tidak homogen, sehingga rapat anomali Bouguer berubah-ubah. a.2. Trend regional sangat kuat sehingga anomali residu mudah hilang. a.3. Anomali residu sangat besar sehingga trend regional sulit dipisahkan
2.7.2 Metode Perataan Lokal. Dalam metoda ini harga regional disuatu tempat diestimasi dengan harga rata-rata lokal ( moving average ) . Harga rata-rata anomali gaya berat disuatu tempat dihitung dari harga rata-rata gaya berat Bouguer pada lingkaran berjari-jari satu satuan mengeliligi titik tersebut. Harga anomali residu dititik tersebut adalah selisih harga regional dengan anomali Bouguer di titik tersebut.
2.7.3 Metode Pollynomial Fitting Dalam metode polynomial fitting, anomali regional dianggap dapat digambarkan oleh suatu permukaan anomali dalam fungsi matematis. Permukaan tersebut diperoleh dengan meminimumkan selisih anomali Bouguer dengan anomali regional hasil perhitungan dengan cara kuadrat terkecil ( least square ). Fungsi matematis yang digunakan pada umumnya adalah polynomial orthogonal atau non orthogonal.
34
Secara umum permukaan anomali regional dapat dinyatakan dalam bentuk suatu polinomial berorde p sebagai berikut :
Jika i menyatakan indeks data ( i = 1,2,3, ...............m ) maka selisih antara anomali Bouguer dan anomali regional hasil perhitungan menggunakan polinomial adalah : L (xi , yi ) = B (xi , yi ) - R (xi , yi ) ………………..
(2.37)
Dimana : L (xi , yi )
= harga anomali residu
R (xi , yi )
= harga anomali regional
B (xi , yi )
= harga anomali Bouger
Prinsip dasar dari metode kuadrat terkecil adalah meminimumkan jumlah kuadrat dari selisih tersebut. Metode ini, pada dasarnya merupakan suatu pendekatan matematis untuk menentukan orde optimum kuadrat terkecil dari komponen regionalnya, sehingga apabila dikurangkan dari data anomali medan gravitasi Bouger yang sudah berada pada bidang datar akan meminimasi distorsi pada komponen lokalnya. Orde polynomial Z (xi , yi ) yang lebih tinggi memungkinkan adanya bagian residual yang masuk ke dalam regional yang digambarkan. Ketika orde semakin tinggi, maka residual menjadi tajam dan lebih kecil (Nettleton, 1976). Orde yang lebih besar menegaskan noise dan error dalam data pengamatan, yang
35
memungkinkan adanya bagian residual yang tergambar pada regional. Sebaliknya orde polynomial yang apling rendah memungkinkan adanya bagian regional yang tergambar pada residual. Dalam penulisan skripsi ini, metode yang digunakan penulis untuk memisahkan anomali regional dan anomali lokal adalah Metode Analitik dengan cara Polynomoal Fitting. Cara lain untuk menentukan anomali sisa, dapat dilakukan dengan Metode Pollynomial Fitting dengan cara “kuadrat terkecil” (least-square). Permukaan dipandang sebagai regional gravity dan anomaly sisa adalah beda antara medan gravitasi dan peta aktual (nilai gravitasi pada bidang/ permukaan regional). Secara matematis, permukaan regional dinyatakan dalam bentuk : Z = Ax + By + C…………………………………………………
(2.38)
Dan anomali sisa dihitung dengan : R=G–Z = G – (Ax + By + C) Dengan : R = anomali sisa G = Nilai gravitasi pengamatan Z = Anomali Regional
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Data penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data yang berupa nilai anomali Bougernya, dimana data tersebut telah dikoreksi dengan koreksi Drift, koreksi Pasang Surut, koreksi Lintang, koreksi Udara Bebas dan koreksi Medan. Data ini di ambil selama tiga hari pada tanggal 20 sampai 22 Juni 2008 di daerah Karangsambung bagian Selatan. Daerah yang diamati berada pada koordinat 7.256º LS – 7.546º LS dan 109.662º BT - 109.676º BT. Pengolahan data dan interpretasi data sekunder ini dilakukan di Sub.Bidang Gravitasi dan Tanda Waktu Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jl. Angkasa 1 No: 2, Kemayoran, Jakarta Pusat. Daerah penelitian ini meliputi daerah seluas ± 2.22 km x 1.55 km. Ada 97 titik pengamatan dalam pengukuran nilai gravitasi ini, dimana nilai densitas ratarata lingkungan yang telah di hitung menggunakan metode Nettleton sebesar 2.74 3 gr/cm .
Dalam penentuan anomali residu (sisa) diperlukan data-data sebagai berikut : 1. Koordinat titik pengamatan (Bujur dan Lintang) 2. Elevasi / ketinggian tempat pengukuran (h) 3. Percepatan gravitasi observasi (gobs)
37
-7.526
-7.528
-7.53
-7.532
-7.534
-7.536
-7.538
-7.54
-7.542
-7.544
-7.546 109.662 109.664 109.666 109.668 109.67 109.672 109.674 109.676
(Gambar 3.1 Titik-titik Pengukuran)
3.2
Alat dan Software Komputer
Pada pengolahan dari anomali Bouger Lengkap sampai perhitungan anomaly residu (sisa), penulis menggunakan beberapa software komputer, yaitu: 1. MS. Excel 2007 ; 2. Surfer 8.0 ; 3. SPSS 16
38
3.3. Tahapan Pengolahan Data Penelitian dilakukan secara bertahap dengan proses awal dilakukan pengumpulan terhadap data-data penunjang dalam penelitian. Setelah data terkumpul, tahap penelitian dilanjutkan dengan pengolahan data. Pengolahan data dilakukan dengan pengecekan ulang reduksi data gravitasi yang telah dihitung oleh peneliti terdahulu sampai diperoleh anomali bouguer. Data anomali Bouger dalam bentuk MS. Excel 2007 kemudian dibuat suatu konturnya menggunakan Surfer 8.0 sehingga kelihatan distribusi nilai anomali pada daerah pengamatan. Hal ini untuk membantu dalam interpretasi kualitatif. Pada penelitian ini data sekunder berupa nilai anomali Bouger dipisahkan antara anomali regional dan lokalnya. Anomali bouger merupakan superposisi dari anomali lokal dan regional, maka untuk mendapatkan anomali lokal yang merupakan anomali dari benda terkubur yang dicari, anomali bouger harus diolah untuk dipisahkan antara anomali lokal dan anomali regionalnya. Untuk memisahkan anomali lokal dan regional, penulis menggunakan metode Trend Surface Analysis (TSA). Hasil pemisahan anomali dengan metoda ini sangat bergantung pada pemilihan orde polinomial yang dipergunakan. Setelah mendapatkan nilai anomali regional dan lokal dari pemilihan orde polinomial yang tepat, kemudian di buat peta kontur dari masing-masing anomali. Hal tersebut berguna untuk mendukung interpretasi terhadap data yang digunakan.
39
Diagram Alir Penelitian
Data Lapangan yang telah telah dikoreksi dengan koreksi pasut, koreksi drift, koreksi tinggi alat
g observasi
Koreksi g Normal
Koreksi Udara Bebas
Koreksi Bouger
Anomali Bouger Lengkap
Interpretasi Kualitatif Anomali Regional
Anomali residu
Analisis
Kesimpulan
Gambar 3.2 : Alur Pengolahan Data gravitasi
40
3.4 Metode Penelitian Untuk memenuhi tujuan dan menemukan solusi dari permasalahan, perhitungan gravitasi yang dilakukan menggunakan pendekatan hukum Newton tentang gravitasi dan persamaan bidang kecenderungan dihitung dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (Least Square). Parameter-parameter yang mempengaruhi harga gaya berat tersebut dapat ditentukan dengan cara melakukan pengukuran koordinat, pengukuran ketinggian tempat, penentuan rapat massa batuan dan perhitungan koreksi medan (terrain correction). Setelah proses perhitungan selesai dilakukan, pembuatan peta kontur anomali bouger dan anomali residu dilakukan dengan menggunakan program Surfer 8.0 . Salah satu metode analitik yang paling mudah untuk menentukan nilai anomali sisa adalah metode Pollynomial Fitting. Data hasil penelitian yang digunakan untuk menghitung, biasanya menggunakan persamaan Least Squares. Secara matematis dapat digambarkan bahwa bidang yang dinyatakan sebagai garis linier adalah perkiraan regional trend (anomali regional) dan anomali sisanya adalah perbedaan (selisih) antara nilai gravitasi di lapangan (gravity field) dengan nilai anomali regional (regional field). Dalam penerapannya, bidang yang dinyatakan secara matematis sebagai Polynomial 2 dimensi sangat tergantung pada permukaan struktur geologi suatu daerah yang kompleks. Jika suatu daerah memiliki struktur geologi yang cenderung datar/ simple, metode Polynomial Fitting yang digunakan adalah
41
Persamaan Orde Satu. Secara matematis rumusnya dapat dituliskan sebagai berikut : Z=Ax + By + C ……………………………………………….
(3.1)
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa penggunaan metode ini untuk struktur geologi suatu daerah yang cenderung datar. Maka untuk mendapatkan anomali residu, secara matematis persamaannya adalah : R = G – Z = G – (Ax + By +C )…………………………………
(3.2)
Dengan : R = Anomali Residu G = Nilai Gravitasi pengamatan Z = Anomali Regional Dengan menggunakan persamaan, diperlukan perhitungan anomali Konstanta A, B dan C. Untuk memudahkan dalam proses penentuan ketiga konstanta tersebut, penulis menggunakan fasilitas program SPSS 16. Dengan memasukan variabel Z sebagai variabel Dependent, serta variabel x dan y sebagai variabel Independent, sehingga dapat diperoleh nilai konstanta A,B,dan C. Kemudian dapat dibuat kontur dengan menggunakan fasilitas program surfer. Tahap pengolahan data dalam menetukan anomali residu (sisa), mengikuti langkah-langkah : 1. Menghitung nilai gravitasi normal (teoritis) menggunakan persamaan (2.16 ) 2. Menghitung nilai koreksi udara bebas menggunakan persamaan (2.32 )
42
3. Untuk menghitung nilai koreksi bouger menggunakan persamaan (2.33), penulis menggunakan data pendekatan nilai rapat massa batuan yang didapatkan melalui Metode Nettleton yang telah di hitung oleh ITB. 4. Menghitung nilai anomali bouger menggunakan persamaan (2.35) 5. Menghitung nilai konstanta A, B, dan C dengan menggunakan program SPSS 6. Menghitung nialai anomali residu (sisa) di setiap titik pengamatan menggunakan persamaan (2.38) 7. Membuat peta kontur anomali bouger dan anomali sisa dengan menggunakan program surfer. 8. Menginterpretasi hasil peta kontur anomali residu (sisa) Untuk melihat hasil dari proses pengolahan data gravitasi sampai mendapatkan nilai anomali residu (sisa), dapat dilihat pada table (lampiran 1 ). Selanjutnya untuk melihat hasil kontur anomali bouger dan anomali residu dapat dilihat gambar (lampiran 2 dan 3). Metode yang digunakan cukup praktis dan sederhana, yaitu menggunakan metode Polynomial Fitting orde satu, serta dalam proses mendapatkan nilai konstanta A,B dan C menggunakan fasilitas program SPSS. Dengan adanya hasil akhir nilai konstanta A,B dan C dengan standar eror 24.609 maka dapat diperoleh nilai Z hitung menggunakan rumus (2.38) dimana nilai A =- 430.796 , B = 203.079 , C = 48869.593, x dan y adalah bujur dan lintang titik pengamatan. Hal ini menghasilkan nilai anomali residu yang diperoleh dengan cara mengurangi nilai anomali bouger ( Z ) dengan Z hitung disetiap titik pengamatan.
43
3.5 Tahap Interpretasi Kualitatif Hasil pengolahan data gravitasi, baik dalam bentuk anomali Bouguer atau anomali sisa yang dihasilkan dari pemisahan anomali, akan dipresentasikan dalam bentuk peta anomali gravitasi. Selanjutnya, obyektif interpretasi data gravitasi yang dilakukan adalah untuk mendapatkan gambaran benda bawah permukaan penyebab anomali, baik secara 2 atau 3-dimensi yang tidak hanya mencerminkan efek gravitasi pengamatan, tetapai juga memenuhi pengamatan kondisi geologi ataupun pengamatan geofisika lainnya. Pada prinsipnya, interpretasi dapat dilakukan secara kualitatif atau secara kuantitatif. Interpretasi kualitatif dilakukan hanya dengan menilai seberapa banyak informasi bawah permukaan yang dapat ditafsirkan dengan melakukan perhitungan-perhitungan untuk mendapatkan gambaran bawah permukaan benda penyebab anomali. Data anomali gravitasi yang dipresentasikan dalam bentuk penampang ataupun dalam bentuk peta, dapat diinterpretasikan secara kualitatif dengan melihat bentuk penampang ataupun dengan melihat pola penyebaran garis-garis kontur anomali. Istilah yang dipakai dalam interpretasi kualitatif adalah diperkirakan,
kelihatannya,
kemungkinannya
atau
kata-kata
lain
yang
mengandung ketidak-pastian, tetapi menjanjikan karena didukung oleh data. Interpretasi kualitatif dilakukan dengan mengamati data gravitasi berupa Anomali Bouguer. Anomali tersebut akan memberikan hasil secara global yang masih mempunyai anomali regional dan residual. Hasil interpretasi dapat menafsirkan pengaruh anomali terhadap bentuk benda, tetapi tidak sampai memperoleh
44
besaran matematisnya. Misal pada peta kontur anomali Bouguer diperoleh bentuk kontur tertutup maka dapat ditafsirkan sebagai struktur batuan berupa lipatan (sinklin atau antiklin). Dengan interpretasi ini dapat dilihat arah penyebaran anomali atau nilai anomali yang dihasilkan . Pada tahap interpretasi data ini meliputi interpretasi kualitatif. Untuk interpretasi kualitatif dapat kita tafsirkan dari nilai dan kontur anomali bouger lengkap. Pada tahap interpretasi selain melihat data nilai anomalinya, harus diperhatikan juga mengenai geologi daerah penelitian tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk menguatkan pendugaan terhadap kondisi bawah permukaan daerah penelitian. Sehingga penafsiran model benda gravitasi sesuai dengan geologi daerah tersebut.
3.6 Tinjauan Umum Daerah Penelitian 3.6.1 Lokasi Daerah Penelitian Daerah penelitian berada di Desa Karangsambung Kabupaten Kebumen Jawa Tengah, berada pada koordinat 7.42º – 7.60º LS dan 109.58º – 109.68º BT. Kawasan ini terletak 19 km di sebelah Utara kota Kebumen. Daerah penelitian ini meliputi daerah seluas ± 2.22 km x 1.55 km. Kawasan ini merupakan kawasan geologi terlengkap di Indonesia, jenis batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf dapat di jumpai di kawasan ini. Karangsambung mempunyai tiga tipe morfologi yaitu bentuk lahan bentukan asal proses struktural ( patahan / sesar dan lipatan ), bentuk lahan bentukan proses denudasional ( perbukitan sisa, terisolir ), dan bentuk lahan bentukan asal proses fluvial ( dataran banjir, daerah
45
pengendapan, poin bar, danau tapal kuda, gosong sungai ). Di daerah Karangsambung terdapat beberapa sesar, diantaranya terdapat di Kali Mandala yang merupakan salah satu anak sungai Kali Luk Ulo dan mengalir ke sungai Luk Ulo mengikuti zona sesar berarah Timurlaut-Baratdaya. Selain itu di daerah Bukit Sipako terdapat singkapan Blok Rijang-Batugamping Merah yang menunjukan kontak sesar dengan Fillit di bagian Selatan dengan Greywacke di bagian Utara.
3.6.2 Geologi Umum Daerah Penelitian Karangsambung merupakan Kawasan Cagar Alam Geologi dimana pada daerah tersebut banyak tersingkap berbagai macam batuan. Karangsambung mempunyai topografi miring hingga bergelombang mempunyai aliran permukaan yang sedang. Bagian utara kawasan geologi Karangsambung merupakan bagian dari Lajur Pegunungan Serayu Selatan. Pada umumnya daerah ini terdiri atas dataran rendah hingga perbukitan menggelombang dan perbukitan tak teratur yang mencapai ketinggian hingga 520 m. Di daerah Totogan terlihat morfologi tersier berupa rangkaian gunung teratur yang membujur ke arah timur berupa Gunung Paras dan Perahu, tersusun oleh batuan sedimen breksi vulkanik formasi Waturanda yang berumur Miosen awal ( 15 juta tahun ). Di daerah Totogan terlihat morfologi tersier berupa rangkaian gunung teratur yang membujur ke arah timur berupa Gunung Paras dan Perahu, tersusun oleh batuan sedimen breksi vulkanik formasi Waturanda yang berumur Miosen awal ( 15 juta tahun ).
46
Gambar 3.3 : Peta geologi daerah Karangsambung Di daerah Wagirsambeng yang terletak di puncak punggung Gunung Wagirsambeng, Bila pandangan diarahkan ke utara akan terlihat morfologi menawan dari batuan-batuan tectonic melange. Sedangkan jika pandangan diarahkan ke arah timur, maka akan terlihat morfologi berbentuk tapal kuda dari rangkaian Gunung Paras dan Gunung Prahu ( di bagian Utara ), Gunung Dliwang, Gunung Pagerori, Gunung Pranggong, dan Gunung Waturanda ( di bagian Selatan). Di tengah morfologi ini terlihat lembah dengan Kali Welaran yang merupakan lembah antiklin, sedangkan pada puncak Gunung Paras terlihat lipatan batuan sedimen cekung ke atas yang merupakan sinklin. Kenampakan morfologi semacam ini sering disebut sebagai morfologi amphiteater yang terjadi karena adanya proses pembalikan topografi di mana puncak lipatan sekarang berupa lembah, sedangkan lembah sinklin berubah menjadi puncak gunung. Sedangkan di Waturanda, menampakkan tebing lereng yang vertikal yang terdiri dari perselingan batu pasir dengan breksi. Pada bagian tengah batuan ini ditemukan sekitar 23 siklus sedimentasi dari total formasi Waturanda yang setebal 1.000 meter. Secara umum stratigrafi Karangsambung meliputi: 1. Batuan Pra Tersier/Luk ulo Melange Kompleks Merupakan batuan tertua yang tersingkap di zone pegunungan serayu selatan yang berumur kapur tengah-paloecene ( Asikin,1974 ). Kelompok batuan ini disimpulkan sebagai kompleks melange yang terdiri dari graywacky, schist,
47
lava basalt ( pillow lava ), gabro, batugampingmerah, rijang, lempung hitam yang bersifat serpihan. Semuanya merupakan campuran yang bersifat Tektonik. 2. Formasi Karangsambung Merupakan kumpulan endapan olisthostrom, terjadi akibat pelongsoran karena gaya berat dibawah permukaan laut, melibatkan endapan sedimen yang belum mampat, berlangsung pada lereng parit dibawah pengaruh endapan turbidit. Merupakan sedimen Pond dan diendapkan diatas Bancuh Lukulo. Terdiri dari konglomerat polimik, lempung abu-abu, serpih dan beberapa lensa batugamping foraminifera besar. Hubungan tidak selaras dengan batuan Pra Tersier, berumur Eocene-Oligocene. Batu lempung merupakan masa dasar,berwarna kelabu sampai kelabu kehitaman. Dibeberapa tempat tampak bentuk longsoran atau perlapisan samarsamar sedimen turbidit tanpa cirri yang tegas. Bagian bawah batu lempung kelabu kehitaman, tidak berlapis dan mengandung bongkahan beraneka ragam. Dibagian tengah, batu lempung terabak kurang kuat,makin banyak perlapisan dan bersisipan batulanau atau batupasir. Bagian atas,perlapisan tampak jelas dan batu lempungnya tidak terabak. Bagian ini terdiri dari perselingan batulempeng,napal dan tuf,berlapis baik. 3. Formasi Totogan Litologi berupa breksi dengan komponen batulempung, batupasir, batugamping, napal dan tufa. Berumur Oligocene-Miocene awal dan diendapka selaras diatas Formasi Karangsambung. Harloff ( 1933 ) dan Tjia HD ( 1966 )
48
menamakan sebagai Tufa Napalan I, sedangkan Suyanto & Roskamil ( 1974 ) menyebutnya dengan lempung breksi. Bagian bawah satuan terdiri dari campuran dan perulangan secara tidak teratur dari breksi, batu lempung tufan dan napal, gejala longsoran umum terdapat; lebih ke atas dicirikan oleh batupasir dan breksi dengan sebaran kepingan atau komponen yang searah dengan perlapisan. Bagian tengah dikuasai oleh breksi. Selain komponen batu lempung, batupasir,batugamping dan napal seperti di bagian bawah, juga terdapat konglomerat berkomponen batuan beku basal. Bagian atas terdiri dari perselingan batulempung, batupasir dan tuf. Dalam batulempung di jumpai kepingan batulempung ungu dan kuarsa. Warna lapukan biasanya putih kecokletan. Formasi
Totogan merupakan endapan oilstrostom yang terjadi oleh
longsoran akibat gaya berat. Pengendapannya di pengaruhi oleh pengangkatan dan pengikisan batuan sumbernya yang nisbi cepat. Formasi Totogan dapat disebandingkan dengan batuan sedimen berumur Eosen – Miosen. 4. Formasi Waturanda Litologi berupa batupasir vulkanik dan breksi vulkanik yang berumur Miocene awal-Miocene tengah, selaras diatas Formasi Totogan. Formasi ini mempunyai anggota Tuff, dimana Harloff ( 1933 ) menyebutnya sebagai Eerste Merger Tuff Horizon. Bagian bawah terdiri dari batupasir wake, berwarna hitam kecokletan, pejal atau berlapis setebal 2 – 100 cm, berbutir kasar dan kerikilan. Kompone
49
terdiri dari felspar , piroksen , lempung dan kepingan batuan , piroksen cukup menonjol. Dibagian lebih atas, breksi gunung api dengan sisipan batupasir wake, tuf gampingan dan batu lempung. Breksi berkomponen andesit dan basal. Komponen warna kelabu tersusun oleh plagioklas, horeenblenda dan mika.
Satuan ini
tersebar di bagian utara dan selalu membentuk morfologi tinggi, dengan puncaknya Gunung Watutumpang, Gunung Tugel, Gunung Paras ,Gunung Prahu.
5. Formasi Penosogan Diendapkan selaras diatas Formasi Waturanda, litologi terdiri dari perselingan batupasir, batulempung, tufa, napal, kalkarenit. Berumur Miocene Awal-Miocene Tengah. Bagian bawah terdiri dari batupasir wake, berwarna kelabu kecokletan, setempat gampingan, berbutir kasar sampai halus. Komponen terdiri dari kepingan batuan, feldspar, piroksen atau mineral dan kaca. Makin ke atas terdapat komponen batulempung, batupasir dan pecahan koral berukuran kerikil. Bagian tengah terdiri dari napal dan kalkarenit dengan sisipan tuf. Komponen kalkarenit pada umumnya berupa kepingan cangkang foraminifera dan koral, menyudut sampai membundar tangungterekat oleh kalsit. Dibagian ini masih terdapat sisipan batupasir kasar dan kerikilan; makin ke atas lapisannya berangsur menipis.
50
Bagian atas terdiri dari tuf kaca berselingan dengan napal tufan. Sisipan tipis kalkarenit banyak terdapat di bagian lebih ke atas. Formasi Penosongan dapat disebandingkan dengan batuan sedimen. 6. Formasi Halang Menindih selaras diatas Formasi Penosogan, Litologi terdiri dari perselingan batupasir, batulempung, napal, tufa dan sisipan breksi. Merupakan kumpulan sedimen turbidit bersifat distal sampai proksimal, pada bagian bawah dan tengah kipas bawah laut, berumur Miocene ahkir-Pliocene. Bagian bawah terdiri dari batupasir gampingan dengan sisipan napal dan breksi. Batupasir, berwarna kelabu, kekuningan, kecokletan,padat,berlapis. Bagian tengah terdiri dari perselingan batupasir gampingan dan napal, dengan sisipan breksi, kalkarenit dan tuf. Bagian atas satuan dikuasai oleh batupasir gampingan, bersisipan tuf, batupasir breksian/ konglomeratan, batulanau dan napal. Formasi haling dapat disebandingkan dengan batuan sedimen bagian atas atau Formasi Sentolo. 7. Formasi Peniron Diendapkan selaras diatas Formasi Halang, litologi terdiri dari breksi polimik dengan komponen andesit, batulempung, batupasir dengan masa dasar batupasir sisipan tufa, batupasir, napal dan batulempung, berumur pliocene. Dibagian bawah , breksi berwarna kelabu tua kehitaman,padat,komponen umumnya terdiri dari andesit berukuran kerikil sampai berangkal, terpilah buruk, menyudut sampai menyudut tunggung. Lebih ke atas komponen breksi berkurang,
51
berukuran kerikil sampai bongkah. Bagian atas formasi ini disebandingkan dengan batuan gunung api. 8. Batuan Vulkanik Muda Tidak selaras dengan yang dibawahnya, Litologi terdiri dari breksi dengan sisipan batupasir tufan, dengan komponen andesit dan batupasir. Oleh karena itu para geolog menyebut lapangan geologi Karangsambung sebagai lapangan geologi terlengkap di dunia. Ia merupakan jejak-jejak tumbukan dua lempeng bumi yang terjadi 140 juta tahun-90 juta tahun. Ia juga merupakan pertemuan lempeng Asia dengan lempeng Hindia. Daerah Lok Ulo merupakan lapisan pratersier
tertua
yang
umurnya
diperkirakan
sudah
140
juta
tahun.
52
47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Survey gravitasi pada dasarnya adalah untuk mencari variasi medan gravitasi dari satu titik ke titik lain di suatu tempat yang disebabkan oleh distribusi massa (struktur geologi) yang terdapat di bawah permukaan daerah penelitian. Akan tetapi medan gravitasi yang terukur oleh gravitymeter tidak hanya disebabkan oleh struktur-struktur geologi tetapi juga dipengaruhi oleh faktorfaktor non geologi. Adapun faktor-faktor non geologis yaitu bentuk topografi yang tidak teratur, waktu pengambilan data yang tidak serentak, perbedaan tinggi alat terhadap posisi titik-titik ukur yang berbeda-beda .Oleh karena itu dalam pengolahan data medan gravitasi dilakukan reduksi terhadap faktor-faktor yang tidak berhubungan dengan struktur geologi penyebab anomali tersebut. Interpretasi gravitasi bertujuan untuk menentukan beberapa karakteristik anomali, lokasi dan bentuk struktur bawah permukaan yang menghasilkan gangguan gravitasi. Oleh karena itu data harus dianalisa dengan teknik interpretasi yang cocok. Untuk menghasilkan interpretasi yang baik juga diperlukan informasi lain selain data gravitasi, misalnya harga densitas dan kedalaman yang mungkin dari suatu target. Selain itu seiring pula diperlukan intuisi geologi dalam berbagai kasus. Lebih jauh, jika ada kontrol bebas seperti yang diperoleh dari data dengan metoda lain, juga akan sangat bermanfaat dalam menghasilkan suatu interpretasi yang memiliki validitas yang berguna.
53
Interpretasi kualitatif berdasarkan pada peta kontur anomali Bouguer, anomali regional dan anomali residu yang dibuat dengan menggunakan software surfer 8.0. Peta-peta kontur tersebut dibuat berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode polynomial fitting. Data yang dianalisis merupakan data sekunder dimana lokasi penelitiannya terletak antara 7.256º LS – 7.546º LS dan 109.662º BT - 109.676º BT. Selang pengukuran dari setiap titik baik dalam lintang maupun bujur tidak ditentukan besarnya, karena pada saat pengambilan data dengan menggunakan GPS (Global Positioning System) yang penentuan titik-titiknya dengan melihat posisi lintang dan bujur. Hal ini dapat dilihat dengan pembuatan grid titik–titik pengambilan data dengan kontur topografi setiap titik di lokasi penelitian.
54
-7.526
-7.528
-7.53 meter 230 220 210 200 190 180 170 160 150 140 130 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20
-7.532
-7.534
-7.536
-7.538
-7.54
-7.542 U
T
B
-7.544
S
-7.546 109.662 109.664 109.666 109.668 109.67 109.672 109.674 109.676
Gambar 4.1 : Peta Kontur Topografi dan Posisi titik-titik pengambilan data
Daerah penelitian ini memiliki geologi yang sangat kompleks. Titik-titik penelitian terdistribusi tidak merata, sehingga nilai anomali bouger lengkapnya dibuat interpolasi dan ekstrapolasi menggunakan software Surfer 8.0. Kemudian
55
2
diperoleh kontur anomali pada daerah luasan ± 3.5 km . Gambar 4.2 3
memperlihatkan peta kontur anomali bouger lengkap dengan densitas 2.74 gr/cm dimana kontur tersebut menghubungkan titik-titik dengan nilai anomali yang sama ( isogal ). Dari peta kontur tersebut dapat dilihat bahwa nilai anomali Bouger berada pada interval 89.21 mgal – 99.17 mgal dengan arah TimurLaut-BaratDaya. Dimana nilainya meninggi dari arah TimurLaut ke BaratDaya. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan warna konturnya dimana merah agak putih merupakan nilai anomali bouger yang tinggi sedangkan warna merah memperlihatkan nilai anomali bouger yang rendah. Ada beberapa kontur – kontur tertutup pada peta tersebut, terlebih di daerah BaratDaya dimana nilai anomali Bougernya cenderung naik, di perbatasan nilai anomali bouger besar dan kecil ( divisualisasikan dengan perbedaan warna ) ada pola kelurusan yang tegas di akhiri dengan kontur tertutup di setiap warnanya. Hal ini diperkirakan karena adanya endapan Tersier dengan rapat massa lebih rendah dari batuan Pra-Tersier.Peta kontur anomali Bouger ini memperlihatkan pola yang tidak beraturan, kondisi demikian mengindikasikan struktur geologi di daerah penyelidikan cukup kompleks. Untuk mendapatkan informasi Gayaberat yang berkaitan dengan target anomali residu (sisa), dilakukan pemisahan anomali Bouger dari kecenderungan regionalnya. Pemisahan dilakukan dengan cara mensubtraksi anomali Bouger dengan permukaan polinom yang dianggap mewakili kecenderungan permukaan regional. Untuk itu di coba metode Trend Surface Analysis (TSA).
56
-7.526
-7.528
-7.53
mgal -7.532 99.2 98.6
-7.534
98 97.4 96.8 96.2
-7.536
95.6 95 94.4
-7.538
93.8 93.2 92.6
-7.54
92 91.4 90.8
-7.542
90.2 89.6 89
-7.544
U BB -7.546
T S
109.662 109.664 109.666 109.668 109.67 109.672 109.674
Gambar 4.2 : Kontur Anomali Bouger Dengan Interval 0.3 mgal
57
Kemudian nilai anomali regional dan anomali residu dibuat konturnya dengan Surfer 8.0. Kontur anomali Regional diperlihatkan pada gambar (4.3) Permukaan ini cenderung berarah BaratLaut – Tenggara dengan nilai yang meninggi dari BaratDaya ke TimurLaut. Dilihat dari perbedaan warna konturnya dimana warna orange merupakan nilai anomali regional yang tinggi sedangkan warna orange keputih-putihan memperlihatkan nilai anomali bouger yang rendah, dengan interval 89.5 mgal – 98.5 mgal. Hal ini mungkin disebabkan karena di daerah BaratDaya di dominasi oleh Formasi Komplek Lok Ulo yang merupakan batuan tertua yang berumur kapur tengah-paloecene dan terdapat batuan Gunung Api. Dibandingkan dengan daerah Tengah ke TimurLaut yang diisi oleh batuan konglomerat polimik, lempung abu-abu, serpih dan beberapa lensa batugamping yang merupakan endapan sedimen yang belum mampat dari Formasi Karangsambung. Sedangkan
pada
peta
kontur
anomali
residu
(
Gambar
4.4),
memperlihatkan banyak terdapat kontur - kontur tertutup dengan nilai positif dan negatif yang saling berdekatan. Dilihat dari perbedaan warna konturnya dimana warna biru keputihan merupakan nilai anomali residu yang tinggi sedangkan warna biru memperlihatkan nilai anomali residu yang rendah, dengan interval -3.5 mgal – 3 mgal. Dari perhitungan nilai anomali lokal yang berasal dari pengurangan anomali bouger dengan anomali regionalnya, terlihat bahwa nilai anomali lokal terkecil -3.475 mgal dan terbesar 3.195 mgal. Di tengah daerah penelitian terdapat nilai anomali positif dan negatif yang berdekatan dengan pola
58
kontur tertutup, hal ini menandakan adanya kenampakan benda anomali di bawah permukaan. -7.526
KonturAmaliRegd Intrv0.5mal -7.528
-7.53
mgal
-7.532 98.5 97.9
-7.534
97.3 96.7 96.1 95.5
-7.536
94.9 94.3 93.7
-7.538
93.1 92.5 91.9 91.3
-7.54
90.7 90.1 89.5
-7.542 U B
-7.544
T S
-7.546 109.662 109.664 109.666 109.668 109.67 109.672 109.674 109.676
Gambar 4.3 : Kontur Anomali Regional Dengan Interval 0.3 mgal
59
-7.526
-7.528
A
-7.53
mgal -7.532
B 3 2.5
-7.534
C
2
D
1.5
E
-7.536
1 0.5
-7.538
0
F
-0.5 -1
-7.54
-1.5 -2 -2.5
-7.542
-3
G
-3.5
-7.544 U T
B
-7.546 109.662 109.664 109.666 109.668 109.67 109.672 109.674 109.676
S
Gambar 4.4 : Kontur Anomali Residu (Sisa) Interval 0.5 mgal
60
Dari hasil gambar kontur anomali residu (sisa) yang di dapatkan, dilakukan tahap interpretasi kualitatif yaitu : 1. Pada daerah A dengan koordinat 7.528° LS dan 109.664° BT , anomali residu yang dipeoleh yaitu sebesar 0.918 mgal. Hal ini menandakan bahwa nilai densitas batuan ( ρ ) di daerah tersebut lebih besar dibandingkan dengan nilai densitas batuan ( ρ ) lingkungan di daerah sekitar. 2. Pada daerah B dengan koordinat 7.532° LS dan 109.668° BT , anomali residu yang dipeoleh yaitu sebesar 1.758 mgal. Hal ini menandakan bahwa nilai densitas batuan ( ρ ) di daerah tersebut lebih besar dibandingkan dengan nilai densitas batuan ( ρ ) lingkungan di daerah sekitar. 3. Pada daerah C dengan koordinat 7.534° LS dan 109.668° BT , anomali residu yang dipeoleh yaitu sebesar -3.140 mgal. Hal ini menandakan bahwa nilai densitas batuan ( ρ ) di daerah tersebut lebih kecil dibandingkan dengan nilai densitas batuan ( ρ ) lingkungan di daerah sekitar. 4. Pada daerah D dengan koordinat 7.535° LS dan 109.672° BT , anomali residu yang dipeoleh yaitu sebesar -1.914 mgal. Hal ini menandakan bahwa nilai densitas batuan ( ρ ) di daerah tersebut lebih kecil dibandingkan dengan nilai densitas batuan ( ρ ) lingkungan di daerah sekitar.
61
5. Pada daerah E dengan koordinat 7.536° LS dan 109.666° BT , anomali residu yang dipeoleh yaitu sebesar 1.907 mgal. Hal ini menandakan bahwa nilai densitas batuan ( ρ ) di daerah tersebut lebih besar dibandingkan dengan nilai densitas batuan ( ρ ) lingkungan di daerah sekitar. 6. Pada daerah F dengan koordinat 7.538° LS dan 109.666° BT , anomali residu yang dipeoleh yaitu sebesar 2.630 mgal. Hal ini menandakan bahwa nilai densitas batuan ( ρ ) di daerah tersebut lebih besar dibandingkan dengan nilai densitas batuan ( ρ ) lingkungan di daerah sekitar. 7. Pada daerah G dengan koordinat 7.544° LS dan 109.672° BT , anomali residu yang dipeoleh yaitu sebesar -2.086 mgal. Hal ini menandakan bahwa nilai densitas batuan ( ρ ) di daerah tersebut lebih kecil dibandingkan dengan nilai densitas batuan ( ρ ) lingkungan di daerah sekitar. Sinkron dengan peta kontur anomali residu, bahwa warna biru gelap menunjukan bahwa nilai densitas batuan (ρ) di daerah tersebut lebih kecil dibandingkan dengan nilai densitas batuan (ρ) lingkungan di daerah sekitar atau nilai anomali residu yang di dapat berharga negatif, sedangkan warna biru terang menunjukan bahwa nilai densitas batuan (ρ) di daerah tersebut lebih besar dibandingkan dengan nilai densitas batuan (ρ) lingkungan di daerah sekitar atau nilai anomali residu yang di dapat berharga positif.
62
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan interpretasi kualitatif yang dilakukan maka dapat di simpulkan bahwa : 1. Nilai Anomali Bouger daerah Karangsambung berada pada interval 89.21 mgal sampai dengan 99.17 mgal dengan arah TimurLaut-BaratDaya. Dimana nilainya meninggi dari arah TimurLaut ke BaratDaya, Peta kontur anomali Bouger nya memperlihatkan pola yang tidak beraturan, kondisi demikian mengindikasikan struktur geologi di daerah penyelidikan cukup kompleks 2. Dari perhitungan nilai anomali lokal yang berasal dari pengurangan anomali bouger dengan anomali regionalnya, terlihat bahwa nilai anomali lokal terkecil -3.475 mgal dan terbesar 3.195 mgal.
5.2 Saran 1. Daerah Karangsambung merupakan kawasan geologi yang kompleks, sehingga penelitian bisa dikembangkan dengan tujuan mencari mineral dan barang tambang yang lainnya dan menginterpretasikannya secara kuantitatif. 2. Untuk mendapatkan hasil interpretasi yang baik seharusnya disediakan peta geologi yang lengkap dengan harga gid petanya.
63
DAFTAR PUSTAKA
[1] Baldi,P.,dan Unguendoly M.,1978, Inversion of Gravity Profiles by
Polynomial Method,Geophysical Prospecting. [2] Grant, F.S,, and West, G.F,, Interpretation Theory in Applied Geophysics, Mc Graw Hill, New York; 1965. [3] Hasria,2002. Simulasi Pemisahan Anomali Lokal dan Regional Pada Data Anomali Medan Gravitasi Dengan Metode Pendekatan Polinomial Dan Metode Kontinuasi Ke Atas [Thesis]. Program Studi Fisika, FMIPA,UGM. Yogyakarta. [4] Hartono,2002. Interpretasi Anomali Medan Gravitasi Regional dan Residual Studi Kasus Gunung Api Batur, Bali [Thesis] ,UGM. Yogyakarta. [5] Jatnika,Jajat,2009. Interpretasi Model Sesar Daerah Karangsambung Menggunakan Data Gravitasi [Skripsi]. FST – Uin Syarif Hidayatullah, Jakarta. [6] Kibrani SB, Dr, 2001, Panduan Workshop Eksplorasi Geofisik;Teori dan Aplikasi Metoda Gravitasi, Laboratorium Geofisika, Fakultas MIPA, Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta. [7] Maison, 2001. Estimasi Penyebaran Intrusi Batuan Beku di Parangtritis berdasarkan Analisa Anomali Medan Gravitasi, Teknik Geologi, UGM. Yogyakarta. [8] Pratisto, Arif. 2004. Masalah Statistik dan Rancangan Percobaaan dengan SPSS. Gramedia.Jakarta.
64
[9]
Riyadi Mochammad, 1991, Penafsiran Metode Kedepan Menggunakan Prinsip “Bouger Slab” Model Benda 2½ Dimensi Pada Data Gravitasi Daerah Pemali Bangka. [Skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia, Fakultas MIPA.
[10] Suminar, Wulan,2009, Interpretasi Data Gravitasi untuk Menentukan Struktur Cekungan Bawah Permukaan di Daerah Tambi – Janjang (Kabupaten Blora – Jawa Tengah) , Skripsi Sarjana FST , UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. [11] Sunardi.1993 Penentuan Rapat Massa Dari Data Gravitasi Untuk Daerah Kepulauan Banggai Dengan Metode Nettleton. Tugas Akhir DIII. AMG. Jakarta. [12] Suswandi , Iwan ,2002. Analisis Data Anomali Medan Gravitasi Lokal untuk Menafsirkan Bentuk Struktur Batuan Beku di Daerah Parangtritis. [Thesis]. Jurusan Fisika – FMIPA UGM, Yogyakarta. [13]
Syukron,
Ade,2009.
Interpretasi
Data
Gravitasi
Menggunakan
Pemodelan Dua Dimensi (2-D) Pada Daerah Kuwu – Kradenan (Grobogan – Jawa Tengah), Skripsi Sarjana FST , UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. [14] Wahyudi, 1986. Penyelidikan Gaya Berat pada Gunung Merapi [Thesis]. Jurusan Fisika – FMIPA UGM, Yogyakarta. [15] Wahr John. Geodesy
and Gravity. Deprt.Of Physics University of
Colorado. Samizadat Press; 1996.
65
LAMPIRAN I DATA GRAVITASI DAERAH KARANGSAMBUNG Waktu
Jumat 20Juni2008
Stasiun
Bujur
Lintang
Ketinggian
g lintang
FAC
BC
AB (Z)
Z hitung
(m)
(mgal) 978120.053 978120.029 978120.006 978119.983 978119.960 978119.960 978119.936 978119.913 978119.890 978119.890 978119.890 978119.913 978120.006 978119.890 978119.867 978119.867 978119.843 978119.820 978119.820
(m) 17.032 11.624 10.909 11.359 13.219 15.746 16.261 18.479 25.812 35.835 38.087 42.592 49.888 53.275 60.833 65.495 68.286 70.705 67.364
(mgal) 6.335 4.324 4.058 4.225 4.917 5.857 6.049 6.874 9.601 13.329 14.167 15.843 18.556 19.816 22.628 24.362 25.400 26.300 25.057
(mgal) 91.25 89.53 89.22 89.34 89.99 90.75 91.30 91.41 92.66 93.90 93.26 92.93 92.38 92.59 92.48 91.62 91.86 91.61 90.27
(mgal) 90.900 91.103 91.306 91.509 92.143 92.574 92.777 93.411 93.183 92.752 92.752 92.118 90.014 91.891 91.663 91.232 91.435 91.208 91.208
Waktu
Waktu
G obs
(jam)
(menit)
978201.635
BG-1
8:57
537
978201.635
109.672
-7.546
55.21
G-1.1
9:10
550
978203.70
109.672
-7.545
37.68
G-1.2
9:16
556
978203.92
109.672
-7.544
35.36
G-1.3
9:23
563
978203.771
109.672
-7.543
36.82
G-1.4
9:30
570
978203.19
109.671
-7.542
42.85
G-1.5
9:37
577
978202.285
109.670
-7.542
51.04
G-1.6
9:43
583
978202.32
109.670
-7.541
52.71
G-1.7
9:53
593
978201.132
109.669
-7.54
59.9
G-1.8
9:58
598
978197.248
109.670
-7.539
83.67
G-1.9
10:08
608
978192.26
109.671
-7.539
116.16
G-1.10
10:14
614
978190.646
109.671
-7.539
123.46
G-1.11
10:24
624
978187.579
109.672
-7.54
138.06
G-1.12
10:28
628
978182.426
109.675
-7.544
161.71
G-1.13
10:38
638
978180.42
109.673
-7.539
172.69
G-1.14
10:45
645
978175.446
109.674
-7.538
197.19
G-1.15
10:54
654
978171.871
109.675
-7.538
212.3
G-1.16
14:31
871
978170.276
109.675
-7.537
221.35
G-1.17
14:36
876
978168.479
109.676
-7.536
229.19
G-1.18
14:41
881
978169.20
109.676
-7.536
218.36
66
Anomali Sisa
(mgal) 0.350 -1.573 -2.086 -2.169 -2.153 -1.824 -1.470 2.001 -0.523 1.148 0.508 0.812 2.366 0.699 0.817 0.388 0.425 0.402 -0.938
G-1.19
14:50
890
978170.219
109.676
-7.535
217.67
G-1.20
14:57
897
978169.304
109.675
-7.534
224.56
G-1.21
15:09
909
978169.424
109.674
-7.535
221.55
G-1.22
15:13
913
978172.737
109.673
-7.535
205.3
G-1.23
15:24
924
978175.765
109.673
-7.536
191.46
G-1.24
15:30
930
978174.31
109.672
-7.535
196.51
G-1.25
15:38
938
978173.316
109.671
-7.535
194.53
G-1.26
15:49
949
978183.895
109.670
-7.535
146.51
G-1.27
16:08
968
978192.88
109.669
-7.534
104.79
G-1.28
16:16
976
978203.796
109.668
-7.534
47.86
G-1.29
16:21
981
978204.31
109.668
-7.535
45.97
BG-1
17:02
1022
978201.635
109.672
-7.546
55.51
978119.797 978119.774 978119.797 978119.797 978119.820 978119.797 978119.797 978119.797 978119.774 978119.774 978119.797 978120.053
Sabtu,
BG-2
8:30
510
978201.635
109.672
-7.546
55.21
978120.053
21 Juni2008
G-2.1
8:58
538
978206.184
109.668
-7.542
44.73
978119.960
G-2.2
9:10
550
978204.793
109.667
-7.542
53.38
978119.960
G-2.3
9:16
556
978204.342
109.667
-7.542
55.23
978119.960
G-2.4
9:23
563
978203.982
109.666
-7.541
59
978119.936
G-2.5
9:29
569
978202.11
109.665
-7.541
69.53
978119.936
G-2.6
9:36
576
978199.499
109.665
-7.541
83.31
978119.936
G-2.7
9:43
583
978197.328
109.664
-7.54
94.75
978119.913
G-2.8
9:53
593
978195.856
109.663
-7.539
104.59
978119.890
G-2.9
10:00
600
978193.493
109.663
-7.538
122.66
978119.867
G-2.10
10:09
609
978190.371
109.663
-7.537
139.54
978119.843
G-2.11
10:21
621
978186.139
109.663
-7.536
159.09
978119.820
G-2.12
10:34
634
978183.347
109.663
-7.536
172.12
978119.820
67.151 69.277 68.348 63.335 59.065 60.623 60.013 45.198 32.328 14.765 14.182 17.125 17.032
24.978 25.769 25.423 23.558 21.970 22.550 22.323 16.812 12.025 5.492 5.275 6.370 6.335
91.11 91.52 91.27 91.48 91.90 91.22 90.09 91.44 92.81 91.92 92.20 91.31 91.22
91.411 92.045 92.272 92.703 92.500 93.134 93.565 93.995 94.629 95.060 94.857 90.900 90.900
-0.301 -0.525 -1.002 -1.233 -0.600 -1.914 -3.475 -2.555 -1.819 -3.140 -2.657 0.410 0.320
13.799 16.468 17.038 18.202 21.450 25.701 29.230 32.266 37.841 43.048 49.079 53.099
5.133 6.125 6.338 6.770 7.979 9.560 10.873 12.002 14.075 16.012 18.256 19.751
93.54 93.63 93.67 94.34 94.59 95.16 96.27 97.57 98.08 97.93 97.84 97.42
93.435 93.866 93.866 94.500 94.931 94.931 95.565 96.199 96.402 96.605 96.808 96.808
0.105 -0.236 -0.196 -0.160 -0.341 0.229 0.705 1.371 1.678 1.325 1.032 0.612
67
G-2.13
10:41
641
978181.204
109.662
-7.535
183.38
978119.797
G-2.14
10:47
647
978181.244
109.662
-7.534
181.72
978119.774
G-2.15
10:54
654
978182.923
109.662
-7.533
175.26
978119.751
G-2.16
11:01
661
978189.793
109.661
-7.533
142.77
978119.751
G-2.17
11:08
668
978193.972
109.661
-7.532
122.26
978119.727
G-2.18
11:15
675
978194.682
109.661
-7.531
119.06
978119.704
G-2.19
11:21
681
978197.112
109.661
-7.53
105.29
978119.681
G-2.20
11:28
688
978197.661
109.662
-7.53
100.05
978119.681
G-2.21
11:34
674
978197.761
109.663
-7.529
98.26
978119.658
G-2.22
12:54
774
978197.662
109.663
-7.528
101.68
978119.635
G-2.23
12:59
779
978198.225
109.664
-7.528
97.77
978119.635
G-2.24
13:05
785
978198.748
109.665
-7.527
96.09
978119.611
G-2.25
13:12
792
978198.301
109.666
-7.526
97.67
978119.588
G-2.26
13:18
798
978199.615
109.667
-7.526
89.39
978119.588
G-2.27
13:25
805
978204.02
109.668
-7.526
64.72
978119.588
G-2.28
13:33
813
978205.076
109.667
-7.527
57.33
978119.611
G-2.29
13:37
817
978205.429
109.667
-7.528
55.99
978119.635
G-2.30
13:42
822
978205.703
109.677
-7.529
54.26
978119.658
G-2.31
13:51
831
978204.13
109.668
-7.53
61.26
978119.681
G-2.32
13:56
836
978204.135
109.668
-7.53
58.92
978119.681
G-2.33
14:01
841
978203.279
109.669
-7.53
60.61
978119.681
G-2.34
14:07
847
978203.825
109.670
-7.531
55.92
978119.704
G-2.35
14:13
853
978202.311
109.670
-7.532
65.59
978119.727
G-2.36
14:18
858
978202.136
109.669
-7.532
68.34
978119.727
G-2.37
14:25
865
978203.503
109.669
-7.533
62.68
978119.751
56.573 56.061 54.068 44.045 37.717 36.730 32.482 30.865 30.313 31.368 30.162 29.644 30.131 27.577 19.966 17.686 17.273 16.739 18.899 18.177 18.698 17.251 20.235 21.083 19.337
21.043 20.853 20.111 16.383 14.029 13.662 12.082 11.481 11.275 11.668 11.219 11.026 11.208 10.258 7.427 6.579 6.425 6.226 7.030 6.761 6.955 6.417 7.527 7.842 7.193
98.79 96.57 97.33 98.03 97.29 97.61 96.69 96.85 96.67 99.20 98.92 97.60 96.98 97.06 96.53 96.36 95.84 95.19 95.72 95.05 94.54 94.06 95.46 98.23 95.91
97.442 97.645 97.848 98.279 98.482 98.685 98.888 98.457 98.229 98.433 98.002 97.774 97.546 97.116 96.685 96.912 96.709 92.198 95.872 95.872 95.442 94.808 94.605 95.035 94.832
68
1.348 -1.075 -0.518 -0.249 -1.192 -1.075 -2.198 -1.607 -1.559 0.767 0.918 -0.174 -0.566 -0.056 -0.155 -0.552 -0.869 2.992 -0.152 -0.822 -0.902 -0.748 0.855 3.195 1.078
BG-2
15:11
911
978201.635
109.672
-7.546
55.31
978120.053
Minggu,
BG-3
8:19
499
978201.635
109.672
-7.546
55.210
978031.015
22 Juni2008
G-3.1
8:41
521
978188.845
109.675
-7.526
141.648
978031.019
G-3.2
8:48
528
978190.351
109.674
-7.526
136.130
978031.019
G-3.3
8:55
535
978191.297
109.673
-7.526
131.853
978031.019
G-3.4
9:02
542
978194.752
109.672
-7.527
112.027
978031.019
G-3.5
9:07
547
978196.796
109.671
-7.527
97.749
978031.019
G-3.6
0:13
553
978198.000
109.671
-7.528
87.227
978031.019
G-3.7
9:18
558
978199.984
109.670
-7.529
78.976
978031.019
G-3.8
9:24
564
978201.339
109.670
-7.529
71.452
978031.019
G-3.9
9:31
571
978204.102
109.669
-7.53
59.615
978031.019
G-3.10
9:37
577
978203.516
109.668
-7.53
61.847
978031.019
G-3.11
9:44
584
978203.26
109.668
-7.532
64.838
978031.018
G-3.12
9:51
591
978202.574
109.668
-7.532
66.492
978031.018
G-3.13
9:59
599
978204.628
109.667
-7.533
58.68
978031.018
G-3.14
10:05
605
978204.12
109.667
-7.534
61.976
978031.018
G-3.15
10:10
610
978204.663
109.667
-7.535
60.168
978031.018
G-3.16
10:15
615
978205.745
109.667
-7.536
57.079
978031.017
G-3.17
10:21
621
978205.607
109.666
-7.536
57.236
978031.017
G-3.18
10:27
627
978206.035
109.666
-7.537
55.45
978031.017
G-3.19
10:33
633
978204.344
109.666
-7.538
65.700
978031.017
G-3.20
10:38
638
978205.947
109.666
-7.539
55.087
978031.017
G-3.21
10:44
644
978205.88
109.665
-7.54
55.675
978031.017
G-3.22
10:50
650
978205.303
109.665
-7.541
57.898
978031.016
G-3.23
10:59
659
978204.587
109.666
-7.541
61.306
978031.016
17.063 17.032 43.698 41.996 40.677 34.560 30.156 26.910 24.364 22.043 18.391 19.080 20.003 20.513 18.103 19.120 18.562 17.609 17.657 17.106 20.268 16.994 17.176 17.862 18.913
6.347 6.335 16.254 15.621 15.130 12.855 11.217 10.009 9.063 8.199 6.841 7.097 7.440 7.630 6.734 7.112 6.904 6.550 6.568 6.363 7.539 6.321 6.389 6.644 7.035
91.11 90.773 95.232 95.644 95.959 95.574 94.897 94.484 94.564 94.996 95.415 94.795 97.224 96.556 96.290 96.404 97.723 97.420 97.423 96.836 97.739 96.582 95.412 95.428 95.844
90.900 90.900 93.669 94.100 94.531 94.758 95.189 94.986 95.214 95.214 95.442 95.872 95.466 95.466 95.694 95.491 95.288 95.085 95.516 95.312 95.109 94.906 95.134 94.931 94.500
69
0.210 -0.127 1.563 1.544 1.428 0.816 -0.292 -0.502 -0.650 -0.218 -0.027 -1.077 1.758 1.090 0.596 0.913 2.435 2.335 1.907 1.524 2.630 1.676 0.278 0.497 1.344
G-3.24
11:04
664
978203.92
109.666
-7.542
62.557
978031.016
G-3.25
11:10
670
978205.224
109.667
-7.542
56.296
978031.016
BG-3
11:32
692
978201.635
109.672
-7.546
57.077
978031.015
19.299 17.367 17.608
7.178 6.460 6.550
94.495 94.578 91.135
94.297 93.866 90.900
70
0.198 0.712 0.235
LAMPIRAN 2 Peta Geografis Karangsambung
71
LAMPIRAN 3 Peta Geologi Daerah Karangsambung
Ket : Tmp
: Formasi Penosongan
Tmw : Formasi Waturanda
Tmwt : Anggota Tuf Formasi Waturanda Tmpb : Anggota Breksi Formasi Halang
72
73
LAMPIRAN 4 Peta Anomali Bouger Daerah Karangsambung
Ket Di daerah anomali ini terdapat beberapa anomali rendah setempat debandingkan dengan daerah sekitarnya. Hal ini diperkirakan karena adanya endapan Tersier dengan rapat massa lebih rendah dari batuan Pra-Tersier. Misalnya dibagian tengah sebelah utara Anomali menurun dari 90 mgal sampai 49.7 mgal yang ditempati oleh endapan Miosen kemudian di sebelah selatan terdapat anomali rendah mencapai 84 mgal memanjang timurlaut – barat daya.
74
Lampiran 5 Menjalankan Software Surfer 8 Berikut ini adalah langkah-langkah cara memperoleh nilai anomali bouger, anomali regional dan anomali residu dengan menggunakan dua buah software yaitu Software Surfer 8 dan Ms. Office Excel. Adapun langkahnya sebagai berikut: 1. Sebelum menjalankan surfer 8, hendaknya kita menyimpan data berupa harga X dan juga Y serta Anomali Bouguer (AB), Anomali regional dan Anomali Residu dalam setiap kolom di file Office Excel (.xls). A untuk X, B untuk Y dan C untuk AB. Berikut adalah tampilan awal Surfer 8 dalam OS Ms. Windows.
75
2. Proses peng-grid-an langsung di lakukan untuk memperoleh nilai X, Y, dan AB dalam bentuk file DAT (.dat)
76
a. Kemudian membuka file (.xls) yang tadi disimpan.
b. Pada kolom Output Grid File, kita mengklik gambar folder.
77
3. Sampai akhirnya pada langkah pembuatan peta kontur anomali bouger,anomali regional dan anomali residu a. Click Map>>Contour Map>> New Contour Map.
78
b.Click File grid (.grd) yang diinginkan
c. Peta kontur yang dihasilkan dalam bentuk sangat sederhan.
79
d. Jika ingin memodifikasi peta kontur tersebut yaitu dengan cara meng-click kanan pada peta kontur tersebut, kemudian pilih Properties.
80
e. Atur bentuk dan warna sesuai kebutuhan yang diinginkan.
f. Simpan file yang telah dikerjakan.
81
Lampiran 6 Menjalankan Software SPSS 16
Berikut ini adalah langkah-langkah cara memperoleh nilai A, B dan C untuk mencari nilai anomali regional dengan software SPSS 16. Adapun langkahnya sebagai berikut: 1. Sebelum menjalankan SPSS 16, hendaknya kita menyimpan data berupa var 1 yaitu bujur, var 2 yaitu lintang serta var 3 yaitu Anomali Bouger.
82
2. Harga variable di atas di copy dengan memasukan angka pada kolom yang tersedia
3. Setelah itu, Klik Menu Analyze >> Regression >> Linear 83
84
4. Lalu Masukan Nilai Var 01 dan Var 02 ke Kolom Independent sedangkan Var 03 ke kolom Dependent >> Ok
85
5. Hasil Akhir akan Muncul,dimana nilai A, B dan C dapat dilihat. Var 01 menunjukan harga A, Var 02 menunjukan harga B dan Constanta Menunjukan Harga C. Lalu simpan data tersebut.
86