PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA SMK ALMUSYAFA’ KELAS X PADA MATA PELAJARAN MEMBUAT POLA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN METODE CERAMAH DAN DEMONSTRASI DENGAN CERAMAH DAN MPI SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendididikan Kesejahteraan Keluarga Konsentrasi Tata Busana
oleh Aqsa Risa Faizah 5401407015
JURUSAN TEKNOLOGI JASA DAN PRODUKSI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013
i
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Semarang, 11 Juni 2013 Peneliti
Aqsa Risa Faizah 5401407015
ii
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto: “ Niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat kepada orang-orang yang beriman dan berilmu” (QS Mujadilah [58]: 11). “Maka sesungguhnya sesudah kesulitan itu akan datang kemudahan” (QS.Al-Insyirah [94]: 6 )
Persembahan: 1. Bapak dan Ibu tercinta 2. Saudara-saudara yang kusayangi. 3. Almamater
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr. Wb, Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang selalu melindungi dan melimpahkan rahmat, nikmat serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Perbedaan Hasil Belajar Siswa SMK
Al-Musyafa‟ Kelas X pada Mata Pelajaran Membuat Pola yang Diajar Menggunakan Metode Ceramah dan Demonstrasi dengan Ceramah dan MPI”. Skripsi ini disusun sebagai persyaratan kelengkapan untuk menyelesaikan studi strata satu (S1) untuk mencapai gelar sarjana pendidikan program studi PKK SI Konsentrasi Tata Busana Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Penyusunan skripsi ini banyak menghadapi kendala-kendala karena berbagai keterbatasan, peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat: 1. Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Dekan Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang. 3. Ketua Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang. 4. Kaprodi PKK, Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang. 5. Dra. Sicilia Sawitri, M.Pd. dosen pembimbing I yang penuh kesabaran, ketulusan telah mengorbankan waktu, tenaga serta pikiran yang sangat berharga untuk memberikan perhatian, petunjuk dan dorongan yang berguna bagi peneliti dalam menyusun skripsi ini. 6. Dra. Urip Wahyuningsih, M.Pd. dosen pembimbing II yang penuh kesabaran, ketulusan telah mengorbankan waktu, tenaga serta pikiran yang sangat berharga untuk memberikan perhatian, petunjuk dan dorongan yang berguna bagi peneliti dalam menyusun skripsi ini.
v
7. Bapak dan Ibu dosen, Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang yang memberikan bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan. 8. Kepala Sekolah, Bapak dan Ibu guru SMK Al-Musyafa‟ Kendal yang telah memberikan ijin penelitian dan membantu dalam proses penelitian. 9. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah SWT melimpahkan berkat dan rahmat-Nya atas kebaikan semua pihak yang telah membantu baik material maupun spiritual kepada peneliti. maka kritik dan saran dari pembaca sangat berguna untuk perbaikan penelitian dimasa datang. Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca. Wassalamu‟alaikum Wr. Wb
Semarang, 11 Juni 2013
Peneliti
vi
ABSTRAK Aqsa Risa Faizah. 2013. Perbedaan hasil belajar siswa SMK Al-Musyafa’ kelas X pada mata pelajaran Membuat Pola yang diajar menggunakan metode ceramah dan demonstrasi dengan ceramah dan MPI. Skripsi, Program Studi PKK Konsentrasi Tata Busana, Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Dra. Sicilia Sawitri, M.Pd. dan Pembimbing Pendamping Dra.Urip Wahyuningsih, M.Pd. Kata kunci : Hasil belajar, metode ceramah dan demonstrasi dengan ceramah dan MPI, Membuat Pola (Pattern Making). Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, ketrampilan, dan sikap. Minat belajar siswa akan tumbuh dan terpelihara apabila proses pembelajaran dilaksanakan secara bervariasi dengan penggunaan strategi belajar yang tepat salah satunya menggunakan metode dan media pembelajaran. Metode ceramah & demonstrasi merupakan kombinasi pembelajaran Membuat Pola sebagai usaha untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Penggunaan metode yang tepat akan meningkatkan hasil belajar dan membuat proses belajar menjadi menarik dan menyenangkan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan metode ceramah & demonstrasi dengan siswa yang diajar menggunakan metode ceramah dan MPI pada Mata Pelajaran Membuat Pola. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan desain Control Group Pretest–Posttest Design dan untuk menguji hipotesis menggunakan t-test. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas X Program Keahlian Tata Busana di SMK Al-Musyafa‟ Kendal yang terdiri dari 3 kelas yang berjumlah 90 siswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah simple random sampling dengan cara undian, diperoleh kelas X BB1 sebagai kelas eksperimen 1 yang akan diberi pembelajaran dengan metode ceramah dan MPI, selanjutnya kelas X BB3 sebagai kelas eksperimen 2 yang diberi pembelajaran dengan metode ceramah & demonstrasi. Data penelitian diperoleh melalui tes kognitif dan tes psikomotorik yang diberikan secara langsung kepada responden. Hasil Penelitian berdasarkan analisis uji t diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =8,0544 dan ttabel =1,67. Hasil data penelitian ternyata t hitung lebih besar dari pada t tabel dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulan yang diperoleh yaitu terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan metode ceramah dan demonstrasi dengan siswa yang diajar metode ceramah dan MPI pada Mata Pelajaran Membuat Pola di SMK Al-Musyafa‟Kendal. Saran yang dapat diambil yaitu, dalam mengajar guru harus berpedoman pada PAIKEM GEMBROT, untuk meningkatkan prestasi belajar siswa diharapkan guru belajar memproduksi MPI sendiri agar dapat membuat media pada semua mata pelajaran, perlu adanya pembiasaan penggunaan MPI disekolah dan sebaiknya, pihak sekolah lebih melengkapi fasilitas di Sekolah yang menunjang khususnya, dengan penggunaan MPI yaitu laboratorium komputer. vii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL..........................................................................................
i
PERNYATAAN .................................................................................................
ii
PENGESAHAN .................................................................................................
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................
iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................
v
ABSTRAK..........................................................................................................
vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ..............................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................
xii
BAB 1.
2.
PENDAHULUAN ......................................................................................
1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................
8
1.3. Tujuan Penelitian ..............................................................................
8
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................
9
1.5. Penegasan Istilah ...............................................................................
10
1.6. Sistematika Penulisan Skripsi ..........................................................
14
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS ....
16
2.1. Landasan Teori ..................................................................................
16
2.2. PAIKEM GEMBROT ......................................................................
30
2.3. Komunikasi Pembelajaran ................................................................
47
viii
3.
4.
2.4. Metode Pembelajaran .......................................................................
60
2.5. Media Pembelajaran .........................................................................
68
2.6. Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) ...........................
88
2.7. Kerangka Berfikir .............................................................................
105
2.8. Hipotesis ............................................................................................
109
METODE PENELITIAN ........................................................................... 110 3.1. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .......................
110
3.2. Variabel Penelitian ............................................................................
111
3.3. Metode dan Alat Pengumpul Data ...................................................
112
3.4. Jenis dan Disain Penelitian ...............................................................
114
3.5. Pelaksanaan Eksperimen ..................................................................
111
3.6. Uji Coba Instrumen ...........................................................................
118
3.7. Metode Analisis Data .......................................................................
125
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 128 4.1. Hasil Penelitian .................................................................................
123
4.2. Analisis Data .....................................................................................
130
4.3. Pembahasan .......................................................................................
134
4.4. Keterbatasan Penelitian ....................................................................
140
PENUTUP ...................................................................................................
141
5.1. Simpulan ............................................................................................
141
5.2. Saran ..................................................................................................
141
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
143
LAMPIRAN .......................................................................................................
145
5.
ix
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.1 Data Nilai Siswa Angkatan 2008/2009, 2009/2010 dan 2010/2011 .................................................................................................
4
2.1 Kegiatan Pembelajaran dengan Metode Ceramah dan Demonstrasi Dengan Metode Ceramah dan MPI ..........................................................
87
2.2 Cara Mengambil Ukuran Badan Anak .....................................................
97
2.3 Ukuran Badan Anak ..................................................................................
99
2.4 Kelebihan Metode Ceramah dan Demonstrasi dengan Metode Ceramah dan MPI ......................................................................................
106
2.5 Kekurangan Metode Ceramah dan Demonstrasi dengan Metode Ceramah dan MPI ......................................................................................
107
3.1 Desain Penelitian .......................................................................................
114
3.2 Klasifikasi Reliabilitas Tes Objektif .........................................................
121
3.3 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal .........................................................
123
3.4 Klasifikasi Daya Pembeda Soal ................................................................
124
4.1 Hasil Pre-Test Siswa .................................................................................
128
4.2 Hasil Post-Test Siswa ................................................................................
129
4.3 Uji Normalitas Data ...................................................................................
131
4.4 Uji Homogenitas Data ...............................................................................
131
4.5 Hasil Uji t Membuat Pola (Pattern Making) ............................................
133
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Halaman
Bagan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar ...
23
2.2 Bagan Proses Komunikasi ........................................................................
52
2.3 Desain Kerah Busana Anak......................................................................
91
2.4 Desain Lengan Busana Anak ...................................................................
92
2.5 Desain Rok Busana Anak .........................................................................
92
2.6 Tekstur dan Bahan Busana Anak .............................................................
93
2.7
Macam-macam Warna Busana Anak ......................................................
94
2.8
Pemilihan Corak Busana Anak ................................................................
95
2.9 Garis Hias pada Busana Anak ..................................................................
96
2.10 Cara Mengambil Ukuran Badan Anak ....................................................
98
2.11 Pola Dasar Badan dan Lengan Anak (Skala 1:6) ....................................
100
2.12 Desain Busana Anak .................................................................................
101
2.13 Pecah Pola Dasar Badan Depan Anak .....................................................
102
2.14 Pecah Pola Dasar Badan Belakang Anak ................................................
103
2.15 Pecah Pola Lengan Poof Anak .................................................................
104
2.16 Pecah Pola Kerah Volant Anak ................................................................
104
3.1 Bagan Langkah-langkah Eksperimen ......................................................
117
4.1 Diagram Rata-Rata Hasil Belajar Pre test dan Post test ........................
132
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Ledger Nilai Siswa Semester Gasal Tahun Ajaran (2008/2009, 2009/2010,dan 2010/2011) ................................................
146
2. Daftar Nilai Siswa Awal dan Remidial Tahun Ajaran (2008/2009, 2009/2010,dan 2010/2011) ................................................
149
3. Silabus .....................................................................................................
150
4. Rencana Perencanaan Pembelajaran.......................................................
153
5. Kisi-kisi Instrumen ..................................................................................
155
6. Garis Besar Isi Media ..............................................................................
168
7. Evaluasi Pakar (Media dan Pola) ............................................................
172
8. Daftar Nama Siswa Kelompok Uji Coba ...............................................
180
9. Hasil Analisis Uji Coba Soal...................................................................
181
10. Perhitungan Validitas Butir Soal ............................................................
183
11. Perhitungan Daya Pembeda Soal ............................................................
184
12. Perhitungan Reliabilitas Instrument .......................................................
185
13. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal .....................................................
186
14. Perhitungan Validitas Soal Praktek ........................................................
187
15. Perhitungan Reliabilitas Hasil Ratings Soal Praktek .............................
189
16. Instrument Penelitian ...............................................................................
191
17. Daftar Nama Siswa Kelompok Eksperimen 1 dan 2 .............................
198
18. Hasil Pre-test Kelompok Ekperimen 1 ...................................................
199
19. Hasil Pre-test Kelompok Eksperimen 2 .................................................
201
20. Data Nilai Pre-test (Tes Kognitif + Praktek) Kelompok Ekperimen 1
203
21. Data Nilai Pre-test (Tes Kognitif + Praktek) Kelompok Ekperimen 2
205
22. Data Pre Test Kelompok Eksperimen 1 dan 2 .......................................
207
23. Uji Normalitas Data Pre test Kelompok Eksperimen 1 .........................
208
24. Uji Normalitas Data Pre test Kelompok Eksperimen 2 .........................
209
xii
25. Uji Kesamaan Dua Varians Data Pre test Kelompok Eksperimen 1 dan 2 .................................................................................
210
26. Uji Perbedaan Rata-rata Pre test antara Kelompok Eksperimen 1 dan 2 .................................................................................
211
27. Hasil Post-test Kelompok Eksperimen 1 ................................................
212
28. Hasil Post-test Kelompok Eksperimen 2 ................................................
215
29. Data Nilai Post-test (Tes Kognitif +Praktek) Kelompok Ekperimen 1 ..........................................................................
218
30. Data Nilai Post-test (Tes Kognitif +Praktek) Kelompok Ekperimen 2 ...........................................................................
220
31. Data Post-test Kelompok Eksperimen 1 dan 2.......................................
222
32. Uji Normalitas Data Post test Kelompok Eksperimen 1 .......................
223
33. Uji Normalitas Data Post test Kelompok Eksperimen 2 .......................
224
34. Uji Kesamaan Dua Varians Data Post test Kelompok Eksperimen 1 dan 2 .................................................................................
225
35. Uji Perbedaan Rata-rata Post test Antara Kelompok Eksperimen 1 dan 2 .................................................................................
226
36. SK Pembimbing Skripsi ..........................................................................
227
37. Surat Permohonan Ijin Observasi ...........................................................
228
38. Surat Permohonan Ijin Penelitian ...........................................................
229
39. Dokumentasi ............................................................................................
230
xiii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Tujuan pendidikan nasional dirumuskan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 yang berbunyi “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat” (Mendiknas, 2003). Tujuan tersebut merupakan tujuan pendidikan nasional yang seringkali mengalami perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi kemajuan IPTEK tetapi mencerminkan tujuan terbentuknya manusia yang pancasila. Pendidikan merupakan suatu hal yang harus didapatkan oleh setiap manusia sejak dia baru lahir dan berlangsung sepanjang hidup. Salah satu pendidikan yang didapatkan seorang adalah pendidikan formal, dimana pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan disekolahsekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan atas dan kejuruan serta perguruan tinggi. Tiap jenjang pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), siswa mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan yang disesuaikan dengan jenjang pendidikanya. Pada pendidikan kejuruan, siswa akan mendapatkan ilmu
1
2
pengetahuan yang beragam yaitu mata pelajaran kelompok normatif, adaptif dan produktif. SMK Al-Musyafa‟ Kendal merupakan salah satu dari sekian banyak Sekolah Menengah Kejuruan di kota Kendal yang berusaha mencetak lulusan yang siap untuk bekerja dan bersaing dalam dunia kerja. SMK Al-Musyafa‟ Kendal merupakan salah satu Sekolah Menengah Kejuruan yang banyak diminati masyarakat khususnya di daerah sekitar kota Kendal, hal ini terbukti dengan banyaknya jumlah siswa yang terdaftar meningkat setiap tahun yaitu; tahun ajaran 2010/2011 sebanyak 166 siswa, tahun 2011/2012 sebanyak 189 siswa dan tahun 2012/2013 sebanyak 238 siswa. Usaha yang dilakukan dalam menghadapi tantangan di dalam bidang pendidikan, SMK Al-Musyafa‟ Kendal berusaha meningkatkan kualitas lulusannya melalui peningkatan hasil belajar terutama dalam mata pelajaran produktif . Mata pelajaran produktif adalah sekelompok mata pelajaran yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi standar atau kemampuan produktif pada suatu pekerjaan atau keahlian tertentu yang relevan dengan tuntutan dan permintaan pasar kerja (Nur‟aini, 2004: 57). SMK AlMusyafa‟ Kendal mempunyai 2 (dua jurusan) antara lain: (1) Otomotif dan (2) Busana Butik. Mata pelajaran produktif untuk jurusan Busana Butik diantaranya adalah: menjaga KKLH (Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup), melaksanakan pemeliharaan kecil, menggambar busana, membuat pola, membuat busana wanita, membuat busana bayi, memilih bahan baku busana, membuat
3
hiasan busana, mengawasi mutu bahan dan mulok (Silabus SMK Al-Musyafa‟ Kendal, 2010). Mata pelajaran produktif merupakan kelompok mata pelajaran yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) maka sangat perlu dan penting dikuasai oleh siswa. Mata pelajaran produktif yang diajarkan pada siswa kelas X SMK Program Keahlian Busana Butik ada bermacam-macam salah satunya yaitu, mata pelajaran produktif Membuat Pola (Pattern Making). Membuat pola (Pattern Making) merupakan suatu bentuk yang dibuat berdasarkan ukuran badan si pemakai dan digambar dengan perhitungan secara matematika sesuai dengan sistem pola konstruksi masing-masing (Ernawati 2008: 245). Materi dalam Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) berbentuk teori dan praktek (Silabus SMK Al-Musyafa‟ Kendal, 2010). Tujuan diajarkanya Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) agar siswa mampu menerapkan dasar-dasar membuat pola sehingga dapat menciptakan calon-calon desainer muda yang dapat membuat busana dengan desain terbaik. Materi Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) dengan pokok bahasan membuat pola busana anak berisi tentang pengetahuan alat, bahan untuk membuat pola, membuat pola dasar anak sesuai ukuran badan dengan menggunakan alat gambar sesuai dengan SOP. Kompetensi tersebut dapat tercapai dengan cara mengajarkan siswa dalam hal memahami atau membaca suatu desain busana, sehingga siswa dapat menjelaskan cara membuat pola dasar anak dan dapat mendemonstrasikan cara membuat pola dasar anak beserta penyelesaianya.
4
Cara tersebut dapat membantu siswa agar tidak mendapatkan kesulitan dalam memahami materi ini, karena hanya pemahaman dasar pembuatan pola anak saja yang harus dipahami untuk selanjutnya dapat dikembangkan. Hasil observasi awal dikelas X Program Keahlian Busana Butik SMK AlMusyafa‟ Kendal 3 tahun yang lalu (2008/2009-2010/2011), diketahui bahwa aktifitas dan hasil belajar siswa yang kurang optimal. Data yang diperoleh berdasarkan nilai rata-rata hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan nilai ulangan akhir semester gasal tahun ajaran 2008/2009,2009/2010 dan semester genap tahun ajaran 2010/2011 (SMK Al- Musyafa‟ Kendal 2012. Ledger hasil belajar siswa semester gasal tahun ajaran 2008/2009,2009/2010 dan semester genap tahun ajaran 2010/2011) adalah sebagai berikut: Tabel 1.1. Nilai rata-rata akhir semester gasal (2008/2009),(2009/2010) dan gasal (2010/2011) Tahun Ajaran 2008/2009 2009/2010 2010/2011
Nilai Rata-Rata Kelas 6.6 6,7 6,8
(SMK Al- Musyafa‟ Kendal 2012. Ledger hasil belajar siswa semester gasal tahun ajaran 2008/2009,2009/2010 dan semester genap tahun ajaran 2010/2011 ) Tabel 1.1 diatas memperlihatkan bahwa rata-rata nilai mata pelajaran membuat pola adalah 6, sedangkan nilai ideal dalam KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) pada mata pelajaran membuat pola adalah 70, sehingga siswa harus mengikuti remidial untuk mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah distandarkan disekolah SMK Al-Musyafa‟ Kendal. Hasil pengamatan dikelas X pada mata pelajaran membuat pola di SMK Al-Musyafa‟ Kendal dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor yang
5
menyebabkan kondisi tersebut adalah pelaksanaan proses pembelajaran yang masih terlihat terpusat pada guru. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada beberapa siswa kelas X Program Keahlian Busana Butik diperoleh data bahwa mata pelajaran produktif tata busana khususnya membuat pola sukar dipahami dan bersifat abstrak sehingga hasil belajar siswa kurang memuaskan, sehingga guru perlu mengusahakan pembelajaran yang lebih menarik. Penggunaan metode ceramah dan demonstrasi sering dijumpai dalam proses pembelajaran akan tetapi pembelajaran dengan metode ceramah dan MPI masih jarang digunakan, sehingga siswa sulit membayangkan hal yang sifatnya abstrak dan siswa hanya menghafal materi yang ada tanpa memahami proses penemuan konsepnya. Fasilitas belajar untuk masing-masing mata pelajaran produktif kurang memadai, seperti: belum ada job sheet (buku petunjuk praktek), buku-buku pendukung prodi Busana Butik kurang lengkap dan ruang lab busana yang terbatas sehingga harus saling bergantian. Jurusan Program Keahlian Busana Butik menyediakan fasilitas berupa hardware LCD dan komputer namun belum pernah dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar. Usaha dalam mencapai suatu hasil belajar yang optimal dari proses belajar mengajar seorang siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor dari dalam yang bersifat internal (mengembangkan kemampuan, minat, bakat, motivasi, dan lain-lain), dan faktor dari luar yang bersifat eksternal (kurikulum, metode mengajar guru, sarana-prasarana, latar belakang keluarga, lingkungan
6
belajar atau tempat tinggal dan teman bergaul) (Purwanto, 2011: 107). Kedua faktor tersebut berpengaruh dalam proses belajar siswa. Salah satu faktor yang berpengaruh dalam proses belajar mengajar adalah guru, dikarenakan sebagai salah satu faktor eksternal yang dapat menunjang pencapaian hasil belajar yang optimal, dalam hal ini yang dimaksud adalah kreatifitas guru dalam proses belajar mengajar. Kreatifitas guru dalam proses belajar mengajar mempunyai peranan penting dalam peningkatan mutu hasil belajar siswanya. Kreatifitas diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru, baik yang benar-benar baru sama sekali maupun yang merupakan modifikasi atau perubahan dengan cara mengembangkan hal-hal yang sudah ada sebelumnya (Djamarah dan Zain, 2010: 112). Permasalahan diatas dapat dipecahkan salah satunya dengan penggunaan metode dan media yang tepat. Guru dalam kegiatan proses pembelajaran harus dapat memilih metode dan menggunakan media pendidikan yang tepat. Metode tersebut diharapkan mampu membuat siswanya aktif dalam proses belajar mengajar dan dapat menarik perhatian siswa sehingga siswa mudah memahami dan mengerti materi pelajaran yang diberikan guru. Metode yang sering digunakan guru dalam mengajar yakni metode ceramah. Metode ceramah tergolong metode konvensional karena persiapanya paling mudah, fleksibel tanpa memerlukan persiapan lainya. Menurut Aswan Zain dan Syaiful Bahri Djamarah (2010: 97) metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah
7
dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar. Guru dapat menggunakan alat bantu mengajar untuk memperjelas uraian yang disampaikan kepada murid-muridnya Metode mengajar ceramah dalam pelaksanaanya tidak digunakan sendiri-sendiri, tetapi merupakan kombinasi dari beberapa metode mengajar salah satunya metode ceramah dan demonstrasi dan metode ceramah dan Multimedia Pembelajaran Interaktif (MPI). Penggunaan metode pengajaran yang tepat akan meningkatkan hasil belajar, membuat proses belajar mengajar menjadi menarik dan menyenangkan, dapat mengurangi kesalahpahaman, ketidakjelasan. Macam-macam jenis media dapat menguntungkan, karena gaya atau cara belajar siswa memang berbeda-beda. Cara belajar siswa yang berbeda di karenakan penggunaan metode pengajaran yang berbeda pula, untuk itulah digunakan metode dan media yang dapat memecahkan segala permasalahan yang dialami siswa. Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) merupakan salah satu mata pelajaran produktif di SMK Al-Musyafa‟ Kendal, berisi tentang proses membuat pola busana anak, maka dipilih metode dan media yang sesuai dengan isi materi yang akan disampaikan. Metode dan media yang dapat membimbing siswa tahap demi tahap dalam proses membuat pola yaitu dengan metode ceramah dan demonstrasi dengan ceramah dan MPI. Penggunaan metode ceramah dan demonstrasi dengan ceramah dan MPI dalam proses belajar mengajar Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
8
siswa dan dapat memudahkan siswa dalam menyerap materi. Kedua media diatas memiliki manfaat yang sama namun hasil belajar yang akan dicapai tentulah berbeda, dan hasil belajar yang terbaik dari salah satu kedua media tersebutlah yang akan membedakan seberapa besar tingkat keberhasilan siswa dalam menyerap materi Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak. Latar belakang diatas mendasari peneliti memilih judul: Perbedaan hasil belajar siswa SMK Al-Musyafa‟ Kendal kelas X pada Mata Pelajaran Membuat Pola yang diajar dengan metode ceramah dan demonstrasi dengan ceramah dan MPI.
1.2
Rumusan Masalah Masalah yang dapat dirumuskan berdasarkan latar belakang tersebut
sebagai berikut: Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa SMK Al-Musyafa‟ Kendal kelas X pada Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak yang diajar menggunakan metode ceramah dan demonstrasi dengan metode ceramah dan MPI ?
1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui perbedaan hasil
belajar hasil belajar siswa SMK Al-Musyafa‟ Kendal kelas X pada Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak yang diajar menggunakan metode ceramah dan demonstrasi dengan metode ceramah dan MPI.
9
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi siswa Penggunaan metode ceramah dan demonstrasi dengan metode ceramah dan MPI sebagai media pembelajaran dapat diperoleh cara belajar yang efektif, menarik, menyenangkan dan dapat belajar secara mandiri tanpa harus bergantung dengan pengarahan guru dengan menggunakan media kreatif dan interaktif yaitu MPI pada dalam Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak. 1.4.2 Bagi Guru Hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan dan pengalaman langsung pada guru-guru yang terlibat dalam rangka memperoleh pengalaman baru untuk media yang lebih inovatif dan kreatif dalam pembelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak. 1.4.3 Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini bukan hanya sekedar bermanfaat untuk satu mata pelajaran membuat pola tetapi bermanfaat juga bagi mata pelajaran yang lain yang merupakan komponen pendidikan yang terkait dan sebagai bahan referensi peneliti lain yang akan meneliti permasalahan yang berhubungan dengan penggunaan metode pembelajaran ceramah kombinasi baik menggunakan metode demonstrasi maupun Multimedia Pembelajaran Interaktif sebagai media pembelajaran dalam berbagai bidang studi.
10
1.5
Penegasan Istilah Penegasan istilah dalam skripsi ini dimaksud agar tidak terjadi salah
penafsiran terhadap judul skripsi dan memberikan gambaran yang lebih jelas kepada para pembaca. Istilah-istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut : 1.5.1
Perbedaan Perbedaan diartikan sebagai beda, selisih (Kamus Umum Bahasa
Indonesia, 2002: 120). Perbedaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perbedaan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak antara metode ceramah dan demonstrasi dengan metode ceramah dan MPI. 1.5.2
Hasil belajar Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh pebelajar setelah
mengalami aktifitas belajar (Anni, 2006: 5). Hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2010: 22). Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak diharapkan siswa dapat membuat pola dasar sesuai dengan ukuran pelanggan, siswa dapat mengubah dan memecah pola sesuai dengan desain, siswa dapat memberi tanda – tanda pada pola sesuai SOP, dapat mengecek pola sesuai ukuran dan garis-garis pola, dapat mengetahui kualitas bahan yang akan digunakan, membuat rancangan bahan dan harga, membuat pola besar.
11
Indikator hasil belajar pada eksperimen ini yaitu; siswa dapat memahami dan menjelaskan tentang pengertian busana anak dan macam-macam busana anak, siswa menyiapkan alat dan bahan membuat pola, siswa dapat membuat pola dasar busana anak, siswa dapat membuat pola dasar dan pecah pola sesuai desain dan ukuran badan dengan menggunakan alat gambar sesuai dengan SOP. 1.5.3
Membuat Pola Membuat pola (Pattern Making) merupakan suatu bentuk yang dibuat
berdasarkan ukuran badan si pemakai dan digambar dengan perhitungan secara matematika sesuai dengan sistem pola konstruksi masing-masing (Ernawati, 2008: 245). Membuat pola yang dimaksud adalah membuat pola pokok bahasan membuat pola anak yaitu suatu mata pelajaran yang berisi uraian pengetahuan tentang alat dan bahan untuk membuat pola, pembuatan pola dasar anak, pembuatan pola dasar sesuai ukuran badan dengan menggunakan alat gambar sesuai dengan SOP. 1.5.4
Siswa kelas X SMK Al-Musyafa’ Kendal Siswa kelas X yang dimaksud adalah: semua siswa kelas X yang mengikuti
mata pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak Program Keahlian Busana Butik yang merupakan subjek penelitian. SMK Al-Musyafa‟ Kendal salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berada di kota Kendal tempat penulis melakukan penelitian. 1.5.5
Metode Pembelajaran Metode adalah suatu alat untuk mencapai tujuan dalam kegiatan belajar
mengajar. Penggunaan metode harus disesuaikan dengan kondisi dan suasana
12
kelas (Nur‟aini, 2004: 35). Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan, maka dianjurkan agar guru tidak hanya menggunakan satu metode. Metode pembelajaran ada bermacam-macam antara lain; metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, eksperimen, dramatisasi, latihan, parktikum, karya wisata, proyek dan lain-lain (Nur‟aini, 2004: 36). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ceramah dan metode demonstrasi. Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar (Zain dan Djamarah, 2010: 97). Metode ceramah dalam pelaksanaanya dapat menggunakan alat bantu mengajar untuk memperjelas uraian yang disampaikan kepada muridmuridnya, metode ceramah dalam penelitian ini digunakan untuk menjelaskan materi dalam bentuk teori pokok bahasan membuat pola busana anak Metode demonstrasi adalah suatu metode dimana guru menunjukkan suatu contoh atau percobaan suatu proses atau prosedur pembuatan sesuatu untuk mencapai tujuan pengajaran (Nur‟aini, 2004: 36). Metode demonstrasi dalam penelitian ini digunakan dalam menjelaskan materi praktek pokok bahasan pembuatan pola busana anak.
13
1.5.6
Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari
kata medium, yang secara terpisah berarti perantara atau pengantar, yang mana dapat digunakan dalam rangka hubungan atau komunikasi dalam pengajaran antara guru dan siswa, sehingga dapat pula sebagai alat bantu belajar mengajar, baik didalam maupun diluar kelas (Nur‟aini, 2004: 62). Macam-macam media pembelajaran antara lain; media berbasis visual, media berbasis audio, media berbasis audio-visual, media diam yang diproyeksikan, media gerak yang diproyeksikan, benda nyata dan benda model, media berbasis komputer/ CAI (salah satunya yaitu Multimedia Pembelajaran Interaktif). Media yang digunakan dalam penelitian ini yaitu media berbasis komputer menggunakan MPI (Multimedia Pembelajaran Interaktif). MPI yaitu suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya (Daryanto, 2010: 51). MPI yang dimaksud adalah sebuah media pembelajaran yang menggunakan komputer dan software berupa Adobe Flash CS 4 Profesional, media ini akan dipergunakan dalam mengajar mata pelajaran membuat pola (Pattern Making).
14
1.6
Sistematika Penulisan Skripsi Secara garis besar sistematika penulisan skripsi terbagi menjadi tiga
bagian yaitu : 1.6.1 Bagian Awal Skripsi Bagian awal skripsi terdiri dari sampul lembar berlogo Universitas Negeri Semarang, halaman judul, halaman pengesahan, pernyataan, motto dan persembahan, prakata, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar lampiran. 1.6.2
Bagian Isi Skripsi Bagian Isi Skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu: Bab 1 Pendahuluan, Bab
2 Landasan Teori, Kerangka Berfikir dan Hipotesis, Bab 3 Metode Penelitian, Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan, Bab 5 Penutup dan Bagian Akhir Skripsi, berisi daftar pustaka dan lampiran. 1.6.2.1 Bab 1 Pendahuluan Bab pendahuluan ini meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, sistematika penulisan. 1.6.2.2 Bab 2 Landasan Teori, Kerangka Berfikir dan Hipotesis Bab ini membahas teori-teori pendukung yang berkaitan dengan skripsi antara lain: metode pembelajaran, macam-macam jenis metode dan media, prinsip pemilihan media, multimedia pembelajaran interaktif dengan Program Adobe Flash CS 4, mata pelajaran menggambar busana, hasil belajar, kerangka berpikir dan hipotesis.
15
1.6.2.3
Bab 3 Metode Penelitian Bab 3 membahas tentang cara yang akan ditempuh dalam pelaksanaan
penelitian, penentuan populasi, sampel penelitian, teknik sampel, variabel penelitian, metode pengumpulan data, validitas dan reliabilitas, dan metode analisis data. 1.6.2.4 Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab 4 membahas data hasil penelitian secara garis besar serta pembahasan sehingga mempunyai arti. 1.6.2.5 Bab 5 Penutup Bab 5 penutup berisi rangkuman hasil penelitian yang ditarik dari analisa dan pembahasan. Saran menguraikan tentang perbaikan atau masukan dari peneliti untuk perbaikan yang berkaitan dengan penelitian. 1.6.2.6 Bagian Akhir Skripsi, berisi daftar pustaka dan lampiran Daftar pustaka berisi tentang buku dan literature lain yang terkait dengan penelitian.
Lampiran
perhitungan analisis data.
berisi
kelengkapan-kelengkapan
skripsi,
data
dan
BAB 2 LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Proses Pembelajaran Kurikulum SMK 2004 diberlakukan dengan keputusan Mendikbud Nomor
20 Tahun 2003 yang membahas Sistem Pendidikan Nasional, diantaranya berisi tentang; (1) Landasan, program dan pengembangan, (2) Tujuan, isi dan materi pembelajaran, (3) Petunjuk umum pelaksanaan dan (4) Lingkup dukungan mutu (Departemen Pendidikan Kejuruan, 2004: 4). Landasan tersebut secara tegas mengemumakan bahwa kurikulum di SMK dirancang secara dinamis dan fleksibel, untuk mengantisipasi sekaligus mengikuti berbagai perkembangan yang terjadi. Kurikulum di SMK selalu terbuka terhadap berbagai upaya penyempurnaan, selain menekankan pada pemberian bekal kemampuan daya suai dan pengembangan diri tamatan, lebih berorientasi kepada kebutuhan pemakai tamatan, terutama dengan diterapkanya pola penyelenggaraan Pendidikan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum Berbasis Kompetensi yang dimaksud adalah kurikulum yang dibuat berdasarkan luang lingkup kerja yaitu penyelarasan antara dunia kerja (industri), dengan dunia pendidikan sehingga saat siswa lulus mereka sudah mempunyai bekal keterampilan yang sesuai dengan ruang lingkup kerja.
16
17
Tujuan SMK secara umum menurut Kurikulum SMK (Departemen Pendidikan Kejuruan, 2004: 7) yaitu; (1) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Tuhan Yang Maha Esa. (2) Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi warga negara yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. (3) Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki wawasan kebangsaan, memahami, dan menghargai keaneka ragaman budaya bangsa Indonesia (4) Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup, dengan secara aktif turut memlihara dan melestarikan lingkungan hidup, serta memanfaatkan sumber daya alam dengan efektif dan efisien. Agar tujuan SMK dapat tercapai salah satu faktor yang menunjang adalah proses pembelajaran. Proses pembelajaran pada dasarnya mengantar para pelajar memulai belajar, jadi tidak hanya menjadikan para pelajar pandai karena mereka harus menjadikan diri pandai sesuai dengan kemampuan intelektual yang ada pada mereka. Proses pembelajaran adalah proses yang amat pragmatis dan konkret, melihat dan mempergunakan keadaan nyata, terutama keadaan intelektual para pelajar yang merupakan pandangan sempit yang harus direkonstruksi (Syukur, 2005: 20). Proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di sekolah khususnya SMK sudah saatnya memperhatikan potensi dan kelemahan peserta didik, dengan demikian pemasungan daya kreatif setiap siswa dapat dieliminir, dari sinilah maka konsep pendidikan yang membebaskan menjadi pilihan bagi guru dan siswa. Pendidikan yang membebaskan adalah situasi dimana guru dan siswa samasama harus belajar, sama-sama memiliki subyek kognitif,
juga sama-sama
memiliki perbedaan. Guru yang membebaskan tidak melakukan sesuatu kepada siswa, tetapi melakukan sesuatu bersama siswa. Kegiatan bersama itulah proses
18
belajar yang optimal, karena melibatkan semua komponen dan perangkat. Berdasarkan proses yang berlangsung itu masing-masing akan memiliki persepsi dan pengalaman belajar yang diharapkan inheren dalam dirinya. Proses belajar itu memang lebih penting daripada akhir atau tujuan, karena dalam proses lebih mementingkan fungsi, bukan output yang dipaksakan, juga bukan mengejar nilai seperti yang terjadi di sekolah (Syukur, 2005: 20). Misi utama guru adalah enlighment, yaitu mempersiapkan anak didik sebagai individu yang bertanggung jawab dan mandiri. Pencerahan itu dilakukan melalui proses-proses liberating, educating dan civilizing (Syukur, 2005: 20). Kegiatan dalam proses belajar, ada baiknya setiap siswa bisa mengidentifikasikan dirinya sendiri, cara ini dapat membantu mereka memilih metode atau cara, strategi dan gaya belajar yang sesuai dengan kemampuan dan kelemahanya. Pembelajaran
merupakan suatu
sistem yang mempunyai sejumlah
komponen meliputi; tujuan, bahan pelajaran kegiatan belajar mengajar, metode, media pembelajaran serta evaluasi (Djamarah dan Zain, 2009: 41). Pembelajaran di SMK merupakan interaksi antara guru dan murid, dimana siswa melakukan kegiatan belajar dan guru melakukan kegiatan mengajar, dalam kegiatan belajar mengajar mengandung komponen meliputi; tujuan, bahan pelajaran kegiatan belajar mengajar, metode, media pembelajaran serta evaluasi. 2.1.2 Hasil Belajar 2.1.2.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh pebelajar setelah mengalami aktifitas belajar (Anni, 2007: 5). Hasil belajar sebagai objek penilaian
19
pada hakikatnya menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan instruksional menggambarkan hasil belajar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuankemampuan siswa setelah menerima atau menyelesaikan pengalaman belajarnya. Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan, keterampilan, sikap dalam melakukan dan menyelesaikan suatu hal setelah siswa menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar dapat dibedakan dalam beberapa kategori. Kategori yang banyak digunakan dibagi menjadi 3 tipe hasil belajar yaitu (1) Tipe hasil belajar kognitif, (2) Tipe hasil belajar bidang afektif, (3) Tipe hasil belajar bidang psikomotorik (Bloom dikutip Anni, 2006: 7). Masing-masing tipe hasil belajar terdiri dari sejumlah aspek yang saling berkaitan, mempunyai karakter tersendiri, sebab setiap tipe hasil belajar berbeda dalam cakupan dan hakikat yang terkandung didalamnya. 2.1.2.1.1 Tipe Hasil Belajar Bidang Kognitif Tipe hasil belajar bidang kognitif meliputi tujuan pendidikan yang berkesinambungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan, dan pengembangan kemampuan intelektual dan ketrampilan berfikir, bidang ini dimulai dari jenjang yang paling tinggi. Jenjang yang paling tinggi harus melalui jenjang yang bawah. Tipe hasil belajar bidang kognitif ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual terdiri dari 6 aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan analisis, sintesis, evaluasi (Anni, 2007: 7). Adapun aspek tersebut adalah seperti berikut. Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan
(Knowledge), pengetahuan
didefinisikan sebagai perilaku mengingat atau mengenali informasi (materi
20
pembelajaran) yang telah dipelajari sebelumnya (Anni, 2007: 7). Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan pada mata pelajaran praktik Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola anak diharapkan siswa dapat mengetahui, serta mengingat tentang macam-macam teknik membuat pola busana anak, alat serta bahan yang dipergunakan dalam membuat pola, langkah-langkah pembuatan pola serta cara penyelesaianya. Tipe hasil belajar pemahaman (Comprehention) didefinisikan sebagai kemampuan memperoleh makna dari materi pelajaran (Anni, 2007: 7). Tipe hasil belajar pemahaman pada mata pelajaran membuat pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola anak adalah siswa dapat memahami materi tentang: macammacam busana anak, jenis bahan yang dibuat, alat dan bahan membuat pola anak, cara mengambil ukuran, pembuatan pola dasar, proses dalam membuat pola dasar anak dan cara penyelesaianya. Tipe hasil belajar penerapan (Application) mencakup penerapan hal-hal seperti aturan, metode, konsep, prinsip-prinsip dalil dan teori. Hasil belajar di bidang ini memerlukan tingkat pemahaman yang lebih tinggi daripada tingkat pemahaman sebelumnya (Anni, 2007: 7). Tipe hasil belajar penerapan pada mata pelajaran membuat pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola anak diharapkan, setelah memahami dan merespon materi yang diberikan, siswa dapat mempraktekkanya
yaitu
salah
satunya
siswa
dapat
menjelaskan
dan
mendemonstrasikan cara pembuatan pola dasar anak. Tipe hasil belajar analisis mengacu pada kemampuan memecahkan material ke dalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya. (Anni,
21
2007: 8). Tipe hasil belajar analisis pada mata pelajaran membuat pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola anak adalah siswa dapat menganalis atau membaca gambar/ desain busana anak, kemudian dapat mempraktekanya dengan membuat pola dasar anak dan pecah pola sesuai dengan desain. Tipe hasil belajar sintesis mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur yang baru (Anni, 2007: 8). Tipe hasil belajar sintesis pada mata pelajaran membuat pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola anak adalah siswa mampu menyimpulkan apa saja yang merupakan dasar utama dalam membuat pola anak agar diperoleh hasil yang baik dalam membuat pola busana anak. Tipe hasil belajar evaluasi mengacu pada kemampuan membuat keputusan tentang nilai materi pembelajaran (pernyataan, novel, puisi,laporan) untuk tujuan tertentu (Anni, 2007: 8). Evaluasi merupakan kegiatan yang meliputi mengukur dan meneliti. Alat yang digunakan untuk mengukur adalah tes dan non tes. Hasil pengukuran berupa skor. Tipe hasil belajar evaluasi pada mata pelajaran membuat pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola anak adalah siswa mampu menilai teknik membuat pola dasar anak beserta pecah polanya dengan tepat sesuai dengan desain/gambar, tanda pola dan mampu memperbaiki pola apabila terjadi kesalahan. 2.1.2.1.2 Tipe Hasil Belajar Bidang Afektif Taksonomi tujuan pembelajaran afektif dikembangkan oleh Krathwohl dan kawan-kawan, tujuan pembelajaran ini berhubungan dengan perasaan, sikap, minat dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran ini mencerminkan hierarkhi yang
22
bertentangan dari keinginan untuk menerima sampai dengan pembentukan pola hidup. Kategori tujuan pembelajaran afektif adalah sebagai berikut; penerimaan (receiving), penanggapan (responding), penilaian (valueing), pengorganisasian (organization), pembentukan pola hidup (organization by a value complex) (Anni, 2007: 8). Penerimaan (Receiving), pada aspek ini berkenaan dengan membangkitkan, membimbing dan mengarahkan perhatian siswa tehadap MPI, sehingga materi yang diberikan dapat dipahami oleh siswa. Penanggapan (Responding), pada aspek ini diharapkan siswa dapat merespon materi membuat pola pokok bahasan membuat pola busana anak yang telah diberikan oleh guru dalam bentuk MPI, seperti adanya diskusi, tanya jawab, siswa dapat mengerjakan soal latihan dan sebagainya. Penilaian
(Valuing),
pada
aspek
ini
diharapkan
siswa
dapat
menggambarkan, membedakan, menggabungkan, mempelajari materi yang telah diberikan. Pengorganisasian (Organization), pada aspek ini diharapkan siswa dapat menyatukan nilai-nilai yang berbeda. Pembentukan pola hidup (Organization by a value complex), pada aspek ini mengacu pada poses perwujudan nilai-nilai, sehingga tingkah lakunya menunjukkan karakteristik atau identitas dari siswa tersebut. 2.1.2.1.3 Tipe Hasil Belajar Bidang Psikomotorik Tipe hasil belajar bidang psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf (Anni, 2007: 10). Hasil belajar yang diharapkan setelah mempelajari mata pelajaran membuat pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana
23
anak dengan MPI adalah siswa mampu dan terampil dalam membaca desain serta terampil dalam membuat pola dasar anak dan cara penyelesaianya, sehingga siswa akan menerima pengalaman belajarnya dengan perubahan tingkah laku yang lebih baik. 2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar Belajar merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku anak didik, adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar pada setiap orang dapat diikhtisarkan sebagai berikut yaitu: Faktor dalam (fisiologi dan psikologi) faktor luar (lingkungan dan instrumental). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Luar (Eksternal)
Dalam (Internal)
Fisiologi Kondisi fisik
Psikologi s Bakat Minat Motivasi Kecerdasan Kemampuan kognitif
Lingkunga n
Alam sosial
Instrumental Kurikulum/bahan pelajaran Guru/pengajaran Sarana dan fasilitas Administrasi/ manajemen
Gambar 2.1 Bagan Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar (Purwanto, 2011: 107).
24
Penjelasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah sebagai berikut: faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal). 2.1.3.1 Faktor Dalam (Internal) Faktor dalam (Internal) adalah faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yang berasal dari dalam individu manusia meliputi, faktor fisiologi dan faktor psikologi. 2.1.3.1.1 Faktor Fisiologi Faktor fisiologi adalah kondisi fisik yang terjadi atau dialami individu saat belajar. Kondisi fisiologi pada umumnya sangat berpengaruh terhadap siswa. Faktor fisiologi dibagi menjadi dua yaitu kondisi fisik/jasmani dan kondisi psikologis (Purwanto, 2011: 107). Kondisi fisik/ keadaan jasmani, siswa yang berada dalam kondisi jasmani yang kurang segar tidak akan memiliki kesiapan yang memadai untuk memulai tindakan belajar, siswa cenderung kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran sehingga lamban dalam memahami materi pelajaran. Sebaliknya kondisi jasmani yang sehat, bugar akan memberikan pengaruh terhadap kegiatan belajar individu terutama dalam mengikuti mata pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat busana anak yaitu siswa akan lebih bersemangat dan lebih mudah dalam memahami materi pelajaran. Kondisi psikologis, kondisi ini juga berpengaruh dalam mempelajari mata pelajaran membuat pola terutama unsur penglihatan dan pendengaran (Ngalim Purwanto, 2011: 107). Kondisi pancaindera sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan
25
membuat pola busana anak menggunakan MPI, pancaindera yang memiliki peran besar dalam aktifitas belajar adalah mata, tangan, dan telinga. Mata digunakan untuk melihat serta memahami materi dalam MPI, tangan digunakan untuk meraba /mengontrol MPI, telinga digunakan untuk mendengarkan narasi (penjabaran materi dalam bentuk suara) dalam MPI Guru maupun siswa perlu menjaga pancaindera secara preventif maupun yang bersifat kuratif, dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksa kesehatan dan mengkonsumsi makanan yang bergizi. 2.1.3.1.2 Faktor Psikologis Faktor psikologis adalah suatu keadaan atau kondisi mengenai gejala-gejala kehidupan kejiwaan yang berpengaruh terhadap proses belajar. Faktor-faktor psikologis umum yang dapat mempengaruhi proses belajar siswa adalah; bakat, minat, motivasi, kecerdasan, kemampuan kognitif (Purwanto, 2011: 107). Bakat merupakan salah satu kemampuan manusia untuk melakukan suatu kegiatan dan sudah ada sejak manusia itu lahir (Purwanto, 2011: 55). Bakat mempengaruhi perkembangan individu (Hamalik, 2010: 93). Siswa yang memiliki bakat sesuai dengan bidang yang sedang dipelajari (busana), maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya, sehingga tidak akan merasa kesulitan dalam memahami materi pokok bahasan membuat busana anak dan cenderung lebih cepat memahami pelajaran dibanding siswa lain. Minat merupakan kecenderungan dan gairah tinggi terhadap sesuatu yang tetap pada suatu hal atau bidang sehingga ia selalu memperhatikan secara terusmenerus dengan diikuti rasa senang. Minat sangat berpengaruh pada hasil belajar,
26
guru perlu mengetahui tentang minat belajar siswa agar bisa memotivasinya (Nur‟aini, 2006: 27). Siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi akan lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran, diharapkan dengan menggunakan MPI dapat meningkatkan minat siswa dalam mengikuti mata pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat busana anak. Motivasi adalah dorongan yang menyebabkan terjadi suatu perbuatan atau tindakan tertentu. Perbuatan belajar terjadi karena adanya motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan belajar (Hamalik, 2010: 50). Motivasi yang dimaksud adalah menumbuhkan motivasi belajar siswa dengan cara memberikan materi pelajaran yang menarik dan mudah dipahami oleh siswa yang dikemas menggunakan MPI (Multimedia Pembelajaran Interaktif). Kecerdasan merupakan kemampuan untuk memecahkan masalah atau membuat produk yang dihargai dilingkungan kebudayaan (Anni, 2007: 117). Kecerdasan sangat berpengaruh terhadap kemajuan belajar, semakin tinggi tingkat intelegensi seorang individu, semakin besar peluang meraih sukses dalam belajar dan sebaliknya, semakin rendah intelegensi seorang individu, semakin sulit meraih sukses dalam belajar. Penggunaan MPI dapat mengontrol cara belajar siswa sendiri sesuai dengan kemampuan intelegensi siswa, karena MPI dapat dipelajari secara berulang-ulang dan dapat memberikan respon langsung terhadap siswa. Kemampuan kognitif artinya kemampuan intelektual yaitu kemampuan individu dalam mengingat dan berfikir. Materi dalam mata pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat busana anak adalah materi berbentuk teori dan praktek antara lain; penjabaran tentang busana anak, cara mengambil
27
ukuran anak, langkah-langkah pembuatan pola dasar anak beserta pecah polanya sesuai dengan desain, sehingga membutuhkan kemampuan kognitif siswa, diharapkan dengan adanya pembelajaran menggunakan MPI dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa. 2.1.3.2
Faktor Luar (Eksternal) Faktor luar yaitu, faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa yang dapat
mempengaruhi hasil belajar. Faktor- faktor tersebut antara lain; faktor lingkungan dan faktor instrumental (Purwanto, 2011: 107). Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi dalam proses dan hasil belajar adalah lingkungan alam dan lingkungan sosial. 2.1.3.2.1 Lingkungan Alam Lingkungan alam merupakan kondisi alam yang dapat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar, misalnya suhu, udara, cuaca, musim yang sedang berlangsung
serta
kejadian-kejadian
alam
yang
tidak
diinginkan.
Lingkungan alam disekitar sekolah berada jauh dari kota di tengah ladang sawah dan jauh dari pemukiman warga, sehingga suasana terkesan tenang dengan udara yang sejuk menambah semangat belajar siswa dan memudahkan guru dalam menyampaikan mata pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat busana anak. 2.1.3.2.2 Lingkungan Sosial Lingkungan sosial mempunyai peran penting dalam membentuk individu siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan sosial yang
28
dimaksud adalah lingkungan yang berasal dari keluarga, sekolah, masyarakat sekitar, dan lain-lain. Lingkungan sosial dapat membentuk kepribadian siswa kearah yang benar maupun sebaliknya, siswa yang memiliki bakat dalam bidang busana, mempunyai latar belakang keluarga di bidang busana, dan siswa yang mempunyai minat yang tinggi mengenai busana seperti mengikuti kursus atau pelatihan akan lebih mudah dan cepat dalam mengikuti dan memahami pelajaran dibanding dengan siswa yang memperoleh ilmu pada saat diberikan materi oleh guru khususnya pada mata pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat busana anak. 2.1.3.2.3 Faktor Instrumental Faktor instrumental adalah sarana dan prasarana dalam proses belajar mengajar. Faktor instrumental meliputi; kurikulum/bahan ajar, guru, sarana dan prasarana (Purwanto, 2011: 107). Kurikulum/ bahan ajar diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam suatu jenjang pendidikan. Kurikulum di SMK Al-Musyafa‟ Kendal menggunakan kurikulum spectrum. perangkat mengajar dalam Program Keahlian Tata Busana antara lain; silabus, prota, promes, RPP. Bahan ajar yang digunakan dalam mata pelajaran membuat pola adalah buku-buku yang berhubungan dengan pola. Guru merupakan salah satu komponen dalam pembelajaran yang ikut berperan aktif dalam pembentukan sumber daya manusia yang potensial dibidang
29
pembangunan, oleh karena itu guru dituntut berperan aktif dan menempatkan kedudukanya sebagai tenaga profesional yang tidak hanya berperan sebagai pengajar tapi juga sebagai pendidik dan pembimbing. Guru dengan fungsinya sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing maka diperlukan adanya peran dari guru. Peran guru tata busana dalam proses belajar mengajar antara lain; informator yaitu memberikan informasi kepada siswa dengan cara memberikan pengetahuan terhadap siswa, organisator, motivator yaitu guru dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa, inisiator yaitu guru dituntut untuk lebih kreatif dalam memberikan materi pada siswa, transmeter, fasilitator yaitu guru dapat memberikan fasilitas belajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa, evaluator yaitu guru dapat mengukur dan menilai keberhasilan belajar siswa. Sarana dan prasarana pendidikan menurut daftar istilah pendidikan dikenal dengan sebutan alat bantu pendidikan (teaching aids), yaitu segala macam peralatan yang dipakai guru untuk membantunya memudahkan dalam melakukan kegiatan mengajar. Sarana pendidikan adalah segala macam peralatan yang digunakan guru untuk memudahkan penyampaian materi pelajaran yaitu ruang kelas, meja, kursi, papan tulis, dan lain-lain. Prasarana pendidikan adalah segala macam peralatan, kelengkapan, dan benda-benda
yang
digunakan
guru
untuk
memudahkan
penyelenggaraan
pendidikan. Perbedaan sarana pendidikan dan prasarana pendidikan adalah pada fungsi masing-masing yaitu sarana pendidikan untuk “memudahkan penyampaian materi pelajaran, “ prasarana pendidikan untuk “memudahkan penyelenggaraan
30
pendidikan” (Tatangmanguni, 2010: 3). Prasarana pendidikan yang dimaksud adalah dengan menggunakan MPI.
2.2 PAIKEM GEMBROT(Pembelajaran, Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira dan Berbobot). 2.2.1
Arti PAIKEM GEMBROT PAKEM adalah Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan,
disamping metodologi pembelajaran dengan nama atau sebutan “PAKEM”, muncul pula nama yang dikeluarkan di daerah Jawa Tengah dengan sebutan “PAIKEM GEMBROT” dengan kepanjangan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira dan Berbobot. Guru dapat menyajikan dengan atraktif/menarik dengan hasil terukur sesuai yang diharapkan siswa (orang) belajar secara aktif . Pembelajaran adalah perpaduan dari dua aktivitas, yaitu aktifitas mengajar dan aktivitas belajar. Aktivitas mengajar menyangkut peranan seorang guru dalam konteks mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara pengajar itu sendiri dengan si belajar (Riva‟i dikutip www.google.com). Aktif dimaksudkan dalam proses pembelajaran guru harus mampu menciptakan
suasana
sedemikian
rupa
sehingga
siswa
aktif
bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan (http://smartalzind.blogspot.com). Pada proses pembelajaran Mata Pelajaran Membuat Pola guru sesuai fungsinya sebagai organisator, harus bisa membuat siswa aktif bertanya.
31
Inovatif, dimaksudkan agar guru selalu mengemas kegiatan belajar yang heterogen sehingga memiliki nilai tambah dalam memberikan pelayanan pembelajaran kepada siswa (http://smartalzind.blogspot.com). Inovatif pada Mata Pelajaran Membuat Pola yaitu dengan menggunakan metode dan media interaktif. Kreatif dimaksudkan agar guru mampu menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi dan mampu memberikan pelayan pada berbagai tingkat kemampuan siswa (http://smartalzind.blogspot.com). Kreatif dalam pembelajaran Mata Pelajaran Membuat Pola yaitu guru dapat memilih metode dan media yang tepat sesuai dengan mata pelajaran yaitu metode ceramah, demonstrasi dan MPI (Multimedia Pembelajaran Interaktif). Efektif dimaksudkan agar guru mampu memanfaatkan waktu untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran menghasilkan pengalaman baru yang cenderung permanen (smartalzind.blogspot.com). Efektif dalam pembelajaran Mata Pelajaran Membuat Pola yaitu dengan penggunaan MPI, waktu pembelajaran efektif, dapat dilakukan pada kelas besar maupun kecil, pembelajaran dapat dilakukan mandiri dan dapat dipelajari dimana saja. Menyenangkan dimaksudkan agar guru mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatian secara penuh (smartalzind.blogspot.com). Menyenangkan dalam pembelajaran Mata Pelajaran Membuat Pola yaitu dengan penggunaan metode ceramah dan demonstrasi dan MPI yaitu dengan menciptakan suasana belajar yang lain dari biasanya, salah satunya dengan perubahan tempat duduk siswa.
32
Gembira dimaksudkan agar guru menciptakan suasana belajar yang fun/ menyenangkan sehingga siswa mampu belajar dengan santai pada gilirannya, siswa mampu
menyerap
pelajaran
(smartalzind.blogspot.com).
Gembira
dalam
pembelajaran Mata Pelajaran Membuat Pola yaitu dengan penggunaan MPI, dimana didalamnya disajikan materi dipadu dengan audio, teks, animasi, gambar, grafik, dan diharapkan dengan MPI siswa dapat termotivasi mengikuti pelajaran diikuti rasa senang. Berbobot, dimaksudkan agar guru dalam memberikan pembelajaran kepada siswa memiliki mutu yang baik sehingga tercapai tujuan pembelajaran (smartalzind.blogspot.com).
Berbobot
dalam
pembelajaran
Mata
Pelajaran
Membuat Pola yaitu dengan pemberian materi yang lengkap dan jelas sesuai dengan materi pelajaran dan bahan ajar, sehingga hasil belajar yang diharapkan dapat meningkat. Secara garis besar PAIKEM GEMBROT (Ahmadi dan Sofyan, 2011: 1) dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. 2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. 3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan „pojok baca‟. 4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. 5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
33
Program pembelajaran seperti ini harus disertai dengan kemampuan dan wawasan guru yang cukup baik, karena guru dituntut mampu menciptakan kondisi belajar yang baik di dalam maupun di luar kelas. Sedang siswa secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep keilmuan. Pembelajaran kreatif adalah kemampuan menciptakan, mengimajinasikan, melakukan inovasi, dan melakukan hal-hal yang artistik lainya. Dikarakterkan dengan adanya keaslian dan hal yang baru, dibentuk melalui suatu proses yang baru, memiliki kemampuan untuk menciptakan, dirancang untuk mensimulasikan imajinasi. Kreatifitas adalah sebagai kemampuan (berdasarkan data dan informasi yang tersedia) untuk memberikan gagasan-gagasan baru dengan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, yang menekankan pada segi kuntitas, ketergantungan dan keragaman jawaban dan menerapkanya dalam pemecahan masalah. Penyajian dalam pembelajaran PAIKEM GEMBROT ini dapat dilakukan dengan pemecahan masalah, curah pendapat, belajar dengan melakukan, menggunakan banyak metode yang disesuaikan dengan konteks, kerja kelompok. Untuk keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan sebelumnya siswa dilatih konsentrasi, ketelitian, kesabaran, ketekunan, keuletan, peningkatan daya ingat serta belajar dengan metode bayangan (Ahmadi dan Amri, 2011: 5).
34
2.2.2
Hakikat Model Pembelajaran PAIKEM GEMBROT Menurut
Soekamto
yang
dikutip
Ahmadi
dan
Amri
(2011:
8)
mengemumakan maksud dari model pembelajaran adalah “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar“. Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Contoh, setiap model pembelajaran diawali dengan upaya menarik perhatian siswa dan memotivasi siwa agar terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap model pembelajaran diakhiri dengan tahap menutup pembelajaran, di dalamnya meliputi kegiatan merangkum pokok-pokok pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru. PAIKEM GEMBROT sebagai model pembelajaran termasuk salah satu tipe/jenis daripada model pembelajaran terpadu. Istilah PAIKEM GEMBROT pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengkaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Trianto dalam Depdiknas, 2006: 5). PAIKEM GEMBROT sebagai bagian dari pembelajaran terpadu memiliki banyak keuntungan yang dapat dicapai (Panduan KTSP dikutip Ahmadi dan Amri, 2011: 18) sebagai berikut: 1) Memudahkan pemusatan perhatian pada stau tema tertentu. 2) Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai KD antar isi mata pelajaran dengan tema yang sama. 3) Pemahaman materi mata pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
35
4) Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa. 5) Lebih dapat dirasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas. 6) Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam suatu mata pelajaran dan sekaligus dapat mempelajari mata pelajaran lain 7) Guru dapat mengehmat waktu sebab mata pelajaran yang disajikan secara PAIKEM GEMBROT dapat dipersiapkan sekaligus, dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, dan waktu selebihnya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan remedial, pemantapan atau pengayaan materi (Panduan KTSP dikutip Ahmadi dan Amri, 2011: 18). Apabila ditinjau dari aspek guru dan peserta didik, PAIKEM GEMBROT memiliki beberapa keuntungan antara lain; (1) tersedia waktu lebih banyak untuk pembelajaran; (2) hubungan antara Mata Pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis dan alami; (3) guru bebas membantu siswa melihat masalah situasi atau topik dari beberapa sudut pandang; (4) dapat ditunjukkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kontinyu, tidak terbatas pada buku paket, jam pelajaran bahkan empat dinding kelas; (5) pengelolaan masyarakat belajar terfasilitasi (Ahmadi dan Amri, 2011: 26). Sedangkan keuntungan PAIKEM GEMBROT bagi siswa antara lain adalah; (1) bisa lebih memfokuskan diri pada proses belajar daripada hasil belajar; (2) menghilangkan batas semu antar bagian-bagian kurikulum dan menyediakan pendekatan proses belajar yang integratif; (3) merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri didalam dan diluar kelas; (4) membantu siswa membangun hubungan antara konsep dan ide, sehingga meningkatkan apresiasi dan pemahaman; (5) menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa yang dikaitkan dengan minat, kebutuhan, dan kecerdasan mereka didorong untuk membuat
36
keputusan sendiri dan bertanggung jawab pada keberhasilan belajar (Ahmadi dan Amri, 2011: 26). Selain kelebihan yang dimiliki PAIKEM GEMBROT juga memiliki keterbatasan, terutama dalam pelaksanaanya.
Puskur Balitbang yang dikutip
Ahmadi dan Amri (2011: 27) mengidentifikasikan beberapa keterbatasan pembelajaran PAIKEM GEMBROT (jika digunakan di SMP tau SMA/Sederajat), antara lain dpaat ditinjau dari berbagai aspek sebgaai berikut: (1) Aspek guru Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan khususnya Mata Pelajaran Membuat Pola agar bahan ajar tidak berfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka PAIKEM GEMBROT akan sulit terwujud (Ahmadi dan Amri, 2011: 27). (2) Aspek peserta didik PAIKEM GEMBROT menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relative baik, baik dalam kemampuan akademik maupun kerativitasnya. Hal ini terjadi karena model ini menekankan pada kemampuan analitik mengurai mata pelajaran membuat pola, kemampuan asosiatif, eksploratif dan elaboratif (menghubungkan dan menemukan yang terkait dengan mata pelajaran membuat pola). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model PAIKEM GEMBROT ini sangat sulit dilaksanakan (Ahmadi dan Amri, 2011: 27).
37
(3) Aspek sarana dan sumber pembelajaran PAIKEM GEMBROT memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Khususnya dalam pembelajaran dengan metode ceramah dan MPI yang menggunakan teknologi komputer, bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran ini akan terhambat (Ahmadi dan Amri, 2011: 27). (4) Aspek kurikulum Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada target pencapaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik. Materi yang akan disampaikan dalam pembelajaran Mata Pelajaran membuat pola yaitu hanya sebatas pokok bahasan membuat pola busana anak dengan menggunakan metode ceramah dan demonstrasi dan ceramah dan MPI, sedangkan untuk menilai hasil belajar guru menggunakan lembar observasi (Ahmadi dan Amri, 2011: 28). (5) Aspek penilaian PAIKEM GEMBROT membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (Komperehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari berbagai bidang kajian terkait yang dipadukan. Guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komperehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran dari guru yang berbeda (Ahmadi dan Amri, 2011: 28).
38
(6) Aspek suasana pembelajaran PAIKEM GEMBROT berkecendurungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan tenggelamnya bidang kajian lain, dengan kata lain pada saat mengajarkan sebuah tema maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri (Ahmadi dan Amri, 2011: 28). 2.2.3
Karakteristik Paikem Gembrot PAIKEM GEMBROT sebagai model pembelajaran disekolah memiliki
karakteristik-karakteristik
antara
lain;
berpusat
pada
siswa;
memberikan
pengalaman langsung; pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas; menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran; bersifat fleksibel; hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa; dan menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan (Depdiknas dikutip Ahmadi dan Amri, 2011: 29). a.
Berpusat pada siswa PAIKEM GEMBROT berpusat pada siswa (student center), hal ini sesuai
dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar (Ahmadi dan Amri, 2011: 29). Pada pembelajaran Mata Pelajaran membuat pola menggunakan metode ceramah dan MPI, semua materi sudah disajikan lengkap didalam media sehingga fungsi guru hanya sebagai fasilitator dan pembelajaran terpusat pada media dan siswa.
39
b.
Memberikan pengalaman langsung PAIKEM GEMBROT memberikan pengalaman langsung kepada siswa
(direct experiences) (Ahmadi dan Amri, 2011: 29). Dengan pengalaman langsung pada pembelajaran dengan metode ceramah dan MPI pada Mata Pelajaran membuat pola, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. c.
Pemisahan mata pelajaran yang tidak begitu jelas PAIKEM GEMBROT pemisahan antara mata pelajaran tidak begitu jelas
(Ahmadi dan Amri, 2011: 29). Fokus pembelajaran pada mata pelajaran membuat pola diarahkan kepada pokok pembahasan membuat pola busana anak. d.
Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran PAIKEM GEMBROT menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam suatu proses pembelajaran (Ahmadi dan Amri, 2011: 29). Pada pembelajaran mata pelajaran membuat pola siswa mampu memahami konsepkonsep membuat pola busana anak secara utuh. e.
Bersifat fleksibel PAIKEM GEMBROT bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat
mengkaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainya maupun kehidupan siswa dan keadaan lingkungan sekolah dan siswa berada (Ahmadi dan Amri, 2011: 30). Materi pada Mata Pelajaran membuat pola dapat dikaitkan dengan Mata Pelajaran lain misalnya Mata Pelajaran menggambar busana untuk melihat macam-macam desain busana anak, dan lain-lain.
40
f.
Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan PAIKEM GEMBROT mengadopsi prinsip belajar PAIKEM yaitu
pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (Ahmadi dan Amri, 2011: 30). 2.2.4
Teori Belajar yang Melandasi PAIKEM GEMBROT Banyak teori belajar yang menjadi landasan model PAIKEM GEMBROT
diantaranya adalah Teori Jean Piaget, Teori Konstruktivisme, Teori Bandura dan Teori Bruner. Berikut akan dijelaskan beberapa teori yang melandasi model pembelajaran ini. 2.2.4.1 Teori Perkembangan Jean Piaget Menurut Jean Piaget (Nur dikutip Ahmadi dan Amri, 2011: 47), seorang anak maju melalui empat tahap perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa, yaitu : tahap sensorimotor, pra operasional, operasi kongkrit, dan operasi formal. Pola perilaku atau berfikir yang digunakan anak dan orang dewasa dalam menangani obyek-obyek di dunia disebut skemata. Selanjutnya menurut Piaget bahwa anak membangun sendiri skemata-skemata dari pengalaman sendiri dengan lingkungannya. Peran guru adalah sebagai fasilitator dan bukan sebagai pemberi informasi. Guru perlu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi para siswanya. (Hadisubroto dikutip Ahmadi dan Amri, 2011: 49). Jelas teori Piaget tersebut menegaskan bahwa guru harus mampu menciptakan keadaan pembelajar yang mampu belajar mandiri. Artinya guru tidak sepenuhnya mengajarkan suatu bahan ajar kepada pembelajar, tetapi guru dapat membangun pembelajar yang mampu belajar dan terlibat aktif dalam belajar
41
2.2.4.2 Teori Bandura Pemodelan merupakan konsep dasar dari teori belajar sosial yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Menurut Bandura sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif mengingat tingkah laku orang lain (Arends dikutip Ahmadi dan Amri, 2011: 55). Seseorang belajar menurut teori ini dilakukan dengan mengamati tingkah laku orang lain (model), hasil pengamatan itu kemudian dimantapkan dengan cara menghubungkan
pengalaman
baru
dengan
pengalaman
sebelumnya
atau
mengulang-ulang kembali. Berdasarkan pola perilaku ini, selanjutnya Bandura mengklasifikasikan empat fase belajar dari pemodelan, yaitu fase perhatian, fase retensi, fase reproduksi, dan fase motivasi (Ahmadi dan Amri, 2011: 55). 2.2.5
Penerapan PAIKEM GEMBROT dalam Proses Pembelajaran Penerapan PAIKEM dalam pembelajaran secara garis besar dapat
digambarkan sebagai berikut: Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. Guru mendorong siswa untuk menemukan
caranya
sendiri
dalam
pemecahan
suatu
masalah,
untuk
42
mengungkapkan
gagasannya,
dan
melibatkam
siswa
dalam
menciptakan
lingkungan sekolahnya (Ramadhan dikutip Aufapunk.blogspot.com). PAIKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama KBM. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Penerapan seperti diatas Pendekatan pembelajaran PAIKEM dapat membawa angin perubahan dalam pembelajaran. (a)
Guru dan murid sama-sama aktif dan terjadi interaksi timbal balik antara
keduanya. Guru dalam pembelajaran tidak hanya berperan sebagai pengajar dan pendidik juga berperan sebagai fasilitator (Aufapunk.blogspot.com). Fasilitator yang dimaksud yaitu guru memeberikan kenyamanan dan kelengkapan yang menunjang pada proses pembelajaran pada Mata Pelajaran Membuat Pola. (b)
Guru dan murid dapat mengembangkan kreativitas dalam pembelajaran.
Guru dapat mengembangkan kreativitasnya dalam hal: teknik pengajaran, penggunaan multimetode, pemakaian media, dan guru dapat berperan sebagai mediator bagi murid-muridnya (Aufapunk.blogspot.com). Multimetode dan media yang digunakan pada Mata Pelajaran Membuat Pola yaitu metode ceramah dan demonstrasi, dan metodeceramah dan MPI (c)
Murid merasa senang dan nyaman dalam pembelajaran, tidak merasa
tertekan
sehingga
proses
berpikir
anak
akan
berjalan
normal
(Aufapunk.blogspot.com). (d)
Munculnya
pembahasan
(Aufapunk.blogspot.com).
dalam
pembelajaran
di
kelas
43
2.2.6 Analisis Kebutuhan Bahan Ajar, Sarana dan Prasarana Penunjang dan Sumber Belajar serta Media. Pembelajaran PAIKEM GEMBROT hakikatnya adalah menekankan pada peserta didik baik secara individu maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik. Oleh karena itu dalam pelaksanaan memerlukan berbagai sarana dan prasarana bahan ajar, sumber belajar, serta media pembelajaranpendukung yang cukup bagi proses pembelajaran. 2.2.6.1 Bahan ajar Bahan ajar memiliki peran penting dalam pembelajaran termasuk dalam PAIKEM GEMBROT. Pembelajaran PAIKEM GEMBROT pada dasarnya merupakan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu yang etrcakup dalam ilmu alam maka dalam pembelajaran ini memerlukan komperehensif dengan pembelajaran monolitik, dalam satu pembelajaran diperlukan sejumlah sumber belajar yang sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) yang merupakan jumlah bidang kajian yang tercakup didalamnya (Ahmadi dan Amri, 2011: 64). Bahan ajar yang akan dipergunakan dalam pembelajaran Mata Pelajaran Membuat Pola yaitu berupa buku ajar membuat pola busana anak digunakan sebagai pedoman dalam memberikan materi pada kelompok siswa eksperimen 1 dengan pembelajaran metode ceramah dan demonstrasi, dan buku ajar yang dikemas dalam CD (Compact Disc) digunakan pada kelompok eksperimen 2 dengan menggunakan metode ceramah dan MPI (Multimedia Pembelajaran Interaktif).
44
2.2.6.2 Sarana dan prasarana penunjang Pembelajaran PAIKEM GEMBROT diperlukan berbagai sarana dan prasarana pembelajaran yang pada dasarnya relatif sama dengan mata pelajaran lainya, hanya saja ia memiliki kekhasan sendiri dalam beberapa hal. Guru harus memilih secara jeli media yang akan digunakan, karena media memiliki kegunaan yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai bidang studi yang terkait dan tentu saja terpadu. Guru dalam pembelajaran ini diharapkan dapat mengoptimalkan sarana yang tersedia untuk mencapai PAIKEM GEMBROT (Ahmadi dan Amri, 2011: 65). Media yang dipilih dalam pembelajaran Mata Pelajaran Membuat Pola yaitu MPI (Multimedia Pembelajaran Interaktif), media ini dipilih karena termasuk media interaktif yang memiliki alat pengontrol sehingga siswa dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses belajarnya. Sarana dan prasarana yang menunjang yang diperlukan antara lain; Laboratorium komputer lengkap, LCD, Speaker dan lain-lain. 2.2.6.3 Sumber belajar Pembelajaran PAIKEM GEMBROT dalam rangka memperoleh konsep dan prinsip yang valid perlu memanfaatkan beberapa sumber belajar baik yang sifatnya di desain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran, maupun sumber belajar yang tersedia di lingkungan yang dapat dimanfaatkan. Proses pembelajaran yang efektif adalah proses pembelajaran yang menggunakan berbagai ragam sumber belajar. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada di sekitar lingkungan kegiatan belajar yang secara fungsional dapat
45
digunakan untuk membantu optimalisasi hasil belajar (Ahmadi dan Amri, 2011: 67). Jenis sumber belajar ada bermacam-macam antara lain;
pesan, orang,
bahan, alat, teknik, latar. Sumber belajar yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran Mata Pelajaran membuat pola yaitu; (1) bahan (buku ajar Mata Pelajaran membuat pola busana anak, software adobe flash); (2) Alat (LCD, peralatan pola dan papan tulis); (3) Teknik (metode ceramah dan demonstrasi); (4) Latar (ruang kelas dan laboratorium komputer) (Ahmadi dan Amri, 2011: 69). 2.2.6.4 Pengembangan media pembelajaran Pembelajaran
PAIKEM
GEMBROT
pada
dasarnya
memerlukan
optimalisasi penggunaan media pembelajaran yang bervariasi sehingga akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak (Ahmadi dan Amri, 2011: 71). Konsep yang abstrak dalam pembelajaran mata pelajaran membuat pola yaitu teknik pembuatan pola busana anak. 2.2.6.5 Model pengaturan ruangan Pelaksanaan kegiatan PAIKEM GEMBROT perlu melakukan pengaturan ruang agar suasana belajar menyenangkan. Pengaturan ruang tersebut meliputi: (1) Ruangan perlu ditata disesuaikan dengan tema yang sedang dilaksanakan. (2) Susunan bangku peserta didik dapat diubah-ubah disesuaikan dengan keperluan pembelajaran yang sedang berlangsung. (3) Peserta didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat duduk di tikar/karpet. (4) Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam maupun diluar kelas. (5) Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar.
46
(6) Alat, sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga memudahkan peserta didik untuk menggunakan dan menyimpanya kembali (Ahmadi dan Amri, 2011: 75).
Model pengaturan ruang pada pembelajaran dengan metode ceramah dan demonstrasi dilakukan di dalam kelas dengan posisi meja duduk diubah menjadi bentuk U, sedangkan pada pembelajaran metode ceramah dan MPI pembelajaran dilakukan di dalam ruangan laboratorium komputer, dimana LCD diarahkan kepada siswa. 2.2.6.6 Strategi pemilihan metode Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberikan latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu (Ahmadi dan Amri, 2011: 75). Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu metode ceramah dan demonstrasi. Ceramah digunakan untuk mengajarkan materi dalam ranah kognitif
dan
demonstrasi
digunakan
untuk
mengajarkan
materi
praktek/psikomotorik. Penjabaran tentang metode pembelajaran dibahas pada sub bab berikutnya.
47
2.3 Komunikasi Pembelajaran 2.3.1 Pengertian Komunikasi, Teknik Dan Model Komunikasi Dalam Proses Belajar Mengajar Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan
melalui
media
yang
menimbulkan
efek
tertentu
(Yogoz.wordpress.com). Proses Belajar Mengajar (PBM) merupakan suatu bentuk komunikasi yaitu komunikasi antara subyek didik dengan pendidik, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan guru”. Kegiatan di dalam komunikasi tersebut terdapat pembentukan (transform) dan pengalihan (transfer) pengetahuan, keterampilan ataupun sikap dan nilai dari komunikator (pendidik, guru, guru) kepada komunikan (subyek didik, siswa, siswa) sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Unsur-unsur komunikasi menurut Harold Lasswell yaitu; 1) Komunikator (Source, Sender). 2) Pesan (Message). 3) Media (Channel). 4) Komunikan (Receiver). 5) Efek (Effect, Influence). Pada saat ini masih banyak didapati di berbagai institusi pendidikan, pelatihan, termasuk di Perguruan tinggi, yang dalam mengajar masih konvensional dalam arti, pengajar (baik guru atau guru) mengajar secara alami sesuai dengan bakat mengajar yang dimiliki. Ada juga guru yang mengajarnya cenderung meniru gaya orang yang dahulu pernah menjadi guru atau gurunya. Kenyataan diatas akan menimbulkan beberapa persoalan, baik bagi pengajar maupun peserta didik. Tipe pertama misalnya, akan menimbulkan masalah bagi guru yang tidak mempunyai bakat mengajar atau mempunyai keterbatasan dalam
48
menyampaikan pesan secara lisan, adapun untuk tipe kedua, jika tidak hati-hati, guru cenderung akan meniru gaya orang yang diidolakannya, tanpa melihat sisi kelemahannya. Penyampaian materi pelajaran kepada peserta didik/audien, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan, diantaranya adalah peserta didik, ruangan kelas, metode dan materi itu sendiri. Agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada suatu pembelajaran, metode pembelajaran dan komunikasi harus mendapat perhatian khusus dalam setiap proses pembelajaran. Metode pembelajaran dan komunikasi
tidak
selalu
harus
sama
untuk
setiap
materi.
Proses belajar (learning) adalah suatu perubahan yang relatif tetap dalam persediaan tingkah laku, yang terjadi sebagai hasil pengalaman. Pengajar yang baik seharusnya memahami karakteristik siswanya agar ia sukses dalam melaksanakan peran mengajarnya. Guru dalam proses belajar mengajar kemungkinan akan menemui siswa yang sulit untuk melakukan kontak dengan dunia sekitarnya, suka mengasingkan diri, cenderung menutup diri. Kaitanya dengan hal ini, maka guru hendaknya merencanakan proses belajar mengajar yang sesuai dengan keadaan dan kepribadian siswa. Belajar mengajar sebagai proses (process), pada hakikatnya mengandung tiga unsur yaitu adanya input (bahan mentah yang akan diolah), process (kegiatan mengolah input) dan output (hasil yang telah diolah). Suatu proses dipandang baik apabila kualitas output lebih baik dari pada input. Input proses belajar mengajar adalah siswa sebelum pembelajaran Mata Pelajaran Membuat Pola. Proses belajar mengajar adalah interaksi antara
49
komponen-komponen belajar mengajar yaitu tujuan, bahan, metode guru, siswa, fasilitas dan penilaian yaitu, pembelajaran dengan metode ceramah dan demonstrasi dengan ceramah dan MPI. Output dari proses belajar mengajar yaitu peserta didik (siswa) setelah menerima pembelajaran, yaitu hasil belajar Mata Pelajaran Membuat Pola. Komunikasi merupakan suatu yang sangat pokok dalam setiap hubungan orang-orang, begitu pula dalam suatu organisasi terjadinya komunikasi tentunya ada tujuan yang ingin dicapai. Hal sesuai dengan pendapat Maman Ukas dikutip Yogoz.wordpress.com, mengemukakan tujuan komunikasi sebagai berikut : (1) Menetapkan dan menyebarkan maksud dari pada suatu usaha. (2) Mengembangkan rencana-rencana untuk mencapai tujuan. (3) Mengorganisasikan sumber-sumber daya manusia dan sumber daya lainnya seperti efektif dan efisien. (4) Memilih, mengembangkan, menilai anggota organisasi. (5) Memimpin, mengarahkan, memotivasi dan menciptakan suatu iklim kerja di mana setiap orang mau memberikan kontribusi (Maman Ukas dikutip Yogoz.wordpress.com). Komunikasi dalam prosesnya merupakan suatu proses sosial untuk mentransmisikan atau menyampaikan perasaan atau informasi baik yang berupa ide-ide atau gagasan-gagasan dalam rangka mempengaruhi orang lain. Proses komunikasi dalam menyampaikan suatu tujuan lebih dari pada sekedar menyalurkan pikiran-pikiran atau gagasan-gagasan dan maksud-maksud secara lisan atau tertulis. Komunikasi secara lisan pada umumnya lebih mendatangkan hasil dan pengertian yang jelas daripada secara tertulis, demikian pula komunikasi secara informal dan secara formal mendatangkan hasil yang berbeda pengaruh dan kejelasannya. Satu saluran komunikasi formal tertentu atau lebih ke dan dari setiap
50
personal atau anggota adalah perlu. Saluran-saluran itu hendaknya perlu dipahami oleh setiap anggota. Proses komunikasi terbagai dalam 2 macam komunikasi, yaitu komunikasi aktif dan komunikasi pasif (Yogoz.wordpress.com). Komunikasi aktif merupakan suatu proses komunikasi yang berlangsung dengan aktif antara komunikator dengan komunikan, di mana antara keduanya sama-sama aktif berkomunikasi, sehingga terjadi timbal balik di antara keduanya. Sedangkan komunikasi pasif terjadi di mana komunikator menyampaikan informasi atau ide terhadap halayaknya atau komunikan sebagai penerima informasi, akan tetapi komunikan tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan respon atau timbal balik dari proses komunikasi. 2.3.2 Hakikat dan proses komunikasi Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran/media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi (Sadiman, et al., 2010: 11). Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran atau didikan yang ada dalam kurikulum. Sumber pesanya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan produser media. Saluranya adalah media pendidikan dan penerima pesanya adalah siswa atau juga guru. Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada di kurikulum dituangkan oleh guru atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi baik simbol verbal (kata-kata lisan ataupun tertulis) maupun simbol non verbal atau visual (Sadiman, et al., 2010: 12). Proses penuangan pesan ke dalam simbol-simbol komunikasi itu
51
disebut encoding. Selanjutnya, penerima pesan (siswa, peserta latihan ataupun guru dan pelatihnya sendiri) menafsirkan simbol-simbol komunikasi tersebut sehingga diperoleh pesan. Proses penafisran simbol-simbol komunikasi yang mengandung pesan-pesan disebut decoding. Model komunikasi dalam proses belajar mengajar dibagi menjadi 3 yaitu: model komunikasi primer, model komunikasi primer dan sekunder dan model komunikasi sekunder. 1.
Model pertama, pesan disampaikan oleh guru langsung kepada siswa (komunikasi primer).
2.
Model kedua, pesan disampaikan oleh guru, disamping secara langsung juga diberikan dengan menggunakan media (primer dan sekunder) kepada siswa.
3.
Model ketiga, pesan disampaikan oleh guru kepada siswa sepenuhnya menggunakan media (sepenuhnya sekunder)/ proses komunikasi jarak jauh (Sadiman, et al., 2010: 13, 15, 16). a. Model pertama ( Proses komunikasi yang gagal) A
1 A1
2 GURU
A2
3 A3
4
52
b. Model kedua. (Proses komunikasi yang berhasil
c. Model ketiga. (Proses komunikasi jarak jauh) SUMBER PESAN
A
1 GURU
A MEDIA
2
A
A SUMBER PESAN
MEDIA (A)
3 A
4 SISWA
1
2
3
4
SISWA
Gambar 2.2 Bagan Model Komunikasi (Sadiman, et al., 2010: 13, 15, 16). Model pertama mempunyai kelemahan jika kita lihat terdapat kegagalan dalam proses komunikasi tersebut. Guru menyampaikan pesan”A”, dari keempat siswa hanya siswa 1 yang tepat dalam menafsirkanya, sedangkan tiga diantaranya kurang tepat/ terjadi verbalisme (pengertia kata-kata) yaitu (A1,A2,A3) sedang satu lainya salah sama sekali. Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat atau penghalang proses komunikasi. Penghambat tersebut biasa dikenal dengan istilah barriers, atau noises. Kita mengenal adanya hambatan psikologis, seperti minat, sikap, pendapat, kepercayaan, intelegensi, pengetahuan, dan hambatan fisik seperti kelelahan, sakit, keterbatasan daya indera dan cacat tubuh. Siswa yang senang terhadap mata pelajaran, topik serta mengidolakan gurunya tentu lain hasil belajarnya dibandingkan dengan yang tidak menyukai semua itu (Sadiman, et al., 2010: 12). Dua jenis hambatan yang lain adalah hambatan kultural seperti, perbedaan adat istadat, norma-norma sosial, kepercayaan dan nilai-nilai panutan, dan hambatan lingkungan yaitu hambatan yang ditimbulkan situasi dan kondisi keadaan
53
sekitar. Proses belajar mengajar di tempat yang tenang, sejuk dan nyaman tentu akan berbeda dengan proses yang dilakukan di kelas yang bising, panas dan padat. Perbedaan adat-istiadat, norma sosial dan kepercayaan kadang-kadang bisa menjadi sumber salah paham. Karena adanya berbagai jenis hambatan tersebut baik dalam diri guru maupun siswa baik sewaktu mengencode pesan maupun mengdecodenya, proses komunikasi belajar mengajar seringkali berlangsung secara tidak efektif dan efisien. Media dan metode pengajaran sebagai salah satu sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan sehingga membantu siswa mengatasi hal tersebut. Perbedaan gaya belajar, minat, intelegensi, keterbatasan daya indera, cacat tubuh atau hambatan jarak geografis, jarak waktu dan lain-lain dapat dibantu diatasi dengan pemanfaatan media pembelajaran. Proses komunikasi model kedua, memperlihatkan proses komunikasi yang berhasil berkat ikut sertanya media dalam proses belajar mengajar. Sumber pesan bisa penulis buku, pelukis, fotografer, produser dan guru sendiri. Media dapat berupa buku, poster, foto, program kaset, audio, film, kaset video. Pesan “A” yang disampaikan oleh guru maupun media dan sumber pesan ditafsirkan sebagai “A” oleh para siswa. Guru dan media bekerja sama, bahu membahu dalam menyajikan pesan (Sadiman, et al., 2010: 14). Proses komunikasi kedua dipakai dalam kegiatan proses pembelajaran kelompok eksperimen metode ceramah dan demonstrasi, dimana terdapat guru sebagai fasilitator dan media berupa buku ajar dan papan tulis yang akan digunakan
54
dalam menyampaikan materi Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak kepada siswa. Model komunikasi ketiga dapat dilakukan di dalam kelas (misalnya dilakukan dengan menggunakan pengajaran terprogram atau modul), mungkin saja guru tidak banyak berperan karena proses belajar mengajar terjadi dalam jarak jauh. Pada situasi ini penulis buku, modul atau produser program audio, video maupun film merupakan sumber pesan. Siswa berinteraksi denganya secara tak langsung lewat media-media yang mereka buat (Sadiman, et al., 2010: 15-16). Model komunikasi ini akan digunakan dalam eksperimen kelompok pembelajaran dengan metode ceramah dan MPI, dimana dalam proses kegiatan belajar siswa dapat belajar mandiri tanpa bantuan guru karena di dalam media sudah terdapat informasi materi pelajaran yang dibutuhkan secara lengkap dan siswa dapat mengontrol serta memilih gaya belajar sesuai kecepatan belajar masing-masing siswa. 2.3.3 Teknik komunikasi dalam proses belajar mengajar Secara teknis komunikasi dalam proses belajar mengajar dapat dilakukan dengan secara verbal dan dapat pula dengan non-verbal. Secara verbal antara lain adalah sebagai berkut; teknik berbicara, teknik menulis, teknik bertanya, menjawab atau menanggapi pertanyaan, memberi umpan balik, dan komunikasi non verbal. (a) Teknik berbicara. Berbicara banyak digunakan alam menjelaskan sesuatu atau menjawab suatu pertanyaan. Berbicara harus dilakukan dengan ucapan dan bahasa yang baik, jelas, sistematis, intonasi dan aksen yang benar serta sederhana, agar mudah ditangkap.
55
Akan lebih menarik bila disertai dengan mimik dan tingkah, sehingga menampakkan dinamika tidak monoton (Praptono, 1997: 4). Teknik berbicara yang dipergunakan dalam menjelaskan materi Mata Pelajaran Membuat Pola yaitu berbicara dengan bahasa baik, lugas, jelas, sistematis dengan intonasi yang keras dan jelas, tujuanya agar mudah dipahami oleh siswa dan mengurangi verbalisme. (b) Teknik menulis. Menulis menggunakan bahasa tulis, bukan bahasa lisan yang ditulis. Pergunakan kalimat sempurna yang sederhana, ada subjek predikat dan objek, dan dilengkapi dengan tanda baca yang tepat. Hal ini dilakukan agar tidak menimbukan penafisran ganda. Ekpsresi fikiran atau konsep tersusun secara sistematis dan lugas (Praptono, 1997: 5). Teknik menulis digunakan guru dalam menjelaskan pokok bahasan materi Mata Pelajaran Membuat Pola dipapan tulis dengan cara mendemonstrasikan cara pembuatan pola dasar busana anak dari awal sampai akhir secara runtut dengan menggunakan bahasa tulis yang jelas. (c) Teknik bertanya. Bertanya dilakukan dengan berbagai macam tujuan. Tujuan bertanya bagi guru kepada siswanya di dalam kelas, antara lain adalah; basa-basi dalam memulai suatu pembicaraan, mengajak lawan bicara untuk ikut berfikir, mendapatkan balikan, memberikan perintah untuk melakukan sesuatu, menguji atau mengetes, mengumpulkan data, dan mengungkap sesuatu atau menyelidik (Praptono, 1997: 5). Teknik bertanya digunakan guru dalam mendapatkan umpan balik siswa pada pokok bahasan materi Mata Pelajaran Membuat Pola, yaitu mengetahui sejauh
56
mana pemahaman siswa sebelum dan sesudah menerima plajaran, begitupun sebaliknya siswa dapat mengajukan pertanyaan untuk dijawab guru tentang materi yang belum dipahami. (d) Menjawab atau menanggapi pertanyaan. Menjawab atau menanggapi pertanyaan pada dasarnya sama dengan teknik berbicara. Perbedaanya adalah pada kandungan urgensi, relevansi, dan argumentasi atas pertanyaan yang masuk (Praptono, 1997: 5). Menjawab atau menanggapi petanyaan pada pokok bahasan materi Mata Pelajaran Membuat Pola dilakukan guru apabila menerima pertanyaan yang diajukan oleh siswa, guru harus menjawab pertanyaan yang diajukan siswa, sehingga siswa mengetahui jawaban dari pertanyaanya tadi dan menjadi lebih paham. (e) Memberi umpan balik. Proses belajar secara lengkap adalah; orientasi, latihan, umpan balik dan lanjutan. Umpan balik dalam hal ini adalah umpan balik bagi siswa oleh guru, diberikan begitu siswa selesai mengerjakan latihan (Praptono, 1997: 5). Latihan pada pokok bahasan materi Mata Pelajaran Membuat Pola berupa soal kognitif dan psikomotorik/praktek membuat pola busana anak. (f) Komunikasi non verbal. Komunikasi non verbal yang dimaksud adalah komunikasi yang bukan berupa kalimat terucapkan atau kalimat yan tertulis, melainkan komunikasi yang mengekspresikan pesan dengan gerak isyarat atau sandi gambar (Praptono, 1997: 6). Komunikasi non verbal yang digunakan guru dalam kegiatan belajar dikelas pokok bahasan materi Mata Pelajaran Membuat Pola adalah isyarat, yaitu dengan
57
mengacungkan telunjuk tangan pada bibir agar siswa diam dan suasana kelas tidak gaduh. 2.3.4 Komunikasi dengan media Selain untuk menyajikan pesan, sebenarnya ada beberapa fungsi lain yang dapat dilakukan oleh media. Namun jarang sekali ditemukan seluruh fungsi tersebut dipenuhi oleh media komunikasi dalam suatu sistem pembelajaran. Sebaliknya suatu program media tunggal seringkali dapat mencakup beberapa fungsi sekaligus. Fungsi-fungsi tersebut antara lain; Memberikan pengetahuan tentang tujuan belajar, Memotivasi siswa, Menyajikan informasi, Merangsang diskusi, Mengarahkan kegiatan siswa dan Menguatkan belajar (Yogoz.wordpress.com). 2.3.4.1 Memberikan pengetahuan tentang tujuan belajar. Permulaan pada proses pembelajaran, siswa perlu diberi tahu tentang pengetahuan yang akan diperolehnya atau keterampilan yang akan dipelajarinya. Kepada siswa harus dipertunjukkan apa yang diharapkan darinya, apa yang harus dapat ia lakukan untuk menunjukkan bahwa ia telah menguasai bahan pelajaran dan tingkat kesulitan yang diharapkan (Yogoz.wordpress.com). 2.3.4.2 Memotivasi siswa Salah satu peran yang umum dari media komunikasi adalah memotivasi siswa. Tanpa motivasi, sangat mungkin pembelajaran tidak menghasilkan belajar (Yogoz.wordpress.com). Usaha untuk memotivasi siswa pada Mata Pelajaran Membuat Pola dilakukan dengan menggunakan media interaktif yaitu MPI dimana siswa dapat mengontrol materi di dalam media sesuai dengan pengetahuan
58
belajarnya. Jika siswa menjadi yakin tentang relevansi pembelajaran dengan kebutuhannya, ia akan termotivasi mengikuti pembelajaran. 2.3.4.3 Menyajikan informasi Media seperti film, MPI dan televisi dapat digunakan untuk menyajikan informasi. Guru di kelas bebas dari tugas mempersiapkan dan menyajikan pelajaran, ia dapat menggunakan energinya kepada fungsi-fungsi yang lain seperti merencanakan kegiatan siswa, mendiagnosa masalah siswa, memberikan konseling secara individual (Yogoz.wordpress.com). 2.3.4.4 Merangsang diskusi Kegunaan media untuk merangsang diskusi seringkali disebut sebagai papan loncat, diambil dari bentuk penyajian yang relatif singkat kepada sekelompok siswa dan dilanjutkan dengan diskusi. Penyajian media dibiarkan terbuka (open-end), tidak ada penarikan kesimpulan atau saran pemecahan masalah. Kesimpulan atau jawaban diharapkan muncul dari siswa sendiri dalam interaksinya dengan pemimpin atau dengan sesamanya. Penyajian media diharapkan dapat merangsang pemikiran, membuka masalah, menyajikan latar belakang informasi dan memberikan fokus diskusi (Yogoz.wordpress.com). 2.3.4.5 Mengarahkan kegiatan siswa Pengarahan kegiatan merupakan penerapan dari metode pembelajaran yang disebut metode kinerja (performance) atau metode penerapan (application). Penekanan dari metode ini adalah pada kegiatan melakukan (doing). Media dapat digunakan secara singkat atau sebentar – sebentar untuk mengajak siswa mulai dan berhenti (Yogoz.wordpress.com). Pada Mata Pelajaran Membuat Pola program
59
MPI digunakan untuk mengarahkan siswa dilakukan kegiatan langkah demi langkah (step-by-step) pembuatan pola busana anak. 2.3.4.6 Menguatkan belajar Penguatan seringkali disamakan dengan motivasi, atau digolongkan dalam motivasi. Penguatan adalah kepuasan yang dihasilkan dari belajar, dimana cenderung meningkatkan kemungkinan siswa merespon dengan tingkah laku yang diharapkan. Penguatan paling efektif diberikan beberapa saat setelah respon diberikan (Yogoz.wordpress.com). Pada Mata Pelajaran Membuat Pola Suatu program MPI menyajikan pertanyaan kepada siswa, kemudian siswa menyusun jawabannya atau
memilih dari beberapa kemungkinan jawaban. Setelah
menentukan jawabannya, ia sangat termotivasi untuk segera mengetahui jawaban yang benar. Jika siswa mengetahui bahwa jawabannya benar, maka ia dikuatkan. Komunikasi yang jelas dalam sebuah pembelajaran adalah salah satu syarat pembelajaran dapat berlangsung efektif. Ada beberapa komponen dalam komunikasi pembelajaran yang efektif, yaitu: Penggunaan terminologi yang tepat, Presentasi yang sinambung dan runtut. Sinyal transisi atau perpindahan topik bahasan, Tekanan pada bagian-bagian penting pembelajaran, Kesesuaian antara tingkah laku komunikasi verbal dengan tingkah laku komunikasi nonverbal.
60
2.4 Metode Pembelajaran 2.4.1
Pengertian Metode Pembelajaran Kegiatan belajar mengajar menciptakan interaksi merupakan suatu proses
dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Guru mempersiapkan program pengajaran dengan baik dan sistematis dengan seperangkat teori dan pengalaman. Agar program pengajaran dapat tercapai, guru menggunakan suatu strategi dan alat untuk mencapai tujuan yang disebut dengan metode. Metode adalah suatu alat untuk mencapai tujuan dalam kegiatan belajar mengajar (Nur‟aini, 2004: 35). Penggunaan metode oleh guru harus disesuaikan kondisi dan suasana kelas, guru jarang sekali menggunakan satu metode dalam proses pembelajaran, karena masing-masing
metode
mempunyai
kelebihan
dan
kekurangan
sehingga
kekurangan metode yang satu dapat diatasi dengan metode yang lain. 2.4.2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Pemilihan metode dalam pembelajaran itu penting karena penentuan metode
itu dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, oleh karena itu guru harus bisa mengenal, memahami dan memiliki pedoman saat menentukan pemilihan suatu metode. pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: anak didik, tujuan, fasilitas, situasi dan guru (Djamarah dan Zain, 2010: 78). 1) Anak didik Anak didik adalah manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan (Djamarah dan Zain, 2010 : 78). Guru berkewajiban mendidik anak didik di sekolah, di ruang kelas guru akan berhadapan dengan sejumlah anak didik dengan latar belakang kehidupan yang berlainan, baik status sosial yang
61
bermacam-macam, perbedaan aspek biologis yaitu, jenis kelamin perempuan dan laki-laki, perbedaan pada aspek intelektual yaitu perbedaan pada saat merespon pelajaran yang diterimanya ada yang cepat, sedang dan lambat. Perbedaan pada aspek psikologis yaitu perbedaan perilaku peserta didik ada yang pendiam, kreatif, ada yang terbuka, tertutup, pemurung, periang dan sebagainya. Perilaku anak didik diatas mewarnai suasana kelas. Kegaduhan semakin terasa jika jumlah anak didik sangat banyak didalam kelas. Semakin banyak jumlah anak didik dikelas, semakin mudah terjadi konflik dan cenderung sukar dikelola. Perbedaan diatas mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode yang sesuai untuk menciptkan lingkungan belajar yang kreatif demi tercapainya tujuan pengajaran yang telah dirumuskan secara operasional. Siswa kelas X pada Program Keahlian Tata Busana di SMK AlMusyafa‟ Kendal pada aspek biologis, terdapat murid laki-laki dan perempuan dimana perempuan yang mendominasi serta berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda. Pada aspek intelektual terdapat siswa yang pintar, sedang dan lamban dalam menerima pelajaran. Pada aspek psikologis juga terdapat keragaman dalam karakteristik siswa ada yang nakal, pendiam, periang, pemurung dan lain lain. 2) Tujuan Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar. Tujuan pembelajaran ada dua yaitu; Tujuan Instruksional Umum dan Tujuan Instruksional Khusus. Perumusan TIK akan mempengaruhi proses pengajaran
62
pada aanak didik. Metode yang guru pilih harus sejalan dengan tujuan yang hendak dicapai (Djamarah dan Zain, 2010: 80). 3) Fasilitas Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik disekolah, lengkap tidaknya fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar (Djamarah dan Zain, 2010: 80). Fasilitas yang terdapat dalam Program Keahlian Busana Butik di SMK Al-Musyafa‟ Kendal yaitu terdapat LCD pada masing-masing kelas, laboratorium busana, contoh fragmen busana, ruang kelas, perpustakaan. 4) Situasi Situasi yang diciptakan guru dalam mengajar tidak selalu sama dari hari ke hari. Guru dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar di alam terbuka, maka dalam hal ini guru harus memilih metode mengajar yang sesuai dengan situasi yang diciptakan itu, guru juga dapat membuat kegiatan pembelajaran secara berkelompok, permainan dan lain lain (Djamarah dan Zain, 2010 : 80). Hasil wawancara terhadap guru pengampu mata pelajaran membuat pola, situasi yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran membuat pola busana anak yaitu kegiatan belajar mengajar tetap didalam kelas, terkadang guru mrmberikan tugas kelompok berpasangan pada saat mengambil ukuran. Metode yang dipergunakan yaitu metode ceramah & demonstrasi. 5) Guru Kepribadian yang dimiliki setiap guru berbeda. Latar belakang guru yang medapat titel sarjana pendidikan dengan yang guru yang bukan sarjana
63
pendidikan
jelas
berbeda.
Latar
belakang
pendidikan
guru
diakui
mempengaruhi kompetensi. Kurangnya penguasaan terhadap berbagai metode menjadi kendala dalam memilih dan menentukan metode (Djamarah dan Zain, 2010: 81). Guru pada Program Keahlian Tata Busana di SMK Al-Musyafa‟ Kendal memiliki kepribadian yang bermacam-macam, ada yang periang, pendiam, dan lain-lain. Latar belakang pendidikan guru tata busana berbeda 3 guru Sarjana Kependidikan Tata Busana, 2 guru dengan pendidikan Diploma Tata Busana dan 2 guru lainya Sarjana bukan dari Jurusan Tata Busana. Latar belakang kepribadian yang berbeda tidak membedakan dalam proses mengajar karena dalam mengajar mereka memiliki kesamaan yaitu menggunakan metode ceramah, demonstrasi dan latihan. 2.4.3
Macam-Macam Metode Mengajar Metode dalam proses belajar mengajar ada bermacam-macam metode,
semuanya akan dijabarkan dibawah ini antara lain: metode proyek, eksperimen, tugas dan resitasi, diskusi, sosiodrama, demonstrasi, problem solving, karyawisata, tanya jawab, latihan, ceramah. 2.4.3.1
Metode Proyek
Metode proyek atau unit adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan, sehingga pemecahanya seara keseluruhan dan bermakna. Penggunaan metode ini bertolak dari anggapan bahwa pemecahan masalah tidak akan tuntas bila tidak ditinjau dari berbagai segi (Djamarah dan Zain, 2010: 83).
64
2.4.3.2
Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Siswa diberi kesempatan untuk mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik suatu kesimpulan dari objek yang diamatinya (Djamarah dan Zain, 2010: 84). 2.4.3.3
Metode Tugas dan Resitasi
Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Tugas yang diberikan dapat dikerjakan siswa baik diruang kelas, maupun diluar kelas, laboratorium, perpustakaan, atau dimana saja asal tugas itu dikerjakan (Djamarah dan Zain, 2010: 85). Metode ini diberikan pada siswa apabila banyaknya bahan ajar yang tersedia dengan waktu yang kurang seimbang. Agar bahan pelajaran selesai sesuai batas waktu yang ditentukan, maka metode inilah yang biasa digunakan guru untuk mengatasinya. Tugas yang diberikan kepada anak didik ada berbagai jenis antara lain; tugas melakukan penelitian, tugas menyusun laporan, tugas motorik, tugas di laboratorium dan lain.lain. 2.4.3.4
Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang biasa berupa pernyataan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama (Djamarah dan Zain, 2010: 87). 2.4.3.5
Metode Sosiodrama
65
Metode sosiodrama dan role playing dapat dikatakan sama artinyadan dalam pemakainya sering disilih gantikan. Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam hubunganya dengan masalah sosial (Djamarah dan Zain, 2010: 88). 2.4.3.6
Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan dan mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya maupun lisan (Djamarah dan Zain, 2010: 90). Menurut Nur aini (2004: 36) metode demonstrasi adalah suatu metode dimana guru menunjukkan suat contoh atau percobaan suatu proses atau prosedur pembuatan sesuatu untuk mencapai tujuan pengajaran. Metode demonstrasi memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan antara lain: a.
Kelebihan metode Demonstrasi menurut Djamarah dan Zain antara lain. 1. Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara katakata/kalimat). 2. Siswa lebih mudah mempelajari apa yang yang dipelajari. 3. Proses pengajaran lebih menarik. 4. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dan praktek, dan mencoba melakukanya sendiri (Djamarah dan Zain, 2010: 91).
b.
Kekurangan metode demontrasi menurut Djamarah dan Zain antara lain. 1. Metode memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi tidak akan efektif. 2. Fasilitas seperti;peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik. 3. Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin
66
terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain (Djamarah dan Zain, 2010: 91). 2.4.3.7
Metode Problem Solving
Metode problem solving/ pemecahan masalah bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam proses problem solving dapat menggunakan metode-metode lainya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan (Djamarah dan Zain, 2010: 91). 2.4.3.8
Metode Karyawisata
Metode karyawisata adalah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak
siswa ke suatu tempat atau objek tertentu diluar sekolah untuk
memepelajari/menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik/ garment, fashion show, dan sebagainya. Banyak istilah yang digunakan dalam karyawisata seperti widyawisata, study-tour. Metode karyawisata ini bisa dilakuakan dengan waktu singkat maupun lama (Djamarah dan Zain, 2010: 93). 2.4.3.9
Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, baik dari guru kepada siswa maupun sebaliknya (Djamarah dan Zain, 2010: 94). 2.4.3.10 Metode Latihan Metode latihan disebut juga metode training, merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasan yang baik, selain itu, metode ini juga dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan (Djamarah dan Zain, 2010: 96).
67
2.4.3.11 Metode Ceramah. Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisonal, karena sejak dulu metode ini dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara. guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar (Djamarah dan Aswan Zain, 2010: 83). Metode ceramah merupakan suatu metode dimana guru memberikan pengajaran secara lisan mengenai fakta, dalil, atau prinsip sedangkan siswa mengikuti dengan menggunakan catatan (Nur‟aini, 2004: 36) Metode ceramah ini yang akan digunakan sebagai bahan dalam penelitian, metode ini dipilih karena diantara berbagai macam metode penagajaran metode ceramah merupakan metode yang tidak dapat ditinggalkan dalam proses pembelajaran, metode ceramah digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi/uraian tentang materi pelajaran secara lisan. Metode ceramah memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan antara lain: a. Kelebihan metode ceramah menurut Djamarah dan Zain antara lain;
1. 2. 3. 4. 5.
Guru mudah menguasai kelas Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas Dapat diikuti oleh siswa dalam jumlah yang besar. Mudah mempersiapkan dan melaksanakanya. Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik (Djamarah dan Zain, 2010: 97).
b. Kekurangan metode ceramah menurut Djamarah dan Zain antara lain;
1. Mudah terjadi verbalisme (pengertian kata-kata). 2. Dalam metode ceramah indera pendengaran lebih banyak digunakan dalam mendengarkan materi yang dijelaskan oleh guru sedangkan indera yang lain jarang dipergunakan. 3. Bila digunakan terlalu lama, menjadi membosankan. 4. Menyebabkan siswa menjadi pasif 5. Guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya, ini sukar sekali (Djamarah dan Zain, 2010: 97-98).
68
2.5 Media Pembelajaran 2.5.1 Pengertian Media Pembelajaran Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima (Heinich di kutip Daryanto 2010: 4). Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, et al., 2010: 6). Beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media pengajaran yang dimaksud adalah alat yang dipergunakan untuk berkomunikasi yang dapat membantu proses belajar mengajar yang berfungsi memperjelas makna pesan pelajaran yang disampaikan. Penggunaan media pembelajaran akan membuat siswa lebih mudah menerima informasi, membangkitkan keinginan dan minat belajar yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. 2.5.2 Prinsip Umum Penggunaan Media Agar proses pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan pelajaran dapat tercapai, maka guru harus mengetahui bagaimana cara menggunakan media. Prinsip umum penggunaan media antara lain; (1) Tidak ada suatu media yang mengatasi media lainya dalam segala aspeknya, sehingga dapat menggantikan bentuk media lain. (2) Media membawa pesan-pesan yang mempunyai efek-efek tertentu pada siswa bukan hanya sekedar alat. (3) Penggunaan media pendidikan harus mempunyai tujuan yang jelas, tidak asal saja sekedar hiburan atau pengisi waktu. (4) Media tertentu cenderung lebih tepat dipakai dalam menyajikan unit pelajaran daripada media yang lain. (5) Tidak ada suatu media untuk segala macam kegiatan belajar, oleh karena itusebaiknya kita menggunakan multimedia. (6) Penggunaan media yang terlalu banyak secara sekaligus justru akan membingungkan dan tidak memperjelas pelajaran.
69
(7) Anak-anak harus dipersiapkan dan dilakukan sebagai peserta yang aktif, sehingga secra efektif dan efisien media dapat digunakan. (8) Hendaknya tidak menggunakan media pendidikan sekedar sebagai selingan atau hiburan pengisi waktu, kecuali kalau tujuan pengajaranya memang demikian (Nur‟aini, 2004: 63) 2.5.3 Prinsip Pemilihan Media Pemilihan media dalam pembelajaran bukanlah suatu hal yang mudah, karena setiap media mempunyai ciri dan karakteristik yang berbeda-beda. Prinsip utama pemilihan media haruslah didasarkan pada kemampuan media itu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan media antara lain kesesuaian media dengan tujuan pengajaran, tingkat kemampuan siswa, ketersediaan, biaya, dan mutu teknik (Nur‟aini 2004: 65). Kesesuaian media dengan tujuan pengajaran yang dimaksud adalah penggunaan media disesuaikan dengan tujuan pengajaran yaitu mengetahui hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran Membuat Pola pokok bahasan membuat pola busana anak Tingkat kemampuan siswa, pemilihan media harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa misalnya untuk tingkat TK, SD, SMP, SMK. Penelitian ini diterapkan pada siswa SMK sehingga pemilihan media disesuaikan dengan karakteristik siswa SMK Program Keahlian Busana Butik di Al-musyafa Kendal. Ketersediaan, tidak semua sekolah dapat menyediakan media yang cukup, dan tidak semua sekolah dilengkapi dengan sarana dan fasilitas yang mendukung dengan penggunaan media. Pemilihan media harus disesuaikan dengan lingkungan sekolah (kondisi, ketersediaan, sarana dan fasilitas), oleh karena itu sebelum
70
membuat suatu media sebaiknya dilakukan pengamatan terlebih dahulu di lingkungan sekolah. Hasil pengamatan di SMK Al-Musyafa‟Kendal yaitu kondisi sekolah besrih dan rapi, sarana dan fasilitas cukup yaitu salah satunya yaitu laboratorium komputer dan LCD. Biaya, dalam pemilihan media harus mengingat efisiensi biaya baik untuk pembuatan atau yang lain. Memilih media yang baik tidak perlu mahal yang terpenting adalah media tersebut dapat digunakan guru dalam menyampaikan materi pada siswa, sehingga diharapkan dengan adanya media tersebut tujuan pengajaran dapat tercapai. Mutu teknik, apabila guru akan mengajar dengan media, hendaknya guru melihat terlebih dahulu apakah media tersebut masih baik dan layak digunakan atau tidak. Media yang baik adalah berulang dapat digunakan kali. 2.5.4 Fungsi Media Pembelajaran Media dalam proses pembelajaran memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa) (Daryanto, 2010: 8). Fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang dapat mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang diciptakan oleh guru. Secara umum media memiliki kegunaan: memperjelas penyajian (informasi) agar tidak terlalu ferbalistik, mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan indera, penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik, media dapat mengatasi dan membantu kesulitan guru dalam proses belajar-mengajar (Nur‟aini, 2004: 67). Penjabaran kegunaan media dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut;
71
Memperjelas pesan dan informasi agar tidak terlalu verbalistik, yang dimaksud verbalistik adalah pengertian kata-kata (Nur‟aini, 2004: 67). Media digunakan untuk menyamakan persepsi dan pemahaman siswa dalam menerima materi pelajaran. Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, daya, indera misalnya: objek yang terlalu besar dapat diganti dengan gambar atau film, objek yang terlalu kecil dapat dibantu dengan proyektor, gerak yang lambat bisa dipercepat begitupun sebaliknya, dan peristiwa alam dapat dilihat dengan film (Nur‟aini, 2004: 67). Media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sifat pasif anak didik, Dalam hal ini media berguna; menimbulkan gairah siswa, memungkinkan adanya interaksi aktif dan siswa dapat belajar sendiri mnurut kemampuanya (Nur‟aini, 2004: 67). Media dapat mengatasi atau membantu kesulitan guru dalam proses belajar mengajar antara lain; menimbulkan persepsi yang sama, membantu perangsang yang sama dan menyamakan pengalaman (Nur‟aini, 2004: 67). 2.5.5 Macam-Macam Media Pembelajaran Penggunaan suatu media yang tepat dapat membantu dalam proses belajar mengajar dan pencapaian tujuan pembelajaran. Macam-macam media yang diklasifikasikan menurut kelompoknya yaitu: media berbasis visual, media berbasis audio, media berbasis audio visual,
media diam yang diproyeksikan,
media
bergerak yang diproyeksikan, benda nyata dan media berbasis komputer (Sudjana dan Rivai, 2007: 26).
72
2.5.5.1 Media berbasis visual Media berbasis visual adalah media yang menuntut indra penglihatan. Contohnya antara lain: foto, gambar/ilustrasi, sketsa/gambar garis, grafik, bagan, chart, diagram, peta, globe. Penggunaan media visual dalam proses belajar mengajar perlu memperhatikan keterbacaan visual demi meningkatkan efektivitas hasil belajar siswa (Sudjana dan Rivai, 2007: 26). 2.5.5.2 Media berbasis audio Media berbasis audio adalah media yang menuntut indra pendengaran. Media audio untuk pengajaran dimaksudkan sebagai bahan yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (Sudjana dan Rivai, 2007: 129). Contohnya antara lain: radio, tape, kaset audio dan laboratorium bahasa. 2.5.5.3 Media berbasis audio-visual Media berbasis audio visual adalah media yang menuntut indra pendengaran dan penglihatan. Salah satu pekerjaan penting yang diperlukan dalam media audiovisual adalah penulisan naskah dan storyboard yang memerlukan persiapan yang banyak, rancangan, dan penelitian (Arsyad, 2011: 94). Contohnya antara lain: film, televisi, video, sound slide, slide presentasi. 2.5.5.4 Media diam yang diproyeksikan Media diam yang diproyeksikan adalah media yang dapat secara langsung berinteraksi dengan pesan media yang bersangkutan pada media proyeksi akan tetapi tidak mempunyai unsur gerak. beberapa jenis media proyeksi diam antara lain : film bingkai (slide), film rangkai (film strip), overhead proyektor (OHP),
73
proyektor opaque, tachitoscope, microprojection dengan microfilm overlay (Sadiman, et al., 2010: 55). 2.5.5.5 Media bergerak yang diproyeksikan Media bergerak yang diproyeksikan adalah media yang dapat secara langsung berinteraksi dengan pesan media yang bersangkutan pada media proyeksi dan mempunyai unsur gerak. Contoh yang termasuk media ini adalah film, film loop, TV, rekaman video tape (VTR) (Nur‟aini, 2004: 41). 2.5.5.6 Benda nyata dan benda model Benda nyata adalah benda sesungguhnya yang digunakan sebagai media, meliputi makhluk hidup seperti binatang dan tumbuhan juga termasuk benda-benda mati misalnya batuan, air, tanah. Penggunaan benda nyata di dalam proses belajar mengajar terutama bertujuan untuk memperkenalkan suatu unit pelajaran tertentu, proses kerja suatu objek studi tertentu, atau bagian-bagian serta aspek-aspek lain yang diperlukan (Sudjana dan Rivai, 2007: 207). Benda model adalah tiruan tiga dimensional dari beberapa objek nyata yang terlalu besar, terlalu jauh, terlalu kecil, terlalu mahal, terlalu jarang atau terlalu sulit untuk dibawa ke dalam kelas dan dipelajari siswa dalam wujud aslinya (Sudjana dan Rivai, 2007: 156). Benda model antara lain meliputi boneka, patung, robot, wayang. 2.5.5.7
Media berbasis komputer (CAI Komputer Assisted Intruction) CAI Komputer Assisted Intruction yaitu penggunaan komputer secara
langsung dengan siswa untuk menyampaikan isi pelajaran, memberikan latihan dan mengetes kemajuan belajar siswa. CAI dapat sebagai tutor yang menggantikan guru
74
di dalam kelas. CAI juga bermacam-macam bentuknya bergantung kecakapan pendesain dan pengembang pembelajaranya, bisa berbentuk game, mengajarkan konsep-konsep yang abstrak yang kemudian dikonkritkan dalam bentuk visual dan audio yang dianimasikan. CAI digunakan sebagai pembantu pengajar menjalankan fungsi administratif yang meningkat seperti rekapitulasi data prestasi siswa, database/e-library, kegiatan administratif sekolah seperti pencatatan pembayaran, kuitansi dan lain-lain (Daryanto 2010: 149). Dewasa ini komputer merupakan salah satu perangkat elektronik dengan tingkat kecanggihan tinggi dan modern yang banyak diminati diseluruh dunia, disamping banyak manfaatnya, komputer mulai dilirik sebagai media pembelajaran dalam dunia pendidikan. Aplikasi komputer dalam bidang pembelajaran memungkinkan berlangsungnya proses belajar secara individual (individual learning). Pemakai komputer atau user dapat melakukan interaksi langsung dengan sumber informasi. Komputer
memiliki
beberapa
keuntungan
yaitu,
komputer
dapat
mengakomodasi siswa yang lamban dalam menerima pelajaran karena ia dapat memberikan iklim yang bersifat afektif dengan cara yang lebih individual, tidak pernah lupa, tidak pernah bosan dan sangat sabar dalam menjalankan instruksi seperti yang diinginkan program yang digunakan. Komputer dapat merangsang siswa untuk mengerjakan latihan, melakukan kegiatan laboratorium atau simulasi karena tersedianya animasi grafik, warna, dan music yang dapat menambah realisme.
75
Kendali komputer berada di tangan siswa sehingga tingkat kecepatan belajar siswa dapat disesuaikan dengan tingkat penguasaanya. Kemampuan komputer merekam aktifitas siswa selama menggunakan suatu program pembelajaran member kesempatan lebih baik untuk pembelajaran secara perorangan dan perkembangan setiap siswa selalu dipantau. Komputer dapat dihubungkan dan dikendalikan dengan peralatan lain seperti; compact disc, video tape, dan lain-lain dengan program pengendali dari komputer. Komputer dikenal memiliki sejumlah kelebihan, komputer sebagai sarana komunikasi interaktif juga memiliki beberapa kelemahan antara lain; harga perangkat keras komputer murah, tetapi perangkat lunaknya masih relatif mahal. Keragaman model komputer menyebabkan program yang tersedia untuk satu model komputer tidak cocok dengan model komputer lainya. Program yang tersedia saat ini belum memperhitungkan kreatifitas siswa. Komputer hanya efektif digunakan oleh satu orang atau kelompok kecil, jika digunakan pada kelompok besar diperlukan tambahan peralatan lain yang dapat memproyeksikan pesan ke layar monitor yang lebih lebar (Arsyad, 2011: 56) Pertimbangan
yang
didasarkan
diatas
media
komputer
dengan
menggunakan MPI dipilih sebagai media pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan materi mata pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat busana anak, media ini dipilih karena ingin memberikan media pembelajaran yang berbeda dan menarik dari proses pembelajaran sebelumnya yaitu dengan menggunakan metode konvensional.
76
2.5.6 MPI (Multimedia Pembelajaran Interaktif) Pengertian multimedia adalah berbagai macam kombinasi grafik, teks, suara, video,dan animasi. Penggabungan ini merupakan suatu kesatuan yang secara bersama-sama menampilkan informasi, pesan atau isi pelajaran. Multimedia terbagi menjadi dua kategori, yaitu: multimedia linier dan multimedia interaktif. Multimedia linier adalah suatu multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh pengguna, multimedia ini berjalan berurutan, contohnya: TV dan film (Arsyad, 2011: 171). Multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya (Daryanto, 2010: 51).. Contoh multimedia interaktif adalah: multimedia pembelajaran interaktif (MPI), aplikasi game, dan lain-lain. Pembelajaran diartikan sebagai proses penciptaan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar, jadi dalam pembelajaran yang utama adalah bagaimana siswa belajar. Belajar dalam pengertian aktifitas mental siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan perilaku yang bersifat relatif konstan. Lingkungan merupakan aspek yang penting dalam aktifitas belajar. Bagaimana lingkungan ini diciptakan dengan menata unsur-unsurnya sehingga dapat mengubah perilaku siswa. Apabila kedua konsep tersebut kita gabungkan maka multimedia pembelajaran dapat diartikan sebagai aplikasi multimedia yang digunakan dalam proses pembelajaran, dengan kata lain untuk menyalurkan pesan (pengetahuan, keterampilan dan sikap) serta dapat merangsang pikiran, perasaan,
77
perhatian dan kemauan yang belajar sehingga secara sengaja proses belajar terjadi, bertujuan dan terkendali. Pengertian interaktif terkait dengan komunikasi 2 arah atau lebih dari komponen-komponen komunikasi. Komponen komunikasi dalam multimedia interaktif (berbasis komputer) adalah hubungan antara manusia (sebagai user/ pengguna produk) dan komputer (software/ aplikasi/produk dalam format file tertentu, bisasanya dalam bentuk CD. Kesimpulan dari berbagai definisi diatas, MPI adalah perpaduan antara berbagai media (format file) yang berupa teks, gambar (vektor dan bitmap), grafik, sound, animasi, video, interaksi, simulasi yang dikemas menjadi file digital (komputerisasi) berbentuk compact disc (CD) digunakan untuk menyampaikan pesan berupa pengetahuan (materi pokok pelajaran) dalam proses interaksi antara siswa dengan lingkunganya untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu terjadi perubahan perilaku siswa kearah yang lebih baik. 2.5.6.1 Tujuan dan Manfaat Penyusunan MPI (Multimedia Pembelajaran Interaktif) Tujuan penyusunan MPI adalah menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik materi ajar dan karakteristik peserta didik serta setting atau latar belakang lingkungan sosialnya. Secara umum manfaat yang diperoleh adalah proses pembelajaran lebih menarik, lebih interaktif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan
78
dan proses belajar mengajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, serta sikap belajar siswa dapat ditingkatkan. Keunggulan dari sebuah multimedia pembelajaran yaitu: memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata (seperti kuman, bakteri, elektron dan lain-lain). Memperkecil benda yang sangat besar yang tidak mungkin dihadirkan kesekolah (seperti gajah, rumah, gunung, dan lain-lain). Menyajikan benda atau peristiwa yang kompleks, rumit dan berlangsung cepat atau lambat. Menyajikan benda atau peristiwa yang jauh, seperti bulan, bintang, salju, dll. Menyajikan benda atau peristiwa yang berbahaya, seperti letusan gunung berapi, harimau, racun, dll. Meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa. 2.5.6.2 Karakteristik Multimedia Pembelajaran Interaktif (MPI) Multimedia digunakan sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran, pemilihan dan penggunaan multimedia pembelajaran harus memperhatiakn karakteristik komponen. Karakteristik MPI adalah; (a) Memiliki lebih dari satu media yang konvergen, misalnya menggabungkan unsur audio dan visual, (b) Bersifat interaktif, dalam pengertian memiliki kemampuan untuk mengakomodasi respon pengguna, (c) Bersifat mandiri, dalam pengertian memberi kemudahan dan kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga pengguna biasa menggunakan tanpa bimbingan orang lain (Daryanto, 2010: 53). Selain memenuhi ketiga karakteristik tersebut, multimedia pembelajaran sebaiknya memenuhi fungsi sebagai berikut: (a) Mampu memperkuat respon pengguna secepatnya dan sesering mungkin, (b) Mampu memberikan kesempatan kepada
siswa
untuk
mengontrol
laju
kecepatan
belajarnya
sendiri, (c)
79
Memperhatikan bahwa siswa mengikuti suatu urutan yang koheren dan terkendalikan, (d) Mampu memberikan kesempatan adanya partisipasi dari pengguna dalam bentuk respon, baik berupa jawaban, pemilihan, keputusan, percobaan dan lain-lain (Daryanto, 2010: 53). 2.5.6.3 Format Multimedia Pembelajaran Interaktif (MPI) Menurut Daryanto (2010: 54) format sajian MPI dapat dikategorikan ke dalam lima kelompok sebagai berikut: turorial, drill and practice, simulasi, percobaan atau eksperimen dan permainan. 2.5.6.3.1 Tutorial Format sajian ini merupakan multimedia pembelajaran yang dalam penyampaian materinya dilakukan secara tutorial, sebagaimana layakna tutorial yang dilakukan oleh guru atau instruktur. Informasi yang berisi suatu konsep disajikan dengan teks, gambar, baik diam atau bergerak dan grafik. Pada saat yang tepat,
yaitu
ketika
dianggap
bahwa
pengguna
telah
membaca,
menginterpresentasikan dan menyerap konsep itu, diajukan serangkaian pertanyaan atau tugas. Jika jawaban atau respon pengguna benar, kemudian dilanjutkan dengan materi berikutnya. Jika jawaban atau respon salah, maka pengguna harus mengulang memahami konsep tersebut secara keseluruhan ataupun pada bagianbagian tertentu saja (remedial). Kemudian pada bagian akhir biasanya akan diberikan serangkaian pertanyaan yang merupakan tes untuk mengukur tingkat pemahaman pengguna atas konsep atau materi yang disampaikan.
80
2.5.6.3.2 Drill dan Practise Format ini dimaksudkan untuk melatih pengguna sehingga memiliki kemahiran dalam suatu keterampilan atau memperkuat penguasaan suatu konsep.
Program
menyediakan
serangkaian
soal
atau
pertanyaan
yang
biasanya ditampilkan secara acak, sehingga setiap kali digunakan maka soal atau pertanyaan yang tampil selalu berbeda, atau paling tidak dalam kombinasi yang berbeda. Program ini dilengkapi dengan jawaban yang benar, lengkap dengan penjelasannya sehingga diharapkan pengguna akan bisa pula memahami suatu konsep tertentu. Pada bagian akhir pengguna bisa melihat skor akhir yang dicapai, sebagai indikator untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam memecahkan soalsoal yang diajukan. 2.5.6.3.3 Simulasi Multimedia pembelajaran dengan format ini mencoba menyamai proses dinamis yang terjadi di dunia nyata, misalnya untuk mensimulasikan pesawat terbang, di mana pengguna seolah-olah melakukan aktifitas menerbangkan pesawat terbang. 2.5.6.3.4 Percobaan atau Eksperimen Format ini mirip dengan format simulasi, namun lebih ditujukan pada kegiatan-kegiatan yang bersifat eksperimen, seperti kegiatan praktikum di laboratorium IPA, biologi atau kimia. Program menyediakan serangkaian peralatan dan bahan, kemudian pengguna bisa melakukan percobaan atau eksperimen sesuai petunjuk dan kemudian mengembangkan eksperimen-eksperimen lain berdasarkan
81
petunjuk tersebut. Diharapkan pada akhirnya pengguna dapat menjelaskan suatu konsep atau fenomena tertentu berdasarkan eksperimen yang mereka lakukan secara maya tersebut. 2.5.6.3.5 Permainan Tentu saja bentuk permainan yang disajikan di sini tetap mengacu pada proses pembelajaran dan dengan program multimedia berformat ini diharapkan terjadi aktifitas belajar sambil bermain. Dengan demikian pengguna tidak merasa bahwa mereka sesungguhnya sedang belajar. MPI yang digunakan peneliti berformat tutorial dimana menyajikan materimateri pokok pelajaran membuat pola dan berformat Drill dan Practise yang menyajikan soal-soal sebagai tolak ukur keberhasilan siswa dalam memecahkan soal-soal yang diberikan. Program yang digunakan dalam MPI pada mata pelajaran membuat pola pokok bahasan membuat pola busana anak mempunyai beberapa kelebihan yaitu dapat memadukan beberapa media seperti audio, visual, grafik, bitmap, sound, animasi dan program lainya yang lebih menarik. 2.5.6.4
Media-media dalam Multimedia Pembelajaran Interaktif (MPI)
MPI dapat mengkombinasikan berbagai macam bentuk dan jenis media menjadi suatu setting pembelajaran. Jenis media yang sering digunakan dalam MPI antara lain; teks, grafis, foto, video, audio/suara, dan animasi (Arsyad, 2011: 171). 2.5.6.4.1 Teks Teks merupakan media dasar yang digunakan pada paket apa saja termasuk dalam video dan televisi (Purwanto, 2011: 11). Penyajian dalam MPI, teks menduduki posisi terbesar sebagai media penyampaian materi mata pelajaran
82
Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak. Teks merupakan media utama untuk menyampaikan informasi dalam MPI. Sifatnya fleksibel untuk menyampaikan semua materi, meski terbatas pada informasi verbal saja. Teks dapat digunakan untuk mengajarkan berbagai macam skill. Teks dapat juga digunakan untuk mengajarkan materi yang padat dan mendalam seperti pada mata pelajaran membuat pola. Keberadaan teks dalam MPI akan memberikan kesempatan bagi pengguna untuk berhenti sejenak (pause), dalam rangka memahami materi lebih mendalam, jadi pengguna tetap memiliki kesempatan untuk merencanakan belajarnya, dan tetap mengadakan eksplorasi pengetahuanya. Selain tidak memakan biaya terlalu banyak, tampilan teks akan menjadi pemanis tayangan pada layar komputer. Namun demikian, media teks lemah dalam menampilkan penjelasan dinamis, misalnya menjelaskan proses pembuatan busana anak. Hal ini dikarenakan media komunikasi hanya berupa tulisan, sehingga sulit dalam penggambaran suatu penjelasan siklus. Untuk menghasilkan teks yang representatif ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu tipe dan ukuran huruf, panjang baris dan margin, dan perataan (Justification). 2.5.6.4.2 Grafis Media grafis termasuk media visual. Sebagaimana halnya media yang lain media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual (Sadiman, et.al., 2010: 28).
83
Simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien. Selain fungsi umum tersebut, secara khusus grafis berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan jika tidak digrafiskan. 2.5.6.4.3 Foto Foto merupakan media yang paling umum dipakai, karena dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana. Kelebihan media gambar foto yaitu; sifatnya konkret, gambar dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan pengamatan, foto dapat memperjelas suatu masalah sehingga dapat mencegah kesalahpahaman, foto harganya murah dan gampang didapat serta digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus (Sadiman, et.al., 2010: 31). Foto atau gambar yang digunakan dalam MPI adalah gambar yang berhubungan dengan materi busana anak, seperti gambar macam-macam lengan anak, foto busana anak, dan lain-lain. 2.5.6.4.4 Video Video sebagai media audio-visual yang menampilkan gerak, pesan yang disajikan bisa bersifat fakta (kejadian/peristiwa penting, berita) maupun fiktif (misalnya cerita), bisa bersifat informatif, edukatif maupun instruksional (Sadiman, et.al., 2010: 74). 2.5.6.4.5 Audio Media audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif, baik verbal (ke dalam kata-kata/bahasa lisan) maupun non verbal (Sadiman, et.al., 2010: 49). Pada format
84
MPI, audio diaplikasikan melalui proses digitalisasi komputer. Audio dalam media MPI pada mata pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak berdasarkan penjabaran dari sub materi yang diberikan yang diberikan. 2.5.6.4.6 Animasi Animasi adalah sebuah proses merekam dan memainkan kembali serangkaian gambar statis untuk mendapatkan sebuah ilusi pergerakan (http://cbsbogor.net). Kelebihan animasi antara lain: memiliki ruang manipulasi desain tinggi, sehingga memungkinkan pengguna untuk mengontrol jalanya program interaktif, dapat menggambarkan suatu peristiwa rumit, berbahaya, mahal yang tidak dapat dilakukan media video. Melalui simulasi yang digambarkan animasi dapat meningkatkan daya tangkap pengguna karena visualisasinya didesain sedemikian rupa menyerupai keadaan sebenarnya. Animasi yang akan digunakan pada media ini adalah animasi gambar, tulisan, dan garis yang berjalan digunakan sebagai pedoman dalam membuat pola. 2.5.6.5 Pemilihan Media dan MPI Kriteria pemilihan media menurut Dick dan Carey 1978 yang dikutip Kustiono 2009: 12, disamping adanya kesesuaian dengan tujuan perilaku belajar masih ada 4 faktor lagi yang perlu dipertimbangkan antara lain; 1. Ketersediaan sumber belajar setempat, artinya bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau dibuat sendiri. 2. Apakah untuk membeli atau memproduksi tersedia dana, tenaga dan fasilitas. 3. Memperhatikan faktor-faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan ketahanan untuk jangka waktu yang lama; 4. Efektifitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang.
85
Berdasarkan Kriteris pemilihan, peneliti memilih untuk menggunakan software berbasis Adobe Flash C.S4 Portable sebagai media pembelajaran interaktif pada mata pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat busana anak. Adobe Flash CS 4 Profesional Portable merupakan suatu software yang cukup unggul dalam pembuatan animasi. Keunggulan yang didapat dari penggunaan aplikasi profesional adalah kemudahan manajemen file, efek grafis spesial, kontrol, animasi, dan lain-lain. Adobe Flash CS 4 Profesional Portable digunakan dalam perancangan dan pembuatan CD MPI. Semua hasil desain dan perancangan dari aplikasi-aplikasi pendukung akan di gabung di dalam aplikasi ini. Pengolahan file-file multimedia seperti teks, gambar, audio, video dan animasi akan menjadi sempurna setelah tergabung di dalam aplikasi ini. Adobe Flash CS 4 Profesional Portable memiliki kemampuan dalam mengolah berbagai file multimedia dengan format yang beragam. Adobe Flash CS 4 Profesional Portable memiliki sejumlah kelebihan dalam desain multimedia antara lain: memungkinkan kita menerapkan animasi langsung pada objek, dapat mengatur property animasi secara detail, memungkinkan kita menggunakan animasi/tween yang telah tersimpan secara instan, dapat membuat rangka/ poros pergerakan pada objek untuk memudahkan proses animasi dan lain-lain.
86
2.5.7 Penerapan Pembelajaran Metode Ceramah dan Demonstrasi dengan Pembelajaran Metode Ceramah dan MPI 2.5.7.1 Kegiatan Pembelajaran dengan Metode Ceramah dan Demonstrasi dengan Metode Ceramah dan MPI. Metode pembelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar tidak digunakan sendiri-sendiri, tetapi merupakan kombinasi dari beberapa metode dan media pembelajaran, salah satunya kombinasi metode ceramah & demonstrasi. Metode ceramah dalam pembelajaran ini digunakan untuk memberikan penjelasan kepada siswa mengenai teori tentang Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak. Demonstrasi digunakan untuk menjelaskan materi praktek, yaitu dengan cara memperagakan/mempertunjukkan langkah-langkah pembuatan pola busana anak dan siswa memperhatikan serta mengikuti demonstrasi tersebut, setelah itu baru siswa mulai belajar membuat pola sendiri sesuai yang diperagakan oleh guru. Adapun kegiatan dalam proses pembelajaran menggunakan metode ceramah & demonstrasi dapat dijelaskan pada tabel dibawah ini.
87
Tabel 2.1 Kegiatan Pembelajaran dengan Metode Ceramah dan Demontrasi
No 1.
KEGIATAN PEMBELAJARAN Pembelajaran dengan Metode Pembelajaran dengan Metode Ceramah dan Demontrasi Ceramah dan MPI PERSIAPAN PERSIAPAN 1. Menyediakan peralatan digunakan. (5 menit)
yang
2. Menciptakan kondisi anak untuk belajar disertai presensi siswa. (5 menit) 2.
1. Menyediakan peralatan yang digunakan (Lab. Komputer dan LCD). (10 menit) 2. Menciptakan kondisi anak untuk belajar disertai presensi siswa (masing-masing siswa mengo perasikan 1 komputer). (5 menit)
PELAKSANAAN
PELAKSANAAN
3. Memberikan tes awal/pre test pada siswa untuk mengetahui kemampuan awal siswa tentang mata pelajaran Membuat Pola (Pattern Making). (45 menit) 4. Memberikan pengertian/penjela san tentang materi pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak dengan menggunakan metode ceramah (30 menit). 5. Demonstrasi langkah-langkah pembuatan pola busana anak oleh guru dan siswa mengamati selanjutnya siswa diberi latihan membuat pola sesuai yang diperagakan oleh guru. (50 menit)
3. Memberikan tes awal/pre test pada siswa untuk mengetahui kemampuan awal siswa tentang mata pelajaran Membuat Pola (Pattern Making). (45 menit) 4. Memperkenalkan MP1 pada siswa dan mengajarkan cara penggunaan media. (10 menit) 5. Guru mengarahkan siswa untuk membuka materi pada media disertai dengan memberikan pengertian/penjelasan materi pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak dengan menggunakan metode ceramah selanjutnya siswa diberi latihan membuat pola sesuai yang diperagakan oleh guru. (45 menit) EVALUASI/TINDAK LANJUT
3. EVALUASI/TINDAK LANJUT 6. Siswa membuat kesimpulan dari mata pelajaran yang baru dipelajari (5 menit). 7. Tanya jawab guru dengan siswa Memberikan tes akhir/post test untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah menerima pelajaran. (45 menit) Sumber : Data penelitian
6. Siswa membuat kesimpulan dari mata pelajaran yang baru dipelajari. (5 menit) 7. Tanya jawab guru dengan siswa Memberikan tes akhir/post test untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah menerima pelajaran. (45 menit)
88
2.6 Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) Mata pelajaran produktif yang diajarkan di kelas X SMK Al- Musyafa‟ Kendal ada bermacam-macam salah satunya adalah mata pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak yang diajarkan di kelas X semester genap. Standar Kompetensi (SK) dari mata pelajaran tersebut yaitu membuat pola busana anak, sedangkan Kompetensi Dasar (KD) dari SK antara lain; mengelompokkan macam-macam busana anak, memotong bahan, menjahit busana anak, menyelesaikan busana anak dengan jahitan tangan, menghitung harga jual. dalam penelitian ini peneliti hanya membatasi penelitian pada KD mengelompokkan busana anak (Silabus SMK Al-Musyafa, 2010). KD mengelompokkan busana anak memiliki beberapa indikator antara lain; menjelaskan pengertian busana anak, mengklasifikasi busana anak, menjelaskan desain, bahan, motif, dan corak yang cocok untuk anak, menjelaskan pembuatan pola dasar dan pecah pola sesuai desain. 2.6.1 Uraian Materi Membuat Pola Busana Anak 2.6.1.1 Pengertian Busana Anak dan Persyaratan Busana Anak Busana dalam arti umum adalah bahn tekstil atau bahan lainya yang sudah dijahit atau tidak dijahit, yang biasa dipakai atau disampirkan untuk menutupi tubuh seseorang. Busana dalam arti sempit, dapat diartikan sebagai bahan tekstil yang disampirkan atau dijahit terlebih dahulu, dan dipakai untuk menutupi tubuh seseorang yang langsung menutup kulit, ataupun tidak langsung menutup kulit (Sari, 2011: 3)
89
Busana anak adalah segala sesuatu yang dipakai anak-anak mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Segala pelengkap busana yang dikenakan anak seperti bando, topi, sepatu, tas merupakan busana (Hasanah, 2011: 3). Seiring dengan perkembangan mode busana yang selalu berubah membuat busana anak mengikuti tren busana dewasa, sehingga ada kesan bahwa busana anak merupakan busana dewasa dalam bentuk kecil. Perbedaan dari busana anak dan busana dewasa hanyalah ukuran semata. Hal ini tentunya tidak benar, karena busana anak tidak dapat dibuat dengan model yang sembarangan. Busana anak dapat diklasifikasikan berdasarkan usia, antara lain: Busana batita usia 1-3 tahun. Busana anak prasekolah usia 3-5 tahun (balita). Busana anak sekolah usia 6- 12 tahun (Hasanah, 2011: 23). Persyaratan busana anak pada dasarnya adalah bicara tentang kualitas busana anak itu sendiri. Kualitas yang dimaksud adalah kualitas produk yaitu busana anak dalam hal pemilihan bahan, aksesorisnya serta teknik penyelesaian busana anak itu sendiri. Pemakaian busana anak harus disesuaikan dengan kesempatan busana anak dan memenuhi persyaratan busana anak yang baik. Adapun persyaratan busana anak yang baik dapat dilihat dari: desain, tekstur, bahan, warna, corak, hiasan, dan teknik menjahit (Hasanah, 2011: 25). Desain merupakan suatu hasil karya indah manusia dalam menciptakan susunan garis, warna bentuk dan tekstur dengan maksud agar diperhatikan oleh orang lain. desain dibagi menjadi dua yaitu: desain struktur dan desain hiasan (Hartatiati, 2007: 1). Desain struktur yaitu desain yang dibuat berdasarkan bentuk,
90
warna, ukuran, dan tekstur suatu benda sedangkan desain hiasan yang dipergunakan sebagai penambah rasa keindahan desain struktur. Siluet merupakan perwujudan desain struktur di dalam desain busana. Ada lima macam siluet yang biasa digunakan untuk desain busana anak yaitu siluet A, T, H, S dan X (Hasanah, 2011: 47). Siluet A mempunyai bentuk garis kecil diatas dan membesar di dibawah. Siluet H mempunyai bentuk garis lurus pada kedua sisinya. Siluet S mempunyai garis tengah sempit, sedangkan bagian atas dan bawah menggelembung. Siluet X mempunyai bentuk pada bagian atas dan bawah samasama besar dan mengecil pada bagian tengah. Desain hiasan berguna untuk memperindah bentuk desain struktur, pada busana anak desain hiasan dapar berupa kancing hias, aplikasi, renda, pita, kerah, saku, dan lain-lain. dalam sebuah desain busana tidak selalu harus menggunakan desain hiasan, tetapi pada desain struktur atau siluet mutlak harus ada. (Hartatiati 2007: 2) Pemilihan desain untuk busana anak memiliki beberapa syarat utama diantaranya sederhana dan longgar, sehingga memberikan kebebasan bergerak bagi anak. Syarat mutlak yang harus diperhatikan dalam membuat desain busana anak yaitu pembuatan busana tidak boleh mengganggu pergerakan anak karena anakanak selalu melakukan pergerakan tiada henti. Desain dapat dibuat seperti celana, rok yang longgar seperti rok kerut, lingkar atau desain A line. Berikut adalah bagian-bagian dari busana anak antara lain; kerah, lengan, rok tekstur dan bahan warna, corak, hiasan dan teknik menjahit busana anak (Hasanah, 2011: 25).
91
Kerah merupakan bagian busana yang letaknya mengelilingi leher yang menempel pada busana. Busana anak banyak menggunakan desain kerah khususnya untuk kesempatan pesta (Hasanah, 2011: 26). Kerah dapat memberi kesan keindahan pada busana anak sehingga nilai dari busana tersebut dapat meningkat. Beberapa contoh desain kerah untuk busana anak antara lain; kerah rebah, kerah pallerin, kerah kelasi, kerah shanghai dan lain-lain. Desain kerah busana anak
Gambar 2.3 Desain kerah busana anak (Hasanah, 2011: 26-27) Lengan merupakan bagian dari busana yang terletak pada bahu sampai batas lengan yang diinginkan. Lengan terbagi menjadi lengan setali dan lengan tidak setali. Lengan tidak setali yaitu pola lengan yang dibuat terpisah dari pola badan, sedangkan lengan setali polanya dibuat bersama dengan pola badan (Hasanah, 2011: 27). Beberapa contoh lengan untuk busana anak antara lain; lengan sayap, lengan poof, lengan puncak, lengan tulip, dan lain-lain.
92
Desain Lengan Busana Anak
Gambar 2.4 Desain Lengan busana anak (Hasanah, 2011: 27-28). Rok merupakan bagian busana yang dimulai dari pinggang ke bawah. Biasanya pola rok dibuat terpisah dari pola badan, tetapi juga dapat dibuat menyatu sehingga menjadi pola gaun (Hasanah, 2011: 28). Contoh desain rok untuk busana anak antara lain; rok susun, rok kerut, rok lingkar, rok lipit. Desain Rok Busana Anak
Gambar 2.5 Desain rok busana anak (Hasanah, 2011: 28-29).
93
Tekstur dan bahan, pemilihan tekstur dan bahan untuk busana anak adalah cara memilih bahan, fabric, atau tekstil yang cocok untuk busana anak (Hasanah, 2011: 31). Pemilihan bahan untuk busana anak dipilih yang dapat menyerap air karena anak banyak mengeluarkan keringat setelah beraktifitas, selain itu mudah dalam pemeliharaanya, tahan cuci dan tahan terhadap cahaya matahari. Pemilihan tekstur lembut disesuaikan dengan jenis kulit anak yang masih halus dan sensitif terhadap benda-benda asing serta memberikan kenyamanan pada anak terutama saat bergesekan dengan kulit tidak menyebabkan cedera ataupun rasa gatal pada kulit. Tekstur dan Bahan Busana Anak
Gambar 2.6 Tekstur dan bahan busana anak (Hasanah, 2011: 31).
94
Warna merupakan unsur desain yang tidak bisa ditinggalkan. Pemilihan warna untuk busana anak sama halnya dengan pemilihan warna untuk busana dewasa, sebaiknya disesuaikan dengan karakteristik anak yang bersifat gembira. Warna yang menggambarkan keceriaan anak biasanya adalah warna-warna cerah, akan tetapi kita perlu menyesuaikan warna pakaian dengan jenis warna kulit anak, kepribadian anak serta kesempatan pemakaian (Hasanah, 2011: 32). Anak berkulit putih dan kuning dapat menggunakan hampir semua warna karena kulitnya sudah cerah, akan tetapi untuk anak berkulit sawo matang atau hitam sebaiknya menghindari warna-warna yang mendekati warna kulitnya karena akan membuat anak terlihat lebih kusam. Berikut adalah contoh warna yang biasa digunakan untuk busana anak. Macam-macam warna busana anak
Gambar 2.7 Macam-macam warna busana anak (Hasanah, 2011: 32). Corak adalah motif pada bahan atau fabric. Corak yang sesuai untuk busana anak adalah yang dapat memberi kesan gembira sesuai dengan kepribadian anak. Corak yang biasa disukai anak-anak adalah binatang, polkadot boneka, buahbuahan, tokoh animasi, tokoh film dan lain-lain. Pemilihan corak untuk busana
95
anak harus disesuaikan dengan proporsi tubuh anak, hindarilah motif yang terlalu besar dan pilih motif yang kecil-kecil (Hasanah, 2011: 33). Corak busana anak
Gambar 2.8 Corak busana anak (Hasanah, 2011: 32). Hiasan untuk anak sebaiknya disesuaikan dengan sifat anak yang lebih menyukai hal-hal yang indah dan menarik terutama hiasan yang mencolok mata. Hal ini dapat kita terapkan juga dalam busana anak dengan menambahkan hiasanhiasan sehingga busana akan terlihat lebih menarik. Hiasan untuk busana anak dapat berupa lace, aplikasi, korsase dan lain sebagainya. Teknik menjahit dalam pembuatan busana anak tidak lupa dari penerapan teknik menjahit yang digunakan, teknik menjahit yang digunakan tidak jauh berbeda dari busana orang dewasa. Jahitan untuk busana anak harus dibuat kuat dan rapi karena kepribadian anak yang begitu atraktif. Teknik penyelesaian pada busana anak sebaiknya menggunakan setik mesin dan dapat juga dengan kampuh balik (Hasanah, 2011: 35). Berikut adalah contoh teknik menjahit garis hias yang baik digunakan untuk busana anak antara lain; a) Garis hias princess: garis hias yang memotong busana dari bagian (bahu dan kerung lengan) sampai bawah busana (garis vertikal) (Hasanah, 2011: 39).
96
b) Garis hias empire: garis hias yang memotong busana secara horizontal dari sisi kanan dan berada dibawah dada (Hasanah, 2011: 41). c) Garis hias pas bahu: garis hias yang berada pada bagian bahu kiri dan kanan (Hasanah, 2011: 42). d) Garis hias pas dada: garis hias horisontal yang ditempatkan pada dada (diatas garis dada) dimulai dari kerung lengan kiri sampai kerung lengan kanan (Hasanah, 2011: 43). e) Garis hias basque: garis hias busana yang memotong pada bagian pinggang (Hasanah, 2011: 44). f) Garis hias pas panggul: garis hias yang memotong secara horisontal bagian panggul pada busana anak (Hasanah, 2011: 45). Garis hias pada busana anak
a
b
c
d
Gambar 2.9 Garis hias busana anak (Hasanah, 2011: 32).
e
97
2.6.2 Pembuatan Pola Dasar Busana Anak Pola merupakan suatu bentuk yang dibuat berdasarkan ukuran badan si pemakai dan digambar dengan perhitungan secara matematika sesuai dengan sistem pola konstruksi masing-masing (Ernawati 2008: 245). Tahapan dalam pembuatan pola busana anak diantaranya; membuat desain busana anak, mengambil ukuran, membuat pola dasar badan anak, membuat pecah pola anak sesuai desain. Pengambilan ukuran merupakan tahap awal pembuatan pola busana anak. Pengambilan ukuran perlu disiapkan beberapa alat diantaranya: Pita ukur dan alat tulis. Macam-macam ukuran yang diperlukan dalam pembuatan pola busana anak adalah: lingkar badan, lingkar pinggang, lingkar panggul, lebar punggung, panjang punggung, panjang rok, panjang bebe, lingkar pergelangan tangan dan panjang lengan (Hasanah, 2011: 56). Tabel 2.2 Cara Mengambil Ukuran Busana Anak Jenis ukuran Cara Mengambil Ukuran a. Lingkar badan - Diukur sekeliling badan atas anak yang melingkar pada (chest/bust) melalui ketiak dan punggung. b. Lingkar pinggang - Diukur sekeliling pinggang anak. - Diukur sekeliling panggul terbesar. c. Lingkar panggul - Diukur dari batas lingkar lengan kiri sampai lingkar d. Lebar punggung lengan kanan dan berada 7cm dari tulang leher belakang. - Diukur dari batas tulang leher belakang sampai batas pinggang. e. Panjang punggung - Diukur dari batas pinggang sampai batas panjang rok yang diinginkan. f. Panjang rok - Diukur dari batas lingkar pinggang sampai batas panjang pakaian yang diinginkan. - Diukur lingkar sekliling pergelangan tangan. g. Panjang bebe - Diukur dari batas pangkal lengan tertinggi sampai batas panjang lengan yang diinginkan h. Lingkar pergelangan tangan i. Panjang lengan (Hasanah, 2011: 55-58).
98
Cara Mengambil Ukuran Badan Anak
a
d
..b ...
.. c
.
..
.
.
e .. .
f
g
f .. .
h ..
i
.
Gambar 2.10 Cara mengambil ukuran badan anak (Hasanah, 2011: 55-58).
99
Setelah ukuran badan diambil, maka langkah selanjutnya adalah pembuatan pola dasar badan anak. Pola konstruksi untuk badan anak dapat dibuat dengan berbagai sistem pembuatan pola yang dikembangkan oleh pembuatnya. Ada berbagai macam panduan dalam pembuatan pola busana anak antara lain; sistem Meyneke, sistem Chatarina, sistem Soekarno dan lain-lain. 2.6.3 Pola Dasar Badan dan Lengan Anak Sistem Meyneke (Skala 1:6) Hal yang perlu dipersiapkan dalam membuat pola dasar anak adalah ukuran, antara lain disuguhkan pada tabel dibawah ini: Tabel 2.3 Ukuran badan anak Jenis Ukuran
Besarnya (cm)
a. Lingkar Badan
60
b. Panjang Punggung
23
c. Lebar Punggung
24
d. Lebar Bahu
8,5
e. Panjang Rok
30
f. Lingkar kerung lengan
29
g. Panjang lengan
10
h. Tinggi puncak
8
i. Besar lengan
20
(Hasanah, 2011: 62 )
100
Gambar Pola Dasar Badan dan Lengan Busana Anak Skala 1:6
Gambar 2.11. Pola dasar busana anak (Hasanah, 2011: 62) Keterangan pola dasar busana anak adalah sebagai berikut: 1. A – B = C – D = ½ Lingkar Badan 2. A – C = B – D = Panjang Punggung 3. A – E = B – F = ½ P. Punggung 4. A – G = B– I = 1/8 X (½L. Badan) +½ cm 5. A – H = 1/8 X (½ L. Badan) +1½ cm 6. B = Turun 1 cm (Buat kerung leher muka dan belakang) 7. A – J = C – J‟ = ½ x A – B 8. J – K = 1/10 X (1/2 L. Badan) 9. E – L = F – M = ½ Lebar Punggung 10. G – N = I – O = P. Bahu (Buat garis bahu dan kerung lengan) 11. Dari titik C turun 2 cm, masuk 5 cm dan buat kup 2 cm (Hasanah, 2011: 62). Keterangan pola dasar lengan anak adalah sebagai berikut; 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
a – b = ¼ lingkar lubang lengan - 4 cm a–c=½a–b c – d = tinggi puncak ( ¼ dari lubang lengan + 1- 2 cm ) d – e = panjang lengan e kekiri dan kekanan ½ lingkar lengan. Buat garis kerung lengan muka d-b dan buat garis kerung lengan belakang a-d Beri warna sesuai pola beserta arah serat (Hasanah, 2011: 62).
101
2.6.4 Pecah Pola Busana Anak (Skala 1:6) Langkah untuk mengubah pola dasar anak adalah menyiapkan desain yang akan dibuat pecah pola serta pola dasar badan anak muka dan belakang serta pola dasar lengan. 2.6.4.1 Desain Busana Anak Gambar busana anak dibawah ini memiliki ciri- ciri lengan gelembung, rok kerut bertingkat, kerah volant, dan terdapat garis hias pas pinggang.
Lengan Poof Kerah volant
Garis hias pas pingang
Gambar 2.12 Desain Busana Anak (Hasanah, 2011: 65).
Rok kerut bertingkat
102
2.6.4.2
Pecah Pola Bagian Badan Depan (skala 1:6)
Gambar 2.13. Pecah pola badan bagian depan anak (Hasanah, 2011: 66). Keterangan: • Pola dasar dikurangi 1 cm pada bagian kerung leher, kerung lengan dan sisi 2cm (lihat pada gambar diatas). • Bagian leher a dan b masing-masing masuk ± 5 cm (buat gambar garis leher) • Bagian pinggang Titik c dan d naik keatas masing-masing ± 3 cm (buat garis hias pas pinggang) • Bagian rok 1. e – e‟ = P. Rok – 3cm 2. f – f‟ = 1/3 P. Rok 3. g – g‟ = 1/3 P. Rok – 3cm 4. h – h‟ = g – g‟ (Hasanah, 2011: 66)
103
2.6.4.3 Pola belakang (skala 1:6)
Gambar 2.14. Pecah Pola Dasar Badan Belakang Anak Keterangan: • Pola dasar dikurangi 1 cm pada bagian kerung leher, kerung lengan dan sisi (lihat pada gambar diatas). • Bagian leher a dan b masing-masing masuk ± 5 cm (buat grs leher) • Bagian rok 1. e – e‟ = P. Rok – 3cm 2. f – f‟ = 1/3 P. Rok 3. g – g‟ = 1/3 P. Rok – 3cm 4. h – h‟ = g – g‟ 5. Bagian retsleting pada TB ditambah 3cm (Hasanah, 2011: 67)
104
2.6.4.4 Pecah Pola Lengan (skala 1:6)
Gambar 2.15. Pecah Pola Lengan Poof Anak Keterangan: 1. 2. 3. 4. 5.
Jiplak pola dasar dan gunting pada pola yg diberi tanda c = Kekanan dan kekiri 3 cm d = Keatas = 3 cm (buat garis pola kerung lengan baru) e = turun 3 cm Beri warna sesuai gambar, merah untuk pola lengan muka dan biru untuk pola lengan belakang. 6. Jiplak pola baru beserta arah serat (Hasanah, 2011: 67) 2.6.4.5 Pola Kerah (skala 1:6)
Gambar 2.16. Pecah pola kerah anak Keterangan 1. 2. 3. 4.
Jiplak pola kerah pada pola badan muka dan belakang. Pada pola dibagi 3 bagian lalu gunting Lebarkan pola ±3cm Beri tanda pola dan jiplak pola kerah baru (Hasanah, 2011: 68).
105
2.7 Kerangka Berfikir SMK Al-Musyafa‟ Kendal menerapkan kurikulum berbasis kompetensi yang menuntut siswa memiliki kemampuan dalam membuat pola, pada pokok bahasan membuat pola anak yaitu berisi uraian pengetahuan tentang alat, bahan untuk membuat pola, pembuatan pola dasar anak dan pembuatan pola dasar sesuai ukuran badan dan desain dengan menggunakan alat gambar sesuai dengan SOP. Mata pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola anak merupakan mata pelajaran berbentuk teori dan praktik, agar proses belajar mengajar dapat berjalan lancar maka diperlukan sarana dan prasarana yang mendukung salah satunya adalah dengan menggunakan metode dan media pembelajaran. Metode ceramah & demonstrasi merupakan suatu kombinasi metode pengajaran yang digunakan dalam menjelaskan materi Mata pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak dalam bentuk teori dan praktek, materi teori dijelaskan menggunakan ceramah secara lisan, sedangkan demonstrasi digunakan untuk menjelaskan
materi praktek pokok
bahasan membuat pola. Metode ceramah dan MPI merupakan kombinasi metode pengajaran ceramah dengan multimedia pembelajaran interaktif. Media pada mata pelajaran membuat pola (Pattern Making) mempunyai peranan yang sangat penting yaitu sebagai penjelas akan suatu materi juga merupakan acuan bagi siwa. Media yang disajikan secara menarik akan lebih efektif dengan memperhatikan setiap detail materi yang diajarkan. Berdasarkan kondisi yang telah ada, banyak tenaga pengajar
106
yang belum menggunakan media pembelajaran yang menarik dan variatif dalam proses belajar. Perbedaan Metode ceramah dan demostrasi dengan metode ceramah dan MPI Tabel 2.4. Kelebihan metode ceramah dan demostrasi dengan metode ceramah dan MPI Metode Ceramah dan Demostrasi
1. 2. 3. 4. 5.
6. 7. 8.
Guru mudah menguasai kelas Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas Dapat diikuti oleh siswa dalam jumlah yang besar. Mudah mempersiapkan dan melaksanakanya. Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik. Ceramah dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-kata/kalimat). Siswa lebih mudah mempelajari apa yang yang dipelajari. Proses pengajaran lebih menarik. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dan praktek, dan mencoba melakukanya sendiri
Metode Ceramah dan MPI
1. Guru mudah menguasai kelas. 2. Memudahkan guru dalam proses pembelajaran.
3. Mudah pelaksanaan pembelajaranya 4. Dapat diikuti siswa perorangan maupun dalam jumlah yang besar.
5. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran. 6. Efektif dalam penggunaan waktu, karena guru tidak perlu mendemonstrasikan di papan tulis, cukup dengan penjelasan dengan metode ceramah dan materi praktik sudah tersedia dalam media. 7. Siswa dapat mengontrol iklim belajarnya sendiri sesuai kecepatan menerima pelajaran. 8. MPI dapat merekam hasil belajar siswa. 9. MPI dapat memberikan penilaian hasil belajar. 10. MPI dapat memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata (seperti kuman, bakteri, elektron dan lain-lain). 11. MPI dapat Memperkecil benda yang sangat besar yang tidak mungkin dihadirkan kesekolah (seperti gajah, rumah, gunung, dan lain-lain). 12. Menyajikan benda atau peristiwa yang kompleks, rumit dan berlangsung cepat atau lambat. 13. Menyajikan benda atau peristiwa yang jauh, seperti bulan, bintang, salju, dan lain-lain. 14. Menyajikan benda atau peristiwa yang berbahaya, seperti letusan gunung berapi, harimau, racun, dll. Meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa.
107
Tabel 2.5. Kekurangan metode ceramah dan demostrasi dengan metode ceramah dan MPI Metode Ceramah dan Demostrasi
Metode Ceramah dan MPI
1. Mudah terjadi verbalisme (pengertian
1. Ketersediaan sumber belajar setempat,
kata-kata). Pembelajaran dengan metode ceramah indera pendengaran lebih banyak digunakan dalam mendengarkan materi yang dijelaskan oleh guru sedangkan indera yang lain jarang dipergunakan. Bila digunakan terlalu lama, menjadi membosankan. Menyebabkan siswa menjadi pasif Guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya, ini sukar sekali. Metode demonstrasi memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi tidak akan efektif. Fasilitas seperti; peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik. Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping memerlukan waktu yang cukup panjang, mungkin perlu menggunakan waktu atau jam pelajaran lain
artinya bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau dibuat sendiri. 2. Memproduksi media memerlukan waktu yang lama, proses yang panjang, tenaga dan fasilitas. 3. Efektifitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang. 4. Media MPI hanya bisa di gunakan menggunakan teknologi komputer.
2.
3. 4. 5. 6.
7. 8.
MPI adalah suatu media yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya. MPI berfungsi sebagai media pembelajaran yang dapat membantu guru dalam mengajar, MPI dalam penggunaan di kelas menggunakan bantuan fasilitas sekolah berupa hardware LCD dan komputer yang diproyeksikan di papan tulis, besar kecilnya proyeksi disesuaikan dengan kondisi kelas dan jumlah siswa.
108
Penggunaan MPI dapat mengkondisikan siswa berinteraksi secara aktif dan mandiri dalam mengikuti pelajaran, karena materi pelajaran terpusat pada media dan siswa diberi kebebasan untuk dapat mengoperasikan media tersebut, sehingga mempermudah siswa dalam memahami materi yang disampaikan. MPI berisi seperangkat pesan-pesan pembelajaran yang terkemas secara harmonis baik text maupun hipertext, animasi terpadu dengan gambar-gambar. Metode ceramah dalam pembelajaran ini digunakan dalam menjelaskan materi berbentuk teori. Metode ceramah dan demonstrasi dengan metode ceramah dan MPI dapat diterapkan pada berbagai mata pelajaran produktif Program Keahlian Tata Busana di SMK salah satunya yaitu Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak. Persamaan dari kedua media ini yaitu samasama menggunakan metode ceramah namun perbedaanya terletak pada kombinasi metodenya yaitu menggunakan metode demonstrasi dan MPI. Tujuan penggunaan kedua kombinasi metode pada penelitian ini adalah agar siswa dapat memahami langkah-langkah dalam pembuatan pola busana anak dari awal sampai akhir agar siswa dapat menyerap materi yang dberikan dan dapat mempraktekkanya, di duga ada perbedaan hasil belajar lebih baik dari sebelumnya sehingga berpengaruh pada peningkatan minat dan prestasi belajar pada siswa.
109
2.8 Hipotesis Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap pertanyaan penelitian (Azwar, 2010: 49). Penelitian ini merumuskan hipotesis sebagai berikut : a.
Hipotesis alternative (Ha) Ada Perbedaan hasil belajar Mata Pelajaran Membuat Pola pada siswa Al-
Musyafa‟ SMK kelas X yang diajar dengan metode ceramah & demonstrasi dengan metode ceramah dan MPI b.
Hipotesis Nol (Ho)
Tidak ada Perbedaan hasil belajar Mata Pelajaran Membuat Pola pada siswa AlMusyafa‟ SMK kelas X yang diajar dengan metode ceramah & demonstrasi dengan metode ceramah dan MPI
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 3.1.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi, 2010: 173). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2007: 61). Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Program Keahlian Busana Butik SMK Al-Musyafa‟ Kendal
yang tebagi dalam 3 kelas dengan jumlah
keseluruhan 90 siswa 3.1.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi, 2010: 174). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling, teknik sampling ini diberi nama demikian karena didalam pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada pada populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Pengambilan sampel acak dapat dilakukan dengan cara undian, memilih bilangan secara acak dan sebagainya (Sugiyono, 2007: 64). Sampel penelitian ini diperoleh dengan cara undian, hasilnya adalah siswa kelas X BB1 sebagai kelas dengan pembelajaran metode ceramah dan MPI berbasis Adobe Flash C.S 4 Profesional berjumlah 30 siswa dan kelas X BB3
110
111
sebagai kelas dengan pembelajaran metode ceramah & demonstrasi di SMK AlMusyafa‟ Kendal.
3.2 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penilaian (Suharsimi, 2010: 161). Penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu satu variabel bebas dan satu variabel terikat: 3.2.1
Variabel bebas atau independent variable (X) Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi disebut variabel
penyebab (Suharsimi, 2010: 96). Variabel bebas penelitian ini adalah pembelajaran menggunakan metode ceramah & demonstrasi dengan metode ceramah dan MPI. 3.2.2 Variabel terikat atau dependent variabel (Y) Variabel terikat disebut juga variabel bebas, variabel tergantung (Suharsimi, 2010: 96). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa SMK Al-Musyafa‟ Kendal pada mata pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak di kelas X SMK Program Keahlian Busana Butik.
112
3.3
Metode dan Alat Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk memperoleh
sejumlah data yang diperlukan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah; metode tes, lembar evaluasi dan metode dokumentasi. 3.3.1
Metode Tes Tes adalah alat ukur yang diberikan kepada individu untuk mendapatkan
jawaban-jawaban yang diharapkan baik secara tertulis atau lisan atau secara perbuatan (Sudjana dan Ibrahim, 2010: 100). Bentuk instrumen tes pada penelitian ini adalah berupa soal Mata pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak di kelas X SMK Program Keahlian Busana Butik. Tes dalam penelitian ini adalah tes obyektif dan tes praktek untuk memperoleh data hasil belajar pada kelas eksperimen, tes teori digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada aspek kognitif (tes objektif) dan tes praktek digunakan untuk mrngetahui hasil belajar pada aspek psikomotorik (tes praktek). 3.3.2
Metode Observasi Observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan
pemuatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera (Suharsimi, 2010: 199). Metode pengamatan ini peneliti melakukan pengamatan secara terbuka dengan mengamati kegiatan dan suasana latihan menyelesaikan soal Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak. Pengamatan dilakukan peneliti bekerjasama dengan guru pengampu.
113
3.3.3
Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu, mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya (Suharsimi, 2010: 201). Dokumentasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi berupa gambar/foto. Pengambilan gambar akan dilakukan selama pembelajaran dari awal sampai akhir pembelajaran, dokumentasi foto merupakan bukti otentik mengenai keadaan tingkah laku siswa pada saat penelitian uji coba pada kelas terbatas. 3.3.4
Alat Pengumpul Data Alat yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini yaitu; lembar
evaluasi dan tes. Lembar evaluasi digunakan sebagai pedoman menilai hasil belajar siswa (hasil tes). Bentuk tes dalam penelitian ini adalah tes bentuk objektif, yaitu tes dengan bentuk soal pilihan ganda yang masing-masing butirnya terdiri dari 4 jawaban dan hanya satu jawaban yang benar. Tes perbuatan berbentuk tes praktek. Langkah-langkah dalam penyusunan perangkat tes adalah sebagai berikut: (1) Mengadakan pembatasan terhadap bahan-bahan yang akan di teskan, lalu menentukan materi mata pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak. (2) Menentukan alokasi waktu yang disediakan untuk mengerjakan soal selama 90 menit. (3) Menentukan bentuk tes pilihan ganda yang masing-masing butirnya terdiri dari 4 jawaban dan tes praktek yang penugasanya disampaikan dalam bentuk
114
tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau penampilan berbentuk pola anak. (4) Membuat tabel spesifikasi kisi-kisi soal. (5) Membuat perangkat tes, yaitu dengan membuat butir soal dan membuat kunci jawaban.
3.4 Jenis dan Disain Penelitian 3.4.1
Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian
eksperimen. Eksperimen adalah
suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa mengganggu (Suharsimi, 2010: 9). 3.4.2
Disain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Control
Group Pretest – Posttest Design (Suharsimi, 2010: 125). Penelitian dengan melihat perbedaan pre test maupun post test antara kelas eksperimen 1 dan kelas experimen 2. Desain tersebut dapat dilihat pada tabel 3.2 Tabel 3.1. Desain Penelitian Kelompok Pre test Perlakuan Post test E1
T1
X1
T2
E2
T1
X2
T2
Keterangan: E1
= Kelas eksperimen I
E2
= Kelas eksperimen II
115
X1
= Diajar dengan metode ceramah dan MPI
X2
= Diajar dengan metode ceramah & demonstrasi
T1
= Pre-test sebelum pelajaran diberikan
T2
= Post-test setelah mendapat perlakuan tes belajar pokok bahasan
membuat pola busana anak (Suharsimi, 2010: 125). Desain penelitian Control Group Pretest – Posttest Design terdapat pre test sebelum diberi perlakuan dan post test setelah mendapat perlakuan. Hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Desain penelitian ini melihat perbedaan pencapaian antara kelompok eskperimen 1 (T2-T1) dengan pencapaian kelompok eksperimen 2 (T2-T1) (Suharsimi, 2010: 125). Rancangan penelitian untuk mendapatkan keyakinan bahwa valid secara internal dan eksternal serta untuk menghindari pengaruh faktor-faktor dari luar variabel penelitian maka dilakukan pengontrolan validitas. Adapun teknik pengontrolan adalah sebagai berikut: 3.4.2.1 Validitas Internal (Internal Validity) Validitas internal, berkenaan dengan makna yang terkandung dalam pertanyaan: Apakah perlakuan eksperimen benar-benar mengakibatkan perubahan pada variable terikat? Artinya, apa yang terjadi pada variable terikat benar-benar merupakan akibat dari variable bebas. Hal ini bisa dicapai apabila disain eksperimen mampu mengontrol variable-variabel ekstra (Sudjana dan Ibrahim, 2010: 31).
116
Validitas internal dalam penelitian ini antara lain menggunakan desain penelitian control-group pretest-posttest design, dimana didalamnya terdapat dua kelompok dengan kemampuan, materi dan alat ukur kondisi kelas, waktu pembelajaran dan tenaga pengajar yang sama. Penggunaan desain eksperimen dimaksudkan untuk meminimalkan ancaman-ancaman terhadap validitas internal sehingga dapat mengendalikan jalanya eksperimen. 3.4.2.2 Validitas Eksternal (Eksternal Validity) Validitas eksternal, menunjuk kepada makna dari pertanyaan: dapatkah penemuan-penemuan yang telah diperoleh dapat digeneralisasikan? Makna yang terkandung dalam pertanyaan tersebut adalah bahwa hasil penelitian (eksperimen) terhadap subjek tertentu dapat berlaku sama untuk individu atau subjek lain dalam kondisi dan karakter yang sama (Sudjana dan Ibrahim, 2010: 34) Validitas eksternal diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi dilapangan. Validitas eksternal dalam penelitian ini antara lain, teknik pengambilan sampel secara random dan pengadaan try out (uji coa instrument) pada kelompok uji coba yang memiliki sifat yang sama.
3.5 Pelaksanaan Eksperimen Kegiatan penelitian dilaksanakan pada kelas X Program Keahlian Tata Busana di SMK Al-Musyafa‟ Kendal. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang ditujukan pada sample yang didapat secara random dari 3 kelas yaitu Kelas X BB1 dan kelas X BB3. Pokok bahasan yang dipilih adalah membuat pola busana anak. Pembelajaran yang digunakan pada kelas X BB1 (Eksperimen
117
1) yaitu pembelajaran metode ceramah & demonstrasi, pada kelas X BB3 (Eksperimen 2) yaitu pembelajaran metode ceramah dan MPI Adobe Flash C.S4. Bagan Langkah – langkah Eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
POPULASI
Kelas ekperimen 1 (X BBI)
Kelas ekperimen 2 (X BB3)
Pre Test
Pre Test
Hasil Pre Test
Hasil Pre Test
Pemb. Metode ceramah & demonstrasi
Pemb. Metode ceramah dan MPI
Post Test
Post Test
Hasil Post Test
Hasil Post Test
ANALISIS HASIL Gambar 3.1 Bagan Langkah Eksperimen Penelitian
118
3.6 Uji Coba Instrumen Sebelum instrumen dibuat, perlu adanya kisi-kisi instrumen. Hal ini bertujuan agar instrumen yang dibuat dapat menyeluruh sehingga sesuai dengan jenis data yang akan dikumpulkan, kisi-kisi instrumen dapat dilihat pada lampiran halaman 123. Instrumen yang akan digunakan untuk mengukur variabel harus diuji cobakan terlebih dahulu terhadap responden hal ini bertujuan mengetahui kesahihan butir dan keadaan instrumen. Uji coba dilakukan pada siswa kelas XI SMK Al-Musyafa‟ Kendal yang berjumlah 15 siswa, dengan jumlah soal tes sebanyak 43 soal. Hasil uji coba tes dan angket dapat dilihat pada lampiran halaman 149. Instrumen yang baik harus mempunyai dua persyaratan penting yaitu validitas dan reliabilitas. 3.6.1
Validitas Validitas instrument adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat, tinggi rendahnya instrument menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud (Suharsimi, 2010: 211). Cara untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu instrumen yang disusun perlu di try out terlebih dahulu dan hasilnya dihitung dengan analisis butir. Penggunaan analisis butir dengan mengkorelasikan dengan taraf signifikan 5%
119
apabila r xy lebih besar dari rtabel, maka alat ukur tersebut dapat dikatakan valid dan dapat digunakan untuk mengambil data . Validitas instrumen dicari dengan menggunakan rumus product moment dengan angka kasar, yaitu : 𝒓𝑿𝒀 =
𝑵 ∑𝑿𝒀 − ∑𝑿 (∑𝒀) {𝑵 ∑ 𝑿𝟐 − (∑ 𝑿)𝟐} {𝑵∑𝒀𝟐 − (∑𝒀)𝟐} (Suharsimi, 2010: 213)
Keterangan : rxy
= Koofisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N
= Jumlah Responden
XY
= Jumlah hasil perkalian antara variabel X dan Y
X
= Jumlah seluruh variabel X
Y
= Jumlah seluruh variabel Y
X2
=
Y2
= Jumlah seluruh kuadrat variabel Y (Suharsimi, 2010: 213)
Jumlah seluruh kuadrat variabel X
Hasil perhitungan korelasi product moment dengan angka kasar tersebut yaitu nilai rxy =0,574 (rhitung) kemudian di konsultasikan dengan tabel r product moment dengan taraf signifikansi 5% : 15 = 0,514. Apabila harga rhitung (rxy) > rtabel, maka dapat dikatakan soal itu valid dan dapat digunakan untuk mengambil data. Hasil perhitungan rhitung adalah 0,574 > rtabel 0,514 maka alat ukur tersebut valid. Perhitungan validitas butir dapat dilihat di lampiran halaman 151. Jumlah soal yang diuji coba sebanyak 43 butir soal dan diperoleh 36 soal yang valid dan 7 soal tidak valid. Jumlah soal yang valid dan tidak valid dapat dilihat pada lampiran halaman 181.
120
3.6.2
Reliabilitas Reliabilitas instrument menunjukkan kepada tingkat dapat dipercaya
sebuah instrument, atau dapat dikatakan dapat dipercaya sebuah instrument atau keandalan instrument adalah kemampuan instrument tersebut sebagai alat untuk mengumpulkan data. Sebuah instrumen dapat dikatakan dapat dipercaya jika apabila yang digunakan dapat menghasilkan data yang benar, tidak menyimpang atau tidak berbeda dari kenyataan (Suharsimi, 2010:221). 3.6.2.1 Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Suharsimi, 2010: 221). (1)
Uji reliabilitas tes objektif (pilihan ganda) Uji reliabilitas tes objektif menggunakan rumus KR-21 karena instrumen
ini memiliki skor yang dikotomi yaitu angka 1 dan 0. Rumusnya dalah sebagai berikut:
𝒓𝟏𝟏 =
𝒌 𝒌−𝟏
𝟏−
𝐌 𝒌−𝐌 𝒌𝑽𝒕
(Suharsimi, 2010: 232) Keterangan: r11
= Reliabilitas instrumen
k
= Banyaknya butir soal atau butir pertanyaan.
M
= Skor rata-rata
Vt
= Varians
total (Suharsimi, 2010: 232).
121
Harga r11 kemudian dikonsultasikan dengan tolak ukur reliabilitas sebagai berikut: Table 3.2 Klasifikasi Reliabilitas Tes Objektif
0,00 ≤ r < 0,20 = derajat reliabilitas sangat rendah 0,02 ≤ r < 0,40 = derajat reliabilitas rendah 0,40 ≤ r < 0,60 = derajat reliabilitas sedang 0,60 ≤ r < 0,80 = derajat reliabilitas tinggi 0,08 ≤ r < 1,00 = derajat reliabilitas sangat tinggi
(Suharsimi, 2010: 232). Hasil perhitungan tersebut kemudian dibandingkan dengan menggunakan harga rtabel product moment dengan taraf signifikan 5% dan k = 43. Jika harga r11 > rtabel maka instrumen penelitian tersebut dapat dikatakan reliabel atau dapat dapat dipercaya untuk mengambil data penelitian. Hasil perhitungan r11 =0,961 kemudian dibandingkan dengan harga r (5%:15)= 0,514 yaitu, r11 (0.961) > 0,514 maka dapat dikatakan bahwa instrumen tersebut reliabel. Perhitungan reliabilitas insrumen dapat dilihat pada lampiran halaman 185. (2)
Uji reliabilitas tes praktek Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut dapat
memberi hasil yang tepat, artinya apabila instrumen tersebut digunakan pada sejumlah objek yang sama pada lain waktu maka hasilnya relatif sama. Reliabilitas tes praktek pada penelitian ini menggunakan reliabilitas ratings. Menurut Saifuddin Azwar (2011: 105) menyatakan pemberian skor berdasarkan
ratings
adalah prosedur
judgment subjektif terhadap aspek atau atribut
tertentu yang dilakukan melalui pengamatan sistematik baik secara langsung
122
maupun tidak langsung. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan pengaruh subjektivitas pemberian antar beberapa rater. Penelitian ini menggunakan 3 orang panelis ahli (pemberi rating/ rater). Caranya, yaitu reliabilitas hasil pemberian rating dilakukan dengan memberikan rating ulang dan menghitung korelasi antara pemberi rating tersebut melalui rank order correlation atau korelasi jenjang. Dari sini akan ditemukan koefisien yang merupakan rata-rata interkorelasi hasil rating diantara semua kombinasi pasangan rater yang dibuat dan merupakan rata-rata reliabilitas bagi seorang rater. Menurut Ebel (1951) yang dikutip oleh Saifuddin Azwar memberikan formula untuk mengestimasi reliabilitas dari rata-rata rating yang dilakukan oleh K orang raters, yaitu dengan rumus sebagai berikut: rxx‟ = (Ss2 – Se2) Ss2 Kerangan: rxx‟
= Koefisien korelasi
Ss2
= varians antar subyek yang dikenai rating
Se2
= varians eror, yaitu varians interaksi antar subyek ( s) dan rater ( r )
(Azwar, 2011: 106-107) Berdasarkan hasil uji coba tes praktek untuk n = 15 diperoleh hasil r xx = 0.7264 > dari rtabel = 0,514 pada taraf signifikan 5 %. Karena r xx > r tabel, maka dinyatakan reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian. Perhitungan reliabilitas insrument dapat dilihat pada lampiran halaman 187 dan 188.
123
3.6.3
Tingkat Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar
dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkan soal tersebut, sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya (Suharsimi, 2007: 207). Untuk mengetahui taraf kesukaran soal dapat dilakukan dengan indeks kesukaran soal yang rumusnya :
P
B JS
(Suharsimi, 2007: 208)
Keterangan : P
: Indeks kesukaran
B
: Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS
: Jumlah seluruh siswa peserta tes
Table 3.3 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal -
Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah
(Suharsimi, 2007: 210). Hasil uji coba diperoleh kelompok soal-soal sebagai berikut: 1.
Soal-soal dengan kategori sedang, ada 12 nomor.
2.
Soal-soal dengan kategori sukar, 31 ada nomor. Perhitungan tingkat kesukaran dapat dilihat pada lampiran halaman 181.
124
3.6.4
Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah) (Suharsimi, 2007:211). Menghitung daya pembeda soal dengan menggunakan rumus sebagai berikut : D
B A BB PA PB JA JB
(Suharsimi, 2007: 213).
Keterangan : J = Jumlah peserta tes JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya pesrta kelompok bawah BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar BB =
BA = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan JA
benar PA =
BB = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (P sebagai JB
indeks kesukaran) PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Tabel 3.4. Klasifikasi Daya Pembeda Soal
00 ≤ 21 ≤ 41 ≤ 71 ≤
P P P P
(Suharsimi, 2007: 213)
≤ 0,20 ≤ 0,40 ≤ 0,70 ≤ 1,00
= Jelek = Cukup = Baik = Sangat Baik
125
Daya pembeda setiap soal tidak sama, dari perhitungan daya pembeda soal dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu; jelek, cukup, baik, dan baik sekali. Hasil uji coba diperoleh sebagai berikut; 1.
Soal-soal dengan kategori jelek, ada 10 nomor.
2.
Soal-soal dengan kategori cukup, ada 32 nomor. Perhitungan tingkat kesukaran dapat dilihat pada lampiran.
3.
Soal-soal dengan kategori baik, ada 1 nomor. Perhitungan daya pembeda soal selengkapnya dapat dilihat pada lampiran halaman 181.
3.7 Metode Analisis Data Analisis data merupakan suatu langkah yang paling menentukan dalam suatu penelitian, karena analisis data berfungsi untuk menyimpulkan hasil penelitian. Analisis data dilakukan secara bertahap. 3.7.1
Uji Normalitas Uji analisis data digunakan untuk memeriksa apakah populasi berdistribusi
normal atau tidak. Data yang akan diuji yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Pengujian normalitas menggunakan rumus uji chi kuadrat: 𝟐
𝒙 =
𝒇𝒐 −𝒇𝒉 𝟐 𝒌 ∑𝒊=𝟏 𝒇𝒉
(Sugiono, 2007: 107).
Keterangan: X2
= Koefisien Chi kuadrat
fo
= Frekuensi yang di observasi
fh
=Frekuensi yang diharapkan (Sugiono, 2007: 107).
126
Data distribusi dinyatakan normal jika chi kuadrat X 2 hitung < X2table dengan taraf kesalahan α = 5% dari derajat kebebasan. Hasil perhitungan normalitas data dapat dilihat pada lampiran halaman 176-177 untuk data pre test, dam halaman 191-192 untuk data post test. 3.7.2
Uji Kesamaan Dua Varian Uji kesamaan dua varian digunakan untuk mengetahui rumus t-test yang
akan digunakan pada pengujian hipotesis akhir, rumus yang digunakan adalah:
𝐹=
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
(Sudjana, 2005: 250).
Dengan kriteria jika F hitung > Ftabel, maka kedua kelompok mempunyai dua varians yang sama (Sudjana, 2005: 250). Perhitungan varians data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran halaman 210 dan 225. 3.7.3
Uji Hipotesis Pengujian hipotesis menggunakan t-test sampel related bila sampel
berkorelasi atau berpasangan, membandingkan sebelum dan sesudah treatment atau perlakuan, atau membandingkan kelompok eksperimen 1 dengan kelompok eksperimen 2. t=
𝑿𝟏 −𝑿𝟐 𝑺
𝟏 𝟏 + 𝒏𝟏 𝒏𝟐
Keterangan: t = Harga t test yang dicari 𝑋1 = Nilai mean kelompok eksperimen I 𝑋2 = Nilai mean kelompok eksperimen II
(Sudjana, 2005: 239).
127
S = Simpangan baku gabungan n1 = Banyaknya siswa kelompok eskperimen 1 n2 = Banyaknya siswa kelompok eskperimen 2 (Sudjana, 2005: 239). Metode analisis data yang digunakan untuk menganalisis hasil belajar Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak yang diajar dengan metode ceramah & demonstrasi dengan metode ceramah dan MPI adalah menggunakan nilai rata-rata (mean). Nilai rata-rata (mean) diberi notasi 𝑋. 𝑋 dihitung dengan menggunakan rumus: 𝑋=
∑𝑋 𝑛
Keterangan ∑X = nilai siswa n
= banyaknya siswa.
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian Hasil pengumpulan data dan penelitian beserta analisisnya mengenai Perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan metode ceramah dan demonstrasi dengan siswa yang diajar menggunakan metode ceramah dan MPI pada Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak di SMK Al-Musyafa‟ Kendal, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 4.1.1
Deskripsi Data
4.1.1.1 Deskripsi Data Hasil Pre Test Siswa Hasil pre test antara siswa yang diajar menggunakan metode ceramah dan demonstrasi dengan Siswa yang diajar menggunakan metode ceramah dan MPI pada Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.1 Hasil Pre-Test Siswa Nilai Pre Test Pemb. dengan Metode Data Statistik Pemb. dengan Metode ceramah dan ceramah dan MPI demonstrasi Rata-rata 32,76 31,89 Median 32,56 32,17 Modus 29,28 33,06 Nilai Minimal 28,28 25,72 Nilai Maksimal 39,61 36,61 Sumber : Data penelitian (Lampiran halaman 175 )
128
129
Hasil dari tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata hasil pre test siswa sebelum dilakukan pembelajaran pada kedua kelompok eksperimen relatif hampir sama dan masih tergolong rendah. Rata-rata hasil belajar pada kelompok yang diajar menggunakan metode ceramah dan MPI sebesar 32,76 dengan nilai median 32,56; nilai modus 29,28; nilai tertinggi 39,61 dan nilai terendah 28,28. Rata-rata hasil belajar pada kelompok 2 yang diajar dengan metode ceramah dan demonstrasi sebesar 31,89; nilai median 32,17; nilai modus 33,06 dengan nilai tertinggi 36,61 dan nilai terendah 25,72. Data ini menunjukkan bahwa sebelum dilakukan pembelajaran kedua kelompok eksperimen berangkat dari kondisi awal yang sama serta memiliki kemampuan awal yang rendah karena jauh dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70. 4.1.1.2 Deskripsi Data Hasil Post Test Siswa Hasil post test antara siswa yang diajar menggunakan metode ceramah dan demonstrasi dengan siswa yang diajar menggunakan metode ceramah dan MPI pada Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.2 Hasil Post-Test Siswa Nilai Post Test Pemb. dengan Metode Data Statistik Pemb. dengan Metode ceramah dan ceramah dan MPI demonstrasi Rata-rata 77,20 69,45 Median 77,89 68,72 Modus 79,89 69,72 Nilai Minimal 69,33 63,78 Nilai Maksimal 82,44 79,28 Sumber : Data penelitian (Lampiran halaman 190 )
130
Tabel diatas menunjukkan adanya peningkatan nilai pada kedua kelompok eksperimen setelah dilakukan pembelajaran pada Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak. Hasil data diperoleh Rata-rata hasil post test pada kelompok eksperimen 1 yang diajar menggunakan metode ceramah dan MPI sebesar 77,20; lebih besar dari standar KKM yang ditetapkan yaitu 70, dengan nilai tertinggi 82,44; nilai terendah 69,33; nilai modus 79,89 dan nilai median 77,89 dari 30 siswa. Rata-rata hasil belajar pada kelompok eksperimen 2 yang diajar dengan metode ceramah dan demonstrasi sebesar 69,45; dengan nilai tertinggi sebesar 79,28; nilai terendah 63,78; nilai modus 69,72 dan nilai median sebesar 68,72.
4.2 Analisis Data Data awal penelitian yang dilakukan di kelas X di SMK Al-Musyafa‟ Kendal dengan subyek penelitiannya adalah siswa kelas X BB1 sebagai kelompok eksperimen 1 yang diajar dengan metode ceramah dan MPI dengan siswa kelas X BB3 sebagai Kelompok eksperimen 2 yang diajar dengan metode ceramah dan demonstrasi adalah sebagai berikut; 4.2.1
Uji Normalitas Normalitas distribusi sampel diuji menggunakan uji chi kuadrat. Nilai
awal yang digunakan untuk menguji normalitas distribusi sampel hasil belajar siswa kelas X di SMK Al-Musyafa‟ Kendal pada Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making). Apabila diperoleh 2 hitung < 2 tabel dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Hasil uji normalitas data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran dan terangkum dalam tabel dibawah ini.
131
Tabel 4.3 Uji Normalitas Data
2 hitung 2 tabel Kelompok Data Dk Kriteria Pemb. dengan Pre test 5,3778 3 7,81 Normal Metode ceramah dan MPI Post test 4,3165 3 7,81 Normal Pemb. dengan Pre test 3,8543 3 7,81 Normal Metode ceramah dan demonstrasi Post test 7,6055 3 7,81 Normal Sumber : Data penelitian (Lampiran halaman 176,177 dan 191, 192 ) Tabel 4.3 diatas menunjukkan nilai 2 hitung dari masing-masing data pre test dan post test pada kelompok siswa yang diajar menggunakan metode ceramah dan MPI dengan siswa yang diajar dengan metode ceramah dan demonstrasi masih dibawah 2 tabel pada taraf signifikasni 5% dengan dk= k-3 = 6-3 =3 yaitu 7,81. Kesimpulanya adalah data berdistribusi normal sehingga untuk pengujian selanjutnya digunakan statistik parametrik yaitu uji t. 4.2.2
Uji Homogenitas Uji homogenitas ini digunakan untuk mengetahui apakah nilai awal
sampel yang diambil mempunyai data yang homogen. Syarat data yang dianggap homogen jika Fhitung ≤ Ftabel, maka data tersebut dikatakan berdistribusi homogen. Hasil uji homogenitas data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran pada tabel diibawah ini. Tabel 4.4 Uji Homogenitas Data RataFhitung rata Pre Metode ceramah dan MPI 32,76 1,3266 test Metode ceramah dan demonstrasi 31,89 Metode ceramah dan MPI 77,20 Post 1,3500 test Metode ceramah dan demonstrasi 69,45 Sumber : Data penelitian (Lampiran halaman 178 dan 193) Data
Kelompok Pembelajaran
Ftabel
Kriteria
1,86
Homogen
1,86
Homogen
132
Hasil dari tabel diatas menunjukkan nilai Fhitung dari masing-masing data pre test dan post test pada kelompok siswa yang diajar menggunakan metode ceramah dan MPI dengan siswa yang diajar dengan metode ceramah dan demonstrasi masih dibawah/ ≤ Ftabel pd taraf signifikansi 5% yaitu 1,86, sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi homogen. 4.2.3
Uji Hipotesis Uji hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya Perbedaan hasil
belajar antara siswa yang diajar menggunakan metode ceramah dan demonstrasi dengan siswa yang diajar menggunakan metode ceramah dan MPI pada Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak di SMK Al-Musyafa‟ Kendal. Pengujian hipotesis menggunakan t-test, membandingkan sebelum dan sesudah threatment atau perlakuan, atau membandingkan kelompok eksperimen 1 dengan kelompok eksperimen 2. Diagram dan tabel rata-rata hasil pre test dan post test dapat dilihat dibawah ini.
77.20
80.00
69.45
70.00
Post test
60.00
Pembelajaran
Pre test
50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00
32.76 31.89
Metode Ceramah dan MPI Metode Ceramah dan Demonstrasi
Gambar 4.1. Diagram Rata-Rata Hasil Pre test dan Post test
133
Tabel 4.5 Hasil Uji t Membuat Pola (Pattern Making) Data
Rata-
Kelompok
rata
Pre-
Metode ceramah dan MPI
test
Metode ceramah dan demonstrasi
thitung
ttabel
1,260
1,67
32,76
Tidak ber-
31,89
Post- Metode ceramah dan MPI
77,20
test
69,45
beda nyata Berbeda 8,0544
Metode ceramah dan demonstrasi
Kriteria
1,67 Nyata
Sumber : Data penelitian (Lampiran halaman 179 dan 194 ) Hasil penelitian nilai rata-rata hasil belajar menggunakan metode ceramah dan demonstrasi dan metode ceramah dan MPI pada kelompok eksperimen1 dan kelompok
eksperimen2
membuat
pola
menunjukkan
bahwa
pengajaran
menggunakan metode ceramah dan demonstrasi tidak lebih baik dari pada pengajaran dengan menggunakan metode ceramah dan MPI. Bila thitung lebih kecil atau sama dengan t tabel, maka Ho diterima. Hasil data penelitian ternyata thitung lebih besar dari pada t tabel dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulannya adalah terdapat Perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan metode ceramah dan demonstrasi dengan siswa yang diajar menggunakan metode ceramah dan MPI pada Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak di SMK AlMusyafa‟ Kendal.
134
4.3 Pembahasan Pembahasan dalam penelitian ini diuraikan dalam permasalahan, yaitu; (1) apakah ada perbedaan hasil belajar Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) yang diajar menggunakan metode ceramah dan demonstrasi dengan metode ceramah dan demonstrasi pada siswa kelas X di SMK Al-Musyafa‟ Kendal. Pembelajaran pada kelompok eksperimen 1 menggunakan metode ceramah dan MPI. Pada kelompok eksperimen 2 diajar menggunakan metode ceramah dan demonstrasi. Hasil analisis uji prasyarat menyatakan bahwa data hasil belajar tes objektif dan praktek pada kelompok eksperimen 1 yang diajar menggunakan metode ceramah dan demonstrasi dan eksperimen 2 yang diajar dengan metode ceramah dan demonstrasi pada saat pretest dan postest dinyatakan berdistribusi normal dan homogen sehingga dapat dilakukan analisis parametik. Analisis parametik yang dipakai pada penelitian ini adalah t-test. Hasil analisis t-test pretest eksperimen 1 dan eksperimen 2 menyimpulkan bahwa kedua kelas mempunyai kemampuan awal yang sama. Hal ini dikarenakan baik pada kelompok eksperimen 1 maupun kelas eksperimen 2 saat pretest, kedua kelompok sama-sama belum mendapatkan materi membuat pola busana anak. Metode ceramah dan MPI merupakan kombinasi metode dan media pembelajaran. Metode ceramah digunakan guru dalam mengajarkan siswa materi berbentuk teori pada pokok bahasan membuat pola busana anak, sedangkan media disini digunakan sebagai alat bantu mengajar/ memudahkan guru dalam mengajar. Media yang dimaksud adalah Multimedia Pembelajaran Interaktif (MPI) yang
135
menggunakan teknologi komputer dalam pengoperasianya, sebelum digunakan media MPI diuji kelayakan media serta kesesuaian materi oleh pakar media. Hasil evaluasi media menunjukkan bahwa media tersebut layak digunakan setelah beberapa kali dilakukan revisi untuk memperbaiki kekurangan. Pembuatan media ini memakan waktu yang cukup lama dan memerlukan biaya yang besar dalam membuatnya. Hasil uji kelayakan media dapat dilihat pada lampiran. Proses pembelajaran dengan kombinasi metode dan media ini menuntut siswa aktif dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan pengertian MPI yaitu media yang dapat dikontrol oleh penggunanya, didalam media materi dikemas secara menarik dilengkapi dengan gambar-gambar, animasi, sound serta evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa. Pembelajaran dengan cara ini dapat dilakukan dengan atau tanpa guru. Karena fungsi guru disini hanya membantu dan mengarahkan siswa. Berbeda dengan siswa yang diajar menggunakan metode ceramah dan demonstrasi. Metode ceramah digunakan mengajarkan teori dan metode demonstrasi digunakan untuk mengajarkan materi berbentuk praktek pokok bahasan membuat pola busana anak. Pembelajaran ini dilakukan di dalam kelas, guru merupakan satu-satunya sumber belajar bagi mereka karena mereka tidak memiliki bahan lain sebagai referensi belajar seperti buku, aktifitas siswa dalam pembelajaran ini hanya mengamati, mendengarkan serta mempraktekkan apa yang telah diajarkan oleh guru, Kedua kombinasi metode pembelajaran ini memiliki persamaan, perbedaan, kelebihan serta kekurangan. Persamaanya kedua metode mengajarkan materi
136
pelajaran yang sama dengan menggunakan ceramah untuk materi teori dan pada materi praktek sama-sama mengajarkan langkah-langkah pembuatan pola secara runtut. Perbedaanya proses pembelajaran dilakukan pada tempat berbeda kelompok eksperimen 1 yang diajar dengan metode ceramah dan MPI dilakukan di laboratorium komputer dan kelompok eksperimen 2 yang diajar dengan metode ceramah dan demonstrasi dilakukan di dalam kelas. Kelebihan metode ceramah dan demonstrasi tidak memerlukan waktu lama dalam persiapanya, menghemat biaya dalam pembelajaran dan dapat dilakukan pada kelas besar maupun kecil. Kelebihan metode ceramah dan MPI yaitu memudahkan guru dalam mengajar, menuntut siswa aktif dalam dalam pembelajaran karena pembelajaran dapat dilakukan mandiri tanpa guru, media dapat mengukur hasil belajar siswa karena terdapat evaluasi di dalamnya serta mengehemat waktu dalam pembelajaran dan pembelajaran dapat dilakukan pada kelas besar maupun kecil. Kekurangan metode ceramah dan demonstrasi yaitu: guru dijadikan satusatunya sumber belajar bagi mereka, memakan waktu lama dalam pembelajaran, demonstrasi hanya dapat dilakukan sekali dengan papan tulis, guru tidak bisa mengawasi siswa satu per satu karena guru mendemostrasikan di depan kelas dan memerlukan tenaga dan keahlian dalam mengajar. Kekurangan metode ceramah dan MPI yaitu; pembelajaran hanya bisa dilakukan menggunakan teknologi komputer, memakan waktu lama, tenaga, biaya yang cukup mahal dan keahlian khusus dalam membuat media.
137
Dari segi waktu, pembelajaran materi membuat pola busana anak pada kelas eksperimen 2 yang diajar dengan metode ceramah dan demonstrasi membutuhkan waktu (4 x 45 menit). Pada kelas eksperimen 1 yang diajar dengan metode ceramah dan MPI, pembelajaran untuk materi ini dilakukan hanya dalam waktu (3 x 45 menit). Dengan demikian, kelas eksperimen 1 lebih efisien dari segi waktu yaitu dengan selisih waktu satu jam pelajaran. Efisiensi waktu satu kali pertemuan dapat digunakan untuk pembelajaran materi berikutnya agar semua kompetensi dasar yang terdapat di Mata Pelajaran Membuat Pola dapat dipelajari oleh siswa secara tuntas. Hasil analisis t-test pada postest kelompok eksperimen 1 maupun kelas eksperimen 2 menunjukan perbedaan. Hasil postest kedua kelas meningkat, namun hasil belajar kelas eksperimen 2 yang diajar menggunakan metode ceramah dan MPI jauh lebih baik daripada kelompok ekpserimen 1 yang diajar dengan metode ceramah dan demonstrasi (Gambar Diagram 4.1 dan lihat pada tabel 4.5). Hal ini dikarenakan siswa pada kelas eksperimen 2 dapat mempelajari sendiri materi secara visual dan audio sesuai dengan kecepatan masing-masing siswa dalam memahami. Pada kelompok eksperimen 2 guru hanya menjelaskan langkah-langkah pembuatan pola busana anak hanya sekali di papan tulis. Berdasarkan uraian di atas, hasil belajar teori dan praktek saat pretest dan post test pada kedua kelompok meningkat akan tetapi hasil belajar pada pada kelompok ini berbeda. Hasil belajar siswa pada materi berbentuk praktek menunjukan peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar materi berbentuk teori. Hal ini dikarenakan siswa lebih mudah mempraktekan
138
daripada menghafal teori dan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kelas eksperimen 1 yang diajar dengan metode ceramah dan MPI lebih baik dibandingkan dengan kelas eksperimen 2 yang diajar dengan metode ceramah dan demonstrasi. Meski keduanya mengalami peningkatan dari hasil pre test dan post test, namun peningkatan pada kelompok eksperimen 2 tidak mengalami peningkatan yang signifikan, hal ini terlihat dari hasil mean kelompok yang tidak mencukupi dari standar KKM yang telah ditetapkan, dapat dikatakan bahwa pembelajaran dalam kelompok ini kurang berhasil. Faktor lain yang mempengaruhi kurang berhasil kelompok eksperimen 2 yaitu; bakat, minat siswa, dan intelegensi siswa. Bakat yang dimaksud adalah bakat dalam bidang busana, siswa yang memiliki bakat lebih cepat menerima pelajaran dibanding dengan siswa yang tidak memiliki bakat yang cenderung lamban. Minat yang dimaksud adalah keinginan lebih dalam mengikuti pelajaran, pada pembelajaran kelompok eksperimen ini siswa cenderung bosan dan terlihat pasif dalam menerima pelajaran, agar siswa aktif guru mengajukan tanya jawab pada siswa. Intelegensi yang dimaksud adalah kecerdasan masing-masing siswa ada yang cepat, sedang dan lamban. Faktor ini berpengaruh dalam hasil belajar siswa, siswa dengan daya intelegensi tinggi cepat dalam menerima pelajaran pokok bahasan membuat pola busana anak begitupun sebaliknya. Berbeda dengan kelompok eksperimen 1 yang mengalami peningkatan cukup signifikan dan melebihi standar KKM yang telah ditentukan, sehingga strategi belajar ini dapat dikatakan berhasil meningkatkan hasil belajar siswa dan
139
bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam proses pembelajaran mata pelajaran lainya. Faktor–faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode ceramah dan MPI antara lain; intelegensi siswa, minat, motivasi, sarana dan fasilitas. Intelegensi yang dimaksud adalah kemampuan siswa yang ahli dalam mengoperasikan komputer serta kecakapan siswa dalam mengontrol cara belajarnya sendiri menggunakan media sesuai dengan kemampuan menerima pengetahuanya (intelegensi cepat, sedang atau lambat). Sarana dan fasilitas yang tersedia yaitu adanya LCD pada masing-masing kelas dan laboratorium komputer sehingga MPI efektif digunakan, minat siswa dalam mengikuti pembelajaran baik terlihat dari antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran dan keaktifan siswa dalam mengoperasikan MPI. Minat yang dimaksud adalah keinginan lebih untuk mengikuti pelajaran, pada proses pembelajaran ini minat siswa cenderung baik, siswa terlihat lebih bersemangat dan aktif dalam mengikuti pelajaran dan mengontrol media.motivasi yang dimaksud adalah keinginan untuk mendapatkan hasil belajar lebih baik dari sebelumnya, hal ini terlihat dari keaktifan siswa pada kelompok eksperimen 1 dalam menerima pelajaran dengan metode ceramah dan MPI dan hasil belajar yang baik dibandingankan dengan kelompok yang diajar dengan metode ceramah dan demonstrasi.
140
4.4 Keterbatasan Penelitian Pelaksanaan penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan antara lain: (1) Materi dalam mata pelajaran Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) lumayan banyak, akan tetapi waktu yang disediakan untuk proses pembelajaran sedikit, hanya 3 jam per minggu. (2) Pada saat kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan demonstrasi, perhatian dan konsentrasi siswa sudah banyak berkurang terutama pada saat mengerjakan post test karena konsentrasi siswa sudah menurun setelah mendapatkan Mata Pelajaran lain pada jam sebelumnya, sehingga siswa cenderung bosan dalam mengikuti pelajaran (3) Keterbatasan materi pembelajaran, hanya sebatas materi mengenai Pokok bahasan membuat pola busana anak dan ketebatasan waktu pembelajaran yang berbeda pada pelaksanaannya, yaitu dengan menggunakan metode ceramah dan demonstrasi
BAB 5 PENUTUP
5.1. Simpulan Simpulan yang dapat diperoleh dari berdasarkan hasil penelitian ini adalah ada perbedaan hasil belajar antara siswa kelas X yang diajar menggunakan metode ceramah dan demonstrasi dengan siswa yang diajar dengan menggunakan metode ceramah dan MPI pada Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak di SMK Al-Musyafa‟ Kendal. Hal ini terlihat dari hasil uji t sebesar 8,04 t hitung >1,67ttabel, diperoleh dari nilai mean ( kelompok eksperimen 1 𝑥 = 77,20 dan kelompok eksperimen 2 𝑥 = 69,45). Hasil tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran menggunakan metode ceramah dan MPI lebih baik daripada pembelajaran dengan metode ceramah dan demonstrasi.
5.2. Saran Saran yang dapat diberikan terkait dengan penelitian ini adalah : 1) MPI juga dapat digunakan pada mata pelajaran lain selain mata pelajaran membuat pola busana anak misalnya pada mata pelajaran membuat desain busana. 2) Guru Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) harus mengajar berpedoman pada PAIKEM GEMBROT. 3) Guru Mata Pelajaran Produktif Busana Butik maupun guru lainya harus berusaha membuat MPI sendiri, sehingga MPI menjadi media yang lebih murah dan efektif dalam memberikan pembelajaran di kelas.
141
142
4) Sebaiknya pihak sekolah menyediakan dan melengkapi sarana pendukung khususnya komputer agar MPI konsisten digunakan di sekolah.. 5) Seiring dengan teknologi modern perlu diadakan sosialiasi ke berbagai sekolah-sekolah khususnya SMK tentang penggunaan dan cara memproduksi MPI, agar media MPI menjadi salah satu alternatif media yang bisa digunakan dalam proses belajar mengajar di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, L.K. & S. Amri. 2011. PAIKEM GEMBROT. Jakarta: Prestasi Pustaka. Anni, C. T. 2007. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES. Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press. Azwar, Saifuddin. 2011. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. CBS, (2010). Animasi. Diakses pada tanggal 2 juli. Http//cbs-bogor.net.2010/ 02/07/Animasi-adalah/. Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media Departemen Pendidikan Kejuruan. 2004. Kurikulum SMK Edisi 2004. Jakarta Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Dick, W. & Carey. L. 2005. The Systematic Design of Instruction. Florida: Scot, Foresman, Co. Djamarah. Syaiful. B. & A. Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Ernawati, dkk. 2008. Tata Busana. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Hartatiati. 2007. Rancang Busana. Semarang: UNNES PRESS. Hasanah, Uswatun. 2011. Membuat Busana Anak. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Kustiono. 2009. Media Pembelajaran. Semarang: UNNES PRESS. Mendiknas. 2003. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta: Mendiknas. Nur‟aini. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Semarang: Cipta Media. Praptono, F. 1997. Media Pengajaran. Yogyakarta: FPTIK IKIP. Purwanto, M. N. 2011. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
143
144
Sadiman, A.S., R. Rahardjo., A. Haryono, & Rahardjito. 2010. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Sari, P. Sekar. 2011. Teknik mendesain baju sendiri. Bekasi: Laskar Aksara. Smartalzind (2012). PAIKEM GEMBROT. Diakses Pada Tanggal 17 Juni. Http://Smartalzind.Blogspot.Com/2012/08/Apa-Dan-Bagaimana-ProsesBelajar-Model.Html SMK Al-Musyafa‟. 2010. Ledger Tahun Ajaran 2008/2009, 2009/2010, dan 2010/2011. Kendal: SMK Al-Musyafa‟. SMK Al-Musyafa‟. 2010. Silabus. Kendal: SMK Al-Musyafa‟. Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sudjana, 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sudjana, Nana & Ibrahim. 2010. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Sudjana. Nana & A. Rivai. 2009. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Syukur, Fatah. 2005. Teknologi Pendidikan. Semarang: Rasail. Tatangmanguni, (2010). Sarana Dan Prasarana Pendidikan. Diakses Pada Tanggal 21 Agustus. Http://Tatangmanguni.Wordpress.Com/2010/04/07/Pengertian -Sarana-Dan-Sarana-Pendidikan. Yogoz, (2011). Komunikasi-pembelajaran. Diakses Pada Tanggal 17 Juni. Http://Yogoz.Wordpress.Com/2011/02/12/Komunikasi-Pembelajaran/. Smartalzind (2012). PAIKEM GEMBROT. Diakses Pada Tanggal 17 Juni. Http://Smartalzind.Blogspot.Com/2012/08/Apa-Dan-Bagaimana-ProsesBelajar-Model.Html
145
Lampiran
146
147
148
149
Lampiran 2 DAFTAR NILAI SISWA SEMESTER GASAL MEMBUAT POLA BUSANA ANAK Tahun 2008/2009 Tahun 2009/2010 Tahun 2010/2011 NIS 8283 8284 8285 8286 8287 8288 8289 8290 8291 8292 8293 8294 8295 8296 8297 8298 8299 8300 8301 8302 8303 8304 8305 8306 8307 8308 8309 8310 8311 8312 Jum lah Rat arata
Nilai Awal 65 67 68 70 65 78 67 71 68 69 67 70 67 75 69 70 71 68 72 69 71 68 70 67 70 69 68 64 70 69
Nilai Remidi 82 80 78 85 76 85 80 73 75 82 75 82 70 76 85 78 78 82 76 78 76 80 80 80 70 78 80 78 77 78
3098
2353
69,07
78,43
NIS 9283 9284 9285 9286 9287 9288 9289 9290 9291 9292 9293 9294 9295 9296 9297 9298 9299 9300 9301 9302 9303 9304 9305 9306 9307 9308 9309 9310 9311 9312 Juml ah Rata -rata
Nilai Awal 70 68 71 67 69 70 70 64 70 64 69 65 70 72 65 68 72 65 68 74 72 68 76 63 70 65 70 64 70 69
Nilai Remidi 75 80 75 78 78 78 78 75 70 75 78 75 70 80 75 78 80 78 78 80 78 80 75 75 75 78 75 80 78 78
3098
2306
68,6
76,87
Nilai Awal 70 68 65 78 67 64 65 70 60 65 71 64 74 70 64 70 65 62 70 67 63 70 63 65 70 65 73 63 70
Nilai Remidi 83,33 73,33 73,33 83,33 76,67 76,67 80,00 73,33 83,33 80,00 83,33 76,67 83,33 80,00 76,67 80,00 83,33 76,67 73,33 76,67 76,67 76,67 83,33 83,33 76,67 80,00 76,67 76,67 83,33
Juml ah
1951
2363,33
Ratarata
67
78,78
NIS 10283 10284 10285 10286 10287 10288 10289 10290 10291 10292 10293 10294 10295 10296 10297 10298 10299 10300 10301 10302 10303 10304 10305 10306 10307 10308 10309 10310 10311
Lampiran 3
SILABUS SMK AL-MUSYAFA KENDAL
Mata Pelajaran Kelas/Semester Standar Kompetensi Kode Kompetensi Durasi Pembelajaran
: : : : :
Produktif Kejuruan X/2 Membuat busana anak 103.KK.09 32 JP ( 4 X 8 ) @ 45 Menit
Kompetensi Dasar
Indikator
1 1.1 Mengelompokk
2 Pengetahuan : Mengetahui macammacam busana anak - Mengetahui jenis-jenis bahan yang akan dibuat - Memahami model dari busana anak - Memahami pentingnya jenis-jenis bahan yang akan dibuat Sikap : - Cermat dan teliti dalam memilih bahan busana anak - Jenis bahan yang akan dibuat - Memilih macam-macam model busana anak Keterampilan: - Mengelompokkan macammacam busana anak
an macammacam busana anak
Penilaian 3 - Tes tulis - Tes lisan - Praktek -Pengamatan.
Kegiatan Pembelajaran
Materi Pokok 4 Macam-macam busana anak - Bahan yang akan dibuat - Menentukan model dari busana anak - Umur * 5 th * 6 th * 7 th * 8 th * 9 th * 10 th * 11 th * 12 th -
5 -
Siswa membaca modul Guru menjelaskan macam-macam busana anak Guru menjelaskan macam-macam busana anak berdasarkan umur Siswa membuat macam-macam model busana anak
Alokasi Waktu Tatap Praktik Praktik Muka di di (Teori) Sekolah DU/DI 6 7 8
Sumber Belajar/Al at/ Bahan 9 Membuat pola busana anak
150
150
151
Indikator
Penilaian
Materi Pokok
Kegiatan Pembelajaran
2 Memahami model dari macam-macam busana anak Mengetahui macammacam busana berdasarkan usia
3
4
5
Kompetensi Dasar 1
Alokasi Waktu Tatap Praktik Praktik Muka di di (Teori) Sekolah DU/DI 6 7 8
Sumber Belajar/Al at/ Bahan 9
-
Membuat pola busana anak
1.2 Membuat pola busana anak
Pengetahuan : Mengetahui cara mengambil ukuran Mengetahui teknik pembuatan pola dasar - mengetahui teknik pecah pola sesuai desain - menjelaskan tanda dan arah serat yang benar. Sikap : Memiliki sikap kewaspadaan dan ketelitian dalam membuat pola - Memperhatikan tanda arah serat bahan pada pola Keterampilan : - Dapat membuat pola dengan baik dan cermat - Melakukan pengecekan pola
- Hasil praktek
- Cara-cara membuat pola - Menyiapkan bahanbahan atau alatalat membuat pola - Memberikan arah serat kainpada pola.
Observasi/ pengamatan - Tes tulis - Praktek cara mengambil ukuran dan membuat pola anak
Membuat pola busana anak
151
152
Mengetahui,
Kendal, …Januari 2011 Guru Mata Pelajaran,
Syamsul Huda, S.Pd.I NIP
Kholafatun Nikmah,S.Pd. NIP
152
Lampiran 4 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Pertemuan ke-15 )
Mata Pelajaran
: Produktif Tata Busana
Program Keahlian/
: Tata Busana
Kompetensi Keahlian
: Busana Butik
Kelas / Semester
: X/2
Tahun Pelajaran
: 2010 / 2011
Alokasi Waktu
: 2 x45 (menit)
Standar Kompetensi
: Membuat Pola
Kompetensi Dasar
: Membuat Pola Busana Anak
I. Indikator: Menyiapkan alat dan bahan untuk membuat pola Mampu membuat pola dasar Anak Membuat pola dasar
dan pecah pola sesuai ukuran badan dengan
menggunakan alat gambar sesuai dengan SOP II. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat menjelaskan cara membuat pola dasar Anak
Peserta didik dapat mendemonstrasikan cara membuat pola dasar dan pecah pola anak.
III. Materi Pokok dan Uraian Materi Pengertian busana Anak
Cara membuat pola dasar badan Anak
IV. Pendekatan dan Metode Pembelajaran a. Pendekatan
: Contekstual Teaching and Learning
b. Metode Pembelajaran : Pembelajaran menggunakan MPI, Tanya Jawab dan Unjuk Kerja
153
154
Pertemuan ke-Limabelas Tahapan Kegiatan Kegiatan awal/ Pendahuluan Kegiatan inti
Kegiatan akhir penutup
Kegiatan Berdoa, salam pembuka, absensi Apersepsi Tentang Busana Anak
Mengenalkan MPI pada siswa dan mendemonstrasikan cara pengoprasian MPI yang berisi materi membuat pola busana anak Guru memberikan ceramah dan bersama siswa mengoperasikan media serta mengamati siswa belajar mandiri dengan menggunakan MPI Menyimpulkan materi yang sudah disampaikan / Reinforcement (penguatan pada siswa) Evaluasi pada MPI Berdoa Salam penutup
Alokasi Waktu 15 menit
50 menit
60 menit
V. Sumber, Alat dan Bahan Pembelajaran a. Sumber
:
Hasanah, Uswatun. 2011. Membuat Busana Anak.
Bandung : PT.Remaja Rosdakarya. b. Alat / media
: Peralatan membuat pola dan MPI
VI. Penilaian a. Indikator penilaian
Persiapan
Proses
Hasil
b. Teknik penilaian
Penugasan membuat pola busana anak beserta pecah pola sesuai gambar yang disediakan.
Lampiran 5 KISI-KISI SOAL MEMBUAT POLA (Pattern Making) Satuan Pendidikan Program Keahlian Alokasi Waktu Jenis Soal 1. Pengetahuan kejuruan soal pilihan ganda Kompetensi/ Subkompetensi/ Ruang Lingkup No. Standar Kompetensi Materi Kompetensi Dasar Membuat Membuat Pola - Persyaratan Pola (Pattern Busana Anak Busana Anak Making)
155
: Sekolah Menengah Kejuruan : Tata Busana : 120 Menit : Pilihan Ganda
Indikator Soal 1) Mengklasifikasi busana anak.
Kode Soal
Uraian Soal sebagai
Kunci Jawab an berikut, C
No.1
1. Ciri busana anak adalah kecuali.... a. Bentuknya sederhana b. Longgar c. Mewah d. Bahan lembut dan sejuk
No.2
2. Pembuatan busana anak harus disesuaikan dengan hal-hal berikut, kecuali..... a. Pertumbuhan b. Perkembangan anak c. Kesehatan d. Keindahan
D
No.3
3. Mengubah model busana anak yang baik, diperlukan pengetahuan tentang.... a. Membuat desain b. Membuat pola c. Menentukan warna busana
B
d.
2) Menjelaskan desain, bahan, motif dan corak yang cocok untuk busana anak
Menentukan hiasan
No.4
4. Usia anak dapat digolongkan menjadi..... a. Usia bayi, balita, batita dan anak b. Usia batita, balita, prasekolah dan sekolah c. Usia bayi, balita, prasekolah dan sekolah d. Usia batita, balita, prasekolah, sekolah dan remaja
B
No.5
5. Keluhan kesehatan yang sering dijumpai anak yang terkait dengan pemilihan pakaian adalah..... a. Biang keringat b. Iritasi c. Kegemukan d. Pergerakan
A
No.6
6. Pemilihan bahan pakaian anak yang harus diperhatikan oleh orang tua adalah..... a. Menyerap keringat dan tipis b. Mahal dan menyerap keringat c. Lembut dan menyerap keringat d. Halus dan berkilau
C
No.7
7. Contoh bahan yang cocok digunakan anak pada kesempatan bermain adalah..... a. Denim b. Polyester c. Katun d. Rayon
C
No.8
8. Salah satu corak bahan yang banyak disukai anak-anak kecuali..... a. Bunga b. Hewan c. Tokoh kartun d. Abstrak
D
No.9
9. Kerah yang menempel pas dada sekeliling leher mulai dari muka, bahu, punggung, kembali ke bahu dan tengah muka lagi merupakan pengertian dari..... a. Kerah kelasi b. Kerah shanghai c. Kerah rebah d. Kerah kemeja
C
No.10
10. Gambar kerah disamping adalah... a. Kerah kelasi b. Kerah shanghai c. Kerah rebah d. Kerah kemeja
A
U. H
No.11
11. Gambar rok adalah..... a. Rok kerut b. Rok lipit c. Rok susun d. Rok lingkar
disamping
C
U. H
No.12
12. Siluet yang cocok untuk anak bertubuh kurus adalah..... e. Siluet H f. Siluet T g. Siluet X h. Siluet A
D
No.13
13. Pemilihan teknik menjahit yang cocok untuk aktivitas anak yang selalu bergerak adalah..... a. Kampuh buka b. Kampuh balut c. Kampuh perancis d. Kampuh pipih
A
No.14
14. Bukaan pakaian yang cocok untuk busana anak batita adalah..... a. Retsleting (Tutup tarik) b. Kancing bungkus c. Kancing pipih d. Kancing kait
C
No.15
15. Salah satu model lengan yang sering digunakan pada busana anak adalah..... a. Lonceng b. Mawar c. Balon d. Licin
C
No.16
16. Penyelesaian tepi kain dengan menggunakan kain serong yang berada di bagian baik dan
A
buruk kain merupakan pengertian dari.... a. Rompok b. Serip c. Depun d. Lace No.17
17. Hiasan yang cocok untuk busana anak kesempatan pesta adalah sebagai berikut, kecuali..... a. Aksesoris b. Korsase c. Pita d. Renda
A
No.18
18. Pemilihan warna yang cocok untuk anak berjenis kulit sawo matang adalah..... a. Cerah b. Terang c. Gelap d. Redup
B
No.19
19. Anak yang memiliki bentuk proporsi tubuh pendek gemuk sebaiknya menggunakan desain.... a. Kerah rebah b. Kerah shanghai c. Kerah kelasi d. Kerah rever
A
No.20
20. Pemilihan bahan dan tekstur untuk busana anak yang mempunyai sifat aktif, ceria dan suka bermain. Sebaiknya memilih bahan dan tekstur yang..... a. Menyerap keringat, mudah pemeliharaan, tahan cahaya matahari. b. Menyerap keringat, mudah pemeliharaan, lembut dan tahan cahaya matahari. c. Menyerap keringat, lembut, tipis dan tahan cahaya matahari. d. Menyerap keringat, mudah pemeliharaan, tipis dan tahan cahaya matahari.
B
No.21
21. Garis hias yang memotong busana secara horisontal dari sisi kiri ke kanan dan berada di bawah dada, merupakan pengertian dari.... a. Garis hias basque b. Garis hias princess c. Garis hias empire d. Garis hias pas dada
D
No.22
22. Kelebihan kain untuk jahitan dikenal dengan istilah.... a. Kampuh b. Rompok c. Obras d. Tiras
A
No.23
23. Gambar disamping menggunakan disain.... a. Siluet H b. Siluet S c. Siluet A d. Siluet X
D
(U.H)
No.24
24. Hiasan busana anak disamping dinamakan...... a. Strook b. Kelim c. Depun d. Serip
A
(U.H) No.25
25. Analisis desain yang sesuai untuk gambar disamping ini adalah..... a. Kerah rebah, lengan poof dan bergaris hias empire. b. Kerah rebah, lengan puncak dan bergaris hias empire. c. Kerah rebah, lengan poof dan bergaris hias pas
C
dada. d. Kerah rebah, lengan puncak dan hias pas dada.
bergaris
(U.H) No.26
- Alat bahan
dan
No.27
26. Gambar busana dibawah ini cocok digunakan untuk kesempatan...... a. Pesta malam b. Pesta kostum c. Pesta kebun d. Semua benar
(U.H) 27. Hal yang pertama kali dilakukan dalam pembuatan busana anak adalah.... a. Membeli kain b. Mengambil ukuran badan c. Membuat pola d. Menjahit
C
B
- Cara mengambil ukuran
No.28
28. Berikut merupakan salah satu peralatan yang dibutuhkan dalam pengambilan ukuran badan anak adalah.... a. Gunting b. Kapur jahit c. Meteran d. Penggaris pola
C
No.29
29. Posisi yang benar pada saat mengambil ukuran anak adalah..... a. Tegak dan miring b. Tegak dan santai c. Tegak dan tangan terlentang d. Semua benar
B
No.30
30. Jika mengalami kesulitan dalam mengukur badan anak, dapat digunakan.... a. Ukuran standar b. Ukuran badan anak yang setipe c. Ukuran standar sesuai umur d. Ukuran baju
C
No.31
31. Ukuran yang dari batas bahu sampai panjang pakaian yang diinginkan merupakan pengertian dari..... a. Panjang muka b. Panjang rok c. Panjang punggung d. Panjang bebe
D
- Membuat pola dasar anak
No.32
32. Ukuran yang dari batas lingkar lengan kiri sampai lingkar lengan kanan dan berada kirakira 7cm dari tulang leher belakang merupakan pengertian dari..... a. Lebar punggung b. Panjang punggung c. Lebar muka d. Panjang muka
B
No.33
33. Pola yang dibuat pada kertas/kain menggunakan sistem pembuatan pola dan ukuran anak, merupakan pengertian dari.... a. Pola konstruksi b. Pola kombinasi c. Pola grading d. Pola standar
A
No.34
34. Untuk membuat rok anak dibutuhkan beberapa ukuran diantaranya..... a. Panjang rok, lingkar pinggang dan lingkar panggul b. Panjang rok, lingkar pinggang dan lebar panggul c. Panjang rok, lingkar panggul dan tinggi panggul d. Panjang rok, lebar panggul dan tinggi panggul
A
No.35
35. Pola untuk anak yang mempunyai bentuk tubuh buncit, pada saat membuat pola badan anak, pada bagian TM pas pinggang harus.... a. Diturunkan b. Dinaikkan c. Digeser d. Diangkat
B
B No.36
36. Sistem pembuatan pola berikut merupakan sistem pembuatan pola.... a. Aldrich b. Meyneke c. Dressmaking d. Konstruksi
(U.H)
- Membuat pecah pola busana anak
No.37
37. Pecah pola gambar dibawah ini merupakan pecah pola lengan.... a. Lengan licin b. Lengan tulip c. Lengan gelembung d. Lengan puncak
D
No.38
38. Pecah pola kerah termasuk.... a. Kerah selendang b. Kerah setali c. Kerah palerin d. Kerah tegak
gambar
dibawah
ini
A
No.39
39. Arah serat benang yang terdapat pada setiap pola adalah.... a. Serat benang pakan b. Serat benang lusi c. Serat benang panjang d. Serat benang serong
C
No.40
40. Tanda pola dan arah serat digunakan untuk memudahkan dalam.... a. Memotong pola pada bahan b. Meletakkan pola pada bahan c. Menjiplak pola pada bahan d. Menjahit bahan
B
No.41
41. Setelah membuat pola dasar dan pecah pola busana anak, langkah selanjutnya adalah..... a. Memotong bahan b. Membuat rancangan bahan c. Membuat rancangan harga d. Menjahit pola
B
No.42
42. Tanda pola berikut ini memiliki arti pola.... a. Satu lipt b. Dilebarkan c. Garis penolong d. Setengah Lipit
D
No.43
43. Tanda pola yang ditunjukkan panah memiliki arti..... a. Satu lipt b. Dilebarkan c. Garis penolong d. Setengah Lipit
B
Lampiran 6 GARIS-GARIS BESAR ISI MEDIA (GBIM) PROGRAM MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF
Jenjang Pendidikan Kelas Standar Kompetensi Penulis Pengkaji Materi Pengkaji Media
: SMK :X : Membuat Pola : Aqsa Risa Faizah : Kholafatun Nikmah, S.Pd : Drs. Ruswondho
No. MENU/SUBMENU
INDIKATOR
1.
Pengertian dan Menjelaskan Persyaratan Busana pengertian Anak busana anak
Mengklasifikasi busana anak
168
MATERI
PRASYARAT
MEDIA
- Pengertian busana anak
Uraian pengertian busana anak. Narasi uraian materi pengertian busana anak.
Persyaratan busana anak
Uraian materi persyaratan busana anak meliputi, desain, bahan, corak, warna, teknik menjahit, contoh desain busana anak. Narasi sesuai dengan materi.
2.
Cara mengambil Menjelaskan ukuran busana anak Peralatan yang dibutuhkan dalam membuat pola.
Menjelaskan cara mengambil ukuran pada anak.
- Alat dan bahan
Uraian materi tentang alat dan bahan yang dipersiapkan sebelum mengambil ukuran (alat tulis, peterban, kertas pola ) Narasi sesuai materi alat dan bahan membuat pola busana anak.
- Lingkar badan - Lingkar pinggang , - Lingkar panggul - Lebar punggun g - Panjang punggun g, - Panjang rok - Panjang bebe - Lingkar pergelan gan
Urain materi cara mengambil ukuran (lingkar badan, lingkar pinggang, lingkar panggul, lebar punggung, panjang punggung, panjang rok, panjang bebe, lingkar pergelangan tangan..). Animasi cara
tangan..
3.
Pola dasar busana Menjelaskan anak dan mempraktekkan pembuatan pola dasar busana anak.
mengambil ukuran. Disertai narasi sesuai dengan materi cara mengambil ukuran.
- Pola dasar badan anak
Skala 1:4
Uraian materi tentang langkahlangkah dalam pembuatan pola dasar badan busana anak sesuai ukuran. Animasi sesuai materi pembuatan pola dasar badan busana anak. Narasi sesuai dengan materi.
- Pola dasar lengan anak
Skala 1:4
Uraian materi tentang langkahlangkah dalam pembuatan pola dasar lengan
busana anak sesuai ukuran. Animasi sesuai materi pembuatan pola dasar lengan busana anak. Narasi sesuai dengan materi.
4.
Pecah pola busana Menjelaskan anak dan mempraktekkan pecah pola busana anak sesuai desain.
- Pecah pola badan anak sesuai desain.
Skala 1:4
Uraian materi tentang langkahlangkah dalam mengubah pola dasar sesuai dengan desain busana anak. Animasi sesuai materi mengubah pola dasar sesuai dengan desain busana anak. Narasi sesuai dengan materi.
- Pecah pola lengan
Skala 1:4
Uraian materi tentang
anak sesuai desain.
- Pecah pola kerah anak sesuai desain.
langkahlangkah dalam mengubah pola dasar lengan sesuai dengan desain busana anak. Animasi sesuai materi mengubah pola dasar lengan sesuai desain busana anak. Narasi sesuai dengan materi.
Skala 1:4
Uraian materi tentang langkahlangkah dalam mengubah pola dasar kerah sesuai dengan desain busana anak. Animasi sesuai materi mengubah pola dasar kerah sesuai desain busana anak. Narasi sesuai
dengan materi.
5.
EVALUASI
Lampiran 7 Nama : Aqsa Risa Faizah NIM : 5401407015 Prodi : PKK. Tata busana, S1
FORMAT EVALUASI MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF
1. Judul
: Membuat Pola Busana Anak
2. Sumber
:
Hasanah, Uswatun. 2011. Membuat Busana Anak. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya. Soekarno. 2002. Membuat Pola Busana Tingkat Dasar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 3. Bidang Studi
: Kompetensi Kejuruan Tata Busana
4. Akan digunakan pada
: SMK Program Keahlian Tata Busana
5. Tujuan instruksional
:
a. Siswa mengetahui tentang persyaratan busana anak b. Siswa dapat menerapkan pembuatan pola dasar busana anak beserta pecah polanya. 6. Siswa yang menjadi sasaran
: Siswa kelas X SMK
7. Lingkari nomor skala yang mendekati penilaian anda Keterangan
:
5
= Sangat bagus
4
= Bagus
3
= Cukup
2
= Kurang bagus
1
= Tidak bagus
172
:
No.
Kriteria Penilaian
Skala Interval
Pokok Bahasan 1.
Kesesuaian Tujuan
5
4
3
2
1
2.
Struktur isi
5
4
3
2
1
3.
Bahasa
5
4
3
2
1
4.
Ejaan, tata bahasa, dan tanda baca
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
Informasi Pelengkap 5.
Bantuan Pertimbangan afektif
6.
Motivasi Model presentasi
7.
Kualitas teks
5
4
3
2
1
8.
Animasi
5
4
3
2
1
9.
Audio
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
Navigasi 10.
Program mudah dioperasikan Pedagogik
11.
Metodologi
5
4
3
2
1
12.
Interaktif
5
4
3
2
1
13.
Strategi pembelajaran
5
4
3
2
1
14.
Kontrol pengguna
5
4
3
2
1
15.
Pertanyaan
5
4
3
2
1
16.
Jawaban pertanyaan
5
4
3
2
1
17.
Kualitas umpan balik
5
4
3
2
1
Tampilan 18.
Sistematika penyusunan tampilan
5
4
3
2
1
19.
Pemilihan latar belakang dan warna tampilan
5
4
3
2
1
20.
Tingkat kemenarikan media
5
4
3
2
1
21.
Tampilan media secara keseluruhan
5
4
3
2
1
Nama : Aqsa Risa Faizah NIM : 5401407015 Prodi : Pend. Tata busana, S1
FORMAT EVALUASI MATERI MPI MATA DIKLAT MEMBUAT POLA POKOK BAHASAN MEMBUAT POLA BUSANA ANAK
1. Judul
: Membuat Pola Busana Anak
2. Sumber
:
Hasanah, Uswatun. 2011. Membuat Busana Anak. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Soekarno. 2002. Membuat Pola Busana Tingkat Dasar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 3. Bidang Studi
: Kompetensi Kejuruan Tata Busana
4. Akan digunakan pada
: SMK Program Keahlian Tata Busana
5. Tujuan instruksional
:
a. Siswa mengetahui tentang persyaratan busana anak b. Siswa dapat menerapkan pembuatan
pola dasar busana anak beserta
pecah polanya sesuai dengan desain. 6. Siswa yang menjadi sasaran
: Siswa kelas X SMK
7. Lingkari nomor skala yang mendekati penilaian anda Keterangan
:
5
= Sangat bagus
4
= Bagus
3
= Cukup
2
= Kurang bagus
1
= Tidak bagus
175
:
No. 1.
Pertanyaan Kesesuaian materi dengan kurikulum yang berlaku
Skala Interval 5
4
3
2
1
2.
Sistematika penyusunan materi
5
4
3
2
1
3.
Kelengkapan materi
5
4
3
2
1
4.
Kesesuaian gambar dengan materi
5
4
3
2
1
5.
Keterbacaan isi materi
5
4
3
2
1
6.
Media dapat digunakan sebagai bahan ajar
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
7.
Kemandirian media untuk digunakan tanpa bimbingan guru
9.
Kemandirian media untuk digunakan di rumah
5
4
3
2
1
10.
Kevalidan isi materi
5
4
3
2
1
11.
Terdapat evaluasi
5
4
3
2
1
12.
Kesesuaian evaluasi dengan materi
5
4
3
2
1
13.
Penilaian keseluruhan media
5
4
3
2
1
Saran dan komentar
:
................................................Tingkatkan.................................................................. .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ..................
Aspek Penilaian Praktek Mata Diklat Membuat Pola Pokok Bahasan Membuat Pola Busana Anak No. Aspek Yang Dinilai 1 PERSIAPAN 1. Kelengkapan alat dan bahan
Rincian Nilai 10
11 1.
PROSES Faham gambar/desain
10
2.
Ketepatan ukuran
10
3.
Ketepatan sistem pola
10
4.
Mengubah model
10
111 HASIL 1. Ketepatan tanda pola
Keterangan - Siswa membawa dan mempersiapkan peralatan membuat pola busana anak
40% - Siswa mampu menganalisis desain/gambar - Siswa mampu membuat pola dasar sesuai ketepatan ukuran. - Siswa dapat membuat pola sesuai sistem pola yang ditentukan. - Siswa dapat mengubah pola dasar sesuai gambar/desain dengan tepat 50% 20
2.
Kerapihan/kebersihan
10
3.
Hasil keseluruhan
20
JUMLAH
100
𝑺𝒌𝒐𝒓 =
Bobot 10%
- Siswa mampu memberi tanda pola dengan benar sesuai arah serat kain. - Siswa mampu membuat pola dengan bersih dan rapi - Hasil akhir pecah pola sesuai dengan desain, ukuran dan tanda pola. 100%
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊 × 𝒃𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒃𝒐𝒃𝒐𝒕
Kriteria Penskoran
:
Persiapan 1. Menyiapkan alat dan perlengkapan membuat pola Skor 5 : Mempersiapkan alat tanpa bantuan guru dan teman Skor 4 : Mempersiapkan alat tanpa bantuan teman
Skor 3 : Mempersiapkan alat tanpa bantuan guru Skor 2 : Mempersiapkan alat dengan bantuan guru dan teman Skor 1 : Tidak mempersiapkan alat 2. Menyiapkan bahan membuat pola Skor 5 : Mempersiapkan bahan tanpa bantuan guru dan teman Skor 4 : Mempersiapkan bahan tanpa bantuan teman Skor 3 : Mempersiapkan bahan bahan tanpa bantuan guru Skor 2 : Mempersiapkan bahan dengan bantuan guru dan teman Skor 1 : Tidak mempersiapkan bahan 3. Ketepatan waktu menyiapkan peralatan membuat pola Skor 5 : Mempersiapkan peralatan membuat pola tepat pada waktunya tanpa bantuan teman Skor 4 : Mempersiapkan peralatan membuat pola tepat pada waktunya melebihi batas waktu 5 menit Skor 3 : Mempersiapkan menyiapkan peralatan membuat pola melebihi batas waktu 10 menit Skor 2 : Mempersiapkan menyiapkan peralatan membuat pola melebihi batas waktu dan bantuan teman Skor 1 : Tidak menyiapkan peralatan membuat pola Proses 4. Menganalisa dan memahami desain/gambar Skor 5 : Bila analisa desain sangat sesuai dengan gambar Skor 4 : Bila analisa desain cukup sesuai dengan gambar Skor 3 : Bila analisa desain kurang sesuai dengan gambar Skor 2 : Bila analisa desain tidak sesuai dengan gambar Skor 1 : Bila analisa desain sangat tidak sesuai dengan gambar 5. Membuat pola dasar sesuai ketepatan ukuran Skor 5 : Bila pola dasar sangat sesuai dengan ketepatan ukuran Skor 4 : Bila pola dasar cukup sesuai dengan ketepatan ukuran Skor 3 : Bila pola dasar kurang sesuai dengan ketepatan ukuran Skor 2 : Bila pola dasar tidak sesuai dengan ketepatan ukuran Skor 1 : Bila pola dasar sangat tidak sesuai dengan ketepatan ukuran 6. Ketepatan sistem pembuatan pola Skor 5 : Bila ketepatan sistem pembuatan pola sangat sesuai dengan soal Skor 4 : Bila ketepatan sistem pembuatan pola cukup sesuai dengan soal Skor 3 : Bila ketepatan sistem pembuatan pola kurang sesuai dengan soal
Skor 2 : Bila ketepatan sistem pembuatan pola tidak sesuai dengan soal Skor1 : Bila ketepatan sistem pembuatan pola sangat tidak sesuai dengan soal
7. Mengubah pola sesuai model Skor 5 : Mengubah pola sangat sesuai dengan model Skor 4 : Mengubah pola cukup sesuai dengan model Skor 3 : Mengubah pola kurang sesuai dengan model Skor 2 : Mengubah pola tidak sesuai dengan model Skor1 : Mengubah pola sangat tidak sesuai dengan model Hasil 8. Ketepatan tanda pola Skor 5 : Bila tanda pola sangat sesuai dengan pola Skor 4 : Bila tanda pola cukup sesuai dengan pola Skor 3 : Bila tanda pola kurang sesuai dengan pola Skor 2 : Bila tanda pola tidak sesuai dengan pola Skor 1 : Bila tanda pola sangat tidak sesuai dengan pola 9. Kerapihan dan kebersihan Skor 5 : Bila pola sangat bersih dan rapi Skor 4 : Bila pola cukup bersih dan rapi Skor 3 : Bila pola kurang bersih dan rapi Skor 2 : Bila pola tidak bersih dan rapi Skor 1 : Bila pola sangat tidak bersih dan rapi 10. Hasil keseluruhan Skor 5 : Bila ukuran pola, pecah pola dan tanda pola sangat tepat sesuai desain dan ukuran Skor 4 : Bila ukuran pola, pecah pola dan tanda pola cukup tepat sesuai desain dan ukuran Skor 3 : Bila ukuran pola, pecah pola dan tanda pola kurang tepat sesuai desain dan ukuran Skor 2 : Bila ukuran pola, pecah pola dan tanda pola tidak tepat sesuai desain dan ukuran Skor 1 : Bila ukuran pola, pecah pola dan tanda pola sangat tidak tepat sesuai desain dan ukuran Kendal , ...................................... Guru Membuat Pola Busana Anak
Kholafatun Nikmah. S.Pd. NIP. Lampiran 8 DAFTAR NAMA SISWA UJI COBA INSTRUMEN KELAS XI BUSANA BUTIK SMK AL-MUSYAFA’ KENDAL
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
SIMBOL UC-01 UC-02 UC-03 UC-04 UC-05 UC-06 UC-07 UC-08 UC-09 UC-10 UC-11 UC-12 UC-13 UC-14 UC-15 UC-16 UC-17 UC-18 UC-19 UC-20 UC-21 UC-22 UC-23 UC-24 UC-25 UC-26 UC-27 UC-28 UC-29 UC-30
NAMA ADIBATUN NISAK AINUR ROSIKHOH ANATUL MUSTOFIYAH ASMIATI DAROJATUL ALIYAH DWI CANDRA RATNA MELISHA ELLY INDRAWATI HIMMATUL KARIM IFA ROHMAH INDRI ANI LISTIQOMAH MANAROTUL FATATI MERIK ETIKA DEWI MURTININGRUM NASRU HIDAYATUL ALFIYAH NI'MATUN ROHMA NUR HIDAYAH NUR RAFIKA NUR RIWAYATI ROBITUL MUALIMAH SITI ADIBATUL KASANAH SITI KIKI KHOIRIAH SITI MUSYAROFAH SITI ROYANAH SITI SOLIKHATUN SITI ULFAH IRFANIA SRI AISYAH SULISTYORINI SUSANTI SYIFA FAWAIDA
Lampiran 9 ANALISIS UJI COBA SOAL No
TINGKAT KESUKARA N
DAYA BEDA
VALIDITAS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kode Responden UC-01 UC-02 UC-03 UC-04 UC-05 UC-06 UC-07 UC-08 UC-09 UC-10 UC-11 UC-12 UC-13 UC-14 UC-15 X X² M Vt XY rxy rtabel Kriteria α²b BA BB JA JB D Kriteria BA + BB N IK Kriteria
KRITERIA SOAL
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 9 9 0,30 0,26 269 0,574 0,514 valid
2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 9 9 0,30 0,26 273 0,621 0,514 valid
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 12 12 0,40 0,17 334 0,582 0,514 valid
4 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 6 6 0,20 0,26 191 0,520 0,514 valid
5 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 10 10 0,33 0,24 299 0,664 0,514 valid
6 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 10 10 0,33 0,24 291 0,567 0,514 valid
7 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 7 7 0,23 0,27 218 0,540 0,514 valid
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 11 11 0,37 0,21 315 0,598 0,514 valid
9 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 8 8 0,27 0,27 250 0,627 0,514 valid
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 12 12 0,40 0,17 335 0,597 0,514 valid
11 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 8 8 0,27 0,27 256 0,696 0,514 valid
Nomor Soal 12 13 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 10 7 10 7 0,33 0,23 0,24 0,27 298 195 0,652 0,274 0,514 0,514 TIDAK valid
14 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 8 8 0,27 0,27 244 0,558 0,514 valid
15 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 11 11 0,37 0,21 315 0,598 0,514 valid
16 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 7 7 0,23 0,27 241 0,806 0,514 valid
0,25714
0,25714
0,17143
0,25714
0,23810
0,23810
0,26667
0,20952
0,26667
0,17143
0,26667
0,23810
0,26667
0,26667
0,20952
0,26667
7 2 15 15 0,333 C 9 30 0,300
7 2 15 15 0,333 C 9 30 0,300
8 4 15 15 0,267 C 12 30 0,400
4 2 15 15 0,133 J 6 30 0,200
8 2 15 15 0,400 C 10 30 0,333
7 3 15 15 0,267 C 10 30 0,333
5 2 15 15 0,200 J 7 30 0,233
8 3 15 15 0,333 C 11 30 0,367
7 1 15 15 0,400 C 8 30 0,267
8 4 15 15 0,267 C 12 30 0,400
7 1 15 15 0,400 C 8 30 0,267
7 3 15 15 0,267 C 10 30 0,333
4 3 15 15 0,067 J 7 30 0,233
6 2 15 15 0,267 C 8 30 0,267
8 3 15 15 0,333 C 11 30 0,367
7 0 15 15 0,467 B 7 30 0,233
17 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 8 8 0,27 0,27 207 0,130 0,514 TIDAK
18 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 7 7 0,23 0,27 238 0,771 0,514 valid
19 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 6 6 0,20 0,26 196 0,579 0,514 valid
20 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 9 9 0,30 0,26 226 0,068 0,514 TIDAK
0,26667
0,26667
0,25714
0,25714
5 3 15 15 0,133 J 8 30 0,267
6 1 15 15 0,333 C 7 30 0,233
5 1 15 15 0,267 C 6 30 0,200
5 4 15 15 0,067 J 9 30 0,300
21 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 8 8 0,27 0,27 223 0,315 0,514 TIDAK
22 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 8 8 0,27 0,27 246 0,581 0,514 valid
23 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 6 0,20 0,26 216 0,814 0,514 valid
24 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 8 8 0,27 0,27 244 0,558 0,514 valid
0,26667
0,26667
0,25714
0,26667
5 3 15 15 0,133 J 8 30 0,267
6 2 15 15 0,267 C 8 30 0,267
6 0 15 15 0,400 C 6 30 0,200
6 2 15 15 0,267 C 8 30 0,267
Sukar
Sukar
Sedang
Sukar
Sedang
Sedang
Sukar
Sedang
Sukar
Sedang
Sukar
Sedang
Sukar
Sukar
Sedang
Sukar
Sukar
Sukar
Sukar
Sukar
Sukar
Sukar
Sukar
Sukar
Dipakai
Dipakai
Dipakai
Dipakai
Dipakai
Dipakai
Dipakai
Dipakai
Dipakai
Dipakai
Dipakai
Dipakai
Dibuang
Dipakai
Dipakai
Dipakai
Dibuang
Dipakai
Dipakai
Dibuang
Dibuang
Dipakai
Dipakai
Dipakai
181
27 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 6 6 0,20 0,26 204 0,673 0,514 valid 0,257143 5 1 15 15 0,267 C 6 30 0,200 Sukar Dipakai
28 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 9 9 0,30 0,26 272 0,610 0,514 valid 0,257143 7 2 15 15 0,333 C 9 30 0,300 Sukar Dipakai
29 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 8 8 0,27 0,27 253 0,662 0,514 valid 0,266667 7 1 15 15 0,400 C 8 30 0,267 Sukar Dipakai
Nomor Soal 30 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 9 9 0,30 0,26 251 0,362 0,514 TIDAK 0,257143 5 4 15 15 0,067 J 9 30 0,300 Sukar Dibuang
31 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 10 10 0,33 0,24 298 0,652 0,514 valid 0,238095 8 2 15 15 0,400 C 10 30 0,333 Sedang Dipakai
32 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 8 8 0,27 0,27 261 0,754 0,514 valid 0,266667 6 2 15 15 0,267 C 8 30 0,267 Sukar Dipakai
33 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 8 8 0,27 0,27 218 0,257 0,514 TIDAK 0,266667 5 3 15 15 0,133 J 8 30 0,267 Sukar Dibuang
34 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 10 10 0,33 0,24 295 0,616 0,514 valid 0,238095 7 3 15 15 0,267 C 10 30 0,333 Sedang Dipakai
35 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 9 9 0,30 0,26 274 0,633 0,514 valid 0,257143 7 2 15 15 0,333 C 9 30 0,300 Sukar Dipakai
36 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 10 10 0,33 0,24 298 0,652 0,514 valid 0,238095 7 3 15 15 0,267 C 10 30 0,333 Sedang Dipakai
37 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 8 8 0,27 0,27 242 0,535 0,514 valid 0,266667 6 2 15 15 0,267 C 8 30 0,267 Sukar Dipakai
38 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 8 8 0,27 0,27 247 0,592 0,514 valid 0,266667 7 1 15 15 0,400 C 8 30 0,267 Sukar Dipakai
Nomor Soal 39 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 10 10 0,33 0,24 295 0,616 0,514 valid 0,238095 8 2 15 15 0,400 C 10 30 0,333 Sedang Dipakai
40 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 9 9 0,30 0,26 238 0,209 0,514 TIDAK 0,257143 5 4 15 15 0,067 J 9 30 0,300 Sukar Dibuang
41 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 10 10 0,33 0,24 294 0,603 0,514 valid 0,238095 8 2 15 15 0,400 C 10 30 0,333 Sedang Dipakai
42 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 8 8 0,27 0,27 242 0,535 0,514 valid 0,266667 6 2 15 15 0,267 C 8 30 0,267 Sukar Dipakai
43 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 7 7 0,23 0,27 218 0,540 0,514 valid 0,266667 5 2 15 15 0,200 J 7 30 0,233 Sukar Dipakai
Y
Y2
41 40 37 34 38 32 26 25 23 16 12 14 10 11 8 367 k = M = Vt = r11 =
1681 1600 1369 1156 1444 1024 676 625 529 256 144 196 100 121 64 10985 43 12,233 143,267 0,9613
7 36
Tidak valid Valid
Nilai 9,5 9,3 8,6 7,9 8,8 7,4 6,0 5,8 5,3 3,7 2,8 3,3 2,3 2,6 1,9
Ket.
Kelompok Atas
26 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 7 7 0,23 0,27 219 0,552 0,514 valid 0,266667 6 1 15 15 0,333 C 7 30 0,233 Sukar Dipakai
Kelompok bawah
25 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 8 8 0,27 0,27 246 0,581 0,514 valid 0,266667 6 2 15 15 0,267 C 8 30 0,267 Sukar Dipakai
Lampiran 10 PERHITUNGAN VALIDITAS BUTIR SOAL Rumus :
rxy
NC (C)()
{NC
2
}{
(C) N 2 () 2
2
}
Kriteria Instrumen Valid jika r xy > rtabel Perhitungan : Berikut ini perhitungan validitas uji coba butir soal Nomor 1 2
2
Y
X1Y
1
1681
41
40
1
1600
40
37
1
1369
37
1
34
1
1156
34
5
0
38
0
1444
0
6
1
32
1
1024
32
7
1
26
1
676
26
8
1
25
1
625
25
No.
X1
Y
X1
1
1
41
2
1
3
1
4
9
1
23
1
529
23
10
0
16
0
256
0
11
0
12
0
144
0
12
0
14
0
196
0
13
0
10
0
100
0
14
1
11
1
121
11
Dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh : 15 rxy
x
269
9
x 367
15
x
= x
15
9
-
4035
9
2
10985
3303
= 135
=
15
0
8
0
64
0
9
367
9
10985
269
rxy
54
=
732 1274,62
=
0,574
-
732 x
81
30086
Pada a = 5% dengan N = 15 diperoleh r tabel = 0,514. Karena rxy > r tabel maka dapat disimpulkan bahwa angket No.1 valid.
183
164775
-
134689
-
367
2
Lampiran 11 PERHITUNGAN DAYA PEMBEDA SOAL
Rumus: D
B A BB PA PB JA JB
7
DP DP
= =
2
15
-
15
0,333
Karena DP = 0,333 Maka dapat disimpulkan daya beda pada soal no 1 termasuk dalam kriteria cukup.
Lampiran 12 PERHITUNGAN RELIABILITAS INSTRUMENT
Rumus:
r11 (
k M (k M ) )(1 ) k 1 kVt
Kriteria Instrumen reliabel jika r11> rtabel Perhitungan: Berikut ini perhitungan reliabilitas instrument
r11 =
r11 =
43 43 43 42
-
1
1
12,233 43 - 12,233 43 x 143,27
1
-
-
12,2 x 30,767 6160,467
r11 = 0,961
\Pada
a = 5% dengan N = 15 diperoleh r tabel = 0,514. Karena r11 > r tabel maka dapat disimpulkan bahwa angket tersebut reliabel.
Lampiran 13 PERHITUNGAN TINGKAT KESUKARAN SOAL
Rumus:
P 𝑃=
B JS
9 15
𝑃 = 0,6 Karena IK = 0,6 maka dapat disimpulkan tingkat kesukaran pada soal nomor satu berkriteria sedang
Lampiran 14
PERHITUNGAN VALIDITAS SOAL PRAKTEK Rumus :
NC (C)()
rxy
{NC
2
}{
(C) N 2 () 2
2
}
Kriteria Butir angket Valid jika r xy > rtabel Perhitungan : berikut ini perhitungan validitas angket pada butir nomor 1. No.
X
Y
X2
Y2
XY
1 2
4 5
41 41
16 25
1681 1681
164 205
3 4
4 5
34 36
16 25
1156 1296
136 180
5
3
33
9
1089
99
6
5
42
25
1764
210
7 8 9
4 5 4
34 35 36
16 25 16
1156 1225 1296
136 175 144
10
3
26
9
676
78
11 12 13
4 5 4
35 35 34
16 25 16
1225 1225 1156
140 175 136
14
5
37
25
1369
185
15
5
33
25
1089
165
65
532
289
19084
2328
Dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh : 15 rxy
15 rxy
x
2328
65
x
532
= x
289
-
65
2
15
x
19084
= 0,569873
Pada = 5% dengan N= 15
diperoleh r tabel = 0,514
karena r xy < r tabel, maka angket No. 1 tersebut Tidak Valid.
-
532
2
HASIL PENILAIAN SKOR SOAL PRAKTEK
RATER 1 DAN RATER 2 NO NAMA
OBJEK PENGAMATAN OBSERVER I 1
2 3 4
5 6 7
8 9 10
T1
OBJEK PENGAMATAN OBSERVER II 1
2
3
4
5 6 7
8
9 10
T2
OBJEK PENGAMATAN OBSERVER III 1
2
3
4
5 6 7
8
9 10
T2
1 UC-01
4
4 4 4 4
4 5 4
4 4
41
5
4
4
4
4 4 4
4
3
3
39
4
4
4
4
4 4 4
4
4
4
40
2 UC-02
5
4 4 4 4
4 4 4
4 4
41
4
5
4
4
4 4 4
4
4
4
41
5
4
4
4
4 4 4
4
4
4
41
3 UC-03
4
4 4 3 3
4 3 4
3 2
34
4
5
4
3
3 3 3
4
3
3
35
4
4
4
4
3 3 3
4
3
2
34
4 UC-04
5
4 4 4 3
4 3 3
3 3
36
5
4
4
4
3 3 3
3
3
3
35
4
4
4
4
3 3 3
3
3
3
34
5 UC-05
3
4 3 2 3
3 4 4
3 4
33
4
4
3
2
3 3 4
4
3
3
33
4
4
3
3
3 3 3
4
3
3
33
6 UC-06
5
5 4 4 4
4 4 5
4 3
42
5
5
4
4
4 4 4
5
4
3
42
4
5
4
4
4 4 4
5
4
3
41
7 UC-07
4
4 3 4 3
3 4 3
3 3
34
4
4
3
3
3 3 3
3
3
3
32
4
4
3
3
3 3 3
3
3
3
32
8 UC-08
5
5 4 4 3
4 2 3
3 2
35
5
5
4
4
3 4 2
3
3
3
36
5
4
4
4
3 4 3
3
3
3
36
9 UC-09
4
4 3 4 3
4 3 4
4 3
36
4
4
4
4
3 4 3
3
4
3
36
4
4
4
4
3 4 3
3
4
3
36
10 UC-10
3
3 2 2 3
3 2 3
3 2
26
4
4
3
3
3 3 2
3
3
3
31
4
4
3
3
3 3 3
3
3
2
31
11 UC-11
4
3 4 3 4
3 4 4
3 3
35
4
3
4
3
4 3 4
3
3
3
34
4
3
4
3
4 3 4
3
3
3
34
12 UC-12
5
4 3 4 3
4 4 3
3 2
35
5
4
4
4
3 3 3
3
3
3
35
4
4
4
4
3 3 3
3
3
2
33
13 UC-13
4
4 3 4 4
4 3 3
3 2
34
4
4
3
5
4 3 3
3
3
2
34
4
4
3
5
4 3 3
3
3
3
35
14 UC-14
5
4 4 3 3
4 4 3
4 3
37
4
4
4
3
4 4 3
3
3
3
35
5
4
4
4
4 4 3
3
3
3
37
15 UC-15
5
4 4 4 3
3 3 3
2 2
33
5
4
4
4
3 3 3
3
3
3
35
4
4
4
4
3 3 3
3
3
2
R
532
KETERANGAN ASPEK YANG DI NILAI > PERSIAPAN 1 = MENYIAPKAN ALAT DAN PERLENGKAPAN MEMBUAT POLA 2 = MENYIAPKAN BAHAN 3 = KETEPATAN WAKTU MENYIAPKAN PERALATAN MEMBUAT POLA > PROSES 4 = DAPAT MENGANALISA DAN MEMAHAMI GAMBAR/DESAIN 5 = KETEPATAN UKURAN POLA DASAR 6 = KETEPATAN SISTEM POLA 7 = MENGUBAH POLA SESUAI MODEL
533 > HASIL 8 = KETEPATAN TANDA POLA 9 = KERAPIHAN / KEBERSIHAN 10 = HASIL KESELURUHAN
33
530
Lampiran 15
PERHITUNGAN RELIABILITAS HASIL RATINGS SOAL PRAKTEK
Subjek
41 41 34 36 33 42 34 35 36 26 35 35 34 37 33
Rater II 39 41 35 35 33 42 32 36 36 31 34 35 34 35 35
532
533
I
UC-01 UC-02 UC-03 UC-04 UC-05 UC-06 UC-07 UC-08 UC-09 UC-10 UC-11 UC-12 UC-13 UC-14 UC-15 R=
T
III 40 41 34 34 33 41 32 36 36 31 34 33 35 37 33
14400 15129 10609 11025 9801 15625 9604 11449 11664 7744 10609 10609 10609 11881 10201 ∑R = 530 ∑T = ∑I = 1595
R²=
283024 284089 280900
n=
15
k= 3
T²
120 123 103 105 99 125 98 107 108 88 103 103 103 109 101
∑R² = 848013 ∑T² = 170959 ∑I² = 57021
Rumus :
Ss Se 2
r xx
2
S s ( k - 1) s e 2
dimana :
(
2
) ( )
i 2 R 2 / n - 2 / k (i) / nk Se (n -1)(k 1) 2
Se
2
= = = =
57021
848013
Ss
Ss2
15 10
( )/ k - (i )
2
/ nk
n -1
= = = =
170959
3 15
56986
1595 1 56534
2
15 x
14 452,444444 14 32,317
Jadi rxx'
=
32,317 1,9086 32,3174603
=
30,4088183 32,3174603
=
0,9409
=
32,317 32,317 +
=
30,4088183 41,8606702
=
0,7264
dan rxx'
170959 3 + 1 3 1
-56500 + 56534 9 x 2 34,3555556 18 1,9086 2
2
2
6
1,9086 - 1 1,9086
3
1595
2
15 x
3
Lampiran 16 SOAL EVALUASI POST TEST TES PRESTASI BELAJAR SMK AL- MUSYAFA’ KENDAL TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Mata Diklat Pokok Bahasan Waktu Jumlah Soal
: Membuat Pola Busana Anak : Membuat Pola Busana Anak : 45 menit : 36 Soal Obyektif
Petunjuk Umum 1. Kerjakan soal pada lembar jawaban yang tersedia 2. Tulis nama, kelas dan nomer absen siswa pada lembar jawaban yang tersedia 3. Apabila ada jawaban yang dianggap salah dan anda ingin memperbaikinya, coretlah dengan dua garis mendatar pada tanda silang Contoh : Jawaban semula a b c d Pembetulan a b c d 4. Skor jawaban yang benar bernilai (1), dan jawaban yang salah bernilai (0) Petunjuk Khusus I. Berilah Tanda silang (X) pada huruf a, b, c, d, sebagai jawaban yang paling benar menurut anda! 1. Pemilihan bahan pakaian anak yang harus diperhatikan oleh orang tua adalah..... a. Menyerap keringat dan tipis b. Mahal dan menyerap keringat c. Lembut dan menyerap keringat d. Halus dan berkilau 2. Pembuatan busana anak harus disesuaikan dengan hal-hal berikut, kecuali..... a. Pertumbuhan b. Perkembangan anak c. Kesehatan d. Keindahan 3. Usia anak dapat digolongkan menjadi.... a. Usia bayi, balita, batita dan anak b. Usia batita, balita, prasekolah dan sekolah c. Usia bayi, balita, prasekolah dan sekolah d. Usia batita, balita, prsekolah, sekolah dan remaja.
191
4. Mengubah model busana anak yang baik, diperlukan pengetahuan tentang.... a. Membuat desain b. Membuat pola c. Menentukan warna busana d. Menentukan hiasan 5. Ciri busana anak adalah sebagai berikut, kecuali.... a. Bentuknya sederhana b. Longgar c. Mewah d. Bahan lembut dan sejuk 6. Keluhan kesehatan yang sering dijumpai anak yang terkait dengan pemilihan pakaian adalah..... a. Biang keringat b. Iritasi c. Kegemukan d. Pergerakan 7.
Gambar kerah disamping ini adalah.... a. Kerah kelasi b. Kerah shanghai c. Kerah rebah d. Kerah kemeja (U.H)
8. Contoh bahan yang cocok digunakan untuk busana anak pada kesempatan bermain adalah..... a. Denim b. Polyester c. Katun d. Rayon 9.
Gambar rok disamping adalah.... a. Rok rok kerut b. Rok lipit c. Rok susun d. Rok lingkar
10. Pemilihan teknik menjahit yang cocok untuk aktivitas anak yang selalu bergerak adalah..... a. Kampuh buka b. Kampuh balik
c. Kampuh perancis d. Kampuh pipih 11. Salah satu corak bahan yang banyak disukai anak-anak kecuali..... a. Bunga b. Hewan c. Tokoh kartun d. Abstrak 12. Bukaan pakaian yang cocok untuk busana anak batita adalah..... a. Retsleting (Tutup tarik) b. Kancing bungkus c. Kancing pipih d. Kancing kait 13. Hiasan yang cocok untuk busana pesta anak adalah sebagai berikut, kecuali..... a. Aksesoris b. Korsase c. Pita d. Renda 14. Pemilihan warna yang cocok untuk anak berjenis kulit sawo matang adalah..... a. Cerah b. Terang c. Gelap d. Redup 15. Kelebihan kain untuk jahitan dikenal dengan istilah.... a. Kampuh b. Rompok c. Obras d. Tiras 16. Gambar disamping menggunakan disain.... a. Siluet H b. Siluet S c. Siluet A d. Siluet X (U.H)
17. Garis hias yang memotong busana secara horisontal dari sisi kiri ke kanan dan berada di atas garis dada, merupakan pengertian dari.... a. Garis hias basque
b. Garis hias princess c. Garis hias empire d. Garis hias pas dada 18. Salah satu model lengan yang sering digunakan pada busana anak adalah..... a. Lonceng b. Mawar c. Balon d. Licin
19. Analisis desain yang sesuai untuk gambar disamping ini adalah..... a. Kerah rebah, lengan poff dan bergaris hias empire. b. Kerah rebah, lengan puncak dan bergaris hias empire. c. Kerah rebah, lengan poof dan bergaris hias pas dada. d. Kerah rebah, lengan puncak dan bergaris hias pas dada.
20. Hiasan busana anak disamping dinamakan...... a. Strook b. Kelim c. Depun d. Serip (U.H)
21. Hal yang pertama kali dilakukan dalam pembuatan busana anak adalah.... a. Membeli kain b. Mengambil ukuran badan U.H c. Membuat pola d. Menjahit 22. Jika mengalami kesulitan dalam mengukur badan anak, dapat digunakan.... a. Ukuran standar b. Ukuran badan anak yang setipe c. Ukuran standar sesuai umur d. Ukuran baju 23. Berikut merupakan salah satu peralatan yang dibutuhkan dalam pengambilan ukuran badan anak adalah.... a. Gunting b. Kapur jahit
c. Meteran d. Penggaris pola 24. Gambar busana disamping ini cocok digunakan untuk kesempatan...... a. Pesta malam b. Pesta kostum c. Pesta kebun d. Semua benar U.H
25. Ukuran yang dari batas lingkar lengan kiri sampai lingkar lengan kanan dan berada kira-kira 7cm dari tulang leher belakang merupakan pengertian dari..... a. Lebar punggung b. Panjang punggung c. Lebar muka d. Panjang muka 26. Ukuran yang dari batas bahu sampai panjang pakaian yang diinginkan merupakan pengertian dari..... a. Panjang muka b. Panjang rok c. Panjang punggung d. Panjang bebe 27. Untuk membuat rok anak dibutuhkan beberapa ukuran diantaranya.... a. Panjang rok, lingkar pinggang dan lingkar panggul b. Panjang rok, lingkar pinggang dan lebar panggul c. Panjang rok, lingkar panggul dan tinggi panggul d. Panjang rok, lebar panggul dan tinggi panggul 28. Sistem pembuatan pola disamping merupakan sistem pembuatan pola.... a. Aldrich b. Meyneke c. Dressmaking d. Konstruksi
29. Pola untuk anak yang mempunyai bentuk tubuh buncit, pada saat membuat pola badan anak, pada bagian TM pas pinggang harus.... a. Diturunkan b. Dinaikkan c. Digeser d. Diangkat 30. Pola yang dibuat pada kertas/kain menggunakan sistem pembuatan pola dan ukuran anak, merupakan pengertian dari.... a. Pola konstruksi b. Pola kombinasi c. Pola grading d. Pola standar 31. Pecah pola gambar disamping ini merupakan pecah pola lengan.... a. Lengan licin b. Lengan tulip c. Lengan gelembung d. Lengan puncak
32. Tanda pola berikut ini memiliki arti pola.... a. Satu lipit b. Dilebarkan c. Garis penolong d. Setengah Lipit 33. Setelah membuat pola dasar dan pecah pola busana anak, langkah selanjutnya adalah..... a. Memotong bahan b. Membuat rancangan bahan c. Membuat rancangan harga d. Menjahit pola 34. Pecah pola kerah gambar disamping ini termasuk.... a. Kerah selendang b. Kerah setali c. Kerah palerin d. Kerah tegak
35. Tanda pola dan arah serat digunakan untuk memudahkan dalam.... a. Memotong pola pada bahan b. Meletakkan pola pada bahan c. Menjiplak pola pada bahan d. Menjahit bahan 36. Tanda pola yang ditunjukkan panah memiliki arti..... a. Satu lipt b. Dilebarkan c. Garis penolong d. Setengah lipit hadap
II. Gambarlah sesuai petunjuk yang ditentukan! 1. Buatlah pola dasar badan anak (Skala 1:4) dengan sistem Meyneke, beserta pecah polanya dengan desain dan ukuran diawah ini! UKURAN DESAIN
Lingkar badan = 64 cm Lingkar pinggang = 60 cm Panjang punggung = 27 cm Lebar punggung = 26 cm Lebar muka = 25 cm Panjang bahu = 8 cm Lingkar Kerung lengan = 30 cm Lingkar leher = 27 cm Panjang muka = 23 cm Panjang lengan = 13 cm Panjang baju = 50 cm
Lampiran 17 DAFTAR NAMA SISWA KELAS X BB 1 (Eksperimen 1) dan KELAS X BB 3 (Eksperimen 2) SMK AL-MUSYAFA’ KENDAL EKSPERIMEN 1 Pemb. Metode Ceramah dan MPI NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Simbol E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 E10 E11 E12 E13 E14 E15 E16 E17 E18 E19 E20 E21 E22 E23 E24 E25 E26 E27 E28 E29 E30
NAMA AFIFAH AHMAD MURSOFI ALIF FAKIYAH ANIK ASTUTIK ANNISA RAHMA DWI PRATIWI ENI NOVIANI FADHILATUL NI'MAH IIN INAYATUL MAULA ITA UROHMAH KHOLIFATU SINTA KONITA AZIZATIN LUTFI ULLU MANGFIATI M. ROFIQ QOMARUDIN MALIKATUROHMAH MANARUL HIDAYAT MASFIYAH HAYATI MOHAMAD HAQQINAZILI MUHAMMAD IMRON NUR ROIDAH RIZATUL KHOERIYAH RUTBATUL ALIYYAH SITI FADHILAH SITI MASRUROH SITI NUR ATIKA YANAH SITI NUROHMAH SITI UNANDIYAH SRI EKA SARI ULFA TUSYARIFAH UMI FARIKHAH
EKSPERIMEN 2 Pemb. Metode Ceramah dan Demonstrasi NO Simbol NAMA 1 EK-1 ALCHOERIYAH 2 EK-2 BIASARI SUBIATI 3 EK3 DIYAH KURNIASIH 4 EK4 DWI LISTIYANI 5 EK5 ERMA ERVIANA 6 EK6 EVA NURMA ZUNITA 7 EK7 FIKA NURSHIKHAH 8 EK8 INAYATI SOLIKHAH 9 EK9 IRSYADATUL KHOIRIYAH 10 EK10 ISTIQOMAH 11 EK11 LAILY ISTIQOMAH 12 EK12 LULUK FATMA SARI 13 EK13 NIHAYATUL CHUSNALIA 14 EK14 NUR LAILATUN NIKMAH 15 EK15 PUJI REJEKI HARIYANTI 16 EK16 RIMA MAR'ATUS SHOLEKHAH 17 EK17 SALAMATUL HIKMAH 18 EK18 SITI AFIFAH 19 EK19 SITI LATIFATUL QOMARIYAH 20 EK20 SITI LESTARI 21 EK21 SITI MARIANASARI 22 EK22 SITI MASRUROH 23 EK23 SITI NUR HIDAYAH 24 EK24 SITI ROSYIDAH 25 K25 SITI SAYIDATUNNISA 26 K26 SITI SOFIYATUN 27 K27 SOEBATUL ASLAMIAH 28 K28 SRI INDAH ASTUTI 29 K29 SRI WAHYUNI 30 K30 SUSILOWATI
198
Lampiran 18 HASIL PRE-TEST KELOMPOK EKSPERIMEN 1 Nama
: Rutbatul Aliyah
Kelas
: X BB1
No. Absen
: 22
LEMBAR JAWABAN SOAL PRE TEST PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SMK AL-MUSYAFA’ KENDAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012
1. a
b
c
d
21. a
b
c
d
2. a
b
c
d
22. a
b
c
d
3. a
b
c
d
23. a
b
c
d
4. a
b
c
d
24. a
b
c
d
5. a
b
c
d
25. a
b
c
d
6. a
b
c
d
26. a
b
c
d
7. a
b
c
d
27. a
b
c
d
8. a
b
c
d
28. a
b
c
d
9. a
b
c
d
29. a
b
c
d
10. a
b
c
d
30. a
b
c
d
11. a
b
c
d
31. a
b
c
d
12. a
b
c
d
32. a
b
c
d
13. a
b
c
d
33. a
b
c
d
14. a
b
c
d
34. a
b
c
d
15. a
b
c
d
35. a
b
c
d
16. a
b
c
d
36. a
b
c
d
17. a
b
c
d
18. a
b
c
d
19. a
b
c
d
20. a
b
c
d B = 14
199
HASIL PRAKTEK PRE TEST KELOMPOK EKSPERIMEN 1
200
Lampiran 19 HASIL PRE-TEST KELOMPOK EKSPERIMEN 2 Nama
: Salamatul Hikmah
Kelas
: X BB3.
No. Absen
:
17
LEMBAR JAWABAN SOAL PRE TEST PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SMK AL-MUSYAFA’ KENDAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012
1.
a
b
c
d
21. a
b
c
d
2.
a
b
c
d
22. a
b
c
d
3.
a
b
c
d
23. a
b
c
d
4.
a
b
c
d
24. a
b
c
d
5.
a
b
c
d
25. a
b
c
d
6.
a
b
c
d
26. a
b
c
d
7.
a
b
c
d
27. a
b
c
d
8.
a
b
c
d
28. a
b
c
d
9.
a
b
c
d
29. a
b
c
d
10. a
b
c
d
30. a
b
c
d
11. a
b
c
d
31. a
b
c
d
12. a
b
c
d
32. a
b
c
d
13. a
b
c
d
33. a
b
c
d
14. a
b
c
d
34. a
b
c
d
15. a
b
c
d
35. a
b
c
d
16. a
b
c
d
36. a
b
c
d
17. a
b
c
d
18. a
b
c
d
19. a
b
c
d
20. a
b
c
d B = 10
201
HASIL PRAKTEK PRE TEST KELOMPOK EKSPERIMEN 2
202
Lampiran 20 Data Nilai Hasil Pre-test (Tes Kognitif) Kelompok Ekperimen 1 Pembelajaran dengan Metode Ceramah dan MPI Skoring PRE-TEST
No. KODE
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
E-01 E-02 E-03 E-04 E-05 E-06 E-07 E-08 E-09 E-10 E-11 E-12 E-13 E-14 E-15 E-16 E-17 E-18 E-19 E-20 E-21 E-22 E-23 E-24 E-25 E-26 E-27 E-28 E-29 E-30
1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1
2 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0
3 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1
4 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0
5 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0
6 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1
7 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0
8 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0
9 10 11 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0
12 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0
13 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
14 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
15 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1
16 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1
17 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
18 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0
19 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1
20 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
21 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0
22 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
23 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0
24 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0
25 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1
26 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0
27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
28 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1
29 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0
30 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0
31 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1
32 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0
33 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1
34 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
35 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1
36 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1
Y
Y2
NILAI
12 15 10 11 12 10 12 10 11 20 11 10 14 13 12 11 15 12 11 12 11 14 17 11 10 11 9 11 12 16
144 225 100 121 144 100 144 100 121 400 121 100 196 169 144
33 42 28 31 33 28 33 28 31 56 31 28 39 36 33 31 42 33 31 33 31 39 47 31 28 31 25 31 33 44
121 225 144 121 144 121 196 289 121 100 121 81 121 144 256
JUMLAH
203
1017
RATA-RATA
34
NILAI MAKSIMAL
56
NILAI MINIMAL
25
Data Nilai Pre-test (Tes Praktek) Kelompok Ekperimen 1 Pembelajaran dengan Metode Ceramah dan MPI
NO 1
1
NAMA E-01
4
ASPEK YANG DINILAI 2 3 4 5 6 7 Bobot 10% Bobot 40% 4
4
1
1
0
0
SKOR
8 9 10 Bobot 50%
Y
0
14
28
0
0
2
E-02
5
4
4
1
1
0
0
0
0
0
15
30
3
E-03
4
4
4
2
1
0
0
0
0
0
15
30
4
E-04
5
4
4
1
1
0
0
0
0
0
15
30
5
E-05
5
4
3
1
1
0
0
0
0
0
14
28
6
E-06
5
5
4
1
1
0
0
0
0
0
16
32
7
E-07
4
4
3
2
1
0
0
0
0
0
14
28
8
E-08
5
5
4
1
2
0
0
0
0
0
17
34
9
E-09
4
4
3
2
2
0
0
0
0
0
15
30
10
E-10
5
4
4
2
1
0
0
0
0
0
16
32
11
E-11
4
4
3
2
1
0
0
0
0
0
14
28
12
E-12
5
5
4
2
2
0
0
0
0
0
18
36
13
E-13
4
3
4
1
1
0
0
0
0
0
13
26
14
E-14
4
4
4
2
1
0
0
0
0
0
15
30
15
E-15
5
4
4
2
1
0
0
0
0
0
16
32
16
E-16
4
3
4
2
1
0
0
0
0
0
14
28
17
E-17
4
4
4
1
1
0
0
0
0
0
14
28
18
E-18
5
4
4
2
2
1
0
0
0
0
18
36
19
E-19
4
4
4
1
1
0
0
0
0
0
14
28
20
E-20
4
5
4
2
1
0
0
0
0
0
16
32
21
E-21
4
4
4
1
1
0
0
0
0
0
14
28
22
E-22
4
4
4
2
1
0
0
0
0
0
15
30
23
E-23
4
4
4
1
1
0
0
0
0
0
14
28
24
E-24
5
4
4
2
1
0
0
0
0
0
16
32
25
E-25
5
5
4
2
1
1
0
0
0
0
18
36
26
E-26
5
4
4
1
1
0
0
0
0
0
15
30
27
E-27
4
5
4
2
1
0
0
0
0
0
16
32
28
E-28
4
4
3
1
1
0
0
0
0
0
13
26
29
E-29
5
4
4
2
1
0
0
0
0
0
16
32
30
E-30
4
5
4
1
1
0
0
0
0
0
15
30
34 2 0 0 0
0
227 15,1
910 30,3
∑ Rata-rata
133
125
115
46
204
KRITERIA K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K
Lampiran 21 Data Nilai Pre-test (Tes Kognitif) Kelompok Ekperimen 2 Pembelajaran dengan Metode Ceramah dan Demonstrasi DATA HASIL PENELITIAN PRE-TEST KELAS EKSPERIMEN 2 SMK AL MUSYAFA' KENDAL
PEMB. METODE CERAMAH DAN DEMONSTRASI
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Skoring PRE-TEST
KODE EK-01 EK-02 EK-03 EK-04 EK-05 EK-06 EK-07 EK-08 EK-09 EK-10 EK-11 EK-12 EK-13 EK-14 EK-15 EK-16 EK-17 EK-18 EK-19 EK-20 EK-21 EK-22 EK-23 EK-24 EK-25 EK-26 EK-27 EK-28 EK-29 EK-30
1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1
2 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0
3 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1
4 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0
5 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0
6 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1
7 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0
8 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0
9 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1
10 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1
11 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0
12 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0
13 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
14 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0
15 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1
16 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1
17 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
18 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0
19 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1
20 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1
21 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0
22 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
23 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0
24 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0
25 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
26 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0
27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0
28 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
29 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0
30 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0
31 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0
32 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0
33 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
34 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
35 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1
36 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1
Y
Y2
NILAI
11 12 11 13 13 11 17 12 11 10 11 7 15 11 14 11 10 12 12 11 13 14 10 11 13 13 11 14 13 12
121 144 121 169 169 121 289 144 121 100 121 49 225 121 196
30,56 33,33 30,56 36,11 36,11 30,56 47,22 33,33 30,56 27,78 30,56 19,44 41,67 30,56 38,89 30,56 27,78 33,33 33,33 30,56 36,11 38,89 27,78 30,56 36,11 36,11 30,56 38,89 36,11 33,33
121 100 144 144 121 169 196 100 121 169 169 121 196 169 144
JUMLAH RATA-RATA NILAI MAKSIMAL NILAI MINIMAL
205
997 33 47 19
Data Nilai Pre-test (Tes Praktek) Kelompok Ekperimen 2 Pembelajaran dengan Metode Ceramah dan Demontrasi
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
NAMA EK-01 EK-02 EK-03 EK-04 EK-05 EK-06 EK-07 EK-08 EK-09 EK-10 EK-11 EK-12 EK-13 EK-14 EK-15 EK-16 EK-17 EK-18 EK-19 EK-20 EK-21 EK-22 EK-23 EK-24 EK-25 EK-26 EK-27 EK-28 EK-29 EK-30 ∑ Rata-rata
ASPEK YANG DINILAI 2 3 4 5 6 Bobot 10% Bobot 40% 5 4 4 2 2 1 5 4 4 2 1 1 4 4 4 1 1 1 5 4 4 2 2 1 5 4 3 1 1 0 5 4 4 2 1 1 4 4 3 1 1 0 5 4 4 1 1 0 4 4 3 2 1 1 5 4 4 1 1 0 5 4 3 1 1 0 5 5 4 1 1 0 4 4 4 1 1 0 4 4 4 2 1 0 5 4 4 2 2 1 4 3 4 1 1 0 4 4 4 2 1 0 4 4 4 2 1 1 5 5 4 2 1 0 4 5 4 1 1 0 4 4 4 1 1 0 4 4 4 2 1 0 4 4 4 1 1 0 5 4 4 2 2 1 4 5 4 1 1 1 5 4 4 1 1 0 4 5 4 2 2 1 5 5 3 1 1 0 5 4 4 1 1 0 4 4 4 2 1 0 135 125 115 44 35 11 1
206
7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 9 10 Bobot 50% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Y 18 17 15 18 14 17 13 15 15 15 14 16 14 15 18 13 15 16 17 15 14 15 14 18 16 15 18 15 15 15 234 15,6
SKOR
KRITERIA
36 34 30 36 28 34 26 30 30 30 28 32 28 30 36 26 30 32 34 30 28 30 28 36 32 30 36 30 30 30 930 31
K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K
Lampiran 22 Data Pre-test Kelompok Ekperimen 1 dan Kelompok Eksperimen2 Metode Ceramah dan MPI No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Kode E-01 E-02 E-03 E-04 E-05 E-06 E-07 E-08 E-09 E-10 E-11 E-12 E-13 E-14 E-15 E-16 E-17 E-18 E-19 E-20 E-21 E-22 E-23 E-24 E-25 E-26 E-27 E-28 E-29 E-30
Jumlah () n (n1) Rata-rata (X1) Nilai Maximal Nilai Minimal 2 s1 s1
Teori 33,33 41,67 33,33 30,56 33,33 38,89 38,89 27,78 33,33 47,22 30,56 36,11 38,89 36,11 36,11 30,56 41,67 33,33 30,56 33,33 30,56 41,67 47,22 30,56 36,11 36,11 25,00 30,56 33,33 38,89 1055,56
Praktek 28 30 30 30 30 32 26 34 30 32 28 36 26 30 32 28 28 36 28 32 28 30 28 32 36 30 32 26 32 30
Skor 30,67 35,83 31,67 30,28 31,67 35,44 32,44 30,89 31,67 39,61 29,28 36,06 32,44 33,06 34,06 29,28 34,83 34,67 29,28 32,67 29,28 35,83 37,61 31,28 36,06 33,06 28,50 28,28 32,67 34,44
910,00
982,78
30
30
30
35,19
30,33
32,76
47,22 25,00
36,00 26,00
39,61 28,28 8,20 2,863
Metode Ceramah & Demonstrasi Kriteria K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Kode EK-01 EK-02 EK-03 EK-04 EK-05 EK-06 EK-07 EK-08 EK-09 EK-10 EK-11 EK-12 EK-13 EK-14 EK-15 EK-16 EK-17 EK-18 EK-19 EK-20 EK-21 EK-22 EK-23 EK-24 EK-25 EK-26 EK-27 EK-28 EK-29 EK-30
Jumlah () n (n2) K
207
Rata-rata (X2) Nilai Maximal Nilai Minimal 2 s2 s2
Teori 30,56 33,33 30,56 36,11 36,11 30,56 47,22 33,33 30,56 27,78 30,56 19,44 41,67 30,56 38,89 30,56 27,78 33,33 33,33 30,56 36,11 38,89 27,78 30,56 36,11 36,11 30,56 38,89 36,11 33,33
Praktek 32 34 30 30 28 34 26 30 30 30 28 32 28 30 32 26 30 32 34 30 28 30 28 36 32 30 36 30 30 30
Skor 31,28 33,67 30,28 33,06 32,06 32,28 36,61 31,67 30,28 28,89 29,28 25,72 34,83 30,28 35,44 28,28 28,89 32,67 33,67 30,28 32,06 34,44 27,89 33,28 34,06 33,06 33,28 34,44 33,06 31,67
997,22
916,00
956,61
30
30
30
33
31
32
47,22 19,44
36,00 26,00
36,61 25,72 6,18 2,486
Kriteria K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K
K
Lampiran 23 UJI NORMALITAS Uji Normalitas Data Pre test Kelompok Eksperimen 1 DATA NILAI HASIL PRE TEST KELOMPOK PEMB. MPI
(Pembelajaran dengan Metode Ceramah dan MPI) Hipotesis Ho : Data berdistribusi normal Ha : Data tidak berdistribusi normal Pengujian Hipotesis: Rumus yang digunakan: k
2
å
(Oi
i 1
E i )2 Ei
Kriteria yang digunakan Ho diterima jika2 < 2 tabel Pengujian Hipotesis Nilai maksimal Nilai minimal Rentang Banyak kelas
Kelas Interval 28,28 30,28 32,28 34,28 36,28 38,28
-
29,28 31,28 33,28 35,28 37,28 39,28
= = = =
39,61 28,28 11,33 6
Panjang Kelas Rata-rata ( x ) s n
= = = =
1,89 32,76 2,86 30
Batas Kelas
Z untuk batas kls.
Peluang untuk Z
Luas Kls. Untuk Z
Ei
Oi
27,78 29,78 31,78 33,78 35,78 37,78 39,78
-1,74 -1,04 -0,34 0,36 1,05 1,75 2,45
0,4591 0,3512 0,1341 0,1390 0,3541 0,4602 0,4929
0,1079 0,2170 0,2731 0,2151 0,1061 0,0327
3,2374 6,5106 8,1937 6,4544 3,1817 0,9809
6 4 9 4 5 1
Ei 2,357 0,968 0,079 0,933 1,039 0,000
=
5,3778
²
(Oi-Ei)²
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh ² tabel = 7,81 Daerah penolakan Ho
Daerah
5,3778
7,81
Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
208
Lampiran 24 UJIPre NORMALITAS Uji Normalitas Data test Kelompok Eksperimen 2 DATA NILAI HASIL PRE TEST KELOMPOK PEMB. KONVENSIONAL
(Pembelajaran. dengan Metode Ceramah dan Demonstrasi)
Hipotesis Ho : Ha :
Data berdistribusi normal Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis: Rumus yang digunakan: k
2
å
(Oi
i 1
E i )2 Ei
Kriteria yang digunakan Ho diterima jika2 < 2 tabel Pengujian Hipotesis Nilai maksimal Nilai minimal Rentang Banyak kelas
Kelas Interval 25,72 27,72 29,72 31,72 33,72 35,72
-
26,72 28,72 30,72 32,72 34,72 36,72
= = = =
36,61 25,72 10,89 6
Panjang Kelas Rata-rata ( x ) s n
= = = =
1,81 31,89 2,49 30
Batas Kelas
Z untuk batas kls.
Peluang untuk Z
Luas Kls. Untuk Z
Ei
Oi
25,22 27,22 29,22 31,22 33,22 35,22 37,22
-2,68 -1,88 -1,07 -0,27 0,54 1,34 2,15
0,4963 0,4697 0,3582 0,1054 0,2044 0,4102 0,4841
0,0266 0,1116 0,2527 0,3099 0,2057 0,0739
0,7984 3,3469 7,5814 9,2957 6,1723 2,2175
1 2 7 7 10 3
Ei 0,051 0,542 0,045 0,567 2,374 0,276
=
3,8543
²
(Oi-Ei)²
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh ² tabel = 7,81 Daerah penolakan Ho
Daerah
3,8543
7,81
Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
209
Lampiran 25 UJI KESAMAAN DUA VARIANS DATA NILAI HASIL ANTARA Uji Kesamaan Dua Varians Data Pre PRE test TEST Kelompok KELOMPOK PEMB. MPI DAN PEMB. KONVENSIONAL Eksperimen 1 dan 2 Hipotesis
Ho : Ha :
s12 s12
Uji Hipotesis s22
= =
s22
Untuk menguji hipotesis digunakan rumus: F
Varians terbesar Varians terkecil
Ho diterima apabila F < F 1/2 (nb-1):(nk-1)
Daerah penerimaan Ho
F 1/2 (nb-1):(nk-1) Dari data diperoleh: Sumber variasi
Kelompok Pemb. MPI
Jumlah n x Varians (s2) Standart deviasi (s )
982,778 30 32,76 8,1965 2,86
Kelompok Pemb. Konvensional 956,611 30 31,89 6,1787 2,49
Berdasarkan rumus di atas diperoleh: F
=
8,20 6,18
= 1,3266
Pada = 5% dengan: dk pembilang = nb - 1 = dk penyebut = nk -1 = F (0.05)(29:29) = 1,86
30 30 -
1= 1=
29 29
Daerah penerimaan Ho
1,3266
1,86
Karena F berada pada daerah penerimaan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok mempunyai varians yang tidak berbeda.
210
Lampiran 26 Uji Perbedaan Rata-rata Pre test antara Kelompok UJI PERBEDAAN DUA RATA-RATA DATA HASIL Eksperimen 1 danPRE 2 TEST ANTARA KELOMPOK PEMB. MPI DAN PEMB. KONVENSIONAL Hipotesis
Ho : Ha :
Uji Hipotesis
m1
<
m2
m1
>
m2
Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
x
t
1
x
2
1 1 n1 n2
s Dimana,
s
(n 1 1)s12 (n 2 1)s 22
Ho ditolak apabila t > t(1-)(n1+n2-2)
n1 n 2 2
Daerah penerimaan Ho
Dari data diperoleh: Sumber variasi
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
Jumlah n x Varians (s2) Standart deviasi (s )
982,778 30 32,76 8,1965 2,86
956,611 30 31,89 6,1787 2,49
Berdasarkan rumus di atas diperoleh: s
=
t
=
30
1
32,76 2,68097
8,20 + 30 30 + 30 31,89 1 30
+
1
1 2
6,18
= 2,68097
= 1,260
30
Pada = 5% dengan dk = 30 + 30 - 2 = 58 diperoleh t (0.95)(58) =
1,67
Daerah penerimaan Ho
1,26
1,67
Karena t berada pada daerah penerimaan maka dapat disimpulkan bahwa kelompok Karena t berada pada daerah penerimaan Ho,Ho, maka dapat disimpulkan bahwa kelompok pemb pemb. MPI tidak lebih baik daripada kelompok pemb.konvensional
elajaran dengan metode ceramah dan MPI tidak lebih baik dari pembelajaran dengan metode ceramah dan demonstrasi
211
Lampiran 27 HASIL POST-TEST KELOMPOK EKSPERIMEN 1 Nama
: Manarul Hidayat
Kelas
: X BB 1
No. Absen
: 16
LEMBAR JAWABAN SOAL POST…………………… TEST PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SMK AL-MUSYAFA’ KENDAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012
37. a
b
c
d
38. a
b
c
d
57. a
b
c
d
39. a
b
c
d
58. a
b
c
d
40. a
b
c
d
59. a
b
c
d
41. a
b
c
d
60. a
b
c
d
42. a
b
c
d
61. a
b
c
d
43. a
b
c
d
62. a
b
c
d
44. a
b
c
d
63. a
b
c
d
45. a
b
c
d
64. a
b
c
d
46. a
b
c
d
65. a
b
c
d
47. a
b
c
d
66. a
b
c
d
48. a
b
c
d
67. a
b
c
d
49. a
b
c
d
68. a
b
c
d
50. a
b
c
d
69. a
b
c
d
51. a
b
c
d
70. a
b
c
d
52. a
b
c
d
71. a
b
c
d
53. a
b
c
d
72. a
b
c
d
54. a
b
c
d
55. a
b
c
d
56. a
b
c
d B = 32
212
HASIL PRAKTEK POST TEST KELOMPOK EKSPERIMEN 1 POLA DASAR SKALA 1:4
213
PECAH POLA SKALA 1:4
214
Lampiran 28 HASIL POST-TEST KELOMPOK EKSPERIMEN 2 Nama
: Alchoeriyah
Kelas
: X BB 3
No. Absen
:
01
LEMBAR JAWABAN SOAL POST TEST PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SMK AL-MUSYAFA’ KENDAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012
1. a
b
c
d
23. a
b
c
d
2. a
b
c
d
24. a
b
c
d
3. a
b
c
d
25. a
b
c
d
4. a
b
c
d
26. a
b
c
d
5. a
b
c
d
27. a
b
c
d
6. a
b
c
d
28. a
b
c
d
7. a
b
c
d
29. a
b
c
d
8. a
b
c
d
30. a
b
c
d
9. a
b
c
d
31. a
b
c
d
10. a
b
c
d
32. a
b
c
d
11. a
b
c
d
33. a
b
c
d
12. a
b
c
d
34. a
b
c
d
13. a
b
c
d
35. a
b
c
d
14. a
b
c
d
36. a
b
c
d
15. a
b
c
d
16. a
b
c
d
17. a
b
c
d
18. a
b
c
d
19. a
b
c
d
20. a
b
c
d
21. a
b
c
d
22. a
b
c
d 215
B = 23
HASIL PRAKTEK POST TEST KELOMPOK EKSPERIMEN 2 POLA DASAR SKALA 1:4
216
PECAH POLA SKALA 1:4
217
Lampiran 29 Data Nilai Hasil Post-test (Tes Kognitif) Kelompok Ekperimen 1 Pembelajaran dengan Metode Ceramah dan MPI Skoring P0ST-TEST No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Kode
E-01 E-02 E-03 E-04 E-05 E-06 E-07 E-08 E-09 E-10 E-11 E-12 E-13 E-14 E-15 E-16 E-17 E-18 E-19 E-20 E-21 E-22 E-23 E-24 E-25 E-26 E-27 E-28 E-29 E-30
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
3 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
4 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1
6 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1
7 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
8 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0
10 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
11 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1
12 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0
13 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0
14 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
17 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1
18 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
19 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1
20 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1
21 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1
22 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1
23 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
25 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1
26 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
27 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1
28 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1
29 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
30 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1
31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1
32 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
33 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1
34 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1
35 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1
36 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1
Y
Y2
NILAI
31 28 24 30 28 26 28 27 28 30 28 28 27 28 29 32 27 29 28 26 28 30 28 29 28 27 31 27 30 29
961 784 576 900 784 676 784 729 784 900 784 784 729 784 841
86 78 67 83 78 72 78 75 78 83 78 78 75 78 81 89 75 81 78 72 78 83 78 81 78 75 86 75 83 81
1024 729 841 784 676 784 900 784 841 784 729 961 729 900 841
JUMLAH
218
2358
RATA-RATA
79
NILAI MAKSIMAL
89
NILAI MINIMAL
67
Data Nilai Post-test (Tes Praktek) Kelompok Ekperimen 1 Pembelajaran dengan Metode Ceramah dan MPI NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
NAMA E-01 E-02 E-03 E-04 E-05 E-06 E-07 E-08 E-09 E-10 E-11 E-12 E-13 E-14 E-15 E-16 E-17 E-18 E-19 E-20 E-21 E-22 E-23 E-24 E-25 E-26 E-27 E-28 E-29 E-30 ∑
ASPEK YANG DINILAI 1 2 3 4 5 6 Bobot 10% Bobot 40% 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 3 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 3 4 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 3 4 4 4 5 5 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 5 4 5 4 4 13 12 11 12 12 11 3 5 6 9 2 8
Rata-rata
219
7 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 11 3
8 9 10 Bobot 50% 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 2 2 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 2 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 4 3 2 3 3 1 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 10 7 96 83
Y
SKO R
KRITERIA
38 41 39 37 41 41 39 43 41 39 37 39 36 36 40 38 36 37 37 36 36 37 35 39 39 36 38 35 37 39
76 82 78 74 82 82 78 86 82 78 74 78 72 72 80 76 72 74 74 72 72 74 70 78 78 72 76 70 74 78
B B B B B B B SB B B B B B B B B B B B B B B C B B B B C B B
587 39, 1
1174 76,1
Lampiran 30 Data Nilai Post-test (Tes Kognitif) Kelompok Ekperimen 2 Pembelajaran dengan Metode Ceramah dan Demonstrasi
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Skoring P0ST-TEST
Kode EK-01 EK-02 EK-03 EK-04 EK-05 EK-06 EK-07 EK-08 EK-09 EK-10 EK-11 EK-12 EK-13 EK-14 EK-15 EK-16 EK-17 EK-18 EK-19 EK-20 EK-21 EK-22 EK-23 EK-24 EK-25 EK-26 EK-27 EK-28 EK-29 EK-30
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
3 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
4 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1
6 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1
7 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0
8 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1
9 10 11 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1
12 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0
13 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0
14 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0
15 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1
17 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1
18 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1
19 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1
20 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1
21 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1
22 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1
23 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0
24 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0
25 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0
26 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1
27 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0
28 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1
29 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1
30 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1
31 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1
32 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1
33 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1
34 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1
35 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1
36 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1
Y
Y2
NILAI
23 26 25 25 26 22 31 23 27 19 22 21 24 22 26 27 20 21 25 23 22 26 25 23 27 26 20 26 24 25
529 676 625 625 676 484 961 529 729 361 484 441 576 484 676
64 72 69 69 72 61 86 64 75 53 61 58 67 61 72 75 56 58 69 64 61 72 69 64 75 72 56 72 67 69
729 400 441 625 529 484 676 625 529 729 676 400 676 576 625
JUMLAH RATA-RATA NILAI MAKSIMAL NILAI MINIMAL
220
2006 67 86 53
D
Data Nilai Post-test (Tes Praktek) Kelompok Ekperimen 2 Pembelajaran dengan Metode Ceramah dan Demontrasi ASPEK YANG DINILAI N O
NAMA
1
3
2
4
Bobot 10%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
EK-01 EK-02 EK-03 EK-04 EK-05 EK-06 EK-07 EK-08 EK-09 EK-10 EK-11 EK-12 EK-13 EK-14 EK-15 EK-16 EK-17 EK-18 EK-19 EK-20 EK-21 EK-22 EK-23 EK-24 EK-25 EK-26 EK-27 EK-28 EK-29 EK-30 ∑
5 6 Bobot 40%
7
5 5 4 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 5 5 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4
4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
4 4 4 3 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4
4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3
4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 2 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4
135
125
115
121
115
110
101
Rata-rata
221
1 8 9 0 Bobot 50% 3 3 3 2 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 9 2
3 3 3 2 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 8 1
Y
SKO R
KRITERI A
3 2 2 1 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 3 1 2 3 2 1 3 2 3 2
38 37 35 30 39 36 35 34 35 40 37 37 37 35 31 37 34 37 34 35 36 32 34 37 38 34 36 34 35 35
76 74 70 60 78 72 70 68 70 80 74 74 74 70 62 74 68 74 68 70 72 64 68 74 76 68 72 68 70 70
B B C C B B C C B B B B B C C B C B C C B C C B B C B C C C
69
536 35,7
2128 70,9
Lampiran Data Post-test Kelompok Ekperimen 1
31 31
dan Kelompok Eksperimen2 Metode ceramah dan MPI No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Kode
Teori
Praktek
E-01 E-02 E-03 E-04 E-05 E-06 E-07 E-08 E-09 E-10 E-11 E-12 E-13 E-14 E-15 E-16 E-17 E-18 E-19 E-20 E-21 E-22 E-23 E-24 E-25 E-26 E-27 E-28 E-29 E-30
86,11 77,78 66,67 83,33 77,78 66,67 77,78 72,22 77,78 77,78 77,78 75,00 72,22 77,78 80,56 88,89 69,44 75,00 72,22 66,67 77,78 83,33 75,00 83,33 77,78 72,22 86,11 75,00 83,33 80,56
76 82 78 74 82 82 78 86 82 78 74 78 76 78 80 76 74 80 78 72 78 74 70 78 82 72 78 70 74 78
Jumlah () n (n1) RRata-rata (X1) Nilai Maximal Nilai Minimal s12 s1
Metode Ceramah dan Demonstrasi
Skor 81,06 79,89 72,33 78,67 79,89 74,33 77,89 79,11 79,89 77,89 75,89 76,50 74,11 77,89 80,28 82,44 71,72 77,50 75,11 69,33 77,89 78,67 72,50 80,67 79,89 72,11 82,06 72,50 78,67 79,28
2313,89 30
2318,00 30
2315,94 30
77,13 86,11 66,67 33,89 5,82
77,27 78,00 70,00 14,75 3,84
77,20 81,06 69,33 11,82 3,44
Kriteria B B B B B B B B B B B B B B B B B B B C B B B B B B B B B B
No
Kode
Teori
Praktek
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
EK-01 EK-02 EK-03 EK-04 EK-05 EK-06 EK-07 EK-08 EK-09 EK-10 EK-11 EK-12 EK-13 EK-14 EK-15 EK-16 EK-17 EK-18 EK-19 EK-20 EK-21 EK-22 EK-23 EK-24 EK-25 EK-26 EK-27 EK-28 EK-29 EK-30
63,89 72,22 69,44 69,44 80,56 61,11 86,11 63,89 77,78 61,11 61,11 58,33 66,67 61,11 72,22 75,00 63,89 58,33 69,44 63,89 61,11 72,22 69,44 63,89 80,56 72,22 55,56 72,22 66,67 69,44
76 74 70 60 78 72 70 68 70 80 74 74 74 70 62 74 68 74 68 70 72 64 68 74 76 68 72 68 70 70
2038,89 30
2128,00 30
2083,44 30
68 86,11 63,89 53,60 7,32
71 80,00 70,00 19,24 4,39
69,45 79,28 63,78 15,96 3,99
Jumlah () n (n2) B
Rata-rata X2) Nilai Maximal Nilai Minimal 2 s2 s2
222
Skor 69,94 73,11 69,72 64,72 79,28 66,56 78,06 65,94 73,89 70,56 67,56 66,17 70,33 65,56 67,11 74,50 65,94 66,17 68,72 66,94 66,56 68,11 68,72 68,94 78,28 70,11 63,78 70,11 68,33 69,72
Kriteria C B C C B C B C B C C C C C C B C C C C C C C C B C C C C C
C
Lampiran 32 Uji Normalitas Data Post test Kelompok Eksperimen 1 UJI NORMALITAS (Pembelajaran dengan Metode Ceramah dan MPI) DATA NILAI HASIL POST TEST KELOMPOK PEMB. MPI Hipotesis Ho : Data berdistribusi normal Ha : Data tidak berdistribusi normal Pengujian Hipotesis: Rumus yang digunakan: k
2
å
(Oi
i 1
E i )2 Ei
Kriteria yang digunakan Ho diterima jika2 < 2 Pengujian Hipotesis Nilai maksimal Nilai minimal Rentang Banyak kelas Kelas Interval 69,33 74,33 79,33 84,33 89,33 94,33
-
73,33 78,33 83,33 88,33 93,33 99,33
tabel
= = = =
82,44 69,33 13,11 6
Panjang Kelas Rata-rata ( x ) s n
= = = =
2,19 77,20 3,44 30
Batas Kelas
Z untuk batas kls.
Peluang untuk Z
Luas Kls. Untuk Z
Ei
Oi
68,83 73,83 78,83 83,83 88,83 93,83 99,83
-2,43 -0,98 0,48 1,93 3,38 4,84 6,58
0,4925 0,3361 0,1828 0,4732 0,4996 0,5000 0,5000
0,1564 0,5190 0,2904 0,0264 0,0004 0,0000
4,6910 15,5694 8,7109 0,7934 0,0107 0,0000
0 0 0 0 0 0
Ei 4,6910 15,5694 8,7109 0,7934 0,0107 0,0000
²
=
29,7755
(Oi-Ei)²
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh ² tabel = 7,81 Daerah penolakan Ho
Daerah
7,81
29,775
Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
223
Lampiran 33 Uji Normalitas Data Post test Kelompok Eksperimen 2 (Pembelajaran dengan Metode Ceramah dan Demonstrasi) UJI NORMALITAS DATA NILAI HASIL POST TEST KELOMPOK PEMB. KONVENSIONAL Hipotesis Ho : Data berdistribusi normal Ha : Data tidak berdistribusi normal Pengujian Hipotesis: Rumus yang digunakan: 2
k
(Oi E i )2
i 1
Ei
å
Kriteria yang digunakan Ho diterima jika2 < 2 Pengujian Hipotesis Nilai maksimal Nilai minimal Rentang Banyak kelas
Kelas Interval 63,78 68,78 73,78 78,78 83,78 88,78
-
67,78 72,78 77,78 82,78 87,78 93,78
tabel
= = = =
79,28 63,78 15,50 6
Panjang Kelas Rata-rata ( x ) s n
= = = =
2,58 69,45 3,99 30
Batas Kelas
Z untuk batas kls.
Peluang untuk Z
Luas Kls. Untuk Z
Ei
Oi
63,28 68,28 73,28 78,28 83,28 88,28 94,28
-1,54 -0,29 0,96 2,21 3,46 4,71 6,22
0,4388 0,1152 0,3312 0,4865 0,4997 0,5000 0,5000
0,3236 0,4464 0,1553 0,0133 0,0003 0,0000
9,7067 13,3916 4,6594 0,3981 0,0080 0,0000
0 0 0 0 0 0
Ei 9,7067 13,3916 4,6594 0,3981 0,0080 0,0000
²
=
28,1638
(Oi-Ei)²
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh ² tabel = 7,81 Daerah penolakan Ho
Daerah
7,81
28,164
Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
224
Lampiran 34 Uji Kesamaan Dua Varians DataHASIL Post test Kelompok UJI KESAMAAN DUA VARIANS DATA NILAI POST TEST ANTARA KELOMPOK PEMB. MPI DAN PEMB. KONVENSIONAL Eksperimen 1 dan 2
Hipotesis
Ho : Ha :
s12 s1
2
Uji Hipotesis s22
= =
Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
s22
F
Varians terbesar Varians terkecil
Ho diterima apabila F < F 1/2 (nb-1):(nk-1)
Daerah penerimaan Ho
F 1/2 (nb-1):(nk-1) Dari data diperoleh: Sumber variasi
Kelompok Pemb. MPI
Jumlah 2315,944 n 30 x 77,20 Varians (s2) 11,8190 Standart deviasi (s ) 3,44 Berdasarkan rumus di atas diperoleh: F
=
15,96 11,82
Kelompok Pemb. Konvensional 2083,444 30 69,45 15,9561 3,99
= 1,3500
Pada = 5% dengan: dk pembilang = nb - 1 = dk penyebut = nk -1 = F (0.05)(29:29) = 1,86
30 30 -
1= 1=
29 29
Daerah penerimaan Ho
1,3500
1,86
Karena F berada pada daerah penerimaan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok mempunyai varians yang tidak berbeda.
225
Lampiran 35 Uji Perbedaan Rata-rataDATA PostHASIL test antara UJI PERBEDAAN DUA RATA-RATA POST Kelompok TEST ANTARA KELOMPOK PEMB. MPI DAN PEMB. KONVENSIONAL Eksperimen 1 dan 2
Hipotesis
Ho : Ha :
Uji Hipotesis
m1
<
m2
m1
>
m2
Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
x1 x2
t
1 1 n1 n 2
s Dimana,
s
(n 1 1)s12 (n 2 1)s 22 n1 n 2 2
Ho ditolak apabila t > t(1-)(n1+n2-2) Daerah penerimaan Ho
Dari data diperoleh: Sumber variasi
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
Jumlah n x Varians (s2) Standart deviasi (s )
2315,944 30 77,20 11,8190 3,44
2083,444 30 69,45 15,9561 3,99
Berdasarkan rumus di atas diperoleh: s
=
t
=
30
1
77,20 3,7266
11,82 + 30 30 + 30 69,45 1 30
+
1
1 2
15,96
= 3,7266
= 8,054
30
Pada = 5% dengan dk = 30 + 30 - 2 = 58 diperoleh t (0.95)(58) =
1,67
Daerah penerimaan Ho
1,67
8,054
Karena dapat disimpulkan bahwa kelompok Karena t tberada beradapada padadaerah daerahpenolakan penolakanHo, Ho.maka Maka dapat disimpulkan bahwa kelompok pemb. MPI lebih baik daripada kelompok pemb. konvensional
pembelajaran metode ceramah dan MPI lebih baik dari kelompok pembelajaran dengan metode ceramah dan demonstrasi
226
Lampiran 36 SK PEMBIMBING SKRIPSI
227
Lampiran 37 SK PERMOHONAN IJIN OBSERVASI
228
Lampiran 38 SURAT PERMOHONAN IJIN PENELITIAN
229
Lampiran 39 DOKUMENTASI PENELITIAN
Proses pembelajaran kelompok ekpserimen 2 yang diajar menggunakan metode ceramah dan demonstrasi
230
Proses pembelajaran kelompok ekpserimen 1 yang diajar menggunakan metode ceramah dan MPI
231