PENGARUH AKTIFITAS PUASA SUNAH DAN SIKAP WARA’ (MENGHINDARI SESUATU YANG HARAM DAN SYUBHAT) TERHADAP KELANCARAN MENGHAFAL AL-QUR’AN SANTRI PUTRI DI PONDOK PESANTREN “MASYITHOH” DAYAAN SIDOREJO KIDUL TINGKIR SALATIGA TAHUN 2012 SKRIPSI
Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh :
NUR INDAH RAHMAWATI NIM. 111 08 139
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2012
PENGARUH AKTIFITAS PUASA SUNAH DAN SIKAP WARA’ (MENGHINDARI SESUATU YANG HARAM DAN SYUBHAT) TERHADAP KELANCARAN MENGHAFAL AL-QUR’AN SANTRI PUTRI DI PONDOK PESANTREN “MASYITHOH” DAYAAN SIDOREJO KIDUL TINGKIR SALATIGA TAHUN 2012 SKRIPSI
Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh :
NUR INDAH RAHMAWATI NIM. 111 08 139
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2012
MOTTO
©! $#¨b Î)4©! $#(#qà)¨?$#ur (7‰ tóÏ9 ôM tB£‰ s% $¨B Ó§ øÿtR öÝà ZtFø9ur ©! $#(#qà)®?$#(#qãZtB#uä šú
ïÏ%©!$#$pkš‰r'¯»tƒ
ÇÊÑÈ tb qè=yJ ÷ès? $yJ Î/ 7ŽÎ7yz Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hasyr: 18)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1. Ibu, bapak dan kakakku tercinta yang selalu setia memotivasi dan mendo’akan penulis. 2. Bapak ibu dosen STAIN Salatiga yang selama ini memberikan ilmu dan bimbingannya kepada penulis. 3. Bapak, Ibu Nya’i pengasuh pondok pesantren Al-Azhar yang selalu mengayomi, mendidik dan yang kami harapkan berkahnya. 4. Mbak-mbak pondok Al-Azhar yang selalu setia menghibur dan memotivasi penulis, khususnya Mbak Badriyah, Dek khizan, Dek Eva, Mbak Aida, Dek Tafiroh, Dek Umi dan Mbak Fafa. 5. Teman-teman PAI kelas D yang selalu mendampingi dalam proses penyusunan skripsi maupun dalam studi, khususnya Yaquta, Lida dan Mas Hamid.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat kepada hambahambaNya, yang tiada terhitung nikmatnya. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada kekasih, penyejuk hati, dan yang dinanti syafaatnya, Nabi agung Muhammad SAW. Semoga kita bisa meneladani akhlaqnya. Skripsi ini dapat penulis selesaikan berkat pertolongan Allah melalui berbagai pihak, karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag, selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. 2. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku ketua program studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga 3. Bapak Ahmad Agus Suaidi, Lc. M.A selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan serta pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Bapak dan Ibu Nya’i pondok pesantren “Masyithoh” yang telah memberikan izin dan pelayanan yang baik selama penelitian. 5. Santri putri pondok pesantren "Masyitoh" yang bersedia membantu penulis dalam penelitian. 6. Bapak dan Ibu dosen STAIN Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saranya yang membangun, mudah-mudahan sripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya Salatiga, 1 Agustus 2012 Penulis
Nur Indah Rahmawati
ABSTRAK
Rahmawati, Nur Indah. 2012 (NIM 11108139) Pengaruh Aktifitas Puasa Sunah dan Sikap Wara’ terhadap Kelancaran Menghafal Al-Qur’an Santri Pondok Pesantren “Masyithoh” Sidorejo Kidul kecamatan Tingkir kota Salatiga. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Ahmad Agus Suaidi, Lc. M.A. Kata kunci : aktifitas puasa sunah, sikap wara’, kelancaran menghafal AlQur’an. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.Bagaimana aktifitas puasa sunah santri di pondok pesantren Masyithoh? 2. Bagaimana sikap wara’ santri di pondok pesantren Masyithoh? 3. Bagaimana kreteria kelancaran menghafal AlQur’an di pondok pesantren Masyithoh? 4. Adakah pengaruh puasa sunah terhadap kelancaran menghafal Al-Qur’an? 5. Adakah pengaruh sikap wara’ terhadap kelancaran menghafal Al-Qur’an? 6. Adakah pengaruh aktifitas puasa sunah dan sikap wara’ terhadap kelancaran menghafal Al-Qur’an di pondok pesantren Masyithoh? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Untuk mengetahui bagaimana aktifitas puasa sunah santri di pondok pesantren “Masyithoh” Dayaan Sidorejo Kidul Tingkir Salatiga 2. Untuk mengerahui bagaimana sikap wara’ santri di Pondok pesantren “Masyithoh” Dayaan Sidorejo Kidul Tingkir Salatiga 3. Untuk mengetahui bagaimana kelancaran menghafal Al-Qur’an santri di pondok pesantren “Masyithoh” Dayaan Sidorejo Kidul Tingkir Salatiga 4. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh aktifitas puasa sunah dan sikap wara’ terhadap kelancaran menghafal Al-Qur’an di pondok pesantren “Masyithoh” Dayaan Sidorejo Kidul Tingkir Salatiga. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif regression. Subyek penelitian sebanyak 15 responden, menggunakan tehnik penelitian populasi, pengumpulan data menggunakan angket dan lembar penelitian. Data penelitian yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan program SPSS (Stastistical Package for the Social Science) diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Dari kedua variabel independen yang dimasukkan dalam regresi, variabel X1 dan variabel X2 signifikan. Hal ini bisa dilihat dari probabilitas signifikansi untuk variabel X1 sebesar .014 dan variabel X2 sebesar .003 dan keduanya di bawah 0,05. Dengan demikian, hipotesis penelitian yang penulis ajukan signifikan. Hal ini membuktikan bahwa ada pengaruh antara aktifitas puasa sunah dan sikap wara’ terhadap kelancaran menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren “Masyithoh” Dayaan, Sidorejo Kidul, Tingkir, Salatiga Tahun 2012. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diharapkan akan menjadi informasi dan menjadi koreksi bagi para santri pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................
ii
PENGESAHAN ............................................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN......................................................... iv MOTTO...........................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vi KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii ABSTRAK ...................................................................................................... ix DAFTAR ISI ................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..............................................................
1
B. Rumusan Masalah .......................................................................
5
C. Tujuan Penelitian .........................................................................
5
D. Hipotesis .....................................................................................
6
E. Manfaat Penelitian .......................................................................
6
F. Definisi Operasional ....................................................................
7
G. Metode Penelitian ........................................................................
9
H. Sistematika Penulisan Skripsi ...................................................... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktifitas Puasa Sunah .................................................................. 15 1. Pengertian Puasa Sunah ......................................................... 15 2. Macam-macam puasa sunah ................................................... 16 3. Menyehatkan Prilaku dengan Puasa ....................................... 18 4. Puasa dapat Mengatasi Stres dan Mencegah Penyakit Mental. 19 5. Puasa dapat Meningkatkan Kecerdasan .................................. 20 6. Keutamaan Orang yang Melakukan Puasa.............................. 22 B. Sikap Wara’ ................................................................................ 22 1. Pengertian Wara’ ................................................................... 22 2. Tingkatan Wara’ .................................................................... 23 3. Wara’ adalah Nilai Kesucian dan Pemeliharaan Iman ........... 24 4. Sikap Wara’ Mempermudah Menghafal dan mempelajari ilmu.27 C. Menghafal Al-Qur’an .................................................................. 29 1. Pengertian Menghafal Al-Qur’an ........................................... 29 2. Metode Efektif dan Praktis Menghafal Al-Qur’an ................. 29 3. Adab Menghafal Al-Qur’an ................................................... 31 4. Hubungan Menghafal Al-Qur’an dengan Sikap Mulia ............ 34 5. Keistimewaan Menghafal Al-Qur’an...................................... 36 D. Puasa Sunah, Sikap Wara’ dan Kelancaran Menghafal Al Qur’an 39 BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Subyek Penelitian ................................ 41 1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren ......................................... 41
2. Letak Geografis ..................................................................... 42 3. Sistem Pendidikan dan Pengajaran ......................................... 42 4. Keadaan Fisik Pondok Pesantren Masyithoh .......................... 45 5. Susunan Organisasi Yayasan Kesejahteraan Masyithoh ........ 46 6. Keadaan Responden dan Sempel ............................................ 48 B. Penyajian Data............................................................................. 48 1. Daftar Jawaban Angket Aktifitas Puasa Sunah ....................... 49 2. Daftar Jawaban Angket Sikap Wara’ ..................................... 49 3. Daftar Jawaban Angket Kelancaran Menghafal Al-Qur’an ..... 50 BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Deskriptif ....................................................................... 52 1. Analisis Data tentang Aktifitas Puasa Sunah .......................... 52 2. Analisis Data tentang Sikap Wara’......................................... 56 3. Analisis Data tentang Kelancaran Menghafal Al-Qur’an ........ 59 B. Uji Hipotesis................................................................................ 63 C. Pembahasan ................................................................................. 65 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................. 68 B. Saran ........................................................................................... 71 C. Rekomendasi ............................................................................... 72 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel I
Keadaan Responden dan Sempel ................................................. 48
Tabel II
Daftar Jawaban Angket Aktifitas Puasa Sunah ............................. 49
Tabel III
Daftar Jawaban Angket Sikap Wara’ ........................................... 49
Tabel IV
Daftar Jawaban Angket Kelancaran Menghafal Al-Qur’an ........... 50
Tabel V
Nilai Angket Tentang Aktifitas Puasa Sunah................................ 52
Tabel VI
Interval Aktifitas Puasa Sunah ..................................................... 54
Tabel VII
Distribusi Frekuensi Variabel X ................................................... 55
Tabel VIII
Nilai Angket Sikap Wara’............................................................ 56
Tabel IX
Interval Tingkatan Wara’ ............................................................. 57
Tabel X
Distribusi Frekuensi Variabel X2 ................................................. 58
Tabel XI
Nilai Angket Kelancaran Menghafal Al-Qur’an ........................... 59
Tabel XII
Interval Tingkat Kelancaran Menghafal Al-Qur’an ...................... 60
Tabel XIII
Distribusi Frekuensi Variabel Y ................................................... 62
Tabel XIV Data mentah untuk menghitung SPSS .......................................... 62 Tabel XVI Perhitungan Analisis SPSS .......................................................... 63 Tabel XVII Perhitungan Analisis SPSS .......................................................... 64 Tabel XVIII Perhitungan Analisis SPSS .......................................................... 64
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Puasa (ash-saum) dalam pengertian bahasa adalah menahan dan berhenti melakukan sesuatu. Sedangkan dalam istilah agama adalah menahan dari makan, minum, hubungan kelamin dan segala yang membatalkan puasa mulai dari waktu fajar sampai waktu magrib, karena mencari ridho Allah (Daradjat, 1966: 11). Orang yang berpuasa bukan hanya menahan makan, minum, dan tidak melakukan hubungan kelamin saja namun juga harus menjauhi perbuatan tercela. Dalam sebuah hadis Nabi dijelaskan yang artinya,” Sesungguhnya puasa itu benteng, apabila salah seorang dari kalian sedang berpuasa, janganlah berbuat rafats (perbuatan keji, seggama dan pendahuluannya) dan jangan pula berbuat jahil (seperti berteriak, tidak sopan)”. Jika ada orang yang menyerang atau mencaci maki hendaknya ia berkata,”Sesungguhnya aku puasa, sesungguhnya aku puasa”(Daradjat, 1966: 12) Dengan mengucapkan,” Saya sedang berpuasa”, berarti ia ingat bahwa ia sebagai manusia yang baik dan sopan, tidak pantas bertengkar dan berkelahi. Ini berarti manusia membentegi dirinya dari kejahatan yang mungkin timbul dari dirinya di kala ada rangsangan dari luar yang mengungkitnya.
Puasa merupakan madrasah moral yang besar dan dapat dijadikan sarana latihan untuk menempa berbagai macam sifat terpuji. Puasa adalah jihad melawan nafsu, menangkal godaan-godaan dan rayuan-rayuan setan yang kadang terlintas dalam fikiran. Puasa juga dapat membiasakan seseorang bersifat sabar terhadap hal-hal yang diharamkan, penderitaan dan kesulitan yang kadang kala muncul di hadapannya. Pada saat ia melihat hidangan masakan lezat di hadapannya yang baunya merasuk sampai ke perut, atau dia melihat air tawar yang sejuk di hadapan matanya maka pada saat itu pula ia harus menahan diri dari semuanya dan menunggu sampai waktu yang diizinkan oleh Tuhannya tiba. Puasa mendidik seseorang untuk bersikap jujur dan merasa diawasi oleh Allah baik dalam kesendirian atau dalam keramaian, karena pada saat itu tidak ada seorangpun yang dapat mengawasinya sepanjang waktu selain Allah swt. Puasa juga dapat menguatkan kemauan, mempertajam kehendak, mendidik kesabaran, membantu kejernihan akal, menyelamatkan pikiran dan mengilhamkan ide-ide yang cemerlang. Luqmanul hakim pernah berkata kepada anaknya,”Wahai anakku, jika perut terisi penuh, pikiran akan tidur, hikmah tidak akan muncul, dan anggota tubuh akan malas melakukan ibadah” (Al-Zuhayly, 1966: 87). puasa sangat dekat dengan sikap wara’ yaitu menghindarkan diri dari sesuatu yang haram dan syubhat Rasullullah bersabda:
ﻘﹶﻰﻦﹺ ﺍﺗﺎﺱﹺ ﻓﹶﻤ ﺍﻟﻨﻦ ﻣﺮﻴ ﻛﹶﺜﻦﻬﻠﹶﻤﻌ ﻻﹶ ﻳﺎﺕﺒﹺّﻬﺸﺘﺎ ﻣﻤﻬﻨﻴﺑ ﻭﻴﹺّﻦ ﺑﺍﻡﺇﹺﻥﱠ ﺍﹾﳊﹶﺮ ﻭﻴﹺّﻦﺇﹺﻥﱠ ﺍﹾﳊﹶﻼﹶﻝﹶ ﺑ ﺍﻡﹺﻰ ﺍﹾﳊﹶﺮ ﻓﻗﹶﻊ ﻭﺎﺕﻬﺒﻰ ﺍﻟﺸ ﻓﻗﹶﻊ ﻭﻦﻣ ﻭﻪﺿﺮﻋ ﻭﻨﹺﻪﻳﺪﺃﹶ ﻟﺮﺒﺘﺳ ﺍﺎﺕﻬﺒﺍﻟﺸ Artinya: sesuatu yang halal itu sudah jelas, demikian yang haram. Antara keduanya terdapat sesuatu yang syubhat yang sebagian besar manusia tidak mengetahuinya. Siapa saja yang berhati-hati darinya, selamatlah agama dan dirinya. Sebaliknya siapa yang tergelincir kedalamnya, ia akan jatuh kedalam keharaman (HR. Bukhari, Al-kitabu al-i>manu, bab fad{lun min istibro>i lidinihi: 50). Sesungguhnya makanan haram dan syubhat tidak akan mendorong pemakannya untuk melakukan amal shaleh. Apabila ia melakukan amal shaleh tersebut, ia tidak akan terhindar dari penyakit hati, seperti ‘ujub dan riya’. Artinya orang yang memakan harta haram amalnya akan ditolak, sebab Allah adalah Dzat yang baik dan hanya menerima yang baik. Setiap amal perbuatan pasti dilakukan oleh anggota badan, sedangkan gerakan badan didorong oleh daya yang dihasilkan oleh makanan. Jika makanannya haram maka daya yang dihasilkan juga haram. Abdullah bin Umar berkata walaupun shalat dan puasa anda menyebabkan anda bongkok dan kurus seperti tali kecapi, maka amal mu tidak akan diterima oleh Allah sebelum anda menghindari sesuatu yang haram dan syubhat ( Alaway, 1999: 129). Banyak dari kalangan umat Islam yang sangat berhati-hati menjaga sikap wara’. Terutama para penghafal Al-Qur’an, sebab orang yang menghafalkan Al-Qur’an wajib hukumnya mengamalkan isinya. Menghafal Al-Qur’an merupakan suatu perbuatan yang sangat mulia dan sesuatu yang sangat dicita-citakan oleh semua muslim yang sholeh. Meskipun banyak sekali aral dan cobaan yang menghadang selama pendakian, akan terasa
mudah bagi orang yang memiliki tekat kuat untuk mencapainya. Hal ini karena Al-Qur’an mampu memberikan syafaat kepada penghafalnya di hari kiamat nanti. Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah bersabda:
ﻝﹸﻘﹸﻮ ﻳ ﺛﹸﻢ،ﺔﺍﻣ ﺍﹾﻟﻜﹶﺮﺎﺝ ﺗﺲﻠﹾﺒ ﻓﹶﻴ،ّﻪﻠﺏﹺّ ﺣﺎﺭ ﻳ: ﺃﹶﻥﻝﹸ ﺍﹾﻟﻘﹸﺮﻘﹸﻮ ﻓﹶﻴ،ﺔﺎﻣﻴ ﺍﹾﻟﻘﻡﻮ ﻳﺃﹶﻥ ﺍﹾﻟﻘﹸﺮﺐﺎﺣﺀُ ﺻﺠﹺﻲﻳ : ﻘﹶﺎﻝﹸ ﻟﹶﻪ ﻓﹶﻴ،ﻪﻨﻰ ﻋﺿﺮ ﻓﹶﻴ،ﻪﻨ ﻋﺽﺏﹺّ ﺍﺭﺎ ﺭ ﻳ:ﻝﹸﻘﹸﻮ ﻳ ﺛﹸﻢ،ﺔﺍﻣﻠﱠﺔﹶ ﺍﹾﻟﻜﹶﺮ ﺣﺲﻠﹾﺒ ﻓﹶﻴ،ﻩﺏﹺّ ﺯﹺﺩﺎ ﺭ ﻳ: ﺔﹰﻨﺴ ﺣﺔ ﺑﹺﻜﹸﻞﹺّ ﺍﹶﻳﺍﺩﺩﺰﻳ ﻭ،ﻕﺍﺭﺃﹸ ﻭﻗﹾﺮﺍ Artinya:” Ketika kiamat nanti, penghafal Al-Qur’an akan didatangkan dan Al-Qur’an berkata, “Wahai Tuhan berikanlah ia pakaian.”Maka orang itupun dipakaikan mahkota kehormatan. Al-Qur’an berkata lagi,” Wahai Tuhan tambahkan lagi.”Maka orang itu diberi pakaian kehormatan. Al-quran berkata lagi,” Wahai Tuhan, ridhailah dia.” Maka orang itupun diridhai, kemudian dikatakan kepadanya,” Bacalah dan tingkatkanlah. Setiap satu ayat akan menambah satu kebaikan”.(HR. Tirmidzi, Al-kitab fad}oilu al lqur’ani ‘an rosu
man qoroa h{arfa mina al qur’ani milata minal ajri: 2839). Para penghafal Al-Qur’an memiliki pengalaman yang berbeda-beda dalam proses penghafalannya. Ada yang mengatakan sangat sulit dan ada pula yang mengatakan biasa saja serta ada pula yang mengatakan sangat mudah. Oleh karena itu banyak dari
guru Al-Qur’an atau para kiya’i
memberikan ijazah tertentu atau mengajarkan laku tirakat tertentu supaya membantu mempermudah santri menghafal Al-Qur’an. Di antara ijazah tersebut adalah puasa sunah Daud, puasa sunah naun, puasa sunah Senin Kamis dan menjaga sikap wara’ dalam kehidupan sehari-hari. Berangkat dari hal tersebut maka penulis bermaksud mengadakan penelitian tentang pengaruh aktifitas puasa sunah dan sikap wara’ terhadap kelancaran menghafal santri di Pondok Pesantren “Masyithoh” Dayaan Sidorejo Kidul Tingkir Salatiga. Seperti diketahui kegiatan menghafal Al-
Qur’an senantiasa menjadi kebiasaan para santri Pondok Pesantren ”Masyithoh” yang mana notabenya adalah pondok Al-Qur’an. Penelitian ini berjudul: Pengaruh
Aktifitas Puasa Sunah
dan Sikap Wara’
(Menghindari Sesuatu yang Haram Dan Syubhat) Terhadap Kelancaran Menghafal Al-Qur’an Santri Putri di Pondok Pesantren “Masyithoh” Dayaan Sidorejo Kidul Tingkir Salatiga Tahun 2012.
B. Rumusan Masalah Penelitian ini hendak menjawab masalah-masalah berikut ini: 1. Bagaimana aktifitas puasa sunah santri di pondok pesantren Masyithoh? 2. Bagaimana sikap wara’ santri di pondok pesantren Masyithoh? 3. Bagaimana kriteria kelancaran menghafal Al-Qur’an di pondok pesantren Masyithoh? 4. Adakah pengaruh puasa sunah terhadap kelancaran menghafal Al-Qur’an? 5. Adakah pengaruh sikap wara’ terhadap kelancaran menghafal Al-Qur’an? 6. Adakah pengaruh aktifitas puasa sunah dan sikap wara’ terhadap kelancaran menghafal Al-Qur’an di pondok pesantren Masyithoh? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian dari skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana aktifitas puasa sunah santri di pondok pesantren “Masyithoh” Dayaan Sidorejo Kidul Tingkir Salatiga. 2. Untuk mengerahui bagaimana sikap wara’ santri di Pondok pesantren “Masyithoh” Dayaan Sidorejo Kidul Tingkir Salatiga.
3. Untuk mengetahui bagaimana kelancaran menghafal Al-Qur’an santri di pondok pesantren “Masyithoh” Dayaan Sidorejo Kidul Tingkir Salatiga. 4. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh aktifitas puasa sunah dan sikap wara’ terhadap kelancaran menghafal Al-Qur’an di pondok pesantren “Masyithoh” Dayaan Sidorejo Kidul Tingkir Salatiga.
D. Hipotesis Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti kebenarannya melalui data yang terkumpul (Arikunto, 1991: 62). Berdasarkan kajian-kajian teoritis yang penulis temukan , maka penulis mengajukan hipotesis: Ada pengaruh aktifitas puasa sunah dan sikap wara’ terhadap kelancaran menghafal Al-Qur’an.
E. Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat pada umumnya dan khususnya bagi para penghafal Al-Qur’an. Adapun manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis Dalam penelitian ini apabila ada pengaruh yang positif antara aktifitas puasa sunah dan sikap wara’ terhadap kelancaran menghafal AlQur’an, maka diharapkan adanya sumbangan teori hafalan Al-Qur’an yang menekankan akan pentingnya menjalankan aktifitas puasa sunah
dan sikap wara’ dalam proses menghafal Al-Qur’an bagi para penghafalnya. 2. Manfaat praktis Sebagai bahan masukan bagi para tokoh masyarakat dan guru AlQur’an untuk
mendorong para santrinya dan siapapun yang ingin
menghafal Al-Qur’an agar menjalankan puasa sunah seperti puasa sunah Daud, puasa sunah naun, puasa sunah Senin Kamis dan mengamalkan sikap wara’ agar dapat mempermudah menghafal Al-Qur’an dengan seizin Allah karna ikhtiar yang begitu sungguh-sungguh. F. Definisi operasional Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap judul skripsi di atas, maka penulis akan memaparkan penegasan istilah sebagai berikut: 1. Aktifitas Aktifitas adalah suatu kegiatan atau kesibukan (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2007: 36). 2. Puasa Sunah Puasa sunah bisa disebut juga sebagai puasa tathawwu. Tathawwu artinya mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan amal ibadah yang tidak diwajibkan. Menurut kesepakatan para ulama, yang termasuk puasa tathawwu ialah puasa Daud, puasa tiga hari dalam setiap bulan setiap tgl 13, 14, 15, bulan qomariyah, puasa Senin Kamis, puasa enam hari pada bulan Syawal, dan puasa hari Arofah ( Al-Zuhayly, 1995: 122).
Puasa sunah tersebut penulis jadikan variabel karena di antara puasa-puasa sunah di atas, santri pondok Pesantren “ Masyitoh” melakukannya. Indikator variabel aktifitas puasa sunah adalah: a. Jenis-jenis puasa sunah b. Frekuensi melaksanakan puasa sunah c. Halangan melaksanakan puasa sunah d. Tujuan melakukan puasa sunah 3. Sikap wara’ Wara’ adalah menghindarkan diri dari sesuatu yang haram dan syubhat (Alaway, 1999: 127). Indikator variabel sikap wara’ adalah: a. Meninggalkan maksiat dan dosa b. Meninggalkan perkara yang syubhat c. Tidak bolos ngaji d. Selalu menghadap kiblat saat hafalan 4. Kelancaran Lancar adalah laju, tidak tertahan-tahan, tidak terputus-putus, tidak tersangkut-sangkut. Sedangkan kelancaran adalah keadaan laju, keadaan melancar sangat cepat (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2007: 512). 5. Hafal Hafal adalah dapat mengingat sesuatu dengan mudah dan mengucapkannya di luar kepala, telah masuk dalam ingatan yang
berhubungan dengan pelajaran (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2007: 341). Sedangkan menghafal Al-Qur’an adalah suatu perbuatan membaca, melafalkan secara terus menerus sehingga menjadi hafal dan menjadi kebiasaan serta menyimpan hafalan Al-Qur’annya di dalam dada atau hati. Indikator variabel kelancaran menghafal Al-Qur’an adalah: a. Frekuensi undaan santri dalam sehari b. Frekuensi deresan santri dalam sehari c. Frekuensi benar dan salahnya saat setoran hafalan d. Frekuensi pengulangan setoran hafalan karna belum hafal G. Metode Penelitian 1. Populasi dan Sampel penelitian a. Populasi penelitian Menurut Sugiono (2007: 61) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian atau populasinya adalah semua santri putri yang berjumlah 15 santri karena yang menghafal Al-Qur’an hanya santri putri saja di Pondok Pesantren“Masyitoh” Dayaan Sidorejo Kidul kecamatan Tingkir kota Salatiga.
b. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti (Arikunto, 1998: 117). Menurut Arikunto (1998: 117) apabila jumlah populasi lebih dari 100, maka sempel dapat diambil 10-15% atau 20-25%. Dan apabila sempel kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti memutuskan untuk meneliti semua subjek dalam populasi ini karna jumlah santri yang menghafal Al-Quran hanya 15 santri dan kurang dari 100, sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi. 2. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu: a. Metode Angket Metode angket adalah sejumlah pertanyaan
tertulis
yang
digunakan untuk mendapatkan data atau informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 1998: 140). Metode angket digunakan untuk memperoleh informasi tentang aktifitas puasa sunah dan sikap wara’
serta tingkat
kelancaran menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren “Masyitoh” Dayaan Sidorejo Kidul kecamatan Tingkir kota Salatiga.
b. Metode Dokumentasi Menurut Rumidi (2004: 131) metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan menggunakan dokumen yang ada. Dengan metode ini dapat diperoleh catatan atau arsip
yang
berhubungan dengan penelitian. Metode ini penulis gunakan untuk mengetahui situasi dan kondisi sebenarnya di Pondok pesantren “Masyitoh” Dayaan Sidorejo Kidul kecamatan Tingkir kota Salatiga. c. Observasi Metode observasi adalah pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 1996: 145). 3. Teknik Analisis Data Teknik analisis kuantitatif yaitu teknik statistik sederhana yang merupakan
prosentase
analisis
berbentuk
matematik
dalam
mengumpulkan, menyusun, menyajikan dan menganalisis. Adapun rumusan yang digunakan untuk mencari prosentase pengaruh aktifitas puasa sunah dan sikap wara’ terhadap kelancaran menghafal Al-Qur’an memakai rumus regresi ganda dengan menggunakan analisia SPSS 16. H. Sistematika Penulisan Skripsi ini disusun dalam lima bab dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan Bab ini merupakan pengantar yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. Bab II Landasan teori Pada bab ini diuraikan teori-teori yang ada hubungannya dengan pokok permasalahan yang ditiliti, yaitu aktifitas puasa sunah yang meliputi: 1.
Pengertian puasa sunah.
2. Macam-macam puasa sunah. 3. Menyehatkan prilaku dengan puasa. 4. Puasa dapat mengatasi stres dan mencegah penyakit mental. 5. Puasa dapat meningkatkan kecerdasan. 6. Keutamaan orang yang melakukan puasa. Landasan teori yang kedua membahas teori yang terkait dengan sikap wara’ yang meliputi: 1. Pengertian wara’. 2. Tingkatan wara’. 3. Wara’ nilai kesucian dan pemeliharaan iman. 4. Sikap wara’ mempermudah menghafal dan mempelajari ilmu. Landasan teori yang ketiga membahas teori tentang menghafal AlQur’an yang meliputi: 1. Pengertian menghafal Al-Qur’an.
2. Metode efektif dan praktis menghafal Al-Qur’an. 3. Adab menghafal Al-Qur’an. 4. Hubungan menghafal Al-Qur’an dengan akhlak mulia 5. Keistimewaan menghafal Al-Qur’an. Landasan teori yang keempat membahas teori tentang aktifitas puasa sunah, sikap wara’, dan kelancaran menghafal Al-Qur’an. Bab III Laporan penelitian Bab ini membahas tentang: 1. Gambaran umum lokasi subyek penelitian yang meliputi : sejarah singkat pondok pesantren, letak geografis, sistem pendidikan dan pengajaran, keadaan fisik pondok pesantren, susunan organisasi, dan keadaan responden dan sempel. 2. Penyajian data yang meliputi: Daftar jawaban angket aktifitas puasa sunah, daftar jawaban angket sikap wara’ , daftar jawaban angket kelancaran menghafal Al-Qur’an. Bab IV Analisis data 1. Analisis diskriptif dari masing-masing variabel meliputi: Analisis data tentang aktifitas puasa sunah, analisis data tentang sikap wara’, dan analisis data tentang kelancaran menghafal Al-Qur’an. 2. Uji hipotesis 3. Pembahasan
Bab V Penutup Dalam bab ini penulis menyajikan tentang: 1. Kesimpulan 2. Saran-saran 3. Daftar pustaka 4. Riwayat hidup penulis 5. Lampiran-lampiran
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Aktifitas Puasa Sunah 1. Pengertian Puasa Sunah Puasa adalah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa mulai dari terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari. Adapun puasa sunah disebut juga dengan puasa tathawwu yang artinya mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan melakukan amal ibadah yang tidak diwajibkan (Al-Zuhayly, 1995: 123). Istilah tathawwu ini diambil dari ayat berikut: ....... #Z Žöyz tí §qsÜ s? ` tBur
Artinya: Dan barang siapa yang melakukan kebaikan dengan kerelaan hati... (QS Al-Baqarah : 158). Puasa sunah merupakan amal ibadah sunah yang utama. Meskipun demikian puasa sunah tidak boleh dilakukan oleh orang yang belum mengqadha puasa fardu. Pernyataan ini sesuai dengan hadis yang diriwayatkan Ahmad dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Muhamad saw bersabda:
ﻪﻣﻮﺼﻰ ﺑﺘ ﺣﻪﻨﻞﹸ ﻣﻘﹶﺒﺘ ﻻﹶ ﻳﻪ ﻓﹶﺈﹺﻧﻪﻘﹾﻀ ﻳﺊﹲ ﻟﹶﻢﻴﺎﻥﹶ ﺷﻀﻣ ﺭﻦ ﻣﻪﻠﹶﻴﻋﺎ ﻭﻋﻄﹶﻮ ﺗﺎﻡ ﺻﻦﻣ Artinya: Barang siapa yang berpuasa sunah, sedang atasnya ada puasa Ramadhan yang belum diqadha, maka tidaklah diterima dari padanya puasa sunah itu sehingga ia mengerjaka puasa ramadhan (HR. Ahmad, Al-kitaba al-as}awm, bab s}awmu ramad}an: 8267).
2. Macam-macam Puasa Sunah Menurut kesepakatan para ulama, yang termasuk puasa sunah atau puasa tathawwu’ ialah sebagai berikut: a. Berpuasa sehari dan berbuka sehari Puasa ini merupaka jenis puasa tathawwu’ yang paling utama, berdasarkan hadis yang terdapat dalam kitab Ash-Shahihain yang berbunyi sebagai berikut:
ﺎﻣﻮ ﻳﺮﻔﹾﻄﻳﺎ ﻭﻣﻮ ﻳﻡﻮﺼ ﻛﹶﺎﻥﹶ ﻳ،ﺩﺍﻭ ﺩﻡﻮﺎﻡﹺ ﺻّﻴﻞﹸ ﺍﻟﺼﺍﹶﻓﹾﻀ Artinya: Puasa yang paling utama ialah puasa Dawud. Dia berpuasa sehari dan berbuka sehari (HR. Bukhori, kitabu al-as}awmi: bab s}aumi da<wuda ‘la
ﺓﹶﺮﺸ ﻋﺲﺎﻣﺧَ ﻭ،ﺓﺮﺸ ﻋﺍﺑﹺﻊﺭ ﻭ،ﺓﹶﺮﺸَﺚﹶ ﻋ ﺛﹶﺎﻟﻢ ﻓﹶﺼ،ﺎﻡﹴﺮﹺ ﺛﹶﻼﹶﺛﹶﺔﹶ ﺍﹶﻳﻬ ﺍﻟﺸﻦ ﻣﻤﺖ ﺇﹺﺫﹶﺍ ﺻ Artinya: Jika kamu hendak berpuasa tiga hari dalam sebulan, maka berpuasalah pada tanggal 13,14, dan 15 (Imam Ahmad, kita
c. Puasa pada hari Senin dan Kamis dalam setiap Minggu. Puasa jenis ini berdasarkan perkataan Usamah bin Zaid sebagai berikut:
ﻚ ﺫﹶﻟﻦﻞﹶ ﻋﺌ ﻓﹶﺴ،ﺲﹺﻴﻤ ﺍﻟﹾﺨﻦﹺ ﻭﻴ ﺍﻹِﺛﹾﻨﻡﻮ ﻳﻡﻮﺼ ﻛﹶﺎﻥﹶ ﻳﻠﱠﻢﺳ ﻭﻪﻠﹶﻴﻠﱠﻰ ﺍﷲ ﻋ ﺻﺒﹺﻲﺇﹺﻥﱠ ﺍﻟﻨ ﺲﹺﻴﻤ ﺍﻟﹾﺨﻡﻮ ﻳﻦﹺ ﻭﻴ ﺍﹾﻹِﺛﹾﻨﻡﻮ ﻳﻮﺿﺮﻌﺎﺱﹺ ﺗﺎﻝﹶ ﺍﻟﻨﻤ ﺇﹺﻥﱠ ﻋ: ﻓﹶﻘﹶﺎﻝﹶ Artinya: Sesungguhnya Nabi saw berpuasa pada hari senin dan kamis. Lalu ketika beliau ditanya mengenai hal itu, beliau bersabda,”Sesungguhnya amalan-amalan manusia diperlihatkan pada hari senin dan kamis (Abu Dawud, al-kitabi al-s}awmi, bab fis}awmi lithnayni: 2080). d. Puasa enam hari pada bulan Syawal Melakukan puasa sunah Syawal boleh dilakukan secara tidak beruntun harinya namun apabila dilakukan secara beruntun setelah hari raya lebih utama. Tsauban meriwayatkan hadis sebagai berikut:
ﺔﹲﻨ ﺳﻚﻦﹺ ﻓﹶﺬﹶﻟﻳﺮﻬﺎﻡﹴ ﺑﹺﺸ ﺃﹶﻳﺔﺘ ﺳﺎﻡﻴﺻﺮﹴ ﻭﻬ ﺍﹶﺷﺓﺮﺸﺎﻥﹶ ﺑﹺﻌﻀﻣﺮﹺ ﺭﻬ ﺷﺎﻡﻴﺻ Artinya: Pahala puasa sebulan bulan ramadhan sama dengan puasa sepuluh bulan. Dan puasa enam hari pahalanya sama dengan puasa dua bulan. Dengan demikian, jumlahnya adalah satu tahun (HR. Bukhari, al-kitabu al-as}awmi, bab s}awmu ramad}
ﻩﺪﻌّﻰ ﺑﺔﹶ ﺍﻟﺘﻨﺍﻟﺴ ﻭﻠﹶﻪّﻰ ﻗﹶﺒﺔﹶ ﺍﻟﺘﻨ ﺍﻟﺴّﺮﻜﹶﻔ ﻳﻪﻠﹶﻰ ﺍﷲِ ﺍﹶﻧ ﻋﺴِﺐﺘﻓﹶﺔﹶ ﺍﹸﺣﺮﻡﹺ ﻋﻮ ﻳﺎﻡﻴﺻ
Artinya: Berpuasa pada hari Arafah dipandang oleh Allah sebagai amalan yang menjadi kafarat untuk satu tahun sebelumnya dan sesudahnya (HR. Muslim, al-kithab lis}aymi, bab s}aymi thalathata aima min kuli shahri wa s}awmi yawmi ‘rofatha: 1976). 3. Menyehatkan Perilaku dengan Puasa Setiap berbicara tentang hubungan puasa dengan kesehatan, maka yang terpikir adalah pengaruh antara menahan lapar dan dahaga di siang hari terhadap kesehatan. Menurut mantan ketua Ikatan Dokter Indonesia (KDI) Kartono Muhammad (1990), manusia sehat dapat bertahan hidup selama dua minggu meskipun tanpa makanan sama sekali, asal tetap minum air. Sedangkan jika selain tidak makan juga tidak minum sama sekali, ia dapat bertahan selama seminggu. Kalau hanya menahan makan dan minum selama dua belas jam saja tidak ada pengaruh buruk terhadap kesehatan sama sekali. Sebenarnya yang berpengaruh besar bagi kesehatan dalam berpuasa adalah niat dan kemauan untuk menahan nafsu (Musbikin, 2004: 36). Sebagaimana kita ketahui, sebagian besar penyakit yang diderita manusia sebenarnya berkaitan dengan prilaku manusia itu sendiri. Contoh penyakit kelamin (akibat “membeli” penyakit dari pelacur), penyakit darah tinggi, jantung, dan penyakit akibat stres termasuk sakit lambung, itu semua sangat erat kaitannya dengan ketidakmampuan menahan diri. Ilmu kedokteran telah membuktikan bahwa mereka yang sedang marah, baik yang dipendam maupun dinyatakan atau sedang “panas hati” oleh sebab apapun akan meningkatkan kadar hormon katekholamin dalam darahnya. Hormon katekholamin ini akan memacu
denyut jantung, menegangkan otot-otot, dan menaikkan tekanan darah. Semua itu jika dibiarkan berlangsung lama akan membahayakan kesehatan dan mempercepat proses ketuaan (Muskibin, 2004: 37). Ingat akan puasa ketika hendak marah, ketika tidak sabar atau ketika panas hati, akan mematahkan
terjadinya peningkatan hormon
katekholamin dalam darah. Efek inilah yang sebenarnya lebih besar pengaruhnya terhadap kesehatan dalam pengertian yang positif. Dengan penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa puasa mengandung pesan agar kita menjaga hidup sehat dan dapat mengendalikan emosi. Degan demikian puasa dapat memberikan manfaat yang besar terhadap kesehatan dan dapat mengatasi stres. Penulis sengaja membahas bab ini karena biasanya para santri yang sedang menghafal Al-Qur’an mempunyai kecendrungan stres dan tidak sabar dalam menghafal AlQur’an. Semoga dengan terus mengamalkan puasa sunah, santri yang sedang menghafal Al-Qu’an dipermudah oleh Allah dan diberi kesabaran dalam menghafalkan Al-Qur’an. 4. Puasa dapat Mengatasi Stres dan Mencegah Penyakit Mental Dalam setiap diri manusia terdapat naluri berupa dorongandorongan yang bentuknya bermacam-macam. Seperti agresif dalam arti emosional, contohnya mengeluarkan kata-kata kasar, tidak senonoh dan menyakitkan hati. Misalnya akhir-akhir ini semakin banyak terjadi kekerasan, penyelewengan, penumpukan harta yang sebenarnya tidak menjadi haknya. Untuk itu puasa adalah penawarnya, sebab puasa bukan
hanya menahan diri dari makan, minum dan bersenggama saja melainkan juga menahan diri dari hal-hal yang tidak terpuji yang pada ahirnya mengakibatkan stres pada dirinya dan orang lain (Musbikin, 2004:40). Salah satu ciri jiwa yang sehat adalah kemampuan seseorang untuk menahan diri. Pengendalian diri sangat penting bagi kesehatan jiwa sehingga daya tahan mental dalam menghadapi berbagai stres kehidupan meningkat karenanya. Problem utama kesehatan jiwa adalah timbulnya berbaga stresor psikososial yang mengakibatkan seseorang menderita ketegangan, kecemasan, depresi, ketidakpuasan, ketidakbahagiaan, prasangka buruk, niat jahat, dan sebagainya, dan semua itu dapat di atasi dengan puasa. Selain itu ibadah puasa juga menjunjung tinggi nilai kejujuran terhadap Tuhan,diri sendiri,dan orang lain. Apabila sifat jujur telah tertanam pada diri seseorang, maka dirinya akan merasa tentram, ia tidak akan dihinggapi oleh rasa takut atau rasa berdosa, karena segala sesuatu jelas dan tidak ada yang dipalsu atau disembunyikan (Daradjat, 1989: 32). 5. Puasa dapat Meningkatkan Kecerdasan Di samping bermanfaat bagi kesehatan jasmani dan mengatasi berbagai penyakit, puasa juga melatih rohani atau jiwa manusia agar menjadi lebih baik. Temuan terahir dunia kedokteran jiwa membuktikan bahwa puasa dapat meningkatkan kecerdasan emosional atau Emotional Quotien(EQ) manusia (Musbikin, 2004: 214).
Daniel Golemon, seorang ahli dan peneliti tentang kecerdasan emosi, pernah mengemukakan sebuah bukti ilmiah tentang puasa yang ternyata mampu meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritual. Kita simak sebuah cerita dari Daniel sebagai berikut: Anak-anak berusia empat tahun di taman kanak-kanak Stanford disuruh masuk ke dalam ruangan. Sepotong marshmallow diletakkan di atas meja di depan mereka. Daniel berkata ”kalian boleh makan marshmallow jika mau, tetapi jika kalian memakannya sekembali saya ke sini, kalian berhak mendapatkan satu potong lagi”. Sekitar empat belas tahun kemudian anak-anak itu lulus sekolah lanjutan tingkat atas. Ternyata anak-anak yang dahulu langsung memakan Marshmallow, di banding anak-anak yang mampu menahan diri sehingga mendapatkan dua potong, cenderung tidak tahan terhadap stres, mudah tersinggung dan mudah berkelahi. Meskipun demikian, yang lebih mengejutkan para peneliti adalah munculnya efek yang betulbetul tak terduga: anak–anak yang mampu menahan diri dalam uji Marshmallow di banding dengan yang tidak tahan memperoleh nilai SAT-nya (Scholastic Aptitude Test) yang sudah menjadi standar ujian masuk perguruan tinggi di Amerika dan dunia yang nilai rata-ratanya 210 lebih tinggi (dari nilai tertinggi 1.600) dalam uji masuk perguruan tinggi ( Musbikin, 2004: 215).
6. Keutamaan Orang yang Melakukan Puasa Keutamaan pertama orang yang melakukan puasa adalah orang tersebut akan dibalas pahalanya oleh Allah langsung tanpa perantara malaikat. Rasulallah bersabda:
: ﺎﱃﹶﻌ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺍﷲ ُﺗ.ﻒﻌ ﺿﺎﺋﹶﺔﻤﻌﺒﺎ ﺇﹺﻟﹶﻰ ﺳﻬﺜﹶﺎﻟ ﺍﹶﻣﺮﺸﺔﹸ ﻋﻨﺴ ﺍﻟﹾﺤ،ﻒﺎﻋﻀ ﻳﻡﻦﹺ ﺍﹶﺩﻞﹺ ﺍﺑﻤﻛﹸﻞﱡ ﻋ ،ﺎﻥﺘﺣﻢﹺ ﻓﹶﺮﺎﺋﻠﺼ ﻟ.ﻰﻠ ﺍﹶﺟﻦ ﻣﻪﺎﻣﻃﹶﻌ ﻭﻪﺗﻮﻬ ﺷﻉﺪ ﻳﺰﹺﻯ ﺑﹺﻪﺎ ﺍﹶﺟﺍﹶﻧ ﻭ. ﱃﹺﻪ ﻓﹶﺈﹺﻧﻡﻮﺇﹺﻻﱠ ﺍﻟﺼ ﻚﺴﺢﹺ ﺍﻟﹾﻤ ﺭﹺﻳﻦ ﺍﷲِ ﻣﺪﻨ ﻋﺐ ﺍﹶﻃﹾﻴﻪﻴ ﻓﻑﻠﹸﻮﻟﹶﺨ ﻭ،ﺑﹺّﻪﻘﹶﺎﺀِ ﺭ ﻟﺪﻨﺔﹲ ﻋﺣﻓﹶﺮ ﻭﺭﹺﻩ ﻓﹸﻄﹸﻮﺪﻨﺔﹲ ﻋﺣﻓﹶﺮ ()ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺴﺘﻪ Artinya: Abu Hurairah RA telah meriwayatkan dari Nabi saw bahwasanya Beliau bersabda: “Setiap amalan anak adam itu dilipat gandakan, kebaikan di balas dengan sepuluh sampai sampai tujuh ratus kali lipat. Allah berfirman, “kecuali puasa, sesungguhnya ia adalah bagi Ku, Aku akan memberikan balasannya langsung, yaitu ketika manusia meninggalkan hawa nafsu dan makanannya untuk-Ku, ada dua kegembiraan bagi orang yang berpuasa, pertama ketika ia berbuka, kedua ketika ia bertemu dengan tuhannya. Dan bau busuk orang yang berpuasa, bagi Allah lebih harum dari pada semerbaknya minyak kasturi” (HR. Muslim, al-kitab lis}aymi, bab fad}ilu al-s}ayi<mi: 1940). B. Sikap Wara’ 1. Pengertian Wara’ Secara harafiah, wara’ artinya menahan diri, berhati-hati, atau menjaga diri agar tidak terjatuh pada kecelakaan. Ibn Qoyyim Al Jawzi, dalam Madarij Al-Salikin, mengutip Al-Qur’an surat Al-muddatsir ayat 4, sebagai perintah untuk wara’ : “Dan pakaian kamu bersihkan”. Kata Qotadah dan mujahid makna ayat ini adalah, “Hendaknya kamu membersihkan dirimu dari dosa”. Para mufasir sepakat bahwa pakaian adalah kata kiasan untuk diri. Ibnu Abbas sendiri menjelaskan ayat ini bahwa “Jangan kamu busanai dirimu dengan kemaksiatan dan penghianatan” (Rahmat, 1999: 101).
2. Tingkatan Wara’ Menurul Imam Al-Ghozali (2004: 361) wara’ memiliki empat tingkat, sebagai berikut: a. Tingkatan pertama wara’ al udul (wara’ orang-orang yang memiliki kelayakan moralitas) yaitu menjauhi setiap hal yang harus diharamkan, yang bila dilanggar maka pelanggarnya dinilai melakukan kefasikan dan kemaksiatan. b. Tingkatan kedua wara’ orang yang was-was contohnya adalah setiap syubhat yang tidak wajib dijauhi tetapi dianjurkan untuk dijauhi. Contohnya orang yang tidak mau berburu binatang karena takut jika buruan itu telah lepas dari pemilik binatang. Sedangkan apa yang dianjurkan untuk dijauhi seperti hadis nabi:
ﻚﺒﺮﹺﻳﺎ ﻻﹶ ﻳﻟﹶﻰ ﻣ ﺍﻚﺒﺮﹺﻳﺎﻳ ﻣﻉﺩ Artinya: Tinggalkanlah apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu (HR. Anasa’i, al-kithab al-ishrabah, bab albah}thu ‘la tharki al-shubhati: 5615). c. Tingkatan yang ketiga, wara’al-Muttaqin.Sebagaimana ditegaskan oleh sabda nabi:
ﺄﹾﺱ ﺑﺎ ﺑﹺﻪﺎﻓﹶﺔﹶ ﻣﺨ ﻣ ﺑﹺﻪﺄﹾﺱﺎ ﻻﹶ ﺑ ﻣﻉﺪﻰ ﻳﺘ ﺣﻦﻴﻘﺘﺔﹶ ﺍﻟﹾﻤﺟﺭ ﺩﺪﺒﻠﹸﻎﹸ ﺍﻟﹾﻌﺒﻻﹶ ﻳ Artinya: Seorang hamba tidak akan mencapai derajat Muttaqin sehingga ia meninggalkan apa yang tidak berdosa karena takut terhadap apa yang berdosa ( HR.Tirmidzi, al-kitab s}ifatu liqaymati wa liroqo’iq wali al-allahi, bab ma< ja< a fi s}ifati awani lih}awd}i: 2375). Diantaranya adalah menghindari perhiasan karena takut akan membawanya kepada dosa yang lain, sekalipun perhiasan itu di
bolehkan. Tidak Memakai parfum bagi yang belum menikah, karena parfum dapat menggerakkan syahwat ini termasuk meninggalkan sesuatu yang tidak berdosa karena khawatir terjerumus kepada dosa. Karena kebanyakan hal-hal yang mubah biasanya mengajak kepada yang terlarang (Hawwa, 2004: 362). d. Tingkatan keempat, wara’ ash-shiddiqin. Pengertian halal menurut mereka adalah setiap hal yang dalam sebab-sebabnya tidak didahului oleh
kemaksiatan,
tidak
dipergunakan
untuk
kemaksiatan-
kemaksiatan, dan tidak pula dimaksudkan untuk melampiaskan kebutuhan baik sekarang atau kebutuhan yang akan datang. Tetapi dimakan semata-mata karena Allah dan untuk memperkuat ibadah kepadan-Nya
dan
mempertahankan
kehidupan
karena-Nya
(Muhamad, 2004: 363). Ini adalah tingkatan muwahhidin (orang-orang yang bertauhid) yang telah terhindar dari tuntutan nafsu mereka, dan memurnikan tujuan hanya kepada Allah. Tidak diragukan bahwa orang yang menghindari hal yang dapat membawanya kepada kemaksiatan pasti menghindari hal yang menyertai kemaksiatan dengan sebab usahanya. Intinya wara’ ini menghindari setiap hal yang tidak karena Allah. 3. Wara’ adalah nilai kesucian dan pemeliharaan iman Secara singkat, wara’ adalah nilai kesucian diri. Orang Islam seharusnya mengukur keutamaan, makna, atau keabsahan gagasan dan
tindakan, dari sejauh mana keduanya dapat membuahkan penyucian diri. Dalam firman Allah surat Asy-Syams yang artinya” Berbahagialah orang-orang yang mensucikan dirinya, dan celakalah orang yang mencemari dirinya” (QS.91: 9-10). Islam menyeru semua orang untuk berlomba-lomba mensucikan dirinya. Kita semua dipersilahkan mencari kekayaan sebanyak-banyaknya, teman sebanyak-banyaknya, kesibukan sesibuk-sibuknya selama semua itu tidak mencemari diri kita (Rahmat, 1999: 101). Secara psikologis, setiap kejelekan yang kita lakukan akan membekas dalam hati. Ia akan menjadi noktah hitam yang mengotori hati. Makin banyak kejelekan, makin kotorlah hati. Sehingga apabila kejelekan dilakukan secara terus menerus, hati bukan saja kotor tetapi bahkan telah menjadi kotoran itu sendiri. Sigmund
Freud
menemukan
hal
yang
menarik
dalam
perkembangan manusia. Ia melihat anak-anak kecil bertindak secara impulsif. Mereka melakukan apa saja yang mereka inginkan. Mereka hanya mengejar kesenangan. Setelah agak besar anak-anak mulai memperhatika hukuman dan ganjaran dari orang dewasa di sekitarnya. Perlakuannya tunduk pada kontrol dari luar. Ia akan melakukan apa saja yang mendatangkan kesenangan dan menghindari apa saja yang menyebabkan kesusahan. Setelah lebih besar lagi anak-anak mulai mengembangkan
kontrol
menginternalisasikan
nilai,
dalam moral
diri. dan
Ia
etika
menyerap masyarakatnya.
dan Ia
berperilaku bukan karena takut siksaan atau mengharapkan ganjaran, tapi ia berperilaku apa yang”seharusnya” ia lakukan (Rahmad, 1999: 104). Untuk tiga tahap perkembangan ini, Freud menciptakan tiga konsep. Pada tahap pertama anak sepenuhnya diatur oleh Id (sumber hasrat, keinginan dan nafsu). Pada tahap kedua ia melihat realitas disekitarnya, perilakunya diatur oleh ego. Pada tahap ketiga ia diatur oleh hati nuraninya yang disebut dengan superego. Setiap manusia menentang superego-nya setiap ia melakukan pelanggaran nilai-nilai etik atau moral(dalam istilah sufi, setiap ia melakukan kejelekan atau dosa). Ia akan mengalami kegelisahan (kaum psikoanalisis menyebutnya moral anxiety). Konflik dengan superego akan menimbulkan luka psikologis yang dalam. Mungkin luka ini dibenamkan dalam bawah sadar kita, tetapi ia tidak akan hilang. Ia akan menghantui seluruh hidup kita. Perasaan berdosa menimbulkan gangguan fisik dan psikologis. Para psikolog menyebut kerusakan ini sebagai anxieta disorder. Seorang penderita anxieta disorder mempunyai perasaan sering terganggu detakan jantungnya, tiba-tiba ketakutan, cemas yang menjadikan putus asa, merasa sangat lelah dan kehabisan tenaga, sulit mengambil keputusan, merasa nervous dan tegang terus-menerus, tidak dapat mengatasi kesulitannya sendiri, merasa tertekan, kesulitan konsentrasi, pusing dan sebagainya. Bila seseorang mengalami hal seperti ini berarti dia sedang mempercepat kehancuran dirinya. Salah satu
penyebab semua gejala itu adalah perasaan bersalah (Rahmad, 1999: 105). Perasaan bersalah timbul bila seseorang banyak melakukan kesalahan, kejelekan atau dosa. Karena itu menjauhi perbuatan jelek pada hakekatnya
menjaga diri dari kerusakan fisik dan psikologis. inilah
fungsi menjaga sikap wara’ perlu ditinjau dari psikologis (Rahmat, 1999: 106). Telah saya tunjukkan secara psikologis bahwa perbuatan jelek (dosa) dapat merusak tubuh dan jiwa. Dosa yang dilakukan seseorang juga merusak perbuatan baiknya. Imam Bukhari menyatakan”Aku sudah mendatangi berbagai negeri dan kota. Semua ulama’ sepakat bahwa iman itu bisa bertambah dan berkurang. Bertambah karena taat dan berkurang karena maksiat”. Jadi dengan wara’ atau menjauhi kejelekan, berarti seseorang telah menghilangkan faktor yang mengurangi iman. Menjauhi maksiat pada hakekatnya adalah memelihara imannya (Rahmad, 1999: 109). 4. Sikap Wara’ Mempermudah Menghafal dan Mempelajari Ilmu Abdullah bin Mas’ud berkata “Sesungguhnya saya mengira seseorang yang melupakan ilmu yang telah diajarkan kepadanya adalah karena dosa yang telah dilakukannya” (Salim, 2009: 165). Imam Abu Hanifah bila menemui masalah masalah yang menyulitkannya, ia berkata kepada sahabatnya, “Ini tidak lain karena dosa yang telah saya lakukan”. Kemudian ia beristigfar dan sholat maka
tersingkaplah masalah itu. Lalu ia berkata “Aku berharap semoga aku diampuni”. Hal itu sampai kepada
Fudhail bin Iyadh, lalu ia pun
menangis dan berkata,” Itu karena dosanya yang sedikit, sedangkan selain darinya tidak ada yang menyadarinya”(Salim, 2009: 166). Ibnu al-Qayyim berkata dalam kitabnya al-Fawa’id, “Dosa-dosa itu seperti luka-luka yang terkadang membawa pada kematian. Tidaklah seseorang dicambuk lantaran dosa yang lebih besar dari kekerasan hati dan jauh dari Allah swt. Hati yang paling menjauh dari Allah adalah hati yang keras, apabila hati menjadi keras, maka mata menjadi kering. Keras hati itu datang karena empat hal diantaranya: banyak makan, banyak tidur, banyak bicara, dan banyak bergaul”. Di antara dampak-dampak maksiat, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu al-Qayyim dalam jawabannya adalah terhalangnya ilmu pengetahuan. Karena ilmu adalah cahaya yang Allah hujamkan ke dalam hati, sedangkan maksiat memadamkan cahaya itu (Salim, 1999: 167). Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa orang yang melakukan maksiat atau bisa disebut orang yang tidak bisa menjaga sikap wara’ akan sulit menghafal dan mempelajari suatu ilmu yang sudah diajarkan kepadanya. Oleh sebab itu apabila seseorang dapat menjaga sikap wara’ dan menjauhi maksiat, insyaallah Allah akan menganugrahi ilmu kepadanya dan akan sangat mudah bagi orang tersebut untuk memghafal dan mempelajari ilmu.
C. Menghafal Al-Qur’an 1. Pengertian Menghafal Al-Qur’an Menghafal berarti menerima, mengingat, menyimpan dan memproduksi kembali tanggapan-tanggapan yang diperolehnya melalui pengamatan. Menghafal dalam bahasa arab berasal dari kata hafizhoyahfazhu-hifzhon ( ﺣﻔﻆ- )ﺣﻔﻆ – ﯾﺤﻔﻆ. Sedangkan Al-Qur’an secara etimologis artinya adalah bacaan atau yang dibaca. Hifzh Al-Qur’an merupakan susunan bentuk idlhofah (mudlof dan mudlof ilaih). Hifzh sendiri merupakan bentuk isim masdar dari fiil madli
hafizho yang
artinya: Memelihara, menjaga, dan menghafal. Orang yang menghafal seluruh Al-Qur’an oleh masyarakat indonesia dijuluki atau diberi gelar sebagai orang yang hafizh (Mustaqim, 2007: 73). 2. Metode Efektif dan Praktis Menghafal Al-Qur’an Menghafal Al-Qur’an merupakan pekerjaan yang tidak ringan. Untuk itu ada beberapa metode dan media yang praktis dalam menghafal Al-Qur’an agar proses penghafalannya mudah. Di antaranya adalah sebagai berikut: a. Mushaf dibagi per-juz Pembagian itu bisa per juz atau per lima juz
agar dapat
dibawa dengan mudah ke mana-mana, sehingga kapanpun dapat membuka dan membacanya untuk di hafal. b. Membaca ayat secara perlahan. Dianjurkan bagi orang yang ingin membaca ayat-ayat AlQur’an untuk membacanya dengan perlahan sebelum menghafalnya agar terlukis dalam dirinya sebuah gambaran umum.
c. Metode duet Hendaknya mencari seseorang yang bisa ikut serta bersamanya dalam menghafal, dan menjadikannya mitra dalam menghafal, santri pondok menyebutnya “semak-menyemak”. d. Membaca ayat-ayat dalam sholat fardhu, shalat malam dan shalat sunnah Apabila seseorang telah berhasil menghafal satu lembar maka perlu ia ulangi hafalan itu di setiap sholat fardhu, shalat sunah dan juga shalat malam. Kemudian apabila dalam mengulang pada waktu sholat lupa maka setelah shalat segera mengambil mushaf dan menghafalnya kembali. e. Metode tulisan Metode ini dilakukan dengan menulis potongan ayat-ayat AlQur’an di papan tulis atau di atas kertas dengan pensil kemudian menghafalnya. Setelah menghafalnya segera hapus dan lanjutkan menulis ayat lain yang akan dihafal. f. Pengulangan Maksudnya adalah pengulangan bersama seorang guru yang tentunya guru tersebut juga seorang yang mahir dalam menghafal Al-qur’an. g. Sering mendengarkan kaset yang berisi bacaan Al-Qur’an dari seorang qori’ yang sangat bagus tajwidnya dan sangat tartil dalam
membaca
Al-Qur’an.
Karena
menyimak
semacam
itu
bisa
memperkuat ingatan. h. Batasi kuantitas hafalan setiap hari agar tidak terburu-buru dalam menghafal dan dapat melekat di pikiran. i.
Perhatikan ayat-ayat yang serupa
j.
Jadikan satu hari dalam seminggu untuk mengulang-ulang apa yang telah anda hafal selama satu minggu itu.
k. Jadikan satu hari dalam sebulan untuk mengulang-ulang apa yang telah anda hafal selurunya l.
Gunakan satu rasam untuk mushaf hafalan anda (Salim, 2009: 118).
3. Adab Menghafal Al-Qur’an Orang-orang yang mengemban dan menghafal Al-Qur’an mempunyai adab-adab tertentu yang sudah selayaknya diperhatikan. Mereka juga mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan, sehingga mereka menjadi Ahlul Qur’an (keluarga Al-Qur’an). Adab-adab tersebut adalah: a. Mengikatkan diri kepada Al-Qur’an Salah satu adab menghafal Al-Qur’an adalah ia harus merasa mempunyai ikatan dengannya sehingga Al-Qur’an tidak akan pernah lepas darinya. Caranya dengan selalu membacanya baik dengan tulisan atau tanpa menggunakan tulisan, mendengarkan qori’ yang bagus bacaannya, mendengar muratal dari radio dll.
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar r.a bahwa Nabi Muhammad bersabda:
ﺎﺇﹺﻥﹾ ﺃﹶﻃﹾﻠﹶﻘﹶﻬﺎ ﻭﻜﹶﻬﺴﺎ ﺃﹶﻣﻬﻠﹶﻴ ﻋﺪﺎﻫ ﺇﹺﻥﹾ ﻋﻘﹶﻠﱠﺔﻌﺜﹶﻞﹺ ﺍﹾﻹِﺑﹺﻞﹺ ﺍﻟﹾﻤ ﻛﹶﻤﺃﹶﻥﺐﹺ ﺍﻟﹾﻘﹸﺮﺎﺣﺜﹶﻞﹸ ﺻﺎ ﻣﻤﺇﹺﻧ ﺖﺒﺫﹶﻫ Artinya: Sesungguhnya perumpamaan Shahib Al-Qur’an (penghafal Al-Qur’an) adalah seperti unta yang sudah diberi tali. Jika ia menambatkannya, unta itu tetap diam ditempatnya, jika ia melepaskannya, maka unta itu akan pergi (HR. Bukhari, al-kitab fad}ailu al-qur’a
Qur’ani, nilai-nilai Al-Qur’an, sopan santun Qur’ani dalam dirinya. Dia harus menjadi orang yang selalu membaca Al-Qur’an sekaligus mengamalkannya (Qaradhawi, 2007: 52). Sebagian ulama’ salaf berkata “Ada seorang hamba yang ketika mulai mempelajari satu surat Al-Qur’an, maka para malaikat membacakan
shalawat
untuknya,
hingga
ia
menyelesaikan
kegiatannya. Akan tetapi ada juga seorang hamba yang ketika mempelajari satu surat Al-Qur’an, para malikat melaknatnya, hingga ia menyelesaikan kegiatannya.”Seseorang lalu bertanya, “Mengapa begitu?” Ia menjawab, “Jika dia menghahalkan apa yang dikhalalkan Al-Qur’an dan mengharamkan apa yang dikharamkan, para malaikat bershalawat untuknya. Jika tidak, para malaikat itu justru melaknatnya.” Sebagian ulama’ berkata,”Ada orang yang membaca Al-Qur’an, tetapi dengan begitu dia justru melaknat dirinya sendiri, tetapi dia tidak menyadarinya. Dia membaca ayat bahwa Allah melaknat orang-orang dzalim, sementara ia termasuk golongan mereka. Dia juga membaca bahwa Allah melaknat para pendusta, sementara ia termasuk golongan dari mereka”(Qaradhawi, 2007: 54). c. Ikhlas dalam mempelajari Al-Qur’an Ikhlas dalam mempelajari Al-Qur’an berarti sudah semestinya shahib Al-Qur’an mengihlaskan hatinya dalam mempelajari AlQur’an, memurnikan hati untuk mengharapkan ”Wajah” (keridhaan) Allah, mengajarkan dan mempelajari karena Allah semata, bukan
karena pamer kepada manusia, atau untuk mencari keuntungan duniawi (Qaradhawi, 2007:59). Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulallah saw bersabda:
ﻰ ﻓﺍﺩ ﻭ: ؟ ﻗﹶﺎﻝﹶﻥ ﺍﹾﳊﹶﺰﺐﺎ ﺟﻣﻝﹶ ﺍﷲِ ﻭﻮﺳﺎ ﺭ ﻳ: ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ.ﻥﺐﹺّ ﺍﹾﳊﹶﺰ ﺟﻦﺫﹸﻭﺍ ﺑﹺﺎﷲِ ﻣﻮﻌﺗ ؟ﻠﹸﻪﺧﺪ ﻳﻦﻣ ﻭ،ِﻝﹶ ﺍﷲﻮﺳﺎ ﺭ ﻳ: ﺎ ﻗﹸﻠﹾﻨ.ﺓﺮﺎﺋﹶﺔﹶ ﻣﻡﹴ ﻣﻮ ﻛﹸﻞﱠ ﻳﻢﻨﻬ ﺟﻪﻨﺫﹸ ﻣﻮﻌﺘ ﺗ،ﻢﻨﻬﺟ ﻬﹺﻢﺎﻟﻤﻥﹶ ﺑﹺﺄﹶﻋﺍﺀُﻭﺮﺍﺀُ ﺍﻟﹾﻤ ﺍﻟﹾﻘﹸﺮ: ﻗﹶﺎﻝﹶ Artinya: Berlindunglah kalian kepada Allah dari jubb al Hazn.” Para sahabat bertannya,” apa jubb al hazn itu ya rasulallah?” beliau menjawab,”sebuah jurang di neraka jahannam,yang jahannam sendiri meminta perlindungan (kepada Allah) darinya sebanyak seratus kali setiap harinya.”Para sahabat kembali bertannya,”Siapa yang akan dimasukkan kesana, ya Rasulallah.” Al Qurra’ (Para penghafal Al-Qur’an) yang riya’ dalam perbuatannya.” (HR. Tirmidzi, al-kitab lizuhdi ‘an rasu
kandungan Al-Qur’an. Sikap mulia merupakan sikap yang diajarkan Allah kepada manusia dengan perantara kitab-Nya. Apabila seorang penghafal Al-Qur’an tidak mampu mengamalkan isinya maka Al-Qur’an yang dibacanya setiap saat itu akan menjadi laknat untuknya, dan AlQur’an akan hilang dari hatinya karena dosa yang dibuatnya. Dosa dan
maksiat
memiliki pengaruh
yang aneh dalam
melemahkan ingatan dan membuat seseorang lupa hafalan Al-Qur’annya. Ibnu Mas’ud ra berkata,” Aku mengira seseorang bisa lupa sebagian ilmu agamanya, gara-gara dosa yang dia perbuat. Adh-Dhahhak bin Muzahim berkata,” Tiada seseorang yang menghafal Al-Qur’an lalu lupa, kecuali gara-gara dosa yang dia lakukan, karena Allah berfirman,” Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tangan mu sendiri (QS.Asy-Syura:30). Lupa hafalan Al-Qur’an termasuk musibah yang terbesar. Dia berfirman,”.....Dan jika setan menjadikanmu lupa ( Akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang dzalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).” (QS.Al An’am: 68) Jika duduk bersama dengan orang-orang yang dzalim dan bergaul dengan pelaku kemaksiatan merupakan penyebab hafalan Al-Qur’an terlupa, bagaimana dengan orang yang melakukan maksiat itu sendiri? (Habibillah, 2011: 100) Waqi’ berkata “Jadikan peninggalan meksiat sebagai penolong dalam hafalanmu”. “Maksiat itu memberikan pengaruh-pengaruh yang
buruk, tercela, dan merusak badan serta hati baik di dunia maupun di ahirat yang hanya diketahui oleh Allah swt. Di antara beberapa pengaruh yang buruk itu adalah terhalangnya ilmu. Ilmu merupakan cahaya yang Allah hunjamkan ke dalam hati, sedangkan maksiat memadamkan cahaya itu. Ketika Imam Syafi’i duduk di hadapan Imam Malik untuk belajar kepadanya, maka Imam Malik pun terkagum atas kecerdasannya yang luar biasa dan pemahamannya yang sempurna. Lalu ia berkata,” Saya melihat sesungguhnya Allah telah menghunjamkan cahaya ke dalam hati mu. Maka janganlah kamu matikan cahaya itu dengan kegelapan maksiat (Salim, 2009: 133). Dari penjelasan di atas, menghafal Al-Qur’an sangat erat kaitannya dengan sikap mulia. Apabila seorang penghafal Al-Qur’an mampu bersikap mulia dan menjauhi maksiat maka dalam proses penghafalan Al-Qur’an insyaallah akan dimudahkan oleh Allah. 5. Keistimewaan menghafal Al-Qur’an a. Mereka adalah ahli Allah Hafal Al-Qur’an merupakan predikat dan kemuliaan yang menyebabkan kemuliaan yang lainnya tidak ada apa-apanya. Jika seorang hamba yang fakir dan lemah menjadi bagian dari keluarga Allah dan orang-orang istimewa-Nya. Ahli Allah dan orang-orang istimewa adalah makhluk yang paling berhak mendapat rahmat, ampunan, rasa cinta, dan kedekataan dengan-Nya. Rasulallah bersabda,” Sesungguhnya Allah mempunyai dua ahli dari golongan
manusia ,” para sahabat bertanya, ”wahai Rasulallah siapa mereka?” jawab beliau, “ mereka adalah ahli Al-Qur’an, ahli Allah dan orangorang istimewan-Nya (HR. an-Nasa’i). b. Hubungan spesial antara mereka dan Rasul Karena mereka telah menyambung nama mereka dengan nama rasulullah dalam silsilah sanad para Hafiz Al-Qur’an Al-Karim. Ini merupakan silsilah penuh berkah yang berisi para hafiz, para hamba yang taat, ulama’, dan para sahabat yang mulia. c. Api neraka tidak akan menyentuh mereka Bagaimana mungkin api neraka berani menyentuh ahli Allah dan orang-orang istimewanya? Nabi bersabda, “Seandainya AlQur’an diletakkan dalam sebuah kulit, lalu ia dimasukkan ke dalam api, niscaya ia tidak akan terbakar (HR. Ahmad). Sebagian ulama’ berkomentar,” itu adalah kulit. Bagaimana bila Al-Qur’an di tempatkan di dalam hati yang hidup, yang merenungkan dan mengamalkannya?” Abu Umamah berkata,” Bacalah Al-Qur’an dan janganlah kalian tertipu oleh mushaf-mushaf ini. Sesungguhnya Allah tidak akan menyiksa hati yang hafal AlQur’an dengan api neraka (HR. Ad-Darimi). d. Al-Qur’an memberi syafaat untuk mereka Syafaat Al-Qur’an disini tidak hanya menyebabkan Ashabul Qur’an tidak masuk ke neraka saja, namun syafaatnya juga meninggikan derajat mereka di surga. Maka bacalah Al-Qur’an
karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat untuk orang-orang yang senantiasa membaca dan mengamalkannya (Habibillah, 2011: 24). e. Al-Qur’an menyambut mereka saat mereka bangkit dari kubur mereka. Al-Qur’an menyambut mereka dengan sambutan yang amat baik ketika mereka bangkit dari kubur mereka. Buraidah berkata,” Aku pernah duduk di samping Nabi lalu aku dengar beliau bersabda, ”Al-Qur’an menyambut shahibnya yang pucat pada hari kiamat ketika kuburnya terbuka.” Tanya Al-Qur’an kepadanya, ”Apakah kamu mengenalku?”dia menjawab, ”Aku tidak mengenalmu. ”Kata Al-Qur’an,”
Aku adalah sahabatmu,
Al-Qur’an.
Aku telah
membuatmu haus di siang yang panas dan membuatmu begadang di malam hari. Maka kerajaan pun diberikan di tangan kanannya dan keabadian di tangan kirinya. Di atas kepalanya dikenakan mahkota keabadian. Kedua orang tuanya diberi dua pakaian yang nilainya tidak bisa ditaksir oleh penduduk dunia, sehingga keduanya bertanya,” Mengapa pakaian ini dikenakan pada kami?” dijawab,” sebab anak kalian berdua menghafal Al-Qur’an.”Kepada orang tersebut diperintahkan,” Bacalah, naiklah tingkatan-tingkatan dan kamar-kamar surga. ”Dia pun terus naik selama membaca Al-Qur’an baik dengan cepat maupun tartil.” (HR. Ahmad)
D. Puasa Sunah, Sikap Wara’, dan Kelancaran Menghafal Al-Qur’an Menurut kartono muhammad(1990: 22) manusia sehat dapat bertahan hidup selama dua minggu tanpa makan sama sekali, asal tetap minum air. Sedangkan jika selain tidak makan juga tidak minum sama sekali, ia dapat bertahan selama satu minggu. Kalau hanya menahan lapar dan minum selama dua belas jam saja tidak ada pengaruh buruk terhadap kesehatan sama sekali, sebenarnya yang berpengaruh besar bagi kesehatan dalam berpuasa adalah niat dan kemauan untuk menahan nafsu. Pengendalian nafsu sangat penting bagi kesehatan jiwa dan mental, karena problem utama kesehatan jiwa dan mental adalah timbulnya berbagai stresor psikososial yang mengakibatkan seseorang menderita ketegangan, kecemasan, depresi, ketidakpuasan, ketidakbahagiaan, prasangka buruk, niat jahat, dan sebagainya, dan semua itu dapat diatasi hanya dengan puasa. Sedangkan sikap wara’ juga sangat penting untuk dijaga, karena dosa dan maksiat memiliki pengaruh yang aneh dalam melemahkan ingatan dan menjadikan seorang lupa hafalan Al-Qur’annya. Waqi’ berkata “ Jadikan peninggalan maksiat
sebagai penolong
dalam hafalanmu”. Maksiat itu
memberikan pengaruh-pengaruh yang buruk, tercela, dan merusak badan serta hati baik di dunia maupun di ahirat yang hanya diketahui oleh Allah swt. Diantara beberapa pengaruh yang buruk itu adalah terhalangnya ilmu. Ilmu adalah cahaya yang Allah hujamkan ke dalam hati, sedangkan maksiat memadamkan cahaya itu.(Salim, 2009: 133)
Menghafal Al-Qur’an merupakan pekerjaan yang tidak ringan, karena para penghafal Al-Qur’an bukan hanya menghafalkan ayat-ayat Al-Qur’an saja akan tetapi juga ada kewajiban untuk mengamalkan isi kandungannya serta berakhlaq sesuai akhlaq Al-Qur’an. Para penghafal Al-Qur’an harus bisa mengendalikan nafsu seperti prasangka buruk, niat jahat, ghibah, pelit, tamak, dan sebagainya. Nafsu yang buruk itu akan sangat mempengaruhi kelancaran menghafal Al-Qur’an, karena dosa dan maksiat akan menghalagi ilmu masuk kedalam hati dan pikirannya.dan semua itu dapat diatasi hanya dengan melaksanakan puasa dan menjaga sikap wara’ dalam kehidupan sehari-hari (Qaradhawi, 2007 : 53).
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Pondok Pesantren “Masyitoh” berdiri di atas naungan Yayasan Kesejahteraan Muslimat Nahdhotul Ulama (YKM NU). Yayasan ini didirikan pada tahun 1988 oleh Ibu Hj. Mar’atus Solikhah selaku ketua organisasi Muslimat kecamatan Pabelan kabupaten Semarang. Pondok pesantren ini semula masih berada di wilayah kecamatan Pabelan kabupaten Semarang. Kemudian pada tahun 1993 dusun Dayaan Sidorejo Kidul kecamatan Pabelan berpindah wilayah ke Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Di pondok pesantren “Masyitoh” pada awal berdirinya hanya terdapat tiga orang santri yang berasal dari daerah sekitar. Pada saat itu kegiatan belajar mengajar (KBM) di pondok pesantren berjalan kurang aktif. Kemudian pada tahun 1995 setelah kedatangan Bapak KH Tohir Suyuti beserta Ibu HJ Umi Arifah yang berasal dari Ketapang kecamatan Susukan kabupaten Semarang, yang telah dipasrahi menjadi pengasuh, mulailah kegiatan belajar mengajar berjalan dengan aktif dan santrinya semakin bertambah banyak. Kitab-kitab yang dikaji bukan hanya kitab Al-Qur’an, tetapi disertai dengan kitab kuning. Selain itu juga ada ekstra kulikuler seperti Qiro’ah, khitobah, dan ceramah (muhadloroh) sebagai
wahana pendidikan
bagi santri serta menciptakan kemampuan dan
ketrampilan untuk dikembangkan di masyarakat nantinya(wawancara kepada Bapak KH Tohir Suyuti selaku pengasuh pondok). 2. Letak Geografis Pondok Pesantren “Masyitoh” terletak di Jl. Mayang sari RT 03/05 Dayaan Sidorejo Kidul Kecamatan Tingkir Kota
Salatiga.
Pondok
pesantren “Masyitoh” menempati area tanah wakaf seluas ± 750 m2 yang digunakan untuk membangun pondok putra dan tanah pribadi seluas ± 1850 m2 yang digunakan untuk pembangunan pondok putri, lingkungan koprasi dan lain-lain (Dokumen pondok pesantren”Masyithoh” tahun 2012). 3. Sistem Pendidikan dan Pengajaran Sistem pendidikan dan pengajaran di pondok pesantren “Masyitoh” antara lain: a. Sorogan Sistem pengajaran dengan pola sorogan dilaksanakan dengan jalan santri yang biasanya menyorogkan sebuah kitab kepada kiyai atau guru untuk dibaca sendiri di hadapan kiyai atau guru. Dan apabila ada salahnya, kesalahan itu langsung dibenarkan seketika itu oleh kyai atau guru tersebut. b. Bandongan Sistim pengajaran yang serangkaian dengan sistim sorogan dan wetonan adalah bandongan yang dilakukan dengan saling kait-
mengait dengan yang sebelumnya. Dalam sistem bandongan, seorang santri tidak harus menunjukkan bahwa ia mengerti pelajaran yang di hadapi karena santri cukup menyimak apa yang di jelaskan oleh kiyai atau guru( Ghozali, 1996: 29-30). Pemakaian metode di atas dimaksudkan sebagai upaya mempelajari Al-Qur’an dan kitab kuning di Pondok Pesantren Masyitoh. Adapun kegiatan belajar mengajar di Pondok Pesantren “Masyitoh” ini meliputi: 1) Pendidikan Madrasah Diniyah Pendidikan
dan
pengajaran
di
Pondok
Pesantren
“Masyitoh” dilaksanakan setiap ba’da isya’ yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas satu dan kelas dua. Kitab-kitab yang dikaji di kelas satu antara lain: a) Fatkhul Awam b) Jurumiyah c) Tafsir istilah Sedangkan kitab yang dikaji di kelas dua meliputi: a) Riyadzul Badi’ah b) Al-Amriti c) Sharaf d) Ayuhal Walad
2) Kegiatan Umum Harian Pendidikan dan pengajaran ini dilaksanakan setiap hari yang diikuti oleh semua santri di luar pembelajaran madrasah diniyah, kegiatan ini meliputi: a) Sorogan Al-Qur’an Dilaksanakan dengan cara santri membaca Al-Qur’an dan disimak langsung oleh Bu Nyai bagi santri putri dan oleh Bapak kyai bagi santri putra. b) Setoran Al-Qur’an Bagi santri yang menghafalkan Al-Qur’an, maka dia menyetorkan hafalannya kepada Ibu Nyai. Apabila santri dalam menghafal Al-Qur’an ada kesalahan dalam mahroj, tajwid dan harokatnya langsung dibenarkan oleh Ibu Nyai atau Bapak Kyai. c) Pengkajian Tafsir Jalalain Pengkajian tafsir jalalain ini dilaksanakan setiap ba’da dzuhur dan diikuti oleh santri putra dan putri. Pengkajian kitab ini diampu langsung oleh Bapak Kyai M. Tohir Syuyuti dengan menggunakan sistem bandongan. d) Pengkajian Kitab Safinah Pengkajian ini juga menggunakan sistem bandongan yang dilaksanakan setiap ba’da dzuhur.
3) Kegiatan Mingguan Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan setiap seminggu sekali, di antaranya adalah: a) Mujahadah b) Dziba’an c) Pengkajian kitab Tibyan d) Tartilan Al-Qur’an untuk yang bil ghiob e) Qiro’ah 4) Kegiatan Bulanan Kegiatan ini meliputi: a) Mukhadloroh b) Pengkajian kitab Faro’id c) Pengajian Rabo Pahingan 4. Keadaan Fisik Pondok Pesantren Masyitoh Bangunan-bangunan yang ada di Pondok Pesantren “Masyitoh” secara fisik dapat diklafisikasikan ke dalam beberapa tipe yaitu: a. Mushola Di Pondok Pesantren ”Masyitoh” terdapat sebuah musola yang berfungsi sebagai tempat beribadah. Musola tersebut berada di antara pondok putra dan pondok putri. Selain berfungsi sebagai sarana pelaksanaan ibadah oleh para santri, pengasuh pondok pesantren dan masyarakat
sekitar
untuk
salat
berjama’ah,
musola
juga
dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, tempat mujahadah, pelatihan pidato, pengkajian kitab kuning dan kegiatan lainnya. b. Koperasi Di Pondok Pesantren “Masyitoh” koperasi digunakan sebagai sarana pemenuhan kebutuhan sehari-hari bagi para santri, pengasuh pondok dan masyarakat sekitarnya. Koperasi di pondok ini dikelola langsung oleh para santri sebagai sarana pendidikan dalam bidang ekonomi. c. Bangunan Pondok Bangunan pondok putri terletak di sebelah ndalem bapak pengasuh, sedangkan pondok putra terletak di dekat ndalem ibu Hj. Mar’atus Solichah selaku pendiri pondok pesantren tersebut. 5. Susunan Organisasi Yayasan Kesejahteraan “Masyitoh” SUSUNAN PERSONALIA PENGURUS TAHUN 2010-2014
Penasehat
: Hj. Dimyati
Ketua
: Hj. Mar’atus Solichah
Sekretaris
: Ima Salamah S. Paud
Bendahara
: Hj. Rifa’i
Sie dakwah
: Hj. Sumeh
Sie pendidikan
: Umi Tohir, S.Pd Siti Rohmah
Atik Harjono Sie organisasi
: Robiatul Janati
Sie usaha
: - Wardi - Titi wahyono - Bandiah Zuhri - Hj. Siti Rukti - Mintarsih - Siti Sunengsih - Rohmi
Anggota
: - Sri Rahayu - Siti Nurhidayah - Jumiatun - Rosmiati - Rifqotus Suniyah - Hj. Amin
Pengasuh pondok Pondok Pesantren “Masyitoh”
: - KH. Tohir Suyuti - Hj. Umi Arifah
Ustadz
: - Cholil - Hawari
6. Keadaan Responden dan Sempel
Dalam penelitian ini, sempel yang diambil peneliti adalah semua santri putri pondok pesantren “Masyitoh” karena jumlah santri yang menghafal Al-Qur’an hanya berjumlah 15 santri. Untuk data santri yang dijadikan sempel dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 3.1 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nama Santri Putri Siti Syamsiah Umi Masroah Isarotul Munawaroh Wakhidatul Fitriyani Al-Hoeny Ela Marfuah Khorismatul ULa Khoirin Amirul Khusna Zayinatul Fitriatun Khasanah Siti As’adah Fatchul Hidayah Siti Munadziroh Siti Masyithoh
Tempat Tanggal Lahir Boyolali, 19 Februari, 1989 Semarang, 13 Oktober, 1990 Semarang, 21 Desember, 1991 Demak, 3 Maret, 1995 Susukan, 5 Januari, 1996 Semarang, 5 Maret, 1994 Susukan, 29 Juli, 1993 Semarang, 26 Juli, 1995 Beringin, 2 Desember, 1999 Semarang, 13 September, 1991 Semarang, 25 Juli, 1993 Semarang, 16 November, 1992 Salatiga, 3 Februari, 1990 Semarang, 29 Desember, 1990 Semarang, 18 Maret, 1990
Perolehan Juz 25 Juz 5 Juz 29 Juz 7 Juz ½ Juz 16 Juz 7 Juz 3 Juz 2 Juz 30 Juz 20 Juz 5 Juz 11 Juz 12 Juz 30 Juz
B. Penyajian Data 1. Daftar jawaban angket aktifitas puasa sunah santri pondok pesantren “Masyitoh” Angka 1,2,3 dan seterusnya menunjukkan nomor soal angket tentang aktifitas puasa sunah. Sedangkan huruf A, B, C dan seterusnya menunjukkan jawaban dari angket tentang aktifitas puasa sunah. Adapun hasil penyebaran angket tentang aktifitas puasa sunah dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.2 Daftar jawaban angket aktifitas puasa sunah No
Nama Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Siti Masyithoh Siti munadziroh Fachul Hidayah Siti As’adah Fitriatun Khasanah Zayinatul Khoirin Amirul K Khorismatul Ula Marfu’ah Ela Al Hoeny Wakhidatul Fitriyani Isarotul Munawaroh Umi Masru’ah Siti Syamsiyah
1 B B B A A A B A A A B B B A B
2 B B A B B B A A A A A A B B A
3 A A A B A A A B A B A A A A A
4 A A A A A A A A A A A A A A A
Nilai Item 5 6 B A B A B A A B B A A A B A A A B A B A A A A A A A A A B A
7 A A B A B B B B A A B B B B B
8 B B B B A A A A B A A A B A A
9 A A A A A A B A B B B B A A A
10 B B A A A A B A B B A A B B B
2. Daftar jawaban angket sikap wara’ santri Pondok Pesantren “Masyitoh” Angka 1,2,3 dan seterusnya menunjukkan nomor soal angket tentang sikap wara’. Sedangkan huruf A, B, C dan seterusnya menunjukkan jawaban dari angket tentang sikap wara’. Adapun hasil penyebaran angket tentang sikap wara’ dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3.3 Daftar jawaban angket sikap wara’ No 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama Responden Siti Masyithoh Siti munadziroh Fachul Hidayah Siti As’adah Fitriatun Khasanah Zayinatul Khoirin Amirul K Khorismatul Ula
1 A A A A A A A A
2 A B A A A B A B
3 B B A A B B B B
4 A A B B A B A B
Nilai Item 5 6 A B A A B B B A B A A B B B A B
7 A B A A A B A B
8 B B A A A A B A
9 B A B A A A A A
10 B A B B B A B A
9 10 11 12 13 14 15
Marfu’ah Ela Al Hoeny Wakhidatul Fitriyani Isarotul Munawaroh Umi Masru’ah Siti Syamsiyah
A A A A A A A
A A A B B B B
A A B B A B B
A B B B B B B
B B A A A B A
B B B B B A A
A B A A A B A
B B B B B A A
B B A A A A A
A A B B B A B
9 C B B A B B B A A B B A B B A
10 A A B A A B B B B B B B A A B
3. Daftar jawaban angket kelancaran menghafal Al-Qur’an santri Pondok Pesantren “Masyitoh” Angka 1,2,3 dan seterusnya menunjukkan nomor soal angket tentang kelancaran menghafal Al-Qur’an. Sedangkan huruf A, B, C dan seterusnya menunjukkan jawaban dari angket
tentang
kelancaran
menghafal Al-Qur’an. Adapun hasil penyebaran angket tentang kelancaran menghafal AlQur’an dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3.4 Daftar jawaban angket kelancaran menghafal Al-Qur’an No
Nama Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Siti Masyithoh Siti munadziroh Fachul Hidayah Siti As’adah Fitriatun Khasanah Zayinatul Khoirin Amirul K Khorismatul Ula Marfu’ah Ela Al Hoeny Wakhidatul Fitriyani Isarotul Munawaroh Umi Masru’ah Siti Syamsiyah
1 A A B B A A A A A A B A A A A
2 A A A A A A A B B B A B A B A
3 A A A A B B B B B B B A A A A
4 B B A A A A A A A A A B A A B
Nilai Item 5 6 A A A A B A A A A A A B A A A A A A A A A A 3 3 3 3 3 3 3 3
7 A A A A A A A A A A A A A B A
8 A A A B B B B B A B B B B B B
BAB IV ANALISIS DATA
Setelah data terkumpul, maka yang penulis tempuh selanjutnya adalah menganalisis data. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh jawaban dari pokok permasalahan yang dipertanyakan dirumusan masalah pada bab satu. Secara berturut-turut penulis menganalisis data yang terkumpul sebagai berikut: A. Analisis Deskriptif 1. Analisis data tentang aktifitas puasa sunah Untuk mengetahui aktifitas puasa sunah, penulis menggunakan instrumen berupa angket yang terdiri dari sepuluh item pertanyaan dan menyediakan tiga kriteria jawaban dengan kategori sebagai berikut: a. Kriteria jawaban A memiliki nilai 3 b. Kriteria jawaban B memiliki nilai 2 c. Kriteria jawaban C memiliki nilai 1 Dengan demikian setelah masing-masing jawaban diberi sekor angka, maka diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.1 Nilai Angket tentang Aktivitas puasa sunah No 1 2 3 4 5
1 2 2 2 3 3
2 2 2 3 2 2
3 3 3 3 2 3
4 3 3 3 3 3
Nilai Item 5 6 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3
7 3 3 2 3 2
8 2 2 2 2 3
9 3 3 3 3 3
10 2 2 3 3 3
Jumlah 25 25 26 26 27
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
3 2 3 3 3 2 2 2 3 2
2 3 3 3 3 3 3 2 2 3
3 3 2 3 2 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 2 3 2 2 3 3 3 3 2
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
2 2 2 3 3 2 2 2 2 2
3 3 3 2 3 3 3 2 3 3
3 2 3 2 2 2 2 3 3 3
3 2 3 2 2 3 3 2 2 2
28 25 28 26 26 27 27 25 27 26
Langkah selanjutnya adalah mencari interval dengan menggunakan norma ideal. Untuk aktivitas puasa sunah dengan jumlah pertanyaan 10 item, Rumus pencarian interval adalah sebagai berikut:
i=
(Nt - N r )+ 1 3
Keterangan: i
: Interval
Nt
: Nilai tertinggi
Nr
: Nilai terendah
i=
i=
(30 - 10 )+ 1 3 21 3
i=7 Kemudian dimasukkan tabel untuk mengetahui berapa santri yang melakukan aktivitas puasa sunah.
Tabel 4.2 Interval Aktivitas Puasa Sunah Lebar Interval 24-30 17-23 10-16
Jumlah Santri 15 0 0
Nilai Nominal A B C
Dari tabel di atas diketahui bahwa : a. Jumlah santri yang menjawab kategori A dalam angket aktivitas puasa sunah dengan lebar interval 24-30 sebanyak 15 santri. b. Jumlah santri yang menjawab kategori B dalam angket aktivitas puasa sunah dengan lebar interval 17-23 sebanyak 0 santri. c. Jumlah santri yang menjawab kategori C dalam angket aktivitas puasa sunah dengan lebar interval 10-16 sebanyak 0 santri. Setelah diketahui jumlah santri yang melakukan aktivitas puasa sunah dengan kategori A, B dan C kemudian dicari prosentasinya masingmasing dengan rumus sebagai berikut: P=
F x100% N
Keterangan:
P = Persentase F = Frekuensi N = Jumlah responden
a. P =
15 x100% 15
P = 100 %
b. P =
0 x100% 15
P = 0% c. P =
0 x100% 15
P = 0%
Keterangan: a.
Prosentase santri yang menjawab dengan kategori tinggi dalam angket aktivitas puasa sunah atau mendapat nominal A sebanyak 100%
b.
Prosentase santri yang menjawab kategori sedang dalam angket aktivitas puasa sunah atau mendapat nominal B sebanyak 0%
c.
Prosentase santri yang menjawab kategori rendah dalam angket aktivitas puasa sunah atau mendapat nominal C sebanyak 0% Tabel 4.3 Tabel Distribusi Frekuensi Variabel X1
No Nilai Aktivitas Puasa Sunah 1 Tinggi 2 Sedang 3 Rendah Jumlah
Interval 24-30 17-23 10-16
Frekuensi 15 0 0 15
Prosentase 100% 0% 0% 100%
2. Analisis data tentang Sikap wara’ Untuk mengetahui sikap wara’ santri, penulis menggunakan instrumen beberapa angket yang terdiri dari sepuluh item pertanyaan dan menyediakan tiga kriteria jawaban dengan kategori sebagai berikut:
a. Kriteria jawaban A memiliki nilai 3 b. Kriteria jawaban B memiliki nilai 2 c. Kriteria jawaban C memiliki nilai 1 Dengan demikian setelah masing-masing jawaban diberi skor angka, maka di peroleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.4 Nilai Angket tentang Sikap Wara’ No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2
3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2
Kemudian
4 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2
Nilai Item 5 6 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3
mencari
interval
7 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3
untuk
8 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3
9 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3
sikap
10 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2
wara’
Jumlah 25 26 25 27 26 25 25 25 26 24 25 24 25 25 26
dengan
menggunakan norma ideal, dengan jumlah pertanyaan 10 item, maka berdasarkan rumus interval di capai hasil sebagai berikut:
i=
(N t - N r )+ 1 3
Keterangan:
i = Interval Nt = Nilai tertinggi Nr = Nilai terendah
i=
i=
(30 - 10 )+ 1 3 21 3
i =7
Kemudian dimasukkan ke dalam tabel untuk mengetahui tingkatan sikap wara’ santri Masyitoh. Tabel 4.5 Interval Tingkatan Sikap Wara’ No 1 2 3
Lebar Interval 24-30 17-23 10-16
Jumlah 15 0 0
Nilai Nominal A B C
Dari tabel di atas diketahui bahwa : a. Jumlah santri yang menjawab kategori A dalam angket sikap wara’ dengan lebar interval 24-30 sebanyak 15 santri b. Jumlah santri yang menjawab kategori B dalam angket sikap wara’ dengan lebar interval 17-23 sebanyak 0 santri c. Jumlah santri yang menjawab kategori C dalam angket sikap wara’ dengan lebar interval 10-16 sebanyak 0 santri
Setelah diketahui jumlah santri yang menjaga sikap wara’ dengan kategori nilai A, B dan C kemudian dilakukan dicari prosentasi masingmasing dengan rumus sebagai berikut: P=
F x100% N
Keterangan: P = Presentase F = Frekuensi N = Jumlah responden a. P =
15 x100% 15
P = 100 %
b. P =
0 x100% 15
P = 0%
c. P =
0 x100% 15
P = 0% Keterangan: a. Prosentase santri yang menjawab dengan kategori tinggi dalam angket sikap wara’ atau mendapat nominal A sebanyak 100% b. Prosentase santri yang menjawab kategori sedang dalam angket sikap wara’ atau mendapat nominal B sebanyak 0% c. Prosentase santri yang menjawab kategori rendah dalam angket sikap wara’ atau mendapat nominal C sebanyak 0%
Tabel 4.6 Tabel Distribusi Frekuensi Variabel X2 No 1 2 3
Nilai sikap wara’ Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Interval 24-30 17-23 10-16
Frekuensi 15 0 0 15
Prosentase 100% 0% 0% 100%
3. Analisis Data tentang Kelancaran Menghafal Al-Qur’an Untuk mengetahui kelancaran menghafal Al-Qur’an santri, penulis menggunakan instrumen beberapa angket yang terdiri dari sepuluh item pertanyaan dan menyediakan tiga kriteria jawaban dengan kategori sebagai berikut: a. Kriteria jawaban A memiliki nilai 3 b. Kriteria jawaban B memiliki nilai 2 c. Kriteria jawaban C memiliki nilai 1 Dengan demikian setelah masing-masing jawaban diberi skor angka, maka diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.7 Nilai Angket tentang Kelancaran Menghafal Al-Qur’an No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3
2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2
3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2
4 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3
Nilai Item 5 6 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3
7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
8 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2
9 1 2 2 3 2 2 2 3 3 2
10 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2
Jumlah 27 28 26 28 27 25 26 26 27 25
11 12 13 14 15
2 3 3 3 3
3 2 3 2 3
2 3 3 3 3
3 2 3 3 2
3 3 3 3 3
3 3 3 3 3
3 3 3 2 3
2 2 2 2 2
2 3 2 2 3
2 2 3 3 2
25 26 28 26 27
Kemudian mencari interval untuk kelancaran menghafal Al-Qur’an dengan menggunakan norma ideal, dengan jumlah pertanyaan 10 item, maka berdasarkan rumus interval di capai hasil sebagai berikut:
i=
(N t - N r )+ 1 3
Keterangan: i
= Interval
Nt = Nilai tertinggi Nr = Nilai terendah i=
i=
(30 - 10 )+ 1 3 21 3
i =7 Kemudian dimasukkan tabel untuk mengetahui tingkat kelancaran menghafal Al-Qur’an. Tabel 4.8 Interval Tingkat Kelancaran Menghafal Al-Qur’an No 1 2 3
Lebar Interval 24-30 17-23 10-16
Jumlah 15 0 0
Nilai Nominal A B C
Dari tabel di atas diketahui bahwa : a. Jumlah santri yang menjawab kategori A dalam angket kelancaran menghafal Al-Qur’an dengan lebar interval 24-30 sebanyak 15 santri b. Jumlah santri yang menjawab kategori B dalam angket kelancaran menghafal Al-Qur’an dengan lebar interval 17-23 sebanyak 0 santri c. Jumlah santri yang menjawab kategori C dalam angket kelancaran menghafal Al-Qur’an dengan lebar interval 10-16 sebanyak 0 santri Setelah diketahui jumlah santri yang lancar dalam menghafal AlQur’an dengan kategori nilai A, B dan C kemudian dicari prosentasinya masing-masing dengan rumus sebagai berikut: P=
F x100% N
Keterangan: P = Presentase F = Frekuensi N = Jumlah responden a. P =
15 x100% 15
P = 100 %
b. P =
0 x100% 15
P = 0% c. P =
0 x100% 15
P = 0%
Keterangan: a. Prosentase santri yang menjawab dengan kategori tinggi dalam angket kelancaran menghafal Al-Qur’an atau mendapat nominal A sebanyak 100% b. Prosentase santri yang menjawab kategori sedang dalam angket kelancaran menghafal Al-Qur’an atau mendapat nominal B sebanyak 0% c. Prosentase santri yang menjawab kategori rendah dalam angket kelancaran menghafal Al-Qur’an atau mendapat nominal C sebanyak 0% Tabel 4.9 Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Y No 1 2 3
Nilai kelancaran menghafal Al-qur’an Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Interval
Frekuensi
Prosentase
24-30 17-23 10-16
15 0 0 15
100% 0% 0% 100%
B. Analisis Mengenai Regresi Ganda Antara Aktivitas Puasa Sunah dan Sikap Wara’ Terhadap Kelancaran Menghafal Al-Qur’an Berikut adalah analisis mengenai regresi ganda untuk mengetahui pengaruh aktivitas puasa sunah dan sikap wara’ terhadap kelancaran menghafal Al-Qur’an. Berdasarkan jawaban dari 15 responden yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Berikuti ini adalah tampilan data mentah dari hasil jawaban responden: Tabel 4.10 Data mentah untuk mempermudah menghitung regresi ganda dengan analisis SPSS No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
X1 25 25 26 26 27 28 25 28 26 26 27 27 25 27 26
X2 25 26 25 27 26 25 25 25 26 24 25 24 25 25 26
Y 27 28 26 28 27 25 26 26 27 25 25 26 28 26 27
Langkah-langkah analisis yang ditempuh menurut Ghozali (2001: 46) antara lain sebagai berikut: 1. Buka file Crossec.xls 2. Dari menu utama SPSS pilih menu Analyze kemudian sub menu Regression lalu pilih Linear
3. Memasukkan variabel Y pada box Dependent 4. Memasukkan variabel X1 dan X2 pada box Independent 5. Pada box Method pilih Enter 6. Abaikan yang kain dan tekan OK Dari langkah-langkah tersebut hasil output SPSS yang diperoleh adalah sebagai berikut:
b
Variables Entered/Removed
Model 1
Variables
Variables
Entered
Removed
a
wara, puasa
Method . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: quran
Model Summary
Model
R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square a
1
Adjusted R
.828
.685
.633
.64246
a. Predictors: (Constant), wara, puasa b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
Mean Square
10.780
2
5.390
4.953
12
.413
15.733
14
a. Predictors: (Constant), wara, puasa b. Dependent Variable: quran
df
F 13.059
Sig. a
.001
a
Coefficients
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) puasa wara
Std. Error 18.980
7.679
-.483-
.169
.799
.218
Coefficients Beta
T
Sig.
2.472
.029
-.471-
-2.860-
.014
.602
3.656
.003
a. Dependent Variable: quran
C. Pembahasan 1. Koefisiensi Determinasi Model Summary Dari tampilan output SPSS dapat dilihat besarnya Adjusted R2 adalah .633 Hal ini berarti bahwa 6,33% variasi kelancaran menghafal AlQur’an santri bisa dijelaskan oleh variasi dari kedua variabel independen puasa sunah dan sikap wara’. Sedangkan sisanya (100% - 6,33% =93,67 %) dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain di luar model. 2. Uji Signifikasi Sigmultan (Uji Statistik F) Dari uji ANOVA atau F test, didapat F Hitung sebesar 13,059 dengan tingkat probabilitas .001 Nilai F Hitung lebih besar dari 2 maka dapat dikatakan hasil perhitungan regresi tersebut signifikan. Maka model regresi tersebut dapat digunakan untuk memprediksi kelancaran menghafal Al-Qur’an santri atau dapat dikatakan bahwa aktifitas puasa sunah dan
sikap wara’ berpengaruh terhadap kelancaran menghafal Al-Qur’an santri di Pondok Pesantren “Masyithoh” Sidorejo Kidul, Tingkir, Salatiga. 3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t Statistik). Dari kedua variabel independen yang dimasukkan dalam regresi, variabel X1 dan variabel X2 signifikan. Hal ini bisa dilihat dari probabilitas signifikansi untuk variabel X1 sebesar .014 dan variabel X2 sebesar .003 dan keduanya di bawah 0,05. Dari sini dapat disimpulkan bahwa variabel Y dipengaruhi oleh variabel X1 dan variabel X2 dengan persamaan matematis sebagai berikut: Y = 18.980 + -.483- X1 + .799X2 Keterangan: Y : Kelancaran menghafal Al-Qur’an X1 : Aktifitas puasa sunah X2 : Sikap wara’ Dari persamaan tersebut dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1) Konstanta sebesar 18.980 menyatakan bahwa jika aktifitas puasa sunah dan sikap wara’ dianggap konstan, maka kelancaran menghafal Al-Qur’an 18.980. 2) Koefisien regresi aktifitas puasa sunah -.483- menyatakan bahwa apabila aktifitas puasa sunah ditingkatkan 1 kali, maka akan memiliki pengaruh sebesar -.483- terhadap kelancaran menghafal Al-Qur’an. Sehingga dapat disimpulkan bahwa aktifitas puasa
sunah memiliki sumbangan pemikiran sebesar .483% kelancaran menghafal Al-Qur’an. 3) Koefisien regresi sikap wara’ sebesar .799 menyatakan bahwa apabila sikap wara’ ditingkatkan 1 kali, maka akan memiliki pengaruh sebesar .799 terhadap kelancaran menghafal Al-Qur’an. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap wara’ memiliki sumbangan
pemikiran
sebesar
7,99%
terhadap
kelancaran
menghafal Al-Qur’an. Maka dapat disimpulkan bahwa penelitian penulis yang berjudul “ Pengaruh aktifitas puasa sunah dan sikap wara’ terhadap kelancaran menghafal Al-Qur’an santri putri di pondok pesantrin “Masyithoh” Dayaan, Sidorejo Kidul, Tingkir, Salatiga tahun 2012 “ signifikan.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah penulis mengumpulkan data dalam rangka membuktikan hipotesis yang diajukan dan mengolahnya dengan teknik statistik dengan menggunakan rumus regresi ganda, selanjutnya penulis dapat menarik kesimpulan dari penelitian yang berjudul “Pengaruh Aktifitas Puasa Sunah dan Sikap Wara’ Terhadap Kelancaran Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren “Masyitoh” Dayaan, Sidorejo Kidul Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun 2012 sebagai berikut: 1. Tingkat aktifitas puasa sunah santri dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Tingkat aktifitas puasa sunah yang mendapat nilai
kategori tinggi
sebanyak 15 santri dengan lebar interval antara 24-30 sebesar 100% b. Tingkat aktifitas puasa sunah yang mendapat nilai kategori sedang sebanyak 0 santri dengan lebar interval antara 17-23 sebesar 0% c. Tingkat aktifitas puasa sunah yang mendapat nilai kategori rendah sebanyak 0 santri dengan lebar interval antara 10-16 sebesar 0% 2. Sikap wara’ santri dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Tingkat sikap wara’ yang mendapat nilai kategori tinggi sebanyak 15 santri dengan lebar interval antara 24-30 sebesar 100% b. Tingkat sikap wara’ yang mendapat nilai kategori sedang sebanyak 0 santri dengan lebar interval antara 17-23 sebesar 0%
c. Tingkat sikap wara’ yang mendapat nilai kategori rendah sebanyak 0 santri dengan lebar interval antara 10-16 sebesar 0% 3. Kelancaran menghafal Al-Qur’an santri dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Tingkat kelancaran menghafal Al-Qur’an yang mendapat nilai kategori tinggi sebanyak 15 santri dengan lebar interval antara 24-30 sebesar 100% b. Tingkat kelancaran menghafal Al-Qur’an yang mendapat nilai kategori sedang sebanyak 0 santri dengan lebar interval antara 17-23 sebesar 0% c. Tingkat kelancaran menghafal Al-Qur’an yang mendapat nilai kategori rendah sebanyak 0 santri dengan lebar interval antara 10-16 sebesar 0%. 4. Dari perhitungan SPSS dapat diambil kesimpulan bahwa aktifitas puasa sunah berpengaruh terhadap kelancaran menghafal Al-Qur’an Hal ini bisa dilihat dari probabilitas signifikansi untuk variabel X1 sebesar .014 dan nilai tersebut di bawah 0,05. 5. Dari perhitungan SPSS dapat diambil kesimpulan bahwa aktifitas sikap wara’ berpengaruh terhadap kelancaran menghafal Al-Qur’an Hal ini bisa dilihat dari probabilitas signifikansi untuk variabel X2 sebesar .003 dan nilai tersebut di bawah 0,05. 6. Dari
hasil analisis dengan menggunakan program SPSS di peroleh
kesimpulan sebagai berikut:
Dari kedua variabel independen yang dimasukkan dalam regresi, variabel X1 dan variabel X2 signifikan. Hal ini bisa dilihat dari probabilitas signifikansi untuk variabel X1 sebesar .014 dan variabel X2 sebesar .003 dan keduanya di bawah 0,05. Dari sini dapat disimpulkan bahwa variabel Y dipengaruhi oleh variabel X1 dan variabel X2 dengan persamaan matematis sebagai berikut: Y = 18.980 + -.483- X1 + .799X2 Keterangan: Y : Kelancaran menghafal Al-Qur’an X1 : Aktifitas puasa sunah X2 : Sikap wara’ Dari persamaan tersebut dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 4) Konstanta sebesar 18.980 menyatakan bahwa jika aktifitas puasa sunah dan sikap wara’ dianggap konstan, maka kelancaran menghafal Al-Qur’an 18.980. 5) Koefisien regresi aktifitas puasa sunah -.483- menyatakan bahwa apabila aktifitas puasa sunah ditingkatkan 1 kali, maka akan memiliki pengaruh sebesar -.483- terhadap kelancaran menghafal Al-Qur’an. Sehingga dapat disimpulkan bahwa aktifitas puasa sunah memiliki sumbangan pengaruh sebesar .483% kelancaran menghafal Al-Qur’an.
Koefisien regresi sikap wara’ sebesar .799 menyatakan bahwa apabila sikap wara’ ditingkatkan 1 kali, maka akan memiliki pengaruh sebesar .799 terhadap kelancaran menghafal Al-Qur’an. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap wara’ memiliki sumbangan pemikiran sebesar 7,99% terhadap kelancaran menghafal Al-Qur’an Dengan demikian, hipotesis penelitian yang penulis ajukan signifikan, Hal ini membuktikan bahwa ada pengaruh antara aktifitas puasa sunah dan sikap wara’ terhadap kelancaran menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren “Masyithoh” Dayaan, Sidorejo Kidul, Tingkir, Salatiga Tahun 2012. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi Lembaga Pondok Pesantren Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang berperan dalam membangun pendidikan terutama pendidikan akhlak yang luhur. Oleh karena itu penulis memberikan saran agar pesantren terus menjaga tradisi yang luhur seperti menjalankan puasa sunah dan menjaga sikap wara’. Di sini penulis mengharapkan agar tidak hanya kelancaran menghafal Al-Qur’an saja yang diprioritaskan tapi juga kemulyaan akhlak para santri. 2. Bagi santri Dengan adanya penelitian ini penulis memberikan saran agar para santri terus mengamalkan puasa sunah dan sikap wara’ dalam proses
menghafal Al-Qur’an. Karena puasa dan wara’ merupakan ihtiyar agar para santri dapat lancar dan mudah saat menghafal Al-Qur’an. C. Rekomendasi Segala puji bagi Allah yang tiada terhitung nikmat yang telah diberikan kepada mahluknya, sehingga dengan karunianya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan tiada ujian yang berarti. Dalam penulisan sekripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis berharap atas kritik dan saran yang membangun. Semoga sekripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca pada umumnya serta dapat dikembangkan lebih lanjut oleh peneliti-peneliti lain.
DAFTAR PUSTAKA
Al Ghozali, Imam. tt, Terjemah Ihya Ulumudin. Semarang: CV Assyifa. Alaway, Abdullah. 1999. Sentuhan-Sentuhan Sufistik. Mesir: Pustaka Setia. Al-Qaradhawi, Yusuf. 2007. Menumbuhkan Cinta Kepada Al-Qur’an. Pres, Yogyakarta: Mardhiyah. Al-Zuhayly, Wahbah. 1995. Puasa dan Itikaf. Damaskus: Dar al-fikri. Arikunto, Suharsimi.1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendidikan Praktis Revisi. Jakarta: Rineka cipta. ________________. 1996. Prosedur Pendidikan Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka cipta. Badwilan, Ahmad Salim. tt, Panduan Cepat Menghafal Al-Qur’an. Jogjakarta: Diva pres. Habibillah, Muhammad. 2011. Kiat Mudah Menghafal Al-Qur’an. Solo: Gazzamedia. Muskibin, Imam. tt, Rahasia Puasa Bagi Kesehatan Fisik dan Psikis. Yogyakarta: Mitra pustaka. Mas’ud, Abdurrahman. 2005. Reproduksi Ulama Di Era Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Mustaqim, Abdul. 2007. Strategi Menghafal Al-Qur’an 10 Bulan Khatam, Yogyakarta: Idea Pres. Rakhmat, Jalaluddin.1999. Membuka Tirai Kegaiban. Bandung: Mizan. Sa’id Hawwa, Said bin Muhammad. 2004. Mensucikan Jiwa. salaam.
Jakarta: Darus
Sensa, Muhamad Drajat.2004. Qur’anic Quontient Kecerdasan-kecerdasan Bentukan Al-Qur’an. Jakarta: Hikmah. Sugiono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. bandung: Alfabeta. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa: 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ghozali, Imam.2001. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Undip.
DAFTAR ANGKET UNTUK SANTRI
Petunjuk Pengisian Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberi tanda silang (X) pada huruf a, b, c sesuai dengan keadaan yang ada pada saudari. Mohon di jawab dengan jujur dan ikhlas tanpa terpengaruh oleh siapapun. Atas bantuan saudari, kami ucapkan terimakasih.
Identitas Pribadi Nama
:
Tempat tanggal lahir
:
Alamat
:
Perolehan juz
:
Item Pertanyaan A. Aktifitas Puasa Sunah 1.
Apakah saudari sering melakukan puasa sunah selama menghafal AlQur’an di pondok? a. Sering sekali b. Sering c. Tidak sama sekali
2.
Jenis puasa sunah apa yang anda lakukan? a. Daud, naun, Senin Kamis, dan puasa setiap pertengahan bulan Qomariyah tanggal 13,14,15 b. Naun c. Senin Kamis
3.
Apa tujuan Saudari melakukan puasa sunah? a. Mendekatkan diri kepada Allah b. Melatih diri untuk mengendalikan nafsu c. Melatih diri untukmempunyai sifat disiplin
4.
Siapa yang mendorong saudari untuk melakukan puasa sunah? a. Diri sendiri b. Orang tua c. Orang lain
5.
Berapa Tahun saudari melakukan puasa sunah? a. 2 ½ tahun b. 2 tahun c. 1 ½ tahun
6.
Siapa yang mendorong saudari melakukan puasa sunah? a. Melakukan puasa sunah hanya karna megharap ridho Allah
7.
b.
Melakukan puasa sunah karena perintah bapak kiya’i
c.
melaksanakan puasa sunah karna ikut-ikutan santri lain
Bagaimana sikap saudari jika saudari disuruh berhenti melakukan puasa sunah oleh orang tua saudari karena sakit? a. Menyetujuinya b. Menolaknya c.
Tetap melaksanakan puasa sunah tapi menyembunyikannya dari orang tua
8.
Pernahkah saudari merasa berat dalam melaksanakan puasa sunah? a. Tidak b. Pernah c. Kadang-kadang
9.
Apakah saudari merasa bahwa puasa sunah yang saudari lakukan membantu atau memudahkan proses menghafal Al-Qur’an? a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu
10. Apakah yang saudari lakukan ketika saudari merasa kesulitan dalam melaksanakan puasa sunah tersebut? a.
Membatalkannya
b. Membatalkan puasa tapi tetap mengulanginya c. Tetap meneruskan puasanya
B. Sikap Wara’ 1. Apakah saudari selama proses menghafal Al-Qur’an di pondok tidak menggunakan alat komunikasi dan alat hiburan modern?
a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang 2. Selama menghafal Al-Qur’an di pondok apakah saudari berusaha meninggalkan ghibah? a. Sangat berusaha b. Berusaha c. Tidak berusaha 3. Apakah saudari dapat menghindari prilaku ghosob (meminjam peralatan pribadi tanpa izin pemilik) selama proses menghafal Al-Qur’an di pondok? a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang 4. Selama proses menghafal Al-Qur’an di pondok apakah saudari sudah dapat menghindari malas malasan atau membuang-buang waktu untuk hal yang kurang berguna? a. Dapat menghindari b. Sering dapat menghindari c. Sering tidak dapat menghindari 5. Apakah saudari pernah membolos setoran hafalan Al-Qur’an kepada ibu nyai/ tidak mengikuti ngaji di pondok? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang
c. Selalu 6. Apakah saudari dalam menghafal Al-Qur’an sering menghadap kiblat? a. Sering menghadap kiblat b. Kadang menghadap kiblat c. Tidak pernah menghadap kiblat 7. Apakah saudari terlibat hubungan dengan lawan jenis (pacaran) selama menghafal Al-Qur’an? a. Tidak b. Pernah tapi sekarang tidak c. Ya 8. Apakah saudari merasa menjaga sikap wara’ dapat membantu dan memperlancar menghafal Al-Qur’an? a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu 9. Selama proses menghafal Al-Qur’an apakah saudari
dapat menjaga
makanan yang saudari makan benar-benar halal ? a. Sangat menjaga b. Kadang menjaga c. Tidak menjaga 10. Apakah selama proses menghafal Al-Qur’an saudari dapat mengurangi tidur, makan, dan berbicara yang tidak berguna? a.
Sangat dapat mengurangi
b. Sering dapat mengurangi c. Tidak dapat mengurangi
C. Kelancaran Menghafal Al-Qur’an 1. Sebelum menghafal Al-Qur’an langkah apa yang saudari tempuh? a. Membaca ayat Al-Qur’an berkali-kali sampai lancar b. Membaca ayat Al-Qur’an satu kali lebih dahulu c. Mendengarkan bacaan ayat Al-Qur’an dari ustadz lebih dahulu
2. Dalam setiap undaan (penambahan hafalan) berapa halaman yang saudari setorkan kepada Bu Nya’i? a. Dua halaman b. Satu halaman c. Setengah halaman 3. Berapa banyak saudari melakukan undaan (penambahan hafalan) dalam satu hari? a. Dua kali b. Satu kali c. Tidak sama sekali 4. Apa saudari pernah disuruh ibu nyai untuk mengulang setoran hafalan karna banyak yang keliru saat undaan maupun deresan? a. Tidak pernah b. Pernah c. Sering
5. Apakah saudari pernah lupa saat undaan sehingga tidak bisa meneruskan bacaan Al-Qur’an yang saudari setorkan? a. Tidak pernah b. Pernah c. Sering 6. Berapa tahun target saudari menghafal Al-Qur’an? a. 3 tahun b. 4 tahun c. 5 tahun 7. Apakah saudari pernah dibentak bu nyai saat setoran Al-Qur’an karena banyaknya kesalahan? a. Tidak pernah b. Pernah c. Sering
8. Berapa kali saudari melakukan deresan (mengulangi hafalan) dalam satu hari? a. Dua kali b. Satu kali c. Tidak sama sekali 9. Berapa banyak saudari melakukan deresan ? a. Setengah juz b. 1-3 halaman c. Seperempat juz 10. Berapa ayat biasanya saudari salah atau kliru pada saat setoran hafalan dengan ibu nya’i setiap harinya? a. 1-2 ayat b. 2-3 ayat c. 4-5 ayat
DAFTAR SKK Nama : Nur Indah Rahmawati NIM : 11108139 Mu’in, M. Ag No Jenis Kegiatan
Progdi : Tarbiyah PAI PA : Drs. Taufiqul Waktu Pelaksanaan
Keterangan
Skor
1
Opspek STAIN Salatiga
25-27 Agustus 2008
Peserta
3
2
Sarasehan Keagamaan (Dema)
9 September 2008
Peserta
3
3
PLCPP Racana Kusuma Dilaga
6-9 November 2008
Peserta
3
4
Dauroh Mar’atus Sholehah (LDK)
23 November 2008
Panitia
3
5
Tekad 1 LDK
16-17 Januari 2009
Peserta
3
6
Bedah Film Laskar Pelangi dan
4 April 2009
Peserta
2
Penggalangan dana untuk korban situ gintung (DEMA) 7
Tekad 2 LDK
8-9 Mei 2009
Peserta
3
8
Bedah Buku(Harmonisasi dan
25 Mei 2009
Peserta
2
9-12 November 2009
Peserta
3
Humanisme Lingkungan Hidup) UPT Perpustakaan STAIN Salatiga 9
Workshop Jurnalistik Mahasiswa (DINAMIKA)
10
Dauroh Mar’atus Sholehah
22 November 2009
Panitia
3
11
Praktikum Kepramukaan STAIN salatiga
15-17 Februari 2010
Peserta
3
12
Bimbingan Baca Tulis Al-Qur’an
20 Maret 2010
Peserta
2
13
Dauroh Mar’atus Sholehah (DMS)
27 Maret 2010
Panitia
3
8-9 Mei 2010
Panitia
3
13 mei 2010
Peserta
2
16 Mei 2010
Peserta
3
2 juni 2010
Peserta
6
Bidang Nisa’ LDK 14
Tekad 2 (LDK)
15
Bedah Buku Muslimah, Delegasi LDK ke Semarang
16
LAZ Umat Hati Beriman, Training Ustadz-ustadzah TPQ se-kota Salatiga
17
Seminar Nasional Pendidikan (DEMA)
No 18
Jenis Kegiatan Pesantren Kilat Ramadhan di SMP N 3
Waktu Pelaksanaan
Keterangan
Skor
Ramadhan 1430 H
Pemateri
3
13 November 2010
Peserta
3
25 November 2010
Peserta
3
1 Desember 2010
Peserta
3
Salatiga dan SMP N 9 Salatiga (LDK) 19
Penerimaan Anggota Baru (PAB) Jam’iyyatul Qurro’ Walhuffadz (JQH)
20
Praktikum Telaah Kurikulum Pendidikan Agama Islam
21
Praktikum Metodologi Pendidikan Agama Islam
22
Reveal a book (CEC)
3 Mei 2011
Peserta
3
23
Seminar Keperempuanan (SEMA)
17 Mei 2011
Peserta
3
24
Pelatihan Kewirausahaan (Cah Ayu)
Juli 2011
Peserta
3
25
Bedah Buku Himpunan Mahasiswa Islam
14 Mei 2012
Peserta
2
Jumlah
73
Salatiga, 03 Agustus 2012 Mengetahui, Pembantu Ketua Bidang Kemahasiswaan
Agus Waluyo, M.Ag NIP.197502112000031001
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama
: Nur Indah Rahmawati
Tempat/tanggal lahir
: Boyolali, 25 mei 1990
NIM
: 11108139
Jurusan
: Tarbiyah
Alamat Asal
: Kendel RT 2 RW I, Kemusu, Boyolali 57383
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Warga Negara
: Indonesia
Jenjang Pendidikan
: 1. MI Al- Ma’arif Kendel lulus tahun 2002 2. MTS N Andong Lulus tahun 2005 3. MAN Suruh Lulus tahun 2008 4. S1 Jurusan Tarbiyah PAI STAIN Salatiga
Demikian riwayat hidup ini dibuat sebenar-benarnya.
Salatiga, 1 Agustus 2012 Penulis
Nur Indah Rahmawati NIM. 11108139