GAMBARAN PERSEPSI KETERAMPILAN INTERPERSONAL DALAM KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN MENURUT AKADEMISI DOKTER UMUM DAN DOKTER SPESIALIS DI FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
Oleh : Novia Putri Rahmawati NIM 111203000089
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2015 M
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 16 Oktober 2015
Materai Rp 6000
Novia Putri Rahmawati
ii
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan ridho-Nya serta shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW karena dengan rahmat dan ridho-Nya saya dapat menyelesaikan penelitian dan laporan penelitian dengan judul “Gambaran Persepsi Komunikasi Interpersonal Dokter-Pasien Menurut Sudut Pandang Akademisi Dokter Umum dan Dokter Spesialis” Penyusunan laporan penelitian ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat: 1.
Prof. DR. (HC) Dr. MK Tajuddin, Sp. And dan Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M.Kes. selaku Dekan lama dan baru Fakultas Kedokteran dan Ilmu Keseharatan UIN Jakarta,
2.
dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp. GK dan dr. Achmad Zaki, M.Epid selaku Ketua lama dan baru Program Studi Pendidikan Dokter beserta segenap dosen pendidikan dokter yang selalu membimbing dan memberikan ilmu kepada saya selama menjalani masa pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
dr. Nouval Shahab, SpU, PhD, FICS, FACS dan dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku Penanggung Jawab Modul Riset Program Studi Pendidikan Dokter 2012.
4.
dr. Fika Ekayanti, Dipl.FM, M.Med.Ed & dr. Raendi Rayendra, Sp.KK, M.Kes selaku pembimbing penelitian saya, walaupun dengan kesibukan yang padat, masih selalu bersedia memberikan bimbingan, arahan, saran dan semangat kepada saya agar penelitian ini berjalan dengan sebaik- baiknya.
5.
Kementerian Agama RI yang telah memberikan saya kesempatan untuk menempuh pendidikan kedokteran melalui Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
v
6.
Kedua orang tua saya tercinta, Drs. H. Su’udi, M.Pd.I dan Dra. Hj. Arini, M.Pd.I, kakak laki-laki saya (M. Arif Al Hakim) dan ke-tiga adik saya (Farah Farida, M. Zulfikar, M. Yusuf Mukafi), serta seluruh keluarga besar saya yang selalu memberikan kasih sayang, doa, inspirasi, dan semangat, sehingga memotivasi dan menguatkan saya dalam penelitian ini.
7.
Seluruh
dosen
yang
ditengah
kesibukan
masing-masing
bersedia
meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner penelitian saya. 8.
Mbak Pipit sebagai Administrasi Program Studi Pendidikan Dokter yang telah memberikan bantuan dalam memberikan data staff pengajar dalam penelitian ini.
9.
Teman seperjuangan penelitian, Widiya Wati Rusli, Azwar Lazuardi, yang telah
menyemangati,
membantu,
dan
berjuang
bersama
dalam
menyelesaikan penelitian ini. 10.
Teman- teman satu rumah “Sweet Home”, keluarga CSS MoRA, PSPD BRAIN 2012, serta ISMKI #SabangMerauke
terkhusus ICT untuk
dukungan dan semangatnya serta waktu yang telah dilalui bersama selama masa pendidikan saya di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 11.
Semua pihak yang telah memberi dukungan dan doa kepada saya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu
Saya menyadari laporan ini jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak akan saya terima demi terwujudnya laporan penelitian yang lebih baik. Saya berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Akhir kata, semoga segala bentuk dukungan dan bantuan yang diberikan dalam penelitian ini akan mendapat balasan, barokah dan ridho dari Allah SWT, Aamiin. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jakarta, 16 Oktober 2015 Penulis
vi
ABSTRAK Keterampilan interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien merupakan hal penting yang dapat mempengaruhi keberhasilan pengobatan. Dokter sebagai akademisi berperan dalam pembentukan karakter calon dokter selama proses pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran persepsi keterampilan interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien menurut akademisi dokter umum dan dokter spesialis. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik pengambilan sampel total sampling dan didapatkan sebanyak 47 responden. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner selama April-Juli 2015. Gambaran persepsi keterampilan interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien yang ideal dijelaskan dalam 11 poin sebagai berikut: seluruh responden menyatakan dokter harus mampu menjelaskan pengobatan yang harus dijalani pasien dengan gamblang, memperhatikan pasien saat pasien berbicara, dan memberi penjelasan yang lengkap tentang penyakit pasien, serta terdapat pendapat yang berbeda tentang dokter yang ideal pada 8 poin lainnya. Belum banyak penelitian yang menilai tentang keterampilan interpersonal dokter-pasien menurut akademisi berdasarkan tingkat pendidikan kedokteran, diharapkan penelitian ini menjadi langkah dasar untuk dilakukan analisa lebih lanjut. Kata Kunci: Keterampilan interpersonal, komunikasi dokter-pasien, dokter akademisi. ABSTRACT Interpersonal skills in doctor-patient communication is an important factor that can affect the success of treatment. Doctors as academics play a role in building character of medical students throughout their learning period. This study aimed to look at the picture of the perception of interpersonal skills in doctor-patient communication by academic general practitioners and specialists. Descriptive method with total sampling technique was used and as many as 47 respondents were obtained. Data were collected using questionnaires submitted from April to July 2015. The picture of perception of interpersonal skills in ideal doctorpatient communication was described in 11 points as follows: all respondents expressed a doctor should be able to explain the treatment given to the patients clearly, to pay attention to the patients while talking and also to give complete explanations of the patients’ diseases. There were different opinions about the ideal physician in 8 other points. There were not many studies assessing the interpersonal skills of doctor-patient communication according to academics based on doctor education level. This study is expected to be the basis for further analysis. Keywords:Interpersonal skills, doctor-patient communication, academic doctor.
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ............................................................................................ i LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. iii LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iv KATA PENGANTAR ....................................................................................... v ABSTRAK ......................................................................................................... vii DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii DAFTAR TABEL.............................................................................................. x DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah....................................................................... .................. 4 1.3 Tujuan Penelitian..... ................................................................... ................. 4 1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................... 4 1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................... 4 1.4 Manfaat Penelitian....................................................................... ................. 5 1.4.1 Bagi Peneliti ........................................................................................ 5 1.4.2 Bagi Instansi Terkait ........................................................................... 5 1.4.3 Bagi Penyedia Pelayanan Kesehatan .................................................. 5 1.4.4 Bagi Peneliti Lain ............................................................................... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keterampilan Interpersonal ........................................................................... 7 2.1.1 Definisi ................................................................................................ 7 2.1.2 Komponen Keterampilan Interpersonal .............................................. 7 2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Interpersonal ................... 10 2.1.4 Pentingnya Keterampilan Interpersonal .............................................. 11 2.1.5 Cara Meningkatkan Keterampilan Interpersonal ................................ 12 2.2 Komunikasi Dokter-Pasien ........................................................................... 12 2.2.1 Definisi ................................................................................................ 12 2.2.2 Elemen Proses Komunikasi ................................................................ 13 2.2.3 Struktur Proses Komunikasi Dokter-Pasien........................................ 15 2.2.4 Lama Waktu Komunikasi ................................................................... 16 2.2.5 Manfaat Komunikasi Dokter-Pasien ................................................... 16 2.2.6 Cara Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Dokter-Pasien .......... 17 2.2.7 Harapan Pasien dalam Komunikasi Dokter-Pasien ........................... 20 2.3 Profesi Kedokteran ........................................................................................ 20 2.3.1 Definisi Dokter Umum dan Dokter Spesialis ..................................... 20 2.3.2 Definisi Dokter Akademisi ................................................................. 21 2.4 Hubungan Tingkat Profesi Kedokteran dengan Keterampilan Interpersonal ................................................................................................. 21 2.5. Komunikasi dalam Perspektif Islam ........................................................... 22 2.6. Kerangka Teori............................................................................................. 26
viii
2.7. Kerangka Konsep ......................................................................................... 27 2.8. Definisi Operasional..................................................................................... 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian........................................................................................... 29 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................................... 29 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................... 30 3.3.1 Populasi ............................................................................................... 30 3.3.2 Jumlah Sampel .................................................................................... 30 3.3.3 Cara Pengambilan Sampel .................................................................. 30 3.3.4 Kriteria Sampel ................................................................................... 30 3.3.4.1 Kriteria Inklusi ........................................................................ 30 3.3.4.2 Kriteria Ekslusi ....................................................................... 30 3.3.4.3 Drop Out ................................................................................. 30 3.4 Langkah Kerja Penelitian .............................................................................. 31 3.5 Manajemen Data ........................................................................................... 31 3.5.1 Variabel Penelitian .............................................................................. 31 3.5.2 Instrumen Penelitian ........................................................................... 32 3.5.3 Pengumpulan Data .............................................................................. 32 3.5.4 Pengolahan dan Penyajian Data .......................................................... 32 3.5.5 Analisis Data ....................................................................................... 32 3.6 Etika Penelitian ............................................................................................. 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................. 34 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................... 34 4.1.2 Uji Validitas ........................................................................................ 34 4.1.3 Data Hasil Penelitian........................................................................... 35 4.1.3.1 Distribusi Responden Penelitian ............................................ 35 4.1.3.2 Gambaran Persepsi Keterampilan Interpersonal dalam Komunikasi Dokter-Pasien menurut akademisi dokter umum dan dokter spesialis ...................................................................... 36 4.1.3.3 Lama Waktu Ideal Dokter Memeriksa Pasien .................41 4.1.3.4 Sikap dan Perilaku Ideal Seorang Dokter ....................... 42 4.2 Pembahasan .................................................................................................. 43 4.3 Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 46 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ...................................................................................................... 47 5.2 Saran ....................................... .............. ........ ...... ...................................... 48 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 50 LAMPIRAN ...................................................................................................... 53
ix
DAFTAR TABEL Tabel 2.1.
Taksonomi Keterampilan Interpersonal ..................................... 8
Tabel 2.9.1.
Definisi Operasional ................................................................... 28
Tabel 3.2.
Waktu Penelitian ........................................................................ 30
Tabel 3.3.
Langkah Kerja Penelitian ........................................................... 32
Tabel 4.1.
Responden Penelitian ................................................................. 36
Tabel 4.2.
Distribusi Responden................................................................... 37
Tabel 4.3.
Gambaran Persepsi Dokter terhadap kemampuan dokter menjelaskan pengobatan yang harus dijalani pasien dengan gamblang ..................................................................................... 37
Tabel 4.4.
Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter untuk mengapresiasi tindakan dan jenis pengobatan yang telah dilakukan pasien ......................................................................... 38
Tabel 4.5.
Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter terlihat tenang selama pemeriksaan dan menenangkan pasien ................ 38
Tabel 4.6.
Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter untuk memperhatikan pasien saat pasien bicara ......................... 39
Tabel 4.7.
Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter dalam menjelaskan diagnosis dengan suara tegas ....................... 39
Tabel 4.8.
Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter untuk menanyakan daerah tempat tinggal pasien ........................ 39
Tabel 4.9.
Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter dalam mengingat nama pasien dengan baik ................................ 40
Tabel 4.10.
Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter dalam memberi penjelasan yang lengkap tentang penyakit pasien .......................................................................................... 40
Tabel 4.11.
Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter dalam menyapa pasien dengan memanggil nama pasien ............ 41
Tabel 4.12.
Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter dalam menjelaskan riwayat penyakit pasien dari awal sampai tuntas ............................................................................... 41
Tabel 4.13.
Gambaran persepsi dokter terhadap usaha dokter
x
untuk menyembunyikan diagnosa penyakit pasien ..................... 42
xi
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Model Penampilan Interpersonal ................................................. 11 Gambar 2.2. Model Proses Komunikasi ........................................................... 14 Gambar 2.3. Tahap Komunikasi Dokter-Pasien ............................................... 16 Gambar 4.1. Gambaran lama waktu ideal dokter memeriksa pasien ............... 42 Gambar 4.2. Harapan sikap yang seharusnya dimiliki oleh seorang dokter .... 43
xii
DAFTAR SINGKATAN FKIK
: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
GP
: General Practitioner
ICU
: Intensive Care Unit
IDI
: Ikatan Dokter Indonesia
KBBI
: Kamus Besar Bahasa Indonesia
KI
: Keterampilan Interpersonal
KKI
: Konsil Kedokteran Indonesia
MKDKI
: Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia
PSPD
: Program Studi Pendidikan Dokter
RS
: Rumah Sakit
UU
: Undang-Undang
WHO
: World Health Organization
xiii
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Komunikasi dokter-pasien adalah hubungan yang terjadi antara dokter dengan pasien selama proses pemeriksaan atau pengobatan. Komunikasi dokter-pasien merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap dokter, karena kompetensi ini dapat menentukan keberhasilan penyelesaian masalah kesehatan pasien. Hingga saat ini, dapat dikatakan bahwa para dokter masih mengabaikan kompetensi komunikasi dokter-pasien, baik dalam proses pendidikan maupun praktik kedokteran.1 Keterampilan dalam komunikasi dokter-pasien yang baik akan membantu dokter dalam mengumpulkan informasi tentang keluhan pasien sehingga dapat menghasilkan diagnosis yang akurat dan dapat memberikan terapi yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Komunikasi dokter-pasien adalah hal yang penting dalam proses pelayanan kesehatan. Tanpa keterampilan komunikasi yang baik pelayanan kesehatan akan mengalami banyak hambatan. Tidak hanya bermanfaat bagi dokter, pasien juga akan mendapatkan keuntungan dengan adanya komunikasi dokter-pasien yang baik, yaitu mendapatkan pelayanan yang efektif dan efisien sehingga hasilnya memuaskan dan dapat membantu proses penyembuhan.2,3 Komunikasi dokter-pasien menjadi penting untuk diperhatikan dalam pelayanan kesehatan, karena dalam perjalanan proses komunikasi banyak faktor yang mempengaruhi serta penilaian keberhasian bergantung dari sudut pandang orang yang menilai proses komunikasi tersebut. Berdasarkan survey yang dilakukan, Tongue et al (2010) telah melaporkan hasil surveinya yaitu sebanyak 75% dokter bedah menyatakan yakin bahwa pasien mereka telah merasa puas terhadap komunikasi dokter-pasien yang dilakukan, akan tetapi ketika ditanyakan kepada pasien tentang konsultasi tersebut hanya 21% dari total pasien yang merasa puas terhadap komunikasi bersama dokternya. Selama ini sebagian besar penelitian berfokus pada sudut pandang pasien dalam menilai
hubungan komunikasi dokter-pasien. Idealnya komunikasi dokter-
2
pasien dinilai berdasarkan hasil integrasi berbagai sudut pandang agar mendapatkan titik temu komunikasi yang seusai dengan harapan pelaku utamanya yakni dokter dan juga pasien.2 Di Indonesia, istilah malpraktik dokter semakin ramai diperbincangkan masyarakat. Karakter kurang komunikatif disinyalir menjadi penyebab terbanyak munculnya laporan terhadap Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI). Sejak tahun 2006 hingga awal Januari 2014 menurut Dr. Sabir Alwy, SH, MH (Wakil Ketua MKDKI) terdapat 248 kasus pengaduan profesional medis dengan jumlah tertinggi yang diadukan adalah 83 orang dokter umum (GP). Hal ini membuktikan tingginya angka ketidakpuasan pasien dalam pelayanan kesehatan.4 Keterampilan interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien kini semakin mendapatkan perhatian dalam proses berlangsungnya pendidikan kedokteran. Seperti yang telah jelaskan oleh WHO, profil ideal seorang dokter adalah memenuhi karakter karakter minimal “Five Stars Doctor” yang salah satu poinnya adalah dokter merupakan seorang komunikator yang baik. Disinilah peran keterampilan komunikasi dokter-pasien harus dikembangkan, karena harapan setiap pasien tidaklah sama. Profesionalisme dokter kini menjadi sorotan masyarakat, oleh karena itu praktik profesionalitas seorang dokter harus ditingkatkan dengan cara mengasah keterampilan interpersonal baik bidang komunikasi, kepemimpinan, mengajar, maupun manajemen diri.5 Di dalam
Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), dijelaskan
bahwa area kompetensi seorang dokter dibangun oleh 7 pondasi, salah satunya komunikasi efektif. Tujuan dari kompetensi ini adalah semua lulusan dokter yang
telah
menyelesaikan
program
pendidikan
kedokteran
mampu
berkomunikasi dengan pasien, keluarga, mitra kerja dan juga masyarakat dengan baik.6 Dengan komunikasi dokter-pasien yang baik, diharapkan para dokter dapat mengarahkan emosi pasien, memberikan informasi medis yang komprehensif, sehingga pasien benar-benar mengerti akan hal yang terjadi pada dirinya. Dokter juga dapat mengidentifikasi secara lebih baik tentang hal yang dibutuhkan pasien, persepsi pasien, serta harapan pasien. Diagnosis dan
3
penatalaksanaan yang tepat atas masalah yang dikeluhkan pasien, serta nasihat tambahan dokter yang sesuai dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi pasien. Kepuasan pasien tersebut pada akhirnya akan memberikan hasil positif terhadap tercapainya kesembuhan.2 Dalam dunia pendidikan, keberhasilan suatu hasil akhir bergantung pada proses yang dilakukan didalamnya. Dosen dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan tenaga pengajar pada Perguruan Tinggi. Menurut UU No.20 Tahun 2003, Pasal 39 (2), tugas pengajar dalam proses pendidikan adalah merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Dokter yang menjadi akademisi atau disebut dosen pengajar mengambil peranan penting dalam keberhasilan proses pembentukan keterampilan interpersonal para mahasiswa calon dokter tersebut.7 Berdasarkan pentingnya komunikasi dokter-pasien dan masih rendahnya angka kepuasan pasien terhadap kemampuan komunikasi dokter, serta belum banyak penelitian yang menilai keberhasilan komunikasi dokter-pasien dari sudut pandang dokter sebagai tenaga pendidik. Kami tertarik untuk melakukan penelitian tentang komunikasi dokter-pasien berdasarkan sudut pandang dokter akademisi, kami juga akan melihat perspektif
pandangan dokter seorang
akademisi berdasarkan tingkat pendidikannya yaitu dokter umum maupun dokter spesialis. Penelitian ini kami harapkan menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas komunikasi dokter-pasien yang dimiliki oleh dokter di Indonesia secara umum, sehingga dapat meningkatkan kepuasan pasien dan tujuan akhirnya dapat meningkatkan angka kesehatan masyarakat Indonesia.
4
1.2.
Rumusan Masalah Bagaimanakah gambaran persepsi keterampilan interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien menurut akademisi dokter umum dan akademisi dokter spesialis di FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
1.3.
Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum Mengetahui gambaran persepsi keterampilan interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien menurut akademisi dokter umum dan dokter spesialis.
1.3.2. Tujuan Khusus 1.
Mengetahui gambaran persepsi keterampilan interpersonal dokter untuk menjelaskan pengobatan yang harus dilakukan pasien dengan gamblang
2.
Mengetahui gambaran persepsi keterampilan interpersonal dokter untuk mengapresiasi tindakan dan jenis pengobatan yang telah dilakukan pasien sebelumnya
3.
Mengetahui gambaran persepsi keterampilan interpersonal dokter untuk terlihat tenang selama pemeriksaan
4.
Mengetahui gambaran persepsi keterampilan interpersonal dokter untuk memperhatikan saat pasien berbicara
5.
Mengetahui gambaran persepsi keterampilan interpersonal dokter untuk menjelaskan diagnosis dengan suara tegas
6.
Mengetahui gambaran persepsi keterampilan interpersonal dokter untuk menyakan daerah tempat tinggal pasien
7.
Mengetahui gambaran persepsi keterampilan interpersonal dokter untuk mengingat nama pasien dengan baik
8.
Mengetahui gambaran persepsi keterampilan interpersonal dokter untuk menjelaskan penyakit pasien dengan lengkap
9.
Mengetahui gambaran persepsi keterampilan interpersonal dokter untuk menyapa pasien dengan memanggil nama pasien
5
10. Mengetahui gambaran persepsi keterampilan interpersonal dokter untuk menjelaskan riwayat penyakit pasien dari awal sampai tuntas 11. Mengetahui gambaran persepsi keterampilan interpersonal dokter untuk menyembunyikan diagnosis penyakit pasien
1.4.
Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti 1.
Untuk
meningkatkan
interpersonal
dalam
pengetahuan komunikasi
peneliti
tentang
dokter-pasien
keterampilan
berdasarkan
teori
komunikasi dan implementasi berdasarkan sudut pandang akademisi dokter umum dan dokter spesialis 2.
Untuk menjadi bahan acuan bagi peneliti dalam melaksanakan keterampilan interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien di masa yang akan datang
3.
Untuk melatih dan meningkatkan kemampuan peneliti dalam pembuatan karya tulis ilmiah
1.4.2. Bagi Instansi Terkait Memberikan
informasi
tentang
gambaran
persepsi
keterampilan
interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien yang ideal berdasarkan sudut pandang akademisi dokter umum dan dokter spesialis
1.4.3. Bagi Penyedia Pelayanan Kesehatan 1.
Memberikan gambaran keterampilan interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien yang efektif berdasarkan sudut pandang akademisi dokter umum dan dokter spesialis
2.
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan oleh dokter melalui komunikasi yang ideal
1.4.4. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam penelitianpenelitian selanjutnya, khususnya dalam hal keterampilan interpersonal dalam
6
komunikasi dokter-pasien untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan memuaskan masyarakat Indonesia
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Keterampilan Interpersonal
2.1.1. Definisi Keterampilan interpersonal adalah keterampilan dasar yang terlibat dalam berhubungan antara satu orang dengan yang lainnya. Keterampilan interpersonal menjadi hal penting dalam berhubungan dengan orang lain karena mencakup cara berkomunikasi, bersosialisasi, bekerjasama, yang cenderung peka terhadap nilai kebudayaan dan keberagaman sikap individu. Sebagian besar orang berasumsi bahwa keterampilan interpersonal merupakan kebiasaan yang telah dilakukan sehari-hari, sehingga banyak orang merasa sudah mempunyai kemampuan keterampilan interpersonal yang baik, bahkan sebagian orang menganggapnya remeh.8,9 Keterampilan interpersonal sama seperti kemampuan (skill) yang lainnya, sehingga memerlukan usaha untuk meningkatkan kemampuan yang dimiliki setiap individu. Keberhasilan keterampilan interpersonal bergantung pada penanaman nilai dan pengulangan atau repetisi secara berulang-ulang sehingga terbentuk keterampilan interpersonal dalam pikiran dan perilaku manusia.8
2.1.2. Komponen Keterampilan Interpersonal Adapun komponen penting agar terwujud keterampilan interpersonal antara lain:10 1. Rasa hormat, dalam arti memperlakukan seseorang seperti dirinya ingin diperlakukan oleh orang lain 2. Memberi perhatian, dalam arti memperhatikan setiap apa yang dikatakan pasien baik secara verbal maupun non-verbal 3. Fokus, dalam arti dokter tidak berfikir atau melakukan hal lain yang tidak berkaitan dengan masalah pasien sehingga membuat pasien merasa tidak diperhatikan
8
4. Empati, dalam arti dokter tidak hanya berfokus kesembuhan pasien, namun dokter juga peduli terhadap kekhawatiran, perasaan, dan perspektif pasien 5. Fleksibel, dokter mampu menyesuaikan hubungan interpersonal sesuai keadaan yang dihadapi.
Secara umum keterampilan interpersonal terbagi menjadi keterampilan komunikasi dan keterampilan membangun hubungan. Berbagai bentuk keterampilan yang termasuk didalamnya dijelaskan pada tabel berikut: 9,11
Tabel 2.1. Taksonomi Keterampilan Interpersonal Keterampilan Interpersonal
Mendengar aktif
Komunikasi lisan
Komunikasi tertulis
Komunikasi tegas
Komunikasi nonverbal
Kerjasama
Deskripsi
Keterampilan Terkait
Keterampilan Komunikasi Menaruh perhatian penuh pada Mendengar dengan apa yang dikatakan, menanyakan empati dan simpati; pihak lain untuk menjelaskan mendengar untuk lebih tepat tentang apa yang ia pemahaman katakan, dan memohon kata-kata atau ide yang ambigu untuk diulang Mengirim pesan verbal secara Mengabarkan; konstruktif mengekspresikan diri anda dengan gamblang; mengkomunikasikan emosi; komunikasi interpersonal Menulis dengan jelas dan tepat Kejelasan; mengkomunikasikan arti yang dimaksudkan Secara langsung mengekspresikan Mengemukakan ide; perasaan, pilihan, kebutuhan dan ketegasan sosial; opini seseorang dengan cara yang mempertahankan hak; tidak mengancam tidak juga perintah; menyatakan menghukum orang lain kebutuhan anda Menguatkan atau menggantikan Ekspresi perasaan; komunikasi wicara melalui persepsi/pengakuan penggunaan bahasa tubuh, isyarat, perasaan; ekspresi suara, atau benda-benda wajah Membangun Hubungan Pemahaman dan bekerja dengan Penyesuaian; kesadaran
9
dan koordinasi
Kepercayaan
Kepekaan antar-budaya
Orientasi pelayanan
Presentasi diri
Pengaruh sosial
orang lain dalam grup atau timl termasuk menawarkan bantuan kepada yang membutuhkan dan mengerjakan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan tim
berbagi bersama situasional; pelaksanaan pengawasan dan umpan balik; hubungan interpersonal; komunikasi; membuat keputusan; keterpaduan; penyelesaian masalah dalam grup; menjadi pelaku dalam tim Keyakinan atau kepercayaan Kesadaran diri; individu pada integritas atau hal penyingkapan diri; yang dapat dipercaya dari tangkas seseorang atau sesuatu; kemauan sebuah pihak untuk menjadi lemah pada aksi dari pihak lain sesuai dengan ekspektasi bahwa beberapa aksi penting tertentu akan dilakukan Menghargai perbedaan individu Penerimaan; diantara orang-orang keterbukaan terhadap ide-ide baru; kepekaan kepada orang lain; relasi lintas budaya Sebuah perangkat kecendrungan Melampaui ekspektasi individu dasar dan kecondongan pelanggan; untuk menyediakan pelayanan, keterampilan kepuasan menjadi sopan dan penolong pelanggan; kemampuan dalam berhadapan dengan untuk menjaga pelanggan, klien, dan rekan hubungan baik dengan klien; penjualan; membangun hubungan; mewakili organisasi kepada pelanggan dan publik Proses dimana seorang individu Ekspresi diri; mencoba mempengaruhi reaksi pengelolaan kesan; dan gambaran yang orang miliki pengelolaan persepsi; tentang mereka dan ide-ide promosi diri mereka; mengelola kesan-kesan agar mencakup range yang luas dari perilaku yang dapat membentuk pengaruh positif kepada rekan kerja Memandu orang-orang ke arah Etika bisnis; pemberian adopsi perilaku, kepercayaan dan alasan; keramahan; sikap yang spesifik; pembangunan koalisi;
10
Resolusi dan negosiasi konflik
mempengaruhi distribusi tawar-menawar; keuntungan dan kerugian pada permohonan otoritas organisasi melalui sebuah aksi yang lebih tinggi; mengesankan persetujuan; relasi; persuasi, keterampilan politik yang positif Mengadvokasi sebuah posisi Gaya mengatasi dengan pikiran terbuka, tidak konflik; pengelolaan memasukkan pertentangan dengan konflik; pencegahan anggota lain ke dalam urusan konflik; berkompromi; pribadi, menempatkan diri pada penyelesaian masalah; posisi orang lain, mengikuti penawaran integratif; argument rasional dan mencegah negosiasi berprinsip; evaluasi yang terlalu dini, dan negosiasi kultural; mencoba mempersatukan ide-ide mediasi terbaik dari seluruh pandangan dan perspektif
Dengan demikian keterampilan komunikasi merupakan keterampilan yang berperan penting dalam membentuk keterampilan interpersonal yang baik. Namun menurut Steward, keterampilan komunikasi saja belum cukup untuk membentuk keterampilan interpersonal yang baik, diperlukan juga keterampilan membangun hubungan agar dokter dapat mempertahankan hubungan terapeutik dengan pasien.10
2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Interpersonal Berbagai model keterampilan interpersonal yang telah dikembangkan oleh para ilmuwan dapat memberi gambaran berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kualitas keterampilan interpersonal seseorang. Faktor tersebut saling berinteraksi dalam mencapai keberhasilan keterampilan interpersonal seseorang, seperti karakteristik individu, pengalaman hidup yang dialami sebelumnya, dan karakteristik situasi yang dihadapi sehingga hasil kualitas keterampilan interpersonal dapat dilihat dari penilaian hasil dalam individu, grup/tim, dan organisasi.9 Secara garis besar faktor yang mempengaruhi, komponen, dan hasil dari keterampilan interpersonal dapat dilihat dalam bagan berikut: 9,11
11
Perbedaan Individu Pengalaman hidup sebelumnya
-
- Kecerdasan Emosional dan kecerdasan lainnya - „5 Besar‟ Ciri Kepribadian - Orientasi tim/kolektif
Karakteristik Situasional Pengaturan lingkungan - Peran Tuntutan tugas - Norma dan aturan Tujuan, rencana (agenda) - Motivasi
Persepsi & Proses Penyaringan Kognitif
Eksekusi Keterampilan Interpersonal - KI Komunikasi - KI Membangun-hubungan
Hasil individu Motivasi Kepuasan Penampila
Hasil grup/tim - Penampilan tim - Pemahaman berbagi
Hasil organisasi - Produktivitas - Penjualan - Kepuasan
Gambar 2.1. Model Penampilan Keterampilan Interpersonal 9,11
2.1.4. Pentingnya Keterampilan Interpersonal Manusia merupakan makhluk sosial yang mutlak membutuhkan interaksi dengan orang lain dan tidak bisa bertahan hidup tanpa bantuan dari orang lain. Dengan kebutuhan tersebut ketrampilan interpersonal sangat dibutuhkan dalam menjalin hubungan yang baik terhadap individu yang lain baik dalam hubungan personal maupun berkelompok atau organisasi.12 Sebagai seorang dokter yang akan berhadapan dengan pasien dalam proses terapeutik, keterampilan interpersonal yang baik dan efektif mempunyai peran penting dalam tercapainya keberhasilan proses tersebut. Bagi seorang
12
dokter dengan mempunyai keterampilan interpersonal yang baik, mempunyai beberapa manfaat seperti: 5 1.
Mengurangi ligitasi (perselisihan hukum di pengadilan)
2.
Menciptakan lingkungan yang ramah bagi pasien dan karyawan
3.
Meningkatkan produktivitas karyawan
4.
Manajemen waktu dengan efektif
5.
Meningkatkan kualitas perawatan pasien
6.
Mengembangkan reputasi yang baik bagi lembaga ataupun RS
7.
Meningkatkan kualitas karyawan, sebagai pelatihan atau teladan bagi karyawan lama maupun baru.
2.1.5. Cara Meningkatkan Keterampilan Interpersonal Langkah dalam meningkatkan keterampilan interpersonal seseorang dapat dilakukan dengan berbagai cara, sama halnya dengan keterampilan lain yang dapat dikembangkan. Berikut langkah-langkah yang dapat diadaptasi untuk meningkatkan keterampilan interpersonal: 5 a. Memasukkan keterampilan interpersonal dalam kurikulum lembaga penyelenggara pendidikan kedokteran b. Menyertakan keterampilan interpersonal dalam beberapa hal berikut: penilaian memasuki pendidikan spesialis maupun pendidikan pasca sarjana bidang kedokteran, penilaian tahunan dokter yang sedang mengikuti pelatihan, revalidasi penilaian oleh dokter senior c. Mengajarkan keterampilan interpersonal melalui kursus dan workshop dalam pendidikan kedokteran.
2.2.
Komunikasi Dokter-Pasien
2.2.1. Definisi Komunikasi adalah proses bertukar informasi baik yang dapat disampaikan dalam bentuk kata, intonasi, maupun bahasa tubuh seseorang. Keberhasilan komunikasi dapat dipengaruhi oleh pemilihan kata (7%), intonasi (55%), dan bahasa tubuh (38%). Oleh karena itu ketiga komponen diatas harus
13
diperhatikan dalam proses komunikasi agar hasil yang diharapkan dari komunikasi tersebut dapat tercapai dengan baik.13 Komunikasi dokter-pasien adalah hubungan yang berlangsung antara dokter/dokter gigi dengan pasiennya selama proses pemeriksaan/ pengobatan/ perawatan yang terjadi di ruang praktik perorangan, poliklinik, rumah sakit, dan puskesmas dalam rangka membantu menyelesaikan masalah kesehatan pasien. Komunikasi dokter-pasien yang efektif merupakan pengembangan hubungan dokter-pasien secara efektif dan berlangsung secara efisien, dengan tujuan utama penyampaian informasi atau pemberian penjelasan yang diperlukan dalam rangka membangun kerja sama antara dokter dengan pasien. Komunikasi yang dilakukan secara verbal dan non-verbal menghasilkan pemahaman pasien terhadap keadaan kesehatannya, peluang dan kendalanya, sehingga bersama-sama dokter dapat mencari alternatif untuk mengatasi permasalahan pasien tersebut.1
2.2.2. Elemen Proses Komunikasi Model proses komunikasi yang telah dijelaskan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (2006) terdiri dari berbagai elemen antara lain sumber informasi, pesan yang disampaikan, penerima pesan, media, serta umpan balik pada proses berjalannya komunikasi, yang secara rinci dapat dlihat pada tabel berikut: 1,6
Gambar 2.2. Model Proses Komunikasi.6
14
Adapun penjelasan dari model proses komunikasi di atas sebagai berikut:1 a. Sumber Sumber disebut juga pengirim pesan adalah seseorang yang mengirim informasi kepada orang yang dituju atau penerima pesan. Sumber bertanggungjawab dalam menerjemahkan pemikiran dan ide menjadi pesan yang akan disampaikan. b. Pesan Pesan adalah informasi yang disampaikan oleh sumber kepada penerima pesan. Pesan dapat berupa informasi verbal, non-verbal, tulisan ataupun kombinasi dari ketiganya. c. Penerima Penerima pesan adalah orang yang menerima informasi dari sumber. Penerima bertanggungjawab dalam menginterpretasikan pesan yang diterima sesuai dengan batasan pengertian yang dimilikinya. d. Media Media merupakan sarana penyalur informasi/pesan yang dapat dipilih sesuai kebutuhan. Media yang dapat digunakan berupa media cetak maupun elektronik. e. Feedback Feedback merupakan respon dari penerima pesan kepada sumber, hal ini penting dilakukan untuk mengklarifikasi dan memastikan bahwa informasi yang dipahami oleh penerima pesan sesuai dengan harapan sumber. f. Lingkungan Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses komunikasi.
Lingkungan
dapat
mendukung
terwujudnya
tujuan
komunikasi ataupun sebaliknya menghambat proses tersebut. Setiap elemen dalam komunikasi mempunyai peranan dalam berjalannya proses komunikasi, sehingga apabila terdapat gangguan ataupun kesalahan pada salah satu elemen dapat menghambat tercapainya tujuan dan efektivitas dari komunikasi yang diharapkan.1
15
2.2.3. Struktur Proses Komunikasi Dokter-Pasien Dalam proses komunikasi dokter-pasien terdapat struktur komunikasi yang terdiri dari tiga hal yang harus berjalan secara paralel, yaitu menjalin hubungan, proses wawancara, dan struktur wawancara, sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar berikut: 14
Gambar 2.3. Tahap Komunikasi Dokter-Pasien.11,14
Dari gambar tahapan komunikasi dokter-pasien tersebut dapat dilihat bahwa tahapan wawancara dokter-pasien meliputi: 14 1.
Memulai wawancara,
2.
Mengumpulkan informasi,
3.
Penjelasan dan perencanaan,
4.
Menutup wawancara.
16
Setiap tahapan tersebut diikuti dengan menjalin hubungan dan menstruktur/menyusun wawancara dengan pasien.
2.2.4. Lama Waktu Komunikasi Dokter-Pasien Untuk melakukan komunikasi dokter-pasien yang baik dan benar seorang dokter mempunyai cara yang berbeda-beda sehingga waktu yang dibutuhkan melakukan wawancara dengan pasien juga berbeda serta pemeriksaan yang dilakukan akan disesuaikan dengan kebutuhan. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) telah merumuskan bahwa waktu yang moderat untuk bertatap muka antara 8-15 menit atau sekitar 4 pasien dalam satu jam.15
2.2.5. Manfaat Komunikasi Dokter-Pasien Komunikasi dokter-pasien merupakan suatu bentuk komunikasi yang kompleks mempunyai peranan penting dalam proses penyembuhan pasien. Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa tingkat keterampilan interpersonal dalam komunikasi yang baik mempunyai hasil yang signifikan dalam upaya kesembuhan pasien. Adapun komunikasi dokter-pasien yang baik mempunyai manfaat tidak hanya untuk dokter tetapi juga untuk pasien itu sendiri. Manfaat tersebut antara lain: 3 1. Mendapatkan diagnosis yang lebih akurat dan komprehensif 2. Menimbulkan kenyamanan dan kepuasan pasien 3. Menurunkan kecemasan pasien 4. Meningkatkan indeks kesehatan dan tingkat pemulihan 5. Menurunkan perselisihan dan sengketa antara dokter dan pasien maupun keluarganya 6. Meningkatkan angka kepatuhan pasien 7. Menurunkan risiko malpraktik. Sebaliknya, jika komunikasi dokter-pasien tidak berjalan dengan baik, akan memberikan beberapa dampak negatif yaitu: 3 1. Tingkat kepatuhan pasien menurun 2. Pasien menolak menjalani perawatan yang diperlukan 3. Tingkat kesembuhan pasien rendah
17
4. Gangguan psikologis pasien karena tidak nyaman 5. Meningkatkan kejadian ligitasi. Praktik dari keterampilan komunikasi interpersonal yang baik akan membangun hubungan menjadi berarti dan membuat pasien percaya terhadap dokter, hubungan yang baik antara kedua pihak tersebut akan memberikan manfaat baik bagi dokter maupun untuk memperoleh kepuasan atau kesembuhan pasien. Selain bermanfaat langsung dalam praktik dokter seharihari, komunikasi yang baik juga dapat menghindarkan dari konflik emosional. Komunikasi yang baik juga dapat memberikan dampak positif bagi sisi psikologis pasien, yaitu kesehatan mental, sehingga menjadi lebih sehat dan meningkatkan kualitas hidupnya.16
2.2.6. Cara Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Dokter-Pasien Berdasarkan review artikel yang dilakukan sebelumnya tentang keterampilan komunikasi dokter-pasien, menyarankan untuk memasukkan pelatihan formal tentang keterampilan komunikasi pada kurikulum pendidikan kedokteran dan mengadakan pelatihan berkala untuk dokter. Karena keterampilan komunikasi bisa didapatkan dengan cara mempelajarinya dan mempraktikannya secara terus menerus. Point penting untuk meningkatkan keterampilan interpersonal adalah sebagai berikut: 16 1. Mengetahui hambatan dalam komunikasi yang baik 2. Belajar mendengarkan pasien dengan sabar 3. Mengetahui cara dalam memulai interview pasien 4. Mengarahkan interview medis dengan pasien 5. Berkomunikasi dengan keluarga pasien 6. Berkomunikasi dengan kolega paramedis 7. Mengatur pertemuan yang sulit dilakukan Hambatan paling banyak yang ditemukan sekarang adalah faktor kurangnya pengetahuan dan pelatihan tentang keterampilan komunikasi pada pengetahuan tentang penyakit dan penatalaksanaannya. Komunikasi non-verbal juga sering diabaikan oleh dokter, padahal bagian ini menjadi penting untuk mempengaruhi
kepuasan
pasien
yang
merasa
diperhatikan
selama
18
berkonsultasi. Kendala bahasa juga menjadi hambatan terciptanya komunikasi yang bagus, oleh karena itu sebaiknya jika terdapat perbendaharaan kata keluhan pasien yang kurang dimengerti oleh dokter maka dilakukan klarifikasi arti dan maksud kepada pasien.16 Faktor lain dalam keterampilan komunikasi adalah kemampuan mendengar dengan baik. Meningkatkan kemampuan mendengarkan pasien dapat dilakukan dengan cara: membuat pasien yang datang merasa nyaman, dokter menunjukkan bahasa tubuh yang terlihat tertarik dengan apa yang dibicarakan pasien, menunjukkan bahwa dokter mengerti akan masalah pasien seperti menepuk bahu dan mengangguk, tidak menginterupsi pasien saat berbicara, dan menanyakan apakah pasien ingin bertanya kembali. Karena selama ini banyak pasien yang merasa tidak puas dengan konsultasinya bersama dokter, karena dokter dianggap kurang mengerti permasalahannya.16,17 Langkah untuk memulai sebuah interview yang formal kunci utamanya adalah membuat pasien merasa nyaman. Beberapa poin atau langkah yang bisa digunakan untuk membuat pasien merasa nyaman dengan cara: menghargai kenyamanan dan menjaga rahasia pasien, awali percakapan dengan menyapa pasien terlebih dahulu, dokter sebaiknya telah mempersiapkan diri dan mengetahui nama pasien, menjaga kontak mata, dan membuat pasien merasa lebih mudah dan ringan. Kesan pertama yang dokter tunjukkan merupakan bagian yang sangat penting untuk mendapatkan hasil yang baik.16,18 Pada saat melakukan interview dengan pasien, sebaiknya dokter berfokus pada pasien bukan hanya pada penyakitnya saja. Beberapa saran untuk dapat memberi manfaat selama proses interview dengan cara dokter memahami masalah pasien dan juga beban psikososialnya, langkah yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut: 16,18,19 1. memberikan perhatian baik secara verbal maupun non-verbal terhadap kata kunci yang disampaikan pasien 2. selalu memberi informasi terhadap masalah yang ingin diketahui pasien dan merespon atas reaksinya 3. membicarakan tentang keadaan pasien, apa yang bisa pasien lakukan, dan juga prognosis dari keadaan pasien baik jangka dekat maupun jangka
19
panjang. Pilihan penatalaksanaan yang tersedia dan juga pemeriksaan yang dibutuhkan penting untuk pasien ketahui. 4. membicarakan secara mendetil terkait biaya dan kemampulaksanaan sesuai keadaan pasien 5. mengajak pasien dalam menetapkan keputusan yang akan digunakan untuk penatalaksanaan pasien 6. melakukan usaha tambahan, seperti memberi motivasi kepada pasien dan juga mengedukasi tentang mengubah gaya hidup 7. menyampaikan seluruh pembicaraan dalam interview menggunakan bahasa yang sederhana sehingga pasien memahami apa yang dokter sampaikan. Keluarga pasien akan merasa gelisah, sangat ragu, serta akan muncul berbagai pertanyaan yang ingin ditanyakan terkait keadaan pasien ketika salah satu anggota keluarganya dalam keadaan kritis dan dirawat di ICU. Berikut ini adalah langkah yang dapat membantu dokter meningkatkan kualitas kemampuan komunikasi terhadap pasien: 16 1. membuat jadwal berbicara atau konferensi dengan anggota keluarga minimal sekali sehari 2. membicarakan dan mengapresiasi tentang usaha yang telah mereka lakukan 3. memberi referensi yang lebih baik untuk keluarga, keluarga akan mencari informasi melalui internet, hal ini dilakukan untuk menghargai keingintauan keluarga pasien 4. selalu memberikan penjelasan atas perkembangan keadaan pasien 5. Tidak menunjukkan ekspresi kaget atau shock, dokter harus bisa mengontrol keadaan dibawah kendalinya 6. Fokus untuk melakukan konseling dengan keluarga pasien.
Langkah-langkah di atas sangat bermanfaat dalam menghindarkan dokter dari sengketa medis yang sering terjadi di Indonesia, hal ini perlu disampaikan kepada dokter sehingga dapat meningkatkan kualitas kinerja seorang dokter dalam melayani pasien.3,16
20
2.2.7. Harapan Pasien dalam Komunikasi Dokter-pasien Perbedaan persepsi antara dokter dan pasien erat hubungannya dengan kejadian kesalahan komunikasi dan ketidakpuasan pasien sehingga akan menghasilkan hasil yang buruk terhadap kepatuhan dan kesembuhan pasien. Komunikasi interpersonal antara dokter dan pasien bersifat transaksional sehingga antara keduanya saling mempengaruhi, dipengaruhi, dan juga memiliki kontribusi.3 Ekspektasi atau harapan pasien secara umum yang disampaikan dalam Patient-Doctor Communication adalah: 19 1. Ekspektasi utama: Kompetensi klinis dokter 2. Ekspektasi tambahan: Profesional, peduli dengan pasien, sopan, jujur, ikhlas, dan tulus, menarik, serta memiliki kemampuan komunikasi efektif baik secara verbal maupun non-verbal. Perbedaan inilah sering terjadi pada realita komunikasi dokter-pasien. Bagi dokter, konsultasi medis adalah hal yang biasa dilakukan setiap hari (rutinitas), namun bagi pasien belum tentu hal yang biasa bahkan bisa menjadi hal yang sangat mengkhawatirkan dan membuat pasien gelisah. Untuk itu perlu pemahaman dokter untuk dapat mengatur sikap dan perilaku dalam melayani pasiennya.20
2.3.
Profesi Kedokteran
2.3.1. Definisi Dokter Umum dan Dokter Spesialis Dokter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah lulusan pendidikan kedokteran yang ahli dalam hal penyakit dan pengobatannya. Adapun dokter umum adalah dokter yang belum mendalami keahlian pada jenis penyakit tertentu. Sedangkan dokter spesialis adalah dokter yang mengkhususkan keahliannya dalam satu bidang penyakit tertentu. Menurut UU no.29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran, yang termasuk dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan menurut
21
Undang-Undang No.20 tahun 2013 pasal 1 ayat 9 tentang Pendidikan Kedokteran, yang termasuk dokter adalah dokter, dokter layanan primer, dokter spesialis- subspesialis lulusan pendidikan dokter baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah. 21,22
2.3.2. Definisi Dokter Akademisi Dokter akademisi atau yang disebut sebagai dosen kedokteran menurut UU No. 20 tahun 2013 pasal 1 ayat 11 tentang pendidikan kedokteran yaitu pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarkan ilmu pengetahuan dan teknologi, humaniora kesehatan, dan/atau keterampilan klinis melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.22 Dalam UU yang sama, dosen yang dimaksud adalah dosen yang mengampu kelompok keilmuan biomedik, kedokteran klinis, bioetika atau humaniora kesehatan, serta kedokteran komunitas dan kesehatan masyarakat yang berasal dari perguruan tinggi, RS pendidikan dan wahana pendidikan kedokteran.22 Dengan demikian dokter akademisi memiliki peranan penting dalam mencetak mahasiswa kedokteran menjadi dokter yang profesional baik dalam keterampilan klinis maupun keterampilan interpersonal, sebagai bekal menjalani profesi dokter di masa depan.
2.4.
Hubungan
Tingkat
Profesi
Kedokteran
dengan
Keterampilan
Interpersonal Dalam penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, teridentifikasi empat faktor utama yang mungkin mempengaruhi sifat dan efektivitas komunikasi antara dokter dan pasien, yaitu: 3 1.
Karakteristik dokter (jenis kelamin dan pengalaman)
2.
Karakteristik pasien (jenis kelamin, kelas sosial, usia, pendidikan dan keinginan akan informasi)
3.
Perbedaan antara kedua belah pihak dalam hal kelas sosial dan pendidikan, sikap, keyakinan dan harapan
22
4.
Faktor-faktor situasional (beban pasien, tingkat kenalan dan sifat masalah yang diajukan) Dengan bertambahnya tingkat profesi kedokteran, misal dari dokter
umum kemudian melanjutkan pendidikan menjadi dokter spesialis; atau dari dokter spesialis menjadi dokter subspesialis tentunya mempunyai pengalaman dan tingkat keilmuan yang lebih tinggi yang secara teori akan mempengaruhi persepsi seseorang termasuk persepsi dalam keterampilan interpersonal dokterpasien.
2.5.
Komunikasi dalam Perspektif Islam Kemampuan bicara atau berkomunikasi merupakan salah satu potensi yang dianugerahkan oleh Allah kepada manusia sehingga dapat berinteraksi dan membangun hubungan sosial dengan orang-orang di sekitarnya. Seperti disampaikan dalam Al Quran surat Ar-rahman ayat: 4 yang berbunyi: علمه بيان, yang artinya “mengajarnya pandai berbicara”. Syaukani dalam Tafsir Fath alQadir mengartikan al-bayan sebagai kemampuan berkomunikasi. Dalam ayat tersebut kita dapat ketahui bahwa manusia diberikan bekal hidup oleh Allah swt, salah satunya adalah kemampuan berkomunikasi. Anugerah berbicara ini sebaiknya digunakan dengan sebai-baiknya dan berhati-hati, karena kerapkali manusia kurang memikirkan apa yang dibicarakannya, apakah akan menyusahkan dirinya atau malah menyakiti orang lain. Rasul juga telah mengajarkan etika berbicara sebagai mana hadist berikut ini: Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Allah swt. dan hari kiamat maka hendaklah ia berkata pada perkara yang baik atau diamlah, Barang siapa yang beriman kepada Allah swt. dan hari kiamat maka hendaklah ia memuliakan tetangganya, Barang siapa yang beriman kepada Allah swt. dan hari kiamat maka hendaklah ia memuliakan tamunya”. Sedangkan etika yang dimaksud dalam perspektif Islam sebenarnya adalah etika tetap berpegang teguh pada sumber utama Islam yaitu Al Qur‟an dan Hadist. Berikut beberapa ulasan kaidah komunikasi dalam Al Quran:
23
Didalam Al Quran kunci kata yang menjelaskan tentang komunikasi selain “al-bayan” adalah menggunakan kata “al-qaul” yang berupa kata perintah („amr). Di dalam Al Quran didapatkan 6 kata yang menjelaskan tentang kaidah/prinsip al-qaul yaitu sebagai berikut: 1. Perkataan yang benar/jujur (Qaulan Sadida)
ِ َّ ولْيخ َّ ين لَ ْو تََرُكوا ِم ْن َخ ْل ِف ِه ْم ذُِّريَّةً ِض َعافًا َخافُوا َعلَْي ِه ْم فَ ْليَ تَّ ُقوا َ ْ ََ َاَّلل َ ش الذ يدا ً َولْيَ ُقولُوا قَ ْوال َس ِد “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraannya)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar (qaulan sadida)”.Q.S. An-Nisa: ayat 9
2. Perkataan yang tepat, komunikatif, mudah dimengerti (Qaulan Baligha)
ِ َّ ِأُولَئ ِِ ض َعْن ُه ْم َو ِعظْ ُه ْم َوقُ ْل ََلُْم ِِف َّ ين يَ ْعلَ ُم َ ْ اَّللُ َما ِِف قُلُوِب ْم فَأ َْع ِر َ ك ال ذ أَنْ ُف ِس ِه ْم قَ ْوال بَلِيغًا “Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha –perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”. Q.S. An-Nisa: ayat 63 3. Perkataan yang baik (Qaulan ma‟rufa)
ض ْع َن ِِبلْ َق ْوِل ِّ ََِي نِ َساءَ الن َّ ُ َّب لَ ْس َّ ُ َح ٍد ِم َن النِّ َس ِاء إِ ِن اتَّ َقْي َ ُْت فَال ََت َ ُت َكأ ِ ِ ض َوقُ ْل َن قَ ْوال َم ْعُروفًا ٌ فَيَطْ َم َع الَّذي ِِف قَلْبِو َمَر “Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya] dan
24
ucapkanlah Qaulan Ma‟rufa –perkataan yang baik.” Q.S. Al-Ahzab: ayat 32
4. Perkataan yang mulia (Qaulan Karima)
اًن إِ َّما يَْب لُغَ َّن ِعْن َد َك ً إِ ْح َس َوال تَْن َهْرُهَا َوقُ ْل ََلَُما قَ ْوال
ك أَال تَ ْعبُ ُدوا إِال إِ ََّيهُ َوِِبلْ َوالِ َديْ ِن َ ُّضى َرب َ ََوق ِ ُف ُ َِح ُد ُهَا أ َْو ك ٍّ الهَا فَال تَ ُق ْل ََلَُما أ َ الْكبَ َر أ َك ِرميًا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah
seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan jangan engkau membentak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya perktaan yang baik”.Q.S Al-Isra‟: ayat 23
5. Perkataan yang lembut (Qaulan Layyinan)
۞ا ْذ َىبَا إِ ََل فِْر َع ْو َن إِنَّوُ طَغَى۞ فَ ُقوال لَوُ قَ ْوال لَيِّنًا لَ َعلَّوُ يَتَ َذ َّكُر أ َْو ََيْ َشى “Pergilah kamu berdua kepada Fir‟aun karena benar-benar dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut”.Q.S Thaha: ayat 43-44
6. Perkataan yang ringan (Qaulan Maysura)
ورا َ ِّض َّن َعْن ُه ُم ابْتِغَاءَ َر ْْحٍَة ِم ْن َرب َ َوإِ َّما تُ ْع ِر َ ك تَ ْر ُج ً وىا فَ ُق ْل ََلُْم قَ ْوال َمْي ُس ”Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka Qaulan Maysura –ucapan yang mudah”.Q.S Al-Isra‟: ayat 28
25
Penjelasan ayat-ayat di atas dapat juga diimplementasikan dalam praktik kedokteran. Seorang dokter muslim terlebih lulusan FKIK UIN Syarif hidayatullah sudah sepantasnya menerapkan kaidah komunikasi sesuai dengan ajaran dan tuntunan Islam. Seorang dokter seharusnya berkata jujur kepada pasien apa saja kebutuhan pasien dan memberikannya kebebasan dalam menentukan terapi yang akan pasien jalani. Seorang dokter berkata dengan tepat dan komunikatif agar pasiennya dapat nyaman dan mengerti akan tujuan pengobatan maupun tindakan yang akan dilakukan dokter dengan jelas sehingga dapat saling membantu mencapai tujuan tersebut. Seorang dokter juga dituntut untuk berkata yang baik dan lembut kepada pasien sehingga pasien merasa dihargai oleh dokter. Hal tersebut dapat membantu proses penyembuhan melalui sisi psikologis pasien. Qaulan maysura atau perkataan yang ringan dalam hal ini diajarkan bahwa kita harus menyesuaikan bahasa pembicaraan kita dengan lawan bicara. Ini penting diyakini oleh seorang dokter bahwa latar belakang pasien berbeda-beda, sehingga dokter perlu menjelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti pasien sesuai dengan tingkat pendidikan pasiennya.
26
2.6.
Kerangka Teori
Karakter Individu
-
Pengalaman hidup sebelumnya
Karakteristik Situasional Pengaturan lingkungan Tuntutan tugas Tujuan, rencana (agenda) Motivasi Peran Norma dan aturan
Persepsi dan Proses Penyaringan Kognitif Wujud Keterampilan Interpersonal (komunikasi & menjalin hubungan)
Menyusun wawancara
Menjalin hubungan
Aplikasi
Sesi memulai Wawancara
Sesi pengumpulan informasi
↑ Pelayanan klinis
Sesi penjelasan dan perencanaan
↑ Pelayanan Pengobatan
Hasil positif pada: 1. kesehatan pasien 2. profesionalitas dokter
Menutup Wawancara
↑ Kepuasan pasien
27
Kerangka Konsep Jenis Kelamin Usia Pengalaman Berpraktik Tingkat Pendidikan
Norma, aturan, dan kebiasaan (situasional)
2.7.
Persepsi dan proses kognitif
Dokter - Skill yang baik - Mendapatkan informasi yang sesuai - Diagnosis tepat - Kredibilitas tinggi
2.8.
Eksekusi keterampilan komunikasi interpersonal
Pasien - Kepuasan - Kepatuhan/ compliance - kesembuhan
Definisi Operasional Tabel 2.9.1. Definisi Operasional Variabel
Pengukur
Jenis Kelamin
Peneliti
Usia
Peneliti
Skala Alat Ukur Cara Pengukuran Pengukur an Kuesioner Menyebar dan Nominal mengumpulkan kembali kuesioner, hasil dikategorikan menjadi: 1. Laki-laki 2. Perempuan Kuesioner Menyebar dan Ordinal mengumpulkan kembali kuesioner, hasil dikategorikan menjadi: 1. Dewasa awal (2635 tahun) 2. Dewasa akhir
28
Tingkat Pendidikan Dokter
Peneliti
Kuesioner
Pendidikan Tambahan
Peneliti
Kuesioner
Persepsi Peneliti dokter terhadap keterampilan komunikasi interpersonal dokterpasien. Lama ideal Peneliti dokter bertemu dengan pasien
Kuesioner
Kuesioner
(36-45 tahun) 3. Lansia awal (4655 tahun) 4. Lansia akhir (5665 tahun) 5. Manula (>65 tahun) Sumber: Depkes, 2009 Menyebar dan mengumpulkan kembali kuesioner, Hasil dikategorikan peneliti menjadi: 1. Dokter Umum 2. Dokter Spesialis Menyebar dan mengumpulkan kembali kuesioner, Hasil dikategorikan peneliti menjadi: 1. Tanpa tambahan 2. S2 3. S3 Menyebar dan mengumpulkan kembali kuesioner, hasil jawaban dari 11 sikap dan perilaku ideal seorang dokter, berupa: Ya dan Tidak Menyebar dan mengumpulkan kembali kuesioner, hasil dikategorikan menjadi: 1. <8 menit 2. 8-15 menit 3. >15 menit Sumber: PB IDI, 2008
Nominal
Nominal
Nominal
Nominal
29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.
Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Data yang diambil merupakan data primer berupa isian kuesioner yang diisi langsung oleh subjek penelitian. Kemudian data yang diperoleh akan dianalisi untuk mengetahui gambaran persepsi tentang komunikasi interpersonal dokter-pasien antara akademisi dokter umum dengan akademisi dokter spesialis di PSPD (Program Studi Pendidikan Dokter) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.2.
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di kampus Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Februari sampai Oktober tahun 2015.
Tabel 3.2. Waktu Penelitian No
Kegiatan
Tahun 2015, Bulan ke02
1
Pembuatan proposal
2
Perizinan penelitian
3
Pengambilan data
4
Pengolahan/analisa data
5
Sintesa hasil analisa
6
Laporan penelitian
7
Revisi laporan penelitian
03
04
05
06
07
08
09
10
30
3.3.
Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah akademisi/dosen/tenaga pengajar di Program Studi Pendidikan Dokter (PSPD) FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan latar belakang pendidikan kedokteran. Subjek penelitian ini terdiri dari dokter umum dan dokter spesialis yang menjadi dosen di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang dipilih menggunakan cara total sampling.
3.3.2. Jumlah Sampel Sampel pada penelitian ini adalah seluruh dokter yang mengajar/menjadi dosen di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjumlah 73 orang.
3.3.3. Cara Pengambilan Sampel Sampel didapatkan dari data bagian administrasi Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, kemudian diambil menggunakan total sampling.
3.3.4. Kriteria Sampel 3.3.4.1. Kriteria Inklusi - Subjek merupakan akademisi/dosen/tenaga pengajar di PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta - Subjek merupakan lulusan program pendidikan kedokteran baik tingkat kedokteran umum maupun kedokteran spesialis
3.3.4.2. Kriteria Eksklusi -
Subjek menolak untuk menjadi responden setelah mendapat penjelasan dari peneliti
3.3.4.3. Drop Out - Subjek tidak mengembalikan kuesioner yang telah diberikan
31
- Subjek tidak dapat dihubungi atau tidak ada respon setelah dihubungi oleh peneliti
3.4.
Langkah Kerja Penelitian Tabel 3.3. Langkah Kerja Penelitian Persiapan penelitian
meminta data responden dari administrasi PSPD UIN Jakarta
Subjek dipilih menggunakan total sampling Menentukan subjek yang memenuhi kriteria inklusi & eksklusi dan tidak termasuk drop out Pengisian kuesioner
Analisa data dan penyusunan laporan penelitian
Penarikan kesimpulan
3.5.
Manajemen Data
3.5.1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan variabel independen dan variabel dependen yang kemudian diolah menggunakan SPSS untuk mengetahui gambaran persepsi antar variable independen. a. Variabel Independen Tingkat pendidikan (dokter umum dan dokter spesialis) b. Variabel Dependen Persepsi dokter terhadap keterampilan interpersonal dokter-pasien
32
3.5.2. Instrumen Penelitian Penelitian ini menggunakan kuesioner yang berjumlah 11 pertanyaan hasil modifikasi dari 22 pertanyaan penelitian Fika Ekayanti (2015), mengenai sikap dan perilaku dokter terhadap pasiennya saat melakukan komunikasi dokter-pasien dan dijawab dengan jawaban “ya” atau “tidak”.23
3.5.3. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan merupakan data primer menggunakan kuesioner yang telah dibagikan kepada dosen pengajar Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta baik dokter umum maupun dokter spesialis, secara total sampling dan telah memenuhi kriteria inklusi, kriteria eksklusi maupun dropout. 3.5.4.
Pengolahan, dan Penyajian Data Semua
data
dari
kuesioner
menggunakan program SPSS 21.0
dikumpulkan
dan
diolah
dengan
for windows. Langkah dimulai dengan
editing semua data yang terkumpul, coding, data entry data, kemudian dilanjutkan dengan tabulasi data. Selanjutnya dilakukan pengolahan univariat untuk melihat frekuensi dan proporsi dari karakteristik responden, dan dilakukan deskripsi gambaran antara persepsi komunikasi interpersonal dokter-pasien menurut akademisi dokter umum dan dokter spesialis. 3.5.5. Analisis Data Analisis data dilakukan dengan pengolahan
univariat dan deskripsi
gambaran persepsi dokter. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui sebaran atau frekuensi dari setiap karakteristik masing-masing responden sebagai berikut: tingkat pendidikan terakhir, usia, jenis kelamin, pekerjaan, frekuensi berhadapan dengan pasien dalam waktu 1 minggu, lama berpraktik, serta lama mengajar.24
33
3.6.
Etika Penelitian Penelitian ini sudah diajukan kepada
komite etik FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta namun sedang dalam proses persetujuan. Peneliti menyediakan lembar informed consent untuk responden sebagai persetujuan pihak responden telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.
34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan dengan cara pengambilan data primer baik di Kampus Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, di tempat praktik Dokter atau tempat lain yang telah disepakati sebelumnya pada bulan Mei sampai Juli 2015. Penelitian dilakukan dengan metode total sampling. Setelah dilakukan penyebaran kuesioner, terkumpul sebanyak 47 kuesioner.
4.1.
Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data paling banyak dilakukan di Kampus Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sebelumnya telah menyesuaikan jadwal dengan dokter yang bersangkutan, Selain itu pengambilan data juga dilakukan di rumah atau tempat praktik dokter.
4.1.2. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner yang digunakan terdiri dari 11 pertanyaan mengenai sikap dan perilaku yang ditunjukkan dokter pada saat komunikasi interpersonal dokterpasien berlangsung. Kuesioner didapatkan dari penelitian Fika Ekayanti, dari 22 pertanyaan pada kuesioner sebelumnya kemudian dimodifikasi sesuai subjek penelitian untuk dokter kemudian dilakukan uji validitas dan realibilitas kembali. Uji validitas didapatkan 11 pertaanyaan yang valid sehingga sisanya tidak digunakan, untuk uji reliabilitas menggunakan Cronbach Alfa dan didapatkan nilai reliabilitas 0,969 dari 11 pertanyaan tersebut. Suatu instrumen dikatakan memiliki ringkat reliabilitas tinggi jika nilai koefisien Cronbach Alfa >0,60. 24,25 Dengan demikian kuesioner tersebut dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena kuesioner tersebut telah memenuhi syarat kelayakan suatu instrumen.
35
4.1.3. Data Hasil Penelitian Dari data administrasi PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terdapat 73 dokter yang terdaftar sebagai staf pengajar, kemudian dilakukan penyebaran kuesioner dan didapatkan data sebagai berikut: Tabel 4.1. Responden Penelitian Dokter Staff Pengajar di PSPD FKIK UIN Jakarta 73 orang
Jumlah Dokter Dosen tetap PNS
36
Dosen tetap Non-PNS
8
Dosen part time
29 1 orang
Eksklusi Menolak
1 25 orang
Drop Out Tidak kembali
5
Tidak ada
20
respon/balasan Total Responden
47 orang
Kemudian 47 data yang masuk diolah untuk mencari gambaran persepsi antara akademisi dokter umum dan dokter spesialis.
4.1.3.1. Distribusi Responden Penelitian Pada penelitian ini didapatkan data dari 47 responden, terdiri dari 22 dokter umum dan 25 dokter spesialis baik yang telah menyelesaikan program sarjana strata 2 dan strata 3 maupun mengambil subspesialis dan juga konsulen. Keseluruhan responden adalah dokter yang mengajar di Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
36
Tabel 4.2. Distribusi Responden No 1
Dokter Umum
Kategori Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Usia 26 – 35 36 – 45 46 – 55 56 – 65 >65 Pendidikan tambahan Dokter Dokter + S2 Dokter + S3 Lama Mengajar <10 tahun 11-20 tahun >20 tahun
2
3
4
Dokter Spesialis
N
%
N
%
4 18
18,2 81,8
13 12
52 48
10 10 1 0 1
45,5 45,5 4,5 0 4,5
0 13 7 4 1
0 52 28 16 4
9 8 5
40,9 36,4 22,7
14 7 4
56 28 16
19 2 1
86,4 9,1 4,5
18 4 3
72 16 12
4.1.3.2. Gambaran persepsi keterampian interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien menurut akademisi dokter umum dan dokter spesialis
Tabel 4.3. Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter untuk menjelaskan dengan gamblang/sejelas-jelasnya pengobatan yang harus dilakukan oleh pasien Ya
Kategori
Tidak
Dokter Umum
N 22
% 100
N 0
% 0
Dokter Spesialis
25
100
0
0
Total
47
100
0
0
Tabel 4.3. menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi antara dokter umum dan dokter spesialis terhadap kemampuan dokter untuk
37
menjelaskan pengobatan yang harus dijalani oleh pasien secara gamblang, seluruh responden (100%) menjawab “ya”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seorang dokter yang ideal menurut dokter umum dan dokter spesialis seharusnya mampu menjelaskan pengobatan yang harus dijalani oleh pasien dengan gamblang.
Tabel 4.4. Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter untuk mengapresiasi tindakan dan jenis pengobatan yang telah dilakukan pasien Ya
Kategori
Tidak
Dokter Umum
N 22
% 100
N 0
% 0
Dokter Spesialis
22
88
3
12
Total
44
93,6
3
6,4
Tabel 4.4. menunjukkan bahwa sebanyak 12% dokter spesialis tidak setuju tentang kemampuan dokter untuk mengapresiasi tindakan atau jenis pengobatan yang telah dilakukan pasien, sedangkan 100% dokter umum menyatakan bahwa setuju jika dokter umum mempunyai kemampuan untuk mengapresiasi tindakan dan jenis pengobatan yang telah dilakukan oleh pasien.
Tabel 4.5. Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter terlihat tenang selama pemeriksaan dan menenangkan pasien Ya
Kategori
Tidak
Dokter Umum
N 22
% 100
N 0
% 0
Dokter Spesialis
24
96
1
4
Total
46
97,9
1
2,1
Tabel 4.5. menunjukkan bahwa hanya 4% dokter spesialis yang tidak setuju bahwa dokter harus bisa terlihat tenang selama pemeriksaan dan menenangkan pasien, namun 100% dokter umum sependapat bahwa seorang dokter harus mempunyai
kemampuan untuk terlihat
pemeriksaan berlangsung dan menenangkan pasien.
tenang selama
38
Tabel 4.6. Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter untuk memperhatikan pasien saat pasien bicara Ya
Kategori
Tidak
Dokter Umum
N 22
% 100
N 0
% 0
Dokter Spesialis
25
100
0
0
Total
47
100
0
0
Tabel 4.6. menunjukkan bahwa seluruh responden (100%) sependapat menjawab bahwa seorang dokter harus memperhatikan pasien saat pasien bicara.
Tabel 4.7. Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter dalam menjelaskan diagnosis dengan suara tegas Ya
Kategori
Tidak
Dokter Umum
N 20
% 90,9
N 2
% 9,1
Dokter Spesialis
25
100
0
0
Total
45
95,7
2
4,3
Tabel 4.7. menunjukkan bahwa 100% dokter spesialis berpendapat bahwa dokter harus mempunyai kemampuan menyampaikan diagnosis dengan suara tegas, sedangkan jumlah dokter umum yang berpendapat hal yang sama lebih rendah yaitu 90,9% dari total responden dokter umum.
Tabel 4.8. Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter untuk menanyakan daerah tempat tinggal pasien Ya
Kategori
Tidak
Dokter Umum
N 21
% 95,5
N 1
% 4,5
Dokter Spesialis
21
84
4
16
Total
42
89,4
5
10,6
39
Tabel 4.8. menunjukkan 95,5% dokter umum berpendapat bahwa seorang dokter seharusnya menanyakan tentang daerah tempat tinggal pasien, sedangkan sebanyak 16% dokter spesialis tidak setuju dengan pendapat tersebut. Sebanyak 84% dokter spesialis yang menyatakan bahwa dokter seharusnya menanyakan tentang daerah tempat tinggal pasien
Tabel 4.9. Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter dalam mengingat nama pasien dengan baik Ya
Tidak
Kategori Dokter Umum
N 16
% 72,7
N 6
% 27,3
Dokter Spesialis
20
80
5
20
Total
36
76,6
11
23,4
Tabel 4.9. menunjukkan bahwa 72,7% dokter umum berpendapat jika seorang doker harus mengingat nama pasien dengan baik sedangkan jumlah dokter spesialis yang menyatakan hal tersebut lebih banyak, sejumlah 20% responden dokter spesialis menyatakan hal yang sama sisanya lebih banyak dibandingkan dokter umum, sebanyak 80% dokter spesialis menganggap bahwa seorang dokter sangat perlu mengingat nama pasien.
Tabel 4.10. Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter dalam memberi penjelasan yang lengkap tentang penyakit pasien Ya
Tidak
Kategori Dokter Umum
N 22
% 100
N 0
% 0
Dokter Spesialis
25
100
0
0
Total
47
100
0
0
Tabel 4.10. menunjukkan bahwa seluruh responden menyatakan bahwa seorang dokter harus mampu memberi penjelasan yang lengkap tentang penyakit pasien.
40
Tabel 4.11. Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter dalam menyapa pasien dengan memanggil nama pasien Ya
Kategori
Tidak
Dokter Umum
N 19
% 86,4
N 3
% 13,6
Dokter Spesialis Total
25 22
100 93,6
0 3
0 6,4
Tabel 4.11. menunjukkan bahwa 100% dokter spesialis menyatakan seorang dokter mampu menyapa pasien dengan memanggil nama pasien sedangkan lebih banyak dibandingkan pendapat dokter umum hanya 86,4% dokter umum yang sependapat dengan hal tersebut, sisanya 13,6% dokter umum tidak setuju akan kemampuan dokter menyapa pasien dengan memanggil nama pasienn.
Tabel 4.12. Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter dalam menjelaskan riwayat penyakit pasien dari awal sampai tuntas Ya
Kategori Dokter Umum Dokter Spesialis Total
N 20 25 45
Tidak % 90,9 100 95,7
N 2 0 2
% 9,1 0 4,3
Tabel 4.12. menunjukkan 90,9% dokter umum menyatakan bahwa seorang dokter harus mampu menjelaskan riwayat penyakit pasien dari awal sampai tuntas lebih sedikit dibandingkan dengan pendapat dokter spesialis, sejumlah 100% dari dokter spesialis menyatakan bahwa seorang dokter harus mampu melakukan hal tersebut.
41
Tabel 4.13. Gambaran persepsi dokter terhadap usaha
dokter untuk
menyembunyikan diagnosa penyakit pasien Ya
Kategori
Tidak
Dokter Umum
N 1
% 4,5
N 21
% 95,5
Dokter Spesialis
4
16
21
84
Total
5
10,6
42
89,4
Tabel 4.13. menunjukkan bahwa 95,5% dokter umum menyatakan bahwa seorang dokter tidak seharusnya menyembunyikan diagnosa penyakit pasien, sedangkan dokter spesialis yang menyatakan pendapat yang sama sebanyak 84% angka ini lebih sedikit dibandingkan pendapat dokter umum.
4.1.3.3. Lama Waktu Ideal Dokter Memeriksa Pasien Gambar 4.1. Gambaran lama waktu ideal dokter memeriksa pasien 76%
63,6% <8 menit 8-15 menit
31,8% 20% 4,5%
Dokter Umum
>15 menit
4%
Dokter Spesialis
Gambar 4.1. menunjukkan bahwa 63% dokter umum menyatakan seorang dokter sebaiknya memeriksa pasien dalam waktu 8-15 menit, sedangkan dokter spesialis yang menyatakan hal yang sama lebih banyak yaitu sebesar 76% dari responden dokter spesialis. Waktu tersebut dianggap cukup atau ideal bagi seorang dokter memeriksa pasien agar mendapatkan anamnesis dan pemeriksaan yang dibutuhkan serta memberi edukasi pasien dan tanya
42
jawab jika pasien masih ada pertanyaan, dalam hal ini waktu yang dibutuhkan tentunya disesuaikan dengan keadaan yang dialami oleh pasien. Hal tersebut telah sesuai dengan waktu yang ditetapkan oleh PB IDI pada tahun 2008 dalam Panduan Kompensasi Dokter dan Jasa Medik yang standar untuk seluruh dokter di Indonesia bahwa waktu yang cukup untuk bertatap muka antara dokter dan pasien sekitar 8-15 menit atau sekitar 4 pasien dalam satu jam. 15
4.1.3.4. Sikap dan perilaku ideal seorang dokter Gambar 4.2. Harapan sikap yang seharusnya dimiliki oleh seorang dokter 27,3% 28% 20% 16% 13,6% 13,6% 9,1% 4%
8%
9,1% 8%
12% 13,6% 9,1% 4,5% 4%
0%
0%
Gambar 4.2. menunjukkan dari seluruh responden menyatakan berbagai harapan sikap yang seharusnya dimiliki oleh seorang dokter. Sebanyak 27,3% dokter umum dan 28% dokter spesialis berpendapat bahwa seorang dokter harus komunikatif, angka ini merupakan harapan terbanyak yang disampaikan oleh responden untuk komunikatif terhadap pasien baik dalam anamnesis, maupun menyampaikan segala bentuk pemeriksaan dan tindakan yang akan disampaikan sehingga pasien merasa nyaman dalam berkomunikasi dengan dokter. Pendapat lain sebanyak 9,1% dokter umum dan 4% dokter spesialis berpendapat dokter harus bisa memberi edukasi kepada pasien sehingga benarbenar mengerti akan kesehatannya dan berbagai faktor yang mempegaruhi serta upaya apa saja yang dapat dilakukan pasien untuk mengatasi masalahnya. Sebanyak 13,6% dokter umum dan 8% dokter spesialis berharap setiap dokter
43
mempunyai sikap empati terhadap pasien. Pendapat lain 13,6% dokter umum dan 16% dokter spesialis berharap dokter memiliki sikap profesional. Dokter umum sebanyak 9,1% dan dokter spesialis 8% mengatakan harapannya terhadap seorang dokter memiliki sikap memahami pasien. Sedangkan harapan bahwa dokter memiliki attitude dokter muslim yang baik diungkapkan oleh 9,1% dokter umum dan 12% dokter spesialis. Sisanya 13,6% dokter umum berpendapat bahwa dokter harus memiliki kemampuan yang baik dalam mendengarkan pasiennya, dan 20% dokter dokter spesialis mengharapkan kepada
dokter
untuk
selalu
berupaya
meningkatkan
keterampilan
interpersonalnya dan menerapkannya dalam berpraktik sehari-hari.
4.2.
Pembahasan Komunikasi merupakan salah satu hal krusial bagi dokter dalam menghadapi pasien, terkait dengan tingginya angka pelaporan ke Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) tentang ketidakpuasan layanan kedokteran. Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan salah satu penyedia pendidikan Dokter yang berupaya menjadikan lulusannya memiliki kemampuan “Seven Stars Doctor”, namun banyak komponen yang harus dievaluasi dalam menilai hal tersebut. Karena keberhasilan dokter lulusan UIN tidak lepas dari peran berbagai pihak. Penelitian mengenai komunikasi interpersonal dokter-pasien semakin banyak diteliti, hal ini banyak dilakukan dengan tujuan untuk meminimalisir dan mengevaluasi kesalahan yang sering terjadi dalam komunikasi dokterpasien. Dari penelitian sebelumnya, sebanyak 75% dokter bedah ortopedi menyatakan bahwa komunikasi yang telah dilakukannya sudah berhasil, namun penelitian ini juga menilai dari persepsi pasien yang bertemu dengan dokter tersebut, dan sayangnya hanya 25% dari responden yang sudah puas dengan konsultasinya tersebut.2 Ikatan Dokter Indonesia juga telah melakukan penelitian tentang pengetahuan dan keterampilan interpersonal komunikasi dokter-pasien dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian tersebut dilakukan di 3 wilayah, dan hasilnya tidak terdapat faktor yang berpengaruh secara signifikan
44
terhadap keterampilan komunikasi interpersonal dokter. Hasil dari penelitian IDI tersebut didapatkan masih banyak dokter yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang rendah, namun tidak didapatkan faktor yang mempengaruhi pengetahuan dan keterampilan komunikasi dokter-pasien secara bermakna baik dari perbedaan jenis kelamin, usia, maupun pengalaman/lama berpraktik.20 Penelitian
lain
tentang
persepsi
pasien
terhadap
keterampilan
interpesonal dokter pada September-Desember 2013 di 3 Rumah Sakit, RS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai RS Islam Swasta, RS Harapan Bunda sebagai
RS
Swasta,
Pemerintah.terdapat keterampilan
dan
perbedaan
RSUP
Fatmawati
sebagai
RS
Umum
yang
signifikan
terhadap
karakteristik
interperonal dokter dimasing-masing RS tersebut. Hasil dari
penelitian tersebut, dokter di RS Harapan Bunda memiliki keterampilan interpersonal yang paling baik menurut pasien, dan didapat disimpulkan bahwa perbedaan karakteristik sikap dan perilaku dokter tergantung pada tempatnya berpraktik.23 Penelitian tentang persepsi pasien terhadap perbedaan interpersonal dokter-pasien berdasarkan asal lulusan dokter juga telah dilakukan, secara cross-sectional, 204 pasien yang menjadi responden menilai sikap dan perilaku dokter selama konsultasi dan mengisi kuesioner penilian setelah kosultasi kesehatan berakhir. Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa dokter lulusan UIN Jakarta memiliki keterampilan interpersonal yang lebih baik dibandingkan dengan dokter yang bukan lulusan UIN Jakarta.11 Berbagai penelitian tentang komunikasi interpersonal yang telah dilakukan sebelumnya dapat kita simpulkan bahwa penilaian bergantung pada sudut pandang orang yang menilai, cara penilaiannya pun seharusnya dilakukan dari berbagai sudut pandang sehingga bisa didapatkan titik temu untuk mengurangi dan memperbaiki keterampilan komunikasi dokter dalam menghadapi pasien sehingga kualitas pelayanan kesehaatan akan semakin baik. Penelitian ini menilai tentang persepsi akademisi baik dokter umum maupun dokter sesialis di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap komunikasi interpersonal. Dosen sebagai garda utama yang menerapkan dan mengajarkan nilai-nilai tentang keterampilan interpersonal bagi mahasiswa
45
calon dokter mempunyai peranan yang penting untuk mewujudkan kualitas dokter yang baik dalam melayani pasien, dan didapatkan hasil bahwa sebagian besar pendapat dokter umum dan dokter spesialis hampir sama tentang keterampilan interpersonal yang harus dimiliki oleh dokter yang ideal. Pada penelitian yang dilakukan oleh Mayo Clinic (2001-2002) dari 192 pasien yang didapatkan dari 14 divisi spesialistik secara random sampling, disimpulkan ada 7 kebiasaan ideal seorang dokter yang diharapkan pasien, antara lain: percaya diri, empati, mempunyai jiwa kemanusiaan, personalitas yang baik, hormat dan peduli, terus terang, serta menyeluruh (holistik). Pada penelitian
ini
responden
juga
mengungkapkan
harapannya
terhadap
keterampilan apa yang seharusnya dimiliki oleh dokter yang ideal, dan hasilnya adalah sikap berikut: komunikatif, informatif dan edukatif, profesional, empati, memahami pasien, sabar, menengar dengan baik, dan selalu berusaha meningkatkan keterampilan komunikasi yang dimilikinya. Hal ini sesuai dengan teori bahwa keterampilan komunikasi interpesonal dokter-pasien merupakan hal yang dapat dipelajari dan ditingkatkan kualitasnya. Adapula yang mengharapkan dokter memiliki attitude sebagai dokter muslim lulusan kedokteran UIN, karena target yang diharapkan UIN adalah dokter dengan kemampuan seven stars doctor, sehingga kualitas lulusan UIN Jakarta tidak kalah dengan fakultas kedokteran lain.18 Dari penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa responden paling banyak memilih waktu berkonsultasi selama 8-15 menit bagi seorang dokter ideal menemui pasien, hal ini sudah sesuai dengan IDI (2008) telah merumuskan Panduan Kompensasi Dokter dan Jasa Medik yang standar untuk seluruh dokter di Indonesia bahwa waktu yang moderat untuk bertatap muka antara 8-15 menit atau sekitar 4 pasien dalam satu jam.15
46
4.3.
Keterbatasan Penelitian 4.3.1. Penelitian ini hanya dilakukan di satu tempat saja yaitu Program Studi Pendidikan Dokter UIN Jakarta dan beberapa subjek penelitian tidak dapat berpartisipasi dengan berbagai alasan, sehingga hasil yang didapat tidak dapat menggambarkan persepsi dokter terhadap keterampilan interpersonal dokter-pasien menurut akademisi dokter umum dan dokter spesialis secara umum. 4.3.2. Penelitian ini hanya dilakukan secara deskriptif karena keterbatasan jumlah sampel, sehingga tidak dapat dilakukan analisis untuk mengetahui perbedaan persepsi dokter terhadap keterampilan interpersonal dokterpasien menurut akademisi dokter umum dan dokter spesialis secara umum.
47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.
Kesimpulan
5.1.1. Berdasarkan persepsi dokter di PSPD FKIK UIN Jakarta terhadap 11 poin pertanyaan tentang komunikasi interpersonal , didapatkan hasil sebagai berikut: - Sebanyak 100% responden baik dokter umum dan dokter spesialis sependapat bahwa seorang dokter harus mampu menjelaskan dengan gamblang tentang pengobatan yang harus dilakukan oleh pasien. - terdapat 12% dokter spesialis yang tidak setuju terhadap kemampuan dokter untuk mengapresiasi tindakan dan jenis pengobatan yang telah dilakukan oleh pasien. - Hanya 1 orang dokter spesialis atau 4% yang tidak setuju terhadap kemampuan dokter untuk terlihat tenang selama pemeriksaan dan menenangkan pasien. - Seluruh dokter umum dan dokter spesialis sependapat bahwa dokter harus mampu memperhatikan pasiennya saat berbicara. - Hanya 9,1% dokter umum yang tidak sepakat dengan kemampuan dokter dalam menjelaskan diagnosis dengan suara tegas. - Lebih banyak dokter spesialis yang tidak sepakat dengan kemampuan dokter untuk menanyakan daerah tempat tinggal pasien yaitu sebanyak 16% sedangkan dokter umum yang menyatakan pendapat demikian hanya 4,5% saja. - Kemampuan dokter untuk mengingat nama pasien dengan baik hampir sama menurut dokter spesialis sebanyak 80% yang setuju dan 72,7% dokter umum menyatakan hal yang sama. - Dokter harus mampu memberi penjelasan yang lengkap tentang penyakit pasien dan hal ini disetujui oleh seluruh reponden baik dokter umum maupun dokter spesialis.
48
- Hanya 13,6% dokter umum yang menyatakan tidak setuju atas kemampuan dokter untuk menyapa pasien dengan memanggil nama pasien, sisanya berpendapat tentang hal yang sebaliknya. - Hampir seluruh responden sependapat, yakni sebanyak 100% dokter spesialis dan 90,9% dokter umum menyatakan bahwa seorang dokter harus mampu menjelaskan riwayat penyakit pasien dari awal hingga tuntas kepada pasien. - Terkait dengan usaha dokter untuk menyembunyikan diagnosa penyakit sebanyak 95,5% dokter umum dan 84% dokter spesialis tidak sepakat dengan pernyataan tersebut. 5.1.2. Berdasarkan pertanyaan mengenai waktu pemeriksaan ideal yang dilakukan oleh seorang dokter, jawaban paling banyak menurut akademisi dokter umum dan dokter spesialis yaitu antara 8-15 menit setiap pertemuan. 5.1.3. Berdasarkan pertanyaan mengenai harapan akademisi dokter umum dan dokter spesialis tentang keterampilan komunikasi interpersonal yang harus dimiliki seorang dokter, sebagian besar responden menginginkan seorang dokter lebih komunikatif saat berhadapan dengan pasien.
5.2.
Saran
5.2.1. Bagi peneliti berikutnya - Melakukan penelitian selanjutnya yang tidak terbatas pada satu tempat saja, sehingga hasil yang didapatkan dapat dilakukan analisis dan menggambarkan perbedaan persepsi menurut akademisi dokter umum dan dokter spesialis secara umum. - Membandingkan hasil penelitian selanjutnya dengan melakukan analisis bivariat dalam menentukan perbedaan persepsi komunikasi interpersonal dokter-pasien menurut dokter umum dan dokter spesialis. - Membandingkan antara persepsi dokter yang berpraktik dengan yang tidak berpraktik atau dokter yang melakukan tindakan dengan yang tidak melakukan tindakan terhadap pasien.
49
5.2.2. Bagi institusi Adanya
penerapan
kurikulum
untuk
menanamkan
keterampilan
komunikassi interpersonal dokter sejak dini dan melakukan upaya untuk meningkatkan keterampilan tersebut sehingga harapan pada setiap dokter dapat tercapai serta diterapkan dalam praktik kedokteran kelak, sehingga kualitas dokter lulusan institusi tersebut menjadi lebih baik.
50
Daftar Pustaka
1.
Konsil Kedokteran Indonesia. Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia. 2006.
2.
Ha J F, Anat D S, Longnecker N. Doctor-Patient Communication: A Riview. Western Australia: The Ochsner Journal. 2010 Spring; 10(1): 38-43.
3.
Arianto. Komunikasi Kesehatan: Komunikasi Antara Dokter dan Pasien. Palu: Jurnal Ilmu Komunikasi. 2013; Vol 03, No.02. Diunduh dari: http://jurnalilkom.uinsby.ac.id/index.php/jurnalilkom/article/view/42/36
4.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Artikel; Dugaan Pelanggaran Disiplin Terbanyak Akibat Kurangnya Komunikasi Dokter-pasien. Jakarta: Pusat Komunikasi Publik Kemenkes RI. 2011. Diunduh dari: http://www.depkes.go.id/article/print/1519/dugaan-pelanggaran-disiplinterbanyak-akibat-kurangnya-komunikasi-dokter-dan-pasien.html
5.
Barakat N G. Interpersonal Skill. Hillingdon Hospital, Department of neurology, Pield Heath Road, Uxbridge UB8 3NN, UK. 2011.
6.
Konsil Kedokteran Indonesia. Standart Kompetensi Dokter Indonesia. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia. 2012.
7.
Giri M. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional & Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen; Memahami UU, Meningkatkan Kesdaran. Jakarta : Visimedia. 2007.
8.
McConnel C R. Interpersonal Skills: What They Are, How to Improve Them, and How to Apply Them. 2004; Apr-Jun;23(2):177-87. Tersedia dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15192999
9.
National Research Council. Assessing 21st Century Skills: Summary of a Workshop. J.A. Koenig, Rapporteur. Committee on the Assessment of 21st Century Skills. Board on Testing and Assessment, Division of Behavioral and Social Sciences and Education. Washington, DC: The National Academies Press. 2011
51
10.
Duffy F D, Gordon, G H, Whelan G, Cole-Kelly K. Assessing Competence in Communication and Interpersonal Skills: The Kalamazo II Report. Academic Medicine. 2004; 490–507.
11.
Zakiroh, A. Persepsi Pasien Terhadap Keterampilan Interpersonal Dokter Lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam Komunikasi DokterPasien Di Klinik Makmur Jaya Ciputat, Tangerang Selatan. (Skripsi belum dipublikasikan). UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2014.
12.
Lestari, Riri A K. Interpersonal Skill. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 2007.
13.
Team Coordination Student Training Guide. Effective Communicatio. Available at: https://www.uscg.mil/auxiliary/training/tct/chap7.pdf
14.
Silverman J, Kurtz S M, Draper J, Kurtz S M. Skills for Communicating with Patients. 2nd ed. Oxford, UK: Radcliffe Pub; 2005.
15.
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Kompensasi Dokter dan Jasa Medik. Jakarta: Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. 2008.
16.
Ranjan, Piyush., Kumari, Archana., Avinash, C. A review article: How Can Doctors Improve their Communication Skill, Communication Skill for Doctors . Journal of Clinical Diagnostic Research. 2015; March; Vol-9(3): JE01-JE04
17.
Huntington B, Kuhn N. Communication gaffes: a root cause of malpractice claims. Proc (Bayl Univ Med Cent). 2003;16:157-61. discussion 161.
18.
Barrier P A, Li J T, Jensen N M. Two words to improve physician-patient communication: what else? Mayo Clin Proc. 2003;78:211-14.
19.
Lypson M L, Page A, Bernat CK, Haftel HM. Patient-Doctor Communication. The Fundamental Skill of Medical Practice. University of Michigan Medical School. [place unknown], [publisher unknown] [updated 2013
May
;
cited
2015
Oct
01].
Available
from:
http://www.med.umich.edu/lrc/spp/siteparts/documents/ c4_patient_doctor_communications.pdf 20.
Herqutanto, Basuki E, Jauzi S, Mansyur M. Pengetahuan dan Keterampilan Komunikasi Dokter-Pasien dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.
52
Artikel Penelitian Ikatan Dokter Indonesia. Dimuat dalam J Indon Med Assoc, 2011 Mei; Vol: 61, No: 5. 21.
Presiden Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran. 2004.
22.
Presiden Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2013 tentang pendidikan kedokteran. 2013.
23.
Ekayanti F, Dwiyanti S, Nasrudin. Persepsi Pasien Terhadap Keterampilan Interpersonal dalam Hubungan Dokter-Pasien di Rumah Sakit Fatmawati, Rumah Sakit Syarif Hidayatullah dan Rumah Sakit Harapan Bunda Jakarta Indonesia. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2013.
24.
Dahlan, Sopiyudin M. Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan kesehatan. Edisi 2. Jakarta: CV Sagung Seto, 2010.
25.
Ekayanti F, Dwiyanti S, Nasrudin. Patients perception on interpersonal skill of dokcot-patient relationship in Fatmawati Public Teaching Hospital, Syarif Hidayatullah Hospital, and Harapan Bunda Hospital Jakarta Indonesia.International Journal of Research Studiens in Management. 2015 October; Vol: 4, No: 2, 23-33.
26.
Hastono, Priyo S. Analisa Data Kesehatan. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2007.
Lampiran 1
Lampiran 2
Lembar Persetujuan
KUESIONER PENELITIAN No. Responden
*
BAGIAN PERTAMA Petunjuk pengisian: Bacalah pertanyaan dengan seksama. Isikan data Anda, berikan tanda silang (X) atau tanda centang/ceklis (√) pada kolom yang disediakan. Periksa kembali jawaban Anda untuk memastikan semua jawaban sudah terisi. A.
IDENTITAS RESPONDEN Nama : Usia Anda saat ini : Jenis Kelamin Jenjang pendidikan terakhir
:
Tahun L
P
: ** Dokter Umum
S1
Dokter Spesialis
S2
tuliskan bidang spesialisasi Anda Berapa lama Anda berpraktik menjadi seorang dokter Dimana tempat Anda berpaktik
:
S3
Tahun
: ** Praktik Pribadi
RS Swasta lain
RS Umum/Pemerintah
Klinik/Puskesmas
RS Islam Pekerjaan lain
: ** Dosen/Pengajar Peneliti Enterpreneur/Pengusaha
lain-lain (tulis jika lain-lain)
B.
RIWAYAT MENGAJAR Berapa lama Anda menjadi seorang dosen/pengajar : Dimana tempat Anda mengajar : **
Tahun
PSPD UIN Jakarta
(tulis jika lain-lain)
lain-lain
Berapa frekuensi Anda mengajar dalam 1 minggu Berapa frekuensi Anda berpraktik dalam 1 minggu
:
hari/minggu
:
hari/minggu
Keterangan: * Diisi oleh peneliti **
Boleh mengisi lebih dari satu BAGIAN KEDUA Petunjuk pengisian: Bayangkan dan ingat kembali perilaku dan sikap yang seharusnya ditunjukkan oleh seorang dokter ketika berada di ruang praktek. Kemudian, buatlah penilaian Anda pada pernyataan-pernyataan berikut, dengan memberi tanda silang (X) atau centang/ceklis (√) pada kolom YA bila perilaku seharusnya terjadi/muncul dan TIDAK bila perilaku tidak seharusnya terjadi/tidak muncul. No. Perilaku dan Sikap Dokter 1 Dokter menjelaskan pengobatan yang harus pasien lakukan dengan gamblang. 2 Dokter mengapresiasi tindakan dan jenis pengobatan yang pernah pasien lakukan sebelumnya. 3 Selama pemeriksaan, dokter terlihat tenang dan itu menenangkan pasien. 4 Dokter memperhatikan pasien, saat pasien berbicara. Ketika menjelaskan diagnosis, suara dokter terdengar 5 tegas. 6 Dokter juga menanyakan daerah tempat tinggal pasien. 7 Dokter mengingat nama pasien dengan baik. 8 Pasien mendapatkan penjelasan yang lengkap tentang penyakit yang pasien derita dari dokter. Dokter menyapa pasien dengan memanggil nama 9 pasien. 10 Dokter menjelaskan riwayat penyakit pasien dari awal
YA
TIDAK
11
sampai tuntas. Dokter berusaha menyembunyikan apa diagnosis penyakit pasien.
Sebutkan harapan Anda tentang keterampilan interpesonal yang harus dimiliki seorang dokter:
Berapa lama waktu sebaiknya dokter memeriksa pasien? Beserta alasannya.
Lampiran 3 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Pertanyaan 1
Hasil Nilai Validitas* Reliabilitas** 0,923 0,962
2
0,923
0,962
3
0,923
0,962
4
0,923
0,962
5
0,923
0,962
6
0,923
0,962
7
0,610
0,979
8
0,923
0,962
9
0,923
0,962
10
0,846
0,971
11
0,679
0,974
*R tabel=12. valid ≥ 0,576. ** Cronbach alfa reliable >0,60
Lampiran 4 Riwayat Penulis 1. Identitas : Nama
: Novia Putri Rahmawati
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat, tanggal lahir
: Kudus, 18 November 2015
Agama
: Islam
Alamat
: Dk. Gedang Sewu Ds. Peganjaran RT03/RW04, Kec. Bae, Kab. Kudus, Jawa Tengah
E-mail
:
[email protected]
2. Riwayat Pendidikan :
2000 – 2006
: SD NU Nawa Kartika Kudus
2006 – 2009
: SMP NU PUTRI Nawa Kartika Kudus
2009 – 2012
: MA NU BANAT Kudus
2012 – sekarang
: Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta